Canin Trnsmissible Veneral Tumor

44
MAKALAH PPDH ROTASI REPRODUKSI HEWAN KECIL CANINE TRANSMISSIBLE VENERAL TUMOR Oleh : ANJAR ADI SETIAWAN 130130100111008

Transcript of Canin Trnsmissible Veneral Tumor

MAKALAH PPDH ROTASI REPRODUKSI HEWAN KECIL

CANINE TRANSMISSIBLE VENERAL TUMOR

Oleh :ANJAR ADI SETIAWAN130130100111008

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER HEWANPROGRAM KEDOKTERAN HEWANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2014

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL .......................................1

DAFTAR ISI ..........................................2

BAB 1 ..............................................PENDAHULUAN3

1.1 Latar Belakang.............................3

1.2 Rumusan Masalah............................3

1.4 Tujuan.....................................3

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA ..............................4

2.1 Anestrus...................................4

2.2 Nutrisi Pakan Pada Ternak..................6

2.2.1 Karbohidrat .......................6

2.2.2 Protein............................7

2.2.3 Lemak..............................8

BAB 3 PEMBAHASAN..................................10

BAB 4KESIMPULAN.....................................13

DAFTAR PUSTAKA .....................................14

LAMPIRAN ............................................16

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tumor atau barah adalah sebutan untuk neoplasmaatau lesi padat yang terbentuk akibat pertumbuhan seltubuh yang tidak semestinya, yang mirip dengan simtomabengkak. Tumor berasal dari kata tumere dalam bahasalatin yang berarti "bengkak". Pertumbuhannya dapatdigolongkan sebagai ganas (malignan) atau jinak(benign).

Tumor ganas disebut kanker. Kanker memilikipotensi untuk menyerang dan merusak jaringan yangberdekatan dan menciptakan metastasis. Tumor jinaktidak menyerang tissue berdekatan dan tidak menyebarkanbenih (metastasis), tetapi dapat tumbuh secara lokalmenjadi besar. Mereka biasanya tidak muncul kembalisetelah penanganan melalui operasi.

Tumor dapat menyerang pada berbagai macam organtubuh seperti organ reproduksi. Tumor yang seringmenyerang pada organ reproduksi hewan kecil adalahCanine transmissible venereal tumor (TVT). Tumor iniumum pada anjing, yang disebabkan oleh  hubunganseksual. Hal ini umum terjadi karna kebiasaan seksualanjing yang tidak terkontrol dengan angka kejadian 2 –43 %.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud canine transmissible veneraltumor?

2. Bagaimanakah cara penanganan pada kasus caninetransmissible veneral tumor?

1.3.Tujuan1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan canine

transmissible veneral tumor.2. Mengetahui cara penanganan pada kasus canine

transmissible veneral tumor.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 CANINE TRANSMISSIBLE VENERAL TUMOR

TVT sering menjadi persoalan yang serius di seluruh

dunia yang terjadi pada frekuensi yang sama baik pada

jantan maupun betina. Umumnya di temukan pada anjing-

anjing yang berhubungan dekat dengan yang lain.

Penangkaran atau hewan liar yang memiliki aktifitas

seksual yang tak terkontrol. Di India di laporkan

umumnya terjadi pada anjing dengan kisaran 23-43% dari

total kasus tumor pada populasi anjing. Kebiasaan

sexual yang tidak terkontrol menjadi salah satu alasan

tingginya insiden TVT. Umur juga berkaitan dengan

penyakit ini dimana TVT umumnya terjadi pada usia 2-5

tahun.

Patogenesis

TVT pada anjing pertama kali ditemukan oleh

Novinsky tahun 1876 yang didemonstrasikan bahwa tumor

dapat di transplantasikan di host yang memungkinkan ke

yang lain dengan inokulasi dengan sel-sel tumor

beberapa ahli menggangap bahwa neoplasma ini disebabkan

oleh agen virus akan tetapi tumor tidak secara

konsisten bisa ditrasmisikan oleh sel ekstrak bebas dan

partikel virus onkogenik yang belum pernah

terlihat  sebelumnya pada sel tumor dengan mikroskop

elektron.

Gejala klinis bervariasi tergantung lokasi tumor.

Pada anjing dengan lesi daerah genital biasanya diikuti

dengan hemoragi pada jantan. Lesi biasanya terdapat

pada gland penis,mukosa preputium atau pada glandula

bulbus. Masa tumor kadang-kadang dari protude hingga

prepuce.Dan phimosis bisa timbul sehingga komplikasi

lendir yang keluar biasanya dikelirukan dengan

urethritis, cystitis atau prostatitis. Biasanya pada

jantan ditemukan tumor dengan ukuran besar pada

limponodus daerah yang  terserang.

Bentukan tumor pada anjing betina sama dengan

anjing jantan dan biasanya terdapat pada vestibula dan

atau caudal vagina ,melintang sampai ke vulva dan

kadang-kadang menyebabkan defor pada daerah

perineal .Harus diwaspadai adanya lendir hemoragi pada

daerah vulva yang bisa menyebabkan anemia permanen.

Lendir ini bisa memancing pejantan dan keadaan betina

seperti ini sering di keliruukan dengan estrus. Kadang-

kadang TVT terdapat di uterus. Pada kasus ini

lokalosasi diluar genital,diagnosis klinik lebih sukar

diilakukan karna TVT disebabkan oleh gejala-gejala yang

tergantung pada lokasi anatomi tumor. Contohnya :

Sneezing, epifora,halitosis,tooth loss, exophtalmus,

skin bumps, depormasi parsial atau oral yang diikuti

dengan pembesaran limponodus pada daerah

tersebut.sitologi exvoliatif vaginal merupakan salah

satu cara diagnosa TVT pada betina.

