Analisis Kebijakan Pengembangan Kelembagaan dalam Program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat...

32
Analisis Kebijakan Pengembangan Kelembagaan dalam Program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Banyuwangi di Puskesmas Karangsari Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012 (Pemanfaatan Modal Sosial Model Milton J Esman) Tofan Priananda Adinata Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi (FISIP) Universitas Negeri Jember Abstrak Konsep modal sosial (social capital) menjadi salah satu komponen penting untuk menunjang model pembangunan manusia karena dalam model ini manusia ditempatkan sebagai subjek penting yang menentukan arah penyelenggaraan pembangunan. Partisipasi dan kapasitas mengorganisasikan diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model pembangunan manusia. Keberadaan modal sosial juga menjadi penting dalam bidang kesehatan bagi keluarga miskin yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi, juga perluasan akses terhadap sumber-sumber daya kehidupan yang ditentukan pula oleh ketersediaan jejaring kerja (network) dan saling percaya (mutual trust) di kalangan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian dapat diidentifikasi modal sosial masyarakat di wilayah Puskesmas Karangsari yang terbentuk dari norma sosial, jaringan, dan kepercayaan. Masyarakat di daerah penelitian termasuk masyarakat yang religius, nilai-nilai tradisi yang diwarisi turun-temurun juga masih terlihat jelas dan dijunjung tinggi, norma lokal yang juga berkembang di ketiga desa ini adalah budaya “sungkan”, hubungan yang terjalin antar anggota masyarakat lebih banyak dilakukan secara informal, menjalin hubungan dengan pihak luar, kepercayaan diwujudkan gotong royong antar petani dalam hal kegiatan bercocok tanam. Kebijakan Pengembangan Kelembagaan dalam program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Banyuwangi (JPKMB) di Puskesmas Karangsari Kabupaten Banyuwangi meliputi aspek-aspek Kepemimpinan, Doktrin, Program, Sumber Daya, dan Struktur Organisasi Internal. Kata Kunci: Modal Sosial, Pengembangan Kelembagaan, Puskesmas Karangsari Abstract TThe concept of social capital is being one important component to support the human development model because in this model human placed as the important subjects in determining the direction of development administration. Participation and self-organizing capacity is important in order the society can play a role in models of human development. The existence of social capital is also important in the field of health care for poor families relating to economic needs, as well as expanding access to the resources of life is also determined by the availability of networks and mutual trust in the society.

Transcript of Analisis Kebijakan Pengembangan Kelembagaan dalam Program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat...

Analisis Kebijakan Pengembangan Kelembagaan dalam Program JaminanPelayanan Kesehatan Masyarakat Banyuwangi di Puskesmas

Karangsari Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012

(Pemanfaatan Modal Sosial Model Milton J Esman)

Tofan Priananda AdinataMahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi (FISIP)

Universitas Negeri Jember

AbstrakKonsep modal sosial (social capital) menjadi salah satu komponen penting untukmenunjang model pembangunan manusia karena dalam model ini manusia ditempatkansebagai subjek penting yang menentukan arah penyelenggaraan pembangunan.Partisipasi dan kapasitas mengorganisasikan diri menjadi penting agarmasyarakat dapat berperan dalam model pembangunan manusia. Keberadaan modalsosial juga menjadi penting dalam bidang kesehatan bagi keluarga miskin yangterkait dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi, juga perluasan akses terhadapsumber-sumber daya kehidupan yang ditentukan pula oleh ketersediaan jejaringkerja (network) dan saling percaya (mutual trust) di kalangan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian dapat diidentifikasi modal sosial masyarakat diwilayah Puskesmas Karangsari yang terbentuk dari norma sosial, jaringan, dankepercayaan. Masyarakat di daerah penelitian termasuk masyarakat yangreligius, nilai-nilai tradisi yang diwarisi turun-temurun juga masih terlihatjelas dan dijunjung tinggi, norma lokal yang juga berkembang di ketiga desaini adalah budaya “sungkan”, hubungan yang terjalin antar anggota masyarakatlebih banyak dilakukan secara informal, menjalin hubungan dengan pihak luar,kepercayaan diwujudkan gotong royong antar petani dalam hal kegiatan bercocoktanam.Kebijakan Pengembangan Kelembagaan dalam program Jaminan Pelayanan KesehatanMasyarakat Banyuwangi (JPKMB) di Puskesmas Karangsari Kabupaten Banyuwangimeliputi aspek-aspek Kepemimpinan, Doktrin, Program, Sumber Daya, dan StrukturOrganisasi Internal. Kata Kunci: Modal Sosial, Pengembangan Kelembagaan, Puskesmas Karangsari

AbstractTThe concept of social capital is being one important component to support the human developmentmodel because in this model human placed as the important subjects in determining the direction ofdevelopment administration. Participation and self-organizing capacity is important in order the societycan play a role in models of human development. The existence of social capital is also important in thefield of health care for poor families relating to economic needs, as well as expanding access to theresources of life is also determined by the availability of networks and mutual trust in the society.

From the research result, it can indicate that the social capital of the society in the Puskesmas Karangsariregion is formed from social norms, networks, and trust. The society in the research environment isbelongs to be religious society, values inherited traditions passed down through one generation togeneration which is also still visible and it is respected by the society, local norms are also grown in thesethree villages are culturally "shy", the relationship between community members is mostly doneinformally, making a relationship with an outside society, the trust is formed by mutual cooperationbetween farmers in terms of farming activities.The policy of the institutional improvement in the program of Jaminan Pelayanan Kesehatan MasyarakatBanyuwangi (JPKMB) in Puskesmas Karangsari is covering some aspects of leadership, doctrine,programs, resources, and internal organizational structure.

Key words: Social Capital, Institutional Improvement, Karangsari Health Center

Pendahuluan

Selama lebih dari 30 tahun,Indonesia telah menerapkan modelpembangunan dengan penekanan padapertumbuhan ekonomi yang ditandaidengan laju pertumbuhan ekonomi dantingkat pendapatan per kapitamasyarakat. Sebagai prakondisi daripenerapan model pembangunan semacamini, dilakukan modernisasi dalamseluruh aspek kehidupan masyarakat.Hal ini tidak mengherankan karenapada dekade 1970-an, di masa awalpembangunan Indonesia, paradigmamodernisasi menjadi kerangka pikirbahkan ideologi yang melandasikebijakan dan praktik pembangunan diIndonesia. Modernisasi yang dibawamelalui pembangunan berdampak padaperubahan sosial dan budaya diIndonesia, termasuk dalam halkapasitas modal sosial.

Konsep modal sosial (social capital)menjadi salah satu komponen pentinguntuk menunjang model pembangunanmanusia karena dalam model ini,manusia ditempatkan sebagai subjekpenting yang menentukan arahpenyelenggaraan pembangunan.

Partisipasi dan kapasitasmengorganisasikan diri menjadipenting agar masyarakat dapatberperan dalam model pembangunanmanusia. Padahal, kedua kapasitastersebut baru bisa berkembang biladitunjang oleh modal sosial yangdimiliki masyarakat. Keberadaanmodal sosial juga menjadi pentingdalam bidang kesehatan bagi keluargamiskin yang terkait dengan pemenuhankebutuhan ekonomi, tapi jugaperluasan akses terhadap sumber-sumber daya kehidupan yangditentukan pula oleh ketersediaanjejaring kerja (network) dan salingpercaya (mutual trust) di kalanganmasyarakat.

Kesehatan sebagai salah satu unsurkesejahteraan umum harus diwujudkanmelalui pembangunan nasional yangberkesinambungan. Pembangunankesehatan diarahkan untukmempertinggi derajat kesehatan yangbesar artinya bagi pembangunan danpembinaan sumber daya manusiaIndonesia dan sebagai modal bagipelaksanaan pembangunan nasionalyang hakikatnya adalah pembangunan

manusia Indonesia seutuhnya danpembangunan seluruh masyarakatIndonesia. Hak untuk memperolehhidup sehat itu telah diatur dalamUndang-Undang Dasar 1945 pasal 28 Hdan Undang-Undang Nomor 23/ 1992tentang Kesehatan, menetapkan bahwasetiap orang berhak mendapatkanpelayanan kesehatan.

Derajat kesehatan masyarakatmiskin yang masih rendah tersebutdiakibatkan karena sulitnya aksesterhadap pelayanan kesehatan.Kesulitan akses pelayanan inidipengaruhi oleh berbagai faktorseperti tidak adanya kemampuansecara ekonomi dikarenakan biayakesehatan memang mahal. Untukmenjamin akses penduduk miskinterhadap pelayanan kesehatansebagaimana diamanatkan dalamUndang-Undang Dasar 1945, sejaktahun 2005 telah diupayakan untukmengatasi hambatan dan kendalatersebut melalui pelaksanaankebijakan Program Jaminan PelayananKesehatan Masyarakat Miskin. Programini diselenggarakan oleh DepartemenKesehatan melalui penugasan kepadaPT Askes (Persero) berdasarkan SKNomor 1241/Menkes /SK/XI/2004,tentang penugasan PT Askes (Persero)dalam pengelolaan programpemeliharaan kesehatan bagimasyarakat miskin.

Program Jaminan PelayananKesehatan Masyarakat Banyuwangi diPuskesmas dan jaringannya sebenarnyamengalihkan beban biaya yang selamaini ditanggung oleh masyarakat lewatretribusi Puskesmas sesuai PeraturanDaerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 16Tahun 2002 menjadi beban PemerintahDaerah melalui bantuan sosialkemasyarakat yang akan dibebankanpada Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah (APBD) Kabupaten Banyuwangi.

Kinerja dinas kesehatan terutamapekerja sosial di bidang kesehatanseperti dokter, bidan, perawat danbagian administrasi masih berpolaorientasi mendapatkan pendapatandari APBD. Etos kerja yang dimilikibelum tinggi sehingga tidakterbentuk semangat untuk membantu,memberikan informasi kesehatanterhadap sesama utamanya pasien.Pada umunya semangat etos kerjabiasa saja tanpa berusaha untukmemecahkan masalah yang sedangterjadi dalam bidang kerjanya.

Dinas kesehatan yakni Puskesmasterutama Polindes terdapat dilingkungan Kelurahan sepertiPuskesmas Karangsari terdapat diKelurahan Karangsari. Dimana secaratidak langsung puskesmas memilikikaitan dengan pemerintahan kelurahantersebut. Keterkaitan tersebutmeliputi menjalankan fungsi-fungsidan jasa yang merupakan pelengkapdalam arti produksi yang menyediakaninput dan memberikan output darilembaga kesehatan. Di samping itu,lembaga kesehatan dapat menjadipenyedia informasi kesehatan danpelayanan.

Metode Penelitian

Rancangan PenelitianPendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatankualitatif fenomenologis. Dikatakandemikian karena ”pendekatankualitatif pada penelitian inimempunyai ciri-ciri antara lainmempunyai setting yang aktual, penelitiadalah instrumen kunci, databiasanya bersifat deskriptif,menekankan kepada proses, analisisdatanya bersifat induktif, danmeaning (pemaknaan) tiap even adalahmerupakan perhatian yang esensial

dalam penelitian kualitatif (Bogdandan Biklen, 1982)”. Dikatakanfenomenologis, karena sesuai dengantujuan penelitian yaitumendeskripsikan peristiwa sosial,selain itu karena dapatmengungkapkan peristiwa-peristiwariil di lapangan, juga dapatmengungkapkan nilai-nilai yangtersembunyi (hidden value), lebih pekaterhadap informasi-informasi yangbersifat deskriptif dan berusahamempertahankan keutuhan obyek yangditeliti. Lebih tegasnya ”penelitiakan menemukan jawaban yang logisterhadap apa yang sedang menjadipusat perhatian dalam penelitian(Bungin, 2007)”.

Lokasi dan Situs PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di

Kabupaten Banyuwangi dan tempat yangdijadikan lokasi penelitian adalahlingkungan dinas kesehatan sebagaisasaran utama secara khusus padapusat pelayanan kesehatan sepertiPuskesmas Karangsari Kecamatan SempuKecamatan Banyuwangi.

Sumber dan Jenis DataSumber Data

1.Informan kunci (key informan),informan dipilih secara purposive(purposive sampling). Hal inidimaksudkan bahwa informan sudahditentukan sesuai dengankebutuhan informasi dandata.untuk memilih informan yangbenar-benar relevan dan kompetendengan masalah penelitian. Meskidemikian peneliti harus jelidalam menentukan siapa yangtepat untuk menjadi informan,disamping itu juga sudah harusditentukan terlebih dahulu agarfokus dan tidak merembet kemana

mana. Informan dapat ditentukanatas dasar status atau posisiseseorang, sehingga karenaposisi atau statusnya tersebutseorang informan layak dan patutuntuk memberikan penjelasan atauketerangan. Informan ditentukanatas dasar keterlibatan dalamsuatu fokus persoalan yangterkait, hal ini sehubungandengan suatu peristiwa ataukejadian tertentu, sehinggaseseorang dapat ditentukansebagai informan atas dirinyasendiri atau mewakili lainnya.

