KATA PENGANTAR - Repository utu - Universitas Teuku Umar
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of KATA PENGANTAR - Repository utu - Universitas Teuku Umar
IMPLEMENTASI FUNGSI DAN WEWENANG MUKIM
MENURUT QANUN KABUPATEN NAGAN RAYA
NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAHAN
MUKIM DI KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
EKA NATRIA DEWI NIM : 09C20201151
KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH - ACEH BARAT
TAHUN 2016
ABSTRAK
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis
merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi.
Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang sangat
populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan
dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja perbankan.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Data Envelopment
Analysis (DEA), yaitu sebuah prosedur yang dirancang khusus untuk mengukur
efisensi relatif suatu unit yang menggunakan variabel input dan output. Adapaun
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal dari
kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh yaitu kantor unit Cut Nyak Dhien, kantor
unit Johan Pahlawan dan kantor unit Teuku Umar berupa laporan keuangan
tahunan selama dua tahun (2011 dan 2012). Untuk variabel penelitian dibagi
menjadi dua yaitu variabel input yang terdiri dari jumlah pegawai, jumlah
simpanan, jumlah nasabah dan jumlah biaya operasional (BOP) sedangkan
variabel output adalah jumlah kredit yang diberikan dan jumlah income
(pendapatan).
Dengan menggunakan metode DEA ini dapat diketahui bahwa efisiensi
relatif dari ketiga kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh, untuk tahun 2011
kantor unit Cut Nyak Dhien, kantor unit Johan Pahlawan dan kantor unit Teuku
Umar memperoleh nilai efisien relatif =1 yang berarti efisien. Sedangkan pada
tahun 2012 untuk kantor unit Cut Nyak Dhien dan kantor unit Teuku Umar
memperoleh nilai efisiensi relatif =1 Sedangkan untuk kantor unit Johan
Pahlawan memperoleh nilai efisiensi relatif = 0,81 yang berarti kurang efisien.
Agar mencapai tingkat efisiensi relatif=1, maka kantor unit Johan Pahlawan harus
meningkatkan jumlah variabel output sebesar 41.18%. dimana peningkatan
variabel output kantor unit Johan Pahlawan untuk jumlah kredit yang diberikan
adalah sebesar Rp. 910.515.743 dan untuk income (pendapatan) sebesar Rp.
2.738.029.201.
Kata kunci: Kinerja Bank, Data Envelopment Analysis (DEA), efisiensi relatif.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat berperan dalam
menentukan tingkat perekonomian suatu negara. Di Indonesia perbankan
mempunyai peranan lebih kurang 80% dari keseluruhan sistem keuangan yang
ada. Mengingat begitu besarnya peranan perbankan di Indonesia, maka pengambil
keputusan perlu melakukan evaluasi kinerja yang memadai.
Menurut Purnomo (2006),Indikator untuk mengukur kinerja Bank yang
biasa digunakan adalah kinerja Bank secara ekonomi. Pada hakikatnya kinerja
ekonomi terdiri dari dua kinerja utama yaitu kinerja keuangan dan kinerja
efisiensi produktivitas. Efisiensi perbankan selain diukur dengan melihat
perbandingan indikator kinerja perbankan dan rasio keuangan, ada metode lain,
yaitu non parametrik dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).
Berdasarkan observasi awal di Bank BRI Cabang Meulaboh untuk saat ini
Bank tersebut belum mempunyai laporan atau kajian yang jelas tentang seberapa
besar efisiensi kinerja untuk setiap kantor unit, yaitu: kantor unit Johan Pahlawan,
kantor unit Cut Nyak Dhien dan kantor unit Teuku Umarketika dibandingkan satu
sama lain. Proses penilaian kinerja yang berlaku selama ini lebih kepada bersifat
penilaian intern, sehingga disparitas efisiensi antar satu unit dengan unit yang lain
tidak tergambar dengan jelas. Penilaian kenerja seperti ini memberikan efek bias
terhadap Bank BRI Cabang Meulaboh, efek bias tersebut timbul karena penilaian
2
kinerja masih dilakukan secara parsial berdasarkan persepsi dari masing-masing
unit yang ada. Padahal total efisiensi itu perlu dilihat dengan membandingkan
pencapaian setiap unit yang ada, belum lagi masalah metode yang digunakan
masih berdasarkan azas pendapat para pakar sehingga kesimpulan nilai kinerja
yang diperoleh hanya semata-mata berdasarkan perspektif dan latar belakang para
pakar tersebut. Implikasinya tingkat objektifitas kesimpulan yang diperoleh
terhadap nilai kinerja masing-masing unit sangat tergantung kepada penilaian
pakar. Oleh karena itu diperlukan metode evaluasi yang dapat mengukur kinerja
perusahaan. Salah satu cara untuk mengevaluasi kinerja tiap kantor unit cabang
adalah dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Pengukuran efisiensi
unit Bank BRI Cabang Meulaboh dalam penelitian ini akan menggunakan metode
Data Envelopment Analysis (DEA).
Menurut Hadad (2003), metode ini memiliki kelebihan yaitu tidak
membutuhkan asumsi bentuk fungsi produksi dalam membentuk frontier
produksinya, oleh karena itu kesalahan dalam spesifikasi fungsi produksi dapat
dieliminasi.Keuntungan relatif penggunaan pendekatan ini lebih besar
dibandingkan parametrik, yaitu pendekatan ini dapat mengidentifikasi unit yang
digunakan sebagai referensi sehingga dapat membantu mencari penyebab dan
jalan keluar dari ketidakefisienan yang merupakan keuntungan utama dalam
aplikasi manajerial. Karakteristik pengukuran efisiensi dengan metode DEA
memiliki konsep yang berbeda dengan efisiensi pada umumnya, pertama, efisiensi
yang diukur adalah bersifat teknis, bukan ekonomis, artinya bahwa analisis DEA
hanya memperhitungkan nilai absolut dari satu variabel. Satuan dasar yang
3
mencerminkan nilai ekonomis dari tiap-tiap variabel seperti harga, berat, panjang,
isi dan lainnya tidak dipertimbangkan. Oleh karenanya dimungkinkan suatu pola
perhitungan kombinasi berbagai variabel dengan satuan yang berbeda-beda.
Kedua, nilai efisien yang dihasilkan bersifat relatif atau hanya berlaku dalam
lingkup sekumpulan Decision Making Unit (DMU) yang diperbandingkan.
Efesiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang menggambarkan
kinerja secara keseluruhan dari suatu organisasi. Kemampuan kantor unit Bank
BRI Cabang Meulaboh menghasilkan output yang maksimal dengan inputyang
ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efesiensi
dilakukan, unit Bank BRI Cabang Meulaboh dihadapkan pada kondisi bagaimana
mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada atau
mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
Kantor Unit Bank BRI Cabang Meulaboh adalah suatu unit kerja yang
menjalankan kegiatan operasional dalam melaksanakan berbagai fungsi
Banksebagai lembaga keuangan. Sehingga diperlukan penilaian kinerja yang
terintegrasi antar setiap unit, agar dapat memberikan gambaran yang jelas
terhadap disparitas efisiensi masing-masing unit. Dari rumusan masalah diatas
maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan input dan output di setiap kantor unit Bank BRI
Cabang Meulaboh.
2. Seberapa besar tingkat efisiensi di setiap kantor unit Bank BRI Cabang
Meulaboh.
4
3. Bagaimana menentukan output yang perlu ditingkatkan agar efisiensi masing-
masing unit tercapai.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan yang dikaji dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi Parameter input dan output kantor unit Bank BRI Cabang
Meulabohuntuk menghasilkan efisiensi yang diinginkan.
2. Mengukur tingkat efesiensi di setiap kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh
secara paralel sehingga diperoleh unit yang paling efisien.
3. Menganalisis parameter output yang perlu ditingkatkan sehingga kesetaraan
masing-masing unit dapat diperoleh.
1.3.2 Manfaat
Adapun manfaat yang penulis angkat dalam tugas akhir ini adalah:
1. Menjadi salah satu indikator yang sangat penting bagi Bank BRI cabang kota
Meulaboh dalam meningkatkan kinerja berdasarkan tingkat efisiensi masing-
masing unit dibawahnya.
2. Diharapkan menjadi landasan kebijakan jangka panjang bagi Bank BRI
Cabang Meulaboh dalam proses pengambilan keputusan.
1.4 Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup dalam tugas akhir ini maka penelitian
dibatasi dalam beberapa hal yaitu:
5
1. Penelitian dilakukan berdasarkan data di 3 kantor Bank BRI Unit Meulaboh
antara lain Kantor Unit Johan Pahlawan, Kantor Unit Cut Nyak Dhien dan
Kantor Unit Teuku Umar tahun 2012.
2. Pendekatan pemecahan masalah menggunakan metode DEA yang berbasis
input.
3. Parameter input dan output sepenuhnya memperhatikan karakteristiksumber
daya dari masing-masing kantor unit Bank.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penulisan tugas akhir, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat, batasan masalahdan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang mendasari penulisan tugas
akhir dan menjelaskan teori-teori Data Envelopment Analysis(DEA).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentangdeskripsi data serta metodologi yang
digunakan untuk penelitian ini.
BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini merupakanpengumpulan data dan pengolahan datadi Kantor Unit
Bank BRI Cabang Meulaboh.
6
BAB V ANALISIS DAN EVALUASI
Bab ini merupakan analisis penelitian data dan evaluasi hasil analisis di
Kantor Unit Bank BRI Cabang Meulaboh.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis pembahasan masalah serta
saran yang diberikan oleh penulis bagi perusahaan.
27
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Efisiensi
Menurut Sutawijaya (2009), efisiensi adalah perbandingan yang terbaik
antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-
sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai
dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa
yang telah diselesaikan.
Menurut Sumanth (1985), pengertian efesiensi adalah perbandingan atau
rasio dari keluaran (output) dengan masukkan (input). Efisiensi mengacu pada
bagaimana baiknya sumber daya digunakan untuk menghasilkan output.
Sedangkan efektifitas adalah derajat pencapaian tujuan dari sistem yang diukur
dengan perbandingan atau rasio dari keluaran (output actual) yang dicapai dengan
keluaran (output) standar yang diharapkan. Efisiensi merupakan penghematan
penggunaan sumber daya dalam kegiatan organisasi, dimana efisiensi pada “daya
guna”. Efisiensi dimaksudkan pemakaian sumber daya yang lebih sedikit untuk
mencapai hasil yang sama. Efisiensi merupakan ‘ukuran’ yang membandingkan
rencana penggunaan masukan (input) dengan realisasi penggunannya. Efisiensi
100% sangat sulit dicapai, tetapi efisiensi yang mendekati 100% sangat
diharapkan. Konsep ini lebih berorientasi pada input daripada output.
Menurut Hadad (2003), efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang
secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan
8
menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, adalah merupakan
kinerja yang diharapkan. Saat pengukuran efisiensi dilakukan bank dihadapkan
pada kondisi bagaimana medapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat
input yang ada, atau menetukan tingkat input yang minimum dengan pencapaian
tingkat output tertentu.
2.2 Bank
Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang
perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan,
yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank
sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan
menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang
menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan
menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan
jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan
utama tersebut.
Menurut kegiatan usahanya yang mengacu pada pasal 5 UU Nomor
7/1992, jenis bank terdiri dari:
1. Bank Umum
Bank umum menurut UU Nomor 10 tahun 1998 didefinisikan sebagai
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
9
lintas pembayaran, yang tergolong ke dalam bank umum seperti Bank BNI, Bank
BRI, Bank BTN dan lain-lain.
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat menurut UU Nomor 10 tahun 1998 didefinisikan
sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran, yang tergolong ke dalam bank BPR seperti Bank Desa,
Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Badan Kredit Desa (BKD), Badan
Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), dan/atau
lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan UU
Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tata cara yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Satu hal yang membedakan antara bank umum dengan bank perkreditan
rakyat adalah jenis simpanan masyarakat dimana bank perkreditan rakyat tidak
melakukan kegiatan simpanan dalam bentuk giro.
2.3 Konsep Efisiensi Bank
Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang
cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan-
kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja. Sering kali, perhitungan
tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang baik, tidak masuk dalam kriteria
“sehat” atau berprestasi dari sisi peraturan. Sebagaimana diketahui, industri
perbankan adalah industri yang paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan
yang sekaligus menjadi ukuran kinerja dunia perbankan.
10
2.3.1 Teori Efisiensi Bank
Menurut Hadad (2003), efisiensi dalam suatu perusahaan khususnya
perbankan merupakan salah satu parameter kerja yang cukup popular untuk
mengukur kinerja bank, hal ini disebabkan efisiensi yang merupakan jawaban dari
kesulitan-kesulitan dalam perhitungan ukuran-ukuran kinerja, seperti tingkat
efisiensi teknologi, alokasi dan efisiensi total.