Gejala TVT secara umum ialah adanya bentukan

seperti cauliflower kemerahan. Biasanya pada daerah

genital. Secara makroskopis, bentuknya beragam. Ada

yang kecil maupun besar (5µm-10 cm), lunak maupun

keras, abu-abu hingga kemerahan, bentukan nodular

maupun papilary di penis ataupun lapisan permukaan

preputium. Dapat terjadi juga pada glans penis, kadang

pada bagian dalam penis bahkan scrotum dan daerah

perineal. Pada anjing betina biasanya terpencil, dapat

ditemukan pada seluruh bagian mukosa vagina, sering

pula menyebar ke vestubula hingga labia. Ukurannya

bervariasi dari nodular kecil hingga besar hinga

menyebar ke lumen vulvovagina atau menjulur hingga

diantara labia. Kedua kelamin sering terjadi perubahan

yang regresif hingga mudah berdarah hingga keluar

leleran serous, hemoragi ataupun leleran purulent dari

preputium maupun vagina (Aiello et al., 2000) (Bloom et

al., 1950).

  Konsensus akhir-akhir ini menunjukan bahwa sel-sel

abnormal neoplasma merupakan vektor transmisinya.

Pemindahan dan transplantasi sel neoplasik selama

kontak fisik bisa menjadi mode transmisi ke mukosa

genital dan juga menjadi nasa tau mukosa oral selama

pelekatan atau penempelan organ genital secara

respektif.

TVT juga bisa berkembang dengan lambat dan tidak

terprediksi bertahun-tahun jadi invasif dan kadang –

kadang menjadi tipe malignan dan bermetastasis.

Metastasis dilaporkan kurang dari 5-17% dari total

kasus. Metastasis  ditemukan pada jaringan subkutan

kulit,limponodus,mata,tonsil,hati,lifa,mukosa

mulut,hypofisis,peritoneum,otak dan sum-sum tulang.

Walaupun remisi spntan pernah ditemukan pada

transplantasi percobaan tetapi tidak terjadi pada kasus

yang terjadi secara alami.

Tipe-tipe sel yang berbeda di temukan pada fase-

fase pertumbuhan tumor. Tumor pada perkembangan

progresif ditemukan berbentuk bulat dengan mikrovili

dengan berepitel transisi kebentuk fusiformis. Untuk

lebih lanjutnya tumor ditemukan dengan angka tinggi

pada limfosit T. Diperkirakan substansi yang di

sekresikan oleh limfosit berinfiltrasi dan menyebabkan

regresi tumor dengan induksi pembelahan seluler. 

 Perkembangan dan Gambaran Mikroskopis

Secara mikroskopis. Sel tumor besar, bulat,

polyhedral, ataupun sedikit oval, jarang yang ireguler,

beberapa uniform ukurannya. Nucleus besar, relative

vesicular, jelas, umumnya satu inti. Tidak ada

Sitoplasma bergranulasi (eosinofilik atau basofilik

(giemsa)), dan dengan ciri tumor pada umumnya.

Kadang-kadang lebih tidak beraturan pada temuan

sitologis dengan munculnya banyak vacuola sitoplasmik

yang terang pada pemeriksaan histologis TVT  selalu

berhubungan dengan perkembangan komponen sel dengan

masa yang solid atau pembungkus konfluent, sel tumbuh

dalam barisan, mengelilinggi, menebal dan berbentuk

ireguler dan ditemukan fibroblast yang mungkin di

indikasi trasnformasi  sel tumor, ditemukan juga

infiltrasi limfosit , sel plasma dan magrofag di mana

di perantarai oleh imun  mediated kontrol TVT harus

dapat dibedakan dengan mastositomas,histiositomas atau

limpoma malignan (Bloom et al., 1950)

Lesi yang terjadi di superfisial berwarna pink

hingga merah berdiameter 1-3 mm kemudian ditemukan fusi

multiple nodul bersamaan dengan bertambahnya ukuran,

merah, hemoragi, menyerupai  kembang kol, dengan masa

yang kering dan rapuh. Masa yang dibentuk bisa

berdiameter 5-7 cm yang bertumbuh menjadi 10-15 cm.

Tumor berdarah dengan mudah dan ketika melebar

menimbulkan ulcer dan kemungkinan kontaminasi secara

sitologi sel TVT sangat berbeda.

Diagnosa

Diagnosa bisa ditegakkan berdasarkan pemeriksaan

fisik dan sediaan histologi dimana ditemukan sel-sel

tumor dengan metode swab,aspirasi dengan jarum atau

preparat jenuh tumor.di tandai dengan adanya sejumlah

aberasi dan secara morfologi terdapat kromosom yang

sesuai dengan sel TVT. Jumlah kromosom normal pada sel

somatik anjing adalah 78 dimana terdapat 2 kromosom

acrosentrik.

Pada TVT ditemukan 58-59 kromosom dengan 13 -17

metasentrik dan 42 kromosom akrosentrik. Salah satu

yang diderita oleh penderita TVT adalah berkembangnya

polisitemia. Kemudian bisa didiagnosis tapi masih butuh

kepastian. Pada anjing TVT berkembang secara progresif

dalam beberapa bulan kemudian akan regresi secara

spontan. Inserasi secara LINE ditemukan secara spesifik

dan konstan pada akhir ke 5 dan sel TVT berupa C-

Myc gen.

Prognosis

Pemeriksaan imunologikal bisa  di hemontrasikan

dimana antigenik TVT pada anjing dan respon imun

melawan tumor melalui peranan yang utama dalam

determinai penyebab penyakit. Pada anjing dewasa sel

tumor regresi secara spontan setelah mengalami

perrkembangan pada pola logaritma dan perkembangan

imunitas tumor mencegah secara sukses. Kebalikanya,sel

tumor tumbuh menjadi ulserasi dan metastasis pada induk

semang yang tidak kompeten secara imunologis.

Metastasis pernah liporkan pada beberapa kasus.

Kebiasaan biologis anjing dengan TVT bisa dikurangi

dengan AgNOR pada inti dari sel TVT.

Treatment atau Pengobatan

Pengobatan TVT yang paling efektif ialah dengan

kemoterapi. Beberapa penelitian menunjukan pengobatan

dengan vincristin sangat baik hasilnya. Vincristine

diberikan setiap minggu dengan dosis 0,5 – 0,7 mg/m2

dari area tubuh atau 0,025 mg/kg secara intra vena.

