Kajian dekontruktif pada sepeda

42
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kota menurut definisi universal, adalah sebuah area urban yang berbeda dari desa ataupun kampung berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau aktivitas kesehariannya. Kecepatan pertumbuhan kota, penyebaran populasi dan kegiatan ekonomi saat ini berada pada desain dan kondisi fisik rencana jalan kota, seperti laju jumlah penduduk, kepadatan penduduk, pembangunan jalan baru, dan pertumbuhan kendaraan bermotor. Pertumbuhan kota saat ini memunculkan berbagai masalah dalam bidang transportasi seperti angkutan umum yang semakin lama semakin tidak memadai, kebutuhan dan keinginan pribadi yang tidak bisa dilayani oleh angkutan umum, pembukaan jalan baru akan merangsang penggunaan kendaraan pribadi karena biasanya di jalan baru belum terdapat jaringan layanan angkutan umum serta ketidaknyamanan jika menggunakan angkutan umum sehingga waktu perjalanan semakin lama. Selain itu banyaknya gang sempit yang hanya bisa dilewati dengan alat transportasi sepeda. Aktifitas pekerjaan masyarakat yang hidup di perkotaan cenderung memiliki pekerjaan yang menetap. Maksudnya pekerjaan 1

Transcript of Kajian dekontruktif pada sepeda

BAB 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Kota menurut definisi universal, adalah sebuah area urban

yang berbeda dari desa ataupun kampung berdasarkan ukurannya,

kepadatan penduduk, kepentingan, atau aktivitas kesehariannya.

Kecepatan pertumbuhan kota, penyebaran populasi dan kegiatan

ekonomi saat ini berada pada desain dan kondisi fisik rencana

jalan kota, seperti laju jumlah penduduk, kepadatan penduduk,

pembangunan jalan baru, dan pertumbuhan kendaraan bermotor.

Pertumbuhan kota saat ini memunculkan berbagai masalah dalam

bidang transportasi seperti angkutan umum yang semakin lama

semakin tidak memadai, kebutuhan dan keinginan pribadi yang tidak

bisa dilayani oleh angkutan umum, pembukaan jalan baru akan

merangsang penggunaan kendaraan pribadi karena biasanya di jalan

baru belum terdapat jaringan layanan angkutan umum serta

ketidaknyamanan jika menggunakan angkutan umum sehingga waktu

perjalanan semakin lama. Selain itu banyaknya gang sempit yang

hanya bisa dilewati dengan alat transportasi sepeda.

Aktifitas pekerjaan masyarakat yang hidup di perkotaan

cenderung memiliki pekerjaan yang menetap. Maksudnya pekerjaan

1

sehari - hari yang mereka lakukan sama misalnya pekerja kantor

yang setiap hari duduk di depan komputer, hal tersebut

menyebabkan otot dan sendi – dendi kekurangan gerakan karena

dilakukan setiap hari.

Berdasarkan permasalahan tersebut dibutuhkan sarana dan alat

transportasi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya

secara personal. Sepeda adalah contoh transportasi personal yang

saat ini mulai banyak diminati oleh masyarakat kota khususnya

anak – anak muda karena banyaknya komunitas sepeda yang kini

sedang menjamur. Selain itu aktivitas bersepeda kebanyakan tidak

digunakan sebagai alat transportasi jarak jauh, justru menjadi

sarana olahraga, berkumpul bersama teman dan keluarga atau

dijadikan sebagai hobi. Tidak hanya sebatas itu saja bersepeda

kini sudah mulai ke arah lifestyle atau gaya hidup masyarakat

yang khususnya tinggal di perumahan kota didukung dengan adanya

program dari pemerintah seperti car free day (CFD).

Menyikapi fenomena tersebut dibutuhkan desain sepeda modern

dengan konsep sepeda kota dengan monilitas tinggi yang sehat dan

menghibur. Membuat gerakan bersepeda yang sedikit berbeda dengan

memaksa pengendara lebih aktif bergerak. Hal ini sangat

dibutuhkan untuk memulihkan kembali otot dan sendi - sendi yang

kaku karena pekerjaan rutin yang menetap. Karena itu sepeda yang

akan dibuat lebih ke arah sport dan freestyle bukan sebagai alat

transportasi jarak jauh, tujuannya untuk membuat kesan bersepeda

2

yang sehat dan menghibur. Selain itu kecenderungan masyarakat

modern yang saat ini lebih menyukai bentuk - bentuk simpel dan

minimalis akan ditanamkan pada konstruksi frame dan transmisi

sepeda.

Berikut beberapa hasil observasi dan contoh bahwa masyarakat

cenderung memandang sepeda sebagai produk lifestyle atau gaya

hidup, kebanyakan mereka menggunakan sepeda sebagai alat olahraga

dan berkumpul bersama komunitas bukan menjadi alat transportasi

utama untuk bekerja.

