PENGEMBANGAN KURSI TAMBAL BAN SEPEDA MOTOR ...

61
PENGEMBANGAN KURSI TAMBAL BAN SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN FITUR LACI SEBAGAI PENYIMPANAN PERALATAN TUGAS AKHIR Program Studi S1 Desain Produk Oleh: ZAINUL ALIM 17420200005 FAKULTAS DESAIN DAN INDUSTRI KREATIF UNIVERSITAS DINAMIKA 2021

Transcript of PENGEMBANGAN KURSI TAMBAL BAN SEPEDA MOTOR ...

PENGEMBANGAN KURSI TAMBAL BAN SEPEDA MOTOR DENGAN

PENAMBAHAN FITUR LACI SEBAGAI PENYIMPANAN PERALATAN

TUGAS AKHIR

Program Studi

S1 Desain Produk

Oleh:

ZAINUL ALIM

17420200005

FAKULTAS DESAIN DAN INDUSTRI KREATIF

UNIVERSITAS DINAMIKA

2021

PENGEMBANGAN KURSI TAMBAL BAN SEPEDA MOTOR DENGAN

PENAMBAHAN FITUR LACI SEBAGAI PENYIMPANAN PERALATAN

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Sarjana Desain

Oleh:

Nama : Zainul Alim

NIM : 17420200005

Program Studi : S1 Desain Produk

FAKULTAS DESAIN DAN INDUSTRI KREATIF

UNIVERSITAS DINAMIKA

2021

iii

iv

MOTTO

“Sedikit Berbicara, Banyak Bekerja”

v

LEMBAR PERSEMBAHAN

Kupersembahkan kepada Orang Tua tercinta dan teman teman, serta semua

pihak yang telah ikut membantu Laporan TA ini.

Terima Kasih

vi

vii

ABSTRAK

Pada tahun 2018 pengguna sepeda motor di Indonesia ialah sebanyak 126.508.776

dan terjadi peningkatan sebanyak 5,3% menjadi 136.617.012 pada tahun 2019

(cnnindonesia.com diakses pada tanggal 20 April 2021). Peningkatan pengguna

sepeda motor disebabkan karena tingginya aktivitas orang-orang diluar rumah

sehingga memanfaatkan sepeda motor sebagai alat transportasi baik digunakan

dalam perjalanan jarak dekat maupun jarak jauh. Masalah yang sering dialami oleh

pengguna atau pengendara motor ialah ban bocor secara tiba-tiba, penyebab yang

sering terjadi dalam kebocoran ban ialah ban tertusuk benda tajam, seperti paku,

kawat, dan lain sebagainya sehingga mengakibatkan ban mengalami kebocoran dan

kehilangan keseimbangan pada pengguna sepeda motor. Alat-alat yang digunakan

dalam menambal ban juga berbeda antara jenis tambal ban yang pres dengan tambal

ban tubeles, perbaikan untuk pekerja pada tukang tambal ban dengan menggunakan

alat bantu kursi dengan ukuran tinggi kurang lebih 25 cm, hal tersebut dirancang

untuk meminimalisir keluhan yang sering terjadi pada tukang tambal ban.

Pengembangan kursi penambal ban menambahkan fitur laci untuk menyimpan

peralatan yang biasa digunakan untuk menambal ban dan mengurangi keluhan yang

sering terjadi pada penambal ban. Pada pembuatan kursi penambal ban ini melewati

beberapa teknis analisis seperti, analisis warna, bentuk, material, sambungan,

ergonomi, serta antropometri. Sehingga, dapat meminimalisisr keluhan tukang

tambal ban yang sering terjadi, harapan peneliti ialah semoga produk yang

dihasilkan dapat mengurangi keluhan yang sering terjadi pada tukang tambal ban.

Kata kunci: Tambal Ban, Laci, Kursi Penambal Ban

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat

dan karunianya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan TA yang berjudul

"Pengembangan Kursi Tambal Ban dan Sepeda Motor Dengan Penambahan Fitur

Laci Sebagai Penyimpanan Peralatan". TA merupakan salah satu mata kuliah yang

wajib ditempuh di akhir semester. Laporan TA disusun sebagai salah satu syarat

yudisium yang akan dilaksanakan lebih kurang 1 semester. Dalam menyelesaikan

laporan tugas akhir tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah

memberikan masukan-masukan kepada peneliti serta memberikan dukungan, baik

secara moril dan materil. Untuk itu peneliti mengucapkan banyak terimakasih

kepada:

1. Orang Tua, dan Keluarga yang telah mendoakan serta memberikan dorongan

dan bantuan baik moral maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan

TA tepat waktu.

2. Prof. Dr. Budi Jatmiko, M.Pd. selaku Rektor Universitas Dinamika.

3. Karsam, MA., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Desain dan Industri Kreatif,

Universitas Dinamika dan pembimbing II yang telah bersedia meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan memberikan arahan selama

proses penyusunan Laporan TA.

4. Yosef Richo Adrianto, S. T., M.SM. sebagai Ketua Program Studi S1 Desain

Produk Universitas Dinamika, dan dosen penguji yang telah bersedia meluangkan

waktunya unutk memberikan arahan dan dukungan dalam menyelesaikan

laporan ini.

5. Darwin Yuwono R, S. T., M.Med.Kom., ACA. Selaku dosen pembimbing I

yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing

dan memberikan arahan selama proses penyusunan Laporan TA.

6. Aulia Syafrida selaku sahabat yang telah memberikan semangat dan dukungan

untuk mengambil tugas akhir serta, memberi pinjaman buku yang sangat

membantu dalam proses penyusunan laporan ini.

7. Teman-teman seperjuangan Desain Produk dan semua pihak yang terlibat atas,

telah memberikan bantuan dan dukungan hingga tersusunnya laporan ini.

ix

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam menyempurnakan laporan

tugas akhir ini.

Dalam menyusun laporan TA, peneliti menyadari terdapat kekurangan di

dalam laporan ini. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran agar

laporan TA menjadi lebih baik lagi. Sehingga dapat berguna baik bagi penulis

sendiri maupun pembaca pada umumnya dan dapat memperbaiki kekurangan dari

produk ini.

Surabaya, 8 Juli 2021

Peneliti

x

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

1.3 Batasan Masalah ........................................................................................... 3

1.4 Tujuan ........................................................................................................... 3

1.5 Manfaat ......................................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 5

2.1 Definisi Tambal Ban ..................................................................................... 5

2.1.1 Macam-macam Tambal Ban .............................................................. 5

2.1.2 Jenis-jenis Ban ................................................................................... 6

2.2 Proses Penambalan Ban ................................................................................ 7

2.3 Perlengkapan Proses Penambalan Ban ......................................................... 8

2.4 Pengisian Angin Nitrogen ............................................................................ 8

2.5 Furniture ...................................................................................................... 9

2.6 Sistem dan Konstruksi Furnitur .................................................................... 9

2.7 Jenis-jenis Kayu Yang Digunakan Untuk Pembuatan Kursi ...................... 11

2.8 Ergonomi .................................................................................................... 14

2.8.1 Ergonomi Duduk .............................................................................. 14

2.9 Antropometri Kursi Penambal Ban ............................................................ 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 17

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 17

3.2 Unit Analisis ............................................................................................... 17

3.3 Objek Penelitian ......................................................................................... 17

3.3.1 Lokasi Penelitian .............................................................................. 17

3.4 Teknik Pengambilan Data .......................................................................... 18

xi

3.4.1 Observasi .......................................................................................... 18

3.4.2 Wawancara ....................................................................................... 18

3.4.3 Literatur ............................................................................................ 19

3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................. 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 21

4.1 Hasil Pengumpulan Data ............................................................................ 21

4.1.1 Observasi ................................................................................................. 21

4.1.2 Wawancara ....................................................................................... 22

4.1.3 Studi Literature ................................................................................ 24

4.2 Proses Analisis ........................................................................................... 25

4.2.1 Analisis Warna ................................................................................. 25

4.2.2 Analisis Bentuk ................................................................................ 26

4.2.3 Analisis Ergonomi ............................................................................ 26

4.2.4 Analisis Material .............................................................................. 27

4.2.5 Analisis STP (segmentation Targeting Positioning)........................ 28

4.3 Jenis Sambungan ........................................................................................ 29

4.4 Gambaran Produk ....................................................................................... 29

4.4.1 Konsep Rancangan Produk .............................................................. 29

4.4.2 Komputerisasi .................................................................................. 29

4.4.3 Biaya perkiraan produksi ................................................................. 38

4.4.5 Hasil akhir ........................................................................................ 40

4.4.6 Cara Penggunaan Produk ................................................................. 41

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 45

5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 45

5.2 Saran ........................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. 1 Tampak Depan Tempat Tambal Ban Nitrogen di PERTAMINA ...... 1

Gambar 1. 2 Kursi Tambal Ban Pres ....................................................................... 3

Gambar 1. 3 Kursi Tambal Ban Tubeles ................................................................. 3

Gambar 2. 1 Tambal Ban Pres ................................................................................ 5

Gambar 2. 2 Tambal Ban Tubeles ........................................................................... 6

Gambar 2. 3 Peralatan Tambal Ban Tubeles ........................................................... 7

Gambar 2. 4 Pengisian Angin Nitrogen .................................................................. 9

Gambar 2. 5 Butt Joints ........................................................................................... 9

Gambar 2. 6 Mitred Butt Joints ............................................................................. 10

Gambar 2. 7 Lap Joints ......................................................................................... 10

Gambar 2. 8 Kayu Meranti .................................................................................... 11

Gambar 2. 9 Kayu Multipleks ............................................................................... 14

Gambar 3. 1 Lokasi Penelitian .............................................................................. 17

Gambar 4. 1 Tampak depan .................................................................................. 30

Gambar 4. 2 Tampak samping luar kanan ............................................................. 30

Gambar 4. 3 Tampak samping luar kiri ................................................................. 31

Gambar 4. 4 Tampak samping dalam kanan ......................................................... 31

Gambar 4. 5 Tampak samping dalam kiri ............................................................. 32

Gambar 4. 6 Tampak atas ...................................................................................... 32

Gambar 4. 7 Tampak bawah ................................................................................. 33

Gambar 4. 8 Tampak dalam .................................................................................. 33

Gambar 4. 9 Tampak depan .................................................................................. 34

Gambar 4. 10 Tampak samping luar kanan ........................................................... 34

Gambar 4. 11 Tampak samping luar kiri ............................................................... 35

Gambar 4. 12 Tampak samping dalam Kanan ...................................................... 35

Gambar 4. 13 Tampak samping dalam kiri ........................................................... 36

Gambar 4. 14 Tampak atas .................................................................................... 36

Gambar 4. 15 Tampak Bawah ............................................................................... 37

Gambar 4. 16 Tampak Perspektif Tutup ............................................................... 37

Gambar 4. 17 Tampak Perspektif Buka ................................................................ 38

xiii

Gambar 4. 18 Proses pembuatan kursi .................................................................. 39

Gambar 4. 19 Proses Pengamplasan ..................................................................... 39

Gambar 4. 20 Proses Pengecatan .......................................................................... 39

Gambar 4. 21 tampak perspektif ........................................................................... 40

Gambar 4. 22 tampak perspektif membuka laci .................................................... 40

Gambar 4. 23 tampak perspektif bagian................................................................ 40

Gambar 4. 24 Mengangkat Kursi .......................................................................... 41

Gambar 4. 25 Menduduki Kursi ............................................................................ 41

Gambar 4. 26 Mengangkat Bagian Produk ........................................................... 41

Gambar 4. 27 Posisi Menambal Ban ..................................................................... 41

Gambar 4. 28 Poster Kursi Tambal Ban ............................................................... 42

Gambar 4. 29 Stiker Kursi Tambal Ban ............................................................... 42

Gambar 4. 30 Gantungan Kunci Tambal Ban ....................................................... 43

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4. 1 Analisis Bentuk .................................................................................... 25

Tabel 4. 2 Analisis Bentuk .................................................................................... 26

Tabel 4. 3 Analisis Ergonomi ................................................................................ 27

Tabel 4. 4 Analisis Material .................................................................................. 27

Tabel 4. 5 Jenis Sambungan .................................................................................. 29

Tabel 4. 6 Rancangan biaya produksi ................................................................... 38

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kartu Konsultasi TA ......................................................................... 48

Lampiran 2 Kartu Kegiatan Mengikuti Seminar TA ........................................... 49

Lampiran 3 Hasil Plagiasi .................................................................................... 50

Lampiran 4 Gambar Tampak Produk ................................................................... 51

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tahun 2018 pengguna sepeda motor di Indonesia ialah sebanyak 126.508.776

dan terjadi peningkatan sebanyak 5,3% menjadi 136.617.012 pada tahun 2019

(cnnindonesia.com diakses pada tanggal 20 April 2021). Peningkatan pengguna

sepeda motor disebabkan karena tingginya aktivitas orang-orang diluar rumah

sehingga memanfaatkan sepeda motor sebagai alat transportasi baik digunakan

dalam perjalanan jarak dekat maupun jarak jauh. Masalah yang sering dialami oleh

pengguna atau pengendara motor ialah ban bocor secara tiba-tiba, penyebab yang

sering terjadi dalam kebocoran ban ialah ban tertusuk benda tajam, seperti paku,

kawat, dan lain sebagainya sehingga mengakibatkan ban mengalami kebocoran dan

kehilangan keseimbangan pada pengguna sepeda motor.

Gambar 1. 1 Tampak Depan Tempat Tambal Ban Nitrogen di PERTAMINA

Menurut Saleh (2020) sepeda motor yang digunakan oleh masyarakat

memiliki berbagai jenis ban yang bervariasi. Ada yang menggunakan jenis ban luar

dan ban dalam dan ada juga kendaraan yang menggunakan jenis ban tubeles.

2

Sehingga, pada tambal ban juga terdapat jenis tambal ban tubeles. Pada saat ini

SPBU sudah dilengkapi dengan layanan tambal ban tubeles dan pengisian angin

Nitrogen. Alat dan bahan yang digunakan pada tambal ban tubeles seperti Tang

yang berfungsi untuk mencabut paku, Gunting yang berfungsi untuk memotong,

Tusukan besi berbentuk panjang, Tusukan penghalus besi berbentuk panjang, karet

tambalan sisipan, Pompa angin, dan Cairan perekat panas. Alat-alat yang digunakan

dalam menambal ban pres ialah Kompresor, Alat pres, Pemanas, Kompon, Bak air,

Kikir, Lem, Alat jugil dan Kunci pentil (Setiawan dkk, 2018).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arizal Aditya, (2016) peneliti

tersebut telah merekomendasi postur perbaikan untuk pekerja pada tukang tambal

ban dengan menggunakan alat bantu kursi dengan ukuran tinggi kurang lebih 25

cm, hal tersebut dirancang untuk meminimalisir keluhan yang sering terjadi pada

tukang tambal ban. Kelebihan dari rancangan produk sebelumnya ialah penambal

ban ialah dapat membuat penambal ban merasa nyaman dan dapat mengurangi

keluhan dari penambal ban. Namun, terdapat kekurangan dalam kursi tersebut, ialah

kurangnya multifungsi pada kursi. Pada kesempatan ini peneliti akan membuat

pengembangan kursi penambal ban dengan melengkapi kekurangan dari peneliti

sebelumnya.

Target yang ditunjukkan untuk pengembangan kursi tambal ban sepeda motor

ini ialah untuk tukang tambal ban tubeles. Semoga produk yang dibuat oleh peneliti

dapat membantu menyelesaikan permasalahan penambal ban yang ada, seperti rasa

sakit pada bagian kaki akibat mondar-mandir untuk mengambil peralatan yang

letaknya jauh dari penambal ban, mudah berkarat dan licin saat digunakan akibat

sering terkena cipratan air, dan kesulitan dalam menyimpan alat-alat karena

keterbatasan ruang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa kekurangan

kursi penambal ban, oleh karena itu peneliti ingin merumuskan masalah yang ada

ialah bagaimana mengembangkan kursi tambal ban sepeda motor dengan

penambahan fitur laci sebagai penyimpanan peralatan.

3

Gambar 1. 2 Kursi Tambal Ban Pres

Gambar 1. 3 Kursi Tambal Ban Tubeles

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas mengenai pengembangan desain

produk kursi tambal ban sepeda motor dengan penambahan fitur laci sebagai

penyimpanan peralatan, maka ruang lingkup TA sebagai berikut:

1. Pengembangan kursi penambal ban multifungsi, dengan menambahkan fitur

laci sebagai tempat menyimpan peralatan untuk menambal ban.

2. Kursi penambal ban untuk anak remaja dengan usia 17 tahun sampai pada usia

65 tahun.

3. Material kursi terbuat dari kayu.

1.4 Tujuan

Tujuan dari perancangan TA adalah untuk menghasilkan desain

Pengembangan kursi tambal ban sepeda motor dengan penambahan fitur laci

sebagai penyimpanan peralatan.

4

1.5 Manfaat

Manfaat dari desain Pengembangan kursi tambal ban sepeda motor dengan

penambahan fitur laci sebagai penyimpanan peralatan ini ialah:

1. Pengembangan kursi penambal ban dapat berguna bagi tukang tambal ban.

2. Produk ini dapat membantu untuk meminimalisir keluhan pada tukang tambal

ban.

3. Produk kursi tambal ban sepeda motor dengan penambahan fitur laci sebagai

penyimpanan peralatan ini bisa digunakan oleh anak remaja berusia 17 tahun

hingga dewasa denga usia 65 tahun.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Tambal Ban

Menurut Nur Irwanto (2015) Bengkel tambal ban termasuk salah satu usaha

yang bergerak dalam bidang jasa. Bengkel tambal ban melayani pengendara sepeda

motor atau kendaraan roda dua yang sedang mengalami kebocoran ban. Kebocoran

ban sepeda motor merupakan suatu permasalahan yang sering terjadi, kejadian

tersebut tidak dapat diprediksi oleh pengguna sepeda motor. Sepeda motor yang

sering digunakan terdiri dari 2 macam yakni sepeda motor yang menggunakan ban

dalam biasa dan sepeda motor tanpa menggunakan ban dalam (Tubeles), sehingga

tambal ban juga terdiri dari 2 jenis tergantung ban sepeda motor yang digunakan.

2.1.1 Macam-macam Tambal Ban

Tambal ban dibedakan menjadi 2 macam, seperti:

1. Tambal Ban pres

Tambal ban biasa merupakan kebocoran pada bagian dalam ban (sisi valve).

Penambalan pada ban bagian dalam, alat tambal yang digunakan memerlukan

beberapa bahan tambahan seperti lem, pemanas, dan penambahan tekanan pada

permukaan ban bagian dalam (Andirizal, 2003).

Gambar 2. 1 Tambal Ban Pres

5

6

2. Tambal Ban Tubeles

Ban tubeles memiliki tulang rusuk pada ban, sehingga tambal ban tubeles

tulang rusuknya dibentuk dengan cara integral kearah dalam sehingga mereka

di paksa untuk masuk oleh tekanan udara yang ada didalam ban yang berguna

untuk menyambungkan flense dari velg roda (Feri Setiawan, dkk, 2018).

Gambar 2. 2 Tambal Ban Tubeles

2.1.2 Jenis-jenis Ban

Jenis-jenis ban yang biasa dipakai dalam sehari-hari ialah sebagai berikut:

1. Ban Asimetris

Ban asimetris merupakan suatu ban yang memiliki desain berbeda antar jarak

dan kembangnya. Ban ini di desain agar dapat mengerem atau mencengkram

lebih baik dalam kondisi keadaan jalan basah maupun kondisi jalan yang

kering, ban asimetris ini dibuat dalam ukuran yang besar serta lebar, ban ini

biasa digunakan pada mobil.

2. Ban Pneumatik

Ban pneumatik merupakan suatu ban yang terdiri dari dua lapisan benang

kawat halus, lapisan bias yang dibuat berdasarkan banyaknya lembar cord yang

dapat digunakan sebagai rangka dari ban tersebut. Cord dibuat dengan cara

ditenun zig zag sehingga membentuk sudut 40 sampai 65 derajat terhadap

keliling lingkaran ban. Lapisan radial dengan konstruksi carcass cord

membentuk 90 derajat terhadap keliling lingkaran ban. Jadi, berdasarkan

7

samping konstruksi cord dengan arah radial terhadap pusat atau crown dari

ban, sehingga ban ini digunakan dalam sepeda motor.

2.2 Proses Penambalan Ban

Tambal Ban Tubeles

Langkah-langkah dalam penambalan ban tubeles adalah sebagai berikut:

1. Apabila ban sedang mengalami kebocoran, coba cari bagian mana yang sedang

bocor.

2. Jika sudah ditemukan benda yang menyebabkan ban tersebut bocor, cabut

dengan menggunakan tang secara perlahan agar tidak mengalami kebocoran

atau kerusakan yang semakin melebar pada ban.

3. Bersihkan ban bagian yang bocor dari debu atau kotoran yang menempel pada

bagian pusat kebocoroan pada ban.

4. Apabila sudah bersih, maka masukkan alat penghalus kedalam lubang

kebocoran lalu diangkat, hingga lubang yang bocor sudah halus atau tidak

kasar.

5. Apabila sudah benar-benar bersih, lalu siapkan sisipan karet tambalan yang

sudah drekatkan dengan ujung besi, lalu oleskan cairan perekat panas pada

karet sisipan sampai rata.

6. Jika sudah benar-benar bersih, lalu tusukkan kedalam ban yang bocor dan

diamkan beberapa saat sampai karet sisipan menempel pada ban yang bocor.

7. Cabutlah tusukan pada ban secara perlahan dan guntinglah bagian karet sisipan

yang ada pada bagian luar ban.

8. Pompalah ban hingga kencang dan ukuran yang dibutuhkan.

9. Motor sudah siap untuk digunakan.

Gambar 2. 3 Peralatan Tambal Ban Tubeles

8

2.3 Perlengkapan Proses Penambalan Ban

Perlengkapan dalam proses penambalan ban seperti berikut ini, ialah Kursi

Penambalan ban. Menurut Arizal Aditya (2016) kursi pada penambal ban memiliki

ukuran tinggi kurang lebih 25 cm, hal tersebut dirancang untuk meminimalisir

keluhan yang sering terjadi pada tukang tambal ban. Perlengkapan penambalan

yang lain ialah ember yang digunakan sebagai tempat penampungan air sabun, yang

berfungsi untuk mencari kebocoran pada ban sepeda. Ember merupakan suatu alat

yang berbentuk tabung dan kedap air, pada bagian atas terbuka dan biasanya pada

bagian bawah berbentuk datar, ember termasuk dalam perlengkapan rumah tangga

yang berasal dari polipropilena yang merupakan polimer termo plastik yang dibuat

oleh indsutri kimia.

2.4 Pengisian Angin Nitrogen

Pengisian angin Nitrogen pada ban dengan menggunakan mesin Nitrogen

Inflator, yang berfungsi untuk mengukur dan mengisi tekanan gas Nitrogen yang

ada di dalam Ban. Pada mesin Nitrogen Inflator terdapat beberapa pilihan tombol

yang digunakan dalam mengoperasikannya, seperti tombol auto aktif low yang

berfungsi dalam pengisian ban berawal dari tekanan 0, tombol inflation atau

vacuum, aktif low yang berfungsi untuk menguras angin yang ada dalam ban yang

dilanjutkan proses memompa ban menggunakan gas Nitrogen. Lalu, tombol arah

panah aktif low yang berfungsi dalam mengontrol takanan yang diinginkan pada

ban, tombol cancel/pause aktif low yang berfungsi untuk membatalkan proses

pemompaan gas Nitrogen pada ban. Sehingga, mesin inflator tersebut

menggunakan beberapa logic, seperti input solenoid pompa (aktif high), tombol

inflation (aktif low), tombol cancel/pause (aktif low), dan logic suara beep (aktif

high), sehingga logic tersebut dapat diterima oleh raspberrypi lalu, diproses untuk

melakukan perekaman dari frekuensi data pada pompa serta data pada vacuum

(Huda, 2014).

9

Gambar 2. 4 Pengisian Angin Nitrogen

2.5 Furniture

Menurut Christin Setyoningsih, (2018), furniture merupakan suatu benda

fungsional yang berfungsi untuk menjadi pelengkap serta pengisi ruang untuk

menciptakan suasana yang nyaman dalam melakukan aktivitas pengguna. Benda

furniture terdiri dari kursi, meja, lemari dan lain sebagainya.

2.6 Sistem dan Konstruksi Furnitur

Menurut Yuanita (2021) sistem dan konstruksi berfungsi sebagai sambungan

dalam komponen furnitur, penjelasannya sebagai berikut:

1. Butt Jointss

Butt joints merupakan suatu teknik sambung pada kayu yang berbentuk sudut

900 atau siku-siku. Pada proses penyambungan tersebut dibutuhkan paku,

sekrup, dan lem. Teknik butt joints juga memiliki kekurangan dalam proses

sambung kayu yakni menghasilkan produk yang kurang rapi sehingga terkesan

agak kasar.

Gambar 2. 5 Butt Joints

(Sumber: pngwing.com)

10

2. Mitred Butt Joints

Mitred but joints merupakan suatu teknik sambung dua sisi pada kayu dengan

bantuan paku, sekrup, dan lem. Perbedaan mitred but joints dengan butt joints

ialah ujung pada kayu dipotong sebesar 450 sehingga jika ditempelkan dengan

ujung kayu satunya akan membentuk sudut 900. Teknik mitred but joints juga

memiliki kelebihan dalam proses menyambung kayu ialah sambugan terlihat

lebih rapi, dan kekurangan dari teknik ini ialah pada sudut kayu yang dipotong

harus benar, tepat presisi, apabila sambungan tersebut dipadukan maka akan

membentuk sudut 900.

Gambar 2. 6 Mitred Butt Joints

(Sumber: Clipart-library.com)

3. Lap Joints

Lap joints merupakan suatu teknik sambung dengan menyatukan dua

komponen menjadi sambungan. Kekurangan dari teknik ini ialah ketelitian

yang dibutuhkan dalam menggunakan teknik ini karena memperhatikan

ketebalan pada komponen yang akan disambung agar ketebalannya presisi. Lap

joints juga terdiri dari Half Lap Point, Mitred Half Points, Cross Lap, dan

Dovetail Crossed Lap.

Gambar 2. 7 Lap Joints

(Sumber: pngdownload.id)

11

2.7 Jenis-jenis Kayu Yang Digunakan Untuk Pembuatan Kursi

Kayu merupakan salah satu bahan yang berasal dari (batang atau cabang)

bagian pohon yang mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu dimanfaatkan sebagai

tujuan penggunaan seperti, keperluan memasak, untuk membuat perabotan rumah

salah satu contohnya seperti meja dan kursi, juga dapat digunakan sebagai bahan

bangunan seperti pintu, jendela, rangka atap dan lain sebagainya, dan dapat

digunakan sebagai bahan dasar kertas dan lain sebagainya (Fitriani, Nurullia. Et all,

2016).

Penelitian ini menggunakan dua jenis kayu yang dijadikan bahan dasar pada

Produk ini seperti:

1. Kayu meranti termasuk salah satu jenis tanaman komersil penghasil kayu yang

utama di Indonesia. Kayu dengan marga Shorea yang biasa dikenal dengan

sebutan kayu meranti merupakan salah satu marga dipterocarpaceae yang

dapat tumbuh didataran rendah. Kayu meranti memiliki 3 jenis seperti Kayu

Meranti Kuning, Kayu Meranti Putih, dan Kayu Meranti Merah. Kayu meranti

ialah salah satu jenis kayu dengan nilai ekonomi yang tinggi serta dapat

berperan penting dalam keseimbangan lingkungan. kayu meranti memiliki

berbagai kelebihan diantaranya, Kayu Meranti Mudah untuk Dikeringkan,

Kayu Meranti Awet serta Tahan Lama, Kayu Meranti Kuat dan dapat

terlindung dari Rayap. Kayu Meranti juga Cocok digunakan Sebagai Bahan

Konstruksi Bangunan. kayu meranti terdiri dari beberapa jenis diantaranya

sebagai berikut:

Gambar 2. 8 Kayu Meranti

a. Meranti Kuning

Meranti kuning termasuk salah satu jenis meranti dari spesies Shorea

Acuminatissima, Shorea faguetiana, Shorea Gibbosa, Shorea Hopeifolia,

12

dan Shorea Multifora. Kayu jenis dapat ditemukan di berbagai daerah

seperti Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi,

Riau maupun seluruh kota Kalimantan. Kayu meranti kuning tumbuh

berkisar antara 20 sampai 60 meter, berdiameter pada batang 150 cm,

batang bebas cabang memiliki panjang 10 sampai 45 meter dengan bentuk

batang yang silindris lurus berbanir antara 3 meter sampai 6,5 meter jika

diukur dari permukaan tanah. Pada pohon meranti kuning tanah yang

cocok untuk digunakan ialah tanah jenis latosol, podzolik merah kuning,

dan podzolik kuning, lokasi yang tepat untuk pohon meranti kuning

tumbuh subur dengan ketinggian 850 mdpl dengan kondisi curah hujan A

(iklim hujan tropis) dan B (iklim kering atau gurun). Buah meranti kuning

tidak pasti dalam setiap tahunnya karena dapat dipengaruhi oleh faktor

musim. Pohon meranti kuning akan mulai berbuah apabila pohon meranti

kuning sudah menginjak usia 6 sampai 10 tahun tepatnya pada bulan

Oktober sampai April.

b. Meranti Merah

Meranti merah terdiri dari 22 jenis spesies, diantaranya Shorea Acuminata,

Shorea Joharensis, Shorea Lepidota, dan Shorea Leprosula. Pohon

meranti jenis merah dapat ditemukan dibeberapa daerah seperti Sumatera,

Kalimantan, dan Maluku. Kayu meranti merah dapat tumbuh pada

ketinggian 5 meter, berdiameter 100 cm pada batang, serta batang bebas

cabang memiliki panjang 30 meter. Kayu meranti merah memiliki batang

pohon berbanir berkisar 2,5 meter jika diukur dari permukaan tanah yang

memiliki kulit pohon kelabu coklat dengan ketebalan 0,5 cm. Kayu

meranti merah tidak dapat tumbuh secara maksimal pada jenis tanah liat.

Lokasi yang tepat untuk pertumbuhan ialah dengan ketinggian antara 0

sampai 800 mdpl pada tipe iklim (iklim hujan tropis) sampai (iklim

dingin). Pertumbuhan bunga dan buah meranti merah dapat terjadi pada

sepanjang tahun dan masak pada bulan Mei hingga Desember.

Kayu meranti merah (Shorea spp) termasuk salah satu jenis kayu yang kuat

dengan golongan II – IV dan tingkat keawetannya termasuk dalam golonga

III – IV. Keawetan pada kayu dapat menunjukkan daya tahan kayu

13

terhadap serangan hama (pada serangga dan jamur), pada kekuatan kayu

dapat menunjukkan daya tahan kayu terhadap kekuatan mekanis yang

berasal dari luar seperti daya dukung, daya Tarik, daya tahan, dan lain

sebagainya (Fitriani, Nurullia. Et all, 2016). Kayu meranti merah biasanya

digunakan sebagai veneer dan kayu lapis yang biasa digunakan pada

samping perumahan, peti pengepak, meubel, peti mati, dan alat musik

(Ogata et all. 2008).

c. Meranti Putih

Meranti putih termasuk beberapa spesies diantaranya Shorea Asssamica,

Shorea Bracteolata, Shorea Javanica, Shorea Lamellata, Shorea

Ochracea, Shorea Retionades, dan Shorea Virescens. Pohon meranti putih

banyak ditemukan diberbagai daerah, seperti Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi serta Maluku. Kayu meranti putih memiliki batang yang lurus,

silindris, serta berbanit dengan tinggi 3,5 meter jika diukur dari permukaan

tanah. Pohon meranti putih memiliki tinggi 12 meter sampai 55 meter

berdiameter 180 cm dan memiliki batang bebas dengan panjang 8 meter

hingga 37 meter. Kayu meranti putih dapat tumbuh didaerah yang

memiliki ketinggian antara 0 sampai 600 mdpl dengan tipe curah hujan A

(iklim hujan tropis) dan B (iklim kering atau gurun). Pohon meranti putih

dapat tumbuh subur ditanah yang kering, tanah kadang ataupun tanah

selalu tergenang, tanah liat, berbatu, berpasir, pada topografi tanah datar

sampai miring. Pohon meranti putih berbunga dan berbuah sesuai dengan

musim, yakni setelah melewati musim kering sampai musim panas pada

bulan Oktober sampai bulan April.

2. Kayu Multipleks

Kayu multipleks atau yang biasa dikenal dengan kayu tripleks merupakan salah

satu produk olahan dari bahan kayu solid. Produk ini terbuat dari lembaran

kayu tipis yang disebut veneer. Setiap veneer yang disusun saling tindih dengan

arah serat yang saling melintang, lalu diletakkan dibawah yang bertekanan

besar. Ketebalan pada tripleks bervariasi seperti 0.8 mm sampai 25 mm.

Kelebihan dari penggunaan kayu tripleks ialah sangat praktis untuk digunakan

14

jika dibandingkan dengan produk kayu lainnya, kayu tripleks juga memiliki

daya tahan penyusutan yang bagus sehingga bahan tidak mudah berubah, dan

kayu tripleks juga bisa didapatkan dengan ukuran dan ketebalan yang lebih

variatif jika dibandingkan dengan kayu solid lainnya. Dan kekurangan dari

kayu multipleks ini ialah tidak memiliki ketahanan terhadap perubahan cuaca,

dan kayu tripleks rentan rusak jika tidak digunakan dengan hati-hati

(Biopolish.com).

Gambar 2. 9 Kayu Multipleks

(Sumber: TukangKayu.com)

2.8 Ergonomi

Ergonomi berasal dari kata Ergo yang berarti kerja dan Nomos berarti hukum.

Ergonomic adalah salah satu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi tentang

sifat, kemampuan, serta keterbatasan pada manusia, dengan merancang sistem kerja

sehingga orang-orang dapat bertahan hidup dan bekerja lebih efektif, aman maupun

nyaman (Sutalaksana, 2004).

2.8.1 Ergonomi Duduk

Menurut Wardianingsih (2010), penerapan ergonomic pada kursi bertujuan

untuk memperoleh sikap tubuh yang ergonomis pada saat bekerja. Sikap ergonomis

tersebut dapat memberikn efisiensi dalam bekerja dan mengurangi keluhan pada

otot ketika sedang bekerja. Desain pada kursi ergonomic harus memenuhi beberapa

kriteria dengan berpedoman pada ukuran antropometri warga Indonesia. Kriteria

ergonomic yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

15

1. Tinggi Tempat Duduk

Tinggi tempat duduk berdasarkan kriteria tersebut ialah diukur dari lantai

sampai pada permukaan bagian depan alas duduk. Tinggi tempat duduk harus

lebih pendek dari panjang tekuk lutut sampai pada telapak tangan.

2. Panjang Alas Duduk

Panjang alas duduk berdasarkan kriteria tersebut ialah pada pertemuan antara

garis pada proyek permukaan dengan sandaran duduk sampai pada permukaan

alas duduk. Pada panjang alas duduk dibuat lebih pendek dari lekuk lutut

hingga pada garis punggung.

3. Lebar Tempat Duduk

Lebar tempat duduk berdasarkan kriteria ialah dengan mengukur melalui garis

tengah dengan alas duduk yang melintang. Lebar tempat duduk dibuat lebih

besar dari lebar pinggul.

4. Sandaran Punggung

Sandaran punggung menurut kriteria ini ialah dengan mengukur panjang dan

lebar, pada bagian atas dari sandaran punggung dan tidak melebihi tepi bawah

ujung belikat serta pada bagian bawahnya ialah setinggi garis pinggul.

5. Sandaran Tangan

Sandaran tangan berdasarkan kriteria ini ialah dengan mengukur panjang, lebar

serta tinggi. Jarak pada tepi dalam dua sandaran tangan dibuat lebih besar

daripada pinggul dan juga tidak melebihi lebar bahu. Tinggi sandaran tangan

ialah sama dengan tinggi siku. Panjang pada sandaran tangan ialah sepanjang

lengan bawah.

6. Sudut Alas Duduk

Sudut alas duduk menurut kriteria ini disesuaikan dengan selera pengguna, agar

dapat memberikan kenyamanan serta kemudahan dalam bekerja untuk

menentukan gerakan dan posisi.

16

2.9 Antropometri Kursi Penambal Ban

Antropometri berasal dari kata “Antro” yang berarti manusia, dan “Metri”

yang berarti ukuran. Jadi, antropometri adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari

tentang pengukuran pada tubuh manusia, bertujuan untuk mengetahui perbedaan-

perbedaan ukuran yang ada didalam tubuh tiap manusia (Wignjosoebroto, 2008).

Antropometri kursi penambal ban ini bertujuan untuk mengetahui standar

ukuran pada produk kursi penambal ban yang sesuai dengan ukuran tubuh serta

aktivitas manusia. Ukuran antropometri kursi yang dipakai oleh penambal ban

sudah mengikuti ukuran Standar Internasional tubuh manusia.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif. Karena dengan

menggunakan metode kualitatif peneliti dapat mengetahui hasil-hasil modifikasi

dari penelitian sebelumnya mengenai kursi tambal ban, berdasarkan jurnal, skripsi,

maupun buku-buku ilmiah. Dengan menggunakan metode kulitatif peneliti juga

dapat melanjutkan penelitian terdahulu agar lebih sempurna dari sebelumnya

sehingga mendapatkan hasil modifikasi yang maksimal (Zaluchu, 2018).

3.2 Unit Analisis

Analisis yang digunakan pada penelitian ini ialah pengamatan pada kursi

penambal ban, unit analisis dari penelitian ini ialah penambahan fitur laci sebagai

penyimpanan peralatan serta kegiatan penambal ban.

3.3 Objek Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka objek penelitian yang akan diambil

adalah kursi, dimana kursi tersebut akan dikembangkan dengan penambahan fitur

laci sebagai penyimpanan peralatan, untuk memudahkan pengguna serta

meminimalisir dampak permasalahan yang ada pada penambal ban.

3.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan pada penelitian ini ialah Pertamina Nitrogen di Jl.

Pecindilan No.38, Kapasari, Kec. Genteng, Kota SBY, Jawa Timur 60165.

Gambar 3. 1 Lokasi Penelitian

17

18

3.4 Teknik Pengambilan Data

3.4.1 Observasi

Menurut Zainal Arifin dalam buku Kristanto (2018) observasi atau yang lebih

sering dikenal dengan proses pengamatan secara langsung. Jadi, observasi

merupakan suatu metode pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung

yang bersifat sistematis, logis, objektif dan rasional. Observasi digunakan untuk

menjelaskan suatu permasalahan yang sedang diamati dengan menggunakan teknik

pengamatan, sehingga dapat memberi kesimpulan secara umum dari gejala-gejala

yang sedang diamati (Hasanah, 2017).

Observasi dilakukan melalui teknik pengamatan dan pencatatan sistematis

terhadap objek yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Model kursi penambal ban

2. Material

3. Ukuran

3.4.2 Wawancara

Merupakan proses komunikasi 2 arah yang melibatkan antara pewawancara

dengan narasumber. Wawancara ini bisa dilakukan oleh individu dengan individu

maupun individu dengan kelompok. Proses wawancara ini bertujuan untuk

mengetahui pendapat, psikis, dan hal lain yang berkaitan dengan narasumber yang

ada didalam organisasi tersebut. Pewawancara dianjurkan untuk melakukan

pendekatan terhadap narasumber agar narasumber merasa nyaman dan

menyampaikan segala sesuatu yang terkait dengan informasi yang dibutuhkan oleh

pewawancara (Chairi, 2009). Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui

kenyamanan penambal ban saat melakukan pekerjaan menambal ban, dengan

narasumber:

1. Penambal ban

a. Bentuk atau model yang dibutuhkan kursi penambal ban?

2. Pengusaha Mabel atau furniture

a. Menggunakan Material apa Yang kuat?

b. Menggunakan Finishing apa yang tahan air?

c. Menggunakan teknik sambungan apa yang cocok pada kursi Tambal Ban?

19

3. Akademisi

3.4.3 Literatur

Literatur adalah suatu metode pengumpulan data yang bersumber dari buku-

buku maupun jurnal yang sudah melakukan penelitian sebelumnya. Beberapa

literature yang akan digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui:

1. Model kursi

2. Material

3. Ukuran produk

3.5 Teknik Analisis Data

Untuk memudahkan peneliti dalam menyajikan data yang akan diperoleh agar

mudah dipahami dan dimengerti oleh orang lain, maka peneliti menggunakan

teknik analisis data model dari Miles dan Hubermen yang membagi langkah analisis

data menjadi beberapa bagian, seperti:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh melalui beberapa kegiatan, seperti wawancara,

hasil observasi, serta berbagai dokumen yang akan dikategorikan berdasarkan

pada masalah penelitian yang kemudian akan dikembangkan melalui dengan

penajaman data melalui data selanjutnya.

2. Reduksi Data

Proses reduksi data yang sudah diperoleh, maka data tersebut akan

dikelompokkan berdasarkan jenis permasalahan yang ada serta data-data yang

akan dibutuhkan, sehingga peneliti tidak melebar karena data yang digunakan

tidak akurat.

3. Penyajian Data

Penyajian data yang dilakukan bertujuan untuk melihat data-data yang sudah

tereduksi, sehingga memiliki pola yang bermakna dan memberikan arti

sehingga dapat dilakukan proses penarikan kesimpulan hingga dapat dilakukan

proses ke tahap selanjutnya.

20

4. Kesimpulan

Pada proses penarikan kesimpulan yaitu data yang sudah disajikan lalu ditarik

kesimpulan, sehingga data tersebut menjadi sebuah keywoard pada

permasalahan penelitian. Sehinga penelitian menjadi lebih maksimal, dan

output yang dihasilkan juga akan maksimal.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti membahas tentang metode yang akan di aplikasikan

pada pembuatan karya serta hasil dari rancangan. Hasil observasi dan wawancara

serta teknik yang digunakan dalam pengembangan desain produk kursi tambal ban

sepeda motor dengan penambahan fitur laci sebagai penyimpanan peralatan untuk

penambalan ban.

4.1 Hasil Pengumpulan Data

4.1.1 Observasi

Hasil observasi peneliti pada produk kursi penambal ban yang digunakan oleh

petugas tambal ban Tubeles dan tambal ban Biasa di Surabaya pada tanggal 20

April 2021, pukul 10.00 WIB. Data yang diperoleh saat observasi di lapangan,

ialah:

Kursi yang digunakan oleh penambal ban biasa dan penambal ban tubeles

ialah, kursi kayu.

1. Ukuran kursi memiliki ukuran yaitu panjang 29 cm dan Lebar 19 cm dan tinggi

16,5 cm.

2. Keluhan yang sering terjadi pada penambal ban ialah merasakan sakit pada

bagian kaki (Lutut) yang disebabkan karena, jarak yang cukup jauh dari

jangkauan sehingga akan mondar-mandir untuk mengambil peralatan yang

digunakan.

3. Mempercepat terjadinya korosif pada peralatan, karena sering terkena cipratan

air.

4. Dan peralatan menjadi tidak awet, karena ruang penyimpanan yang tidak

beraturan sehingga antara peralatan yang kecil akan tertimpa oleh peralatan

yang besar.

21

22

4.1.2 Wawancara

Peneliti melakukan wawancara pada praktisi yang ahli pada bidangnya,

praktisi yang pertama yaitu Matuki selaku praktisi serta Titik selaku praktisi kedua

yang ahli dalam bidang furniture. Pada proses wawancara peneliti memperoleh data

berikut:

1. Wawancara pada Matuki selaku praktisi pertama, pada hari Kamis, tanggal 14

Juni 2021, bertepat di Pertamina Nitrogen di Jl. Pecindilan No.38 Surabaya.

1. Ukuran lebar kursi maksimal 19 cm.

2. Ukuran panjang kursi maksimal 29 cm.

3. Ukuran tingi Kursi maksimal 16,5 cm.

4. Ukuran tempat ember 17 cm.

5. Ukuran alat jarum tubeles 14 cm x 9,5 cm.

6. Ukuran alat kikir / bor tubeles 14 cm x 9,5 cm.

7. Ukuran karet tubeles 0,8 cm x 20 cm.

8. Ukuran tang 15 cm x 5 cm.

9. Ukuran gunting 20 cm x 9 cm.

10. Ukuran obeng -+ 3 cm x 25 cm.

11. Ukuran palu 11 cm x 16 cm.

12. Ukuran kunci inggris 4,5 cm x 15,5 cm.

13. Ukuran kunci soket 2,5 cm x 15,5 cm.

14. Ukuran kunci L 2 mm = P 5.5 cm dan L 1.8 cm.

15. Ukuran kunci L 2,5 mm = P 6 cm dan L 2 cm.

16. Ukuran kunci L 3 mm = P 6.5 cm dan L 2.2 cm.

17. Ukuran kunci L 4 mm = P 7 cm dan L 2.6 cm

18. Ukuran kunci L 5 mm = P 8 cm dan L 3 cm

19. Ukuran kunci L 6 mm = P 9 cm dan L 3.4 cm

20. Ukuran kunci L 8 mm = P 10.2 cm dan L 4 cm

21. Ukuran kunci L 10 mm = P 10.7 cm dan L 4.8 cm

22. Ukuran dongkrak buaya 40 cm x 14,5 cm.

23. Ukuran wadah penutup ban 7,5 cm.

24. Macam kayu yang sering digunakan sebagai kursi ialah kayu bekas.

25. Bahan kayu yang disarankan kayu meranti.

23

26. Finishing yang disarankan menggunakan melamine sanding sealer dengan

pencairnya tiner dan melamine clear gloss dengan pencairnya tiner.

2. Wawancara pada Titik selaku praktisi kedua pada hari kamis, tanggal 24 Juni

2021 jam 10.00, bertempatan di medokan sawah no.75

1. Ukuran lebar kursi maksimal 34 cm.

2. Ukuran panjang kursi maksimal 24 cm.

3. Ukuran tingi Kursi maksimal 22 cm.

4. Ukuran tempat ember 17 cm.

5. Ukuran alat jarum tubeles 14 cm x 9,5 cm.

6. Ukuran alat kikir / bor tubeles 14 cm x 9,5 cm.

7. Ukuran karet tubeles 0,8 cm x 20 cm.

8. Ukuran tang 15 cm x 5 cm.

9. Ukuran gunting 20 cm x 9 cm.

10. Ukuran obeng – dan + 3 cm x 25 cm.

11. Ukuran palu 11 cm x 16 cm.

12. Ukuran kunci inggris 4,5 cm x 15,5 cm.

13. Ukuran kunci soket 2,5 cm x 15,5 cm.

14. Ukuran kunci L 2 mm = P 5.5 cm dan L 1.8 cm.

15. Ukuran kunci L 2,5 mm = P 6 cm dan L 2 cm.

16. Ukuran kunci L 3 mm = P 6.5 cm dan L 2.2 cm.

17. Ukuran kunci L 4 mm = P 7 cm dan L 2.6 cm.

18. Ukuran kunci L 5 mm = P 8 cm dan L 3 cm.

19. Ukuran kunci L 6 mm = P 9 cm dan L 3.4 cm.

20. Ukuran kunci L 8 mm = P 10.2 cm dan L 4 cm.

21. Ukuran kunci L 10 mm = P 10.7 cm dan L 4.8 cm.

22. Ukuran dongkrak buaya 40 cm x 14,5 cm.

23. Ukuran wadah penutup ban 7,5 cm.

24. Macam kayu yang sering digunakan sebagai kursi ialah kayu meranti.

25. Bahan kayu yang disarankan kayu meranti.

26. Finishing yang disarankan menggunakan melamine sanding sealer dengan

pencairnya tiner, Politur Vernis dan melamine clear gloss dengan pencairnya

tiner.

24

4.1.3 Studi Literature

Melakukan langkah pada studi literature melalui buku, jurnal, dan website

yang sudah diakui kebenarannya. Berikut data yang diperoleh adalah:

1. Ukuran lebar kursi maksimal 40 cm.

2. Ukuran panjang kursi maksimal 40 cm.

3. Ukuran tingi Kursi maksimal 25 cm.

4. Ukuran tempat ember 17 cm.

5. Ukuran alat jarum tubeles 14 cm x 9,5 cm.

6. Ukuran alat kikir / bor tubeles 14 cm x 9,5 cm.

7. Ukuran karet tubeles 0,8 cm x 20 cm.

8. Ukuran tang 15 cm x 5 cm.

9. Ukuran gunting 20 cm x 9 cm.

10. Ukuran obeng – dan + 3 cm x 25 cm.

11. Ukuran palu 11 cm x 16 cm.

12. Ukuran kunci inggris 4,5 cm x 15,5 cm.

13. Ukuran kunci soket 2,5 cm x 15,5 cm.

14. Ukuran kunci L 2 mm = P 5.5 cm dan L 1.8 cm.

15. Ukuran kunci L 2,5 mm = P 6 cm dan L 2 cm.

16. Ukuran kunci L 3 mm = P 6.5 cm dan L 2.2 cm.

17. Ukuran kunci L 4 mm = P 7 cm dan L 2.6 cm.

18. Ukuran kunci L 5 mm = P 8 cm dan L 3 cm.

19. Ukuran kunci L 6 mm = P 9 cm dan L 3.4 cm.

20. Ukuran kunci L 8 mm = P 10.2 cm dan L 4 cm.

21. Ukuran kunci L 10 mm = P 10.7 cm dan L 4.8 cm.

22. Ukuran dongkrak buaya 40 cm x 14,5 cm.

23. Ukuran wadah penutup ban 7,5 cm.

24. Macam kayu yang sering digunakan sebagai kursi kayu meranti.

25. Bahan kayu yang disarankan kayu meranti.

26. Finishing yang disarankan menggunakan melamine sanding sealer dengan

pencairnya tiner dan melamine clear gloss dengan pencairnya tiner.

25

4.2 Proses Analisis

4.2.1 Analisis Warna

Warna merupakan suatu kesan yang diperoleh melalui cahaya yang

dipantulkan oleh suatu objek melalui mata sehingga menampilkan spectrum warna

berdasarkan warna yang diperoleh indera penglihatan (mata).

Tabel 4. 1 Analisis Bentuk

NO Warna Makna

1

Sonokeling

Elegan, anggun serta minimalis.

2

Light Walnut

Cerah dan elegant

3

Papua Rose

Klasik dan unik

4

Yellow Ox

Natural, modern, dan minimalis

5

Red Mahogany

Cerah dan klasik

(Sumber: catkayu.com)

26

Pada rancangan produk ini peneliti menekankan pada warna asli, sehigga

serat dan tekstur kayu masih terlihat. Produk ini menggunakan kombinasi finishing

Red Mahogany dengan warna coklat terang agar produk terlihat lebih cerah dan

klasik.

4.2.2 Analisis Bentuk

Penelitian ini membuat kursi penambal ban dengan konsep penambahan

fitur laci sebagai penyimpanan peralatan melalui observasi, wawancara dan studi

literatur yang telah terkumpul sebelumnya, agar menjadi desain kursi penambal ban

yang banyak diminati dan diterima oleh penambal ban, serta memiliki bentuk yang

mudah untuk diproduksi dalam jangka waktu yang panjang. Penelitian ini

menggunakan konsep penambahan fitur laci sebagai penyimpanan peralatan

bertujuan untuk memudahkan penambal ban dalam melakukan pekerjaannya, dan

bisa ikut bersaing dengan competitor yang ada.

Tabel 4. 2 Analisis Bentuk

Bentuk Kemudahan Produksi Kemurahan Produksi Total

Kursi Persegi 4 4 8

Kursi Persegi Panjang 4 3 7

Keterangan: point 1-4 (point 1 terendah dan point 4 tertinggi)

Kesimpulan pada tabel di atas ialah kursi penambal ban menggunakan

persegi karena memiliki kemudahan dalam proses produksi dan kemurahan dalam

proses produksi.

4.2.3 Analisis Ergonomi

Rancangan yang diperlukan oleh sebuah produk ialah ergonomic, agar

produk yang digunakan aman dan nyaman pada saat digunakan. Berikut merupakan

analisis ergonomic pada produk kursi penambal ban yang sudah diperhitungkan

dengan menggunakan acuan antropometri.

27

Tabel 4. 3 Analisis Ergonomi

Bentuk Ukuran

Kursi Persegi Panjang x Lebar 24 cm – 30 cm x 34 cm – 40 cm

Kursi Persegi Panjang Panjang x Lebar 30 cm – 40 cm x 40 cm – 50 cm

Tabel analisis ergonomic diatas merupakan acuan yang digunakan oleh

peneliti dengan melalui buku antropometri, serta jenis kursi yang digunakan ialah

kursi persegi. Pada tabel diatas merupakan ukuran kursi penambal ban yang

digunakan sebagai objek utama dalam penelitian. Kursi penambal ban yang akan

digunkan ialah memiliki ukuran (34 cm x 24 cm).

4.2.4 Analisis Material

1. Proses pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi, wawancara dan

studi literatur, peneliti menggunakan beberapa jenis kayu yang cocok untuk

bahan dasar dalam kursi penambal ban. Data yang dihasilkan berdasarkan

wawancara dari beberapa orang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4. 4 Analisis Material

Jenis Kayu Sifat Nilai

Kayu Meranti 1. Mudah dikeringkan

2. Kayu meranti awet dan tahan lama. 3. Kuat, anti rayap.

4. Cocok digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan.

4

Multipleks 1. Praktis untuk digunakan. 2. Tidak mudah menyusut sehingga ukuran tidak

mudah berubah.

3. Bisa didapatkan dengan berbagai ukuran yang

diinginkan.

2

Keterangan: Skor 1-4 (skor 1 harga termurah dan skor 4 harga termahal)

Peneliti menggunakan 2 jenis kayu dalam pembuatan produk kursi penambal

ban ialah kayu meranti dan multipleks. Kayu meranti memiliki beberapa

keuntungan ialah mudah dikeringkan, kayu meranti awet dan tahan lama, kuat dan

anti rayap serta kayu meranti ini cocok digunakan sebagai bahan konsutruksi

bangunan. Jenis kayu kedua yang digunakan ialah praktis untuk digunakan, tidak

mudah menyusut sehingga ukuran tidak mudah berubah dan kayu multipleks bisa

didapatkan dengan berbagai ukuran yang diinginkan. Apabila dua jenis kayu ini

digabungkan cocok untuk dijadikan sebuah furnitur.

28

2. Peneliti telah menemukan ukuran tempat air yang sesuai dengan

pengembangan kursi penambal ban, yaitu memiliki ukuran 9 cm x 13 cm.

4.2.5 Analisis STP (segmentation Targeting Positioning)

Analisis STP ialah salah satu bagian dari proses pemasaran yang efektif

dalam membuat sebuah rencana pada komunikasi perusahaan.

1. Segmentation

a. Demografis

Usia : 17 - 65 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Jenis Pekerjaan : Penambal ban

Tingkat penghasilan : Rp. 1.000.000 – Rp3.000.000

Agama : Semua agama

Kelas Sosial : Semua kalangan

b. Geografis

Wilayah : Indonesia

Ukuran Kota : Metropolitan

Iklim : Tropis

c. Psikografis

Aktivitas : Seorang penambal ban

Ketertarikan : Menyukai produk yang praktis, inovatif

serta multifungsi

2. Targeting

Target peneliti ialah seorang penambal ban, sehingga produk ini dapat

memberikan kemudahan dalam beraktivitas.

3. Positioning

Penambal ban dapat menggunakan produk kursi ini dengan kualitas baik dari

desain, bentuk, dan material pada kursi penambal ban ini sehingga membuat

penambal ban merasa nyaman dan puas dalam menggunakan produk ini.

29

4.3 Jenis Sambungan

Proses pembuatan kursi penambal ban ini terdiri dari beberapa bagian yang

menggunakan teknik sambungan, dengan tujuan untuk memudahkan pengguna

dalam menyimpan peralatan yang akan digunakan, sehingga peralatan tidak

berserakan dan mudah untuk mengambil alat yang akan digunakan. Jenis

sambungan yang dipilih oleh peneliti ialah Lap Joint.

Tabel 4. 5 Jenis Sambungan

Lap Joint

Lap joints merupakan suatu teknik

sambung dengan menyatukan dua

komponen menjadi sambungan.

Kekurangan dari teknik ini ialah

ketelitian yang dibutuhkan dalam

menggunakan teknik ini karena

memperhatikan ketebalan pada

komponen yang akan disambung agar

ketebalannya presisi. Lap joints juga

terdiri dari Half Lap Point, Mitred

Half Points, Cross Lap, dan Dovetail Crossed Lap.

4.4 Gambaran Produk

4.4.1 Konsep Rancangan Produk

Konsep rancangan pada kursi penambal ban ini terinspirasi dari tukang

tambal ban yang mondar-mandir ketika sedang menambal ban, sehingga kursi

tersebut dimodifikasi dengan menambahkan fitur laci agar tukang tambal ban tidak

mondar-mandir mengambil alat dan meminimalisir keluhan pada tukang tambal

ban.

4.4.2 Komputerisasi

Pada tahap komputerisasi peneliti menggunakan software seperti corel draw

X7 untuk menggambar vector serta gambar teknik.

1. Gambar Teknik

Satuan yang digunakan dalam produk ini menggunakan Centimeter (cm)

30

Gambar 4. 2 Tampak samping luar kanan

a. Tampak depan sambung

Gambar 4. 1 Tampak depan

b. Tampak samping luar kanan

31

Gambar 4. 4 Tampak samping dalam kanan

c. Tampak samping luar kiri

Gambar 4. 3 Tampak samping luar kiri

d. Tampak samping dalam kanan

32

e. Tampak samping dalam kiri

Gambar 4. 5 Tampak samping dalam kiri

f. Tampak atas

Gambar 4. 6 Tampak atas

33

g. Tampak Bawah

Gambar 4. 7 Tampak bawah

h. Tampak Dalam

Gambar 4. 8 Tampak dalam

34

2. Gambar Vektor

a. Tampak depan

Gambar 4. 9 Tampak depan

b. Tampak Samping luar kanan

Gambar 4. 10 Tampak samping luar kanan

35

c. Tampang samping luar kiri

Gambar 4. 11 Tampak samping luar kiri

d. Tampak samping dalam Kanan

Gambar 4. 12 Tampak samping dalam Kanan

36

e. Tampak samping dalam kiri

Gambar 4. 13 Tampak samping dalam kiri

f. Tampak atas

Gambar 4. 14 Tampak atas

37

g. Tampak Bawah

Gambar 4. 15 Tampak Bawah

h. Tampak Perspektif Tutup

Gambar 4. 16 Tampak Perspektif Tutup

38

i. Tampak Perspektif Buka

Gambar 4. 17 Tampak Perspektif Buka

4.4.3 Biaya perkiraan produksi

Rancangan biaya produksi atau biaya perkiraan produksi yang dibuat oleh

peneliti bertujuan untuk mengetahui perkiraan biaya yang akan dikeluarkan oleh

peneliti dalam membuat produk ini, ialah sebagai berikut:

Tabel 4. 6 Rancangan biaya produksi

Bahan Harga

Kayu meranti Rp. 80.000

Multipleks Rp. 25.000

Paku Rp. 8.000

Denpul Rp. 3.000

Kuas Rp. 7.000

Kertas Gosok 220 Rp. 5000

Kertas Gosok 500 Rp. 5000

Melamine sanding sealer (IMPRA) Politur Vernis (NIPPON PAINT)

Rp. 75.000 Rp. 75.000

Tiner A super Rp. 17.000

Tukang Rp. 150.000

Total Rp. 450.000

39

4.4.4 Proses Pembuatan Kursi Tambal Ban

Gambar 4. 18 Proses pembuatan kursi

Gambar 4. 19 Proses Pengamplasan

Gambar 4. 20 Proses Pengecatan

40

4.4.5 Hasil akhir

Gambar 4. 21 tampak perspektif

Gambar 4. 22 tampak perspektif membuka laci

Gambar 4. 23 tampak perspektif bagian

41

4.4.6 Cara Penggunaan Produk

Gambar 4. 24 Mengangkat Kursi

Gambar 4. 25 Menduduki Kursi

Gambar 4. 26 Mengangkat Bagian Produk

Gambar 4. 27 Posisi Menambal Ban

42

4.5 Poster

Gambar 4. 28 Poster Kursi Tambal Ban

4.6 Marchandise

1. Stiker

Gambar 4. 29 Stiker Kursi Tambal Ban

43

2. Gantungan kunci

Gambar 4. 30 Gantungan Kunci Tambal Ban

45

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang pengembangan desain

kursi penambal ban dengan tambahan laci, ialah sebagai berikut:

1. Memberikan tempat penyimpanan peralatan penambal ban, untuk

meminimalisir keluhan yang sering terjadi pada penambal ban serta

memudahkan dalam pekerjaannya.

2. Menggunakan desain bongkar pasang, agar mudah untuk disusun dan dapat

dijadikan sebagai tempat duduk.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut mengenai pengembangan desain

kursi penambal ban, maka saran untuk pengembangan kursi penambal ban untuk

selanjutnya agar lebih sempurna, sebagai berikut:

1. Dapat menggunakan jenis material lain sebagai bahan dasar.

2. Dapat mengembangkan produk alat bantu untuk penambal ban yang lainnya.

3. Dapat mengikuti perkembangan dan zaman untuk bentuk dan desain kursi

penambal ban. F b

46

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal:

Aditya, Arizal. 2016. Perbaikan Sistem Kerja Dan Lingkungan Kerja Fisik Guna

Mengurangi Waktu Kerja Pekerja Di Bengkel Horizon Ban. Surakarta:

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Alifia Rahma, Yuanita. 2021. Pengembangan Desain Produk Kursi Untuk

Pembatik Tulis UD. Griya Amirah Surabaya Dengan Konsep Praktis dan

Ekonimis. Surabaya: Universitas Dinamika.

Chairi, A. 2009. Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif. Discussion

Paper.

Fitriani, Nurullia. Et all. 2016. Ketahanan Kayu Meranti Merah Dan Kayu Kamper

Terhadap Sarangan Rayap Tanah. Universitas Padjadjaran: Program Studi

Biologi.

Hasanah, H. 2017. Teknik-teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode

Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial). At-Taqaddum.

Hasanah, H. 2017. Teknik-teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode

Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial). At-Taqaddum.

Kristanto, V. H. 2018. Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis

Ilmiah (KTI). Yogyakarta: CV Budi Utama.

Ogata K, Fujii T, Abe H, Baas P. 2008. Identification of the timbers of Southeast

Asia and Western Pacific. PP. 360363. Fujii T, Ogata K, Abe H, Noshiro S,

Kagawa A (Editors). Japan (JP): Kaiseisha Press.

Saleh, Agus., Fitriana, Muhtar. 2020. Desain Mesin Tambal Ban Tubeles. Bandung: Politeknik TEDC

Setiawan, Feri., dkk. 2018. Pembuatan Alat Tambal Ban Dalam Electrick Dengan

Teknologi Timer Otomatis. Pekalongan: Politeknik Muhammadiyah

Pekalongan.

Setyoningseh, Christin. 2018. Desain Furniture Creative Coworking Space.

Surabaya: Institut Teknoologi Sepuluh Nopember.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sutalaksana, Iftikar Z, Ruhana Anggawisastra, dan Jann H. 2006. Teknik

Perancangan Sistem Kerja. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

47

Wardaningsih, Ika. 2010. Pengaruh sikap kerja duduk pada kursi kerja yang tidak

ergonomis terhadap keluhan otot-otot skeletal bagi pekerja wanita bagian

mesin cucuk di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Surakarta:

Jurnal Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Wignjosoebroto, S. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknik Analisis untuk

Peningkatan Produktivitas kerja. Surabaya: Guna Widya.

Zaluchu, S. E. 2018. Sistematika Riset dan Analisis Data Kuantitatif. Semarang:

Golden Gate Publishing.

Internet:

https://www.biopolish.com/mengenal-plywood-atau-tripleks-496 (diakses pada

hari Senin 28 Juni 2021).

https://www.catkayu.com/apa-itu-cat-kayu-warna-natural-3638.html (diakses pada

hari Sabtu 10 Juli 2021).

https://www.rumah.com/panduan-properti/mengenal-karakteristik-kayu-meranti-

kayu-sakti-anti-rayap-28948 (diakses pada hari Rabu tanggal 07 Juli 2021).

http://www.tentangkayu.com/2010/01/lebih-lanjut-tentang-finishing-kayu.html

(diakses pada hari Kamis tanggal 08 Juli 2021).