Lama pengobatan juga bervariasi 2 – 7 kali (Marcos et

al., 2006; Nak et al., 2005; Papazoglou et al, 2001).

Vincristine merupakan kelompok vinca alkaloid yg

merupakan obat kemoterapi. Vincristine ialah ekstrak dr

tanaman vinca rosea yg merupakan racun microtubule

(Brooks, 2008).

Perawatan TVT tidak terlalu mudah pada beberapa

pengobatan termasuk pembedahan. Pembedahan ekstensif

dilakukan untuk TVT kecil,dengan angka keberhasilan 56-

68% tumor akan menyebar secara invasi. Kontaminasi

melalui jalur bedah dengan sel-sel TVT merupakan salah

satu penularan. Kemudian metode pencegahan transmisi

bedah melalui eksisi sepanjangg kateterisasi,

elektrosurgical atau eksisi cryosurgical atau

kemoterapi. Transmisi tumor ini melaui radio

sensitifitas dan orthovaltag seperti penggunaan cobalt

untuk tujuan ini.

Penelitian imunoterapi sudah pernah dilaporkan. Ada

laporan yang menunjukkan bahwa  bentuk umum TVT mungkin

regresi melalui transfusi darah atau serum dan hewan

yang baru sembuh atau penguatan tumor selama

menggunakan vaksin autocthonius. Sangat sedikit

aktifator paramunity yang di coba di TVT. Aplikasi

dengan intra lesi BCC+ digunakan untuk 3 minggu kasus

sporadik.

Kemudian digambarkan setelah imunoterapi

menggunakan staphylococus protein A, BG atau vaksin

yang dibuat dari sel tumor. Bioterapi tidak terlalu

berhasil dengan hasil pemulihan. Vaksin parvovirus

digunakan untuk mencegah tranplantasi tumor secara

ekperimental ketika vaksin di inokulasikan secara

simultaneus dengan tumor tapi penggunaan vaksin ini

secara rutin belum dilaporkan. Aktifator  paramunity

ditentukan dengan intensitas non spesifik reaktivity

pada host dan ini tidak spesifik diantara imunitas

humoral dan seluler. Sejak diketahui bahwa imunitas

humoral dan seluler memiliki peranan yang penting dalam

regresi tumor TVT, aktifator paramunity diharapkan akan

aktif pada saat profilaksis dan  pengobatan tumor ini.

Injeksi lokal dengan interleukin 2 pernah di coba untuk

imunoterpi dengan 32% berhasil. Mekanisme bagaimana IL-

2 menyebabkan regresi tumor masih belum jelas.

Kemoterapi merupakan cara  paling efektif dan

terapi yang praktis ddengan vincristin sulfat merupakan

obat yang paling sering dipakai. Vincristin sulfas

dipakai dengan dosis 0,5-0,7 mg/m2 permukaan tubuh atau

0,025 mg/kgBB secara IV. Pemulihan lesi berlangsung

secara perlahan walaupun kadang-kadang tidak disadari

dan signifikan pada permulaan pengobatan.

Pengobatan komplit biasanya 2-8 kali injeksi dan

terjadi lebih dari 90% kasus yang di obati. Penyembuhan

mencapai 100% pada kasus pengobatan pada tahap rergresi

terutama untuk kasus yang kurang dari 1 tahun dan kasus

independent atau tanpa metastasis.

Jika kasusnya sudah lebih lama, terapi yang

dibutuhkan juga lebih lama dan rata-rata angka

kesembuhan lebih rendah. Efek samping juga harus

diperhitungkan . agen cystostatis seperti vincristin

bisa menyebabkan myelosupresi dan gastrointestinal efek

juga menyebabkan leucopenia peripheral neuropati.

Agen kemoterapi lain yang diindikasikan untuk

pengobatan TVT termasuk cyclophosphamide

(5mg/kg ,peroral untuk 10 hari sebagai obat tunggal

atau diberikan bersamaan dengan prednisolon

3mg/kg,selama 5 hari) selain itu obat mingguan

vinblastine (0,1 mg/kg IV selama 4-6 minggu)

methotrexate (0,1 mg/kg per oral tiap hari lainnya)

atau kombinasi ke_3 obat diatas. Kadang-kadang tidak

ditemukan manfaat penggunaan vincrastine

kombinasi  jika dibandingkan dengan pemberian tunggal.

Untuk kasus resistensi bisa diobati dengan

doxorobian,30 mg/m2 dengan 3 x pemberian setiap 21

hari. Ketika keseluruhan tumor tidak dapat dicapai

dengan kemoterapi ,electro-cauterisasi atau cryo-

cauterisasi bisa digunakan setelah terapi lesi kecil

dari tumor bisa menghilang secara spontan setelah 1/2

minggu. Pada kasus yang gagal dengan kemoterapi,

radioterapi dilaporkan memiliki efek yang bagus.

Imunitas tumor memeinkan peranan dalam regresi tumor

setelah kemoterapi.

2.2 TINJAUAN KASUS

Signalement

Nama : BellaJenis hewan : AnjingRas : Bull Terier

Jenis kelamin : BetinaUmur ; ± 1 tahun Berat badan : 11,8 kgWarna : Putih

Gambar 1 Anjing Bull Terier (Bella)

Anamnesa

Lethargi, tidak mau makan, keluar leleran dari

vagina, terlihat ada benjolan sekitar vagina, rasa

sakit di daerah pelvis.

Temuan klinis

Cairan Exudat kental keluar dari vagina dan bau

tidak wajar. Kaki belakang kanan diangkat jika

berjalan.

Status presen

Keadaan umum

Perawatan : BaikHabitus/tingkah laku : Tenang /jinak

Sikap hewan :Berdiri tidak pada

keempat kakiGizi : Baik Sikap berdiri : Tidak Tegak Ekspresi wajah : ApatisPertulangan kepala : KompakFrekuensi denyut

jantung: 128x/menit

Frekuensi nafas : 60x/menitSuhu tubuh : 38.3oCCapillary refill time : > 2 detikSistem integumen dan panca indra

Kulit dan rambut

Aspek rambut :Kotor (lengket, basah karena

urin) dan kusamKerontokan : Tidak ada kerontokanKebotakan : Tidak ada kebotakanTurgor kulit : >2 detik

Permukaan kulit : Pigmentasi normal akan tetapiterdapat hiperemi didaeraholekrani, abdomen, extremitaskaudal, ada kerak-kerak yangmenempel dirambut.