Komunitas sepeda fixie

1.2. Rumusan Masalah

3

● Apa itu Dekonstruktif

● Kajian Teori dekonstruktif dengan alat transportasi jarak

dekat secara personal atau individu (sepeda) yang mampu

menjadi statement vehicle yang memiliki ciri khusus

(berbeda)

● Apa dampak dari diterapkannya desain dengan teori

dekonstruktif pada sepeda urban sport

1.3. Tujuan

● Menjelaskan teori Dekonstruktif

● Mengetahui Kajian Teori dekonstruktif dengan alat

transportasi jarak dekat secara personal atau individu

(sepeda) yang mampu menjadi statement vehicle yang memiliki

ciri khusus (berbeda)

● Mengetahui dampak dari diterapkannya desain dengan teori

dekonstruktif pada sepeda urban sport

4

BAB 2

Landasan Teori

2.1. Pengertian Dekonstruktif

2.1.1. Dekonstruksi secara umum

Dekonstruksi adalah cara atau metode membaca keseluruhan

teks secara kritis yang tujuan utamanya untuk membongkar oposisi-

oposisi biner dan konstruksi-konstruksi politis yang laten dalam

teks. ‘Dekonstuksi’ yang dimaksud Derrida tidaklah sama dengan

yang dimaksud oleh Martin Heiddeger dengan destruksi

(destruction) yang artinya penghancurleburan (demolition).

Dekontruksi yang dimaksud oleh Derrida merujuk pada upaya untuk

mentransformasi makna dengan cara destruksi dan rekonstruksi

(dihancurkan kemudian ditata kembali). Layaknya kita

menghancurkan sebuah bangunan, lalu membuat bangunan baru dengan

puing-puing yang lama.

Aliran dekonsruksi lahir di Perancis sekitar tahun 1960-an,

yang kemudian berpengaruh besar di Amerika sekitar tahun 1970-an

hingga pada tahun 1980-an. Pada dasarnya, menurut Sarup (2003:51)

5

dekonstruksi bertujuan untuk membongkar tradisi metafisika barat

seperti fenomenologi Husserlian, strukturalisme Saussurean,

strukturalisme Perancis pada umumnya, psikoanalisis Freudian dan

Psikoanalisis Lacanian. Tugas dekonstruksi, mengungkap hakikat

problematika wacana-wacana yang dipusatkan, dipihak yang lain

membongkar metafisika dengan megubah batas-batasnya secara

konseptual. Dekonstruksi juga berkembang di Amerika, sebagai

aliran yale.

Dari sumber lain, dekonstruksi dikatakan sebagai sebuah

metode pembacaan teks. Dengan dekonstruksi ditunjukkan bahwa

dalam setiap teks selalu hadir anggapan-anggapan yang dianggap

absolut. Padahal, setiap anggapan selalu kontekstual: anggapan

selalu hadir sebagai konstruksi sosial yang menyejarah.

Maksudnya, anggapan-anggapan tersebut tidak mengacu kepada makna

final. Anggapan-anggapan tersebut hadir sebagai jejak (trace) yang

bisa dirunut pembentukannya dalam sejarah.

Umar Junus (1996:109-109) memandang dekonstruksi sebagai

persepektif baru dalam penelitian sastra. Dekonstruksi justru

memberikan dorongan untuk menemukan segala sesuatu yang selama

ini tidak memperoleh perhatian. Memungkinkan untuk melakukan

penjelajahan intelektual dengan apa saja, tanpa terikat dengan

sutu aturan yang dianggap telah berlaku universal.

Dekonstruksi, secara garis besar adalah cara untuk membawa

kontradiksi-kontradiksi yang bersembunyi di balik konsep-konsep

6

kita selama ini dan keyakinan yang melekat pada diri ini ke

hadapan kita.

Inilah beberapa pengertian dari dekonstruksi. Tokoh

dekonstruksi Jacques Derrida menunjukkan bahwa kita selalu

cenderung untuk melepaskan teks dari konteksnya. Satu term

tertentu kita lepaskan dari konteks (dari jejaknya) dan hadir

sebagai makna final. Inilah yang Derrida sebut sebagai

logosentrisme. Yaitu, kecenderungan untuk mengacu kepada suatu

metafisika tertentu, suatu kehadiran objek absolut tertentu.

Dengan metode dekonstruksi, Derrida ingin membuat kita kritis

terhadap teks.

Makna dekonstruksi secara umum adalah tindakan subjek yang

membongkar suatu objek yang tersusun dari berbagai unsur yang

memang layak dibongkar. Berkaitan dengan latar belakangnya

sebagai seorang yang posmodernis, maka Derrida dalam hal ini

berada dalam posisi dimana ia memberikan kritik dan menawarkan

solusi baru bagi modernitas yang tentunya kritik-kritiknya

dilemparkan bagi para filosof modernis. Berhubungan dengan fokus

pemikirannya tentang sastra dan linguistik, maka salah satu

kritiknya yang terpenting untuk di bahas di sini adalah teori

bahasa kaum strukturalis yang dicetuskan oleh Ferdinand de

Saussare yang dikenal sebagai pembangun semiotik.