Secara keseluruhan efisiensi perbankan dapat di dekomposisikan dalam
efisiensi skala (scale efficiency) dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank
dikatakan efisiensi dalam skala ketika bank bersangkutan mampu beroperasi
dalam skala hasil yang konstan (constant return to scale), sedangkan efisiensi
cakupan tercapai ketika bank mampu beroperasi pada diversifikasi lokasi.
Efisiensi akan lokasi tercapai ketika bank mampu menentukan berbagai output
yang memaksimumkan keuntungan, sedangkan efisiensi teknik pada dasarnya
menyatakan hubungan antara input dan output dalam suatu proses produksi. Suatu
proses produksi dikatakan efisien apabila pengggunaan input sejumlah tertentu
dapat dihasilkan output yang maksimum.
2.3.2 Pengukuran Efisiensi Bank
Menurut Silkman (1989), terdapat tiga jenis pendekatan pengukuran
efisiensi khususnya perbankan yaitu:
1. Pendekatan rasio, yaitu pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan
dengan cara menghitung perbandingan output dengan input yang digunakan.
Pendekatan ini akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi, apabila dapat
memproduksi sejumlah output yang maksimum dengan input tertentu.
11
2. Pendekatan regresi, yaitu pendekatan yang menggunakan sebuah model dari
tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu.
Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat
digunakan untuk memperoduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit
Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu, UKE tersebut akan
dinilai efisien apabila mampu menghasilkan jumlah output lebih banyak
dibandingkan jumlah output estimasi.
3. Pendekatan frontier, pendekatan ini mempunyai dua jenis yaitu parametrik
dan non-parametrik.
2.3.3 Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi Bank
Menurut Hadad (2003), terdapat tiga pendekatan yang lazim digunakan
dalam metode parametrik dan non-parametrik untuk mendefinisikan hubungan
input dan output dalam kegiatan finalcial suatu lembaga keuangan yaitu:
1. Pendekatan Aset (Asset Approach)
Produksi aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai
pencipta kredit pinjaman (loans). Pendekatan ini, output benar-benar
didefinisikan ke dalam bentuk aset.
2. Pendekatan produksi (Production Approach)
Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari akun
deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit account), kemudian
output didefinisikan sebagai jumlah tenaga, pengeluaran modal pada aset-aset
tetap dan material lainya.
12
3. Pendekatan Intermediasi (Intermediation Approach)
Pendekatan ini memandang sebuah lembaga keuangan sebagai intermediator,
yaitu merubah dan mentransfer aset-aset keuangan dari surplus unit kepada
defisit unit. Input lembaga keuangan tersebut meliputi: biaya tenaga kerja,
modal dan pembayaran bunga pada deposito, kemudian output yang diukur
dalam bentuk kredit pinjaman dan investasi keuangan. Pendekatan ini melihat
fungsi primer sebuah institusi keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman
(loans).
Menurut Farrell (1957), efisiensi sebuah perusahaan pada dasarnya terdiri
dari dua komponen diantaranya:
1. Technical efficiency, menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
mencapai tingkat output yang maksimum dengan menggunakan tingkat input
tertentu yang tersedia.
2. Allocative efficiency, menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mengoptimalkan penggunaan input dengan struktur harga dan teknologi
tertentu.
Kombinasi antara technical efficiency dan allocative efficiency akan
menjadi economic efficiency. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien secara
ekonomi jika dapat meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output
tertentu dengan tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar
yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi dapat
dikatakan efisien jika output yang dihasilkan dapat ditingkat tanpa meningkatkan
input dan menurunkan output tertentu lainnya. Demikian pula suatu organisasi
13
dapat dikatakan efisien jika input dapat diturunkan tanpa menurunkan output yang
dihasilkan maupun tanpa meningkatkan input tertentu.
Menurut David (1984), efisiensi berhubungan dengan seberapa baik kita
menggunakan sumber daya yang ada untuk mendapatkan suatu hasil. Secara
matematis efisiensi merupakan rasio antara output dan input.
Namun perhitungan efisiensi diatas masih belum cukup untuk perhitungan
efisiensi suatu organisasi atau perusahaan, yang pada kenyataanya tidak hanya
melibatkan satu input dan menghasilkan satu macam output saja. Suatu organisasi
atau perusahaan sebenarnya berhubungan dengan bermcam-macam sumber daya
baik input maupun output yang berbeda.
Kenyataan seperti diatas menyebabkan kondisi ideal, yaitu suatu kondisi
dimana nilai efisiensi 1 atau 100% sangat sulit untuk dicapai. Sehingga
pengukuran efisiensi untuk perusahaan yang sejenis dapat dilakukan secara relatif.
Perusahaan sejenis berarti perusahaan yang memiliki jenis input dan output yang
sama. Sangat tidak mungkin dilakukan pengukuran efisiensi relatif antara pabrik
kelapa sawit dengan pabrik semen, yang jelas-jelas input dan outputnya sangat
berbeda. Melalui pendekatan teori efisiensi diatas maka, metode yang dapat
diterapkan untuk pemecahan masalah pengukuran efisiensi ini adalah
menggunakan metode Data Envelopment Anilysis (DEA).
2.3.4 Metode Pengukuran Efisiensi
Menurut Barger dan Humphrey (1997), metode yang umumnya digunakan
untuk mengukur efisiensi dalam institusi keuangan termasuk perbankan terdiri
dari metode parametrik dan metode non-parametrik.
14
Metode parametrik dalam pendekatannya terdapat tiga metode yang paling
sering digunakan yaitu:
1. Stochastic frontier Approach (SFA), merupakan pendekatan ekonometrik
menentukan bentuk fungsional untuk biaya, keuntungan atau hubungan
produksi diantara input, output dan faktor lingkungan serta pendekatan ini
memungkinkan untuk random error diasumsikan mengikuti distribusi standar
simetrik.
2. Thick Frontier Approach (TFA), membandingkan rata-rata efisiensi dari
kelompok perusahaan dan bukannya mengestimasi frontier.
3. Distribution Free Approach (DFA), metode ini menggunakan residual rata-rata
dari fungsi biaya yang diestimasi dengan panel data untuk membangun suatu
ukuran cost frontier efficiency. Metode ini tidak memaksakan suatu bentuk
spesifik pada distribusi dari efisiensi namun mengasumsikan bahwa terdapat
core efficiency atau efisiensi rata-rata untuk setiap perusahaaan yang besarnya
konstan dari waktu ke waktu.
Sedangkan dalam pendekatan non-parametrik terdapat dua metode yang
paling sering digunakan yaitu:
1. Data Envelopment Analysis (DEA), adalah teknik pemograman matematis
yang digunkan untuk mengevaluasi efisiensi dari suatu unit pengambilan
keputusan (unit kerja) yang bertanggung jawab menggunakan sejumlah input
untuk memperoleh suatu output yang ditargetkan.
2. Free Disposal Hull (FDH), diangggap sebagai generalisasi dari model DEA,
dimana model ini tidak mensyaratkan estimasi frontier. Metode estimasi
15
O
C
B
A
Output1 / Input1
Outp
ut2
/ I
nput2
frontier merupakan pendekatan matematika untuk menentukan best-practise
firms, yaitu perusahaan-perusahaan yang kinerjanya terletak pada frontier.
2.4 Analisis garis Frontier
Frontier Analysis merupakan ukuran efisiensi relatif. Pengukuran
dilakukan terhadap inefisiensi unit-unit yang ada dibandingkan dengan unit lain
yang dianggap paling efisien dalam set data yang ada. Hal ini memungkinkan
Frontier Analysis menghasilkan perhitungan tingkat efisiensi mencapai 100%
pada beberapa unit. Unit yang memiliki tingkat efisiensi 100% merupakan unit
yang terefisien dalam set data tertentu dan waktu tertentu. Keuntungan dari
penggunaan Frontier Analysis adalah dapat melihat sumber ketidakefisienan
dengan ukuran ‘peningkatan potensial’ dari masing-masing input atau output.
Menurut Barger dan Humphrey (1997) dalam makalah pertamanya yang
memuat mengenai teori portofolio, garis frontier adalah suatu garis permukaan
yang dihubungkan oleh titik-titik terluar dari suatu analisis grafik yang merupakan
kondisi sangat efisien yang dapat tercapai. Bagian yang ditunjukan oleh garis
tersebut disebut efficient frontier (permukaan efisien).
Analisa grafik dan garis frontier dalam DEA:
1. Grafik awal antara
dengan
………(1)
Gambar 2.1 Grafik awal efisiensi
16
C
O
B
A
Output1 / Input1
Ou
tpu
t2 /
Inp
ut2
B’
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa efisiensi maksimum akan tercapai
di sepanjang garis yang melewati titik A dan C. dalam hal ini kondisi berada pada
garis frontier. Sementara itu titik B kurang efisien dibandingkan dengan efisiensi
maksimum titik A dan titik C. semua kondisi yang berada di dalam garis frontier
dihubungkan oleh titik terluar dari suatu analisis grafik yang merupakan kondisi
sangat efisien yang dapat dicapai. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.2.
2. Grafik yang menunjukan peningkatan DMU sampai ke garis frontier
Gambar 2.2. Grafik peningkatan efisiensi dari suatu kondisi tertentu
Titik B yang diubah menjadi titik yang lebih efisien dengan cara menarik
gari dari pangkal O (0,0) yang melalui titik kondisi B menuju ke garis frontier.
Selanjutnya dapat dicapai output 1 / input 1 (efisiensi 1) dan output 2 / input 2
(efisiensi 2) yang menjadi lebih efisien (kodisi B’) dari pada keadaan awal
(kondisi B). dengan demikian dapat dihitung berapa nilai output dan input yang
harus dicapai agar suatu kondisi yang tidak efisien menjadi kondisi yang efisien.
2.5. Data Envelopment Analysis (DEA)
Menurut Charnes (1978), DEA adalah analisis pemograman yang berbasis
pada pengukuran tingkat performansi suatu efisiensi dari suatu organisasi
menggunakan Decision making Unit (DMU). Yang dimaksud dengan DMU
17
adalah suatu sumber daya dapat berupa sekolah, Bank, rumah sakit, universitas
dan lain-lain. DMU ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa efisien suatu
DMU digunakan dengan pemamfaatan peralatan yang ada untuk dapat
menghasilkan output yang maksimum.
Menurut Siswandi (2004), suatu perusahaan yang rasional akan selalu
berupaya untuk memaksimalkan keuntungan yang diperolehnya. Sejalan dengan
ini, perusahaan yang rasional akan selalu meningkatkan kapasitas produksinya
sampai diperoleh suatu nilai keseimbangan profit yang maksimal dalam marginal
revenue (sebagai fungsi output) masih melebihi marginal cost (sebagai fungsi
input). Sehingga perusahaan-perusahaan haruslah sensitif terhadap isu yang
berhubungan dengan “skala hasil” (yang umum disebut dengan return to scale).
Suatu perusahaan akan memiliki salah satu dari kondisi return to scale,
yaitu increasing return to scale (IRS), constant return to scale (CRS)
dan decreasing return to scale (DRS).
Menurut Hadinata (2000), DEA adalah suatu model pemograman
matematis yang digunakan untuk menghitung efisiensi relatif suatu unit
dibandingkan dengan unit-unit lain menggunakan berbagai macam input dan
output yang sejenis. DEA juga dapat juga digunakan untuk melakukan proses
bencmarking.
Kebanyakan input dari suatu organisasi berupa data yang sulit untuk
diukur performansi efisiensi. Akan tetapi akan lebih mudah mengukurnya dari
segi profit tahunan ataupun stok barang dalam organisasi tersebut. Suatu input dan
output dari suatu organisasi dapat bervariasi jumlah dan jenisnya. Hal ini dapat
diatasi dengan cara menentukan rasio dari perbandingan total ouput dengan total
18
input. Efisiensi yang ditentukan dengan metode DEA adalah suatu nilai yang
relatif dan bukan merupakan suatu nilai mutlak yang dapat diberi skor 100% dan
DMU lain yang performansinya berada dibawahnya memiliki skor yang bervariasi
yaitu antara 0%-100% sesuian perbandingan dengan DMU yang terbaik.
Istilah-istilah yang digunakan DEA adalah:
1. Input
Sesuatu yang dibutuhkan untuk kemudian diolah dan menjadi suatu produk
yang bernilai.
2. Output
Sesuatu yang dapat dihasilkan dari sejumlah input yang tersedia.
3. Unit
Sesuatu yang dinilai dan dibandingkan antara input dan output sehingga
diperoleh nilai efisiensi relative.
