Memahami Konteks Sosial Sekolah di Indonesia

22
MEMAHAMI KONTEKS SOSIAL SEKOLAH DI INDONESIA MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATAKULIAH Landasan Pendidikan dan Pembelajaran yang dibina oleh Dr. Sulthon, M. Pd. Oleh : DASA NOVI ARYATAMA 120341521841

Transcript of Memahami Konteks Sosial Sekolah di Indonesia

MEMAHAMI KONTEKS SOSIAL SEKOLAH DI INDONESIA

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATAKULIAH

Landasan Pendidikan dan Pembelajaran

yang dibina oleh Dr. Sulthon, M. Pd.

Oleh :

DASA NOVI ARYATAMA

120341521841

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Desember 2012

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, sekolah seharunya menjadi cerminan

sebuah model interaksi sosial antara siswa, guru, dan

masyarakat di sekelilingnya. Sebuah sekolah selayaknya

menjadi percontohan bagaimana suatu nilai-nilai positif

dibangun dalam suasana akademis yang kental. Pembentukan

karakter bagi siswa yang sekarang sering digembar

gemborkan dalam pendidikan di Indonesia menjadi luaran

yang diharapkan dari suatu budaya pendidikan yang ada di

sekolah. Disamping itu, sekolah juga berlomba-lomba

membuat suatu kondisi sekolah seideal mungkin, misalnya

sekolah yang mencanangkan sekolah adiwiyata dimana

prinsip-prinsi pengelolaan sekolah diarahkan membentuk

karakter sekolah yang peduli lingkungan, demikian juga

membentuk rintisan sekolah berskala internasional (RSBI)

yang memasukkan program-progaram pendidikan yang diadopsi

dari pendidikan di negara-negara maju (OCED), masih

banyak pendekatan yang diambil sekolah untuk mendapatkan

strata sosial yang tinggi. Kondisi ideal yang diciptakan

dilakukan demi tercipatannya “branding” atau karakter

sekolah yang menegaskan eksistensi tradisi dan kultur di

suatu sekolah sehingga diharapkan masyarakat memberikan

perhatian lebih pada sekolah tersebut. Dalam konteks

sosial, hal ini akan menjadi suatu interaksi sosial

dengan berbagai dinamika didalamnya. Namun demikian,

kalau kita melihat secara lebih luas, ternyata masih

banyak sekolah yang identitasnya tidak terlalu kuat

bahkan lemah sama sekali. Ini dapat ditemukan di sekolah

pada daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal) yang

minim perhatian dari masyarakat lebih-lebih oleh

pemerintah. Sekolah inilah yang seringkali hilang

identitas karakter, kultur dan tradisinya sehingga dalam

konteks sosial sekolah ini seringkali di marjinalkan,

meskipun di dalamnya kultur akademis tetap berjalan namun

dalam kondisi yang minimun sekali.

Sekolah yang strata sosialnya rendah akibat

kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM), kurangnya kemampuan

finansial sekolah akibat keterbatasan daerah dan

manajemen/administrasi sekolah yang jelek. Dalam hal,

dalam konteks sosial Indonesia, Pemerintah Indonesia

harus bertanggung jawab atas sekolah yang serba

kekuarangan ini karena membentuk identitas sosial sekolah

di Indonesia sama artinya juga membentuk identitas sosial

bangsa. Hal ini yang sekarang ini mulai direspon oleh

pemerintah dengan mengirim SDM berupa lulusan sarjana

pendidikan yang di tempatkan di daerah 3T (SM3T, PPGT).

Disamping itu pemerintah telah sedikit peduli dengan

menjalankan amanat UUD 45 untuk mengalokasikan APBN dalam

pembiayaan pendidikan.

Dalam konteks sosial, sekolah telah menjadi suatu

tempat dimana nilai-nilai sosial dapat ditumbuhkan, baik

kepada siswa dengan cara mendidik menjadi seorang yang

berkarakter sehingga dalam sistem sosial mempunyai tempat

yang penting. Sekolah dalam konteks sosial harus dapat

memberikan suatu interaksi yang baik dalam mencetak

generasi penerus bangsa sehingga dinamika sosial sekolah

menjadi miniatur dinamikan sosial bangsa yang bermartabat

dan berkarakter. Untuk itu perlu uraian yang lebih luas

untuk membahas bentuk sekolah yang unggul didasarkan

budaya sekolah yang dapat dibentuk serta bentuk

pengelolaan dan pembiayaan pendidikan tingkat sekolah di

Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana membentuk sekolah yang baik dan unggul?