7

Teori dekonstruksi Derrida sebenarnya muncul sebagai kritik

terhadap teori Susserian. Saussure merumuskan teorinya melalui

adanya oposisi biner (2 hal yang berlawanan) seperti langue-parole,

ucapan- tulisan, ada-tidak ada, murni-tercemar, yang mana yang

pertama sifatnya lebih menguasai yang kedua alias yang pertama

ini lebih superior sedangkan yang kedua cenderung inferior

sehingga seolah-olah yang pertama memiliki hak istimewa sementara

yang kedua dilecehkan. Contoh kasus yang jelas dalam teori

Saussure ini tampak pada gagasannya bahwa satu-satunya petunjuk

untuk menemukan makna adalah melaui suara dan rasa dari kata. Hal

ini diperkuat oleh Roland Barthes yang mempertahankan gagasan

Saussure dengan menyatakan bahwa Bahasa itu tidak akan pernah

eksis tanpa tutur kata, bahasa hanya mungkin mulai dari tuturan,

dan secara historis, tuturan selalu mendahului fenomena bahasa.

Maka yang tampak bagi Derrida di sini adalah oposisi biner antara

ucapan dan tulisan dimana Saussure lebih mengutamakan ucapan

daripada tulisan itu sendiri. Bangunan metafisika Saussure,

menurut Derrida, yang diberikan pada tuturan (ucapan) adalah

dengan menjadikan suara sebagai metafor kebenaran dan

autentisitas, sumber dari tuturan yang “langsung” dan hadir pada

dirinya sendiri sebagai lawan dari limpahan sumber tersebut yang

tak hidup dan sekunder, yakni tulisan. Inilah bentuk

ketidaksepakatan Derrida terhadap oposisi biner yang kemudian ia

bubarkan dan ia pertanyakan. Pemikiran yang ia pertanyakan inilah

yang melahirkan gagasan dekonstruksinya. Bagi Derrida, teori

oposisi Biner Saussure justru akan berujung pada penolakan

8

terhadap kebenaran tunggal atau logos (pengetahuan) itu sendiri.

Sebaliknya, cara yang ditawarkan Derrida untuk menemukan makna

yang tersembunyi adalah dengan membuka selubung, kemudian melihat

isi secara terpisah, dan membuang seluruh relasi yang ada antara

kata dan konsep. Cara ini meurut Derrida ampuh untuk menghapus

prasangka. Cara terbaik dalam menggali makna tersembunyi menurut

Derrida ini adalah dengan selalu mempertanyakan semua hal dan

menempatkannya pada yang baru. Dengan demikian, kita tidak

membiarkan diri kita untuk (senantiasa) menerima sistem yang

sudah ada yang telah diterima oleh orang banyak.

Makna menurut Saussure dapat ditemukan melalui sistem

pembedaan atau dikenal dengan istilah Difference. Petanda (konsep

yang ingin diungkapkan) dan penanda (kata yang diucapkan atau

dituliskan) keduanya sama-sama terikat dalam permainan pembedaan.

Dimana perbedaan suara dan rasa dari kata adalah petunjuk akan

makna. Hal ini dapat kita lihat pada tingkat kata dengan

pengucapan yang sederhana, misalnya kaki dan kaku (dibedakan,

sehingga makna pun bisa kita dapatkan) melalui pembedaan vokal

pada akhir kata tersebut. Dalam pengertian ini, bahasa bersifat

diakritis, atau bergantung pada perbedaan-perbedaan terstruktur yang

memungkinkan wilayah elemen-elemen linguistic yang terbatas untuk

menandai makna-makna yang berlimpah.[5]

Mengkritik teori Saussure tentang Difference, Derrida

menawarkan metode baru dalam mendapatkan makna yakni melalui

9

metode Differance. Sekilas, kedua kata tersebut hampir sama.

Perbedaannya hanya terletak pada satu huruf saja. Adapun kedua

kata tersebut diturunkan dari bahasa Latin differre yang dapat

diartikan baik ‘berbeda’, ‘menunda’ maupun ‘menangguhkan’.[6]

Meskipun menurut Norris (2008), bahwa istilah Differance itu

mengandung daya perusak bagi level penanda (yang diciptakan oleh

pelafalan anonim), dan kebal dari segala bentuk reduksi. Menurut

Saussure bahasa sangat bergantung pada perbedaan (difference)

berdasarkan struktur bahasa yang berisikan oposisi-oposisi yang

menjadi dasar bagi kandungan bahasa tersebut. Sementara Derrida

membuka celah yang lebih lebar dimana terdapatnya wilayah yang

membentang antara”differ” (berbeda) menuju “defer”(menangguhkan).

Hal tersebut dalam pengertian bahwa makna selalu ditangguhkan,

barangkali sampai pada saat yang tidak bisa ditentukan, akibat

adanya permainan pertanda.

