Kanker dan Tumor

26
A. Kanker Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi fisiologis. Kanker terjadi karena timbul dan berkembang biaknya jaringan sekitarnya (infiltratif) sambil merusaknya (dekstrutif), dapat menyebar kebagian lain tubuh, dan umumnya fatal jika dibiarkan. Pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan jaringan menjadi besar dan disebut sebagai tumor. Tumor merupakan istilah yang dipakai untuk semua bentuk pembengkakan atau benjolan dalam tubuh. Sel-sel kanker yang tumbuh cepat dan menyebar melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Penjalarannya kejaringan lain disebut sebagai metastasis. Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang tumbuh secara cepat, ada yang tumbuh tidak terlalu cepat. 1 Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki makna sama dengan tumor. Keganasan merujuk kepada segala penyakit yang ditandai hiperplasia 1 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16397/4/Chapter %20II.pdf

Transcript of Kanker dan Tumor

A. Kanker

Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang

terbentuk oleh sel-sel yang

tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, tidak

terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak

berfungsi fisiologis. Kanker terjadi karena timbul dan

berkembang biaknya jaringan sekitarnya (infiltratif)

sambil merusaknya (dekstrutif), dapat menyebar kebagian

lain tubuh, dan umumnya fatal jika dibiarkan.

Pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan

jaringan menjadi besar dan disebut sebagai tumor. Tumor

merupakan istilah yang dipakai untuk semua bentuk

pembengkakan atau benjolan dalam tubuh. Sel-sel kanker

yang tumbuh cepat dan

menyebar melalui pembuluh darah dan pembuluh getah

bening. Penjalarannya kejaringan lain disebut sebagai

metastasis. Kanker mempunyai karakteristik yang

berbeda-beda. Ada yang tumbuh secara cepat, ada yang

tumbuh tidak terlalu cepat.1

Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul

dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab dan

menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan

kendali normal atas pertumbuhannya. Istilah neoplasma

pada dasarnya memiliki makna sama dengan tumor. Keganasan

merujuk kepada segala penyakit yang ditandai hiperplasia

1 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16397/4/Chapter%20II.pdf

sel ganas, termasuk berbagai tumor ganas dan leukemia.

Istilah kanker juga menunjukkan semua tumor ganas.2

1. Klasifikasi Kanker

Pada umumnya, kanker dirujuk berdasarkan

jenis organ atau sel tempat terjadinya. Sebagai contoh,

kanker yang bermula pada usus besar dirujuk

sebagai kanker usus besar, sedangkan kanker yang

terjadi pada sel basal dari kulit dirujuk

sebagaikarsinoma sel basal. Klasifikasi kanker kemudian

dilakukan pada kategori yang lebih umum, misalnya3

Karsinoma, merupakan kanker yang terjadi

pada jaringan epitel, seperti kulit atau jaringan

yang menyelubungi organ tubuh, misalnya organ

pada sistem pencernaan atau kelenjar. Contoh

meliputi kanker kulit, karsinoma serviks, karsinoma

anal, kanker esofageal, karsinoma

hepatoselular, kanker

laringeal, hipernefroma, kanker lambung, kanker

testiskular dankanker tiroid.

Sarkoma, merupakan kanker yang terjadi

pada tulang seperti osteosarkoma, tulang

rawan seperti kondrosarkoma,jaringan

otot seperti rabdomiosarcoma, jaringan

2 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37232/4/Chapter%20II.pdf. 3 What is Cancer?". National Cancer Institute.

adiposa, pembuluh darah dan jaringan penghantar atau

pendukung lainnya.

Leukemia, merupakan kanker yang terjadi akibat tidak

matangnya sel darah yang berkembang di dalam sumsum

tulangdan memiliki kecenderungan untuk berakumulasi

di dalam sirkulasi darah

Limfoma, merupakan kanker yang timbul dari nodus

limfa dan jaringan dalam sistem kekebalan tubuh

Perkembangan sel normal menjadi sel kanker

2. Patofisiologi Kanker

Kanker adalah kelas penyakit beragam yang sangat

berbeda dalam hal penyebab dan biologisnya. Setiap

organisme, bahkan tumbuhan, bisa terkena kanker.

Hampir semua kanker yang dikenal muncul secara

bertahap, saat kecacatan bertumpuk di dalam sel

kanker dan sel anak-anaknya (lihat

bagian mekanisme untuk jenis cacat yang umum).