2.Tempat dan Peristiwa, yaituberbagai peristiwa atau kejadiandan situasi sosial yangberkaitan dengan masalah ataufokus penelitian yang akandiobservasi, antara lainmeliputi pengelolaan program danproses pengelolaan kelembagaandan jaringan kerja, dan lain-lain. Karena dalam penelitianini menggunakan observasipartisipatori maka berbagaitempat dan peristiwa menjadisangat penting. “Penelitisendiri terlibat didalamnyauntuk mendapatkan data bahkanuntuk menganalisis sekaliguskarena dalam penelitiankualitatif, observasipartisipatories dapat dilakukandengan mencari data dansekaligus menganalisisnya(Bungin, 2007)”.

3. Dokumen, sebagai sumber datalainnya yang bersifat melengkapidata utama yang relevan denganmasalah dan fokus penelitian,antara lain meliputi kondisisarana prasarana. Data inidipergunakan untuk melengkapihasil wawancara dan pengamatanterhadap tempat dan peristiwa.

4.Fokus Group Discussion (FGD)merupakan momentum untukmendapatkan informasi dan data,karena FGD dapat dilakukansecara formal maupun non formaldengan peserta yang disesuaikandengan kebutuhan. FGD dapatdilakukan dengan objekpenelitian, FGD dapat dilakukandengan subjek penelitian ataudapat diintegrasikan.

Jenis DataMoleong (2005:157) menegaskan

bahwa ”sesuai dengan data yangdipilih, maka jenis data dalampenelitian kualitatif dibagi kedalam kata-kata dan tindakan,tulisan, foto dan statistik. Jenis-jenis data tersebut di atas semuanyadapat digunakan sebagai informasiyang diperlukan”. Perlu ditegaskanbahwa keterangan berupa kata-kataatau cerita dari informan penelitianyang diwawancarai dan tindakan yangdiamati, dalam penelitian kualitatifdijadikan sebagai data utama(primer), sedangkan tulisan, fotodan data statistik dari berbagaidokumen yang relevan dengan fokuspenelitian dijadikan sebagai datapelengkap (sekunder).

Proses Pengumpulan DataProses memasuki lokasi penelitian(getting in)

Dalam tahap ini peneliti, denganmembawa ijin formal sebagai buktibahwa peneliti benar-benar akanmengadakan penelitian memasukilokasi penelitian yaitu lingkungandinas kesehatan Kabupaten Banyuwangikhususnya Puskesmas Karangsari.Dalam konteks ini, peneliti telahberupaya untuk mengenal dan adaptasidengan para pelaku kesehatan didinas kesehatan Kabupaten Banyuwangi

maupun dengan para pekerja danrelawan program JPKMB. Bahkanpeneliti melakukan komunikasi danobservasi awal bersama sama denganmereka di daerah sasaran program,maupun di lingkungan PuskesmasKarangsari.Ketika berada di lokasi penelitian (getting along)

Ketika pada tahap ini penelitiberusaha menjalin hubungan secarapribadi yang lebih akrab dengansubjek penelitian, mencari informasiyang dibutuhkan secara lengkap danberupaya menangkap makna dariinformasi dan pengamatan yangdiperoleh. Dalam konteks inipeneliti berupaya untuk memahamisituasi, baik secara geografis,ekonomi dan sosial budaya. Karenaluasnya Kabupaten Banyuwangi, makahanya beberapa daerah tertentu sajayang dikunjungi. Namun demikiansecara lebih khusus peneliti lebihberkonsentrasi di lingkunganPuskesmas Karangsari.Mengumpulkan data ( logging the data)

Pada tahap ini penelitimenggunakan enam macam teknikpengumpulan data yaitu :1. Observasi (pengamatan2. Wawancara mendalam (in depth-

interview). Teknik ini dilakukanatau digunakan untuk mendapatkandan mengungkap informasi (dataempiris) yang berhubungan dengan:pengembangan kelembagaan dankebijakan program JPKMB diKabupaten Banyuwangi terutamaKecamatan Karangsari;

3. Fokus group discussion (FGD). Teknikini dipilih untuk mendalamiinformasi dan memverifikasi sertasecara tidak langsung melakukananalisis atas informasi sertadata yang berkembang. FGD

dilakukan dengan pihak pihak yangmemiliki kaitan dengan konteksdata. FGD dilakukan denganterstruktur maupun insidental;

4. Dokumentasi. Diartikan sebagaipencatatan data yang bersumberdari arsip-arsip, dokumen, surat-surat yang diperlukan dalampenelitian. ”Pada umumnya datayang tercantum dalam berbagaijenis dokumen itu merupakan salahsatu alat untuk mempelajaripermasalahan itu karena tidakdapat diobservasi lagi(Kartodirdjo,1990:48)”;

5. Studi Kepustakaan. Teknik inididapat dengan mempelajari danmemahami bahan bacaan yangterkait dengan masalah yang akandibahas dalam penelitian meliputibuku-buku dan studi kepustakaanterkait; dan

6. Triangulasi/gabungan. Diartikansebagai teknik pengumpulan datayang bersifat menggabungkan dariberbagai teknik pengumpulan datadan sumber data yang telah ada.”Teknik triangulasi berartipeniliti menggunakan teknikpengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data darisumber yang sama (Sugiyono,2005:83)”. Ketika penelitimelakukan pengumpulan data dengantriangulasi, maka sebenarnyapeneliti mengumpulkan data yangsekaligus menguji kredibilitasdata, yaitu mengecek krediblitasdata dengan berbagai teknikpengumpulan data dan berbagaisumber data.

Metode Analisis DataBeberapa tahapan analisis yang

dilakukan dalam penelitian iniadalah:

1. Model Miles dan Huberman“Model Miles dan Huberman terdiridari tiga tahapan, yaitu: reduksidata (data reduction), penyajian data(data display), dan penarikankesimpulan atau verifikasi (conclusiondrawing verivication) (Miles danHuberman, 1987)”. Selanjutnyaanalisis dilakukan dengan memadukan(secara interaktif) ketiga komponenutama tersebut. Memadukan artinyamenselaraskan berbagai data danmengambil sesuai dengan kebutuhanutama sehingga akan didapatkan datamutaakhir serta kesimpulan yangtepat didalam penelitian. Adapunketiga tahapan tersebut dapatdijelaskan sebagai berikut :a. Reduksi DataPada tahap ini, data yang diperolehdari lokasi penelitian (datalapangan) dituangkan dalam uraianatau laporan yang lengkap danterinci.

b. Penyajian DataPenyajian data atau display datadimasudkan untuk memudahkan penelitidalam melihat gambaran secarakeseluruhan atau bagian-bagiantertentu dari penelitian.c. Penarikan Kesimpulan/VerifikasiDalam penelitian kualitatif,penarikan data dilakukan secaraterus menerus sepanjang prosespenelitian berlangsung dan sifatnyamasih sementara, dan akan berubahbila ditemukan bukti-bukti yang kuatyang mendukung pada tahappengumpulan data berikutnya.2. Keabsahan Data

Moleong (2000) dan Nasution(1998) mengemukakan bahwa “ada 4kriteria yang dapat digunakanuntuk memeriksa keabsahan data,yaitu derajat kepercayaan

(credibility), keteralihan(transferability), kebergantungan(dependability), dan kepastian(confirmability)”. Untuk memeriksakeabsahan data hasil penelitianini, akan dilakukan kegiatansebagai berikut:a. Derajat kepercayaan (credibility)Penerapan konsep kriteria dapatkepercayaan ini berfungsi untukmelaksanakan pemeriksaan(inquiry) sedemikian rupasehingga tingkat kepercayaanpenemuannya dapat dicapai.Selain itu berfungsi untukmempertunjukkan derajatkepercayaan hasil-hasilpenemuan dengan jalanpembuktian oleh peneliti padakenyataan ganda yang sedangditeliti. Kegiatan yang akandilakukan untuk memeriksakredibilitas hasil penelitianadalah sebagai berikut:1) Memperpanjang masaobservasi2) Melakukan peer debriefing3) Triangulasi4) Mengadakan “member check”

b. Keteralihan (transferability)Keteralihan sebagai persoalanempiris bergantung pada kesamaanantara konteks pengirim danpenerima. Untuk melakukanketeralihan tersebut penelitiberusaha mencari dan mengumpulkandata kejadian empiris dalamkonteks yang sama.c. Kebergantungan dan Kepastian

Kriterium kebergantunganmerupakan substitusi istilahreliabilitas dalam penelitianyang nonkualitatif. Pada caranonkualitatif reliabilitasditunjukkan dengan jalanmengadakan replikasi studi.Adapun kriterium kepastian

berasal dari konsep”objektivitas” menurutnonkualitatif. ”Nonkualitatifmenetapkan objektivitas darisegi kesepakatan antar subjek(Moleong, 2005:325)”. Untukmenambah validitas informasidan data peneliti jugamelakukan fokus group discussion(FGD).

Dengan para pelaku programdan penyelenggaran program. FGDdilakukan baik secaraterprogram maupun secarainsidental. Pada proses FGDpeneliti mencatat hal halpenting yang merupakanpendukung dari validitas datayang dimiliki. Selanjutnyauntuk mengetahui, mengecekserta memastikan apakah hasilpenelitian ini benar atausalah, peneliti akanmendiskusikannya denganpembimbing, secara bertahap,mengenai temuan serta konsep-konsep yang dihasilkan dilapangan. Hasil penelitiandianggap benar, diadakanseminar tertutup dan terbukadengan mengundang teman sejawatdan pembimbing. Namun demikian,proses penelitian pun bisa jugaberkembang ke dalam kontekslainnya dan dapat dilakukanoleh peneliti lainnya.

Hasil dan Pembahasan

Kondisi Modal Sosial diPuskesmas Karangsari KelurahanKarangsari Norma

Norma internal atau norma lokalmerupakan nilai-nilai sosial yangmengatur perilaku individu untuk

mencapai kepentingan bersama.Masyarakat di Desa Karangasri,Teumasri, dan Temuguruh sebagianbesar adalah muslim, namun demikiantoleransi terhadap agama lain sampaisaat ini tetap terjaga. Sikaptoleransi antar agama menunjukkankerukunan dan kebersamaan yang eratdi tiga desa penelitian. Umat muslimsebagai mayoritas, sangat nampaknilai-nilai religiusnya dalamkeseharian. Nilai religi yang tampakyakni ketekunan menjalankan ibadahsholat lima waktu secara berjamaahbaik di masjid maupun di mushola.Kelompok-kelompok pengajian banyakterbentuk di tiap-tiap dusun.

Nilai-nilai tradisi yang diwarisiturun-temurun juga masih terlihatjelas dan dijunjung tinggi. Tradisimenjadi suatu ritual yang telahmelekat dalam bagian kehidupanmasyarakat di ketiga penelitian.Acara selamatan ketika akan tanamataupun setelah panen masihdilaksanakan mayoritas penduduk diketiga desa penelitian. Begitu pulasaat terjadi paceklik atau seranganwabah hama, selamatan untuk membuangsial juga dilakukan oleh masyarakatdi tiga desa. Bahkan upacara adatTumpeng Sewu menjadi kegiatantahunan yang diagendakan oleh DesaTemuguruh. Upacara adat inidilaksanakan untuk mengirim doakepada leluhur-leluhur masyarakatDesa Temuguruh dan memohonpertolongan kepada Yang Maha Kuasaagar masyarakat desa tersebut selaluterbebas dari bencana atau penyakit.

Norma lokal yang juga berkembangdi ketiga desa ini adalah budaya“sungkan”. Norma lokal ini merupakannilai sosial yang terbentuk secaraalami. Budaya ini mendorongmasyarakat untuk selalu mencegahkonflik yang terjadi agar tidak

menjadi berkepanjangan, sertamendorong masyarakat untuk selaluberperilaku tidak menyimpang denganmasyarakat lain. Rasa sungkan padaorang lain membuat warga berusahamenjunjung tatakrama, enggan untukberbuat salah karena akan merasamalu, apalagi sampai berbuat aibyang menyebabkan rasa dikucilkanoleh masyarakat lain.

Tatakrama dan sopan santunmerupakan bentuk rasa hormat dansaling menghargai yang jelasdipelihara oleh masyarakat di ketigadesa penelitian. Hal tersebutterlihat dari bahasa sehari-hariyang digunakan oleh warga masyarakatdalam berkomunikasi denganmasyarakat lain. Jika berkomunikasidengan orang lain yang sebaya makabahasa yang dipakai adalah bahasangoko sedangkan jika berkomunikasidengan orang yang lebih tua makamenggunakan kromo inggil. Pak Smarji,Sekretaris Desa Karangasrimemberikan gambaran tentang nilai-nilai masyarakt desanya sepertiberikut:

“Warga desa ini penduduknya banyakjuga yang keturunan Madura,mungkin sekitar 30%, tapiperbedaan suku tidak pernahmenjadi masalah di desa ini.Bahkan kadang juga sulitmembedakan keturunan mana wargatersebut karena banyak wargaketurunan Madura yang pinter kromoinggil. Di sini juga belum pernahterjadi gesekan antar warga yangdisebabkan oleh perbedaan sukumaupun perbedaan agama. Warga sinimayoritas muslim, tapi merekamenghargai juga terhadap wargayang beragama lain”. (Wawancara 15Januari 2013) Penjelasan di atas memberikan

gambaran tentang kerukunan warga

Desa Karangasri dalam kehidupanbermasyarakat. Mereka sadar bahwakerukunan merupakan dasar bagiterciptanya kehidupan soaial yangtentram dan sejahtera.Jaringan Sosial

Jaringan sosial (social networking)sebagai salah satu pilar modalsosial dapat dipahami sebagaijaring-jaring hubungan antarasekumpulan orang yang saling terkaitbaik langsung maupun tidak langsung.Basis jaringan yang mendasarihubungan yang terbangun antaramasyarakat di ketiga desa adalahkekeluargaan dan pertetanggaan. Halini bisa dimaklumi karena hampirseluruh keluarga yang ada dalam satupemukiman biasanya berasal dari satuketurunan. Pemukiman warga dibangunberkelompok dengan jarak antararumah satu dengan rumah yang lainsangat dekat dan tidak dibatasidengan pekarangan. Dari beberapainforman yang ditemui umumnyamengaku bahwa mereka mengetahuikondisi rumah tangga anggotamasyarakat yang lain. Hal inimemungkinkan terjadinya pengawasanantara anggota masyarakat sehinggaterjadi proteksi terhadap masyarakatoleh diri mereka sendiri untuk tetapberada dalam koridor aturan-aturanyang sudah ditetapkan.

