Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang Page i
KATA PENGANTAR
Dengan Rasa Syukur atas Rahmat Allah Yang Maha Kuasa atas Berkat dan Karunia-Nya
sehingga Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang
tahun 2020-2024 ini dapat diselesaikan.
Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan ini bertujuan untuk Meningkatkan Pelayanan
Kekarantinaan di pintu masuk negara dengan menjabarkan tujuan dan sasaran strategis, arah
kebijakan dan strategi, target kinerja dan kegiatan.
Sebagai buku Rencana Aksi Kegiatan pertama untuk tahun RPJMN 2020-2024, kami
merasakan buku ini masih memiliki banyak kekurangan karena dukungan data yang belum memadai
terutama data-data yang digunakan sebagai bahan analisis situasi, prioritas program/ kegiatan, dan
upaya rencana aksi. Selanjutnya kedepan akan terus disempurnakan dan disesuaikan dengan
perkembangan kegiatan dipintu masuk negara. Diharapkan program dan kegiatan dalam RAK tahun
2020-2024 dapat dijadikan dasar dan acuan dalam melaksanakan upaya mencegah masuk keluarnya
penyakit. Bagi kepala Bidang dan seksi dibawah Satuan kerja, diharapkan RAK 2020-2024 dapat
digunakan sebagai acuan dalam menyusun Rencana Kerja dan Sasaran Kerja Pegawai.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berproses bersama
dan mendukung tersusunnya Rencana Aksi Kegiatan (RAK) 2020-2024 ini, semoga buku ini menjadi
dokumen bersama dan dijadikan acuan dalam pelaksanaan Dukungan Manajemen semoga bermanfaat
bagi kita semua.
Tanjungpinang, Januari 2021 Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Tanjungpinang
Agus Jamludin, SKM, M.Kes NIP. 196908221993031005
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang Page ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...………………………………………………………………………………………… i Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………… ii Daftar Tabel …………………………………………………………………………………………….. iii Daftar Gambar …………………………………………………………………………………………….. iv Daftar Lampiran …………………………………………………………………………………………… v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………………………. 1 1.2 Gambaran Umum ………………………………… 3 1.3 Potensi dan Permasalahan …………………………………. 16 BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS 2.1 Visi dan Misi …………………………………………………………………… 28 2.2 Tujuan …………………………………………………………………… 28 2.3 Sasaran Strategis …………………………………………………………………… 29 BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGKA REGULASI 3.1 Arah Kebijakan …………………… 30 3.2 Strategi ………………………………… 36 3.3 Kerangka Regulasi ………………………………… 36 BAB IV TARGET KINERJA DAN KEGIATAN 4.1 Target Kinerja …………………… 38 4.2 Kegiatan ....…………………….. 39 4.3 Kerangka Pendanaan ……………………….. 47 BAB VII PENUTUP ……………………………………………………………………… 47 LAMPIRAN
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang Page iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Pegawai KKP Kelas II Tanjungpinang Berdasarkan Tingkat Pendidikan …………………………………………………………………………………….
16
Tabel 2. Sarana dan Prasarana KKP Kelas II Tanjungpinang ………………………………. 17
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang Page iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi KKP Kelas II Tanjungpinang ..……………………….. 4 Gambar 2. Peta Wilker KKP Kelas II Tanjungpinang ………………………………… 6 Gambar 3. Peta Wilker Tanjung Uban ……………………………...…………………………. 9 Gambar 4. Peta Wilker Kijang ……………………………………………………………………. 10 Gambar 5. Peta Wilker Lobam ………………………………………………………………… 12 Gambar 6. Peta Wilker Tarempa ………………………………………………………………… 14
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang Page v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Matriks RAK KKP Kelas II Tanjungpinang
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa
Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Tercapainya
hasil yang diharapkan tidak terlepas dari kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta
kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan pada periode sebelumnya. Sesuai
dengan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 bersifat indikatif
memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan dan dilaksanakan melalui pendekatan: teknokratik, politik, partisipatif, atas-bawah (top-
down), dan bawah-atas (bottom-up).
Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sehingga merupakan periode pembangunan jangka
menengah yang sangat penting dan strategis. RPJMN 2020-2024 akan memengaruhi pencapaian
target pembangunan dalam RPJPN, di mana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai tingkat
kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas (Upper-Middle Income
Country) yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, pelayanan publik,
serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
Sejalan dengan Visi Presiden Republik Indonesia Tahun 2020-2024 yaitu Terwujudnya
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong - Royong,
dimana peningkatan kualitas manusia Indonesia menjadi prioritas utama dengan dukungan
pembangunan kesehatan yang terarah, terukur, merata dan berkeadilan. Pembangunan kesehatan
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat tersebut, dibutuhkan program kesehatan
yang bersifat preventif dan promotif salah satunya adalah Program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (P2P). berbagai kegiatan dilakukan untuk mendukung pencegahan dan pengendalian
penyakit, di pintu masuk negara dilakukan upaya kekarantinaan.
Undang undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
mengamanatkan bahwa Kementerian/Lembaga menyusun Rencana Strategi (Renstra). Selanjutnya
merujuk kepada Keputusan Menteri Kesehatan nomor 21 tahun 2020 tentang Rencana Strategik
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 bahwa tingkat Eselon I menjabarkan dalam Rencana
Aksi Program (RAP) dan Eselon II atau satuan kerja menjabarkan Rencana Aksi Kegiatan (RAK).
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 2
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dalam hal ini KKP Kelas II Tanjungpinang sebagai
UPT Kementerian Kesehatan di bawah Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan sesuai dengan Tupoksi yang di amanahkan bertanggungjawab dalam upaya
pengendalian masuk / keluarnya penyakit karantina dan penyakit potensial wabah melalui
pelabuhan / bandara. Dan berdasarkan dari sasaran pokok RPJMN 2020 - 2024 fokus KKP adalah
pada poin 2 dan poin 3 yaitu, meningkatnya pengendalian penyakit dan meningkatnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan. Secara
detail KKP Kelas II Tanjungpinang dalam Rencana Aksi Kegiatan menitik beratkan pada masalah
pokok yaitu :
1. Terselenggaranya Pengendalian Faktor Risiko di Pintu Masuk Negara
2. Terwujudnya Pengendalian Faktor Risiko di Pintu Masuk Negara
3. Meningkatnya Tata Kelola Manajemen KKP
Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) 2020-2024 KKP Kelas II Tanjungpinang
diharapkan dapat mensukseskan upaya kesehatan yang berkesinambungan dalam hal pelaksanaan
upaya pengendalian seluruh kondisi potensial untuk cegah tangkal penyakit di pelabuhan/bandara
Tanjungpinang. Penyusunan RAK ini juga menjadi acuan dalam penyusunan kegiatan/anggaran KKP
Kelas II Tanjungpinang agar terarah dan sesuai dengan Rencana Strategis yang telah disusun oleh
Kementerian Kesehatan.
B. Kondisi Umum
Kantor Kesehatan Pelabuhan merupakan (KKP), merupakan Unit Pelayanan Teknis di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Berikut dilampirkan
struktur Organisasi KKP Kelas II Tanjungpinang :
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 3
GAMBAR1. STRUKTUR ORGANISASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II TANJUNGPINANG Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2348/Menkes/Per/XI/2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 356/Menkes/Per/IV/2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
WILAYAH KERJA 1. PELABUHAN SBP 2. BANDARA RHF 3. KIJANG 4. TANJUNG UBAN 5. LOBAM 6. TAREMPA 7. DABO SINGKEP 8. RANAI 9. LAGOI 10. MATAK 11. BINAAN TAMBELAN
KEPALA Agus Jamaludin, SKM, M.Kes
NIP. 196908221993031005
KEPALA SUB BAGIAN ADMINISTRASI UMUM
Jubaidillah, SKM NIP. 198507082009121002
INSTALASI
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 4
1. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu organisasi
dalam mencapai tujuannya, oleh karena itu dukungan SDM merupakan faktor kekuatan bagi
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang. SDM yang diperlukan tidak hanya yang
memiliki kemampuan managerial yang baik, namun penting juga didukung oleh sumber daya
teknis yang handal di dalam penyusunan program maupun dalam pelaksanaan tugas di lapangan.
Distribusi pegawai KKP Kelas II Tanjungpinang sampai dengan bulan Desember tahun 2020
sebanyak 51 orang ditambah dengan tenaga staf PPNPN sebanyak 16 orang (baik sebagai sopir,
satpam maupun tenaga pramubakti (tenaga teknis)). Adapun rincian sumber daya manusia di
KKP Kelas II Tanjungpinang, sebagai berikut:
1) Menurut jabatan:
- Jabatan struktural: 2 orang
- Staf/Jabatan fungsional:
Jabatan fungsional tertentu: 33 orang
Jabatan fungsional umum: 16 orang
2) Menurut golongan:
- Golongan II : 8 orang
- Golongan III : 39 orang
- Golongan IV : 4 orang
3) Menurut pendidikan:
- SLTA: 3 orang
- D3: 11 orang
- S1: 32 orang
- S2: 5 orang
4) Menurut jenis kelamin:
- Laki-laki: 28 orang
- Perempuan: 23 orang
2. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Permenkes RI nomor 356 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan maka KKP Kelas II Tanjungpinang mempunyai tugas
melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans
epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 5
kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang
muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Bab 1 Pasal 2, KKP
menyelenggarakan fungsi :
1. Pelaksanaan kekarantinaan;
2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan;
3. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat
negara;
4. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit baru, dan penyakit
yang muncul kembali;
5. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi, dan kimia;
6. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai penyakit yang berkaitan
dengan lalu lintas nasional, regional, dan internasional;
7. Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan Kejadian Luar
Biasa (KLB) dan bencana bidang kesehatan, serta kesehatan matra termasuk
penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan penduduk;
8. Pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan bandara, pelabuhan, dan
lintas batas darat negara;
9. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika dan alat kesehatan
serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan mengawasi persyaratan dokumenkesehatan
OMKABA impor;
10. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya;
11. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan
lintas batas darat negara;
12. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan
lintas batas darat negara;
13. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara, pelabuhan, dan lintas
batas darat negara;
14. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan surveilans
kesehatan pelabuhan;
15. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan lintas batasdarat
negara;
16. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 6
Seksi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan
koordinasi pelaksanaan kekarantinaan, surveilans epidemiologi penyakit, penyakit potensial
wabah, penyakit baru, dan penyakit yang muncul kembali, pengawasan alat angkut dan
muatannya, lalu lintas OMKABA, jejaring kerja, kemitraan, kajian, serta pengembangan
teknologi, pelatihan teknis bidang kekarantinaan dan surveilans epidemiologi di wilayah kerja
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat Negara.
Seksi Pengendalian Risiko Lingkungan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyujsunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan
pengendalian vektor dan binatang penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring
kerja, kemitraan, kajian dan pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang
pengendalian risiko lingkungan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat
negara.
Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi pelayanan
kesehatan terbatas, kesehatan kerja, kesehatan matra, kesehatan haji, perpindahan penduduk,
penanggulangan bencana, vaksinasi internasional, pengembangan jejaring kerja, kemitraan,
kajian dan teknologi, serta pelatihan teknis bidang upaya kesehatan di wilayah kerja bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
Subbagian Administrasi Umum mempunyai tugas melakukan koordinasi dan
penyusunan program, pengelolaan informasi, evaluasi, laporan, urusan tata usaha, keuangan,
penyelenggaraan pelatihan, kepegawaian, serta perlengkapan dan rumah tangga.
Secara umum wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang
berada di jalur pelayaran Internasional yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan
Singapore.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 7
Berikut dilampirkan peta wilayah kerja KKP Kelas II Tanjungpinang:
Gambar 2. Wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang terdiri atas 1 Kantor Induk dan
11 Wilayah Kerja yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau.
Kantor induk KKP Kelas II Tanjungpinang awalnya terletak di Pelabuhan Sri Bintan
Pura, Tanjungpinang. Namun, dengan selesainya pembangunan rehab berat gedung kantor baru
pada akhir tahun anggaran 2016, maka terhitung sejak awal tahun 2017, aktivitas administrasi
perkantoran, pelayanan kesehatan dan vaksinasi internasional dipindahkan ke gedung baru yang
beralamatkan di Jalan Jenderal Ahmad Yani Km. 6 Tanjungpinang. Sedangkan pelayanan
penerbitan dokumen kesehatan kapal, pengawasan alat angkut, dan pengendalian risiko
lingkungan tetap dilaksanakan di Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang. Pelabuhan Sri
Bintan Pura Tanjungpinang sendiri terdiri dari dua dermaga yakni Dermaga Domestik dan
Dermaga Internasional. Pelabuhan Sri Bintan Pura menghubungkan kota Tanjung Pinang
dengan pelabuhan-pelabuhan di sebelah utara (pelabuhan Lobam dan pelabuhan Bulang
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 8
Linggi), dengan kepulauan di sebelah barat, seperti pelabuhan Tanjung Balai (pulau
Karimun), pelabuhan Telaga Punggur di pulau Batam, serta kepulauan di sebelah selatan seperti
pulau Lingga dan Singkep. Untuk pelayaran ke luar negeri, pelabuhan Sri Bintan Pura juga
mempunyai jalur perhubungan ke Singapura (Harbour Front dan Tanah Merah) serta Malaysia
(Situlang Laut).
Daerah buffer kantor induk KKP Kelas II Tanjungpinang terdiri dari :
a. Pelabuhan Sri Payung Batu VI
Pelabuhan Sri Payung merupakan pelabuhan bongkar muat.
b. Pelabuhan ASDP Dompak
Pelabuhan ASDP Dompak merupakan pelabuhan kapal Roro dengan tujuan
penyeberangan ke Tanjung Balai Karimun dan Dabo Singkep.
Wilayah Kerja yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau meliputi :
1. Wilayah Kerja Bandara Internasional Raja Haji Fisabilillah (Kota Tanjungpinang)
Bandara Raja Haji Fisabilillah (RHF) merupakan salah satu wilayah kerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang yang terletak sekitar 11 km dari Pelabuhan Sri Bintan Pura
Tanjungpinang. Bandara RHF saat ini melayani maskapai Garuda Indonesia Airways, Wings
Air dan Lion Air dengan rute penerbangan Tanjungpinang-Jakarta-Tanjungpinang. Pada awal
tahun 2017, Bandara RHF juga melayani rute internasional Tanjungpinang-China dari maskapai
Citilink. Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Wilker Bandara RHF meliputi :
a. Pelayanan poliklinik
b. Pelayanan vaksinasi internasional
c. Penerbitan surat keterangan laik terbang
d. Penerbitan surat izin angkut jenazah
e. Pengawasan TTU/TPM
f. Pengamatan sanitasi lingkungan
g. Pengamatan dan pemberantasan vektor DBD dan malaria
h. Pengawasan alat angkut dan penumpang
i. Memverifikasi kartu kewaspadaan kesehatan atau eHAC (electronic health alert card)
j. Pengecekan suhu tubuh penumpang dan kru pesawat terbang
k. Validasi surat keterangan hasil RT-PCR, rapid test antigen atau rapid test antibodi
2. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Tanjung Uban ( Kabupaten Bintan )
Wilayah kerja Pelabuhan Laut Tanjung Uban terletak di Bintan Utara, Kabupaten
Bintan dengan jarak tempuh sekitar 90 km (waktu tempuh ±2 jam) dari Pelabuhan Sri Bintan
Pura Tanjungpinang. Kantor wilker Tanjung Uban sementara masih difasilitasi oleh PT.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 9
Pertamina Tanjung Uban. Wilker Tanjung Uban merupakan salah satu pintu gerbang keluar
masuknya penumpang dari Batam menuju Pulau Bintan menggunakan speedboat dan
angkutan kapal ASDP. Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Wilker Tanjung Uban
meliputi :
a. Penerbitan SSCEC/SSCC
b. Penerbitan PHQC
c. Penerbitan COP
d. Pengawasan pelaksanaan hapus serangga dan vektor
e. Pengawasan TTU/TPM
f. Pengamatan sanitasi lingkungan
g. Pengamatan dan pemberantasan vektor DBD dan malaria
h. Pengawasan alat angkut dan penumpang
i. Memverifikasi kartu kewaspadaan kesehatan atau eHAC (electronic health alert card)
j. Pengecekan suhu tubuh penumpang dan abk kapal laut
k. Validasi surat keterangan hasil RT-PCR, rapid test antigen atau rapid test antibodi
Berikut peta wilayah kerja pelabuhan Tanjung Uban
Gambar 3. Peta Wilayah Kerja Tanjung Uban
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 10
3. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Samudera Kijang ( Kabupaten Bintan )
Wilayah kerja Pelabuhan Laut Samudera Kijang terletak di Bintan Timur,
Kabupaten Bintan dengan jarak tempuh sekitar 30 km (waku tempuh ±1 jam) dari
Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang. Kantor Wilayah Kerja Kijang sementara masih
difasilitasi oleh PT. Pelindo II Kawasan Sei Kolak Kijang. Selama dua tahun terakhir,
gedung wilker kijang masih berstatus sewa. Wilker Kijang merupakan salah satu pintu
gerbang keluar masuknya penumpang dari Jakarta hingga wilayah timur Indonesia karena
terdapat PT. Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI). Kegiatan pelayanan yang dilakukan di
Wilayah kerja Kijang meliputi:
a. Penerbitan SSCEC/SSCC
b. Penerbitan PHQC
c. Penerbitan COP
d. Pengawasan pelaksanaan hapus serangga dan vektor
e. Pengawasan TTU/TPM
f. Pengamatan sanitasi lingkungan
g. Pengamatan dan pemberantasan vektor DBD dan malaria
h. Pelayanan vaksinasi internasional
i. Pengawasan alat angkut dan penumpang
j. Pendampingan pelayanan kesehatan haji
k. Pelayanan kesehatan pada penyelam tradisional
l. Pelayanan Posbindu PTM
m. Memverifikasi kartu kewaspadaan kesehatan atau eHAC (electronic health alert card)
n. Pengecekan suhu tubuh penumpang dan abk kapal laut
o. Validasi surat keterangan hasil RT-PCR, rapid test antigen atau rapid test antibodi
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 11
Berikut Peta wilayah kerja pelabuhan Kijang
Gambar 4. Peta Wilayah Kerja Pelabuhan Kijang
4. Wilayah Kerja Pelabuhan Lagoi (Kabupaten Bintan)
Wilayah kerja Lagoi terletak di Bintan Utara, Kabupaten Bintan dengan jarak
tempuh sekitar 60 km (waku tempuh ±1.5 jam) dari kantor induk KKP Kelas II
Tanjungpinang. Lagoi merupakan kawasan wisata terpadu yang terdapat di Pulau Bintan
dan merupakan PoE Indonesia dan telah di assessment oleh WHO dan Kemenkes. Kawasan
wisata Lagoi dikelola oleh dua perusahaan yakni Bandar Bentan Telani (BBT) Lagoi dan
Bintan Lagoon. Pada Hari Kesehatan Nasional Tahun 2016, Pelabuhan Bandar Bentan
telani Lagoi mendapatkan penghargaan peringkat Pelabuhan Khusus Tingkat Nasional.
Wisatawan yang berkunjung ke Lagoi mayoritas berasal dari Asia Timur dan Asia Tenggara
seperti Korea, Jepang, Singapura dan Malaysia. Kawasan wisata Lagoi melayani rute
pelayaran Lagoi-Singapura (±40 menit menggunakan ferry) dan Lagoi-Malaysia (±60 menit
menggunakan ferry). Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Wilker Lagoi meliputi :
a. Penerbitan SSCEC/SSCC
b. Penerbitan PHQC
c. Penerbitan COP
d. Pengawasan TTU/TPM
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 12
e. Pengamatan sanitasi lingkungan
f. Pengamatan dan pemberantasan vektor DBD dan malaria
g. Pengawasan alat angkut dan penumpang
h. Pelayanan poliklinik terbatas
i. Penyelenggaraan pelabuhan sehat
j. Memverifikasi kartu kewaspadaan kesehatan atau eHAC (electronic health alert card)
k. Pengecekan suhu tubuh penumpang dan abk kapal laut
l. Validasi surat keterangan hasil RT-PCR
5. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Sri Udana Lobam ( Kabupaten Bintan )
Wilayah kerja Lobam terletak di Bintan Utara, Kabupaten Bintan dengan jarak
tempuh sekitar 70 km (waku tempuh ±1.5 jam) dari kantor induk KKP Kelas II
Tanjungpinang. Wilayah Kerja Pelabuhan Lobam merupakan kawasan industri khusus yang
dikelola oleh PT. Bintan Inti Industrial Estate (PT. BIIE) berada di Pulau Bintan dan
merupakan pelabuhan internasional yang melayani rute Lobam-Singapore (±60 menit
menggunakan ferry). Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Wilker Lobam meliputi :
a. Penerbitan SSCEC/SSCC
b. Penerbitan PHQC
c. Penerbitan COP
d. Pengawasan TTU/TPM
e. Pengamatan sanitasi lingkungan
f. Pengamatan dan pemberantasan vektor DBD dan malaria
g. Pengawasan alat angkut dan penumpang
l. Pelayanan poliklinik terbatas Memverifikasi kartu kewaspadaan kesehatan atau eHAC
(electronic health alert card)
m. Pengecekan suhu tubuh penumpang dan abk kapal laut
n. Validasi surat keterangan hasil RT-PCR
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 13
Berikut Peta wilayah kerja pelabuhan Lobam :
Gambar 5. Peta Wilayah Kerja Pelabuhan Lobam
6. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Tambelan ( Kabupaten Bintan )
Wilayah kerja Tambelan merupakan wilayah kerja binaan KKP Kelas II
Tanjungpinang. Pulau Tambelan terletak di Laut Cina Selatan dengan jarak tempuh dari
pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang ke Pulau Tambelan sekitar 185 mil laut (±15 jam
menggunakan kapal ferry). Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Wilker Lobam meliputi
:
a. Pengawasan TTU/TPM
b. Pengamatan sanitasi lingkungan
c. Pengamatan dan pemberantasan vektor DBD dan malaria
d. Pengawasan alat angkut dan penumpang
e. Pengecekan suhu tubuh penumpang dan abk kapal laut
f. Validasi surat keterangan kesehatan atau rapid test antigen dan antibodi
7. Wilayah Kerja Pelabuhan Udara Matak ( Kabupaten Anambas )
Wilayah kerja Pelabuhan Udara Matak terletak di Kabupaten Anambas dengan
waktu tempuh ±8 jam dari Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang menggunakan kapal
ferry kemudian disambung dengan perjalan menggunakan speedboat ±1 jam. Pelabuhan
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 14
Udara Matak dibangun dan dioperasikan oleh perusahaan minyak PT. Medco. Rute
penerbangan yang terdapat di bandara ini adalah Jakarta-Matak oleh maskapai Trigana Air
dan Tanjungpinang-Matak oleh masakapai Susi Air. Kegiatan pelayanan yang dilakukan di
Wilker Matak adalah pengawasan alat angkut (pesawat).
8. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Tarempa ( Kabupaten Anambas )
Wilayah kerja Pelabuhan Laut Tarempa terletak di Kabupaten Anambas dengan
waktu tempuh ±10 jam dari Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang menggunakan kapal
ferry. Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Wilker Tarempa meliputi :
a. Penerbitan PHQC
b. Penerbitan COP
c. Pengawasan alat angkut dan penumpang
d. Pengendalian vektor malaria, DBD dan diare
e. Pengamatan sanitasi lingkungan, TTU dan TPM
f. Pengecekan suhu tubuh penumpang dan abk kapal laut
g. Validasi surat keterangan kesehatan atau rapid test antigen dan antibodi
h. Pelayanan poliklinik terbatas
i. Memverifikasi kartu kewaspadaan kesehatan atau eHAC (electronic health alert card)
Berikut Peta Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Tarempa :
Gambar 6. Peta Wilayah Kerja Pelabuhan Tarempa
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 15
9. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Dabo Singkep ( Kabupaten Lingga )
Wilayah kerja Dabo Singkep terletak di Kabupaten Lingga dengan jarak waku
tempuh ±4 jam dari kantor induk KKP Kelas II Tanjungpinang. Pelabuhan Dabo Singkep
merupakan pelabuhan rakyat untuk mengangkut komoditi pertanian dan perikanan ke pulau
sekitar. Sarana gedung wilayah kerja Dabo saat ini masih berstatus sewa. Pelabuhan yang
terdapat di pulau Dabo Singkep adalah Pelabuhan Dabo, Pelabuhan Kote, Pelabuhan Jagoh,
Sungai Buluh, Bakong, dan Maroktua. Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Wilker Dabo
Singkep meliputi :
a. Penerbitan SSCEC/SSCC
b. Penerbitan PHQC
c. Penerbitan COP
d. Pengawasan TTU/TPM
e. Pengamatan sanitasi lingkungan
f. Pengamatan dan pemberantasan vektor DBD dan malaria
g. Pengawasan alat angkut dan penumpang
h. Pelayanan poliklinik terbatas
i. Pelayanan vaksinasi internasional
j. Pengecekan suhu tubuh penumpang dan abk kapal laut
10. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Ranai ( Kabupaten Natuna )
Wilayah kerja Ranai berada di Pulau Natuna Besar, Kabupaten Natuna dan
merupakan pulau terluar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ranai terletak di lokasi
strategis Laut Cina Selatan, yang langsung berbatasan dengan berbagai negara meliputi
Vietnam, Kamboja dan Malaysia. Sarana gedung wilayah kerja Dabo saat ini masih
berstatus sewa. Infrastruktur pelabuhan/bandara yang terdapat Ranai meliputi Pelabuhan
Selat Lampa, Pelabuhan Penagih dan Bandar Udara Ranai. Wilker Ranai dapat ditempuh
melalui udara dan laut. Perjalanan udara ditempuh selama ±1.5 jam dari Batam, sedangkan
perjalanan laut ditempuh selama ±2 hari menggunakan Kapal Pelni. Kegiatan pelayanan
yang dilakukan di Wilker Ranai meliputi :
a. Penerbitan SSCEC/SSCC
b. Penerbitan PHQC
c. Penerbitan COP
d. Pengawasan TTU/TPM
e. Pengamatan sanitasi lingkungan
f. Pengamatan dan pemberantasan vektor DBD dan malaria
g. Pelayanan vaksinasi internasional
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 16
h. Pengawasan alat angkut dan penumpang
i. Pengecekan suhu tubuh penumpang dan abk kapal laut
C. Potensi dan Permasalahan
Pada kurun waktu 2015 s/d 2020 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang
telah melaksanakan Rencana Aksi Kegiatan yang akan dilanjutkan dan ditingkatkan pada Rencana
Aksi Kegiatan 2020 s/d 2024. Pada Rencana Aksi Kegiatan 2015 s/d 2020 ini terdapat kegiatan –
kegiatan yang menjadi prioritas tugas dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang,
Berikut adalah kegiatan yang dimaksud, antara lain :
1. Jumlah Alat Angkut Sesuai dengan Standar Kekarantinaan.
Permasalahan:
Jangkauan pelayanan kekarantinaan masih belum optimal karena berbagai kendala dan
hambatan, keterjangkauan wilayah, mengingat wilayah kerja yang luas, akses dan
jaringan telekomunikasi yang terbatas.
Terbatasnya jumlah tenaga surveilans terutama di wilayah kerja menyebabkan
keterbatasan dalam menyediakan data yang akurat , update dan berbasis informasi.
Sarana pendukung upaya deteksi dini penyakit potensi wabah dan penyakit lainnya
yang masih terbatas yang menyebabkan upaya cegah tangkal dipintu masuk kurang
optimal.
Potensi :
Pengembangan aplikasi yang mampu mempermudah pengguna jasa dan petugas
sehingga standar kekarantinaan terpenuhi.
Kelemahan :
SDM yang terbatas menjadikan kemampuan analitis terhadap alat angkut sesuai standar
kekarantinaan menjadi kurang optimal.
Peluang :
Kemajuan teknologi dan tersdianya SDM bidang teknologi informasi dapat menjadi
pertimbangan dalam pelaksananaan kegiatan pengawasan alat angkut sesuai dengan
standar kekarantinaan.
Tantangan :
Membangun jejaring surveilans dengan wilayah guna menciptakan sistem surveilans
yang terintegrasi baik dalam hal pelaksanaan tugas teknis di tata laksana kegiatan,
pelaporan dan diseminasi informasi.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 17
2. Persentase Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan Bencana di Wilayah
Layanan KKP
Permasalahan:
Jangkauan Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan Bencana di Wilayah
Layanan KKP masih belum optimal karena berbagai kendala dan hambatan,
keterjangkauan wilayah, mengingat wilayah kerja yang luas, akses dan jaringan
telekomunikasi yang terbatas.
Terbatasnya jumlah tenaga Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan
Bencana di Wilayah Layanan KKP terutama di wilayah kerja menyebabkan
keterbatasan dalam menyediakan data yang akurat , update dan berbasis informasi.
Sarana pendukung upaya deteksi dini penyakit potensi wabah dan penyakit lainnya
yang masih terbatas yang menyebabkan upaya cegah tangkal dipintu masuk kurang
optimal.
Potensi :
Pengembangan aplikasi yang mampu mempermudah pengguna jasa dan petugas
sehingga Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan Bencana di Wilayah
Layanan KKP terpenuhi.
Kelemahan :
SDM yang terbatas menjadikan kemampuan analitis terhadap Respon Sinyal
Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan Bencana di Wilayah Layanan KKP menjadi
kurang optimal.
Peluang :
Kemajuan teknologi dan tersdianya SDM bidang teknologi informasi dapat menjadi
pertimbangan dalam pelaksananaan kegiatan Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD),
KLB dan Bencana di Wilayah Layanan KKP.
Tantangan :
Membangun jejaring surveilans dengan wilayah guna menciptakan sistem surveilans yang
terintegrasi baik dalam hal pelaksanaan tugas teknis di tata laksana kegiatan, pelaporan
dan diseminasi informasi.
3. Jumlah Deteksi Dini Dalam Rangka Cegah Tangkal Masuk dan Keluarnya Penyakit
Permasalahan:
Jangkauan Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan Bencana di Wilayah
Layanan KKP masih belum optimal karena berbagai kendala dan hambatan,
keterjangkauan wilayah, mengingat wilayah kerja yang luas, akses dan jaringan
telekomunikasi yang terbatas.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 18
Terbatasnya jumlah tenaga Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan
Bencana di Wilayah Layanan KKP terutama di wilayah kerja menyebabkan
keterbatasan dalam menyediakan data yang akurat , update dan berbasis informasi.
Sarana pendukung upaya deteksi dini penyakit potensi wabah dan penyakit lainnya
yang masih terbatas yang menyebabkan upaya cegah tangkal dipintu masuk kurang
optimal.
Potensi :
Pengembangan aplikasi yang mampu mempermudah pengguna jasa dan petugas
sehingga Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan Bencana di Wilayah
Layanan KKP terpenuhi.
Kelemahan :
SDM yang terbatas menjadikan kemampuan analitis terhadap Respon Sinyal
Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan Bencana di Wilayah Layanan KKP menjadi
kurang optimal.
Peluang :
Kemajuan teknologi dan tersdianya SDM bidang teknologi informasi dapat menjadi
pertimbangan dalam pelaksananaan kegiatan Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD),
KLB dan Bencana di Wilayah Layanan KKP.
Tantangan :
Membangun jejaring surveilans dengan wilayah guna menciptakan sistem surveilans yang
terintegrasi baik dalam hal pelaksanaan tugas teknis di tata laksana kegiatan, pelaporan
dan diseminasi informasi.
4. Jumlah Pelayanan Kesehatan Pada Situasi Khusus
Permasalahan:
Jangkauan Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan Bencana di Wilayah
Layanan KKP masih belum optimal karena berbagai kendala dan hambatan,
keterjangkauan wilayah, mengingat wilayah kerja yang luas, akses dan jaringan
telekomunikasi yang terbatas.
Terbatasnya jumlah tenaga Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan
Bencana di Wilayah Layanan KKP terutama di wilayah kerja menyebabkan
keterbatasan dalam menyediakan data yang akurat , update dan berbasis informasi.
Sarana pendukung upaya deteksi dini penyakit potensi wabah dan penyakit lainnya
yang masih terbatas yang menyebabkan upaya cegah tangkal dipintu masuk kurang
optimal.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 19
Potensi :
Pengembangan aplikasi yang mampu mempermudah pengguna jasa dan petugas
sehingga Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan Bencana di Wilayah
Layanan KKP terpenuhi.
