Kata Pengantar Penterjemah - WordPress.com

417
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari Hal. 1 Kata Pengantar Penterjemah egala puji kembali kepada Allah, Penerang hati, Penunjuk kepada Jalan yang Lurus. Siapa saja yang diberi petunjuk oleh-Nya maka kebaikanlah baginya dan siapa saja yang dibiarkan-Nya tersesat maka kerugian yang sangatlah bagiannya. Saya bersaksi bahwasannya tiada Tuhan yang patut diibadahi kecuali Allah dan saya bersaksi bahwasannya Muhammad () adalah hamba dan utusan-Nya. Pertama kali saya menemukan buku karya Jamaal Zarabozo ini adalah dari sebuah blog yang berasal dari India dalam format PDF. Awalnya saya tak memiliki niat untuk menterjemahkannya, hanya membaca. Namun demikian, literatur tentang Muhammad ibn Abdul Wahhab, meskipun gerakannya telah banyak dikenal dan disandarkan kepadanya, sangatlah sulit didapat dalam bahasa Indonesia. Dan benarlah, saya mencoba mencari literatur lain mengenai Muhammad ibn Abdul Wahhab ini di beberapa toko buku di Bandung sehingga hasilnya kurang memuaskan. Bahkan ketika menggali informasi dari orang-orang yang dianggap dan dituduh sebagai “Wahhabi”. Di Sosial Media, pembahasan-pembahasan berkenaan dengan Muhammad ibn Abdul Wahhab ini seringkali tidak positif dan terdistorsi. Dia lebih sering dihubungkan kepada puritanisme, ekstrimisme dan fundamentalisme Islam terlebih yang sekarang sedang menjadi berita panas dunia, ISIS, bahkan menghubungkannya sebagai skenario Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam. Seandainya itu benar, sebagai seorang Muslim, tentu sangat baik bagi kita untuk menilai seseorang secara adil dan fair. Saya sepakat dengan penulis buku ini yang berkata, “Dalam setiap hal, imparsialitas (ketidakberpihakan), objektifitas, integritas seorang ilmuwan dan keadilan sungguh diharapkan datang dari setiap muslim. Hal tersebut harus tetap dijalankan bahkan ketika dihadapkan dengan musuh ataupun para penentang.” S

Transcript of Kata Pengantar Penterjemah - WordPress.com

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 1

Kata Pengantar Penterjemah

egala puji kembali kepada Allah, Penerang hati, Penunjuk kepada Jalan yang Lurus. Siapa saja yang diberi petunjuk oleh-Nya maka kebaikanlah baginya dan siapa saja yang dibiarkan-Nya tersesat maka

kerugian yang sangatlah bagiannya. Saya bersaksi bahwasannya tiada Tuhan yang

patut diibadahi kecuali Allah dan saya bersaksi bahwasannya Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص)

adalah hamba dan utusan-Nya.

Pertama kali saya menemukan buku karya Jamaal Zarabozo ini adalah dari sebuah blog yang berasal dari India dalam format PDF. Awalnya saya tak memiliki niat untuk menterjemahkannya, hanya membaca. Namun demikian, literatur tentang Muhammad ibn Abdul Wahhab, meskipun gerakannya telah banyak dikenal dan disandarkan kepadanya, sangatlah sulit didapat dalam bahasa Indonesia. Dan benarlah, saya mencoba mencari literatur lain mengenai Muhammad ibn Abdul Wahhab ini di beberapa toko buku di Bandung sehingga hasilnya kurang memuaskan. Bahkan ketika menggali informasi dari orang-orang yang dianggap dan dituduh sebagai “Wahhabi”.

Di Sosial Media, pembahasan-pembahasan berkenaan dengan Muhammad ibn Abdul Wahhab ini seringkali tidak positif dan terdistorsi. Dia lebih sering dihubungkan kepada puritanisme, ekstrimisme dan fundamentalisme Islam terlebih yang sekarang sedang menjadi berita panas dunia, ISIS, bahkan menghubungkannya sebagai skenario Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam. Seandainya itu benar, sebagai seorang Muslim, tentu sangat baik bagi kita untuk menilai seseorang secara adil dan fair. Saya sepakat dengan penulis buku ini yang berkata, “Dalam setiap hal, imparsialitas (ketidakberpihakan), objektifitas, integritas seorang ilmuwan dan keadilan sungguh diharapkan datang dari setiap muslim. Hal tersebut harus tetap dijalankan bahkan ketika dihadapkan dengan musuh ataupun para penentang.”

S

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 2

Bagi saya, buku ini menyajikan informasi yang cukup baik dan banyak berkenaan dengan asal-usul, ajaran-ajaran dan pengaruh Muhammad ibn Abdul Wahhab, juga serangan-serangan dan pertentangan-pertentangan yang ditujukan kepadanya. Sehingga, mudah-mudahan dapat membuka pikiran dan hati kita untuk dapat menilai saudara Muslim kita sebagaimana mestinya.

Saya ucapkan terimakasih kepada istri saya tercinta yang telah merelakan malam-malam kami saya pergunakan untuk betatap muka dengan layar monitor alih-alih bersamanya, putera cikal saya Jafits yang seringkali saya rampas meja belajarnya untuk saya pergunakan mengetik, si bungsu Geulis yang cerewet namun seringkali permintaannya untuk saya “ninabobokan” tidak dapat saya kabulkan.

Kepada teman-teman adz-Dzikro saya ucapkan terimakasih untuk mesin cetaknya serta diskusi-diskusi kami yang menarik dan membuka cakrawala. Ustadz Hanhan Subhana, Ahmad Taufik Nurdin, Rahmat Hidayat, Ikhsan Khaerudin, Ajengan Hasan dan teman-teman yang lain, teruskan perjuangan kalian, saya dan ummat Muslim sangat membutuhkan perjuangan kalian dan darma bakti kalian terhadap ilmu. Bapak dan Umi, ini adalah sebagian darma bakti ananda untuk Islam, semoga Allah menetapkan ananda menjadi anak yang shaleh sebagaimana kalian rencanakan.

Akhirnya, karya terjemahan ini bisa jadi masih menyisakan kesalahan dan kekeliruan. Kesalahan dan kekeliruan itu adalah kembali kepada saya sebagai penterjemahnya. Sementara kesempurnaan murni hanya milik Allah yang Maha Sempurna dan semoga Allah tetap membuka hati saya untuk dapat memperbaiki kesalahan dan kekeliruan itu.

Bandung, Jumadil Awwal 1436 H / Maret 2015 M

Gungun Mulyawan Nawari

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Penterjemah … 1

Daftar Isi … 3

Tentang Pengarang … 9

Kata Pengantar … 11

BAB I Motivasi di Balik Karya Ini … 13

BAB II Kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 17

Situasi politik sejak zaman Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) … 17

Keadaan Ekonomi … 22

Keluarga Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 22

Perjalanan-perjalanan untuk Mencari Ilmu … 26

Kembali ke al-Uyainah dan Perjalanan ke Basra dan al-Ahsa … 30

Huraimila dan Dimulainya Da’wah … 36

Kediaman di al-Uyainah … 39

Kepindahan ke al-Diriyyah … 45

Sebuah Tahapan Baru dalam Da’wah: Jihad … 50

Musuh-musuh dari Luar … 56

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 4

Wafatnya Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 63

Kepribadian Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 64

Hasil-hasil dari Upaya-upaya yang Telah Dilakukan ibn Abdul-Wahhab … 68

BAB III Ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang Penting dan bersifat Pembaharu … 73

Islam Sejak Masa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) … 73

Situasi Keagamaan di Najd … 78

Ibn Abdul-Wahhab dan Aqidah … 87

Metodologi Ibn Abdul-Wahhab … 88

Keyakinan ibn Abdul-Wahhab Kepada Allah … 94

Tauhid Ibadah … 97

Ibn Abdul-Wahhab dan Pertanyaan Siapakah Seorang Muslim … 106

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Fiqih Islam, Pertimbangan Hukum dan Taqlid … 110

Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan Da’wah, Amar Ma’ruf Nahyi Munkar … 120

Pentingnya Amar Ma’ruf Nahyi Munkar … 121

Metodologi Da’wah dan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar Muhammad ibn Abdul- Wahhab … 125

Masalah-masalah yang Menjadi Prioritas … 136

Ibn Abdul-Wahhab dan Kualitas-kualitas Orang yang Mengamalkan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar … 139

Kelengkapan Pendekatan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar ibn Abdul-Wahhab … 145

Ringkasan … 151

BAB IV Peninggalan & Pengaruh Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 153

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 5

Tulisan-tulisan Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 153

Karya dalam Bidang Aqidah atau Iman Islam … 155

Karya-karya di Bidang Fiqih atau Hukum Islam … 160

Karya-karya yang berhubungan dengan Kehidupan Nabi … 162

Karya-karya dalam bidang Hadits … 163

Karya-karya yang Berhubungan dengan Tafsir … 164

Kumpulan Tulisan ibn Abdul-Wahhab … 165

Murid-muridnya … 165

Catatan Mengenai Penggunaan Kata “Wahhabi” dan “Wahhabisme” … 167

Pengaruh Ibn Abdul-Wahhab di Luar Najd … 171

Penjelasan-penjelasan Pengantar … 172

Yaman … 179

Iraq … 179

Al-Syaam (“Suriah Besar”) … 181

Mesir … 182

Afrika Utara … 183

Afrika Sub-Sahara … 185

Anak Benua Indo-Pak … 187

Indonesia … 193

Thailand … 195

Turkistan … 195

Faktor-faktor yang Mendukung Hebatnya Pengaruh ibn Abdul-Wahhab … 196

Konklusi … 199

BAB V Para penentang dan Kritik yang ditujukan kepada Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 201

Alam dan Pentingnya Cobaan serta Godaan … 201

Sebuah Catatan Mengenai Metodologi … 202

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 6

Motivasi di balik Penentangan terhadap Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 207

Para Penentang dan Kritik … 219

Karya-karya Pembantah Kritik … 229

Tinjauan Luas Terhadap Kritik dan Tudingan-tudingan Tanpa Bukti yang Dibuat untuk Menyerang ibn Abdul-Wahhab, Ajaran-ajarannya serta Da’wahnya … 232

I. Pemalsuan-pemalsuan mencolok mengenai da’wah ibn Abdul-Wahhab … 233

II. Kesalahan-kesalahan Konsepsi mengenai da’wah ibn Abdul-Wahhab … 234

III. Keberatan-keberatan terhadap beberapa masalah yang berhubungan dengan Da’wah … 235

Tudingan Bahwa ibn Abdul-Wahhab Mengklaim Kenabian … 236

Tudingan bahwa ibn Abdul-Wahhab Merendahkan Nabi … 238

Persoalan Mendeklarasikan Orang Di luar Lipatan Islam dan Berperang Melawan Mereka … 242

Klaim bahwa “Wahhabi” Adalah Khawarij … 246

Tudingan Bahwa Tanduk Syetan Muncul dari Najd - ibn Abdul-Wahhab … 248

Tudingan Tanpa Bukti bahwa ibn Abdul-Wahhab Menganggap Beberapa Hal Kufur Padahal Tidak … 251

Tudingan Tanpa Bukti bahwa ibn Abdul-Wahhab memberontak kepada Kekhalifahan Utsmaniyyah … 257

Masalah Tawassul (Mencari Perantara Kedekatan kepada Allah) dan Mencari Pertolongan dari Selain Allah … 260

Persoalan Tentang Memohon Syafaat Nabi … 268

Masalah-masalah Penghancuran Makam-makam dan Ziarah Kubur … 273

Kesimpulan … 275

BAB VI Literatur Berbahasa Inggris Akhir-akhir Ini Tentang Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 283

Studi-studi Umum tentang Islam … 283

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 7

Para Pelancong Barat … 287

Burckhardt … 289

Tulisan-tulisan yang Ada Baru-baru Ini … 294

Algar … 295

Schwartz … 310

Attar, Abdul-Aziz ibn Baaz dan al-Huqail … 321

Konklusi … 323

BAB VII Pelajaran-pelajaran untuk Dunia Sekarang dari Kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 324

Pentingnya Memulai Dengan Cara Mengoreksi Aqidah Seseorang Baik Secara Teori Maupun Praktik … 326

Tidak Putus Asa Meski Begitu Besarnya Kebodohan dan Pelanggaran … 331

Pentingnya “Pendidikan Edukasional dan Spiritual” yang Tepat … 334

Pentingnya “Pendidikan” Untuk Semua … 337

Mengikuti “Sebab dan Akibat” dalam Dunia Ini Sambil Menaruh Kepercayaan Penuh kepada Allah … 342

Perlunya Memiliki Dukungan untuk Da’wah … 344

Memiliki Keyakinan Penuh tentang Betapa Pentingnya Mengikuti Kebenaran … 350

Pentingnya Berpaling kepada Allah … 354

Menolak Berkompromi dalam Hal Keyakinan-keyakinan Fundamental … 355

Sang Da’i dan Mereka yang Bersamanya Harus Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Da’wah … 360

Pentingnya Membantah Keragu-raguan dan Tudingan-Tudingan tanpa Bukti Mengenai Da’wah yang Benar … 362

Menyadari Cara-cara Apa Saja yang Diambil Musuh-musuh Kebenaran … 365

Kebenaran dan Kekeliruan Tidak Ditegaskan berdasarkan Jumlah … 370

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 8

Pentingnya Memahami Kenyataan Mutakhir … 375

Menyekutukan Allah (Syirik) adalah Kemungkaran yang Sangat Besar dan Segala Cara Mesti Dilakukan untuk Menghindarinya … 377

Tabel 1. Ringkasan Studi al-Khamis Mengenai Amalan-amalan Terlarang yang Mengarah kepada Syirik … 387

Bab VIII Kesimpulan … 389

Pentingnya dan Perlunya Kembali kepada Ajaran Islam yang Murni dan Aseli … 389

Konsep Tajdid (“Pembaharuan”) … 391

Motivasi Ibn Abdul-Wahhab … 393

Kata-kata Akhir … 397

Glossarium … 399

Daftar Pustaka … 405

Karya-karya Berbahasa Inggris … 405

Karya-karya Berbahasa Arab … 408

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 9

Tentang Pengarang

ebelum membaca lebih jauh karya ini, disini dikupas sedikit mengenai biografi penulisnya. Pria keturunan Spanyol berkebangsaan Amerika ini adalah seorang mualaf dengan agama sebelumnya adalah Katolik. Beliau

masuk islam sejak tahun 1976. Nama lengkap beliau adalah Sheykh Jamaal al-Din M. Zarabozo, lahir pada tahun 1960, di Perancis.

Pria ini sekarang tinggal di Berkeley, Colorado, AS. Beliau mendapatkan gelar Bachelor dalam bidang Ekonomi dari University of California di Berkley dan Davis, serta gelar Master dalam bidang Ekonomi dari UC di Davis. Banyak orang menyayangkan keputusannya untuk meninggalkan studi Ph.D.-nya kemudian mengejar studi-studi Islam. Beliau belajar Bahasa Arab secara otodidak dan belajar ilmu-ilmu Islam dengan Dr. Mustafa Azami, seorang ulama hadits terkenal di Boulder, Colorado.

Sekarang, beliau berprofesi sebagai ulama, dosen, editor, dan penulis banyak buku Islam. Aktivitas yang selalu dijalaninya adalah sebagai imam Islamic Center of Boulder, Colorado; mengajar kelas-kelas Islam dan bahasa Arab dari Muslim Community Association of the San Francisco Bay Area dan dari Masjid An-Nur Islamic Center (dapat diakses melalui live streaming dari website-nya http://www.jamaalzarabozo.com); beliau juga adalah tamu regular untuk Chanel Islam, dan pendiri serta editor majalah al-Basheer.

Karya-karya tulis beliau termasuk:

A Commentary on the Forty Hadith of Nawawi,

Towards Understanding Islam – Part I,

S

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 10

How to Approach and Understand the Quran,

The Authority and Importance of the Sunnah,

Purification of the Soul,

He Came to Teach you your Religion,

The Fiqh of the Friday Prayer,

The Friday Prayer – Khutbas I-II,

Easy Fiqh, dan

Jihad and Western Attitude toward War.

Sementara karya terjemahannya dari kitab-kitab berbahasa Arab, termasuk:

If The World of The Jinn and The Devils karya Omar Al-Ashqar,

Words of Remembrance and Words of Reminder ( Salih al-Sadlaan),

The Fiqh of Marriage (Salih al-Sadlaan),

Marital Discordn (Salih al-Sadlaan),

The Concise Presentation of The Fiqh,

Fiqh al-Sunnah (Syed Sabiq), dan

Religious Extremism in the Lives of Contemporary Muslims.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 11

Kata Pengantar

engan nama Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji hanya kepada Allah; kami memuji-Nya; kami berlindung kepada-Nya; kami memohon ampunan kepada-Nya; dan kami memohon petunjuk-Nya. Kami

memohon perlindungan kepada Allah dari godaan Syaitan dan sifat-sifat buruk. Siapa saja yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada sesuatu pun yang dapat menyesatkannya. Dan siapa saja yang dibiarkan Allah tersesat, tak ada sesuatu pun yang dapat membawanya pada jalan yang benar. Saya bersaksi bahwa tiada sesuatu pun yang patut diibadahi kecuali Allah yang tiada sesuatu pun yang setara dengan-Nya. Dan saya bersaksi bahwasannya Muhammad adalah pesuruh dan rasul-Nya.

Sesungguhnya, perkataan paling sejati adalah perkataan Kitab Allah. Petunjuk terbaik adalah petunjuk Muhammad. Urusan yang paling buruk adalah urusan yang diada-adakan. Setiap yang diada-adakan adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah adalah sesat. Dan setiap kesesatan tempatnya di neraka. Saya akan menggunakan kesempatan ini untuk memuji dan bersyukur kepada Allah karena telah memberikan saya kesempatan untuk menulis buku ini berkenaan dengan seorang tokoh yang sangat penting dalam sejarah Islam.

D

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 12

Saya juga mengucapkan terimakasih yang sangat dalam kepada yang terhormat Syeikh Saleh bin Abdulaziz Ali-Syeikh (Menteri urusan Amal, Da’wah dan Petunjuk Keislaman) atas dukungan dan dorongannya, bukan hanya dalam proyek ini saja melainkan juga pada setiap kesempatan kami bertemu. Dr. Hamad ibn Muhammad juga patut mendapatkan sebutan khusus atas dukungan dan dorongan yang diberikannya. Di antara orang yang bekerja dalam wilayah publikasi dalam Kementerian, terimakasih yang khusus juga patut ditujukan kepada Dr. Muhammad al-Suhaim dan Abdul-Rahman Ali-Syeikh.

Ada begitu banyak orang yang ingin saya ucapkan terimakasih atas bantuan mereka dalam karya ini yang telah bersedia mereview, mengoreksi dan menyediakan referensi yang sangat bernilai. Pertama, saya harus mengucapkan terimakasih kepada istriku tercinta yang selalu menjadi sumber asistensi dan bantuan. Terimakasih khusus juga saya tujukan kepada saudara dan saudariku Jalal dan Zainab yang telah bersedia mereview dan mengomentari versi-versi awal naskah karya ini.

Terdapat juga sejumlah orang lain yang selalu membantu dalam buku-buku saya. Untuk karya istimewa ini, juga, saya secara khusus mengucapkan terimakasih kepada saudara Abdulkarim al-Said dan saudara Nahar al-Rasyid atas bantuan yang selalu mereka sediakan dengan senang hati. Saudara-saudara Muhammad al-Osimi, Ahmad al-Teraiqi, Khalid al-Jerayed dan lain-lainnya. Saya hanya dapat memohon kepada Allah semoga Allah mengganjari pahala dan memberkahi mereka di dunia pun di akhirat.

Saya berdoa semoga Allah menerima karya ini sebagai semata-mata karena-Nya. Sebagaimana semua karya, segala kesalahan adalah tanggungjawab penulis. Saya memohon kepada Allah agar mengampuni segala kekurangan dan memohon kepada-Nya petunjuk kepada jalan yang lurus.

Jamaal Zarabozo

Boulder, CO

30 Januari 2003

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 13

BAB I

Motivasi di Balik Karya Ini

uku ini bukan sebuah agenda politis. Buku ini tidak bermaksud untuk mendukung atau mengkritik rezim atau kebijakan manapun.1 Bahkan, kekuatan yang menyetir di balik karya ini adalah lebih hebat dan lebih

1 Artinya bahwa begitu banyak isu yang menjadi buah bibir tentang apa-apa yang terjadi

sekarang mesti disadari berada di luar bidang karya ini. Namun demikian, sekali kritik terhadap kebijakan-kebijakan tertentu yang terkait dengan Muhammad ibn Abdul Wahab dan apa yang disebut sebagai “Wahabisme,” maka seseorang tidak lagi berbicara mengenai kritik suatu negeri, orang atau kelompok tertentu hari ini. Sekarang orang berbicara mengenai prinsip-prinsip yang berhubungan dengan agama. Seseorang kemudian harus belajar apa-apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip islam sejati atau tidak. Jika nanti dapat ditarik kesimpulan bahwa Muhammad ibn Abdul Wahhab benar-benar mengikuti

jalan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), maka serangan yang ditujukan kepada ibn Abdul Wahhab berarti juga

serangan yang ditujukan kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan jalan hidup yang diajarkannya. Bagi

seorang Muslim, cukup jelas, bahwa topik ini sangatlah penting. Kenyataan, sudah menjadi kewajiban bagi orang-orang islam untuk mempertahankan kehormatan dan kebenaran agama mereka, nabi mereka dan saudara-saudara mereka.

B

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 14

penting dari itu semua. Hal itu mesti dilakukan dengan, pertama, agama Islam

sebagaimana yang telah diajarkan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan, kedua, dengan kehormatan

dan hak-hak seorang Muslim, Muhammad ibn Abdul Wahhab.

Nama Muhammad ibn Abdul Wahhab (dan hubungannya dengan “Wahhabi” dan Wahabisme) telah seringkali terdengar oleh – baik di dunia Muslim bahkan di dunia non-Muslim – selama dua abad terakhir. Fakta, ibn Abdul Wahhab bukanlah seorang laki-laki “yang diselubungi misteri.” Karya tulisnya, sebagaimana karya-karya tulis murid-murid terdekatnya dan keturunannya, adalah karya-karya yang terkenal dan benar-benar mudah didapat hari ini di bagian manapun di dunia. Bahkan segala yang dikatakan mengenai dia tidak terselubungi misteri dalam bentuk fakta ataupun fiksi.

Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah seorang manusia dan juga seorang muslim. Oleh karenanya, dia memiliki hak untuk dipelajari dengan cara yang adil dan objektif. Yaitu, dia memiliki hak untuk “diadili dengan adil.” Tidak masalah berapa besar seseorang menentang pengajarannya, tapi dia tidak punya hak

menyalahkannya. Bahkan, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) mengingatkan,

القيامة الظلم ظلمات ي وم “Kedzaliman [akan berada] di kegelapan di hari kiamat.”(Riwayat al-Bukhari

dan Muslim.)

Saat membicarakan seseorang, seperti ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya, seseorang seharusnya ingat bagaimana Nabi mengajarkan,

مسلم حرام دمه و مال و عرضه كل المسلم على ال “Setiap muslim bagi muslim lainnya adalah haram baik darahnya, hartanya

dan kehormatannya." (Riwayat Muslim)

Orang juga harus berhati-hati dengan apa yang telah diperingatkan Nabi,

نه و ب ي الله حجاب اتق دعوة المظلوم ف إنه ليس ب ي “Berhati-hatilah dengan doa orang yang teraniaya karena antara dia dan

Allah tak ada penghalang.” (HR. al-Bukhari dan Muslim.)

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 15

Bahkan jika seseorang berkeinginan untuk membantah dan mengatakan bahwa ibn Abdul Wahhaab dan pengikut-pengikutnya bukanlah muslim, dia harus berhati-hati agar tidak berbicara bohong menganai dia. Sebuah riwayat dari Ahmad secara spesifik menyatakan,

ات قوا دعوة المظلوم و إن كان كافرا فإنه ليس دون ها اب حج

“Berhati-hatilah dengan doa orang yang teraniaya, bahkan jika dia kafir, karena antaranya tak ada penghalang [yaitu antara doa dan Allah+.”

2

Dalam setiap hal, imparsialitas (ketidakberpihakan), objektifitas, integritas seorang ilmuwan dan keadilan sungguh diharapkan datang dari setiap muslim. Hal tersebut harus tetap dijalankan bahkan ketika dihadapkan dengan musuh ataupun para penentang. Allah dengan tegas berfirman,

يا أي ها الذين آمنوا كونوا ق وامي لله شهداء بالقسط وال يرمنكم شنآن ق وم على أال ت عدلوا اعدلوا هو أق رب

للت قوى وات قوا الله إن الله خبري با ت عملون “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang

selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu

untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Maaidah 8).

Allah juga berfirman,

2 Diriwayatkan oleh Ahmad. Menurut al-Albaani, hadits ini hasan. Menurut Hamzah Ahmad

al-Zain, jalur periwayatannya hasan. Namun demikian, mesti dicatat bahwa Syuaib al-Arnaut mengatakan bahwa jalur periwayatannya lemah. Lihat Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Shahih al-Jami al-Shaghir (Beirut: al-Maktab al-Islaami, 1988), vol. 1,hal. 84; Hamzah Ahmad al-Zain, catatan kaki untuk Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad (Kairo: Dar al-Hadits, 1995), vol. 10, hal. 495; Syuaib al-Arnaut, et al., catatan kaki untuk Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1997), vol. 20, hal. 22-23.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 16

يا أي ها الذين آمنوا كونوا ق وامي بالقسط شهداء لله ولو على أن فسكم أو الوالدين واألق ربي إن يكن غنيا أو فقريا

ووا أو فالله أول بما فال ت تبعوا اتوى أن ت عدلوا وإن ت ل ت عرضوا فإن الله كان با ت عملون خبريا

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biar pun terhadap dirimu

sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau pun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti

hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka

sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan.” (QS. an-Nisaa 135).

Hadits-hadits dan ayat-ayat Al-Qur’an di atas semestinya dapat membuat orang-orang yang benar-benar beriman bergetar hatinya dari membicarakan orang lain dengan perkataan yang berdasarkan dusta atau dibubuhi dengan pernyataan-pernyataan yang tidak fair dan tidak adil. Dalam karya ini, sebuah upaya telah dibuat untuk membeberkan paparan yang fair dan akurat berkenaan dengan kehidupan dan ajaran Muhammad ibn Abdul Wahhaab. Untuk menyempurnakan tujuan ini, kesimpulan-kesimpulan diambil hanya berdasarkan apa yang paling historis dan secara logis dapat dipercaya, akurat, substantif dan sumber-sumber yang benar-benar terbukti baik dari sumber Muslim ataupun non-Muslim.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 17

BAB II

Kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab

ajd dari masa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sampai masa Muhammad ibn Abdul-Wahhab3

terdiri dari dataran yang terkenal dengan Najd al-Yamamah. Terdapat perbedaan pendapat berkenaan dengan batas-batas yang pasti mengenai Najd ini. Yang paling terkenal adalah yang menggambarkan

bahwa Najd ini dibatasi oleh Gunung Shammar atau oleh Gurun Nafud di bagian utara, Hijaaz di bagian sebelah barat, gurun yang dikenal dengan “Perempat Kosong” di bagian sebelah selatan dan al-Dahnaa dan al-Ahsa di bagian timur.4

Dua terma lain berkenaan dengan daerah itu adalah al-Aaridh dan al-Yamamah. (1) Terma al-Aaridh ﴿العارض﴾ memiliki arti yang baru dan lama mengenainya. Arti yang lama mengacu pada pegunungan al-Yamamah yang terbentang dari utara Najd sampai ke sebelah selatannya lebih dari seribu kilometer. Sedangkan arti yang lebih modern mengenainya adalah daerah al-Syuaib di Huraimila ke utara sampai

3 Situasi keagamaan di Najd pada masa Muhammad ibn Abdul-Wahhab akan dipaparkan

dalam bab berikutnya. 4 Abdul-Muhsin ibn Baaz, Rasaail al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab al-

Syakhshiyyah: Diraasah Daawiyyah (Riyadh: Daar Isybiliyaa,2000),vol.1,hal. 36.

N

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 18

al-Kharaj atau Riyadh dan ini melingkupi daerah-daerah selatan. Ini adalah arti yang digunakan pada masa Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Karenanya, yang berikut ini nampak sebagai bagian dari Najd. (2) Al-Yamamah ﴿المامة﴾ adalah jantung dari keseluruhan semenanjung Arabia. Bentuk-bentuk Najd hanya bagian dari ini. Ini juga termasuk apa yang biasa disebut Najd seperti negeri Sudair (yang juga termasuk al-Ghaat dan al-Zilfi), negeri al-Washm, negeri al-Hautah dan al-Hariq, negeri al-Aflaj dan negeri Wadi al-Duwasir.5 (Pada masa sebelumnya dalam sejarah islam, terma ini termasuk lebih daripada daerah itu).

Situasi politik sejak zaman Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص): Pada masa kemunculan Islam,

kepemimpinan al-Yamamah berada di tangan Hudhah ibn Ali al-Hanafi dan

Thumaamah ibn Athaal al-Hanafi. Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) selain mengirim surat-surat yang

berbeda, juga mengutus Sulait ibn Amr pada kedua pemimpin ini agar memeluk Islam. Kedua pemimpin ini justru memberi reaksi negatif yang sangat keras terhadap undangan masuk islam itu. Kenyataan, Hudhah terus menolak seruan itu dan mati dalam keadaan kafir. Di lain pihak, Thumaamah kelihatannya telah masuk Islam dengan bersungguh-sungguh.

Selama “Tahun Delegasi”, delegasi dari bani Hanifah datang kepada Rasulullah

dan masuk Islam. Dengan kekayaan dan rakyatnya, mereka adalah salah (ملسو هيلع هللا ىلص)

satu sumber kekuatan Islam.

Namun demikian, Musailamah al-Hanafi membelot dan menyatakan dirinya sebagai nabi. Abu Bakar mengirimkan pasukan untuk memerangi mereka, dipimpin oleh Khalid ibn al-Walid. Mereka mampu menundukkan Musailamah dan para pengikutnya dan mengembalikan negeri itu pada kekuasaan Negara Muslim.

Islam menyebar di negeri itu. Pemerintahan Islam memberikan perhatian yang layak pada negeri ini selama pemerintahan Khulafa al-Rasyidin, Umayyah dan pada permulaan khalifah Abbasiyyah.6

Generasi Abbasiyyah berikutnya memberikan perhatian yang sangat kecil pada negeri ini, barangkali oleh karena sumber ekonominya yang kecil. Selama bertahun-tahun, negeri ini menjadi bagian dari kekhalifahan Abbasiyyah hanya dalam nama saja, namun tak ada usaha sungguh-sungguh yang diberikan kekhalifahan kepada Najd. Fenomena ini juga terjadi kepada bagian-bagian dunia Muslim lainnya. Hal ini menimbulkan gerakan politik separatis dan bahkan revolusi. Pada tahun 252 H, Ismail ibn Yusuf melakukan revolusi di Hijaaz. Para pengikut Ismail dan saudaranya yang bernama Muhammad al-Ukhaidhir yang dikenal 5 Lihat, Abdul-Muhsin al-Baaz, vol. 1, hal. 39-40.

6 Abdul Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 50-51.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 19

dengan nama Ukhaidhiriyuun ( ينرامأخيض ). Mereka adalah penganut “Syiah Moderat”, dikenal dengan Zaidiyyah.7 Mereka memerintah Najd sampai mereka dikalahkan oleh kaum ekstrimis Baatiniyah Qaraamitah pada tahun 317 H.

Setelah kekalahan Ukhaidhiriyuun sampai masa Muhammad ibn Abdul Wahhab, disana tidak hadir kekuatan yang dapat menyatukan di Najd, sehingga jarang sekali mendapat perhatian sejarawan. Selama abad Sembilan dan sepuluh masehi, Bani Jabar, penguasa di bagian sebelah timur jazirah, secara terusmenerus memerangi suku-suku Badwi Najd, banyak terjadi penyergapan pada suku-suku yang setia pada Bani Najar atau penyerangan kabilah-kabilah dagang.

Bani Jabar mengupayakan kontrol yang cukup kepada bagian-bagian Najd sehingga sejarawan al-Samhudi menunjukkan mereka sebagai “Kepala” Najd.8 Namun demkian, setelah terbunuhnya Muqrin ibn Zamil al-Jabari di tangan bangsa Portugis pada tahun 928 H, masing-masing dari Amir lokal mereka berkuasa tanpa memiliki kekuatan hebat untuk dapat meyatukan daerahnya.9 Jadi, pada masa Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Najd jatuh di bawah kontrol negara dan pemerintahan kecil yang datang dari Bahrain atau keamiran daerah itu.

Utsmaniyyah sendiri telah menduduki Kekhalifahan Islam selama beberapa waktu pada abad keduabelas hijriah. Pada tahun 923 H, saat Utsmaniyyah menundukkan Mesir, Hijaz dimasukkan ke dalam kekuasaannya, karena sebelumnya berada di bawah kekuasaan Mesir. Utsmaniyyah bermaksud menyebarkan kekuasaan mereka lebih jauh, agar dapat menahan ekspansi bangsa Portugis. Mereka menggabungkan kekuasaan Yaman dan al-Ahsa. Najd dengan demikian menjadi benar-benar terkepung oleh daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Utsmaniyyah itu.

Dalam kenyataanya, Utsmaniyyah tidak pernah memberi perhatian kepada Najd dan tidak juga pengaruh kepada Najd. Buktinya, sebuah dokumen pemerintah Utsmaniyyah yang dicatat oleh Yamin Ali Effendi pada tahun 1018 H (1609 M) memperlihatkan bahwa Negara Utsmaniyyah terbagi menjadi tigapuluhdua Negara bagian atau propinsi. Di antara tigapuluhdua itu, empatbelasnya adalah “Negara”

7 Dalam adzan, mereka biasa menyebutkan, “Muhammad dan Ali adalah manusia terbaik,

Marilah berbuat kebaikan.” Lihat Mirfat bint Kaamil Usrah, Ihtisaab al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab (Riyadh: Dar al-Watan, 1998), hal. 24. 8 Lihat Abdullah al-Saalih Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad ibn Abdul-Wahhab:

Hayaatuhu wa Fikruhu (Riyadh: Dar al-Ulum, tanpa tahun.), hal. 9. Karya ini berdasarkan tesis Ph.D. al- Utsmanaimin dari Edinburgh University pada tahun 1972. 9 Abdul Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 51.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 20

Arab; namun demikian, Najd tidak termasuk di dalamnya.10 Sejarahwan Amin Said menulis, “Setiap Syeikh atau Amir (di Najd) memiliki kemerdekaan penuh untuk menjalankan negerinya. Dia tak mengenal orang Turki demikian juga orang Turki tak mengenali mereka.”11

Ini benar bahwa di beberapa bagian Najd, nama-nama khalifah Utsmaniyyah dimintai pertolongannya dalam khutbah jumat, namun di balik itu tak ada kontak yang sesungguhnya antara kedua belah pihak. Dalam kenyataanya, terhadap masalah-masalah internal dan eksternal, Utsmaniyyah telah menyerahkan hak-haknya kepada Yaman dan al-Ahsa. (Di al-Ahsa, bani Khalid telah melakukan pemberontakan melawan mereka pada tahun 1050 H.12) Singkatnya, sebagaimana digambarkan Vassiliev, “Pusat dan bagian utara Arabia menjadi sungguh-sungguh merdeka dari bangsa Turki pada permulaan abad ketujuhbelas saat kerusuhan-kerusuhan dan hasutan menyebar di seluruh kekaisaran Utsmaniyyah.”13 Memperhatikan intervensi dan kontrol asing (seperti Persia, Portugis, Inggris dan Prancis), dia kemudian menyebutkan, “Jadi pada saat Wahhabisme muncul, Arabia secara keseluruhan telah tertinggal ke dalam dirinya sendiri untuk beberapa dekade.”14

Terdapat beberapa usaha lagi yang membawa Najd di bawah kekuasaan politis. Secara teristimewa, syarif-syarif Hijaaz dan bani Khalid di al-Ahsa berusaha mendominasi negeri itu. Mereka sewaktu-waktu mampu menggabungkan kontrol terhadap beberapa bagian Najd. Secara teristimewa, bani Khalid memiliki kekuatan di Gunung Shammar di bagian utara dan Amir al-Uyainah kelihatannya mengenali otoritas mereka dalam sebuah cara yang kecil. Namun demikian, secara kesuluruhan, usaha-usaha ini secara essensial tidak berhasil dan Najd terus berlanjut dengan tanpa kekuatan pemerintahan yang benar-benar kuat.15

10

Saalih ibn Abdullah Al-Abud, Aqidah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab al-Salafiyyah wa Atsaruhaa fi al-Alim al-Islaami (Madinah: Maktabah al-Ghurabaa al- Athariyyah, 1996), vol. 1, hal. 41. 11

Dikutip dalam Abdul-Aziz al-Abdul-Latif, Daawaa al-Munawiin li-Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab: Ardh wa Naqd (Riyadh: Dar al-Watan, 1412 A.H.), hal. 236. 12

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 11. Abu-Hakima menyebut tahunnya 1080 H. dan menyatakan bahwa dalam kenyataannya pemerintahan Utsmaniyyah di al-Ahsaa hanya sekedar nominal. Lihat Ahmad Mustafa Abu-Hakima, History of Eastern Arabia: The Rise and Development of Bahrain, Kuwait and Wahhabi Saudi Arabia (London: Probsthain, 1988), hal. 39. 13

Alexei Vassiliev, The History of Saudi Arabia (New York: New York University Press, 2000), hal. 59. 14

Vassiliev, hal. 60. 15

Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 53-54.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 21

Pada abad keduabelas hijriah, Najd terbagi menjadi banyak “Negara kota” yang kecil dan merdeka, masing-masing memiliki Amir sendiri (melalui keluarga) dan menjadi benar-benar merdeka dari negara-negara lain.16 Al-Uyainah berada di bawah kontrol Keluarga Muammar (kemungkinan keluarga terkuat di daerah itu), al-Diriyah di bawah Keluarga Saud, Riyadh di bawah Keluarga Dawaas, Haail di bawah Keluarga Ali, al-Qasim di bawah Keluarga Hujailaan dan Najd utara di bawah Keluarga Shubaib. Sebagai keseluruhan, Bani Tamim adalah suku terkuat sebagai mana terlihat cabang-cabang keluarganya memerintah banyak kota. Sayangnya, “negarakota-negarakota” yang berbeda ini seringkali terlibat dalam pertempuran-pertempuran tanpa ampun, perampasan-perampasan yang menghancurkan, penjarahan, peperangan dan pertempuran-pertempuran kecil, kebanyakan hanya demi alasan-alasan sepele.17

Situasi Sosial: Masyarakat Najd terdiri dari penduduk kota dan Badwi, dengan orang-orang badwi sebagai penduduk mayoritas.18 Kebanyakan penduduk itu terdiri dari suku-suku Arab. Beberapa lagi asal-usulnya bukan Arab (datang dengan cara perbudakan atau kabilah Haji). Najd masih sangat kental sebagai sebuah masyarakat suku. Juga, lebih luas, sebuah masyarakat yang tidak mengenal hukum, dimana pertempuran-pertempuran dan perampasan-perampasan berdarah adalah hal yang biasa. Suku badwi memiliki kepala-kepala suku, yang seringkali dipilih karena kemampuannya untuk memepertahankan sukunya di bawah kondisi gurun yang kejam. Suku-suku ini, secara umumnya, akan melihat ke bawah kepada penduduk kota. Orang kota memiliki Amir-Amir (atau penguasa). Meskipun secara

16

Sebagai tambahan, banyak dari kota-kota itu memiliki mutawwa ﴿مطىع﴾ sendiri. Ini adalah sebuah kata yang telah sedikit dibengkokkan dalam pers barat akhir-akhir ini, khususnya sejak Perang Teluk. Ini adalah terma dan posisi umum yang telah ada sebelum masa Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Kota-kota berbeda, seperti al-Diriyyah, Tharmadaa, al-Majmaa dan lainnya dikenal memiliki mutawwa-mutawwa sendiri dan pada beberapa kesempatan Muhammad ibn Abdul-Wahhab menulis surat kepada mereka. Kenyataannya, Sulaiman ibn Suhaim, penentang ibn Abdul-Wahhab yang gigih adalah seorang mutawwa Riyadh. Terma ini mengacu kepada orang yang terdidik atau yang semi terdidik yang mengajar massa-massa umum dan orang-orang awam meskipun dirinya sendiri bisa jadi bukanlah seorang ulama. Terma ini juga mengacu kepada siapa saja yang mencontohkan kepatuhan kepada Allah dan mendapatkan posisi dalam ranah keagamaan, seperti imam, muadzdzin, hakim dan lain sebagainya. Terma ini berasal dari akar kata “sukarela”, dimana orang-orang yang secara sukarela mengambil tanggungjawab ini. Lihat Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 137. 17

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 13-15; Abdul Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 52; Vassiliev, hal. 60-63. 18

Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 56.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 22

turun temurun, posisi ini biasanya diambil alih dengan cara kekerasan atau pembunuhan dan dijalankan dengan penuh kelaliman.19

Keadaan Ekonomi: Secara ekonomi daerah ini termasuk daerah yang sangat miskin dibandingkan dengan beragam tempat dunia Muslim pada waktu itu. Negeri ini sendiri sangat kecil sekali untuk ditawarkan (meskipun pertanian dan peternakan adalah sumber pendapatan utama mereka). Lebih lagi, kekejaman yang terjadi di daerah ini tidak menjadikannya rute perjalanan yang baik, meski beberapa rute perdagangan melewatinya (seperti rute perjalanan dari Yaman menuju Irak). Kondisi ekonomi yang sulit dapat menjadi kontribusi yang hebat bagi masalah-masalah stabilitas politik, seperti misalnya kelompok-kelompok yang berbeda menggunakan bermacam arti untuk mendukung diri mereka sendiri, seperti penyerobotan kepada suku-suku lain atau menyerang kabilah mana saja yang melewati daerah itu. Situasinya bertambah buruk ketika dihadapkan dengan jumlah curah hujan yang kecil atau tak seimbang yang membawa orang untuk mencari sumber penghasilan lain.20

Keluarga Muhammad ibn Abdul-Wahhab

Muhammad ibn Abdul-Wahhab berasal dari keluarga yang dikenal dengan baik dari bani Tamim, disebutkan dalam hadits:

بن تم منذ ثالث أ حب أب هري رة قال ما زلت عن عت من رسول للى اللهم عليه و سلم ي قول فهم الل ت

عته ي قول هم أشد أمت على الدجال قال و جاءت ت للى اللهم عليه و سلم هذ الل لدقات هم ف قال رسول

19

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 11-12; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 41-42. Al-Utsaimiin (hal. 15) menggambarkan suku Badwi yang memilih pemimpin-pemimpin mereka berdasarkan kemampuan sebagai lebih “demokratis” dibanding penduduk kota. Beliau juga mencatat bahwa, untuk beragam alas an, kepala-kepala suku Badwi berlaku lebih adil dan bijaksana disbanding para amir kota. Satu alasan yang mungkin untuk itu adalah fakta bahwa harta kekayaan penduduk kota terganjak dan oleh karenanya dia harus dan memang mau berbuat tidak adil dibanding orang-orang Badwi, yang dapat berpindah dengan sangat mudah bahkan dengan seluruh apa yang dimilikinya. 20

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 12-13; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 49.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 23

هم عند عائشة ف قال لدقات ق ومنا و كانت سبية من ها فإن ها من ولد إتاعيل أتقي

Abu Hurairah berkata, “Aku terus menyayangi bani Tamim sejak aku

mendengar perkataan Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) mengenai mereka. Aku mendengar

beliau berkata, ‘Mereka adalah yang terkuat dari umatku yang melawan

dajjal.’ Ketika zakat mereka tiba, Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata, ‘Ini adalah zakat

dari umatku.’ Aisyah memiliki seorang budak perempuan dari antara mereka

dan beliau (Nabi ملسو هيلع هللا ىلص) berkata, bebaskanlah ia karena ia adalah anak

keturunan Ismail.’” (Diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim.)

Kebanyakan penulis menelusuri silsilah Muhammad ibn Abdul-Wahhab kembali kepada Arab Adnaan awal. Untuk tujuan disini, cukuplah dikatakan bahwa dia adalah Muhammad ibn Abdul-Wahhab ibn Sulaiman ibn Ali.21 Muhammad ibn Abdul-Wahhab dilahirkan di al-Uyainah pada tahun 1115 H (1703 atau 1704 M)22 dari keluarga Musharraf dari bani Tamim. Sejak abad ke-sepuluh hijriah, keluarga ini dikenal karena ulama-ulama dan pemimpin-pemimpin keagamaan yang berasal darinya.23

Kakek Muhammad yang bernama Sulaiman ibn Ali bisa jadi ulama terhebat di Najd selama abad kesebelas. Dia adalah hakim al-Uyainah dan juga sumber rujukan keagamaan berkenaan perselisihan masalah-masalah fiqih untuk ulama-ulama lain di daerah itu. Murid-muridnya termasuk Abdul Wahhab, Ibrahim dan Ahmad.24 Ibrahim adalah seorang ulama dari kaumnya, menulis beberapa karya dan mengunjungi beberapa tempat untuk memberikan keputusan-keputusan keagamaan. Namun demikian, selama hidupnya dia lebih dekat dengan

21

Untuk pembahasan tentang kesalahan-kesalahan mengenai silsilah Muhammad ibn Abdul-Wahhab, lihat Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 23. 22

Kebanyakan penulis, khususnya banyak penulis barat, membuat kesalahan berkenaan tanggal dan tempat lahirnya Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Untuk melihat kembali pernyataan-pernyataan mereka, lihat Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 25, catatan kaki no. 3. 23

Untuk contoh-contoh beberapa ulama, lihat Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 24. 24

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 24-25. Lihat juga Abdullah al-Bassaam, Ulamaa Najd Khilaal Sitta Quruun (Mekkah: Maktabah al-Nahdhah al-Haditsah, 1398 H.) vol. 1, hal. 26.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 24

saudaranya Abdul Wahhaab.25 Ahmad ibn Sulaiman dan putera Ibrahim yang bernama Abdul Rahman juga dikenal sebagai ulama.26

Akhirnya, ayah Abdul-Wahhab juga seorang ulama dan hakim di al-Uyainah. Dia memiliki spesialisasi dalam bidang fiqih dan menulis beberapa buku dalam bermacam bahasan fiqih. Namun demikian, status keulamaannya tidak pernah mencapai tahap selevel ayahnya, Sulaiman.27 Kakak Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang bernama Sulaiman juga dikenal sebagai seorang pelajar yang serius.

Al-Utsaimiin mencatat bahwa tidak banyak disebutkan dalam penulisan awal berkenaan dengan situasi ekonomi keluarga Muhammad. Beliau menyebutkan bahwa sejak ayah dan kakek Muhammad menjadi hakim, mereka sewajarnya menerima gaji yang pantas, kebanyakan sepertinya dari “kelas menengah atas,” mendapatkan kekayaan yang cukup untuk kebutuhan Muhammad untuk menemukan dan mengijinkannya berkonsentrasi belajar di usia mudanya.28 Abdul-Muhsin ibn Baaz kemudian mencatat bahwa, karena Muhammad tumbuh dalam keluarga dengan martabat keagamaan yang baik, dia bisa jadi mendapatkan manfaat dari mereka-mereka yang datang ke rumahnya dari daerah-daerah luar untuk membicarakan masalah-masalah keagamaan dan juga murid-murid yang datang untuk belajar yang terdiri dari hakim-hakim lokal.29

Jadi Muhammad dilahirkan dari sebuah keluarga yang dikenal baik karena pengabdiannya kepada ilmu pengetahuan dan pengajaran. Hal ini memberikan fondasi yang kuat untuk kemajuan pengajaran dan dedikasinya kepada keimanan di masa yang akan datang. Tambahan, sumber-sumber lain juga menyebutkan bahwa beliau itu sangat cerdas dan memiliki ingatan yang kuat. Mereka menggambarkannya sebagai orang yang tidak mau membuang-buang waktunya untuk permainan yang dilakukan anak-anak lain. Beliau hafal al-Qur’an dalam usia sepuluh tahun.30 Dia belajar dari ayahnya yang sangat terkesan dengan

25

Al-Bassaam, vol. 1, hal. 26 26

Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 71. 27

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 25. 28

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 25. 29

Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 72; Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 27. 30

Hussain Ibn Ghannaam, Tarikh Najd (Naasir al-Din al-Asad, ed., 1982), vol. 1, hal. 75. Husain Ibn Ghannaam (meninggal tahun 1225 H./1810 M.) adalah seorang ulama Maliki yang berasal dari al- Ahsaa. Beliau melakukan observasi perkembangan da’wah Muhammad ibn Abdul Wahhab dari awalnya dan beliau juga adalah seorang pengikut ibn Abdul-Wahhab. Volume pertama dari karyanya berkenaan dengan sejarah Najd, Raudhah al-Afkaar wa al-Afhaam, mereproduksi begitu banyak karya tulis dan surat-surat ibn Abdul- Wahhaab. Yang keduanya merinci peperangan-peperangan sejak tahun 1159 H (1746 M) s/d tahun 1797. Karya ini menyediakan informasi terbaik dari tangan pertama berkenaan dengan hidup Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Edisi yang digunakan disini adalah karya

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 25

kemampuannya, mengatakan bahwa beliau telah mendapatkan manfaat dari anaknya, Muhammad, dalam beberapa hal.31 Beliau mencapai usia akil baligh pada usia duabelas tahun dan ayahnya mendapati dirinya telah mampu menjadi imam shalat dan menunjuk dirinya untuk menjadi imam. Ayahnya kemudian menikahkannya pada usia duabelas tahun (bukan usia yang aneh pada masa itu di tempat tersebut) dan mengizinkannya melakukan ibadah haji.32 (Beliau menunaikan ibadah haji, pergi ke Madinah, dimana beliau menetap selama dua bulan, dan kemudian kembali lagi ke al-Uyainah.)

Ibn Abdul-Wahhab mempelajari fiqih Hanbali dari ayahnya. Sebagai tambahan, dia juga biasa mempelajari tafsir Qur’an, hadits, juga buku-buku tauhid.33 Selain dikenal memiliki ingatan yang bagus, beliau juga dikenal karena kecepatannya dalam hal menghapal dan membuat catatan.34 Teristimewa, dia memiliki kelebihan dalam mempelajari kitab-kitab Ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim.35 Beliau secara

yang disunting oleh Naasir al-Din al-Asad, dimana dia telah memutakhirkan kata-kata berbunga-bunga dari Ibn Ghannaam dan juga mengatur kembali bagian-bagian karya itu. 31

Pernyataan ayahanda Muhammad ini dilaporkan atas wewenang saudara Muhammad yang bernama Sulaiman Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 75. 32

Mengenai surat yang ditulis ayahnya mengenai dirinya, lihat Ibn Ghannaam, vol.1, hal.75. 33

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 28. 34

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 76. 35

Sumber-sumber awal tidak menunjukkan secara jelas kapan ibn Abdul Wahhab pertama terekspos dan terpengaruh ajaran ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim. Beberapa orang mengatakan bahwa hal itu terjadi di awal kehidupannya di Najd sementara lainnya lagi mengatakan bahwa hal ini terjadi setelah beliau pergi ke Hijaz atau Basra. Abu Sulaiman membicarakan masalah ini secara terperinci dan berkesimpulan bahwa beliau pertama kali terpengaruh oleh kedua ajaran itu di usia mudanya di Najd, sebagaimana mereka benar-benar menghormati ulama-ulama Hanbali sebelumnya dan ulama-ulama Najd memiliki hubungan yang baik dengan ulama-ulama Hanbali dari Syria. Lihat, Abdul-Wahhab Abu Sulaiman, “Khashais al-Tafkir al-Fiqhi ind Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab,” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 1, 383-390. Dalam beberapa kasus, pengaruh ibn Taimiyyah terhadap ibn Abdul-Wahhab dapat terlihat dalam banyak cara, khususnya dalam tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab. Kebanyakan ikhtisar ibn Abdul-Wahhab dalam al-Insaaf sesungguhnya adalah kesimpulan-kesimpulan ibn Taimiyyah. Lebih lagi, dalam volume tigabelas kumpulan tulisan ibn Abdul-Wahhab, yaitu keseluruhan karya (yang telah banyak diterbitkan) konsisten dalam isu-isu yang dikumpulkan Muhammad ibn Abdul-Wahhab berkenaan dengan pandangan-pandangan ibn Taimiyyah dari berbagai karya tulis ibn Taimiyyah. Karya ini menyentuh topik-topik seperti tafsir, aqidah, fiqih dan sebagainya. Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat al-Syeikh al-Imaam Muhammad ibn Abdul-Wahhab (Dikumpulkan oleh Abdul-Aziz al-Rumi, et al. Maktabah ibn Taimiyyah), vol. 13, hal. 11-199. Catat meski anthology Muhammad ibn Abdul-Wahhab berikut ini tidak dikumpulkan oleh beliau, namun dalam hal ini diacu sebagai karya Muhammad ibn Abdul-Wahhab, “Muallifaat.” Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat,. Juga lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, 135 Faaidah Lakhasuhaa Syeikh al-Islaam Muhammad ibn Abdil-

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 26

pribadi menulis catatan mengenai kitab-kitab ibn Taimiyyah, dan beberapa naskah itu masih ada di British Museum.36 Pengaruh dua ulama ini terhadap ibn Abdul Wahhab menjadi sangat terlihat jelas dalam karya-karya tulis dan surat-suratnya. Sepertinya melalui karya-karya merekalah beliau membangun pandangannya yang hebat berkenaan dengan pemahaman tauhid dan aspek-aspek keimanan lainnya, sebuah pandangan sehingga orang yang sekedar mempelajari fiqih akan merasa kekurangan. Studi ini membuatnya melihat dengan jelas bahwa hubungan-hubungan orang-orang islam di sekitarnya tidaklah berada dalam pandangan Qur’an dan Sunnah yang sepantasnya. Namun demikian, waktunya belum tepat baginya untuk mencomeli apa-apa yang menurutnya salah secara terbuka. Waktunya akan tiba nanti ketika beliau telah dewasa sebagai seorang ulama dan seorang individu yang bebas. Karenanya, tak ada tanda yang jelas bahwa beliau mengambil langkah-langkah penting untuk melakukan reformasi di al-Uyainah pada tahun-tahun awal itu.37 Bahkan, beliau justru berkenan meningkatkan pengetahuannya dengan cara mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang telah mapan yaitu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan.

Perjalanan-perjalanan untuk Mencari Ilmu

Perjalanan untuk tujuan memperoleh pengetahuan telah menjadi kebiasaan ulama Muslim sejak hari-hari permulaan Islam. Tak terkecuali Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Perjalanan-perjalanan ini barangkali telah memberi dampak yang hebat pada pemikiran dan perkembangan intelektual Muhammad. Kebiasaan ini membuka pikirannya terhadap daerah lain, praktik-praktik lain, bahkan mungkin cara berpikir yang lain. Pada saat yang sama, kebiasaan ini mengizinkannya untuk menyaksikan secara luas dengan mata kepala sendiri bagaimana populasi Muslim

telah tersesat dari jalan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص).38 Al-Utsaimiin mencatat terdapat dua

Wahhaab min Fataawa Syeikh al-Islaam ibn Taimiyyah (Riyadh: Daar al-Qaasim, 1421 A.H.), passim. 36

Usrah, hal. 93. 37

Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 29. 38

Utsman Ibn Bisyr, Unwaan al-Majd fi Tarikh Najd (Riyadh: Daar al-Habib, 1999), vol. 1, hal. 28, mencatat bahwa ibn Abdul-Wahhab telah mulai menunjukkan beberapa bid’ah dan kesesatan yang dilihatnya namun tidak menimbulkan pengaruh apapun. Karenanya, beliau memutuskan untuk melakukan perjalanan dan meningkatkan pengetahuannya dan mendapatkan posisi yang lebih baik untuk mengkonter kejahatan-kejahatan di masyarakatnya. Catat bahwa sebagaimana karya ibn Ghannaam, karya Ibn Bisyr membentuk referensi awal dan langsung yang paling penting untuk kehidupan ibn Abdul-Wahhab. Penulis Utsman ibn Abdullah Ibn Bisyr (1210-1290 A.H./1793-1873 M.) adalah seorang sarjana dan sejarawan penting yang berasal dari Julaajil. Guru-gurunya termasuk Ibraahim ibn Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Dia adalah saksimata pada berbagai peristiwa yang diliputnya setelah masa ibn Abdul-Wahhab. Vassiliev (hal. 13) yakin bahwa

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 27

pertanyaan yang belum terjawab berkenaan karya kesejarahan tentang Muhammad ibn abdul-Wahhab. Yang pertama yaitu mengenai tahun yang pasti kapan Muhammad memulai perjalanannya. Yang kedua yaitu mengenai berapa lama Muhammad tinggal di setiap tempat yang berbeda-beda itu. Dia mencatat, misalnya, bahwa tak ada sebuah karya pun yang menyebutkan umur Muhammad saat meninggalkan al-Uyainah. Dalam beragam kasus, Al-Utsaimiin menyimpulkan bahwa Muhammad mesti meninggalkan al-Uyainah sebelum usianya mencapai duapuluh tahun.39

Setelah kembali dari ibadah Haji pertamanya dan kemudian belajar kepada ulama-ulama di kotanya, Muhammad lalu pergi lagi ke Hijaaz.40 Barangkali, beliau masih mengenang ziarah hajinya dan berharap dapat kembali kesana untuk meningkatkan pengetahuannya. Beliau pergi lagi ke Mekkah dan melaksanakan ibadah Haji. Disebutkan bahwa beliau belajar kepada ulama-ulama yang ada di Mekkah.41 Namun demikian, disana tidak disebutkan kepada siapa saja beliau menimba ilmu selama di Mekkah.42 Hal ini memberi kesan bahwa beliau tidak belajar dalam waktu lama disana dan, bahkan, dia kemudian pindah ke Madinah.

Di Madinah, beliau dihadapkan dengan sebuah lingkungan akademik yang berbeda dengan yang dihadapinya di al-Uyainah. Sebagai contoh, di al-Uyainah, penekanan belajarnya pada fiqih Hanbali. Sementara di Madinah, ulama dan murid berasal dari seluruh dunia. Beragam madzhab fiqih dan juga cabang-cabang ilmu islam diajarkan disana.

Ibn Bisyr kemungkinan tidak pernah melihat kronik Ibn Ghannaam, meskipun dia sendiri cukup memperhatikan Ibn Ghannaam. Juka konklusi ini benar, artinya Ibn Ghannaam dan Ibn Bisyr menyediakan dua hal yang independen, secara kesejarahan-sumber-sumber dekat untuk kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab. 39

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 29. 40

Terdapat ketidakcocokan yang mencolok antara apa yang ditulis oleh cucu Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang bernama Abdul-Rahman ibn Hasan dengan apa yang ditulis oleh Ibn Bisyr dan ibn Ghanaam berkenaan dengan rute perjalanan Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Menurut cucunya, Muhammad ibn Abdul-Wahhab pertama-tama pergi ke Basra, kemudian ke al-Ahsaa, kemudian kembali ke Basra dan lalu ke Madinah, dan menjadikan Madinah sebagai pemberhentiannya yang terakhir. Ibn Ghanaam dan Ibn Bisyr menyatakan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab pertama-tama pergi ke Hijaaz. Pendapat ini kelihatannya sebagai pendapat yang terkuat dan pendapat ini diikuti oleh mayoritas ulama. Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 29-30. 41

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 20-21; Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 30. 42

Kelihatannya beliau belajar kepada Abdullah ibn Salim al-Basri. Beliau adalah ulama Shafi’i yang merupakan pemuka ulama hadits dari Hijaaz pada masa itu. Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 75.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 28

Muhammad belajar di bawah sejumlah ulama yang ada di Madinah pada saat itu. Ulama-ulama ini termasuk di dalamnya Ali al-Daaghistaani dan Ismail al-Ajaluni.43 Namun demikian, para ulama yang dimana ibn Abdul-Wahhab benar-benar dekat pertama adalah Abdullah ibn Ibrahim ibn Saif44 lalu kemudian Muhammad Hayaat al-Sindi45 (yang, menurut Al-Utsaimiin, memiliki pengaruh yang hebat terhadap Muhammad ibn Abdul-Wahhab). Al-Utsaimiin mencatat bahwa dua orang ini memiliki pengaruh yang hebat terhadap pemikiran Muhammad ibn Abdul-Wahhab pada saat dia masih sangat terkesan. Dua orang ini bukan hanya menyampaikan pengetahuannya kepada Muhammad tapi mereka juga mengarahkannya untuk merintis jalannya sebagai seorang reformer.46

Orang pertama yang disebutkan di atas, Abdullah ibn Ibrahim, adalah seorang ahli hukum Hanbali dan seorang ulama Hadits. Dia mewariskan seluruh karyanya yang diterima dari al-Bali kepada Muhammad ibn Abdul-Wahhab, termasuk seluruh

43

Penulis-penulis yang kemudian juga menyebutkan Muhammad belajar dengan seorang ahli hukum madzhab Hanbali yang bernama Abu al-Muwaahib al-Baali. Namun demikian, menurut Al-Utsaimiin (Syeikh, hal.31) hal demikian kelihatannya tidak benar sampai meninggalnya al-Baali pada tahun 1126 H. Lebih lagi, al-Nadwi dan lainnya meragukan kalau Abdul-Wahhab belajar kepada al-Daaghistaani, disebabkan al-Daaghistaani cenderung masih sangat muda pada saat ibn Abdul-Wahhab berada di Madinah. Namun demikian, diduga ibn Abdul-Wahhab bertemu dengannya dalam perjalanannya ke Madinah, dimana belum terjadi sebelumnya. Bandingkan, Masud al-Nadwi, Muhammad ibn Abdil-Wahhaab Muslih Madhlum wa Muftara alaih (1977), hal. 39. Lainnya, Abud (vol. 1, hal. 163-164) berpendapat dengan bukti bahwa pertemuan itu mungkin saja terjadi antara al-Daaghistaani dan ibn Abdul-Wahhab. Wallahu a’laam. 44

Abdullah berasal dari bani Shamari. Ayahnya telah pindah dari al-Majmah ke al-Madinah dimana Abdullah tumbuh dan belajar di bawah ulama-ulama yang ada disana. Abdullah juga melakukan perjalanan ke Damaskus untuk belajar disana dan kemudian kembali lagi untuk mengajar di Madinah. Dia memiliki sebuah perpustakaan yang besar dan bermanfaat, dimana dari sanalah Muhammad ibn Abdul-Wahhab mengambil manfaat. Beliau meninggal di Madinah pada tahun 1140 H. Lihat al-Bassaam,vol.2,hal.505. 45

Muhammad Hayaat ibn Ibraahim al-Sindi dilahirkan di Sind sebuah propinsi anak benua Indo-Pak. Setelah belajar di Sind, dia pindah ke Madinah untuk melanjutkan belajar, lalu mengajar disana. Dia adalah ulama yang hebat dalam bidang hadits. Dia juga merupakan ahli hukum madzhab Hanafi. Beliau menulis beberapa kitab, termasuk didalamnya adalah Syarh al-Targhib wa al-Tarhib sebagai penjelasan terhadap Hadits Arbain al-Nawawi. Beliau meninggal di Madinah pada tahun 1163 H. Lihat Khair al-Din al-Zirkili, al-Alaam: Qaamus Taraajim li-Asyhur al-Rijaal wa al-Nisaa min al-Arab wa al-Mustamarin wa al-Mustasyriqin (Beirut: Dar al-Ilm al-Malayin), vol. 6, hal. 111. Al-Sindi memiliki sejumlah murid yang nantinya akan menjadi ulama-ulama islam para penyeru yang memanggil agar masuk kepada Islam di seluruh dunia Muslim (Al-Utsaimiin, Syeikh, hal. 34). (Catat bahwa beberapa penulis menyatakan bahwa beliau adalah penulis sejumlah penjelasan Shahih al-Bukhari. Sebenarnya, karya tersebut dikumpulkan oleh gurunya yang bernama Muhammad ibn Abdul-Haadi al-Sindi.) 46

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 31.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 29

karya-karya standar hadits dan syarah hadits yang menelusuri jalur periwayatannya sampai kepada penulis aslinya.47 Abdullah dan al-Bali adalah dua orang yang terkesan dengan Ibn Taimiyyah dan kemudian Abdullah mendorong Muhammad ibn Abdul-Wahhab untuk membaca karya-karya ibn Taimiyyah. Lebih lagi, Abdullah sangat peduli dengan keadaan yang ada di Najd, karena dia aslinya berasal dari daerah tersebut. Dia dapat membincangkan dengan Muhammad beragam praktik-praktik kemungkaran yang dimana orang-orang disana telah jatuh ke dalamnya. Buktinya, suatu waktu dia bertanya kepada ibn Abdul-Wahhab, “Apakah engkau ingin tahu senjata apa yang telah kupersiapkan untuk al-Majmaa (tempat asal keluarganya)?” Ketika Abdul-Wahhab menjawab, “Ya,” Abdullah membawanya kepada sebuah rumah dimana terdapat begitu banyak buku yang telah disimpannya dan dia berkata, “Inilah senjata-senjata yang telah aku persiapkan.”48 Kejadian ini memperlihatkan bahwa Abdullah, guru masa awal ibn Abdul-Wahhab, tahu bahwa “senjata-senjata” itu dibutuhkan untuk orang-orang al-Majmaa di Najd, artinya bahwa mereka telah tersesat dan sebuah perangkat yang kuat dibutuhkan untuk meluruskan mereka. Dalam suatu cara, dia memperlihatkan kepada Abdul-Wahhab bahwa perangkat yang kuat untuk melawan praktik-praktik kemungkaran adalah ilmu pengetahuan yang benar yang akan menjelaskan kepada mereka kesalahan yang mereka lakukan dan memperlihatkan kepada mereka jalan yang lurus.

Adalah Abdullah yang memperkenalkan ibn Abdul-Wahhab kepada al-Sindi dan merekomendasikannya untuk menjadi muridnya. Ibn Abdul-Wahhab dan al-Sindi mejadi sangat dekat dan ibn Abdul-Wahhab tinggal bersamanya untuk beberapa waktu. Al-Sindi adalah seorang ulama hadits yang hebat. Dia juga dikenal sebagai orang yang telah menanggalkan bid’ah-bid’ah, menunjukkan praktik-praktik syirik dan menyeru untuk melakukan ijtihaad49 yang semuanya nanti akan menjadi bentuk ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang menonjol.50 Kenyataannya, cicit ibn Abdul-Wahhab yang bernama Abdul-Latif ibn Abdul-Rahmaan mengatakan bahwa al-Sindi memiliki pengaruh yang besar kepada ibn Abdul-Wahhab dengan penghargaan kepada tauhid ubudiyyah, membebaskan

47

Ahmad ibn Hajar Ali-Butaami, Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab: Aqidatuhu al-Salafiyyah wa Da’watuhu al-Islahiyyah wa Tsana al-Ulamaa alaih (Kuwait: al-Daar al-Salafiyyah, 1983), hal. 16. 48

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 28-29. 49

Sebagai contoh, dia merasa sedih bahwa orang-orang telah meninggalkan hadits shahih yang tak tercabut yang disetujui madzhab-madzhab fiqih yang tak memiliki sanad demi pandangan-pandangan mereka. Dia disebutkan dalam Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 78. 50

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 31-32; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 77.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 30

seseorang dari kepatuhan yang buta (taqlid) dan mengikat perhatian seseorang dengan mempelajari al-Qur’an dan as-Sunnah.51

Ibn Bisyr mencatat bahwa suatu ketika Muhammad ibn Abdul-Wahhab berada di

makam Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), dan menyaksikan orang-orang memohon dan meminta

perlindungan dari Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Dia kemudian melihat al-Sindi datang dan dia

berkata padanya, “Apa menurutmu mengenai orang-orang ini?” Al-Sindi menjawabnya dengan firman Allah,

م فيه وباطل ما كانوا ي عملون إن هؤالء متب ر ما ه “Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan.” (al-A’raaf 139).

52

Kembali ke al-Uyainah dan Perjalanan ke Basra dan al-Ahsa

Setelah menghabiskan beberapa waktu di Hijaz, memperoleh pengetahuan dari kaki para ulama besar, ibn Abdul-Wahhab kembali ke al-Uyainah. Pada saat itu, dia mestinya masih cukup muda (mungkin antara awal dan pertengah usia duapuluhan) dan dia masih belum memiliki sebuah posisi yang berpengaruh dan mandiri dimana dia mampu untuk menyingkirkan kemungkaran-kemungkaran yang ada di sekitarnya. Dia biasa menyampaikan pandangannya dalam beberapa kesempatan namun kesempatannya tidak lebih dari itu. Bahkan dia lebih konsentrasi belajarnya, khususnya karya-karya tulis ibn Taimiyyah. (Kelihatannya

51

Abdul-Latif disebutkan dalam Ismail Muhamamd Al-Anshari, “Hayaat Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa Atsaaruhu al-Ilmiyyah,” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 1, hal. 127. 52

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 29. Kataganti-kataganti yang seharusnya digunakan, kedua orang ulama tersebut disebut dengan “Syeikh” dan kedua ulama tersebut juga bernama Muhammad, siapa yang mengutip ayat tersebut dalam kejadian ini tidak benar-benar jelas. Kebanyakan penulis hanya mencatat laporan ini dalam bentuk yang samar-samar. Namun demikian, beberapa penulis memahami kata-kata ini dikatakan oleh Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan lainnya oleh al-Sindi. Sebagai contoh, Nasir secara eksplisit menyatakan bahwa al-Sindi lah yang menjawab dengan ayat al-Qur’an itu sementara al-Umar dan al-Ruwaishid menyatakan bahwa ayat tersebut diucapkan oleh ibn Abdul-Wahhab. Lihat Aminah Muhammad Nusair, Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa Minhajuhu fi Mubaahits al-Aqidah (Beirut: Daar al-Syuruq, 1983), hal. 35; Abdul-Rahmaan al-Umar, Haqiqah Da’wah al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab (Riyadh: Daar al-Aasimah, 2001), hal. 13; Abdullah al-Ruwaishid, al-Imaam al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab fi Tarikh (Kairo: Rabitah al-Adab al-Hadits, 1984), vol. 1, hal. 34.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 31

ibn Abdul-Wahhab sangat tertarik untuk membaca-kembali, khususnya karya-karya ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim. Al-Ajilaani bahkan mengatakan kebanyakan dari pengetahuannya adalah apa yang dipelajarinya sendiri, langsung dari Qur’an, Sunnah dan beberapa karya tulis.53 Namun demikian, tidak dapat dibantah bahwa dia juga belajar di bawah pengajaran beberapa ulama dan sangat dekat dan benar-benar terpengaruh oleh kebanyakan dari mereka, seperti misalnya ayahnya sendiri.) Menurut satu laporan, dia menetap di al-Uyainah untuk beberapa tahun sebelum pergi lagi dengan tujuan untuk belajar, mungkin karena dia sadar bahwa dia butuh untuk belajar lagi dan mendewasakan diri sebelum benar-benar mampu mereformasi masyarakatnya.54 Damaskus adalah pusat madzhab Hanbali. Dengan latar belakang fiqih Hanbali-nya dan gairahnya untuk belajar lebih karya-karya ibn Taimiyyah (yang banyak menghabiskan waktunya di Damaskus), wajarlah jika ibn Abdul-Wahhab sangat bergairah untuk pergi ke Damaskus. Namun demikian, sebelum sampai ke Damaskus dia pergi dulu ke Basra, dimana dia menetap untuk beberapa lama.55

Basra adalah sebuah kota metropolitan, pusat perdagangan yang makmur. Sebagai tambahan, kota ini adalah rumah bagi banyak kaum syiah. Hal ini barangkali yang menyingkapkan beragam hal yang tidak ditemuinya di kota asalnya (Meski dia mungkin telah menyaksikan beberapa aspek di Hijaaz).

Di Basra, beliau mempelajari Fiqih, hadits dan bahasa Arab. Beliau belajar dengan Syeikh Muhammad al-Majmu’i. Di Basra inilah Muhammad ibn Abdul-Wahhab mulai menujukan kajiannya pada beberapa bid’ah, klenik dan amalan-amalan syirik yang dilihatnya di sekitarnya. Teristimewa, beliau menekankan bahwa semua pemujaan mestinya hanya ditujukan kepada Allah saja. (kenyataanya, menurut satu laporan, beliau menulis Kitaab al-Tauhid selama beliau menetap di Basra). Sepertinya, al-Majmu’i mendukungnya dalam upaya itu. Namun demikian, mereka yang mendukungnya jumlahnya sangat melebihi daripada mereka yang menentangnya dan seringkali debat-debat antara mereka menjadi panas.56

Ibn Ghannaam meriwayatkan bahwa pada suatu kesempatan seorang lelaki menyebutkan permohonan-permohonan kepada orang alim dan orang suci dan Muhammad ibn Abdul-Wahhab menunjukkan apa yang dikatakannya, menjelaskan posisi yang benar. Lelaki itu menjawab dengan mengatakan, “Jika apa yang

53

Lihat Nusair, hal. 36. 54

Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 33. 55

Al-Utsaimiin (al-Syeikh, hal. 33) mengatakan bahwa mungkin karena dia tidak dapat menemukan kabilah yang membawanya ke Damaskus tapi ke Basra. Dari Basra, sebuah kota pusat perdagangan, akan menjadi tidak susah untuk mendapatkan sebuah kabilah yang dapat membawanya ke Damaskus. 56

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 34.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 32

dikatakan orang ini benar, bangsa ini berarti belum pernah mencapai sesuatu untuk beberapa waktu.” Banyak orang di Basra tidak menyukai apa yang diajarkan ibn Abdul-Wahhab dan mencoba mengacaukannya di masjid. Ibn Ghannaam meriwayatkan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab menyatakan, “Beberapa orang musyrik di Basra mendatangiku dan melemparkan keraguan dan pertanyaan kepadaku. Aku mengatakan kepada mereka ketika mereka duduk di hadapanku, ‘Segala pemujaan hanya patut ditujukan kepada Allah.’ Kata-kata ini mengacaukan mereka dan kemudian mereka tidak mengatakan sepatah kata pun.”57

Muhammad ibn Abdul-Wahhab mencoba menasehati orang-orang dengan lemahlembut dan kebaikan namun hal demikian tidak berhasil. Al-Nadwi mencatat bahwa di Basra inilah benar-benar beliau mulai menolak kemungkaran dengan tanpa rasa takut kecuali hanya kepada Allah. Oleh karenanya dia menemui penentangan yang hebat dan bahkan gurunya Muahmmad al-Majmu’i mengalami kesulitan karena hubungan dan dukungannya kepada Muhammad ibn Abdul-Wahhab ini.58

Tidaklah jelas berapa lama ibn Abdul-Wahhab menetap di Basra namun Ibn Ghannaam menyebutkan bahwa beliau menetap di sana lebih lama daripada di tempat lain yang dia kunjungi juga.59 Barangkali, hal inilah yang memberinya kepercayaan diri untuk mulai berbicara melawan klenik dan bid’ah yang dilihatnya. Bahkan, upaya-upaya dan da’wahnya dirasakannya belum cukup memiliki basis yang cukup untuk menciptakan perubahan yang sesungguhnya di Basra.

57

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 76. 58

Al-Nadwi, hal. 42. 59

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 77. Juga terdapat bukti yang menunjukkan bahwa selama dia menetap di Basra, ibn Abdul-Wahhab pernah mengunjungi Mosul di sebelah Utara. Khattaab berargumen bahwa perjalanannya ke Mosul ini kebanyakannya tidak dilaporkan karena karya yang mencatat perjalanan ini (Gharaaib al-Atsar) diterbitkan relative terlambat dan tidak diketahui oleh kebanyakan penulis bioghraphi ibn Abdul-Wahhab. Pada saat itu, terdapat dua kelompok muslim yang penting di Mosul: Kelompk Sufi yang dibanjiri dengan kultus pemujaan kuburan dan Kelompok Salafi yang menentang praktik-praktik itu. Pertentangan dan pertarungan kelihatannya begitu hebat antara dua kelompok ini. Adalah mungkin ibn Abdul-Wahhab menyaksikan apa yang terjadi ini dan hal ini secara jelas di kemudian hari mendorongnya untuk merubah cara-cara orang Musim – seperti membuatnya menyadari apa arti sesungguhnya dengan jihad dan perjuangan. Lihat Mahmud Shait Khattaab, “Al-Imaam Muhammad ibn Abdul-Wahhab fi Madinah al-Mausil,” dalam Bahuuts Nadwah Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdul-Wahhab (Riyadh: Jaamiah al-Imaam Muhammad ibn Saud al-Islaamiyyah, 1991), vol. 1, hal. 73-90. Seolah-olah, mesti dikatakan bahwa bukti Khattab yang menyatakan perjalanan abn Abdul-Wahhab ke Mosul ini tidak benar-benar meyakinkan. Wallahu a’lam.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 33

Al-Utsaimiin mencatat bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab benar-benar mendapat manfaat yang besar dari kediamannya di Basra dalam tiga cara: (1) Beliau meningkatkan level pengetahuannya, terutama dalam bidang fiqih, hadits dan bahasa Arab; (2) Beliau melihat dengan jarak yang sangat dekat pada kepercayaan-kepercayaan dan praktik-praktik orang-orang Syiah; (3) Pertentangan-pertentangan dan argumen-argumen yang dihadapinya memberinya beberapa latihan bagaimana menjawab dan memukul mundur orang-orang yang ragu dan para penanya.

Ibn Abdul-Wahhab bertemu dengan begitu banyak pertentangan, yang memaksanya meninggalkan Basra di tengah panasnya siang hari, dengan keadaan telanjang kaki.

60 Sementara dalam perjalanan antara Basra dan al-

Zubair, ibn Abdul-Wahhab hampir saja mati karena kehausan. Seorang penduduk al-Zubair, yang bernama Abu Humaidaan, menemukannya. Merasakan bahwa ibn Abdul-Wahhab adalah seorang yang nampak seperti orang yang sangat bertanggungjawab, dia lalu memberi ibn Abdul-Wahhab air dan membawanya ke al-Zubair. Muhammad tinggal disana beberapa hari namun ingin berangkat ke Syria. Namun demikian, dia kehilangan uang bahkan hanya untuk melakukan satu kali perjalanan (mungkin dicuri darinya). Oleh karenanya, dia memutuskan untuk kembali ke Najd melalui sebelah timur provinsi al-Ahsa.

61 Pada saat itu, al-Ahsa adalah sebuah pusat belajar

untuk empat madzhab fiqih. Banyak pelajar berkumpul di daerah itu.

Ibn Abdul-Wahhab belajar disana bersama dengan ulama-ulama dari madzhab yang berbeda-beda. Dia belajar dan menetap dengan Abdullah ibn Muhammad ibn Abdul-Latif al-Shafie’i (berdiskusi dengannya beberapa masalah kepercayaan Ashariyah seperti ditemukan dalam penjelasan ibn Hajar terhadap Shahih al-

60

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 30. Al-Utsaimiin (Al-Syeikh, hal. 35) meragukan autentisitas cerita mengenai cerita yang membuat ibn Abdul-Wahhab keluar dari Basra. Dia meragukannya dalam dua cerita. Pertama, Ibn Ghannaam, yang hidup lebih awal daripada Ibn Bisyr (dan, mengacu pada cerita Al-Utsaimiin yang merupakan dasar dari karya Ibn Bisyr), tidak menyebutkan insiden ini. Kedua, Abdul-Rahmaan ibn Hasan, cucu dari ibn Abdul-Wahhab, menyebutkan bahwa setelah pergi ke al-Ahsaa, ibn Abdul-Wahhab kembali ke Basra dalam perjalanannya menuju ke Madinah. Jadi, keberangkatannya dari Basra mestilah dengan keadaan normal. Menurut penulis ini, argumen-argumen Al-Utsaimiin tidak meyakinkan. Pertama, Ibn Ghannaam tidak menyebutkan insiden ini karena dia tidak insaf dengnnya atau dia benar-benar mengabaikannya sementara Ibn Bisyr memiliki laporan ini melalui sumber-sumber lain yang dapat dipercaya. Kedua, catatan-catatan Abdul-Rahmaan ibn Hasan tentang perjalanan ibn Abdul-Wahhab tidak dibenarkan oleh sumber lain yang dikenal. (Dia mungkin mengetahuinya dari seseorang yang ingatannya rusak.) Dalam hal ini ini, cerita perjalanan ibn Abdul-Wahhab nya ini tidak cukup kuat untuk menolak apa yang dicatat oleh Ibn Bisyr. 61

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 30; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 83.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 34

Bukhari).62 Dia juga belajar dengan Muhammad ibn Afaliq63 dan Abdullah ibn Fairuz al-Kafif.64 Setelah menghabiskan beberapa waktu di al-Ahsa, ibn Abdul-Wahhab pergi menuju Huraimilaa di Najd, dimana ayahnya saat itu telah pindah kesana.

Sebelum membicarakan Huraimilaa, penting untuk dicatat bahwa kebanyakan karya yang dapat dipercaya dan dapat menjadi sandaran berkenaan dengan Muhammad ibn Abdul-Wahhab menyatakan bahwa dia hanya bepergian ke Hijaz, Basra, al-Zubair dan al-Ahsa (semuanya diperlihatkan dalam gambar 1).65 Terdapat beberapa karya yang kurang bisa menjadi sandaran66 yang menyatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab juga mengunjungi tempat-tempat lain. Misalnya, seorang pengelana Eropa, Niehbur, yang menyatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab berkunjung ke Baghdad dan Persia. Al-Shashtari mengatakan bahwa dia juga berkunjung ke Isfahan.67

Seorang penulis yang tak teridentifikasi dari buku Lam’ al-Shihaab fi Sirah Muhammad ibn Abdul-Wahhab (“Kecemerlangan Bintang Jatuh dalam Hidup Muhammad ibn Abdul-Wahhab”)68 mengatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab juga

62

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 30. Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 250. Dalam surat ini, ibn Abdul-Wahhab memuji Muhammad karena mengambil pendapat bertalian dengan iman yang bertentangan dengan pemikiran-pemikiran Ashari tradisional. 63

Muhammad ibn Afaaliq pernah belajar beberapa lama di Madinah dengan Abdullah ibn Ibraahim ibn Saif. Kemudian, dia menjadi salah satu penentang ibn Abdul-Wahhab, menantang ibn Abdul-Wahhab dalam sebuah surat dengan memintanya untuk menjelaskan sejumlah poin-poin gaya dan gramatika dalam surat al-Aadiyaat. Dia juga aktif mendorong Utsman ibn Muammar untuk mengabaikan dukungannya kepada ibn Abdul-Wahhab. Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 86; al-Bassaam, vol. 3, hal. 818. 64

Al-Kafif berasal dari Najd dan seorang salafi dalam keyakinannya, tertarik dengan ajaran Ahmad ibn Hanbal dan ibn Taimiyyah. Dia sangat suka kepada Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 86; al-Bassaam, vol. 2, hal. 627. 65

Mengunjungi berbagai tempat berbeda untuk meningkatkan pengetahuan disadari sebagai sebuah tindakan berbudi luhur. Oleh karenanya, diharapkan para penulis yang dekat dengan Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya senang untuk mencatat semua perjalanannya. Sampai mereka menunjukkan empat daerah ini, cukup aman untuk menyimpulkan bahwa hanya tempat-tempat tersebut yang dikunjungi oleh ibn Abdul-Wahhab. 66

Karya ini kurang bisa menjadi sandaran karena karya-karya ini bersandar pada informasi kedua atau rumor-rumor tentang Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang bertentangan dengan karya-karya dari Ibn Bisyr dan Ibn Ghannaam. Lebihlagi, beberapa karya ini mengandung indormasi benar-benar keliru. Misalnya, Niebuhr mengatakan bahwa

Muhammad ibn Abdul-Wahhab tidak mengakui Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص) bukanlah seorang

nabi melainkan hanya seorang guru yang bijaksana. 67

Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 36-37. 68

Ini adalah karya cukup terkenal yang ditulis oleh, menurut beberapa sarjana, penulis anonim. (Menurut al-Ajlaani, manuskrip ini berhubungan dengan Hasan al-Ribki, yang

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 35

mengunjungi Baghdad (dimana dia menikahi seorang perempuan yang kaya yang

mungkin adalah penulisnya.) Karya ini meliput sejarah “Wahhabi” dari permulaannya sampai tahun 1233 H. (1817 M.). Nasir (hal. 30-31) mencatat bahwa karya ini adalah karya referensi utama untuk mayoritas orientalis yang menulis tentang ibn Abdul-Wahhab. Dia mengatakan bahwa kebanyakan orang Arab yang menulis tentang ibn Abdul-Wahhab mempercayai apa yang ditulis oleh para orientalis itu dan secara tidak langsung mengambil sumber dari karya ini. Dia menyimpulkan bahwa meski para orientalis dimaafkan menggunakan karya-karya itu, karena mereka tidak memiliki akses pada karya yang lebih baik dari museum-museum dan universitas dunia barat (pada era awal (saat itu)), namun hal itu tidak berlaku bagi para penulis Arab yang hanya mengikuti kesalahan-kesalahan mereka. Abu Hakimah (hal. 9-11) memiliki kata-kata yang ramah mengenai karya ini. Dia mengatakan bahwa si penulis melakukan pekerjaan yang bagus dalam hal menganalisa kejadian-kejadian, tidak memiliki prasangka melawan Wahhabisme dan kelihatannya memiliki saksimata terhadap ekspedisi di suatu tempat di sekitar Basra. Dalam pandangan penulis, meskipun demikian, masalah yang terdapat pada karya ini adalah tiga hal. Pertama, si penulis tidak dikenal. Karenanya, seseorang tidak dapat mengetahui sampai sejauh mana kejujurannya dan apa prasangkanya yang bisa saja bias. Meskipun tidak secara jelas berbuat kasar terhadap ibn Abdul-Wahhab, dia berpikiran bahwa ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab itu adalah bid’ah. Kedua, karya ini mengandung sejumlah besar informasi yang bertentangan dengan sumber-sumber lain yang jauh lebih kuat (seperti silsilah Muhammad ibn Abdul-Wahhab, perjalannya dan lainnya). Karenanya, jika informasi dalam karya ini tidak dikuatkan melalui beberapa sumber yang dikenal dan terpercaya, dia harus diperlakukan secara skeptik. Ketiga, terlihat dengan jelas dari karyanya bahwa si penulis tidak menghabiskan waktunya di Najd sendiri. Jadi, sumber-sumber informasinya berasal dari luar daerah para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Seperti diketahui, banyak informasi palsu dan rumor-rumor yang menyebar berkenaan dengan Muhammad ibn Abdul-Wahhab di daerah-daerah itu dan penulis tak dikenal ini menggunakan informasi seperti itu, setidak-tidaknya sebagian, sebagai dasar karyanya. Karenanya, Vassiliev (hal. 14) menyatakan karya ini sebagai “sebuah rentetan sketsa-sketsa, berdasar kepada cerita-cerita partisipan dalam kejadian-kejadian yang dipertanyakan, bercampur dengan rumor-rumor dan legenda-legenda.” Kemudian (hal. 66), dia menyebutkan, “Penulis The Brilliance of the Meteor adalah musuh bagi para Wahhabi.” Sayangnya, beberapa penulis yang datang kemudian, seperti seorang Orientalis, Margoliouth (dalam menulis artikel untuk edisi pertama Encyclopedia of Islam), sangat menyandarkan diri pada karya dengan penulis yang tak dikenal ini. (Edisi berikutnya dari Encyclopedia of Islam kembali lagi menempatkan artikel Margoliouth dengan artikel yang ditulis oleh orientalis Perancis bernama Laoust.) Bahkan Vassiliev yang mencatat beberapa syarat mengenai karya ini bersandar pada karya ini untuk beberapa pernyataan yang tidak dibenarkan dan asing mengenai ibn Abdul-Wahhab. Misalnya, berdasarkan karya ini, Vassiliev (hal. 90) menyebutkan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab, “mencintai banyak wanita, memiliki 20 isteri dan memiliki 18 anak.” Vassiliev hanya mencatat bahwa hal ini bisa jadi sesuatu yang dibesar-besarkan. Dalam kenyataanya, seorang pencatat kronik yang teliti dalam mencatat kejadian per kejadian secara rinci kehidupan ibn Abdul-Wahhab, termasuk siapa yang dinikahi dan anak-anaknya, sama sekali tidak menyebutkan apapun yang menyerupai. Hal yang sama adalah benar untuk pernyataan-pernyataan yang dibuat Vassiliev berdasarkan Lam’ al-Shihaab.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 36

kemudian meninggal dan meninggalkan untuknya harta yang banyak), Kurdistan, Hamadhan, Isfahan, Rayy, Qum, Aleppo, Damaskus, Yerusalem dan Mesir, kembali melalui Suez menuju Yanbu, Madinah dan Mekkah. Karya ini juga mengatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab juga mempelajari filsafat Aristotelian dan Sufisme di Isfahan dan bahwa dia juga cakap berbahasa Turki dan mungkin juga Parsi. Dia kemudian pergi ke Qum dimana dia menjadi pengikut madzhab Hanbali. Lebih jauh lagi, karya ini mengatakan bahwa dia tidak memulai perjalanannya sampai dia berumur tigapuluhtujuh tahun. Karya ini juga mengklaim bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab berganti-ganti nama selama melakukan perjalanan-perjalanan itu (Abdullah di Basra, Ahmad di Baghdad dan lain sebagainya).69

Al-Utsaimiin menyebutkan bahwa hal ini berarti ibn Abdul-Wahhab tidak meninggalkan Najd sebelum tahun 1152 H sementara karya ini menegaskan bahwa ibn Abdul-Wahhab telah melengkapkan perjalanannya jauh sebelum saat itu. Lebih jauh, sang Penulis Anonim ini membayangkiaskan bahwa ibn Abdul-Wahhab menjalani perjalanannya sekitar duapuluhlima tahun. Sehingga dengan demikian ibn Abdul-Wahhab tak akan bisa kembali ke Najd sebelum tahun 1177 H.—namun kenyataannya, si penulis secara aktual membayangkiaskan bahwa ibn Abdul-Wahhab kembali ke Najd pada tahun 1186 H ketika Syarif Surur memerintah Mekkah. Ini adalah fakta yang mapan bahwa negara baru di al-Diriyyah didirikan oleh Muhammad ibn Saud dan ibn Abdul-Wahhab tiga puluh tahun sebelum tahun 1187 H itu. Lebih jauh lagi, tak seorang pun dapat menunjukkan bahwa ibn Abdul-Wahhab mengetahui bahasa Turki atau Parsi. Sama juga, tak seorang pun dari mereka menunjukkan bahwa beliau pernah belajar Filsafat dan sufisme.70

Sejumlah orang yang berwibawa menunjukkan bahwa ibn Abdul-Wahhab mengunjungi Baghdad. Al-Utsaimiin mencatat pengelana dan penulis Eropa Niebuhr, Waring, Rouseau, Hogarth dan Rehatsek yang menunjukkan hal ini. Tambahan, al-Haidari mengatakan bahwa ayahnya mengatakan padanya bahwa ibn Abdul-Wahhab berkunjung ke Baghdad dan belajar kepada fadil Sibghatullah al-Haidari. Lagi, kelihatannya perjalanan ini tidak dapat ditegaskan dari sumber terdekat manapun meskipun terdapat alasan yang menunjukkan ibn Abdul Wahhab belajar kepada seorang ulama yang utama.71

Huraimila dan Dimulainya Da’wah

69

Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 37. Sangkalan dalam bahasa Inggris untuk klaim-klaim seperti ini dapat ditemukan dalam Vassiliev, hal. 65-66. 70

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 37-38. 71

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 38. Al-Utsaimiin (hal. 39) membuat poin yang sama berkaitan dengan kemungkinan ibn Abdul-Wahhab melakukan perjalanan ke Damaskus. Al-Zirkily dalam al-Alaam adalah bagian dari orang yang menunjukkan bahwa ibn Abdul-Wahhab melakukan perjalanan ke Syria.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 37

Selama perjalanan Muhammad, ayahnya, Abdul-Wahhab, bertugas sebagai hakim di al-Uyainah dicopot karena perselisihan dengan Amir baru yang bernama Muhammad ibn Hamad ibn Muammar. Karenanya, dia meninggalkan al-Uyainah dan menjadi hakim di Huraimila.72 Jadi, ketika dia kembali dari perjalanannya, dia pulang ke rumah baru ayahnya. Kepulangan ini terjadi antara tahun 1144 dan 1149 H.73

Ibn Bisyr menunjukkan bahwa setelah kepulangannya, Muhammad belajar di bawah bimbingan ayahnya.74 Al-Utsaimiin mengatakan bahwa hal itu mungkin saja benar namun pada saat itu level pengetahuan Muhammad bisa jadi melebihi level ayahnya.75 Jika demikian, dia melakukan ini adalah untuk menghormati orang tuanya. Dalam berbagai kasus, di Huraimila inilah Muhammad memulai aktifitas da’awahnya. Dia mulai mengajar di masjid. Juga termasuk kuliah hadits, fiqih dan tafsir Qur’an. Banyak orang yang menghadiri kuliahnya dan menjadi penambah yang besar untuk prestisenya.76 Ini adalah praktek yang akan terus dilanjutkan oleh ibn Abdul-Wahhab seumur hidupnya, bahkan ketika dia adalah salah satu pemimpin dari sebuh negara. Dia juga mulai menunjukkan apa yang dimaksud dengan praktik-praktik bid’ah dan klenik yang ada di sekitarnya. Dari sejak awal, dia sudah memiliki pendukung (yang kelihatannya relative kecil pada permulaannya) dan penentang. Hal ini akan menjadi pola yang akan terus berlanjut di sepanjang hidupnya – dan masih berlanjut sampai hari ini.

Selama masa ini beberapa kata berubah atau sebuah perselisihan terjadi antara Muhammad dan ayahnya.77 Sayangnya, tak ada satu pun sumber yang dapat menyatakan secara pasti apa penyebab perselisihan ini. Al-Utsaimiin mencatat bahwa hal ini barangkali bukan berkenaan dengan masalah aqidah (kepercayaan) Abdul-Wahhab, ayah Muhammad, karena dia tidak mendukung pengkultusan orang suci atau praktik-praktik keliru yang terjadi saat itu di tempat itu.78 Satu penjelasan yang diberikan adalah hal ini berkenaan dengan bayaran yang diterima beberapa hakim karena menyelesaikan perselisihan. Meskipun tidak diketahui bahwa Abdul-Wahhab pernah menerima bayaran seperti itu, jelas dia tidak menyalahkan hakim lain yang menerima bayaran seperti itu. Namun demikian,

72

Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 87. 73

Lihat Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 39-40, untuk pandangan yang berbeda tentang tahun dia dating ke al-Ahsaa dan kenapa pandangan ini menjadi pandangan yang lebih kuat. 74

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 31. 75

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 40-41. 76

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 77. 77

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 31. 78

Sebagai contoh pemikiran Abdul-Wahhab, lihat Majmuah al-Rasaail wa al-Masaail al-Najdiyyah li-bad Ulamaa Najd al-Alaam (Riyadh: Daar al-Aasimah, 1409 H.), vol. 1, hal. 523-525. Penekanan dan isinya sangat mirip dengan pendapat anaknya.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 38

anaknya Muhammad sadar bahwa hal ini termasuk ke dalam suap dan tidak diperbolehkan dalam Islam.79 Barangkali perbedaan pendapat yang lebih kuat antara mereka adalah berkenaan dengan cara berda’wah dan menyebarkan ajaran-ajaran yang benar (dan bukan konten ajaran itu sendiri). Dalam beberapa kasus, apa yang pasti adalah ketika ayahnya masih hidup, Muhammad, di luar dari perbedaannya dengan sang ayah, tidak terlalu aktif dan maju ke hadapan publik dalam upaya-upaya da’wahnya dibanding ketika setelah ayahnya meninggal di tahun 1153 H.80

Muhammad menghabiskan waktunya untuk berkonsentrasi belajar fiqih, hadits and tafsir. Dia menulis Kitaab al-Tauhid dalam kurun waktu itu81 (atau dia mungkin “menulis kembali atau merevisi”–nya jika laporan bahwa dia menulis kitab itu di Basra adalah benar).

Ketika Abdul-Wahhab meninggal, usia Muahmmad sekitar tigapuluhdelapan tahun. Dengan kematian ayahnya, dia menjadi ulama utama di daerah itu. Dia menjadi lebih terbuka dalam ajaran dan da’wahnya kepada orang lain agar menempuh jalan yang lurus. Dia secara terbuka melakukan kritik terhadap bid’ah-bid’ah dan klenik-klenik yang berlebihan. Dia mulai melakukan amar ma’ruf nahyi munkar. Reputasinya menyebar ke daerah sekitarnya. Pelajar mulai bergerombol menuju Huraimila untuk belajar kepadanya. Bahkan beberapa Amir yang berada di sekitarnya mulai terpengaruh atau tertarik kepadanya, termasuk Utsman ibn Muammar, Amir dari al-Uyainah.82

Ibn Bisyr mengatakan bahwa Huraimila berada di bawah kekuasaan dua suku yang secara asal usul adalah satu. Budak-budak83 dari salah satu dari dua suku itu berencana untuk membunuh Muhammad ibn Abdul-Wahhab pada suatu malam namun salah satu tetangganya mampu memberi peringatan kepada ibn Abdul-

79

Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 41. 80

Ahmad ibn Hajar Ali-Buthami mengatakan bahwa ayahnya nantinya mendekati jalan pemikiran ibn Abdul-Wahhab. Lihat Ahmad ibn Hajar Ali-Buthami, Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab: Aqidatuhu al-Salafiyyah wa Da’watuhu al-Islahiyyah wa Tsana al-Ulamaa alaih (Kuwait: al-Daar al-Salafiyyah, 1983), hal. 26. Lebih lagi, seorang penulis Perancis Jean Raymond menulis bahwa ayah ibn Abdul-Wahhab sependapat dengan anaknya itu namun dia hanya menyingkapkan fakta itu pada orang-orang terdekatnya yang dapat benar-benar dia percaya. Wallahu a’lam bi ashshawab. Raymond dikutip dalam Muhammad Kaamil Dhaahir, Al-Da’wah al-Wahhaabiyyah wa Atsaruhaa fi al-Fikr al-Islaami al-Hadits (Beirut: Daar al-Salaam, 1993), hal. 47. 81

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 77. 82

Bandingkan, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 78. 83

Untuk diskusi berkenaan dengan kekuatan potensial budak-budak di beberapa kota Arabia, lihat Vassiliev, hal. 49-50.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 39

Wahhab dan dia mengatur diri untuk pergi.84 Mereka mau melakukan hal ini karena ibn Abdul-Wahhab mencoba mengakhiri penyelewengan dan kemungkaran-kemungkaran yang biasa mereka lakukan.85

Al-Utsaimiin mengatakan bahwa meskipun cerita tersebut mungkin saja benar, namun bisa jadi bukanlah satu-satunya alasan kenapa Muhammad ibn Abdul-Wahhab memutuskan meninggalkan al-Uyainah. Sebagaimana disebutkan di atas, Amir al-Uyainah sudah mulai tertarik dan terkesan oleh apa yang diajarkan oleh ibn Abdul-Wahhab. Lebih jauh, dukungan Utsman ini menyediakan begitu banyak bantuan untuk da’wah, dan posisi al-Uyainah lebih kuat dibanding Huraimila.86 Lebih lagi, ini adalah tempat kelahiran Abdul-Wahhab dan keluarganya yang memiliki posisi prestisius dan terhormat di sana.87 Sebagai tambahan, karena kekuatan dua suku yang bersaingan di tempat itu, situasi di Huraimila lebih dekat kepada kekerasan dan akan menjadi tempat yang tidak nyaman untuk mengatur misi yang diimpikan ibn Abdul-Wahhab.88 Karenanya, ketika al-Uyainah menjadi tersedia untuknya (setelah Amir kota ini menerima ajaran-ajarannya), adalah pilihan yang logis baginya untuk pindah kesana untuk berda’wah, untuk menumbuhkan kekuatan dan jumlah pengikut.89

Para penulis tarikh yang lebih awal tidak menyebutkan tahun pasti kapan Muhammad ibn Abdul-Wahhab pindah ke al-Uyainah. Rupanya, hal ini tidak segera setelah ayahnya meninggal namun sekitar setelah satu atau dua tahun kepergian ayahnya, atau sekitar tahun 1155 H.90

Kediaman di al-Uyainah

Pada saat kedatangannya di al-Uyainah, Muhammad ibn Abdul- Wahhaab disambut dan dihormati pemimpin kota ini. Ketika bertemu dengannya, Muhammad ibn Abdul-Wahhab menjelaskan prinsip-prinsip dasar ajarannya. Dia menjelaskan kepadanya bahwa keyakinan ini adalah kunci sukses dunia dan akhirat. Dia lebih jauh menjelaskan kepada mereka bahwa kunci hubungan mereka

84

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 78. 85

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 78; Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 31. 86

Abu Hakimah (hal. 130) states bahwa ibn Muammar “dengan kebajikan menjadi ketua ‘Uyayna, adalah yang terkuat di kota Najd. Jadi, tidak ada ketua lain yang mampu menyerang” ibn Abdul-Wahhab di bawah perlindungannya. 87

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 42. 88

Bandingkan, Al-Nadwi, hal. 44. 89

Al-Abud (vol. 2, hal. 143) juga menekankan bahwa alasan ibn Abdul-Wahhab meninggalkan Huraimilaa dan menuju al-Uyainah bukan karena takut dan ingin kembali ke tempat kelahirannya. Hal ini lebih kepada strategi pergerakan: apa yang terbaik untuk misi dan tujuan yang telah diaturnya untuk disempurnakan. 90

Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 42.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 40

adalah dukungan pada pernyataan “Tiada yang berhak diibadahi kecuali Allah.” Ibn Abdul-Wahhab berkata kepada Amir, “Saya berharap, jika anda benar-benar bekerja untuk mendukung keyakinan bahwa, ‘Tiada yang berhak diibadahi kecuali Allah,’ Allah akan membuatmu kuat dan memberimu kekuasaan di Najd dan orang-orang badwi-nya.”91 Prinsip-prinsip ini diterima oleh Amir Utsman dan Muhammad diberikan kebebasan untuk mengajarkan Islam yang murni. Hubungan antara keduanya bertumbuh dan, faktanya, Muhammad ibn Abdul-Wahhab akhirnya menikahi bibi Utsman, al-Jauharah binti Abdullah binti Muammar, seorang wanita berpengaruh di daerah itu.92

Dengan prestise pribadi yang baik sebaik dukungan politik yang dibutuhkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab mulai mentranformasikan ajaran-ajaran Islam menjadi kenyataan di al-Uyainah. Para pengikut dan pendukungnya tumbuh menjadi jumlah yang besar di al-Uyainah dan daerah sekitarnya. Memberinya otoritas dan posisi yang baru, seseorang bisa saja mengatakan bahwa dalam kenyataan dia tidak memiliki alasan namun secara fisik menyingkirkan banyak kelakuan syirik dan klenik yang dia saksikan di sekitarnya. Dan ini adalah apa yang dia mulai untuk dilaksanakan.

Pada masa itu, penduduk al-Uyainah biasa memuja dan meminta berkah dari sejumlah pohon dan semak-semak di daerah itu. Lebih jauh, di sekitar daerah al-Jubail terdapat sebuah kuburan yang diperkirakan kuburan Zaid ibn al-Khattaab (saudara Umar ibn al-Khattaab), yang meninggal disana ketika bertarung melawan munafikun Musailamah. Orang datang ke kuburan itu untuk mencari berkah, menyembelih hewan atas namanya, bersumpah dan lain sebagainya. Dengan waktu yang sangat singkat, Muhammad ibn Abdul-Wahhab mampu menyingkirkan sumber-sumber polytheism ini dari negeri itu.

91

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 33. 92

Lihat Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 33. Menurut Hamad al-Jaasir, ini adalah pernikahan pertama ibn Abdul-Wahhab dimana para pencatat tarikh tidak menyebut pernikahan manapun sebelum pernikahan ini. Kelihatannya keliru jika Ibn Ghannaam (vol. 1, hal. 26) menunjukkan bahwa dia menikah sebelum menunaikan haji sementara Abdul-Rahmaan Aali-Syeikh (dalam Ulamaa al-Da’wah, disebutkan dalam Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 28) menunjukkan bahwa pernikahannya ditunaikan setelah ibadah haji. Untuk perbincangan dari al-Jaasir, lihat Hamad al-Jaasir, “al-Mar`ah fi Hayaat Imaam al-Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdul-Wahaab,” Bahuuts Nadwah Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdul-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 1, hal. 169. Di lain pihak, Ahmad ibn Abdul-Aziz al-Husain mengatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab menikah dengan Jauharah pada usia duabelas tahun. Dengan kata lain, pernikahannya pada usia mudanya itu adalah kepada bibinya Utsman. Ini juga tidak Nampak benar. Wallahu a’lam. Lihat Ahmad ibn Abdul-Aziz al-Husain, Da’wah al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab Salafiyyah laa Wahhaabiyyah (Riyadh: Daar Alim al-Kutub, 1999), hal. 53.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 41

Muhammad ibn Abdul-Wahhab mengerahkan enamratus orang bersenjata dan dipimpin oleh pemimpin mereka Amir Utsman untuk mengakhiri kebiasaan tempat ziarah di kuburan Zaid ibn al-Khattaab itu. Dia meminta Utsman bergabung dengan mereka dalam ekspedisi ini karena khawatir penduduk al-Jubailah akan melakukan perlawanan kepada mereka. Bahkan, penduduk oasis daerah tersebut mencoba mempertahankan tempat pemujaan itu. Ketika mereka melihat jumlah yang sangat besar dan orang-orang Utsman yang telah siap sedia untuk berperang, mereka tidak melawan lalu ibn Abdul-Wahhab sendiri mengambil kampak dan mulai menghancurkan kuburan itu.93

Al-Utsaimiin mengatakan bahwa tidak diragukan lagi bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab menghancurkan kuburan Zaid ibn al-Khattab tanpa “kutukan” apapun yang mencelakainya mestilah meyakinkan orang-orang bodoh disana bahwa kuburan-kuburan itu tak bisa memberi manfaat ataupun mencelakai orang. Lebih jauh, tindakan-tindakan tersebut juga menaikkan kemasyhuran dan prestise ibn Abdul-Wahhab di daerah tersebut. Essensinya, Al-Utsaimiin berkata, tindakan-tindakan ini dapat disadari sebagai dimulainya da’wah pada tahapan praktik. Bahkan, ibn Abdul-Wahhab telah masuk ke adalam tahapan baru.94 Tahapan baru ini salah satunya, secara umum, banyak orang yang memutuskan untuk menjadi para pendukung yang kuat atau para penentang yang juga kuat.

Dengan berjalan baiknya usaha penyingkiran praktik-praktik syirik yang sederhana, ibn Abdul-Wahhab berusaha menciptakan sebuah masyarakat Islam yang sejati di al-Uyainah. Hukum syariah diimplementasikan dalam setiap aspek kehidupan – menggantikan adat kebiasaan atau praktik-praktik yang berseberangan dengan hukum itu. Khusunya, dia menekankan pada penampilan orang-orang yang shalat – sebenarnya bukan hanya penampilan orang-orang yang shalat namun penampilan mereka dalam kerumunan di masjid.

Pada masa ini, seorang perempuan datang ke hadapan Muhammad ibn Abdul-Wahhab untuk mengakui dosa perzinahannya. Wanita ini ingin dibersihkan

dosanya – seperti seorang wanita yang datang ke hadapan Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) yang

dibersihkan dirinya dari dosa serupa. Ibn Abdul-Wahhab bertindak seperti apa

yang dilakukan Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص). Dia meyakinkan wanita itu bahwa dia tidak gila,

93

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 31-32. 94

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, pp. 43-44. Al-Utsaimiin (hal. 44) juga membicarakan cerita ibn Abdul-Wahhab yang mendengar sais unta yang mencari pertolongan dari “orang suci” Saad. Ibn Abdul-Wahhab mengatakan pada sais itu untuk mencari perlindungan pada Tuhannya Saad. Hal ini menyebabkan kegemparan dan orang-orang terbagi pada dua perkemahan. Cerita ini disebutkan oleh Palgrave, Rehatsek da al-Batrik. Al-Utsaimiin menyimpulkan bahwa tidak ada kebenaran pada cerita ini.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 42

tidak dipaksa dan dia melakukan pengakuan atas kehendaknya sendiri. Setelah menemukan kondisi-kondisi yang diperlukan, ibn Abdul Wahhab mengharuskan wanita itu agar dirajam, dengan Utsman sendiri yang melemparkan batu pertamanya. Kemudian ibn Abdul-Wahhab memerintahkan mayit wanita itu agar dimandikan, dibungkus dengan kain kafan dan dishalatkan. Ini adalah permintaan wanita itu dan sesuai dengan hukum Islam.95

Al-Utsaimiin mencatat bahwa bagian tindakan pada wanita ini merefleksikan bagaimana hebatnya da’wah ibn Abdul-Wahhab telah menembus hati orang-orang pada masyarakat itu. Bahkan, masyarakat ini menjadi sebuah masyarakat baru dimana sebelum masa ibn Abdul-Wahhab, tak terdapat kegelisahan yang hebat akan adanya praktik-praktik kemungkaran seperti perzinahan. Namun demikian, wanita ini merasakan begitu banyak penderitaan karena perzinahannya itu sehingga mengharuskannya untuk membersihkan dosanya itu.96

Seperti apa yang terjadi pada setiap da’wah atau ajaran pemurnian yang sejati, mereka yang menjadi bagian dari orang-orang yang melakukan kemungkaran melihat tahapan-tahapan pemurnian ini dengan kegelisahan dan rasa takut yang hebat. Tak ada yang lebih menggelisahkan orang-orang mungkar daripada hal yang akan mengancam perbuatan-perbuatan jahat mereka.97 Kenyataannya, salah satu bagian kitab Abu Hakima ini memperlihatkan bagaimana gelisah dan bagaimana berbahayanya kejadian ini bagi orang-orang di sekitar Uyainah:

Syeikh Muhammad b. ‘Abd al-Wahhab dan para pengikutnya di Uyainah memerintahkan wanita pezina untuk dihukum rajam sampai mati. Konsekuensinya para musuh gerakan ini

98 mencoba untuk menekannya

sebelum gerakan ini menyebar ke bagian Najd lainnya. Namun karena Syeikh Muhammad b. ‘Abd al-Wahhab berada di bawah proteksi ‘Utsman b.

95

Lihat Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 79-80; Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 32. 96

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 44. 97

Mesti juga dicatat bahwa mereka yang menunjuk kepada ibn Abdul-Wahhab bahkan mencoba untuk memberikan argumen-argumen islamis kenapa hukuman semisal itu tidak seharusnya diberikan, menuntut bahwa ibn Abdul-Wahhab tidak dapat memberikan hukuman itu tanpa adanya izin dari “penguasa yang lebih tinggi” atau khalifah. Ibn Abdul-Wahhab menolak tuntutan mereka dengan memperlihatkan bahwa tuntutan mereka itu kontradiktif dengan persetujuan dan praktik para ulama pada masa Imam Ahmad ketika otoritas pemerintah pusat dibubarkan. Bandingkan, Al-Abud, vol. 2, hal. 153. 98

Ajaran-ajaran dan para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab diacu oleh para peneliti sebagai sebuah “gerakan”. Namun demikian, kebanyakan menunjuk pada terma ini dalam hubungan kepada Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan da’wahnya untuk kembali pada ajaran-ajaran sejati dari Qur’an dan Sunnah. Karenanya, melalui karya ini, dipelihara melalui kutipan-kutipan yang lainnya itu, ajaran-ajaran, para pengikut dan pengaruh Muhammad ibn Abdul-Wahhab seharusnya diacu sebagai “panggilan” atau da’wah, yang merupakan terma yang lebih akurat.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 43

Mu’ammar, ketua ‘Uyayna, para ketua dari kota-kota tetangga yang lebih lemah menemui Syeikh dari Bani Khalid, yang memiliki kekuatan untuk memerintah Ibn Mu’ammar agar melakukan apa saja yang diingini para ketua itu. Kekuatan Syeikh Sulayman [ketua bani Khalid] begitu besar sehingga Ibn Mu’ammar menyerah dengan segera pada perintah-perintahnya.

99

Bani Khalid adalah penguasa al-Hasaa. Selama musim kemarau, orang-orang Badwi akan pergi ke timur ke al-Hasa, menyandarkan kebutuhan pada keramahtamahannya. Karenanya terdapat hubungan yang kuat antara keduanya. Lebih jauh, terdapat perjanjian yang besar dalam hal keuangan. Abu Hakimah menggambarkan sumber uang yang mengancam ini:

Banyak orang Najd memiliki kebun-kebun di kota-kota al-Hasa yang lebih subur, yang banyak menyulitkan gubernur-gubernur daerah itu. Contohnya, Utsman b. Mu’ammar, Syeikh ‘Uyayna di propinsi al-Arid, memiliki sebuah hutan pohon kurma kecil di al-Hasa yang memberikan keuntungan tahunan sebesar 60,000 emas rial. Ketika dia melindungi Muhammad b. Abd al-Wahhaab, Sulayman b. Muhammad Al-Hamid, penguasa Bani Khalid, mengancam akan mencegah sang Syeikh dari menerima keuntungannya jika dia terus melindungi ibn Abdul-Wahhab. Hal ini menghasilkan pengusiran Muhammad ibn Abd al-Wahhab.

100

Di lain tempat, Abu Hakima juga mencatat bahaya terhebat dari ketersinggungan para penguasa bani Khalid:

Syeikh Bani Khalid telah lama dikenal oleh penduduk Najd ketua yang paling kuat di lungkungan mereka, seorang laki-laki yang harus mereka senangkan dengan hadiah-hadiah dan penghormatan. Ini adalah keadaan di Najd pada abad ketujuhbelas dan awal delapanbelas. Jika para ketua suku-suku Arab menyembunyikan hadiah-hadiah mereka dari Bani Khalid, sang Syeikh Bani Khalid akan menyatroni kota-kota Najd itu sehingga kembali dengan barang rampasan ke pusat-puat kota mereka di al-Hasa.

101

Akhirnya, perdagangan al-Uyainah juga sebagian dibawa keluar melalui pelabuhan-pelabuhan al-Ahsa.102 Disebabkan ancaman tendensi moral baru ini dan keluhan-keluahan yang dia terima, Sulaiman, sang syeikh dari Bani Khalid, memerintahkan Utsman untuk membunuh Muhammad ibn Abdul-Wahhab atau mengusirnya dari negerinya.103 Utsman menyetujuinya. Ibn Abdul-Wahhab mencoba meyakinkannya untuk bersabar dan mengingatkannya bahwa pertolongan Allah akan datang pada

99

Abu Hakima, hal. 130 (tekanan ditambahkan). 100

Abu Hakima, hal. 39. 101

Abu Hakima, hal. 128. 102

Vassiliev, hal. 81. 103

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 80.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 44

mereka jika mereka benar-benar beriman. Ibn Abdul-Wahhab mengatakan padanya, “Apa yang telah aku bangun dan seruanku kepada orang-orang adalah kalimat, ‘Tak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah,’ rukun-rukun Islam, amar ma’ruf dan nahyi munkar. Jika engkau setia dan mendukungnya, Allah akan memberikanmu kekuasaan terhadap musuh-musuhmu. Jangan biarkan Sulaiman membuatmu khawatir dan merasa takut. Aku harap engkau akan melihat tegaknya negeri dan kekuatan yang akan membuatmu dapat mengkontrol negerinya dan apa yang melebihi dan yang mendahuluinya.” Utsman merasa malu, namun orang jahat yang berada di sekitarnya meyakinkannya untuk menyetujui tawaran-tawaran para pemimpin al-Ahsa.104

Akhirnya, demi alasan apapun (takut kehilangan kekayaannya, sifat pengecut, takut kecelakaan mendatangi rakyatnya karena serangan Bani Khalid), Utsman berkata kepada ibn Abdul-Wahhab bahwa dia tidak bisa lagi memberikan perlindungan. Dengan demikian, Utsman berkata kepada ibn Abdul-Wahhab bahwa ibn Abdul-Wahhab harus meninggalkan kotanya. Kejadian ini membawa ibn Abdul-Wahhab berpindah ke al-Diriyyah pada tahun 1157 H105 dan perjanjiannya dengan Amir kota ini, sebuah kejadian dalam sejarah yang percabangan-percabangannya masih dialami hari ini.

Muhammad ibn Abdul-Wahhab tinggal di al-Uyayna, meski diakhiri dengan pengusirannya, sebenarnya tidaklah gagal. Usaha-usahanya diapresiasi dan ketika beliau pergi, Utsman menyertakannya beberapa penunggang kuda untuk menjaganya selama di perjalanan sehingga sampai di rumah barunya.106 Lebih lagi, sebagaimana disebutkan oleh Ibn Ghannaam, tak ada berhala yang tersisa di

104

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 33. 105

Ini adalah pendapat terkuat berkenaan dengan tanggal beliau pindah ke al-Diriyyah. For review pandangan-pandangan lain, lihat Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 54. 106

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 33-34. Ibn Bisyr semula mencatat beberapa pengkhianatan Utsman. Dia mengatakan bahwa Utsman mengirim seorang penjaga untuk menemani ibn Abdul-Wahhab namun kenyataannya Utsman memerintahkan penjaga itu untuk membunuh ibn Abdul-Wahhab. Di “edisi-edisi” berikutnya, Ibn Bisyr menghapus kisah ini dari karyanya, dan berkata, “Ketahuilah, semoga Allah mengampunimu, bahwa pada edisi pertama saya menyebutkan hal-hal berkenaan dengan Utsman dan penjaga-penjaga kudanya…Kemudian saya memverifikasi bahwa cerita itu benar-benar tidak diketemukan dan karenanya saya menghapuskannya dari edisi sekarang.” (Ini disebutkan sebagai catatan kaki, vol. 1, hal. 33.) Keraguan berkenaan dengan kisah ini juga dapat dicari dengan kenyataan bahwa kisah ini tidak disebutkan oleh Ibn Ghannaam. Kenyataannya, banyak sarjana kontemporer, seperti Ahmad al-Jaasir dan Munir al-Ajilaani, menolak autentisitas kisah ini. Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 54; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 91.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 45

negeri Utsman dan agama sejati telah diterima dengan baik dan jelas bagi semua orang disana.107

(Sekali-kali, mesti juga disebutkan bahwa selama ibn Abdul-Wahhab berada di al-Uyayna, beliau memulai kebiasaannya menulis surat kepada pemimpin dan ulama lain berkenaan dengan misi dan tujuannya. Ini adalah salah satu jalan penting dimana beliau mampu meyakinkan orang lain untuk mengikuti seruannya—sebagaimana juga salah satu tahapan yang membuat orang menentang dia dan apa yang dia tulis. Tambahan, selama di al -Uyayna, beliau memulai kebiasaannya mengirimkan guru-guru ke tempat-tempat berbeda untuk mengajari mereka pesan dasar Islam.)

Kepindahan ke al-Diriyyah

Setelah diusir dari al-Uyayna, sebuah tempat yang logis bagi Muhammad ibn Abdul-Wahhab untuk pindah adalah al-Diriyyah. Meskipun ini adalah kota yang terbilang kecil, yang hanya memiliki seribu penduduk dan sekitar tujuhpuluh rumah108, al-Diriyyah adalah sebuah negara yang stabil di bawah kepemimpinan Muhammad ibn Saud, yang telah mempertahankan posisinya sebagai Amir selama duapuluh tahun saat Muhammad ibn Abdul-Wahhab datang dan reputasinya terbilang cukup bagus.

Lebih lagi, kota ini tidak berada di bawah pengaruh Bani Khalid; kenyataannya, hubungan antara keduanya tidaklah bagus, keduanya seringkali berperang pada tahun 1133 H. Karenanya, wargakotanya akan menjadi orang yang bersedia melindungi seseorang dari ancaman dan serangan bani Khalid.109

Barangkali, juga, alasan yang paling penting mengenai kepindahannya ke al-Diriyyah adalah bahwa da’wah Muhammad ibn Abdul-Wahhab telah diterima oleh beberapa orang berpengaruh di al-Diriyyah, seperti Keluarga Suwailim. Kenyataan, beberapa anggota keluarga Saud juga tenggelam ke dalam pesan yang dibawa ibn Abdul-Wahhab, seperti kedua saudara sang Amir, Thunayaan dan Mashaari, juga putera sang Amir, Abdul-Aziz.110

Ibn Bisyr dan Ibn Ghannaam memberikan cerita yang sedikit berbeda berkenaan dengan apa yang terjadi segera setelah kedatangan ibn Abdul-Wahhab tiba di al-

107

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 78. 108

Bandingkan, Ahmad al-Qataan dan Muhammad al-Zain, Imaam al-Tauhid al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab al-Da’wah wa al-Daulah (Kuwait: Maktabah al-Sundus, 1988), hal. 57. 109

Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 53. 110

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 53.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 46

Diriyyah. Ibn Bisyr meriwayatkan bahwa Abdullah ibn Suwailim menampung Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan merasa takut dengan apa yang akan terjadi karena menampung orang semasyhur ibn Abdul-Wahhab di rumahnya. Sejumlah tetua kota datang ke rumahnya untuk bertemu dengan Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Mereka akhirnya mendekati istri sang Amir, Mudzi, yang terkesan dengan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab, agar meyakinkan sang Amir untuk menyambut dan menerima ibn Abdul-Wahhab. Istri sang Amir berkata kepada suaminya, “Lelaki yang datang padamu ini adalah anugerah yang dikirimkan Allah, maka terimalah ia, dan hormatilah dia dengan mendukungnya.”111 Munir al-Ajilaani, seorang spesialis sejarah Saudi, mengabaikan kisah ini. Dia berargumen bahwa tidaklah meyakinkan jika seorang yang terkenal sebagaimana ibn Abdul-Wahhab memasuki kota tanpa sang Amir mengetahui kedatangannya dan dia didatangi beberapa tetua kota dengan cara rahasia. Kenyataan, al-Ajilaani menyimpulkan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab pindah ke al-Diriyyah atas dasar undangan Muhammad ibn Saud.112 Lebih lagi, Al-Utsaimiin menguraikan sebuah monograph yang ditulis oleh sejarahwan Kota Najd, ibn Labun yang menyatakan secara eksplisit bahwa ibn Abdul-Wahhab pindah ke al-Diriyyah atas undangan Amir kota ini, Muhammad ibn Saud.113

Al-Utsaimiin menyatakan bahwa, tanpa memperhatikan apakah kedatangan ibn Abdul-Wahhab atas dasar undangan atau tidak, kisah yang diberikan Bishr adalah benar-benar lemah, dengan kecenderungan apa yang diketahui tentang lingkungan yang terjadi pada masa itu. Namun demikian, dia mencatat bahwa Ibn Bisyr dan Ibn Ghannaam akhirnya sepakat bahwa sang Amir Muhammad ibn Saud pergi ke rumah ibn Suwailim dan menyambut ibn Abdul-Wahhab disana, berjanji akan mendukung dan melindunginya. Ibn Saud berkata kepada ibn Abdul-Wahhab, “Terimalah kabar gembira dari negeri yang lebih baik dari negeri asalmu. Terimalah kabar gembira dengan rasa hormat dan kekuatan.” Ibn Abdul-Wahhab menjawabnya, “Dan aku memberimu kabar gembira dengan rasa hormat dan telah diterima di negerimu. Dan untuk pernyataan, ‘Tak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah,’ siapa saja yang melekat padanya, mematuhi dan mendukungnya akan memiliki otoritas atas negeri dan rakyatnya.“114 Pada titik itu, ibn Abdul-Wahhab menjelaskan kepada sang Amir prinsip-prinsip ajarannya. Ibn Abdul-

Wahhab menjelaskan kepada sang Amir apa yang diikuti Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan para

Sahabat (RA), bahwa setiap bid’ah adalah sesat, bahwa Allah menghormati orang-orang beriman yang melaksanakan jihad dan bahwa apa yang diikuti oleh orang-orang Najd pada waktu itu tidak lain kecuali syirik, klenik, aniaya dan

111

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 34. 112

Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 54; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 691. 113

Untuk rincian laporan ini, lihat al-Husain, hal. 187. 114

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 35.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 47

kesalhkaprahan. Dua orang itu sepakat untuk bekerjasama menyebarkan prinsip-prinsip terhormat itu.115

Ibn Ghannaam dan Ibn Bisyr sepakat bahwa ibn Saud meletakkan sebuah syarat dalam kesepakatan di antara mereka ini. Dia meminta ibn Abdul-Wahhab berjanji tidak akan meninggalkan negeri Diriyyah ke negeri lain setelah mereka bersama-sama berjuang di jalan Allah. Ibn Abdul-Wahhab sepakat dengan syarat ini, dan

menggunakan ungkapan yang biasa diungkapkan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dalam perjanjian

serupa.116 Maka, dibuatlah sebuah persekutuan yang berdasar pada prinsip-prinsip agama Allah dan Rasu-Nya, jihad di jalan Allah, mengimplementasikan prinsip-prinsip Islam, amar ma’ruf nahyi munkar.117

Namun Ibn Saud juga meminta ibn Abdul-Wahhab untuk tidak keberatan dengan pajak yang dia ambil dari rakyatnya pada waktu panen. Untuk hal ini, ibn Abdul-Wahhab tidak sepakat namun dengan sungguh-sungguh mengatakan padanya semoga Allah memberinya kekayaan agar dia tidak membutuhkan hal seperti itu.118 Maka, terhadap keadaan ini, menurut al-Utsaimin, ibn Abdul-Wahhab tidak memberikan jawaban yang tegas. Dia dengan sungguh-sungguh mengatakan bahwa dia berharap mengganti apa yang menjadi bagian harta rampasannya dengan sesuatu yang dapat mencukupinya. Al-Utsaimiin menyimpulkan dengan mengatakan bahwa jika ini diterima, syarat kedua ini benar, maka ini memperlihatkan bahwa ibn Abdul Wahhab memberikan pilihan terhadap perhatian umum dari pesannya melawan sebuah isu utama dan dia benar-benar percaya diri bahwa dia akan mampu menyelesaikan masalah itu lebih mudah di masa yang akan datang.119

Attar, di lain pihak, memiliki pemahaman yang berbeda berkenaan dengan syarat kedua ini. Dia meriwayatkan kejadian ini dalam cara berikut,

Sang Syeikh tidak akan mempertimbangkan syarat-syarat yang diajukan sang amir: dia mengizinkan apa yang Allah iznkan; dia larang apa yang Allah larang. Posisinya dan kebutuhannya untuk menyenangkan penguasa tidak menghalanginya untuk mendeklarasikan apa yang diyakininya benar. Dia sepakat dengan syarat pertama namun menolak yang keduanya,

115

Burckhardt dan Palgrave menyatakan bahwa Muhammad ibn Saud adalah orang pertama yang menerima da’wah Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Hal ini jelas sebuah kekeliruan namun kekeliruan-kekeliruan typical yang biasa dapat ditemukan seseorang dari kebanyakan tulisan barat mengenai Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 55. 116

Bandingkan, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 81; Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 35. 117

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 35. 118

Bandingkan, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 81; ibn Baaz, vol. 1, hal. 35. 119

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 55.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 48

menggabungkannya dalam bahasa yang jelas: “Terhadap syarat pertama, ulurkan tanganmu: kita bersatu dalam keadaan senang dan susah (darah untuk darah, kehancuran untuk kehancuran), dan untuk syarat yang kedua semoga Allah memberimu taklukan-taklukan yang dapat meningkatkan upeti yang engkau perlukan.” Sikap-sikap Syeikh al-Islam [ibn Abdul-Wahhab] memperlihatkan dengan jelas bagaimana berhati-hatinya dia bertahan dengan Qur’an dan Sunnah.

120

Penulis anonim dari kitab Lam’ al-Shihaab fi Sirah Muhammad ibn Abdul-Wahhab mengatakan bahwa ibn Saud juga membuat ajuan dimana aturan itu dapat mengingatkan anak keturunannya bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan anak keturunannya diizinkan untuk menjaga masalah-masalah keagamaan. Al-Utsaimiin mengatakan bahwa jelas tak ada ajuan seperti itu, meskipun akhirnya memang terajdi. Keadaan yang sebenarnya, ini alamiah bahwa keadaan dan kemampuan yang ada di lingkungan itu pada saat itu: keluarga Saud adalah keluarga yang cukup mapan sebagai para pemimpin Diriyyah dan keluarga ibn Abdul-Wahhab memiliki bekal dan kemampuan untuk menjadi para pemimpin keagamaan.121

Sekarang dengan kebebasan untuk menyebarkan pesannya, ibn Abdul-Wahhab berkonsentrasi mengajar dan memberikan kuliah di masjid. Kebanyakan diambil manfaat dari penjelasan-penjelasannya mengenai beberapa konsep-konep dasar Islam – konsep-konsep yang orang-orang disana tidak familiar dengannya (dan sayangnya sampai hari ini banyak umat muslim yang masih tidak familiar dengannya). Sebagai tambahan pada tempat-tempat al-Diriyyah, banyak pendukung, para pelajar dan lainnya yang mendengar da’wah ibn Abdul-Wahhab berkumpul di al-Diriyyah. Kebanyakan mereka berasal dari keluarga-keluarga penguasa di tempat masing-masing. Yang lainnya cukup miskin dan terpaksa harus bekerja pada malam hari dan menghadiri kuliah-kuliah yang diberikan ibn Abdul-Wahhab pada siang harinya, demikian seperti dicatat Ibn Bisyr.122 Muhammad ibn Abdul-Wahhab diberitahukan mengenai kesukaran yang mereka hadapi dan dia mulai meminjam uang dari orang yang lebih makmur untuk membantu membayar

120

Ahmad Abdol Ghafour Attar, Muhammad ibn Abdel Wahhab (Mecca Printing and Information, 1979), hal. 51. Ini juga cara yang digunakan Vassiliev memahami tindakan ini. Vassiliev (hal. 82) menulis, “Meski Ibn Abd al-Wahhab tidak keberatan dengan syarat pertama, dia menolak syarat yang kedua, menjanjikan Muhammad ibn Saud bahwa bagiannya dari setiap kembalinya dia dari penggerebekan dan jihad akan jauh melampaui pendapatannya dari pajak.” 121

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 55. 122

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 37. Ibn Bisyr mencatat bahwa situasi seperti itu segera berubah,

sebagaimana Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata kepada ibn Abbaas, “Ketahuilah bahwasannya

kemenangan itu datang dengan kesabaran, keselamatan datang dengan kesusahan dan keadaan sulit datang dengan mudah.” Diriwayatkan oleh Ahmad.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 49

biaya murid-mudid miskin.123 Untuk membayar beberapa kebutuhan mereka, bahkan diriwayatkan bahwa ibn Abdul-Wahhab membangun semacam “persaudaraan” di antara mereka yang pindah ke al-Diriyyah dan para penduduk

asli al-Diriyyah, seperti yang dilakukan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) antara para Sahabat yang hijrah

ke Madinah dengan penduduk asli Madinah.124

Di seputar murid-murid yang tekun ini, Muhammad ibn Abdul-Wahhab membangun sebuah negara dan masyarakat Islam yang baru. Hukum islam adalah hukum yang berlaku di negeri itu. Orang mempunyai rasa hormat terhadap Qur’an dan Sunnah dengan cara yang baharu. Shalat-shalat dihadiri, zakat ditunaikan dan lain sebagainya. Kenyataannya, Muhammad ibn Abdul-Wahhab menyadari bahwa membangun masyarakat seperti itu adalah bagian dari tanggungjawabnya sebagai orang yang kata-kata dan petunjuk-petunjuknya didengarkan. Setelah menetapkan bahwa dia adalah orang yang petunjuknya-petunjuknya diindahkan, dia menulis surat, “Aku wajibkan mereka yang berada di bawah otoritasku agar mendirikan shalat, menunaikan zakat dan melaksanakan kewajiban-kewajiban lain kepada Allah. Dan aku larang mereka dari riba, alkohol dan lain-lain kelakuan yang terlarang.”125

Setelah beberapa lama, menjadi jelas bagi Utsman ibn Muammar bahwa dia membuat kesalahan karena telah meminta ibn Abdul-Wahhab meninggalkan al-Uyaina. Dia pergi dengan sejumlah orang terhormat dari klannya untuk bertemu ibn Abdul-Wahhab di al-Diriyyah dan memintanya agar kembali ke al-Uyayna. Jawaban ibn Abdul-Wahhab adalah bahwa masalah tersebut berada dalam kekuasaan Muhammad ibn Saud yang dengan bijaksana menolak permintaan Utsman.126

123

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 39. 124

Bandingkan, al-Husain, hal. 194. 125

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 150. 126

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 82; Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 36. Ibn Ghannaam memiliki kata-kata yang cukup kasar untuk Utsman, menyatakan setelah dia ditolak, secara sembunyi-sembunyi dia pergi menyembunyikan dendamnya terhadap keadaan ini yang nanti akan tampak dengan sendirinya. Setelah kejadian itu, Utsman sekali lagi mendukung da’wah ibn Abdul-Wahhab. Bahkan, ia menjadi pemimpin dalam sejumlah ekspedisi. (Lihat Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 95-96.) Namun demikian, segera menjadi jelas bahwa dia melakukan makar melawan ibn Abdul-Wahhab dan penguasa baru al-Diriyyah. Dalam sebuah pertempuran awal, dia tidak mematuhi perintah untuk menghadiri pertempuran dengan pasukannya. Kemudian dia datang memohon maaf dan permohonan maafnya itu diterima. Namun demikian, setelah itu Utsman menulis surat kepada Ibraahim ibn Sulaiman, sang Amir Tharmudaa, dan berkata padanya agar menggabungkan kekuatan dengan musuh ibn Abdul-Wahhab, Dahhaam di Riyadh. (Lihat Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 93-94). Permohonan maafnya selalu diterima dan kemudian diikuti lagi dengan pengkhianatan. Ibn Bisyr (vol. 1,

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 50

Selama dua tahun pertamanya di al-Diriyyah, disamping memberikan kuliah dan mengajar, ibn Abdul-Wahhab meningkatkan kampanyenya dengan menulis kepada ulama-ulama dan penguasa-penguasa yang lain untuk bergabung dengan da’wahnya dan negara baru. Beberapa suratnya mendapatkan balasan yang cukup baik dan ramah. Huraimila dan Manfuuhah (dari sebelah selatan Riyadh) nampaknya siap bergabung dengan al-Diriyyah. Akan tetapi, negara-kota lainnya menolak. Pada saat itu, orang-orang mulai memanggilnya sebagai penyihir, menuduhnya berdusta dan lain sebagainya, sebagaimana perlakuan kaum

musyrikin Quraisy terhadap Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص).127

Al-Utsaimiin mencatat bahwa isi da’wah keagamaan telah memainkan peran penting kepada siapa saja yang menolaknya ataupun mereka yang menerima da’wahnya itu. Tidak dapat dipungkiri, banyak dari antara mereka yang dapat diyakinkan dengan ajarannya dan kerenanya siap bergabung. Lainnya lagi tidak menerima pesannya dan oleh karenanya menolak berpartisipasi dengannya.128 Namun demikian, mestilah terdapat alasan-alasan penting lain yang mengarahkan seseorang untuk menolak atau menerima seruannya itu. Seseorang tidak dapat mengabaikan daya pikat kekuasaan dan kekayaan dalam beberapa diskusi. Banyak yang menolak itu mungkin melihat bahwa jika bergabung dengan al-Diriyyah di bawah kepemimpinan ibn Abdul-Wahhab dan ibn Saud bisa jadi berimplikasi terhadap hilangnya kekuasaan, kemerdekaan dan prestise seseorang.

Sebuah Tahapan Baru dalam Da’wah: Jihad

hal. 55) menyatakan bahwa Utsman juga dipengaruhi oleh surat-surat dari ibn Afaaliq di al-Ahsaa, negeri Bani Khalid, yang mendorongnya untuk menghentikan dukungannya kepada ibn Abdul-Wahhab. Akhirnya, setelah berbagai macam intrik yang dilakukannya, pada tahun 1163 H. (1750 M.), setelah Shalat Jum’at, Utsman terbunuh di al-Uyainah. Sesegera setelah ibn Abdul-Wahhab mendengar berita itu, beliau segera mengunjungi al-Uyainah untuk menenangkan keadaan dan menunjuk seorang gubernur baru. Beliau tiba tiga hari setelah kematian Utsman. Beliau berkonsultasi dengan orang-orang berkenaan dengan gubernur baru. Mereka yang benar-benar insaf dengan intrik-intrik Utsman benar-benar menolak gubernur baru yang berasal dari keluarga Muammar. Namun demikian, ibn Abdul-Wahhab meyakinkan mereka bahwa hal itu adalah yang terbaik kemudian menunjuk Mushaari ibn Muammar sebagai gubernur. Lihat Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 97-98; Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 55-56. Menurut Abdullah ibn Khamis dalam karyanya Mujam al-Yamaamah, ibn Abdul-Wahhab sendiri tidak senang sama sekali dengan pembunuhan terhadap Utsman dan ini dilakukan tanpa sepengetahuannya terlebih dahulu. Lebihlagi, al-Jaasir berusaha memperlihatkan bahwa banyak dari tindakan-tindakan Utsman yang disalahpahami oleh sejarahwan dan bahwa posisinya terhadap da’wah ibn Abdul-Wahhab bisa jadi bukanlah sebagai cara untuk menipu seperti yang digambarkan. Lihat, al-Jaasir, vol. 1, hal. 172-181. 127

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 38. 128

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 57.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 51

Tahun 1159 H. menandai sebuah penentuan dalam da’wah. Setelah mencoba meyakinkan orang Najd dengan cara damai untuk meninggalkan amalan-amalan syirik dan klenik-kleniknya, sekarang datanglah saatnya untuk menggunakan kekuatan. Ibn Ghannaam menggambarkan suasana di balik momentum perubahan ini:

[ibn Abdul-Wahhab] terus menyeru pada jalan Tuhannya dengan bukti-bukti yang jelas dan nasihat-nasihat yang baik. Dia pertama-tama tidak menyebut seseorang kafir dan tidak memulai agresi. Bahkan, pada poin-poin tersebut dia dibuat ragu-ragu apakah dia telah berbuat kesalehan dan berharap Allah akan memandu mereka yang tersesat. [Hal ini berlanjut] sampai mereka semua melawannya dengan rasa permusuhan. Mereka berteriak-teriak lantang di seluruh negeri, menyatakan [ibn Abdul-Wahhab] dan para pengikutnya kafir dan mereka dihalalkan menumpahkan darah mereka. Mereka tidak mensahkan klaim-klaim keliru mereka dengan bukti-bukti dari

Kitabullah dan Sunnah rasul-Nya (ملسو هيلع هللا ىلص). Mereka tidak kuatir dengan

kejahatan-kejahatan kedzaliman dan fitnah yang mereka lakukan terhadap ibn Abdul-Wahhab. Mereka juga tidak kuatir dengan konsekuensi-konsekuensi semua itu dalam bentuk hukuman dan pembuangan untuk para pengikutnya. Sungguhpun demikian, dia (ibn Abdul-Wahhab), semoga Allah merahmatinya, tidak memerintahkan menumpahkan darah dan melawan mereka yang tersesat dan penghamba hawa nafsu itu sampai mereka mulai membuat keputusan untuk melawannya serta para pengikutnya, ketika itulah mereka harus diperangi dan karena mereka itu kafir. Pada ketika itu, sang Syeikh memberikan komando jihad kepada kelompoknya dan mendorong para pengikutnya untuk memenuhi seruan itu. Dan para pengikutnya memenuhi komandonya itu.

129

Pada masa itu, para pengikut Ibn Abdul-Wahhab benar-benar meningkat jumlahnya (kebanyakan dari mereka tidak memiliki kemampuan untuk berpindah ke al-Diriyyah) dan ketakutan menyebar ke seluruh negeri itu karena kaum mukminin yang baru ini. Di al-Diriyyah, syariah dan ajaran-ajaran tauhid telah memiliki dampak yang kuat dan ini adalah saat yang benar-benar tepat untuk menyebarkan ajaran ini ke daerah-daerah sekitarnya – kepada para penguasa yang akan menerimanya sebagaimana kepada mereka yang akan melawannya. Para pengikut ibn Abdul-Wahhab sadar bahwa kewajiban mereka adalah untuk menyebarkan pesan sejati yang berasal dari Islam. Karenanya, kaum muslim al-Diriyyah telah siap berperang, tanpa memperhatikan apakah mereka penduduk asli al-Diriyyah atau mereka yang berpindah ke al-Diriyyah. Ini adalah ikatan yang menggantikan kesetiaan terhadap suku, negarakota dan keluarga, yaitu sebuah ikatan yang didasarkan atas keimanan. Negeri Najd telah sangat terbiasa dengan penyatronan-penyatronan dan pertempuran-pertempuran kecil di antara suku-

129

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 83.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 52

suku, para badwi dan para penghuni kota.130 Tak ada hal yang baru. Bahkan, itu adalah cara untuk memperluas dan memperkokoh kekuasaan suku. Namun demikian, di masa lalu, ekspedisi-ekspedisi itu pada dasarnya hanya untuk tujuan keduniawian. Mereka tidak melakukannya atas nama Islam, dengan harapan bahwa mereka akan membantu menyebarkan negara dan membawa lebih banyak pengikut pada lipatannya. Maka, meskipun metode-metode negara baru itu memiliki banyak kesamaan dengan apa yang akrab di Najd, tujuan dan sasaran di balik peperangan ini cenderung banyak perbedaan.131 Berbicara mengenai latarbelakang ini, Ibn Abdul-Wahhab menulis kepada beberapa orang yang biasa berperang dan sekarang ketika seruan jihad itu telah datang mereka justru mejadi ragu-ragu,

Ya Allah, betapa anehnya!… Kalian dulu biasa bertarung melawan Ibraahim ibn Sulaiman [Amir Tharmadaa] karena sebuah kata yang dia katakan mengenai tetanggamu atau karena harga seekor keledai sekitar duapuluh dollar yang akan diambilnya dari kalian. Karenanya, kalian akan mengorbankan kekayaan kalian dan orang-orang kalian…Hari ini, Allah telah memberi kalian agama para nabi-Nya yang harganya senilai dengan surga dan terbebas dari api neraka, dan sekarang kalian bersikap pengecut?