Hubungan yang terjalin baik dalammelakukan fungsi sebagai anggotamasyarakat dalam berhubungan dengananggota masyarakat yang lain lebihbanyak dilakukan secara informal.Pola komunikasi yang terjadi secarainformal mampu mempererat warga yangerat satu dengan yang lainnya.Kedekatan antara warga satu denganyang lainnya sangat tampak dikehidupan sehari-hari. Pada sianghari tidak jarang ibu-ibu berkumpuldi depan rumah salah satu warga

untuk duduk-duduk dan mengobrol.Pada malam hari biasanya selepasIsya’ bapak-bapak juga leyeh-leyeh(santai) di teras tetangga depanrumah atau samping rumah sambilmembicarakan berbagai macam masalah.

Masyarakat di ketiga desa jugamenjalin hubungan dengan pihak luar.Biasanya masyarakat menjalinhubungan jual beli padi, jagung,buah dan kayu hasil pertanian merekadengan masyarakat dari desa lain.Namun tidak semua warga menjalinhubungan tersebut, biasanya hanyawarga yang menjadi pengepul padi,jagung, buah dan kayu yang menjalinhubungan dengan tengkulak dari desalain. Dalam bidang pertanian,masyarakat di Desa Karangasri danTemuasri sebagian ada yang menjalinkemitraan dengan koperasi. Hubunganpetani dengan koperasi inimenunjukkan kapasitas modal sosialjaringan masyarakat di kedua desatersebut.

Hasil penelitian didapatkan bahwadalam penggunaan tenaga kerja diketiga desa juga terdapat perbedaandalam hal pelibatan tenaga kerja.Petani di Desa Karangsari danTemuasri dalam melakukan pemanenansudah melibatkan tenaga kerja bukanhanya terbatas dalam kelompokkeluarga atau tetangga akan tetapijuga melibatkan masyarakat yangberada di luar desa, sehinggajaringan kerja dilakukan hingga keluar desa, hal ini terjadi karenalahan masyarakat banyak yang beradadi luar kawasan pemukiman bahkan adabeberapa petani yang memiliki sawahdi luar desa. Masyarakat di DesaKarangsari dan Desa Temuasrimeskipun sebagian besar bekerjasebagai petani, namun banyakdiantara waga yang bekerja sebagaipedagang, dan ada juga yang bekerja

sebagai petani dan pedagang.Pekerjaan sebagai pedagangmenjadikan interaksi dengan pihakluar menjadi lebih sering. Petani dikedua desa ini juga sudah mengenalpemanfaatan teknologi dalammenggarap sawah. Petani di keduadesa ini sudah banyak menjual hasilpanen ke pasar kecamatan atau pasaribu kota banyuwangi. Masyarakatpetani di Desa Karangsari dan DesaTemuasri memiliki jaringan ke luarsudah mulai terbangun sehinggapengembangan masyarakatnya sudahmulai meyesuaikan diri denganmasyarakat dari luar kelompoknya(bridging social capital).

Masyarakat di Desa Temuguruh yangmayoritas petani dan hanya sedikitsaja yang bekerja sebagai pedagangcenderung tertutup dengan masyarakatluar dan bertahan pada nilai-nilaibudaya. Di Desa Temuguruh petanisebagian besar menggarap tanahnyasendiri atau bersama keluarga dekatsehingga hampir tidak dijumpaitenaga upah. Masyarakat di desa inisebagian besar masih hidupbergerombol dan dan diantara merekamasih ada ikatan keluarga. Olehsebab itu kebersamaan dan ikatanyang terbangun dengan tetanggasangat kuat, bukan hanya dalammasalah pertanian namun namun jugapada kegiatan sosial dan keagamaan.kelompok yang banyak berperan dalamkehidupan masyarakat adalah kelompokpengajian, kelompok tani, dankelompok warga di lingkunganpermukiman. Di desa ini terdapatbeberapa kelompok pengajian sehinggahampir setiap malam terdapat acarapengajian dari beberapa kelompokyang berbeda, bahkan seorng wargaada yang ikut dua atau tiga kelompokpengajian. Tingkat partisipasi dalamkelompok cenderung tinggi, demikian

pula tingkat kepercayaan dansolidaritas relatif tinggi yangditandai dengan tingginya aksikolektif dan kerjasama karenamasyarakatnya homogen. Aksesinformasi dan komunikasi relatifterbatas, mengandalkan informasidari keluarga, televisi, dan aparatpemerintah.sehingga pengembanganmasyarakatnya sangat terbatas(bonding social capital).Kepercayaan

Secara umum perilaku salingtolong-menolong antar masyarakat diDesa Karangasri, Temuasri danTemuguruh cukup tinggi. Sebagaicontoh masyarakat yang selesai panenpadi biasanya menyimpan sebagianhasil panennya untuk simpanan ataucadangan. Padi simpanan iniseringkali dipinjam oleh petani lainyang tidak punya modal untukdijadikan bibit dan setelah panenbaru dikembalikan. Kebiasaan salingmeminjam bibit tersebut berlangsungberdasarkan rasa saling percaya dantimbul karena ikatan yang kuatantara masyarakat.

Secara umum kegiatan pertanian diDesa Karangsari, Desa Temuasri, danDesa Temuguruh dilakukan secarakebersamaan melalui kegiatan gotongroyong yang sebagian besar masih adaikatan keluarga. Keterlibatankeluarga dalam kegiatan tanammenunjukkan bahwa jaringan antarindividu dalam kegiatan pertanianberjalan dengan efektif. Gotongroyong antara petani dengan petanidalam hal kegiatan tanam merupakanbentuk modal sosial yang masihsangat kuat karena adanya kerjasamadalam pengolahan pertanian, sehinggajarang ditemukan konflik antarapetani dengan petani. Modal sosialdalam masyarakat pertaniandipengaruhi oleh adanya nilai-nilai

yang terbangun dalam prosesinteraksi diantara mereka, sepertinilai kebersamaan, kepedulian dansaling membantu dalam hubungantimbal balik, partisipasi dalam aksikolektif (gotongroyong) sertaluasnya jaringan hubungan yangdilandasi rasa saling percaya antarasesama petani.

Rasa saling percaya tumbuh karenaadanya kesadaran dari masyarakatbahwa saling tolong menolong danberbuat baik terhadap warga lainakan mendapatkan timbal balik yangtidak bisa dinilai.

Disain Pemanfaatan ModalSosial dalam Program JaminanPelayanan Kesehatan MasyarakatBanyuwangi (JPKMB) diPuskesmas Karangsari KelurahanKarangsari KabupatenBanyuwangi Tahun 2012

Wilayah karangsari terbagi menjaditiga yaitu Desa Karangsari, DesaTemuasri dan Desa Temuguruh. DesaKarangsari merupakan desa cukup luasdengan tingkat kualitas hidup cukupbaik. Kondisi modal sosial dariketiga desa tersebut terlihat darikeaktifan modal sosial di dalammasyarakat baik secara moral maupunmateriil. Dalam perjalanannya darimodal sosial tersebut memberikankontribusi tersendiri terhadapberjalannya program JPKMB yang diKarangsari. Proses dari hal tersebutadalah dilakukannya sosialisasiterhadap pentingnya kesehatan danperiksa di puskesmas melalui kaderdesa dan posyandu. Agar tidakterjadi ganda jabatan, kader desajuga berkerjasama dengan pihakpuskesmas. Kedua modal tersebutbergerak pada elemen modal sosial.

Keterlibatan masyarakat dalamkegiatan pengajian melahirkan bentuksaling percaya antara sesama, adanyajaringan dalam bertukar pendapat,dan terbangunnya norma dankelembagaan masyarakat yangmengarahkan ketertiban sosial dalammenerima dan menyampaikan informasi.Komunitas dalam kegiatan pengajianseperti Muslimat, Fatayat, danAnshor serta kegiatan Posyandumerupakan bentuk hubungan formalyang dibangun melalui pengembanganhubungan sosial aktif, partisipasidemokrasi dan penekanan dari rasamemiliki komunitas dan kepercayaan.Bentuk keterkaitan antara modalsosial di ketiga desa dalampenelitian ini merupakan bentukketerkaitan antara anggotamasyarakat yang satu dengan anggotamasyarakat lain dalam bentukkerjasama dan adaptasi, jugaketerkaitan antara masyarakat denganpemerintah dalam bentuk adaptasi,kerjasama dan konflik. Analisisketerkaitan dalam Program JKPMB padatiga desa dalam penelitian inimenggunakan indikator-indikatormodal sosial yaitu kepercayaan(trust), norma (norm), dan jaringan(network).

Hasil penelitian memperlihatkanbahwa keterkaitan rasa salingpercaya (trust) dalam berbagaikegiatan Posyandu dan kegiatanpengajian menampakkan kerukunan dangotong royong sehingga menciptakanhubungan harmonis. Keterlibatandalam kegiatan Posyandu danpengajian merupakan wujud kerjasamayang terkoordinasi sehingga rasasaling percaya antara sesama anggotamasyarakat dalam kelompok pengajianmerupakan modal sosial yangmendukung penerimaan Program JPKMB.Proses sosialisasi mengenai

pentingnya kesehatan dan fasilitas-fasilitas Puskesmas tidak harusdilakukan secara administratif danbirokratif akan tetapi bisa melaluikader desa dan kegiatan Posyanduberdasarkan rasa saling percaya yangmerupakan wujud modal sosial yangkuat diantara anggota masyarakat.

Tumbuhnya rasa kepercayaan (trust)antar masyarakat yang terpeliharamelalaui kegiatan-kegiatanpengajian, Posyandu, karang tarunadan perkumpulan masyarakat lainselanjutnya juga menumbuhkankepercayaan masyarakat terhadappemerintah. Kepercayaan masyarakatterhadap pemerintah merupakan modalsosial bagi tercapainya tujuganprogram JPKMB. Wujud dari hubungansaling percaya yang muncul antarapemerintah dengan masyarakat diketiga desa ini dalam bentukmekanisme perizinan kartu JPKMB. Halini menunjukkan bahwa masyarakatmengakui program JPKMB akanmemberikan manfaat sehinggamempermudah kerjasama dan adaptasimasyarakat dan pemerintah secaraterkordinasi dalam mewujudkan tujuanbersama.

Hasil penelitian memperlihatkanmodal sosial jaringan (network) diketiga desa dalam penelitian inidijumpai dalam bentuk kegiatankarang taruna, PKK sertaperkumpulan-perkumpulan Muslimat,Anshor, dan Fatayat. Hubunganindividu dalam kelompok tresebutmenjadi cerminan jaringan yangdibangun oleh masyarakat untukmewujudkan kehidupan yang rukun,agamis dan sejahtera. Dalamkaitannya dengan pelaksanaan programJPKMB, modal sosial jaringan inisangat membantu ptoses sosialisasihingga pelaksanaan program.

Bentuk lain keterkaitan jaringanantara masyarakat adalah adanyasaling memberi informasi mengenaifasilitas Puskesmas yang diberikansecara gratis, pengurusan kartuJPKMB dan manfaat-manfaat yangdidapat dari program JPKMB.Jaringan informasi yang terbangunmulai dari kerabat/keluargaterdekat, kelompok pengajian, karangtaruna, pertemuan PKK, dan Posyandu.Keterbatasan informasi olehmasyarakat yang berpendidikan rendahnaupun karena lingkungannya yangterisolir dapat menerima informasimelalui kegiatan-kegiatan tersebut.Modal sosial keterkaitan jaringanantar anggota masyarakat dalambentuk pengajian merupakan bentukmodal sosial yang masih sangat kuatdi ketiga desa karena masyarakatmasih memegang norma-norma agamasecara ketat.

Kelompok-kelompok sosial dimasyarakat dan partisipasi wargaKarangsari dalam kegiatan pelayanankesehatan terutama dalam programJPKMB adalah salah satu manifestasidari modal sosial. Norma yangterbentuk dalam kelompok sosial inimampu memfasilitasi proses-proseskoordinasi, pembagian tugas dantanggung jawab, serta membentukkomitmen yang disepakati. Masyarakatyang terbiasa hidup dalam lingkungantersebut memiliki kapasitaspengelolaan diri (self-management) yangcukup baik.