Bau kulit : Bau khas kulitMata dan orbita kanan

Palpebrae :Membuka dan menutup

sempurnaCilia : Melengkung keluar

Conjunctiva :Pucat, basah, tidak ada

kerusakanMembrana

nictitans: Tidak terlihat

Mata dan orbita kiri

Palpebrae :Membuka dan menutup

sempurnaCilia : Melengkung keluar

Conjunctiva :Pucat, basah, tidak ada

kerusakanMembrana

nictitans: Tidak terlihat

Bola mata kanan

Sclera : Putih Cornea : Bening Iris : Coklat, rataPupil : Dapat membesar dan mengecilReflek pupil : AdaVasa injectio : Tidak ada

Bola mata kiri

Sclera : Putih Cornea : Bening Iris : Coklat, rataPupil : Dapat membesar dan mengecilReflek pupil : AdaVasa injectio : Tidak adaHidung dan sinus

Cermin hidung : Basah keluar discharge beningAliran udara : Bebas keduanyaPertulangan : Simetris Telinga

Posisi : Keduanya tegakBau : Khas serumenPermukaan daun

telinga:Licin, halus dan tidak ada

lukaKrepitasi : Tidak adaReflek panggilan : AdaLeher

Perototan :Simetris, tidak ada

pembengkakan

Trachea :Teraba, tidak ada refleks batuk

saat dipalpasiEsopahus : Tidak teraba.Sistem pertahanan

Ln. : Teraba, diameter ±1,5 cm,

Retropharyngealis lobulasi jelas, simetris,

tidak ada pembengkakan.Ln. Prescapularis : Tidak terabaLn. Axillaris : Tidak terabaLn.Popliteus : Kaki kirir tidak teraba, kaki

kanan Teraba, diameter ±1cm,

lobulasi jelas, simetris,

tidak ada pembengkakan.Sistem peredaran darah

Inspeksi

Ictus cordis : Tidak terlihatAuskultasi

Frekuensi : 128x/menitRitme : Ritmis Intensitas : CepatSinkron pulsus dengan

jantung: Sinkron

Sistem pernafasan

Inspeksi

Bentuk rongga

thorax: Simetris

Tipe pernafasan : Costal Ritme : RitmisFrekuensi : 60x/menitIntensitas : Cepat-dangkalPalpasi

Penekanan rongga : Tidak ada reaksi kesakitan

thoraxPalpasi M.

intercostalis: Tidak ada reaksi kesakitan

Perkusi

Lapang paru-paru : Tidak ada perluasan Gema perkusi : Suara nyaringAuskultasi

Suara pernafasan :Lama inspirasi=lama

ekspirasiSuara ikutan : Tidak adaSistem gastointestinal

Mulut dan rongga mulut

Inspeksi

Defek bibir : Tidak ada

Mukosa :Pucat, basah, tidak ada

kerusakan

Lidah : Basah, halus, tidak ada kerusakan

Gigi geligi : I C PM M1 3 1 1 3 3 2 23 3 1 1 4 4 2 2

Kelengkapan: I=tidaklengkap, C=Lengkap,

PM=Lengkap,

M=Lengkap

Kelainan: susunan jarak gigi

tidak teratur, Prognatismus,

banyak ditemukan karang gigi.Rongga abdomen

Inspeksi

Kesimetrisan : Simetris Palpasi profundal

Epigastricus:Tidak Ada reaksi kesakitan,

abdomen menegang.Mesogastricus

:Tidak Ada reaksi kesakitan,

abdomen menegang.Hipogastricus

:Ada reaksi kesakitan, abdomen

menegang.Auskultasi

Peristaltik usus : Tidak terdengarSuara borboritmis : Tidak terdengarSuara peristaltik

lambung: Tidak terdengar

Anus

Kebersihan : Kotor

Reflek sphicter ani : Ada reaksi mengkerut dan menghisap

Kebersihan daerah

perianal: Kotor

Sistem urogenital

Ginjal : Tidak teraba karena abdomenmenegang

Vesica urinaria : Tidak teraba karena abdomen

menegangAlat kelamin jantan

Vulva : Pucat, licin, mengkilat, basah, ada kebengkakan

Mukosa vagina : Pucat

Kelenjar Mamae:

Tidak ada kebengkakakan.

Sistem syaraf

Tengkorak : Pertulangan tegasCollumna vertebralis : Tidak ada reaksi kesakitanReflek : Ada Gangguan kesadaran : Tidak ada gangguanAlat gerak dan ekstremitas

Inspeksi

Perototan kaki

depan: Simetris

Perototan kaki

belakang: Tidak Simetris

Spasmus otot : Tidak adaTremor : Ada Cara berjalan : Tidak Koordinatif

Bentuk pertulangan : Tegak dan lurus. Kecuali kakikanan belakang

Tuber coxae : SimetrisPalpasi struktur pertulangan

Kaki kanan depan : Tegas, kompak, lurus

Kaki kanan belakang : Kaku, kaki terangkat, tidak ada refleks

Kaki kiri depan : Tegas, kompak, lurus

Kaki kiri belakang : Tegas, kompak, lurusKonsistensi

pertulangan : Keras

Reaksi saat palpasi : ada reaksi kesakitanPanjang kaki depan

ka/ki: Sama panjang, simetris

Panjang kaki

belakang ka/ki: Sama panjang, tidak simetris

Reaksi saat palpasi

otot: Tidak ada rasa sakit

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Ultrasonografi (USG)

- Pemeriksaan hematologi dan kimia darah

- Pemeriksaan urinalisis

4. DIAGNOSA

- Tumor vagina

5. PROGNOSA

Fausta- Dubius

6. TERAPI

- Rawat inap Bella

Injeksi :

Vitamin K 1 Ampul (SC)

Infus (IV)

Dycinon 2 Ampul IV

Synulox ®

Biosolamin ®

Hematopan ®

Obat oral:

Sangobion ®

Fufang®

Omipural

Pujimin

Obat untuk treatment luka

Epineprin 5 Ampul (Balut tekan)

Kompres Es pada Benjolan

Tabel 1 Hasil observasi anjing Bella selama di

rawat inap

Tanggal Keadaan Umum Treatment

2 Oktober 2014

Pagi:Suhu 380C, Cacing (-),Tumor Vagina keluar,Pucat (+++), KakiBelakang Kanan Pincang. Sore:Suhu 37 0C, makanintestinal di blanderOk, Pucat, Anjingterloihat lesu, kupingkotor sekali, Tumorkeluar dari vagina saatbleeding susahdihentikan, kakibelakang kanan pincang.

