pengelolaan dana bergulir flpp - ppdpp

272
PENGELOLAAN DANA BERGULIR FLPP Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 0 20 40 60 80 90 100 10 30 50 70 Dukungan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

Transcript of pengelolaan dana bergulir flpp - ppdpp

PENG

ELOL

AAN

DANA

BER

GULI

RFL

PPBadan Layanan Umum

Pusat Pengelolaan

Dana Pembiayaan Perumahan

Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat

0

20

40

60

80

90

1 0 0

1 0

30

50

70

Dukungan fasilitas likuiditas

pembiayaan perumahan oleh

Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat bagi

Masyarakat Berpenghasilan

Rendah.

PENG

ELOL

AAN

DANA

BER

GULI

RFL

PP

Badan Layanan Umum

Pusat Pengelolaan

Dana Pembiayaan Perumahan

Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat

Perumahan FLPP - Perumahan Asri II. Kubu Raya, Kalimantan Barat

Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan berada dibawah pembinaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Keuangan.

PENGELOLAAN DANA BERGULIR FLPP

PengarahProf. Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES

Penanggung JawabIr. Atik Niene Nierani Iskandar M.SiIr. Christ Robert Panusunan Marbun M.Sc.Arief Rahman Hakim, S.Sos. MPMartanto Boedi Joewono, SE, MM

PenulisSiska Purnianti, SH., M.Hum, CHRP., CLAMuhammad Dicko A. Bangko, SH., CLA

Kontributor NaskahKurniawan Khristianto, SE, MM Umi Hardinajati, SE, MsiAlfian Arif, SE, MMLuwi Wahyu Adi, STAchmad Purwo Hardjanto, SE, M.SiDede Solihin, SEErwan Adiwijaya, ST, M.SiMoch. Ihsan, S.KomFachri, S. KomEndang Sumarmi, SH, M,SiSiska Purnianti, SH., M.Hum, CHRP., CLARozalinda Yahya, SEAisah Dewi Setiawati, ST, M.SiSatuan Pengawas Intern Tim Task Force BLU PPDPP

Cetakan ke-1, 5 November 2021©Pemegang Hak Cipta Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan

EditorMeicy Sitorus

Pembahas PakarDr. Erica Soeroto, SH, CMB.Dr. Wicipto Setiadi, SH, MH.

Tenaga Ahli Aryana Soeriadiredja, SH.

DesainGifran Muhammad Asri

PenerbitBadan Layanan UmumPusat Pengelolaan Dana Pembiayaan PerumahanKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

ISBN 978-623-95564-2-6

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin dari penerbit.

Kontak [email protected]@gmail.com

0

20

40

60

80

90

1 0 0

1 0

30

50

70

0

20

40

60

80

90

1 0 0

1 0

30

50

70

PENG

ANTA

R

vii

Dana bergulir sebagai dana yang ditujukan untuk perkuatan pengelolaan dana

khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat

telah menjadi salah satu pilihan Pemerintah yang digunakan untuk membantu serta

memudahkan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam memiliki rumah yang

layak huni. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat beserta Kementerian Keuangan mendukung MBR untuk dapat memiliki rumah

dengan menjadi penyedia program skema dana bergulir Fasilitas Likuiditas Pembiayaan

Perumahan (FLPP) melalui Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan

Perumahan (BLU PPDPP).

Layanan penyaluran dana FLPP yang dikelola oleh BLU PPDPP telah berlangsung

dalam kurun waktu yang cukup lama, yaitu sejak 2010 hingga saat ini. Pengelolaan dan

penyaluran dana FLPP yang dikelola oleh BLU PPDPP akan berakhir pada tahun 2021

dan dialihkan ke lembaga pengelola yang baru, yang merupakan amanah peraturan

perundang-undangan serta adanya dinamika perkembangan kelembagaan dalam

bidang pembiayaan perumahan, khususnya bagi MBR. Pada periode tahun 2022 hingga

selanjutnya dana FLPP akan dikelola oleh lembaga baru. Harapannya lembaga baru ini

dapat mengembangkan pengelolaan dan penyaluran dana FLPP dari masa ke masa

serta memberikan lebih banyak manfaat dan perlindungan bagi MBR.

Oleh karena itu, dengan selesainya masa tugas layanan FLPP di BLU PPDPP pada tahun

2021 ini, kami memandang perlu menuangkan seluruh pengalaman, bentuk skema,

serta proses bisnis layanan FLPP di BLU PPDPP dalam bentuk buku Pengelolaan Dana

Bergulir FLPP. Buku ini disusun dengan tujuan membagi ilmu pengetahuan sekaligus

praktik terbaik, agar dapat dibaca dan dipelajari kembali oleh masyarakat Indonesia

serta pemangku kepentingan dalam bidang perumahan. Diharapkan di masa depan

buku ini dapat digunakan oleh Pemerintah serta pemangku kepentingan dalam bidang

perumahan sebagai gagasan pemikiran dalam merumuskan regulasi dan kebijakan

terkait perumahan, khususnya perumahan bersubsidi. Sehingga kelak bila kondisi

perumahan di Indonesia memerlukan kembali adanya skema FLPP atau bentuk

pengembangan skema lainnya yang dikelola secara BLU, maka kita dapat mempelajari

kembali melalui buku ini.

Buku ini memuat segala sejarah, upaya positif, perkembangan serta pencapaian BLU

PPDPP selama mengelola dan menyalurkan dana FLPP. Selain itu buku ini juga memuat

beberapa kajian hukum yang berisi analisa tentang berbagai potensi inovasi pembiayaan

perumahan dalam perkembangan penyaluran dana FLPP setelah diterbitkannya UU

Cipta Kerja.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pembahas pakar, narasumber,

responden, dan para Change Leader yaitu seluruh jajaran Dewas, jajaran Direksi, Kepala

Divisi dan Tim yang ada di PPDPP, serta Tim Task Force BLU PPDPP yang bersedia

bekerja sama dan berkontribusi penuh sehingga terwujudnya buku ini.

Ucapan terima kasih ini juga saya haturkan pada Divisi Hukum BLU PPDPP. Mereka

telah bekerja keras dan smart dalam berkoordinasi serta menggali informasi serta

pengetahuan dari para pelaku, baik di dalam maupun pengamat yang berasal dari

eksternal BLU PPDPP, untuk mewujudkan terbitnya buku ini.

BLU PPDPP sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat selaku pembina teknis PPDPP serta Kementerian

Keuangan selaku Pembina BLU di seluruh Indonesia. Melalui bimbingan serta arahan

mereka, kami dapat terus menjalankan dan mengembangkan proses bisnis dari awal

hingga akhir sampai dengan dilaksanakan pengalihan pengelolaan dana FLPP ke

lembaga yang baru. Sebagaimana sudah menjadi semboyan dan landasan dari seluruh

perkembangan proses bisnis yang dilakukan oleh BLU PPDPP, secara konseptual dan

prinsipiil terletak pada perubahan paradigma kita semua. Transformasi paradigma ini

adalah mengubah MBR yang semula hanya sebagai objek penyediaan dan pembiayaan

perumahan, menjadi subjek.

ix

BLU PPDPP telah menjadikan kepentingan MBR sebagai prioritas penerima manfaat

program yang diluncurkan oleh Pemerintah, serta menempatkan Bank Pelaksana

dan Pelaku Pembangunan sebagai mitra kerja yang bersinergi dalam memfasilitasi

kemudahan memiliki rumah bagi MBR. Untuk itu perbaikan tata kelola layanan FLPP

dalam tahun-tahun terakhir ini telah bertransformasi dari layanan bersifat analog ke

layanan berbasis digital, dengan dukungan beberapa aplikasi berbasis IT. Aplikasi ini

termasuk BI Checking, e-FLPP, Sikasep, Sikumbang, Sipetruk, dan berbagai aplikasi

lain yang mendukung layanan agar lebih efisien, akuntabel, serta transparan, untuk

menjamin ketepatan sasaran dan ketepatan kualitas rumah maupun perumahan. Kami

menyadari bahwa tata kelola penyelenggaraan perumahan masih perlu dan terus

dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman, khususnya perkembangan

teknologi informasi, serta semakin kompleksnya masalah kehidupan di masa depan.

Kami sangat berharap cita-cita dan prinsip mulia BLU PPDPP ini akan masih diacu sebagai

prinsip pengelolaan dana FLPP bagi lembaga pengelola yang baru. Kami berharap pula,

para pembaca tidak hanya mengetahui berbagai informasi mengenai pengelolaan dana

bergulir FLPP yang dilakukan oleh BLU PPDPP secara umum, melainkan juga teredukasi

tentang bagaimana upaya pemerintah dalam menyediakan rumah tinggal bagi MBR.

Besar harapan kami agar buku ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi pada

saat perumusan suatu regulasi dan kebijakan terkait perumahan bersubsidi.

Direktur Utama PPDPP

Prof. Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES

DAFT

ARP ENGANTAR

D I R E K TUR U TAMA P PD P P

DA F TAR GAMBAR

DA F TAR TA B E L

DA F TAR MATR I K S

DA F TAR I S T I L AH

v i

x i v

x v

x v

x v i

ISI

xi

Bab

1

Bab 2

P E R JA L ANAN K E L EMBAGAAN

P E NG E LO L AAN F L P P

Supply dan Demand

Rumah Umum

Kelompok Sasaran FLPP

Rumah Umum

Sistem Pembiayaan Rumah

Umum FLPP

Sistem Pembiayaan FLPP

Klasterisasi Periode

Ketentuan Sistem

Pembiayaan FLPP

Kelembagaan FLPP: Dari

Satuan Kerja Menuju Badan

Layanan Umum

1 .1

1 .1 .1

1 .1 . 2

1 . 2

1 . 2 .1

1 . 2 . 2

1 . 3

2

7

9

1 7

1 7

1 9

24

1 3 0P ENYA LURAN DANA F L P P

Profil dan Struktur

Organisasi PPDPP

Karakteristik Dana

Bergulir FLPP

Perencanaan Anggaran

Mekanisme Revisi

Anggaran BLU PPDPP

Kerja Sama antara BLU

PPDPP dengan Bank

Pelaksana dan Instansi

Lainnya

Kerja Sama dengan Bank

pelaksana

Kerja Sama Non Bank

Pelaksana

Pemasaran Program

Penyaluran Dana Bergulir

Verifikasi dan Pengujian

MBR Kelompok Sasaran

FLPP

3 2

3 7

4 2

4 7

4 8

50

5 7

6 0

6 3

64

2 .1

2 . 2

2 . 2 .1

2 . 2 . 2

2 . 3

2 . 3 .1

2 . 3 . 2

2 . 4

2 . 5

2 . 5 .1

Bab 3

F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Penatalaksanaan

Keuangan Dana Bergulir

FLPP

Pemantauan dan Evaluasi

Sistem Akuntansi dan

Pelaporan Pelaksanaan

Program

Pendukung Layanan dan

Pengawasan Intern BLU

PPDPP

Pengelolaan Sumber Daya

Manusia BLU PPDPP

Dukungan Hukum dan

Kepatuhan Dana Bergulir

FLPP

Pengelolaan Hubungan

Masyarakat BLU PPDPP

Pengelolaan Rumah

Tangga dan Aset

Pengawasan Intern BLU

PPDPP

Revolusi Industri 4.0 FLPP

(Digitalisasi Layanan)

Perkembangan Teknologi

Informasi dan Data di

Indonesia

Sistem Pemerintahan

Berbasis Teknologi

Perkembangan

Teknologi Informasi dan

Pendayagunaan Data

dalam Penyaluran FLPP

FLPP Pasca Omnibus Law

Pengaturan dan

Pemetaan Peraturan

Perundang-undangan

Terkait Rumah Umum

di Indonesia Setelah

Terbitnya UU Cipta Kerja

Dinamika Kelembagaan

Pembiayaan dan

Penyediaan Perumahan

Perizinan Sektor

Perumahan dan Kawasan

Permukiman

Inovasi Skema Pembiayaan

Perumahan FLPP

8 3

1 0 5

1 1 4

1 1 7

1 1 7

1 2 0

1 2 1

1 2 3

1 2 5

1 3 2

1 3 7

1 4 6

1 5 6

1 7 2

1 7 5

1 8 1

2 0 6

2 1 4

2 . 5 . 2

2 . 5 . 3

2 . 6

2 . 7

2 . 7.1

2 . 7. 2

2 . 7. 3

2 . 7. 4

2 . 7. 5

3 .1

3 .1 .1

3 .1 . 2

3 .1 . 3

3 . 2

3 . 2 .1

3 . 2 . 2

3 . 2 . 3

3 . 2 . 4

1 3 0

xiii

Bab

42 3 2DA F TAR P U S TAKAP ENUTUP 2 2 8

xiv

DA F TA R GAMBA R

Gambar 1.1. Linimasa perjalanan sejarah perumahan di Indonesia

Gambar 2.1. Tahapan pelaksanaan kegiatan penyusunan anggaran

Gambar 2.2. Contoh format rapor Bank Pelaksana

Gambar 2.3. Roadmap kerja sama BLU PPDPP dan Bank Pelaksana

Gambar 2.4. Metode blended financing pada KPR FLPP Pemda

Gambar 2.5. Matriks program pemasaran dengan strategi “Serbu SiKasep”

Gambar 2.6. Proses pengujian FLPP melalui sistem Host to Host dan e-FLPP

Gambar 2.7. Bagan pengembangan verifikasi dan pengujian

Gambar 2.8. Pengelolaan dana BLU PPDPP

Gambar 2.9. Demografi Pejabat Pengelola dan Pegawai BLU PPDPP

Gambar 2.10. Bagan kegiatan dukungan bidang hukum dan kepatuhan

Gambar 2.11. Bagan penyelenggaraan Pengawasan Intern BLU PPDPP

Gambar 3.1. Transformasi digital Indonesia

Gambar 3.2. Bagan percepatan SPBE

Gambar 3.3. Bagan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Gambar 3.4. Kondisi pembangunan SPBE

Gambar 3.5. Proses pengecekan dokumen administrasi pengembang oleh BLU

PPDPP

Gambar 3.6. Alur Perubahan Pengecekan Dokumen Administrasi Pengembang

Gambar 3.7. Bagan Pembaruan Sistem e-FLPP menjadi e-FLPP 2.0

Gambar 3.8. Alur proses sistem e-FLPP 2.0 pada akun Bank Pelaksana

Gambar 3.9. Pengembangan aplikasi e-Monev

Gambar 3.10. Alur proses bisnis dan interkoneksi sistem BLU PPDPP

Gambar 3.11. Bagan alir pengalihan dana berdasarkan urutan regulasi format

output PMK No. 111 Tahun 2021

Gambar 3.12. Kelompok sasaran Tapera berdasarkan regulasi

Gambar 3.13. Definisi, tugas, fungsi, dan tujuan BP3

Gambar 3.14. Struktur dan tusi organisasi BP3

Gambar 3.15. Bagan alir penyelenggaraan pengajuan PBG kolektif

Gambar 3.16. Bagan proses bisnis pemasaran PPJB

Gambar 3.17. Bagan pembatalan PPJB dalam tahap pemasaran

Gambar 3.18. Bagan pelaksanaan PPJB

Gambar 3.19. Skema KPR Siap Bangun BLU PPDPP

Gambar 3.20. Bagan bisnis proses KPR Siap Bangun

2 7

4 5

5 6

5 7

5 9

6 2

8 1

8 3

9 1

1 1 9

1 2 0

1 2 6

1 4 3

1 4 5

1 4 8

1 4 9

1 5 8

1 6 0

1 6 2

1 6 3

1 6 4

1 6 6

1 8 4

1 8 9

1 9 8

1 9 9

2 1 1

2 1 5

2 1 6

2 1 9

2 2 0

2 2 2

xv

DA F TA R TA B E L

Tabel 2.1. Tabel dokumen pendukung beserta stakeholder terkait dalam

proses serta alur perencanaan dan anggaran BLU PPDPP

Tabel 2.2. Daftar Bank Pelaksana

DA F TA R MAT R I K S

Matriks 2.1. Parameter pengujian data Kelompok Sasaran dan data Debitur/

Nasabah KPR Sejahtera

Matriks 2.2. Matriks Rekapitulasi Peraturan Penyaluran Dana KPR Sejahtera FLPP

Periode Tahun 2010-2021

Matriks 3.1. Syarat pabrik maupun sistem yang dapat diklasifikasikan sebagai

bagian dari Industri 4.0

Matriks 3.2. Peluang dan tantangan dari Industri 4.0

Matriks 3.3. Sejarah gelombang Disruption periode 1980-2015

Matriks 3.4. Lima sektor prioritas beserta strateginya untuk tahun 2030

Matriks 3.5. Sepuluh inisiatif nasional pendorong industri nasional dan lanskap

bisnis

Matriks 3.6. Peraturan perundang-undangan yang terdampak UU Cipta Kerja

bidang pekerjaan

Matriks 3.7. Matriks susunan peraturan pelaksana UU PKP

Matriks 3.8. Matriks susunan pelaksana UU Rumah Susun

Matriks 3.9. Matriks susunan peraturan pelaksana UU Bangunan Gedung

Matriks 3.10. Penjabaran fungsi Badan Bank Tanah

Matriks 3.11. Klasifikasi baru untuk bangunan gedung

Matriks 3.12. Standar teknis yang harus dipenuhi berkaitan dengan perencanaan

dan perancangan bangunan gedung

46

5 2

7 2

9 2

1 3 4

1 3 5

1 3 8

1 5 3

1 5 5

1 76

1 7 7

1 7 9

1 8 1

1 9 2

2 07

2 0 9

xvi

DA F TA R I S T I L A H

APBD

APBN

ATL

BA BUN

BAPERTARUM

BAST

BIOS

BLU

BLU LPDPP

BLU PPDPP

BMN

BP Tapera

BP2BT

BP3

BPKP

BPPT

BSSN

BTL

BUMD

BUMN

BUN

DBMS

DIPA

DJA

DPR

Ditjen Dukcapil Kemendagri

ETL

EV

FLPP

G2B

G2C

G2G

GISTARU

HGB

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Above the Line

Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara

Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan

Berita Acara Serah Terima

Badan Layanan Umum Integrated Online System

Badan Layanan Umum

Badan Layanan Umum Lembaga Pengelolaan Dana

Pembiayaan Perumahan

Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana

Pembiayaan Perumahan

Barang Milik Negara

Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat

Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan

Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Badan Siber dan Sandi Negara

Below the Line

Badan Usaha Milik Daerah

Badan Usaha Milik Negara

Bendahara Umum Negara

Database Management System

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Direktorat Jenderal Anggaran

Dewan Perwakilan Rakyat

Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kementerian Dalam Negeri

Extract, Transform, dan Load

Electronic Vehicle

Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

Government To Business

Government To Citizen

Government To Government

Geospasial Tata Ruang

Hak Guna Bangunan

xvii

HGU

HPL

Inpres

IoT

KAP

KDB

KK

KKN

KMK

KP-RS

KP-RSS

KPR

KPR Sejahtera

KPR-SB

KPRS Mikro Bersubsidi

KPRSh

KRISNA

KSM

KSO

KTP

Kemenpera

Kepmen

Keppres

LCGC

LKP

LO

LRA

MBM

MBR

MIT

MK

MPV

NIK

NPWP

OEM

Hak Guna Usaha

Hak Pengelolaan

Instruksi Presiden

Internet of Things

Kantor Akuntan Publik

Koefisien Dasar Bangunan

Kartu Keluarga

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Keputusan Menteri Keuangan

Kredit Pemilikan Rumah Sederhana

Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana

Kredit Pemilikan Rumah

Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera

Kredit Pemilikan Rumah Siap Bangun

Kredit Mikro Pembangunan/Perbaikan Rumah

Swadaya Bersubsidi

Kredit Pemilikan Rumah Sederhana Sehat

Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja

Anggaran

Kerja Sama SDM dan/atau Manajemen

Kerja Sama Operasional

Kartu Tanda Penduduk

Kementerian Perumahan Rakyat

Keputusan Menteri

Keputusan Presiden

Low-Cost Green Cars

Laporan Keuangan Pelaksana

Laporan Operasional

Laporan Realisasi Anggaran

Masyarakat Berpenghasilan Menengah

Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Middle Income Trap

Manajemen Konstruksi

Multipurpose Vehicles

Nomor Induk Kependudukan

Nomor Pokok Wajib Pajak

Original Equipment Manufacturers

xviii

PA/KPA

PBG

PBK

PDB

PDN

PIPK

PKS

PNBP

POK

PP

PPJB

PPK

PPK-BLUD

PPP

PRN

PSU

PUPR

Pemda

Permen

RBA

RDP

RDTR

RIPIN

RIT

RKAKL

RSB

RTBL

Rs Sehat

Rusunawa

SAIP

SAKTI

SAS

SBKBG

SBUM

SDM

SIKI LPJK

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

Persetujuan Bangunan Gedung

Penganggaran Berbasis Kinerja

Produk Domestik Bruto

Pusat Data Nasional

Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan

Perjanjian Kerja Sama

Penerimaan Negara Bukan Pajak

Petunjuk Operasional Kegiatan

Peraturan Pemerintah

Perjanjian Pengikatan Jual Beli

Pejabat Pembuat Komitmen

Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

Daerah

Pusat Pembiayaan Perumahan

Prioritas Riset Nasional

Prasarana Sarana dan Utilitas Umum

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Pemerintah Daerah

Peraturan Menteri

Rencana Bisnis dan Anggaran

Rapat Dengar Pendapat

Rencana Detail Tata Ruang

Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional

Rumah Inti Tumbuh

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/

Lembaga

Rencana Strategis Bisnis

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Rumah Sederhana Sehat

Rumah Susun Sederhana Sewa

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Investasi

Pemerintah

Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi

Sistem Aplikasi Satker

Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung

Subsidi Bantuan Uang Muka

Sumber Daya Manusia

Sistem Informasi Konstruksi Indonesia-Lembaga

Pengembangan Jasa Konstruksi

xix

SIMBG

SIRENG

SLA

SLF

SMART BUN

SMM

SP3K

SPBE

SPI

SPM

SSB

STEAM

SUV

Sarusun Umum

Satker

Si AKI QC

SiKasep

SiKumbang

SiPetruk

TAPERUM PNS

TIK

TTL

Tapera

UMKM

UNIDO

UU

UU Cipta Kerja

UU PKP

UU Rusun

UU Bangunan Gedung

WNA

WNI

WTP

e-FLPP

e-Monev

Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung

Sistem Registrasi Pengembang

Service Level Agreement

Sertifikat Laik Fungsi

Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu

Bendahara Umum Negara

Sistem Manajemen Mutu

Surat Penegasan Persetujuan Penyediaan Kredit

Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik

Satuan Pengawasan Intern

Standar Pelayanan Minimum

Subsidi Selisih Bunga

Science, Technology, Engineering, the Arts, dan

Mathematics

Sports Utility Vehicles

Satuan Rumah Susun Umum

Satuan Kerja

Sistem Informasi Aktivasi QR Code

Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan

Sistem Informasi Kumpulan Pengembang

Sistem Informasi Pemantauan Konstruksi

Tabungan Perumahan PNS

Teknologi Informasi dan Komunikasi

Through the Line

Tabungan Perumahan Rakyat

Usaha Mikro Kecil Menengah

United Nations Industrial Development Organization

Undang-Undang

Undang-Undang Cipta Kerja

Undang-Undang Perumahan dan Kawasan

Permukiman

Undang-Undang Rumah Susun

Undang-Undang Bangunan Gedung

Warga Negara Asing

Warga Negara Indonesia

Wajar Tanpa Pengecualian

Elektronik-Fasilitas Likuiditas Pembiayaan

Perumahan

Elektronik Monitoring dan Evaluasi

Buku ini adalah sebuah legacy

dari BLU PPDPP sebagai pengelola dana bergulir FLPP

selama 11 tahun (2010-2021).

*Semua keterangan peraturan perundang-undangan yang

disebutkan di dalam buku dapat dilihat pada

halaman daftar pustaka.

Bab

1

KELE

MBAG

AAN

PENG

ELOL

AAN

FLPP

PERJ

ALAN

AN

2

B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P

1.1 S U P P LY DA N D EMAND R UMAH UMUM

Sebagai tempat tinggal, rumah harus memenuhi standar kelayakan. Pemenuhan rumah

yang layak huni bukanlah perkara mudah dan sering kali sulit diwujudkan. Perjuangan

untuk memperoleh rumah yang layak tidak hanya milik segelintir orang saja, tetapi juga

merupakan cita-cita mulia bangsa Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).

Cita-cita tersebut dituangkan dalam pembukaan UUD 1945, sebuah amanat memajukan

kesejahteraan umum, yang kemudian dijabarkan secara terperinci di dalam Pasal 28 H

Ayat (1) UUD 1945. Disebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta

berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Tempat tinggal yang baik memiliki peran

strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu

upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif.

Oleh karena itu negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia

melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat

mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di

dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah

Indonesia. Hunian merupakan sebuah kebutuhan dasar dan akan selalu berkembang

sesuai dengan tahapan atau siklus kehidupan manusia. Idealnya, setiap keluarga harus

memiliki rumah, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR) dan

masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan.1

1 UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah oleh UU No. 11 Tahun 2020, hlm 2.

Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer dan tidak akan dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Fungsi rumah bukan sekadar bangunan untuk tempat tinggal, tetapi juga ruang yang memungkinkan terjadinya kehidupan manusia. Rumah juga memiliki peran penting dalam membentuk karakter seseorang, disinilah awal mula segalanya. Olehnya membangun rumah berarti membangun kehidupan, hingga membangun peradaban sebuah bangsa.

3

1 .1 S U P P LY D EMAND P E RUMAHAN

Tanggung jawab negara untuk mewujudkan amanat Pasal 28 H UUD 1945 tersebut

tercermin dalam konsideran kedua dasar pertimbangan Undang-Undang No. 1 Tahun

2011 tentang Perumahan dan Permukiman (UU PKP) sebagaimana telah diubah

oleh Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) yang

berbunyi sebagai berikut: "Bahwa negara bertanggungjawab melindungi segenap

bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar

masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau

di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah

Indonesia."

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut terdapat banyak regulasi dan kebijakan terkait

perumahan yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia dari masa ke masa. Salah satu

yang menjadi fokus Pemerintah Republik Indonesia dalam Perkembangan Kebijakan

Perumahan Nasional adalah penyelenggaraan rumah bagi MBR. Penyelenggaraan

rumah bagi MBR dilaksanakan oleh Pemerintah untuk memenuhi amanat Undang-

Undang yaitu, Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR.2 Pemenuhan

kebutuhan rumah bagi MBR dilakukan pemerintah dan/atau pemerintah daerah

dengan memberikan kemudahan pembangunan dan perolehan rumah melalui

program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dan berkelanjutan.3

Kemudahan dan/atau bantuan pembangunan dan perolehan rumah bagi MBR dapat

berupa:4

a. Subsidi perolehan rumah

b. Stimulan rumah swadaya

c. Insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di

bidang perpajakan

d. Perizinan

e. Asuransi dan penjaminan

f. Penyediaan tanah

g. Sertifikasi tanah

h. Prasarana, sarana, dan utilitas umum

Kebijakan kemudahan dan/atau bantuan dan perolehan rumah bagi MBR dalam

kategori subsidi perolehan rumah dibuat oleh Pemerintah dalam bentuk kebijakan dan

program subsidi pembiayaan perumahan di Indonesia. Kebijakan dan program subsidi

pembiayaan perumahan di Indonesia telah dimulai dan dijalankan secara ekstensif

2 Pasal 54 Ayat (1), UU No. 1 Tahun 2011.3 Ibid., Pasal 54 Ayat (2).4 Ibid., Pasal 54 Ayat (3).

4

B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P

sejak tahun 1976. Bentuk subsidi pembiayaan yang diberikan adalah uang muka dan/

atau selisih bunga serta dana murah jangka panjang.

Berikut merupakan perjalanan historis singkat sistem pembiayaan perumahan, dalam

hal ini rumah bersubsidi melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Indonesia:5

1. Tahun 1976-2000: KPR Bersubsidi Pertama

Program KPR bersubsidi sudah berlangsung sejak sangat lama di Indonesia. Sejarah

awal dari KPR adalah ditunjuknya Bank Tabungan Negara (BTN) oleh Pemerintah

Republik Indonesia pada tanggal 29 Januari 1974 sebagai wadah pembiayaan

proyek perumahan untuk rakyat. Sejalan dengan tugas tersebut, realisasi KPR

pertama di Indonesia terjadi pada tanggal 10 Desember 1976 yang dilaksanakan

di Kota Semarang oleh BTN. Pada tanggal itu pula dijadikan sebagai hari KPR atau

ulang tahun KPR di Indonesia. KPR subsidi dilakukan dengan pola penempatan dana

dari pemerintah dan Bank Indonesia, yang dicampur dengan dana dari BTN.

2 Tahun 2001-2010: Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) melalui

Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera (KPR Sejahtera) Tapak dan Susun

Pada periode ini KPR untuk rumah sederhana maupun rumah sangat sederhana

ditargetkan secara spesifik bagi MBR. Dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri

Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 139 Tahun 2002 tentang Pengadaan

Perumahan dan Permukiman dengan Dukungan Fasilitas Kredit Pemilikan Rumah

Bersubsidi (KPR Bersubsidi), maka baik untuk Kredit Pemilikan Rumah Sederhana

(KP-RS) maupun untuk Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KP-RSS), BTN

melakukan penyesuaian skema KPR subsidi menjadi skema Subsidi Selisih Bunga

(SSB).

Pada skema SSB, BTN bertanggung jawab dalam hal menyediakan dana untuk

pokok pinjaman sementara pemerintah hanya menyediakan subsidi bunga senilai

selisih bunga pasar dengan bunga subsidi dan jangka waktu subsidi bunga

berbatas. Hal ini terus diupayakan penyempurnaannya hingga tahun 2007. Di tahun

yang sama Kredit Mikro Pembangunan/Perbaikan Rumah Swadaya Bersubsidi

(KPRS Mikro Bersubsidi) mulai disalurkan dengan bantuan pembiayaan rumah

swadaya berbentuk SSB atau subsidi membangun/memperbaiki rumah. Selain

5 “Perjalanan Historis Kebijakan Pembiayaan Perumahan Indonesia” (https://perkim.id/pembiayaan-perumahan/perjalanan-historis-kebijakan-pembiayaan-perumahan-indonesia/, Diakses pada 1 Juni 2021).

5

1 .1 S U P P LY D EMAND P E RUMAHAN

untuk rumah tapak, Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) mengeluarkan

aturan mengenai pemberian subsidi untuk satuan rumah susun melalui Peraturan

Menteri Perumahan Rakyat No. 7/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan

dan Permukiman dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPR

Sarusun bersubsidi.

Memasuki tahun 2010, Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa (2009-2011)

menggagas skema KPR Sejahtera yang menggunakan dana FLPP dengan MBR

sebagai sasaran utamanya. Selanjutnya, guna mendukung tata laksana program

tersebut Kementerian Keuangan menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan

(KMK) No. 290/KMK.05/2010 tentang Penetapan Pusat Pembiayaan Perumahan

(PPP) pada Kementerian Perumahan Rakyat sebagai Instansi Pemerintah yang

Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Beleid itu diketuk pada

tanggal 15 Juli 2010.

3. Tahun 2011-2017: Prioritisasi MBR melalui Program Sejuta Rumah

Agar pelaksanaan KPR Sejahtera FLPP bisa tercapai maksimal, pada tahun 2012

Kemenpera dalam hal ini Badan Layanan Umum (BLU) PPP, bekerja sama dengan

21 bank pelaksana KPR FLPP, yang terdiri dari 6 bank nasional dan 15 bank

pembangunan daerah. Pada tahun 2015, pemerintah mengeluarkan Program Sejuta

Rumah guna terus mendorong penyediaan perumahan bagi MBR, baik melalui

skema FLPP, SSB, maupun Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM).

Berbagai program pun diluncurkan pemerintah sehingga tak hanya pekerja formal

yang dapat mengakses pembiayaan perumahan ini, namun juga pekerja informal

seperti Pedagang Kaki Lima, nelayan, petani, peternak, bahkan bermitra dengan

perusahaan penyedia jasa transportasi online untuk pembiayaan perumahan bagi

pengemudinya.

4. Tahun 2018-2020: Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan

Berbagai kebijakan pada periode sebelumnya terus berlanjut dan diupayakan

penyempurnaannya hingga saat ini. Adapun dua program baru berbasis tabungan

diterbitkan dalam kurun waktu ini, yakni program Bantuan Pembiayaan Perumahan

Berbasis Tabungan (BP2BT) dan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Pada

tahun 2019 ditargetkan penerbitan KPR sebanyak 234.000 unit rumah yang terbagi

menjadi 84.000 unit dengan skema FLPP, 100.000 unit dengan skema SSB, 14.000

unit dengan skema BP2BT, dan 36.000 unit dengan skema Tapera.

