Kajian Geoteknik
-
Upload
charlessuebu -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Kajian Geoteknik
BAB IV
KAJIAN GEOTEKNIK4.1. Analisis Geoteknik
Penyelidikan geoteknik yang dilakukan di lokasi
Pertambangan PT. Iron Mine berupa analisis
kemantapan lereng. Analisis kemantapan lereng
meliputi analisis kemantapan lereng tunggal
(individual / single slope) dan lereng keseluruhan (overall
slope), baik lereng high-wall maupun low-wall, serta
lereng timbunan. Kajian geoteknik ini berisi
analisis data pengeboran, data hasil uji
laboratorium, analisis kemantapan lereng
penambangan, rekomendasi dimensi lereng.
4.1.1. Analisis Data Pengeboran
Pengeboran untuk keperluan pengambilan
sample telah dilakukan pada 66 lubang bor di
wilayah konsesi PT. Iron Mine (Kelompok 1),
yaitu lubang bor DH-A1 sampai DH-L7. Kedalaman
pengeboran masing-masing lubang bor bervariasi
antara 15 m sampai dengan 38 m. Data lokasi dan
kedalaman masing-masing lubang bor dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Lokasi Kedalaman Lunbang Bor
No.Bor
Koordinat Elevasi(mdpl)
TotalKedalama
nEasting Northing
DH-A1 425299.3
85,774.4 164.9 25
20
DH-A2 425299.4
85,799.6 168.8 26
DH-A3 425300.1
85,824.8 167.9 25
DH-A4 425300.2
85,850.1 164.0 23
DH-A5 425300.1
85,873.8 154.0 19
DH-B1 425326.2
85,775.2 165.7 25
DH-B2 425325.8
85,800.0 170.7 25
DH-B3 425324.5
85,824.8 171.2 25
DH-B4 425325.9
85,850.4 167.9 17
DH-B5 425324.7
85,875.0 158.8 15
DH-C1 425350.1
85,774.9 167.4 19
DH-C2 425349.8
85,800.0 172.9 25
DH-C3 425,349.8
85,824.8 175.4 23
DH-C4 425,350.5
85,850.3 172.7 26
DH-C5 425,351.6
85,874.0 167.0 26
DH-D1 425,375.8
85,775.2 170.4 26
DH-D2 425,375.1
85,800.0 175.6 29
No.Bor
Koordinat Elevasi(mdpl)
TotalKedalama
nEasting Northing
DH-D3 425,374.8
85,824.9 178.5 25
DH-D4 425,375.2
85,849.5 176.8 30
DH-D5 425,374.9
85,875.0 171.2 25
DH-E1 425,399.0
85,776.0 175.0 23
DH-E2 425,399.3
85,800.0 178.0 25
DH-E3 425,399 85,824 181.1 25
21
.7 .8
DH-E4 425,400.5
85,850.0 181.2 19
DH-E5 425,400.4
85,874.9 175.3 20
DH-F1 425,425.0
85,775.1 175.0 21
DH-F2 425,424.5
85,800.1 180.7 25
DH-F3 425,425.1
85,824.9 184.1 25
DH-F4 425,423.9
85,850.2 184.6 19
DH-F5 425,424.9
85,874.9 179.5 25
DH-G1 425,450.5
85,775.1 177.9 30
DH-G2 425,448.0
85,801.0 181.0 30
DH-G3 425,450.0
85,825.0 187.3 25
DH-G4 425,449.6
85,850.7 188.4 24
DH-G5 425,450.7
85,875.2 187.7 25
DH-G6 425,448.6
85,901.0 187.1 32
DH-G7 425,448.2
85,924.8 188.6 25
DH-H1 425,475.0
85,774.9 180.2 25
DH-H2 425,475.0
85,800.0 186.1 26
DH-H3 425,474.9
85,825.1 190.8 22
DH-H4 425,474.4
85,850.0 191.9 26
DH-H5 425,475.0
85,876.0 195.0 26
DH-H6 425,475.7
85,900.0 197.6 27
DH-H7 425,474.9
85,925.1 196.5 25
DH-I1 425,500.4
85,774.9 180.2 30
DH-I2 425,500 85,800 187.7 25
22
.2 .0
DH-I3 425,499.0
85,824.5 192.9 30
DH-I4 425,499.4
85,850.2 195.7 38