Di dalam masyarakat yang memilikikelompok sosial dan partisipasi yangtinggi seperti ini, berbagai programpengembangan masyarakat sepertipuskesmas dapat tumbuh mandiri danberkembang lebih baik. Masyarakatmampu melakukan identifikasikebutuhan puskesmas, perencanaankegiatan, penetapan prioritas,

implementasi, hingga prosesevaluasi. Proses manajemen tersebutdilakukan secara kolektif danmerupakan hasil dari kesepakatanmasyarakat dengan menyesuaikankondisi lokal.

Ana Rudiana sebagai kader desaKarangsari berpendapat, “sosialisasi yang kami lakukanmendapat antusias cukup darimasyarakat, yang mana masih terdapatbeberapa diantara mereka tidak pahamakan program JPKMB”. Hal iniditegaskan oleh kepala desaKarangsari HM. Sholeh, “manifesatimodal sosial yang dalam hal initerkait dengan kader desa, memangseharusnya dilakukan agar membantuwarga yang utamanya di pelosok desaini. Di harapkan dengan diadakannyasosialisasi tersebut akan memberikaninformasi JPKMB sekaligus layanan ditempat”. Perwujudan dapat terjadisecara sinkron karena kedua belahpihak yakni pemerintah daerah denganpuskesmas terjalin dengan baik.

Upaya untuk meningkatkan peranmodal sosial yang dilakukan olehPuskesmas Karangsari yaitu menjalinkerjasama dengan masyarakat untukmenyelenggarakan program-programPuskesmas. Di Desa TemuguruhPuskesmas bekerja sama dengankelompok PKK dan Posyandu mengajakwarga untuk menanam tanaman obat.Warga juga dibekali denganpengetahuan dan cara memanfaatkantanaman obat menjadi sirup. Kegiatanini juga dimanfaatkan kader desauntuk mengetahui kondisi kesehatanmasyarakat dan selanjutnyamengkoordinasikan dengan pihakPuskesmas. Posyandu di DesaKarangsari mampu menggerakkan wargalansia untuk jalan sehat dan senamjantung sehat setiap hari minggusecara bergantian. Pelayanan

kesehatan Posyandu di DesaKarangsari dan Temuasri selaludidukung oleh bidan bahkan sesekalijuga dikunjungi oleh dokterPuskesmas. Di desa Karangsariterdapat 19 pos Posyandu dan DesaTemuasri terdapat 12 pos Posyandusedangkan di Desa Temuguruh baruterdapat satu pos Posyandu. Kegiatankesehatan di Desa Temuguruh lebihbanyak dilakukan melalui Program KB.Pelayanan kesehatan ibu hamil danbalita mendapat sambutan cukup baikdari masyarakat, terbukti darisetiap pos pelayanan dibukapartisipasi warga dalam memanfaatkanpelayanan Posyandu cukup banyak.Sebagaimana dikemukakan Ibu Nuriahketua Posyandu “Arum Sari”:

“Kami mengundang warga untukdatang ke Posyandu denganmenyampaikan melalui kelompokpengajian. Warga yang datang cukupbanyak sehingga kami para petugasmenjadi bersemangat karenakeberadaan kami bermanfaat. Untuk warga lanjut usia Puskesmas

Karangsari melaksanakan Posyandubagi lanjut usia. Posyandu bagilanjut usia memberikan pelayananantara lain pelayanan kesehatan,kegiatan senam sehat dan jalansehat. Di Desa Temuasri Puskesmasdan kader desa turun langsungmembuka pengobatan di tempat agarmasyarakat tidak jauh-jauh kePuskesmas. Kegiatan ini dilaksanakandi Balai Dusun Krajan setiap selasaminggu pertama dan ketiga.

Dengan modal sosial Puskesmasdapat melakukan identifikasimasalaha dan kebutuhan yang mendesakuntuk masayarakat, sepertirekomendasi jika penyakit yanglangsung dirujuk ke rumah sakit.

Kelompok-kelompok sosial yang adadi Desa Karangsari, Temuasri, dan

Temuguruh serta berbagai partisipasiyang terjadi dapat menjadi inputeksternal dan merupakan modal dalampencapaian program PuskesmasKarangsari melalui proses-prosespengembangan masyarakat. Penekanandari proses ini adalah peningkatankapasitas masyarakat untuk menjadimandiri dan mampu mengelola berbagaifaktor yang mempengaruhi kehidupanmereka. Serta pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki masyarakat dimanastruktur-struktur yang dikembangkanharus mampu berlanjut dalam jangkapanjang. Pembentukan berbagaikegiatan dan program berbasismasyarakat seperti puskesmasmerupakan salah satu manifestasidari proses ini.

Puskesmas membentuk kader desasebagai mitra puskesmas dalammenjalankan program Puskesmas yangsalah satunya JPKMB. Kader desabertugas mensosialisasikan program-program yang dilaksanakan Puskesmas,memberikan penyuluhan program danpendampingan masyarakat untuk sadarkesehatan. Dalam setiap kegiatanPosyandu yang dlaksanakan setiaphari Senin untuk balita dan hariRabu untuk lansia para kader desamelaksanakan perannya sebagaikepanjangan Puskesmas. Pada setiapkegiatan Posyandu kader desamenyampaikan pesan yang di dalamnyaadalah JPKMB, terutama ketika JPKMBmasih pada tahap sosialisasi. BuRosiyah seorang warga yang aktifmengikuti Posyandu menuturkan:

“Saya tahu kalau di Puskesmas adapengobatan gratis untuk wargamiskin dari kegiatan Posyandu,biasaya sebelum Posyandu dimulaiada ceramah dari ketua Posyanduatau dari pegawai Puskesmas,kadang juga pegawai kelurahan”(wawancara, 16 Mei 2011).

Pada penyampaian pesan-pesansebelum kegiatan Posyandu dimulaiinilah kader desa menyampaikanprogram-program Puskesmas utamanyaJPKMB. Selanjutnya selama kegiatanPosyandu berlangsung, kader desaberinteraksi dengan beberapa wargayang hadir di Posyandu untukbertukar informasi.

Kader desa yang dibentuk Puskesmasmelakukan koordinasi secara intensdalam capaian program di masyarakat.Kader desa ini juga mendapatpelatihan khusus dari Puskesmas,sebab kader desa tidak menguasaikedokteran maka dibekali pengtahuanyang diperlukan yang berkaitandengan kesehatan dan administrasibirokrasi yang berkaitan denganpemerintahan jika mengurus suratdalam memperoleh pelayanan kesehatangratis seperti JPKMB, Jamkesmas,Jamkesda dan pelayanan kesehatanlain bagi masyarakat miskin. Jadikader desa memegang peran pentingkarena harus selalu berkoordinasidengan Puskesmas, disamping jugaselalu menjalin komunikasi danberinteraksi dengan karang taruna,Fatayat dan Anshor. Hasil wawancaradengan Ibu Sunami, seorang kaderDesa Karangsari pada tanggal 19 Mei2011:

“Disamping berkoordinasi denganPuskesmas, saya juga seseringmungkin menjalin komunikasi denganpemuda karang taruna, karenakegiatan formal karang tarunatidak terjadwal saya lebih seringberhubungan dengan pengurus diluar kegiatan. Sedangkankomunikasi dengan Fatayat lebihmudah dilakukan karena saya jugamenjadi anggota”.Sosialisasi program JPKMB dari

Puskesmas Karangsari juga melibatkanperan organisasi karang taruna.

Karang Taruna mampu menjalankanperan sosialnya terutama diTemuasri. Kegiatan seni dan olahragadi desa ini masih aktif digerakkanoleh pemuda karang taruna. Penulismelihat Karang Taruna di DesaTemuasri juga tampak masih berperanaktif dalam kegiatan-kegiatan sosialseperti membantu distribusi berasuntuk masyarakat miskin. Dalamprogram JPKMB peran karang tarunaterlihat jelas dalam pelaksanaansosialisasi. Kader desa dengankarang taruna bekersa sama dalammensosialisasikan program JPKMB.Menurut Agus Salim Ketua KarangTaruna Desa Temuasri:

“Dalam kegiatan karang taruna kamiikut membantu sosialisasi JPKMB,salah satu contohnya saat acarapersiapan pembangunan pelengsengan(yang dihadiri aparat desa dantokoh masyarakat dan pemuda) dibalai desa, juga diselipkansosialisasi Program Puskesmas yangsalah satunya JPKMB. Dalam rapatitu Pak Lurah juga meminta pemudakarang taruna untuk ikutberpartisipasi dalam pelaksanaanprogram JPKMB. (wawancara, 6 juli2011)Peran karang taruna dalam

pelaksanaan Program JPKMB jugaterlihat dari turut sertanya pemudakarang taruna pada pemasanganspanduk di balai desa. Dukungan yangdiberikan oleh karang taruna padasetiap kegiatan tahap pelaksanaanmerupakan salah satu modal sosialtercapaianya tujuan JPKMB di desaini. Ridwan, anggota karang tarunaDesa Temuguruh dalam suatu wawancaramenjelaskan:

“Desa Temuguruh wilayahnya luas,jadi ada penduduk yang tempatnyajauh terpisah dari pemukiman,saya dan tiga pemuda karang

taruna lainnya diminta oleh kaderdesa diminta untuk menjemput danmengantar mereka yang usia lanjutdan tinggal sendirian, meskipuntidak semuanya karena kami jugatidak mengetahui pasti kondisikeluarga tersebut”. (14 April2012)Pelaksanaan Program JPKMB

Puskesmas Karangsari jugamemanfaatkan institusi lain yang adadi masyarakat yaitu fatayat.Pemanfaatan organisasi masyarakatini sangat efektif karena pengajianyang dilaksanakan rutin. PertemuanFatayat di Desa Karangsari yangdiselenggarakan di rumah Dewi RiaAgustin saat pengajian jumatandisampaikan sosialisasi ProgramJPKMB oleh Bu Sunarmi. Bu Sunarmisebagai kader desa meminta kepadaanggota Fatayat memiliki pemahamanyang baik tentang program-programkesehatan dari Puskesmas khususnyaJPKMB. Berikut hasil wawancaradengan Bu Sunarmi:

“Saya menyampaikan banyak haltentang pelayanan kesehatan gratisdari Puskesmas, termasuk JPKMBkepada seluruh anggota Fatayat,maksudnya biar mereka tahu danbisa memberi informasi lewatpengajian kelompok-kelompok kecilyang ada di dusun atau RT” (15 Mei2012)Masyarakat Desa Karangsari,

Temuasri dan Temuguruh yang agamismemiliki banyak kelompok pengajiandi dusun atau di lingkungan RT. Jadidalam pengajian tersebut anggotaFatayat bisa menjadi mediator bagikegiatan sosialisasi maupunpendampingan, karena bisabersosialisasi dan berinteraksilebih dekat dengan setiap warga.Pengajian yang dilakukan di rumah BuSupinah pada bulan Juli di Desa

Temuasri juga disampaikan kegiatansosialisasi oleh kader desasetempat. Seperti dijelaskanJulaikah, seorang anggota Fatayatdalam suatu wawancara:

Waktu pertemuan Fatayat kamidiberi penyuluhan oleh kader desadan petugas Puskesmas, kami jugadiberi selembar kertas yang isinyatentang cara mengurus kartu untukberobat gratis dan fasilitas-fasilitas yang bisa diperoleh diPuskesmas Karangsari. Ketikapengajian mingguan di kampungsaya, isi kertas itu sayasampaikan ke ibu-ibu pengajian.Dalam pelaksanaan Program JPKMB,

peran pendampingan yang dilakukananggota Fatayat lebih tepat sasaran.Anggota fatayat bisa menyampaikaninformasi-informasi dan mengertimasalah yang dihadapi warga miskinyang menjadi sasaran JPKMB melaluipengajian di dusun atau RT yangbiasanya dilaksanakan mingguan.Warga pengajian di dusun atau RT inisaling mengenal dengan baik dansebagian besar justru masih terikathubungan keluarga sehinggakomunikasi bisa berjalan baik.Ikatan yang erat diantara wargadalam kelompok pengajian menjadikanfungsi pendampingan bisa lebih mudahdilaksanakan karena rasa kepercayaanyang tinggi dari setiap warga.