Pagi:Sangobion®Dycinon® (IV)Vitamin K (SC)Infus (IV) Synulox®Sore:Sangobion®Fufang ®Kompres Es

3 Oktober 2014

Pagi:Suhu 36,5 0C, makan

Vitamin KSynulox®

intestinal blenderdisuapin Ok, lesu, BAB(-), BAK (+), KupingSudah tidak kotor, Kakibelakang kanan pincangtidak menumpu, tumorvagina keluar, basah danbau, Pucat, saat diambildarah pada vena collaps,darah encer sekali,pucat dan jaundice.Sore:Suhu 38,6 0C, makandisuap intestinal Ok,tumor berbau dankehitaman, bleeding (-),lesu, pucat danjaundice, bulu disekitarperineal dan perianaldigunting, kurus.

Hematopan ®Biosolamin ®Luka dibershkan dengan NSSore:Omipural PujiminCek glukosa darah

4 Oktober 2014

Pagi:Suhu 36,7 0C,makanintestinal blenderdisuap ok, mukosa pucat,tidak terlalu lesu,sudah mau berdiri, tumorbau, kehitaman danseperti ada slimekekuningaan, daeraperineal lembab,perianal sebelah kananada luka kulit robek.BG: 255 mg/dl.Sore:Suhu 37, 2 0C, Cek urine,makan intestinal blendersuap ok, Vesica UrinariaKecil, palpasi didekat

Vitamin KSynulox®Hematopan ®Biosolamin ®Luka dibershkan dengan NSSore:Omipural PujiminCek glukosa darahCek USG

VU ada masa bulat agakkeras. Cek urinalisi:pH : 6Leu : (-)Glukosa : 3+Protein : (-)Keton : (-)Urobil : (-)Eritros : (-)

5 Oktober 2014

Pagi:Suhu 370C, makan disuapintestinal OK. BG 127mg/dl, VU kecil. Tumormudah bleeding, adajaringan mati, perianalkanan dan kiri robek,BAB (-), pucat jaundice,kaki kanan belakangmasih pincang.Sore:Suhu 36,5 0C, makandisuap diabetic ok,tidak terlalu lesu, bab(-), abdomen tegang,leleran kehitaman dariluka perianal, BG: 114mg/dl.

Vitamin KSynulox®Hematopan ®Biosolamin ® PujiminLuka dibershkan dengan NSSore:Omipural Siantan

6 Oktober 2014

Pagi:Suhu 36,80C. makandiabetic mau senidiri,minum sendiri, tidakterlalu lesu, infu SC,tumor masuk ke vagina,USG tumor besar, BAB(+), BAK (-). USG organ:Hati ukuran membesar,terlihat tidak homogeny,

Vitamin KSynulox®Hematopan ®Biosolamin ®Fufang®Infus SCUSG

pembuluh darah membesardan aktif.Ginjal kiri ok, ginjalkanan mengecil.Limpa ok.Uterus membesar danvascularisasi darahaktiv sekali.Sore:Suhu 38.50C, pucat,discharge kecoklatan.

7 Oktoer 2014

Pagi:Suhu 38,4 0C, intestinalblend disuap susah,reflex menelan bagus,BAB (+) berwarnakehitaman, BAK (+),tumor masih didalamvagina, discharge (-).Sore:Suhu 38,5 0C, makanintestinal bland disuapok, BAB (+) sudah agakkemerahan, tumor masihdalam vagina, discharge(-).

Synulox®Hematopan ®Biosolamin ®Fufang®

R/ Curcumin

8 Oktober 2014

Pagi:Suhu 38,5 0C, makanintestinal mau makansendiri, mulai aktiv,kaki belakang kananselalu diangkat, BABpasta kehitaman, urinasitidak ada, area analluka mengecil, kurus.

Synulox®Hematopan ®Biosolamin ®Fufang®Curcumin

BAB 3. PEMBAHASAN

Anamnesa dan tanda klinis yang ditemukan pada

anjing Bella adalah Lethargi, tidak mau makan, keluar

leleran dari vagina, terlihat ada benjolan sekitar

vagina, rasa sakit di daerah pelvis, discharge kental

keluar dari vagina dan bau tidak wajar. Kaki belakang

kanan diangkat jika berjalan. Pemeriksaan palpasi pada

regio abdomen menunjukkan adanya reaksi kesakitan pada

bagian sekitar pelvis inlet dan benjolan abnormal.

Berdasarkan anamnesa dan tanda klinis disimpulkan bahwa

anjing mengalami perutmbuhan jaringan abnormal pada

daerah sekitar vagina. Pemeriksaan penunjang yang

dilakukan untuk menegakkan diagnosa diantaranya adalah

(ultrasonografi) USG, palpasi per-vaginal, pemeriksaan

darah, urinalisis dan sitologi urin. Hasil pemeriksaan

USG diperoleh bentuk dinding vesika urinaria tidak

teratur, yang teriisi penuh oleh urin. Pada dinding

vesika urinaria terlihat struktur hyperechoic yang

mengindikasikan terjadi penebalan dinding vesika

urinaria dan diduga terjadi inflamasi pada vesika

urinaria. Inflamasi pada vesika urinaria terjadi karena

infeksi dari bakteri atau jamur yang sering terjadi

pada kasus cystitis (Morgan 2008). Hasil palpasi per-

vaginal menunjukkan adanya benjolan yang diduga sebagai

suatu bentuk abnormalitas pertumbuhan jaringan atau

neoplasia.