4. Efisiensi relatif
Efisiensi suatu unit bila dibandingkan dengan unit-unit lain yang memiliki
input dan output dengan jenis yang sama dalam treatment tertentu.
5. Bobot
Pemberian nilai untuk suatu faktor yang memberikan makna bahwa faktor
tersebut mempengaruhi efisiensi sebesar nilai bobotnya.
Dalam mengevaluasi dengan metode DEA perlu diperhatikan:
1. Kebutuhan nilai input dan output untuk masing-masing DMU
2. DMU memiliki proses yang sama, yaitu dengan menggunakan jenis input dan
output yang sama.
19
3. Mendefinisikan nilai efisiensi relatif masing-masing DMU melalui rasio
antara penjumlahan bobot output dengan penjumlahan bobot input.
4. Nilai efisiensi berkisar antar 0 dan 1
5. Nilai bobot yang diperoleh dari hasil pemograman dapat digunakan untuk
memaksimumkan nilai efisiensi relatif.
Penggunaan model matematis dalam metode DEA memiliki kekhususan
bila dibandingkan dengan penggunaan model matematis lain. Dalam hal ini model
matematis DEA digunakan untuk mengevaluasi dan menganalisa unit organisasi
atau DMU berdasarkan data dan kinerja di masa lalu untuk perencanaan pada
masa yang akan datang. Dua model matematis yang digunakan ialah:
1. Model matematis DEA-CCR Primal adalah model utama yang dipakai untuk
menghitung nilai efisiensi tiap unit DMU. Dalam DEA efisiensi (ep) sebuah
DMU didefinisikan sebagai rasio antara jumlah ouput yang diboboti dengan
jumlah input yang diboboti, yang merupakan suatu perluasan alami konsep
efisiensi.
2. Model Matematis DEA-CCR Dual adalah model pendukung untuk
menghitung efisiensi relatif suatu DMU dan mengetahui DMU yang
dijadikan acuan untuk meningkatkan nilai efisiensi DMU yang tidak efisien.
Setiap DMU memerlukan satu pemograman linier diatas, dimana model
pemograma linier untuk masing-masing DMU pada dasarnya sama. Suatu DMU
dikatakan efisien secara relatif bila efisiensi bernilai 1 (nilai efisiensi sebesar
100%). Sebaliknya nilai efisiensi kurang dari 1, maka DMU tersebut dianggap
tidak efisien.
20
Bila dalam rumus (1) nilai efisiensi diperoleh dari hasil pembagian antara
nilai output dengan nilai input, maka perbaikan nilai efisiensi dapat dilakukan
dengan cara:
1. Nilai output ditingkatkan, sementara nilai input tetap
2. Ketika nilai output tetap, maka nilai input diturunkan
3. Pada saat nilai output meningkat, secara bersamaan nilai input diturunkan
Pada metode DEA perbaikan nilai efisiensi lebih mengarah pada peningkatan nilai
output sedangkan nilai input tetap.
Model matematis yang diperkenalkan dengan tujuan untuk menentukan
efisiensi relatif untuk tiap DMU ke-p, dirumuskan:
………………………….….(2)
dengan syarat bahwa efisiensi semua DMU adalah:
Untuk k=1,……,n ….(3)
Yt ,………., Ys ≥ 0 …………………………(4)
Xj ,………., Xt ≥ 0 …………………………(5)
Dalam hal ini:
ep adalah efisiensi untuk DMU ke-p
s adalah jumlah pengukuran output
t adalah jumlah pengukuran input
n adalah jumlah DMU
Ojk adalah nilai output pada pengukuran output ke-i (i = 1,...,s) untuk DMU
ke-k (k = 1,…..,n)
21
Ijk adalah nilai input pada pengukuran input ke-j (j = 1,….,t) untuk DMU ke-
k (k = 1,….,n)
Yi adalah bobot output per-unit pada pengukuran output ke-I (i=1,…s)
Xj adalah bobot input per-unit pada pengukuran input ke-j (j=1,…t)
Model non-linier dan fraksional diatas dapat dirubah dalam bentuk linier
programing untuk lebih memudahkan dalam perhitungan menjadi:
Fungsi tujuan
Maksimumkan ………(6)
Kendala
……………………………….....(7)
-
……………………(8)
Yi,……., Ys ≥ 0 …………………………………(9)
Xj,……..Xt ≥ 0 …………………………………(10)
Model linier diatas sebagai bentuk DEA-CCR Primal.
Selanjutnya bentuk linier programing DEA-CCR diatas dapat dibawa kedalam
bentuk DEA-CCR Dual, model dualnya sebagai berikut:
Fungsi tujuan
Maksimum h0 ……………………………(11)
Kendala
Ijp h0 – ……………………...(12)
……………………………..(13)
…………………………………………(14)
22
Bobot yang diperoleh dari hasil dual dapat digunakan untuk meningkatkan DMU
yang tidak efisien menjadi efisien (100%).
2.5.1. Keunggulan dan Keterbatasan DEA
Dalam perkembangannya, metode DEA pun tentu terdapat kelebihan dan
kekurangannya, dalam konteks pengukuran efisiensi sebuah industri. Secara
singkat, berbagai keunggulan dan keterbatasan metode DEA adalah:
1. Keunggulan DEA
a. Bisa menangani banyak input dan output
b. Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output.
c. Unit Kegiatan Ekonomi dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.
d. Dapat membentuk garis frontier fungsi efisiensi terbaik atas variabel
input-output dari setiap sampelnya.
e. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.
2. Keterbatasan DEA
a. Bersifat simple specific
b. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran bisa berakibat
fatal.
c. Hanya mengukur produktivitas relatif dari unit kegiatan ekonomi bukan
produktivitas absolut.
d. Uji hipótesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.
2.6 Dicision Making Unit (DMU)
DEA adalah linear programming yang berbasis pada pengukuran tingkat
performance suatu efisiensi dari suatu organisasi dengan menggunakan Dicision
Making Unit (DMU). Istilah DMU dalam DEA dapat berupa bermacam-macam
23
unit seperti bank, rumah sakit, unit dari pabrik, departemen, universitas, sekolah,
pembangkit listik, kantor polisi, kantor samsat, kantor pajak, penjara, dan apa saja
yang memiliki kesamaan karakteristik operasional (Siswadi dan Purwantoro,
2006). Ramanathan (2003) menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi
dalam pemilihan DMU, yaitu :
a. DMU harus merupakan unit-unit yang homogen. Unit-unit tersebut
melakukan tugas (task) yang sama, dan memiliki objektif yang sama. Input
dan output yang mencirikan kinerja dari DMU harus identik, kecuali
berbeda hanya intensitas dan jumlah/ukurannya (magnitude). Hal ini juga
sejalan dengan pendapat Sufian (2006).
b. Hubungan antara jumlah DMU terhadap jumlah input dan output
kadangkala ditentukan berdasarkan “rule of thumb”, yaitu jumlah DMU
diharapkan lebih banyak dibandingkan jumlah input dan output dan
ukuran sampel seharusnya dua atau tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan input dan output.
Pertimbangan dalam pemilihan sampel DMU adalah jumlah dari DMU itu
sendiri. Untuk dapat membedakan secara selektif DMU yang efisien dan inefisien
maka diperlukan jumlah DMU yang lebih besar dari perkalian jumlah input dan
jumlah output. Jumlah DMU sekurang-kurangnya tiga kali lebih besar dari total
jumlah variabel input dan output. Namun pada beberapa penelitian lain mengenai
DEA terdapat pula penggunaan sampel DMU yang lebih kecil.
2.7 Pemilihan Variabel Input dan Output
Kesulitan utama dalam aplikasi DEA adalah pemilihan input dan output.
Kriteria pemilihan input dan output adalah sangat subjektif. Tidak ada aturan yang
24
spesifik dalam menentukan pemilihan input dan output. Namun demikian,
beberapa petunjuk pemilihan input dan output umumnya input didefinisikan
sebagai sumber daya yang dimanfaatkan oleh DMU atau kondisi yang
mempengaruhi kinerja dari DMU, sementara output merupakan keuntungan
(benefit) yang dihasilkan sebagai hasil dari kegiatan operasi DMU.
Dalam setiap aplikasi DEA, sangatlan penting untuk menentukan input
dan output secara benar. Beberapa aturan rule of thumb dapat membantu dalam
menentukan jumlah yang ideal untuk input dan output. Umumnya, pada saat
jumlah input dan output meningkat, maka semakin banyak DMU yang akan
memperoleh tingkat efisiensi 100%, karena DMU-DMU tersebut menjadi terlalu
khusus untuk dievaluasi terhadap unit lain.
2.8 Tahapan Analisis DEA
Berikut ini tahapan-tahapan dalam analisis DEA yang telah dirangkum
dari berbagai sumber literatur :
a. Table of Efficiencies (Radial)
Analisis ini menunjukkan DMU mana yang paling efisien. Efisiensi
ditunjukkan dengan nilai optimal dari fungsi tujuan yang dikembangkan dari
linear programming. Nilai fungsi tujuan 100% berarti DMU tersebut efisien
sementara yang kurang dari 100 % berarti inefisien.
b. Table of Peer Units
Tabel ini digunakan untuk menentukan jika suatu DMU inefisien maka
akan ditunjukkan bagaimana cara mencapai tingkat efisiensi dengan melihat peer
DMU yang menjadi acuan /pedoman untuk mencapai tingkat efisiensi.
25
c. Table of Target Values
Analisis ini digunakan untuk menentukan berapa persen efisiensi sudah
terjadi untuk setiap DMU baik dari setiap struktur input maupun struktur output.
Dalam tabel ini akan ditunjukkan nilai actual dan target yang harus dicapai dari
setiap input maupun setiap output. Jika besarnya nilai actual sudah sama dengan
nilai target-nya maka efisiensi untuk setiap input atau output sudah terjadi.
Sebaliknya jika nilai antara actual dengan target tidak sama maka efisiensi belum
tercapai.
Lebih lanjut mengenai prosedur yang dilakukan setelah perhitungan
efisiensi dengan DEA. Menurutnya adalah sangat penting untuk memverifikasi
hasil perhitungan efisiensi dengan menggunakan analisis sensitivitas. Dalam
beberapa kasus, output pengukuran DEA sudah cukup untuk menarik kesimpulan.
Namun beberapa kasus lainnya seringkali diperlukan analisis lebih lanjut dari
output DEA.
2.9 Penelitian Terdahulu tentang Kinerja
Pengukuran kinerja menggunakan metode DEA sudah pernah dilakukan
oleh beberapa peneliti untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1
dibawah ini:
27
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No Judul Nama
Peneliti Metodologi Kesimpulan dan Saran
1.
The Efficiency of
Islamic Banking in
Malaysia : Foreign vs
Domestic Bank
Fadzlan
Sufian
(2006)
Penelitian ini menggunakan model DEA
dengan menggunakan variabel input yang
terdiri dari total simpanan, biaya tenaga kerja,
dan aset. Variabel pembiayaan dan pendapatan
operasional sebagai output selama periode
2001-2004.
Hasil penelitian ini menunjukkan secara umum
perbankan syariah di Malaysia mengalami
peningkatan selama periode pengamatan.
Penelitian ini juga menggambarkan bank asing
syariah relatif lebih efisien dibandingkan bank
domestik syariah selama tahun pengamatan.
2.
Analisis Perbandingan
Efisiensi Perbankan
Syariah Di Indonesia
Dengan Metode Data
Envelopment Analysis
(DEA)
Harjum
Muharam
dan Rizki
Pusvitasari
(2007)
Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah DEA dengan
memasukkan variabel total simpanan, biaya
operasional lainnya sebagai variabel input.
Variabel outputnya meliputi: pembiayaan,
aktiva lancar dan pendapatan operasional
lainnya.
Pada tahun 2005 hanya bank BTN Syariah,
Niaga Syariah, dan Permata Syariah yang
mencapai efisiensi 100 persen, sedangkan
sembilan bank lainnya memiliki tingkat
efisiensi yang fluktuatif.
3.
Efficiency Analysis of
Conventional and
Islamic Banks in
Indonesia using Data
Envelopment Analysis
Ascarya,
Diana
Yumanita,
dan Guruh S.
Rokhimah
(2008)
Penelitian ini dianalisis dengan metode DEA.
Variabel total simpanan, biaya tenaga kerja
dan aset sebagai input. Variabel ouputnya
meliputi: pembiayaan dan pendapatan. Kedua
jenis variabel ini digunakan baik pada bank
syariah maupun konvensional.
Selama periode pengamatan tahun 2002-2006,
perbankan syariah dianggap relatif lebih
efisien dibandingkan bank konvensional.
Kinerjanya dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan, kecuali pada tahun 2004. Hal ini
disebabkan perbankan syariah melakukan
langkah yang ekspansif. Studi ini juga
menggambarkan bahwa rata-rata efisiensi BUS
relatif lebih baik dibandingkan UUS maupun
BPRS.