Setiap hal yang bereplikasi memiliki kemungkinan

cacat (mutasi). Kecuali jika pencegahan dan

perbaikan kecatatan ditangani dengan baik, kecacatan

itu akan tetap ada, dan mungkin diwariskan ke sel

anang/(daughter cell). Biasanya, tubuh melakukan

penjagaan terhadap kanker dengan berbagai metoda,

seperti apoptosis, molekul pembantu (beberapa

polimerase DNA), penuaan/(senescence), dan lain-

lain. Namun, metoda koreksi-kecatatan ini sering

kali gagal, terutama di dalam lingkungan yang

membuat kecatatan lebih mungkin untuk muncul dan

menyebar. Sebagai contohnya, lingkungan tersebut

mengandung bahan-bahan yang merusak, disebut dengan

bahan karsinogen, cedera berkala (fisik, panas, dan

lain-lain), atau lingkungan yang membuat sel tidak

mungkin bertahan, seperti hipoksia. Karena itu,

kanker adalah penyakit progresif, dan berbagai

kecacatan progresif ini perlahan berakumulasi hingga

sel mulai bertindak berkebalikan dengan fungsi

seharusnya di dalam organisme. Kecacatan sel,

sebagai penyebab kanker, biasanya bisa memperkuat

dirinya sendiri (self-amplifying), pada akhirnya

akan berlipat ganda secara eksponensial. Sebagai

contohnya :

Mutasi dalam perlengkapan perbaikan-kecacatan bisa

menyebabkan sel dan sel anangnya mengakumulasikan

kecacatan dengan lebih cepat.

Mutasi dalam perlengkapan pembuat sinyal

(endokrin) bisa mengirimkan sinyal penyebab-

kecacatan kepada sel di sekitarnya.

Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi neoplastik,

membuat sel bermigrasi dan dan merusak sel yang

lebih sehat.

Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi kekal

(immortal), lihat telomeres, membuat sel rusak

bisa membuat sel sehat rusak selamanya.

a. Pembentukan Sel Kanker

Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan

sel normal menjadi sel kanker adalah hiperplasia,

displasia, dan neoplasia. Hiperplasia adalah

keadaan saat sel normal dalam jaringan bertumbuh

dalam jumlah yang berlebihan. Displasia merupakan

kondisi ketika sel berkembang tidak normal dan

pada umumnya terlihat adanya perubahan

padanukleusnya. Pada tahapan ini ukuran nukleus

bervariasi, aktivitas mitosis meningkat, dan tidak

ada ciri khas sitoplasma yang berhubungan dengan

diferensiasi sel pada jaringan. Neoplasia

merupakan kondisi sel pada jaringan yang sudah

berproliferasi secara tidak normal dan memiliki

sifat invasif.4

Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut

disebabkan kerusakan DNA,

menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol

pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan

untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker.

Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen

kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi

dapat terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun

diwariskan (mutasi germline).

Kelainan siklus sel, antara lain terjadi saat:

perpindahan fase G1 menuju fase S.5

siklus sel terjadi tanpa disertai dengan

aktivasi faktor transkripsi. Pencerap hormon

tiroid beta1 (TRbeta1) merupakan faktor

transkripsi yang diaktivasi oleh hormon T3 dan

berfungsi sebagai supresor tumor dan

gangguan gen THRB yang sering ditemukan pada

kanker.

siklus sel terjadi dengan kerusakan DNA yang tidak

terpulihkan.

translokasi posisi kromosom yang sering ditemukan

pada kanker sel darah4 RA, Weinberg (2007). The Biology of Cancer. New York: Garland Science5 Kufe, Donald W.; Pollock, Raphael E.; Weichselbaum, Ralph R.; Bast, Robert C., Jr.; Gansler, Ted S.; Holland, James F.; Frei III, Emil. (2003).

putih seperti leukimia atau limfoma, atau

hilangnya sebagian DNA pada domain tertentu pada

kromosom.[12] Pada leukimia mielogenus kronis, 95%

penderita mengalami translokasi kromosom 9 dan 22,

yang disebut kromosom filadelfia.