6

B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P

5. Tahun 2020-sekarang: Terbitnya UU Cipta Kerja (Omnibus Law)

Seiring dengan perkembangan hukum, pada bulan November tahun 2020

pemerintah telah melakukan pembentukan UU Cipta Kerja.

UU Cipta Kerja ini memberikan implikasi pada beberapa Undang-Undang sektor

perumahan dan kawasan permukiman serta sektor lainnya yang terkait. Perumahan

dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk beberapa hal, diantaranya adalah

untuk memberikan kepastian hukum berupa jaminan hukum bagi setiap orang

untuk bertempat tinggal secara layak, baik yang bersifat milik maupun bukan

milik melalui cara sewa dan cara bukan sewa. Jaminan hukum antara lain meliputi

kesesuaian peruntukan dalam tata ruang, legalitas tanah, perizinan, dan kondisi

kelayakan rumah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan, serta

mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang

proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman

sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama

untuk MBR.6

Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan dengan berasaskan

salah satunya adalah keterjangkauan dan kemudahan yaitu dukungan dana

dan kemudahan akses bagi MBR dalam memenuhi kebutuhan rumahnya, yang

memberikan landasan agar hasil pembangunan di bidang perumahan dan kawasan

permukiman dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, serta mendorong

terciptanya iklim kondusif dengan memberikan kemudahan bagi setiap warga

negara khususnya dalam hal ini MBR di Indonesia mampu memenuhi kebutuhan

dasar akan perumahan dan kawasan permukiman.7

Permasalahan-permasalahan yang terkait rumah bagi MBR sampai dengan terbitnya UU

Cipta Kerja dilihat dari 2 sisi yaitu Demand and Supply. Diantaranya adalah, pengaturan

dan pemetaan peraturan perundang-undangan terkait Rumah Umum di Indonesia

setelah terbitnya UU Cipta Kerja, dinamika kelembagaan. Dari gambaran singkat

perjalanan historis pembiayaan perumahan di atas, dapat kita lihat bahwa kemunculan

KPR Sejahtera FLPP merupakan suatu kebijakan penting yang diupayakan pemerintah

dalam memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR.

6 UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah oleh UU No. 11 Tahun 2020, Pasal 3 Huruf a dan Huruf b.7 Ibid., Pasal 2 Huruf e.

7

1 .1 S U P P LY D EMAND P E RUMAHAN

1.1.1K E LOMPOK SASA RAN F L P P

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa sasaran utama FLPP adalah MBR. MBR

adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat

dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah.8 Rumah yang diselenggarakan

untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR disebut dengan Rumah Umum,9 yang

mendapatkan kemudahan dan/atau bantuan dari Pemerintah dan/atau pemerintah

daerah.10 Berdasarkan UU PKP, MBR adalah masyarakat yang mempunyai

keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk

memperoleh rumah. Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan kemudahan

dan/atau bantuan pembiayaan untuk pembangunan dan perolehan rumah umum

dan rumah swadaya bagi MBR.11

Terdapat 3 segmen MBR berdasarkan kemampuan mengakses kepemilikan rumah,

yaitu:12

1. MBR yang telah memiliki tanah atau rumah namun tidak mampu membangun/

memperbaiki rumahnya

2. MBR yang mampu membeli rumah namun kemampuan untuk mengangsur KPR

masih rendah

3. MBR yang sama sekali tidak mampu membeli rumah

Intervensi pemerintah untuk masing-masing segmen tentunya berbeda. Bagi MBR yang

sama sekali tidak mampu membeli rumah, pemerintah menyediakan Rumah Susun

Sederhana Sewa (Rusunawa), dan pembangunan Rumah Swadaya bagi MBR yang telah

memiliki tanah atau rumah. Sedangkan bagi MBR yang mampu membeli rumah namun

kekuatan untuk mengangsur KPR tergolong rendah, pemerintah memberikan subsidi

dalam bentuk FLPP.

Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),

menyalurkan FLPP sebagai salah satu instrumen penguatan daya beli rumah untuk MBR

8 Pasal 1 Angka 24, UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah oleh UU No. 11 Tahun 2020.9 Ibid., Pasal 1 Angka 10.10 Ibid., Pasal 21 Ayat (6).11 Pasal 126, UU No. 11 Tahun 2011.12 Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Peranan APBN dalam Mengatasi Backlog Perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), 2015, hlm. 7.

8

B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P

dan juga demi tercapainya Program Sejuta Rumah. Program Sejuta Rumah merupakan

bentuk dukungan pemerintah agar MBR mampu untuk membeli rumah (enabling).

Dalam Program Sejuta Rumah, dari satu juta rumah yang akan dibangun, sekitar 603

ribu rumah diperuntukkan bagi MBR. FLPP bertujuan untuk menyediakan dana dalam

mendukung KPR Sejahtera. KPR Sejahtera adalah kredit atau pembiayaan pemilikan

rumah dengan dukungan FLPP yang diterbitkan oleh bank pelaksana baik dalam bentuk

kredit rumah tapak maupun satuan rumah susun umum (Sarusun Umum).

Kewajiban pemerintah, sebagaimana diamanatkan dalam UU PKP, adalah memfasilitasi

kemudahan melalui pembiayaan maupun pendanaan untuk mendapatkan rumah

layak huni. Pemerintah melalui Kementerian PUPR hingga saat ini masih terus

mengembangkan database yang akurat terkait keberadaan MBR, baik dari sisi kualitas

maupun kuantitasnya. Besaran backlog yang saat ini masih berbeda-beda, sulit untuk

dapat dipertanggungjawabkan dari sisi akademis sebagai dasar menyusun program

kerja kementerian. Kinerja kementerian di sektor perumahan diukur melalui capaian

tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya MBR, sebagaimana visi utama pendiri

bangsa yang dituangkan dalam UUD 1945. Untuk itu diperlukan adanya database MBR

yang akan mendapat fasilitas subsidi dalam mendapatkan rumah layak huni.13

Dalam rangka menyajikan data yang akurat terkait dengan keberadaan MBR, maka Pusat

Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) menghasilkan salah satu inovasi

FLPP berbasis Teknologi Informasi, yaitu Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan

(SiKasep). Aplikasi ini merupakan tools bagi MBR untuk mendapatkan rumah KPR

bersubsidi. Melalui aplikasi SiKasep MBR dapat mendaftar dan memantau proses KPR

yang diajukan. MBR juga dapat menentukan pilihan terhadap rumah, pengembang,

termasuk bank penyalur yang diinginkan. Kini peran MBR dalam memenuhi kebutuhannya

(nasibnya) tidak lagi ditentukan dan diatur oleh bank maupun pengembang. Dengan

hadirnya SiKasep maka MBR telah menjadi SUBJEK, tidak lagi menjadi OBJEK, dalam

proses bisnis FLPP. Konsep ini berlaku juga pada program pembiayaan lainnya, seperti

program SSB, program SBUM, BP2BT termasuk program Bantuan PSU.14

Inti dari inovasi ini, secara konseptual dan prinsipiil, adalah pada perubahan paradigma

secara menyeluruh. Sebelumnya MBR hanya dijadikan OBJEK penyediaan perumahan,

yang kemudian berubah menjadi SUBJEK pembangunan. MBR menjadi tujuan utama

pembangunan dan prioritas pemanfaatan program yang diluncurkan oleh pemerintah.

13 Arief Sabaruddin, “Jadikan MBR sebagai Subjek (bukan Objek) Melalui SiKasep (Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan)”, hlm. 1.

14 Ibid.

9

1 .1 S U P P LY D EMAND P E RUMAHAN

Serta menempatkan bank pelaksana dan developer/pengembang sebagai mitra kerja

PPDPP Kementerian PUPR dalam memfasilitasi kemudahan bagi MBR.15

1.1.2R UMAH UMUM

Dalam skema bantuan dan kepemilikan rumah dengan dana FLPP terdapat dua jenis

Rumah Umum yang dapat dibiayai serta diperuntukkan bagi MBR yaitu:

a. Rumah Umum Tapak adalah rumah umum yang berbentuk rumah tunggal atau

rumah deret yang dibangun oleh pengembang16

b. Sarusun Umum adalah unit hunian dalam Rumah Susun Umum yang dibangun oleh

pengembang17

Spesifikasi Rumah Umum Tapak ditetapkan sesuai dengan spesifikasi rumah sederhana

sehat yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai teknis

pembangunan rumah sederhana sehat. Sedangkan spesifikasi Sarusun Umum sesuai

dengan spesifikasi yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

mengenai teknis pembangunan rumah susun sederhana.

S P E S I F I K AS I R UMAH UMUM TA PA K

Ketentuan spesifikasi dan penjelasan bangunan Rumah Umum Tapak yang dapat

dibiayai dengan dana FLPP diatur dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana

Wilayah No. 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah

Sederhana Sehat. Di dalam Keputusan ini penyebutan nomenklatur Rumah Sederhana

Sehat (Rs Sehat) ditujukan dan dimaksudkan terhadap Rumah Umum Tapak.

Terdapat empat jenis bentuk bangunan Rs Sehat yaitu:

a. Rs Sehat Rumah Tembok

b. Rs Sehat Rumah ½ Tembok

15 Arief Sabaruddin, “Jadikan MBR sebagai Subjek (bukan Objek) Melalui SiKasep (Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan)”, hlm. 1.

16 Pasal 1 Angka 7, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.17 Ibid., Pasal 1 Angka 11.

10

B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P

Perumahan FLPP - Perumahan Gemstone, Kota Kupang, NTT

11

1 .1 S U P P LY D EMAND P E RUMAHAN

c. Rs Sehat Rumah Kayu tidak Panggung

d. Rs Sehat Rumah Kayu Panggung

Pembangunan Rs Sehat sesuai dengan jenis bentuk bangunan di atas dilakukan sesuai

dengan karakteristik daerah yang dibagi berdasarkan empat zonasi Rs Sehat. Namun

skala zonasi tersebut merupakan skala makro yang harus dirumuskan ke dalam skala

mikro di tingkat provinsi dan kota/kabupaten. Pembagian jenis Rs Sehat tersebut

bertujuan untuk tercapainya penyediaan Rumah yang layak dan terjangkau oleh MBR,

sangat rendah, dan kelompok informal, baik yang dilakukan secara masal maupun

melalui swadaya masyarakat.

Secara definisi teknis Rs Sehat adalah rumah yang dibangun dengan menggunakan

bahan bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapi masih memenuhi standar

kebutuhan minimal dari aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan, dengan

mempertimbangkan dan memanfaatkan potensi lokal meliputi potensi fisik seperti

bahan bangunan, geologis, dan iklim setempat serta potensi sosial budaya seperti

arsitektur lokal, dan cara hidup.18

Sasaran penyediaan Rs Sehat sangat dikhususkan bagi kelompok MBR. Dalam

pelaksanaannya pemenuhan penyediaan Rs Sehat masih menghadapi kendala, berupa

rendahnya tingkat kemampuan masyarakat, mengingat harga Rs Sehat masih belum

memenuhi keterjangkauan secara menyeluruh. Untuk itu perlu disediakan desain

Rumah Antara yang pertumbuhannya diarahkan menjadi Rs Sehat.

Rumah Antara didesain untuk menyiasati kendala keterjangkauan masyarakat Rs Sehat. Rumah Antara yang dimaksud adalah Rumah Inti Tumbuh (RIT), yaitu rumah yang hanya

memenuhi standar kebutuhan minimal rumah, dengan kriteria sebagai berikut:19

a. RIT memiliki ruang paling sederhana yaitu sebuah ruang tertutup dan sebuah ruang

terbuka beratap dan fasilitas MCK

b. RIT memiliki bentuk atap dengan mengantisipasi adanya perubahan yang bakal

dilakukan yaitu dengan memberi atap pada ruang terbuka yang berfungsi sebagai

ruang serba guna

c. Bentuk generik atap pada RIT selain pelana, dapat berbentuk lain (limasan, kerucut,

dll) sesuai dengan tuntutan daerah bila itu ada

18 Lampiran Bagian Pendahuluan angka VI Kepmen Kimpraswil No. 403/KPTS/M/2002.19 Ibid., hlm 11.

12

B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P

d. Penghawaan dan pencahayaan alami pada RIT menggunakan bukaan yang

memungkinkan sirkulasi silang udara dan masuknya sinar matahari

Dalam proses pengembangan RIT menjadi Rs Sehat memberi peluang peran calon

penghuni/penghuni dalam mengekspresikan kebutuhan pengungkapan jati diri.

Sehingga akan mengurangi peluang terhadap pembongkaran bagian-bagian bangunan

secara besar-besaran.

1. Tipologi Rumah Sederhana Sehat

Rumah Sederhana adalah tempat kediaman yang layak dihuni dan harganya

terjangkau oleh MBR dan sedang. Luas kaveling ideal, dalam arti memenuhi

kebutuhan luas lahan untuk bangunan sederhana sehat baik sebelum maupun

setelah dikembangkan.

Kebutuhan ruang minimal menurut perhitungan dengan ukuran Standar Minimal

adalah 9 m2, atau standar ambang dengan angka 7,2 m2 per orang. Sebagai

konsepsi dasar kedua perhitungan tersebut masih digunakan dengan tetap

mempertimbangkan bentuk akhir rumah pasca pengembangan. Sehingga dari

hasil perhitungan di atas didapat luas bangunan awal (RIT) adalah 21 m2 dengan

pertimbangan dapat dikembangkan menjadi 36 m2 bahkan pada kondisi tertentu

dimungkinkan memenuhi standar ruang Internasional.20

2. Konsepsi Rumah Inti Tumbuh

Kendala keterjangkauan masyarakat terhadap Rs Sehat, telah diupayakan menyiasati

kondisi tersebut melalui satu rancangan rumah antara yaitu RIT sebagai rumah cikal

bakal Rs Sehat. Rancangan RIT memenuhi tuntutan kebutuhan paling mendasar

dari penghuni untuk mengembangkan rumahnya, dalam upaya peningkatan kualitas

kenyamanan, dan kesehatan penghuni dalam melakukan kegiatan hidup sehari-

hari, dengan ruang-ruang yang perlu disediakan sekurang-kurangnya terdiri dari:

a. 1 ruang tidur yang memenuhi persyaratan keamanan dengan bagian-bagiannya

tertutup oleh dinding dan atap serta memiliki pencahayaan yang cukup

berdasarkan perhitungan serta ventilasi cukup dan terlindung dari cuaca.

Bagian ini merupakan ruang yang utuh sesuai dengan fungsi utamanya.

20 Lampiran Bagian Pendahuluan angka V Kepmen Kimpraswil No. 403/KPTS/M/2002, hlm. 11.

13

1 .1 S U P P LY D EMAND P E RUMAHAN

b. 1 ruang serbaguna merupakan ruang kelengkapan rumah dimana keluarga dapat

berinteraksi dan melakukan aktivitas-aktivitas lainnya. Ruang ini terbentuk

dari kolom, lantai dan atap, tanpa dinding sehingga merupakan ruang terbuka

namun masih memenuhi persyaratan minimal untuk menjalankan fungsi awal

dalam sebuah rumah sebelum dikembangkan.

c. 1 kamar mandi/kakus/cuci merupakan bagian dari ruang servis yang sangat

menentukan apakah rumah tersebut dapat berfungsi atau tidak, khususnya

untuk kegiatan mandi cuci dan kakus.

Ketiga ruang tersebut di atas merupakan ruang-ruang minimal yang harus dipenuhi

sebagai standar minimal dalam pemenuhan kebutuhan dasar, selain itu sebagai

cikal bakal Rs Sehat. Konsepsi cikal bakal dalam hal ini diwujudkan sebagai suatu

Rumah Inti yang dapat tumbuh menjadi rumah sempurna yang memenuhi standar

kenyamanan, keamanan, serta kesehatan penghuni, sehingga menjadi rumah

sederhana sehat.

PO L A P E R T UMBUHAN R UMAH I N T I T UMBUH M E N J AD I R UMAH

S E D E R HANA S E HAT 21

Konsep rancangan RIT adalah sebagai berikut:

1. RIT adalah embrio dari rumah jadi yang diharapkan pertumbuhannya menjadi

rumah sehat. Diasumsikan sebagai cikal bakal rumah sehat yang memiliki wujud

belum sempurna akan tetapi memiliki komponen sistem yang utuh, namun belum

berfungsi 100% serta pada pertumbuhannya akan menjadi suatu rumah yang

sempurna dengan fungsi penuh.

2. RIT merupakan suatu rancang yang hanya menyediakan wadah untuk kebutuhan

ruang-ruang kegiatan paling mendasar. Rumah ini nantinya akan dikembangkan

oleh pemiliknya secara bertahap mulai dari RIT-1 menjadi RIT-2, dari RIT-2 menjadi

Rs Sehat-1, selanjutnya dari Rs Sehat-1 menjadi Rs Sehat-2. Pengembangan tipe-

tipe rumah ini tergantung tuntutan, kebutuhan dan kemampuan pemiliknya.

3. Ukuran pembagian ruang dalam rumah tersebut berdasarkan pada satuan ukuran

modular dan standar internasional untuk ruang gerak/kegiatan manusia. Sehingga

diperoleh ukuran ruang-ruang dalam RIT-1 adalah sebagai berikut:

21 Lampiran Bagian Pendahuluan angka VI Kepmen Kimpraswil No. 403/KPTS/M/2002.

14

B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P

a. Ruang Tidur: 3,00 m x 3,00 m

b. Serbaguna: 3,00 m x 3,00 m

c. Kamar mandi/kakus/cuci: 1,20 m x 1,50 m

4. Dalam proses pengembangan rumahnya dari RIT-1 menjadi RIT-2, Rs-Sehat-1

maupun Rs-Sehat-2, tetap mengikuti ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah

perencanaan rumah sehat dan ukuran modul yang sudah ditetapkan.

Spesifikasi luas tanah dan luas lantai Rumah Umum Tapak yang dapat dibiayai dengan

kemudahan bantuan dana FLPP adalah:

a. Untuk Luas Tanah paling rendah 60 m2 dan paling tinggi 200 m2 22

b. Untuk Luas Lantai Rumah paling rendah 21 m2 dan paling tinggi 36 m2 23

S P E S I F I K AS I S AT UAN R UMAH S U S UN UMUM

Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun sebagaimana telah diubah

dengan UU Cipta Kerja (UU Rusun) menyebutkan bahwa penyelenggaraan rumah susun

bertujuan untuk menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau,

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang. UU Rusun juga menunjukkan

keberpihakan Negara dalam memenuhi kebutuhan tempat tinggal yang terjangkau bagi

MBR serta partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan rumah.

22 Lampiran Huruf C Kepmen PUPR No. 995/KPTS/M/2021.23 Ibid.

Perumahan FLPP - Graha Raya, Kendal

15

1 .1 S U P P LY D EMAND P E RUMAHAN

Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional,

baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang

masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat

hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.24

Dalam UU Rusun tersebut diatur bahwa Rumah Susun Umum adalah rumah susun

yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR. Kepemilikan MBR

terhadap gedung Rumah Susun Umum hanya sebatas Sarusun Umum. Sarusun Umum

yang memperoleh kemudahan dari pemerintah hanya dapat dimiliki atau disewa oleh

MBR.25

Menurut UU Rusun, Rumah Susun termasuk Rumah Susun Umum dapat dibangun di

atas tanah:26

a. Hak Milik

b. Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanah Negara

c. Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas Hak Pengelolaan

Selain dibangun di atas tanah sebagaimana dimaksud di atas, khusus untuk

pembangunan Rumah Susun Umum dan/atau Rumah Susun Khusus dapat dibangun

dengan:27

a. Barang milik Negara/Daerah berupa tanah

b. Tanah Wakaf

Beberapa ketentuan tambahan apabila pembangunan Rumah Susun Umum dilakukan

melalui pemanfaatan barang milik Negara/Daerah berupa tanah adalah:28

a. Pembangunan Rumah Susun Umum dilakukan dengan cara sewa atau kerja sama

pemanfaatan

b. Tanah yang dimaksud harus telah diterbitkan sertifikat hak atas tanah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

c. Pelaksanaan sewa atau kerja sama pemanfaatan dilakukan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

24 Pasal 1 Angka 1, UU Rusun.25 Ibid., Pasal 54 Ayat (1).26 Ibid., Pasal 17.27 Ibid., Pasal 18.28 Ibid., Pasal 19.

16

B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P

Beberapa ketentuan tambahan apabila pembangunan Rumah Susun Umum dilakukan

melalui pendayagunaan Tanah Wakaf adalah:29

a. Pendayagunaan tanah wakaf dilakukan dengan cara sewa atau kerja sama

pemanfaatan sesuai dengan ikrar wakaf

b. Apabila pendayagunaan tanah wakaf tidak sesuai dengan ikrar wakaf, dapat

dilakukan pengubahan peruntukan setelah memperoleh persetujuan dan/atau izin

tertulis Badan Wakaf Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan

c. Pengubahan peruntukan hanya dapat dilakukan untuk pembangunan Rumah Susun

Umum tidak dapat dilakukan untuk jenis Rumah Susun lainnya

d. Pelaksanaan sewa atau kerja sama pemanfaatan dilakukan sesuai dengan prinsip

syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan

e. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan tanah wakaf untuk rumah susun

umum diatur dengan Peraturan Pemerintah

Dalam pembangunan Rumah Susun Umum baik dengan pemanfaatan barang milik

Negara/Daerah berupa tanah maupun dengan pendayagunaan tanah wakaf, UU Rusun

mengharuskan bahwa pembangunan harus dilakukan dengan perjanjian tertulis di

hadapan pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Perjanjian tertulis tersebut sebagaimana diwajibkan sekurang-kurangnya

memuat:30

a. Hak dan kewajiban penyewa dan pemilik tanah

b. Jangka waktu sewa atas tanah (diberikan selama 60 tahun sejak ditandatanganinya

perjanjian tertulis)

c. Kepastian pemilik tanah untuk mendapatkan pengembalian tanah pada akhir masa

perjanjian sewa

d. Jaminan penyewa terhadap tanah yang dikembalikan tidak terdapat permasalahan

fisik, administrasi, dan hukum

Terkait dengan penetapan tarif sewa atas tanah hal tersebut diambil alih oleh Pemerintah

untuk menjamin keterjangkauan harga jual Sarusun Umum bagi MBR. Perjanjian tertulis

yang dijelaskan di atas dicatatkan di kantor pertanahan.

29 Pasal 20, UU Rusun.30 Ibid., Pasal 21.

17

1 . 2 S I S T EM P EMB I AYAAN R UMAH UMUM F L P P

Seperti halnya Rumah Umum Tapak, Sarusun Umum dijual dengan batasan harga

jual yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Penetapan batasan harga jual dilaksanakan oleh Menteri PUPR dari tahun ke tahun.

Nilai harga jual per unit Sarusun Umum paling banyak dihitung berdasarkan harga jual

per meter persegi (m2) dikali luas Sarusun Umum.31

Spesifikasi luas lantai Sarusun Umum yang dapat dibiayai dengan kemudahan bantuan

dana FLPP adalah paling rendah 21 m2 dan paling tinggi 36 m2.32

1.2 S I S T EM P EMB I AYAAN R UMAH UMUM F L P P

Pemberian dana subsidi bagi masyarakat pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat yang dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan kebijakan pemerintah yang berlaku. Apabila pemberian atau penyaluran

subsidi tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, maka hal tersebut

dapat memberi peluang terjadinya penyimpangan penyaluran dana. Penyaluran dana

yang tidak maksimal dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

masyarakatnya.

1.2.1 S I S T EM P EMB I AYAAN F L P P

Salah satu program nyata yang telah dilakukan pemerintah dalam rangka pemenuhan

hak atas perumahan yang layak khususnya bagi MBR adalah telah dilaksanakannya

program FLPP sejak tahun 2010. FLPP adalah sistem pembiayaan yang sebagian

dananya diambil dari APBN. MBR dapat mengajukan KPR khusus yang diberi bantuan

kemudahan FLPP yang disebut dengan istilah “KPR Sejahtera”. KPR Sejahtera diajukan

31 Diktum Keempat Kepmen PUPR No. 995/KPTS/M/2021.32 Ibid., Lampiran Huruf C.

18

B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P

kepada lembaga pembiayaan (bank) yang bekerja sama dengan Kementerian PUPR.

Dengan demikian kelompok MBR yang ingin mendapatkan rumah hunian namun tidak

mempunyai dana yang cukup untuk mengaksesnya dapat diringankan dengan program

ini.

Terdapat empat jenis KPR Sejahtera yang disalurkan oleh PPDPP pada periode 2019

hingga saat ini:33

a. KPR Sejahtera Tapak

b. KPR Sejahtera Syariah Tapak

c. KPR Sejahtera Susun

d. KPR Sejahtera Syariah Susun

Pada dasarnya, masyarakat yang membutuhkan rumah dapat digolongkan ke dalam

dua kelompok besar, MBR dan Masyarakat Berpenghasilan Menengah ke bawah

(MBM). Yang perlu diperhatikan dalam dua kelompok tersebut adalah tingkat kebutuhan

intervensi pemerintah dalam memenuhi hak atas perumahan yang layak, apakah

intervensi tersebut berupa penyediaan rumah sosial, rumah sewa, maupun subsidi

pemilikan rumah sederhana sehat dan rumah susun milik.34

Program FLPP ini merupakan subsidi yang diperuntukkan bagi kelompok MBR agar

mendapatkan keringanan dalam mengakses biaya perumahan yang cenderung memiliki

suku bunga tinggi. Selama ini, pembiayaan perumahan diakomodasi oleh lembaga

pembiayaan seperti bank. Namun demikian, akses ke lembaga pembiayaan perumahan

ini tidak dapat dilakukan oleh masyarakat yang tergolong MBR dan MBM, mengingat

bahwa mereka tidak dapat memenuhi kelayakan dan kecukupan standar nasabah

penerima FLPP. Hal ini mengakibatkan kendala tersendiri bagi MBR dan MBM dalam

memiliki rumah yang layak bagi mereka.

Secara singkat, dasar hukum utama dalam pelaksanaan program FLPP sejak tahun

2010, adalah sebagai berikut:

1. UUD 1945 Pasal 28 H menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera

lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik

dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan”.

33 Pasal 5 Ayat (4), Permen PUPR No.20/PRT/M/2019.34 Soebowo Musa, “Sekilas Tentang Pembiayaan Perumahan”, Kiran Resources, Jakarta, 2007, hlm xxi.

19

1 . 2 S I S T EM P EMB I AYAAN R UMAH UMUM F L P P

2. Undang-Undang No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on

Economic, Social and Cultural Rights, dalam Pasal 11 Ayat (1) menegaskan bahwa

negara peserta dalam perjanjian internasional ini mengakui hak setiap orang atas

standar kehidupan yang layak baginya dan keluarganya, termasuk pangan, sandang

dan perumahan, dan atas perbaikan kondisi hidup yang terus menerus.

3. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal

40 menegaskan bahwa setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta

berkehidupan yang layak.

4. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,

dalam Pasal 5 Ayat (1) menegaskan bahwa terdapat peran negara dalam

bertanggung jawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman

dimana pembinaannya langsung dilaksanakan oleh pemerintah.

5. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun menyatakan bahwa

negara memiliki tanggung jawab atas penyelenggaraan rumah susun yang

pembinaannya langsung dilaksanakan oleh pemerintah.

7. Peraturan Menteri Keuangan No. 130/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyediaan,

Pencairan, dan Pertanggungjawaban Dana FLPP, dalam Pasal 2 mengamanahkan

Dana FLPP bertujuan untuk mendukung program bantuan FLPP bagi MBM termasuk

MBR untuk Kredit Pemilikan Rumah Sederhana Sehat (KPRSh).

1.2.2K L AS T E R I SAS I P E R I O D E K E T E N T UAN S I S T EM

P EMB I AYAAN F L P P

Ketentuan teknis penyaluran program FLPP diatur oleh Kementerian teknis di bidang

perumahan yaitu Kementerian Perumahan Rakyat yang sekarang telah digabungkan

dengan Kementerian Pekerjaan Umum menjadi Kementerian PUPR. Sejak tahun 2010,

teknis penyaluran dana FLPP berlandaskan hukum atas:

1. Permenpera No. 14 Tahun 2010 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/

Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan Dukungan Bantuan Fasilitas

Likuiditas Pembiayaan Perumahan

20

B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P

2. Permenpera No. 15 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan

Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan

Dukungan Bantuan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

3. Permenpera No. 4 Tahun 2012 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/

Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan

4. Permenpera No. 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Perumahan

Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan Dukungan Fasilitas

Likuiditas Pembiayaan Perumahan

5. Permenpera No. 7 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Permenpera No. 4 Tahun

2012 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah

Sejahtera dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

6. Permenpera No. 8 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Permenpera No. 5 Tahun

2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/

Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan

7. Permenpera No. 13 Tahun 2012 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/

Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan

8. Permenpera No. 14 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan

Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan

Dukungan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

9. Permenpera No. 27 Tahun 2012 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/

Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan

10. Permenpera No. 28 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan

Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan

Dukungan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

11. Permenpera No. 3 Tahun 2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah

Sejahtera

21

1 . 2 S I S T EM P EMB I AYAAN R UMAH UMUM F L P P

Perumahan FLPP - Graha Mahatama, Banjarmasin

22

B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P

12. Permenpera No. 4 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/

Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera

13. Permen PUPR No. 20/PRT/M/2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan

Perumahan dalam Rangka Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan

Rumah Sejahtera Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

14. Permen PUPR No. 21/PRT/M/2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan dalam Rangka Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan

Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

15. Permen PUPR No. 20/PRT/M/2015 tentang Perubahan Atas Permen PUPR No. 20/

PRT/M/2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan dalam Rangka

Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi

Masyarakat Berpenghasilan Rendah

16. Permen PUPR No. 21/PRT/M/2016 tentang Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan

Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

17. Permen PUPR No. 26/PRT/M/2016 tentang Perubahan Atas Permen PUPR No.

21/PRT/M/2016 tentang Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan Rumah Bagi

Masyarakat Berpenghasilan Rendah

18. Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019 tentang Kemudahan dan Bantuan Pemilikan

Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Jika kita lihat lebih jauh mengenai keberadaan pengaturan mengenai FLPP sebagaimana

diatur dalam Permen PUPR No.20/PRT/M/2019 tentang Kemudahan dan Bantuan

Pemilikan Rumah bagi MBR maka program FLPP ini merupakan dukungan fasilitas

pembiayaan perumahan kepada MBR yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian

PUPR.35

Hingga saat ini dana FLPP dikelola oleh BLU PPDPP untuk disalurkan kepada

Kelompok Sasaran KPR Sejahtera melalui Bank Pelaksana.36 Hal ini menegaskan bahwa

keberadaan program FLPP ini terintegrasi dengan sistem perbankan. Integrasi dengan

35 Pasal 1 Angka 16, Permen PUPR No.20/PRT/M/2019.36 Ibid., Pasal 22 Ayat (1).

23

1 . 2 S I S T EM P EMB I AYAAN R UMAH UMUM F L P P

Bank Pelaksana tersebut dilaksanakan dengan sistem konvensional maupun sistem

syariah dalam rangka kepemilikan rumah bagi MBR.

Penyaluran dana FLPP melalui Bank Pelaksana kepada MBR dilakukan dengan

menggunakan pola penyaluran dengan risiko ketidaktertagihan dana FLPP ditanggung

oleh Bank Pelaksana yang dikenal dengan pola executing. Penyaluran dana FLPP

dikenakan tarif KPR Sejahtera berdasarkan ketentuan peraturan menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan. PPDPP dapat menyalurkan

dana menggunakan pola selain pola executing setelah mendapat persetujuan menteri

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan atas usulan Menteri

PUPR.37

Dana KPR Sejahtera merupakan gabungan antara dana FLPP dan dana Bank Pelaksana

dengan proporsi tertentu. Proporsi tertentu yang dimaksud ditetapkan berdasarkan

kondisi perekonomian, tarif KPR Sejahtera, dan suku bunga/margin KPR Sejahtera.

Proporsi tertentu dilakukan pengkajian dan disampaikan oleh PPDPP kepada Direktur

Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan untuk diusulkan

penetapannya kepada Menteri PUPR menjadi proporsi pendanaan KPR Sejahtera.