27
2.10 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yang dibangun dalam penelitian ini yaitu untuk
mengukur tingkat efisiensi tiga kantor unit Bank BRI cabang Meulaboh, yaitu
kantor unit Cut Nyak Dhien, kantor unit Johan Pahlawan dan kantor unit Teuku
Umar pada periode 2011 sampai dengan 2012. Peneltian ini mengukur tingkat
efisensi dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)
dengan cara menetukan variabel-variabel input yang meliputi: Jumlah pegawai,
jumlah simpanan, jumlah nasabah dan jumlah biaya operasional (BOP). Adapun
variabel-variabel output yang mencakup: Jumlah kredit yang diberikan dan
jumlah income (pendapatan). Kerangka konseptual dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar 2.3 kerangka konseptual teoritis
3 Kantor Unit Bank BRI Cabang Meulaboh
Variabel input
3. Jumlah pegawai
4. Jumlah simpanan
5. Jumlah nasabah
6. Jumlah biaya
operasional (BOP)
Variabel output
1. Jumlah kredit yang
diberikan
2. Jumlah income
Efisiensi relatif ketiga kantor unit
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian tugas akhir ini bertempat di kantor unit Bank BRI cabang
Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat yaitu kantor unit
Johan Pahlawan, kantor unit Cut Nyak Dhien dan kantor unit Teuku Umar.
3.1.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dapat dijelaskan pada tabel Time Line:
Tabel 3.1 Time Line Penelitian
Kegiatan
Tahun 2013
Minggu Pertama Minggu Kedua Minggu Ketiga Minggu Keempat
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Studi data keuangan
- - - - - - - - - - - - - -
Diskusi - -
- - - - - - - - - - - -
Diskusi Ide Proposal - - - -
- - - - - - - - - -
Pembuatan Proposal
- - - - - -
- - - - - - - -
Penelitian
Pengambilan Data
- - - - - - - -
- - - - -
Penelitian
Pengolahan Data
- - - - - - - - - - -
- -
Penelitian
Penyusunan Laporan - - - - - - - - - - - - - -
29
3.2 Metode Penelitian
Proses pengambilan data yang dilakukan secara bertahap, tahap-tahap ini
pada dasarnya sama dengan model pelaksanaan penelitian dan dapat digunakan
sebagai kerangka utama yang kemudian dapat dikembangkan sesuai kebutuhan.
Pada tugas akhir ini penulis menggunakan data di beberapa kantor unit Bank BRI
Kota Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.
Menggunakan data yang bersumber pada data laporan keuangan tahunan selama
dua tahun yaitu tahun 2011 dan 2012. Data selama dua tahun dipandang cukup
untuk digunakan dalam menentukan efisiensi relatif pada tiap kantor unit Bank
BRI Kota Meulaboh.
Metode DEA bila diartikan secara bebas berarti analisa data terbungkus.
Disebut karena bila hasil dari perhitungan efisiensi telah didapatkan, dan
kemudian diplot dalam suatu grafik dan nilai-nilai yang terluar dihubungkan,
maka akan melingkupi atau membungkus nilai-nilai tertentu. Cara pengukuran
yang digunakan dalam metode DEA adalah dengan membandingkan antara output
yang dihasilkan dengan input yang ada.
………………………
Nilai efisiensi sautu unit antara 0 sampai dengan 1
DMU dikatakan efisien jika:
1. Dari segi orientasi output
output naik saat input tetap
Efisiensi naik
output tetap saat input turun
30
2. Dari segi orientasi input
input tetap saat output naik
Efisiensi naik
Input turun saat output tetap
Metode penelitian dijelaskan pada flowchart efesiensi relatif
menggunakan metode DEA, gambar 3.1 sebagai berikut::
Menentukan Faktor - Input
- Output
Pengukuran efesiensi
Mulai
Study Pustaka
Pengambilan data
Kantor Unit BRI Kota Meulaboh - Unit Johan Pahlawan - Unit Cut Nyak Dhien - Unit Teuku Umar
A
31
Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian DEA di Kantor Unit BRI
Langkah-langkah Data Envelopment Analysis (DEA) yang diterapkan di
Kantor Unit Bank BRI Kota Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten
Aceh Barat antara lain:
1. Studi pustaka
Tahap ini melakukan kegiatan mempelajari Data Envelopment Analysis (DEA)
melalui buku pedoman kuliah dan beberapa tulisan ilmiah atau paper.
Nilai efisiensi
Unit Johan Palahalwan
Peers group unit
Nilai efisiensi Unit Teuku
Umar
Nilai efisiensi Unit Cut
Nyak Dhien
Efisiensi relatif
Analisis peningkatann
input / output
Selesai
Peers group unit
Peers group unit
A
Penentuan nilai
peningkataan input /
output
Kesimpulan
32
Sehingga diperoleh landasan teori yang digunakan dalam penelitian yang
dilakukan.
2. Pengambilan data
Tahap ini yaitu pengumpulan data yang berasal dari data laporan keuangan
tahunan di kantor unit Bank BRI Kota Meulaboh.
3. Menentukan faktor
Yaitu data yang diperoleh kemudian dipisahkan menjadi faktor input dan
faktor output.
Faktor input terdiri dari:
a. Jumlah Pegawai
b. Jumlah Simpanan
c. Jumlah Biaya
d. Jumlah nasabah
Faktor output terdiri atas:
a. Jumlah kredit yang diberikan
b. Jumlah pendapatan
4. Pengukuran efisiensi
Dilakukan dengan membuat model DEA-CCR primal, super efesiensi dan
DEA-CCR dual. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan software komputer.
5. Efisiesi relatif
Yaitu membandingkan hasil pengukuran efisiensi relatif dari tiap kantor unit
BRI Kota Meulaboh.
33
6. Analisis peningkatan input / output
Yaitu untuk mengetahui penyebab ketidakefisienan dan apakah dapat
dilakukan perubahan nilai input dan output untuk meningkatkan nilai efisiensi
Bank.
7. Penentuan nilai peningkatan input / output
Yaitu menetukan perubahan nilai terhadap input / output untuk meningkatkan
efisiensi kinerja.
8. Kesimpulan
Yaitu menyimpulkan hasil dan informasi dari langkah-langkah sebelumnya
dan memberikan saran-saran sebagai masukan untuk pihak perbankan.
3.3 Metode Pengambilan Data
Pengambilan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode
pengambilan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Dalam tugas
akhir ini metode yang digunakan untuk pengambilan data antara lain:
1. Pengambilan data dengan observasi langsung.
Pengambilan data dengan observsi langsung atau dengan pengamatan
langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengambilan data dengan
observasi memiliki beberapa keuntungan:
a. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat
hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut
berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data
34
yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera
dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang.
b. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak
dapat berkomunikasi secara verbal dan yang tidak mau berkomunikasi secara
verbal.
2. Pengambilan Data dengan Interview
Selain dari pengambilan data dengan cara pengamatan, maka penulis
juga memperoleh data dengan interview. Dalam tugas akhir ini informasi atau
keterangan diperoleh langsung dari pimpinan dan karyawan dengan cara bertatap
muka dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara). Pengambilan data dengan interview memiliki beberapa keuntungan:
a. Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden.
b. Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah
pertanyaan baru dan memperoleh data yang banyak.
3. Pengambilan Data dengan Penggunaan Dokumen
Penulis dalam tugas akhir ini juga menggunakan data dokumen
perusahaan. Pengambilan data dengan penggunaan dokumen memiliki beberapa
keuntungan sebagai berikut:
a. Dapat memberikan gambaran berbagai informasi tentang perusahaan pada
waktu yang sudah lampau (yang direkam atau didokumentasikan).
b. Dapat merekam berbagai jenis data tentang keuntungan dan kerugian
perusahaan.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya, pada bagian ini penulis akan menjelaskan tentang Implementasi fungsi dan
wewenang Mukim menurut Qanun Kabupaten Nagan Raya Nomor 7 tahun 2011
Tentang Pemerintahan Mukim Di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya.
4.1.1 Kondisi geografis
Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu kabupaten yang sedang
tumbuh dan berkembang di provinsi Aceh. Kabupaten yang terletak di pesisir
pantai-barat selatan ini merupakan hasil pemekaran wilayah dari kabupaten Aceh
Barat dan terbentuk secara definitive berdasarkan undang- undang Nomor 4 tahun
2002 dan telah di tetapkan pula Suka Makmue sebagai Ibu kota Kabupaten Nagan
Raya. Secara geografis, kedudukan Kabupaten Nagan Raya berada pada titik
koordinat antara 030.40’-04
038’ Lintang Utara (LU) dan 96
0.11-96
048’ Bujur
Timur (BT). Dengan posisi ini, Kabupaten Nagan Raya berbatasan langsung
dengan 4 kabupaten lainnya, yaitu Aceh Barat, Aceh Tengah, Gayo Lues, dan
Aceh Barat Daya. Luas wilayah Kabupaten Nagan Raya mencapai 3.363,72
kilometer persegi (km2) atau setara 5,86 persen dari luas wilayah Provinsi Aceh
(57.365,57 km2).
Kedudukan Kabupaten Nagan Raya yang berada di lintas jalan nasional di
wilayah pantai barat-selatan Aceh, merupakan peluang strategis yang harus
40
didayagunakan secara optimal. Pemerintah Kabupaten Nagan Raya dengan
dukungan dari pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat akan berusaha keras
menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah barat-selatan. Sedangkan posisi
Nagan Raya yang berbatasan dengan Aceh Tengah dan Gayo Lues,
memungkinkan kemitraan lintas daerah dalam menjalin transaksi perdagangan
komoditas hasil pertanian, industry pengolahan, pariwisata, jasa, dan lainnya.
Sementara itu, posisi Nagan Raya yang dikelilingi Samudera Indonesia,
tepatnya dibagian selatan, terbukanya peluang yang sangat besar untuk
mewujudkan arus perputaran orang, barang, dan jasa melalui jalur laut, baik
wilayah pantai barat-selatan maupun dengan pusat pemerintahan provinsi Aceh
(Banda Aceh) dan Kabupaten Aceh Besar/sabang atau pun ke Sumatera Utara.
Untuk mewujudkan peluang tersebut Pemerintah Kabupaten Nagan Raya telah
menjajaki kerja sama dengan PT. Pelindo untuk membangun pelabuhan laut multi
purphose di Kuala Tripa Kecamtan Tripa Makmur. Hal ini juga didukung dengan
potensi sumber daya pesisir dan kekayaan laut yang cukup besar yang apabila
dimanfaatkan dengan baik dan berkelanjutan (Sustainable development) dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama nelayan di pesisir dan mendorong
kemajuan wilayah pesisir.
4.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi
Pembangunan sektor ekonomi telah pula menunjukan keberhasilan yang
cukup besar. Pembangunan sektor ekonomi diarahkan pada subsektor pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan dan industry serta perdagangan. Kabupaten
Nagan Raya mempunyai lahan baku sawah mencapai 18.895 ha dengan tingkat
produktivitas mencapai 4,6 ton/ha. Untuk meningkatkan kualitas mutu beras, telah
pula dibangun 1 (satu) unit kilang padi modern yaitu RMP di Komplek BBU Pulo
41
Ie kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Disamping pertanian padi sawah,
tanaman hortikultura lainnya juga tidak luput dari pembangunan yang telah dan
akan dilaksankan.
Selain pembangunan pada sektor pertanian, sektor perkebunan juga
menjadi salah satu produk unggulan/andalan Kabupaten Nagan Raya yaitu
komoditi kelapa sawit, kelapa dalam, karet, kopi, kakao, buah naga dan nilam.
Khusus untuk komoditas kelapa sawit, di Kabupaten Nagan Raya terdapat 17
buah perusahaan yang menanamkan modalnya baik PMDN atau pun PMA dengan
luas areal mencapai 72.420 Ha dengan prduksi mencapai 280.164 Ton/Tahun
Tandan Buah Segar (TBS) . Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang terdapat di Nagan
Raya sejumlah 5 (lima) unit dengan prduksi CPO mencapai 34.926 Ton/Tahun.
Sedangkan Luas perkebunan rakyat untuk komoditi kelapa sawit yang tersebar di
semua kecamatan dalam kabupaten nagan Raya mencapai 38.649 ha dengan
produksi mencapai 141.561 ton/tahun.
Perkebunan komoditi karet di kabupaten Nagan Raya, dengan luas areal
mencapai 8.300,5 ha dengan produksi mencapai 3.631,9 ton/tahun. Komoditi
kakao/coklat di Kabupaten Nagan Raya mempunyai luas perkebunan coklat 2.498
Ha, sementara produksinya 569 ton/tahun.