2. Bagaimana budaya sekolah di Indonesia?

3. Siapa yang mengelola sekolah di Indonesia?

4. Bagaimana pembiayaan sekolah di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui strategi-strategi yang dapat

digunakan untuk membentuk sekolah yang baik dan

unggul.

2. Untuk mengetahui fungsi dan macam budaya sekolah di

Indonesia.

3. Untuk mengetahui siapa dan perananannya dalam

pengelolaan sekolah.

4. Untuk mengetahui sistem pembiayaan

pendidikan/sekolah di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bagaimana Membentuk Sekolah Yang Baik Dan Unggul

1. Karakteristik Sekolah Baik dan Unggul

Upaya membangun sekolah yang baik berada dalam dimensi

sebagai guru dan kepala sekolah dapat ditempuh dalam

empat strategi dasar yang dapat dilakukan. Yaitu,

pertama, Memperkuat penerapan empat pilar pendidikan

di sekolah. Kedua, membangun pusat-pusat keunggulan

(centre of excellence). Ketiga, melakukan penjaminan

mutu pendidikan sekolah. Terakhir, membangun budaya

akademik bagi guru dan siswa.

a. Empat Pilar Pendidikan

Penerapan empat pilar pendidikan yang dicanangkan

UNESCO menjadi satu sisi penting dalam membangun

budaya baik dan unggul. Keunggulan sekolah adalah

sebuah sinergi dan kolaborasi dari kumpulan

kecerdasan peserta didik yang terbangun secara baik

juga benar. Empat pilar pendidikan yang harus menjadi

roh dan orientasi proses pendidikan menuju keunggulan

sekolah mencakup, learning to know, learning to do, learning to be,

dan learning to live together.

1. Learning to know artinya belajar untuk mengetahui.

Implementasinya bagaimana agar siswa menguasai

bidang ilmu tertentu secara luas dan mendalam.

Strateginya bagaimana agar terjadi proses learn how

to learn bukan learn how to teach. Kuncinya, guru

harus mengetahui lebih banyak dan mendalam di

bidang ilmu masing-masing.

2. Learning to do, artinya belajar untuk melakukan

sesuatu. Peserta didik adalah subjek bukan lagi

objek. Karena itu, harus didorong untuk

mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari,

bekerja tim, serta belajar memecahkan masalah yang

dihadapi. Siswa didorong untuk benar-benar

melakukan dan berbuat sesuatu atau menghasilkan

karya dalam mengembangkan potensi kecerdasannya.

Strateginya, sekolah harus memfasilitasi dan

memberi ruang seluas-luasnya agar siswa

berkreativitas dan beraktivitas secara baik juga

terukur.

3. Learning to be, artinya belajar untuk menjadi

seseorang. Kemandirian, tanggung jawab, dan aspek

lain perlu didorong. Strateginya model serta metode

proses pendidikan harus membuat dan memunculkan

rasa percaya diri. Yakni menjadi pribadi dan diri

sendiri yang lebih baik. Artinya, menjadikan diri

siswa sebagai “sombody” bukan “nobody”. Sekolah harus

kaya dengan kreativitas, aktivitas, inovasi, dan

fasilitasi potensi minat, bakat, juga kemampuan

yang dimiliki siswa. Dihindari menjadi sekolah

miskin kreativitas dan aktivitas.

4. Learning to live together, artinya belajar untuk

menjalani kehidupan bersama. Kebiasaan hidup

bersama, saling menghargai, terbuka, menerima, dan

memberi harus diberi ruang yang cukup. Nilai-nilai

dan semangat kehidupan bersama harus ditumbuh

kembangkan. Strategi tingkatkan kegiatan

ekstrakurikuler yang berkualitas dan berorientasi

pada pengembangan kecerdasan intra maupun

interpersonal.