DH-I5 425,499.9
85,875.0 197.8 30
DH-I6 425,499.3
85,900.0 201.4 30
DH-I7 425,500.3
85,924.6 200.7 30
DH-J3 425,523.9
85,824.5 194.5 25
DH-J4 425,525.1
85,850.0 198.9 30
DH-J5 425,525.0
85,875.1 202.4 30
DH-J6 425,525.7
85,899.8 204.4 28
DH-J7 425,525.3
85,925.9 199.1 25
DH-K3 425,548.7
85,824.5 195.6 30
DH-K4 425,548.4
85,849.0 200.8 30
DH-K5 425,549.8
85,874.9 204.0 25
DH-K6 425,551.0
85,900.0 201.0 30
DH-K7 425,549.9
85,924.9 199.3 25
DH-L3 425,574.5
85,824.6 195.0 30
DH-L4 425,573.6
85,848.8 200.8 30
No.Bor
Koordinat Elevasi(mdpl)
TotalKedalama
nEasting Northing
DH-L5 425,575.1
85,875.0 202.7 25
DH-L6 425,575.0
85,899.8 201.4 30
DH-L7 425,574.6
85,924.8 198.1 25
23
4.2. Rekapitulasi Data Hasil Pemboran
Rekapitulasi hasil pemboran dapat dilihat Penampang
dibawah ini.
Gambar 4.1. Profil Pemboran
Profil diatas dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Material berukuran lempung, berwarna merah
dan banyak terdapat akar tanaman. Tekstur
batuan asal tidak dapat dikenali. Pengkayaan
Fe terjadi pada zona ini.
24
2. LimonitMerupakan lapisan dibawah Over Burden,
berwarna merah, berukuran lempung sampai
pasir, tekstur batuan asal mulai dapat
diamati walaupun masih sangat sulit.
Pengkayaan Fe dan Co terjadi pada zona ini.
3. Zona Saprolite Merupakan zona dibawah limonit
dan tempat terakumulasinya unsure Ni. Tekstur
batuan asal sudah dapat terlihat. Berdasarkan
kandungan fragmennnya zona ini dibagi menjadi
dua yaitu :
a. Sub Soft Saprolit
Mengandung fragmen – fragmen berukuran
bolder kurang dari 25%.
b. Sub Hard Saprolit
Mengandung fragmen – fragmen berukuran
boulderlebih dari 50%.
4. Zona Blue Zone Merupakan zona di bawah zona
saprolite, berupa batuan asal (batuan beku
ultra basa) yang mengalami pengkekaran yang
sangat intensif. Tekstur batuan telah sama
dengan tekstur batuan asal dan kekar – kekar
umumnya terisi oleh urat garnierite dan
silica.
5. Bed Rock Merupakan batuan beku ultra basa.
Tabel 4.2 Sifat Fisik dan Mekanik Material
Materi Berat Jenis Kohesi (c) Sudut geser
25
al(γ)
kN/m3kN/m2 dalam (Ф)
Lempun
g
16 19,5 23
Limoni
t
17 27 20
Saprol
it
17 29 20
Bedroc
k
20 30 19
4.3. Analisis Kemantapan Lereng
Analisis kemantapan lereng penambangan dilakukan
untuk mengetahui dimensi lereng yang mantap dalam
bentuk tinggi lereng dan sudut kemiringan lereng.
Data-data yang diperlukan untul analisis ini adalah
data topografi, struktur geologi, serta sifat fisik
dan mekanik dari batuan pembentuk lereng. Analisis
kemantapan lereng dilakukan pada penampang yang
melewati lubang bor (DH-A1 sampai DH-L7).
Untuk perhitungannya, dilakukan berdasarkan
Metode Kestabilan atas (Metode Hoke & Bray).
Perhitungan tersebut dilakukan terhadap lereng
26
tunggal (individual slope), lereng keseluruhan (overall
slope) penambangan, dan lereng timbunan.
1.
2.
3.