Gambar 2 Hasil ultrasonografi vesika urinaria dan

Uterus

Hasil pengamatan gambaran uterus pada hasil

ultrasonografi bertujuan untuk melihat adanya

manifestasi sel neoplasia pada saluran reproduksi

bagian uterus, hasil tersebut menunjukkan tidak adanya

masa yang mengindikasikan adanya neoplasia pada bagian

uterus. Hal tersebut terlihat dari gambaran uterus yang

tidak mengalami pembesaran dan berwarna echoic.

Sehingga dapat disimpulkan tumor tidak memanifestasi

bagian uterus. (Park et al., 2006; Marcos et al., 2006;

Papazoglou et al., 2001). Canine transmissible venereal

tumor (TVT) merupakan tumor yang umum pada anjing yang

disebabkan oleh hubungan seksual. Hal ini umum terjadi

karna kebiasaan seksual anjing yang tidak terkontrol

dengan angka kejadian 2 – 43 %. Etiologinya muncul

ketika terjadi transplantsi dari anjing yang terinfeksi

ke anjing yang tidak terinfeksi. TVT merupakan tumor

benigna pada retikulo endotelial pada anjing yang

utamanya menyerang genitalia luar dan kadang-kadang

genitalia dalam. Penyakit ini umumnya di transmisikan

pada anjing muda, dan hewan yang dewasa kelamin.

Transplantasi terjadi selama koitus dimana sel-sel

tumor menyerang barrier MHC (Major Histocompatibility

Complex). TVT berkembang baik dilingkungan tropis

dengan temperature hangat (Rogers, 1997). Tumor dapat

tumbuh 15-60 hari setelah implantasi, dan dapat tidak

terdeteksi selama beberapa tahun (Lombard et al., 1968;

Moulton, 1978). Pada anjing betina biasanya dapat

ditemukan pada seluruh bagian mukosa vagina, sering

pula menyebar ke vestubula hingga labia. Ukurannya

bervariasi dari nodular kecil hingga besar hinga

menyebar ke lumen vulvovagina atau menjulur hingga

diantara labia. Perubahan regresif sering terjadi

hingga mudah berdarah dan keluar leleran serous,

hemoragi ataupun leleran purulent dari vagina (Aiello

et al., 2000).

Tabel 2 Pemeriksaan hematologi, kimia darah dan

urinalisis anjing Bella

Pemeriksaan Hasil Satuan Kisaran

normalAnjing

HematologiSel darah putih(WBC)

47.1 10^3/µL 6.0-17.0

Sel darah merah(RBC)

1.12 10^6µL 5.5-8.5

Hemoglobin (Hb) 3.3 g/dL 12.0-18.0Hematokrit (HCT)

8.1 % 37.0-55.0

MCV 72.3 Fl 60.0-77.0MCH 29.4 Pg 19.5-24.5MCHC 40.7 g/dL 32.0-36.0Trombosit (PLT) 337 10^3/µL 200-500Limfosit 16.1 % 12.0-30.0Monosit - % 3.0-10.0Eosinofil - % 2.0-10.0Granulosit 83.9 % 60.0-80.0Limfosit 7.6 10^3/µL 1.0-4.8Monosit - 10^3/µL 0.15-1.35Eosinofil - 10^3/µL 0.01-1.25Granulosit 39.5 10^3/µL 3.5-14.0RDW 17 % 12.0-16.0PCT 0.19 % 0.0-2.9MPV 5.6 fL 6.7-11.0PDW 16.4 % 0.0-50.0Kimia darahAST/SGOT 173 U/L 8.9-48.5ALT/SGPT 154 U/L 8.2-57.3Ureum (BUN) 56.9 mg/dL 10-20Kreatinin 0.72 mg/Dl 1-2Total protein 4.8 g/dL 5.4-7.5Albumin 1.6 g/dL 2.6-4.0Globulin 3.2 g/dL 2.7-4.4Rasio A/G 0.50 0.6-1.1Total bilirubin 0.085 mg/dL 0.07-0.61Alkalin phosphatase

74 U/L 10.6-100.7

Glukosa 192 mg/dL 60-100UrinalisisWarna Kunin

gKonsistensi EncerBerat jenis 1.020 1.015-1.045Ph 6.0 5.0-7.0Leukosit -Nitrit -Protein -Glukosa 3+Keton -Urobilinogen -Bilirubin -Eritrosit -

Hasil pemeriksaan hematologi pada anjing Bella

menunjukkan adanya penurunan nilai sel darah merah,

hemoglobin (Hb), dan hematokrit (Hct) yang merupakan

gambaran dari anemia. Anemia yang terjadi pada kasus

ini merupakan anemia normositik hipokromik karena nilai

mean corpuscular volume (MCV) normal dan mean corpuscular

hemoglobin concentration (MCHC) berada pada keadaan turun.

Selain itu, hasil pemeriksaan hematologi juga

menunjukan adanya leukositosis, granulositosis. Menurut

Salisia dan Hariono (2010), beberapa penyebab anemia

normositik hipokromik adalah depresi eritrogenesis

seperti pada kasus radang kronis, hipoplasia sumsum

tulang, defisiensi iron, dan perdarahan akut. Selain

itu, anemia normositik hipokromik dapat terjadi pada

kondisi inflamasi dan neoplasia (Willard dan Tvedten

2012). Anemia yang terjadi pada kasus anjing Bella

diduga karena adanya inflamasi terkait kejadian tumor

atau neoplasia pada vagina. Leukositosis dan

granulositosis dapat terjadi pada kondisi inflamasi,

respon terhadap epineprin, respon terhadap

kortikosteroid, rasa sakit dan stress (Salasia dan

Hariono 2010). Leukositosis yang dialami anjing Bella

adalah granulositosis yang diduga didominasi oleh

neutrofilia. Leukositosis lebih sering disebabkan oleh

neutrofilia karena neutrofil merupakan fraksi leukosit

terbesar (Willard dan Tvedten 2012). Leukositosis dan

granulositosis pada anjing Bella diduga akibat adanya

inflamasi terutama pada vagina dan kelenjar perianal.

