Jaminan Kesehatan Nasional
Transcript of Jaminan Kesehatan Nasional
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar
ketiga di dunia setelah USA dan China. Pada tahun 2000
jumlah penduduk Indonesia telah mencapai lebih dari 203
juta orang (BPS, Sensus Penduduk Tahun 2000). Sekitar satu
dasa warsa lalu, jumlah penduduk Indonesia adalah 179,248
juta orang. Dengan demikian laju pertumbuhan penduduk selama
10 tahun terakhir, 1990-2000 adalah 1,35persen. Laju
pertumbuhan memang semakin menurun mengingat angka pada
periode 1980-1990 adalah 1,97 persen, namun secara absolut
jumlah penduduk tetap semakin meningkat dari tahun ketahun.
Kesehatan merupakan hak seluruh warga negara Indonesia.
Kesehatan juga menjadi indikator kesejahteraan suatu negara.
Upaya-upaya peningkatan kesehatan dapat dilalui pada tiga
tingkatan, yaitu primer, sekunder dan tersier. Ranah ahli
kesehatan masyarakat yaitu pada tingkat primer. Pada tingkat
ini, upaya yang dilakukan ahli kesehatan masyarakat adalah
promotif dan preventif terhadap kesehatan masyarakat.
Melalui tingkat ini, diharapkan derajat kesehatan masyarakat
dapat terjaga pada status sehat.
1
Upaya peningkatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan
melalui berbagai cara. Selain bertindak dalam upaya
pencegahan dan promosi, kesehatan masyarakat juga berperan
dalam pengawasan program kesehatan di Indonesia. Program
Jaminan Kesehatan Nasional yang akan “diketok palu” pada
tanggal 1 Januari 2014, merupakan sebuah program besar di
Indonesia yang menjamin rakyatnya untuk mendapatkan akses
pelayanan kesehatan yang baik.
B. Rumusan Masalah
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas serta lebih
nyata dari masalah- masalah yang akan diteliti, masalah
tersebut harus dirumuskan lebih jelas.Adapun perumusan
masalah adalah :
1. Apa Jaminan Kesehatan Nasional ?
2. Apa dasar hukum Jaminan Kesehatan Nasional ?
3. Apa perbedaan askes sosial dengan askes komersial ?
4. Bagaimana Sistem Pembelanjaan kepada Fasilitas Kesehatan
?
5. Bagaimana Mutu dan Kondisi biaya Jaminan Kesehatan
Nasional ?
C. Tujuan
2
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita
khususnya para mahasiswa dapat memahami dan mengerti
tentang :
1. Untuk mengetahui dasar hukum Jaminan Kesehatan Nasional.
2. Untuk mengetahui perbedaan askes sosial dengan askes
komersial.
3. Untuk mengetahui Pembelanjaan kepada Fasilitas
Kesehatan.
4. Untuk mengetahui Mutu dan Kondisi biaya Jaminan Kesehatan
Nasional.
D. Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu yang dimaksud
dengan Jaminan Kesehatan Nasional dan umumnya untuk
masyarakat dapat mengetahuinya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
A. Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional
Program Jaminan Kesehatan Sosial Nasional adalah
merupakan salah satu jaminan yang diselenggarakan
BPJS.Jaminan kesehatan yang diberikan bukan hanya pada saat
memiliki penyakit kronis seperti jantung atau kanker namun
juga termasuk di dalamnya usaha-usaha pencegahan, seperti
imunisasi.
Selain itu pelayanan jaminan kesehatan ini dapat diterima
diberbagai Rumah Sakit, baik milik pemerintah maupun swasta
apabila telah menandatangani kontrak.Dimana mutu pelayanan
yang diberikan merata terhadap setiap orang tidak bergantung
pada besarnya iuran, sehingga rakyat miskin tidak perlu
khawatir mendapat perlakuan berbeda.