4.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4. Faktor Yang Mempengaruhi Kemantapan Lereng
Faktor-faktor yang perlu diperhatikandalam
menganalisa kemantapan lereng adalah sebagai berikut
:
1.Penyebaran tanah atau batuan
Macam, jenis dan penyebaran serta hubungan
antar tanah dan batuan pada daerah penyelidikan
harus diketahui karena sifat-sifat fisik dan
mekanik suatu tanah dan batuan pada suatu daerah
berbeda dengan tanah dan batuan pada daerah lain
sehingga kekuatan untuk menahan beban diatasnya
juga berbeda.
2.Relief permukaan bumi
Salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan
lereng adalah relief permukaan bumi yang mana akan
mempengaruhi laju erosi pengendapan serta juga
menentukan arah aliran air permukaan dan air
27
tanah. Hal ini disebabkan untuk daerah yang curam
dengan adanya air permukaan, kecepatan aliran air
permukaan tinggi dan mengakibatkan pengikisan
lebih intensif dibandingkan pada daertah yang
landai.
Karena erosi yang intensif banyak dijumpai
pada singkapan tanah atau batuan dan ini
menyebabkan pelapukan yang lebih cepat, sehingga
kemantapan lereng menjadi berkurang.
3.Struktur geologi
Struktur geologi yang perlu diketahui didaerah
penyelidikan untuk menganalisa kemantapan lereng
adalah sesar, kekar, bidang perlapisan,
perlipatan, ketidakselarasan dan sebagainya.
Struktur-struktur geologi ini merupakan hal yang
penting didalam analisis kemantapan lereng karena
struktur merupakan bidang lemah didalam massa
tanah atau batuan dan dapat menurunkan kemantapan
lereng.
4.Iklim
Iklim berpengaruh terhadap kemantapan lereng
karena iklim mempengaruhi perubahan temperatur.
Temperatur yang cepat sekali berubah dalam waktu
yang sangat singkat akan mempercepat proses
pelapukan. Untuk daerah tropis pelapukan lebih
28
cepat dibandingkan daerah dingin. Oleh karena itu
bahan galian dan singkapan pada lereng daerah
tropis akan lebih cepat lapuk dan ini
mengakibatkan mudah terjadinya longsor .
5.Geometri lereng
Geometri lereng mencakup tinggi lereng dan
sudut kemiringan. Lereng terlalu tinggi dengan
sudut kemiringan yang besar akan mengakibatkan
menjadi tidak mantap dan cenderung lebih mudah
longsor dibandingkan dengan lereng yang tidak
terlalu tinggi bila susunan tanah atau batuannya
sama.. muka air tanah yang dangkal menjadikan
lereng sebagian besar basah dan tanah atau
batuannya mempunyai kandungan air yang tinggi
sehingga lereng lebih mudah longsor. Hal ini
disebabkan oleh air yang terkandung dalam tanah
atau batuan akan menambah beban tanah atau batuan
tersebut.
6.Gaya luar
Gaya luar juga dapat mempengaruhi kemantapan
suatu lereng. Gaya ini berupa getaran-getaran
yang berasal dari sumber yang berada didekat
ataupun diatas lereng tersebut. Getaran ini
misalnya ditimbulkan oleh kegiatan peledakan, lalu
lintas kendaraan yang berada diatas lereng,
29
getaran dari alat mekanis yang bekerja diatas
lereng itu dan sebagainya.
4.4.1. Data Dasar Analisis
Data utama sebagai dasar analisa kemantapan
lereng adalah :
1. Geometri lereng
Geometri lereng yang perlu diketahui untuk
menentukan kemantapan lereng adalah
a. Tinggi dan kemiringan lereng (tiap
jenjang)
b. Lebar jenjang
Tinggi, lebar dan kemiringan lereng
jenjang dapat diukur berdasarkan pengukuran
secara langsung dilapangan atau dengan cara
pengukuran dari hasil penggambaran peta.
2. Struktur geologi
Struktur geologi yang mempengaruhi
kemantapan lereng adalah adanya bidang-bidang
diskontiniu atau bidang-bidang lemah yang
berada disekitar atau tepat disuatu lereng,
antara lain : sesar, kekar, rekahan,
ketidakselarasan, perlapisan foliasi dan
perlipatan.