Selain itu, leukositosis dan granulositosis pada anjing

Bella terjadi karena peningkatan kortikostreoid

endogenus sebagai respon terhadap rasa sakit dan stress

(Duncan, 1995). Limfositosis dapat terjadi pada

keadaaan seperti neoplasia, infeksi khronis (Salasia

dan Hariono, 2010).

Hasil kimia darah menunjukkan terjadi peningkatan

nilai aspartate transaminase (AST), alanine transaminase (ALT),

glukosa, dan blood urea nitrogen (BUN). Sedangkan penurunan

terjadi pada total protein, albumin, globulin, dan

rasio A/G. Peningkatan enzim ALT dapat disebabkan oleh

kerusakan sel-sel hati seperti pada kasus cholangitis,

cholangiohepatitis, sirosis hati, hepatitis dan

pankreatitis. Peningkatan enzim AST menunjukkan bahwa

telah terjadi kerusakan sel hepatik (nekrosa). AST

merupakan enzim mitokondria-bond yang ditemukan pada

jaringan terutama di hati dan otot lurik. (Willard dan

Tvedten 2012). Peningkatan ALT dan AST pada anjing

Bella dimungkinkan terjadi karena penyakit

hepatoseluler. Kerusakan sel-sel hati akut yang terjadi

pada anjing Bella ditandai dengan peningkatan nilai ALT

yang lebih tinggi dari pada nilai AST (Mayer 1992).

Menurut Letimer (2011), peningkatan konsentrasi urea

pada cairan ekstraseluler dinamakan azotemia. Penyebab

terjadinya azotemia dapat terbagi menjadi tiga yakni:

pre-renal, renal dan post-renal. Azotemia yang

menyertai kejadian pada kasus ini disebabkan oleh

anjing Bella yang mengalami dehidrasi, sehingga produk

sisa urea dalam tubuh dibandingkan dengan cairan akan

menunjukkan peningkatan nilai ureumyang berhubungan

dengan penurunan ratio A/G. Penurunan total protein,

albumin dan globulin dapat terjadi pada keadaan

malabsorbsi intestinal, malnutrisi, penyakit defisiensi

imun dan penyakit ginjal (Salasia dan Hariono 2010).

Selain itu, hipoproteinemia, hipoalbuminemia dan

hipoglobulinemia dapat terjadi pada kondisi protein-losing

nephropathy (PLN), protein-losing enteropathy (PLE), gangguan

fungsi hati dan oedema (Willard dan Tvedten 2012).

Hipoalbuminemia dan hipoglobulinemia yang terjadi

secara bersamaan mengindikasikan adanya

panhipoproteinemia (Letimer 2011). Hipoproteinemia,

hipoalbuminemia, hipoglobulinemia yang terjadi pada

anjing Bella diduga karena adanya gangguan fungsi hati

yang menyertai kejadian. Hiperglikemia dapat terjadi

karena gangguan sekresi hormon insulin, penurunan

fungsi hepar sebagai tempat penyimpanan glikogen

(Letimer 2011). Pada anjing Bella peningkatan glukosa

darah kemungkinan akibat penurunun fungsi hati sebagai

tempat penyimpanan glikogen dan Hiperglikemia terjadi

secara alami selama masa infeksi dan peradangan. Ketika

tubuh stres, katekolamin endogen yang dirilis antara

lain berfungsi untuk meningkatkan kadar glukosa darah.

Jumlah kenaikan bervariasi setiap hewan dan dari respon

terhadap inflamasi. Dengan demikian, tidak ada pasien

dengan hiperglikemia dapat langsung didiagnosis

penyakit diabetes jika pasien yang sakit bersamaan

dengan infeksi atau inflamasi. Pengujian lebih lanjut,

seperti glukosa plasma puasa, glukosa plasma acak, atau

dua jam postprandial glukosa tingkat plasma, harus

dilakukan..

Hasil urinalisis menunjukkan adanya glukosuria.

Menurut Willard dan Tvedten (2012), glukosuria dapat

terjadi kaena adanya gangguan ginjal dalam mereabsorbsi

glukosa, pakan diet yang mengandung banyak glukosa,

serta kemungkinan adanya gangguan sistem kerja insulin

yang berhubungan pada hiperglikemia dalam darah yang

tidak mungkin untuk direabsorbsi sehingga terjadi

diuresis osmosis.

Tatalaksana terapi yang dilakukan pada kasus ini

diantaranya adalah pengembalian kondisi cairan tubuh

menggunakan cairan infus laktat ringer. Obat-obatan

injeksi yang diberikan kepada anjing Bella yaitu

Vitamin K 1, Dycinon ®, Synulox ®, Biosalamin®, dan

Hematopan ®. Dycinon mengandung Ethamsylate yang

berfungsi sebagai obat perdarahan efusi, pengobatan

internal, dan pengobatan kerapuhan pembuluh kapiler.

Vitamin K1 (phylloquinone) berfungsi menjaga

konsistensi aliran darah dan pembekuannya. Synulox

merupakan golongan antibiotic yang berisi amoxillin dan

asam klavulanat. Amoxicillin turunan Penisilin yang

bersifat bakterisidal dan berspektrum luas, dengan Asam

Klavulanat sebagai penghambat progresif yang poten dan

irreversibel terhadap enzim b-laktamase. Amoxicillin

bekerja dengan menghambat pembentukan mukopeptida yang

diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap

mikroba yang sensitif dan yang sedang aktif membelah

Amoxicillin akan menghasilkan efek bakterisidal. Adanya

Asam Klavulanat dapat melindungi Amoxicillin dari

perusakan dan hilangnya aktivitas antibakteri oleh

enzim b-laktamase yang diproduksi oleh bakteri gram

negatif dan gram positif. Asam klavulanat bekerja

dengan menembus dinding sel bakteri, karena itu dapat

menginaktivasi enzim ekstra selular dan yang terikat

pada sel. Biosalamin® merupakan obat yang mengandung

adenosin Triphosphat, sebagai energi cadangan siap

pakai, berperan penting dalam proses metabolisme sel

tubuh hewan. Garam Aspartarte, berperan dalam mengatur

keseimbangan ion-ion tubuh pada proses metabolisme sel

tubuh hewan. Sodium selenite, sangat berperan dalam

mengatur reaksi enzimatis pada proses metabolisme sel &

berfungsi juga sebagai antioksidan. Hematophan® (B12)

berfungsi memperbaiki proses metabolism tubuh hewan

sehingga meningkatkan kerja otot lebih baik dan

meningkatkan daya tahan tubuh. Sangobion ® mengandung

Ferous Gluconate, Manganese Sulphate, dan Cooper

Sulfate yang merupakan zat pembentuk sel darah merah.

