(With Wartini et. al) 2011 Sanghyang Swawarcinta: Teks dan Terjemahan

170
SANGHYANG SWAWARCINTA Teks dan Terjemahan oleh: Tien Wartini Mamat Ruhimat Ruhaliah Aditia Gunawan Diterbitkan atas kerja sama Perpustakaan Nasional RI dan Pusat Studi Sunda 2011

Transcript of (With Wartini et. al) 2011 Sanghyang Swawarcinta: Teks dan Terjemahan

SANGHYANG SWAWARCINTA Teks dan Terjemahan

oleh: Tien Wartini

Mamat Ruhimat Ruhaliah

Aditia Gunawan

Diterbitkan atas kerja sama Perpustakaan Nasional RI

dan Pusat Studi Sunda 2011

- ii -

Katalog dalam Terbitan (KDT) Sanghyang Swawarcinta: Teks dan Terjemahan/oleh: Tien Wartini [et al].- Jakarta: Perpustakaan Nasional RI bekerja sama dengan Pusat Studi Sunda, 2011. viii + 163 hlm. ; 16 x 23 cm Cetakan pertama: 2011 1. Manuskrip I. Tien Wartini II. Mamat Ruhimat III. Ruhaliah IV. Aditia Gunawan V. Perpustakaan Nasional. 091 ISBN: 978-979-008-412-4 Perancang Sampul &Tata Letak Aditia Gunawan Diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional RI Jl. Salemba Raya 28 A, Jakarta 10430 Telp: (021) 3154863/64/70 eks. 264 Fax: 021-3103554 Email: [email protected] Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang

Pusat Studi Sunda

Jl.Garut No.2 Bandung

Telp/fax. 022-7272438

- iii -

SAMBUTAN

PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang menyimpan berbagai jenis informasi, baik dalam bentuk buku, maupun non buku. Sebagian besar di antaranya berisi tentang hal ihwal Indonesia, baik yang ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa Daerah, maupun bahasa Asing.

Diantara sekian banyak koleksi Perpustakaan Nasional RI,

koleksi naskah kuno nusantara tergolong istimewa, baik dari segi fisik maupun isinya. Karya-karya tersebut sebagian besar merupakan buah tangan leluhur bangsa Indonesia yang mempunyai nilai historis yang tinggi. Kondisi dari karya tersebut pada umumnya sangat memprihatinkan dan perlu segera digarap serta disebarluaskan kepada masyarakat.

Oleh karena itu, Perpustakaan Nasional RI melakukan

berbagai upaya untuk melestarikan karya budaya bangsa tersebut. Hal ini sesuai dengan tugas dan fungsi Perpustakaan Nasional RI seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan dan UU Nomor 5 tahun 1992 tentang Cagar Budaya.

Tahun ini merupakan tahun kedua Perpustakaan Nasional

RI menjalin kerjasama dengan Pusat Studi Sunda. Hasil dari kerjasama tersebut adalah terbitnya buku ‘Sanghyang Tatwa

- iv -

Ajnyana: teks dan terjemahan’. Semoga dengan terbitnya buku ini, masyarakat akan mengetahui salah satu peninggalan para leluhur yang sangat tinggi nilainya. Saran dan tanggapan dari pembaca untuk penyempurnaan buku ini akan kami terima dengan senang hati.

Jakarta, Oktober 2011 Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi ttd. Dra. Woro Titi Hariyanti, MA

- v -

PENGANTAR YAYASAN PUSAT STUDI SUNDA

Kerjasama Yayasan Pusat Studi Sunda dengan

Perpustakaan Nasional menggarap naskah-naskah Sunda

Kuna tahun 2011 ini, menghasilkan dua buku, yaitu pertama

Sanghyang Swawarcinta: teks dan terjemahan dan Sanghyang

Tatwa Ajnyana: teks dan terjemahan.

Mudah-mudahan kerjasama ini dapat terus berlanjut

sehingga dapat membuka isi naskah-naskah Sunda Kuna yang

tersimpan pada koléksi Perpustakaan Nasional sampai selesai

yang menurut perhitungan kami akan memakan waktu 7-8

tahun.

Untuk itu kami mengharap agar para sarjana ahli naskah

Sunda Kuna akan tetap tekun dan bersemangat untuk

membukakan warisan rohani karuhun Sunda buat masyarakat

Sunda sekarang.

Yayasan Pusat Studi Sunda

Ajip Rosidi

Ketua Dewan Pembina

- vi -

- vii -

Daftar Isi Bab 1 1

Puisi Sunda Kuna 3

Naskah Sanghyang Swawarcinta 5

Bab 2 - Terbitan diplomatik 9

Bab 3 - Suntingan & Terjemahan Teks 49

Pengantar 49

Penyajian Suntingan Teks 51

Terjemahan 102

Glosarium 148

Bibliografi 162

1

Sanghyang Swawar Cinta

Bab 1 Pendahuluan

Naskah Sunda kuna merupakan salah satu

khazanah kebudayaan Nusantara yang patut mendapat perhatian. Jika dibandingkan dengan naskah dari daerah lain di Nusantara, naskah Sunda kuna jumlahnya relatif lebih sedikit. Keadaan ini rupanya berbanding lurus dengan upaya untuk mengkaji isinya. Penelitian yang dihasilkan selama kurun waktu satu abad lebih pun sangat terbatas.

Naskah Sunda kuna saat ini tersebar di beberapa tempat penyimpanan, baik di dalam maupun di luar negeri, baik tersimpan dengan sistem baku dan sistematis di lembaga penyimpanan naskah maupun yang masih tersebar di masyarakat umum (lih. Ekadjati, 1988; Chambert-Loir & Fathurahman, 1999: 181-188). Berdasarkan penelusuran katalog, baik yang sudah maupun belum diterbitkan, jumlah naskah Sunda Kuna

2

Sanghyang Swawar Cinta

tidak sebanyak naskah Sunda dari periode kemudian. Lembaga penyimpanan naskah yang menyimpan naskah Sunda Kuna di antaranya adalah Perpustakaan Nasional RI (PNRI) di Jakarta, Museum Sri Baduga di Bandung, Perpustakaan Universitas Leiden di Belanda, dan Bodleian Library di Inggris (band. Ekadjati, 1988; Rickleff & Voerhoeve, 1977).

Selain di lembaga-lembaga tersebut, NSK juga disimpan di kabuyutan, yaitu daerah yang disucikan kelompok masyarakat tertentu di Tatar Sunda, seperti Kabuyutan Ciburuy-Garut dan Kabuyutan Koleang, Jasinga-Bogor. Pada saat ditemukan, dapat diketahui bahwa naskah Sunda kuna bukan lagi menjadi tradisi yang hidup di masyarakat, karena tidak ada seorang pun yang dapat membacanya1. Di Ciburuy diketahui ada sekitar 30-an naskah yang telah dialih-mediakan oleh Andrea Acri melalui program British Library2 dan saat ini sedang diusahakan deskripsi singkatnya oleh Undang A. Darsa. Sebelumnya, Saleh Danasasmita dkk (1986) melaporkan 27 naskah dari Kabuyutan Ciburuy.3 Kabuyutan Koléang

1 E. Netscher, „Iets over eenige in de Preanger-regentschappen

gevonden Kawi-handschriften‟ Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap, I (TBG I, 1853: 469-479).

2 Lihat „Retrieving heritage: rare Old Javanese and Old Sundanese manuscripts from West Java (stage one)‟ dalam http://www.bl.uk/about/policies/endangeredarch/2009/acri.html. Hasil alih media tersebut sudah dikirimkan ke PNRI, tetapi belum dapat dilayankan karena masih dalam tahap pengolahan.

3 Dalam laporannya, Kropak 408 (Sewaka Darma) dan Kropak 630 (Sanghyang Siksakandang Karesian): Transkripsi dan Terjemahan (1986), tim peneliti yang terdiri dari Saleh Danasasmita, Ayatrohaedi, Tien Wartini dan Undang A. Darsa menyebutkan bahwa mereka menyebutkan adanya 27 naskah di Ciburuy, yang bila dikalkulasikan berjumlah sekitar 1130 halaman. Selain itu, tim mencatat di antara naskah tersebut yang masih utuh hanya 10 naskah, sementara 17 lainnya tak utuh lagi. Di sana juga diterangkan, bahwa seluruh naskah telah dipotret dan dokumentasinya disimpan di Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi).

3

Sanghyang Swawar Cinta

Cicanggong di Jasinga Bogor rupanya masih menyimpan beberapa NSK, meskipun belum ditelusuri lebih jauh. Pada awal abad ke-20, beberapa naskah daun dari wilayah ini diberikan kepada Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW) dan saat ini menjadi koleksi PNRI (Krom, 1914: 32). Selain itu, tercatat pula beberapa NSK yang disimpan oleh masyarakat perorangan yang tersebar di beberapa daerah, seperti Cianjur4 dan Bandung5.

Di antara lembaga yang mengumpulkan dan menyimpan NSK, PNRI dapat disebutkan sebagai lembaga yang paling banyak koleksinya. Koleksi naskah PNRI sebelumnya disimpan di Museum Pusat, Jakarta (kemudian menjadi Museum Nasional). Menurut catatan Noorduyn (1971: 151), jumlah naskah Sunda Kuna yang disimpan di Museum Pusat Jakarta berjumlah sekitar empat puluhan naskah. Inventarisasi paling mutakhir atas naskah-naskah Sunda Kuna yang disimpan di Perpustakaan Nasional RI dilakukan pada tahun 2010. Dari hasil inventarisasi tersebut dapat diketahui bahwa naskah Sunda Kuna berjumlah 63 buah dan tersebar di beberapa peti.6

Puisi Sunda Kuna

Pada tahun 1994, Jacobus Noorduyn, seorang sarjana Belanda pemerhati kebudayaan Sunda meninggal dunia.

4 Tercatat satu buah NSK yang ditulis pada bambu dalam inventarisasi

yang dilakukan oleh Yetti Kusmiati Hadish, dkk. dari daerah Mande, Cianjur. Isi naskah berupa silsilah Prabu Siliwangi (1985: 96-97).

5 Sekurang-kurangnya ada dua NSK yang ditemukan di Bandung, yaitu milik H. Sukandi yang bertempat tinggal di Cijenuk, Sindangkerta (Ekadjati, 1988: 431) dan milik Abah Cahya dari Antapani Bandung. Naskah Abah Cahya berupa terdiri dari lima lempir lontar dan telah dialih-mediakan oleh Tedi Permadi (UPI Bandung).

6 Lihat Aditia Gunawan (2010) „Membuka Peti Naskah Sunda Kuna di Perpustakaan Nasional RI: Upaya Rekatalogisasi‟ dalam Sundalana IX. Bandung: Pusat Studi Sunda.

4

Sanghyang Swawar Cinta

Selama hidupnya, kiranya ada beberapa naskah Sunda Kuna yang secara khusus dikaji oleh Noorduyn. Teks tersebut adalah teks Para Putera Rama dan Rahwana (atau lebih dikenal dengan Pantun Ramayana), Pendakian Sri Ajnyana, dan Perjalanan Bujangga Manik. Hasil kajian-kajiannya atas ketiga teks itu diumumkan dalam beberapa artikel yang membahas segi-segi tertentu dalam teks. Perlu diketahui, meski Noorduyn telah membaca naskah-naskah Sunda Kuna baik yang berada di Jakarta maupun di Bodleian, tetapi sampai akhir hayatnya ia tidak sempat mengumumkan satu pun diantara teks-teks yang digarapnya itu secara menyeluruh.

Adalah A. Teeuw, seorang profesor yang banyak memberikan sumbangan tentang kesusasteraan Indonesia sekaligus juga sahabat Noorduyn, yang meneruskan hasil garapan temannya yang belum sempat terselesaikan itu. Hasilnya sungguh mengagumkan. Cara kerja Noorduyn dan Teeuw menggarap naskah-naskah tersebut membukakan cakrawala baru bagi penelitian Sunda Kuna. Segi-segi sastra dan linguistik yang selama ini belum tergali secara mendalam dalam penelitian-penelitian naskah Sunda Kuna sebelumnya dibicarakan secara panjang lebar. Hasil kerja kedua sarjana tersebut diterbitkan dalam buku Three Old Sundanese Poem terbitan KITLV Press Leiden pada tahun 2006.

Selain dari menyajikan teks dan terjemahan disertai catatan yang melimpah, kajian Noorduyn dan Teeuw atas ketiga puisi Sunda Kuna yang disebut di atas juga dilengkapi dengan analisis yang cukup memadai tentang bentuk puisi yang termuat di dalamnya, daru mulai struktur persajakan, keberformulaan dan repetisi, rintangan metrum, dan lain-lain (Noorduyn & Teeuw, 2006).

5

Sanghyang Swawar Cinta

Dalam analisisnya, Noorduyn dan Teeuw (2009:84) menemukan bahwa dalam teks-teks puisi Sunda Kuna sering muncul beragam repetisi; bagian-bagian sajak yang sama muncul lagi di bagian lain dari teks, kadang-kadang dalam bentuk yang sama, kadang-kadang pula dengan variasi dalam kata-katanya, baik panjangnya maupun susunannya.

Ciri yang demikian muncul juga dalam teks Sanghyang Swawarcinta yang diterbitkan kali ini dapat dilihat di bawah ini.

390 Beuki katakul kalarung, beuki7 kasééh kagédéng,

Semakin terenggut dan terlewat. Semakin tersisih dan terpinggirkan.

bait diatas paralel dengan baris 426 dengan variasi pada kata pertama.

426 anggeus katakul kalarung, (anggeus) kasééh kagédéng,

Setelah terenggut dan terlewat. Setelah tersisih dan terpinggirkan.

Naskah Sanghyang Swawar Cinta

Teks Sanghyang Swawarcinta (SSC) termasuk dalam koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor koleksi L 626 peti 69. Naskah terdiri dari 39 lempir daun lontar yang berukuran 33 cm x 2,7 cm. Diapit dengan pengapit bambu. Setiap lempir mengandung empat baris tulisan. Ditulis menggunakan aksara dan bahasa Sunda Kuna. Teks SSC ditulis dalam bentuk puisi ostosilabik, yaitu puisi yang setiap baitnya terdiri dari delapan suku kata. Tetapi terdapat sejumlah kecil bait tidak memenuhi metrum delapan suku kata. Berdasarkan Catatan kepurbakalaan N. j. Krom (1914: 41), naskah ini berasal dari kelompok koleksi Bandung.

7 kbi

6

Sanghyang Swawar Cinta

Keadaan fisik naskah cukup terawat, meski pada beberapa bagian terdapat lubang-lubang kecil akibat serangga. Bagian-bagian yang mulai rusak rupanya telah dikonservasi dengan cara laminasi. Sebagaimana halnya naskah-naskah Sunda Kuna yang ditulis di atas gebang, lontar, bambu, dan daluwang, naskah ini pun belum pernah dideskripsikan dengan baik dalam katalog sebelumnya.

Naskah ini juga belum pernah diteliti sebelumnya. Meski demikian, C. m. Pleyte sempat membaca dan mengalih-aksarakan naskah ini ke dalam aksara Latin. Hasil alih-aksaranya itu belum sempat dipublikasikan, masih dalam bentuk tulisan tangan yang sekarang tersimpan dalam kumpulan naskah koleksi Pleyte dengan nomor koleksi Plt.17 Peti 121.

Judul yang tertera pada label naskah adalah Siksa Kandang Karesian (SSKK). Setelah dibaca isinya, jelas teks ini bukan teks SSKK. Teks ini tidak secara jelas menyebut judul, tetapi pada bagian awal teks terdapat keterangan bahwa pengarang tiba tiba teringat akan Sanghyang Swawarcinta. Penegasan tentang Sanghyang Swawarcinta pada bagian awal inilah yang menjadi pertimbangan kami untuk memilih judul tersebut. Swawarcinta mungkin merupakan perubahan dari swargacyuta yang berarti „jatuh dari surga‟ (lihat Zoetmulder, s.v). Munculnya kata swawarcinta mungkin akibat dari silap baca penyalin terhadap aksara Buda. Karena bentuknya yang mirip, aksara ga dibaca wa, sementara panglayar (r) biasanya ditempatkan pada aksara sesudahnya sehingga dibaca swawarcyuta dan pada akhirnya menjadi swawarcinta. Makna Sanghyang Swawarcinta dapat berarti „sesuatu yang suci yang turun dari surga‟. Inilah yang diangan-angankan oleh pengarang pada awal teksnya. Tiba tiba ia mengangankan sesuatu yang turun dari surga, dari

7

Sanghyang Swawar Cinta

dalam ketiadaan (ras hedip umangen-angen, di sanghyang swawarcinta, di jero tan hanana). Gambaran isi

Lain halnya dengan teks-teks puisi Sunda Kuna yang telah diumumkan, teks SSC memiliki keunikan tersendiri. Isi teksnya berupa rajah panjang, meliputi seluruh bagian teks. Tidak ditemukan adanya dialog ataupun tokoh cerita. Tokoh dalam teks ini selalu menyebut dirinya boncah „bocah‟ yang, dengan segala kerendahan hatinya, mencoba mengeluarkan pengetahuannya „kawacanaan‟. Seringkali ia memohon maaf kepada pembaca (atau pendengar) yang budiman agar sudi memaafkan jika disana-sini terdapat kesalahan dalam tulisannya. Jelaslah bahwa pengarang yang menyebut dirinya bocah itu pengetahuannya sangat luas. Dalam baris yang cukup panjang, ia menerangkan berbagai segi pengetahuan, baik keagamaan maupun pengetahuan lain yang ia miliki.

Keluasan pengetahuan tersebut dapat terlihat ketika pengarang melukiskan tentang berbagai jenis penganan „olah-olah‟ (baris 165-193), berbagai kisah dari teks klasik (baris 475 -520), pengetahuan tentang sesajian, dan lain-lain. Waktu dan tempat penulisan

Pada kolofon terdapat catatan bahwa naskah selesai ditulis pada bulan kedelapan (wulan kadalapan) tanpa keterangan angka tahun. Teks SSC ditulis (atau disalin?) di Gunung Cikuray. Sebagaimana diketahui, Gunung Cikuray adalah nama gunung di sebelah selatan Garut Jawa Barat. Menurut beberapa peneliti terdahulu seperti Pleyte dan Atja (1970), Cikuray memiliki nama purba, yaitu Gunung Larang Sri Manganti. Penyebutan nama Cikuray, bukannya gunung Larang Sri Manganti,

8

Sanghyang Swawar Cinta

mengarah pada beberapa kemungkinan. Pertama, kedua nama tersebut merujuk kepada nama gunung yang berbeda. Kedua, naskah ini dibuat kemudian, atau lebih muda dari naskah yang berkolofon Gunung Larang Sri Manganti. Ketiga, kedua istilah tersebut digunakan pada periode waktu yang sama dan merujuk pada gunung yang sama pula. Kemungkinan-kemungkinan hanya menimbulkan hipotesis belaka. Oleh karena itu, kiranya perlu dikaji lebih jauh dalam penelitian lain.

Sistematika penyajian Untuk memahami teks Sanghyang Swawarcinta, disajikan terbitan teks Sanghyang Swawarcinta dari naskah lontar L 626 peti 69. Teks disajikan dalam dua jenis terbitan, yakni terbitan teks diplomatik dan suntingan teks. Sebagai pengantar, pada bagian awal buku ini disajikan gambaran tentang hal-ihwal naskah, yang meliputi asal-usul, keadaan material, bentuk aksara, dan kandungan teksnya. Terbitan teks yang disajikan dilengkapi dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia. Bagian akhir dari buku ini dilengkapi oleh glosari dari teks.

9

Sanghyang Swawar Cinta

Bab 2 Terbitan Diplomatik

Pengantar

Dalam terbitan kali ini disajikan terbitan diplomatik teks Sanghyang Swawar Cinta dari naskah lontar L 626 koleksi Perpustakaan Nasional RI. Terbitan diplomatik dimaksudkan agar pembaca sedekat mungkin dapat mengikuti teks sedekat mungkin sebagaimana termuat dalam naskah sumber (Wiryamartana, 1990: 56). Meski demikian, suatu terbitan tidak mungkin menghilangkan sama sekali jarak pembaca terbitan dengan naskah itu sendiri. Dalam terbitan ini pun termuat penafsiran peneliti atas sistem aksara dan sistem ejaan dalam naskah lontar 626. Tentu saja, peneliti lain mungkin mempunyai tafsiran yang lain.

Terbitan diplomatik dalam penelitian kali ini dilaksanakan sebagai berikut:

10

Sanghyang Swawar Cinta

1. Sistem transliterasi mengikuti sistem Wiryamartana (1990) dalam menangani Arjunawiwāha (1990) dan Ayatrohadi dalam menangani Kawih Paningkes (1995) dengan beberapa perubahan, sesuai dengan penafsiran peneliti ini atas sistem aksara dalam naskah lontar L 626 dan harkat bunyi aksara: ö: e atau eu é: e taling ṙ: r final (panglayar) ṛ: re atau reu ḷ: le atau leu ñ: ny ṅ: ng final (panyecek) ŋ: nga ḥ: h final (pangwisad) . (titik): paten (pamaéh)

2. Urutan lempir disingkat „Lp‟ mengikuti urutan rekonstruksinya. Urutan rekonstruksinya adalah sebagai berikut.

Urutan setelah rekonstruksi

Urutan sebelum rekonstruksi

Angka Sunda Kuna

1. 2. 3. 4. 5. 6.

17v 16r 16v 15v 15r 18v 18r 19v 19r 20r

1 3 4 5

11

Sanghyang Swawar Cinta

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.

20v 21r 21v 22r 22v 7r 7v 6r 6v 5r 5v 4r 4v 10r 10v 8r 8v 11r 11v 2v 2r 3r 3v 9v 9r 14v 14r 13v 13r 12v 12r 29r 29v 23r 23v

6 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 18 20 22 22

12

Sanghyang Swawar Cinta

24. 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38

24r 24v 25r 25v 26r 26v 27r 27v 28r 28v 30r 30v 31r 31v 32r 32v 33r 33v 34v 34r 35r 35v 36v 36r 37v 37r 38v 38r 39r

23 24 25 26 27 28 30 33 36? 34 35 36

3. disajikan transliterasi berdasarkan halaman dan

baris: a. recto: halaman depan b. verso: halaman belakang c. baris ditandai dengan angka arab.

13

Sanghyang Swawar Cinta

4. Pada bagian lontar yang sobek dan berlubang diberi catatan: “lontar rusak”.

5. Pemisahan kata dilakukan menurut bunyi teks dan disesuaikan dengan ejaan, sama dengan ejaan yang dipakai dalam suntingan teks.

6. Koreksi yang dibuat oleh penulis naskah tidak dicantumkan dalam terbitan diplomatik. Koreksi atas bagian yang salah kadang-kadang berupa pembubuhan panyuku dan pemepet (panghulu) dalam satu aksara. Kadang-kadang berupa coretan tanpa mengenai aksaranya.

14

Sanghyang Swawar Cinta

Penyajian Terbitan Diplomatik Lp. 1r Ø Lp. 1v Ø Lp. 17r Ø Lp. 17v

1. ///ooo/// ras. hdip. umaŋe aŋen., di saṅhyi swawaṙ cinta di jero tan. hannana, tebey. mijil. ka sakala, metu ti panwa paṅṛŋö, hwas. ba

2. yu metu ti tutup., péta sabda metu ti rasa, turun. ti purana widu biji ti pus. taka jati, bönaṅ nuras. ti ajjana, bijil. ti jati

3. nis. kala, sidi sida parama suķsembaḥ, sedeṅ sira saṅŋ amaca maṅŋucap. kaañanaan. metu waŋi saṅkan. dadi, ŋaranna ka suda mula, pa

4. saṅkannan. nikaṅ aji, aḥhuṅ guru déwanan. ta, niti jati manöbaḥ saṅ karo pitu, kapitu saṅ hyaṅ hayu pukulun. sama sum.

Lp. 16r

1. pamuhunnan. kami ñauṙ pataṅkallan. kami ñada, ñaķsi ka böraṅ ka pötiṅ, ka jagat. bwana lamba mihapékön awak kami, kami dé sadu ñarita, metu

2. kön. kawacanaan. kéca ti iña saṅkann., batara wenaṅ wisésa ma séda, batari wenaṅ ma saķti, batara bayu maṅṛŋö, mulaḥ mwa ṛŋö swaṙ

15

Sanghyang Swawar Cinta

3. raiṅ, swaṙra iṅ ayöna ini, mulaḥ mwa mihapé iña, sugan. niṅ salaḥ tutap., sugan. niṅ salaḥ sebat., sugan. niṅ salaḥ ucap.

4. sap. taiṅ pidaḥ karéka, sab. daiṅ pidaḥ ka man. tra, uloniṅ pidaḥ ka kukus. sumaṅŋe jatin. maṅka terus. (panéléng)

Lp.16v

1. batan. éta, … pa sagu rupa samapun., pamuhunnan. kami ñauṙ, pataṅkallan. mi ka(dicorét) ñabda pasaduan. kami ka nusyi séda parama

[ga/1] 2. séda, nu saķti parama saķti, ka hyiṅ naliķka jan.

tra, ŋaran. niṅ böraṅ kahyaṅ nalika jan. tra ŋaran. pötiṅ kami sadu möḷm. ku

3. kus. malamé lwamala can. dana, ki gugula aṛy. batara, döṅŋön. kulit. naṅka börit., disilaṅ caṅkaṅ pisittan., usaṙ kalawa

4. n. jamaka, juṅ ŋatöp. döṅ halihaiṙ, dibauṙ döṅ téjo maya, diṛm. böy. döṅ meñan. böṛm., dipun. cakkan. meña putiḥ

Lp. 15v

1. ḷmas. urey. lun.aya dimaṅka rasa, ñarebuṅ kukus. ka maṅguṅ, maṅka ambuṅ ku ambuiṅ gan. dawaṅŋi di bwana, lamun. na cwadwaṅ ka

2. ka wétan. asup. kana waṙna putiḥ gösan. hyiṅ iswaṙra, lamunna cwadwaṅ ka kaléṙ asup. kana waṙna hireṅ gösan. na hyiṅ wisnu, lamu

3. n. cwadwaṅ ka kulwan. asup. kana waṙna kuniṅ gösan. hyiṅ maha déwa, lamunna cwadwaṅ ka kidul. asup. kana waṙna miraḥ, ka swaṙ

16

Sanghyang Swawar Cinta

4. gaan. hyiṅ břama, lamunna teṙrus. ka maṅguṅ asup. kana catuṙ waṙna, ka swaṙgaan. hyiṅ siwaḥ, ka maṅguṅ ka saṅ rumuhun. ka saṅ

Lp. 15r

1. maṅŋambaṅ saṅ maŋabuṅ, ka saṅ patiḥ waṙraḥ désa, terus. dwaṅkap. ka tan. hannana, pun. caķ saṅ hyiṅ akasa, ka tuṅtuṅ ben. tiķ niṅ laṅŋi

[ro/2] 2. t. pun. caķ saṅ hyiṅ akasa, payuṅ alas. payuṅ désa

dipajaṙ payuṅ bwana, mayuṅŋan. ka woṅ sajagat. lamunna dataṅ ka iña ku

3. kus. kami jadi saṅ hub. jadi ṛöķ döṅ haḷṅhöm. jadi méga pihujananön. lamun. na nigaṅ ka ḷmaḥ jadi huñuṙ ḷmaḥ halaki, jadi ḷ

[….] 4. maḥh kaputiḥhan. jadi ḷmaḥh saṅhyiṅ lamun. na

nigaṅ ka batu jadi piliṅgaön. cadi baṅ cadi putiḥ jadi na batu saṅ hyi lamun.