Seperti yang telah kita kenal bahwa jaminan asuransi
kesehatan adalah seperti halnya PT Asuransi Kesehatan
Indonesia (ASKES), Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK),
Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ASABRI), Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) yang
kesemuanya itu masuk dalam bagian jaminan asuransi kesehatan
di Indonesia belum termasuk yang swasta.4
Semua warga negara Indonesia wajib menjadi peserta JKN
termasuk warga negara asing yang sudah tinggal di Indonesia
lebih dari 6 bulan dan wajib membayar iuran kepada BPJS,
bagi yang tidak mampu iuran dibayarkan pemerintah (PBI) yang
pesertanya ditetapkan pemerintah. Konsep iuran BPJS bagi
pekerja maupun PNS adalah 3 persen ditanggung pemberi kerja
(perusahaan) dan 2 persen ditanggung pekerja itu sendiri,
sehingga totalnya 5 persen berdasarkan upah.
1. Pengertian
Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan & perlindungan dlm memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yg diberikan kepada setiap
orang yg telah membayar iuran/ iurannya dibayar oleh
Pemerintah.
Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat Program
JKN bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang
menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk
Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.
2. Visi Dan Misi Jaminan Kesehatan Masyarakat
Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui
pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan
masyarakat madani5
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin
tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata
bermutu dan berkeadilan
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya
kesehatan
d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik
3. Strategi
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan
masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui
kerja sama nasional dan global.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata,
terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis
bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif dan
preventif.
c. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan,
terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan
nasional.
d. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM
kesehatan yang merata dan bermutu.
e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan
keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin
keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
6
f. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel,
transparan berdayaguna dan berhasilguna untuk
memantapkan desentralisasi kesehatan yang
bertanggungjawab.
4. Nilai-Nilai
a. Pro Rakyat
b. Inklusif
c. Responsif
d. Efektif
e. Bersih
5. Karakteristik
Diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas (UU No. 40 Tahun 2004
Pasal 19 ayat 1 ).
a.Prinsip asuransi sosial meliputi (UU No. 40 Tahun 2004
Penjelasan Pasal 19 ayat 1 ):
1. kegotongroyongan antara peserta kaya dan miskin,
yang sehat dan sakit, yang tua dan muda, serta yang
beresiko tinggi dan rendah
2. kepesertaan bersifat wajib dan tidak selektif
3. iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan untuk
peserta penerima upah atau suatu jumlah nominal
tertentu untuk peserta yang tidak menerima upah7
4. dikelola dengan prinsip nir-laba, artinya
pengelolaan dana digunakan sebesar-besarnya untuk
kepentingan peserta dan setiap surplus akan
disimpan sebagai dana cadangan dan untuk
peningkatan manfaat dan kualitas layanan.
b.Prinsip ekuitas (UU No. 40 Tahun 2004 Penjelasan Pasal
19 ayat 1 ) yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan
sesuai dengan kebutuhan medis yang tidak terkait
dengan besaran iuran yang telah dibayarkan. Prinsip
ini diwujudkan dengan pembayaran iuran sebesar
prosentase tertentu dari upah bagi yang memiliki
penghasilan (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 17 ayat 1)dan
pemerintah membayarkan iuran bagi mereka yang tidak
mampu (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 17 ayat 4).
Tujuan penyelenggaraan adalah untuk memberikan
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan akan
pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan (UU No. 40 Tahun
2004 Pasal 19 ayat 2).
Manfaat diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan
perseorangan yang komprehensif, mencakup pelayanan
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif) termasuk obat dan bahan medis dengan
8
menggunakan teknik layanan terkendali mutu dan biaya
(managed care) (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 22 ayat 1,2,
Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26).
6. Kelembagaan
a. Program jaminan kesehatan diselenggarakan oleh badan
penyelenggara jaminan sosial yang dibentuk dengan
Undang-Undang (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 5 ayat 1 )
b. Organisasi, fungsi dan hubungan antar kelembagaan
masih menunggu penetapan RUU BPJS.
7. Mekanisme Penyelenggaraan
a. Kepesertaan
1. Peserta adalah setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (UU No.
40 Tahun 2004 Pasal 20 ayat 1 ).
2. Penerima manfaat adalah peserta dan anggota
keluarga (istri/suami yang sah, anak kandung, anak
tiri dari perkawinan yang sah dan anak angkat yang
sah) sebanyak-banyaknya lima orang (UU No. 40 Tahun
2004 Pasal 20 ayat 2 ). Penerima manfaat dapat
diperluas kepada anak keempat dan seterusnya, ayah,
ibu dan mertua dengan membayar iuran tambahan (UU
No. 40 Tahun 2004 Pasal 20 ayat 3 ).
