KELOMPOK 1 MEMAHAMI TERJEMAHAN BAHASA ARAB INDONESIA (Definisi, Terjemahan dalam Lintas Sejarah,...

68
KELOMPOK 1 MEMAHAMI TERJEMAHAN BAHASA ARAB INDONESIA (Definisi, Terjemahan dalam Lintas Sejarah, Klasifikasi Terjemahan, Model-model Terjemahan) 2.1 DEFINISI TERJEMAH 1. Menerjemahkan adalah keterampilan yang melibatkan lebih banyak seni atau bakat dari pada upaya dan teori. 2. Menerjemah menurut bahasa adalah tafsir, secara istilah memindahkan atau menyalin gagasan, ide, pikiran, pesan atau informasi lainnya dari satu bahasa (bahasa sumber) ke dalam bahasa lain (bahasa target). 3. Menerjemahkan itu bukan ilmu murni dan bukan pula seni sejati. Ter-jemah adalah seni praktis. Dengan kata lain, terjemah adalah keteram-pilan berkesenian dengan bantuan ilmu-ilmu teoretis. 4. Menerjemahkan adalah menyalin ‘kalam’ juga teks dan atau menjelas-kannya dari bahasa tertentu ke dalam bahasa lain. 5. Menurut wikipedia, translation is the communication of the meaning of source language text by means of an equivalent target language. Terjemah dalam bahasa Arab adalah al-tarjamah pada dasarnya berasal dari akar kata rajjama dalam Maqayis al-luqah mengandung arti membela, mena-han serbuan dan perkataan. Dari akar kata ini, terbentuklah pola kata al-tarjamah yang merupakan masdar fiil rubai yang memiliki makna penjelasan atau menafsirkan makna dengan bahasa lain. Dengan demikian, terjemah secara ke-bahasaan bisa diartikan dengan tafsir atau penjelasan. Menurut Manna al-Qaththan dalam menjelaskan bahwa terjemah tersebut secara harfiah adalah mengalihkan lafaz- lafaz dari satu bahasa ke dalam lafaz-lafaz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan, dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama. Kemudian secara leksikal dalam bahasa Indonesia, terjemah adalah me-nyalin, atau memindahkan suatu bahasa ke bahasa

Transcript of KELOMPOK 1 MEMAHAMI TERJEMAHAN BAHASA ARAB INDONESIA (Definisi, Terjemahan dalam Lintas Sejarah,...

KELOMPOK 1MEMAHAMI TERJEMAHAN BAHASA ARAB INDONESIA

(Definisi, Terjemahan dalam Lintas Sejarah, KlasifikasiTerjemahan, Model-model Terjemahan)

2.1 DEFINISI TERJEMAH

1. Menerjemahkan adalah keterampilan yang melibatkan lebihbanyak seni atau bakat dari pada upaya dan teori.

2. Menerjemah menurut bahasa adalah tafsir, secara istilahmemindahkan atau menyalin gagasan, ide, pikiran, pesan atauinformasi lainnya dari satu bahasa (bahasa sumber) ke dalambahasa lain (bahasa target).

3. Menerjemahkan itu bukan ilmu murni dan bukan pula senisejati. Ter-jemah adalah seni praktis. Dengan kata lain,terjemah adalah keteram-pilan berkesenian dengan bantuanilmu-ilmu teoretis.

4. Menerjemahkan adalah menyalin ‘kalam’ juga teks dan ataumenjelas-kannya dari bahasa tertentu ke dalam bahasa lain.

5. Menurut wikipedia, translation is the communication of the meaning ofsource language text by means of an equivalent target language.

Terjemah dalam bahasa Arab adalah al-tarjamah padadasarnya berasal dari akar kata rajjama dalam Maqayis al-luqahmengandung arti membela, mena-han serbuan dan perkataan. Dariakar kata ini, terbentuklah pola kata al-tarjamah yangmerupakan masdar fiil rubai yang memiliki makna penjelasanatau menafsirkan makna dengan bahasa lain. Dengan demikian,terjemah secara ke-bahasaan bisa diartikan dengan tafsir ataupenjelasan.

Menurut Manna al-Qaththan dalam menjelaskan bahwaterjemah tersebut secara harfiah adalah mengalihkan lafaz-lafaz dari satu bahasa ke dalam lafaz-lafaz yang serupa daribahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan, dan tertibbahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.

Kemudian secara leksikal dalam bahasa Indonesia, terjemahadalah me-nyalin, atau memindahkan suatu bahasa ke bahasa

lain. Pengetian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Mannaal-Qaththan sebelumnya yang mengandung makna “mengalihbahasakan suatu bahasa ke bahasa lain yang hasilnya disebutterjemahan atau salinan ke bahasa lain.

Sedangkan terjemah secara terminologis menurut Manna al-Qaththan ada-lah terjemah tafsiriyah atau terjemah dalam segimakna istilah adalah menjelas-kan makna pembicaraan denganbahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asalatau memperhatikan susunan  kalimatnya.

Dalam Mu’jam al-Washith disebutkan bahwa terjemah adalahpengalih-bahasaan perkataan dari satu bahasa ke bahasa lainatau menjelaskan apa yang di-inginkan oleh kalimat dalambahasa asalnya, bahkan sedetail-detail dengan teks aslinya,untuk dialihbahasakan ke dalam penerjemah.

Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa karakteristiksetiap bahasa memiliki perbedaan, baik dari segi tertib dansusunannya dan karena itu, dalam upaya penerjemahan bisa tidakterikat dengan bahasa asal. Dengan demikian, da-lammenterjemahkan al-Quran ke dalam bahasa Indonesia diperlukanpenguasaan tata bahasa, baik tata bahasa Arab maupun tatabahasa Indonesia itu sendiri. Pe-nguasaan tata bahasa Arabmisalnya jumlah fi’liyah (kalimat verbal) yang  dimu-laidengan fi’il kata kerja yang berfungsi sebagai predikatkemudian fa’il (sub-yek), baik dalam kalimat tanya (istifham)maupun lainnya; mudhaf didahulukan atas mudhaf ilaih; danmausuf atas sifatnya.

2.2 TERJEMAHAN DALAM LINTAS SEJARAHDalam lintasan sejarah Islam dikatakan bahwa lima tahun

setelah Nabi saw menjadi rasul Allah, ia diperintahkan hijrahke Ethiopia. Ethiopia adalah se-buah empirium yang asing bagikaum muslim, dan bahasa mereka berbeda dengan bahasa orangMekah. Berkenaan dengan itu, Raja Najasyi sebagai penguasaEthiopia meminta kepada Nabi saw agar mengutus juru bahasa

untuk mengajar-kan risalahnya dengan bahasa mereka. Makadiadakanlah suatu pertemuan, dan Ja’far bin Ali Thalib dalampertemuan itu, pertemuan dengan raja dan para pem-besarnya,dibacakan beberapa ayat al-Quran dalam surah Maryam setelahitu, Najasyi mengajukan beberapa pertanyaan. Setelah beliaumemperoleh beberapa jawaban, dia lalu menghadapkanpandangannya kepada orang-orang yang hadir dan berkata “DemiAllah, sesungguhnya ucapan Muhammad sama sekali tidakbertentangan dengan ajaran dan aqidah orang-orang Masehi.”

Sejarah diatas menjelaskan bahwa terjemahan al-Quranpertama kali dilakukan adalah sejak zaman Nabi saw, ketikaja’far bin Abi Thalib diutus ke Ethiopia, dan orang yangpertama kali menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa Ethiopiatersebut. Bahasa Ethiopia dikenal dengan menggunakan bahasaShindh yang sekarang dikenal di pakistan. Bahasa itulah yangkemudian digunakan masyarakat Ethiopia ketika itu yang padagilirannya juga mereka belajar bahasa Arab, dan kaidah-kaidahbahasa Arab, yakni ilmu nahwu, mantiq, fashaha, bayan danbalagah. Dari sinilah kemudian penerjemahan al-Quran itutumbuh dan berkembang, sampai-sampai ada yang disebutterjemahan tafsir al-Quran bahasa Sindh.

Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud al-Ghaznawi belumditemukan sebuah tafsir/terjrmahan al-Quran, selain karyaMuhammad al-Bukhari (w. 448). Dia menafsirkan al-Quran untuksemua dengan bahasa sederhana, mudah dan jelas dalam bahasaPersia di kota Lahore. Setelah pemerintahan Islam menjadi kuatdan sekolah-sekolah banyak didirikan diberbagai wilayah, makaterbitlah berbagai kitab terjemahan al-Quran.

Pada masa pemerintahan Akbar Syah, kajian dan telaah al-Quran pun tumbuh subur dan berkembang pesat di Agra danLahore. Kemudian Dinasti Buwaih pernah berkuasa antara tahun945 sampai 1055 M. Di bagian Barat Laut Iran,mengalamikemajuan pada bidang-bidang ilmu pengetahuan dan pada masainilah muncunya tokoh-tokoh filosof muslim di antaranya al-Farabi (w.950 M)., Ibnu Sina (980-1037 M) dan Ibnu Maskawaih

(w. 1030 M), yang semuanya di samping menterjemahkan filsafatdari bahasa Yunani, juga menterjemahkan bahasa al-Quran kedalam bahasa mereka.

Secara singkat digambarkan Sukardi bahwa sejak abad ke-3sampai 11 Hijriah adalah masa penterjemahan al-Quran denganketerangan sebagai berikut :

1. Penyampaian kandungan isi al-Quran kepada seluruh kaummuslim dalam bahasa Persia dan bahasa Arab.

2. Penafsiran al-Quran dengan metodologi ilmiah yangdisesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan keyakinanmasyarakat awam.

3. Pembahasan tentang bacaan, sharf, nahwu, dan keteranganihwal hubungan antara berbagai ayatdan surah al-Quran.

4. Metodologi khas yang ditempuh ialah pemakaian bahasa Arabdan Persia, dan bahasa Persia lebih banyak digunakanketimbang bahasa Arab.

Di samping bahasa Ethiopia, shindh, India, Persia, yangtelah disebutkan, ada juga al-Quran yang diterjemahkan kedalam bahasa Urdhu. Terjemahan Urdhu yang pertama kalidilakukan oleh Syah Abdul Qadir dari Delhi (w. 1926 ). Dalamperkembangannya al-Quran juga diterjemahkan ke dalam bahasaEropa (Inggris). Sebelum berkembangnya bahasa-bahasa Eropamodern, maka bahasa yang berkenbang di Eropa adalah bahasaLatin. Olehkarena itu, tidak mengherankan bahwa terjemahan al-Quran dalam bahasa Eropa dimulai dalam bahasa Latin. Orangyang pertama kali menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa Latinadalah Maracce. Kemudian  terjemahan ke dalam bahasa Inggrispertama kali dilakukan oleh A. Ross, tetapi itu adalah hanyaterjemahan saka dari bahasa Perancis yang dilakukan oleh DuRyer pada tahun 1647 dan diterbitkan beberapa tahun kemudiansetelah bukunya Du Ryer itu. Terjemahan George Sale yangterbit pada tahun 1734 adalah didasarkan kepada terjemahan Maracci yang berbahasa Latin.

Adapun terjemahan al-Quran dalam bahasa Indonesia,dimulai pada pertengahan abad ke-17 oleh Rauf Alfasuri,seoraang ulama dari Singkel, Aceh, ke dalam bahasa Melayu.Walaupun mungkin bahwa terjemahan itu ditinjau dari sudut ilmubahasa Indonesia modern belum sempurna. Namun apa yangdilakukan Rauf Alfasuri sangat besar jasanya dalam upayapenerjemahan al-Quran untuk masa-masa sesudahnya.

2.3 KLASIFIKASI TERJEMAHKlasifikasi Terjemah Terjemahan dapat diklasifikasikan

dalam berbagai jenis. Apabila dilihat dari tujuanpenerjemahan, Brislin (dalam Emzir, 1999: 4) menggolongkanterjemahan ke dalam empat jenis, yaitu:a. Terjemahan Pragmatis, yaitu terjemahan yang mementingkanketepatan atau akurasi informasi.

b. Terjemahan Astetis-Puitis, yaitu terjemahan yangmementingkan dampak efektif, emosi dan nilai rasa dari satuversi bahasa yang orisinal.

c. Terjemahan Etnografis, yaitu terjemahan yang bertujuanmenjelaskan konteks budaya antara bahasa sumber dan bahasasasaran.

d. Terjemahan Linguistik, yaitu terjemahan yang mementingkankesetaraan arti dari unsur-unsur morfem dan bentukgramatikal dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran.

Dilihat dari jauh dekatnya terjemahan dari bahasa sumberdan bahasa sasaran, terjemah dapat diklasifikasikan ke dalamdelapan jenis. Kedelapan jenis terjemahan tersebut dapatdikategorisasikan dalam dua bagian besar. Pertama, terjemahanyang lebih berorientasi pada bahasa sumber, dalam hal inipenerjemah berupaya mewujudkan kembali dengan setepat-tepatnyamakna kontekstual penulis, meskipun dijumpai hambatansintaksis dan semantik yakni hambatan bentuk dan makna. Kedua,terjemahan yang lebih berorientasi pada bahasa sasaran. Dalamhal ini penerjemah berupaya menghasilkan dampak yang relatifsama dengan yang diharapkan oleh penulis asli terhadap pembacaversi bahasa sasaran (Choliludin, 2005: 205).

1. Klasifikasi terjemahan yang berorientasi pada bahasasumber:a. Terjemahan kata demi kata (word for word translation).Penerjemahan jenis ini dianggap yang paling dekat denganbahasa sumber. Urutan kata dalam teks bahasa sumber tetapdipertahankan, kata-kata diterjemahkan menurut maknadasarnya diluar konteks. Kata-kata yang bermuatan budayaditerjemahkan secara harfiah. Terjemahan kata demi kataberguna untuk memahami mekanisme bahasa sumber atau untukmenafsirkan teks yang sulit sebagai proses awal

penerjemahan. Contoh: م�س ه���������������ا أ� ت ي� لى ب�� ر أ� ه���������������ب� عت ز� . زج�� Apabila kalimattersebut diterjemahkan kata demi kata ke dalam bahasaIndonesia, maka hasilnya adalah telah kembali Zuhairah kerumahnya kemarin. Terjemahan ini terkesan kaku dan tidaksesuai dengan sistem kaidah yang berlaku dalam bahasaIndonesia. Hasil terjemahan yang lebih tepat ialahZuhairah kembali ke rumahnya kemarin.

b. Terjemahan Harfiah (literal translation) atau sering jugadisebut terjemahan struktural. Dalam terjemahan inikonstruksi gramatikal bahasa sumber dikonversikan ke dalampadanannya dalam bahasa sasaran, sedangkan kata-kataditerjemahkan di luar konteks. Sebagaimana prosespenerjemahan awal terjemah harfiah ini dapat membantu

melihat masalah yang perlu diatasi. Contoh: ب�ر �ع أل�عم����اد ك�ث��� ي����$ اد زف�� ج����� ل أل�ن) ب����,$ ط�واد .أل�رم�������������� Ia adalah orang yang panjang sarung pedangnya,tiangnya tinggi dan banyak abu dapurnya.

c. Terjemahan setia (faithful translation). Terjemahan inimencoba menghasilkan kembali makna kontekstual walaupunmasih terikat oleh struktur gramatikal bahasa sumber. Iaberpengang teguh pada tujuan dan maksud bahasa sumbersehingga terkesan kaku. Terjemahan ini bermanfaat sebagai

proses awal tahap pengalihan. Sebagai contoh: ب$ر �ع أل�عم�اد ك�ث� ي�$ اد زف�� ج�� ل أل�ن) ط�وب,$اد Apabila .أل�رم��������� pasemon (kinayah) ini diterjemahkan denganterjemahan setia, maka hasil terjemahannya "ia adalah

orang yang pemberani karena ia memiliki sarung pedang yangpanjang, ia adalah seorang yang kaya atau berkedudukanyang tinggi karena tiang rumahnya yang tinggi, ia adalahseorang yang pemurah karena banyak abunya". Dariterjemahan ini terlihat bahwa penerjemah berusaha untuktetap setia pada bahasa sumber, meskipun sudah tertlihatada upaya untuk mereproduksi makna kontekstual. Kesetiantersebut tampak pada adanya upaya untuk tetapmempertahankan uangkapan metaforis yang tersurat dalamteks asli misalnya ungkapan sarung padangnya yang panjang,tiang tertinggi, dan banyak adanya.

d. Terjemahan semantis (semantic teranslation). Berbedadengan terjemahan setia. Terjemahan semantis lebihmemperhitungkan unsur estetika teks bahasa sumber, sdankreatif dalam batas kewajaran. Selain itu terjemahan setiasifatnya masih terkait dengan bahasa sumber, sedangkanpenerjemahan semantis lebih fleksibel. Apabila ungkapanpasemon (kinayah) di atas terjemahan secara semantis, makahasil terjemahnanya adalah 'dia laki-laki adalah seorangpemberani, terhormat dalam lingkungan keluarga danmasyarakatnya, dan seorang dermawan' (Murtdho, 1999).