4.
4.1.
4.2.
30
4.3.
4.4.2. Sifat Fisik dan Mekanik
Sifat fisik dan mekanik yang diperlukan
untuk menganalisa kemantapan lereng adalah :
1.Berat isi
Nilai berat isi dapat diperoleh dari hasil
pemeriksaan dilaboratorium, yaitu pemeriksaan
berat isi, dengan tujuan untuk mengetahui
berat isi material dari sampel yang diambil
dari lokasi penelitian. Sampel tersebut dapat
diperoleh mengunakan tabung contoh / sampel.
Analisa dari perhitungan biasanya
dilakukan sebanyak tiga kali kemudian dihitung
rata-ratanya dan dapat dibuat dengan persamaan
sebagai berikut:
Ws
γ =
V
Dimana :
γ = Berat isi (Kg/cm3)
Ws = Berat contoh basah (Kg)
V = Volume contoh (cm3)
2.Sudut geser dalam dan Kohesi
Pemeriksaan kuat geser dapat dilakukan
dilaboratorium. Alat yang digunakan untuk
31
pemeriksaan kuat geser langsung adalah Direct
Shear Test. Sedangkan contoh tanah atau batuan
yang digunakan untuk pemeriksaan adalah contoh
tidak terganggu yang diperoleh dari lokasi
penelitian dengan mengunakan tabung contoh
atau sampel. Dari hasil pemeriksaan
dilaboratorium didapat data yang kemudian
digambarkan kedalam grafik untuk mengetahui
nilai kohesi dan nilai sudut geser dalam.
4.4.
4.5. Metode Analisa Kemantapan Lereng
Metode yang dipakai untuk menghitung atau
menganalisa kemantapan suatu lereng adalah dengan
cara keseimbangan batas, yaitu dihitung besarnya
kekuatan yang diperlukan untuk mempertahankan
kemantapan lereng, dari perbandingan ini diperoleh
Faktor Keamanan (FK).
Metode untuk menganalisa kemantapan lereng,
secara garis besar dapat dibagi tiga bagian ,
yaitu :
- Pengamatan Visual
- Secara Analistis
- Secara Grafik
4.5.
4.5.1. Metoda Hoek and Bray
32
Metoda ini merupakan cara yang sangat mudah,
cepat dan hasilnya masih dapat
dipertanggungjawabkan. Metoda ini juga dapat
dipakai untuk desain awal dari suatu lereng
dimana Safety Factor yang dihasilkan masih sangat
global.
Metoda ini sangat tergantung pada, jenis
material, dalam metoda ini material
(tanah/batuan) dianggap homogen dan kontinyu.
Akan tetapi jika memang terdapat suatu struktur
besar seperti sesar yang membagi lereng terdebut
, maka maka parameter dapat ditentukan dengan
melihat tebal dari bidang tersebut.
Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang
luncur berupa busur lingkaran. Tinggi permukaan
air tanah pada lereng.
Langkah-langkah Metode Hoek Chart 5
33
CH. Tan
F
HFC
Tan
Step 1Step 2
Step 3
Step 4
Step 4
Gambar 4.2 Langkah Perhitungan FK
Tabel 4.3.Faktor Keamanan
Faktor Keamanan
(FK)
Kejadian
FK < 1 LongsorFK = 1 KritisFK > 1 Aman
4.6. Keputusan Menteri No. 555 Pasal 241
Geometri Jenjang Menurut KepMen No. 555 Pasal 241 :
1. Kemiringan, tinggi dan lebar teras harus dibuat
dengan baik dan aman untuk keselamatan para
pekerja agar terhindar dari material atau benda
jatuh.
2. Tinggi jenjang (bench) untuk pekerjaan yang
dilakukan pada lapisan yang mengandung pasir,
tanah liat, kerikil, dan material lepas lainnya
harus :
a. Tidak boleh lebih dari 2,5 meter apabila
dilakukan secara manual;
b. Tidak boleh lebih dari 6 meter apabila
dilakukan secara mekanik dan
c. Tidak boleh lebih dari 20 meter apabila
dilakukan dengan menggunakan chamshell, dragline,
34
bucket wheel excavator atau alat sejenis kecuali
mendapat persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang.