Tanaman buah naga di Kabupaten Nagan Raya cukup menjanjikan, karena
buah naga merupakan komoditi yang sangat berguna bagi protein tubuh dan
kesehatan. Saat ini pengembangan buah naga terdapat di Kecamatan Kuala Pesisir
dengan luas areal mencapai 20 Ha.
Pada sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Nagan Raya mempunyai
panjang garis pantai lebih kurang 74,4 Km yang diperuntukkan bagi perikanan
tangkap. Unutk memudahkan bagi nelayan telah pula dibangun 1 (satu) unit PPI
42
di Kuala Tuha Kecamatan Kuala Pesisir. Perikanan darat dititik baratkan pada
pengembangan kolam ikan air tawar dan juga pengembangan Balai Benih Ikan
yang terdapat di Kecamatan Beutong dan Kecamatan Seunagan.
Pembangunan sektor peternakan dititik baratkan pada komoditi sapid an
kerbau, yang diarahkan untuk memenuhi swasembada kebutuhan konsumsi ternak
di Kabupaten Nagan Raya dan Provinsi Aceh. Jenis komoditi ternak yang menjadi
produk unggulan di Kabupaten Nagan Raya adalah ternak sapi, kerbau, itik dan
kambing.
Sapi potong merupakan komoditi unggulan yang cukup potensial
dikembangkan di Kabupaten Nagan Raya. Melalui APBD provinsi dan APBD
Kabupaten sejak tahun 2004 sampai sekarang telah mengalokasikan dana sebesar
± 3.4 milyar untuk pengembangan Unit Pelaksana Tehnis Dinas (UPTD) Padang
Turi sebagai pusat penggemukan dan pembibitan serta sarana pendidikan dan
penelitian bagi masyarakat peternak dan petani serta mahasiswa.
Kabupaten Nagan Raya mempunyai potensi sumber daya hutan dengan
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi yang dapat memberikan manfaat yang
sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat apabila dikelola dengan baik dan
bijaksana. Kabupaten Nagan Raya memiliki wilayah hutan 156.449,10 ha,
didalamnya terdapat hutan lindung 74.335 ha, hutan produksi tetap 14.750, hutan
produksinya terbatas 26.657 ha, hutan yang dapat dikonversikan 20.294 ha serta
hutan rakyat 20.413 ha.
Sektor pertambangan di Kabupaten Nagan Raya mempunyai potensi yang
cukup besar yaitu Batubara, Emas, Grabit dan lainnya. Khusus Batubara saat ini
telah ada 1 perusahaan yang melakukan eksploitasi dari beberapa perusahaan yang
43
telah memiliki izin eksplorasi. Sedangkan pada sumber bahan tambang emas,
masih dalam tahap eksplorasi.
Pengembangan sektor industri di Kabupaten Nagan Raya diarahkan pada
tiga sasaran pokok, yaitu pengembangan industri kecil, industri menengah dan
industri besar. Industri kecil merupakan kegiatan strategi untuk menyerap
lapangan kerja disektor informal. Termasuk dalam industri kecil adalah kerajinan
bamboo dan kerajinan kasab. Hingga kini belum banyak investor yang secara
komersial bermitra secara saling menguntungkan. Maka program kemitraan
dengan industri kecil yang didasarkan atas prinsip – prinsip profit oriented
merupakan peluang investasi yang cukup cerah.
Industri menengah juga masih belum juga mendapatkan perhartian dari
para investor. Memang telah ada beberapa lembaga perbankan yang memberikan
modal usaha pada industri menengah seperti Bank Pembangunan Daerah (BPD)
dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) . Akan tetapi modal usaha yang diberikan oleh
pihak perbankan belum cukup memadai untuk meningkatkan kapasitas produksi
dan pemasaran adalah industri gergajian, industri remiling karet, pengolahan ikan.
4.1.3 Kondisi Pendidikan, Kesehatan Sosial, Budaya dan Agama
Pembangunan sektor sosial, Budaya dan Agama yang telah dilaksanakan
meliputi pembangunan sektor pendidikan, kesehatan, syariat islam dan social
budaya lainnya serta transmigrasi. Pembangunan pendidikan di fokuskan pada
peningkatan kapasitas tenaga pendidik dan sarana prasarana lainnya. Jumlah
sekolah di Kabupaten Nagan Raya, yang terdiri dari SD sejumlah 129 Unit, SLTP
31 Unit, SLTA 17 Unit, SMK 2 Unit dengan tenaga pendidik sejumlah 2.842
orang.
44
Pada sektor kesehatan Kabupaten Nagan Raya telah memiliki 1 unit
Rumah Sakit Umum Daerah yang sekarang berganti nama menjadi Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) yang terdapat di ujong Patihah Kec. Kuala.
Pembangunan RSUD tersebut atas kerja sama Yayasan Ekosistem Lestari (YEL)
dan Caritas Switzerland pada tahun 2008. Jumlah Puskesmas di Kabupaten Nagan
Raya sebanyak 12 unit. Pembangunan sektor sosial lainnya di arahkan pada
pembangunan sarana dan prasarana peribadatan dan social masyarakat.
Pembangunan Transmigrasi di Kabupaten Nagan Raya telah ada sejak
wilayah ini masih bergabung dengan Aceh Barat. Penempatan Transmigrasi
dimulai sejak taun 1980 s/d 1988 dengan jumlah sebanyak 4.730 KK atau 20.382
jiwa yang tersebar di 12 UPT. Pasca konflik warga transmigrasi yang kembali ke
lokasi sejumlah 2.496 KK atau 8.818 jiwa. Kedepan dalam rangka pengembangan
transmigrasi baik Translok atau Trans umum, Kabupaten Nagan Raya masih
tersedia areal seluas 10.035 Ha. Prioritas Pengembangan Transmigrasi untuk
tahun 2014 dan 2015 terdapat 4 lokasi pengembangan yaitu Keutubong Tunong
Desa Kabu Tunong Kecamtan Seunagan Timur, Gampong Blang Meurandeh/Alue
Batee Nuasah, Gampong Babah Suak/krueng Sangoi dan Gampong Blang
Puuk/jagong Jeget Kec. Beutong Ateuh Banggalang.
4.1.4 Gambaran Umum Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya
Setelah pemekaran Kabupaten Nagan Raya dengan undang-undang nomor
4 tahun 2002 dari Kabupaten Induk Aceh Barat, wilayah nagan raya mempunyai 5
(lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Seunagan, Kecamatan Kuala, Kecamatan
Beutong, Kecamatan Darul Makmur, dan Kecamatan Sunagan Timur.
45
Seiring dengan perkembangan zaman seorang putra keude linteng bernama
T. Amir Diwan yang pada saat itu menjabat sebagai Camat Seunagan,
memunculkan ide cemerlangnya untuk memekarkan wilayah Seunagan menjadi 2
(dua) bagian yaitu kecamatan Seunagan dan kecamatan Seunagan Timur. Gagasan
dari T. Amir Diwan ini disambut baik oleh beberapa tokoh masyarakat sehingga
inisitif tahun 1988 untuk mengembangkan kecamatan baru yaitu kecamatan
Seunagan Timur terwujud dan diresmikan oleh Mentri dalam Negeri pada Tahun
2000 berdasarkan pereturan daerah nomor 5 tahun 2000 tentang pemekaran
Kecamatan Panga, Arongan Lambalek, Bubon, Pante Ceremen, Meureubo, dan
Seunagan Timur.
Nama Seunagan Timur diambil berdasarkan letak geografisnya yang
berada pada wilayah sebelah timur dari Kecamatan Seunagan. Kecamatan
Seunagan Timur memiliki jumlah mukim 4, jumlah desa 34 serta jumlah
penduduk sebesar 13.021 jiwa.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Implementasi fungsi dan wewenang Mukim menurut Qanun
Kabupaten Nagan Raya Nomor 7 tahun 2011 Tentang Pemerintahan
Mukim Di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya
a. Implementasi Fungsi Mukim dalam menjalakan tugas
Implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan
kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji
terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk
atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak
bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.
46
Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam organisasi karena
manusialah yang mampu menggerakkan seluruh komponen yang berada dalam
organisasi. Organisasi tanpa manusia tidak akan berjalan
Said Isa Quraisy selaku Mukim Blang Ara mengatakan:
“Implementasi Fungsi Mukim dalam menjalakan tugas selama
ini sudah berjalan dengan baik dan sudah sesuai dengan sistem
dan qanun mukim yang telah kita jalankan selama ini, saya
selaku mukim Blang Ara dalam menjalankan segala aktifitas
sebaik Mukim selalu melibatkan segala unsur yang ada di
Mukim baik itu di bagian adat maupun lainya ” (Wawancara,
20 Agustus 2016,).
Di sisi lain, H. Marsul Alam Mukim Paya mengatakan bahwa:
“Manurut saya implementasi fungsi Mukim menurut Qanun
Nomor 7 tahun 2011selama ini sudah kami jalankan seseuai
dengan qanun yang telah di terapkan yaitu Penyelenggaraan
pemerintahan berdasarkan adat, dan tugas pembantuan serta
segala urusan pemerintahan lainnya yang berada di wilayah
kerja kami, Pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kehidupan berdemogafi secara berkeadilan
yang inklusif di mukim, selanjutnya ini yang paling penting
Peningkatan kualitas pelaksanaan Syari’at Islam namun sulit
dalam penerapanya baik di tempat ini maupun di tempat lain
yang ada di Aceh selanjutnya Pembinaan dan fasilitasi
kemasyarakatan di bidang pendidikan, peradatan, sosial
budaya, ketentraman dan ketertiban masyarakat di kemukiman
dan Penyelesaian persengketaan adat di kemukiman
(Wawancara, 20 Agustus 2016).
Abdullah Sani Mukim Keude Linteng mengatakan bahwa mengatakan :
“Menurut hemat saya implementasi fungsi Mukim dalam
menjalakan tugasnya selama ini adalah sebagimana di arahkan
dalam Qanun Pemerintahan Kabupaten Nagan Raya yang
berkaitan dengan fungsi mukim yaitu kami selaku Mukim
bertanggung jawab dalam mengatasi kesenjangan-kesenjangan
sosial yang terjadi dalam masyarakat dan bagaimana
memberikan suatu pelayanan yang menyeluruh kepada
masyarakat dalam peranan yang dimiliki sehingga tidak
terjadi hal-hal yang melanggar aturan yang telah di tetapkan
oleh pemerointah setempat . (Wawancara, 21 Agustus 2016)
47
Nurdin Ubit selaku Mukim Blang Panyang mengatakan:
“Menurut Saya implementasi fungsi Mukim dalam
menjalakan tugasnya selama sudah dilaksanakan sesuai
dengan qanun yaitu mengatasi kesenjangan sosial yang terjadi
dalam masyarakat dan memberikan suatu pelayanan yang
menyeluruh kepada masyarakat gampong yang ada di
Kecamatan Seunagan Timur (Wawancara, 21 Agustus 2016)
Selanjutnya hasil wawancara peneliti dengan M. Yunus selaku Keuchik
Gampong Mon Bateung mengatakan:
“Menurut saya implementasi fungsi Mukim dalam menjalakan
tugasnya selama ini sudah sangat baik dimana mereka
menjalankan tugas denga penuh tanggung jawab apa lagi
dalam membina masyarakat untuk lebih maju dan berkembang
khusunya di bidang syariat islam (Wawancara, 22 Agustus
2016)
Hasil wawancara peneliti dengan Said Cut Husen selaku Keuchik
Gampong Ie Beudoh mengatakan:
“Menurut saya fungsi Mukim dalam menjalakan tugasnya
selama ini sudah efektif baik di unsure pemerintahan
gampong maupun Kecamatan, mereka bekerja secara
maksimal, selain itu kita para Keuchik bisa berjumpa atau
melakukan diskusi di kantor pemukiman di rumah mereka juga
bisa kita jumpai”. (Wawancara, 22 Agustus 2016)
Hasil wawancara peneliti dengan Balukiah selaku Keuchik Gampong
Suak Perebong mengatakan;
“Menurut saya fungsi Mukim dalam menjalakan tugasnya
selama ini sudah bagus. Kenapa saya katakan bagus karena
kami telah memilihnya lebih dari satu kali artinya kinerja
beliau dalam menjabat sebagai mukim di sini sudah sangat
bagus”. (Wawancara, 22 Agustus 2016)
Selanjutnya Anasruddin selaku selaku Keuchik Blang Ara
Keude mengatakan; fungsi Mukim dalam menjalakan
kinerjanya selama ini menurut saya sudah maksimal dan bisa
di pertanggung jawabkan di hadapan geuchik maupun pihak
Kecamatan”. (Wawancara, 23 Agustus 2016)
48
Muhammad Sani selaku Keuchik Blang Ara Gampong mengatakan;
“Menurut saya fungsi Mukim dalam menjalakan kinerjanya
selama ini sudah bagus, kami salaku warganya merasa senang
dan bangga atas kinerja beliau selama ini dalam membuat
kebijakan di gampong, tanpa mengenal lelah beliau bekerja ”.