2. Klasifikasi terjemahan yang berorientasi pada bahasasasaran:

a. Terjemahan adaptasi (adaptation). Terjemahan inilah yangdianggap paling bebas dan palingdekat kebahasaan sasaran.Terutama untuk jenis terjemahan drama dan puisi, tema,karakter dan alur biasanya dipertahankan. Dalam karanganilmiah logikanya diutamakan, sedangkan contok dikurangiatau ditiadakan.

b. Terjemahan bebas (free trantation). Penerjemahan bebasadalah penulisan kembali tanpa melihat tanpa aslinya.Biasanya merupakan parafrase yang dapat lebih pendek ataulebih panjang dari aslinya.

c. Terjemahan idiomatik (idiomatic translation). Dalamterjemahan jenis ini pesan bvahasa sumber disampaikankembali tetapi ada penyimpangan nuansa makan karena

mengutamakan kosa kata sehari-hari dan idiom dan tidak adadi dalam bahasa sumber tetapi bisa dipakai dalam bahasasasaran.

d. Terjemahan komunikatif (communicative translation).Terjermahan ini berusaha menyampaikan makna kontekstualdari bahasa sumber sedemikian rupa, sehingga isi danbahasanya berterima dan dapat dipahami oleh dunia pembacabahasa sasaran. Terjemahan ini biasanya dianggapterjemahan yang ideal.

2.4 MODEL-MODEL TERJEMAHANSebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa

penerjemahan adalah memindahkan suatu perkataan dari satubahasa ke bahasa lain, maka teks yang su-dah dipindahkanatau diterjemahkan itu bersifat penafsiran dan penjelasan.Oleh karena itu, ketika menerjemahkan ke dalam bahasa yangdiinginkan, harus me-miliki hubungan yang erat untukmendapat pemahaman yang akurat seperti yang diinginkan olehbahasa aslinya. Hal ini bisa dilakukan dengan tiga cara:

1. Penerjemahan TekstualMenerjemahkan setiap kata dari bahasa aslinya ke dalam

kata dari bahasa penerjemah. Susunan-susunan kalimat, satudemi satu, kata demi kata diubah hingga akhir.Contoh kalimat:

A’udzubillahi minasysyaitan nir rajiim.

Diterjemahkan;

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.

Bismillahirahmanir

Diartikan;

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Kebanyakan dari penerjemah menganggap metode ini sangatsulit karena dimana  penerjemah dituntut untuk bisa mengetahuikata-kata yang sama begitu-pun juga dengan kriteria-kriterianya dalam dua bahasa aslinya. Selain itu, juga di-sebabkan karena tidak adanya kesepadanan makna kata dalambahasa asli dengan makna kata bahasa penerjemah. Metodepenerjemahan ini hanya bisa diterapkan untuk pengalibahasaankalimat yang pendek. Namun, untuk pembahasan yang panjang danilmiah, maka metode ini tidak bisa mengutarakan pokokpembahaan dan permasalahannya.

2. Penerjemahan BebasMetode ini sangat berbeda dari metode sebelumnya dimana

penerjemah berusaha memindahkan suatu makna dari suatu wadahke wadah yang lain. Tuju-annya adalah untuk mencerminkan maknaawal dengan sempurna. Terjemahan ini disebut juga denganterjemahan maknawi, karena usahanya tercurah untuk meng-alihbahasakan pengertian-pengertiannya secara sempurna bukanpada teksnya. Metode ini sering kali digunakan dalam buku-bukuilmiah, metode ini adalah metode penerjemahan terbaik dan bisamenjaga amanah dengan baik.

3. Penerjemahan dengan metode penafsiranMetode ini penerjemah dituntut untuk mampu menjelaskan

dan mengurai masalah-masalah yang tercantum dalam bahasaaslinya dengan menggunakan bahasa yang dikehendakinya. Jadi,dari ketiga metode diatas dapat dipahami bah-wa penerjemahanyang bagus adalah penerjemahan bebas.

Selain itu ada metode lain, yaitu:

1.Metode Qawaid dan TerjemahPara pakar dan praktisi pembelajaran bahasa asing sering

juga menyebut metode ini dengan metode tradisional. Penyebutantersebut berkaitan dengan sebuah cerminan terhadap cara-cara

dalam jaman yunani kuno dan latin dalam mengajarkan bahasa.Asumsi dasar metode ini adalah adanya logika semestayangmerupakan dasar semua bahasa di dunia, sedangkan tata bahasaadalah cabang logika.

Metode ini ditujukan kepada peserta didik agar, (1) lebihmampu membaca naskah berbahasa Arab atau karya sastra Arab,dan (2) memiliki nilai disiplin dan perkembangan intelektual.Pembelajaran dalam metode ini didominasidengan kegiatanmembaca dan menulis. Adapun kosakata yang dipelajari adalahkosakata dari tes bacaanm di mana kalimat diasumsikan sebagaiunit terkecil dalam bahasa, ketepatan terjemahan diutamakan,dan bahasa ibu digunakan dalam proses pembelajaran.

2.Metode langsung (Mubasyarah)Karena adanya ketidakpuasan dengan metode qawaid dan

tarjamah, maka terjadi suatu gerakan penolakan terhadap metodetersebut menjelang pertengahan abad ke 19. Banyak orang eropayang merasa bahwa buku-buku pembelajaran bahasa asing yangberedar tidaklah praktis, karena tidak mengajarkan bagaimanaberbahasa namun lebih memperhatikan pembicaraan tentangbahasa,karena itu, banyak kemudian bergulir ide-ide untukmemperbaharui metode tersebut.

Berdasarkan asumsi yang ada dalam proses berbahasa antaraibu dan anak, maka F. Gouin (1980-1992) mengembangkan suatumetode yang diberi nama dengan metode langsung (thariqahmubasyarah) sebuah metode yang sebenarnya juga pernahdigunakan dalam dunia pembelajaran bahasa asing sejak jamanromawi. Metode ini memiliki tujuan yang terfokus pada pesertadidik agar dapat memiliki kompetensi berbicara yang baik.Karena itu, kegiatan belajar mengajar bahasa Arab dilaksanakandalam bahasa Arab langsung baik melalui peragaan dan gerakan.Penerjemahan secara langsung denga bahasa peserta didikdihindari.

KELOMPOK 2MEMAHAMI TERJEMAHAN BAHASA ARAB INDONESIA

(Teknik, Prinsip & Syarat Penerjemahan, Komparatif AntaraTerjemahan Dengan Penafsiran)

2.1 TEKNIK ATAU CARA-CARA MENERJEMAHKAN1. Pengertian Teknik Penerjemahan

Teknik penerjemahan merupakan prosedur untukmenganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadananterjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagaisatuan lingual.

Oleh sebab itu, teknik penerjemahan dapat disebutsebagai realisasi dari proses pengambilan keputusan, yanghasilnya dapat diidentifikasikan pada karya terjemahan.

2. Beberapa teknik penerjemahana. Adaptasi (adaptation) adalah teknik penerjemahan dimana

penerjemah menggantikan unsur budaya bahasa sumber denganunsur budaya yang mempunyai sifat yang sama dalam bahasasasaran, dan unsur budaya tersebut akrab bagi pembacasasaran. Ungkapan as white as snow, misalnya, digantikan

dengan ungkapan seputih kapas, bukan seputih salju karenasalju tidak dikenal dalam bahasa sasaran.

b. Amplifikasi (amplification) adalah teknik penerjemahanyang mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasiyang implisit dalam bahasa sumber. Kata Ramadan,misalnya, diparafrase menjadi Bulan puasa kaum muslim.Teknik amplikasi ini mirip dengan teknik addition, ataugain.

c. Peminjaman (borrowing) adalah teknik penerjemahan dimanapenerjemah meminjam kata atau ungkapan dari bahasasumber. Peminjaman itu bisa bersifat murni (pureborrowing) atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi(naturalized borrowing). Contoh dari pure borrowingadalah harddisk yang diterjemahkan menjadi harddisk,sedangkan contoh dari naturalized borrowing adalahcomputer yang diterjemahkan menjadi komputer.

d. Calque adalah teknik penerjemahan dimana penerjemahmenerjemahkan frasa atau kata bahasa sumber secaraliteral. Contoh: interest rate diterjemahkan menjaditingkat suku bunga.

e. Kompensasi (compensation) adalah teknik penerjemahandimana penerjemah memperkenalkan unsur-unsur informasiatau pengaruh stilistik teks bahasa sumber di tempat laindalam teks bahasa sasaran.

f. Deskripsi (description) merupakan teknik penerjemahanyang diterapkan dengan menggantikan sebuah istilah atauungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya. Contoh:kata dalam bahasa Italia panettone diterjemahkan menjadikue tradisional Italia yang dimakan pada saat Tahun Baru.

g. Kreasi diskursif (discursive creation). Teknik inidimaksudkan untuk menampilkan kesepadanan sementara yangtidak terduga atau keluar dari konteks. Teknik ini lazimditerapkan dalam menerjemahkan judul buku atau judulfilm.

h. Kesapadan Lazim (established equivalent) adalah teknikuntuk menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim

(berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari). Teknikini mirip dengan penerjemahan harfiah.

i. Generalisasi (generalization). Realisasi dari teknik iniadalah dengan menggunakan istilah yang lebih umum ataulebih netral. Kata penthouse, misalnya, diterjemahkanmenjadi tempat tinggal, dan becak diterjemahkan menjadivehicle (subordinat ke superordinat)

j. Amplifikasi linguistik (linguistic amplification).Perwujudan dari teknik ini adalah dengan menambah unsur-unsur linguistik dalam teks bahasa sasaran. Teknik inilazim diterapkan dalam pengalihbahasaan secara konsekutifatau dalam sulih suara (dubbing).

k. Kompresi linguistik(linguistic compression) merupakanteknik penerjemahan yang dapat diterapkan penerjemahdalam pengalihbahasaan simultan atau dalam penerjemahanteks film, dengan cara mensintesa unsur-unsur linguistikdalam teks bahasa sasaran.

l. Penerjemahan harfiah (literal translation) merupakanteknik penerjemahan dimana penerjemah menerjemahkanungkapan kata demi kata. Misalnya, kalimat I will ringyou diterjemahkan menjadi Saya akan menelpon Anda. Padadasarnya teknik ini sama dengan penerjemahan harfiah(literal translation).

m. Modulasi (modulation) merupakan teknik penerjemahandimana penerjemah mengubah sudut pandang, fokus ataukategori kognitif dalam kaitannya dengan teks sumber.Perubahan sudut pandang tersebut dapat bersifat leksikalatau struktural. Misalnya you are going to have achild,diterjemahkan menjadi Anda akan menjadi seorang bapak.Contoh lainnya adalah I cut my finger yang diterjemahkanmenjadi Jariku teriris, bukan saya memotong jariku.

n. Partikularisasi (particularization). Realisasi dariteknik ini adalah dengan menggunakan istilah yang lebihkonkrit atau presisi. Contoh: air transportationditerjemahkan menjadi helikopter (superordinat kesubordinat). Teknik ini merupakan kebalikan dari teknikgeneralisasi.

o. Reduksi (reduction). Teknik ini merupakan kebalikan dariteknik amplifikasi. Informasi teks bahasa sumberdipadatkan dalam bahasa sasaran. Contoh: the month offasting diterjemahkan menjadi Ramadan. Teknik ini miripdengan teknik penghilangan (ommission atau deletion atausubtraction) atau implisitasi. Dengan kata lain,informasi yang eksplisit dalam teks bahasa sumberdijadikan implisit dalam teks bahasa sasaran.

p. Substitusi (substitution) merujuk pada pengubahan unsur-unsur linguistik dan paralinguistik (intonasi atauisyarat). Bahasa isyarat dalam bahasa Arab, yaitu denganmenaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi Terimakasih.

2.2 PRINSIP-PRINSIP PENERJEMAHANPenerjemahan merupakan suatu pekerjaan yang

membutuhkan kesungguhan. Ini karena penerjemahan yang tidaksungguh-sungguh akan menimbulkan kekeliruan dan akanmenimbulkan kesalahpahaman dari maksud pengarang. Maka untukmendapatkan hasil penerjemahan yang baik seorang penerjemahharus mengikuti prinsip-prinsip dasar penerjemahan.

Penerjemahan memiliki dua prinsip, yakni prinsip dasardan prinsip umum.1. Prinsip dasar

Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip dasar penerjemahan. Beberapa  diantaranya yaituMarthin Luther (1483-1546), yang mengemukakan bahwa seorangpenerjemah haruslah mampu:a. Mengalihkan aturan kata-kata;b. Mempergunakan kata kerja bantu (auxiliary verbs);c.  Mempergunakan kata penghubung (conjunction) bila memang di

perlukan;d. Tidak memasukkan kata-kata atau istilah-istilah yang

tidak ada padanan-terjemahnya di dalam bahasa sasaran;

e. Mempergunakan frase-frase tertentu atau ungkapan-ungkapantertentu apabila salah satu kata bahasa sumber itu tidakditemui padanan terjemahnya dalam bahasa sasaran;

f. Mampu mengamati ragam dan gaya bahasa sumber.

Eltiene Dollet yang  mengemukakan prinsip-prinsipdasar penerjemahan. Menurutnya penerjemah harus memilikikemampuan antara lain:a. Penerjemah haruslah sepenuhnya memahami isi dan maksud

pengarang yang tertuang di dalam bahasa sumber;b. Penerjemah haruslah mempunyai pengetahuan bahasa yang

sempurna, baik bahasa sumber maupun bahasa sasaran;c. Penerjemah haruslah menghindari kecenderungan

menerjemahkan kata per kata, oleh karena apabila teknikdemikian ia lakukan maka ia akan merusak makna kata aslidan keindahan ekspresi;

d. Penerjemah haruslah mampu menggunakan ungkapan-ungkapanyang biasa digunakan sehari-hari;

e. Penerjemah haruslah berkemampuan menyajikan nada (tune)dan warna asli bahasa sumber dalam karya terjemahannya.

2. Prinsip UmumAbdurrahman Suparno dan M. Azhar menyebutkan sembilan

prinsip umum penerjemahan yang baik:a. Menggunakan kalimat pendek. 30-45 kata per kalimat lebih

dari mencukupi.b. Menghilangkan kata mubazir.c. Singkat, simpel, langsung bisa dipahami.d. Menghindari bahasa yang sulit dipahami. Jika ada,

menyertakan maknanya.e. Tidak mengulang-ngulang kata yang sama.f. Mematuhi EYD yang benar.g. Kata bervariatif.h. Tidak terpengaruh struktur asing

Selain prinsip-prinsip penerjemahan yang telahdikemukakan diatas, seorang penerjemah juga harus mengerti

betul prinsip-prinsip terjemahan sebagai pedomanpenerjemahan, prinsip-prinsip tersebut adalah:1. Ketepatan dan keakuratan

Seorang penerjemah haruslah tepat dan akurat dalammenerjemahkan karya dari bahasa sumber ke dalam bahasasasaran, ketika penerjemah tidak fokus pada terjemahansehingga mengakibatkan ketidaktepatan terjemahan maka akanterjadi kekeliruan yang fatal terutama bagi penafsiranpembaca tentang apa yang sudah diterjemahkan.