9
3. Kepesertaan berkesinambungan sesuai prinsip
portabilitas dengan memberlakukan program di
seluruh wilayah Indonesia dan menjamin
keberlangsungan manfaat bagi peserta dan
keluarganya hingga enam bulan pasca pemutusan
hubungan kerja (PHK). Selanjutnya, pekerja yang
tidak memiliki pekerjaan setelah enam bulan PHK
atau mengalami cacat tetap total dan tidak memiliki
kemampuan ekonomi tetap menjadi peserta dan
iurannya dibayar oleh Pemerintah (UU No. 40 Tahun
2004 Pasal 21 ayat 1,2,3 ). Kesinambungan
kepesertaan bagi pensiunan dan ahli warisnya akan
dapat dipenuhi dengan melanjutkan pembayaran iuran
jaminan kesehatan dari manfaat jaminan pensiun.
4. Kepesertaan mengacu pada konsep penduduk dengan
mengizinkan warga negara asing yang bekerja paling
singkat enam bulan di Indonesia untuk ikut serta
(UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 1 angka 8 ).
b. Iuran
1. iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan untuk
peserta penerima upah atau suatu jumlah nominal
tertentu untuk peserta yang tidak menerima upah.
10
2. iuran tambahan dikenakan kepada peserta yang
mengikutsertakan anggota keluarga lebih dari lima
orang.
c. Manfaat dan Pemberian manfaat
1. Pelayanan kesehatan diberikan di fasilitas
kesehatan milik Pemerintah atau swasta yang
menjalin kerjasama dengan badan penyelenggara
jaminan sosial (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 23 ayat
1) .
2. Dalam keadaan darurat, pelayanan kesehatan dapat
diberikan pada fasilitas kesehatan yang tidak
menjalin kerja sama dengan badan penyelenggara
jaminan sosial (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 23 ayat
2 ).
3. Badan penyelenggara jaminan sosial wajib memberikan
kompensasi untuk memenuhi kebutuhan medik peserta
yang berada di daerah yang belum tersedia fasilitas
kesehatan yang memenuhi syarat. Kompensasi dapat
diberikan dalam bentuk uang tunai. (UU No. 40 Tahun
2004 Pasal 23 ayat 3 dan penjelasannya ).
4. Layanan rawat inap di rumah sakit diberikan di
kelas standar(UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 23 ayat
4 ).
11
5. Besar pembayaran kepada fasilitas kesehatan untuk
setiap wilayah ditetapkan berdasarkan kesepakatan
antara badan penyelenggara jaminan kesehatan dengan
asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut
(UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 24 ayat 1).
6. Badan penyelenggara jaminan sosial wajib membayar
fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan
kepada peserta paling lambat 15 hari sejak
permintaan pembayaran diterima (UU No. 40 Tahun
2004 Pasal 24 ayat 2).
7. Badan penyelenggara jaminan sosial dapat memberikan
anggaran di muka kepada rumah sakit untuk melayani
peserta, mencakup jasa medis, biaya perawatan,
biaya penunjang dan biaya obat-obatan yang
penggunaannya diatur sendiri oleh pemimpin rumah
sakit (metoda pembayaran prospektif) (UU No. 40
Tahun 2004 Penjelasan Pasal 24 ayat 2 ).
8. Badan penyelenggara jaminan sosial menjamin obat-
obatan dan bahan medis habis pakai dengan
mempertimbangkan kebutuhan medik, ketersediaan,
efektifitas dan efisiensi obat atau bahan medis
habis pakai sesuai ketentuan peraturan perundangan
(UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 25 dan penjelasannya) .
12
9. Dalam pengembangan pelayanan kesehatan, badan
penyelenggara jaminan sosial menerapkan sistem
kendali mutu, sistem kendali biaya dan sistem
pembayaran untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi jaminan kesehatan serta untuk mencegah
penyalahgunaan pelayanan kesehatan (UU No. 40 Tahun
2004 Pasal 24 ayat 3 dan penjelasannya ). Untuk
jenis pelayanan yang dapat menimbulkan
penyalahgunaan pelayanan, peserta dikenakan urun
biaya (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 22 ayat 2) .