Lebih jauh lagi, maka teori differance Derrida sebagai

penolakan atas adanya petanda absolut (makna absolut) yang

menurut Saussure ada ini, justru malah memunculkan celah atau

jarak yang membuat makna absolut menjadi mustahil! Differance

menimbulkan celah yang akan selalu ada antara penanda dan petanda

juga antara teks dan maknanya. Meskipun kita telah mengklaim

adanya kebenaran melalui struktur yang diakritis itu, namun

menurut Derrida ternyata masih ada jejak kebenaran lain yang ada

di belakangnya. Sehingga kesimpulan akhir Derrida adalah bahwa

kepastian tunggal itu tidak ada. Dan satu-satunya yang dapat

10

dikatakan adalah ketidakpastian permainan. Maka seluruhnya harus

ditangguhkan (deferred), sembari bermain bebas dengan perbedaan

(differ). Inilah yang dinamakan dengan postmodetnitas, yaitu

permainan dengan ketidakpastian. Dan dalam hal ini, berbeda

dengan Saussure yang lebih mengutamakan tuturan, Derrida

cenderung (meski tidak bisa pula kita anggap itu secara total)

lebih mengistimewakan tulisan. Baginya, tulisan adalah prakondisi

bahasa yang telah ada sebelum ucapan oral. Tulisan merupakan

bentuk permainan bebas dari unsur bahasa dan komunikasi, juga

merupakan suatu yang mengandung proses perubahan makna terus

menerus (yang di luar jangkauan kebenaran mutlak). Secara

sederhananya Derrida mengatakan bahwa tulisan adalah bekas-bekas

tapak kaki yang harus kita telusuri terus menerus jika kita ingin

mengetahui yang empunya kaki.

Metode dekonstruksi ini kemudian menjadi metode membaca teks

filsofis yang kemudian unsur-unsur yang dilacaknya itu akan

dibongkar. Yang unik dari metode dekonstruksi ini adalah dayanya

dalam membongkar unsur yang menjadi penentu suatu teks menjadi

filosofis. Sebagaimana yang sering kita baca dan kita amati,

bahwa teks-teks yang bermuatan filosofis tentunya amat

argumentative, tidak rancu, dan wacana-wacananya merupakan upaya

dari pengorganisasian secara rasional dari premis, argumen dan

kesimpulan agar terjalin rapi dan rasional. Namun kenyataan ini

justru membuat Derrida ingin menelanjangi tekstualitas

tersembunyi (laten) dalam sebuah teks dimana ia bukan melacak

11

penataan yang dilakukan secara sadar, melainkan tatanan yang

justru tak disadari dimana ditemukannya asumsi-asumi tersembunyi

dibalik hal-hal yang tersurat.

Dekonstruksi yang dimaksud Derrida adalah bahwa satu kata

tidak memiliki makna absolut. Dekonstruksi menyatakan bahwa di

dalam setiap teks terdapat titik-titik ekuivokasi (pengelakan)

dan kemampuan untuk tidak memutuskan (undacidabality), yang

mengkhianati setiap stabilitas makna yang mungkin dimaksudkan

dalam teks.

Dekonstruksi lebih bertujuan untuk menggali lebih dalam

sesuatu, penggalian itu kadang terlihat seakan menghancurkan

(destruksi) sehingga beberapa orang menganggap dekonstruksi sama

dengan destruksi. Padahal penggalian yang dilakukan dengan

membongkar seluk beluk sesuatu itu dilakukan dengan tujuan

membangun kembali setelah menemukan hal yang tersembunyi lebih

dalam pada sesuatu, sehingga dapat mengangkat makna baru yang

merupakan pengembangan dari yang didekonstruksi itu

2.1.2. Dekonstruksi secara Desain

Salah satu contoh penerapan dekonstruksi pada bidang desain

produk adalah lemon squeezer karya Philippe Stark. Produk ini

merupakan hasil dekonstruksi dari lemon squeezer normal atau

basic yang memiliki fungsi sebagai pemeras lemon, sebagaimana

12

namanya. Namun Phillippe Stark melakukan dekonstruksi terhadap

lemon squeezer ini, hingga menemukan makna tersembunyi dari benda

ini, yaitu bukan berfungsi seratus persen sebagai lemon squeezer

melainkan sebagai pemicu percakapan bila ada yang berkunjung ke

rumah. Stark menghilangkan beberapa bagian

fungsional dalam produk lemon squeezer

ini, namun ia tetap berfungsi sebagai

lemon squeezer, hanya memiliki nilai

tambahan hasil pengembangan setelah

membongkar standar produk tersebut.

Sebagaimana disebutkan, Dekonstruksi bukan

mendestruksi sebuah benda melainkan

membongkarnya dan menemukan esensi lain

dalam benda tersebut, mengangkatnya ke permukaan dan

merekonstruksinya sehingga memiliki nilai pengembangan dari benda

sebelumnya.

Lemon squeezer karya

Philippe Stark

Sinking Titanic Lamp karya

Charles Trevelyan

Contoh lain dari

dekonstruksi pada

desain sebuah produk

adalah Sinking

13

Titanic Lamp karya Charles Trevelyan, yang melakukan dekonstruksi

pada sebuah table lamp standar. Trevelyan menghilangkan konsep

berdiri tegak dari table lamp standar namun menambahkan unsur

orientasi kemiringan dan menghilangkan part pojok sehingga

mengesankan bahwa lampu ini tenggelam, seperti kapal Titanic yang

tenggelam dengan cara yang sama. Trevelyan membongkar unsur

standar lampu meja dan menggantinya degan sesuatu yang membuat

lampu ini memiliki tambahan makna yang merupakan pengembangan

dari lampu meja standar tersebut.