Keberadaan pemuda anshor yang adadi ketiga desa penelitian inimerupakan bagian penting dalamsetiap kegiatan desa. Kegiatanekonomi kreatif yang ada di ketigadesa ini juga melibatkan partisipasiaktif pemuda Anshor. Dalampelaksanaan program JPKMB keberadaanAnshor dalam membantu sosialisasiterlihat jelas. Pertemuan pemudaAnshor di rumah Untung Mustofa KetuaRanting Desa Karangsari yang

membahas ekonomi desa kreatif, jugadiisi dengan kegiatan sosialisasiprogram kesehatan dari Puskesmas.Pemuda Anshor bekerja sama dengankader desa dan Puskesmas padakegiatan tersebut melaksanakansosialisasi kepada anggota Anshoryang hadir. Dalam satu wawancaraUntung Mustofa menerangkan:

“Sekali-sekali dalam kegiatanrapat pengembangan ekonomi desakreatif juga diisi dengansosialisasi mengenai program-program yang sedang dijalankanpemerintah, utamanya program yangmemerlukan peran Anshor didalamnya. Seperti program jaminankesehatan gratis di Puskesmas,waktu pertemuan di rumah saya jugabeberapa kali disampaikan olehkader desa dan pernah sekalipetugas Puskesmas datang” (14 Mei2011).Di desa Temuguruh peran pemuda

Anshor sangat kental dengankegiatan-kegiatan masyarakat. Hampirdi setiap kegiatan yang melibatkanmasyarakat atau kelompok wargaselalu terlihat peran Anshor didalamnya. Oleh sebab itu di desa iniAnshor menjadi bagian penting dalamsosialisasi dan pendampinganpelaksanaan Program PJKMB. Salahseorang anggota Anshor DesaTemuguruh bernama Junaidimengatakan:

“Kami para anggota Anshor berusahaselalu mendukung kegiatan apa sajadari pemerintah. Pemuda sepertikami merasa bangga jika diberitanggung jawab untuk membantumasyarakat karena itu memangsebagian dari tugas Anshor.Masyarakat desa ini sebagian besaradalah petani yang pendidikannyarendah, jadi kami merasaterpanggil untuk memberikan

bantuan pada warga desa ini”(wawancara, 3 Juni 2011).Melihat perannya yang cukup besar

di masyarakat, pihak Puskesmas dankader desa selalu menjalin kerjasama dengan Anshor untukmensoliasikan program puskesmas yangsalah satunya JPKMB juga mendapingimasyarakat jika ada kesulitan dalammemanfaatkan program tersebut.

Kebijakan PengembanganKelembagaan dalam programJaminan Pelayanan KesehatanMasyarakat Banyuwangi (JPKMB)di Puskesmas KarangsariKabupaten Banyuwangi Tahun2012Kepemimpinan

Pada saat organisasi danlingkungannya mengalami gejolakserta ketidakpastian perananseseorang pemimpin sangatdibutuhkan. Seorang pemimpin yangmempunyai visi tentu mampu mengelolaorganisasi dan segala sumber dayayang mendukung. Oleh karena itu,”pemimpin yang efektif harusmempunyai agenda dalam mencapaitujuan organisasi. Menghadapitantangan dan kemungkinan yang akanterjadi dan mewujudkan keinginannyadengan visi baru sertamengkomunikasikannya dan mengajakorang lain bersatu untuk mencapaitujuan baru dengan menggunakansumber daya dan energi se-efisienmungkin (Nanus,1992:4)”.

Pengembangan kelembagaandipengaruhi oleh karakteristikkepemimpinan dalam melaksanakankebijakan program JPKMB, KepalaPuskesmas Karangsari dipimpin olehdr. Yos Hermawan sekaligus selakupenanggungjawab program JPKMB

memiliki gaya kepemimpinandemokratis dan adil dalampengambilan keputusan maupunmelaksanakan program-programPuskesmas Karangsari, gayakepemimpinan tersebut ditunjukkandalam kesehariannya memimpinbawahannya maupun dalam melayanimasyarakat yang membutuhkannya.Disamping tegas dan taat terhadapperaturan kepegawaian, dr. YosHermawan tidak pernah melupakanmenjalin komunikasi antar staf,pasien, dan instansi lainnya, beliauberpendapat bahwa :

Program Jaminan PelayananKesehatan Masyarakat Banyuwangi(JPKMB) akan berhasildirealisasikan dengan efektif danefisien dengan menjalin komunikasiinternal dan eksternaldilingkungan Puskesmas Karangsari,jika seorang dokter membatasi diridengan pasien maka tidak akan bisamelayani pasien secara optimalbahkan membuat pasien tambahmenderita, (Interview 22 Februari 2011).Dr. Yos Hermawan disamping sebagai

kepala Puskesmas juga mempunyaifungsi sebagai perencana program,mengatur dan melaksanakan program-program wajib maupun yang bersifatprogram pengembangan organisasi,tidak menjadi beban bagi dr. YosHermawan dalam menjalankan tugasnya,beliau menunjukkan ketauladanannyabagi 50 staf dan harus melayani33828 penduduk dilingkunganPuskesmas Karangsari.

Seorang pemimpin harus mampumenciptakan kewenangan antarabawahan dan atasan. Pegawai menilaidr. Yos dapat dijadikan teladankarena mempunyai kemampuan yang baikuntuk menjabarkan visi dan misidalam sasaran-sasaran yang jelasdalam praktek, mampu membangkitkan

rasa bangga dalam diri karyawan,konsisten dalam kata dan tindakan,dan berkemampuan menjaga standarpada etika dalam pergaulan. Aspekketeladanan yang ditunjukkan dr. Yossebagai pimpinan dalam melaksanakantugasnya dapat dijadikan model peranbagi pegawai sehingga pegawai secaratidak langsung mengadopsi perilakukerja sesuai dengan apa yang telahdicontohkan dan dipraktekkan olehdr. Yos sebagai pimpinan mereka.Bendahara Puskesmas Karangsarimemberikan penilaian terhadapkepemimpinan dr. Yos sepertiberikut:

Saya menilai bahwa dr. Yos orangyang tegas, maksud saya bukankaku. Justru orangnya lebih halusdan sabar, tapi disiplin danselalu terarah dalam setiaptindakan yang menyangkut program-program puskesmas. Jadi kamimenjadi lebih santai berkomunikasikarena beliau memang berusahamendekatkan diri. Pendapat tersebut menunjukkan

bahwa dr. Yos memiliki kapasitassebagai seorang pemimpin yang mampumenjadikan kinerja PuskesmasKarangsari lebih baik. Kompetensiyang dimiliki juga ditunjukkan denganberperilaku konsisten terhadappernyataan dan tindakannya, baik itudalam kapasitas seorang dokter maupunsebagai pemimpin dalam pelaksanaanprogram JPKMB. Namun sikap demikianbukan berarti kepemimpinan yang kaku,dr. Yos sangat terbuka terhadapinformasi dan saran yang berasal daribawahan demi kepentingan pelaksanaanprogram-progam kerja puskesmas.Dengan melibatkan semua anggota kedalam dan ke luar organisasi, dariatas ke bawah, dari bawah ke atassecara terbuka dan transparanbertujuan untuk menghilangkan batas

tugas, jabatan, dan status sertamembina tanggung jawab bersama,pemberdayaan, membentuk komitmen,tenggang rasa, dan transparansi. IbuMariyani sebagai Sekretaris PuskesmasKarangsari menjelaskan bahwakeputusan-keputusan mengenaioperasional puskesmas selaludidahului dengan rapat, minimaldiskusi dengan beberapa pegawai untukmemperoleh masukan. Penjelasan IbuMariyani tersebut diperkuat oleh dr.Yos dalam sebuah kesempatanmenjelaskan banhwa keputusan yangdiambil harus melibatkan bawahan, halini agar bawahan paham terhadapkeputusan yang diambil, hal inipenting karena keputusan tersebutnantinya dilaksanakan oleh mereka.Pegawai merasa memiliki tanggungjawab dan peran penting dalampelaksanaan setiap program.

Diskusi antara pimpinan danbawahan pada Puskesmas Karangsarimenunjukkan kepedulian pimpinanterhadap bawahan. Pegawai puskesmasKarangsari merasakan bahwa pimpinanmereka JPKMB peka terhadap kesulitanbawahan dalam melaksanakanpekerjaan. Permasalahan-permasalahanyang muncul dalam pelaksanaankegiatan JPKMB dapat dipecahkandengan diskusi bersama pimpinansehingga tidak berlarut-larut yangbisa mengganggu kelancaranpekerjaan. Melalui diskusi tersebutpegawai puskesmas memperolehpemahaman yang baik terhadap uraian-uraian pekerjaan dan mendapatpengalaman baru dalam penyelesaiantugas sehingga memberi kontribusipada efektivitas dan efisiensi dalampelaksanaan kerjanya.Doktrin

Doktrin merupakan bentuk khususdari suatu nilai, tujuan, dan metodeoperasional dari tindakan sosial.

Doktrin menunjukkan sejumlah tujuanproyeksi ke depan, hubungan ke dalamdan ke luar lingkungan organisasi,seperangkat ide, harapan dari tujuanorganisasi, dan bentuk tindakan yangakan diambil. Jadi pada prinsipnyadoktrin tidak berbeda dengan misi.Hal ini dikarenaklan pada hakekatnyadoktrin sama dengan misi yaitumerupakan pernyataan dari tujuanyang hendak dicapai dan cara-carauntuk mencapainya.

Tauladan dan motivasi dari dr. YosHermawan menjadi media provokatifuntuk meningkatkan kinerja danservice bagi staf PuskesmasKarangsari, beliau menuturkansedikitnya 3 (tiga) doktrin yangselalu disampaikan setiapkonsolidasi staf PuskesmasKarangsari yaitu:

1.Jadikan perjalanan ketempattugasmu seperti sajadah panjangtempat engkau bertemu denganTuhanmu, anggaplah setiappekerjaan laksana butiran tasbihyang engkau dzikirkan untukmemuji asma-nya.

2.Menjalankan pekerjaan sesuaietika Puskesmas Karangsari.

3.Menjalankan sesuai peraturankepegawaian yang telahditetapkan, (Interview,22 Februari2011).

Motivasi-motivasi yang disampaikandr. Yos melalui kata-kata yang penuhmakna mampu membangkitkan semangatbawahannya dalam melaksanakan setiaptugas berkaitan dengan pelaksanaanprogram JPKMB. Motivasi-motivasiyang senantiasa diberikan olehpimpinan bukan saja memberimotivasi, namun juga memberiinspirasi bagi seluruh pegawaiPuskesmas Karangsari yang terlibatdalam pelaksanaan program JPKMBuntuk lebih tulus mengabdi. Dengan

motivasi tersebut kesadaran pegawaipuskesmas bahwa mereka bertugasmelayani dan bukan untuk dilayani,dapat terwujud dalam pelaksanaanJPKMB di Puskesmas Karangsari. Maknaperanan demikian antara lain adalahdalam memberikan pelayanan kepadamasyarakat, para pegawai harusbersikap adil, dan tidakdiskriminan. Bapak Supriyadi sebagaiKoordinator Seksi PenangananPengaduan Masyarakat menjelaskan:

“Pasien, entah itu siapapun harusmendapat pelayanan sebaik mungkin,tidak melihat mereka kaya ataumiskin, itu sudah menjadi pedomanseluruh rumah-sakit, di PuskesmasKarangsari juga demikian. Kalaupunada pasien yang terpaksadidahulukan, mungkin karena alasankondisi penyakitnya yang sudahgawat sehingga memerlukanpenanganan pertama secepatnya”.Bapak Supriyadi menambahkan bahwa

sebisa mungkin melayani pasien tidakmembedakan adanya hubungan keluarga,status sosial, maupun suku dandaerah.

Upaya menghindari diskriminatifini selalu ditekankan dalam upayamemperbaiki kualitas layanan yangdiberikan oleh Puskesmas Karangsaridalam pelaksanaan JPKMB. Seluruhperangkat Puskesmas Karangsariberusaha memperhatikan hak-hakpasien yang datang denganmemperhatikan ketentuan formalsehingga mampu menekan kemungkinanpasien terutama warga miskin yangmerasa tidak dipedulikan. Berkaitandengan hal ini seorang perawatmengatakan:

Ada kalanya pasien merasa tidakdipedulikan atau merasa lambatditangani waktu mengurus sesuatudi puskesmas ini. Ada saatnyamemang mungkin seorang pegawai

puskesmas (dokter/bidan) tidakdapat dengan segera memberikanpelayanan kepada masyarakat yangmemerlukan pada saat itu, namunkarena alasan tertentu yang dapatdipertanggungjawabkan. Misalnyaadanya tugas yang mendesak untukdiselesaikan, rapat dinas ataupunalasan lainnya yang sangatmendesak, yang tidak mungkin untukditinggalkan.Dalam keadaan demikian, pegawai

Puskesmas Karangsari berusahamemberikan penjelasan kepadamasyarakat penerima layanan,sehingga alasan itu dapat diterimaoleh masyarakat yang memerlukanpelayanan. Dengan cara demikian makakesan bahwa seorang pegawaipuskesmas bersikap tidak peduli ataubersikap tidak acuh dapatdihilangkan.

Pegawai puskesmas sebagai tenagaprofesional di bidang kesehatandituntut untuk memiliki kedisiplinandan komitmen terhadap pekerjaan.Mematuhi disiplin organisasimerupakan salah satu persyaratanmutlak ditaati oleh semua pegawaiPuskesmas dalam pelaksanaan JPKMB.Kepatuhan pada disiplin organisasimenyangkut berbagai segi sepertiketaatan terhadap peraturan tertulismaupun tidak, kehadiran tepat waktudi tempat tugas, kepatuhan kepadaatasan, bekerja berdasarkan budayaorganisasi serta menjunjung tinggietos kerja. Disiplin kerjaditerapkan di lingkungan pegawaiPuskesmas Karangsari sebagai upayauntuk menyelesaikan pekerjaan denganbaik sehingga mampu meningkatkankualitas pelayanan PuskesmasKarangsari.