8. Peraturan Pelaksanaan
UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang SJSN mendelegasikan 4
aspek teknis penyelenggaraan program jaminan kesehatan
nasional untuk diatur dalam peraturan presiden. Keempat
aspek teknis tersebut adalah:
a. Kepesertaan
Ketentuan tentang kepesertaan yang harus diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Presiden mencakup:
1. Penahapan pendaftaran perusahaan dan pekerjanya
kepada BPJS (Pendelegasian UU No. 40 Tahun 2004
Pasal 13 ayat 2 )
2. Perpanjangan kepesertaan hingga 6 bulan pasca
pemutusan hubungan kerja (Pendelegasian UU No. 40
Tahun 2004 Pasal 21 ayat 1 )13
3. Perpanjangan kepesertaan bagi pekerja yang tidak
mendapatkan pekerjaan setelah 6 bulan pasca
pemutusan hubungan kerja dan tidak mampu
(Pendelegasian UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 21 ayat 3
)
4. Kepesertaan bagi peserta mengalami cacat total
tetap dan tidak mampu (Pendelegasian UU No. 40
Tahun 2004 Pasal 21 ayat 3)
b. Iuran
Ketentuan tentang iuran jaminan kesehatan yang
didelegasikan untuk diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Presiden mencakup:
1. presentase upah untuk penetapan besaran nominal
iuran bagi peserta penerima upah (Pendelegasian UU
No. 40 Tahun 2004 Pasal 27 ayat 1 )
2. Besaran nominal iuran bagi peserta yang tidak
menerima upah dan periode peninjauan (Pendelegasian
UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 27 ayat 2 )
3. Besaran nominal iuran bagi penerima bantuan
(Pendelegasian UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 27 ayat 3
)
4. Batas upah untuk penghitungan iuran peserta
penerima upah (Pendelegasian UU No. 40 Tahun 2004
Pasal 27 ayat 4 )14
5. proporsi iuran yang secara bertahap ditanggung
bersama oleh pekerja dan pemberi kerja
(Pendelegasian UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 27 ayat 1
)
6. Besar tambahan iuran bagi penambahan anggota
keluarga (Pendelegasian UU No. 40 Tahun 2004 Pasal
28 ayat 1 ).
c. Paket Manfaat
Ketentuan tentang paket manfaat jaminan kesehatan
yang didelegasikan untuk diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Presiden mencakup:
1. Paket pelayanan kesehatan termasuk obat dan bahan
medis yang ditanggung, dibatasi atau tidak
ditanggung (Pendelegasian UU No. 40 Tahun 2004
Pasal 22 ayat 1 dan Pasal 26 )
2. Besar urun biaya dan jenis-jenis pelayan yang
dikenakan urun biaya (Pendelegasian UU No. 40 Tahun
2004 Pasal 22 ayat 2 ).
d. Pemberian Pelayanan
Ketentuan tentang pemberian pelayanan jaminan
kesehatan yang harus diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Presiden mencakup:
1. Kompensasi wajib yang diberikan BPJS kepada peserta
di daerah yang belum tersedia fasilitas kesehatan15
yang memenuhi persyaratan untuk bekerjasama dengan
BPJS (Pendelegasian UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 23
ayat 3).
2. Kelas standar pelayanan di rumah sakit
(Pendelegasian UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 23 ayat 4
).
B. Dasar Hukum
1. Dasar Hukum pertama dari Jaminan Sosial ini adalah UUD
1945 dan perubahannya tahun 2002, pasal 5, pasal 20,
pasal 28, pasal 34.
a. Setiap Orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
b. Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan
manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
c. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermatabat.
d. Fakir miskin dan anak yang terlantar di pelihara oleh
negara.16
e. Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan,
dan
f. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak.
2. Deklarasi HAM PBB atau Universal Declaration of Human
Rights tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952.
3. TAP MPR RI no X/MPR/2001 yang menugaskan kepada presiden
RI untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional.
4. UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN
C. Perbedaan Askes Sosial Dengan Askes Komersial
1. Askes Sosial
Asuransi sosial, atau secara umum disebut SJSN (sistem
jaminan sosial nasional) adalah program asuransi yang
diselenggarakan secara wajib berdasarkan suatu undang-
undang, dengan tujuan untuk memberikan perlindungan dasar
bagi kesejahteraan masyarakat.
a. Kepesertaan Wajib (ditentukan oleh
penyelenggara/pemerintah)
17
b. Premi biasanya rendah, oleh karena tidak bersifat
mencari keuntungan (nirlaba) untuk Jamkesda
Rp.7500/jiwa /tahun atau Rp.90.000/jiwa/tahun
c. Paket pelayanan dibatasi, biasanya hanya untuk
pelayanan kesehatan yang bersifat live saving (yang
mengancam jiwa peserta)
d. Pengendalian ketat terhadap biaya (cost containment)
oleh karena dana yang disiapkan oleh penyelenggara
biasanya terbatas. Pengendalian biasanya dalam
bentuk : – mekanisme rujukan berjenjang, ada gate
keeper yaitu : pasien tidak bisa langsung ke rumah
sakit tetapi melalui puskesmas dan berdasarkan
indikasi medis, pelayanan di RS dibatasi di kelas III
– ada iur biaya : jika pasien memilih kelas yang lebih
tinggi maka selisih antara kelas yanng dipilih dengan
kelas yang ditanggung dibayar sendiri oleh peserta
( untuk Jamkesda hal ini diberlakukan oleh karena
peserta Jamkesda bukan orang miskin sebagaimana
Jamkesmas, sehingga iur biaya mutlak agar dana yang
disiapkan oleh pemerintah daerah bisa mencukupi) –
khusus Jamkesda maka pelayanan rujukan hanya di RS
Toto dan Tombulilato, rujukan ke RS Aloei Saboe hanya
dilakukan jika kasusnya tidak bisa ditangani oleh
kedua rumah sakit tersebut. Jika peserta tidak melalui18
prosedur tersebut, maka penyelenggara tidak menanggung
biaya pelayanan – klaim pelayanan diajukan oleh
pemberi pelayanan berdasarkan bukti-bukti pelayanan
yang telah diberikan kepada peserta melalui verifikasi
oleh tim pengendali yang ditunjuk oleh penyelenggara
(PT. ASKES)
2. Askes Komersial
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1991 PT
Askes (Persero) memiliki peluang untuk mengembangkan
kepesertaannya pada Badan Usaha dan Badan Lainnya, yang
diselenggarakan sebagai Program Askes Komersial. Program
Askes Komersial dibentuk dengan tujuan untuk membantu
perusahaan secara profesional dalam mengurangi beban
administrasi, memberi kepastian biaya pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan, serta meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pemanfaatan sumber biaya perusahaan sehingga
manajemen dapat lebih fokus kepada “core business” nya.
Produk pelayanan program Askes Komersial PT Askes
(Persero), terdiri dari Askes Diamond, Askes Platinum,
Askes Gold, Askes Silver, Askes Blue dan Askes Alba.
Ruang lingkup pelayanan jaminan kesehatan program Askes
Komersial meliputi jaminan pelayanan kesehatan secara
komprehensif
19
a. Kepesertaan sukarela, biasanya hanya orang-orang yang
mampu membayar premi
b. Premi besar oleh karena diperhitungkan dengan
keuntungan perusahaan
c. Paket pelayanan biasanya tidak dibatasi untuk menarik
minat peserta untuk masuk
d. Pengendalian biaya kurang ketat, oleh karena segala
kemungkinan tentang pembiayaan telah diperhitungkan
dengan premi yang dibayar oleh peserta – tidak ada
gate keeper, peserta bebas memilih tempat pelayanan
yang dikehendakinya, kelas perawatan biasanya di kelas
yang lebih tinggi – tidak ada iur biaya oleh karena
tidak ada pembatasan kelas pelayanan – klaim biasanya
diajukan oleh peserta dengan menunjukkan
bukti/kuitansi pembayaran (peserta membayar dulu biaya
pelayanan kemudian dilakukan penggantian oleh
penyelenggara sesuai biaya yang tertera dalam
kuitansi)
D. Sistem Pembayaran Keepada Fasilitas Kesehatan
Secara umum pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan diatur
dalam Pasal 24 UU SJSN baik mengenai cara menetapkan
besarnya pembayaran, waktu pembayaran dan pengembangan
sistem pembayaran pelayanan kesehatan untuk meningkatkan20
efisiensi dan efektifitas Jaminan Kesehatan. Mengenai
besarnya pembayararan kepada Fasilitas Kesehatan untuk
setiap wilayah ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara
BPJS dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah tersebut.