Karsinogenesis pada manusia adalah sebuah proses

berjenjang sebagai akibat paparan karsinogen yang

sering dijumpai dalam lingkungan, sepanjang hidup,

baik melalui konsumsi,  maupun infeksi. Terdapat

empat jenjang karsinogenesis:

inisiasi tumor

promosi tumor

konversi malignan

progresi tumor

b. Angiogenesis

Pada umumnya, sel kanker membentuk sebuah tumor,

kecuali pada leukemia. Sebelum tahun 1960, peneliti

kanker berpendapat bahwa asupan nutrisi yang mencapai

tumor terjadi oleh karena adanya jaringan pembuluh

darah yang telah ada, namun penelitian yang lebih

baru menunjukkan bahwa

lintasan angiogenesis diperlukan bagi tumor untuk

berkembang dan menyebar.6  Tanpa lintasan

angiogenesis, sebuah tumor hanya akan berkembang

hingga memiliki diameter sekitar 1-2 mm, dan setelah

6 Angiogenesis and Cancer". National Cancer Institute at the National Institutes of Health

itu perkembangan tumor akan terhenti. Sebaliknya,

dengan angiogenesis, sebuah tumor akan berkembang

hingga melampaui ukuran diameter 2 milimeter.

[17] Oleh karena itu, sel tumor memiliki kemampuan

untuk mensekresi protein yang dapat mengaktivasi

lintasan angiogenesis. Dari berbagai protein yang

dapat mengaktivasi lintasan angiogenesis

seperti acidic fibroblast growth factor, angiogenin, epidermal

growth factor, G-CSF, HGF, interleukin-8, placental growth

factor, platelet-derived endothelial growth factor, scatter

factor,transforming growth factor-alpha, TNF-α, dan molekul

kecil seperti adenosina, 1-butyryl

glycerol, nikotinamida, prostaglandin E1 dan E2; para

ilmuwan telah mengidentifikasi dua protein yang

sangat penting bagi pertumbuhan tumor yaitu vascular

endothelial growth factor (VEGF) dan basic fibroblast growth

factor (bFGF). Kedua protein ini disekresi oleh

berbagai jenis sel kanker dan beberapa jenis sel

normal.[18]

Sekresi VEGF atau bFGF akan mengikat pada

pencerap sel endotelial dan mengaktivasi sel tersebut

untuk memicu lintasan metabolisme yang

membentuk pembuluh darahbaru.[19] Sel endotelial akan

memproduksi sejumlah enzim MMP yang akan melakukan

degradasi terhadap jaringan matriks ekstraselular

yang mengandung protein danpolisakarida, dan

berfungsi untuk sebagai jaringan ikat yang menyangga

jaringan parenkima dengan mengisi ruang di sela-sela

selnya. Degradasi jaringan tersebut memungkinkan sel

endotelial bermigrasi menuju jaringan parenkima,

melakukan proliferasi dan diferensiasi menjadi

jaringan pembuluh darah yang baru.

Reaksi antara asam

tetraiodotiroasetat dengan integrin adalah penghambat

aktivitas hormon tiroksin dan tri-iodotironina yang

merupakan salah satu faktor yang berperan dalam

angiogenesis dan proliferasi sel tumor

c. Metastasis

Walaupun telah dilakukan penelitian intensif selama

beberapa dekade, mekanisme patofisiologis dari

metastasis belum benar-benar diketahui dan masih

menjadi kontroversi. Namun terdapat dua model

metastasis fundamental,[21] yang mirip dengan proposal

metastasis yang diajukan oleh Stephen Paget pada tahun

1889 yang mengatakan bahwa metastasis bergantung

pada komunikasi antara sel kanker yang disebut the

seed dan lingkungan mikro pada organ tertentu yang

disebut the soil.[22]

Model yang pertama menjelaskan bahwa tumor primer pada

organ akan timbul dari sel yang sama, yang mengalami

berbagai perubahan seperti heterogenitas,

ketidakseimbangan genomik, akumulasi mutasi atau

penyimpangan genetik, hingga terjadi evolusi klonal

meliputi perubahan fenotipe dan perilaku sel hingga

potensi untuk melakukan metastasis ke organ lain dan

membentuk tumor sekunder.

Model yang kedua menjabarkan bahwa kanker yang timbul

pada organ, terjadi akibat aktivasi ruang yang

diperuntukkan bagi sel punca kanker sehingga

memungkinkan metastasis dari sejumlah jaringan tubuh

yang lain.