2. KejelasanKejelasan yang dimaksud disini adalah kejelasan hasil

dari terjemahan, artinya, penerjemah harus menguasai betulbahasa sasaran, sehingga apa yang hendak disampaikan olehpenerjemah benar-benar bisa dipahami dan dimengerti olehmasyarakat dalam bahasa sasaran. Jangan sampai seorangpenerjemah hanya mahir bahasa sumber tapi lalai dalam bahasasasaran, ini akan menyulitkan bagi pembaca jika terjadikekurangan kejelasan dari hasil.

3. Terjemahan, kewajaran atau kealamiahanSeorang penerjemah harus mengerti tentang prinsip

kewajaran dan kealamiahan. Kosa kata “wajar” dalam KamusBesar Bahasa Indonesia memiliki arti: Biasa sebagaimana adanya tanpa tambahan apa pun; Menurut keadaan yang ada; sebagaimana mestinya.

Merujuk definisi kata wajar tersebut, maka bisadiartikan, wajar di sini adalah bagaimana seorang penerjemahmenerjemahkan karya dengan sewajarnya, namun memang,penerjemah boleh saja menambahkan materi dalam terjemahan,dan juga mengurangi materi yang tidak perlu, tapi harustetap dalam batas wajar, tidak perlu terlalu berlebihansehingga terlihat karya terjemahan tersebut justru sepertikarya hasil pemikiran tunggal si penerjemah.

4. Tidak mengubah maksud pengarang teks asal.

Prinsip ini sudah sangat jelas untuk penerjemah.Tetapi, pada praktiknya, penerjemah kesulitan untuk tidakmengubah maksud pengarang asal (teks sumber) secara 100%,ini dikarenakan banyak perbedaan budaya dan bahasa antarabahasa sumber dan sasaran, tetapi alasan ini tidak berartimemperbolehkan penerjemah mengubah maksud pengarang dengansengaja dan berlebihan atau bahkan melenceng dari maksudsebenarnya.

5. Menghasilkan terjemahan yang mudah dipahami pembaca.Penerjemahan merupakan bagian dari komunikasi, oleh

karena itu, suatu terjemahan hendaknya mudah dipahami dandimengerti agar tujuan komunikasi antara pembaca danpengarang bisa tercapai.

6. Menghormati tatabahasa penerima.Dalam proses menerjemahkan, tata bahasa untuk bahasa

sasaran harus dihormat. Ini berarti tata bahasa sumber tidakseharusnya dipaksakan dalam teks terjemahan (teks sasaran).

7. Menerjemahkan makna bahasa bukan bentuk bahasa.Dalam proses penerjemahan, makna harus menjadi

prioritas utama. Penerjemah hendaknya jangan terlalumemaksakan diri untuk menerjemahkan bentuk bahasa sumbersehingga menghasilkan terjemahan yang tebrelit-belit, kaku,dan sulit dipahami, jadi, selalu prioritaskan makna dantujuan pengarang, bukan terpaku pada bentuk bahasa.

2.3 SYARAT TERJEMAHAN BAHASA ARAB YANG BAIKJika Anda sedang mencari jasa penerjemah bahasa Arab,

maka harus mengetahui syarat terjemahan bahasa Arab yangbaik, antara lain :

1. Proses penerjemahan harus bisa sesuai antara konteks bahasasumber terjemahan dengan konteks bahasa sasaran terjemahan

atau dapat juga diartikan bahwa hasil dari sebuah prosespenerjemahan mempunyai arti dan makna (maksud) sepertihalnya atau sesuai dengan bahasa sumber.

2. Proses penerjemahan harus bisa sesuai antara gaya bahasasumber terjemahan dengan gaya bahasa sasaran terjemahan.

3. Proses penerjemahan harus bisa sesuai antara ciri khasbahasa sumber terjemahan dengan ciri khas bahasa sasaranterjemahan.

2.4 KOMPARATIF ANTARA TERJEMAHAN DENGAN PENAFSIRANTerjemahan menurut bahasa adalah salinan dari satu bahasa

ke bahasa lain, atau mengganti, menyalin, memindahkan kalimatdari satu bahasa ke bahasa lain. Sedangkan menurut istilahseperti yang dikemukakan oleh Ash-Shabuni: “Memindahkan bahasaAl-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa Arab dan mencetakterjemah ini kebeberapa naskah agar dibaca orang yang tidakmengerti bahasa arab, sehingga dapat memahami kitab Allahswt., dengan perantara terjemahan.”

Tafsir berasal dari bahasa arab yaitu fassara-yufassiru-tafsiranyang berarti keterangan atau uraian. Tafsir secara bahasamengikuti wazan “taf’il”, berasal dari akar kata al-fasr yangberarti menjelaskan, menyingkap, dan menampakkan ataumenerangkan makna yang abstrak.

Pengertian tafsir dengan makna di atas, sesuai denganfirman Allah dalam surat Al-Furqan ayat 33 yang memiliki arti:“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (sesuatu) yangganjil melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benardan yang paling baik.” Maksudnya adalah penjelasan yanglengkap dan terperinci.

Menurut istilah, pengertian tafsir adalah ilmu yangmempelajari kandungan kitab Allah yang diturunkan kepada nabi.Sebagian ahli tafsir mengemukakan bahwa tafsir adalah ilmuyang membahas tentang al-Quran al-Karim dari segipengertiannya terhadap maksud Allah sesuai dengan kemampuan

manusia. Secara lebih sederhana, tafsir dinyatakan sebagaipenjelasan sesuatu yang diinginkan oleh kata.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkankomparatif (perbandingan) antara terjemahan dan penafsiran.Komparatif yang dimaksud adalah bahwa terjemahan itu lebihsimple dan ringkas karena hanya merubah arti dari bahasa yangsatu ke bahasa yang lainnya. Sedangkan tafsir itu lebih luasdari terjemahan karena segala sesuatu yang berhubungan denganayat, surat, dan lainnya dibahas dalam tafsir yang bertujuanuntuk memberikan kepemahaman isi ayat atau surat tersebut,sehingga mengetahui maksud dan kehendak firman-firman Allahswt.

KELOMPOK 3MEMAHAMI BAHASA DAN BAHASA ARAB SECARA UMUM

(Pengertian, Fungsi & Rumpun Bahasa, Perubahan DalamBerbahasa, Pertumbuhan Dan Perkembangan Bahasa Arab)

2.1 PENGERTIAN DAN HAKIKAT BAHASABahasa adalah realitas yang tumbuh dan berkembang sesuai

dengan tumbuh kembangnya manusia pengguna bahasa itu. Realitasbahasa dalam kehidupan ini semakin menambah kuatnya eksistensimanusia sebagai makhluk berbudaya dan beragama. Kekuataneksistensi manusia sebagai makhluk berbudaya dan beragamaantara lain ditunjukan oleh kemampuannya memproduksi karya-karya besar berupa sains, teknologi, danseni yang tidakterlepas dari peran-peran bahasa yang digunaknnya. Namun dalamkonteks lain, bahasa biasa dijadikan alat propaganda, bahkanpeperangan yang biasa membahayakan sesama jika pengguna bahasatidak lagi melihat rambu-rambu agama dan kemanusiaan dalampenggunaannya.

Bahasa, dengan demikian tidak lagi menjadi realitas yangsederhana, karena melibatkan banyak aspek yang tidak biasdianggap enteng. Melihat fenomena yang demikian kompleks itu,bahasa hingga kini didefinisikan oleh para ahli dengan beragampengertian. Dalam makna lain bahwa bahasa sangatter buka untukdilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Justru ragamdefinisi ini akan semakin memberikan penjelasan tentang sosok

bahasa yang sesungguhnya. Berikut ini beberapa definisi yangdikemukakan oleh para ahli:

Menurut Al-khuli (1982: 148), bahasa adalah sistem suarayang terdiri atas simbol-simbol arbitrer (manasuka) yangdigunakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk bertukarpikiran atau berbagi rasa.

Menurut Ba’alabaki (1990:272), bahasa adalah sistem yangterbentuk oleh simbol-simbol, diusahakan, dan dapat berubahuntuk mengekspresikan tujuan pribadi atau komunikasi antarindividu.

Menurut ‘Abd al-majid (1952: 15), bahasa adalah kumpulanisyarat yang digunakan oleh orang-orang untuk mengungkapkanpikiran, perasaan, emosi, dan keinginan. Dengan definisi lain,bahasa adalah alat yang digunakan untuk mendeskripsikan ide,pikiran, atau tujuan melalui struktur kalimat yang dapatdipahami oleh orang lain.

Menurut Anis Farihah (1973: 14), bahasa adalah gejalapsikologis, sosial, kultural, tidak bersifat biologis, dapatdisusahakan, terdiri atas simbol-simbol suara yang mengandungmakna, sehingga seseorang dapat berkomunikasi.

Mary Finochiaro (1974: 3), bahasa adalah sistem arbitrer(mana suka) yang terdiri atas simbol-simbol suara yangdigunakan oleh manusia dalam mentransfer budaya kepada yanglainnya atau mereka yang telah mempelajari budaya dalamberkomunikasi.

Menurut Ronald Wardaugh (1972:3), bahasaadalah sistemsimbol ujaran yang arbitrer yang digunakan oleh manusia untukberkomunikasi.

Masih banyak lagi definisi lain yang tidak disebutkan disini. Dari sudut redaksi onal memang definisi-definis iituberagam. Keragaman definisi ini tidak berarti bahwa bahasaadalah sebagai sesuatu yang tidak jelas. Justru keragamantersebut akan semakin memperjelas hakikat bahasa karena ada

keragaman tinjauan. Dari berbagai definisi itu dapat diambilkesimpulan bahwa hakikat bahasa itu sistematik (bersistem),arbitrer (manasuka), ujaran (berupa ucapan), simbol (terdiri ataslambang-lambang), manusiawi (diproduksi dan digunakan olehmanusia), alat komunikasi, dan satu lagi dapat ditambahkanbahwa bahasa itu mengacu kepada obyek baik dirinya maupun luardirinya. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

2.1.2 SistematikSistem berarti bahwa sesuatu itu, terdiri atas unsur

teratur yang saling berhubungan secara baik. Sistematikberarti teratur, karena diatur oleh sistem, yaitu aturan ataupola. Pada setiap bahasa aturan ini bisa terlihat dalam duahal yaitu: (1) sistem bunyi dan (2) sistem makna.

Sistematika bahasa terlihat juga dalam level morfologis.Umpanya saja dalam bahasa Indonesia awalan me- dapatberkombinasi dengan akhiran –kandan –I seperti menjadikan danmembubuhi, tapi kita tidak bias mengombinasikannya “termejadi”karena awal anter- dan me- tidak bias digabungkan dengan katajadi seperti itu. Huruf ya pada kata kerja “yanshuru”dalambahasa Arab adalah awalan kata kerja mudhari’(sekarang/akan datang). Huruf itu tidak bias dimasukkan kedalam kata kerja madhi, misalnya (yanasharaf, yanashharta,

yanashharti, yanashhartu) yang memiliki arti khusus. Jadi padaي$kata yanshuru adalah sistem yang tidak bias digunakan dengansembarangan. Ini menunjukan bahwa penggabungan awalan ituberaturan (bersistem) tidak asal gabung.

2.1.3Arbitrer (Manasuka)Manasuka berarti seenaknya, asal bunyi, mana saja yang

disukai. Arbitrar artinya dipilih secara acak tanpa alasan.Ringkasnya, manasuka tidak ada hubungan logis dengan kata-katasebagai simbol (al-ramz) dengan yang disimbolkannya (al-marmuz).

Contoh manasuka tersebut terbukti antara bunyi-bunyi ataurangkaian bunyi-bunyi dengan makna yang dikandungnya. Mengapabahan bakars epeda motor itu kita sebab bensin tidak kecap.

Binatang tertentu di Indonesia disebut anjing, di Inggris dog, diArab Kalbun, di Madrid perro.

Demikian halnya dalam bidang sintaksis. Kita ambil contohkalimat berikut:

Saya bersyukur atas keberhasilannya.

1 2 3 4

Mengapa justru urutan 1, 2, 3 dan 4 yang di setujui danyang sesuai dengan bahasa setiap penutur Indonesia. Di sinitidak ada alasan lagi yang dapat diberikanlagi. Jawabannya:sudah begitulah susunannya, begitulah maunya. Itulah yangdisebut manasuka. Memang betul ada beberapa kosakata tertentuyang sesuai dengan sifat-sifat bendanya seperti menggelegar,berkokok, mencicit dans ebagainya, tapi fenomena itu hanyasebagian kecil saja dari keseluruhan kosakata dalam bahasa.

Tadinya memang begitulah setiap bunyi-bunyi itum anasuka,tapi Karena bahasa itu kekayaan social maka yang manasuka tadidisetujui pemakaiannya oleh masyarakat penutur bahasa. Bilasudah menjadi kebiasaan maka yang manasuka tadi menjadiperaturan yang tetap, menjadi suatu sistem.

2.1.4 Ujaran (Ucapan)Bahasa itu ujaran berarti bahwa media bahasa yang

terpenting adalah dengan bunyi-bunyi, bagimanapun sempurna danmodernnya media tulisan. Kita bisa berbicara tanpa menulis,tapi kita tidak bias menulis tanpa berbicara (pada dirisendiri paling tidak). Semua bukti-bukti penyelidikan sejakzaman dahulu sampai dengan detik ini zaman ruang angkasa tetapsaja tebukti bahwa ujaran lah bahasa yang sesungguhnya.

Kenyataan bahwa bahasa itu ujaran, memaksa para linguisuntuk menyelidiki organ-organ ujaran dan menganalisis bunyi-bunyi yang dihasilkannya, hingga terbentuklah cabanglinguistik yang mempelajari bidang ini, yaitu Fonetik danFonologi.

2.1.5 SimbolAda perbedaan konseptual antara simbol dengan tanda.

Menurut Alwasilah (1990:79) simbol mengacu kepada sesuatuobyek dan hubungan antara simbol dengan obyek itu bersifatmanasuka, sedangkan hubungan tanda dengan acuannya tidakmanasuka. Simbol adalah sejenis tanda juga, namun tidak semuatanda adalah simbol. Anggukan kepala bersifat manasuka jadiini simbol. Menangis tanda sedih, merah muka tanda malu, pucattanda ketakutan. Tanda-tanda ini disebabkan suasana emosionaljadi bukan manasuka.

Simbol bisa terbuat dari bunyi seperti ujaran kita,simbol bisa juga berbentuk tulisan dari tinta di atas kertas.Awan tanda akan turun hujan, sedangkan kata hujan di ataskertas ini tidak basah sedikit pun; karena tulisan hujanhanyalah simbol.

Bahasa sebagai simbol mampu mengacu kepada segala pusparagam obyek, kejadian, hubungan antara obyek dan kejadiantadi.

2.1.6 ManusiawiBahasa itu manusiawi dalam pengertian bahwa apa-apa yang

sudah kita bicarakan di muka (sistem, manasuka, ujaran,simbol) dan komunikasi itu adalah suatu kekayaan yang hanyadimiliki umat manusia. Ringkasnya bahwa manusialah yangberbahasa sedangkan hewan-hewan lain tidak berbahasa.Keistimewaan bahasa manusia akan semakin terasa kalau kitamembandingkannya dengan komunikasi binatang. Hal ini bisa kitatelusuri dari sejarah evolusi manusia dan evolusi bahasa-nya.Ahli-ahli biologi pun membuktikan bahwa sistem komunikasibinatang itu sama sekali tidak mengenal ciri ganda bahasamanusia yaitu sistem bunyi dan makna.

Kita pun bisa semakin menyetujui hal ini kalau kitamelihat definisi manusia yang sudah lama tertulis dalamliteratur-literatur ilmu, yaitu yang mengapakan bahwa manusiaitu homo loquens, hewan yang mempunyai kemampuan berbahasa.Kalau manusia itu hewan yang berbahasa sedangkan bahasa adalahseperangkat kalimat-kalimat yang lazim, sedangkan kalimat

lazim dibedakan dari yang tidak lazim dengan tatabahasa makakesimpulannya manusia itu adalah homo grammaticus adalah hewanyang bertata bahasa.

2.1.7 Alat komunikasiKunci terakhir untuk membuka hakikat bahasa adalah

komunikasi. Fungsi terpenting dari bahasa adalah alatkomunikasi dan interaksi. Bahasa berfungsi sebagai lem perekatdalam menyatupadukan keluarga, masyarakat dan bangsa dalamkegiatan sosialisasi.