Lp. 18v 1. na nigaṅ ka cai jadi cisanta cisanti cikatiḷsan.iña

pantiṅ cihaliwuṅ, ŋaranna saṅhyiṅ talagawaṙna, diala ku bwacaḥ lanaṅ dibawa disééṅ

2. tuban., diais. ku bwaéḥ laraṅ, diiriṅ ku tataböḥhan. gwaoṅ kuniṅ gaṅsa laṙri, pakön. mwa bacana dasa mala paṅruat. dasa ka (panéléng),

3. lasa, kitu kawas. tuan. nana, lamun. na nigaṅ ka kayu tara taṅrété, tataneman. sarwwa pala, maṅkana gaḷmuḥ tulus. ga

4. ḷppwaṅswaṙ, gulawiṅ caniṙ lurus. puhun. oés. séléṙ ram. pyiṅ daḥhan. ruum. kembaṅ ammis. buaḥ kitu kawas. tua

Lp. 18r

17

Sanghyang Swawar Cinta

1. n. nana, maṅka ŋuni lamun. n niṅgaṅ ka saṙwwa sattwa magöṅ ma demit. lamun. nniṅgaṅ kapöcaṅ kañcil. puti, raja mu/me? péni, céléṅ kupiṅ siŋa salat.

[ḷ/3] 2. na raja maṅ/mu. péna, ḷmbu lilin. rajam. péni,

gajaḥ putiḥ rajapéni, tutuṅgaṅŋan. saṅ přabu, kitu kawas. twaan. na

3. na, maṅŋuni lamun. na nigaṅ ka bwan. caḥ lan. naṅ, maṅka naga ḷmaḥ tulus. gaḷṅpwaṅ bwaṅswaṙ, giliṅpiṅ pacaḥ gilaṅ taréros. ramwa para

[…] 4. jaṅ taṅgay. kasélaṅ gélaṅgé dauṙ kwanéṅ danéné

pwatraṅ cawén. né, pirigan. saṅhyi kaliṅgan. pen. wan. para twahaan. Sa

Lp. 19v 1. cip. ta cip. taniṅ laniṅ, as. tura as. turi arawa

oñana, sakitu kawas. tuan. nana, maṅka ŋuni lamun. na niṅgaṅ ka bwacaḥ

2. opoy. maṅka naga ḷmuḥ tulus. gaḷpoṅpoṅsoṙ, gölis. pawilis joéh [aksara dicorét] édaḥ padawala, döṅ muķti bun. buuķ, daéḥ pa

3. jaṅ kwanéṅ caropwaṅ puhu buluna, hapitan. karawaléa, cita ñwakét. pwaéķ pwaéķ cita niṅḷm. aḷm. al.ḷmiṅ

4. ceta ñulagé böraṅ böraṅ, möböṙ nuaṙ nöḷm. ñaṅkuduan. ŋöm. puķ ŋem. baṅ gaduṅ, ŋwanéṅ ŋayen. su(m?)ma ŋela söpaṅ ŋaŋen.ha

Lp. 19r

1. yam. ŋaran. cét. kan. téḥ pamulu, bötöṅ ṛös. ku sakitu, theṙ pélag. olaḥ olaḥ, na paray. dikembaṅ lwapaṅ, huraṅ ta dikembaṅ dadap.

[ru/4]

18

Sanghyang Swawar Cinta

2. na hitu dipais. tutuṅ, ḷdi ta dipais. bari, na lélé dicwacwabéķ, na deḷg. dipanjel. pajel. na hiki diḷḷjöṙ,

3. na kan. cřa dilaķsa laķsa, sisinn. na dirara man. di, tulaṅna dibat. curaṅŋu pan. tö dirokwatway., hayam. bwadas. ta di

4. padamara, hayam. böṛm. disareṅseṅ, hayam. caṅkes. diketřiķ hayam. huriķ dipais. bari, hayam. dan. ten. dipepecel.

Lp. 20r

1. hayam. bikaṅ dipapaṅgaṅ, hayam. kuruṅ dikudupuṅ, hayam. ken. caṙran. disaratén., hayam. kam. biṅ ri ta dikasikacigey. tuaṅ carogé, theṙ

2. na ñaṅŋa ñaṅlaṙkön. ŋamumujet. ŋararaṅ man. di, ŋararaṅ gediṅ, ñasaté raraka hudan., sasaté us. sap.us. sap. l am. bé sasaté pawa

3. raṅ lun. taṅ, sasaté ugaṅ agiṅ, sakitu guna om. pway., sakitu kawas. twaan. nana, /o/ maṅkana parat. ka hadap. kasinuṙgaḥha ka pwa

4. basuka basuki ka batara nagaraja, ka saṅ patiḥ gara, désa, ka nusyi awaķ laraṅ nu naṅgöy. saṅ hya ḷmmaḥ, nusñi wenaṅ di han. dap.

Lp. 20v

1. ka saṅ hyiṅ dig. dig. héraṅ, ka loṙ kidul. kulon. wéttan. saṅ hyiṅ samaradanna catuṙ al. las. catuṙ désa, dipajaṙ catuṙ man. dala ŋahibaṙran. bwaé na

[ruṙ/5] 2. tuha kalawa amiṅŋa tutup.raḥhayu křeta gölis.,

para bujaṅga ŋawas. tu dina bulan. kapitu, dina bulan. rahasyé dina imaḥ maniķ ma

19

Sanghyang Swawar Cinta

3. ya, dina pañca tigad.ñana, ŋajiṅjiṅ saṅhyiṅ hupri, ŋajayaķ saṅhyi atma, ŋarawu saṅ hyiṅ hayu, ŋuni ŋuni saṅ pan. dita, ŋa(?)jaṅ bayu sabda

4. hidep. ŋaregep. cip. ta niṙmala ŋukup. hurip. wwaṅ sajagat. dina aniṅ paṅluṅguḥhan. kitu samapun. /o/ oṅ kara nama siḥwaya,

Lp. 21r

1. carék dina siķsa kadaṅ sohaḥ as. ti sakala wřiti, as. titi metu riṅ ŋajina mas. té na mas. karana, namas. tu na masiḥ waya, sekaṙ tujaṅ sekaṙ

2. pawitra, di saṅhyiṅ pawiduan., di saṅhyiṅ as. sři kuniṅ, di saṅhyiṅ assři bwana, di saṅhyiṅ cin. tamaniķ, was. tu sakala samaṅké

3. ḷpaya méta hapura, kami son. né muduṙ modana ña modanakön. sika paṅgaṅŋan. kalawan. si katiwassan. ireg. pi

4. del. jugul. muna, tumaṅtu di kapuṅguṅŋan. sumaṅsaṅ di katiwassan., ipis. kadéwayunian., balaka ulasřapan. kadö

Lp. 21v

1. l. kaön. töppan. pidel., katutupan. ku si lupa, kaparikus. tra, déné makoaḥ, han. tö katurunnan. ku ad.ñana wisésa, laṅgeṅ metaḥ

[u/6] 2. ka jal. maan. maṅki swa miasa döi, ku kagöiyan.

kami bon. caḥ dé diajaṙ metukön. kawacanaan., ku tiṅkaḥ kami bon. caḥ

3. haṅjaṙ haṅjaṙ sasa ḷṅjar, göra garawallan., ampag.ampag. gam. gam paṅŋan. popogallan., sabda an. caṙran. tiṅkaḥ aré, kase

20

Sanghyang Swawar Cinta

4. deķ ku picip. taön., metukön. riṅŋ adi sasisiḥ sapataḥ siléka, maṅkin. metukön. kawacanaan., ku göi hantö katemu na

Lp. 22r

1. ampuḥ guru lagu, tidaķ taduķ, basa basiki, patitis. silapaḥ hayap., sandiṅ panali ukuṙ paran. ti sipat. pameneṙ cicik.aṅka padalisa

2. saudaķ pudakaḷpa, ku göi kametukön. bayu ti tup. sabda ti babaḥhan.hidep. sakéṅ aṅŋen. bayu sugan. tan.anaķ kapřesa, sa

3. bda nu tan.anaķ kaṛŋö, hdip. tan.anaķ kapiaṅŋe aŋen., maṅka gédéṙ maṅka ṛwas. maṅka reduḥ ikaṅ bayu, maṅka lu(?)caṅ saṅhyiṅ a

4. jñana na sari sip. pe pihideppön., susaḥ pirasyéön., liṅ ŋeṙ pamuŋaan., ŋagadog. tihaṅ pagwa san. diṅ tikilab. sam. paṅgogolaṅ, pegat.

Lp. 22v

1. s. karayunnan. kagedag. gedag. taṅgeran., keruḥ sita kabuyuttan., kécoṅ talaga saṅhyiṅ sarisipön., pihdep. pön. maṅka susaḥ pirasyé

[la/7] 2. ön., ḷbaķ bönaṅ nu midataṙ kusut. bönaṅ nu

méréssan. ti tabuṙ bönaṅ maṅpuluṅkön., iris. bönaṅ nu ñisibbön. kuraṅ bö

3. naṅ nu nebey. tan., soréṅcaṅ bönaṅ nu ñelappan., hilaṅ bönaṅ nu namakön., ḷŋit. bönaṅ nu talitip., kasamuṙ bönaṅ mitutuṙ, ro

4. ŋod. bönaṅ nu ŋadéṅdéṅ mas. padé, ñipat. midana ŋulaķ ŋölé ŋukuṙran., ka nu jauḥ ka nu dököt., kaceray. kapapasaḥ

Lp. 7r

21

Sanghyang Swawar Cinta

1. kön. kapidwa. kapin. telukön., kaatégan. kawuruṅŋannan. ku kebawa budi cip. ta, lawan.am. beķ kubekanaṅ misi labuḥ siloka

2. sarua palalun. könön. ja hayaṅ mahaṛs. déķ dyajaṙ kapibaŋun. saṅsaya, déķ dyajaṙ metukön. niṅ ñana bayu tiis. diŋa

3. n. palipuṙna, ruum. siŋit.rumawaṅŋi, déwati karayunnan., nitis. kön. niña ka sato, kapadaŋan. maṅka höböl. hirup.

4. höböl.ñowana, héŋan. kawiŋaḥhan. kami bon. caḥ sarwa palalukönnön.,kitu ku göi metukön. sabda, ja hayaṅ maṅhayaṅ, kapibaṅ

Lp. 7v

1. ŋun. saṅ mata (? lontar rusak), dék metukön. niña, na sabda padésa, sabda anu mana přemana sabda man. tra man. tri maha mulyi sabda tinuda tinudi ti saṅ pan.

[ca/8] 2. dita, ka saṅ séwaka daṙma, dék iña metukön. na

sabda raḥhayu, sabda ménaķ ulaḥ ménaķ, sabda inadi inuda, sabda pasan.

3. ta nana pasan. ta, ambeķ pasan. ta, kaṙma pasan. ta, buda …pasan. ta, ŋan. manaḥ mwa kapitukön., na sabda ḷ

4. ḷs.ḷmes. manis.harum., walat. man.haraṅ, ruum. ti can. du maha barati can. dana, tiis. diŋin. palipuṙna,

Lp. 6r

1. sab. da héraṅ manaḥ liṅlaṅ, dipuluṙ wuwus. raḥhayu dipun. caķkan., énaķ abek. ku kagöian., kami bocaḥ tö mönaṅ nadaḥkön.

22

Sanghyang Swawar Cinta

2. taliŋa karaṅ bönaṅ ma taki taki, suķsila satyi baķti, séwaka mamu jati, puputut. nowéca, ameṅ ameṅ yugissoṙra, tété

3. gadiṅ déwa guru, raja kalawanuṅgu walaka, wasi para maŋuyu, maṅka ŋuni para maha pan. dita, para suķ para tutup., pa

4. ra wulakkan. patitillan. simat. maṅkin. ka saṅ jati waraḥ iraṅ iraṅ dipiguna, ŋa na twaaḥ lumaṅgana, walaṅŋati dé ka bumi, kuraṅ tako\

Lp. 6v

2. n. séwa geni, najaķ sila isuķ soré taraban. poyan. böki höböl. böki ṛṛg., böki lawas. böki tiwas., lawas. lawas. nya

[da/9] 3. tu caca, höböl.höböl. tatu taḷs., han. tö waya di

kabisa, aya bisa lalataŋan., aya ñaho bobocokkan., boraṅ nu dék si

4. lajarot., sugan. di udyi taña mönaṅ přetama, supen. mupuliḥkön. niña, taŋé, maṅŋat. bisa, ja möjöḥ lain. doṅdonnan., na kajo

5. joṅŋan. ku kabogoḥ, kabawa ku bakaba, kalolita ku wahyé, kuraṅ taña kuraṅ takon., séwa geni, najaķ sila janari teŋaḥ weŋi, isuķ

Lp. 5r

1. kalawan.raḥhina, böki katakul. kalaruṅ, kbi ka sééḥ ka gédéṅ, nu dituṅtiķ diwuliķ böki ḷŋit., nu disiaṙ böki hilaṅ, na dipitu

2. tuṙ kasumaṙ kahalaṅŋan. ku přeca, soṅya ku rupa waṙna, sarua palalun. könön. kami boñcaḥ ma kabiṛŋöḥan. jero béméla sarira, ka tu

3. tuggan ku(?) si lupa, kapu(?)riṅkas. tra dénéng makoaḥ pepet. peteṅ akéra, gelo gelo ḷŋi ḷŋö, ŋugul. biŋuṅ mu na tiwas., kabiḷt.

23

Sanghyang Swawar Cinta

4. ku malaikit., kasaputtan. ku třenares. na, yuga paṅŋan. yuga inum., anopéķ sabřaḥ raḥhina, ku göi tö mönaṅ ŋarahinakön. hdep. lawan. tutuṙ

Lp. 5v

1. bwana lawan. sarira, masinikön. bayu sab. da hdip., ti pötiṅ tö humaṛti kabawa ku guna turu, kuat. maṅlawi-lawi, asup. bijil. dataṅ ḷmpaṅ, pajaṅ peteṅ di (panéléng)

[ga/1] 2. haés. kön., ray. böraṅ tö mönaṅ ŋinar(?) kabawa

ku guna ganal. Tö kadaṅdan. tö kaboro, tö kapapay. kapiguna, tö katuṅtiķ kawaliķ guna alit., ja möjöḥ

3. lain. dodonan(?). sabda paṅŋaku sagala, tö aya pañca ... sorana, aṅgös. katakul. kalaruṅ, kasaéḥ ku gédéṅ katu(x)kaṅ ka ḷmpa

[o/0] 4. ŋan., sarua palun. könön. han. tö mönaṅ,

ipis.rampaṅ rañcaṅ ruñcaṅ awas. padaṅ manarawaṅ, ku göi kuraṅ balaŋaḥ, han. tö ili gadiṅ taliti

Lp. 4r

1. p. di eusi saṅ hyiṅ rip. ta kabuyuttan., kuraṅ binaṅrum. macana, di jero guḥha cip. ta soṙraṅŋan., di saṅhyiṅ tato ajjana, kéna pa

2. lias. ma palias. méjéc. ŋagelén. palias. ñeda ŋawada, ka para muha para pan. dita, sañaraḥ ka nu

3. ñisa ka nu mi(?)tutuṙ, maŋuni ka abu ayaḥ paṅguruan., maṅkin. ka saṅ jati waraḥ ja aṅgös. ma aṅgös., kaguri

24

Sanghyang Swawar Cinta

4. t. kön. kagurat. kön., dina gebaṅ lawan. lotaṙ ḷmpiḥhan. kukulun. tuṅŋan. dicariķ tan. na, hireṅ a

Lp. 4v

1. paṙ ge(?)laṙ su... tan.ösi saṅhyiṅ pus. taka. lain. taṅtu babaḥhayu, lain. gurit. jujutian. gurat. gurit. nu biha

[…] 2. ri, samakala nu ti höla, siķsa kan. daṅ siķsa kudaṅ

siķsa kuruṅ, siķsa dapuṙ, kalawan. daṙma siķsa paṅwereg.

3. döṅ ciriķ naṅtuṅ sapötiṅ, bujaṅga maniķ muṅku sakit. döṅ tinöṅŋiṅ cip. ta di maniķ sawés. tra, kalawan. saṅ hyiṅ ajana, gas.

[ŋa] 4. ti man. diṅ katanyi kalawan.adi sa... na manoda ri

aguṅ laraṅ, tato di sři wano, tariķ timbaṅ döṅ tinöṅ, soṙrodoṅ di rat. ta s(sebelah)

Lp. 10r

1. riķ kiduṅ ma daṅdiṅ aṅgitta aṙtati diṅ přelabi, caliķ buda kas. mala, pañca idřiya cin. ta sami, boma döṅŋön. ramayana, korawa döṅ adipaṙwa, aṅdéga paṙ

2. wa doṙna paṙwa san. ti paṙwa, satyi paṙwa, kaṙna paṙwa, soṙga paṙwa, kalawan. agas. ti saṙwatuti, döṅ cakřawati, kalawanna sowéra pat. tra salakat. döṅ

3. saṙwatuti, kon. tara jöṅ rajanata, tan. jali döṅ cakřa rohawati puṅgawa döṅ bima soṙga, wiwaḥha döṅ pan. dawa jaya, kaṅkus. döṅ ŋaci pure

4. sanapala kalawan. rat. tu asiḥhan. pauittan. parama dem. mit. dannansři ugan. pagoyyan., tun. duķ lawan. pakedut.

25

Sanghyang Swawar Cinta

Lp. 10v

1. han., cacadén. döṅ kararaṅ sén. tahampékkan. babaḥhömman., paŋösi binaya pan. ti, patiķrama, madaṅ kullan. isiraja

[ga/1] 2. kapan. kapa, tataan. saṅ hyiṅ medaṅ, kalawan.

waruggan. na pakwa, patra döṅ daṙma sona ruda mala, döṅ as. kara, maṅḷwi daṙma přetu

3. ti, daṙma wéya padon. naan. pagen. ni maṅbaṅ kamalé, přeboķta putře wisésa, kukum. ba mahapawitra, bubuķsaḥ parahyi

[ro/2] 4. ŋan.,maḥha buṅku medaṅ taṅtu, dari niṅ döṅ can.

dřa geni, sumin. nöṅ daṙma sasannna, döṅ pagagadan., ban. tis. ti puṙba jat. ti

Lp. 8r

1. sři wanodři ma kusumaḥ sři maṅgala maha pad. ma kalawan. tatwa añjana, budi keliṅ gagaṅŋakiṅ budi cip. ta idřanata, kalawan. ku

2. n. jayakaṙna, maṅŋun. ni hurip.huripan. kalawan. sři maḥha guru, sagelaṙ saṅ hyaṅ wayaṅ, metu ti bwana tpitu, kalawan. sři magöṅ

3. katepi na daṙma jati éta nu di laraṅŋan. kön., pageṙba ḷbet. saṅ wiku, upakara saṅ pan. dita, gösan. nu nuda san. jata, pa

4. madem. man. aḥhöṅkara, kéna in.ña taṅtu saṅ sida karuḥhun., talataḥ saṅ sida sukma, piķiṅköt. saṅ sida ḷñep. döṅ saṅ sida hyiṅ ña

Lp. 8v [ga/1]

26

Sanghyang Swawar Cinta

1. n. na, saṅ sida hyi widasara, waraḥ hyiṅ yugisoṙra, bumi lamba bumi pareķ sři hyiṅ paḥhi aṅgös. aci hurip., kawas. twaan.an. jañ.

2. ti sun. da, saṅ hyiṅ sum. maradan. na, cat. tuṙ alas. cat. tuṙ déssa dipajaṙ cat. tuṙ bwana, na loṙ kidul. kulon. wétan. saṅ

3. hyiṅ han. tö saṅ hyiṅ bihöṅ lain. ka éta ŋaran. na hurip. saṅhyiṅ přatiwi, téja saṅhyi akasa, juṅjun. na, saṅ hyiṅ alas. mutyi

[ḷ/3] 4. na kabuyuttan. ŋaran. na paŋösi bumi, ditödön.

di jero raga, pakön. ŋahurip. massada naķ pan. dita pagöḥ pwaé ram. pés.

27

Sanghyang Swawar Cinta

Lp.11r 1. mecat. di bulan. kasa, poroc. di bulan. karo,

tiṅgal.raga di katiga, hilaṅ di bulan. kapat. telas. di kalima, padem. dina bu

2. lan. kanem., muṅkuṙ di bulan. kapitu, daṅ bulan. di bulan. ka sapuluḥ kéna iña paturun. na patiwaḥ tiwaḥ ti saṅ pan. dita ka saṅ séwa

3. ka daṙma, totoķ tepus. siruṅ tewu, tali tali tan. pegat. mi ditiotaḥ diwuliķ dituṅtiķ, disuķsu na diran. can. na, disabda dipaṅŋambe

4. ķkan. disemmu di paṅŋawuruḥ ditiṅkaḥ twaaḥ calla puriḥ déķ kiña di paritama, mumul.iña bun. tu pahat. tuan. tan. run. tu

Lp. 11v

1. n. na .. paruṅgu, gan. toké réḥhé, caṅgaṅ oegat. carita maha pan. dita, talataḥ nusyi ti höla, ŋan. mana mo kapapay. kapiguna,

[ga/1] 2. tö katepi tö kahusiṙ, tö kaboro tö kapén. ton.,

kalaķsanakön. talataḥ nusyi ti höla, sarua palalun. könön. ku kagöiyan. ka bocaḥ

3. metukön. kasamodanaan., kahaṛpön. saṅ padita, harag. gam.ṛṅ getas.rapuḥ bahu bahaṅ ga puṅgel. paruķ, naruķ ajñana caraṅ ḷkaḥ, dauḥ jöṅ

[ru/4] 4. öṅlu catöcö karo laṅkaḥ, han. das. nu kagiwaṅ

ad.ñana, mo bisa mitutuṙ sabda raḥhayu, miŋajap. soṙra křeta, miumit. basa basiki, sarua hala

Lp. 2v

1. lunakönön. kitu samapun. /o/----/o/ maṅkin. sajan. samŷisa, atön. salaraķ salariķ saceceķ aṅka pada liṅsa, saudaķ paké ḷpaṅ, litaṅ nu

28

Sanghyang Swawar Cinta

2. disaṅgatakön. waya nu dipialiṅŋan., talubu sauṙ salajuṙ, tapakkan. soṙra sakecap., aliṅŋan. sekaṙ lépana, paṅduluṙ sauṙ raḥhayu, paṅŋa

3. yaķ soṙra křeta, tamba sabda ŋajugala, dé ŋaṅsökön. paṅŋabaķti, miṅpuluṅkön. taṅtaruķkan. daṅdaun. na kekembaṅŋan. parépé porépé raṅraṅ

4. gacaṅ halalaṅ, paṅŋösi bwana lamba, pakön. ŋahaturkön. sekaṙ pupuṅŋon. suguḥhan. sasuruṅ, ditödönnan. kekembaṅŋan.

Lp. 2r

2. kököṛtt. ukiṙ ukiṙran., daun. kalapa, diréka kembaṅ ditiru di jŷö manuķ diréka tiṅkaḥ mañuraķ. kupat. halu

[ga/1] 3. kupat. manuķ, döṅŋön. kupat. parupuyyan.,

kupat. walaṅ kupatö iwaķ, ötöp. di jukut. palias., ririṅgit.

4. kasaṅ pari, wuķku waķka, kuruṅ at. ma, kupat. karas. kembaṅ piccuṅ ruruday., döṅ daun. jaḥhé, terus. was. tu

[rur/5] 5. bujuṅ iwuṅ, sekaṙ tujuṅ paķsi amman., paṅŋan. ti

paṅŋupatŷian., parawan. ten. sekaṙ putři pan. jalin.

Lp. 3r

1. sawiḷt. gataḥ sakuliṅ kaṅ genelaṙran. patřaut. tra(?) sakillan. suguḥhan. saruruṅ sinahuttan. cöcöṅ bulan., sina rapatö/tu

2. tan. ku daluwaṅ lalacaṙran. tinitissan. saṅhŷi déwa tiga annawas. ta, aliṅŋan. saṅhŷi tida ad.ñana, suruḥ apu la

3. wan. jam. bé, kalawan. sekaṙ satugel. anlum. layu göṛs. öḷs. paré parépé raṅraṅ gacaṅ, haṛcaṅ

29

Sanghyang Swawar Cinta

4. caraṅ coréṅcaṅ, tan. pa laduḥ tan. pa jemuḥ sekaṙ gayaṅ, aṅgaṙ saat. sapala sipisa göra, camédéķ bécét. sapén. pépé

Lp. 3v

1. ŋarupa wahŷé aweṙ aweṙ cici weri, ŋaŋoŋodé ŋamomoré ŋawadé ŋawaḥhŷékön. /o/ maṅka ŋanisa measa, ku ka gi ro?an.

[ga/1] 2. kami ŋahaṛkön. n iña, ka saṅ pan. dita, sugan. na

songgéṅ ña gégéṅ nukaṅ ñaṅhalaṅ, hantö teteg. hantö beneṙ, hantö niṅŋaṙ hantö

3. neṅŋaḥ han. t. katuŋuan. niṅ cip. ta, maṅkan. ku bönaṅ kamiŋahan. niṅ kusut.ambuķ ariwutu, pabali pasulaṅ

[u/6] 4. saliṅ ḥ(x), pasuṅsaṅ pahalaṅ halaṅ paburyi

patulayaḥ, pacoroķ paagoṙ agoṙ mauṙ tuṅtuṅ samaṙ taṅkal. tö luhuṙ tö puguḥ taruķ, tiha

Lp. 9v

1. n. dap. tö puguḥ taṅkal. di teṅŋaḥ tö puguḥ ŋaroṅkayan. han. tö papaķ sama jajaṙ, hantö étép. pabébérés. hantö ma

2. day.ŋabaroṅkayan. ruana ambaṙran. tilas. babad. saṅ pan. dita, tan. segaḥhön. hanu rubuḥ ŋaluluṅsuṙ ŋéséṙkö

3. kapawitraan. ŋagiṅsiṙkön. kamatřian. ŋarun. daķ kautamaan., ku göi ti bihari waya ayöna, ireg. disi

4. öp., ma cita di nu utama ŋahilaṅkön. kasuķsan. tra… ku göi mo ñahi di asři lawan. mulyi soṙra nusyi ti höla, saru

30

Sanghyang Swawar Cinta

Lp. 9r 1. a palalun. kön. ŋuni kaṙma saṅ ŋadaṅdan.

kaluhuṙran. kalaṅkaḥhan. ku baḥhu kiwa lawan. teŋen., nu rumaket. di salira

[ga/1] 2. paṅnuṙgřahan. saṅ pan. dita, ka saṅ séwaka

daṙma, daluwaṅ kulit. niṅ kayu, upakaraṅ niṅ bussana, caṅcut. baju paṅŋadua, ti puluṅ

3. sampit. bahiri, roroma buuķ salambaṙ maṅkin. paṅŋösi bwana lawan. sarira, ḷḷt. niṅ ciduḥ karacaķ ké

[la/7] 4. saṅ, paḷt. tiķ niṅ kaluluṙṛn. niṅ késaṅ, sakéṅ sarira,

ku göi mo kapiliḥhan. kapin. jian. mo kadéṅdéṅ kaparas.