3. Tinggi Jenjang untuk pekerja yang dilakukan pada
material kompak tidak boleh lebih dari 6 meter,
apabila dilakukan secra manual.
4. Dalam hal penggalian dilakukan sepenuhnya dengan
alat mekanis yang dilengkapi dengan kabin
pengaman yang kuat, maka tinggi jenjang maksimum
untuk material kompak 15 meter, kecuali mendapat
persetujuan Kepala Pelaksanaan Inspeksi Tambang.
5. Studi kemantapan lereng harus dibuat apabila :
a. Tinggi jenjang keseluruhan pada sistem
penambangan berjenjang lebih dari 15 meter dan
b. Tinggi setiap jenjang lebih dari 15 meter.
6. Lebar lantai treas kerja sekurang-kurangnya 1,5
kali tinggi jenjang atau disesuaikan dengan alat-
alat yang digunakan sehingga dapat bekerja dengan
aman dan harus dilengkapi dengan tanggul pengaman
(safety berm) pada tebing yang terbuka dan
diperiksa pada setiap gilir kerja dari
kemungkinan adanya rekahan atau tanda-tanda
tekanan atau tanda-tanda kelemahan lainya.
4.7. Dimensi JenjangLebar Jenjang
35
Lebar Jenjang Menurut Head quarter of US Army ( pits and quary
tehnical bulletin) no : ( 5 – 352 ) adalah sebagai berikut :
Wmin = C1 + Wt + Wb + Ls + Wc
Dimana :
- W min = Lebar Bench Minimum, m
- C1 = Lebar Bench Yang Dibor, m
- Wt = Lebar Dari Alat Angkut, m
- Ls = Panjang Back Hoe ( tanpa boom ), m
- Wc = “ Floor Cuting Radius “ dari Back Hoe, m
- Wb = Lebar material hasil pengusuran, m
36
4.8. Perhitungan Geometri Jenjang
Untuk menentukan Faktor Keamanaan (Fk) dari lereng maka
diperlukan data-data sebagai berikut :
Berat isi material (γ) : 16 kN/m3
Kohesi (C) : 19,5 kN/m2
Sudut geser dalam (Ф) : 23º
Tinggi Bench : 6 meter, 5 meter dan 4 meter
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut (untuk lebih
jelasnya lihat Gambar 4.5) :
Langkah 1 :
1. Dengan gambar geometri lereng yang telah dibuat,
tentukan kondisi air tanah yang ada dan sesuaikan
dengan Gambar 3.9. Pilih yang paling tepat atau
mendekati.
2. Hitung angka c/(Htan), kemudian cocokan angka
tersebut pada lingkaran terluar dari diagram
(chart) yang dipilih.
C 19,5= 0,47
H Tan an
C 19,5= = 0,57
H Tan an
C 19,5= = 0,71
H Tan an
Langkah 2
37
1. Ikuti jari-jari mulai dari angka yang diperoleh
pada Langkah 1 poin 2 sampai memotong kurva yang
menunjukkan kemiringan.
2. Dari titik pada langkah 2 poin 1, kemudian ditarik
ke kiri dan ke bawah untuk mencari angka Tan/F
dan c/(HF).
3. Hitung faktor keamanan (F) dari kedua angka yang
diperoleh dari langkah 2 poin 2.
Lereng dengan tinggi 6 Meter.