Proporsi yang dimaksud dicantumkan dalam perjanjian kerja sama antara PPDPP

dengan Bank Pelaksana. Pengkajian dilakukan oleh PPDPP setiap tahun atau sewaktu-

waktu apabila diperlukan.38

Adapun tujuan dilaksanakannya program FLPP ini secara khusus untuk menurunkan

tingkat suku bunga/margin sampai dengan di bawah 10%, dimana sampai dengan saat

ini tingkat suku bunga rata-rata masih di atas 10% (baik bank konvensional maupun

bank syariah). Dengan demikian, harapannya dapat mengurangi biaya angsuran yang

harus dibayarkan oleh nasabah perumahan tiap bulannya. Permasalahan lain adalah

mengenai kewajiban pembayaran Down Payment, dimana kecenderungannya bagi

masyarakat yang tergolong MBM dan MBR juga memiliki kesulitan dalam memenuhi

pembayaran uang muka dalam pembelian perumahan yang mereka inginkan. Bunga

atau margin yang berlaku hingga saat ini untuk KPR Sejahtera adalah 5%.39

KPR Sejahtera disalurkan kepada MBR dengan ketentuan yaitu nilai KPR paling banyak

sebesar harga jual Rumah Umum Tapak/Sarusun Umum dikurangi dengan nilai uang

muka yang disediakan MBR sebesar 1% dari harga jual dan dikurangi nilai SBUM. MBR

dapat membayar uang muka lebih dari 1% dari harga jual untuk memenuhi batas minimal

37 Pasal 22 Ayat (2), (3), dan (4), Permen PUPR No.20/PRT/M/2019.38 Ibid., Pasal 23. 39 Lampiran Kepmen PUPR No. 995/KPTS/M/2021.

24

B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P

kemampuan mengangsur. Suku bunga KPR sudah termasuk premi asuransi jiwa, asuransi

kebakaran, dan asuransi kredit/pembiayaan. Suku bunga bersifat tetap selama masa

subsidi dengan metode perhitungan bunga anuitas dengan amortisasi tahunan atau

bulanan. Jangka waktu KPR disepakati oleh Bank Pelaksana dan MBR yang disesuaikan

dengan kemampuan membayar angsuran dengan jangka waktu maksimal 20 tahun.

Metode perhitungan bunga anuitas disepakati dalam perjanjian kerja sama antara Bank

Pelaksana dengan PPDPP.40

1.3K E L EMBAGAAN F L P P : DA R I S AT UAN K E R J A M E NU J U B L U

PPDPP sebagai sebuah entitas pengelola dana FLPP adalah sebuah lembaga BLU.

BLU adalah sebuah entitas bisnis yang dikenal dalam manajemen perbendaharaan

negara. Perspektif ini digunakan karena istilah BLU dimunculkan pertama kali di dalam

Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-Undang

ini menggantikan Indonesische (semula: Indische) Comptabiliteitswet atau Undang-

Undang Perbendaharaan Indonesia; Staatsblad Tahun 1925 No. 448, sebagaimana

telah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang No. 9 Tahun

1968. Menurut hukum positif Indonesia, perbendaharaan negara didefinisikan sebagai

pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan

kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).41

Pengelolaan dan operasionalisasi BLU diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU sebagaimana diubah dengan Peraturan

Pemerintah No. 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 23

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU. BLU adalah instansi di lingkungan

Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat

berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari

keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan

produktivitas. BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam

rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan

memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi

40 Pasal 27, Permen PUPR No.20/PRT/M/2019.41 Shidarta, “Menggali Karakteristik Badan Layanan Umum (BLU)", (https://business-law.binus.ac.id/2019/08/07/

menggali-karakteristik-badan-layanan-umum/, Diakses pada 5 Juli 2021).

25

1 . 3 K E L EMBAGAAN F L P P : DA R I SATK E R M ENU JU B ADAN L AYANAN UMUM

dan produktivitas, dan penerapan praktik bisnis yang sehat. BLU beroperasi sebagai

unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk tujuan pemberian

layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh

instansi induk yang bersangkutan.42

Dalam penetapan PPDPP sebagai sebuah BLU diperlukan pemenuhan persyaratan

substantif, teknis, dan administratif untuk menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan-

BLU kepada Menteri Keuangan. Setelah persyaratan tersebut terpenuhi kemudian

Menteri PUPR selaku pembina PPDPP sesuai dengan kewenangannya mengusulkan

PPDPP sebagai BLU penuh kepada Menteri Keuangan. Sebelum menjadi BLU PPDPP

yang kita ketahui sekarang, PPDPP sebagai sebuah BLU telah mengalami transformasi

kelembagaan yang semula dari Satuan Kerja (Satker) di bawah Kemenpera menjadi BLU

PPDPP di bawah Kementerian PUPR. Berikut sejarah singkat perjalanan kelembagaan

BLU PPDPP:

1. Periode 2010-2014

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, memasuki tahun 2010, Menteri

Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa (2009-2011) menggagas skema KPR

Sejahtera yang menggunakan dana FLPP dengan MBR sebagai sasaran utamanya.

Selanjutnya, guna mendukung tata laksana program tersebut Kementerian

Keuangan menerbitkan KMK No. 290/KMK.05/2010 tentang Penetapan Pusat

Pembiayaan Perumahan (PPP) pada Kementerian Perumahan Rakyat sebagai

Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum . Beleid itu diketuk pada tanggal 15 Juli 2010. Melalui Keputusan Menteri

Keuangan tersebut maka BLU PPP menerima status BLU penuh.

Tata laksana kerja yang diterapkan oleh BLU PPP tetap mengacu pada Peraturan

Pemerintah No. 23 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah No. 74 Tahun 2012. Kondisi ini berlangsung hingga tahun 2014.

2. Periode 2015-2019

Di era pemerintahan Jokowi – JK, Kemenpera dilebur dengan Kementerian

Pekerjaan Umum menjadi Kementerian PUPR, maka terjadi perubahan struktur

organisasi di Kementerian PUPR yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri

PUPR No. 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri PUPR No. 05/PRT/M/2017.

42 Pasal 1 Angka 1, Pasal 2, dan Pasal 3 Ayat (1), PP No. 23 Tahun 2005.

26

B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P

Di dalam Peraturan Menteri PUPR ini nomenklatur Pusat Pembiayaan Perumahan

(PPP) diubah menjadi Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP).

Beberapa ketentuan utama terkait BLU PPDPP di dalam Peraturan Menteri PUPR

No. 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR adalah:

1. BLU PPDPP adalah unsur pendukung pelaksanaan program pengembangan

pembiayaan perumahan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Menteri PUPR melalui Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR

2. Ditetapkan struktur organisasi BLU PPDPP terdiri atas:

a. Direktur Utama

b. Direktur Layanan

c. Direktur Keuangan

d. Direktur Operasi

e. Direktur Umum dan Hukum

f. Satuan Pemeriksaan Intern

Konsekuensi hukum yang terjadi saat perubahan nomenklatur PPP menjadi PPDPP

adalah diperlukannya dasar hukum baru terkait penetapan PPDPP sebagai lembaga

yang menerapkan PPK BLU. Maka pada 19 Februari 2016 melalui Keputusan Menteri

Keuangan No. 112/KMK.05/2016 tentang Penetapan PPDPP pada Kementerian

PUPR sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan BLU,

Menteri Keuangan menetapkan dasar hukum baru untuk BLU PPDPP sebagai BLU

penuh.

3. Periode 2019-2021

Pada 1 Februari 2019, struktur organisasi PPDPP berubah menjadi Badan Layanan

Umum Lembaga Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (BLU LPDPP) melalui

Peraturan Menteri PUPR No. 04/PRT/M/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan. Di tahun 2019, tepatnya pada

tanggal 17 Oktober 2019 BLU LPDPP kembali menjadi Badan Layanan Umum Pusat

Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (BLU PPDPP) melalui Peraturan Menteri

PUPR No. 14/PRT/M/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengelolaan

Dana Pembiayaan Perumahan.43

43 BLU PPDPP, Buku Potret KPR Sejahtera FLPP, 2019, hlm. 8.

27

1 . 3 K E L EMBAGAAN F L P P : DA R I SATK E R M ENU JU B ADAN L AYANAN UMUM

Berawal dari Perusahaan Pembangunan

UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

Pra Kemerdekaan - Orde Lama

Orde Baru

Orde Reformasi

Kabinet Kerja

Department Van Verkeer en Waterstaat

PP No. 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan

Tabungan Perumah an Rakyat

Departemen Perairan dan Pembangunan Kembali

(Department van Waterstaat en Wederopbouw)

PP No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2016 tentang

Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman

PP No. 16 Tahun 2021 Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Pembentukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga RI

Pembentukan 200 Yayasan Kas

Pembangunan

Dibentuk Departemen Kimpraswil

Pembentukan Kemenpera jilid II

UU No. 4 Tahun 2016 tentang Tapera

Permen PUPR, SOTK No. 15/2015 diubah menjadi Permen PUPR No. 05/2017 yaitu mengenai perubahan dari Pusat Pembiayaan Perumahan (PPP) diubah

menjadi Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP)

Perubahan Nomenklatur dari Ditjen Pembiayaan Perumahan menjadi Ditjen Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Perpres No. 135

PP No. 31 Rusunami Barang

Keppres No. 22 Tim Koor. Percepatan

Pembangunan Rusun

Kongres Perkim II

UU No. 1 Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 20 Tentang Rumah Susun

Penggabungan Kemenpera dan

KemenPU menjadi Kementerian PUPR

Adanya Building Information

Kantor Menegpera menjadi Menegpera

PP No. 29 tentang Perusahaan Umum

“Pembangunan Perumahan Nasional”

UU No. 4 Perumahan dan Pemukiman

Diangkat Menteri Muda Perumahan Rakyat

Dibentuk Kantor Menegpera

PenggagasanKPR Sejahtera FLPP

berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

No. 290/KMK.05/2010

1926

2020

1941

2020

PP No. 13 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

Rumah Susun

2021

PP No. 64 Tahun 2021 tentang Bank Tanah

2021

PP No. 9 Tahun 2021 tentang Badan Percepatan

Penyelenggaraan Perumahan

2021

1945

2021

2021

1950

1961

2000

2004

2016

20172019

200720082009

2011 2011 2015

1970

1993

1974

1992

1978

1983

2010

1970-1993

2000-2015

2016-2019

1926-1961

UU Cipta Kerja

2020-2021

Gambar 1.1. Linimasa perjalanan sejarah perumahan di Indonesia

28

B a b 1 P E R J A L ANAN K E L EMBAGAAN P E NG E LO L AAN F L P P

Tujuan disusunnya buku ini adalah sebagai legacy ilmu pengetahuan, praktik terbaik,

serta persembahan BLU PPDPP kepada masyarakat Indonesia dan pemangku

kepentingan perumahan. Buku ini dikerjakan dalam jangka waktu yang berdekatan

dengan rencana pengalihan pengelolaan dana FLPP ke lembaga baru. Diharapkan di

masa depan buku ini dapat digunakan oleh Pemerintah serta pemangku kepentingan

perumahan sebagai gagasan pemikiran dalam merumuskan kebijakan terkait

perumahan, khususnya perumahan bersubsidi.

Buku ini terdiri dari 4 bagian. BAB pertama merupakan pendahuluan yang menggambarkan

perjalanan kelembagaan beserta gambaran umum pengelolaan dana FLPP dari awal

terbentuk hingga sekarang. Pada BAB kedua akan dijelaskan lebih lanjut mengenai sistem

pengelolaan dana bergulir FLPP oleh BLU PPDPP, perkembangan-perkembangannya,

serta pencapaiannya dalam kurun waktu 11 tahun (2010-2021).

BAB ketiga menyajikan perkembangan pengelolaan dana bergulir FLPP dalam era

digitalisasi, pengelolaan database, dan analisis kajian permasalahan yang dihadapi oleh

BLU PPDPP selama ini. Pengkajian masalah dilihat dari sisi supply maupun demand.

Dijabarkan pula analisis tentang dana bergulir FLPP pasca terbitnya UU Cipta Kerja

(Omnibus Law) juga peraturan pelaksanaannya yang memberikan implikasi pada bidang

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman serta beberapa sektor terkait

lainnya. Semua uraian dari bagian pertama hingga ketiga akan ditutup di BAB keempat.

Buku ini disusun berdasarkan metode penelitian yang bersifat kualitatif dan yuridis

normatif. Pengelolaan dana bergulir FLPP dijabarkan secara menyeluruh mulai dari

kondisi fakta serta regulasi yang mengaturnya. Analisis yang dilakukan terhadap

permasalahan yang ditemui oleh BLU PPDPP beserta telaah hukumnya didasari oleh

analisa terhadap regulasi dan kebijakan.

29

1 . 3 K E L EMBAGAAN F L P P : DA R I SATK E R M ENU JU B ADAN L AYANAN UMUM

Perumahan FLPP - Perumahan Pamela Mas, Kubu Raya, Kalimantan Barat

Bab 2

DANA

FLP

PPE

NYAL

URAN

32

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

2.1P RO F I L DA N S T R U K T U R O R GAN I SAS I P P D P P

Profil dan struktur Organisasi BLU PPDPP diatur dalam Peraturan Menteri PUPR No.

14/PRT/M/2019 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengelolaan Dana

Pembiayaan Perumahan. BLU PPDPP mempunyai tugas melaksanakan penyaluran

dan pengelolaan dana pembiayaan perumahan, serta pengembangan strategi bisnis

dan pelayanan umum di bidang pengelolaan dana bergulir pembiayaan perumahan.44

BLU PPDPP berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Direktur

Jenderal yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang pembiayaan infrastruktur

pekerjaan umum dan perumahan.45 BLU PPDPP dipimpin oleh Direktur Utama.46

Struktur organisasi BLU PPDPP sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No. 14/

PRT/M/2019 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja PPDPP, adalah sebagai berikut:

1. Direktur Utama

Direktur utama merupakan Kepala Satker BLU PPDPP yang mempunyai tugas

melaksanakan penyaluran dan pengelolaan dana pembiayaan perumahan.47

44 Pasal 3, Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019.45 Ibid., Pasal 2 Ayat (1).46 Ibid., Pasal 2 Ayat (2).47 Ibid., Pasal 6.

FLPP adalah upaya pemerintah dalam mendukung serta memudahkan MBR untuk memiliki rumah siap huni, baik berupa Rumah Umum Tapak maupun Sarusun Umum. Pengelolaan dana FLPP dilaksanakan oleh Kementerian PUPR, dalam hal ini BLU PPDPP serta Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan, yang kemudian disalurkan melalui Bank Pelaksana.

33

2 .1 P RO F I L DAN S T RUKTUR O RGAN I SAS I P P D P P

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Utama menyelenggarakan fungsi:48

1. Penyiapan dan pengajuan dokumen Rencana Strategis Bisnis (RSB)

2. Penyiapan dan pengajuan dokumen Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA)

3. Penyiapan dan pengajuan dokumen Standar Pelayanan Minimum (SPM)

4. Koordinasi pelaksanaan RSB dan RBA

5. Penyusunan rencana kebutuhan, inventarisasi, dan penghapusan aset

6. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

7. Pelaksanaan kerja sama dengan instansi/lembaga

8. Penyusunan dan penetapan tata kelola internal organisasi

9. Pertanggungjawaban kinerja operasional dan keuangan

2. Direktur Layanan

Direktur Layanan mempunyai tugas memberikan pelayanan kepada lembaga

keuangan dan pemangku kepentingan dalam rangka penyaluran dan pengelolaan

dana pembiayaan perumahan.49

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Layanan menyelenggarakan fungsi:50

a. Pelaksanaan sosialisasi dan promosi program pembiayaan perumahan

b. Pelaksanaan kerja sama dengan instansi/lembaga

c. Pelaksanaan verifikasi tagihan pembiayaan perumahan

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktur Layanan dibantu oleh:51

• Divisi Pemasaran, yang bertugas melaksanakan sosialisasi dan promosi

program, evaluasi dan penyusunan laporan program pembiayaan perumahan

• Divisi Kerja Sama, yang bertugas melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan

kerja sama dengan instansi/lembaga, evaluasi dan penyusunan laporan

pelaksanaan kerja sama

• Divisi Verifikasi, yang bertugas melaksanakan kegiatan verifikasi, evaluasi, dan

penyusunan laporan tagihan pembiayaan perumahan

48 Pasal 7, Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019. 49 Ibid., Pasal 8.50 Ibid., Pasal 9.51 Ibid., Pasal 10 (1) jo Pasal 11.

34

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

3. Direktur Keuangan

Direktur Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan keuangan di

lingkungan BLU PPDPP.52

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Keuangan menyelenggarakan fungsi:53

a. Penyusunan rencana strategis bisnis

b. Penyusunan rencana bisnis dan anggaran tahunan

c. Pelaksanaan rekonsiliasi posisi pembiayaan perumahan

d. Pembayaran tagihan lembaga keuangan

e. Pemantauan pelaksanaan penagihan angsuran

f. Pengelolaan dana

g. Pelaksanaan pembukuan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku

h. Penyusunan laporan keuangan

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktur Keuangan dibantu oleh:54

• Divisi Perencanaan dan Anggaran, yang bertugas melaksanakan penyusunan

rencana strategis bisnis dan penyusunan rencana bisnis dan anggaran tahunan

• Divisi Tata Laksana Keuangan, yang bertugas melaksanakan rekonsiliasi posisi

pembiayaan perumahan, pembayaran tagihan lembaga keuangan, pemantauan

pelaksanaan penagihan angsuran, dan pengelolaan dana

• Divisi Akuntansi, yang bertugas melaksanakan pembukuan serta penyusunan

laporan keuangan

4. Direktur Operasi

Direktur Operasi mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pengembangan

teknologi informasi dan pendayagunaan data, serta melaksanakan pemantauan dan

evaluasi pelaksanaan terhadap ketepatan sasaran pembiayaan perumahan.55

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Operasi menyelenggarakan fungsi:56

a. Pendayagunaan dan pengembangan teknologi informasi

b. Pendayagunaan dan pemeliharaan data

c. Pemantauan dan evaluasi terhadap ketepatan sasaran pembiayaan perumahan

52 Pasal 12, Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019.53 Ibid., Pasal 13.54 Ibid., Pasal 14 (1) jo Pasal 15.55 Ibid., Pasal 16.56 Ibid., Pasal 17.

35

2 .1 P RO F I L DAN S T RUKTUR O RGAN I SAS I P P D P P

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktur Operasi dibantu oleh:57

a. Divisi Teknologi Informasi, yang bertugas melaksanakan pengelolaan dan

pengembangan teknologi informasi

b. Divisi Database, yang bertugas melaksanakan pendayagunaan dan

pemeliharaan data

c. Divisi Pemantauan dan Evaluasi, yang bertugas melaksanakan pemantauan dan

evaluasi terhadap ketepatan sasaran pembiayaan perumahan

5. Direktur Umum dan Hukum

Direktur Umum dan Hukum mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sumber

daya manusia, hukum, kehumasan, rumah tangga, dan aset.58

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Umum dan Hukum menyelenggarakan

fungsi:59

a. Pengelolaan sumber daya manusia

b. Pelaksanaan dukungan bidang hukum dan kepatuhan

c. Pelaksanaan kegiatan kehumasan

d. Pelaksanaan urusan rumah tangga

e. Pengelolaan aset

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktur Umum dan Hukum dibantu

oleh:60

a. Divisi Sumber Daya Manusia, yang bertugas melaksanakan pengelolaan sumber

daya manusia di lingkungan BLU PPDPP

b. Divisi Hukum, yang bertugas melaksanakan pemberian dukungan bidang hukum

dan kepatuhan

c. Divisi Humas, yang bertugas melaksanakan urusan di bidang kehumasan

d. Divisi Rumah Tangga dan Aset, yang menjalankan tugas melaksanakan urusan

rumah tangga dan pengelolaan aset

57 Pasal 18 (1) jo Pasal 19, Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019.58 Ibid., Pasal 20.59 Ibid., Pasal 21.60 Ibid., Pasal 22 (1) jo Pasal 23.

36

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

6. Satuan Pengawasan Intern

Satuan Pengawasan Intern (SPI) merupakan unsur pengawasan intern yang bertang-

gung jawab pada Direktur Utama. SPI dipimpin oleh seorang Kepala SPI, mempunyai

tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan BLU PPDPP.

7. Dewan Pengawas BLU PPDPP

Dewan Pengawas adalah suatu organ yang dimiliki oleh setiap BLU. Dewan Pengawas

adalah organ BLU yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat

kepada Pejabat Pengelola BLU dalam menjalankan pengelolaan BLU.61 Dalam

melaksanakan tugasnya Dewan Pengawas dibantu oleh Sekretaris Dewan Pengawas

BLU yaitu adalah orang perseorangan yang diangkat untuk mendukung penyelenggaraan

tugas Dewan Pengawas.62 Dewan Pengawas BLU juga dapat membentuk Komite Audit,

yaitu komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Pengawas

untuk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Pengawas.

Tugas dan fungsi Dewan Pengawas BLU diatur dalam PMK No. 129/PMK.05/2020

antara lain adalah:

a. Menandatangani RSB bersama pemimpin BLU,63 dalam hal BLU tidak mempunyai

Dewan Pengawas, RSB ditandatangani oleh Pemimpin BLU dan pejabat yang

ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga

b. Menandatangani RBA bersama pemimpin BLU,64 Dalam hal BLU tidak mempunyai

Dewan Pengawas, RBA ditandatangani oleh Pemimpin BLU dan pejabat yang

ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga

c. Menandatangani RBA Definitif bersama Pemimpin BLU,65 untuk disetujui Menteri/

Pimpinan Lembaga. Dalam hal BLU tidak memiliki Dewan Pengawas, RBA Definitif

sebagaimana ditandatangani oleh Pemimpin BLU dan pejabat yang ditunjuk

Menteri/Pimpinan Lembaga, serta disetujui Menteri/Pimpinan Lembaga

8. Tim Task Force BLU PPDPP

Pada Tahun 2020, BLU PPDPP membentuk Tim Task Force yang berisi personil Pegawai

dari lintas Divisi Internal BLU PPDPP. Tim ini berperan sebagai tim fungsional di BLU

PPDPP yang bertugas melakukan pengkajian terhadap isu-isu perumahan serta inovasi

61 Pasal 1, PMK No. 129/PMK.05/2020.62 Ibid.63 Ibid., Pasal 44.64 Ibid., Pasal 53.65 Ibid., Pasal 55.

37

2 . 2 K A RAKT E R I S T I K DANA B E RGU L I R F L P P

skema pembiayaan perumahan khususnya KPR Sejahtera FLPP. Tim Task Force

dibentuk melalui Keputusan Direktur Utama BLU PPDPP tahun 2020-2021.

Susunan Tim Task Force terkini adalah sebagai berikut:

a. Tim Pengarah

• Ketua: Direktur Utama

• Anggota: Direktur Keuangan, Direktur Layanan, Direktur Operasi, dan Direktur

Umum dan Hukum

b. Tim Pelaksana

• Ketua: Kepala Divisi Perencanaan dan Anggaran

• Sekretaris: Staf Divisi Perencanaan dan Anggaran

• Anggota: Kepala Divisi Tata Laksana Keuangan, Kepala Divisi Rumah Tangga dan

Aset, Kepala Divisi Database, Kepala Divisi Kerja Sama, Kepala Divisi Hukum,

Kepala Divisi Verifikasi, serta 1 staf dari setiap Divisi Database, Divisi Hukum,

Divisi Verifikasi, Divisi Kerja Sama, dan Divisi Tata Laksana Keuangan

2.2KA RAK T E R I S T I K DA NA B E R GU L I R F L P P

Karakteristik pengelolaan dana FLPP termasuk dalam kategori pengelolaan dana

bergulir. Adapun karakteristik dari pengelolaan dana bergulir adalah sebagai berikut:

1. Dana tersebut merupakan bagian dari keuangan negara/daerah

Dana bergulir dapat bersumber dari APBN/APBD dan diluar APBN/APBD,

contohnya berasal dari masyarakat atau hibah dari luar negeri. Sesuai dengan

Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dana bergulir yang

berasal dari luar APBN, diakui sebagai kekayaan negara/daerah jika dana itu

diberikan dan/atau diterima atas nama pemerintah/pemerintah daerah.

2. Dana tersebut dicantumkan dalam APBN/APBD dan/atau laporan keuangan

Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara mengatur

bahwa pengeluaran negara/daerah dimasukkan dalam APBN/APBD. Oleh sebab itu

alokasi anggaran untuk dana bergulir harus dimasukkan ke dalam APBN/APBD.

38

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

Perumahan FLPP - Rumah Susun Delta Cakung, DKI

39

2 . 2 K A RAKT E R I S T I K DANA B E RGU L I R F L P P

Pencantuman alokasi anggaran untuk dana bergulir dapat dicantumkan dalam

APBN/APBD awal atau revisi APBN/APBD (APBN-P atau APBD Perubahan).

3. Dana tersebut harus dikuasai, dimiliki, dan/atau dikendalikan oleh Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA)

Pengertian dikuasai dan/atau dimiliki mempunyai makna yang luas. Dikuasai

dan/atau dimiliki berarti mempunyai hak kepemilikan atau penguasaan atas dana

bergulir. Dikendalikan berarti mempunyai kewenangan dalam melakukan pembinaan,

monitoring, pengawasan, atau kegiatan lain dalam rangka pemberdayaan dana

bergulir.

4. Dana tersebut merupakan dana yang disalurkan kemudian ditagih kembali dari

masyarakat dengan atau tanpa nilai tambah, untuk selanjutnya dana idisalurkan

kembali kepada masyarakat/kelompok masyarakat, demikian seterusnya (bergulir).

5. Dana bergulir ditujukan untuk perkuatan pengelolaan dana khusus dalam rangka

meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat yang dapat

berupa lembaga/badan pengelolaan dana investasi, dana bergulir, dan dana abadi

pendidikan.66

6. Pemerintah dapat menarik kembali dana bergulir

Dana yang digulirkan oleh pemerintah dapat ditagih oleh Kementerian Negara/

Lembaga baik untuk dihentikan atau digulirkan kembali kepada masyarakat.

Pengelolaan dan penyaluran dana bergulir FLPP dilakukan oleh BLU PPDPP dengan

mekanisme umum sebagai berikut:

1. BLU PPDPP mendapat alokasi dana dari APBN yang tercantum dalam Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

2. BLU PPDPP mengajukan pencairan dana kepada Bendahara Umum Negara (BUN).

3. Sesuai dengan peraturan terkait pengelolaan dana bergulir, penyaluran dapat

dilakukan melalui lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, atau

satker pemerintah daerah di bidang pembiayaan yang menerapkan Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD).67 Lembaga keuangan bank

66 Pasal 6 Ayat (1) huruf c PMK No. 129/PMK.05/2020.67 Pasal 6 Ayat (2) PMK No. 99/PMK.05/2008 sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 218/PMK.05/2009.

40

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

dan bukan bank tersebut dapat berperan sebagai executing agency atau chanelling

agency. Satker pemerintah daerah di bidang pembiayaan yang menerapkan PPK-

BLUD hanya dapat berfungsi sebagai penyalur dana (channeling).68 Jika berfungsi

sebagai executing agency, lembaga tersebut bertanggung jawab dalam menyeleksi

dan menetapkan penerima dana bergulir, menyalurkan dan menagih kembali dana

bergulir, serta menanggung resiko terhadap ketidaktertagihan dana bergulir. Jika

berfungsi sebagai chanelling agency, lembaga tersebut hanya menyalurkan dana

bergulir kepada penerima dan tidak mempunyai tanggung jawab menetapkan

penerimanya. Dalam hal ini BLU PPDPP menyalurkan dana melalui lembaga

keuangan yaitu Bank Pelaksana yang berfungsi sebagai executing agency.

4. Dana yang disalurkan tersebut merupakan pinjaman yang harus dikembalikan oleh

peminjam atau penerima manfaat (MBR) kepada satker, baik melalui lembaga lain

atau langsung kepada satker pemerintah yang bersangkutan. Dalam hal ini MBR

selaku penerima dana FLPP mengembalikan pinjaman kepada PPDPP melalui Bank

Pelaksana.

5. BLU PPDPP mengelola, mengendalikan penagihan, menyalurkan kembali kepada

MBR, serta melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan dana FLPP.

Salah satu karakteristik dana bergulir FLPP adalah dana tersebut disalurkan kepada

MBR, untuk kemudian dikembalikan kepada BLU PPDPP. Pengembalian dana kepada

BLU PPDPP selaku pengelola dana bergulir dapat dilakukan dengan angsuran atau

pengembalian sekaligus, dalam hal ini BLU PPDPP menerapkan prinsip angsuran

pengembalian pokok.69 Dalam pengelolaan dana bergulir, secara umum dana yang telah

digulirkan kepada peminjam atau penerima manfaat akan ditagih kembali. Penagihan

kembali dana bergulir tersebut terdiri dari dua unsur, yaitu unsur yang merupakan

pinjaman pokok dan unsur pendapatan. Unsur pendapatan yang dimaksud dapat

berupa bunga atau bagi hasil. Unsur pinjaman pokok dalam skema FLPP dikenal dengan

pengembalian pokok, sedangkan unsur pendapatan dalam skema FLPP dikenal dengan

tarif KPR Sejahtera. Tarif KPR Sejahtera adalah imbalan atas jasa layanan yang diterima

oleh BLU PPDPP dari Bank Pelaksana KPR Sejahtera yang berupa suku bunga/imbal

hasil atas dana program FLPP KPR Sejahtera.70

68 Pasal 6 Ayat (3) dan Ayat (3a), PMK No. 99/PMK.05/2008 sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 218/PMK.05/2009.

69 Pasal 38, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.70 Ibid., Pasal 1 Angka 29.

41

2 . 2 K A RAKT E R I S T I K DANA B E RGU L I R F L P P

Tarif KPR Sejahtera diterima oleh BLU PPDPP sebagai imbalan atas jasa layanan melalui

mekanisme Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). PNBP adalah pungutan yang

dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun

tidak langsung atas layanan atau pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh

negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang menjadi penerimaan

Pemerintah Pusat di luar penerimaan perpajakan dan hibah serta dikelola dalam

mekanisme anggaran pendapatan dan belanja negara.71

Besaran angsuran pengembalian pokok yang dibayar oleh MBR adalah sebesar

pinjaman dana yang diterima dengan memperhitungkan jangka waktu pengembalian

(tenor pengembalian). Penyaluran dana FLPP dalam KPR Sejahtera memiliki jangka

waktu KPR yang disepakati oleh Bank Pelaksana dan calon MBR yang disesuaikan

dengan kemampuan membayar angsuran.72 Sementara itu besaran tarif yang dibayar

kepada BLU PPDPP selaku pengelola dana bergulir adalah sebesar suku bunga atau

bagi hasil yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan.73

Hingga saat ini tarif yang berlaku untuk layanan FLPP KPR Sejahtera diatur dalam Pasal

4 Peraturan Menteri Keuangan No. 216/PMK/05/2011 tentang Tarif Badan Layanan

Umum Pusat Pembiayaan Perumahan pada Kementerian Perumahan Rakyat yang

mengatur ketentuan mengenai tingkat suku bunga/imbal hasil atas tarif KPR Sejahtera.

Ketentuan tersebut diatur sebagai berikut:

a. Tingkat suku bunga/imbal hasil dari BLU PPP pada Kemenpera ke lembaga keuangan

bank paling tinggi sebesar 0,5% per tahun

b. Tingkat suku bunga/imbal hasil dari lembaga keuangan Bank ke MBM atau MBR

paling tinggi sebesar tingkat suku bunga pada huruf a ditambah paling tinggi 4,03%

per tahun

Besaran tarif layanan FLPP dari tahun ke tahun dapat dilihat di matriks Rekapitulasi

Peraturan Penyaluran Dana KPR Sejahtera FLPP periode tahun 2010-2021.

Selain karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya, berikut adalah penjabaran

karakteristik khusus dana FLPP lainnya:

a. Uang muka ringan, yaitu uang muka terhadap KPR Sejahtera yang ditetapkan

sebesar nilai KPR paling banyak sebesar harga jual Rumah Umum Tapak dikurangi

71 Pasal 1 Angka 1, UU No. 9 Tahun 2018.72 Pasal 25 Ayat (1) huruf e, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.73 Op.Cit., Pasal 22 Ayat (3).