Penerapan empat pilar pendidikan dalam proses

pembelajaran di sekolah, merupakan implementasi

standar proses. Di mana, dalam PP No. 19/2005 pasal

19 ayat (1) dinyatakan, ’’proses pembelajaran pada

satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik’’.

Ini berarti, pembelajaran yang bermakna harus

dirancang dalam pola interaksi pembelajaran learning to

know, learning to do, learning be, dan learning to live together. Empat

pilar pendidikan ini jika diimplementasikan secara

optimal akan berdampak positif dan menyeluruh bagi

pertumbuhan juga perkembangan siswa.

b. Membangun Pusat Keunggulan

Strategi dalam membangun budaya unggul di sekolah

adalah mengupayakan terciptanya pusat-pusat

keunggulan (centre of excellence) di sekolah. Setiap

sekolah memiliki potensi dan kemampuan untuk

menjadikan potensi tersebut sebagai sebuah keunggulan

sekolah. Keunggulan sekolah harus dibangun dari dua

sisi. Yaitu keunggulan proses output/outcome. Budaya

unggul dibangun dan dikembangkan oleh SDM yang

unggul. Membangun budaya unggul di sekolah diawali

mendorong siswa, guru, karyawan, dan stakeholder

menjadi unggul.

c. Penjaminan Mutu Pendidikan di Sekolah

Paling tidak ada lima alasan secara faktual

penjaminan mutu pendidikan di sekolah penting dan

perlu dilakukan secara terencana, terprogram, dan

berkelanjutan. Alasan tersebut, adalah mengontrol

mutu agar tetap terjaga, melindungi konsumen dalam

hal ini peserta didik, adanya kompetisi global yang

dihadapi oleh peserta didik, pengakuan gelar, serta

akuntabilitas publik dalam pemenuhan delapan standar

nasional pendidikan.

d. Budaya Akademik bagi Guru dan Siswa

Meneliti bagi guru dan siswa, kompetisi OSN,

diskusi, workshop, pelatihan-pelatihan adalah langkah

konkret membangun budaya akademik dan budaya ilmiah.

Budaya akademik dan budaya ilmiah adalah ciri dan

indikator sebuah sekolah yang berorientasi pada

peningkatan mutu pendidikan. Guru dan siswa secara

bersama-sama dibangun kebiasaannya melalui program-

program tertentu yang mampu menginspirasi dan

memotivasi bagi pengembangan dirinya. Langkah

sederhana yang dilakukan melalui: workshop karya

tulis ilmiah bagi guru, pelatihan tentang PTK bagi

guru, workshop KIR bagi siswa, lomba-lomba ilmu

pengetahuan dan science, serta aktivitas lainnya di

programkan secara baik. Dengan kegiatan-kegiatan

tersebut akan membangun kultur akademik di sekolah.

B. Bagaimana Budaya Sekolah di Indonesia

Institusi pendidikan, terutama sekolah-sekolah di

Indonesia semestinya dalam hal tertentu dapat mengambil

alih fungsi-fungsi transmisi nilai dalam keluarga dan

masyarakat. Tentu saja, fungsi tersebut tidak seluruhnya

dapat dibebankan kepada sekolah, karena adanya berbagai

keterbatasan yang ada (Sairin, 2003). Sebagaimana halnya

dengan keluarga dan institusi sosial lainnya, sekolah

merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi

proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan

masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan sistem sosial

yang mempunyai organisasi yang unik dan pola relasi

sosial di antara para anggotanya yang bersifat unik pula.

Hal itu disebut kebudayaan sekolah. Namun, untuk

mewujudkannya bukan hanya menjadi tanggung jawab pihak

sekolah. Sekolah dapat bekerjasama dengan pihak-pihak

lain, seperti keluarga dan masyarakat untuk merumuskan

pola kultur sekolah yang dapat menjembatani kepentingan

transmisi nilai. Dalam konteks sosial, interaksi inilah

yang semestinya dapat dimanfaatkan warga sekolah dan

masyarakat untuk mengambil perannya masing-masing.

Sekolah memiliki Komite sekolah yang dapat merumuskan

nilai dan norma yang dapat mencipatakan suatu kultur

sekolah yang baik dalam dalam interaksi sosial yang

dinamis.