2.1.3 Metode Dekonstruktif

Dekonstruksi adalah cara atau metode membaca keseluruhan

teks secara kritist dan teliti, sehingga premis-premis yang

menandainya dapat digunakan untuk meruntuhkan argumentasi yang

disusun atas premis tersebut.

‘Dekonstuksi’ yang dimaksud Derrida tidaklah sama dengan yang

dimaksud oleh Martin Heiddeger dengan destruksi (destruction)

yang artinya penghancurleburan (demolition). Dekontruksi yang

14

dimaksud oleh Derrida merujuk pada upaya untuk mentransformasi

makna dengan cara destruksi dan rekonstruksi (dihancurkan

kemudian ditata kembali). Layaknya kita menghancurkan sebuah

bangunan, lalu membuat bangunan baru dengan puing-puing yang

lama.

Kritik Derrida Terhadap Saussure dan para filsuf sebelumnya.

Seperti dijelaskan pada sub-bab sebelumnya Derrida memiliki

pemikiran yang sangat bertolak belakang mengenai phonocentrism

dan logocentrism. Pada sub-bab ini akan disimpulkan maksud kritik

derrida terhadap pemikiran para filsfur sebelumnya.

Phonocentrism

Adalah keyakinan bahwa suara dan pidato lebih unggul, atau

lebih utama daripada tulisan. Mereka yang mendukung pandangan

phonocentric mempertahankan bahwa bahasa lisan adalah metode

utama dan paling mendasar dari komunikasi sedangkan menulis

hanyalah sebuah metode yang berasal dari menangkap pembicaraan.

Banyak juga yang percaya bahwa bahasa lisan secara inheren lebih

kaya dan lebih intuitif daripada bahasa tertulis.

Logocentrism

Merupakan tradisi metafisika Barat yang berjiwakan Platonian

dan dualisme Cartesian. Logosentrisme ini disebut juga sebagai

metafisika kehadiran (Metaphysics of Presence) yang

mengasosiasikan kebenaran dengan kehadiran diri murni (pure self

15

presence). Pondasi logosentrisme ini pertama kali diletakan oleh

Plato yang membagi realitas menjadi dua bagian yang saling

beroposisi dan bermakna hierarkis;

(1) yang metafisik (absolute, origin)

(2) yang fisik (tiruan,semu)

Logika yang membangun logosentrisme ini disebut dengan

logika oposisi biner. Logika oposisi biner bekerja dengan

menempatkan satu term sebagai pondasi sejati yang absolut dan

origin, sedangkan term oposisinya ditempatkan sebagai semu-

subordinatnya. Misalnya idea atas materi, mind atas body, ucapan

atas tulisan, langue atas parole, pria atas wanita, dan filsafat

Barat atas filsafat Timur.

Derrida mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang esensial

yang membedakan tulisan dengan ucapan. Keduanya baginya hanyalah

ketidakhadiran dan kehadiran parsial yang tidak pernah

mencerminkan kehadiran diri murni (pure self presence) maupun

makna sejati (fixed signified).

Derrida juga menunjukan bahwa ucapan juga memiliki kualitas

ketidakpastian. Untuk menunjukan kata difference misalnya.

Berdasarkan sistem penurunan makna dari jejak-jejak yang bersifat

relasionisme (they are what the others are not), harusnya tidak

ada makna-makna yang bersifat hierarkis, ataupun pantas mengklaim

bahwa dirinya absolut atau universal.

Dekostruksi Derridean

16

Merupakan metode dekonstruksi yang lebih banyak dipengaruhi oleh

pemikiran-pemikiran asli Derrida, yang meliputi 2 cara yaitu

dekonstruksi teks dan dekonstruksi program. Di mana dekonstruksi

teks dengan cara mencari kontradiksi internalnya. Contohnya pada

karya arsitektur virtuous- Le Corbusier sedangkan Robert Venturi

dalam karyanya “Complexity and Contradiction “ mencoba melakukan

suatu perubahan pada konsep transparansi yang kemudian dianggap

sebagai pergerakan penting dalam arsitektur modern yang

membedakannya dengan arsitektur masa lalu yang sudah ada. Hal ini

semakin jelas dengan seringnya penggunaan “Both-And’ dalam

arsitektur modern yang dilakukan Venturi. Menurutnya bagian luar

dan dalam tidak bisa hanya ditentukan secara transparan atau

terbatas pada hal tertentu saja, karena mungkin saja merupakan

bagian luar dari ruangan lain.

Sedangkan untuk dekonstruksi program dapat dilakukan pada program

yang dominan terhadap tradisi modern, seperti konsep estetika

murni yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi.berikut ada

beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam dekonstruksi

program, diantaranya :

- Cross Programming

Di mana hal yang sangat berlawanan atau bertentangan dengan

fungsi aslinya, misalnya mobil yang dijadikan kursi. Biasanya

mobil dikendarai di jalan tetapi dalam pengembangannya mobil

ditaruh di ruang tamu sebagai kursi yang mengambil bentuknya.

17

Contoh lainnya yang paling kelihatan adalah tempat peribadatan

dijadikan destotek yang ramai dan penuh huraa-hura. Di sinilah

terjadi penyimpangan pada bentuk/fungsi awal.