Komunikasi dengan ujaran mungkin wujudnya berupa kalimatpernyataan: “saya mau main kecapi.” Kalimat bertanya: “apakahkau suka rujak?”, kalimat tanda setuju:”okelah,” tidak setuju:”ah masa! Atau menyatakan perasaan atau sikap ter-hadapsesuatu, seperti kata Jhon Lennon tahun 1966, “The Beatleslebih tenar daripada Yesus Kristus”, yang nyaris menghancurkandirinya dan kelompoknya. Gara-gara ceplas-ceplosnya ini orang-orang Amerika mengutuknya bahkan membakar rekamannya,sedangkan di Eropa ketenaran The Beatles tiba-tiba sedikitanjlok Brian epstein sang manager cepat bertindak sebagai juruselamat, menyuruh Lennon menyatakan penyesalan dan memintamaaf atas nama The Beatles.

Apa yang ingin ditarik dari contoh The Beatles ini ialahbahwa ujaran seseorang itu akan mendapatkan respon atau tindakbalas dari pihak penanggap tutur dengan bermacam-macam balastindakan.

2.1.8 Mengacu pada obyekBahasa itu mengacu pada obyek tertentu baik pada obyek di

luar dirinya maupun pada dirinya sendiri. Contoh-contoh yangtelah dijelaskan tersebut me-nunjukan bahwa bahasa mengacupada obyek diluar dirinya dalam arti bahwa bahasa itu memilikisesuatu yang dipersoalkan di luar dirinya, yaitu semuafenomena yang terjadi pada lingkungan tempat bahasa itu ada.Selain itu, bahasa itu bisa mengacu atau memantul pada bahasaitu sendiri. Sesuatu bahasa baru disebut bahasa bila ia mampudipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri. Bedug memiliki

bunyi tersendiri jika dipukul. Contoh lain anjing mempunyaibunyi-bunyi sendiri sewaktu berkumpul dengan anjing lainnya.Tapi bunyi bedug tidak bisa menganalisis bunyi bedug itu.demikian juga gonggongan anjing tidak bisa dipakai untukmenganalisis gonggongan itu. manusia demikian hebatnya bisaberbicara tentang bicaranya; jadi ujaran sebagai obyek ujaran.Inilah yang disebut oleh ahli linguistik adalah meta-languageyaitu bahasa bisa dipakai untuk membicarakan bahasa(Ba’labaki, 1990)

2.2 FUNGSI BAHASADalam tataran kiprah manusiawi bahasa memiliki fungsi

yang tak ternilai. Segala kegiatan yang dilakukan oleh manusiatak terlepas dari fungsi-fungsi bahasa. Pada awalnya bahasamemang tidak begitu berperan dalam menbangun kehidupan, karenamasih dianggap sebagai pelengkap hidup. Namun sejalan denganperkem-bangan kemajuan peradaban manusia, ia menjadi salahsatu penentu arah kehidupan. Ia dapat digunakan untuk berbagaikepentingan, mulai dari hal-hal yang sifatnya sederhana danpribadi sampai kepada hal-hal yang kompleks dan menyangkuthajat hidup orang banyak.

Beberapa fungsi bahasa dalam kehidupan manusia antaralain:

2.2.1 Bahasa adalah alat berpikirSebuah gagasan atau ide timbul dalam pikiran belum

merupakan bahasa karena belum mempunyai bentuk tertentu.Tetapi, ketika gagasan itu sudah dituangkan dan diatur urutanunsur-unsurnya dalam bentuk kata atau kalimat yang diucapkandengan lisan atau dicatat dengan simbol-simbol (tulisan)gagasan itu berubah menjadi bahasa karena ia sudah mempunyaibentuk yang terwujud.

2.2.2 Bahasa alat untuk memenuhi kebutuhan dasarSemua manusia memiliki kebutuhan dasar hidup baik sebagai

individu mau-pun sosial. Kebutuhan dasar seperti makan, minum,tidur, dan sebagainya tidak bisa ditunda-tunda sebab

menyangkut kelangsungan hidupnya untuk memenuhinya tidak bisabekerja sendirian tetapi memerlukan bantuan manusia lain. padasaat yang sama ia perlu menggunakan bahasa sebagai alat untukmengutarakan maksudnya.

2.2.3 Bahasa alat untuk berekspresiBahasa digunakan orang untuk menyatakan atau

mengekspresikan perasaan, emosi, harapan, keinginan, cita-cita, dan pikiran seseorang. Sebaliknya, bahasa juga menjadialat untuk mengerti dan menghayati perasaan, harapan,keinginan, dan pikiran orang lain.

2.2.4 Bahasa media penghubung antar kelompokBahasa merupakan alat komunikasi seseorang dengan orang

lain dan menjadi media penghubung antara masyarakat suatubangsa satu dan bangsa lainnya. Dalam hal ini bahasa merupakansalah satu faktor terpenting yang dapat mempererat hubungandan menciptakan saling pengertian antar bangsa. Dalam hal inibahasa juga adalah alat untuk meyakinkan orang lain ataumempengaruhi sekelompok orang atau masyarakat, baik melaluiforum formal maupun tidak formal.

2.2.5 Bahasa salah satu simbol agamaTak bisa dipungkiri bahwa bahasa sangat erat kaitannya

dengan agama. Sebab bagaimana pun, pesan-pesan Tuha harusdisampaikan melalui bahasa yang dapat di-pahami oleh manusiayang melaksanakan agama itu. misalnya, bahasa Ibrani menjadialat publikasi bagi agama Yahudi; bahasa Latin menjadipropaganda bagi agama Katholik Roma; bahasa Inggris menjadipropagasi bagi kebanyakan Kristen Protestanis; bahasa Yunanidan Slavia menjadi alat misi bagi Gereja-gereja Kristen Timur;bahasa Sanskerta menjadi alat bagi agama. Budha dan Hindu; danBahasa Arab menjadi alat Dakwah bagi Agama Islam.

2.2.6 Bahasa pendukung utama pengetahuanTidak ada satu pengetahuan pun yang disampaikan dengan

efisien selain lewat media bahasa. Sebagian besar bidangpengajaran menjadikan bahasa sebagai alat ter-penting danmutlak diperlukan. Karya besar umat manusia dalam bidang

sains, tek-nologi, seni, dan sebagainya akan mudah dipahamioleh masyarakat dengan bahasa.

2.2.7 Bahasa alat pemersatuBangsa yang dibangun oleh kelompok masyarakat yang

berbeda, baik dalam Ras Etnis, agama, dan sosial ekonomi hanyadapat bersatu dan kompak jika diikat dan dijalin oleh kesatuanbahasa. Misalnya, bahasa Indonesia adalah bahasa persatuanbangsa Indonesia. Dalam hal ini, muncullah apa yang disebutbahasa Internasional, suatu bahasa yang bisa digunakan olehmasyarakat dunia dalam menbangun kehidupan makro. Dalam skalamakro, bahasa dapat mempersatukan umat manusia di dunia,setidaknya dalam tataran komunikasi lahir.

2.2.8 Bahasa alat politikSalah satu kecenderungan umat manusia adalah mencari

kekuasaan atas manusia lain. kekuasaan ini senantiasa dicaridengan berbagai cara yang kadang-kadang menciptakan nuansapersaingan. Persaingan-persaingan ini dalam konteks ter-tentubisa memunculkan gerakan subfersiv untuk mempropagandakankepentingan-kepentingannya. Dalam konteks kekinian, misalnya,muncul gerakan inteligent guna melemahkan atau menghancurkankekuatan lawan. Dalam hal-hal tertentu. Bahasa dapat berfungsilebih efektif daripada senjata lainnya.

2.3.Rumpun bahasa 

Rumpun bahasa adalah sekumpulan bahasa-bahasa yangmempunyai perintis yang sama yaitu bahasa purba dari rumpuntersebut.

Seperti halnya rumpun biologis, bukti akan keterhubunganantara bahasa-bahasa serumpun dapat diamati dari karakteristikbahasa-bahasa tersebut. Sebuah rumpun bahasa yang dapatdiidentifikasi dengan tepat adalah sebuah ke-satuan filogenetis yang berarti bahwa semua dari anggotarumpun bahasa tersebut diturunkan dari sebuah perintis dansemua bahasa turunannya dimasukkan ke dalam rumpun tersebut.Sebagian besar bahasa-bahasa di bumi adalah anggota darisebuah rumpun bahasa, namun demikian ada juga bahasa-bahasa

(seperti bahasa isolat yang keterhubungannya dengan bahasalain tidak diketahui atau dipertentangkan.

Konsep akan rumpun bahasa didasarkan dari anggapan bahwaseiring dengan berjalannya waktu sebuah bahasa akan perlahan-lahan pecah menjadi bermacam-macam logat yang masing-masingpada akhirnya menjadi sebuah bahasa baru. Namun, persilsilahanbahasa lebih kabur daripada persilsilahan biologis karenabahasa dapat lebih mudah bercampur (baik karena kontak bahasa,penaklukan, atau perdagangan) sedangkan spesies biologisumumnya tidak dapat bersilang seperti itu. Pada kasus bahasakreol dan bahasa campuran lainnya perintis dari bahasatersebut berjumlah lebih dari satu. Namun kasus seperti inibukanlah mayoritas dan kebanyak-kan bahasa yang ada di bumidapat digolongkan secara jelas.

2.3.1. Rumpun Bahasa SemitBahasa Semit merupakan sebuah kelompok bahasa yang

dipertuturkan oleh lebih dari 200 juta jiwa, terutama di TimurTengah, Afrika Utara dan Afrika Timur. Rumpun ini merupakancabang dari rumpun Timur Laut bahasa Afro/Asia dan me-rupakansatu-satunya cabang yang juga dipertuturkan di Asia.

Bahasa Semit yang paling luas dan paling banyakdipertuturkan adalah bahasa Arab (206 juta), bahasa Amhar(27juta), bahasa Ibrani (7 juta), dan bahasa Tigrinya (6,8juta). Bahasa-bahasa Semit termasuk bahasa-bahasa yang sudahawal dirtuliskan dengan bahasa Akkadia pada awal Milleniumketiga SM.

Kata Semit berasal dari bahasa Latin “Semita” atau“Sheem”, yang berarti sam/sem/syam. Sam adalah salah satu daritiga anak nabi Nuh. Kata Semit (Latin: Semiticus, Inggris:Semitic) digunakan sebagai nama rumpun bahasa sejak tahun 1813.Istilah ini sebenarnya secara Etimologis salah satu daribeberapa segi. Biar bagaimana pun nama ini sudah diterimasebagai nama baku.

2.3.2. Bahasa Perintis

Perintis dari sebuah rumpun bahasa, yaitu bahasa purba,jarang kali dapat di-ketahui secara langsung karena kebanyakanbahasa mempunyai sejarah tercatat yang cukup pendek. Namundimungkinkan untuk mereka bahasa purba tersebut denganmelakukan metode perbandingan, sebuah metode rekonstruksi yangpertama kali dilakukan pada abad ke sembilan belas olehseorang ahli bahasa August Schleiceher. Sebagai contoh sebuahrekaan adalah bahasa Indo-Eropa purba yang dituturkan padazaman ketika tulisan belum ditemukan.

Untuk beberapa kasus bahasa perintis dari sebuah rumpunbahasa dituturkan pada saat ketika tulisan sudah mulaidigunakan. Sebuah logat dari bahasa Latin (Latin vulgar)adalah bahasa perintis dari rumpun bahasa Roman. Sebuah logatdari bahasa Norse kuno adalah bahasa perintis dari bahasa-bahasa Jermanik utara.

2.3.3. Pembagian Lebih Lanjut

Sebuah rumpun bahasa dapat dibagi kembali menjadikesatuan filogenetis yang lebih kecil, umumnya disebutsebagai cabang dari rumpun, karena sejarah dari sebuah rumpunbahasa sering kali digambarkan sebagai sebuah diagram pohon.Istilah rumpun namun tidak hanya terbatas pada sebuahtingkatan dari pohon ini. Sebagai contoh rumpun bahasa Indo-Arya adalah sebuah cabang dari rumpun bahasa Indo-Eropa.Beberapa ahli taksonomi membatasi penggunaan istilah rumpun kesebuah tingkatan tertentu namun terdapat sedikit persetujuanakan pembatasan tersebut. Beberapa membagi rantingmenjadi kelompok dan kelompok men-jadi kompleks. Ada jugaistilah adirumpun atau filumyang diajukan untuk meng-gabungkanbeberapa rumpun bahasa yang statusnya sebagai kesatuanfilogenetis tidak didukung dengan metode ilmu sejarah bahasa.

Bahasa yang tidak dapat digolongkan dengan jelas disebutsebagai bahasa isolat. Sebuah bahasa dapat terisolasi menjadisebuah cabangnya sendiri di dalam sebuah rumpun bahasaseperti bahasa Yunani dalam rumpun bahasa Indo-Eropa. Ada juga

bahasa isolat sempurna yang sama sekali tidak berhubungandengan bahasa lain di sekitarnya seperti contohnya bahasaEuskera, kesamaan yang dimilikinya dengan bahasa sekitarnyaseperti bahasa Kastelano, bahasa Oksitan dan bahasa Peran-cis adalah karena pengaruh dan percampuran.

Hubungan antara rumpun bahasa sering kali digunakanoleh antropologis bersamaan dengan bukti DNA dan fosil untukmerekonstruksi migrasi manusia dan kejadian prasejarah lainnyaseperti penyebaran kegiatan bercocok tanam.

2.4 Perubahan Dalam Berbahasa

Perubahan bahasa (Bahasa Inggris: language change) adalahproses perubahan yang terjadi dalam elemen kebahasaan seiringberjalannya waktu. Perubahan bahasa merupakan sub disiplinilmu dari Linguistik Komparatif. Ilmu ini berbicara mengenaiproses perkembangan bahasa dari awal mula keberadaannya hinggakondisinya saat ini, serta mekanisme yang terlibat didalamnya. Sifat dari pengkajian perubahan bahasa adalahbergerak dari masa lampau ke masa kini.

2.4.1 Sifat Dasar Perubahan BahasaPerubahan bahasa pada dasarnya adalah alami, normal, dan

tak terhindar-kan. Namun, para ahli linguistik lainnyaberpendapat bahwa perubahan dalam bahasa merupakan pertandakemerosotan. Sebuah kasus pergeseran makna seman-tikal pernahdilakukan Jimmy Carter, seorang presiden Amerika, yang meng-gunakan kata flaunt yang berarti “berlagak” yang serharusnyaflout “menghina” dalam pidatonya. Kasus ini merupakan buktidari pergeseran makna dan peng-hilangan kosakata.

2.4.2 Teori Penyebab Perubahan Bahasa

A. Penyebab internal

1) Transmisi intergenerasi

Teori ini menjelaskan bahwa perubahan bahasa dikarenakanketidak-sempurnaan transmisi perolehan bahasa ibu olehgenerasi berikutnya. Dengan kata lain, anak-anak, ketika

melakukan akuisisi bahasa pertamanya cenderung melakukanpenyimpangan, dan bentuk penyimpangan-penyimpangan tersebutmempengaruhi proses berbahasa dan mengakibatkan perubahanbahasa.

2) Variasi

Teori ini menjelaskan bahwa masyarakat lah yang menyebabkanperubahan bahasa melalui komunikasi atau pembicaraan sehari-hari. Selanjutnya, interaksi sosial dalam komunitas masyarakatdapat memberikan perubahan bahasa dengan inovasi terbaru dalamelemen bahasa. Agar terjadi perubahan bahasa, inovasi katatersebut terlebih dahulu diadopsi dan digunakan oleh paraanggota suatu komunitas.

3) Teleologi

Teleologi artinya perubahan bahasa terjadi karena penuturnyamemiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai.Penuturmenggunakan bahasa sesuai dengan target yang ia inginkan,sehingga ia merubah beberapa elemen bahasa.

4) Ekonomisasi

Ekonomisasi adalah teori perubahan dalam bahasa terjadi karenatujuan mem-permudah pengucapan dan mengurangi energi yangdikeluarkan dalam mengungkap-kan kata-kata tersebut.