Kedisiplinan adalah kesadaran dankesediaan seseorang menaati semuaperaturan dan norma-norma yang

berlaku. Berdasarkan hasil wawancaradengan salah satu pegawai puskesmasbahwa sanksi mempengaruhikedisiplinan mereka. Sanksi tersebuttidak terlalu memberatkan namunsecara moral dan etika memiliki efekyang besar sehingga kami lebih hati-hati dalam menyelesaikan pekerjaandan pelanggaran yang terjadi menjadiminim. Kedisiplinan ini bukan hanyabertujuan untuk memberikan kepuasankepada masyarakat saja, lebih dariitu membentuk sikap dan perilakumasing-masing pegawai PuskesmasKarangsari bekerja secara kooperatifdengan para pegawai yang lain.

Selanjutnya komitmen berkaitandengan perilaku dalam melaksanakantugas sebagai perwujudan daripengabdian pegawai PuskesmasKarangsari. Pegawai merasa bahwadengan bekerja di PuskesmasKarangsari merupakan suatukebanggaan, seperti dikemukakansalah seorang bidan;

Puskesmas ini merupakan organisasiyang hebat sebagai tempat kerja,mempunyai visi dan misi, rencanadan hasil kerja yang baik. Sayabangga karena pekerjaan saya bisabermanfaat bagi sesama.Komitmen pegawai Puskesmas

Karangsari menunjukkan bahwa pegawaimendukung visi Puskesmas Karangsaridan program JPKMB untuk mendekatkandiri dan memberikan pelayanan kepadamasyarakat Banyuwangi. Gambaran daribeberapa hasil wawancara memberikanpenjelasan bahwa pegawai menunjukkanupaya yang sungguh-sungguh untukmeningkatkan kualitas pelayanankesehatan pada Puskesmas Karangsari.Program

Program adalah terjemahan daridoktrin ke dalam pola-pola tindakanyang nyata dan alokasi dari energi-energi dan sumber-sumber daya

lainnya di dalam lembaga itu sendiridan yang berhubungan denganlingkungan ekstern. Dengan adanyasuatu program dalam lembaga akanmemperjelas suatu doktrin yang akandiberikan kepada pegawai dalampelaksanaanya sebagai suatutindakan. Pelaksanaan program sangattergantung dari penyusunan program,tuntunan lingkungan organisasi,kesempatan, dan prioritasorganisasi.

Puskesmas Karangsari merupakanujung tombak dalam menjalankanprogram-program Dinas KesehatanKabupaten Banyuwangi, berdasarkankebijakan Pemerintah Banyuwangi.Hasil interview dengan kepalaPuskesmas Karangsari dihasilkansebagai berikut :

Setidaknya Puskesmas Karangsarimenjalankan 2 jenis program yaitupertama, program yang ditetapkanmelalui surat keputusan BupatiBanyuwangi seperti keputusan Nomor188/567/KEP/429.011/2009 tentangPedoman pelaksanaan JPKMB, programCemas (hidup bersih dan sehat),program Jamkesmas, ProgramJamkesda dan kedua, program inovasiPuskesmas Karangsari yaituVisitasi dengan sasaranpelaksanaanya didusun-dusunpedalaman, pengobatan ditempatvisitasi dan memberikan pelayanankesehatan masyarakat. (Interview, 22Februari 2011).Sebagai upaya untuk mencapai

tujuan dalam pelaksanaan JPKMB,Puskesmas Karangsari mencanangkanprogram-program strategis untukmeningkatkan kesehatan masyarakat diwilayahnya. HARGAPAS (Harapan KeluargaPeduli Anak Sadar Diri) dan Ikut Posyandumerupakan slogan yang selaludisyi’arkan kepada masyarakat agarmenjadi magnet dan penyadaran

pentingnya hidup sehat dilingkunganPuskesmas Karangsari. Ibu Agustinsebagai Koordinator Posyandumenambahkan bahwa progam HARGAPASsangat penting untuk ditanamkan padamasyarakat terutama warga miskin danwarga berpendidikan rendah.

Menanamkan kesadaran hidup sehatbagi warga berpendidikan rendahdan warga miskin sangat susah,oleh sebab itu perlu strategikhusus. Program Hargapas inimerupakan upaya yang dilakukanuntuk meningkatkan pola hidupsehat terutama bagi anak-anak. Pelaksanaan Program Hargapas

diwujudkan Puskesmas Karangsarimelalui penyuluhan pada kegiatan-kegiatan Posyandu dan bakti sosial.Posyandu menjadi sarana efektifkarena kegiatan berlangsung rutin.Upaya untuk menambah jumlah Posyandudi wilayah Karangsari setiaptahunnya menunjukkan keseriusanPuskesmas Karangsari menanamkankesadaran hidup sehat masyarakat.

Visitasi di dusun-dusun pedalamanmerupakan salah satu program nyatainovasi dari Puskesmas Karangsaridalam memberikan layanan kesehatan.Program ini memberikan kesempatankepada warga yang jauh darifasilitas kesehatan untuk dapatmenikmati layanan yang diberikanPuskesmas Karangsari. Pelayanandiberikan langsung di tempatvisitasi berupa pemeriksaan danpengobatan. Dengan program ini,warga dusun pedalaman terutamamasyarakat miskin yang kesulitantransportasi memperoleh kemudahanuntuk berobat.Sumber Daya

Sumber daya adalah masukan-masukankeuangan, fisik, manusia, teknologi,dan penerangan dari lembaga tersebut(Jesman, tanpa tahun:25)”. Dalam

arti tertentu, sumber dayamenggambarkan kekayaan-kekayaanlembaga yang ada sertapenyebarannya. Jenis-jenis masalahyang dapat timbul dalam hal inidicontohkan dengan pertimbanganfactor penggunaan dari tiap sumberdaya, pertimbangan dari hidupberguna tiap sumber daya, yangdipertimbangkan untuk daur-daurpenggantian atau tambahan.

Hubbard dkk (1996:151) berpendapatbahwa “sumber daya terdiri atas: (1)keuangan, sumber daya keuangan yangmendukung program organisasi; (2)fisik, terdiri dari kantor,kendaraan, dan sumber daya lain yangdapat dilihat; (3) teknologi,termasuk sistem manajemen informasi,otomatisasi perkantoran, danpekerjaan yang berhubungan denganpengetahuan khusus; (4) produk,semua lingkup hasil produksi; (5)kredibilitas terhadap pelanggan danstakeholders termasuk klien, perantara,konsumen, staff, pemerintah,masyarakat, dan pemegang saham.

Fasilitas fisik merupakan faktorpenting dalam implementasi kebijakanJPKMB di Puskesmas Karangsari. SDMyang handal tanpa ada fasilitaspendukung seperti dana, sarana danprasarana yang mencukupi makaimplementasi kebijakan tersebuttidak akan berhasil. Mengenaifasilitas di Puskesmas Karangsariuntuk mendukung keberhasilan programJPKMB antara lain meliputi:a. Ruang poli : 2 i.Ruang pertemuan :1

b. Ruang kamar dokter :1j. Kamar mandi :2

c. Ruang KIA/KB :1 k.Kamar petugas :1

d. Ruang Apotik :1l. Tempat tidur :4

e. Ruang periksa :1m. Ruang Persalinan :1

f. Ruang kartu :1 n.Ruang Gizi :1

g. Ruang Imunisasi :1 o.Ruang konseling :1

h. Ruang administrasi :1p. Ruang tunggu :1

Fasilitas di Puskesmas Karangsarimemenuhi standar untuk melayanikebutuhan kesehatan dasar bagimasyarakat. Fasilitas yang mendukungjalannya pelayanan program JPKMB diluar gedung yaitu. rawat jalandengan tersedianya balaikesehatanserta posyandu yangtersedia sebanyak 16 dan tersebar didusun/lingkungan yang ada di ketigadesa sebagai pelayanan kesehatanterhadap ibu dan anak untukmengurangi angka kematian ibu danbayi, serta pelayanan KB (KeluargaBerencana) yang diberikan secaragratis.

Sumber daya tidak terbatas padabenda atau barang yang dimilikiorganisasi, namun dapat merupakanaktivitas dan skill, yang kelihatanmaupun yang tidak kelihatan yangtersedia di dalam dan di luarorganisasi. Sumber daya memberikandan menciptakan peluang, tantangan,kelemahan, dan kekuatan organisasi.Sumber daya manusia (SDM) yangprofesional adalah penopang utamakesuksesan pelaksanaan programJaminan pelayanan kesehatanmasyarakat Banyuwangi (JPKMB).

Puskesmas Karangsari mempunyai50 staf berbagai keahlian dan sesuaikriteria yang telah ditentukan olehBadan Kepegawaian Daerah (BKD)Banyuwangi, status kepegawaian dari50 staf Puskesmas Karangsari terdiridari Pegawai negeri Sipil (PNS),Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan

Sukuwan. Berdasarkan hasil interviewdengan staf Kepegawaian PuskesmasKarangsari diperoleh sebagai berikut:

Kompetensi pegawai PuskesmasKarangsari ditentukan olehperaturan kepegawaian yang telahditentukan oleh BKD Banyuwangi,dan setiap pegawai akandiikutsertakan dalam pelatihan-pelatihan sesuai kompetensinyaguna meningkatkan skill danpelayanan terhadap masyarakat,(Interview, 22 Februari 2011).Fasilitas sumber daya manusia

(SDM) yang ada di PuskesmasKarangsari terdiri dari:a. Dokter : 1 f. D3 Kesling

: 1b. Dokter gigi : 1 g.Tenaga

administrasi : 9c. Bidan : 8 h. Sopir

: 1d. Bidan Desa : 5 i. Penjaga

: 1e. Perawat : 6 j. Tenaga

kesehatan lain : 4Kemampuan sumber daya manusia

dengan pendidikan sesuai kompetensimenjadi salah satu faktor pentingkeberhasilan program JPKMB diPuskesmas Karangsari. Sebanyakdelapan bidan di puskesmas dan limabidan desa mampu menangani ibu danbayi di wilayah Puskesmas Karangsariserta mengaktifkan kegiatan-kegiatanPosyandu.Struktur Organisasi Internal

Untuk menjaga profesionalismepetugas dalam pelaksanaan JPKMB diPuskesmas Karangsari, KepalaPuskesmas Karangsari melaksanakanpembagian tugas dan wewenang secarajelas seperti terlampir dalam POAPuskesmas Karangsari. Pembagiantugas secara jelas baik untukpetugas Puskesmas maupun kader-kader

bertujuan untuk menghindari adanyaperan ganda. Hal ini bertujuan agarsetiap pelaksanaan kegiatan yangberkaitan dengan JPKMB dapatterlaksana lebih efektif. MenurutKepala Puskesmas Karangsari tentangpembagian tugas dikemukakan berikut:

Dengan pembagian tugas dantanggung jawab yang jelas makapelaksanaan kegiatan akan menjadilebih fokus pada tugas dantanggung jawab masing-masingkader. Meskipun demikiankoordinasi antar kader dan petugasdari Puskesmas harus tetapintensif agar tidak terkesanberjalan sendiri-sendiri.Pembagian tugas yang jelas

tersebut menunjukkan profesionalismekerja para petugas. Hal inimerupakan salah satu faktor yangmendukung kelancaran pelaksanaanpelayanan kesehatan pada masyarakatdalam Program JPKMB di PuskesmasKarangsari. Menurut kepala PuskesmasKarangsari dengan bekerja secaraprofesional maka kualitas pelayanandi Puskesmas Karangsari juga akanmeningkat sehingga masyarakat maudatang ke Puskesmas.

Pembagian dari peranan-peranan didalam Puskesmas Karangsariberdasarkan struktur organisasitersebut, pola-pola wewenang interndan sistem-sistem komunikasi yangterbangun dari hubungan antarpegawai mempengaruhi kemampuan untukmelaksanakan kegiatan-kegiatan yangsudah diprogram dalam pelaksanaanJPKMB. Perhatian sebuah organisasiterhadap bentuk struktur organisasidapat membantu organisasi untukmeningkatkan efisien organisasi danmembantu organisasi mengembangkanstrategi implementasi.

Struktur organisasi yang jelasmenjadikan pegawai Puskesmas

Karangsari memahami kondisi danpermasalahan berkaitan dengantugasnya sehingga menghasilkanmetode kerja dan pendekatan dalamimplementasi kebijakan JPKMB diPuskesmas Karangsari.

Kendala dan Faktor-Faktor yangmempengaruhi kebijakan PengembanganKelembagaan dalam program JaminanPelayanan Kesehatan MasyarakatBanyuwangi (JPKMB) di PuskesmasKarangsari Kabupaten BanyuwangiTahun 2012Hambatan Persiapan dan Infrastruktur1. Anggaran yang kurang memadai baik

sumber, besaran, kelembagaan danperuntukannya.Alokasi anggaran kesehatanpemerintah untuk orang miskinperlu disesuaikan dengankebutuhan masyarakat miskin danditekankan pada upaya promotifdan preventif. Harus ada political willdari pemerintahan, legislative,swasta, dan masyarakat untukmenindaklanjuti pelayanankesehatan. Pelayanan gratis tidakakan secara otomatis meningkatkancakupan, karena masih ada biayadiluar biaya pelayanan kesehatanyang harus ditanggung masyarakatmiskin.Beberapa warga mengeluhkan bahwamereka tetap mengeluarkan biaya,padahal mereka beranggapan bahwadengan memiliki kartu JPKMBmereka dapat berobat secaragratis. Bagi masyarakat miskin,terlebih mereka yang lanjut usiadan tidak memiliki pekerjaanmengharapkan pengobatan yangbenar-benar gratis atau murah.Fasilitas pelayanan kesehatandasar yang diberikan belum sesuaidengan harapan warga yang benar-benar miskin karena seringkali

biaya yang tidak ditanggung olehJPKMB lebih besar, padahal merekasama sekali tidak memilikipenghasilan.Keterlambatan dan keterbatasanpersediaan obat juga menjadisalah satu kendala yangmenyebabkan biaya pengobatanmasih dirasakan mahal. Seringkalipasien miskin yang membutuhkanobat tidak tersedia, akhirnyamereka membeli obat lain yangtidak ditanggung PJKMB sehinggalebih mahal.