Lp. 14v

1. padé, mwa karaķna kaopé rara ika tři kaya man. dala parisuda, suda paṅŋan. suda inum., ku göiṅ tan paiyat. na hiwaṅ sira

2. saṅ ŋadaṅdan. képo sira siṅ maṅhayu, ireg.ireg. dinu přigili, malawarikön. na nu puraḥ ŋawataḥ ajjana, pañjaṅ göi

3. ñösöl. ma ŋanaḥ lain. ma lain. ku padan. kami bwaat. ñaṅsat. padan. tö ka ilikkan. kabudyi, kadayyan. kacuka

4. yyan., pukulun. sama sumaṙji, sarua palalun. könön. kitu samapun. //ooo/// maṅ kin. sajan. samiasa, kabönaṅ apiḥ apiḥ babaḥ

Lp. 14r

1. hagi, di jeroniṅ wawaṅŋunnan. sugan. metu sakéṅ tan. hana, sugan. waya kaön. töppan., ku saṙba göḷḥ saṙba kömöḥ, ku ricaķ döṅ tahi caķ

[ga/1]

31

Sanghyang Swawar Cinta

2. caķ sumen. ni döṅ tahi börit., hara hasu sekaṙ seneṅ, si rara döṅ roab. rutaḥ, harebuķ di tahi bubuķ sarua palalun. könnön., ŋuni basana di dudu

3. t., digagarupuḥ, didadaķ digöra göra, gupuḥ sigug. gapaṅ kaaṙ göra kapitin. niŋön. basana ti alas.alas. san., ti cai taṅ

[ca/8] 4. gös. mandi, ti jalan. ti pasampaṅŋan., di lambuṙ di

gösan. öṛn., sugan. kalulun kariṅkus. kaḷpaḥ kaḷpiḥ, kahép.hép, ka (panéléng)

Lp. 13v 1. dam. pét. kaḷm. pét. ñan. tep. pét. kahép.hép.

kadépét., paṅŋösi as.as. san., paṅŋösi bwana lamba, kéna nyé temaḥhan. saṅ hyi

2. atma papa kalésa, bas. hilaṅ na dřibyi, mas. kanaka jati rupa, kacoro ku tambagga lawan. timaḥ, kaḷmuṙ kasalimuṙ, lipi luppa di pitutuṙ, mupuṅkuṙ na siķ

3. sa guru, ŋaḷmpaṅŋan. siķsa kandaṅ ŋahantökön. wayaṅ agöṅ, ŋalaloan. sapat. gaḷṅ, naya naya woṅ ŋatuha, sañaraḥ ka saṅ pandita, hantö

4. sihan. ku pamösöḥhan. tiged. daṙ ku pamali, miḷḷķ. ambeķ ma giḷḥ mitutuṙ hidep. tan tuhu, nijajap. sabda maḥhala, kabawa ku na

Lp.13r

1. třimala, ŋahan. nakön. ñana dus. tra, maṅkin. lamunn. na dataṅ ka masa, ukaṙran. salaka huripp. mo ŋönaḥ ŋalaku néh, paaḥ

[…] 2. mo salaḥ dunuṅŋan., mati taya woṅ maṅkana,

tiṅgal.raga di katiga, hilaṅ dina hapit. ḷmmaḥ, muṅkuṙ dina hapit.

32

Sanghyang Swawar Cinta

3. kayuḥ, atma macat. ti kuruṅŋan. lucut. bayu sabda hdip., raga tiṅgal. kasaṅsara, saṅ atma ra ma riṅ kawaḥ, ñoraṅ na batu

[da/9] 4. kacakup. ḷtak si bala gadama, kalawan. bañu

maṅluraḥķ jukut. taji sula wesi, wot. goṅgaṅ ugal. l agil.

Lp.12v

1. dai yaķsa geni muka, assuḥ matidas., gagaķ mahelaṙ curiga, kapaṅgiḥ saṅ yamadipati, dilabuḥkön. kanna kawaḥ, dikööm. dimaka

2. höböl. dikasi dimaṅka tadi, dikila dimaṅka asaķ, lawas. nyi dina kawaḥ, sariwu saratus. tahun., sataķ sala (panéléng)

3. wa purana, en. tas. nyi sakéṅ kawaḥ, diparab. kön. ka asu di pañcasora, asu maṅtedas. iyaķsa, gagaķ maṅhelaṙ cu

4. riga, teheṙna muwa ruji bisi, döṅ na gagaķ san. tana, asu téa majaṙ mumul. gagaķ tyé han. tö hayaṅ, kéna giḷķ twaḥna, ba

Lp.12r

1. sadi madyipada, ŋahan. nakön. ñana dus. tra, miḷḷķ ambek. magöḷḥ mitutuṙ hdip. tan. tuhu mijajap. sapada maḥhala, twaḥna bogoḥ

[….] 2. coṅcoloṅŋan. ku iña saṅkana koyo, ña mana

dicacaḥg. diṛcaḥ ṛcaḥ, dihirib. dimaṅka ḷn. tiķ, dibauṙ dikembaṅ wura ditabukön. ka

3. madyipada, mirasakön. pagawéna, basa di manusa loka, ña man. na patisaliķsaķ, pati saḷbeṙ, tem. maḥ saṅ hyaṅ atma, papa jadi otér

[o/0]

33

Sanghyang Swawar Cinta

4. jadi daṅgaél. jam. beloṅ limus. saköṛt. kasamu hapuṙ maṅkalapa ratwa akinnaririsan., sato aki na wedyi satoa magöṅ madem. mit., ru

Lp. 29r

1. mabat. tan. kinawerřaḥhan. diŋarannan. nyi pañca třiaķ nu kumelip. di přiwi, saṙwo sato piṅpilikkan. saṙba mabeķkan. ösi niṅ alas.

2. ñaṅsaṅ di ḷmmaḥ di cai, ŋam. baṅ di teṅŋaḥ sagara, kasuruṅ ku alun. n aguṙ kabawa ku ryiķ bataṅ, kasiliṙ siliṙ ku aṅŋin. dataṅ aṅ

3. ŋin. barat. daya, jadi di tasiķ di nusa, muṅgu di kayu di batu, muṅgu di taruķ di daun. ñaṅsaṅ di cataṅ di raṅraṅ, di tuṅgul. di kai raṅka, nepi ka gunuṅ ka

4. bukit., kaduṅŋus. kauduṅ uduṅ, ka tegal. ka hariwat. ta, ḷwöṅ nusa siSIriḥhan., paṅjérattan. pabajaṅŋan., ḷwöṅ söma, siSIraḥhan.

Lp. 29v

1. paṅlaruṅŋan., woṅ sajagat. waya ka paṅkuķkan. ku atma papa kalésa, ja iña kahann. nana, ja éta temaḥhan. nana, /o/ saṅkilaṅ di utamana dina désa kabuyu

[ga/1] 2. t. tan., ḷmaḥ cai karetiḥhan. na gunuṅ puṅ hyiŋuṅ

nuṅnuṅ maha pawit. tra öwöṅ kénéh kapaṅkuķkan. ku atma papa kalésa, ñooķ awoṙ ka nu

3. ñaho, ŋaban. cana ka nu bösa, béda ka nu ram. paés. twaḥ, ñööṅ nu cöcöb. diṛpwöṅ di nu gel. lan., böki dataṅ ka nu cöciṅ böki nepi, di kanis.

[ro/2]

34

Sanghyang Swawar Cinta

4. trakön. böki dihajakön. hayaṅ kasari kabuķti, huniṅ icap. kaarot., nan. duṅŋan. sab. da maḥhala, ka nu wat. teķ ḷkas. taṅŋan. ha

Lp. 23r

1. yaṅ déķ ruat. mmala, ñyiṙ pidiṅŋönön. papa, ṛjöṅ ṛjöṅ kapéraan., lun. ñampaķ pandita tuhu laķsana, émét. imöt. rajö ḷkön. paka

2. göina ditapa, ŋawakkan. saṅhyaṅ daṙma, diña tinöṅ na maṅkuķ dé milu sabaluluṅŋan., milu awoṙ döṅ ajjana, hayaṅ hayaṅ héés. pabé (panéléng)

3. barés. ŋaduṅkuķ sapaṅduṅkuķkan., dé ḷmpaṅ duluṙran. döṅ pan. dita tuhu tapa, ŋahirasa ñaho di jalan. hayaṅ cun. duķ

4. ka puhun., hayaṅ dataṅ ka taṅkal. huniṅ nepi ka jati isun. huniṅ mo katepi, isun. hayaṅ mo kasoraṅ, jati temu gögöina, ja na sabda kala

Lp. 23v

1. n. tara, kasaruṅ kattalajuṙraran., sarira salaḥ parannan. masaḥ gösan. na ŋahannanan., sasariwu saratus. tahun. sa

[ro/2] 2. taķ salawé purana, mo ñoraṅ kasoṙraṅ tinöṅ, diri

ti sakit. ku jadi mintaṙ tibula ku waya, gamanti katabaḥ ma

3. lapala ŋanéda ŋabanadacana maṅka gédéṙ maṅka ṛwas., maṅka gil. la jöṅjööṅŋön., maṅka jiji jarijipön. maṅ

[ro/2] 4. ka giruķ human. ciru, sarwa apalalun. könön.,

mana tadi dipipatiṅtim., panja göina ditata, mönaṅ mo gelaṙ tombada

35

Sanghyang Swawar Cinta

Lp. 24r 1. ŋiyat. naan. mataṅhyiṅ sasana gawé pareket.,

sugan. waya kadököttan., ku nu tumaṅtuṅ méja, ku nu sumelap. sumelip. sakoḥ

2. aḥ karurusittan. sugan waya jaṅga jaṅgél. kuricaķ ta hira wayaṅ, iwun.iwun. ciduḥ iṅrun. tata rua tata romboķ hiris. bopoḥ limus. sa

3. saköṛt., wedit. caciṅ döṅ sodari, tan. kasari tan. kabuķti, tan. kasikep., tan. kagamel. méaṙ pacét. döṅ cocopét., laku laku döṅ

4. danyi, sakoéḥ kinaririsan., sakoéḥ kinawedyian., sakoéḥ si maha göla, sugan. kadudut. kadawut. basana didadaķ digö

Lp. 24v

1. ragira, sakoéḥ saṙba nis. tři saṙba tamaḥha, bijil. tina pan. ca třiyaķ, nu mo een. naṅ kasari kabuķti, ku nusyi dahaṙ pawitra, suga

[ro/2] 2. n. n aya kaön. töppan. dina pataḥ dina sekaṙ dina

pat. tra, dina suruḥ dina aṛ, dina jam. pé, salubaṙna ku ösikön., ja lai ma lain. ku

3. padan. boat. ñaṅsat. ñodéakön. saṅ panditta, ku padan. kami kuraṅ wulat. kuraṅ tiŋal., sarua palalun. könön. ku ka

[ḷ/3] 4. göian. kami boñcaḥ mapas. marug. ŋarémpannan.

ŋatéggan. ŋawuruṅŋan., nu aköṙ tata břata, ököṙ luṅguḥ liṅgiḥ siwi samadi ŋadö

Lp. 25r

1. g. kin. cip. ta niṙmala nu ököṙ yoga samadi, ñud. da paṅŋan. ñud. da inum., nu ököṙ ŋaji ŋawigiḥ, dina sibut. dina cawet. maṅŋuni

36

Sanghyang Swawar Cinta

2. niṅ tata kaṙma, nu ököṙ ŋaŋél. lan. matin., tita awaķ tita raga, niṙ třena niṙ saṅsaya, sarwa apalalun. könön., ku

3. kagöian. kami, méré bobot. méré répot., méré sunaḥ rurumpaḥhön., nitaḥ hésé sakaliḥ, iyatna

4. di katutuṙran., miliḥhan. n iña, camaḥ campuṙna, suci na pawitrana, lamun. waya kawulattan. kawulaķkan., sui

Lp. 25v

1. iṅgis. wiraṅ alaṅŋati, dirasa tiṅgaṅ kapalaṅ, ŋumput. ku taṅŋan. katuhu téma ku taṅŋan. kén. ca tibakön. ka pwaḥ suci dara ni

[ro/2] 2. jat. ti, döṅ pwaḥ suci laķsanna kéna éta sediḥhan.

nnan., saṙba göḷḥ saṙba kömmöḥ saṙba cam. maḥ saṙba cam. puṙ, iña hala iña hayu,

3. dikiiḥhan. diisiṅŋan., dijiönna picarian. pat. cayaḥhan. pasétraan. paṅbajaṅŋan., paṅwaḷṙran. ja ököṙ dikawasakön.

[ru/4] 4. dikalikali tan. paguna, han. tö kajööṅ susut.

puduṅ run. tiķ murina, deṅdeṅ laṅgeng héraṅ tinöṅ, ŋawaķkan. na kajatyian., komo lamun. di

Lp. 26r

1. pahayu, lun. dijiön. saṅSAramman., ku nu waya paṅŋawasan. sa, iña ḷwöṅ iña ma dilaṅlaṅŋan. disiaṙran., ban. taṙ dilalaṙ, mwa

2. toṅ mogoṙ megat. pasiṙ, ḷbaķ dat. taṙ disiaṙran. dilitaṙran., diinteyan., momogana téka waya, nemu immaḥ kabuyutan.

3. ḷmmaḥ sakillan. pasagi, titiṙna ŋaliṅga manniķ ram. pés., gurin. da enunana, lamun. na diutamakön., pin. nahayu dén. Sa

37

Sanghyang Swawar Cinta

4. ṅ pan. dita, ditarawas. dicacaṙran., dituaṙran. dipiṅgiṙran., dé dihuru, sugana pan. nas. babaķna, kaéré pañca naga

Lp. 26v

1. rana, tuluy. diduruķ disasap. dimaṅka lin.ñiḥ, disaraan. diradin. nan.aṅgös. ma éta sakitu, diilikkan. dibudyi disiaṙ

[ro/2] 2. ran.halana hayuna, yogyi rampos. dipaḥhayu,

gös. ma rampés. dipaḥhayu, doṙraka dipřicin.ta, diwin.

3. du diadu adu, diréka diwalaṅ saṅŋa, ditöķtöķ disam.puray.kön., ditan.dé dipasiṅgaṙran.kön. ditiru

[rur/5] 4. dijyö batuṙ, diréka tikaḥ man.dala, diririn.ciķ

diririaķ diturun.kön. ditaéķkön., dihaöc.haöc. bönaṅ ŋa

Lp. 27r

1. manon.yuyukön. ti piṅgiṙ ku mat.tu pat. tiḥ, bönaṅ ŋala tina tas.siķ was.tu bönaṅ nu maḥhayu, ban.taṙ bö

2. naṅ ŋadu balay. ḷmmaḥ dikakan.can.nakön., was. papagét. nan. was tu mann.di galaṅguṅ ruba

3. y. man. nan. di daķsin.na, katurut. dijampaṅ maṅguṅ, sarwa döṅ cat.tiḥ hyiṅ, kéna tuñjaķ mulaḥ carut.

4. sugan. sora sagala, batuṙ ta di jambu raya, ŋarann. pun.ñcaķ nis. kala, dibalaya sakuliṅna, diawuṙran. niķ as.sřa, dibauṙ döṅ

38

Sanghyang Swawar Cinta

Lp. 27v 1. aduṙ omas. disellaṅ disegé sipat. ditiliķ ti

kajauḥhan., carétam. höḷt.höḷt. na, tajuṙna saṙba kusumaḥ kusumaḥ

[ro/2] 2. ŋaran. niṅ kembaṅ handoṅ baṅ döṅ hadoṅ put.tiḥ,

han.doṅ luṅsiṙ kayu puri man.dakaki jam.bu dan.ti, wéra tumpaṅ wéra lan. caṙ, ke

3. mbaṅ bulan. kambaṅ tan.juṅ, jelag. döṅ mañara parat. tatali sekaṙ waduri, taloki saṙru keliṅ, daliman. sekaṙ pupuŋon. pacaṙ döṅ

[u/6] 4. kembaṅ damaka, taraté döṅ muya soré, böṛm.

kembaṅ ṛm.böy ṛböy. syiṅ kembaṅ pus.pa lémbaṅ, döŋön. kembaṅ pus.pa gadiṅ

Lp. 28r

1. malati kembaṅ doṅdoman. kembaṅ tuju buŋawaṙri, kembaṅ susun. kembaṅ menuṙ, kembaṅ ŋapaladaraḥ, kembaṅ ta han.tö nu rampés. kucawa

2. li héŋan. hiji panugřahan. ti nis.kala, saṅkan. waya, ka sakala, paṅwas.tu ka saṅ přabu, utama di karajaan., lamun.

3. na dipaké ŋawas.tu raga sarira, na ruum. dipicucuduķ nu waṅŋi dipisuSUmpaṅ, nu malahaṙ dipiburat. kembaṅ han. nöt. dipipöṛ

4. ḥ nu rampés. dipicacané //o// maṅkin. sajan. samiasa, liwat. nu disaṅgatakön. ti huluön. taman. situ, di dora kowari

Lp. 28v

1. , dö … tocari, kalawan. na kamatöaṅ, dipaḥhöt. dihéṅgét. héṅgét. waṙnana ukaṙ ukaṙran., ti luhaṙ carita pan. duḥ ti ha

39

Sanghyang Swawar Cinta

[ro/2] 2. n. dap. cata udarayana, diteŋaḥ naga paḥhem.

pas., ulasan. caŋawalayut., mřeraķ ŋigel. dipun. na, baruaṅ patukaṅ tukaṅ ba

3. roéṅ paéŋéṙ éŋéṙ, udubasu ŋadaṅŋyiŋ, batari pasöri söri, batara pakawa kawan., siliḥ kaléṅ siliḥ cium. hara

[la/7] 4. n. na saṅ hyaṅ memet., aṅgö ma éta sakitu ditön.

dönn., liṅga liṅgiṙ, can.di baṅ can.di putiḥ can.di héjo can. Di

Lp. 30r 1. kuniṅ hareca diṅ bat.tu gaṅsa, batu haṙreca

diwaṙna, agös. ma ditödönnan., pijatiönnan.an. jaṅ miru, patan.na

2. kkan. pakayuan. döṅŋiṅ lambu pamöpöḥhan., romahyaṅ patéṅtwaŋan. taman. mihapit.kön. dara, salimaṙ döṅ kara

3. jaan., balé pasajén. lami gadiṅ pan.ca tulis. diṅŋiṅ n. balé paŋöyökkan. saṅgaṙ papaiyillan., pa

4. hwaman. ŋuruṅ jala[nu/ni], kalawan. pasamidaan., gösan. ŋukus. puja ñapu, di umun. tan. palaṅguķ nu nu … sembaḥ tanu

Lp. 30v

1. pagiraṅ höwiṅ hajin. tiṅ kajööṅ gumři ṛha gumřihi, malaṅkara di bwana, döṅdöṅ laṅgeṅ héraṅ tinöṅ, ŋawakan. kapřetiwian., kila

[ro/2] 2. ranoas. dipaḥhayu dicacaran. dicaaṅŋan. diradin.

na disaṛdi galagaṙran., sapututuṙ uṅgal.isuķ dikukus. san. dipujaan. dise

3. mbaḥ dikabaķtian., didupa ku ruruumman. hasö dupa mřak irrum. ruum. iṅiṅ gan. dawaṅŋi,

40

Sanghyang Swawar Cinta

[ca/8] 4. sa, waṅŋun. tujuḥ ṛjöṅ metu dibalay. ku batu

dataṙ, ditao ku batu ropé, ditam.baķ liṅga parasi, tatapakkan., batu welas. saca

Lp. 31r

1. kateras. sawala, milam.baṙran. kayu laka, suhunnan. susyi tan.duķ dilayisan. saryi kuray. kwakwaté na lam.mé kwanéṅ, dijure

2. kawuṅ cawéné ditééṙ ruyuṅ si waṅkuṅ ditaṙrikkan. terus. jati di paseṅkanan. gal.ḷḥ přeöṅ, dikañciṅ kamuniṅ keliṅ, palupuḥ na awi temen.

3. diselaṅ ku awi surat., dibauṙ betuṅ laraṅŋan., bönaṅ ŋalatikan. tönan. paṅluṅguḥhan. jati wuluṅ, san.

4. daan. surya gadiṅ waṙna ukiṙ ukiṙrannan. tat.tra luaṙ, pat.tra widaṙ ti luhuṙ pat.tra gumuluṅ, ti han. da

Lp. 31v

1. p. pat.tra gumuṅlaṙ, ti gigiṙ pat.tra kasiliṙ, ti téoḥ karapuran. téyan. puṙna cali, dilan.caṅŋan. ku kanaṅŋa, pa

[da] 2. paku na jati rupa, tihaṅ kuwuṅ balan. ijuķ di

galéṙran. jam.bé bas.ma, di bukit. ku en.juķ siliḥ, di

3. hatöppan. kiray. ŋora diturub. ku ejuķ silipřaķ tam. buyuķ bönaṅna ŋijuķ kaldö bönaḥ ŋa döṅ döḷg. ba

4. n. taṙ bönaṅ ñataṅ pinaṅ, titip. liñiḥ dadaṙ lésaṅ, kadi gunuṅ kapwayannan. katén.jo sakéṅ kadoḥhan. döṅ juru töra

41

Sanghyang Swawar Cinta

Lp. 32r

1. s.(sebelah) taṅgulun. di jeroan. töras. carun. pasunuķ dipajaṙ ran.ma utama, su … ķ rat. tu nu di umun. baṅsa put.tra nu disembaḥ

2. , wenaṅ ñetu laut.ŋadaṅ désa ŋalalaca na bwana, déwata turun. maṅjal. ma, hyiṅ muṙba ka sakala, ipis. malaka di

3. l.aŋana, kuturun. nan. ku nis. kala, rapés. rua rampas. tuaḥ, rampas. budi ram. pas. pigöi, tutug. tu

4. lus. deres.aṅgös., aciniṅ déwa manusa, han. tö köna ku jamulaḥ, eluķ paka pat. tra ban. tut. di tengaḥ alas.asa

Lp. 32v

1. n., titiron. saṙba kusumaḥ cariŋin.ŋuruṅ jalan. muru yan. cai saṅhyi, bwagwaḥ aiṅ ku satwaana, ŋaranna paķsaṅ badayyan., hibiṙ

[da/] 2. ŋapuṅ ka maṅguṅkön., ñösöpan. sekaṙ déwata, ka

puḥhun. éta ma rampés., ceta saṅ maṅgaway. pan. dita maha wisé

3. sa, přetaṅtu wijaķsana, tétéla maḥha přiña, ti aré lain. woṅ pépéja, lain . jal. ma tatan. paracaṅ döṅ halu ku

[o] 4. mbaṅ, ñyi tan. naķ ṛjöṅ dwa, agřoṅ nu caliķ

dipwapwaķ jajaṙ nu caliķ di giraṅ, baris. nu caliķ dipagaṙ ja meneṅ saṅ déwa batuṙ

Lp. 33r

42

Sanghyang Swawar Cinta

1. saṅ pkin. döṅ tuṅ napa sad.ñanaan. sakawaṙna diwayakön. kabuķti bönaṅ, bihaṙri kasampaķ bönaṅ böhöla, kaipuṅŋan., ka

2. cukkén., nu sunuguḥ uṅgal.isuķ nu mawa taṅguṅ babuķ lalay., nu mapag. pada ŋwa …ñumaḥ pulaṅ ka ḷmpaṅ

3. nu nuṅgaṅ kawarasan. malaḥ, nu ditapa töhaṙ böŋaṙ, hiuṙ buyut.ryé bwan. caḥ, gögöṅ dituggén., teheṙ ryé i

4. n. daṅ ebwan., was. si döhös. ramma kadaṅ, hulun. jauḥ sanaṅkal. lan., maṅŋuyu döṅ bala wiku kaasa, döṅ panwagaṙran.,

Lp. 33v

1. paṅŋiṅgit. paṅhawin. döhös. nu puraḥ ŋagös. kön. tinöṅ, ŋahalaṅŋan. guna gawé hulun. batuṙ, awaķ séraṅ ñela li

[da] 2. n.ñiñyilaṅŋö niṅ laṅlaṅ saṙ awaķ sakapat.ŋabaḥ na

pañca rabakkan., sakwaéḥ guna twaṅtwannan., bulis. tiṙ bönaṅ

3. ŋaliṅgis. burahay. na panaḥtaṙran. naṅgilis., tumpaķ di pasiṙ, sumaray. tupaķ di dataṙ samaṅguṅ ŋaliṅga payuṅ, siṙ

[ḷ] 4. ben. tiķ ŋa liṅgamaniķ si cuduķ naga ŋaléṅŋoy.,

ñaṅŋaṛp. na ŋabahu min. tra, gawullan. paṅŋawuruḥ batuṙ, paṅŋawuruḥ ka

Lp. 34v

1. imaruṅŋan. kikila ryé nu ŋéca, sumbaga dayöḥhan. batuṙ, gönaḥ nusyi laķsana, ŋa byitakön.hidap. tambaķ melaṙ,

43

Sanghyang Swawar Cinta

2. nu daŋaca han. tö pegat. na, sakaliḥ nu ŋadon. budi, ñihaṙ tiṅkaḥ turut. tanön., di duluṙran. ku saréséḥ, maṅka ö

3. ṛn. nu saködöṅ, kmaṅ sidaṅ nu salalaṙ, ŋaweŋi nu pulaṅ pwayan., gölis. bumi kasépa bala, édaḥ na patanikkan.raṅ

4. göiķ na panaṅkilan., burahay. na pageraṅŋan., panaḥ na ösi pakayuan., paṅguḥ lujuķ paṅ daun. nan., gedé ba

Lp. 34r

1. lé paṅŋolaḥ han. ca ruat. mala, mwaķta ti kahannan. papa, kitu samapun. /o/ maṅka ŋuni samyi saluput. liwat., sarikéṅ

[da] 2. raka lin. ta nu disaṅgatakön., höböl. göina

ditödön., lawas. göina ditun. da, kakara kare 3. puliḥkön., disamwadanakön., ku sariniṅ déwa

tiga, sireḥ sataruķ haṅru bau lukut., sati(da?)p. cama

4. (paten)puṙ, satékték tawé, sahölaṅ badag. séraḥhan., gwaḥ sapanten., samaṙduwigan., töas.raḥ

Lp. 35r

1. hayu héraṅ tinöṅ, tinebhunnan. byitana ka sakala, tuduḥön.uraṅ ryé, kawas. twaan. di sakala, na babu hyaṅ přetiwi, ywag.ya

2. turut. tanön. nana kuna uraṅ woṅ sajagat., iña tuha iña larey., ku nu adwaḥ lawan. pareķ, maṅŋuni nu

3. di man. dalana, paḥhidiṅŋön.hyaṅ buyut., lain. basa nu urug. juraṅ tem. biṅ gawiṙ cadas.ŋeliṙ, swadwaṅ rahwaṅ batu baṅ

44

Sanghyang Swawar Cinta

4. kwaṅ, paré batu patéṅgaṅ, héŋan. kabötaḥhan. nana, ku nu huniṅ dé ditapa, nu hayu déķ tiṅgal.raga, sarwa palalun. könnön., titis.

Lp. 35v

1. ku raḥhayu, di sakala di nis. kala, öwöṅ kénéḥ saṅkilaṅ sakitu, sugan.ököṙ duum. nyi ŋunyi křetanyi ngun. ni, tita wates. ni ŋukuṙ ma, dum. man. nyi, haga

[ḷ/3] sanön. 2. way., ti nis. kala sakala, dipaké kaŋawuwuḥ

ŋibuḥ ratu pameget.reuḥhawaṅ sugiḥ, lamun. na tiis. pijatiön. nana, kitu samapun. /o/ maṅkin.

3. sajan. samyasa ṛgas. gwadwag. kwaméṅ, sari sari tan. pasari, titimu na sari jati, maṅka öṛn.han. dööl. ta ku aya, öṛn. geruk.

[u/6] 4. taku jadi, guman. ti maṅka uruy. ciduḥ ṛbay.

késaṅ, böṛm. böŋöt. miraḥ dada, ŋaṛdeṅ urat. di taraṅ, telu nihaṅ piŋaṅkaan., maṅka susaḥ barusaḥha

45

Sanghyang Swawar Cinta

Lp. 36v 1. n. lwag. lwag. bönaṅ aṅgwan.aṅgwan., lugay.

bönaṅ babasaḥhan., balas. kapurug. kapaṅrag., kuri niṅ déwa tiga, kuraṅ jagaṅ kuraṅ

2. jagiṅ, kuraṅ taṅŋan. paṅŋawasa, képwan. sira saṅ maṅgaway., maṅŋuni ditötöḥ ṛp. kön. ka désa mahapawitra, ka bwa

3. na lawan. sarira, dipiséwét. mwa madé, dipitipuluḥ mwa ciṅ jucuṅ, dipisaMPö mwa matep., dipisimbat. mwa haruķhuķ,

4. sarua palalun. könön., kitu samapun. /o/ maṅŋuni sajan. myisa, waya nu dipas. san. takön., waya paṅdaluras. sa

Lp. 36r

1. n. nana, waya nu disaṅgatakön., mikwanwakön., raja bussana paṅnugřahan. saṅ pan. dita, ti puluṅ saMPit. baḥhiri, roroma döṅ buuķ bada

[ḷ/3] 2. g. baju tajöṙ, ŋabad. da hireṅ, ŋawala ka sasakali,

sakit. tu disan. tahakön., waya daluwaṅ saḷmbaṙ, ku töi na pwa

3. n. dwaķ höṛt., saraṅraṅŋan., ipis.raMPiṅ racaṅ rucaṅ, sisina gunuṅ gunuṅŋan., uduḥ beruḥ ataḥ cakal., kuraṅ (panéléng)

[ru/4] 4. tatéṙ kuraṅ poé, kuraṅ rasi kuraṅ cai,

disamodanakön. ku kagöian., kaya budi kami sakini, dyijaṙ metukön. kawacanaan.