Kelemahan :
SDM yang terbatas menjadikan kemampuan analitis terhadap Respon Sinyal
Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan Bencana di Wilayah Layanan KKP menjadi
kurang optimal.
Peluang :
Kemajuan teknologi dan tersdianya SDM bidang teknologi informasi dapat menjadi
pertimbangan dalam pelaksananaan kegiatan Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD),
KLB dan Bencana di Wilayah Layanan KKP.
Tantangan :
Membangun jejaring surveilans dengan wilayah guna menciptakan sistem surveilans yang
terintegrasi baik dalam hal pelaksanaan tugas teknis di tata laksana kegiatan, pelaporan
dan diseminasi informasi.
5. Jumlah Pelabuhan/Bandara/ PLBD Yang Mempunyai Kebijakan Kesiapsiagaan Dalam
Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Berpotensi Wabah
Permasalahan:
Jangkauan Jumlah Pelabuhan/Bandara/ PLBD Yang Mempunyai Kebijakan
Kesiapsiagaan Dalam Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang
Berpotensi Wabah masih belum optimal karena berbagai kendala dan hambatan,
keterjangkauan wilayah, mengingat wilayah kerja yang luas, akses dan jaringan
telekomunikasi yang terbatas.
Terbatasnya jumlah tenaga Jumlah Pelabuhan/Bandara/ PLBD Yang Mempunyai
Kebijakan Kesiapsiagaan Dalam Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Yang Berpotensi Wabah terutama di wilayah kerja menyebabkan keterbatasan dalam
menyediakan data yang akurat , update dan berbasis informasi.
Sarana pendukung upaya deteksi dini penyakit potensi wabah dan penyakit lainnya
yang masih terbatas yang menyebabkan upaya cegah tangkal dipintu masuk kurang
optimal.
Potensi :
Pengembangan aplikasi yang mampu mempermudah pengguna jasa dan petugas
sehingga Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan Bencana di Wilayah
Layanan KKP terpenuhi.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 20
Kelemahan :
SDM yang terbatas menjadikan kemampuan analitis terhadap Respon Sinyal
Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan Bencana di Wilayah Layanan KKP menjadi
kurang optimal.
Peluang :
Kemajuan teknologi dan tersdianya SDM bidang teknologi informasi dapat menjadi
pertimbangan dalam pelaksananaan kegiatan Respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD),
KLB dan Bencana di Wilayah Layanan KKP.
Tantangan :
Membangun jejaring surveilans dengan wilayah guna menciptakan sistem surveilans yang
terintegrasi baik dalam hal pelaksanaan tugas teknis di tata laksana kegiatan, pelaporan
dan diseminasi informasi.
6. Jumlah Sertifikat/Surat Ijin Layanan Kesehatan Lintas Wilayah Yang Diterbitkan
Permasalahan:
Jangkauan Jumlah Sertifikat/Surat Ijin Layanan Kesehatan Lintas Wilayah Yang
Diterbitkan masih belum optimal karena berbagai kendala dan hambatan,
keterjangkauan wilayah, mengingat wilayah kerja yang luas, akses dan jaringan
telekomunikasi yang terbatas.
Terbatasnya jumlah tenaga Jumlah Sertifikat/Surat Ijin Layanan Kesehatan Lintas
Wilayah Yang Diterbitkan terutama di wilayah kerja menyebabkan keterbatasan dalam
menyediakan data yang akurat , update dan berbasis informasi.
Sarana pendukung upaya deteksi dini penyakit potensi wabah dan penyakit lainnya
yang masih terbatas yang menyebabkan upaya cegah tangkal dipintu masuk kurang
optimal.
Potensi :
Pengembangan aplikasi yang mampu mempermudah pengguna jasa dan petugas
sehingga Jumlah Sertifikat/Surat Ijin Layanan Kesehatan Lintas Wilayah Yang
Diterbitkan terpenuhi.
Kelemahan :
SDM yang terbatas menjadikan kemampuan analitis terhadap Jumlah Sertifikat/Surat
Ijin Layanan Kesehatan Lintas Wilayah Yang Diterbitkan menjadi kurang optimal.
Peluang :
Kemajuan teknologi dan tersdianya SDM bidang teknologi informasi dapat menjadi
pertimbangan dalam pelaksananaan kegiatan Jumlah Sertifikat/Surat Ijin Layanan
Kesehatan Lintas Wilayah Yang Diterbitkan di Wilayah Layanan KKP.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 21
Tantangan :
Membangun jejaring surveilans dengan wilayah guna menciptakan sistem surveilans yang
terintegrasi baik dalam hal pelaksanaan tugas teknis di tata laksana kegiatan, pelaporan
dan diseminasi informasi.
7. Jumlah Pelabuhan/Bandara/ PLBD Yang Memenuhi Syarat-Syarat Sanitasi
Permasalahan:
o Kekurangan sumber daya manusia dengan jabatan fungsional tertentu untuk
melaksanakan kegiatan pengawasan sanitasi TTU dan TPP serta pengawasan air besih
secara berkala
o Sarana dan prasarana wilayah kerja yang belum tersedia (wilker Tambelan)
Potensi:
Terjadinya pengurangan jumlah anggaran dari tahun sebelumnya.
Kelemahan:
Tindakan penyehatan terhadap TTU, TPP yang telah dilakukan inspeksi kesehatan
lingkungan hanya terbatas pada pemberian rekomendasi atau saran perbaikan.
Peluang:
Melengkapi sarana dan prasarana pendukung tugas pokok dan fungsi sesuai
dengan Kepmenkes 1314 tahun 2010 tentang Standarisasi KKP.
Melengkapi pedoman tata laksana kegiatan berupa SOP dan standar layanan
seluruh kegiatan yang ada
Penyesuaian kegiatan yang tercantum di IKK dengan Monev Klasifikasi KKP.
Tantangan:
o Sebaiknya ada komitmen tertulis antara pengelola pelabuhan, stakeholder dan
masyarakat pelabuhan dalam rangka mewujudkan pelabuhan/bandara yang
memenuhi syarat kesehatan
8. Jumlah Pelabuhan/Bandara/ PLBD Bebas Vektor Pada Wilayah Perimeter dan Buffer
Area
Permasalahan:
Kekurangan sumber daya manusia dengan jabatan fungsional tertentu untuk
melaksanakan kegiatan Vektor dan BPP secara berkala di wilayah
pelabuhan/bandara.
Sarana dan prasarana wilayah kerja yang belum tersedia (wilker Tambelan).
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 22
Potensi:
Bentuk kegiatan vektor dan BPP yang tertuang di RKAKL berupa SBK memiliki
kelebihan berupa kemudahan dalam memonitoring tercapai atau tidaknya
indicator kinerja sesuai dengan target nasional yang telah ditetapkan.
Terjadinya pengurangan jumlah anggaran dari tahun sebelumnya.
Kelemahan:
Bentuk kegiatan vektor dan BPP yang tertuang di RKAKL berupa SBK memiliki
kelemahan berupa keterbatasan perencanan kegiatan yang bersifat inovatif, dan
pencairan anggaran yang tidak dapat digeneralisasi dikarenakan letak geografis
wilayah kerja yang berbeda-beda.
Peluang:
Melengkapi sarana dan prasarana pendukung tugas pokok dan fungsi sesuai dengan
Kepmenkes 1314 tahun 2010 tentang Standarisasi KKP
Penyesuaian kegiatan yang tercantum di IKK dengan Monev Klasifikasi KKP.
Melengkapi pedoman tata laksana kegiatan berupa SOP dan standar layanan seluruh
kegiatan yang ada.
Tantangan:
Kondisi cuaca yang tidak terduga sehingga terjadi pergeseran pelaksanaan kegiatan
di wilayah pelabuhan/bandara
Sebaiknya ada komitmen tertulis antara pengelola pelabuhan, stakeholder dan
masyarakat pelabuhan dalam rangka mewujudkan pelabuhan/bandara yang
memenuhi syarat kesehatan
9. Jumlah orang yang melakukan skrining penyakit menular langsung
Permasalahan:
Jumlah orang yang melakukan skrining penyakit menular langsung masih belum
optimal karena berbagai kendala dan hambatan, keterjangkauan wilayah, mengingat
wilayah kerja yang luas, akses dan jaringan telekomunikasi yang terbatas.
Terbatasnya jumlah Jumlah orang yang melakukan skrining penyakit menular langsung
terutama di wilayah kerja menyebabkan keterbatasan dalam menyediakan data yang
akurat , update dan berbasis informasi.
Sarana pendukung upaya deteksi dini penyakit potensi wabah dan penyakit lainnya
yang masih terbatas yang menyebabkan upaya cegah tangkal dipintu masuk kurang
optimal.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 23
Potensi :
Pengembangan aplikasi yang mampu mempermudah pengguna jasa dan petugas
sehingga Jumlah orang yang melakukan skrining penyakit menular langsung terpenuhi.
Kelemahan :
SDM yang terbatas menjadikan kemampuan analitis terhadap Jumlah orang yang
melakukan skrining penyakit menular langsung menjadi kurang optimal.
Peluang :
Kemajuan teknologi dan tersdianya SDM bidang teknologi informasi dapat menjadi
pertimbangan dalam pelaksananaan kegiatan Jumlah orang yang melakukan skrining
penyakit menular langsung.
Tantangan :
Membangun jejaring surveilans dengan wilayah guna menciptakan sistem surveilans yang
terintegrasi baik dalam hal pelaksanaan tugas teknis di tata laksana kegiatan, pelaporan
dan diseminasi informasi.
10. Jumlah dokumen dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya
Permasalahan:
Perubahan kebijakan dari pusat yang menjadikan perubahan bentuk laporan dan perlu
memahami sehingga laporan jadi terlambat dan tidak sesuai harapan.
Potensi :
Pengembangan aplikasi yang mampu dalam membantu pemenuhan dokumen dukungan
manajemen dan tugas teknislainnya secara cepat dan akurat.
Kelemahan :
SDM yang terbatas menjadikan kemampuan analitis terhadap Jumlah dokumen
dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya menjadi kurang optimal.
Peluang :
Kemajuan teknologi dan tersdianya SDM bidang teknologi informasi dapat menjadi
pertimbangan dalam pelaksananaan kegiatan Jumlah dokumen dukungan manajemen
dan tugas teknis lainnya.
Tantangan :
Kecepatan dan kebijakan yang bersifat cepat menjadi hal yang harus di pertimbangkan
dalam pengembangan teknologi informasi dan pemenuhan kebutuhan SDM dalam
melaksanakan kegiatan Jumlah dokumen dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya.
11. Jumlah pengadaan sarana prasarana
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 24
Permasalahan:
Standar pemenuhan sarana dan prasarana di Kantor Kesehatan Pelabuhan masih
menjadi kesulitan karena standar di masing- masing masih berbeda.