38
0,47
(0,21)
(0,44)
Dengan menggunakan Circular Failure Chart no. 5
ditarik garis dari titik 0 sampai Cγ.H.tan∅ = 0.57
kemudian ikuti garis yang telah dibuat sampai yang
memotong kurva kemiringan lereng 80o, 70o, 60o, 50o dan
40o. Selanjutnya tarik garis ke kiri dan bawah untuk
mencari nilai cγ.H.F dan
tan∅F
Sudut Lereng 80o diperoleh cγ.H.F = 0,21 dan
tan∅F =
0,44
Sudut Lereng 70o diperoleh cγ.H.F = 0,18 dan
tan∅F =
0,38
Sudut Lereng 60o diperoleh cγ.H.F = 0,16 dan
tan∅F =
0,32
Sudut Lereng 50o diperoleh cγ.H.F = 0,14 dan
tan∅F =
0,28
41
(0,122)
(0,25)
Sudut Lereng 40o diperoleh cγ.H.F = 0,122 dan
tan∅F =
0,25
Langkah selanjutnya menghitung Faktor Keamanaan (F)
Lereng menggunakan persamaan diperoleh cγ.H.F dan
tan∅F
Sudut Lereng 80o :
cγ.H.F
=0,21→ 19,516x6xF
=0,21→96F=19,50,21
→F=92,896
=0,9
tan∅F
=0,44→ tan23°F
=0,44→F=tan23°0,44
→F=0,9
Sudut Lereng 70o :
cγ.H.F
=0,18→ 19,516x6xF
=0,18→96F=19,50,18
→F=108,396
=1,1
tan∅F
=0,38→ tan23°F
=0,38→F=tan23°0,38
→F=1,1
Sudut Lereng 60o :
cγ.H.F
=0,16→ 19,516x6xF
=0,16→96F=19,50,16
→F=121,896
=1,2
tan∅F
=0,32→ tan23°F
=0,32→F=tan23°0,32
→F=1,3
Sudut Lereng 50o :
cγ.H.F
=0,14→ 19,516x6xF
=0,14→96F=19,50,14
→F=139,296
=1,4
42
tan∅F
=0,28→ tan23°F
=0,28→F=tan23°0,28
→F=1,5
Sudut Lereng 40o :
cγ.H.F
=0,122→ 19,516x6xF
=0,122→96F=19,50,122
→F=159,896
=1,6
tan∅F
=0,25→ tan23°F
=0,25→F=tan23°0,25
→F=1,6
Lereng dengan tinggi 5 Meter.
43
0,57
Dengan menggunakan Circular Failure Chart no. 5
ditarik garis dari titik 0 sampai Cγ.H.tan∅ = 0.57
kemudian ikuti garis yang telah dibuat sampai yang
memotong kurva kemiringan lereng 80o, 70o, 60o, 50o dan
40o. Selanjutnya tarik garis ke kiri dan bawah untuk
mencari nilai cγ.H.F dan
tan∅F
Sudut Lereng 80o diperoleh cγ.H.F = 0,22 dan
tan∅F =
0,38
46
0,57
(0,13)
(0,23)
Sudut Lereng 70o diperoleh cγ.H.F = 0,19 dan
tan∅F =
0,34
Sudut Lereng 60o diperoleh cγ.H.F = 0,17 dan
tan∅F =
0,30
Sudut Lereng 50o diperoleh cγ.H.F = 0,15 dan
tan∅F =
0,28
Sudut Lereng 40o diperoleh cγ.H.F = 0,13 dan
tan∅F =
0,23
Langkah selanjutnya menghitung Faktor Keamanaan (F)
Lereng menggunakan persamaan diperoleh cγ.H.F dan
tan∅F
Sudut Lereng 80o :
cγ.H.F
=0,22→ 19,516x5xF
=0,22→80F=19,50,22
→F=88,6380
=1,1
tan∅F
=0,38→ tan23°F
=0,38→F=tan23°0,38
→F=1,1
Sudut Lereng 70o :
cγ.H.F
=0,19→ 19,516x5xF
=0,19→80F=19,50,19
→F=102,6380
=1,2
tan∅F
=0,34→ tan23°F
=0,34→F=tan23°0,34
→F=1,2
47
Sudut Lereng 60o :
cγ.H.F
=0,17→ 19,516x5xF
=0,17→80F=19,50,17
→F=114,780
=1,4
tan∅F
=0,30→ tan23°F
=0,30→F=tan23°0,30
→F=1,4
Sudut Lereng 50o :
cγ.H.F
=0,15→ 19,516x5xF
=0,15→80F=19,50,15
→F=13080
=1,6
tan∅F
=0,28→ tan23°F
=0,28→F=tan23°0,28
→F=1,6
Sudut Lereng 40o :
cγ.H.F
=0,13→ 19,516x5xF
=0,13→80F=19,50,13
→F=15080
=1,8
tan∅F
=0,23→ tan23°F
=0,23→F=tan23°0,23
→F=1,8
Lereng dengan tinggi 4 Meter.