Lp. 37v

1. mwadana sabda sakicap., tiṅkaḥ parodaķ paroc., na mikonokön. böuķ ba..iddiciköm., tiṅkaḥ bun. tuna göi ña

46

Sanghyang Swawar Cinta

2. uṙ pegat. nu tikaḥ ñabda, sauṙ bun. tu, sabda tinnuda, paregat.an. cal.an. calan., podoķ bönaṅ ŋañahwakön.

3. sipen. bönaṅ humaṙṛti, kuraṅ bönaṅ maritama, bu,tu bönaṅ ku mageruḥ sañaraḥ sana nu maké busa, mikwanwakön. paṅŋrot. ca

4. i, bönaṅ kami ŋulub. kököḷman., olaḥ uliḥ hala buṅkaḥ saṙba böti, cau tiwu byi tal.ḷs., hui suwög., kalawana

Lp. 37r

1. . na gedaṅ ratiṅ, döṅ kalapa bönaṅ naman. kön., ku göi na göḥgeṙ gön. tö.. kuraṅ sönö, di goléwaṙ kuraṅ tasiķ

[ḷ/3] 2. hum. bu hum. bu, han. tö acan. tulus.hipu, sarwa

palalun. könön., kitu samapun./o/ maṅkin. sajan. samyi sa nu

3. tari gaal. jual.ḷn. dyijaṙ pöṅpöṅŋiṅ ŋora, na ireg. diködöṅ ködö, na tiwas. dikaya kaya, késaṅ bagé késaṅ ḷ

[ruṙ/5] 4. n. tiķ, böṛm. böŋöt. ditaṅŋan. kön., ku éra mo

kataṅŋan. nan. sapupuluḥ kacuwali, asiṅ nu mitwaḥ iña, palias. ka

Lp. 38v

1. saṅ pan. dita, aya basa lumaṅgana, medi öḷp., diaḷm., daaķ lamun. di réhéna, dé nitaḥ ka hulu kumbaṅ, majaṙ manéḥ han. tö

2. bisa, raḥķ guru lag. la, soṙra pepeṙ soṙra pöyöḥ, han. tö patut. kana lag. gu, na soṙra bécét. kan. déré

47

Sanghyang Swawar Cinta

3. pisöri söriön. sakaliḥ, upat.upat. tön., nu ŋéca na ŋali hilaṅ ŋeni sakapat. döṅ hu kum. baṅ, ja mibi sumö

4. ra seriṅ sañaraḥ na hulu kumbaṅ, bogoḥ puji puji suka, dipila réķ salos. sa iṅ kéna karaḥ iṅkön. ogé, nu

48

Sanghyang Swawar Cinta

Lp. 38r 1. muji kapibaķti, nu méd. déķ pibaḥhan., nu ciciṅ

parud. na parud. rugan. majaṙ manéḥ ryé gégé, na ŋaliḥ

[ḷ/3] 2. hiŋalaṅ ŋeni, majaṙ manéḥ han. tö ari, sañaraḥ

uraṅ sinommo soķ ryé pi…haléan., na paŋapaḥ tö kataṅgap.

3. , na pisalin. lilijiṅŋan., kapaparaḥ katég. togan., ditadaḥ ka saṅ pan. dita, karuña ku nu miwaṙraṅ, jaro

[u/6] 4. t. sugan. na paṛag., sugiḥ waṙraḥ ceta ŋucap. kit.

tu samapun., /o/telas. sinurat.riṅ wulan. ka dala Lp. 39r

1. pan. suru.. pacan. ten. dua naéķ uliḥ saṅ ŋanurat. batuṙ madala sunyi saṅŋabuyut. téja …sasida pun. caķ cikuray.,hulu kumbaṅ ti ba

2. tuwaṅŋi /o/ malapaḥ ham. pura saṅŋ amaca, kuna sat. tra océķ lotéṙ kadi tapaķ yuyu ri tan. caṅ ri tasiķ kuraṅ wuḥhan. ḷwiḥ loŋan. bélota

3. . beneṙkön.ñaré na luhuṅ mayan. ta baniliḥ pun.

---

49

Sanghyang Swawar Cinta

Bab 3 Suntingan dan Terjemahan Teks

Pengantar

Pada bagian ini disajikan suntingan teks. Dapat dikatakan bahwa suntingan teks merupakan pengulangan terbitan diplomatik dengan menghilangkan sedapat mungkin hambatan untuk pemahaman teks. Di sini terdapat campur tangan peneliti sebagai pembaca. Suntingan teks tersebut dilakukan sebagai berikut: 1. Teks dikembalikan dalam bentuk puisi ostosilabik

dengan memperhatikan jumlah suku kata. Cukup banyak baris yang kurang atau lebih dari delapan suku kata. Untuk kasus demikian, sedapat mungkin teks diperbaiki berdasarkan kesaksian baris-baris yang lain, baik yang terdapat dalam teks yang sama maupun teks yang lain. Tetapi, untuk beberapa

50

Sanghyang Swawar Cinta

kasus tertentu, dibiarkan sebagaimana terdapat dalam naskah.

2. Kata-kata distandarisasikan berdasarkan kesaksian kamus. Kamus yang digunakan dalam terbitan ini antara lain: Kamus Umum Basa Sunda (LBSS, 1978), Kamus Basa Sunda (Satjadibrata, ), Kamus Basa Sunda (Danadibrata, 2006), Sundanese-Nederlansche Woordenboek (Eringa, ). Kata-kata yang diperkirakan berasal dari, atau sama dengan, kata Jawa Kuna distandarisasikan berdasarkan Kamus Jawa Kuna-Indonesia (Zoetmulder, 2006) dengan perubahan ejaan sesuai ejaan bahasa Sunda sebagaimana diterapkan pada terbitan teks Para Putera Rama dan Rahwana, Pendakian Sri Ajnyana, dan Perjalanan Bujangga Manik pada terbitan Noorduyn dan Teeuw (2006).

3. Dalam suntingan teks digunakan tanda-tanda sebagai berikut: (…) : ditambahkan pada bacaan; […]: dihapuskan pada bacaan.

4. Angka arab di sebelah kiri teks menunjukkan nomor baris, sementara angka arab dalam teks menunjukkan catatan kaki. Teks dalam catatan kaki menunjukkan suku kata atau kata dalam naskah.

51

Sanghyang Swawar Cinta

Penyajian Suntingan Teks 1. /ooo/ Ras hidep umange(n)-angen, di sanghiyang swawarcinta, di jero tan hana[na], te(m)bey mijil ka sakala, 5. metu ti panwa(n) pangreungeu, hwas bayu metu ti tutuk8, pét[a] sabda metu ti rasa, turun ti purana wi(n)du, biji(l) ti pustaka jati. 10. Beunang nuras ti ajnyana9, bijil ti jati niskala, sidi sida paramasuksma10.

Sedeng sira sang amaca, mangucap kaa(j)nyanaan, 15. metu wangi sangkan dadi, ngaranna kasuda mula, pasangkanan nikang aji. Ahung guru déwananta, niti jati mane(m)bah sang karo pitu, 20. kapitu sanghyang hayu.

Pukulun sama sumanger, /17v/ [1] pamuhunan kami nyaur, patangkalan kami nya(b)da, nyaksi ka beurang ka peuting, 25. ka jagat bwana lamba.

Mihapékeun awak kami, kami dé(k) sadu nyarita,

8 tutup 9 ajjana 10 paramasuksembah

52

Sanghyang Swawar Cinta

metukeun kawacanaan, kéna ti inya sangkanna. 30. Batara wenang wisésa ma séda, batari wenang ma sakti, batara bayu mangreungeu, mulah mwa reungeu swaraing, swaraing ayeuna ini, 35. mulah mwa mihapé inya, sugan[n]ing salah tucap11, sugan[n]ing salah sebut, sugan[n]ing salah ucap, sabdaing12 pi(n)dah ka réka, 40. sabdaing pi(n)dah ka mantra, uloning pi(n)dah ka kukus.

Sumange(r) jatina, mangka terus /16r/ bétan éta. /0/ Pasaguru pasamapun, 45. pamuhunan kami nyaur, patangkalan kami13 nyabda, pasaduan kami ka nu siya, séda paramaséda, nu sakti paramasakti. 50. Ka hiyang nalika jantra ngaraning beurang, ka hyang nalika jantra ngaran(ing) peuting, kami sadu meuleum kukus,

mala mélwa mala candana, ki gugula areuy batara, 55. deungeun kulit nangka beurit, disilang cangkang pisitan,

11 tutap 12 saptaing 13 mi ka(dicorét)

53

Sanghyang Swawar Cinta

usar kalawan jamaka, jungateup deung halihair, dibaur deung té(n)jomaya, 60. direumbeuy deung menyan beureum, dipuncak(k)an menya(n) putih. /16v/ Omas urey lun aya dimangka rasa, nyarebung kukus ka manggung, mangka ambung ku ambuing, 65. gandawangi nu wangi di bwana. Lamunna cwa(n)dwang ka[ka] wétan, asup kana warna putih, geusan hiyang iswara. Lamunna cwa(n)dwang ka kalér, 70. asup kana warna hireng, geusanna hiyang wisnu. Lamun(na) cwa(n)dwang ka kulwan, asup kana warna kuning, geusan hiyang mahadéwa. 75. Lamunna cwa(n)dwang ka kidul, asup kana warna mirah, kaswargaan hiyang bra(h)ma. Lamunna terus ka manggung, asup kana catur warna, 80. kaswargaan hyang siwah. ka manggung ka sang rumuhun. ka sang /15v/ mangambang sang manga(m)bung, [2] ka sang patih warahdésa, terus dwangkap ka tan hana [na], 85. puncak sanghiyang akasa.

54

Sanghyang Swawar Cinta

ka tungtung bentik ning langit, puncak sanghiyang akasa, payung alas payung désa, dipajar payung bwana, 90. mayungan ka wong sajagat. Lamunna datang ka inya, kukus kami jadi sanghub, jadi reueuk deung haleungheum, jadi méga pihujananeun. 95. Lamunna ni(ng)gang ka lemah, jadi hunyur lemah halaki, jadi lemah kaputihan, jadi lemah sanghiyang. Lamunna ni(ng)gang ka batu, 100. jadi batu pilinggaeun, ca(n)di bang ca(n)di putih, jadi na batu sanghiya(ng). Lamun /15r/na ni(ng)gang ka cai,

jadi cisanta cisanti cikatilesan. 105. inya panti cihaliwung, ngaranna sanghiyang talagawarna. Diala ku bwacah lanang, dibawa di sééng tuban, diais ku bwaéh larang, 110. diiring ku tatabeuhan, gwaong kuning gangsa lari, pakeun mwa ba(ny)cana dasamala pangruat dasakalésa, kitu kawastuanana. 115. Lamunna ni(ng)gang ka kayu

55

Sanghyang Swawar Cinta

taratang rété, tataneman sarwwa pala, mangkana galemuh tulus, (mangkana) galepwang (bwang)swar, 120. gulawing canir lurus puhun, oés sélér rampiyang dahan, ruum kembang amis buah, kitu kawastua /18v/nnana. [3] Mangka nguni lamun ninggang ka sarwwa sattwa, 125. mageung mademit. Lamun ninggang ka peucang kanycil putih raja[m]péni, céléng kuping singa salat, na raja[m]péni, 130. lembu lilin raja[m]péni, badak putih rajapéni, gajah putih rajapéni, tutunggangan sang prabu, kitu kawastwaanana. 135. Manguni lamunna ni(ng)gang ka bwancah lanang, mangkana galemuh tulus, (mangkana) galepwang bwangswar, giling pingping pancuh14 geulang, taréros ramwa para(n)jang, 140. tanggay kasé langgé [langgé] dadar , kwanéng ganéné pwatrang cawéné, pirigan sanghiyang kalih ganpenwan para twahaan. Sa /18r/cipta ciptaning lanang15, 145. astura asturi arawa inyana, sakitu kawastuanana.

14 pacah 15 laning

56

Sanghyang Swawar Cinta

Mangka nguni lamunna, ninggang ka bwacah opoy, mangkana galemuh tulus, 150. galepong bongsor geulis pawilis, doéh é(n)dah padawala, deumuk (pipi) ti(m)bun buuk, doéh pa(ny)jang kwanéng, caropwang puhu buluna. 155. Hapitan karawaléa, ceta16 nywa(ng)két pwaék-pwaék, ceta neuleum (m)alem-(m)alem, ceta nyulagé beurang-beurang, meubeur nuar neuleum nyangkuduan, 160. ngem(bang) (ka)puk ngembang gadung, ngwanéng ngayen ngasumba, ngela sepang ngangeun ha /19v/yam17 [4] ngarancét kantéh pamulu. Beuteung reueus ku sakitu, 165. teher pélag olah-olah, na paray dikembang lwapang: hurang ta dikembang dadap, na hitu dipais tutung, le(n)di ta dipais bari, 170. na lélé dicwacwabék, na deleg dipanjel-pa(n)jel, na hikeu18 dileuleu(n)jeur, na kancra dilaksa-laksa, sisitna dirara mandi, 175. tulangna dibatcu rangu,

16 cita 17 hayan 18 hiki

57

Sanghyang Swawar Cinta

pantingna dirokwatway. Hayam bwadas ta dipadamara, hayam beureum disarengseng, hayam cangkes diketrik, 180. hayam hurik dipais bari, hayam danten dipepecel, /19r/ hayam bikang dipapanggang, [5] hayam kurung dikudupung, hayam kencaran disaratén, 185. hayam kambeuri ta dikasi, kacigeuy tuang carogé. T(e)herna nyanga nyanglarkeun, ngamumujet ngarara[ng]mandi, ngararang geding, 190. nyasaté raraka hudan, sasaté usap-usap lambé, sasaté pawarang lunta[ng], sasaté ugang-aging. Sakitu guna (na) o[m]pway, 195. sakitu kawastwaanana. /o/ Mangkana parat ka ha(n)dap, ka si nurgaha ka pwa basuka basuki, ka batara nagaraja, ka sang patih wara(h)désa, 200. ka nu siya awak larang, nu nanggeuy sanghya(ng) lemah, nu siya wenang di handap /20r/. ka sanghiyang digdig

hérang, ka lor kidul kulon wétan, 205. sanghiyang sumaradana,

58

Sanghyang Swawar Cinta

catur alas catur désa, dipajar catur mandala, ngahibaran bwa[é]na, tuha kalawa(n) amengan,19 210. tutup rahayu kreta geulis, para bujangga ngawastu, dina bulan kapitu, dina bulan rahaséa, dina imah manikmaya, 215. dina panycatiga ajnyana.20 Ngajingjing sanghiyang hurip21, ngajayak sanghiyang atma, ngarawu sanghyang hayu. Nguni-nguni sang pandita, 220. ngajang bayu sabda hidep, ngaregep cipta nirmala, ngukup hurip wwang sajagat, dinaan ing panglungguhan. Kitu samapun. 225. /o/ Ongkara nama sihwaya, /20v/

[6] carék dina siksa ka(n)dang, sohah asti sakala wreti, astiti metu ring aji. Namasté namas karana. 230 Namastu nama sihwaya. Sekar tu(n)jung sekar pawitra, di sanghiyang pawi(n)duan, di sanghiyang asri kuning, di sanghiyang asri bwana,

19 aminga 20 dnyana 21 hupri

59

Sanghyang Swawar Cinta

235 di sanghiyang cintamanik, wastu sakala samangké. Teu22 paya mé(n)ta ha(m)pura, kamisonné mu(n)dur, modana nya modanakeun, 240 si kapanggangan kalawan si katiwasan, ireug pidel jugul muna, tumangtu(ng) di kapunggung-an, sumangsang di katiwasan, ipis kadéwayunian, 245 (a)bala kaulasrapan. kadeu /21r/ kaeunteupan pidel, katutupan ku si lupa, kapari(ng)kus[tra] déné(ng) makoéh. hanteu katurunan ku ajnyana23 wisésa, 250 langgeng meta[h] kajalmaan. Mangki(n) s[w]amiasa deui, ku kageuian kami, boncah dé(k) diajar, metukeun kawacanaan, 255 ku tingkah kami boncah, hangjar hangjar sasalengjar, geura garawalan, ampag ampag ga[m]gampangan popogalan, sabdaan caran tingkahan éra, 260 kasedek ku piciptaeun. Metukeun ring ngaji, sasirih sapatah siléka, mangkin metukeun kawacanaan, ku geui hanteu katemu, 265 na /21v/ ampuh gurulagu, 22 leu 23 adnyana

60

Sanghyang Swawar Cinta

[7] ti(n)dak ta(n)duk basa basiki, patitis sila pah[h]ayap, sanding panali ukur paranti, sipat pamener cecek24 270 angka padali(ng)sa. Sau(n)dak-[p]u(n)da(k) kalepa, ku geui kami (me)tukeun bayu, tutup25 sabda ti babahan, hidep sakéng angen-angen. 275 Bayu sugan tan ana[k] kapresa, sabda nu tan ana[k] kareungeu, hdip tan ana[k] kapiange(n)-angen, mangka gédér mangka reuwas, mangka reduh ikang bayu, 280 mangka lucang sanghiyang ajnyana, na sarisipeu(n) pihidepeun, susah pirahaséaeun26, (lingga) linger pamujaan, ngagédog tihang ra(n)jang pagwasan, 285 deung tikelab samping gonggolang, pegat [t]apu /22r/ s karayunan. kagedag-gedag tanggeran, keruh situ kabuyutan, kécong talaga sanghiyang, 290 sarisipeun pih(i)depeun, mangka susah pirahaséaeun27. Lebak beunang nu midatar,

24 cicik 25 titup 26 pirasýéeun 27 pirasýéeun

61

Sanghyang Swawar Cinta

kusut beunang nu mérésan, titabur beunang mangpulungkeun, 295 iris beunang nu nyisib[b]eun, kurang beunang nu ne(m)beyan, coréngcang28 beunang nu nyelapan, hilang beunang nu namakeun, leungit beunang nu taliti[p], 300 kasamur beunang mitutur, rongod beunang nu ngadéngdéng, ma(ra)spadé nyipat midana, ngulak ngelé(k) ngukuran, ka nu jauh ka nu deukeut, 305 kaceray kapapasah /22v/ keun kapi(n)dwa kapintelukeun, [8] kaa(n)tégan kawurunganan, ku se(m)bawa budi cipta, lawan ambek ku (am)bekna, 310 misi (na) labuh siloka, sarua palalunkeuneun, ja hayang maharesa. Dék diajar kapibangun sangsaya, dék diajar metukeun ning (aj)nyana, 315 bayu tiis dingin29 palipurna, ruum seungit30 rumawangi, déwa ti karayunan, nitiskeun inya ka sato, kapadangan mangka heubeul, 320 (heubeul) hirup heubeul nyowana, héngan kawingahan kami, boncah sarwa palalu(n)keuneun,

28 soréngcang 29 dingan 30 singit

62

Sanghyang Swawar Cinta

kitu ku geui metukeun sabda, ja hayang manghayang, 325 kapibang /7r/ ngun sang mata, dék metukeun inya, na sabda (kau)padésa(n), sabda anumana premana sabda, mantra-mantri maha muliya, 330 sabda ti nuda ti nudi, (sabda) ti sang pandita, ka sang séwaka darma. [dék inya] Metukeun na sabda rahayu, sabda ménak ulah ménak, 335 sabda inadi inuda, sabda pasanta (j)nyana pasanta, ambek pasanta karma pasanta, bud(a) (pasanta) (bu)di pasanta, ngan manah mwa kapetukeun, 340 na sabda leuleus lemes, manis harum, wulat manohara, ruum ti candu, mahabara ti candana, 345 tiis dingin palipurna. /7v/ [9] sabda hérang manah linglang, didulur wuwus rahayu, dipuncakan énak a(m)bek, ku kageuian kami bo(n)cah. 350 teu meunang nadahkeun talinga, kurang beunang mataki-taki, suksila satiya bakti, séwaka mamu(ja) jati. Puputut nowéca,

63

Sanghyang Swawar Cinta

355 ameng-ameng yugisora, tétéga deung déwa guru, raja kalawan unggu walaka, wasi para manguyu, mangka nguni para mahapandita, 360 para(ma)suk paratutup, para walakan patangkilan31. sim(b)at mangkin ka sang jati warah irang-irang dipiguna. ja na twa[a]h lumanggana, 365 walangati dé(k) ka bumi, kurang tako /6r/ n séwageni, na(n)jak sila isuk soré, (sabuat) taraban poyan, beuki heubeul beuki ireug, 370 beuki lawas beuki tiwas, lawas-lawas nyatu cacah, heubeul-heubeul nyatu32 taleus, hanteu waya di kabisa. aya bisa lalatangan, 375 aya nyaho bobocokan, borang nu dék sila jarot, sugan di udiya tanya, meunang pretama, supen mupulihkeun inya. 380 tangé, mana mangat bisa, ja meujeuh lain dongdonan, na kajo(ng)jongan ku kabogoh, kabawa ku (ka)ba-kaba, kalolita ku wahéa33,

31 patikilan 32 tatu 33 wahýé

64

Sanghyang Swawar Cinta

385 kurang tanya kurang takon, (kurang takon) séwageni, na(n)jak sila (isuk soré), janari tengah wengi, isuk /6v/ kalawan rahina. [10] 390 Beuki katakul kalarung, beuki34 kasééh kagédéng, nu ditungtik diwulik beuki leungit, nu disiar beuki hilang, nu dipitutur kasamur35, 395 kahalangan ku preca(la), songya ku rupa warna. Sarua palalunkeuneun kami, bonycah mo kabireungeuhan, jero buméla36 sarira, 400 katutupan ku si lupa, kapuringkas [tra] dénéng makoéh, pepet peteng akéra, gelo-gelo leungi-leungeu, jugul bingung muna tiwas, 405 kabilet ku mala iket37, kasaputan ku tre[nare]sna, yuga pangan yuga inum. Énopéksa brah rahina, ku geui teu meunang ngarahinakeun. 410 H(i)dep lawan tutur /5r/, bwana lawan sarira,

34 kbi 35 kasumar 36 béméla 37 ikit

65

Sanghyang Swawar Cinta

masinikeun bayu sabda hidep. Ti peuting teu humareti, kabawa ku guna turu, 415 ku at(ma) manglawi-lawi, asup bijil datang leumpang, pajang peteng dihééskeun, ray beurang teu meunang nginar, kabawa ku guna ganal, 420 teu kadongdon teu kaboro, teu kapapay kapiguna, teu katungtik kawulik guna alit, ja meujeuh lain do(ng)donan, Sabda pangaku sagala, 425 teu aya panycaksarana, anggeus katakul kalarung, (anggeus) kasééh kagédéng, katukang(ang) kaleumpangan. Sarua pa(la)lunkeuneun, 430 (boncah) hanteu meunang, ipis ramping ranycang runycang. Awas padang manarawang, ku geui kurang balangah, hanteu ilik38 deung39 taliti /5v/[p]. 435 Di eusi sanghiyang ripta kabuyutan, kurang beunang ru[m]macana, di jero guha cipta sorangan, di sanghiyang tato ajnyana40, kéna palias ma palias. 440 (palias) méjéc ngagelén palias nyeda ngawada, ka paramuha para pandita,

38 iliga 39 ding 40 ajjana

66

Sanghyang Swawar Cinta

sanyarah ka nu nyi(k)sa ka nu mitutur, manguni ka a(m)bu ayah ka pangguruan, 445 mangkin ka sang jatiwarah. ja anggeus ma anggeus, kaguritkeun kaguratkeun, dina gebang lawan lo(n)tar, lempihan kukuluntungan, 450 dicarik (ku) ta[n]nah hireng, a- /4r/ mpar gelar susuratan, eusi sanghiyang pustaka. Lain tangtu babahayu, lain gurit juju(n)tian, 455 gurat gurit nu bihari, sasakala nu ti heula, siksa kandang siksa kudang siksa kurung siksa dapur, kalawan darmasiksa pangwereg, 460 [deung cirik] deung ceurik nangtung sapeuting, bujangga manik mungku sakit, deung tineunging cipta, di manik sawéstra, kalawan sanghiyang aj(ny)ana, 465 gas ngati man. ding kataniya kalawan adi sasana mano(n)dari agung larang, tato di sri wano, tarik timbang deung tineunging, 470 sorodong di rat, ta /4v/sik kedung madangding, [12] anggit artati deung prelabi, calik deung buda kasmala, panyca i(n)driya cinta soma, 475 boma deungeun ramayana,

67

Sanghyang Swawar Cinta

korawa deung adiparwa, angdégaparwa dornaparwa santiparwa satyaparwa, karnaparwa sorgaparwa, 480 kalawan agasti sarwatuti, deung cakrawati, kalawan na sowérapatra, salakat deung sarwatuti, kontara jeung rajanata, 485 tanjali deung cakra rohawati, punggawa deung bima sorga, wiwaha deung pandawa jaya, kangkus deung aci puresanapala, kalawan ratu asihan, 490 pauitan paramademit, danansri ugan pagoyan, tunduk lawan pakedut /10r/tan, caca(n)dén deung kararangsén. tahampékan babaheuman, 495 pangeusi binaya panti, patikrama, madangkulan. isiraja kapan kapa, tataan sanghiyang medang, kalawan waruganna pakwa, 500 patra deung darmason(y)a, rudamala deung askara, mangleuwi darmapretuti, darmawéya padonaan, pagenni mangbang kamalé, 505 prebokta putre wisésa, kukumba mahapawitra, bubuksah parahiyangan, maha bungku medang tangtu, jarini deung candrageni, 510 sumana deung darmasasana,

68

Sanghyang Swawar Cinta

deung pagagadan, purbatisti41 purbajati /10v/, [13]

sri wano dremakusumah sri manggala mahapadma 515 kalawan tatwa anyjana, budi keling gagang aking, budi cipta i(n)dranata, kalawan kunjarakarna42, manguni hurip-huripan, 520 kalawan sri mahaguru, sagelar sanghyang wayang, metu ti bwana [t] pitu, kalawan sri mageung, katepi na darmajati, 525 éta nu dilarangankeun, pagerba lebet sang wiku, upakara sang pandita, geusan nu nu(n)da sanjata, pamademan ahangkara43, 530 kéna i[n]nya tangtu sang sida karuhun, talatah sang sida sukma, piteket44 sang sida lenyep, deung sang sida hiyang (aj)nyana, /8r/

sang sida hiya(ng) widasara, 535 warah hiyang yugisora, bumi lamba bumi parek, sri hiyang pahi anggeus aci hurip, kawastwaan ajnyana45 ti sunda, sanghiyang sumaradana,

41 bantisti 42 kunjayakarna 43 aheungkara 44 piķingkeut 45 anjany

69

Sanghyang Swawar Cinta

540 catur alas catur désa, dipajar catur bwana, na lor kidul kulon wétan, sanghiyang hanteu sanghiyang biheung, lain ka éta ngaranna, 545 hurip sanghiyang pratiwi, téja sanghiya(ng) akasa, jungjunna sanghiyang alas, mutiya na kabuyutan, ngaranna pangeusi bumi, 550 diteu(n)deun di jero raga, pakeun ngahuripan masa, dék pantég …. rampés, [14]

mecat di bulan kasa, poroc di bulan karo, 555 tinggal raga di katiga, hilang di bulan kapat, telas di kalima, padem dina bulan kanem, mungkur di bulan kapitu, 560 … di bulan … … di bulan kasapuluh. Kéna inya paturunna, patiwah-tiwah ti sang pandita, ka sang séwaka darma. 565 Totok tepus sirung teuwu, tali-tali tan pegat, nu dititah diwulik ditungtik, disusukna46 dirancana, di sabda di pangambekan,

46 disuksuna

70

Sanghyang Swawar Cinta

570 di semu di pangawuruh, di tingkah twa[a]h cala purih, dék inya diparitama, mumul inya buntu, pahatuan tan runtu /11r/na 575 saparung[g]u gantoké réhé, canggang pegat carita mahapandita, talatah nu siya ti heula, ngan mana mo kapapay kapiguna, 580 teu katepi teu kahusir, teu kaboro teu kapénton. Kalaksanakeun talatah nu siya ti heula. Sarua palalunkeuneun, ku kageuian ka(mi) bo(n)cah, 585 Metukeun kasamodanaan, ka hareupeun sang pa(n)dita. Harunggampung47 getas rapuh, bahu bahangga punggel paku. naruk ajnyana carang i(ng)kah, 590 jauh jeueung, lu(n)cat cihna(?) karo langkah, handas nu kagiwang ajnyana48, mo bisa mitutur sabda rahayu, mingajap sora kreta, 595 miumit basa basiki, sarua pala /11v/ lunkeuneun.49 [15]

Kitu samapun. /0/ Mangkin sajan samiyasa,

47 haraggampung 48 adnyana 49 halalunakeuneun

71

Sanghyang Swawar Cinta

a(n)ten salarak-salarik, 600 sacecek angka padalingsa, sau(n)dak paké leu(m)pang, le(n)tang nu disanggatakeun. Waya nu dipialingan, talubu saur salajur, 605 tapakan sora sakecap, alingan sekar lépana, pangdulur saur rahayu, pangayak sora kreta, tamba sabda ngajugala, 610 dé(k) ngangseukeun pangabakti, mingpulungkeun tangtarukan, dangdauna(n) kekembangan, parépé parépé rangrang, ga(n)cang halalang, 615 pangeusi bwana lamba, pakeun ngahaturkeun sekar, pupungon suguhan sasurung, diteu(n)deunan kekembangan, /2v/ keukeureut ukir ukiran, 620 daun kalapa diréka kembang, ditiru dijieu(n) manuk, diréka tingkah manyurak, kupat halu kupat manuk, deungeun kupat parupuyan, 625 kupat walang kupat [eu] iwak, eu(n)teup di jukut palias, riringgit kasang pari, wuku waka kurung atma, kupat karas kembang picung, 630 ruru(n)day deung daun jahé.

72

Sanghyang Swawar Cinta

Teruswastu hujung50 iwung, sekar tu(n)jung paksi aman, panga(n)ti pang[ny]upatiyan, parawanten sekar putri, 635 panjalin /2r/[ 16] sawilet gatah, sakulingkang ginelaran51, patra uttra, sakilan suguhan sarurung sinahutan cecengbulan, 640 sinarapa[tu]tan ku daluwang lala(n)caran, tinitisan sanghiyang déwa tiga anawasta, alingan sanghiyang tiga52 ajnyana53, suruh apu lawan jambé, kalawan sekar satugel. 645 Alum layu geres euleus. paré parépé rangrang ga(n)cang, hareucang carang coréngcang, tanpa laduh tanpa jemuh, sekar gayang angar saat, 650 sapala sipi sapira(ng), camédék bécét rarapén, pépé /3r/ ja rupa wahéa, awir-awir cici weri, ngajojoré ngamomoré, 655 ngawadé ngawahéakeun. /o/ Mangka nguni samiyasa54, ku kageuian55 kami ngahareukeun inya,

50 bujung 51 genelaran 52 tida 53 adnyana 54 saméasa 55 giro?an

73

Sanghyang Swawar Cinta

ka sang pandita, suganna songgéng nya(ng)gégéng, 660 (suganna) nukang nyanghalang, hanteu teteg hanteu bener, hanteu ningar hanteu nengah, hant(eu) katujuan ning cipta, mangkin ku beunang kami ngahanceng 665 kusut ambuk ariwutu, pabali(k) pasulang-saling, pasungsang pahalang-halang, paburiya patulayah, pacorok paagor-agor, 670 maur tungtung samar tangkal, ti56 luhur teu puguh taruk, ti ha/3v/ndap teu puguh tangkal, [17] di tengah teu puguh ngarongkayan, hanteu papak sama jajar, 675 hanteu é(n)tép pabébérés, hanteu maday ngarongkayan. ruana ambaran tilas babad, sang pandita tan segaheun, ngarurubuh ngalulungsur, 680 ngésérkeu(n) kapawitraan. Ngagingsirkeun kama(n)trian. ngarundak kautamaan, ku geui ti bihari waya, ayeuna ireug disieup, 685 ma cita di nu utama, ngahilangkeun kasuksantran, ku geui mo nyaho57, di asri lawan muliya, sora nu siya ti heula. 56 teu 57 nyahi

74

Sanghyang Swawar Cinta

690 Saru /9v/ a palalunkeun, nguni karma sang[ng]adangdan, kaluhuran kalangkahan, ku bahu kiwa lawan tengen, nu rumaket di salira, 695 pangnurgrahan sang pandita, ka sang séwaka darma. Daluwang kulit ning kayu, upakara[ng] ning busana, cangcut baju pangadua, 700 tipulung sampit bahiri, roroma buuk salambar, mangkin pangeusi, bwana lawan sarira, lelet ning ciduh karacak késang, 705 paleut[t]ik ning kalulureun, ning késang sakéng sarira, ku geui mo kapilihan, kapinjian mo kadéngdéng kaparas/9r/padé, 710 mwa karaksa58 kaopéksa ika, tri kaya mandala parisuda, suda pangan suda inum, ku geuing tanpa iyatna, hiwang sira sang [ng]adangdan. 715 Képo sira sing manghayu, ireug-ireug di nu pregili, malawarikeun na nu purah ngawarah59 ajnyana60, panyjang geui nyeuseul manéh, lain ma lain ku padan, 720 kami bwaat nyangsat padan,

58 karakna 59 ngawatah 60 ajjana

75

Sanghyang Swawar Cinta

teu kailikkan kabudiya(n), kagadayyan kacukayyan, pukulun sama sumarji, sarua palalunkeuneun, 725 kitu samapun. //ooo/// Mangkin sajan samiasa, ku beunang a(m)pih-a(m)pih baba[h]/14v/ hagi, [18] di jeroning wawangunan, sugan metu sakéng tan hana, 730 sugan waya kaeunteupan, ku sarba geuleuh sarba keumeuh, kuricak deung tahi cakcak, sumeuni deung tahi beurit, haranghasu sekar seneng, 735 sirara deung roab ru(n)tah, harebuk di tahi bubuk, sarua palalunkeuneun, nguni basana didudut digagarupuh, didadak digeura-geura, 740 gupuh sigug ga(m)pang kaeur geura kapitineungeun61. Basana ti alas-alasan, ti cai ti62 geusan63 mandi, ti jalan ti pasampangan, 745 di lembur64 di geusan eureun. Sugan kalulun karingkus. (Sugan) kalepah-kalepih. (Sugan) kahéphép ka/14r/démpét. (Sugan) kalempét nyantepét.

61 kapitin.ningeun 62 ta 63 nggeus 64 lembur

76

Sanghyang Swawar Cinta

750 (Sugan) kahéphép kadé(m)pét, Pangeusi a(la)s-a(la)san. Pangeusi bwana lamba. kéna réya temahan, sanghiyang atma papa kalésa, 755 les65 hilang na drebiya66, mas kanaka jati rupa, kacoro(k) ku tambaga lawan timah, kalemur kasalimur, lipi lupa di pitutur, 760 mupungkur na siksa guru, ngaleumpangan siksa kandang, ngahanteukeun watang ageung, ngalaloan sipat galeng, naya-naya wong atuha, 765 sanyarah ka sang pandita, hanteu siheun ku pameuseuh, hanteu67 geder ku pamali, milelek ambek ma geuleuh, mitutur hidep tan tuhu, 770 mijajap68 sabda mahala, kabawa ku na /13v/ trimala, ngahanakeun (j)nyana dust[r]a. Mangkin lamunna datang ka masa, ukuran69 sakala70 hurip, 775 mo ngeunah ngala ku (ma)néh,

65 bas 66 dřibiya 67 han.ti 68 nijajap 69 ukaran 70 salaka

77

Sanghyang Swawar Cinta

paéh mo salah dunungan, mati taya wong mangkana, tinggal raga di katiga, hilang dina hapit lemah, 780 mungkur dina hapit kayuh, atma mecat71 ti kurungan, lucut bayu sabda hidep, raga tinggal kasangsara, sang atma rama ring kawah, 785 nyorang na batu kacakup, leutak si balagadama, kalawan banyu manglurah[k], jukut taji sula wesi, wot gonggang ugal-agil, /13r/

790 deung iyaksa geni muka, asu[h] mangtendas72 (iyaksa), gagak ma(ng)helar curiga, kapanggih sang yamadipati, dilabuhkeun kana kawah, 795 dikeueum dima(ng)ka heubeul, dikasi dimangka tadi, dikela dimangka asak. Lawasniya dina kawah, sariwu saratus tahun, 800 satak salawé purana. Entasniya sakéng kawah, diparabkeun ka asu di panycasora, asu mangte(n)das iyaksa, gagak manghelar curiga, 805 teherna mawa ruji beusi, deung na gagak santana, 71 macat 72 matidas

78

Sanghyang Swawar Cinta

asu téa majar mumul. Gagak téa73 hanteu hayang, kéna gilek twahna, 810 ba /12v/ sa di madiyapada. [20] ngahanakeun (j)nyana dust[r]a, milelek ambek mageuleuh, mitutur hidep tan tuhu, mijajap sabda74 mahala, 815 twahna bogoh congcolongan, ku inya sangka(n)na koyo, nya mana dicacah[g] direcah-recah, dihirib dimangka lentik, dibaur dikembang wura, 820 ditabu(r)keun ka madiyapada, mirasakeun pagawéna, basa di manusa loka, nya[a] mana pati(ng)saliksak pati(ng)saleber. 825 Temah sanghyang atma papa, jadi otér jadi janggél. jambelong limus sakeureut, kararamu hapur mungkal satwaa kinaririsan, 830 satoa kinawedi(an), satoa mageung mademit, ru /12r/mabat tan kinaweruhan75, [22] dingarananniya panycatriak, nu kumelip di pr(et)iwi, 835 sarwo sato pingpilikan, sarba mabekan eusi ning alas,

73 týé 74 sapada 75 kinawerahan

79

Sanghyang Swawar Cinta

nyangsang di lemah di cai, ngambang di tengah sagara, kasurung ku alun-agung, 840 kabawa ku riyak batang, kasilir-silir ku angin. Datang angin barat daya, jadi di tasik di nusa, munggu di kayu di batu, 845 munggu di taruk di daun, nyangsang di catang di rangrang, di tunggul di kai rungka(d), nepi ka gunung ka bukit, ka dungus ka udung-udung, 850 ka tegal ka hariwata, leuweung nusa sisirihan, pangératan babajangan, leuweung sema sisirihan76 /29r/ panglarungan wong sajagat, 855 Waya kapangkukan, ku atma papa kalésa, ja inya kahanan(an)a, ja éta temahanana. /o/ Sangkilang di utamana, 860 dina désa kabuyutan, lemah cai karetihan, na gunung panghiyangan77, gunung78 mahapawitra, (h)euweung kénéh kapangkukan,

76 sisirahan 77 punghiyangung 78 nungnung

80

Sanghyang Swawar Cinta

865 ku atma papa kalésa, nyorok awor ka nu nyaho, ngabancana ka nu bisa79, ngabéda ka nu ramp[a]és twah. Nyeueung nu ceuceub direupweung. 870 Dinugellan beuki datang, ka nu cicing80 beuki81 nepi, dikanistrakeun beuki dihajakeun, hayang kasari kabukti, huning kaicap kaarot. 875 Nu na(n)dangan sabda mahala, ka nu watek lekas tangan, ha /29v/ yang dék ruat [m]mala, [22] nyiyar pideungeuneun82 papa, reujeung-reujeung kapéraan. 880 Lun nyampak pandita tuhu laksana, émét imeut rajeu(n) leukeun, pakageui na ditapa, ngawakan sanghyang darma. Dinya tineungna mangkuk. 885 Dé(k) milu sabilulungan, milu awor deung aj(ny)ana, [hayang] hayang héés pabébérés, ngadungkuk sapangdungkukan, dé(k) leumpang duluran,

79 beusa 80 ceucing 81 bingki 82 pidingeuneun

81

Sanghyang Swawar Cinta

890 deung pandita tuhu tapa. Ngahiras[a] nyaho di jalan, hayang cunduk ka puhun, hayang datang ka tangkal, huning nepi ka jati, 895 isun huning mo katepi, isun hayang mo kasorang. Jati temu geugeuina, ja na sabda kala/23r/ntara, kasarung katala(n)jura[ra]n, 900 sarira salah paranan, masah geusanna ngahana[na]n, [sa]sariwu saratus tahun, satak salawé purana, mo nyorang kasorang tineung, 905 diri ti sakit ku jadi, mintar ti bala ku waya, gumanti ku tabah mala pala, ngabéda ngabancana, mangka gédér mangka reuwas, 910 mangka gila jeungjeueungeun, mangka jiji jarijipen, mangka giruk humanciru, sarwa [a]palalunkeuneun, mana tadi dipipatingtim, 915 panja(ng) geui na ditata, meunang mo gelar tombada. /23v/ [23] Ngiyatnaan matang hiyang, sasana gawé pareket, sugan waya kadeukeutan, 920 ku nu tumangtung (tu)méja,

82

Sanghyang Swawar Cinta

ku nu sumelap-sumelip, sakoéh83 karurusitan, sugan waya jangga-janggél, kuricak tahi rawayang, 925 iwun-iwun ciduh ingsun84, tata rua tata rombok, hiris bopoh limus [sa]sakeureut, wedit cacing deung so(n)dari, tan kasari tan kabukti, 930 tan kasikep tan kagamel, méar pacét deung cocopét, laku-laku di duniya85, sakoéh kinaririsan, sakoéh kinawediyan, 935 sakoéh si mahagila86. Sugan kadudut kadawut. Basana didadak digeu/24r/ra-geura87. Sakoéh sarba nistri sarba tamah[h], Bijil tina pancatriyak, 940 nu mo we[n]nang kasari kabukti, ku nu siya dahar pawitra, Sugan aya kaeunteupan, dina patah dina sekar, dina pattra dina suruh. 945 Dina apu dina jambé, salubarna kaeusikeun88. Ja lai(n) ma lain ku padan.

83 sakwah ah 84 ingrun 85 daniya 86 mahageula 87 gira 88 ku eusikeun

83

Sanghyang Swawar Cinta

Boat nyangsat nyodéakeun Sang pandita ku padan kami. 950 Kurang wulat kurang tingal. Sarua palalunkeuneun, ku kageuian kami bonycah. Mapas marug ngarémpanan, nga(n)tégan ngawurungan, 955 nu eukeur89 tapabrata90, eukeur lungguh linggih siwi samadi ngade /24v/ gkeun cipta nirmala, [24] nu eukeur yoga samadi. Nyuda pangan nyuda inum, 960 nu eukeur ngaji ngawigih, dina si(m)but dina cawet, manguni ning tata karma, nu eukeur ngangél[l]an ma(n)ten, tita(h) awak tita(h) raga, 965 nirtre(s)na nirsangsaya. Sarwa [a]palalunkeuneun. Ku kageuian kami, méré bobot méré répot, méré susah rurumpaheun, 970 nitah hésé sakalih. Iyatna di katuturan, milihan inya, camah campurna, sucina pawitrana. 975 lamun waya kawulatan, kawulikan, sui /25r/ inggis wirang alangati,

89 akeur 90 tatabrata

84

Sanghyang Swawar Cinta

dirasa tinggang kapalang. Ngumput ku tangan katuhu, 980 téma ku tangan kénca, tibakeun ka pwah suci darani jati, deung pwah suci laksana, kéna éta sedihanan, sarba geuleuh sarba keumeuh, 985 sarba camah sarba campur, inya hala inya hayu, dikiihan diisingan, dijieun na picarian, pa[t]cayahan pasétraan, 990 pangbajangan pangwaleran, ja eukeur dikawasakeun, dikali-kali tanpa guna, hanteu kajeueung susut91, pu(n)dung runtik murina, 995 dengdeng langgeng hérang tineung, ngawakan na kajatiyan. Komo lamun di /25v/ pahayu, [ 25] lun dijieun sangsaraman, ku nu waya pangawasan [sa], 1000 inya leuweung inya reuma, dilanglangan disiaran, bantar dilalar, mwatong mogor megat pasir, lebak datar disiaran, 1005 dili(n)taran diintiyan, momoganna téka waya, nemu imah kabuyutan,

91 mungkin metatesis dari sustu

85

Sanghyang Swawar Cinta

lemah saki[l]lan pasagi, teherna ngalingga manik, 1010 rampés gurindaeu[nu]nana, lamunna diutamakeun, pinahayu dén sang pandita, ditarawas dicacaran, dituaran dipinggiran. 1015 Dé(k) dihuru, suga(n)na panas babakna, kaaré panycanaga /26r/rana. Tuluy diduruk, disasap dimangka linyih, 1020 disaraan diradinan, anggeus ma éta sakitu, diilikan dibudiyan, disiaran halana hayuna, yogiya rampés92 dipahayu, 1025 geus ma rampés dipahayu. doraka diprecinta, diwindu diadu-adu, diréka diwalangsanga. Diteukteuk disampuraykeun, 1030 ditandé dipasigarankeun, ditiru dijiyeu(n) batur, diréka ti(ng)kah mandala, diririncik diririak, diturunkeun ditaékkeun, 1035 dihaeuc-haeuc. beunang nga /26v/ manon yuyukeun, [26]

92 rampos

86

Sanghyang Swawar Cinta

ti pinggir ku batu93 putih94, beunang ngala ti na tasik. Wastu beunang nu mahayu, 1040 bantar beunang ngadu balay, lemah dikakancanakeun, (ka)was papagét[n]an, Wastu man(a)n di galunggung95, ru(m)bay manan di daksina. 1045 Katurut di jampang manggung, sarwa deung catih hiyang, kéna tunyjuk mulah carut, sugan sora sagala. Batur ta di jamburaya, 1050 ngarann(a) punycak niskala, dibalay[a] sakuli(li)ngna, diawuran (ma)nik a[s]sra, dibaur deung /27r/ adur omas, diselang disegé sipat, 1055 ditilik ti kajauhan, caré(n)tam heuleut-heuleutna. Tajurna sarba kusumah, kusumah ngaraning kembang, handong bang deung ha(n)dong putih, 1060 handong lungsir kayu puri(ng), mandakaki jambu danti, wéra tumpang wéra lancar, kembang bulan kembang96 tanjung, jelag deung manyara parat,

93 mattu 94 pattih 95 galanggung 96 kambang

87

Sanghyang Swawar Cinta

1065 tatali sekar widuri97, taloki saru(ni) keling, dalima[n] sekar pupungon, pacar deung kembang damaka, taraté deung maya soré, 1070 beureum kembang reumbeuy-reu(m)beuy, siyang kembang puspa lémbang, deungeun kembang puspa gading, / 27v/ [27] malati kembang dongdoman, kembang tu(n)ju(ng) bungawari, 1075kembang susun kembang menur, kembang ngapaladarah, kembang ta hanteu nu rampés, kucawali héngan hiji, panugrahan ti niskala, 1080sangkan waya ka sakala, pangwastu ka sang prabu, utama di karajaan, lamunna dipaké ngawastu raga sarira, 1085nu ruum dipicucu(n)duk, nu wangi dipisusumping98, nu malahar dipiburat, kembang haneut dipipeureuh, nu rampés dipicacané //o// 1090Mangkin sajan samiasa. Liwat nu disanggatakeun ti hulueun taman situ,

97 waduri 98 dipisusumpang

88

Sanghyang Swawar Cinta

didora kowari /28r/ deu(ng) panto curi, 1095 kalawan na kamateuang, dipaheut dihénggét-hénggét, warnana ukar ukaran, ti luhur99 carita pandu, ti handap ca(ri)ta udarayana, 1100 di tengah naga pahempas, ulasan cangawalayut, m[r]erak ngigel di pu(hu)nna, baruang patukang-tukang, baroéng paéngér-éngér, 1105 udubasu ngadangiyang, batari paseuri-seuri, batara pakawa(n) kawan. Silih kaléng silih cium, haranna sanghyang memet. 1110 Anggeu(s) ma éta sakitu, diteundeun lingga linggir, candi bang candi putih, candi héjo candi /28v/ kuning, [28] hareca deung100 batu gangsa, 1115batu hareca diwarna, ageus ma diteu(n)deunan, pijatieun[nan] anjang miru, patanakan pakayuan, deung ing lambu pameupeuhan, 1120romahyang paténgtwangan, taman mihapitkeun dwara, salimar deung karajaan , balé pasajén,

99 luhar 100 ding

89

Sanghyang Swawar Cinta

lami(n) gading pancatulis, 1125deungeun101 balé pangeuyeukan, sanggar paiyil[l]an , pahwaman ngurung jalan[u], kalawan pasamidaan, geusan ngukus puja nyapu, 1130di umun tanpa langguk, nu disembah tan /30r/pa girang, heuweung102 hajin teu kajeueung, gum[ri]reuha gumrihi, malangkara di bwana, 1135dengdeng langgeng hérang tineung, ngawakan kapretiwian. Kilang ra(m)pés dipahayu, (ditarawas) dicacaran, dicaangan diradina(n), 1140disapu digalagaran, sapu tutur unggal isuk, dikukusan dipujaan, disembah dikabaktian, didupa ku ruruuman, 1145 haseu(p) dupa mrebuk [k]arum ruuming [ing] gandawangi, Sangkan beunang na mahayu, pada kaopéksa, wangun tujuh reujeung metu, 1150 dibalay ku batu datar, dita(n)dé ku batu ro(m)pé, ditambak lingga parasi, 101 dingingn 102 heuwing

90

Sanghyang Swawar Cinta

tatapakan batu welas, saca /30v/ka teras sagala, 1155 milambaran kayu laka, suhunan suriya103 tanduk, dilayeusan104 suriya kuray, kwakwaténa lamé kwanéng, dijure(y) kawung cawéné, 1160 ditéér ruyung suwangkung105, ditarikan teras jati, dipaseukan galeuh epring106, dikanycing kamuning keling, palupuhna awi temen, 1165 diselang ku awi surat, dibaur beutung larangan, beunang ngala ti kantenan, panglungguhan jati wulung, Sandaan suriya gading, 1170 warna ukir-ukiranan, pattra107 luar pattra widar, ti luhur patra gumulung, ti handa(p) /31r/p patra gumelar108, ti gigir patra kasilir, 1175 ti téoh karang puranté(ng), (ditali)yan purnacali, dilancangan ku kananga, papakuna jati rupa, tihang kuwung balun eu(n)juk,

103 susiya 104 dilayisan 105 siwangkung 106 preeung 107 tattra 108 gumunglar

91

Sanghyang Swawar Cinta

1180 digaléran jambé basma, dibukit ku eunjuk silih, dihateupan kiray ngora, diturub ku eu(n)juk silih, [prak] tambuyuk beunangna ngi(n)juk, 1185 kandel109 beunang ngadeweleg, bantar beunang nyatang pinang, titip linyih dadar lésang, kadi gunung kapwayanan, katénjo sakéng kadohan, 1190 deung juru tera /31v/ s tanggulun, [30] dijaroan teras carun. Pasunuk di pajajaran, … (jal)ma utama, sunuk ratu nu diumun, 1195 bangsa putra nu disembah, wenang nyeutu [laut] ngadang désa, ngalalaca na bwana, Déwata turun mangjalma. Hiyang murba ka sakala, 1200 ipis mala ka(n)del aj(nya)na, ku turunan ku niskala, ra(m)pés rua rampés110 tuah, rampés111 budi rampés112 pigeui, tutug tulus deres anggeus, 1205 acining déwa manusa, hanteu keuna ku jamulah, eluk paku patra bantut,

109 kalude (kadelu)? 110 rampas 111 rampas 112 ram.pas

92

Sanghyang Swawar Cinta

di tengah alas-a(la)sa/32r/n, titiron sarba kusumah. 1210 Caringin ngurung jalan, muruyan cai sanghiya(ng), bwagwah aing ku satwaana, ngaranna paksi badayan, hiber113 ngapung ka manggungkeun, 1215 nyeuseupan sekar déwata. Ka puhun éta ma rampés, ceta sang manggaway, pandita mahawisésa, pretangtu wijaksana, 1220 tétéla mahaprajnya114, ti aré lain wong pépéja, lain jalma tatan, paracang deung halu kumbang, nyiya(r) tannak reujeung dwa, 1225 agrong nu calik di pwa(ng)pwak, jajar nu calik di girang, baris nu calik di pinggir, jumeneng sang déwa batur, /32v/

sang[peu]kan [deung] 1230 tuna pasajnyanaan, sakawarna diwayakeun, kabukti beunang bihari, kasampak beunang beuheula, kai(m)pungan kacu(n)dukkan, 1235 nu sunuguh unggal isuk, nu mawa tanggung babuk lalay, nu mapag padagwa-dagwa, nu nyumah pulang kaleumpang, 113 hibiŕ 114 mahaprinya

93

Sanghyang Swawar Cinta

nu nunggang kawarasan malah, 1240 nu ditapa teher115 beung(h)ar, hiur buyut réa116 bwancah, geunggeung banda ditundagan, teher réa117 indang ebwan, wasi deuheus rama kadang, 1245 hulun jauh sanangkulan, manguyu deung balawiku, kaasa deung pacwagaran, /33r/ [33] panginggit panghawin deuheus, nu purah nga(ng)geuskeun tineung, 1250 ngahalangan guna gawé, hulun batur awak sérang, nyela linnyi(h) ukya langening, langlangsar awak sakapat, nga(m)bah na panycarabakkan. 1255 Sakwaéh guna twangtwanan, bulistir beunang ngalinggis, burahay na panahtaran, nanggilis tumpak di pasir, sumaray tu(m)pak di datar, 1260 ser manggung ngalingga payung, ser bentik ngalinggamanik, ser cu(n)duk naga ngaléngoy, nyang(h)areupna ngabahumintra, ngawulan pangawuruh batur,

115 teuhar 116 rýé 117 rýé

94

Sanghyang Swawar Cinta

1265 pangawuruh ka /33v/[da]impungan, ki(ng)kila réa118 nu ngéca, sumbaga dayeuhan batur, genah nusiya laksana, ngabiya(k)takeun hidep tambak melar, 1270 nu ngéca hanteu pegatna, sakalih nu ngadon budi, nyihar tingkah turutaneun, diduluran ku saréséh. Mangka eureun nu sakeudeung, 1275 mangka si(n)dang nu salalar, ngawengi nu pulang pwayan, Geulis bumi kasép[a] balé. É(n)dah na patanakkan. Ranggeuik na panangkilan, 1280 burahay na pageurangan, pinuh na eusi pakayuan, pangguh lu(n)juk pangdaunan, gedé ba /34v/lé pangolahan, (han)ca (nu dék) ruat mala, 1285 mwakta ti kahanan papa. Kitu samapun. /o/ Mangka nguni samiyasa. Luput liwat sarikéng raka, Lentang nu disanggatakeun, 1290 heubeul geuina diteu(n)deun,

118 rýé

95

Sanghyang Swawar Cinta

lawas geuina ditunda, kakara kapupulihkeun, disamwadanakeun ku sarining déwa tiga. Seureuh sataruk hangru bau lukut. 1295 satiup campur satékték tawé, saheulang badag sérahan, wwah sapanten samar duwegan. Teuas rah /34r/ hayu hérang tineung, [36] 1300 Tinebun[n]an biya(k)tana ka sakala, tuduheun urang réa, kawastwaan di sakala. Na babu hyang pretiwi, ywagya turutaneunana, 1305 ku na urang wong sajagat. Inya tuha inya larey, ku nu adwah lawan parek, manguni nu di mandalana, pahi deungeun119 hyang buyut. 1310 Lain basa nu urug jurang, tembing gawir cadas ngelir, swadwang rahwang batu bangkwang, paréa(ng) batu paténggang. Héngan kabetahanana, 1315 ku nu huning dé(k) ditapa, nu hayu dék tinggal raga. Sarwa palalunkeuneun,

119 dingeun

96

Sanghyang Swawar Cinta

Titis /35r/ ku rahayu, di sakala di niskala. 1320 Euweung kénéh sangkilang sakitu, sugan eukeur duumniya nguniya kretaniya nguni, tita(h) wates ni(ng) ngukur, magaway du(u)mmanniya , 1325 hagasaneun ti niskala sakala, dipaké ngawuwuh ngi(m)buh, ratu pameget puhawang sugih, lamunna tiis pijatieunana. Kitu samapun. /o/ 1330 Mangkin sajan sam(i)yasa, regas gwadwag kwaméng, sari-sari tanpa sari, titimu na sari jati, mangka eureun handeueul ta ku aya, 1335 eureun geuruk ta ku jadi. Gumanti mangka uruy, (uruy) ciduh reu(m)bay késang. Beureum beungeut mirah dada. Ngare(n)deng urat di tarang. 1340 telu nihang pijangkaan, mangka susah barusaha, /35v/

[34] [n]. Lwaglwag beunang anggwan-anggwan. Lugay beunang babasahan. Balas kapurug kaparag.