Potensi :
Beberapa wilayah kerja karena berada di tingkat kabupaten maka diharapkan standar
presarananya dipenuhi lebih baik lagi agar dapat menunjang pelayanan.
Kelemahan :
Keterbatasan anggaran dan focus kebijakan menjadi kesulitan dalam pemenuhan sarana
dan prasarana.
Peluang :
Kerjasama dan menjalin koordinasi dengan pemerintah daerah dapat menjadi peluang
dalam pemenuhan sarana dan prasarana.
Tantangan :
Pemnuhan sarana dan prasarana harus dapat menunjang pelayanan yang saat ini lebih
mengedepankan inovasi dalam teknologi informasi.
12. Jumlah peningkatan kapasitas SDM bidang P2P
Permasalahan:
Terbatasnya jumlah pelatihan yang ada sehingga peningkatan kapasitas SDM kurang
optimal.
Potensi :
Memanfaatkan Teknologi informasi dalam mencari program pelatihan di berbagai
sistem aplikasi website yang mengadakan pelatihan – pelatihan bidang P2P.
Kelemahan :
SDM yang terbatas menjadikan sulit untuk meninggalkan tugas pokok.
Peluang :
Adanya aplikasi terintegrasi dari Pusat berupa SIBULAT (Sistem Kebutuhan Pelatihan)
menjadikan kemudahan dalam mengidentifikasi pegawai dalam pengembangan
kepelatihan.
Tantangan :
Kompetensi intenal dalam keikutsertaan pelatihan menjadi hal yang harus
dipersiapkan dalam mengirim Pegawai dalam pelatihan dan pendidikan.
BAB II VISI. MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 25
A. Visi dan Misi
Dalam rangka mencapai terwujudnya Visi Presiden yakni: “Terwujudnya Indonesia Maju yang
Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong”, maka telah ditetapkan 9
(sembilan) Misi Presiden 2020-2024, yakni: Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia, Penguatan
Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing, Pembangunan yang Merata dan
Berkeadilan, Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan, Kemajuan Budaya yang
Mencerminkan Kepribadian Bangsa, Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat,
dan Terpercaya, Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh
Warga, Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya dan Sinergi Pemerintah
Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan.
Guna mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, termasuk penguatan struktur
ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing, Kementerian Kesehatan telah menjabarkan
Misi Presiden Tahun 2020-2024, melalui Menurunkan angka kematian ibu dan bayi, Menurunkan
angka stunting pada balita, Memperbaiki pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional dan
Meningkatkan kemandirian dan penggunaan produk farmasi dan alat kesehatan dalam negeri.
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang sebagai unit pelaksana teknis dibawah
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian penyakit mendukung pelaksanaan penjabaran
visi misi presiden yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
B. Tujuan
Guna mencapai tujuan Kementerian Kesehatan khususnya Ditjen pencegahan dan Pengendalian
penyakit dalam Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengelolaan kedaruratan
kesehatan masyarakat.
Dalam mencapai tujuan tersebut diatas maka Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Tanjungpinang dalam kurun waktu 2020 s.d 2024 memiliki tujuan startegis Meningkatnya
Pelayanan Kekarantinaan di Pintu Masuk Negara dan Wilayah dengan rata – rata capaian Indikator
Kegiatan per tahunnnya adalah 95%.
Tujuan tersebut akan diperoleh melalui pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
1. Jumlah pemeriksaan orang, alat angkut, barang dan lingkungan.
2. Persentase faktor risiko yang dikendalikan pada orang, alat angkut, barang dan lingkungan
3. Indeks Pengendalian Faktor risiko di pintu masuk negara
4. Nilai kinerja anggaran.
5. Persentase tingkat kepatuhan penyampaian laporan keuangan.
6. Kinerja implementasi WBK satker.
7. Persentase Peningkatan kapasitas ASN sebanyak 20 JPL
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 26
C. Sasaran Strategis
Dalam mencapai tujuan strategis ditetapkan sasaran strategis, yaitu meningkatnya faktor risiko
penyakit di pintu masuk yang dikendalikan sebesar 100% dengan sasaran sebagai berikut:
1. MeningkatnyaDukungan Pelayanan Kekarantinaan di Pintu Masuk Negara dan Wilayah.
2. Meningkatnya Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 27
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGKA REGULASI
A. Arah Kebijakan
Arah kebijakan Kantor Kesehatan Kelas II Tanjungpinang dalam melaksanakan tupoksi
sesuai dengan visi misinya adalah sebagai berikut :
1. Penguatan deteksi dini dan respon terhadap penyakit dan faktor resiko.
Menurut IHR tahun 2005 Kantor Kesehatan Pelabuhan merupakan Port Health
Authority yang artinya bahwa segala urusan mengenai kesehatan di pelabuhan dan bandara
menjadi tanggung jawab Kantor Kesehatan Pelabuhan. Sejalan dengan IHR tersebut salah
satu fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan adalah menyelenggarakan pengawasan
kekarantinaan dan surveilans epidemiologi. Indikator dalam pelaksanaan program ini
adalah layanan kewaspadaan dini penyakit berpotensi KLB, layanan kekarantinaan
kesehatan, dan layanan pengendalian penyakit infeksi emerging.
Dengan meningkatnya perkembangan teknologi alat angkut membuat jarak antar
seolah semakin dekat karena waktu tempuh yang semakin singkat sehingga mobilitas orang
dan barang semakin cepat melebihi masa inkubasi penyakit menular. Kondisi tersebut
berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit secara global.
Ancaman global yang kita hadapi yaitu timbulnya kembali penyakit menular yang
sudah pernah terjadi (re-emerging disease), penyakit yang masih merupakan masalah
(emerging disease), penyakit baru yang muncul (new emerging disease) dan kemungkinan
bio terorisme. Untuk mengantisipasi masuk dan keluarnya ancaman global tersebut sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang maka
perlu adanya peningkatan kinerja kekarantinaan dan surveilans epidemiologi. Salah satu
upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD).
Guna mengantisipasi ancaman penyakit global dan permasalahan kesehatan
masyarakat yang merupakan masalah darurat yang menjadi perhatian dunia, Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang dituntut mampu menangkal risiko kesehatan
yang mungkin masuk melalui alat angkut, orang dan barang termasuk kontainer dari negara
lain dengan melakukan tindakan tanpa menghambat perjalanan dan perdagangan.
Kegiatan Pengendalian Risiko Lingkungan merupakan salah satu upaya mencegah
penyebaran penyakit PHEIC melalui pemutusan mata rantai penularan penyakit bersumber
lingkungan. Upaya pengendalian risiko lingkungan bertujuan agar wilayah pelabuhan dan
alat angkut tidak menjadi sumber penularan ataupun tempat perindukan bagi kuman/vektor
penyakit.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 28
Adapun indikator pelayanan dalam upaya meningkatkan pencegahan dan
penanggulangan penyakit bersumber binatang meliputi :
a. Layanan pengendalian penyakit malaria berupa survei jentik vektor malaria,
survei nyamuk vektor malaria, pengendalian vektor malaria dan monitoring dan
evaluasi pencegahan dan pengendalian malaria di wilayah pelabuhan/bandara dan
alat angkut.
b. Layanan pengendalian penyakit arbovirosis (DBD dan yellow fever) berupa
survei jentik nyamuk Aedes sp., dan pengendalian DBD dan yellow fever di
wilayah pelabuhan/bandara dan alat angkut.
c. Layanan pengendalian penyakit zoonosis (Pes) berupa survei dan pengendalian
tikus dan pinjal di wilayah pelabuhan/bandara dan alat angkut.
d. Layanan pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit berupa survei dan
pengendalian lalat dan kecoa di wilayah pelabuhan/bandara dan alat angkut.
Dalam medis, penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria, atau parasit) bukan
disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). Cara-cara
penularan penyakit :
a. Media langsung dari orang ke orang (permukaan kulit) diantaranya HIV/AIDS,
IMS, Kusta.
b. Media udara penyakit yang dapat ditularkan secara langsung ataupun tidak
langsung melalui udara pernafasan disebut juga air borne diseases (TB paru, ISP
dan ISPA)
Dalam program penanggulangan penyakit menular langsung, KKP
menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi dalam pelayanan kesehatan terbatas di wilayah
pelabuhan dan bandara dengan indikator pelayanan meliputi :
1. Layanan Pencegahan HIV/AIDS
2. Layanan Pencegahan penyakit IMS
3. Layanan Pencegahan penyakit TB
4. Layanan Pencegahan penyakit Kusta
5. Layanan Pencegahan penyakit ISP
6. Layanan Pencegahan penyakit ISPA
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh
kuman atau virus penyakit dan tidak ditularkan kepada orang lain, termasuk cedera akibat
kecelakaan dan tindak kekerasan.
Penyakit tidak menular (PTM) pada umumnya bersifat kronis sehingga memerlukan
waktu yang cukup panjang untuk penyembuhannya. PTM memiliki tingkat kefatalan yang
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 29
tinggi. Hampir bisa dipastikan penderita TPM tidak akan sembuh seperti sebelumnya
bahkan cenderung memburuk. Penyebab PTM multifaktor yang selanjutnya disebut faktor
risiko PTM sejatinya telah dapat diprediksi, sehingga PTM dapat dicegah.
Penyakit yang termasuk PTM utama di Indonesia yaitu penyakit kardiovaskuler,
kanker, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), diabetes mellitus serta cedera akibat
kecelakaan dan tindak kekerasan.
KKP dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak
menular, meningkatkan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular memiliki
indikator pelayanan seperti :
1. Layanan Posbindu PTM dengan mendatangi langsung objek yang berisiko tinggi
terkena PTM di lingkungan pelabuhan/bandara seperti pemeriksaan gula darah,
kadar kolesterol dan tingkat tekanan darah.
2. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Gangguan Indera dengan melakukan
sosialisasi pencegahan penyakit gangguan indera penglihatan dan pendengaran
pada penyelam dan nelayan tradisional.
3. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Paru Kronik dengan melakukan
advokasi tentang penetapan kawasan tanpa rokok (KTR) di lingkungan
pelabuhan/bandara.
2. Penguatan akuntabilitas dalam upaya mewujudkan reformasi birokrasi
Untuk memperlancar tugas pokok dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Tanjungpinang perlu adanya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya.
Dukungan tersebut sangat diperlukan agar pelaksanaan program dapat berjalan efektif,
efisien, dan mempunyai daya ungkit. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya dapat berupa dukungan dana, SDM, sarana dan prasarana serta pelatihan.
Disamping itu dukungan dapat dari instansi vertikal maupun horizontal.
Adapun indikator kegiatan peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas
teknis lainnya pada program pencegahan dan pengendalian penyakit di KKP Kelas II
Tanjungpinang meliputi :
1) Layanan Internal berupa pengadaan kendaraan bermotor, pembangunan dan
renovasi gedung, penyusunan rencana program, pelaksanaan pemantauan dan
informasi, penyusuan laporan keuangan, pengelolaan perbendaharaan,
pengelolaan kepegawaian, pelayanan umum dan perlengkapan, pelayanan rumah
tangga, pelayanan organisasi, tata laksana, dan reformasi birokrasi, pengadaan
bahan dan alat kesehatan.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 30
2) Layanan Perkantoran berupa belanja gaji pegawai, operasional dan pemeliharaan
kantor, perawatan kendaraan operasional, biaya langganan listrik, telepon dan air,
dan honor operasional.