UU SJSN tidak memberikan penjelasan mengenai apa yang
dimaksud dengan “wilayah”, apakah sama dengan wilayah
administratife pemerintahan atau wilayah kerja BPJS
Kesehatan. Karena itu dalam peratuan pelaksanaan UU SJSN
soal ini perlu dijelaskan agar ada kepastian hukum. Mengenai
waktu pembayaran ditentukan bahwa BPJS wajib membayar
Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada
Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak permintaan
pembayaran diterima.
Dalam Penjelasan Pasal 24 ayat (2)UU SJSN dikemukakan
“Ketentuan ini menghendaki agar BPJS membayar Fasilitas
Kesehatan secara efektif dan efisien. BPJS dapat memberikan
anggaran tertentu kepada suatu rumah sakit di suatu daerah
untuk melayani sejumlah peserta atau membayar sejumlah tetap
per kapita per bulan (kapitasi). Anggaran tersebut sudah
mencakup jasa medis,biaya perawatan, biaya penunjang, dan
biaya obat-obatan yang penggunaan rincinya diatur sendiri
oleh pimpinan rumah sakit. Dengan demikian, sebuah rumah
sakit akan lebih leluasa menggunakan dana seefektif dan
seefisien mungkin.”21
Selanjutnya UU SJSN menentukan juga bahwa BPJS
mengembangkan sistem pembayaran pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas Jaminan Kesehatan.
Ihwal pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan diatur secara
rinci dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan.
1. Besaran dan Waktu Pembayaran
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 mengatur secara
teknis operasional mengenai besaran dan waktu pembayaran
kepada Fasilitas Kesehatan. Pasal 37 Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013 menentukan bahwa besaran pembayaran
kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan berdasarkan
kesepakatan BPJS Kesehatan dengan asosiasi Fasilitas
Kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar
tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran
pembayaran sebagaimana tersebut diatas Menteri Kesehatan
memutuskan besaran pembayaran atas program Jaminan
Kesehatan yang diberikan. Lebih lanjut ditentukan bahwa
asosiasi Fasilitas Kesehatan yang dimaksud dalam
ketentuan diatas ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Berkenaan dengan besaran pembayaran Fasilitas Kesehatan
Menteri Kesehatan berperan dalam dua hal yaitu:
22
a. Memutuskan besaran pembayaran atas program Jaminan
Kesehatan dalam hal tidak ada kesepakatan antara BPJS
Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah
atas besaran pembayaran kepada Fasisitas Kesehatan.
b. Peranan Menteri Kesehatan dalam hal ini diperlukan
untuk memberi jalan keluar jika tidak tercapai
kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan asosiasi
Fasilitas Kesehatan di wilayah yang bersangkutan.
2. Menetapkan asosiasi Fasilitas Kesehatan.
Mengenai waktu pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan
Pasal 38 UU BPJS mewajibkan BPJS membayar Fasilitas
Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada
Peserta,paling lambat 15(lima belas)hari sejak dokumen
klaim diterima lengkap.
Ketentuan ini memperjelas penghitugan waktu pembayaran
yaitu dihitung sejak dokumen klaim diterima
lengkap.Sayangnya tidak ada penjelasan mengenai apa yang
dimaksud dengan “dokumen klaim diterima lengkap”.Hal ini
perlu penjelasan agar tidak terjadi perselisihan antara
BPJS Kesehatan dengan Fasilitas Kesehatan mengenai
lengkap atau belum lengkapnya dokumen klaim.
3. Cara Pembayaran untuk Fasilitas Kesehatan
a. Pembayaran untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama,
menurut Pasal 39 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan23
Presiden Nomor 12 Tahun 2013 dilakukan secara praupaya
oleh BPJS Kesehatan berdasarkan kapitasi atas jumlah
Peserta yang terdaftar di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama.