2. Akses penduduk daerah pedalamanterhadap pelayanan kesehatanmasih terkendala transportasi.Saat ini pemerintah memberikanjaminan pelayanan kesehatan bagipenduduk miskin. Namun,masyarakat terutama di daerahpedalaman dan daerah terpencil,seperti di Desa Temuasri sulitmengakses pelayanan kesehatankarena hambatan transportasi daninformasi. Akibatnya, dana yangdisediakan untuk membiayaipelayanan kesehatan pendudukmiskin tidak digunakan secaramaksimal.Wilayah Puskesmas Karangsari yangmeliputi tiga desa secarageografis sulit dijangkau olehmasyarakat miskin di pemukimanyang jauh. Masyarakat miskin diDesa Temuasri misalnya, sebagianbesar wilayahnya perbukitandengan kondisi jalan yang burukdan jarak yang jauh daripuskesmas menyebabkan waga merasaenggan untuk datang ke PuskesmasFasilitas transportasi jugamenjadi kendala yang dihadapimasyarakat untuk datang kePuskesmas Karangsari. Tidaktersedianya transportasi umum disebagian besar wilayah

menyebabkan perjalanan menjadilama/mahal. Pak Husni seorangwarga Temuasri mengatakan:Berobat ke puskesmas terlalu jauhmas, kalo sakit mau berobat kepuskesmas bingung karena harusmenunggu tetangga atau familiyang bisa mengantar. Itupun jugatetap ngasih uang untuk belirokok. kendaraan umum belum ada,becak juga tidak ada, mungkinkalau ada juga gak mau dikasihongkos murah.Akses puskesmas yang sulitdijangkau oleh warga di daerahpedalaman menyebabkan programJPKMB belum sepenuhnya dapatdirasakan oleh sebagian wargaterutama di Desa Temuguruh. Balaipengobatan yang menjadi solusitidak buka setiap hari sehinggapada saat ada orang sakit danbalai pengobatan tidak bukamereka akan kesulitan.

3. Pada tahap sosialisasi di DesaTemuguruh kader desa dan posyandutidak turun langsung kemasyarakat untuk sosialisasi. Halini menjadikan sosialisasiberjalan lambat sehinggapengetahuan masyarakat terhadapProgram JPKMB juga rendah.Rendahnya sikap masyarakat DesaTemuguruh terhadap pelaksanaanprogram diduga disebabkan olehkurangnya kesaadaran masyarakatmiskin atas pentingnya kesehatanyang membuat masyarakat padaawalnya kurang berinisiatif untukmemperoleh kartu JPKMB.Masyarakat melakukan pengurusanuntuk memperoleh kartu JPKMB padasaat kondisi mendesak, terutamaapabila sudah terlanjur sakitatau mengalami kesulitanpembiayaan.

Faktor lainnya adalah danapetugas pelaksana lapangan yangminim sehingga motivasinyakurang. Hal ini menyebabkanpelaksanaan sosialisasi dibeberapa wilayah Desa Temuasrisangat minim.

Hambatan dalam Pelaksanaan 1 Dalam pelaksanaannya

profesionalitas dari sebagianpetugas Puskesmas Karangsari yangbelum maksimal dirasakan sebagianmasyarakat. Sebagian masyarakatpeserta JPKMB mengeluhkanpelayanan yang kurang ramah daripetugas dan perbedaan denganpasien lain. Di samping itumasyarakat peserta JPKMB jugamerasa proses pelayanan yang lamadibandingkan dengan pengguna jasapelayanan kesehatan lainnyahingga hal ini cenderungmenyulitkan mereka. Hal inisering membuat peserta JPKMBmalas datang ke Puskesmas danmemilih berobat ke Mantri atau keorang pintar.Kurang puasnya masyarakat pesertaJPKMB terhadap sebagian pegawaiPuskesmas Karangsari menunjukkanbahwa masih ada pegawai puskesmasyang kurang profesional danmemiliki komitmen yang rendah.Mereka kurang menyadari sebagaipelayan masyarakat seharusnyabisa bersikap adil terhadap siapasaja yang membutuhkan pelayanan.

2. Dalam pelaksanaan program JPKMBini juga terjadi ketimpanganantara kebijakan denganpelaksanaannya yakni alokasi danapengganti terkadang terlambatdiberikan kepada PuskesmasKarangsari sehingga menghambatpelayanan yang diberikan kepadapeserta JPKMB.

3. Verifikasi yang kurang optimalkarena deadline pembayaran yangterkadang harus cepat tanpadidukung kualitas dan kuantitasteknologi dan tenaga yangmemadai.

4. Pengetahuan tentang manajemenpelayanan lanjut usia dari kaderPosyandu masih kurang sehinggapelaksanaannya kurang dapatberkembang. Dalam pelaksanaannyaPosyandu Lansia masih tergantungdari tenaga Puskesmas, kaderPosyandu masih bersifat membantu.Ibu Muslimah seorang kaderPosyandu menuturkan:Terus terang saya kurang mengertibagaimana pelayanan lanjut usia. Waktuditunjuk sebagai kader untuk pelayananlanjut usia saya juga masih belum siap. Tapisebagai kader saya tetap bersediiamelaksanakan tugas tersebut karena temanyang lain juga tidak ada yang mengertitentang pelayanan lansia.Menurut wawancara dari berbagaikader Posyandu diperolehinformasi mengenai kurangnyapengetahuan dalam kegiatanPosyandu lanjut usia diantaranyaadalah kader Posyandu belumpernah mendapatkan penyuluhanmaupun pelatihan pelayanan lanjutusia. Mereka hanya pernahmemperoleh pengetahuan mengenaipenanganan balita dan ibu hamil.Informasi yang didapatkan olehkader Posyandu tentang kegiatan-kegiatan lanjut usia juga sangatminim sehingga kegiatan pelayananPosyandu lanjut usia jugaterbatas.

Banyaknya Masyarakat Karangsarimemanfaatkan program JaminanPelayanan Kesehatan MasyarakatBanyuwangi (JPKMB) di PuskesmasKarangsari Kelurahan KarangsariKabupaten Banyuwangi Tahun 2012

Pasca ditetapkannya suratkeputusan Bupati Banyuwangi Nomor188/566/KEP/429.011/2009 tentangJPKMB, respon masyarakat KarangsariKecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangimenyambut baik kebijakan tersebut.Berdasarkan data tahun 2011 tercatat11.891 jiwa yang memanfaatkanProgram JPKMB dan tahun 2012sedikitnya 11.223 jiwa yangmemanfaatkan program pelayanankesehatan tersebut atau terjadipenurunan sebesar 5,62%.

Penurunan jumlah pengguna JPKMBbukan berarti menurunnya tanggapanmasyarakat terhadap pelaksanaanprogram JPKMB. Menurut KoordinatorSeksi Pelayanan Kesehatan Dasar,Agus Bintoro mengenai penurunanpengguna JPKMB di PuskesmasKarangsari dijelaskan berikut:

“Penurunan jumlah pengguna karenapemutakhiran data yang dilakukanoleh Puskesmas bekerja sama dengandesa. Pada tahun lalu (2011) datayang digunakan masih menggunakandata BPS, tahun ini Puskesmassudah memiliki data keluargamiskin yang dilakukan oleh Desa.Jumlahnya memang berkurang, tapiminat masyarakat untuk menggunakanlayanan puskesmas semakin tinggi”.(Wawancara, 20 Desember 2012)Semakin tingginya minat pengguna

JPKMB untuk menggunakan layanankesehatan Puskesmas Karangsarimenunjukkan bahwa Puskesmas besertajaringannya mampu mendekatkan diridengan masyarakat. Lebih lanjut Agusmenambahkan:

“Semakin lama masyarakat menjadipaham tentang arti pentingnyakesehatan. Menjaga kesehatan sudahbukan lagi mengobati penyakitsaja, tetapi juga usaha untukmencegah kemungkinan datangnyapenyakit. Salah satu yang bisa

dilihat adalah semakin banyakwarga yang memanfaatkan pelayananpemeriksaan gigi dan pemeriksaankandungan ibu hamil. Merekamemeriksakan diri meskipun tidakmerasa timbul gejala penyakit”.(Wawancara, 20 Desember 2012)Masyarakat terutama warga miskin

secara perlahan mulai sadar hidupsehat dan tidak lagi canggung untukdatang ke Puskesmas Karangsari.Penyuluhan mengenai layanan-layananyang ada di Puskesmas mendapattanggapan positif dari warga miskin.

Pelaksanaan program selama tahun2011 dan 2012 yang menitikberatkanpada pelaksanaan kegiatan pelayanandasar dan persalinan memilikibeberapa indikator yang dapatdijadikan sebagai ukurankeberhasilan pelaksanaan programJPKMB. Capaian pelayanan programJPKMB dapat dilihat dari beberapaindikator yaitu persalinan olehtenaga kesehatan, kunjungan ibuhamil, dan kunjungan bayi.

Pencapaian indikator tersebutmenurut salah satu bidan karenasemakin baiknya layanan yangdiberikan puskesmas. Persalinandengan tenaga kesehatan setiap tahunsemakin membaik karena dipengaruhijumlah tenaga kesehatan sertafasilitas ruang persalinan yangbertambah, sehingga masyarakat lebihantusias untuk melakukan persalinandi puskemas. Pelayanan terhadap ibudan anak selain dilakukan dipuskesmas juga dilakukan diposyandu. Jumlah posyandu setiaptahun selalu bertambah sehinggauntuk pelayanan wilayah yang jauh didari puskesmas lebih mudah diaksesmasyarakat di posyandu terdekat.

Diskusi dan Interpretasi

Modal sosial di ketiga desawilayah Puskesmas Karangsari adalahrukun, agamis, sopan santun.Hubungan antar anggota masyarakatlebih banyak dilakukan secarainformal. Desa Temuguruh yangmayoritas petani dan hanya sedikitsaja yang bekerja sebagai pedagangcenderung tertutup dengan masyarakatluar dan bertahan pada nilai-nilaibudaya. Keberadaan modal sosial inimenyebabkan lambatnya masyarakatmenerima kebijakan program JPKMB.Hal ini dapat dilihat dari seringnyamereka berobat ke dukun, rendahnyaminat untuk memeriksakan kesehatan,dan minimnya interaksi denganfasilitas kesehatan modem, yangkemudian semua ini mempengaruhiperilaku mereka dalam menjagakesehatan sebari-hari. Banyak wargayang baru mengurus kartu JPKMBketika mereka sudah sakit parah dankesulitan biaya. Kebijakan programJPKMB bisa dengan memanfaatkankepemimpinan lokal di masyarakatyang demikian. Kondisi masyarakatyang demikian lebih mudah menerimasesuatu yang disampaikan oleh pemukaagama atau orang yang dituakan.Sosialisasi program JPKMB danpeningkatan kesadaran masyarakattentang arti pentingnya kesehatandapat dijembatani oleh peranpemimpin agama dan tokoh adat.

Desa Karangsari dan Desa Temuguruhinteraksi dengan pihak luar lebihkuat, pekerjaan sebagai pedagangmenjadikan interaksi dengan pihakluar lebih sering terjadi. Petani dikedua desa ini juga sudah mengenalpemanfaatan teknologi dalammenggarap sawah. Masyarakat di keduadesa ini lebih terbuka dan memilikitingkat partisipasi yang lebih baikdalam organisasi masyarakat.Keterlibatan dalam kegiatan

Posyandu, PKK dan Karang Tarunamerupakan wujud kerjasama yangterkoordinasi sehingga merupakanmodal sosial yang bisa mendukungpenerimaan Program JPKMB. Prosessosialisasi mengenai pentingnyakesehatan dan fasilitas-fasilitasPuskesmas bisa melalui kader desadan kegiatan organisasikemasyarakatan seperti PKK, KarangTaruna atau Fatayat. Upaya untukmengembangkan dan memberdayakanlembaga sosial dan mendorongpartisipasi masyarakat dalamkegiatan lembaga di masyarakat(forum-forum warga) perlu dilakukansehingga dengan meningkatnya fungsidan peran lembaga masyarakat makakebijakan-kebijakan pemerintah lebihmudah untuk sampai kepadamasyarakat.

Terhadap berbagai kendala yangmuncul disebabkan kurangnyakoordinasi antar jaringan lembaga-lembaga yang terlibat dalam programJPKMB di Puskesmas Karangsari. Padatahap pendataan calon pesertakurangnya koordinasi ini menyebabkanbanyak terjadi salah sasaran akibatkoordinasi dan kontrol dari BPStidak berjalan sesuai fungsinya.Perangkat pemerintahan desamempunyai kedekatan emosionalterhadap warga tertentu, sehinggadalam melihat kriteria miskinseringkali tidak lagi menggunakankriteria sesuai yang ditetapkan BPS.Kewenangan pemerintah desa sangatbesar dalam memutuskan seseorangmasuk kategori miskin atau tidak,karena pendataan sudah dilimpahkankepada desa. Seharusnya BPS bekerjasama dan berkoordinasi dengan desasehingga wewenang utama tetap beradapada BPS.