- Transprogramming

Yaitu mengkombinasikan dua program yang sifat dan konfigurasi spatialnya berbeda, misal Planetarium dikombinasikan dengan roller coaster. Contoh pada produk adalah misalnya mobil dikombinasikan dengan kucing sehingga jadilah mobil kucing.

- Disprogramming

Mengkombinasikan 2 (dua) program sedemikian rupa sehingga konfigurasi ruang program pertama mengkontaminasi program dan konfigurasi ruang kedua, misal warung dengan perkantoran.

Dekonstruksi Non Derridean

Dekonstruksi non derridean di sini maksudnya bukan dekonstruksi

yang berlawanan dengan pemikiran Derrida, tetapi adanya suatu

perubahan-perubahan yang mengganggu bentuk aslinya. Oleh sebab

itu dinamakan dekonstruksi non derridean yang meliputi

dekonstruksi struktur dan dekonstruksi bentuk didasarkan pada

konsep-konsep “Disruption”, ”Dislocation”, “ Deviation”, dan “Distortion”, sehingga

akan memunculkan suatu stabilitas dan suatu inovasi terhadap

suatu desain.

- Dekonstruksi struktur

Dekonstruksi struktur umumnya dilakukan memalui metoda

pragmatis trial and error, yang mengusung nilai-nilai kepraktisan.

18

Misal pada kursi yang memiliki kaki 3. Biasaanya dan hakekatnya

sebuah kursi memiliki 4 buah kaki di setiap sudutnya untuk

menjaganya agar tetap stabil dan kokoh berdiri pada saat

diduduki, tetapi adanya perubahan dari yang mulanya kursi kaki

empat menjadi kaki tiga dengan satu pusat di tengah agar lebih

praktis dan efisiensi bahan.

Kursi kaki 3

- Dekonstruksi Bentuk

Dekonstruksi bentuk dapat dilakukan memalui beberapa cara, diantaranya:

1. Secara intelektual melalui permainan sistem-sistem geometri yang kompleks dan melibatkan teknologi canggih, seperti banyak yang dilakukan oleh Peter Eisenmann.

19

2. Secara pragmatik atau mekanik memalui model trial and error, sketsa dan eksperimental lapangan, seperti dilakukan oleh Frank Gehry, Zaha Hadid dan Coop Himmelblau.

The Heydar Aliyev Cultural Centre

3. Secara intuitif melalui pengembangan respond dan impulse

kreatif.

Melalui pengembangan respon dan impuls kreatif dalam diri

arsitek, seperti terjadi pada Rem Koolhas dan OMA.

20

Rem Koolhaas- China

2.1.4 Relevansi filsafat Dekonstruksi terhadap Desain

Filsafat Dekonstruksi Derrida sangat relevant karena menawarkan

pemahaman dan perspektif baru tentang desain, sehingga proses

pemikiran kembali (rethinking) premis dan kaidah tradisional

desain dapat dilakukan. Dekonstruksi telah menggariskan prinsip-

prinsip penting sebagai berikut, bahwa :

1. Tidak ada yang absolut dalam desain, Tidak ada satu cara

atau gaya yang terbaik. Gaya klasik tradisional, modern dan

lainnya mempunyai posisi dan kesempatan yang sama untuk

berkembang dalam sebuah desain.

2. Tidak ada ontology dan theology dalam desain. Tidak ada

tokoh dan figure yang wajib di dewa-kan atau disanjung.

3. Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam desain harus

segera diakhiri. Perkembangan desain selanjutnya harus

mengarah pada keragaman pandangan dan tata nilai.

21

4. “Visiocentrism” atau pengutamaan indera penglihatan dalam

desain harus diakhiri. Potensi indera lain harus

dimanfaatkan pula secara seimbang.

Prioritas yang diberikan pada ide, gambar, model dan harus setara

karena ide, gambar, dan model tidak hanya berfungsi sebagai

simulasi atau representasi desain, tetapi bisa menjadi produk

atau tujuan akhir dari desain tersebut.

22

BAB 3

Pembahasan

3.1. Desain

3.1.1. Bentuk Keseluruhan

Pada umumnya sepeda memakai konstruksi daemon pada desainframenya untuk memperoleh kekuatan, kenyamanan dan efisiensibahan. Namun kita mencoba membuat sesuatu yang baru berdasarkankebutuhan yang ada. Beberapa kebutuhannya seperti bagaimanasepeda itu bisa mobile di jalan-jalan yang sempit, bagaimanasepeda tersebut terlihat simpel dan sederhana seperti yang saatini menjadi selera masyarakat perkotaan dan yang terpentingmemberikan nilai bahwa sepeda itu menjadi sarana olahraga dandapat membuat user bisa lebih aktif menggerakan tubuhnya.

23

Bentuk keseluruhan sepeda berbeda dengan konstruksi sepeda

pada umumnya yang menggunakan konstruksi diamond. Sepeda ini

mengunakan konstruksi frame melengkung dan kekuatan frame

bertumpu pada fork dan hub belakang sepeda. Kekuatan frame

sendiri berdasar dari proses pembuatannya yang menggabung 2 pipa

secara vertikal dan menutupnya dengan plat.