42

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

dengan nilai uang muka yang disediakan MBR sebesar 1% dari harga jual, dan

dikurangi nilai Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM). MBR dapat membayar uang

muka lebih dari 1% dari harga jual untuk memenuhi batas minimal kemampuan

mengangsur.74 Ketentuan besaran uang muka ini lebih rendah dibandingkan dengan

uang muka Kredit Pemilikan Rumah komersil.

b. Suku bunga rendah, yaitu suku bunga KPR Sejahtera untuk Rumah Umum Tapak

dan Sarusun Umum per tahun 2021 ditetapkan sebesar 5%.75 Ketentuan suku bunga

ini lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah Komersil

(besaran suku bunga dari tahun ke tahun dapat dilihat di matriks Rekapitulasi

Peraturan Penyaluran Dana KPR Sejahtera FLPP periode tahun 2010-2021).

c. Bebas Pajak Pertambahan Nilai, harga jual Rumah Umum Tapak atau Sarusun Umum

yang diperoleh melalui KPR Sejahtera tidak termasuk pajak pertambahan nilai.

Ketentuan harga jual Rumah Umum Tapak dan Sarusun Umum yang dibebaskan dari

pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, sesuai dengan ketentuan yang terakhir diatur

dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 81/PMK.010/2019 tentang Batasan Rumah

Umum, Pondok Boro, Asrama Mahasiswa dan Pelajar, Serta Perumahan Lainnya,

Yang Atas Penyerahannya dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.76

d. Jangka waktu KPR panjang, jangka waktu KPR Sejahtera paling lama 20 tahun yang

diatur dalam Keputusan Menteri PUPR No. 995/KPTS/M/2021.77

e. Bebas premi asuransi, diatur ketentuan didalam KPR Sejahtera untuk Rumah Umum

Tapak dan Sarusun Umum bahwa suku bunga KPR sudah termasuk premi asuransi

jiwa, asuransi kebakaran, dan asuransi kredit/pembiayaan.78

2.2.1P E R E NCANAAN A NGGA RAN

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pengelolaan dana FLPP adalah tugas inti yang

dilaksanakan oleh BLU PPDPP. Pengelolaan dana FLPP dilaksanakan sesuai dengan

74 Pasal 25 Ayat (1) huruf a dan huruf b serta Pasal 27 Ayat (1) huruf a dan huruf b, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.75 Lampiran Kepmen PUPR No. 995/KPTS/M/2021.76 Op. Cit., Pasal 18 Ayat (4) dan Ayat (5).77 Loc. Cit.78 Op. Cit., Pasal 25 Ayat (1) huruf c dan Pasal 27 Ayat (1) huruf c.

43

2 . 2 K A RAKT E R I S T I K DANA B E RGU L I R F L P P

prinsip-prinsip BLU dan peraturan perundang-undangan. Salah satu kegiatan yang

dilaksanakan BLU PPDPP dalam mengelola dana FLPP adalah perencanaan anggaran.

Setiap tahunnya selaku BLU pengelola dana bergulir FLPP, BLU PPDPP mendapat

alokasi dana dari APBN yang tercantum dalam DIPA. BLU PPDPP mengajukan pencairan

dana FLPP tahunan kepada BUN dalam hal ini Menteri Keuangan. Dalam melakukan

proses penyusunan anggaran setiap tahunnya, BLU PPDPP berpedoman pada tahapan

pelaksanaan kegiatan penyusunan anggaran yang bersifat rutin dan secara sederhana

sesuai peraturan terkait yang berlaku.79

Tahapan penyusunan anggaran BLU PPDPP dapat digambarkan dengan tahap

penyusunan pagu sebagai berikut:

1. Tahap Pagu Indikatif

Pagu Indikatif adalah ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan kepada

Kementerian/Lembaga sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja dan

Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL).80 Kementerian Keuangan

menerbitkan pagu anggaran pada bulan Maret setiap Tahun Anggaran berjalan.

Pada tahapan ini masih dimungkinkan adanya perubahan usulan kegiatan dan

besaran kebutuhan dana dari setiap Kementerian Negara/Lembaga.

2. Tahap Pagu Anggaran

Pagu Anggaran adalah batas tertinggi anggaran yang dialokasikan pada Kementerian

Negara/Lembaga dalam rangka penyusunan RKAKL.81 Diterbitkan oleh Kementerian

Keuangan pada bulan Juni setiap Tahun Anggaran berjalan. Pada tahap ini mulai

dilakukan penelaahan dengan Setjen PUPR dan Direktorat Jenderal Anggaran (DJA)

serta Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

3. Tahap Alokasi Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

Alokasi Anggaran Kementerian Negara/Lembaga adalah batas tertinggi anggaran

pengeluaran yang dialokasikan kepada Kementerian/Lembaga berdasarkan

hasil pembahasan Rancangan APBN yang dituangkan dalam berita acara hasil

kesepakatan Pembahasan Rancangan APBN antara Pemerintah dan DPR.82 Hasil

Alokasi Anggaran diterbitkan oleh Kementerian Keuangan pada bulan Oktober

Tahun Anggaran berjalan setelah melalui proses penelaahan DJA dan RDP dengan

DPR.

79 PP No. 90 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 17 Tahun 2017.80 Pasal 1, Angka 13, PP No. 90 Tahun 2010.81 Ibid., Pasal 1, Angka 14.82 Ibid., Pasal 1, Angka 15.

44

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

Dalam setiap tahapan penyusunan pagu tersebut, BLU PPDPP melakukan inventarisasi

kebutuhan pagu dana yang dibutuhkan dengan berpedoman pada RSB dengan

jangka waktu 5 tahun dan RBA yang disusun setiap tahunnya. Kemudian memastikan

kelengkapan dokumen pendukung (seperti Kerangka Acuan Kerja dan Rencana

Anggaran Biaya) setiap kegiatan, melakukan entri data pada aplikasi-aplikasi yang

diperlukan, dan menyusun bahan paparan yang diperlukan dalam penelaahan maupun

Rapat Dengar Pendapat dengan para anggota DPR.

Hasil akhir dari tahapan penyusunan anggaran tersebut adalah terbitnya DIPA BA.999

(dana FLPP) yang digunakan sebagai dokumen penganggaran kegiatan penyaluran

dana FLPP.

Dalam alur proses bisnis perencanaan anggaran dana bergulir FLPP, BA.999 adalah

Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) yang diperuntukkan bagi proses

bisnis penyaluran dana FLPP. Dana BA.999 bersumber dari Kementerian Keuangan.

Sedangkan terkait operasionalisasi kantor BLU PPDPP seperti penggajian Pegawai,

pengadaan barang/jasa, dan lain-lain, sumber pendanaannya berasal dari BA.033.

Dana BA.033 bersumber dari Kementerian PUPR.

Dalam penyusunan anggaran, salah satu pendekatan yang digunakan adalah

Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) dengan berlandasan pada: (a) pengalokasian

anggaran berorientasi pada kinerja (output dan outcome), (b) pengalokasian anggaran

program/kegiatan pembangunan nasional berbasis program (money follow program),

serta (c) terdapatnya fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan tetap menjaga prinsip

akuntabilitas. Setiap tahunnya, BLU PPDPP membuat Kontrak Kinerja antara Direktur

Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan dengan Direktur Utama PPDPP

yang dilengkapi dengan manual indikator kinerja utama. Kontrak Kinerja ini kemudian

diturunkan dan diterapkan kepada seluruh pegawai PPDPP mulai dari level direksi

hingga staf yang mencerminkan sasaran dan target yang hendak dicapai.

45

2 . 2 K A RAKT E R I S T I K DANA B E RGU L I R F L P P

Tahapan penyusunan anggaran secara lengkap dapat dilihat dalam bagan berikut:

BLU sebagai sebuah lembaga wajib menyusun RSB lima tahunan dan RBA tahunan.

BLU PPDPP menyusun RSB dengan mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian

Negara/Lembaga atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.83 BLU PPDPP

juga menyusun RBA dengan mengacu kepada RSB lima tahunan.84

83 Pasal 10 Ayat (1), PP No. 23 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah oleh PP No. 74 Tahun 2012.84 Ibid., Pasal 10 Ayat (2).

MAR APR MEI JUN

• ArahanPresiden

• PraBilateralMeeting.KoordinasidenganMitraK/L

• Rakortek • PraKonreg• PaguIndikatif• MultilateralMeeting Rakorbangpus

• Bilateral Meeting• Musrenbangnas

• TrilateralMeeting

• PerpresRKP

• Konreg• PenyusunanRenjaK/L

• PaguAnggaran

• TMII(RevisiRenja)

FEBJAN

OKT SEP AGS JUL

• DIPA • PenyampaianRKA-K/LPaguAnggaran

• PenelaahanRKA-K/L

• AlokasiAnggaran

• PenelitiandanReviuRKA-K/L

• RakerRDPDPR

• PenelitiandanReviuRKA-K/L

• PenyampaianRKA-K/LPaguAnggaran

• PenelaahanRKA-K/LPenyusunanNKdanRAPBN

• RakerRDPDPR

NOVDES

DES

Gambar 2.1. Tahapan pelaksanaan kegiatan penyusunan anggaran(Sumber: Paparan Divisi Perencanaan dan Anggaran BLU PPDPP, 2021)

46

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

Berikut adalah dokumen pendukung beserta stakeholder terkait dalam proses serta

alur perencanaan dan anggaran BLU PPDPP:

Dalam mendukung kegiatan perencanaan dan penyusunan anggaran, terdapat beberapa

aplikasi pendukung berbasis teknologi informasi dan internet yang dimanfaatkan

serta dioperasikan oleh BLU PPDPP dalam melaksanakan kegiatan perencanaan dan

anggaran, yaitu:

1. Aplikasi Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran (KRISNA),

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional. Aplikasi KRISNA digunakan untuk menginput

dan memperbarui, mengecek dan memvalidasi data serta informasi dalam Renja

K/L bagi Kementerian PPN/Bappenas dan DJA Kementerian Keuangan. Selain itu

aplikasi KRISNA juga berfungsi sebagai referensi untuk RKAKL bagi Kementerian

Keuangan dan Penilaian Kinerja bagi Kementerian PAN-RB.

2. Aplikasi Rencana Kerja PUPR, Kementerian PUPR, yang bersinergi dengan KRISNA.

No Proses serta Alur Perencanaan dan Anggran Dokumen Pendukung Pemangku Kepentingan yang

Terkait

PenyusunanRencanaBisnisdanAnggaran(RBA)

PenyusunanRencanaStrategisBisnis(RSB)

1. RKAKLdandokumenpendukungnya(KerangkaAcuanKerjadanRencanaAnggaranBiaya)

2.ProposalPenerimaanNegaraBukanPajak(PNBP)

3.IndikasiKebutuhanDanaBUN4.DIPABA.0335.DIPABA.999

1. PerpresRPJMNasional2.RencanaStrategisKementerianPUPR3.Skemapembiayaan/kajian

•DPR(KomisiV,KomisiXI,Banggar)•BadanPerencanaanPembangunanNasional(Bappenas)

•KementerianKeuangan(DirektoratJenderalAnggaran,DirektoratJenderalKekayaanNegara,danDirektoratJenderalPerbendaharaan)

•SetjenKementerianPUPR(BiroPerencanaanAnggarandanKerjasamaLuarNegeri)

•DirektoratJenderalPembiayaanInfrastrukturPekerjaanUmumdanPerumahan

• ItjenKementerianPUPR(AparatPengawasInternalPemerintah)

•Bappenas•DirektoratJenderalAnggaran•SetjenKementerianPUPR(BiroPerencanaanAnggarandanKerjasamaLuarNegeri)DirektoratJenderalPembiayaanInfrastrukturPekerjaanUmumdanPerumahan

1

2

Tabel 2.1. Tabel dokumen pendukung beserta stakeholder terkait dalam proses serta alur perencanaan dan anggaran BLU PPDPP

(Sumber: Paparan Divisi Perencanaan dan Anggaran BLU PPDPP, 2021)

47

2 . 2 K A RAKT E R I S T I K DANA B E RGU L I R F L P P

3. Aplikasi Perencanaan Investasi Pemerintah, Kementerian Keuangan.

4. Aplikasi e-SPM, Kementerian Keuangan, digunakan sebagai sarana penyampaian

dokumen elektronik terkait pembayaran.

5. Aplikasi Sistem Aplikasi Satker (SAS), Kementerian Keuangan.

6. Aplikasi Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI), Kementerian Keuangan,

digunakan sebagai sarana penyampaian dokumen elektronik terkait pembayaran.

7. Aplikasi Satu Anggaran, Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, yang

mengintegrasikan seluruh sistem informasi dalam rangka menyelesaikan seluruh

proses bisnis penganggaran.

8. Aplikasi Badan Layanan Umum Integrated Online System (BIOS), Kementerian

Keuangan, yang mengintegrasikan data layanan dan keuangan BLU untuk

penyempurnaan proses bisnis, analisis data, serta pengambilan keputusan.

9. Aplikasi Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu Bendahara Umum Negara

(SMART BUN), Kementerian Keuangan, yang berisi rencana penarikan dana dan

realisasi penyerapan anggaran, serta target dan realisasi pencapaian output.

10. Aplikasi i-e-Monitoring Dana Alokasi Khusus, Kementerian PUPR, yang

mengintegrasikan dokumen perencanaan, penyusunan anggaran, dan pemantauan

kinerja anggaran.

2.2.2 MEKAN I SM E R E V I S I A N GGA RAN B L U P P D P P

Setelah alokasi anggaran untuk BLU PPDPP ditetapkan, BLU PPDPP memiliki

kewenangan untuk melakukan revisi anggaran tersebut. Sesuai dengan Peraturan

Menteri Keuangan terkait revisi anggaran, kewenangan dilakukan di dua tingkat yaitu

pada Satker (dilaksanakan oleh KPA) dan Kementerian Keuangan (dilaksanakan oleh

Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Direktorat Jenderal Anggaran). Masing-

masing tingkat kewenangan dapat berubah sesuai dengan pengaturan pada Peraturan

Menteri Keuangan yang diterbitkan setiap tahun.

48

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

Namun demikian, proses revisi anggaran selalu dimulai dari KPA yang secara hierarki

disesuaikan dengan batasan kewenangannya. Dalam hal pagu anggaran tetap, revisi

komponen dalam 1 kegiatan, 1 output, atau 1 satker cukup dilakukan revisi Petunjuk

Operasional Kegiatan (POK) yang merupakan kewenangan KPA. Sedangkan bila terkait

dengan perubahan saldo awal DIPA, maka revisi DIPA termasuk dalam kewenangan

Kanwil (DJA).

Dalam proses revisi, BLU PPDPP akan melaksanakan hal-hal sebagai berikut :

a. Melakukan updating Arsip Data Komputer RKAKL dalam proses revisi POK

b. Mengirimkan Arsip Data Komputer revisi kepada Kementerian Keuangan sesuai

tingkat kewenangannya

c. Menginventarisir dan menelaah data dukung yang diperlukan dalam proses revisi

DIPA

2.3K E R J A SAMA A N TA RA B L U P P D P P D E NGAN B A N K P E L A K SANA

DAN I N S TAN S I L A I N N YA

Salah satu misi yang diemban BLU PPDPP dalam mengelola dan menyalurkan dana

FLPP adalah memberikan layanan penyaluran FLPP yang unggul, tepat sasaran, serta

mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan dana bergulir untuk mendukung

kesinambungan pembiayaan perumahan rakyat. Untuk mewujudkan misi tersebut

BLU PPDPP tidak dapat melaksanakannya sendiri, namun harus bekerja sama dengan

pemangku kepentingan perumahan lainnya. Saat ini kerja sama yang telah dibangun

antara lain dengan pihak perbankan dan pihak non perbankan seperti Lembaga

Kementerian, Lembaga Organisasi non Kementerian Negara, dan instansi lain seperti

Pemerintah Daerah (Pemda).

Dalam menyalurkan dana bergulir FLPP, BLU PPDPP memiliki keterkaitan yang sangat

erat dengan pihak perbankan. KPR Sejahtera sebagai produk utama yang dikelola oleh

BLU PPDPP disalurkan kepada MBR melalui pihak perbankan yang dikenal dengan istilah

Bank Pelaksana. Kerja sama ini bertujuan untuk mempermudah penyaluran dana FLPP

kepada MBR di seluruh Indonesia. Pada skema kerja sama tersebut Bank Pelaksana

49

2 . 2 K A RAKT E R I S T I K DANA B E RGU L I R F L P P

mendapatkan keuntungan berupa suku bunga/imbal hasil dari pengembalian pokok dan

tarif yang dibayarkan oleh MBR kepada BLU PPDPP.

Beberapa persyaratan Bank Pelaksana untuk bekerja sama dengan BLU PPDPP adalah:85

a. Mengajukan surat pernyataan minat menjadi Bank Pelaksana dalam rangka

penyaluran KPR Sejahtera kepada Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur

Pekerjaan Umum dan Perumahan

b. Memiliki perjanjian kerja sama pengelolaan rekening milik kementerian negara/

lembaga/satker dan perjanjian kerja sama pelaksanaan treasury notional pooling

pada rekening pemerintah milik kementerian negara/lembaga/satker dengan

Kementerian Keuangan

c. Memiliki nilai kesehatan bank paling rendah peringkat komposit 3 sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan (menggunakan nilai kesehatan bank

paling lambat 6 bulan sebelumnya)

d. Memiliki pengalaman dalam penerbitan KPR paling singkat 2 tahun

e. Memiliki infrastruktur dalam rangka pengelolaan KPR paling sedikit:

• Memiliki organisasi unit kerja pengelola kredit/pembiayaan pemilikan rumah

• Memiliki personil pengelola kredit/pembiayaan pemilikan rumah

• Memiliki teknologi informasi pengelolaan kredit/pembiayaan pemilikan rumah

• Memiliki kebijakan kredit/pembiayaan pemilikan rumah

f. Memiliki jaringan pelayanan yang memadai di tingkat pusat, provinsi, dan/atau

kabupaten/kota

g. Memiliki rencana penerbitan KPR Sejahtera untuk tahun berjalan

h. Menandatangani kesepakatan bersama dengan Direktur Jenderal Pembiayaan

Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan atau pejabat Kementerian PUPR

yang ditunjuk oleh Menteri

i. Menandatangani perjanjian kerja sama dengan Direktur Utama BLU PPDPP atau

pejabat yang ditunjuk oleh Menteri

85 Pasal 13 Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.

50

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

j. Bank Pelaksana bertanggung jawab atas ketepatan sasaran secara formal dan

bersedia diaudit oleh aparat pengawasan internal Kementerian dan/atau pengawas

eksternal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Apabila Bank Pelaksana telah memenuhi persyaratan tersebut maka Bank Pelaksana

dapat bekerja sama dengan BLU PPDPP dalam menyalurkan KPR Sejahtera. Dalam

melaksanakan tugas penyaluran dan pengelolaan dana pembiayaan perumahan

Direktur Utama BLU PPDPP diamanahkan oleh regulasi untuk menyelenggarakan fungsi

pelaksanaan kerja sama dengan instansi atau lembaga.86

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta ketepatan sasaran penyaluran dana

bergulir FLPP melalui KPR Sejahtera, BLU PPDPP tidak hanya bekerja sama dengan

Bank Pelaksana tetapi juga dengan instansi lain. Penjabaran kegiatan kerja sama BLU

PPDPP dengan pihak Bank Pelaksana dan instansi lain terdiri dari:

2.3.1K E R J A SAMA D E NGAN B A N K P E L A K SANA

Sejak tahun 2010 hingga saat ini BLU PPDPP bekerja sama dengan Bank Pelaksana

dalam menyalurkan dana bergulir FLPP. Sampai dengan tahun 2020, jumlah dana

bergulir FLPP yang disalurkan kepada MBR telah mencapai nilai Rp 55,6 Triliun, yang

apabila dikonversikan telah mencapai 764.856 unit rumah. Kerja sama yang dilakukan

antara BLU PPDPP dan Bank Pelaksana terbagi menjadi tiga kegiatan utama yaitu:

A. Pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama dan Bank Pelaksana

Perjanjian Kerja Sama (PKS) BLU PPDPP dan Bank Pelaksana merupakan perikatan

tertulis atau perjanjian yang berisikan kesepakatan mengenai penyaluran dana FLPP

melalui kredit/pembiayaan pemilikan rumah sejahtera bagi MBR. Secara singkat

dalam mencapai kesepakatan atau penandatanganan PKS tersebut telah melalui

beberapa tahapan. Diawali dengan penyusunan draft, melakukan pembahasan

klausul dengan pihak internal BLU PPDPP dan dengan pihak eksternal yaitu Bank

Pelaksana, serta penyelenggaraan seremoni penandatanganan PKS.

86 Pasal 6 jo Pasal 7 huruf e Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019.

51

2 . 3 K E R JA SAMA ANTARA B L U P P D P P D ENGAN B ANK P E L AKSANA DAN I N S TANS I L A I N NYA

Di dalam PKS diatur beberapa klausul kerja sama inti antara BLU PPDPP dan Bank

Pelaksana yaitu:

1. Ketentuan Umum

2. Maksud dan Tujuan

3. Ruang Lingkup

4. Hak dan Kewajiban antara BLU PPDPP dan Bank Pelaksana

5. Mekanisme Kerja sama

6. Pengelolaan Dana FLPP

7. Pengujian data dan Permintaan Pembayaran Dana FLPP

8. Penyaluran Dana FLPP

9. Ketepatan Sasaran Penyaluran FLPP

10. Evaluasi Penyaluran FLPP

11. Pengembangan Sistem Informasi

12. Sanksi

13. Force Majeure

14. Penyelesaian Perselisihan

Dasar hukum utama dalam penyusunan perjanjian ini diatur secara terperinci dalam

Peraturan Menteri PUPR No. 20/PRT/M/2019 tentang Kemudahan dan Bantuan

Pemilikan Rumah bagi MBR. Selain menyalurkan dana bergulir FLPP melalui KPR

Sejahtera, penandatanganan PKS bertujuan untuk mensinergikan pencapaian

Program Sejuta Rumah dan juga sebagai perpanjangan tangan BLU PPDPP

dalam mengedukasi masyarakat mengenai program KPR Sejahtera. Kewajiban

mengedukasi tercantum dalam PKS. Dinyatakan bahwa KPR Sejahtera merupakan

program pembiayaan perumahan subsidi dari Pemerintah yang wajib disampaikan

secara tertulis maupun lisan dalam sosialisasi dan edukasi melalui media cetak

serta elektronik oleh BLU PPDPP dan Bank Pelaksana.

Hingga tahun 2020, terdapat 49 Bank Pelaksana yang bekerja sama dalam

penyaluran FLPP, meliputi Bank Umum Nasional, Bank Syariah Nasional, Bank

Pembangunan Daerah, dan Bank Pembangunan Daerah Syariah.

52

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

Berikut adalah tabel daftar Bank Pelaksana:

B. Pelaksanaan Bimbingan Teknis dan Assessment Bank Pelaksana

1. Bimbingan teknis merupakan suatu kegiatan dimana BLU PPDPP memberikan

materi kepada Bank Pelaksana seputar Program KPR Sejahtera FLPP maupun

ketentuan klausul PKS.

2. Penilaian atau assessment adalah proses mengidentifikasi kriteria Bank

Pelaksana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum bekerja

sama dengan BLU PPDPP.

Kriteria penilaian atau assessment Bank Pelaksana yang berlaku saat ini adalah:

a. Persyaratan Bank Pelaksana yang diatur dalam Pasal 13 Permen PUPR No. 20/

PRT/M/2019

b. Jumlah kantor cabang penyalur dana FLPP

c. Jumlah SDM untuk penyaluran dana FLPP

d. Penilaian dokumen Rencana Bisnis Bank

e. Skema kredit, yaitu tersedianya skema kredit lahan dan konstruksi khusus untuk

pembangunan rumah FLPP

f. Memiliki rencana penyaluran dana FLPP setiap bulannya

Tabel 2.2. Daftar Bank Pelaksana(Sumber: Paparan Divisi Kerja Sama BLU PPDPP, 2021)

Bank Pelaksana Bank PelaksanaNo No

BTNBTNSYARIAHBRIBRISYARIAHBNIARTHAGRAHAMANDIRIBANKHANABANKBRIAGROBPDPAPUABANKBJBBANKBJBSYARIAHBPDACEHSYARIAHBPDSUMUTBPDSUMUTSYARIAHBPDKALBARBPDSULTRABANKSULSELBARBANKSULSELBARSYARIAHBPDJAMBIBPDJAMBISYARIAHBPDNTBSYARIAHBPDNTTBPDJATIMBPDJATIMSYARIAH

12345678910111213141516171819202122232425

262728293031323334353637383940414243444546474849

BPDNAGARIBPDNAGARISYARIAHBPDSUMSELBABELBPDSUMSELBABELSYARIAHBPDKALTENGBPDKALSELBPDKALSELSYARIAHBPDRIAUKEPRIBPDRIAUKEPRISYARIAHBPDDIYBPDJATENGBPDJATENGSYARIAHBPDKALTIMTARABPDSULTENGBANKSULUTGOBPDKALTIMTARASYARIAHBTPNBANKMAYORABUKOPINBPDBALIBANKDKIBANKSYARIAHMANDIRIBNISYARIAHBPDKALBARSYARIAH

53

2 . 3 K E R JA SAMA ANTARA B L U P P D P P D ENGAN B ANK P E L AKSANA DAN I N S TANS I L A I N NYA

g. Kemampuan Bank Pelaksana dalam pengimplementasian teknologi informasi

(aplikasi Host to Host)

h. Potensi supply rumah:

• Ketersedian ready stock

• Keterbangunan rumah on progress

• Jumlah perjanjian dengan Pengembang

i. Potensi demand perumahan:

• Data Debitur dari Pengembang

• Data Debitur dari potensi payroll

• Data Debitur dari Kantor Cabang

Apabila dapat memenuhi persyaratan di atas maka calon Bank Pelaksana yang

bersangkutan dapat menandatangani PKS dan menyalurkan dana FLPP di tahun

tersebut. Dalam pelaksanaan assessment, selain memeriksa kelengkapan dokumen

administratif, BLU PPDPP juga melakukan kunjungan lapangan. Kunjungan ini

bertujuan untuk memantau ketersediaan rumah FLPP yang dimiliki oleh Pengembang

yang telah bekerja sama dengan Bank Pelaksana.

Dalam setiap tahun anggaran penyaluran KPR Sejahtera, tiap Bank Pelaksana

mendapatkan kuota penyaluran yang diperjanjikan dalam PKS. Kuota penyaluran

adalah batasan target penyaluran untuk masing-masing Bank Pelaksana

berdasarkan besaran dana yang disediakan oleh BLU PPDPP beserta perhitungan

konversi unit rumah-nya dalam satu Tahun Anggaran penyaluran KPR Sejahtera.

Penentuan kuota yang akan diberikan kepada Bank Pelaksana baru dilaksanakan

setelah hasil assessment selesai. Selain itu besaran kuota yang diberikan juga

didasarkan pada hasil keputusan Direksi BLU PPDPP.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan Bimbingan Teknis dan pelaksanaan assessment

memiliki tujuan yang sejalan. Kedua kegiatan bertujuan untuk membekali Bank

Pelaksana penyalur KPR Sejahtera agar optimal dalam menyalurkan dana FLPP.

Khusus kegiatan Bimbingan Teknis difokuskan pada Bank Pelaksana yang baru

mengikuti PKS ataupun yang memiliki pencairan kecil.

C. Evaluasi Pelaksanaan Penerbitan KPR Sejahtera

Dalam rangka memastikan efektivitas penyaluran dana FLPP pada tahun berjalan,

diperlukan adanya evaluasi atas pelaksanaan penerbitan KPR Sejahtera yang

disalurkan oleh Bank Pelaksana. Evaluasi Pelaksanaan Penerbitan KPR Sejahtera

adalah kegiatan yang dilakukan oleh BLU PPDPP terhadap pelaksanaan penerbitan

54

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

KPR Sejahtera meliputi pencapaian target penyaluran dan kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan.87

Tahapan Evaluasi Pelaksanaan Penerbitan KPR Sejahtera dilakukan sebagai berikut:

1. BLU PPDPP melakukan Evaluasi Pelaksanaan Penerbitan KPR Sejahtera secara

triwulanan minimal 2 kali dalam setahun

2. Pada Triwulan Kesatu, BLU PPDPP memberikan hasil evaluasi pencapaian

kepada Bank Pelaksana

3. Pada Triwulan Kedua, dalam hal realisasi penerbitan KPR Sejahtera Bank

Pelaksana tidak mencapai 50% dari target PKS, BLU PPDPP melakukan

pengurangan kuota minimal 25% terhadap sisa target PKS

4. Pada Triwulan Ketiga, dalam hal realisasi penerbitan KPR Sejahtera Bank

Pelaksana tidak mencapai 75% dari target PKS, BLU PPDPP melakukan

pengurangan kuota minimal 25% terhadap sisa target PKS

5. Pada Evaluasi Akhir Tahun akan dilaksanakan pengurangan kuota sesuai

keputusan BLU PPDPP atas capaian kinerja Bank Pelaksana

Dalam Evaluasi Pelaksanaan Penerbitan KPR Sejahtera, Bank Pelaksana

dimungkinkan untuk mendapatkan tambahan dana FLPP beserta perhitungan

konversi unit rumah-nya. Syarat yang harus dipenuhi ialah dana FLPP masih tersedia

dan realisasi penerbitan KPR Sejahtera oleh Bank Pelaksana telah melampaui 80%

dari jumlah total target perencanaan, serta sudah melengkapi data kepastian lokasi,

jumlah unit, dan daftar calon Debitur.

Pada pelaksanaan evaluasi Triwulan Kedua dan Triwulan Ketiga, BLU PPDPP

menyampaikan laporan hasil evaluasi kepada Bank Pelaksana dalam bentuk rapor

yang terdiri atas beberapa aspek dengan pembobotan berbeda. Rapor Bank

Pelaksana ini akan menjadi bahan pertimbangan BLU PPDPP dalam menentukan

target kuota penyaluran KPR Sejahtera untuk Tahun Anggaran selanjutnya.

87 Pasal 76 Ayat (2) huruf a dan b, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.

55

2 . 3 K E R JA SAMA ANTARA B L U P P D P P D ENGAN B ANK P E L AKSANA DAN I N S TANS I L A I N NYA

Perumahan FLPP - Villa Tamara, Sulawesi Barat

56

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

Berikut contoh format rapor Bank Pelaksana yang disampaikan BLU PPDPP pada

kegiatan evaluasi:

Target 2021

Nilai Tertinggi

Total

Nilai Raport Evaluasi Triwulan XX 2021

No Nilai Tertinggi

100%

Nilai

0%

0%

Realisasi s/d XX XX 2021

XXXUnit

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

LamaWaktuTungguUserSiKasep

KepatuhanPenyampaianBerkasAsli

SosialisasidanEdukasi

KetepatansasaranPenyaluranDanaFLPP

TindakLanjutSuratPeringatan

PenyiapanStiker/PlatKPRSejahterasesuaiFormatT

PerubahanDataDebitur

PenyediaanSeluruhDataPenyaluranDanaFLPP

PenyampaianDataDebituraktif

PenyampalanRekeningKorantepatwaktu

RekonsiliasidanJadwalAngsuran

PelunasandipercepatsesuaiForPKS

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

0%

10%

5%

5%

5%

15%

5%

5%

10%

10%

10%

10%

10%

XXXUnit

Gambar 2.2. Contoh format rapor Bank Pelaksana(Sumber: Paparan Divisi Kerja Sama BLU PPDPP, 2021)

57

2 . 3 K E R JA SAMA ANTARA B L U P P D P P D ENGAN B ANK P E L AKSANA DAN I N S TANS I L A I N NYA

Roadmap Kerja Sama BLU PPDPP dan Bank Pelaksana dapat dilihat dalam bagan

berikut ini:

2.3.2K E R J A SAMA N ON B A N K P E L A K SANA

Dalam meningkatkan layanan dan strategi penyaluran yang lebih optimal, BLU PPDPP

menyusun konsep kerja sama dengan lembaga non perbankan. Instansi/lembaga non

Bank Pelaksana ini dapat berupa Kementerian, Pemda, Perusahaan BUMN/Swasta Non

Bank, dan Asosiasi Pengembang. Kerja sama yang hingga saat ini dijalankan ialah kerja

sama alternatif pendanaan FLPP dengan Pemda dan kerja sama penguatan proses

bisnis dengan beberapa Instansi. Adapun isu permasalahan yang melatarbelakangi

konsep kerja sama non Bank Pelaksana disebabkan oleh keterbatasan anggaran

APBN dalam membiayai FLPP, Infrastruktur yang belum mendukung kompleksitas

pelaksanaan pembiayaan perumahan, dan Transformasi kelembagaan. Kerja sama yang

dilakukan antara BLU PPDPP dan instansi lain non Bank Pelaksana terbagi menjadi dua

kegiatan, yaitu:

Gambar 2.3. Roadmap kerja sama BLU PPDPP dan Bank Pelaksana(Sumber: Paparan Divisi Kerja Sama BLU PPDPP, 2021)

• ProsesMoUdenganDJPI

• MatriksPKS• Updatingregulasidanmekanisme

• Nilaikuota• Breakdown targetperbulan

• Hakdankewajibanbankpelaksana

• Kepatuhanbankpelaksanaatasaturanyangberlaku

• Reviewdanstrategipencapaiantarget

• RBB• PotensicabangdanSDN

• Tersedianyaskemakreditkonstruksi

• Datapotensisupplydandemand

Pengembangan Bank Baru

Prospek

Assesment

Lolos/Tidak

Evaluasi per Triwulan

Bimbingan TeknisPenandatangananPKS

Penyusunan PKS

Lolos

• Komparisibankpelaksana

• Permintaanparaf/tandatangankepadaseluruhdireksiPPDPP

• PersiapanacarapenandatanganPKS

• PelaksanaanacarapenandatangananPKS

• Raporbankpelaksana(evaluasikinerja,kewajibankeuangandanketepatansasaran)

• Penambahan/pengurangankuota

58

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

A. Kerja Sama Alternatif Pendanaan FLPP

Berdasarkan jumlah supply dan demand rumah yang meningkat pesat setiap tahun

serta terbatasnya alokasi dana FLPP yang tersedia, maka BLU PPDPP berkeinginan

untuk dapat bekerja sama dengan Pemda atau instansi lainnya. Salah satu upaya

yang telah dilakukan BLU PPDPP terkait hal tersebut adalah menjajaki kerja sama

program FLPP dengan Pemda Jawa Barat dan Pemda DKI Jakarta. Kerja sama ini

berupaya untuk menyediakan alokasi dana FLPP yang bersumber dari APBD dengan

skema blended financing.