3) Persiapan dalam menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) berdasarkan instruksi
dari Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
3. Penguatan kapasitas dan pengembangan Sumber Daya manusia
Berdasarkan strategi Penguatan Kapasitas dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
terdapat 5 (lima) kegiatan pokok yang menjadi prioritas. Kelima kegiatan prioritas tersebut
adalah:
Penguatan dan Pemanfaatan Sumber daya
Program ini berupaya untuk membangun pondasi internal SDM agar dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Sasaran utama kegiatan ini adalah
penguatan kapasitas sumberdaya manusia (SDM) dan peningkatan ketersediaan sarana
prasarana pendukung SDM.
Pengembangan Kebijakan dan Pedoman yang Berkualitas
Program ini dimaksudkan untuk memberikan referensi utama bagi para stakeholder,
terutama para Analis Kebijakan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Melalui kegiatan ini berupaya melakukan penyelesaian berbagai kebijakan dan
pedoman pelaksanaan Program P2P.
Penguatan Sistem Informasi
Upaya optimalisasi pembinaan SDM juga perlu diintegrasikan dengan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) agar proses kerja yang dilakukan Penguatan kapasitas
dan pengembangan Sumber Daya manusia dapat berjalan dengan lebih akuntabel,
profesional, dan efisien. Ketersediaan sistem informasi yang kredibel akan
memudahkan dalam mengelola informasi SDM dan melakukan mapping utilisasi. E-
Production for Knowledge Management Program ini diarahkan pada upaya peningkatan
transparansi dan kemudahan pelayanan kepada stakeholder sehingga stakeholder lebih
mudah memperoleh berbagai informasi terkait Pengembangan SDM baik seleksi dan
pengembangan maupun, evaluasi dan pemantauan.
Pengembangan Network Penguatan kapasitas dan pengembangan Sumber Daya
manusia
Program ini berupaya memperkuat Kepegawaian dan Analis Kebijakan melalui
pengembangan jejaring kerja dengan stakeholder seperti
Kementerian/Lembaga/Pemda/donor yang terkait dengan pembinaan SDM, baik terkait
secara langsung maupun tidak langsung.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 31
4. Penguatan sinergisme, kolaborasi dan integrasi program
Integrasi program dalam terwujudnya pengendalian faktor resiko di pintu masuk
negara ke dalam sistem kesehatan ditentukan juga oleh produktivitas interaksi antar-
pemangku kepentingan kunci yang memiliki kekuasaan dan kepentingan Dengan situasi
seperti ini, tantangannya ialah meningkatkan sensitivitas pemangku kepentingan kunci yang
memiliki posisi strategis dan kekuasaan besar seperti Intansi Lintas sektor yang berada
dalam lingkungan wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan agar memiliki pemahaman
dan kapasitas yang memadai dalam menyusun dan menerapkan berbagai kebijakan strategis
mengenai Pengendalian Faktor Resiko di Pintu Masuk Negara. Dengan begitu, maka rasa
tanggung jawab (akuntabilitas) dan kepemilikan mereka terhadap Kegiatan terkait
Pengendalian Faktor resiko di pintu masuk negara juga terpenuhi. Interaksi aktif dan
produktif di antara para pemangku kepentingan kunci dapat menciptakan lingkungan yang
kondusif (enabling environment) untuk mengoptimalkan intervensi program pencegahan,
PDP, dan MD yang di sebagaian besar daerah menghadapi problem stigma dan diskriminasi
dari aspek sosial, kultural, dan politik.
B. Strategi
Seperti yang telah ditetapkan di Bab sebelumnya, bahwa KKP Kelas II Tanjungpinang telah
menatapkan tujuan strategis yang mendukung strategi program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tahun 2020 - 2024 serta mengacu pada strategi Kementerian Kesehatan yang
kemudian dijabarkan melalui strategi aksi kegiatan sebagai berikut:
1. Strategi Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi
a. Perluasan cakupan deteksi dini penyakit dan faktor risiko;
b. Peningkatan respon kejadian penyakit dan faktor risiko;
c. Peningkatan inovasi dalam deteksi dini dan respon penyakit dan faktor risiko;
d. Penguatan sistem surveilans dan informasi masalah kesehatan (PHEIC);
e. Pengembangan SDM surveilans;
f. Peningkatan sarana prasarana cegah tangkal penyakit;
g. Penguatan jejaring kerja lintas program dan sektoral.
2. Strategi Pengendalian Risiko Lingkungan
a. Koordinasi lintas sektor terkait di lingkungan pelabuhan/bandara;
b. Optimalisasi pelaksanaan pengendalian resiko lingkungan sebagai upaya cegah
tangkal penyakit dipintu masuk negara;
c. Peningkatan kapasitas SDM pelaksana pengendalian resiko lingkungan;
d. Efektifitas dan efisiensi dalam perencanaan program penyehatan lingkungan.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 32
3. Strategi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah
a. Meningkatkan promosi pelayanan kesehatan di lingkungan pelabuhan dan bandara;
b. Meningkatkan koordinasi lintas sektor dibidang pelayanan kesehatan dalam rangka
cegah tangkal penyakit;
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terbatas;
d. Peningkatan kapasitas mutu SDM dibidang pelayanan kesehatan;
e. Meningkatkan sarana prasarana dibidang pelayanan kesehatan.
4. Strategi Dukungan Manajemen
a. Koordinasi lintas sektor dengan pihak terkait dibidang keuangan dan kekayaan negara;
b. Pengembangan SDM terdidik dan terlatih dalam bidang administrasi, kepegawaian
dan keuangan;
c. Optimalisasi realisasi anggaran melalui pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan
rencana penarikan;
d. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung dalam menunjang kegiatan administrasi
dan keuangan.
e. Penguatan akuntabilitas
C. Kerangka Regulasi
Dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi sebagai pelaksana pelayanan. Sebagai
pelaksana pemerintah berkewajiban menyediakan pelayanan yang bermutu. Dalam
menjalankan peran pemerintah ini tentunya membutuhkan dukungan regulasi yang menjadi
landasan dan dasar hukum sehingga tidak salah arah dan mempunyai aspek perlindungan yang
kuat.
Disamping peraturan perundang-undangan yang disusun oleh pusat juga diperlukan peraturan
dalam bentuk Standar Operating Prosedur (SOP) yang dibuat oleh satuan Kerja. Dukungan
regulasi yang baik akan menjamin standar dan mutu dalam pelayanan.
Saat ini sudah tersedia regulasi, antara lain :
1. Undang – Undang Wabah No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah;
2. Undang-undang No 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan ;
3. Undang – Undang Wabah No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang penanggulangan Wabah Penyakit
Menular;
5. Permenkes RI Nomor 949/MENKES/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB);
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 33
6. Permenkes RI Nomor 356/Menkes/Per/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan;
7. Permenkes RI Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan;
8. Permenkes RI Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan;
9. Permenkes RI Nomor 2348/Menkes/Per/XI/2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan
10. Permenkes RI No. 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans;
11. Permenkes RI No. 2 tahun 20014 tentang klasifikasi kantor kesehatan pelabuhan;
12. Kepmenkes No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Kesehatan;
13. Kepmenkes Nomor 1479/Menkes/SK/ X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Terpadu;
14. Kemenkes No. 424/MENKES/SK/IV/2007 Tahun 2007 tentang Pedoman upaya
kesehatan pelabuhan dalam rangka karantina kesehatan;
15. SOP KIPI (Kejadian Ikutan pasca Imunisasi);
16. SOP Layanan terpadu penerbitan sertifikat Vaksinasi Internasional;
17. SOP Jejaring Informasi;
18. SOP Karantina rumah atau wilayah;
19. SOP Pemantauan K3JH;
20. SOP Penemuan Kasus;
21. SOP Penerbitan Sertifikat Vaksinasi Internasional;
22. SOP Penerbitan Sertifikat Free Pratique;
23. SOP Penerbitan SSCEC/SSCC/OME Sailing Permit;
24. SOP Pemeliharaan Vaksin;
25. SOP Penyimpanan Vaksin;
26. SOP Pengadaan Dan Penerimaan Vaksin;
27. SOP Rujukan dan Tata Laksana;
28. SOP Pendistribusian Vaksin;
29. SOP Pengadaan Dan Penerimaan Vaksin;
30. SOP Vaksinasi International;
31. SOP Pelayanan Surat Keterangan Layak Terbang.
Dalam rangka mendukung tercapainya sasaran strategis Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit dan sasaran strategis KKP Kelas II Tanjungpinang, beberapa
kebutuhan regulasi yang dibutuhkan antara lain :
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 34
1. Regulasi tentang Terselenggaranya pengendalian faktor resiko di pintu masuk Negara;
2. Regulasi tentang Terwujudnya Pengendalian Faktor Resiko di Pintu Masuk Negara;
3. Meningkatnya Tata Kelola Manajemen Kantor Kesehatan Pelabuhan;
4. SOP ijin angkut orang sakit;
5. SOP pengawasan penumpang datang dan berangkat;
6. SOP Regulasi dalam deteksi dini dipintu masuk Negara;
7. SOP pengawasan ABK atau crew pesawat;
8. SOP pengawasan masyarakat pelabuhan/bandara;
9. SOP pengawasan ijin angkut jenzah;
10. SOP pengawasan barang bawaan pada pelaku perjalanan internasional;
11. SOP pengendalian faktor resiko pada orang, barang dan alat angkut.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 35
BAB IV TARGET KINERJA DAN KEGIATAN
Memperhatikan Rencana Aksi Program Direktorat Pencegahan dan Pengendalan Penyakit tahun
2020-2024, Tujuan, Arah Kebijakan, Strategi dan Sasaran Strategis sebagaimana diuraikan dalam bab-
bab sebelumnya, maka target kinerja dan kerangka pendanaan program dan kegiatan KKP Kelas II
Tanjungpinang 2020-2024.
A. TARGET KINERJA
Target kinerja merupakan penilaian dari pencapaian program yang diukur secara berkala dan
dievaluasi pada akhir tahun 2024. Sasaran kinerja dihitung secara kumulatif selama lima tahun dan
berakhir pada tahun 2024.
1. Indikator kinerja sasaran strategis
Indikator kinerja sasaran strategis KKP Kelas II Tanjungpinang 2020-2024 dapat diuraikan,
sebagai berikut:
4.1 Tujuan Strategis, Sasaran Strategis, dan Indikator Sasaran Strategis RAK KKP Kelas II
Tanjungpinang 2020-2024
No Tujuan Strategis Sasaran Strategis Indikator
1 Meningkatnya
Pelayanan
Kekarantinaan di Pintu
Masuk Negara dan
Wilayah
Meningkatnya faktor resiko
penyakit di pintu masuk yang
dikendalikan
1. Jumlah pemeriksaan orang, alat
angkut, barang dan lingkungan
sesuai standar kekarantinaan
kesehatan 4205 orang/unit.