Sepeda ini termasuk jenis desain yang dekonstruktif, karena

meninggalkan bentuk diamond frame yang selalu digunakan pada

sepeda standar. Selain itu juga menghilangkan satu komponen

penting dalam sistem transmisi sepeda yaitu menghilangkan bottom

bracket, gear dan rantai. Sebagai gantinya sepeda ini memakai

sistem transmisi dari sepeda roda satu (unicycle/monobike) yang

menggabungkan hub dengan crank dalam satu komponen.

24

Perbedaan dengan sepeda bmx yang memiliki fungsi hampir sama.

Secara penggunaannya juga sedikit berbeda dari sepeda pada

umumnya. Misal citybike dibuat dengan sudut tertentu untuk

mengutamakan kenyamanan, user bisa duduk pada saddle sepeda dan

mengayuh sepeda dengan santai. Berbeda dengan sepeda ini yang

mendorong user untuk lebih aktif bergerak sesuai dengan konsepnya

yaitu untuk sepeda olahraga. Karena bentuk konstruksi sepeda

tersebut mengharuskan user mengayuh pedal dalam keadaan berdiri

dan membuat postur user seperti dalam keadan berlari atau bisa

disebut run biking.

Yang terjadi dari desain bentuk sepeda bmx ini adalah merupakan

sebuah dekonstruktif yang di dasari oleh :

1. Penolakan terhadap “antroposentrisme” dalam desain, yaitu

rujukan pada proporsi fisik tubuh manusia sebagai

ukuran ideal bagi segalanya.

25

Postur tubuh runbike seperti postur ketika berlari

2. Penerapan proses “scaling”, melalui pengembangan tiga

konsep destabilisasi :

○ discontinuity

○ recursibility

○ self similarities

3. Penolakan terhadap ”center” sebagai bagian paling penting

dan memiliki hirarkhi lebih tinggi.

4. Penolakan terhadap kekakuan oposisi dialektis dan

kategori hirarkis tradisional seperti “form – follow –

function”, “ornament added to structure”, diganti oleh “existing

between”, “almost this or almost that, but not quite either”.

3.1.2. Frame

Frame (rangka) sepeda merupakan bagian penting dari sebuah

sepeda. Ia menjadi tulang punggung tempat semua komponen sepeda26

terhubung. Telah dijelasakan pada bab sebelumnya mengenai metode

dekonstruksi, salah satunya adalah metode dekonstruksi non-

derridean. Metode ini digunakan sebagai acuan mendesain sepeda

Urban Sport Run Bike karena Dekonstruksi Non-Derridean mencakup

dekonstruksi bentuk dan struktur, yang didasarkan pada konsep-

konsep “Disruption”, ”Dislocation”, “ Deviation”, dan

“Distortion”, sehingga menyebabkan stabilitas, dan identitas

bentuk-bentuk murni terganggu yang mampu memberikan inovasi dan

differentiation terhadap sebuah desain.

Dekonstruksi Konstruksi Rangka, seperti pada karya-karya

Coop Himmelblau. Jelasin detail rangka yang bikin beda, acuannya

itu berupa jenis dekosntruksi rangka

Konstrusi pembuatan frame untuk kekuatan

27

Acuan yang dipakai untuk transmisi runbike, hub langsung terpasangdengan crank. Dengan system ini runbike tidak membutuhkan bottom

bracket, rantai dan gear.

Frame menghilangkan bottom bricket untuk mempersimpel transmisidan membuat ukuran sepeda lebih pendek. Gambar paling kanan

adalah bentuk dropout untuk mengunci bearing pada hub

28

Bearing pada hub runbike menggunakan bearing type searah untukmemberikan fungsi freewheel pada sepeda

3.2. Sistem

Secara umum sepeda ini masih menggunakan sistem kerja rem,

gear, dan sistem kemudi yang sama dengan sepeda sport BMX

biasanya. Yang merupakan deskonstruktif disini adalah

dihilangkannya sistem crank to rear gear yang biasanya digerakkan

oleh rantai mengacu pada teori dekonstruktif program derridean

seperti yang sudah dijelaskan pada Bab Dua.

29

Gambar diatas merupakan system transmisi normal pada sepeda BMX

street

Gambar diatas merupakan system transmisi yang didigunakan urban sport run bike.

Jika dilihat dari literaturnya bukannya hal yang baru adanya

sistem pedal sepeda yang digabung langsung dengan hub sepeda

karena dulu pernah ada sepeda big wheel atau disebut Penny-

farthing tahun 1880an.

Namun literature sepeda terus berkembang seiring kemajuan

teknologi, karena sistem30

doltrap gear yang berat munculnya sistem baru yaitu raintai

sepeda yang membuat sepeda bergerak dengan sistem freewheels dan

sepeda juga lebih panjang karena tuntutan ilmu ergonomi yang

berkembang. Saat inilah di tahun 1886 literatur dari sebuah

sepeda berkembang.

Perbedaan sistem gear langsung big wheel dengan urban bike

ini adalah urban bike ini sudah dilengkapi dengan freewheels

bearing jadi tidak membuat banyak tenaga terkuras.