Pencairan Dana FLPP di dalam skema KPR Sejahtera merupakan gabungan antara

dana FLPP dan dana Bank Pelaksana dengan proporsi tertentu. Proporsi tertentu

tersebut ditetapkan berdasarkan kondisi perekonomian, tarif KPR Sejahtera, dan

suku bunga/margin KPR Sejahtera. Hal ini akan secara berkala dikaji untuk kemudian

disampaikan oleh BLU PPDPP kepada Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur

Pekerjaan Umum dan Perumahan untuk diusulkan penetapannya kepada Menteri

PUPR menjadi proporsi pendanaan KPR Sejahtera. Proporsi tertentu tersebut

dicantumkan dalam PKS BLU PPDPP dengan Bank Pelaksana.88 Saat ini proporsi

yang berlaku antara BLU PPDPP dan Bank Pelaksana adalah 75% porsi FLPP dan

porsi Bank Pelaksana sebesar 25%.89

Skema blended financing merupakan program pembiayaan campuran antara dana

APBD dengan dana Bank Pelaksana (contoh: Bank BJB dan Bank DKI), sebagai

alternatif pendanaan FLPP dalam membantu pembiayaan rumah KPR Sejahtera.

Dengan adanya metode ini maka diharapkan proporsi penyediaan dana FLPP dalam

skema KPR Sejahtera menjadi 50% porsi FLPP, 25% porsi Pemda, dan 25% porsi

Bank Pelaksana.

Dengan skema blended financing ini maka berdasarkan besaran anggaran dana

FLPP yang sama, BLU PPDPP dapat menyalurkan jumlah unit rumah dengan

sebaran yang lebih banyak. Diperkirakan capaian unit rumah khususnya di wilayah

Jawa Barat dan DKI Jakarta akan mengalami kenaikan sebesar 25%.

88 Pasal 23, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.89 Diktum Kesatu, Kepmen PUPR No. 463/KPTS/M/2018.

59

2 . 3 K E R JA SAMA ANTARA B L U P P D P P D ENGAN B ANK P E L AKSANA DAN I N S TANS I L A I N NYA

Metode blended financing dapat dilihat dalam bagan berikut ini:

B. Kerja Sama Penguatan Proses Bisnis

Dalam mendukung jalannya proses bisnis penyaluran dana FLPP, dibutuhkan kerja

sama dengan pemangku kepentingan lain agar penyaluran dana FLPP semakin

meningkat dan tepat sasaran. Hingga saat ini beberapa kerja sama yang telah

dilakukan BLU PPDPP dengan instansi lain non Bank Pelaksana adalah sebagai

berikut:

a. Kerja Sama Integrasi Sistem Teknologi Informasi dengan Direktorat Jenderal

Pajak, Kementerian Keuangan dalam rangka:

• Integrasi Nomor Induk Kependudukan (NIK) melalui Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP) calon Debitur dan Debitur KPR Sejahtera

• Mengetahui status kepemilikan rumah atas calon Debitur

• Aplikasi pendukung lainnya yang diciptakan BLU PPDPP seperti Sistem

Informasi KPR Subsidi Perumahan yang akan dijelaskan lebih lanjut di BAB

Alokasi dari BA999*

Alokasi dari APBD Setempat

APBN

APBN

Kementerian PUPR

Kementerian PUPR

Dana FLPP

Dana APBD / PAD

PPDPP

UPT / BLD

PenyaluranFLPP

PengembalianPokokdanTarifFLPP(0.5%)

PengajuanFLPP(50%)

PengajuanFLPP(25%)

Keterangan

PenyaluranFLPP

Membeli

Rumah

Membangun

danMenjual

Rumah

Menerima

Rumah

Menyerahkan

Rumah

PengembalianPokokdantarifFLPP(0.5%)

Bank Pelaksana(Porsi 25%)

MBR

Pengembang

• BA999 :BABendaharaUmumNegara(BUN)PengelolaanInvestasiPemerintah• SumberAnggaranPemda :APBD• PenyaluranFLPPolehUPT/BLUDdapatdalambentukpenempatandanadiBankPelaksana

Gambar 2.4. Metode blended financing pada KPR FLPP Pemda(Sumber: Paparan Divisi Kerja Sama BLU PPDPP, 2021)

60

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

III dapat terhubung dengan web system Direktorat Pajak Online untuk

melakukan pendaftaran bagi calon Debitur yang belum memiliki NPWP

b. Kerja Sama Integrasi Sistem Teknologi Informasi dengan Lembaga

Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional dalam rangka penyediaan sarana

teknologi informasi, serta integrasi antara Sistem Informasi Konstruksi Indonesia-

Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (SIKI LPJK) dengan aplikasi e-FLPP

BLU PPDPP.

c. Kerja sama dengan PT. Sarana Multigriya Finansial (Persero) dalam rangka:

• Peningkatan Fitur Web Services Data KPR Sejahtera

• Pemanfaatan data perumahan

• Pemanfaatan data Debitur dalam alur proses bisnis penyaluran KPR

Sejahtera

• Kebutuhan Dashboard

• Pelaporan hasil evaluasi Bank Pelaksana

d. Kerja sama Integrasi dengan PT. PLN (Persero) dalam rangka:

• Integrasi data pengguna layanan listrik yaitu Debitur/Nasabah penerima

Dana FLPP

• Integrasi data pembangunan rumah bersubsidi untuk perencanaan

sambungan listrik

• Pemadanan data ID PELANGGAN

• Sosialisasi bersama terkait program Electrifying Lifestyle

• Sosialisasi bersama penggunaan REC

2.4P EMASA RAN P R OG RAM

Penyaluran dan pengelolaan dana pembiayaan perumahan (FLPP), serta pengembangan

strategi bisnis dan pelayanan umum di bidang pengelolaan dana bergulir pembiayaan

61

2 . 4 P EMASARAN P ROGRAM

perumahan (FLPP) merupakan tugas BLU PPDPP.90 Untuk itu penting dilaksanakannya

sosialisasi dan promosi program FLPP kepada seluruh pemangku kepentingan.91

BLU PPDPP melakukan pemasaran program FLPP ke seluruh Indonesia secara berkala

dan terprogram sesuai rencana kerja. Tidak hanya kepada MBR, pemasaran yang

dilakukan BLU PPPDPP juga dilaksanakan kepada para pemangku kepentingan lainnya

yaitu:

a. Bank Pelaksana

b. Asosiasi Pengembang/Pelaku Pembangunan

c. Pemda

d. Lembaga lainnya

Pemasaran program yang dilakukan terhadap para pemangku kepentingan bertujuan

untuk mengedukasi dan meningkatkan brand awareness program KPR Sejahtera. Salah

satu contohnya adalah melakukan pemasaran program KPR Sejahtera kepada MBR

agar mereka memahami hak dan kewajiban mulai dari calon Debitur hingga menjadi

Debitur penerima dana FLPP. Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk menjaring MBR

dalam rangka mendukung pemenuhan Program Sejuta Rumah yang dicanangkan oleh

Pemerintah.

Penyebaran informasi program KPR Sejahtera dilakukan melalui beberapa strategi,

yaitu:

1. Serbu SiKasep

Dalam menyalurkan dana FLPP, BLU PPDPP telah mengembangkan beberapa

aplikasi penunjang. Salah satu aplikasi utama penunjang penyaluran dana FLPP

adalah “SiKasep”, yang penjelasannya akan dijabarkan lebih lanjut di BAB III.

Sedangkan untuk penyebaran informasi KPR Sejahtera digunakan strategi “Serbu

SiKasep”. Matriks program pemasaran dengan menggunakan strategi “Serbu

SiKasep” dapat dilihat pada gambar berikut:

90 Pasal 3, Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019.91 Ibid., Pasal 11 Ayat (1).

62

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

2. Sosialisasi KPR Sejahtera FLPP

Sosialisasi dilakukan sebagai usaha untuk meningkatkan brand awareness

masyarakat terhadap Program KPR Sejahtera FLPP. Sebelum adanya pandemi,

sosialisasi dilakukan dengan cara tatap muka langsung antara Bank Pelaksana

dengan masyarakat. Namun di masa pandemi, sosialisasi tatap muka diminimalisir

dan bila dilaksanakan maka tetap harus memperhatikan protokol kesehatan.

3. Kegiatan Pameran

Pelaksanaan kegiatan pameran bertujuan untuk memberikan sosialisasi dan edukasi

kepada masyarakat mengenai program KPR Sejahtera FLPP, proses pengajuan

KPR Sejahtera FLPP, serta lokasi perumahan subsidi. Sebelum pandemi, pameran

dilakukan secara konvensional dengan membuat booth yang menampilkan berbagai

informasi program KPR Sejahtera FLPP dan dapat dikunjungi masyarakat. Namun

pada saat Indonesia mengalami pandemi covid-19 di tahun 2020-2021, kegiatan

pameran dilaksanakan dalam bentuk virtual. Pameran virtual menjadi solusi untuk

tetap dapat menyebarkan informasi program rumah subsidi ke masyarakat luas

PTM Strategic

Push Stakeholders

Business to Business

Touch Market

Captive Market

Bekerjasamadenganstakeholders(Pengembang,PerbankandanPemda)perumahanuntukmelakukansosialisasidanpromosiprogramSiKasep

• Sosialisasidanedukasikepadanasabahkelolaanperbankan

• Sosialisasidanedukasikepadaperangkatdaerah• Melakukandeveloper gathering

IMC Strategic

ATL (Above the Line) BTL (Below the Line) TTL (Through the Line)

• Iklanmediacetak,mediaelektronik,danmedialuarruang

• Sosialisasi• Open booth• Canvasing

• MixingATLdanBTL• Mediasosialdanmediaonline

MASYARAKAT CERDAS

Gambar 2.5. Matriks program pemasaran dengan strategi “Serbu SiKasep”(Sumber: Paparan Divisi Pemasaran BLU PPDPP, 2021)

63

2 . 4 P EMASARAN P ROGRAM

di tengah larangan berkerumun saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

transisi di Jakarta.

4. Acara Temu Pengembang

Kegiatan ini menargetkan asosiasi pengembang, agar mereka lebih mengetahui hal-

hal terbaru mengenai KPR FLPP dan berbagai aplikasinya. Dimulai pada tahun 2020,

saat awal diperkenalkannya aplikasi SiKasep secara masif kepada masyarakat.

5. Marketing dan Komunikasi Produk KPR Sejahtera FLPP

Pada dunia pemasaran, dalam upaya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat

luas, dibutuhkan suatu cara untuk menyampaikan pesan tersebut baik secara satu

maupun dua arah. Salah satu cara yang cukup efektif adalah melalui periklanan.

Tujuan dari iklan ialah memberikan informasi tentang suatu produk atau jasa yang

bersifat persuasif melalui berbagai media yaitu: media cetak, radio, televisi, digital

advertising, dan juga media luar ruang. Di tengah kondisi pandemi covid-19 iklan

dapat menjadi solusi pemasaran kepada masyarakat luas tanpa menyebabkan

kerumunan massa.

2.5P E NYA L U RAN DANA B E R GU L I R

Menjadikan MBR sebagai subjek merupakan suatu prinsip yang dipegang oleh BLU

PPDPP dalam menyalurkan dana FLPP. Artinya kepentingan MBR menjadi tujuan dan

pertimbangan utama dalam penyusunan arah kebijakan pengelolaan dana FLPP secara

berkesinambungan. Selain itu, prinsip tersebut memiliki arti yaitu MBR harus menjadi

prioritas pemanfaat program dana FLPP yang diluncurkan oleh pemerintah. Sebelum

menjadi Debitur/Nasabah resmi KPR Sejahtera, MBR calon penerima dana FLPP disebut

dengan istilah MBR Kelompok Sasaran.92 Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai

proses penyaluran dana bergulir.

92 Pasal 1 Angka 18, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.

64

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

2.5.1V E R I F I K AS I DA N P E NGU J I A N M B R K E LOMPOK SASA RAN F L P P

Dalam menyalurkan dana FLPP kepada MBR sebagai Kelompok Sasaran, BLU PPDPP

melakukan pengujian terhadap MBR yang bisa mendapatkan fasilitas KPR Sejahtera,

agar dana yang disalurkan tepat sasaran. Pengertian Kelompok Sasaran adalah orang

perseorangan calon penerima KPR Sejahtera.

Persyaratan Kelompok Sasaran untuk memperoleh KPR Sejahtera antara lain adalah:93

a. Berkewarganegaraan Indonesia

b. Tercatat sebagai penduduk di 1 daerah kabupaten/kota

c. Belum pernah menerima subsidi atau bantuan pembiayaan perumahan dari

pemerintah terkait kredit/pembiayaan kepemilikan rumah dan kredit/pembiayaan

pembangunan rumah swadaya

d. Orang perseorangan yang berstatus tidak kawin atau pasangan suami istri

e. Tidak memiliki rumah

f. Memiliki penghasilan tetap atau tidak tetap yang tidak melebihi batas penghasilan

yang ditetapkan oleh Menteri PUPR

g. Ketentuan sebagaimana dimaksud huruf c dan huruf e dikecualikan untuk pegawai

negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara Republik

Indonesia yang pindah domisili karena kepentingan dinas, hal ini dibuktikan dengan

surat penempatan terakhir dan hal ini hanya diberlakukan 1 kali

h. Analisis kelayakan untuk mendapatkan KPR Sejahtera dan pengecekan kelengkapan

persyaratan MBR pemohon dilaksanakan oleh Bank Pelaksana yang bekerja sama

dengan BLU PPDPP

i. MBR berpenghasilan tidak tetap yang bekerja di sektor informal dapat melakukan

penyetoran dana untuk pembayaran angsuran KPR Sejahtera kepada Bank

Pelaksana secara harian, mingguan, atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

Bank Pelaksana

Batasan penghasilan MBR sebagai Kelompok Sasaran dari tahun ke tahun akan disajikan

di matriks Rekapitulasi Peraturan Penyaluran Dana KPR Sejahtera FLPP periode tahun

2010-2021.

93 Pasal 11, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.

65

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

Setelah memenuhi persyaratan tersebut Kelompok Sasaran harus memenuhi

persyaratan data dan berkas sebagai berikut:94

1. Kelompok Sasaran penerima KPR Sejahtera merupakan MBR perseorangan yang

berstatus tidak kawin atau pasangan suami istri. Untuk memperoleh KPR Sejahtera

pada saat pengajuan permohonan kepada Bank Pelaksana, Kelompok sasaran

harus melampirkan:

a. Surat pemesanan rumah dari Pengembang yang paling sedikit memuat harga

jual rumah dan alamat rumah

b. Fotokopi atau resi kartu tanda penduduk elektronik

c. Fotokopi kartu keluarga

d. Fotokopi akta nikah atau akta perkawinan bagi yang berstatus kawin

e. Fotokopi NPWP

f. Fotokopi surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan orang pribadi

g. Surat Pernyataan Pemohon (Format E), surat ini ditandatangani oleh Pemohon

untuk yang berstatus tidak kawin, atau suami dan istri untuk pasangan suami

istri

h. Slip gaji yang disahkan oleh pejabat yang berwenang bagi Pemohon yang

berpenghasilan tetap, atau surat pernyataan penghasilan yang ditandatangani

oleh Pemohon dan diketahui oleh kepala desa/lurah bagi Pemohon yang tidak

berpenghasilan tetap

2. Dalam hal orang pribadi memiliki NPWP kurang dari 1 tahun, Pemohon harus

menyerahkan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan orang pribadi pada

tahun berikutnya kepada Bank Pelaksana

3. Surat pernyataan Pemohon (Format E) bermeterai dan ditandatangani oleh

Pemohon dan diketahui oleh pimpinan instansi tempat bekerja, kepala desa, dan/

atau lurah yang menyatakan:

a. Mempunyai penghasilan yang tidak melebihi ketentuan batas penghasilan

kelompok sasaran

b. Tidak memiliki rumah

c. Menghuni Rumah Umum Tapak atau Sarusun Umum sebagai tempat tinggal

dalam jangka waktu paling lambat 1 tahun setelah serah terima rumah yang

dibuktikan dengan berita acara serah terima

94 Pasal 29, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.

66

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

d. Menghuni sebagai tempat tinggal dalam jangka waktu paling singkat:

• 5 tahun untuk Rumah Umum Tapak

• 20 tahun untuk Sarusun Umum

e. Tidak menyewakan dan/atau mengalihkan hak kepemilikan Rumah Umum Tapak

atau Sarusun Umum, kecuali dalam hal:

• Pewarisan

• Penghunian telah melampaui 5 tahun untuk Rumah Umum Tapak

• Perikatan kepemilikan telah melampaui 20 tahun untuk Sarusun Umum

• Pindah tempat tinggal karena tingkat sosial ekonomi yang lebih baik

f. Belum pernah menerima subsidi atau bantuan pembiayaan perumahan

dari pemerintah terkait kredit/pembiayaan kepemilikan rumah dan kredit/

pembiayaan rumah swadaya

g. Bertanggung jawab atas kebenaran formal dan materiil dokumen persyaratan

yang disampaikan kepada Bank Pelaksana

h. Bersedia mengembalikan bantuan dalam hal salah satu pernyataan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf g terbukti tidak benar

BLU PPDPP melaksanakan pengujian terhadap Kelompok Sasaran dengan melakukan

penilaian terhadap persyaratan yang tercantum di atas. Pengujian terhadap Kelompok

Sasaran yang dimaksud terdiri dari:

A. Verifikasi kelengkapan berkas Kelompok Sasaran

B. Pengujian berkas dan data Kelompok Sasaran

C. Penyusunan lembar hasil pengujian

A. Verifikasi Kelengkapan Berkas Kelompok Sasaran

1. Bank Pelaksana melakukan verifikasi terhadap Kelompok Sasaran dan bangunan

rumah untuk memastikan ketepatan Kelompok Sasaran dan kelaikan bangunan

rumah untuk diberikan KPR Sejahtera.95

2. Verifikasi oleh Bank Pelaksana (dilakukan oleh pejabat yang diberikan

kewenangan untuk melakukan verifikasi dan menandatangani surat permintaan

pembayaran dana FLPP) dilakukan terhadap:96

a. Kelengkapan dan kesesuaian dokumen persyaratan Pemohon (verifikasi

kartu tanda penduduk elektronik dengan memanfaatkan data kependudukan

95 Pasal 30, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.96 Ibid., Pasal 31.

67

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

dan pencatatan sipil pada kementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil)

b. Kesesuaian penghasilan Pemohon

c. Kesesuaian harga jual Rumah Umum Tapak atau Sarusun Umum

d. Kemampuan mengangsur Pemohon (Kelompok Sasaran)

Output dari hasil verifikasi Bank Pelaksana adalah:

a. Surat persetujuan pemberian kredit/pembiayaan (SP3K) bagi Kelompok

Sasaran yang lolos verifikasi

b. Daftar Kelompok Sasaran yang lolos verifikasi (Format H)97

c. Surat Pernyataan Verifikasi (Format I)98

3. Calon Debitur yang lolos verifikasi sebagaimana yang tercantum dalam Format

H dan Surat Pernyataan Verifikasi sebagaimana yang tercantum dalam Format I

akan diserahkan oleh Bank Pelaksana kepada BLU PPDPP.

4. Format H dan Format I diserahkan kepada BLU PPDPP (Divisi Verifikasi) dalam

bentuk aplikasi dan/atau non aplikasi99 untuk kemudian dilakukan pengujian

oleh BLU PPDPP. Saat ini proses pengujian data dilakukan melalui sistem Host

to Host Pengujian (penjelasan lebih lanjut di BAB III) antara BLU PPDPP dengan

Bank Pelaksana. Sistem ini adalah sistem pengujian data Kelompok Sasaran dan

agunan melalui Host to Host dari Bank Pelaksana ke BLU PPDPP.

B. Pengujian Berkas dan Data Kelompok Sasaran

1. Pengujian yang dilakukan oleh BLU PPDPP meliputi proses:

a. BLU PPDPP melakukan pengujian terhadap Format H dan Format I yang

diserahkan oleh Bank Pelaksana (dilaksanakan secara Host to Host)100

b. Pengujian dilakukan terhadap data Kelompok Sasaran, data Pengembang/

Pelaku Pembangunan dan agunan, serta data KPR (kecuali tanggal akad dan

nomor rekening)

97 Lampiran I, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.98 Ibid.99 Ibid., Lampiran I, Pasal 31 Ayat (8).100 Ibid., Pasal 32.

68

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

c. Output dari hasil pengujian BLU PPDPP adalah Lembar Hasil Pengujian

Data Kelompok Sasaran KPR Sejahtera (Format J)101 yang akan disampaikan

kembali pada Bank Pelaksana

d. Format J disampaikan kepada Bank Pelaksana dalam bentuk aplikasi dan/

atau non aplikasi (MBR Kelompok Sasaran masuk dalam daftar tunggu

selama maksimal 2 bulan)

e. Setelah Format J diterima oleh Bank Pelaksana, maka Bank Pelaksana

melakukan penandatanganan perjanjian kredit/akad pembiayaan KPR

Sejahtera dengan Kelompok Sasaran yang telah lolos pengujian data

Kelompok Sasaran oleh BLU PPDPP102

f. Dalam penandatanganan perjanjian kredit/akad pembiayaan KPR Sejahtera

tanggal akad dan nomor rekening dilengkapi oleh Bank Pelaksana

g. Di dalam perjanjian kredit/akad pembiayaan KPR Sejahtera Bank Pelaksana

wajib mencantumkan diantaranya:

• Informasi secara tertulis bahwa KPR Sejahtera didukung kemudahan

dan/atau bantuan pemerintah

• Harga jual rumah sesuai dengan dokumen resmi Akta Jual Beli atau

Perjanjian Pengikatan Jual Beli

• Luas tanah yang terdapat dalam perjanjian kredit/akad pembiayaan

sesuai dengan dokumen resmi Akta Jual Beli atau Perjanjian Pengikatan

Jual Beli

• Kewajiban Debitur/Nasabah untuk memasang tanda berupa stiker atau

plat yang telah disiapkan oleh Bank Pelaksana untuk setiap rumah yang

dihuni

h. Perjanjian kredit/akad pembiayaan KPR Sejahtera dengan Kelompok

Sasaran dapat dilaksanakan oleh Bank Pelaksana setelah bangunan rumah

serta prasarana, sarana, dan utilitas umum telah terlengkapi dan dibuktikan

dengan surat pernyataan mengenai kelaikan fungsi bangunan yang

harus dibuat oleh pengkaji teknis, pengawas konstruksi, atau manajemen

konstruksi bagi Rumah Umum Tapak sesuai dengan izin mendirikan

101 Lampiran I, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.102 Ibid., Pasal 34.

69

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

bangunan (Format D),103 atau sertifikat laik fungsi bagi Sarusun Umum104

(pada tahapan ini Kelompok Sasaran menandatangani Berita Acara Serah

Terima Rumah).

2. Bank Pelaksana mengajukan permintaan pembayaran dana FLPP (reimburse)

kepada BLU PPDPP atas perjanjian kredit/akad pembiayaan yang dilakukan

pada tahun berjalan.105

3. Permintaan pembayaran dana FLPP oleh Bank Pelaksana kepada BLU PPDPP

disampaikan secara tertulis dan harus dilengkapi dengan:

a. Dokumen surat permintaan pembayaran dana FLPP yang ditandatangani

oleh pejabat Bank Pelaksana yang berwenang (Format K)106

b. Dokumen daftar Debitur/Nasabah KPR Sejahtera (Format H)107

c. Dokumen lain yang dipersyaratkan BLU PPDPP dan disepakati dalam

perjanjian kerja sama dengan Bank Pelaksana

4. Dokumen permintaan pembayaran dana FLPP disampaikan melalui:

a. Aplikasi yang disiapkan oleh BLU PPDPP

b. Non aplikasi dalam bentuk dokumen salinan digital (disampaikan dengan

memuat pernyataan bahwa dokumen salinan digital tersebut sesuai dengan

dokumen cetak asli)

5. Penyampaian dokumen permintaan pembayaran dana FLPP sebagaimana

dimaksud angka 4 harus disampaikan juga dalam bentuk dokumen cetak asli yang

disampaikan paling lambat lima hari kerja setelah dokumen yang disampaikan

melalui aplikasi atau non aplikasi diterima dengan lengkap dan benar oleh BLU

PPDPP (permintaan pembayaran dana FLPP oleh Bank Pelaksana kepada BLU

PPDPP dilakukan paling lambat 90 hari kalender setelah Lembar Hasil Pengujian

Data Kelompok Sasaran KPR Sejahtera kepada Bank Pelaksana dikeluarkan).

6. Tata cara penyampaian dokumen permintaan pembayaran dana FLPP

sebagaimana dimaksud pada angka 4 dan batas waktu pengajuan permintaan

pembayaran dana FLPP dari Bank Pelaksana kepada BLU PPDPP disepakati

dalam perjanjian kerja sama.

103 Lampiran I, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.104 Ibid.,Pasal 34 Ayat (1) huruf b.105 Ibid., Pasal 35.106 Ibid., Lampiran I.107 Ibid.

70

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

Perumahan FLPP - Villa Tamara, Sulawesi Barat

71

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

7. BLU PPDPP melakukan pengujian terhadap permintaan pembayaran dana

FLPP yang meliputi segala sesuatu yang dimaksud pada angka 2 hingga angka

6.108 Tahapan ini dilaksanakan melalui sistem Elektronik-Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan (e-FLPP). Sistem e-FLPP adalah cara yang digunakan

untuk melakukan pengajuan permintaan pembayaran dana KPR FLPP oleh Bank

Pelaksana Pusat kepada pihak BLU PPDPP. Saat ini e-FLPP telah dikembangkan

menjadi e-FLPP 2.0, yang penjelasannya akan dijabarkan lebih lanjut di BAB III.

8. Pengujian sebagaimana dimaksud pada angka 7 dilakukan terhadap:

a. Kesesuaian data antara hasil pengujian data Kelompok Sasaran dan data

permintaan pembayaran dana FLPP

b. Pengecekan nomor rekening dan tanggal akad

c. Pengecekan surat pernyataan mengenai kelaikan fungsi bangunan yang

dibuat oleh pengkaji teknis, pengawas konstruksi, atau manajemen

konstruksi bagi Rumah Umum Tapak sesuai dengan izin mendirikan

bangunan, atau sertifikat laik fungsi bagi Sarusun Umum

d. Kelengkapan berita acara serah terima rumah

Dalam pelaksanaan Pengujian Berkas dan data Kelompok Sasaran, BLU PPDPP

menyusun parameter pengujian yang ditetapkan secara internal oleh BLU PPDPP.

Parameter ini ditetapkan untuk meningkatkan ketepatan sasaran dan juga upaya

penumbuhan kualitas data Debitur/Nasabah KPR Sejahtera yang dikelola BLU PPDPP.

Parameter pengujian adalah kriteria yang ditetapkan sebagai dasar penilaian/penetapan

terhadap data kelompok sasaran serta data Debitur/Nasabah yang disampaikan

oleh Bank Pelaksana kepada BLU PPDPP dan mengacu pada ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Parameter pengujian ini digunakan sebagai

pedoman setiap unit kerja di lingkungan BLU PPDPP untuk menjalankan tugas dan

fungsinya dalam penyaluran dana FLPP. Kriteria beserta uraian parameter pengujian

disampaikan kepada Bank Pelaksana untuk memberikan informasi dan penjelasan.

Parameter pengujian yang ditetapkan oleh BLU PPDPP dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

108 Pasal 36, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.

72

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

PA RAME T E R P E NGU J I A N DATA K E LOMPOK SASA RAN DAN

DATA D E B I T U R / N ASA BAH K P R S E J AH T E R A

Keterangan: *) Parameter masih mengacu pada Kepmen PUPR No 242/KPTS/M/2020, belum menggunakan Kepmen PUPR No 995/KPTS/M/2021**) Boleh tidak diisi/dikosongkan

A

KriteriaNamaPemohon

KriteriaPekerjaanPemohon

KriteriaJenisKelamin

KriteriaNomorKTPPemohon

Nilai Kriteria1. Skorkesesuaiandata≥75%2.TerdaftarpadaaplikasiSiKasep

Nilai KriteriaHanyabolehdiisisesuaireferensi:1,2,3,4,atau5

Nilai Kriteria1. HanyabolehdiisidenganLatauP2.SesuaidataDukcapil

Nilai Kriteria1. 16digitangka2.Tidakberakhiran“0000”3.Digitkeduatidakboleh“0”4.CekduplikasidatabaseFLPP,SSB,danBP2BTpadaNIKDebiturdanNIKpasangan

Uraian KriteriaNamayangsesuaidantercantumpadaKartuTandaPenduduk(KTP)sertaterdaftardiDatabaseDitjenDukcapil,Kemendagri

Uraian KriteriaJenisPekerjaanPemohonsaatmengajukanKPRSejahteraFLPP,diisidenganpilihankategorisebagaiberikut:1: PNS2:TNI/Polri

Uraian KriteriaJenisKelaminPemohonsesuaidantercantumpadaKTPsertaterdaftardiDatabaseDitjenDukcapil,Kemendagridiisidenganpilihankategorisebagai

Uraian KriteriaNomorIndukKependudukan(NIK),adalahnomoridentitasPendudukyangbersifatunikatau

3:PegawaiSwasta4:Wiraswasta5:Lainnya

berikut:L:Laki-lakiP:Perempuan

khas,tunggal,danmelekatpadaseseorangyangterdaftarsebagaiPendudukIndonesia

1

2

3

4

Daftar Parameter Pengujian Data Kelompok Sasaran*

Acuan-

AcuanLampiranHPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019

Acuan-

Acuan1. Pasal1Angka12danPasal13UUNo.24Tahun2013

2.Pasal31Ayat(1)PPNo.40Tahun2019

5.CekduplikasidatatemporaryFLPP(datayangmasihdalamproses)

6.TerdaftardansesuaididatabaseDitjenDukcapilKemendagri

7. TerdaftardiaplikasiSiKasep

73

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

KriteriaNPWPPemohon

KriteriaNomorKartuKeluarga

KriteriaPenghasilan

KriteriaNamaPasangan**)

Nilai Kriteria1. 15digitangka,2.Cekduplikasidatabasepenerimasubsidipembiayaanperumahan

Nilai Kriteria1. 16digitangka2.TerdaftardansesuaididatabaseDitjenDukcapilKemendagri

Nilai KriteriaA.KriteriaI UntukTanggalSP3K≤30Juni20211. maksimumRp8.000.000,-2.penghasilan≥nilaiangsuran3.Palinglambatditagihkantanggal30September2021

B.KriteriaII UntuktanggalSP3K>30Juni20211. UntukwilayahnonPapuadanPapuaBarat,maksimal

Nilai Kriteria1. SkorkesesuaiandatadenganDatabaseDukcapil≥75%;

Uraian KriteriaNomorPokokWajibPajak(NPWP)adalahnomoryangdiberikankepadaWajibPajaksebagaisaranadalamadministrasiperpajakan

Uraian KriteriaKartuKeluarga(KK)adalahkartuidentitaskeluargayangmemuatdatatentangnama,susunandan

Uraian KriteriaPenghasilanorangperseoranganyangtidakkawin/kawinmerupakanseluruhpendapatanbersihyangbersumberdarigaji,upah,dan/atauhasilusahasendiri/gabungansuamiistri.