3. Faktor Resiko

Kanker adalah penyakit yang 90-95% kasusnya

disebabkan faktor lingkungan dan 5-10% karena faktor

genetik. Faktor lingkungan yang biasanya mengarahkan

kepada kematian akibat kanker adalah tembakau (25-

30%), diet dan obesitas (30-35 %), infeksi (15-

20%), radiasi, stres, kurangnya aktivitas

fisik, polutan lingkungan. 7

B. TumorTumor atau barah (bahasa Inggris: tumor, tumour)

adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi padat yang

terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak

semestinya, yang mirip dengan simtoma bengkak. Tumor7 Anand P, Kunnumakkara AB, Kunnumakara AB, et al. (September 2008). "Canceris a preventable disease that requires major lifestyle changes". Pharm. Res. 25 (9): 

berasal dari kata tumere dalam bahasa latin yang

berarti "bengkak". Pertumbuhannya dapat digolongkan

sebagai ganas (malignan) atau jinak (benign).

Tumor disebabkan oleh mutasi dalam DNA sel. Sebuah

penimbunan mutasi dibutuhkan untuk tumor dapat muncul.

Mutasi yang mengaktifkan onkogen atau menekan gen

penahan tumor dapat akhirnya menyebabkan tumor. Sel

memiliki mekanisme yang memperbaiki DNA dan mekanisme

lainnya yang menyebabkan sel untuk menghancurkan

dirinya melalui apoptosis bil DNA rusak terlalu parah.

Mutasi yang menahan gen untuk mekanisme ini dapat juga

menyebabkan kanker. Sebuah mutasi dalam satu oncogen

atau satu gen penahan tumor biasanya tidak cukup

menyebabkan terjadinya tumor. Sebuah kombinasi dari

sejumlah mutasi dibutuhkan.

DNA microarray dapat digunakan untuk menentukan

apakah oncogene atau gen penahan tumor telah termutasi.

Di masa depan kemungkinan tumor dapat dirawat lebih

baik dengan menggunakan DNA microarray untuk menentukan

karakteristik terperinci dari tumor.

Penuaan menyebabkan lebih banyak mutasi

di DNA mereka. Ini berarti "prevalence" tumor meningkat

kuat sejalan dengan penuaan. Ini juga kasus di mana

orang tua yang terdapat tumor, kebanyakan tumor ini

merupakan tumor ganas. Contohnya, bila seorang wanita

berumur 20 tahun memiliki tumor di dadanya kemungkinan

besar tumor ini adalah jinak. Namun, apabila wanita

berumur 70 tahun makan kemungkinan besar tumor ini

adalah ganas.

Inisiasi tumor bermula saat karsinogenesis kimiawi

yang terjadi pada sel menyebabkan kerusakan genetik

yang tidak dapat dipulihkan.[1] Pada organ paru dan usus

besar manusia , perubahan epigenetik adalah perubahan

awal yang terjadi pada proses karsinogenesis.

Kerusakan genetik tersebut disebabkan kesalahan

genetik yang diinduksi oleh karsinogen kimiawi dengan

mengubah struktur molekul pada DNA yang berakibat pada

mutasi dalam sintesis DNA. Perubahan struktur molekul

DNA, terjadi setelah terjadi adduct atau ligasi antara

karsinogen atau salah satu gugus fungsionalnya dengan

salah satunukleotida di dalam DNA. Hal ini menjelaskan

mengapa tumor sangat jarang ditemukan pada jaringan

tubuh yang tidak dapat membentuk ligasi karsinogen-DNA.

Ligasi ini akan mengaktivasi proto onkogen atau

meng-inaktivasi gen penghambat tumor. Metilasi DNA pada

area promoter dalam berkas gen, dapat mentranskripsikan

inaktivasi gen penghambat tumor.

Akumulasi mutasi kemudian terjadi, jika sel

mempunyai kemampuan proliferasi dan hidup cukup lama di

dalam organisme.8

8 http://id.wikipedia.org/wiki/Tumor

C. Respon Imun Terhadap Sel Kanker dan TumorSel kanker dikenal sebagai nonself yang bersifat

antigenik pada sistem imunitas tubuh manusia sehingga

ia akan menimbulkan respons imun secara seluler maupun

humoral. Imunitas humoral lebih sedikit berperan

daripada imunitas seluler dalam proses penghancuran sel

kanker, tetapi tubuh tetap membentuk antibodi terhadap

antigen tumor. Dua mekanisme antibodi diketahui dapat

menghancurkan target kanker yaitu, Antibody dependent

cell mediated cytotoxicity (ADCC) dan Complement

Dependent Cytotoxicity.

