Kajian Studi Kenyamanan Termal pada Desa Adat Panglipuran Bangli

18
PRA-PROPOSAL PENELITIAN KAJIAN STUDI KENYAMANAN TERMAL PADA KAWASAN DESA PANGLIPURAN BANGLI VINSENSIUS SIGRID CANNY WIDARJI No. Mhs.:145402227/PS/MTA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2014

Transcript of Kajian Studi Kenyamanan Termal pada Desa Adat Panglipuran Bangli

PRA-PROPOSAL PENELITIAN

KAJIAN STUDI KENYAMANAN TERMAL PADA KAWASAN DESA PANGLIPURAN BANGLI

VINSENSIUS SIGRID CANNY WIDARJI

No. Mhs.:145402227/PS/MTA

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

2014

2

1. Latar Belakang Pemilihan Kasus Studi

Arsitektur adalah ilmu merancang bangunan. Dalam artian yang lebih

luas, arsitektur mencakup kegiatan merancang dan membangun keseluruhan

lingkungan binaan, mulai dari level makro, yaitu perencanaan kota,

perencanaan perkotaan, perencanaan kawasan dan lansekap, hingga ke

level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk.

Menurut Vetruvius di dalam bukunya De Architectura, karya arsitektur yang

baik haruslah memiliki keindahan atau estetika (venustas), kekuatan (firmitas)

dan kegunaan atau fungsi (utilitas). Arsitektur adalah keseimbangan dan

koordinasi antara ketiga unsur tersebut, yang masing-masing memiliki

kedudukan yang sama.

Seiring perkembangan dalam dunia arsitektur, terdapat unsur

tambahan yang sebenarnya telah digunakan sejak dulu, yaitu kenyamanan.

Namun dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri sudah mencakup

fungsi kenyamanan. Kenyamanan dalam hal ini mencakup banyak hal, antara

lain kenyamanan visual, yang erat kaitannya dengan estetika, kenyamanan

psikologi, dan kenyamanan yang mencakup fisika bangunan, terdiri dari

kenyamanan penghawaan, pencahayaan dan akustika.

Salah satu elemen kenyamanan dalam arsitektur yang sebenarnya

sudah dipertimbangkan dalam setiap aspek perencanaan sejak dahulu

adalah kenyamanan penghawaan atau kenyamanan termal. ASHRAE

mendefinisikan kenyamanan termal sebagai suatu pemikiran dimana

kepuasan akan kondisi udara didapati. Sedangkan zona kenyamanan termal

adalah kondisi dimana 90% atau lebih manusia merasa nyaman secara

termal.

3

Kenyamanan termal telah menjadi aspek perencanaan arsitektur baik

makro maupun mikro sejak dahulu. Perkembangan arsitektur di seluruh dunia

pada dasarnya ikut dipengaruhi oleh bagaimana cara untuk mencapai

kenyamanan termal, sesuai dengan ilklim dan kondisi geografis wilayahnya.

Dalam arsitektur mikro contohnya adalah bangunan rumah tinggal di

Indonesia yang menggunakan teritisan yang lebar untuk melindungi bukaan

dan bangunan dari sinar matahari langsung (Gambar 1.1), berkebalikan

dengan bangunan rumah tinggal di Eropa yang mengunakan teritisan pendek

karena ingin menyerap sinar matahari langsung ke dalam ruang-ruang

(Gambar 1.2). Kedua kasus tersebut menunjukkan bagaimana rancangan

arsitektur dipengaruhi oleh keinginan untuk menciptakan kenyamanan termal

sesuai dengan kondisi alamnya.

Gambar 1.1. Rumah Joglo Tradisional Jawa (Sumber: http://www.jogjareview.net, 18/12/2014, 13.52 WIB)

Gambar 1.2. Rumah Tradisional di Eropa (Sumber: http://www.c1.staticflickr.com, 18/12/2014, 12.32 WIB)

4

Dalam arsitektur makro atau dalam skala urban design dapat dilihat

pada kebutuhan akan adanya taman di dalam suatu kawasan. Tujuan dari

dipertimbangkannya keberadaan taman atau bahkan hutan dalam tata guna

lahan suatu kawasan sala satunya untuk memberikan kenyamanan termal di

dalam kawasan tersebut, selain tentunya tujuan lain seperti memberikan

ruang public dan lain sebagainya, seperti yang terjadi pada Central Park di

New York (Gambar 1.3-1.4). Dalam kasus lain dapat dilihat dari penataan

kawasan La Rambla di tepi pantai Barcelona, Spanyol, dari Plaҫa de

Catalunya hingga Christopher Columbus Monumen (Kusumawanto, 2014).

Kawasan sepanjang 1,2 km ini dijadikan kawasan pejalan kaki di tengah jalan

dan melarang kendaraan bermotor untuk melintasinya sehingga memanjakan

pejalan kaki yang ingin menghabiskan waktu di La Rambla (Gambar 1.5-1.7).

Sistem penataan ini member dampak meningkatnya kenyamanan termal

pada kawasan tersebut.

Gambar 1.3. Central Park di tengah-tengah Kota New York (Sumber: http://www. i.imgur.com, 18/12/2014, 13.40 WIB)

5

Gambar 1.4. Pemandangan dari Central Park (Sumber: http:// www.planetware.com, 17/12/2014, 18.40 WIB)

Gambar 1.5. Masterplan La Rambla (Sumber: http:// upload.wikimapia.org, 16/12/2014, 08.40 WIB)

Gambar 1.6. Koridor La Rambla (Sumber: http:// travelagenciesbarcelona.com, 16/12/2014, 08.55 WIB)

6

Gambar 1.7. Vista Ruang La Rambla (Sumber: http:// pher.ch, 16/12/2014, 09.09 WIB)

Perencanaan dalam skala makro atau urban design telah mencapai

titik dimana lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan tidak menjadi

hal yang dipertimbangkan. Padahal lingkungan yang baik dan pembangunan

yang berkelanjutan memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi

terciptanya kenyamanan termal. Hal ini dapat dilihat dari penelitian Arif

Kusumawanto (2004) di Kawasan Pantai Pandansimo, dimana penambahan

bangunan fasilitas untuk mendukung kegiatan pariwisata mengakibatkan

fokus pembangunan berbasis zero waste yang lebih berfokus pada

pengolahan limbah belum memberikan dampak terhadap kenyamanan suhu

kawasan.

Gambar 1.8. Masterplan Pandansimo dengan Konsep Zero Waste (Sumber: http:// ugm.ac.id, 18/12/2014, 18.42 WIB)

7

Melihat pengaruhnya bagi perkembangan arsitektur dari masa lalu

hingga masa kini, walaupun tidak seperti dulu lagi pengaruhnya karena

ditemukannya sistem penghawaan buatan (air conditioner), yang ternyata

justru memberikan rendahnya kenyamanan termal padai kawasan, studi

tentang kenyamanan termal sangat diperlukan untuk memberi masukan dan

dan inovasi bagi perkembangan arsitektur kedepannya. Hal ini karena

kenyamanan termal tetap menjadi salah satu prioritas manusia dalam

arsitektur.

2. Latar Belakang Permasalahan

Budaya masyarakat masa lalu telah melakukan konsep arsitektur

hijau dan bersahabat dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Pemilihan

tapak yang tepat sehingga pemukiman tradisional dapat bertahan sampai

ratusan tahun tanpa mendapat gangguan bencana alam seperti tanah

longsor, banjir, gempa, letusan gunung dan lainnya. Material dan bahan

bangunan dipilih dari lingkungan tempat tinggal yang kemudian disesuaikan

dengan iklim setempat. Bentuk atau arsitektur rumah tinggal masyarakat

pada masa lalu juga menyesuaikan dengan kondisi iklim setempat.

Masyarakat pada masa lalu memiliki kepercayaan dan tradisi yang

menjunjung tinggi alam tempat tinggal mereka sehingga mereka tidak akan

merusak dan mengeksploitasi alam secara berlebihan.

Indonesia merupakan negeri yang kaya akan kebudayaan, sehingga

memiliki beragam tradisi arsitektur tradisional dengan konsep hijau yang

beragam pula. Salah satunya adalah budaya arsitektur dan penataan lanskap

masyarakat tradisional Bali yang sarat keagamaan tersebut. Kebudayaan Bali

8

merupakan kebudayaan yang berwajah natural dan berjiwa ritual. Jiwa ritual

dipengaruhi oleh sistem religi Hindu yang datang dari India. Hal ini sangat

mempengaruhi pembentukan elemen-elemen arsitekturnya. Setiap corak,

ruang, elemen, dan ragam hias memiliki filosofi yang pada hakikatnya

merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap alam dan

Pencipta.

Seperti ketentuan yang telah diatur didalam lontar Asta Dewa dan

Asta Kosala/Kosali dimana setiap material dan bahan konstruksi berasal dari

alam, contohnya kayu, ijuk, alang-alang, batu alam, dan sebagainya. Salah

satu desa adat tradisional Bali yang masih sarat akan tradisi dan ritual dalam

tatanan lanskap dan arsitektural adalah Desa Adat Penglipuran. Desa Adat

Penglipuran adalah salah satu desa tua di Bali atau sering disebut Bali Aga

atau Bali Mula. Desa ini memiliki budaya dan tradisi khas yang tetap

terpelihara dengan baik sampai saat ini. Budaya dan tradisi khas tersebut

ialah pola tata ruang dan arsitektur bangunan. Budaya lain yang juga

menonjol dari desa ini, yaitu awig-awig (peraturan adat) tentang

pemeliharaan lingkungan, sistem pembuangan limbah, pemilihan material

bangunan, juga tata lanskap. Material pada setiap rumah berupa tanah atau

bambu untuk tembok dan bambu untuk atap (Arrafiani 2012).

Penataan desa yang tertata apik dan hijau dengan konsep dan filosofi

yang mendalam, bisa menjadi salah satu faktor yang mampu meningkatkan

kenyamanan termal di kawasan desa tersebut. Adanya kekerabatan yang

sangat erat dengan alam dan lingkungan, serta kesadaran untuk menjaga

alam dalam setiap aspek kehidupan menimbulkan keselarasan antara

manusia dengan alam sekitarnya.

9

Gambar 2.1. Peta Desa Panglipuran (Sumber: http:// 3.bp.blogspot.com, 17/12/2014, 18.58 WIB)

Gambar 2.2. Penampang Vista Desa Panglipuran (Sumber: http://e-kuta.com, 17/12/2014, 19.14 WIB)

10

3. Rumusan Permasalahan

Dari latar belakang permasalahan, kegiatan penelitian ini dilakukan

untuk menjawab permasalahan-permasalahan kawasan terkait dengan

kenyamanan termal. Secara spesifik beberapa permasalahan yang ingin

dijawab adalah:

3.1. Bagaimana tingkat kenyamanan termal pada kawasan Desa

Panglipuran di Bagli (berdasarkan skala Bedford, 1936, UK)?

3.2. Apa saja elemen-elemen kawasan yang mempengaruhi tingkat

kenyamanan termal pada kawasan Desa Panglipuran di Bangli

(hipotesis tingkat kenyamanan obyek studi ada pada skala nyaman) ?

3.3. Apa saja masukan dan rekomendasi yang dapat disumbangkan dari

Desa Panglipuran di Bangli bagi ilmu perancangan desain kawasan

yang memperhatikan kenyamanan termal?

4. Tujuan dan Sasaran

Tujuan adalah hal utama yang ingin diketahui, ditemukan, atau

dihasilkan dengan melakukan studi penelitian terhadap kenyamanan termal

kawasan Desa Panglipuran di Bangli. Sedangkan sasaran adalah cara-cara

yang dilakukan untuk memperoleh tujuan tersebut. Dan dapat juga disebut

sebagai penjabaran dari tujuan, karena pada akhirnya sasaran akan

membentuk tujuan atau tujuan akan terdiri dari beberapa sasaran.

4.1. Tujuan

Tujuan dari dilakukannya studi penelitian pada Kawasan Desa

Panglipuran Bangli adalah memetakan elemen-elemen arsitektur dalam

skala urban di Kawasan Desa Panglipuran Bangli yang memberi

11

pengaruh signifikan bagi tingkat kenyamanan termal pada kawasan

tersebut, dimana poin-poin positif yang dihasilkan dapat menjadi

masukan dalam merencanakan kawasan dengan tingkat kenyamanan

termal yang baik.

4.2. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dengan melakukan studi penelitian

kenyamanan termal pada Desa Panglipuran di Bangli antara lain:

4.2.1. Membaca dan memetakan kawasan Desa Panglipuran Bangli ke

dalam sebuah Masterplan Kawasan.

4.2.2. Mengidentifikasi tingkat kenyamanan termal kawasan Desa

Panglipuran Bangli.

4.2.3. Mengidentifikasi obyek-obyek kawasan yang berpengaruh bagi

kenyamanan termal di di Kawasan Desa Panglipuran Bangli.

4.2.4. Mengidentifikasi elemen-elemen arsitektural kawasan yang

memberi pengaruh cukup besar bagi kenyamanan termal di

Kawasan Desa Panglipuran Bangli.

5. Metode Penelitian

5.1. Metode Pengumpulan Data

Kebutuhan Data Cara Mengumpulkan Instrumen

Data Eksisting Lokasi Observasi dan Pustaka Pengukuran dan Dokumentasi

Data Eksisting Kawasan Observasi, Interview, Pustaka

Pengukuran dan Dokumentasi

Data Eksisting Bangunan Observasi, Interview, Pustaka

Pengukuran dan Dokumentasi

12

Acara-acara Penting Observasi dan Interview Dokumentasi

Data Filosofis Interview dan Pustaka Dokumentasi

5.2. Metode Analisis Data

5.3. Metode Penarikan Kesimpulan

Dari hasil analisis dengan

menggunakan simulasi penghawaan

dengan computer ditemukan data-data

mengenai kondisi termal, yang bisa

dijadikan tolak ukur untuk menentukan

tingkat kenyamanan termal, elemen yang

paling member pengaruh dan masukan

untuk perencanaan kawasan dengan

tingkat kenyamanan termal yang baik.

Data Eksisting Data Pustaka

Analisis Data

Analisa Kondisi Termal Kawasan

(Envimet)

Analisa Penggunaan Material

(Ecotect/CFD)

Landasan Teori

Menentukan tingkat

kenyamanan termal

Mencari Elemen Kawasan yang signifikan mempengaruhi

kenyamanan termal

Memberikan masukan dari hasil simulasi lanjutan

Simulasi CFD

Bagan 5.1 Metode

13

6. Lingkup Pembahasan

Studi penelitian ini secara khusus membahas tentang kenyamanan

termal dalam kawasan. Kawasan yang dimaksud adalah terbatas pada

luasan area Desa Panglipuran di Bangli. Penelitian dan pembahasan

dilakukan dalam skala urban atau kawasan, sehingga elemen-elemen yang

diteliti adalah elemen makro, mencakup bangunan sebagai sebuah obyek

yang general, penataan komplek bangunan meliputi siteplan penataan

siteplan sesuai dengan tata guna lahannya, penataan lansekap yang meliputi

lingkungan dan vegetasi, penataan kawasan meliputi tata guna lahan

(hunian, pemerintahan, upacara dan ritual keagamaan, area publik, ruang

tata hijau) dan infrastruktur (jalan, penerangan buatan, pengolahan air).

Sedangkan lingkup keilmuan yang akan dibahas adalah penghawaan dalam

arsitektur.

7. Keaslian Penulisan

Penelitian dengan fokus yang sama, yaitu kenyamanan termal di

sebuah kawasan dengan metode analisa menggunakan bantuan software

telah dilakukan oleh beberapa peneliti lainnya yang lebih dahulu

berkecimpung bidang kenyamanan termal kawasan. Antara lain sudah

pernah dilakukan oleh KAryono (2001), Kartikawati (2012), Kusumawanto

(2005), Tauhid (2008), Maidinita (2009), Hutama (2011), Aprihatmoko (2013),

Selain itu juga terdapat beberapa penelitian di bidang arsitektur

dengan lokus yang sama, yaitu penelitian arsitektur yang dilakukan di Desa

Panglipuran, Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi

Bali. Beberapa penelitian dengan bidang dan lokus yang sama antara lain

14

Yuda Manik (2010), Rai Padmanaba (2012), Dwijayasastra (2013), Wulansari

dan Suhirman (2013), Ratih Pertiwi (2013).

No Peneliti Th Judul Fokus Lokus Metode

Fokus Penelitian Kenyamanan Termal Kawasan 1 Tri Harso

Karyono 2001

Kenyamanan Termis di Jakarta sebagai Acuan Suhu Nyaman Manusia Indonesia

Kenyamanan Termal Karyawan Bangunan Tinggi

Kota Jakarta

Kuantitatif dengan menggunakan alat ukur.

2 Arif Kusumawanto

2005

Pengendalian Arsitektural terhadap Kondisi Kenyamanan Termal Ruang Luar di Kawasan Urban Studi Kasus: Koridor Kawasan Malioboro Yogyakarta

Kenyamanan termal koridor kawasan

Kawasan Malioboro

Kuantitatif dengan menggunakan alat ukur.

3 Tauhid 2008

Kajian Jarak Jangkau Efek Vegetasi Pohon terhadap Suhu Udara pada Siang hari di Perkotaan (Studi Kasus: Kawasan Simpang Lima Kota Semarang)

Pengaruh Vegetasi terhadap kondisi termal

Kawasan Simpang Lima Semarang

Kuantitatif dengan menggunakan alat ukur

4 Maidinita, D

2009

Pola Ruang Luar Kawasan Perumahan dan Kenyamanan Termal di Searang

Kenyamanan termal ruang luar kawasan perumahan

Kawasan Cluster Kampoeng Hollywood Semarang

Kualitatif dengan alat ukur

15

5 Irsyad Adhi Waskita Hutama

2011

Pengaruh Bentuk Fisik Ruang Kota pada Kawasan Permukiman Terhadap Pembentukan Suhu Udara Ruang Luar di Pusat Kota Gede Yogyakarta

Pengaruh bentuk fisik ruang luar terhadap pembentukan suhu udara

Kotagede, Kota Yogyakarta

Kuantitatif dengan alat ukur

6 Nurrahmi Kartikawati

2012

Kenyamanan Termal Permukiman Kota Studi Kasus Kauman Yogyakarta

Pengaruh material penutup terhadap kenyamanan termal

Kampung Kauman, Yogyakarta

Kuantitatif

7 Ferdy Aprihatmoko

2013

Analisis Hubungan Antara Ruang HIjau (RTH) dan Indeks Kenyamanan (Studi Kasus: Kota Surabaya)

Pengaruh ruang terbuka hijau terhadap kenyamanan termal

Kota Surabaya

Kuantitatif dengan alat ukur

Lokus Penelitian Desa Panglipuran Bangli 8 I Wayan

Yuda Manik

2010

Pengaruh Gaya Hidup, Aktifitas dan Demografi Terhadap Transformasi Unit Hunian Tradisional di Desa Panglipuran, Bali

Pengaruh Sosial dan Demografi terhadap hunian

Desa Panglipuran, Bali

Kualitatif

9 Drs. Cok Gd Rai Padmanaba M.Erg

2012

Tinjauan Ashta Bhumi Pada Rumah Tinggal Tradisional Bali di Desa Panglipuran Bangli

Filosofi arsitektur tradisional Bali

Desa Panglipuran, Bali

Kualitatif

16

10 Nikko Dwijayasastra

2013

Kajian Arsitektur Hijau Desa Adat Panglipuran Bali

Kajian LEED pada budaya dan arsitektur lansekap

Desa Panglipuran, Bali

Kualitatif dan Kuantitatif dengan LEED

11 Tri Rahayu Wulansari

2013

Perbandingan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Tradisional di Desa Adat Panglipuran, Kabupaten Bangli Dengan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Formal

Pengendalian Pemanfaatan Ruang Tradisional dan Ruang Formal

Desa Panglipuran, Bali

Kualitatif

Tabel 7.1 Daftar Penelitian Sejenis, dikumpulkan dari berbagai sumber.

8. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan meliputi tahap-tahap yang dilakukan dalam

proses penulisan. Langkah demi langkah pemikiran dan pembahasan yang

akan dituangkan kedalam tulisan mengenai studi penelitian ini.

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang eksistensi kasus studi, latar belakang

permasalahan, tujuan, sasaran dan manfaat penelitian,

perumusan masalah, lingkup pembahasan atau batasan

masalah, metode yang digunakan dalam penelitian, keaslian

penelitian dan sistematika penulisan.

17

BAB II : TINJAUAN KASUS DAN TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang profil kawasan Desa Panglipuran Bangli, profil

arsitektur di Desa Panglipuran Bangli, landasan teori mengenai

kenyamanan termal, landasan teori mengenai elemen-elemen

pembentuk kawasan, dan sub-hipotesis mengenai tingkat

kenyamanan termal di Desa Panglipuran Bangli.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang data-data spesifik yang akan diteliti di kawasan

Desa Panglipuran, penjabaran instrumen yang digunakan untuk

melakukan analisis, langkah-langkah penelitian mencakup cara

memperoleh dan menganalisis data, kesulitan-kesulitan yang

timbul dan solusi yang dilakukan.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang hasil penelitian yang memuat uraian secara

lengkap, jelas dan tepat, pembahasan mengenai hasil

penelitian, pemetaan elemen-elemen kawasan yang

mempengaruhi kenyamanan termal.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang penjabaran mengenai tingkat kenyamanan termal

di Desa Panglipuran beserta elemen-elemen yang

mempengaruhi, masukan untuk mendukung perencanaan

kawasan dengan kenyamanan termal yang baik.

18

9. Daftar Pustaka

Kusumawanto, Arif. 2014. Arsitektur Hijau Dalam Inovasi Kota. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Dwijayasastra, Nikko. 2013. Kajian Arsitektur Hijau Desa Adat Panglipuran

Bali. Skripsi. Program Sarjana. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut

Pertanian Bogor.

Arrafiani. 2012. Rumah Etnik Bali. Griya Kreasi. Bogor.

Budihardho, E. 1986. Architectural Conservation in Bali. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Karyono, TH. 2010. Green Architecture: Penghantar Pemahaman Arsitektur

Hijau di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.

Sumber Website:

http://en.wikipedia.org/wiki/ASHRAE

http://www.jogjareview.net

http://www.c1.staticflickr.com

http://www. i.imgur.com

http:// www.planetware.com

http:// upload.wikimapia.org

http:// travelagenciesbarcelona.com

http:// pher.ch

http:// ugm.ac.id

http:// 3.bp.blogspot.com

http://e-kuta.com