PenghasilanKelompokSasarandihitungberdasarkanseluruhpendapatanbersihyangbersumberdari:a.Gaji,upahdan/atauhasilusahasendiriuntukyangberstatustidakkawin

b.Gaji,upahdan/atauhasilusahagabunganuntukpasangansuamiistri

Uraian KriteriaNamapasanganyangsesuaidantercantumpadaKartuTandaPenduduksertaterdaftar

sertadigunakansebagaitandapengenaldiriatauidentitasWajibPajakdalammelaksanakanhakdankewajibanperpajakannya

hubungandalamkeluarga,sertaidentitasanggotakeluarga

• Pendapatanbersihyangbersumberdarigajiatauupahmerupakanseluruhpendapatansetelahdikurangikewajibanpajakpenghasilan,potonganyangdiwajibkandalamketentuanperaturanperundang-undangan,dan/ataupotonganyangdisyaratkantempatkerja

• Pendapatanbersihdibuktikandarislipgaji/upahyangdisahkanolehpejabatberwenang(pegawaiformal)atausuratpernyataanpenghasilanyangditandatanganiolehkepaladesaataulurah(pegawaiinformal)

diDatabaseDitjenDukcapil,Kemendagri

5

6

7

8

Acuan1. Pasal1Angka7PeraturanDirekturJenderalPajakNo.PER-04/PJ/2020

2.BabEpoin1hurufdSuratEdaranDirekturJenderalPajakNo.SE-44/PJ/2015

Acuan1. Pasal1Angka13UUNo.24Tahun2013

2.Pasal1Angka16PermendagriNo.109Tahun2019

Acuan1. Pasal2Angka(4)dan(5)PermenPUPRNo.1Tahun2021

2.LampiranBagianKelompokSasaranKPRSejahteraKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020

3.SuratEdaranDirjenPembiayaanInfrastrukturPekerjaanUmumdanPerumahanNo.01/SE/Dp/2020

4.KepmenPUPRNo.411/KPTS/M/2021

Acuan-

FLPP,SSBdanBP2BT(subsidichecking);

3.CekdatabaseDitjenPajakKemenkeu

a.TidakkawinRp6.000.000,-b.KawinRp8.000.000,-

2.UntukwilayahPapuadanPapuaBarat,maksimala.TidakkawinRp7.500.000,-b.KawinRp10.000.000,

3.Penghasilan≥nilaiangsuran

2.Tidakbolehterisiangka

74

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

KriteriaNomorKTPPasangan**)

KriteriaAlamatDomisili

KriteriaNomorPonsel

KriteriaNomorSP3K

KriteriaTanggalSP3K

KriteriaMaksimumKredit

Nilai Kriteria1. 16digitangka2.Tidakberakhiran“0000”3.Digitkeduatidakboleh“0”4.CekduplikasidatabaseFLPP,SSB,danBP2BTpadaNIKDebiturdanNIKpasangan

Nilai KriteriaMemuatkata“Jalan”atau“Desa/Kelurahan/Kel”atau“Kecamatan/kec”atau“Kabupaten/Kab/Kota”atau“Provinsi/Prov”

Nilai Kriteria1. 10-13digitangka;2.PengecekanduplikasinomorponselpadadatabaseFLPP,SSB,danBP2BT

Nilai Kriteria1. 5-50karakter2.CekduplikasidatabasepenerimasubsidipembiayaanperumahanFLPP,SSB,danBP2BT(subsidichecking)

Nilai Kriteria1. 10digit2.Formatyyyy-mm-dd3.Minimaltanggal1April2020

Uraian KriteriaNIK,adalahnomoridentitasPendudukyangbersifatunikataukhas,tunggaldanmelekatpada

Uraian KriteriaAlamattempattinggalPemohonsesuaiKTPsaatmengajukanKPRSejahteraFLPP.Apabila

Uraian KriteriaNomorponselaktifDebitur

Uraian KriteriaNomorDokumenSuratPersetujuanPemberianKredit

Uraian KriteriaTanggalDokumenSuratPersetujuanPemberianKredit

Uraian KriteriaNilaimaksimumkreditadalahnilaikredit/pembiayaantertinggiyangdapatdisalurkanolehBank

seseorangyangterdaftarsebagaiPendudukIndonesia

terdapatperbedaandenganKTP,makadilengkapidenganSuratKeteranganDomisili

atauyangdipersamakandanditerbitkanolehBankPelaksana

atauyangdipersamakandanditerbitkanolehBankPelaksana

PelaksanakepadacalonDebiturFLPP

9

10

11

12

13

14

Acuan1. Pasal1Angka12danPasal13UUNo.24Tahun2013

2.Pasal31Ayat(1)PPNo.40Tahun2019

Acuan-

Acuan-

AcuanInventarisirnomorSP3KBankPelaksana

Acuan-

5.CekduplikasidatatemporaryFLPPpadakolomNIKDebiturdanNIKPasangan(datayangmasihdalamproses)

6.TerdaftardansesuaididatabaseDitjenDukcapilKemendagri

3.CekduplikasidatatemporaryFLPP(datayangmasihdalamproses)

4.Harusdiawalidengan0xxxx

3.CekduplikasidatatemporaryFLPP(datayangmasihdalamproses)

4.Tahunberjalan–1≤TanggalSP3K≤TanggalAkad

75

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

Nilai Kriteria1. NilaiKPR≤MaksimumKredit≤HargaJualRumah(Riil)

2.UntukRumahTapak: MaksimumKredit=HargaJualRumah(Riil)–(1%*HargaRumah)–SBUM

AcuanPasal8danPasal25Ayat(1)hurufadanbPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019

3.UntukRumahSusun: MaksimumKredit=HargaJualRumah(Riil)–(1%*HargaRumah)

KriteriaHargaJualRumah

KriteriaUangMuka

KriteriaSubsidiUangMuka

KriteriaNilaiKPR

KriteriaSukuBungaKPR

Nilai Kriteria1. Untukrumahtapak: Hargajualrumah≤HargaMaksimumsesuaiKodeWilayahAdministrasiAgunan

2.Untukrumahsusun: Hargajualrumah≤HargaMaksimumsesuaiKodeWilayahAdministrasiAgunan

Nilai Kriteria1. Minimal1%dariHargaJualRumah(Riil)

Nilai Kriteria1. RumahTapak: harusbernilaiRp4.000.000,-(untukseluruhprovinsikecualiPapuadanPapuaBarat)atau

Rp10.000.000,-(untukPapuadanPapuaBarat)

Nilai Kriteria1. NilaiKPR≤NilaiMaksimumKredit2.NilaiKPR=HargaJualRumah(Riil)–UangMuka–SBUM

3.Tidakbolehbernilainegatif

Uraian KriteriaHargaunitrumahFLPPyangdijualPengembangkepadaPemohon

Uraian KriteriaNilaiUangMukayangdibayarkanpemohonkepadaPengembangtanpaSBUM

Uraian KriteriaSubsidiBantuanUangMukaPerumahan(SBUM)adalahsubsidiPemerintahyangdiberikankepada

Uraian KriteriaNilaiKPRyangditetapkanBankPelaksanakepadaPemohon

Uraian KriteriaSukuBungaKPRadalahsukubungayangditetapkanpemerintahsesuaiperaturanperundang-undanganyangberlaku,dituliskan

sebagaimanatercantumdalamdokumenSP3K

MBRdalamrangkapemenuhansebagian/seluruhuangmukapemilikanrumah

sebagaimanatercantumdalamdokumenSP3K

dalamsatuandesimaldimanasukubungaKPRsudahtermasukpremiasuransijiwa,asuransikebakarandanasuransikredit/pembiayaan

15

16

17

18

19

AcuanLampiranBagianBatasanHargaJualRumahUmumTapakdanSatuanRumahSusunKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020

AcuanPasal25Ayat(1)hurufadanbPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019

Acuan1. Pasal1Angka4danPasal8PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019

2.DiktumKesatudanDiktumKelimaKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020

AcuanPasal25Ayat(1)danPasal27Ayat(1)PermenPUPRNo.20/PRT/M/20192019

3.Hargajualrumah≤HargaJualperm2sesuaiKodeWilayahAdministrasiAgunan

4.Pembulatandiangkaribuan5.HargaJualRumah(Riil)>NilaiKPR

2.Maksimal:HargaJualRumah(Riil)

2.RumahSusun: harusbernilai03.Catatan:padasaatkuotapenyaluranFLPP>kuotaSBUM,dimungkinkanSBUMbernilai0sesuaikebijakanpimpinansecaratertulis(diskresi)

76

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

KriteriaTenor

KriteriaAngsuranKPR

KriteriaNamaPengembang

KriteriaNilaiFLPP

KriteriaNPWPPengembang

Nilai Kriteria4(empat)digit,yaitu0.05

Nilai Kriteria1. Minimal36bulan2.Maksimal240bulan

Nilai Kriteria1. Rumusperhitunganbungaanuitasdenganamortisasitahunanataubulanan

Nilai Kriteria1. TerdaftardiaplikasiSIRENG2.PengecekanKesesuaian75%namapengembangdenganpemilikNPWP

Nilai Kriteria75%dariNilaiKPR

Uraian KriteriaJangkawaktupenyelesaiankredit/pembiayaanKPRSejahterayangdituliskandalamsatuanbulan

Uraian KriteriaNilaiAngsuranKPRSejahteradariPemohonkepadaBankPelaksanayangtercantumdalamdokumenSP3K

Uraian KriteriaPengembangPerumahanadalahpelakupembangunanyangmenyelenggarakanpembangunanperumahandankawasan

Uraian KriteriaNilaiFLPPyangditagihkankepadaPPDPPKementerianPUPRyaitusebesar75%dariNilaiKPR

Uraian KriteriaNPWPadalahnomoryangdiberikankepadaWajibPajaksebagaisaranadalamadministrasiperpajakanyangdipergunakan

permukimanyangterdaftarpadaSistemRegistrasiPengembang(SIRENG)

sebagaitandapengenaldiriatauidentitasWajibPajakdalammelaksanakanhakdankewajibanperpajakannya

20

21

22

23

24

Acuan1. Pasal27Ayat(1)hurufcdanhurufddanPasal28Ayat(1)hurufcdanhurufd,PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019

2.LampiranBagianKelompokSasaranKPRSejahteraKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020

AcuanLampiranBagianKelompokSasaranKPRSejahteraKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020

AcuanPasal25Ayat(1)hurufddanPasal26Ayat(1)hurufdPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019

AcuanPasal1Angka2danPasal35Ayat(2)PermenPUPRNo.24/PRT/M/2018

AcuanDiktumKesatuKepmenPUPRNo.463/KPTS/M/2018

2.Toleransi/pembulatan-(Rp100,-)sampaiRp.100,-

yangtercatatpadaDatabaseDitjenPajakKemenkeu

3.Tidakbolehkosongataudiisikarakterlain

77

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

KriteriaNamaPerumahan

KriteriaAlamatAgunan

KriteriaBlokAlamatAgunan

KriteriaNomorAlamatAgunan

KriteriaKota/KabupatenAgunan

Nilai Kriteria1. 15digitangka,2.CekdatabaseDitjenPajakKemenkeu

Nilai Kriteria1. CekIDLokasipadaaplikasiSiKumbang

2.SkorkesesuaiandataSiKasep≥75%

Nilai Kriteria1. CekIDRumahpadaaplikasiSiKumbang

2.CekduplikasiIDRumahpadadatabaseFLPP

Nilai Kriteria1. CekIDRumahpadaaplikasiSiKumbang

2.Tidakbolehkosong

Nilai KriteriaCekIDRumahpadaaplikasiSiKumbang

Nilai Kriteria1. Skorkesesuaiandatakodewilayahadministrasipemerintahan≥75%

Uraian KriteriaNamaPerumahanyangterdaftardiaplikasiSistemInformasi

Uraian KriteriaAlamatAgunanyangterdaftardiaplikasiSiKumbang

Uraian KriteriaBlokunitRumahyangterdaftarpadaaplikasiSiKumbangdantercantumdalamdokumenAkadJualBeli/PerjanjianKredit.Untuk

Uraian KriteriaNomorunitRumahyangtelahterdaftarpadaaplikasiSiKumbang

Uraian KriteriaNamaKota/KabupatenAgunansesuaidenganketentuan

KumpulanPengembang(SiKumbang)

perumahanyangtidakmemilikiBlokAlamatAgunandapatdiisikandengantanda“–“

KodeWilayahAdministrasiPemerintahan

25

26

27

28

29

Acuan1. Pasal1Angka7PeraturanDirekturJenderalPajakNo.PER-04/PJ/2020

2.BabEpoin1hurufdSuratEdaranDirekturJenderalPajakNo.SE-44/PJ/2015

Acuan-

Acuan-

Acuan-

Acuan-

AcuanPermendagriNo.72Tahun2019

3.Tidakbolehkosongataudiisikarakterlain

3.CekduplikasiIDRumahpadadatatemporaryFLPP(datayangmasihdalamproses)

3.Dapatdiisikantanda“–“untukperumahanyangtidakadablokalamatagunannya

2.Memuatkata“Kota/Kabupaten/Kab”3.Jeniskarakterhuruf

78

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

KriteriaKodeWilayahAdministrasiAgunan

KriteriaLuasTanah

KriteriaLuasBangunan

KriteriaKodeJenisKPR

Nilai KriteriaCekdatabasekodewilayahadministrasipemerintahan

Nilai Kriteria1. UntukRumahTapak: 60–200m22.UntukRumahSusun=0m2

Nilai Kriteria21-36m2

Nilai Kriteria1. “1”untukrumahtapak2.“2”untukrumahsusun3.Jikahargajualrumah(riil)≤hargarumahtapakmaksimalKepmen,maka1

Uraian KriteriaKodeWilayahAdministrasiPemerintahanadalahidentitaswilayahadministrasipemerintahan,yangmemuatangkaperwakilanwilayahadministrasipemerintahandaerah

Uraian KriteriaLuasTanahdariRumahFLPPyangtercantumdalamdokumenSP3Kdalamsatuanm2

Uraian KriteriaLuasBangunandariRumahFLPPyangtercantumdalamSP3Kdalamsatuanm2

Uraian KriteriaJenisRumahKPRSejahteraFLPP,diisidenganketentuan:

provinsi,daerahkabupaten/kota,Kecamatanatauyangdisebutdengannamalain,DesaatauyangdisebutdengannamalaindanKelurahanseluruhIndonesia

1:RumahTapak2:RumahSusun

30

31

32

33

AcuanPasal1Angka10danLampiranRekapitulasidanRincianKodedanDataWilayahAdministrasiPemerintahanPerProvinsiSeluruhIndonesiasesuaiPermendagriNo.137Tahun2017sebagaimanatelahdiubahdenganPermendagriNo.72Tahun2019

AcuanLampiranBagianBatasanLuasTanahdanLuasLantaiRumahUmumTapaksertaLuasBangunanRumahSusunKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020

AcuanLampiranBagianBatasanLuasTanahdanLuasLantaiRumahUmumTapaksertaLuasBangunanRumahSusunKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020

Acuan-4.Jikahargajualrumah(riil)>harga

rumahtapakmaksimalKepmen,maka2

79

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

B

KriteriaNomorRekeningPemohon

KriteriaNomorBAST

KriteriaTanggalBAST

KriteriaTanggalAkad

KriteriaTanggalSLF

Nilai Kriteria1. CekduplikasidatabaseFLPP,SSBdanBP2BT

2.Cekduplikasipadadatatemporary

Nilai Kriteria1. CekduplikasidatabaseFLPP,SSBdanBP2BT

2.CekduplikasipadadatatemporaryFLPP(datayangmasihdalamproses)

Nilai Kriteria1. 10digit2.Formatyyyy-mm-dd

Nilai Kriteria1. 10digit;2.Formatyyyy-mm-dd;

Nilai Kriteria1. UntukRumahTapak: Tahunberjalan–20≤tanggalSLF≤tanggalakad

Uraian KriteriaNomorrekeningkreditDebitur/Nasabah(untukpencairandan

Uraian KriteriaNomordokumenBeritaAcaraSerahTerima(BAST)RumahSejahteraFLPPyangtelah

Uraian KriteriaTanggaldokumenBASTRumahSejahteraFLPPyangtelah

Uraian KriteriaTanggalAkadKreditsesuaiyangtercantumdalamdokumenPerjanjianKredit/AkadPembiayaan

Uraian KriteriaTanggaldokumenyangtercantumpadasuratpernyataanmengenaikelaikanfungsibangunanyangdibuatolehpengkajiteknis,pengawaskonstruksi,atau

angsuran)yangditerbitkanolehBankPelaksana

ditandatanganiolehpengembangdanDebitur/Nasabah

ditandatanganiolehpengembangdanDebitur/Nasabah

yangditandatanganiantaraDebitur/NasabahdenganBankPelaksana

manajemenkonstruksibagiRumahUmumTapaksesuaidenganizinmendirikanbangunan,atausertifikatlaikfungsibagiSarusunUmum

1

2

3

4

5

Daftar Parameter Pengujian Data Debitur/Nasabah KPR Sejahtera FLPP

Acuan1. Pasal36Ayat(2)hurufbPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019

2.InventarisirnomorrekeningdariBankPelaksana

AcuanPasal36Ayat(2)hurufddanLampiranFdanGPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019

AcuanPasal36Ayat(2)hurufddanLampiranFdanGPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019

AcuanPasal35Ayat(1)danPasal36Ayat(2)hurufbPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019

Acuan1. Pasal36Ayat(2)hurufcPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019

2.Pasal297Ayat(2)PPeraturanPemerintahNo.16Tahun2021

FLPP(datayangmasihdalamproses)

3.5-20digitangka

3.NomorBASTharusmemuatTahun(2020,2021,dst)

4.5-50karakter

3.Tahunberjalan–1≤tanggalBAST≤tanggalIDtagihan

3.Tahunberjalan≤tanggalakad≤tanggalIDtagihan

2.UntukRumahSusun: tahunberjalan–5≤tanggalSLF≤tanggalakad

3.Formatyyyy-mm-dd

80

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

C. Penyusunan Lembar Hasil Pengujian Permintaan Pembayaran Dana FLPP

1. Output hasil pengujian berkas dan data Kelompok Sasaran di atas dituangkan dalam

lembar hasil pengujian permintaan pembayaran dana FLPP (Format L)109

2. Apabila terdapat perbedaan nama pejabat yang berwenang dalam melakukan

permintaan pembayaran, maka permintaan pembayaran tidak dapat diproses

3. Pengujian sebagaimana dimaksud pada angka 8 Pengujian Berkas dan Data

Kelompok Sasaran dilakukan paling lambat 3 hari kerja setelah dokumen permintaan

pembayaran dana FLPP sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pada angka

2 hingga angka 6 di atas diterima lengkap dan benar serta dibuktikan dengan

konfirmasi dari BLU PPDPP

Secara umum proses pengujian FLPP baik melalui sistem Host to Host dan e-FLPP,

digambarkan pada grafik di samping ini.

109 Lampiran I, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.

KriteriaNomorSuratPernyataanSLF

Nilai KriteriaNomoryangdiisikantidakbolehberisiangka0semua

Uraian KriteriaNomordokumenyangtercantumpadasuratpernyataanmengenaikelaikanfungsibangunanyangdibuatolehpengkajiteknis,pengawaskonstruksi,atau

manajemenkonstruksibagiRumahUmumTapaksesuaidenganizinmendirikanbangunan,atausertifikatlaikfungsibagiSarusunUmum

6

AcuanPasal36Ayat(2)hurufcPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019

Matriks 2.1. Parameter pengujian data Kelompok Sasaran dan data Debitur/Nasabah KPR Sejahtera.

81

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

Pelaksanaan pengujian verifikasi kelengkapan berkas, data, serta penyusunan lembar

hasil pengujian MBR Kelompok Sasaran dilakukan bersamaan dengan pengecekan

dokumen administrasi pengembang melalui aplikasi SiKumbang yang akan dijelaskan

pada BAB berikutnya.

Dalam rangka pengembangan proses verifikasi dan pengujian, maka BLU PPDPP

menyiapkan strategi pengembangan Kalibrasi dan Testing. Strategi tersebut juga

mendukung penyelanggaraan ISO 9001:2015 terkait Sistem Manajemen Mutu (SMM)

yang telah dimiliki BLU PPDPP. Penjelasan lebih lanjut dari kedua kegiatan tersebut

sebagai berikut:

1. Kalibrasi

a. Latar belakang

b. Menindaklanjuti temuan (observasi) audit sertifikasi SMM ISO 9001:2015 dalam

lingkup BLU PPDPP. Disarankan agar BLU PPDPP melaksanakan proses kalibrasi

sistem e-FLPP secara periodik untuk memastikan sistem berjalan baik.

Verifikasi Bank

Pembayaran Dana

Persetujuan Kredit (SP3K)

Pengujian

Daftar Kelompok Sasaran

Permintaan Pembayaran

Pengujian Data

BAST

Daftar Tunggu(90 hari)

Akad

SLF

• SuratPernyataanVerifikasi

• DaftarKelompokSasaran

• SuratPermintaan• DaftarDebitur/Nasabah

• DokumenlainyangdipersyaratkandiPKO

Tidaklengkap

Tidaklolos

H2H Lolos

Lengkap

e-FLPP2.0

Gambar 2.6. Proses pengujian FLPP melalui sistem Host to Host dan e-FLPP(Sumber: Paparan Divisi Verifikasi BLU PPDPP, 2021)

82

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

c. Prinsip kerja

• Menyiapkan data dummy untuk dilakukan pengetesan kedalam portal, yang

terdiri dari data benar dan data salah

• Data dummy yang telah disiapkan diuji ke dalam sistem, kemudian dicatat

hasilnya untuk memastikan apakah sesuai dengan pola yang sudah

ditetapkan atau tidak

• Hasil kalibrasi direkap dalam laporan untuk disampaikan kepada pimpinan

d. Waktu pelaksanaannya dilakukan secara berkala minimal 3 bulan sekali

e. Kebutuhan infrastruktur yang diperlukan adalah Portal Kalibrasi

f. Output yang dihasilkan ialah Laporan Kalibrasi Sistem Pengujian FLPP

2. Testing

a. Latar belakang

Dalam rangka optimalisasi pengujian data MBR kelompok sasaran yang lolos

verifikasi.110

b. Prinsip kerja

• Memilih data sampel (5%-10% untuk tiap berkas permintaan pembayaran

dana FLPP atau 5%-10% dari total target pengujian FLPP terhadap hasil uji

data Host to Host)

• Sampel data dites terhadap parameter pengujian (ditetapkan internal oleh

BLU PPDPP)

• Hasil pengetesan direkap dalam laporan untuk disampaikan kepada

pimpinan

c. Waktu pelaksanaannya dilakukan sepanjang tahun

d. Kebutuhan infrastruktur yang diperlukan adalah Dashboard Kontrol Uji Data

Host to host

e. Output yang dihasilkan adalah Laporan Testing Hasil Pengujian FLPP

Untuk mendukung pelaksanaan kedua kegiatan tersebut, disiapkan juga parameter

pengujian data kelompok sasaran dan data Debitur/Nasabah KPR Sejahtera FLPP

sebagai acuan/rujukan. Parameter pengujian merupakan kriteria yang ditetapkan

sebagai dasar penilaian/penetapan terhadap data kelompok sasaran dan data Debitur/

Nasabah yang disampaikan oleh Bank Pelaksana kepada BLU PPDPP mengacu pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Parameter ini terdiri dari kriteria, uraian

kriteria, dan nilai kriteria. Bagan pengembangan verifikasi dan pengujian dapat dilihat

di samping:

110 Pasal 32, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.

83

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

2.5.2P E NATA L A K SANAAN K E UANGAN DANA B E R GU L I R F L P P

Setelah MBR Kelompok Sasaran telah melalui verifikasi Bank Pelaksana dan pengujian

BLU PPDPP, kemudian dinyatakan lolos, maka BLU PPDPP akan menyalurkan dana

FLPP kepada Bank Pelaksana. Dana FLPP akan disalurkan oleh Bank Pelaksana kepada

MBR dengan mekanisme KPR Sejahtera.

Penatalaksanaan keuangan dana bergulir FLPP dilakukan oleh BLU PPDPP secara

berkesinambungan dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan BLU

dan negara sesuai peraturan perundang-undangan, yang terdiri dari:

OUTPUT

• LembarHasilPengujian• NotaDinasPengantarDirekturLayanan

I N P U T P ROCE S S

• PernyataanVerifikasi• DaftarKelompokSasaran

Kalibrasi

Memastikan kehandalan sistem/mesin dan dalam kondisi laik operasi dan dilakukan secara berkala setiap 3 bulan sekali → Portal Kalibrasi

Temuan Observasi ISO 9001 2015 PPDPP

Rujukan/Acuan Parameter Pengujian Data Kelompok Sasaran dan Data Debitur/Nasabah KPR Sejahtera FLPP

Testing

Untuk menguji output yang dihasilkan telah sesuai persyaratan/spesifikasi dengan melakukan pengujian sampel → Dashboard Kontrol Ujidata Host to Host

• Datalolospengujian(daftartunggu90hari)

• SetAkad,Rekening,BAST,KelaikanFungsiBangunanGedung

• PermintaanPembayaranDana,DaftarDebitur,RekapLaikFungsi

e-FLPP 2.0

Gambar 2.7. Bagan pengembangan verifikasi dan pengujian(Sumber: Paparan Divisi Verifikasi BLU PPDPP, 2021)

84

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

1. Pembayaran Dana FLPP

Pembayaran dana FLPP dilakukan sesuai skema yang diatur dalam Peraturan

Menteri PUPR111 dan PKS BLU PPDPP dengan Bank Pelaksana. Pembayaran dana

FLPP dari BLU PPDPP kepada MBR melalui Bank Pelaksana dilakukan dengan

ketentuan sebagai berikut:112

a. Pencairan atau pembayaran dana FLPP dilakukan melalui rekening program

FLPP KPR Sejahtera di Bank Pelaksana

b. Pembayaran dana FLPP dilakukan paling lambat 2 hari kerja setelah

dikeluarkannya lembar hasil pengujian permintaan pembayaran dana FLPP

(Format L)

c. Berdasarkan pembayaran dana FLPP sebagaimana dimaksud pada huruf b, BLU

PPDPP menyampaikan jadwal angsuran kepada Bank Pelaksana (Format M)113

d. Bank Pelaksana menyampaikan surat tanda terima uang atau kuitansi

pembayaran uang (Format N)114 paling lambat 5 hari kerja sejak diterimanya

pembayaran dari BLU PPDPP

Terhadap Dana FLPP yang dicairkan Bank Pelaksana melakukan pembayaran Tarif

KPR Sejahtera berupa bunga/imbal hasil atas penggunaan dana FLPP untuk KPR

Sejahtera yang diterbitkan sesuai dengan perhitungan dan jadwal yang ditetapkan

BLU PPDPP ke rekening dana operasional BLU PPDPP. Keterlambatan pembayaran

tarif KPR Sejahtera dikenakan denda sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan mengenai penerimaan negara bukan pajak.115

Pembayaran dana bergulir FLPP dilaksanakan sebagai realisasi dana kelolaan

BA.999 yang disalurkan kepada MBR melalui Bank Pelaksana dalam bentuk KPR

Sejahtera dalam unit rumah. Pembayaran dana FLPP kepada Bank Pelaksana

dijalankan berdasarkan pada peraturan teknis berikut ini:

a. PMK No. 99 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir Pada

Kementerian Negara/Lembaga

b. PMK No. 218 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas PMK No. 99/PMK.05/2008

Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir Pada Kementerian Negara/

Lembaga

111 Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.112 Ibid., Pasal 37.113 Ibid., Lampiran I.114 Ibid.115 Ibid., Pasal 39.

85

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

c. PMK No. 182 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Rekening Milik Satuan Kerja

Lingkup Kementerian Negara/Lembaga

d. PMK No. 216 Tahun 2011 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Pusat

Pembiayaan Perumahan Pada Kementerian Perumahan Rakyat

e. PMK No. 81 Tahun 2019 tentang Batasan Rumah Umum, Pondok Boro, Asrama

Mahasiswa Dan Pelajar, Serta Perumahan Lainnya, Yang Atas Penyerahannya

Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

f. PMK No. 245 Tahun 2016 tentang Monitoring Kinerja dan Evaluasi Kinerja atas

Penggunaan Dana Bendahara Umum Negara

g. Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019 tentang Kemudahan dan Bantuan Pemilikan

Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

h. Kepmen PUPR No. 995/KPTS/M/2021 tentang Batasan Penghasilan Tertentu,

Suku Bunga/Marjin Pembiayaan Bersubsidi, Masa Subsidi, Jangka Waktu Kredit/

Pembiayaan Pemilikan Rumah, Batasan Luas Tanah, Batasan Luas Lantai,

Batasan Harga Jual Rumah Umum Tapak dan Satuan Rumah Susun Umum, dan

Besaran Subsidi Bantuan Uang Muka

i. PMK No. 130 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, dan

Pertanggungjawaban Dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

j. PMK No. 129 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengelolaan Badan Layanan Umum

2. Rekonsiliasi Dana dan Rekening Dana

Setelah pembayaran dana FLPP dilaksanakan, untuk mencocokkan data KPR

Sejahtera serta posisi dana FLPP pada tiap Bank Pelaksana, BLU PPDPP dan Bank

Pelaksana melakukan rekonsiliasi. Rekonsiliasi dilakukan oleh BLU PPDPP terhadap

dana FLPP dan rekening dana FLPP. Pelaksanaan rekonsiliasi disepakati dalam PKS

BLU PPDPP dan Bank Pelaksana.116 Pelaksanaan rekonsiliasi dana dan rekening

dana didasarkan pada peraturan teknis berikut ini:

a. PMK No. 182 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Rekening Milik Satuan Kerja

Lingkup Kementerian Negara/Lembaga

b. Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019 tentang Kemudahan dan Bantuan Pemilikan

Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

c. PMK No. 104 Tahun 2017 tentang Pedoman Rekonsiliasi dalam Penyusunan

Laporan Keuangan Lingkup Bendahara Umum Negara dan Kementerian Negara/

Lembaga

116 Pasal 40, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.

86

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

d. Kepmen PUPR No. 247 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengalokasian,

Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa

e. Kepmen PUPR No. 231 Tahun 2018 tentang Proporsi Pendanaan Kredit/

Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera

3. Penagihan Pembayaran Pengembalian Pokok Dana Bergulir FLPP

Setelah dibayarkan kepada Bank Pelaksana, BLU PPDPP akan menerima

pengembalian pokok yang dibayarkan oleh MBR kepada BLU PPDPP melalui Bank

Pelaksana. Bank Pelaksana wajib mengembalikan pokok dana FLPP tanpa syarat

kepada BLU PPDPP yang dilakukan secara bulanan sesuai dengan jadwal amortisasi

yang ditetapkan oleh BLU PPDPP. Keterlambatan pengembalian pokok dana

FLPP dikenakan denda sebesar tingkat suku bunga deposito 3 bulan penjaminan

Lembaga Penjamin Simpanan, terhadap besaran kewajiban pengembalian pokok

dikalikan dengan jumlah hari keterlambatan dibagi 365 hari. Bank Pelaksana

menyetorkan pengembalian pokok dana FLPP ke rekening dana kelolaan BLU

PPDPP sesuai jadwal angsuran.117 BLU PPDPP juga melaksanakan pemantauan dan

evaluasi terhadap kepatuhan Bank Pelaksana dalam pengembalian dana FLPP dan

kepatuhan Bank Pelaksana dalam penyampaian laporan penyaluran dana FLPP.118

Penagihan pembayaran pengembalian pokok dana bergulir FLPP dijalankan

berdasarkan pada peraturan teknis berikut ini:

a. PMK No.182 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Rekening Milik Satuan Kerja

Lingkup Kementerian Negara/Lembaga

b. Permen PUPR No.20 Tahun 2019 tentang Kemudahan dan Bantuan Pemilikan

Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah

c. SOP Penyaluran Dana FLPP

d. PMK No.129 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengelolaan Badan Layanan Umum

4. Pengelolaan Dana FLPP

Alur bisnis pengelolaan dana bergulir FLPP, yang dilaksanakan BLU PPDPP dalam

menjalankan pengelolaan dana BA.999119 secara singkat adalah sebagai berikut:

a. Terdapat 4 rekening yang harus dibuka pada tiap-tiap Bank Pelaksana untuk

menjalankan program FLPP yaitu:

117 Pasal 38, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.118 Ibid., Pasal 76 Ayat (2) huruf e dan huruf f.119 Pasal 77, PMK No. 129/PMK/05/2020.