Pada ADCC antibodi IgG spesifik berikatan terhadap

Tumor Associated Antigen(TAA) dan sel efektor yang

membawa reseptor untuk bagian Fc dari molekul Ig.

Antibodi bertindak sebagai jembatan antara efektor dan

target. Antibodi yang terikat dapat merangsang

pelepasan superoksida atau peroksida dari sel efektor.

Sel yang dapat bertindak sebagai efektor di sini adalah

limfosit null (sel K), monosit, makrofag, lekosit PMN

(polimorfonuklear) dan fragmen trombosit. Ini akan

mengalami lisis optimal dalam 4 sampai 6 jam. 9

Pada Complement Dependent Cytotoxicity pengikatan

antibodi ke permukaan sel tumor menyebabkan rangkaian

peristiwa komplemen klasik dari C Komponen C akhir

menciptakan saluran atau kebocoran pada permukaan sel

tumor. IgM lebih efisien dibanding IgG dalam merangsang

proses ini.10

Pada pemeriksaan patologi -anatomik tumor, sering

ditemukan infiltrat sel-sel yang terdiri atas sel

fagosit mononuklear, limfosit, sedikit sel plasma dan

sel mastosit. Meskipun pada beberapa neoplasma,

infiltrasi sel mononuklear merupakan indikator untuk

prognosis yang baik, pada umumnya tidak ada hubungan

antara infiltrasi sel dengan prognosis. Sistem imun

yang nonspesifik dapat langsung menghancurkan sel tumor

tanpa sensitisasi sebelumnya. Efektor sistem imun

tersebut adalah sel Tc, fagosit mononuklear,

polinuklear, Sel NK. Aktivasi sel T melibatkan sel Th9 (Halim, B dan Sahil,MF,2001)10 (Halim, B dan Sahil,MF,2001)

dan Tc. Sel Th penting pada pengerahan dan aktivasi

makrofag dan sel NK11

1.  Sitotoksitas melalui sel T

Kontak langsung antara sel target dan limfosit T

menyebabkan interaksi antara reseptor spesifik pada

permukaan sel T dengan antigen membran sel target yang

mencetuskan induksi kerusakan membran yang bersifat

letal. Peningkatan kadar cyclic Adenosine Monophosphate

(cAMP) dalam sel T dapat menghambat sitotoksisitas dan

efek inhibisi Prostaglandin (PG) E1 dan E2 terhadap

sitotoksisitas mungkin diperantaracAMP. Mekanisme

penghancuran sel tumor yang pasti masih belum diketahui

walaupun pengrusakan membran sel target dengan

hilangnya integritas osmotik merupakan peristiwa akhir.

Pelepasan Limfotoksin (LT), interaksi membran-membran

langsung dan aktifitassel T diperkirakan merupakan

penyebab rusaknya membrane. Interleukin (IL),

interferon (IFN) dan sel T mengaktifkan pula sel NK.

Lisis sel target dapat terjadi tanpa paparan

pendahuluan dan target dapat dibunuh langsung. Kematian

sel tumor dapat sebagai akibat paparan terhadap toksin

yang terdapat dalam granula, produksi superoksida atau

aktivitas protease serine pada permukaan sel efektor.

Aktivitas NK dapat dirangsang secara in vitro dengan

pemberian IFN. Penghambatan aktivasi sel NK terlihat

11 Halim,B dan Sahil,MF,2001

pada beberapa PG (PGE1, PGE2, PGA1 dan PGA2), phorbol

ester, glukokortikoid dan siklofosfamid. Sel NC

(Natural Cytotoxic) juga teridentifikasi menghancurkan

sel tumor. Berbeda dengan sel NK, sel NC kelihatannya

distimulasi oleh IL-3 dan relatif tahan terhadap

glukokortikoid dan siklofosfamid. 12

2. Sitotoksisitas melalui makrofag

Selain itu, sitotoksisitas melalui makrofag

menyebabkan makrofag yang teraktivasi berikatan dengan

sel neoplastik lebih cepat dibanding dengan sel normal.