132

Lebih lagi, negara baru ini benar-benar di bawah kepemimpinan seorang ulama dan reformer. Meskipun Muhammad ibn Saud (dan kemudian Abdul-Aziz ibn Muhammad) secara resmi adalah pemimpin politis, Muhammad ibn Abdul-Wahhab masih memiliki pengaruh besar terhadap urusan-urusan Negara.133 Secara

130

Untuk yang lebih rinci mengenai penyatronan-penyatronan ini, lihat Vassiliev, hal. 45-47. 131

Beberapa sumber menggambarkan cekcok pertama antara para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan yang lain sebagai sebuah kabilah kecil penyatron yang berjumlah sekitar tujuh orang yang mengejutkan sebuah kabilah namun ketika tak ada satupun dari mereka yang dapat mengendarai unta, mereka tak bisa menangkap rampasan mereka. Al- Utsmanaimin (Al-Syeikh, hal. 58-59) memperlihatkan bahwa tidak terlihat substansi apapun dari laporan ini. Al-Utsaimiin juga memperbincangkan bagaimana beberapa penulis yang datang kemudian melakukan apa yang terbaik untuk memperlihatkan bagaimana da’wah ini sangat lemah pada permulaannya untuk menekankan kehebatan kemenangan-kemenangan mereka yang akan datang. 132

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 207. 133

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 70-71, memperlihatkan bahwa pengaruh Muhammad ibn Abdul-Wahhab sekomplit dan setotal apa yang diperlihatkan beberapa penulis. Lebih lagi, sebagai Negara yang terus membesar, Muhammad ibn Abdul-Wahhab menyerahkan lebih banyak urusan-urusan Negara kepada para pemimpin politik dan dia lebih berkonsentrasi pada pengajaran agama. Dengan demikian, ibn Abdul-Wahhab selalu menjadi pemimpin urusan keagamaan negara. Dia adalah sumber aturan dan panduan agama, dia mengirimkan guru-guru ke negeri-negeri yang lain dan bahkan menunjuk hakim.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 53

umum, semua masalah-masalah penting dibawa ke hadapannya untuk diputuskan. Termasuk, seperti yang dicatat oleh Ibn Ghannaam dan Ibn Bisyr, masalah-masalah yang berhubungan dengan zakat, keuangan, penyelesaian perjanjian-perjanjian perdamaian, pengiriman tentara dan lain-lain.134 Muhammad ibn Abdul-Wahhab juga mengirimkan duta-duta kepada para pemimpin lain sebaik menemui dan menerima delegasi-delegasi dari negeri lain. Karenanya, keseluruhan maksud dan kendali negara ini berada di bawah kepemimpinan ulama ini dan makanya benar-benar berbeda dengan apa yang disaksikan orang-orang Najd sebelumnya.

Ibn Ghannaam, seorang perawi yang paling dekat dan paling awal, menyatakan bahwa cekcok pertama antara para pengikut dan para penentang Muhammad ibn Abdul-Wahhab datang ketika Dahhaam ibn Dawwaas135, seorang pemimpin

134

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 83-84; Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 39. 135

Pada tahun 1140-an atau 1150-an, seperti yang dicatat oleh Vassiliev (hal. 62), “Dahham ibn Dawwas merebut kekuasaan di Riyadh—dia menjadi musuh al-Diriyyah yang paling bandel dan tanpa ampun untuk beberapa dekade.” Bahkan, pertarungan antara para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan Dahham berlangsung selama duapuluhdelapan tahun. (Faisal dan Saud, dua putera Muhammad ibn Saud, kehilangan nyawa mereka dalam salah satu peperangan mereka melawan Riyadh. Lihat Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 92.) Ayah Dahhaam adalah penguasa Manfuhah. Setelah ayahnya meninggal, Dahham dan saudara-saudaranya dipaksa meninggalkan Manfuhah karena rakyatnya memberontak melawan mereka. Mereka datang ke Riyadh, sebuah kota yang edang berubah namun tak memiliki penguasa yang kuat. Setelah beberapa lama, Dahhaam menjadi penguasa kota ini. Namun demikian, rakyat Riyadh membencinya dan menginginkan kematiannya. Dia meminta Muhammad ibn Saud, sang Amir al-Diriyyah, untuk membantunya. Ibn Saud mengirim saudaranya Mishaari dengan beberapa tentara dan bertarung melawan para pemberontak. Mishaari tinggal dengan Dahhaam untuk beberapa bulan namun tidak kuat dengan kekejaman Dahham. Dahhaam menjahit mulut seorang perempuan, dia juga memaksa seorang laki-laki untuk memotong pahanya sendiri dan memakannya dengan perlahan dan sebagainya. Ibn Ghannaam menyatakan, “Contoh-contoh seperti itu berlimpah-limpah.” Bandingkan, Vassiliev, hal. 62-63. Lamanya peperangan antara Dahhaam dan ibn Abdul-Wahhab dapat dilihat dengan kenyataan bahwa Dahhaam disebutkan berulang kali dalam karya Ibn Ghannaam dari vol. 1, hal. 89 sampai vol. 1, hal. 136. Kelihatannya Dahhaam ini adalah seorang munafik sejati. Ibn Abdul-Wahhab menulis kepadanya dan menasihatinya untuk mengikuti Qur’an dan Sunnah. Karena bantuan yang pada awalnya dia terima dari Muhammad ibn Saud, dia awalnya terlihat tulus dan membantu. Namun demikian, ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab menyebar di Riyadh dan ini membuat Dahhaam merasa khawatir. Dia mulai sebuah kampanye yang massif dan kejam untuk melawan para pengikut itu. Kenyataannya terdapat beberapa kali dia menghancurkan perjanjian-perjanjian dan janji-janji kepada pemerintah al- Diriyyah, yang menyebabkan para pengikut ibn Abdul-Wahhab sejumlah besar gangguan dan penderitaan. Dia bertarung melawan mereka dalam banyak kesempatan, membuat persekutuan dengan ejumlah penentang ibn Abdul-Wahhab, dan kemudian dia akan kembali berikrar untuk bersekutu dengan ibn Abdul- Wahhaab dan para penguasa al-Diriyyah. Dalam satu kesempatan, Ibn Ghannaam (vol. 1, hal. 119) bahkan menulis bahwa

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 54

Riyadh, menyerang Manfuuhah (selatan Riyadh), yang merupakan sekutu al-Diriyyah. Kelihatannya, satu-satunya alasan dia menyerang Manfuuhah adalah karena kota ini bersekutu dengan al- Diriyyah.136 Karena persekutuan itu, al-Diriyyah tidak punya pilihan lain kecuali ikut mempertahankan mitranya. Maka, sebagaimana yang dicatat Ibn Ghannaam, pertarungan pertama adalah untuk mempertahankan diri, membantu mitra da’wah. Bahkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab sendiri mengatakan dalam sebuah surat kepada Abdul-Rahmaan al-Suwaidi, “Untuk peperangan, sampai hari ini kami tidak pernah memerangi siapapun kecuali untuk mempertahankan hidup dan kehormatan.”137

Pada saat itu, al-Diriyyah menjadi sebuah kekuatan yang kuat dan unik di Najd. Orang dari berbagai tempat, beragam suku, datang untuk bergabung dengan

ikrarnya itu diterima meski diketahui bahwa dia akan mengingkarinya namun mereka tidak mau menghentikan siapapun dari menerima jalan kebenaran. Untuk kejadian-kejadian yang berkenaan dengan Dahhaam, lihat, untuk contoh, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 89, 90, 92, 104, 106, 119-124, 126, 133, 135, 136. Lihat juga Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 43ff. 136

Karena terbentang antara al-Diriyyah dan Manfuhah (lihat Gambar 2), Dahhaam menganggap persekutuan itu sebagai ancaman terhadap kemerdekaannya. Alasan lain kenapa dia menyerang Manfuhah adalah balas dendam kepada mereka karena telah menggeser keluarganya sebagai penguasa kota itu. 137

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 38. Catat bahwa jihad dimana ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya berpartisipasi di dalamnya telah menggiring pada klaim bahwa penyebaran da’wah hanya dilakukan dengan kekuatan dan kekerasan. Ini adalah tipe dugaan yang serupa dengan apa yang dibuat oleh madzhab orientalis lama bahwa Islam disebarkan hanya dengan cara kekerasan. Padahal kenyataannya, Islam adalah agama yang berbicara kepada pikiran dan hati manusia, memberikan bukti-bukti yang jelas tentang kebenarannya. Mereka yang tidak berharap menyaksikan tersebarnya kebenaran ini tak akan memiliki upaya untuk melawannya dengan cara yang jujur, logis dan rasional. Karenanya, mereka harus menggunakan upaya-upaya yang lain. Upaya-upaya ini termasuk menciptakan kebohongan-kebohongan mengenai agama dan menyerangnya secara fisik. Ini telah menjadi pola yang terus berulang dalam sejarah Islam, termasuk dalam kehidupan ibn Abdul-Wahhab. Ummat Islam tidak punya pilihan lain kecuali mempertahankan keyakinan mereka dengan argumen-argumen rasional sebanding dengan penggunaan kekuatan. Sebaliknya, kekuasaan-kekuasaan duniawi tidak akan membiarkan kebenaran ini menyebar, umumnya, ini bukanlah sesuatu yang menarik bagi mereka. Sebagaimana Allah telah berfirman, “Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (al-Baqarah 2;251). Jihad, kemudian, serupa dengan klaim-klaim mereka yang lain yang mengklaim bahwa mereka memiliki hak untuk menyebarkan kebenaran, keadilan dan demokrasi ke seluruh dunia, karena mereka yakin – demikian mereka mengklaim – bahwa dengan cara demikian manusia akan benar-benar bebas. Jika mereka memiliki hak untuk membuat klaim itu dan menyebarkan pesan mereka itu dengan cara yang telah mereka lakukan, maka Ummat Islam juga semestinya memiliki hak yang sama untuk menyebarkan agama Tuhan yang sebenarnya ke seluruh dunia.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 55

kelompok muslim di bawah panduan Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Moral mereka sangat tinggi dan mereka siap bertarung untuk tujuan mulia mereka yang baru. Tak diragukan bahwa kehadiran sebuah negara kota seperti itu di daerah itu akan menumbuhkan rasa takut “kekuatan-kekuatan yang telah ada” pada saat itu. Bahkan, pada saat kejadian Manfuuhah, para penentang Muhammad ibn Abdul-Wahhab sebenarnya telah menabuh genderang perang. Mereka mendeklarasikan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya adalah kafir yang darahnya boleh ditumpahkan. Karenanya, hidup Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya benar-benar berada dalam bahaya.138 Sebuah perang bersenjata dengan al-Diriyyah bisa jadi dilatarbelakangi hal-hal seperti itu, maka mereka berupaya melakukan upaya-upaya lain untuk mencoba memerangi dan menghancurkan kumpulan orang beriman baru. Bahkan, para penentang da’wah itu pergi keluar dari Najd untuk mencari bantuan dan pertolongan dalam usaha untuk menghentikan da’wah yang menyebar.

Kenyataan, di Huraimila sendiri, pada tahun 1165 H., terdapat sebuah revolusi melawan Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Revolusi ini dihasut oleh hakim kota ini, Sulaiman ibn Abdul-Wahhab, saudara dari Muhammad ibn Abdul-Wahhab sendiri. Sulaiman bahkan mencoba meyakinkan penduduk al- Diriyyah untuk memberontak. Dia menulis sebuah buku yang berusaha untuk menolak ibn Abdul- Wahhaab, terkhusus dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan pernyataan seorang muslim menjadi kafir dan isu-isu pertarungan, dan mengirimkannya kepada penduduk al-Diriyyah.139 Muhammad ibn Abdul-Wahhab dengan cepat menjawabnya dengan menulis sebuah bantahan terhadap buku Sulaiman.140 Abdul-Aziz ibn Muhammad ibn Saud memimpin sebuah pasukan yang bejumlah sekitar delapan ratus orang untuk menumpas sisanya di Huraimila. Sulaiman lari ke al-Sudair.141 Hal serupa juga tumbuh dengan jumlah kecil di Manfuuhah dan Durma, namun di kedua tempat itu dapat diredam. Di bawah Najd, maka, bisa dikatakan bahwa semua upaya itu—penggunaan kekuatan dan

138

Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 92. 139

Karya yang kemudian diterbitkan dengan judul al-Sawaaiq al-Ilahiyah fi al-Radd ala al- Wahaabiyyah, meskipun rupanya aslinya berjudul Fasl al-Khitaab fi al-Radd ala Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Demikian pula, Murbad ibn Ahmad al-Tamimi, dari Huraimila, pada tahun 1170 H. berkunjung ke Yaman menyebarkan laporan-laporan palsu mengenai Muhammad ibn Abdul-Wahhab kepada ulama-ulama yang ada disana, seperti Muhammad ibn Ismail al-Sanaani. Pada mulanya, al-Sanaani dibodohi oleh laporan-laporan tidak benar itu namun kemudian ketika dia menemukan kenyataannya, beliau mengirimi ibn Abdul-Wahhab sebuah puisi yang mengapresiasi usaha-usahanya itu. 140

Karya ini berjudul Mufid al-Mustafid fi Kufr Taarik al-Tauhid. Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al- Syeikh Muhammad, hal. 61-62. Karya ini ditemukan dalam kitab Muallifaat, vol. 1, hal. 279-329. 141

Untuk lebih rinci mengenai perang-perang yang ada di Huraimila, lihat Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 100-101, 103-104, 110-111.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 56

penggunaan argumen-argumen—gagal menghentikan pertumbuhan dan kekuatan kumpulan muslim ini.

Musuh-musuh dari Luar

Untuk sekitar tigabelas tahun, satu-satunya penentang yang dihadapi al-Diriyyah dalam perang adalah sama-sama berasal dari sekitar Najd. Tentara-tentara al-Diriyyah menjadi lebih kuat daripada tentara-tentara dari negarakota-negarakota yang ada di sekitarnya. Sejumlah faktor berkontribusi terhadap hal tersebut, sebagaimana telah disebutkan, seperti tujuan persatuan, tujuan yang mulia, moral yang kuat dan lain sebagainya. Namun demikian, terdapat dua musuh asing yang lebih besar yang nampak samar-samar di kakilangit. Kedua musuh itu, yaitu Bani Khalid di al-Ahsa dan syarif-syarif di Mekkah, keduanya memiliki alasan berkenaan dengan da’wah baru dan Negara baru. Mereka memiliki ketertarikan-ketertarikan langsung di Najd, meski ikatan Bani Khalid lebih dekat dan lebih kuat.142

Dari awal, Bani Khalid memperlihatkan rasa permusuhan terhadap da’wah. Bahkan, merekalah yang mendorong Utsman mengusir ibn Abdul-Wahhab dari al-Uyainah. Namun demikian, perelisihan internal dalam kepemimpinan Bani Khalid menunda mereka membuat serangan yang menentukan terhadap al-Diriyyah dalam tahun-tahun awalan itu.143 Ketika Sulaiman (pemimpin Bani Khalid yang mengusir Muhammad ibn Abdul-Wahhab dari al-Uyainah) diusir dari al-Ahsa pada tahun 1166 H. (1752 M.), Urai’ir ﴿عرعر﴾ ibn Dujayn menggantikannya dan mengambil langkah-langkah pertama melawan al-Diriyyah. Pemerintahannya bertahan sampai lebih duapuluh tahun dan selama waktu itu mereka terus melakukan perang dengan Najd.144

Rakyat al-Diriyyah mendengar kabar bahwa Urai’ir bersiap untuk perang. Para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab mulai membangun benteng al-Diriyyah dan kota-kota mereka yang lain. Kekuatan-kekuatan pertama Bani Khalid, dengan dukungan suku-suku Najd, muncul pada tahun 1172 H. (1758 M.). Pasukan ini ditaklukkan oleh para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab di kota al- Jubailah, sekitar 6.5 kilometer sebelah timur al-Uyayna. Pasukan kuat dipaksa mundur. Moral dan kepercayaan diri orang-orang Muhammad ibn Abdul-Wahhab

142

Antara tahun 1126 H. (1714 M.) dan 1140 H. (1727 M.), bani Khalid melakukan serangan-serangan utama pada bagian-bagian daerah Najd setidaknya dalam tiga kali kesempatan. Lihat Abu-Hakima, hal. 128. 143

Untuk detil-detil perselisihan internal, lihat Abu-Hakima, hal. 129-131. 144

Abu-Hakima, hal. 131. Abu-Hakima (hal. 42) juga menulis, “Wahhabis bertahan untuk waktu lebih dari duapuluh tahun (1745-1765), namun berubah menjadi menyerang Bani Khalid sampai akhirnya berhasil menaklukkan mereka pada tahun 1208 H/1793 M dan 1210 H/1795 M.”

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 57

mendapatkan dorongan, ketika mereka mampu menahan pasukan yang lebih kuat di daerah itu. Kenyataan, hal ini menghasilkan banyak suku-suku datang untuk berdamai dengan kepemimpinan di al-Diriyyah dan membayar upeti kepada pemerintah pusat yang baru ini. Al-Diriyyah memperoleh kontrol al-Kharj, Tharmida, Ushaiqir, Sudair dan suku-suku badwi yang lain. Kenyataan, kepercayaan diri mereka begitu besar sampai mereka sendiri menyatroni al-Ahsa pada tahun 1176. Meskipun ini adalah sebuah “urusan yang sangat minor,”145 tujuannya kelihatannya untuk memperlihatkan kekuatan dan kepercayaan diri mereka. Sebagai hasilnya, salah satu musuh terbesar mereka, Dahhaam ibn Dawwaas maju ke depan untuk membuat penyelesaian perdamaian dengan al-Diriyyah.146

Namun demikian, pada tahun 1178 H. (1764 M.), satu penentang yang tak disangka-sangka menyerang Negara yang sedang tumbuh ini. Seorang syiah Hasan ibn Hibatullah al- Makrami, ketua Najraan, jauh ke selatan, barangkali atas permintaan Badwi Ajman yang takut mendekatnya para pengikut ibn Abdul- Wahhaab, menyerang dan menggiring pasukan-pasukan Muhammad ibn Abdul-Wahhab di dekat al-Diriyyah, membunuh lima ratus orang dan mengambil dua ratus orang sebagai tawanan. Hal ini cukup menjadi pukulan tepat ketika kepercayaan diri mereka benar-benar tumbuh. Namun demikian, sebuah perjanjian perdamaian dihasilkan antara kedua belah pihak, dimana ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan kemampuan diplomatiknya, setuju untuk memberikan bayaran dan pertukaran tawanan.147

Menurut penulis anonim dari kitab Lama al-Shihaab, Urai’ir mencoba masuk ke dalam perjanjian dengan al-Makrami dari Najraan untuk menghancurkan al- Diriyyah. Namun demikian, al-Makrami yakin pada perjanjian damainya dengan al-Diriyyah, dan membiarkan pasukan Urai’ir bertarung sendirian. Sekali lagi, kekuatan Bani Khalid ditaklukkan.148 Abu-Hakima menulis, “Mekipun ‘Uray’ir gagal merebut al-Dir’iyya, pertempuran ini membuktikan kepada orang-orang Wahhabi bahwa Bani Khalid akan menggunakan berbagai kesempatan untuk menghancurkan mereka. Karenanya mereka tidak mempercayai janji-janji gencatan senjata apapun yang Bani Khalid tawarkan. ‘Uray’ir telah melanggar gencatan senjata yang ada ketika mereka melihat Dir’iyya diserang Dahham.”149 Lebih lagi, selama pertempuran ini, Dahham, yang juga pada awalnya diduga

145

Sebagaimana digambarkan oleh Abu-Hakima, hal. 131. 146

Bandingkan, Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 90. 147

Bandingkan, Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 93f. 148

Bandingkan, Abu-Hakima, hal. 132. 149

Abu-Hakima, hal. 76.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 58

berdamai dengan al-Diriyyah, menggabungkan kekuatannya dengan Urai’ir dan dia sekali lagi dipaksa meminta damai dari para penguasa al-Diriyyah.150

Sang Amir Muhammad ibn Saud wafat pada tahun 1179 H. (1765 M.).151 Muhammad ibn Saud telah menjadi pemimpin rakyatnya sekitar lebih tigapuluh tahun. Memberikan syarat-syarat pada saat itu, meindikasikan dirinya sebagai orang yang cerdas dan bijaksana. Dia dikenal karena karakternya yang baik dan keimanannya yang kuat. Dia adalah orang yang benar-benar mendukung ibn Abdul-Wahhab ketika dalam keadaan suram dan ketika hidup ibn Abdul-Wahhab berada di bawah ancaman. Dukungannya dan kesetiaannya kepada ibn Abdul-Wahhab terlihat utuh dan jelas. Di bawah kepemimpinannya, da’wah termanifestasikan dan sejumlah besar orang menjadi bagiannya.

Bahkan penulis kitab Lam’ al-Shihaab tidak memiliki apapun kecuali hal-hal baik yang dapat dikatakan tentangnya, menyatakan bahwa sumber-sumber yang memberitahukan dan terpercaya mengatakan tentang karakternya, keimanan dan kedermawanannya yang baik.152

Rakyat al-Diriyyah, menurut Mengin, kemudian “memilih” Abdul-Aziz ibn Muhammad ibn Saud untuk menjadi Amir baru.153 Negara baru al-Diriyyah terus menyebar di bawah kekuasaan Abdul-Aziz, menundukkan Washm dan Sudair dan bahkan mencapai al-Zilfi di sebelah utara. Pada tahun 1183 H. (1769/70 M.), mayoritas penduduk propinsi al-Qasim di sebelah utara berikrar bersekutu dengan Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan akan, untuk banyak bagian, menyediakan para pendukungnya yang fanatik untuk tahun-tahun berikutnya.

Pada tahun 1187 H. (1773 M.), Dahhaam ibn Dawwaas akhirnya menghadapi sesuatu yang tak dapat dihindari—bahwa dia tidak sebanding dengan kekuatan al-Diriyyah. Karenanya, dia melarikan diri dari Riyadh dan Abdul-Aziz ibn Muhammad ibn Saud memasuki kota tanpa pertentangan apapun.154 Ini jelas sebuah

150

Bandingkan, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 122f. Kali ini, Ibn Ghannaam menyatakan (vol. 1, hal. 123) bahwa bertahan pada perjanjiannya untuk waktu hampir sepuluh tahun sebelum akhirnya menghancurkannya lagi. 151

Mengenai tahun yang sama, sang Amir mengirim sebuah delegasi ke Mekkah dengan izin untuk menunaikan ibadah haji. Namun demikian, delegasi itu dipenjarakan dan hanya beberapa orang yang mampu melarikan diri. Sebelum waktu itu kejadian yang sama terjadi. Lihat al-Nadwi, hal. 90. 152

Lihat Sulaiman al-Huqail, Muhammad Bin Abdulwahhab: His Life and the Essence of His Call (Riyadh: Ministry of Islamic Affairs, Endowments, Da’wah and Guidance, 2001), hal. 82-86. 153

Vassiliev, hal. 85. “Pemilihan,” terkhusus di antara suku Badwi, adalah salah satu cara untuk menentukan seseorang menjadi ketua atau amir. 154

Bandingkan, Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 112.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 59

kemenangan yang besar dan penting. Membaca deskripsi kemenangan dan baris-baris puisi Ibn Ghannaam menjadi bukti yang cukup untuk memperlihatkan bahwa ini adalah penaklukan yang hebat.155 Musuh terhebat yang berada di Najd telah ditaklukkan. Di antara hal-hal yang lain, hal ini berarti bahwa pasukan-pasukan dapat dikirimkan ke tempat-tempat jauh tanpa khawatir mendapat serangan dari sesama orang Najd. Lebih lagi, uang yang datang sebagai rampasan besar sekali. Ibn Bisyr menyatakan bahwa harta rampasan ini dapat digunakan ibn Abdul-Wahhab untuk membayar semua hutang-hutangnya yang pernah dia pinjam untuk diberikan kepada murid-muridnya dan para pendukungnya yang miskin.156 Pada saat itu, situasi negara sudah mulai tertata rapih dan urusan-urusan baik adanya. Maka, ibn Abdul-Wahhab menyerahkan urusan-urusan negara kepada Abdul-Aziz dan kemudian “pensiun” agar bisa beribadah dan mengajar, meskipun Abdul-Aziz masih meminta nasihat dan persetujuannya untuk keputusan-keputusannya.157 Para pemimpin Bani Khalid benar-benar insaf dengan signifikansi kemenangannya terhadap Riyadh. Karenanya, Urai’ir sekali lagi memutuskan untuk menyerang al-Diriyyah. Dalam kampanye ini, dia mampu menundukkan Buraidah (jauh ke sebelah utara al-Diriyyah) pada tahun 1188 H. (1774 M.). Namun dia tidak lama setelah itu di al-Khaabiyah.158 Butain, anak tertua dari Urai’ir, mengambil komando dan berusaha melanjutkan menuju al-Diriyyah namun “sukunya tidak kooperatif.”159 Maka, mereka dapat dipukul mundur lagi ke al-Ahsa.160

Gelar kekuatan para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang terus berlanjut membawa banyak kota menyadari bahwa perhatian mereka terbaik adalah bergabung dengan negara baru itu. Karenanya, sejumlah delegasi mengalir ke al-Diriyyah untuk menyatakan ikrar persekutuan mereka kepada Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan Abdul-Aziz ibn Muhammad ibn Saud. Delegasi-delegasi ini termasuk juga rakyat Hurmah, al-Majmaah dan al-Hariq.161

Pada saat itu, para pemimpin negara baru mengalihkan perhatian mereka ke daerah selatan Riyadh. Zaid ibn Zaamil, pemimpin Bani Dalim, mencoba bekerjasama dengan penguasa Najraan untuk menyerang al-Diriyyah pada tahun 1189. Rencana mereka gagal karena beberapa alasan. Pertama, al-Diriyyah telah

155

Bandingkan, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 136. 156

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 38. 157

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 84. 158

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 137-138; Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 113-114. 159

Abu-Hakima, hal. 132. 160

Dujain dan Sadun,saudara-saudara dari Butayn, akhirnya mencekiknya. Kemudian Sadun meracuni Dujain agar bisa menjadi pemimpin suku. Namun demikian, Sadun tidak pernah benar-benar didukung oleh sukunya dan kelemahan ini memainkan peran besar dalam kampanye dia berikutnya melawan al-Ahsaa oleh para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab. bandingkan, Abu-Hakima, hal. 132-133. 161

Bandingkan., Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 138; Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 114-115.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 60

menjadi terlalu kuat untuk mereka dan kedua karena tak ada saling kepercayaan antara Zaid dan pemimpin Najraan. Lebihlagi, pemimpin Najran menderita sakit selama kampanye itu, hal itu melemahkan ketetapan hatinya. Kegagalan ini sekali lagi membawa sejumlah delegasi untuk datang mengikrarkan persekutuan mereka. Kali ini termasuk juga para pemimpin dari al-Zilfi dan Munaikh, termasuk saudara Muhammad ibn Abdul-Wahhab pribadi yang juga merupakan musuhnya sebelumnya, Sulaiman.162 (Pada tahun 1190 H. (1786 M.), negeri-negeri di bagian selatan, yang merupakan negeri Aflaaj dan al-Dawaasir, berada di bawah otoritas al-Diriyyah, meskipun “pemberontakan-pemberontakan anti-Wahhabi terus berlanjut dalam waktu yang lama di propinsi terakhir.”163)

Pada permulaan abad ketigabelas hijriah, Najd telah menjadi sebuah negara kesatuan yang kuat. Bahkan, dengan pertarungan-pertarungan internal di antara Bani Khalid, barangkali ini adalah kekuatan terkuat di daerah itu. Ini, sekali lagi akan menghadapi para penguasa al-Ahsa.164 Pada saat kemangkatan Muhammad ibn Abdul-Wahhab, sebenarnya seluruh al-Ahsa sudah berada di bawah kontrol negara baru.

Ancaman penting lainnya di Jazirah Arabia adalah syarif-syarif Mekkah, para penguasa Hijaz. Ahmad al-Qabbaani menyatakan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab mengirimkan sepucuk surat ke Mekkah sekitar tahun 1155 H., menyeru orang-orang disana agar memeluk Islam. Ahmad Dahlaan mengklaim bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab mengirimkan tigapuluh orang ulama ke Mekkah pada masa Mas’ud ibn Said (1146-1165 H.). Ketika para ulama, yang telah mendengar Muhammad ibn Abdul-Wahhab, menyelidiki masalah, mereka menemukan bahwa delegasi ulama itu adalah orang dungu dan memutuskan mereka sebagai kafir, dan memenjarakan mereka. Karenanya, para penguasa Mekkah menolak izin bagi para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab untuk melaksanakan ibadah haji. Laporan-laporan ini tampaknya harus dipertanyakan, demi kemaslahatan.

162

Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 65. Zaid ibn Zaamil “mendeklarasikan persekutuannya kepada orang-orang Wahhabi, hanya untuk mengkhianati mereka segera setelahnya” (Vassiliev, hal. 86). Bahkan, dia kemudian bergabung dengan Bani Khalid dalam serangan mereka di Buraidah di al-Qasim pada tahun 1196 H. (1782 M.). Serangan di Buraidah sendiri tidak berhasil dan Zaid sendiri terbunuh pada tahun 1197 H. 163

Vassiliev, hal. 87. 164

Bahkan, pada tahun 1200, pemimpin Bani Khalid, Sadun, yang telah secara effektif menahan para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab melakukan penetrasi ke al-Ahsaa, telah lari dari al-Ahsaa karena perselisihan internal, mencari perlindungan dari muuhnya yang paling sengit Abdul-Aziz ibn Saud di al-Diriyyah. Bandingkan, Abu-Hakima, hal. 134.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 61

Al-Utsaimiin mencatat bahwa klaim tanggal yang diberikan Dahlan adalah ketika reformasi da’wah berada pada saat permulaan sekali. Lebih-lebih, tak ada alasan untuk mengirimkan begitu banyak ulama. Akhirnya, tidaklah meyakinkan karena peristiwa itu sama sekali tidak disebutkan Ibn Ghannaam yang mencatat rincian-rincian hebat mengenai sejarah Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Al-Utsaimiin menyimpulkan bahwa apa yang dicatat sejarahwan Turki Sulaiman Izzi lebih mendekati kenyataan. Dia mencatat bahwa pada tahun 1163 H. Syarif Mekkah memberitahukan Sultan Utsmaniyyah tentang keberadaan Muhammad ibn Abdul-Wahhab di Najd. Dia memberitahukan bahwa para ulama Najd mulai mengikuti ibn Abdul-Wahhab. Dia berunding dengan para ulama Mekkah yang menyimpulkan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab harus diyakinkan agar merubah pandangan-pandangannya, jika tidak, maka dia harus dibuat mati. Berdasarkan itu, Syarif Mekkah mengirimkan sepucuk surat kepada Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Terdapat penundaan jawaban dari ibn Abdul-Wahhab. Karenanya, penguasa Mekkah menangkap enampuluh pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang sedang melaksanakan ibadah haji; dia menghukum dan kemudian mengusir mereka.165

Jelas, kata Al-Utsaimiin, dari gambaran bahwa informasi yang dimiliki Syarif Mekkah tentang Muhammad ibn Abdul-Wahhab kebanyakan hanya berdasarkan rumor. Ini lebih jauh didukung oleh apa yang dinyatakan Dahlaan sendiri. Ibn Ghannaam melaporkan bahwa pada saat itu, para penentang ibn Abdul-Wahhab di Najd telah menyebarkan laporan-laporan keliru tentangnya di Hijaaz.166 Maka, berita pertama mengenai ibn Abdul-Wahhab yang mencapai Hijaz adalah berita-berita yang terdistorsi.167

Al-Utsaimiin melanjutkan dengan mencatat bahwa laporan Izzi itu memberi kesan bahwa mereka yang ditangkap Syarif itu bukanlah ulama. Mereka hanyalah orang-orang yang melaksanakan ibadah haji. Hal ini konsisten dengan apa yang dicatat oleh Ibn Bisyr untuk tahun 1162 H. Benar, mereka mungkin bersikap vocal mengenai keyakinan-keyakinan dan pesan mereka namun mereka mungkin bukanlah satu tingkat yang mampu membantah klaim-klaim yang melawan mereka. Dalam berbagai kasus, tak dapat dibantah bahwa tindakan Syarif Mas’ud tehadap para peziarah itu dianggap sebagai sebuah agresi. Pengganti Mas’ud yang juga saudaranya, Musaad, mengambil pendirian yang sama. Selama pemerintahan Ahmad ibn Said, yang mengambil alih kekuasaan pada tahun 1184 H., hubungan antara Mekkah dan al-Diriyyah diperbaiki. Satu alasan untuk itu barangkali karena beberapa pendukung negara baru ini menangkap sejumlah orang Hijaz, termasuk Syarif Mansur, dan membawa mereka ke al-Diriyyah. Namun demikian, Abdul-Aziz

165

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 66. 166

Bandingkan, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 160-161. 167

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 67.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 62

ibn Muhammad membebaskan mereka tanpa syarat tebusan apapun. Maka, ketika sang Syarif itu kembali ke Mekkah, dia mengizinkan para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab untuk melaksanakan ziarah.168

Pada tahun 1185 H. Syarif Ahmad meminta para penguasa al-Diriyyah agar mengirimkan kepada mereka seorang ulama untuk menjelaskan da’wah mereka yang sesungguhnya. Mereka mengirimkan Abdul-Aziz al-Husayyin yang juga membawa sepucuk surat dari Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Ulama ini menjelaskan kepada ulama-ulama Mekkah tentang pesan-pesan mereka. Dia mendebat ulama-ulama itu di hadapan Syarif Ahmad dan juga maju membawakan kitab fiqih Hanbali al-Iqnaa untuk memperlihatkan bahwa ajaran-ajaran mereka betul-betul konsisten dengan madzhab Hanbali. Al-Husayyin berdebat dengan mereka mengenai isu-isu seorang muslim dianggap murtad, tentang penghancuran pusara-pusara kuburan, dan berdoa (memohon) kepada orang yang sudah meninggal. Dia mampu menghadirkan bukti yang relevan yang berhubungan dengan isu-isu ini dan mendapat penghargaan yang baik dari para ulama Mekkah. Buktinya, tak ada celaan yang datang dari ulama-ulama Mekkah pada saat itu.169

Namun demikian, Syarif Ahmad dilengserkan dari kekuasaan pada tahun 1186 H. dan digantikan oleh saudaranya Surur, dan hal ini mengakhiri hubungan yang baik antara Mekkah dan al-Diriyyah. Surur tidak mengizinkan para pengikut ibn Abdul-Wahhab melaksanakan ibadah haji, pada tahun 1197, meski setelah hadiah-hadiah yang mahal ditawarkan kepadanya.170

Pada tahun 1202 H., Surur meninggal dan digantikan oleh Ghalib, dan memulai sebuah hubungan yang mungkin merupakan hubungan paling tegang antara para syarif dan al-Diriyyah. Pada dua tahun pertama pemerintahannya, Ghalib mengkonsolidasikan kekuatan internalnya. Setelah itu, dia meminta al-Diriyyah mengirimkan seorang ulama untuk melakukan dialog dengan ulama-ulama Mekkah. Lagi-lagi Abdul-Aziz al-Husayyin lah yang dikirimkan. Kali ini, sebaliknya, ulama-ulama Mekkah menolak bertemu dengannya.171 Menurut Al-Utsaimiin, sepertinya hal ini dilakukan atas permintaan Ghalib sendiri. Hal ini mungkin bukan apa-apa kecuali sebuah cara bersenang-senang sebelum dia merencanakan melakukan serangan militer pada tahun berikutnya.172

168

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 67. 169

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 131-133. Ibn Ghannaam menyebutkan ulama-ulma dari beragam madzhab fiqih yang menyetujui presentasi al-Husayyin. Juga lihat Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 154-156. 170

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 157. 171

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 173. 172

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 68.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 63

Para penguasa Utsmaniyyah telah lama melakukan pembiaran dan sekarang saatnya mereka mengakhiri negara baru yang kecil namun menyusahkan ini. Menurut Al-Utsaimiin, para Syarif Mekkah tetap menangguhkan serangan terhadap al-Diriyyah karena sejumlah alasan. Pertama, mereka mungkin tidak menyadari negara baru atau pesan-pesannya ini sebagai sesuatu yang “terlalu membahayakan.” Kedua, mereka juga barangkali berharap ada penentang yang berada di internal Najd yang akan dapat mengakhiri negara baru itu. Ketiga, mereka mungkin berpikir bahwa dengan menghentikan pelaksanaan haji mereka akan dapat memberikan pukulan moral terhadap para pengikut Negara baru dan akhirnya dapat menciptakan kerusakan yang hebat terhadap da’wah mereka. Terakhir, mereka pastilah berpikir bahwa Bani Khalid di al-Ahsa, yang memiliki pendukung terbesar untuk mengakhiri negara baru itu, akan mampu menyelesaikan masalah.173

Pada saat negara baru ini memperoleh kekuasaan terhadap keseluruhan Najd, hampir menguasai seluruh al-Ahsa dan memiliki kemungkinan mempengaruhi suku-suku yang berada antara Mekkah dan Najd namun berada di bawah otoritas syarif, tak ada keraguan bagi para penguasa Mekkah untuk mengambil jalan militer. Karenanya, pada tahun 1205 H. pasukan pertama sang Syarif dikirimkan untuk melawan para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Namun demikian, para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab mampu menundukkan mereka.

Wafatnya Muhammad ibn Abdul-Wahhab

Syeikh Muhammad ibn Abdul-Wahhab meninggal pada bulan Syawwal tahun 1206 H. (1791/1792 M.). Beliau hidup selama sembilanpuluhdua tahun. Ketika beliau meninggal, sekalipun demikian, beliau tidak meninggalkan harta kekayaan apapun. Tak ada yang dibagikan untuk para ahli warisnya. Bahkan meskipun diketahui bahwa jihad yang dilakukannya seluruhnya dapat memberinya harta rampasan yang sangat banyak bagi para pengikutnya, semua harta yang diterimanya disimpan untuk kepentingan da’wah dan membantu orang lain.

Pada saat kemangkatannya, beliau telah menyaksikan ajaran-ajarannya menyebar ke seluruh Najd dan al-Ahsa. Ibn Abdul-Wahhab juga telah melihat tanda-tanda pertama potensinya melawan para penguasa Hijaaz. Setelah kemangkatan Muhammad ibn Abdul-Wahhab, da’wah dan ajaran-ajarannya terus menyebar dan kekuatan negara baru terus tumbuh untuk beberapa lama. Pada tahun 1793 M. seluruh al-Ahsa berada di bawah kekuasaan Saud ibn Abdul-Aziz. Di akhir tahun 1790-an, perjanjian-perjanjian militer dimulai dengan Pasha Baghdad dan Negara Saudi cukup sukses dalam pergulatan-pergulatan itu. Pada tahun 1803 M., mereka menaklukkan Mekkah dengan damai. Namun demikian, setelah menderita

173

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 69.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 64

beberapa penyakit, mereka jatuh pada kekuasaan Utsmaniyyah pada bulan Juli tahun 1803 M. Pada akhir tahun itu, Abdul-Aziz dibunuh di al-Diriyyah. Tidak jelas siapa yang membunuhnya, meski ada banyak teori yang dihadirkan. Saud, anaknya dan pemimpin militer, kembali ke al-Diriyyah dan menerima ikrar persekutuan dari rakyat al-Diriyyah. Pada tahun 1805 dan tahun 1806 M., Kekuatan Saud sekali lagi dapat menaklukkan Hijaz. Negara baru ini juga menyebarkan pengaruhnya ke Oman, menempatkannya pada sebuah benturan langsung dengan kepentingan-kepentingan kolonial Inggris di daerah itu. Tahun-tahun kelaparan, kekeringan dan penyakit menular kolera yang menyebar di Arabia pada tahun 1809 M. benar-benar melemahkan negara baru ini dan membuatnya terbuka untuk mendapat serangan. Saud meninggal pada tahun 1814 M. dan diteruskan oleh anaknya Abdullah, meskipun pilihan ini menemui beberapa pertentangan internal di dalam al-Diriyyah. Pada saat itu, orang Albania bernama Muhammad Ali Pasha, penguasa Utsmaniyyah dari Mesir, bersiap-siap untuk mengambil kembali negeri-negeri yang telah dikuasai negara baru ini di al-Diriyyah. Pada tahun 1811 M., Muhammad Ali mulai maju menuju Hijaz, menaklukkan para pengikut ibn Abdul-Wahhab. Pada bulan April 1818 M., Putera dari Muhammad, Ibraahim telah mencapai al-Diriyyah. Abdullah memohon perdamaian dan akhirnya menyerah di bulan September, setelah perang sengit selama enam bulan. Al-Diriyyah dirampok.174 Beberapa anak cucu ibn Abdul-Wahhab diambil sebagai tahanan dan dikirimkan ke Mesir, beberapa lainnya akhirnya dikirimkan ke Turki untuk dieksekusi. Kejadian ini mengakhiri apa yang digambarkan sebagai “Negara Saudi Pertama.”175

Kepribadian Muhammad ibn Abdul-Wahhab

Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah orang yang benar-benar tekun beribadah. Beliau menyebut nama Allah secara terus menerus. Beliau seringkali terdengar membacakan ayat Qur’an,

174

Moral dan praktik yang dilakukan orang kebanyakan yang berada di bawah otoritas Negara baru yang lebih besar ini tidaklah sama seperti ketika masa ibn Abdul-Wahhab, Muhammad ibn Saud and Abdul-Aziz. Maka, Ibn Bisyr menyatakan kenapa orang-orang Mesir itu dapat menaklukkan mereka adalah karena dosa-dosa yang mereka lakukan. Bandingkan, Al-Abud, vol. 2, hal. 252. 175

Untuk rincian mengenai kejadian-kejadian di atas, lihat Vassiliev, hal. 89-160. “Negara Saudi kedua” bertahan dari tahun 1843-1865 M. “Negara Saudi ketiga,” adalah apa yang sekarang dikenal dengan Saudi Arabia dimualai sekitar tahun 1902 M.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 65

ك الت أن عمت علي وعلى رب أوزعن أن أشكر نعمت والدي وأن أعمل لاتا ت رضا وأللح ل ف ذريت إن

ت بت إليك وإن من المسلمي “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat

berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku

bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. al-Ahqaaf 15).

Ibn Bisyr mencatat bahwa sekumpulan orang akan mengetahui dia datang menghampiri ketika mendengar ayat-ayat yang terus menerus dia bacakan. Beliau melaksanakan shalat malam. Bahkan ketika dia sudah tua dan lemah, dia tetap memaksakan diri (meski harus dibantu orang lain) pergi ke mesjid untuk mendirikan shalat berjamaah.176 Beliau juga adalah seorang yang berani mempertahankan keyakinan-keyakinannya yang berkenaan dengan agama Allah. Tanpa pertolongan Allah dan kemudian kualitas yang tinggi ini, akan tidak meyakinkan memikirkan dia dapat menyelesaikan prestasi yang telah diselesaikannya itu. Vassiliev menggambarkannya sebagai berikut,

Seorang tokoh utama pada masanya dan masyarakatnya, dia [Muhammad ibn Abdul- Wahhaab] adalah seorang lelaki dengan keberanian dan keinginan yang besar. Sebuah keberanian luarbiasa dibutuhkan untuk menantang seluruh sistem keagamaan di Arabia pada saat itu dan menghadapi para penganjur kaum kolot. Hidupnya terus menerus berada di bawah ancaman dan dia dikirim ke pembuangan tiga kali, namun ini tidak menghancurkan keinginannya. Dengan ceramahnya yang penuh gairah dan kepandaiannya berbicara, Ibn Abd al-Wahhab membuat sebuah kontribusi utama terhadap keberhasilan gerakan keagamaan yang telah dimulainya dan perluasan Negara Saudi. Menurut Ibn Bisyr, Ibn Abd al-Wahhab ‘meninggikan bendera jihad, meski tak ada sesuatu pun kecuali pemberontakan-pemberontakan dan pembunuhan-pembunuhan sebelum dia.’ Mengin mencatat bahwa ‘dia benar-benar meyakinkan dan memenangi hati orang-orang dengan ceramah-ceramahnya.’

177

176

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 162 and 164. Bandingkan., Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 84. 177

Vassiliev, hal. 89.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 66

Beliau dikenal sebagai orang yang sangat rendah hati dan mencintai orang-orang. Ibn Bisyr mengatakan, “Kami tak pernah mendengar seseorang yang lebih lembut dan lebih baik daripada dia kepada para penuntut ilmu, kepada para penanya, kepada orang yang mebutuhkan…”178 Beliau juga sangat dermawan dan sederhana, tidak pernah takut kemiskinan dan tidak pernah tertarik pada kekayaan duniawi. Meskipun setelah beberapa lama al-Diriyyah mulai memiliki kekayaan yang hebat dan meskipun dia adalah tokoh pemimpin spiritual dan guru, beliau tidak memungut upah dari kekayaan publik.179 Beliau mendistribusikan harta yang diterimanya dan seringkali menghutang karena memelihara murud-muridnya, para tetamu dan para musafir.180 Ketika dia wafat, dia tindak meninggalkan harta kekayaan – buktinya, dia justru memiliki hutang yang dibayar orang lain atas namanya.181

Beliau tidak memaksakan pendapat-pendapatnya. Ketika beliau tidak mengetahui suatu hal, beliau siap mengakuinya. Beliau akan membuat pernyataan seperti, “Saya tidak mengetahui apapun berkenaan dengan masalah itu.”182 Dalam sepucuk surat yang ditulisnya kepada sekelompok ulama, dia berkata mengenai dirinya, “Saya tidak mengklaim diri saya terbebas dari segala kekeliruan.”183 Beliau tidak akan tidak merubah pendapat-pendapat pribadinya atau tetap membuta pada ulama ataupun madzhab manapun. Dalam surat yang sama, ibn Abdul-Wahhab juga menyatakan, “Jika saya memfatwakan atau memperlihatkan tindakan dan anda tahu bahwa saya keliru, adalah wajib bagi anda untuk menjelaskan kebenaran kepada saudara muslim anda.”184 Dalam kesempatan yang lain beliau menulis, “Saya menemukan pada diri saya bahwa saya mencintai seseorang yang mau menasehati saya ketika saya melakukan kesalahan.”185 Lagi, dalam surat yang lain, beliau menulis, “Jika kebenaran bersama mereka (yaitu para penentangnya) atau jika kami memiliki beberapa kebenaran dan beberapa kesalahan atau kami menjadi sebegitu ekstrim dalam beberapa masalah, maka adalah kewajiban bagi anda untuk menunjukkannya dan menasihati kami dan memperlihatkan kepada

178

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 162. 179

Bandingkan, Abdul-Mushin ibn Baaz, vol. 1, hal. 506, dikutip dari Abdul-Rahmaan ibn Abdul-Latif ali-Syeikh. 180

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 163. 181

bandingkan, Abdul-Mushin ibn Baaz, vol. 1, hal. 507, dikutip dari Abdul-Rahmaan ibn Abdul-Latif ali-Syeikh; Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 84. 182

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 213. Untuk contoh-contohnya, lihat Al-Abud, vol. 1, hal. 319. 183

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 241. 184

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 240. 185

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 289.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 67

kami pernyataan-pernyataan orang-orang yang berilmu. Barangkali, melalui anda, Allah akan memandu kita kembali kepada kebenaran.”186

Salah satu karakternya yang paling terkenal adalah bahwa dia selalu berusaha bersikap bijaksana dan adil bahkan kepada para penentangnya yang paling sengit. Sekali beliau mengutip ayat,

وال يرمنكم شنآن ق وم على أال ت عدلوا“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong

kamu untuk berlaku tidak adil” (QS. al-Maaidah 8),

Dan menyatakan bahwa yang demikian itu mengungkapkan tentang kebencian yang harus dimiliki seseorang kepada orang-orang kafir (yaitu, mekipun seseorang membenci sesuatu, hal itu tidak berarti dia bisa melencong dari berbuat adil). Beliau berkata jika hal itu terjadi terhadap orang-orang kafir, seseorang harus lebih berhati-hati dan berusaha sekuat tenaga berlaku adil dengan orang muslim yang memiliki pemahaman keliru, salah paham atau bahkan orang-orang fasik.187 Lebih lagi, dia seringkali menunjukkan kualitas-kualitas bagus para penentangnya sambil membatasi kritiknya pada isu-isu yang relevan. Sebagai contoh, tentang ahl al-kalaam atau “para scholastic theologian”, dia menyatakan, “Ahl al-kalaam dan para pengikut mereka adalah orang-orang yang pandai dan cerdas. Buktinya, mereka memiliki kecerdasan, daya ingat dan pemahaman yang benar-benar mengejutkan.”188 Beliau juga berharap perlakuan yang sama diberikan kepadanya. Beliau berkata bahkan jika dia membuat kekeliruan dalam sebuah masalah, seratus atau duaratus masalah, yang lain juga berbuat kekeliruan-kekeliruan dan kebaikan-kebaikannya seharusnya tidak diabaikan hanya karena beberapa kekeliruan.189

Ibn Baaz mencatat bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab selalu mencoba bertemu para penentangnya. Alasan dia begitu adalah untuk memastikan mereka saling memahami satu sama lain secara pantas, yang mungkin tidak bisa dilakukan hanya dengan saling membaca kata-kata (tulisan) masing-masing.190

186

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 301. Lihat, dalam volume yang sama, hal. 42, 289 dan 318. 187

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 13, hal. 52. 188

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 164. 189

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 240. 190

Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 135-136.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 68

Bahkan, dia selalu berharap bahkan musuh-musuhnya akan datang menuju

kebenaran dan secara tulus mengikuti agama Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص). Abdullah

ibn Muhammad ibn Abdul-Latif adalah guru dari ibn Abdul-Wahhab di al-Ahsa namun menulis sebuah bantahan kepada ibn Abdul-Wahhab yang berjudul Saif al-Jihaad li-Mudda’an al-Ijtihaad (“Pedang Jihad bagi Orang yang Menyatakan Ijtihaad”). Ibn Abdul-Wahhab menulis padanya dan mengatakan, “Saya mencintai anda dan akan selalu mendoakan anda dalam shalat-shalat saya. Saya berharap dari tulisan pendek anda ini Allah akan memandu anda pada agama-Nya yang lurus. Alangkah baiknya bagi anda untuk menjadi seorang faruq demi kepentingan Allah.”191 Beliau juga menulis kepada Abdul-Wahhab ibn Abdullah ibn Isa, dimana dia dan ayahnya sangat menyusahkan ibn Abdul-Wahhab, “Saya akan memohonkan untukmu dalam sujudku. Anda dan ayah anda adalah orang yang paling penting bagi saya dan yang paling saya kasihi…”192

Buktinya, segera setelah menyebutkan keadaan yang menuntun ibn Abdul-Wahhab mendeklarasikan jihad, Ibn Ghannaam menulis,

Dia selalu memohon kepada Allah, yang telah memberinya anugerah yang besar ini, agar membukakan dada bangsanya kepada kebenaran, agar melindunginya dengan kekuasaan-Nya dari kejahatan mereka dan menjauhkan bahaya yang mereka sebabkan bagi dirinya. Dia akan selalu berlaku baik dan memaafkan mereka. Tak ada yang lebih dicintainya daripada salah seorang (musuhnya) yang datang padanya dengan penyesalan yang dengan cepat akan segera dia ampuni orang itu. Dia tidak pernah mengancam siapapun dengan cara kekerasan setelah dia memperoleh kemenangan, bahkan jika orang itu memiliki kekuasaan yang akan memutuskan hubungan mereka dan membuatnya menderita dengan hukuman yang paling memilukan dan memutilasinya. Dia tahu bahwa hal demikian pernah diberlakukan kepadanya namun dia tak pernah membalas dendam setelah dia berkembang dan mendapatkan kemenangan dan ketika delegasi-delegasi datang padanya, dengan enggan ataupun atas dasar keinginan sendiri. Dia akan selalu bermurah hati. Dia akan melupakan apa yang pernah mereka lakukan kepadanya, seakan mereka tak pernah melakukan apapun. Dia akan tersenyum kepada mereka dan memperlihatkan wajah cerianya kepeda mereka. Dia akan berlaku dermawan dan memberi kepada mereka. Sikap ini biasa di antara orang-orang saleh yang terhormat dan para ulama yang telah Allah berkati dengan ketaqwaan, pengetahuan dan petunjuk.

193

191

Dikutip dari al-Abdul-Latif, hal. 36. 192

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 280. Untuk contoh-contoh lain tentang hal ini, lihat al-Abdul-Latif, hal. 36-38. 193

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 83.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 69

Singkatnya, seseorang dapat mengatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab bukan hanya seorang ulama. Pengetahuannya yang mendalam mengenai Qur’an dan Sunnah adalah penting dalam menghadirkan argumen-argumen logis untuk meyakinkan orang kepada kebenaran. Namun demikian, lebih dari itu, dia adalah seorang penyeru kepada keimanan yang bijaksana yang menempatkan keimanan dalam tindakan hidupnya sendiri dan dalam hidup orang-orang yang dekat dengannya. Karenanya, beliau mampu memenangi hati orang-orang, mempengaruhi dan memandu orang banyak kepada jalan yang lurus. Ini adalah apa yang dipersembahkannya dalam seluruh kehidupannya. Ini adalah sesuatu yang dapat dikatakan sebagai hidupnya secara keseluruhan.

Harus juga disebutkan bahwa tulisan-tulisannya, ceramah-ceramahnya, tindakan-tindakannya dan da’wahnya adalah semuanya mengenai agama Islam yang

dipraktikkan dan diajarkan oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri, yang diriwayatkan para

Sahabat dan para penerusnya. Inilah islam sejati—islam yang dibawa oleh Nabi

Ibn Abdul-Wahhab tidaklah menyimpang—yang barangkali karena .(ملسو هيلع هللا ىلص)

kesalahan manusia yang rentan dilakukan semua orang—dari islam yang sejati bahkan dalam masalah-masalah amalan dan keyakinan yang enteng-enteng.

Hasil-hasil dari Upaya-upaya yang Telah Dilakukan ibn Abdul-Wahhab

Allah berfirman dalam Qur’an,

من عمل لاتا من ذكر أو أن ثى وهو مؤمن ف لنحيي نه بة ولنجزي ن هم أجرهم بأحسن ما كانوا ي عملون حياة طي

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka

kerjakan” (QS. al-Nahl 97).

Dari semua bukti-bukti yang jelas, ini adalah cita-cita Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya. Kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Abu-Hakima nampaknya telah menembak sasaran saat dia menggambarkan ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya, mengatakan, “Sang Syeikh dan para pengikutnya, Muwahhidin194, percaya bahwa jika mereka membasmi syirik195 dan bid’ah196’,

194

Yaitu, para penegak monoteisme Islami.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 70

maka dia telah masuk Islam secara keseluruhan dengan hanya mengakui satu Tuhan dan manusia menapaki jalan yang telah ditentukan Tuhan untuk mereka, semua Muslim menjadi bersaudara, kedamaian akan menang dan dunia akan sejahtera.”197 Bahkan, kehidupan di bawah kepemimpinan ibn Abdul-Wahhab benar-benar berubah di Najd. Jameelah mencatat,

Di bawah kekuasaan Amir Muhammad ibn Saud, cara hidup, keyakinan dan karakter rakyatnya benar-benar berubah. Sebelumnya kebanyakan orang ini, bahkan di kota-kota suci, orang-orang Muslim itu hanyalah nama saja, tak banyak mengetahui kecuali mengucapkan kalimat syahadat dan banyak kekeliruan. Sekarang semua orang wajib melaksanakan shalat-shalatnya secara berjamaah, shaum ramadhan dan membayar zakat. Tembakau, sutera dan semua simbol-simbol kemewahan dihapuskan. Semua pajak-pajak yang tak islami dibatalkan. Untuk pertama kalinya setelah berabad-abad terdapat kedamaian dan kesejahteraan di dunia dimana orang badwi dapat tidur di malam hari tanpa rasa takut ternak dan hartanya dicuri. Bahkan dan membawa keluhan-keluhannya di hadapan suku-suku yang lebih hebat dan menyerunya untuk menghitung kesalahan-kesalahannya. Konflik-konflik sektarian berhenti karena ulama dari setiap madzhab mendapat giliran masing-masing untuk mengimami shalat-shalat berjamaah. Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab membuktikan dirinya sebagai Mujadid di shaf pertama dan seorang yang pantas menjadi pengganti Imam Ahmad ibn Hanbal dan Ibn Taimiya.

198

Akhirnya, Ibn Bisyr menulis, “Keunggulan dan kebaikan [Ibn Abdul-Wahhab] terlalu banyak untuk dihitung dan lebih masyhur daripada apa yang perlu disebutkan. Jika saya merinci semuanya, halamannya tidak akan cukup … cukuplah untuk kebaikan-kebaikannya bahwa hasilnya adalah klenik-klenik dihapuskan, muslim-muslim dipersatukan, shalat-shalat berjamaah dan shalat jum’at didirikan, agama

195

Yaitu, polytheisme. 196

Yaitu, tambahan-tambahan, pengurangan-pengurangan, inovasi dan klenik-klenik. 197

Abu-Hakima, hal. 127. 198

Maryam Jameelah, Islam in Theory and Practice (Lahore, Pakistan: Mohammad Yusuf Khan,1976), hal. 118. Sayangnya, Jameelah sendiri secara jelas terpengaruh oleh kitab Lam’ al-Shihaab atau seseorang yang menggunakan kitab itu sebagai referensi, sebagai beberapa informasi (seperti pada hal. 119 dimana beliau menyatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab belajar Tashawwuf di Iran) adalah keliru. Namun demikian, pemahaman umumnya terhadap da’wah ibn Abdul-Wahhab adalah bagus. Apa yang paling luarbiasa adalah, setelah menilai ibn Abdul-Wahhab dalam terma-terma yang sangat menyala-nyala,

dia mengakhiri bukunya dengan sebuah doa kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), memohonnya agar

menyelamatkan bangsa Muslim dari keadaan buruk yang sedang berlangsung.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 71

dibangkitkan kembali setelah hilang dan akar-akar syirik ditebas setelah mereka tertanam.”199

Gambar 1. Peta jazirah yang memperlihatkan dimana Muhammad ibn Abdul-Wahhab bepergian: Dari al-Uyainah beliau pergi ke Mekkah, al-Madinah, Basra, al-Zubair dan al-Ahsa (juga dikenal dengan al-Hasa).

Gambar 2. Peta kota-kota yang saling berhubungan pada masa hidup Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Memperlihatkan jarak kira-kira (bukan rute perjalanan): Riyadh (ضاــيرل) ke Manfuuhah (فنمةحو) adalah sekitar 4.5 kilometer. Riyadh ke al-Diriyyah (ةـيعردلا) sekitar 17.8 kilometer. Al-Diriyyah

ke al-Uyainah (ةنييعلا) sekitar 27.5 kilometer. Al-Jubailah (الجةليب) sekitar 6.5

kilometer ke timur al-Uyainah. Huraimila (ذريالء) sekitar 34.1 kilometer barat laut al-Uyainah.

199

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 164.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 72

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 73

BAB III

Ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang Penting dan bersifat Pembaharu

Islam Sejak Masa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

ra “Keemasan” Islam sejati adalah masa hidup Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan para

sahabatnya. Pada masa itu negara dan perseorangan benar-benar dipandu

dengan cahaya wahyu Allah. Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri berkata,

ر أمت قرن ت الذين ي لون هم ت الذين ي لون هم خي “Sebaik-baik ummatku adalah generasiku. Kemudian yang sesudahnya,

kemudian yang sesudahnya lagi’.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Pada saat yang sama, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) memberitahukan umatnya bahwa akan terjadi

juga perpecahan dan perelisihan. Maka, beliau bersabda, contohnya,

E

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 74

لكم من أهل الكتاب اف ت رق وا عل ى ثنت ي و أال إن من ق ب سبعي ملة و إن هذ الملة ست فتق على ثالث و سبعي عون ف النار و واحدة ف اتنة و هي اتماعة ثنتان و سب “Sesungguhnya, ahli kitab sebelum kamu terbagi menjadi 72 golongan. Dan

ummat ini akan terbagi menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu yaitu al-jama’ah (kelompok yang mentaati kebenaran)

200

Penyimpangan dari jalan lurus Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), digambarkan dalam golongan-golongan

kecil pada masyarakat Muslim, dimulai pada masa yang cukup awal dalam sejarah Islam. Pertama dengan kehadiran kelompok ekstrimis Khawarij. Kelompok ini terpisah dari tubuh utama umat Muslim karena pertanyaan siapakah yang termasuk dan tidak termasuk sebagai muslim. Mereka mengambil kesimpulan bahwa siapa saja yang melakukan dosa besar adalah seorang yang kafir dan seorang yang ingkar, yang darah dan hartanya menjadi halal. Segera setelah itu muncullah kelompok-kelompok Syiah, yang pada awalnya tidak lebih dari para

partisan pro-Ali. Setelah masa itu, sebagaimana yang diprediksi oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص),

muncul berbagai kelompok sektarian lainnya, seperti Qadariyyah (yang meyakini adanya kehendak bebas absolute), Jabariyyah (yang meyakini adanya paksaan absolute), beragam ordo Sufi (dengan keyakinannya masing-masing, kebanyakan diambil dari budaya dan agama-agama non-islam, Mutazilah (dengan tekanannya pada nalar manusia) dan Asyaariah (dengan upaya mereka menjembatani gap antara nalar manusia dan teks wahyu). Semua kelompok ini, satu sama lain, cukup memperlihatkan suatu jarak lebih jauh dari ajaran-ajaran sejati dan original yang

diajarkan oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan para Sahabat. Meskipun pada beberapa waktu

kelompok-kelompok ini dimulai dengan ikhtilaf-ikhtilaf “minor”, selebihnya mereka berkembang ke dalam teori-teori independen penuh tentang agama dan kehidupan.

Pada tataran politik, masalah-masalah juga menyimpang dari pola sebenarnya

yang dibangun oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan para Khulafa al-Rasyidin. Dari masa

200

Riwayat Abu Dawud yang menurut al-Albaani haditsnya hasan. Menurut Abdul-Qaadir Al-Arnaut, sanadnya shahih. Lihat Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Shahih Sunan Abi Dawud (Riyadh: Maktabah al-Maarif, 2000), vol. 3, hal. 115-116; Abdul-Qaadir Al-Arnaut, catatan kaki terhadap al-Mubaarak ibn al-Atsir, Jaami al-Usul fi al-Ahadits al-Rasul (Maktaba al-Hilwaani, 1971), vol. 10, hal. 32.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 75

Muawiyyah, dinasti Umayyah dibangun, yang mana dirinya menyimbolkan sebuah keterpecahan dari pemerintah Islam sebelumnya. Dinasti Umayyah memerintah dari tahun 40 sampai 132 H. (658 sampai 750 M.). Kemudian, apa yang disebut sebagai “kekhalifahan resmi” terbentang di tangan dinasti Abbasyiah, yang memerintah dari tahun 750 sampai tahun 1258 M. Jelas, selama periode yang panjang itu, kekuasaan mereka atas bagian-bagian dunia islam itu hanya nominal saja. Tentu, momentum penting yang nampak selama masa itu yang mengejutkan seluruh dunia Muslim adalah jatuhnya Baghdad, pusat kekhalifahan, ke tangan bangsa Mongol pada tahun 656 H. (1258 M.). Kejutan ini membawa sebuah bentuk konservatisme yang menjalar ke negeri-negeri Muslim, membawa secara khusus tertutupnya pintu ijtihaad (sebuah topik yang akan dibincangkan secara lebih terperinci di bawah).

Pusat kekhalifahan penting berikutnya adalah kekaisaran Utsmaniyyah, yang masih dominan namun kekuatannya benar-benar lemah pada masa ibn Abdul-Wahhab. Namun demikian, “pusat-pusat” kekhalifahan tidak mencegah hadirnya pemerintahan-pemerintahan yang kecil di berbagai negeri. Maka, bersamaan dengan pemerintahan-pemerintahan Utsmaniyyah ini, selama masa ibn Abdul-Wahhab, orang menemukan juga dinasti saffawi di Persia dan Kekaisaran Moghul di India.

Beberapa orang menyatakan bahwa negara-negara muslim mulai terus-menerus mengalami kemunduran setelah abad ketujuh hijriah (setelah kejatuhan Baghdad). Pada masa ibn Abdul-Wahhab, Islam mencapai negara terrendah dalam sejarah pada beberapa bidang. Bicara politis, Kekaisaran Utsmaniyyah telah kehilangan banyak otoritas dan prestisenya. Banyak tempat telah menjadi semi-independent. Pembangkang menyebar di berbagai negeri. Lebih lagi, bangsa-bangsa Eropa menjadi penentang-penentang yang hebat dan mendapatkan banyak keuntungan besar dengan cara menekan para Sultan.

Bicara masalah agama, sejak masa Abbasyah, saat “ilmu-ilmu pengetahuan” asing dan filsafat-filsafat diterjemahkan ke dalam bahasa arab, ikhtilaf dari ajaran-ajaran islam menjadi terus membesar. Pengaruh pemikiran Yunani, India dan Persia menjadi begitu hebat, berdampak pada keyakinan-keyakinan dan amalan-amalan muslim awam. Karenanya, madzhab-madzhab teologi berkembang, klenik menyebar dan praktik-praktik mistik non-islami mulai berpengaruh. Pada saat yang sama, madzhab-madzhab fiqih sejati mulai terbengkalai dan tidak effektif, karena para ulama menyatakan bahwa pintu ijtihaad telah tertutup.

Seseorang dapat melihat uraian urusan-urusan itu dalam kata-kata Vassiliev yang berbicara tentang masa setelah wafatnya ibn Abdul-Wahhab mengenai urusan-urusan di negeri-negeri Utsmaniyyah: “Sejak tahun 1803 orang-orang Wahhabi telah memasang berbagai rintangan dalam tatacara haji mereka yang berasal dari

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 76

kekaisaran Utsmaniyyah, khususnya mereka yang berasal dari Syria dan Mesir … Para peziarah itu ditemani oleh pemusik, memainkan tamborin, gendang dan alat musik lain (seperti seruling). Banyak dari para peziarah itu membawa alkohol dan bukanlah hal yang tidak biasa jika kita menemukan kelompok-kelompok para pelacur dalam kabilah-kabilah itu. Semua ini tidak diragukan memprovokasi rasa permusuhan orang-orang wahhabi karena ketidaknyamannya dengan standar-standar moral dan relijius mereka.”201 Kemudian, dia menjelaskan, “Menurut Bazili, ‘orang-orang Wahhabi meminta—bukan tanpa alasan—bahwa di sana seharusnya tidak ada anak-anak ataupun orang-orang tak berjenggot dalam kabilah-kabilah.’”202

Lebih jauh, Vassiliev menulis mengenai reformasi-reformasi yang dibawa ke Mekkah sebagai hasil penaklukkan yang dilakukan oleh para pengikut ibn Abdul-Wahhab,

Akhlak-akhlak keras yang diperkenalkan di Mekkah berlawanan dengan adat dan kebiasaan orang-orang disana. Status kota suci membuat penduduknya merasa superior terhadap umat muslim yang lain dan membuat mereka memaafkan beberapa kebiasaan cabul. Seluruh blok Mekkah dimiliki oleh para pelacur, yang bahkan membayar pajak karena pekerjaannya itu. Homoseksualitas menyebar. Alkohol juga dijual hampir di gerbang Ka’bah dan orang-orang yang mabuk tidaklah tidak biasa.

203 Aturan-aturan baru

mungkin mendapat persetujuan ulama yang saleh dan mukmin-mukmin yang tulus, namun mereka diberatkan demi bagian lebih besar populasi kota itu. Tidak kurang memberatkannya adalah penghinaan karena ketundukan kepada orang-orang Najd untuk pertama kalinya setelah berabad-abad. Semua fakta ini, apakah karena sifat dasar ekonomis, politis atau pun psikologis, menciptakan iklim anti-Wahhadi di Hijaz.

204

Al-Jabarti, dari al-Azhar, menggambarkan pasukan Mesir yang berperang melawan orang-orang “Wahhabi” pada dekade pertama 1800-an:

Beberapa orang komandan yang saleh dan taat beribadah, berkata padaku, ‘Bagaimana bisa kita menang saat prajurit-prajurit kita berasal dari keyakinan yang berbeda-beda dan beberapa dari mereka tidak mengimani apapun dan menyatakan tidak beragama? Kita membawa kotak-kotak berisi minuman beralkohol, adzan tidak pernah terdengar di kemah kita, aturan-aturan islam tidak dipenuhi atau bahkan diingatkan, orang-orang kita tidak memiliki gagasan ritus-ritus relijius. Sementara musuh kita (orang-orang Wahhabi), segera setelah mendengar suara muadzin, mereka berwudlu dan berbaris di

201

Vassiliev, hal. 105. 202

Vassiliev, hal. 105. 203

Orsevasi-observasi ini didasarkan pada pengalaman perjalanan Burckhardt. 204

Vassiliev, pp. 138-139.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 77

belakang satu imam dengan rendah hati dan taat. Ketika waktu shalat datang pada saat perang, mereka dengan penuh ketaatan melaksanakan “shalat khauf” – satu detasemen maju berperang sementara lainnya shalat di belakang mereka. Para prajurit kita aneh; mereka tak pernah mendengarnya, apalagi melihatnya.

205

Seorang Amerika, Lothrop Stoddard menulis tentang Islam pada abad ke-18 M. (Abad ke-12H.),

Agama ini, sedekaden sebagaimana yang lainnya. Monoteisme keras

Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص) telah dimuati dengan sebuah barisan pertumbuhan

takhyul dan mistisisme. Masjid-masjid berdiri dengan jarang dan terbengkalai, ditinggalkan oleh orang-orang dungu yang, memakai ajimat, anting-anting dan tasbih, mendengarkan para faqir dan darwis yang jorok dan pergi menziarahi kuburan-kuburan “orang suci” yang dipuja sebagai para wali dan perantara. Sementara persepsi-persepi moral Qur’an, mereka abaikan dan tak mereka indahkan. Bahkan kota-kota suci adalah lubang-lubang ketidaksusilaan. Kenyataan, kehidupan rupanya telah keluar dari Islam. Jika saja Muhammad kembali ke bumi, beliau tak diragukan lagi akan melaknat para pengikutnya karena menjadi orang-orang yang ingkar dan penyembah berhala.

206

Pada masa ibn Abdul-Wahhab, ketaatan yang keras dan buta kepada madzhab-madzhab fiqih yang berbeda telah berurat akar di dunia muslim. Situasi menjadi begitu buruk di daerah-daerah dimana terdapat lebih dari satu madzhab, setiap madzhab shalat secara terpisah-pisah di masjid, dengan imamnya sendiri-sendiri. Ini bahkan terjadi di Ka’bah, symbol pusat kesatuan umat islam. Tambahan, madzhab-madzhab itu menjadi “kultus” dan benar-benar melarang siapapun untuk keluar dari batas-batas madzhab.207

Lebih lagi, para sufi, yang selalu mengklaim diri sebagai orang-orang yang taat terhadap agama, mempraktikkan hal-hal yang hanya dapat didukung jika seseorang benar-benar mengabaikan Qur’an dan Sunnah. Lagi, Vassiliev menyatakan, “Para sufi menyanyi dan memainkan alat-alat musik, dan beberapa dari mereka minum alkohol, menghisap tembakau dan hashish dan menghidupi

205

Al-Jabarti dikutip dalam berbagai karya, terjemahan inggris ini dari Vassiliev, hal. 144. 206

The New World of Islam, hal. 25-26. Dikutip dari Jameelah, hal. 116. Sarjana Amir Shakib Arsalan menyatakan bahwa seorang Muslim tak dapat menghadirkan semacam deskripsi akurat tentang sunia Muslim pada masa itu. 207

Bandingkan, Usrah, hal. 77.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 78

hidup mereka dengan dongeng-dongeng nasib yang didasarkan pada astrologi dan sihir.”208

Satu poin akhir ditulis oleh seorang sarjana India, al-Nadwi, bahwa dominasi bangsa Turki membawa satu situasi dimana bahasa yang lebih penting dan resmi umat Islam bukan lagi bahasa Arab. Bahasa Qur’an menjadi bahasa penting nomor dua. Hal ini tak diragukan lagi menambah jarak umat islam (kebanyakan) dari sumber ajaran islam yang sejati.209

Situasi Keagamaan di Najd

Ketika dihadapkan pada agama Islam, terdapat begitu banyak kedunguan menyebar di Najd. Orang-orang Badwi merupakan mayoritas populasi di Najd dan jarak mereka dengan Islam sejadi sangat kentara. Maka Ibn Ghannaam menggambarkan situasi sebelum adanya pengaruh ibn Abdul-Wahhab, “Kebanyakan orang muslim jatuh pada syirik dan kembali pada masa jahiliyyah. Mereka memadamkan dalam jiwa-jiwa mereka cahaya petunjuk dan digantikan oleh kedunguan. Orang-orang fasik dan tersesat memerintah mereka. Mereka membuang kitab Allah di belakang punggung mereka. Mereka mengikuti orang-orang yang tersesat yang mereka dapati leluhur mereka ikuti. Mereka kira leluhur mereka mengetahui lebih baik mengenai kebenaran dan mereka kira leluhur mereka mengetahui jalan yang lurus.”210

Ibn Ghannaam menyatakan bahwa pada mulanya Muhammad ibn Abdul-Wahhab tidak menyatakan bahwa orang-orang Badwi itu telah kafir. Hanya setelah beliau menentukan bahwa mereka bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar keimanan maka beliau tidak lagi punya pilihan, menurut prinsip-prinsip syariah, untuk menyatakan bahwa mereka bukanlah muslim.211 Dalam suratnya kepada Ahmad ibn Ibraahim beliau menyatakan,

Anda tahu bahwa orang-orang Badwi telah mengingkari Kitabullah dalam totalitasnya dan mereka memisahkan diri mereka sendiri dari agama secara komplit. Mereka juga menertawakan penduduk kota yang percaya akan adanya hari kebangkitan. Mereka memberi pilihan pada aturan taghut (“tuhan-tuhan palsu”) daripada hukum Allah dan mereka mentertawakan [hukum Allah]. Meskipun mereka mengiyakan bahwa Muhammad adalah Rasulullah dan bahwa Kitab Allah bersama dengan penduduk kota, mereka tetap saja mengingkarinya, tidak mengimaninya dan menertawakannya.

208

Vassiliev, hal. 69-70. 209

Al-Nadwi, hal. 30. 210

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 10. 211

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 83.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 79

Dengan itu semua, anda masih berkeberatan kami untuk menyatakan mereka adalah orang-orang kafir.

212

Penelitian paling dekat tentang adat istiadat orang-orang Badwi sebelum datangnya pengaruh ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan bahwa gambaran mereka berada di luar Islam tampaknya cukup terjamin. Seorang pelancong barat generasi pertama, Volney, menulis,

Badwi yang hidup di perbatasan Turki berpura-pura sebagai orang Islam demi alasan politik namun mereka sangat sembrono dalam beragama dan kealiman mereka sangat lemah bahwa mereka biasanya dianggap tidak setia (kafir) kepada orang yang seharusnya ditaati atau seorang nabi. Mereka dengan mudah mengakui bahwa agama Muhammad tidak diciptakan untuk mereka. Mereka menambahkan, “Bagaimana bisa kami berwudlu jika tidak ada air? Bagaimana kami berzakat, jika tidak kaya?…”

213

Pelancong Finlandia pertengahan abad Sembilanbelas yang bernama Wallin menyatakan tentang beberapa suku yang tidak menerima seruan Muhammad ibn Abdul-Wahhab,

Maazeh [sebuah suku di bagian barat arabia] adalah, secara umum, nyata sekali mereka bodoh dalam agama yang mereka akui, dan saya hampir tidak ingat pernah bertemu dengan satu orang pun dari suku itu yang menjalankan ritual islam apapun, atau yang keranjingan paling tidak gagasan dogma-dogmanya yang fundamental dan utama.; sementara sebaliknya, dengan tingkat yang sangat kentara, apa yang disebut oleh orang-orang Badwi itu, atau umumnya, Wahhabiye.

214

Laporan-laporan Burckhardt dan Palgrave juga sangat mirip.215 Kebiasaan di antara suku Badwi, sebagaimana digambarkan Vassiliev didasarkan pada laporan-laporan orang Barat, adalah: pengkultusan pada matahari, bulan dan bintang-bintang; ritus-ritus dan legenda merintangi ajaran-ajaran Islam; kultus pada nenek moyang; melakukan pengorbanan di atas kuburan nenek moyang; animisme; fetishisme dan lain sebagainya.216

212

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 209. Dalam surat lainnya (Muallifaat, vol. 7, hal. 25), beliau menyatakan, “Jika wudlu memiliki delapan hal yang meniadakannya, mereka memiliki apa yang meniadakan islam lebih dari seratus watak yang menghapuskan.” 213

Dikutip dalam Vassiliev, hal. 72. 214

Dikutid dalam Vassiliev, hal. 73. 215

Lihat Vassiliev, hal. 72. 216

Vassiliev, hal. 72-73.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 80

Kelihatan dari semua laporan bahwa praktik-praktik syirik (seperti kultus pada ibadah di kuburan) menyebar. Perantara-perantara diibadahi baik pada masa susah maupun pada masa senang. Sebagaimana ditulis Ibn Bisyr, sesungguhnya setiap suku atau oasis memiliki pohon, semak belukar dan kuburan-kuburan yang mereka mintai berkah dan pertolongannya. Kenyataan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab sendiri seringkali memberikan penjelasan dalam tataran negara tentang urusan-urusan itu—bahkan kebanyakan tulisan-tulisan aslinya ditujukan untuk mengakhiri berbagai macam polytheisme yang ada. Beliau menekankan bahwa para penganut polytheisme yang ada itu bahkan melebihi keadaan penganut

polytheisme pada zaman Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Beliau menulis,

Orang-orang musyrik pada masa kita adalah lebih hebat kemusyrikannya daripada orang-orang musyrik sebelumnya. Kenapa begitu karena orang-orang musyrik sebelum mereka akan menyekutukan Allah ketika mereka dalam keadaan senang dan akan kembali hanya kepada Allah ketika mereka mengalami kesusahan sementara orang-orang musyrik masa kita selalu musyrik, baik dalam keadaan senang maupun susah. Bukti untuk ini adalah firman Allah,

ين ف لما فإذا ركبوا ف الفلك دعوا الله تلصي له الد ٠تاهم إل الب ر إذا هم يشركون

“Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan

(Allah)” (QS. al-Ankabut 29:65).217

Pendeknya, bentuk-bentuk penyimpangan agama yang hebat dapat diringkas sebagai berikut:

(1) Kultus kepada kuburan dan pemujaan pada kuburan-kuburan. Memelihara daerah al-Qasim218, praktik ini utama di seluruh Najd. Kuburan-kuburan bersama yang dibuat orang untuk diziarahi, berdoa dan umumnya ditakuti dan dipuja termasuk kuburan Zaid ibn al-Khattaab (saudara Umar ibn al-Khattaab) di al-Jubailah, yang diduga kuburan Sahabat Dziraar ibn al-Azwar219, dan kuburan-

217

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 202. 218

Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 322. 219

Ibn Ghannaam (vol. 1, hal. 12) mengatakan tanpa rasa ragu bahwa kuburan itu bukanlah kuburan Sahabat melainkan syaitan telah membodohi orang-orang agar mempercayainya sebagai kuburan Sahabat.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 81

kuburan lain yang diklaim sebagai kuburan para Sahabat di al-Diriyyah. Ibn Ghannaam mengatakan bahwa orang dungu akan lebih takut kepada kuburan-kuburan itu daripada kepada Allah. Kebiasaan mereka di dekat kuburan-kuburan itu akan kelihatan jauh lebih relijius dibanding ketika mereka berada di masjid-masjid Allah. Mereka akan menangis dan memperlihatkan perasaan yang bahkan tak akan mereka perlihatkan dalam shalat atau ketika membaca Qur’an.220 Ketika dikatakan bahwa hal-hal demikian itu adalah kekeliruan jawaban mereka akan sama bahwa mereka melihat leluhur mereka juga melakukannya.221 Dia kemudian menulis bahwa mereka akan melakukan perjalanan ke kuburan-kuburan itu dan melakukan ritus-ritus tertentu di kuburan-kuburan itu, bahkan dengan kitab-kitab yang ditulis sebagai acuan bagaimana melaksanakan ritus-ritus itu.222 Dia mengatakan bahwa meskipun mereka melaksanakan ibadah haji, pada intinya mereka tetaplah sama.223 Dia juga mencatat bahwa masjid-masjid yang dibangun di sekitar kuburan-kuburan itu akan didekor dengan sangat baik sekali sementara masjid-masjid lainnya akan seperti daerah-daerah yang terbengkalai.224 Bahkan, kelakuan mereka itu sebagaimana Allah gambarkan tentang mereka,

وإذا ذكر الله وحد اشأزت ق لوب الذين ال ي ؤمنون إذا ذكر الذين من دونه إذا هم يستبشرون باآلخرة و

“Dan apabila hanya nama Allah saja disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-

sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati.” ( QS. az-Zumar 45).

Jelas terlihat, keadaan di atas tidak hanya berlaku di Najd namun juga berlaku di kebanyakan dunia Islam pada masa itu, terkhusus di Hijaz, dimana terdapat kuburan Nabi, utama dan terutama. Untuk kebanyakan orang, menurut Ibn Ghannaam, melakukan perjalanan untuk menziarahi kuburan Nabi dianggap lebih penting daripada melakukan ibadah haji.225

220

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 60. Dia juga mencatat bahwa ketika mereka mendengar beberapa “syair relijius,” mereka akan memasukkan perasaannya namun ketika membaca Qur’an, tidak ada keadaan seperti itu yang nampak pada mereka. 221

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 11 dan hal. 52. 222

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 67. 223

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 52. 224

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 59. 225

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 52. Haji adalah ziarah ke Mekkah yang dilakukan seorang muslim sekali dalam hidupnya jika dia bermaksud melakukannya.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 82

Namun demikian, Mekkah juga memiliki sebuah mausoleum di kuburan Abu Talib, kuburan Maymunah dan kuburan Khadijah (dua yang terakhir adalah istri-istri Nabi

Ibn Ghannaam mengatakan bahwa banyak Setan yang masuk ke dalam .(ملسو هيلع هللا ىلص)

kuburan-kuburan ini, seperti berbaurnya antara laki-laki dan perempuan, berhubungan tidak sah antara mereka, meninggikan suara ketika berdoa memohon pertolongan dari mereka, memberikan uang sebagai tebusan dan lain sebagainya. Dia mengatakan bahwa kelakuan-kelakuan seperti itu tak dapat diperbolehkan, meskipun mereka berlaku begitu dengan alasan untuk mendekatkan diri kepada Allah.226 Mereka bahkan memiliki sebuah kuburan di Jeddah yang dianggap sebagai kuburan siti Hawa. Praktik-praktik yang sama nampak juga di Mesir di kuburan al-Badawi dan lain-lain tempat di seluruh negeri-negeri Muslim.227

(2) Kultus kepada orang suci dan pemujaan terhadap orang-orang suci. Pada sejarah umum kultus orang-orang suci, Vassiliev menulis,

Salah satu bid’ah dalam Islam adalah kultus terhadap orang-orang suci. Bangsa Romawi biasanya memasukkan dewa-dewa lokal ke dalam pantheon untuk meningkatkan dampak ideologis orang-orang yang beriman di daerah-daerah yang baru dikuasainya, namun kristianitas memperkenalkan kultus orang-orang suci ‘regional’. Pemujaan terhadap dewa-dewa lokal digantikan dengan pemujaan terhadap santo-santo Kristen, yang menyangga kultus-kultus lebih awal setelah sebuah proses transformasi yang tepat. Islam [penulis seharusnya menyebut ‘orang-orang islam’) mengikuti jalan yang sama. Kultus terhadap orang-orang suci dalam dunia muslim terutama lokal, asal-usulnya dari keadaan pra-islam; namun berhala-berhala yang ada sebelumnya dan santo-santo Kristen digantikan oleh para pengkhotbah Islam, para Sahabat Nabi dan ulama utama … Penyebaran kultus terhadap orang-orang suci ini sangat berhubungan dengan aktifitas-aktifitas para Sufi, atau mistik-mistik Islam. Untuk menarik orang-orang beriman, mereka menggambarkan orang-orang suci mereka itu memiliki kemampuan melakukan hal-hal yang ajaib.

228

Masalah ini barangkali menjadi sumber permusuhan terbesar terhadap Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Dia acapkali berbicara tentang Shamsaan dan putera-puteranya Shamsaan, Idris dan putera-puteranya Idris, dan Taaj di Najd, Yusuf dan al-Ashari di Kuwait, dan al-Idris dan Abu Hadidah (terkenal di kalangan

226

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 14. 227

Lihat Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 13-19. Ibn Ghannaam juga membicarakan berbagai bagian Dunia Muslim yang lain. 228

Vassiliev, hal. 68.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 83

orang-orang Sufi).229 Muhammad ibn Abdul-Wahhab menyebut mereka sebagai tawaaghiit atau objek-objek palsu pemujaan. Orang-orang yang sudah meninggal ini, mereka berdoa kepadanya, dimohonkan pengampunannya dan lain sebagaianya. Orang biasanya akan berkata hal-hal seperti, “Wahai begini dan begitu, engkau tahu dosa-dosaku, maka ampunilah dan kasihanilah aku.”230 Orang akan mempersembahkan korban berupa binatang-binatang untuk mereka dan percaya bahwa mereka dapat membawa celaka dan keuntungan. (Kultus-kultus orang-orang suci sangat penting dan popular di kekaisaran Utsmaniyyah pada masa Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Berusaha mengoreksi praktik Setan ini bukanlah sebuah langkah yang sederhana. Vassiliev menulis, “Ulama sunni juga mendukung pemujaan orang-orang suci ini; setiap orang yang menentangnya akan mendapatkan resiko dibunuh.”231)

(3) Pemujaan terhadap pepohonan dan objek-objek mati lainnya. Khususnya, orang-orang memuja fuhhaal, sebuah pohon kurma jantan yang istimewa. Perempuan-perempuan akan datang dan memeluk pohon ini dan berkata (dalam sebuah pernyataan yang berirama dalam bahasa arab), “Wahai tunggak dari para tunggak, aku ingin seorang suami sebelum tahun ini berakhir.” Ibn Ghannaam mengatakan, mereka mau melakukan tindakan-tindakan asusila di sekitar itu.232 Al-Tarfiyyah adalah pohon lainnya yang mereka mintai berkah. Ketika seseorang akan melahirkan seorang bayi laki-laki, dia akan menggantungkan kain-kain buruk di sekitar pohon itu dan meyakini bahwa pohon ini akan melindungi si bayi.233 Terdapat juga sebuah gua di luar al-Diriyyah yang biasa mereka persembahi daging, roti dan hadiah-hadiah. Dipercayai bahwa beberapa orang jahat telah mencoba memperkosa seorang anak perempuan seorang Amir di sana lalu anak perempuan sang Amir itu berdoa kepada Allah dan maka gua ini terbuka dan

229

Untuk informasi berkenaan dengan tokoh-tokoh ini, lihat Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 60-61. 230

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 64. 231

Vassiliev, hal. 69. Vassiliev (hal. 79) juga menulis alasan-alasan penting “keduniawian” kenapa pertentangan terhadap kultus-kultus ini diperlakukan begitu dahsyat. Dia menulis, “Menentang kultus orang-orang suci, menghancurkan kuburan orang shaleh dan menebang pohon-pohon keramat yang berarti bagi orang-orang Arab, mengahancurkan dasar ideologis dan spiritual perpecahan politis. Menghancurkan satu orang suci yang mereka miliki, kemuliaan sebuah oasis dapat menghilangkan eksklusifitasnya dan menghilangkan pendapatan dari kebiasaan ziarah pada kuburan-kuburan orang-orang suci itu.” Di antara lain-lain hal, kutipan ini memperlihatkan bahwa jika orang-orang Islam menginginkan kesatuan islam yang sejati, harus menghapuskan santo-santo local itu yang telah merampas tenaga dan hati orang dari ajaran monoteistik islam yang sejati dan menyatukan. 232

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 12. 233

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 12.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 84

menyelamatkan anak perempuan sang Amir itu dari orang-orang jahat itu.234 Tambahan pada aspek-aspek yang berhubungan dengan kepercayaan-kepercayaan ini, penyakit-penyakit sosial yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam juga menyebar. Khususnya, tansaksi bunga dan riba juga biasa dilakukan. Vassiliev mencatat,

Doughty menulis tentang para petani *Najd+, “Diri mereka dan bagian-bagian pasir milik mereka di dunia ini ditelan (hampir tak sebanyak dibanding yang ada di Mesir dan Syria) oleh para tengkulak yang kaya uang: yaitu dengan sesuatu yang terus menerus meningkat mengangkangi kepala mereka dari riba yang tak dapat mencair.” Fenomena ini barangkali menyebar pada malam munculnya gerakan Wahhabi dan dapat menjelaskan mengenai adanya pengutukan hebat-hebatan orang-orang Wahhabi terhadap pungutan bunga pinjaman.

235

Kenyataan, di banyak bagian Najd, khususnya di tempat mana orang-orang Badwi memerintah, hukum negeri bukanlah Syariah namun adat kebiasaan lokal (yang dikenal sebagai urf atau salifah).236

Bahkan meski masalah-masalah ini menyebar, tidak berarti bahwa orang telah meninggalkan Islam secara keseluruhan atau disana tidak terdapat ulama atau tidak mempelajari masalah-masalah agama di Najd. Al-Utsaimiin mencatat bahwa beberapa orang penulis237 memberikan kesan bahwa jejak-jejak Islam telah terhapuskan di Najd. Bahkan, Ibn Bisyr, yang menyatakan kebanyakan orang hidup dalam ketidaktahuan, justru menggambarkan Najd sebagai negeri ilmu pengetahuan, ulama dan orang saleh, terlibat dalam debat-debat kegamaan dan penulisan buku-buku.238

234

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 12. Ibn Ghannaam lalu menyatakan, “Mereka lupa pada firman Allah,

(:=( والله خلقكم وما ت عملون )9=قال أت عبدون ما ت نحتون )“Ibrahim berkata: "Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu ? Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu."” (QS. ash-

Shaaffaat 37:95-96). 235

Vassiliev, hal. 38. 236

Rupanya, situasi di sekitar Kuwait tidak lebih baik. Abu-Hakima (hal. 58) menulis, “Dua orang sejarahwan Kuwait yang menangani masalah ini, al-Qina’i dan al-Rasyid, menulis bahwa hukum syariah tidak dipergunakan di Kuwait pada masa sekitar abad ke-delapanbelas dan bahkan sesudahnya.” 237

Dia menyebutkan Abdul Rahmaan Ali-Syeikh (Ulamaa al-Da’wah) dan W. G. Palgrave (Narrative of a Year’s Journey Through Central and Eastern Arabia). 238

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 22 dan 47. Juga lihat Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 63.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 85

Sebenarnya, madzhab fiqih Hanbali telah berurat berakar di Najd selama berabad-abad. Lebih lagi, kebiasaan orang Najd untuk bepergian ke Damaskus, Baghdad dan Kairo, pusat-pusat fiqih Hanbali, untuk meningkatkan pengetahuan mereka. Murid-murid ini memiliki hubungan yang baik dengan ulama-ulama yang ada di negeri-negeri itu. Ketika Mara’i ibn Yusuf menyusun karyanya Ghaayah al-Muntahaa fi Jama al-Iqnaa wa al-Muntahaa, dia mengirimkan salah satu dari dua salinannya ke Najd dengan sambutan pada dua orang ulamanya di akhir karya itu.239 Kenyataannya, Al-Utsaimiin mencatat sejumlah ulama yang hidup di Najd sebelum masa Muhammad ibn Abdul-Wahhab.240

Al-Utsaimiin namun demikian menulis bahwa pelajaran-pelajaran di sana dikonsentrasikan pada masalah fiqih saja, barangkali karena tujuan utamanya adalah untuk membuat murid-murid itu menjadi hakim. Karenanya, topik-topik lain seperti aqidah atau “keimanan” tidak ditekankan.241 Terbukti, dalam sebuah surat yang penuh makna, ibn Abdul-Wahhab membantah bahwa ulama-ulama di negeri itu memiliki pemahaman yang betul mengenai makna dasar kalimat “Tak ada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah.”242 (Al-Atram juga menulis bahwa disana terdapat para ulama namun ulama-ulama itu sibuk dengan ilmu hukum daripada masalah-masalah akidah dan keimanan. Kesalahan pada bagian ini membuat bid’ah sangat digemari dan pikiran orang mulai tersesat.243)

Bagaimanapun juga, al-Utsaimin berpendapat bahwa kebodohan yang komplit sebagaimana digambarkan di atas terbatas hanya pada satu bagian penduduk. Dia bahkan mengatakan bahwa bagian itu adalah bagian yang kecil. Dia mengatakan bahwa banyak, terutama di kalangan orang-orang Badwi, tidak taat menjalankan kewajiban-kewajiban yang ada dalam Islam sebagai sebuah hasil kebodohan mereka namun terdapat banyak orang yang taat pada keimanan.244 (Bahkan, dia telah menulis bahwa orang-orang Badwi tidak memiliki ulama atau hakim islam di antara mereka. Mereka menyelesaikan perelisihan mereka berdasarkan adat kebiasaan suku.245) Secara keseluruhan, dia menyimpulkan bahwa negeri ini adalah

239

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 17. 240

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 17. 241

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 18. 242

Lihat suratnya dalam Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 186. 243

Saalih al-Atraam, “Itimaad Fiqh Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab ala al-Kitaab wa al-Sunnah,” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 1, hal. 265. 244

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 20-21. Dia juga menyimpulkan bahwa bagaimanapun negeri itu adalah sebuah tempat yang benar-benar membutuhkan seorang reformer dan seseorang yang dapat membangkitkan kembali keimanan. Dia juga menulis bahwa negeri ini adalah sebuah tempat yang sangat membutuhkan reformasi politis, yang dapat mempersatukan orang-orang dan membawa mereka pada keamanan dan kedamaian. 245

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 19.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 86

sebuah “masyarakat relijius” yang memiliki beberapa kebodohan dikarenakan beberapa masalah keimanan.

Abdul-Muhsin ibn Baaz, di lain pihak, menyatakan meskipun praktik-praktik tidak islami seperti yang digambarkan di atas hanya ada di antara orang bebal Najd, klaim bahwa orang bebal kecil dalam jumlah tidaklah dapat dibenarkan, terutama jika dilihat dari surat yang ditulis Muhammad ibn Abdul-Wahhab sendiri. Praktik-praktik seperti itu benar-benar berlimpah-limpah di kalangan orang-orang Badwi, yang merupakan mayoritas penduduk, dan mereka juga ada di antara para penduduk perkotaan. Dia menulis bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab menggambarkan kebanyakan mereka telah keluar dari Islam, tidak melaksanakan satupun rukun-rukunnya, dan bahkan beberapa di antara mereka tidak mengimani adanya hari akhir.246 Ibn Baaz menyimpulkan bahwa terdapat ulama-ulama, murid-murid yang mencari ilmu pengetahuan dan hakim-hakim yang berada di antara minoritas yang tidak terlibat dalam praktik-praktik bebal semacam itu. Akhirnya, ibn Baaz mendamaikan pandangan Al-Utsaimiin dengan pandangan yang dominan dengan cara berikut: Jika apa yang dimaksud dengan penyeleweng dari Islam adalah penyelewengan dalam arti yang sesunggunya dari tauhid, pengabaian dari kewajiban untuk hanya menyembah kepada Allah dan kegagalan untuk mendirikan shalat lima waktu dan rukun-rukun Islam lainnya, maka itu adalah benar-benar terjadi pada mayoritas orang-orang pada masa itu; jika, namun demikian, apa yang dimaksud dengan penyelewengan dari Islam adalah benar-benar mengingkari Islam dan seluruh penjelmaannya, maka pada tingkat itu sepertinya hanya di antara minoritas penduduknya. Kebanyakan orang masih memiliki rasa kasih sayang dan bangga kepada Islam dan beberapa praktik yang memperlihatkan kasih sayang pada Islam, bahkan meski mereka tidak mengetahui ajaran-ajarannya.247

Gambaran mengenai Najd ini membawa pertanyaan penting: Bagaimana bisa disana terdapat para ulama dan ilmu agama sementara praktik-praktik keliru juga begitu menyebar? Ini adalah pertanyaan yang sangat relevan dengan apa yang terjadi saat ini di antara umat muslim – hal lain yang berhubungan juga dimana umat muslim saat ini dapat belajar dari kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Umumnya, sedikit ulama dan orang-orang berpengetahuan yang ada dapat menghentikan orang-orang untuk mengikuti adat kebiasaan dan praktik-praktik yang mereka sukai, bahkan jika pun mereka berseberangan dengan hukum islam. (Buktinya, saya mengenal banyak imam di Amerika Serikat yang mengeluh bahwa mereka tidak mampu merubah praktik-praktik keliru orang-orang.) Di satu pihak, banyak orang yang tidak tahu kebiasaan praktik-praktik ini dan, di lain pihak,

246

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh (hal. 20) juga menunjukkan fakta-fakta ini. 247

Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 63-67. Pandangan Abdullah al-Ajilaan sangat mirip dengan pandangan Abdul-Muhsin ibn Baaz. Lihat Abdullah al-Ajilaan, Harakah al-Tajdid wa al-Islaah fi Najd fi al-Ashr al-Hadits (Riyadh 1989), hal. 28-35.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 87

tekanan-tekanan sosial untuk terlibat dalam praktik-praktik ini dari kawan-kawan yang beragama islam juga seringkali begitu besar. Hal ini membutuhkan ulama-ulama terpandang yang dapat menunjukkan kebenaran dan meyakinkan yang lainnya agar mengikuti apa yang benar. Namun sesuatu yang lebih benar-benar dibutuhkan. Banyak masjid mungkin telah memiliki orang-orang berpengetahuan namun masih tidak mampu menghentikan praktik-praktik keliru atau keyakinan-keyakinan yang salah, seberapapun banyaknya khutbah dan kuliah yang mereka berikan dalam masalah tersebut. Seseorang juga membutuhkan kekuatan dan pengaruh untuk dapat “membujuk” orang-orang agar berubah. Dengan kata lain, seseorang membutuhkan orang-orang yang berilmu yang juga memiliki pengetahuan mengenali kekeliruan yang ada dan keinginan untuk merubahnya. Maka, al-Fauzaan mencatat bahwa di Najd saat itu terdapat banyak ulama namun mereka juga menerima dan menyetujui situasi jahat pada saat itu atau mereka tidak memiliki keberanian untuk menentangnya.248

Nusair menambahkan hal lain yang sangat penting. Dia mencatat bahwa sebelum pengaruh ibn Abdul-Wahhab, kebiasaan pelajaran para ulama adalah sesuatu yang tidak membawa mereka berpikir tentang perubahan-perubahan yang dibutuhkan. Pengetahuan mereka terpaku pada pernyataan ulama-ulama sebelumnya, tanpa pertanyaan atau bantahan bagaimana itu bisa menjadi atau bagaimana itu dipraktikkan pada masa itu.249 Tanpa ulama-ulama yang kapabel untuk memimpin, menuntun dan menasehati orang, dapatlah diduga orang-orang jahil dan yang berkeinginan kuat kemudian maju ke depan dan menggiring orang pada praktik-praktik yang mungkin tidak konsisten dengan Qur’an dan Sunnah.

Untuk mereformasi dan merubah masyarakat dibutuhkan sebuah pemahaman

yang dalam mengenai cara Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), sebuah dedikasi yang kuat pada keimanan,

sebuah kemauan untuk berkorban di jalan Allah dan kemampuan untuk menahan serangan yang gencar atas kritik-kritik dan serangan dari mereka yang tidak berharap untuk merubah cara-cara mereka yang tak berdasarkan apa yang dikatakan oleh Qur’an dan Sunnah. Hal ini membuat seseorang dengan pemahaman keimanan sekaliber ibn Abdul-Wahhab harus merubah seluruh fondasi dan bangunan besar masyarakat. Kenyataan ini selayaknya memberikan apresiasi yang lebih besar atas apa yang telah diselesaikan oleh orang seperti Muhammad ibn Abdul-Wahhab sebesar apresiasi untuk tugas yang dihadapi umat Islam hari ini.

Ibn Abdul-Wahhab dan Aqidah

248

Saalih al-Fauzaan, Min Masyaahiir al-Mujaddidien fi al-Islaam (Riyadh: Al-Riaasah al-Aamah li-Idaaraat al-Bahuuts al-Ilmiyyah wa al-Iftaa wa al-Da’wah wa al-Arsyaad, 1408), hal. 72-73. 249

Nusair, hal. 59.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 88

Aqidah—yang mana adalah sebuah terma untuk bahasa Qur’ani al-iman atau keimanan—adalah dasar bagi kehidupan dan tindakan seseorang. Tersesat dalam masalah-masalah kepercayaan dan keimanan akan melahirkan percabangan-percabangan bagi seluruh pandangan, cita-cita, tujuan dan kelakuan seseorang.250

Metodologi Ibn Abdul-Wahhab

Sebelum memperbincangkan aspek-aspek utama aqidah ibn Abdul-Wahhab, penting sebelumnya mencatat Metodologinya berkenaan dengan masalah-masalah aqidah. Bahkan, sesuatu yang terpenting dalam menemukan keyakinan-keyakinan yang tepat adalah Metodologi yang diikuti seseorang ketika masuk pada masalah-masalah keimanan. Prinsip-prinsip dasar berkenaan dengan masalah ini dapat dengan mudah diperoleh dari Qur’an dan Sunnah. Namun demikian, selama bertahun-tahun, banyak umat Islam yang kedapatan mengabaikan Metodologi yang murni ini dan justru mengikuti cara-cara para filsuf, ahli-ahli mistik, orang-orang Yahudi, Nasrani dan lain sebagainya. Hal inilah yang ditentang oleh Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Kebanyakan ajaran-ajaran pembaharuannya adalah berkenaan dengan pertanyaan bagaimana membuat orang memahami dasar keyakinan-keyakinan apa yang harus dibangun seseorang.

Metodologi Ibn Abdul-Wahhab dalam masalah-masalah aqidah dapat diringkas dalam poin-poin berikut:251

(1) Sumber dan fondasi semua kepercayaan haruslah wahyu yang datang dari Allah sebagaimana ditemukan dalam Qur’an dan Sunnah: Qur’an dan Sunnah cukup untuk memandu umat manusia pada esensi-esensi keimanan. Karenanya, Qur’an dan Sunnah harus lebih diutamakan daripada “sumber” pengetahuan lainnya. Qur’an dan Sunnah harus diutamakan daripada nalar manusia ketika nalar manusia benar-benar bertentangan dengan Qur’an atau Sunnah.252 Prinsip ini jelas diperlihatkan dalam tulisan-tulisan dan ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Contohnya, beliau menulis, “Hati kalian harus yakin bahwa Kitab Allah

250

Perbincangan berikut mesti tetap ringkas. Untuk rincian mengenai seluruh aspek aqidah atau keyakinan ibn Abdul-Wahhab, lihat Al-Abud, vol. 1, hal. 247-687 dan vol. 2, hal. 1-114. 251

Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 271-286. 252

Ini tidak berarti bahwa ibn Abdul-Wahhab menyadari bahwa nalar manusia tidak memiliki peran positip untuk dijalankan. Akan tetapi, ketika datang masalah-masalah yang melampaui pengetahuan dan pemahaman manusia, seseorang harus bersikeras pada apa yang telah datang dari Allah melalui jalan wahyu. Lebih lagi, sebagaimana yang didemonstrasikan ibn Taimiyyah sebelum dia, tak ada sesuatu pun dalam system keyakinannya yang bertentangan dengan nalar manusia. Maka, ibn Abdul- Wahhaab berkata, “Kami tidak datang membawa sesuatu yang bertentangan (dengan teks wahyu) yang telah diturunkan ataupun dengan sesuatu yang ditolak oleh akal.” Ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 98. Untuk lebih rincinya, lihat Al-Abud, vol. 1, hal. 334f.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 89

adalah kitab terbaik dan lebih hebat daripada kitab-kitab lain dalam menjelaskan (kebenaran), menyembuhkan penyakit-penyakit kebodohan dan lebih hebat diibanding kitab-kitab lain dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah.”253

Untuk mencari kebenaran setiap masalah, kepercayaan harus ditempatkan pada teks-teks Qur’an dan Sunnah dan jika kedua sumber ini menyatakan suatu masalah dengan cara yang jelas, tak perlu dan tak tepat jika pindah pada sumber lain yang bertentangan dengannya. Lebih jauh, ibn Abdul-Wahhab menjelaskan bahwa mengabaikan teks Qur’an dan Sunnah dengan cara mengikuti pandangan-pandangan dan pendapat-pendapat perseorangan—bahkan pun para ulama—menempatkan keimanan seseorang pada posisi yang berbahaya. Beliau memberi contoh Imam Ahmad yang menaruh hormat yang sangat besar terhadap Sufyaan al-Tsauri. Suatu saat Imam Ahmad terkejut mendapati orang mengetahui hadits

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) tapi tetap mengikuti pendapat Sufyan daripada hadits. Ahmad

mengutip ayat,

نة أو ف ليحذر الذين يالفون عن أمر أن تصيب هم فت يصيب هم عذاب أليم

“maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan (fitnah) atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. al-Nur 24:63).

Imam Ahmad berkata, “Tahukah kalian apa fitnah (cobaan) itu? fitnah adalah syirik [menyekutukan Allah+.”254

(2) Menegaskan kedudukan Sunnah dalam masalah-masalah aqidah: Dalam sejarah Islam, dikembangkan konsep masalah-masalah keimanan ini, berlawanan dengan masalah-masalah hukum, telah didasarkan pada bukti “definitive” dan beberapa kategori hadits tidak memenuhi syarat ini.255 Hal ini membawa pada

penolakan terhadap beberapa hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) yang shahih.256 Ibn Abdul-

253

Dikutip dalam Nusair, hal. 105. 254

Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 267. 255

Kebanyakan, maksudnya adalah konklusi-konklusi yang diperoleh para filsuf, yang pada kenyataannya, hampir selalu jauh dari kata “definitive”. 256

Hadits-hadits itu dikenal sebagai hadits ahaad (artinya hadits yang tidak mencapai derajat mutawaatir atau suatu kesinambungan periwayatan yang definitive). Meski para ulama hadits menyatakan hadits-hadits itu shahih, jika tidak banyak orang yang meriwayatkannya, madzhab-mazhad yang kemudian akan menyatakan bahwa hadits-

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 90

Wahhab menentang pendekatan ini, bersandar pada contoh yang telah diberikan

para ulama sebelumnya, dan menegaskan bahwa semua hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) yang

shahih harus diyakini tanpa menghiraukan topiknya. (3) Menggunakan pernyataan para Sahabat dan ijma dan penjelasan ulama-ulama sebelumnya sebagai bukti-bukti pendukung: Para Sahabat telah belajar dan

tumbuh dalam Islam secara langsung di bawah bimbingan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Tak ada lagi

keraguan bahwa pemahaman dan ketaatan mereka pada keimanan adalah lebih

hebat dibanding dengan generasi yang datang berikutnya. Nyatanya, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

sendiri menyatakan, ر أمت قرن ت الذين ي لون هم ت الذين ي لون هم خي

“Sebaik-baik kamu adalah generasiku, kemudian yang sesudahnya, kemudian yang sesudahnya lagi.” (HR al-Bukhari dan Muslim.) Bahkan, tiga generasi pertama ini,

menurut pernyataan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), memainkan peran yang khusus dalam Islam.

Pemahaman dan apa yang mereka aplikasikan dalam Islam harus diyakini sebagai pemahaman dan aplikasi yang tepat dan benar atas agama ini yang berarti bagi seluruh umat manusia sampai kiamat. Karenanya, sejumlah tulisannya bersikeras untuk mengikuti jalan yang telah dilakukan salafus saleh. (4) Taat pada semua teks-teks yang relevan mengenai sebuah masalah, berusaha menyelesaikan setiap kontradiksi yang nyata kelihatan antara keduanya tanpa menghapuskan salah satunya: Ini adalah masalah yang sangat penting berhubungan dengan aqidah (keimanan). Mengabaikan prinsip ini membawa kelompok-kelompok sebelumnya tersesat. Buktinya, ketika menafsirkan ayat berikut,

وكذلك جعلناكم أمة وسطا“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang

adil dan pilihan” (QS. al-Baqarah 2:143),

Ibn Abdul-Wahhab mencatat percabangan-percabangan teks-teks tersebut dalam masalah-masalah aqidah. Beliau mengatakan, “Kelompok yang selamat adalah yang berada di tengah-tengah: berada antara mereka yang percaya adanya tekanan dari Allah dan mereka yang percaya adanya kehendak bebas manusia ketika tiba ketentuan Allah; berada antara para Murjiah dan Waidiyyah ketika tiba janji-janji Allah; berada antara Haruriyyah dan Mutazilah dan Murjiah dan Jahamiyyah ketika sampai pada keimanan dan agama; dan berada di antara

hadits itu tidaklah “definitive” dan karenanya tidak layak untuk masalah-masalah aqidah. Pendekatan ini jelas bertentangan dengan praktik para Sahabat dan para penerusnya namun disini ruangnya tidak mencukupi untuk memperbincangkan masalah ini.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 91

Rafidhah dan Khawarij ketika datang pada Para Sahabat Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص).”257 Jika

seseorang ingin meringkas secara singkat kesalahan-kesalahan yang membuat terciptanya kelompok-kelompok bid’ah yang bermacam-macam ini, itu adalah kegagalan mengkombinasikan semua teks-teks yang relevan itu terhadap sebuah masalah dan kegagalan memahaminya secara konsisten, relevan seluruhnya.

(5) Tak ada kesetiaan dan kepatuhan sempurna pada manusia manapun kecuali

kepada Rasulullah(ملسو هيلع هللا ىلص): Sebagai akibat wajar dari poin pertama, terlihat bahwa

setiap manusia pasti berbuat salah dan tak seorang pun benar-benar bisa diikuti

ucapannya kecuali Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص). Muhammad ibn Abdul-Wahhab sekali

menulis,

Saya—dan segala puji hanya bagi Allah—tidak menyeru untuk menjadi seorang sufi, madzhab fiqih atau madzhab teologi manapun. Tidak juga saya menyeru untuk mengikuti imam-imam terhormat, seperti ibn al-Qayyim, al-Dzahabi, ibn Katsier dan lainnya. Malahan, saya menyeru kepada Allah saja, yang tak ada sekutu bagi-Nya, dan saya menyeru kepada Sunnah Rasulullah

,yang menasehati kita agar mengikuti umatnya yang pertama (ملسو هيلع هللا ىلص)

kemudian yang sesudahnya, kemudian yang sesudahnya lagi. Dan saya berharap bahwa saya tidak pernah menolak segala kebenaran yang datang pada saya. Kenyataannya, saya bersaksi kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya dan seluruh makhluk-Nya bahwa jika kebenaran datang padaku darinya

258

saya harus menerimanya dengan ketaatan yang sempurna259

dan saya harus menghapus setiap pernyataan para imam saya yang bertentangan

dengannya—kecuali untuk [imam saya] Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) yang hanya berkata

kebenaran.260

Dalam berbagai kesempatan, ibn Abdul-Wahhab juga mengutip ayat,

257

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 8. 258

Menunjuk pada Abdullah ibn Isa, seorang mutawwa al-Diriyyah. Muhammad ibn Abdul-Wahhab benar-benar dijahati oleh Abdullah dan puteranya Abdul-Wahhab. 259

Secara literal, “dengan kepala dan mata,” ekspresi dalam bahasa arab yang menyiratkan penerimaan dan kepatuhan yang sempurna. 260

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 252.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 92

اتذوا أحبارهم ورهبان هم أربابا من دون الله والمسيح ابن إال هو سبحانه مري وما أمروا إال لي عبدوا إتا واحدا ال إله

عما يشركون “Mereka (Yahudi dan Nasrani) menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-

rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi) selain Dia. Maha suci Allah

dari apa yang mereka persekutukan” (QS. al- Taubah 9:31).

Tambahan, beliau juga mengutip hadits dari mantan Kristen Adi ibn Haatim yang

berkata pada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), “Kami tidak menyembah mereka.” Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) lalu

menjelaskan bahwa penyembahan mereka kepada mereka adalah ketika mereka mengizinkan sesuatu yang dilarang, mereka mengikutinya dan ketika mereka melarang sesuatu yang diizinkan, mereka mengikuti petunjuk-petunjuk mereka.261 Dengan kata lain, mereka menempatkan mereka sebagai penentu utama atas segalanya, sebuah posisi yang seharusnya hanya untuk sang Pencipta.

(5) Menjauhi segala bentuk bid’ah dalam agama. Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص)

mengatakan,

بدعة ضاللة و إياكم و تدثات األمور فإن كل “Dan jauhilah olehmu hal-hal baru karena sesungguhnya semua

bid'ah itu sesat.”262

261

Diriwayatkan al-Tirmidzi. Meski sanadnya memiliki kelemahan, al-Albaani memasukkannya ke dalam hadits hasan. Lihat Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Shahih Sunan al-Tirmidzi (Riyadh: Maktabah al-Tarbiyyah al-Arabi li-Duwal al-Khalij, 1988), vol. 3, hal. 56. 262

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan al-Tirmidzi. Hadits ini shahih. Perbincangan yang lebih rinci mengenai keshahihannya dapat ditemukan dalam buku Jamaal Zarabozo, Commentary on the Forty Hadits of al- Nawawi (Boulder, CO: Al-Basheer Company, 1999), vol. 2, hal. 1043-1045. Dapat juga ditemukan dalam Syarah Hadits Arba’in An-Nawawi, hadits ke-28. (pent)

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 93

Sebagaimana ditulis oleh ibn Taimiyyah, “Agama itu dibangun dengan dua fondasi: yaitu dengan hanya menyembah kepada Allah dan bahwa Dia tidak diibadahi kecuali dengan cara yang disetujui [dalam syariat+.”263 Muhammad ibn Abdul-Wahhab sendiri menyatakan, “Kalian [para ahli bid’ah] menyebut [bid’ah-bid’ah]

‘bid’ah hasanah,’ sementara Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata, ‘Tiap-tiap bid’ah adalah sesat dan

tiap-tiap kesesatan tempatnya di neraka.’ Beliau tidak menunjukkan pengecualian untuk kita.”264 Ibn Abdul-Wahhab hidup di dalam masa dimana bid’ah dan sesuatu yang diada-adakan begitu popular dan menyebar di antara orang-orang—dan sunnah menjadi sesuatu yang asing dan sulit diikuti orang-orang sebagai jalan keimanan yang tepat. Karenanya, dalam upaya untuk menghapuskan bid’ah dan sesuatu yang diada-adakan itu, ibn Abdul-Wahhab bertarung dengan sebuah perjuangan keras yang meminta dukungan yang besar dan kuat.265 Namun dengan jelas beliau menulis bahwa salah satu prinsipnya adalah, “Kewajiban mengikuti

Sunnah Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) dan menolak bid’ah, bahkan jika pun kebiasaan-

kebiasaan itu telah menyebar di antara orang-orang.”266

Pada titik ini, ibn Abdul-Wahhab mengacu pada masalah-masalah keagamaan, dengan kata lain, amalan-amalan atau keyakinan-keyakinan yang dianggap orang dapat mendekatkan diri kepada Allah, seperti bagaimana seseorang menyembah Allah, shalat, puasa dan lain sebagainya. Namun, untuk amalan-amalan yang tidak berhubungan dengan ritual “keagamaan” dan memang diperbolehkan oleh hukum maka hal itu tidak termasuk sebagai bid’ah.267

(6) Menolak pembahasan para filsuf dan para ahli dialektika dalam masalah-masalah keimanan (aqidah)—lagi-lagi, menyandarkan diri hanya kepada ajaran-ajaran yang murni datang dari Qur’an dan Sunnah.268 Ketika ingin mengetahui masalah-masalah keimanan yang sebenarnya, ilmu-ilmu filsafat, theology dan lain sebagainya itu tidaklah bermanfaat menurut Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Beliau mengetengahkan kutipan-kutipan dari berbagi ulama sebelumnya yang menemukan bahwa ilmu-ilmu itu penuh dengan kekeliruan. Kenyataan, beliau

263

Dikutip dalam Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 129. 264

Dikutip dalam Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 129. 265

Untuk perbincangan yang rinci mengenai perjuangan ibn Abdul-Wahhab’s melawan bid’ah dan klenik seperti terhadap kelompok-kelompok klenik, lihat Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 360-393. 266

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 72. 267

Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 129. Al-Utsaimiin menunjukkan bahwa beberapa orang mengatakan bahwa “Wahhabis” melarang tembakau karena ini adalah sebuah bid’ah. Hal tersebut tidaklah benar. Mereka melarangnya karena alasan-alasan yang lain. 268

Untuk perbincangan pendirian ibn Abdul-Wahhab terhadap ilm al-kalaam (scholastikisme), lihat Nusair, hal. 102-104.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 94

mengatakan bahwa terdapat kesepakatan mengenai hal ini. Dia menulis bahwa sering kali para sarjana membicarakan konsep-konsep yang bahkan tidak ditemukan dalam Qur’an atau Sunnah (“tubuh,” “kebenaran,” “bimbingan” dan sebagainya) yang membawa kepada semacam tauhid (monoteisme) yang sangat berbeda dengan tauhid Islam yang jelas dan ringkas.269 Beliau juga menyebutkan sebuah fenomena yang umum dalam karya-karya yang ada hari ini, “Ketika seseorang membaca sebuah buku dari buku-buku teologi dialektika … orang akan menemukan bahwa dalam buku itu, dari awal hingga akhir, tidak menggunakan

satu pun ayat Qur’an atau pun satu hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) untuk membuktikan

sesuatu.”270 Dalam kenyataan, ketika diskusi tentang keimanan menjadi begitu abstrak, keimanan itu sendiri menjadi sebuah diskusi akademik dimana orang melupakan cita-cita dan tujuan sesungguhnya dari pengetahuan tersebut: yaitu untuk menjadikannya (keimanan) sebagai tuntunan hidup seseorang.271

Keyakinan ibn Abdul-Wahhab Kepada Allah

Aspek yang ditekankan Muhammad ibn Abdul-Wahhab seumur hidupnya adalah keyakinan yang pantas atau keimanan (iman) terhadap Allah. Keyakinan yang patut ini mengharuskan mengenal apa yang diyakininya dan kepantasan memerankan pengetahuan itu dalam kehidupan seseorang. Jika seseorang bahkan tidak mengetahui apa yang diyakininya, maka itu tidak akan bermanfaat baginya. Muhammad ibn Abdul-Wahhab mengatakan, “Menyatakan kesaksian keimanan sementara abai pada artinya maka itu tidak bermanfaat. Orang-orang munafik menyatakan diri mereka iman sementara mereka di bawah orang-orang kafir berada di jurang yang paling rendah api neraka.”272

Keimanan yang patut dalam tauhid terdiri dari tiga komponen yang saling berhubungan: (1) Keimanan kepada Allah sebagai Tuhan dan Pencipta semua ciptaan (tauhid al-rubuubiyah); (2) Keimanan pada keunikan yang absolute nama-nama dan sifat-sifat Allah, yang tidak dibagikan-Nya pada sifat-sifat ciptaan-Nya tidak juga ciptaan membagi sifat-sifatnya itu dengan sifat-sifat ilahiah (tauhid al-

269

Lihat, sebagai contoh, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 131-132. 270

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 263. 271

Di antara umat Musim hari ini, para pembicara yang memberikan omongan-omongan filosofis dan mistis yang ngawur memikat imajinasi para pendengarnya, sehingga omongan-omongan mereka itu dianggap sebagai sesuatu yang bermakna “dalam.” Padahal, kenyataannya, kata-kata mereka itu jarang sekali mengandung substansi dan kontradiktif dengan apa yang dikatakan oleh Qur’an dan Sunnah, kata-kata mereka itu benar-benar keliru, meskipun para pendengar mereka telah mereka pikat begitu rupa. 272

Dikutip dalam ibn Baaz, vol. 1, hal. 294-295.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 95

asma wa al-sifat)273; (3) Keimanan dan praktik mendedikasikan setiap ibadahnya kepada Allah dan hanya Allah saja (tauhid al-uluuhiyah atau tauhid al-ibadah).274 Ketiganya itu essensial menjadikan seseorang muslim dan juga mu’min. Ketiga hal tersebut ditekankan dan diajarkan oleh ibn Abdul-Wahhab.

Namun demikian, meski poin (1) itu sangat penting, namun tidak menduduki posisi utama dalam pengajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab untuk alasan-alasan yang sangat penting: ini adalah sesuatu yang dikenal oleh seluruh umat Muslim, dan kenyataannya, ini adalah sesuatu yang diakui oleh orang-orang Musyrik pada masa

Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص). Hal terakhir itu dibuktikan ibn Abdul-Wahhab melalui

ayat-ayat Qur’an yang sangat jelas dan eksplisit. Salah satu ayat-ayat tersebut adalah:

قل من ي رزقكم من السماء واألرض أم من يلك السمع واألبصار ومن يرج اتي من الميت ويرج الميت من

ي ومن يدب ر األمر فسي قولون الله ف قل أفال ت ت قون ات “Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan

273

Ibn Abdul-Wahhab mendefinisikan kategori ini dalam cara berikut: “Bagian keimanan kepda Allah adalah iman pada apa yang disifatkan-Nya terhadap diri-Nya dengan apa yang

difirmankan-Nya dalam kitab-Nya melalui lidah rasul-Nya (ملسو هيلع هللا ىلص). [Keiman pada sifat-sifat-

Nya itu adalah] tanpa mendistorsi atau menolak makna-maknanya. Saya yakin bahwasannya tak ada sesuatu pun yang sama dengan Allah dan Dialah yang Maha Mendengar, Maha Melihat. Saya tidak menolak apa yang digambarkan-Nya mengenai diri-Nya dan tidak juga mendistorsi maknanya yang patut. Tidak juga saya negasikan nama-Nya dan tanda-tanda-Nya. Tidak juga bagi saya sifat-sifat itu atau membandingkan setiap sifat-sifat-Nya dengan sifat-sifat ciptaan-Nya, tak ada yang sebanding, mirip atau sekutu bagi Allah. Seseorang tak bisa membuat sebuah analogi antara diri-Nya dan ciptaan-Nya. Sessungguhnya, Allah adalah yang paling berpengetahuan mengenai diri-Nya daripada lain-lainnya, Dia-lah yang paling mengandung kebenaran dalam berfirman dan paling fasih dalam kata-kata.” Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 8. Dalam hal ini, ibn Abdul-Wahhab mengikuti jalan para ulama islam sebelumnya yang pendekatannya paling aman, paling bijaksana dan berpengetahuan, seperti akan diutarakan dalam Bab 5. 274

Kenyataanya, keimanan (1) dan (2) secara logis menuntun pada keimanan (3). Yaitu, Menjadikan Allah satu-satunya Pencipta dan menyerahkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya hanya kepada-Nya hal ini membawa konsekuansi bahwa tak ada satupun makhluk yang pantas disembah kecuali Dia. Karenanya, orang yang logis dan cerdas akan menujukan semua ibadahnya hanya kepada Allah, yaitu seperti diungkapkan (3) di atas.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 96

siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?"

Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah: "Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?"” (QS. Yunus 10:31).

( 8>ا إن كنتم ت علمون )قل لمن األرض ومن فيه ( قل من رب 9>سي قولون لله قل أفال تذكرون )

( سي قولون لله :>السماوات السبع ورب العرش العظيم )( قل من بيد ملكوت كل شيء ;>قل أفال ت ت قون )

( سي قولون >>يري وال يار عليه إن كنتم ت علمون ) وهو ناهم باتق وإن هم =>لله قل فأن تسحرون ) ( بل أت ي

(9=لكاذبون )“Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya,

jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?" Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?" Mereka

akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi

dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?" Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.” (QS. al-

Muminuun 23:84-90).

ون إال إيا ف لما وإذا مسكم الضر ف البحر ضل من تدع ٠تاكم إل الب ر أعرضتم وكان اإلنسان كفورا

“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan Kamu ke daratan,

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 97

kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” (QS. al-Israa’ 17:67).

Maka, ibn Abdul-Wahhab menulis, “Makna uluuhiyah adalah bukan hanya mengakui bahwa tak ada yang mencipta, yang memberi makan, mengatur urusan-urusan, menghidupkan dan mematikan kecuali Allah. Orang-orang kafir yang

menentang Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) juga mengakui itu semua.”275 Karenanya, sebagai

akibat wajarnya, ini bukanlah garis pemisah sebenarnya antara islam dan non-islam dan ini bukanlah poin utama yang para nabi sendiri tekankan. Ibn Abdul-Wahhab mengatakan, “Hal yang memasukkan seseorang ke dalam Islam adalah tauhid al-uluuhiyah. Dimana seseorang tidak menyembah sesuatu lain kecuali Allah—bahkan tidak juga malaikat yang dekat dengan Allah atau seorang nabi yang diutus oleh Allah.”276

Tauhid Ibadah

Maka, Ibn Abdul-Wahhab berkonsentrasi pada masalah yang paling penting dan relevan di masanya dan sepanjang masa: tauhid al-ibadah atau mencurahkan seluruh laku-laku ibadahnya hanya kepada Allah saja. Kenyataan, saat mendefinisikan tauhid, para ulama cukup menunjuk pada tauhid al-ibadah ini. Makna ilah (“Tuhan”) adalah sesuatu yang diibadahi. Karenanya, tauhid adalah dimana seseorang menujukan semua laku ibadahnya kepada Allah dan hanya kepada Allah.277 Ini adalah tujuan di balik penciptaan manusia dan ini adalah inti ajaran semua rasul yang diutus kepada manusia. Allah berfirman,

وما خلقت اتن واإلنس إال لي عبدون “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

menyembah-Ku. ” (QS. adz-Dzaariyaat 51:56).

Allah juga berfirman,

275

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 187. Ibn Abdul-Wahhab (vol. 7, hal. 17) juga menjelaskan terma rabb (“Lord”) juga menyatakan secara tidak langsung terma ilaah (“God”) dan sebaliknya juga ketika dua kata tersebut dinyatakan secara tidak langsung dalam konsep yang berbeda. Beliau mendemonstrasikan, sebagai contoh, ketika seseorang ditanya di dalam kubur, “Siapakah rabb (lord)-mu?” itu sebenarnya membawa arti , “Siapakah ilaah (god)-mu?” 276

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 150. 277

Lihat ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 166. Meskipun tanpa mengatakan bahwa jika seseorang tidak beriman secara benar dalam tauhid al-rububiyyah, seseorang itu tak mungkin bisa memiliki tauhid yang benar.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 98

اجتنبوا ولقد ب عث نا ف كل أمة رسوال أن اعبدوا الله و الطاغوت

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu",” (QS. al-

Nahl 16:36).

Kemungkinan karena dasar yang jelas dari Qur’an inilah ibn Abdul-Wahhab memulai misinya dengan pesan dan tekanan ini pada sepanjang hidupnya. Ibn Abdul-Wahhab mengatakan, “Jika seseorang bertanya padamu, ‘Apa beda antara tauhid al-rububiyyah dan tauhid al-uluuhiyah?’ Katakanlah: Tauhid al-rububiyyah memusatkan perhatiannya pada tindakan-tindakan Tuhan, misalnya, mencipta, memelihara, menghidupkan, mematikan, menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman dan mengatur segala urusan. [Semua itu hanya disifatkan kepada Allah saja.] Tauhid al-uluuhiyah memusatkan perhatiannya pada apa yang engkau lakukan sebagai hamba dan pelayan Allah, seperti memohon, takut, berharap, percaya, tobat, rindu, kagum, bersumpah, mencari pertolongan dan bentuk-bentuk lain ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah saja.”278

Tauhid al-uluuhiyah adalah aspek yang diperhatikan dimana Ibn Abdul-Wahhab menyebutkan bahwa kebanyakan orang mengabaikannya, padahal aspek ini bisa disebut sebagai esensi tauhid. Orang-orang dan para pemimpin mereka juga abai pada masalah ini atau mereka tidak memenuhi tanggungjawab mereka dalam mengimplementasikannya secara patut. Ketika berbicara kepada beberapa pemimpin, ibn Abdul-Wahhab menulis, “Apakah yang lebih menakjubkan dibanding dengan bahwa kalian tidak mengerti pernyataan ‘tiada Tuhan yang patut diibadahi kecuali Allah’ dan bahwa kalian tidak keberatan dengan berhala-berhala yang disembah di al-Kharj dan tempat-tempat lainnya yang merupakan bentuk syirik terbesar menurut ijma para ulama.”279

Pertanyaan penting berkenaan dengan konsep ibadah atau menyembah Allah ini sebenarnya terdiri dari, khususnya, pada poin yang memisahkan antara Ibn Abdul-Wahhab dan para penentangnya adalah bahwa ibadah itu termasuk amalan-amalan seperti permohonan, mencari pertolongan, mencari keselamatan280,

278

Dikutip dalam Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 301-302. 279

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 278. 280

Tiga terma yang sangat dekat berhubungan dengan ini adalah: ةذاعتـسالا yang berarti meminta Allah agar terhindar dari godaan syetan; ةناعتـسالا yang berarti mencari pertolongan Allah pada saat senang ataupun susah; dan ةثاغتسالا yang berarti mencari pertolongan Allah pada saat mengalami kesusahan dan bahaya.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 99

bersumpah, bersujud, melakukan pengorbanan, dan menaruh keyakinan dan menggantungkan kepercayaan terhadap sesuatu. Semua amalan ini seharusnya hanya ditujukan kepada Allah saja. Ibn Abdul-Wahhab merasa heran orang-orang di sekitarnya tidak benar-benar memahami makna dari kalimat “tak ada Tuhan yang patut diibadahi kecuali Allah.” Beliau menulis,

Orang-orang kafir jahiliyyah memahami apa yang dimaksud oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

dengan pernyataan ini. Artinya adalah untuk setia kepada Allah secara murni dan menolak serta membebaskan diri sendiri dari segala yang diibadahi

disamping Dia. Saat beliau [Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)] berkata kepada mereka,

“Katakanlah: Bahwasannya tiada yang berhak diibadahi kecuali Allah,” mereka menjawabnya dengan,

أجعل اآلتة إتا واحدا إن هذا لشيء عجاب “Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang satu saja?

Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shaad 38:5).

Jika kalian sadar bahwa orang-orang kafir jahiliyyah mengerti itu, maka sungguh sangat menakjubkan bahwa orang yang mengakui dirinya Islam tidak mengerti arti ungkapan ini padahal seluruh orang-orang kafir jahiliyyah memahaminya. Kenyataan, beberapa di antara mereka berpikir bahwa ini hanyalah masalah mengatakan hal ini dengan lidahnya tanpa keyakinan di dalam hati berkenaan dengan artinya. Orang-orang pintar di antara mereka berpikir bahwa artinya (hanya) bahwa tak ada pencipta atau pemberi rezeki kecuali Allah, dan tak ada pengurus segala urusan kecuali Allah. Tak ada kebaikan pada seorang laki-laki ketika orang-orang jahiliyyah lebih mengetahui makna kalimat “Tak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah” dibandingkan dia.

281

Posisi Ibn Abdul-Wahhab terhadap masalah ini dapat dijastifikasi dengan mudah melalui teks-teks Qur’an dan Sunnah. Contohnya, seorang Muslim membaca pada setiap shalatnya,

إياك ن عبد وإياك نستعي “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah

kami mohon pertolongan.” (QS. Al-faatihah 1:5)

281

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 157-158.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 100

Ayat lainnya mengatakan,

وأن المساجد لله فال تدعوا مع الله أحدا“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping

(menyembah) Allah.” (QS. Al-Jin 72:18).

Nabi juga berkata,

إذا سألت فاسأل الل و إذا است عنت فاستعن بالل “Jika engkau bertanya, bertanyalah kepada Allah. Dan jika engkau mencari

pertolongan, carilah pertolongan Allah.”282

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) juga berkata,

الدعاء هو العبادة“Doa adalah [esensi] ibadah.”

283

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) juga berkata,

ا رخل النار من مات وهو يدعو من دون الل ند

282

HR Ahmad, al-Tirmidzi dan lainnya. Hadits ini telah dinilai shahih oleh al-Albaani, Ahmad Syaakir, ibn Muhammad, al-Hilaali dan Syuaib Al-Arnaut. Untuk perbincangan yang panjang lebar berkenaan dengan status hadits ini, lihat karya penulis, Commentary on the Forty Hadits of al-Nawawi, vol. 2, hal. 731-734. 283

HR Abu Dawud, al-Nasaai, al-Tirmidzi dan lainnnya. Hadits ini telah dinilai shanih oleh al-Albaani. Lihat Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Shahih al-Jami al-Shaghir (Beirut: al-Maktab al-Islaami, 1988), vol. 1, hal. 641. Pembahasan yang baik mengenai hubungan antara doa dan tauhid dapat ditemukan dalam buku Jailaan al-Urusi, Al-Duaa wa Manzalatuhu min al-Aqidah al-Islaamiyah (Riyadh: Maktabah al-Rusydi, 1996), vol. 1, hal. 237-307.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 101

“Barang siapa mati dalam keadaan menyekutukan Allah maka dia masuk neraka.” (HR al-Bukhari.)

Dalam proses menolak argumen-argumen lemah para penentangnya, Muhammad ibn Abdul-Wahhab membedakan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi sendiri, antara permintaan yang diperbolehkan dan permintaan yang tidak diperbolehkan – yaitu syirik (menyekutukan Allah). Intinya, seorang muslim bisa meminta orang lain untuk melakukan sesuatu ketika tindakan itu adalah kebiasaan yang biasa dilakukan manusia (sebagaimana diberikan Allah). Tetapi, adalah benar-benar terlarang untuk meminta seorang manusia melakukan sesuatu yang sebenarnya bukan typical kemampuan manusia. Kenyataan, hal ini dapat dikategorikan syirik atau menyekutukan Allah pada sesuatu dan hal ini benar-benar menyinggung Allah. Ini termasuk juga meminta mereka perlindungan, dalam pengertian menanamkan keimanan pada hati seseorang, atau meminta dari mereka hal-hal yang berhubungan dengan yang tak terlihat dan yang tak diketahui, seperti tentang kejadian-kejadian yang akan datang, meminta mereka menyembuhkan penyakit seseorang dan lain sebagainya. Kategori berikut ini juga termasuk yaitu memohon pada orang-orang yang sudah mati dan di kuburan-kuburan mereka, dengan keyakinan bahwa orang-orang mati itu dapat memberi berkah pada orang-orang yang masih hidup di dunia.

Pada masalah berdoa kepada yang lain dan mencari pertolongan yang bersifat ilahiyyah dari mereka, Muhammad ibn Abdul-Wahhab mencatat bahwa tak ada bedanya antara berdoa kepada berhala-berhala, pohon-pohon atau semak belukar dan berdoa kepada para nabi dan “orang-orang suci”. Semua amalan itu adalah syirik (menyekutukan Allah). Tak ada dasar dalam Qur’an atau Sunnah untuk

amalan-amalan itu. Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan para Sahabatnya, contohnya, tak pernah

bermohon kepada Ibrahim atau Musa ketika kedua nabi ini berada di kuburannya masing-masing, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Muslim berikutnya yang

berdoa kepada Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص) dan semua orang-orang suci mereka,

seperti Abdul-Qaadir al-Jaelaani. Ibn Abdul-Wahhab memberikan poin bahwa orang Jaahiliyyah tidak hanya berdoa kepada berhala-berhala. Namun mereka dan orang-orang musyrik lainnya memohon kepada para malaikat, orang-orang saleh, Yesus dan lainnya. Semua amalan itu adalah syirik dan bentuk-bentuk ibadah kepada selain Allah.

Namun demikian, konsep ibadah atau menyembah Allah yang benar dan komplit terdiri dari lebih daripada amalan-amalan yang digambarkan di atas. Termasuk ke dalamnya adalah mencintai Allah. Ibn Abdul-Wahhab membincangkan empat tipe cinta. Satu tipe adalah bentuk syirik, dimana seseorang mencintai yang lainnya sebesar atau bahkan lebih besar daripada cintanya kepada Allah. Allah di dalam Qur’an menyebutkan ini,

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 102

ي تخذ من دون الله أندادا يبون هم كحب ومن الناس من الله والذين آمنوا أشد حبا لله ولو ي رى الذين ظلموا إذ يعا وأن الله شديد العذاب ي رون العذاب أن القوة لله ت

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika

seandainya orang-orang yang berbuat lalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka

menyesal).” (QS. al-Baqarah 2:165).

Ibn Abdul-Wahhab mencatat bahwa ayat ini mengindikasikan bahwa orang-orang ini memiliki rasa cinta kepada Allah, namun masih belum cukup memasukkan mereka ke dalam Islam. Jika demikian, apa yang terjadi pada orang yang mencintai sesuatu yang lain selain Allah sebagai bentuk ibadah lebih daripada cintanya kepada Allah dan orang yang tidak mencintai Allah sama sekali?284

Allah juga berfirman,

يا أي ها الذين آمنوا من ي رتد منكم عن دينه فسوف يأت ب هم ويبونه أذلة على المؤمني أعزة على الله بقوم يالكافرين ياهدون ف سبيل الله وال يافون لومة الئم

لك فضل الله ي ؤتيه من يشاء والله واسع عليم ذ “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad

dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah

lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa

284

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 25.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 103

yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Maaidah 5:54).

Di lain pihak, mereka yang kuat keimanan dan rasa cintanya kepada Allah dan mencintai orang-orang yang benar, mereka yang membenci kemusyrikan (polytheisme) dan orang-orang musyrik.285 Lebih lagi, perasaan cinta kepada Allah dengan cara yang benar ini membawa perasaan di dalam hati kekaguman dan ketundukan yang sempurna kepada Allah. Pada gilirannya, akan membawa keinginan yang sempurna untuk berserah diri kepada Allah. Ganjarannya adalah akan mendapatkan kasih sayang Allah. Maka, Allah berfirman,

قل إن كنتم تبون الله فاتبعون يببكم الله وي غفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali-‘Imran 3:31).

Hubungan dengan poin sebelumnya adalah keraguan atas kesetiaan dan tidak menyekutukan. Seseorang tidak bisa menjadi seorang Muslim sejati sampai dia benar-benar hanya beriman kepada Allah sebagai satu-satunya yang wajib diibadahi dan menolak semua bentuk-bentuk ibadah yang keliru. Makanya, seseorang harus meninggalkan polytheism (syirik). Bahkan, seseorang harus menentang dan membenci syirik dan mereka yang mempertahankan kemusyrikan, ini seharusnya menjadi konsekuensi wajar dari perasaan cinta kepada Allah dalam hati seseorang. Maka, Allah berfirman,

ال تد ق وما ي ؤمنون بالله والي وم اآلخر ي وادون من حاد أو إخوان هم أو الله ورسوله ولو كانوا آباءهم أو أب ناءهم

عشريت هم أولئك كتب ف ق لوبم اإليان وأيدهم بروح منه 285

Bandingkan, Nusair, hal. 177. Pada situasi kontemporer, barangkali penting mencatat bahwa kebencian kepada orang-orang musyrik tidak berarti bertindak tidak adil dan bersikap tidak sepantasnya kepada mereka. Seseorang dapat membenci orang lain karena keyakinan dan jalan hidupnya dan masih tetap memperlakukan orang itu dalam suatu cara yang lebih adil dibanding orang yang menyatakan bahwa dia mencintai orang itu.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 104

ويدخلهم جنات تري من تتها األن هار خالدين فيها هم ورضوا عنه أولئك حزب الله أال إن رضي الله عن

حزب الله هم المفلحون “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan

hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya

mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS.

al-Mujaadilah 58:22).