B. Penyebab eksternal

Penyebab eksternal adalah penyebab perubahan bahasa darikontak antara dua orang atau kelompok dengan dialek ataubahasa yang berbeda. Terdapat dua teori mengenai perubahansecara eksternal yaitu perubahan karena kelompok minoritas danpenyederhanaan bahasa. Pertama, perubahan terbentuk darikelompok minoritas atau substrata yang mempengaruhi elemenbahasa kelompok mayoritas.Kedua, perubahan terjadi karenapenyederhanaan bahasa antara dua orang dari dialek dan bahasayang berbeda. Hal itu terjadi karena kesulitan yang dialamiketika menyesuaikan diri dengan bahasa asing lain.

2.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Bahasa Arab

Sebagian ahli bahasa membagi bahasa dari aspekkemunculannya menjadi: Bahasa Samiyah (Semit); mencakup bahasaArab, Ibrani, Sumeria, Kaldea, Habsyi (Ethiopia), Assyria,Babilonia, Punisia, Hamiri, dan Nabthea. Bahasa Ariya;mencakup bahasa Hindu kuno Sansekerta (termasuk turunannyaadalah: bahasa Persia Kuno, bahasa Latin dan Jerman) danderivatnya yang merupakan bahasa modern, yaitu bahasa Inggris,Jerman, Prancis, Italia, dan Spanyol. Dan Bahasa Thurani(Mesir kuno); Turki, Hongaria, Tartar, dan Mongolia.

Ahli bahasa lainnya membagi bahasa dari aspek susunannyamenjadi: 1) Bahasa ahadi, tersusun dari satu suku kata(maqtha), seperti bahasa Cina. Setiap makna dan kata mempunyaisatu suku kata yang tidak berubah-ubah; 2) Bahasa mazji,lafadz-lafadz dalam bahasa ini tersusun dari dua kata.

Yang pertama menunjukkan kepada makna pokok. Yang keduamenunjukkan kepada makna yang menerangkan makna pokok, sepertipelaku, zaman (waktu), atau tempat.

Contohnya bahasa Turki dan bahasa Jepang; 3) Bahasamutasharifah, yaitu bahasa yang kata dasarnya bisa berubah-ubah menjadi bentuk kata yang bermacam-macam. Setiap bentukkata itu menunjukkan terhadap suatu makna yang tidakditunjukkan oleh kata yang lainnya (berbeda-beda). Sepertibahasa Arab, Ibrani, dan Sumeria. Namun demikian, bahasa Arabmemiliki keistimewaan karena keberadaannya sebagai bahasa yangmemiliki isytiqâq dan i’rab secara bersamaan. Selanjutnyabahasa Arab mengalami perkembangan yang terdiri dari beberapapriode, antara lain:

Priode Jahiliyah, munculnya standarisari nilai-nilaipembentukan bahasa Arab fusha, dengan adanya beberapa kegiatanyang telah menjadi tradisi masyarakat Makah, berupa festivalsyair-syair Arab di pasar Ukaz, Majanah, Zul Majah, sehinggamendorong tersiar dan meluasnya bahasa Arab, yang pada

akhirnya kegiatan tersebut dapat membentuk stsndarisasi bahasaArab fusha dan kesusasteraannya.

Periode Permulaan Islam, turunnya al-Quran dengan membawakosa-kata baru dengan jumlah luar biasa banyaknya menjadikanbahasa Arab sebagai bahasa yang sempurma baik dalam kosa-kata,makna, gramatikal dan ilmu lainnya. Hingga perluasan wilayah-wilayah kekuasaan Islam sampai berdirinya Daulah Umayah.Setelah ber-kembang kekuasaan Islam, orang-orang Islam Arabpindah ke negeri baru, sampai masa Khulafa ar-Rasyidin.

Priode Bani Umayah, terjadinya percampuran orang-orangArab dengan penduduk asli akibat logis dari perluasan wilayahIslam. Adanya upaya-upaya orang Arab untuk menyebarkan bahasaArab ke wilayah melalui akspansi yang beradab. MelakukanArabisasi dalam berbagai kehidupan, sehingga penduduk aslimempelajari bahasa Arab sebagai bahasa agama dan pergaulan.

Priode Bani Abasiyah, pemerintahan Abasiyah berprinsipbahwa kejayaan pemerintahannya sangat tergantung kepadakemajuan agama Islam dan bahasa Arab, kemajuan agama Islamdipertahankan dengan melakukan pembedahan Al-Quran terhadapcabang-cabang disiplin ilmu pengetahuan baik ilmu agamaataupun ilmu pengetahuan lainnya. Bahasa Arab Badwi yangbersifat alamiah ini tetap dipertahankan dan dipandang sebagaibahasa yang bermutu tinggi dan murni, yang harus dikuasai olehpara keturunan Bani Abbas. Pada abad ke-4 H bahasa Arab fushamenjadi bahasa tulisan untuk keperluan administrasi,kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan bahas Arab mulai dipelajarimelalui buku-buku, sehingga bahasa fusha berkembang danmeluas.

Priode Sesudah Abad ke-5 H, bahasa Arab tidak lagimenjadi bahasa politik dan administrasi pemerintahan, tetapihanya menjadi bahasa agama. Hal ini terjadi setelah dunia Arabterpecah dan diperintah oleh penguasa politik non Arab (BaniSaljuk), yang mendeklarasikan bahasa Persia sebagai bahasaresmi negara Islam dibagian timur, sementara Turki Usmani(Khilafah Ustmani) yang menguasai dunia Arab yang lainnya,

malah mendeklarasikan bahwa bahasa Turki sebagai bahasaadministrasi pemerintahan. Sejak saat itu sampai abad ke7 Hbahasa Arab semakin terdesak.

Periode bahasa Arab di zaman baru, kebangkitan bahasaArab yang dilandasi dengan upaya pengembangan oleh kaumintelektual Mesir. Dengan ciri-ciri:

1. Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar disekolah dan ketikaperkuliahan;

2. Munculnya gerakan menghidupkan warisan budaya lama danmenghidupkan penggunaan kosakata asli dari bahasa fusha;

3. Adanya gerakan yang mendorang penerbitan dan percetakandinegara-negara Arab, juga mencetak kembali buku-bukusastra Arab dari segala zaman dalam jumlah massif,begitupun penerbitan buku-buku dan berbagai kamus bahasaArab.

Para intelektual melakukan counter terhadap pendapat yangmenyerang bahasa Arab, hal tersebut terindikasi dengan: 1)Adanya usaha-usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Arabseperti pendirian Majma’ al-Lughah al-Arabiyyah pada tahun1934 M di Mesir, lembaga tersebut bertujuan memeliharakeutuhan dan kemurnian bahasa fusha dan melakukan usaha-usahapengembangan, agar menjadi bahasa yang dinamis, maju dan mampumemenuhi tuntutan kemajuan dunia ilmu pengetahuan, teknologidan budaya; 2) Mendirikan lembaga pendidikan, khususnyapengajaran bahasa Arab seperti Al-Azhar jurusan bahasa Arab.Perhatian bangsa Arab tidak hanya terjadi di Mesir tetapiterjadi pula di negara Arab lainnya.

KELOMPOK 4

PENGARUH BAHASA ARAB DALAM BAHASA INDONESIA

(BUNYI, KOSAKATA, SINTAKSIS, SEMANTIK)

2.1 Pengaruh Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia Sebagaimana telah diketahui secara umum, bahasa Indonesia

diangkat dari bahasa Melayu yang digunakan oleh sebagian besarorang di wilayah Nusantara. Pada abad pertengahan, Nusantara

merupakan pusat perdagangan internasional yang menarik banyakperhatian orang-orang dari penjuru dunia. Sebagai akibatnya,pedagang dari Persia, Turki, Eropa, dan Arab datang ke sanadan berinteraksi dengan penduduk Nusantara. Di antara mereka,bangsa Arab merupakan yang paling banyak mempengaruhi bahasaMelayu melalui bahasa Arabnya.

Ketika bangsa Arab datang ke Nusantara, mereka tidakhanya membawa barang dagangan, namun juga agama bernama Islam.Agama tersebut menarik perhatian banyak penduduk Nusantarakarena membebaskan mereka dari sistem kasta yang dianut olehsebagian besar agama di Nusantara pada waktu itu, sehinggaAgama Islam dapat menyebar dengan cepat. Agama Islam punmenyebar semakin cepat dengan banyaknya kerajaan baru yangdidirikan atas dasar Islam, seperti Kerajaan Demak.

Agama Islam mewajibkan seluruh penganutnya untuk memahamibahasa Arab karena seluruh ibadah mereka dilakukan menggunakanbahasa tersebut. Hal ini menyebabkan banyak kerajaan Islamyang menggunakan bahasa Arab untuk mengukir prasastinyaataupun naskah-naskahnya. Oleh sebab itu, semakin banyaknyapenganut Agama Islam di Nusantara, juga berarti semakinmenyebarnya bahasa Arab di kalangan penduduk Nusantara.

Penyebaran bahasa Arab yang begitu cepat memungkinkanterjadinya asimilasi antara bahasa Arab dan bahasa Melayu.Terdapat sejumlah besar kata-kata Arab yang digunakan dalamkehidupan sehari-hari dan dimasukkan dalam kalimat bahasaMelayu. Sebagian besar kata-kata Arab yang digunakan olehpenduduk adalah kata-kata untuk mengekspresikan perasaan ke-Tuhanan. Kata-kata seperti Subhanallah, Masya Allah, atauInsya Allah digunakan bersamaan dengan bahasa Melayu seolah-olah tidak ada yang aneh.

Namun, kata-kata dari bahasa Arab yang digunakan dalambahasa Melayu tersebut terkadang mengalami perubahan semantik(secara arti) dan fonologis (secara bunyi). Kata-kata yangmengalami perubahan Semantik adalah:

Dalam bhs ArabMaksudnya

Dalam bhs Melayu Maksudnya

Lazim Harus BiasaMasgul Sibuk KecewaAmal Perbuatan (baik maupun

jahat)Perbuatan baik

Kalimat Perkataan Susunan kataTabib Dokter Dukun

Sedangkan kata-kata yang mengalami perubahan fonologisumumnya disebabkan oleh penyesuaian dengan cara pengucapanpenduduk Nusantara, seperti

Bahasa Arab Bahasa MelayuMumkin MungkinMutaalah MentelaahMinbar MimbarKhalaik Khalayak

Pada akhirnya, bahasa Melayu diangkat sebagai bahasanasional Republik Indonesia dengan masih menyertakan kata-katayang berasal dari bahasa Arab. Dapat disimpulkan bahwa bahasaArab memiliki peran besar memperkaya perbendaharaan katabahasa Indonesia hingga sekarang. Berkat bahasa Arab, bahasaIndonesia dapat menjadi bahasa yang hidup dan representatifserta memenuhi fungsinya sebagai bahasa nasional.

2.1.1 Bunyi dan SemantikDalam bahasa Arab kata-kata dibagi menjadi tigakategori

1. ism (kata benda)2. fi’il (kata kerja)

3. harf (partikel, termasuk didalam kata depan, kata tambah,kata seru dan kata penghubung).

Pada umumnya kata yang dipinjam dalam bahasa Indonesiaadalah kata benda. Menurut Arnold, kata-kata Arab yang dalambahasa Eropa pun kebanyakan berupa kata benda. Kata kerjayang masuk dalam bahasa Indonesia sangat sedikit, yaitukata-kata: yakni, kutip, nukil, hafal, batal.

Adapun katabenda yang kita pinjam itu berasal dariberbagai bentuk. Yang akan dikemukakan dibawah ini hanyalahbentuk frekuensinya:

1. Bentuk masdar (infinitif): musyawarah,mufakat,itikad,ikrar dll.

2. Bentuk participum activum: akil, balig, hamil, mukmin,hadir, mungkin dll.

3. Bentuk participun passivum: masgul,mashurmakbul,musabab,makhluk dll.

4. kata benda yang pembentukannya bukan karena tarrif;kerabat, amal, hal, martabat,syak.

Selain itu perlu diketengahkan juga bahwa kata-katapinjaman itu ada yang mengalami perubahan-perubahan semantik(yang menyangkut arti,makna) atau perubahan fonologis(yangmenyangkut bunyi atau ucapan kata-kata yang mengalamiperubahan semantik adalah:

Kata:              BahasaArab                                      Bahasa Indonesia

Lazim              Harus                                                   biasa

Masgul            sibuk (bahasajawa)                             kecewa

Amal               perbuatan                                            perbuatan baik (inbonam partem)

Nasib              untung                                                 untungburuk

Kalimat          perkataan                                             kalimat(susunan kalimat)

Kuliah            fakultas                                               matakuliah

Tabib              dokter                                                  dukun

Kata-kata yang mengalami perubahan fonologis disebabkanbeberapa peristiwa:

1. Dengan menanggalkan bunyi tekak (hamza) yang terdapatpada akhir kata; misalnya: bina, rela, ulama, wudu,ambia, dan latin sebagainya.

2. Disesuaikan dengan daerah artikulasi atau hukum.

Kelompok konsonan kata Indonesia, misalnya:

Arab                           Indonesia

Mumkin                       mungkin

Mutalah                       mentelaah

Minbar                         mimbar

Jumlah                         jumblah (sering-sering)

Masyur                        mashur

Perubahan bunyi karena kekeliruan ucapan sewaktu ditulis dalambahasa melayu, misalnya:

Arab               Indonesia

Jadwal             jadwal, judul

Ta’aluk            takluk

Atau karena huruf yang tertinggal, misalnya:

Arab               Indonesia

Khalik             khalayak

Laik                 layak

Muwafakat      mufakat

Perlu ditambahkan disini ada sementara kata benda yangkemudian diberi berfungsi juga sebagai kata penghubung, kata-kata itu ialah: sebab,berkat,waktu, saat, dan hal. Kecualibahasa Arab mengenal tiga macam kasus yaitu nominatif,akusatif dan genetif. Diantara tanda-tanda itu ada yang nampakpada kata pindah jaman atau ungkapan, misalnya: hadirin,(akusatif/genetif), ya rabba ‘l alamin(rabba=akusatif), ammaba’du( nominatif) kasus akusatif terdapat juga pada nama-namaorang misalnya: wardan, hudan, burdan, jam’am, jaldan dan lainsebagainya.

2.1.2 KosakataMenurut Worf (dalam Carroll, 1956:125-133) leksem adalah

kata atau pangkal kata yang menjadi item kosakata yangberbentuk abstrak dari kata. Keabstrakan ini dikarenakanleksem direalisasikan oleh kata. Konsep ini sejalan denganpendapat Mathews (1978:21) yang mengatakan bahwa leksem adalahsuatu unit leksikon yang abstraks. Leksem menurut Kridalaksana(1988:52) yakni satuan abstrak yang menjadi unit dasar darileksikon. Menurut Katamba (1993:17) leksem adalah daftarkosakata yang terdaftar di dalam kamus. Leksem ini berperansebagai input dalam proses morfologis atau bahan baku prosestersebut. Jadi leksem dapat dipahami sebagai unit-unit dasar

dan terkecil yang bermakna dari leksikon yang menjadi inputdalam proses morfologis. Konsep leksem dalam penelitian inimengacu pada kata atau frasa yang merupakan satuan yangbermakna yang didaftar di bawah entri kamus secara terpisah(Lyons, 1977:23).

Sirait (2007) mendeskripsikan kosakata baru yangditemukan dalam koran Kompas, dengan skripsinya yang berjudul“Kosakata Baru Bahasa Indonesia dalam Koran Kompas Tahun2006”. Dalam skripsinya, ia mengklasifikasikan kosakata barutersebut berdasarkan proses pembentukan kata. Ia berpendapatbahwa selain kata dasar, kata berafiks, kata ulang,kependekan, dan kata majemuk, ditemukan juga kata-kata yangyang berupa variasi dari kata-kata yang ada di dalam kamus,seperti holistik dan holistis. Ia juga menemukan terdapat duaasal dari kosakata baru yang ditemukan khususnya pada katadasar, yaitu bahasa asing (Inggris) dan daerah bahasa (Jawa).Pada kata dasar tidak ditemukan kosakata baru dalam bahasaIndonesia. Sebaliknya, pada kependekan yang paling banyakmuncul adalah kependekan dari bahasa Indonesia. 