Pengikatan khusus makrofag yang teraktivasi ke membran

sel tumor adalah melalui struktur yang sensitif

terhadap tripsin. Pengikatan akan bertambah kuat dan

erat dalam 1 sampai 3 jam dan ikatan ini akan mematikan

sel. Sekali pengikatan terjadi, mekanisme

sitotoksisitas melalui makrofag berlanjut dengan

transfer enzim lisosim, superoksida, protease, faktor

sitotoksis yang resisten terhadap inhibitor protease

dan yang menyerupai LT. Sekali teraktivasi, makrofag

dapat menghasilkan PG yang dapat membatasi aktivasinya

sendiri. Makrofag yang teraktivasi dapat menekan

proliferasi limfosit, aktivitas NK dan produksi

mediator. Aktivasi supresi dapat berhubungan dengan

pelepasan PG atau produksi superoksida. Sebagai

tambahan, makrofag dapat merangsang dan juga menghambat12 Halim,B dan Sahil,MF,2001

pertumbuhan sel tumor. Makrofag dapat pula berfungsi

sebagai efektor pada ADCC terhadap tumor. Indometasin

dapat menghambat efek perangsangan makrofag pada

pertumbuhan tumor ovarium yang diperkirakan

prostaglandin mungkin berperan sebagai mediatornya. Di

samping itu makrofag dapat menimbulkan efek negatif

berupa supresi yang disebut makrofag supresor. Hal

tersebut dapat disebabkan oleh tumor itu sendiri atau

akibat pengobatan.

D. Mengapa Kanker Dapat Luput Dari Pengawasan Sistem

Imun

Walaupun ada sistem imunosurveilan, kanker dapat

luput dari pengawasan sistem imun tubuh bila faktor-

faktor yang menunjang pertumbuhan tumor lebih

berpengaruh dibanding dengan faktor-faktor yang

menekan tumor, sehingga terjadi apa yang dinamakan

immunological escape kanker. Faktor-faktor yang

mempengaruhi luputnya tumor dari pengawasan sistem

imun tubuh sebagai berikut (Baratawidjaja, 1998):

1) Kinetik tumor (sneaking through)

Pada binatang yang diimunisasi, pemberian sel

tumor dalam dosis kecil akan menyebabkan tumor

tersebut dapat menyelinap (sneak through) yang

tidak diketahui tubuh dan baru diketahui bila

tumor sudah berkembang lanjut dan di luar

kemampuan sistem imun untuk menghancurkannya.

Mekanisme terjadinya tidak diketahui tapi diduga

berhubungan dengan vaskularisasi neoplasma

tersebut.

2) Modulasi antigenik

Antibodi dapat mengubah atau memodulasi permukaan

sel tanpa menghilangkan determinan permukaan.

3) Masking Antigen

Molekul tertentu, seperti sialomucin, yang sering

diikat permukaan sel tumor dapat menutupi antigen

dan mencegah ikatan dengan limfosit.

4) Penglepasan Antigen (Shedding Antigen)

Antigen tumor yang dilepas dan larut dalam

sirkulasi, dapat mengganggu fungsi sel T dengan

mengambil tempat pada reseptor antigen. Hal itu

dapat pula terjadi dengan kompleks imun antigen

antibody.

5) Toleransi

Virus kanker mammae pada tikus disekresi dalam

air susunya, tetapi bayi tikus yang disusuinya

toleran terhadap tumor tersebut. Infeksi

kongenital oleh virus yang terjadi pada tikus-

tikus tersebut akan menimbulkan toleransi

terhadap virus tersebut dan virus sejenis.

6) Limfosit yang terperangkap

Limfosit spesifik terhadap tumor dapat

terperangkap di dalam kelenjar limfe. Antigen

tumor yang terkumpul dalam kelenjar limfe yang

letaknya berdekatan dengan lokasi tumor, dapat

menjadi toleran terhadap limfosit setempat,

tetapi tidak terhadap limfosit kelenjar limfe

yang letaknya jauh dari tumor.

7) Faktor genetic

Kegagalan untuk mengaktifkan sel efektor T dapat

disebabkan oleh karena faktor genetik..