(Wawancara, 23 Agustus 2016)
Selanjutnya Kamaruzaman selaku Keuchik Krueng Kulu mengatakan;
“Fungsi Mukim dalam menjalakan tugasnya selama ini tidak
terlepas dari kerja keras beliau dan unsure-unsur lainya yang
menjabat di Kemukiman saya mewakili unsur gampong
mengatakan bahwa fungsi beliau selama ini sudah bagus dan
maksimal”. (Wawancara, 23 Agustus 2016)
Jamalul Hakim selaku Keuchik Cot Punti mengatakakan:
“Fungsi Mukim dalam menjalakan tugasnya selama ini sudah
sesuai dengan yang di anjurkan oleh pihak kecamatan dan
qanun pemerintahan No 7 tahun 2011 pasal 4 dan 5 tentang
fungsi mukim yaitu salah satunya Pembinaan dan fasilitasi
kemasyarakatan di bidang pendidikan, peradatan, sosial
budaya, ketentraman dan ketertiban masyarakat di
kemukiman”. (Wawancara, 23 Agustus 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
Implementasi Fungsi Mukim dalam menjalakan tugas di Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya sudah bagus dan maksimal artinya segala sesuatu
di jalankan sesuai dengan qanun yang telah di tetapkan oleh pihak Kabupaten
Nagan Raya.
b. Kemampuan Mukim dalam menjalankan tugasnya.
Said Isa Quraisy selaku Mukim Blang Ara mengatakan:
“Saya sebagai mukim di tuntut harus mampu mengambil
sebuah kebijakan demi kepentingan bersama, dalam hal ini
saya sebagai imum mukim harus mampu dan saya merasa
mampu dalam hal pengambilan keputusan baik dalam hal
sengketa maupun dalam hal sosial lainya khusunya yang ada di
wilayah kerja saya ” (Wawancara, 20 Agustus 2016,).
49
Di sisi lain, H. Marsul Alam Mukim Paya mengatakan bahwa:
“Manurut saya kemampuan mukim yang di embankan kepada
saya saat ini sudah saya jalakan sesuai dengan keputusan
bersama, baik dari pihak geuchik ataupun pihak-pihak lain
baik dalah hal kebijakan maupun dalam hal keputusan bersama
sudah saya jalankan dengan semaksimal mungkin
(Wawancara, 20 Agustus 2016).
Abdullah Sani Mukim Keude Linteng mengatakan bahwa mengatakan :
“Menurut hemat saya sebagai Imum mukim saya mempunyai
kemampuan lebih dari masyarakat lain baik dalam hal
pembuat keputusan maupun pengambilan kebijakan, hal ini
memang harus ada dalam diri semua imum mukim baik yang
ada di Kecamatan Seunagan maupun kecamatan-kecamatan
lain yang ada di Kabupaten Nagan Raya. (Wawancara, 21
Agustus 2016)
Nurdin Ubit selaku Mukim Blang Panyang mengatakan:
“Menurut Saya semua Imum Mukim yang ada di Kabupaten
Nagan Raya di haruskan mempunyai kemampuan atau kahlian
dalam pengambilan kebijakan itu merupakn poin penting
syarat penting untuk menjadi imum mukim, namun dalam hal
ini jika ingin melihat kemampuan saya, saya mampu dalam hal
tesebut, baik dalam hal penyelesaian sengketa dimasyarakat
maupun dalam hal lain yang berkaitan dengan tugas saya
sebagi mukim di Kecamatan Seunagan Timur (Wawancara,
21 Agustus 2016)
Selanjutnya hasil wawancara peneliti dengan M. Yunus selaku Keuchik
Gampong Mon Bateung mengatakan:
“Manurut saya Kemampuan Mukim dalam menjalakan sistem
pemerintahanya di kemukiman sudah baik beliau mempunyai
keahlian dan, semua tugas yang di embankan di jalankan
dengan baik dan sungguh-sungguh (Wawancara, 22 Agustus
2016)
50
Hasil wawancara peneliti dengan Said Cut Husen selaku Keuchik
Gampong Ie Beudoh mengatakan:
“Menurut Saya Kemampuan Mukim yang ada disini sedikit
banyaknya mempunyai keahlian yang lebih dari masyarakat
yang lainnya, mereka selalu mengambil kebijakan dari suara
terbanyak”. (Wawancara, 22 Agustus 2016)
Hasil wawancara peneliti dengan Balukiah selaku Keuchik Gampong
Suak Perbong mengatakan;
“Menurut saya kemampuan Mukim dalam menjalakan
tugasnya bisa di andalakan dalam segala hal beliau mampu
bekerja dengan baik dan sesuai dengan arahan dari atasan atau
pihak Kecamatan”. Selanjutnya Anasruddin selaku selaku
Keuchik Blang Ara Keude mengatakan; fungsi Mukim dalam
menjalakan kinerjanya selama ini menurut saya sudah
maksimal dan bisa di pertanggung jawabkan di hadapan
geuchik maupun pihak Kecamatan”. (Wawancara, 22 - 23
Agustus 2016)
Muhammad Sani selaku Keuchik Blang Ara Gampong mengatakan;
Menurut saya fungsi Mukim dalam menjalakan kinerjanya
selama ini sudah bagus, kami salaku warganya merasa senang
dan bangga atas kinerja beliau selama ini dalam membuat
kebijakan di gampong, tanpa mengenal lelah beliau bekerja ”.
Selanjutnya Kamaruzaman selaku Keuchik Krueng Kulu
mengatakan; Kemampuan Mukim Kecamatan Senagan Timur
dalam menjalankan rodah pemerintahanya sudah diakui oleh
masyarakat dan pihak Kecamatan mereka mempunyai
wawasan yang luas dan mampun membuat sebuah kebijakan
maupun keputusan yang baik bagi kehidupan bermasyarakat”.
(Wawancara, 23 Agustus 2016)
Jamalul Hakim selaku Keuchik Cot Punti mengatakakan:
“Menurut saya kemampuan mukim yang ada di Kecamatan
Seunagan Timur saat ini mampu membawa dan
mengembangkan gampong-gampong yang mereka pimpin
kearah yang lebih baik, baik di bidang pendidikan, peradatan,
sosial budaya, ketentraman dan ketertiban masyarakat”.
(Wawancara, 23 Agustus 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
Kemampuan Mukim dalam menjalankan tugasnya sudah di jalankan dengan baik
51
dan bijaksana serta kemampuan mukim yang ada di Kecamatan Seunagan Timur
mampu membawa dan mengembangkan gampong-gampong yang mereka pimpin
kearah yang lebih baik, baik di bidang pendidikan, peradatan, sosial budaya,
ketentraman dan ketertiban masyarakat.
c. Wewenang mukim dalam menangani segala urusan di dalam pemerintahan
gampong
Said Isa Quraisy selaku Mukim Blang Ara mengatakan:
“Menurut saya wewenang mukim dalam menangani segala
urusan di dalam pemerintahan gampong adalah
Penyelenggaraan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan
hak asal usul dan ketentuan adat serta adat istiadat,
Penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan peraturan
perundang-undangan belum menjadi/belum dilaksanakan oleh
pemerintahan Aceh, pemerintahan Kabupaten, Pemerintahan
Kecamatan, Pelaksanaan tugas pembantuan dari pemerintahan
pusat, pemerintahan Aceh, pemerintahan Kabupaten dan
Pemerintahan Kecamatan, Pengawasan pembangunan, fungsi
ekologi dan pengelolaan sumber daya alam (SDA) di
Kemukiman, Penyelenggaraan pemerintahan Mukim lainnya
yang di berikan berdasarkan peraturan perundang-undangan ”
(Wawancara, 20 Agustus 2016,).
Di sisi lain, H. Marsul Alam Mukim Paya mengatakan bahwa:
“Menurut saya wewenang mukim dalam menangani segala
urusan di dalam pemerintahan gampong yang pertama adalah
sebagai perpanjangan tangan pihak Kecamatan dalam hal
pengawasan terhadap pihak gampong, yang kedua sebagai,
Pelaksanaan tugas pembantuan dari pemerintahan pusat,
pemerintahan Aceh, pemerintahan Kabupaten dan
Pemerintahan Kecamatan, Pengawasan pembangunan, fungsi
ekologi dan pengelolaan sumber daya alam (SDA) di
Kemukiman, yang ketiga sebagai Penyelenggaraan
pemerintahan Mukim lainnya yang di berikan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang ada (Wawancara, 20
Agustus 2016).
52
Abdullah Sani Mukim Keude Linteng mengatakan bahwa
mengatakan :
“Menurut hemat saya wewenang mukim dalam menangani
segala urusan di dalam pemerintahan gampong adalah
Penyelenggaraan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan
ketentuan adat serta adat istiadat, Penyelenggaraan
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan
belum menjadi/belum dilaksanakan oleh pemerintahan Aceh,
pemerintahan Kabupaten, Pemerintahan Kecamatan,
Pelaksanaan tugas pembantuan dari pemerintahan pusat,
pemerintahan Aceh, pemerintahan Kabupaten dan
Pemerintahan Kecamatan, Pengawasan pembangunan,
Penyelenggaraan pemerintahan Mukim lainnya yang di
berikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku . (Wawancara, 21 Agustus 2016)
Nurdin Ubit selaku Mukim Blang Panyang mengatakan:
“Menurut Saya wewenang mukim dalam menangani segala
urusan di dalam pemerintahan gampong yaitu sebagaimana
yang telah diatur dalam qanun pemerintahan Kabupaten Nagan
Raya tahun 2011 No.7 pasal 5 tentang wewenag mukim yaitu
Penyelenggaraan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan
hak asal usul dan ketentuan adat serta adat istiadat,
Penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan peraturan
perundang-undangan belum menjadi/belum dilaksanakan oleh
pemerintahan Aceh, pemerintahan Kabupaten, Pemerintahan
Kecamatan, Pelaksanaan tugas pembantuan dari pemerintahan
pusat, pemerintahan Aceh, pemerintahan Kabupaten dan
Pemerintahan Kecamatan, Pengawasan pembangunan, fungsi
ekologi dan pengelolaan sumber daya alam (SDA) di
Kemukiman, Penyelenggaraan pemerintahan Mukim lainnya
yang di berikan berdasarkan peraturan perundang-undangan
(Wawancara, 21 Agustus 2016)
Selanjutnya hasil wawancara peneliti dengan M. Yunus selaku Keuchik
Gampong Mon Bateung mengatakan:
“Menurut wewenang mukim dalam menangani segala urusan
di dalam pemerintahan gampong adalah sebagai perpanjangan
tangan dari pihak Kecamatan dalam hal pembuat sebuah
kebijakan dan penyelesaian segala sesuatu yang ada di
gampong-gampong seperti sengketa tanah, perkelahian dan
hal-hal lainnya yang berkaitan dengan pemerintahan mukim
(Wawancara, 22 Agustus 2016)
53
Hasil wawancara peneliti dengan Said Cut Husen selaku Keuchik
Gampong Ie Beudoh mengatakan:
“Menurut saya wewenang mukim dalam menangani segala
urusan di dalam pemerintahan gampong adalah
Penyelenggaraan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan
adat serta adat istiadat, Penyelenggaraan pemerintahan
berdasarkan peraturan perundang-undangan belum
menjadi/belum dilaksanakan oleh pemerintahan Aceh,
pemerintahan Kabupaten, Pemerintahan Kecamatan,
Pelaksanaan tugas pembantuan dari pemerintahan pusat,
pemerintahan Aceh, pemerintahan Kabupaten dan
Pemerintahan Kecamatan, Pengawasan pembangunan, fungsi
ekologi dan pengelolaan sumber daya alam (SDA) di
Kemukiman, Penyelenggaraan pemerintahan Mukim lainnya
yang di berikan berdasarkan peraturan perundang-undangan”.
(Wawancara, 22 Agustus 2016)
Hasil wawancara peneliti dengan Balukiah selaku Keuchik Gampong
Suak Perbong mengatakan;
“Menurut saya wewenang mukim dalam menangani segala
urusan di dalam pemerintahan gampong adalah menjalankan
tugasnya berdasarkan qanun atau ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten dan pemerintah
Kecamatan, apa yang telah di tulis dalam qanun tersebut
merupakan wewenang yang harus di jalankan oleh setiap
Imum mukim yang ada di Aceh, baik di Kabupaten Nagan
Raya maupun Kabupaten Lainnya”. (Wawancara, 22 Agustus
2016)
Selanjutnya Anasruddin selaku selaku Keuchik Blang Ara Keude
mengatakan;
“Menurut saya wewenang mukim dalam menangani segala
urusan di dalam pemerintahan gampong adalah melihat dan
mengawasi segala unsur yang ada di pihak Gampong serta
Penyelenggaraan ketentuan adat serta adat istiadat”.