Keterlambatan klaim dana penggantiyang seringkali terjadi pada tahun

2011 juga memperlihatkan kurangnyakoordinasi antara PuskesmasKarangsari dengan tim verifikasisehingga menjadi penyebabterhambatnya program visitasi danprogram-program lain di luar gedung.Keterlambatan ini juga disebabkansistem administrasi yang kurangbaik, sehingga rekapitulasi jumlahpasien dan biaya yang harus diajukanseringkali tidak sesuai. Oleh sebabitu perlu dukungan terhadapadministrasi dengan perangkatteknologi dan SDM yang lebih baikbagi lembaga-lembaga terkait danpegawai yang terlibat dalam PJKMB.

Fasilitas yang disediakan olehpemerintah di Puskesmas Karangsaridalam menunjang program JPKMB sudahmemadai, meskipun demikian mengingatcakupan geografis PuskesmasKarangsari yang luas, maka fasilitaskesehatan di luar gedung perludiprioritaskan. Balai pengobatan danpuskesmas keliling harusditingkatkan fungsi dan fasilitaspendukungnya. Hal ini berkaitandengan visi mendekatkan Puskesmaskepada seluruh lapisan masyarakatsehingga mampu memberikan kemudahandan akses pelayanan kesehatan kepadapeserta di seluruh wilayah PuskesmasKarangsari.

Pelayanan dari aspek kepegawaianmasih dirasakan sebagian masyarakat,terutama warga miskin mengenai masihadanya sikap kaku petugas kesehatanterhadap masyarakat peserta JPKMB.Perlu ada pemahaman yang lebih baikterhadap standar pelayanan bagisemua pegawai Puskesmas Karangsaridalam melayani masyarakat,mengutamakan kepentingan masyarakatdan menghargai masyarakat. Haltersebut akan menunjukkan bahwamasyarakat tetap menjadi pusat atastindakan pelayanan yang diberikan

Puskesmas Karangsari. PeningkatanKualitas pelayanan PembinaanSumberdaya Manusia untuk mendukungprogram JPKMB. Perlu peningkatanpendidikan penyuluh baik melaluipendidikan formal, kursus singkat,studi banding mengenai kualitaspelayanan. Dinas Kesehatan sebagaipengelola program Jamkesmas perlumelakukan pengawasan jalannnyaprogram JPKMB yang dilakukan olehpara unit layanan kesehatan, danmemberi pemahaman bahwa seharusnyamereka melayani masyarakat,mengutamakan kepentingan masyarakatdan menghargai masyarakat. Rasakurang puas masyarakat yang masihdijumpai menunjukkan perlunyapengawasan oleh lembaga di ataspuskesmas. Sebagai lembagapelaksana, Puskesmas dan jaringannyamemerlukan pengawasan agar programberjalan sesuai dengan peraturan danmencapai sasaran yang ditetapkan.

Kesimpulan dan Saran

KesimpulanModal sosial masyarakat di wilayah

Puskesmas Karangsari memiliki peranpenting terhadap keberhasilanprogram JPKMB di PuskesmasKarangsari. Masyarakat di DesaKarangasri, Temuasri, dan Temuguruhmemiliki sikap toleransi antaragama, hal ini menunjukkan kerukunandan kebersamaan yang erat di tigadesa penelitian. Umat muslim sebagaikelompok mayoritas, sangat nampaknilai-nilai religiusnya dalamkeseharian. Kelompok-kelompokpengajian banyak terbentuk di tiap-tiap dusun. Nilai-nilai tradisi yangdiwarisi turun-temurun juga masih

terlihat jelas dan dijunjung tinggi.Norma lokal yang juga berkembang diketiga desa ini adalah tingginyarasa saling percaya yang terbentuksecara alami. Budaya ini mendorongmasyarakat untuk selalu mencegahkonflik yang terjadi agar tidakmenjadi berkepanjangan, sertamendorong masyarakat untuk selaluberperilaku tidak menyimpang denganmasyarakat lain. Kekuatan modalsocial tersebut merupakan kuncikeberhasilan pelaksanaan programJPKMB di wilayah PuskesmasKarangsari.

Pengembangan kelembagaan padaProgram JPKMB di PuskesmasKarangsari dapat dilihat dari limaaspek yaitu kepemimpinan, doktrin,program, sumber daya, dan strukturorganisasi internal. KepalaPuskesmas Karangsari memiliki gayakepemimpinan demokratis dan adildalam pengambilan keputusan maupunmelaksanakan program-programPuskesmas Karangsari. Disampingtegas dan taat terhadap peraturankepegawaian, pimpinan tidak pernahmelupakan menjalin komunikasi antarstaf, pasien, dan instansi lainnya.

Doktrin yang selalu disampaikansetiap konsolidasi staf PuskesmasKarangsari yaitu: 1) Jadikanperjalanan ketempat tugasmu sepertisajadah panjang tempat engkaubertemu dengan Tuhanmu, anggaplahsetiap pekerjaan laksana butirantasbih yang engkau dzikirkan untukmemuji asma-nya, 2) Menjalankanpekerjaan sesuai etika PuskesmasKarangsari, dan 3) Menjalankansesuai peraturan kepegawaian yangtelah ditetapkan.

Sebagai upaya untuk mencapaitujuan dalam pelaksanaan JPKMB,Puskesmas Karangsari mencanangkanprogram-program strategis untuk

meningkatkan kesehatan masyarakat diwilayahnya. HARGAPAS (Harapan KeluargaPeduli Anak Sadar Diri) dan Ikut Posyandumerupakan slogan yang selaludisyi’arkan kepada masyarakat agarmenjadi magnet dan penyadaranpentingnya hidup sehat di lingkunganPuskesmas Karangsari.

Fasilitas yang mendukung jalannyapelayanan program JPKMB di luargedung yaitu rawat jalan dengantersedianya balai kesehatansertaposyandu yang tersedia sebanyak 16dan tersebar di dusun/lingkunganyang ada di ketiga desa sebagaipelayanan kesehatan terhadap ibu dananak untuk mengurangi angka kematianibu dan bayi, serta pelayanan KB(Keluarga Berencana) yang diberikansecara gratis. Puskesmas Karangsarimempunyai 50 staf berbagai keahliandan sesuai kriteria yang telahditentukan oleh Badan KepegawaianDaerah (BKD) Banyuwangi, statuskepegawaian dari 50 staf PuskesmasKarangsari terdiri dari Pegawainegeri Sipil (PNS), Pegawai TidakTetap (PTT) dan Sukuwan.

Untuk menjaga profesionalismepetugas dalam pelaksanaan JPKMB diPuskesmas Karangsari, KepalaPuskesmas Karangsari melaksanakanpembagian tugas dan wewenang secarajelas seperti terlampir dalam POAPuskesmas Karangsari. Pembagiantugas secara jelas baik untukpetugas Puskesmas maupun kader-kaderbertujuan untuk menghindari adanyaperan ganda. Hal ini bertujuan agarsetiap pelaksanaan kegiatan yangberkaitan dengan JPKMB dapatterlaksana lebih efektif. Strukturorganisasi yang jelas menjadikanpegawai Puskesmas Karangsarimemahami kondisi dan permasalahanberkaitan dengan tugasnya sehinggamenghasilkan metode kerja dan

pendekatan dalam implementasikebijakan JPKMB di PuskesmasKarangsari.

Jaminan Pelayanan KesehatanMasyarakat Banyuwangi sebagai sistemuntuk publik masih mempunyaikelemahan dan beberapa hambatandalam pelaksanaannya. Program JPKMBini masih memerlukan beberapaperbaikan dan ada upaya nyata dalampeningkatan kinerjanya sehinggatujuan dari diberlakukannya sistemini dapat dicapai. Hambatan padatahapan persiapan dan infrastrukturyaitu anggaran yang kurang memadaibaik sumber, besaran, kelembagaandan peruntukannya. Pelayanan gratistidak akan secara otomatismeningkatkan cakupan, karena masihada biaya diluar biaya pelayanankesehatan yang harus ditanggungmasyarakat miskin. Kedua, aksespenduduk daerah pedalaman terhadappelayanan kesehatan masih terkendalatransportasi sehingga sulitmengakses pelayanan kesehatan.Akibatnya, dana yang disediakanuntuk membiayai pelayanan kesehatanpenduduk miskin tidak digunakansecara maksimal. Ketiga, di DesaTemuguruh kader desa dan posyandutidak turun langsung ke masyarakatuntuk sosialisasi. Hal inimenjadikan sosialisasi berjalanlambat sehingga pengetahuanmasyarakat terhadap Program JPKMBjuga rendah. Masyarakat melakukanpengurusan untuk memperoleh kartuJPKMB pada saat kondisi mendesak,terutama apabila sudah terlanjursakit atau mengalami kesulitanpembiayaan.

Hambatan yang muncul pada tahappelaksanaan yaitu ada sebagianmasyarakat peserta JPKMB masihmengeluhkan pelayanan yang kurangramah dari petugas dan perbedaan

dengan pasien lain. Kurang puasnyamasyarakat peserta JPKMB terhadapsebagian pegawai PuskesmasKarangsari menunjukkan bahwa masihada sebagian pegawai puskesmas yangprofesionalisme dan komitmennyarendah. Mereka kurang menyadarisebagai pelayan masyarakatseharusnya bisa bersikap adilterhadap siapa saja yang membutuhkanpelayanan. Hambatan lainnya yaitupengetahuan tentang manajemenpelayanan lanjut usia dari kaderPosyandu masih kurang sehinggapelaksanaannya kurang dapatberkembang. Dalam pelaksanaannyaPosyandu Lansia masih tergantungdari tenaga Puskesmas, kaderPosyandu masih bersifat membantu.Kurangnya pengetahuan dalam kegiatanPosyandu lanjut usia diantaranyaadalah kader Posyandu belum pernahmendapatkan penyuluhan maupunpelatihan pelayanan lanjut usia.Mereka hanya pernah memperolehpengetahuan mengenai penangananbalita dan ibu hamil. Informasi yangdidapatkan oleh kader Posyandutentang kegiatan-kegiatan lanjutusia juga sangat minim sehinggakegiatan pelayanan Posyandu lanjutusia juga terbatas.

Secara umum pelaksanaan programJPKMB di Puskesmas Karangsari dapatdikatakan berhasil, terbukti dengansemakin banyaknya masyarakatmemanfaatkan program JaminanPelayanan Kesehatan MasyarakatBanyuwangi (JPKMB) di PuskesmasKarangsari. Semakin tingginya minatpengguna JPKMB untuk menggunakanlayanan kesehatan PuskesmasKarangsari menunjukkan bahwaPuskesmas beserta jaringannya mampumendekatkan diri dengan masyarakat.Masyarakat terutama warga miskinsecara perlahan mulai sadar hidup

sehat dan tidak lagi canggung untukdatang ke Puskesmas Karangsari.

Saran1. Sebagian masyarakat masih

merasakan pelayanan yang kurangramah dari petugas puskesmas, olehkarenanya diharapkan agar semuapelaksana pelayanan puskesmasbersikap ramah dan netral sehinggadapat memberikan pelayanan secaramaksimal bagi seluruh pasienpeserta JPKMB;

2. Wilayah kerja Puskesmas Karangsariyang luas menyebabkan sebagianwarga di daerah tertentu sulitmenjangkau, oleh sebab itu perlupenambahan fasilitas unit layanankesehatan yang dapat menjangkaudaerah terpencil, danmemaksimalkan waktu atau jamlayanan puskesmas. Perlu usahadari Puskesmas Karangsari untukmenjalin kerja sama dengan bidan,mantra, atau dokter agar menerimalayanan bagi peserta JPKMBmeskipun diluar jam kerjapuskesmas;

3. Perbaikan administrasi diPuskesmas untuk menghindarikesulitan dan keterlambatanobatan-obatan, disamping bertujuanagar verifikasi selalu tepat waktuagar dana klaim tidak terlambat;

4. Penambahan insentif bagi petugasyang bekerja di lapangan atau diluar Puskesmas agar program-program di luar gedung dapatberjalan lebih efektif.

Daftar Pustaka

Bourdieu, P. 1986. The Form of Capital.In J. Richardson (Ed). Handbookof Theory andResearch for Sociology of

Education. New York: GreenwoodPress.

Esman, Milton.J.1971.DevelopmentAdministration In a Plural Society:Institution Building and Reforms inMalaysi.Cornell: CornelUniversity Press.

Hubbard, Graham., Pocknes, Graeme,dan Taylor, GraemeA.1996.Practical AustralianStrategy.Sydney: Prentice HallAustralia.

Miles, M. B. dan Huberman, M.1992.Analisis Data Kualitatif.Terjemahan oleh TjetjepRohendi Rohidi. Jakarta:UIPress.

Moleong, Lexy J. 2005. MetodologiPenelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosda karya.

Sugiyono. 2005. Memahami PenelitianKualitatif.Bandung :ALFABETA