Kebudayaan sekolah ialah a complex set of beliefs, values and

traditions, ways of thinking and behaving yang membedakannya dari

institusi-institusi lainnya (Vembriarto, 1993).

Kebudayaan sekolah memiliki unsur-unsur penting, yaitu :

1. Letak, lingkungan, dan prasarana fisik sekolah

gedung sekolah, mebelair, dan perlengkapan lainnya)

2. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan

maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program

pendidikan

3. Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang

terdiri atas siswa, guru, non teaching specialist, dan

tenaga administrasi

4. Nilai-nilai moral, sistem peraturan, dan iklim

kehidupan sekolah

Tiap-tiap sekolah mempunyai kebudayaannya sendiri yang

bersifat unik. Tiap-tiap sekolah memiliki aturan tata

tertib, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, mars/hymne

sekolah, pakaian seragam dan tradisi-tradisi sekolah yang

memberikan corak khas kepada sekolah yang bersangkutan.

Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa kebudayaan

sekolah ini mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap

proses dan cara belajar siswa. Seperti dalam ungkapan

“children learn not was is taught, but what is caught”.

Tiap kebudayaan mengandung bentuk kelakuan tertentu

dari semua murid dan guru. Itulah yang menjadi norma bagi

setiap murid dan guru. Norma ini nyata dalam kelakuan

anak dan guru, dalam peraturan-peraturan sekolah, dalam

tindakan dan hukuman terhadap pelanggaran, juga dalam

berbagai kegiatan seperti upacara-upacara tradisi khas

sekolah lainnya.

C. Siapa Yang Mengelola Sekolah Di Indonesia

Sistem pendidikan nasional Indonesia diatur dalam

undang-undang Dasar 45. TAP MPR, dan peraturan-peraturan

lainnya yang di tetapkan oleh pemerintah. Dalam

penyelenggaraan pendidikan pemerintah melalui

kementeriannya (KEMENDIKBUD & KEMENAG) mengawasi jalannya

berbagai proses dan fasilitas pendidikan. Dalam batang

tubuh UU 1945 ayat 1 – 5 UUD 1945 ayat 1 – 5 yang

mengatur mengenai masalah pendidikan. Pada pasal tersebut

dikatakan bahwa:

a) Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan

b) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar

dan Negara wajib membiayainya

c) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa yang di atur dalam

undang-undang.

Pengelolaan sekolah di Indonesia merupakan salah

satu bentuk pengelolaan yang dilakukan secara

desentralisasi sesuai dengan amanat UU No.32 Tahun 2004

tentang Otonomi daerah ditingkat sekolah. Sekolah

dikelola oleh :

1. Kepala Sekolah berfungsi sebagai Edukator, Manager,

Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan

Motivator (EMASLIM). Kepala Sekolah selaku edukator

bertugas melaksanakan proses pengajaran secara

efektif dan efisien. Kepala Sekolah selaku manajer

mempunyai tugas : Menyusun perencanaan,

Mengorganisasikan kegiatan dll. Kepala Sekolah

selaku administrator bertugas menyelenggarakan

administrasi keuangan sekolah, tata usaha. Kepala

Sekolah selaku supervisor bertugas menyelenggarakan

supervisi mengenai proses belajar mengajar, kegiatan

bimbingan dll.

2. Wakil Kepala Sekolah berfungsi membantu Kepala

Sekolah dalam

3. Guru Mata Pelajaran bertugas membuat perangkat

pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran,

melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar,

ulangan harian, ulangan umum, ujian akhir dll.

4. Wali Kelas bertugas melaksanakan Pengelolaan kelas,

Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi : denah

tempat duduk siswa, papan absensi siswa, pembuatan

statistik bulanan siswa, pengisian buku laporan

penilaian hasil belajar dll.

D. Pembiayaan Sekolah Di Indonesia

Pembiayaan pendidikan di Indonesia merupakan proses

dimana pendapatan dan sumber daya tersedia digunakan

untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah.

Sistem pembiayaan pendidikan khususnya di sekolah sangat

bervariasi tergantung dari kondisi masing-masing negara

seperti kondisi geografis, tingkat pendidikan, kondisi

politik pendidikan, hokum pendidikan, ekonomi pendidikan,

program pembiayaan pemerintah dan administrasi sekolah.