Kosakata serapan dari bahasa Arab laras keagamaan sudahtidak asing lagi bagi penutur bahasa Indonesia. Kosakatatersebut antara lain seperti taqwa, bertaqwa, iman, beriman,hukum, hukum-hukum, amal, ikhlas, kaum muslim, syariat Islam,dan lain sebagainya. Manakala kata-kata tersebut ditinjau darisegi fonologi, maka kata-kata tersebut memperlihatkan adanyaintegrasi dengan sistem fonologi bahasa Indonesia yang dapatdibandingkan dengan bahasa Arabnya taqwa, iman, yaqin, hukum,‘amal, dan ikhlas. Selain itu, kata-kata tersebut secaramorfologis menunjukkan adanya integrasi dengan sistemmorfologi bahasa Indonesia. Kata-kata serapan itu secaramorfologis dapat diidentifikasi sesuai dengan kategori leksem.Kata taqwa, iman, hukum, amal, ikhlas merupakan leksemtunggal, sedangkan kata bertaqwa, dan beriman merupakan leksemterbagi, sedangkan kaum muslim, syariat Islam merupakan leksempaduan. Oleh karena itu, pembahasan ini menfokuskan padaprosesafiksasi kata verba kata serapan dari bahasa

Arab.Menurut Baroroh (1970:8-9) unsur pinjaman kosakata bahasaIndonesia dari bahasa Arab ada enam, yaitu:

a. Masdar (bentuk infinitif) 

b. Ism fa’il (nomina agentif)

c. Ism maf’ul (nomina objektif)

d. Nomina yang dibentuk bukan karena derivasi

e. Ism zaman (nomina temporal) / ism makan (nominalokatif)

f. Nisbah (bentuk relatif)

Di bawah ini dipaparkan mengenai afiksasi kata verba darikosakata serapan bahasa Indonesia yang berasal dari bahasaArab. 

1. Afiks Me-Kata-kata yang berafiks me- termasuk golongan kata

verbal. Oleh karena itu, afiks me- hanya memiliki satu fungsisaja, yaitu sebagai pembentuk kata verbal. Kata verbal ialahkata yang pada tataran klausa mempenyai kecenderunganmenduduki fungsi prediket, dan pada tataran frasa dapatdinegatifkan dengan kata tidak. Afik me- pada kata verba adabeberpa bentuk, yaitu:

a. me + masdar pola I (bentuk infinitif)Kata yang berafiks me + masdar pola I adalah bentuk kata

yang terdiri atas afiks me- dengan kata-kata berafiksnyaberupa bentuk infinitif berpola I. Di dalam Kamus Besar BahasaIndonesia ditemukan beberapa kata verba yang berbentuk me +masdar pola I. Kata-kata itu antara lain menikah, menyimak,membahas. 

Kata menikah, menyimak, dan membahas merupakan kosakatayang berbentuk serapan padu. Serapan padu menikah, menyimak,dan membahas merupakan serapan padu yang berbentuk leksemterbagi. Serapan ini terdiri atas pangkal berupa leksem

tunggal nikah, simak, dan bahas dan prefiks me-. Leksem nikah,simak, dan bahas ini berasal dari bahasa modelnya NiKaH,SiMa’, BaHS, yang merupakan bentuk infinitif dari verba perfekNaKaHa, SaMi’a, BaHaSa. Proses itu manakala digambarkan tampakpada gambar di bawah ini:

Kata-kata dengan bentuk ini dapat diberi sufiks –i dan -kan. Kata-kata yang berbentuk me + masdar pola I + i,misalnya merahmati, memiliki, mensyukuri, memahami dan kata-kata yang berbentuk me + masdar pola I + kan, misalnyamenghalalkan, menikahkan, memikirkanb. me + masdar selain pola I

Kata yang berafiks me + masdar selain pola I adalahbentuk kata yang terdiri atas afiks me- dengan kata-kataberafiksnya berupa bentuk infinitif selain berpola I. Di dalamKamus Besar Bahasa Indonesia ditemukan beberapa kata verbayang berbentuk me + masdar selain pola I. Kata-kata itu antaralain, menafsirkan, menakdirkan, dan menelaah.

Kata menafsirkan, menakdirkan, dan menelaah merupakankosakata yang berbentuk serapan padu. Serapan padumenafsirkan, menakdirkan, dan menelaah merupakan serapan paduyang berbentuk leksem terbagi. Serapan ini terdiri ataspangkal berupa leksem tunggal tafsir, takdir dan telaah danafiks me-. Leksem tafsir ,takdir, dan telaah ini berasal daribahasa modelnya taFSiR, taKDiR, muTaLa’ah, yang merupakanbentuk infinitif dari verba perfek FaSSaRa,QaDDaRa, TaaLa’a.Proses itu manakala digambarkan tampak pada gambar di bawahini:

Menafsirkan tafsir taFSiR FaSSaRa

menakdirkan takdir taKDiR QaDDaRa

menelaah telaah muTaLa’ah TaaLa’a

c. me + ism fa’il (partisipial aktif)Pungutan kata yang berupa leksem terbagi ada juga yang

berasal dari kata tunggal bahasa Arab yang diturunkan dari

pangkal partisiapial aktif. Ihwal ini mawjud juga pada bentukkata yang berafiks me-. Misalnya, menghasilkan, menghadiri,dan menyakini. 

Kata menghasilkan, menghadiri, dan menyakini merupakankosakata yang berbentuk serapan padu. Serapan padumenghasilkan, menghadiri, dan menyakini merupakan serapan paduyang berbentuk leksem terbagi. Serapan ini terdiri ataspangkal berupa leksem tunggal hasil, hadir, dan yakin danafiks me-. Leksem hasil, hadir, dan yakin ini berasal daribahasa modelnya HaaSiL, HaaDiR, YaaQiN, yang merupakan bentukpartisipial aktif dari verba perfek HaSaLa, HaDaRa, YaQaNa.Kata-kata verba perfek ini mendapatkan infiks /a/ pada hurufpertama sehingga menjadi bentuk partisipial aktif. Proses itumanakala digambarkan tampak pada gambar di bawah ini:

menghasilkan hasil HaaSiL HaSaLa

menghadiri hadir HaaDiR HaDaRa

menyakini yakin YaaQiN YaQaNa

d. me + ism maf’ul (partisipal pasif)Kata serapan dari bahasa Arab ada yang berbentuk leksem

terbagi yang berasal dari kata terbagi bahasa Arab, yakni katayang dibubuhi oleh afiks derivasional. Salah satu bentuk kataterbagi bahasa Arab adalah partisipal pasif. Leksem partisipalpasif ini berasal dari verba imperfek yang terdiri ataspangkal dan prefiks ma-. Misalnya, memaklumi, memaklumkan, danmemaafkan.

Kata memaklumi, memaklumkan, dan memaafkan merupakankosakata yang berbentuk serapan padu. Serapan padu memaklumi,memaklumkan, dan memaafkan merupakan serapan padu yangberbentuk leksem terbagi. Serapan ini terdiri atas pangkalberupa leksem tunggal maklum, dan maaf dan afiks me-. Leksemmaklum dan maaf ini berasal dari kata terbagi dari bahasamodelnya ma’LuwM, ma’Fuw, yang merupakan bentuk partisipialpasif dari verba perfek ‘aLiMa, ‘aFaa. Kata-kata verba perfekini mendapatkan prefiks /ma/ dan infiks /w/ sehingga menjadi

bentuk partisipial pasif. Proses itu manakala digambarkantampak pada gambar di bawah ini:

memaklumi maklum ma’LuwM ‘aLima

memaklumkan maklum ma’LuwM ‘aLiMa

memaafkan maaf ma’Fuw ‘aFaa

e. me + ism adad Kata serapan dari bahasa Arab dalam bahasa Indonesia yang

berbentuk afiks me- ada yang tersusun dengan ism adad. ‘Adadadalah bilangan-bilangan atau angka-angka yang dipakai dalambahasa Arab, sedangkan ma ‘dud adalah benda atau apa saja yangdibilang dengan bilangan-bilangan itu. Penghitungan ‘adaddimulai dari angka satu. ‘Adad itu sendiri ada yang berbentukmuzakkar (maskulin) dan ada yang berbentuk mu’annas(feminism). Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditemukanbeberapa kata verba yang berbentuk me + ism adad. Kata-kataitu antara lain mengawali, mengakhiri. Kata-kata ini merupakankata yang mengalami afiksasi dengan konfiks me-i. 

Proses afiksasi dari kata verba mengawali, mengakhiriadalah sebagai berikut

mengawali awal ‘aWWaL

mengakhiri akhir ‘aKhiR

f. me + verba perfik af’alVerba dalam bahasa Arab itu terdiri atas verba yang

bentuknya tidak mendapatkan afiksasi (terdiri atas tiga huruf,empat huruf) dan verba yang bentuknya mengalami afiksasi.Salah satu bentuk verba lebih dari tiga huruf adalah ‘af’ala.Bentuk ‘af’ala sebuah bentuk verba bahasa Arab yang terdiriatas tiga huruf dengan mendapatkan prefiks /a/. Kata-kata daribentuk verba ini yang diserap dalam bahasa Indonesia adalahbentuk perfiknya. Misalnya, mengakrabi. Proses afiksasinyatampak pada gambar dibawah ini:

mengakrabi akrab ‘aqraba

g. me + jamak (plural) 

Kata pungutan dari bahasa Arab dalam bahasa Indonesia adayang berbentuk plural pada bahasa sumbernya. Plural dalambahasa Arab ada dua, yaitu broken plural dan non broken plural(jamak maskulin dan jamak feminim). Misalnya, mengusulkan,menguburkan.Kata mengusulkan, dan menguburkan merupakan kosakata yangberbentuk serapan padu. Serapan padu mengusulkan, danmenguburkan merupakan serapan padu yang berbentuk leksemterbagi. Serapan ini terdiri atas pangkal berupa leksemtunggal usul, dan kubur dan afiks me-. Leksem usul dan kuburini berasal dari kata terbagi dari bahasa modelnya ‘uSuwL,QuBuwR yang merupakan bentuk broken plural dari verba perfekWaSaLa, QaBaRa. Proses itu manakala digambarkan tampak padagambar di bawah ini:

mengusulkan usul ‘uSuwL WaSaLa

mengkuburkan kubur QuBuwR QaBaRa

Akibat dari pertemuan anatara afiks me- dengan bentukdasarnya yang berasal dari bahasa Arab, timbullah berbagaimakna. Makna yang banyak dijumpai dalam penggunaan bahasaialah: a). menyatakan makna pekerjaan aktif. Misalnya, menyimak, danmenikah.

b). menyatakan makna menjadi seperti keadaan yang tersebutpada bentuk dasar, misalnya, menghalalkan, menaklukkan, danmengharamkan.

c). menyatakan makna memberikan sesuatu yang tersebut padabentuk dasar. Contohnya, menafsirkan, dan menginfakkan.

d). menyatakan makna mengusahakan terwujudnya sesuatu yangdisebut pada bentuk dasar. Misalnya, memanfaatkan, danmemusyawarahkan.

2. Afiks Ber-a. ber + masdar 

Kata yang berafiks ber + masdar adalah bentuk kata yangterdiri atas afiks ber- ditambah dengan infinitif baik berpolaberpola I maupun selain berpola I. Di dalam Kamus Besar BahasaIndonesia ditemukan beberapa kata verba yang berbentuk ber +masdar. Misalnya, beramal, berasal, dan berdakwah.

Kata beramal, berasal, dan berdakwah merupakan kosakatayang berbentuk serapan padu. Serapan padu beramal, berasal,dan berdakwah merupakan serapan padu yang berbentuk leksemterbagi. Serapan ini terdiri atas pangkal berupa leksemtunggal amal, asal dan dakwah dengan afiks ber-. Leksem amal,asal, dan dakwah ini berasal dari bahasa modelnya ‘aMaL, ‘aSL,Da’Wah yang merupakan bentuk infinitif dari verba perfek‘aMaLa, WaSaLa, Da’aWa. Proses itu manakala digambarkan tampakpada gambar di bawah ini:

beramal amal ‘aMaL ‘aMaLa

berasal asal ‘aSL WaSaLa

berdakwah dakwah Da’Wah Da’aWa

b. ber + ism failPungutan kata yang berupa leksem terbagi ada juga yang

berasal dari kata tunggal bahasa Arab yang diturunkan daripangkal partisipial aktif. Ihwal ini mawjud juga pada bentukkata yang berafiks ber-. Misalnya, berhasil, dan bermukim. 

Kata berhasil, dan bermukim merupakan kosakata yangberbentuk serapan padu. Serapan padu berhasil, dan bermukimmerupakan serapan padu yang berbentuk leksem terbagi. Serapanini terdiri atas pangkal berupa leksem tunggal hasil dan mukimdan afiks ber-. Leksem hasil dan mukim ini berasal dari bahasamodelnya HaaSiL, MuQiyM yang merupakan bentuk partisipialaktif dari verba perfek HaSaLa, ‘aQaaMa. Kata verba perfek

HaSaLa mendapatkan infiks /a/ pada huruf pertama dankata‘aQaaMa dirubah ke bentuk imperfeknya, yaitu yuQiMu laludimendapatkan prefiks mu- sehingga menjadi bentuk partisipialaktif. Proses itu manakala digambarkan tampak pada gambar dibawah ini:

berhasil hasil HaaSiL HaSaLa

bermukim mukim muQiyM ‘aQaMa

c. ber + ism maf’ul Kata serapan dari bahasa Arab ada yang berbentuk leksem

terbagi yang berasal dari kata terbagi bahasa Arab, yakni katayang dibubuhi oleh afiks derivasional. Salah satu bentuk kataterbagi bahasa Arab adalah partisipal pasif. Leksem partisipalpasif ini berasal dari verba imperfek yang terdiri ataspangkal dan prefiks ma-. Misalnya, bermaksud.

Kata bermaksud merupakan kosakata yang berbentuk serapanpadu. Serapan padu bermaksud merupakan serapan padu yangberbentuk leksem terbagi. Serapan ini terdiri atas pangkalberupa leksem tunggal maksud dan afiks ber-. Leksem maksud iniberasal dari kata terbagi dari bahasa modelnya maQSuwd yangmerupakan bentuk partisipial pasif dari verba perfek QaSaDa.Kata-kata verba perfek ini mendapatkan prefiks /ma/ dan infiks/w/ sehingga menjadi bentuk partisipial pasif. Proses itumanakala digambarkan tampak pada gambar di bawah ini:

bermaksud maksud maQSuD ‘QaSaDa

Akibat dari pertemuan anatara afiks ber- dengan bentukdasarnya yang berasal dari bahasa Arab, timbullah berbagaivariasi makna, yang dapat digolongkan sebagai berikut:

a). menyatakan makna perbuatan aktif. Misalnya, beramal,berdakwah.

b). menyatakan makna mempunyai apa yang tersebut padabentuk dasar. Contohnya, berhasrat, bersahabat,bertabiat.

c). menyatakan makna dalam keadaan statif. Misalnya,berhasil, beriman.

d). menyatakan makna mengucapkan. Contohnya, bertasbih,berdoa, bertahmid.

3. Afiks Ter-a. ter + masdar 

Kata yang berafiks ter + masdar adalah bentuk kata yangterdiri atas afiks ter- ditambah dengan infinitif baik berpolaberpola I maupun selain berpola I. Di dalam Kamus Besar BahasaIndonesia ditemukan beberapa kata verba yang berbentuk ter +masdar. Misalnya, terjawab, terkabar. 

Kata terjawab dan terkabar merupakan kosakata yangberbentuk serapan padu. Serapan padu terjawab dan terkabarmerupakan serapan padu yang berbentuk leksem terbagi. Serapanini terdiri atas pangkal berupa leksem tunggal jawab, dankabar dengan afiks ter-. Leksem jawab, dan kabar ini berasaldari bahasa modelnya JaWaaB, KhaBaR yang merupakan bentukinfinitif dari verba perfek JaWaBa, KhaBaRa. Proses itumanakala digambarkan tampak pada gambar di bawah ini:

terjawab jawab JaWaaB JaWaBa

terkabar kabar KhaBaR KhaBaRa

b. ter + ism failPungutan kata yang berupa leksem terbagi ada juga yang

berasal dari kata tunggal bahasa Arab yang diturunkan daripangkal partisipial aktif. Ihwal ini mawjud juga pada bentukkata yang berafiks ter-. Misalnya, terwariskan.