87

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

1. Rekening Dana Kelolaan BLU120

Rekening Dana Kelolaan BLU adalah rekening lainnya dalam bentuk giro

milik BLU yang dipergunakan untuk menampung dana yang tidak dapat

dimasukkan ke dalam Rekening Operasional BLU dan Rekening Pengelolaan

Kas BLU pada Bank Umum, untuk menampung dana yang dapat berasal

dari alokasi Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara, salah satunya dana

bergulir dan/atau dana yang belum menjadi hak BLU.

2. Rekening Dana Operasional BLU121

Rekening Operasional BLU adalah rekening lainnya dalam bentuk giro

milik BLU yang dipergunakan untuk menampung seluruh penerimaan

atau membayar seluruh pengeluaran BLU yang dananya bersumber dari

penerimaan negara bukan pajak BLU pada Bank Umum.

3. Rekening Program122

Rekening Program adalah rekening milik Bank Pelaksana yang dipergunakan

untuk menampung tagihan FLPP

4. Rekening Pengelolaan Kas BLU (tidak wajib)123

Rekening Pengelolaan Kas BLU adalah rekening lainnya milik BLU yang

dapat berbentuk deposito pada Bank Umum dan/atau rekening pada bank

kustodian untuk penempatan idle cash yang terkait dengan pengelolaan kas

BLU.

b. Dalam melaksanakan tugas pengelolaan dana bergulir FLPP, maka berdasarkan

Keputusan Menteri PUPR untuk setiap Tahun Anggaran, ditunjuk pejabat

pembantu yaitu Bendahara BA.999 dan Bendahara Penerimaan BA.033.

Bendahara Penerimaan BA.033 berkewajiban melakukan penerimaan PNBP

yang berasal dari tarif pendapatan layanan.

c. KPA BA.999, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BA.999, dan Bendahara BA.999

bertanggung jawab atas penyaluran dan fungsi cash & liquidity management

pada Rekening Dana Kelolaan BLU PPDPP.

d. Selain Rekening Dana Kelolaan, untuk melancarkan pemantauan penyaluran

dana FLPP, terdapat Rekening Program yang dimiliki oleh masing-masing Bank

Pelaksana sebagai alat bantu dalam memudahkan tracing transaksi penyaluran

dana FLPP.

120 Pasal 1 Angka 29, PMK No. 129/PMK/05/2020.121 Ibid., Pasal 1 Angka 25.122 Pasal 37 Ayat (1), Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.123 Op. Cit., Pasal 1 Angka 28.

88

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

e. KPA, PPK, dan Bendahara BA.999 melaporkan izin atas pembukaan/

penutupan Rekening Dana Kelolaan Bank Pelaksana kepada Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara Jakarta II.

f. MBR akan membayarkan angsuran kepada Bank Pelaksana setiap bulannya,

kemudian Bank Pelaksana melakukan pengembalian pokok atas angsuran

tersebut ke Rekening Dana Kelolaan milik BLU PPDPP.

g. KPA, PPK, dan Bendahara BA.999 akan melakukan short term investment

(investasi jangka pendek)124 dalam bentuk Deposito pada Bank Pelaksana

berdasarkan seleksi yang dilakukan dengan mekanisme beauty contest.125

Investasi jangka pendek merupakan skema optimalisasi kas BLU pada

Rekening Operasional Penerimaan BLU dan/atau Rekening Dana Kelolaan BLU.

Termasuk dalam pengertian kas yang harus dioptimalkan adalah merupakan

kas yang dimiliki sebagai akibat perbedaan waktu diterimanya kas dengan saat

dikeluarkannya kas. Pemimpin BLU menetapkan batas maksimal saldo dalam

Rekening Operasional Penerimaan BLU dan Rekening Dana Kelolaan BLU di

luar yang dioptimalkan sebagai kas penyangga dengan tetap memperhatikan

prinsip efisiensi dan efektivitas. Ketentuan investasi jangka pendek di atas

berlaku mutatis mutandis terhadap BLU yang menerapkan 1 jenis Rekening

Operasional BLU.126

Investasi jangka pendek merupakan kegiatan manajemen kas aktif berupa

penempatan kas pada instrumen keuangan dengan risiko rendah. Investasi ini

dapat berupa penempatan kas pada Rekening Pengelolaan Kas BLU berbentuk

deposito on call dan/atau deposito berjangka pada Bank Umum.127 Dalam hal

investasi jangka pendek BLU PPDPP bekerja sama dengan Bank Pelaksana

yang telah menandatangani.

Untuk memastikan ketersediaan kas pada saat diperlukan, BLU harus mengelola

portofolio investasi dengan memperhatikan bauran instrumen investasi. Bauran

instrumen investasi mempertimbangkan kredibilitas bank, jatuh tempo, nominal,

dan ketentuan penalti.128

124 Pasal 83 Ayat (1), PMK No. 129/PMK.05/2020.125 Ibid., Pasal 91 Ayat (1).126 Op. Cit., Pasal 83.127 Ibid., Pasal 84.128 Ibid., Pasal 85.

89

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

Setiap BLU menyusun kebijakan investasi jangka pendek yang ditetapkan oleh

Pemimpin BLU. Kebijakan investasi jangka pendek paling sedikit memuat:129

• Batas maksimum proporsi kas BLU yang dapat ditempatkan pada satu pihak

• Sistem pengawasan dan pelaporan pelaksanaan pengelolaan investasi

jangka pendek

• Pembatasan wewenang transaksi investasi jangka pendek untuk setiap

level manajemen dan pertanggungjawabannya

BLU menyusun rencana investasi jangka pendek tahunan yang ditetapkan

oleh Pemimpin BLU. Rencana investasi jangka pendek tahunan paling sedikit

memuat:130

• Data histori saldo kas

• Proyeksi penerimaan dan pengeluaran kas BLU

• Sasaran tingkat hasil investasi yang diharapkan, termasuk tolok ukur hasil

investasi (yield's benchmark) dengan rata-rata bunga/imbal hasil deposito

over the counter bank badan usaha milik negara

Pengelolaan investasi jangka pendek diselenggarakan oleh Pemimpin BLU atau

Pejabat Pengelola setingkat di bawah Pemimpin BLU yang mempunyai fungsi

pengelolaan kas dan/atau investasi.131

Dalam mengelola investasi jangka pendek, pengelola investasi harus

melakukan:132

• Analisis terhadap risiko dan kajian yang memadai serta terdokumentasi

dalam menempatkan, mempertahankan, dan melepaskan investasi

• Penyusunan, pendokumentasian, dan pemeliharaan catatan dan/atau kertas

kerja terkait pengelolaan investasi

Pemilihan/penunjukan Bank Umum untuk membuka Rekening Operasional BLU,

Rekening Dana Kelolaan BLU, dan Rekening Pengelolaan Kas BLU, dilakukan

melalui Beauty Contest. Beauty Contest sebagaimana dimaksud di atas

dilaksanakan dengan mekanisme berikut:133

• BLU membentuk panitia untuk mengadakan seleksi melalui Beauty Contest

• Panitia seleksi yang terbentuk menentukan kriteria, tata cara, dan tahapan

pelaksanaan seleksi dalam suatu dokumen rencana seleksi Beauty Contest

129 Pasal 86, PMK No. 129/PMK.05/2020.130 Ibid., Pasal 87. 131 Ibid., Pasal 88.132 Ibid., Pasal 89.133 Ibid., Pasal 91 Ayat (1) dan (2).

90

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

• Panitia seleksi melakukan penyaringan sesuai dengan dokumen rencana

seleksi yang telah disetujui

Pelaksanaan Beauty Contest khusus untuk Rekening Pengelolaan Kas BLU

dapat dilakukan melalui Kementerian Keuangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai

tata cara pelaksanaan Beauty Contest yang dilakukan melalui Kementerian

Keuangan diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.134

Pemimpin BLU menyusun dan menetapkan standar operasional prosedur dalam

rangka pengelolaan kas.135

Di dalam pengelolaan dana FLPP BA.999, BLU PPDPP juga menjalankan

pelaksanaan Investasi dana FLPP didalamnya. Pelaksanaan investasi dana

FLPP saat ini didukung dengan regulasi bahwa hasil pemupukan dari investasi

dapat digunakan sebagai dana bergulir penyaluran FLPP. Investasi BLU PPDPP

dilaksanakan dalam bentuk Persentase Realisasi Penerimaan PNBP BLU.

h. Atas pembayaran pokok dan deposito tersebut, KPA, PPK, dan Bendahara

BA.999 melaporkan saldo rekening secara berkala kepada KPPN Jakarta II

i. Rekening Dana Kelolaan akan dilaporkan secara berkala melalui Laporan

Keuangan Pelaksana (LKP) dana FLPP dengan Sistem Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan Investasi Pemerintah (SAIP)

Dalam melakukan penatalaksanaan keuangan dana bergulir FLPP dilakukan pula

hal-hal berikut ini:

1. Penyusunan Prognosa Pengembalian Pokok

2. Pelaksanakan Rekomendasi Badan Pengawas Keuangan dan Auditor Eksternal

lainnya terkait Pengelolaan Dana Kelolaan (BA.999)

3. Penyampaian masukan atas penyusunan SAIP

4. Dukungan teknis atas perubahan porsi dan tarif serta pembuatan skema

pembiayaan lainnya

Dengan adanya kegiatan penatalaksanaan keuangan dana bergulir FLPP yang

dijelaskan di atas, diharapkan keberlanjutan penyaluran dana FLPP memiliki kualitas

yang lebih terjamin, tingkat kepuasan masyarakat meningkat atas pembayaran

tagihan FLPP, serta Laporan Keuangan mendapat hasil Wajar Tanpa Pengecualian

134 Pasal 91 Ayat (3) dan (4), PMK No. 129/PMK.05/2020. 135 Ibid., Pasal 92.

91

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

(WTP) dan penerimaan PNBP tarif semakin meningkat. Sustainability atas

pembiayaan dana bergulir FLPP pun menjadi lebih terjamin.

Gambar 2.8. Pengelolaan dana BLU PPDPP (Sumber: Paparan Direktur Utama BLU PPDPP, 2021)

Rek. Pengelolaan Kas

Deposito

Short Term Investment

Pokja

Penyaluran ke Bank

Rek. Prog

MBR

APBNBA 9 9 9 .0 3

A P BNBA 0 3 3 .1 6

Rekening Dana Kelolaan

Rekening Dana Operasional Pegeluaran

Rekening Dana Operasional Penerimaan

Giro Giro GiroJasa Giro

Pengembalian pokok Tarif Jasa giro

DendaPenyaluran

SAIP

Laporan saldo rekening berkala

SAIBA

Laporan saldo rekening berkala

ExecutingPencairan deposito

Bunga deposito

Bendahara 1, 49 Rek. Bendahara 2, 49 Rek. Bendahara 3, 1 Rek.

LKP FLPP SAIP

LKP FLPP SAIP

92

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

R E KAP I T U L AS I P E RATURAN P E NYA LURAN DANA K P R

S E J AHT E RA F L P P P E R I OD E TAHUN 2 0 1 0 - 2 0 2 1

( P E R 1 3 AGUSTUS 2 0 2 1 )

Matriks ketentuan pokok penyaluran KPR Sejahtera dari tahun ke tahun disajikan di

bawah ini:

KeteranganRT :RumahTapakSRS :SatuanRumahSusunPorsi :merupakanproporsipendanaanPPDPPdanBPTapera

2010

KetentuanBungaRT :8,15%-8,50%BungaSRS :9,25%-9,95%Porsi :-Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :60%-40%Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%

Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbungadanbataspenghasilanMBR,diberlakukanpadatanggal3September2010.

KeteranganPeraturaninimengaturketentuanbesaranporsipenyalurandana,diberlakukanpadatanggal18Oktober

2010(BatasannilaiporsiFLPPmerujukpadabesarannilaikredit).

b.Peraturan1bmerupakanpetunjukpelaksanaanPeraturan1a,diberlakukanpadatanggal6September2010.

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp2.500.000,-RumahSusun :a.MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp2.500.000,-

b.MBMdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.500.000,-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Peraturana.PermenperaNo.14Tahun2010b.PermenperaNo.15Tahun2010

PeraturanPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.2Tahun2010

PeraturanPMKNo.185/PMK.05/2010

KeteranganPeraturaninimengaturketentuantariflayananKPRSejahtera,diberlakukanpadatanggal15Oktober2010danmasihberlakuhinggaJanuari2011

1

2

3

2011

93

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

KetentuanBungaRT :8,15%-8,50%BungaSRS :9,25%-9,95%Porsi :-Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp2.500.000,-RumahSusun :a.MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp2.500.000,-

b.MBMdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.500.000,-

Peraturana.PermenperaNo.14Tahun2010b.PermenperaNo.15Tahun2010

1

2012

KetentuanBungaRT :7,25%BungaSRS :7,25%Porsi :-Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :60%-40%Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%

Keterangana.Peraturan1ayangmengaturbataspenghasilanMBR,diberlakukanpadatanggal8Februari2012untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.14Tahun2010.

KeteranganPeraturaninimengaturketentuanbesaranporsipenyalurandanadengannilaiyangsama,diberlakukanpada

KeteranganPeraturaninimengaturketentuantariflayananKPRSejahtera,diberlakukanpadatanggal14Desember2011untuk

Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbungasertabataspenghasilanMBR,diberlakukan

b.Peraturan1byangmengaturketentuanbunga,diberlakukanpadatanggal8Februari2012untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.15Tahun2010.

tanggal18Oktober2010danmasihberlakuhinggatahun2011.

(BatasannilaiporsiFLPPmerujukpadabesarannilaikredit)

menggantikan/mencabutPMKNo.185/PMK.05/2010.

padatanggal3September2010danmasihberlakuhinggatahun2011.

b.Peraturan1bmerupakanpetunjukpelaksanaanPeraturan1a,

diberlakukanpadatanggal6September2010danmasihberlakuhinggatahun2011.

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp3.500.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp5.500.000,-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Peraturana.PermenperaNo.4Tahun2012b.PermenperaNo.5Tahun2012

PeraturanPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.2Tahun2010

PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011

1

2

3

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :50%-50%Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.3Tahun2012

2

94

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

KeteranganPeraturaninimengaturperubahanketentuanbesaranporsipenyalurandana,diberlakukanpadatanggal

9Februari2012(BatasannilaiporsiFLPPmerujukpadabesarannilaikredit)

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011

3

KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuantariflayananKPRSejahteradengannilaiyangsama,diberlakukan

Keterangana.Peraturan1ayangmengaturbataspenghasilanMBR,diberlakukanpadatanggal8Februari2012untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.14Tahun2010

KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuanbesaranporsidengannilaiyangsama,diberlakukanpadatanggal

padatanggal14Desember2011danmasihberlakuhinggatahun2012.

b.Peraturan1byangmengaturketentuanbunga,diberlakukanpadatanggal8Februari2012untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.15Tahun2010

25Mei2012untukmenggantikan/mencabutPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.3Tahun2012(Batasannilai

c.Peraturan1cmerupakanperubahanperaturan1a,diberlakukanpadatanggal24Mei2012.

d.Peraturan1dmerupakanperubahanperaturan1b,diberlakukanpadatanggal24Mei2012

porsiFLPPmerujukpadabesarannilaikredit).

2012

KetentuanBungaRT :7,25%BungaSRS :7,25%Porsi :-Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :50%-50%Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp3.500.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp5.500.000,-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Peraturana.PermenperaNo.4Tahun2012b.PermenperaNo.5Tahun2012c.PermenperaNo.7Tahun2012d.PermenperaNo.8Tahun2012

PeraturanPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.9Tahun2012

PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011

1

2

3

Perubahan Pertama

KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuantariflayananKPRSejahteradengannilaiyangsama,diberlakukan

padatanggal14Desember2011danmasihberlakuhinggatahun2012.

95

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

2012

Perubahan Kedua

Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbungadanbataspenghasilanMBR,diberlakukanpadatanggal10Juli2012untukmenggantikan/mencabut

KeteranganPeraturaninimengaturperubahanketentuanbesaranporsipenyalurandana,diberlakukanpadatanggal

KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuantariflayananKPRSejahteradengannilaiyangsama,diberlakukan

PermenperaNo.4Tahun2012danPermenperaNo.7Tahun2012.

b.Peraturan1bmerupakanpetunjukpelaksanaanPeraturan1a,diberlakukanpadatanggal

30Juli2012untukmenggantikan/mencabutPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.9Tahun2012.(Batasannilai

porsiFLPPmerujukkepadahargarumah).

padatanggal14Desember2011danmasihberlakuhinggatahun2012.

10Juli2012untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.5Tahun2012danPermenperaNo.8Tahun2012.

2012

KetentuanBungaRT :7,25%BungaSRS :7,25%Porsi :-Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :70%-30%Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp3.500.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp5.500.000,-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Peraturana.PermenperaNo.13Tahun2012b.PermenperaNo.14Tahun2012

PeraturanPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.26Tahun2012

PeraturanPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.26Tahun2012

1

2

3

Perubahan Ketiga

KetentuanBungaRT :7,25%BungaSRS :7,25%Porsi :-Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp3.500.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp5.500.000,-

Peraturana.PermenperaNo.13Tahun2012b.PermenperaNo.14Tahun2012

1

Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbungadanbataspenghasilanMBR,diberlakukanpadatanggal17Oktober2012

untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.13Tahun2012

b.Peraturan1bmerupakanpetunjukpelaksanaanPeraturan1a,

diberlakukanpadatanggal17Oktober2012untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.14Tahun2012

96

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :70%-30%Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanPeraturanPemimpinSatkerBLUNo.26Tahun2012

2

KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuantariflayananKPRSejahteradengannilaiyangsama,diberlakukan

padatanggal14Desember2011danmasihberlakuhinggatahun2012.

KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuantariflayananKPRSejahteradengannilaiyangsama,diberlakukan

padatanggal14Desember2011danmasihberlakuhinggatahun2012.

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011

3

Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbungadanbataspenghasilanMBR,diberlakukanpadatanggal24Mei2014

KeteranganPeraturaninimengaturperubahanketentuanbesaranporsipenyalurandana.Diberlakukanpadatanggal

untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.27Tahun2012

b.Peraturan1bmengaturpetunjukpelaksanaanPeraturan1a,

2Mei2014untukmenggantikan/mencabutseluruhperaturanperundang-undanganyangmerupakan

diberlakukanpadatanggal24Mei2014untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.28Tahun2012

peraturanpelaksanaandariPermenperaNo.27Tahun2012selamabertentangandenganperaturanini.

2013

2014

KetentuanBungaRT :7,25%BungaSRS :7,25%Porsi :-Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :75%-25%Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.000.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp7.000.000,-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Peraturana.PermenperaNo.3Tahun2014b.PermenperaNo.4Tahun2014

PeraturanPermenperaNo.5Tahun2014

1

2

Ketentuan penyaluran dana pada tahun 2013 sama dengan tahun 2012 (perubahan ketiga)

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011

3

97

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuantariflayananKPRSejahteradengannilaiyangsama,diberlakukan

padatanggal14Desember2011danmasihberlakuhinggatahun2014.

Keterangana.Peraturan1adanPeraturan1byangmengaturketentuanbungasertabatasanpenghasilanMBRdiberlakukanpadatanggal12Desember2014

KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuanbesaranporsidengannilaiyangsama.Diberlakukanpadatanggal2Mei2014untuk

KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuantariflayananKPRSejahteradengannilaiyangsama,diberlakukan

b.Peraturan1amenggantikan/mencabutPermenperaNo.3Tahun2014

menggantikan/mencabutseluruhperaturanperundang-undanganyangmerupakanperaturanpelaksanaan

padatanggal14Desember2011danmasihberlakuhinggatahun2014.

c.Peraturan1bmenggantikan/mencabutPermenperaNo.4tahun2014

dariPermenperaNomor27Tahun2012selamabertentangandenganperaturanini.

2014

KetentuanBungaRT :7,25%BungaSRS :7,25%Porsi :-Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :75%-25%Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.000.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp7.000.000,-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Peraturana.PermenperaNo.20/PRT/M/2014b.PermenperaNo.21/PRT/M/2014

PeraturanPermenperaNo.5Tahun2014

PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011

1

2

3

Perubahan

2015

KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.000.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp7.000.000,-

Peraturana.PermenPUPRNo.20/PRT/M/2014b.PermenPUPRNo.21/PRT/M/2014c.PermenPUPRNo.20/PRT/M/2015d.PermenPUPRNo.32/PRT/M/2015

1

98

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbungasertabataspenghasilanMBRdiberlakukanpadatanggal12Desember2014,untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.3Tahun2014

b.Peraturan1bmerupakanpetunjukpelaksanaanPeraturan1a,diberlakukanpadatanggal12Desember2014untukmenggantikan/mencabutPermenperaNo.4tahun2014

c.Peraturan1cmengubahsebagianPeraturan1adandiberlakukanpadatanggal25April2015

d.Peraturan1dmerupakanperubahankeduaPeraturan1adandiberlakukanpadatanggal26Juni2015

KeteranganPeraturaninimengaturkembaliketentuanbesaranporsidengannilaiyangsama.Diberlakukan

KeteranganKepmeninimengaturperubahanketentuanbesaranporsidantarif,diberlakukanpadatanggal

padatanggal2Mei2014untukmenggantikan/mencabutseluruhperaturanperundang-undanganyang

23April2015.Dasarmenimbang(rujukan)KepmenPUPRiniadalahPermenPUPRNo.20/PRT/M/2014

sebagaimanatelahdiubahdenganPermenPUPRNo.20/PRT/M/2015

merupakanperaturanpelaksanaandariPermenperaNo.27Tahun2012selamabertentangandenganperaturanini.

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :75%-25%Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :90%-10%Tarif :0,3%

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanPermenperaNo.5Tahun2014

PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011

2

3

2016

Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbunga,diberlakukanpadatanggal16Juni2016untukmenggantikan/mencabutPermen

PUPRNo.20Tahun2014danPermenPUPRNo.21Tahun2014besertaseluruhperubahannya.

b.Peraturan1bdiberlakukanpadatanggal15Juli2016,mengubahbeberapaketentuanPeraturan1anamuntidaktermasukbunga

KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Peraturana.PermenPUPRNo.21/PRT/M/2016b.PermenPUPRNo.26/PRT/M/2016

1

KeteranganKepmeninimengaturketentuanbesaranporsidantarifdiberlakukanpadatanggal23April2015dan

masihberlakuhinggatahun2016.Dasarmenimbang(rujukan)KepmenPUPRiniadalahPermenPUPRNo.

20/PRT/M/2014sebagaimanatelahdiubahdenganPermenPUPRNo.20/PRT/M/2015

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :90%-10%Tarif :0,3%

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanKepmenPUPRNo.247/KPTS/M/2015

2

99

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :0,5%Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011

3

Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbunga,diberlakukanpadatanggal16Juni2016untukmenggantikan/mencabutPermen

KeteranganKetentuantarifdidalamKepmenPUPRNo.247/KPTS/M/2015dinyatakantidakberlaku.Konsekuensihukumnyaadalah

KeteranganKepmeninimengaturkembaliketentuanbesaranbataspenghasilanMBRdengannilaiyangsama,

PUPRNo.20Tahun2014danPermenPUPRNo.21Tahun2014besertaseluruhperubahannya.

besarantarifkembalipadaPMKNo.216/PMK.05/2011yangdiberlakukanpadaAgustus2016.

diberlakukanpadatanggal28Juli2016,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.425/KPTS/M/2015

b.Peraturan1bdiberlakukanpadatanggal15Juli2016,mengubahbeberapaketentuanperaturan1anamuntidaktermasukbunga

2017

KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.000.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp7.000.000,-

Peraturana.PermenPUPRNo.21/PRT/M/2016b.PermenPUPRNo.26/PRT/M/2016

PeraturanKepmenPUPRNo.552/KPTS/M/2016

1

4

KeteranganDiamanatkandalamPasal18PermenPUPRNo.21/PRT/M/2016bahwadanaKPRSejahteramerupakangabunganantaradanaFLPPdandanaBankPelaksanadenganproporsitertentu.Proporsitersebutmenjadidasarpenentuanporsi/besaranpendanaanFLPPuntukKPRSejahterayang

dicantumkandalamperjanjiankerjasamaoperasionalantaraPPDPPdenganBankPelaksana.

BesaranangkaporsidiaturdalamPKOBLUPPDPPdenganBankPelaksanaPasal4ayat(4)yang

berbunyi“DanaPIHAKKEDUA(BP)sebagaimanadimaksudpadaayat(1)adalahdanayangdisiapkanPIHAKKEDUA(BP)untukpembiayaanKPRSejahterapalingrendah10%(sepuluhperseratus)daridanapembiayaanKPRSejahtera.

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :90%-10%Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanPerjanjianKerjasamaOperasionalBLUPPDPPdenganBankPelaksana

2

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :90%-10%Tarif :0,3%

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanKepmenPUPRNo.247/KPTS/M/2015

3

100

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

KeteranganKetentuantarifdidalamKepmenPUPRNo.247/KPTS/M/2015dinyatakantidakberlaku.Konsekuensihukumnyaadalah

KeteranganKepmeninimengaturketentuanbataspenghasilanMBRdiberlakukanpadatanggal28Juli2016danmasihberlaku

besarantarifkembalipadaPMKNo.216/PMK.05/2011dandiberlakukanpadaAgustus2016.

hinggatahun2017,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.425/KPTS/M/2015

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.000.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp7.000.000,-

PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011

PeraturanKepmenPUPRNo.552/KPTS/M/2016

4

5

2018

KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Peraturana.PermenPUPRNo.21/PRT/M/2016b.PermenPUPRNo.26/PRT/M/2016

1

KeteranganKepmeninimengaturketentuanbesaranporsi,diberlakukanpadatanggal13Maret2018untuk

menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.247/KPTS/M/2015.

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :90%-10%Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :75%-25%Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanKepmenPUPRNo.231Tahun2018

PeraturanKepmenPUPRNo.463Tahun2018

2

3

Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbunga,diberlakukanpadatanggal16Juni2016untukmenggantikan/mencabutPermenPUPR

No.20Tahun2014danPermenPUPRNo.21Tahun2014besertaseluruhperubahannya.

b.Peraturan1bdiberlakukanpadatanggal15Juli2016,mengubahbeberapaketentuanPeraturan1anamuntidaktermasukbunga

KeteranganKepmeninimengaturketentuanbesaranporsidantarif,diberlakukanpadatanggal23April2015.Dasar

menimbang(rujukan)KepmenPUPRiniadalahPermenPUPRNo.20/PRT/M/2014sebagaimanatelah

diubahdenganPermenPUPRNo.20/PRT/M/2015

101

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

KeteranganKepmeninimengaturperubahanketentuanbesaranporsi,diberlakukanpadatanggal20Juli2018untuk

menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.231Tahun2018

KeteranganKetentuanbesarantarifkembalipadaPMKNo.216/PMK.05/2011yangmulaiberlakupadaAgustus2016

KeteranganKepmeninimengaturketentuanbataspenghasilanMBR.Diberlakukanpadatanggal28Juli2016danmasihberlaku

hinggatahun2018,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.425/KPTS/M/2015

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :-

KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.000.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp7.000.000,-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011

PeraturanKepmenPUPRNo.552/KPTS/M/2016

Peraturana.PermenPUPRNo.21/PRT/M/2016b.PermenPUPRNo.26/PRT/M/2016

4

5

1

2019

Keterangana.Peraturan1ayangmengaturketentuanbunga,diberlakukanpadatanggal16Juni2016untukmenggantikan/mencabutPermen

PUPRNo.20Tahun2014danPermenPUPRNo.21Tahun2014besertaseluruhperubahannya.

b.Peraturan1bdiberlakukanpadatanggal15Juli2016,mengubahbeberapaketentuanperaturan1anamuntidaktermasukbunga

KeteranganPeraturanMenteriPUPRNo.20/PRT/M/2019diberlakukanpadatanggal27Desember2019untuk

menggantikan/mencabutPermenPUPRNo.21/PRT/M/2016sebagaimana

telahdiubahdenganPermenPUPRNomor26/PRT/M/2016

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019

2

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :75%-25%Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanKepmenPUPRNo.463Tahun2018

3

102

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

KeteranganKetentuanbesarantarifkembalipadaPMKNo.216/PMK.05/2011dandiberlakukanpadaAgustus2016.

KeteranganKepmeninimengaturketentuanbataspenghasilanMBR,diberlakukanpadatanggal28Juli2016danmasihberlaku

hinggatahun2019,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.425/KPTS/M/2015.

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp4.000.000,-RumahSusun :MBRdenganpenghasilanpalingtinggiRp7.000.000,-

PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011

PeraturanKepmenPUPRNo.552/KPTS/M/2016

4

5

2020

Keterangan a.PeraturanMenteriPUPRNo.20/PRT/M/2019berlakupadatanggal27Desember2019.Menggantikan/mencabutPermenPUPRNo.21/PRT/M/2016sebagaimanatelahdiubahdenganPermenPUPRNo.26/PRT/M/2016

b.PadaPasal10PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019diamanahkanbahwa“KelompokSasaransebagaimanadimaksuddalamPasal9Ayat(1)memperolehSukuBunga/Marginpembiayaanbersubsidi,masasubsidi,danjangkawaktuKPRyangditetapkanolehMenteri”

c.KepmenPUPRyangdimaksudadalahKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020,diberlakukan24Maret2020,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.552/KPTS/M/2016danKepmenPUPRNo.

535/KPTS/M/2019.DiaturdidalamKepmenPUPRyaitubesaranSukuBunga/MarginPembiayaanpalingtinggibaikuntukRumahUmumTapakdanSarusunUmumadalah5%

d.PadaPasal9ayat(2),PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019diamanahkanbahwa“Batasanpenghasilantertentusebagaimanadimaksudpadaayat(1)ditetapkanolehMenteri”ketentuanbatasanpenghasilandimaksudjugaditetapkandalamKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020

e.DiaturdalamKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020BatasanPenghasilanperBulanpalingbanyakbagiKelompokSasaranuntukperolehanRumahTapakdanSarusunUmum(KPRSejahtera)adalahRp.8.000.000,-

f. DidalampelaksanaanKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020,untukpelaksanaanketentuanbatasanpenghasilanKelompokSasaran,dilengkapidenganSEDirjenPembiayaanInfrastrukturPekerjaanUmumdanPerumahanNo.01/SE/Dp/2020tentangPetunjukTeknisPerhitunganBesaranPenghasilanKelompokSasaranKPRBersubsidiyangditerbitkan13April2020

g. BerdasarkanKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020joSEDirjenPembiayaanInfrastrukturPekerjaanUmumdanPerumahanNo.01/SE/Dp/2020,PenghasilanKelompokSasarandihitungberdasarkanseluruhpendapatanbersihyangbersumberdari:1)Gaji,upah,dan/atauhasilusahasendiriuntukyangberstatustidakkawin;atau;

KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganBatasanPenghasilanrata-rataperbulandibawahRp8.000.000,-RumahSusun :MBRdenganBatasanPenghasilanrata-rataperbulandibawahRp8.000.000,-

PeraturanPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019(KepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020)

1

KeteranganKepmeninimengaturketentuanbesaranporsipendanaanlayananKPRSejahtera,diberlakukanpadatanggal

20Juli2018danmasihberlakuditahun2019,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.231Tahun2018

103

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

2021

KeteranganKepmenyangmengaturporsipendanaanKPRSejahteradiberlakukanpadatanggal20Juli2018untuk

KeteranganKetentuanbesarantarifkembalipadaPMKNo.216/PMK.05/2011dandiberlakukanpadaAgustus2016.

menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.231Tahun2018

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :75%-25%Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanKepmenPUPRNo.463Tahun2018

PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011

2

3

Keterangan a.PeraturanMenteriPUPRNo.20/PRT/M/2019berlakupadatanggal27Desember2019.Menggantikan/mencabutPermenPUPRNo.21/PRT/M/2016sebagaimanatelahdiubahdenganPermenPUPRNo.26/PRT/M/2016

b.PadaPasal10PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019diamanahkanbahwa“KelompokSasaransebagaimanadimaksuddalamPasal9Ayat(1)memperolehSukuBunga/Marginpembiayaanbersubsidi,masasubsidi,danjangkawaktuKPRyangditetapkanolehMenteri”

c.KepmenPUPRyangdimaksudadalahKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020,diberlakukan24Maret2020,menggantikan/

2)Gaji,upahdan/atauhasilusahagabunganuntukpasangansuamiistri.