8) Faktor penyekat

Antigen tumor yang dilepas oleh sel dapat

membentuk kompleks dengan antibodi spesifik yang

membentuk pejamu. Kompleks tersebut dapat

menghambat efek sitotoksitas limfosit pejamu

melalui dua cara, yaitu dengan mengikat sel Th

sehingga sel tersebut tidak dapat mengenal sel

tumor dan memberikan pertolongan kepada sel Tc.

9) Produk tumor

PG yang dihasilkan tumor sendiri dapat mengganggu

fungsi sel NK dan sel K. Faktor humoral lain

dapat mengganggu respons inflamasi, kemotaksis,

aktivasi komplemen secara nonspesifik dan

menambah kebutuhan darah yang diperlukan tumor

padat.

10) Faktor pertumbuhan

Respons sel T bergantung pada IL. Gangguan

makrofag untuk memproduksi IL-1, kurangnya

kerjasama di antara subset-subset sel T dan

produksi IL-2 yang menurun akan mengurangi

respons imun terhadap tumor.

E. Defisiensi imun pada pasien kanker

Defisiensi imun harus dicurigai bila ditemukan

tanda-tanda dari peningkatan kerentanan terhadap

infeksi. Defisiensi imun primer atau congenital

diturunkan tetapi defisiensi imun sekunder timbul

dari berbagai faktor setelah lahir. Penyakit

defisiensi imun tersering mengenai limfosit,

komplemen dan fagosit. Defisiensi imun pada pasien

kanker adalah dari faktor-faktor seperti berikut

(Halim, B dan Sahil, MF, 2001) :

1) Lokasi tumor

Pada gangguan keganasan sel B seperti mieloma

multipel dan leukemia mielositik kronik dijumpai

gangguan sel B poliklonal, defisiensi sel Th,

kelebihan sel Ts dan penurunan rasio sel T4 : T8

pada tumor solid. Kelainan monosit dan sel T

telah terlihat pada penderita karsinoma

metastatik dan sarkoma, terutama stadium lanjut.

Parahnya gangguan sel T bervariasi dari berbagai

jenis tumor sesuai asalnya.

2) Operasi

Depresi sel T dan B sementara terlihat pada kasus

postoperatif. Gangguan imunitas maksimal terjadi

selama minggu pertama setelah pembedahan,

biasanya fungsi sel T akan kembali normal 1

bulan. Lama dan intensitas imunosupresi

berhubungan dengan jumlah trauma operasi, lama

prosedur dan imunokompetensi sebelum operasi.

Pembuangan jaringan limforetikuler dapat

mengganggu fungsi imun. Penelitian pada pasien

kanker menunjukkan bahwa, splenektomi dapat

mempermudah timbulnya sepsis fulminan akibat

bakteri. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi

ini berhubungan dengan umur, penyakit penyerta

dan modalitas pengobatan kankernya. Tambahan

radiasi kelenjar getah bening dan kemoterapi akan

menyebabkan gangguan lebih besar terhadap fungsi

sel B. Beberapa peneliti bahkan menggunakan

injeksi penisilin profilaksis, vaksin pneumokokus

pada pasien post splenektomi sebelum diberi

kemoterapi atau radioterapi. Kerentanan ini

disebabkan oleh menurunnya kemampuan fagositosis

dan gangguan pembentukan antibodi dini.

3) Radioterapi

Radiasi berpengaruh terhadap limfosit, sehingga

akan mengalami kematian interfase dalam beberapa

jam tanpa terjadinya mitosis. Sebelum

rangsangan, antigen limfosit hanya menunjukkan

kemampuan yang terbatas untuk memperbaiki

kerusakan DNA akibat radiasi. Setelah rangsangan

antigen, sel plasma maupun sel reflektor menjadi

lebih radioresisten. Limfopenia terjadi bukan

hanya akibat radiasi terhadap jaringan limfoid,

tapi juga akibat destruksi limfosit pada daerah

tepi. Level sel T dan B dapat berkurang,

tergantung bagian yang diradiasi. Walaupun

terjadi penurunan kadar sel B, respon humoral

biasanya tetap. Radiasi limfoid total dapat

menyebabkan penurunan yang menetap pada kadar sel

T. Respon proliferatif sel T terhadap mitogen

atau antigen histokompatibilitas dapat tertekan

selama bertahun-tahun. Radiasi total badan dengan

dosis besar dapat menyebabkan penurunan yang

hebat dari seluruh sel limforetikuler te tapi

untuk mencapai kembali rasio normal T4 : T8 perlu

lebih dari setahun. Level monosit tidak menurun

secara bermakna selama radioterapi dan kebanyakan

makrofag resisten terhadap radiasi.