Allah juga berfirman,

قد كانت لكم أسوة حسنة ف إب راهيم والذين معه إذ قالوا لقومهم إنا ب رآء منكم وتا ت عبدون من دون الله كفرنا

نكم العد ن نا وب ي اوة والب غضاء أبدا حت ت ؤمنوا بكم وبدا ب ي بالله وحد

“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum

mereka: ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami

dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.’” (QS. al-Mumtahinah 60:4).

286

Rasa takut, rasa kagum dan takjim juga bentuk bagian dari tauhid yang benar. Seseorang bisa saja memiliki suatu “perasaan takut alamiah” di dalam hatinya

286

Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 44, 46 dan 124.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 105

pada saat-saat tertentu dalam kehidupannya namun dia harus sadar tak ada sesuatu pun bisa terjadi tanpa izin Allah. Karenanya, seorang yang benar-benar beriman tidak takut apapun karena dia tahu, dalam kenyataan, tak ada seorang pun yang dapat melukai atau memberinya manfaat kecuali Allah mengizinkannya. Karenanya, Allah berfirman,

فال تشوهم واخشون “Maka janganlah kamu, takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.” (QS.

al-Baqarah 2:150).

Ketaatan juga adalah aspek esensil dalam tauhid. Seseorang harus taat kepada Allah dan ketaatan itu harus berada di atas bentuk-bentuk ketaatan yang lain. Dalam beberapa kesempatan, ibn Abdul-Wahhab mengutip ayat ini,

اتذوا أحبارهم ورهبان هم أربابا من دون الله والمسيح ابن مري وما أمروا إال لي عبدوا إتا واحدا ال إله إال هو سبحانه

عما يشركون “Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) menjadikan orang-orang alimnya,

dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh

menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. al-

Taubah 9:31).

Pada penjelasan terhadap ayat ini, sebagaimana dikutip sebelumnya, ibn Abdul-Wahhab menceritakan bagaimana Adi ibn Haatim, seorang mantan kristen,

berkata kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) bahwa mereka (orang-orang Kristen) sebenarnya

tidaklah menyembah orang-orang suci itu. Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata padanya bahwa

penyembahan mereka terhadap rahib dan orang-orang alim mereka adalah bahwa kapan saja mereka mengizinkan sesuatu yang dilarang, mereka akan mengikuti

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 106

mereka dan saat mereka melarang sesuatu yang diizinkan, mereka akan mengikuti petunjuk-petunjuk mereka.287

Kenyataannya, pengamalan monoteisme (tauhid) islam adalah penentangan terhadap pengamalan menyekutukan Allah atau syirik. Orang yang mendengarkan, memahami dan patuh pada kata-kata Allah tidak butuh klenik-klenik, menyekutukan Allah dan lain sebagainya. Orang yang mengenal Allah akan memenuhi hatinya dengan rasa cinta kepada Allah, mempercayai-Nya, berharap pada-Nya, menggantungkan nasibnya pada-Nya dan lain sebagainya. Hatinya tidak membutuhkan sumber-sumber kebahagiaan lain. Namun demikian, orang yang jauh dari kata-kata Allah dan tauhid sejati akan mencari sesuatu yang dapat memenuhi kekosongan dalam hidupnya. Maka, Ibn Ghannaam mencatat bahwa orang yang kosong tauhid akan beralih kepada syirik, mau tak mau. Sama juga, orang yang kosong dalam mengikuti Sunnah akan jatuh pada bid’ah, mau tidak mau.288

Ibn Abdul-Wahhab dan Pertanyaan Siapakah Seorang Muslim

Keyakinan yang biasa pada masa ibn Abdul-Wahhab dan, sayangnya, masih menjadi keyakinan hari ini adalah bahwa jika seseorang shalat dan membayar zakat, tak ada cara bahwa dia dianggap seorang yang tidak beriman, bahkan jika dia berbuat atau percaya hal-hal yang digambarkan dalam syariat sebagai kufur atau perbuatan yang menghina Tuhan. Ibn Abdul-Wahhab menggambarkan pandangan ini dalam salah satu suratnya dimana dia berkata bahwa meski mereka yang berpengetahuan berkata, “Siapa saja yang berkata, ‘Tak ada Tuhan kecuali Allah,’ tidak bisa disebut kafir, bahkan jika dia menolak hari kebangkitan atau menolak semua syariat”289

Ibn Abdul-Wahhab, juga, menyodorkan sebuah konsep yang mestilah sangat aneh bagi orang-orang pada saat itu dan masih aneh bagi kebanyakan orang saat ini. Beliau menegaskan bahwa tidak semua orang yang mengklaim dirinya seorang Muslim dan membuat pernyataan keimanan adalah benar-benar seorang Muslim

dan memuaskan Allah. Beliau juga mendemonstrasikan melalui hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

bahwa terdapat syarat-syarat pernyataan keimanan.290 Lebih jauh, beliau

287

Diriwayatkan oleh al-Tirmidzi. Meski terdapat kelemahan dalam sanadnya, al-Albaani menilai hadits ini hasan. Lihat Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Shahih Sunan al-Tirmidzi (Riyadh: Maktabah al-Tarbiyyah al-Arabi li-Duwal al-Khalij, 1988), vol. 3, hal. 56. 288

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 70. 289

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 41. 290

Ibn Abdul-Wahhab menulis, “Adanya pernyataan ini *yaitu, pernyataan keimanan+ tidaklah bermanfaat sampai seseorang itu melakukan apa yang diperlukan, dan ini termasuk meninggalkan syirik.” Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 137.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 107

menunjukkan melalui Qur’an dan hadits amalan-amalan yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam, bahkan jika dia shalat, shaum dan menyatakan diri sebagai

Muslim.291 Beliau mengacu pada tindakan-tindakan para Sahabat Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

untuk memperlihatkan bahwa keimanan juga memiliki implikasi-implikasi praktis minimum yang harus ditemui. Beliau mengutip Abu Bakar yang berkata, “Sesungguhnya, zakat adalah bagian dari haknya,” yaitu bagian dari pernyataan, “Tak ada yang berhak diibadahi kecuali.”292 Ibn Abdul-Wahhab juga menunjuk pada Bani Hanifah yang “menerima Islam” tapi mereka juga menerima Musailamah sebagai seorang nabi dan, makanya, para Sahabat memerangi mereka karena

kekafirannya. Lebih lagi, orang-orang munafik pada masa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) melakukan

shalat, shaum bahkan berperang bersama Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) namun Allah menyatakan

bahwa mereka akan berada di jurang paling rendah di neraka.

Kenyataannya, pertanyaan bagaimana mendefinisikan siapakah seorang Muslim itu diuraikan dalam setiap karya fiqih Islam utama, dalam bagian yang menguraikan masalah kemurtadan (riddah). Sayangnya, kebanyakan, hal ini hanya menjadi diskusi akademik atau teoritis. Maka, orang akan jatuh pada amalan-amalan yang menghina Tuhan, barangkali karena kebodohan, dan tak seorang pun, bahkan para ulama, yang keberatan. Ibn Abdul-Wahhab kembali mengulang mencatat bagaimana para ulama tetap diam ketika orang-orang jatuh pada kekufuran atau syirik. Bahkan jika hal ini dilakukan karena kebodohan, para ulama wajib untuk membuat benar apa yang salah. Beliau berkata jika seseorang

Di antara syarat-syarat itu beliau menyatakan berkenaan pernyataan keimanan yang pantas itu adalah pengetahuan, kemurnian iman, ketentuan dan meninggal dengan keimanan itu. Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 13, hal. 70-71. Lihat perbincangannya yang lebih panjang dalam vol. 1, hal. 363-364. 291

Ibn Abdul-Wahhab menyebutkan sepuluh aspek berikut yang menegasikan keimanan seseorang: (1) menyekutukan Allah; (2) menempatkan seseorang sebagai perantara antara manusia dan Allah; (3) tidak yakin bahwa orang para penganut polytheisme adalah orang-orang kafir atau meragukannya; (4) meyakini adanya petunjuk yang lebih baik apa yang

dibawa oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص); (5) membenci apa yang dibawa oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص); (6)

mentertawakan sesuatu yang berhubungan dengan keimanan; (7) mempraktekan ilmu sihirpracticin; (8) mendukung para penganut polytheisme melawan ummat Muslim; (9) meyakini bahwa ada beberapa orang yang tidak wajib mengikuti syariat; (10) memalingkan diri dari agama dengan cara tidak mempelajari dan tidak mempraktikkannya. Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 385-387. Aspek-aspek yang dinyatakan ibn Abdul-Wahhab ini memperlihatkan bahwa kekafiran dapat berbentuk keyakinan di dalam hati, pembicaraan atau omongan atau tindakan yang dilakukan seseorang. Saat sepuluh aspek ini dipelajari dalam pengertian apa yang disebut kemurtadan dalam kitab-kitab fiqih, akan diketemukan bahwa kesepuluh aspek itu konsisten dengan apa yang diungkapkan oleh ulama-ulama sebelumnya. 292

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 138.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 108

mengawini puteri atau bibinya sendiri karena ketidaktahuan, para ulama tidak akan tetap diam namun akan segera mengkoreksi apa yang keliru itu. Namun demikian, ketika masuk pada kekeliruan yang paling besar yaitu syirik, mereka membiarkan orang-orang mengikuti cara-cara jahil mereka itu.293

Ini adalah titik-titik pertikaian terbesar antara ibn Abdul-Wahhab dan para penentangnya. Beliau sendiri menyebutkan bahwa para penentangnya sebenarnya sepakat dengannya berkenaan dengan masalah yang berhubungan dengan tauhid dan syirik namun mereka menolak pandangan-pandangannya mengenai menyatakan seseorang kafir dan berperang melawan mereka.294 Pada kesempatan lain, beliau menyatakan bahwa kecuali untuk dua masalah ini, para penentangnya menyadari kebenaran penjelasannya mengenai agama. Namun demikian, beliau juga menjelasakan bahwa tujuannya bukanlah untuk menyatakan orang lain kafir atau berperang melawan mereka. Tujuannya adalah agar mereka melaksanakan praktik-praktik yang disadari sebagai kebenaran.295 (Al-Utsaimiin mencatat bahwa semua orang mungkin sepakat dengan ibn Abdul Wahhab bahwa tauhid adalah kewajiban dan seseorang harus menjauhi syirik. Namun demikian, mereka mungkin tidak sepakat dengannya berkenaan apa yang termasuk syirik itu. Ibn Abdul-Wahhab sendiri mencatat bahwa beberapa penentangnya menganggap definisinya tentang tauhid sebagai bid’ah. Dengan jelas, keraguan berperang pada beberapa orang berhubungan dengan apa yang dianggap syirik itu sendiri. Terdapat tiga proses yang harus disepakati. Para penentang pertama-tama harus sepakat apa itu syirik. Setelah itu, bagian lain harus sepakat syarat-syarat menyatakan seseorang itu kafir. Setelah itu maka dapat disepakati memerangi orang yang telah dinyatakan kafir itu.296 Meskipun apa yang disebutkan Al-Utsaimiin itu mungkin benar, masalah utama berkenaan dengan masalah ibn Abdul-Wahhab adalah masalah-masalah yang disepakati dalam perbedaan madzhab fiqih.297 Karenanya, meski seseorang menerima alasan Al-Utsaimiin kenapa orang menentang Muhammad ibn Abdul-Wahhab, kenyataannya, para penentang tidak banyak berdiri bahkan dari perspektif madzhab-madzhab mereka.)

293

Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 126. 294

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 117. 295

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 118. 296

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 118. 297

Ketika memperbincangkan mereka yang tidak shalat, shaum, membayar zakat atau melaksanakan haji, ibn Abdul-Wahhab mencatat bahwa terdapat perbedaan pendapat bahwa kelakuan-kelakuan tersebut bisa disebut sebagai kekafiran. Kemudian beliau menyatakan, “Kami tidak menyebut orang-orang seperti itu orang-orang yang tidak beriman … Kami hanya menyatakan seseorang beriman pada masalah-masalah yang telah benar-benar disepakati di anatara para ulama.” Dikutip dalam Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 122.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 109

Ibn Abdul-Wahhab sangat memperhatikan syarat-syarat yang harus ditemukan sebelum seseorang dapat dinyatakan sebagai orang yang tidak beriman.298 Baginya, hal pertama yang harus diketahui atau dipikirkan semua orang adalah arti seseungguhnya dari (tauhid). Tak seorang pun dapat dinyatakan tidak beriman sampai tauhid dijelaskan kepadanya dan barulah jika, setelah penjelasan itu, seseorang keras kepala bersikeras mengikuti kelakuan-kelakuan polytheism (syirik) dan kekafiran (kufur).299 Ibn Abdul-Wahhab menyatakan, “Kami nyatakan orang-orang tidak beriman mereka yang menyekutukan Allah dalam ketuhanan-Nya setelah bukti-bukti kekeliruan syirik dijelaskan kepada mereka.”300 Juga, tak seorang pun dapat dinyatakan tidak beriman hanya karena dugaan. Ibn Abdul-Wahhab mengatakan, “Siapa pun yang nampak memperlihatkan [sebuah alat pelengkap] terhadap Islam dan kita menduga dia telah mengingkari Islam, kami tidak menyatakan dia sebagai tidak beriman karena berdasarkan dugaan, karena apa yang nyata kelihatan tidak bisa disangsikan oleh dugaan. Seperti juga, kami tidak menyatakan tidak beriman seseorang yang darinya kami tidak mengetahui ketidakberimannya berdasarkan faktor apa yang disangsikannya sehingga dapat menunjukkan padanya yang tidak dapat kami buktikan.”301 Lebih jauh, tak seorang pun dapat disebut seorang kafir kecuali Qur’an dan Sunnah dengan jelas menyatakan demikian. Contohnya, seseorang yang melakukan dosa besar, seperti perzinahan, tidak berarti orang tersebut telah jatuh pada kekafiran, sebagai pertentangan terhadap apa yang diyakini kaum Khawarij dan kelompok-kelompok ekstrim lainnya. Maka ibn Abdul-Wahhab menyatakan, “Kami tidak nyatakan muslim manapun telah murtad hanya karena dosa yang dilakukannya.”302 Akhirnya, beliau hanya akan menyatakan seseorang telah murtad berdasar

298

Dalam jawaban beliau kepada Sulaiman ibn Suhaim, ibn Abdul-Wahhab menyalahkannya karena membuat sebuah pernyataan umum (men-generalisir) yang menyatakan bahwa semua penganut Qadariyyah itu orang-orang yang tidak beriman. Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 88. 299

Bagi mereka yang meninggal sebelum disampaikan ajarang yang benar tentang tauhid, ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya menahan diri untuk menyatakan orang seperti itu sebagai orang kafir. Kenyataan, putera ibn Abdul-Wahhab, Abdullah menyatakan bahwa tidak hanya orang bodoh yang harus dimaafkan karena kebodohan mereka itu namun behkan para ulama juga harus dimaafkan sebelum masa mereka – sebelum datangnya ibn Abdul-Wahhab – sejak, di kebanyakan tempat, tak ada seorang pun yang berdiri mempertahankan kebenaran dengan kata-kata dan tindakannya. Bandingkan., Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 124. 300

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 60. 301

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 24. Beliau juga mengatakan (vol. 7, hal. 25), “Mereka musuh-musuh yang mengatakan bahwa saya menyatakan seseorang tidak beriman hanya karena dugaan telah berkata dusta. Mereka berbuat begitu dengan maksud untuk membuat orang-orang menjauh dari agama Allah dan rasul-Nya.” 302

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 11. Untuk rincian mengenai perspektifnya, lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 233.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 110

masalah-masalah yang telah disepakati di antara para ulama. Karenanya, beliau menulis,

Rukun Islam itu ada lima. Yang pertama adalah dua kalimat syahadat. Kemudian keempat rukun [yang tersisa]. Jika seseorang mengiyakan semuanya itu namun tidak melaksanakannya karena kemalasan, kami, meskipun kami harus memeranginya karena apa yang telah dilakukannya, tidak menyatakannya telah murtad karena meninggalkan kewajiban-kewajibannya itu. Para ulama berbeda tentang seseorang yang meninggalkan kewajiban-kewajibannya itu karena kemalasan, tanpa menolak kewajiban-kewajiban itu. Dan kami tidak menyatakan siapapun sebagai tidak beriman berdasar apa yang disepakati para ulama tentang itu, yaitu dua kalimat syahadat.

303

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Fiqih Islam, Pertimbangan Hukum dan Taqlid

Abu Sulaiman menyatakan jika koreksi keyakinan dan keimanan adalah aspek yang terpenting dari misi ibn Abdul-Wahhab, yang terpenting dari keduanya adalah mengoreksi metodologi hukum umat Islam.304

Sebagaimana disebutkan di atas, Muhammad ibn Abdul-Wahhab benar-benar yakin bahwa Allah telah mewajibkan seluruh umat manusia untuk mentaati Allah

dan mentaati Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص). Tak ada ketaatan absolute kepada seseorang

dibanding kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dalam apa yang disampaikannya dari Allah melalui

wahyu Qur’an atau Sunnahnya. Qur’an diwahyukan kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) untuk

mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Berpaling dari wahyu ini tidak lain kecuali kekafiran. Allah berfirman,

قل أطيعوا الله والرسول فإن ت ولوا فإن الله ال يب الكافرين

“Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS. Ali-‘Imran 3:32).

Sunnah Nabi adalah bagian dari wahyu dan “menyempurnakan”-nya dengan memberikan rincian lebih jauh tentang wahyu Allah.

303

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 4, bab Fataawa, hal. 9. 304

Abu Sulaiman, vol. 1, hal. 379.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 111

Ibn Abdul-Wahhab menulis, “Jika sebuah sunnah Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) yang shahih

telah jelas kepada kami, kami berbuat berdasarkan itu. Kami tidak menempatkan perkataan seseorang mendahuluinya, tanpa memperhatikan siapapun itu yang membuat pernyataan. Bahkan, kami menerimanya dengan peneriman dan

kepatuhan yang sempurna. Ini karena di dalam hati kami, Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) adalah

lebih baik dan lebih penting dibanding memberikan keutamaan terhadap pernyataan orang lain. Inilah yang kami yakini dan beginilah cara kami menyembah Allah.”305

Artinya Qur’an dan Sunnah adalah pemegang kekuasaan utama. Jika sesuatu benar-benar dinyatakan dalam Qur’an atau Sunnah, tak ada lagi ruang untuk pendapat personal seseorang atau mengikuti pandangan lainnya. Jika harus timbul perbedaan pendapat, perbedaan itu harus diselesaikan dengan mengacu pada otoritas utama. Yaitu, apa yang telah Allah perintahkan dalam Qur’an,

يا أي ها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأول األمر منكم فإن ت نازعتم ف شيء ف ردو إل الله والرسول إن ر وأحسن تأوي الكنتم ت ؤمنون بالله والي وم اآلخر ذلك خي

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang

sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari

kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. an-Nisaa 4:59).

Dari ayat ini Ibn Abdul-Wahhab menyimpulkan, “Kami mengetahui secara definitive bahwa siapa saja yang berikhtilaf di antara orang-orang lalu dia kembali kepada Qur’an dan Sunnah maka dia akan menemukan bahwa Qur’an dan Sunnah itu menyelesaikan ikhtilaf itu.”306 Pendekatan lain atau mengambil seseorang atau sesuatu yang lain sebagai otoritas akhir adalah menyimpang dari jalan Allah. Lebih

jauh, ibn Abdul-Wahhab menekankan bahwa Allah memberikan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

305

Ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 252. 306

Dikutip dalam Nusair, hal. 70-71.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 112

ucapan yang paling komprehensip. Satu kalimatnya sebenarnya menyentuh beberapa masalah bagi orang yang cukup cerdas memahami kata-katanya itu.307

Ibn Abdul-Wahhab menulis, “Tak terdapat perbedaan pendapat antara kami dan anda bahwa jika orang-orang yang berpengetahuan sependapat tentang sesuatu, maka wajib untuk mengikuti mereka. Pertanyaannya adalah kapan mereka berbeda. Adalah kewajiban bagi saya untuk menerima kebenaran dari manapun dia datang dan mengacukan masalah itu kepada Allah dan rasul-Nya, mengikuti contoh yang diberikan oleh orang yang berpengetahuan, atau haruskah saya mengadopsi pendangan mereka (para ulama) tanpa bukti? Anda mengikuti pandangan yang datang kemudian … sementara saya mengikuti yang sebelumnya.”308

Secara umum, ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya yang terdekat adalah para penganut madzhab Hanbali namun tidak secara absolute mengikuti madzhab yang mereka ikuti. Ibn Abdul-Wahhab menulis, “Kami, segala puji hanya bagi Allah, adalah para pengikut dan bukan para ahli bid’ah, madzhab Imam Ahmad ibn Hanbal.”309 Bahkan meski beliau mengikuti madzhab itu sejak masa mudanya, beliau benar-benar tidak buta, pengikut yang keras kepala yang mendukung madzhab ini melawan pandangan-pandangan yang lain. Beliau akan mengikuti madzhab Ahmad ketika madzhab ini didukung dengan bukti.310 Pada saat yang lain, beliau akan mengikuti madzhab lainnya jika pandangan-pandangan mereka lebih kuat dengan disertai bukti. Maka, beliau menyatakan, “Kami adalah para pengikut Qur’an, Sunnah, dan generasi terdahulu yang saleh dan apa yang didukung oleh pendapat imam empat, Abu Hanifah al-Numaan ibn Tsaabit, Malik ibn Anas, Muhammad ibn Idris [al-Shafi’i] dan Ahmad ibn Hanbal, Rahimallahuanhum.”311 Bahkan dengan dua ulama yang mungkin paling mengasihinya, ibn Abdul-Wahhab tetap mengambil pendekatan yang sama. Beliau menulis, “Dalam pendapat kami, Imam ibn al-Qayyim dan gurunya [ibn Taimiyyah] adalah imam-imam Ahl al-Sunnah dan kitab-kitab mereka adalah kitab-kitab yang paling berharga. Namun demikian, kami tidak mengikuti mereka dengan cara buta dalam setiap masalah. Setiap orang mengambil atau meninggalkan pernyataan-pernyataannya karena

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص).”312

307

Bandingkan, Nusair, hal. 70. 308

Dikutip dalam Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 132. 309

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 40. 310

Lihat Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 34. 311

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 96. 312

Dikutip dalam Nusair, hal. 79. Dia (hal. 79) mencatat masalah-masalah berikut dimana ibn Abdul-Wahhab berbeda dengan ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim: pertanyaan tentang talak tiga yang dinyatakan dalam satu waktu, masalah amal-amal keagamaan, pertanyaan

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 113

Lebih jauh, beliau akan menerima hak orang untuk mengikuti pendapat-pendapat madzhab-madzhab lain. Beliau berkata, “Bagi madzhab kami, yaitu madzhab Imam Ahmad ibn Hanbal, Imam Ahl al-Sunnah. Kami tidak keberatan dengan orang-orang dari madzhab yang empat sepanjang mereka tidak bertentangan dengan Qur’an, Sunnah, Ijma dan pernyataan-pernyataan mayoritas mereka”313 Beliau memperjelasnya, dengan, bahwa tujuan seseorang dalam kasus-kasus perbedaan pendapat haruslah untuk mentaati Allah. Beliau berkata,

Dalam masalah-masalah yang terdapat perbedaan pendapat, apa yang harus dilakukan orang beriman adalah menjadikan perhatian dan tujuannya untuk mengetahui perintah Allah dan rasul-Nya dan berbuat sesuai dengannya. Dia harus menghormati para ulama, bahkan jika mereka membuat kekeliruan. Namun demikian, dia tak dapat mengambil mereka sebagai tuhan disamping Allah. Yang demikian adalah jalan orang-orang yang telah (Allah) beri nikmat. Mengabaikan pernyataan-pernyataan mereka dan tidak menghormati mereka adalah jalan mereka yang dimurkai (Allah). Dan mengambil mereka sebagai tuhan selain Allah – yang demikian itu, jika dikatakan kepada mereka perkataan Allah atau perkataan rasul-Nya, mereka berkata, “Orang-orang ini [yaitu, para ulama] lebih berpengetahuan dibanding kami”—adalah jalan orang-orang yang sesat.

314

Kenyataan, ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya benar-benar mengikuti ajaran para ulama pendiri madzhab yang melarang kesetiaan buta pada pendapat-

tentang izin untuk bersumpah dan kewajiban untuk memenuhinya. Abu Sulaiman (vol. 1, hal. 392) mencatat bahwa ibn Abdul-Wahhab biasanya sependapat dengan kesimpulan ibn Taimiyyah saat mendiskusikan fiqih. 313

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 107. Dalam bagian lain, ibn Abdul-Wahhab secara eksplisit menyatakan bahwa beliau tidak keberatan pada siapapun yang mengikuti madzhab fiqih Sunni manapun namun beliau tidak mengizinkan untuk mengikuti madzhab-madzhab syiah atau zaidiyah karena, katanya, mereka tidak diriwayatkan secara akurat dan tidak diterima secara patut. Al-Ruwaishid mencatat bahwa kesimpulan ini karena ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya tidak memiliki pengetahuan yang patut mengenai kedua madzhab tersebut, sebagaimana madzhab-madzhab fiqih yang diriwayatkan dan sah. Lihat Abdullah al-Ruwaishid, Al-Imam al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab fi al-Tarikh (Rabitah al-Adab al-Hadits, 1984), vol. 1, hal. 131. 314

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 3, bab Fataawa, hal. 97. Ibn Abdul-Wahhab juga sangat memperhatikan beberapa penyebab perbedaan pendapat di antara para ulama. Contohnya, beliau menulis, “Bukti-bukti tidak saling bertentangan satu sama lain. Kenyataan, apa yang benar membuktikan pernyataan-pernyataan yang benar lainnya. Namun demikian, seseorang bisa saja salah dalam bukti yang digunakannya. Dia bisa saja menggunakan sebuah hadits yang tidak shahih atau dia bisa saja salah memahami pernyataan yang shahih.” Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 3, bab Fataawa, hal. 32. Ibn Abdul-Wahhab juga sangat memperhatikan teori undang-undang Islam, sebagaimana dapat dilihat dalam diskusi oleh Abu Sulaiman, vol. 1, hal. 392ff.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 114

pendapat mereka atau kesetiaan pada pendapat yang bertentangan dengan Qur’an atau Sunnah.315

Ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya menerima otoritas ijmaa atau konsensus (meskipun McDonald, Bethmann dan Zweimer mengatakan berbeda316). Tambahan pada kutipan di atas dimana ibn Abdul-Wahhab mengatakan wajib untuk mengikuti para ulama saat mereka sepakat terhadap sesuatu, beliau mengatakan, “Apa yang disepakati para ulama adalah kebenaran.”317 Namun demikian, ibn Abdul-Wahhab tidak mempertimbangkan “mayoritas” sebagai ijmaa (konsensus), khususnya ketika “mayoritas” berbuat sesuatu yang bertentangan dengan Qur’an dan Sunnah. Bahkan jika para ulama diam atau mendukung perbuatan itu, mereka tak dipertimbangkan sebagai ijmaa karena ijmaa tak boleh bertentangan dengan Qur’an dan Sunnah. Umat Islam tak bisa semuanya sepakat pada kesalahan dan jika ijmaa andaikata ada, itu artinya bahwa Qur’an atau Sunnah keliru atau ijmaa itu sendiri yang tidak benar. Maka, ijmaa seperti itu tak mungkin bisa ada.

Maka, orang dapat melihat bahwa metodologi Muhammad ibn Abdul-Wahhab ketika masuk pada tataran fiqih hal pertama yang dilakukannya adalah mengambil jalan Qur’an dan Sunnah. Jika sebuah keputusan jelas berasal dari dua sumber itu, maka keputusan itu harus diikuti. Jika tak ada yang tegas yang dapat ditemukan maka, ijmaa para ulama, khususnya pendapat para Sahabat dan para penerusnya, yang harus dicari. Setelah itu barulah ijtihaad, dimana ulama harus mendasarkan keputusannya pada pemahamannya atas wahyu Allah.

Berdasarkan metodologi ini, para penentangnya mengklaim bahwa ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya menuntut hak penuh untuk melakukan ijtihaad ketika menolak setiap bentuk “ketaatan buta” (taqlid) atau tidak menghormati madzhab fiqih yang empat. Tidaklah sama sekali. Akan tetapi, sebagaimana dinyatakan oleh Al-Utsaimiin, mereka menolak konsep umum bahwa tak seorang pun memiliki kemampuan untuk mengambil aturan-aturan langsung dari Qur’an dan Sunnah dan bahwa semua orang harus mengikuti pendapat para ulama tanpa membuat ijtihaad apapun.318 Dalam kenyataannya, orang umumnya menerima pandangan taqlid secara penuh yang terputus hubungannya antara para ulama dan wahyu dari Allah. Ulama tidak memperbolehkan berpaling pada sumber petunjuk sesungguhnya kecuali apa yang mereka kehendaki yaitu berpaling pada

315

Lihat beberapa kutipan dari imam-imam empat madzhab dalam Usrah, hal. 94-96. 316

Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 132. Namun demikian, apa yang dimaksud ibn Abdul-Wahhab dengan konsensus bukanlah kesepakatan empat madzhab. Lihat Nusair, hal. 74. 317

Dikutip dalam Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 133. 318

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 133.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 115

kitab-kitab fiqih, yang mana tidak lebih dari upaya ilmiah yang dapat berbuat salah sebagai mana manusia biasa. Intinya, pendekatan ini membuat Qur’an dan Sunnah tidak berarti. Dan pendekatan inilah yang ditolak oleh ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya.319

Putera Ibn Abdul-Wahhab, Abdullah, menjelaskan posisi mereka ketika dia mengatakan, “Kami tidak pantas menerima level ijtihaad mutlak 320 dan tidak juga salah satu dari kami yang mengklaimnya. Namun berkenaan beberapa masalah [pada madzhab Hanbali kami], jika terdapat teks yang definitive dari Qur’an dan Sunnah yang tidak dibatalkan, tidak menyendiri atau tidak bertentangan dengan dalil yang lebih kuat dan diikuti oleh salah satu imam yang empat, maka kami mengikutinya dan meninggalkan pandangan yang diberikan madzhab Hanbali.”321 Maka, Al-Utsaimiin menulis, ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya menghindari dua pandangan ekstrim mengenai ijtihaad. Mereka menghindari pandangan ekstrim yang menyatakan bahwa ijtihaad selalu dan di bawah keadaan yang diperbolehkan bagi semua orang. Mereka juga menghindari pandangan ekstrim yang mengatakan bahwa pintu ijtihaad telah tertutup dan tidak diizinkan bagi siapapun.322 Harus juga dicatat bahwa mereka menolak pandangan ekstrim yang menempatkan begitu banyak syarat bagi seseorang yang boleh membuat ijtihaad

319

Kenyataannya, salah seorang penentang ibn Abdul-Wahhab yang paling kukuh, Sulaiman ibn Suhaim, menolak dalil-dalil Qur’an dan Sunnah yang diajukan ibn Abdul-Wahhab karena dia (Sulaiman) tidak dapat memahami dalil-dalil yang langsung berasal dari Qur’an dan Sunnah tersebut. Dia tidak mampu memahami apa yang ditulis para ulama terakhir dalam kitab-kitab fiqih mereka. Lebih dari satu kali kesempatan, mengutip para penentangnya yang mengatakan, “kami tidak diizinkan untuk bertindak sesuai dengan Qur’an, tidak juga dengan perkataan Rasul tidak juga dengan para ulama terdahulu. Kami tidak mengikuti apapun kecuali apa yang dinyatakan oleh ulama yang terakhir.” (Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 38 dan hal. 157.) Lainnya lagi, beliau mengutip mereka yang berkata, “Siapa saja yang bertindak berdasar Qur’an telah melakukan kekafiran dan Qur’an tidak boleh ditafsirkan.” (Lihat ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 89.) Karenanya, mengacu pada kitab yang dihormati Sulaiman, al-Iqnaa, untuk memperlihatkan bahwa tindakan seperti itu adalah syirik dan musyrik. Ibn Abdul-Wahhab mengakhiri jawabannya dengan kata-kata, “Kitab anda ini mengatakan bahwa anda termasuk orang-orang musyrik.” Namun demikian, bahkan hal itu tidak merubah pendirian Sulaiman. Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 350-351; Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 126. 320

Level “ijtihaad mutlak” yaitu keempat imam madzhab (Malik, Abu Hanifah, al-Shafi’i dan Ahmad). Ulama lain yang tidak mencapai level itu masih bisa melakukan ijtihaad pada beberapa bagian, seperti beberapa masalah sekunder yang tidak tersentuh oleh ulama-ulama terdahulu. 321

Dikutip dalam, Al-Syeikh, hal. 134. 322

Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 134.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 116

yang sebagaimana dikatakan oleh ibn Abdul Wahhab sendiri, “seseorang yang bahkan kualitasnya tak akan ditemukan pada diri Abu Bakar atau Umar.”323

Juga pada pertanyaan mengenai taqlid (“ketaatan buta”), ibn Abdul-Wahhab menghindari pandangan ekstrim yang umum berlaku pada masanya sebagaimana oposisi ekstrim yang menjadi lazim pada masa kini. Umumnya, ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya mencantelkan diri mereka pada madzhab fiqih Hanbali. Akan tetapi, tidaklah wajib, ibn Abdul-Wahhab berargumen, bagi seseorang untuk

secara komplit mengikuti manusia lain kecuali mengikuti Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص).

Buktinya, beliau mencatat bahwa empat imam memperingatkan para pengikut mereka mengenai ketaatan buta dan mendorong mereka untuk mengikuti kebenaran yang datang dari Qur’an dan Sunnah ketika hal itu menjadi jelas bagi mereka.324 Ibn Abdul-Wahhab, juga, mengakui bahkan seorang ulama bisa saja berbuat taqlid, jika dia tak memiliki waktu, sumber-sumber atau kemampuan untuk berijtihaad mengenai sebuah masalah.

Berdasarkan ajaran ibn Abdul-Wahhab, para pengikutnya membagi taqlid ke dalam tiga kategori. Kategori pertama adalah tipe taqlid yang terlarang dimana seseorang mengikuti seorang imam padahal pendapatnya bertentangan dengan Qur’an atau Sunnah. Dalam mengikuti sang imam dalam kasus ini, para pengikutnya dalam praktiknya menjadikan sang Imam sebagai tuhannya atau seorang nabi. Jenis taqlid seperti ini di hadapan wahyu Tuhan yang jelas benar-benar dikecam oleh ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya. (Kenyataannya, jenis taqlid seperti ini mengarahkan banyak orang untuk berbuat syirik. Maka ibn Abdul-Wahhab mencatat mengenai mereka yang berbuat taqlid, “Agama mereka dibangun di atas beberapa prinsip, yang terbesarnya adalah taqlid. Ini adalah pepatah terhebat bagi semua orang tak beriman, dari yang terawal sampai yang terakhir mereka.”325) Tambahan, bentuk taqlid yang terlarang lainnya adalah taqlid berkenaan dengan esensi-esensi keimanan. Yaitu, menurut Nusair, ibn Abdul-

323

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 396. 324

Untuk perbincangan dalil-dalil yang dikemukakan ibn Abdul-Wahhab untuk menentang ketaatan buta pada empat madzhab, lihat al-Atram, vol. 1, hal. 294-303. 325

Dikutip dalam Nusair, hal. 82. Ibn Abdul-Wahhab mestilah telah menyinggung fakta-fakta yang dinyatakan dalam berbagai ayat-ayat Qur’an. Seperti, “Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?"” (QS. al-Baqarah 2:170); “Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun setan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?” (QS. Luqmaan 31:21).

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 117

Wahhab meyakini bahwa menjadi kewajiban bagi setiap orang untuk mengenal Allah, Rasulullah dan esensi-esensi keimanan. Pada masalah-masalah ini, taqlid tidak diperbolehkan.326

Kategori taqlid kedua adalah keliru namun bukan kategori yang terlarang. Yakni dimana seseorang yang telah bermaksud meneliti sebuah masalah yang menyandarkan diri pada taqlid daripada menetapkan kebenaran untuk dirinya sendiri. Meski hal ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak benar-benar terlarang, ibn Abdul-Wahhab masih memberikan beberapa syarat untuk mengambil praktik ini.327

Kategori ketiga adalah tipe taqlid yang diperbolehkan. Tipe taqlid ini terbuka bagi orang awam dan bagi mereka yang pengetahuannya terbatas, seperti mereka hanya memperhatikan satu madzhab fiqih saja. Untuk orang-orang seperti ini, mereka tak memilki pilihan kecuali taqlid dan mengikuti pendapat-pendapat ulama yang sesungguhnya.328 Ibn Abdul-Wahhab menyarankan, “Jika kebenaran menjadi jelas bagi anda, ikutilah dia. Jika ia tidak jelas bagi anda dan anda butuh untuk berbuat sesuatu, ikutilah seseorang yang agama dan pengetahuannya anda percayai.”329

Maka, orang dapat melihat bahwa ibn Abdul-Wahhab adalah orang yang benar-benar setuju untuk membangkitkan kembali konsep ijtihaad dan mencari solusi mengenai masalah-masalah kontemporer dari Qur’an dan Sunnah. Dalam pengertian ini, beliau sebenarnya tidak berbuat “bid’ah” namun berusaha mengembalikan umat Muslim kepada pemahaman yang telah dimiliki generasi awal. Seperti yang dicatat Nusair, “Generasi pertama umat Muslim telah pergi dan mereka sepakat dengan ijmaa bahwa ijtihaad adalah sebuah kewajiban. Ini adalah kewajiban komunal bagi seluruh umat Muslim. Jika mereka benar-benar meninggalkannya, maka mereka berdosa. Namun cukup jika beberapa ulama yang memiliki kapabilitas memenuhi kewajiban ini.”330 Ini adalah implementasi dari perintah Allah,

326

Bandingkan, Nusair, hal. 84-85. Pada poin ini, ibn Abdul-Wahhab mengutip hadits yang

menyatakan bahwa orang-oranga munafik akan ditanya mengenai Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan mereka

akan menjawab, “Oh, oh, Saya tidak kenal. Saya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu dan saya berkata sama seperti mereka.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari.) 327

Lihat Nusair, hal. 85-86; al-Atram, vol. 1, hal. 290. 328

Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 135. 329

Dikutip dalam Nusair, hal. 83. 330

Nusair, hal. 82.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 118

وما كان المؤمنون لي نفروا كافة ف لوال ن فر من كل فرقة ين ولي نذروا ق ومهم إذا رجعوا هم طائفة ليت فقهوا ف الد من

إليهم لعلهم يذرون “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke

medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang

agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. al-

Taubah 9:122).

Meskipun perbincangan tentang ijtihaad dan taqlid seringkali terlihat dalam cahaya fiqih, percabangannya berkembang dengan baik melebihi fiqih. Gagasan bahwa pintu ijtihaad telah tertutup sebenarnya menutup pikiran orang-orang dengan banyak cara. Hal itu menjadi penghalang terakhir antara manusia dengan wahyu, seperti dalam masalah-masalah aqidah dan “spiritualitas” (mysticisme, sufisme) dimana banyak orang yang telah mulai meragukan relevansi kata-kata wahyu. Karenanya, untuk membangkitkan kembali proses berpikir, diperlukan untuk membangun kembali hubungan antara individu Muslim, khususnya para ulama, dengan Qur’an dan Sunnah. Ketika hal itu terjadi, kekurangan dalam fiqih seperti juga kekurangan-kekurangan dalam bidang keimanan (aqidah) dan spiritualitas dapat diatasi. Sebagaimana dicatat oleh Nusair, ini adalah satu-satunya cara untuk membuat jembatan yang baik antara tempat yang baik pikiran manusia dengan otoritas wahyu. Dia menyatakan bahwa tak seorang pun mampu untuk menghancurkan penghalang seperti itu sampai datangnya membakar jalannya. Monoteisme yang benar (tauhid) telah hilang digantikan dengan anggapan bahwa Allah punya sekutu (syirik) dengan jelas karena kurangnya pengetahuan mengenai jalan yang ditempuh salafus saleh. Bahkan untuk menuju pada sumber-sumber petunjuk, secara buta melekat pada tulisan-tulisan yang kemudian. Adalah Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang membawa para pengikutnya kembali kepada Qur’an dan Sunnah.331

Pengaruh dan dampak pendekatan ini benar-benar hebat. Siddiqi menulis,

Para pemimpin pemikiran mulai mengganti seluruh literatur Islam yang telah diwariskan kepada mereka oleh leluhur mereka dan dengan kemampuan yang mengagumkan memurnikan islam dari semua praktik yang tak islami

331

Nusair, hal. 10-11.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 119

yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan ajaran-ajaran islam yang sayangnya telah menjadi bagian kebudayaan islam. Maka, sebagai hasil dari upaya-upaya yang telah dilakukan Muhammad ibn Abd al-Wahhab sebuah sikap kritis dikembangkan di antara ulama-ulama Muslim; mereka akan menolak apapun yang datang dari masa lalu tanpa menguji validitasnya yang berdasar dari Qur’an dan Sunnah. Maka, perubahan pertama yang terlihat di masyarakat adalah dorongan untuk inventarisasi Fiqih. Dirasakan bahwa kesederhanaan murni dan kelayakan shariah telah hampir terkubur di dalam hutan deduksi-deduksi subjektif yang diajukan para ulama beberapa tahun sebelumnya. Deduksi-deduksi ini, bagaimanapun berharganya, tak dapat terus dipegang terus menerus. Masalah-masalah baru telah dipotong dengan berjalannya waktu, dan hal ini meminta solusi baru yang berasal dari Qur’an dan Sunnah. Maka, dengan berkembangnya sikap kritis, yang merupakan hasil langsung dari kebangkitan Islam, pintu gerbang ijtihad yang telah terselubung selama ratusan tahun kembali dibuka. Seluruh masyarakat Muslim dibangunkan akan kebutuhan sebuah pendekatan yang segar mengenai Fiqih.

332

Bahkan, ini adalah salah satu keberhasilan terhebat ibn Abdul- Wahhaab yang tak pernah dianggapnya sebagai otoritas pokok – di atas otoritas-otoritas pokok Qur’an dan Sunnah yang dia ajak orang-orang kepadanya. Para pengikutnya mewujudkan semangat ijtihaad ini dan terus mencari kebenaran melalui wahyu-wahyu Qur’an. Maka, Idris mencatat,

Apa yang sering disebut dengan ulama Wahhabi tidak benar-benar mengikuti setiap ajaran Ibn ‘Abd al-Wahhab, namun hanya seruannya untuk kembali kepada sumber-sumber fundamental dari agama Islam. Ini cukup memperlihatkan sikap mereka terhadap tulisan-tulisan beliau. Mereka membaca tulisan-tulisan itu, namun tidak memandang perlu membaca semuanya, namun langsung menuju sumber asli dimana beliau mendapatkan ajaran-ajarannya, dan kepada para ulama lebih awal yang membantunya memperjelas pandangan dan ajarannya; mereka tidak membatasi diri mereka pada masalah-masalah yang telah beliau tangani, namun berurusan dengan masalah-masalah yang mereka hadapi sendiri, masing-masing dengan sikap dan gayanya sendiri-sendiri. Ketika memiliki perbedaan yang sangat dengan beliau, mereka tidak ragu untuk berbeda dengan beliau pada beberapa hal. Namun inilah kadar keberhasilan yang baik tentang gerakan Ibn ‘Abd al-Wahhab.

333

332

Abdul Hamid Siddiqi, “Renaissance in Arabia, Yemen, Iraq, Syria and Lebanon: Muhammad Bin ‘Abd al-Wahhab and His Movement,” dalam M. M. Sharif, ed., A History of Muslim Philosophy (Wiesbaden, Germany: Otto Harrassowitz, 1966), vol. 2, hal. 1449. 333

Jaafar Idris. “The Islamic Fundamentalism of the Wahhabi Movement.” pada www.jaafaridris.com/English/Books/Wahhabism.htm, hal. 11.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 120

Ringkasnya, orang bisa mengatakan bahwa pendekatan ibn Abdul-Wahhab terhadap fiqih adalah sebuah pendekatan yang didasarkan pada maksud asli Syariah, kembali kepada sumber aslinya, membebaskannya dari pembatasan-pembatasan konklusi-konklusi manusiawi para ulama mutaakhirun dan mengembalikannya kepada fleksibilitas yang dibutuhkan manusia kapanpun dan dimanapun dia berada.334

Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan Da’wah, Amar Ma’ruf Nahyi Munkar

Dalam pandangan Muhammad ibn Abdul-Wahhab, aktifitas paling terhormat – setelah menegaskan tauhid dan menolak menyekutukan Allah dalam kehidupan seseorang – adalah menyeru orang lain kepada jalan yang diridlai Allah. Beliau menyatakan bahwa tempat terbaik dan terhormat di sisi Allah adalah menyeru orang lain kepada-Nya. Beliau mengutip ayat,

ومن أحسن ق وال تن دعا إل الله وعمل لاتا وقال إنن من المسلمي

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku

termasuk orang-orang yang berserah diri?"” (QS. al-Fushshilat 41:33),

Dan hadits,

ر لك من ت ر ف و الل ألن ي هدى بك رجل واحد خي الن عم

“Demi Allah, orang yang engkau beri petunjuk itu lebih baik bagimu daripada unta kualitas terbaik.”

335 (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.)

Ibn Abdul-Wahhab, karenanya, menekankan ajaran dan da’wah agama ini. Beliau menekankan bahwa agama ini harus dipikirkan oleh semua orang, para ulama,

334

Bandingkan, Abu Sulaiman, vol. 1, hal. 413. 335

Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 48. Unta terbaik adalah

kekayaan yang paling berharga di mata orang-orang yang diajak bicara oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص).

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 121

orang awam, laki-laki, perempuan, tua dan muda.336 Contohnya, beliau menyatakan tentang dasar-dasar agama dan bahaya-bahaya syirik, “Adalah kewajiban untuk menyebarkan [kebenaran] ini di antara orang-orang, wanita dan laki-laki. Dan semoga Allah mengasihi orang-orang yang memenuhi kewajibannya.”337 Bahkan, dalam mempelajari kehidupan dan ajaran ibn Abdul-Wahhab orang dapat menyatakan bahwa beliau telah membawa orang pada jalan yang patut dalam menyembah Allah – makanya bermanfaat bagi orang itu, masyarakat secara keseluruhan dan seluruh umat manusia. Beliau itu bukan tentang kekuatan, kekayaan atau kekuasaan melainkan tentang menasihati orang lain di jalan Allah, sebagaimana apa yang ditulisnya dalam sebuah surat, “Janganlah berpikir bahwa kata-kata dari saya ini adalah kata-kata yang menyalahkan anda atau menentang anda. Demi Allah, Satu-satunya Tuhan selain Dia tak ada tuhan yang patut diibadahi, ini adalah [kata-kata] nasehat yang tulus.”338

Pentingnya Amar Ma’ruf Nahyi Munkar

Menurut Ibn Bisyr, tak ada seorang pun di Najd sebelum ibn Abdul-Wahhab yang benar-benar memenuhi posisi amar ma’ruf nahyi munkar ini. Maka Najd mencapai tahap yang dicapainya.339

Muhammad ibn Abdul-Wahhab dengan jelas menyadari pentingnya masyarakat secara keseluruhan mengamalkan amar ma’ruf nahyi munkar. Sebagaimana dicatat oleh Jameelah, “*Beliau] tidak puas hanya mengajarkan Islam namun bermaksud membangun sebuah masyarakat dimana Islam yang kemurniannya tak ditambah-tambahi akan diwujudkan sebagai sebuah skema praktis kehidupan.”340 Dalam upaya mencapai tujuan itu, tidak sederhana sesederhana memurnikan jiwa seseorang. Bahkan, seseorang harus menyebarkan ajarannya dan mendorong orang lain untuk memurnikan jiwa-jiwa mereka. Akan tetapi, ketika hal itu datang kepada masyarakat, ini juga harus termasuk langkah selanjutnya yaitu amar ma’ruf nahyi munkar.

336

Dalam salah satu suratnya, beliau mencatat bahwa penentangnya al-Muwais menganggap ajaran dari arti, “Tiada yang berhak disembah kecuali Allah,” adalah bid’ah. Al-Muwais mengklaim bahwa gadis-gadis muda Hirmah dan keluarga mereka, tidak menyatakan laki-laki mereka, mengetahui makna ekspresi ini. Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 173. 337

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 127. 338

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 20. 339

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 169. 340

Jameelah, hal. 117-118.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 122

Ibn Abdul-Wahhab sadar bahwa sesungguhnya semua pertentangan yang beliau hadapi bukan karena beliau mencoba memurnikan hidupnya sendiri melainkan karena, masya Allah, beliau berusaha memurnikan masyarakat yang ada di sekitar beliau. Contohnya, dalam masalah penghancuran mausoleum-mausoleum, beliau berkata, “Pengadilan-pengadilan yang kami lakukan yang kalian juga lainnya dengar tentang itu adalah hasil dari pengrusakan kuil-kuil yang dibangun di sekitar kuburan orang-orang saleh di negeri kita.”341

Lebih jauh, Ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan rasa jijiknya kepada orang-orang yang dalam keadaan berkuasa yang tidak keberatan bahkan kepada dosa-dosa besar dan syirik. Beliau menulis kepada orang-orang seperti itu, “Apa yang salah dengan kalian kenapa tidak menjelaskan kepada orang-orang bahwa praktik-praktik seperti itu adalah tidak percaya kepada Allah dan membuat mereka keluar dari Islam? … Bagaimana ini diizinkan bagi anda untuk menyembunyikannya dan berpaling darinya sementara Allah telah meminta sumpah dari mereka yang telah diberi Kitab bahwa mereka akan menjelaskan Kitab itu dan bukannya menyembunyikannya?”342 Seringkali beliau mengutip firman Allah,

وإذ أخذ الله ميثاق الذين أوتوا الكتاب لتب ي ن نه للناس وال تكتمونه ف نبذو وراء ظهورهم واشت روا به تنا قليال فبئس

ما يشت رون “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada

manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya." Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka

menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima.” (QS. Ali-‘Imran 3:187).

Pada kesempatan lain beliau menulis, “Terkutuklah mereka para hakim dan penguasa yang tak merubah ini (praktik-praktik setan) sementara mereka memiliki kemampuan untuk melakukannya.”343

341

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 40. 342

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 126. 343

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 178. Salah satu cara yang penting ibn Abdul-Wahhab yang mempengaruhi perubahan yaitu dikirimkannya pubernur-gubernur dan para hakim ke berbagai suku-suku dan kota-kota yang berbeda-beda untuk

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 123

Kenyataannya, bagi ibn Abdul-Wahhab, amar ma’ruf nahyi munkar adalah sebuah kewajiban bahwa seseorang harus bergerak ke arah Allah dan menerima setiap permintaan yang melarang kelakuan itu adalah serupa dengan tidak mentaati Allah. Beliau menyatakan, “Jika anda maksud bahwa anda inginkan saya tetap diam di hadapan orang kafir dan orang munafik … sebaiknya anda tak usah memiliki permintaan seperti itu. Dan tak ada ketaatan kepada siapapun dalam sebuah masalah ketidaktaatan kepada Allah.”344

Sampai seseorang memahami bahwa ketaatan mutlak semestinya hanya diberikan kepada Allah, akan sulit bagi seorang individu untuk menjalankan amar ma’ruf nahyi munkar. Hal itu karena tugas ini seringkali mengharuskannya melawan adat, praktik-praktik dan keinginan orang-orang. Lebih jauh sebuah masyarakat yang telah menyimpang dari Islam, tugas terbesar akan terjadi dan pertentangan yang lebih hebat juga akan dihadapi seseorang itu. Akan tetapi, ini adalah hal yang harus diadakan jika mencintai Allah. Orang tak bisa digoyang dengan hasrat-hasrat manusia. Kesenangan Allah harus didahulukan daripada kesenangan umat manusia. Inilah poin yang sangat dipahami oleh ibn Abdul-Wahhab. Dalam salah satu suratnya beliau menulis,

Jika anda berpikir sulit melawan manusia, maka pikirkanlah apa firman Allah,

جعلناك على شريعة من األمر فاتبعها وال ت تبع أهواء ت ( إن هم لن ي غنوا عنك من الله شيئا >8الذين ال ي علمون )

وإن الظالمي ب عضهم أولياء ب عض والله ول المتقي (8=)

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa

menjalankan kebenaran dan menjaga apa yang benar. Karenanya, Burckhardt (vol. 1, hal. 288-289) mencatat, “Saud, ketua Wahabi, mengetahui kejujuran dan ketidakadilan terbesar pada keputusan-keputusan mereka [hakim-hakim Badwi], dan kesediaan mereka untuk menerima uang suap, menghapuskan mereka semua dari dominasinya, dan mengirimkan kepada suku-suku Badwi itu, di tempat mereka, para qadi [hakim] dari Derayeh, laki-laki yang cukup yang diberitahu dengan baik, dibayar dengan perbendaharaan publik, dan cukup dikenal bahkan oleh para musuh sebagai orang-orang yang keadilannya tak dapat disuap.” 344

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 319.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 124

nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu Sedikit pun dari (siksaan) Allah. Dan

sesungguhnya orang-orang yang lalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang

bertakwa.” *QS. al-Jaatsiyah 45:18-19],

dan,

وإن تطع أكث ر من ف األرض يضلوك عن سبيل الله إن ي تبعون إال الظن وإن هم إال يرلون

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah

berdusta (terhadap Allah).” [al-Ana’am 6:116].

Dan pertimbangkan apa yang dinyatakan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dalam haditsnya,

ي باسي عود كما بدأ غر و بدأ اإلسالم غري با “Islam dimulai sebagai sesuatu yang asing dan akan kembali asing seperti

semula.” *Diriwayatkan oleh Muslim.]345

Ibn Abdul-Wahhab juga memiliki pengertian yang baik kenapa hal ini sulit bagi banyak orang, khususnya mereka yang nampaknya memiliki kekuasaan dan pengetahuan, untuk mengikuti kebenaran sedangkan mereka telah tersesat di masa lalu. Maka beliau paham kenapa bahkan sambil memperlihatkan kebenaran yang jelas dari Qur’an dan Sunnah, orang akan tetap tidak mendengar dan akan terus setia pada jalan hidup yang telah mereka jalani. Beliau memberikan empat alasan untuk sikap ini (1) Mereka tidak menyadari kebenaran meski di antara mereka mengklaim diri sebagai ulama; (2) kebenaran menentang apa yang menumbuhkan mereka dan apa yang telah menjadi kebiasaan mereka, dan sangatlah sulit untuk melawan adat kebiasaan seseorang; (3) kebenaran bertentangan dengan “pengetahuan” yang mereka miliki dan yang mereka cintai dalam pertumbuhannya mirip dengan bani Israel yang tumbuh mencintai sapi

345

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 57.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 125

emas; dan (4) agama ini berusaha memisahkan antara mereka dengan apa yang terlarang, kekayaan yang telah mereka peroleh.346

Metodologi Da’wah dan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar Muhammad ibn Abdul- Wahhab

Orang yang menda’wahkan Islam memiliki banyak kesempatan terbuka kepadanya untuk melakukannya, kesempatan-kesempatan ini terbagi kepada dua kategori utama: yaitu ceramah dan penyampaian serta tindakan. Dalam kategori pertama, orang dapat menemukan khutbah347, ceramah, kuliah, tanggapan keagamaan, nasihat pribadi, surat, debat, kitab-kitab dan teguran. Dalam kategori selanjutnya, orang akan menemukan jihad, merubah kemungkaran dengan tangan seseorang, mendistribusikan kitab-kitab, memberi hadiah, melembutkan hati orang-orang dengan kekayaan, melatih para pelajar dan mengirimkan mereka dengan bantuan finansial ke tempat-tempat lain, membangun pusat kegiatan Islam dan masjid-masjid.348 Orang mendapati Muhammad ibn Abdul-Wahhab menggunakan kesempatan dari masing-masingnya dan setiap orang dalam makna-makna yang memungkinkan. Contohnya, pada tahun 1167 H., beliau mengirimkan muridnya dan ulama Isa ibn Qaasim ke Riyadh untuk mengajari mereka tentang keimanan. Isa menarik beberapa orang yang tekun untuk mengikutinya di Riyadh dan ketika Dahhaam ibn Dawwaas menghancurkan perjanjian antara dia dan Muhammad ibn Abdul-Wahhab, para pelajar ini ikut mengungsi dengan Isa ibn Qaasim dari Riyadh, meninggalkan kekayaan dan barang-barang milik mereka demi mempertahankan keimanan mereka.349

Dalam mempelajari pendekatan Muhammad ibn Abdul-Wahhab untuk amar ma’ruf nahyi munkar, jelas bahwa beliau mempertahankan hal-hal yang sangat prinsip yang harus memandu konsep ini. Contohnya, beliau akan bergerak dari satu tahap ke tahap berikutnya tergantung apa yang paling tepat yang bisa diberikan terhadap suatu keadaan dan apa yang sesuai dengat syariat. Satu prinsip yang penting yang beliau tekankan adalah bahwa jika sebuah tindakan menghilangkan kerusakan menimbulkan kerusakan yang lebih besar, maka tindakan itu tidak diambil. Dalam sebuah surat yang beliau tulis untuk mencoba menyelesaikan perselisihan antara orang-orang al-Sudair, ibn Abdul-Wahhab menyatakan,

346

Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 464, dikutip dari Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 185. 347

Dalam volume sebelas Muallifaat, terdapat sebuah kumpulan yang terdiri dari tigapuluhdelapan khutbah-khutbah Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Umumnya, khutbah-khutbah itu sangat singkat dan penuh dengan ayat-ayat Qur’an dan hadits. 348

Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 103. 349

Ibn Ghannaam, vol. 2, hal. 19; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 118.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 126

Para ulama menyebutkan bahwa jika tindakan melarang kemungkaran menyebabkan perpecahan, tidak diizinkan untuk melarang kemungkaran itu. Ingatlah Allah dan bertindaklah sesuai dengan apa yang saya katakan kepada kalian dan pahamilah ia dengan baik. Jika kalian tidak melakukannya, maka tindakan kalian melarang kemungkaran akan menyebabkan kerusakan yang lebih terhadap agama. Dan seorang Muslim tak pernah bekerja kecuali untuk membuat lebih baik agamanya dan kehidupan duniawinya.

350

Sebelum mengambil suatu tindakan melawan kemungkaran, beliau akan lebih dulu memverifikasi keberadaan kemungkaran itu. Suatu kali beliau menasihati para pengikutnya dua prinsip: “Pertama, jangan bertindak tergesa-gesa. Jangan berbicara kecuali setelah memverifikasi karena berbohong itu berlebih-lebihan.

Kedua, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) mengetahui siapa-siapa orang munafik namun beliau

menerima amalan-amalan dzahir mereka dan mengembalikan apa yang tersembunyi dalam hati mereka kepada Allah.”351

Pada permulaan misinya, ketika orang-orang tidak tahu kemusyrikan-kemusyrikan yang mereka lakukan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab akan mencoba menggunakan kata-kata yang baik dan secara tidak langsung mengambil kesimpulan membiarkan orang memahami kejahiliyahan mereka. Abdul-Rahmaan ibn Hasan, cucu ibn Abdul-Wahhab, mengatakan, “Di awal da’wahnya, ketika Syeikh kami mendengar seseorang memohon kepada Zaid ibn al-Khattaab, beliau akan berkata, ‘Allah lebih baik daripada Zaid,’ membuat mereka menolak syirik dengan kata-kata lembut – membawa kepada kesadaran apa yang paling berharga dan menjaga mereka agar tidak lari darinya.”352 Ibn Abdul-Wahhab mengatakan bahwa orang-orang Basra yang jatuh pada praktik-praktik syirik akan datang padanya membawa argumen-argumen mereka dan kemudian beliau akan mengatakan kepada mereka, “Ibadah itu tidak pantas kecuali hanya ditujukan kepada Allah,” dan mereka semua akan mengacaukannya.353 Sejak ibn Abdul-Wahhab mengetahui bahwa orang-orang itu sangat bodoh mengenai agama dan apa yang dia da’wahkan ternyata dirasakan aneh oleh mereka, beliau tahu bahwa beliau harus mengambil pendekatan yang sesuai dengan level pemahaman mereka waktu itu. Ibn Abdul-Wahhab membuat poin ini sangat jelas ketika dia mengatakan dalam sepucuk suratnya, “Jika bukan karena orang-orang yang sampai saat ini tidak mengetahui agama Rasul dan jika bukan karena mereka masih keberatan pada masalah yang tidak familiar dengan mereka, masalahnya akan menjadi sangat berbeda. Aku bersumpah demi Allah, yang tak ada sekutu bagi-Nya, jika orang-orang memahami masalahnya dengan benar, saya akan berfatwa bahwa darah ibn

350

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 296-297. 351

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 285. 352

Dikutip dalam Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 125. 353

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 28.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 127

Suhaim dan orang-orang yang seperti dia adalah halal [karena keingkaran mereka yang sangat jelas] dan saya akan perintahkan mereka agar dibunuh.”354

Ibn Baaz menyatakan bahwa pendekatan seperti itu paling pantas pada saat ibn Abdul-Wahhab berada di Basra sejak dia berurusan dengan orang-orang yang menjadi sangat aneh dan berjarak dari pesannya. Karenanya, beliau bersikap lembut kepada mereka dan membawa mereka selangkah demi selangkah menjauh dari apa yang membuat mereka terpikat. Akan tetapi, meski dengan pendekatan itu, beliau tidak berhasil dan orang-orang Basra menuduhnya sebagai penyebab masalah dan beliau dipaksa pergi.355

Apa yang ibn Baaz katakan mengenai waktu itu dan lingkungannya barangkali benar namun dalam kenyataannya Muhammad ibn Abdul-Wahhaab memperlihatkan kelembutan dan kebaikan sebagai sebuah karakteristik dasar dalam amar ma’ruf nahyi munkar dan menyeru orang lain kepada jalan Allah. Beliau sekali menulis, “Sebaiknya para penyeru kepada jalan Allah melakukannya dengan cara yang baik – menghormati orang-orang yang melewati batas. Allah bahkan memerintahkan kepada kedua utusan-Nya Musa dan Harun untuk mengatakan kata-kata yang baik kepada Firaun sehingga dia bisa merendah atau merasa takut kepada Allah.”356 Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada saudara-saudaranya, ibn Abdul- Wahhaab menulis,

Beberapa orang dalam agama ini keberatan pada kemungkaran – dan sementara mereka benar dengan melakukan itu mereka juga berbuat keliru dengan sikap mereka yang kasar yang menyebabkan perpecahan diantara saudara sendiri. Allah berfirman,

يا أي ها الذين آمنوا ات قوا الله حق ت قاته وال توتن إال وأن تم يعا وال ت فرقوا 891)مسلمون ( واعتصموا ببل الله ت

واذكروا نعمة الله عليكم إذ كنتم أعداء فألف ب ي

354

Dikutip dari Ibn Ghannaam oleh Abdullah Al-Utsaimiin, “al-Rasaail al-Syakhshiyyah li-l-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 1, hal. 108. 355

Abdul-Mushin ibn Baaz, vol. 1, hal. 125-126. Bandingkan, Al-Utsaimiin, “Rasaail”, vol. 1, hal. 107-108. 356

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 250-251.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 128

ق لوبكم فألبحتم بنعمته إخوانا وكنتم على شفا حفرة الله لكم آياته لعلكم من النار فأن قذكم ها كذلك ي ب ي من

(891ت هتدون )“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali

(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

(QS. Ali-‘Imran 3:102-103).

Orang-orang berilmu mengatakan bahwa orang yang melaksanakan amar ma’ruf nahyi munkar memerlukan tiga [kualitas]: Dia harus memiliki pengetahuan tentang apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang; dia harus lembut ketika dia memerintahkan sesuatu atau saat dia melarang sesuatu; dan dia harus memiliki kesabaran menghadapi kejahatan yang datang [kepadanya karena tindakannya yang mulia itu].

357

Tambahan, ibn Abdul-Wahhab seringkali mengingatkan orang kepada Allah dan surga atau neraka yang menunggu mereka. Dalam suratnya kepada Ahmad ibn Ibraahim beliau menulis, “Apakah yang bernilai dari agama ini bagi anda? Apakah ridla Allah dan Surga bernilai bagi anda? Apakah neraka dan murka Allah bernilai bagi anda?” Beliau menulis kepada Abdullah ibn Isa dan mengatakan, “Larilah dengan agamamu demi surga dan neraka yang berada di depanmu.”358

Meski kelembutan adalah prinsip umum dalam amar ma’ruf nahyi munkar, namun bukanlah satu-satunya prinsip yang digunakan dalam setiap keadaan.359 Langkah selanjutnya yang digunakan adalah kata-kata kasar saat menegur orang lain. Contoh dalam langkah ini dapat ditemukan dalam kata-kata Nabi Ibrahim (AS) yang berkata kepada umatnya,

357

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Mualllifaat, vol. 7, hal. 296. 358

Bandingkan, Abdul-Mushin ibn Baaz, vol. 1, hal. 126-127. 359

Untuk yang lebih jelas dalam hal ini, lihat Fadhl Ilaahi, Min Sifaat al-Daaiyyah: Al-Lin wa al-Rifq (Pakistan: Idaarah Tarjumaan al-Islaam, 1991), hal. 34-60.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 129

أف لكم ولما ت عبدون من دون الله أفال ت عقلون “Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah

kamu tidak memahami?” (QS. al-Anbiyaa 21:67).

Ibn Abdul-Wahhab menyatakan bahwa dia tidak akan menggunakan langkah ini kecuali dia mendapati bahwa kebaikan tidak berhasil.360 Namun demikian, ibn Baaz mencatat, ibn Abdul-Wahhab jarang menggunakan tahap ini. Beliau hanya akan berbuat begitu kepada mereka yang benar-benar keras kepala dan memperlihatkan penolakan meski sudah diberikan segala macam diskursus yang rasional. Ketika menulis kepada penentangnya yang sengit, Sulaiman ibn Suhaim, beliau menulis, “Anda adalah orang yang bodoh, seorang musyrik yang membenci agama Allah.”361 Pada kesempatan yang lain, beliau mengatakan, “Seorang iblis tak dapat memahami makna ibadah.”362 Beliau sendiri sadar dengan kekasarannya dan memohon maaf karenanya. Dalam satu kesempatan beliau menulis, “Jangan biarkan kekasaran kata-kata ini menguasai pikiranmu karena Allah mengetahui maksudku dengan kata-kata itu.”363

Barangkali ini karena rasa cintanya yang berlimpah kepada kebenaran di depan orang yang benar-benar menolaknya agar mendengar sehingga beliau menggunakan kata-kata kasar. Orang dapat menyadari orang macam apa yang berurusan dengan ibn Abdul-Wahhab. Sebagaimana dinyatakan ketika membicarakan ijtihaad, seringkali ibn Abdul-Wahhab berurusan dengan orang

yang bahkan tak mau mendengar ayat-ayat Qur’an atau hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Maka,

sekali beliau menulis, “Salah satu hal yang menakjubkan yang terjadi dari para pemimpin penentang adalah ketika saya menjelaskan kepada mereka kata-kata Allah dan apa yang dinyatakan para ulama tafsir, mereka menjawab, ‘Tidak diizinkan bagi orang-orang seperti kami atau anda bertindak menurut Qur’an, kata-

kata Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) atau pernyataan-pernyataan ulama-ulama pertama. Kami tidak

mematuhi kecuali apa-apa yang dikatakan ulama yang terakhir.’”364 Dan bahkan ketika ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan pernyataan-pernyataan para ulama yang terakhir itu, seringkali penentangnya itu tidak merubah jalannya. Ketika berbuat demikian, maka diizinkan untuk menggunakan ucapan kasar dan tidak membiarkan kebenaran dikalahkan atau dikecilkan oleh kekeraskepalaan dan kebiasaan yang keliru. Allah berfirman dalam Qur’an,

360

Abdul-Mushin ibn Baaz, vol. 1, hal. 128. 361

Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 128-129. 362

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 90. 363

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 242. 364

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 218.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 130

وال تادلوا أهل الكتاب إال بالت هي أحسن إال الذين نا وأنزل إليكم هم وقولوا آمنا بالذي أنزل إلي ظلموا من

وإتنا وإتكم واحد و١تن له مسلمون “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang lalim di antara mereka, dan

katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu

adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri".” (QS. al-Ankabuut 29:46).

Maka, ada kalanya orang harus bersikap kasar dan juga termasuk mengekspos kekeliruan argumen seseorang dalam cahaya Qur’an dan Sunnah.

Langkah selanjutnya, setelah semua itu gagal, adalah dengan mengancam seseorang itu dengan beberapa tindakan jika dia tidak merubah cara-caranya. Untuk beberapa orang, mereka tak memberikan respon kecuali sampai seseorang mengancam kepentingan-kepentingan mereka dalam beberapa cara. Jika ada kesempatan, ibn Abdul-Wahhab akan mengancam orang yang jika mereka tidak merubah cara-cara mereka, beliau akan memerintahkan orang-orang agar tidak shalat di belakang mereka, tidak boleh menerima kesaksiannya dan mereka harus menentangnya.365

Cepat atau lambat, ancaman dan kata-kata tidak lagi berfaedah. JIka orang melihat bahwa kebanyakan di antara mereka berada dalam ancaman, maka mereka tak akan merubah cara-cara mereka. Karenanya, tindakan dalam arti positif dan korektif benar-benar dibutuhkan. Bahkan, hal ini ditunjukkan secara langsung di

dalam hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص),

من رأى منكم منكرا ف لي غي ر بيد فإن ل يستطع فبلسانه فإن ل يستطع فبقلبه و ذلك أضعف اإليان

“Barang siapa di antara kalian melihat perkara yang mungkar, maka hendaklah diubahnya dengan tangannya; jika ia tidak kuasa, hendaklah

365

Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 130.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 131

dengan lidahnya; dan jika tidak kuasa juga, hendaklah dengan hatinya; dan inilah yang selemah-lemah iman.”

366 (Hadits Shahih Riwayat Muslim.)

Karena syirik dan kekafiran adalah kemungkaran terbesar, ibn Abdul-Wahhab menggunakan perkakas-perkakas yang telah diberikan Allah kepadanya untuk menghapus sumber-sumber syirik yang ada. Dalam versi ikhtisar Zaad al-Maad-nya, ibn Abdul-Wahhab menceritakan beberapa poin penting yang berhubungan dengan masjid al-dzaraar, sebuah “masjid perlawanan” yang diatur oleh orang-

orang munafik pada masa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) untuk membuat orang-orang menjauh dari

masjid Nabi. Dalam narasi ibn Hishaam, Masjid ini dihancurkan. Ibn Abdul-Wahhab kemudian mengatakan jika hal seperti itu terjadi pada masjid, “Lebih baik dan wajib melakukan hal yang sama dengan situs-situs syirik. Hal yang sama juga harus dilakukan pada bar-bar, pub-pub dan lokasi-lokasi kemungkaran.”367 Dalam satu suratnya, beliau menulis, “Tidak diizinkan untuk tempat-tempat syirik dan thagut tersisa bahkan satu hari pun jika seseorang bermaksud menghancurkan dan mengakhirinya … Ini adalah aturan untuk makam-makam yang dibangun di sekitar kuburan-kuburan yang dijadikan sebagai penyembahan berhala disamping Allah dan batu-batu yang dijadikan orang untuk memohon berkah, bersumpah, dicium [dan sebagainya]. Tak diizinkan bagi siapapun dari mereka untuk tetap menghadapi bumi ketika seseorang memiliki kekuatan untuk menghapusnya.”368 Karenanya, ketika ibn Abdul-Wahhab memiliki otoritas politik untuk mengenyahkan kubah-kubah dan situs-situs syirik lainnya, seperti kubah di kuburan Zaid di al-Jubailah, beliau melakukannya dengan segera, tanpa rasa takut kepada siapapun kecuali kepada Allah.

Perlunya menggunakan “tangan seseorang” dalam mengenyahkan kemungkaran bisa meningkat pada poin menggunakan kekuatan untuk memerintahkan apa yang benar, untuk membawakan keadilan dan mengakhiri kejahatan dan immoralitas.369

366

Meskipun tidak secara eksplisit disebutkan di atas, ibn Abdul-Wahhab juga berbicara tentang pentingnya menghapus kemungkaran dengan “hati seseorang” jika terdapat kemampuan seseorang. Dalam suratnya kepada al-Suwaidi, beliau menulis, “Saya harap Allah akan meninggikanmu dengan menolong agama-Nya dan nabi-Nya berkenaan dengan

kemampuanmu, bahkan jika hanya dengan hati dan doa. Sessungguhnya, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) telah

berkata, ‘Jika aku memerintahkanmu untuk melakukan sesuatu, lakukanlah sesuai kemampuanmu.’ *Riwayat al Bukhari.+” Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 37. 367

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 6, hal. 287. 368

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 73. 369

Mesti dicatat bahwa kadangkala seseorang berusaha untuk mendorong dan berperang sementara pada saat yang sama hal ini tidak berarti bahwa penentang disadari sebagai orang yang tidak beriman. Ketika membincangkan umat Muslim yang tidak melaksanakan empat rukun Islam (selain syahadat), ibn Abdul-Wahhab berkata, “Untuk empat rukun, jika

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 132

Tahap selanjutnya ini dalam karir ibn Abdul-Wahhab adalah yang sangat kelihatan setelah beliau pindah dari Huraimila ke al-Uyainah dan beliau mendapat dukungan dari penguasa setempat, Utsman ibn Muammar. Ini adalah poin yang sangat penting karena seseorang tak dapat mengambil sebuah langkah fisik jika menciptakan kerusakan alih-alih kebaikan. Hal seperti itu akan terjadi dengan tindakan-tindakan yang dilakukan ibn Abdul-Wahhab jika dia tidak memiliki dukungan dari orang-orang yang memiliki kekuasaan. Karenanya, di al-Uyainah, beliau bergerak secara fisik dan menghapuskan serta menghancurkan mausoleum-mausoleum dan makam-makam yang dijadikan orang untuk berdoa dan pohon-pohon serta semak-semak belukar yang diyakini orang-orang memiliki kekuatan dan sebagainya. Situs-situs yang terkenal ini harus dihancurkan karena situs-situs itu sangat berbenturan dengan konsep monoteisme. Namun demikian, situs-situs itu sangat popular di antara orang-orang. Orang hanya wajib dan diperintahkan bergerak melawan mereka ketika dia memiliki “kemampuan untuk melakukannya,” sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas. Artinya, lagi-lagi, bahwa kebaikan yang diharapkan akan menjadi lebih banyak daripada kerusakan yang diperkirakan. Ibn Abdul-Wahhab menjaga prinsip ini dalam pikirannya dan tidak mengambil langkah ini sampai benar-benar jelas bahwa dia telah siap dan menjadi kewajiban baginya ketika dia mendapatkan dukungan dan kemampuan yang baru.

Termasuk ke dalam kategori ini “merubah dengan tangan” memiliki kemampuan untuk melakukannya adalah pelaksanaan hukum Islam. Sekali lagi, ini adalah sesuatu yang pertama-tama dilaksanakan ibn Abdul-Wahhab di al-Uyainah ketika beliau memiliki kekuatan dan kemampuan untuk melakukannya menurut aturan syariah. Tentu saja, kasus yang sangat terkenal pada saat itu – seperti kasus yang juga sangat terkenal saat ini di antara orang-orang yang yakin pada “kebebasan dan ketidakbermoralan” – adalah hukum rajam bagi wanita pezinah yang datang untuk mensucikan dirinya atas kejahatan yang telah dilakukannya itu.

Aspek selanjutnya pada amar ma’ruf nahyi munkar adalah apa yang terkenal dengan jihad—tujuan utama yang sesungguhnya yang tak lain dari mengimplementasikan kebaikan dan mengakhiri kemungkaran. Muhammad ibn Abdul-Wahhab juga bergerak pada level ini ketika waktunya benar-benar pas. Jihad dan mengambil risiko hidup jelas bukanlah masalah yang ringan. Ini harus diupayakan hanya ketika dibutuhkan dan ketika kondisinya memungkinkan.

seseorang mengakuinya namun tidak taat melaksanakannya karena kemalasan, maka, meskipun kami memeranginya agar dia melaksanakan empat rukun itu, kami tidak mengatakan dia tidak beriman hanya karena tidak melaksanakan empat rukun itu. Para ulama memiliki perbedaan berkenaan mereka yang meninggalkan perbuatan-perbuatan ini karena kemalasan sementara tidak menolak [kewajibannya+.” Dikutip dalam Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 122.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 133

Meskipun Muhammad ibn Abdul-Wahhab telah diancam dan hidupnya berada dalam risiko dalam beberapa kesempatan, beliau tak pernah mengambil jalan jihad sampai kepindahannya ke al-Diriyyah dan membuat perjanjian dengan Muhammad ibn Saud. Bahkan kemudian, beliau hanya mengambil jalan ini ketika musuh-musuh da’wahnya tidak memberinya pilihan lain kecuali berperang dan mempertahankan kehormatan misinya. Beliau sendiri menyatakan, “Kami tidak memerangi siapapun sampai hari ini kecuali untuk mempertahankan hidup dan kehormatan. Kami harus bertarung melawan mereka yang telah menyerang kami di negeri kami dan mereka tidak meninggalkan kami.”370 Lebih jauh, beliau tak akan berperang sampai “buktinya terbangun untuk memerangi” sebuah bangsa, yaitu, hanya setelah kekeliruan tentang anggapan bahwa Allah memiliki sekutu (syirik) disampaikan kepada mereka dan mereka masih mengikuti syirik dan menolak monoteisme sejati (tauhid). Maka, ibn Abdul-Wahhab menulis setelah menunjukkan beberapa praktik keberhalaan,

Ini adalah masalah-masalah yang telah menciptakan konflik antara kami dan orang-orang. Masalah yang membuat mereka menyatakan bahwa kami telah kafir, memerangi kami dan menyatakan bahwa darah dan harta kami halal bagi mereka untuk ditumpahkan, sampai Allah memberikan kami dukungan dan kemenangan atas mereka. Tauhidlah yang kami serukan kepada orang-orang dan dengannya kami memerangi mereka – setelah kami menetapkan bukti-bukti untuk memerangi mereka berdasarkan Kitab Allah, Sunnah Rasul-Nya dan ijma imam-imam terdahulu yang saleh. [Kami melakukan itu semua] untuk mengimplementasikan firman Allah,

ين كله لله فإن نة ويكون الد وقاتلوهم حت ال تكون فت لله با ي عملون بصري ان ت هوا فإن ا

“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka

sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (al-Anfaal 8:39).

371

Serangan-serangan kepada orang dan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab adalah “normal” sebagai syarat moral kepada orang-orang di sekitar beliau. Mereka

meninggalkan ibn Abdul-Wahhab, seperti Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sebelum beliau, dengan

tanpa pilihan penuh kedamaian. Seringkali, orang mengharapkan ini sebagai

370

Dikutip dalam Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 121. 371

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 114.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 134

perkaranya. Di bawah keadaan seperti itu, tanpa mengambil jalan jihad, diharapkan da’wah dan ajaran-ajarannya bisa diakhiri. Maka Allah berfirman,

مت لوامع وب يع ولوال دفع الله الناس ب عضهم بب عض تدوللوات ومساجد يذكر فيها اسم الله كثريا ولي نصرن الله

من ي نصر إن الله لقوي عزيز “Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-

gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan mesjid-mesjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong

orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. al-Hajj 22:40).

Mesti dicatat, sebagaimana dinyatakan al-Fauzaan dalam sangkalannya kepada orang yang mengkritik ibn Abdul-Wahhab dalam hal ini, jihad, jika bertemu dengan kondisi seperti ini, tak dapat dianggap sebagai perkara yang kasar atau ekstrim. Al-Fauzaan menyatakan bahwa dalam cara yang sama yaitu dalam hal mencari

dukungan politik adalah juga termasuk kepada Sunnah Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), mengambil

jalan jihad ketika diperlukan juga termasuk kepada Sunnah Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Lagi-lagi,

jika ini dilakukan dengan batas-batas yang diatur dalam Syariat, hal ini tidak bisa disebut sebagai kekasaran atau tindakan yang harus dikritik.372

Menurut Ibn Bisyr, ibn Abdul-Wahhab mengambil peran aktif dalam berjihad. Secara umum, khususnya di tahun-tahun pertamanya di al-Diriyyah, beliau adalah orang yang mempersiapkan pasukan dan mengirimkan ekspedisi-ekspedisi. Beliau akan menasehati serdadu-serdadunya untuk hanya takut kepada Allah dan menetapkannya dalam misi mereka, mengharapkan pertolongan dan ganjaran dari Allah.373 Beliau akan mengingatkan mereka untuk bertobat kepada Allah, selalu memiliki maksud yang tulus dan setia pada keimanan, yang demikian itu akan menjadi kunci kemenangan.374 Kenyataannya, dalam setiap kemenangan atau penaklukan, beliau selalu menjadi pemandu spiritual pasukan, mengingatkan

372

Bandingkan, Saalih al-Fauzaan, “Taqiibaat ala ma Dzakarahu al-Ustaadz Abdul-Kariim al-Khatiib fi Kitaabihi al-Da’wah al-Wahhaabiyyah wa Muhammad ibn Abdil-Wahhaab” dalam [Majallah] Kulliyah Ushul al-Din (Muhammad ibn Saud Islamic University, Vol. 1, 1397-1398 A.H.), hal. 86. 373

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 165. 374

Bandingkan, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 102.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 135

mereka pada kenyataan yang mereka hadapi. Setelah penaklukan hebat terhadap al-Haayir pada tahun 1178, dimana lima ratus pengikutnya terbunuh dan banyak dari mereka yang menjadi tawanan, Amir Abdul Aziz datang langsung kepada ibn Abdul-Wahhab dan mendapati sang Syeikh berkata padanya,

( =81وال تنوا وال تزنوا وأن تم األعلون إن كنتم مؤمني )إن يسسكم ق رح ف قد مس القوم ق رح مث له وتلك األيام

ي علم الله الذين آمنوا وي تخذ منكم نداوتا ب ي الناس ول ( وليمحص الله 889شهداء والله ال يب الظالمي )

(888الذين آمنوا ويحق الكافرين ) “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,

padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka,

maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di

antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah

tidak menyukai orang-orang yang lalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang

yang kafir.” (QS. Ali-‘Imran 3:139-141).375

Catat bahwa sangat jelas dengan sikapnya bahwa tujuan jihad ibn Abdul-Wahhab tidak pernah tentang masalah kekuatan personal, prestise ataupun dendam. Kelihatannya – dan hanya Allah yang mengetahui rahasia terdalam – bahwa sungguh hanya untuk mendirikan agama Allah secara keseluruhan. Maka, sebagaimana digambarkan Ibn Ghannaam, tak ada yang lebih dicintainya daripada musuhnya yang mendatanginya dengan penyesalan dan memohon maaf. Beliau tak pernah mengancam seseorang dengan sikap kasar setelah beliau mendapatkan kemenangan atas mereka, bahkan jika pun mereka telah berlaku kasar, menghukum dan memutilasi dalam perlakukan mereka kepada para pengikut ibn

375

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 92.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 136

Abdul-Wahhab.376 Dalam cara ini, kelihatan bahwa beliau benar-benar mengaplikasikan perintah Allah,

ين فإن تابوا وأقاموا الصالة وآت وا الزكاة فإخوانكم ف الد“Jika mereka bertobat, mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka

(mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. al-Taubah 9:11).

Masalah-masalah yang Menjadi Prioritas

Karakteristik penting dalam pendekatan da’wah ibn Abdul-Wahhab adalah memberikan prioritas pada masalah-masalah yang lebih penting. Sebagaimana yang telah jelas sekarang, masalah yang paling penting dari semuanya adalah kepercayaan yang benar tentang Allah. Beliau mendasarkan pendekatan ini pada sebuah hadits terkenal yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dimana Nabi

,mengirimkan Muaadz ke Yaman sebagai guru. Nabi berkata kepada Muaadz (ملسو هيلع هللا ىلص)

أهل كتاب ف ليكن أول ما تدعوهم ق وم إنك ت قدم على إليه عبادة الله فإذا عرف وا الل فأخبهم أن الل قد ف رض

لتهم عليهم ت س للوات ف ي ومهم و لي “Engkau pergi mendatangi Ahli Kitab. Pertama-tama yang harus engkau seru

kepada mereka adalah agar mereka menyembah Allah. Jika mereka telah mengenal Allah, beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan

mereka untuk melaksanakan shalat lima waktu siang dan malam..”

Ibn Abdul-Wahhab menjelaskan, “Maka, seseorang tidak disuruh shalat lima waktu dalam sehari kecuali setelah dia mengenal monoteisme sejati (tauhid) dan dia tunduk padanya. [Jika hal itu saja terjadi pada shalat,] apa yang seharusnya terjadi dengan masalah-masalah sekunder dimana terdapat perbedaan pendapat?”377 Beliau juga menulis,

Ketahuilah bahwa kewajiban yang paling penting bagi manusia adalah untuk mengenal bahwa Allah adalah Tuhan bagi semuanya dan pemilik dan

376

Lihat Nusair, hal. 217. 377

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 166.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 137

pemelihara sesuai dengan keinginan-Nya. Jika engkau mengetahuinya, maka engkau harus memepertimbangkan apa yang benar menurut kebijaksanaanmu – seperti beribadah dengan penuh cinta, penghargaan, rasa kagum, takut, harapan dan mengenal-Nya sebagai Tuhan, yang meliputi ketundukan yang rendah hati terhadap semua perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya. Hal ini datang sebelum kewajiban-kewajiban shalat dan zakat.

378

Sementara menjelaskan ayat,

ولقد أوحي إليك وإل الذين من ق بلك لئن أشركت ليحبطن عملك ولتكونن من اتاسرين

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan

hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.’” (QS. az-Zumar 39:65),

Ibn Abdul-Wahhab mencatat, “Ini memperlihatkan kebutuhan yang hebat akan pelajaran mengenai monoteisme sejati. Jika nabi-nabi saja membutuhkannya dan berhasrat untuk mendapatkan pengetahuan itu, bagiamana dengan yang lainnya? Ini menolak klaim orang-orang bodoh yang percaya bahwa mereka tahu apa itu [tauhid] dan tidak perlu mempelajarinya.”379

Dalam berbagai kesempatan, ibn Abdul-Wahhab menekankan pentingnya mengetahui dasar-dasar yang benar tentang Islam, yaitu system keimanannya. Beliau berulang-ulang menekankan bahaya-bahaya jatuh kepada polytheisme (syirik) dan fakta bahwa Allah tak akan mengampuni dosa seperti itu.380 Lebih jauh, ibn Abdul-Wahhab menggambarkan amalan-amalan yang membawa seseorang keluar dari Islam. Beliau menekankan pentingnya mengetahui masalah-masalah seperti ini. Dalam sepucuk suratnya yang ditujukan kepada dua orang muridnya, beliau mengatakan, “Ini adalah kewajiban bagi laki-laki untuk mengajarkan ini kepada istrinya dan anggota keluarganya – dan ini adalah kewajiban yang lebih besar daripada mengajarkan wudlu dan shalat.”381 Ini bahkan lebih penting daripada amalan-amalan keliru berkenaan dengan kekayaan. Beliau menulis tentang beberapa orang mutawwa yang mengajarkan bahwa lebih penting

378

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 174. 379

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 5, hal. 345. 380

Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 44 dan hal. 95. 381

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 323.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 138

berbicara kepada orang-orang tentang menyalahkan orang lain mengenai kekayaan mereka daripada berbicara kepada mereka tentang amalan-amalan yang sungguh-sungguh berseberangan dengan keimanan mereka. Ibn Abdul-Wahhab menulis,

Ini adalah bagian dari tingkat hebat kebodohan mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu kecuali kekeliruan-kekeliruan yang berkenaan dengan kekayaan. Sedangkan terhadap kekeliruan-kekeliruan syirik, mereka tidak tahu. Allah telah berfirman, “sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar” (QS. Luqmaan 31:13). Apakah kedudukan dari kemungkaran – jika seseorang membicarakannya, atau memuji tuhan palsu atau mempertahankannya – yang membuat seseorang keluar dari Islam, bahkan jika pun dia berpuasa dan shalat, berkenaan dengan kemungkaran itu yang tak membuatnya keluar dari Islam? [Untuk yang belakangan,] tiap-tiap orang akan mendapatkan balasannya atau Allah akan mengampuninya. Terdapat perbedaan yang hebat antara keduanya [tipe-tipe kemungkaran itu].

382

Di lain tempat beliau menulis, “Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu, bahwa kewajiban mengetahui syahadat ‘bahwasannya tak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah,’ adalah sebelum kewajiban shalat dan shaum. Kewajiban bagi setiap insan untuk mempelajari maknanya. Yaitu lebih penting baginya daripada mempelajari shalat dan shaum. Dilarangnya syirik dan mengimani thagut adalah lebih hebat pelarangannya daripada menikahi ibu atau bibinya sendiri.”383 Faktanya, Muhammad ibn Abdul-Wahhab menolak untuk merespon beberapa pertanyaan tentang fiqih sampai beliau merasa pasti bahwa orang yang mengajukan pertanyaan itu mengerti lebih dulu konsep tentang tauhid, dan mengatakan, intinya, bahwa jika seseorang tidak benar dalam mengikuti konsep monoteisme (tauhid), masalah-masalah lainnya tidak akan bermanfaat.384

Lebih jauh, menurut Shalih Ali-Syeikh, dalam da’wah-nya, beliau dengan jelas membedakan antara amalan-amalan syirik dan amalan-amalan terlarang yang dapat membawa seseorang kepada syirik. Kemudian beliau tidak akan membicarakan atau mengulanginya sampai konsep syirik dipahami dan amalan-amalan syirik yang ada benar-benar dihentikan. Hanya setelah itu, beliau akan bergerak membicarakan dan menghentikan amalan-amalan terlarang yang akan

382

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 190. Lihat juga vol. 7, hal. 75 dan hal. 200. 383

Abdul Rahmaan ibn Muhammad ibn Qaasim al-Najdi. Al-Durar al-Saniyyah fi al-Ajwabah al-Najdiyyah (Beirut: Daar al-Arabiyyah, 1982), vol. 2, hal. 79. 384

Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, 167.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 139

membawa kepada syirik, seperti mencari harta kekayaan kepada Allah dengan cara

memohon dalam shalat seseorang hak Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan kedudukan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص).385

Ibn Abdul-Wahhab dan Kualitas-kualitas Orang yang Mengamalkan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar

Seperti telah dijelaskan di atas, meski diberikan kepentingan menyeluruh mengenai amar ma’ruf nahyi munkar, ibn Anbdul-Wahhab benar-benar menegerti bahwa hal itu tidak bisa dilakukan dengan sembarangan dan tidak semua orang qualified untuk memenuhi peran penting ini. Terdapat prinsip-prinsip tertentu yang harus diikuti dalam amar ma’ruf nahyi munkar. Atau, terdapat kualitas-kualitas tertentu yang harus dimiliki seseorang dalam mengambil pekerjaan penting ini.

Melalui tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab seseorang dapat mengutip kualitas-kualitas yang paling penting yang beliau tekankan bagi orang yang mengambil peran penting ini.386 Kualitas-kualitas ini termasuk, di antara yang lainnya, sebagai berikut:

(1) Ikhlaas atau kualitas amalan yang murni dan semata-mata hanya demi Allah: Ini adalah kualitas yang ditekankan ibn Abdul-Wahhab untuk semua amalan. Bahkan, beliau menyatakan bahwa salah satu syarat diterimanya syahadat seseorang di sisi Allah adalah seseorang itu harus menyatakan syahadat itu murni demi kepentingan Allah. Ketika mengambil poin-poin dari cerita Adam dan iblis, ibn Abdul-Wahhab mencatat bahwa satu poin adalah poin yang sangat terkenal bahwa setiap amalan yang tidak menjadikan perkenanan Allah sebagai tujuan adalah amalan yang sia-sia dan kosong.387 Dalam suratnya kepada Syarif Mekkah Ahmad ibn Said, dalam masa delegasi pertamanya al-Husayyin, ibn Abdul-Wahhab menulis, “Kewajiban atas kami dan anda bahwa dia memaksudkan dengan pengetahuannya perkenan Allah.”388 Hal ini teristimewa sekali benar bagi seseorang yang menyadari dirinya seorang pekerja demi kepentingan Allah – menyeru orang lain kepada Islam, menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran, mengajar dan lain sebagainya. Dalam masa sekarang, hal ini seringkali dilupakan sebagai umat Muslim yang tulus hati yang bergabung dengan kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi dimana mereka mulai bekerja dan menyeru orang kepada kelompok atau syeikh mereka daripada demi kepentingan Allah. Dalam Kitaab al-Tauhid, ibn Abdul-Wahhab menyinggung penyakit-penyakit ini ketika, dalam bab menyeru kepada syahadat sementara tak mementingkan ikhlaas, beliau

385

Saalih Aali-Syeikh, Haadha Mafaahimunaa (1406 A.H.), hal. 90-91. 386

Untuk detilnya, lihat Usrah, hal. 131-181. 387

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 5, hal. 93. 388

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 312.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 140

menulis, “Banyak terdapat orang yang, meskipun mereka menyeru kepada kebenaran, sebenarnya menyeru kepada diri mereka sendiri.”389 Tambahan, ibn Abdul-Wahhab memperingatkan para pengikutnya tentang siapa saja yang barangkali belum benar-benar tulus dalam amalan-amalannya dan beliau menasehati mereka bagaimana berurusan dengan mereka. Dalam salah satu suratnya, beliau menyatakan, “Jika salah satu dari kalian takut saudaranya bertindak dengan maksud pamrih, dia harus menasehatinya dengan lembut, menasehatinya agar memurnikan niatnya untuk agama Allah, menasehatinya agar meninggalkan amalan-amalan untuk pamer dan kemungkaran. Dia tidak seharusnya melemahkan ketetapan hatinya untuk berjuangan di jalan Allah. Dia juga seharusnya tidak berbicara mengenai dirinya berdasarkan kecurigaan atau menyematkan sesuatu kepadanya yang tidak layak.”390 (Usrah mencatat bahwa maksud pamrih adalah sesuatu yang tersembunyi dan diketahui hanya oleh Allah. Maka, dalam kutipan terakhir ini, ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan prinsip bagaimana berurusan dengan orang lain. Seseorang tak dapat menghukumi maksud mereka karena hanya Allah-lah yang mengetahui.391)

(2) Pengetahuan: Ibn Abdul-Wahhab dengan jelas melihat kurangnya ilmu pengetahuan – atau kebodohan – sebagai salah satu alasan utama kenapa umat Muslim mencapai keadaan sedemikian itu. Karenanya, beliau menekankan pentingnya memperolah pengetahuan. Sebagaimana disebutkan di atas, beliau menekankan pentingnya mengajari semua orang dasar-dasar keimanan. Namun demikian, ketika hal ini datang pada seseorang yang berharap menyeru kepada iman kepada Allah atau memerintahkan kebaikan dan menghapuskan kemungkaran, beliau menekankan bahwa tak seorang pun dapat melakukannya dengan tepat kecuali amalan-amalannya didasarkan kepada pengetahuan sejati yang datang dari Qur’an dan Sunnah. Barangkali ini adalah sesuatu yang dia pelajari langsung dari gurunya di Madinah, Abdullah ibn Ibraahim ibn Saif, yang memperlihatkan kepadanya buku-buku dan menggambarkan buku-buku itu sebagai senjata yang dia persiapkan untuk penduduk kota Majmah. Kenyataannya, dalam sepucuk suratnya, beliau menasehati,

Barangkali musuh-musuh tauhid memiliki banyak pengetahuan, banyak buku-buku dan bukti-bukti, sebagaimana Allah berfirman,

389

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 21. 390

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 289. 391

Usrah, hal. 140.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 141

ف لما جاءت هم رسلهم بالب ي نات فرحوا با عندهم من العلم وحاق بم ما كانوا به يست هزئون

“Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang

dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu.” (QS. al-Mu’min/Ghaafir

40:83).

Jika engkau mengenali fakta itu dan jika engkau mengenali bahwa jalan menuju Allah pastilah ada musuh-musuh yang duduk disana dengan kefasihan berbicara, pengetahuan dan argumenasi, sebagaimana Allah berfirman,

وال ت قعدوا بكل لراط توعدون وتصدون عن سبيل الله "Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan

menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah” (QS. al-A’raaf 7:86),

392

Maka menjadi kewajiban bagimu untuk belajar agama Allah yang akan menjadi senjata bagimu yang dapat engkau pergunakan untuk menghadapi iblis-iblis seperti itu.

393

Pada saat yang sama, beliau juga memahami bahwa jika seseorang menyandarkan diri pada wahyu Allah, seseorang itu benar-benar tak akan dapat ditaklukkan oleh argumen macam apapun. Karenanya, seseorang benar-benar harus mempelajari kebenaran dan mempersembahkannya tanpa rasa takut akan apapun. Maka beliau menulis, “Namun jika engkau berpaling kepada Allah dan menyampaikan argumen-argumen Allah dan penjelasannya, maka engkau tak seharusnya merasa takut dan bersedih hati. Sesungguhnya, rencana setan itu lemah. Seorang awam dari kalangan monotheist dapat mengatasi ribuan ulama polytheist, sebagaimana Allah berfirman, ‘Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang’ (QS. ash

392

Keseluruhan terjemahan ayat ini adalah, “Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.” 393

Muhammad ibn Abdul-Wahhab , Muallifaat, vol. 7, hal. 156.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 142

Shaaffaat 37:173). Tentara-tentara Allah mengatasi yang lainnya dengan dalil-dalil dan pembicaraan sama seperti mereka mengatasi musuh-musuhnya dengan pedang …”394

Dalam kenyataannya, seorang bodoh yang mengira melakukan amar ma’ruf nahyi munkar justru menyebabkan kerusakan yang parah daripada kebaikan. Karenanya, ibn Abdul-Wahhab bersikeras dengan pendiriannya dan benar-benar menekankan syarat pengetahuan. Contohnya, beliau menulis, “Tak diizinkan bagi seseorang untuk berkeberatan pada suatu amalan sampai dia memiliki pengetahuan. Langkah pertama menolak sebuah amalan adalah pengtahuanmu yang mengatakan bahwa amalan itu bertentangan dengan perintah Allah.”395 Dalam suratnya kepada mutawwa al-Diriyyah, beliau menjelaskan kepada mereka, “Ketika sebuah masalah tidak jelas bagi anda, tak diizinkan bagi anda untuk berkeberatan pada seseorang yang memerintahkan atau melakukan amalan itu sampai kekeliruannya telah menjadi jelas bagi anda. Sebaliknya, anda harus tetap diam atau tidak melakukannya. Jika anda dapat membuktikan kekeliruan yang telah dibuat, maka anda harus menjelaskannya kepada mereka.”396

Tentu saja, dalam mengambil posisi yang berkenaan dengan pengetahuan ini, ibn Abdul-Wahhab mengikuti ulama-ulama besar yang telah datang sebelum dia.397 Karenanya, saat mencoba menyelesaikan perselisihan di antara saudara-saudaranya dari Hautah di Sudair, beliau menulis, “Orang-orang berilmu mengatakan siapa saja yang melakukan amar ma’ruf nahyi munkar membutuhkan tiga karakteristik: (1) Dia harus tahu apa yang diharuskan dan apa yang dilarang; (2) Dia harus bersikap lembut dalam apa yang diperintahkannya dan apa yang dilarangnya; dan (3) dia harus sabar dalam menghadapi kejahatan yang akan dihadapinya. Anda perlu untuk benar-benar mempelajarinya dan bertindak dengannya karena kelemahan orang beragama adalah akibat dari kurangnya bertindak menurut prinsip-prinsip ini atau karena kurangnya pemahaman mereka.”398

(3) Hikmah399: Berkenaan dengan amar ma’ruf nahyi munkar, hikmah (“kebijaksanaan”) mengimplikasikan pengetahuan pendekatan apa yang bisa

394

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 156. Juga lihat vol. 1, hal. 159. 395

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 284. 396

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 240. 397

Contohnnya, Sufyaan al-Tsauri dan ibn Taimiyyah menyatakan prinsip-prinsip ini. Lihat Usrah, hal. 144-145. 398

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, vol. 13, hal. 125. 399

Hikmah bisa didefinisikan dengan beragam cara. Sayangnya, banyak orang salah memahami hikmah yang diartikan sebagai “bijaksana,” yang hampir memiliki pengertian seseorang yang pintar berurusan dengan orang lain. Akan tetapi, ulama Islam di masa awal mendefinisikannya sebagai pemahaman – pemahaman terhadap Qur’an, Sunnah dan dasar

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 143

digunakan pada waktu yang tepat. Contohnya, seseorang harus mengerti kapan kelembutan bisa melawan kekasaran diperlukan atau kapan pendekatan yang lebih keras digunakan dan lain sebagainya. Sebagaimana telah disebutkan bagaimana ibn Abdul-Wahhab mengambil manfaat dari setiap bentuk pendekatan dan argumenasi – dari pembicaraan yang lembut sampai jihad. Beliau juga mengajari para pengikutnya bahwa mereka harus mengetahui sikap yang pantas dalam melakukan nahyi munkar. Maka, beliau sekali menulis “Beberapa orang dari agama ini melakukan nahyi munkar – dan mereka benar dalam hal ini – namun mereka keliru dalam kekerasan yang mereka lakukan yang membawa perpecahan di antara saudara-saudara sendiri.”400

Tentu saja, hikmah juga mengimplikasikan pemahaman topik paling penting apa yang harus dilaksanakan. Hal ini telah dibincangkan di atas, menunjukkan bahwa ibn Abdul-Wahhab menangani topik-topik yang paling penting dulu (keyakinan tentang Allah dan syirik) dan kemudian bergerak kepada topik penting berikutnya, menurut keadaan orang-orang. Sebagai tambahan dalam perbincangan tentang karakteristik di atas, ibn Abdul-Wahhab juga menggambarkan beberapa prinsip-prinsip yang sangat penting yang berkenaan dengan amar ma’ruf nahyi munkar.401 Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Ibn Abdul-Wahhab menekankan bahwa kemungkaran yang harus disingkirkan adalah sesuatu yang sudah tegas dan nyata. Maka beliau menulis kepada Muhammad ibn Suwailim dan Tsuniyaan ibn Saud, “Beritahukan kepada mereka tentang dua hal. Pertama, mereka seharusnya tidak tergesa-gesa dan mereka seharusnya tidak berbicara tanpa memastikan masalahnya, karena terdapat begitu

banyak kepalsuan [dan dusta hari ini]. Keduanya, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri mengetahui

orang-orang yang munafik namun beliau menerima tindakan-tindakan dzahir mereka dan menyerahkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka kepada Allah. Jika sesuatu yang nyata nampak dari mereka yang harus diperangi, maka perangilah mereka.”402 Dengan kata lain, kemungkaran perlu dilihat, didengar atau dilaporkan dari saksi yang bisa dipercaya. Orang tidak boleh bertindak atas dasar dugaan atau membuat asumsi mengenai niatan orang lain. Dalam pendekatan ini, ibn Abdul-Wahhab mengikuti apa yang diperintahkan oleh Imam Ahmad.403

(2) Muhammad ibn Abdul-Wahhab juga menyinggung prinsip yang tak diizinkan untuk menyingkirkan kemungkaran jika hal itu justru akan menyebabkan

ilmu pengetahuan – seperti seseorang tahu bagaimana mengaplikasikan pengajaran secara tepat di dalam keadaan yang berbeda. 400

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 296. 401

Untuk lebih rincinya, lihat Usrah, hal. 182-209. 402

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 284. 403

Lihat Usrah, hal. 183-184.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 144

kerusakan yang lebih hebat. Maka beliau menulis, “Para ulama menyebutkan jika keberatan kepada suatu kemungkaran dapat menyebabkan perpecahan, maka tak diizinkan untuk berkeberatan dengannya. Demi Allah, anda harus bertindak berdasar prinsip ini dan memahaminya karena bisa saja keberatanmu terhadap kemungkaran itu sebenarnya bisa saja membahayan agama.”404 Di lain tempat, beliau menyebutkan prinsip penting yang harus dimiliki seseorang agar membiarkan kemungkaran kecil untuk menghindari kemungkaran yang lebih besar atau mengorbankan kebaikan kecil untuk mendapatkan kebaikan yang lebih besar.405 Pada poin ini, nampaknya beliau terinspirasi oleh ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim yang menekankan prinsip ini dalam sejumlah karya tulis mereka.406 Maka, orang dapat menemukan penekanan ibn Abdul-Wahhab bahwa para penguasa harus diperingatkan dan dinasehati secara pribadi, bukan secara publik, dan mereka harus dipatuhi atas setiap perintah mereka yang sesuai dengan syariat. Prinsip-prinsip ini berhubungan dengan mengesampingkan prinsip menerima kerusakan kecil untuk menolak kerusakan yang lebih besar.407

(3) Prinsip penting ketiga adalah bahwa seseorang tidak seharusnya keberatan dengan tindakan orang lain yang berdasarkan pada ijtihaad yang diperbolehkan atau alasan fiqih. Karenanya, beliau mengomeli mereka yang berkeberatan untuk mencium tangan ulama. Beliau mengatakan bahwa hal seperti itu seharusnya tidak dijadikan dasar keberatan karena para ulama telah berbeda pendapat dalam hal itu dan bahkan diriwayatkan bahwa Zaid ibn Tsaabit mencium tangan ibn Abbas dan dia berkata, “Ini adalah cara yang telah diperintahkan kepada kita bagaimana kita memperlakukan ahlul bait Nabi.”408 Akan tetapi, hal ini tidak dipergunakan kepada semua masalah dimana di dalamnya terdapat perbedaan pendapat. Orang perlu membedakan antara perintah yang berdasarkan nash-nash yang jelas dan pasti, yang tak terbuka pada beragam macam pendapat dan perintah-perintah yang berdasar kepada nash-nash yang tidak pasti yang terbuka pada berbagai macam pendapat. Ibn Abdul-Wahhab menyebutkan secara eksplisit hal ini dalam sejumlah suratnya dan jawabannya, beliau menulis: “Jika masalahnya termasuk ke dalam ijtihaad, maka anda tahu bahwa tak ada keberatan dalam masalah ijtihaad. Siapa saja yang bertindak menurut madzhabnya yang berada di bawah kekuasaannya maka tak ada keberatan.”409 Dalam bagian berikut, beliau memberikan rincian yang lebih detil mengenai makna pasti konsep ini,

404

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 296. 405

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 5, hal. 23. 406

Bandingkan, Usrah, hal. 189-191. 407

Bandingkan, Usrah, hal. 192-199. 408

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 284. 409

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 41.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 145

[Pertanyaan] bahwa tak ada keberatan dalam hal yang berkenaan dengan ijtihaad … jika seseorang membuat pernyataan ini berarti setiap masalah yang terdapat perbedaan pendapat, maka pernyataan ini adalah keliru dan bertentangan dengan Ummah. Para Sahabat dan mereka yang datang setelahnya terus berkeberatan kepada mereka dengan pendapat yang berbeda-beda atau mereka yang keliru, siapa saja mereka, bahkan jika mereka adalah orang-orang yang paling berpengetahuan ataupun yang

paling saleh. Allah mengutus Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص) dengan petunjuk dan agama

kebenaran dan Dia memerintahkan kita agar mematuhinya dan menolak apa saja yang bertentangan dengan ajaran-ajarannya. Hal ini termasuk menunjuk kepada kekeliruan yang dibuat seorang ulama ketika bertentangan dengan

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan menolak pendapatnya. Jika seseorang yang membuat

pernyataan [tentang tidak menolak dalam masalah-masalah ijtihaad] mengacu kepada masalah-masalah ijtihaad dimana terdapat perbedaan pendapat dimana pandangan mana yang benar tidak jelas, maka pernyataan itu adalah benar. Tak diperbolehkan untuk seseorang berkeberatan pada sesuatu hanya karena berbeda dengan pendapatnya atau kebiasaan orang-orang. Sama halnya, tidak diperbolehkan bagi seseorang memerintahkan sesuatu kecuali berdasarkan pada ilmu pengetahuan, dan orang tidak boleh keberatan pada sesuatu yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan.

410

Kelengkapan Pendekatan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar ibn Abdul-Wahhab

Agama Islam seringkali disebut sebagai “jalan hidup yang sempurna.” Hal ini karena ajarannya menyentuh setiap aspek kehidupan. Dengan kata lain, Tuhan menurunkan sebuah kitab dan mengutus seorang Nabi untuk memberi contoh dan memberikan petunjuk untuk semua phase bagian kehidupan yang berbeda-beda. Maka, kapan saja terdapat petunjuk atas suatu masalah, penolakan untuk mengikuti petunjuk atau menolak petunjuk itu sama saja dengan kemungkaran. Kemungkaran ini harus dikoreksi dan diubah menurut prinsip-prinsip yang

digambarkan di atas. Maka, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) mengajarkan dan memberi petunjuk

orang-orang berkenaan dengan masalah-masalah keimanan, ibadah, sikap, karakter, moral dan lain sebagainya.

Aspek yang sangat penting dari kehidupan dan ajaran ibn Abdul-Wahhab yaitu beliau tidak membatasi dirinya untuk mengubah hanya bagian kehidupan seseorang atau masyarakat. Kebanyakan pemimpin atau gerakan hanya menekankan pada satu aspek – seperti ibadah – sementara alpa pada berbagai aspek kehidupan yang penting lainnya. Upaya-upaya reformasi itu bisa jadi membawa hasil yang positif namun hasil-hasil itu sepertinya menyebabkannya sangat parsial ketika dilihat dalam gambaran yang lebih besar. Maka, ibn Abdul-

410

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 4, bagian Fataawa, hal. 33-34.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 146

Wahhab, sebagaimana Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri, tidak membatasi diri pada salah satu

aspek keislaman. Bahkan, dia berusaha mengubah seluruh bangunan masyarakat, dari hal-hal pribadi dan sikapnya sampai pemerintahan dan prinsip-prinsip yang memandunya.

Cakupan karya ini adalah untuk merinci arena-arena berbeda dimana ibn Abdul-Wahhab menghapuskan kemungkaran dan membawa hasil-hasil positif. Sebenarnya, semua itu telah disentuh di sini dan di bab sebelumnya. Setidaknya garis besar aspek-aspek reformasi ibn Abdul-Wahhab yang berbeda-beda, amar ma’ruf nahyi munkar-nya, perubahan yang dilakukannya terhadap masyarakat, adalah benar.411

(1) Bidang aqidah (“keimanan”): Jika seseorang ingin meringkaskan aspek-aspek paling penting dari perjuangan ibn Abdul-Wahhab dapat diistilahkan perjuangan untuk mengoreksi keyakinan dan praktik yang disebabkan dari konsep tauhid al-uluuhiyah (keyakinan bahwa hanya ada satu Tuhan). Menyatakan misi esensinya, beliau menulis,

Atas apa yang kami larang orang dari sessuatu, kami larang mereka dari syirik dimana Allah berfirman,

إنه من يشرك بالله ف قد حرم الله عليه اتنة ومأوا النار “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,”

(QS. al-Maaidah 5:72).

Dan Allah berkata kepada nabi-Nya (ملسو هيلع هللا ىلص), dengan peringatan keras bahwa

dia (Nabi ملسو هيلع هللا ىلص) dan saudara-saudaranya (para nabi) adalah bebas dari syirik,

ولقد أوحي إليك وإل الذين من ق بلك لئن أشركت ( بل الله 9:ن من اتاسرين )ليحبطن عملك ولتكون

(::فاعبد وكن من الشاكرين )

411

Untuk rincian mengenai setiap topik yang disebutkan, lihat Usrah, hal. 229-405.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 147

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan

hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu

termasuk orang-orang yang bersyukur". (QS. az-Zumar 39:65-66).412

Sebagai tambahan untuk mengoreksi keyakinan Tauhid al-uluuhiyah, dia juga mengoreksi keyakinan-keyakinan yang berhubungan dengan tauhid al-asma wa al-sifat (nama-nama dan sifat-sifat Allah)413 dan tauhid al-rubuubiyah (keyakinan bahwa hanya ada satu Yang Maha Pemelihara).

Ibn Abdul-Wahhab juga menghancurkan secara fisik dan menjelaskan secara logis kekeliruan berhala-berhala dan objek-objek yang disandingkan dengan Allah. Tentu saja menghancurkan berhala-berhala secara fisik ini dilakukannya hanya setelah dia memiliki otoritas dan kekuatan secara politis untuk melakukannya. Namun demikian, gerakan ini sendiri adalah hal penting yang tersendiri. Setelah menghancurkan objek-objek ibadah palsu, tak ada kecelakaan yang menghampiri ibn Abdul-Wahhab. Hal ini membuat beberapa suku Badwi menyadari kebodohan jalan hidup mereka dan ketidakmampuan objek-objek sesembahan mereka. Ini juga menambah penghargaan dan reputasinya bermil-mil di sekitarnya. Lebih jauh, penghancuran situs-situs itu secara fisik membuat generasi selanjutnya tidak bisa lagi menghidupkan kembali ibadah keliru itu. Maka, sampai hari ini di Najd, orang tidak dapat menemukan kuburan-kuburan atau pohon-pohon yang dijadikan mausoleum, “situs suci” dan tempat-tempat peribadatan lainnya padahal sebelum masa ibn Abdul-Wahhab negeri ini dipenuhi dengan situs-situs seperti itu. Dalam

melakukan hal itu, ibn Abdul-Wahhab mengikuti contoh yang diberikan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

yang menghancurkan berhala-berhala Ka’bah dan yang mengutus Ali untuk membongkar makam-makam di sekitar kuburan-kuburan.414

412

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 95. 413

Khususnya, ibn Abdul-Wahhab merekomendasikan agar lebih baik menghentikan membaca kitab-kitab ahli teologi dan ahl al-Kalaam, dan lebih baik mengikuti saran para ulama salaf. Bahkan, dia berkata, seseorang harusnya mengambil keyakinan dari buku-buku ulama salaf yang di dalamnya berisi nash-nash yang berasal dari Qur’an dan Sunnah. Lihat Usrah, hal. 265-268. 414

Juga diriwayatkan bahwa Khulafa al-Rasyidin Umar ibn al-Khattaab memotong pohon

tempat dimana terjadi ikrar kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) ketika dia mendengar bahwa orang-orang

menjadikan tempat itu dan mengunjungi tempat itu sebagai tempat yang istimewa. Namun demikian, riwayat lain menyebutkan bahwa Allah mencabut pengetahuan dari para Sahabat sehingga mereka tidak dapat lagi mengenali pohon mana yang sebenarnya. Wallahu a’lam. Lihat Usrah, hal. 279-281.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 148

Ibn Abdul-Wahhab juga menolak iman palsu dari kelompok bid’ah berbeda, seperti syiah. Beliau menyebutkan bahwa ulama sebelumnya menganggap bid’ah lebih berbahaya daripada dosa besar dan mereka yakin bahwa bid’ah itu membawa kepada kekafiran.415 Umumnya, Sunnah dan bid’ah tak dapat hadir di saat yang sama. Jika seseorang memiliki salah satunya, maka dia tak akan menginginkan yang satunya lagi. Maka, ibn Abdul-Wahhab mengatakan, “Menyuruh mengimplementasikan Sunnah dan melarang bid’ah adalah bagian daripada amar ma’ruf nahyi munkar dan bagian dari amalan yang paling saleh.”416 Di antara bid’ah yang dihapuskan ibn Abdul-Wahhab adalah bangunan kubah di kuburan-kuburan, berkumpul dalam maulid Nabi dan bid’ah-bid’ah di kalangan ordo Sufi yang mengklaim suatu cara yang mengharap ridla Allah padahal tak sesuai dengan Sunnah.417

Ibn Abdul-Wahhab juga mengoreksi pandangan orang-orang mengenai kesetian dan pengkhianatan – beliau mencatat apa yang menjadi pusat konsep ini berada dalam keimanan seorang muslim. Akhirnya, ibn Abdul-Wahhab juga berbicara dan berkeberatan tentang menyebarnya praktik-praktik ilmu sihir, ramalan nasib dan astrologi. Beliau juga mengoreksi pandangan orang-orang tentang azimat dan guna-guna. Kitabnya, Kitaab al-Tauhid memiliki bab-bab yang ditujukan pada setiap topik-topik tersebut.

(2) Bagian ibadaah (“ritual peribadahan”): Seorang pemimpin relijius di kalangan umat Muslim berusaha menyebarkan keimanan – hal ini mengimplikasikan keimanan dan praktik-praktiknya. Segi-segi yang paling mendasar dalam agama Islam adalah ritual peribadahan. Hal-hal ini tidaklah opsional, seperti seseorang, misalnya, shalat hanya jika dia mau shalat. Bahkan, mereka mempraktikkan bentuk peribadahan itu sebagai dasar sebuah masyarakat dan melakukannya secara komunal. Yaitu praktik-praktik ini meletakkan dasar untuk segala hal yang Islam usahakan untuk diimplementasikan dalam masyarakat. Fakta penting ini tidak hilang dalam diri ibn Abdul-Wahhab. Karenanya, memastikan orang-orang untuk shalat, shaum, memberikan zakat dan sebagainya benar-benar menjadi bagian dari

415

Lihat Usrah, hal. 309-310. 416

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 13, hal. 125. Lihat juga vol. 7, hal. 85. 417

Dalam menunjuk apa yang biasa diyakini kaum Sufi, ibn Abdul-Wahhab menulis, “Jika seseorang percaya bahwa siapa pun memiliki jalan menuju Allah yang berbeda dengan

jalan mengikuti Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص) dan bahwa tidak diwajibkan mengikutinya atau

seseorang mengklaim bahwa dia hanya membutuhkan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) hanya untuk

pengetahuan exoteric tapi tidak untuk pengetahuan esoteric atau untuk pengetahuan syariah sebagaimana dia menentang pengetahuan tentang dunia nyata dan mengatakan bahwa beberapa orang ulama membolehkan meninggalkan syariatnya sebagaimana Khidhr meninggalkan syariat Nabi Musa, maka, untuk orang dengan kepercayaan ini, dia telah melakukan kekafiran.” Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 68.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 149

pemahaman amar ma’ruf nahyi munkar. Maka, sebagai contoh, di al-Uyainah beliau memastikan orang-orang melaksanakan shalat secara berjamaah di masjid. Beliau menulis, “Saya wajibkan hal itu di bawah kekuasaan saya untuk mendirikan shalat, memberikan zakat dan melaksanakan semua hal yang telah diwajibkan Allah.”418 Beliau juga menulis, “Saya seru orang-orang untuk mendirikan shalat secara berjamaah dengan cara yang patut, memberikan zakat, shaum Ramadhan dan melaksanakan Haji ke Bayt Allah. Dan kami melaksanakan amar ma’ruf nahyi munkar sebagaimana Allah berfirman,

الذين إن مكناهم ف األرض أقاموا الصالة وآت وا الزكاة وأمروا بالمعروف ون هوا عن المنكر ولله عاقبة األمور

‘(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,

menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.’ (QS. al-Hajj 22:41).”

419

Bahkan beliau mengatakan, “Kita harus memerangi mereka yang meninggalkan shalat dan mereka yang menolak memberikan zakat sebagaimana orang yang selalu berkata jujur dalam Ummah, Abu Bakar al- Siddiq, memerangi mereka yang menolak memberikan zakat.”420

Sebagai tambahan untuk melihat bahwa para pengikutnya melaksanakan peribadahan, ibn Abdul-Wahhab juga berusaha keras menghapuskan aspek-aspek bid’ah yang timbul secara pelan-pelan kedalam peribadahan. Beliau mengikuti

pandangan – yang benar-benar didukung oleh hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) yang jelas –

bahwa setiap bid’ah adalah sesat dan keliru. Maka, ibn Abdul-Wahhab

418

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 36. 419

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 114. 420

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 98. Sebagaimana telah dikutip sebelumnya, ibn Abdul-Wahhab juga menulis, “Rukun Islam itu ada lima. Yang pertama adalah dua kalimat syahadat. Kemudian keempat rukun [yang tersisa]. Jika seseorang mengiyakan semuanya itu namun tidak melaksanakannya karena kemalasan, kami, meskipun kami harus memeranginya karena apa yang telah dilakukannya, tidak menyatakannya telah murtad karena meninggalkan kewajiban-kewajibannya itu. Para ulama berbeda tentang seseorang yang meninggalkan kewajiban-kewajibannya itu karena kemalasan, tanpa menolak kewajiban-kewajiban itu. Dan kami tidak menyatakan siapapun sebagai tidak beriman berdasar apa yang disepakati para ulama tentang itu, yaitu dua kalimat syahadat.” Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 4, bagian Fataawa, hal. 9.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 150

berkeberatan dengan praktik yang membuat adzan tambahan, sang muadzin

mendoakan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dengan suara keras setelah adzan dan hal-hal serupa

lainnya.421

(3) Bagian muamalaat (“bisnis dan interaksi keduniawian”): Ibn Abdul-Wahhab keberatan dengan kemungkaran yang meninggalkan hibah dengan tujuan menghalangi beberapa ahli waris yang berhak, khususnya perempuan, dari menerima hak bagian mereka. Meskipun hibah relijius secara keseluruhan disetujui dalam syariah, terdapat beberapa prinsip dasar yang harus dipatuhi. Khususnya, terdapat perbedaan pendapat apakah diperbolehkan meninggalkan hibah yang menguntungkan beberapa orang anak seseorang dan tidak yang lainnya, khususnya jika anak-anak yang tadi bukanlah orang yang dinyatakan membutuhkan. Ketika melakukan itu, seseorang mengurangi warisan dan pendapatan yang akan datang anak-anak yang tidak menerima dana dari hibah itu.422 Akan tetapi, pada masa ibn Abdul-Wahhab, tindakan meninggalkan hibah ini dilakukan dalam berbagai cara yang nyata bahwa maksud dari semua itu adalah: bermaksud untuk menghalangi perempuan menerima hak bagian dari harta warisan itu. Karenanya, ibn Abdul-Wahhab berjuang melawan kemungkaran ini. Pada poin ini ibn Abdul-Wahhab sekali lagi menemui pertentangan, khususnya karena praktik ini disetujui oleh beberapa ulama di daerah ini. Ibn Abdul-Wahhab menulis sebuah risalah kecil dan sebuah surat panjang yang menjelaskan posisi dan argumen-argumennya menentang kemungkaran yang umum berlaku.423 Beliau menyatakan bahwa meskipun beberapa ulama memberikan dukungan mereka pada praktik ini, yaitu, kenyataannya, sebagaimana katanya, “Salah satu yang paling mengerikan dari semua kemungkaran dan lebih besar dari dosa besar adalah mengubah hukum Allah dan agama-Nya dan mencari jalan menerobos dengan mengklaim bahwa cara amalan seperti itu adalah cara untuk lebih dekat kepada Allah. Yaitu jelas bahwa hibah-hibah ini yang telah kita lakukan ketika seseorang mencoba menghalangi seseorang yang telah Allah berikan bagiannya [dari hak bagiannya], menjadi istri …”424

Ibn Abdul-Wahhab juga bertarung melawan bentuk-bentuk berbeda dari riba (“bunga, renten”).425 Beliau juga keberatan kepada praktik memberi hadiah kepada hakim, yang tidak lain hanya daripada suap menurut pendapatnya.426 Hal ini, kenyataannya, menjadi masalah yang menyebabkan terjadinya ketegangan hebat

421

Bandingkan, Usrah, hal. 350-351. 422

Untuk detilnya, lihat Usrah, hal. 355-357. 423

Untuk rinciannya, lihat Usrah, hal. 357-367. Untuk surat ibn Abdul-Wahhab dalam pembahasan ini, lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 78-85. 424

Ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 78-79. 425

Lihat Usrah, hal. 368-369. 426

Lihat Usrah, hal. 370-377.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 151

antara dia dengan ayahnya. Akhirnya, keberatan dan mengakhiri kekeliruan, pajak-pajak yang tak islami dan bea dimana orang dipaksa untuk membayarnya, mengganti itu semua dengan hanya zakat dan bentuk-bentuk lain yang halal untuk menghasilkan pendapatan bagi Negara.427 Pada poin ini, orang dapat mengingat kembali perjanjiannya dengan Muhammad ibn Saud dimana ibn Abdul-Wahhab menolak untuk menyetujui syarat kedua yang diberikan ibn Saud untuk melanjutkan pajak-pajak yang dilancarkannya kepada orang-orang.

(4) Bagian hudud (“hukuman secara Islam”): Dalam bagian ini, ibn Abdul-Wahhab melembagakan kembali hukuman untuk hubungan seksual yang tidak sah –hukuman yang sebelumnya menjadi hukuman yang cukup aneh dan tak biasa di kalangan umat Islam. Beliau juga, tentu saja, membangkitkan kembali konsep jihad dan berperang, bukan demi kekayaan dan kekuasaan, namun untuk mengimplementasikan iman dan hukum islam secara pantas.

(5) Bagian adat dan kebiasaan: Pada bagian ini, orang dapat menemukan ibn Abdul-Wahhab mengoreksi kebiasaan orang-orang berkenaan dengan keturunan

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص).428 Orang juga dapat menemukan ibn Abdul-Wahhab berurusan

dengan masalah-masalah nyanyian dan musik yang bertentangan dengan petunjuk Syariah.429

Ringkasan

Secara ringkas, orang dapat melihat bahwa yang mencolok dan “yang membangkitkan kembali” ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab sebenarnya bukan hanya kembali kepada kemurnian dan ajaran-ajaran Qur’an dan Sunnah yang tidak dipalsukan. Akan tetapi, tentu saja, ibn Abdul-Wahhab menyoroti masalah-masalah yang memerlukan perhatian besar pada masa dan lingkungannya. Beliau memulai pembahasan yang paling penting: membebaskan peribadahan seseorang dari kotoran syirik. Namun demikian, beliau tidak menekankan pembahasan itu sambil mengorbankan pembahasan-pembahasan yang lain. Bahkan, beliau tidaklah uni-dimensional. Da’wah dan ajarannya meliputi pendidikan, politik, khutbah, amar ma’ruf, nahyi munkar dan berjihad. Ini semua adalah aspek-aspek yang

mencolok yang dapat ditemukan orang dalam kehidupan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri.

Tambahan, beliau membuka pintu ijtihaad dan pemikiran tentang masalah-masalah keagamaan. Beliau mengembalikan perhatian orang-orang kepada Qur’an dan Sunnah, akar sesungguhnya dari ajaran Islami. Dengan melakukan itu, beliau sekali lagi membuka pintu bagi umat Islam untuk memasuki Islam secara

427

Lihat Usrah, hal. 378-380. 428

Lihat Usrah, hal. 297-402. 429

Lihat Usrah, hal. 403-405.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 152

keseluruhan, alih-alih mengikuti cara-cara yang menjauh dari Jalan Yang Lurus. Bahkan, jika orang ingin berusaha meringkas usaha reformasi dan pembaharuannya, orang dapat kembali kepada firman Allah dalam al-Qur’an,

يا أي ها الذين آمنوا ادخلوا ف السلم كافة وال ت تبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدو مبي

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan.

Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. al-Baqarah 2:208).

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 153

BAB IV Peninggalan dan Pengaruh Muhammad ibn Abdul-Wahhab

Tulisan-tulisan Muhammad ibn Abdul-Wahhab430

ebelum membicarakan karya-karya tulisnya, mestilah dicatat bahwa ketika tiba saatnya beliau menyebarkan pesan-pesannya, Muhammad ibn Abdul-Wahhab menggunakan dengan sungguh-sungguh semua alat media dan

komunikasi yang tersedia pada zamannya. Ini termasuk khutbah jum’at, ceramah, mengajar, menulis buku, menulis laporan dan surat, mengirimkan instruktur ke daerah-daerah lain dan lain sebagainya. Maka, beliau memang tidak konsentrasi hanya untuk menulis. Bahkan, keulamaannya yang sesungguhnya barangkali tidak diperlihatkan dengan cara yang baik dalam apa yang disebut dengan “kitab-kitab” atau “pamphlet-pamphlet.” Keulamaannya yang sesungguhnya ditemukan dengan cara terbaik dalam beberapa surat-surat dan risalah-risalahnya yang beliau kirimkan pada para pendukung dan juga musuh-musuhnya.431

430

Barangkali diskusi yang paling rinci mengenai tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab, termasuk perbincangan karya-karya ulama-ulama sebelumnya dan setelahnya kemungkinan tercecer atau hilang, adalah Al-Abud, vol. 1, hal. 191-235. 431

Surat-surat ini telah diterbitkan sebagai volume terpisah (volume 7 dengan 323 halaman) dalam kumpulan karya Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Beberapa suratnya bahkan lebih panjang daripada buklet-bukletnya yang terkecil. Lebih jauh, Abdul Muhsin ibn Utsman ibn Baaz menyempurnakan dua volume thesis master pada surat-surat Muhammad ibn Abdul-Wahhab (gaya, konten, dampak, pengaruh dan sebagainya). Lihat Abdul Muhsin ibn Utsman ibn Baaz, Rasaail al-Imaam Muhammad ibn Abdil Wahhaab al-Syakhshiyyah: Diraasah Daawiyyah (Riyadh: Daar Ishbiliyah, 2000). Ibn Baaz (vol. 1, hal. 8) mencatat bahwa dengan menulis surat-surat itu adalah alat yang sangat effektif dalam

berda’wah dan mengajarkan keimanan seperti digunakan oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan para

penerusnya. Mesti juga dicatat bahwa ibn Baaz (vol. 1, hal. 21) menyimpulkan bahwa surat nomor tujuhbelas dalam koleksi itu, berjudul, “(Surat kepada Bangsa Maghrib *barat laut Afrika+),” tidaklah ditulis oleh Muhammad ibn Abdul- Wahhaab. Sepertinya surat ini ditulis oleh Abdullah, putera Muhammad ibn Abdul-Wahhab, pada tahun 1218 H. Abdullah Al-

S

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 154

Bahkan, sebagaimana dicatat oleh Abdul Muhsin, surat-surat ini memperlihatkan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab bukan hanya seorang ulama sejati namun juga seorang penda’wah keimanan yang bijaksana. Beliau memahami kepribadian dan tingkat pemahaman orang. Beliau mampu berkomunikasi dengan mereka dalam cara-cara yang tepat dan meyakinkan, kepada para ulama, surat-suratnya penuh dengan dalil-dalil yang sah, atau kepada orang-orang awam, Muhammad ibn Abdul-Wahhab bahkan berupaya dengan menggunakan bahasa percakapan sehari-hari.432

Lebih jauh, dapat juga dikatakan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab menghabiskan kebanyakan waktunya dalam aspek-aspek praktis untuk menyebarkan keimanan. Beliau mengajar, memberi nasihat, berjihad, membuat keputusan-keputusan untuk Negara yang baru dibangun, amar ma’ruf nahyi munkar. Aktifitas seperti itu benar-benar menjadi perhatian terbesarnya. Pada saat yang sama, juga, tidak mencegahnya dari kegiatan menulis, khususnya dalam bidang-bidang aqidah, fiqih, hadits dan tauhid.

Gayanya dalam menulis adalah sederhana dan jelas, lebih banyak menyandarkan diri pada Qur’an dan hadits. Beliau menghindari “diskusi-diskusi filosofis” (dimana, bagaimanapun juga, biasanya jauh dari nada Qur’an sehingga justru lebih membingungkan dan lebih berbahaya alih-alih bermanfaat).433 Namun demikian, gayanya akan berubah tergantung tipe tujuan karya tulisnya (contohnya, karya fiqih Islam berbeda dengan karya yang membahas masalah-masalah keimanan).434

Utsaimiin (“Rasaail,” vol. 1, hal. 93-97) juga menyangsikan tiga dari surat-surat itu (no. 7, 16 kepada Abdullah al-Sanaani dan 25). Namun, alasan yang diberikannya tidak terlalu kuat. Konklusinya ditolak oleh ibn Baaz (vol. 2, hal. 787-791). Di lain pihak, al-Abbud mengiyakan semua surat-surat itu dan bahkan menolak argumen bahwa surat kepada Bangsa Maghrib bukanlah dari ibn Abdul-Wahhab. Lihat al-Abbud, vol. 1, hal. 225-231. Bagaimanapun juga, penelitian ini memperlihatkan beberapa rincian yang dilakukan para sarjana untuk menentukan kepastian karya-karya tulis ibn Abdul-Wahhab. Ini adalah poin penting yang akan dibahas nanti: Karya-karya tulis dan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab adalah, untuk sebagian besar, sangat dikenal, shahih dan terrekam. Apa yang diajarkan dan dikatakannya bukanlah sebuah misteri. 432

Bandingkan, Abdul Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 8. Al-Ajilaani juga mengatakan bahwa sejak waktunya banyak dihabiskan untuk mengajar dan mengimplementasikan keimanan, beliau tidak memiliki waktu untuk menulis karya-karya yang panjang dan banyak karya-karyanya dengan demikian, adalah ikhtisar atau pemendekan karya-karya yang lain. Lihat Nusair, hal. 93. 433

Orang dapat mengatakan bahwa beliau “bebas” dari pengaruh yang berbahaya dari filosofi-filosofi asing, seperti filsafat Yunani, yang seringkali menutupi pikiran para penulis Muslim meski mereka menentukan untuk kembali Qur’an dan Sunnah. Karya-karya tulis beliau juga bebas dari terminology khusus para sufi. Bandingkan, al-Nadwi, hal. 163-4. 434

Sebuah komparasi dua karya tulisnya tersedia dalam bahasa Inggris (Kitaab al-Tauhid dan Kasyf al-Syubuhaat) merefleksikan dua gayanya yang berbeda.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 155

Umumnya, beliau akan selalu menggunakan bahasa Arab yang baik dan pantas, kecuali kalau karyanya ditujukan untuk orang-orang khusus dimana, sebagaimana telah disebutkan, beliau menggunakan bahasa sehari-hari mereka.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, ibn Abdul-Wahhab meninggalkan sejumlah karya tulis. Di bawah ini adalah review dari beberapa karya-karyanya yang penting:

Karya dalam Bidang Aqidah atau Iman Islam

Tak ada kesangsian bahwa karya-karya ibn Abdul-Wahhab yang paling penting adalah karya-karya yang berhubungan dengan konsep aqidah. Ini adalah perhatiannya yang pertama dan utama (namun, tidak berarti bahwa beliau pernah mengabaikan topik-topik penting lainnya seperti fiqih, seperti akan kita lihat nanti). Di antara karya-karya penting yang beliau tulis dalam bidang aqidah adalah sebagai berikut:

(i) Kitaab al-Tauhid alladzi Huwa Haqq Allah ala al-Abid (“Kitab Tauhid yang mana Hak Allah terhadap Hamba”)435: Menurut cucunya, Abdul-Rahmaan ibn Hasan, ibn Abdul-Wahhab menulis karya ini ketika beliau berada di Basra. Namun, menurut Ibn Ghannaam, beliau menulis karya ini ketika berada di Huraimila, setelah kembali dari perjalanan-perjalanannya.436 Meskipun begitu, telah disepakati bahwa karya ini adalah karya tulisnya yang pertama.

Muhammad ibn Abdul-Wahhab sendiri mengajarkan dan menjelaskan karya ini pada sejumlah besar muridnya. Bahkan, dari keringkasan karya ini sendiri (misal, beberapa kali ayat-ayat Qur’an tidak dikutip secara lengkap), nampaknya hal ini dimaksudkan sebagai sesuatu yang pertama dan paling utama untuk diajarkan. Namun, caranya yang baik dalam meringkas topik-topik paling penting yang berhubungan dengan keesaan Tuhan dan ayat-ayat dan Hadits pilihannya menunjukkan kedalaman pengetahuan sang penulis dalam hal ini.437 Al-Husain

435

Karya ini telah diterbitkan beberapa kali dan bisa ditemukan dalam berbagai antologi, seperti Muallifaat, vol. 1, hal. 7-151. 436

Bandingkan, Al-Utsaimiin, al-Syeikh, hal. 74; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 82. 437

Dalam bahasa Arab, berbagai penjelasan telah ditulis terhadap kitab ini, termasuk Taisir al-Aziz al-Hamid oleh Sulaiman ibn Abdullah, Ibtaal al-Tandid oleh ibn Atiq, Fath al-Majid oleh Abdul-Rahmaan ibn Hasan dan al-Qaul al-Sadid oleh al-Saadi. Muhamamd ibn Saalih Al-Utsaimiin juga memiliki sebuah penjelasan dengan tiga-volume terhadap karya ini, Al-Qaul al-Mufid ala Kitaab al-Tauhid. Terjemahan-terjemahan (dalam bahasa Inggris-pent) termasuk terjemahan (dalam bahasa Inggris-pent) asli oleh Ismail al-Faruqi, diterjemahkan beberapa tahun yang lalu dan diterbitkan oleh berbagai perusahaan. Lebih sering, sebuah terjemahan (dalam bahasa Inggris-pent) baru dari Darussalam di Riyadh yang terbit pada tahun 1996. Penjelasan paling penting oleh cucu Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Abdul-Rahmaan ibn Hasan, Fath al-Majid, telah diterjemahkan (dalam bahasa Inggris-pent)

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 156

mencatat bahwa gaya kitab ini sendiri mengindikasikan ajaran utama ibn Abdul-Wahhab: pentingnya kembali kepada kesederhanaan dan kemurnian Islam sebagaimana telah diwahyukan dengan jelas. Karya ini adalah seruan yang jelas kepada seluruh umat Muslim untuk memurnikan pikiran-pikiran mereka mengenai Allah dan agama dengan membebaskan mereka dari ikhtilaf-ikhtilaf teologis, filosofis dan mistis yang telah menjangkiti agama ini.438

Dalam karya ini, Syeikh Muhammad ibn Abdul-Wahhab benar-benar menyerang ikhtilaf-ikhtilaf dan praktik-praktik syirik yang beliau saksikan di Najd dan di luar Najd. Pandangan sepintas pada beberapa bab dari enampuluhtujuh judul bab yang ada memberikan gambaran yang baik mengenai bagaimana sebenarnya kitab ini: “Kebajikan-kebajikan Tauhid439 dan berbagai dosa yang diampuni karenanya,” “Theurgy, Azimat dan Perdukunan,” “Minta berkah kepada pepohonan, bebatuan atau yang sejenisnya,” “Berkurban untuk yang selain Allah,” “Mencari Perlindungan kepada Selain Allah adalah Syirik440,” “Penyebab utama kekafiran adalah berlebih-lebihan dalam mengagungkan orang-orang saleh,” “Upaya Rasulullah dalam menjaga tauhid dan menutup setiap jalan yang menuju kepada syirik,” “Kahin, dukun, tukang ramal dan sejenisnya,” “Bersenda gurau dengan menyebut nama Allah, Al Qur’an atau Rasulullah,” dan lainnya.441

(ii) Kasyf al-Syubuhat (“Klarifikasi Kesalahpahaman-kesalahpahaman”)442: Ini adalah karya yang cukup pendek dalam bidang polemik, gayanya banyak berbeda

dengan judul Divine Triumph: Explanatory Notes on the Book of Tawheed (Kemenangan Ilahiah: Catatan-catatan Penjelasan Kitab Tauhid) (Ali as-Sayed al-Halawani, terj., El-Mansourah, Egypt: Dar al-Manarah, 2002). Sameh Strauch juga menterjemahkan dan membuat penjelasan berdasarkan kitab aslinya [Sameh Strauch, Kitab at-Tawheed Explained (Riyadh: International Islamic Publishing House, 2000]. Sayangnya, dalam karya Strauch tidak ada yang membedakan antara karya asli ibn Abdul-Wahhab dengan penjelasannya. Akhirnya, di antara karya-karya yang berhubungan dengan Kitaab al-Tauhid adalah karya Saalih ibn Abdullah al-Ushaimi, Al-Durr al-Nadhid fi Takhrij Kitaab al-Tauhid (Daar ibn Khuzaimah, 1413 H.). Karya terakhir ini adalah diskusi yang rinci tentang hadits yang digunakan ibn Abdul-Wahhab dalam karya penting ini. Terdapat beberapa hadits dalam karya ibn Abdul-Wahhab ini yang, meskipun diterima oleh ulama-ulama terdahulu, dengan penelitian yang lebih dekat kelihatannya lemah. Lihat pendahuluan al-Ushaimi, hal. 11-13. 438

Al-Husain, hal. 87. 439

Tauhid adalah keyakinan mengenai keesaan Tuhan atau monotheism. 440

Syirik adalah menyekutukan Tuhan. 441

Bandingkan, Muhammad ibn Abd al-Wahhab, Kitab al-Tawhid (Ismail al-Faruqi, terj., Al-Ain, United Arab Emirates: Zayed Welfare Centre for the New Muslims, tak bertanggal.), hal. viii-xiv. 442

Karya pendek ini juga telah diterbitkan beberapa kali. Karya ini juga bisa ditemukan dalam Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 153-181. Sebuah terjemahan (dalam bahasa Inggris – pent) dalam karya Muhammad ibn Abd al Wahhab, Three Essays on

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 157

dengan Kitaab al-Tauhid. Namun demikian, argumen-argumennya sangat kuat dalam menolak klaim-klaim keliru dari mereka yang berusaha menolak ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Al-Nadwi menyebut karya ini sebagai “penyempurna” Kitaab al-Tauhid.443 Meski tidak diketahui kapan sebenarnya ibn Abdul- Wahhaab menulis karya ini, nyata kelihatan bahwa beliau menulis karya ini setelah beberapa sangkalan terhadap ajaran-ajarannya mulai nampak, barangkali ketika beliau berada di al-Uyainah atau tidak lama setelah beliau pindah ke al-Diriyyah.444 Dalam karya ini, ibn Abdul-Wahhab menganggap bahwa tauhid al-ibadah, artinya beribadah hanya kepada Allah, adalah esensi perselisihan antara para rasul dan mereka yang menolak mengikuti dan mentaatinya. Beliau memperlihatkan dalil tak terbantahkan langsung dari Qur’an bahwa orang-orang musyrik Arab sebenarnya percaya bahwa Allah sebagai “Yang Maha Kuasa” dan pada saat yang sama mereka menolak untuk tidak memohon kepada selain Allah dan mencari perantaraan yang lainnya. Di antara pernyataan-pernyataan penting yang dibuat ibn Abdul-Wahhab dalam karya ini adalah, “Tauhid harus dengan hati, lidah dan tindakan. Jika salah satunya tidak terpenuhi, orang itu bukanlah seorang Muslim.”445

(iii) Mufid al-Mustafid fi Kufr Taarik al-Tauhid446: Karya ini ditulis Muhammad ibn Abdul-Wahhab pada tahun 1167 H. Karya ini ditulis sebagai bantahan terhadap karya saudaranya sendiri, Sulaiman ibn Abdul-Wahhab, Fasl al-Khitaab fi al-Radd ala Muhammad ibn Abdil-Wahhaab. Masalah utama yang ditulis Sulaiman adalah mengenai pertanyaan masalah menyatakan seseorang – muslim – dinyatakan murtad. Tujuan karya Sulaiman adalah untuk memperlihatkan bahwa pandangan Muhammad ibn Abdul-Wahhab pada masalah ini berbeda dengan pandangan ibn Taimiyyah. Dalam karya ini, Muhammad ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan bahwa pemikiran-pemikirannya adalah konsisten dengan pemikiran-pemikiran ibn Taimiyyah. Beliau juga menyatakan bahwa meski ibn Taimiyyah melakukan kesalahan pada masalah itu, orang masih wajib untuk mengikuti apa yang dapat dilihat langsung dari Qur’an dan Sunnah. Muhammad ibn Abdul-Wahhab lebih lanjut memperlihatkan bahwa para ulama selain ibn Taimiyyah benar-benar sepakat dengan pendapat-pendapatnya. Beliau akhirnya membincangkan fakta bahwa kebanyakan orang mencoba mempertahankan amalan-amalan syirik di antara umat Muslim, padahal, tak terdapat justifikasi atas alasan-alasan mereka.