48
Dengan menggunakan Circular Failure Chart no. 5
ditarik garis dari titik 0 sampai Cγ.H.tan∅ = 0.57
kemudian ikuti garis yang telah dibuat sampai yang
51
(0,21)
(0,16)
0,71
(0,14)
(0,19)
memotong kurva kemiringan lereng 80o, 70o, 60o, 50o dan
40o. Selanjutnya tarik garis ke kiri dan bawah untuk
mencari nilai cγ.H.F dan
tan∅F
Sudut Lereng 80o diperoleh cγ.H.F = 0,23 dan
tan∅F =
0,31
Sudut Lereng 70o diperoleh cγ.H.F = 0,20 dan
tan∅F =
0,28
Sudut Lereng 60o diperoleh cγ.H.F = 0,18 dan
tan∅F =
0,24
Sudut Lereng 50o diperoleh cγ.H.F = 0,16 dan
tan∅F =
0,21
Sudut Lereng 40o diperoleh cγ.H.F = 0,14 dan
tan∅F =
0,19
Langkah selanjutnya menghitung Faktor Keamanaan (F)
Lereng menggunakan persamaan diperoleh cγ.H.F dan
tan∅F
Sudut Lereng 80o :
cγ.H.F
=0,23→ 19,516x4xF
=0,23→64F=19,50,23
→F=84,764
=1,3
52
tan∅F
=0,31→ tan23°F
=0,31→F=tan23°0,31
→F=1,3
Sudut Lereng 70o :
cγ.H.F
=0,20→ 19,516x4xF
=0,20→64F=19,50,20
→F=97,564
=1,5
tan∅F
=0,28→ tan23°F
=0,28→F=tan23°0,28
→F=1,5
Sudut Lereng 60o :
cγ.H.F
=0,18→ 19,516x4xF
=0,18→64F=19,50,18
→F=108,364
=1,6
tan∅F
=0,24→ tan23°F
=0,19→F=tan23°0,19
→F=1,7
Sudut Lereng 50o :
cγ.H.F
=0,16→ 19,516x4xF
=0,16→64F=19,50,16
→F=121,864
=1,9
tan∅F
=0,21→ tan23°F
=0,21→F=tan23°0,21
→F=2,0
Sudut Lereng 40o :
cγ.H.F
=0,14→ 19,516x4xF
=0,14→64F=19,50,14
→F=139,264
=2,1
tan∅F
=0,19→ tan23°F
=0,19→F=tan23°0,19
→F=2,2
Tabel 4.4 Faktor Keamanaan
SlopeAngel
TinggiBench (m)
40o 50o 60o 70o 80o
6 1,6 1,4 1,2 1,1 0,95 1,8 1,6 1,4 1,2 1,14 2,1 1,9 1,6 1,5 1,3
53
0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 1.5 1.7 1.9 2.1 2.330
40
50
60
70
80
90
4 Meter5 Meter
Kemi
ring
an
Lere
ng (
..°)
Faktor Keamanaan
Faktor Keamanaan VS Kemiringan Lereng
Dari hasil pada Tabel 4.4 dipilih lereng dengan Fk =
1,2 tinggi 5 meter, sudut lereng (slope angel) 70o dan
sudut keseluruhan (overall slope) 48o
54
Gambar 4.5 Lereng Tahun ke dua
Gambar 4.6 Lereng Tahun ke tiga
Gambar 4.7 Lereng Tahun ke empat
Gambar 4.8 Lereng Tahun ke lima
56
Gambar 4.9 Lereng Tahun ke enam
Lebar Jenjang
Ukuran jenjang yang ideal kita dapat ketahui dengan
menggunakan persamaan di bawah ini Wmin = Y + Wt + Ls
+ G + Wb
Y : 1,5 m
Wt : 6,9 m
Ls : 3,1 m
G : 1 m
Wb : 1,5 m
Maka :
Wmin = 1,5 + 6,9 + 3,1 + 1 + 1,5
= 14 m
1.
57