F. Imunoterapi Untuk Kanker

Imunoterapi adalah upaya untuk meningkatkan sistem

imunitas tubuh, untuk mengalahkan sel-sel kanker

dengan cara meningkatkan reaksi kekebalan tubuh

terhadap sel kanker. Imunoterapi hampir selalu

menggunakan bahan alami yang berasal dari makhluk

hidup, terutama manusia. Digunakannya bahan alami

karena dapat berfungai merangsang respon antitumor

dengan meningkatnya jumlah sel pembunuh tumor,

secara langsung berfungsi sebagai agen pembunuh

tumor, mengurangi mekanisme tubuh yang normal dalam

menekan respon imun, atau berfungsi memperbaiki

toleransi tubuh terhadap radioterapi atau

kemoterapi.

1. Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein.

Dlama keadaan normal, hampir seluruh sel manusia

menghasilkan interferon tetapi juga dapat dibuat

dengan teknologi biologi molekular rekombinan.

Meski mekanisme belum sepenuhnya jelas, interferon

berperan dalam pengobatan beberapa kanker. Sitokin

sebenarnya diproduksi tubuh, tetapi jumlahnya

sangat kecil, selain menyerang sel kanker,

interferon dapat menghentikan pertumbuhan kanker

atau mengubahnya menjadi sel normal. Interferon

bekerja dengan merangsang kerja sel NK, sel T dan

makrofag yang berfungsi sebagai alat penjaga daya

tahan tubuh serta mengurangi supali darah ke sel

kanker

2. Antibodi monoklonal bertujuan untuk melawan

antigen tertentu. Karena tiap jenis kanker

mengeluarkan antigen berbeda, berbeda pula

antibodi yang digunakan. Antibodi dapat menghambat

pertumbuhan sel kanker, sehingga jika dipadu

dengan radioterapi atau kemoterapi, dapat lansung

membunuh sel kanker yang memproduksi antigen

tersebut.

3. Colony Stimulating Fctors (CSFs) jenis imunoterapi

ini merangsang sumusum tulang belakang untuk

membelah dan membentuk sel darah putih, sel darah

merah, maupun trombosit yang berperan dalam sistem

kekebalan tubuh.

4. Terapi Gen, memberi harapan besar bagi penderita

kanker. Dengan memasukkan material genetik

tertentu dimasukkan ke dalam sel tubuh penderita

kanker, perilaku sel tubuh orang tersebut bisa

dikendalikan sesuai kebutuhan.13

DAFTAR PUSTAKA

Anand P, Kunnumakkara AB, Kunnumakara AB, et

al. 2008"Cancer is a preventable disease that

13 http://penyakitkanker.org/imunoterapi-untuk-kanker/

requires major lifestyle changes". Pharm.

Res. 25 (9): 

Baratawidjaya, G. Karnen. 2006. Imunologi Dasar Edisi 7.

Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Univ.

Indonesia

Halim, B. dan Sahil, M.F. 2001. Imunologi Kanker. Avaible

from :

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16_Imunologik

anker.pdf/16_imunologiKanker.html. Diakses tanggal 3

Mei 2014.

Kufe, Donald W.; Pollock, Raphael E.; Weichselbaum,

Ralph R.; Bast, Robert C., Jr.; Gansler, Ted S.;

Holland, James F.; Frei III, Emil. 2003.  ISBN 1-

55009-213-8

RA, Weinberg. 2007. The Biology of Cancer. New York: Garland

Science

Angiogenesis and Cancer". National Cancer Institute at the

National Institutes of Health

http://repository.usu.ac.id/bitstream/

123456789/16397/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 3

Mei 2014

http://repository.usu.ac.id/bitstream/

123456789/37232/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 3

Mei 2014

What is Cancer?". National Cancer Institute diakses

pada 3 Mei 2014

http://id.wikipedia.org/wiki/Tumor diakses pada 3 Mei

2014

http://penyakitkanker.org/imunoterapi-untuk-kanker/

diakses pada 3 Mei 2014