(Wawancara, 23 Agustus 2016)
Muhammad Sani selaku Keuchik Blang Ara Gampong mengatakan;
“Menurut saya wewenang mukim dalam menangani segala
urusan di dalam pemerintahan gampong adalah menetapkan
ketentuan adat serta adat istiadat, Penyelenggaraan
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan
belum dilaksanakan oleh pemerintahan Aceh, pemerintahan
54
Kabupaten, Pemerintahan Kecamatan, Pelaksanaan tugas
pembantuan dari pemerintahan pusat, pemerintahan Aceh,
pemerintahan Kabupaten dan Pemerintahan Kecamatan”
(Wawancara, 23 Agustus 2016)
Selanjutnya Kamaruzaman selaku Keuchik Krueng Kulu mengatakan;
“Menurut saya wewenang mukim dalam menangani segala
urusan di dalam pemerintahan gampong adalah yaitu
Penyelenggaraan pemerintahan yang sudah ada dan ketentuan
adat serta adat istiadat, , Pengawasan pembangunan,
pengelolaan sumber daya alam (SDA) di Kemukiman,
Penyelenggaraan pemerintahan Mukim lainnya yang di
berikan berdasarkan peraturan perundang-undangan”.
(Wawancara, 23 Agustus 2016)
Jamalul Hakim selaku Keuchik Cot Punti mengatakakan:
“Menurut saya wewenang mukim dalam menangani segala
urusan di dalam pemerintahan gampong adalah sebagai
penpanjangan segala urusan kecamatan terhadap gampong-
gampong yang menjadi wilayah kerjanya, sebagai pembuat
kebijakan terhadap persoalan yang dihadapi oleh pihak
gampong, sebagai unsur ketentuan adat serta adat istiadat,
sebagai Pengawasan pembangunan”. (Wawancara, 23 Agustus
2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
wewenang mukim dalam menangani segala urusan di dalam pemerintahan
gampong adalah sebagai Penyelenggaraan pemerintahan yang sudah ada
berdasarkan hak asal usul dan ketentuan adat serta adat istiadat, Penyelenggaraan
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan belum menjadi/belum
dilaksanakan oleh pemerintahan Aceh, pemerintahan Kabupaten, Pemerintahan
Kecamatan, Pelaksanaan tugas pembantuan dari pemerintahan pusat,
pemerintahan Aceh, pemerintahan Kabupaten dan Pemerintahan Kecamatan,
Pengawasan pembangunan, fungsi ekologi dan pengelolaan sumber daya alam
(SDA) di Kemukiman, Penyelenggaraan pemerintahan Mukim lainnya yang di
berikan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
55
d. Kondisi adat dan adat istiadat yang dijalankan oleh imum Mukim selama ini
Said Isa Quraisy selaku Mukim Blang Ara mengatakan:
“Adat istiadat merupakan kebiasaan atau tradisi-tradisi yang
dijalankan dalam kebiasaan hidup sehari-hari oleh masyarakat
di mana pun, kebiasaan tersebut menjadi landasan untuk
berpijak bagi masyarakat setempat dalam melakukan sesuatu,
kodisi adat dan adat istiadat selama ini masih di jalakankan
sebagaimana biasanya, jika dengan hukum ada sudah tidak
biasa di selesaikan suatu perkara, maka dalam hal ini hukum
pemerintahan NKRIlah yang akan berlaku” dan di sisi lain, H.
Marsul Alam Mukim Paya mengatakan bahwa: “Manurut
saya hukum adat selalu kita utamakan jika ada perselisihan
atau sengketa yang ada baik di gampong yaitu dengan
masyarakt maupun pihak Kecamatan. (Wawancara, 20
Agustus 2016)
Abdullah Sani Mukim Keude Linteng mengatakan bahwa mengatakan:
“Menurut saya kondisi adat istiadat masih tetap berjalan
sebagaimana mestinya hal-hal bisa diselesaikan dengan adat
istiadat adalah perselisihan dalam rumah tangga; sengketa
antara keluarga yang berkaitan dengan faraidh; perselisihan
antar warga: khalwat meusum; perselisihan tentang hak
milik; perselisihan tentang hak milik; perselisihan harta
sehareukat; pencurian ringan; pencurian ternak peliharaan;
pelanggaran adat tentang ternak, pertanian, dan hutan;
persengketaan di laut; persengketaan di pasar; penganiayaan
ringan; pembakaran hutan (dalam skala kecil yang
merugikan komunitas adat); pelecehan, fitnah, hasut, dan
pencemaran nama baik; pencemaran lingkungan (skala
ringan); ancam mengancam (tergantung dari jenis ancaman);
dan perselisihan-perselisihan lain yang melanggar adat dan
adat istiadat.Tiap-tiap penyelesaian sengketa oleh Geuchik dan
Imum Mukim dibuat Berita Acara dan dituangkan dalam
keputusan serta di umumkan kepada Masyarakat (Wawancara,
21 Agustus 2016)
Selanjutnya hasil wawancara peneliti dengan M. Yunus selaku Keuchik
Gampong Mon Bateung mengatakan:
“Menurut saya kondisi adat istiadat masih tetap berjalan
seperti yang kita lihat selama ini, tidak ada yang kurang
satupun seperti pepatah yang sering kita dengar Adat Bak
Poetemereuhoh Hukom Bak Syiah Kuala, selain itu hal yang
bisa di selesaikan dengan adat adalah perkara – perkara ringan
seperti KDRT, Mesum, Pencurian selain itu Hasil wawancara
peneliti dengan Said Cut Husen selaku Keuchik Gampong Ie
56
Beudoh mengatakan: “Menurut saya kondisi adat istiadat
masih tetap berjalan seperti yang kita lihat selama ini, seperti
Keduri Jeurat, Kenduri Laut”. (Wawancara, 22 Agustus 2016)
Hasil wawancara peneliti dengan Balukiah selaku Keuchik Gampong Suak
Perbong mengatakan;
“Menurut saya kondisi adat istiadat disini masih seperti biasa
tiadak ada yang berubah sejak saya lahir hingga sekarang,
dengan adanya adat maka kehidupan selalu dalam rukun dan
damai, tiadak ada perselisihan, dengan adanya adat maka tali
persaudaraan selalu terikat antar gampong yang satu dengan
gampong yang lain ”. (Wawancara, 22 Agustus 2016)
Selanjutnya Anasruddin selaku selaku Keuchik Blang Ara Keude
mengatakan;
“Menurut saya kondisi adat istiadat masih tetap berjalan
seperti dulu, tidak ada yang kurang satupun . selanjutnya
Muhammad Sani selaku Keuchik Blang Ara Gampong
mengatakan; Menurut saya kondisi adat istiadat masih tetap
terjaga sampai saat ini, selain itu hal yang bisa di selesaikan
dengan adat adalah perkara – perkara ringan seperti KDRT,
Mesum, Pencurian ”. (Wawancara, 23 Agustus 2016)
Selanjutnya Kamaruzaman selaku Keuchik Krueng Kulu mengatakan;
“Menurut saya masyarakat tanpa adat istiadat tidak akan
berjalan sebagaimana mestinya ada, hal yang bisa di selesaikan
dengan hukum adat adalah perkara – perkara ringan seperti
KDRT, Mesum, Pencurian”. Jamalul Hakim selaku Keuchik
Cot Punti mengatakakan: “ Sesuai dengan narit madja
“Hukoem ngoen adat lagee zat ngoen sifeut”. Asas Peradilan
Adat juga tidak bertentangan dengan hukum Negara. Asas-
asas yang digunakan Peradilan Adat tersebut adalah
terpercaya/amanah, tanggung jawab, keterbukaan untuk
umum, jujur dan kompetensi, kesetaraan didepan hukum,
praduga tak bersalah, dan berkeadilan”. (Wawancara, 23
Agustus 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
kondisi adat istiadat masih tetap berjalan sebagaimana mestinya hal-hal bisa
diselesaikan dengan adat istiadat adalah perselisihan dalam rumah tangga;
sengketa antara keluarga yang berkaitan dengan faraidh; perselisihan antar
57
warga: khalwat meusum; perselisihan tentang hak milik; perselisihan tentang
hak milik; perselisihan harta sehareukat; pencurian ringan; pencurian ternak
peliharaan; pelanggaran adat tentang ternak, pertanian, dan hutan;
persengketaan di laut; persengketaan di pasar; penganiayaan ringan;
pembakaran hutan (dalam skala kecil yang merugikan komunitas adat);
pelecehan, fitnah, hasut, dan pencemaran nama baik; pencemaran lingkungan
(skala ringan); ancam mengancam (tergantung dari jenis ancaman); dan
perselisihan-perselisihan lain yang melanggar adat dan adat istiadat.Tiap-tiap
penyelesaian sengketa oleh Geuchik dan Imum Mukim dibuat Berita Acara dan
dituangkan dalam keputusan serta di umumkan kepada Masyarakat.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Implementasi fungsi dan wewenang Mukim menurut Qanun
Kabupaten Nagan Raya Nomor 7 tahun 2011 Tentang Pemerintahan
Mukim Di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya
Implementasi merupakan tindakan oleh individu, pejabat, kelompok badan
pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah
digariskan dalam suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya.
Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-
pekerjaan di bawah mandate dari Undang-Undang, sehingga membuat mereka
menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa
yang seharusnya tidak dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Implementasi
fungsi dan wewenang Mukim menurut Qanun Kabupaten Nagan Raya Nomor 7
tahun 2011 Tentang Pemerintahan Mukim Di Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik dan sudah
58
sesuai dengan Qanun Pemerintahan Gampong Nomor 7 Tahun 2011 hal ini sudah
sesuai dengan teori Normatif (William L Marraw) yang bertujuan menjelaskan
situasi administrasi masa mendatang secara prospektif. Termasuk dalam teori
normatif adalah utopi, misalnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila atau keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Teori normatif juga
dapat dikembangkan dengan merumuskan kriteria-kriteria normatif yang lebih
spesifik, seperti efisiensi, efektivitas, responsibilitas, akuntabilitas, ekonomi,
semangat kerja pegawai, desentralisasi, partisipasi, inovasi, demokrasi, dan
sebagainya. Teori normatif memberikan rekomendasi ke arah mana suatu realitas
harus dikembangkan atau perlu diubah dengan menawarkan kriteria normatif
tertentu. (William L Marraw dalam Harbani Pasolong. 2004, h.132)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Fungsi Mukim dalam
menjalakan tugas di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya sudah
bagus dan maksimal artinya segala sesuatu di jalankan sesuai dengan qanun yang
telah di tetapkan oleh pihak Kabupaten Nagan Raya. Kemampuan Mukim dalam
menjalankan tugasnya sudah di jalankan dengan baik dan bijaksana serta
kemampuan mukim yang ada di Kecamatan Seunagan Timur mampu membawa
dan mengembangkan gampong-gampong yang mereka pimpin kearah yang lebih
baik, baik di bidang pendidikan, peradatan, sosial budaya, ketentraman dan
ketertiban masyarakat. Wewenang mukim dalam menangani segala urusan di
dalam pemerintahan gampong adalah sebagai Penyelenggaraan pemerintahan
yang sudah ada berdasarkan hak asal usul dan ketentuan adat serta adat istiadat,
Penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan belum
menjadi/belum dilaksanakan oleh pemerintahan Aceh, pemerintahan Kabupaten,
Pemerintahan Kecamatan, Pelaksanaan tugas pembantuan dari pemerintahan
59
pusat, pemerintahan Aceh, pemerintahan Kabupaten dan Pemerintahan
Kecamatan, Pengawasan pembangunan, fungsi ekologi dan pengelolaan sumber
daya alam (SDA) di Kemukiman, Penyelenggaraan pemerintahan Mukim lainnya
yang di berikan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Kondisi adat istiadat masih tetap berjalan sebagaimana mestinya hal-hal
bisa diselesaikan dengan adat istiadat adalah perselisihan dalam rumah tangga;
sengketa antara keluarga yang berkaitan dengan faraidh; perselisihan antar
warga: khalwat meusum; perselisihan tentang hak milik; perselisihan tentang
hak milik; perselisihan harta sehareukat; pencurian ringan; pencurian ternak
peliharaan; pelanggaran adat tentang ternak, pertanian, dan hutan;
persengketaan di laut; persengketaan di pasar; penganiayaan ringan;
pembakaran hutan (dalam skala kecil yang merugikan komunitas adat);
pelecehan, fitnah, hasut, dan pencemaran nama baik; pencemaran lingkungan
(skala ringan); ancam mengancam (tergantung dari jenis ancaman); dan
perselisihan-perselisihan lain yang melanggar adat dan adat istiadat.Tiap-tiap
penyelesaian sengketa oleh Geuchik dan Imum Mukim dibuat Berita Acara dan
dituangkan dalam keputusan serta di umumkan kepada Masyarakat.