97

Sanghyang Swawar Cinta

1345 Kuri ning déwa tiga. Kurang jagang kurang jaging, kurang tangan pangawasa, képwan sira sang manggaway, manguni diteuteuhreupkeun, 1350 ka désa mahapawitra, ka bwana lawan sarira. Dipiséwét mwa madé, dipitipuluh mwa [cing] jucung, dipisamping mwa matep, 1355 dipisimbut mwa harukhuk. Sarua palalunkeuneun. Kitu samapun /o/ Manguni sajan (sa)miyasa. waya nu dipasantakeun, 1360 waya pangdalu rasa /36v/nana, waya nu disanggatakeun, mikwanwakeun raja busana, pangnugr(a)han sang pandita, tipulung sampit bahiri, 1365 roroma deung buuk badag, baju ta(n)jeur ngabada(n) hireng, ngawalaka sasakali(h), sakitu disantahakeun, waya daluwang salembar, 1370 ku geui na pwandwak heureut, sarangrangan. Tpis ramping racang rucang.

98

Sanghyang Swawar Cinta

Sisina gunung-gunungan, uduh beruh atah cakal, 1375 kurang tétér kurang poé, kurang rasi kurang cai, disamodanakeun ku kageuian. Kaya budi kami sakini, diyajar metukeun kawacanaan /36r/ [35] 1380 mwadana sabda sakicap, tingkah paro(n)dwak pwaroc, na mikonokeun beuuk babah buddi cangkem, tingkah buntu na geui nyaur pegat nu ti(ng)kah nyabda. 1385 Saur buntu sabda tinu(n)da, paregat ancal-ancalan. po(n)dok beunang nganyahwakeun, sipen beunang humareti, kurang beunang maritama, 1390 buntu beunang kumaweruh, Sanyarah [sana] nu maké busa(na). Mikwanwakeun pangrot cai, beunang kami ngulub kekeleman, olah ulih pala bungkah, 1395 sarba beuti, cau, tiwu biya taleus hui suweg, kalawana /37v/na gedang rateng, deung kalapa beunang namankeun, ku geui na 1400 geuhgeur geunteul kurang seuneu, digoléwar kurang sambara,

99

Sanghyang Swawar Cinta

kurang tasik humbu-humbu, hanteu acan tulus hipu. Sarwa palalunkeuneun. 1405 Kitu samapun./o/ Mangkin sajan samiyasa, nu tari(ng)ga[a]l jualeun, diyajar peungpeunging ngora, na ireug dikeudeu-keudeu, 1410 na tiwas dikaya-kaya, késang bagé késang lentik, beureum beungeut ditangankeun, ku éra mo katanganan, sapupulu kacuwali, 1415 asing nu mitwah inya, Palias ka /37r/sang pandita, aya basa lumanggana, medi(ng) elep dialem, daék120 lamun di réhéna, 1420 dé(k) nitah ka hulu kumbang, majar manéh hanteu bisa, (sanya)rah ku guru lagu, sora peper sora peuyeuh, hanteu patut kana lagu, 1425 na sora bécét kandéré, piseuri-seurieun sakalih, upat-upateun nu ngéca, nu ngali(h) hingalangeni, sakapat deung hu(lu) kumbang, 1430 ngumibisu meura seuri,

120 daak

100

Sanghyang Swawar Cinta

sanyarah na hulu kumbang, bogoh puji-puji suka, dipicarék salos aing kéna karah ingkeun ogé, 1435 nu /muji kapibakti, /38v/ nu médék (ka)pibahan, nu cicing parud-parudeun, sugan121 majar manéh réya gawé, nu ngalih hingalang ngeni, [36] 1440 majar manéh hanteu ari, sanyarah urang sinom(b)o sok réa kapihaléan, na pangapah teu katanggap, na pisalin lili(n)jingan, 1445 kapaparah katégtogan, dituduh ku sang pandita, Karunya ku nu miwarang, jarot sugan na pareuag. Sugih warah ceta ngucap. 1450 Kitu samapun /o/ Telas sinurat ring wulan kadala /38r/pan. Suru(d) pacanten dua naék. Ulih sang nganurat batur ma(n)dala suniya sang abuyut téja … sa(ng) sida puncak cikuray, hulu kumbang ti batu wangi /o/

121 rugan

101

Sanghyang Swawar Cinta

Mala(m)pah hampura sang amaca, ku na sa(s)tra océk lotér kadi tapak yuyu ri tancang ri tasik. Kurang wuhan leuwih longan bélot benerkeun. Nyaréna luhung mayan taba nilih. pun. /39r/

102

Sanghyang Swawar Cinta

Terjemahan 1. Ingatan, pikiran, dan angan-angan, di Sanghyang Swawarcinta, di dalam ketiadaan, mulai keluar kepada dunia nyata, 5. keluar dari mata dan telinga, keluar bayu dari mulut, keluar sabda dari rasa, turun dari untaian sair kuna, keluar dari pustaka sejati. 10. Hasil saripati pengetahuan, Muncul dari keabadian sejati, kesempurnaan keabadian tertinggi. Tepatlah engkau hai pembaca, mengucapkan pengetahuan, 15. keluar wewangian dari asal kejadian, yang disebut kemurnian asal, keasalian daripada aji. Aum, guru dewananta, niti jati menyembah sang Karopitu, 20. ketujuh Sanghyang Hayu. Hamba sama-sama bersuka cita. Sebagai awal kami berkata, sebagai asal kami bersabda, bersaksi pada siang dan malam, 25. kepada jagat dunia semesta. Kami titipkan diri, kami akan meminta izin bercerita, mengeluarkan kewacanaan, karena dari situlah asalna. 30. Batara Wenang Wisesa sempurna, Batari Wenang yang sakti, Batara Bayu yang mendengar,

103

Sanghyang Swawar Cinta

janganlah tidak mendengar suaraku. Suaraku sekarang ini, 35. haruslah menerimanya, barangkali salah kata, barangkali salah sebut, barangkali salah ucap, sabdaku pindah ke tulisan, 45. sabdaku pindah ke mantra, suaraku pindah ke asap dupa. Sukacitalah batinnya. Semoga sampai lebih dari itu. Bimbingan dan ampunan, 45. sebagai awal kami berkata, sebagai asal kami bersabda, permohonan izin kami kepada yang mulia, (Yang) Sempurna yang Mahasempurna, Yang Sakti yang Mahasakti. 50. Kepada Hyang Nalikajantra yang bernama siang, kepada Hyang Nalikajantra yang bernama malam, kami mohon izin membakar dupa, malai melwa malai cendana, kigugula sulur batara, 55. serta kulit cempedak, diselingi kulit langsat, usar dan jamaka, jungateup dan halihair, dicampur dengan tenjomaya, 65. dipadukan dengan kemenyan merah, ditaburi kemenyan putih. Bijih emas kalau ada supaya terasa, membubung asap ke angkasa, semoga tercium oleh Sunan Ambu,

104

Sanghyang Swawar Cinta

65. segala jenis aroma yang wangi di dunia. Kalau asap condong ke timur, masuklah ke warna putih, tempat Hyang Iswara. Kalau asap condong ke utara, 70. masuklah ke warna hitam, tempatnya Hyang Wisnu. Kalau asap condong ke barat, masuklah ke warna kuning, tempat Hyang Mahadewa. 75. Kalau asap condong ke selatan, masuklah ke warna merah, kesorgaan Hyang Brahma. Kalau sampai ke atas, masuklah ke empat warna, 80. kesorgaan Hyang Siwa. Ke atas kepada sang Rumuhun, kepada sang Mangambang sang Mangambung, kepada sang Patih Warahdesa, terus datang ke ketiadaan, 85. puncak sanghyang angkasa. Ke ujung lengkungan langit, puncak sanghyang angkasa, payung alas payung desa, yang disebut payung bwana, 90. memayungi manusia sejagat. Kalaulah datang ke situ, asap dupa kami menjadi kabut, menjadi awan hitam dan mendung, menjadi mega pertanda hujan.

105

Sanghyang Swawar Cinta

95. Kalau jatuh ke tanah, menjadi gundukan tanah subur, menjadi tanah kaputihan, menjadi tanah sanghyang. Kalau jatuh ke batu, 100. menjadi batu untuk lingga, candi merah candi putih, menjadi batu sanghyang. Kalau jatuh ke air, menjadi air suci untuk membasahi. 105. yaitu deretan Cihaliwung, namanya Sanghyang Talagawarna. Diambil oleh anak laki-laki, dibawa dalam dandang Tuban, digendong dengan boeh larang, 110. diiringi dengan tetabuhan, gong kuning dan gangsa lari, untuk mencegah bencana dasamala (sepuluh noda), untuk meruat dasakalesa (sepuluh keadaan kotor), begitulah ketentuannya. 105. Kalau jatuh pada kayu, tunas dan benih tumbuh, tanaman semuanya berbuah, menjadi subur dan sehat, menjadi besar dan tinggi, 120. akarnya besar batangnya lurus, rantingnya rimbun dahannya banyak. Bunganya harum buahnya manis, Begitulah ketentuannya. Demikian pula kalau jatuh kepada segala binatang, 125. baik besar maupun kecil.

106

Sanghyang Swawar Cinta

Kalau jatuh kepada kancil, kancil putih rajapeni, celeng kuping singa salat, yaitu rajapeni, 130. lembu lilin rajapeni, badak putih rajapeni, gajah putih rajapeni, tunggangan sang prabu. Begitulah ketentuannya. 135. Demikian pula kalau jatuh kepada anak laki-laki, Menjadi gemuk dan sehat, menjadi besar dan tinggi, kekar paha kukuh betisnya, jemarinya lancip dan panjang, 140. kukunya bersih panjang dan berkilauan, kuning langsat memikat gadis, pengiring Sanghyang Kalih, pengawal para pangeran. Sebaik-baiknya lelaki, 145. astura asturi teriakannya. Begitulah ketentuannya. Demikian pula kalau jatuh kepada anak perempuan, menjadi gemuk dan sehat, 150. mulus tinggi cantik molek, montok indah seperti daun muda, ranum pipinya tebal rambutnya, montok tinggi dan kuning, kulitnya bersih tanpa bulu. 155. Kayu hapit, karawalea,

107

Sanghyang Swawar Cinta

pandai menyongket di waktu gelap, pandai neuleum di waktu malam, pandai memintal di waktu siang, meubeur, nuar, neuleum, nyangkuduan, 160. tenunan kembang kapuk dan kembang gadung, ngoneng, ngayen, ngasumba, merebus lalab menggulai ayam, merapihkan benang lusi. Setelah kagum oleh semua itu, 165. kemudian terampil memasak: ikan paray dikembang lopang, udang dimasak kembang dadap, ikan hitu dipepes gosong, ikan lendi dipepes bari, 170. ikan lele dibumbu cobek, ikan gabus dipanjel-panjel, ikan hikeu dileuleunjeur, ikan kancra dilaksa-laksa, sisiknya dibuat raramandi, 175. tulangnya dibatu rangu, siripnya dirokotoy. Ayam putih dipadamara, ayam merah disarengseng, ayam cangkes diketrik, 180. ayam burik dipepes bari, ayam dara dibumbu pecel, ayam betina dipanggang, ayam kurung dikudupung, ayam liar disaraten, 185. ayam kebiri dikasi, kesukaan sang suami. Kemudian nyanga nyanglarkeun,

108

Sanghyang Swawar Cinta

ngamumujet ngararamandi, membuat rarageding, 190. membuat sate untuk raraka hudan, membuat sate usap-usap lambe, membuat sate pawarang lunta, membuat sate ugang-aging. Itulah kepandaian wanita, 195. begitulah ketentuannya. Semoga tembus ke bawah, Ke si nugraha kepada Pwa Basuka Basuki, Kepada Batara Nagaraja, kepada sang Patih Warahdesa, 200. kepada yang mulia Awak Larang, yang menyangga bumi, yang mulia wenang di bawah, kepada sanghyang Digdig Herang, ke utara selatan barat timur. 205. Sanghyang Sumaradana, catur alas catur desa, disebut catur mandala, menerangi buana, tua serta muda, 210. sempurna selamat makmur cantik, para bujangga yang mengatur, pada bulan ketujuh, pada bulan rahasia, di dalam rumah Manikmaya, 215. pada pancatiga ajyana. Menuntun Sanghyang Hurip, membimbing Sanghyang Atma, merangkul Sanghyang Hayu. Pertama-tama sang pandita,

109

Sanghyang Swawar Cinta

220. membuat sesaji bayu sabda hidep, memusatkan pikiran yang suci, mengharumkan hidup orang sedunia, kehinaan dalam kedudukan. Demikian. Mohon maaf. 225. Ongkara Nama Sihwaya. Nasihat dalam Siksakandang. Hiduplah, jadilah seluruh kelakuan. Pujian keluar dari aji: Namaste namas karana. 230. Namastu namas Sihwaya. Bunga tunjung bunga suci, di Sanghyang Pawinduan, di Sanghyang Asri Kuning, di Sanghyang Asri Bwana, 235. di Sanghyang Cintamanik, nyata tampak sekarang. Sedikit-sedikit minta maaf, seolah-olah mundur, gembira menggembirakan. 240. Si Kapanggangan dan si Katiwasan, bodoh, penidur, tolol, dungu berdiri dalam kebodohan, bersandar pada kelalaian. Tipis keyakinan kepada dewa, 245. Lemah …. Terus dihinggapi penyakit si penidur, tertutup oleh si lupa, terbelenggu oleh ketamakan. Tidak diwarisi oleh ilmu pengetahuan,

110

Sanghyang Swawar Cinta

250. langgeng berprilaku manusia. Sekarang berbahagia lagi, dengan perasaan kami, Anakku akan belajar, mengeluarkan kewacanaan, 255. oleh tingkah kami, Anakku. Belajarlah dengan kesenangan. Jangan tergesa-gesa dan acuh tak acuh, menganggap mudah dan ugal-ugalan. Ucapan, kelakuan, tingkah, malu. 260. Terdesak oleh pemikiran. Mengeluarkan aji, sedikit sepatah seloka. Sekarang mengeluarkan kewacanaan, oleh perasaan tidak ditemukan, 265. pada keampuhan gurulagu, tindak tanduk dan tutur kata yang baik, teratur, kebajikan, berpandangan lurus. simpul, tali, ukuran, alat, penggaris untuk meluruskan titik, 270. angka dan baris. Tahap-tahapan aturan, dengan perasaan kami mengeluarkan bayu, tutup ucapan dari mulut, pikiran dari angan-angan. 275. Bayu mungkin tidak terasa. Sabda mungkin tidak terdengar. Hidep mungkin tak terbayangkan. Supaya kaget supaya terkejut. Supaya ringan bernapas, 280. supaya lega sanghyang ajnyana.

111

Sanghyang Swawar Cinta

Bila tidak mengena pada pikiran. Sukar merahasiakan, lingga batu pemujaan. Menggoyang tiang ranjang ribut, 285. dan tersingkap kain terabaikan. Putuslah tali ayunan, tergoyang-goyang pancangnya. Keruh danau kabuyutan, beriak telaga sanghiang. 290. Tidak mengena pada pikiran, sehingga sulit dirahasiakan. Cekunglah hasil meratakan. Kusutlah hasil membereskan, berhamburan hasil mengumpulkan, 295. bocor hasil menampung, kurang hasil yang memulai, jarang hasil merapatkan, hilang hasil menyamakan, hilang hasil meneliti, 300. tertutup dari nasehat, kasar hasil menghaluskan, merapihkan, meluruskan, mengeraskan, menakar, ngelék, mengukur, kepada yang jauh dan dekat 305. tercerai dan terpisahkan, terbagi dua terbagi tiga, terhalangi dan tergagalkan, dengan kekuatan budi cipta, serta pikir dengan pemikirannya, 310. barangkali salah memahami pepatah, sama-sama memaklumi, karena ingin mencapai tujuan.

112

Sanghyang Swawar Cinta

Akan belajar menyadari keragu-raguan. Akan belajar mengeluarkan pengetahuan, 315. bayu sejuk dingin sempurna, wangi harum semerbak indah, dewa turun dari ayunan, menitiskan ia kepada binatang, supaya lama terangnya, 320. lama hidup lama berbakti, hanya untuk kecerahan pikiran kami. Anakku, sama-sama memaklumi, dengan perasaan mengeluarkan sabda, karena ingin mencapai keinginan, 325. membukakan mata, akan mengeluarkannya, yaitu sabda yang menjadi ajaran, sabda kasih sabda yang benar, mantra-mantra yang mahamulia, 330. sabda dari kemurnian kesucian, sabda dari sang pandita, kepada sang Sewaka Darma. Mengeluarkan sabda kebaikan, sabda dan laku yang menyenangkan, 335. sabda yang bagus dan murni, sabda yang tenang jnyana tenang, ambek yang tenang, karma yang tenang, buda pasanta, budi pasanta, hanya hati tidak akan dikeluarkan. 340. Sabda yang lemah-lembut, manis harum, terlihat mempesona, lebih wangi daripada candu, lebih semerbak dari cendana,

113

Sanghyang Swawar Cinta

345. sejuk dingin sempurna. Sabda jernih hati bening, disertai ucapan yang baik, dipayungi pikiran yang senang, dengan perasaan kami, Anakku. 350. Tidak mendapat hasil mendengar, kurang hasil melatih diri, mendirikan sila setia bakti, mengabdi memuja yang sejati. Puputut, noweca, 355. ameng-ameng, yogiswara, tetega dan dewaguru, raja serta ungguwalaka, wasi dan para manguyu, teristimewa para mahapandita, 360. paramasuk, paratutup, para walakan, patangkilan, kian mengena kepada sang jatiwarah, hal memalukan diperbuat, karena perbuatan yang melanggar, 365. takut turun ke dunia, kurang bertanya kepada Siwageni, melakukan sila pagi sore, ketika siang hari, makin lama makin bodoh, 370. makin lama makin celaka, lama-lama memakan cacah, lama-lama memakan talas, tidak punya kemampuan. Kalaupun bisa hanya lalatangan. 375. Kalaupun tahu hanya bobocokan. Takut mengamalkan perbuatan baik,

114

Sanghyang Swawar Cinta

barangkali diuji dengan pertanyaan, mendapat giliran pertama, malu mengatakannya. 380. Sadarlah! Bagaimana akan bisa, karena bukan tujuan, karena terbuai oleh kesenangan, terbawa oleh godaan, tergoda oleh penampilan, 385. kurang bertanya kurang menyapa, kurang bertanya kepada Siwageni, mendirikan sila pagi dan sore, dinihari tengah malam, pagi-pagi serta siang. 390. Semakin terenggut dan terlewat. Semakin tersisih dan terpinggirkan, yang diteliti dan dipelajari makin musnah, yang dicari makin hilang, yang dinasihatkan tersamar, 395. terhalang oleh kecacatan, tertutupi oleh aneka warna. Sama-sama memaklumi kami. Anakku, tidak terlihat, dalam membela diri, 400. tertutup oleh si lupa, terbelenggu oleh ketamakan, gelap gulita dan malu, tertipu dan hilang ingatan, tolol, bingung, dungu, celaka, 405. terbelit oleh jerat dosa, terselubung oleh keinginan, banyak makan banyak minum. Memperhatikan terangnya siang,

115

Sanghyang Swawar Cinta

dengan rasa tidak dapat merasakan siang. 410. Pikiran dan kesadaran, buana dengan jasmani, memadukan bayu sabda hidep. Waktu malam tak merenungi, terbawa oleh kelelapan tidur, 415. dengan jiwa menghibur, masuk keluar datang pergi, terang gelap ditidurkan, datang siang tidak dapat berjemur, terbawa oleh sipat kasar, 420. tak tercapai tak terkejar, tak terlacak tak termiliki, tak menemukan dan menangkap sipat halus karena bukan tujuan. Ucapan untuk segala pengakuan. 425. tidak ada panca aksara-nya. Sudah terenggut dan terlewat. Sudah tersisih dan terpinggirkan, Terlewat dan terlampaui. Sama-sama memaklumi. 430. Anakku, janganlah tipis ramping bolong berlekuk. Jelas terang benderang, dengan rasa kurang lengah, tidak cermat dan tidak teliti. 435. Pada isi tulisan kabuyutan, kurang pandai menyusunnya, di dalam pikiran sendiri, pada sanghyang Tatoajnyana

116

Sanghyang Swawar Cinta

karena tabu yang ditabukan. 440. Janganlah mengejek, menggelitik. Janganlah menyalahkan dan menghina, kepada paramuha para pandita, juga kepada yang mengajar dan mendidik, demikian pula kepada ibu, ayah, dan guru, 445. lebih-lebih kepada sang jatiwarah. Karena memang sudah tertuliskan tersuratkan, pada gebang pada lontar, lipatan dan gulungan, 450. ditulis dengan pena hitam, terhampar tergelar tulisan, isi sanghyang pustaka. Bukan cerita hiasan, bukan karangan palsu, 455. karangan jaman dahulu, catatan peristiwa masa lalu. Siksa Kandang, Siksa Kudang, Siksa Kurung, Siksa Dapur, dan Darmasiksa Pangwereg, 460. dan menangis berdiri semalaman, Bujangga Manik tidak sakit, dan kenangan pikiranku, di Manik Sawéstra, serta Sanghiyang Ajnyana, gas ngati man. ding kataniya ? serta Adisasana Manondari Agunglarang, Tato di Sri Wano, tarik timbang dan kenanganku, 470. sorodong di rat,

117

Sanghyang Swawar Cinta

tasik, kedung, madangding, anggit Artati dan Prelabi, calik dengan Budakasmala, panyca i(n)driya Cintasoma, 475. Boma dengan Ramayana, Korawa dan Adiparwa, Angdégaparwa, Dornaparwa, Santiparwa, Satyaparwa, Karnaparwa, Sorgaparwa, 480. serta Agasti Sarwatuti, dengan Cakrawati, serta Sowérapatra, Salakat dan Sarwatuti, Kontara dan Rajanata, 485. Tanjali dan Cakrarohawati, Punggawa dan Bimasorga, Wiwaha dan Pandawa Jaya, Kangkus dengan Aci Puresanapala, serta Ratu Asihan, 490. Pauitan, Paramademit, Danansri, Ugan Pagoyan, Tunduk serta Pakedutan, Cacandén dan Kararangsén. Tahampékan, Babaheuman, 495. yang mengisi binaya panti, Patikrama, Madangkulan, isi Raja Kapa-kapa, Tataan Sanghiyang Medang, serta Waruganna Pakwa, 500. Patra dengan Darmasonya, Rudamala dan Askara, Mangleuwi, Darmapretuti, Darmawéya, Padonaan, Pageni Mangbang Kamalé, 505. Prebokta, Putrewisésa,

118

Sanghyang Swawar Cinta

Kukumba, Mahapawitra, Bubuksah, Parahiyangan, Mahabungku, Medang Tangtu, Jarini dan Candrageni, 510. Sumana dan Darmasasana, dengan Pagagadan, Purbatisti122, Purbajati Sri Wano Dremakusumah, Sri Manggala Mahapadma 515. serta Tatwa Anyjana, Budi Keling, Gagang Aking, Budi Cipta, Indranata, Serta Kunjarakarna, Demikian pula, Hurip-huripan, 520. serta Sri Mahaguru, Sagelar Sanghyang Wayang, keluar di Buana Pitu, serta Sri Mageung, tercapailah Darmajati, 525. itu yang disucikan, bagian dalam sang wiku, pertolongan sang pandita, tempat menyimpan senjata, pemadam kesombongan, 530. karena itu kisah sang sida karuhun, amanat sang sida sukma, peringatan sang sida lenyep, dan sang sida hiyang (aj)nyana,

sang sida hiya(ng) widasara, 535. ajaran hiyang yugisora, bumi kecil bumi dekat,

122 Nskh: bantisti

119

Sanghyang Swawar Cinta

sri hiyang semua sudah menjadi hidup, ketentuan pengetahuan dari Sunda, sanghiyang Sumaradana, 540. catur alas catur desa, yang disebut catur buana, yaitu utara selatan barat timur, sanghiyang hanteu sanghiyang biheung, bukan itu namanya, 545. hidup di sanghiyang pratiwi, cahaya sanghiyang angkasa, kekasih sanghiyang alas, mutiara di kabuyutan, namanya isi bumi, 550. disimpan di dalam raga, untuk menghidupi masa, akan berhenti … baik, terpental pada bulan kasa, terlepas pada bulan karo, 555. meninggalkan raga pada bulan katiga, lenyap pada bulan kapat, habis pada bulan kalima, padam di bulan kanem, pergi di bulan kapitu, 560. … di bulan … … di bulan kasapuluh. Karena dia penjelmaannya, titisan dari sang pandita, kepada sang sewaka darma. 565. Bunga tepus tunas tebu, tali temali tidak putus. Yang disuruh dipelajari didalami, dipahami dipikirkan,

120

Sanghyang Swawar Cinta

pada sabda pada pemikiran, 570. pada air muka pada pengetahuan, pada tingkah laku yang tidak tetap, dia akan dilindungi, malas dia (sehingga) gagal, sebatang kara tidak ada tempat bersandar, 575. bunyi genta pun tidak terdengar. Ikatan putus, cerita mahapandita, amanat yang mulia terdahulu. Tetapi tidak akan terlacak terpahami, 580. tak tergapai tak tercapai, tak terkejar tak terlihat. Terlaksana amanat yang mulia terdahulu. Sama-sama memaklumi. Dengan perasaan kami, Anakku. 585. Meluapkan kegembiraan, ke hadapan sang pandita. Kasar dan tergesa-gesa, sering lekas naik darah dan pemarah. Memetik pengetahuan 590. jauh pandangan, meloncat jauh dua langkah, tegaklah yang tergoncang pengetahuan, tidak bisa menyampaikan sabda rahayu, mengidamkan suara yang sempurna, 595. mengungkapkan tutur kata yang baik, sama-sama memaklumi, Demikian. Maaf. Sekarang menuju kebahagiaan. Ada beberapa larik, 600. satu titik angka dan baris.