Pembiayaan pendidikan di Indonesia telah diatur dalam

UUD 1945 (Amandemen IV) yang menyatakan bahwa setiap

warga Negara berhak mendapatkan pendidikan, setiap warga

Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah

wajib membiayainya, pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang di atur

dengan undang-undang, Negara memprioritaskan anggaran

pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari anggaran

pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi

kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional, pemerintah

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa

untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan manusia.

Pada peraturan pemerintah No. 19/2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan terdapat kerancuan antara Bab pasal

1 Ayat (10) dan Bab Ayat (1) s/d (5) tentang ruang

lingkup standar pembiayaan. Ketentuan umum tentang

standar pembiayaan pada pasal 1 tampak lebih sempit dari

pasal 62 yaitu standar pembiayaan pada pasal 1 adalah

mencakup standar yang mengatur komponen dan besarnya

“biaya operasi” satuan pendidikan yang berlaku selama

satu tahun. Pada pasal 62 mencakup “biaya investasi,

biaya operasi dan biaya personal’. Bab IX: Standar

pembiayaan Pasal 62 disebutkan bahwa:

1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,

biaya operasi, dan biaya personal

2. Biaya infestasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan

prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal

kerja tetap.

3. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh

peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran

secara teratur dan berkelanjutan.

4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi: Gaji pendidik dan tenaga

kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada

gaji, Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan

biaya operasi pendidikan tak langsung.

BAB III

KESIMPULAN

1. Dalam membangun sekolah yang baik dan unggul di

Indonesia dapat dilakukan dalam empat strategi dasar

yaitu mengimplementasikan empat pilar pendidikan yang

di gagas oleh UNESCO, antara lain: How to know, How to do,

How to be and How to live together, mengembangkan pusat

keunggulan, melakukan penjaminan mutu pendidikan dan

terakhir adalah mengembangkan budaya akademik antara

guru dan siswa.

2. Tiap-tiap sekolah mempunyai budaya sekolahnya sendiri

yang bersifat unik karena dalam budaya sekolah

tersebut memiliki aturan tata tertib, kebiasaan-

kebiasaan dan mengandung bentuk kelakuan tertentu dari

semua murid dan guru. Itulah yang menjadi norma bagi

setiap murid dan guru.

3. Didalam sekolah, pengelolaan sekolah dilakukan oleh

Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, dibantu oleh

wakil kepala sekolah, guru mapel dan wali kelas,

didalam administrasi Kepala sekolah dibantu Tata

Usaha, laboran dan pustakawan. Sedangkan didalam

hirarki pendidikan di Indonesia, Pemerintah Republik

Indonesia dalam hal ini diwakilkan oleh Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan dan Meneteri Agama adalah

otoritas tertinggi dalam sistem pendidikan nasional.

4. Sistem Pembiayaan Pendidikan/Sekolah untuk tingkat

pendidikan dasar telah di akomodasi oleh APBN dalam

bentuk dana BOS. Pemerintah bertanggung jawab sesuai

dengan UUD 1945 untuk mengalokasikan dana APBN sebesar

20% untuk pendidikan. Pemerintah juga mengatur dalam

Peraturan pemerintah tentang Standar Nasional

Pendidikan tentang Standar Pembiayaan yang terdiri

atas biaya investasi, operasional dan personal.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Sistem Informasi Perundang-Undangan

Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.(Online),

(http://sipuu.setkab.go.id), diakses 15 Desember

2012.

Sairin, S. 2003. Kultur Sekolah dalam Era Multikultural. Makalah

Seminar Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui

Pengembangan Kultur Sekolah, Pascasarjana, UNY,

Yogyakart, 12 Juni.

Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sistem Informasi Perundang-Undangan Sekretariat

Kabinet Republik Indonesia.(Online),

(http://sipuu.setkab.go.id), diakses 15 Desember

2012.

Undang-Undang Dasar 1945. Sistem Informasi Perundang-

Undangan Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.

(Online), (http://sipuu.setkab.go.id), diakses 15

Desember 2012.

Vembriarto, S. 1993. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo.