Kajian dekontruktif pada sepeda
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Kajian dekontruktif pada sepeda
BAB 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Kota menurut definisi universal, adalah sebuah area urban
yang berbeda dari desa ataupun kampung berdasarkan ukurannya,
kepadatan penduduk, kepentingan, atau aktivitas kesehariannya.
Kecepatan pertumbuhan kota, penyebaran populasi dan kegiatan
ekonomi saat ini berada pada desain dan kondisi fisik rencana
jalan kota, seperti laju jumlah penduduk, kepadatan penduduk,
pembangunan jalan baru, dan pertumbuhan kendaraan bermotor.
Pertumbuhan kota saat ini memunculkan berbagai masalah dalam
bidang transportasi seperti angkutan umum yang semakin lama
semakin tidak memadai, kebutuhan dan keinginan pribadi yang tidak
bisa dilayani oleh angkutan umum, pembukaan jalan baru akan
merangsang penggunaan kendaraan pribadi karena biasanya di jalan
baru belum terdapat jaringan layanan angkutan umum serta
ketidaknyamanan jika menggunakan angkutan umum sehingga waktu
perjalanan semakin lama. Selain itu banyaknya gang sempit yang
hanya bisa dilewati dengan alat transportasi sepeda.
Aktifitas pekerjaan masyarakat yang hidup di perkotaan
cenderung memiliki pekerjaan yang menetap. Maksudnya pekerjaan
1
sehari - hari yang mereka lakukan sama misalnya pekerja kantor
yang setiap hari duduk di depan komputer, hal tersebut
menyebabkan otot dan sendi – dendi kekurangan gerakan karena
dilakukan setiap hari.
Berdasarkan permasalahan tersebut dibutuhkan sarana dan alat
transportasi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya
secara personal. Sepeda adalah contoh transportasi personal yang
saat ini mulai banyak diminati oleh masyarakat kota khususnya
anak – anak muda karena banyaknya komunitas sepeda yang kini
sedang menjamur. Selain itu aktivitas bersepeda kebanyakan tidak
digunakan sebagai alat transportasi jarak jauh, justru menjadi
sarana olahraga, berkumpul bersama teman dan keluarga atau
dijadikan sebagai hobi. Tidak hanya sebatas itu saja bersepeda
kini sudah mulai ke arah lifestyle atau gaya hidup masyarakat
yang khususnya tinggal di perumahan kota didukung dengan adanya
program dari pemerintah seperti car free day (CFD).
Menyikapi fenomena tersebut dibutuhkan desain sepeda modern
dengan konsep sepeda kota dengan monilitas tinggi yang sehat dan
menghibur. Membuat gerakan bersepeda yang sedikit berbeda dengan
memaksa pengendara lebih aktif bergerak. Hal ini sangat
dibutuhkan untuk memulihkan kembali otot dan sendi - sendi yang
kaku karena pekerjaan rutin yang menetap. Karena itu sepeda yang
akan dibuat lebih ke arah sport dan freestyle bukan sebagai alat
transportasi jarak jauh, tujuannya untuk membuat kesan bersepeda
2
yang sehat dan menghibur. Selain itu kecenderungan masyarakat
modern yang saat ini lebih menyukai bentuk - bentuk simpel dan
minimalis akan ditanamkan pada konstruksi frame dan transmisi
sepeda.
Berikut beberapa hasil observasi dan contoh bahwa masyarakat
cenderung memandang sepeda sebagai produk lifestyle atau gaya
hidup, kebanyakan mereka menggunakan sepeda sebagai alat olahraga
dan berkumpul bersama komunitas bukan menjadi alat transportasi
utama untuk bekerja.
Komunitas sepeda fixie
1.2. Rumusan Masalah
3
● Apa itu Dekonstruktif
● Kajian Teori dekonstruktif dengan alat transportasi jarak
dekat secara personal atau individu (sepeda) yang mampu
menjadi statement vehicle yang memiliki ciri khusus
(berbeda)
● Apa dampak dari diterapkannya desain dengan teori
dekonstruktif pada sepeda urban sport
1.3. Tujuan
● Menjelaskan teori Dekonstruktif
● Mengetahui Kajian Teori dekonstruktif dengan alat
transportasi jarak dekat secara personal atau individu
(sepeda) yang mampu menjadi statement vehicle yang memiliki
ciri khusus (berbeda)
● Mengetahui dampak dari diterapkannya desain dengan teori
dekonstruktif pada sepeda urban sport
4
BAB 2
Landasan Teori
2.1. Pengertian Dekonstruktif
2.1.1. Dekonstruksi secara umum
Dekonstruksi adalah cara atau metode membaca keseluruhan
teks secara kritis yang tujuan utamanya untuk membongkar oposisi-
oposisi biner dan konstruksi-konstruksi politis yang laten dalam
teks. ‘Dekonstuksi’ yang dimaksud Derrida tidaklah sama dengan
yang dimaksud oleh Martin Heiddeger dengan destruksi
(destruction) yang artinya penghancurleburan (demolition).
Dekontruksi yang dimaksud oleh Derrida merujuk pada upaya untuk
mentransformasi makna dengan cara destruksi dan rekonstruksi
(dihancurkan kemudian ditata kembali). Layaknya kita
menghancurkan sebuah bangunan, lalu membuat bangunan baru dengan
puing-puing yang lama.
Aliran dekonsruksi lahir di Perancis sekitar tahun 1960-an,
yang kemudian berpengaruh besar di Amerika sekitar tahun 1970-an
hingga pada tahun 1980-an. Pada dasarnya, menurut Sarup (2003:51)
5
dekonstruksi bertujuan untuk membongkar tradisi metafisika barat
seperti fenomenologi Husserlian, strukturalisme Saussurean,
strukturalisme Perancis pada umumnya, psikoanalisis Freudian dan
Psikoanalisis Lacanian. Tugas dekonstruksi, mengungkap hakikat
problematika wacana-wacana yang dipusatkan, dipihak yang lain
membongkar metafisika dengan megubah batas-batasnya secara
konseptual. Dekonstruksi juga berkembang di Amerika, sebagai
aliran yale.
Dari sumber lain, dekonstruksi dikatakan sebagai sebuah
metode pembacaan teks. Dengan dekonstruksi ditunjukkan bahwa
dalam setiap teks selalu hadir anggapan-anggapan yang dianggap
absolut. Padahal, setiap anggapan selalu kontekstual: anggapan
selalu hadir sebagai konstruksi sosial yang menyejarah.
Maksudnya, anggapan-anggapan tersebut tidak mengacu kepada makna
final. Anggapan-anggapan tersebut hadir sebagai jejak (trace) yang
bisa dirunut pembentukannya dalam sejarah.
Umar Junus (1996:109-109) memandang dekonstruksi sebagai
persepektif baru dalam penelitian sastra. Dekonstruksi justru
memberikan dorongan untuk menemukan segala sesuatu yang selama
ini tidak memperoleh perhatian. Memungkinkan untuk melakukan
penjelajahan intelektual dengan apa saja, tanpa terikat dengan
sutu aturan yang dianggap telah berlaku universal.
Dekonstruksi, secara garis besar adalah cara untuk membawa
kontradiksi-kontradiksi yang bersembunyi di balik konsep-konsep
6
kita selama ini dan keyakinan yang melekat pada diri ini ke
hadapan kita.
Inilah beberapa pengertian dari dekonstruksi. Tokoh
dekonstruksi Jacques Derrida menunjukkan bahwa kita selalu
cenderung untuk melepaskan teks dari konteksnya. Satu term
tertentu kita lepaskan dari konteks (dari jejaknya) dan hadir
sebagai makna final. Inilah yang Derrida sebut sebagai
logosentrisme. Yaitu, kecenderungan untuk mengacu kepada suatu
metafisika tertentu, suatu kehadiran objek absolut tertentu.
Dengan metode dekonstruksi, Derrida ingin membuat kita kritis
terhadap teks.
Makna dekonstruksi secara umum adalah tindakan subjek yang
membongkar suatu objek yang tersusun dari berbagai unsur yang
memang layak dibongkar. Berkaitan dengan latar belakangnya
sebagai seorang yang posmodernis, maka Derrida dalam hal ini
berada dalam posisi dimana ia memberikan kritik dan menawarkan
solusi baru bagi modernitas yang tentunya kritik-kritiknya
dilemparkan bagi para filosof modernis. Berhubungan dengan fokus
pemikirannya tentang sastra dan linguistik, maka salah satu
kritiknya yang terpenting untuk di bahas di sini adalah teori
bahasa kaum strukturalis yang dicetuskan oleh Ferdinand de
Saussare yang dikenal sebagai pembangun semiotik.
7
Teori dekonstruksi Derrida sebenarnya muncul sebagai kritik
terhadap teori Susserian. Saussure merumuskan teorinya melalui
adanya oposisi biner (2 hal yang berlawanan) seperti langue-parole,
ucapan- tulisan, ada-tidak ada, murni-tercemar, yang mana yang
pertama sifatnya lebih menguasai yang kedua alias yang pertama
ini lebih superior sedangkan yang kedua cenderung inferior
sehingga seolah-olah yang pertama memiliki hak istimewa sementara
yang kedua dilecehkan. Contoh kasus yang jelas dalam teori
Saussure ini tampak pada gagasannya bahwa satu-satunya petunjuk
untuk menemukan makna adalah melaui suara dan rasa dari kata. Hal
ini diperkuat oleh Roland Barthes yang mempertahankan gagasan
Saussure dengan menyatakan bahwa Bahasa itu tidak akan pernah
eksis tanpa tutur kata, bahasa hanya mungkin mulai dari tuturan,
dan secara historis, tuturan selalu mendahului fenomena bahasa.
Maka yang tampak bagi Derrida di sini adalah oposisi biner antara
ucapan dan tulisan dimana Saussure lebih mengutamakan ucapan
daripada tulisan itu sendiri. Bangunan metafisika Saussure,
menurut Derrida, yang diberikan pada tuturan (ucapan) adalah
dengan menjadikan suara sebagai metafor kebenaran dan
autentisitas, sumber dari tuturan yang “langsung” dan hadir pada
dirinya sendiri sebagai lawan dari limpahan sumber tersebut yang
tak hidup dan sekunder, yakni tulisan. Inilah bentuk
ketidaksepakatan Derrida terhadap oposisi biner yang kemudian ia
bubarkan dan ia pertanyakan. Pemikiran yang ia pertanyakan inilah
yang melahirkan gagasan dekonstruksinya. Bagi Derrida, teori
oposisi Biner Saussure justru akan berujung pada penolakan
8
terhadap kebenaran tunggal atau logos (pengetahuan) itu sendiri.
Sebaliknya, cara yang ditawarkan Derrida untuk menemukan makna
yang tersembunyi adalah dengan membuka selubung, kemudian melihat
isi secara terpisah, dan membuang seluruh relasi yang ada antara
kata dan konsep. Cara ini meurut Derrida ampuh untuk menghapus
prasangka. Cara terbaik dalam menggali makna tersembunyi menurut
Derrida ini adalah dengan selalu mempertanyakan semua hal dan
menempatkannya pada yang baru. Dengan demikian, kita tidak
membiarkan diri kita untuk (senantiasa) menerima sistem yang
sudah ada yang telah diterima oleh orang banyak.
Makna menurut Saussure dapat ditemukan melalui sistem
pembedaan atau dikenal dengan istilah Difference. Petanda (konsep
yang ingin diungkapkan) dan penanda (kata yang diucapkan atau
dituliskan) keduanya sama-sama terikat dalam permainan pembedaan.
Dimana perbedaan suara dan rasa dari kata adalah petunjuk akan
makna. Hal ini dapat kita lihat pada tingkat kata dengan
pengucapan yang sederhana, misalnya kaki dan kaku (dibedakan,
sehingga makna pun bisa kita dapatkan) melalui pembedaan vokal
pada akhir kata tersebut. Dalam pengertian ini, bahasa bersifat
diakritis, atau bergantung pada perbedaan-perbedaan terstruktur yang
memungkinkan wilayah elemen-elemen linguistic yang terbatas untuk
menandai makna-makna yang berlimpah.[5]
Mengkritik teori Saussure tentang Difference, Derrida
menawarkan metode baru dalam mendapatkan makna yakni melalui
9
metode Differance. Sekilas, kedua kata tersebut hampir sama.
Perbedaannya hanya terletak pada satu huruf saja. Adapun kedua
kata tersebut diturunkan dari bahasa Latin differre yang dapat
diartikan baik ‘berbeda’, ‘menunda’ maupun ‘menangguhkan’.[6]
Meskipun menurut Norris (2008), bahwa istilah Differance itu
mengandung daya perusak bagi level penanda (yang diciptakan oleh
pelafalan anonim), dan kebal dari segala bentuk reduksi. Menurut
Saussure bahasa sangat bergantung pada perbedaan (difference)
berdasarkan struktur bahasa yang berisikan oposisi-oposisi yang
menjadi dasar bagi kandungan bahasa tersebut. Sementara Derrida
membuka celah yang lebih lebar dimana terdapatnya wilayah yang
membentang antara”differ” (berbeda) menuju “defer”(menangguhkan).
Hal tersebut dalam pengertian bahwa makna selalu ditangguhkan,
barangkali sampai pada saat yang tidak bisa ditentukan, akibat
adanya permainan pertanda.
Lebih jauh lagi, maka teori differance Derrida sebagai
penolakan atas adanya petanda absolut (makna absolut) yang
menurut Saussure ada ini, justru malah memunculkan celah atau
jarak yang membuat makna absolut menjadi mustahil! Differance
menimbulkan celah yang akan selalu ada antara penanda dan petanda
juga antara teks dan maknanya. Meskipun kita telah mengklaim
adanya kebenaran melalui struktur yang diakritis itu, namun
menurut Derrida ternyata masih ada jejak kebenaran lain yang ada
di belakangnya. Sehingga kesimpulan akhir Derrida adalah bahwa
kepastian tunggal itu tidak ada. Dan satu-satunya yang dapat
10
dikatakan adalah ketidakpastian permainan. Maka seluruhnya harus
ditangguhkan (deferred), sembari bermain bebas dengan perbedaan
(differ). Inilah yang dinamakan dengan postmodetnitas, yaitu
permainan dengan ketidakpastian. Dan dalam hal ini, berbeda
dengan Saussure yang lebih mengutamakan tuturan, Derrida
cenderung (meski tidak bisa pula kita anggap itu secara total)
lebih mengistimewakan tulisan. Baginya, tulisan adalah prakondisi
bahasa yang telah ada sebelum ucapan oral. Tulisan merupakan
bentuk permainan bebas dari unsur bahasa dan komunikasi, juga
merupakan suatu yang mengandung proses perubahan makna terus
menerus (yang di luar jangkauan kebenaran mutlak). Secara
sederhananya Derrida mengatakan bahwa tulisan adalah bekas-bekas
tapak kaki yang harus kita telusuri terus menerus jika kita ingin
mengetahui yang empunya kaki.
Metode dekonstruksi ini kemudian menjadi metode membaca teks
filsofis yang kemudian unsur-unsur yang dilacaknya itu akan
dibongkar. Yang unik dari metode dekonstruksi ini adalah dayanya
dalam membongkar unsur yang menjadi penentu suatu teks menjadi
filosofis. Sebagaimana yang sering kita baca dan kita amati,
bahwa teks-teks yang bermuatan filosofis tentunya amat
argumentative, tidak rancu, dan wacana-wacananya merupakan upaya
dari pengorganisasian secara rasional dari premis, argumen dan
kesimpulan agar terjalin rapi dan rasional. Namun kenyataan ini
justru membuat Derrida ingin menelanjangi tekstualitas
tersembunyi (laten) dalam sebuah teks dimana ia bukan melacak
11
penataan yang dilakukan secara sadar, melainkan tatanan yang
justru tak disadari dimana ditemukannya asumsi-asumi tersembunyi
dibalik hal-hal yang tersurat.
Dekonstruksi yang dimaksud Derrida adalah bahwa satu kata
tidak memiliki makna absolut. Dekonstruksi menyatakan bahwa di
dalam setiap teks terdapat titik-titik ekuivokasi (pengelakan)
dan kemampuan untuk tidak memutuskan (undacidabality), yang
mengkhianati setiap stabilitas makna yang mungkin dimaksudkan
dalam teks.
Dekonstruksi lebih bertujuan untuk menggali lebih dalam
sesuatu, penggalian itu kadang terlihat seakan menghancurkan
(destruksi) sehingga beberapa orang menganggap dekonstruksi sama
dengan destruksi. Padahal penggalian yang dilakukan dengan
membongkar seluk beluk sesuatu itu dilakukan dengan tujuan
membangun kembali setelah menemukan hal yang tersembunyi lebih
dalam pada sesuatu, sehingga dapat mengangkat makna baru yang
merupakan pengembangan dari yang didekonstruksi itu
2.1.2. Dekonstruksi secara Desain
Salah satu contoh penerapan dekonstruksi pada bidang desain
produk adalah lemon squeezer karya Philippe Stark. Produk ini
merupakan hasil dekonstruksi dari lemon squeezer normal atau
basic yang memiliki fungsi sebagai pemeras lemon, sebagaimana
12
namanya. Namun Phillippe Stark melakukan dekonstruksi terhadap
lemon squeezer ini, hingga menemukan makna tersembunyi dari benda
ini, yaitu bukan berfungsi seratus persen sebagai lemon squeezer
melainkan sebagai pemicu percakapan bila ada yang berkunjung ke
rumah. Stark menghilangkan beberapa bagian
fungsional dalam produk lemon squeezer
ini, namun ia tetap berfungsi sebagai
lemon squeezer, hanya memiliki nilai
tambahan hasil pengembangan setelah
membongkar standar produk tersebut.
Sebagaimana disebutkan, Dekonstruksi bukan
mendestruksi sebuah benda melainkan
membongkarnya dan menemukan esensi lain
dalam benda tersebut, mengangkatnya ke permukaan dan
merekonstruksinya sehingga memiliki nilai pengembangan dari benda
sebelumnya.
Lemon squeezer karya
Philippe Stark
Sinking Titanic Lamp karya
Charles Trevelyan
Contoh lain dari
dekonstruksi pada
desain sebuah produk
adalah Sinking
13
Titanic Lamp karya Charles Trevelyan, yang melakukan dekonstruksi
pada sebuah table lamp standar. Trevelyan menghilangkan konsep
berdiri tegak dari table lamp standar namun menambahkan unsur
orientasi kemiringan dan menghilangkan part pojok sehingga
mengesankan bahwa lampu ini tenggelam, seperti kapal Titanic yang
tenggelam dengan cara yang sama. Trevelyan membongkar unsur
standar lampu meja dan menggantinya degan sesuatu yang membuat
lampu ini memiliki tambahan makna yang merupakan pengembangan
dari lampu meja standar tersebut.
2.1.3 Metode Dekonstruktif
Dekonstruksi adalah cara atau metode membaca keseluruhan
teks secara kritist dan teliti, sehingga premis-premis yang
menandainya dapat digunakan untuk meruntuhkan argumentasi yang
disusun atas premis tersebut.
‘Dekonstuksi’ yang dimaksud Derrida tidaklah sama dengan yang
dimaksud oleh Martin Heiddeger dengan destruksi (destruction)
yang artinya penghancurleburan (demolition). Dekontruksi yang
14
dimaksud oleh Derrida merujuk pada upaya untuk mentransformasi
makna dengan cara destruksi dan rekonstruksi (dihancurkan
kemudian ditata kembali). Layaknya kita menghancurkan sebuah
bangunan, lalu membuat bangunan baru dengan puing-puing yang
lama.
Kritik Derrida Terhadap Saussure dan para filsuf sebelumnya.
Seperti dijelaskan pada sub-bab sebelumnya Derrida memiliki
pemikiran yang sangat bertolak belakang mengenai phonocentrism
dan logocentrism. Pada sub-bab ini akan disimpulkan maksud kritik
derrida terhadap pemikiran para filsfur sebelumnya.
Phonocentrism
Adalah keyakinan bahwa suara dan pidato lebih unggul, atau
lebih utama daripada tulisan. Mereka yang mendukung pandangan
phonocentric mempertahankan bahwa bahasa lisan adalah metode
utama dan paling mendasar dari komunikasi sedangkan menulis
hanyalah sebuah metode yang berasal dari menangkap pembicaraan.
Banyak juga yang percaya bahwa bahasa lisan secara inheren lebih
kaya dan lebih intuitif daripada bahasa tertulis.
Logocentrism
Merupakan tradisi metafisika Barat yang berjiwakan Platonian
dan dualisme Cartesian. Logosentrisme ini disebut juga sebagai
metafisika kehadiran (Metaphysics of Presence) yang
mengasosiasikan kebenaran dengan kehadiran diri murni (pure self
15
presence). Pondasi logosentrisme ini pertama kali diletakan oleh
Plato yang membagi realitas menjadi dua bagian yang saling
beroposisi dan bermakna hierarkis;
(1) yang metafisik (absolute, origin)
(2) yang fisik (tiruan,semu)
Logika yang membangun logosentrisme ini disebut dengan
logika oposisi biner. Logika oposisi biner bekerja dengan
menempatkan satu term sebagai pondasi sejati yang absolut dan
origin, sedangkan term oposisinya ditempatkan sebagai semu-
subordinatnya. Misalnya idea atas materi, mind atas body, ucapan
atas tulisan, langue atas parole, pria atas wanita, dan filsafat
Barat atas filsafat Timur.
Derrida mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang esensial
yang membedakan tulisan dengan ucapan. Keduanya baginya hanyalah
ketidakhadiran dan kehadiran parsial yang tidak pernah
mencerminkan kehadiran diri murni (pure self presence) maupun
makna sejati (fixed signified).
Derrida juga menunjukan bahwa ucapan juga memiliki kualitas
ketidakpastian. Untuk menunjukan kata difference misalnya.
Berdasarkan sistem penurunan makna dari jejak-jejak yang bersifat
relasionisme (they are what the others are not), harusnya tidak
ada makna-makna yang bersifat hierarkis, ataupun pantas mengklaim
bahwa dirinya absolut atau universal.
Dekostruksi Derridean
16
Merupakan metode dekonstruksi yang lebih banyak dipengaruhi oleh
pemikiran-pemikiran asli Derrida, yang meliputi 2 cara yaitu
dekonstruksi teks dan dekonstruksi program. Di mana dekonstruksi
teks dengan cara mencari kontradiksi internalnya. Contohnya pada
karya arsitektur virtuous- Le Corbusier sedangkan Robert Venturi
dalam karyanya “Complexity and Contradiction “ mencoba melakukan
suatu perubahan pada konsep transparansi yang kemudian dianggap
sebagai pergerakan penting dalam arsitektur modern yang
membedakannya dengan arsitektur masa lalu yang sudah ada. Hal ini
semakin jelas dengan seringnya penggunaan “Both-And’ dalam
arsitektur modern yang dilakukan Venturi. Menurutnya bagian luar
dan dalam tidak bisa hanya ditentukan secara transparan atau
terbatas pada hal tertentu saja, karena mungkin saja merupakan
bagian luar dari ruangan lain.
Sedangkan untuk dekonstruksi program dapat dilakukan pada program
yang dominan terhadap tradisi modern, seperti konsep estetika
murni yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi.berikut ada
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam dekonstruksi
program, diantaranya :
- Cross Programming
Di mana hal yang sangat berlawanan atau bertentangan dengan
fungsi aslinya, misalnya mobil yang dijadikan kursi. Biasanya
mobil dikendarai di jalan tetapi dalam pengembangannya mobil
ditaruh di ruang tamu sebagai kursi yang mengambil bentuknya.
17
Contoh lainnya yang paling kelihatan adalah tempat peribadatan
dijadikan destotek yang ramai dan penuh huraa-hura. Di sinilah
terjadi penyimpangan pada bentuk/fungsi awal.
- Transprogramming
Yaitu mengkombinasikan dua program yang sifat dan konfigurasi spatialnya berbeda, misal Planetarium dikombinasikan dengan roller coaster. Contoh pada produk adalah misalnya mobil dikombinasikan dengan kucing sehingga jadilah mobil kucing.
- Disprogramming
Mengkombinasikan 2 (dua) program sedemikian rupa sehingga konfigurasi ruang program pertama mengkontaminasi program dan konfigurasi ruang kedua, misal warung dengan perkantoran.
Dekonstruksi Non Derridean
Dekonstruksi non derridean di sini maksudnya bukan dekonstruksi
yang berlawanan dengan pemikiran Derrida, tetapi adanya suatu
perubahan-perubahan yang mengganggu bentuk aslinya. Oleh sebab
itu dinamakan dekonstruksi non derridean yang meliputi
dekonstruksi struktur dan dekonstruksi bentuk didasarkan pada
konsep-konsep “Disruption”, ”Dislocation”, “ Deviation”, dan “Distortion”, sehingga
akan memunculkan suatu stabilitas dan suatu inovasi terhadap
suatu desain.
- Dekonstruksi struktur
Dekonstruksi struktur umumnya dilakukan memalui metoda
pragmatis trial and error, yang mengusung nilai-nilai kepraktisan.
18
Misal pada kursi yang memiliki kaki 3. Biasaanya dan hakekatnya
sebuah kursi memiliki 4 buah kaki di setiap sudutnya untuk
menjaganya agar tetap stabil dan kokoh berdiri pada saat
diduduki, tetapi adanya perubahan dari yang mulanya kursi kaki
empat menjadi kaki tiga dengan satu pusat di tengah agar lebih
praktis dan efisiensi bahan.
Kursi kaki 3
- Dekonstruksi Bentuk
Dekonstruksi bentuk dapat dilakukan memalui beberapa cara, diantaranya:
1. Secara intelektual melalui permainan sistem-sistem geometri yang kompleks dan melibatkan teknologi canggih, seperti banyak yang dilakukan oleh Peter Eisenmann.
19
2. Secara pragmatik atau mekanik memalui model trial and error, sketsa dan eksperimental lapangan, seperti dilakukan oleh Frank Gehry, Zaha Hadid dan Coop Himmelblau.
The Heydar Aliyev Cultural Centre
3. Secara intuitif melalui pengembangan respond dan impulse
kreatif.
Melalui pengembangan respon dan impuls kreatif dalam diri
arsitek, seperti terjadi pada Rem Koolhas dan OMA.
20
Rem Koolhaas- China
2.1.4 Relevansi filsafat Dekonstruksi terhadap Desain
Filsafat Dekonstruksi Derrida sangat relevant karena menawarkan
pemahaman dan perspektif baru tentang desain, sehingga proses
pemikiran kembali (rethinking) premis dan kaidah tradisional
desain dapat dilakukan. Dekonstruksi telah menggariskan prinsip-
prinsip penting sebagai berikut, bahwa :
1. Tidak ada yang absolut dalam desain, Tidak ada satu cara
atau gaya yang terbaik. Gaya klasik tradisional, modern dan
lainnya mempunyai posisi dan kesempatan yang sama untuk
berkembang dalam sebuah desain.
2. Tidak ada ontology dan theology dalam desain. Tidak ada
tokoh dan figure yang wajib di dewa-kan atau disanjung.
3. Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam desain harus
segera diakhiri. Perkembangan desain selanjutnya harus
mengarah pada keragaman pandangan dan tata nilai.
21
4. “Visiocentrism” atau pengutamaan indera penglihatan dalam
desain harus diakhiri. Potensi indera lain harus
dimanfaatkan pula secara seimbang.
Prioritas yang diberikan pada ide, gambar, model dan harus setara
karena ide, gambar, dan model tidak hanya berfungsi sebagai
simulasi atau representasi desain, tetapi bisa menjadi produk
atau tujuan akhir dari desain tersebut.
22
BAB 3
Pembahasan
3.1. Desain
3.1.1. Bentuk Keseluruhan
Pada umumnya sepeda memakai konstruksi daemon pada desainframenya untuk memperoleh kekuatan, kenyamanan dan efisiensibahan. Namun kita mencoba membuat sesuatu yang baru berdasarkankebutuhan yang ada. Beberapa kebutuhannya seperti bagaimanasepeda itu bisa mobile di jalan-jalan yang sempit, bagaimanasepeda tersebut terlihat simpel dan sederhana seperti yang saatini menjadi selera masyarakat perkotaan dan yang terpentingmemberikan nilai bahwa sepeda itu menjadi sarana olahraga dandapat membuat user bisa lebih aktif menggerakan tubuhnya.
23
Bentuk keseluruhan sepeda berbeda dengan konstruksi sepeda
pada umumnya yang menggunakan konstruksi diamond. Sepeda ini
mengunakan konstruksi frame melengkung dan kekuatan frame
bertumpu pada fork dan hub belakang sepeda. Kekuatan frame
sendiri berdasar dari proses pembuatannya yang menggabung 2 pipa
secara vertikal dan menutupnya dengan plat.
Sepeda ini termasuk jenis desain yang dekonstruktif, karena
meninggalkan bentuk diamond frame yang selalu digunakan pada
sepeda standar. Selain itu juga menghilangkan satu komponen
penting dalam sistem transmisi sepeda yaitu menghilangkan bottom
bracket, gear dan rantai. Sebagai gantinya sepeda ini memakai
sistem transmisi dari sepeda roda satu (unicycle/monobike) yang
menggabungkan hub dengan crank dalam satu komponen.
24
Perbedaan dengan sepeda bmx yang memiliki fungsi hampir sama.
Secara penggunaannya juga sedikit berbeda dari sepeda pada
umumnya. Misal citybike dibuat dengan sudut tertentu untuk
mengutamakan kenyamanan, user bisa duduk pada saddle sepeda dan
mengayuh sepeda dengan santai. Berbeda dengan sepeda ini yang
mendorong user untuk lebih aktif bergerak sesuai dengan konsepnya
yaitu untuk sepeda olahraga. Karena bentuk konstruksi sepeda
tersebut mengharuskan user mengayuh pedal dalam keadaan berdiri
dan membuat postur user seperti dalam keadan berlari atau bisa
disebut run biking.
Yang terjadi dari desain bentuk sepeda bmx ini adalah merupakan
sebuah dekonstruktif yang di dasari oleh :
1. Penolakan terhadap “antroposentrisme” dalam desain, yaitu
rujukan pada proporsi fisik tubuh manusia sebagai
ukuran ideal bagi segalanya.
25
Postur tubuh runbike seperti postur ketika berlari
2. Penerapan proses “scaling”, melalui pengembangan tiga
konsep destabilisasi :
○ discontinuity
○ recursibility
○ self similarities
3. Penolakan terhadap ”center” sebagai bagian paling penting
dan memiliki hirarkhi lebih tinggi.
4. Penolakan terhadap kekakuan oposisi dialektis dan
kategori hirarkis tradisional seperti “form – follow –
function”, “ornament added to structure”, diganti oleh “existing
between”, “almost this or almost that, but not quite either”.
3.1.2. Frame
Frame (rangka) sepeda merupakan bagian penting dari sebuah
sepeda. Ia menjadi tulang punggung tempat semua komponen sepeda26
terhubung. Telah dijelasakan pada bab sebelumnya mengenai metode
dekonstruksi, salah satunya adalah metode dekonstruksi non-
derridean. Metode ini digunakan sebagai acuan mendesain sepeda
Urban Sport Run Bike karena Dekonstruksi Non-Derridean mencakup
dekonstruksi bentuk dan struktur, yang didasarkan pada konsep-
konsep “Disruption”, ”Dislocation”, “ Deviation”, dan
“Distortion”, sehingga menyebabkan stabilitas, dan identitas
bentuk-bentuk murni terganggu yang mampu memberikan inovasi dan
differentiation terhadap sebuah desain.
Dekonstruksi Konstruksi Rangka, seperti pada karya-karya
Coop Himmelblau. Jelasin detail rangka yang bikin beda, acuannya
itu berupa jenis dekosntruksi rangka
Konstrusi pembuatan frame untuk kekuatan
27
Acuan yang dipakai untuk transmisi runbike, hub langsung terpasangdengan crank. Dengan system ini runbike tidak membutuhkan bottom
bracket, rantai dan gear.
Frame menghilangkan bottom bricket untuk mempersimpel transmisidan membuat ukuran sepeda lebih pendek. Gambar paling kanan
adalah bentuk dropout untuk mengunci bearing pada hub
28
Bearing pada hub runbike menggunakan bearing type searah untukmemberikan fungsi freewheel pada sepeda
3.2. Sistem
Secara umum sepeda ini masih menggunakan sistem kerja rem,
gear, dan sistem kemudi yang sama dengan sepeda sport BMX
biasanya. Yang merupakan deskonstruktif disini adalah
dihilangkannya sistem crank to rear gear yang biasanya digerakkan
oleh rantai mengacu pada teori dekonstruktif program derridean
seperti yang sudah dijelaskan pada Bab Dua.
29
Gambar diatas merupakan system transmisi normal pada sepeda BMX
street
Gambar diatas merupakan system transmisi yang didigunakan urban sport run bike.
Jika dilihat dari literaturnya bukannya hal yang baru adanya
sistem pedal sepeda yang digabung langsung dengan hub sepeda
karena dulu pernah ada sepeda big wheel atau disebut Penny-
farthing tahun 1880an.
Namun literature sepeda terus berkembang seiring kemajuan
teknologi, karena sistem30
doltrap gear yang berat munculnya sistem baru yaitu raintai
sepeda yang membuat sepeda bergerak dengan sistem freewheels dan
sepeda juga lebih panjang karena tuntutan ilmu ergonomi yang
berkembang. Saat inilah di tahun 1886 literatur dari sebuah
sepeda berkembang.
Perbedaan sistem gear langsung big wheel dengan urban bike
ini adalah urban bike ini sudah dilengkapi dengan freewheels
bearing jadi tidak membuat banyak tenaga terkuras.
Gear ini dapat terus menjalankan roda meskipun tanpa pedal
diputar, hal ini merupakan deskontruktif penggabungan dari sistem
31
rantai freewheels menjadi hub freewheels sesuai kebutuhan sport
yang diinginkan.