Kata terwariskan merupakan kosakata yang berbentukserapan padu. Serapan padu terwariskan merupakan serapan paduyang berbentuk leksem terbagi. Serapan ini terdiri ataspangkal berupa leksem tunggal waris dan afiks ter-. Leksemwaris ini berasal dari bahasa modelnya WaaRiS yang merupakan

bentuk partisipial aktif dari verba perfek WaRiSa. Kata verbaperfek WaRiSa mendapatkan infiks /a/ pada huruf pertamasehingga menjadi bentuk partisipial aktif. Proses itu manakaladigambarkan tampak pada gambar di bawah ini:

terwariskan waris WaaRiS WaRiSa

c. ter + ism maf’ulKata serapan dari bahasa Arab ada yang berbentuk leksem

terbagi yang berasal dari kata terbagi bahasa Arab, yakni katayang dibubuhi oleh afiks derivasional. Salah satu bentuk kataterbagi bahasa Arab adalah partisipal pasif. Leksem partisipalpasif ini berasal dari verba imperfek yang terdiri ataspangkal dan prefiks ma-. Misalnya, termaktub, termaafkan, dantermaksud.

Kata termaktub, termaafkan, dan termaksud merupakankosakata yang berbentuk serapan padu. Serapan padu termaktub,termaafkan, dan termaksud merupakan serapan padu yangberbentuk leksem terbagi. Serapan ini terdiri atas pangkalberupa leksem tunggal maktub, maaf, dan maksud dengan afikster-. Leksem maktub, maaf, maksud ini berasal dari kataterbagi dari bahasa modelnya maKTuwB, ma’FuW, maQSuwd yangmerupakan bentuk partisipial pasif dari verba perfek KaTaBa,‘aFaa, QaSaDa. Kata-kata verba perfek ini mendapatkanprefiks /ma/ dan infiks /w/ sehingga menjadi bentukpartisipial pasif. Proses itu manakala digambarkan tampak padagambar di bawah ini:

termaktub maktub maKTuB KaTaBa

termaafkan maaf ma’FuW ‘aFaa

termaksud maksud maQSuD ‘QaSaDa

d. ter + jamak Kata pungutan dari bahasa Arab dalam bahasa Indonesia ada

yang berbentuk plural pada bahasa sumbernya. Plural dalambahasa Arab ada dua, yaitu broken plural dan non broken plural

(jamk maskulin dan jamak feminism). Misalnya, terkubur,terumuskan.

Kata terkubur dan terumuskan merupakan kosakata yangberbentuk serapan padu. Serapan padu terkubur dan terumuskanmerupakan serapan padu yang berbentuk leksem terbagi. Serapanini terdiri atas pangkal berupa leksem tunggal kubur dan rumusdan afiks ter-. Leksem kubur dan rumus ini berasal dari kataterbagi dari bahasa modelnya QuBuwR, RuMuwZ yang merupakanbentuk broken plural dari verba perfek QaBaRa, RaMaZa. Prosesitu manakala digambarkan tampak pada gambar di bawah ini:

terkubur kubur QuBuwR QaBaRa

terumuskan rumus RuMuwZ RaMaZa

e. ter + mubalagah ism fail Mubalaghah ism fa’il adalah sebuah kata yang menunjukkan

sesuatu pada kata ism fa’il dengan mendapatkan tambahan.Contoh, dari ism fa’il ‘aaLiM “orang yang berilmu” menjadimubalaghah ism fa’il ‘alaamah ”orang yang luas ilmunya”. Katapungutan dari bahasa Arab dalam bahasa Indonesia ada yangberbentuk mubalaghah ism fa’il pada bahasa sumbernya.Misalnya, terwakili, tersalib.

Kata terwakili dan tersalib merupakan kosakata yangberbentuk serapan padu. Serapan padu terwakili dan tersalibmerupakan serapan padu yang berbentuk leksem terbagi. Serapanini terdiri atas pangkal berupa leksem tunggal wakil dansalibs dan afiks ter-. Leksem wakil dan salib ini berasal darikata terbagi dari bahasa modelnya WaKiyL, SaLiyB yangmerupakan bentuk mubalaghah ism fa’il dari bentuk partisipialaktif WaaKiL, SaaLib. Bentuk partisipial aktif ini berasaldari verba perfek WaKaLa, SaLaBa. Proses itu manakaladigambarkan tampak pada gambar di bawah ini:

terwakili wakil WaKiyL WaaKil WaKaLa

tersalib salib SaLiyB SaaLiB SaLaBa

Akibat dari pertemuan anatara afiks ter- dengan bentukdasarnya yang berasal dari bahasa Arab, timbullah berbagaimakna, yang dapat digolongkan sebagai berikut:

a). menyatakan makna aspek perfektif, misalnya,terjadwal, termaktub.

b). menyatakan makna perbuatan yang dapat dilakukansesuai denganyang tersebut dalam bentuk dasar,contohnya, terjawab, terkubur, terumuskan.

c). menyatakan makna paling sebagai ajektifa, misalnya,termiskin, terakhir, tersabar, terfasih.

4. Afiks Di-a. di + masdar 

Kata yang berafiks di + masdar adalah bentuk kata yangterdiri atas afiks ter- ditambah dengan infinitif baik berpolaberpola I maupun selain berpola I. Di dalam Kamus Besar BahasaIndonesia ditemukan beberapa kata verba yang berbentuk ter +masdar. Misalnya, diamalkan, didakwakan, dan diizinkan. 

Kata diamalkan, didakwakan, dan diizinkan merupakankosakata yang berbentuk serapan padu. Serapan padu diamalkan,didakwakan, dan diizinkan merupakan serapan padu yangberbentuk leksem terbagi. Serapan ini terdiri atas pangkalberupa leksem tunggal amal, dakwa dan izin dengan afiks di-.Leksem amal, dakwa, dan izin ini berasal dari bahasa modelnya‘aMaL, Da’WaH, dan ‘IZiN yang merupakan bentuk infinitif dariverba perfek “aMaLa, Da’aWa, dan ‘aZiNa. Proses itu manakaladigambarkan tampak pada gambar di bawah ini:

diamalkan amal ‘aMaL ‘aMaLa

didakwa dakwa Da’Wah Da’aWa

diizinkan izin ‘iZiN ‘aZiNa

b. di+ ism failPungutan kata yang berupa leksem terbagi ada juga yang

berasal dari kata tunggal bahasa Arab yang diturunkan dari

pangkal partisipial aktif. Ihwal ini mawjud juga pada bentukkata yang berafiks di-. Misalnya, diwajibkan, dihadiri, dandihamili.

Kata diwajibkan, dihadiri, dan dihamili merupakankosakata yang berbentuk serapan padu. Serapan padu diwajibkan,dihadiri, dan dihamili merupakan serapan padu yang berbentukleksem terbagi. Serapan ini terdiri atas pangkal berupa leksemtunggal wajib, hadir, dan hamil dan afiks di-. Leksem wajib,hadir, dan hamil ini berasal dari bahasa modelnya WaaJiB,HaaDiR, dan HaaMiL yang merupakan bentuk partisipial aktifdari verba perfek WaJaBa, HaDiRa, dan HaMaLa. Kata verbaperfek WaJaBa, HaDiRa, dan HaMaLa mendapatkan infiks /a/ padahuruf pertama sehingga menjadi bentuk partisipial aktif.Proses itu manakala digambarkan tampak pada gambar di bawahini:

diwajibkan wajib WaaJiB WaJaBa

dihadiri hadir HaaDiR HaDiRa

dihamili hamil HaaMiL HaMaLa

c. di + ism maf’ulKata serapan dari bahasa Arab ada yang berbentuk leksem

terbagi yang berasal dari kata terbagi bahasa Arab, yakni katayang dibubuhi oleh afiks derivasional. Salah satu bentuk kataterbagi bahasa Arab adalah partisipal pasif. Leksem partisipalpasif ini berasal dari verba imperfek yang terdiri ataspangkal dan prefiks ma-. Misalnya, dimaksudkan.Kata dimaksudkan merupakan kosakata yang berbentuk serapanpadu. Serapan padu dimaksudkan merupakan serapan padu yangberbentuk leksem terbagi. Serapan ini terdiri atas pangkalberupa leksem tunggal maksud dengan afiks di-. Leksem maksudini berasal dari kata terbagi dari bahasa modelnya maQSuwDyang merupakan bentuk partisipial pasif dari verba perfekQaSaDa. Kata-kata verba perfek ini mendapatkan prefiks /ma/dan infiks /w/ sehingga menjadi bentuk partisipial pasif.Proses itu manakala digambarkan tampak pada gambar di bawahini:

dimaksudkan maksud maQSuwD ‘QaSaDa 

d. di + jamak Kata pungutan dari bahasa Arab dalam bahasa Indonesia ada

yang berbentuk plural pada bahasa sumbernya. Plural dalambahasa Arab ada dua, yaitu broken plural dan non broken plural(jamk maskulin dan jamak feminism). Misalnya, dinujumkan dandirumuskan.Kata dinujumkan dan dirumuskan merupakan kosakata yangberbentuk serapan padu. Serapan padu dinujumkan dan dirumuskanmerupakan serapan padu yang berbentuk leksem terbagi. Serapanini terdiri atas pangkal berupa leksem tunggal nujum dan rumusdan afiks di-. Leksem nujum dan rumus ini berasal dari kataterbagi dari bahasa modelnya NuJuwM, RuMuwZ yang merupakanbentuk broken plural dari verba perfek NaJaMa, RaMaZa. Prosesitu manakala digambarkan tampak pada gambar di bawah ini:

dinujumkan nujum NuJuwM NaJaMa

dirumuskan rumus RuMuwZ RaMaZa

e. di + verba.Verba dalam bahasa Arab itu terdiri atas verba yang

bentuknya tidak mendapatkan afiksasi (terdiri atas tiga huruf,empat huruf) dan verba yang bentuknya mengalami afiksasi.Salah satu bentuk verba yang terdiri atas tiga huruf adalahfa’ala. Bentuk fa’ala adalah sebuah bentuk verba bahasa Arabyang terdiri atas tiga huruf. Kata-kata dari bentuk verba iniyang diserap dalam bahasa Indonesia adalah bentuk perfiknya.Misalnya, diwakafkan, dinukilkan. Proses afiksasinya tampakpada gambar dibawah ini

diwakafkan wakaf WaQaFa

dinukilkan nukil NuQila NaQaLa

Akibat dari pertemuan anatara afiks di- dengan bentukdasarnya yang berasal dari bahasa Arab, timbullah berbagaimakna, yang dapat digolongkan sebagai berikut:

a) menyatakan makna pasifisasi. Misalnya, dimisalkan,dijawab, diwasiatkan, didaftar.

2.1.3 SintaksisVan Rokel meneliti (1977) meneliti pengaruh tata kalimat

bahasa arab terhadap tata kalimat bahasa melayu yang padaumumnya akibat penerjemahan kalimat ke dalam bahasa melayu,baik kata, kelompok kata, maupun kalimat yang terpengaruh itudengan struktur bahasa arabnya. Misalnya preposisi ‘ala yangditerjemahkan secara harfiah menjadi ‘atas’, seperti yakadiru‘ala dan marartu ‘ala qaum yang diterjemahkan menjadi “kuasaatas” dan “aku lalu atas kaum”. Padahal menurutnya ‘alamempunyai ‘kelakuan’ dalam kalimat. Disamping bermakna ‘atas,dapat diterjemahkan dengan ‘menurut, dengan ‘syarat, tentang’.Dalam pengajaran sintaksis Perlu diketahui bahwa strukturkalimat dalam bahasa satu dengan yang lainnya pada umumnyaterdapat banyak perbedaan. Korektisitas ditekankan padapengaruh struktur bahasa ibu terhadap Bahasa Arab. Misalnya,dalam bahasa Indonesia kalimat akan selalu diawali dengan katabenda (subyek), tetapi dalam bahasa Arab kalimat bisa diawali

dengan kata kerja ( عل .( ف��

KELOMPOK 5KAMUS DAN ENSIKLOPEDI

2.1 Hakikat KamusKata kamus berasal dari bahasa Arab, “qomus” yang berasal

dari bahasa Yunani (Okcanus) yang berarti lautan atausamudera. Berdasarkan penyesuaian bunyi q dan k, kamus dapatberarti, buku acuan yang memuat daftar kosakata sedemikianbanyak yang disusun secara alfabetis atau sesuai dengan abjadberikut dengan keterangan tentang makna, pemakaian, atauterjemahannya. Definisi yang sering diungkapkan, kamusmerupakan daftar bentuk-bentuk linguistik yang telahdisosialisasikan dan disusun secara sistematis serta dihimpundari kebiasaan bahasa dari masyarakat tertentu, dandikomentari oleh pengarang dengan cara yang sedimikian rupa

sehingga pembaca dapat memahami makna setiap bentuk kataterpisah dan diberi informasi mengenai fakta-fakta yangrevelan yang berkaitan dengan fungsi bentuk tersebut.

Kamus merupakan wadah makna kata. Kamus tidak hanyasekedar pencatat atau perekam makna kata. Jauh lebih dari itu,dalam beberapa hal kamus merupakan tempat penyimpananpengalaman-pengalaman manusia yang telah diberi nama, dandengan demikian merupakan sarana penting bagi pengajarankosakata dan pengajaran semantik. Kamus memberikan informasimengenai derivasi kata, makna kata, ungkapan, kata-kata asing,kata ganti diri, dan singkatan-singkatan.

Dalam situs http://iecha1494.blogspot.com/2013/06/pemanfaatan-kamus-dalam-pembelajaran.html terdapat beberapa pengertian kamus menurut para ahli, yaitu.

1. Hasan Alwi (2003:10) mendefinisikan, kamus merupakankhazanah pembendaharaan kata suatu bahasa yang menggambarkantingkat peradaban bangsa pemiliknya.

2. Menurut W.J.S Poerwadarminta (2005:10) “Kamus adalah bukuyang berisikan keterangan arti kata-kata”

3.  Hoetomo M.A (2005:10) mendefinisikan, kamus yaitu bukuacuan yang memuat kata dan ungkapan yang biasanya disusunmenurut abjad berikut keterangan tentang maknanya.

Dari definisi kamus diatas dapat disimpulkan bahwa kamusadalah sebuah buku yang memuat kata atau istilah yang disusunmenurut abjad berikut keterangan dan maknanya. Maka kamusbahasa Arab adalah kumpulan arti dari kosa kata bahasa Arabyang disusun secara abjad bahasa Arab berikut keteranganmaknanya.

2.2 Ragam dan Susunan KamusBerdasarkan luas ruang lingkup isinya, kamus dibedakan

dalam beberapa jenis. Ada kamus umum, dan kamus khusus yangbiasa disebut dengan kamus istilah. Ada kamus ekabahasa,

dwibahasa, dan bahkan ada pula kamus multibahasa. Ada kamusbaku, kamus kata asing (serapan) dan kamus pelajaran.1. Kamus umum adalah kamus yang memuat segala macam kata dalambahasa tertentu beserta maknanya. Kamus dalam bahasa Arab-Indonesia, misalnya Kamus Arab-Indonesia karya Mahmud Yunus,kamus berbahasa Arab, Al-Munjid fi al-Alam karya Abu Luis, Lisan al-Arab karya Ibnu Manzhum, ar-Raid karya Lembaga Bahasa Mesir, al-Mishbah al-Munirkarya Abu al-Abbas, al-Mu’jam al-Wasith karyaLembaga Bahasa Kairo, dll.

2. Kamus khusus atau istilah adalah kamus yang hanya memuatkata-kata dan makna konsepnya dari bidang tertentu.Misalnya, Qomus al-Fadz al-Qur’an karya Abdullah Abbas an-Nadwi,Mu’jam Ghorib al-Fiqh karya Muhammad SAW Fu’ad Abdul Baqi, al-Qomus al-Fiqhkarya Sa’di Abu Jaib, Qomus ‘Ilm an-Nafs karya HamidAbdussalam Zahran, Mu’jam Matan al-Lughoh karya Ahmad Ridlo,dan Qomus ‘Ilmal-Ijtima karya A.Z. Badawi.

