Alokasi Dana Desa
Transcript of Alokasi Dana Desa
MAKALAH
ALOKASI DANA DESADiajukan Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Hukum Tata Negara
Disusunoleh
kelompok 2 (H) :
Rumenta A Situmorang (1111143040)Tati Haryati (1111142173)Teguh Maulana (1111143071)TB M Haikal FT (1111142665)Vani Putre Perdana (1111143145)Yudha Putra Ramadhan (1111141157)
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
(UNTIRTA)
KATA PENGANTARPenyusun mengucap puji dan syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunianya
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ALOKASI DANA DESA” untuk memenuhi tugas matakuliah
Hukum Tata Negara dengan baik.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Dosen Hukum
Tata negara yang telah membantu dan membimbing penyusun
dalam proses pembuatan makalah ini dan juga kepada
teman-teman mahasiswa yang telah berkontribusi baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah
ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya.
Seperti pepatah yang mengungkapkan bahwa “Tiada gading
yang tak retak” demikian pula dengan makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan untuk itu
i
penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
terutama dosen pembimbing mata kuliah Hukum Tata Negara
yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan.
Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih.
Serang, Mei 2015
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR……………………………………….......................................i
DAFTAR ISI……………………………….....………............................…................iiBAB I PENDAHULUAN..........................................1
1.1. Latar belakang...................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................3
1.3. Tujuan Penulisan.................................3
ii
BAB II PEMBAHASAN..........................................4
2.1. Desa, Alokasi Dana Desa dan Tujuannya............4
2.2. Pengelolaan, Peran Dan Konsep Pembangunan Desa
Dalam Rangka Pemanfaatan Dana Alokasi Desa..........6
BAB III PENUTUP...........................................12
3.1. Kesimpulan ..........................................12
3.2. saran................................................12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa
Sansekerta, deca yang berarti tanah air, tanah asal,
atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa
atau village diartikan sebagai “a groups of hauses or shops in a
country area, smaller than a town”. Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan
Nasional danberada di Daerah Kabupaten.
Alokasi Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan
Desa yang diperoleh dari bagi hasil pajak Daerah dan
bagian dari Dana perimbangan keuangan pusat dan Daerah
yang diterima oleh Kabupaten. Menurut peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang pedoman
pengelolaan keuangan Desa pada pasal 18 bahwa Alokasi
Dana Desa berasal dari APBD Kabupaten/ Kota yang
1
bersumber Dari bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa
paling sedikit 10 % (sepuluh persen).
Dalam rangka peningkatan pemberdayaan,
Kesejahteraan dan pemerataan pembangunan di Pedesaan
melalui Dana APBD Kabupaten, Provinsi dan Pemerintah
Pusat, Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Pusat perlu
merealisasikan dalam APBD masing-masing Sebesar 10 %
untuk dana Alokasi desa. Dengan mengalokasikan Dana
Alokasi sebesar 10 % ini diharapkan kesejahteraan dan
pemerataan pembangunan di Desa dapat menjadi kenyataan.
Terciptanya pemerataan pembangunan khusus di pedesaan
melalui dana APBN Kabupaten Provinsi dan Pemerintah
Pusat sebesar 10 % akan tercapai Tingkat kesejahteraan
dan taraf hidup masyarakat yang tinggi di pedesaan.
Kendatipun demikian, masih banyak kelemahan yang muncul
ketika dana ini dimanfaatkan untuk kepentingan
pemberdayaan dan pembangunan. Kelemahan itu akan
menimbulkan persoalan seperti penyelewengan dana
sehingga penggunaannya tidak tepat sasaran sebagaimana
2
diharapkan sebelumnya. Hal ini, diakibatkan oleh
ketidakmampuan para aktor pengelola dana yang
melibatkan aparat desa yang faktanya belum memiliki
kompetensi yang cukup untuk mengelola dana itu. Kondisi
inilah yang menyebabkan banyak program pemberdayaan
oleh pemerintah gagal dalam implementasinya. Itulah
sebabnya penyusun tertarik untuk meneropong sejauh mana
pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) itu untuk
kepentingan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
1.2 Rumusan MasalahDengan melihat latar belakang yang telah
dikemukakan maka beberapa masalah yang dapat penulis
rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini Adalah :
3
1. Apa itu Desa, Alokasi Dana Desa dan Tujuannya?
2. Bagaimana Pengelolaan, Peran Dan Konsep Pembangunan
Desa Dalam Rangka Pemanfaatan Dana Alokasi Desa?
1.3 Tujuan PenulisanTujuan penulisan makalah ini yakni untuk mengetahui :
1. Memahami pengertian desa dan Pengalokasian Dana
Desa.
2. Mengetahui Pengelolaan Alokasi Dana Desa.
3. Memahami Peran dan konsep pembangunan desa Dalam
rangka Pemanfaatan Dana Alokasi Desa.
BAB II
PEMBAHASAN2.1 DESA, ALOKASI DANA DESA DAN TUJUANNYA
4
2.1.1 Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa
Sansekerta, deca yang berarti tanah air, tanah asal,
atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa
atau village diartikan sebagai “a groups of hauses or shops in
a country area, smaller than a town”. Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak
asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam
Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.
Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang
berjudul “Otonomi
Desa” menyatakan bahwa “Desa adalah sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli
berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa.
Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa
adalah keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan
pemberdayaan masyarakat”
5
(Widjaja, 2003: 3).
Desa menurut UU nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
mengartikan Desa sebagai berikut :
“Desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya
disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No.
32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 1
ayat 12).
2.1.2 Pengalokasian Dana Desa Dan Tujuannya
Dalam pengertian Desa menurut Widjaja dan UU nomor
32 tahun 2004
di atas sangat jelas sekali bahwa Desa merupakan Self
Community yaitu komunitas yang mengatur dirinya sendiri.
Dengan pemahaman bahwa Desa memiliki kewenangan untuk
mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai
6
dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi
Desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis
sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap
penyelenggaraan Otonomi Daerah. Karena dengan Otonomi
Desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan
perwujudan Otonomi Daerah. Desa memiliki wewenang
sesuai yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah No 72 Tahun 2005 tentang Desa yakni:
a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada
berdasarkan
hak asal-usul desa
b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kabupaten/ kota yang diserahkan
pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan
yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan
masyarakat.
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan
perundang-undangan diserahkan kepada desa.
7
Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan
kemampuan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya
guna dan berhasil guna dan peningkatan pelayanan
terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan
dan kemajuan pembangunan. Dalam menciptakan pembangunan
hingga di tingkat akar rumput, maka terdapat beberapa
syarat yang harus dipenuhi untuk pembentukan desa
yakni: Pertama, faktor penduduk, minimal 2500 jiwa atau
500 kepala keluarga, kedua, faktor luas 16 yang
terjangkau dalam pelayanan dan pembinaan masyarakat,
ketiga, faktor letak yang memiliki jaringan perhubungan
atau komunikasi antar dusun, keempat, faktor sarana
prasarana, tersedianya sarana perhubungan, pemasaran,
sosial, produksi, dan sarana pemerintahan desa, kelima,
faktor sosial budaya, adanya kerukunan hidup beragama
dan kehidupan bermasyarakat dalam hubungan adat
istiadat, keenam, faktor kehidupan masyarakat, yaitu
tempat untuk keperluan mata pencaharian masyarakat.
2.2 PENGELOLAAN, PERAN DAN KONSEP PEMBANGUNAN DESA DALAM RANGKA PEMANFAATAN DANA DESA
8
Pembangunan masyarakat pedesaan diartikan sebagai
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dimana mereka
mengidentifikasikan kebutuhan dan masalahnya bersama.
Pembangunan daerah perdesaan diarahkan 1) untuk
pembangunan desa yang bersangkutan dengan memanfaatkan
sumberdaya pembangunan yang dimiliki (SDA dan SDM), 2)
untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan antara
sektor (Perdagangan, pertanian dan industri) antara
desa, antar perdesaan dan perkotaan, dan 3) untuk
memperkuat pembangunan nasional secara menyeluruh.
Pembangunan di desa merupakan model pembangunan
partisipatif yaitu suatu sistem pengelolaan pembangunan
di desa bersama-sama secara musyawarah, mufakat, dan
gotong royong yang merupakan cara hidup masyarakat yang
telah lama berakar budaya wilayah Indonesia.
Sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 Permendagri No 66
tahun 2007, karakteristik pembangunan partisipatif
diantaranya direncanakan dengan pemberdayaan dan
partisipatif. Pemberdayaan, yaitu upaya untuk
mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam
9
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
sedangkan partisipatif, yaitu keikutsertaan dan
keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses
pembangunan. Pembangunan di desa menjadi tanggungjawab
Kepala Desa. Kepala Desa mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan. Kegiatan pembangunan direncanakan dalam
forum Musrenbangdes, hasil musyawarah tersebut di
ditetapkan dalam RKPD (Rencana Kerja Pembangunan Desa)
selanjutnya ditetapkan dalam APBDesa. Dalam pelaksanaan
pembangunan Kepala Desa dibantu oleh perangkat desa dan
dapat dibantu oleh lembaga kemasyarakatan di desa.
Pengelolaan keuangan Alokasi Dana Desa merupakan
bagian penting yang tidak dipisahkan dari pengelolaan
keuangan desa dalam APBDes.Seluruh kegiatan yang
didanai oleh Alokasi Dana Desa direncanakan,
dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan
melibatkan seluruh unsur masyarakat desa.Seluruh
kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
administratif, teknis dan hukum.
10
Lebih lanjut Alokasi Dana Desa dijelaskan dalam PP
No. 72/2005, yang menyatakan bahwa salah satu sumber
keuangan Desa adalah “bagian dari dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
Kabupaten/Kota untuk desa sekurang-kurangnya 10%
(sepuluh per seratus), setelah dikurangi belanja
pegawai, yang pembagiannya untuk setiap Desa secara
proposional yang merupakan alokasi dana desa”.
Pengelolaan Alokasi Dana Desa tujuan dari Alokasi Dana
Desa sebagai berikut :
a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi
kesenjangan;
b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran
pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan
masyarakat;
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan;
d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan,
sosial budaya dalam rangka mewujudkan kesalehan
sosial;
11
e. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban
masyarakat;
f. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam
rangka pengembangan kegiatan social dan ekonomi
masyarakat;
g. Mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong-
royong masyarakat;
h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa
melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Intinya program Alokasi Dana Desa bertujuan mempercepat
pembangunan desa dengan alokasi dana yang dikelola
langsung oleh masyarakat.
2.2.1 Pengelolaan Add Dalam Keuangan Desa (Apbdes) Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No 7 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa. Permendagri tersebut bertujuan untuk
memudahkan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan
desa, sehingga tidak menimbulkan multitafsir dalam
12
penerapannya. Dengan demikian desa dapat mewujudkan
pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien.
Disamping itu diharapkan dapat diwujudkan tata
kelola pemerintahan desa yang baik, yang memiliki
tiga pilar utama yaitu transparansi, akuntabilitas
dan partisipatif. Oleh karenanya, proses dan
mekanisme penyusunan APBDesa yang diatur dalam
Permendagri tersebut akan menjelaskan siapa yang,
dan kepada siapa bertanggungjawab, dan bagaimana
cara pertanggungjawabannya. Untuk itu perlu
ditetapkan pedoman umum tata cara pelaporan dan
pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintah desa,
yang dimuat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
35 Tahun 2007. Untuk memberikan pedoman bagi
pemerintah desa dalam menyusun RPJM-Desa dan RKP-
Desa perlu dilakukan pengaturan.Dengan itu maka
dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri NO. 66
Tahun 2007 tentang Perencanaan Desa. Pengaturan pada
aspek perencanaan diarahkan agar seluruh proses
penyusunan APBDesa semaksimal mungkin dapat
13
menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan
dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas
dan penetapan alokasi, serta distribusi sumber daya
dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
2.2.2 Peran Alokasi Dana Desa Dalam Pembangunan Desa
Dengan Alokasi Dana Desa yang dititikberatkan pada
pembangunan masyarakat pedesaan, diharapkan mampu
mendorong penanganan beberapa permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat desa secara mandiri tanpa
harus lama menunggu datangnya program-program dari
pemerintah kabupaten. Dengan adanya alokasi dana
desa, perencanaan partisipatif akan lebih
berkelanjutan karena masyarakat dapat langsung
merealisasikan beberapa kebutuhan yang tertuang
dalam dokumen perencanaan di desanya.
2.2.3 Konsep Pembangunan Desa Pemahaman tentang Pembangunan Ditinjau dari tujuan-tujuannya, pembangunan adalah
pengharapan akan kemajuan dalam social serta ekonomi
14
dan untuk mana setiap negara mempunyai pandangan
maupun nilai-nilai yang berlainan mengenai apa yang
dimaksud dengan di “harapkan” itu.
Makna Pembangunan Desa Pembangunan masyarakat desa (pedesaan) adalah
seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di
desa dan meliputi seluruh aspek kehidupan
masyarakat, serta dilaksanakan secara terpadu dengan
mengembangkan swadaya gotong royong.Tujuannya adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
berdasarkan kemampuan dan potensi sumberdaya alam
(SDA) melalui peningkatan kualitas hidup,
ketrampilan dan prakarsa masyarakat.
Pembangunan masyarakat pedesaan diartikan sebagai
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dimana
mereka mengidentifikasikan kebutuhan dan masalahanya
secara bersama.Pembangunan masyarakat desa adalah
kegiatan yang terencana untuk menciptakan kondisi-
kondisi bagi kemajuan sosial ekonomi masyarakat
dengan meningkatkan partisipasi masyarakat.Pakar
15
lain memberikan batasan bahwa pembangunan masyarakat
desa adalah perpaduan antara pembangunan sosial
ekonomi dan pengorganisasian masyarakat. Pembangunan
sektor sosial ekonomi masyarakat desa perlu
diwujudkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, yang didukung oleh organisasi dan
partisipasi masyarakat yang memiliki kapasitas,
kapabilitas dan kinerja yan secara terus menerus
tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat.
Strategi Pembangunan Desa
Strategi-strategi khusus pembangunan, sebagai
berikut :
1. Grand strategy yang pertama, yakni “Penataan kembali
manajemen Pemerintah Desa” dijabarkan menjadi
strategi-strategi khusus pembangunan sebagai berikut
:
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
aparatur pemerintah, agar kinerjanya dapat
profesional, jujur, mampu memimpin dan memecahkan
permasalahan ekonomi, sosial dan memberikan
16
perhatian serta pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat sehingga tercipta pemerintahan yang
bersih dan berwibawa.
b. Meningkatkan peran serta masyarakat di dalam
pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan, untuk menjamin agar program pembangunan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan
yang paling diperlukan masyarakat.
BAB IIIPENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN3.1 Kesimpulan
Penguatan pelaksanaan otonomi Desa dan pemberian
kewenangan yang lebih besar kepada desa untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri tidak
akan bermakna manakala tidak dibarengi dengan
dukungan sumber pendanaannya. Maka kebijakan
pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan wujud
17
dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan
otonominya dalam rangka peningkatan pelayanan publik
dan pemberdayaan masyarakat.
3.2 Saranpemberian Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan wujud
dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan
otonominya dalam rangka terwujudnya pertumbuan dan
perkembangan antar Desa secara merata, Untuk itu
harus dapat dibangun suatu kebijakan pengelolaan dan
penentuan besaran Alokasi Dana Desa dalam rangka
penguatan pelaksanaan otonomi desa.
Daftar Pustaka
1. Buku
Handoko, Hani, T. 1995. Manajemen. Edisi
2. Cetakan Kesembilan. BPFE. Yogyakarta.
18
Wasistiono, Sadu. 2002. Kapita Selekta Manajemen
Pemerintahan Daerah Cetakan Kedua.C.V. Fokusmedia.
Bandung.
-----------------------, Napak Tilas Penyelenggaraan
Alokasi Dana Desa ( ADD ) Dalam Rangka Otonomi Asli Desa.
Departemen Dalam Negeri. Jakarta.
Widjaja.HAW. Prof. Drs.. 2003. ,Otonomi Desa.
Cetakan keenam. PT Raja Grafindo Persada. Depok.
2. Internet
http://www.banyumaskab.go.id/read/1355/kebijakan-
alokasi-dana-desa-add-dan-penguatan-otonomi-
desa#.VVw6i1IXW9c (diunduh tanggal 16 Mei 2015 pukul 12.00
WIB)
19