2. Persentase faktor risiko
penyakit dipintu masuk yang
dikendalikan pada orang, alat
angkut, barang dan lingkungan
sebesar 90%
3. Indeks Pengendalian Faktor
Risiko di pintu masuk negara
sebesar > 80 %.
4. Nilai kinerja anggaran sebesar
90%
5. Persentase tingkat kepatuhan
penyampaian laporan keuangan
sebesar 80 %
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 36
6. Kinerja implementasi WBK
satker sebesar 80
7. Persentase Peningkatan
kapasitas ASN sebanyak 20
JPL sebesar 45 %
2. Sasaran, indikator kinerja program dan kegiatan
Dalam rangka menjamin tercapainya Tujuan Strategis, Sasaran Strategis, dan Indikator Sasaran
Strategis, maka ditetapkan Sasaran Program, Indikator Kinerja Program, Sasaran Kegiatan, dan
Indikator Kinerja Kegiatan KKP Kelas II Tanjungpinang 2020-2024. Sasaran Kantor Kesesehatan
Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang adalah meningkatnya faktor resiko penyakit di pintu masuk
yang dikendalikan, Untuk mencapai sasaran hasil, maka kegiatan yang akan dilakukan adalah:
a. Jumlah Pemeriksaan Orang, Alat Angkut, Barang, dan Lingkungan
Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan Alat Angkut Sesuai Standar Karantina
Pemeriksaan kesehatan alat angkut (kapal dan pesawat)
Pemeriksaan dan penerbitan dokumen kesehatan
Pengawasan dan pemeriksaan jenazah di Pelabuhan/Bandara
Melaksanakan tindakan karatina
Surveilans epidemiologi faktor risiko penyakit pada TKI-B
Surveilans epidemiologi di sarana kesehatan
Sosilaisasi IHR 2005
Surveilans epidemiologi faktor risiko penyakit tidak menular pada ABK Kapal
Melaksanakan koordinasi lintas sektor dalam pengawasan Haji dan Umrah
Melaksanakan jejaring kerja dan kemitraan
2) Pemeriksaan Lingkungan (TTU, TPM)
Melaksanakan pengendalian tikus dan pinjal pada alat angkut dan pelabuhan/bandara di
seluruh wilayah kerja
Melaksanakan survey dan pemberantasan nyamuk dan jentik nyamuk Aedes aegypti
penular DBD pada alat angkut dan pelabuhan/bandara di seluruh wilayah kerja
Melaksanakan survey dan pemberantasan nyamuk dan jentik nyamuk Anopheles sp.
penular Malaria pada alat angkut dan pelabuhan/bandara di seluruh wilayah kerja
Melaksanakan survey dan pemberantasan lalat dan kecoak pada alat angkut dan
pelabuhan/bandara di seluruh wilayah kerja
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 37
Melaksanakan inspeksi sanitasi air bersih pada alat angkut dan pelabuhan/bandara di
wilayah kerja
Melaksanakan inspeksi sanitasi lingkungan TTU/TPM di pelabuhan/bandara
Melaksanakan pengukuran kualitas udara
Melaksanakan pemeriksaan air minum pada alat angkut dan pelabuhan/bandara di
seluruh wilayah kerja
Melaksanakan penyuluhan tentang faktor risiko terjadinya penyakit yang bersumber
lingkungan
Memperkuat jejaring kerja dan kemitraan
3) Pemeriksaan/Penapisan Orang
Melaksanakan pelayanan Posbindu PTM
Melaksanakan sosialisasi gangguan indera di bandara/pelabuhan
Melaksanakan gerakan masyarakat dalam pengendalian tembakau
Melaksanakan pelayanan kesehatan terbatas di wilayah pelabuhan/bandara
Melaksanakan pelayanan kesehatan matra
Melaksanakan pelayanan pendampingan kesehatan haji
Melaksanakan jejaring/kemitraan lintas proram dan lintas sector
Melakukan penyuluhan dan mobile VCT untuk penemuan kasus baru HIV di wilayah
pelabuhan
Melakukan penyuluhan dan mobile pemeriksaan IMS untuk penemuan kasus baru HIV
di wilayah pelabuhan
Melakukan sosialisasi terkait penyakit TB pada masyarakat pelabuhan
Melakukan sosialisasi penyakit infeksi saluran pencernaan pada penjamah makanan
Melakukan advokasi dan sosialisasi kesiapsiagaan (PHEIC ISPA/Pneumonia)
b. Persentase Faktor Risiko Yang Dikendalikan Pada Orang, Alat Angkut, Barang, dan
Lingkungan
Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1) Faktor Risiko yang dikendalikan pada orang
2) Faktor Risiko yang dikendalikan pada Barang
3) Faktor Risiko yang dikendalikan pada Alat Angkut
4) Faktor Risiko yang dikendalikan pada Lingkungan (TTU, TPM)
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 38
c. Indeks Pengandalian Faktor Risiko di Pintu Masuk Negara
Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai beriku :
1) Kelengkapan Data Surveilans
2) Jumlah Sinyal SKD KLB dan Bencana Yang Direspon Kurang Dari 24 Jam
3) Penyusunan Rencana Kontigensi
4) Indeks Pinjal ≤ 1
5) HI Perimeter = 0
6) Tidak Ditemukan Larva Anopheles
7) Kepadatan Kecoa Rendah
8) Kepadatan Lalat < 2
9) TTU Memenuhi Syarat
10) TPM Laik Hygiene
11) Kualitas Air Bersih Memenuhi Syarat Kesehatan
d. Nilai Kinerja Anggaran
Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1) Melakukan Monitoring Evaluasi Kinerja secara berkala baik itu anggaran dan Keluaran
(output).
2) Penggunaan Aplikasi MONEV DJA
e. Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran
Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan akurasi pencairan dana sesuai perencanaannya (halaman III DIPA) dengan
melakukan reviu dan mengajukan Revisi Halaman III DIPA
2) Meningkatkan ketelitian dalam penerbitan SPM, termasuk akurasi data supplier, untuk
menghindari kesalahan/pengembalian SPM oleh sistem di KPPN.
3) Menyampaikan data kontrak ke KPPN tepat waktu (paling lambat 5 hari kerja setelah
kontrak ditandatangani) dengan menggunakan sarana tercepat
4) Mengantisipasi dan menyelesaikan pagu minus atau potensi pagu minus sesegera
mungkin, baik terhadap belanja pegawai maupun selain belanja pegawai sampai pada
level Akun.
5) Ketepatan waktu dalam revolving UP (minimal 1x dalam 1 bulan) dan
pertanggungjawaban TUP (SPM-PTUP tidak lebih dari 1 bulan).
6) Ketepatan waktu penyampaian LPJ Bendahara Pengeluaran/Penerimaan (upload ke
aplikasi SPRINT sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya) dan melakukan rekonsiliasi
sesuai jadwal.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 39
7) Meningkatkan ketelitian dalam memproses SPM dan memastikan nomor rekening
penerima/tujuan dalam kondisi benar dan aktif untuk menghindari adanya retur SP2D.
8) Memastikan ketepatan waktu penyelesaian tagihan SPM-LS Non Belanja Pegawai
(maksimal 17 hari kerja sejak serah terima/penyelesaian pekerjaan harus sudah
disampaikan ke KPPN Sampit)
9) Melakukan revisi DIPA secara selektif, terutama yang bersifat pergeseran anggaran
(maksimal 1 kali dalam 1 triwulan)
10) Menghindari adanya dispensasi SPM khususnya menjelang dan pada akhir tahun
anggaran.
11) Mengeksekusi anggaran secara proporsional sesuai dengan target penyerapan anggaran
(realiasasi triwulan III minimal 60% dan triwulan IV minimal 90%), tanpa mengabaikan
capaian volume output kegiatan.
12) Meningkatkan akurasi perencanaan kas/ RPD Harian dengan cara mengajukan SPM
dengan Renkas (nilai SPM 1 Milyar ke atas) ke KPPN 1 hari sebelum tanggal jatuh tempo
RPD Harian (mulai pukul 13.00 pada hari kerja sebelumnya) untuk mengantisipasi jika
ditemukan kesalahan pada SPM oleh petugas FO KPPN.
f. Kinerja Implementasi WBK Satker
Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1) Sosialisasi Pembangunan Zona Integritas
Sosialisasi dilaksanakan agar kemauan untuk melakukan perubahan Menuju
WBK/WBBM didengar dan dipahami oleh Internal dan Eksternal, sosialisasi dapat
dilaksanakan dalam bentuk:
a) membuatbanner/spanduk/himbauan/brosur
b) melalui Website
c) melalui Media Sosial
d) media elektronik
e) media cetak
f) media TV
semua yang dilakukan poin a sampai dengan f harus dilengkapi dengan data dukung
antara lain: foto/ dokumentasi, Screenshoot Website, Screenshoot medsos, rekaman, link,
serta kliping Koran.
2) Pencanangan Zona Integritas
Pencanganan merupakan kegiatan yang menunjukkan keseriusan dan kemauan dari Unit
Kerja untuk melakukan perubahan pada jajarannya menuju WBK/WBBM, sebagai titik
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 40
awal dimulainya pembangunan Zona integritas hingga tercapainya WBK/WBBM, meliputi
kegiatan:
a) Eksternal Melaksanakan pencanangan Zona Integritas yang disaksikan oleh Instansi,
Kementerian/Lembaga, Forkopimda, tokoh masyarakat, Tokoh agama serta
dipublikasikan.
b) Internal
(1) Melaksanakan penandatanganan pakta integritas antara kepala satuan kerja
dengan jajaran struktural dibawahnya;
(2) Penandatangan fakta integritas antara jajaran struktural dalam satuan kerja
dengan petugas pelayanan publik;
(3) Komitmen tidak memungut biaya diluar ketentuan;
(4) Tidak diskriminasi;
(5) Tidak melaksanakan gratifikasi (yang menerima dan memberi mendapatkan
saksi);
(6) Memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Kegiatan tersebut dilengkapi dengan data dukung:
a) Eksternal:
(1) Foto, laporan kegiatan, Press release;
(2) Untuk keseragaman, format/template pakta integritas disiapkan oleh Biro
Perencanaan Sekretariat Jenderal (lampiran I).
b) Internal.
Dokumen pakta integritas agar ditandatangani pada awal tahun berjalan (Januari) atau
saat perjanjian kinerja dan atau saat pergantian pejabat
3) Melakukan Evaluasi berkala terhadap Komponen Pengungkit
Komponen pengungkit merupakan komponen yang menjadi faktor penentu pencapaian
sasaran hasil pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM. Terdapat enam
komponen pengungkit,yaitu:
4) Manajemen Perubahan = 5 %
5) Penataan Tatalaksana = 5 %
6) Penataan Sistem Manajemen SDM = 15 %
7) Penguatan Akuntabilitas Kinerja = 10 %
8) Penguatan Pengawasan = 15 %
9) Penguatan Kualitas Pelayanan Publik = 10 %
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 41
4) Penguatan dan Evaluasi Indikator hasil
Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi
Bersih dan Melayani, fokus pelaksanaan reformasi birokrasi tertuju pada dua sasaran
utama, yaitu:
(1) Terwujudnya Aparatur Kementerian Hukum dan HAM yang Bersih dan Bebas dari
KKN (20%), diukur dengan menggunakan ukuran:
(a) Nilai persepsi korupsi (survei eksternal);dan
(b) Presentase penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan ( TLHP).
(2) Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik kepada Masyarakat (20%),
diukur melalui nilai persepsi kualitas pelayanan (survei eksternal).
g. Persentase Peningkatan Kapasitas ASN Sebanyak 20 JPL
Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1) Skill Training (Pelatihan Keahlian)
Dalam setiap tahun anggaran di anggarkan pelatihan keahlian bagi setiap pegawai sesuai
dengan bidang dan kebutuhan Kantor.
2) Retraining (Pelatihan Ulang)
Melaksanakan pelatihan ulang refresing kemampuan agar SDM yang bersangkutan dapat
update ilmu dan keahlian sesuai bidang.
3) Cross Fungsional Training
Cross functional training atau pelatihan lintas fungsional adalah pelatihan yang melibatkan
Pegawai untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain pekerjaan yang
ditugaskan. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan komunikasi dan juga sinergitas
antara fungsional satu dengan lainnya.
4) Team Training
Pelatihan tim dilakukan dengan bekerja sama yang terdiri dari sekelompok individu untuk
menyelesaikan pekerjaan demi tercapainya tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.
Pelatihan tim biasanya dilakukan di luar ruangan dengan menerapkan beberapa permainan
namun tidak jarang pelatihan tim juga dilakukan di dalam kantor.
5) Language Training
Pelatihan Bahasa menjadi penting karena di masa depan atau bahkan saat ini beberapa
perusahaan lokal sudah terhubung dengan perusahaan asing. Dengan adanya pelatihan
bahasa maka pegawai dapat meningkatkan komunikasi bahasa asing dan dapat memberikan
value tambahan pada Pegawai
6) Technology Training
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 42
Beberapa instansi atau fungsi pasti menerapkan teknologi. Misalnya saja pelayanan digital,
developer,dan juga administrasi. Pelatihan teknologi bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas dan keahlian pegawai.
7) Pelatihan kreativitas
Pelatihan kreativitas atau creativity training yaitu pelatihan dengan memberikan peluang
untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin berdasarkan pada nilai rasional. Gagasan
tersebut nantinya dapat dikembangkan untuk membangun perusahaan yang lebih baik.
B. KERANGKA PENDANAAN
Guna memenuhi kebutuhan pendanaan secara keseluruhan untuk mencapai target Sasaran
Kegiatan sebagaimana tersebut diatas dapat bersumber dari APBN baik yang bersumber dari Rupiah
Murni, Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP), Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (PHLN), serta
sumber/skema lainnya seperti Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan Corporate Social
Responsibility (CSR).
Tabel di bawah ini merupakan gambaran Rencana Aksi Kegiatan ( RAK ) 2020 s/d 2024 pada
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 43
4.2 Target tahunan indikator kinerja dan kerangka pendanaan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang tahun 2020-2024
No Sasaran Program
(Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator
Target Alokasi Anggaran (000)
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
KKP Kelas II Tanjungpinang (dalam rupiah)
(dalam rupiah)
(dalam rupiah)
(dalam rupiah)
(dalam rupiah)
1 Jumlah pemeriksaan orang, alat angkut, barang dan lingkungan sesuai standar kekarantinaan kesehatan
755.630 755.735 755.840 755.945 756.050 520.515 572.567 629.823 692.805 762.086
2 Persentase faktor risiko penyakit dipintu masuk yang dikendalikan pada orang, alat angkut, barang dan lingkungan
90% 95% 95% 95% 95% 422.840 465.124 511.636 562.800 619.080
3 Indeks Pengandalian Faktor Risiko di Pintu Masuk Negra
90 % 90 % 90 % 90 % 90 % 561.956 618.152 679.967 747.963 822.760
4 Nilai Kinerja Anggaran 80 80 80 80 80 1.666.656 1.833.322 2.016.654 2.218.319 2.440.151 5 Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan
Anggaran 90 90 90 90 90 9.037.452 9.941.197 10.935.317 12.028.849 13.231.733
6 Kinerja Implementasi WBK Satker 70 72 74 76 78 218.626 240.489 264.537 290.991 320.090 7 Persentase Peningkatan Kapasitas
ASN Sebanyak 20 JPL 80 % 80 % 80 % 80 % 80 % 230.840 253.924 279.316 307.428 337.973
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 44
BAB V
PENUTUP
Rencana Aksi Kegiatan (RAK) KKP Kelas II Tanjungpinang Tahun 2020-2024 ini
disusun untuk menjadi acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian upaya KKP Kelas II
Tanjungpinang dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Dengan demikian, seksi di KKP Kelas II
Tanjungpinang mempunyai target kinerja yang telah disusun dan akan dievaluasi pada pertengahan
periode (2022) dan akhir periode 5 tahun (2024) sesuai ketentuan yang berlaku.
Penyusunan dokumen ini melibatkan semua seksi dan subbagian Tata Usaha di KKP Kelas II
Tanjungpinang Oleh karena itu kepada semua pihak yang telah berkontribusi disampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Diharapkan melalui penyusunan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) KKP Kelas II Tanjungpinang
upaya dukungan manajemen memberikan kontribusi yang bermakna dalam Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit khususnya dan umumnya pembangunan kesehatan untuk menurunkan angka
kematian, kesakitan dan kecacatan akibat penyakit serta pencapaian sasaran program berdasarkan
komitmen nasional dan internasional.
Apabila di kemudian hari diperlukan adanya perubahan pada dokumen ini, maka akan dilakukan
penyempurnaan sebagaimana mestinya.
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 45
Penanggungjawab Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjungpinang
No Sasaran Kegiatan No Indikator Kinerja Penanggungjawab
1 Terselenggaranya pengendalian
faktor risiko dipintu masuk negara
1 Jumlah pemeriksaan orang, alat angkut, barang dan lingkungan sesuai standar kekarantinaan kesehatan
Seksi UKLW, PKSE
dan PRL
2 Persentase faktor risiko penyakit dipintu masuk yang dikendalikan pada orang, alat angkut, barang dan lingkungan
Seksi UKLW, PKSE
dan PRL
2 Terwujudnya pengendalian faktor
risiko di Pintu masuk negara
3 Indeks Pengandalian Faktor Risiko di Pintu Masuk Negra
Seksi UKLW, PKSE
dan PRL
3 Meningkatnya tata kelola
manajemen KKP
4 Nilai Kinerja Anggaran Sub Bag Administrasi
Umum
5 Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran
Sub Bag Administrasi
Umum
6 Kinerja Implementasi WBK Satker
Sub Bag Administrasi
Umum
7 Persentase Peningkatan Kapasitas ASN Sebanyak 20 JPL
Sub Bag Administrasi
Umum
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 46
MATRIKS RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020-2024
No Indikator Definisi Operasional (DO) Cara Perhitungan Target
2020 2021 2022 2023 2024
1
Jumlah
pemeriksaan
orang, alat
angkut, Barang
dan lingkungan
Pelaksanaan dokumen
karantina kesehatan serta
pengamatan dan pemeriksaan
pelaku perjalanan, baik orang
sehat maupun orang sakit, saat
kedatangan dan
keberangkatan, serta
masyaralat di pelabuhan
Akumulasi jumlah
pemeriksaan orang, alat
angkut, barang dan
lingkung kurun waktu
satu tahun
755.630 755.735 755.840 755.945 756.050
Persentase
faktor risiko
yang
dikendalikan
pada orang, alat
angkut, barang
dan lingkungan
Persentase Pelaksanaan
tindakan pengendalian pada
orang, alat angkut, barang dan
lingkungan sebagai respon
terhadap faktor risiko
kesehatan
Rata – rata capaian
masingmasing sub
indicator terhadap target
yag telah ditetapkan
dalam kurun waktu satu
tahun
90% 95% 95% 95% 95%
2 Indeks
Pengendalian
Faktor risiko di
pintu masuk
negara
Indeks kelengkapan data
surveilans, jumlah sinyal SKD
KLB dan Bencana yang
direspon kurang dari 24 jam,
Indeks pinjal ≤ 1, HI
perimeter = 0, Tidak
ditemukan larva anopheles,
kepadatan kecoa rendah,
kepadatan lalat < 2, TTU
memenuhi syarat, TPM laik
hygiene, Tempat Penyediaan
air bersih memenuhi syarat
kesehatan.
Rata – rata capaian
masingmasing sub
indicator terhadap target
yag telah ditetapkan
dalam kurun waktu satu
tahun
80 % 80 % 80 % 80 % 80 %
3
Nilai kinerja
anggaran
Persentase kinerja RKA-K/L
Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit yang
efektif dan efisien adalah hasil
penilaian kinerja RKA KL
Menggunakan hasil
penilaian kinerja dari
SMART DJA
Kementerian Keuangan
untuk masing masing
80 80 80 80 80
Rencana Aksi Kegiatan KKP Tanjungpinang Page 47
dengan menngunakan tools
aplikasi SMART DJA
Kementerian Keuangan
SATKER dalam kurun
waktu satu tahun
Nilai Indikator
Kinerja
Pelaksanaan
Anggaran
Nilai kinerja RKAK/L
Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit yang
efektif dan efisien adalah hasil
penilaian kinerja RKA KL
dengan menngunakan tools
aplikasi SMART DJA
Kementerian Keuangan
Menggunakan hasil
penilaian kinerja dari
OMSPAN Kementerian
Keuangan untuk masing
masing SATKER dalam
kurun waktu satu tahun
90 90 90 90 90
Kinerja
implementasi
WBK satker
pelaksanaan evaluasi terhadap
komponen pengungkit dan
komponen hasil indicator
WBK
Nilai evaluasi terhadap
komponen pengungkit
dan komponen hasil
indicator WBK dalam
kurun waktu satu tahun
70 72 74 76 78
Persentase
Peningkatan
kapasitas ASN
sebanyak 20 JPL
ASN yang telah mengikuti
peningkatan kapasitas
sebanyak 20 JPL
Jumlah ASN yang telah
mengikuti peningkatan
kapasitas sebanyak 20
JPL dibagi dengan
jumlah seluruh ASN
dalam kurun waktu satu
tahun
80 % 80 % 80 % 80 % 80 %
Tanjungpinang, Januari 2021 Kepala KKP Kelas II Tanjungpinang
Agus Jamaludin, SKM, M.Kes NIP 196908221993031005