Tawhid (Ismail Al Faruqi, terj. North American Trust Publications, 1979), hal. 25-40. Sebuah penjelasan oleh Muhammad ibn Saalih Al-Utsaimiin, al-Taliqaat ala Kasyf al-Shuhuhaat, telah sering diterbitkan. 443

Al-Nadwi, hal. 168. 444

Bandingkan, Al-Utsaimiin, al-Syeikh, hal. 77. 445

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 189. 446

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 279-329.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 158

(iv) Al-Ushul al-Tsalaatsah wa Adillatuhaa (“Tiga Prinsip dan Dalil-dalilnya”)447: Dikatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab menulis karya ini atas permintaan Amir Abdul-Aziz yang memintanya sebuah karya ringkas yang dapat digunakan sebagai bahan pengajaran untuk semua orang.448 Dalam karya yang pedas ini, Muhammad ibn Abdul-Wahhab menjelaskan bagaimana setiap Muslim harus mengetahui

Tuhannya, dien (“agama”)-nya dan nabinya, Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص). Beliau memulai

karya ini dengan dua bab pendahuluan, yang pertama mengenai pentingnya ilmu pengetahuan, berbuat berdasarkan ilmu pengetahuan itu, menyeru orang kepadanya dan bersabar ketika melakukannya; dan yang kedua mengenai kebijaksanaan dibalik penciptaan manusia. Adalah tujuan Muhammad ibn Abdul-Wahhab agar orang menghapal karya ini, maka dari itu beliau menulis karya ini dalam gaya yang sederhana. Bahkan, para pengikut mengajarkan karya ini di masjid dan setelah shalat shubuh akan ada orang yang sudah menghapalnya di luar kepala.449

(v) Al-Qawaaid al-Arbaah (“Empat Prinsip”)450: Dalam karya ini, Muhammad ibn Abdul-Wahhab membangun empat prinsip dasar: (1) Orang-orang yang

diperjuangkan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) agar menerima Keesaan Tuhan dan Keesaan Pencipta,

namun masih tidak cukup untuk menyebut mereka sebagai Muslim. (2) Orang-orang Musyrik yang mengklaim bahwa tuhan-tuhan perantara dan palsu mereka

dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. (3) Rasul (ملسو هيلع هللا ىلص) berhubungan

dengan orang-orang Musyrik dengan cara yang sama, tanpa menghiraukan apakah mereka menyembah malaikat, Nabi Isa atau yang lainnya. (4) Orang-orang Musyrik pada masa Muhammad ibn Abdul-Wahhab bahkan lebih buruk dalam kesalahannya karena orang-orang Musyrik yang ada sebelumnya beribadah dengan murni dalam keadaan bahaya sementara orang-orang musyrik kontemporer menyekutukan Allah pada saat mudah maupun bahaya.

447

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 183-196. Terjemahan bahasa Inggris tersedia dalam Muhammad ibn Abd al Wahhab, Three Essays on Tawhid (Ismail Al Faruqi, terj. North American Trust Publications, 1979), hal. 12-21. Sejumlah penjelasan telah ditulis untuk karya ini, termasuk: Haashiyah Tsalaatsat al-Ushul oleh Abdul-Rahmaan ibn Muhammad ibn Qaasim al-Najdi dan Syarh Tsalaatsat al-Ushul oleh Muhammad ibn Saalih Al-Utsaimiin. Karya terdahulu yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris adalah Notes to the Three Tenets (Farid Abdulwahid Haibatan, terj., Jeddah: Dar al-Khair, 2001) sementara karya kemudian yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris adalah Explanation of the Three Fundamental Principles of Islam (Dawud Burbank, terj. Birmingham, United Kingdom: Al-Hidaayah Publishing and Distribution, 1997). 448

Al-Abud, vol. 2, hal. 184. 449

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 90. 450

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 197-202. Terjemahan dalam Bahasa Inggris tersedia dalam Muhammad ibn Abd al Wahhab, Three Essays on Tawhid (Ismail Al Faruqi, terj. North American Trust Publications, 1979), hal. 22-24.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 159

(vi) Syarh Sittah Mawaadzi min al-Sirah (“Penjelasan atas Enam Sirah Kehidupan

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)”)451: Dalam karya ini, ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan kepada

pembaca perbedaan antara agama Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan agama orang-orang musyrik.

Beliau menyatakan bahwa para pengikut Islam tidak benar-benar memahami hal ini. Enam aspek kehidupan Nabi yang beliau sentuh adalah sebagai berikut: (1) Pertama ayat-ayat Qur’an yang langsung menyerang orang-orang Musyrik. Hal ini memperlihatkan bahwa masalah keimanan ini adalah masalah yang paling penting.

(2) Orang-orang musyrik tidak memerangi Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) sampai Nabi dengan

jelas memperlihatkan kekeliruan iman mereka. Hal ini memperlihatkan keimanan seorang Muslim tak dapat sempurna sampai dia menyatakan pertentangannya pada amalan-amalan syirik. (3) Setan membuat orang percaya ada ruang untuk

membuat kompromi dengan Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص). Akan tetapi, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) menolak

berkompromi dengan musuh-musuh tauhid murni. (4) Allah menyalahkan Nabi

karena memohon ampunan untuk Abu Thalib. Meskipun Abu Thalib (ملسو هيلع هللا ىلص)

mengenal kebenaran Islam dan melindungi Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), dia gagal menolak iman

orang-orang Musyrik. (5) Allah mengkritik mereka yang tidak hijrah dari Mekkah meskipun mereka mampu melakukannya. Mereka tidak hijrah karena kecintaan mereka kepada keluarga, kekayaan dan tanah air mereka. Ini memperlihatkan bahwa keimanan sejati harus diikuti dengan tindakan; kalau tidak, keimanannya lemah atau dusta. (6) Akhirnya, ibn Abdul-Wahhab mempersembahkan kisah

mereka yang ingkar setelah wafatnya Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Para Sahabat yang terhormat

tidak membuat perbedaan apapun di antara mereka, memperlihatkan bahwa orang yang menyatakan keimanan dapat tetap dikatakan seorang yang kafir jika dia meniadakan keislamannya.

(vii) Masail al-Jahiliyyah (“Masalah-masalah Masa Jahiliyyah”)452: Dalam karya ini, Muhammad ibn Abdul-Wahhab mendaftar 129 masalah yang membedakan Islam dengannya dan menolak kebiasaan-kebiasaan jahiliyyah. Kebanyakan masalah-masalah yang beliau sebutkan, orang-orang Muslim telah kembali melakukannya, seperti membuat kuburan nabi-nabi sebagai tempat beribadah.453

(viii) Risaalah fi al-Radd ala al-Raafidhah (“Risalah untuk Menolak Raafidhah (Syiah)”)454: Dalam karya ini, ibn Abdul-Wahhab berurusan dengan sejumlah

451

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 353-362. 452

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 333-352. 453

Karya-karya ibn Abdul-Wahhab yang tersisa yang berhubungan dengan aqidah barangkali dapat ditemukan dalam volume satu karya Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat. 454

Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 13, karya ketiga, hal. 1-56.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 160

keyakinan dan kedudukan fiqih Syiah yang jelas-jelas bertentangan dengan Qur’an, Sunnah dan pemahaman para Sahabat. Beliau mendiskusikan, di antara beragam topik, penolakan mereka untuk menerima empat Khalifah al-rasyidin, klaim

mereka bahwa mayoritas Sahabat ingkar setelah wafatnya Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), klaim

mereka yang menyatakan bahwa Qur’an yang ada sekarang tidaklah sempurna, fitnah mereka terhadap Aisyah (RA) dan Sahabat-Sahabat yang lain, klaim mereka atas kesempurnaan (kemaksuman) imam-imam mereka dan lain sebagainya. Meskipun karya ini tidak benar-benar detail, karya ini mengambil kutipan-kutipan dari sumber-sumber syiah sendiri dengan bantahan-bantahan dari Qur’an dan Sunnah.

Karya-karya di Bidang Fiqih atau Hukum Islam

Meskipun kebanyakan karya Muhammad ibn Abdul-Wahhab didedikasikan untuk mengoreksi iman dan ibadah umat Muslim pada masanya, beliau juga menghabiskan banyak waktunya dalam urusan-urusan yang berhubungan dengan masalah fiqih. Aspek ini dapat dilihat dalam sejumlah kitab-kitabnya, surat-suratnya sebagai sejumlah fatwa yang baik. Kitab-kitab dalam bidang ini termasuk:

(i) Mukhtasar al-Insaaf wa al-Syarh al-Kabir455. Menjadi salah satu karyanya yang terbesar, kaya ini adalah sebuah upaya untuk membuat dua dari karya-karya fiqih Hanbali yang dapat diakses lebih banyak orang. Karenanya, beliau menjembatani karya-karya itu ke dalam sebuah karya yang lebih kecil. Dua buah karya yang beliau pilih adalah karya al-Mardaawi, al-Insaaf fi Marifah al-Raajih min al-Khilaaf dan karya Shams al-Dien ibn Qudaamah, al-Syarh al-Kabir (kedua karya itu diberi penjelasan dalam karya Muwafaq al-Dien ibn Qudaamah, al-Muqni.) Dalam setiap babnya, ibn Abdul-Wahhab pertama-tama mengikhtisarkan poin-poin penting dari al-Syarh al-Kabir dan kemudian biasanya mengakhirinya dengan bagian dari al-Insaaf. Umumnya, bagian-bagian al-Insaaf termasuk konklusi ibn Taimiyyah dalam berbagai topik. Mesti dicatat bahwa karya ini secara khusus memperlihatkan kepastian bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab tidak membangun madzhab baru dalam Islam. Bahkan, beliau, dalam kebanyakan bagian, adalah pengikut madzhab Hanafi dan hanya akan berselisih darinya ketika bukti yang datang dari Qur’an dan Sunnah jelas-jelas bertentangan dengan kedudukan madzhab itu. Namun demikian, mungkin terdapat banyak pilihan ibn Abdul-Wahhab dari dua karya ini yang pertama-tama ditangkap oleh mata. Al-Syarh al-Kabir adalah sebuah kitab yang menyentuh berbagai perbedaan pendapat fiqih di antara madzhab-madzhab fiqih yang berbeda-beda dan kemudian meringkasnya dengan memilih pendapat yang paling kuat. Inilah sesungguhnya sebuah karya yang berhubungan dengan

455

Kitab ini diterbitkan di Kairo dan lebih sering sebagai volume dua dari Mualiffaat al-Syeikh al-Imaam Muhammad ibn Abdul-Wahhab, terdiri dari 780 halaman.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 161

ijtihaad dan membuka pikiran pembaca tentang proses pemikiran fiqih. Di lain pihak, al-Insaaf diisi dengan pendapat-pendapat berbeda dalam madzhab Hanbali dan mencoba memperlihatkan pendapat yang terkuat di antara mereka. Karya yang terakhir ini lebih merefleksikan pemikir fiqih yang terakhir dimana penekanannya lebih kepada mengikuti satu madzhab. Namun demikian, kedua kitab ini membawa pembacanya untuk memikirkan tentang fiqih dalam arti menentukan pendapat mana yang lebih kuat dan lebih patut untuk diikuti. Karenanya, Abu Sulaiman menyimpulkan bahwa pilihan ibn Abdul-Wahhab dan tujuan di balik dua karya ini adalah untuk membuka pikiran murid-muridnya pada bidang pemikiran fiqih dan membebaskan diri mereka dari ikatan-ikatan taqlid.456

(ii) Kitaab al-Kabaa`ir (“Kitab Dosa-dosa Besar”)457: Disini Muhammad ibn Abdul-Wahhab membicarakan sejumlah dosa-dosa besar, dimulai dengan dosa-dosa hati dan kemudian dosa-dosa lidah, termasuk dengan masing-masing beberapa hadits atau ayat-ayat Qur’an. Selebih dari ayat-ayat dan hadits-hadits, terdapat bagian yang sangat kecil perbincangan aktual dari Muhammad ibn Abdul-Wahhab.

(iii) Kitaab al-Thahaarah (“Kitap Ritual Penyucian”)458: Dalam karya ini, Muhammad ibn Abdul-Wahhab berurusan dengan masalah-masalah utama ritual penyucian. Disini, beliau sangat ringkas namun kesimpulan-kesimpulannya merefleksikan pengetahuan yang dalam mengenai topik yang dibahasnya. Meskipun beliau seringkali mempersembahkan pendapat-pendapat yang bebeda (seperti pendapat-pendapat dari empat madzhab fiqih) pada sebuah masalah khusus, beliau menolak pandangan-pandangan yang lemah dengan dalil kuat dalam pernyataan-pernyataan yang singkat. Ketangkasannya seperti itu memperlihatkan bahwa karya ini tidak ditujukan untuk seorang awam melainkan untuk guru atau sebuah ikhtisar untuk murid yang baik dasarnya. Contohnya, beliau menulis, “Tidak diperbolehkan menggunakan perkakas-perkakas emas atau silver dalam amalan-amalan penyucian atau amalan lainnya, berdasar hadits Hudzaifah yang disepakati [oleh al-Bukhari dan Muslim+.”459 Orang awam mungkin tidak familiar dengan yang dikatakan hadits itu bisa merasa semacam kehilangan, tidak tahu apa yang sebenarnya diacu oleh ibn Abdul-Wahhab. Sekali lagi dalam karya ini beliau seringkali mengacu pada kesimpulan yang dibuat oleh ibn Taimiyyah.

456

Abu Sulaiman, vol. 1, hal. 408. Juga lihat Abu Sulaiman, vol. 1, hal. 409-410 untuk methodologi yang digunakan ibn Abdul-Wahhab dalam menjembatani dua karya fiqih yang penting itu. 457

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, di akhir volume satu, hal. 1-67. 458

Karya ini adalah karya ketiga dalam volume tiga dari Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat. Karya ini terdiri dari empatpuluhtiga halaman. (Setiap karya dalam volume ini memiliki halaman-halaman tersendiri yang terpisah.) 459

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Kitaab al-Tahaarah, hal. 8 (dalam volume 3 Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat).

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 162

Beliau juga mengompilasikan, karya-karya yang sangat spesifik seperti Syurut al-Salaat wa Arkaanuhaa wa Waajibaatuhaa (“Prasyarat, rukun-rukun dan kewajiban dalam shalat”), Adaab al-Maasyi ila al-Salaat (“Adab berjalan untuk Shalat,”) yang meliput sejumlah topik yang berbeda, seperti adab bagaimana orang sakit shalat, shalat jumat, shalat minta hujan dan lainnya460 dan Ahkaam al-Salaat (“Hukum-hukum Shalat,”) dua halaman mendaftar aspek-aspek penting dalam shalat, dalam format, “Prasyarat-prasyarat untuk shalat adalah Sembilan,” diikuti oleh daftarnya, “Amalan-amalan essensial shalat adalah empatbelas,” diikuti daftarnya dan seterusnya.461

Karena status yang diperolehnya, cukup wajar jika orang-orang mengajukan pertanyaan kepada Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Maka, sebagai tambahan pada karya-karya tulis di atas yang berkenaan dengan fiqih, sejumlah besar fatwa ibn Abdul-Wahhab telah juga dicatat dan dijaga.462

Karya-karya yang berhubungan dengan Kehidupan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

(i) Mukhtasar Sirah al-Rasul (“Ringkasan Biografi Rasul”)463: Menyadari pentingnya memiliki sebuah karya yang dapat diperoleh umum mengenai kehidupan Nabi

ibn Abdul-Wahhab menyiapkan karya ringkas ini. Meskipun karya ini pada ,(ملسو هيلع هللا ىلص)

dasarnya sebuah ikhtisar biografi Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) ibn Hisham, ibn Abdul-Wahhab

menggunakan sumber-sumber lain seperti kitab-kitab hadits. Juga, karya ini tidak

460

Ibn Bisyr (vol. 1, hal. 92) menyatakan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab menulis karya ini untuk menolak mereka yang mengklaim bahwa beliau abai pada empat madzhab fiqih dan membangun madzhab fiqih-nya sendiri. Karenanya, karya ini sangat dipengaruhi madzhab Hanbali. 461

Semua karya ini ditemukan dalam volume tiga Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat. Catat bahwa salah satu karya ini yang ditemukan dalam volume yang sama ini adalah Ahkaam Tamanna al-Maut (“Hukum yang berkenaan dengan mendoakan orang mati”). (Ini kebanyakan sebuah kumpulan hadits dan pernyataan-pernyataan ulama sebelumnya yang meliputi sebagian besar topik, dari berdoa untuk orang mati sampai hukuman di alam kubur dan urusan-urusan roh.) Saalih al-Fauzaan mempelajari karya ini dan memperlihatkan bahwa ini bukanlah salah satu karya tulis ibn Abdul-Wahhab. Al-Abud juga berkesimpulan sama dengan al-Fauzaan. Lihat Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 172-175; Al-Abud, vol. 1, hal. 231-232. Tambahan, Al-Abud (vol. 1, hal. 233-235) mencatat bahwa tiga karya lainnya yang berjudul, Nasihah al-Muslimin bi-Ahaadits Khaatim al-Mursalin, Risaalah fi Anwaa al-Tauhid dan Autsaq Urwa al-Imaan, yang telah dilekatkan kepada ibn Abdul-Wahhab oleh beberapa orang penulis namun bukan bagian dari Muallifaat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, bukanlah karya tulis ibn Abdul-Wahhab. 462

Lihat, sebagai contoh, bagian kedua volume empat karya Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat. 463

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 5, bagian 1, hal. 1-338.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 163

diakhiri dengan wafatnya Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص); beliau membicarakan sejumlah kejadian

setelahnya, terus melaju ke tahun-tahun 42 H. sampai tahun 60 H. dan kemudian menyentuh pemerintahan Abbasiah. Ketika membicarakan kehidupan Nabi, ibn Abdul-Wahhab menggarisbawahi beberapa poin, pelajaran-pelajaran dan aturan-aturan yang dapat diperoleh.

(ii) Mukhtasar Zaad al-Maad (“Ikhtisar Zaad al-Ma’aad)464: Dalam karya ini, ibn Abdul-Wahhab meringkas karya terkenal ibn al-Qayyim berkenaan dengan sunnah

and tatakrama Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Lagi-lagi, tujuannya adalah agar karya original dapat

diperoleh oleh audien yang lebih besar. Contohnya, ibn Abdul-Wahhab menghapus semua pembahasan-pembahasan panjang lebar dimana terdapat perbedaan-perbedaan pendapat dalam karya ibn al-Qayyim dan hanya memasukkan kesimpulan-kesimpulan yang lebih kuat.

Karya-karya dalam bidang Hadits

Karya paling penting Ibn Abdul-Wahhab yang berhubungan dengan hadits adalah karyanya Majmu al-Hadits ala Abwaab al-Fiqh (“Kompilasi Hadits Menurut Topik Fiqih”).465 Karya ini mirip dengan kompilasi “hadits shahih” ulama-ulama sebelumnya, seperti karya ibn Hajar Bulugh al-Maraam dan karya kakek Ibn Taimiyya al-Muntaqa. Karya ini berisi 4600 hadits. Namun demikian, tidak seperti karya-karya lainnya yang serupa, ibn Abdul-Wahhab juga memasukkan sejumlah pernyataan-pernyataan para Sahabat, dan para penerusnya. Beliau juga mencatat ketika terdapat sebuah ijmaa dalam masalah-masalah tertentu, dan kadang mencatat apakah hadits itu shahih ataukah dhaif.466 Kadangkala beliau akan juga menjelaskan mengenai kualitas perawi.467 Dalam mengkompilasi karya ini, ibn Abdul-Wahhab mengumpulkan hadits dari karya-karya standar yang terkenal dan juga beberapa karya yang kurang terkenal, seperti karya-karya al-Daaraqutni, al-Baihaqi, al-Haakim, ibn Hibbaan, Said ibn Mansur, al-Athram dan lainnya. Beliau juga mengambil manfaat yang sangat besar dari karya klasik fiqih Islam ibn Qudaamah, al-Mughni.468

Muhammad ibn Abdul-Wahhab juga mengkompilasi beberapa kumpulan kecil hadits pada topik-topik khusus. Meskipun beliau tidak memberikan penjelasan pada hadits dan pada waktu-waktunya bahkan memasukkan hadits lemah dalam

464

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 6, hal. 3-328. 465

Karya ini telah diterbitkan dalam lima volume, meliputi volume delapan sampai duabelas dalam Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat. 466

Lihat, sebagai contoh, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 8, hal. 14. 467

Lihat, sebagai contoh, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 8, hal. 16. 468

Lihat pendahuluan karya ini oleh Abdul Aziz al-Rumi, et al., vol. 8, hal. 4.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 164

karya-karya ini, nilainya disandarkan dalam membawakan beragam hadits pada topik yang spesifik. Kategori ini termasuk Fadhl al-Islam (“Kebajikan Islam”) yang berisi hadits-hadits yang berhubungan dengan kewajiban taat kepada Islam,

kebajikan agama ini, kewajiban mengikuti Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), peringatan-peringatan

mengenai bid’ah-bid’ah dan lain sebagainya. Karya-karya serupa termasuk juga Ushul al-Iman (“Dasar Keimanan”), Kitaab Fadhaail al-Quraan (“Kitab Kebajikan Qur’an”) dan Ahaadits fi al-Fitan wa al-Hawaadits (“Hadits tentang Godaan-godaan dan Kejadian-kejadian”).

Karya-karya yang Berhubungan dengan Tafsir

Ibn Abdul-Wahhab memiliki gaya yang unik dalam karya tafsir-nya. Contohnya, demi keringkasan, seringkali beliau tidak akan mereproduksi keseluruhan ayat. Kemudian beliau akan menjelaskan makna beberapa katanya. Kemudian beliau membuat sebuah daftar poin-poin penting yang dapat disimpulkan dari ayat itu, yang dapat digunakan oleh seorang ulama atau pelajar untuk membentangkan ayat itu lebih jauh. Ibn Baaz menyatakan bahwa poin-poin yang disinggung ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan kekuatan pemahamannya terhadap Qur’an, kebenaran pemikirannya dan ketaatannya pada prinsip-prinsip derivasi aturan-aturan.469

Sebuah contoh pendekatan ibn Abdul-Wahhab bisa bermanfaat. Ketika membahas al-Baqarah ayat 102470, ibn Abdul-Wahhab mempersembahkan satu bagian ayat itu dan kemudian pada daftar berisi limapuluhsatu poin yang dapat ditarik dari ayat itu, termasuk: “(4) Hal-hal keliru dapat dilekatkan kepada para nabi (dengan

469

Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 167. Kitab tafsir Ibn Abdul-Wahhab membentuk volume lima dari Muallifaat, terdiri dari 396 halaman. Beliau juga memiliki sebuah karya terpisah yang berjudul Mukhtasar Tasif Surah al-Anfaal (“Ikhtisar Penjelasan Surah al-Anfaal”) yang telah diterbitkan pertama kali dalam volume 13 Muallifaat. 470

Ayat tersebut artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 165

cara dusta).” “(11) Tak masalah level pengetahuan yang dicapai seseorang, dia tak dapat keluar dari rencana Allah.” “(12) Seseorang seharusnya tak membuka dirinya pada usaha-usaha dan godaan-godaan karena benar-benar percaya pada dirinya sendiri. Padahal, orang seharusnya memohon pertolongan Allah.” “(18) Pernyataan syirik, bahkan jika hanya satu pernyataan, tidak dibutuhkan untuk kekafiran seseorang yang membuat pernyataan bahwa hatinya meyakininya atau dia harus tidak menyukai kemusyrikan.” “(20) Membunuh sebuah jiwa adalah dosa yang lebih besar daripada perbuatan zinah.” “(23) Hukuman untuk sebuah dosa bisa lebih besar daripada yang dipikirkan ulama.” “(25) Adalah berkah jika seseorang dihukum di kehidupan ini karena dosa yang diperbuatnya [daripada dihukum nanti di Akhirat+.” “(29) *Sihir] tidak memiliki effek sebagaimana Allah berfirman, ‘mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah.’” “(46) Penyebab syirik ini adalah pembelian sesuatu yang sepele dan meninggalnya dari kehidupan duniawi ini.”471

Kumpulan Tulisan ibn Abdul-Wahhab

Muhammad ibn Saud Islamic University di Riyadh, Saudi Arabia mengadakan sebuah proyek untuk mengumpulkan tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab. Hasilnya adalah sebuah kumpulan berisi tigabelas volume. Kebanyakan volume dan kebanyakan kontennya telah diperbincangkan di atas. Namun demikian, sebelum karya ini, antologi-antologi lain dikumpulkan yang terdiri dari tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab juga tulisan-tulisan anak keturunan dan para pengikut terpenting. Dua karya berikut adalah penting: (1) Majmuah al-Rasaail wa al-Masaail al-Najdiyyah li-Bad Ulamaa Najd al-Alaam: Ini adalah kumpulan dengan lima volume yang dikumpulkan oleh beberapa orang. Karya ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1349 H. Karya ini berisi sejumlah surat, tulisan dan fatwa dari keturunan Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan ulama-ulama lain di Najd. (2) Al-Durar al-Saniyyah fi al-Ajwabah al-Najdiyyah dikumpulkan dan disusun oleh Abdul Rahmaan ibn Muhammad ibn Qaasim al-Najdi: Karya ini terdiri dari sebelas volume dan meliput seluruh spektrum keimanan (dari keimanan, praktik peribadahan, transaksi bisnis, jihad dan penjelasan dari ayat-ayat Qur’an). Lagi-lagi, karya ini berisi tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab, keturunannya dan ulama-ulama utama.

Murid-muridnya472

Sejumlah murid beliau—banyak yang mencapai kedudukan ulama utama dan hakim—barangkali mencapai ratusan. Mereka termasuk:

471

Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 5, hal. 21-25. 472

Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 93-95.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 166

(1) Putera beliau, Husain (w. 1224 H.). Dia masih terhalang dikenal sebagai ulama ulung. Dia belajar kepada ayahnya dan ulama-ulama lainnya. Dia menjadi pengganti ayahnya. Dia adalah hakim di al-Diriyyah. Dia memiliki kelas untuk para ahli hukum dan ulama-ulama hadits. Dia membaktikan diri untuk beribadah. Dia wafat dalam wabah al-Diriyyah. Dia memiliki sejumlah anak yang menjadi ulama, seperti Ali, Hasan dan Abdul-Rahmaan.

(2) Putera beliau Abdullah, lahir pada tahun 1165 H. di al-Diriyyah dan tumbuh di sana. Dia memiliki spesialisasi dalam fiqih Hanbali, Penjelasan Qur’an, aqidah dan bahasa Arab. Dia menemani Saud ibn Abdul-Aziz ketika mereka memasuki Mekkah pada tahun 1218 H. Dia dikenal karena keberaniannya dan bertarung dengan gagah berani ketika pasukan Ibraahim Pasha menyerang al-Diriyyah. Dia dijadikan tahanan pada tahun 1233 H. dan dikirimkan, bersama puteranya Abdul-Rahmaan dan juga anggota keluarganya yang lain, ke Mesir dimana dia tetap dijadikan tahanan dan wafat pada tahun 1242 H. Puteranya Sulaiman meninggal di al-Diriyyah ketika bertarung melawan pasukan Ibraahim.473

(3) Puteranya yang tertua, Ali (diperkirakan w. 1245 H.). Dia mungkin adalah ulama dan ahli hukum terhebat dari kalangan putera ibn Abdul-Wahhab. Dia dikenal karena kesalehannya. Dia ditawari posisi hakim namun ditolaknya. Dia juga dikirimkan ke Mesir pada tahun 1233 H. oleh tentara Ibraahim. Namun demikian, dikatakan bahwa dia kembali ke Najd pada tahun 1241 H.

(4) Puteranya, Ibraahim. Dia juga meninggal di Mesir. Dia dikenal karena pengetahuannya namun tak pernah mendapatkan kedudukan sebagai hakim.474

(5) Cucunya, Abdul-Rahmaan ibn Hasan. Dia hakim untuk Turki ibn Abdullah dan Faisal di Riyadh. Dikenal untuk sejumlah karya tulisnya yang unggul.

Murid-muridnya yang terkemuka lainnya termasuk Abdul-Aziz ibn Abdullah al-Husayyin, Hamad ibn Naasir ibn Utsman ibn Muammar, Muhammad ibn Suwailam, Abdul-Rahmaan ibn Khamis, Husain Ibn Ghannaam dan lain-lainnya.

Tentu saja, orang tak bisa lupa pemimpin-pemimpin pertama Negara Saudi. Yaitu, contohnya, Abdul-Aziz, putera Amir al-Diriyyah Muhammad ibn Saud (1132 H./1720-1218 H./1803 M.). Ketika dia berusia sangat muda, beliau menulis kepada ibn Abdul-Wahhab sementara ibn Abdul-Wahhab masih berada di Huraimila, memintanya untuk mengirimkan penjelasan surah al-Faatihah. Dia menjadi pemimpin Negara setelah ayahnya meninggal pada tahun 1179 H. Ukuran Negara

473

Contoh tulisannya dapat ditemukan dalam al-Ruwaishid, vol. 1, hal. 127ff. 474

Untuk informasi yang lebih banyak mengenai putera-putera dan cucu-cucu Muhammad ibn Abdul-Wahhab, lihat al-Nadwi, hal. 70-86.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 167

bertambah besar di bawah kekuasaannya. Dia dibunuh pada tahun 1218 H. Al-Shaukaani memuji surat yang ditulis Abdul-Aziz yang diisi dengan dalil dari Qur’an dan hadits menekankan tauhid dan menghindari syirik, peribadahan - di kuburan.475

Saud ibn Abdul-Aziz ibn Muhammad ibn Saud, pemimpin ketiga Negara baru (1163 H./1750 M.-1229 H./1814 M.), belajar selama dua tahun kepada Muhammad ibn Abdul- Wahhaab. Dia dikenal sangat cerdas dan murid dalam bidang fiqih dan hadits. Dia menulis kepada gubernur dan para pekerjanya untuk mengajari mereka tentang Islam. Ikrar persekutuan diberikan padanya pada hari wafat ayahnya di al-Diriyyah. Tentang Saud ibn Abdul-Aziz ibn Muhammad, Lothrop Stoddard menulis, “Meskipun memiliki kekuatan militer yang hebat, Saud selalu menganggap dirinya bertanggungjawab pada pendapat publik dan tak pernah melewati batas legitimasi kebebasan warganegaranya. Pemerintahannya, meskipun tegang, tapi berwewenang dan adil. Hakim-hakim Wahhabi adalah kompeten dan jujur. Perampokan menjadi hampir tidak dikenal, dengan demikian kedamaian umum terpelihara.”476

Thuniyaan dan Mushaari, saudara-saudara Muhammad ibn Saud, menjadi murid-murid ibn Abdul-Wahhab ketika beliau masih berada di al-Uyainah, dimulai dengan korespondensi dan kemudian pergi ke al-Uyainah untuk bekerja secara langsung dengan ibn Abdul-Wahhab.

Catatan Mengenai Penggunaan Kata “Wahhabi” dan “Wahhabisme”

Para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab tidak pernah menggunakan terma “Wahhabi” atau “Wahhabisme” dalam menunjukkan dirinya atau keyakinannya. Umumnya, mereka akan menggunakan terma-terma seperti “umat Muslim”, Muwahhidien (“penganut monoteisme”) dan mereka menyebut seruan mereka, “seruan monoteisme sejati (tauhid),” “agama Islam,” “da’wah Salaf” (mengacu kepada generasi-generasi awal umat muslim yang saleh) atau hanya “da’wah.”477 Muwahhidien adalah terma favorit mereka untuk digunakan kepada diri mereka,

475

Contoh tulisannya ditemukan dalam al-Ruwaishid, vol. 1, hal. 96-126. 476

Dikutip dari Siddiqi, vol. 2, hal. 1447. 477

Kenyataan, Membicarakan referensi pada abad 20, Muhammad Haamid al-Fiqi menyatakan bahwa orang-orang Najd tak pernah menyebut terma “Wahhabi.” Dia mengatakan bahwa mereka semua, termasuk para pemimpin keagamaan mereka, kebanyakannya adalah anak keturunan Muhammad ibn Abdul-Wahhab, yang menyebut diri mereka dengan orang Najd, untuk menghormati asal-usul mereka, dan Hanbali, untuk menghormati agama dan keyakinan mereka. Al-Fiqi dikutip dalam Dhaahir, hal. 29.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 168

sebagai cara membedakan mereka dari umat Muslim lain yang terlibat dalam praktik-praktik yang berbenturan dengan akar agama tauhid sejati.478

Sangat jelas bahwa ibn Abdul-Wahhab tidak lebih daripada seorang pengikut Nabi

para Sahabatnya, tabi’in, tabi’i tabi’in, dan beberapa ulama besar ,(ملسو هيلع هللا ىلص)

mutaakhirun, seperti Imam Ahmad, ibn Taimiyyah, ibn al-Qayyim, ibn Katsier dan lain-lain. Namun demikian, untuk memberikan ibn Abdul-Wahhab sebuah nama yang akan memperlihatkan pendekatannya dengan benar - seperti salafi (berarti orang yang mengikuti cara-cara para pendahulu yang saleh) – tak akan mendapati gol dan tujuan yang sama dengan mereka yang datang dengan nama “Wahhabi”.479

Al-Utsaimiin menyatakan bahwa tak diragukan bahwa orang pertama yang menggunakan terma ini adalah para penentang da’wahnya, meskipun tidak jelas apakah mereka yang ada di dalam Najd atau mereka yang ada di luar Najd yang pertama kali menggunakan terma ini. Apa yang jelas, bagaimanapun, adalah pada waktu tidak lama setelah penyerangan Muhammad Ali Pasha kepada al-Diriyyah, terma itu mulai menjadi biasa.480

Di lain pihak, tak ada kesangsikan bahwa terma ini aselinya digunakan untuk membuat “orang-orang menjauh” dari ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Diklaim bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab menyeru kepada sebuah agama baru atau kepada madzhab kelima. Tentu saja, dalam tambahan menyebut mereka “Wahhabi,” mereka juga disebut bid’ah, kafir dan Khawarij.481

478

Bandingkan, Al-Utsaimiin, al-Syeikh, hal. 102. Al-Utsaimiin lebih jauh mencatat bahwa Winder, dalam bukunya Saudi Arabia in the Nineteenth Century, mengatakan bahwa ketika para pengikut ibn Abdul-Wahhab menggunakan terma, “da’wah Muhammad,” mereka mengacu kepada Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Al-Utsaimiin mengatakan bahwa yang seperti itu adalah tidak benar. Terma “da’wah Muhammad” dalam tulisan-tulisan para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab sebenarnya mengacu kepada Nabi Muhammad

.(ملسو هيلع هللا ىلص)479

Sejumlah penulis menekankan poin yang salah untuk menyebut mereka Wahhabi karena nama itu didapat dari nama ayah ibn Abdul-Wahhab dan bukan namanya. Al-Utsaimiin (al-Syeikh, hal. 101) mengetengahkan kontroversi ini dan menyatakan bahwa sebenarnya tak ada perbedaan dari terma Hanbali, yang berhubungan pada kakeknya Ahmad. Tak diharapkan mereka disebut “Muhammadans” sebagai cara membedakan mereka dari sebagian ummat Muslim lainnya. Namun demikian, pada saat yang sama, terdapat banyak, termasuk Neibhur, yang salah berpikir bahwa nama itu berasal dari guru asal da’wah itu, yaitu ayah Muhammad. 480

Al-Utsaimiin, al-Syeikh, hal. 101. Lihat juga al-Nadwi, hal. 203. 481

Missionaris Zweimer mencatat bahwa ibn al-Qayyim memiliki pandangan-pandangan yang mirip dengan pandangan-pandangan ibn Abdul-Wahhab dan menyimpulkan meskipun ibn al-Qayyim menyadari dirinya sebagai seorang Hanbali, dia sebenarnya seorang

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 169

Selama abad yang telah berlalu, terbangun sebuah perbedaan pendapat di antara para pengikut ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab apakah menerima atau tidak menerima terma “Wahabi” yang ditujukan kepada mereka. Bagi mereka yang menerimanya, mereka merasa bahwa ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab telah menjadi sangat jelas bagi semua dan bermacam terma “Wahhabi” adalah mirip dengan terma lain untuk mengikuti jalan generasi-generasi awal Islam yang saleh. Karenanya, mereka melihat tidak ada masalah dalam penggunaan terma itu. Maka, Abdul-Aziz ibn Muhammad ibn Ibrahim, seorang anak keturunan ibn Abdul-Wahhab, menulis akhir-akhir ini (barangkali terlalu optimis),

Terma Wahhabisme di zaman kita tidak menciptakan masalah bagi kita. Di zaman kecepatan ini, hasil-hasil penemuan mempersempit jarak…*orang-orang] sekarang tahu untuk dirinya sendiri apa yang biasa mereka ketahui melalui alat-alat yang merubah kenyataan … Kebenaran sekarang terang dan terbukti bagi orang-orang yang melihat kenyataan. Orang-orang sekarang tahu bahwa Wahhabisme hanya berarti orang-orang yang menjalankan Sunnah, orang-orang Sunni, berpegang teguh pada doktrin para pendahulu yang saleh dan mempertahankannya untuk melawan segala macam serangan.

482

Bahkan, Ali-Buthami mengatakan (juga barangkali terlalu optimistik) bahwa rencana jahat musuh-musuh ibn Abdul-Wahhab pada hal ini benar-benar menyerang balik. Apa yang sebenarnya dimaksudkan untuk meremehkan sekarang

menjadi papan penunjuk untuk mengikuti jalan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) yang sebenarnya.

Sekali orang mendengar kata “Wahhabi” sekarang, dia tahu bahwa kata ini mengacu kepada seseorang yang menyeru untuk mengikuti Qur’an dan Sunnah, mengikuti dalil, amar ma’ruf nahyi munkar, mengeliminir bid’ah-bid’ah dan takhyul dan ketaatan pada jalan yang telah ditempuh salafu shalih. Kenyataannya, para “Wahhabi” ini terus tumbuh menyebarkan kebenaran sementara negara-negara Utsmaniyyah dan Syarif telah kehilangan eksistensinya.483

Wahhabi. Kenyataannya bahwa ibn al-Qayyim hidup berabad-abad sebelum ibn Abdul-Wahhab nampaknya hilang pada Zweimer. Lihat al-Nadwi, hal. 201. Sebenarnya, telah menjadi sangat digemari bahwa siapa saja yang mengikuti Qur’an dan Sunnah dan menentang syirik disebut seorang “Wahhabi.” Al-Saabiq, pada awal abad ini, menulis bahwa dia menemukan banyak orang yang menyebut bahwa Imam Ahmad, ibn Taimiyyah dan yang lain-lainnya yang seperti mereka sebagai “Wahhabi.” Dia menyatakan jika saja Sahabat Abu Bakar nampak di antara orang-orang ini, mereka juga akan menyebutnya seorang “Wahhabi” juga. Lihat Fauzaan al-Saabiq, Al-Bayaan wa al-Isyhaar li-Kasyf Zaig al-Mulhid al-Haaj al-Mukhtaar (N.c. N.p. 2001), hal. 60. 482

Dikutip dalam al-Huqail, hal. 98. 483

Ali-Butaami, hal. 65-66.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 170

Mereka yang tidak keberatan dengan terma ini termasuk ibn Sahmaan, Muhammad Haamid al-Faqi, Muhammad Rasyid Ridha dan al-Nadwi. Sementara mereka yang terus keberatan pada terma ini termasuk Shalih al-Fauzaan484dan ibn Jibrin.485

Akan tetapi, dalam situasi mutakhir, sekali lagi, terma ini digunakan untuk menggiring orang agar menjauh dari Islam yang sejati, digunakan dalam cara yang sama dengan penggunaan terma “fundamentalis” yang digunakan untuk mengkerdilkan mereka yang mempraktikkan Islam yang sebenarnya. Khususnya sekarang dan zaman ini, banyak orang yang mulutnya kurang besar (pengecut) atau sebaliknya menganggap tidak bijaksana dan tidak hati-hati jika keluar dan menyerang Islam secara terbuka. Karenanya, mereka mencoba perkakas lain yang dapat digunakan untuk menyerang Islam – sementara pada saat yang sama menampakkan diri sebagai orang yang simpatik kepada umat Muslim dan beberapa bentuk Islam. Harus ada layar berasap. Upaya itu adalah dengan mencoba melawan setiap penerapan Islam yang akan memiliki makna dan signifikansi yang nyata dalam kehidupan umat Muslim. Barat takut pada tantangan yang diberikan oleh Islam dan satu-satunya cara mereka dapat menundukkan Islam – cara yang telah mereka ikuti selama berabad-abad – adalah dengan mencoba menjelek-jelekkannya dengan cara paling buruk yang mungkin bisa dilakukan.

Saat ini, perkakas yang dapat digunakan untuk melukiskan umat Muslim yang benar-benar mengikuti Qur’an dan Sunnah tiada lain daripada fundamentalis, ekstrimis, terbelakang dan teroris. Kenyataannya, salah satu metode yang digunakan oleh orang-orang yang “anti-Wahhaabi” adalah bahwa mereka menjejaki aspek-aspek yang mereka anggap tanpa diduga kembali kepada orang-orang “Wahhaabi” sementara tidak pernah menyebutkan bahwa hal-hal itu secara eksplisit disebutkan dalam Qur’an dan Sunnah. Karenanya, masalah mereka sebenarnya bukanlah dengan orang-orang “Wahhaabi”, namun sebenarnya dengan makna Qur’an dan Sunnah yang jelas dan tegas.

Poin penting terakhir adalah bahwa “para pengikut” bisa jadi tidak selalu merefleksikan pendirian guru atau ajaran-ajaran aselinya. Ini benar terjadi kepada setiap pemimpin. Setiap ajaran, seruan atau gerakan bisa memiliki para pengikut yang menempel pada dirinya yang tidak benar-benar memahami pesannya, yang bodoh dalam dirinya atau yang tidak benar-benar tulus dalam kecintaannya pada seruan itu. Bahkan, berkenaan dengan semua ajaran, orang harus membedakan para pengikut yang berpengetahuan yang benar-benar menjaga pesan dengan kata-kata dan tindakannya dengan para pengikut yang tak terdidik. Karenanya,

484

al-Fauzaan, “Taqibaat ala ma Dzakarahu al-Ustadz Abdul-Karim al-Khatib” hal. 68-69. 485

Untuk pandangan ibn Jibrin, lihat al-Abdul-Latif, hal. 76.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 171

tindakan-tindakan yang diambil guru dan ajaran-ajaran aseli tidak bisa disalahkan. Sebagaimana dicatat Al-Utsaimiin, masalah ini dimulai pada masa cukup awal dari da’wah ibn Abdul-Wahhab.486 Selama hidup Muhammad ibn Abdul-Wahhab,

beberapa pengikutnya keberatan pada anak-anak keturunan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), yang

memakai pakaian yang berbeda untuk menandai diri mereka sendiri dari yang lain. Namun demikian, Muhammad ibn Abdul-Wahhab sendiri tidak keberatan terhadap hal itu dan beliau telah mengoreksi “para pengikutnya.” Kedua, lebih penting, contoh yang diberikan oleh Al-Utsaimiin mengenai tahun 1217 H. (setelah wafatnya ibn Abdul-Wahhab), ketika para pengikut ibn Abdul-Wahhab menaklukkan Taif. “Para pengikut” dengan penuh semangat menghancurkan buku-buku keagamaan di kota itu. Adalah putera Muhammad ibn Abdul-Wahhab, yang telah mengecam amalan itu dan mencoba mengoreksi cara-cara mereka.487

Di masa kontemporer, dua hal terjadi: setiap orang yang diberi label “Wahhabi” atau “Wahhabis” disalahkan atas segala hal. Banyak orang yang menyebut dirinya “Wahhabis” melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Muhammad ibn Abdul-Wahhab atau, jika tidak bisa diperoleh secara langsung, cara para salaf darimana ibn Abdul-Wahhab memperoleh ajaran-ajarannya. Maka, sekali lagi, barangkali inilah waktunya untuk bersiap-siap untuk tidak menggunakan terma “Wahhabi” dan “Wahhabisme” dan, malahan, mendorong semua untuk menjejak klaim-klaim mereka kembali kepada Qur’an dan Sunnah.

Pengaruh Ibn Abdul-Wahhab di Luar Najd

Dalam bab berikut, terdapat pembahasan mengenai negara dunia Islam pada zaman ibn Abdul-Wahhab. Gambaran menyedihkan itu memang benar untuk seluruh dunia Muslim yang sebenarnya. Dalam keadaan itulah ibn Abdul-Wahhab hadir dan merubah jalan sejarah. Di Najd, khususnya, da’wahnya dimulai dan terus berbuah sampai hari ini. Bahkan. Anak keturunan ibn Abdul-Wahhab sendiri yang terus membawa bendera tauhid sejati. Dia daerah-daerah lain kedatangan ibn Abdul-Wahhab juga berkontribusi dan kadangkala menyulut kembalinya ajaran-ajaran Islam yang sejati atau suatu kebangkitan Islam yang masih terus berpengaruh sampai hari ini. Kenyataan, pengaruh ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab, dengan satu cara dan lainnya, telah mencapai setiap sudut dunia Muslim.

486

Orang mestilah tidak pernah lupa kenyataan bahwa banyak yang akhirnya jatuh di bawah payung kepemimpinan Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah orang-orang Badwi yang bodoh yang pengetahuannya kurang tentang Islam. Meskipun ibn Abdul-Wahhab secara konstan mengrimkan guru-guru kepada daerah-daerah yang berbeda-beda, namun tidak cukup untuk menghilangkan tahun-tahun kebodohan dan mindset yang mendatangkan keinginan untuk belajar. Dengan jelas, tindakan-tindakan orang-orang seperti ini tidak bisa merefleksikan ajaran-ajaran sang pemimpin. 487

Al-Utsaimiin, al-Syeikh, hal. 103.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 172

Orang-orang dan komunitas-komunitas relijius muncul menentang kebiadaban, bid’ah-bid’ah dan takhyul sambil mengajarkan orang-orang ajaran-ajaran yang autentik tentang keimanan. Maka, pada tahun 1896, Thomas Arnold menulis mengenai “reformasi Wahhabi,” dan pada akhirnya dia menekankan beberapa cara yang betul-betul berharga dimana ibn Abdul-Wahhab pengaruhi dunia Muslim,

Melalui kedatangan baru ini telah menghilangkan semua signifikansi politis di luar batas-batas Najd, sebagai sebuah kebangkitan relijius dia jatuh melampaui Afrika, India dan Kepulauan Melayu bahkan sampai sekarang, dan telah melahirkan berbagai gerakan yang mengambil barisan di antara pengaruh-pengaruh paling berkekuatan di dunia Islam. Dalam halaman-halaman pendahuluan [buku Arnold] telah diperlihatkan bagaimana kedekatan hubungan kebanyakan misi dunia Muslim modern adalah dengan persebaran kebangkitan ini: ketekunan telah dikobarkan, kehidupan baru telah dipompakan ke dalam institusi-institusi relijius yang ada, dorongan telah diberikan pada studi teologis dan pada organisasi latihan-latihan devitional, semua dijalankan untuk membangunkan dan menjaga agar semangat Islam yang berkarakter menarik tetap hidup.

488

Penjelasan-penjelasan Pengantar

Setelah mengutip pernyataan Arnold, masih saja sulit untuk menulis kesimpulan tentang derajat pengaruh Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Hal itu karena beberapa alasan berikut:

(1) Mereka yang merupakan murid-murid sebenarnya dan “terpengaruh” telah berbeda dari mereka yang merupakan para pendukung dan dengan jalan yang sama, menempuh jalan yang independen dari pengaruh ibn Abdul-Wahhab. Kategori ini termasuk orang-orang seperti Muhammad ibn Ismail al-Sanaani dan Muhammad ibn Ali al-Shaukaani, keduanya orang Yaman, sebagaimana juga guru-guru langsung ibn Abdul-Wahhab, seperti al-Sindi, Ibrahim ibn Saif dan lain-lainn. Orang-orang ini masih sangat penting karena mereka sepakat dengan ibn Abdul-Wahhab, jika tidak secara verbal maka dalam ajaran-ajaran mereka, bahwa jalan ini adalah satu jalan yang benar.

(2) Mereka yang menyukai beberapa aspek reformasi ibn Abdul-Wahhab namun sebenarnya bukanlah para pengikut yang sesungguhnya, dalam pengertian jika hanya satu aspek yang diambil maka tidak bisa menjadikan seseorang disebut “terpengaruh” khususnya ketika keseluruhan bagian dari ajaran seseorang justru melawan apa yang dikatakannya. Khususnya, apa yang nanti ditunjukkan oleh Iqbal dan Muhammad Abduh.

488

T. W. Arnold, The Preaching of Islam (Lahore: Sh. Muhammad Ashraf, 1975), hal. 431.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 173

(3) Kapan saja seseorang, organisasi atau kelompok muslim hadir mereka tidak senang pada kekuatan kolonial atau beberapa sektor umat Muslim, mereka akan dicap orang-orang “Wahhabi,” bahkan jika mereka tidak ada kontak dengan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab atau sangat kecil sekali mengenal ibn Abdul-Wahhab. Hal ini adalah sebuah propaganda yang digunakan untuk menjauhkan umat Muslim dari gerakan itu. Dalam beberapa kasus, barangkali tak ada substansi dari klaim yang dikatakan. Di lain kasus, gerakan itu bisa saja memiliki kesamaan dengan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab, yaitu membawa orang untuk kembali kepada Qur’an dan Sunnah. Pertanyaan yang kemudian timbul: Bagaimana bisa orang-orang bersiap diri tertarik pada sebuah seruan yang konsisten dengan wahyu-wahyu yang jelas yang tak diragukan lagi dengannya banyak orang akan menerima gerakan itu? Jawabannya: Berikan gerakan itu sebuah nama yang justru akan membuat orang-orang menjauh darinya. Di masa lalu, nama untuk banyak orang lokal adalah “Wahhabisme,” yang telah menghadapi begitu banyak propaganda negatif dan keliru yang hanya dengan menunjukkkan nama itu saja akan menahan banyak orang bahkan hanya untuk mencari tahu apa yang diajarkan gerakan itu sebenarnya. (Hari ini, terma “Wahhabisme” masih tetap digunakan untuk memberikan kesan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya tidak lain hanya semacam “gerakan” pinggiran. Namun demikian, label-label lain yang terdengar menghinakan juga diaplikasikan kepada mereka yang mengikuti Qur’an and Sunnah. Terma-terma itu termasuk “fundamentalis” dan “extremis.”)

(4) Serangan-serangan terusmenerus kepada orang-orang “Wahhabi” menciptakan sebuah keadaan dimana menjadi berbahaya bagi orang untuk memperlihatkan apapun yang menyerupai atau berhubungan dengan mereka. Karenanya, bahkan jika seseorang benar-benar mengagumi ibn Abdul-Wahhab dan secara dekat mengikuti ajaran-ajarannya, dia barangkali tidak memiliki kemampuan untuk mengekspresikannya secara publik atau akan tidak bijaksana dan bermanfaat untuk mengekspresikannya secara publik. Contohnya, pada tahun 1908, Muhammad Rasyid Ridha, ketika mengunjungi Damaskus, dia memberikan kuliah di sebuah mesjid. Sebuah keributan pecah ketika Ridha mulai membahas konsep syirik dan berdoa kepada perantara alih-alih kepada Tuhan. Shalih al-Tunisi berdiri di dalam masjid dan memperingatkan orang-orang tentang mengikuti cara-cara “Wahhabi.” Keributan ini sebenarnya telah direncanakan sebelumnya.

Ridha lalu meninggalkan Damaskus, meninggalkan dua ulama salafi, Bitaar dan Jamaal al-Dien al-Qaasimi, menghadapi tuduhan karena punya pandangan “Wahhabi”. Commins menggambarkan buntut dari kejadian itu,

Ulama anti-salafi menuduh Qasimi dan Bitar menyebarkan pandangan Wahhabi Ridha, dan mereka menghasut orang banyak untuk melawan dua orang itu. Musuh-musuh Qasimi bahkan mencoba menggantikan tugas-

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 174

tugasnya di mesjid Sinaniyyah. Dalam atmospir yang mengintimidasi ini, kedua syekh salafi ini mengucilkan diri mereka di dalam rumah, dan selama tiga bulan Jamal al-Din meninggalkan tugas-tugasnya. Selama waktu itu dia hanya keluar untuk melaksanakan shalat jum’at berjamaah di masjid dekat rumahnya. Sepuluh hari setelah kejadian itu, Qasimi menulis dalam buku hariannya: “Sejak hari kisah al-Syekh Rasyid Rida pada tanggal 29 Syaban sampai hari ini, saudara-saudaraku dan aku diganggu dan ditekan, tinggal di rumah karena orang-orang kota berencana melawan kami dan menuduh saudaraku Id menyebabkan keributan.” Tiga bulan berlalu sebelum Jamal al-Din pergi kembali pada kewajiban-kewajibannya di masjid, dan Bitar tetap berada di rumahnya lima minggu lebih lama.

489

Contoh lain, saat orang Iraq al-Alusi menulis bukunya untuk menolak dugaan al-Nabahaani mengenai ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya, al-Alusi tidak mampu menuliskan nama aslinya pada jilid bukunya karena takut serangan-serangan yang biasa diterima orang-orang salafi pada saat itu. Alasan untuk ketakutan itu adalah bahwa Sultan Utsmaniyyah, Abdul-Hamid, yang menguasai Baghdad, Hijaz dan Turki, memiliki aliansi dengan orang-orang Sufi dan kelompok-kelompok lain.

Bahkan penerbitnya, Faraj-Allah Zaki hanya menulis inisialnya dalam jilid buku itu. Hal ini terjadi sampai pemerintah Istanbul mensahkan hukum-hukum gaya Barat berkenaan kebebasan pers yang dengan demikian mereka bisa mengeluarkan terbitan dengan nama penuh penulis dan penerbitnya.490

Tambahan, Abdul-Alim al-Bastawi, menulis tentang anak benua Indo-Pak selama masa Sidiq Hasan Khan, yang hidup dari tahun 1248-1307 H., menyatakan bahwa pada masa itu, Najd mendekati dan kebohongan-kebohongan dan kekeliruan-kekeliruan tentang orang-orang Najd menyebar ke seluruh dunia muslim, sehingga sangat sulit bagi siapapun untuk membela mereka secara publik. Dia mengatakan bahwa dampak kekalahan mujahidiin491 di Balakot, India pada tahun 1246 H. masih kuat. Orang-orang masih diancam dan dihukum karena mengikuti cara-cara

489

David Dean Commins, “The Salafi Islamic Reform Movement in Damascus, 1885-1914: Religious Intellectuals, Politics, and Social Change in Late Ottoman Syria,” (Disertasi Ph.D., University of Michigan, 1985), hal. 357-358. Keseluruhan kejadian itu dibahas pada hal. 354-358. 490

Muhammad ibn Subail, pendahuluan pada Mahmud Syukri al-Alusi, Ghaayah al-Amaani fi al-Radd ala al-Nabahaani (Daar Ihyaa al-Sunnah al-Nabawiyyah, Tanpa tahun.), vol. 1, hal. 8-9. 491

Yaitu, mereka yang berpartisipasi dalam jihad atau berjuang untuk membangun agama Allah.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 175

Sunnah, seperti jika seseorang mengucapkan aamiin keras-keras dalam shalat, dia akan dihukum dengan hebat.492

(5) Tambahan, mereka yang menulis pada pertanyaan ini bergerak pada sesuatu yang ekstrim. Beberapa di antara mereka mencoba meliputi setiap gerakan sebenarnya sejak masa ibn Abdul-Wahhab sebagai hasil langsung dari ajaran-ajaran dan upaya-upayanya. Contohnya, Abdul-Halim al-Jandi menulis, “Setiap gerakan reformasi dalam dua abad setelah kematian ibn Abdul-Wahhab adalah murid-muridnya dalam pemikiran dan hidup dengan ajaran-ajarannya secara umum dan secara detil.”493 Al-Abud mencatat bahwa banyak gerakan ditempelkan kepada pengaruh ibn Abdul-Wahhab bahkan meski metoda dan tujuan mereka sangat berbeda dari metoda dan tujuan ibn Abdul-Wahhab.494 Kemudian, setelah mendaftar sejumlah gerakan yang diduga terpengaruh oleh ibn Abdul-Wahhab, Al-Abud mencatat bahwa tanpa bukti substansial, tak dapat diklaim bahwa gerakan-gerakan ini terpengaruh oleh ibn Abdul-Wahhab. Dalam kebanyakan kasus, dia berkata, klaim untuk dugaan pengaruh itu didasari oleh laporan “westerner” yang bersandar pada praduga.

Dia mengatakan bahwa dalam kenyataannya kebanyakan gerakan-gerakan itu adalah home-grown (tumbuh di dalam lingkungannya sendiri), sebagai hasil lingkungannya sendiri dan tidak mengklaim sebagai para pengikut ibn Abdul-Wahhab atau ajaran-ajarannya. Dia bahkan mengatakan bahwa beberapa orang pemimpin seperti itu mungkin saja belum pernah mendengar siapa itu ibn Abdul-Wahhab kecuali melalui propaganda palsu yang menyebar mengenai dia.495

Di lain pihak, yang lainnya mencoba menyangkal pengaruh atau dampak sebenarnya dari pengaruh ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab di luar Najd.496 Contohnya, Abdul-Karim al-Khatib menyatakan bahwa gerakan-gerakan itu hanya

492

Al-Bastawi, hal. 211-213. 493

Dikutip oleh Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 711, dari Abdul-Halim al-Jandi, al-Imaam Muhammad Abdul-Wahhab wa Intisaar al-Minhaj al-Salafi. 494

Al-Abud, vol. 2, hal. 373. 495

Al-Abud, vol. 2, hal. 463-464. Di antara kelompok-kelompok atau individu-individu yang dia sebutkan secara khusus sebagai yang memiliki hubungan meragukan dengan ibn Abdul-Wahhab adalah gerakan Sannusi, gerakan Ahmad ibn Ifraan, gerakan Faraid, gerakan Nazaar Ali, gerakan Padri di Indonesia, Ikhwanul Muslimin, Muhammad Abduh, Jamaal al-Din al-Afghaani, gerakan Mahdi, Ish Muhammad Kul dan beberapa lainnya. Dia juga mengatakan (vol. 2, hal. 465) bahwa kebanyakan individu-individu dan gerakan-gerakan ini sebenarnya tidak memiliki keyakinan salafi sama sekali. Dia kemudian (vol. 2, hal. 465-473) membahas secara rinci gerakan Sannusi, gerakan Mahdi di Sudan dan Muhammad Abduh. 496

Lihat Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 711.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 176

hasil atau kejadian-kejadian alamiah dan tak ada alasan atau klaim pengaruh ibn Abdul-Wahhab apapun terhadap gerakan-gerakan reformasi manapun.497

Alasan untuk penilaian ekstrim pertama, sebagaimana disinggung di atas, adalah bahwa seseorang dapat menemukan kebanyakan yang datang setelah ibn Abdul-Wahhab yang tertarik pada beberapa aspek dari ajaran-ajarannya atau yang mengembangkan satu atau dua aspek yang sangat mirip dengan apa yang dikembangkan oleh ibn Abdul-Wahhab. Hal ini menggiring beberapa orang penulis untuk mengklaim bahwa orang-orang itu telah dipengaruhi ibn Abdul-Wahhab atau dari para pengikut ibn Abdul-Wahhab. Contoh untuk keadaan itu adalah Muhammad Abduh, yang berjuang melawan takhyul, Sufisme dan ikhtilaf-ikhtilaf lain yang dominan pada masanya. Dia juga menekankan untuk kembali kepada sumber-sumber asli Islam. Hal ini membuat beberapa orang penulis memasukkannnya (Abduh) di antara orang yang dipengaruhi oleh ibn Abdul-Wahhab. Kenyataannya, meskipun begitu, pendekatan dan pemahaman Islam Muhammad Abduh benar-benar berbeda dengan yang dimiliki ibn Abdul-Wahhab.

Ibn Baaz menjelaskan latar belakang di balik beragam konklusi berkenaan dengan pengaruh Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Perbedaan yang sangat jelas terlihat, dia menulis, disingkat pada dua sebab. Pertama adalah kegagalan untuk mendefinisikan “pengaruh” yang sebenarnya. Apakah ini berarti seseorang yang mengikuti metologinya, mempelajari kitab-kitabnya, belajar dari murid-murid ibn Abdul-Wahhab dan lain-lainnya? Atau apakah hanya menyatakan secara langsung kemiripan dalam pendekatan dan metologi sementara ibn Abdul-Wahhab adalah orang pertama yang pertama dengan pendekatan yang dikatakan pada masa mutakhir? Alasan kedua adalah upaya untuk mengaplikaskan satu konklusi pada sejumlah gerakan dan orang-orang yang berbeda meskipun mereka bisa saja sangat berbeda dalam bagaimana mereka sebenarnnya, dalam lingkungan dan metode mereka. Contohnya, sulit untuk memberikan penghukuman yang sama terhadap Utsman Dan Fodio (dari Nigeria pada masa sekarang) dan Mahdi di Sudan Utara. Yang pertama belajar langsung dari murid-murid ajaran dan upaya ibn Abdul-Wahhab, hidup untuk beberapa lama di Hijaz dan mempelajari karya-karya ibn Abdul-Wahhab sementara yang terakhir memiliki latar belakang yang sangat berbeda dan meyakini dirinya sebagai seorang Mahdi, meskipun dia tidak cocok deskripsinya sebagaimana ditemukan dalam hadits.498 Lebih jauh, Mahdi tidak

497

Abdul-Karim al-Khatib, al-Da’wah al-Wahhaabiyyah (Beirut: Dar al-Syuruq, tanpa tahun.), hal. 5. 498

Kenyataannya, saat para ulama Najd mendengar tentang Mahdi di Sudan, mereka mengirimkan Ali ibn Naasir ibn Waadi ke Sudan pada tahun 1299 H. untuk memverifikasi apakah dia itu benar-benar seorang Mahdi. Ali ibn Naasir ibn Waadi kembali dan melaporkan bahwa Mahdi Sudan ini bukanlah Mahdi yang ditunggu yang disebutkan dalam hadits. Lihat Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 716.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 177

mengunjungi Hijaz ataupun tidak terdapat bukti bahwa dia mempelajari karya-karya ibn Abdul-Wahhab.

Maka, jika dengan pengaruh seseorang memakai seluruh yang dia terima dan mengikuti ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab, benarlah bahwa kebanyakan gerakan-gerakan yang datang sejak ibn Abdul-Wahhab tidaklah dipengaruhi dalam pengertian itu. Jika, namun demikian, dengan pengaruh seseorang menggunakan semacam dampak umum atau pengaruh spiritual, dimana ibn Abdul-Wahhab membangkitkan kembali spirit Islam, konsep persaudaraan Islam, konsep mengimplementasikan Islam secara keseluruhan dari sumbernya yang sesungguhnya, maka tentu gerakan-gerakan lain yang mendengar tentang ibn Abdul-Wahhab terdampak oleh hasil dan karya-karyanya. Yang, meski, dapat benar untuk setiap gerakan effektif di dunia Muslim: saat beritanya mencapai bagian-bagian lain dunia Muslim, hal ini membangkitkan kembali harapan mereka terhadap Islam dan menyegarkan kembali upaya-upaya mereka untuk membawakan Islam yang sesungguhnya. Lebih jauh, saat mereka menerima berita yang benar apa yang ibn Abdul-Wahhab pertahankan, maka tentu ini akan menimbulkan semacam kecintaan dan dukungan kepada seorang saudara Muslim yang berdiri dan berkorban demi Allah. Jika ini adalah apa yang dimaksud dengan “pengaruh,” maka benarlah bahwa ibn Abdul-Wahhab berpengaruh – atau lebih tepatnya dinyatakan mempengaruhi – mayoritas gerakan-gerakan yang datang setelah masanya.499

Lebih jauh, tidaklah penting bahwa semua orang yang membuat seruan yang sama dengan apa yang dibuat ibn Abdul-Wahhab adalah sebenarnya terpengaruh oleh ibn Abdul-Wahhab. Dalam kenyataan, setiap dan semua yang kembali pada jalan sesungguhnya dari Qur’an dan Sunnah sebagaimana yang dilaksanakan dan

diajarkan oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan Sahabat-Sahabatnya akan benar-benar sama

dengan konklusi yang didapat ibn Abdul-Wahhab. Ibn Abdul-Wahhab seringkali mengatakan bahwa beliau tidaklah datang dengan sesuatu yang baru. Dan itu benar. Maka, seseorang yang lain bisa saja datang pada konklusi-konklusi dan ajaran-ajaran yang sama dengan konklusi-konklusi dan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab yang cukup independen. Maka, dalam dirinya, tidak mengurangi nilai karya ibn Abdul-Wahhab. Tentu saja, ini memperlihatkan sekali lagi bahwa ibn

Abdul-Wahhab mengikuti Islam yang sesungguhnya yang dibawa oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

dan sebagaimana yang dikenali oleh banyak ulama sebelum dan sesudah masanya.500

499

Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 713-718. 500

Maka, dalam studi Jumuah, dia membagi kategori-kategori orang-orang dan kelompok yang terpengaruh ke dalam kategori-kategori berikut: (1) Gerakan-gerakan Islam yang

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 178

Akhirnya, mesti dicatat bahwa pembahasan bab ini akan terkonsentrasi pada gerakan-gerakan dan para pendukung sebelum pertengahan 1900-an. Alasan untuk ini adalah untuk memperlihatkan bahwa meski alat-alat komunikasi dan media tidaklah sekuat itu, ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab telah menjadi terkenal dan beberapa peneriman luas jauh sebelum “oil money” mulai mengalir ke Saudi Arabia. Tentu saja, dengan kekayaan-kekayaan baru dan dengan mendobrak komunikasi, menjadi mungkin bagi ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab untuk menyebar ke daerah yang lebih luas. Maka, jika seseorang ingin mereview pengaruh ibn Abdul-Wahhab hari ini, akan terlalu besar untuk ditangkap. Sebenarnya, setiap Negara dan komunitas Muslim akrab dengan ajaran-ajarannya.

Lebih jauh, ajaran-ajarannya adalah begitu – konsisten dengan Qur’an dan Sunnah – yang sesegera ketika banyak Muslim mendengarnya, ajaran-ajaran itu menggema dalam telinga dan pikiran mereka. Mereka siap sedia menerima ajaran-ajaran itu dengan terlepas apakah ajaran-ajaran itu dida’wahkan oleh ibn Abdul-Wahhab atau bukan.501

Di bawah adalah pembahasan tentang beberapa kelompok dan individu yang dikatakan terpengaruh oleh Muhammad ibn Abdul-Wahhab atau para pendukungnya.502

membangun Negara di atas prinsip-prinsip yang benar-benar sama dengan prinsip-prinsip ibn Abdul-Wahhab; (2) Para penyeru yang mendukung ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab; (3) Gerakan-gerakan yang membangun negara yang dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab; (4) “Revolusi” keagamaan yang dipengaruhi oleh da’wah ibn Abdul-Wahhab; (5) Para reformer keagamaan yang terpengaruh oleh ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Lihat Muhammad Kamaal Jumuah, Intisyaar Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab Khaarij al-Jazirah al-Arabiyyah (Riyadh: Matbuaat Daarah al-Malik Abdul-Aziz, 1981), passim. 501

Mesti dicatat bahwa orang-orang relijius Saudi Arabia mendapati diri mereka dalam situasi yang rumit. Saat mereka mengambil kekayaan yang disediakan Allah untuk mereka dan mempergunakannya untuk membangun masjid-masjid, sekolah-sekolah dan pusat-pusat kegiatan di seluruh dunia, mereka dituduh “menda’wahkan Islam jenis mereka.” Akan tetapi, jika mereka tidak menggunakan uang itu dalam semangat seperti itu, orang akan tanpa diragukan mendengar jeritan-jeritan tentang betapa kekayaan yang telah Allah berikan kepada orang-orang ini tidak digunakan untuk membantu saudara-saudara Muslim mereka. 502

Biasanya dalam karya biografi untuk mencatat pujian-pujian individu yang dibincangkan. Namun, barangkali karena semua pertentangan dan propaganda keliru mengenai ibn Abdul-Wahhab, beberapa penulis telah merekam kata-kata para ulama dan para peneliti yang memuji Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Maka, sebagai contoh, Usrah (hal. 115-125) merekam Muhammad ibn Ismail al-Sanaani, Ibn Bisyr, Muhammad ibn Ali al-Shaukaani, Muhammad ibn Ahmad al-Hifidzi (seorang ulama dari al-Asir di selatan), Mahmud Syukri al-Alusi, Umraan ibn Ridhwaan dari Persia, Sulaiman ibn Sahmaan dan lain-lain. Al-Ruwaishid

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 179

Yaman

Muhammad ibn Ismail al-Sanaani503 (1099-1182 H.) dan Muhammad ibn Ali al-Shaukaani (1173-1250 H.) adalah dua orang ulama Yaman yang meyakini dalam pesan yang sama dengan ibn Abdul-Wahhab. Kenyataannya, al-Sanaani dan al-Shaukaani menulis ode-ode yang panjang kepada Muhammad ibn Abdul-Wahhab.504 Lebih jauh, tulisan-tulisan mereka cukup mirip dengan karya-karya tulis ibn Abdul-Wahhab, menekankan keyakinan-keyakinan yang murni, berjuang melawan amalan-amalan syirik dan membuka pintu itjihaad.

Karenanya, orang tak bisa benar-benar mengatakan bahwa mereka dipengaruhi olehnya kecuali mereka nyata-nyata para pendukung. Logisnya, mereka juga akan mendorong keberanian murid-muridnya untuk belajar dan bersentuhan dengan para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Kenyataannya, Muhammad ibn Naasir al-Syarif al-Tuhaami adalah seorang murid al-Shaukaani yang menulis sebuah buku yang membantah Daawud ibn Jarjis yang menyerang Muhammad ibn Abdul-Wahhab.505

Iraq

memiliki delapanpuluhlima halaman (vol. 2, hal. 275-360) pendapat keulamaan mengenai ibn Abdul-Wahhab, mengutip sekitar limapuluh ulama Muslim, penulis, Orientalis dan sejarahwan. 503

Ini secara autentik diriwiyatkan dan tidak diragukan bahwa al-Sanaani menulis sebuah ode yang memuji ibn Abdul-Wahhab. Namun, ode lainnya hadir dimana al-Sanaani mengecam ibn Abdul-Wahhab. Diklaim bahwa ode kedua ini datang setelah al-Sanaani mempelajari kenyataan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab dan tidak menyetujuinya pada akhirnya. Ode kedua ini diberi penjelasan oleh Yusuf ibn Ibraahim, cucu dari al-Sanaani. Ini membangun fakta bahwa Yusuf ini menentang keyakinan-keyakinan ibn Abdul-Wahhab dan hanya melalui dialah ode ini diketahui. Lebih jauh, ode kedua ini memiliki banyak bagian yang bertentangan secara nyata dengan keyakinan-keyakinan al-Sanaani. Karenanya, dapat disimpulkan bahwa ode kedua ini tidak lain kecuali sesuatu yang dibuat-buat. Barangkali benar bahwa pada awalnya al-Sanaani tidak menyukai ibn Abdul-Wahhab berdasarkan laporan-laporan yang didengarnya dari para penentang ibn Abdul-Wahhab yang datang dari Najd, seperti Murbad ibn Ahmad al-Wuhaibi al-Tamimi dari Huraimila. Setelah dia mempelajari kebenaran tentang da’wahnya, al-Sanaani memuji ibn Abdul-Wahhab dalam terma yag menyala-nyala. Sulaiman ibn Sahmaan menulis sebuah karya berjudul Tabri`ah al-Syeikhain al-Imaamain min Tazwir Ahl al-Kadzib wa al-Main membuktikan bahwa ibn Abdul-Wahhab dan al-Sanaani terbebas dari klaim-klaim keliru yang dibuat untuk menentang mereka dan bahwa keduanya menggenggam keyakinan-keyakinan yang sama. Bandingkan al-Abdul-Latif, hal. 39; al-Husain, hal. 422. 504

Teks ode al-Shaukaani dapat ditemukan dalam al-Husain, hal. 70-78. 505

Untuk lebih rincinya dalam pengaruh ibn Abdul-Wahhab di Yaman, lihat Al-Abud, vol. 2, hal. 382-395.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 180

Di mata ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya, makam-makam dan mausoleum-mausoleum yang didirikan khususnya oleh orang-orang Syiah di Iraq adalah bagian dan paket ke-syrik-an yang harus dienyahkan. Maka, Abdul-Aziz ibn Muhammad ibn Saud mengirimkan sepucuk surat kepada Sulaiman Pasha al-Kabir, gubernur Baghdad, dengan sebuah salinan Kitaab al-Tauhid karya ibn Abdul-Wahhab, agar ulama-ulama Iraq dapat mempelajari kitab ini dan meyakini apa yang terkandung di dalamnya. Sayangnya, meskipun begitu, responnya tidak positif dari ulama-ulama Baghdad pada saat itu.506

Akan tetapi, seorang ulama Iraq Abdul-Aziz Bik al-Shaadi saat melaksanakan Haji dan bertemu para pemimpin dari keluarga Saud. Dia bahkan melewati al-Diriyyah saat perjalanan pulangnya ke Iraq. Dia diyakinkan tentang kebenaran da’wah mereka dan kembali ke Iraq dan menjadi penda’wah yang aktif menyebarkan pesan itu. Bertahun-tahun, dia mampu mengajari banyak orang tentang keyakinan yang benar mengenai Islam.507

Ali ibn Muhammad ibn Said al-Suwaidi al-Baghdaadi al-Abbasi adalah seorang ulama hadits dan sejarah. Dilahirkan di Baghdad, dia meninggal di Damaskus pada tahun 1232 H. Dia memiliki sejumlah karya tulis dan melakukan korespondensi dengan ibn Abdul-Wahhab. Dia mencoba meyakinkan gubernur Baghdad, Sulaiman Pasha al-Saghir, untuk mengikuti da’wah ibn Abdul-Wahhab. Metodologinya benar-benar sama dengan metodologi ibn Abdul-Wahhab.508 Dia mencekok muridnya Shihaab al-Dien al-Alusi (1802-1854 M.) dengan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab dan mengatur keluarga ulama al-Alusi pada jalan berdasarkan ibn Abdul-Wahhab.509

Barangkali pengaruh terpenting yang mendukung dan menda’wahkan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab di Iraq adalah anggota keluarga Alusi ini. Mahmud al-Alusi (meninggal tahun 1835 M.) adalah seorang penyusun sebuah penjelasan Qur’an yang terkenal. Numaan (meninggal tahun 1899 M.) orang yang kukuh mempertahankan ibn Taimiyyah, belajar di Mesir dan Mekkah, dan orang yang terus berhubungan dengan Sidiq Hasan Khan dari India (mengirimkan puteranya, Ali, ke India untuk belajar kepada Sidiq Hasan Khan).510

Mahmud Shukri (1857-1924 H.) adalah seorang yang sangat membela ibn Abdul-Wahhab, penulis Tarikh Najd (“Sejarah Najd”), sebuah penjelasan untuk karya ibn Abdul-Wahhab, Masail al-Jahiliyyah, dan dua buah kitab yang membantah para

506

Bandingkan, Jumuah, hal. 181. 507

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 25; Jumuah, hal. 182. 508

Lihat al-Abdul-Latif, hal. 25; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 688. 509

Bandingkan, Commins, p. 59. 510

Lihat Commins, hal. 60-63.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 181

penentang ibn Abdul-Wahhab (satu di antaranya membantah ibn Jarjis dan satunya lagu membantah al-Nabahaani).511

Al-Syaam (“Suriah Besar”)512

Pada tahun 1793, pasukan Abdul-Aziz ibn Muhammad ibn Saud mampu menaklukkan sebagian “Suriah Besar”. Pada tahun 1791, beberapa suku Badwi menerima pemerintahan para pengikut ibn Abdul-Wahhab. Beberapa suku ini adalah suku-suku yang nanti dikunjungi Burckhardt dan mengulas pengaruh guru-guru, hakim-hakim dan para pemimpin “Wahhabi.” Setelah tahun 1806, menurut Jumuah, para pengikut ibn Abdul-Wahhab memiliki para pengkhotbah dan ulama-ulama yang memasuki pusat-pusat kota Suriah dan menda’wahkan pesan-pesan mereka.513

Salah satu ulama Salafi yang berpengaruh di Suriah adalah Jamaal al-Dien al-Qaasimi (1283 H./1866 M.-1332 H./1914 M.). Dia telah menjadi Imam dan ulama utama pada saat dia mengunjungi Mesir dan Madinah. (Tambahan pada saat mengunjungi Madinah, dia dan ulama-ulama Suriah yang lain berhubungan dengan ulama-ulama dan para pendukung kuat ibn Abdul-Wahhab di Iraq dari keluarga al-Alusi.514) Pada saat dia kembali ke Suriah, dia dituduh berusaha memulai sebuah madzhab baru, al-Madzhab al-Jamaali, dan ditahan pada tahun 1313 H. Tuduhan utama yang menyerangnya adalah karena kecenderungannya melakukan ijtihaad, mendukung orang-orang “Wahhabi” dan keanggotaannya di Arab Nationalist Assembly. Namun, dituduh sebagai seorang “Wahhabi” adalah tuduhan terbesar yang dihadapi seseorang di hadapan otoritas Utsmaniyyah/Turki.

Pemimpin-pemimpin relijius lain yang memberikan dukungannya dan menyebarkan ajaran-ajaran salafi dan “Wahhabi” pada saat itu adalah Abdul-Razzaaq al-Bitaar, Taahir al-Jazaairi, Muhammad Kaamil al-Qasaab, Amir Shakib Arsalaan dan Muhammad Kurd Ali. Keadaan politik dan sosial dirasakan sangat sulit di Suriah bagi setiap orang yang mendukung pandangan-pandangan ibn Abdul-Wahhab secara terbuka namun kebanyakan orang yang telah disebutkan tadi (seperti Arsalaan dan Kurd Ali) jelas-jelas menunjukkan seorang “Wahhabi” dengan namanya dan dinyatakan bahwa mereka menyerukan pada jalan Qur’an dan Sunnah.515 Ulama lain yang paling terbuka dalam dukungannya pada doktrin-

511

Untuk lebih banyaknya mengenai keluarga Alusi, lihat al-Zuhaili, vol. 3, hal. 335-336; Jumuah, hal. 183-193. 512

“Suriah Besar” termasuk bagian-bagian yang hari ini disebut Palestina, Jordania, Libanon dan Syria. 513

Jumuah, hal. 124. 514

Lihat Jumuah, hal. 131; Commins, hal. 53. 515

Lihat Al-Abud, vol. 2, hal. 410-411.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 182

doktrin Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah Muhammad al-Attar (1763-1827 M.). Namun, karena dia “hidup dalam pengasingan dan hanya memiliki sedikit murid karena orang-orang menjauhkan diri darinya.”516 Ulama-ulama salafi pada saat itu, termasuk al-Qaasimi, juga memiliki hubungan yang baik dengan Muhammad Rasyid Ridha, yang menonjol dalam menyebarkan tulisan-tulisan ibn Taimiyyah dan ibn Abdul-Wahhab.517

Mesir

Sejarahwan dan ulama al-Azhar Abdul-Rahmaan al-Jabarti (1167-1237 H.) adalah sangat terpengaruh dan terkesan oleh para pengikut ibn Abdul-Wahhab dan dia menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka di Mesir. Dia melihat dalam diri mereka potensi besar untuk membangkitkan kembali dunia Muslim.518

Salah satu yang paling berpengaruh dan kontroversial di dunia Muslim pada awal abad ke-20 adalah Muhammad Abduh. Dia barangkali akrab dengan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Sebenarnya, Fauzaan al-Saabiq, “duta besar Saudi” pertama untuk Mesir, memujinya. Dia yakin dengan menentang bid’ah-bid’ah dan takhyul-takhyul dengan demikian juga membuka pintu ijtihaad dan kebebasan berpikir. Dalam prosesnya, dia menentang Sufisme. Yaitu barangkali pada level dimana terdapat kesepakatan antara dua ajaran. Sebaliknya, meskipun disebut sebagai seorang salafi (“seorang pengikut salafu shalih”) oleh banyak orang, Abduh tidak memiliki ketertarikan untuk kembali pada jalan Islam yang dipahami dan

dipraktikkan oleh para Sahabat Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Bahkan, dia ingin maju sedikit demi

sedikit pada sebuah pemahaman baru Islam yang lebih cocok dengan Barat Eropa pada masanya.

Muhammad Rasyid Ridha (1282 H./1865 M. – 1354 H./1935 M.) sebenarnya berasal dari Suriah namun pindah ke Mesir pada tahun 1891 M. Setelah pindah ke Mesir, dia menjadi sangat dekat dengan Muhammad Abduh dan untuk beberapa tahun adalah pendukung utama pandangan-pandangannya. Namun demikian, dalam beberapa cara, dia sangat berbeda dari syeikh-nya, Muhammad Abduh, terutama ketika datang pada penyandaran salaf. Dia adalah seorang yang sangat mendukung ibn Taimiyyah – menerbitkan karya-karyanya – juga ulama-ulama Najd – menerbitkan karya-karya mereka dalam majalahnya dan dalam sebuah anthology terpisah berjudul Majmuah al-Rasaail wa al-Masaail al-Najdiyyah. Dalam pendahuluannya pada bantahan al-Sahwasaani terhadap Dahlaan, Ridha, dalam sebuah bagian yang panjang, menggambarkan ibn Abdul-Wahhab sebagai

516

Commins, hal. 59. 517

Untuk aspek lain dari pengaruh ibn Abdul-Wahhab di “Suriah Besar,” lihat Al-Abud, vol. 2, hal. 395-412. 518

Lihat al-Zuhaili, vol. 2, hal. 334.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 183

seorang mujaddid, menolak bid’ah-bid’ah dan ikhtilaf-ikhtilaf dalam kehidupan Muslim.519 Melalui majalahnya, al-Manaar, Muhammad Rasyid Ridha benar-benar memberi sumbangan terhadap penyebaran ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab di seluruh dunia Muslim. Kenyataannya, dia menerbitkan beberapa artikelnya dari majalah itu dalam sebuah karya berjudul al-Wahhaabiyun wa al-Hijaaz (“Orang-orang Wahhabi dan Hijaz”). Majalahnya sangat unik dalam pemikiran dan popularitasnya. Sebagai hasil dari banyaknya pelajar yang datang untuk belajar di al-Azhar, Kairo, popularitas majalah ini menyebar ke Afrika Utara, Suriah Besar dan bahkan ke anak benua Indo-Pak dan Kepulauan Melayu.520

Lantas, Muhammad Haamid al-Faqi adalah salah satu pendukung terkuat ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab di Mesir. Dia adalah pendiri “asosiasi para pendukung Sunnah Muhammad.”

Afrika Utara

Mengenai Aljazair, Uwais membuat penilaian bahwa selalu terdapat gerakan-gerakan “reformasi” di Aljazair yang mencoba membawa orang-orang untuk kembali kepada Qur’an dan Sunnah, dalam kata-kata seruan-seruan dan ajaran-ajaran yang mirip dengan keadaan ibn Abdul-Wahhab. Namun, orang pertama yang secara eksplisit menyebarkan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab di Aljazair adalah sejarahwan Abu Rawaas al-Naasiri. Dia dan yang lain-lainnya dari Afrika Utara telah bertemu dengan beberapa murid ibn Abdul-Wahhab di Mekkah dan diyakinkan dengan ajaran-ajarannya.

Namun, ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab baru membuat dampak yang lebih kuat, selama paruh pertama abad ketigabelas hijriah. Meskipun penjajah Perancis mencoba dengan berani menyerang kehadiran Islam, mereka tidak mampu mengakhiri kebiasaan ziarah Haji, yang memberikan kesempatan bagi banyak orang Aljazair untuk pergi ke Hijaz dan mempelajari ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab.

Ulama-ulama salafi521 Aljazair yang paling banyak dicatat dan terkenal adalah Abdul-Hamid ibn Badis (1305-1359 H.). Pada tahun 1908 M., dia pergi menyempurnakan studinya di Universitas Zaitunah di Tunisia, Dimana dia sangat terpengaruh oleh dua orang ulama salafi, Muhammad al-Nakhli (W. 1924 M.) dan Muhammad al-Taahir ibn Ashur. Dua ulama ini, sebagaimana dinyatakan oleh ibn

519

Muhammad Rasyid Ridha, pendahuluan pada Muhammad Basyir al-Sahsawaani, Shayaanah al-Insaan an Waswaswah al-Syeikh Dahlaan (edisi ketiga, tak ada informasi penerbitan yang diberikan), hal. 6-7. 520

Untuk lebih rinci mengenai Muhammad Rasyid Ridha, lihat Jumuah, hal. 159-170. 521

Yaitu, ulama-ulama yang menyerukan jalan salafu Shalih.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 184

Baadis, adalah yang menyadarkannya tentang perbedaan antara Sunnah dan bid’ah. Dia melakukan ibadah Haji dan tinggal beberapa lama di Madinah, belajar dari ulama-ulama Salafi disana. Dia kembali ke Aljazair dan membangun “Organisasi Ulama-ulama Muslim Aljazair.” Mereka mencoba mengoreksi keimanan, berusaha melawan bid’ah-bid’ah dan membuka pintu ijtihaad. Slogan

mereka adalah, “Iman Islam dari ayat-ayat Qur’an dan hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص).” Bin

Baadis meyakinkan bahwa kunci reformasi adalah membangkitkan kembali Iman Islam yang benar. Dia menyatakan, “Kita harus memulai keimanan, dengan memurnikan keimanan kita dari syirik, kebiasaan kita dari kekotoran dan amalan-amalan kita dari amalan-amalan yang bertentangan [dengan syariat+.”522 Tentu saja, hal ini membuatnya harus bertarung melawan orang-orang Sufi Afrika Utara, yang praktik-praktiknya bertentangan dengan apa yang diserukannya. Untuk menambah buruk masalahnya, orang-orang Sufi bergabung dengan orang-orang Perancis dalam perjuangan mereka melawan orang-orang Salafi Afrika Utara. Akhirnya organisasi ini menjadi sangat berpengaruh dalam pertarungan melawan Perancis sampai Aljazair mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1382 H.523

Di Maroko, menurut sejarahwan Perancis, Julian, Sidi Muhammad ibn Abdulllah al-Alawi (1757-1790 M.) sangat dipengaruhi oleh para peziarah yang kembali dari Mekkah yang belajar pada ulama-ulama “Wahhabi”. Dia mengatakan tentang dirinya sendiri, “Saya bermadzhab Maliki dalam Fiqih, Wahhabi dalam keyakinanku.” Dia mulai menghancurkan kitab-kitab yang memiliki keyakinan-keyakinan yang keliru dan beberapa zaawiyah (biara-biara Sufi). Dia menyeru orang-orang pada ijtihaad dan Sunnah.524

Lalu ada Maula Sulaiman ibn Muhammad ibn Abdullah (1792-1822 M.). Al-Zirikili dan banyak referensi Barat yang menyebut bahwa dia sangat dipengaruhi oleh orang-orang “Wahhabi” setelah tahun 1225 H. (1810 M.) dan kemudian menentang bid’ah-bid’ah berbagai ordo Sufi. Dia berhubungan langsung dengan Abdullah ibn Saud dan mengirimkan utusan-utusan ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah Haji dan belajar kepada ulama-ulama yang ada disana. Namun, dia tak menemui banyak keberhasilan dalam upayanya menyebarkan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab.525

522

Dikutip dalam Uwais, hal. 23. 523

Untuk lebihnya mengenai pengaruh ibn Abdul-Wahhab di Aljazair, lihat Abdul-Halim Uwais, Atsar Da’wah al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab fi al-Fikr al-Islaami al-Islaahi bil-Jazaair (Bahrain: Maktabah ibn Taimiyyah, 1985), passim. 524

Lihat al-Husain, hal. 425; al-Zuhaili, vol. 2, hal. 323; Jumuah, hal. 235; Muhammad al-Syuwair, Tashhih Khata Tarikhi Haul al-Wahhaabiyyah (Riyadh: Daar al-Habib, 2000), hal. 24-34. 525

Lihat al-Husain, hal. 426; al-Zuhaili, vol. 2, hal. 324; Jumuah, hal. 235-237.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 185

Di Marakesh, ada juga Abu al-Abbas al-Tijaani yang menentang praktik-praktik klenik dan juga mencegah orang dari mengunjungi kuburan-kuburan. Dikatakan bahwa para pengikutnya mencapai ratusan sampai ribuan.526

Abu Syuaib al-Dakali adalah seorang ulama besar hadits yang hidup di Mekkah untuk beberapa tahun. Dia kembali ke Afrika Utara (Maroko) dan menjadi pemimpin ustadz-ustadz Salafi selama lebih dari seperempat abad.

Gerakan yang sangat penting di Afrika Utara adalah gerakan Sannusi, yang untuk alasan-alasan yang jelas sangat dekat berhubungan dengan sejarah Libya. Muhammad ibn Ali al-Sannusi (L. 1202 H./1887 M. – W. 1959 M.), sebenarnya berasal dari Aljazair, melakukan ibadah Haji pada tahun 1829, saat Mekkah berada di bawah kekuasaan para pengikut of ibn Abdul-Wahhab. Dia barangkali begitu terpengaruh, sehingga dia mampu memurnikan gerakannya dari aspek-aspek ekstrim ordo Shaadzili. Dia menekankan untuk kembali kepada Qur’an dan Sunnah dan juga menekankan pentingnya sebuah struktur politik dan kekuatan militer. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang membedakan ajaran-ajaran Sannusi dari ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab, sehingga membuat banyak orang meragukan adanya terpengaruhnya yang terakhir oleh yang sebelumnya. Gerakannya menjadi begitu kuat sehingga penjajah di Afrika Utara mengeluhkan bahwa semua masalah yang mereka hadapi dengan orang-orang lokal adalah hasil dari gerakannya.527

Afrika Sub-Sahara

Utsman Dan Fodio (L. 1169 A.H./1754 M.) adalah dari suku Fulani. Selama tahun-tahun pertamanya, kebanyakan rakyatnya belum masuk Islam dalam pengertian utuh. Banyak penyembah berhala masih ada; mereka tidak melaksanakan shalat dan shaum; mereka masih minum alkohol; mereka berkeliaran, jalan dan berlari dalam kedaan hampir telanjang dan lain sebagainya.528 Pada masa awal, Utsman belajar Qur’an dan bahasa Arab. Saat bepergian untuk mengejar studinya, dia belajar di bawah bimbingan Syeikh Jibril ibn Umar di negeri Tawaariq. Syeikh Jibril mengarahkan perhatiannya untuk mempelajari Qur’an dan Sunnah dengan serius. Sebelumnya, Syeikh Jibril telah melaksanakan ibadah Haji dan sangat terpengaruh oleh para pengikut ibn Abdul-Wahhab di Mekkah. Utsman sendiri memutuskan untuk melaksanakan ibadah Haji dan dalam pelaksanaannya dia bertemu dengan banyak ulama di Hijaz yang menjadi pengikut ibn Abdul-Wahhab. Di Hijaz, dia

526

Al-Zuhaili, vol. 2, hal. 324. 527

Bandingkan, al-Husain, hal. 426; al-Zuhaili, vol. 2, hal. 326-328; Jumuah, hal. 213-219. 528

Al-Ghunaimi, vol. 2, hal. 350.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 186

mempelajari tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab dan secara pribadi menyalinnya untuk dirinya sendiri.529

Setelah tinggal selama satu tahun di Hijaz, dia kembali ke tanah airnya dan bersungguh-sungguh memulai gerakan reformasinya. Dia memberikan ceramah, menulis buku-buku dan menjadi sangat populer. Dia berjuang melawan praktik-praktik klenik yang biasa dilakukan sukunya. Dia berjuang menyingkirkan sisa-sisa polytheisme, animisme dan penyembahan leluhur dari daerahnya. Dia menyebarkan ajaran-ajaran keimanan yang benar. Dia memulai gerakannya dengan nasihat-nasihat yang lembut, peringatan-peringatan, amar ma’ruf nahyi munkar. Saat para pengikutnya bertambah jumlahnya, dia, sebagaimana ibn Abdul-Wahhab sebelum dia, berpaling kepada salah satu penguasa lokal untuk memperolah kekuatan politis. Dia pergi kepada Raja Nafta, yang terkuat dari para penguasa Hausah, dan menjelaskan padanya tentang Islam dan prinsip-prinsip yang dia harap dapat dilaksanakan. Dua orang masuk bersekutu, meski masih ada orang-orang yang menentang Utsman. Dia akhirnya mampu menyatukan bangsanya di bawah otoritas politiknya. Dia ambil bagian dalam sejumlah jihad untuk menyebarkan keyakinannya, dimulai pada tahun 1802 M. Pada tahun 1804, dia membangun Kesultanan Sokono, sebuah kekaisaran yang cukup besar, yang terus berlanjut setelah wafatnya Utsman Dan Fodio.

Dari sekian gerakan-gerakan yang digambarkan memiliki keterpengaruhan ibn Abdul-Wahhab, Utsman Dan Fodio nyata-nyata paling dekat dengan ajaran-ajaran dan pendekatan ibn Abdul-Wahhab, hanya meninggalkan sedikit sekali keraguan bahwa pengaruh itu cukup kuat. Buktinya, saudara Utsman, Abdullah ibn Muhammad secara eksplisit menyatakan bahwa Utsman memulai gerakannya setelah kembali dari melaksanakan ibadah Haji dan meninggalkan praktik-praktik bangsanya yang bertentangan dengan syariat.530

Gerakan lain yang terkenal di dekat daerah itu adalah gerakan Mahdi di Sudan, didirikan oleh Muhammad Ahmad ibn Abdullah (L. sekitar 1260 H. – 1302 H./1885 M.). Dia berharap untuk menghilangkan ordo-ordo Sufi dan madzhab-madzhab

529

Terdapat orang yang menyangkal bahwa Utsman mengunjungi Hijaz. Bagaimanapun juga, jelas bahwa dia belajar di bawah bimbingan Syaikh Jibril yang merupakan pengikut ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. 530

Dia dikutip dalam Jumuah, hal. 114. Untuk lebih rincinya mengenai Utsman Dan Fodio dan pengaruh ibn Abdul-Wahhab terhadapnya, lihat Abdul-Fattaah al-Ghunaimi, “Atsar Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab fi Gharb Afriqiya” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 2, hal. 343-368. Mustafa Masad, “Atsar Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab fi Harakah Utsman ibn Faudi al-Islaahiyyah fi Gharb Ifriqiyaa” in Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 2, hal. 423-444; Jumuah, hal.103-116.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 187

fiqih yang berbeda serta menyatukan semua orang di sekitar Qur’an dan Sunnah. Dia ambil bagian dalam jihad dan membangun sebuah pemerintahan, berusaha untuk benar-benar membebaskan negerinya dari penjajahan. Caranya menjalankan pemerintahan sangat mirip dengan pemerintahan al-Diriyyah dan prioritasnya untuk menghilangkan ekses-ekses Sufisme juga mirip dengan ibn Abdul-Wahhab, membuat Hasan Ahmad Mahmud menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang jelas di sana.531 Al-Zuhaili, juga, menyimpulkan bahwa meski terdapat beberapa perbedaan penting dua ajaran itu, gerakan Mahdi ini nyata-nyata terpengaruh oleh ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab.532

Anak Benua Indo-Pak

Al-Sayyid Ahmad ibn Irfaan al-Bareli (1201-1246 H.) adalah dari Rae Bareli dan berasal dari ordo sufi Naqshabandi. Namun demikian, kemudian dia menjadi aktivis salafi yang aktif. Dia aktif mencari ilmu pengetahuan dan menyeru yang lainnya kepada jalan Allah. Pada tahun 1219 H., setelah belajar di Lucknow, yang diperintah oleh penguasa Syiah, dia pindah ke Delhi. Di Delhi, dia belajar di bawah bimbingan Syah Abdul-Aziz, putera tertua dari Syah Waliullah. Ulama-ulama India pada saat itu sangat gemar menggunakan filsafat dalam pembahasan-pembahasan keagamaannya. Adalah sekolah Syah Waliullah yang mengesankan kepada mereka studi Qur’an, hadits dan fiqih untuk memahami agama mereka. Dikatakan bahwa Al-Sayyid Ahmad melaksanakan haji pada tahun 1236 H. (1822 M.) dan terpengaruh oleh ulama-ulama yang ada di sana. Dia kembali dan membangun negaranya sendiri yang menguasai Kabul dan Peshawar, memerintah berdasarkan Syariat. Pada tahun 1826 M., dia mengumumkan jihad melawan para penganut Sikh dan juga melawan Inggris. Setelah lebih dari empat tahun berperang, dia menjadi syuhada ketika terbunuh oleh Sher Singh di Balakot pada tahun 1831 M. Para pengikutnya bertahan untuk beberapa waktu, mendirikan otoritas di Sattana. Inggris dalam Perang Umbeyla pada tahun 1863 M. akhirnya menundukkan mereka.533 Negaranya kemudian bubar, meskipun pengaruh gerakannya terus berlanjut untuk beberapa lama, memainkan peranan kuat dalam gerakan kemerdekaan yang kemudian.

Ajaran-ajaran Al-Bareli sangat dekat dengan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab, menekankan tauhid dan bersikeras bahwa negara harus diatur menurut syariat. Namun demikian, terdapat perbedaan pendapat apakah dia benar-benar dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Meskipun terdapat beberapa perbedaan ajaran di antara dua pemimpin ini, jumlah kemiripannya masih sangat

531

Dikutip dalam Jumuah, hal. 221. 532

Lihat al-Zuhaili, vol. 2, hal. 329-331; Jumuah, hal. 221-226. 533

Bandingkan, T. P. Hughes, Dictionary of Islam (Lahore: Premier Book House, Tanpa tahun.),hal. 661.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 188

besar. Karenanya, banyak penulis, seperti Ahmad Amin, Muhammad Abdullah Maadzi, Abbas Mahmud al-Aqaad, Abdullah al-Ruwaishid, Muhammad al-Shayaal, Brockelmann dan Margoliouth adalah yang berpendapat bahwa gerakan di India ini benar-benar dipengaruhi oleh ajaran-jaran ibn Abdul-Wahhab. Di lain pihak, ada banyak yang menyangkal pengaruh-pengaruh itu. Maka, Abdul-Karim Utsman menyimpulkan bahwa gerakan ini disebut “Wahhabi” oleh Inggris hanya untuk mencoba menaklukkan setiap renaisan gerakan Islam dan untuk menodai namanya. Muhammad Ismail al-Nadwi mencatat bahwa Ahmad dan mitranya al-Syahid Ismail masih sangat dipengaruhi oleh sufisme, yang menghalangi kedekatan dan hubungan langsungnya kepada ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab.534

Nadwi mencatat bahwa dia melihat banyaknya dusta dan pernyataan palsu yang dinyatakan mengenai ibn Abdul-Wahhab. Di antara mereka dia memasukkan dugaan bahwa gerakan Al-Syahid Ahmad adalah semacam cabang ajaran-ajaran Wahhabi di Najd. Dia menyatakan bahwa sumber-sumber dan tujuan dua penekanan itu adalah satu, diambil dari ajaran-ajaran Qur’an and Sunnah. Dia juga mencatat bahwa Ahmad dan ibn Abdul-Wahhab adalah mujaahid yang berjuang demi kepentingan Allah. Namun itu tidak berarti bahwa diantara keduanya terdapat hubungan. Dalam banyak cara, dia menyatakan, tak ada kemiripan di antara keduanya meski pondasi dari dua seruan ini adalah sama.535

Lebih jauh, Mas’ud al-Nadwi menyatakan bahwa menurut Sulaiman al-Nadwi, Syah Waliullah dari Delhi dan ibn Abdul-Wahhaab belajar dari sumber mata air pengetahuan yang sama di Madinah. Barangkali, Sulaiman al-Nadwi mencoba menyatakan secara tidak langsung beberapa kelaziman di antara keduanya. Mas’ud al-Nadwi mencatat bahwa tak ada keraguan bahwa mereka belajar di “sekolah” yang sama (Masjid Nabawi) dan bahwa sumber pengetahuan mereka (Qur’an dan Sunnah) adalah juga sama, namun tak ada bukti bahwa mereka belajar dari orang yang sama.536

Qeyamuddin Ahmad, dalam karyanya yang luas mengenai gerakan ini di India, juga meragukan bahwa ada koneksi yang kuat antara ibn Abdul-Wahhab dari Najd dengan mereka yang disebut Wahhabi India. Bareli dan ibn Abdul-Wahhab memperoleh ajaran-ajaran mereka dari wahyu yang sama dan terdapat beberapa kelaziman antara keduanya namun juga terdapat perbedaan-perbedaan khas di antara keduanya, seperti pengaruh-pengaruh pemikiran Sufi yang ada pada Bareli.

534

Bandingkan, Jumuah, hal. 63-81. 535

Al-Nadwi, hal. 20. 536

Al-Nadwi, hal. 40.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 189

Qeyamuddin Ahmad juga nampaknya menerima kesimpulan bahwa sulit untuk menerima atau menolak adanya kebenaran koneksi antara dua seruan ini.537

Tokoh penting lain di Anak Benua Indo-Pak yang biasa dikaitkan dengan Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah Sidiq Hasan Khan (L. 1307 H./1890 M.).538 Dia tinggal lama di Hijaz dan Yaman. Dia sangat terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran ibn Taimiyyah dan gurunya al-Shaukaani. Dia adalah pendiri gerakan ahl al-hadits di India. Menurut al-Nadwi, Sidiq Hasan Khan tak pernah mencapai sebuah keputusan yang definitif mengenai “Wahhabi.” Yang paling mendekati kebenaran bahwa dia menulis tentang mereka dalam Itihaaf al-Nubalaa, bahkan lebih dulu menyatakan bahwa mereka tidak dibenarkan menyatakan orang-orang Islam itu kafir ditetapkan dengannya.539 Dalam catatan-catatan kakinya pada karya al-Nadwi, Abdul-Alim al-Bastawi menambahkan penjelasan yang panjang lebar. Dia mencatat bahwa Khan hidup antara 1248-1307. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, pada masa itu, Najd dikeroyok dan orang-orang “Wahhabi” dikalahkan. Dusta-dusta dan kekeliruan-kekeliruan mengenai orang-orang Najd menyebar ke seluruh dunia Muslim, sehingga sulit bagi siapapun untuk mempertahankan mereka secara publik. Lebih jauh, efek-efek kekalahan mujahidin di Balakot, India pada tahun 1246 masih sangat kuat. Orang-orang masih merasa terancam dan dihukum karena mengikuti jalan-jalan Sunnah, seperti jika seseorang mengucapkan aamiin keras-keras dalam shalat, dia akan dihukum dengan berat. Sidiq Hasan Khan meraih satu kedudukan tinggi dalam otoritas politik juga keulamaan hebat. Musuh-musuhnya, bersekongkol dengan para penjajah, selalu mencari kesempatan untuk menyerangnya. Dalam pandangan mereka, kejahatan terbesar yang dilakukannya adalah menyebarkan doktrin Wahhabi. Maka, Khan, tidak seperti mereka yang datang setelahnya, tidak pernah dalam posisi mempertahankan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Namun demikian, perhatian terbesarnya adalah untuk melindungi para penganut tauhid sejati di India, mereka yang dituduh orang-orang “Wahhabi”, dengan mempertahankan hidup, kekayaan dan kehormatan mereka. Maka, dia dan yang lainnya pada masanya ahli-hadits540 menghabiskan kebanyakan upaya mereka mencoba memperlihatkan bahwa orang-orang ini tidak memiliki koneksi nyata dengan orang-orang Najd. Dalam cara ini, apa yang mereka katakan adalah benar karena para penganut tauhid di India ini

537

Qeyamuddin Ahmad, The Wahhabi Movement in India (New Delhi, India: Manohar Publishers, 1994), hal. 31-32. 538

Untuk pembahasan rinci mengenai Sidiq Hasan Khan dan beberapa pernyataan-pernyataannya yang positif mengenai ibn Abdul-Wahhab dan ajaran-ajarannya, lihat Abdul-Jalil, hal. 44-58. 539

Al-Nadwi, hal. 210-211. 540

Dalam pengertian, ahli-hadits anak benua India adalah mereka yang menyerukan

kekukuhan mengikuti hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan cara yang ditempuh salafu shalih generasi

pertama ummat Islam.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 190

tidak mengambil keyakinan-keyakinan mereka dari ulama-ulama yang ada di Najd, melainkan mengambilnya langsung dari Qur’an dan Sunnah. Dengan demikian, Khan mampu menggambarkan orang-orang “Wahhabi” secara adil. Dia menyebut mereka dalam banyak buku-bukunya dan pendekatannya adalah dengan menyebut klaim-klaim para pengumpat dulu kemudian menyebut pernyataan-pernyataan para pendukung, maka memperlihatkan kebenaran dari masalahnya. Pernyataan Al-Nadwi, menyinggung hal di atas, bahwa Khan masih memiliki beberapa keraguan mengenai orang-orang “Wahhabi” yang menyatakan orang kafir adalah sebuah contoh pada bagian ini. Khan menyebutkan fakta yang dikiranya itu sementara mengutip kritik Muhammad al-Haazimi terhadap orang-orang “Wahhabi” namun kemudian Khan mengikuti jawaban Muhammad ibn Abdul-Wahhab atas klaim itu. Itu adalah bagaimana dia mampu mengekspresikan kebenaran dalam masanya yang sulit. Sebaliknya, bagaimana seseorang menjelaskan bahwa Khan ditunjuk penulis Shayaanah al-Insaan direktur studi-studi keagamaan di negerinya dan memberi Ishaaq, cicit ibn Abdul-Wahhab, izin untuk meceritakan pengetahuannya dari dia?541

Terdapat yang lainnya, barangkali ulama yang kurang terkenal di luar anak benua Indo-Pak, yang merupakan pengikut-pengikut dan para pendukung ibn Abdul-Wahhab dan bagian dari apa yang dikenal sebagai gerakan ahli-hadits. Mereka termasuk yang sezaman dengan Sidiq Hasan Khan, Basyir al-Dien al-Qanuji (1234-1296 H., yang berasal dari tanah air yang sama dengan Sidiq Hasan Khan), Abdullah al-Ghaznawi (1245-1326 H.), Muhammad Basyir al-Sahsawaani, Abdul-Halim al- Laknawi (1272-1345 H., yang pertama kali menterjemahkan Kitaab al-Tauhid ke dalam bahasa Urdu) dan juga beberapa orang lainnya.542 Masih terdapat gerakan-gerakan lain di daerah itu yang terpengaruh oleh ibn Abdul-Wahhab. Khususnya, terdapat beberapa gerakan yang menentang pendudukan Inggris. Salah satu dari mereka didirikan pada tahun 1804 M. di bawah kepemimpinan al-Hajj Syariatullah (1178-1256 H.). Dia berasal dari Bengal. Dia tinggal lama di Mekkah, dari tahun 1799 sampai tahun 1818 M, pada saat gerakan “Wahhabi” memperoleh kekuatan. Gerakannya lebih mirip kepada memerangi praktik-praktik klenik dan takhyul dan memerangi para penjajah Inggris. Dia mendeklarasikan tanah airnya daar al-harb (“negeri dimana perang dideklarasikan”) sejak negeri itu berada di bawah hukum Inggris alih-alih di bawah hukum Islam. Setelah wafatnya Syariatullah, Dudzu Miyan memimpin gerakan itu sampai akhirnya dia ditundukkan pada tahun 1860. Banyak sarjana yang yakin bahwa gerakan ini benar-benar dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Syariatullah berusaha memurnikan Islam dari pemikiran-pemikiran Hindu dan Sufi ekstrim. Dia bahkan menghindari penggunaan

541

Al-Bastawi, hal. 211-213. 542

Lihat Abdul-Jalil, hal. 59-127.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 191

terma-terma Sufi, seperti Pir (“Syeikh”), dan lebih memilih menggunakan terma-terma seperti muallim (“guru”).543

Al-Zuhaili544 memasukkan al-Sayyid Amir Ali dari Kalkuta sebagai seorang reformer yang terpengaruh oleh ibn Abdul-Wahhab. Dia sedikit berbeda dengan al-Sayyid Ahmad (di atas), dikatakan bahwa dia lebih banyak menyandarkan diri pada pendidikan. Dia ingin membangkitkan kembali aqidah orang-orang. Menurut al-Zuhaili, salah satu “karya besarnya” adalah The Spirit of Islam, yang berbicara mengenai evolusi dan pembangunan agama. Sangat mungkin bahwa versi bahasa Arabnya The Spirit of Islam berbeda dari edisi bahasa Inggris yang akhir-akhir ini tersedia. Bahkan pembacaan sepintas The Spirit of Islam akan memperlihatkan bahwa ibn Abdul-Wahhab dan al-Sayyid Amir Ali sangat kecil yang berbarengan – tidak untuk mengatakan bahwa yang terakhir hasil pengaruh dari yang lebih dahulu. Karya Ali penuh dengan pernyataan-pernyataan hujatan bahwa ibn Abdul-Wahhab dan para pendukungnya benar-benar dianggap kafir murni. Demi keringkasan, disini hanya dikutip satu kutipan karya Ali. Kutipan ini

memperlihatkan bahwa Ali menyebutkan bahwa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) adalah penulis

Qur’an. Ali menulis,

Tak diragukan bahwa dalam surat-surat pada periode lanjutan sebelum

pikiran sang Guru [Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)] telah mencapai pembangunan penuh

kesadaran keagamaan dan saat diperlukan untuk memformulasikannya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh orang-orang gurun pasir, gambaran-gambaran yang realistis tentang surga dan neraka, dipinjam dari khayalan-khayalan Zoroaster, Sabean dan Talmud yahudi, menarik perhatian sebagai gambar pinggir dan kemudian menjadi esensi nyata, rasa cinta kepada tuhan dengan penuh kerendahan hati dan cinta …

545

Lebih jauh, dalam karya yang sama, Ali menulis bahwa orang-orang “Wahhabi” sebagai tidak lebih daripada anak keturunan Khawarij sebelumnya yang menunjuk “semua umat Muslim lain sebagai kafir.”546

Tambahan, Muhammad al-Said Jamaal-al-Dien menulis sebuah artikel yang mencoba memperlihatkan pengaruh ibn Abdul-Wahhab terhadap Muhammad Iqbal. Dia berkata bahwa tak diragukan bahwa Iqbal mengagumi ibn Abdul-Wahhab dan upaya-upaya reformasinya. Kenyataannya, Iqbal menggambarkan ibn Abdul-Wahhab sebagai, “Muhammad ibn Abdul Wahhaab sang Reformer Puritan yang Hebat.” Jamaal-al-Dien kemudian mengutip al-Nadwi, sebagaimana telah

543

Jumuah, hal. 82-86. 544

Al-Zuhaili, vol. 2, hal. 321. 545

Amir Ali, The Spirit of Islam (New York: Humanities Press, 1974), hal. 197. 546

Lihat Ali, hal. 356-357.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 192

dikutip di atas, bahwa sangat sulit bagi siapapun saat itu untuk mengatakan secara terbuka bahwa dia adalah seorang “Wahhabi.” Dia kemudian berargumen bahwa konsep-konsep Iqbal tentang monoteisme dan syirik sangat dekat dengan konsep-konsep ibn Abdul-Wahhab. Dia kemudian menyatakan, “Kita tak bisa mengatakan dengan pasti, bahkan memberikan semua bukti yang tersedia, bahwa pemikiran-pemikiran dan tujuan-tujuan adalah satu antara da’wah Syeikh [ibn Abdul-Wahhab] dan metodologi Iqbal.” Dia mengatakan bahwa dia tak dapat membuat kesimpulan karena jalan ibn Abdul-Wahhab bukanlah sesuatu yang baru dan keduanya mengambilnya dari sumber-sumber yang sama. Namun kemudian dia menyimpulkan bahwa “kita tak bisa mengatakan, pada saat yang sama, bahwa dia tidak dipengaruhi secara langsung oleh gerakan [ibn Abdul-Wahhab+.”547 Al-Zuhaili juga memasukkan Iqbal memiliki pemikiran-pemikiran yang mirip dengan pemikiran-pemikiran orang-orang “Wahhabi”.548

Adalah benar bahwa Muhammad Iqbal memiliki beberapa pemikiran yang sepakat dengan ibn Abdul-Wahhab dan bahwa dia juga mengagumi ibn Taimiyyah. Namun demikian, beranjak dari situ dan bersikeras bahwa ibn Abdul-Wahhab memiliki pengaruh yang besar terhadap pemikiran Iqbal nampaknya sedikit dibuat-buat – dan hal ini mirip dengan klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab berpengaruh besar terhadap Muhammad Abduh atau Jamaal al-Dien al-Afghani. Hanya karena satu atau dua gagasan yang sama tidak berarti terdapat pengaruh yang sesungguhnya. Yang dibutuhkan seseorang adalah membaca keseluruhan bagian yang ditulis Iqbal mengenai ibn Abdul-Wahhab untuk melihat bahwa dia tidak benar-benar menangkap makna reformasi ibn Abdul-Wahhab. Benar bahwa dia mengagumi ibn Abdul-Wahhab namun untuk mengagumi seseorang sementara tidak benar-benar memahami apa yang dipertahankan orang itu akan barangkali menghalangi pengaruh apapun. Sebagaimana telah disebutkan, ibn Abdul-Wahhab tentang “perubahan” atau “reformasi demi untuk reformasi,” dia adalah tentang membawa Islam kembali kepada apa itu Islam yang semestinya – jalannya Nabi

,Ini adalah apa yang ditulis Iqbal .(ملسو هيلع هللا ىلص)

Namun ajaran ibn Taimiyyah menemukan ekpresi penuhnya dalam sebuah gerakan dengan kemampuan-kemampuan luas yang berkembang dalam abad ke-delapanbelas dari Negeri Najd, digambarkan oleh MacDonald sebagai “spot terbersih dalam dekadensi dunia Islam.” Ini adalah benar-benar denyut kehidupan pertama dalam Islam modern. Inspirasi gerakan ini dapat ditelusuri, langsung atau tidak langsung, hampir semua gerakan-

547

Muhammad al-Said Jamaal-al-Din, “Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa Ashdaauhaa fi Fikr Muhammad Iqbaal” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 2, hal. 459. 548

Al-Zuhaili, vol. 2, hal. 322.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 193

gerakan modern Muslim Asia dan Afrika, misalnya gerakan Sennusi, gerakan Pan-Islam dan gerakan Babi, yang mana hanya sebuah refleksi bangsa Persia atas Protestanisme Arab. Seorang reformer puritan yang hebat, Mohammad ibn Abdul Wahab, yang lahir pada tahun 1700 … Kita, namun demikian, tidak menaruh perhatian dengan karir politis gerakan ini yang disudahi oleh pasukan tentara Mohammad Ali Pasha. Hal essensil yang harus dicatat adalah spirit kebebasan yang dimanifestasikannya: meskipun dalam batin gerakan ini, terlalu, konservatif dalam caranya. Sementara dia bangkit dalam pemberontakan melawan finalitas madzhab-madzhab, dan dengan giat menuntut hak penghakiman pribadi, visinya terhadap masa lalu secara keseluruhan tidak kritis, dan dalam masalah-masalah hukum dia utamanya jatuh kembali pada tradisi-tradisi Nabi.

549

Bagian ini barangkali tidak butuh banyak komentar untuk memperlihatkan bahwa, paling tidak, Iqbal tidak memahami pesan ibn Abdul-Wahhab: satu-satunya Islam

sejati adalah Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Maka, kekaguman bisa jadi hanya satu hal – bahkan

orang-orang kafir pun mengagumi ibn Abdul-Wahhab – namun nampaknya sangat sulit membantah bahwa ibn Abdul-Wahhab mempengaruhi Iqbal ketika ini hanyalah bagian dimana Iqbal secara langsung menyinggung ibn Abdul-Wahhab. Wallahu a’lam.

Indonesia

Di Sumatra, setelah tiga orang kembali dari melaksanakan ibadah Haji pada tahun 1218 H. (1802 M.), mereka memulai sebuah gerakan Salafi (“Wahhabi”). Pemimpin mereka adalah Haji Miskin. Mereka berjuang untuk mereformasi cara-cara umat Muslim di Indonesia. Mereka juga berjuang memerangi Belanda. Belanda melihat gerakan ini sebagai sebuah ancaman nyata terhadap kekuatan penjajahan mereka dan mereka bekerja dengan cepat untuk menghancurkannya. Sayangnya, Belanda mampu untuk mengambil keuntungan dari pertarungan internal antara Muslim Salafi yang berpikiran reformis dengan umat Muslim yang senang mengikuti klenik-klenik dan bid’ah-bid’ah yang telah timbul pelan-pelan ke dalam agama mereka. Gerakan ini akhirnya ditundukkan pada tahun 1837 M. setelah enambelas tahun pertarungan. Meskipun banyak pemimpin pertarungan ini syahid dalam peperangan itu, para pengikut mereka terus menyebarkan pesan mereka secara damai setelah itu. Setelah itu, gerakan ini juga mampu menyebar ke pulau-pulau lain di Indonesia.550

Di Pulau Jawa, pada tahun 1910-an dan 1920-an, sejumlah organisasi tumbuh menda’wahkan, umumnya, ajaran-ajaran yang sama dengan ajaran-ajaran ibn

549

Muhammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought in Islam (Lahore: Sh. Muhammad Ashraf, 1977), hal. 152-153. 550

Bandingkan, Arnold, hal. 410; al-Zuhaili vol. 2, hal. 323; Jumuah, hal. 88-103.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 194

Abdul-Wahhab. Salah satu di antara mereka dipimpin oleh al-Haaj Ahmad Dahlan. Dia menghabiskan beberapa lama di sekitar tahun 1902 M. di Hijaz dan sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Dia adalah khatib Masjid Sultan di Jakarta551 dan menggunakan kedudukan itu untuk menyebarkan ajaran-ajaran itu dan menghapus beberapa bid’ah yang telah berkembang di pulau itu. Dia berhenti dari tugasnya sebagai khatib552 dan terus menyebarkan pesannya secara sendiri, sampai kematiannya pada tahun 1923. Namun organisasinya, Jamiyyah Muhammadiyyah, terus menyebar ke semua pulau. Bahkan, organisasi ini memiliki cabang, masjid, rumah sakit atau rumah yatim di setiap kota di Indonesia. Organisasi ini menjadi organisasi da’wah terbesar di Indonesia. Organisasi lainnya, Jamiyyah al-Wahdah al-Islaamiyyah553 juga sangat aktif membawakan pesan yang

551

Penulis rupanya keliru menyebut kota Yogyakarta dengan Jakarta (Pent.). 552

Yaitu, orang yang memberikan khutbah dalam Shalat Jum’at. 553

Kemungkinan yang dimaksud penulis ini adalah Jamiyyah Persatuan Islam (Pent.) Di Indonesia sendiri terdapat sebuah Ormas yang bernama Wahdah Islamiyah. Organisasi ini pertama kali didirikan pada tanggal 18 juni 1988 M dengan nama Yayasan Fathul Muin (YFM), berdasarkan akta notaris Abdullah Ashal, SH No.20. Untuk menghindari kesan kultus individu terhadap KH.Fathul Muin Dg.Mangading (Seorang ulama kharismatik Sulsel yang di masa hidupnya menjadi Pembina para pendiri YFM) dan agar dapat menjadi Lembaga Persatuan Ummat, pada tanggal 19 Februari 1998 M nama YFM berubah menjadi Yayasan Wahdah Islamiyah (YWI) yang berarti “Persatuan Islam” perubahan nama tersebut diresmikan berdasarkan akta notaris Sulprian, SH No.059. Sehubungan dengan adanya rencana untuk mendirikan sebuah perguruan tinggi islam, YWI menambah sebuah kata dalam identitasnya menjadi Yayasan Pesantren Wahdah Islamiyah (YPWI) yang dimaksudkan agar dapat juga menaungi lembaga-lembaga pendidikan tingginya, berdasarkan Akta Notaris Sulprian, SH No.055 tanggal 25 Mei 2000. Perkembangan Da’wah Wahdah Islamiyah yang sangat pesat dirasa tidak memungkinkan lagi lembaga Islam ini bergerak dalam bentuk Yayasan, maka dalam Musyawarah YPWI ke-2, tanggal 1 Shafar 1422 H (bertepatan dengan 14 April 2002 M) disepakati mendirikan organisasi massa (ormas) dengan nama yang sama, yaitu Wahdah Islamiyah (WI). Sejak saat itulah, YPWI yang merupakan cikal bakal berdirinya ormas WI disederhanakan fungsinya sebagai lembaga yang mengelola pendidikan formal milik Wahdah Islamiyah. (untuk selengkapnya baca buku :Sejarah Wahdah Islamiyah) Manhaj Wahdah Islamiyah Wahdah Islamiyah adalah sebuah Organisasi Massa (Ormas) Islam yang mendasarkan pemahaman dan amaliyahnya pada Al Qur’an dan As Sunnah sesuai pemahaman As Salaf Ash-Shalih (Manhaj Ahlussunnah Wal Jamaah). Organisasi ini bergerak di bidang da’wah, pendidikan, sosial, kewanitaan, informasi, kesehatan dan lingkungan hidup. (Lihat: http://wahdah.or.id/sejarah-berdiri-manhaj/ ) Sedangkan yang dimaksud Jamiyyah al-Wahdah al-Islaamiyyah oleh penulis buku ini kemungkinan besar adalah Jamiyyah Persatuan Islam yang didirikan pada tanggal 12 September 1923 di Bandung yang gagasannya bermula dari seorang alumnus Dâr al-‘Ulûm Mekkah bernama H. Zamzam yang sejak tahun 1910-1912 menjadi guru agama di sekolah agama Dâr al-Muta’alimîn. Ia bersama teman dekatnya, H. Muhammad Yunus, seorang pedagang sukses yang sama-sama kelahiran Palembang, yang di masa mudanya

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 195

sama. Meskipun banyak propaganda negatif yang tersebar mengenai orang-orang “Wahhabi,” karena beberapa orang Indonesia yang melaksanakan Haji, mereka mempelajari apa yang sesungguhnya tentang ibn Abdul-Wahhab dan karenanya gerakan ini terus menyebar ke seluruh Indonesia.554

Thailand

Pada tahun 1919 M., seorang pemuda dari Indonesia, Ahmad Wahhaab, mengunjungi masjid-masjid dan komunitas-komunitas Muslim di Bangkok. Dia lambat laun mulai mengajarkan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Dia menantang ulama-ulama pribumi untuk mendukung bid’ah-bid’ah mereka. Dia mulai gerakan reformasinya dan menerbitkan sebuah majalah, al-Bidaayah, yang dibuatnya untuk menentang klenik-klenik dan takhyul-takhyul penduduk Muslim. Hal ini menciptakan terbelahnya masyarakat Muslim, beberapa orang mengikuti cara-cara lama yang diisi dengan bid’ah-bid’ah dan yang lainnya mengikuti gerakan baru yang mengikuti ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Nampaknya friksi di antara dua kelompok ini tumbuh cukup intens. Untuk beberapa tahun, gerakan ini cukup kuat, menerbitkan sejumlah buku dan brosur-brosur.

Di selatan Thailand, sebuah gerakan yang terpisah dari yang terjadi di Bangkok hadir. Meskipun dari momen-momen sebelumnya, gerakan reformasi (“Wahhabi”) diserang sebagai sebuah “agama baru” dan lain-lain, di selatan Thailand sebuah gerakan reformasi dimulai sekitar tahun 1943 M. di bawah kepemimpinan Ismail Ahmad. Ini terjadi setelah dia belajar di Nadwat al-Ulamaa di Lucknow, India, di bawah bimbingan Abul Hasan al-Nadwi. Seruan pesannya betul-betul da’wah salafi ibn Abdul-Wahhab.555

Turkistan

Jumuah menulis bahwa seorang penulis dengan nama Shuyler menulis dalam sebuah karya berjudul Turkistan, diterbitkan di London pada tahun 1867 M.,

memperoleh pendidikan agama secara tradisional dan menguasai bahasa Arab. (Lihat: Howard M. Federspiel. 2006. Labirin Ideologi Muslim: Pencarian dan Pergulatan Persis di Era Kemunculan Negara Indonesia (1923-1957). Jakarta: Serambi.) 554

Untuk lebih rincinya mengenai pengaruh ibn Abdul-Wahhab di Indonesia, lihat Najih Abdullah, “Tatsar al-Da’waat al-Islaahiyyah fi Aindooneesiya bi-Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 2, hal. 391-422; Jumuah, hal. 202-212. 555

Untuk lebih rincinya mengenai pengaruh ibn Abdul-Wahhab di Thailand, lihat Ismail Ahmad, “Tatsur al-Dawaat al-Islaahiyyah al-Islaamiyyah fi Tailaand bi-Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 2, hal. 369-390.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 196

bahwa Ish Muhammad Kul adalah seorang pemimpin Muslim melawan bangsa Rusia, berusaha menciptakan sebuah pemerintahan Islam. Dia mengatakan bahwa orang ini adalah seorang murid dari pengajar “Wahhabi”.556 Wallahu a’lam.

Faktor-faktor yang Mendukung Hebatnya Pengaruh ibn Abdul-Wahhab

Sebagaimana telah disinggung dalam berbagai kesempatan, pesan ibn Abdul-Wahhab bukanlah sebuah pesan baru. Ini adalah upaya untuk kembali kepada Qur’an dan Sunnah. Karenanya, sumber inspirasi yang dengan demikian juga pemikiran-pemikirannya adalah konsisten dengan banyak “reformer” yang datang sebelum atau sesudahnya. Bahkan, Utsman ibn Ahmad al-Najdi, dari Najd, mendahulukan ibn Abdul-Wahhab dalam menyeru orang-orang kepada tauhid sejati dan memerangi syirik. Dia bahkan menulis sebuah buku yang judulnya bermakna, “Pertolongan generasi-generasi terakhir dibangun dalam keyakinan-keyakinan generasi-generasi sebelumnya (al-salaf).” Dia meninggal pada tahun 1096 H. Kenyataannya, sebelum ibn Abdul-Wahhab memulai da’wahnya, Muhammad ibn Ismail al-Sanaani telah aktif di Yaman, memerangi penyembahan kuburan, pemujaan pohon-pohon dan lain sebagainya, sama seperti yang diserukan ibn Abdul-Wahhab.557 Namun demikian, pengaruh dan dampak dua ulama ini – juga banyak lainnya di berbagai bagian dunia yang menyerukan ajaran-ajaran fundamental Islam yang sama – tak bisa dibandingkan dengan ibn Abdul-Wahhab. Meskipun hanya Allah sajalah yang tahu alasan-alasan dan sebab-sebab di balik fenomena ini, adalah benar-benar berharga jika mencoba menunjukkan dengan cermat beberapa alasan di balik sukses besar ibn Abdul-Wahhab ini.

Faktor-faktor itu termasuk:558

(1) Berkah dan Petunjuk Allah. Allah benar-benar menolong mereka yang menolong maksud-Nya. Allah berfirman,

يا أي ها الذين آمنوا إن ت نصروا الله ي نصركم وي ثبت أقدامكم

556

Jumuah, hal. 227. 557

Bandingkan, Jumuah, hal. 56-57. 558

Dalam mempersiapkan bagian ini, meskipun pembahasannya sangat berbeda, penulis mengambil manfaat dari Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 666-683.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 197

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Q.S Muhammad

47:7).

(2) Keadaan dan kebersikerasan Ibn Abdul-Wahhab dalam memurnikan niatnya dan juga niat yang lainnya. Hanya Allah saja yang mengetahui apa yang ada di dalam hati seseorang dan apa yang menjadi niat seseorang yang sesungguhnya. Namun demikian, apa yang bisa dikatakan mengenai ibn Abdul-Wahhab adalah bahwa sikapnya yang nampak dan perlakuannya terhadap orang-orang, bahkan para penentangnya yang terhebat, melihat bahwa dia benar dengan seruannya: berjuang semata-mata hanya demi Allah.

(3) Pengetahuan yang luas dan kekuatan argumenasi ibn Abdul-Wahhab. Khususnya, ibn Abdul-Wahhab memiliki sejumlah pengetahuan mengenai Qur’an, hadits dan pernyataan-pernyataan para ulama. Hal ini membuat argumen-argumennya sulit untuk diatasi.

(4) Kemurnian da’wahnya – ini telah jadi da’wah yang sesungguhnya, benar-benar konsisten dengan keadaan manusia, jelas dan dapat dipahami semua orang, terbebas dari cara berpikir yang menyesatkan dan bid’ah-bid’ah. Hal ini lagi-lagi membuat da’wah ibn Abdul-Wahhab sangat sulit untuk ditolak. Da’wahnya “sederhana dan jelas,” langsung lurus dari Qur’an dan Sunnah. Saat seseorang yakin, sebagaimana hampir setiap Muslim juga, bahwa dia telah mengikuti Qur’an dan Sunnah dan inilah apa yang telah dipersembahkan ibn Abdul-Wahhab, maka seseorang itu akan, jika dia benar-benar tulus di dalam hatinya, akhirnya akan menerima seruan seperti itu.

(5) Kekuatan politik dan perubahan menyeluruh dalam masyarakat – membiarkan pintu terbuka untuk mengajarkan kebenaran, mengimplementasikan kebenaran itu dan menyingkirkan kekuatan-kekuatan yang menentang kebenaran itu. Lebih jauh, orang akan dapat melihat dampak-dampak sebenarnya dari syariat yang telah diimplementasikan itu. Pertarungan internal, penjarahan dan penyerangan terhadap individu-individu yang tak bersalah, pencurian dan kejahatan benar-benar berakhir saat gerakan itu menyebar dan mendominasi daerah itu. Pajak-pajak dan ketidakadilan dari para penguasa berakhir. Harta publik dipelihara setelah kebutuhan warga negara terpenuhi. Bahkan negeri antara Hijaz dan Najd terbebas dari kejahatan selama masa itu. Kecantikan ajaran-ajaran Islam, ketika dia diizinkan untuk benar-benar diimplementasikan, selalu menjadi salah satu jalan terbaik yang dengan cara itu Islam tersebar.

(6) Memerintah Mekkah dan Madinah untuk suatu periode – para pengikut ibn Abdul-Wahhab mampu memerintah Mekkah pada tahun-tahun 1217-1226 H. Hal ini memberikan sebuah kesempatan yang sangat baik bagi mereka untuk bertemu

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 198

dan mempengaruhi umat-umat Muslim yang datang dari seluruh dunia. Mereka mengambil keuntungan yang penuh dari kesempatan yang baik ini dengan cara memberikan ceramah, berdebat dan mendistribusikan literatur. Maka banyak orang dari seluruh dunia Muslim dapat melakukan kontak langsung dengan da’wah ini dan secara langsung dipengaruhi atau diyakinkan oleh ulama-ulamanya. Mereka mampu mendengar dan melihat ajaran-ajaran yang diimplementasikan pada diri mereka sendiri, terbebas dari propaganda negatif yang telah menyebar mengenai da’wah ini. Saat pintu ini dibukakan, banyak orang dengan tak sabar menganut ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab.

(7) Ibn Abdul-Wahhab menyebarkan pengetahuannya kepada banyak pelajar yang memiliki kualitas yang baik. Banyak dari mereka, termasuk anaknya sendiri, menjadi ulama-ulama atas kehendak sendiri.

(8) Mengambil keuntungan dari berbagai “bentuk” media, khususnya, penulisan surat dan kontak-kontak selama masa haji ketika Mekkah di bawah kontrol para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab pada tahun 1217-1226.

(9) Perjalanan-perjalanan dan kontak dengan negeri-negeri yang lain – khususnya di antara para pelajar: Setelah jatuhnya al-Diriyyah, beberapa anak keturunan ibn Abdul-Wahhab dibuang ke Mesir. Meski beberapa di antara mereka dieksekusi, yang lainnya bisa hidup sebagai warga tahanan, bahkan cucu ibn Abdul-Wahhab, Abdul-Rahmaan ibn Abdullah mengajar madzhab Fiqih Hanbali di al-Azhar.559 Tambahan, anak-anak keturunan dan para pengikutnya yang kemudian juga belajar dan berinteraksi dengan para ulama Suriah dan anak benua Indo-Pak.

(10) Dampak dari para penentangnya yang membuat orang-orang justru mengalihkan perhatian mereka pada da’wah ini – publisitas yang buruk kadang kala masih tetap publisitas. Tentu saja, serangan-serangan mereka terhadap ajaran-ajaran dan da’wah ini membawa pada ranah jihad yang benar-benar membantu menyebarkan ajaran-ajarannya.

(11) Hasil-hasil dari studi objektif mengenai Muhammad ibn Abdul-Wahhab dari orang-orang yang memiliki beragam pekerjaan, termasuk para Orientalis dan para pelancong.

Seseorang dapat dengan cepat mencatat beberapa faktor yang dapat mencegahnya mendapatkan suatu pengaruh yang lebih hebat ke seluruh dunia:

(1) Peran para penentangnya dalam menyebarkan propaganda negatif dan keliru. Hal ini akan dibahas lebih rinci dalam bab berikutnya. Sering kali, tulisan-tulisan

559

Vassiliev, hal. 158.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 199

para penentangnya akan mencapai sebuah negeri sebelum surat-surat, tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab mencapai negeri itu. Karenanya, terdapat purbasangka yang tersedia.

(2) Waktu yang panjang, kebodohan yang berurat akar: Ini bukanlah sesuatu yang dapat dihapuskan secara cepat dan mudah.

(3) Waktu yang panjang, bid’ah-bid’ah dan adat istiadat yang telah berurat akar yang telah diambil orang-orang sebagai bagian dari agama: Lagi pula, orang-orang menjadi terbiasa pada jalan hidup dan mengambilnya sebagai agama mereka. Hal ini menjadi sangat sulit bagi banyak orang untuk menyerah, sebagai contoh, apa yang mereka lihat dari kehidupan yang mereka anggap sebagai “leluhur-leluhur yang saleh.”

(4) Motivasi dan ketertarikan personal: Mengenali kebenaran tidak selalu cukup. Harus juga terdapat hasrat dalam hati seseorang untuk hidup dengan kebenaran itu. Hasrat itu harus mengatasi banyak rintangan, karena seringkali hidup dengan kebenaran membutuhkan pengorbanan dan kerugian yang mungkin terjadi. Hidup dengan kebenaran bisa juga berarti meninggalkan dosa-dosa dan kelakuan-kelakuan tak bermoral yang dilakukan seseorang. Ketakukan akan akibat-akibatnya, seperti kehilangan harta kekayaan, pekerjaan, kedudukan, reputasi dan menurutkan hasrat seseorang, dapat seringkali berdiri di antara seseorang dan mengikuti apa yang dia kenali sebagai kebenaran. Sederhananya, “kekuasaan,” seperti para penguasa, imam-imam dan ulama-ulama yang menyimpang, takut pada kebangkitan relijius yang berasal dari sumber-sumber sejati keimanan ini akan menghilangkan orang yang bermanfaat bagi mereka karena memiliki maksud baik tapi bodoh. Mereka tidak tunduk pada kebenaran itu tidak hanya untuk mereka saja tapi juga menggunakan cara-cara apa saja yang dapat membantu mengecilkan atau menggoyahkan hati orang lain agar tidak menerima atau mengikuti kebenaran.

Konklusi

Dapatlah dinyatakan tanpa ragu bahwa ibn Abdul-Wahhab berdampak bukan saja di tanah kelahirannya tapi juga di banyak bagian dunia Muslim. Setidaknya, dia tertanam dalam pikiran seorang Muslim sebuah gagasan bahwa dengan kembali kepada ajaran-ajaran orisinil Islam, agama ini dapat dibangkitkan kembali dan diberkati Allah. Hari ini, di tanah kelahirannya, seseorang masih dapat merasakan pengaruh da’wah ibn Abdul-Wahhab kepada tauhid murni. Sebagaimana ditulis Idris, “Dan terimakasih kembali kepada gerakan ini, masyarakat Saudi, meski bukan masyarakat Islam yang ideal, adalah satu masyarakat yang lebih kebal dibanding

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 200

masyarakat Islam lainnya terhadap bentuk-bentuk syirik populer yang dikutuk pendiri gerakan ini.”560

Tentu saja, ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab – karena mereka merefleksikan pendirian syariat yang sesungguhnya – masih memiliki peran yang dapat dimainkan hari ini. Kata Vassiliev pada poin ini penting. Dia menyatakan,

Dalam mengevaluasi tempat gerakan Wahhabi dalam sejarah perkembangan Islam, dia bisa nampak sebagai pelopor reformasi Muslim, misalnya, ‘proses adaptasi relijius, filosofis dan norma-norma legal Islam terhadap kondisi-kondisi historis baru, yang dimulai pada pertengahan abad kesembilanbelas dan terus berlanjut sampai hari ini.’ Fakta bahwa tokoh ulama Muslim menganggap Wahhabisme sebagai sebuah trend keagamaan alih-alih sebagai sebuah sekte Islam menciptakan sebuah preseden yang baik untuk kemunculan, beberapa dekade kemudian, kelompok-kelompok reformis lainnya yang dalil-dalilnya memiliki kesamaan dengan dalil-dalil Wahhabisme.

561

560

Idris, hal. 6. 561

Vassiliev, hal. 157.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 201

BAB V Para penentang dan Kritik yang ditujukan kepada Muhammad

ibn Abdul-Wahhab

Alam dan Pentingnya Cobaan serta Godaan

alam berbagai tempat dalam Qur’an, Allah telah menjelaskan bahwa orang beriman seharusnya berharap keimanannya akan diuji dan dicoba. Contohnya, Allah berfirman,

أحسب الناس أن ي ت ركوا أن ي قولوا آمنا وهم ال ي فت نون ( ولقد ف ت نا الذين من ق بلهم ف لي علمن الله الذين 1)

(1لدقوا ولي علمن الكاذبي )“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya

kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. al-Ankabuut 29:2-3).

Allah juga berfirman,

أم حسبتم أن تدخلوا اتنة ولما يأتكم مثل الذين خلوا هم البأساء والضراء وزلزلوا حت ي قول من ق بلكم مست

D

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 202

الرسول والذين آمنوا معه مت نصر الله أال إن نصر الله قريب

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu

sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan

Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS, al-Baqarah 2:214).

Ibn Abdul-Wahhab sendiri mengenal “hukum alam’ yang telah Allah ciptakan untuk manusia ini. Suatu kali beliau menulis, “Seorang [ulama] bertanya, ‘Apakah yang lebih disukai, dicoba dan diuji atau ditegakkan dan diberikan kekuatan?’ Dia menjawab, ‘Dicoba dulu dan kemudian ditegakkan.’ Imam al-Syafi’i, rahimallahuanhu, juga ditanya, ‘Apakah yang lebih baik bagi seseorang, apakah dia ditegakkan dan diberikan kekuatan atau dia diuji dan dicoba?’ Dia menjawab, ‘Tak ada penegakkan untuknya sampai dia diuji. Allah juga tentu saja menguji rasul-rasul-Nya. Ketika mereka memperlihatkan kesabaran, Dia menguatkan mereka.’”562

Catatlah bahwa perjuangan ibn Abdul-Wahhab mengambil bagian perjuangan yang paling hebat dari seseorang. Lebih mudah mengidentifikasi seorang penentang yang datang dari luar dan menyeru orang-orang untuk menolak atau memberontak melawan orang-orang luar. Akan tetapi, perjuangan ibn Abdul-Wahhab lebih banyak ditujukan untuk menentang orang-orang yang sebenarnya Muslim namun telah kehilangan visi Islam yang sebenarnya. Kebanyakan yang mereka lakukan, tidak mempermasalahkan bagaimana salah dan mungkarnya itu, dikerjakan di dengan atas nama Islam dan dengan persetujuan “para ulama” dan para penguasa. Tentu pembaca dapat membayangkan bagaimana jadinya seseorang yang datang dan mengatakan bahwa jalan Islam yang diikuti orang-orang ini bukanlah Islam yang sepatutnya. Inilah medan dimana ibn Abdul-Wahhab berperang. Tak ada kesangsian bahwa akan banyak orang yang mencoba mempertahankan “status quo” dan apa yang mereka lakukan.

Sebuah Catatan Mengenai Metodologi

562

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 3, Mukhtasar Zaad al-Maad, hal. 164.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 203

Dalam mempelajari kehidupan dan ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab, seseorang akan dengan cepat mendapati pernyataan tentang beliau yang saling bertentangan satu sama lainnya secara ekstrim. Beberapa orang menganggapnya sebagai seorang pemimpin Muslim yang hebat sementara lainnya mendeklarasikan beliau sebagai seorang ahli bid’ah yang hebat atau bahkan kafir. Hal ini kemudian memunculkan sebuah pertanyaan tentang Metodologi atau, dengan kata lain, pendekatan yang enak didengar dan logis untuk menyelesaikan pandangan-pandangan yang bertentangan itu. Dalam kasus ibn Abdul-Wahhab, orang menemukan kontroversi yang berkenaan dengan masalah-masalah kesejarahan dan keislaman.

Masalah-masalah kesejarahan dapat didasarkan pada beberapa prinsip yang sangat mendasar dan jelas:

(1) Setiap klaim harus memiliki beberapa ketelitian historis. Dia harus dapat ditelusuri kembali sampai pada kejadian-kejadian yang sebenarnya, apakah melalui saksi mata atau para penghubung yang dikenal dan dapat diterima. Ketika mengambil langkah ini, seseorang dengan segera menemukan banyak klaim yang sama sekali tidak memiliki dasar yang tidak dapat diterima. Tidak dapat diterima untuk mempercayai atau untuk mendasarkan pandangan seseorang pada informasi yang tidak diverifikasi seseorang. Ini adalah prinsip Qur’an. Maka, setelah mengutip ayat,

يا أي ها الذين آمنوا إن جاءكم فاسق بنبإ ف تب ي نوا أن تصيبوا ق وما بهالة ف تصبحوا على ما ف علتم نادمي

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa

suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan

kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. al-Hujuraat 49: 6)

Ibn Abdul-Wahhab menulis bahwa jika beberapa iblis menyatakan tentang seseorang, wajib untuk tidak terburu-buru mempercayainya, tanpa memverikasi kebenaran masalahnya. Beliau mengatakan yang penting adalah “bahwa seseorang tidak terburu-buru dan seseorang tidak seharusnya berbicara tanpa memverifikasi masalahnya, atau kebohongan akan menyebar.”563

563

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, p. 284.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 204

(2) Jika poin (1) tidak cukup menyelesaikan konflik dan masalah nampaknya berada antara apa yang diceritakan para pendukung dan apa yang diceritakan para penentang, seseorang kemudian bisa berpaling kepada laporan-laporan lain yang kelihatannya dari orang yang berpengetahuan (jika memungkinkan, saksi mata), para reporter yang tidak berat sebelah dan objektif. Akan tetapi, poin-poin berikut juga mesti menjadi pertimbangan. (3) Tanda seorang reporter atau penulis itu berat sebelah dan tidak objektif adalah ketika dia berulang-ulang membuat klaim-klaim yang tidak bisa dikuatkan atau yang berlawanan dengan fakta yang terbangun. Jika hal ini seringkali didapati dari sebuah sumber, sumber itu tak dapat dipertimbangkan lagi sebagai sumber yang dapat diandalkan. Setiap informasi yang datang dari sumber seperti itu seharusnya, setidaknya, diperlakukan secara skeptik, jika tidak ditolak sama sekali. (4) Satu poin sangat penting yang memainkan sebuah peran kritis disini adalah fakta bahwa tak ada satu pun penentang Muhammad ibn Abdul-Wahhab pernah mengklaim bahwa mereka dipaksa atau terdapat pernyataan-pernyataan, tulisan-tulisan atau literatur dari Muhammad ibn Abdul-Wahhab, anak-anak keturunannya atau para pengikutnya yang lain yang dikenal dan tersedia secara luas. Karenanya, analisis mengnai ajaran-ajaran “Wahhabi” harus didasarkan pada tulisan-tulisan dan pernyataan-pernyataan ini. Karena itu, haruslah diakui bahwa setiap klaim mengenai ajaran-ajaran atau kepercayaan-kepercayaan “Wahhabi” yang kontradiktif dengan pernyataan-pernyataan dan tulisan-tulisan ini haruslah ditolak dan dinyatakan sebagai keterangan yang keliru dan tidak benar. Tambahan, diharapkan setiap sangkalan terhadap ibn Abdul-Wahhab diisi dengan kutipan-kutipan yang berasal dari tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab yang otentik (atau tulisan putera-puteranya dan lain sebagainya). Jika klaim-klaim dibuat namun kutipan-kutipannya tak pernah diberikan, sudah seharusnya dibunyikan bel peringatan.

Metodologi ini digunakan manakala berurusan dengan pandangan-pandangan yang saling bertentangan dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan Islam yang semestinya terang benderang. Poin-pon essensil itu termasuk:

1. Seseorang akan berharap bahwa semua umat Islam setidaknya sepakat bahwa Qur’an adalah sumber petunjuk utama. Qur’an sendiri jelas-jelas menyatakan prinsip pertama untuk menyelesaikan perselisihan. Allah berfirman,

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 205

يا أي ها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأول األمر منكم فإن ت نازعتم ف شيء ف ردو إل الله والرسول إن كنتم ت ؤمنون

ر وأحسن تأوي البالله والي وم اآلخر ذلك خي

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka

kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama

(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. an-Nisaa 4:59).

Dengan petunjuk ayat yang jelas dan gamblang ini, seseorang berharap setiap klaim yang dikedepankan Muhammad ibn Abdul-Wahhab seharusnya

didukung oleh ayat-ayat Qur’an dan hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Sama juga, orang akan

berharap bahwa setiap sangkalan terhadap Muhammad ibn Abdul-Wahhab

juga dipenuhi ayat-ayat Qur’an dan hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Jika hal itu tak terjadi,

maka metode Qur’an tentang mendamaikan pendapat-pendapat yang bertentangan itu tak pernah ditaati dan peneliti akan berada di satu sisi bersama orang yang dapat mendukung pandanganya dengan teks-teks Qur’an dan Sunnah yang jelas dan tidak samar-samar. 2. Poin lain yang seharusnya diterima oleh semua Muslim adalah bahwa Muslim par excellence dan mutlak, tak diragukan lagi uswah bagi semuanya

adalah Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri dan hanyalah Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Allah berfirman,

لقد كان لكم ف رسول الله أسوة حسنة لمن كان ي رجو الله والي وم اآلخر وذكر الله كثريا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzaab 33:21).

3. Masalah-masalah ibadah khususnya dimana seseorang harus dituntun oleh wahyu. Hanya Allah-lah yang mengetahui bagaimana Dia harus diibadahi. Dengan kata lain, pertanyaan bagaimana Allah harus diibadahi dalam cara yang

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 206

diridlai-Nya adalah diluar jangkauan pengalaman dan akal manusia. Karenanya, seseorang tak memiliki jalan lain kecuali menyandarkan diri pada wahyu dan mengendalikan tindakan dan keimanannya dengan batas-batas wahyu. 4. Hubungan yang dekat dengan poin sebelumnya atau akibat wajar dari poin itu, jika demikian, adalah bahwa setiap peribadatan atau kepercayaan yang baru dan dibuat-buat yang tidak diperkuat oleh Qur’an atau Sunnah adalah bid’ah dan klenik dan tertolak. Dengan kata lain, amalan-amalan seperti itu tak dapat diklaim sebagai ekpresi yang sesuai untuk menyembah Allah. Hal ini

sangat jelas dari kata-kata Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri—dan tak ada seorang Muslim

pun yang meragukan kejujuran apa yang dikatakan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Dalam sebuah

hadits, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata,

را ف عليكم بسنت و سنة فإنه من يعش منكم فسي رى اختالفا كثي ها بان واجد و إياكم و اتلفاء الراش دين المهدي ي عضوا علي

تدثات األمور فإن كل بدعة ضاللة

“Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih hidup niscaya bakal menyaksikan banyak perselisihan. karena itu berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah

Khulafaur Rasyidin yang lurus (mendapat petunjuk) dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah olehmu hal-hal baru karena sesungguhnya semua bid'ah itu

sesat." (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih)564

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) juga berkata,

من أحدث ف أمرنا هذا ما ليس منه ف هو رد

“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka dia tertolak.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim.)

564

Hadits ini shahih. Diriwayatkan dengan kalimat berbeda, oleh Ahmad, Abu Daawud, al-Tirmidhi, ibn Hibbaan, ibn Abu Aasim, al-Baihaqi, al-Haakim dan yang lainnya. Untuk uraian yang rinci mengenai derajat hadits ini, lihat Zarabozo, Commentary, vol. 2, hal. 1044-1046.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 207

5. Generasi Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) adalah generasi terbaik. Mereka mengikuti petunjuk

yang datang kepada mereka langsung dari Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri. Pada gilirannya,

generasi-generasi selanjutnya menjadi generasi terbaik selanjutnya. Hal ini

dinyatakan oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) yang berkata,

ر أمت ق رن ت الذين ي لون هم ت الذين ي لون هم خي

“Sebaik-baik ummatku adalah generasiku. Kemudian yang sesudahnya, kemudian yang sesudahnya lagi.” (Riwayat al- Bukhari.)

Karenanya, gagasan-gagasan, konsep-konsep dan cara-cara mengamalkan Islam yang tidak ditemukan di antara generasi pertama atau yang jelas-jelas bertentangan dengan cara berpikir mereka harus, setidaknya diragukan sebagai jalan garis-garis petunjuk yang sejati. 6. Akhirnya, Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah seorang manusia biasa. Karena itu dia tidaklah sempurna. Maka orang bisa saja menyimpulkan dalam hal-hal tertentu bahwa pendekatan atau kesimpulan yang ditariknya adalah keliru. Hal ini tidak segera berarti bahwa orang sekarang mengecilkan arti ibn Abdul-Wahhaab atau bahwa dia tidak dianggap sebagai seorang ulama. Ini adalah poin yang hilang pada kebanyakan pengikut yang lebih setia pada ulama atau pemimpin. Sebagaimana dicatat oleh ibn Abdul-Wahhab sendiri,

setiap orang, kecuali Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), terikat untuk memiliki beberapa pernyataan

yang tertolak. Pada saat yang sama, meskipun, ditemukan kekeliruan padanya, tidak berarti orang bebas untuk menghina atau menyerangnya. Kenyataannya, poin yang lebih penting adalah apakah metodologinya dapat dipercaya dan apakah masalah-masalah utama, tonggak-tonggak sebenarnya dari misinya, beliau didukung dengan kuat oleh Qur’an dan Sunnah.

Motivasi di balik Penentangan terhadap Muhammad ibn Abdul-Wahhab

(1) Sebagaimana digambarkan pada Bab 3, pada masa ibn Abdul-Wahhab, umat Muslim jatuh pada kebodohan yang besar dan telah banyak menyimpang dari jalan lurus yang telah digariskan di dalam Qur’an dan Sunnah. Karenanya, bid’ah-bid’ah dan praktik penyembahan berhala menjadi lumrah. Kenyataannya, hal-hal ini lebih daripada lazim. Mereka menjadi adat istiadat dan budaya orang-orang—kenyataanya, mereka menjadi agama itu sendiri. Maka, sebagaimana ungkapan yang banyak digunakan, “kebenaran menjadi kekeliruan, kekeliruan menjadi kebenaran, bid’ah menjadi Sunnah dan Sunnah menjadi bid’ah.”

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 208

Ketika ibn Abdul-Wahhab datang dengan ajaran yang jelas yang berasal dari Qur’an dan Sunnah, hal itu menjadi sesuatu yang sangat asing bagi orang-orang dan banyak yang merasa kesulitan untuk meninggalkan apa yang telah menjadi agama mereka dan menggantinya dengan apa yang diajarkan orang ini. Hal ini bahkan bisa terjadi pada orang yang memiliki akses pada kebenaran. Catatlah bagaimana Allah menggambarkan Bani Israil ketika mereka mengambil jalan untuk menyembah anak sapi meskipun ibadah itu bertentangan dengan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya. Allah menggambarkan begitu dalamnya rasa cinta untuk idola palsu itu menyusup ke dalam hati-hati mereka dan membuat mereka menyimpang dari jalan yang lurus.

Allah berfirman,

ناكم وإذ أخذنا ميثاقكم ورف عنا ف وقكم الطور خذوا ما آت ي نا وأشربوا ف ق لوبم العجل عنا وعصي بقوة واتعوا قالوا ت

بكفرهم قل بئسما يأمركم به إيانكم إن كنتم مؤمني

“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh

apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" Mereka menjawab: "Kami mendengar tetapi tidak mentaati". Dan telah diresapkan ke dalam hati

mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: "Amat jahat perbuatan yang telah diperintahkan imanmu

kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).’” (QS. al-Baqarah 2:93).

Apa yang sama anehnya adalah fenomena yang digambarkan Allah dalam Qur’an: Kebanyakan orang hanya berhasrat menyembah lebih dari satu Tuhan, sebagaimana dapat dilihat dalam praktiknya, mereka berhasrat menyembah sesuatu yang lebih dekat atau sesuatu yang berbentuk. Maka, Allah berfirman,

إال وهم مشركون وما ي ؤمن أكث رهم بالله

“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).”

(QS. Yusuf 12:106).

Ketika seseorang datang dan menentang sikap yang umum ini, yang hanya memenuhi hasrat palsu manusia, tidaklah mengejutkan jika kemudian dia

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 209

ditentang. Tentu saja, apa yang akan dia seru tidak lain kecuali mengejutkan dan mencemaskan masyarakat biasa. Maka, Allah menggambarkan orang-orang kafir

pada masa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص),

هم وقال الكافرون هذا ساحر وعجبو ا أن جاءهم منذر من ( أجعل اآلتة إتا واحدا إن هذا لشيء 8كذاب )

(9عجاب ) “Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan

(rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: ‘Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta.’ Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal

yang sangat mengherankan.’” (QS. Shaad 38:4-5).

Allah juga berfirman,

الوا أجئت نا لن عبد الله وحد ونذر ما كان ي عبد آباؤنا ق فأتنا با تعدنا إن كنت من الصادقي

“Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh

bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.’”(QS. al-A’raaf 7:70).

(2) Sejumlah besar ketidakbenaran dan kekeliruan menyebar mengenai ibn Abdul-Wahhab dan ajaran-ajarannya – kebanyakannya adalah dari “ulama-ulama” yang, sebagaimana digambarkan pada poin (1) di atas, yang tidak mau menghentikan praktik-praktik klenik dan keberhalaan mereka. Dari permulaannya, seruan ini telah menghadapi segunung klaim-klaim keliru, rumor-rumor jahat dan propaganda berbahaya yang menyerangnya. Salah satu surat pertama yang ditulis kepada para ulama yang ada di luar Najd, sebuah surat yang ditulis oleh ibn Suhaim, dipenuhi dengan kekeliruan dan klaim-klaim berbahaya yang menyerang ibn Abdul-Wahhab. Untuk kebanyakan orang yang ada di luar Najd, ini adalah yang pertama kalinya dan satu-satunya penjelasan yang mereka miliki tentang ibn Abdul-Wahhab dan ajaran-ajarannya. Sama halnya, Dahlan, yang hidup di Mekkah dan karenanya

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 210

memiliki akses kepada orang-orang Muslim yang datang dari seluruh dunia, menulis sejumlah kebohongan dan tudingan-tudingan palsu yang menentang ibn Abdul-Wahhab. Karyanya ini didistribusikan kepada para peziarah dan menyebar ke seluruh dunia dengan bantuan penguasa Mekkah.565 Maka, bahkan para ulama yang tulus dan bersungguh-sungguh juga orang-orang Muslim secara perorangan telah tertipu dengan kebohongan-kebohongan ini dan mengambil sikap negatif terhadap ibn Abdul-Wahhab. Sebagaimana akan dicatat dalam bab yang akan datang, proses yang sama terjadi di masa sekarang dimana beberapa dusta dan kepalsuan yang sama dengan tahun-tahun pertama itu menyebar ke seluruh dunia dengan bentuk-bentuk media yang bebeda. Maka kebanyakan orang yang tidak memiliki petunjuk yang nyata kepada kebenaran ajaran-ajaran dan pesan ibn Abdul-Wahhab telah memiliki opini negatif tentangnya karena pernyataan-pernyataan keliru ini yang telah menyebar ke seluruh dunia muslim pun dunia non-muslim. Tentu saja, seringkali para penulis yang tak bersalah dan objektif menyampaikan kekeliruan ini tanpa menyadari apa yang mereka sampaikan itu sebenarnya tak berdasarkan kebenaran.566 (3) Keadaan politik yang terbangun di sekitar da’wah dan ajaran ini juga menjadi penyumbang pertentangan. Negara yang baru lahir di Najd ini mendirikan dirinya sendiri dalam situasi dimana dia akan dikelilingi oleh sikap permusuhan. Dimulai dengan Bani Khalid di al-Ahsa sampai orang-orang Utsmaniyyah Turki dan Syarif-syarif Mekkah, terdapat sesuatu yang akan terjadi perselisihan cepat atau lambat.567 Malang bagi para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab, kebanyakan orang di dunia Muslim melihat

565

Bandingkan, Ridha, hal. 8. 566

Kadangkala terdapat beberapa dasar untuk sesuatu namun kesimpulan umum yang dibuat darinya tidaklah benar. Contoh dalam hal ini adalah apa yang dikenal dalam logika sebagai “the fallacy of composition”, dimana seseorang membuat sebuah kesimpulan tentang keseluruhan berdasarkan bukti yang hanya berhubungan dengan satu bagian dari apa yang dibahasnya. Al-Abdul-Latif (hal. 73) menyatakan bahwa beberapa orang mencatat kekasaran yang terjadi pada suatu waktu dalam interval pendek dimana beberapa orang Badwi yang menjadi pengikut ibn Abdul-Wahhab dan Negara di al-Diriyyah, dan mereka membuat kesimpulan bahwa yang demikian adalah gambaran da’wah secara keseluruhan yang berasal dari ibn Abdul-Wahhab. Maka, mereka menyetir orang lain menjauh dari seruan itu dengan mengklaim bahwa da’wah ini adalah da’wah yang ekstrim yang kasar kepada yang lain. Hamud al-Tuwaijiri membantah klaim itu dengan mencatat bahwa orang-orang Najd dan mayoritas orang Badwi tak sesuai dengan gambaran itu apapun. 567

Sumber lain penentangan adalah para penguasa picik dari utara Najd. Sejarahwan Haafidz Wahbah menulis bahwa, karena penentangan mereka terhadap keluarga Saud, orang-orang Najd utara menulis kepada Bangsa Turki bahwa slogan keluarga Saud adalah, “Tak ada yang pantas diibadahi kecuali Allah dan ma-hadd adalah rasul Allah,” yang berarti tak seorang pun adalah rasul Allah. Bahkan meski mereka tahu bahwa hal yang demikian itu tidaklah benar, mereka menulis itu dengan tujuan untuk membuat bangsa Turki menjadi musuh besar keluarga Saud. Lihat al-Abdul-Latif, hal. 99.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 211

para penguasa Utsmaniyyah sebagai khalifah resmi dan karenanya setiap penentangan kepada mereka dianggap menentang spirit Hukum Islam.

Tambahan, para Syarif adalah, dianggap, anak keturunan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan

mereka memerintah Hijaz yang diakui oleh semua orang yang melaksanakan ibadah Haji. Karenanya, dari permulaan, kedua penentang yang dicintai dan terhormat itu ada di hati muslim seluruh dunia. Setiap penentangan terhadap orang-orang Utsmaniyyah dan para Syarif dilihat sebagai bid’ah dan penghinaan terhadap Tuhan tentu saja. Di lain pihak, ketika orang-orang Utsmaniyyah dan para Syarif mengakui ancaman sesungguhnya yang diajukan para pengikut ibn Abdul-Wahhab, mereka biasanya menggunakan semua senjata yang mereka miliki untuk menghancurkan sekumpulan Muslim baru yang sedang tumbuh ini. Tidak hanya menggunakan kekuatan militer namun mereka juga menggunakan propaganda. Para penguasa dan para ulama yang berteman dekat itu bekerjasama untuk melukiskan gambaran terburuk tentang ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya. Seperti kekuatan media hari ini – yang seringkali dikontrol oleh pemerintah-pemerintah dan korporasi-korporasi besar – orang banyak dengan mudah dibodohi agar mempercayai dusta-dusta dan klaim-klaim yang menentang ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya.568 Maka, sebagai contoh, sejumlah keputusan keagamaan diberikan di Istanbul menyerang orang-orang “Wahhabi”, dan banyak pengikut serta anak keturunan ibn Abdul-Wahhab kemudian dibawa ke Istanbul, diarak berkeliling dan dieksekusi disana sebagai orang yang memberontak peran sah orang-orang Utsmaniyyah.569

568

Proses seperti ini terus berlanjut di kemudian hari. Mengenai Negara Saudi Ketiga, Muhammad Rasyid Ridha menulis bahwa Raja Hussein menggunakan surat kabar al-Qiblah dalam perangnya menentang orang-orang “Wahhabi.” Dalam publikasi pemerintah itu pada tahun 1336 dan 1337, Raja mencap orang-orang “Wahhabi” sebagai orang-orang kafir dan yang menyatakan orang-orang Muslim sebagai orang-orang kafir. Dia juga mengklaim

bahwa mereka tidak menghormati Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan lain sebagainya. Ridha mencatat bahwa

di balik motivasi serangan-serangan itu adalah politis, karena para penguasa lain menakuti kekuatan Negara baru. Lihat al-Abdul-Latif, hal. 74. 569

Kedutaan Rusia menggambarkan pembunuhan terhadap Abdullah, anak keturunan Saud pada akhir negara “Wahhabi” pertama di Najd pada tahun 1818: “Dijadikan tawanan di al-Diriya dan kemudian dibawa ke ibu kota, pemimpin Wahabi, menterinya dan imamnya dipenggal minggu kemarin. Untuk menambah keagungan kemenangannya terhadap musuh-musuhnya yang bersumpah di kota-kota tempat-tempat lahirnya Islam, sultan memerintahkan rakab (majelis orang-orang kelas atas kekaisaran) untuk bersidang di istana tua di ibu kota. Ditemani oleh kerumunan orang-orang pemalas, tiga orang tahanan dibawa dengan rantai-rantai yang berat … Pemimpinnya dipenggal di depan gerbang utama St. Sophia, menterinya di pintu masuk ke istana dan imamnya di salah satu pasar utama. Mayat-mayat mereka dipajang dengan kepala-kepala mereka di bawah tangan mereka … dan dilemparkan ke laut tiga hari berikutnya. Seri Baginda memerintahkan untuk melaksanakan shalat di seluruh kekaisaran sebagai rasa syukur kepada surga untuk

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 212

(4) Salah satu alasan terbesar untuk menentang ibn Abdul-Wahhab dan keyakinan salafi-nya yang berdasar Qur’an dan Sunnah yang terus dilakukan oleh kelompok-kelompok bid’ah yang ada adalah perhatian mereka untuk mencegah orang mendapatkan petunjuk langsung dari Qur’an dan Sunnah, karena petunjuk yang benar tidak cocok dengan ajaran-ajaran yang mereka yakini. Karenanya, orang mendapati orang-orang sufi dan syiah memainkan peran paling aktif dalam mencoba menolak dan demikian juga menghina dan mengolok-olok Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Al-Abdul-Latif menyatakan bahwa melalui studinya terhadap berbagai penolakan yang dilakukan terhadap ibn Abdul-Wahhab, dia mendapati bahwa mayoritas mereka berasal dari orang-orang Sufi dan Syiah yang secara terbuka mempertahankan bahwa cara-cara keyakinan mereka sendirilah yang merupakan kebenaran.570 Tentu saja, jika seseorang menghapuskan penyembahan kuburan dan pengkultusan orang-orang suci dan imam-imam, sebagaimana yang diupayakan ibn Abdul-Wahhab, orang dapat benar-benar langsung menunjuk bid’ah-bid’ah yang dilakukan orang-orang Sufi dan Syiah.571 Pendeknya, orang dapat mengatakan bahwa mayoritas penentang ibn Abdul-Wahhab datang dari salah satu dari tiga kelompok ekstrimis – yaitu kelompok-kelompok ekstrimis menurut definisi ektrimisme islam. Tiga kelompok itu adalah: Sufi, khususnya Naqshabandi dan Barelwi572, yang dulu juga yang sekarang bersikukuh menentang ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Dalam sejarah

kehebatan senjata-senjata sultan dan pembinasaan sekte yang menghancurkan Mekkah dan Madinah dan membuat para peziarah Muslim menjadi takut dan dalam bahaya. Para debitur yang bangkrut dibebaskan dari penjara … Jumlah-jumlah besar didistribusikan ke masjid-masjid dan madrasah-madrasah sebagai rasa syukur atas kasih sayang yang diberikan…” Dikutip dalam Vassiliev, Hal. 155. Dengan propaganda seperti itu dan perayaan seperti itu atas kematian pemimpin-pemimpin “Wahhabi”, tidaklah mengejutkan bahwa mayoritas orang Turki berpikir buruk kepada orang-orang “Wahhabi.” 570

Al-Abdul-Latif, hal. 75. 571

Al-Abdul-Latif (hal. 75) mencatat bahwa ketika ulama-ulama Madinah pada tahun 1344 H. memberikan fatwa untuk merobohkan kuburan-kuburan dan mausoleum-mausoleum yang dibangun di Madinah, orang-orang Syiah begitu besar rasa gelisahnya. Mereka mencoba sekuat tenaga untuk menolak fatwa itu. Melaui proses inilah kebanyakan mereka mengalihkan perhatian kepada orang-orang “Wahhabi” dan mencoba menolak mereka. Maka hadirlah tulisan-tulisan yang menolak orang-orang “Wahhabi” oleh orang-orang Syiah berikut: al-Aurdubaadi, Muhammad Husain, Hasan Sadr al-Din al-Kaadzimi dan lain-lain. 572

Dua kelompok ini adalah dua kelompok yang memuliakan kuburan, pengikut Ahmad Ridha Khan (1272-1340 H.) dari India. Mereka menyebut diri sebagai ahl al-Sunnah wa al-Jamaah dan mereka masih ada sampai sekarang di daerah anak benua Indo-Pak. Mereka sangat gigih dalam kebencian dan penentangannya terhadap orang-orang “Wahhabi” dan gerakan-gerakan ahl al-Hadits. Mereka tidak mengizinkan menikah, menghadiri

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 213

mereka, khususnya Naqshabandi yang berhadapan dengan orang-orang “Wahhabi”, karena dua kelompok ini tumbuh pada saat yang bersamaan. Sebagaimana dijelaskan oleh Abu-Hakima, Abad ke-18-lah yang menyaksikan “penyebaran para pembangkit ordo Naqshabandi dan gagasan-gagasannya di Hijaz, Syria dan Iraq.”573 Kelompok-kelompok ini adalah kelompok ekstrimis karena perlakuan dan tindakan-tindakan mereka terhadap orang-orang saleh, khsususnya yang telah meninggal di antara mereka. Ekstrimisme mereka

bahkan ditunjukkan terhadap Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan justru jelas-jelas menentang

terhadap apa yang telah Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) peringatkan, sebagaimana beliau (ملسو هيلع هللا ىلص)

bersabda,

ا أنا عبد ال تطرون كما أطرت النصارى ابن مري فإن و رسوله ف قولو اعبدالل

“Janganlah kamu sekalian menyanjung-nyanjungku sebagaimana orang Nasrani menyanjung-nyanjung (Isa) Putera Maryam. Sesungguhnya saya

hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah: ‘Hamba Allah dan utusan-Nya.’” (HR. al-Bukhari-Muslim.)

Lebih jauh, ketika seseorang menyadari bahwa orang Sufi menyandarkan diri pada “pengalaman mistik, terawangan-terawangan” alih-alih kepada apa yang sebenarnya dinyatakan dalam Qur’an dan Sunnah, tidaklah mengejutkan jika terjadi konflik antara mereka dengan ibn Abdul-Wahhab. Menarik mencatat bahwa meski reputasi ibn Abdul-Wahhab adalah orang yang menolak Sufisme dalam totalitasnya574, dalam kenyataannya beliau sebenarnya bahkan jarang menyebutkan atau membahas Sufisme. Kenyataannya, dalam studinya mengenai pandangan-pandangan para pemimpin ajaran-ajaran terhadap Sufisme, al-Makki hanya meliput ibn Abdul-Wahhab dalam empat halaman. Dia memulai pembahasannya dengan mengacu pada tigabelas volume koleksi tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab yang mana, dia menyatakan, tersedia bagi siapa pun untuk membelinya di pasaran. Dia mengatakan bahwa dia telah membacanya dengan sangat teliti volume-

pemakaman, atau shalat di belakang orang-orang “Wahhabi.” Untuk lebih rincinya mengenai sikap mereka terhadap orang-orang Wahhabi, lihat Abdul-Jalil, hal. 135-138. 573

Abu-Hakima hal. xvii. 574

Kebanyakan contoh pernyataan-pernyataan seperti itu dapat diberikan. Contohnya, Sirriyeh menulis, “Gerakan Wahhabi memberikan sebuah contoh pengecualian penolakan yang tegang dan total terhadap Sufisme dan ekspresi terorganisasinya dalam ordo-ordo.” Elizabeth Sirriyeh, Sufis and Anti-Sufis: The Defence, Rethinking and Rejection of Sufism in the Modern World (Richmond, England: Curzon Press, 1999), hal. 22.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 214

volume itu halaman demi halaman dan dia tidak menemukan pendirian, serangan dan penolakan terhadap Sufisme atau Syeikh Sufi manapun dari ibn Abdul-Wahhab.575 Nampaknya Sufisme tidak begitu kuat di Najd, meskipun ibn Abdul-Wahhab menyebut beberapa orang yang mengikuti pandangan-pandangan ekstrim ibn Arabi dan ibn al-Faaradhi.576 Dia juga menunjuk bacaan-bacaan Dalaail al-Khairaat577 dan Raudh al-Riyaahin, kedua karya tersebut dianggap sebagai teks-teks Sufi.578 Namun demikian, dan poin ini mesti ditekankan, inilah alasan amalan-amalan utama itu yang dikritiknya karena kemusyrikan adalah arus utama semua Sufi. Jameelah menulis,

Dengan pengetahuannya yang jelas dan tepat, Syeikh Muhammad ibn Abdul Wahab mendiagnosa penyakit umat Muslim kontemporer, penempelan mereka yang mengerikan terhadap Tashawwuf atau mistisisme … Syeikh Arab ini benar-benar memahami bahwa umat Muslim hari ini telah menjadi kecanduan Sufisme sebagai semacam candu yang membuatnya tertidur dan membuang kekuatan dan vitalitas mereka. Maka berbuatlah sang Syeikh mengadakan kampanyenya melawan semua ikhtilaf-ikhtilaf jalan mistik yang berkonflik dengan doktrin Tauhid atau Keesaan Tuhan, elemen paling esensil dari Islam. Beliau melakukan pertarungan yang tangguh melawan semua bentuk bid’ah seperti penyembahan terhadap orang-orang suci, penyembahan terhadap symbol dan penyembahan terhadap kuburan. Beliau secara khusus mengutuk praktik yang umum berlaku – yang secara diametral bertentangan dengan Sunnah Nabi – yaitu mendirikan masjid-masjid dan mausoleum-mausoleum mengelilingi kuburan dan memerintahkan mereka untuk menghancurkan semua itu suatu kali … beliau dengan penuh gairah menentang praktik-praktik itu seperti penyembahan kepada leluhur, mencari bantuan dari orang-orang yang dikubur di kuburan-kuburan dan memohon perantaraan mereka dengan Tuhan.

579

Lagi, ibn Abdul-Wahhab menyerang amalan-amalan itu namun tak pernah berbicara banyak tentang individu-individu atau syeikh-syeikh Sufi. Namun demikian, akar kebencian mereka terhadapnya karena dia mengkritik, dengan teks-teks yang jelas datangnya dari Qur’an dan Sunnah, praktik-praktik

575

Abdul-Hafidz al-Makki, Mauqaf Aimmah al-Harakah al-Salafiyyah min al-Tashawwuf wa al-Sufiyyah (Kairo: Daar al-Salaam, 1988), hal. 15. 576

Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 189. 577

Keluhan terbesar Ibn Abdul-Wahhab mengenai karya ini adalah bahwa orang-orang memperlakukan karya ini dengan penghormatan dan kekaguman yang lebih besar dibanding terhadap Qur’an. Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 37. 578

Bandingkan, Abdullah Al-Utsaimiin, “al-Rasaail al-Syakhshiyyah li-l-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab,” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 1, hal.102-103. 579

Jameelah, hal. 119-120.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 215

mungkar dimana mereka telah jatuh ke dalamnya. Rafidhah dan Syiah adalah kelompok lain yang selalu menentang “Wahhabi.” Kelompok ini bisa juga dianggap “ekstremis,” karena mereka bersikap ekstrim dalam penghormatan

terhadap Ali ibn Abi Thalib, anggota keluarga Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan imam-imam

mereka. Mereka menganggap imam-imam mereka, anak-anak keturunan Ali, adalah kudus. Ibn Abdul-Wahhab memasukkan mereka sebagai yang pertama memperkenalkan kunjungan-kunjungan ke makam. Kelompok-kelompok lain yang menentang ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya adalah Ashariah dan Maturidiah. Penulis telah mencatat bahwa terdapat pertentangan yang lebih keras lagi. Barangkali karena perbedaan pandangan akademis atau masalah-masalah teoritis mereka. Wallahu a’lam. (5) Penjajahan di masa lalu dan juga dalam era globalisasi yang ada sekarang. Vassiliev menulis, “Menurut sejarahwan Inggris W. Hunter, semua pemerintahan Inggris di India menganggap Wahabbi sebagai sumber bahaya yang permanen terhadap kerajaan India. Faktor yang bisa mendorong sikap negatif terhadap Negara Saudi di antara pegawai-pegawai pemerintahan Inggris pada “the Indian Civil Service” di abad ke-19.”580 Jameelah, membahas kekalahan yang menghancurkan “Wahhabi” di tangan orang Albania Muhammad Ali Pasha pada tahun 1814, dia menulis:

Biasanya pemerintah Inggris, gelisah tentang kebangkitan Islam, namun sekarang mereka merasa senang mendengar apa yang dilakukan oleh Muhammad Ali dan puteranya, Ibrahim, dan mengirimkan delegasi khusus dari India yang dipimpin oleh Kapten George Forester Sadlier untuk mengucapkan selamat kepada mereka. Pada tahun 1900 seorang missionaris Kristen yang terkenal, Samuel Zweimer menulis: “Gerakan Wahhabi ini berakhir dengan cara yang memalukan dan di tataran politik membuktikan tak ada suatu apapun kecuali sebuah akrobat. Kekuatan orang-orang Saudi mestilah sekarang dianggap sebagai masa lalu di Arabia.” Namun demikian, prediksi-prediksi pesimistik ini terbukti salah kurang dari seperempat abad berikutnya …

581

Menakjubkan bagaimana berbagai orang kafir – dan khususnya para penjajah di masa lalu – mendorong orang untuk berbuat syirik. Nampaknya mereka menganggap bahwa amalan-amalan seperti itu sebagai “opium of the people” dan jika mereka dapat tetap dijauhkan dari kebenaran, mereka dapat dimanipulasi. Al-Tuhaami Naqrah dari Tunisia memberikan contoh seperti itu yang dilakukan bangsa Perancis di Tunisia dan bangsa Inggris di Mesir.582 Al-Abud, menggambarkan pada tulisan seorang sejarahwan Perancis tentang

580

Vassiliev, hal. 156. 581

Jameelah, hal. 121-2. Juga lihat, al-Syuwair, hal. 63-71. 582

Al-Tuhaami Naqrah, “Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa Dawatuhu ila al-Tauhid,” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab, vol. 1, hal. 63-64.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 216

Mesir, yang mencatat bahwa dari awal bangsa Inggris dan Perancis keduanya mengerti bahaya da’wah yang menyeru orang untuk kembali kepada jalan Qur’an dan Sunnah. Karenanya, mereka bekerjasama mencoba membuat orang-orang Arab yang lain supaya menentang pengaruh ajaran-ajaran murni ini.583 Ateyya Salem menulis,

Lebih jauh, terdapat beberapa orang yang ingat menetapnya Dr. Kamil Tawil di Eropa untuk memberikan tesis doktoralnya. Dia menemukan beberapa pertukaran dokumen antara Napoleon dan Paus mengenai missi dan kepribadian Syeikh Muhammad Bin Abdul Wahhab. Dokumen-dokumen ini menuntut tindakan agar melawan missinya yang mereka anggap mengancam kepentingan mereka di Timur.

584

Nampaknya kebanyakan pemimpin politik Barat menganggap apa yang diajarkan sebagai ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan Barat, khususnya, selalu melihat Umat Muslim sebagai sebuah ancaman. Karenanya, mereka akan melakukan apapun untuk membiarkan Islam yang benar tenggelam sambil mempromosikan dan memberikan ruang sebisa mungkin pada bentuk Islam yang lain, khususnya Sufisme. Khususnya, alasan terbesar Barat membenci “Wahhabisme” adalah karena “Wahhabisme” adalah kekuatan besar yang dapat menjaga Umat Muslim dari melakukan reinterpretasi keyakinan mereka – yang sebenarnya berarti kehilangan keimanan mereka – agar bisa benar-benar cocok dengan jalan hidup Wertern, kapitalisasi dan globalisasi. Umat Muslim yang sebenarnya yang meyakini keutamaan dan keabadian otoritas Qur’an dan Sunnah akan selamanya mempertahankan hak-hak mereka. Mereka tak akan melupakan keadilan sosial atau apa yang Allah perintahkan kepada mereka, hanya menjadi orang dengan kapitalisasi dan mengeksploitasi sumber-sumber dunia sampai hanya mendapatkan kekayaan yang lebih dan merugikan orang miskin. Lebih dari itu, mereka memiliki sesuatu yang ditawarkan kepada seluruh dunia: ajaran-ajaran sebenarnya yang datang dari Tuhan, juga menentang ketiadaan dan kekosongan spiritual sebagaimana yang disebarkan oleh orang-orang materialistis. (6) Hasrat-hasrat pribadi dan ketamakan. Menurut Ibn Ghannaam, yang hidup pada masa ibn Abdul-Wahhab, terdapat banyak orang yang mengetahui kebenaran da’wah ibn Abdul-Wahhab. Mereka tahu beda antara tauhid sejati dengan menyekutukan Allah (syirik). Akan tetapi, mereka menolak menyampaikan kebenaran. Mereka tak mau menyerahkan prestise dan kedudukan mereka di antara orang-orang. Ibn Ghannaam menyatakan bahwa dalam pertemuan-pertemuan pribadi mereka akan mengakui apa yang dikatakan ibn Abdul-Wahhab dan di hadapan umum mereka akan menolaknya

583

Al-Abud, vol. 2, hal. 431. 584

Ateyya Muhammad Salem, “Lebih jauh,” dalam Abdul Aziz bin Baz, Imam Muhammad Bin Abdul-Wahhab: His Life & Mission (Riyadh: Darussalam, 1997), hal. 10.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 217

dan berpura-pura bahwa mereka mengenalinya sebagai kebenaran. Dia mengatakan bahwa ulama-ulama Najd akan pergi kepada tetua-tetua Badwi dan “memperingatkan” mereka dari mendirikan shalat di tempat-tempat mereka dan medorong mereka agar meneruskan jalan-jalan kemungkaran mereka.585 Ibn Abdul-Wahhab sendiri mencatat bahwa beberapa orang “ulama” tak dapat bergabung dengan da’wahnya bahkan meski mereka mengetahuinya sebagai kebenaran karena kemudian orang-orang akan bertanya kepada mereka jika ini adalah kebenaran yang mencolok, kenapa mereka sendiri tak pernah menunjukkannya sebelum datangnya ibn Abdul-Wahhab? Maka, untuk menyelamatkan reputasi mereka, mereka tak dapat berdampingan dengan ibn Abdul-Wahhab.586 Lebih jauh, sebagaimana ditunjukkan oleh al-Nadwi, terdapat banyak orang di Mekkah dan Madinah yang hidup dari praktik-praktik yang berhubungan dengan makam-makam dan kuburan-kuburan. Pada tahun 1218 H., ketika para pengikut ibn Abdul-Wahhab mengambil kontrol Mekkah dan saat mereka kemudian memasuki Madinah, orang-orang ini kehilangan sumber pendapatan mereka – pendapatan yang tak mendapat persetujuan Syariat. Hal ini membuat mereka menentang orang-orang “Wahhabi” baru dan menyebarkan klaim-klaim keliru untuk menentang mereka.587 Kekayaan, prestise, kehormatan, ketersohoran dan popularitas selalu menjadi cobaan besar bagi manusia. Benar-benar hanya orang-orang dengan keyakinan yang benar dan keimanan yang kuat yang dapat mengatasi cobaan-cobaan ini, mereka menempatkan Allah sebagai yang pertama di hati-hati mereka dan berkorban hanya demi kepentingan Allah. Tak mengherankan mereka yang lemah imannya dan mereka yang tujuan pertamanya adalah dunia ini akan menentang kebenaran bahkan saat mereka mengetahuinya. Dan tidaklah mengejutkan bahwa orang dengan keadaan seperti itu bisa mengambil jalan setiap macam muslihat dan berbohong untuk mendorong orang lain menjauh dari Jalan Lurus. Sesuatu yang hubungannya dekat dengan aspek ini adalah fakta bahwa ibn Abdul-Wahhab mengamalkan apa yang diajarkannya. Adalah satu hal untuk mengajarkan sesuatu dan tak pernah membuat tangan seseorang untuk menghentikan kesalahan yang dilakukan orang-orang. Pengajaran seperti ini mungkin mendapatkan popularitas yang besar namun, dalam perjalanan jauhnya, dia mungkin bisa saja tak memiliki dampak nyata dalam masyarakat. Itulah kenapa semua, termasuk orang-orang mungkar, mau hidup dan berdampingan dengan orang seperti itu. Akan tetapi, sekali kesadaran dan tindakan seseorang mengetahui bahwa dia memiliki kewajiban tidak hanya

585

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 33-34. 586

Lihat surat ibn Abdul-Wahhab dalam Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 20. 587

Al-Nadwi, hal. 179. Sebagaimana telah dilaporkan oleh sejarhwan Mesir al-Jabarti.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 218

kepada dirinya sendiri tapi juga kepada masyarakat, maka kebencian dan pertentangan dimulai. Ibn Abdul-Wahhab mencatat hal ini dengan jelas ketika menyatakan dalam jawaban kepada seorang ulama dari Madinah yang bertanya mengenai friksi antara orang-orang Najd dengan yang lainnya, “Anda telah bertanya tentang alasan perbedaan antara kami dan orang-orang. Kami tidak berbeda tentang hukum-hukum Islam seperti shalat, zakat, shaum, haji dan yang lainnya, tidak juga berkenaan dengan tindakan-tindakan yang dilarang. Hal yang dipikirkan orang-orang baik, kami pikir baik dan apa yang mereka pikir mungkar, kami pikir mungkar. Namun demikian, kami berbuat sesuai kebaikan itu dan membenci demi kebaikan itu dan melarang kemungkaran dan mendisiplinkan orang-orang sesuai dengan itu [dan itulah sebabnya friksi+.”588 (7) Arogansi dan kecemburuan. Menakjubkan bahwa orang-orang sekarang membicarakan ibn Abdul-Wahhab dengan sikap menghina. Mereka membicarakan dia sebagai seorang yang kasar, tak tahu adat, Badwi yang tak berperadaban dan lain lagi yang tak lebih dari itu. Penulis secara pribadi telah mendengar orang-orang Muslim mengacu ibn Abdul-Wahhab dalam gaya seperti ini. Ujian sebenarnya atas nilai seseorang adalah ketaqwaan dan pengetahuannya tentang Allah. Bukanlah kekayaan atau “level of civilization”–nya jika dia menghukumi sesuatu berdasarkan standar-standar Barat, sekular, dan kekafiran. Muhammad ibn Abdul-Wahhab, yang hanya mempersembahkan ajaran-ajaran sebenarnya yang datang dari Qur’an dan Sunnah, adalah sebuah ujian bagi umat manusia. Apakah ajaran-ajarannya yang harus dicintai, didukung dan diikuti tanpa menghiraukan darimana dia datang atau apa latar belakangnya, sepanjang apa yang diajarkannya konsisten dengan Qur’an dan Sunnah? Jika seorang Muslim manapun ragu menjawab pertanyaan ini dengan tepat, dia seharusnya mengingat sikap orang-orang kafir dan ujian yang Allah berikan kepada mereka. Allah berfirman,

وكذلك ف ت نا ب عضهم بب عض لي قولوا أهؤالء من الله عليهم من ب يننا أليس الله بأعلم بالشاكرين

”Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya)

dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya)?" (QS. al-

Ana’am 6:53).

588

Dikutip dalam Nusair, hal. 95.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 219

Para Penentang dan Kritik

Penentangan dimulai kadangkala berbau politis dan kadangkala keagamaan. Seringkali juga, terdapat persekutuan politis dan relijius dalam menentang ibn Abdul-Wahhab. Ini akan dikira bahwa setiap bagian memiliki alasan mempertahankan perhatian masing-masing untuk melawan da’wah ibn Abdul-Wahhab. Maka, orang menemukan pertentangan yang terus berlangsung datang dari Dahhaam ibn Dawaas589 di Riyadh, pemimpin politik, ditemani oleh penolakan-penolakan Sulaiman ibn Suhaim, mutawwa Riyadh. Hal yang sama, bersama dengan penentangan pemimpin al-Ahsa, Syeikh Muhammad ibn Afaliq juga mengirimkan surat-surat yang memperingatkan Amir Utsman mengenai ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab.

Dalam pendahuluan karyanya yang menentang ibn Abdul-Wahhab, Abdul-Aziz al-Abdul-Latif menyatakan bahwa dia mencatat begitu banyak penolakan terdapat ibn Abdul-Wahhab dalam bibliographi dan index-index referensi-referensi berbahasa Arab. Meskipun karya-karya ini dipenuhi dengan kekeliruan dan dusta, karya-karya itu telah disebarkan ke seluruh negeri-negeri Muslim, khususnya masa-masa sekarang (1990-an) dimana kaum-kaum Sufi, Syiah dan Ashariah menyebarkan keyakinan mereka. Sayangnya, selama kebodohan dan bid’ah-bid’ah berurat akar, tulisan-tulisan semacam ini mendapat peneriman di antara orang-orang.590

Para penentang ibn Abdul-Wahhab pertama kali muncul pada masa hidup ibn Abdul-Wahhab sendiri dan mereka muncul di negeri beliau sendiri, Najd. Jelas terlihat dari surat-surat ibn Abdul-Wahhab, dimana beliau menyebutkan setidaknya duapuluh ulama atau para pelajar yang mengambil posisi untuk menyerangnya, kebanyakan mereka menolak secara langsung. Dari penentang-penentang ini, beberapa, seperti Abdullah al-Muwais, adalah para penentang dari awal dan terus berlanjut demikian selama hidupnya. Lainnya, seperti ibn Suhaim, pertamanya mengenali kebenaran da’wah ibn Abdul-Wahhab dan akhirnya justru berbalik melawan beliau. Sisanya yang lain, seperti Abdullah ibn Isa, adalah penentang pada awalnya dan berbalik mengikuti da’wah beliau pada akhirnya.591

Umumnya, upaya-upaya “ilmiah” untuk menolak ibn Abdul-Wahhab dibuat dalam empat pendekatan: (1) menulis surat untuk melawan ibn Abdul-Wahhab; (2) berdebat dengan para pengikut dan ulama-ulamanya, seperti debat ibn Suhaim

589

Aksi-aksi para penentang yang murni politis, seperti Dahhaam, dibahas dalam Bab 2, ketika mempersembahkan kehidupan ibn Abdul-Wahhab. 590

Al-Abdul-Latif, hal. 7-8. 591

Bandingkan, Abdullah Al-Utsaimiin, “al-Rasaail al-Syakhshiyyah li-l-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab,” Buhuuts Asbu al-Syeikh, vol. 1, hal. 108-109.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 220

dengan ibn Shalih di hadapan para pemimpin masyarakat Riyadh; (3) menghubungi ulama-ulama yang ada di luar Najd untuk memperingatkan mereka perihal ibn Abdul-Wahhab dan untuk mendorong mereka agar bekerja melawannya; dan (4) mensirkulasikan buku-buku dan risalah-risalah yang ditulis orang-orang di luar Najd melawan ibn Abdul-Wahhab, seperti saat al-Muwais mendistribusikan buku-buku al-Qabbaani dan ibn Afaliq di Najd.592

Para penentang ibn Abdul-Wahhab pada masa hidup beliau adalah termasuk593:

(i) Sulaiman ibn Abdul-Wahaab, saudara dari Muhammad ibn Abdul-Wahhab, lahir di al-Uyainah dan seorang hakim di Huraimila. Kemudian dia hidup di al-Sudair dan meninggal di al-Diriyyah pada tahun 1208 H. Dia adalah salah satu penentang saudaranya yang kukuh, mencoba membuktikan bahwa Muhammad mengikuti pandangan-pandangan yang bertentangan dengan ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim. Dia tidak saja mencoba meyakinkan orang-orang Huraimila untuk meninggalkan ibn Abdul-Wahhab namun juga mengirimkan buku ke al-Uyainah dimana dia mencoba memperlihatkan kerusakan-kerusakan jalan saudaranya. Khususnya, nampaknya dia tidak setuju dengan saudaranya ketika dalam masalah berkorban dan bersumpah kepada selain Allah. Sulaiman menganggap ini adalah bentuk syirik kecil yang tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam. Dia lebih jauh mengklaim bahwa ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim justru sepakat dengan pandangan-pandangannya.594 Terdapat perbedaan pendapat mengenai apakah akhirnya Sulaiman mengakhiri pertentangannya dan bergabung dengan da’wah saudaranya, Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Ibn Ghannaam, penulis tarikh paling awal, secara spesifik menyatakan bahwa dia menyesali posisinya sebelumnya dan bergabung dengan saudaranya di al-Diriyyah.595 Ibn Bisyr hanya menyatakan bahwa dia pindah ke al- Diriyyah dengan keluarganya dan tetap berada di sana sambil menerima upah tetap596, yang mana bisa jadi atau tidak menjadi sebuah tanda bahwa dia mengubah pandangannya. Terdapat sebuah surat yang kemungkinan ditulis oleh Sulaiman yang mana dia menyatakan bahwa dia menyesali pandangan-pandangan dia yang sebelumnya.597 Al-Bassaam dalam

592

Bandingkan, Al-Utsaimiin, “al-Rasaail,” vol. 1, hal. 111-113. Lihat surat ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 20. 593

Di bawah ini adalah hanya beberapa individu penting. Untuk pembahasan yang lebih komplit mengenai para penentang ibn Abdul-Wahhab dan tulisan-tulisan yang menentang ajaran-ajaran selama masa hidupnya dan setelahnya, lihat al-Abdul-Latif, hal. 30-58. 594

Lihat al-Abdul-Latif, hal. 41. 595

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 142. Al-Abud, Abdul-Aziz ibn Baaz, ibn Sahmaan dan lainnya diyakinkan bahwa Sulaiman merubah jalannya dan benar-benar bergabung dengan saudaranya. Lihat Al-Abud, vol. 2, hal. 207-211. 596

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 120. 597

Teks surat itu dapat ditemukan dalam ibn Sahmaan, hal. 57-61; al-Saabiq, hal. 85-87; al-Husain, hal. 406-409.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 221

Ulamaa Najd mempersembahkan bukti logis untuk memperlihatkan bahwa surat itu adalah palsu dan Sulaiman sebenarnya tak pernah mengubah posisinya.598 Muhammad al-Sakaakir, dalam tesis Masternya, mencoba menolak pandangan al-Bassaam. Al-Abdullatif mempersembahkan bukti lebih lanjut untuk memperlihatkan bahwa Sulaiman tak pernah bergabung dengan para pengikut Muhammad, akhirnya mengutip hadits,

من بطأبه عمله ل يسرع به نسبه “Barang siapa diperlambat oleh amalnya tidak akan dipercepat oleh garis

keturunanannya.” (HR. Muslim.)

Dia lebih lanjut menyebutkan tidaklah aneh jika ada seseorang yang dekat dengan penyeru namun dirinya sendiri tidak percaya pada seruannya. Para nabi dan para Sahabat memiliki kerabat dekat yang justru “keukeuh” menjadi musuh da’wahnya. Anak kandung dan istri Nabi Nuh sendiri menolak percaya padanya. Kenyataannya,

orang hanya perlu berpikir bagaimana Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan pamannya Abu Lahab

sebagai bukti yang cukup bahwa seorang kerabat dekat menolak da’wah seseorang bukanlah suatu tanda bahwa seseorang itu adalah seorang pendusta atau da’wahnya itu keliru.599 Bagaimanapun, pertentangan Sulaiman yang terus berlanjut ataupun penerimannya yang kemudian pada da’wah itu tidaklah mempengaruhi validitas ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab yang jelas-jelas kembali pada Qur’an dan Sunnah. (ii) Sulaiman ibn Suhaim, mutawwa Riyadh, dan ayahnya Muhammad digambarkan Ibn Ghannaam sebagai para penentang ibn Abdul-Wahhab yang paling kukuh. Sulaiman menulis ke al-Ahsa, Mekkah, Madinah dan Basrah agar menakut-nakuti orang supaya menjauh dari ibn Abdul-Wahhab dan ajaran-ajarannya. Dia tak menaruh rasa kasihan dalam upaya-upayanya dan seringkali berdusta serta berbahasa kasar. Tulisan-tulisannya sangat memperdayakan dan seringkali memelintir makna-makna Qur’an dan Sunnah.600 Dia menyebut para pengikut ibn Abdul-Wahhab sebagai Khawarij. Dalam sebuah surat yang ditulis Ibn Abdul-Wahhab kepada orang-orang al-Qasim, beliau menulis, “Telah disampaikan kepada saya bahwa surat ibn Suhaim telah sampai kepada Anda dan bahwa orang yang berpengetahuan disana telah menerima dan mempercayainya. Allah mengetahui bahwa orang itu telah membuat pernyataan-pernyataan [yang

598

Lihat Usrah, hal. 88-89. 599

Lihat al-Abdul-Latif, hal. 41-42. Dia kemudian menyebutkan sejumlah ulama penting, seperti Abdul-Rahmaan ibn Hasan, yang tidak menyebutkan adanya perubahan pandangan Sulaiman. 600

Salah satu surat ibn Suhaim dalam bahasa Arab dan jawaban ibn Abdul-Wahhab dapat ditemukan dalam Umair, vol. 2, hal. 79-91. Sebuah terjemahan bahasa Inggrisnya yang komplit dua surat tersebut dapat ditemukan dalam al-Huqail, hal. 167-187.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 222

seakan-akan dari saya] yang tak pernah saya katakan, atau bahkan saya pikirkan untuk mengucapkannya.”601 (iii) Abdullah ibn Isa al-Muwais dilahirkan di Hurmah dan belajar di Najd sebelum pergi ke al-Syaam. Dia kemudian kembali ke Hurmah dan menjadi hakim. Dia adalah salah satu penentang paling awal terhadap ibn Abdul-Wahhab. Ibn Abdul-Wahhab membantahnya dalam sejumlah tulisan-tulisannya. Dia meninggal pada tahun 1175 H.602 (iv) Muhammad ibn Abdul-Rahmaan ibn Afaliq (w. 1164 H.) adalah berasal dari al-Ahsa dan juga menulis sebuah risalah yang menolak, “mujaddid agama,” yang berarti ibn Abdul-Wahhab. Dalam risalah ini, dia mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tak berarti kepada ibn Abdul-Wahhab untuk mencoba membuktikan bahwa ibn Abdul-Wahhab bukanlah seorang ulama dan hanya untuk mempermalukannya. Contohnya, dia bertanya kepada ibn Abdul-Wahhab mengenai surah al-Aadiyaat dan apa kandungan-kandungan yang bernuansa linguistik dari surah ini: berapa banyak terdapat kata-kata literal Syariat, kata-kata literal kebahasaan, kata-kata yang dibuat literal oleh pemakaian, metaphora-metaphora umum, metaphora-metaphora khusus, dan sekitar duapuluh konsep lingustik seperti itu lainnya. Lebih jauh, ibn Afaliq yang sama ini menulis kepada Utsman, Amir al-Uyainah, memberikan keraguan mengenai ibn Abdul-Wahhab dan mendorongnya untuk berhenti mendukung ibn Abdul-Wahhab. Ibn Afaliq mengklaim bahwa ibn Abdul-Wahhab memegang pandangan-pandangan tauhid yang bertentangan dengan pandangan-pandangan ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim. Utsman mengirimkan sebuah jawaban kepada ibn Afaliq, menolaknya dan menyatakan kembali dukungannya kepada ibn Abdul-Wahhab. Sebaliknya, ibn Afaliq mengirimkan jawaban yang lebih kasar, membuat klaim-klaim keliru mengenai ibn Abdul-Wahhab, dan akhirnya meyakinkan Utsman untuk tidak melanjutkan dukungannya kepada ibn Abdul-Wahhab.603 (v) Muhammad ibn Abdullah ibn Fairuz, yang keluarganya berasal dari Najd, dilahirkan di al-Ahsa pada tahun 1142 H. dan meninggal pada tahun 1216 H. Dia memiliki sejumlah besar guru dan murid dan menulis sejumlah karya. Dia sangat kuat pertentangannya terhadap ibn Abdul-Wahhab, menulis sebuah buklet berjudul al-Risaalah al-Mardziyyah fi al-Radd ala al-Wahhaabiyyah (“Risalah yang menyenangkan dalam penolakan terhadap Wahhabi”). Dia benar-benar dipuji oleh al-Haddaad, yang juga menulis sebuah buku untuk melawan ibn Abdul-Wahhab. Orang dapat melihat begitu rendahnya musuh-musuh ibn Abdul-Wahhab menunduk ketika seseorang menyebutkan bahwa ibn Fairuz ini sebenarnya mengklaim Muhammad ibn Abdul-Wahhab telah lupa bahwa Setan telah berhubungan badan dengan ibunya dan ibunya itu kemudian melahirkan

601

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 11. 602

Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 283. 603

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 42-43.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 223

Muhammad ibn Abdul-Wahhab.604 Murid Ibn Fairuz, Abdullah ibn Dawud al-Zubairi (w. 1225) menulis sebuah karya yang terkenal al-Sawaaiq al-Ruud fi al-Radd ala ibn al-Saud menentang ibn Abdul-Wahhab dan Muhammad ibn Saud. Karya ini dipuji tinggi-tinggi oleh para penentang ibn Abdul-Wahhab.605 (vi) Di Iraq, Ahmad ibn Ali al-Basri al-Qabbaani menulis sejumlah besar buku menolak ibn Abdul-Wahhab, berjudul Fasl al-Khitaab fi Radd Dhalaalaat ibn Abdil-Wahhaab. Karya ini adalah sebagai jawaban terhadap surat ibn Suhaim, yang menyerukan para ulama Iraq untuk menulis penolakan terhadap ibn Abdul-Wahhab.606 Yang lainnya termasuk: Abdul-Aziz ibn Abdul-Rahmaan ibn Adwaan (w. 1179 H.) menulis sebuah risalah kecil yang berjumlah delapanpuluh halaman dalam penolakannya terhadap ibn Abdul-Wahhab.607 Abdullah ibn Ahmad ibn Suhaim (w. 1175) dari al-Majma dan Sudair adalah juga seorang penentang ibn Abdul-Wahhab namun dia tidak terlalu kasar penentangannya dibanding yang lain. Murbad ibn Ahmad al-Wuhaibi al-Tamimi adalah berasal dari Huramila dan, dalam kebenciannya kepada ibn Abdul-Wahhab, pergi ke Sana di Yaman untuk menyebarkan laporan-laporan palsu mengenai ibn Abdul-Wahhab.608 Abdullah ibn Muhammad ibn Abdul-Latif adalah guru dari ibn Abdul-Wahhab di al-Ahsa namun menulis surat penolakan terhadap ibn Abdul-Wahhab yang berjudul Saif al-Jihaad li-Mudda’an al-Ijtihaad (“Pedang Jihad bagi Orang yang Mengklaim Ijtihaad”).

Mereka yang nampak setelah masa hidup ibn Abdul Wahhab termasuk609:

604

Dia dikutip dalam al-Nadwi, hal. 206. Bahkan meski, dia mengambil sudut pandang yang mengerikan seperti itu terhadap ibn Abdul-Wahhab, ibn Abdul-Wahhab berbicara kepadanya dengan kata-kata yang baik. Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 206. 605

Al-Abdul-Latif, hal. 44-46. Al-Abdul-Latif (hal. 46) menyatakan karena besarnya penyambutan buku itu diterima di antara para penentang ibn Abdul-Wahhab, dia mencoba sebisa mungkin untuk memperoleh salinannya namun tak tersedia. 606

Al-Abdul-Latif, hal. 44. 607

Al-Abdul-Latif, hal. 38-39. 608

Setidaknya seorang ulama, al-Bassaam, meyakini bahwa dia mampu mengubah pandangan al-Sanaani mengenai ibn Abdul-Wahhab, dari seseorang yang memuji menjadi orang yang tidak memujinya. Namun demikian, pandangan ini nampaknya menjadi pandangan yang paling lemah dan yang benar adalah yang diperlihatkan dalam catatan kaki bab sebelumnya. Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 39. 609

Faktanya begitu banyak orang dari begitu banyak bagian dunia Muslim yang berbeda-beda berpikir penting untuk menentang ibn Abdul-Wahhab menandakan bahwa ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab ini menyebar dan kemungkinan dianggap sebagai ancaman bagi status quo, kalau tidak tak perlulah ulama-ulama dari berbagai tempat ini menulis penolakan. Sebagaimana akan dicatat di bawah, terdapat mereka yang menulis untuk mempertahankan ibn Abdul-Wahhab juga datang dari semua bagian dunia Muslim. Hal ini

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 224

(i) Di Hadhramaut, Alawi ibn Ahmad al-Haddaad (w. 1232) menulis dua buku untuk menolak ibn Abdul-Wahhab. Karya-karyanya ini sangat penting untuk para penentang ibn Abdul-Wahhab. (ii) Di Tunisia, setelah menerima surat dari Amir Abdul- Aziz ibn Muhammad ibn Saud yang menjelaskan keyakinan-keyakinan ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya, Umar al-Majub (w. 1222) juga menulis sebuah risalah yang menolak “Wahhabi”. (iii) Di Maroko, setelah menerima dua surat dari Saud ibn Abdul-Aziz, Muhammad ibn Abdul-Majid al-Faasi (w. 1227) menulis sebuah risalah menolak keyakinan-keyakinan salafi ibn Abdul-Wahhab.

Beberapa orang yang lebih penting dari para penulis yang datang kemudian yang menentang ibn Abdul-Wahhab termasuk secara berurutan:

(i) Utsman ibn Mansur al-Naasiri (w. 1282) adalah penentang ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab yang kuat, menulis empat buku yang melawannya. Namun, nampaknya dia kemudian menyesali pandangan-pandangannya.610 (ii) Dawud ibn Sulaiman ibn Jarjis al-Baghdaadi al-Naqshabandi yang lahir di Baghdad pada tahun 1231 H. dan meninggal disana pada tahun 1299 H. Dia pergi ke Najd dan belajar kepada Abu Butain. Sekembalinya ke Iraq, dia menulis buku-buku penolakan terhadap keyakinan-keyakinan ibn Abdul- Wahhaab, khsususnya mencoba memperlihatkan bahwa ibn Abdul-Wahhab bertentangan dengan ajaran-ajaran ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim. Sebuah karya yang ditulisnya berjudul Al-Minha al-Wahabiyah fi Radd al-Wahhaabiyyah, dimana dia mencoba membuktikan bahwa orang yang meninggal itu menjalani hidup yang sama dengan orang yang hidup dan mereka mampu melakukan tindakan-tindakan yang sama dengan yang hidup.611 (iii) Di Hijaaz, Ahmad ibn Zaini Dahlaan (w. 1304), mufti madzhab syafii di Mekkah, menulis sejumlah karya yang menyerang ibn Abdul-Wahhab dan pengikut-pengikutnya, termasuk Al-Durar al-Saniyyah fi al-Radd ala al-Wahhaabiyyah. Buku ini telah diterbitkan beberapa kali dan juga bagian dari karya al-Futuhaat al-Islaamiyyah. Kehadirannya di Mekkah memberinya kesempatan yang baik untuk menyebarkan dusta dan keraguan ke seluruh dunia mengenai ibn Abdul-Wahhab.612 Karya-karya Dahlaan adalah beberapa dari karya terburuk yang

membantah klaim-klaim hari ini (seperti Hamid Algar) yang mengatakan bahwa ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab tak pernah memiliki daya tarik apapun atau menyebar kecuali setelah adanya “oil money” yang mengalir ke Saudi Arabia dan mereka menggunakan uang itu untuk menyebarkan propaganda “Wahhabi”. 610

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 50. 611

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 53-54. 612

Beberapa orang percaya bahwa Dahlaan kemungkinan adalah seorang Syiah namun dia menyembunyikan keyakinannya dan mengklaim diri bahwa dia adalah penganut madzhab syafi’i. Orang harus berhati-hati mengenai klaim-klaim seperti itu sebagaimana orang boleh

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 225

berkenaan dengan kepalsuan-kepalsuan dan miskonsepsi-miskonsepsi yang disebarkannya. Muhammad Rasyid Ridha mencatat bahwa dengan kedudukan yang diterima Dahlaan di Mekkah dan tersedianya karya-karya mengenai da’wah disana, sulit untuk mempercayai bahwa Dahlaan tidaklah mengetahui kebenaran ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya. Dia semestinya hanya memilih untuk menulis yang sebaliknya. Dia lebih lanjut berargumen bahkan jika dia tidak melihat tulisan-tulisan itu dan menyandarkan diri hanya pada apa yang dia dengar dari orang-orang, adalah kewajiban baginya untuk memverifikasi laporan-laporan itu dan mencari tahu tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab untuk melihat apakah laporan-laporan itu memiliki kemungkinan untuk benar.613 (iv) Yusuf al-Nabahaani (w. 1350) menjadi salah satu orang yang memimpin penentangan terhadap ibn Abdul-Wahhab pada masanya. Dia menulis karya-karya yang mengkritik ibn Abdul-Wahhab, ibn Taimiyyah dan yang lainnya. Khususnya, dia tidak setuju dengan pandangan-pandangan mereka yang menyatakan bahwa seseorang tidak seharusnya berdoa dan memohon pertolongan dari orang yang sudah mati.614 (v) Seorang Syiah, Muhsin al-Amin al-Aamili (w. 1371) dari Iraq menulis sebuah karya yang menolak ibn Abdul-Wahhab. (vi) Al-Abdul-Latif mencatat bahwa kemungkinan musuh terbesar ibn Abdul-Wahhab hari ini adalah Sufi Naqshabandiyah di Istanbul, Huseyin Hilmi ibn Said Isik (L. 1905 M.). Dia menjalankan sebuah perusahaan penerbitan dan mendistribusikan buku-buku dalam berbagai bahasa yang bebeda-beda untuk melawan Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan keyakinan-keyakinan salafi.615

Tambahan mengenai para penentang yang kukuh dan mereka yang telah menulis penolakan kepada ibn Abdul-Wahhab, di masa lalu terdapat sejumlah ulama yang sepintas lalu telah menulis bagian-bagian pendek mengenai ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya. Sepertinya, para penulis ini tidak benar-benar mempelajari masalahnya secara rinci dan hanya menyandarkan diri pada informasi-informasi keliru yang tersedia kepada mereka. Namun demikian, bahkan informasi keliru semacam ini di masa lalu dapat memiliki dampak yang sangat merusak, sebagaimana akan dicatat nanti. Al-Abdul-Latif menyebutkan sejumlah besar

berhenti mengikuti jalan yang sama yang dilakukan para penentang berkenaan dengan ibn Abdul-Wahhab: membuat klaim-klaim berdasarkan pada perkiraan belaka dan kesimpulan-kesimpulan mengenai niat seseorang. Bagaimanapun juga, apa yang diketahui tentang Dahlan ini adalah bahwa dia menulis sebuah risalah yang mengklaim dapat membuktikan bahwa Abu Thalib, paman Nabi, akan diselamatkan di Surga. Risalah ini salah satu alasan kenapa dia dituduh sebagai seorang Syiah, sebagaimana Abu Thalib, ayah Ali (RA), sangat dikasihi oleh orang-orang Syiah. Bandingkan, al-Saabiq, hal. 56. 613

Ridha, hal. 9. 614

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 55-56. 615

Beberapa karya Isik telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, seperti Advice for the Wahhabi dan The Religion Reformers in Islam.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 226

karya-karya seperti itu. Karya-karya dalam tataran ini termasuk karya ibn Abidiin dalam Haashiyah, catatan-catatan al-Saawi terhadap penjelasan Qur’an yang dibuat oleh “dua Jalaal,”616 karya Muhammad Labib al-Batnuni al-Rihlah al-Hijaaziyyah,617 karya Muhammad Abu Zahrah Tarikh al-Madzaahib al-Islaamiyyah,618 Muhammad al-Bahi619 dan karya-karya lainnya. Al-Abdul-Latif juga mencatat bahwa beberapa ensiklopedia berbahasa Arab mengandung informasi keliru tentang ibn Abdul-Wahhab.620

Kasus ibn Abidiin layak mendapat perhatian lebih. Dalam buku fiqih Hanafinya yang mendapatkan peneriman yang luas, biasanya disebut sebagai Haashiyah ibn Abidiin, dia menulis, sambil berbicara mengenai Khawarji yang menyatakan bahwa

para Sahabat Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) telah murtad,

[Menyatakan para Sahabat Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) orang-orang kafir bukanlah sebuah

syarat yang diperlukan bagi seseorang dianggap sebagai salah seorang

616

Dalam karya ini, al-Saawi mengacu para Wahhabi sebagai Khawaarij. 617

Dalam karya ini, sang penulis mengklaim bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab mencoba menyebarkan keyakinan-keyakinan baru di antara ummat Muslim dan menjadi ekstrim. 618

Muhammad Abu Zahrah sangat dikenal sebagai teoritikus perundangan dan ahli hukum Mesir abad ke-20. Dia membahas “Wahhabi” dalam dua karyanya. Dalam salah satu dari dua karya itu, dalam sejarah madzhab-madzhab pemikiran dalam Islam, Tarikh al-Madzaahib al-Islaamiyyah, dia memasukkan “Wahhabi” dalam bagiannya pada madzhab-madzhab keyakinan yang belakangan atau baru. Dalam kategori ini dia membahas “Wahhabi,” Bahai dan Qadiani. Dalam karyanya ini, dia menganggap “Wahhabi” sebagai sesuatu yang benar-benar berbeda dari gerakan Salafi. Dia juga membahas mereka (wahhabi) dalam karyanya mengenai ibn Taimiyyah, menganggap mereka sebagai para pengikut ibn Taimiyyah. Dalam kedua karyanya ini, dia menggunakan kata-kata yang sangat kasar untuk mendeskripsikan “Wahhabi” dan hanya menekankan sikap-sikap mereka kepada orang lain. Saalih al-Fauzaan telah membahas berbagai pernyataan yang dibuat Abu Zahrah dan telah menulis sebuah jawaban terhadapnya. Bandingkan, Muhammad Abu Zahrah, Tarikh al-Madzaahib al-Islaamiyyah fi al-Siyaasah wa al-Aqaaid wa Tarikh al-Madzaahib al-Fiqhiyyah (Kairo: Daar al-Fikr al-Arabi, tanpa tahun), hal. 199-201; Muhammad Abu Zahrah, Ibn Taimiyyah: Hayaatuhu wa Ashruhu wa Araauhu wa Fiqhuhu (Kairo: Daar al-Fikr al-Arabi, tanpa tahun), hal. 529-531; Saalih al-Fauzaan, “Radd Auhaam Abi Zahrah fi Haqq Syeikh al-Islaam ibn Taimiyyah wa Syeikh al-Islaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab,” Majallah al-Bahuuts al-Islaamiyyah (No. 42, Rabi al-Awal 1409), hal. 137-149. 619

Bandingkan, Muhammad Khalil Haraas, al-Harakah al-Wahhabiyyah: Radd ala Maqaal li-l-Diktuur Muhammad al-Bahi fi Naqd al-Wahhaabiyyah (Madinah: Islamic University, 1396 H.), passim. 620

Khususnya, dia mencatat karya Muhammad Farid Wajdi Daairah al-Maarif al-Qarn al-Ishrin dan karya Muhammad Shafiq Gharbaal al-Mausuah al-Arabiyyah al-Maisirah. Lihat al-Abdul-Latif, hal. 9.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 227

Khawarij.] Keyakinan mereka bahwa orang-orang yang menentang mereka adalah kafir adalah cukup. Hal seperti itu terjadi di zaman kita dengan adanya para pengikut Abdul-Wahhab yang berasal dari Najd dan menguasai dua kota suci [Mekkah dan Madinah] dan mengadopsi madzhab fiqih Hanbali. Namun demikian, mereka percaya kalau mereka adalah Muslim sementara yang menentang keyakinan mereka adalah orang-orang musyrik. Karena itu, mereka mengizinkan pembunuhan terhadap ahl al-Sunnah dan ulama-ulamanya. Allah akhirnya menghancurkan kekuatan mereka dan menghancurkan negeri-negeri mereka dan memberikan kemenangan kepada pasukan Muslim pada tahun 1233 H.

621

Mesti dicatat bahwa ibn Abidiin bahkan tidak mendapatkan nama “pendiri” da’wah ini dengan benar. Nama itu, jelas-jelas ibn Abdul-Wahhab dan bukannya Abdul-Wahhab. Lebih jauh, klaim-klaimnnya mengenai mereka tidaklah benar, sebagaimana nanti akan dibahas, dan pasukan Muslim yang disebutkannya adalah pasukannya Muhammad Ali Pasha yang telah digambarkan sebelumnya sebagai sebuah pasukan tentara yang tidak familiar dengan shalat.

Sayangnya, karena status ibn Abidiin sebagai salah satu ulama Hanafi yang hebat, nampaknya bagian tak signifikan dari sebuah karya berisi 12 volume ini benar-benar berpengaruh pada bagimana yang lain memandang Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Khususnya, ulama-ulama Hanafi/Deobandi di anak benua Indo-Pak yang dengan sepenuh hati menerima dan mempercayai apa yang dinyatakan ibn Abidiin. Maka, sebagai contoh, ketika Syeikh Khaliil Ahmad al-Suhaarnfuri622 ditanya mengenai Muhammad ibn Abdul-Wahhab dari Najd dan para pengikutnya, dia menjawab bahwa mereka diperlakukan sama dengan Khawarij. Kemudian dia mengutip bagian di atas dari al-Shaami, yang merupakan bagian dari karya ibn Abidiin, dalam karyanya Haashiyah.623 Sama halnya, Muhammad al-Taanuwi, dalam penjelasannya pada Sunan al-Nasaa`i, menjelaskan hadits berkenaan dengan kemunculan Khawarij, mengutip seluruh bagian di atas yang berasal dari

621

Muhammad Amiin ibn Abidiin, Haashiyah ibn Abidiin: Radd al-Muhtaar ala al-Durr al-Mukhtaar Syarh Tanwiir al-Abshar (Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994), vol. 6, hal. 413. Jilid edisi ini menyebutkan, “Diraasah wa tahqiiq wa taliiq” (“study, editing dan penjelasan-penjelasan”) oleh Adil Ahmad Abdul-Mujud dan Ali Muhammad Muawwadz. Dua orang ini tidak mau repot-repot mengoreksi nama dari Abdul-Wahhab menjadi ibn Abdul-Wahhab dan mereka juga tidak mengoreksi pernyataan yang telah dibuat. Hal ini bisa memperlihatkan ketidaktahuan mereka mengenai Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang masih menyebar atau hasrat untuk terus memfitnah beliau masih sangat besar. 622

Dia merupakan ulama hadits yang mengajar di Deoband dan Mazaahir al-Ulum. Dia menulis sebuah penjelasan yang panjang lebar mengenai Sunan Abi Dawud. Dia meninggal di Madinah pada tahun 1346 H. 623

Lihat keseluruhan jawaban al-Suhaaranfuri dalam Sayid Taalib-ur-Rahmaan, Al-Diywabandiyyah: Tareefuha wa Aqaaiduha (Karachi, Pakistan: Dar al-Kitaab wa al-Sunnah, 1995), hal. 247-248. Juga lihat Abdul-Jalil, hal. 189.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 228

ibn Abidiin, dia menyatakan bahwa para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan mereka yang berada di India dan dikenali sebagai “Wahhabi” adalah tidak lain daripada Khawarij.624 Husain Ahmad al-Madani625 membuat kesimpulan yang sama dengan pernyataan ibn Abidiin.626 Ulama lain yang menyandarkan diri pada pernyataan ibn Abidiin adalah Syeikh Rasyid Ahmad al-Kankuhi.627

Banyak dari reaksi yang tidak baik ini adalah hasil dari bagian pendek yang seakan tak berbahaya dalam sebuah kitab fiqih Hanafi. Hasil yang menghancurkan ini menunjukkan pentingnya seorang ulama Muslim agar teliti secara akademis mengenai segala sesuatu yang dia tulis atau ucapkan. Dia harus adil, dia harus meneliti dan dia harus menimbang dengan berat setiap kata yang dia ucapkan. Satu bagian kecil bisa jadi mencapai efek-efek yang panjang sementara sang penulisnya sendiri mungkin berpikir bahwa yang dikatakannya itu tidaklah signifikan oleh karenanya dia hanya mengandalkan pada apa yang didengarnya dari perkataan orang lain tanpa melakukan verifikasi masalah untuk dirinya sendiri. Barangkali setiap ulama, peneliti dan pembicara harus mengingat hadits yang sangat baik digunakan disini:

إن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الل ال يلقي تا باال ي هوي با ف جهنم

“Seorang hamba [manusia] janganlah berkata dengan kalimat yang tidak menyenangkan Allah sementara tidak memikirkan akibatnya dan karenanya

dia akan dilemparkan ke dalam neraka jahanam.” (HR. al-Bukhari.)

624

Lihat Abdul-Jalil, hal. 229; Taalib-ur-Rahmaan, hal. 251-252. 625

Al-Madani adalah seorang ulama hadits yang utama di antara orang-orang Deobandi setelah Anwar Syah al-Kashmiiri. Dia mengambil peran aktif dalam membebaskan India dari Inggris. Dia meninggal pada tahun 1957. Lihat Abdul-Jalil, hal. 144. Untuk bahasan yang komplit mengenai sikapnya terhadap ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab, lihat Abdul-Jalil, hal. 144-184. 626

Lihat Abdul-Jalil, hal. 170, 172, 177,178 dan 179; Taalib-ur-Rahmaan,hal.252-257. 627

Dia adalah direktur University of Deoband dan menulis sejumlah besar buku. Dia meninggal pada tahun 1323 H. Penyandarannya pada ibn Abidiin dicatat dalam karya Abdul-Jalil, hal. 225. Pertentangan terhadap para pengikut ibn Abdul-Wahhab mencapai proporsi seperti itu di India yang pada tahun 1926 M. sebuah konferensi diselenggarakan yang mana menghasilkan sebuah deklarasi yang menentang Raja Abdul-Aziz dan sebuah telegram dikirimkan kepada Pemerintah Inggris yang meminta mereka atas nama ummat Muslim India agar menggunakan kekuatan militer dan politiknya untuk melawan Raja Abdul-Aziz di Hijaz. Lihat Abdul-Jalil, hal. 28.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 229

Hadits lain dalam Shahih al-Bukhari menyatakan,

ها يزل با ف النار في إن العبد ليتكلم بالكلمة ما ي تب ي أب عد تا ب ي المشرق

“Seorang hamba [manusia] janganlah berkata dengan kalimat tanpa bertabayun dan karenanya dia akan direndahkan di Neraka yang jauhnya itu

seperti antara timur.”

(Yang menarik lainnya namun sama halnya dengan kesalahpahaman atau karena kurangnya penelitian ilmiah terjadi di Afrika Utara atau Afrika sub-Sahara. Di Abad kedua Hijriah terdapat gerakan Abaadhi Kharajiah di Afrika Utara. Mereka dikenal sebagai “Wahhabi,” karena pemimpinnya adalah Abdul-Wahhab ibn Abdul-Rahmaan ibn Rustum. Muhammad al-Syuwair mengunjungi Mauritania pada tahun 1408 H., sekitar empat belas tahun yang lalu, dan dia bertemu dengan pemimpin umat Muslim disana yang mengatakan bahwa mereka menyukai orang Saudi namun mereka berharap akan menghentikan madzhab “Wahhabi” yang membagi-bagi umat Muslim. Setelah bertanya apa sumber pandangan mereka, mereka mengacu pada aturan-aturan yang diberikan oleh ulama-ulama Afrika Utara, seperti al-Wanshirisi, yang hidup jauh sebelum Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Al-Syuwair menjelaskan kepada mereka bahwa “Wahhabi” itu tak ada hugungannya sama sekali dengan para pengikut ibn Abdul-Wahhab.628)

Karya-karya Pembantah Kritik

Di hadapan serangan gencar yang melawan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab, ulama-ulama dari berbagai dunia Muslim mempertahankan ibn Abdul-Wahhab dan ajaran-ajarannya. Dengan jelas, ibn Abdul-Wahhab sendiri dan murid-muridnya yang pertama mengambil sebab dan mempertahankan ajaran-ajaran itu.629

Ulama-ulama terakhir yang karya-karyanya sangat bermanfaat adalah:

628

Al-Syuwair menulis sebuah buku mengenai pengalamannya di Afrika ini. Dia juga membahas (hal. 96) benar tidaknya kaum penjajah membantu gagasan ini bahwa “Wahhabi” baru sama dengan “Wahhabi” lama. Lihat al-Syuwair, passim. 629

Untuk pembahasan beberapa murid itu, Lihat al-Abdul-Latif, Hal. 59-61. Sama halnya, untuk pembahasan karya-karya yang membantah ibn Abdul-Wahhab dan ajaran-ajarannya, lihat al-Abdul-Latif, hal. 59-69.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 230

(1) Tasis al-Taqdis fi al-Radd ala ibn Jarjis oleh Abdullah ibn Abdul-Rahmaan Abu Butain dari Najd (1194-1282 H.), sebuah karya yang membantah ibn Jarjis. (Karya ini dipublikasikan hanya satu kali, di Mesir pada tahun 1344 H.)

(2) Minhaaj al-Tasis wa al-Taqdis fi al-Radd ala Daawud ibn Jarjis, karya lain yang membantah ibn Jarjis, oleh Abdul-Latif ibn Abdul-Rahmaan ibn Hasan ibn Muhammad ibn Abdul-Wahhab dari al-Diriyyah (1225-1293 H.). (Karya ini dipublikasikan dua kali, sekali di Bombay pada tahun 1309 H. dan sekali lagi di Kairo pada tahun 1366 H.)

(3) Sulaiman ibn Sahmaan (1266-1349 H.) yang merupakan seorang penulis produktif. Dia menulis beberapa karya individual untuk membantah al-Hadaad, Mukhtar Ahmad al-Muayyad, Jamil al-Zahaawi dan lain-lainnya.

(4) Muhammad ibn Naasir al-Haazimi dari Yaman (w. 1283 H.).630

(5) Muhammad Basyir ibn Muhammad al-Sahsawaani dari India (1250-1326 H.). Dia adalah ulama dari India yang pergi ke Mekkah dan bertemu dan berdebat dengan Dahlaan. Di kemudian hari dia menulis sebuah volume besar yang membantah kliam-klaim palsu dan kesalahan interpretasi Dahlaan, yang berjudul Shayaanah al-Insaan an Waswasah al-Syeikh Dahlaan.

(6) Al-Haqq al-Mubin fi al-Radd ala al-Lahaabiyyah al-Mubtadiin oleh Abdul-Karim ibn Fakhr al-Dien dari India, yang hidup sezaman dengan ibn Sahmaan. Karya ini adalah karya yang membantah Dahlaan.

(7) Mahmud Syukri al-Alusi (1273-1342 H.) dari Iraq menulis dua karya vulome besar untuk membantah al-Nabahaani, Ghaayah al-Amaani fi al-Radd ala al-Nabahaani. Dia juga mengkompliti bantahan Abdul-Latif terhadap ibn Jarjis.

(8) Al-Sayyib al-Hitaal fi Kasyf Shibh ibn Kamaal oleh Ahmad ibn Muhammad al-Katlaani, sebuah karya dimana sang penulis membela ibn Abdul-Wahhab dan memperlihatkan bahwa keyakinan ibn Abdul-Wahhab adalah keyakinan Islam yang benar.

(9) Iqaadh al-Wisnaan fi Bayaan al-Khilal aladhi fi Sulh al-Ikhwaan, sebuah bantahan terhadap ibn Jarjis oleh Muhammad ibn Naasir al-Tuhaami, seorang murid dari ulama Yaman, Muhammad ibn Ali al-Shaukaani.631

630

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 14. 631

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 26.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 231

(10) Muhammad Rasyid Ridha dari Mesir (w. 1354 H.) menulis sejumlah artikel untuk membela ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab dalam majalahnya yang terkenal al-Manaar. Tambahan, dia memiliki sejumlah karya ulama-ulama Najd yang dipublikasikan secara bersamaan dalam sebuah anthology.

(11) Dalam majalah al-Muqtataf, Shalih ibn Dakhil al-Jarullaah menulis sebuah artikel yang membantah pandangan-pandangan missionaris Samuel Zweimer mengenai ibn Abdul-Wahhab dan orang-orang “Wahhabi.” Dalam artikel ini, sang penulis menyatakan bahwa terdapat banyak kebingungan mengenai ibn Abdul-Wahhab. Namun, dia sendiri bertemu dengan banyak pengikut ibn Abdul-Wahhab di Suriah, Mesir dan Iraq pada tahun 1318 H. dan dia mendapati dirinya sendiri sungguh-sungguh sepakat dengan keyakinan-keyakinan yang benar-benar berdasarkan Qur’an dan Sunnah.632

(12) Al-Qaul al-Sadid fi Qama al-Hiraazi al-Anid oleh Mahmud Shuwail (1302-1372 H.) dari Madinah. Karya ini adalah bantahan atas karya seorang berkebangsaan Sudan, Muhammad al-Bakri Abu Hiraaz.633

(13) Fauzaan al-Saabiq (w. 1373 H.) yang asal-usulnya dari Bani Dawaasir. Dia pindah ke Najd dan belajar kepada Abdul-Latif ibn Abdul-Rahmaan ibn Hasan ibn Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Dia kemudian pergi ke India dan belajar kepada Sidiq Hasan Khan. Setelahnya, dia berjuang dengan pasukan Abdul-Aziz al-Saud. Raja Abdul-Aziz kemudian mengirimnya sebagai wakilnya ke Damaskus, dimana dia bertemu dan belajar kepada al-Qaasimi, al-Bitaar dan yang lainnya.634 Dia pindah dari sana dan menuju Kairo dimana dia bertemu dan belajar kepada Muhammad Rasyid Ridha dan yang lainnya.635 Dia menulis sebuah karya yang berjudul al-Bayaan al-Isyhaar li-Kasyf Zigh al-Mulhid al-Haaj Mukhtaar, dimana dia membantah serangan-serangan seorang Haji Mukhtaar terhadap orang-orang “Wahhabi.”

Banyak karya yang diterbitkan akhir-akhir ini juga ditulis untuk membela ibn Abdul-Wahhab, Namun karya-karya klasik di atas adalah karya-karya yang paling rinci

632

Lihat al-Abdul-Latif, hal.. 26-27. 633

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 27. 634

Al-Saabiq, datang dari Najd, menulis bahwa di Damaskus pada tahun 1329 H., dia menulis beberapa “ulama” yang menyerang orang-orang Najd dan keyakinan mereka, menyebut mereka “Wahhabi,” “madzhab kelima” dan para ekstrimis. Mengagumkan bagaimana, dan hal ini terus berlanjut sampai sekarang, para penentang “Wahhabisme” akan menyebut seseorang sebagai “Wahhabi” dan mendefinisikan apa yang diyakini dan dipikirkan seseorang, bahkan tanpa menanyakan apakah ini benar-benar yang dia yakini atau pikirkan. Bandingkan, al-Saabiq, hal. 13. 635

Lihat al-Bassaam, vol. 5, hal. 378-383.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 232

dalam membantah buku-buku dan risalah-risalah yang khusus ditulis untuk menyerang Muhammad ibn Abdul-Wahhab.636

Penting untuk dicatat, sebagaimana disinggung dalam bab pendahuluan, bahwa serangan-serangan terhadap Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan ajaran-ajarannya sebenarnya bukan hanya pada pribadi atau “madzhab pemikiran”-nya. Pada kenyataannya, mereka menyerang terhadap kemurnian, agama dan keyakinan

Islam yang tidak terpalsukan – agama Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri dan Sahabat-Sahabatnya.

Karenanya, para ulama yang membantah serangan-serangan itu sebenarnya membela keyakinan-keyakinan ahl al-sunnah wa al-jamaah637 yang sejati. Maka, masalah ini adalah salah satu yang lebih penting daripada membela seorang muslim yang telah difitnah dengan buruk. Tentu saja, ini adalah upaya untuk membela Islam itu sendiri. (Begitulah benar terjadi pada masa ibn Abdul-Wahhab dan begitu juga bahkan lebih pada masa sekarang dimana ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab dan apa yang disebut “Wahhabi” sekali lagi berada di bawah serangan.)

Tinjauan Luas Terhadap Kritik dan Tudingan-tudingan Tanpa Bukti yang Dibuat untuk Menyerang ibn Abdul-Wahhab, Ajaran-ajarannya serta Da’wahnya

Tidaklah mudah membahas, mengkritik atau membantah semua klaim-klaim dan tudingan-tudingan tanpa bukti yang dibuat untuk menyerang ibn Abdul-Wahhab dan ajaran-ajarannya dalam sebuah bab dari sebuah buku. Salah satu karya yang lebih komprehensif dalam topik ini adalah karya al-Abdul-Latif, Da’aawa al-Munawi`in li-Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab: Ardh wa Naqd. Topik-topik yang dia bahas menyediakan sebuah tinjauan luas yang bagus

636

Di antara karya-karya yang ada akhir-akhir ini, penulis benar-benar mengambil manfaat dari karya Abdul-Aziz al-Abdul-Latif, Daawaa al-Munawieen li-Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab: Ardh wa Naqd. Namun demikian, artike-artikel lain yang direkomendasikan termasuk juga karya Abdul-Rahmaan Umairah, “al-Syubhuhaat allati Utsiirat Haul Da’wah al-Syeikh al-Imaam ibn Abdil-Wahhaab,” Abdul-Karim al-Khatib, “al-Syubuhaat allati Utsiirat Haul Da’wah al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa al-Radd alaihaa,” dan karya Muhammad Yusuf, “al-Syubuhaat allati Utsiirat Haul Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa Mamaatsaltuha bi- Syubuhaat Haul Da’wah al-Syeikh al-Maududi.” Karya-karya ini tersedia dalam volume 2 dari Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991). Secara khusus, al-Khatib (vol. 2, hal. 182-211) memiliki sebuah bantahan terperinci terhadap karya Dahlaan. Kita juga harus melihat karya Saalih al-Fauzaan, “Taqiibaat ala ma Dzakarahu al-Ustaadz Abdul-Kariim al-Khatiib fi Kitaabihi al-Da’wah al-Wahhaabiyyah wa Muhammad ibn Abdil-Wahhaab,” *Majallah] Kulliyah Ushul al-Deen (Muhammad ibn Saud Islamic University, Vol. 1, 1397-1398 A.H.), hal. 67-87. 637

Yaitu, orang yang mengikuti sunnah dan jamaah Islam pertama.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 233

mengenai tipe-tipe tudingan-tudingan tanpa bukti dan kitik-kritik yang dibuat.638 Al-Abdul-Latif menyentuh topik-topik berikut dengan rincian:

I. Pemalsuan-pemalsuan mencolok mengenai da’wah ibn Abdul-Wahhab

A. Klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab mengklaim kenabian dan merendahkan Nabi

.(ملسو هيلع هللا ىلص)

B. Klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab menda’wahkan anthropomorphisme.639

638

Karya lain yang bagus namun dalam presentasi yang singkat tentang poin-poin bahwa ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya berbeda dapat ditemukan dalam al-Ajilaan, hal. 132-161. 639

Untuk bantahan terhadap tudingan tanpa bukti bahwa ibn Abdul-Wahhab adalah seorang anthropomorphist, lihat ibn Sahmaan, hal. 214-277. Dalam bab 3, beberapa keyakinan berkenaan dengan nama-nama dan sifat-sifat yang diberikan. Singkatnya, beliau tak pernah menghubungkan sifat-sifat manusia apapun pada Allah, yang biasa disebut anthropomorphisme. Tentu saja, beliau mensifati Allah dengan apa saja yang Allah dan

Rasul (ملسو هيلع هللا ىلص) sifatkan pada-NYA. Ini termasuk semisalnya Allah memiliki tangan namun

tangan Allah benar-benar berbeda dengan tangan dalam pengertian tangan manusia, karena ini adalah tangan yang hanya cocok dengan keagungan dan kebesaran-NYA. Pandangan ibn Abdul-Wahhab ini sebenarnya adalah pandangan ulama-ulama terdahulu dan utama sepanjang sejarah Islam. Hanya ulama-ulama akhir yang berselisih dengan pendekatan ini. Al-Arnaut menulis dalam pendahuluan buku Zain al-Dien al-Maqdisi, Aqawil al-Tsiqaat fi Tawil al-Asmaa wa al-Sifaat wa al-Ayaat al-Muhkamaat wa al-Musytabihaat, sebuah buku yang mengutip ulama-ulama mutaqaddimin untuk membuktikan bahwa pandangan tentang sifat-sifat Allah yang dikenal dengan pandangan salafi adalah pandangan yang benar menurut Qur’an dan sunnah, “Saya yakin bahwa orang yang membaca buku ini [buku al-Maqdisi] dengan penuh perhatian dan bersungguh-sungguh akan mendapatkan hati dan pikirannya dipenuhi dengan pendirian cara pendekatan salaf yang benar berkenaan dengan sifat-sifat Allah. Ini adalah pendekatan yang terbaik, terkuat dan yang paling mendapat petunjuk. Dia [pembaca] akan menolak, dengan kesenangan dan pendirian, yang telah ditulis dalam buku-buku ulama-ulama mutaakhirin bahwa pendekatan salaf lebih aman namun pendekatan ulama-ulama mutaakhirin lebih bijaksana dan lebih cerdas. [Pembaca] akan dengan jelas menyatakan bahwa pandangan [ulama-ulama mutaakhirin] adalah keliru dan bertentangan dengan petunjuk Sunnah dan Qur’an. Pernyataan yang benar yang berdasarkan Sunnah Nabi dan Kitab Allah yaitu jalan salaf yang paling cerdas, paling bijaksana dan paling aman.” Syuaib al-Arnaut, pendahuluan untuk karya Zain al-Dien al-Maqdisi, Aqawil al-Tsiqaat fi Tawil al-Asmaa wa al-Sifaat wa al-Ayaat al-Muhkamaat wa al-Musytabihaat (Beirut: Muassasat al-Risaalah, 1985), hal. 8. Salah satu contoh yang paling awal dari seseorang yang bertanya tentang sifat-sifat ini dan meminta penjelasan mengenai sifat-sifat itu pada masa Imam Malik. Seorang lelaki datang padanya dan berkata, “Wahai Abu Abdullah *Imam Malik+, *mengenai ayat,+ ‘Allah bersemayam di atas Arsy,’ bagaimana bersemayamnya?” Jawaban

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 234

C. Klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab mengingkari pertalian keajaiban-keajaiban orang saleh.640

II. Kesalahan-kesalahan Konsepsi mengenai da’wah ibn Abdul-Wahhab yang membutuhkan sebuah pemahaman untuk melihat sifat dasar yang benar apa yang dida’wahkan ibn Abdul-Wahhab dan bagaimana para penentangnya mencoba menyimpangkannya.641

A. Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyebutan orang lain non-Muslim dan berperang melawan mereka.

i. Pemalsuan-pemalsuan melawan ibn Abdul-Wahhab mengenai pernyataannya Muslim menjadi non-Muslim.

ii. Klaim-klaim bahwa “Wahhabi” adalah Khawarij, bahwa tanduk setan muncul dari Najd dan lain sebagainya.

iii. Klaim-klaim bahwa “Wahhabi” memasukkan di antara tindakan-tindakan yang meniadakan aspek-aspek Islam yang tak ada seorang pun sebelum mereka memasukkannya.

Imam Malik adalah, “Pengandaian tindakan-NYA tidaklah diketahui. Namun kebersemayaman-NYA di arsy tidaklah tidak diketahui. Mengimaninya adalah wajib. Menanyakan tentang itu adalah sebuah bid’ah. Dan saya curiga kalau kamu adalah ahli bid’ah.” Narasi ini dari Malik, dengan beragam kalimat yang berbeda, dapat ditemukan dalam berbagai karya. Untuk pembahasan mengenai jalur periwayatan dan maknanya, lihat Jamaal Baadi, Al-Atsaar al-Waarada an Aimmat al-Sunnah fi Abwaab al-Itiqaad min Kitaab Siyar Alaam al-Nubalaa (Riyadh: Dar al-Watan, 1416 H.) vol. 1, hal. 226-231. 640

Isu ini dulu dan sekarang adalah isu yang sangat penting di kalangan Sufi dan lainnya yang mempercayai keajaiban-keajaiban yang dimiliki orang shaleh dan “para wali” pada masa hidup mereka pun demikian pula ketika mereka sudah meninggal. Hal ini ditegaskan dalam Qur’an dan Sunnah bahwa hal-hal seperti itu dapat terjadi, karena Allah punya kuasa atas segala sesuatu. Ibn Abdul-Wahhab menyatakan keyakinannya berkenaan dengan topik ini, “Saya mengiyakan keajaiban-keajaiban orang shaleh dan apa yang mereka miliki nampaknya benar. Akan tetapi, hal itu tidak memberi mereka hak dengan hak-hak yang dimilki Allah. Lebih jauh, tak ada tindakan yang hanya dalam kemampuan Allah mesti dicari dari mereka.” (Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 10-11.) Dua poin terakhir yang beliau masukkan secara eksplisit, yang juga jelas berasal dari Qur’an dan Sunnah, yang menyebabkan kegemparan mengenai keyakinan-keyakinan beliau. 641

Sebagaimana dijelaskan Abdul-Latif (hal. 157), kategori ini diletakkan antara menjadi pemalsuan yang benar-benar pemalsuan dan kasus salah menggelar fakta-fakta atau membuat konklusi-konklusi yang keliru.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 235

iv. Klaim-klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab bertentangan dengan ajaran-ajaran ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim pada persoalan menyatakan seseorang telah kafir.642

v. Klaim bahwa syirik tak akan pernah muncul dalam Umat Muslim.643

vi. Klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab mempergunakan ayat-ayat yang mempercakapkan orang-orang musyrik untuk orang-orang Islam.644

vii. Klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab memberontak melawan penguasa-penguasa Utsmaniyyah.

B. Larangan al-tawassul (mencari alat untuk mendekati Allah)645.

C. Larangan mencari perantaraan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص).

III. Keberatan-keberatan terhadap beberapa masalah yang berhubungan dengan Da’wah.

A. Penghancuran makam-makam dan mausoleum-mausoleum dan juga larangan menziarahinya.

B. Membagi tauhid menjadi tauhid al-rubuubiyah dan Tauhid al-uluuhiyah.646

642

Topik ini tak akan dibahas disini. Pembaca yang tertarik bisa memeriksa al-Abdul-Latif, hal. 207-218. 643

Klaim ini akan dibahas dalam bab berikutnya. 644

Topik ini tak akan dibahas disini. Pembaca yang tetarik bisa memeriksa al-Abdul-Latif, hal. 227-232. 645

Kata tawassul punya tiga arti. Para ulama Muslim telah sepakat tentang dua di antaranya: pertama, yang merupakan dasar iman dan Islam, yaitu tawassul melalui iman kepada beliau (Rasulullah) dan taat kepadanya; kedua, adalah doa dan syafaat beliau. Ini adalah baik. Kedua makna ini telah disepakati kaum Muslimin. Barangsiapa menolak tawassul dengan salah satu makna ini maka ia kafir murtad. Diampuni jika ia bertaubat, bila tidak, ia harus dibunuh dalam keadaan murtad. Jadi tawassul dengan percaya dan taat kepada Rasulullah adalah dasar agama. Kenyataan ini telah diketahui orang . Dengan demikian, barangsiapa menolak doa, syafaat dan manfaatnya bagi kaum Muslimin, maka ia kafir. Tapi, ini lebih ringan daripada yang pertama. Barangsiapa menolak karena kebodohannya ia diampuni dari dosa, jika terus menerus ingkar maka ia murtad. (Ibnu Taimiyah, At Tawassul wa al Wasilah, Darul Ifta’ 1984, Riyadh – dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Tawassul dan Wasilah oleh Su’adi Sa’ad, PUSTAKA PANJIMAS, Jakarta, Cet. Pertama, 1987, hal. 1.) – Pent.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 236

C. Penolakan memohon kepada orang yang sudah mati.

Tambahan, pada poin-poin yang disebutkan dan dibahas oleh al-Abdul-Latif, terdapat tudingan tanpa bukti lain yang dibuat untuk melawan ibn Abdul-Wahhab. Contohnya, diklaim bahwa beliau merendahkan Imam Empat dari empat madzhab fiqih Sunni,647 bahwa beliau memproklamirkan dibukanya pintu ijtihaad dan memproklamirkan dirinya sendiri sebagai seorang mujtahid yang sesungguhnya.648 Barangkali apa yang diliput dalam Bab 3 cukup untuk membantah klaim-klaim tipe ini. Disebutkan juga bahwa ibn Abdul-Wahhab menafsirkan Qur’an berdasarkan pendapat pribadinya dan bahwa dia dan para pengikutnya hanya mentaati hadits yang konsisten dengan pandangan-pandangan mereka. Al-Hadaad Alawi juga mengklaim bahwa ibn Abdul-Wahhab tidak mempercayai hadits tapi hanya mengimani Qur’an.649 Juga diklaim bahwa ibn Abdul-Wahhab dan para

pengikutnya benci mengucapkan shalawat untuk Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص).650

Karena pertimbangan-pertimbangan ruang, dalam karya ini beberapa topik di atas akan dibahas dalam beberapa detail, yang lainnya akan dibahas secara singkat dan lainnya lagi tidak akan dibahas melebihi beberapa poin yang telah dibuat.

Tudingan Bahwa ibn Abdul-Wahhab Mengklaim Kenabian

Ibn Abdul-Wahhab menulis, “Saya percaya bahwa nabi kita Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص)

adalah penutup para nabi dan para rasul. Keimanan seseorang belumlah berarti

sampai seseorang itu yakin akan kenabiannya (ملسو هيلع هللا ىلص) dan bersaksi akan

kerasulannya (ملسو هيلع هللا ىلص).”651 Dia juga menulis, “Yang terbesar [dari hak-hak seorang

646

Pandangan Ibn Abdul-Wahhab terhadap masalah ini dipaparkan dalam Bab 3. Mengenai kritik-kritik beliau pada poin ini, pembaca yang tertarik bisa memeriksa al-Abdul-Latif, hal. 328-346. 647

Lihat Yusuf, vol. 2, hal. 273-276. 648

Saudaranya, Sulaiman, seorang penganut Syiah al-Amali, Dahlaan, Alawi Hadaad dan lain-lainnya bersuara menentang karena poin-poin ini. Lihat Nusair, hal. 72. Juga lihat Umairah, vol. 2, hal. 57-60. 649

Lihat al-Nadwi, hal. 208. Al-Nadwi mencatat bahwa bahkan pada abad ke-20, Abdullah Yusuf Ali membuat klaim yang sama bahwa orang-orang “Wahhabi” tidak mengambil hadits. Bahkan seorang missionaris, T.P. Hughes, mengetahui lebih daripada itu, menulis, “Wahhabisme kadangkala menunjukkan Protestanisme Islam, dan benarlah demikian, meskipun dengan perbedaan yang mencolok, bahwa sementara Protestanisme Kristen adalah penonjolan otoritas tertinggi Kitab Injil yang kudus dengan penolakan ajaran-ajaran tradisional, Wahhabisme adalah penonjolan ototritas tertinggi Qur’an dengan tradisi-tradisi *yaitu hadits+” Lihat T. P. Hughes, hal. 661. 650

Lihat Umair, vol. 2, hal. 68-74. 651

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 10.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 237

Muslim] adalah hak-hak Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Kesaksianmu akan keimanan membutuhkan

anda agar memberinya kedudukan Rasulullah dan penutup para nabi. Anda harus tahu bahwa jika anda mengangkat salah seorang Sahabat pada kedudukan nabi, dengan demikian anda menjadi kafir.”652 Keyakinan ini sangat jelas terlihat di seluruh tulisan-tulisannya dan tulisan-tulisan anak-anak keturunannya, murid-muridnya dan para pengikutnya. Tak ada seorang pun dapat secara rasional mengklaim sesuatu yang lain berkenaan dengan ibn Abdul-Wahhab.653

Sekarang apa yang dicontohkan memperlihatkan begitu meluasnya musuh-musuh ibn Abdul-Wahhab akan berbuat. Beberapa orang di antara mereka berbuat melebihi batas-batas yang dapat diterima logika dan juga integritas ilmiah. Beberapa dari mereka tak memiliki rasa penyesalan dalam mengatakan hal-hal tentang ibn Abdul-Wahhab yang tak memiliki dasar dalam kenyataan dan yang mana tak dapat dibuktikan dengan cara apapun – kecuali sebuah ilham yang dikiranya dari Tuhan.

Ibn Afaliq menyatakan bahwa Musailamah mengklaim kenabian dengan lidahnya sementara ibn Abdul-Wahhab mengklaimnya dengan keadaan dan tindakan-tindakannya. Al-Qabbaani membuat tudingan tanpa bukti dengan tipe yang sama. Al-Haddaad menulis, “Dia menyembunyikan klaim kenabian. Tanda-tandanya akan menjadi nyata kelihatan melalui “lidah” pernyataannya daripada kata-katanya. Hal ini dibuktikan kebenarannya oleh apa yang dikatakan para ulama: bahwa dari permulaannya Abdul-Wahhab654 sangat bergairah suka membaca tentang mereka yang keliru mengklaim kenabian, seperti sang pendusta Musailamah, Sajaah, al-Aswad al-Ansi, Tulaihah al-Asadi dan yang serupa dengan mereka.”655 Dahlaan menyebutkan klaim yang sama dalam karyanya Khulaasah al-Kalaam dan al-Durar al-Sanniyyah fi al-Radd ala al-Wahaabiyyah, menyatakan, “Ini keluar dari pernyataan Muhammad ibn Abdul-Wahhab bahwa dia mengklaim kenabian. Namun demikian, dia tak memiliki kemampuan untuk menyatakannya secara terbuka”656 Banyak lainnya juga membuat klaim yang sama.657

Masalah pertama, tentu saja, adalah jika ini adalah sesuatu yang dia sembunyikan dalam hatinya, bagaimana bisa seseorang membuat klaim seperti itu tentang beliau, setidaknya, tentu saja, seseorang mengklaim pengetahuan yang tak terlihat

652

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 81. 653

Untuk lebih rinci, lihat al-Abdul-Latif, hal. 78-81. 654

Dia mengatakan Abdul-Wahhab bukannya ibn Abdul-Wahhab. 655

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 82-83. 656

Dikutip dalam al-Husain, hal. 267; Umairah, vol. 2, hal. 55; Yusuf, vol. 2, hal. 282. 657

Lihat al-Abdul-Latif, hal. 83; Umairah, vol. 2, hal. 54-57. Akan sangat panjang jika mencatat semua klaim-klaim keliru mengenai ibn Abdul-Wahhab. Karenanya, hanya beberapa pilihan yang dapat mewakili yang akan dipersembahkan dalam bab ini.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 238

atau mengklaim nabi untuk dirinya sendiri? Tentu saja, klaim ini benar-benar melemparkan keraguan pada orang yang membuat klaim seperti itu. Lebih jauh, apakah tanda-tanda bahwa ibn Abdul-Wahhab membuat klaim seperti itu pada seseorang atau tindakan jika bukan dengan lidahnya? Para penulis yang disebutkan di atas tidak memberikan tanda apapun. Kenyataannya, seluruh kehidupan dan missi Ibn Abdul-Wahhab adalah tentang kembali kepada Qur’an dan Sunnah. Beliau tak pernah, dalam setiap kata-katanya, mengklaim bahwa pernyataan-pernyataannya atau kedudukannya lebih tingggi atau bahkan setara dengan Nabi

Tentu saja, sebagaimana dicatat dalam Bab 2, beliau dengan mudah .(ملسو هيلع هللا ىلص)

mengakui bahwa dia adalah manusia biasa, cenderung membuat kesalahan-kesalahan dan membutuhkan nasihat para ulama yang ada di sekitarnya. Pokoknya telah dibuat sebelumnya bahwa tulisan-tulisannya dan tulisan-tulisan anak-anak keturunannya, murid-murid dan para pengikutnya semuanya tersedia. Bahwa tak ada bukti apapun yang mendukung klaim-klaim dusta dan palsu seperti yang satu ini.

Akhirnya, diketahui mengenai ibn Abdul-Wahhab bahwa beliau tertarik pada kitab-kitab tafsr Qur’an, hadits dan lain sebagainya. Tak ada catatan dari pencatat sejarah manapun bahwa beliau tumbuh membaca tentang atau mengagumi nabi-nabi palsu kuno.

Ringkasnya, sebagaimana dicatat di atas, tuduhan palsu ini memberi sebuah petunjuk mengenai kaliber orang yang berurusan dengannya sementera membahas para penentang ibn Abdul-Wahhab.658

Tudingan bahwa ibn Abdul-Wahhab Merendahkan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

Ini adalah satu dari yang paling pertama dari tudingan-tudingan tanpa bukti yang dibuat untuk melawan ibn Abdul-Wahhab. Ibn Suhaim membuat klaim-klaim seperti itu berkenaan dengan ibn Abdul-Wahhab dan menyatakan tudingan-tudingan tanpa bukti itu dalam surat-surat yang dikirimkannya ke daerah-daerah sekitarnya. Ibn Suhaim menulis, “Dia [ibn Abdul-Wahhab] membakar kitab Dalaail al-Khairaat659 hanya karena memiliki kata-kata, ‘sayyidina,’ dan ‘maulaana’ *ketika

menyebut Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)] … Juga benar bahwa dia mengatakan, ‘Jika aku dapat

menguasai kamar Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) aku akan menghancurkannya.’”660 Dalam suratnya

658

Maka, untuk alasan yang bagus, al-Nadwi (hal. 40) menulis bahwa buku Dahlaan ini begitu penuh dengan kekeliruan-kekeliruan dan pemalsuan-pemalsuan yang seseorang bahkan tidak akan berharap dapat mengandalkannya meski bahkan hanya untuk masalah yang sepele. 659

Kitab ini ditulis oleh Muhammad ibn Sulaiman al-Maghribi dari ordo Sufi Shaadzili. 660

Lihat al-Huqail, hal. 168-169.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 239

kepada para ulama yang ada di Iraq, ibn Suhaim lebih lanjut mengatakan bahwa

ibn Abdul-Wahhab tidak menghormati Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan kedudukannya. Al-Hadaad

kemudian menambahkan pemalsuan-pemalsuan ibn Suhaim. Dia menulis, “Dia

akan merendahkan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) seringkali dalam berbagai pernyataan yang

berbeda, contohnya, [diduga ibn Abdul-Wahhab mengatakan] dia [Nabi] benar-benar tuli yang berarti bahwa dalam menyebarkan missinya seperti seorang tuli yang menyampaikan sebuah masalah dan kemudian pergi. Beberapa dari mereka mengatakan bahwa tongkat mereka lebih baik daripada Muhammad karena berguna untuk membunuh ular dan lain sebagainya sementara Muhammad telah meninggal dan tak ada manfaat apapun yang ditinggalkannya … Sama halnya, dia

tidak suka doa-doa untuk Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan akan menghasut kapan saja dia

mendengar doa-doa itu dan dia akan mencegah doa-doa itu di atas mimbar pada malam jum’at661…”662 Dahlaan bahkan lebih jauh menulis, “*Ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya] mengatakan bahwa Allah mengutus Muhammad dan mewahyukan Qur’an agar dia menyampaikannya pada manusia. Dia [Allah] tidak mengizinkannya menyetujui orang apapun dari dirinya sendiri. Qur’an adalah agama itu sendiri. Karenanya, semua yang datang dari hadits dan apa yang disebut umat Muslim sunnah yang wajib adalah kekeliruan. Tidak dibolehkan untuk beribadah atau bertindak berdasarkan itu.”663

Ibn Abdul-Wahhab sendiri secara eksplisit menyangkal tudingan-tudingan awal ibn Suhaim yang menentangnya. Beliau menyatakan bahwa semua itu adalah benar-benar pemalsuan – kecuali untuk penentangannya pada kitab Dalaail al-Khairaat, dimana beliau menjelaskan bahwa beliau menentangnya karena orang menganggap membaca doa-doa itu lebih baik daripada membaca Qur’an.664

Sebenarnya, semua tulisan-tulisan dan upaya-upaya ibn Abdul-Wahhab sebenarnya jelas-jelas menunjukkan kekeliruan klaim-klaim yang dibuat untuk

661

Tuduhan ini sebenarnya benar. Namun, hal ini menunjuk pada doa-doa seperti itu yang diucapkan setelah seruan untuk mendirikan shalat (adzan) dari mimbar. Ini adalah bid’ah

yang mulai dilakukan orang yang tak pernah dipraktikkan oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), Sahabat-

Sahabatnya dan generasi salafu shaleh. Karena itu, ibn Abdul-Wahhab punya hak dan kewajiban untuk keberatan pada bid’ah seperti itu. 662

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 96. 663

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 97. Tudingan-tudingan Dahlaan dan yang lainnya ini menggelikan, al-Qaseemi sekali menulis, “Kami mohon mereka agar klaim-klaim itu didukung oleh pernyataan yang dibuat ‘Wahhabi’ manapun. Kami bahkan tak meminta mereka dapat mengasalkannya dari Syeikh Muhammad atau dari ulama-ulama mereka … Kenyataannya, kami meminta dari mereka agar mampu mengasalkannya bahkan dari orang awam dari kalangan mereka.” Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 107. 664

Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 37.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 240

menentangnya. (Tentu saja, hanya menyaring melalui tulisan-tulisannya akan cukup meyakinkan orang yang tak memihak mengenai kekeliruan klaim-klaim ini – dan bahwa para penentang ini, karenanya, yang disalahkan untuk ketidakjujuran, dusta-dusta dan ketidakhormatan mereka pada seorang individu Muslim.) Dalam

sejumlah karya, ibn Abdul-Wahhab membuat keyakinannya pada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

sangat jelas. Tambahan atas apa yang telah dikutip di atas, ibn Abdul-Wahhab juga menulis, “Dari sini kita mengetahui apa yang dibutuhkan dari semua yang dibutuhkan: seorang individu mesti mengenal Rasul dan apa yang dibawanya. Tak ada jalan pada keberhasilan kecuali dengan penjagaannya. Tidak juga cara membedakan yang ma’ruf dari yang mungkar kecuali melalui cara-caranya membedakan mereka. Kebutuhan seseorang untuk mengenal Rasul melebihi kebutuhan lain yang dihipotesakan dan kebutuhan lain yang diperlihatkan.”665 Beliau juga menyatakan, “Makna persaksian bahwa Muhammad adalah Rasulullah ialah bahwa seseorang mematuhi apa yang diperintahkannya, mempercayai apa yang diucapkannya, menghindari apa yang dilarangnya dan tidak menyembah Allah kecuali dengan cara yang dia setujui.”666 Beliau juga menulis, “Rasulullah

Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص) adalah pemimpin para perantara, orang yang terpuji. Adam

dan semua yang datang setelahnya di bawah benderanya.”667

Lima volume kumpulan tulisan-tulisannya tidak lebih daripada hadits Nabi. Volume

lainnya adalah ringkasan biografi Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Sisa yang lainnya adalah ringkasan

karya ibn al-Qayyim, Zaad al-Maad yang mana adalah betul-betul tentang Sunnah

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Bagaimana bisa orang mengklaim bahwa orang ini merendahkan Nabi

ketika dia menekankan untuk mempelajari perkataan-perkataan, kehidupan (ملسو هيلع هللا ىلص)

dan amalan-amalan Nabi? Tentu saja, di balik itu, dia menekankan fakta bahwa jika

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata apa saja, maka tak ada pernyataan siapapun dapat diambil

teladan melebihinya. Siapakah itu yang perduli lebih tentang Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan

mengetahui lebih tentang dia daripada orang yang mempelajari kata-kata dan kehidupannya dan berusaha sebisanya untuk menyamai atau bahkan melebihi kata-kata dan kehidupannya dalam hidupnya sendiri?

Namun demikian, apa yang dilakukan dan tidak dilakukan ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya sangat sungguh-sungguh berkenaan dengan Nabi Muhammad

Namun sikap ini juga dalam rangka kepatuhan kepada perintah Nabi itu .(ملسو هيلع هللا ىلص)

sendiri. Maka, mereka tidak mengangkatnya pada posisi terhormat yang lebih tinggi daripada yang telah Allah berikan. Ini adalah pendirian yang mengganggu

665

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 6, hal. 13. 666

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 190. 667

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 90.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 241

para penentang ibn Abdul-Wahhab, kaum Sufi dan Syiah khususnya.668 Karenanya, Muhammad ibn Utsman al-Shaawi menulis,

Mereka [para penentang] menuduh mereka [“Wahhabi”+ hal-hal menghebohkan yang Allah tahu tak pernah datang dari mereka. Mereka mengklaim bahwa mereka merendahkan Rasul dan tak bershalawat padanya. Ini [klaim-klaim mereka] hanya karena mereka *“Wahhabi”+ tidak menjadi ekstrim, karena mereka mempraktikkan pernyataan Nabi, “Janganlah kamu sekalian menyanjung-nyanjungku sebagaimana orang Nasrani menyanjung-nyanjung Isa Putera Maryam. Sesunggunya saya hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah: ‘Hamba Allah dan utusan-Nya.’” [HR. al-Bukhari-Muslim.]

Bagaimanapun, mereka, dengan memuji Allah, adalah kaum yang besar rasa cintanya kepada Rasul, mengikutinya dan menghormati hak-haknya. Dia begitu hebat dalam mata mereka, seakan mereka tak kan pernah dapat menentang Sunnahnya atau pernyataan-pernyataannya hanya karena menyukai beberapa kebiasaan salah atau analogi yang salah. Dalam hal ini, mereka berbeda dari mereka yang melebihi batas-batas yang pantas. Beberapa beranjak menjadi ekstrim dalam memujinya, seperti mereka mengangkatnya dari level hamba kepada posisi rabbaniyyah dan ilahiyyah. Pada saat yang sama, mereka juga menjadi [penentang] yang ekstrim, seperti mereka membuang Sunnah-nya dan tidak memberikan perhatian pada pernyataan-pernyataannya. Mereka menentang teks-teks yang jelas dan autentik tanpa alasan yang dapat diterima. Kenyataannya, mereka tidak berhenti di sana namun mereka bahkan menyalahkan mereka yang bersungguh-sungguh dan mendesak diri mereka sendiri untuk mengikutinya

.karena kebiasaan-kebiasaan keliru yang telah biasa mereka ikuti ,(ملسو هيلع هللا ىلص)

Mengenai Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), hak-haknya adalah yang dia bantu, hormati, ikuti apa

yang dibawanya, mengikuti langkah-langkahnya, meyakini dan mencintainya harus didahulukan daripada mencintai keluarga dan kekayaan. Mengenai ibadah, hanya ditujukan kepada Allah. Tak ada malaikat yang terdekat atau nabi yang diutus dapat berbagi bersama Dia dalam pengertian apapun.

669

668

Keyakinan orang-orang ini tidak benar-benar berdasar pada Qur’an dan Sunnah yang autentik. Jika saja begitu, mereka tak akan berbuat seekstrim itu. Al-Abdul-Latif (hal. 109-112) memberikan contoh-contoh apa yang dikatakan beberapa orang penentang ibn

Abdul-Wahhab mengenai Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص), menunjukkan ekstrimiisme dan

ketidakmauan mereka untuk tetap berada pada batas-batas Qur’an dan Sunnah. Contohnya, al-Hamadaani menyatakan, “Muhammad dan ahlul baytnya adalah cahaya-cahaya suci. Allah menciptakan makhluk hanya karena mereka.” Al-Haddaad menyatakan,

“Tak ada waktu atau ruang yang bebas dari tubuh mulia *dari Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)], tidak bahkan

Singgasana atau Penunjang Kaki atau bagian-bagian lain makhluk. Seluruh makhluk terpikat padanya seperti makamnya meliputinya …” 669

Dikutip oleh al-Abdul-Latif, hal. 104.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 242

Persoalan Mendeklarasikan Orang Di luar Lipatan Islam dan Berperang Melawan Mereka

Pengetahuan mengenai masalah-masalah siapa atau apa yang bisa dijatuhi berada di dalam atau di luar lipatan Islam adalah sangat penting untuk kesehatan spiritual seorang individu Muslim dan juga untuk masyarakat Muslim. Tentu saja, konsekuensinya sangat berdampak pada kehidupan sekarang pun juga akhirat kelak. Juga, pandangan-pandangan yang salah mengenai masalah ini dapat membawa seseorang pada dua keekstriman: keesktriman menyatakan seorang Muslim menjadi murtad atau keekstriman menerima yang sebenarnya orang-orang non-Muslim ke dalam lipatan Islam (karenanya, tidak berupaya mengakhiri kemungkaran dan kemusyrikan yang seharusnya dihentikan). Maka, umumnya, adalah penting tipe-tipe topik ini dipahami lebih dalam. Unutuk alasan-alasan ini – dan dengan adanya praktik-praktik kemusyrikan yang telah meluas di seluruh negeri-negeri Muslim pada masanya - ibn Abdul-Wahhab memberikan perhatian yang besar pada tipe-tipe masalah ini dan membawa mereka ke permukaan setelah mereka nampaknya diabaikan oleh ulama-ulama Muslim selama berabad-abad.

Namun demikian, masalah-masalah dalam ranah ini juga penting ketika membicarakan ibn Abdul-Wahhab karena mereka membentuk serangan-serangan dan keraguan-keraguan terhebat yang dilemparkan kepada ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya. Tentu saja, ini dapat sah disebut sebuah topik dimana bahkan mereka yang mengapresiasi atau mempercayai hal yang sama bahwa ibn Abdul-Wahhab memiliki beberapa hal yang membingungkan atau meragukan, tidak berbicara sebagaimana mereka yang mencari alasan untuk menghukum dan menyerangnya.670

670

Contohnya, al-Shaukaani menulis karya biografi, al-Badr al-Taali bi-Mahaasin min bad al-Qarn al-Saba, “Namun demikian, mereka *‘Wahhabi’+ percaya bahwa siapa pun yang jatuh di luar otoritas penguasa Najd dan tidak mematuhi perintah-perintahnya berada di luar lipatan Islam.” Menurut al-Bistawi, al-Shaukaani menulis karya itu ketika pertempuran berlangsung antara Abdul-Aziz dan Syarif Ghalib. Al-Abdul-Latif mencatat bahwa ini adalah bagian dari ketidak-fair-an al-Shaukaani bahwa dia melaporkan apa yang didengarnya tentang da’wah ibn Abdul-Wahhab. Dia berkata, “Beberapa kabar telah mencapai kita tentang mereka dan hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui tentang apa yang terjadi sesungguhnya.” Walau bagaimanapun, al-Shaukaani memuji surat Abdul-Aziz yang menyatakan keyakinan-keyakinannya dan dia juga menulis sebuah ode yang memuji ibn Abdul-Wahhab. Al-Abdul-Latif mencatat bahwa Muhammad ibn Naasir al-Haazimi, yang memuji ibn Abdul-Wahhab, juga menggenggam kesalahkonsepsian seperti ini berkenaan dengan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Al-Abdul-Latif kemudian menyatakan bahwa rupanya al-Haazimi membuang kritik-kritik seperti itu setelah kebenaran menjadi jelas baginya. Sama juga dengan kasus yang terjadi dengan Sidiiq Hasan Khaan. Dia suatu kali

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 243

Tambahan, topik ini berbeda dari beberapa topik-topik lain yang berkenaan dengannya, banyak penentangnya sepakat dengan ibn Abdul-Wahhab pada tahap teoritis namun tidak demikian pada tahap praktisnya. Dengan kata lain, sebagaimana ibn Abdul-Wahhab tuliskan dalam beberapa suratnya, mereka mengenali bahwa apa yang ibn Abdul-Wahhab gambarkan sebagai kufur dan Syirik adalah memang kufur dan Syirik. Namun demikian, mereka tidak sepakat dengannya yang betul-betul melaksanakannya dalam tataran praktik dengan berjuang memerangi ke-kufur-an dan syirik itu dan juga memerangi mereka yang membela ke-kufur-an dan syirik itu.671 Nampak jelas dari tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab bahwa beliau kecewa dengan kenyataan bahwa para ulama sepakat bahwa kelakuan-kelakuan seperti itu adalah kesalahan yang sangat hebat dan mencolok namun mereka tidak sepakat dengan kenyataan bahwa kelakuan-kelakuan seperti itu harus ditentang, diperangi dan dihapuskan.672

Pantaslah jika disini diberikan beberapa contoh apa yang dikatakan para penentang itu berkenaan dengan masalah ini. Serangan terhadap ibn Abdul-Wahhab pertama hadir di awal-awal beliau memberikan pengajaran, ketika beliau berada di al-Uyainah. Ibn Afaliq menulis kepada Amir ibn Muammar, “Orang ini mengatakan Ummah [Muslim] itu kafir. Buktinya, Demi Allah, dia mengingkari para rasul dan telah berfatwa bahwa mereka dan para pengikut mereka telah melakukan syirik.”673 Dia juga menyatakan, “Anda telah meyatakan bahwa keluarga Nabi itu Kufur, dan menghina serta mengutuk mereka, sebagai salah satu dasar keyakinan anda.”674 Dalam pemalsuan lain, ibn Afaliq kemudian mengklaim, “Dia [ibn Abdul-Wahhab] telah bersumpah palsu demi Allah bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik keadaannya lebih baik daripada Ummah ini.”675 Al-Qabbaani juga membuat klaim yang sama. Ibn Suhaim, dalam suratnya kepada para ulama di negeri-negeri yang berbeda-beda di luar Najd, secara terbuka berdusta dengan mengatakan, “Tegas bahwa dia telah mengatakan, ‘Selama enam

berkata bahwa ahl al-hadits di India tak ada hubungan apapun dengan orang-orang “Wahhabi” karena orang-orang “Wahhabi” menumpahkan darah orang yang tak bersalah. (Sidiiq Hasan Khaan telah dibahas secara rinci dalam bab sebelumnya.) Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 159-160. 671

Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 24-26. 672

Hanya Allah saja yang tahu apa niat para ulama itu. Sayangnya, pendirian seperti itu bisa jadi hasil dari ketidakmauan membahayakan popularitas seseorang di antara orang-orang. Sebab lainnya adalah pandangan yang keliru mengenai apa yang dimaksud dengan “persatuan” dan “kebersamaan ” dalam perspektif Qur’an. Pada masa kontemporer, pendirian seperti itu seringkali hasil dari sebuah keyakinan palsu dalam “kebebasan” dunia sekular yang tidak disetujui Syariat. 673

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 163. 674

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 163. 675

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 163.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 244

ratus tahun umat berada pada kekosongan [dari kebenaran+.”676 Al-Haddaad memperluas pemalsuan-pemalsuan sebelumnya dengan menyatakan, “Jika seseorang ingin masuk ke dalam agamanya [ibn Abdul-Wahhab], dikatakan padanya, ‘Bersaksi melawan dirimu sendiri bahwa kamu sebelum ini adalah seorang kafir. Dan bersaksi melawan orangtuamu bahwa mereka mati dalam keadaan kafir. Dan bersaksi melawan para ulama begini begitu bahwa mereka semuanya adalah orang-orang kafir,’ dan lain sebagainya. Jika orang itu mau bersaksi seperti itu, maka mereka menerimanya. Jika dia tidak melakukannya, mereka membunuhnya.”677 Dahlaan, yang secara menakjubkan datang dengan cerita-cerita yang tak ada seorang pun yang lain yang meriwayatkannya, menulis, “Mereka tidak dianggap sebagai orang-orang musyrik kecuali mereka yang mengikuti mereka … Saudaranya [saudara ibn Abdul-Wahhab], Sulaiman suatu hari berkata padanya, ‘Wahai Muhammad ibn Abdul-Wahhab, ada berapakah rukun Islam?’ Dia menjawab, ‘Lima.’ Dia [saudaranya] kemudian berkata, ‘Kau menjadikannya enam. Yang keenam adalah siapa saja yang tak mengikutimu adalah bukan seorang Muslim. Bagimu, itulah rukun Islam keenam.’”678 Tudingan-tudingan yang sama terus berlanjut hari ini dalam tulisan-tulisan, contohnya, seorang Syiah Muhammad Jawaad Mughniyah dan orang Turki penganut Sufi Naqshabandi, Huseyin Hilmi Isik.679

Sebagaimana dicatat di atas, tudingan-tudingan itu pertama kali nampak pada masa hidup ibn Abdul-Wahhab. Dia dengan segera menunjuk masalah-masalah ini dalam sejumlah suratnya. Dalam suratnya kepada mutawwa Thurmadaa, beliau menulis, “Untuk apa yang disebutkan oleh musuh-musuh tentang saya, bahwa saya menyatakan kekufuran hanya berdasar dugaan atau bahwa saya menyatakan kekafiran seorang awam tanpa bukti yang jelas mengenainya, itu semua adalah dusta. Mereka hanya mencari cara untuk membuat orang-orang menjauh dari agama Allah dan Rasul-Nya.”680 Dalam suratnya kepada orang-orang al-Qasim, beliau menyebut dusta-dusta yang disebarkan ibn Suhaim tentang beliau, “Dan Allah mengetahui bahwa orang ini memalsukan pernyataan-pernyataan saya yang tak pernah saya katakan atau yang tak juga pernah terpikirkan dalam benak saya. Termasuk pernyataannya bahwa saya mengatakan bahwa umat tak memegang [kebenaran] apapun selama enam ratus tahun atau bahwa saya menyatakan sebagai orang kafir mereka yang mencari kedekatan kepada Allah melalui orang

676

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 164. 677

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 165. 678

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 166-7. 679

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 168-169. Untuk kutipan yang lebih banyak mengenai tudingan-tudingan tanpa bukti seperti itu, lihat al-Abdul-Latif, hal. 163-169; al-Husain, hal. 282-285; Umair, vol. 2, hal. 66. 680

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 25.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 245

saleh atau saya menyatakan al-Busairi681 seorang kafir atau bahwa saya menyatakan orang yang bersumpah dengan selain Allah sebagai kafir … Jawaban saya atas masalah-masalah itu yaitu saya katakan, ‘Maha Agung Engkau [Ya Allah] ini adalah fitnah yang besar.’”682 Dalam kesempatan lain beliau menulis, ketika membantah klaim-klaim palsu seperti itu, “Kenyataannya, saya menyebut Allah untuk menjadi saksi atas apa yang Dia ketahui dalam hati kami bahwa siapapun yang bertindak berdasarkan tauhid dan bersih dari syirik dan pengikut-pengikutnya adalah seorang Muslim kapan pun dan dimana pun. Dan kami hanya menyatakan kafir siapa saja yang menyekutukan Allah dalam keilahiahan-Nya sementara kekeliruan syirik telah jelas baginya.”683 Beliau juga menulis, “Jika kami tidak menyatakan kafir seseorang yang menyembah berhala di kuburan Abdul-Qaadir atau berhala di kuburan Ahmad al-Badawi dan yang semacamnya karena kebodohan mereka dan tak pernah dijelaskan tentang kebenaran kepada mereka, bagaimana bisa kami menyatakan kafir orang yang tidak menyekutukan Allah atau yang tidak berpindah kepada kami …?”684

Ibn Ghannaam juga menggambarkan bagaimana serangan-serangan yang datang kepada ibn Abdul-Wahhab dan bagaimana musuh-musuh memperlihatkan kuatnya kedekatan mereka kepada dosa-dosa dan keberhalaan. Namun dalam menghadapi semua serangan mereka itu, ibn Abdul-Wahhab menahan lidahnya dan menghadapi serangan-serangan mereka dengan sabar. Beliau tidak menyatakan seseorang kafir sampai semua serangan-serangan itu lepas darinya dan beliau sendiri dan para pengikutnya yang justru dinyatakan sebagai orang-orang kafir.685

Putera Muhammad, Abdullah juga menulis, setelah menyatakan bahwa semua klaim-klaim itu adalah dusta, “Siapa saja yang menyaksikan urusan-urusan kami dan bergabung dalam pertemuan-pertemuan kami dan membuktikan apa yang kami miliki akan mengetahui dengan pasti bahwa semua hal-hal itu adalah pemalsuan yang dibuat untuk menyerang kami oleh musuh-musuh agama dan saudara-saudara setan, untuk menjauhkan umat dari ketundukkan dengan kesucian kepada keesaan Allah dalam masalah-masalah ibadah dan meninggalkan semua bentuk-bentuk syirik, yang telah Allah nyatakan secara eksplisit bahwa Dia tak akan ampuni, meski Dia ampuni apa saja yang kurang dari [syirik] itu kepada

681

Al-Busairi telah menulis sebuah ode kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Para ulama keberatan dengan

beberapa pernyataan yang dia buat dalam ode ini. Ode ini sangat popular di kalangan Sufi dan akhir-akhir ini direkam dalam bentuk kaset dan CD. Bahkan dijual di seluruh wilayah Amerika Serikat. 682

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 11-12. 683

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 60. 684

Muhammad ibn Abdul-Wahhab., Muallifaat, vol. 7, hal. 48. 685

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 172.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 246

siapa saja yang Dia inginkan.”686 Abdullah yang sama ini, putera Muhammad ibn Abdul-Wahhab, juga menulis, “Untuk [al-Busairi] penulis Burdah dan yang lainnya yang kata-katanya orang mendapati syirik dan ekstrimisme dalam agama dan kepada orang-orang yang telah mati, beliau [ibn Abdul-Wahhab] tidak menyatakan mereka orang-orang kafir. Namun, wajib untuk keberatan pada kata-kata mereka dan menjelaskan bahwa siapa saja yang percaya makna nyata dari kata-kata itu adalah seorang yang musyrik, kafir. Namun demikian, untuk orang yang menyatakan ini urusannya diserahkan kepada Allah. Tidak perlu berbicara mengenai orang mati dan orang tak tahu jika mereka menyesal atau tidak …”687

Sama halnya, Syeikh Abdul-Latif, cucu Muhammad ibn Abdul-Wahhab, menulis, “Syeikh Muhammad [ibn Abdul-Wahhab], rahimallahuanhu, adalah salah seorang yang sangat berhati-hati dan berpantang ketika harus mengatakan seseorang kafir secara umum. Kenyataannya, beliau bahkan tidak secara definitif menyatakan orang awam dari kalangan penyembah kuburan yang menyeru selain Allah adalah orang-orang kafir. Beliau tidak juga menyatakan yang lainnya sebagai orang-orang kafir jika dia tidak memiliki orang yang menasehati mereka dan menyampaikan kepada mereka bukti bahwa amalan-amalan seperti itu menjadikan mereka sebagai pelaku kekafiran.”688

Sama halnya, al-Sahsawaani menyatakan bahwa dia menemui lebih dari satu ulama pengikut ibn Abdul-Wahhab dan dia membaca banyak buku-buku mereka dan dia tidak menemukan bukti apapun untuk klaim keliru bahwa mereka menyatakan bahwa orang-orang “non-Wahhabi” adalah orang-orang kafir.689

Ini tidak berarti bahwa mereka tak akan pernah menyatakan individu manapun seorang kafir. Namun demikian, sebagaimana dinyatakan Muhammad Rasyid Ridha, mereka hanya akan menyatakan sebagai orang-orang kafir mereka yang ditemukan syarat-syarat kafir sebagaimana disepakati para ulama muslim.690 (Dalam membantah klaim Syiah bahwa ibn Abdul-Wahhab menyatakan umat Muslim yang lain sebagai orang-orang kafir, al-Qasimi mencatat bahwa fakta ini menggelikan justru datang dari para penganut syiah yang menyatakan bahwa

semua orang mukmin terhebat, para Sahabat terdekat Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), adalah orang-

orang kafir.691)

Klaim bahwa “Wahhabi” Adalah Khawarij

686

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 172. 687

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 172. 688

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 173-174. 689

Al-Sahsawaani, hal. 419. 690

Muhammad Rasyid Ridah, catatan kaki untuk al-Sahsawaani, hal. 419. 691

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 176-177.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 247

Berhubungan dekat pada klaim sebelumnya berkenaan dengan para pengikut ibn Abdul-Wahhab adalah klaim bahwa orang-orang “Wahhabi” adalah, kenyataannya, Khawarij. Khawarij (atau Kharajiah) pertama muncul pada abad pertama Islam dan ditentang oleh para Sahabat dan murid-muridnya. Khawarij dikenal karena pernyataan mereka bahwa non-Khawarij semuanya adalah orang-orang kafir. Mereka juga menganggap siapa saja yang melakukan dosa besar adalah orang kafir. Lebih jauh, karakteristik Khawarij adalah bahwa mereka mencukur kepala mereka dan, akhirnya, digambarkan dalam hadits bahwa mereka akan muncul dari negeri Najd.

Al-Haddaad adalah salah satu penentang ajaran ibn Abdul-Wahhab yang mempergunakan semua karakteristik-karakteristik Kharaawij ini pada para pengikut ibn Abdul-Wahhab.692 Dicatat sebelumnya bahwa al-Saawi dan ibn Abidiin juga menghubungkan para pengikut ibn Abdul-Wahhab kepada Khawarij. Muhsin ibn Abdul-Karim membuat klaim bahwa para pengikut ibn Abdul-Wahhab tak akan menerima siapapun ke dalam barisan mereka kecuali dia mencukur kepalanya.693 Dahlaan dan seorang Syiah, al-Amali juga membuat klaim-klaim serupa. Kenyataannya, al-Amali bahkan bergerak lebih jauh dan mengklaim bahwa ibn Abdul-Wahhab adalah seorang anak keturunan dari Dzu al-Khuwaisarah.694 Bahkan teoritikus hukum yang sangat terhormat abad duapuluh, Abu Zahrah, menyatakan

692

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 179. 693

Benar bahwa ini adalah kebiasaan orang-orang Badwi khususnya di Najd yang biasa mencukur kepala-kepala mereka. Namun demikian, ini bukanlah sesuatu yang dianggap bagian kepercayaan ibn Abdul-Wahhab atau anak keturunannya. Karenanya, mereka tidak menyatakan sesiapapun kafir hanya berdasarkan itu tidak juga mereka memaksa orang-orang untuk mencukur kepala mereka. Namun demikian, diriwayatkan dalam sebuah

hadits dari Abu Dawud karena masuk Islam, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) memerintahkan seorang lelaki

untuk membuang rambutnya dari [hari] kekafiran. Berdasarkan hadits ini, beberapa orang mencukur kepala mereka setelah meninggalkan syirik. Menurut Abdul-Qaadir Al-Arnaut sanad hadits ini lemah namun al-Albaani menyimpulkan bahwa hadits ini hasan. Lihat Abdul-Qaadir Al-Arnaut, vol. 7, hal. 338-339; Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Irwaa al-Ghalil fi Takhrij Ahaadits Manaar al-Sabil (Beirut: al-Maktab al-Islaami, 1979), vol. 1, hal. 120. 694

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 180-182; Umairah, vol. 2, hal. 61-66. Dzu al-Khuwaisarah

adalah orang yang mengatakan bahwa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) seharusnya adil dalam membagikan

harta rampasan perang. Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) kemudian menggambarkan anak-anak keturunannya.

Para Sahabat sepakat bahwa gambaran ini cocok dengan kelompok yang disebut dengan Khawaarij. Klaim bahwa “Wahhabi” adalah Khawaarij juga sampai kepada al-Shaukaani di Yaman. Dia menulis, “Beberapa orang mengklaim bahwa beliau *ibn Abdul-Wahhab] memiliki keyakinan Khawaarij. Saya tidak berpikir bahwa itu adalah benar.” Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal.183.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 248

tentang “Wahhabi,” “Mereka menyerupai Khawarij dalam cara mereka menyatakan seseorang kafir hanya karena dosa-dosa yang dilakukan.”695

Muhammad ibn Abdul-Wahhab sendiri menyatakan keyakinannya tentang dosa-dosa dan berada dalam barisan Islam. Beliau menulis, “Saya tak menyatakan seorang Muslim manapun menjadi kafir hanya karena sebuah dosa tidak juga saya mengeluarkannya dari barisan Islam.”696 Lebih jauh lagi, Khawarij dikenal karena menyatakan diri mereka sendiri lepas dari khalifah al-Rasyidin Utsman dan Ali, dan

juga Sahabat-Sahabat Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Di lain pihak, Muhammad ibn Abdul-Wahhab

dan para pengikutnya dikenal karena peneriman mereka pada dua tokoh-tokoh ini

dan Sahabat-Sahabat Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) yang lainnya dengan rasa hormat yang besar.697

Tudingan Bahwa Tanduk698 Setan Muncul dari Najd - ibn Abdul-Wahhab

Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata,

ال اللهم باركلنا ف شامنا و ف يننا عن ابن عمر قال ق قال قالوا و ف ٠تدنا قال قال اللهم باركلنا ف شامنا و ف يننا قال قالوا و ف ٠تدنا قال قال هناك الزالزل و الفت و

يطان با يطلح ق رن الش Ibnu Umar berkata, "Nabi berdoa, 'Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami.' Mereka berkata, Terhadap Najd kami.'

699 Beliau

695

Abu Zahrah, Tarikh, hal. 199. 696

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 11. 697

Al-Utsaimiin (hal. 105-106) memberikan argumen-argumen lebih lanjut untuk membantah klaim bahwa “Wahhabi” adalah sama dengan Khawaarij. Juga lihat al-Husain, hal. 273-279. 698

Ini bisa juga berarti, “bagian dari kepala dimana sebuah tanduk biasanya ditemukan pada binatang.” 699

Yakni dengan diturunkan hujan di sana. Saya (al-Albaani) berkata, "Lafal Najdina di situ maksudnya adalah negeri Irak kami, sebagaimana dijelaskan dalam beberapa riwayat yang shahih. Demikian pulalah penafsiran al-Khaththabi dan al-Asqalani sebagaimana telah saya jelaskan di dalam risalah saya Fadhaailusy Syam (halaman 9-10, hadits nomor 8). Berbeda dengan pendapat kebanyakan orang sekarang yang karena ketidaktahuannya, menganggap bahwa yang dimaksud dengan Najd adalah Najd yang terkenal itu. Juga menganggap

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 249

berdoa, 'Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.' Mereka berkata, 'Dan Najd kami.' Beliau berdoa, 'Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya

Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.' Maka, saya mengira beliau bersabda pada kali yang ketiga, 'Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan

(gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan.'"

Ibn Afaliq adalah salah seorang yang menggunakan hadits ini untuk menyerang ibn Abdul-Wahhab, menyatakan secara langsung bahwa dengan kedatangannya berarti munculnya tanduk setan dan bahwa mereka adalah sisa-sisa pengikut Musailamah al-Kadzdzab dan nabi palsu. Ibn Afaliq menulis suratnya kepada Utsman ibn Muammar, mencoba meyakinkannya agar menarik dukungannya kepada ibn Abdul-Wahhab, “Wahai anda sekalian orang al-Yamamah, dalam hadits shahih, dinyatakan bahwa di antara kalian akan muncul tanduk setan. Kalian masih saja hidup di bawah [naungan] kemungkaran pendusta kalian [yaitu, sang nabi palsu Musailamah] sampai Hari Perhitungan. Demikianlah terdapat pelajaran bagi mereka yang berpikir.”700

Kata najd dalam bahasa Arab mengacu kepada sebuah “pegunungan, dataran tinggi”.701 Karenanya, kata yang sama digunakan untuk menunjukkan jurusan negeri yang berbeda. Contohnya, najd dalam bahasa orang Mekkah mengacu kepada Najd al-Yamamah (yang sekarang adalah pusat Saudi Arabia). Namun, najd dalam bahasa orang Madinah mengacu pada stepa dan negeri-negeri semi-gurun pasir Iraq. Pengertian hadits di atas, sebagaimana dinyatakan oleh ulama-ulama hadits yang ada jauh sebelum adanya pengaruh “Wahhabi” adalah bahwa ini mengacu pada Najd-nya orang-orang Madinah atau Iraq. Tentu saja, Iraq telah dengan jelas menjadi tempat sumber kebanyakan fitnah-fitnah terhebat dalam sejarah Islam.702

bahwa hadits itu menunjuk kepada Syekh Muhammad ibn Abdul Wahhab dan para pengikutnya. Semoga Allah menyucikan mereka, karena merekalah yang mengibarkan bendera tauhid di negeri Najd dan lain-lainnya. Mudah-mudahan Allah membalas mereka dengan balasan yang sebaik-baiknya atas usahanya memperjuangkan Islam." (Ringkasan Shahih Bukhari - M. Naashir al-Dien Al-Albaani - Gema Insani Press. Pent) 700

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 178. 701

Lane mendefinisikan najd sebagai, “Tanah atau negeri yang tinggi, atau ditinggikan; atau keras, dan tidak datar, dan ditinggikan, atau tinggi, tanah yang seperti meja; hanya bebatuan dan kasar, atau keras, tanah yang tinggi, seperti sebuah gunung, berdiri lebih dari yang lainnya dan menghalangi pandangan apa yang ada di baliknya, namun tidak terlalu tinggi …” E. W. Lane, Arabic-English Lexicon (Cambridge, England: The Islamic Texts Society, 1984), vol. 2, hal. 2767. 702

Disamping apa yang disebutkan secara singkat itu, lihat daftar panjang dalam al-Husain, hal. 355-357.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 250

Yang demikian adalah pemahaman Salim, putera Sahabat Abdullah ibn Umar, yang berkata, “Wahai orang-orang Iraq, kenapa kalian bertanya tentang hal kecil sementara kalian telah melakukan hal yang besar. Saya mendengar ayahku

berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata, “Penderitaan akan datang

dari arah ini.” Dan beliau menunjuk ke arah timur darimana tanduk Setan muncul.’”703 Ibn Hajar (w. 852 H.) juga mengutip (dengan bangga) al-Khattaabi yang menyatakan bahwa Najd untuk orang Madinah adalah steppa-steppa dan daerah semi-gurun pasir Iraq.704 Al-Aini (w. 855 H.) juga sepakat bahwa Timur yang diacu adalah Iraq, menyebutkan fitnah-fitnah Perang Jamal, Perang Siffin, kemunculan Khawarij.705 Dia juga dengan bangga mengutip al-Khattaabi.706 Al-Karimani benar-benar berkomentar sama seperti al-Aini.707 Jelas, orang-orang ini hidup jauh sebelum Muhammad ibn Abdul-Wahhab.

Interpretasi hadits ini juga didukung oleh kejadian-kejadian sejarah yang berhubungan dengan Iraq. Di Iraq terjadi kemunculan kelompok bid’ah Khawarij, pembunuhan al-Husain, peperangan antara Ali dan Muawiyah, peperangan antara Ali dan Aisyah, munculnya al-Mukhtaar yang mengklaim kenabian, fitnah-fitnah dan tertumpahnya darah oleh al-Hajaaj ibn Yusuf, berkembangnya Syiah, kemunculan pertama kelompok-kelompok bid’ah Mutazilah dan Jahmiah dan lain sebagainya.

Akhirnya, sebagaimana dicatat Abdul-Rahmaan ibn Hasan, cucu dari Muhammad ibn Abdul-Wahhab, hadits yang dikutip di atas lebih mengacu kepada pernyataan kejadian daripada tempat itu sendiri. Dengan kata lain, ini bisa digunakan pada satu waktu dan tidak di lainnya, tergantung karakteristik orang yang hidup disana.

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sangat memuji orang-orang Yaman dan kemudian sang nabi palsu al-

Aswad al-Anasi muncul di antara mereka. Karenanya, hadits ini tidak berarti sebagai lapisan persetujuan atau ketidaksetujuan. Hadits ini digunakan secara umum namun masih dikhususkan dengan tindakan-tindakan aktual atau keyakinan seseorang.708 Dengan kata lain, meski jika hadits di atas berarti Najd, tidak berarti semua orang dari Najd layak disalahkan tanpa menghiraukan keyakinan pribadinya.

703

Dikutip dalam Ahmad ibn Hajar, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhaari (Riyadh: Daar al-Salaam, 2000), vol. 18, hal. 58-59. 704

Ibn Hajar, vol. 18, hal. 59. 705

Mahmud al-Aini, Mahmud, Umdah al-Qaari Syarh Shahih al-Bukhari (Beirut: Daar al-Turats al-Arabi, tanpa tahun), vol. 24, hal. 199. 706

Al-Aini, vol. 24, hal. 200. 707

Al-Karimaani, Shahih al-Bukhari Syarh al-Karamaani (Beirut: Daar Ihyaa al-Turaats al-Arabi, 1981), vol. 24, hal. 168. 708

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 185-186.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 251

Ringkasannya, tudingan tanpa bukti yang melemparkan keraguan mengenai integritas ibn Abdul-Wahhab karena beliau datang dari negeri Najd tempat munculnya tanduk Setan adalah tidak lebih dari karena kekeliruan

menginterpretesikan hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Jika seseorang melakukan kekeliruan itu

dengan sadar dan disengaja, maka dosanya melebihi dosa mencemarkan nama baik seorang individu Muslim. Dosanya adalah dosa memutarbalikkan ajaran-

ajaran Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dari makna yang sesungguhnya.

Tudingan Tanpa Bukti bahwa ibn Abdul-Wahhab Menganggap Beberapa Hal Kufur Padahal Tidak Kufur

Ini barangkali ranah dimana terjadi perbedaan pendapat yang sangat hebat antara ibn Abdul-Wahhab dan para penentangnya. Sebagaimana dicatat pada Bab 3, ibn Abdul-Wahhab menekankan pentingnya keyakinan-keyakinan yang benar. Beliau gambarkan berdasar Qur’an dan Sunnah tindakan-tindakan itu yang jelas-jelas dan tidak samar-samar membawa seseorang keluar dari barisan Islam. Ibn Abdul-Wahhab dan ulama-ulama sahabatnya membedakan antara kufur besar, yang membuat seseorang keluar dari barisan Islam, dan kufur kecil, yang mana adalah dosa yang penting namun tidak membuat seseorang keluar dari Islam. Sama halnya, mereka membedakan antara menyekutukan Allah (syirik) dengan syirik kecil.

Namun demikian, keadaan di negeri-negeri Munslim – di antara para ulama dan orang-orang awam – sampai pada sebuah level bahwa mereka tidak mengenal fakta bahwa seseorang bisa diklaim sebagai seorang Muslim dan menyatakan kesaksian keimanan kecuali keyakinannya sendiri, pernyataan-pernyataannya atau tindakan-tindakannya mengingkari klaim itu dan mengeluarkannya dari barisan Islam. Lebih jauh, definisi tauhid yang benar telah hilang pada orang-orang setelah bertahun-tahun dipertengkarkan oleh ahli-ahli theology scholastic dan ajaran-ajaran mistik orang-orang Sufi. Orang-orang benar-benar menjadi buta pada hal yang sangat menjadi essensi Islam itu sendiri. Mereka berpikir bahwa tauhid al-rubuubiyah adalah keseluruhan dari tauhid; karenanya, mereka tidak melihat bahaya apapun dalam mengarahkan amalan ibadah kepada selain Allah selama seseorang mengakui bahwa Allah satu-satunya pencipta dan penopang. Mereka gagal menyadari itu, sebagaimana digambarkan dalam Bab 3, bahkan orang-orang

musyrik Mekkah pada zaman Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sangat lazim menerimanya. Umat Muslim

telah lupa bahwa makna ilah (“Tuhan”) adalah yang diibadahi. Mereka telah lupa bahwa makna syahadat adalah tak ada yang patut diibadahi – berarti tak ada satu pun boleh diibadahi melalui ibadah apapun – kecuali Allah. Sebagaimana dicatat sebelumnya, Ibn Abdul-Wahhab menggambarkan pandangan ini dalam salah satu suratnya dimana dia berkata bahwa bahkan mereka yang mengklaim memiliki

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 252

pengetahuan akan berkata, “Siapa saja yang mengatakan, ‘Tak ada ilah kecuali Allah,’ tidak dinyatakan kafir, bahkan jika dia menolak hari kebangkitan dan menolak semua Syariat.”709

Membaca kritik-kritik yang ditujukan kepada ibn Abdul-Wahhab, dalam kata-kata yang mengkritik mereka sendiri, ini menjadi bukti bahwa kritik-kritik ini berasal dari orang yang tidak memahami ajaran-ajaran sebenarnya tentang iman atau mereka berniat mendistorsi ajaran-ajaran yang sebenarnya. Sayangnya, tak ada kemungkinan ketiganya.

Maka, salah seorang penentang paling awal, ibn Afaliq menulis, “Tauhid secara unik memisahkan yang kuno dari kesatuan, untuk mengkhususkan-Nya dengan ketuhanan dan keesaan, dan untuk memisahkan Dia dari semua ciptaan-Nya.”710 Sementara berbicara tentang para penyembah kuburan, al-Haddaad menulis, “Mereka benar-benar memuja-muja para nabi dan para wali. Mereka tidak mengimani apa yang mereka (para nabi dan para wali) itu imani mengenai Kebenaran [Allah], memberkahi dan agung, yang datang pada seluruh makhluk dengan benar dan menyeluruh. Mereka hanya percaya bahwa mereka memiliki kedudukan terhormat di samping Allah mengenai sebuah masalah yang khusus dan mereka menempelkan semacam [kekuatan] kepada mereka dalam sebuah pengertian allegoris. Namun demikian, mereka percaya bahwa sumber dan amalan hanya dengan Allah.”711 Dahlaan juga secara spesifik mengatakan bahwa syirik itu hanya terjadi ketika seseorang yakin bahwa seseorang selain Allah sebenarnya memiliki dampak yang nyata, dan dia mengatakan tak ada Muslim yang percaya pada yang seperti itu.712 Sekali lagi, apa yang dia katakan adalah bahwa seseorang dapat mengarahkan ibadahnya kepada selain Allah selama orang itu tidak percaya bahwa objek peribadatan yang lain itu memiliki dampak yang nyata padanya.

Dengan konsep monoteisme seperti ini, mengorbankan binatang-binatang kepada selain dari Allah atau mencari perlindungan kepada orang-orang yang sudah meninggal adalah bukan amalan syirik yang dapat mengeluarkan seseorang dari barisan Islam. Ibn Afaliq sebelumnya menyangkal bahwa amalan-amalan ini dihukumi syirik, karena amalan-amalan itu hanya amalan-amalan yang dilarang

709

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 41. Ibn Abdul-Wahhab kemudian mengatakan bahwa para ulama ini tahu jika siapapun menolak bahkan hanya satu bagian dari Qur’an atau menolak sebuah tindakan yang disepakati oleh para ulama, dia telah melakukan ke-kufur-an. Beliau mengatakan bahwa jika demikian pandangannnya pada orang yang menolak praktik yang telah disepakati, lalu apa seharusnya aturan yang diberikan berkenaan dengan orang yang menolak iman kepada Hari Akhir? 710

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 195. 711

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 195. 712

Lihat kutipan-kutipan darinya dalam al-Abdul-Latif, hal. 196. Pernyataan-pernyataan serupa dapat ditemukan dari banyak penulis yang lain dalam al-Abdul-Latif, hal. 196-199.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 253

saja. Dalam suratnya untuk membantah ibn Abdul-Wahhab, dia mengatakan, “Umat sepakat bahwa mengorbankan binatang atau bersumpah untuk selain Allah hanya dilarang. Siapa pun yang melakukannya berarti telah tidak mentaati Allah dan Rasul-Nya.”713 Bahkan Sulaiman ibn Abdul-Wahhab, saudara Muhammad ibn Abdul-Wahhab, menolak gagasan bahwa tipe-tipe amalan ini dihukumi syirik besar dan kufur. Dia menulis, “Dari mana anda mendapat gagasan bahwa Muslim yang bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya dan bermohon kepada orang yang tak ada, atau kepada orang yang telah meninggal atau bersumpah kepadanya atau berkorban untuk selain Allah adalah melakukan syirik besar, sehingga amalan-amalannya menjadi kosong dan harta dan darahnya menjadi halal?”714 Seorang Syiah al-Amali menulis dalam bantahannya terhadap ibn Abdul-Wahhab, “Jika [seorang individu] mengatakan dalam doanya atau dalam permintaan tolongnya kepada selain Allah, ‘Penuhilah hutangku,’ ‘Obati penyakitku,’ atau ‘Tolonglah aku melawan musuhku,’ dan dia tidak melakukan tindakan apapun yang dilarang atau yang dicegah—tidak secara langsung dikatakan dia melakukan syirik atau kufur. Ini karena pengetahuan bahwa penganut tauhid dari kalangan Muslim mengetahui bahwa siapa pun selain Allah tak memiliki kekuatan untuk menolong atau pun mencelakainya atau hal-hal lain-lainnya.”715

Disini tidak bermaksud merinci bantahan dari tipe-tipe klaim-klaim tidak logis ini. Tambahan, pandangan ibn Abdul-Wahhab terhadap topik ini telah dipersembahkan dalam Bab 3. Namun, pertanyaan paling sederhana dan paling jelas adalah bagaimana klaim-klaim dari para penentang ini sedikit banyak cocok

dengan apa yang dikatakan Allah dan Nabi-Nya (ملسو هيلع هللا ىلص)? Tidakkah Allah katakan

dalam Qur’an,

713

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 197. Salah satu argumen yang seterusnya diberikan para penentang adalah bahwa beberapa tindakan yang digambarkan ibn Abdul-Wahhab sebagai syirik digambarkan dalam kitab-kitab fiqih sebagai haraam (dilarang). Ibn Abdul-Wahhab sendiri menunjuk klaim ini. Beliau memperlihatkan bahwa setiap tindakan yang kufur atau syirik bisa juga digambarkan sebagai haraam. Buktinya, hal-hal seperti itu ditemukan dalam Qur’an sendiri, sebagai, contohnya, QS. al-Araaf ayat 33 dimana Allah memulai ayat itu dengan mengatakan, “Katakanlah: Sesungguhnya, Tuhanku telah mengharamkan …” dan di antara hal-hal yang disebutkan adalah, “mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu.” Dengan kata lain, sebuah tindakan bisa berarti haraam dan syirik, dan seorang ulama bisa mengacunya hanya sebagai haraam. Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 229 and vol. 3, hal. 66; al-Abdul-Latif, hal. 201-202. 714

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 198. 715

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 199.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 254

وأن المساجد لله فال تدعوا مع الله أحدا“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping

(menyembah) Allah.” (QS. Jinn 72:18).

فال تدع مع الله إتا آخر ف تكون من المعذبي “Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang di'azab.” (QS.

asy-Syu’araa’ 26:213).

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) juga berkata,

الدعاء هو العبادة“Doa adalah [essensi] ibadah.”

716

Lebih jauh, jika seorang Muslim awam yang bukan ulama benar-benar yakin bahwa orang-orang ini yang mereka ibadahi sebenarnya tak bisa memberikan pengaruh,

kenapa dia harus berdoa kepada mereka? Tidakkah benar bahwa Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص)

dan Sahabat-Sahabatnya tak pernah berdoa kepada seseorang atau memohon pertolongan dari siapapun di sebuah kuburan, tidak dari nabi-nabi sebelumnya

tidak juga dari Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص) setelah kematiannya? Jika ini adalah

amalan yang bermanfaat yang benar-benar membantu doa-doa seseorang akan dikabulkan oleh Allah, kenapa generasi terbaik dari umat ini tidak memberi contoh untuk amalan ibadah yang dianggap indah dan penting itu? Jawaban-jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini jelas dan sangatlah mungkin, jika bukan sebuah fakta, bahwa berdoa dengan cara-cara seperti itu benar-benar pelanggaran terhadap tauhid seseorang, tidak akan berhati-hatikah bagi seorang Muslim untuk menghindari amalan seperti itu untuk menyelamatkan fondasi keimanannya? Namun demikian, para penentang ibn Abdul-Wahhab, yang lalu dan sekarang, tidak berbeda dari gambaran yang telah diberikan Allah dalam ayat-ayat berikut mengenai orang-orang musyrik Mekkah:

716

Diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Nasaai, al-Tirmidzi dan yang lain-lainnya. Dinilai shahih oleh al-Albaani. Lihat Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Shahih al-Jami al-Shaghir (Beirut: al-Maktab al-Islaami, 1988), vol. 1, hal. 641.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 255

له كذبا أو كذب بآياته إنه فمن أظلم تن اف ت رى على ال( وي عبدون من دون الله ما ال ;8ال ي فلح المجرمون )

فعهم وي قولون هؤالء شفعاؤنا عند الله قل يضرهم وال ي ن وات وال ف األرض أت نبئون الله با ال ي علم ف السما

(>8سبحانه وت عال عما يشركون )“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan

kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayatNya? Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa. Dan mereka menyembah

selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah." Katakanlah: "Apakah

kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang

mereka mempersekutukan (itu).” (QS. Yunus 10:17-18). 717

717

Dalam bantahannya terhadap ibn Abdul-Wahhab, al-Shati memberikan kisah dari kakeknya ini yang diperkirakan kuburan Nabi Yahya: Dia masuk ke dalam Masjid Bani Umayyah dan dia mendapati seorang wanita tua sedang berdoa, “Wahai sayyidina Yahya, berilah puteriku kesehatan yang baik.” Dia berkata pada wanita itu, “Wahai saudariku, katakan [mestinya] dengan kedudukan sayyidina Yahya, berilah puteriku kesehatan yang baik.” Dia (wanita itu) menjawab, “Saya tahu, saya tahu. Namun dia lebih dekat padaku untuk *sampai kepada+ Allah.” Maka wanita itu menjelaskan bahwa keyakinannya berbunyi, bahwa hanya Allah saja yang memiliki kekuatan yang mampu memberi manfaat, dan wanita itu hanya membuat pernyataan yang bermaksud mendekatkan diri kepada Allah melalui tuannya Yahya. (Kisah itu dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 196.) Menyedihkan untuk harus mengatakan dalam cara ini namun setelah membaca “dalil-dalil dan argumen-argumen” seperti ini dari mereka yang penuh semangat mencoba mempertahankan kebiasaan syirik, orang harus bertanya apakah orang-orang itu benar-benar membaca Qur’an. Sebenarnya, barangkali Muhammad Rasyid Ridha menggambarkan keadaan terbaik ketika dia menulis, “Dari aspek-aspek menakjubkan kebodohan Dahlaan dan yang sama dengannya adalah bahwa mereka berpikir bahwa apa yang Allah gambarkan mengenali kekeliruan syirik orang-orang musyrik berlaku hanya

untuk mereka [yaitu, orang-orang musyrik pada zaman Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)]. Mereka berpikir

bahwa hal itu bukanlah bukti yang menentang siapapun yang melakukan hal yang sama dengan yang mereka lakukan. Ini seolah-olah diperbolehkan bagi seorang Muslim melakukan syirik karena kewarganegaraan Islamnya, bahkan jika dia melakukan setiap

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 256

ين اتالص والذين اتذوا من دونه أولياء ما أال لله الدن هم ف ن عبدهم إال لي قربونا إل الله زلفى إن الله يكم ب ي

ار ما هم فيه يتلفون إن الله ال ي هدي من هو كاذب كف “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS.

az-Zumar 39:3).

Bukan itu saja, reaksi mereka pada da’wah ibn Abdul-Wahhab, yang berasal dari, tak berbeda dengan reaksi orang-orang kafir di masa-masa sebelumnya. Contohnya, mereka tidak boleh memanggil ibn Abdul-Wahhab seorang penyair yang kerasukan namun reaksi mereka tak berbeda dengan apa yang ditemukan dalam ayat,

( 19إن هم كانوا إذا قيل تم ال إله إال الله يستكبون ) (:1وي قولون أئنا لتاركو آتتنا لشاعر تنون )

“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak diibadahi melainkan Allah) mereka

menyombongkan diri, dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair

gila?"” (QS. ash Shaaffaat 37:35-36).

Atau reaksi mereka seperti yang ditemukan dalam ayat berikut:

macam menyekutukan Allah yang disebutkan dalam Qur’an. Berdasarkan itu, dia tak dapat dipahami dalam bentuk kemurtadan apapun dari Islam karena siapapun yang disebut Muslim mesti juga kufur dan syirik. Atau dianggap boleh baginya atau, setidaknya, dilarang. Tentu saja, mereka menganggap ini disetujui berdasar pada reinterpretasi teks-teks.” Rasyid Ridha, catatan kaki pada Siyaanah al-Insaan, hal. 479-480.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 257

هم وقال الكافرون هذا ساحر وعجبوا أن جاءهم منذر من ( أجعل اآلتة إتا واحدا إن هذا لشيء 8كذاب )

(9عجاب )“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan

(rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta." Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal

yang sangat mengherankan.” (QS. Shaad 38:4-5).

لن عبد الله وحد ونذر ما كان ي عبد آباؤنا قالوا أجئت نا فأتنا با تعدنا إن كنت من الصادقي

“Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh

bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar."” (QS. al-A’raaf 7:70).

Akhirnya, bahkan dalam kitab-kitab madzhab-madzhab fiqih yang berbeda-beda, terdapat dukungan yang jelas kepada pandangan yang digenggam ibn Abdul-Wahhab. Karenanya beliau menulis dalam sebuah surat, “Merenungkan apa yang terjadi antara kami dan musuh-musuh Allah. Kami meminta mereka agar mereka kembali kepada kitab-kitab mereka yang ada di tangan mereka mengenai masalah yang menyatakan seseorang kafir dan berperang melawan mereka. Namun demikian, mereka tak pernah memberikan jawaban kecuali mengeluh kepada para syeikh dan yang semacamnya.”718

Tudingan Tanpa Bukti bahwa ibn Abdul-Wahhab memberontak kepada Kekhalifahan Utsmaniyyah

Sebagaimana disebutkan dalam Bab 2, Najd, pada masa ibn Abdul-Wahhab, tidak benar-benar berada di bawah otoritas para penguasa Utsmaniyyah. Tentu saja, daerah ini telah dibiarkan begitu saja terserah pada daerah itu sendiri untuk beberapa lama. Daerah ini berkembang menjadi sebuah Negara yang tak memiliki

718

Ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 20.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 258

hukum dengan setiap kampung kecil atau suku Badwi yang berada di dalamnya memiliki penguasanya masing-masing. Penguasa-penguasa ini bermusuhan dan berperang terus menerus dengan penguasa-penguasa yang ada di sekitarnya. Lebih lagi, ketika ibn Abdul-Wahhab memulai da’wahnya secara bersungguh-sungguh, setelah pindah ke al-Uyainah, beliau melakukannya dengan persetujuan dan dalam persekutuan dengan Amir lokal atau otoritas yang telah terbangun. Sama halnya, ketika beliau pindah ke al-Diriyyah, beliau membuat perjanjian dengan Amir negeri itu yang telah berkuasa sekitar duapuluh tahun, Muhammad ibn Saud. Karenanya, tak ada waktu ibn Abdul-Wahhab memberontak melawan para penguasa di daerahnya. Lebih jauh, karena Najd tak pernah benar-benar menjadi bagian kekuasaan Utsmaniyyah, beliau juga tak pernah memberontak melawan para penguasa Utsmaniyyah.719

Meskipun hal itu adalah masalahnya dan meskipun hal yang demikian telah jelas bagi mereka yang hidup pada masa itu, hal ini tidak mencegah para penentang untuk membuat klaim palsu yang menyerang ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya bahwa mereka tidak lebih daripada para pembelot yang memberontak kepada otoritas yang sah. Ibn Afaliq menulis, “Monoteisme (tauhid) anda termasuk memberontak melawan orang-orang Muslim … Itu adalah fitnah bukan tauhid.”720 Sebagaimana dicatat sebelumnya, ibn Abidiin juga menganggap orang-orang “Wahhabi” sebagai pembelot. Dahlaan, al-Amali dan yang lainnya juga membuat klaim-klaim serupa.721 Beberapa di antara mereka, seperti Abdul-Qadim Zalum, bahkan menyalahkan orang-orang “Wahhabi” untuk runtuhnya Kekaisaran Utsmaniyyah, mengklaim bahwa Inggris telah mensuplai Muhammad ibn Saud dan anaknya Abdul-Aziz dengan senjata-senjata dan sejumlah uang.722

Pada poin ini, ibn Abdul-Wahhab membuat keyakinan-keyakinannya menjadi jelas. Yaitu keyakinan-keyakinan yang sama dengan yang dipegang oleh ahl al-Sunnah wa al-Jamaah sepanjang sejarahnya. Dalam suratnya kepada orang-orang al-Qasim, ibn Abdul-Wahhab menulis, “Saya percaya pada kewajiban mendengar dan mematuhi para pemimpin umat Muslim, baik yang saleh dan yang tak beriman di antara mereka, sepanjang mereka tidak memerintahkan tindakan yang tidak patuh kepada Allah. Kepatuhan ini adalah bagi siapa saja yang menjadi khalifah, orang yang disepakati dan diridlai rakyatnya. Bahkan jika dia menggagahi mereka dengan kekuatan dan kekhalifahannya, wajib untuk mentaatinya dan dilarang untuk

719

Benar, Negara baru akhirnya berperang melawan suku-suku lain di Najd dan juga melawan al-Ahsaa, Hijaz, Iraq dan yang lainnya, namun itu semua setelah diserang dan ditempatkan pada situasi dimana para penguasa yang sah dipaksa untuk mempertahankan diri. 720

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 233. 721

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 233. 722

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 233-234.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 259

memberontak padanya.”723 Deskripsi Muhammad Nasib al-Rifaa’i atas apa yang benar-benar terjadi antara ibn Abdul-Wahhab dan para penguasa Utsmaniyyah nampaknya cukup akurat. Dia menulis,

Syeikh Muhammad ibn Abdul-Wahhab tak pernah memberikan ajaran untuk menggulingkan kekhalifahan Muslim … Namun demikian, orang-orang yang berada di sekitar khalifah, yang adalah berasal dari ordo-ordo Sufi, mendistorsi berita-berita dengan tujuan untuk mengerahkan khalifah agar melawan mereka *“Wahhabi”+, membuatnya agar nampak sebagai sebuah gerakan yang menentang kekhalifahan itu sendiri, yang berusaha mengembalikan kekahlifahan kepada bangsa Arab … Namun demikian, keyakinan-keyakinan sang Syeikh benar-benar keyakinan Islam yang tidak menarik tangan dari ketaatan kepada khalifah yang sedang berkuasa sampai dia memperlihatkan tindakan yang jelas-jelas kufur. Sang Syeikh tidak melihat apapun dalam keadaan itu yang dapat membawanya untuk menyeru orang-orang agar menggeser sang khalifah. Bahkan jika sang khalifah adalah seorang pelaku kemungkaran untuk dirinya sendiri, sepanjang kemungkarannya itu tidak mencapai tingkat kufur murni yang jelas, tidak diizinkan untuk memberontak melawannya atau menentang perintahnya.

724

Ajil Nashmi menyimpulkan, “Kita tak bisa mengatakan secara pasti bahwa tulisan-tulisan Syeikh Muhammad ibn Abdul-Wahhab tidak menyatakan pendirian yang jelas tentang pertentangannya kepada kekhalifahan.”725 Dia juga menulis, “Kita belum melihat dengan jelas fatwa darinya yang menyatakan bahwa Negara Utsmaniyyah itu kafir. Tentu saja, semua fatwa-fatwanya adalah hanya berkenaan dengan orang-orang Badwi yang dekat dengannya, mereka yang dia ketahui pasti mengikuti praktik-praktik keberhalaan.”726

Apa yang pasti, walaupun, adalah bahwa setelah meninggalnya ibn Abdul-Wahhab, telah terjadi sebuah masa ketika para pengikutnya di negara-negara Saudi yang berbeda mengadu dalam perang melawan Utsmaniyyah. Pada poin ini, al-Qataan dan al-Zain menulis setelah sebuah diskusi yang panjang. Dari semua ini, jelas bahwa da’wah Wahhabi tidak memerangi kekhalifahan Islam. Gerakan ini hanya berusaha menyatukan orang-orang yang berpencar-pencar di jazirah Arabia di bawah bendera Islam. Satu-satunya yang memulai peperangan adalah Negara Utsmaniyyah. Jika sang penganjur bersikeras mengatakan da’wah Wahhabi memerangi kekhalifahan Islam, kami mengatakan bahwa gerakan ini mencari posisi yang benar dalam masalah itu dan gerakan ini melihat bahwa penjelmaan-penjelmaan syirik menyebar di bawah kekuasaan [Utsmaniyyah] dan gerakan ini melihat bahwa kekuasaan

723

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 11. Lihat juga vol. 1, hal. 394. 724

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 237-238. 725

Dikutip dalam al-Husain, hal. 394. 726

Dikutip dalam al-Husain, hal. 394. Lihat juga al-Qataan dan al-Zain, hal. 146-150.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 260

[Utsmaniyyah] melindungi dan mengikuti Sufisme dan ordo-ordonya, yang berarti membawa kepada syirik.

727

Masalah Tawassul (Mencari Perantara Kedekatan kepada Allah) dan Mencari Pertolongan dari Selain Allah

Allah berfirman,

يا أي ها الذين آمنوا ات قوا الله واب ت غوا إليه الوسيلة وجاهدوا علكم ت فلحون ف سبيله ل

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya

kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al-Maaidah 5:35).

Salah klaim yang diulang-ulang mengenai ibn Abdul-Wahhab adalah bahwa beliau melarang segala macam tipe tawassul (cara-cara tertentu untuk memohon dan mendekatkan diri kepada Allah). Kenyataannya, meskipun, pertanyaannya lebih merinci mengenai apa yang dibolehkan dan apa yang dilarang, yang kemungkinannya bahkan syirik.728 Para penentang ibn Abdul-Wahhab mengklaim bahwa dibolehkan untuk mencari perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui orang yang telah meninggal. Dengan kata lain, mereka melihat tak ada bedanya antara mereka yang masih hidup dengan mereka yang sudah meninggal dunia—kedua kelompok itu memiliki kemampuan yang sama dan kedudukan yang sama dalam pandangan Allah. Sebenarnya, mereka berangkat lebih jauh dan memandang tak ada ruginya berdoa secara langsung pada orang yang telah meninggal untuk pertolongan dan bantuan. Karenanya, para penentang menyeru untuk sesuatu yang dipandang ibn Abdul-Wahhab dan para pendukungnya sebagai syirik dan kufur. Dalam cahaya ini, orang dapat memahami kenapa perbedaan ini menjadi salah satu kepentingan terbesar kedua belah pihak. Hal ini benar-benar—

727

Al-Qataan dan al-Zain, hal. 150. 728

Sebuah pembahasan yang komplit tentang pertanyaan ini melebihi bidang karya ini. Khususnya, mereka yang tawassul melalui roh-roh orang-orang yang sudah meninggal mengutip sejumlah hadits dan kejadian-kejadian untuk mendukung klaim-klaim mereka. Pertanyaan autentisitas hadits itu membutuhkan sebuah pembahasan yang rinci melebihi bidang karya ini. Untungnya, dua kitab tersedia dalam bahasa Inggris yang membahas secara mendalam topik tersebut dengan cahaya Qur’an dan Sunnah. Kitab-kitab itu adalah: Muhammad al-Albaanee, Tawassul: Its Types and Rulings (Birmingham, UK: Al-Hidaayah Publikasi dan Distribusi Terbatas., 1995); Ahmad ibn Taimiyyah, Kitab al-Wasilah (Lahore, Pakistan: Idarah Tarjuman al-Sunnah, tanpa tahun.).

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 261

sebagai satu jalan yang seringkali dilalui dalam kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab—sebuah persoalan keimanan dan kekafiran, tauhid dan syirik.

Al-Abdul-Latif meringkas pandangan-pandangan para penentang ibn Abdul-Wahhab dalam dua poin berikut: (1) Diperbolehkan untuk mencari alat untuk mendekatkan diri pada Allah melalui bentuk-bentuk roh, hidup atau mati. Yang

paling terhormat, tentu saja, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Dibolehkan untuk mendekat kepada

Allah melalui beliau ketika beliau masih hidup, setelah beliau wafat dan di Hari Pembalasan. Kenyataannya, diperbolehkan untuk mencari alat untuk mendekatkan

diri kepada Allah melalui Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) bahkan sebelum beliau hadir di bumi. Juga

diperbolehkan untuk memohon kepada Allah melalui siapapun yang dikasihi-Nya. Dalam cara yang sama orang boleh mencari sebuah alat mendekatkan diri melalui amalan seseorang, orang juga bisa mencari alat mendekatkan diri melalui individu-individu terhormat yang telah Allah ciptakan. (2) Diperbolehkan untuk mencari alat melalui yang hidup atau yang telah meninggal. Ini karena, dalam kenyataan, tak ada beda antara keduanya. Dalam cara yang sama bahwa yang hidup tak memiliki pengaruh yang nyata—semuanya menjadi hanya karena Allah—yang telah meninggal juga tak memiliki pengaruh yang nyata. Lebih jauh, yang telah meninggal masih memiliki kehidupan di dalam kuburnya sama seperti sebelum dia mati. Hal ini bisa juga disimpulkan bahwa tak ada beda antara mencari pertolongan, perlindungan dan keselamatan dari orang yang telah meninggal dan orang yang masih hidup.729

Mereka yang keberatan pada posisi ibn Abdul-Wahhab pada masalah ini termasuk ibn Afaliq, Umar al-Mahjub, al-Haddaad, Ismail al-Tamimi, Ahmad Dahlaan dan beberapa yang lainnya.730 Lagi pula, posisi kebanyakan para penulis ini adalah bahwa jika seseorang percaya bahwa Allah adalah “pelaku” utama dan tak ada seorang pun yang memiliki kekuatan sejati kecuali Allah, maka diperbolehkan untuk memohon atau berdoa kepada semacam “wali” atau nabi sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah atau untuk memohon kepada Allah atas nama nabi atau “wali.” Contohnya, Dahlaan menulis, “Al-tawassul [mencari alat untuk mendekatkan diri], mencari perantaraan dan mencari bantuan adalah bermakna sama. Di hati-hati orang-orang beriman, hal itu hanya berarti mencari berkah dengan menyebutkan mereka yang dicintai Allah, karena hal ini ditegaskan bahwa Allah mengasihi hamba-hamba-Nya karena mereka, tanpa menghiraukan apakah mereka masih hidup atau sudah meninggal. Satu-satunya yang memberikan pengaruh dan esksistensi hanyalah Allah. Menyebutkan roh-roh mereka yang mulia itu hanya sebuah alat biasa yang tercipta yang hasilnya seperti alat [material]

729

Al-Abdul-Latif, hal. 241-242. 730

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 242-256.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 262

biasa lainnya yang tak memiliki pengaruh nyata apapun.”731 Karenanya, dalam cara yang sama bahwa mencari makanan dalam kehidupan ini tidak benar-benar memproduksi makanan—karena Allah adalah pemelihara yang sejati dan satu-satunya—orang hanya megikuti cara biasa yang dapat menghasilkan makanan itu. Maka, mencari pertolongan dan kedekatan melalui orang yang telah meninggal hanyalah cara lain yang tidak memiliki pengaruh nyata kecuali Allah mau memberikannya. Al-Alawi kontemporer, al-Maliki menyatakan, “Roh-roh itu memiliki kemampuan dan kebebasan yang membolehkan mereka untuk menjawab ketika mereka dipanggil dan memberikan keselamatan kepada mereka yang memohon keselamatan, sama persis seperti orang yang masih hidup—kenyataannya, kemampuan mereka bahkan lebih besar dan lebih kuat.”732

Sebagaimana dicatat di atas, konsep atau terma tawassul atau wasilah diperoleh langsung dari Qur’an. Namun, seiring berjalannya waktu konsep atau terma ini

pengertiannya menjadi berbeda dari aselinya yang dipahami oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

sendiri dan oleh Sahabat-sahabatnya. Maka, orang menemukan dalam tafsir Qur’an al-Tabari, salah satu tafsir Qur’an pertama, bahwa dalam ayat yang dikutip di atas (QS. al-Maaidah 5:35), “dan carilah jalan yang mendekatkan diri [al-wasilah] kepada-Nya,” mengacu pada melakukan amalan-amalan yang baik yang dicintai Allah. Dengan begitulah seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Kenyataan, itulah satu-satunya yang ditawarkan al-Tabari, meskipun ini adalah praktiknya untuk mempersembahkan setiap pandangan yang telah lalu dari ulama-ulama sebelumnya.733 Dengan kata lain, bahkan tak ada isyarat apapun untuk semacam praktik-praktik yang dikembangkan dan diklaim orang-orang terakhir yang dilindungi bidang ayat ini.

Cara-cara mendekatkan diri kepada Allah dibagi oleh ulama-ulama mutaakhirun kedalam cara-cara yang diperbolehkan dan cara-cara yang bid’ah. Cara-cara yang diperbolehkan, semuanya didukung oleh hadits, termasuk mencari cara mendekatkan diri kepada Allah dengan memohonkan nama-nama dan sifat-sifat Allah, dengan menyebutkan amalan baik yang telah dilakukan seseorang dan dengan memiliki orang saleh yang masih hidup yang berdoa untuk kepentingannya.734

Seiring berjalannya waktu, dikembangkan satu cara baru untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam cara ini, orang memohon kepada Allah dengan memohonkan kedudukan nama atau dengan menyebutkan kedudukan terhormat salah satu

731

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 249. 732

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 253. 733

Lihat Muhammad ibn Jareer al-Tabari, Jaami al-Bayaan an Taweel Ayi al-Quraan (Amman, Jordan: Daar al-Alaam, 2002), vol. 4, hal. 293-294. 734

Lihat al-Albaani, Tawassul, hal. 22-38.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 263

hamba Allah. Karenanya, orang mengatakan, contohnya, “Ya Allah, Aku memohon

padamu dengan haknya atau kedudukan Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص), berilah aku …” atau,

“Ya Allah, Aku memohon padamu dengan kedudukan ‘wali’ Abdul-Qaadir, berilah aku…” Ibn Abdul-Wahhab menganggap tipe tawassul ini sebagai sebuah tipe bid’ah yang harus dihindari. Namun demikian, beliau tak pernah menganggap tipe tawassul ini sebuah amalan kufur, khususnya tidak ketika dilakukan atas nama

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), karena dalam hal ini orang sebenarnya berdoa kepada Allah. Bentuk

doa seperti itu dianggap bid’ah karena hal itu tak pernah dilakukan oleh Nabi

tak pernah (ملسو هيلع هللا ىلص) Sahabat-Sahabatnya dan tabiin. Contohnya, Nabi ,(ملسو هيلع هللا ىلص)

memohon kepada Allah dengan memohonkan kedudukan atau hak leluhurnya, Ibrahim. Sama halnya, tak ada riwayat shahih yang melaporkan bahwa para Sahabat memohon kepada Allah dengan hak atau kedudukan Nabi Muhammad

,Karenanya, ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya menyimpulkan .(ملسو هيلع هللا ىلص)

tindakat seperti itu sebagai sesuatu yang benar-benar bid’ah meskipun tak ada dalil yang dapat menyimpulkan bahwa tindakan itu adalah kufur atau syirik.

Bahkan pun, dalam sebuah pemalsuan yang mencolok, Dahlaan menulis, “Dalam setiap khutbah Jum’at di masjid di al-Diriyyah, Muhammad ibn Abdul-Wahhab mengatakan, ‘Barang siapa ber-tawassul melalui Nabi telah melakukan sebuah kekafiran.’”735 Menambahi dusta-dusta seperti itu, al-Amali menulis, “‘Wahhabi’ melarang setiap bentuk tawassul dan menganggapnya sebagai syirik.’”736 Dalam suratnya kepada ibn Suhaim, ibn Abdul-Wahhab secara spesifik menyatakan bahwa klaim ini—bahwa beliau menganggap orang yang ber-tawassul melalui orang saleh adalah orang kafir—tiada lain kecuali pemalsuan.737 Kenyataannya, beliau menganggap masalah mencari cara mendekatkan diri kepada Allah dengan cara memohon nama-nama orang saleh ini sebagai masalah fiqih dimana disana terdapat perbedaan pendapat. Karena terdapat perbedaan pendapat yang dapat diterima, beliau tak akan bahkan untuk mencomeli mereka yang melaksanakan tindakan seperti itu.738

Namun demikian, sebagaimana telah disinggung di atas, masalah-masalah yang berkembang bahkan lebih dari itu. Atas nama tawassul, orang mulai berdoa secara langsung kepada orang yang sudah meninggal, meminta mereka agar campur tangan antara diri mereka [si pendoa] dengan Allah atau, bahkan lebih parah, meminta mereka agar mengampuni dosa-dosanya, berpikir bahwa mereka memiliki semacam dispensasi khusus dari Allah untuk tujuan itu. Mereka

735

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 255. 736

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 255. 737

Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 64. 738

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 255-256.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 264

mengklaim bahwa semua ini hanya sebuah tipe tawassul, yang diperbolehkan. Dengan kata lain, diklaim bahwa istighatsah, atau memohon keselamatan dan pertolongan, dari selain Allah adalah diperbolehkan karena hal ini tiada lain daripada sebuah tipe tawassul. (Secara linguistik adalah berbicara dan dalam terminology Qur’an dan Sunnah, tidak diterima untuk mengklaim bahwa istighatsah dapat dianggap begitu saja sebagai bagian dari tawassul.739)

Mengenai masalah yang terakhir, ibn Abdul-Wahhab tidak berubah. Ini bukan hanya sebuah perbedaan pendapat dalam masalah fiqih. Ini adalah masalah yang menampar keimanan. Permohonan dan doa jatuh pada kategori ibadah dan hal yang semacam itu mesti ditujukan secara eksklusif hanya pada Allah semata. Seseorang tak bisa meminta seseorang atau sesuatu yang lain selain yang melebihi makna nyata dan normalnya sebagai manusia. Karenanya, meminta orang yang sudah meninggal untuk menyembuhkan penyakit, mengampuni dosa-dosa, menyelamatkan seseorang dari sebuah masalah dan sebagainya, yang dihukumi beberapa ulama dengan nama tawassul, tidak kurang daripada syirik murni. Tambahan, terdapat klaim penuh bahwa orang yang sudah meninggal itu dapat melakukan tindakan-tindakan yang disebutkan. Namun demikian, kemampuan tentang fakta tersebut berasal dari sesuatu yang tak terlihat dan tak ada dalil dalam Qur’an atau Sunnah bahwa orang yang sudah meninggal dapat melakukan amalan apapun atas nama orang yang masih hidup. Kebalikannya, dalam Sunnah

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) orang menemukan bahwa orang yang meninggal adalah yang

membutuhkan doa dari orang yang masih hidup dan bukannya sebaliknya. Lebih jauh, mereka mengklaim bahwa orang yang sudah meninggal dapat terus melakukan amalan-amalan kesalehan yang menakjubkan ketika dalam kuburnya—seperti memohon pengampunan atas nama individu miskin yang berdosa—

sementara Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dengan jelas menyatakan,

إذا مات اإلنسان ان قطع عنه عمله إال من ثالث إال من أو ولد لالح يدعو له لدقة جارية أو علم ي نت فع به

“Apabila manusia mati maka putuslah ‘amalannya kecuali tiga perkara kecuali sedekah yang berkekalan (sedekah wakafnya), dan ilmu yang

memberi manfaat bagi orang, dan anak saleh yang mendoakan dia.” (Riwayat Muslim)

739

Untuk lebihnya dalam hal ini, lihat al-Abdul-Latif, hal. 266f.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 265

Abu Butain menjelaskan daya tarik di balik bentuk doa yang keliru ini. Dia menyatakan, “Ketika setan menyadari bahwa semua orang yang membaca Qur’an menjauh dari syirik dan ibadah kepada selain Allah, dia memasukkan ke dalam hati orang-orang bodoh konsep bahwa ini hanyalah tawassul, mencari perantaraan melalui mereka, beralih kepada mereka dan sebagainya. Maka dia merampas nama-nama ibadah dan syirik dari hati-hati mereka dan membalut mereka dengan nama-nama dimana hati-hati mereka tak akan menjauh darinya.”740 Namun demikian, nama-nama itu sendiri tak dapat merubah realitas atau aturan inti dari sesuatu. Ini tetap saja syirik dimana orang-orang bodoh jatuh padanya.

Hal yang sangat dekat berkenaan dengan masalah ini adalah persoalan umum tentang berdoa dan memohon pada sesuatu selain dari Allah. Meskipun bagi kebanyakan umat Muslim di Barat sekarang—barangkali sebagian karena pengaruh murid-murid ibn Abdul-Wahhab yang telah berlangsung lama—hal ini kelihatan seperti masalah yang sudah sangat jelas, ini masih menjadi masalah lain yang dihadapi ibn Abdul-Wahhab dengan pertentangan yang sangat hebat. Maka, sebagai contoh, al-Qabbaani menulis tentang doa memohon pertolongan dari selain Allah, “Untuk yang dia klaim bahwa istighatsah (mencari pertolongan dan penyelamatan) adalah sebuah tipe ibadah kepada selain Allah dan ini adalah bagian dari syirik besar dari syirik orang-orang kafir, dia tidak memberikan bukti atau dalil untuk itu.”741 Al-Qabbaani juga berkata, “Diperbolehkan untuk ber-

tawassul, mencari perantaraan dan mencari pertolongan melalui Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص)

begitu juga melalui yang lain dari para nabi atau ‘para wali.’”742 Al-Hadaad membuat kata-kata yang sama dan mengatakan bahwa gagasan bahwa orang tak dapat berdoa kepada “para wali” adalah salah satu perubahan “orang Najd,” yaitu, ibn Abdul-Wahhab.743

Pandangan-pandangan para pengikut ibn Abdul-Wahhab sangat baik diekspresikan oleh cucunya, Sulaiman yang menulis,

Sesungguhnya, doa adalah sebuah bentuk ibadah, bentuk paling baik dari ibadah. Kenyataannya, ini adalah yang paling mulia dari semua ibadah kepada Allah … Jika menujukannya kepada yang lain-lain bukan sebuah tipe syirik, maka tak ada syirik di bumi ini. Jika ada syirik di bumi ini, maka syirik berkenaan dengan doa mesti nyata-nyata dianggap lebih dari syirik daripada menyekutukan Allah dalam tindak ibadah lain apapun. Kenyataannya, syirik

740

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 269. 741

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 349. 742

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 349. 743

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 349. Untuk pernyataan-pernyataan dari para penentang yang lain, seperti ibn Jarjiis, Dahlaan, ibn Daawud dan yang lainnya, lihat al-Abdul-Latif, hal. 350-357.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 266

berkenaan dengan doa adalah bentuk syirik yang dipraktikkan orang-orang

musyrik dimana Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) diutus kepadanya. Mereka berdoa kepada

para nabi, orang-orang saleh dan para malaikat. Mereka mendekatinya (para nabi, orang-orang saleh dan para malaikat) agar dapat menjadikannya perantara antara mereka dengan Allah. Pada masa sulit, mereka akan berdoa dengan murni kepada Allah dan mereka akan melupakan sekutu-sekutu mereka. Bahkan ini berhubungan bahwa jika mereka menghadapi kesulitan di laut-laut, mereka akan melemparkan berhala-berhala mereka dan berkata, “Ya Allah, Ya Allah,” karena mereka tahu bahwa “dewa-dewa” mereka tak dapat menyingkirkan kejahatan atau menyelamatkan siapapun yang membutuhkannya.

744

Hamid ibn Naasir ibn Muammar lebih lanjut menguatkan argumen di atas dengan menulis,

Kita tahu dengan keperluan bahwa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) tak pernah menyuruh

umatnya agar berdoa kepada orang yang sudah meninggal manapun, tidak kepada seorang nabi, seorang yang saleh atau siapapun yang lainnya. Doa-doa seperti itu tidak boleh dilakukan dengan mengatakannya sebagai mencari pertolongan atau kata-kata lainnya apapun. Kenyataannya, kita tahu

bahwa beliau (nabi ملسو هيلع هللا ىلص) melarang hal-hal seperti itu. Kita juga tahu bahwa

hal seperti itu adalah bentuk syirik besar yang dilarang Allah dan rasul-Nya …

Allah berfirman,

قل ادعوا الذين زعمتم من دونه فال يلكون كشف الضر ت غون إل ( أولئك الذين يدعون ي ب :9عنكم وال تويال )

م الوسيلة أي هم أق رب وي رجون رتته ويافون عذابه إن رب (;9عذاب ربك كان تذورا )

“Katakanlah: "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan)745

selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan

bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya." Orang-orang yang

744

Sulaiman ibn Abdullah ibn Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Taiseer al-Azeez al-Hameed fi Syarh Kitaab al-Tauhid (Beirut: al-Maktab al-Islaami, 1400 H.), hal. 219. 745

Apa yang dikatakan mereka tuhan itu ialah, berhala, malaikat, jin dan sebagainya.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 267

mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka746

siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-

Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. al-Israa’ 17:56-57).

Dua ayat ini ditujukan kepada siapa saja yang berdoa kepada selain Allah. Kenyataannya, orang itu yang berdoa kepada [malaikat, nabi atau orang saleh] bagi dirinya adalah mencari alat untuk mendekatkan dirinya kepada Allah, mengharap kemurahan-Nya dan takut akan hukuman-Nya. Dua ayat ini diterapkan kepada siapa saja yang berdoa kepada orang yang sudah meninggal atau orang ghaib dari kalangan para nabi dan orang-orang saleh. Orang itu tentu saja berdoa kepada seseorang yang tak dapat menyelamatkannya atau tidak memiliki kekuatan apapun untuk menyingkirkan segala kejahatan apapun …

747

Akhirnya, Abu Butain membantah klaim Dawud yang mengatakan bahwa hal ini

sebenarnya disepakati bahwa seseorang boleh berdoa kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) untuk

menyelamatkan dan menolong, Abu Butain menyatakan,

Kemudian dia mengklaim bahwa meminta pertolongan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dalam

keadaan sulit adalah sesuatu yang sangat dikenal dan dilakukan oleh para Sahabat dan Salaf. Karenanya, dia menempelkan pada salafu saleh sesuatu yang mereka, semuanya, sangat jauhi. Cukup untuk membantah semua kesalahkonsepsian ini dengan mengutip kata-kata Allah [mengenai Nabi

,[(ملسو هيلع هللا ىلص)

إال ما شاء الله ولو قل ال أملك لن فسي ن فعا وال ضراري وما مسن السوء كنت أعلم الغيب الستكث رت من ات

إن أنا إال نذير وبشري لقوم ي ؤمنون “Katakanlah (Wahai Muhammad): ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki

Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira

bagi orang-orang yang beriman.’” (QS. al-A’raaf 7:188). Dan Allah berfirman,

746

Maksudnya: Nabi Isa a.s., para malaikat dan 'Uzair yang mereka sembah itu menyeru dan mencari jalan mendekatkan diri kepada Allah. 747

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 358.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 268

قل إن ال أملك لكم ضرا وال رشدا“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu

kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan.’” (QS. al-Jin 72:21).

Itu adalah keadaan pada saat Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) masih hidup, lalu bagaimana

keadaan ketika beliau (ملسو هيلع هللا ىلص) telah meninggal?748

Persoalan Tentang Memohon Syafaat Nabi

Cara lain yang digunakan musuh-musuh ibn Abdul-Wahhab dan kebenaran untuk mencoba membuat orang-orang menjauh dari ajaran-ajarannya adalah dengan mengklaim bahwa beliau melarang memohon syafaat Nabi. Tak ada keraguan

bahwa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) adalah orang yang paling dicintai bagi orang-orang yang benar-

benar beriman. Karenanya, setiap upaya mengkerdilkan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dapat

menciptakan kemarahan bagi umat Muslim. Dengan cara ini, musuh-musuh menemukan gerbang yang berguna yang dapat menodai ibn Abdul-Wahhab di mata umat Muslim yang awam.749 Khususnya, al-Qabbaani, ibn Dawud, al-Haddaad dan yang lainnya keberatan dengan pandangan ibn Abdul-Wahhab pada masalah ini.750

Ibn Abdul-Wahhab menegur klaim-klaim yang melawannya dalam masalah ini ketika beliau menulis,

Jika seseorang berkata, “Apakah anda menolak syafaat Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) dan

berlepas diri darinya?” Katakan: Saya tidak menolaknya dan tidak juga berlepas diri darinya. Kenyataannya, dia adalah syafaat, satu-satunya syafaat

748

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 362. 749

Menarik untuk mencatat bahwa al-Qabbaani dan yang lainnya mengklaim bahwa orang-orang musyrik yang diacu dalam Qur’an bukan karena mereka menjadikan perantara-perantara antara mereka dengan Allah. Malahan, ini adalah hanya karena mereka percaya bahwa para malaikat dan orang-orang shaleh adalah putera-puteri Allah atau karena mereka melemahkan tamsilan-tamsilan mereka. Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 278-279. Lihat pembahasan al-Abdul-Latif hal. 278-286. 750

Lihat al-Abdul-Latif, hal. 278-286.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 269

yang diterima.751

Saya mengharapkan syafaatnya. Namun demikian, semua syafaat berasal dari Allah. Allah berfirman,

يعا له ملك السماوات واألرض ت إليه قل لله الشفاعة ت ت رجعون

“Katakanlah: ‘Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.’”

(QS. az-Zumar 39:44).

Syafaat ini tak akan ada kecuali setelah Allah mengizinkannya, sebagaimana Allah firmankan,

الله ال إله إال هو اتي القيوم ال تأخذ سنة وال ن وم له ما شفع عند إال ف السماوات وما ف األرض من ذا الذي ي

بإذنه ي علم ما ب ي أيديهم وما خلفهم وال ييطون بشيء من علمه إال با شاء وسع كرسيه السماوات واألرض وال

ي ئود حفظهما وهو العلي العظيم “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan

tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang

di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi

752 Allah

meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. al- Baqarah 2:255).

751

Kenyataannya, wasilah yang benar ini adalah berkah dari Allah yang dilimpahkan-Nya kepada siapa saja yang diinginkan-Nya. Dalam cara ini, Allah menghormati orang-orang yang shaleh dan memberi mereka tempat yang mulia. Bandingkan, Sulaiman ibn Abdullah ibn Muhammad ibn Abdul-Wahhab, hal. 295. 752

Kursi dalam ayat ini oleh sebagian mufassirin diartikan dengan ilmu Allah dan ada pula yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 270

Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya, sebagaimana Allah berfirman,

ر اإلسالم دينا ف لن ي قبل منه وهو ف اآلخرة ومن ي بتغ غي من اتاسرين

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-

orang yang rugi.” (QS. Ali-‘Imran 3:85).

Maka, jika semua syafaat adalah milik Allah dan dia tak akan ada kecuali

dengan izin-Nya, maka tidaklah Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) apalagi yang lainnya dapat

memberikan syafaat kecuali atas izin Allah. Dan Dia tidak memberikan izin itu kecuali bagi orang-orang yang ber-tauhid. Maka, jika syafaat hanya berasal dari Allah, dia seharusnya hanya dimohonkan kepada-Nya. Maka, seseorang seharusnya berkata, contohnya, “Ya Allah, janganlah Engkau cegah syafaatnya untukku,” atau, “Ya Allah, biarkan dia memberi syafaat untukku.”

Jika seseorang berkata, “Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) telah diberi syafaat dan saya hanya

memohonnya dari orang yang telah Allah berikan padanya,” jawabannya adalah: Allah memang telah memberinya syafaat dan Dia melarang anda [dari doa seperti itu] sebagaimana Allah berfirman,

وأن المساجد لله فال تدعوا مع الله أحدا“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping

(menyembah) Allah.” (QS. al-Jin 72:18).

Namun jika anda berdoa kepada Allah agar Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) memberi syafaat

untuk anda, anda akan mentaati firman-Nya,

ال تدعوا مع الله أحداوأن المساجد لله ف “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping

(menyembah) Allah.” (QS. al-Jin 72:18).

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 271

Lebih jauh, syafaat telah diberikan kepada yang lain selain Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص).

Adalah benar bahwa para malaikat mengetengahi, orang saleh mengetengahi, anak kecil yang telah meninggal mengetengahi. Haruskah anda kemudian berkata bahwa Allah memberi mereka syafaat, maka haruskah anda memintanya dari mereka? Jika anda berkata demikian, maka anda telah kembali menyembah orang saleh sebagaimana Allah telah sebutkan dalam kitab-Nya. Jika anda katakan tidak [orang seharusnya tidak memohon syafaat langsung dari mereka], maka anda telah membatalkan

argumen anda sendiri bahwa Allah telah memberinya (ملسو هيلع هللا ىلص)] syafaat dan

saya memohonnya dari orang yang Allah telah berkahi hal itu kepadanya.753

Dalam kitabnya Masail al-Jahiliyyah, ibn Abdul-Wahhab menulis,

Mereka [Orang-orang musyrik kafir] melakukan ibadah dengan menghubungkan orang saleh sebagai sekutu-sekutu dalam doa-doa mereka kepada Allah dan ibadah-Nya. Mereka menginginkan syafaat mereka dengan Allah, berpikir bahwa Allah mencintainya dan orang-orang saleh mencintainya. Hal ini sebagaimana Allah telah berfirman,

فعهم وي قولون وي عبدون من دون الله ما ال ي ضرهم وال ي ن هؤالء شفعاؤنا عند الله قل أت نبئون الله با ال ي علم ف السماوات وال ف األرض سبحانه وت عال عما يشركون

“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah." Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?"

754 Maha Suci Allah dan

Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).’” (QS. Yunus 10:18).

Allah juga berfirman,

753

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 165-166. Lihat juga Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 113. 754

Kalimat ini adalah ejekan terhadap orang-orang yang menyembah berhala, yang menyangka bahwa berhala-berhala itu dapat memberi syafaat Allah.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 272

ين اتالص والذين اتذوا من دونه أولياء ما أال لله الدن هم ف ن عبدهم إال لي قربونا إل الله زلفى إن الله يكم ب ي

ار ما هم فيه يتلفون إن الله ال ي هدي من هو كاذب كف “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS.

az-Zumar 39:3).

Ini adalah masalah terbesar dimana mereka [orang-orang musyrik] berselisih

dengan Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص). Beliau (ملسو هيلع هللا ىلص) datang dengan kemurnian [kepada

Allah semata]. Beliau (ملسو هيلع هللا ىلص) menginformasikan bahwa yang demikian adalah

agama Allah yang mana para rasul diutus untuk itu. [Dan beliau (ملسو هيلع هللا ىلص)

memberitahukan kepada mereka] bahwa Allah tidak menerima amalan

apapun sampai hal itu dilakukan dengan kemurnian. Dan beliau (ملسو هيلع هللا ىلص)

memberitahukan kepada mereka bahwa seseorang yang melakukan amalan-amalan yang lebih mereka sukai, Allah mengharamkan Surga dan menibankan api Neraka sebagai tempat tinggal. Ini adalah masalah yang memisahkan orang-orang antara Muslim dan orang-orang kafir. Karena masalah inilah permusuhan berkembang. Dan untuk alasan inilah jihad disetujui, sebagaimana Allah berfirman,

ين كله لله فإن نة ويكون الد وقاتلوهم حت ال تكون فت ان ت هوا فإن الله با ي عملون بصري

“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah755

dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah

756. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka

755

Maksudnya: gangguan-gangguan terhadap umat Islam dan agama Islam. 756

Maksudnya: Menurut An-Nasafi dan Al-Maraghi, tegaknya agama Islam dan sirnanya agama-agama yang batil.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 273

sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-Anfaal 8:39).

757

Sulaiman ibn Abdullah, cucu dari Muhammad ibn Abdul-Wahhab, memperlihatkan bahwa seorang individu memilih untuk para perantara dan berpaling pada mereka adalah sebenarnya sebuah tindakan merendahkan Allah. Dia menulis,

[Mengambil para perantara] memperlihatkan pemikiran-pemikiran keliru tentang Tuhan Sekalian Alam. Orang yang mengambil para perantara dan yang setara dengannya mestilah berpikir bahwa Allah membutuhkan assisten atau pembantu untuk mengatur urusan-urusan dunia—dan itu adalah penghinaan terbesar bagi Dzat yang sanggup mencukupi diri-Nya sendiri, yang tak membutuhkan apapun selain daripada Diri-Nya sendiri dan justru yang lainlah yang membutuhkan-Nya—atau dia berpikir bahwa kemampuan Allah hanya dapat sempurna dengan kekuatan perantara. Atau, dia mungkin percaya bahwa Allah tidak melakukan apapun sampai perantara memberitahukannya atau bahwa Allah tak memiliki kasih sayang sampai perantara itu memberikan kasih sayang [Penulis kemudian menyebutkan banyak cara lain orang yang percaya pada para perantara yang merendahkan Allah].

758

Abdul-Rahmaan ibn Hasan, cucunya yang lain, membuat poin yang sangat penting, “Tak ada keraguan bahwa mencari perantaraan dari orang yang telah meninggal melibatkan sejumlah aspek ibadah: orang meminta seseorang selain Allah, orang memperlihatkan kebutuhan-kebutuhan kepada seseorang selain daripada Allah, orang menyandarkan harapan-harapannya dan aspirasi-aspirasinya pada seseorang selain daripada Allah, orang berpaling padanya dengan hati, wajah, anggota badan dan lidahnya … Ini adalah syirik yang tak diampuni Allah.”759

Masalah-masalah Penghancuran Makam-makam dan Ziarah Kubur

Salah satu tindakan yang paling menghebohkan, menurut orang-orang Sufi dan kaum Syiah, bahwa yang dilakukan ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya adalah meruntuhkan makam-makam dan melarang ziarah ke kuburan-kuburan dan mausoleum. Tentu saja, bagi mereka, ini benar-benar penghinaan besar yang diberikan ibn Abdul-Wahhab kepada para nabi dan “para wali”. Ibn Suhaim, di awal, menyebut penghancuran makam Zaid ibn al-Khattaab salah satu bid’ah dan

757

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 334. Tambahan untuk poin-poin dan ayat-ayat yang dikutip ibn Abdul-Wahhab di atas, pembaca yang tertarik sebaiknya membaca juga al-Najm ayat 26, al-Anbiyaa ayat 28 dan Yunus ayat 3. 758

Sulaiman ibn Abdullah ibn Muhammad ibn Abdul-Wahhab, hal. 275. 759

Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 294. Ini adalah tambahan pada fakta bahwa pemohon mesti percaya bahwa orang yang sudah meninggal memiliki kemampuan untuk mendengar doa-doanya dan memiliki akses pada yang ghaib dan lain sebagainya.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 274

tindakan-tindakan salah kaprah orang-orang “Wahhabi.”760 Al-Mahjub, al-Hadaad, Dahlaan dan sejumlah lainnya bergabung dalam serangan yang ditujukan kepada orang-orang “Wahhabi” ini.761

Praktik yang dilakukan Muhammad ibn Abdul-Wahhab sebetulnya benar-benar

konsisten dengan ajaran-ajaran Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص)—namun demikian,

menolak orang-orang mungkin faktanya. Orang bisa mengatakan dengan pasti

bahwa tidaklah Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) pun para Sahabat pernah membangun masjid,

mausoleum, makam atau bangunan di atas kuburan manapun—tidak pula secara intens menggunakannya sebagai tempat beribadah tidak pula bahkan dengan hanya menandai lokasinya. Abdullah ibn Muhammad ibn Abdul-Wahhab menjelaskan posisi orang-orang “Wahhabi” dalam masalah ini. Dia menulis,

Membangun kubah di atas kuburan adalah salah satu tanda-tanda dan

isyarat yang jelas kekafiran. Allah mengutus Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص) untuk

menghancurkan berhala-berhala, bahkan jika mereka berada di atas kuburan-kuburan orang-orang saleh. Al-Lata

762 adalah seorang lelaki saleh.

760

Dia dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 302. 761

Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 302-311. Untuk deskripsi apa yang sebenarnya dilakukan orang awam dan bodoh di kuburan-kuburan, seperti yang ada di Madinah, lihat al-Abdul-Latif, hal. 325-326. 762

Berhala yang dikenal sebagai al-Laat adalah mengacu kepada ayat-ayat Qur’an berikut:

( 19( ومناة الثالثة األخرى )=8أف رأي تم الالت والعزى )( تلك إذا قسمة ضيزى 18ألكم الذكر وله األن ثى )

( إن هي إال أتاء تيتموها أن تم وآباؤكم ما أن زل 11)ن ي تبعون إال الظن وما ت هوى الله با من سلطان إ

م اتدى ) (11األن فس ولقد جاءهم من رب“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata

dan al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk

Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak

kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 275

Ketika dia meninggal, mereka berkumpul di sekitar kuburannya, membangun bangunan di atasnya dan menghormatinya. Ketika orang Taif masuk Islam, mereka meminta agar makam Al-Lata itu jangan dihancurkan selama satu bulan, agar kaum perempuan dan anak-anak mereka tidak merasa takut, sampai mereka masuk agama ini. Permintaan itu ditolak dan beliau [Nabi

mengutus al-Mughirah ibn Shubah dan Abu Sufyaan ibn Harb kepada [(ملسو هيلع هللا ىلص)

mereka dan memerintahkan mereka untuk menghancurkannya.763

Lebih jauh, Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya bahwa Ali ibn Abu Thalib berkata kepada al-Asadi, “Tak akankah aku kirim kalian pada misi yang sama yang pernah Rasulullah kirimkan aku: Jangan tinggalkan berhala manapun tanpa menghancurkannya dan jangan tinggalkan kuburan yang ditinggikan tanpa meratakannya.”

Untuk mengunjungi kuburan-kuburan, terdapat dua hal: yang diperbolehkan dan yang diharamkan, tergantung apakah sesuai dengan syariat ataukah tidak. Syariat mengenal tiga alasan penting untuk mengunjungi kuburan: (1) mengingat hari akhir, yang secara spesifik disebutkan dalam hadits; (2) bersikap baik kepada orang yang telah meninggal, tidak memutus hubungan dengan mereka dan tidak pula

melupakan mereka; (3) memenuhi kata-kata Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), yang mana beliau (ملسو هيلع هللا ىلص)

menyarankan agar melakukan ziarah kubur, membantu orang yang berziarah, dan mendoakan orang yang sudah meninggal, yang juga membantu orang yang sudah meninggal. Maka, orang dapat menyadari bahwa orang yang sudah meninggal justru lebih membutuhkan kepada orang yang masih hidup, karena orang yang masih hidup masih bisa mendoakan mereka. Para ahli bid’ah telah benar-benar memutarbalikkan konsep ini dan mereka pergi kepada orang yang telah meninggal dan meminta sesuatu padanya.

Lebih jauh, apa yang dilarang adalah membuat kuburan sebagai tempat beribadah, masjid, tempat penyembelihan binatang, tempat ritual-ritual seperti thawaf dan lain sebagainya. Inilah yang terjadi secara terus-menerus, dengan mausoleum- mausoleum yang dibangun di atasnya menyempurnakan ketidaktaatan kepada

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Buktinya, banyak orang yang percaya bahwa dengan hanya

mengunjungi kuburan-kuburan itu sama dengan telah melaksanakan haji. Orang dapat menemukan ribuan pengunjung tumpah ruah di kuburan-kuburan itu, dengan bahkan buku-buku yang ditulis sebagai panduan melaksanakan ritus-ritus tertentu untuk dilakukan di kuburan-kuburan itu, sementara masjid-masjid

sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya

telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.” (QS. al-Najm 53:19-23).

763 Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 315.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 276

dibiarkan kosong. Bagaimanapun, para pengikut ibn Abdul-Wahhab tidak melihat adanya kesalahan dalam hal ziarah kubur ini jika dilakukan dengan cara yang pantas, bebas dari bid’ah, dosa-dosa dan keberhalaan.764

Terdapat perbedaan pendapat mengenai kebolehan melakukan perjalanan dengan maksud tunggal mengunjungi kuburan seorang nabi atau orang saleh. Beberapa ulama mutaakhirun Hanbali dan Syafi’i mengatakan bahwa hal itu diperbolehkan. Namun, ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya sepakat dengan ibn Taimiyyah dan ulama-ulama mutaqadimin yang mengatakan bahwa hal itu jelas terlarang untuk melakukan perjalanan seperti itu, seperti ziarah, dengan maksud tunggal

mengunjungi sebuah kuburan. Konklusi ini didasarkan pada hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

yang berkata,

ال تشد الرحال إال إل ثالثة مساجد مسجد اترام و مسجد األقص و مسجدي

“Jangan lakukan perjalanan kecuali ke (menuju) tiga masjid: masjid al-haram [di Mekkah], masjid al-aqsa [di Yerusalem] dan masjidku [di Madinah+.”

(Riwayat al-Bukhari dan Muslim.)

Kesimpulan

Dalam bab ini orang dapat melihat kualitas kritik-kritik juga, orang dapat membuktikan, sifat dasar kritik-kritik itu. Banyak kritik-kritik itu yang tidak lain kecuali pemalsuan murni sementara lainnya hanya memutarbalikkan kebenaran. Kritik-kritik ini tidak mengurangi semangat ibn Abdul-Wahhab dan tidak juga menegaskannya bahwa beliau berada di jalan yang keliru. Sebaliknya, beliau tahu bahwa fitnah seperti itu pastilah datang.

Beliau juga tahu sepanjang dia tetap meyakini firman Allah dan perkataan Rasulullah, akhirnya, tiada yang lain kecuali kebaikan yang dihasilkan. Beliau menulis dalam surat-suratnya, setelah menjelaskan bahwa beliau dan saudara-saudaranya melakukan kebaikan dan setelah mengekspresikan kebahagiaan bahwa yang ditulisnya itu telah menjadi penyebab,

764

Menurut Bethmann, dalam Bridge to Islam, orang-orang “Wahhabi” melarang segala bentuk ziarah kubur. Lihat Al-Utsaimiin, hal. 124-126. Pada halaman 126, dia juga memberikan argumen orang-orang yang menyetujui ziarah-ziarah terlarang seperti itu.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 277

Semoga Allah akan memberi kami dan kalian kebaikan dalam kehidupan ini dan di akhirat. Dan Dia akan memberi kita ketabahan dalam masalah ini. Namun, wahai saudara-saudaraku, janganlah lupa akan firman Allah,

نة أتصبون وكان ربك بصريا وجعلنا ب عضكم لب عض فت “Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat.” *QS. al-

Furqaan 25:20].

Allah juga berfirman,

أحسب الناس أن ي ت ركوا أن ي قولوا آمنا وهم ال ي فت نون ( ولقد ف ت نا الذين من ق بلهم ف لي علمن الله الذين 1)

(1لدقوا ولي علمن الكاذبي )“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya

kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia

mengetahui orang-orang yang dusta.” *QS. al-Ankabut 29:2-3].

Karenanya, anda harus tahu dengan pasti bahwa siapapun yang mengikuti agama ini pastilah akan diuji. Bersabarlah dan kemudian bergembiralah karena kebaikan di kehidupan ini dan di Hari Akhir. Dan ingatlah kata-kata Allah,

ن يا وي وم ي قوم إنا لن نصر رسلنا والذين آمنوا ف اتياة الد األشهاد

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari

kiamat),” *QS. Al-Mu’min/Ghaafir 40:51].

Dan firmannya,

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 278

( إن هم تم 8;8ولقد سب قت كلمت نا لعبادنا المرسلي ) (1;8( وإن جندنا تم الغالبون )1;8المنصورون )

“Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat

pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami765

itulah yang pasti menang,” [QS. ash Shaaffaat 37:171-173].

Dan firman-Nya,

( 19لئك ف األذلي )إن الذين يادون الله ورسوله أو (18كتب الله ألغلب أنا ورسلي إن الله قوي عزيز )

“Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan: "Aku dan

rasul-rasul-Ku pasti menang." Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” *QS. al-Mujaadilah 58:20-21].

Jika Allah memberi kalian kesabaran dan karenanya kalian menjadi “orang-orang asing” yang mentaati agama sementara yang lain meninggalkannya, maka bergembiralah. Bergembiralah, karena kalian bagian dari mereka yang

dikatakan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص),

بدأ اإلسالم غري با و سي عود كما بدأ غري با فطوب للغرباء “Islam dimulai sebagai sesuatu yang asing dan akan kembali asing seperti

semula. Maka kabar gembira dari Tuba [sebuah pohon di Surga] bagi orang-orang asing itu.”

766

Para sahabat bertanya kepada Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص, "Ya Rasulullah, apa yang

dimaksud orang asing (aneh) itu?" Lalu Rasulullah menjawab, "Orang yang

765

Yang dimaksud dengan tentara Kami disini ialah Rasul beserta pengikut-pengikutnya. 766

Bagian ini dari hadits tersebut diriwayatkan oleh Muslim.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 279

melakukan kebaikan-kebaikan di saat orang-orang melakukan pengrusakan."

767

Bukankah itu adalah berkah yang menakjubkan? Bukankah itu sebuah masalah yang hebat? Semoga Allah menjadikan kami dan kalian bagian dari orang-orang yang mengikuti Rasul dan menyatukan kita di bawah benderanya dan memberi kita pada tempat persediaan airnya, yang mana mereka yang mentaati jalannya di kehidupan ini akan diberikan.

768

Namun, sejarah menunjukkan bahwa amar ma’ruf nahyi munkar yang ditekankan ibn Abdul-Wahhab (dan dibahas dalam Bab 3) adalah kunci untuk membawa umat Muslim kepada jalan yang lurus. Tak ada kesangsian bahwa banyak yang perlu dilakukan yang umat Muslim sendiri, sayangnya, mengabaikan nasihat-nasihat Qur’an dan Sunnah dan lebih suka melakukan kebiasaan-kebiasaan dan adat mereka sendiri, ajaran-ajaran “syeikh-syeikh” dan orang-orang suci mereka.

Mesti dicatat bahwa para penentang ibn Abdul-Wahhab mencoba menghancurkan da’wahnya baik secara fisik pun secara intelektual (jika mau mengatakannya begitu, meski argumen-argumen mereka secara intelektual sangatlah lemah). Bahkan ketika mereka secara militer mampu mengungguli para pengikut ibn Abdul-Wahhab, tidak berarti bahwa da’wah ini akan mati. Vassiliev menyatakan, membahas hasil kejatuhan al-Diriyyah, “Orang-orang Mesir menjadi benar-benar tuan di pusat Arabia dan mulai membasmi pengaruh orang-orang Saudi dan Wahhabi dengan tembakan dan pedang. Para Emir, komandan-komandan militer dan ulama disiksa, ditembak (secara sendiri dan dalam kelompok), diikat di hadapan moncong-moncong senapan dan dicabik-cabik sampai berkeping-keping … Kapten G. F. Sadlier menggambarkan kampanye-kampanye Ibrahim sebagai serial-serial kekejaman barbar dan pelanggaran-pelanggaran pada kewajiban-kewajiban paling sakralnya …”769

Bahkan setelah negara itu hancur, ajaran-ajarannya masih hidup dan bangkit dua kali. Buktinya, hari ini ajaran-ajarannya mendominasi banyak bagian dunia. Ini karena Allah tidak menginginkan cahaya-Nya benar-benar padam, bahkan jika orang-orang kafir menolak. Nyatanya, ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab dapat dianggap bersanak pada “kebaikan” yang Allah gambarkan dalam ayat,

767

Bagian terakhir ini diriwayatkan oleh Ahmad. Dengan perkataan ini, hadits ini, menurut Syuaib al-Arnaut, et al., adalah sangat lemah. Namun, dengan makna yang sama, hadits ini diriwayatkan dengan sanad yang baik. Lihat Syuaib al-Arnaut, et al., catatan kaki untuk Musnad, vol. 27, hal. 237-238. 768

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 308-309. 769

Vassiliev, hal. 158.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 280

أن زل من السماء ماء فسالت أودية بقدرها فاحتمل السيل زبدا رابيا وتا يوقدون عليه ف النار ابتغاء حلية أو

بد متاع زبد مث له كذلك يضرب الله اتق والباطل فأما الز فع الناس ف يمكث ف األرض ف يذهب جفاء وأما ما ي ن

كذلك يضرب الله األمثال “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di

lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk

membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang

bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.

Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan770

.” (QS. al-Ra’d 13:17).

Terdapat poin lain yang secara konstan datang kepada benak penulis ketika membaca karya-karya para penentang ibn Abdul-Wahhab. Bahwa sebenarnya bukanlah ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab yang mereka tentang. Melainkan jelas-

jelas ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya (ملسو هيلع هللا ىلص). Buktinya, sebagaimana akan

diperlihatkan dengan jelas dalam bab berikut, para penentang bahkan tidak mengambil jalan pada ayat-ayat Qur’an atau hadits shahih untuk membantah ibn Abdul-Wahhab. Tentu saja, orang secara langsung diingatkan semacam kata-kata

dukungan dan nasehat yang Allah berikan pada Nabi-Nya (ملسو هيلع هللا ىلص),

بونك قد ن علم إنه ليحزنك الذي ي قولون فإن هم ال يكذبت 11ولكن الظالمي بآيات الله يحدون ) ( ولقد كذ

770

Allah mengumpamakan yang benar dan yang bathil dengan air dan buih atau dengan logam yang mencair dan buihnya. Yang benar sama dengan air atau logam murni yang bathil sama dengan buih air atau tahi logam yang akan lenyap dan tidak ada gunanya bagi manusia

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 281

بوا وأوذوا حت أتاهم رسل من ق بلك فصب روا على ما كذل لكلمات ا لله ولقد جاءك من ن بإ نصرنا وال مبد (18المرسلي )

“Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka

sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah

771. Dan sesungguhnya telah didustakan (pula)

rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang

pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu

sebahagian dari berita rasul-rasul itu.” (QS. al-Ana’am 6:33-34).

Tentu saja, dapat disimpulkan bahwa jalan ibn Abdul-Wahhab adalah jalannya Nabi

dan Sahabat-Sahabatnya. Mereka yang menentangnya hanya telah buta (ملسو هيلع هللا ىلص)

akan kebenaran masalah ini, meskipun telah jelas dan terbuka bagi semua orang untuk melihatnya. Bahkan Vassiliev mencatat, “Orang-orang Wahhabi nampak ortodoks dari sudut pandang dogmatik. Ini adalah pendapat mereka sendiri, juga pandangan mayoritas ahli-ahli yang objektif, baik di dunia Arab ataupun yang berada di luar; ini juga pandangan orang-orang yang sezaman dengan gerakan pertamanya dan ulama-ulama yang datang setelahnya.”772 Kemudian dia menyatakan,

Burckhardt melaporkan bahwa ulama Kairo, yang secara umumnya menentang orang-orang Wahhabi, menyatakan bahwa mereka menemukan tak adanya bid’ah dalam ajaran mereka. Karena pernyataan ini dibuat bertentangan dengan ‘keinginan pribadi’ ulama, sulit menyebabkan kecurigaan apapun. Setelah membaca kitab Ibn Abd al-Wahhab, banyak ulama Kairo menyatakan dengan suara bulat bahwa jika ini mengekspresikan pendapat Wahhabi, mereka (ulama) juga dengan ikhlas merupakan bagian dari keyakinan mereka. Abu Ras al-Nasiri, seorang alim dari Algeria, menegaskan bahwa dogma Wahhabi secara keseluruhan adalah ortodoks.

771

Dalam ayat ini Allah menghibur Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص) dengan menyatakan bahwa

orang-orang musyrikin yang mendustakan Nabi, pada hakekatnya adalah mendustakan Allah sendiri, karena Nabi itu diutus untuk menyampaikan ayat-ayat Allah. 772

Vassiliev, hal. 75

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 282

Ibn Sanad, seorang penulis tarikh dari Basra, menulis bahwa Wahhabi adalah Hanbali di masa lalu …

773

773

Vassiliev, hal. 75.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 283

BAB VI

Literatur Berbahasa Inggris Akhir-akhir Ini Tentang Muhammad ibn Abdul-Wahhab

alam bab ini, sebuah upaya akan dibuat, survey ringkas pada beberapa literatur berbahasa Inggris yang berkenaan dengan Muhammad ibn Abdul-ahhaab. Tekanannya akan ada pada karya-karya yang diterbitkan akhir-

akhir ini774—atau diperkirakan—yang sifatnya ilmiah.775 Karenanya, sensasionalisme dan propaganda yang didengar seseorang dalam media biasa mengenai “Wahhabisme” tak akan dibahas di sini, meskipun pantas dipelajari secara tersendiri.

Studi-studi Umum tentang Islam

Dengan ketertarikan terhadap Islam yang mulai tumbuh sejak tahun 1970-an, sejumlah karya pengantar atau survey-survey menyeluruh tentang Islam telah diterbitkan. Beberapa di antara karya-karya itu tujuannya adalah sama dengan karya-karya yang ada sebelumnya, sangat anti-Islam. Yang lain-lainnya lebih “simpatik” dan objektif. Sejumlah karya-karya ini, juga karya-karya lain yang

774

Meskipun tidaklah tentu karya yang di tulis akhir-akhir ini. 775

Sebuah review dari kebanyakan literatur Barat yang menyentuh tentang ibn Abdul-Wahhab atau orang-orang “Wahhabi” dapat ditemukan dalam karya Aali-Butami, hal. 154-157, al-Nadwi, hal. 235-249 dan al-Huqail, hal. 241-243. Maka bahan itu tak akan diulangi disini.

D

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 284

berhubungan dengan Timur Tengah atau kebangkitan Umat Muslim, menyentuh ibn Abdul-Wahhab dan da’wahnya. Secara umum, orang dapat mengatakan bahwa karena informasi mengenai ibn Abdul-Wahhab menjadi begitu banyak tersedia, pandangan-pandangan mengenai dirinya pun terus menerus menjadi lebih positif.

Contohnya, Peter Mansfield menulis A History of the Middle East, membahas sejarah akhir-akhir ini mengenai Timur Tengah. Sebuah pembahasan yang komplit mengenai Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah di balik bidang karyanya karena beliau hidup sebelum masa Mansfield berharap untuk menemukannya. Namun demikian, Mansfield sangat familiar dengan Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan menulis tentang beliau, “Di pertengahan abad kedelapanbelas di Najd di pusat jazirah, seorang reformer keagamaan yang luarbiasa bernama Muhammad ibn Abd al-Wahhab muncul menyebarkan doktrin essensial Tauhid atau keunikan Tuhan, mencela kebiasaan lama dan keberhalaan, dan menyeru agar kembali kepada kemurnian Islam awal.”776

Sayangnya, meski, para peneliti yang nampaknya serius dan juga objektif seringkali bergerak pada tipe kebingungan yang sama yang selalu ditemukan seseorang mengenai ibn Abdul-Wahhab. Tujuan disini adalah untuk meringkas dan bukan untuk mengkritik semua yang telah dikatakan para penulis ini. Di akhir juga dapat dikatakan bahwa para penulis ini nampaknya lebih objektif namun terus melanjutkan menyandarkan diri pada sumber-sumber yang bukan merupakan kualitas terbaik dalam memahami ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. (Hal ini dapat ditegaskan hanya dengan melihat sumber-sumber yang mereka gunakan. Umumnya, mereka tidak menggunakan tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab sendiri bukan pula karya-karya para pengikutnya untuk memahami apa sebenarnya ajaran-ajarannya.) Penting untuk mencatat bahwa nampaknya mereka mencoba untuk sangat adil dan objektif dalam analisis-analisis mereka, tidak seperti Orientalis-orientalis lain dan, sayangnya, bahkan orang-orang Muslim lainnya.

Contohnya, Karen Armstrong, seringkali dipresentasikan sebagai seorang yang ahli tentang Islam, menulis dengan pencampuran pernyataan-pernyataan yang akurat dan yang tidak akurat,

Di Jazirah Arabia, Muhammad ibn Abd al-Wahhab mengatur untuk memecahkan diri dari Istanbul dan menciptakan sebuah negaranya sendiri di pusat Arabia dan wilayah Teluk Persia. Abd al-Wahhab adalah seorang tipikal reformer Islami. Dia menemukan krisis yang ada dengan kembali kepada Qur’an dan Sunnah, dan dengan penuh gairah menolak fiqih abad pertengahan, mistisisme dan filsafat. Karena mereka menyimpang dari ajaran Islam, sebagaimana dia bayangkan, Abd al-Wahhab menyatakan sultan-

776

Peter Mansfield, A History of the Middle East (London: Penguin Books, 1992), hal. 40.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 285

sultan Utsmaniyyah sebagai orang-orang yang ingkar, tidak pantas untuk ditaati dengan penuh keimanan dan pantas mati. Syariat mereka tidak shahih. Malahan, Abd al-Wahhab mencoba menciptakan sebuah enclave iman murni, didasarkan pada praktik masyarakat Muslim pertama pada abad ketujuh …

777

Dalam An Introduction to Islam karya Frederick Denny, beliau membahas ibn Abdul-Wahhab dan “Wahhabi” sekitar empat halaman.778 Sayangnya, sebagaimana terlihat jelas dalam catatan-catatan kakinya, Denny tidak menyandarkannya pada karya-karya yang dapat dianggap sebuah karya yang benar-benar dapat diandalkan sebagai sumber mengenai kehidupan ibn Abdul-Wahhab. Dia memulai pembahasannya dengan meninjau ulang pembahasannya sendiri tentang ibn Taimiyyah, yang menyerukan untuk ber-ijtihaad dan berjuang melawan ekses-ekses orang-orang Sufi. Dia menyatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab bepergian dengan luas “mempelajari theologi, filsafat, dan fiqih juga Sufisme. Di Iran dia menjadi seorang Hanbali …”779 Disamping fakta bahwa Iran adalah sebuah tempat yang sangat aneh untuk mengharapkan seseorang menjadi seorang Hanbali, jalan pintas ini merefleksikan jenis sumber-sumber yang diandalkan Denny. Deskripsinya tentang pesan ibn Abdul-Wahhab lebih dekat pada ciri-cirinya. Dia, contohnya, menulis,

Ibn ‘Abd al-Wahhab mengikuti ibn Taimiyah dan kembali kepada Qur’an, Sunnah dan kedudukan-kedudukan hukum Sunni yang bekerja dalam tiga abad pertama, khususnya yang direpresentasikan dalam madzhab Hanbali. Dia dan para pengikutnya mencela yang lain-lainnya sebagai bid’ah

780 dan

bekerja untuk membersihkan Arabia darinya. Pemujaan Wali dikhususkan untuk dibasmi, dan orang-orang Wahhabi awal berhasil meruntuhkan masjid-masjid, tempat-tempat keramat, dan makam-makam yang sebenarnya didedikasikan untuk mengingat atau pusat kultus para wali yang berlangsung terus menerus … Semua yang menyerupai syirik dihapuskan, seperti mencari perantara kepada Tuhan melalui seseorang selain daripada Tuhan (dan dialah satu-satunya di Hari Akhir, sebagaimana yang diizinkan Qur’an

781),

bersumpah kepada sesuatu kecuali Tuhan …782

777

Karen Armstrong, The Battle for God: A History of Fundamentalism (New York: Ballantine Books, 2000), hal. 44. Untuk beberapa alasan, Armstrong pertama-tama mengidentifikasi individu sebagai Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan kemudian mengacu beliau hanya sebagai Abd al-Wahhab. 778

Frederick Denny, An Introduction to Islam (New York: Macmillan Publishing Company, 1994), hal. 324-327 779

Denny, hal. 325. 780

Pernyataan ini jelas sekali sebagai sesuatu yang dilebih-lebihkan. 781

Ini adalah sebuah misinterpretasi terhadap masalah ini yang dibahas dalam Bab 5. 782

Denny, hal. 325-326.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 286

Denny kemudian sedikit membahas pengaruh dan juga pertentangan terhadap orang-orang “Wahhabi.” Dia kemudian menyimpulkan bahwa tak sebagaimana Ibn Taimiyyah, orang-orang “Wahhabi” tidak mampu melaksanakan prinsip-prinsip mereka ke dalam tataran praktik dan membentuk sebuah system pemerintahan yang sesungguhnya yang mampu diterima secara universal dan reformatif.783 Sebenarnya, pertentangan itu barangkali lebih dekat kepada kenyataan. Adalah ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya yang mampu melaksanakan ke dalam tataran praktik apa yang tak pernah dapat dilakukan ibn Taimiyyah dalam tataran praktik.

Dalam karya John Esposito, Islam: The Straight Path, dia menyinggung ibn Abdul-Wahhab dalam sejumlah kesempatan. Dia menggambarkan beliau bersama al-Ghazali, ibn Taimiyyah dan Syah Wali Allah sebagai “para pembaharu atau para mujadid” yang menyeru orang-orang untuk ber-ijtihaad dan mengupayakan ekses-ekses yang baik dari orang Sufi.784 Pengaruh beberapa sumber yang lemah tentang ibn Abdul-Wahhab dapat dilihat juga disini dimana Esposito menulis bahwa ibn Abdul-Wahhab “mempelajari hukum, theologi, dan Sufisme di Mekkah dan Madinah, dimana dia tenggelam dalam madzhab Hanbali …”785 Dia kemudian menyatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab dikejutkan oleh masyarakatnya, yang dia anggap tidak lebih baik dari masa jahiliyyah. Esposito menulis,

Dia dikejutkan oleh banyaknya praktik-praktik keagamaan yang umumnya, seperti pemujaan para wali dan makam-makam mereka, yang dia kutuk sebagai takhyul-takhyul pagan dan keberhalaan, dosa-dosa terburuk dalam Islam. Ibn Abd al-Wahhab menyebut keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik ini sebagai bid’ah-bid’ah yang tak beralasan. Mereka menyetujui kesatuan Tuhan (akar Islam atau monoteisme absolut) dan masyarakat Islami, sebagaimana dibuktikan dengan tribalisme dan peperangan tribal yang telah kembali kepada … Diagnosa tentang ibn Abd al-Wahhab similar dengan para mujadid lainnya. Kelemahan politis masyarakat dan kemunduran moral adalah karena penyimpangan dari jalan lurus Islam. Obatnya sama-sama jelas; tugasnya jelas. Umat Muslim harus kembali kepada praktik Islam yang sesungguhnya. Hal ini hanya dapat dicapai dengan mengulang reformasi hebat pertama dalam Islam, revolusi sosial dan moral yang dibawa oleh Muhammad, kembali kepada sebuah kehidupan masyarakat yang lurus berdasarkan Qur’an dan contoh Muhammad dan masyarakat Madinah.

786

Setelah pelukisan yang cukup akurat itu, Esposito kemudian menggambarkan perjanjian ibn Abdul-Wahhab dengan Muhammad ibn Saud. Dia menggambarkan

783

Bandingkan, Denny, hal. 327. 784

John Esposito, Islam: The Straight Path (New York: Oxford University Press, 1998), hal. 117. 785

Esposito, hal. 118. 786

Esposito, hal. 118.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 287

da’wah ini sebagai “gerakan reformis militan” yang “mengibarkan perang suci dengan komitmen tanpa kompromi yang mirip dengan kharajiah yang memandang semua umat Muslim yang menolaknya sebagai orang-orang kafir, musuh-musuh Tuhan yang harus diperangi.”787

Barangkali pembahasan tentang kehidupan ibn Abdul-Wahhab yang terbaik akhir-akhir ini dalam sebuah karya “Barat” adalah sebuah artikel yang ditulis oleh Ayman al-Yassini untuk The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World.788 Dalam mempersiapkan artikel ini, al-Yassini menyandarkan pada sumber-sumber berbahasa Arab lebih awal dan paling dapat diandalkan (khususnya karya Ibn Bisyr). Al-Yassini memiliki deskripsi yang baik mengenai latar belakang ibn Abdul-Wahhab, secara singkat menyentuh perjalanan-perjalanan beliau, awal permulaan da’wahnya dan keberhasilannya. Terdapat beberapa hal yang bisa dikritisi secara terbuka namun secara keseluruhan, informasinya faktual dan akurat. Dalam sebuah artikel yang terpisah, “Wahhabiyah,” al-Yassini lagi-lagi memberikan deskripsi yang baik tentang beberapa ciri ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Dia membahas masalah tauhid, tawassul, penghapusan makam-makam yang didirikan di atas kuburan, tuduhan pada kekafiran, bid’ah-bid’ah dan ijtihad serta taqlid.789

Para Pelancong Barat

Beberapa laporan awal yang datang kepada Barat mengenai ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya diterima dari beberapa “pelancong” Barat. Umumnya, para pelancong ini adalah orang-orang yang mengunjungi Timur Tengah untuk urusan ilmu pengetahuan barat atau pemerintahan Barat berkenaan dengan proyek-proyek.

Seorang pelancong yang berasal dari Denmark bernama Carsten Niebuhr (1733-1815 M.) adalah di antara orang pertama yang berbicara tentang orang-orang “Wahhabi” dalam literatur Barat, berada di Teluk Persia pada tahun-tahun 1764-1765. Kenyataannya, dia tidak terlalu banyak menyentuh orang-orang “Wahhabi,” lebih tertarik di negeri-negeri sebelah timur Najd. Parsons, pelancong lainnya, juga berada di Timur Tengah di waktu yang hampir bersamaan, namun lagi-lagi tidak berada di Najd. Sir Hartford Brydges pernah berada di Basra, Kuwait dan Baghdad pada tahun 1790-an dan lebih banyak menawarkan pengertian kehidupan pada masa itu. Catatan-catatan John Lewis Burckhardt tentang orang-orang Badwi dan orang-orang Wahhabi (aselinya diterbitkan pada tahun 1830) memberikan

787

Esposito, hal. 118-119. 788

Ayman al-Yassini, “Muhammad ibn Abd al-Wahhab,” The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World (Oxford: Oxford University Press, 1995), vol. 2, hal. 159-160. 789

Ayman al-Yassini, “Wahhabiyah,” The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World (Oxford: Oxford University Press, 1995), vol. 4, hal. 307-308.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 288

informasi yang banyak mengenai situasi sosial di Najd. Pada tahun 1860-an, William Palmgrave, “seorang anggota Society of Jesus dan seorang agen Perancis, menyusup ke pusat Najd dan mengunjungi Riyadh.”790 Bahkan meski dia benar mengunjungi daerah itu, laporannya memiliki sejumlah kekeliruan tentang daerah itu, sampai diragukan apakah dia benar-benar mengunjungi Najd.791

Umumnya, seseorang mesti sepakat dengan taksiran Abu-Hakima: “Tulisan-tulisan kontemporer orang-orang Eropa dan Muslim tentang Syeikh sangat menyesatkan. Pernyataan-pernyataan keliru mereka dikritik oleh para penulis Eropa mutaakhirun seperti Burckhardt dalam catatan-catatannya tentang orang-orang Badwi dan Wahabbi.”792 Contohnya, Niebuhr adalah orang pertama yang mengirim informasi kepada bangsa Eropa tentang kemunculan Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Dia mengaku bahwa dia berada di sebuah tempat dimana sulit mendapat informasi yang akurat tentang keyakinan ibn Abdul-Wahhab. Dia menyebut bahwa ibn

Abdul-Wahhab menganggap Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص) dan semua nabi-nabi lainnya

hanya sebagai orang-orang yang bijak, mengingkari bahwa kitab apapun sebenarnya diwahyukan oleh Tuhan.793 Para penulis dan pelancong Eropa setelah itu kemudian dipengaruhi oleh gagasan-gagasan keliru Niebuhr. Beberapa di antara mereka (seperti Waring dan Rouseau) mengatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab tidak percaya bahwa Allah mewahyukan Qur’an. Lainnya (seperti Malcolm, Raymond dan Corancez) menyatakan bahwa beliau hanya menolak

hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص).794 Barangkali informasi yang paling aneh mengenai ibn Abdul-

Wahhab dicatat oleh Bidwell yang menyatakan bahwa “sebuah laporan telah sampai kepada Bonaparte di Mesir bahwa pemimpin mereka [yaitu, Muhammad ibn Abdul-Wahhab] adalah seorang pengkhianat Jesuit Perancis.”795

Dalam bab ini, dua buku permulaan yang telah diterbitkan akhir-akhir ini pertama kali di Inggris atau diterbitkan ulang akan direview. Yaitu karya Louis Alexandre

790

Vassiliev, hal. 17. 791

Ibid., hal. 17. Untuk pembahasan sumber-sumber yang berhubungan dengan periode sejarah ini dan wilayah khusus ini, baik dari sumber-sumber berbahasa Arab sampai kepada sumber-sumber semi-resmi Inggris, lihat Vassiliev, hal. 12-19; Abu-Hakima, hal. 1-23. 792

Abu-Hakima hal. 127. 793

Lihat Al-Utsaimiin, hal. 104. Al-Utsaimiin menerbitkan sebuah artikel dalam jurnal kuliah ilmu-ilmu sosial di Muhammad ibn Saud Islamic University yang merinci sejumlah kekeliruan Niebuhr. Artikel itu, meskipun demikian, tidak didapatkan penulis. 794

Lihat Al-Utsaimiin, hal. 104. 795

Robin Bidwell, Introduction untuk karya John Lewis Burckhardt, Notes on the Bedouins and Wahabys (Reading, England: Garnett Publishing, 1992), vol. 1, introduction, tanpa nomor halaman.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 289

Olivier de Corancez, The History of the Wahabis796 dan karya Burckhardt, Notes on the Bedouins and Wahabys. Yang pertama dipilih karena ini adalah salah satu buku yang ditulis dalam bahasa Barat secara keseluruhan membahas orang-orang “Wahhabi.” Yang kedua dipilih untuk memperlihatkan bahwa beberapa informasi yang akurat diterima dari suatu waktu yang lebih awal.

De Corancez

De Corancez adalah seorang Perancis. Dia ditunjuk sebagai konsul Perancis di Aleppo pada tahun 1802. Dia pertama kali menerbitkan buku ini pada tahun 1810. Apa yang membuat buku ini menarik adalah karena de Corancez sendiri tak pernah mengunjungi Najd. Malahan, dia mengunjungi Syria. Sumber-sumber informasinya tentang orang-orang “Wahhabi”, karenanya, terbatas pada apa yang telah tersebar mengenai orang-orang “Wahhabi” di Utsmaniyyah Syria pada awal tahun 1800-an. Kebanyakan informasinya bisa juga berasal dari penduduk Kristen Maronit di Aleppo.797 Orang bisa, karenanya, kemungkinan memaafkan de Corancez untuk pernyataan-pernyataan aneh yang dia buat karena dia hanya menyampaikan kesalahan informasi yang bisa dia gabungkan dari sumbernya.

Untuk singkatnya, beberapa pernyataan de Corancez akan dipersembahkan disini. Lebih jauh, kebanyakan dari buku ini berurusan dengan kejadian-kejadian historis setelah wafatnya ibn Abdul-Wahhab dan diluar bidang karya ini. Maka, hanya beberapa bagian yang berhubungan dengan ibn Abdul-Wahhab dan keyakinan-keyakinannnya akan dicatat disini. Buku ini adalah sebuah kombinasi fakta yang ganji dan fiksi yang aneh. Nilai kebenaran pernyataan-pernyataan ini mestinya, sekarang, menjadi jelas dan, karenanya, tak perlu untuk dikritisi.

Pada permulaannya, dia menyatakan, “Jika, bagaimanapun, orang-orang Wahhabi tetap terbatas di Arabia dimana mereka saat ini menjadi penguasa, capaian-capaian mereka telah cukup bermanfaat untuk menjamin diingat anak cucu.”798

Pada halaman 6 ditulis,

Syeikh Mohammed menolak ketetapan ibadah yang sama dengan Kristen, Musa, atau nabi-nabi yang dikenal oleh umat Muslim. Dia memproklamirkan bahwa Tuhan telah memungkiri bangsa Turki karena mereka menyembah Mohammed … Maklumat pertamanya adalah membunuh mereka [bangsa

796

Louis Alexandre Olivier de Corancez, The History of the Wahabis from their Origin until the end of 1809 (Eric Tabet, terj. Reading, England: Garnet Publishing, 1995). 797

Lihat pernyataan de Corancez, hal. xx. 798

De Corancez, hal. xvii.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 290

Turki] karena mereka menggangu kemuliaan Tuhan dan mencemarkan ibadah pada-Nya yang sebenarnya.

Doktrin ini didapati dimasukki orang-orang suku Muhammad, namun mereka terlalu kecil dalam jumlah untuk menjadi sebuah ancaman; sebuah kekuatan lebih besar dibutuhkan untuk mendorong ketaatan pada kredo yang sangat intoleran. Dengan pemahamannya, Mohammed memisahkan diri dari Yaman, menjelajah Suriah dan perbatasan-perbatasan Euphrat. Dia mengajak pasha atau pangeran yang mungkin dapat menyediakannya kekayaan atau senjata. Ditolak di Mekkah dan Damaskus, dan dibuang dari Baghdad dan Basra, dia kembali ke Arabia, dimana dia menerima sambutan yang menyenangkan dari Ibn Saud, penguasa Diriyah dan al-Hasa.

799

Tak lama setelah itu, dia menyatakan bahwa “keyakinan baru” mengatur dirinya sendiri dan “para reformer mengadopsi nama Wahabi, dari nama pendirinya.”800

Mengenai keyakinan ibn Abdul-Wahhab, de Corancez menulis,

Doktrin ini mempertahankan sebuah prinsip: eksistensi dan keesaan Tuhan. Juga para Wahhabi mengakui adanya sebuah wahyu, wahyu yang mengajari tak lain daripada prinsip ini. Dalam mengadopsi pernyataan keimanan Mohammedan—Tak ada Tuhan kecuali Allah, dan Muhammad adalah nabi-Nya—mereka menghapus bagian yang terakhir, mereduksinya dengan mengatakan: Tak ada Tuhan kecuali Allah. Sebagai hasilnya mereka dinilai hanya sebagai deist, dan beberapa pelancong [dengan begitu] telah mengklaim secara keliru bahwa keyakinan mereka hanya sebuah agama alami.

Perbedaan prinsip antara Mohammedan [yaitu, non-Wahhabi] dengan Wahhabi berkenaan dengan pandangan-pandangan mereka tentang sifat Nabi Muhammad: yang pertama memandangnya sebagai seorang nabi, yang terakhir memandangnya sebagai seorang guru yang bijaksana.

801

Namun demikian, pada halaman-halaman berikutnya, dia nampaknya bertentangan dengan apa yang baru saja diucapkannya, menulis, “Secara umum, agama orang-orang Wahabi adalah yang Qur’an telah gunting semua takhyul yang mana telah didistorsi orang-orang Mohammedan (non-Wahhabi). Hal itu maka tidak banyak kredo baru kecuali kembali kepada Islam yang aseli dalam kesederhanaannya.”802

799

De Corancez, hal. 6. 800

De Corancez, hal. 8. 801

De Corancez, hal. 11-12. 802

De Corancez, hal. 13.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 291

Dia kemudian menulis,

Namun di tangan orang kasar ini, spirit partisan seringkali diperlakukan melebihi alasan, dan kebenciannya kepada para Mohammedan membuatnya melarang beberapa praktik-praktik mereka yang dianggap sebagai criminal. Penggunaan-penggunaan yang ditemukan paling luas bisa jadi laknat bagi orang-orang Wahabi sehingga tak ada alasan lain daripada orang-orang Mohammedan untuk patuh kepada mereka.

803

De Corancez kemudian menggambarkan penghancuran tempat-tempat keramat, makam-makam dan mausoleum-mausoleum yang dibangun di atas kuburan-kuburan. Catatan bahwa dalam bagian ini dia memiliki sebuah interpretasi yang aneh untuk niatan ibn Abdul-Wahhab. Dia gagal untuk mencatat bahwa ibn Abdul-

Wahhab sebenarnya memenuhi perintah Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)—namun, tentu saja, de

Corancez yang malang telah dengan jelas termakan propaganda bahwa ibn Abdul-

Wahhab mengkerdilkan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sedemikian rupa sehingga dia tidak pernah

menyadari bahwa ibn Abdul-Wahhab sebenarnya memenuhi perintah Nabi.

Dalam pendahuluan Burrell, ditulis pada tahun 1995, dia mengatakan bahwa de Corancez mengacu orang-orang Wahhabi sebagai “Muslim-muslim yang terreformasi” sementara mengacu kepada orang-orang non-Wahabi sebagai “Muslim-muslim Mohammedan,” karena, Burrell menulis, “kedudukan terbaik diberikan kepada nabi yang terakhir.”804 Tentu saja, tak ada yang dapat lebih maju dari kebenaran untuk mengklaim bahwa Turki Utsmaniyyah, orang Sufi dan para pengikut yang buta dari madzhab-madzhab fiqih yang berbeda yang memberikan

kedudukan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) yang lebih daripada para pengikut ibn Abdul-Wahhab.

Sesuatu yang menarik mengenai buku ini adalah bahwa buku ini diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dan diterbitkan akhir-akhir ini, tahun 1995, juga tak ada upaya apapun dalam pendahuluan atau catatan-catatan kaki yang dapat menunjukkan kekeliruan-kekeliruan yang dibuat penulisnya. Pembaca dibiarkan begitu saja dengan kesan bahwa deskripsi de Corancez tentang keyakinan-keyakinan “Wahhabi” adalah akurat. De Corancez sendiri dapat dimaafkan karena dia terpaksa bekerja dengan apa yang tersedia untuknya pada masanya dan tempatnya. Namun demikian, tak ada permaafan seperti itu bagi penterjemah atau para penerbit yang memiliki begitu banyak informasi yang tersedia bagi mereka.

Burckhardt

803

De Corancez, hal. 14. 804

R. M. Burrell, “Introduction,” untuk karya de Corancez, hal. xi.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 292

Burckhardt adalah orang yang sangat dekat dengan Muhammad Ali Pasha, orang yang secara militer menundukkan dan menghancurkan al-Diriyyah. Dia menghabiskan banyak waktunya di Hijaz, telah melaksanakan ziarah dibawah penyamarannya sebagai seorang Muslim. Namun demikian, dia hidup bertahun-tahun di antara suku Badwi di antara Hijaz dan Suriah. Meskipun laporan-laporannya tentang orang-orang Wahhabi dianggap tangan kedua, laporan-laporannya sungguh memiliki tingkat akurasi yang baik, barangkali karena dia menghabiskan beberapa lama waktunya bersama orang-orang suku Badwi yang dapat dianggap sebagai orang-orang “Wahhabi.” Disini hanya beberapa bagian dari karyanya yang akan dikutip untuk memberikan sekilas pandangan-pandangannya kepada pembaca.

Jelas bahwa Burckhardt benar-benar bermaksud objektif dalam studinya. Dia memulai bagiannya tentang orang-orang Wahhabi dengan menulis,

Mengenai Wahhabi, beragam pernyataan kontradiktif dan keliru telah diberikan dalam beberapa laporan yang diterbitkan sampai saat ini. Beberapa anekdot dari mereka yang sangat picik, dikumpulkan dari sumber-sumber informasi yang dapat saya peroleh dari bagian Timur, bisa menjadi bukti yang menarik bagi banyak pembaca. Saya harus, bagaimanapun, menyesal, bahwa selama tinggal di Hedjaz [Hijaz] negeri ini adalah, karena perang dengan Mohammed Aly, akrab dengan orang-orang Nejd, yang, melebihi yang lain-lainnya, layak memberikan kepercayaan dan detail-detail yang akurat tentang orang-orang wahaby; sementara orang-orang suku Badwi dari kelas biasa, yang telah mengadopsi keyakinan baru, secara umum, secara keseluruhan awam tentang masukan dan doktrinnya yang sesungguhnya.

805

Untuk beberapa alasan, meski, Burckhardt terus mengacu guru aseli sebagai Abd el Wahab bukannya ibn Abd el Wahab (sebagaimana digunakan Burckhardt dalam menulis). Mengenai ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab, dia menulis,

Doktrin-doktrin Abd el Wahab bukanlah sebuah agama baru; upaya-upayanya adalah ditujukan hanya untuk mereformasi penyalahgunaan-penyalahgunaan yang dilakukan para pengikut Islam, dan untuk menaburkan iman murni di antara orang-orang Badwi; yang, meskipun secara nominal adalah orang-orang Muselman (muslim-pent), sama-sama bodoh tentang agama, seperti acuh tak acuh tentang kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan. Secara umumnya menjadi masalah dengan para reformer, dia disalahpahami baik oleh kawan-kawannya ataupun oleh musuh-musuhnya. Akhirnya, mendengar sebuah sekte baru, yang menuduh orang-orang Turki melakukan bid’ah, dan menganggap nabi mereka, Muhammad, dalam pemujaan yang kurang dari apa yang mereka lakukan, adalah cara yang mudah untuk meyakinkan bahwa kredo baru itu sebagaimana dinyatakan,

805

Burckhardt, vol. 2, hal. 95-96.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 293

dan bahwa orang-orang Wahaby konsekuensinya bukan hanya bid’ah, tapi orang-orang kafir, atau infidel…

806

Dia mencatat bahwa ajaran-ajaran sejati orang-orang “Wahhabi” adalah tiada lain daripada ajaran-ajaran Islam yang sudah sangat dikenal dan hanyalah propaganda negatif tentang mereka yang membuat orang-rang percaya sebaliknya. Maka, dia menulis,

Jika bukti lebih jauh diperlukan bahwa orang-orang Wahaby adalah orang-orang Muselman (muslim-pent) yang sangat ortodoks, katekismus mereka akan melengkapinya. Ketika Saoud menguasai Mekkah, dia mendistribusikan salinan-salinan katekismus ini kepada penduduk setempat, dengan maksud agar murid-murid di sekolah-sekolah umum harus mempelajarinya dengan sepenuh hati. Isinya tiada lain daripada apa yang harus diakui orang Turki yang paling ortodoks sebagai kebenaran … Doktrin-doktrin ketua tentang orang-orang Wahaby, akan terlihat, cocok dengan pikiran-pikiran mereka yang berada di bagian-bagian lain kekaisaran Muselman.

Koran (Qur’an) dan tradisi-tradisi Mohammed (Sunnah) diakui sebagai sesuatu yang fundamental, terdiri dari hukum-hukum; dan pendapat para ahli tafsir Koran (Qur’an) dihormati, meskipun tidak diikuti secara implisit.

807

Dia kemudian menggambarkan beberapa perbedaan mereka dengan orang-orang “Turki.” Dia menyatakan,

“orang-orang Wahaby mencela orang-orang Turki dalam cara menghormati nabi, dengan sikap yang jalannya cinta sejati, dan dengan melakukan hal yang sama untuk mengingat para wali … Dengan sekali mengakui Koran (Qur,an) sebagai hukum yang diwahyukan, orang-orang Turki wajib percaya secara implisit berbagai bagian dimana secara ekspres menyatakan Mohammed hanya seorang yang fana sebagaimana diri mereka. Namun orang yang

806

Burckhardt, vol. 2, hal. 99-100. 807

Burckhardt, vol. 2, hal. 104-105.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 294

mencintai nabi secara fanatik808

tak dapat berkonten sama dengan pernyataan seperti ini.”

809

Burckhardt kemudian menggambarkan berbagai reformasi dan perubahan yang dibawa oleh para pengikut ibn Abdul-Wahhab, khususnya oleh anggota keluarga Saud, para penguasa Negara baru. Dia menggambarkan beberapa rincian bagaimana pemerintah Saud bekerja, termasuk dalam kebijakan-kebijakan keadilan dan sumber-sumber penghasilan. Dia juga membahas beberapa rincian aspek-aspek militer di permulaan Negara. Dia juga menggambarkan bagaimana orang-orang “Wahhabi” pertama bertarung melawan syarif-syarif Hijaz, memperlihatkan bahwa hal ini sebenarnya sebuah tindakan agresi pada bagian Syarif.810

Kebanyakan karya Burckhardt melebihi ranah karya ini dan yang di atas memberikan sebuah laporan yang cukup tentang informasi mengenai bukunya.

Tulisan-tulisan yang Ada Baru-baru Ini

Sebagaimana dicatat di awal bab ini, “Wahhabisme” telah menerima begitu banyak perhatian akhir-akhir ini. Dua buah buku telah diterbitkan akhir-akhir ini yang diproklamirkan telah mempersembahkan cerita yang sebenarnya tentang “Wahhabisme” dan, khususnya dalam salah satu dari dua buku itu, bahaya-bahayanya bagi seluruh dunia. Dua karya ini adalah karya Professor Hamid Algar, Wahhabism: A Critical Essay811 dan karya Stephen Schwartz, The Two Faces of Islam: The House of Sa’ud from Tradition to Terror.812 Dua karya ini membahas berbagai topik yang melebihi bidang karya ini dan pembahasan yang terperinci atas berbagai klaim-klaim mereka akan memakan sejumlah besar halaman; namun

808

Ini, apa yang Burckhardt sebut sebagai, “fanatic love” yang diklaim orang-orang Sufi dan

yang lainnya untuk Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), dimana mereka melebihi apa yang diminta oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

dari mereka, bukanlah cinta apapun yang sebenarnya atau yang sepantasnya. Mereka

benar-benar mengabaikan apa yang Allah dan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) minta dari mereka.

Kenyataannya, untuk menempatkannya dalam terma-terma modern, “cinta” macam ini lebih berhubungan darah dengan macam cinta yang diklaim “stalker” untuk “stalked”. Cinta macam itu tidak diterima oleh “stalked” dan rupanya cinta yang terakhir tidaklah ditegaskan atau diterima oleh Syariat. 809

Burckhardt, vol. 2, hal. 106. 810

Lihat Burckhardt, vol. 2, hal. 180ff. 811

Hamid Algar, Wahhabism: A Critical Essay (Oneonta, NY: Islamic Publications International, 2002). 812

Stephen Schwartz, The Two Faces of Islam: The House of Sa’ud from Tradition to Terror (New York: Doubleday, 2002).

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 295

demikian, mereka pantas menerima penelitian yang lebih cermat dibanding karya-karya yang telah direview sebelumnya, yang kebanyakannya bernilai historis.

Algar

Dr. Algar adalah seorang professor kawakan di University of California di Berkeley. Dalam sebuah kuliah yang penulis hadiri di universitas itu, Professor Algar memperkenalkan dirinya sebagai seorang Ashari untuk menghormati keyakinannya, Hanafi untuk menghormati madzhab fiqih-nya dan Naqshabandi untuk menghormati ordo Sufinya. Pada saat yang sama dia menikahi seorang istri Turki dan terang-terangan bahwa dia pro-Syiah dan pro pendirian Khomeini.813 Akhirnya, setiap orang dengan karakteristik-karakteristik ini dapat membuat seseorang dengan kualitas yang kurang lebih sama memiliki pendirian yang sangat miring terhadap ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya. Tentu saja, Algar sendiri menyatakan di akhir buku ini, “Akan sangat jelas sekali kepada pembaca yang penuh perhatian sekarang bahwa penulis saat ini memiliki rasa suka atau simpati

813

Sulit bagi beberapa orang untuk memahami bagaimana Algar, yang seorang Sunni dan Sufi, pro-Khomeini. Barangkali beberapa bagian dari karya Schwartz mesti mendapatkan beberapa cahaya dalam hal ini. Schwartz menulis, “Penulis otoritatif biografi Khomeini, Hamid Algar, pernah menulis, ‘Aspirasi “yang menembus selubung-selubung cahaya dan mencapai sumber keajaiban” bisa … jadi dihargai sebagai elemen konstan dalam kehidupan yang penuh ketaatan [Khomeini], dan hanya dengan menguatkannya dalam pikiran dapat menjadikan totalitas perjuangan dan capaian-capaiannya, termasuk yang politis, dipahami dengan benar.’ Khomeini telah dipelajari dan ditulis dalam Bezels of Wisdom by Ibn Arabi…” (Schwartz hal. 148). Di lain tempat, sementara membahas al-Hallaj, yang diperintahkan dibunuh karena bid’ah-bid’ahnya, Schwartz menulis, “Ayatollah Khomeini adalah juga seorang mistikus yang unorthodox dalam tingkat tinggi yang menulis puisi dimana dia berkata ‘Aku lupa akan diriku sendiri dan menyatakan, “Akulah kebenaran”; dan seperti Mansur Hallaj Aku menyerahkan diriku sendiri untuk dieksekusi.’” Lihat Schwartz, hal. 46. Schwartz (hal. 165) juga mencatat bahwa Khomeini suatu kali mengirim surat kepada Gorbachev, “dimana dia menganalisa kelemahan masyarakat Russia sebagai hasil dari atheisme dan merekomendasikan ilmuwan-ilmuwan Soviet agar datang ke Iran dan mempelajari karya-karya filsuf Al-Farabi dan Ibn Sina (Avicenna) dan Sufi-sufi Suhrawardi dan Ibn Arabi.” (Menarik bahwa tak ada maksud yang dibuat untuk

mempelajari Qur’an atau pernyataan-pernyataan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص).) Fakta-fakta ini juga

memancarkan beberapa cahaya kenapa Schwartz juga nampaknya membenci semua ummat Muslim kecuali kaum Sufi dan Syiah. Menarik juga untuk mencatat bahwa Schwartz (hal. 56) berpendapat bahwa ibn Taimiyyah dipenjarakan dengan dukungan para ulama pada saat itu karena “pandangan-pandangan ekstrimis”-nya sebaliknya dia tak pernah menjelaskan bahwa Hallaj dihukum mati oleh para ulama pada masanya. Ini seharusnya mengimplikasikan bahwa Hallaj adalah “supra-extreme”. Kenyataannya, orang-orang Syiah dan Sufi selalu memiliki suatu hubungan yang kuat di antara keduanya. Pembaca yang tertarik bisa memeriksa studi dua-volume dari Kaamil Mustafa al-Syaibi, al-Silah bain al-Tashawwuf wa al-Tasyayya (Beirut: Daar al-Andalus, 1982), passim.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 296

yang kecil untuk Wahhabisme.”814 Namun demikian, pertanyaan yang sesungguhnya adalah benar tidaknya dia mampu meningkatkan dirinya melebihi kecenderungan-kecenderungan di atas untuk dapat menciptakan sebuah karya ilmiah dan objektif mengenai Muhammad ibn Abdul-Wahhab.

Algar memulai dengan menyatakan bahwa orang-orang “Wahhabi” menyebut diri mereka sebagai Muwahhidun “orang-orang yang menyatakan keesaan tuhan.” Berdasarkan itu, Algar membuat kesimpulan, “Namun jelas penghargaan yang dilakukan diri sendiri ini bersumber dari hasrat untuk meletakkan klaim eksklusif pada prinsip tauhid yang adalah dasar Islam itu sendiri; hal ini berimplikasi pembubaran semua Muslim yang lain sebagai ternodai oleh syirik.”815 Tak ada perlunya mengambil konklusi seperti itu dan membuat asumsi-asumsi yang mana para pemimpin da’wah ini sendiri telah dengan jelas menyatakan bahwa mereka tidak menganggap umat Muslim di luar mereka sebagai orang-orang non-Muslim atau “ternodai oleh syirik.” Kutipan-kutipan yang relevan dengan topik ini telah diberikan dan tak akan diulangi lagi disini.

Algar kemudian mencoba memperlihatkan pentingnya orang-orang “Wahhabi” dalam pemikiran Islam. Dia menyebut mereka “intellectually marginal.” Jika bukan karena mereka dekat dengan Mekkah dan Madinah dan bahwa mereka memiliki Saudi oil money, “Wahhabisme mungkin telah berlalu dalam sejarah sebagai sebuah gerakan sektarian yang marginal dan sebentar.”816

Pembahasan dalam Bab 4, yang menggarisbawahi pengaruh Muhammad ibn Abdul-Wahhab sebelum datangnya harta kekayaan yang berasal dari minyak, cukup membalas klaim ini. Seseorang tidak seharusnya mengacu pada (yang disebut) “gerakan” yang membawa dibukanya kembali “pintu ijtihad” dan membuat para ulama kembali mengakui posisi mereka dalam cahaya Qur’an dan Sunnah sebagai “intellectually marginal.”

Algar kemudian menulis,

Wahhabisme secara keseluruhan adalah fenomena khusus, menyerukan untuk dikenali sebagai sebuah madzhab pemikiran yang terpisah atau bahkan sebuah sekte tersendiri. Kadangkala orang-orang Wahhabi dikategorikan, khususnya oleh para peneliti non-Muslim, untuk mencari sebuah deskripsi singkat, sebagai orang-orang Sunni yang “ekstrim” atau “konservatif” … Hal tersebut, namun demikian, telah ditemukan oleh orang-orang Sunni yang berpengetahuan sejak masa awal bahwa orang-orang Wahhabi tak dapat dihitung sebagai bagian dari Ahl al-Sunna wa al-Jama’a, karena hampir semua

814

Algar, hal. 67. 815

Algar, hal. 1. 816

Algar, hal. 2.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 297

praktik-praktik, tradisi-tradisi dan keyakinan yang diumumkan oleh Muhammad b. ‘Abd al-Wahhab pernah secara historis integral dengan Islam Sunni, diabadikan dalam satu tubuh literatur yang sangat luas dan diterima oleh mayoritas muslim. Jelas demi alasan itu, kebanyakan ‘ulama semasa dengan kemunculan pertama Wahhabisme mengumumkan para pengikutnya sebagai berada di luar batas Ahl al-Sunna wa al-Jama’a.

817

Sejumlah poin dapat dibuat disini namun tujuannya terlalu singkat. Pertama, fakta bahwa orang-orang “Wahhabi”-lah yang membuat orang-orang shalat di belakang satu Imam yang sebelumnya setiap madzhab masing-masing memiliki imam sendiri-sendiri ketika shalat di Ka’bah mestinya menjadi tanda yang cukup bahwa mereka bukanlah orang-orang yang sektarian yang membangun dirinya sendiri sebagai sebuah entitas terpisah. Kedua, dia tidak menyebutkan siapakah yang dimaksud dengan “orang-orang Sunni yang berpengetahuan” yang menyebutkan “orang-orang Wahhabi” bukan bagian dari Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah. Orang hanya dapat berharap bahwa dia tidak mengacu pada “para ulama” yang dibicarakan di bab sebelumnya yang memalsukan dan mendistorsi realitas agar mendapatkan konklusi-konklusi gadungan mereka, meskipun dari referensi-referensi yang disebutkannya dalam karyanya orang dipaksa untuk membuat kesimpulan itu. Walau bagaimanapun, ketika seseorang membaca bagian Algar secara dekat, orang melihat bahwa “Sunnisme”- Algar, tidak ada urusan dengan

Qur’an, jalannya Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) atau jalannya para Sahabat. Jika Sunnisme Algar

didasarkan kepada Qur’an dan Sunnah, dia akan menyebut bahwa ibn Abdul-Wahhab menolak tindakan-tindakan yang dibangun oleh Qur’an dan Sunnah. Dia tak dapat mengatakannya karena akan menjadi dusta yang sangat kelihatan. Satu-satunya argumen yang dapat dibuatnya adalah bahwa ibn Abdul-Wahhab keberatan pada “praktik-praktik, tradisi-tradisi, dan keyakinan-keyakinan … *yang] telah secara historis integral dengan Islam Sunni, diabadikan dalam sebuah tubuh literatur yang luas dan diterima oleh mayoritas umat Muslim.” Ini adalah cara indah yang tidak mengatakan apapun. Ini artinya seseorang mengikuti praktik-praktik yang dilakukan leluhurnya tanpa memperhatikan apakah hal tersebut diizinkan oleh Qur’an dan Sunnah. Inilah Sunnisme menurut Algar. Jika itu memang

Sunnisme, ini sebenarnya berimplikasi bahwa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri bukanlah seorang

Sunni. Jika itu masalahnya, maka tak ada nilainya menjadi seorang Sunni. Algar tidak melakukan apapun kecuali salah merepresentasikan apa itu Sunnisme.

Algar kemudian bergerak pada kehidupam ibn Abdul-Wahhab. Dia sangat berhati-hati dalam mengaplikasikan hadits mengenai “gangguan dan kekakacauan serta generasi Setan”818 terhadap ibn Abdul-Wahhab dan Najd. Dia mengatakan bahwa

817

Algar, hal. 2-3. 818

Ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-Bukhari. Namun demikian, Algar (hal. 5), setelah mengutip hadits, dia menyatakan tentangnya, “Jika benar shahih …”

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 298

dalam hadits tersebut, dengan berkat ilahi, “Najd dibagi ke dalam beberapa wilayah seperti Syria dan Yaman.”819 Algar gagal untuk menyadari bahwa Najd yang disebut dalam hadits bukanlah Najd yang sama dengan asal ibn Abdul-Wahhab, sebagaimana telah dibahas dalam bab sebelumnya. Bagaimanapun, dia menyatakan bahwa di akhir kemungkinan bahwa hadits ini tak ada hubungannya dengan Wahhabisme. Namun kemudian dia berkata, “Kejadian dalam literatur hadits tidak meyakinkan pikiran yang menjadi firasat terhadap bagian jazirah Arabia ini dan menyarankan bahwa setiap gerakan yang berasal dari sana harus dilihat dengan kewaspadaan yang besar.”820 Jika saja Algar akhirnya mengangkat penjelasan Shahih al-Bukhari, dia akan mampu memahami bahwa dia membuat sebuah klaim yang tak memiliki dasar.

Algar berbicara mengenai pengaruh ibn Taimiyyah terhadap ibn Abdul-Wahhab. Kemudian, mengenai ibn Taimiyyah, dia menyatakan, “Bukanlah tanpa alasan jika Donald P. Little suatu kali menulis sebuah artikel berjudul, ‘Did Ibn Taiymiyya have a screw loose?’”821 Algar tidak segan-segan mendukung tembakan jarak dekatnya terhadap ibn Taimiyyah dengan bukti apapun atau alasan logis. Algar benar-benar tahu jika terbitan seperti itu pernah diacu dia perlu menawarkan setidaknya beberapa yang dapat mendukung pernyataannya tentang ibn Taimiyyah. Hanya karena ini adalah sebuah karya yang ditujukan untuk audien umum, tidakkah dia memiliki standar akademis dan merasa bebas untuk menulis apapun yang disukainya? Menurut seorang orientalis beragama Kristen bernama George Makdisi, Algar juga mengklaim bahwa ibn Taimiyyah seorang “yang mentahbiskan Tarekat Qadiriyah.” Dia mengatakan ini untuk mencoba menjauhkan ibn Taimiyyah dari ibn Abdul-Wahhab, yang tak memiliki hubungan dengan Sufisme, dan kemudian dia membuat konklusi, “Wahhabisme secara essensil adalah sebuah gerakan yang tak punya silsilah; Wahhabisme berasal dari antah berantah dengan pikiran bukan hanya muncul dari negeri-negeri kosong Najd, tapi juga kekurangan preseden substansial dalam sejarah Islam.”822 Ini adalah deskripsi menarik yang diberikan Algar. Dia mengatakan apa yang disebut dengan “gerakan” yang kembali kepada hakikat semuanya – sebagaimana dapat dilihat dengan hanya membaca sepintas lalu literaturnya – klaim-klaimnya yang berasal dari Qur’an, Sunnah, pernyataan-pernyataan para Sahabat dan para ulama generasi awal, dan tulisan-tulisan dalam fiqih hanbali sebagai sebuah “gerakan tanpa silsilah.”

Algar kemudian menyatakan bahwa tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab sebagai sesuatu yang tak memiliki nilai. Dia mengatakan bahwa “semua karya-karyanya

819

Algar, hal. 5. 820

Algar, hal. 6. 821

Algar, hal. 9. 822

Algar, hal. 10.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 299

sungguh sangat bercahaya, dalam terma isi dan jumlahnya yang banyak.”823 Kemudian Algar dalam sebuah penerbangan khayal yang sesungguhnya menulis tentang Kitaab al-Tauhid yang diterjemahkan al-Faruqi,

Untuk menjastifikasi pujian berlebihannya terhadap Muhammad b. ‘Abd al-Wahhab, al-Faruqi menambahkan terhadap terjemahannya setiap bab dari Kitab al-Tauhid sebuah daftar “masalah-masalah tambahan” yang dia gambarkan sendiri, mengimplikasikan bahwa si penulis sebenarnya telah membahas beberapa “masalah” yang muncul dari hadits dalam kitab itu; padahal tidak.

824

Menyedihkan dan sulit untuk menulis ini, namun bagian ini jelas-jelas memperlihatkan kebodohan dan arogansi Algar. Tentu saja, ini memperlihatkan kejelasan ketidakhormatannya kepada kebenaran. Penulis adalah lulusan UC Berkeley dan benar-benar tahu ada banyak salinan Kitaab al-Tauhid ibn Abdul-Wahhab, demikian juga penjelasannya, di the graduate library di UC Berkeley. Kenyataannya, ada ribuan salinan kitab ini yang tersedia di seluruh dunia. Jika Algar, yang mahir membaca huruf dan bahasa Arab, meluangkan waktu barang sebentar saja untuk memeriksa salinan-salinan itu dia akan dapat melihat bahwa apa yang dia sebut “masalah-masalah tambahan” yang didaftar oleh al-Faruqi adalah benar-benar dari ibn Abdul-Wahhab dan bukannnya “digambarkan” oleh al-Faruqi. Untuk membuat masalahnya lebih buruk, dengan pengetahuannya yang sesungguhnya kecil mengenai tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab, dia memiliki keberanian dan arogansi untuk berpikir bahwa dia mampu menilai apa yang datang dari ibn Abdul-Wahhab dan apa yang bukan, dengan tanpa dasar ilmiah untuk konklusinya. Tentu saja, dalam terjemahan al-Faruqi, tak terdapat apapun yang disembunyikan yang al-Faruqi tambahkan “masalah-masalah” itu. Algar telah memutuskan bahwa itulah masalahanya—dan tidak nampak baginya apakah itu kenyataan atau bukan.

Sebenarnya, Algar mengetahui kumpulan karya ibn Abdul-Wahhab. Namun demikian, dia tak pernah terganggu untuk memastikan bahwa dia memiliki semua volume itu. Dia menyatakan, “Tidaklah jelas berapa banyak volume yang komplit terdiri dari berapa seri.”825 Dia menulis kalau dia memiliki volume satu, dua dan empat. Sebagaimana telah jelas dari pernyataannya sendiri, dia sebenarnya hanya memiliki volume satu dan dua dari kumpulan hadits dari suatu dokumen hukum oleh ibn Abdul-Wahhab dan volume lainnya dengan ini. Dengan sejumlah usaha ini, Algar berpikir bahwa dirinya memiliki kemampuan dan layak menulis sebuah essay kritik tentang Wahhabisme dan bahkan menyatakan apa yang termasuk dan tidak termasuk bagian dari tulisan ibn Abdul-Wahhab. 823

Algar, hal. 14. 824

Algar, hal. 15-16. 825

Algar, hal. 16.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 300

Setelah menyebutkan beberapa tulisan ibn Abdul-Wahhab di halaman 14 s/d 16, Algar masih memiliki empedu untuk menulis di halaman 17, “Orang memiliki, tentu saja, kesan bahwa Muhammad b. ‘Abd al-Wahhab dianggap dalam tindakan kepenulisan sebagai satu bid’ah yang lebih tidak sah yang telah menjadi selubung pikiran umat Muslim.”826 Adakah terdapat konklusi yang lebih tidak berdasar? Lebih jauh, menulis sendiri bukanlah satu-satunya standar untuk menghukumi benar tidaknya seseorang seorang ulama besar, reformer atau seorang yang terpengaruh. Kenyataannya, Algar, yang menganggap dirinya sebagai seorang Sufi, telah memutuskan untuk mengabaikan fakta bahwa terdapat banyak Sufi yang tak banyak meninggalkan karya dalam bidang tulisan. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, keulamaan ibn Abdul-Wahhab nampak dalam surat-surat yang ditulisnya. Algar nampaknya tak memiliki petunjuk terhadap pentingnya hal itu ataupun ketersediaan bahan yang penting itu.

Bergerak pada kehidupan ibn Abdul-Wahhab, Algar mengklaim bahwa ibn Abdul-Wahhab membuat persekutuannya dengan Muhammad ibn Saud “menutupinya dengan pernikahan yang lain.”827 Penulis tak dapat menemukan bukti apapun yang dapat menyarankan bahwa ibn Abdul-Wahhab menikahi salah satu kerabat ibn Saud.

Di halaman 20-21, Algar mengulang klaim-klaim yang telah dibuat sebelumnya bahwa ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya menyatakan semua orang yang non-Wahhabi adalah non-Muslim dan mereka sama dengan Khawarij. Tuduhan seperti ini telah dibahas dalam bab sebelumnya.

Dalam bagian yang agak panjang, Algar menyebut pandangan “Wahhabi” yang ada sekarang dan buru-buru membantah mereka. Karena pentingnya bagian ini, akan diperlihatkan hampir seluruhnya. Algar membahas konsep tauhid al-ibadah atau konsep bahwa semua amal mesti ditujukan hanya kepada Allah, jika sebaliknya seseorang bisa saja jatuh kepada syirik. Algar kemudian menulis,

Pelanggaran seperti itu akan mendapatkan tempat manakala sebuah tindakan pengabdian terlibat, dalam gaya apapun, sebuah entitas yang lain daripada penyembah dan Tuhan. Contohnya banyak: doa yang mengandung permohonan yang ditujukan kepada Nabi atau orang yang ditinggikan dengan harapan mendapatkan penerimaan yang lebih besar atas permohonan seseorang, dengan menggunakan formula seperti bi-hurmati…; isti’ana dan istighasah, meminta pertolongan dari hal-hal yang duniawi dan spiritual dengan sebuah bentuk kata-kata yang mengimplikasikan pengharapan atau pertolongan dari orang yang diberkati, alih-alih dari Tuhan, bahkan jika orang yang dimintai secara implisit dipandang sebagai saluran atau penyalur

826

Algar, hal. 17. 827

Algar, hal. 19

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 301

keilahian; tawassul, menghormati seorang individu, bagaimanapun agungnya, sebagai alat memfasilitasi pendekatan seseorang pada kehadiran ilahiah; mempertalikan kehidupan dan agensi kepada yang mati dengan menyebut mereka dalam konteks pengabdian, bahkan jika bukan sebagai objek pengabdian seseorang; pengaharapan terhadap, atau aspirasi untuk, syafaat para nabi, para wali, para syuhada, dan orang-orang agung lainnya; tabarruk (memohon rahmat) di makam-makam mereka; ziarah, mengunjungi makam-makam mereka sebagai sebuah tindakan yang dilakukan dalam haknya dan dengan karena maksud; dan pembangunan kubah-kubah atau bangunan-bangunan yang ditinggikan di atas makam-makam itu. Semua ini menghasilkan sebuah pelanggaran terhadap tauhid al-‘ibada dan membuat orang bersalah karena musyrik. Untuk membuatnya secara berbeda, tauhid al-‘ibada dapat didefinisikan hanya dengan menjawab tidak, dalam terma-terma penghindaran praktik-praktik tertentu, tidak secara affirmatif; ini menempatkan sebuah ketakutan ikhtilaf yang terasa pada setiap hati Wahhabisme dan membantu untuk menjelaskan sifat penyensorannya secara intrinsik. Semua praktik-praktik orang-orang yang diduga menyimpang yang baru saja dirinci dapat, bagaimanapun, dipertahankan dengan rujukan bukan saja tradisi dan konsensus tapi juga hadits, sebagaimana telah dijelaskan oleh berbagai ulama, Sunni dan juga Syiah, yang telah menunjukkan fenomena Wahhabisme. Bahkan jika itu bukanlah masalahnya, dan keyakinan bahwa kemanfaatan ziarah dan tawassul yang valid adalah keliru, tak ada alasan yang logis untuk mengutuk keyakinan ini agar dikeluarkan dari Islam …

828

Sulit untuk mengetahui darimana memulai dengan bagian seperti ini yang begitu banyak kekeliruannya. Pertama, dia mengklaim bahwa siapapun yang melakukan setiap amalan yang disebutkan di atas adalah musyrik (polytheist, keluar dari barisan Islam) menurut orang-orang “Wahhabi.” Hal ini benar-benar dan sangat mencolok tidak benar. Tak sekali pun, contohnya, ibn Abdul-Wahhab atau para pengikutnya menyatakan seseorang kafir hanya karena dia “berharap” atau memiliki “aspirasi” untuk syafaat para nabi atau para syuhada. Sama juga, tak ada tempat dimana ibn Abdul-Wahhab atau para pengikutnya menyatakan bahwa mengunjungi sebuah makam atau bahkan bangunan sebuah mausoleum di atasnya adalah sebuah amalan syirik. Yang terakhir, contohnya, hanya sebuah amalan yang membawa kepada syirik dan memang, sebagai, dilarang oleh ibn Abdul-Wahhab

karena telah dilarang oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sebelum dia. Apakah ibn Abdul-Wahhab

atau para pengikutnya menyatakan seseorang yang membuat tawassul dengan

menyebutkan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) seorang kafir? Atas dasar apa Algar membuat klaim-

klaim ini? Dia sendiri tidak mengajukan rujukan apapun. Dia tidak mengacu pada tulisan manapun dari ibn Abdul-Wahhab atau pun berbagai pengikutnya untuk mendukung klaim-klaim ini.

828

Algar, hal. 32-34.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 302

Algar mengatakan dalam bagian di atas, “Semua praktik-praktik orang-orang yang diduga menyimpang yang baru saja dirinci dapat, bagaimanapun, dipertahankan dengan rujukan bukan saja tradisi dan konsensus829 tapi juga hadits.” Dia mengklaim bahwa semua amalan-amalan itu dapat dijastifikasi dengan mengacu kepada hadits. Tentu saja, dia tidak mengajukan dalil apapun untuk itu. Tak satu hadits pun dikutip untuk mendukung klaim itu dan bahkan tak ada referensi satu pun diberikan yang, dapat dianggap, menyediakan hadits itu. Apakah dia mencoba

mengimplikasikan bahwa terdapat sebuah hadits dimana Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) atau salah

satu Sahabat yang mencari pertolongan dalam sebuah sikap spiritual dari seseorang di sebuah kuburan? Jika seorang lelaki tidak berhati-hati mengenai apa

yang dia klaim ditemukan dalam sebuah hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), tidaklah mengagetkan

bahwa dia tidak berhati-hati dalam apa yang dia katakan mengenai ibn Abdul-Wahhab.

Dalam bagian di atas, Algar menyatakan, “Untuk membuatnya secara berbeda, tauhid al-‘ibada dapat didefinisikan hanya dengan menjawab tidak, dalam terma-terma penghindaran praktik-praktik tertentu, tidak secara affirmatif; ini menempatkan sebuah ketakutan …” Jika saja Algar berbalik pada tulisan-tulisan orang yang dikiranya menuliskan hal seperti itu, dia akan tahu bahwa pernyataan itu tak lain kecuali sesuatu yang tidak benar. Muhammad ibn Abdul-Wahhab sendiri menulis, “Jika ditanya: Apakah yang akan menjadi definisi mendalam dari ibadah hanya kepada Allah? Saya katakan: Taat kepadanya dengan cara mengimplementasikan perintah-perintah-Nya dan menghindari larangan-larangan-Nya. Jika dikatakan: Apakah bentuk-bentuk ibadah yang tidak layak kecuali hanya untuk Allah? Saya katakan: Bentuk dari bentuk-bentuk permohonan, mencari keselamatan, menyembelih seekor binatang korban, bersumpah, memiliki ketakutan, memiliki harapan, memiliki kepercayaan dan menggantungkan nasib, menyatakan penyesalan, cinta, kagum, hasrat, takut, penghargaan yang tinggi, tunduk, bersujud, kepatuhan, penghormatan yang tinggi yang eksklusif kepada Tuhan …”830 Jika Algar kecewa tentang negatif, dia seharusnya sadar rumus dengan mana seseorang menjadi seorang Muslim. Yang pertama adalah penolakan kemudian affirmasi/persetujuan. Apakah Algar tidak ridla dengan Allah dan Rasul-

Nya (ملسو هيلع هللا ىلص) bahwa mereka telah menyatakan dan menggambarkan bahwa jalan

masuk kepada Islam “hanya dengan menjawab tidak.” Lebih jauh, tidakkah benar bahwa apa yang dinyatakan ibn Abdul-Wahhab, “Bahwa tak ada shalat yang disebutkan kecuali kepada Allah, tak ada shaum yang ditawarkan kecuali untuk Allah, tak ada hewan yang dikorbankan kecuali dengan nama Allah …” adalah hanya sebuah uraian baru dengan contoh-contoh praktis dari pernyataan keimanan? Kenyataannya adalah orang itu telah menghapuskan apa yang keliru

829

Bagaimana dia membuat klaim pada konsensus masih menjadi keajaiban yang lain. 830

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 279.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 303

dan menghindari kemungkaran. Haruskah dia juga tidak menganggap apa yang telah jelas-jelas dinyatakan oleh Allah—memulai dengan menjawab tidak—

الرشد من الغي فمن يكفر ين قد ت ب ي ال إكرا ف الدبالطاغوت وي ؤمن بالله ف قد استمسك بالعروة الوث قى ال

يع عليم انفصام تا والله ت“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah

jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut

831 dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia

telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah 2:256).

Lagi, apakah masalah Prof. Algar dengan ibn Abdul-Wahhab atau sebenarnya dengan Qur’an dan Islam itu sendiri?

Di akhir bagian yang di atas, Algar menyatakan, “Bahkan jika itu bukanlah masalahnya, dan keyakinan bahwa kemanfaatan ziarah dan tawassul yang valid adalah keliru, tak ada alasan yang logis untuk mengutuk keyakinan ini agar dikeluarkan dari Islam.” Ini adalah sebuah contoh klasik dari buah pikir orang-orang pengikat kepercayaan: Algar menanam klaim-klaim yang keliru dan kemudian membantahnya. Tak sekalipun ibn Abdul-Wahhab atau para pengikutnya mengatakan bahwa dengan hanya mengunjungi sebuah kuburan (ziarah) atau bahkan tawassul (mengira bahwa dia dengan begitu maksudnya

adalah memohon hak Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), sebagai contoh) adalah amalan-amalan yang

menyebabkannya “keluar dari Islam.”832 Lebih jauh, menarik untuk mencatat bahwa dalam bagian ini Algar hanya menyebut ziarah dan tawassul. Mungkin dia

831

Thaghut ialah setan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t. 832

Al-Saabiq (hal. 286) menulis, “Para penentang orang-orang ‘Wahhabi’ dan saudara-saudara mereka mengklaim bahwa orang-orang ‘Wahhabi’ mengatakan bahwa tawassul

dengan kedudukan Rasul (ملسو هيلع هللا ىلص) dan mengunjungi kuburannya yang mulia adalah tindakan-

tindakan syirik dan berseberangan dengan tauhid. Itu adalah dusta dan pemalsuan dari para penentang. Kenyataannya, orang-orang ‘Wahhabi’ dan saudara-saudara mereka hanya mengatakan bahwa tawassul dengan kedudukan makhluk adalah sesuatu yang baik

Allah maupun Rasul-Nya (ملسو هيلع هللا ىلص) tidakbolehkan dan para Sahabat dan Salafu Shaleh setelah

mereka tak pernah melakukannya … Karenanya, hal ini adalah sebuah tindakan yang tertolak *dan semacam bid’ah+.”

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 304

mengakui bahwa amalan-amalan yang lain yang telah disebutkannya, seperti “isti’ana and istighasah, mencari pertolongan dari hal yang bersifat duniawi atau spiritual sengan satu bentuk kata-kata yang mengimplikasikan pengharapan atau pertolongan dari seseorang yang dianggap diberkati, alih-alih dari Tuhan,” dapat tentu saja terlihat membuat seseorang keluar dari barisan Islam.

Di halaman berikutnya setelah bagian yang dia atas, Algar kemudian membahas ajaran-ajaran Wahhabi mengenai bid’ah. Dia kelihatannya tidak peduli dengan pendekatan “Wahhabi” bahwa semua bentuk bid’ah adalah tersesat. Tentu saja, tak sekali pun dia mengutip hadits,

و إياكم و تدثات األمور فإن كل بدعة ضاللة “Dan jauhilah olehmu hal-hal baru karena sesungguhnya semua bid’ah itu

sesat.”833

Malahan, Algar menulis, “Pengertian-pengertian yang lebih luas dan lebih positif adalah, bagaimanapun, untuk dihadapi. Ulama Syafii ‘Izz al-Din b. ‘Abd as-Salam, contohnya, berpendapat bahwa hal tersebut diperbolehkan dan dianggap sebagai sebuah bid’ah hasanah, ‘bid’ah yang baik,’ dan bahwa secara hukum semua bentuk bid’ah jatuh ke dalam lima kelompok: wajib, sunnat, mubah, makruh dan haram.”834

Pertanyaan yang muncul dari bagian ini adalah: Apakah yang dicoba Algar implikasikan dengan pernyataan ini? Di halaman berikutnya, dia memberikan contoh-contoh apa yang dianggap bid’ah yang tidak tercela di matanya: “Daftarnya termasuk namun tidak terbatas pada berbagai bentuk-bentuk dzikir dan ritual-ritual lain yang dipraktikkan oleh ordo-ordo Sufi; adat-adat popular yang dihubungkan dengan tanggal-tanggal yang ditandai secara keagamaan, seperti dua Ied … peringatan maulid Nabi …”835 Apakah semua ini termasuk kepada “bid’ah-bid’ah yang baik” yang akan dianggap disetujui ulama seperti ‘Izz al-Din ibn Abdul-Salaam, juga ditentang oleh seseorang seperti ibn Abdul-Wahhab? Ini adalah cara yang sangat tidak fair untuk mempertahankan praktik-praktik yang tak layak dipertahankan. Hanya karena ada beberapa ulama yang menyetujui pembagian bid’ah atau innovasi ke dalam lima kategori yang disebutkan di atas, hal itu tidak

833

Hadits ini shahih. Hadits ini diriwayatkan dengan kata-kata yang sedikit berbeda oleh Ahmad, Abu Daawud, al-Tirmidzi, ibn Hibbaan, ibn Abu Aasim, al-Baihaqi, al-Haakim dan yang lain-lainnya. Untuk rincian mengenai derajat hadits ini, lihat Zarabozo, Commentary, vol. 2, hal. 1044-1046. 834

Algar, hal. 35. 835

Algar, hal. 36.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 305

berarti bahwa mereka akan menerima praktik-praktik yang digambarkan oleh Algar. Ambil contoh ulama yang disebutkannya secara eksplisit, ‘Izz al-Din ibn Abdul-Salaam.836 Dapatkah terdapat hubungan antara ibn Abdul-Salaam dan bid’ah-bid’ah yang disebutkan Algar dalam halaman dia yang berikutnya? Nampaknya pandangan ibn Abdul-Salaam, bahkan jika dia membagi bid’ah ke dalam lima kategori yang disebutkan di atas, sebenarnya sangat dekat dengan pandangan ibn Abdul-Wahhab. Maka, al-Izz ibn Abdul Salaam sekali menyatakan

bahwa seseorang seharusnya tidak menyatakan doa-doa kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) di

akhir qunut (permohonan khusus yang dilakukan dalam shalat Witr).837 Dia juga secara eksplisit menyatakan amalan yang sederhana seperti berjabat tangan setelah shalat Shubuh dan Ashar adalah sebuah bid’ah (innovasi).838 Lebih jauh, al-Izz juga menyimpulkan bahwa melibatkan satu bagian makhluk sementara bersumpah dengan Allah adalah benar-benar dilarang.839 Dia juga mengatakan bahwa terlarang untuk membuat tawassul dengan ciptaan Allah.840 Terbukti, bahwa keyakinan ibn Abdul-Wahhab sebenarnya sama seperti yang ditunjukkan al-Izz ibn Abdul-Salaam. Ibn Abdul-Wahhab sekali menulis, “Kami menahan diri dari setiap bid’ah kecuali untuk bid’ah yang memilki beberapa sumbernya dari hukum, seperti mengumpulkan Qur’an ke dalam satu mushaf, Umar menyatukan para Sahabat dalam sebuah jamaah untuk shalat tarawih (shalat malam di bulan Ramadhaan)…”841 Ini adalah jenis-jenis “bid’ah” yang diterima oleh al-Izz. Akhirnya, Abdullah, putera ibn Abdul-Wahhab, menyatakan bahwa jika seseorang ingin menyebut “hal-hal baik” seperti itu sebagai bid’ah dalam sebuah pengertian figuratif, maka tak ada salahnya dengan itu meskipun pendekatan yang lebih baik dan benar digunakan yang termanya hanya ketika mengacu pada amalan-amalan yang tak dapat diterima.842 Pilihan Algar terhadap al-Izz ibn Abdul-Salaam nampaknya sebuah pilihan yang menyedihkan karena, meskipun al-Izz ibn Abdul-Salaam membagi bid’ah ke dalam lima kategori, pemahamannya terhadap bid’ah masih sama seperti yang dimiliki oleh ibn Abdul-Wahhab dan puteranya Abdullah.

836

Secara kebetulan, dalam mengacu kepada ‘Iz al-Din ibn Abdul-Salaam, Algar sebenarnya tidak mengacu kepada karya ibn Abdul-Salaam manapun namun bersandar pada artikel yang ditulis dalam bahasa Turki. Karenanya, mungkin sekali bahwa Algar bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya diyakini ibn Abdul-Salaam. 837

Dikutip dalam Fauzi ibn Muhammad al-Syabtah, Mausuah al-Shalaah al-Shahihah (Riyadh: Maktabah al-Taubah, 2000), vol. 2, hal. 940. 838

Al-Izz ibn Abdil-Salaam, al-Fataawa al-Mausiliyyah (Beirut: Daar al-Fikr al-Muaasir, 1999), hal. 34. 839

Lihat al-Ruwaishid, vol. 1, hal. 116. 840

Al-Ruwaishid, vol. 1, hal. 123. 841

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 107. 842

Al-Ruwaishid, vol. 1, hal. 140-141.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 306

Di halaman 37, Algar mengulang klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab menganggap umat Muslim tak mendapat nilai apapun selama enam ratus tahun atau lebih. Meskipun Algar tidak menyebut apapun atas pernyataan-pernyataan ini, salah satu acuan yang relevan yang dia sebutkan dalam bibliografi-nya adalah Dahlaan dan barangkali dari dialah Algar mendapatkan informasi yang tak berdasarnya itu.

Pada halaman 38 s/d 39, penghargaan untuknya, Algar menghilangkan prasangka tentang klaim bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah seorang mata-mata Inggris. Dia membahas sebuah karya yang kemungkinan memoar-memoar seorang agen Inggris di Timur Tengah, “Mr. Hempher.” Memoar-memoar ini mengklaim bahwa “gerakan Wahhabi” tiada lain kecuali sebuah rencana jahat Inggris. Algar menyimpulkan bahwa kemungkinan besar penulis karya ini adalah seorang Syiah. Adalah baik bahwa Algar menghilangkan prasangka pemalsuan murni ini. Namun demikian, menarik untuk mencatat sikap Algar terhadap pemalsu ini sebagai menentang sikapnya terhadap ibn Abdul-Wahhab dan yang lain. Algar tak memiliki kata-kata kasar untuk sang pemalsu. Malahan dalam menghukum pemalsu ini untuk karya yang dia buat, Algar nampaknya lebih kecewa bahwa dia tidak mengerjakan karyanya dalam sebuah sikap yang cukup baik. Maka, dia menyimpulkan tentang si penulis, “Dia akan lebih baik meninggalkan tugasnya membantah Wahhabisme pada ulama seperti Syeikh Ja’far Kasyif al-Ghita.”843 Hal ini tentu saja sangat menyedihkan. Bahkan jika ibn Abdul-Wahhab lebih jahat dari semua orang, tak memberikan hak bagi siapapun untuk berdusta dan menyebarkan kepalsuan-kepalsuan tentangnya. Ini tiada lain kecuali kejahatan terhadap konsep Islam tentang keadilan dan kebenaran.

Kebanyakan dari sisa karyanya melebihi bidang karya yang dipersembahkan ini. Namun demikian, terdapat tiga lampiran yang menarik. Yang pertama adalah sebuah bagian pendek dari karya ibn Abdul-Wahhab, Kasyf al-Syubuhat, yang kedua adalah sebuah bagian pendek dari kritik Dahlaan terhadap “Wahhabisme,” dan yang ketiga adalah sebuah bagian yang pendek dari seorang Syiah Ja’far Kasyif al-Ghita.

Dia memperkenalkan tulisan ibn Abdul-Wahhab dengan sebuah bagian pendek dimana dia sangat kecewa bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab mengklaim bahwa kebodohan orang-orang Arab pada masanya memahami konsep Allah sebagai satu-satunya Tuhan namun jatuh kepada mempercayai perantaraan-perantaraan.844 Sekali lagi, meski, nampaknya masalah-masalah Algar yang sebenarnya bersandar dengan pernyataan ayat-ayat Qur’an dan sangat kecil hubungannya dengan ibn Abdul-Wahhab, yang hanya menyataulangkan apa yang dinyatakan secara eksplisit dalam Qur’an.

843

Algar, hal. 39. 844

Bandingkan, Algar, hal. 71.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 307

Algar mencoba memperlihatkan bahwa ibn Abdul-Wahhab bertentangan dengan dirinya sendiri. Setelah mengutip bagian yang mengatakan bahwa orang-orang musyrik menyeru Tuhan dan juga menyeru yang lainnya pada saat-saat kemudahan, Algar menulis sebuah catatan kaki, “Kalimat ini nampaknya bertentangan dengan pernyataan yang dimuat dalam pembukaan paragraf kedua dari kutipan ini.”845 Dia mengacu pada bagian berikut—dan ini adalah terjemahan Algar sendiri—“The first is that the ancients did not, in times of prosperity, assign partners to God nor did they call on angels, sacred personages (al-awliya`), and idols.”846 Alasan adanya pertentangan adalah karena Algar benar-benar salah menterjemahkan bagian itu. Bagian itu dibaca,

أهدها أن األولي ال يشركون و ال يدعون اتالئكة و األولياء واألوثان مع الله إال ف الرخاء

Terjemahan yang benar, menggunakan terma Algar, seharusnya begini, “The first is that the ancients did not commit shirk nor did they call upon the angels, sacred personages or idols except during times of ease.” “Yang pertama adalah bahwa orang-orang dulu tidak melakukan syirik ataupun menyeru malaikat-malaikat, para wali atau berhala-berhala kecuali di kala waktu-waktu yang mudah.”847 Buktinya, sisa dari bagian ini, khususnya ayat-ayat Qur’an yang dia kutip, membuatnya sangat jelas bahwa inilah yang dikatakan ibn Abdul-Wahhab. Maka bahkan jika terdapat sebuah kekeliruan dalam salinan Algar, artinya jelas dari sisa teks ini. Tak dapat diketahui apakah ini benar-benar kesalahan terjemahan karena sebuah kesalahan teks yang dia gunakan, niatan atau hanya sebuah kesalahan pada bagian Algar. Diarahkan oleh karyanya, tak ada alasan, sayangnya, untuk mengasumsikan niat baik apapaun pada bagiannya. Namun demikian, nampaknya Algar tak pernah memberikan karya ini upayanya yang lebih ilmiah dan paling disukai dia hanya salah menterjemahkan bagian ini (dia barangkali sangat gembira pada temuan terakhir bahwa hal ini mengimplikasikan sebuah kontradiksi pada bagian ibn Abdul-Wahhab). Wallahu a’lam.

845

Algar, hal. 75. 846

Algar, hal. 74. Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia kira-kira begini “Yang pertama adalah bahwa orang-orang dulu tidak, di waktu-waktu yang tertentu, menetapkan sekutu-sekutu kepada Tuhan maupun menyeru para malaikat, para wali, dan berhala-berhala.” 847

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, vol. 1, hal. 169; Al-Ruwaishid, vol. 1, hal. 283. Tekanan ditambahkan.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 308

Sangat menarik untuk mencatat bahwa dalam apendiksnya yang kedua, sebuah bagian dari Dahlaan, Dahlaan nampaknya mengimplikasikan sebuah penyembahan kuburan yang telah disangkal Algar terjadi di kalangan umat Muslim. Kebanyakan bagian dari Dahlaan ini adalah propaganda keliru yang dibahas darinya dalam bab sebelumnya. Dahlaan menulis,

[ibn Abdul-Wahhab] berangkat lebih jauh seperti menyatakan orang-orang beriman sebagai orang-orang kafir. Dia mengklaim bahwa mengunjungi makam Nabi—Shalallahu alaihi wa salam—juga memohon kepadanya atau nabi-nabi yang lain dan orang saleh sebagai al-tawassul atau mengunjungi makam-makam mereka merupakan syirik [menetapkan sekutu kepada Tuhan]. Dia juga mengumumkan sebagai syirik menujukan para nabi, para wali dan orang-orang saleh sementara memohon kepada mereka,

848 dan

mempertalikan apapun kepada selain Tuhan, bahkan jika dengan cara metaphora yang rasional.

849

Apendiks terakhir dan “bantahan” terhadap ibn Abdul-Wahhab datang dari seorang Syiah bernama Ja’far Kasyif al-Ghita. Algar membuka bantahan ini dengan sebuah bagian yang memuji penulisnya. Bagian ini kurang dari tiga halaman dan sebenarnya tidak banyak yang ditawarkan dan bukti terhebat yang diperlihatkan untuk dapat membantah ibn Abdul-Wahhab adalah yang berikut ini,

Akan pantas dikutip disini apa yang pernah diriwayatkan oleh al-Qutaybi. Dia meriwayatkan bahwa dia suatu kali duduk di samping makam Rasullullah—

,ketika seorang Badwi datang, menyatakan salamnya kepada Rasul—ملسو هيلع هللا ىلص

dan kemudian membaca syair-syair ini: “Wahai yang terbaik dan terhebat yang pernah dikubur di bumi, yang telah membuatnya harum semerbak dengan wewangian mereka, Biarkan jiwaku menjadi tebusan untuk makam yang engkau diami, dimana berbaring kemurnian, kedermawanan, dan kemuliaan.” Orang Badwi itu kemudian berkata: “Disinilah aku, wahai Rasulullah; Aku telah menyalahkan diriku. Aku memohon ampunan dari Allah dan aku memintamu, wahai Rasulullah, agar engkau memohon ampunan bagiku.” Al-Qutaybi meriwayatkan bahwa dia kemudian jatuh tertidur, dan bermimpi bahwa Nabi berkata padanya: “Wahai Qutaybi, temui orang Badwi itu, dan berikan padanya kabar gembira bahwa Tuhan telah

848

Tekanan ditambahkan. Sebelumnya Algar menulis (hal. 34, fn. 27), “Menarik untuk mencatat sepintas lalu bahwa banyak omong kosong yang telah ditulis oleh sarjana-sarjana Barat pada apa yang mereka nilai ‘penyembahan kuburan’ atau ‘penyembahan para wali’ di dunia Muslim. Mereka secara implisit menerima tesis Wahhabi bahwa mengunjungi dan berdiam di kuburan, meskipun tidak kepada penghuninya, bagaimanapun juga merupakan sebuah bentuk penyembahan kuburan.” (Tekanan ditambahkan.) 849

Algar, hal. 78.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 309

mengampuninya.” Maka dia bangkit dan memberikan orang Badwi itu kabar gembira.

850

Inikah yang disebut “argumen syariah yang kuat” yang disukai Algar untuk dipersembhakan sebagai satu-satunya bantahan dia terhadap ibn Abdul-Wahhab? Ketika orang mulai menyandarkan diri pada mimpi-mimpi dan cerita-cerita dalam keadaan ini dan melupakan apa yang ditawarkan Qur’an dan Sunnah, orang bisa berpendapat bahwa ruang untuk diskusi telah secara praktik hilang.

Ini sebenarnya adalah tipikal apa yang orang dapati sebagai sebuah bantahan terhadap ibn Abdul-Wahhab. Algar menyebut karyanya sebagai sebuah essay kritik. Orang akan berharap bahwa dia mengkritik dan mengapresiasi keyakinan-keyakinan dan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Dari perspektif seorang Muslim, orang akan berharap bahwa karya ini kemudian akan diisi dengan ayat-ayat Qur’an dan hadits, mendemonstrasikan kebodohan cara ibn Abdul-Wahhab. Kenyataannya, dalam seluruh karya Algar, dari 84 halaman yang ada, hanya terdapat dua hadits. Satu adalah hadits yang disalahinterpretasikan Algar mengenai Najd dan yang kedua adalah yang berhubungan dengan kedatangan seorang mujadid setiap seratus tahun, yang Algar acu sebagai “sebuah hadits tertentu.”851 Sebenarnya, barangkali lebih mengherankan, dalam karya dimana Algar mengkritik orang-orang Wahhabi ini dan dimana dia mempersembahkan dua lampiran untuk membantah orang-orang Wahhabi, tak ada satu pun ayat Qur’an yang disebutkannya—kecuali dalam lampiran pertama, yang merupakan terjemahan dari tulisan ibn Abdul-Wahhab. Buktinya, Algar barangkali seharusnya berterimakasih untuk apa yang sebenarnya dia ungkap perbedaan antara ibn Abdul-Wahhab dan para penentangnya: ibn Abdul-Wahhab menyandarkan diri pada wahyu yang datang dari Allah (Qur’an dan Sunnah) sementara yang lain menyandarkan diri pada mimpi-mimpi, praktik-praktik umat Muslim dan sebagainya, apapun kecuali wahyu yang sebenarnya. Lebih jauh, jika seorang pembaca non bahasa Arab memiliki keraguan mengenai jenis-jenis material yang diterbitkan mengenai ibn Abdul-Wahhab bahkan dari umat Muslim, Algar telah mempersembahkan sebuah contoh yang hebat dari propaganda seperti itu yang telah berlalu sebagai sebuah “essay kritik.”

Ringkasnya, Algar barangkali tulus dengan keyakinan-keyakinannya namun dia tidak melakukan upaya-upaya yang diperlukan untuk sebuah karya akademis. Ini sangat tidak adil, khususnya dalam hal menghormati seorang saudara Muslim. Pada akhirnya purbasangka-purbasangka Algar disebutkan. Disangsikan apakah dia akan mampu memunculkan dirinya di atas purbasangka-purbasangka itu dan

850

Algar, hal. 83-84. 851

Algar, hal. 36-37.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 310

menghasilkan sebuah karya objektif dan ilmiah. Sayangnya, jelas bahwa karyanya ini telah meninggalkan apa yang diinginkan—setidaknya.

Orang harus bertanya apa yang menjadi niat Algar di balik menulis buku seperti ini. Dapatkah dia benar-benar mengklaim bahwa niat hatinya adalah untuk menyenangkan Allah? Apakah upaya-upaya yang dia tampakkan telah disimpan dalam karya ini—atau yang tidak dia simpan ke dalam karya ini—memberikan kesaksian pada setiap klaim bahwa hal ini dilakukan dengan sebuah niat yang tulus? Jika karya ini tidak ditulis dengan sebuah niat yang tulus, maka niat lain apakah yang dia miliki? Hanya Allah saja yang mengetahui kebenaran di balik pertanyaan-pertanyaan itu. Namun demikian, orang hanya dapat berharap semoga Allah menuntun Prof. Algar kepada jalan tobat dan memohon ampunan untuk kata-kata yang tidak adil dan tidak senonoh852 yang dia nyatakan berkenaan dengan seorang saudara manusia dan seorang saudara Muslim.

Schwartz

Stephen Schwartz adalah seorang penulis Yahudi yang menggambarkan dirinya sebagai semacam Sufi Naqshabandiyah.853 Perkaranya sama dengan Algar854, ini bukanlah sebuah arti a priori bahwa dia tak dapat berdiri di atas kecenderungan-kecenderungannya untuk memproduksi sebuah karya yang objektif, ilmiah. Dia telah menulis sebuah karya berjudul The Two Faces of Islam: The House of Sa’ud from Tradition to Terror. Buku ini telah dipropagandakan secara luas di Amerika Serikat. Penulis telah menemukan tujuh atau delapan salinan yang selalu tersedia di toko-toko buku utama di Amerika Serikat. Lebih jauh, penulisnya telah membuat beberapa penampilan dalam “show-show berita” di media Barat. Karenanya, meski kebanyakan buku Schwartz melebihi bidang karya ini, bagian-bagian karyanya yang paling langsung mengenai ibn Abdul-Wahhab “layak” untuk beberapa studi.855

852

Orang hanya dapat berharap bahwa Prof. Algar bukanlah salah seorang Sufi yang yakin mencintai Allah dan tidak takut kepada Allah. Sayangnya, meski demikian, dapat dibantah bahwa hanya seseorang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah-lah yang dapat menulis semacam kekeliruan yang ditemukan dalam karyanya. 853

Dalam pengakuan-pengakuannya, dia menulis (hal. 288-289), “Saya berhutang bahkan lebih kepada Syeikh Muhammad Hisham Kabbani dari Ordo Sufi Naqshabandiyyah yang Paling Terkenal, guru yang paling dicintai dan teman, yang persahabatannya membebaskan hatiku, semoga berkat rahmat Allah (SWT) selalu tercurahkan kepadanya.” 854

Schwartz mengutip Algar dalam beberapa kesempatan. Buktinya, ketika membaca “logika” dan argumen-argumen mereka, keduanya sebenarnya nampak dapat dipertukarkan. 855

Bab 3 adalah bab dia yang paling ditujukan kepada ibn Abdul-Wahhab dan yang paling relevan disini.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 311

Schwartz mencoba memperlihatkan dirinya sebagai seseorang yang sangat simpatik kepada Islam.856 Hipotesis utamanya, sebagaimana jelas dari judul karyanya, adalah bahwa terdapat “dua wajah Islam.” Dalam sebuah pendekatan yang begitu mengagetkan, dia menentukan kedua-duanya sebagai jalan kembali

kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), bahkan menggambarkan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sebagai sedikit bingung

atau, lebih buruk, schizophrenic. Dia menggambarkan umat Muslim awal yang mengasingkan diri ke Ethiopia untuk lepas dari penyiksaan di Mekkah. Kemudian dia menulis,

Meski dia tertinggal di belakang, Muhammad mendukung usaha ini, yang menandai contoh petama dari motif yang berulang-ulang dalam Islam: emigrasi orang-orang beriman untuk melepaskan diri dari penyiksaan. Disinilah bahwa kehidupan Nabi sendiri, dua wajah dari Islam pertama kali terlihat: pemisahan, yang akan tak terelakkan mendorong purisme dan ekstrimisme, versus masuk ke dalam dunia, bahkan di bawah kondisi-kondisi sulit, menuju pluralisme dan toleransi.

857

Dalam karya ini, dia membuat jelas bahwa dia mendukung “versi Islam yang pluralistik” yang dida’wahkan oleh teman-teman Sufi-nya. Namun demikian, catat

bahwa dalam bagian ini dia mengatakan bahwa gerak yang “didukung” Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

adalah macam Islam yang menuju kepada “purisme dan ekstrimisme.” Maka, dari permulaan, dia sudah meragukan keputusan Nabi sendiri. Dia mencoba mengatakan bahwa terdapat dua versi Islam dan umat Muslim harus memilih salah satunya. Baiklah, sekarang, nampaknya “versi” Islam yang benar bisa jadi bahkan

bertentangan dengan apa yang dudukung dan dilakukan oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri.

Kenyataannya, hipotesis Schwartz ini keliru dan hanya terdapat satu Islam yang sejati dan umat Muslim tidak memiliki pilihan lain kecuali mengikuti kebenaran itu.

Islam yang sejati ini adalah jalannya Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), yang mana kebenaran dan

implementasi yang benar terhadap Qur’an. Allah berfirman,

وأن هذا لراطي مستقيما فاتبعو وال ت تبعوا السبل ف ت فرق بكم عن سبيله ذلكم ولاكم به لعلكم ت ت قون

856

Kenyataannya, dia tidak memiliki semacam kata-kata untuk tipe Muslim manapun, mencap mereka semua orang-orang “Wahhabi,” kecuali untuk orang-orang Sufi dan Syiah. 857

Schwartz, hal. 11.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 312

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)

858, karena

jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. al-Ana’am 6:153).

Catat penjelasan Nabi untuk ayat ini,

الله للىخطا لنا رسو الله عن عبد الله بن مسعود قال عليه و سلم قال هذا سبيل الله ت خط خطوطا عن يينه و عن شاله ت قال هذ سبل قال يزيد مت فرقة على كل

ها شيطان يدعو إليه ت ق رأ ) سبيل وأن هذا لراطي من (مستقيما فاتبعو وال ت تبعوا السبل ف ت فرق بكم عن سبيله

Abdullah Ibnu Mas'ud r.a., ia berkata, "Suatu hari, Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص. Membuat

garis lurus di hadapan kami, kemudian beliau bersabda, 'Ini adalah jalan Allah.' Setelah itu, beliau menggaris beberapa garis di samping kiri dan

samping kanan garis yang pertama tadi, dan bersabda, 'Jalan-jalan ini (Yazid berkata - adalah selain jalan Allah), masing-masing didukung oleh setan yang menggoda manusia untuk mengikuti jalan itu.' selanjutnya, beliau membaca

ayat, "Dan, bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia...." (al-An'aam:153)”

859

Salah satu poin yang coba dibuat Schwartz dengan gagah berani adalah bahwa

umat Muslim yang moderat memahami Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan melihat beliau (ملسو هيلع هللا ىلص)

sebagai orang yang “penuh perasaan, tenang, rendah hati, dan baik …” Sementara di lain pihak, menurut dia,

Para ekstrimis Islam mencoba mengenyahkan Muhammad dari Islam sama sekali. Bagi orang-orang Barat, hal ini nampaknya mustahil. Namun ini benar: Para fundamentalis Islam mengabaikan kepribadian Nabi dan menentang

858

Maksudnya: janganlah kamu mengikuti agama-agama dan kepercayaan yang lain dari Islam. 859

Diriwayatkan oleh Ahmad. Sanadnya hasan. Lihat pembahasannya dalam Syuaib al-Arnaut, et al., Musnad al-Imam Ahmad (Beirut: Muassasat al-Risaalah, 1996), vol. 7, hal. 207-209.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 313

rasa cinta dan kekaguman umat Muslim tradisional atas pencariannya untuk rasa welas asihnya. Sebagaimana akan terlihat, keseluruhan upaya membersihkan kepribadian Nabi dari agama Islam telah menjadi tujuan essensil “akhir” kultus Wahhabisme, yang telah membuat sebuah upaya serius untuk membentuk kembali Islam dalam kesannya yang intoleran.

860

Dari permulaan, Schwartz mengklaim bahwa orang-orang Wahhabi mencoba

menjauhkan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dari Islam. Orang harus pertama-tama mengetahui Nabi

sebelum dia dapat menjauhnya dari Islam. Jika ada siapapun yang mengenal (ملسو هيلع هللا ىلص)

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) itu adalah mereka orang-orang yang mempelajari kehidupan Nabi

dan pernyataan-pernyataannya yang shahih, seperti ibn Abdul-Wahhab dan (ملسو هيلع هللا ىلص)

para pengikutnya. Bukan mereka yang bersandar pada hadits palsu, mimpi-mimpi atau pertemuan-pertemuan untuk mencoba berhubungan dengan orang mati yang

mereka klaim dipelajari dari Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) (seperti orang-orang Sufi yang sangat

dicintai Schwartz). Maka jika ada orang yang membawa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) kembali ke

dalam Islam, itu adalah orang-orang “Wahhabi” atau orang-orang Salafi.

Sebenarnya, Schwartz sendiri membuat hal ini sangat jelas siapa yang mencoba

menceraikan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dari Islam. Schwartz (hal. 157 s/d 158) menggambarkan apa yang

dia acu sebagai “sebuah penjelasan yang lupa daratan” dimana seseorang yang bernama Amir Sulaiman mendaftar ganjaran-ganjaran yang dijanjikan kepada para syuhada di Surga. Ujug-ujug dia menyebutkan bahwa delapan pernyataan yang dia kutip adalah langsung dari

hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), sangat terkenal bahkan di kalangan orang-orang Sufi masa lalu. Ini

menunjukkan bahwa masalah dia yang sebenarnya, sebagaimana Algar, bukanlah dengan da’wah atau pemimpin manapun melainkan dengan Qur’an dan Sunnah. Maka, orang akan menemukan dia mengutip, lagi-lagi seperti Algar, tidak ada satu pun ayat Qur’an untuk mendukung versi Islamnya untuk menentang ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab.

Nampaknya Schwartz mencoba memperlihatkan dirinya sebagai seorang pencinta kedamaian, pluralistik, Sufi garis batas. Belum lagi arogansi dan purbasangkanya terhadap ras manusia yang lain dijelaskan dalam salah satu pernyataannya mengenai ibn Abdul-Wahhab. Dia menulis, “Dia muncul dari kekosongan yang bukan saja secara fisik dan ekonomi melainkan juga secara sosial, intelektual dan spiritual … Juga disebutkan bahwa di awal kedewasaan Ibn Abd al-Wahhab bepergian secara luas, ke Basrah dan Baghdad, ke Damaskus, dan melalui Kurdistan, Iran, dan India, bermaksud untuk menjadi seorang saudagar. Namun

860

Schwartz, hal. 9.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 314

bagaimana bisa orang yang tak berpengalaman, berpikiran sempit berkelana dari Najd melihat dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya …”861

Dia kemudian mengklaim bahwa ibn Abdul-Wahhab lari kepada seorang Inggris yang “mendorongnya kepada ambisi pribadi.” “Segera, Arab intinerant dan kerajaan Inggris berbagi sebuah tujuan: melikuidasi Kekaisaran Utsmaniyyah.”862 Dia kemudian mengatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab memberontak melawan kekhalifahan Utsmaniyyah. Bahkan Algar punya kesopanan untuk mengakui bahwa semua ini adalah murni khayalan dan omong kosong. Sebagaimana dibahas sebelumnya, tak ada bukti dan tak ada alasan untuk memproklamirkan bahwa ibn Abdul-Wahhab pernah memiliki maksud-maksud tertentu kepada Kekaisaran Utsmaniyyah.

Pada halaman 69 s/d 71, dia lalu menggambarkan beberapa keyakinan dan praktik-praktik orang-orang Wahhabi. Terlalu panjang untuk mengutip kata demi kata disini. Beberapa yang terpilih akan dipersembahkan disini. Pertama, dia mengklaim bahwa menurut ibn Abdul-Wahhab, “ritual mengungguli niat.”863 Ini adalah klaim yang tanpa dasar dan, tentu saja, Schwartz tidak mengajukan referensi apapun untuknya, baik dari tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab maupun dari tulisan-tulisan siapapun.

Dia menggambarkan poin utama ketiga ajaran Wahhabi sebagai, “Disana[ni] bisa jadi tak ada doa perantaraan, ditujukan kepada Tuhan dengan alat Nabi atau para wali … Doa-doa kepada Tuhan dengan alat seorang orang saleh atau bahkan menghormati individu manapun selain dari Tuhan dikutuk sebagai keberhalaan, meskipun diterima oleh semua generasi Muslim sebelumnya dan Nabi sendiri.”864 Pertama, sebagaimana dicatat sebelumnya, tidak semua amalan dalam hal ini dikutuk sebagai keberhalaan. Beberapanya hanya dianggap dilarang dan beberapa dilarang karena semua itu berarti akhirnya dapat membawa kepada keberhalaan. Klaimnya bahwa semua umat Muslim generasi-generasi sebelumnya dan bahkan

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri menyetujui klaim-klaim seperti itu tiada lain kecuali kepalsuan.

Sebaliknya, dia seharusnya menyediakan setidaknya satu hadits untuk

memperlihatkan bahwa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) menyetujui amalan-amalan seperti itu.

861

Schwartz, hal. 66-67. 862

Schwartz, hal. 67. 863

Schwartz, hal. 69. 864

Schwartz, hal. 69.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 315

Dalam sebuah tindakan dusta yang mencolok, dia menyatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab “mensifatkan manusia kepada Tuhan.”865 Pernyataan yang menggelikan ini bahkan tidak pantas untuk dikomentari.

Dia kemudian menyatakan, “Ibn Abd al-Wahhab lebih jauh mengutuk sebagai orang-orang kafir mereka yang tidak memperhatikan semua waktu tertentu shalat, sebuah posisi yang tidak hadir dari Islam tradisional.”866 Sebagaimana dicatat sebelumnya, ibn Abdul-Wahhab sendiri secara spesifik menahan diri dari membuat penghukuman tentang mereka yang tidak melaksanakan shalat karena, sebagaimana dia katakan, para ulama berbeda pada masalah itu. Pernyataannya, “sebuah posisi yang tidak hadir dari Islam tradisional,” bisa membuat pembaca percaya bahwa tak ada ulama sebelumnya yang mengangkat posisi itu. Sebenarnya, beberapa ulama selalu mengangkat posisi itu. Namun apa yang dia maksud dengan “Islam tradisional” sebenarnya hanya praktik-praktik tradisional orang-orang Sufi, baik yang awam ataupun tidak.

Schwartz juga berkata, “Dia meminta pengakuan keimanan Muslim dibuat kali kedua, sebagai penganut sekte Wahhabi.”867 Lagi-lagi, ini benar-benar kekeliruan yang tidak Schwartz acu pada apapun.868

Schwartz kemudian menyebutkan beberapa tindakan, yang menurut pandangan ibn Abdul-Wahhab sebagai bid’ah atau rekayasa, yang ditentang ibn Abdul-Wahhab, meskipun dia memiliki kecenderungan untuk membumbui gambaran atau tidak memberikan gambaran secara keseluruhan. Contohnya, dia menyatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab “mengutuk kebiasaan mereka yang melaksanakan ibadah Haji di Mekkah untuk mengunjungi makam Nabi di Madinah.”869

Kemudian Schwartz menulis,

Doktrin Ibn Abd al-Wahhab secara eksplisit merendahkan kedudukan Muhammad. Belum lagi dia mengklaim menjalani kehidupan yang begitu dekat dengan apa yang dicontohkan dalam Sirah Muhammad yang dia dapat anggap sebagai kawan sebaya kepada Nabi sendiri. Nampak jelas bahwa Ibn Abd al-Wahhab melihat dirinya sendiri sebagai setara dengan Nabi, sebuah pandangan yang juga sepenuhnya bid’ah dalam Islam. Beberapa kritik menegaskan bahwa dia bahkan melihat dirinya sendiri sebagai melebihi Nabi.

865

Schwartz, hal. 69. 866

Schwartz, hal. 69. 867

Schwartz, hal. 69. 868

Mudah untuk menulis tanpa memiliki rujukan material seseorang, seperti kemudian bisa menulis apapun yang diinginkannya. Bahkan, dalam kasus itu, seseorang bahkan dapat memasukkan bahan dari sumber-sumber yang paling tak dapat diandalkan. 869

Schwartz, hal. 70.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 316

Namun, yang terpenting, bagi interpretasi Islam radikal Ibn Abd al-Wahhab untuk memperoleh para pengikut, kepribadian Nabi, dan khususnya dedikasi untuk perasaan welas dan asih, harus diamputasi dari tubuh doktrin Muslim.

870

Ini adalah alasan jahat Schwartz yang klasik. Orang yang paling mempromosikan

agar mengikuti Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dalam setiap aspek mencoba merendahkan kedudukan

Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص). Adalah Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang menulis, “Dari

sini kita mengenali apa yang terpenting dari yang penting: seorang individu harus mengenal Rasul dan apa yang beliau bawa. Tak ada jalan keberhasilan kecuali dengan tangan-tangannya. Tidak juga ada cara untuk membedakan yang baik dari yang jahat kecuali melalui cara-cara beliau membedakan mereka. Perlunya seseorang mengenal Rasul benar-benar melebihi keperluan yang lain-lain yang diperkirakan dan keperluan lain-lain yang diperlihatkan.”871 Apakah ini terdengar

seperti kata-kata seorang pria yang mencoba melampaui Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) atau seorang

pria yang menyeru semua orang untuk tunduk kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)?

Sisa bagian ini lagi-lagi tidak berharga untuk dikomentari. Namun demikian, aneh untuk mencatat bahwa melalui karyanya, Schwartz mengklaim bahwa “Wahhabisme” yang berbahaya menyapu dunia Muslim. Apakah ini benar-benar mungkin dengan menghapus semua sisa-sisa welas dan asih dari pesan Islam?

Dalam paragraf berikutnya, Schwartz hanya mengulang beberapa propaganda keliru yang melawan ibn Abdul-Wahhab yang telah dibahas dalam Bab 5. Dia mengatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab “mengajarkan pembebasan dari empat tradisi,” yang berarti empat madzhab fiqih. Dia mengklaim bahwa ibn Abdul-Wahhab mengumumkan seluruh orang-orang non-Wahhabi sebagai orang-orang non-Muslim. Dia bahkan menulis bahwa ibn Abdul-Wahhab “mengkhianati para nabi, para ulama, para wali, dan orang-orang saleh di masa lalu.”872 Setiap penulis yang mengharap dianggap serius akan setidaknya mempersembahkan satu kutipan dari ibn Abdul-Wahhab untuk mendukung tuntutan liar ini. Namun, tentu saja, Schwartz tidak. Dia kemudian mengutip beberapa pernyataan al-Zahawi yang telah dibahas dalam bab sebelumnya.

Schwartz kemudian menulis, “seruan Wahhabi untuk ‘reformasi’ tak memiliki dukungan dalam Sunnah. Dalam prediksi-prediksinya terhadap masa depan, yang mana banyak, Muhammad tak pernah sekalipun meramalkan bahwa umat Muslim akan kembali jatuh kepada kemusyrikan, seperti orang-orang Wahhabi tuduhkan

870

Schwartz, hal. 70. 871

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 6, hal. 13. 872

Schwartz, hal. 71.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 317

dengan kuat mereka lakukan sejak abad ke-18.”873 Pernahkah dia bahkan merujuk kepada kumpulan Hadits yang tersedia dalam bahasa Inggris atau bahkan buku-buku mengenai tanda-tanda Hari Penghakiman yang tersedia dalam bahasa Inggris, dia mungkin telah belajar dengan cara yang berbeda. Namun, aduh, tak terdapat satu pun koleksi hadits yang disebutkan dalam bibliografi-nya. Dia juga tidak mendaftar rujukan kitab utama dalam bahasa Arab manapun. Menakjubkannya, dia bahkan tidak merujuk kitab yang ditulis oleh Muhammad ibn Abdul-Wahhab atau pun keturunannya manapun—sekalipun dia mengklaim menulis tentang mereka. Itulah kenapa tidak mengejutkan bahwa nampak dalam setiap kesempatan dimana dia membuat pernyataan-pernyataan yang hanya tidak benar.874 Karena kecenderungan aksesibilitasnya kepada sumber hadits yang sangat terbatas, setidaknya, Schwartz semestinya berkata, “Saya tidak mengetahui

adanya hadits dimana Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) mengatakan bahwa umat Muslim akan kembali

kepada kemusyrikan.”

Sebenarnya, apa yang harus dia lakukan adalah membaca Kitaab al-Tauhid-nya ibn Abdul-Wahhab atau penjelasannya dan dia akan menemukan bab, “Apa yang terjadi mengenai sebagian Umat yang menyembah berhala-berhala.” Bab ini memperlihatkan bahwa bahkan diantara mereka yang berkata, “Tak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah,” akan ada beberapa orang yang kembali kepada

syirik. Thaubaan meriwayatkan bahwa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata,

ا أخاف على أمت األئمة المضلي و إذا وضع ف أمت إنهم إل ي وم القيامة و ال ت قوم الساعة السيف ل ي رفع عن

بد ق بائل حت ي لحق ق بائل من أمت بالمشركي حت ت ع من أمت األوثان

“Aku khawatir atas umatku adanya para pemimpin yang menyesatkan. Jika pedang datang pada umatku, maka tak akan berakhir sampai hari kiamat.

Dan saat itu tidak akan kunjung tiba sampai umatku mengikuti orang-orang musyrik dan sampai umatku menyembah berhala”

875

873

Schwartz, hal. 71. 874

Dia mendaftar 57 tulisan dan artikel-artikel kecilnya dalam bibliografi-nya. 875

Diriwayatkan oleh Abu Dawud, ibn Majah dan Ahmad. Hamzah Ahmad al-Zain berkata, “Sanadnya shahih… Al-Haithami berkata, ‘Perawi Ahmad adalah rawi-rawi yang Shahih.’”

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 318

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) juga berkata,

ال ت قوم الساعة حت تضطرب أليات نساء دوس على ذي اتلصة و ذو اتلصة طاغية دوس الت كانوا ي عبدون

ف اتاهلية “Saat itu tak akan datang kecuali pinggul-pinggul wanita-wanita bani Daus

bergerak sambil mengitari Dzul-Khalasah [berhala bani Daus di Tabalah pada Masa Jahiliyyah+.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.)

876

Kalimat berikutnya setelah kutipan dari Schwartz di atas terbaca, “Nabi yakin ‘di setiap penghujung abad, Allah akan mengirimkan seseorang yang akan membangkitkan kembali keimanan,’ juga menentang untuk mereformasinya.”877 Mengingat bagian sebelumnya, bagian ini hampir nampak seperti lelucon. Kata tajdid atau “pembaharuan,” yang dia taruh dengan huruf-huruf miring, sebenarnya mendukung pernyataan ibn Abdul-Wahhab. Seseorang tak bisa me-“perbaharui” sesuatu kecuali kalau sesuatu itu hadir dan untuk sebagian besar bagiannya telah hilang. Tauhid telah hadir dan telah hilang karena badai praktik-praktik keberhalaan dimana umat Muslim telah jatuh ke dalamnya. Inilah sebenarnya yang menjadi poin ibn Abdul-Wahhab. Dia tidak mereformasinya, dia hanya “membangkitkannya kembali”. Barangkali, Tuan Schwartz seharusnya diberikan ucapan terimakasih karena telah menunjukkannya.

Schwartz kembali meracau tentang penentangan orang-orang “Wahhabi” terhadap musik. Ini benar-benar sesuatu yang membuat Schwartz patah hati. Ini bukanlah tempat yang patut untuk membahas masalah ini secara rinci. Namun, dua pernyataan Schwartz mestilah cukup untuk memperlihatkan bagaimana laki-laki ini

Menurut al-Albaani, hadits ini shahih. Lihat Hamzah Ahmad al-Zain, catatan kaki untuk Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal, Al-Musnad (Kairo: Dar al-Hadits, 1995), vol. 16, hal. 294; Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Shahih al-Jami al-Shaghir (Beirut: al-Maktab al-Islaami, 1986), vol. 2, hal. 1236-1237. 876

Sesungguhnya Schwartz bukanlah orang pertama yang menentang ibn Abdul-Wahhab dengan klaim seperti itu. Bahkan, ibn Afaaliq, Sulaiman ibn Abdul-Wahhab, al-Qabbani, al-Muwais dan yang lain-lainnya mengklaim bahwa ummat Muslim terlindung dari jatuh dari kekeliruan seperti itu dan, karenanya, adalah omong kosong untuk mengklaim bahwa syirik telah menyebar di kalangan ummat Muslim. Lihat kutipan dari mereka dalam al-Abdul-Latif, hal. 219-221. 877

Schwartz, hal. 70.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 319

cenderung membesar-besarkan tanpa banyak memperhatikan kebenaran. Dia menulis, “Musik bisa jadi kemuliaan terhebat dari peradaban Islam … Islam tanpa musik akan seperti Tuhan tanpa ciptaan-Nya, Bumi.”878

Schwartz kemudian membahas hadits tentang Najd, dibahas dalam bab terakhir. Menarik bahwa ini adalah satu-satunya hadits yang pernah dikutip Schwartz. Juga menarik untuk mencatat bahwa Schwartz memiliki keberanian untuk menulis, “Ibn Abd al-Wahhab mungkin bukanlah seorang “Antichrist”, atau Dajjal, sebagaimana gambarannya yang dikenal dalam Islam, namun dia adalah sesuatu yang sama-sama menakutkan.”879 Atas nama keadilan, dia mestinya setidaknya mencatat bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab berasal dari Bani Tamim yang terkenal, disebutkan dalam hadits:

عن أب هري رة قال ما زلت أحب بن تيم منذ ثالث عت من الله للى اللهم عليه و سلم ي قول فيهم رسول تعته ي قو ل هم أشد أمت على الدجال قال و جاعت ت

الله للى اللهم عليه و سلم هذ رسول لدقات هم ف قال هم عند عائشة ف قال لدقات ق ومنا و كانت سبية من

عيل أعتقيها فإن ها من ولد إتاAbu Hurairah berkata, “Aku terus menyayangi bani Tamim sejak aku

mendengar perkataan Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) mengenai mereka. Aku mendengar

beliau berkata, ‘Mereka adalah yang terkuat dari umatku yang melawan

dajjal.’ Ketika zakat mereka tiba, Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata, ‘Ini adalah zakat

dari umatku.’ Aisyah memiliki seorang budak perempuan dari antara mereka

dan beliau (Nabi ملسو هيلع هللا ىلص) berkata, bebaskanlah ia karena ia adalah anak

keturunan Ismail.’” (Diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim.)

Sementara membicarakan tentang persekutuan antara ibn Abdul-Wahhab dan Muhammad ibn Saud, Schwartz menulis, “Maksud mereka yang sesungguhnya adalah penaklukan dan dominasi dunia. Untuk bagiannya, Ibn Abd al-Wahhab

878

Schwartz, hal. 72-73. 879

Tekanan ditambahkan. Schwartz, hal. 74.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 320

membayangkan dirinya seorang Nabi baru yang akan menggantikan khalifah Utsmaniyyah sebagai otoritas teologikal satu-satunya dalam umat Islam global.”880 Jika, entah bagaimana, Schwartz memiliki akses kepada dunia ghaib dan niat terdalam seseorang, maka tak banyak yang bisa dibicarakan tentang ini. Sebaliknya, laki-laki yang akhirnya pensiun dari dunia politik setelah penaklukan Riyadh untuk konsentrasi menulis dan mengajar bisa sulit digambarkan dalam gaya yang digambarkannya.

Sebenarnya, belakangan Schwartz mengklaim bahwa pada tahun 1787, “Ibn Abd al-Wahhab menyatakan diri sebagai pemimpin umat seluruh dunia. Kegilaan ini didukung oleh fatwa dimana Ibn Abd al-Wahhab memerintahkan ‘jihad’ melawan orang-orang Utsmaniyyah.”881 Sebagaimana telah ditekankan di tempat lain dalam buku ini, tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab telah secara cermat terpelihara dan mudah didapat. Dimana hal ini dapat ditemukan dan kenapa tak ada kutipan langsung yang diperlihatkan dari ibn Abdul-Wahhab dimana dia membuat pernyataan-pernyataan seperti itu?

Akhirnya, jelaslah tipe Islam Schwartz dan kebanyakan mereka yang seperti dia—kebanyakan yang berada dalam masyarakat Muslim—hasrati. Ini bukanlah Islam yang benar-benar berakar dalam Qur’an dan Sunnah—hal ini jelas dari karya Schwartz yang tidak mengandung ayat-ayat dan hadits untuk mendukung “versi” Islamnya. Malahan, sebagaimana dia nyatakan dalam prakatanya, dia menginginkan Barat untuk “menyatukan orang-orang Muslim tradisional dalam suatu cara yang berkontribusi kepada sebuah pluralisme baru dan stabilitas dalam masyarakat global Islam.”882 Ya, “orang-orang Muslim tradisional”-lah yang dia cari. Tidaklah penting apakah “tradisi-tradisi” itu benar menurut Qur’an dan Sunnah. Dari ini dapat dipahami permusuhan dan kebencian besar yang telah mengisi hati lelaki ini terhadap ibn Abdul-Wahhab dan terhadap setiap Muslim yang berusaha mengaplikasikan Qur’an dan Sunnah. Hal ini, kenyataannya, orang seperti ini dengan kekeliruan mereka dan presentasi-presentasi Islam yang berisi dusta yang menciptakan lebih banyak kerusakan daripada kebaikan kepada seluruh dunia.883

880

Schwartz, hal. 74. 881

Schwartz, hal. 79. 882

Schwartz, hal. xxii. 883

Sayangnya, ini adalah pemikiran-pemikiran yang dipelintir dan dibuat-buat oleh orang-orang seperti Schwartz bahwa beberapa orang Kristen sayap kanan—yang terkenal dengan para penyebar “pesan cinta”—disebarkan dalam media mereka. Hal-hal seperti ini hanya menciptakan kebencian: kebencian orang-orang Kristen untuk “orang-orang Muslim terbelakang dan jahat” dan kebencian orang-orang Muslim untuk orang-orang Kristen yang penuh dusta dan munafik. Kenyataannya, Schwartz dibuatkan acara yang penting dalam stasiun Pat Robertson dalam sebuah program tentang Wahhabisme pada tanggal 18 Agustus 2002.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 321

Tambahan untuk pernyataan-pernyataan keliru mengenai ibn Abdul-Wahhab di atas, terdapat berbagai pernyataan dalam karya ini yang tak memiliki dasar dalam kenyataan (banyak dari pernyataan ini di luar bidang karya ini). Barangkali Schwartz berharap menyasar publik pembaca Amerika yang kemungkinan bodoh. Ini adalah satu-satunya cara untuk menjelaskan klaim-klaim-nya yang benar-benar asing dimana setiap orang-orang non-Sufi, non-Syiah adalah bagian dari beberapa konspirasi Wahhabi di seluruh dunia (bahkan Hizb al-Tahrir dan Jamaah Tabligh884). Bagi orang-orang Amerika yang tidak terlalu familiar dengan masalah-masalah Islam, cukuplah bagi mereka membaca komentar-komentar Schwartz pada Marin County. Bagian ini885, dimana dia mengatakan, di antara hal-hal lainnya, bahwa San Francisco “menciptakan sedikit kepentingan yang abadi,” seharusnya cukup memperlihatkan betapa puas diri dan dogmatisnya Schwartz. Bahkan Mahkamah Agung tidak luput dari lidah penuh dendam laki-laki ini. Pada halaman 238, dia benar-benar menyatakan, “Tahun-tahun keputusan-keputusan yang keras kepala diteruskan oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat.”

Buktinya, bukunya dibaca lebih seperti sebuah novel atau sebuah opera sabun, dimana Schwartz lebih bahagia untuk mempersembahkan pembacanya dengan apa yang persis berlaku dalam pikiran dan hati orang-orang, dimana “para pahlawan” adalah para santo yang sempurna dan “para bajingan” adalah orang-orang yang benar-benar jahat. Contohnya, Schwartz886 memuji jihad militer Sufi Shamil melawan imperialisme Rusia sebagai sebuah perwujudan dari jihad yang “cantik, baik” sementara jihad (diperkirakan jihad Wahhabi) di Bengal melawan imperialisme Inggris digambarkan sebagai sebuah jihad jahat yang memperlihatkan wajah lain dari Islam.887

Attar, Abdul-Aziz ibn Baaz dan al-Huqail

Untuk mencapai “kekomplitan,” tiga karya lain mesti disebutkan disini. Sifat dan subjek yang diliput dalam tiga karya ini, khususnya dua yang terbesar, kebanyakan sama dengan karya mutakhir ini. Sayangnya, sebagaimana kasus yang sangat

884

Bandingkan, Schwartz, hal. 211-213 dan 253 secara berturut-turut. 885

Schwartz, hal. 250-252. 886

Schwartz, hal. 83-87. 887

Satu poin terakhir, pada hal. 134 Schwartz menyatakan bahwa rezim Nasser adalah “represi brutal dari persaudaraan Muslim … yang penting dan dibenarkan.” Tentu saja, dia tak pernah mencatat bahwa kebrutalan dan penyiksaan di dalam penjara Nasser inilah yang sebenarnya menciptakan kembali munculnya ekstrimisme dalam dunia Muslim. Banyak dari para ektrimis itu, ini mesti dicatat, mendapatkan jalan mereka ke Afghanistan. Untuk lebih jauhnya mengenai perkembangan ektrimisme di bawah rezim Nasser ini, lihat Abdul Rahmaan al-Luwaihiq, Religious Extremism in the Lives of Contemporary Muslims (Denver, CO: Al-Basheer Company for Publications and Translations, 2001), hal. 95-123.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 322

sering terjadi dengan literatur autentik Islam, karya-karya ini cukup sangat sulit didapat bagi orang dengan asal-usul penutur bahasa Inggris.

(1) Muhammad ibn Abdel Wahhab oleh Ahmad Abdul-Ghafur Attar.888 Diterjemahkan oleh Rashed al-Barrawi. Karya ini adalah sebuah terjemahan dari sebuah buku yang sebenarnya diterbitkan pada tahun 1972.889 Nampaknya sebuah terjemahan yang dapat dipercaya dan bahasa Inggisnya hanya butuh sedikt perbaikan. Buku ini pada dasarnya meliput kehidupan ibn Abdul-Wahhab dengan sedikit atau tak ada pembahasan mengenai topik lain yang diliput disini. Namun demikian, banyak peperangan pada masa hidup ibn Abdul-Wahhab diliput secara lebih detil dalam karya itu dibanding dalam karya ini. Sayangnya, baik dalam terjemahan maupun dalam karya aslinya, penulis memiliki sebuah kecenderungan tidak merujuk materialnya. Kadangkala dia memulai sebuah bagian dengan menyebutkan sumbernya, terkhusus Ibn Ghannaam atau Ibn Bisyr. Dalam kesempatan yang terbatas, Attar menggambarkan kejadian-kejadian yang penulis tak dapat memverifikasinya dari sumber-sumber sebelumnya, tangan pertama manapun. Laporan-laporan dalam bidang itu terabaikan sementara mempersiapkan karya ini.

(2) Muhammad Bin Abdulwahhab: His Life and the Essence of His Call oleh Sulaiman Bin Abdurrahman al-Huqail.890 Karya ini didasarkan pada Tesis Master al-Huqail di Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir. Karya ini adalah sebuah karya yang komprehensif. Karya ini meliputi aspek-aspek kehidupan ibn Abdul-Wahhab, ajaran-ajarannya, keraguan-keraguan yang muncul yang menentang beliau dan pengaruhnya kepada dunia. Salah satu fitur yang lebih terkenal dan berharga yakni karya ini menyediakan terjemahan-terjemahan yang komplit untuk beberapa surat ibn Abdul-Wahhab.

(3) Imam Muhammad bin Abdul Wahhab: His Life & Mission karya Abdul Aziz Bin Baz891 (terjemahan dari al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab: Dawatuhu wa Siratuhu oleh Abdul-Aziz ibn Baaz). Karya ini adalah sebuah karya yang sangat pendek. Sebenarnya, ini adalah sebuah kuliah yang diberikan oleh ibn Baaz, yang membawakan pada audiennya tentang aspek-aspek utama kehidupan dan pesan ibn Abdul-Wahhab. 888

Attar, Ahmad Abdol Ghafour, Muhammad ibn Abdel Wahhab (Mecca Printing and Information, 1979). 889

Lihat Ahmad Abdul-Ghafur Athaar, Muhammad ibn Abdil-Wahhaab (Mekkah: n.p. 1977). 890

Sulaiman Bin Abdurrahman al-Huqail, Muhammad Bin Abdulwahhab: His Life and the Essence of His Call (Riyadh: Ministry of Islamic Affairs, Endowments, Da’wah and Guidance, 2001). 891

Abdul Aziz bin Baz, Imam Muhammad Bin Abdul-Wahhab: His Life & Mission (Riyadh: Darussalam, 1997).

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 323

Konklusi

Ringkasnya, kita dapat mengatakan bahwa telah banyak tulisan yang berkenaan dengan ibn Abdul-Wahhab dari para peneliti Barat yang objektif yang menulis tentang Islam telah mengalami peningkatan [kualitas]. Namun demikian, masih terdapat ruang untuk perbaikan. Sayangnya, masih terdapat orang-orang yang bersikeras mempropagandakan dusta-dusta dan kekeliruan-kekeliruan tahun-tahun awal. Dalam kondisi kemudahan akses kepada informasi dan sumber-sumber sejarah pada masa sekarang, benar-benar tak ada permakluman untuk hal seperti itu. Kenyataannya, kita diingatkan dengan pernyataan al-Nadwi yang menulis pada tahun 1942,

Bisa saja kita maklumi orang-orang yang menerima begitu saja dakwaan-dakwaan yang beredar di masa lalu. Hal itu karena kitab-kitab orang-orang Najd kecuali sedikit saja yang tersebar. Para ulama dari Najd sendiri tidak terlalu perduli untuk menyebarkan ajaran-ajaran mereka ke luar dari negeri mereka. Karenanya, sangatlah mungkin bagi seseorang memiliki kepercayaan yang keliru tentang mereka [orang-orang ‘Wahhabi’+ padahal dia memiliki niat yang tulus dan murni. Namun demikian, hari ini, setelah kitab-kitab Syeikh dan kitab-kitab murid-muridnya tersebar, orang tak bisa lagi menerima permakluman untuk kebodohan dan kekurangan ilmu.

892

892

Al-Nadwi, Hal. 23.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 324

BAB VII

Pelajaran-pelajaran untuk Dunia Sekarang dari Kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab

erdapat banyak pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Buktinya, sangat penting bagi seorang Muslim untuk melihat kembali pada jiwa-jiwa saleh yang telah berlalu dan menetapkan

contoh pengetahuan, praktik, kesabaran, perjuangan dan pengorbanan demi Allah.

Allah berkata kepada Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص).

وكال ن قص عليك من أن باء الرسل ما ن ثبت به ف ؤادك وجاءك ف هذ اتق وموعظة وذكرى للمؤمني

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang

yang beriman.” (QS. Hud 11:120).

Namun demikian, mempelajari orang seperti ibn Abdul-Wahhab memberi keuntungan lain. Bisa jadi sulit bagi kita menggambarkan beliau di antara orang-orang seperti para nabi dan sahabat-sahabat dekat mereka. Tentu saja, orang bisa bahkan meyakinkan dirinya sendiri bahwa tidaklah mungkin seperti mereka.

T

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 325

Kemudian datanglah individu-individu dalam sejarah Islam yang banyak memiliki karakteristik mulia yang sama namun mereka bukanlah nabi-nabi atau sahabat-sahabat para nabi. Mereka adalah, dalam sebuah pengertian, “orang-orang biasa.” Lebih jauh, masyarakat dan lingkungan dimana mereka hidup mungkin sangat sama dengan masyarakat dan lingkungan orang yang mempelajari mereka.

Berkenaan dengan umat Muslim hari ini, ibn Abdul-Wahhab mencontohkan cetakan ini dengan sangat baik. Terdapat banyak persamaan antara dunia Muslim dimana beliau tumbuh dengan dunia Muslim hari ini. Dunia Muslim berada dalam suatu keadaan yang sangat sulit pada masa beliau. Kekuatan-kekuatan bangsa Eropa terus menerus memperoleh tumpuan khalifah dan orang-orang Turki Utsmaniyyah. Di bagian-bagian dunia yang lain, orang-orang Eropa telah masuk dan mulai mendominasi, seperti India, Afrika Utara dan Indonesia. Bahkan yang lebih penting adalah situasi domestik. Orang-orang Muslim nampaknya telah kehilangan semangat, pemahaman dan praktik Islam yang sesungguhnya. Banyak dari mereka mulai kewalahan dengan kemajuan-kemajuan ilmu Barat. Syariat telah menjadi sebuah bagian Islam yang terlupakan di banyak wilayah.893

Hari ini, banyak persamaan kembali terjadi. Metode-metode dan cara-caranya bisa jadi berubah. Secara politik, negara-negara Muslim hampir secara keseluruhan berada dalam keadaan yang sangat lemah. Di banyak Negara, hukum-hukum buatan manusia telah menggantikan Syariat. Perpecahan dan kebencian hadir di antara berbagai populasi Muslim. Beberapa orang Muslim, contohnya, jatuh pada materialisme Barat. Hal ini tidak terjadi melalui “perusahaan-perusahaan dagang” dan pemerintah-pemerintah kolonial. Hal ini terjadi melalui pengaruh-pengaruh media internasional dan korporasi-korporasi transnasional. Lagi-lagi, pemahaman Islam yang sebenarnya telah hilang di kebanyakan orang-orang Muslim. Di banyak negeri Muslim, agama sulit diajarkan di sekolah-sekolah yang dijalankan pemerintah. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat-masyarakat sekular lebih diutamakan di atas kebutuhan-kebutuhan spiritual dan relijius orang-orang Islam.

Akhirnya, saat orang-orang kembali kepada Islam yang sebenarnya yang sesuai dengan Qur’an dan Sunnah, mereka dengan segera “dilabeli,” sebagaimana ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya segera dilabeli. Pada masanya, mereka dilabeli Khawarij, bid’ah atau kafir. Hari ini, mereka disebut fundamentalis atau, lebih parah lagi, teroris.

893

Tentu saja, terdapat juga banyak ketidaksesuaian antara masa ibn Abdul-Wahhab dengan masa sekarang, khususnya dalam situasi-situasi politik, terwujudnya negara-negara bangsa, hukum internasional dan banyak lagi. Ulama dan pemimpin Muslim harus mampu melihat dengan cermat kesesuaian-kesesuaian yang sesungguhnya dari ketidaksesuaian-ketidaksesuaian yang sesungguhnya dan bagaimana masing-masing situasi baru itu harus ditangani.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 326

Ibn Abdul-Wahhab dan para pendukungnya telah mampu merubah keadaan mereka. Setidaknya di bagian dunia mereka—dan dalam banyak cara untuk hampir setiap bagian dunia—mereka mampu mengembalikan Islam. Tentunya dalam perubahan penting yang telah terjadi terdapat banyak pelajaran yang didapat umat Muslim hari ini yang menyaksikan situasi sulit yang sama dengan yang beliau hadapi.

Ibn Abdul-Wahhab jelas-jelas bukanlah seorang nabi juga tidak dikoreksi dengan wahyu ilahiyah. Beliau bisa saja berbuat kekeliruan demikian juga para pengikutnya. Dengan jelas, pernyataan-pernyataan dan tindakannya tidak memberikan semacam otoritas sebagaimana Qur’an atau Sunnah. Namun demikian, adalah upaya-upayanya dengan panduan Qur’an dan Sunnah yang menarik disini. Bagaimana dia mengaplikasikan ajaran-ajaran Qur’an dan Sunnah pada situasi yang dihadapi adalah kuncinya. Dia tidak datang dengan sebuah agama atau ajaran-ajaran baru. Malahan, dia kembali kepada Qur’an dan Sunnah, memahami Qur’an dan Sunnah secara sepantasnya dan memiliki visi untuk memahami bagaimana Qur’an dan Sunnah itu semestinya diaplikasikan pada masa dan tempatnya. Itu adalah kunci untuk perubahan-perubahan yang datang sebagai hasil dari karunia Allah dan kemudian upaya-upayanya. Itulah pelajaran-pelajaran yang akan dieksplor dalam bab ini.

Akhirnya, penting untuk mencari pelajaran darinya dan ajaran-ajarannya karena bisa benar-benar dikatakan bahwa dari semua seruan (dan “gerakan”) para mujadid di beberapa negara masa lalu, dialah yang benar-benar berhasil di semua front dan pengaruh gerakannya itu terus berlanjut sampai sekarang.894

Pentingnya Memulai Dengan Cara Mengoreksi Aqidah Seseorang Baik Secara Teori Maupun Praktik

Meskipun topik ini telah disentuh ketika membahas pendekatan da’wah ibn Abdul-Wahhab dalam Bab 3, ada baiknya untuk menambahkan beberapa poin lagi. Nabi

menghabiskan tigabelas tahun pertama missinya, di Mekkah sebelum hijrah (ملسو هيلع هللا ىلص)

ke Madinah, mengajar hampir semata-mata konsep tauhid dan aspek-aspek aqidah lainnya. Allah menjelaskan bahwa setiap rasul diutus dengan sebuah pesan utama—dan pesan itu adalah tauhid dan keimanan. Allah secara khusus menyatakannya sambil menggambarkan kata-kata para nabi kepada kaum mereka:

894

Mesti dicatat bahwa dalam mempersiapkan bab ini, penulis mengambil manfaat dari Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 726-772—meskipun pembahasan akhirnya sangat berbeda.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 327

ر يا ق وم اعبدوا الله ما لكم من إله غي “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-

Nya” (QS. al-A’raaf 59, 65, 73, 85 dan Hud 50, 61, 84).

Ini mestinya menjadi sebuah pesan yang jelas bagi setiap generasi, gerakan dan kelompok Muslim, bahwa keyakinan yang benar harus ditanamkan dengan kuat di dalam hati sebelum mengharapkan buahnya. Iman yang tepat dan benarlah yang mengizinkan seseorang untuk menginternalisasikan Qur’an dan mengaplikasikan perintah-perintahnya dengan tulus dan tepat, semuanya dari mulai menghindari syirik, mendirikan shalat, menghindari alkohol, mempertaruhkan kehidupan seseorang demi kepentingan Allah. Semua ini adalah bagian dari buah pohon keimanan dan monoteisme yang indah, sebagai penentang buah-buah keberhalaan yang busuk dan kurangnya iman, digambarkan oleh Allah di dalam Qur’an:

أل ت ر كيف ضرب الله مثال كلمة طيبة كشجرة طيبة ( ت ؤت أكلها كل 18أللها ثابت وف رعها ف السماء )

ن رب ها ويضرب الله األمثال للناس لعلهم حي بإذ ( ومثل كلمة خبيثة كشجرة خبيثة اجتثت 19ي تذكرون )

( ي ثبت الله الذين :1من ف وق األرض ما تا من ق رار )ن يا وف اآلخرة ويضل الله آمنوا بالقول الثابت ف اتياة الد

(;1الظالمي وي فعل الله ما يشاء ) “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik

895 seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya

(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu

895

Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. Kalimat tauhid seperti laa ilaa ha illallaah.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 328

untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk

896 seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya

dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh

itu897

dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim

14:24-27).

Diriwayatkan bahwa ibn Abbas berkata, “kalimat yang baik adalah kesaksian bahwa tak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah.”898

Bukti yang penting ini juga ditunjukkan oleh para Sahabat. Contohnya, Abdullah ibn Umar berkata, “Kami hidup pada masa dimana salah satu dari kami akan menerima keimanan dulu sebelum menerima Qur’an dan ketika surah-surah diwahyukan kami akan mempelajari apa yang diperbolehkan dan apa yang dicegah dan apa yang dilarang dan apa yang diperintahkan dan bagaimana seharusnya kami bersikap terhadap surah-surah itu. Namun aku telah melihat orang-orang yang telah diberikan Qur’an oleh seseorang sebelum iman dan dia membacanya dari pembukaan Kitab itu sampai penutupnya dan dia tak mengetahui apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang kitab ini dan bagaimana semestinya dia bersikap terhadapnya. Dia itu bagaikan seseorang yang baru saja melemparkan kurma [yaitu, dia tak mendapatkan manfaat apapun dari bacaannya+.”899 Jundub ibn Abdullah al-Bajaly berkata, “Kami mempelajari keimanan kemudian mempelajari Qur’an dan dengan demikian dapat meningkatkan keimanan kami.”

Dalam kenyataan, mengoreksi aqidah atau sistem keyakinan seseorang—tidak hanya dalam pengertian teoritis melainkan juga dalam pengertian nyata—bukan hanya permulaan dari setiap seruan Islam yang sebenarnya, tapi juga tujuan seruan dan ajaran-ajarannya. Ketika pemahaman dan praktik aqidahnya benar, individu itu telah memenuhi tujuannya yang diciptakannya dan dia ridla kepada Allah dalam prosesnya. Dia menjadi hamba Allah yang sesungguhnya dan semua berkah yang diakibatkannya jatuh kepadanya.

Ibn Abdul-Wahhab sangat faham bahwa dengan cara mengoreksi aqidahlah seseorang kemudian dapat mengoreksi amalan-amalan ibadahnya, kelakuan dan tatakrama, dan semua aspek kehidupan seseorang. Untuk mengoreksi “luaran” tanpa pertama-tama mengoreksi apa yang ada dalam pikiran dan hati seseorang

896

Termasuk dalam kalimat yang buruk ialah kalimat kufur, syirik, segala perkataan yang tidak benar dan perbuatan yang tidak baik. 897

Yang dimaksud ucapan-ucapan yang teguh di sini ialah kalimatun thayyibah yang disebut dalam ayat 24 di atas. 898

Dikutip dalam ibn Katsir, Tafsir (Daar Taibah), vol. 4, hal. 491. 899

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan al-Haakim.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 329

takkan mendapat manfaat jangka panjang yang sesungguhnya. Sebagaimana dicatat sebelumnya, ini adalah aspek yang berbunyi melalui semua ajaran, tulisan dan komunikasinya. Khususnya, beliau menekankan hal yang sangat mendasar dari iman kepada Tuhan dan apa yang bertentangan dengan dasar itu. Tak ada kesangsian bahwa pada masa ibn Abdul-Wahhab, menyebarkan keyakinan yang benar mengenai sifat dasar ibadah kepada Tuhan adalah yang paling penting dan juga tugas paling sulit yang harus beliau laksanakan.

Sebagaimana disinggung di atas, beberapa praktik essensil yang mengalir dari

aqidah yang sesuai ini terlihat dari para Sahabat Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) juga para pengikut

terdekat ibn Abdul-Wahhab. Aspek-aspek ini termasuk yang berikut ini:

(1) Kewajiban mengaplikasikan hukum Allah dalam kehidupan seseorang dan dalam lingkungan masyarakat seseorang. Shalat, shaum, hanya mengibadahi-Nya, dapat dipercaya, hukum-hukum bisnis, warisan dan berbagai tindakan lain yang menyentuh semua bidang kehidupan jatuh di bawah ranah ini. Prinsip-prinsip ini diaplikasikan kepada semua lapisan masyarakat, dari pemerintah hingga yang diperintah, dari yang kaya hingga yang miskin dan lain sebagainya.

(2) Pentingnya jihad atau kemauan untuk berkorban demi kepentingan Allah. Cinta kepada Allah dan mengibadahi-Nya yang sebenarnya perlu menempatkan Allah di atas hal apapun yang lain dalam kehidupan ini. Kecintaan melihat hukum Allah diimplementasikan dan hanya Dia saja yang diibadahi, juga memerlukan hasrat untuk berkorban untuk dapat mengimplementasikannya.

Allah telah menggambarkan cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan perjuangan untuk kepentingan-Nya dalam ayat:

كان آباؤكم وأب ناؤكم وإخوانكم وأزواجكم قل إن وعشريتكم وأموال اق ت رف تموها وتارة تشون كسادها

ومساكن ت رضون ها أحب إليكم من الله ورسوله وجهاد ف ت يأت الله بأمر والله ال ي هدي القوم سبيله ف ت ربصوا ح

الفاسقي

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 330

“Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. al-Taubah 9:24).

(3) Konsep memiliki cinta dan kesetiaan semata-mata berdasarkan atas keyakinan yang kokoh kepada Allah, Rasul dan ajaran-ajaran Islam. Mestilah ada yang lebih besar daripada rasa cinta kepada kebenaran; mesti juga ada hasrat untuk memisahkan dan membebaskan diri – kebencian, dalam kenyataan – dari kekeliruan.900

Ibn Abdul-Wahhab sekali merancang Metodologinya dengan sangat jelas ketika dia menulis,

Pertama-tama muncul pengetahuan – dan itu adalah pengetahuan Allah, pengetahuan nabi-Nya dan pengetahuan agama Allah dengan buktinya yang sesuai. Kedua muncul tindakan yang sesuai dengan (katakanlah pengetahuan). Ketiga muncul seruan kepadanya. Keempat muncul sikap sabar menghadapi kesulitan yang datang karenanya. Bukti untuk [methodologi] ini adalah firman Allah,

( إال الذين آمنوا 1( إن اإلنسان لفي خسر )8والعصر ) (1وعملوا الصاتات وت والوا باتق وت والوا بالصب )

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat

menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr 103: 1-3)

901

900

Sebagaimana dicatat sebelumnya, kebencian kepada kekeliruan dan penguat-penguat kekeliruan tidak berarti bahwa dia berurusan secara pantas dengan mereka, mempertahankan kebenaran dan keadilan. Seseorang bisa saja tidak memiliki rasa cinta kepada seseorang namun dia akan berjuang dan memepertahankan keadilan, bahkan bagi mereka yang menentang keyakinan-keyakinannya. Tentu saja, keajaiban konsep ini,

sebagaimana nampak pada contoh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), adalah bahwa pertentangan dan kebencian

diiringi dengan perasaan dan hasrat bahwa pengikut kekeliruan merangkul kebenaran. Ini juga meliputi keadilan, dimana seseorang bersikap adil bahkan kepada musuh terbesarnya. 901

Ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 185.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 331

Maka Ibn Bisyr menulis bahwa ketika ibn Abdul-Wahhab datang ke al-Diriyyah, dia mendapati orang-orang sangat bodoh dalam hal keimanan. Mereka tidak shalat atau membayar zakat dan mereka menolak beragam aspek Islam. Ibn Abdul-Wahhab mengubah cara-cara mereka dengan pertama-tama memerintahkan mereka untuk mempelajari makna sebenarnya dari kalimat “Tak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah.” Beliau mengajari mereka hal ini adalah peniadaan (negasi) yang diikuti dengan pengakuan (affirmasi), yaitu, seseorang mengingkari mengibadahi segala apapun kecuali Allah. Beliau mengajari mereka bahwa konsep ilah (“tuhan”) adalah satu-satunya bahwa hati memuji dengan rasa cinta, rasa takut dan harapan. Kemudian beliau mengajari mereka tiga hal yang fundamental. Pertama mengenal Allah, dengan dalil-dalil dari Qur’an yang menunjukkan rubuubiyah (Lordship) dan uluuhiyah (Godhood)-Nya. Kemudian pengetahuan tentang apa itu Islam, yaitu ketundukan kepada Allah dengan mentaati perintah-perintah-Nya dan menghindari apa yang Dia larang. Kemudian beliau mengajari

mereka tentang Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), siapakah dia dan bagaimana kehidupannya. Beliau

mengajari mereka hal pertama bahwa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) menyeru mereka. Ibn Bisyr

menyatakan bahwa ketika orang-orang benar-benar mulai mempelajari indahnya tauhid, hal ini mengembangkan rasa cinta untuk guru mereka yang telah membawakan kepada mereka kebenaran itu dan mereka berkumpul dalam komitmen baru pada keimanan.902

Tidak Putus Asa Meski Begitu Besarnya Kebodohan dan Pelanggaran

Ketika Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) diutus kepada manusia, dalam hal keagamaan, dunia benar-

benar berada dalam kegelapan.903

Malahan, dalam sebuah hadits, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) menyatakan,

الله للى اللهم عليه و سلم قال ذت ي وم ف رسول أن خطبته أال إن رب أمرن أن أعلمكم ما جهلتم تا علمن

902

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 37-39. 903

Untuk keadaan buruk dunia pada saat datangnya Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص) dan

perubahan yang diberikan Allah melalui Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), lihat Jamaal al-Din Zarabozo, How to

Approach and Understand the Qur’an (Boulder, CO: Al-Basheer Company for Publications and Translations, 1999), hal. 36-47.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 332

م و ي ومي .. و إن الل نظر إل أهل األرض فمقت هم عرب ه ا ب عثتك عجمهم إال ب قايا من أهل الكتاب و قال إن

..ألب تليك و أب تلي بك “Suatu hari, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata dalam khutbahnya, ‘Lihatlah, Tuhan-ku

memerintahkan aku bahwa aku harus mengajari kalian apa yang kalian tidak ketahui dan Dia telah mengajariku hari ini … Sesungguhnya, Allah melihat

kepada orang-orang di bumi dan Dia menunjukkan kebencian untuk orang-orang Arab dan orang-orang non-Arab, dengan pengecualian beberapa

bekas-bekas ahli kitab. Dan Dia berkata, “Aku mengutusmu untuk mengujimu dan untuk menguji *mereka+ melalui kamu”…’” (Diriwayatkan oleh Muslim.)

Namun dengan sebuah rentang waktu yang sangat pendek, satu bagian kemanusian berkembang dari jurang kepada menuntun umat manusia kepada sebuah era baru, dimana kesalehan sekali lagi menjadi kebajikan yang essensil.

Meskipun Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sudah tidak lagi hidup dan kepemimpinannya dalam bentuk

fisik di dunia ini sudah tidak lagi mungkin, petunjuk yang dia terima akan selalu dilestarikan untuk menuntun umat manusia manakala mereka memalingkan diri mereka kepada petunjuk itu.

Sebagaimana digambarkan dalam Bab 3, pada masa ibn Abdul-Wahhab, Islam, dan karenanya seluruh kemanusiaan, sekali lagi mencapai keadaan yang sangat menyedihkan. Melalui perjalanan-perjalanannya, ibn Abdul-Wahhab menjadi sangat mengerti bahwa kegelapan yang menyelimuti Najd tidak terbatas kepada Najd saja namun ternyata di seluruh negeri-negeri Muslim. Karena begitu hebatnya kegelapan itu, ibn Abdul-Wahhab tahu bahwa jika orang-orang mau mengoreksi keyakinan-keyakinan mereka dan merubah cara-cara mereka, hidup mereka dapat benar-benar bertransformasi. Maka ibn Abdul-Wahhab berkata kepada Muhammad ibn Saud pada saat perjanjian mereka yang bersejarah itu, “Sesungguhnya, saya berikan kabar gembira kehormatan dan akan berdiri tegak di negeri ini. Siapa pun yang kukuh pada kalimat ini, ‘Tak ada tuhan yang sesungguhnya kecuali Allah,’ bertindak berdasarkan kalimat itu dan mendukung kalimat itu akan menguasai negeri dan rakyatnya.”904

904

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 35.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 333

Contoh yang diberikan beliau dan para pengikutnya sekali lagi dapat memberikan harapan bagi umat manusia hari ini. Selama petunjuk itu ada—Qur’an Sunnah

sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), yang diikuti dan diimplementasikan

oleh ibn Abdul-Wahhab—akan selalu ada harapan bahwa umat manusia bisa bangun dan kembali kepada ajaran-ajaran yang hebat itu. Bahwa wahyu memiliki kemampuan untuk menyetir hati-hati umat manusia dan memperbaharui jiwa-jiwa yang telah mati. Kenyataannya, terdapat sebuah ayat dalam Qur’an, tidak untuk mengatakan seluruh Qur’an, yang telah mengubah hati banyak orang mungkar dan bisa terus menerus memberikan pengaruh itu,

أل يأن للذين آمنوا أن تشع ق لوب هم لذكر الله وما ن زل من اتق وال يكونوا كالذين أوتوا الكتاب من ق بل فطال

هم فاسقون عليهم األمد ف قست ق لوب هم وكثري من “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk

hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang

sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di

antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. al-Hadid 57:16).

Jika orang-orang Muslim, dengan ulama-ulama agama yang bertindak sebagai pemimpin-pemimpin mereka, kembali kepada wahyu itu, maka terdapat harapan bagi Umat Muslim dan terdapat harapan bagi seluruh umat manusia. Namun sebagaimana yang dikatakan Muhammad ibn Abdul-Wahhab kepada Muhammad ibn Saud, terdapat beberapa syarat untuk perubahan dan dukungan serta kemenangan paripurna dari Allah ini. Hanya dengan menyebut diri sendiri Muslim sementara tidak mentaati dan tidak menganut agama-Nya, itu tak akan mengubah keadaan sebuah bangsa. Bahkan, mereka mestinya berpaling kepada Allah, memurnikan keyakinan-keyakinan mereka dan tunduk kepada-Nya secara kaffah. Janji Allah kepada mereka digambarkan dalam ayat,

وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصاتات ليستخلفن هم ف األرض كما استخلف الذين من ق بلهم

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 334

لن هم من ب عد وليمكنن تم دين هم الذي ارتضى تم وليبدخوفهم أمنا ي عبدونن ال يشركون ب شيئا ومن كفر ب عد

ذلك فأولئك هم الفاسقون “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan

menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan

meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam

ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.“

(QS. al-Nur 24:55).

Intinya adalah bahwa perubahan ini dapat terjadi dan telah terjadi lebih dari satu kali dalam sejarah umat manusia. Hal ini dapat terjadi dalam satu generasi – tentu saja, selama hidup seorang ulama sejati yang tulus kepada Allah, mempelajari imannya secara benar dan berkemauan untuk berkorban untuk tujuan itu. Tak masalah betapa buruknya keadaan orang-orang Muslim, selalu ada harapan; seorang mukmin sejati mestinya tak pernah berputus asa. Seorang Muslim seharusnya selalu bekerja untuk perubahan yang diinginkan. Allah berkehendak, perubahan akan terjadi di dunia ini, dan dengan demikian upaya-upaya seseorang tak akan pernah tidak diapresiasi oleh Allah.

Pentingnya “Pendidikan Edukasional dan Spiritual” yang Tepat

Dalam sebuah hadits Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) yang terkenal, nabi mengajari seorang remaja

yang sangat muda namun berpikran dewasa, ibn Abbas, pelajaran-pelajaran yang

akan diingatnya selama hidupnya. Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) mengajari dia kata-kata yang akan

dianggap “berat” untuk seorang pemuda namun jika dia mampu menginternalisasikan pelajaran-pelajaran itu pada masa mudanya, hal ini akan

menjadi sumber petunjuk yang hebat. Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata kepada ibn Abbas

muda,

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 335

يا غالم إن أعلمك كلمات احفظ الل يفظك احفظ إذا سألت فاسأل الل و إذا است عنت الل تد تاهك

فاستعن بالل و اعلم أن األمة لو اجتمعت على أن فعوك إال يضروك قد كتبه الله لك و فعوك بشيء ل ي ن ي ن

بشيء ل يضروك إال يضروك إن اجتمعوا على أن يضروك عليك رفعت األقالم و جفت الصحف الل قد كتبه

“Wahai anak muda, aku akan mengajarimu beberapa kata [nasihat]. Jagalah Allah dan Allah akan melindungimu. Jagalah Allah, dan engkau akan

menemukan-Nya di hadapanmu. Jika engkau bertanya, bertanyalah kepada Allah. Jika engkau mencari pertolongan, carilah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa jika suatu kaum bersatu bersama-sama menghadiahimu

dengan sesuatu, mereka tak akan memberikanmu keuntungan dengan sesuatu apapun kecuali keuntungan itu yang telah Allah catatkan untukmu.

Jika mereka bersatu untuk melukaimu dengan sesuatu, mereka tak akan mampu melukaimu dengan apapun kecuali Allah telah mecatatkannya

untukmu. Pena-pena telah diangkat dan halaman-halaman telah kering.”905

Jika berharap seseorang dapat memperbaharui umat Muslim ini, mestilah disadari bahwa banyak mujtahid seperti ibn Taimiyah dan ibn Abdul-Wahhab tidaklah diciptakan dalam kekosongan. Bahkan, mereka dididik tentang pengetahuan agama ini dengan tepat melalui orangtua dan kerabat mereka yang mengabdikan diri untuk mempelajari keimanan ini dan menyampaikan pengabdian itu kepada generasi mereka yang selanjutnya. Dengan demikian mereka mampu tumbuh dan berkembang dengan sebuah wawasan yang jelas ke dalam dasar-dasar iman dan apa yang dibutuhkan untuk memperbaharui iman di antara masyarakat-masyarakat Muslim. Hal ini juga melindungi mereka dari ketersesatan dan mampu melihat aspek-aspek solutif yang ada dalam penyakit-penyakit yang nyata dalam diri mereka. Contohnya, dalam kasus ibn Abdul-Wahhab, beliau mengenali penyakit-penyakit dan masalah-masalah utama dimana umat Muslim telah jatuh ke dalamnya. Tentu saja, umat Muslim telah menjadi lemah bukan hanya karena revolusi industri Barat namun karena umat ini telah meninggalkan jalannya Nabi

905

Diriwayatkan oleh al-Tirmidzi. Hadits ini shahih. Untuk pembahasan keshahihan hadits ini, lihat Zarabozo, Commentary, vol. 2, hal. 731-734.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 336

Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص). Umat ini meninggalkan jalan penyembahan hanya kepada

Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Inilah akar yang menyebabkan kemungkaran yang membebani dunia Muslim. Berdasarkan pengetahuannya yang tepat perihal Qur’an dan Sunnah, Ibn Abdul-Wahhab mengenali fakta menyedihkan ini dan melakukan perencanaan untuk mereformasi Umat.

Tambahan pada “latarbelakang edukasional,” adalah penting untuk mendidik dalam kerangka spiritual yang benar. Yakni dimana seseorang mengabdikan diri untuk melaksanakan shalat, shaum, mengingat Allah dan lain sebagainya, yang

sesuai dengan Sunnah Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Hal ini akan membangun hubungan yang tepat

dengan Allah dan pemahaman yang tepat terhadap kenyataan ciptaan ini. Pada gilirannya, hal ini membangun kepercayaan kepada Allah, kesabaran, keberanian dan ketabahan yang dibutuhkan manakala seseorang berupaya untuk menciptakan perubahan dan berjuang melawan keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik yang popular namun keliru. Dalam contoh ibn Abdul-Wahhab orang dapat sekali lagi melihat pentingnya pengasuhan seperti ini. Beliau tidak pernah kehilangan keimanannya kepada Allah dan keimanannya bahwa Allah akan mendukung orang-orang yang beriman ketika mereka menganutnya dengan tepat. Maka, ketika beliau dipaksa atau harus meninggalkan Basra, Huraimila dan al-Uyainah, beliau tidak tersentak. Beliau sadar bahwa hal itu adalah bagian dari rencana Allah dan, sebagai balasannya, seorang hamba harus memiliki hubungan yang tepat dengan Allah dan kesabaran agar diberkahi Allah dengan kemenangan yang sempurna.

Kehidupan Ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan bahwa seorang penyeru kepada agama Allah yang sejati – yang melaksanakan sebuah peran seperti para nabi yang telah lalu – melompat untuk menghadapi ujian-ujian yang hebat. Ujian-ujian ini termasuk ancaman-ancaman psikologis dan fisik terhadap kesejahteraannya. Tanpa persiapan spiritual dan edukasional yang tepat, seseorang tak bisa menyadari bahwa ini semua adalah bagian dari cara Allah dan dia tidak bisa menyadari apa yang seharusnya menjadi jawaban dia. Contohnya, alih-alih bersabar dan tetap tabah dalam batas-batas syariah, dia bisa saja mencari solusi jalan pintas yang melanggar Syariat dan membawa bahaya yang lebih besar daripada kebaikan. Dari awal, ibn Abdul-Wahhab dihadapkan dengan ujian-ujian seperti itu – dari klaim-klaim keliru yang dibuat untuk melawannya, para ulama yang membantah pandangan-pandangannya yang semua itu dapat mengancam kehidupannya. Namun, itu tak pernah menghalanginya ataupun membuatnya menyangsikan maksud dan tujuannya. Beliau menganggap semua itu sebagai cara untuk membuatnya lebih baik, memurnikan niatnya dan menguatkan ketulusannya dan demikian juga para pengikutnya.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 337

Ini adalah sebuah poin penting yang tak dapat terlalu ditekankan hari ini. Sayangnya, banyak orang tua Muslim terlalu memperhatikan masa depan kesejahteraan ekonomi anak-anak mereka (dan barangkali juga keadaan diri mereka sendiri), yang membuat mereka mencurahkan upaya-upaya mereka, waktu dan uang mereka kepada pembelajaran-pembelajaran sekular sementara mengabaikan pendidikan spiritual dan pengetahuan keagamaan anak-anak mereka. Jika seorang anak muda dalam dunia hari ini tidak memiliki kekuatan spiritual dan pemahaman agama yang tepat, akan mudah baginya untuk terombang-ambing ketika dia harus berhadap-hadapan dengan hawa nafsu dan godaan-godaan dunia ini. Sama halnya, bahkan jika dia memiliki rasa cinta kepada kebenaran, dia mungkin tidak memiliki ketabahan moral untuk mentaati kebenaran manakala keimanan dan jalan hidupnya terancam bahkan dengan gaya yang paling ringan. Fenomena penekanan pendidikan sekular dan masa depan “money-making” ini tak bisa menjadi pertanda baik bagi sebuah masyarakat dengan prinsip-prinsipnya yang sangat relijius yang ditantang siang dan malam. Orangtua-orangtua dan masyarakat-masyarakat Muslim harus bangun dan

mempelajari sebuah pelajaran dari contoh yang telah diberikan oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

dalam mengajari para pemuda dan contoh yang banyak dari para reformer masa lalu: pengasuhan spiritual yang tepat pada masa muda seseorang sangat membantu dalam menganut keimanan tak masalah seberapa hebatnya cobaan.

Akhirnya, seseorang seharusnya menetapkan dalam benaknya tujuan sebenarnya di balik pendidikan atau setiap karunia yang telah diberikan padanya oleh Allah. Ibn Abdul-Wahhab sekali menulis, “Jika sebuah bangsa memiliki kecerdasan dan ketajaman dan mereka memiliki kebiasaan yang saleh dan baik, yang tak butuh untuk membayangkiaskan kebahagiaan sejati kecuali disertai dengan keyakinan kepada Allah, Satu-satunya. Kekuatan kecerdasan adalah seperti kekuatan tubuh. Orang yang berpikir dan berpengetahuan seperti para raja dan para penguasa. Tak satu pun dari itu semua bermanfaat kecuali disertai dengan mengibadahi Allah saja, tanpa menyekutukan-Nya.”906

Pentingnya “Pendidikan” Untuk Semua

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata,

طلب العلم فريضة على كل مسلم

906

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 223.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 338

“Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim.”907

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri diutus kepada sebuah kaum yang mayoritasnya adalah buta

huruf. Namun pada saat beliau wafat, sejumlah besar dari masyarakatnya telah mengetahui bagaimana caranya membaca dan menulis. Sebenarnya, meski, kaumnya betapa dalam kebodohannya dalam segala hal, khususnya pada praktik-praktik keagamaan mereka. Maka, ajaran Nabi yang paling penting bukanlah pada masalah melek huruf melainkan pada masalah keimanan. Dan pengetahuan yang penting ini, beliau tanamkan kepada semua orang, dari kaum bangsawan sampai gadis budak yang paling rendah. Selama kurun waktu yang panjang, hal ini menjadi sesuatu yang hilang, di beberapa wilayah, pengetahuan keagamaan menjadi hak istimewa beberapa kelas tertentu.908

Ibn Bisyr, ketika membicarakan pencapaian ibn Abdul-Wahhab menulis,

Beliau mengajarkan tauhid kepada anak muda dan orang tua sementara sebelumnya hal ini hanya diketahui oleh kalangan elite. Beliau mengumpulkan orang-orang bersama dalam shalat-shalat dan kuliah-kuliah. Beliau akan bertanya mengenai dasar-dasar Islam, prasyarat-prasyarat shalat … Beliau akan mengajarkan hal-hal ini kepada anak muda dan orang tua, kepada mereka yang melek huruf juga mereka yang buta huruf, sementara sebelumnya hanya kalangan elit saja yang bisa mengetahui hal-hal tersebut. Semua orang di negeri itu mendapatkan manfaat dari beliau karena mereka akan bertanya apa yang dia perintahkan dan apa yang dia larang.

909

Dalam masa-masa kontemporer, orang mendengar sejumlah besar pembahasan mengenai pentingnya melek huruf bagi semua orang. Ibn Abdul-Wahhab memahami dan mengimplementasikan sesuatu yang lebih penting daripada itu. Beliau menekankan pendidikan bagi semua Muslim mengenai fundamen-fundamen keimanan – Ini nyatanya adalah tipe pendidikan yang paling penting yang pertama-tama dibutuhkan untuk disebarkan (dalam banyak kasus, hal ini dapat disebarkan berdampingan dengan melek huruf ketika orang belajar membaca Qur’an dan hadits). Beliau menulis, “Konklusinya adalah bahwa masalah-masalah tauhid bukanlah berasal dari masalah-masalah itu yang mana adalah perhatian seorang mutawwa saja. Malahan, meneliti masalah-masalah ini dan

907

Diriwayatkan oleh sejumlah perawi, termasuk ibn Majah. Menurut al-Albaani, hadits ini shahih. Lihat al-Albaani, Shahih al-Jami, vol. 2, hal. 727. 908

Bandingkan, al-Qataan dan al-Zain, hal. 17. Dua penulis ini berpendapat bahwa tidak hanya para ulama sebuah kelas dimasuki dan atas mereka sendiri, namun mereka juga sebuah kelas yang sangat konservatif, menentang segala jenis “reformasi” atau pun “perubahan.” 909

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 163.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 339

mempelajari itu semua adalah merupakan kewajiban yang perlu bagi ulama, orang awam, laki-laki, perempuan …”910

Dasar-dasar keimanan tak bisa dibatasi hanya pada kelas-kelas tertentu. Jika hal itu terjadi, praktik keimanan tak akan diserap semua kelas dan tingkatan masayarakat. Masyarakat yang komplit tak dapat menjadi benar-benar islami. Dengan kebodohan, orang-orang tak akan pernah mengembangkan rasa kasih dan rasa cinta yang benar untuk keimanan ini. Namun demikian, jika semua orang – atau sebanyak mungkin – diberikan pendidikan yang tepat, maka semua orang akan mampu tumbuh dalam keimanan ini, memiliki keyakinan yang benar tentang Allah, mengapresiasi dan mencintai keimanan, mempraktikannya dalam hidup mereka dan diberkati oleh Allah karena pengetahuan, praktik dan kesetian mereka kepada keimanan.

Ini jelas-jelas tipe masyarakat yang diimpikan dan diupayakan ibn Abdul-Wahhab. Dia mewajibkan fundamen-fundamen keimanan itu diajarakan di dalam masjid – dan dia bahkan mempersiapkan risalah-risalah pendek secara spesifik untuk mengajarkan apa yang belum dikenal. Karenanya, karyanya, Al-Ushul al-Tsalaatsah, dipelajari di masjid-masjid dan dideklamasikan setelah Shalat-shalat Fajr. Karya ini berisi pengetahuan yang didasarkan bukan pada pernyataan-pernyataan ulama-ulama mutaakhirun atau “para wali” namun langsung dari Qur’an dan Sunnah – sehingga menghubungkan seseorang dengan wahyu dari Allah.

Tambahan, ibn Abdul-Wahhab mengirimkan guru-guru ke kampung-kampung yang lebih kecil dan bahkan kepada suku-suku Badwi.911 Guru-guru ini mengajari orang-orang tentang agama mereka: siapa tuhan mereka, siapa nabi mereka dan apakah agama mereka. Mereka mengajarkan lima rukun Islam dan enam dasar rukun

iman. Mereka mengajarkan hak-hak Allah dan hak-hak Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Ibn Baaz

mencatat, “Maka, orang-orang awam di kalangan Muslim dan Badwi mulai mengenal dasar-dasar dan fundamen-fundamen yang berkenaan dengan keimanan yang mana banyak orang sekarang yang lambat laun mengetahui diri mereka bodoh.”912 Dengan pengetahuan yang benar ini muncullah kasih sayang

910

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 189. 911

Upaya ini terus berlanjut hingga lama setelah masa ibn Abdul-Wahhab, meskipun di beberapa negeri yang lebih jauh upaya ini tidak benar-benat effektif. Burckhardt (vol. 1, hal. 249) mencatat, “Dalam hal baca tulis, semua orang Badwi di seluruh Arabia semuanya bodoh. Pemimpin-pemimpin Wahabbi sangat berhati-hati untuk memerintahkan mereka; mereka telah mengirimkan imam-imam di antara suku-suku yang berbeda untuk mengajari anak-anak, namun upaya-upaya mereka hanya menghasilkan effek yang kecil dan orang-orang Badwi, sebagaimana diperkirakan, adalah orang-orang yang paling buta huruf.” 912

Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 729.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 340

dan ketaatan kepada Qur’an dan Sunnah.913 Beliau menginstruksikan guru-guru yang diutusnya untuk mengajarkan “hak Allah terhadap hamba-hamba-Nya, hak-hak makhluk, seperti hak-hak Muslim terhadap Muslim yang lain, hak-hak kekeluargaan dan hak-hak orangtua, dan yang paling penting, hak-hak Nabi

914”.(ملسو هيلع هللا ىلص)

Upaya-upaya ini diringkas oleh Siddiqi ketika dia menulis,

Agar gerakannya bergerak pada jalur-jalur yang benar dan untuk terus menghidupkan pengaruh ajaran-ajarannya kepada generasi-generasi yang akan datang, sang Syekh membuat sebuah program pendidikan yang teliti di masyarakat. Sebagai hasil dari upaya-upayanya setiap oasis diberikan maktabnya tersendiri, dan guru-guru yang dapat mengajar dan berceramah kepada suku-suku Badwi. Murid-murid Syekh terus belajar dengan semangat yang besar. Ibn Bisyr mengatakan bahwa begitu banyak murid yang tertarik kepada kelas-kelasnya dimana jika seseorang berusaha menyebutkan jumlah mereka maka tak ada seorang pun yang akan mempercayainya. Semua putera-puteranya, Husain, Abdullah, Ali, dan Ibrahim, memiliki maktab sendiri-sendiri di rumah-rumah mereka dimana murid-murid yang datang dari tempat-tempat yang jauh datang kepada guru pengajaran Islam.

915

Beliau tidak hanya memperhatikan praktik-praktik lahiriah keimanan. Beliau juga mengajari orang-orang mengenai zuhd (menahan nafsu dengan tepat dari menginginkan barang-barang duniawi), memurnikan jiwa, pentingnya meningkatkan amal ibadah seseorang, mengingat Allah secara terus menerus, memohon petunjuk Allah, terus menerus berdoa kepada-Nya dan yang paling penting dua syarat pemurnian dan mengikuti wahyu dalam setiap amal saleh.916 Beliau juga menekankan bahwa belajar tanpa aplikasi lanjutannya tidaklah berarti apapun. Maka, beliau menulis, “Pengetahuan tak disebut pengetahuan sampai dia melahirkan buahnya [yaitu, amal]. Jika pengetahuan itu tidak melahirkan buah apapun, itu adalah kebodohan. Maka, Allah berfirman, ‘Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama’ [QS. Faatir 35:28+.”917 Sebagaimana dicatat di atas, pendekatan ibn Abdul-Wahhab adalah: meraih keyakinan dan pengetahun, mengimplementasikannya, menyebarkannya kepada

913

Ibn Baaz (vol. 2, hal. 729) mencatat bahwa hasil lain dari pendekatan ibn Abdul-Wahhab adalah bahwa kematian ibn Abdul-Wahhab sama-sekali tidak melemahkan keimanan orang-orang. Ini karena ibn Abdul-Wahhab membuat mereka mengasihi Qur’an dan uswah

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), dan bukan kepada dirinya dan pandangan-pandangan personal dirinya. Maka

da’wah berlanjut dengan kekuatan besar bahkan setelah kematiannya. 914

Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 747. 915

Siddiqi, vol. 2, hal. 1448-1449. 916

Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 747. 917

Ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 162.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 341

yang lain kemudian tetap bersabar dalam jalan itu. Ibn Abdul-Wahhab mengutip surah al-‘Ashr untuk mendukung pendekatannya ini.918

Ibn Abdul-Wahhab begitu memperhatikan pendidikan yang tepat dan essensial kaum wanita sebagaimana beliau memperhatikan kaum laki-laki. Dalam masyarakat manapun, kaum wanita dibatasi untuk memerankan sebauh peran penting. Namun demikian, sepenuhnya penting dalam sebuah masyarakat Islam dimana nilai-nilai keluarga dan moral ditekankan. Tidaklah bermanfaat kepada masyarakat manakala penjaga terhebat generasi masa depan tidak memiliki pengtahuan agama dan moral-moral masyarakat. Maka, dalam berbagai suratnya, ibn Abdul-Wahhab menekankan bahwa agama mesti diajarkan kepada baik laki-laki maupun perempuan. Dalam sebuah surat yang dikutip di atas, beliau menyatakan, “Kesimpulannya adalah bahwa masalah-masalah tauhid tidaklah dari masalah-masalah yang hanya diperhatikan oleh para Mutawwa. Malahan, meneliti masalah-masalah ini dan mempelajarinya adalah wajib bagi seorang ulama, orang awam, laki-laki, perempuan …”919 Dalam sebuah kesempatan yang lain, beliau menulis bahwa ajaran-ajaran keimanan “harus disebarkan di kalangan orang-orang, para wanita dan para laki-laki.”920 Ketika berbicara tentang mencintai hanya karena Allah, membenci hanya karena Allah, memiliki kesetiaan hanya karena Allah dan tidak menyekutukan hanya karena Allah, beliau mengatakan bahwa orang-orang lelaki mesti mempelajari ini dan “kewajiban kepada orang-orang lelaki untuk mengajari istri-istri mereka dan semua anggota keluarganya mengenai aspek ini.”921

Penyebaran pendidikan ini dimana orang-orang dapat memahami ajaran-ajarannya dan mampu mempertahankannya sendiri mestilah memberi sumbangan atas suksesnya da’wah reformasi itu sendiri. Idris mencatat aspek ini ketika dia menulis,

Para pemimpin gerakan-gerakan perubahan sosial biasanya datang dengan gagasan-gagasan yang tidak familiar di tengah orang-orang, dan mereka karenanya cenderung menghadapi tantangan, kritik dan pertentangan. Sementara sang pemimpin dan orang-orang elit di sekitar beliau mungkin mampu mempertahankan pemikiran baru mereka di hadapan pertentangan ini, bawahan dan barisan tak dapat melakukan hal yang sama. Namun gerakan terdiri utamanya dari orang-orang awam ini, dan penentang bisa

918

Bandingkan., Ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 185. 919

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 189. 920

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 127 dan hal. 323. 921

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 127. Muhammad ibn Abdul-Wahhab juga bekerja untuk menghapuskan beberapa kekeliruan yang telah dilakukan kaum wanita dalam masyarakatnya. Tambahan untuk mendorong pendidikan mereka, dia juga berjuang melawan praktik adat yang meninggalkan sokongan-sokongan yang secara praktik mencegah kaum wanita dari menerima hak waris mereka.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 342

mengadopsi sebuah strategi untuk menantang dan mempermalukan mereka dengan menanyakan kepada mereka pertanyaan-pertanyaan yang tak mampu mereka jawab, dengan harapan untuk melemahkan genggaman mereka terhadap keyakinan-keyakinan baru itu, dan dengan demikian akan melemahkan gerakannya. Hal ini terjadi pada para pengikut ‘Abd al-Wahhab, dan dia menyadari pentingnya memberikan orang-orang ini kepercayaan diri mereka dan mempersenjatai mereka dengan argumen-argumen sederhana yang dapat mereka pahami dan gunakan secara effisien, bahkan melawan orang yang lebih terpelajar dibandingkan mereka. Dia mendorong mereka agar tak terintimidasi oleh orang-orang yang diketahui lebih terpelajar dibanding mereka karena seorang yang terpelajar itu lemah selama dia berada di sisi yang salah, dan seorang awam itu kuat sepanjang dia mentaati kebenaran. Untuk tujuan ini dia membagi argumen-argumen untuk mereka ke dalam dua kategori: argumen-argumen umum yang bahkan seorang awam mampu menggunakannya untuk menjawab setiap sanggahan, dan jawaban-jawaban spesifik untuk pertanyaan-pertanyaan yang sangat biasa diajukan.

922

Mengikuti “Sebab dan Akibat” dalam Dunia Ini Sambil Menaruh Kepercayaan Penuh kepada Allah

Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص) adalah contoh par excellence untuk memahami

bagaimana seseorang mesti setia kepada sebab-sebab nyata dan pokok dunia ini sementara pada saat yang sama menaruh seluruh keyakinan dan kepercayaan seseorang hanya kepada Allah. Contohnya, dalam peperangan-peperangan beliau melawan orang-orang kafir, beliau mengambil semua langkah-langkah yang diperlukan yang dapat beliau ambil dan perjuangkan, menyadari bahwa semua hasil tergantung kepada sabda Allah. Saat memutuskan sebuah masalah, seperti contoh yang lain, beliau akan berkonsultasi dengan Sahabat-Sahabatnya dan kemudian sekali mereka menggunakan semua sumber-sumber yang mampu mereka datangkan untuk konklusi yang tepat, mereka akan menaruh kepercayaan dan keyakinan mereka kepada Allah untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Ini adalah ketaatan kepada perintah Allah,

فبما رتة من الله لنت تم ولو كنت فظا غليظ القلب هم واست غفر تم وشاورهم الن فضوا من حولك فاعف عن

922

Idris, hal. 5.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 343

ل على الله إن الله يب ف األمر فإذا عزمت ف ت وك المت وكلي

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka

dalam urusan itu923

. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang

yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali-‘Imran 3:159).

Kehidupan Ibn Abdul-Wahhab adalah sebuah contoh yang baik yang menyatukan aspek-aspek ini yang beberapa orang nampaknya akan memiliki kesulitan untuk menyatukan atau memahami.924 Dia menyatukan sebab-sebab ikutannya dan berhati-hati serta teliti dengan kepercayaan yang kuat kepada Allah dan menyandarkan diri hanya kepada Allah. Dia menyadari menaruh kepercayaan dan penyandaran diri seseorang kepada Allah sebagai satu hal yang diperlukan dalam keimanan.925 Namun demikian, mengabaikan “sebab-sebab yang nyata kelihatan”

dalam dunia fisik ini bertentangan dengan contoh yang diberikan oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

sementara benar-benar menyandarkan diri terhadap mereka – berpikir bahwa mereka saja dapat memberikan manfaat, melupakan bahwa hanya jika Allah mau sajalah mereka dapat menghasilkan manfaat – bisa jadi semacam syirik. Maka, sebagaimana ibn Abdul-Wahhab nyatakan, dia berusaha “menyatukan kepercayaan kepada Allah dengan sebab-sebab susulan, dalam kontradiksi terhadap para ekstrimis di antara para ahli hukum [yang bersandar hanya kepada sebab-sebab] dan para ekstrimis dari kalangan orang-orang Sufi [yang menyandarkan diri hanya kepada konsep kepercayaan kepada Allah yang keliru+.”926

923

Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya. 924

Untuk beberapa penjelasan ibn Abdul-Wahhab terhadap kepentingan dan konsep menaruh kepercayaan seseorang kepada Allah, lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 163 dan 183. 925

Lihat Nusair, hal. 172. 926

Dikutip dalam Nusair, hal. 172. Ibn Abdul-Wahhab mengacu kepada cerita Musa dan Khidhr dalam surah al-Kahf. Dia berkata bahwa dalam kisah ini adalah bantahan kepada mereka yang tidak percaya pada sebab-sebab susulan, karena Allah memiliki kemampuan untuk menyelamatkan perahu, menegaskan orang tua si anak dan membawakan harta

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 344

Dari permulaan, tujuan beliau cukup jelas: reformasi masyarakat Muslim. Untuk mencapai tujuan, dia pertama-tama mendapatkan pengetahuan yang diperlukan. Kedua, dia mencari dukungan yang diperlukan yang bisa mengijinkan tujuan itu

diimplementasikan, seperti ketika Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) hijrah ke Madinah. Di bawah

lingkungan dimana dia hidup, tanpa dukungan otoritas yang disegani, da’wahnya akan mendapati kegagalan. Karena da’wahnya adalah semacam penghinaan terhadap adat istiadat jahiliyyah bangsanya, tidaklah sulit untuk menyusun rencana untuk membunuhnya, contohnya, sejak permulaan. Tentu saja, ketika ibn Abdul-Wahhab pergi untuk menghancurkan makam Zaid ibn al-Khattaab, dia berkata kepada Utsman, sang penguasa, “Saya khawatir orang-orang al-Jubailah akan menyerang saya. Saya tak mampu menghancurkan ini tanpa kehadiran anda.”927 Tambahan, kepindahan Ibn Abdul-Wahhab dari Huraimila ke al-Uyainah dan kepindahannya yang berikutnya ke al-Diriyyah (dimana dia telah memiliki pengikut yang merupakan para penentang Suku Khalid) merupakan contoh-contoh lebih jauh dari mengikuti “sebab-sebab lahiriyah” yang bisa membawa kepada keberhasilan dan tidak hanya menginginkan dan berharap bahwa Allah akan merubah keadaan orang-orang.

Sekarang jelaslah bahwa banyak dari pelajaran-pelajaran ini dibahas dalam bab ini berhubungan satu sama lain dan cenderung kembali kepada masalah originalnya: bahwa dengan benar-benar mengoreksi sistem kepercayaan seseorang dan memiliki keimanan yang tepat. Dengan kata lain, beberapa dari “sebab-sebab yang nyata kelihatan” yang paling penting, meskipun bukan sebab-sebab fisik yang perlu di mata orang-orang materialis, adalah: mengoreksi keyakinan seseorang, meninggalkan segala hal kejahiliyyahan dan syirik di belakang juga segala hasrat kepadanya, mengoreksi moral dan kebiasaan seseorang. Ini bisa jadi langkah terbesar yang perlu diambil seseorang. Kenyataannya, secara umum, seseorang seharusnya tidak pernah ambil bagian dalam sebuah perjuangan fisik, seperti jihad secara militer (atau apa yang sebagian Muslim yang dengan bodohnya mengambil jalan—terrorisme) dan mengharapkan kemenangan sampai seseorang cenderung pada bentuk-bentuk sebab yang penting ini. Hal ini telah jelas terlihat dalam

kehidupan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sebagaimana juga dalam kehidupan Muhammad ibn Abdul-

Wahhab.

Perlunya Memiliki Dukungan untuk Da’wah

Barangkali apa yang dekat hubungannya kepada poin sebelumnya adalah pelengkap lain yang orang dapati dipamerkan dalam metode ibn Abdul-Wahhab:

terpendam dua orang anak yatim tanpa mengambil jalan pada amalan-amalan itu. Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 5, bagian tafsir, hal. 259. 927

Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 32.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 345

pentingnya memiliki dukungan politis untuk ajaran-ajaran dan da’wah. Dengan dukungan “kekuatan-kekuatan yang ada,” da’wah bisa jadi salah satu dari ilmu dan aksi, secara teoritis dan praktis. Pentingnya dukungan politik dan “kekuatan” digarisbawahi di dalam Qur’an.

Contohnya, saat berbicara kepada kaumnya yang melampaui batas (homoseksual), Nabi Luth menyinggung fakta bahwa dia tak memiliki power ataupun kekuatan untuk menolak mereka dari memenuhi hasrat-hasrat mereka. Maka, Allah mengutip dia dengan mengatakan,

قال لو أن ل بكم ق وة أو آوي إل ركن شديد “Luth berkata: "Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk

menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).” (QS. Hud 11:80).

Allah juga berfirman dalam Qur’an,

لقد أرسلنا رسلنا بالب ي نات وأن زلنا معهم الكتاب والميزان لي قوم الناس بالقسط وأن زلنا اتديد فيه بأس شديد ومنافع

الغيب إن الله قوي للناس ولي علم الله من ي نصر ورسله ب عزيز

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan

neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai

manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha

Perkasa.” (QS. al-Hadiid 57:25).

Ketika membahas ayat ini, Abdul Aziz bin Baz menulis,

Dalam ayat di atas, Allah menunjukkan bahwa Dia mengutus rasul-rasul dengan bukti-bukti yang jelas. Ini adalah argumen-argumen yang mengklarifikasi kebenaran dan mendorong ke belakang kekeliruan. Allah juga

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 346

mewahyukan kepada para rasul Kitab yang berisi petunjuk dan juga penjelasan. Dia juga mewahyukan Keseimbangan. Ini adalah keadilan yang melindungi yang tertindas dari si penindas, memelihara kebenaran dan menyebarkan petunjuk; Di dalam cahaya keadilanlah orang-orang bisa saling memperlakukan dengan kebenaran dan keadilan. Allah juga memberikan kekuatan tambahan yang sangat hebat. Yaitu, kekuatan, pencegahan dan tekanan terhadap mereka yang menentang kebenaran. Jadi penggunaan kekuatan ini adalah untuk mereka yang ketika diberikan bukti-bukti dan penjelasan masih saja tidak berubah. Karenanya ini adalah pengikut kebenaran dan penindas kekeliruan. Setiap orang yang cerdas dengan pengertian biasa akan mendapatkan manfaat dari bukti-bukti yang jelas dan menerima kebenaran dengan buktinya. Namun penindas atau orang fasik yang mengikuti hawa nafsu tak bisa dihalangi kecuali dengan pedang.

928

Menyentuh ayat yang sama ini, al-Nadwi juga mencatat, “Ini seharusnya tidak tersembunyi bagi orang yang bijaksana, orang yang melihat bahwa kekuatan memiliki peran penting dalam menyebarkan pesan dan pemikiran-pemikiran, tambahan terhadap kekuatan spiritual, dalil-dalil dan bukti. Jika da’wah atau gerakan manapun tak memiliki kekuatan yang dapat melindungi dan mempertahankannya, maka dia akan segera diganyang oleh kekuatan-kekuatan jahat dan para tiran, sampai semua akar-akarnya tercerabut.”929

Allah juga berfirman,

وقل رب أدخلن مدخل لدق وأخرجن ترج لدق واجعل ل من لدنك سلطانا نصريا

“Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah

kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong930

.” (QS. al-Israa’ 17:80).

928

Abdulaziz bin Baz, hal. 37-38 (diterjemahkan oleh Atiyyeh). 929

Al-Nadwi, hal. 44. 930

Maksudnya: memohon kepada Allah supaya kita memasuki suatu ibadah dan selesai daripadanya dengan niat yang baik dan penuh keikhlasan serta bersih dari ria dan dari sesuatu yang merusakkan pahala. Ayat ini juga mengisyaratkan kepada Nabi supaya berhijrah dari Mekah ke Madinah. Dan ada juga yang menafsirkan: memohon kepada Allah s.w.t. supaya kita memasuki kubur dengan baik dan keluar daripadanya waktu hari-hari berbangkit dengan baik pula.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 347

Qatadah berkata, “Nabiyullah (ملسو هيلع هللا ىلص) tak memiliki kemampuan untuk memenuhi

missinya kecuali dengan kekuasaan (sultaan). Jadi dia memohon suatu kekuasaan yang akan menjadi pembantu untuk Kitab Allah, batas-batas Allah, kewajiban-kewajiban yang datang dari Allah dan mendirikan agama Allah. Kekuasaan adalah kasih sayang Allah yang Dia simpan di hadapan hamba-hamba-Nya. Jika hal ini bukan untuk itu, mereka akan saling menaklukkan dan yang kuat akan menindas yang lemah.”931

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) juga mencari dukungan sebelum pindah ke Madinah, sebagaimana

dijelaskan dalam hadits berikut ini:

عن جابر قال مكث رسول الل للى اللهم عليه و سلم نة و بكة عشر سني ي تبع الناس ف منازتم بعكاظ و ت

ف المواسم بن ي قول من ي ؤوين من ي نصرن حت أب لغ رسالة رب و له اتنة

Jabir berkata, “Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) menghabiskan sepuluh tahun di Mekkah

mengikuti orang-orang ke tempat-tempat mereka berkumpul di Ukad dan Majinah dan ketika berkumpul di Mina. Beliau berkata, ‘Siapa yang akan

membantuku? Siapa yang akan mendukungku sehingga aku dapat menyampaikan pesan Tuhanku dan baginya adalah Surga?’”

932

Khususnya selama dalam waktu-waktu seperti itu ibn Abdul-Wahhab dan mereka yang sama hari ini, dimana bid’ah-bid’ah, keyakinan-keyakinan yang tidak benar dan praktik-praktik kemungkaran telah menjadi begitu berurat akar tanpa kekuatan dalam masyarakat, gerakan reformasi dan pemurnian seseorang akan mudah dihancurkan. Al-Atram mencatat bahwa dalam lingkungan seperti yang dihadapi ibn Abdul-Wahhab, adalah mustahil untuk dapat menghapus kemungkaran-kemungkaran hanya dengan ceramah para ulama. Malahan, dibutuhkan seseorang yang dapat mengancam mereka dan memiliki kekuasaan di belakangnya yang berguna untuk memenuhi ancaman-ancamannya itu. Kemudian

931

Lihat ibn Katsir, vol. 5, hal. 111. 932

Diriwayatkan oleh Ahmad, al-Haakim dan yang lain-lainnya. Menurut Al-Arnaut, et al., sanadnya shahih menurut kriteria Muslim. Lihat Syuaib Al-Arnaut, et al., catatan kaki untuk Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad ibn Hanbal (Beirut: Muassasat al-Risaalah, 1998), vol. 23, hal. 346-349.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 348

al-Atram mengutip ungkapan yang terkenal: Allah membersihkan melalui pemerintah atau aturan apa yang Dia tak dapat bersihkan melalui Qur’an.933

Orang mendapati bahwa ibn Abdul-Wahhab sangat memahami pentingnya konsep ini. Agama Islam menjadi alat untuk membangun juga petunjuk bagi semua aspek masyarakat. Sebuah reformasi menyeluruh terhadap masyarakat berarti reformasi kebiasaan personal sebagaimana juga kebiasaan umum. Tanpa dukungan setidaknya “kekuatan-kekuatan yang akan menjadi,” dapatlah diperkirakan bahwa musuh-musuh akan dapat menghancurkan seruan atau gerakan seperti itu. Bahkan jika seseorang mungkin yakin akan sesuatu, dia tidak mungkin memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan apa-apa yang dia yakini—yaitu, dia bisa jadi mendapati ada baiknya untuk tidak membicarakan atau mengimplementasikan segala yang dia ketahui sebagai kebenaran. Ibn Abdul-Wahhab menyentuh poin ini ketika membicarakan mengenai para ulama pada masanya. Dalam sebuah surat dia menulis, “Untuk masalah yang membuat orang-orang memarahiku, membenciku dan menentangku, jika seseorang bertanya pada ulama dari al-Syam, Yaman atau tempat lainnya mengenai hal itu, mereka akan berkata, ‘Ini adalah kebenaran. Ini adalah agama Allah dan Rasul-NYa. Namun demikian, aku tak memiliki kemampuan untuk memperlihatkannya secara terbuka di tempatku sebab pemerintah tak memiliki buktinya. Namun demikian, ibn Abdul-Wahhab mampu memperlihatkannya secara terbuka karena penguasa di negerinya tidak keberatan dengan da’wahnya.’”934

Maka, ketika ibn Abdul-Wahhab pertama kali pindah ke al-Uyainah, dia memperlihatkan kepercayaannya kepada Utsman dan menyeru dia untuk beriman dengan tauhid yang pantas untuk mendukung agama Allah. Utsman menerima apa yang dipikirkan ibn Abdul-Wahhab dan membantu beiau dalam mengajarkan dan menyebarkan kebenaran. Oleh karenanya, da’wah ini mendapatkan tempat berpijak yang teguh, menarik begitu banyak pengikut dan mampu melaksanakan ajaran-ajarannya. Mampu untuk menghapus objek-objek ibadah yang keliru dan bahkan melembagakan hukuman bagi perzinahan. Hal yang sama juga terjadi ketika ibn Abdul-Wahhab dipaksa meninggalkan al-Uyainah dan pergi ke al-Diriyyah. Lagi-lagi, di al-Diriyyah, sang Amir Muhammad ibn Saud menerima pesan ibn Abdul-Wahhab dan mendukungnya secara penuh.

Barangkali untuk alasan ini ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya memiliki pengaruh yang lebih besar bahkan dengan mentor intelektualnya ibn Taimiyyah dan para reformer lainnya, Attar mencatat bahwa pengaruh mereka sebagai “sebuah intelektual terbatas yang tidak melebihi yang terkesan oleh

933

Al-Atram, vol. 1, hal. 265. 934

Ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 32.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 349

mereka dan terpengaruhi oleh gagasan-gagasan reformis mereka.”935 Ibn Abdul-Wahhab, di lain pihak, mampu menciptakan sebuah Negara Islam yang terus eskis setelah kematiannya.

Orang seharusnya juga mencatat bagaimana Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) mengirimkan surat-surat

kepada para pemimpin yang berbeda-beda dan orang yang memiliki kekuasaan. Ibn Abdul-Wahhab juga melakukan hal yang benar-benar sama. Tidak bermaksud mengatakan bahwa orang yang terpengaruh dapat memiliki pengaruh yang lebih besar. Jika orang-orang ini dapat memenangi penyebab, maka da’wah itu sendiri dapat dibantu dengan baik—tanpa, tentu saja, mengorbankan hak siapapun untuk mempercayai dan diterima sebagai seorang anggota penuh dari

komunitas itu, sebagaimana Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) menolak mengorbankan Sahabat-

Sahabatnya yang miskin untuk memenuhi nafsu-nafsu orang-orang kafir yang kaya.

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) bahkan berdoa kepada Allah dengan doa berikut sebelum Umar yang

sangat berpengaruh, kuat dan kharismatik itu menjadi seorang Muslim,

هم أعز اإلسالم بأحب هذين الرجلي إليك بأب جهل الل طاب أو بعمر بن ات

“Ya Allah, berikanlah kekuatan kepada Islam dengan rasa cintanya kepada-Mu dua orang lelaki ini, Abu Jahal atau Umar ibn al-Khattaab.”

936

Ini adalah poin penting yang mesti diingat oleh para ulama dan organisasi-organisasi keagamaan saat ini. Setiap orang disambut oleh Islam dan diharapkan bahwa semua orang, kaya atau miskin, memiliki kekuatan atau lemah, untuk menjadi seorang Muslim. Namun demikian, setidaknya di Barat, kebanyakan upaya da’wah didesakkan kepada “orang-orang biasa” dan bahkan para tahanan namun tidak banyak upaya yang terlihat yang didesakkan kepada para pemimpin masyarakat agar masuk Islam. Bahkan terbitan-terbitan yang memperkenalkan orang kepada Islam ditulis dalam suatu sikap yang mungkin tak memiliki pengaruh

besar kepada mereka yang memiliki tingkat keilmuan yang berbeda. Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

menciptakan contoh yang pertama dan ibn Abdul-Wahhab mengikuti contoh itu

935

Attar, hal. 92. 936

Diriwayatkan oleh Ahmad, al-Tirmidzi, ibn Hibbaan dan yang lainnya. Menurut al-Albaani, hadits ini shahih. Menurut al-Adawi, hadits ini shahih berdasarkan dalil pendukungnya. Bandingkan, al-Albaani, Shahih Sunan al-Tirmidzi, vol. 3, hal. 204; Mustafa al-Adawi, al-Shahih al-Musnad min Fadhaail al-Sahaabah (Al-Khobar, Saudi Arabia: Daar ibn Affaan, 1995), hal. 81-82.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 350

dan mereka berdua memperlihatkan bagaimana pentingnya mencoba membawa orang yang berpengaruh dan memiliki kekuatan ke dalam Islam, orang-orang yang dapat bermanfaat bagi Islam ketika mereka telah masuk Islam.

Memiliki Keyakinan Penuh tentang Betapa Pentingnya Mengikuti Kebenaran

Allah berfirman dalam Qur’an,

ا المؤمنون الذين آمنوا بالله ورسوله ت ل ي رتابوا إنوجاهدوا بأمواتم وأن فسهم ف سبيل الله أولئك هم

الصادقون “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang

beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka

itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hujuraat 49:15).

Allah juga berfirman,

ا يستأذنك الذين ال ي ؤمنو ن بالله والي وم اآلخر وارتابت إن ق لوب هم ف هم ف ريبهم ي ت رددون

“Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-

ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.” (QS. al-Taubah 9:45).

Islam meminta kepastian bagian itu dari penganutnya. Karena kurangnya kepastian inilah yang membuat orang-orang bimbang dalam komitmen mereka ketika dihadapkan dengan godaan atau ujian dan kemauan mereka untuk berkorban demi kepentingan Allah.

Kepastian ini datang melalui berbagai cara, yang paling penting daripada itu semua menjadi sebuah pemahaman keyakinan Islam yang kuat. Ketika seseorang memiliki pengetahuan yang benar dan keyakinan yang kuat, dia sadar, tanpa memperhatikan penampakan artifisial yang terjadi di dunia ini, bahwa

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 351

keberhasilan dan kebahagiaan yang sejati hanya dapat bersandar dengan mereka yang memiliki iman yang benar di dalam hati mereka. Kebahagiaan, ketenangan dan keberhasilan sejati ini terjadi baik di dunia dan di akhirat. Allah berfirman,

الذين آمنوا وتطمئن ق لوب هم بذكر الله أال بذكر الله تطمئن القلوب

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati

menjadi tenteram.” (QS. al-Ra’d 13:28).

Orang yang menerima dan mengikuti wahyu dari Tuhan dan sang Khalik mestinya tak pernah berdukacita atau bersedih. Allah berfirman,

يعا ب عضكم لب عض عدو فإما يأتي نكم ها ت قال اهبطا من ( 811دى فمن ات بع هداي فال يضل وال يشقى )من ه

ومن أعرض عن ذكري فإن له معيشة ضنكا و١تشر ي وم ( قال رب ل حشرتن أعمى وقد 818القيامة أعمى )آيات نا ف نسيت ها ( قال كذلك أت تك 819كنت بصريا )

( وكذلك ٠تزي من أسرف :81وكذلك الي وم ت نسى ) (;81ول ي ؤمن بآيات ربه ولعذاب اآلخرة أشد وأب قى )

“Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu

petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-

Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta,

padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 352

melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan." Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat

dan lebih kekal.” (QS. Thaahaa 20:123-127).

Ini tidak berarti bahwa ujian-ujian, kesukaran-kesukaran dan kesulitan-kesulitan dari satu pengertian materiil atau duniawiyah tak akan menyertai orang beriman. Tentu saja ujian-ujian, kesukaran-kesukaran dan kesulitan-kesulitan akan menyertai orang beriman itu, setidaknya untuk beberapa saat. Namun keimanannya akan mengizinkannya untuk memahami ujian-ujian, kesukaran-kesukaran dan kesulitan-kesulitan itu secara patut dan tak merasa berduka cita karenanya.

Maka, Muhammad ibn Abdul-Wahhab menulis, “Jangan berpikir bahwa keadaan serba kurang itu datang karena agama Islam. Tidak, demi Allah! Buktinya, keadaan serba kurang, keinginan, waktu yang keras, dan nasib buruk [yang sebenarnya] menyertai kekeliruan dan menjauh dari agama Islam.”937

Ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan kepastiannya dalam keyakinan ini ketika dia membahas keyakinan-keyakinannya dan syarat-syaratnya yang diberikannya kepada Utsman ibn Muammar dan Muhammad ibn Saud. Dia mengatakan kepada mereka bahwa jika mereka benar-benar mau berjuang dan berkorban untuk kredo ini, maka keberhasilan akan pasti menjadi milik mereka.

Poin yang berhubungan dengan ini adalah jangan terbodohi oleh orang yang mendapatkan barang-barang materi duniawi. Barang-barang duniawi bukanlah, dalam diri mereka, kunci kepada kebahagiaan atau kepada sebuah kehidupan yang diisi dengan kesenangan dalam dunia fisik ini. Dan, di Akhirat, jaminannya, barang-barang duniawi itu bukanlah kunci-kunci kepada kesenangan dan kebahagiaan

sejati. Maka, Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata,

غنا ف ق لبه و تع له الل من كانت االخرة هه جعل ن يا هه ن يا و هي راغمة و من كانت الد شله و أت ته الد

ن يه و ف رق عليه شله و ل الل جعل يأته من ف قر ب ي عي ر له ن يا إال ما قد الد

937

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 292.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 353

“Jika perhatian utama seseorang adalah akhirat, Allah memberikannya kekayaan di dalam hatinya, membuat urusan-urusannya bersama untuknya dan memberikan padanya dunia sementara dunia itu tak diinginkannya. Dan

jika perhatian utama seseorang adalah dunia ini, Allah menyimpan kemelaratan di hadapannya, membuat urusan-urusannya tercecer dan tak

akan memberikannya dunia ini kecuali apa yang telah diputuskan untuknya.”

938

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) juga berkata,

ث رة العرض و لكن الغن غن الن فس ليس الغن عن ك “Yang dinamakan kekayaan bukanlah banyaknya harta-benda tetapi

kekayaan yang sebenarnya ialah kekayaan jiwa (hati).” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim.)

Akhirnya, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) juga berkata,

ن يا على معاليه ما يب إذا رأيت الل ي عطي العبد من الدا هو استدراج ت تال رسول الل للى اللهم عليه و فإن

ف لما نسوا ما ذكروا به ف تحنا عليهم أب واب كل سلم )حوا با أوتوا أخذناهم ب غتة فإذا هم شيء حت إذا فر

(مبلسون “Jika engkau melihat Allah memberi seorang manusia barang-barang duniawi yang dia cintai padahal dia termasuk orang yang berdosa, [ketahuilah] bahwa

itu hanyalah [istidraj] selangkah demi selangkah *kepada kehancuran+.”

Kemudian Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) membacakan ayat ini, “Maka tatkala mereka

melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila

mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami

938

Diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dan ibn Majah. Menurut al-Albaani, hadits ini shahih. Lihat al-Albaani, Shahih al-Jaami, vol. 2, hal. 1110-1111.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 354

siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. al-Ana’am 6:44).

939

Pentingnya Berpaling kepada Allah

Dalam berbagai kesempatan, ibn Abdul-Wahhab menekankan untuk berpaling kepada Allah dan dengan tulus memohon petunjuk dan dukungan. Ini tentu saja kunci menemukan kebenaran di hadapan semua pendapat dan keinginan-keinginan yang dihadapi seseorang dalam kehidupannya. Dalam suratnya kepada Abdullah ibn Muhammad ibn Abdul-Latif, beliau menulis, “Anda harus berpaling dengan rendah hati kepada Allah dan bersujud di hadapan-Nya, khususnya pada saat-saat adanya jawaban [dari Allah], seperti di akhir malam, setelah shalat dan setelah adzan. [Anda mesti juga] berdoa sesuai dengan apa yang telah dicontohkan

[Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)], khususnya dengan doa yang telah diriwayatkan dalam hadits shahih

dimana Nabi biasa berkata, ‘Ya Allah, Tuhannya Jibril, Mikhail dan Israfil, Pencipta Surga dan Bumi, Mengetahui apa yang tak terlihat dan apa-apa yang terlihat, Engkau memutuskan di antara hamba-hamba-Mu pada masalah-masalah yang mereka berselisih, Engkau membimbing siapa saja yang Engkau inginkan kepada Jalan yang Lurus’940 … Juga berkata, ‘Wahai guru Ibrahim, ajarilah hamba’…”941 Dalam surat yang lain, dia menulis, “Memohon kepada Allah dengan hati yang penuh perhatian, khususnya pada jam-jam sebelum fajar, agar Dia mau menunjukkan anda kepada kebenaran dan mengizinkanmu untuk melihat kekeliruan sebagai kekeliruan. Dan lari demi imanmu di hadapan anda adalah Surga dan Api Neraka.”942

Keberpalingan kepada Allah ini sangat penting untuk meraih petunjuk dan untuk membuat keputusan-keputusan yang benar mengenai suatu masalah. Namun ini juga hal yang sangat penting dimana Allah telah mengisi hati seseorang dengan iman yang benar. Muslim meriwayatkan hadits berikut ini yang bersumber dari Sahabat Zaid ibn Arqam:

كان رسو الل للى اللهم عليه و سلم ي قول اللهم إن أعوذبك من العجز و الكسل و اتب و البخل و اترم و

939

Diriwayatkan oleh Ahmad. Menurut Syuaib al-Arnaut, et al., hadits ini hasan. Lihat Al-Arnaut, et al., catatan kaki untuk Musnad, vol. 28, hal. 547. 940

Riwayat Muslim. 941

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 256. 942

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 305.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 355

ر عذاب القب اللهم ات ن فسي ت قواها و زكها أنت خي ا أنت ولي ها و موالها اللهم إن أعوذبك من علم من زكاه

فع و من ق لب ال يشع و من ن فس ال تشبع و من ال ي ن دعوة ال يستجاب تا

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) biasa mengatakan, “Ya Allah, Aku berlindung kepadamu dari

ketidakmampuan, kemalasan, sikap pengecut, kekikiran, kepikunan dan [aku juga berlindung kepada-Mu] dari siksa kubur. Ya Allah, jadikan jiwaku taqwa

dan bersihkanlah jiwaku. Engkaulah yang Maha Baik yang dapat membersihkannya. Engkaulah Penjaga dan Pelindung jiwaku. Ya Allah, aku

berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tak memiliki rasa takut, jiwa yang tak dapat terpuaskan dan doa yang tak diijabah.”

Sebuah fenomena aneh yang cukup terbiasa adalah dimana seseorang yang telah memilki kebencian kepada amalan dosa, seperti perzinahan dan persetubuhan di luar nikah, namun tidak memiliki perasaan yang sama untuk amaliah-amaliah yang biasa dilakukan di dalam kuburan yang jelas-jelas menyekutukan Allah. Ibn Abdul-Wahhab menunjukkan masalah ini. Dia menulis, sambil menunjukkan syirik, “Terdapat dua sebab dimana anda akan mengenali ini [dan membicarakannya] seperti anda mengenal [dan membicarakan] tindakan-tindakan tak bermoral dan membencinya sebagaimana anda membenci itu semua: [Sebab] seseorang berpaling kepada Allah dan berdoa seringkali untuk mencari petunjuk kepada Jalan yang Lurus dengan hati yang penuh perhatian …”943

Menolak Berkompromi dalam Hal Keyakinan-keyakinan Fundamental

Allah berkata kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص),

بي ) (=دوا لو تدهن ف يدهنون )( و >فال تطع المكذ“Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat

Allah). Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).” (QS. al-Qalam 68:8-9).