Dalam hal Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di suatu
daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan
kapitasi, BPJS Kesehatan diberikan kewenangan untuk
melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih
berhasil guna. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013
tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan “mekanisme
lain yang lebih berhasil guna.” BPJS Kesehatan
diberikan keleluasaan untuk menentukannya.
b. Untuk Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan,
Pasal 39 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun
2013 menentukan bahwa pembayaran oleh BPJS Kesehatan
dilakukan berdasarkan cara Indonesian Case Based Grups
(INA CBG’s). Perlu ditambahkan bahwa besaran kapitasi
dan INA CBG,s ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2
(dua) tahun sekali oleh Menteri Kesehatan setelah
berkoordinasi dengan Menteri Keuangan.
Peninjauan besaran kapitasi dan INA CBG’s perlu
dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan
keadaan guna menjamin kesinambungan pelayanan sesuai
dengan standar yang ditetapkan.24
c. Untuk pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh
Fasilitas Kesehatan yang tidak menjalin kerjasama
dengan BPJS Kesehatan menurut Pasal 40 ayat (1)
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013, dibayar dengan
penggantian biaya.
Biaya tersebut ditagihkan langsung oleh Fasilitas
Kesehatan kepada BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan
memberikan pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan
dimaksud setara dengan tarif yang berlaku di wilayah
tersebut. Fasilitas Kesehatan tersebut diatas tidak
diperkenankan menarik biaya pelayanan kesehatan kepada
Peserta. Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian
kegawatdaruratan dan prosedur penggantian biaya
pelayanan gawat darurat diatur dengan Peraturan BPJS
Kesehatan.
Minimnya Anggaran Negara yang diperuntukkan bagi sektor
kesehatan, dapat dipandang sebagai rendahnya apresiasi akan
pentingnya bidang kesehatan sebagai elemen penyangga, yang
bila terabaikan akan menimbulkan rangkaian problem baru yang
justru akan menyerap keuangan negara lebih besar lagi.
Sejenis pemborosan baru yang muncul karena kesalahan kita
sendiri.
25
Konsepsi Visi Indonesia Sehat 2010, pada prinsipnya
menyiratkan pendekatan sentralistik dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, sebuah paradigma yang nyatanya cukup
bertentangan dengan anutan desentralisasi, dimana kewenangan
daerah menjadi otonom untuk menentukan arah dan model
pembangunan di wilayahnya tanpa harus terikat jauh dari
pusat.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) terdiri atas :
1.Upaya Kesehatan
2.Pembiayaan Kesehatan
3.Sumber Daya Manusia Kesehatan
4.Sumber Daya Obat dan Perbekalan Kesehatan
5.Pemberdayaan Masyarakat
6.Manajemen Kesehatan
Pemakaian dana kesehatan dilakukan dengan memperhatikan
aspek teknis maupun alokatif sesuai peruntukannya secara
efisien dan efektif untuk terwujudnya pengelolaan pembiayaan
kesehatan yang transparan, akuntabel serta penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (Good Governance).
Pembelanjaan dana kesehatan diarahkan terutama melalui
jaminan kesehatan, baik yang bersifat wajib maupun sukarela.26
Hal ini termasuk program bantuan sosial dari pemerintah
untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak
mampu (Jamkesmas)
E. Kondisi Mutu Dan Kondisi Biaya Jaminan Kesehatan Nasional
Peraturan Presiden (Perpres) nomor 12 tahun 2013 Tentang
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pasal 42 mengamanatkan
bahwa Pelayanan kesehatan kepada Peserta Jaminan Kesehatan
harus memperhatikan mutu pelayanan, berorientasi pada aspek
keamanan pasien, efektifitas tindakan, kesesuaian dengan
kebutuhan pasien, serta efisiensi biaya. Dalam rangka
menjamin kendali mutu dan biaya, Menteri Kesehatan
bertanggung jawab untuk melakukan : penilaian teknologi
kesehatan (health technology assessment); pertimbangan
klinis (clinical advisory) dan Manfaat Jaminan Kesehatan;
perhitungan standar tarif; dan monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan pelayanan Jaminan Kesehatan.