121

Sanghyang Swawar Cinta

Satu tahap untuk berjalan, datang bersama-sama. Ada yang ditutupi, bergores ucapan satu baris, 605. berbekas suara satu kata, penutup sekar lepana, penyerta ucapan yang mulia, penyaring suara yang baik, penawar ucapan yang congkak, 610. akan menyampaikan persembahan, mengumpulkan hasil memetik, dedaunan dan bebungaan, parepe parepe ranting kering, gancang ilalang 615. pengisi alam semesta, untuk menghaturkan bunga, bunga rampai sesaji diangsurkan, ditaburi bunga-bungaan, pahatan ukir-ukiran, 620. daun kalapa dibentuk bunga, ditiru seperti burung, dibentuk seperti merak, kupat halu kupat manuk, dengan kupat parupuyupan, 625. kupat walang kupat iwak, hinggap di rumput palias, hiasan kain bunga padi, wuku-waka kurung atma, Kupat karas bunga picung. 630. Rumbai-rumbai daun jahe. Pedupaan pucuk rebung. Bunga tunjung paksi aman,

122

Sanghyang Swawar Cinta

penunggu kelahiran kembali. Sesajian sekar putri. 635. Rotan membelit periuk, sutra tipis dihamparkan, daun dibentuk hiasan, sejengkal sajian diangsurkan, digigit oleh kera hitam, 640. dilapisi dengan selembar daluang. Disirami oleh sanghiyang dewa tiga anawasta, Dilindungi sanghiyang tiga ajnyana. Sirih, kapur, dengan pinang, serta setangkai bunga. 645. Lemas layu lemah lunglai, paré parépé rangrang gancang, hareucang carang coréngcang, tidak subur tidak berbiak, bunga layu, gersang kering, 650. buah kerdil serta mengering, pendek kecil dan kerontang, terjemur dan rupanya jelek, compang-camping tercabik-cabik, memburukkan menyepelekan. 655. menghina dan menjelekkan. Tentu saja sama-sama bisa, dengan perasaan kami menghadapkan dia, kepada sang pandita. Barangkali menungging mencangkung, 660. barangkali membelakangi menghalangi. Tidak tetap tidak benar, tidak seimbang tidak cukup, tidak lurus pikirannya. Selanjutnya hasil kami menyusun,

123

Sanghyang Swawar Cinta

665. kusut masai kacau-balau, terbalik dan bersilangan, menyerong dan menghalangi, berhamburan berserakan, bercampur baur, 670. tidak jelas ujung pangkalnya, dari atas tidak jelas pucuknya, dari bawah tidak jelas pohonnya, di tengah tidak jelas batang kayunya, tidak rata dan tidak lurus, 675. tidak teratur dan tidak rapih tidak cukup menjadi batang kayu, terlihat kering bekas ditebas, sang pandita tidak khawatir, merubuhkan menurunkan, 680. menggeserkan kesucian. Memindahkan kebajikan, merusak keutamaan, dengan rasa dari dahulu ada. Sekarang kebodohan diperbaiki, 685. pikiran pada yang utama, menghilangkan rintangan, dengan rasa tidak akan tahu, pada keindahan dan kemuliaan, suara yang mulia dahulu. 690. Sama-sama memaklumi. Lebih-lebih perbuatan sang adangdan, terlampaui terlangkahi, dengan lengan kiri dan kanan, yang menempel pada badan, 695. anugerah sang pandita, kepada sang sewaka darma.

124

Sanghyang Swawar Cinta

Daluwang kulit kayu, perlengkapan pakaian, cawat, baju, celana, 700. ikat kepala, selempang, bahiri, bulu roma selembar rambut, semakin (banyak?) pengisi, buana dengan badan, terbit air liur dan berkeringat, 705. terperciki terluluri, dengan keringat dari badan, dengan rasa takkan terpilih, terurai tetapi tidak menjadi rata dan tidak rapih, 710. takkan terjaga takkan terpelihara, trikaya mandala parisuda, kurang makan kurang minum, dengan tingkah tanpa kewaspadaan, khawatirlah dia sang adandan. 715. Bingunglah dia sang manghayu, Bodohlah dia yang pregili, Mengumumkan yang selalu mengajari

pengetahuan. Panjang rasa memarahi diri sendiri. Bukanlah bukan dengan padannya. 720. Kami untuk melihat padannya. Tak teramati tak terpikirkan. Tergadaikan tercukaikan, hamba sama-sama ikhlas, sama-sama memaklumi. 725. Demikianlah. Maaf. Sekarang menuju kebahagiaan, dengan hasil dari menabung dan hasil berbagi di dalam bangunan. Barangkali keluar dari ketiadaan.

125

Sanghyang Swawar Cinta

730. Barangkali terhinggapi dengan serba kejijikan dan kekotoran, kuricak dan tahi cecak, sumeuni dan tahi tikus, haranghasu sekar seneng, 735. sirara dan roab runtah, harebuk dan tahi bubuk. Sama-sama mohon dimaafkan. Lebih-lebih waktu ditarik tergesa-gesa, mendadak dan terburu-buru 740. gugup, gemetar, mudah bingung, segera diingat-ingatkan. Waktu di hutan di belantara, dari jamban tempat mandi, dari jalan dari persimpangan, 745. di kampung di tempat berhenti. Barangkali tergulung terjerat. Barangkali terlipat-lipat. Barangkali tertindih terhimpit. Barangkali tersepit terjepit. 750. Barangkali tertindih terhimpit. Pengisi hutan belantara. Pengisi alam semesta. Karena banyak perubahan sanghiyang atma hina dina, 755. hilanglah segala kekayaan, emas, perak, logam mulia, tercampur dengan tembaga dan timah, tersamarkan terpalsukan, melupakan petuah, 760. membelakangi siksaguru, melewatkan siksakandang, menggagalkan watang ageung, melewati pematang lurus,

126

Sanghyang Swawar Cinta

meniadakan orang tua, 765. demikian pula kepada sang pandita, tidak takut dengan siksaan, tidak gentar oleh pamali, mendalami pikiran yang menjijikkan, menguraikan hidep yang tidak benar, 770. mengantarkan sabda yang mencelakakan, terbawa oleh trimala, mengadakan pengetahuan bohong. Kelak jika datang masanya, ukuran lamanya hidup, 775. tidak enak memetik sendiri, mati tidak akan salah tujuan, mati tidak akan menjelma lagi, meninggalkan raga di bulan katiga, hilang pada bulan hapit lemah, 780. pergi di bulan hapit kayu, jiwa terlepas dari badan, keluar bayu sabda hidep, badan yang tinggal sengsara, sang jiwa kotor di kawah, 785. melalui batu berhimpit, lumpur panas si balagadama, dengan air terjun ke jurang, rumput taji tombak besi, jembatan bergoyang-goyang, 790. dan raksasa berkepala api, anjing berkepala raksasa, gagak bersayapkan keris, bertemu dengan sang Yamadipati, dilemparkan ke dalam kawah, 795. direndam selama-lamanya, dipanggang berlama-lama, direbus sampai matang.

127

Sanghyang Swawar Cinta

Lamanya di dalam kawah, seribu seratus tahun, 800. dua ratus dua puluh lima purana. Setelah dia keluar dari kawah, dijadikan makanan anjing si Pancasora, anjing yang berkepala raksasa, gagak bersayapkan keris, 805. kemudian membawa jeruji besi, dengan gagak santana, Anjing tersebut katanya malas. Gagak tersebut tidak mau, karena perbuatannya menyeleweng, 810. waktu di hidup dunia. Mengadakan pengetahuan bohong, mendalami pikiran yang menjijikkan, menguraikan hidep yang tidak benar, mengantarkan sabda yang mencelakakan. 815. Perbuatannya suka mencuri, oleh dia supaya luput. Karena itu dicacah dipotong-potong, diiris-iris kecil-kecil, dicampur seperti bunga rampai, 820. ditaburkan ke dunia, merasakan perbuatannya, waktu menjadi manusia di dunia, sehingga hancur lebur, terbang berhamburan. 825. Akibat sanghiyang atma hina, menjadi ulat menjadi lintah, jambelong dan limus sakeureut, kararamu hapur mungkal,

128

Sanghyang Swawar Cinta

binatang mengerikan, 830. binatang yang menakutkan, binatang besar dan kecil, merayap tidak diketahui, dinamainya pancatriak, yang hidup di muka bumi, 835. segala macam binatang, yang menjadi penghuni hutan, diam di tanah di air, terapung di tengah laut, terdorong ombak besar, 840. terbawa oleh riak batang, tertiup-tiup angin. Datang angin barat daya, hidup di danau di pulau, berdiam di kayu di batu, 845. berdiam di pucuk di daun, tersangkut di batang di ranting, pada tunggul kayu tumbang, sampai di gunung di bukit, ke semak udung-udung, 850. ke padang rumput hariwata, hutan, pulau kosong, pangeratan kuburan anak-anak, hutan dan kuburan terbuang, tempat pembuangan mayat orang sedunia. 855. Adalah dihuni, oleh atma hina dina. Karena di situlah ia berada, karena itu akibat dari perbuatannya.

129

Sanghyang Swawar Cinta

Meskipun di tempat yang utama, 860. di desa kabuyutan, tanah air yang makmur, di gunung kahiangan, gunung mahapawitra, masih saja ditinggali, 865. oleh atma hina dina, merasuk bercampur dengan yang tahu, mengganggu kepada orang yang bisa, menggoda kepada orang baik budi. Melihat yang membenci digodanya. 870. Dihalangi makin didatangi, didiamkan makin mendatangi, dihinakan makin disengajakan, ingin terlihat terbukti, juga termakan terminum. 875. Yang menderita sabda celaka, kepada orang terampil, ingin membersihkan noda (ruat mala), mencari teman melakukan dosa, sama-sama berbuat yang memalukan. 880. Kalau ada pandita yang taat, cermat, teliti, rajin, tekun, sangat khusyuk dalam bertapa, mengamalkan sanghyang darma. Di situlah tempatnya tinggal. 885. Akan ikut bersama-sama, ikut campur dengan pengetahuan. Ingin tidur berdampingan, berdiam setempat tinggal,

130

Sanghyang Swawar Cinta

berjalan bersama-sama, 890. dengan pandita taat bertapa. Meminta menunjukkan jalan, ingin sampai ke puhun, ingin tiba kepada tangkal, supaya sampai kepada jati, 895. aku mau tapi tidak tercapai, aku ingin tapi tidak terlaksana. Jati bertemu dengan perasaannya, karena sabda tertunda, tersesat terus-menerus, 900. diri salah tujuan, terpisah tempatnya berada, seribu seratus tahun, dua ratus dua puluh lima purana, tidak akan menemukan kesadaran, 905. sembuh dari sakit dengan obat, keluar dari bahaya dengan kekuatan, berganti dengan balasan kejahatan, menggoda dan mengganggu, Supaya kaget supaya terkejut. 910. Supaya ngeri terbayang-bayang. Supaya terus merasa jijik. Supaya terus merasa benci. Sama-sama mohon maaf. Karena tadi dibicarakan. 915. Panjang rasanya disebut. Hasilnya tidak mendapat ampunan. Mewaspadai sebab … tempat bekerja keras, barangkali ada kedekatan, 920. oleh yang berdiri bersinar,

131

Sanghyang Swawar Cinta

oleh yang tersembunyi, semua kesulitan, barangkali ada jangga-janggel, kuricak tahi rawayang, 925. bertimbun-timbun ludahku, menata rupa menata keburukan, hiris bopoh, limus sakeureut, wedit, cacing, dan sondari, tak terlihat tak terbukti, 930. tak tertangkap tak terpegang, mear, pacet, dan cocopet, tingkah laku di dunia, semua mengerikan, semua menakutkan, 935. semua si mahagila. Barangkali tertarik tercabut. Ketika mendadak diburu-buru. Semua serba hina serba gelap. Keluar dari pancatriak, 940. yang tidak boleh terlihat terbukti, oleh yang mulia makanan suci. Barangkali ada terhinggapi, pada daun pada bunga, pada pattra pada sirih. 945. Pada kapur pada pinang, sesudahnya terisikan. Bukanlah bukan dengan padannya. Kami untuk melihat padannya. Sang pandita dengan padan kami. 950. Kurang memandang kurang melihat. Sama-sama memaklumi, karena perasaan kami, Anakku.

132

Sanghyang Swawar Cinta

Memapas memotong menakut-nakuti, menghalangi, menggagalkan, 955. orang yang bertapa, sedang duduk diam memuja, bersamadi mendirikan cipta nirmala, yang sedang bersungguh-sungguh samadi. Tidak makan tidak minum. 960. Yang sedang belajar memilih, pada selimut pada cawat, terlebih pada tata karma, yang sedang menempa diri, titah badan titah raga, 965. nirtresna, nirsangsaya. Sama-sama hohon dimaklumi. Dengan perasaan kami, memberati merepotkan, menyusahkan melelahkan, 970. menyulitkan orang lain. Waspadalah dalam pembicaraan, memilih (ucapan)nya, kotor dan campurnya, suci dan keramatnya. 975. Kalau ada tertampak, terbuka, janganlah takut, malu, dan khawatir, dirasakan kepalang tanggung. Mengambil dengan tangan kanan, 980. menerima dengan tangan kiri. Sampaikan kepada Pwah Suci Darani Jati,

133

Sanghyang Swawar Cinta

dan Pwah Suci Laksana, karena itu bagiannya. Serba jijik serba kumuh, 985. serba kotor serba campur, iya celaka iya selamat, dikencingi diberaki, dibuatlah pecomberan, pacayahan pemandian, 990. pekuburan pangwaleran, karena sedang dikuasakan, digali-gali tanpa kepandaian, tidak terlihat tepat, marah, kesal, takut, 995. tetap langgeng bening indah, mengemban kesejatian. Apalagi kalau diperindah, Kalau dibuat petuah, oleh orang yang memiliki pandangan. 1000. Iya hutan iya ladang, ditengoki dan dicari, bantar dilewati, jalan pintas memotong bukit, lembah dan dataran dicari, 1005. ditelusuri dan diamati. Semoga akan ada. Menemukan rumah kabuyutan. Tanah sejengkal persegi, kemudian ngalingga manik, 1010. yang bagus kalau diasah, kalau dijadikan keutamaan, diperindah oleh sang pandita, disiangi, dipangkas, ditebangi, diratakan pinggirnya. 1015. Akan dibakar,

134

Sanghyang Swawar Cinta

supaya panas tempat tinggalna, terkuasai mancanegaranya. Kemudian dibakar, diratakan supaya bersih, 1020. disapukan dan dibersihkan. Setelah selesai itu, diamati diperhatikan, dicari buruk dan baiknya. Pantas, baik, diperindah, 1025. sudah baik tambah diperindah. Pintunya diperbagus. Berdampingan diluruskan. Direka-reka seperti walangsanga. Dipotong dibiarkan tergerai, 1030. dionggokkan seperti belahan kayu, ditiru seperti pertapaan, direka seperti mandala, ditetesi diririak, diturunkan dinaikkan, 1035. dipercepat. Hasil menggubah seperti mata kepiting, dari samping dengan batu putih, hasil mengambil dari danau. Nyata hasil memperindah, 1040. bantar hasil ngadu balay, tanahnya dibuat seperti emas, seperti ukiran. Lebih jelas daripada di Galunggung, lebih panjang daripada di selatan.

135

Sanghyang Swawar Cinta

1045. Ditiru di Jampangmanggung, Sama dengan catih hiyang, karena petunjuk jangan disalahkan, barangkali merendahakan semua. Pertapaan di Jamburaya, 1050. Namanya puncak niskala, dipagari batu sekelilingnya, ditaburi manik asra, dicampur dengan adur emas, diselingi … 1055. dilihat dari kejauhan, gemerlapan warna-warni. Kebunnya serba bunga-bungaan, kusumah nama bunganya, hanjuang merah dan hanjuang putih, 1060. hanjuang lungsir, kayu puring, mandakaki, jambu danti, wera tumpang, wera lancar, kembang bulan, bunga tanjung, jelag dan manyara parat, 1065. tatali, bunga widuri, taloki, seruni Keling, delima, bunga pupungon, pacar dan bunga jamaka, teratai dan mayasore, 1070. merah warna bunga yang bercampur-campur, gemilang bunga puspalembang, serta bunga puspagading, melati, bunga dongdoman, bunga tunjung bungawari, 1075. bunga susun, bunga menur,

136

Sanghyang Swawar Cinta

bunga ngapaladarah. Bunga tersebut tidak ada yang baik, kecuali hanya satu, anugrah dari niskala, 1080. permulaan ada di dunia nyata, penghormatan kepada sang prabu. Utama di kerajaan kalau dipakai untuk mengormati diri pribadi, 1085. yang harum dijadikan cucunduk, yang wangi dijadikan susumping, yang semerbak dijadikan boreh, kembang haneut dibuat peureuh, yang bagus dibuat cacane. 1090. Sekarang menuju kebahagiaan. Lewat yang bersama-sama, dari arah hulu taman danau, diberi pintu dengan kowari, serta dengan pintu curi, 1095. serta dengan kamateuang, dipahat bergaris-garis. Bermacam-macam ukir-ukiran, di atas cerita Pandu, di bawah cerita Udarayana, 1100. di tengah naga berhempas, diwarnai cangawalayut, merak menari di pangkalnya. Beruang saling membelakangi. Baroeng saling … 1105. Udubasu … Batari tersenyum-senyum. Batara berkawan-kawan. Bergandengan berciuman,

137

Sanghyang Swawar Cinta

namanya sanghyang memet. 1110. Sudah selesai begitu, ditaruhlah lingga batu, candi merah, candi putih, candi hijau, candi kuning, arca dan batu gangsa, 1115. batu arca diwarnai. Setelah itu ditaruhlah untuk tempat anjangmiru, patanakan pekayuan, serta lembu penempaan, 1120. romahyang berserakan, taman mengapitkan pintu, salimar dengan kerajaan, balai persajian, ruang tamu penuh lukisan, 1125. serta balai pengolahan, sanggar paiyilan, perapian mengurung jalan, dengan pasamidaan, tempat membakar dupa puja nyapu, 1130. dalam bakti tanpa kesombongan, yang disembah tanpa girang, masih gelap tak terlihat, berwarna warni, perhiasan di dunia, 1135. tetap langgeng bening indah, mengamalkan kepertiwian. Sudah bagus diperindah, disiangi dipangkas, diterangi diratakan,

138

Sanghyang Swawar Cinta

1140. disapu diberi pagar, sapu tutur tiap pagi, diasapi dengan dupa dan dipuja, disembah dan dijadikan kebaktian, diberi dupa dengan wewangian, 1145. asap dupa semerbak harum, harumnya mewangi. Agar berhasil memperindah, semua terpelihara, bangunan tujuh serta keluar, 1150. diberi balay batu datar, disangga dengan batu rompe, dipagari dengan batu parasi, ditopang dengan batu welas, bertiangkan teras sagala, 1155. berdinding kayu laka, atapnya memakai suria tanduk, kaso-kaso suria kuray, kokote lame kuning, dijurey dengan kawung cawene, 1160. ditéér dengan ruyung suwangkung, diperkokoh dengan teras jati, diberi pasak dengan bambu, diberi paku kamuning keling, palupuhnya dari awi temen, 1165. diselingi dengan awi surat, dibaur dengan beutung larangan, diambil dari kantenan. Tempat duduk jati wulung. Tempat bersandar suria gading. 1170. Berbagai warna ukirannya. sayap luar sayap terbentang, di atas sayap bergulung, di bawah sayap terhampar,

139

Sanghyang Swawar Cinta

di samping sayap melambai, 1175. di bawah karang bergantung, bertali dengan purnacali, diselingi dengan kenanga, dipaku dengan jati rupa, tiang atap dibalut ijuk, 1180. digagaleran pinang basma, ditimbun dengan ijuk berlapis, beratapkan kiray muda, ditutup dengan ijuk berlapis, bertumpuk lapisan ijuk, 1185. tebal hasil mengencangkan, rata hasil menyambung, bersih rapih rata licin, seperti gunung tersinari matahari, terlihat dari kejauhan, 1190. serta sudutnya dari teras tanggulun, dijaroan dengan carun. Peranakan di Pajajaran, … manusia utama, anak raja yang dihormat, 1195. bangsa putra yang disembah. Bisa membuat danau membangun desa, pendahulu di dunia. Dewata yang turun menjelma. Hiyang menguasi dunia. 1200. Tipis mala tebal ajnyana, dengan titisan dan dengan gaibnya, baik rupanya baik amalnya, baik budi baik pikirannya, tamat sudah cepat selesai, 1205. inti dewa manusia, tidak terkena perbuatan dosa, pucuk paku daun bantut, di tengah belukar,

140

Sanghyang Swawar Cinta

tiruan berbagai macam bunga. 1210. Beringin meneduhi jalan, bercermin di air sanghiyang. Suka sekali aku pada satwanya, namanya burung badayan, terbang tinggi ke angkasa, 1215. mengisap bunga dewata. Pada pohon dia hinggap, seperti yang membuatnya, pandita mahawisesa, ketentuan yang bijaksana, 1220. jelas benar sangat bijaksana, dari luar bukan orang bukan orang tanpa (?), paracang dan hulukumbang, mencari tanak serta dua, 1225. tegak yang duduk di sudut, berjajar yang duduk di hulu, berbaris yang duduk di pinggir, berdiri sang dewa pertapaan, asal 1230. kurang pengetahuan, segala macam diadakan, terbukti hasil dahulu, terdapat hasil masa lalu, didatangi orang banyak, 1235. yang membawa suguhan tiap pagi, yang membawa tanggungan tiap sore, penjemput saling menunggu, yang lelah pulang berjalan, yang menunggang malah tetap baik, 1240. yang bertapa menjadi kaya,

141

Sanghyang Swawar Cinta

banyak cicit serta anak, banyak harta yang disimpan, kemudian banyak indang dan ebon, wasi jadi dekat rama jadi saudara, 1245. hamba jauh berkumpul, manguyu dan balawiku, kaasa dan pacogaran, pembantu pelayan dekat, yang selalu menyelesaikan pikiran, 1250. menghalangi tugas pekerjaan, hamba pertapaan awak sawah, mencela kebersihan membuang keindahan, mempermudah sekujur badan, menempuh lakau sembarangan. 1255. Semua manfaat dari penglihatan, gundul hasil menggali, bercahaya di pelataran, berdiri di atas bukit, 1260. bersandar di dataran, ke atas seperti payung, melengkung ngalinggamanik, datang seperti naga melenggok, menghadapnya dengan ilmu yang dalam, mengabdikan pengetahuan pertapaan, 1265. pengetahuan banyak berdatangan, pertanda banyak yang ingin, keindahan milik pertapaan, betah yang mulia laksana, membuktikan hidep tambak melar, 1270. yang ingin tiada putusnya, kawan yang datang dengan kearifan, mencari tingkah untuk teladan, dibarengi dengan keramahan. Untuk perhentian yang sebentar,

142

Sanghyang Swawar Cinta

1275. untuk tempat mampir yang lewat, tempat menginap yang pulang pergi. Cantik rumahnya tampan balainya. Indah tempat memasaknya. Bagus balai penghadapannya. 1280. Megah pageurangannya. Penuh isi pakayuannya. Kokoh tinggi pangdaunannya. Besar balai pengolahannya. Garapan yang akan me-ruat mala, 1285. Lepas dari keadaan hina. Demikianlah, mohon maaf. Demikian pula tentang kebahagiaan. Lepas lewat mereka dari pembagian. Datang bersama-sama, 1290. lama rasanya disimpan, lama rasanya ditunda, baru sekarang dikabarkan, digembirakan dengan keindahan para dewa yang

tiga. Setangkai sirih berbau lumut. 1295. Setiup bercampur selipat jadi penawar, selembar besar serahan, sebutir buah seperti kelapa muda. Keras selamat bening indah. 1300. Bertimbun kenyataannya di dunia. Petunjuk bagi orang banyak, ketentuan di dunia. Ialah Ibu Hyang Pertiwi,

143

Sanghyang Swawar Cinta

benar untuk diteladani, 1305. oleh kita orang sejagat. Baik tua maupun muda, oleh yang jauh dan yang dekat, demikian pula yang di mandala, serta dengan hyang buyut. 1310. Bukan ketika yang longsor jurang, tebing dan cadas memanjang, sodong, rahong, batu bangkong, pareang batu patenggang. Hanya yang menjadi betah, 1315. oleh yang tahu akan bertapa, yang selamat meninggalkan raga. Sama-sama mohon dimaklumi. Hidup kembali dengan selamat, di dunia nyata dan dunia gaib, 1320. Masih tetap meskipun begitu. Barangkali untuk tugasnya. Sebelum sentosanya dahulu. Aturan, batasan, dan ukuran, melaksanakan tugasnya. 1325. Untuk keturunan dari niskala sakala, dipakai untuk menambah dan mengimbuh, ratu, pejabat, dan nakhoda kaya. Kalau dingin yang menjadi kesejatiannya. Demikian. Mohon maaf. 1330. Sekarang menuju kebahagiaan. Getas, goyang, tidak sempurna, bagus juga tapi tanpa sari. Bertemunya pada keindahan sejati. Supaya berhenti sesal dengan keadaan. 1335. Berhenti membenci dengan kejadian.

144

Sanghyang Swawar Cinta

Berganti dengan terbit selera. Terbit air liur keluar keringat. Merah padam merah dada, Urat menyembul pada dahi. 1340. Bertolak pinggang. Sehingga susah berusaha. Lepaslah hasil berpakaian. Tanggal pakaian kebesaran. Karena sering diserang, 1345. Kuri ning dewa tiga. Kurang penopang kurang kekuatan, kurang daya dan tenaga. Bingunglah dia yang mengerjakan. Demikianlah ditetapkan 1350. ke desa mahapawitra, ke dunia serta jasmani. Dijadikan kain takkan cukup, dipitipuluh takkan sampai. dijadikan samping takkan mantap, 1355. dijadikan selimut takkan tertutupi. Sama-sama memaklumi. Demikianlah . Mohon maaf. Demikianlah menuju kebahagiaan. Ada yang dijadikan penenang. 1360. Ada pe … Ada yang bersama-sama, membicarakan tentang raja busana, pemberian sang pandita, tipulung sampit bahiri, 1365. roroma dan rambut kasar, baju tanjeur menutup badan hitam, seperti pemuda bersaudara.

145

Sanghyang Swawar Cinta

Demikianlah yang dipikirkan. Ada selembar daluang. 1370. Dengan rasa terasa pendek, sempit dan jarang-jarang. Tipis ramping bolong berlekuk. Pinggirannya bergelombang, rapuh lipatannya mentah bahannya, 1375. kurang pipih kurang jemur, kurang mekar kurang air, digembirakan dengan perasaan. Seperti budi kami sekarang. Belajar mengeluarkan kewacanaan. 1380. Senanglah sabda satu kata, tingkah pendek dan lepas. Yaitu membicarakan bau lubang dan pendapat

mulut. Tingkah buntu karena rasa. Ucap terputus yang sedang bicara. 1385. Ucapan buntu sabda tertunda, terputus terbata-bata. Pendek hasil mengetahui, singkat hasil mengerti, kurang hasil menolong. 1390. buntu hasil mengetahui. Demikian pula yang memakai busana. Membicarakan air minum. Hasil kami menjerang dan terendam. Hasil mengolah buah dan gelagah, 1395. serba umbi, pisang, dan tebu, wyah, talas, ubi, suweg, serta dengan pepaya matang, dan kelapa hasil menanam.