Ornipural ® merupakan supplemen untuk hepar yang

mengandung betaine, Arginine (hydrochloride), Ornithine

(hydrochloride), Citrulline, Sorbitol, Metacresol.

Pujimin ® merupakan obat yang mengandung channa albumin

dan asam amino essensial yang berfungsi sebagai

pengatur metabolisme asam lemak dan billirubin serta

penyeimbang tekanan osmotik kapiler darah.

Selama dilakukan perawatan di ruang rawat inap,

anjing Bella menunjukkan perkembangan yang baik. Pada

hari ke-5 perawatan, anjing Bella sudah dapat makan

sendiri, lebih aktiv (menggonggong, berdiri, dan

berjalan), serta merespon panggilan. Pendarahan

disekitar tumor juga berhenti dan perlukaan disekitar

perianal juga telah menutup. Hal ini mengindikasikan

anjing Bella merespon terhadap pemberian obat obatan

dan suplemen yang diberikan selama perawatan.

KESIMPULAN

Canine transmissible veeral tumor merupakan tumor

benigna pada retikulo endotelial pada anjing yang

utamanya menyerang genitalia luar. Penyakit ini umumnya

di transmisikan pada anjing muda, dan hewan yang dewasa

kelamin. Transplantasi terjadi selama koitus dimana

sel-sel tumor menyerang barrier MHC (Major

Histocompatibility Complex). TVT berkembang baik

dilingkungan tropis dengan temperature hangat. Pada

anjing betina biasanya dapat ditemukan pada seluruh

bagian mukosa vagina, sering pula menyebar ke vestubula

hingga labia. Ukurannya bervariasi dari nodular kecil

hingga besar hinga menyebar ke lumen vulvovagina atau

menjulur hingga diantara labia. Perubahan regresif

sering terjadi hingga mudah berdarah dan keluar leleran

serous, hemoragi ataupun leleran purulent dari vagina.

Pengobatan yang dapat dilakukan adalah melalui

pembedahan atau pemberian kemoterapi serta pengobatan

yang bersifat symptomatis dan suportif.

DAFTAR PUSTAKA

Aiello S. 2000. Marck Veterinary Manual. USA: Marck & CoInc.

Duncan JR, Prasse KW, Mahaffey EA. 1995. VeterinaryLaboratory Medicine Clinical Pathology. Iowa StateUniversity Press.

Johnston SD, Kamolpatana K, Root-Kustritz MV, JohnstonGR. 2000. Prostatic Disorders In The Dog. An RepSci. (60–61): 405–415.

Letimer KS. 2011. Duncan & Prasse’s Veterinary LaboratoryMedicine: Clinical Pathology 5th Ed. USA. Wiley-Blackwell.

Meyer DJ, Coles EH, Rich LJ. 1992. Veterinary LabarotryMedicine : Interpretation and Diagnosis. Saunders Company.

Morgan RV. 2008. Handbook of Small Animal Practice. USA.

Saunders Elsevier.

Salasia SI, Hariono B. 2010. Patologi Klinik Veteriner: Kasus

Patologi Klinik. Yogyakarta. Samudra Biru.

Willard MD, Tvedten H. 2012. Small Animal ClinicalDiagnosis by Laboratory Methods 5th Ed. USA.Elsevier Saunders.

Bloom, F., George, H., Nobace, C.R. 1950. TheTransmissible Venereal Tumor of the Dog. StudiesIndicating That the Tumor Cells are Mature endCells of reticulo-endothelial origin. Departmentsof Pathology and Anatomy of the State UniversityMedical Center at New York.

Brooklyn, N.Y., and the Departments of Anatomy of theHahnemann Medical CoUege and Hospital,Philadelphia, Pa., and of the College ofPhysicians and Surgeons, Columbia University, NewYork, N.Y.

Brooks, W.C. 2008. Vincristine (Oncovin, Vincasar).veterinarypartner.com

Lombard, C.H., Cabanie, P.1968. Le sarcome de Sticker.Rev Med Vet. 119(6):565-586.

Marcos. R., Santos. M., Marrinhas. C., dan Rocha E.2006. Vet Clin Pathol.Cutaneous transmissiblevenereal tumor without genital involvement in aprepubertal female dog. Mar 35(1):106-9.

Moulton, J.E. 1978. Tumor of genital systems. In:Moulton JE, ed. Tumors in domestic animals. 2.ed.California: University of California; 326-330.

Nak, D., Nak, Y., Cangul, I.T., and Tuna, B. 2005. AClinico-pathological Study on the Effect ofVincristine on Transmissible Venereal Tumour inDogs. Journal of Veterinary Medicine Series A 52(7) , 366–370.

Papazoglou, L. G.,. Koutinas, A. F., Plevraki, A. G.,Tontis, D. 2001. Journal of Veterinary Medicine.Primary Intranasal Transmissible Venereal Tumourin the Dog: A Retrospective Study of SixSpontaneous Cases. Series A 48 (7) , 391–400

Lampiran 1. Jurnal

“The Transmissible Venereal Tumor of the Dog”

“Cutaneous transmissible venereal tumor without genitalinvolvement in a prepubertal female dog”

“Primary Intranasal Transmissible Venereal Tumour inthe Dog”