Gear ini dapat terus menjalankan roda meskipun tanpa pedal

diputar, hal ini merupakan deskontruktif penggabungan dari sistem

31

rantai freewheels menjadi hub freewheels sesuai kebutuhan sport

yang diinginkan.

Bab 4

Metodologi Desain

Dalam merancang desain sepeda urban sport untuk sebuah kota

tidak serta merta dapat terwujud begitu saja, melainkan melalui

tahapan. Tahap demi tahap yang dilalui agar dapat menyampaikan

ide menjadi sebuah produk jadi adalah dengan sebuah metodologi

desain. Metode yang perlu tempuh adalah sebagaimana urutan

berikut :

4.1. Research

Pada tahap ini terdapat dua kategori penelitian, yang

pertama adalah user research, yang meliputi penelitian target

user, dan target market. Tahapan penelitian yang kedua adalah

32

studi produk itu sendiri antara lain meliputi spesifikasi, produk

eksisting, dan benchmarking. Dari situ kita dapat mengetahui

masalah yang ada dengan lebih mendetil, dan dapat melanjutkan

ketahapan desain selanjutnya.

4.1.1. Produk Eksisting

Unicycle Bike

Sepeda roda satu yang digunakan untuk kegiatan tersier

atau daya hidup

4.1.2 Target User

33

Target utama untuk desain runbike adalah anak mudayang hidup di lingkungan kota. Namun tidak menutupkemungkinan dapat digunakan oleh usia 15 - 30 tahun.

4.1.3.Target Market

Rasa ingin bersepeda pada umumnya muncul karenadorongan gaya hidup, bukan sekedar menjadikan sepedasebagai alat transportai dan mencari keringat tapiuntuk berkumpul bersama teman dan komunitas. Karenaitulah sasaran pasar runbike adalah untuk komunitassepeda olahraga.

4.2.Idea to Concept

Pada tahap ini terdapat dua kategori desain, yang pertama

adalah brainstorming dari analisa data - data yang telah

dikumpulkan dalam penelitian sebelumnya. Tahapan selanjutnya

adalah pembuatan sketsa (konsep).

Pembuatan sket-pun melalui bebrapa tahapan. Tahapn yang

dilalui adlah bersifat eleminasi, yang di awali dengan sket

inisiasi awal untuk mulai menjelaskan ide hasil brainstorming.

Tahapan selanjutnya adalah pembuatan sketsa alternatif hasil

pemilihan sket inisiasi. Selanjutnya dieliminasi lagi dengan

34

mulai melakukan eksplorasi tambahan pada bentuk. Langkah sket

terakhir adalah pemilihan sket final dan dirender.

IV.3.Concept to Model

35

Pada tahap ini terdapat tiga kategori dalam perwujudan benda

3 dimensi, yang pertama adalah pembuatan gambar teknik dan model

3D dari 1 sket desain yang terpilih. Tahapan selanjutnya adalah

pembuatan model.

Proses pembuatan gambar teknik

36

37

Detail transmisi pada hub belakang

Pembuatan Modeling 3D

38

IV.4.Produk dan Dampak yang ditimbulkan

● Dampak secara fisik terhadap tubuh user

○ bentuk frame sepeda memaksa user lebih aktif bergerak,

berdasarkan

○ bentuk frame tersebut tubuh pengguna seakan bergerak

seperti gerakan

○ berlari sehingga otot dan sendi bergerak lebih aktif.

● Dampak berdasarkan efisiensi sepeda (tanpa rantai)

○ bentuk sepeda lebih simpel, tanpa masalah rantai loss

dan

○ diganti dengan penggunaan gear free wheel

○ kecepatan terbatas pada satu speed dan ditentukan oleh

faktor

○ panjang tuas pedal dan diameter roda

○ batasan usia hanya diperuntukkan bagi kalangan usia 15-

40 tahun

● Dampak berdasarkan waktu tempuh

○ lebih cepat untuk menjangkau jarak pendek

○ bisa melewati kemacetan

○ tidak cocok untuk jarak jauh

○ terbatasnya kecepatan

39

BAB 5

Penutup

V.1.Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dekonstruksi

yang dimakasud oleh Derrida merujuk pada upaya untuk

menstransformasi makna dengan cara destruksi dan rekonstruksi

(dihancurkan kemudian ditata kembali). Layaknya kita

menghancurkan sebuah bangunan, lalu membuat bangunan baru dengan

puing-puing yang lama. Dekonstruksi adalah cara atau metode

membaca keseluruhan teks secara kritis yang tujuan utamanya untuk

membongkar oposisi-oposisi biner dan konstruksi-konstruksi

politis yang laten dalam teks. Selain teks, pemikiran

dekonstruksi Derrida juga dapat mempengaruhi segi desain, baik

desain produk, dkv, arsitektur, fesyen dan lain sebagainya.

Metode Derrida mengenai dekonstruksi cocok digunakan untuk

mengkaji dan menjadi acuan sebuah desain. Dikarenakan tidak ada

40

hal yang absolute dalam desain, semua mampu berubah, dan

mengalami perkembangan.

Daftar Pustaka

http://www.academia.edu/1524997/

http://id.wikipedia.org/wiki/Jacques_Derrida

http://www.metode-dekonstruksi-jacques-derrida.html

41