3. Kamus ekabahasa atau kamus monolingual adalah kamus yangmemuat daftar kata bahasa tertentu disertai keterangantentang makna dan contoh penggunaanya dalam bahasa yangsama. Misalnya, kamus Al-Munjid fi al-Alam, Lisan al-Arab, ar-Raid, dan al-Qomus al-Fiqhdapat disebut kamus ekabahasa.

4. Kamus dwibahasa atau kamus bilingual adalah kamus yangmemuat daftar kata bahasa tertentu disertai bilingual adalahkamus yang makna dan contoh penggunaannya dalam bahasa lainyang merupakan bahasa sasaran. Misalnya, al-Munawwir karyaAhmad W. Munawwir, Kamus Arab-Indonesia karya Mahmud Yunus, al-Maurid al-Shagir karya Munir al-Ba’labki dan al-Mughni al-Kabir karya Hasan Sa’id.

5.  Kamus anekabahasa atau kamus multilingual merupakan kamusyang memuat daftar kata dengan keterangan tentang makna danpenggunaannya dalam lebih dari dua bahasa. Misalnya,KamusIndonesia-Arab-Inggris karya Abdullah bin Nuh dan Omar Bakky, al-Mujam al-Falsafi (Arab, Inggris, Perancis, Jerman, dan Latin)karya Abdul Mun’im al-Hifhi, danQomus ‘Ilm al-Ijtima (Arab,Inggris, dan Perancis) karya A.Z. Badawi. Al-Karami dari

bahasa Arab ke bahasa Inggris. Maksud utama kamus ini adalahuntuk menerjemahkan kata-kata suatu bahasa ke dalam bahasalain.

6. Kamus baku merupakan kamus yang memuat kata-kata standarbahasa pada waktu tertentu yang disusun dalam bentuk daftarkata, lengkap dengan segala nuansa maknanya. Nuansa maknakata-kata diuraikan dalam bentuk disiplin, deskripsi,contoh, sinonim, atau paraphrase, berikut pemakaiannya.Misalnya, Lisan al-Arab dan al-Shahah termasuk kategori kamus bakubahasa Arab.

7. Kamus pelajar adalah kamus yang memuat kosakata yangdiperlukan atau digunakan di lingkungan pendidikan tingkatdasar dan menengah. Misalnya, dalam khazanah kamus Arab,al-Qomus al-Syamil (Arab-Inggris) karya Abdul Hayyi Ahmad as-Salabi, al-Mauridal-Saghir (Arab-Inggris) karya Munir al-Ba’labki, Mu’jam al-Thalib (Arab-Inggris) karya George Hamam al-Juwainy. Dalam khazanah kamus Indonesia, Kamus Arab-Indonesiakarya Mahmud Yunus, dan Kamus Indonesia-Arab-Inggris karyaAbdullah bin Nuh dan Omar Bakky.

2.3. Bentuk dan Susunan KamusKamus dapat muncul dalam berbagai isi. Hal ini

dikarenakan kamus diterbitkan dengan tujuan untuk memenuhikeperluan golongan tertentu. Contohnya, golongan pelajarsekolah memerlukan kamus berukuran kecil untuk memudahkanmereka membawa kamus ke sekolah. Secara umumnya kamus dapatdibagi kepada 3 jenis bentuk dan ukuran:1) Kamus Mini

Kamus ini sekarang sukar untuk dijumpai. Ini juga dikenalsebagai kamus saku karena kamus ini dapat disimpan dalamsaku. Kamus ini memiliki ketebalan kurang dari 2 cm.

2) Kamus Kecil

Kamus berukuran kecil yang biasa dijumpai. Ini merupakankamus yang mudah untuk dibawa.Kamus Dwibahasa Oxford Fajar(Inggris-Melayu;Melayu-Inggris).

3) Kamus Besar

Kamus ini memuat segala leksikal yang terdapat dalam satubahsaa. Setiap perkataannya dijelaskan secara lengkap.Biasanya ukurannya besar dan tidak sesuai untuk dibawa-bawa. Contohnya Kamus Besar Bahasa Indonesia.

2.4 Kamus dan EnsiklopediKamus ensiklopedi atau bisa disebut ensiklopedia adalah

kamus yang paling besar, terutama memusatkan perhatian kepadadenotata kesatuan-kesatuan leksikal atau kata-kata.Ensiklopedi memberikan informasi mengenai duniaekstralinguistik, baik fisik maupun nonfisik, dan hanyadisusun dalam urutan kata-kata atau kesatuan-kesatuan leksikalsebagi acuan dari dunia ekstralinguistik yang sedangdibicarakan itu. Dalam urutan atau susunan “berdasarkan kata”inilah, ensiklopedi mempunyai persamaan dengan kamusekabahasa. Kata ensiklopedi mengingatkan kita pada suatubidang karya agung yang terdiri atas banyak jilid yangmeliputi segala bidang pengetahuan manusia.

Selanjutnya, Zgusta membuat klasifikasi kamus, yang dapatdirangkum seperti yang terlihat pada gambardi bawah ini:

Kamus diakronik terutama memusatkan perhatian padasejarah, dan perkembangan kata-kata (kesatuan-kesatuanleksikal), baik yang berkaitan dengan bentuk maupun berkaitandengan makna. Kamus diakronik ini dapat kita bedakan lagi ataskamus historis dan kamus etimologis.

Kamus historis memusatkan perhatian pada perubahan-perubahan yang terjadi baik dalam bentuk maupun dalam maknasuatu kata (kesatuan leksikal) dalam jangka waktu sejarah.

k. historisK. Ensiklopedia k. k. kata asing

Berdasarkanwaktu

k. etimologis atau k. komparatif

k. sinkronik

k. singkatan

k. Deskriptif standark. umum

KAMUSBerdasarkanjangkauan

k. Deskriptif keseluruhan atau k. informatif k. Ideologis atau k. sinonim

k.khusus

(terbatas)

k. sistematik

K. Linguistik k. Monolingual atau k. ekabahasa

Berdasarkanjumlahbahasa

k. Bilingual atau k. duabahasa

k. Multilingual atau k. aneka bahasa

k. besar (tesaurus)

Berdasarkanjumlah entri k. sedang

k. kecil

Kamus etimologis memusatkan perhatian pada asal-usulkata-kata (kesatuan-kesatuan leksikal); sebagian besar darikata-kata suatu bahasa yang dikenal ini, justru muncul ataumenjelma sebelum awal tradisi tekstual; kamus etimoligis dapatdikatakan menggarap prasejarah kata-kata. Namun begitu, asal-usul kata yang ada kini pun merupakan objek yang sah bagikamus etimologi yang besar secara logika cenderung berkembangmenjadi kamus komparatif. Kamus etimologis dan kamus kompratifbiasanya lebih memusatkan perhatian pada bentukkata dibandingpada makna kata (walaupun tidak dapat disangkal bahwa hubungansemantik merupakan hal penting dalam perbandingan kata-kata).

Kamus sinkronik mempunyai tujuan utama untuk menggarappersediaan leksikal suatu bahasa pada suatu masa tertentu ataupada satu tahap perkembangannya. Jadi, berbeda dengan tujuankamus diakronik.

Kamus umum adalah kamus yang berisi segala kata dalamsuatu bahasa beserta maknanya, misalnya:Kamus Umum BahasaIndonesia karya W.J.S.Poerwadarminta.

Kamus khusus adalah kamus garapan atau cakupannyaterbatas pada suatu bidang tertentu saja misalnya;KamusLinguistik, KamusEkonomi.

Kamus kata-kata asing adalah semacam kamus khusus yangmenangani kata-kata pungutatau kata pinjaman yang berasaldari bahasa asing.

Kamus singkatan adalah kamus khusus yang memusatkanperhatian pada kata-kata teleskopis akronim, dan singkatan-singkatan yang lazim dipakai dalam suatu bahasa.

Kamus ideologis atau kamus sinonim adalah sejenis kamusterbatas yang memusatkan pada padapadan kata; kata yang samaatau hamper sama maknanya; atau pada istilah atau kelompokistilah yang mempunyai hubungan semantis.Kedalam kamus initerkadang tercakup juga antonim, walaupun kita kenal jugaadanya kamus khusus berupa kamus antonim.

Kamus sistematik memusatkan perhatian kepada kata-katayang berhubungan secara semantic dalam kelompok kata yangberdasarkan bidang-bidangonomasiologis dan di dalamnyaberdasarkan pada struktur national atau strukturgagasan/pikiran.Contoh: Thesaurus of English Words andPhrases, karya Roget.

Kamus deskriptif- standar dapat digolongkan sebagai kamusdeskriptif bahasa nasional baku seperti yang dipakai padabatas waktu saat kamus itu disusun , dan diharapkan akandipakai untuk beberapa lama setelah penerbitan kamus tersebut.Kamus deskriptif standar memeriksa bahasa yang dipakai olehpara pengarang atau para pembicara masa kini.

Kamus eka bahasa atau kamus monolingual adalah kamus yangmenyajikan satu bahasa saja.

Kamus dwi bahasa atau kamus bilingual adalah kamus yangmenyajikan duabahasa.

Kamus aneka bahasa atau kamus multilingual adalah kamusyang menyajikan lebih dari satu bahasa; misalnya kamus tigabahasa atau empat bahasa.

Kamus besar atau thesaurus adalah kamus yang memuat lebihdari 200.000 kata kepala dan entri.

Kamus sedang adalah kamus yang memuat tidak kurang dari40.000 kata kepala atau entri.

Kamus kecil adalah kamus yang memuat tidak kurang dari10.000 kata kepala atau entri.

2.5 Cara Menggunakan Kamus dan Ensiklopedi2.5.1 Cara Menggunakan Kamus

Dalam situshttp://iecha1494.blogspot.com/2013/06/pemanfaatan-kamus-dalam-pembelajaran.html dijelaskan bahwa beberapa kamus dalampenggunaanya ada yang memerlukan ilmu sharaf yaitu ilmu yang

mempelajari perubahan kata. Namun ada pula beberapa kamus yangdisusun dengan praktis sehingga tidak memerlukan pemahamanilmu sharaf dahulu. Sebelum membuka kamus hendaknya untukmengikuti kiat praktis penggunaan kamus yaitu :1. Carilah kamus yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dibacakarena hal ini dapat menambah dan memperluas pengetahuantentang kata yang dicari sesuai dengan istilah-istilah yanglazim digunakan dalam kamus.

2. Bacalah secara seksama terlebih dahulu bagian depan kamusuntuk mempermudah pemanfaatan dan penemuan kata yang dicari.

3. Perhatikan bentuk kata yang dicari dengan seksama.

 Untuk kamus yang memerlukan ilmu sharaf, kamus tersebutmencari kata pertamanya dengan menggunakan fi’il madhi. Jikabentuk katannya masa lampau (madhi), pencarian dapat dilakukansecara langsung. Tetapi, jika bentuknya bukan madhi, misalkan“maktuubun”,  maka dicari fi’il madhi-nya yaitu “kataba”.Lihat huruf pertamannya yaitu “kaf”, baru telusuri ke hurufselanjutnya hingga terbentuk kata “kataba”.

Untuk kamus yang tidak memerlukan ilmu sharaf, untukmenggunakan kamus ini tidak perlu mengenal kata dasar kalimattersebut. Langsung saja cari kata bahasa Arabnya. Misalnya,“Maktuubun”, maka langsung saja mencari huruf pertamanya yaitu“Mim” dan kata selanjutnya “ma-k-tuu-bun”. Dengan kamus initidak perlu mempelajari ilmu sharaf terlebih dahulu, karenadapat secara langsung mencari arti darai bahasa Arab yang akandicari artinya.

4. Dalam beberapa kamus Arab terdapat singkatan-singkatan yangharus difahami, misalnya:

a. jika singkatannya huruf “jim”, maksudnya adalah jamak yaitukata yang menunjukan jumlah yang banyak;

b. jika singkatan huruf “mim”, maksudnya adalah muannats;

c. jika singkatan “dal kha”, maksudnya kata tersebut adalahkata asing.

5. Jangan terlalu cepat memilih pengertian (definisi)bandingkan dengan pengertian yang ada dan cocokan denganbentuk yang dibaca. Karena dalam kamus biasanya memilikibanyak makna.

6. Perhatikan contoh kalimat karena contoh kalimat akan dapatmemperjelas pengertian yang dicari.

7. Kata dan makna yang ditemukan dicatat untuk menjadikhazanah dan akan menambah pengetahuan kebahasaan gunamemahami berbagai disiplin bahasa.

Contoh Kamus

KAMUS AL-MUNAWWIR ARAB – INDONESIA TERLENGKAP

A.W. MUNAWWIR (SURABAYA: PUSTAKA PROGRESSIF, 1997)

 

Kamus Al-Munawwir merupakan sebuah kamus bahasa Arab-Indonesia yang merupakan kamus bahasa Arab terlengkap, palingtebal dan legendaris di Indonesia. Kamus ini telah banyakdigunakan oleh para penuntut ilmu (thullabul Ilmi) untukmengetahui arti kosakata Arab ke dalam bahasa Indonesia jugasebagai acuan pada bendahara kosakata terjemahan kitab kuning.

1. Petunjuk Penggunaan KamusPencarian kata:

Kata-kata yang akan dicari artinya, pertama-tamahendaknya diketahui lebih dahulu “apakah kata itu semua

hurufnya terdiri dari huruf asli atau ada huruf zaid(tambahan)”:a. Jika semua hurufnya terdiri dari huruf asli, maka hendaknyadicari berdasarkan permulaan dan urutan huruf-hurufnya

misalnya kata “ مََر َdan kata , ق م ز hendaknya dicari pada huruf “ ق�ْمُس “ َ�.dan seterusnya س� م س  pada huruf “ ش�

b. Sedang apabila diantara huruf-hurufnya terdapat huruf zaid(tambahan) maka lebih dahulu diketahui mana huruf asli danmana yang tambahan. Setelah diketahui huruf-hurufnya, maka

mencarinya seperti pada (a). Misalnya kata “  َاب�ُ ت dicari pada “ ك�ِhuruf   ُلْوٌم “ dan kata ك�G ب ب� .dan seterusnya ع ل مpada huruf “ ع�ُ

2. Tanda-tanda:Tanda *                 : menunjukkan permulaan materi.

Tanda َ  ِ  ُ         : menunjukkan harakat dari ‘ain fi’il mudlarinya.Tanda -                  : menunjukkan ulangan dari kata di

atasnya.

3. Singkatan-singkatan:a. Bahasa Arab:

Nج             = jama’muannast =               م

barasal dari kata asing =           دج�

2.5.2 Cara Menggunakan EnsiklopediAgar dapat mempergunakan ensiklopedi secara baik pertama

kali ingatlah pengantarnya, pahami isinya, pengantar tersebutdisajikan pada bagian awal ensiklopediatau untuk ensiklopediyang terdiri dari banyak jilid maka kata pengantar itu tersaji

dalam jilid pertama yang betanda huruf A. Menggunakanensiklopedi dapat dilakukan lewat dua cara. Cara tersebutdilakukan sebagai berikut.a. Penelusuran LangsungCara ini lazim dikerjakan. Seperti saat akan mencaritulisandalam ensiklopedi yang membahas tentang apa dan siapa ituEinstein. Penelusuran dapat kita kerjakan dengan langsungmembuka ensiklopedi yang punggungnya tertulis pada abjad E,kemudian telusuri sampai bertemu tajuk Einstein. Hal inikita kerjakan dengan membuka satu demi satu, lembar demilembar halaman ensiklopedi hingga tajuk yang kita cariditemukan. Biasanya tajuk ditulis dengan jelas dibagian kiriatas halaman, ditulis dengan huruf kapital atau huruf cetaktebal.

b. Penelusuran Melalui Bantuan Indeks.Cara ini merupakan cara yang paling dianjurkan. Indeksterdapat dibagian jilid akhir dari keseluruhan terbitan.Selain itu ada juga indeks yang terdapat disetiap jilidakhir.