48
44
BAB V
ANALISIS HASIL DAN EVALUASI
5.1 Analisis Hasil Pengolahan Model DEA-CCR Primal
Hasil pengolahan program linier DEA-CCR Primal yang merupakan nilai
efisiensi relatif suatu kantor unit Bank terhadap kantor unit Bank lain dapat dilihat
pada tabel 5.1 dibawah ini:
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan DEA-CCR Primal untuk ketiga kantor unit tahun
2011 dan 2012.
DMU Kantor Unit Bank Efisiensi Relatif
Tahun 2011 Tahun 2012
1 Cut Nyak Dhien 1 1
2 Johan Pahlawan 1 0.81
3 Teuku Umar 1 1
Dalam tabel 5.1 menunjukan bahwa pada tahun 2011 kantor unit Cut Nyak
Dhien (DMU1), kantor unit Johan Pahlawan (DMU2) dan kantor unit Teuku
Umar (DMU3) memperoleh nilai efisensi relatif = 1,00, dengan efisiensi yang
relatif stabil. Sedangkan pada tahun 2012 untuk kantor unit Cut Nyak Dhien
(DMU1) dan kantor unit Teuku Umar (DMU3) memperoleh nilai efisiensi relatif
= 1,00 dengan efisiensi yang relatif stabil. Sedangkan untuk unit Johan Pahlawan
(DMU2) memperoleh nilai efisiensi relatif = 0,81 yang berarti kurang efisien (in
efficient).
45
5.2 Analisis dan Evaluasi
Berdasarkan analisis kinerja kantor unit Bank BRI cabang Meulaboh
tersebut dengan menggunakan metode DEA, untuk tahun 2011 ketiga kantor unit
efficient (nilai efisiensi relatif=1). Sedangkan tahun 2012 dua kantor unit
memperoleh efficient (nilai efisiensi relatif=1) dan hanya satu kantor unit yang in
efficient (nilai efisiensi relatif <1) yaitu DMU2.
5.2.1 Perbandingan Variabel Input dan Output
Prinsip kerja DEA adalah dengan membandingkan data input dan
data output dari suatu organisasi data, atau yang disebut dengan Decission Making
Unit (DMU), dengan data input dan output lainnya pada DMU yang sejenis.
Perbandingan ini dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai efisiensi. Efisiensi
yang ditentukan dengan metode DEA adalah suatu nilai yang relatif, sehingga
bukan merupakan suatu nilai mutlak yang dapat dicapai oleh suatu unit.
Seperti uraian diatas sebelumya DMU2 merupakan DMU yang kurang
efisien, untuk itu perlu dilakukan perbaikan terhadap DMU tersebut. Sebelum
melakukan perbaikan, terlebih dahulu menentukan peers group DMU2 sebagai
tolak ukur dalam penentuan efisensi relatif terhadap DMU lainnya. Oleh karena
itu DMU mana saja yang menjadi satu kesatuan kelompok dalam peers group
terhadap DMU2, secara virsualisasi penentuan kelompok peers group dalam satu
DMU bisa dilihat dari penggunaan karakteristik variabel input dan output dari
DMU yang dikaji dan ditelaah.
46
Walaupun analisa ini tidak muklak menjadi satu kesatuan dalam
penentuan menurut analisis DEA akan tetapi bisa menjadi salah satu tolak ukur
perbandingan dalam menganalisa kenapa satu DMU dengan DMU lainnya
menjadi satu kesatuan atau peers group dalam menentukan efisiensi relatif
masing-masing DMU yang telah dikaji. Peers group ini merupakan DMU yang
efficient (nilai efisiensi relatif=1) dan menjadi perbandingan terhadap DMU yang
kurang efisien yaitu DMU2.
Berdasarkan karakteristik penggunaan variabel input dan output yang
dimiliki oleh DMU2 relatif mirip dengan karakteristik penggunaan variabel input
dan output yang dimiliki oleh DMU1. Itu terlihat dari penggunaan input dan
output kedua DMU seperti penggunaan jumlah pegawai, BOP dan income DMU2
hampir sebanding dengan DMU1. Dibandingkan dengan DMU3 yang hanya
memiliki dua kemiripan penggunaan input dan output yaitu jumlah simpanan dan
jumlah nasabah, sedangkan untuk penggunaan jumlah pegawai, BOP dan income
DMU3 realtif lebih kecil dibandingkan dengan DMU2. Oleh karena itu, yang
menjadi peers group untuk DMU2 adalah DMU1. Untuk lebih jelasnya
perbandingan penggunaan variabel input dan output pada DMU1 dan DMU2 dan
DMU3 dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut:
Tabel 5.2 Perbandingan penggunaan variabel input dan output DMU1 dan DMU2
DMU Variabel Input dan Output
Income Jumlah pegawai BOP
DMU1 5,369,221,824 17 2,348,756,474
DMU2 2,211,054,274 12 2,018,839,434
47
Sehingga dari penjelasan yang telah dijabarkan bagian diatas sebelumnya,
maka bisa menjadi alasan kenapa DMU2 itu mengelompok terhadap DMU1
dalam hal penentuan efisiensi relatif. Sehingga DMU1 menjadi perbandingan
penentuan efisiensi relatif DMU2, dikarenakan pada perhitungan sebelumnya
DMU1 lebih efisien dibandingkan dengan DMU2 dan DMU1 memiliki
karakteristik variabel input dan output setara atau sebanding dengan DMU2.
Permasalahan selanjutnya adalah kita harus menentukan besaran nilai in
efficiency DMU2 ketika dihadapkan pada persoalan variabel input dan output
pada masing-masing DMU. Untuk menentukan itu kita perlu menentukan berapa
besaran persentasi variabel input dan output yang harus kita naikan sehingga
DMU2 mempunyai tingkat efisiensi relatif setara dengan DMU1.
Dalam penentuan besaran persentasi ini kita menggunakan analisis
composite unit. Dimana composite unit adalah bobot komposit yang menyatakan
bobot yang tidak efisien terhadap unit yang lain. Untuk memperbaiki kinerjanya
dalam upaya peningkatan efisiensi kantor unit atau DMU2, maka metode Data
Envelopment Analysis (DEA) memberikan suatu target yang harus dicapai oleh
kantor unit tersebut sehingga dapat memiliki efisiensi yang lebih baik.
Dikarenakan analisis DEA yang dipakai pada penelitian ini berbasis input dimana
input=1, maka target yang dimaksud untuk DMU2 dalam mencapai nilai efisiensi
relatif =1 adalah peningkatan variabel output yang dikeluarkan oleh DMU2 untuk
mencapai kesetaraan efisiensi yang sama. Itu dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah
ini:
48
44
Tabel 5.3 Composite Unit
DMU 2012
Output Input Composite
Income (Rp)
Kredit yang diberikan (Rp)
Jumlah pegawai (Orang)
Jumlah Simpanan (Rp)
Jumlah Nasabah (Orang)
BOP (Rp) Value
1 5.369.221.824 23.857.322.383 17 23.400.920.563 6.198 2.348.756.474 41.18%
2 2.211.054.274 6.648.903.339 12 11.958.187.457 3.614 2.018.839.434 0.00%
3 417.000.000 12.300.000.000 6 12.200.000.000 3.394 541.000.000 0.00%
Composite
2.211.054.274 9.824.484.134 7 9.636.537.123 2.552 967.221.734 Value
48
44
Dalam tabel 5.3 menjelaskan bahwa untuk mencapai tingkat kesetaraan
efisiensi relatif=1, maka DMU2 harus melakukan penambahan atau peningkatan
jumlah variabel output yang dihasilkan sebesar 41,18%. Dimana nilai 41,18%
yang harus ditingkatkan oleh setiap output DMU2 itu dapat dilihat pada tabel
sensitivity untuk unit DMU2 yang terlampir pada lampiran.
Seperti uraian sebelumnya DMU1 merupakan peers group DMU2 dalam
hal mencapai tingkat efisiensi relatif=1. Maka peningkatan jumlah variabel output
DMU2 sebesar 41.18% itu dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini:
Tabel 5.4 Peningkatan Jumlah Variabel Output DMU2
Variabel Output Jumlah (Rp) Composite Jumlah Peningkatan
(Rp) DMU2 Value
Kredit yang
diberikan 2.211.054.274 41.18% 910.515.743
Income 6.648.903.339 41.18% 2.738.029.201
Pada tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa peningkatan variabel output
DMU2 untuk jumlah kredit yang diberikan adalah sebesar Rp. 910,515,743 dan
untuk income atau pendapatan sebesar Rp. 2,738,029,201.
49
50
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Hasil identifikasi terhadap parameter input dan output menggunakan
variabel sebagai berikut:
a. Variabel input: Jumlah pegawai, jumlah simpanan, jumlah nasabah
dan jumlah biaya operasional (BOP).
b. Variabel output : Kredit yang diberikan dan income (pendapatan).
2. Hasil perhitungan efisiensi relatif kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh
pada tahun 2011 ketiga kantor unit tersebut efisien yaitu memperoleh nilai
efisiensi = 1. Sedangkan pada Tahun 2012 hanya 2 (dua) kantor unit yang
meperoleh nilai efisiensi = 1 yaitu kantor unit Cut Nyak Dhien dan Teuku
Umar, serta untuk kantor unit Johan Pahlawan memperoleh nilai efisiensi
0,81 yang berarti kurang efisien (in efficient).
3. Jumlah in efficient DMU2 adalah sebesar Rp. 910,515,743 variabel kredit
yang diberikan dan sebesar Rp. 2,738,029,201 untuk variabel income
dengan persentasi sebesar 41,18%.
5.2. Saran
1. Kantor unit Johan Pahlawan perlu melakukan perbaikan kinerja agar
mencapai kesetaraan dengan unit lain melalui perbaikan output yang
dihasilkan sehingga penilaian kinerja tidak menjadi subjektif.
51
2. Kantor unit Johan Pahlawan Bank BRI Cabang Meulaboh sebaiknya
menggunakan ukuran efisiensi relatif untuk menilai kinerja dari masing-
masing kantor unit bank melalui tahapan perbandingan secara
proporsional.
3. Untuk kesesuaian metode yang lebih akurat, sebaiknya perlu dilakukan
kajian lanjutan terhadap kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh dengan
jumlah kantor Unit dan variabel yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Berger, A. N, & Humphrey, d. b (1997). Efficiency of financial institutions:
International survey and directions for future research. Journal of Operational
Research
Charnes A, Cooper, W. W,. & Rhodes, E (1978). Measuring the efficiency of
decision making unit, European Journal of Operasional Research, 2, 429-444
Farell, M. J. (1957). The meansurement of Productive Efficiency. Journal of the
Royal Statical Society, Vol. 120, No. 3,253-290.
Huri, M. D. dan Indah Susilowati. 2004. “Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten
Perbankan dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus:
Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002).” Jurnal Dinamika
Pembangunan. Vol. 1, No. 2, Desember 2004, Hal. 95-107.
Muliaman D. H., Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia M. 2003. “Analisis Efisiensi
Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non-Parametrik Data
Envelopment Analysis (DEA).” Bank Indonesia Research Paper, Jakarta: Bank
Indonesia
Muharam, H dan Rizki Pusvitasari. 2007. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (Periode tahun 2005)”.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.2 No.3.
Poernomo, Eddy, 2006, Pengaruh Kreativitas dan Kerjasama Tim Terhadap
Kinerja Manajer Pada PT. Jesslynk Cakes Indonesia Cabang Surabaya, Adm.
Bisnis UPN Veteran Jawa Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi Vol. 6 No. 2
Syakir, A. K. 2004. “Mengukur Efisiensi Intermediasi Sebelas Bank Terbesar
Indonesia Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).” Jurnal
Bisnis Strategi. Vol.13. Hal. 126-139, Semarang.
Saleh, Samsubar. 2000. Metode Data Envelopment Analysis.Yogyakarta: PAU-FE
UGM.
Sutawijaya, A. dan Lestari, E. P. 2009. “Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia
Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA.” Jurnal
Ekonomi Pembangunan. Vol. 10. No. 1. Hal 49-67.
Sumanth, D.J 1985, Productivity Engineering and Management. USA: McGraw-
Hill. Inc., USA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan
atas undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan