HK Adat Bpk Hi Nizam Dai

25
BAB. I PENDAHULUAN. Gorontalo sebagai salah satu dari 19 Daerah Hukum Adat Indonesia menurut Prof. MR. C. VAN VOLLEN HOVEN sangat menghormati Adat dan Budaya sebagai satu kesatuan yang utuh dan merupakan norma yang ditaati dalam kehidupan bermasyarakat. Sebelum agama Islam masuk di Gorontalo, tata cara kehidupan masyarakat Gorontalo sudah terkenal sebagai masyarakat adat yang ramah tamah baik didalam bertutur kata, bersikap maupun bertindak sehingga tingkah laku ( Popoli ) menjadi pola utama dan dasar penilaian dari kehidupan seseorang dan sesamanya. Dari segi berbahasa dan bersikap untuk menyatakan perasaan kepada orang lain atau menyampaikan informasi kepada seseorang lebih disenangi menggunakan bahasa ungkapan dari pada bahasa langsung. 1

Transcript of HK Adat Bpk Hi Nizam Dai

BAB. I

PENDAHULUAN.

Gorontalo sebagai salah satu dari 19 Daerah Hukum Adat

Indonesia menurut Prof. MR. C. VAN VOLLEN HOVEN sangat

menghormati Adat dan Budaya sebagai satu kesatuan yang utuh

dan merupakan norma yang ditaati dalam kehidupan

bermasyarakat.

Sebelum agama Islam masuk di Gorontalo, tata cara

kehidupan masyarakat Gorontalo sudah terkenal sebagai

masyarakat adat yang ramah tamah baik didalam bertutur

kata, bersikap maupun bertindak sehingga tingkah laku (

Popoli ) menjadi pola utama dan dasar penilaian dari

kehidupan seseorang dan sesamanya.

Dari segi berbahasa dan bersikap untuk menyatakan

perasaan kepada orang lain atau menyampaikan informasi

kepada seseorang lebih disenangi menggunakan bahasa

ungkapan dari pada bahasa langsung.

1

Bahasa ungkapan itu telah melahirkan bahasa seni dalam

masyarakat Gorontalo berupa sajak-sajak, syair-syair yang

bertujuan menciptakan suasana damai antar sesama

sebagaimana sajak sebagai berikut :

- Opiyohe lo Dudelo = Dengan pembawaan yang baik.

- Openu Dila Motonelo = Tidak perlu di biayai

- Opiyohe lo loiya = Dengan tutur kata yang baik

- Openu dila Tidoiya = Tidak perlu dengan uang.

( sajak tersebut diatas memberikan gambaran tentang

keterkaiatan antara materi dan moral ).

Pada dasarnya nilai moral dalam kehidupan masyarakat

Gorontalo sangat diutamakan, karena dengan moral yang baik,

akan menciptakan kondisi yang aman dan sentosa bagi

kehidupan masyarakat, sehingga sifat buruk selalu mendapat

tantangan bahkan mendapat sanksi baik langsung dari

masyarakat maupun dari Olongiya ( Raja ).

2

BAB II

PENGERTIAN TENTANG HUKUM ADAT

Bila kita mencoba memberikan gambaran mengenai Hukum

Adat, Maka kita diperhadapkan pada pembicaraan mengenai

pengertian / definisi dari Hukum Adat itu sendiri.

3

Para ahli Hukum dalam memberikan definisi tentang Hukum

Adat sangatlah berlainan. Hal ini kita bisa lihat dalam

beberapa rumusan Hukum Adat sebagai berikut :

a. Hukum Adat adalah seperangkat peraturan – peraturan

yang ditetapkan sebagai Hukum oleh Pejabat-pejabat

Pemerintah, kepala Adat, Hakim-Hakim, Kepala Agama dalam

keputusannya. ( pendapat TER HAAR ) *)

b. Hukum Adat adalah keseluruhan peraturan tingkah

laku bagi bangsa Indonesia asli dan Timur Asing dan yang

mempunyai sanksi ( sebab itu disebut Hukum ) lagi tidak

dikodifikasi.

( pendapat VAN VOLLEN HOVEN ). *)

c. Hukum adat adalah sebagian Hukum kebiasaan dan

sebagian kecil Hukum Islam yang melingkupi Hukum yang

berdasarkan keputusan-keputusan hakim yang berisi azas-

azas hukum dalam lingkungan dimana ia memutuskan

perkara. ( Pendapat SOEPOMO ). *)

4

d. Hukum Adat merupakan kompleks adat-adat yang

kebanyakan tidak dibukukan, tidak dikodifikasikan dan

bersifat paksaan, mempunyai akibat Hukum.

( pendapat SUKANTO ). *)

Dari rumusan Hukum Adat ini dapatlah kita mengambil

satu batasan bahwa Hukum Adat itu merupakan keseluruhan

aturan yang tidak tertulis, bersifat paksaan dan disertai

sanksi.

Di Gorontalo sanksi Hukum Adat Atau Hukum Pidana Adat

terbatas pada di dera / dicambuk, diasingkan ( popotuodu liyo

) atau tidak diikutkan didalam kegiatan bermasyarakat.

Hukuman yang paling ringan adalah ditampar atau dipukul

dengan tangan terbuka ( tambali ).

5

*) Prof. Drs. W.T. Palar, SH. Tanya Jawab H.ukum Adat, Manado Tahun 1999.

BAB. III

MENGENAL HUKUM ADAT DAN KARAKTER

MASYARAKAT GORONTALO

Masuknya agama Islam di jazirah Gorontalo sangat

berpengaruh pada pola tingkah laku baik dalam hal urusan

pemerintahan ( pemerintahan Raja-raja ), sosial dan

kemasyarakatan, karena secara moral ajaran agama Islam

6

sangat cocok dengan kehidupan masyarakat adat Gorontalo

yang terkenal dengan sopan santun dan sangat ramah.

Ajaran agama Islam secara utuh diterima masyarakat

Gorontalo sehinggal lahirlah Filosofi “ Adat bersendikan

syara’, syara’ bersendikan Kitabullah “, dalam arti semua

tatanan adat berlandaskan Islam yang tertuang dalam Al

Qur’an, sehingga dengan demikian hukum Islam diberlakukan

sama dengan Hukum Adat.

Karakter masyarakat Adat Gorontalo menurut pakar Hukum

Adat Gorontalo DR. SAHMINA NOOR, SH adalah sebagai berikut

:

1. Penganut agama Islam yang taat ( 100% orang

Gorontalo ) beragama Islam terkecuali pendatang dan yang

pindah agama, tetapi tidak fanatik. Hal ini disebabkan

oleh karena sebelum agama Islam masuk Gorontalo, tatanan

kehidupan rakyat Gorontalo diatur melalui tata krama

adat istiadat yang didominasi oleh adat kebiasaan.

2. Menghormati pemimpin yang kadang kala mengarah

pada kultus individu selama sang pemimpin memihak kepada

7

kepentingan rakyat, hal mana telah diperkuat oleh ajaran

Islam “ Taat kepada Allah, taat kepada Rasul dan taat

kepada Pemimpin “. Keyakinan masyarakat Gorontalo bahwa

Pemimpin adalah wakil Tuhan di dunia dalam bahasa adat

disebut TAA PILOPO BADARI TO ALLAH ( yang mewakili Tuhan

) sehingga panggilan kepada seorang Raja atau kepala

pemerintahan baik Camat maupun Bupati dan Gubernur

adalah Eyanggu ( Tuhanku ) yang kemudian diterjemahkan

secara bebas menjadi Tuanku / Paduka yang mulia.

3. Masyarakat Gorontalo terkenal ramah tamah tetapi

mudah tersinggung. Ini berarti bahwa sebagaimana

masyarakat Adat lainnya di Indonesia masyarakat

Gorontalo selain penuh lemah lembut, tetapi pada saat

yang bersamaan dapat menampilkan citra amuk masa dan

kebrutalan bila terjadi ketersinggungan yang mendasar

terutama terhadap simbol-simbol budaya dan adat.

4. Masyarakat Gorontalo terkenal pemalu tetapi tidal

mau dipermalukan. Sehingga ada kata-kata mutiara adat :

“ OPENU DE MOPUTI TULALO BO DILA MOPUTI BAYA “, yang

8

kalau diterjemahkan secara bebas artinya lebih baik mati

berkalang tanah dari pada hidup menanggung malu.

5. Masyarakat Gorontalo sangat Familier dan

menghargai kebersamaan, terdiri dari rumpun keluarga

yang sangat erat hubungannya satu sama lainnya. Hal

tersebut sangat besar pengaruhnya atas penegakan hukum

di Gorontalo terutama Hukum Adat.

Hukum Adat Gorontalo begitu luas dan sistematis, namun

pembahasan ini kita batasi pada lingkup Pidana Adat

Gorontalo yang kita akan bahas selanjutnya.

BAB. IV

LINGKUP HUKUM PIDANA ADAT GORONTALO

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa

Gorontalo merupakan salah satu daerah rumpun Adat di

Indonesia, oleh karena pada saat belum diberlakukannya

Hukum Pidana Indonesia, maka saat itu diberlakukan Hukum

9

Adat mencakup Hukum Pidana Adat terhadap tingkah laku dan

pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat termasuk para

Pejabat Negeri.

Adapun Hukum Pidana Adat Gorontalo sedikitnya dapat

kami diuraikan sebagai berikut :

1. Lambango = Melangkahi hak-hak orang lain

Contoh kasus : Pencurian, penyerobotan dll

Ancaman hukuman : Didera/dicambuk 25 s/d 50 kali **)

2. Nungo = Tidak ada etika tata krama

Contoh kasus : Tidak memberi salam atau penghargaan

kepada yang patut dihargai ( orang tua, kakak atau orang

yang dituakan “ Ta huhulango “ ).

Ancaman hukuman : Didera/dicambuk 25 kali **)

3. Balalo = Tidak sopan baik dalam tutur kata maupun

perbuatan.

Ancaman hukuman : Didera/dicambuk 25 kali **)

4. Butola = Menentang atau tidak mentaati perintah atasan

atau Pejabat Negeri.

Ancaman hukuman : Didera/dicambuk 25 kali **)

10

5. Lumbao = Penghinaan atau pelecehan dengan nada

kesembongan.

Contoh kasus : Saat pelaksanaan doa arwah/hajatan

dengan sengaja menolak pemberian sedekah.

Ancaman hukuman : Didera/dicambuk 25 kali **)

6. Lumbulo = Menghina orang dimuka umum termasuk mencaci

maki atau meludahi.

Ancaman hukuman : Didera/dicambuk 25 kali **)

7. Bayalo = Pelanggaran susila

Contoh kasus : Perzinahan / melakukan hubungan kelamin

dengan orang yang bukan Suami / isteri yang sah **)

Ancaman hukuman : Didera 50 s/d 100 kali setelah itu

diperintahkan untuk naik Kerbau sampai kebatas Negeri

dan tidak diperkenankan untuk

Kembali ke Negeri tersebut dan bila kembali akan

dibunuh.

8. Bunulo = Menghakimi sendiri

Contoh kasus : Salah pengertian lalu memukul orang.

Ancaman hukuman : Didera/dicambuk 25 kali **)

11

9. Lahi = Melarikan diri

Contoh kasus : Lari dari tanggung jawab

Ancaman hukuman : Didera 25 kali **)

10. Batato = Membuka tanah tanpa izin

Contoh kasus : Mengklaim salah satu wilayah menjadi

miliknya tanpa izin penguasa.

Ancaman Hukuman : Didera 25 kali kemudian

diperintahkan meninggalkan tanah tersebut. **)

11. Hutahutango = Menyalah gunakan wewenang

Contoh kasus : Korupsi, penggelapan dll

Ancaman hukuman : Didera/dicambuk 50 s/d 100 kali **)

Atau diasingkan dengan cara dinaikkan keatas perahu

tanpa dayung di dorong ketengah laut ( Popotuoduliyo )

Sebagai bahan catatan bagi kita bahwa seseorang yang telah

melakukan perbuatan yang melanggar aturan adat maka akan

disidang dalam Pengadilan Adat sehingga penetapan sanksi

hukuman dimusyawarahkan dalam sidang adat tersebut. ***)

12

Dan bagi seseorang yang telah dikenakan sanksi hukuman maka

orang tersebut tidak diiuktkan lagi dalam kegiatan

bermasyarakat ( tidak terterima lagi ). **)

Hukuman badan yang paling ringan adalah tambali

( dipukul dengan tangan terbuka ). Namun hukuman itu yang

paling ditakuti karena ada unsur nama baik bila ditampar

orang merasa malu dibanding dengan ditinju atau ditendang.

Perbedaan yang menyolok dalam Hukum Pidana Adat dan Hukum

Pidana Nasional adalah tindakan hukum kepada yang menindaki

orang yang mabuk dan membuat keributan.

Hukum adat membenarkan orang yang menindaki orang yang

mabuk ( tambali ), tetapi Hukum Nasional justru

mempersoalkan orang yang memukul ( molambali ) dan tidak

mempemasalahkan orang yang mabuk sepanjang orang tersebut

tidak melakukan tindakan kejahatan.

Pada umumnya masyarakat Adat Gorontalo membenci pemabuk

yang sudah mengganggu orang lain, sehingga dukungan

13

**) Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Wahab Lihu, Baate Lo Limutu

***) Hasil wawancara dengan Bapak Abas Hilimi, tokoh adat Boalemo.

terhadap yang menindakinya sangat besar, namun masyarakat

sering kecewa karena ternyata yang dihukum secara pidana

Nasional justru orang yang menindakinya.

14

BAB. V

PENUTUP

Perlu kami garis bawahi bahwa Hukum Pidana Adat saat

ini tidak diberlakukan lagi, dan yang diberlakukan adalah

Hukum Pidana Indonesia yang telah dikodifikasi dalam satu

Kitab Undang Undang Hukum Pidana ( KUHP ).

Kitab Undang Undang Hukum Pidana ( KUHP ) merupakan

satu patokan/dasar bagi Hakim dalam menetapkan sanksi

hukuman ( hukuman badan maupun denda ) bagi seseorang yang

telah melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum.

Dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana belum secara

keseluruhan mengatur sanksi atas perbuatan Pidana (Hukum

Pidana Indonesia menganut azas legalitas artinya sesuatu

perbuatan tidak dapat dikatakan perbuatan yang melawan

hukum bila tidak diatur dalam KUHP ), maka untuk menjaga

kelumpuhan dalam penuntutan pada pelanggar hukum, para

15

Hakim dan Jaksa dalam meletakkan dasar dasar penuntutan

atas perkara yang dianggap melawan hukum salah satu

dasarnya adalah Yurisprudensi Mahkamah Agung dan atau

Undang-Undang Darurat No. 1 Tahun 1951 Pasal 5 Ayat (3) sub

b. Pasal ini ( dalam UU. Darurat No. 1 Tahun 1951 )

mengatur sanksi hukuman yang salah satu contoh kasus adalah

seseorang telah melakukan suatu perbuatan pidana yang dalam

Kitab Undang Undang Hukum Pidana ( KUHP ) tidak diatur

sanksi hukumannya, namun perbuatan tersebut dianggap telah

melanggar aturan Adat seperti dalam Pidana Adat Gorontalo

disebut Bayalo = perzinahan, namun kenyataan menunjukkan

banyak perzinahan yang luput dari tuntutan Hukum Pidana

Nasional.

Hukum Pidana Indonesia yang berlaku saat ini adalah

masih merupakan warisan kolonial penjajah, secara otomatis

ada pasal-pasal yang sudah kadaluwarsa karena tidak sesuai

lagi dengan perkembangan jaman.

Para ahli Hukum di Indonesia telah berupaya untuk

membuat satu rancangan Hukum Pidana Indonesia, namun sampai

16

saat ini belum terwujud. Hal ini dikarenakan dalam hal

pembuatan satu produk Hukum Pidana Indonesia harus melalui

pengkajian berbagai aspek salah satu contoh adalah bangsa

Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama dan adat

istiadat yang berbeda.

Hukum Pidana hanya merupakan bagian terkecil dari

Hukum Nasional, dimana Hukum Nasional merupakan keseluruhan

hukum yang berlaku di Indonesia seperti Hukum Perdata,

Hukum Dagang, Hukum Perburuhan dan lainya. Demikian pula

halnya Hukum Pidana Adat Gorontalo hanya merupakan bagian

dari Hukum Adat Gorontalo. Walaupun Hukum Adat ini tidak

tertulis, namun orang Gorontalo sangat mentaati serta

menjunjung tinggi Hukum Adatnya.

Para ahli Hukum dalam melahirkan suatu produk hukum

harus tidak mengesampingkan Hukum Adat di tiap-tiap daerah

di Indonesia termasuk Hukum Adat Gorontalo. Olenya dalam

meletakkan azas dan dasar hukum Nasional seharusnya

berpijak pada aturan Hukum Adat termasuk Hukum Adat

Gorontalo.

17

Hukum Adat Gorontalo sangat berperan pada proses

penegakan supremasi hukum yang sering kita dengar dan

didengung-dengungkan. Dengan menghormati dan memahami apa

yang tersirat dalam Hukum Adat Gorontalo, maka dengan

sendirinya kita terlepas dari ancaman perbuatan yang

melawan hukum atau setidaknya kita terhindar dari perasaan

bersalah yang sanksi hukumannya adalah hukuman

bathin/moril.

Kita harus berpikir bahwa Hukum Adat Gorontalo yang

masih berlaku dikalangan masyarakat perlu dikaji dan

dilestarikan kembali sehingga suatu saat Hukum Adat

Gorontalo dapat diadopsi menjadi bagian dari Hukum

Nasional.

Boalemo, November 2003.

Penyusun

Hi. NIZAM DAI, BSc.

18

B I O D A T A

1. Nama Lengkap : Hi. NIZAM DAI, BSc.

2. Tempat/Tanggal Lahir : Tilamuta, 15 September 1949

3. Pekerjaan : Anggota DPRD Kabupaten

Boalemo

4. Jabatan : Ketua DPRD Kabupaten Boalemo

19

5. Alamat : Desa Modelomo, Kecamatan

Tilamuta

Kabupaten Boalemo

6. Jenis Kelamin : Laki-laki

7. Agama : Islam

8. Riwayat Pendidikan :

1. SDN III Tilamuta

2. SMEP Neg. Tilamuta

3. SMEA Gorontalo

4. Akademi Koperasi Manado

5. STIE PATRIA ARTHA Makasar Jurusan Manajemen.

6. Universitas Terbuka Jurusan Ilmu Pemerintahan

9. Riwayat Pekerjaan :

1. Pegawai Kantor Camat Marisa

2. Pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo

3. Camat Tapa Kabupaten Gorontalo

4. Camat Paguat Kabupaten Gorontalo

5. Camat Marisa Kabupaten Gorontalo

6. Camat Tibawa Kabupaten Gorontalo

20

7. Camat Limboto Kabupaten Gorontalo

8. Kabag Humas Pemda Kabupaten Gorontalo

9. Anggota DPRD Kabupaten Gorontalo

10. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Gorontalo

11. Ketua DPRD Kabupaten Boalemo.

10. Riwayat Organisasi :

1. Anggota Pemuda Muhammadiyah Gorontalo

2. Anggota Gerakan Siswa Nasional Indonesia Gorontalo

3. Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Manado

4. Anggota KORPRI Gorontalo

5. Ketua Pemuda Panca Marga Kabupaten Gorontalo

6. Pengurus DPD II Golkar Kabupaten Gorontalo

7. Pengurus MKGR Kabupaten Gorontalo

8. Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Boalemo.

11. Pengalaman Kerja :

1. Wartawan Majalah Warta ABDI Perwakilan Manado

2. Pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo

3. Anggota DPRD Kabupaten Gorontalo

4. Ketua DPRD Kabupaten Boalemo

21

12. Diklat / Kursus-kursus

1. Pendidikan Pejabat Pamong Praja di Manado

2. Pendidikan Khusus Camat di Manado

3. Diklat Calon legislatif Keluarga Besar ABRI di Manado

4. Kursus Pengelola Keluarga Berencana di Manado

5. Kursus Mahir Gerakan Paramuka di Gorontalo

6. Diklat Managemen Strategis di Jakarta

7. Diklat Managemen Keuangan Daerah di STPDN Bandung

8. Diklat GOOVERNANCE pada ITB Bandung

13. Tanda Penghargaan :

1. Satya Lencana Panca Karsa dari Kwarnas Gerakan

Pramuka Republik Indonesia

2. Satya Lencana Peserta Keluarga Berencana Lestari dari

Presiden Republik Indonesia

3. Tanda Penghargaan Perintis Perjuangan Pembentukan

Provinsi Gorontalo dari Gubernur Gorontalo. ( dalam

kedudukan sebagai Wakil Ketua P 4 GTR / mewakili

22

rakyat Boalemo pada Deklarasi Pembentukan Provinsi

Gorontalo ).

4. Tanda penghargaan “ ASEAN PROFESSIONAL GOLDEN AWARD

2003.

14. Kunjungan Keluar Negeri : Melaksanakan Ibadah Haji

Tahun 2001.

15. Nama Isteri : Rukihati Biki

Pekerjaan : Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten

Boalemo

16. Anak :

1. Ir. Rochmad Dai ( Consultan )

2. Dra. Med. Rahmawati Dai ( Mahasiswa / KOAS Fakultas

Kedokteran UMI Makasar ).

3. Asril Setiawan Dai, AMT ( Pengusaha )

Boalemo, November 2003.Yang Bersangkutan

23

Hi. NIZAM DAI, BSc.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

W.T. Palar, Prof. Drs. SH. , Tanya Jawab Hukum Adat,

Manado, 1999.

24

Sahmina Noer, DR.SH. , Peneliti Hukum Adat Gorontalo,

1975.

B.J. Haba, DR. , Peneliti Hukum Adat Gorontalo, 1994.

Hasil wawancara dengan Bapak Idrak Dai, Tokoh Adat

Gorontalo, ( 1921 – 1984 ).

Hasil wawancara dengan Bapak Husain Dai, Baate Boalemo,

( 1892 – 1978 )

Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Wahab Lihu, Baate Lo

Limutu, Oktober 2003.

Hasil wawancara dengan Bapak Abas Hilimi, tokoh adat

Boalemo, Oktober 2003.

Hi. Nizam Dai, BSc. , Sejarah Kabupaten Boalemo, 2001.

25