Bab 4
Metodologi Desain
Dalam merancang desain sepeda urban sport untuk sebuah kota
tidak serta merta dapat terwujud begitu saja, melainkan melalui
tahapan. Tahap demi tahap yang dilalui agar dapat menyampaikan
ide menjadi sebuah produk jadi adalah dengan sebuah metodologi
desain. Metode yang perlu tempuh adalah sebagaimana urutan
berikut :
4.1. Research
Pada tahap ini terdapat dua kategori penelitian, yang
pertama adalah user research, yang meliputi penelitian target
user, dan target market. Tahapan penelitian yang kedua adalah
32
studi produk itu sendiri antara lain meliputi spesifikasi, produk
eksisting, dan benchmarking. Dari situ kita dapat mengetahui
masalah yang ada dengan lebih mendetil, dan dapat melanjutkan
ketahapan desain selanjutnya.
4.1.1. Produk Eksisting
Unicycle Bike
Sepeda roda satu yang digunakan untuk kegiatan tersier
atau daya hidup
4.1.2 Target User
33
Target utama untuk desain runbike adalah anak mudayang hidup di lingkungan kota. Namun tidak menutupkemungkinan dapat digunakan oleh usia 15 - 30 tahun.
4.1.3.Target Market
Rasa ingin bersepeda pada umumnya muncul karenadorongan gaya hidup, bukan sekedar menjadikan sepedasebagai alat transportai dan mencari keringat tapiuntuk berkumpul bersama teman dan komunitas. Karenaitulah sasaran pasar runbike adalah untuk komunitassepeda olahraga.
4.2.Idea to Concept
Pada tahap ini terdapat dua kategori desain, yang pertama
adalah brainstorming dari analisa data - data yang telah
dikumpulkan dalam penelitian sebelumnya. Tahapan selanjutnya
adalah pembuatan sketsa (konsep).
Pembuatan sket-pun melalui bebrapa tahapan. Tahapn yang
dilalui adlah bersifat eleminasi, yang di awali dengan sket
inisiasi awal untuk mulai menjelaskan ide hasil brainstorming.
Tahapan selanjutnya adalah pembuatan sketsa alternatif hasil
pemilihan sket inisiasi. Selanjutnya dieliminasi lagi dengan
34
mulai melakukan eksplorasi tambahan pada bentuk. Langkah sket
terakhir adalah pemilihan sket final dan dirender.
IV.3.Concept to Model
35
Pada tahap ini terdapat tiga kategori dalam perwujudan benda
3 dimensi, yang pertama adalah pembuatan gambar teknik dan model
3D dari 1 sket desain yang terpilih. Tahapan selanjutnya adalah
pembuatan model.
Proses pembuatan gambar teknik
36
IV.4.Produk dan Dampak yang ditimbulkan
● Dampak secara fisik terhadap tubuh user
○ bentuk frame sepeda memaksa user lebih aktif bergerak,
berdasarkan
○ bentuk frame tersebut tubuh pengguna seakan bergerak
seperti gerakan
○ berlari sehingga otot dan sendi bergerak lebih aktif.
● Dampak berdasarkan efisiensi sepeda (tanpa rantai)
○ bentuk sepeda lebih simpel, tanpa masalah rantai loss
dan
○ diganti dengan penggunaan gear free wheel
○ kecepatan terbatas pada satu speed dan ditentukan oleh
faktor
○ panjang tuas pedal dan diameter roda
○ batasan usia hanya diperuntukkan bagi kalangan usia 15-
40 tahun
● Dampak berdasarkan waktu tempuh
○ lebih cepat untuk menjangkau jarak pendek
○ bisa melewati kemacetan
○ tidak cocok untuk jarak jauh
○ terbatasnya kecepatan
39
BAB 5
Penutup
V.1.Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dekonstruksi
yang dimakasud oleh Derrida merujuk pada upaya untuk
menstransformasi makna dengan cara destruksi dan rekonstruksi
(dihancurkan kemudian ditata kembali). Layaknya kita
menghancurkan sebuah bangunan, lalu membuat bangunan baru dengan
puing-puing yang lama. Dekonstruksi adalah cara atau metode
membaca keseluruhan teks secara kritis yang tujuan utamanya untuk
membongkar oposisi-oposisi biner dan konstruksi-konstruksi
politis yang laten dalam teks. Selain teks, pemikiran
dekonstruksi Derrida juga dapat mempengaruhi segi desain, baik
desain produk, dkv, arsitektur, fesyen dan lain sebagainya.
Metode Derrida mengenai dekonstruksi cocok digunakan untuk
mengkaji dan menjadi acuan sebuah desain. Dikarenakan tidak ada
40
hal yang absolute dalam desain, semua mampu berubah, dan
mengalami perkembangan.
Daftar Pustaka
http://www.academia.edu/1524997/
http://id.wikipedia.org/wiki/Jacques_Derrida
http://www.metode-dekonstruksi-jacques-derrida.html
41
http://www.peterwisenman/peter-eisenman-liberal-views-have-never-
built-anything-of-any-value.htm
http://www.zahahadid/zaha-hadids-heydar-aliyev-cultural-centre-
turning-a-vision-into-reality.htm
42