146

Sanghyang Swawar Cinta

Dengan rasa menjadi, 1400. biru lebam karena kurang api, encer karena kurang rempah-rempah, kurang garam serta bumbu, belum sampai empuk benar. Sama-sama memaklumi. 1405. Demikianlah. Mohon maaf. Sekarang menuju kebahagiaan. Yang tinggal untuk dijual, belajar selagi masih muda. Yang bodoh dipaksa-paksa, 1410. yang celaka dianiaya, keringat besar keringat kecil, merah padam ditahan-tahan, dengan malu takkan tertahan, pada raut wajah kecuali, 1415. barang siapa yang mengamalkannya. menjauhi sang pandita, ada bahasa yang melanggar, terlalu sering dipuji, mau kalau sedang diam, 1420. menyuruh kepada hulu kumbang. Menyebut dirinya tidak bisa, juga dengan gurulagu, suara tertahan suara parau, tidak patut pada lagu, 1425. suara riuh rendah, bahan tertawaan orang lain, untuk umpatan yang berminat. Yang pindah dibuat terpesona. Sejajar dengan hulukumbang. 1430. Membisu yang sedang tertawa. Demikian pula hulukumbang. Suka dengan pujian yang menyenangkan,

147

Sanghyang Swawar Cinta

Diumpat setelah aku pergi. Meskipun begitu, biarkan saja. 1435. Yang memuji sebagai bakti, yang mendekat sebagai bahan, yang diam untuk diparut-parut, barang kali katanya banyak pekerjaan. Yang pindah dibuat terpesona. 1440. Katanya tidak ada gunanya. Demikianlah kita dibujuk, seringkali banyak kekeliruan, bujukan tidak ditanggapi, diberi hadiah malah marah, 1445. tujuan yang benar malah menyeleweng, ditunjukkan oleh sang pandita, kasihan kepada yang menyuruh. Segan barangkali pareuag. Kaya ilmu pandai bicara. 1450. Demikianlan. Mohon maaf. Selesai ditulis pada bulan kedelapan. Berkurang cahaya dua naik? Hasil sang penulis pertapaan Mandala Sunia Sang Abuyut Tejanagara Yang sempurna puncak Cikuray, Hulukumbang, dari Batuwangi. Mohon maaf pada sang Pembaca, oleh karena tulisan jelek berantakan ibarat tapak kepiting di laut. Kurang tambahi lebih kurangi salah perbaiki. Nyaréna luhung mayan taba nilih (?). Demikian. /39r/

148

Sanghyang Swawar Cinta

Glossarium

adur emas, emas cair untuk sepuhan. ajnyana, ājnyāna, pengetahuan sejati, kebijaksanaan. ambek pasanta, hasrat yang menjadi penenang. ameng-ameng, rahib. anawasta, anawarata (Sk.), terus-menerus, tiada putusna. anjangmiru, mungkin anjung méru, bangunan dengan

atap berbentuk meru. awi surat, Gigantochloa verticillata, MUNRO. awi temen, Gigantochloa verticillata, MUNRO. bahiri, pakaian pertapa dari kulit kayu. bahiri, pakaian pertapa yang terbuat dari kulit kayu. balawiku, prajurit yang ditugaskan untuk menjaga

keselamatan mandala dan para wiku. balay, batu-batu yang disusun dan direkat dengan tanah

untuk memperkuat tebing supaya tidak tergerus air atau longsor.

bantar, pematang yang rapih dan lurus pada punden berundak.

bantut, tunas atau pucuk daun yang masih kuncup. bari, pais bari, pepes ikan yang disimpan semalam supaya

lebih meresap bumbunya dan dagingnya kenyal. baroéng, sejenis beruang. batara, areuy batara, mungkin pohon batarua (pasang),

Quercus induta, BL. batu bangkong, batu besar yang menghalangi jalan. batu gangsa, batu perunggu. batu parasi, batu yang lunak. batu paténggang, batu nungku ‘batu bersusun tiga seperti

tungku‟. batu rompe, batu pipih yang diratakan dan dibentuk

menjadi persegi, (dirompés, Sd.M). batu welas, batu wela, batu pembatas berbentuk lingga

persegi.

149

Sanghyang Swawar Cinta

bayu, napas, angin, kekuatan, daya hidup. beutung larangan, Dendrocalamus asper, BACKER. binaya panti, pusat pendidikan dan pelatihan, khususnya

untuk para putra raja dan prajurit pilihan. bobocokan, sejenis perdu, mungkin boroco, jengger ayam

(Celosia argentea, LINN). boéh larang, kain mori yang dianggap keramat. buda pasanta, Budha yang menjadi penenang. budi pasanta,budi yang menjadi penenang. bujangga, ahli ilmu falak. bungawari, Tabernaemontana difaricata, RBR. cacah, tumbuhan sejenis talas hutan, mungkin cariwuh

atau cariang (Homalomena alba, HASSK). cacane, canay, tékték (Sd.M), sirih masak, sirih yang

sudah dilipat lengkap dengan kapur, gambir, pinang, kapol, lémo, cengkeh, dan rempah-rempah lainnya.

cangawalayut, motif hiasan atau ukiran. cangkes,hayam cangkes, ayam hitam. carang,jarang-jarang, tetapi dalam formasi teratur. carun,Pterospermum javanicum, JUNGH. catih hiyang, tempat tinggal para hiang. celeng kuping,sebagian dari lambang kebesaran raja. cipta nirmala, tekad, pikiran yang bersih, hanya

mengingat Tuhan. cobék, ikan bakar dengan bumbu cobék (garam, jahe,

kencur, bawang putih, gula merah) cocopét, serangga bercapit pada bagian duburnya yang

berfungsi sebagai senjata perlindungan dan pemangsa, biasanya hidup di antara celah-celah kayu atau anyaman bambu.

coréngcang, jarang-jarang tetapi dengan formasi yang tidak teratur.

cucunduk, hiasan atau bunga yang diselipkan pada ikat kepala atau sanggul.

150

Sanghyang Swawar Cinta

curi, pintu curi, pintu yang menggunakan ruji-ruji. daluang, kertas yang terbuat dari kulit kayu saéh

(Broussonetia papyrifera, VENT) dasakalesa, sepuluh noda karena salah menggunakan

dasaindria: telinga, mata, kulit, lidah, hidung, mulut, tangan, kaki, dubur, kemaluan.

dasamala, sepuluh noda atau cacat, yaitu: tandri „kelesuan, kemalasan‟, kléda „bimbang, ragu-ragu‟, leja „sifat bodoh, jahat‟, kuhaka „penipu‟, métraya „keras kepala, menjengkelkan‟, megata „merintangi, menghalangi‟, ragastri „maniak perempuan‟, kutila „curang‟, bhaksabhuwana „rakus‟, dan kimburu „pencemburu, iri hati‟.

déwaguru, pemimpin komunitas agama. dibatu rangu, mungkin dimasak dengan cara direbus

sampai empuk (tulang lunak). digagaléran, balok kayu melintang yang menahan tiang-

tiang rumah paling bawah. dijurey, juré, bentuk atap rumah seperti limas yang

terpotong. dikasi, kakasian, mungkin dimasak dengan cara direbus;

kasyan (JK). dikembang lopang,dimasak dengan bumbu kuning seperti

warna bunga lopang (Luffa cylindrica, ROEM). dikudupung, mungkin dimasak dengan cara direbus

sampai empuk (opor). dilaksa-laksa, mungkin dimasak dengan bumbu laksa

(kari). dileuleunjeur, mungkin dimasak tanpa dipotong-potong

(saleunjeur, sabeuleugeunjeur). dipadamara, dimasak dengan bumbu sayur padamara. dipanjel-panjel, mungkin dimasak dengan bumbu

pindang. dipitipuluh, mungkin dipitipulung „dijadikan ikat kepala‟. dirokotoy, mungkin dimasak dengan santan yang kental.

151

Sanghyang Swawar Cinta

disaratén, mungkin dibuat sate. disarengseng, mungkin ditumis dengan sedikit minyak

dan air. dongdoman, Andropogon aciculatus, RETZ. ebon, wanita pertapa senior. gagak santana, burung gagak yang ada di neraka. gancang, Amorphophallus variabilis, BL. gangsa lari, gangsa rari, simbal kuningan. girang, geurang, kepala, pemimpin tertinggi. gurulagu, bunyi suku kata terakhir pada baris puisi

(rima). halihair, mungkin harikukun (Actinophora fragrans, R.BR) hanjuang lungsir, Pleomele angustifolia, BROWN. hapit kayu, desta, bulan keduabelas dalam

pranatamangsa hapit lemah, kasada, bulan kesebelas dalam

pranatamangsa hapit, kayu pengapit untuk menggulung kain tenunan

yang biasa dipangku oleh penenun. hapur mungkal, binatang yang melekat pada batu. haranghasu, asap yang mengendap dan menempel pada

jaring laba-laba atau paraseuneu „para-para di atas tungku‟.

harebuk, mungkin ulat penggerek daging bambu yang menyebabkan bambu keropos, kotorannya berebenuk serbuk kekuningan.

hareucang, mungkin harepang, harepang prongpéng (Macaranga subfalcata, MUELL)

hariwata, padang rumput yang luas dan kering, sabana. hidep, tekad, niat, pikiran, pendapat. hikeu, sebangsa ikan sungai, di daerah Cianjur disebut

soro. hiris bopoh, sejenis cacing kecil seperti lintah. hitu, sebangsa ikan rawa. hiyang yugisora, raja para pertapa, mahapandita.

152

Sanghyang Swawar Cinta

hulukumbang, mungkin hulukembang „pertapa yang bertugas menyediakan bunga-bungaan untuk sesaji‟.

indang, wanita pertapa junior. jamaka, Belamcanda chinensis, LEMAN. jamaka, tumbuhan berdaun harum (tegari) Dianella

bancana. jambé basma, Actinorhytis calapparia, WENDL. jambelong, lintah kerbau, lintah besar dan hitam yang

tempat hidupnya di tanah lembab. jambu danti, Eugenia Jambos, LINN. jangga-janggél, bermacam-macam lintah. jaro, tiang. jati rupa, Tectona grandis, LINN. jati wulung, Tectona grandis, LINN. jati, inti, pusat yang sesungguhnya, kesejatian. jatiwarah, jatiwara, dari yatiwara (Sk.), pertapa unggul. jelag, Willughbeia coriacea, WALL. jnyana pasanta, pengetahuan yang menjadi penenang. jungateup,jungrahab, Baeckea frutescen, LINN. kaasa, pegawai, bawahan. kabuyutan,tempat suci yang dikeramatkan dan menjadi

lambang kehormatan sebuah kerajaan. Apabila sebuah kabuyutan berhasil direbut pihak lain maka harkat dan martabat raja pemilik kabuyutan tersebut lebih hina daripada kulit lasun di jarian „kulit musang di tempat sampah‟(Saleh Danasasmita, dkk. 1987).

kalima, bulan kelima dalam pranatamangsa, lamanya 27 hari.

kamateuang, kehormatan, kekaguman, yang mempesona. kamuning keling, Murraya paniculata, JACK. kancra, ikan sungai sejenis karper(Cyprinus carpio) yang

sisiknya besar dan mengkilap.

153

Sanghyang Swawar Cinta

kanem, bulan keenam dalam pranatamangsa, lamanya 43 hari.

kantenan, ka-anten-an, ka-hana-an: tempat. kapat, bulan keempat dalam pranatamangsa, lamanya 25

hari. kapitu, bulan ketujuh dalam pranatamangsa, lamanya 43

hari. kararamu, mungkin tataman „semut api yang gigitannya

panas dan perih‟. karawaléa, karawali (Sk.) mungkin kayu pohon sukun

(Artocarpus communis, FORST) atau kitimbul (Glochidion rubrum, BL).

karma pasanta, perbuatan yang menjadi penenang. karo, bulan kedua dalam pranatamangsa, lamanya 23

hari. kasa, bulan pertama dalam pranatamangsa, lamanya 41

hari. kasapuluh, bulan kesepuluh dalam pranatamangsa,

lamanya 24 hari. katiga, bulan ketiga dalam pranatamangsa, lamanya 24

hari. kawung cawéné, aren, enau (Arenga pinnata, LINN) yang

masih perawan, belum berbuah tetapi sudah mulai terlihat bakal bunganya.

kayu puring, Codiaeum variegatum, BL. kedung, lubuk. kembang bulan, Tithonia diversifolia. kembang dadap, dimasak dengan bumbu merah seperti

bunga dadap (Erythrina variegata, LINN). kembang haneut, mungkin jukut koréjat yang getahnya

biasa dipakai untuk obat tetes mata. kigugula, getah damar yang harum (Amyris agallochum). kiray, Metroxylon spec. kokoté, koti, ujung kaso-kaso atap rumah yang ditutupi

dengan papan (lijsplang, Bld.)

154

Sanghyang Swawar Cinta

kowari, pintu berdaun kembar. ku rining, dengan berdampingan. kupat halu,ketupat yang dibentuk seperti halu (silinder). kupat iwak, ketupat yang dibentuk seperti ikan. kupat karas, ketupat yang bungkusnya dibuat dari karas

(daun gebang atau siwalan). kupat manuk, ketupat yang dibentuk seperti burung. kupat parupuyupan, ketupat yang dibuat untuk sesaji. kupat walang, ketupat yang dibentuk seperti belalang. kuricak, binatang mengerikan di neraka, dalam dongeng. kurung atma, raga, badan, jasmani. lalatangan, daun pulus, jelatang (Laportea stimulans, MIQ) lamé, Alstonia scholaris, R.BR. lendi, ikan lele (Clarius melanoderma). limus sakeureut, binatang lunak yang hidup di tempat-

tempat basah. limus sakeureut, binatang lunak yang tiak memiliki

cangkang, bentuknya seperti lintah. lingga, batu pemujaan berbentuk tiang sebagai lambang

phallus „penis‟ Siwa. madangding, menggubah puisi, dalam hal ini puisi yang

terikat dengan gurulagu „rima akhir‟ dan guruwilangan „jumlah sukukata‟.

mahapawitra, sangat keramat, sangat suci. mala, kotor, noda cela. mandakaki, saliara, lantana, bunga tahi ayam (Lantana

camara, LINN) mandala parisuda, tempat untuk mensucikan atau

pembebasan dari dosa. mandala, tempat belajar berbagai ilmu pengetahuan dan

keagamaan. manguyu, golongan orang religius (pertapa). manguyu,kelompok pertapa. manik asra, permata dan mutu manikam. manyara parat, saliara (Lantana camara, LINN)

155

Sanghyang Swawar Cinta

mayasore, Abutilon hirtum, SW. méar, lintah lunak. mélwa, mungkin dari wilwa, bunga pohon maja (Aegle

marmelos, CORR). memet, sanghyang memet, gambar atau relief yang

melambangkan sebuah peristiwa. menur, melati (Jasminum sambac, AIT). meubeur, membereskan kantéh „benang‟ setelah diwarnai. Namaste namas karana, salam penghormatan untuk Yang

Maha Pencipta. Namastu namas Sihwaya, salam penghormatan untuk

Siwa. neuleum, mencelup kantéh „benang‟ dengan tarum

(Indigofera spec.) yang menghasilkan warna nila. ngadu balay, memperkokoh terasering atau undak-

undakan tanah dengan balay. ngalingga manik, berkumpul pada satu pusat dan

membentuk lingkaran yang kokoh, salah satu bentuk pertahanan prajurit dalam perang.

ngamumujet, membuat wajit „juadah‟. ngapaladarah, Polygala glomerata, LOUR. ngasumba, mewarnai dengan warna merah muda. ngayen, mewarnai dengan getah pohon kayen atau

kuyang (Ficus fulva, REINW). ngelék, menggulung benang dengan elékan „buluh bambu

penggulung benang‟; menakar (beras) dengan undem‟batok kelapa‟ atau takaran liter kemudian diratakan dengan elékan.

ngonéng,mewarnai dengan warna kuning. nirsangsaya, tanpa keragu-raguan. nirtresna, bersih dari hasrat. niskala sakala, yang bersifat ruhaniah maupun jasmaniah. niskala, gaib, keadaan yang tak berwujud, tidak nampak,

tak terbagi. nowéca, pertapa muda.

156

Sanghyang Swawar Cinta

nuar, mencelup kantéh „benang‟ dengan cituar yang menghasilkan warna kuning.

nyanga-nyanglarkeun, memasak dengan cara disangray „tanpa minyak‟; sangan (JB).

nyangkuduan, mencelup kantéh „benang‟ dengan getah cangkudu (Morinda citrifolia) yang menghasilkan warna merah tua.

pacar, pacar cina atau pacar culan, Aglaia odorata, LOUR. pacayahan, kanal pembuangan air supaya tidak banjir. pacét, lintah daun yang habitatnya pada hutan tropis

lembab dan terlindung dari sinar matahari langsung (Haemodipsa javanica).

pacogaran, mungkin dari sughāra (Sk.) istri yang unggul. pageurangan, padaleman, tempat paling sakral dalam

pertapaan atau keraton. paiyilan, sanggar tempat sesaji. pakayuan, tempat menyimpan kayu-kayu untuk

keperluan upacara. paksi aman, bunga paksi, pasi, markisa, Passiflora edulis,

SIMS. paksi badayan, burung bayan, burung nuri, palupuh, lantai yang terbuat dari batang bambu dicacah

kemudian dibelah menjadi lebar. pamali, larangan yang tidak boleh dilanggar karena akan

mendatangkan akibat buruk bagi pelanggarnya sebagai hukuman moral.

pancaaksara, lima huruf abadi dalam pandangan Hindu Siwaisme sebagai penjelmaan Siwa dalam lima arah mata angin dengan urutan sebagai berikut: NA penjelmaan Siwa di timur sebagai Iswara. MO penjelmaan Siwa di selatan sebagai Brahma. SI penjelmaan Siwa di barat sebagai Mahadewa. WA penjelmaan Siwa di Utara sebagai Wisnu. YA penjelmaan Siwa di tengah sebagai Siwa (Atja dan Saleh Danasasmita, 1981: 55-56).

157

Sanghyang Swawar Cinta

pancatiga ajyana,mungkin dari pañcajñāna (Sk.) dari pañcatathāgata.

pangdaunan, tempat menyimpan daun untuk keperluan upacara atau sesaji; jabatan mantri daun masih ada di Baduy dalam upacara Kawalu.

pangeratan, kuburan. pangwaleran, selokan kecil pembuangan air hujan dan

limbah, kamalir (Sd.M). paracang, mungkin paracané „pertapa yang bertugas

menyediakan sirih pinang, dan perlengkapan untuk sesaji.‟

paramasuk, mungkin orang yang telah mencapai paramasūksma „keadaan niskala tertinggi‟.

paratutup, mungkin orang yang telah mencapai paramatattwa „hakikat tertinggi‟.

paray,beunteur, ikan kecil sejenis impun tetapi lebih besar dan bersisik.

paréang, batu-batu yang berserakan sehingga sulit dilalui, taringgul (Sd.M)

parépé,paréngpéng, daun pakan (Croton argyratus, BL) pareuag, mempunyai keunggulan yang lengkap, amat

terpelajar. pasamidaan, tempat pembakaran mayat, tetapi dalam teks

ini mungkin tempat pembakaran dupa atau kayu-kayu yang harum.

patanakan, dapur, tempat memasak. patangkilan, pelayan para pertapa. pattra, helai daun atau selendang. pawarang lunta, permaisuri pergi. peureuh, kecer, obat tetes mata. picung, Pangium edule, REINW. pregili, terampil, orang yang memiliki keterampilan;

parigel (Sd.M). puhun, pohon secara utuh yang terdiri dari akar, batang,

dahan, ranting, daun, bunga, dan buah.

158

Sanghyang Swawar Cinta

pupungon, bunga rampai, bunga setaman. puputut, hamba sahaya pertapa, murid baru. purana, zaman, masa yang telah lama, kuno. purnacali, simpul atau ikatan tali yang sempurna. puspagading, Cinnamomum javanicum, BL. puspalembang, Typha domingensis, PERS. rajapeni, lambang kebesaran raja. rama, pertapa senior. rangrang, ranting kering. rarageding, raragudig, rarabudig atau ladu „sejenis dodol

dari beras ketan yang disangray kemudian dibuat tepung, dimasak dengan gula merah dan kelapa. Setelah matang dibuat bulatan lonjong kemudian ditaburi tepung ketan sisa adonan sehingga terlihat seperti orang kulit hitam memakai bedak putih.

raraka hudan, sesaji yang disimpan pada tempat sajian sebelum panen padi untuk menghormati Dewi Sri.

raramandi, mungkin sisik ikan kancra yang digoreng sampai kering dan renyah.

riak batang, ombak besar yang bergulung dan bisa menyebabkan perahu terbalik karena pertemuan arus laut yang berbeda.

roab runtah, sampah yang berserakan sehingga terlihat kumuh dan jorok.

romahyang, rambut dewata, sejenis ragam hias. roroma,bulu roma, bulu-bulu halus pada kulit. ruat mala, meruat kotoran gaib, membersihkan kotoran

batin yang terdapat pada rohani seseorang. ruyung, bagian luar batang enau yang paling keras. sabda pasanta, sabda atau tutur yang menjadi penenang. sabda, ucap, tutur, sabda. salimar, kain sutra. samping, kain panjang. sampit, selempang yang digunakan oleh para pertapa.

159

Sanghyang Swawar Cinta

sang adangdan,yang memperbaiki (ngadangdanan, Sd.M) sang manghayu,orang yang melaksanakan tugas untuk

memperbaiki atau memperindah. sang sida hiya(ng) widasara, yang mulia maha mengetahui. sang sida hiyang (aj)nyana, yang mulia mahatahu. sang sida karuhun, yang mulia mahaawal. sang sida lenyep, yang mulia mahalembut. sang sida sukma, yang mulia mahagaib. sanghiang, talaga sanghiang, telaga yang terjadi dengan

sendirinya, bukan danau bendungan/waduk buatan manusia.

sanghiyang biheung, sesuatu yang tidak jelas. sanghiyang hanteu, sesuatu yang tidak ada. sekar lépana, olesan dengan wewangian terutama minyak

cendana. sekar seneng, mungkin sekar seuneu[ng]: abu dari tempat

pembakaran. sérahan, tidak bersih, masih ada sebagian yang tertinggal

kulitnya, antah pada beras. si mahagila, segala sesuatu yang mengerikan dan

menjijikkan. siksaguru, siksakandang, pedoman moral umum untuk kehidupan

bermasyarakat, termasuk berbagai ilmu yang harus dikuasai sebagai bekal kehidupan praktis sehari-hari yang berpijak pada kehidupan di dunia dalam negara.

singa salat, sebagian dari lambang kebesaran raja. sirara, mayat yang disimpan pada batu atau pepohonan

sebelum dibakar. sodong rahong, ceruk pada tebing sungai atau laut yang

menganga. sondari, cacing besar yang bersuara nyaring. sorodong, pasang surut air laut.

160

Sanghyang Swawar Cinta

sumeuni, sejenis serangga (kecoa tanpa sayap) yang hidup dalam abu dingin di sekitar parako „tempat menyimpan tungku‟ di dapur.

suria gading, Cinnamomum javanicum, BL. suria kuray, Trema orientale, BL. suria tanduk, Toona sureni, MERR. susumping, hiasan atau bunga yang diselipkan diantara

daun telinga dan rambut. susun, malati susun, Jasminum pubescens, WILLD. suwangkung, Caryota rumphiana, MART; Caryota mitis,

LINN. suweg, Amorphophallus campanulatus, BL. tahi bubuk, tai toko (Sd.M) serangga penggerek kayu

yang menyebabkan kayu keropos dan kotorannya berbentuk bulatan kecil.

taloki, Hibiscus grewiifolius, HASSK. tambak melar, mungkin ungkapan untuk pikiran yang

terkendali dengan aturan-aturan dan ajaran agama tetapi tetap berpandangan luas, tidak taklid.

tanak, juru masak yang menyediakan makanan untuk sesaji.

tanggulun, Protium javanicum, BURM. tangkal, pokok, batang. tarik timbang, pertimbangan yang sungguh-sungguh

matang. tasik, laut. tatali, Quamoclit pennata, BOYER. téér, ditéér, panéér, panel, kayu yang melintang pada

dinding di antara dua tiang. tenjomaya, mungkin kiteja atau kayu kamper

(Cinnamomum camphora). teras, galeuh, bagian kayu yang paling keras. tétéga, tyagi, pertapa yang telah meninggalkan

keduniawian. tipulung, ikat kepala.

161

Sanghyang Swawar Cinta

titah, perintah, aturan, takdir. trikaya, tiga kekuatan untuk melakukan dharma: kāya

„kuat, karya‟, wāk „kata‟, citta „pikiran‟. trimala ,tiga macam noda atau cela: artha „harta‟, kama

„napsu‟, śabda „perkataan‟. udubasu, Budugbasu, binatang dalam mitologi Dewi Sri

yang menetas dari salah satu telur dari air mata Dewa Anta.

udung-udung, tanah yang bergelombang membentuk bukit-bukit kecil.

ugang-aging, wara-wiri, berjalan ke sana ke mari. ungguwalaka, pertapa muda. usap-usap lambe, mungkin makanan penutup. usar,akar wangi (Andropogon zizanioides, URBAN) walakan,pertapa muda. walangsanga, hiasan berbentuk sembilan belalang. wasi, pertapa yang napsunya telah ditundukkan. wasi, pertapa. watang ageung, undang-undang atau peraturan-

peraturan yang harus ditaati dalam kehidupan beragama dan bernegara.

wedit, sejenis ular kecil. wera lancar, Hibiscus Rosa-sinensis, LINN. wera tumpang, Kadsura cauliflora, BL. wuku-waka, persendian, tulang-belulang, kerangka

tubuh. wyah, biya, Alocasia indica, SCHOTT. yogiswara, pemimpin di antara para yogi „pertapa‟.

162

Sanghyang Swawar Cinta

Bibliografi Atja dan Saleh Danasasmita, 1981a, Sanghyang Siksa

Kandang Karesian; (Naskah Sunda Kuno tahun 1518 Masehi). Bandung: Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barat.

Behrend (ed.), T.E., 1998, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia: Katalog induk naskah-naskah Nusantara Jilid 4. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Ecole Francaise d‟Extreme Orient.

Ayatrohaédi dan Munawar Holil, 1995, Kawih Paningkes; Alihaksara dan Terjemahan Naskah K. 419 Khasanah Perpustakaan Nasional Jakarta. Laporan Penelitian Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Danasasmita, Saleh et.al., 1987, Sewaka Darma (Kropak 408), Sanghyang Siksakandang Karesian (Kropak 630), Amanat Galunggung (Kropak 632): Transkripsi dan Terjemahan”. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Direktorat Jendral Kebudayaan Dep. Pendidikan Dan Kebudayaan.

Darsa, Undang A., 1998, Sanghyang Hayu: Kajian Filologi Naskah Bahasa Jawa Kuno di Sunda pada Abad XVI. Tesis. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Ekadjati, Edi S., 1988, Naskah Sunda: Inventarisasi dan Pencatatan. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran dengan The Toyota Foundation.

Eringa, F.S., 1984, Soendaas-Nederlands woordenboek. Mede met gebruikmaking van eerder door R.A. Kern bijeengebrachte gegevens. Dordrecht/ Cinnamin-son: Foris. [KITLV].

163

Sanghyang Swawar Cinta

Gunawan, Aditia, 2009, Sanghyang Sasana Maha Guru dan Kala Purbaka (suntingan dan terjemahan). Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.

Kamus Umum Basa Sunda. Disusuk ku Panitia Kamus Lembaga Basa & Sastra Sunda. Cet. ke-6. Bandung: Taraté.

Krom, N. j & F. d. k. Bosch, 1914, Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch Indie. Weltevreden: Albrecht & co.

Netscher, E. „Iets over eenige in de Preanger-regentschappen gevonden Kawi-handschriften‟ Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap, I (TBG I, 1853: 469-479).

Notulen van de algemeene en directievergaderingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (NBG), Deel L, 1913, Batavia: G. KOLFF & Co; „s Gravenhage: M. Nijhoff.

--------, Deel LI, 1914, Batavia: G. KOLFF & Co; „s Gravenhage: M. Nijhoff.

Pleyte. C. M, 1914b, „Poernawidjaja‟s Hellevaart of de Volledige Verlossing. Vierde bijdrage tot de kennis van het oude Soenda.‟ Tijdschrift voor Indische Taal, Land-en Volkenkunde (TBG) 16:450-70.

Zoetmulder, P. J., 2006, Kamus Jawa kuno – Indonesia. Cetakan kelima. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.