943

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 200.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 356

Kenyataannya, orang-orang kafir menawarkan sebuah kompromi kepada

Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص). Mereka menawarkan agar dewa-dewa mereka diibadahi selama

satu tahun dan kemudian Tuhannya Muhammad akan diibadahi selama satu tahun

berikutnya. Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) menolak tawaran ini dan kemudian Allah mewahyukan

kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) surah al-Kaafiruun,

( وال 1( ال أعبد ما ت عبدون )8قل يا أي ها الكافرون )( وال 8( وال أنا عابد ما عبدت )1أن تم عابدون ما أعبد )

(:دين )( لكم دينكم ول 9أن تم عابدون ما أعبد )“Katakanlah: ‘Hai orang-orang kafir,

944 Aku tidak akan menyembah apa yang

kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu

tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.’" (QS. al-Kaafiruun 109:1-6).

945

944

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi

dengan menawarkan kekayaan agar beliau menjadi seorang yang paling kaya di kota .ملسو هيلع هللا ىلص

Mekkah, dan akan dikawinkan dengan yang beliau kehendaki. Usaha ini disampaikan dengan berkata: "Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad, dengan syarat agar engkau jangan memaki-maki tuhan kami dan menjelekkannya, atau sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun." Nabi saw menjawab: "Aku akan menunggu wahyu dari Tuhanku." Ayat ini (QS. Al-Kaafirun 109:1-6) turun berkenaan dengan peristiwa itu sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir. Dan turun pula Surat Az Zumar ayat 64 sebagai perintah untuk menolak ajakan orang-orang bodoh yang menyembah berhala. (Diriwayatkan oleh at-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum kafir Quraisy berkata kepada Nabi saw.: "Sekiranya engkau tidak keberatan mengikuti kami (menyembah berhala) selama setahun, kami akan mengikuti agamamu selama setahun pula." Maka turunlah Surat Al Kafirun (S.109:1-6). (Diriwayatkan oleh Abdurrazaq yang bersumber dari Wahb dan Ibnul Mundzir yang bersumber dari Juraij.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa al-Walid bin al-Mughirah, al-'Ashi bin Wa-il, al-Aswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasulullah saw dan berkata: "Hai Muhammad! Mari kita bersama menyembah apa yang kami sembah dan kami akan menyembah apa yang engkau sembah dan kita bersekutu dalam segala hal dan engkaulah pemimpin kami." Maka Allah menurunkan ayat ini (S.109:1-6) (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa'id bin Mina.) 945

Lihat ibn Katsir, vol. 8, hal. 507.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 357

Dalam kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab, orang dapat menemukan seseorang yang diserang dari setiap sudut. Bahkan meski dia begitu membutuhkan dukungan dan bantuan untuk menangkis semua musuh itu, tak sekali pun orang dapat menemukan dia melakukan kompromi mengenai hal-hal yang fundamental dalam ajaran-ajaran Islam. Khususnya, dia tidak membuat kompromi dengan mereka yang dianggap “berpengetahuan” yang berselisih dengannya mengenai pengertian syirik. Sekali dia menulis kepada penentangnya, Abdul-Wahhab ibn Abdullah ibn Isa, “Jika anda berpikir dalam benak anda bahwa saya mau melakukan kompromi dengan anda mengenai agama, bahkan jika anda lebih penting bagi kami dibanding dirimu sendiri [Saya tak akan melakukannya+…”946 Bahkan, setelah kedatangannya ke al-Diriyyah dan membuat perjanjian bersejarah dengan Muhammad ibn Saud, ibn Saud menawarinya dua syarat, sebagaimana telah digambarkan sebelumnya.

Ibn Abdul-Wahhab secara eksplisit menerima syarat pertama dan secara implisit menolak yang kedua, bahkan meski pada saat itu dia benar-benar membutuhkan dukungan ibn Saud dan tempat untuk berlindung. Hal ini tidak berarti tak ada poin

yang dapat dikompromikan. Dalam proses perjanjian di Hudaibiyyah, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

berkompromi dalam poin-poin seperti penulisan kata al-Rahmaan (“Yang Maha Pengasih”) atau “Rasulullah” ke dalam perjanjian. Namun demikian, hal yang demikian tidak menyentuh inti keimanan. Jika sesuatu dalam keadaan ini diajukan dan terdapat beberapa manfaat sampingan yang diharapkan, masalah-masalah ini perlu untuk tidak dipersikerasi.

Ini adalah sebuah poin fundamental yang mestinya jelas dalam setiap benak umat

Muslim. Sebagaimana dalam contoh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri dan sebagaimana dalam

contoh para ulama yang datang setelahnya, seperti ibn Abdul-Wahhab, terdapat aspek-aspek tertentu dari agama ini yang tak dapat dikompromikan dengan cara apapun. Malahan, mengkompromikan aspek-aspek tersebut akan sama dengan membuang keimanan. Orang harus benar-benar ingat kepada Allah dan agama-Nya dalam masalah-masalah seperti itu.

Menggunakan Alat-alat yang Diperbolehkan yang Tersedia demi Kepentingan Da’wah

Orang yang bekerja demi kepentingan Allah seharusnya memanfaatkan dirinya—atau setidaknya da’wah atau gerakannya—dengan semua alat-alat yang diperbolehkan yang tersedia untuk menyebarkan pesan mulia ini. Berkonsentrasi pada satu alat atau satu set alat yang sangat terbatas bisa memperlambat gerakan dan menahannya dari potensinya yang sesungguhnya. Allah menunjukkan kepada

946

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. hal, 280.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 358

Nabi Nuh yang dengan tanpa belas kasihan menghabiskan tenaganya sendiri dan menggunakan semua cara untuk menyeru kaumnya kepada kebenaran. Qur’an menyatakan,

( ف لم يزدهم 9قال رب إن دعوت ق ومي ليال ون هارا )( وإن كلما دعوت هم لت غفر تم جعلوا :دعائي إال فرارا )

ألابعهم ف آذانم واست غشوا ثياب هم وألروا واستكب روا ( ت إن أعلنت >( ت إن دعوت هم جهارا );ا )استكبار

(=تم وأسررت تم إسرارا )“Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam

dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan

mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi)

dengan terang-terangan dan dengan diam-diam,” (QS. Nuh 71:5-9).

Orang mendapati Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص) menggunakan alat-alat dan cara-cara

yang berbeda pada masanya. Beliau mengirimkan surat-surat pada penguasa-penguasa asing, beliau bertemu dengan delegasi-delegasi dan lain sebagainya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Dia memberikan khutbah dan kuliah-kuliah. Dalam ceramah-ceramahnya, dia akan menggunakan kata-kata yang mendorong dan juga intimidasi. Dia mengirimkan guru-guru kepada daerah dan putusan-putusan masalah keagamaan yang berbeda-beda. Dia juga bertemu dengan delegasi-delegasi dan secara pribadi dengan yang lainnya ketika dibutuhkan. Dia berdebat dengan orang-orang. Dia mengirimkan surat-surat dan menulis kitab-kitab. Dia akan menjawab tuduhan-tuduhan dan tudingan-tudingan tak beralasan.

Allah memerintahkan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) untuk menggunakan pendekatan yang berbeda

tergantung kepada orang dimana pesannya itu disampaikan. Allah berkata kepada

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص),

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 359

ادع إل سبيل ربك باتكمة والموعظة اتسنة وجادتم هو أعلم بن ضل عن سبيله بالت هي أحسن إن ربك

وهو أعلم بالمهتدين “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

947 dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk.” (QS. al-Nahl 16:125).

Allah juga berkata,

وال تادلوا أهل الكتاب إال بالت هي أحسن إال الذين هم وقولوا آ نا وأنزل إليكم ظلموا من منا بالذي أنزل إلي

وإتنا وإتكم واحد و١تن له مسلمون “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara

yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka948

, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan

kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri.” (QS. al-Ankabut

29:46).

Orang mendapati ibn Abdul-Wahhab mengaplikasikan ajaran dari ayat-ayat ini. Surat-surat dan ceramah-ceramahnya kepada orang-orang awam bebeda bahasanya dengan gaya yang digunakannya kepada para ulama. Lebih jauh, gayanya kepada mereka yang menjadi pengikutnya berbeda dengan kepada mereka yang begitu keras menentangnya. Ketika membantah tuduhan-tuduhan

947

Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. 948

Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim ialah: orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 360

yang benar-benar keliru menentangnya, contohnya, dia akan menggunakan kata-kata yang kasar yang akan membuat penentangnya ingat kepada Allah dan kepada dosa yang telah mereka lakukan. Dalam menulis mengenai penentangnya, al-Muwais, ibn Abdul-Wahhab menyatakan, “Anda telah melihat saya menyeru dia dengan lembut dan pada saat yang sama saya bersabar menghadapi hal-hal tentang kuburan yang berasal darinya.”949 Setelah jelas kepada ibn Abdul-Wahhab bahwa al-Muwais tidaklah lain daripada seorang yang arogan, penentang yang keras kepala terhadap kebenaran, dia mengubah pendekatannya dan menggunakan terma-terma yang layak untuk al-Muwais. Contohnya, suatu kali dia menulis tentang kata-kata al-Muwais, “*Kata-kata seperti itu] hanya dapat datang dari orang yang paling bodoh.”950 Di lain pihak, ketika berurusan dengan orang yang dia rasa terbuka kepada kebenaran, kata-katanya akan diisi dengan kebenaran-kebenaran yang jelas yang datang dari Qur’an dan Sunnah dan kata-kata dorongan untuk mengikuti kebenaran.

Aspek lain yang dapat ditemukan dari ibn Abdul-Wahhab adalah bahwa dia menggunakan kekuasaan apa saja yang telah Allah berikan kepadanya. Hal ini khususnya nampak di al-Uyainah, dimana dengan perlindungan penguasa dia mempu menyingkirkan situs-situs syirik, juga setelah pindah ke al-Diriyyah. Dia akan menggunakan kekuatan ketika dibutuhkan dan diizinkan oleh Hukum Islam untuk lebih jauh menghapuskan kemungkaran dan mengimplementasikan apa yang benar. Sangat mungkin sekali orang yang memiliki kekuasaan tidak menggunakan kekuasaan mereka dalam sikap yang sepatutnya, dalam suatu cara yang tersedia bagi mereka. Barangkali mereka takut kehilangan popularitas atau mendapatkan kritik dan lain sebagainya. Namun demikian, tak seorang pun mesti takut kepada manusia melebihi rasa takutnya kepada Allah. Setiap Muslim mestinya lebih memperhatikan keridlaan Allah bahkan meski balasannya adalah tidak disukai seseorang di dunia ini.

Sang Da’i dan Mereka yang Bersamanya Harus Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Da’wah

Allah berfirman,

لقد كان لكم ف رسول الله أسوة حسنة لمن كان ي رجو الله والي وم اآلخر وذكر الله كثريا

949

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 141. 950

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 140.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 361

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzaab 33:21).

Keimanan, sebagaimana sangat jelas melalui seluruh tulisan ibn Abdul-Wahhab, bukanlah hanya sebuah masalah teoritis dan abstrak. Agar keimanan seseorang terbukti, maka keimanan itu mestilah dipraktikkan. Makanya Al-Abud mencatat, ibn Abdul-Wahhab berkonsentrasi pada dua aspek penting dalam diri seorang manusia: kemampuan berpikir dan kemampuan untuk bertindak. Dia menekankan bahwa salah satu dari dua aspek ini bisa saja salah. Maka, seseorang harus bekerja untuk melindungi keduanya dari kerusakan. Ibn Abdul-Wahhab menyimpulkannya ketika membahas ayat,

ها وهم وكأين من آية ف السماوات واألرض يرون علي ها معرضون ) ( وما ي ؤمن أكث رهم بالله إال وهم 899عن

(:89مشركون )“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya. Dan sebahagian

besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf

12:105-106).

Ibn Abdul-Wahhab menyimpulkan dari ayat-ayat ini bahwa jika mayoritas orang-orang adalah beriman, mereka akan tetap jatuh pada praktik-praktik syirik. Ini adalah sebuah kelemahan atau cacat berkenaan dengan kemampuan untuk bertindak; dengan kata lain, yakni menggunakan kemampuan ini dengan cara yang salah. Namun dari bagian sebelum ayat yang terakhir, dia mencatat bahwa banyak manusia bahkan tidak menggunakan pikiran mereka dengan cara-cara yang pantas untuk memikirkan dan mengambil manfaat dari apa yang ada di sekitarnya. Ini adalah sebuah cacat dalam penggunaan kemampuan berpikir mereka. Kedua kemampuan ini mesti diarahkan kepada arah yang benar dan digunakan dengan tepat untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.951

Khususnya, sang pemimpin mestinya menjadi seorang pemimpin dalam praktinya juga, tidak hanya dalam kata-kata dan gagasan-gagasan. Inilah yang terjadi dengan

951

Bandingkan, Al-Abud, vol. 2, hal. 9-10; Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 5, hal. 177.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 362

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan ini juga terjadi dengan sang reformer ibn Abdul-Wahhab. Dia

benar-benar mengikuti contoh. Contohnya, dia tidak hanya mengatakan kepada orang-orang bahwa kuburan yang telah menjadi tempat objek-objek peribadatan harus dihancurkan dan kemudian berharap para pengikutnya saja yang pergi untuk memenuhi ajarannya. Ketika datang saatnya untuk menghancurkan makam di atas kuburan Zaid ibn al-Khattaab, adalah ibn Abdul-Wahhab yang mengambil pimpinan dan memulai penghancuran. Lebih jauh, dia dengan kukuh mengikuti rukun-rukun iman dan memastikan orang-orang yang berada di sekitarnya melakukan hal yang sama. Suatu kali dia menulis, “Saya wajibkan mereka yang berada di bawah kekuasaanku untuk mendirikan shalat, menunaikan zakat dan melakukan semua hal lain yang diperintahkan Allah dan saya juga melarang mereka dari riba, meminum minuman keras dan amaliah-amaliah cabul lainnya.”952

Pentingnya contoh bagi da’wah atau gerakan secara keseluruhan tidaklah semestinya direndahkan. Tanpa adanya contoh—seseorang yang memperlihatkan kepada semua orang bahwa tujuan-tujuan dan ideal-ideal da’wah itu dapat benar-benar dipraktikkan—banyak orang bisa saja merasa bahwa apa yang dicita-citakan da’wah atau gerakan itu tidaklah lebih daripada mimpi-mimpi dan upaya menangkap awan di langit. Namun sekali orang melihat bahwa hal itu dapat benar-benar dipraktikkan oleh sang pemimpin dan pengikut-pengikut setia yang ada di sekitarnya, mereka tidak lagi memiliki alasan ini dan mesti, jika mereka adalah orang-orang beriman yang tulus, mendorong mereka untuk mencoba menghidupkan ideal-ideal ajaran-ajaran keimanan.

Pentingnya Membantah Keragu-raguan dan Tudingan-Tudingan tanpa Bukti Mengenai Da’wah yang Benar

Sebagaimana telah dicatat sebelumnya, da’wah atau ajaran-ajaran selalu mendapati pertentangan. Sebuah pelajaran yang dapat diambil seseorang dari pendekatan ibn Abdul-Wahhab adalah bahwa orang mestinya tidak membiarkan tuduhan-tuduhan keliru itu dibiarkan menyebar tanpa ada jawaban. Tudingan-tudingan tanpa bukti itu dapat menjadi sangat berbahaya bagi da’wah atau gerakan—bahkan ketika da’wah atau gerakan itu benar-benar berdasarkan kebenaran. Tudingan-tudingan tanpa bukti itu mesti dibantah. Karenanya, kebanyakan waktu ibn Abdul-Wahhab dihabiskan untuk membantah klaim-klaim keliru dan miskonsepsi-miskonsepsi yang menyebar mengenai beliau, pesannya dan para pengikutnya. Maka, semua orang, pengikut dan juga musuh, akan mendapatkan kebenaran secara jelas di hadapan mereka. Mindset-mindset para pengikut akan menjadi lebih jelas dan pikiran-pikiran mereka tak akan terbuka pada keragu-raguan ketika masalah-masalah itu dengan jelas dijawab untuk

952

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 36.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 363

mereka. Dan untuk para musuh, semoga Allah membukakan hati mereka melalui argumen-argumen yang jelas atau semoga Allah memperlihatkan bukti yang jelas untuk menyangkal mereka.

Dasar untuk pendekatan ini ditemukan dalam Qur’an. Contohnya, berkenaan dengan Nabi Nuh, Allah berfirman,

قال يا ق وم ليس ب ضاللة ولكن رسول من رب العالمي صح لكم وأعلم من الله ( أب لغكم رساالت رب وأن 8:)

(1:ما ال ت علمون )“Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam." "Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu. dan aku

mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui"953

” (QS. al-A’raaf 7:61-62).

Dan hal yang sama berkenaan dengan Nabi Hud, Allah berfirman,

قال يا ق وم ليس ب سفاهة ولكن رسول من رب العالمي (>:ت رب وأنا لكم نالح أمي )( أب لغكم رساال;:)

“Hud herkata "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan

amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu."” (QS. al-A’raaf 7:67-68).

Orang dapat memasukkan di bawah subjudul ini pentingnya menunjukkan alat-alat dan cara-cara musuh-musuh kebenaran. Allah telah menginstruksikan orang-orang beriman di dalam al-Qur’an mengenai cara-cara para pengikut kemungkaran. Allah berfirman,

953

Maksudnya: aku mengetahui hal-hal yang ghaib, yang tidak dapat diketahui hanyalah dengan jalan wahyu dari Allah.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 364

وكذلك ن فصل اآليات ولتستبي سبيل المجرمي “Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh), dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang

berdosa.” (QS. al-Ana’am 6:55).

Ini adalah penting untuk menjaga ketulusan dari kesesatan dan dibodohi oleh orang-orang jahat. Maka, dalam Qur’an, Allah menjelaskan dalam gaya yang sangat eksplisit rencana-rencana dan strategi Setan, orang-orang kafir, Yahudi, Nashrani, orang-orang musyrik dan orang-orang munafik.

Muhammad ibn Abdul-Wahhab memahami pentingnya topik ini. Dalam menulis kepada Muhammad ibn Sultan, yang pergi berdebat dengan orang-orang al-Ahsa, beliau mengatakan padanya, “Berhati-hatilah terhadap orang-orang al-Ahsa karena mereka bisa saja mencoba menipumu dengan beberapa masalah yang tak berhubungan dengan bahasan masalahnya atau mereka berusaha membingungkanmu dengan kata-kata yang keliru.”954 Dalam sebuah surat kepada hakim Abdullah ibn Muhammad al-Ahsa`i, ibn Abdul-Wahhab menasihatinya mengenai bahaya-bahayanya mengambil kata-kata para penjahat begitu saja. Dalam surat yang penting ini, beliau menjelaskan kepada sang hakim cara yang biasa dilakukan para penjahat dan orang-orang munafik. Dia mengatakan padanya agar tidak terburu-buru. Beliau menambahkan, “Allah telah menggambarkan orang-orang munafik dalam kitab-Nya bagaimana karakter mereka, dan Dia juga telah menjelaskan cabang-cabang kemunafikan, jadi begitulah mereka mungkin menghindar dan demikianlah orang-orang ini dihindari. Allah menggambarkan bagaimana mereka lihai berkata-kata dan baik kata-katanya. Allah bahkan menyatakan bahwa mereka memiliki penampilan yang bagus.” Ibn Abdul-Wahhab kemudian membahas tentang karakter-karakter dan cara-cara jahat mereka sebagaimana dinyatakan Allah dalam Qur’an.955

Tentu saja, dalam banyak karya dan tulisannya, ibn Abdul-Wahhab telah memperlihatkan cara-cara orang-orang kafir, orang-orang munafik dan para pelaku kemungkaran. Khususnya, orang bisa mengacu kepada kitab Masail al-Jahiliyyah (“Masalah-masalah pada Periode Jahiliyah”) dan Kasyf al-Syubuhat (“Klarifikasi atas Keasalahpahaman-kesalahpahaman”).

Terdapat satu catatan penting terakhir untuk disebutkan. Sebagaimana akan dicatat, para penentang Ibn Abdul-Wahhab mengambil jalan yang keliru dan salah pakai. Namun demikian, dalam pembelaannya, dia tak pernah mengambil jalan

954

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 145. 955

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 251.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 365

yang demikian itu. Dia hanya merepresentasikan kebenaran yang dibangun dalam Qur’an and Sunnah. Dia mengizinkan kebenaran itu berdiri dengan sendirinya. Dia

menyadari itu, sebagaimana Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), tak ada pernyataan atau alasan untuk

menengok kepada cara-cara yang tak disukai Allah.

Menyadari Cara-cara Apa Saja yang Diambil Musuh-musuh Kebenaran

Cara kekafiran dapat memiliki pegangan kuat bagi mereka yang hidupnya terpola pada kesesatan dan hawa nafsu. Bukanlah tugas mudah meyakinkan orang agar meninggalkan sebuah kehidupan yang telah mereka nikmati dalam jangka waktu yang lama, yang telah diwariskan ayah-ayah mereka atau yang telah mereka rasakan manfaatnya secara material. Maka Allah mengatakan dalam Qur’an

tentang orang-orang musyrik pada masa Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص),

نا إليك ين ما ولى به نوحا والذي أوحي شرع لكم من الدين وال نا به إب راهيم وموسى وعيسى أن أقيموا الد وما ولي ت ت فرقوا فيه كب ر على المشركي ما تدعوهم إليه الله يتب

إليه من يشاء وي هدي إليه من ينيب “Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah

diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu:

Tegakkanlah agama956

dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy-

Syuura 42:13).

Hanya ketika orang memahami fakta inilah orang dapat mengerti bagaimana

orang-orang kafir pada masa Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) mengambil berbagai cara untuk

menyerang pribadi Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) untuk menghalang-halanginya, para pengikutnya

dan orang-orang yang dianggap mengikutinya. Nabi hidup di antara mereka

956

Yang dimaksud: agama di sini ialah meng-Esakan Allah S.W.T., beriman kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala perintah dan larangan-Nya.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 366

bertahun-tahun dan dikenal sebagai “al-Amin (orang yang dapat dipercaya).” Namun sesegera ketika beliau mulai menyeru mereka kepada kebenaran dan menunjukkan kekeliruan-kekeliruan cara-cara mereka, tak ada yang terlalu keji

bagi mereka untuk dilakukan. Mereka bahkan menyebut Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sebagai

pendusta meskipun mereka benar-benar tahu bahwa seorang lelaki seperti

Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص) takkan pernah berdusta.

Kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab juga memperlihatkan bahwa tak ada yang terlalu rendah untuk musuh-musuh mengambil jalan. Ketika membaca kata-kata para penentangnya, orang mendapati dusta-dusta dan pemalsuan-pemalsuan yang mencolok, distorsi-distorsi atas pernyataan-pernyataan ibn Abdul-Wahhab, distorsi-distorsi terhadap makna-makna Qur’an dan Sunnah. Semua hal itu terjadi selama masa hidupnya sendiri. Namun demikian, semua hal itu tidaklah mengejutkan. Orang-orang seperti ini, para penentang, tidak memiliki rasa hormat

kepada Qur’an, kata-kata Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) atau jalannya para Sahabat. Karenanya,

tidaklah mengejutkan jika mereka kelihatan dan terus terlihat tiada memiliki kesopanan ataupun rasa hormat ketika berurusan dengan seorang “Arab miskin yang tak berbudaya dari Najd.”

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) telah menghadapi begitu banyak kerugian dari orang-orang munafik.

Namun demikian, banyak orang—tidak semuanya—dalam masyarakat Madinah menyadari bahwa orang-orang seperti itu tiada lain kecuali orang-orang munafik dan kata-kata mereka seharusnya sama sekali jangan dianggap. Pada masa ibn Abdul-Wahhab dan juga sekarang, situasi menjadi semacam lebih sulit karena orang yang dianggap para pemimpin dan ulama-ulama Islam hari ini adalah mereka yang justru menentang jalan orang Muslim yang saleh sebelumnya. Beberapa di antaranya, sebagai contoh, mendapatkan gelar-gelarnya di sekolah-sekolah Barat dan memperoleh kehormatan baik dari orang-orang Muslim pun dari orang-orang non-Muslim dan mereka tak menyesal ketika memperolok-olok atau mengkritik

jalannya para Sahabat—bahkan jalannya Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri.

Setiap aktivis Muslim yang berkeingininan menyeru orang-orang agar kembali kepada jalannya Qur’an mesti menyadari bahwa orang-orang seperti itu ada. Dia mungkin telah mendengar segala macam dakwaan-dakwaan palsu, dusta-dusta dan sindiran-sindiran yang telah tersebar mengenai dia. Namun, sebagaimana Nabi

,dan mereka yang mengikuti langkah-langkahnya, seperti ibn Abdul-Wahhab (ملسو هيلع هللا ىلص)

hal ini tidak seharusnya menghalangi siapapun untuk mengikuti dan menyeru kepada jalan Allah, jalan yang dengannya kebenaran itu jelas dan tak disangsikan.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 367

Akhirnya, orang mungkin menanyakan sebuah pertanyaan yang sangat sederhana:

Kenapa musuh-musuh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), musuh-musuh ibn Abdul-Wahhab (bahkan

mereka yang ada sekarang) dan musuh-musuh semua para aktivis Muslim yang hanya memproklamirkan kebenaran yang nyata dari Qur’an dan Sunnah selalu kelihatannya mengambil jalan dusta dan pemalsuan? Jawabannya, bagi saya penulis, cukup jelas. Para penentang kebenaran ini benar-benar tidak memiliki dasar berpijak ketika berhadapan dengan perintah-perintah yang jelas dan tegas dari Qur’an dan Sunnah. Mereka tak mungkin berdebat melawan kebenaran dengan gaya yang jujur dan berterusterang. Mereka tak dapat mendukung klaim-klaim mereka dengan ayat-ayat yang jelas, hadits-hadits shahih atau bahkan logika. Karenanya, mereka harus mengambil jalan tipu dan muslihat. Ini tidak lebih daripada upaya nafas terakhir untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. Dengan kehendak Allah, sesering apapun mereka datang dengan kepalsuan, rencana-rencana jahat dan dusta-dusta mereka akan ditundukkan dan dibantah pada akhirnya.

Pentingnya Berserikat dengan Umat Muslim Kapanpun Dimungkinkan

Dalam sejumlah ayat Qur’an, terdapat nasihat untuk bersatu dan jangan terpisah-pisah dalam agama. Contohnya, Allah berfirman,

يعا وال ت فرقوا واذكروا نعمة الله واعتصموا ببل الله تعليكم إذ كنتم أعداء فألف ب ي ق لوبكم فألبحتم

بنعمته إخوانا وكنتم على شفا حفرة من النار فأن قذكم ه الله لكم آياته لعلكم ت هتدون من ا كذلك ي ب ي

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu

dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah

menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali-‘Imran 3:103).

Prinsip dasar dari ayat ini adalah keharusan untuk bersatu, namun kesatuan itu mestilah didasarkan pada apa yang telah Allah wahyukan. Segala macam “persatuan” yang menentang apa yang telah Allah wahyukan bukanlah persatuan

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 368

yang diinginkan, karena persatuan itu tak akan membuat semua orang bersatu kepada tali Allah.

Sebagaimana telah dicatat di atas, Ibn Abdul-Wahhab tak akan pernah kompromi tentang apapun jika itu telah ditentukan dalam Qur’an dan Sunnah. Namun demikian, mengenai masalah-masalah yang mana terdapat ruang untuk ijtihaad, beliau akan mengakomodasinya sebisa mungkin, mempersatukan umat Muslim dan membuat hati mereka dalam kebersamaan. Di antara hal-hal lainnya, hal ini mendemonstrasikan—dan hanya Allah sajalah yang mengetahui rahasia yang ada di dalam hati—bahwa niat beliau bukanlah menguasai orang-orang atau berbuat kasar terahadap orang-orang. Bahkan, nyata kelihatan bahwa niat beliau adalah hanya demi kebaikan, mencoba membawa orang-orang pada jalan Allah. Contohnya, sebagaimana dicatat pada Bab 3, dia akan membiarkan orang-orang mengikuti madzhab fiqih-nya masing-masing, kecuali jika disana terdapat sesuatu yang dibangun atas dasar bukti yang samar-samar dalam Qur’an atau Sunnah (seperti diperlukannya keheningan dan ketenangan dalam setiap posisi shalat).

Lebih jauh, dalam dialog, ibn Abdul-Wahhab akan menekankan keyakinan-keyakinan biasa yang dipegang peserta diskusi. Dalam berbagai surat, contohnya, dia akan menekankan bahwa dia mempercayai perantaraan yang diberikan kepada

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) oleh Allah, pentingnya menghormati imam-imam dari empat madzhab

fiqih, pentingnya mencintai dan menghormati orang-orang saleh dan lain sebagainya. Namun demikian, pada saat yang sama, dia akan menekankan apa yang biasa dan berasal dari Qur’an dan Sunnah namun tak akan menerima apapun yang melebihi itu. Dalam suratnya kepada orang-orang al-Qasim, contohnya, beliau menulis, “Saya iyakan adanya keajaiban orang saleh dan apa yang mereka miliki tentang kebenaran yang diperlihatkan kepada mereka. Namun demikian, [dengan hal-hal yang demikian itu] mereka tidak berhak diibadahi sebagaimana kepada Allah ataupun apapun yang hanya Allah saja yang dapat melakukan apa yang mereka minta.”957 Dalam surat yang sama, beliau juga membahas keyakinannnya mengenai perantaraan Rasul dan letak dimana beliau sepakat dengan para penentangnya dan dimana letak beliau tidak sepakat dengan mereka.958

Menyadari bahwa Aktivis Bisa Saja Tidak Menyaksikan Buah-buah dari Apa yang Telah Diupayakannya pada Masa Hidupnya

Allah berfirman,

957

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 11. 958

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 9-10. Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 762-763.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 369

من السماء ماء فسالت أودية بقدرها فاحتمل أن زل السيل زبدا رابيا وتا يوقدون عليه ف النار ابتغاء حلية أو متاع زبد مث له كذلك يضرب الله اتق والباطل فأما الزبد

فع الناس ف يمكث ف األرض ف يذهب جفاء وأما ما ي ن كذلك يضرب الله األمثال

“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk

membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang

bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.

Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan959

.” (QS. ar-Ra’ad 13:17).

Orang beriman hanya bertanggungjawab untuk tampil meletakkan upaya-upaya yang sepantasnya. Hasil-hasil akhir dari amalan-amalannya terserah kepada Allah. Seorang Muslim tak dapat membuat orang lain percaya, sebagaimana Allah

berkata kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص),

إنك ال ت هدي من أحببت ولكن الله ي هدي من يشاء ين وهو أعلم بالمهتد

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-

Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. al-Qashash 28:56).

959

Allah mengumpamakan yang benar dan yang bathil dengan air dan buih atau dengan logam yang mencair dan buihnya. Yang benar sama dengan air atau logam murni yang bathil sama dengan buih air atau tahi logam yang akan lenyap dan tidak ada gunanya bagi manusia.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 370

Tidak juga, dalam kebanyakan kasus, seorang individu memiliki kekuatan untuk mengubah sebuah bangsa atau Negara. Namun demikian, setiap orang memiliki beberapa alat yang tersedia baginya dan dia bertanggungjawab hanya sebatas pada kemampuannya. Tanpa alat-alat itu, dia akan diganjar untuk apa yang telah dilakukannya dan bertanggungjawab atas amalan-amalannya yang keliru. Allah berkata,

ها ما ال يكلف الله ن فسا إال وسعها تا ما كسبت وعلي اكتسبت

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya

dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. al-Baqarah 2:286).

Dalam kasus ibn Abdul-Wahhab, dia mampu melihat banyak buah dari upaya-upayanya. Sebuah Negara yang kuat dibangun berdasar pesan yang dia ajarkan. Negara itu mampu memerintah seluruh Najd dan bagian-bagian lainnya dari jazirah pada saat wafatnya ibn Abdul-Wahhab. Masyarakat dan, yang lebih penting, keyakinan-keyakinan orang-orang benar-benar berubah karena ibn Abdul-Wahhab menda’wahkan pesan yang benar dari Islam.

Namun demikian, itu adalah hanya satu bagian kecil dari buah kerjanya. Anak-anak keturunanannya dan para pengikutnya terus melanjutkan menda’wahkan pesan sejati monoteisme (tauhid) jauh setelah beliau wafat. Karena pertolongan Allah dan kemudian upaya-upaya ibn Abdul-Wahhab, pesan tauhid mencapai semua sudut dunia hari ini. Bahkan di Amerika Serikat, contohnya, ketika seseorang masuk Islam, dia lebih sering ditampakkan kepada Islam sejati yang berdasar pada Qur’an dan Sunnah, bebas dari keberhalaan dan syirik. Seringkali pesan yang benar itu datang kepada mualaf melalui orang-orang yang telah secara langsung atau tidak langsung, secara diketahui atau tidak diketahui, terpengaruh oleh ajaran-ajaran atau pembaharuan yang dimulai oleh Muhammad ibn Abdul-Wahhab.

Kebenaran dan Kekeliruan Tidak Ditegaskan berdasarkan Jumlah

Satu poin yang telah Allah singgung dalam berbagai tempat dalam Qur’an adalah bahwa jumlah penganut sebuah keyakinan saja tidak mengindikasikan kejelasan keyakinan itu. Contohnya, Allah berfirman,

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 371

ولقد لرف نا للناس ف هذا القرآن من كل مثل فأب أكث ر الناس إال كفورا

“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al Qur’an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak

menyukai kecuali mengingkari (nya).” (QS. al-Israa’ 17:89).

Allah juga berfirman,

وإن تطع أكث ر من ف األرض يضلوك عن سبيل الله إن ( إن ربك :88ي تبعون إال الظن وإن هم إال يرلون )

ن سبيله وهو أعلم بالمهتدين هو أعلم من يضل ع (88;)

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)

960. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih

mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’aam

6:116-117).

Maka, orang tidak semestinya terbodohi atau tertipu dengan jumlah saja. Sangat mungkin bahwa massa-massa—bahkan massa Muslim—mungkin tertipu dan mengikuti kekeliruan. Mereka yang mengenali dan mengikuti kebenaran bisa jadi jumlah yang sangat kecil. Namun demikian, poin penting yang harus diingat setiap Muslim adalah bukan jumlah sahabat melainkan apakah mereka berada pada Jalan Lurus yang diridlai Allah. Selama seseorang dapat memastikan bahwa apa yang dia ikuti atau yakini dapat dibuktikan dengan jelas dari Qur’an dan Sunnah—otoritas asal—dia tak perlu khawatir iya atau tidaknya hal tersebut sejalan dengan yang

diikuti massa. Buktinya, Allah berkata kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص),

960

Seperti menghalalkan memakan apa-apa yang telah diharamkan Allah dan mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan Allah, menyatakan bahwa Allah mempunyai anak.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 372

وما أكث ر الناس ولو حرلت بؤمني “Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman - walaupun kamu sangat

menginginkannya-.” (QS. Yusuf 12:103)

Ibn Abdul-Wahhab adalah seorang ulama yang dengan jelas memahami konsep ini dan menyadari bahwa seorang Muslim harus siap menghadapi situasi dimana dia, dengan mengikuti kebenaran, sebagai minoritas dan bahkan dianggap rendah. Namun demikian, kebenaran harus selalu didukung dan dianut, tak jadi soal seberapa besar pertentangannya. Hal yang demikian itu adalah amalan yang saleh. Dalam menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya, ibn Abdul-Wahhab menulis, “Pertama ketahuilah bahwa jika kebenaran itu bersinar dan jelas, kebenaran itu tidaklah dirugikan dengan jumlah besar yang menentangnya dan jumlah kecil yang sepakat dengannya. Anda tahu bagaimana beberapa aspek tauhid telah menjadi aneh, meski aspek-aspek itu lebih jelas daripada shalat dan shaum; dan [keanehan] itu tidak merugikannya sama sekali.”961 Ibn Abdul-Wahhab juga menulis, “Saya tidak mengetahui apapun yang lebih luhur dalam seseorang yang mendekatkan diri kepada Allah dibanding orang yang mengikuti jalan

Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) pada masa ‘keanehan.’ Jika seseorang menambahkan padanya

perjuangan melawan orang-orang musyrik dan orang-orang munafik, itu membentuk kesempurnaan iman. Kenyataannya, jihad yang paling luhur adalah berjuang melawan orang-orang munafik pada masa-masa ‘keanehan.’”962

Vassiliev menulis, “Menurut pendapat penulis sekarang, bagaimanapun, orang-orang Wahhabi jelas-jelas sektarian karena mereka menentang Sunnisme dalam bentuk dominannya, bahkan meskipun dari posisi keinginannya untuk ‘memurnikan’-nya.”963 Apa yang disentuh Vassiliev sebenarnya sangat penting untuk mengevaluasi “orang-orang Wahhabi” yang dikritik dan diserang. Orang-orang luar akan menyebut orang-orang yang mentaati kebenaran, tanpa menghiraukan apa yang diikuti orang banyak, dengan “sektarian.” Kenyataannya, meskipun, ini adalah tipe yang patut atau diterima dari kata “sektarianisme.” Jika semua orang mengabaikan kebenaran, seseorang mesti mentaati kebenaran, bahkan meski hal itu akan membuatnya tampak sebagai seorang orang luar atau seorang “sektarian.” Ini seperti yang dikatakan Sahabat ibn Mas’ud kepada Amr ibn Maimun setelah menasehatinya agar kukuh kepada jamaah (“kumpulan, masyarakat”) dan kemudian mengatakan padanya untuk shalat sendiri jika para penguasa menunda shalat. Ini nampak kontradiktif bagi Amr, maka dia bertanya

961

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 3, bagian pada Fatawa, hal. 88. 962

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 288. 963

Vassiliev, hal. 75.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 373

kepada ibn Mas’ud mengenai hal itu. Ibn Mas’ud menjelaskan kepadanya, “Jamaah adalah siapa saja yang bersepakat dalam kebenaran, bahkan jika itu hanyalah dirimu sendiri.”964 Dengan kata lain, adalah kebenaran yang harus ditaati oleh seseorang, bahkan jika itu membuatnya sebagai “orang luar” dari orang-orang yang mungkin mengikuti jalan yang berbeda.

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) berbicara tentang suatu masa yang mana ini akan menjadi jalan

amalan yang tepat bagi orang yang beriman. Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata,

بدأ اإلسالم غري با و سي عود كما بدأ غري با فطوب للغرباء “Islam dimulai sebagai sesuatu yang asing dan akan kembali asing seperti semula. Maka kabar gembira dari Tuba [sebuah pohon di Surga] bagi orang-orang asing itu.” (Riwayat Muslim.)

Riwayat lain dengan narasi berbeda menggambarkan “orang-orang asing” itu sebagai:

ء كثري من ي عصيهم أكث ر تن أناس لاتون ف أناس سو عهم يطي

“Orang saleh di antara orang jahat. Mereka yang tidak mentaati mereka adalah lebih baik daripada mereka yang mentaati mereka.”

965

Ibn Abdul-Wahhab juga memberikan nasehat berikut, “Jika anda mengalami kesulitan untuk melawan apa yang orang-orang lakukan, pertimbangkan kata-kata Allah …” kemudian dia mengutip ayat-ayat Qur’an berikut:

ت جعلناك على شريعة من األمر فاتبعها وال ت تبع أهواء ن هم لن ي غنوا عنك من الله شيئا ( إ >8الذين ال ي علمون )

964

Dikutip dalam Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 236. 965

Riwayat Ahmad. Menurut al-Albaani, narasi ini shahih. Lihat al-Albaani, Shahih al-Jaami, vol. 2, hal. 728.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 374

وإن الظالمي ب عضهم أولياء ب عض والله ول المتقي (8=)

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali

tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan Allah. Dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi

penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Jaatsiyah 45:18-19);

dan,

وإن تطع أكث ر من ف األرض يضلوك عن سبيل الله إن ي تبعون إال الظن وإن هم إال يرلون

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah

berdusta (terhadap Allah)966

.” (QS. al-An’aam 6:116).967

Beberapa orang Muslim mendapati sangat aneh bahwa orang, bahkan umat Muslim, diberikan kebenaran yang datang dari Qur’an dan Sunnah akan tetapi mereka menolak untuk mengikutinya. Bagaimanapun, Allah telah menjelaskan motivasi sesungguhnya dan kenyataan yang berada di balik tindakan seperti itu

ketika Dia menghibur Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص),

966

Seperti menghalalkan memakan apa-apa yang telah diharamkan Allah dan mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan Allah, menyatakan bahwa Allah mempunyai anak. 967

Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 256-257.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 375

ا ي تبعون أهواءهم ومن فإن ل يستجيبوا لك فاعلم أنأضل تن ات بع هوا بغري هدى من الله إن الله ال ي هدي

القوم الظالمي “Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa

sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya

dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. al-Qhashash

28:50).

Akhirnya, sebagaimana disinggung al-Husain, pada saat ini adalah waktu dimana orang-orang awam tidak dapat membedakan antara apa yang dikatakan Allah dengan apa yang dikatakan orang bodoh atau apa yang disebut dengan “terpelajar” di antara perkataan manusia.968 Hal ini sangat benar. Orang dapat memiliki sebuah ayat atau sebuah hadits di hadapan dirinya dan sebuah pernyataan yang bertentangan dari seseorang individu—seorang ilmuwan, seorang penulis, seorang pembicara atau apapun—dan seorang Muslim bisa memberikan dua pemberat yang sebanding. Tentu saja, pernyataan seorang individu bisa bahkan diberi pemberat yang lebih karena dia menulis “dalam masa-masa mutakhir …,” di abad ke-20 dimana segala sesuatunya telah berubah dan perlu dilihat dengan cara yang baru. Sedihnya, hari ini mungkin tidak ada pepohonan atau semak-semak belukar yang dimuliakan orang-orang Najd sebelum adanya pengaruh ibn Abdul-Wahhab, namun disana terdapat berhala-berhala baru. Barangkali berhala-berhala ini lebih kuat daripada patung-patung, dalam bentuk “gagasan-gagasan” dan “isme-isme,” seperti modernisme, feminisme, demokrasi, nasionalisme dan sebagainya. Banyak orang Muslim yang tersapu oleh konsep-konsep ini dan mengabaikan atau melupakan, petunjuk yang sempurna dan abadi dari Qur’an.

Pentingnya Memahami Kenyataan Mutakhir

Ini adalah satu aspek yang secara jelas terlihat dalam pendekatan ibn Abdul-Wahhab. Beliau menganalisa praktik-praktik, kekeliruan-kekeliruan dan kebajikan-kebajikan orang-orang yang ada di sekitarnya. Untuk pengalaman dan pelajaran pribadinya, dia menyadari akar-akar permasalahan masyarakat. Dia tidak berbicara tentang kebenaran dalam terma-terma abstrak. Malahan, beliau mengikat ajaran-

968

Bandingkan, al-Husain, hal. 7.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 376

ajaran itu secara langsung kepada praktik-praktik orang-orang pada masa beliau. Tentu saja, ini adalah sebab utama anggapan sejak dia tidak hanya mengatakan, contohnya, “Allah adalah untuk ditaati” dan biarkan begitu. Malahan, dia akan berkata, contohnya, “Allah adalah untuk ditaati dan apa yang kalian lakukan hari ini adalah pelanggaran terhadap ajaran itu …” Mengetahui akar-akar ini membuatnya berkonsentrasi pada jalan-jalan utama dimana masalah-masalah ini dapat diselesaikan. Dengan melakukan itu, dia berkonsentrasi pada apa yang dibutuhkan orang-orang. Sebagaimana telah dicatat sebelumnya, dia bahkan menggunakan bahasa percakapan sehari-hari ketika dibutuhkan untuk mengizinkan orang-orang memahami kepastian apa yang dia bicarakan.

Maka, Idris, ketika mencatat kekaguman ibn Abdul-Wahhab terhadap ibn Taimiyyah dan banyaknya ibn Abdul-Wahhab mengutip perkataan ibn Taimiyyah, menyatakan bahwa gaya ibn Abdul-Wahhab sangat berbeda dengan gayanya ibn Taimiyyah. Idris memberikan penjelasan sebagai berikut,

Ibn Taymiyyah hidup di Damaskus pada saat kota itu dipadati oleh para filsuf, ahli teologi filsafat, orang-orang Sufi, ulama-ulama Kristen dan Yahudi, para ilmuan dan lain sebagainya. Namun Ibn ‘Abd al-Wahhab hidup dalam sebuah lingkungan pergaulan kultural yang sederhana dimana disana tak terdapat pengetahuan [sebagaimana yang dihadapi ibn Taimiyyah-pent]. Dia karenanya menghindari gaya Ibn Taymiyyah. Sementara Ibn Taymiyyah mengambil jalan untuk mengelaborasi, dalam banyak kasus [kondisi] rasional, argumen-argumen untuk menopang dan mempertahankan ajaran-ajaran Qur’ani atas masalah-masalah teologi, ‘Abd al-Wahhab kebanyakan mengisinya dengan dalil relijius. Dia menghindari subjek teologi filosofis secara bersamaan. Dengan pengecualian surat-surat pribadinya, gayanya adalah legalistik, ringkas, dan cenderung pendek.

969

Seringkali para penceramah atau para ulama membawakan topik-topik yang tidak relevan atau tidak membahas keadaan sekarang. Topik-topik itu bisa jadi isu-isu lama yang mana ibn Taimiyyah, contohnya, telah membicarakannya untuk menjawab pembahasan-pembahasan yang berjalan pada masanya namun yang mana, sejak masanya, tidak dibahas di antara kebanyakan orang. Seringkali topik-topik ini bukanlah topik-topik yang secara langsung disentuh oleh Qur’an namun dipelajari oleh ulama-ulama mutaakhirun. Namun demikian, dengan membawakan topik-topik itu, sang ulama menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan dengan menyebabkan pembagian terhadap sebuah subjek yang bukanlah secara original disentuh oleh Qur’an di tempat pertama dan yang mana adalah sebuah subjek mati di antara orang-orang. Ini adalah sebuah keterampilan dan diperlukannya sifat keulamaan sejati untuk mengambil pengajaran—salah satunya dari Qur’an, Sunnah atau ulama sebelumnya seperti ibn Taimiyyah—dan

969

Idris, hal. 5.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 377

mengetahui bagaimana mengaplikasikannya, mengekspresikannya dalam lingkungan seseorang. Ini juga sebuah keterampilan untuk mengetahui apa yang benar-benar dibutuhkan orang-orang untuk dipelajari pada masa yang sedang berlangsung dengan memberikan pandangan-pandangan dan cara-cara berpikir kontemporer. Ini adalah sebuah proses yang sangat penting dalam pola da’wah dan lebih jauh menunjukkan kejeniusan yang hebat dari ibn Abdul-Wahhab.

Menyekutukan Allah (Syirik) adalah Kemungkaran yang Sangat Besar dan Segala Cara Mesti Dilakukan untuk Menghindarinya

Pelajaran besar yang dapat dipelajari dari ibn Abdul-Wahhab dan konsep yang paling utama dalam pesannya adalah: Syirik (menyekutukan Allah dalam cara apapun) adalah yang terbesar dari segala kemungkaran. Nampaknya tepat di akhir bab ini, menjelang akhir dari karya tentang kehidupan ibn Abdul-Wahhab ini, untuk mempelajari konsep tentang syirik dengan lebih rinci. Konklusinya dapat dinyatakan sekarang: Pembahasan ini adalah sebenarnya apa yang Muhammad ibn Abdul-Wahhab nasehatkan. Syirik adalah kemungkaran terbesar. Seorang Muslim harus menghindarinya apapun resikonya. Tentu saja, segala cara yang membawa kita kepadanya seharusnya diblok oleh setiap individu, ulama dan masyarakat Muslim secara keseluruhan. Sebuah tindakan yang benar-benar tak bertanggung jawab pada bagian Muslim manapun—apakah dia dianggap ulama atau bukan—untuk lesu atau lengah pada masalah ini atau membiarkan syirik apapun bentuknya atau cara apapun yang bisa membawa kepada syirik. Ini bukanlah semata-mata konklusi untuk ibn Abdul-Wahhab. Ini adalah apa yang jelas-jelas ada dalam Qur’an. Ini adalah apa yang diajarkan dan diimplementasikan oleh Nabi

.Ini adalah pandangan yang dipegang oleh empat madzhab fiqih .(ملسو هيلع هللا ىلص)

Allah berbicara tentang syirik di seluruh Qur’an. Dari berbagai ayat itu, hanya sedikit yang akan dipersembahkan disini. Namun demikian, yang sedikit ini akan memperlihatkan tanpa sedikitpun keraguan bahwa syirik adalah satu hal yang sangat dibenci Allah. Kenyataannya, jika seseorang dengan sadar mempraktikkan syirik dan mati dalam keadaan syirik, itu adalah dosa yang oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang, Yang Maha Pemaaf dan Maha Pengampun tak akan pernah ampuni. Allah telah berfirman,

إن الله ال ي غفر أن يشرك به وي غفر ما دون ذلك لمن يشاء ومن يشرك بالله ف قد اف ت رى إتا عظيما

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 378

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang

dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. an-Nisaa 4:48).

Allah mengulangi lagi peringatan yang keras itu ketika Dia berkata,

به وي غفر ما دون ذلك لمن إن الله ال ي غفر أن يشرك يشاء ومن يشرك بالله ف قد ضل ضالال بعيدا

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan

Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. an-Nisaa 4:116).

Tak jadi soal apakah yang dianggap “sekutu” itu adalah berbentuk manusia saleh, seperti seseorang yang diutus Allah, atau bahkan malaikat. Tak ada alas an untuk menyekutukan Allah. Ini bahkan menentang sifat yang telah berurat akar dalam manusia. Karenanya, seseorang yang mengambil jalan kepadanya selamanya akan terlarang masuk Surga. Maka telah Allah katakan,

لقد كفر الذين قالوا إن الله هو المسيح ابن مري وقال المسيح يا بن إسرائيل اعبدوا الله رب وربكم إنه من

ا يشرك بالله ف قد حرم الله عليه اتنة ومأوا النار وم ( لقد كفر الذين قالوا إن الله 1;للظالمي من أنصار )

ثالث ثالثة وما من إله إال إله واحد وإن ل ي نت هوا عما هم عذاب أليم ) (1;ي قولون ليمسن الذين كفروا من

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu." Sesungguhnya

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 379

orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada

bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang

tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang

yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. al-Maaidah 5:72-73).

Barangkali para pembaca sangat familiar dengan ayat-ayat tersebut di atas yang menekankan betapa dibencinya syirik oleh Allah. Poin berikutnya yang akan

ditekankan adalah sejumlah besar kepergian Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) untuk mencegah setiap

tindakan yang akhirnya akan membuat berkembang atau tumbuhnya syirik. Cukup disayangkan bahwa begitu banyak yang telah dikatakannya telah diabaikan oleh umat Muslim berikutnya.

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) melarang banyak amalan yang, dalam pemahaman para ulama,

dilarang karena pada akhirnya dapat membawa kepada syirik. Kenyataannya, kebanyakan apa yang dia larang memang membawa kepada syirik dalam masyarakat-masyarakat sebelumnya. Allah menggambarkan kaum Nuh dengan mengatakan,

آتتكم وال تذرن ودا وال سواعا وال ي غوث وقالوا ال تذرن وي عوق ونسرا

“Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu

meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr."”

970 (QS. Nuh 71:23).

Dijelaskan dalam kitab-kitab Tafsir Qur’an bahwa itu semua (Suwwa', Yaghuts, Ya'uq

dan Nasr) adalah nama-nama orang-orang saleh pada masa nabi Nuh. Setelah mereka meninggal, Setan menginspirasi beberapa orang untuk mendirikan monumen-monumen di tempat mereka biasa duduk dan menamai monumen-monumen itu dengan nama-nama mereka. Itu saja yang mereka melakukan. Namun demikian, praktik pemujaan kepada mereka tidak benar-benar dimulai sampai orang-orang yang membangun altar-altar itu mati dan alasan kenapa altar-

970

Wadd, Suwwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr adalah nama-nama berhala yang terbesar pada qabilah-qabilah kaum Nuh.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 380

altar itu dibangun justru terlupakan. Setelah itu, orang-orang mulai memuja monumen-monumen itu sebagai berhala.971 Catatlah, bahwa orang-orang yang sudah meninggal itu sebenarnya adalah orang-orang saleh namun kemudian muncullah dongeng dan tidak disadari alasan sesungguhnya kenapa monumen-monumen itu ditempatkan di sana. Maka jatuhlah mereka kepada syirik. Ketika orang-orang Muslim bodoh sekarang pergi ke makam-makam al-Badawi di Mesir atau al-Husain dan melihat orang-orang berdoa, menangis tersedu-sedu dan melakukan permohonan disana, tidak terlintas dalam imaginasi mereka untuk mengharap bahwa mereka akan jatuh pada semacam syirik yang sama (dengan ummat Nabi Nuh). Disinilah (diharapkan) peran para ulama dan para penguasa Muslim, seperti ibn Abdul-Wahhab dan Muhammad ibn Saud, untuk dapat mencegah hal semacam ini terjadi.

Tidaklah aneh menemukan masjid yang dibangun di atas kuburan di dunia Muslim, yang mana secara jelas membawa orang kepada semacam syirik yang sama. Hal ini

benar-benar merupakan bentuk ketidakpatuhan kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) yang berkata,

ا أنا عبد ال تطرون كما أطرت النصارى ابن مري فإن ف قولو اعبدالل و رسوله

“Janganlah kamu sekalian menyanjung-nyanjungku sebagaimana orang Nasrani menyanjung-nyanjung (Isa) Putera Maryam. Sesungguhnya saya

hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah: ‘Hamba Allah dan utusan-Nya.’” (HR. al-Bukhari-Muslim.)

لكم كان وا ي تخذون ق ب ور أنبيائهم و أال و إن من كان ق ب لاتيهم مساجد أال فال ت تخذوا القبور مساجد إن

أن هاكم عن ذلك “Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu telah menjadikan kuburan nabi-nabi dan orang-orang saleh di antara mereka sebagai masjid. Sessungguhnya kalian tidak boleh menjadikan kuburan sebagai masjid. Aku larang kalian dari

melakukan itu.” (Riwayat Muslim).

971

Bandingkan, ibn Katsir, vol. 8, hal. 234-235.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 381

Perintah yang sama seperti ini sebenarnya ditemukan dalam berbagai hadits Nabi

menyatakan ketika (ملسو هيلع هللا ىلص) Contohnya, Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi .(ملسو هيلع هللا ىلص)

Nabi dalam keadaan sakit menjelang wafatnya,

لعن الل الي هود و النصارى اتذوا ق ب ور أنبيائهم مسجداAisyah r.a. mengatakan bahwa dalam keadaan sakit yang membawa kepada

kematian, Nabi ملسو هيلع هللا ىلص bersabda, "Allah mengutuk orang-orang Yahudi dan

Nasrani karena mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid." Aisyah berkata, "Seandainya tidak karena sabda itu, niscaya mereka menampakkan kuburan beliau. Hanya saja aku khawatir (dalam satu riwayat:

beliau khawatir atau dikhawatirkan972

) kuburan itu dijadikan masjid."973

(Riwayat al-Bukhari.)

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) juga bersabda,

و اعلموا أن شرار الناس الذين اتذوا ق بور أنبيائهم مساجد

“Ketahuilah bahwa yang terburuk dari semua kaum adalah mereka yang menjadikan kuburan-kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid”

974

Orang dapat melihat dari contoh-contoh kaum-kaum sebelumnya bahwa kuburan-kuburan orang-orang saleh yang telah mati – atau kadangkala orang yang tidak beriman – dapat menjadi ancaman terbesar bagi kemurnian tauhid seseorang.

Karenanya, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), sebagaimana diillhami oleh Allah, memblokade semua hal

yang dapat memungkinkan membawa seseorang pada suatu amalan pemujaan

972

Aisyah dan Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) berkata, "Ketika Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص)

menghadapi kematian, beliau melemparkan selendang pada muka beliau. Ketika selendang itu menutupi muka beliau, beliau membukanya seraya bersabda dalam keadaan demikian, 'Laknat (kutukan) Allah atas orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid (tempat ibadah).'" Beliau mempertakutkan akan apa yang mereka perbuat. (Shahih Bukhari, Kitab Shalat, Bab ke-55) 973

(Shahih Bukhari, Kitab Janazah, Bab ke-60: Dimakruhkan Membuat Mesjid di Atas Kuburan) 974

Riwayat Ahmad. Menurut Syuaib al-Arnaut, et al., sanadnya shahih. Lihat Syuaib al-Arnaut, et al., catatan kaki untuk Musnad, vol. 3, hal. 221.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 382

yang keliru. Maka, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) melarang meninggikan kuburan-kuburan,

menulisinya, duduk di atasnya, menjadikannya sebagai mesjid, menghadap padanya saat berdoa dan melakukan perjalanan semata-mata untuk menziarahinya.975

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) juga dengan jelas sangat memperhatikan mengenai bagaimana orang

akan bersikap seperti dia.976 Ini hanya biasa sejak nabi-nabi dan individu-individu saleh sebelumnya yang kemudian dipuja-puja atau disuguhi dalam cara-cara yang merupakan sebuah penghinaan kepada tauhid yang sebenarnya. Maka, dalam

berbagai hadits, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) memberikan perintah-perintah yang secara jelas

mengindikasikan bahwa seseorang harus sangat berhati-hati dalam masalah seperti itu. Contohnya, Nabi berkata,

ا أنا عبد ال تطرون كما أطرت النصارى ابن مري فإن ف قولوا عبد الل و رسوله

“Janganlah menyanjungku sebagaimana orang Nashrani menyanjung putera Maryam. Aku adalah hamba-Nya, maka katakanlah, ‘Hamba Allah dan Rasul-

Nya.’” (Riwayat al-Bukhari.)

Dalam beberapa Hadits, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) juga memperingatkan tentang kata-kata yang

digunakan seseorang ketika mengekspresikan masalah “kehendak.” Contohnya,

dalam satu hadits, seseorang berkata kepada Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص), “Apa saja yang Allah

kehendaki dan yang engkau kehendaki.” Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) berkata padanya,

أجعلتن و الل عدال بل ما شاء الل وحد

975

Dalil hadits untuk semua poin ini dapat ditemukan dalam Muhammad al-Khamis, Bayaan al-Syirik wa Wasaailuhu ind Ulamaa al-Maalikiyyah (Riyadh: Dar al-Watan, 1413 H.), hal. 28-30. 976

Karena banyak perintah ini datang dari hadits, terma “Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)…” telah biasa

digunakan. Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa halnya itu semata pikiran atau kesimpulannya Nabi pribadi. Ajaran-ajaran ini berasal darinya dan diwahyukan atau disetujui oleh Allah.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 383

“Apakah engkau telah menjadikanku sejajar dengan Allah? Sebaiknya, [engkau mengatakan] Allah saja yang berkehendak.”

977

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) bahkan lebih jauh mencegah segala jalan yang menjurus kepada syirik.

Contohnya, Tsabit ibn al-Dhahhak meriwayatkan:

نذر رجل على عهد رسول الل للى اللهم عليه و سلم ة فأتى النب للى اللهم عليه و سلم أن ي نحر إبال بب وان

ف قال إن نذرت أن أ١تر إبال بب وانة ف قال النب للى اللهم عليه و سلم هل كان فيها وثن من أوثان اتاهلية ي عبد

كان فيها عيد من أعيادهم قالوا ال قال قالوا ال قال هل رسول الل للى اللهم عليه و سلم أوف بنذرك فإنه ال

وفاء لنذر ف معصية الل و ال فيما ال يلك ابن آدم Tsabit Ibnu ad-Dhahhak Radliyallaahu 'anhu berkata: Pada masa Rasulullah

Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ada seseorang bernadzar hendak menyembelih unta di Buwanah, lalu ia menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam

dan menanyakan hal itu. Beliau bertanya: "Apakah di situ pernah ada berhala yang diibadahi?". Ia menjawab: Tidak. Beliau bertanya: "Apakah di situ

pernah dirayakan hari raya mereka?". Ia menjawab: Tidak. Beliau bersabda: "Penuhilah nadzarmu, sesungguhnya nadzar itu tidak boleh dilaksanakan bila ia mendurhakai Allah, memutuskan tali persaudaraan, dan nadzar pada suatu

benda yang tidak dimiliki oleh bani Adam (manusia)." Riwayat Abu Dawud dan Thabrani dengan lafadz menurutnya. Sanadnya shahih.

978

Pada kesempatan yang lain, pasukan Muslim sedang menuju Hunain dan melewati sebuah pohon dimana orang-orang musyrik biasa menggantungkan senjata-senjata

977

Riwayat Ahmad. Menurut Ahmad Syaakir, sanadnya shahih. Lihat Syaakir, catatan kaki untuk ibn Hanbal, vol. 2, hal. 423. 978

Riwayat Abu Dawud. Menurut ibn Hajar dan al-Albaani, hadits ini shahih. Bandingkan, Ahmad ibn Hajar, Talkhis al-Habir fi Takhrij Ahadits al-Rafi’i al-Kabir (Madinah: al-Sayyid Abdullah al-Madani, 1964), vol. 4, hal. 180; Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Shahih Sunan Abi Dawud, vol. 2, hal. 328.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 384

mereka disana untuk mendapatkan berkah. Pohon ini bernama dzaat al-anwaat.

Orang-orang Muslim berkata kepada Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص), “Tunjukkan kepada kami

sebuah pohon seperti yang mereka miliki dzaat al-anwaat.” Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) menjawab,

سبحان الل هذا كما قال ق وم موس اجعل لنا إتا كما تم لكم آتة و الذي ن فسي بيد لت ركب سنة من كان ق ب

“Maha suci Allah. Ini seperti apa yang dikatakan kaum Nabi Musa [kepada Nabi Musa,+ ‘Buatkanlah bagi kami satu tuhan sebagaimana mereka memiliki dewa-dewa.’ Demi Satu-satunya yang tangan-Nya adalah jiwaku, kalian akan

mengikuti jalan-jalan orang-orang sebelum kalian.”979

Untuk menjelaskan hadits ini, Ibn Ghannaam menulis,

Renungkan dan pikirkan hadits ini. Sadari bagaimana Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) telah

memberikan aturan, dan bersumpah untuk aturan ini, bahwa tindakan ini sama dengan pernyataan Bani Israel kepada Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami satu tuhan seperti mereka memiliki dewa-dewa.’ Bahkan meski mereka tidak mengungkapkannya dalam kata-kata, mereka mengatakannya secara maknawi. Bahkan meski mereka menggunakan kecerdasan mereka dalam masalah itu, mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka katakan sama dengan apa yang dikatakan Bani Israel. Maka, mereka datang kepada

Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) mengatakan itu di luar kebodohan. Bahkan dengan semua

itu, seorang yang jujur, seseorang yang beriman, memberitahukan mereka, dan bersumpah atas apa yang dia beritahukan kepada mereka, bahwa hal itu benar-benar seperti apa yang dikatakan Bani Israel kepada Nabi Musa … Jika

kekerasan ini berasal dari Rasulullah (ملسو هيلع هللا ىلص) kepada para Sahabat ketika

mereka memohon sesuatu yang sama seperti orang-orang Musyrik, sebuah pohon yang didisain untuk menggantung senjata-senjata mereka agar mendapatkan berkah darinya, apa jadinya dengan sesuatu yang jauh lebih besar dari itu: syirik terbesar yang paling banyak dilakukan orang-orang hari ini?

980

979

Riwayat al-Tirmidzi dan Ahmad. Dalam narasi yang lain dari Ahmad, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص)

menjawab dengan mengatakan, “Kalian telah berkata benar-benar seperti apa yang dikatakan kaumnya Nabi Musa …” Menurut al-Albaani dan Syuaib al-Arnaut, et al., hadits ini shahih. Lihat al-Albaani, Shahih Sunan al-Tirmidzi, vol. 2, hal. 235; Syuaib al-Arnaut, et al., catatan kaki pada Musnad, vol. 36, hal. 225-227. 980

Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 42-43.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 385

Contoh di atas benar-benar hanya ujung dari gumpalan es mengenai semua teks yang memperlihatkan bagaimana agama Islam bermaksud menjaga para penganutnya agar menjauh dari segala akar syirik apapun itu. Namun ini tidak selayaknya dipahami, sebagaimana para penentang nampaknya percayai, bahwa semua ini asing bagi Umat Muslim sampai ibn Abdul-Wahhab datang dan mengajarkan masalah-masalah ini. Tidak, malahan, ini adalah sesuatu yang sangat dikenal para ulama empat madzhab yang membuat pernyataan-pernyataan yang jelas dan tegas bahwa amalan-amalan seperti ini harus dihindari.981 Contohnya, Malik tidak menyukai982 seseorang yang berdiri di atas kuburan Nabi dan membuat permohonan untuk dirinya sendiri. Malahan, dia seharusnya hanya menyalami

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan kemudian pergi. Malik dan ulama Madinah lainnya juga tidak

menyukai seseorang yang pergi ke kuburan Nabi dan menyalaminya setiap waktu mereka masuk masjid.983

Abu Hanifah dan sahabat-sahabatnya menyatakan bahwa tidak diizinkan memohon kepada Allah dengan cara meminta pertolongan makhluk-Nya. Mereka juga menyatakan bahwa dilarang untuk mengatakan dalam doa, “Saya memohon kepada-Mu dengan haknya nabi-nabi-Mu.” Al-Qaduri, ulama Hanafi berikutnya, setelah mengutip pernyataan eksplisit Abu Hanifah melarang permohonan seperti itu, berkata, “Tidak diizinkan berdoa dengan cara meminta pertolongan makhluk-Nya. Ini karena tak ada satu pun makhluk yang memiliki hak melebihi Dia. Hal ini tak diizinkan dengan kesepakatan [para ulama+.”984

981

Maka memungkinkan bagi ibn Abdul-Wahhab untuk mengutip para ulama dari empat madzhab fiqih agar mendukung pendapat-pendapatnya dan membantah para penentangnya. Dia bahkan secara eksplisit menyatakan (vol. 7, hal. 38) bahwa dia berdebat dengan para pengikut setiap madzhab menurut apa yang dinyatakan kitab-kitab mereka sendiri, medemonstrasikan bahwa amalan-amalan syirik itu seperti menurut ulama-ulama mereka. Lihat, khususnya, dua buah surat dimana beliau mengutip madzhab-madzhab yang berbeda secara panjang lebar. Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 176-180 dan 250-267. Menakjubkan bagaimana betapa banyaknya orang-orang yang jatuh pada amalan-amalan ini adalah para pengikut taqlid yang tak mau berubah atau yang mengikuti secara buta diktat-diktat madzhab fiqih mereka. Al-Saabiq (hal. 13) mencatat bahwa beberapa dari mereka bahkan mengatakan jika seseorang tidak megikuti salah satu dari empat madzhab, berarti dia telah meinggalkan Islam. Namun ketika muncul masalah-masalah seperti ini, dasar-dasar keimanan, mereka benar-benar mengabaikan madzhab fiqih mereka sendiri, melakukan sebuah kontradiksi yang mencolok yang jelas bagi semua orang untuk melihatnya. Bandingkan, al-Saabiq, hal. 13-14. 982

“Tidak suka” dalam cara-cara ulama-ulama awal ini menggunakan terma ini berarti bahwa amalan itu sebenarnya dilarang. 983

Dikutip dalam Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 50. 984

Dikutip dalam Saabiq, hal. 339.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 386

Ibn Aqil, salah satu Imam madzhab Hanbali terkemuka abad enam Hijriah, menyatakan,

Ketika kewajiban-kewajiban menjadi sukar bagi orang bodoh dan orang-orang awam, mereka meninggalkan urusan-urusan Syariah demi urusan-urusan yang mereka buat sendiri … Dalam pandanganku, mereka telah musyrik karena amalan-amalan seperti itu. [Amalan-amalan ini termasuk] memuliakan dan menghormati kuburan-kuburan dengan cara yang dilarang menurut Syariat, seperti menyimpan lampu-lampu di sekitar kuburan itu, menerangi kuburan-kuburan itu, dan memanggil orang-orang yang sudah meninggal dengan keperluan-keperluan mereka, menulis do’a-do’a mereka, mengatakan, ‘Ya maulana begitu dan begitu, lakukan sesuatu dan sesuatu untukku,’ mengambil tanah demi mendapatkan berkah, menebarkan wewangian di sekitar kuburan, bepergian untuk menziarahi kuburan-kuburan itu …

985

Seorang penulis kontemporer, Muhammad al-Khamis, telah melakukan sebuah studi mengenai empat madzhab fiqih dan pandangan madzhab-madzhab itu terhadap syirik. Dalam karya-karya ini, dia menggambarkan apa yang dianggap syirik oleh madzhab-madzhab itu dan apa yang bisa membawa kepada syirik, yang secara konsekuen dilarang oleh madzhab-madzhab itu. Untuk setiap amalan syirik atau yang bisa membawa kepada syirik, dia memberikan rujukan detail dari kitab-kitab fiqih setiap madzhab. Demi keringkasan, kesimpulan-kesimpulan beliau akan hanya diringkas dalam bentuk tabel.986 (Catat bahwa al-Khamis hampir tidak mengklaim sebuah konsensus dalam madzhab-madzhab ini namun dia mempersembahkan rujukan-rujukan pada karya-karya yang autoritatif yang menyediakan kesimpulan-kesimpulan ini. Catat juga bahwa kebanyakan topik ini disebutkan dalam hadits shahih yang eksplisit. Karenanya, tidaklah mengejutkan untuk menemukan kesepakatan yang jelas dalam masalah-masalah itu. Catat juga bahwa tidak semua topik yang dibahas al-Khamis diperlihatkan dalam tabel ini.)

Dalam setiap studinya, al-Khamis juga membahas tipe-tipe syirik dan amalan-amalan yang merupakan syirik menurut para ulama dari empat madzhab fiqih sebagaimana ditemukan dalam karya-karya rujukan mereka.987 Secara umum,

985

Dikutip dalam Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 47. 986

Berdasarkan Muhammad al-Khamis, Bayaan al-Syirik wa Wasaailuhu ind Ulamaa al-Hanafiyyah (Riyadh: Dar al-Watan, 1413 H.), hal. 27-31; al-Khamis, al-Maalikiyyah, hal. 27-40; Muhammad al-Khamis, Bayaan al-Syirik wa Wasaailuhu ind Ulamaa al-Shafi’iyyah (Riyadh: Dar al-Watan, 1413 H.), hal. 29-43; Muhammad al-Khamis, Bayaan al-Syirik wa Wasaailuhu ind Ulamaa al-Hanaabilah (Riyadh: Dar al-Watan, 1413 H.), hal. 27-33. Catat bahwa tidak semua topik yang disebutkan oleh al-Khamis disini dirinci dalam tabel. 987

Orang harus menyadari bahwa banyak amalan-amalan syirik muncul setelah berlalunya masa para pendiri madzhab-madzhab ini. Karenanya, beberapa dari mereka tidak

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 387

orang dapat mengatakan bahwa semua amalan dimana ibn Abdul-Wahhab keberatan karena merupakan amalan syirik adalah juga disebutkan oleh setiap dari empat madzhab sebagai amalan syirik yang membuat seseorang keluar dari Islam.988 Karenanya, sekali lagi, ibn Abdul-Wahhab bukanlah seorang innovator yang membawakan sesuatu yang baru atau belum pernah didengar. Malahan, dia itu memperbaharui ajaran-ajaran yang ditemukan dalam setiap madzhab fiqih yang telah diabaikan dan dilupakan. Ajaran-ajaran itu menyentuh inti dari Islam dan manakala ajaran-ajaran itu diabaikan dan dilupakan, maka sebuah kewajiban untuk diperbaiki.

Orang dapat mengerti dari semua teks-teks dan kesimpulan-kesimpulan ilmiah ini bahwa ibn Abdul-Wahhab benar-benar betul ketika dia menentang, dengan upaya yang sangat hebat, syirik dalam semua manifestasinya dan semua pola yang mengarah padanya. Hal yang paling penting dimana seorang manusia dapat diselamatkan dari jatuh kepada syirik yang mengerikan ini. Bukanlah sebuah pernyataan yang berlebihan untuk mengatakan bahwa semua pemimpin dan ulama Muslim seharusnya mengambil upaya yang besar untuk menjaga umat Muslim dari jatuh kepada syirik. Lebih jauh, menurut petunjuk Qur’an dan Sunnah, benar-benar tidaklah dibenarkan bagi setiap Muslim untuk menyepelekan masalah ini—bukannya berkata dan berupaya menjastifikasi sebagai manifestasi “Islam

sejati,” amalan-amalan yang sangat dilarang oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) itu. Kita hanya dapat

meminta pertolongan dan petunjuk kepada Allah agar menyelamatkan Umat Muslim dari segala bentuk syirik yang akhir-akhir ini dipakai.

Tabel 1. Ringkasan Studi al-Khamis Mengenai Amalan-amalan Terlarang yang Mengarah kepada Syirik

Amalan Madzhab Hanafi Madzhab Maliki Madzhab Shafi’i

Madzhab Hanbali

Memplester Kuburan

Terlarang Terlarang Terlarang Terlarang

Meninggikan Kuburan

Terlarang Terlarang Terlarang Terlarang

Membangun Kuburan

Terlarang Terlarang Terlarang Terlarang

menyebutkan amalan-amalan ini secara spesifik karena mereka sudah tidak ada dan bukanlah isu di masa mereka. 988

Amalan-amalan ini termasuk memohon pertolongan dari orang-orang yang sudah meninggal, membuat perantara-perantara antara seseorang dengan Allah, mengorbankan binatang untuk selain Allah, memberikan ketaatan kepada selain Allah dan lain sebagainya. Lihat al-Khamis, al-Hanafiyyah, hal. 15-26 dan 31-68; al-Khamis, al-Maalikiyyah, hal. 19-25 dan 41-58; al-Khamis, al-Syaafi’iyyah, hal. 23-28 and 44-61; al-Khamis, al-Hanaabilah, hal. 13-26 dan 34-57.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 388

Menulisi Kuburan Terlarang Terlarang Terlarang Terlarang

Menjadikan Kuburan Sebagai

Masjid

Terlarang Terlarang Terlarang Terlarang

Menerangi Kuburan

Terlarang N/A Terlarang Terlarang

Menghadap Kuburan Saat

Berdoa

Terlarang Terlarang Terlarang Terlarang

Menjadikan Sebuah Kuburan Sebagai Tempat

Perayaan

Terlarang N/A N/A N/A

Melakukan Perjalanan Hanya Untuk Menziarahi

N/A Terlarang N/A Terlarang

Berdoa atau Bersujud di Atas

Kuburan

N/A Terlarang N/A Terlarang

Melakukan Thawaf terhadap

Kuburan

N/A N/A Terlarang Terlarang

Duduk di Atas Kuburan

N/A N/A Terlarang Terlarang

Mencium Kuburan

N/A N/A Terlarang Terlarang

N/A = Al-Khamis tidak membahas pendapat eksplisit manapun yang dibuat oleh madzhab tersebut mengenai topik tersebut.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 389

Bab VIII

Kesimpulan

Pentingnya dan Perlunya Kembali kepada Ajaran Islam yang Murni dan Aseli

Allah berfirman,

وأن هذا لراطي مستقيما فاتبعو وال ت تبعوا السبل ف ت فرق بكم عن سبيله ذلكم ولاكم به لعلكم ت ت قون

“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)

989, karena

jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa” (QS. al-An’am 6:153).

Allah dengan demikian telah mengumumkan bahwa memang terdapat jalan yang berasal dari-Nya dan juga jalan yang menyimpang dari jalan-Nya. Setiap orang yang memiliki iman yang benar akan sangat menginginkan dengan intensitas yang tinggi untuk mengikuti jalan yang benar itu. Jalan itu, jelasnya, adalah jalan yang

989

Maksudnya: janganlah kamu mengikuti agama-agama dan kepercayaan yang lain dari Islam.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 390

berdasarkan wahyu Allah kepada Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص), terdiri dari Qur’an dan

Sunnah.

Ini adalah bagian dari besarnya kemurahan dan rahmat Allah kepada Umat Muslim—keistmewaan yang membedakan Umat ini dari semua umat nabi-nabi sebelumnya—bahwa Allah berjanji akan memelihara wahyu yang diberikan kepada

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص). Allah berfirman,

إنا ١تن ن زلنا الذكر وإنا له تافظون “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya

Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr 15:9).990

Maka pesannya akan selalu terjaga. Untuk menemukan kebenaran, yang harus dilakukan hanyalah kembali kepada pesan itu dengan tulus dan memahaminya

secara patut, dengan cara yang dipraktikkan dan diajarkan oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص).

Namun lebih dari itu, Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) juga menyatakan bahwa akan selalu ada orang

yang berada di jalan kebenaran itu. Rasul bersabda,

خذتم من يضرهم ال الل بأمر قائمة أمة أمت من ي زال الذلك على هم و الل أمر ي هم يأت حت خالفهم من ال و

“Sebuah kelompok dari Umatku akan selalu tetap taat kepada perintah-perintah Allah, dan mereka tak akan dicelakai oleh mereka yang

meninggalkan mereka dan tidak juga oleh mereka yang menentang mereka, sampai perintah Allah tiba sementara mereka [masih] dalam keadaan itu.”

(Riwayat al-Bukhari.)

Kelompok yang setia kepada Jalan yang Lurus itu bisa jadi kecil atau bisa jadi besar. Tanpa menghiraukan jumlahnya, poin yang penting adalah bahwa mereka mengikuti jalan yang diridlai Allah. Itu karena ridla Allah adalah tujuan utama mereka. Karenanya, mereka yang meninggalkan mereka dan mereka yang menentang mereka secara terbuka tak dapat memberi mereka kecelakaan apapun karena mereka berada pada jalan kebahagiaan penghabisan.

990

Ayat ini mengimplikasikan penjagaan atas seluruh pesan yang diterima oleh Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص),

yaitu, termasuk keduanya Qur’an dan Sunnah.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 391

Yang di atas barusan itu, dalam satu cara, meringkas pesan dan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab.

Konsep Tajdid (“Pembaharuan”)

Meskipun, sebagaimana dicatat di atas, sebuah kelompok di seluruh Umat Muslim yang selalu mengikuti kebenaran, keadaan Umat Muslim secara keseluruhan telah sungguh surut dan mengalir. Kecintaan kepada Qur’an dan Sunnah menjadi kuat pada saat itu dan pudar pada saat yang lain. Namun demikian, sebagaimana telah dijanjikan oleh Allah untuk memelihara pesan ini, tak pernah dan tak akan pernah, insya Allah, sebuah masa bilamana pesan ini benar-benar hilang atau hancur. Sebaliknya, Allah juga telah berjanji untuk memunculkan orang-orang di antara Umat yang akan bekerja untuk memperbaharuinya dan berjuang untuk

mengembalikannya kepada ajarannya yang sejati. Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) telah menyebutkan

fakta ini dalam hadits-nya yang terkenal,

د إن الل يبعث تذ األمة على رأس كل مائة سنة من يد تا دين ها

“Sesungguhnya, pada setiap abad, Allah akan memunculkan untuk Umat ini seseorang yang akan memperbaharui agama ini bagi mereka.”

991

Relevan jika disini kita berbicara berdasarkan hadits ini. Ibn Abdul-Wahhab telah secara jelas berusaha menda’wahkan dan memperbaharui ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Karenanya banyak orang mengajukan pertanyaan: Haruskah Muhammad ibn Abdul Wahhaab dianggap sebagai seorang mujaddid (seseorang yang membawa Umat Muslim kembali kepada ajaran-ajaran Qur’an dan Sunnah yang sejati)? Telah menjadi kesimpulan banyak ulama bahwa dia memang seorang mujaddid (Pembaharu). Abdul Rahman ibn Qasim menulis, “Para pemimpin yang semasa dengan sang Syeikh membuktikan pengetahuannya dan memasukkan dia di antara sejumlah mujaddid yang memperbaharui apa yang dibawa oleh Rasulullah. Sama halnya, orang-orang Mesir, Suriah besar, Iraq, Mekkah, Madinah, India dan lain-lain tempat telah membuktikan hal yang sama.”992 Muhammad

991

Riwayat Abu Dawud, al-Haakim, al-Baghdaadi dan al-Baihaqi dalam Marifah-nya. Menurut al-Albaani, hadits ini shahih. Lihat al-Albaani, Shahih al-Jami, vol. 1, hal. 382. Tambahan, al-Sakhaawi dan al-Ajaluni juga menegaskan bahwa sanadnya shahih. Lihat Abdul Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 6, catatan kaki no. 1; Usrah, hal. 4, catatan kaki no. 2. 992

Dikutip dalam Abdul Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 6-7.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 392

Rasyid Ridha dan Abdul Mutal al-Saidi, dalam kitabnya al-Mujaddidun fi al-Islam, secara eksplisit menganggap dia sebagai seorang mujaddid.993

Namun demikian, bahkan ketika menyadari bahwa dia benar-benar seorang mujaddid (Insya Allah), penting untuk mencatat pada taraf bagaimana dia benar-benar memberikan sumbangsih pembaharuan agama ini, sebuah pembaharuan yang dapat disepakati masih berlanjut hingga hari ini. Dalam sebuah bagian yang menarik, Abdul Hamid Siddiqi menulis,

Banyak kritik yang ditujukan kepada Muhammad bin Abd al-Wahhab mengutuk gerakan ini sebagai yang mundur. Namun ini adalah sebuah dakwaan yang tak memiliki dasar. Muhammad bin Abd al-Wahhab berdiri dengan kebulatan tekad untuk membawa rakyatnya kepada Islam yang sejati. Dia, karenanya, mencoba untuk membersihkan kehidupan Muslim dari semua bid’ah dan mengumumkan “perang suci” melawan mereka. Perasaan yang dia suarakan adalah lebih dari satu ketidakpuasan rasionalistik dengan “palimpsest

994” kuno cara-cara ibadah alih-alih kerusakan segala hal yang dia

temukan sebelum dia. Dia ingin memisahkan biji padi dari sekam dan pekerjaan ini beliau lakukan dengan keberanian yang mengagumkan dan ketajaman pikiran. Dia mencoba menghancurkan semua hal itu yang dia temukan bertentangan dengan semangat Islam dan membuang semua praktik-praktik itu dari masyarakat Muslim yang dia anggap antagonistik dengan semangat keimanan. Dia benar-benar yakin bahwa sejumlah perubahan yang pasti adalah selalu essensil dalam sebuah peradaban yang hidup, namun perubahan itu mesti organik, itulah kenapa, perubahan itu harus datang dari dalam peradaban itu sendiri untuk merespon kebutuhan-kebutuhannya yang “genuine” yang diklaim masyarakat itu sebagai miliknya dan seharusnya bukan hanya imitasi dari peradaban yang lain … Sang Syeikh, karenanya, sangat berhati-hati dengan keputusan-keputusannya. Dia meyakinkan orang-orang untuk membuang hanya hal-hal yang dia dapati tidak Islami, sementara dia bersedia menerima gagasan-gagasan dan praktik-praktik yang dapat cocok dengan bangunan Islam. Gerakan Wahhabi adalah, karenanya, essensinya bukanlah kolot dan konservatif dalam keadaan ini. Gerakan ini adalah gerakan yang progresif dalam pengertian bahwa gerakan ini tidak hanya membangunkan orang-orang Arab terhadap kebutuhan pencarian hati yang paling urgent dan mengancurkan kepuasan diri yang telah menjadi tradisi selama bertahun-tahun, namun juga memberikan sebuah garis aksi yang pasti kepada para reformer. Ini mengajari mereka bahwa bagi pembaharu Islam perlu menghentikan formula-formula tangan kedua dan konvensi-konvensi yang mandul, dan sama-sama essensilnya untuk kembali kepada realita-realita Islam serta membangun hanya

993

Bandingkan, Abdul Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 7. 994

Palimpsest (/ˈpælɪmpsɛst/) adalah satu halaman sebuah manuskrip, baik dari sebuah gulungan atau sebuah kitab, darimana suatu teks telah tergores atau terhapus sehingga halaman itu bisa digunakan kembali, untuk dokumen yang lain.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 393

berdasarkan batu-batunya yang keras semua model pemikiran dan tindakan yang baru.

995

Motivasi Ibn Abdul-Wahhab

Shalih al-Atram mencatat bahwa ibn Abdul-Wahhab hidup dalam situasi yang

memiliki banyak kesamaan dengan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) sendiri, dimana kebanyakan orang

membaktikan diri pada amalan-amalan jahiliyyah dan keberhalaan dan hanya sejumlah kecil orang yang masih membaktikan diri pada agama sejati leluhur mereka Ibrahim. Masyarakat ini, dengan jelas, didominasi oleh apa yang dilakukan mayoritasnya. Al-Atram menyatakan bahwa dari latar belakang ini orang dapat memahami apakah motivasi ibn Abdul-Wahhab: untuk mengembalikan orang-orang kepada pengetahuan Allah dan untuk menjaga mereka dari hal terbesar yang dilarang oleh Allah, syirik. Ibn Abdul-Wahhab tidak bisa tetap diam dalam keadaan seperti itu. Pengetahuannya dan keimanannya membuatnya bertindak. Ini membuatnya mencoba menyelamatkan orang-orang malang yang mengikuti kemungkaran dan hawa nafsu itu.

Setelah pendahuluan itu, Al-Atram kemudian mendaftar delapan faktor motivasi yang membuat ibn Abdul-Wahhab megikuti takdir yang dia ikuti.996 Mesti dicatat, meski, bahwa dia tidak men-support klaimnya dengan, contohnya, kutipan-kutipan dari ibn Abdul-Wahhab yang memperlihatkan bahwa semua ini adalah memang faktor-faktor yang memotivasinya. Namun demikian, dengan membaca seluruh karya tulis ibn Abdul-Wahhab dan kehidupannya memperlihatkan bahwa kebanyakan, jika tidak semuanya, faktor-faktor ini barangkali memang ada dalam pikiran ibn Abdul-Wahhab. Lebih jauh, tak ada seorang pun kecuali Allah yang benar-benar mengetahui apa yang ada dalam niat dan motivasi seseorang. Namun demikian, sebelas faktor yang disebutkan al-Atram adalah faktor-faktor penting yang bisa juga mendorong para pembaca untuk mengambil peran dan pekerjaan hebat yang dipenuhi ibn Abdul-Wahhab dalam kehidupannya. Demi alasan inilah sebelas faktor itu kembali dikemukakan disini. Umat Muslim membutuhkan pemimpin-pemimpin yang kuat dan ulama-ulama yang memberikan motivasi yang dapat lebih jauh mengambil peran yang telah dimulai oleh reformasi-reformasi ibn Abdul-Wahhab dan sebelas poin ini seharusnya menjadi faktor-faktor penggerak yang kuat bagi siapa saja yang memiliki iman sejati dalam hatinya.

Sebelas faktor yang memotivasi tindakan-tindakan dan pencapaian-pencapaian ibn Abdul-Wahhab menurut Al-Atram itu adalah:

995

Siddiqi, vol. 2, hal. 1447. 996

Al-Atram, vol. 1, hal. 266-267.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 394

(1) Memenuhi perintah Tuhan kepada Rasul-Nya (ملسو هيلع هللا ىلص) dan para pengikutnya:

ات ب عن ومن أنا بصرية على الله إل أدعو سبيلي هذ قل المشركي من أنا وما الله وسبحان

“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah,

dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS. Yusuf 12:108).

(2) Untuk memuji Allah dan menyatakan Dia terbebas dari segala sekutu, sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas,

المشركي من أنا وما الله وسبحان “Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS.

Yusuf 12:108).

(3) Untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari kerugian dan prediksi yang diputuskan untuk umat manusia—keselamatan untuk mereka yang memenuhi syarat-syarat itu disebutkan dalam surah,

إال الذين آمنوا ﴾۲﴿إن اإلنسان لفي خسر ﴾١﴿والعصر ﴾۳﴿وعملوا الصاتات وت والوا باتق وت والوا بالصب

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat

menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr 103: 1-3)

(4) Untuk memperoleh kebaikan-kebaikan menyeru orang lain kepada Allah, sebagaimana diungkapkan dalam ayat,

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 395

ومن أحسن ق وال تن دعا إل الله وعمل لاتا وقال إنن من المسلمي

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku

termasuk orang-orang yang menyerah diri?"” (QS. Fushshilat 41:33).

(5) Untuk memenuhi permintaan dari pernyataan Nabi,

ال ي ؤمن أحدكم حت يب ألخيه ما يب لن فسه “Salah satu di antara kalian tidak beriman sebelum ia mencintai saudaranya

seperti mencintai diri sendiri.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim.)997

(6) Karena mengasihi orang-orang itu, menjaga mereka dari api neraka, memenuhi

perintah Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) yang berkata,

ارتوا من ف األرض يرتكم من ف السماء “Kasihilah mereka di dunia dan Tuhan yang Maha Esa yang ada di surga akan

mengasihimu.”998

(7) Karena mengharap mencapai apa yang digambarkan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) saat beliau

berkata,

997 Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: Nabi saw. bersabda: Salah satu di antara kalian tidak beriman sebelum ia mencintai saudaranya (atau beliau bersabda: tetangganya) seperti mencintai diri sendiri. (Shahih Muslim Kitab Iman, hadits No.64)

998 Riwayat Abu Dawud dan al-Tirmidzi. Menurut al-Albaani, hadits ini shahih. Lihat al-

Albaani, Shahih Sunan al-Tirmidzi, vol. 2, hal. 180.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 396

ر لك من تر ف و الل ألن ي هدى بك رجل واحد خي الن عم

“Demi Allah, orang yang engkau beri petunjuk itu lebih baik bagimu daripada unta kualitas terbaik.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.)

(8) Karena mengharap kebaikan yang disebutkan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dalam hadits,

ركم من ت علم القرآن و علمه خي “Yang paling baik di antara kamu adalah dia yang mempelajari Qur’an dan

mengajarkannya.” (Riwayat al-Bukhari.)

(9) Untuk memenuhi perintah Nabi,

ب لغوا عن ولو آية “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat.” (Riwayat al-Bukhari.)

(10) Untuk mendapat bagian doa yang dibuat oleh hamba-hamba Allah berikut:

والذين ي قولون رب نا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا ق رة أعي واجعلنا للمتقي إماما

“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Furqaan

25:74).

(11) Untuk mengimplementasikan perintah Allah,

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 397

سنة وجادتم ادع إل سبيل ربك باتكمة والموعظة ات بالت هي أحسن إن ربك هو أعلم بن ضل عن سبيله

وهو أعلم بالمهتدين “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

999 dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk” (QS. al-Nahl 16:125).

Kata-kata Akhir

Jameelah menulis, “Dengan keturunan para Mujaddid seperti Syeikh Muhammad ibn Abdul Wahab mempertahankan bukan hanya renaissance Islam namun kelangsungan hidupnya.”1000 Dalam kenyataannya, ibn Abdul-Wahhab membuka pikiran-pikiran orang-orang beriman dan membawa mereka kembali kepada wahyu Allah yang sebenarnya. Ini adalah bahaya ibn Abdul-Wahhab yang sebenarnya bagi mereka yang menentang dan melawannya. Dia benar-benar membuka pikiran-pikiran orang-orang dan membuat mereka berpikir tentang jalan hidup yang telah mereka ikuti: Apakah ini jalan hidup yang benar? Apakah jalan hidup mereka telah mempertemukan mereka dengan tujuan hidup dalam kehidupan ini? Apakah jalan hidup mereka benar-benar konsisten dengan Qur’an dan Sunnah? Dan proses pemikiran ini seharusnya membawa pada tindakan—keinginan untuk mengimplikasikan apa yang diyakini seseorang dengan segala pertaruhan dan berkorban untuknya.

Ibn Abdul-Wahhab membawa perubahan dengan menekankan apa yang paling mendasar dari keimanan. Dasar agama adalah tauhid. Ini adalah satu hal yang terus berlangsung dari zaman Nabi Adam sampai akhir umat manusia. Dia tidak berubah berdasarkan waktu, tempat ataupun orang. Semua rasul datang dengan pesan essensial yang sama. Menyekutukan Allah (syirik)—dalam segala manifestasinya, yang kuno ataupun modern—adalah menyimpang dari jalan lurus yang sejati dan benar-benar penyimpangan. Ketika poin ini dipahami dengan sepatutnya, dia meresap di hati seseorang, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Maka akan terjadi perubahan yang komplit. Aspirasi-aspirasi, tujuan-

999

Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. 1000

Jameelah, hal. 124.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 398

tujuan, mimpi-mimpi dan amalan-amalan seseorang dan masyarakat terjelmakan. Hasrat-hasrat jiwa disucikan, hati ingin disucikan. Hati memohon diterangi dengan cahaya ilmu sejati. Allah menjadi sangat dicintai, sangat ditakuti. Tak ada hal lain yang masuk ke dalam hati dalam keadaan seperti itu. Agama menjadi yang utama. Pengorbanan mengikuti. Berkah dan kemenangan Allah segera datang. Ini adalah

pesan yang dibawakan Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص) kepada umat manusia dan ini

adalah pesan yang dibangkitkan kembali oleh ibn Abdul-Wahhab ke dalam Umat Muslim ini. Semoga Allah terus menguatkan agama ini dan mengembalikan orang-orang kepada jalan yang diridlai-Nya.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 399

Glossarium

Ahl al-sunnah wa al-Jamaah ﴿ أهل السنة و اتماعة﴾ - mengacu kepada orang-orang

yang mengikuti jalan sunnah Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dan jalan Sahabat-Sahabatnya

berkenaan dengan keyakinan dan amalan-amalan atau satu pelaksanaan keseluruhan agama Islam.

Amir ﴿ أمري ﴾ - pemimpin; seringkali digunakan bagi kepala suatu suku atau Negara-

kota.

Aqidah, al- ﴿ العقيدة﴾ – kredo, keyakinan, metodologi keimanan.

Asyaairah, al- ﴿ األشاعرة﴾ - Ini kemungkinan mengacu pada para pengikut Abu-l-Hasan al-

Asyari (260-324 H.). Kelompok ini dikenal karena membuat ta’wil untuk berbagai sifat-sifat Allah. Mereka juga percaya bahwa iman semata-mata tasdiq.

Asharites – terma yang biasa digunakan di dunia Barat untuk Asyaairah.

Asma, al- wa al-sifat ﴿ األتاء و الصفات﴾ - nama-nama dan sifat-sifat; al-asma adalah

nama-nama dan al-sifat adalah sifat-sifat.

Badar ﴿ بدر﴾ - perang pertama yang utama antara para pengikut Nabi dengan orang-

orang Quraisy. Para Sahabat yang berpartisipasi dalam perang itu dibedakan secara istimewa karena umat Muslim pada saat itu masih dalam keadaan yang sangat sedikit dan kepergian mereka kepada perang itu tidak dianggap sebagai sebuah kewajiban.

Bid’ah ﴿ بدعة﴾ - inovasi, klenik.

Da’wah ﴿ دعوة﴾ - mengajarkan Islam, menyeru orang lain kepada agama Islam; acuan

kepada ajaran atau pesan seseorang secara keseluruhan.

Dien ﴿ دين﴾ - jalan hidup yang sempurna, agama.

Zikir ﴿ ذكر﴾ - kata-kata untuk mengingat Allah.

Doa ﴿ دعاء﴾ - permohonan.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 400

Ied ﴿ عيد﴾ - hari raya ummat Islam. Satunya terjadi setelah bulan Ramadhan dan yang

satunya lagi terjadi setelah sempurnanya ibadah Haji.

Fatwa ﴿ فتوي﴾ - aturan yang diberikan seorang ulama berkenaan sebuah permasalah

keagamaan, biasanya didasarkan kepada ijtihad.

Fiqih ﴿ فقه﴾ - hukum.

Fitnah ﴿ فتنة﴾ - cobaan, godaan.

Haji ﴿ حخ ﴾ - ziarah ke Mekkah dimana seseorang wajib melaksanakannya sekali dalam hidupnya jika dia memiliki kemampuan.

Halal ﴿ حالل ﴾ - diperbolehkan; lawan dari haram.

Haram ﴿ حرام ﴾ , dilarang; lawan dari halal. Hasan ﴿ حسن ﴾ - Ialah hadits yang banyak sumbernya atau jalannya dan dikalangan

perawinya tidak ada yang disangka dusta dan tidak syadz. Hijrah ﴿ هجرة ﴾ - Secara kebahasaan adalah “perpindahan, emigrasi, migrasi,” ketika

digunakan dalam ungkapan, “Tahun Hijriah,” berarti mengacu kepada

perpindahan Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) dari Mekah ke Madinah yang menjadi tanda dimulainya

almanak Islam; juga mengacu kepada pemboikotan atau penghindaran seseorang dari seseorang lainnya.

Hikmah ﴿ حكمة ﴾ - secara literal, kebijaksanaan; dalam sejumlah ayat dalam Quran, dia

mengacu kepada sunnah Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص).

Hudud, al- ﴿الحدىد﴾ - hukuman-hukuman yang telah ditentukan untuk kejahatan-kejahatan tertentu.

Ibadah ﴿ عبادة ﴾ - “ibadah,” dalam pengertian Islam, lebih daripada amaliah-amaliah ritual tapi segala amaliah yang ditujuakan demi kepantingan Allah bisa dianggap amal ibadah.

Ibn ﴿ ابن ﴾ - “putera dari”

Ijma ﴿ إجماع ﴾ – konsensus; otoritas dalam hukum Islam dimana seluruh ulama bersepakat atas suatu masalah.

Ijtihad ﴿ اجتهاد ﴾ - penggunaan alasan personal untuk menentukan apa yang benar menurut cara pandang Syariat.

Ilah ﴿ إله ﴾ - tuhan, yang diibadahi, yang dipuja.

Ilm al-kalam ﴿ الكالم علم ﴾ - teologi skolastik.

Imam ﴿ إمام ﴾ - pemimpin dalam shalat, pemimpin umum, ulama.

Iman ﴿ إمان ﴾ - “keyakinan, kepercayaan” yang juga mengimplikasikan amalan berdasarkan “keyakinan atau kepercayaan” itu.

Islam ﴿ اإلسالم ﴾ - ini mengimplikasikan penyerahan diri, seperti penyerahan diri kepada Allah; ini juga kata untuk agama secara keseluruhan.

Jahiliyyah, al- ﴿ الجاهلة ﴾ - priode atau masa kebodohan; kkususnya, kata ini mengacu

kepada masa sebelum datangnya Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص), namun demikian kata

ini bisa digunakan untuk waktu kapan pun yang keadaannya secara essensial sama karakteristiknya dengan kebodohan atau pengabaian hokum-hukum Tuhan.

Jahmites – penggunaan terma yang biasa digunakan Barat untuk Jahmiyyah.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 401

Jahmiyyah, al- ﴿ الجهمة ﴾ - para pengikut Jahm ibn Safwaan, yang dibunuh penguasa Muslim karena keyakinannya. Dia menolak semua sifat-sifat Allah. Dia mengklaim bahwa iman hanyalah sebuah masalah memiliki pengetahuan bahwa Allah itu ada.

Jihad ﴿ جهاد ﴾ - mengerahkan segala daya dan upaya diri sendiri, perjuangan; khususnya dalam fiqih, kata ini mengacu kepada berjuang melawan orang-orang kafir untuk menyebarkan firman Allah.

Ka’bah ﴿ كعبة ﴾ - Rumah Allah di Mekah dimana dilaksanakan Haji.

Kafir ﴿ كافر ﴾ - orang yang tidak beriman.

Kasyf ﴿ كشف ﴾ - “selubung spiritual,” dimana kebenaran ditampakkan secara mistis kepada hati seseorang; lebih banyak ditekankan oleh orang-orang Sufi.

Khalifah ﴿ خلفة ﴾ - pemimpin ummat Muslim, seringkali disebut “caliph” dalam bahasa Inggris.

Kharijites - penggunaan terma yang biasa digunakan Barat untuk Khawarij.

Khawarij, al- ﴿ الخوارج ﴾ - salah satu kelompok menyimpang dalam sejarah Islam. Mereka dikenal karena pandangan-pandangan ekstrimisnya, mereka menyatakan bahwa khalifah Utsman dan Ali adalah kafir. Mereka meyakini bahwa siapapun yang

melakukan dosa besar adalah keluar dari Islam. Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص) meramalkan

kedatangan mereka dan menyatakan bahwa mereka harus diperangi.

Khutbah ﴿ خطبة ﴾ - teguran, ceramah; khususnya, ceramah yang diberikan oleh seorang Imam dalam Shalat Jum’at disebut khutbah.

Kufur ﴿ كفر ﴾ - tidak beriman, lawan dari kata iman.

La ilaha illa-llah ﴿ هللا إال إله ال ﴾ - “Tak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah.”

Maturidiyyah, al- ﴿ الماتردة ﴾ - para pengikut Abu Mansur al-Maturidi (w. 333 H.). Kelompok ini sangat dekat kepada Asyaariyyah dalam keyakinan-keyakinannya.

Madzhab ﴿ مذهب ﴾ - pada dasarnya kata ini mengacu kepada madzhab pemikiran dan pendapat seseorang.

Maturidites – terma yang biasa digunakan Barat untuk Maaturidiyyah.

Muamalaah ﴿ معامالت ﴾ - transaksi duniawiyyah, kebalikan dari ibadah ritual.

Mufti ﴿ مفت ﴾ - orang yang membahas fatwa.

Mujaahid ﴿ مجاهد ﴾ - orang yang berjihad.

Mujtahid ﴿ مجتهد ﴾ - orang yang melakukan ijtihad.

Murjiah, al- ﴿ المرجئة ﴾ - sebuah sekte yang muncul di awal sejarah Islam dan sebagai kebalikan dari Khawarij; mereka menjadi ekstrim berkenaan tentang keimanan dan menyatakan bahkan pendosa besar adalah orang yang benar-benar beriman.

Murjiites – terma yang digunakan Barat untuk Murjiah.

Musyrik ﴿ مشرك ﴾ - mereka yang melakukan syirik (menyekutukan Allah).

Musyrikiin ﴿ مشركن ﴾ - kata jamak untuk musyrik.

Muslim ﴿ مسلم ﴾ - orang yang berserah diri.

Mutawaatir ﴿ متواتر ﴾ - adalah suatu hadits hasil tanggapan dari panca indra, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat dusta.

Mutawwa ﴿ مطوع ﴾ – sebuah terma dari masa sebelum masa ibn Abdul-Wahhab; kata ini mengacu kepada aktivis relawan semi-terdidik demi kepentingan Islam, mendorong orang lain untuk melakukan kebenaran.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 402

Mu’tazilah, al- ﴿ المعتزلة ﴾ - sebuah kelompok bid’ah dalam sejarah Islam. Mereka sangat bertanggungjawab atas menyebarnya pemikiran Yunani di kalangan ummat Muslim. Di antara keyakinan-keyakinan mereka bahwa orang fasik tidak termasuk orang beriman maupun orang yang tidak beriman tapi dia akan berada di neraka untuk selamanya.

Najd ﴿ نجد ﴾ – secara literal, “steppa, dataran tinggi”; negeri di Tengah Arabia dari mana ibn Abdul-Wahhab muncul.

Orientalis - non-Muslim yang mempelajari atau menulis tentang Islam.

Qadariyyah, al- ﴿ القدرة ﴾ - sekte yang menolak konsep al-qadar.

Rabb ﴿ رب ﴾ - Tuhan, pencipta, yang memelihara.

Rububiyyah, al- ﴿ الربوبة ﴾ - berhubungan dengan rabb (tuhan dan pencipta).

Shahih ﴿ صحح ﴾ - Suatu hadits dapat dinilai shahih apabila telah memenuhi 5 Syarat : Rawinya bersifat Adil; Sempurna ingatan; Sanadnya tidak terputus; Hadits itu tidak berillat dan; Hadits itu tidak janggal. Arti Adil dalam periwayatan, seorang rawi harus memenuhi 4 syarat untuk dinilai adil, yaitu : Selalu memelihara perbuatan taat dan menjauhi perbuatan maksiat; Menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan santun; Tidak melakukan perkara-perkara Mubah yang dapat menggugurkan iman kepada kadar dan mengakibatkan penyesalan; Tidak mengikuti pendapat salah satu madzhab yang bertentangan dengan dasar Syara'.

Shahih al-Bukhari ﴿ البخار صحح ﴾ - kompilasi hadits paling autentik; dikumpulkan oleh Imam al-Bukhari.

Shahih Muslim ﴿ مسلم صحح ﴾ - kompilasi hadits kedua paling autentik; dikumpulkan oleh Imam Muslim.

Shalat ﴿ صالة ﴾ , ibadah ritual Islam; secara literal berarti doa.

Salaf, al- ﴿ السلف ﴾ - tiga generasi Muslim pertama, khususnya, para Sahabat, dan mereka yang mengikuti mereka.

Salafi ﴿ سلف ﴾ - orang yang mengikuti ajaran salafu shalih.

Syahaadah ﴿ شهادة ﴾ - “testimoni,” dalam hal ini mengacu kepada testimoni keimanan, “Aku bersaksi bahwasannya tiada yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah.”

Syeikh ﴿ شخ ﴾ - pemuka agama, ulama atau orang yang dihormati, juga digunakan untuk para pemuka Sufi; secara tradisional digunakan untuk pemuka suku Badwi (sebagai kebalikan untuk amir yang digunakan untuk para pemuka negara-negara kota)

Syariah ﴿ شرعة ﴾ - hukum Islam.

Syiah ﴿ شعة ﴾ - sebuah kelompok sektarian yang didirikan bertahun-tahun setelah wafatnya

Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص); mereka mengklaim bahwa Ali ibn Abu Thalib mestinya menjadi

khalifah pertama alih-alih Abu Bakar; dan mereka mengklaim diri sebagai para pengikut anak keturunan Ali.

Shiites – terma Barat untuk Syiah.

Syirik ﴿ شرك ﴾ - menyekutukan Allah.

Surah ﴿ سورة ﴾ , juga sering ditulis Surat – “bab” dalam Quran. Sufi – kelompok-kelompok di kalangan ummat Muslim yang menthese are the groups

among Muslims that emphasize mystical prkankan praktik-praktik mistik, mengingat Allah dan aspek-aspek lainnya.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 403

Sunnah ﴿ سنة ﴾ - praktik Nabi (ملسو هيلع هللا ىلص).

Sunni ﴿ سن ﴾ – orang yang berada di jalan ahl al-Sunnah wa al-Jamaah (lihat di atas).

Thaghut ﴿ طاغوت ﴾ - tuhan palsu atau objek keliru yang diibadahi.

Tafsir ﴿ تفسر ﴾ - penjelasan untuk Quran.

Taqlid ﴿ تقلد ﴾ – mengikuti; paling sering digunakan ketika mengacu kepada “ketaatan buta” kepada satu mazhab fiqih atau ulama tertentu.

Tawassul ﴿ توسل ﴾ – mencari alat pendekatan; contohnya, seseorang mengacukan kepada amal baik seseorang yang dilakukan secara tulus demi kepentingan Allah ketika berdoa kepada Allah dengan harapan bahwa hal yang demikian itu akan membuat Allah mengabulkan doa-doa seseorang.

Tauhid, al- ﴿ التوحد ﴾ - monoteisme Islam.

Tauhid al-Asmaa wa al-Sifaat, al- ﴿ الصفات و األسماء التوحد ﴾ - tauhid kepada Allah berkenaan dengan nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya; Dialah satu-satunya yang memiliki sifat-sifat agung dan kesempurnaan-Nya.

Tauhid al-Rubuubiyah, al- ﴿ الربوبة التوحد ﴾ - tauhidof kepada Allah berkenaan dengan Ketuhanan-Nya dan tindakan-tindakan-Nya, seperti hanya Dialah Sang Pencipta, satu-satunya Pemelihara dan lain sebagainya.

Tauhid al-Uluuhiyah, al- ﴿ األلوهة التوحد ﴾ - tauhid kepada Allah berkenaan dengan Ketuhanan-Nya; dengan kata lain, Dialah satu-satunya Tuhan dan satu-satunya yang berhak diibadahi dan, karenanya, Dialah satu-satunya yang harus dijadikan Tuhan dan objek ibadah oleh seseorang.

Uff ﴿ أف ﴾ - satu kata yang ringan untuk kemarahan.

Uluuhiyah ﴿ ألوهة ﴾ - berhubungan dengan ilah(Tuhan, yang diibadahi)

Ummah ﴿ أمة ﴾ - “umat, bangsa,” kata ini mengacu baik kepada ummat Muslim atau ummat

yang telah ditunjuk Nabi Muhammad (ملسو هيلع هللا ىلص), yang bisa jadi seluruh ummat

manusia sejak masa beliau sampai hari Penghakiman.

Umrah ﴿ عمرة ﴾ - “ziarah yang lebih pendek/kurang” yang berisi ritual-ritual haji yang lebih kurang dan bisa dilakukan kapan saja dalam satu tahun.

Zakat ﴿ زكاة ﴾ - salah satu rukun Islam; ini adalah bagian dari kekayaan seseorang yang harus disalurah dengan niat demi Allah kepada orang-orang tertentu sebagaimana dijelaskan dalam Quran.

Zina ﴿ زنا ﴾ - hubungan seksual tidak sah; kecabulan.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 404

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 405

Daftar Pustaka

Karya-karya berbahasa Inggris

Abu-Hakima, Ahmad Mustafa. History of Eastern Arabia: The Rise and Development of Bahrain, Kuwait and Wahhabi Saudi Arabia. London: Probsthain. 1988.

Ahmad, Qeyamuddin. The Wahhabi Movement in India.New Delhi, India: Manohar Publishers. 1994.

al-Albaanee, Muhammad. Tawassul: Its Types and Rulings. Birmingham, UK: Al-Hidaayah Publishing and Distribution Ltd. 1995.

Algar, Hamid. Wahhabism: A Critical Essay.Oneonta, NY: Islamic Publications International. 2002.

Ali, Ameer. The Spirit of Islam. New York: Humanities Press. 1974.

Armstrong, Karen. The Battle for God: A History of Fundamentalism. New York: Ballantine Books. 2000.

Arnold, T.W. The Preaching of Islam. Lahore: Sh. Muhammad Ashraf. 1975.

Attar, Ahmad Abdul-Ghafur. Muhammad ibn Abdel Wahhab.Mecca Printing and Information. 1979.

Bidwell, Robin. Introduction to John Lewis Burckhardt. Notes on the Bedouins and Wahabys. Reading, England: Garnett Publishing. 1992.

bin Baz, Abdul Aziz. Imam Muhammad Bin Abdul-Wahhab: His Life & Mission. Riyadh: Darussalam. 1997.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 406

Burckhardt, John Lewis. Notes on the Bedouins and Wahabys. Reading, England. Garnett Publishing. 1992.

Burrell, R.M. “Introduction.” In Louis Alexandre Olivier de Corancez. The History of the Wahabis from their Origin until the end of 1809.Eric Tabet, terj. Reading, England: Garnet Publishing. 1995.

Commins, David Dean. “The Salafi Islamic Reform Movement in Damascus, 1885-1914: Religious Intellectuals, Politics, and SocialChange in Late Ottoman Syria.” Ph.D. dissertation. University of Michigan. 1985.

de Corancez, Louis Alexandre Olivier. The History of the Wahabis from their Origin until the end of 1809. Eric Tabet, terj. Reading, England: Garnet Publishing. 1995.

Denny, Frederick. An Introduction to Islam. New York: Macmillan Publishing Company. 1994.

Esposito, John. Islam: The Straight Path. New York: Oxford University Press. 1998.

Hughes, T.P. Dictionary of Islam.Lahore: Premier Book House. Tanpa tahun.

al-Huqail, Sulaiman Bin Abdurrahman. Muhammad Bin Abdulwahhab: His Life and the Essence of His Call.Riyadh: Ministry of Islamic Affairs, Endowments, Dawah and Guidance. 2001.

ibn Abd al-Wahhab, Muhammad. Kitab al-Tawhid.Ismail al-Faruqi, terj. Al-Ain, United Arab Emirates: Zayed Welfare Centre for the New Muslims. Tanpa tahun.

-----Three Essays on Tawhid. Ismail Al Faruqi, terj. North American Trust Publications. 1979.

Ibn Hasan, Abdul-Rahmaan. Divine Triumph: Explanatory Notes on the Book of Tawheed.

Ali as-Sayed al-Halawani, terj. El-Mansourah, Egypt: Dar al-Manarah. 2002.

Ibn Qaasim al-Najdi, Abdul Rahmaan. Notes to the Three Tenets. Farid Abdulwahid Haibatan, terj. Jeddah: Dar al-Khair. 2001.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 407

ibn Taimiyyah, Ahmad. Kitab al-Wasilah.Lahore, Pakistan: Idarah Tarjuman al-Sunnah. Tanpa tahun.

Idris, Jaafar. “The Islamic Fundamentalism of the Wahhabi Movement.” At www.jaafaridris.com/English/Books/Wahhabism.htm.

Iqbal, Muhammad. The Reconstruction of Religious Thought in Islam.Lahore: Sh. Muhammad Ashraf. 1977.

Jameelah, Maryam. Islam in Theory and Practice. Lahore, Pakistan: Mohammad Yusuf Khan.1976.

al-Luwaihiq, Abdul Rahmaan. Religious Extremism in the Lives of Contemporary Muslims.

Denver, CO: Al-Basheer Company for Publications and Translations. 2001.

Mansfield, Peter. A History of the Middle East. London: Penguin Books. 1991.

Salem, Ateyya Muhammad. “Foreword.” In Abdul Aziz bin Baz. Imam Muhammad Bin Abdul-Wahhab: His Life & Mission.Riyadh: Darussalam. 1997.

Schwartz, Stephen. The Two Faces of Islam: The House of Sa’ud from Tradition to Terror. New York: Doubleday. 2002.

Siddiqi, Abdul Hamid. “Renaissance in Arabia, Yemen, Iraq, Syria and Lebanon: Muhammad Bin ‘Abd al-Wahhab and His Movement.” In M. M. Syarif, ed. A History of Muslim Philosophy. Wiesbaden, Germany: Otto Harrassowitz. 1966.

Sirriyeh, Elizabeth. Sufis and Anti-Sufis: The Defence, Rethinking and Rejection of Sufism in the Modern World.Richmond, England: Curzon Press. 1999.

Strauch, Sameh. Kitab at-Tawheed Explained.Riyadh: International Islamic Publishing House. 2000.

Al-Utsaimiin, Muhammad ibn Shalih. Explanation of the Three Fundamental Principles of Islam. Dawood Burbank, terj. Birmingham, United Kingdom: Al-Hidaayah Publishing and Distribution. 1997.

Vassiliev, Alexei. The History of Saudi Arabia. New York: New York University Press. 2000.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 408

al-Yassini, Ayman. “Muhammad ibn Abd al-Wahhab.” The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World.Oxford: Oxford University Press. 1995.

-----“Wahhabiyah.” The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World.Oxford: Oxford University Press. 1995.

Zarabozo, Jamaal. Commentary on the Forty Hadith of al-Nawawi.Boulder, CO: Al-Basheer Company. 1999.

----- How to Approach and Understand the Quran.Boulder, CO: Al-Basheer Company for Publications and Translations. 1999.

Karya-karya berbahasa Arab

Ali-Buthami, Ahmad ibn Hajar ﴿ بوطام آل حجر بن أحمد ﴾ . Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab: Aqidatuhu al-Salafiyyah wa Da’watuhu al-Islahiyyah wa Tsana al-Ulamaa alaih ( اإلصالحة ودعوته السلفة عقدته الوهاب عبد بن محمد الشخ

عله العلماء وثناء ). Kuwait: al-Dar al-Salafiyyah. 1983.

Ali-Syeikh, Shalih ﴿ الشخ آل صالح ﴾ Haadza Mafaahiimunaa ﴿ مفاهمنا هذا ﴾ . 1406 H.

Abdul-Jalil, Abu al-Mukarram ﴿ الجلل عبد المكرم أبو ﴾ . Da’wah al-Imam Muhammad ibn Abdil-Wahhab baina Muayidihaa wa Muaaridhiha fi Syibh al-Qaarah al-Hindiyyah ( الهندة القارة شبه ف ومعارضها مؤدها بن الوهاب عبد بن محمد اإلمام دعوة ). Riyadh: Dar al-Salam. 1421 A.H.

Al-Abdul-Latif, Abdul-Aziz ﴿ اللطف العبد العزز عبد ﴾ . Daawa al-Munawi’iin li-Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab: Ardh wa Naqd ( المناوئن دعاوي

ونقد عرض الوهاب عبد بن محمد الشخ لدعوة ). Riyadh: Dar al-Watan. 1412 H.

Abdullah, Najih ﴿ عبدهللا نجح ﴾ . “Tatsar al-Da’waat al-Islaahiyyah fi Aindooneesiya bi-Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab” ( ف اإلصالحة الدعوات تأثر

الوهاب عبد بن محمد الشخ بدعوة إندونسا ). Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab ( بحوث ندوة دعوة الشخ محمد بن عبد الوهاب

). Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University. 1991.

Al-Abud, Shalih ﴿ العبود صالح ﴾ . Aqidah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab al-Salafiyyah wa Atsaruhaa fi al-Alim al-Islaami ( الوهاب عبد بن محمد الشخ عقدة

اإلسالم العالم ف وأثرها السلفة ). Madinah: Maktabah al-Ghuraba al-Atsariyyah. 1996.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 409

Abu Sulaiman, Abdul-Wahhab ﴿ سلمان أبو الوهاب عبد ﴾ . “Khashais al-Tafkir al-Fiqhi ind Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab” ( محمد الشخ عند الفقه التفكر ئصخصا

الوهاب عبد بن ). Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab ( بحوث ندوة دعوة الشخ محمد بن عبد الوهاب ). Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University. 1991.

Abu Zahrah, Muhammad ( زهرة أبو محمد ). Ibn Taimiyyah: Hayaatuhu wa Ashruhu wa Araauhu wa Fiqhuhu ( وفقهه وآراؤه وعصره حاته تمة ابن ). Kairo: Daar al-Fikr al-Arabi. Tanpa tahun.

-----Tarikh al-Madzaahib al-Islaamiyyah fi al-Siyaasah wa al-Aqaaid wa Tarikh al-Madzaahib al-Fiqhiyyah ( المذاهب وتارخ والعقائد الساسة ف اإلسالمة بالمذاه تارخ

.Kairo: Daar al-Fikr al-Arabi. Tanpa tahun .( الفقهة

al-Adawi, Mustafa ( العدو مصطف ). Al-Shahih al-Musnad min Fadlaail al-Sahaabah انصذاتح فضائم ين انسنذ انصذيخ ) ). Al-Khobar, Saudi Arabia: Daar ibn Affaan. 1995.

Ahmad, Ismail ( أحمد إسماعل ). “Tatsur al-Dawaat al-Islaahiyyah al-Islaamiyyah fi Tailaand bi-Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab” ( الدعوات تأثر

الوهاب عبد بن محمد الشخ بدعوة تاالند ف اإلسالمة اإلصالحة ). Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab ( بحوث ندوة دعوة

.Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University .( الشخ محمد بن عبد الوهاب1991.

al-Aini, Mahmud ﴿العن محمود﴾ . Umdah al-Qaari Syarh Shahih al-Bukhari ( القار عمدة

البخار صحح شرح ). Beirut: Daar al-Turats al-Arabi. Tanpa tahun.

al-Ajilaan, Abdullah ( العجالن هللا عبد ). Harakah al-Tajdid wa al-Islaah fi Najd fi al-Ashr al-Hadits ( الحدث العصر ف نجد ف واإلصالح التجدد حركة ). Riyadh: 1989.

al-Albaani, Muhammad Naashir al-Dien ( األلبان الدن ناصر محمد ). Irwaa al-Ghalil fi Takhrij Ahaadits Manaar al-Sabil ( السبل منار أحادث تخرج ف الغلل إرواء ). Beirut: al-Maktab al-Islaami. 1979.

-----Shahih al-Jaami al-Shaghir ( الصغر الجامع صحح ). Beirut: al-Maktab al-Islaami. 1986.

-----Shahih Sunan Abi Dawud ( داود أب سنن صحح ). Riyadh: Maktabah al-Maarif. 2000.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 410

-----Shahih Sunan al-Tirmidzi ( الترمذ سنن صحح ). Riyadh: Maktabah al-Tarbiyyah al-Arabi li-Duwal al-Khalij. 1988.

Al-Anshari, Ismail Muhammad ( األنصار محمد إسماعل ). “Hayaat Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa Atsaaruhu al-Ilmiyyah” ( محمد الشخ حاة

العلمة وآثاره الوهاب عبد بن ). Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab ( بحوث ندوة دعوة الشخ محمد بن عبد الوهاب ). Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University. 1991.

Al-Arnaut, Abdul Qaadir ( األرناؤوط القادر عبد ). Catatan kaki pada al-Mubaarak ibn al-Atsir ( األثر بن مبارك ). Jaami al-Usul fi al-Ahadits al-Rasul ( ف األصول جامع

الرسول األحادث ). Maktaba al-Hilwaani. 1971.

Al-Arnaut, Syuaib, et al ﴿ وغره األرناؤوط عبش ﴾ . Catatan kaki pada Ahmad ibn Hanbal ﴾ حنبل بن أحمد ﴿ . Musnad al-Imam Ahmad ( حنبل بن أحمد اإلمام مسند ). Beirut:

Muassasah al-Risalah. 1997.

----------Pendahuluan pada Zain al-Dien al-Maqdisi ﴿ المقدس الدن زن ﴾ . Aqawil al-Tsiqaat fi Tawil al-Asmaa wa al-Sifaat wa al-Ayaat al-Muhkamaat wa al-Musytabihaat ( والمشتبهات المحكمات واات والصفات األسماء تأول ف الثقات أقاول ). Beirut: Muassasat al-Risaalah. 1985.

Al-Atram, Shalih ﴿ األطرم صالح ﴾ . “Itimaad Fiqh Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab ala al-Kitaab wa al-Sunnah” ( عبد بن محمد الشخ دعوة فقه اعتماد

والسنة الكتاب عل الوهاب ). Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab ( بحوث ندوة دعوة الشخ محمد بن عبد الوهاب ). Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University. 1991.

Athaar, Ahmad Abdul-Ghafur ( عطار الغفور عبد أحمد ). Muhammad ibn Abdil-Wahhaab ( الوهاب عبد بن محمد ). Mekkah: tanpa penerbit 1977.

Baadi, Jamaal ﴿ باد جمال ﴾ . Al-Atsaar al-Waarada an Aimmat al-Sunnah fi Abwaab al-Itiqaad min Kitaab Siyar Alaam al-Nubalaa ( ف السنة أئمة عن الواردة األثار

النبالء أعالم سر كتاب من االعتقاد أبواب ).Riyadh: Daar al-Watn. 1416 A.H.

Al-Bassaam, Abdullah ﴿ البسام هللا عبد ﴾ . Ulamaa Najd Khilaal Sitta Quruun. ( نجد علماء

قرون ستة خالل ). Mekkah: Maktabah al-Nahdhah al-Haditsah. 1398 A.H.

Al-Bastawi, Abdul-Alim ﴿ البستو العلم عبد ﴾ . Catatan kaki pada Mas’ud al-Nadwi. Lihat Mas’ud al-Nadwi. Dhaahir, Muhammad Kaamil ( ضاهر كامل محمد ). Al-Da’wah al-Wahhaabiyyah wa Atsaruhaa fi al-Fikr al-Islaami al-Hadits ( لدعوةا

الحدث اإلسالم الفكر ف وأثرها الوهابة ). Beirut: Dar al-Salam. 1993.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 411

Fadhl-Ilaahi ﴿ إله فضل ﴾ . Min Sifaat al-Daiyah: Al-Lin wa al-Rifq ( اللن: الداعة صفات من

.Pakistan: Idaarah Tarjumah al-Sunnah. 1991 .( والرفق

al-Fauzaan, Shalih. Min Masyaahiir al-Mujaddidien fi al-Islaam ( ف المجددن مشاهر من

Riyadh: Al-Riaasah al-Aamah li-Idaaraat al-Bahuuts al-Ilmiyyah wa .( اإلسالمal-Iftaa wa al-Da’wah wa al-Arsyaad. 1408.

-----“Radd Auhaam Abi Zahrah fi Haqq Syeikh al-Islaam ibn Taimiyyah wa Syeikh al-Islaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab” ( اإلسالم شخ حق ف زهرة أب أوهام رد

الوهاب عبد بن محمد اإلسالم وشخ تمة ابن ). Majallah al-Bahuuts al-Islaamiyyah اإلسالمة البحوث مجلة ) ). No. 42. Rabi al-Awal 1409.

-----“Taqiibaat ala ma Dzakarahu al-Ustaadz Abdul-Kariim al-Khatiib fi Kitaabihi al-Da’wah al-Wahhaabiyyah wa Muhammad ibn Abdil-Wahhaab” ( عه تعقيثاخ

انىاب عثذ تن يذذ انىاتيح انذعج كتاتو في انخطية انكريى عثذ األستار ركره يا ). [Majallah] Kulliyah Ushul al-Dien ( انذين أصل كهيح يجهح ). Muhammad ibn Saud Islamic University. Vol. 1. 1397-1398 H.

Al-Ghunaimi, Abdul-Fattaah ( انغنيي انفتاح عثذ ). “Atsar Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab fi Gharb Afriqiya” ( غرب في انىاب عثذ تن يذذ انشيخ دعج اثر

-Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil .( أفريقياWahhab ( بحوث ندوة دعوة الشخ محمد بن عبد الوهاب ). Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University. 1991.

Haraas, Muhammad Khaliil ( ىراس خهيم يذذ ). al-Harakah al-Wahhabiyyah: Radd ala Maqaal li-l-Diktuur Muhammad al-Bahi fi Naqd al-Wahhaabiyyah ( انذركح

انىاتيح نقذ في انثيي يذذ نهذكتر يقال عه رد انىاتيح ). Madinah: Islamic University. 1396 H.

Al-Husain, Ahmad ibn Abdul-Aziz ( انذصين انعزيز عثذ تن أدذ ). Da’wah al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab Salafiyyah laa Wahhaabiyyah ( اإلياو دعج

ىاتيح ال سهفيح انىاب عثذ تن يذذ ). Riyadh: Daar Alim al-Kutub. 1999.

ibn Abdil-Salaam, al-‘Izz ( السالم عبد بن العز ). al-Fataawa al-Mausiliyyah ( الفتاوي

.Beirut: Daar al-Fikr al-Muaasir. 1999 .( الموصلة

ibn Abdil-Wahhaab, Muhammad ( الوهاب عبد بن محمد ). Muallifaat Al-Syeikh al-Imaam Muhammad ibn Abdul-Wahhab ( الوهاب عبد بن محمد اإلمام الشخ مؤلفات ) Dikumpulkan oleh Abdul-Aziz al-Rumi, et al. Maktabah ibn Taimiyyah.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 412

-----135 Faaidah Lakhasuhaa Syeikh al-Islaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab min Fataawa Syeikh al-Islaam ibn Taimiyyah ( ۵۳۱ تن يذذ اإلسالو شيخ نخصيا فائذج

تييح اتن اإلسالو شيخ فتا ين انىاب عثذ ). Riyadh: Daar al-Qaasim. 1421 H.

Ibn Abidiin, Muhammad Amin ( عابدن بن أمن محمد ) dan ibn Abidiin al-Najl ( نعابد ابن

) Radd al-Muhtaar ala al-Durr al-Mukhtaar Syarh Tanwiir al-Abshar .( النجلاألبصار تنور شرح المختار الدر عل المحتار رد ). Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyyah.

1994.

Ibn Baaz, Abdul-Aziz ( باز بن العزز عبد ). Al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab: Da’watuhu wa Siratuhu ( وسرته دعوته الوهاب عبد بن محمد اإلمام ). Riyadh: Dar al-Watan 1419 H.

Ibn Baaz, Abdul-Muhsin ( باز بن المحسن عبد ). Rasaail al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab al-Syakhshiyyah: Diraasah Daawiyyah ( بن محمد اإلمام رسائل

دعوة دراسة ةالشخص الوهاب عبد ). Riyadh: Daar Isybiliyaa. 2000.

Ibn Bisyr, Utsman ( بشر بن عثمان ). Unwaan al-Majd fi Tarikh Najd ( تارخ ف المجد عنوان

.Riyadh: Daar al-Habib. 1999 .( نجد

Ibn Ghannaam, Husain ( غنام ابن حسن ). Tarikh Najd ( نجد تارخ ). Naashir al-Dien al-Asad, ed. 1982.

Ibn Hajar, Ahmad ( حجر بن أحمد ). Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhaari ( البار فتح

البخار صحح شرح ). Riyadh: Dar al-Salam. 2000.

-----Talkhis al-Habir fi Takhrij Ahaadits al-Rafi’i al-Kabir ( أحادث تخرج ف الحبر تلخص

لكبرا الرافع ). Madinah: al-Sayyid Abdullah al-Madani. 1964.

Ibn Qaasim al-Najdi, AbdulRahmaan ibn Muhammad ( قاسم بن محمد بن الرحمن عبد

ف السنة الدرر ) Al-Durar al-Saniyyah fi al-Ajwabah al-Najdiyyah .( النجد

النجدة األجوبة ). Beirut: Daar al-Arabiyyah. 1982.

Ibn Sahmaan, Sulaiman ( سحمان بن سلمان ). Al-Dhiyaa al-Syaariq fi Radd Syubuhaat al-Maaziq al-Maariq ( المارق المازق شبهات رد ف الشارق الضاء ). Riyadh: Daar al-Asimah. 1992.

ibn Subail, Muhammad ( سبل بن محمد ). Pendahuluan pada Mahmud Syukri al-Alusi األلوس شكر محمود ) ). Ghaayah al-Amaani fi al-Radd ala al-Nabahaani ( غاة

النبهان عل الرد ف األمان ). Daar Ihyaa al-Sunnah al-Nabawiyyah. Tanpa tahun.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 413

Al-Jaasir, Hamad ( الجاسر حمد ). “Al-Marah fi Hayaah Imaam al-Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab” ( عبد بن محمد الشخ الدعوة إمام حاة ف المرأة

-Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil .( الوهابWahhab ( بحوث ندوة دعوة الشخ محمد بن عبد الوهاب ). Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University. 1991.

Jamaal-al-Dien, Muhammad al-Said ( الدن جمال السعد محمد ). “Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa Ashdaauhaa fi Fikr Muhammad Iqbaal” إقبال محمد فكر ف وأصداؤها الوهاب عبد بن محمد الشخ دعوة ) ). Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab ( ندوة دعوة بحوث

.Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University .( الشخ محمد بن عبد الوهاب1991.

Jumuah, Muhammad Kamaal ( جمعة كمال محمد ). Intisyaar Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab Khaarij al-Jazirah al-Arabiyyah ( دعوة انتشار

العربة الجزرة خارج وهابال عبد بن محمد الشخ ). Riyadh: Matbuaat Daarah al-Malik Abdul-Aziz. 1981.

Al-Karimani ( الكرمان ). Shahih al-Bukhari Syarh al-Karimani ( شرح البخار صحح

.Beirut: Daar Ihyaa al-Turaats al-Arabi. 1981 .( الكرمان

al-Khamis, Muhammad ( الخمس محمد ). Bayaan al-Syirk wa Wasaailuhu ind Ulamaa al-Hanaabilah ( الحنابلة علماء عند وسائله و الشرك بان ). Riyadh: Dar al-Watan. 1413 H.

-----Bayaan al-Syirk wa Wasaailuhu ind Ulamaa al-Hanafiyyah ( عند وسائله و الشرك بان

الحنفة علماء ). Riyadh: Dar al-Watan. 1413 H.

-----Bayaan al-Syirk wa Wasaailuhu ind Ulamaa al-Maalikiyyah ( عند وسائله و الشرك بان

المالكة علماء ). Riyadh: Dar al-Watan. 1413 H.

-----Bayaan al-Syirk wa Wasaailuhu ind Ulamaa al-Syaafi’iyyah ( عند ووسائله الشرك بان

الشافعة علماء ). Riyadh: Dar al-Watan. 1413 H.

Al-Khatib, Abdul-Karim ( الخطب الكرم عبد ). “al-Syubuhaat allati Utsiirat Haul Da’wah al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa al-Radd alaihaa” ( الت الشبهات

علها الرد و الوهاب عبد بن محمد اإلمام دعوة حول أثرت ). Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab ( بحوث ندوة دعوة الشخ محمد

.Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University. 1991 .( بن عبد الوهاب

Khitaab, Mahmud Shait ( خطاب شت محمود ). “Al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab fi Madienah al-Mausil ( الموصل مدنة ف الوهاب عبد بن محمد اإلمام ).

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 414

Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab ( Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic .( بحوث ندوة دعوة الشخ محمد بن عبد الوهابUniversity. 1991.

Majmuah al-Rasaail wa al-Masaail al-Najdiyyah li-bad Ulamaa Najd al-Alaam ( األعالو اننجذ عهاء نثعض اننجذيح انسائم انرسائم يجعح ). Riyadh: Daar al-Aasimah.

1409 H.

al-Makki, Abdul-Hafidh. Mauqaf Aimmah al-Harakah al-Salafiyyah min al-Tashawwuf wa al-Sufiyyah.Kairo: Dar al-Salam. 1988.

Masad, Mustafa ( مسعد صطفم ). “Atsar Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab fi Harakah Utsman ibn Faudi al-Islaahiyyah fi Gharb Ifriqiyaa” إفرقا غرب ف اإلصالحة فود بن عثمان حركة ف الوهاب عبد بن محمد الشخ دعوة أثر ) ). Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab Riyadh: Muhammad ibn Saud .( بحوث ندوة دعوة الشخ محمد بن عبد الوهاب )Islamic University. 1991.

Al-Nadwi, Mas’ud ( الندو مسعود ). Muhammad ibn Abdil-Wahhaab Muslih Madhlum wa Muftara alaih ( عله ريومفت مظلوم مصلح الوهاب عبد بن محمد ). N.c.,n.p. 1977.

Naqrah, al-Tuhaami ( نقرة التهام ). “Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa Dawatuhu ila al-Tauhid” ( التوحد إل ودعوته الوهاب عبد بن محمد ). Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab ( بحوث ندوة دعوة الشخ محمد

عبد الوهاب بن ). Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University. 1991.

Nusair, Aminah Muhammad ( نصر محمد آمنة ). Al-Syeikh al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa Minhajuhu fi Mubaahits al-Aqidah ( بن محمد اإلمام الشخ

العقدة مباحث ف ومنهجه الوهاب عبد ). Beirut: Daar al-Syuruq. 1983.

al-Qataan, Ahmad ( القطان أحمد ) dan Muhammad al-Zain ( الزن محمد ). Imaam al-Tauhid Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab al-Da’wah wa al-Daulah والدولة الدعوة الوهاب عبد بن محمد الشخ التوحد إمام ) ). Kuwait: Maktabah al-Sundus, 1988

Ridha, Muhammad Rasyid ( رضا رشد محمد ). Pendahuluan dan catatan kaki pada Muhammad Basyir Al-Sahsawaani ( الهند السهسوان بشر محمد ). Shayaanah al-Insaan an Waswasah Al-Syeikh Dahlaan ( الشخ وسوسة عن اإلنسان صانة

.Edisi ketiga. 1378 H .( دحالن

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 415

Al-Ruwaishid, Abdullah ( الروشد هللا عبد ). Al-Imaam Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab fi al-Tarikh ( التارخ ف الوهاب عبد بن محمد الشخ اإلمام ). Kairo: Rabitah al-Adab al-Hadits. 1984.

Al-Saabiq, Fauzaan ( السابق فوزان ). Al-Bayaan wa al-Isyhaar li-Kasyf Zaij al-Mulhid al-Haaj al-Mukhtaar ( مختار الحاج الملحد زغ لكشف واإلشهار البان ). N.c. N.p. 2001.

Al-Sahsawaani al-Hindi, Muhammad Basyir ( الهند السهسوان بشر محمد ). Shayaanah al-Insaan an Waswasah Al-Syeikh Dahlaan ( الشخ وسوسة نع اإلنسان صانة

.Edisi ketiga. 1378 H .( دحالن

Syaakir, Ahmad ( شاكر أحمد ). Catatan kaki pada Ahmad ibn Hanbal ( حنبل بن أحمد ). Al-Musnad ( المسند ). Kairo: Daar al-Hadits. 1995.

al-Syabtah, Fauzi ibn Muhammad ( الشبتة محمد بن فوز ). Mausuah al-Shalaah al-Shahihah ( الصححة الصالة موسوعة ). Riyadh: Maktabah al-Taubah. 2000.

Al-Syaibi, Kaamil Mustafa ( الشب مصطف كامل ). al-Silah bain al-Tashawwuf wa al-Tasyayya ( والتشع التصوف بن الصلة ). Beirut: Daar al-Andalus. 1982.

al-Syuwair, Muhammad ( لشوعرا محمد ). Tashhih Khata Tariikhii Haul al-Wahhaabiyyah ( الوهابة حول تارخ خطأ تصحح ). Riyadh: Daar al-Habib. 2000.

Thalib-ur-Rahmaan, Sayid ( الرحمن طالب سد ). Al-Diwubandiyyah: Tarifuhaa wa Aqaaiduhaa ( عقائدها و تعرفها: الدوبندة ). Karachi, Pakistan: Daar al-Kitaab wa al-Sunnah. 1995.

Al-Tabari, Muhammad ibn Jarir ( الطبر جرر بن محمد ). Jaami al-Bayaan an Tawil Ayi al-Quraan ( القرآن آ تأول عن البان جامع ). Amman, Jordan: Daar al-Alaam. 2002.

Umairah, Abdul-Rahmaan ( عمرة الرحمن عبد ). “al-Syubhuhaat allati Utsiirat Haul Da’wah Al-Syeikh al-Imaam ibn Abdil-Wahhaab” ( دعوة حول أثرت الت الشبهات

الوهاب عبد ابن اإلمام الشخ ). Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab ( بحوث ندوة دعوة الشخ محمد بن عبد الوهاب ). Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University. 1991.

Al-Umar, Abdul-Rahmaan ( العمر الرحمن عبد ). Haqiqah Da’wah al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab ( الوهاب عبد بن محمد دعوة حققة ). Riyadh: Daar al-Aasimah. 2001.

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 416

al-Urusi, Jailaan ( العروس جالن ). Al-Duaa wa Manzalatuhu min al-Aqidah al-Islaamiyah ( اإلسالمة العقدة من ومترلته الدعاء ). Riyadh: Maktabah al-Rusydi. 1996.

al-Ushaimi, Shalih ibn Abdullah ( العصم هللا عبد بن صالح ). Al-Durr al-Nadhid fi Takhrij Kitaab al-Tauhid ( حدالتو كتاب تخرج ف النضد الدر ). Daar ibn Khuzaimah. 1413 H.

Usrah, Mirfat bint Kaamil ( أسرة كامل بنت مرفت ). Ihtisaab Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab ( الوهاب عبد بن محمد الشخ احتساب ). Riyadh: Dar al-Watan. 1998.

Al-Utsaimiin, Abdullah ( العثمن هللا عبد ). “al-Rasaail al-Syakhshiyyah li-l-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab” ( الوهاب عبد بن محمد للشخ الشخصة الرسائل ). Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab Riyadh: Muhammad ibn Saud .( بحوث ندوة دعوة الشخ محمد بن عبد الوهاب )Islamic University. 1991.

-----Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab: Hayaatuhu wa Fikruhu ( بن محمد الشخ

وفكره حاته الوهاب عبد ). Riyadh: Daar al-Ulum. Tanpa tahun.

Uwais, Abdul-Halim ( عوس الحلم عبد ). Atsar Da’wah al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab fi al-Fikr al-Islaami al-Islaahi bi-l-Jazaair ( محمد اإلمام دعوة أثر

بالجزائر اإلصالح اإلسالم الفكر ف الوهاب عبد بن ). Bahrain: Maktabah ibn Taimiyyah. 1985.

Yusuf, Muhammad ( وسف محمد ). “al-Syubuhaat allati Utsiirat Haul Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa Mamaatsaltuha bi-Syubuhaat Haul Da’wah Al-Syeikh al-Maududi” ( بن محمد الشخ دعوة حول أثرت الت الشبهات

المودود الشخ دعوة حول أثرت بشبهات ومماثلتها الوهاب عبد ). Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab ( بحوث ندوة دعوة

حمد بن عبد الوهابالشخ م ). Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University. 1991.

Al-Zain, Hamzah Ahmad ( الزن أحمد حمزة ). Catatan kaki pada Ahmad ibn Hanbal ( حنبل بن أحمد ). Al-Musnad ( المسند ). Kairo: Daar al-Hadits. 1995.

al-Zirikili, Khair al-Dien ( زركل لدنا خر ). al-Alaam: Qaamus Taraajim li-Asyhur al-Rijaal wa al-Nisaa min al-Arab wa al-Mustarabin wa al-Mustasyriqin ( و المستعربن و العرب من النساء و الرجال ألشهر تراجم قاموس: األعالم

.Beirut: Dar al-Ilm al-Malayin .( المستشرقن

The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya

Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari

Hal. 417

Al-Zuhaili, Wahbah ( الزحل وهبة ). “Tatsar al-Dawaat al-Islaahiyyah al-Islaamiyyah bi-Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab” ( اإلصالحة الدعوات تأثر

الوهاب عبد بن محمد الشخ بدعوة اإلسالمة ). Dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab ( وة دعوة الشخ محمد بن عبد بحوث ند

.Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University. 1991 .( الوهاب