Depkes menata pembiayaan kesehatan mengingat biaya
kesehatan terus meningkat seiring inflasi dan kemajuan
teknologi kedokteran. Anggaran pembangunan kesehatan
pemerintah akan digunakan untuk membiayai upaya kesehatan
masyarakat (public health) dan upaya kesehatan perorangan
penduduk miskin. Sedang upaya kesehatan perorangan penduduk
27
mampu harus dibiayai sendiri lewat kepesertaan dalam
asuransi sosial kesehatan (JKN).
Dalam RUU JKN disebutkan asuransi bersifat wajib bagi
seluruh penduduk. Preminya 6-8 persen dari penghasilan.
Setengahnya dibayar pekerja, sisanya ditanggung
majikan/perusahaan. Premi penduduk miskin ditanggung negara.
Premi sektor formal dipotong dari pendapatan, sedang premi
sektor informal dikumpulkan dengan sistem tersendiri.
Pengumpulan dilakukan Badan Administrasi SJSN yang
bersifat wali amanah. Sedang pengelola adalah badan-badan
yang bersifat nirlaba. Jika SJSN diterapkan, asuransi
kesehatan pegawai negeri (Askes) dan jaminan pemeliharaan
kesehatan tenaga kerja (Jamsostek) akan diintegrasikan,
sehingga hanya ada satu asuransi kesehatan wajib. Seluruh
penduduk yang tercakup akan mendapat pelayanan kesehatan
dasar standar.
Bagi penduduk mampu yang menginginkan pelayanan kesehatan
lebih "mewah", bisa menambah keikutsertaan pada asuransi
kesehatan komersial maupun Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM) sukarela. Saat ini Peraturan Pemerintah
tentang JPKM sukarela sedang diproses.
Dalam JKN ada standar pelayanan dan standar mutu yang
ditetapkan. Penyelenggara pelayanan kesehatan (dokter
swasta, klinik, puskesmas, rumah sakit) yang ikut serta28
harus mengikuti standar. Dalam sistem ada empat pihak
terkait, yaitu peserta asuransi, badan administrasi, badan
pengelola dan penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam
sistem itu ada ikatan kerja/kontrak, siklus kendali mutu,
pemantauan utilisasi dan penanganan keluhan. Dengan demikian
ada kendali biaya dan mutu.
Nantinya tidak boleh lagi ada pemeriksaan, pemberian obat
atau tindakan yang berlebihan. Misalnya, bedah caesar tanpa
indikasi. Sebaliknya, pelayanan kesehatan tak boleh kurang
dari standar. Peserta berhak mengadu dan keluhan akan
ditangani. Jika terbukti, penyelenggara pelayanan kesehatan
kena sanksi.
Penyelenggara pelayanan kesehatan akan terdorong
meningkatkan mutu pelayanan, jika tidak ikut sistem mereka
sulit mendapatkan pasien, karena hampir tak ada lagi orang
yang membayar dari kantung sendiri seperti saat ini.
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan JKN harus memperhatikan ancaman penyakit
tidak menular dengan upaya promotive dan preventif baik
melalui UKP maupun UKM dengan integritas antara UKP yang
dilakukan oleh JKN dan UKM di Puskesmas maupun institusi
kesehatan-kesehatan lain.
B. Saran
Semoga program Jaminan Kesehatan Nasional dari
Kementerian Kesehatan yang berlaku nasional dan wajib bagi
seluruh penduduk Indonesia bisa berjalan lancar dan sukses.
Serta manfaatnya akan bisa langsung dirasakan oleh rakyat
Indonesia. Dan lebih ditingkatkan lagi programnya aga dapat
lebih di rasakan oleh masyarakat kurang mampu.
30
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kpmak-ugm.org/news/bpjs-update/555-“high-quality,-
affordable-price”-jasa-kesehatan-indonesia.html
http://jamkesdabonebolango.wordpress.com/2009/02/14/sekilas-
prinsip-pengelolaan-asuransi-sosial-dan-komersial/
http://asuransikeluargacerdas.wordpress.com/2012/01/02/
artikel-asuransi-kesehatan-pengertian-asuransi-kesehatan/
http://id.wikipedia.org/wiki/
Sistem_Jaminan_Sosial_Nasional#Dasar_Hukum
31