UntukKelompokSasaranKPRSejahterayangSP3K-nyaditerbitkanolehBankPelaksanapadatanggal27Desember2019–31Maret2020makabesaranpenghasilannyaadalah:

mencabutKepmenPUPRNo.552/KPTS/M/2016danKepmenPUPRNo.535/KPTS/M/2019.DiaturdidalamKepmenPUPRyaitubesaranSukuBunga/MarginPembiayaanpalingtinggibaikuntukRumahUmumTapakdanSarusunUmumadalah5%

d.PadaPasal9Ayat(2),PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019diamanahkanbahwa“BatasanpenghasilantertentusebagaimanadimaksudpadaAyat(1)ditetapkanolehMenteri”ketentuanbatasanpenghasilandimaksudjugaditetapkandalamKeputusanini

e.DiaturdalamKepmeniniBatasanPenghasilanperBulanpalingbanyakbagiKelompokSasaranuntukperolehanRumahTapakdanSarusun

• UntukKPRSejahteraTapakdanKPRSejahteraSyariahTapak,bataspenghasilantertinggiadalahRp4.000.000,-mempunyaisukubunga/marginpembiayaansebesar5%denganmasasubsididanjangkawaktuKPRpalinglama20tahun.

Umum(KPRSejahtera)adalah Rp.8.000.000,-

f. DidalampelaksanaanKepmenPUPRini,untukpelaksanaanketentuanbatasanpenghasilanKelompokSasaran,dilengkapidenganSEDirjenPembiayaanInfrastrukturPekerjaanUmumdanPerumahanNo.01/SE/Dp/2020tentangPetunjukTeknisPerhitunganBesaranPenghasilanKelompokSasaranKPRBersubsidiyangditerbitkan13April2020

g.PenghasilanKelompokSasarandihitungberdasarkanseluruhpendapatanbersihyangbersumberdari:1)Gaji,upah,dan/atauhasilusahasendiriuntukyangberstatustidakkawin;atau;

• UntukKPRSejahteraSusundanKPRSejahteraSyariahSusun,bataspenghasilantertinggiadalahRp7.000.000,-mempunyaisukubunga/marginpembiayaansebesar5%denganmasasubsididanjangkawaktuKPRpalinglama20tahun.

KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :MBRdenganBatasanPenghasilanrata-rataperbulandibawahRp8.000.000,-RumahSusun :MBRdenganBatasanPenghasilanrata-rataperbulandibawahRp8.000.000,-

PeraturanPermenPUPRNo.20/PRT/M/2019(KepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020)

1

104

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

KeteranganKepmenyangmengaturketentuanbesaranporsipendanaanKPRSejahteradiberlakukanpadatanggal

KeteranganDenganberlakunyaPermenPUPRNo.21/PRT/M/2016,makaPermenPUPRNo.20/PRT/M/2014danseluruhperubahannyadinyatakantidakberlaku

20Juli2018,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.231Tahun2018.

pertanggal16Juni2016.BerdasarkanhaltersebutmakaKepmenPUPRNo.247/KPTS/M/2015dinyatakantidakberlaku.Konsekuensihukumnyaadalah

besarantarifkembalipadaPMKNo.216/PMK.05/2011.

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :75%-25%Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :-

KetentuanBungaRT :5%BungaSRS :5%Porsi :-Tarif :-

KetentuanBungaRT :-BungaSRS :-Porsi :-Tarif :0,5%

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :Dijabarkandalampoin(e)dikolomKeteranganRumahSusun :Dijabarkandalampoin(e)dikolomKeterangan

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :Dijabarkandalampoin(e)dikolomKeteranganRumahSusun :Dijabarkandalampoin(e)dikolomKeterangan

Batas Penghasilan MBRRumahTapak :-RumahSusun :-

PeraturanKepmenPUPRNo.463Tahun2018

PeraturanPermenPUPRNo.1Tahun2021(KepmenPUPRNo.411/KPTS/M/2021)

PeraturanKepmenPUPRNo.995/KPTS/M/2021

PeraturanPMKNo.216/PMK.05/2011

2

4

5

3

Keterangan a.PermenPUPRinidiberlakukanpadatanggal25Januari2021

b.Permeninimenggantikan/mencabutPermenPUPRNo.10/PRT/M/2019

c.Pasal5PeraturanMenteriinimengamanahkanbahwa“BesaranpenghasilanMBRsebagaimanadimaksuddalamPasal3Ayat(2)danbatasanluaslantaiRumahUmumdanRumahSwadayasebagaimanadimaksuddalamPasal4Ayat(4)ditetapkandalamKeputusanMenteri”

d.KepmenyangdimaksudadalahKepmenPUPRNo.411/KPTS/M/2021yangditerbitkan7April2021

e.DiaturdidalamKeputusantersebutadalah:• WilayahJawa,Sumatera,Kalimantan,Sulawesi,KepulauanBangkaBelitung,KepulauanRiau,Maluku,MalukuUtara,Bali,NTT,danNTB,bataspenghasilanperbulanpalingbanyakdibagikedalamkategorisebagaiberikut:1. Umum(tidakkawin):Rp6.000.000,-

2.Umum(kawin):Rp8.000.000,-3.SatuoranguntukpesertaTAPERA:Rp8.000.000,-

• WilayahPapuadanPapuaBarat,bataspenghasilanperbulanpalingbanyakdibagikedalamkategorisebagaiberikut:1. Umum(tidakkawin):Rp7.500.000,-

2.Umum(kawin):Rp10.000.000,-3.SatuoranguntukpesertaTAPERA:Rp10.000.000,-

2)Gaji,upahdan/atauhasilusahagabunganuntukpasangansuamiistri.

UntukKelompokSasaranKPRSejahterayangSP3K-nyaditerbitkanolehBankPelaksanapadatanggal

27Des2019–31Maret2020makabesaranpenghasilannyaadalah:• UntukKPRSejahteraTapakdanKPRSejahteraSyariahTapak,bataspenghasilantertinggiadalahRp4.000.000,-mempunyaisukubunga/marginpembiayaansebesar5%denganmasasubsididanjangka

waktuKPRpalinglama20tahun.• UntukKPRSejahteraSusundanKPRSejahteraSyariahSusun,bataspenghasilantertinggiadalahRp7.000.000,-mempunyaisukubunga/marginpembiayaansebesar5%denganmasasubsididanjangkawaktuKPRpalinglama20tahun.

105

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

Keterangan a.Keputusaniniberlakupadatanggal13Agustus2021,menggantikan/mencabutKepmenPUPRNo.242/KPTS/M/2020

b.KeputusaniniditerbitkanuntukmelengkapipengaturanKepmenPUPRNo.411/KPTS/M/2021

c.Keputusaninimengatursukubunga/marginpembiayaanpalingtinggisebesar5%

d.DiaturdidalamKeputusantersebutadalah:• WilayahJawa,Sumatera,Kalimantan,Sulawesi,KepulauanBangkaBelitung,KepulauanRiau,Maluku,MalukuUtara,Bali,NTT,danNTB,bataspenghasilanperbulanpalingbanyakdibagikedalamkategorisebagaiberikut:1. Umum(tidakkawin):Rp6.000.000,-

2.Umum(kawin):Rp8.000.000,-• WilayahPapuadanPapuaBarat,bataspenghasilanperbulanpalingbanyakdibagikedalamkategorisebagaiberikut:1. Umum(tidakkawin):Rp7.500.000,-

2.Umum(kawin):Rp10.000.000,-

2.5.3P EMANTAUAN DAN E VA L UAS I

Kelompok Sasaran yang telah mendapatkan pembayaran dana FLPP resmi menjadi

Debitur/Nasabah KPR Sejahtera. Sebagai Debitur/Nasabah KPR Sejahtera maka wajib

memanfaatkan Rumah Umum Tapak atau Sarusun Umum yang diperoleh melalui KPR

Sejahtera sebagai tempat tinggal atau hunian sesuai dengan surat pernyataan Pemohon

KPR Bersubsidi136 (Format E) yang telah ditandatangani dan disampaikan kepada Bank

Pelaksana di awal proses verifikasi.

Pemanfaatan rumah yang harus dilakukan oleh Debitur/Nasabah termasuk dalam salah

satu kriteria pengendalian yang dilaksanakan BLU PPDPP. Pengendalian merupakan

tindakan yang dilakukan secara terus menerus agar pelaksanaan KPR Sejahtera sesuai

dengan persyaratan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pengendalian

yang dimaksud dilakukan melalui kegiatan pengujian, pemantauan, evaluasi, dan/atau

perbaikan.137

Lingkup pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh BLU PPDPP paling sedikit

meliputi: 138

a. Kepatuhan Bank Pelaksana terhadap ketentuan Peraturan Menteri ini

b. Kinerja Bank Pelaksana

136 Pasal 74 Ayat (1), Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.137 Ibid., Pasal 75 Ayat (2).138 Ibid., Pasal 76 Ayat (2).

Matriks 2.2. Rekapitulasi Peraturan Penyaluran Dana KPR Sejahtera FLPP Periode Tahun 2010-2021(Sumber: Analisa Data Sejarah Regulasi Divisi Hukum BLU PPDPP, 2021)

106

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

Perumahan FLPP - Griya Setia Nusa, Riau

107

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

c. Pemanfaatan rumah oleh Debitur/Nasabah

d. Kualitas KPR Sejahtera yang diterbitkan oleh Bank Pelaksana

e. Kepatuhan Bank Pelaksana dalam pengembalian dana FLPP

f. Kepatuhan Bank Pelaksana dalam penyampaian laporan penyaluran

Dalam mengendalikan pelaksanaan KPR Sejahtera, BLU PPDPP dapat berkoordinasi

dengan Bank Pelaksana, Pengembang, Pemda, dan/atau kementerian/lembaga.139

Kegiatan pengendalian dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.140 Bank

Pelaksana menyediakan data dan pendampingan untuk pelaksanaan pengendalian.141

Tata cara pengendalian diatur oleh Direktur Utama BLU PPDPP.142

Dalam operasionalisasinya, tata cara pengendalian yang dilakukan oleh BLU PPDPP

terbagi menjadi tahapan berikut:

1. Pemantauan Lapangan

Pelaksanaan Pemantauan Lapangan dimaksudkan untuk melihat dan memastikan

pemanfaatan rumah oleh Debitur/Nasabah setelah mendapatkan dana KPR

Sejahtera.143 Pemantauan lapangan dilakukan terhadap sampel dari realisasi KPR

Sejahtera yang telah ditentukan dan direncanakan. Dalam pelaksanaannya BLU

PPDPP bekerja sama dengan Bank Pelaksana dan dibantu oleh Petugas Lapangan

yang telah menandatangani Perjanjian.

Selain untuk membuktikan status pemanfaatan rumah oleh Debitur/Nasabah setelah

mendapatkan dana KPR Sejahtera, kegiatan Pemantauan Lapangan juga dilakukan

untuk membuktikan kualitas KPR Sejahtera yang diterbitkan oleh Bank Pelaksana,

eksistensi fisik Rumah Umum Tapak, atau Sarusun Umum beserta prasarana, sarana

dan utilitas umum (PSU).144 Langkah kerja pelaksanaan Pemantauan Lapangan,

yaitu:

a. Melakukan kunjungan ke lokasi perumahan KPR Sejahtera untuk membuktikan:

• Fisik bangunan rumah ada

• PSU berupa jaringan distribusi air bersih perpipaan dari PDAM atau sumber

air bersih lainnya, utilitas jaringan listrik, jalan lingkungan, saluran/drainase

lingkungan telah dibangun dan berfungsi

139 Pasal 76 Ayat (3), Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.140 Ibid., Pasal 76 Ayat (5)141 Ibid., Pasal 76 Ayat (6).142 Ibid., Pasal 76 Ayat (7).143 Ibid., Pasal 76 Ayat (2) huruf c. 144 Ibid., Pasal 76 Ayat (2) huruf d.

108

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

• Pemanfaatan rumah, yaitu rumah sudah dihuni Debitur maupun keluarga inti

(pasangan Debitur, orang tua/mertua Debitur, adik dan/atau kakak kandung

Debitur) sesuai dengan peraturan perundang-undangan

b. Melakukan wawancara dengan penghuni untuk memastikan apakah penghuni

sesuai dengan data Format H.145 Wawancara juga dilakukan untuk memastikan

bahwa penghuni rumah adalah Debitur/Nasabah KPR Sejahtera dan/atau

keluarga inti Debitur/Nasabah serta dimanfaatkan sesuai peraturan perundang-

undangan

c. Jika penghuni rumah tidak ada di tempat atau penghuni bukan merupakan

Debitur/Nasabah yang bersangkutan dan bukan keluarga inti Debitur/Nasabah,

maka wawancara/konfirmasi dilakukan dengan responden yang bersedia, yaitu

tetangga, pengurus warga perumahan, serta pihak-pihak yang mengetahui

status penghunian rumah tersebut

d. Melakukan dokumentasi:

• Profil Debitur/responden

• Identitas responden

• Foto nomor rumah/plat KPR Bersubsidi

• Meteran listrik

• Unit rumah tampak depan hingga batas teras dan pagar rumah

• Unit rumah tampak samping (khusus rumah hook)

• PSU area sekitar unit rumah

• Foto lainnya yang dianggap perlu, seperti foto surat pemberitahuan untuk

rumah yang tidak dihuni, bukti sewa/kontrak atau jual/pindahtangan, dsb

e. Melakukan pelaporan hasil Pemantauan Lapangan melalui aplikasi e-Monev.

Aplikasi e-Monev adalah aplikasi berbasis web/website untuk melakukan

pemantauan penghunian rumah KPR Sejahtera yang datanya didapat dari

hasil pencairan dana program KPR Sejahtera. E-Monev merekapitulasi

hasil Pemantauan Lapangan yang dilengkapi dengan data Debitur, status

penghunian, dan titik koordinat unit rumah. Penjelasan lebih lanjut mengenai

aplikasi e-Monev akan dijabarkan dalam BAB III.

145 Lampiran I, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.

109

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

Pelaksanaan Pemantauan Lapangan juga selalu disempurnakan melalui kegiatan:

1. Rapat Kerja Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan Lapangan

Kegiatan Rapat Kerja Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan Lapangan

dilaksanakan untuk terciptanya kegiatan Pemantauan Lapangan yang lebih

efektif dan efisien. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai forum koordinasi bagi

para Petugas Pemantauan dalam menyusun perencanaan kegiatan Pemantauan

Lapangan bulanan di wilayah masing-masing. Dengan adanya kegiatan ini

Petugas Lapangan mampu melakukan pemetaan terhadap data Pemantauan

Lapangan yang telah diberikan oleh masing-masing Koordinator.

Tujuan dari kegiatan Rapat Kerja Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan

Lapangan adalah:

a. Terwujudnya pelaksanaan kegiatan Pemantauan Lapangan yang lebih

efektif

b. Terwujudnya Petugas Lapangan yang profesional dan kompeten

c. Terwujudnya pelaksanaan pemantauan yang sesuai prosedur

d. Terwujudnya pelaporan hasil pemantauan yang akurat dan sistematis

Setelah kegiatan terlaksana diharapkan Petugas Lapangan dan peserta terkait

mampu menyusun rencana dan pemetaan kegiatan Pemantauan Lapangan

setiap bulan, memiliki wawasan dan pengetahuan terhadap KPR Sejahtera yang

baik, serta dapat melaksanakannya sesuai prosedur. Khususnya bagi peserta

diharapkan dapat berkomunikasi, berkoordinasi, serta mampu menyusun

laporan, dan menggunakan aplikasi e-Monev dengan baik.

Ruang lingkup kegiatan yang dilaksanakan saat Rapat Koordinasi Pelaksanaan

Kegiatan Pemantauan Lapangan Tahun 2019, sebagai berikut:

a. Pelatihan Pemantauan Lapangan

b. Pelatihan penggunaan aplikasi

c. Peningkatan kapasitas petugas Pemantauan Lapangan

d. Penyusunan rencana kerja Pemantauan Lapangan

e. Pelaksanaan Pemantauan Lapangan

f. Input dan upload hasil Pemantauan Lapangan ke aplikasi e-Monev

g. Penyusunan pelaporan hasil Pemantauan Lapangan

2. Rapat Kerja Evaluasi Kinerja Petugas Lapangan

Rapat Kerja Evaluasi Kinerja Petugas Lapangan bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana pelaksanaan kegiatan Pemantauan Lapangan dalam periode

tertentu dapat memenuhi rencana awal serta target yang telah ditetapkan

110

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

dan disusun berdasarkan rencana kerja petugas pemantauan. Rapat ini juga

dilakukan untuk menilai validitas data hasil Pemantauan Lapangan dalam

rangka pelaksanaan kegiatan Pemantauan Lapangan, serta Evaluasi dan Tindak

Koreksi atas penyaluran dana KPR Sejahtera.

Ruang lingkup kegiatan yang dilaksanakan saat Rapat Kerja Evaluasi Kinerja

Petugas Lapangan adalah sebagai berikut:

a. Laporan Kegiatan Hasil Pemantauan Lapangan per Semester

b. Pembahasan evaluasi kegiatan Pemantauan Lapangan KPR Sejahtera per

Semester yang meliputi evaluasi terhadap target dan validitas data hasil

Pemantauan Lapangan, serta evaluasi terhadap penggunaan aplikasi

e-Monev

c. Penajaman materi instruksi kerja Pemantauan Lapangan yang meliputi

instruksi kerja Pemantauan Lapangan, input dan upload aplikasi e-Monev,

tata cara persetujuan data hasil pemantauan, dan tata cara cleansing

aktualisasi data

d. Pemaparan rencana penyelesaian target dan tindak lanjut hasil evaluasi

kinerja Petugas Lapangan

2. Evaluasi Hasil Pemantauan Lapangan

Dari hasil pelaksanaan Pemantauan Lapangan, kemudian dilakukan proses analisa

yang selanjutnya disebut Evaluasi Hasil Pemantauan Lapangan. Hasil dari Evaluasi

tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi lebih lanjut terhadap

pemanfaatan rumah oleh Debitur/Nasabah dan kualitas rumah KPR Sejahtera.

Selanjutnya data ini dapat digunakan sebagai materi pertimbangan dalam

pengambilan keputusan dan kebijakan terkait penyaluran program KPR Sejahtera

pada tahap Tindak Koreksi.

Adapun hal-hal yang dievaluasi dari hasil Pemantauan Lapangan adalah sebagai

berikut:

a. Keterhunian Rumah Umum Tapak dan Sarusun Umum

b. Status hunian yang tidak sesuai ketentuan (dihuni pihak lain, disewakan/

dikontrakkan, dijual/dipindahtangankan, dan tidak dihuni)

c. Faktor yang mempengaruhi ketidakterhunian rumah sejahtera

d. Kualitas Rumah Umum Tapak dan Sarusun Umum

e. Laporan Akhir Kawasan (PSU, Fasilitas Umum dan Sosial, Infrastruktur dan

permasalahan)

111

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

3. Tindak Koreksi

Tindak Koreksi adalah pengambilan keputusan berupa tindak lanjut hasil tahapan

Evaluasi Hasil Pemantauan Lapangan terhadap penyimpangan dan/atau pelanggaran

yang terjadi atas ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pelanggaran Pemanfaatan Rumah Umum Tapak dan Sarusun Umum adalah salah

satu yang ditemukan di lapangan. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, Debitur/

Nasabah KPR Sejahtera dimaksud wajib memanfaatkan Rumah Umum Tapak atau

Sarusun Umum yang diperoleh melalui KPR Sejahtera sebagai tempat tinggal

atau hunian sesuai dengan surat pernyataan Pemohon KPR Bersubsidi146 (Format

E) yang telah ditandatangani dan disampaikan kepada Bank Pelaksana di awal

proses verifikasi. Apabila Debitur/Nasabah melanggar surat pernyataan dimaksud,

maka akan dilakukan pemberhentian KPR Sejahtera oleh Bank Pelaksana.147 Jika

pemberhentian KPR Sejahtera terjadi maka Debitur/Nasabah wajib mengembalikan

dana kemudahan dan/atau bantuan pembiayaan perumahan yang telah diperoleh

melalui Bank Pelaksana.148

Rumah Umum Tapak atau Sarusun Umum yang dimiliki MBR melalui KPR Sejahtera

hanya dapat disewakan dan/atau dialihkan kepemilikannya dalam hal:149

a. Pewarisan

b. Telah dihuni lebih dari 5 tahun untuk Rumah Umum Tapak

c. Telah dihuni lebih dari 20 tahun untuk Sarusun Umum

d. Pindah tempat tinggal akibat peningkatan sosial ekonomi150

e. Untuk kepentingan Bank Pelaksana dalam rangka penyelesaian kredit atau

pembiayaan bermasalah

Pengalihan kepemilikan sebagaimana dimaksud pada huruf b, huruf c, dan huruf d

hanya dapat dilakukan kepada MBR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.151

Pindah tempat tinggal sebagaimana dimaksud pada huruf d dibuktikan dengan:152

a. Surat keterangan pindah dari pihak yang berwenang di lokasi Rumah Umum

Tapak atau Sarusun Umum

146 Pasal 74 Ayat (1), Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.147 Ibid., Pasal 74 Ayat (2).148 Ibid., Pasal 74 Ayat (4).149 Ibid., Pasal 74 Ayat (5).150 Berlaku berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Pasal 55 Ayat (1) dan

tercantum dalam Permen No. 20/PRT/M/2019, namun seiring dengan terbitnya UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ketentuan ini dihapuskan.

151 Loc.Cit., Pasal 74 Ayat (6).152 Ibid., Pasal 74 Ayat (7).

112

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

b. Surat pernyataan bahwa yang bersangkutan telah atau akan memiliki rumah lain

Rumah Umum Tapak atau Sarusun Umum yang dialihkan kepemilikannya untuk

kepentingan Bank Pelaksana dalam rangka penyelesaian kredit atau pembiayaan

bermasalah, telah dihuni lebih dari 5 tahun untuk Rumah Umum Tapak, telah

dihuni lebih dari 20 tahun untuk Sarusun Umum, dan pindah tempat tinggal akibat

peningkatan sosial ekonomi dapat difasilitasi KPR Bersubsidi.153 Rumah Umum Tapak

atau Sarusun Umum yang dapat disewakan dan/atau dialihkan kepemilikannya

untuk kepentingan Bank Pelaksana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. 154

Pemberhentian KPR Sejahtera oleh Bank Pelaksana dikecualikan dalam hal:155

a. Pindah tugas atau tempat kerja yang dibuktikan dengan surat keputusan pindah

tugas atau tempat kerja ke kota/kabupaten lain

b. Pindah tempat tinggal karena terkena pemutusan hubungan kerja yang

dibuktikan dengan surat keputusan pemutusan hubungan kerja

c. Diwajibkan tinggal di fasilitas hunian yang disediakan oleh pemberi kerja yang

dibuktikan dengan surat keterangan dari pemberi kerja

d. Harus tinggal dengan orang tua yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari

Pemohon yang diketahui oleh ketua rukun tetangga dan rukun warga tempat

orang tua tinggal

e. Alasan lain yang diajukan oleh Debitur/Nasabah KPR Sejahtera kepada BLU

PPDPP

Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan Tindak Koreksi terbagi

menjadi 3 tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan, dalam tahap ini dilakukan hal-hal berikut:

a. Penyiapan data hasil Pemantauan Lapangan dan Evaluasi Hasil Pemantauan

Lapangan

b. Penyiapan referensi terkait pelaksanaan penyaluran dana FLPP yang dapat

berupa peraturan perundang-undangan, dokumen PKO/PKS, dan dokumen

perencanaan

c. Penyiapan beberapa format Surat Pernyataan Akan Menghuni bagi Debitur/

Nasabah yang tidak memanfaatkan rumah sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan, berdasarkan hasil Pemantauan Lapangan dan

153 Pasal 74 Ayat (8), Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.154 Ibid., Pasal 74 Ayat (9).155 Ibid., Pasal 74 Ayat (3).

113

2 . 5 P E NYA LURAN DANA B E RGU L I R

Evaluasi Hasil Pemantauan Lapangan. Surat ini akan dijadikan sebagai

jawaban/konfirmasi/klarifikasi Debitur/Nasabah terkait status huniannya.

2. Tahap Pelaksanaan, dalam tahap ini dilakukan hal-hal berikut:

a. Perumusan materi Tindak Koreksi sesuai dengan hasil Pemantauan

Lapangan dan Evaluasi Hasil Pemantauan Lapangan

b. Penyusunan dan penyampaian surat peringatan kepada Debitur/Nasabah.

Surat peringatan pertama terhadap Debitur/Nasabah ini adalah Surat Tindak

Lanjut I yang diserahkan kepada Bank Pelaksana untuk disampaikan kepada

MBR yang bersangkutan

c. Setelah menerima Surat Tindak Lanjut I, maka MBR harus menyampaikan

jawaban/konfirmasi/klarifikasi atas pemanfaatan rumah kepada Bank

Pelaksana

d. Jawaban/konfirmasi/klarifikasi atas pemanfaatan rumah yang disampaikan

dari MBR kepada Bank Pelaksana, akan disampaikan Bank Pelaksana

kepada BLU PPDPP paling lambat 30 hari dari tanggal Surat Tindak Lanjut I

e. Apabila Bank pelaksana tidak menyampaikan jawaban atas Surat Tindak

Lanjut I yang telah diterima atau jawaban/konfirmasi/klarifikasi yang

disampaikan belum lengkap atau belum jelas, maka BLU PPDPP mengirimkan

Surat Tindak Lanjut II kepada Debitur/Nasabah melalui Bank Pelaksana

f. Bank Pelaksana menindaklanjuti Surat Tindak Lanjut II dengan mengirimkan

laporan tindak lanjut, yang disampaikan kepada BLU PPDPP paling lambat

30 hari dari tanggal Surat Tindak Lanjut II

g. Jika Bank Pelaksana tidak menyampaikan Jawaban/konfirmasi/klarifikasi

atas pemanfaatan rumah yang disampaikan dari MBR kepada Bank

Pelaksana melalui Surat Tindak Lanjut II atau laporan tindak lanjut yang

disampaikan belum lengkap, maka BLU PPDPP berhak melakukan tindakan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

3. Tahap Rekomendasi

Dalam tahap ini dilaksanakan penyusunan laporan rekomendasi Tindak Koreksi

kepada Pimpinan BLU PPDPP, Pejabat Pengelola BLU PPDPP, Dewan Pengawas

BLU PPDPP dan/atau pihak-pihak terkait yang diperlukan untuk mendapatkan

persetujuan pelaksanaan Tindak Koreksi. Tindak Koreksi yang dilakukan dapat

berupa:156

a. Penyempurnaan skema, mekanisme, dan prosedur

156 PKO PPDPP dengan Bank Pelaksana.

114

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

b. Proses hukum terhadap penyimpangan yang terjadi sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan

Detail langkah-langkah penyampaian laporan Tindak Koreksi diuraikan sebagai

berikut:

a. Penyiapan konsep laporan tindak koreksi yang berisikan data hasil

Pemantauan Lapangan dan Evaluasi Hasil Pemantauan Lapangan, terutama

untuk hasil temuan pelanggaran Debitur/Nasabah terhadap pemanfaatan

rumah beserta telaahan konsekuensinya

b. Penandatanganan laporan Tindak Koreksi

c. Penyampaian laporan Tindak Koreksi kepada Pimpinan BLU PPDPP, Pejabat

Pengelola BLU PPDPP, Dewan Pengawas BLU PPDPP dan/atau pihak-pihak

terkait

d. Pengkonfirmasian penerimaan Laporan Tindak Koreksi

e. Memantau progres tanggapan laporan Tindak Koreksi oleh penerima laporan

f. Mendapatkan persetujuan Tindak Koreksi dari Pimpinan BLU PPDPP, Pejabat

Pengelola BLU PPDPP, Dewan Pengawas BLU PPDPP dan/atau pihak-pihak

terkait

g. Melakukan update data akhir Debitur/Nasabah yang dinyatakan tidak

mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

h. KPR Sejahtera untuk MBR akan diberhentikan oleh Bank Pelaksana

berdasarkan penyusunan hasil akhir data Debitur/Nasabah yang dinyatakan

tidak mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan (melanggar

pemanfaatan rumah). Perintah pemberhentian KPR Sejahtera dilakukan

oleh Direktur Keuangan BLU PPDPP yang diketahui oleh Direktur Utama BLU

PPDPP (data akhir dapat digunakan sebagai bahan pembahasan pada rapat

koordinasi)

2.6S I S T EM A K UN TAN S I DA N P E L A PO RAN P E L A K SANAAN

P R OG RAM

Sebagai sebuah instansi BLU, BLU PPDPP memiliki kewajiban untuk menyusun dan

melaporkan pembukuan serta laporan keuangan pelaksanaan program dana bergulir

115

2 . 6 S I S T EM A KUNTANS I DAN P E L A PORAN P E L AKSANAAN P ROGRAM

FLPP. Kegiatan pembukuan dan penyusunan laporan keuangan pelaksanaan program

dana bergulir FLPP dilaksanakan BLU PPDPP dengan uraian sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pembukuan dilaksanakan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku.

Hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 220/PMK.05/2016

tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum.

Pedoman prinsip-prinsip dalam pembukuan dan penyusunan laporan keuangan

adalah:

a. Pengakuan

Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria

pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi. Proses ini

menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan

Laporan Realisasi Anggaran (LRA), belanja, pembiayaan, pendapatan Laporan

Operasional (LO), dan beban.

b. Pengukuran

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan

memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Proses ini dilakukan

untuk mengetahui apakah suatu transaksi atau kejadian akan diukur dengan

menggunakan nilai historis (nilai jual-beli ketika transaksi itu dilakukan).

c. Penyajian

Penyajian Laporan keuangan merupakan suatu presentasi terstruktur dari

catatan tertulis kegiatan dan kinerja keuangan suatu entitas

d. Pengungkapan

Pengungkapan adalah konsep, metode, dan media tentang bagaimana informasi

tentang laporan keuangan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan.

Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi

yaitu penyajian utuh laporan keuangan

Prinsip-prinsip tersebut selanjutnya diaplikasikan dalam penerapan penyusunan

Laporan Keuangan sesuai prinsip akuntansi berbasis akrual dan berbasis kas.

2. Penyusunan Laporan Keuangan

Penyusunan Laporan Keuangan disusun sesuai jadwal waktu (berkala) yang

ditetapkan oleh Kementerian Keuangan (Ditjen Perbendaharaan dan Direktorat

Jenderal Kekayaan Negara) meliputi:

116

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

a. Laporan Keuangan BA.033

Laporan ini disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan

No. 220/PMK.05/2016 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

BLU. Lingkup laporan keuangan ini juga termasuk penyusunan ikhtisar laporan

keuangan yang disusun setiap bulan untuk disampaikan kepada Direktorat

Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU, Direktorat Jenderal Perbendaharaan,

Kementerian Keuangan. Selain itu juga diserahkan kepada Rekonsiliasi

Keuangan dengan unit pemegang fungsi Bendahara Umum Negara dalam hal

ini adalah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, Ditjen Perbendaharaan

Negara Kementerian Keuangan.

b. Laporan Keuangan BA.999

Laporan ini disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan

No. 169/PMK.05/2018 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Investasi Pemerintah. Penyusunan laporan bulanan dana kelolaan disampaikan

kepada Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU, Direktorat Jenderal

Perbendaharaan, dan Kementerian Keuangan. Laporan ini juga telah diterapkan

Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (PIPK) sesuai Peraturan Menteri

Keuangan No. 17/PMK.09/2019 tentang Pedoman Penerapan, Penilaian, Reviu

Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan.

c. Opini laporan Keuangan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)

Opini Laporan Keuangan yang termasuk dalam Pemeriksaan Ekstern disusun

sebagai amanat dari Peraturan Menteri Keuangan No. 129/PMK.05/2020

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.157

d. Penyusunan Laporan Kinerja

Penyusunan Laporan Kinerja dilaksanakan dengan berpedoman pada

Peraturan Menteri PUPR No. 09/PRT/M/2018 tentang Penyelenggaraan Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Kementerian PUPR. Penyusunan

Laporan Kinerja dan laporan realisasi kinerja anggaran bulanan disampaikan

kepada Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pembiayaan Kementerian

PUPR.

157 Pasal 270, PMK No. 129/PRT/M/2020.

117

2 . 7 P E NDUKUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E RN B L U P P D P P

2.7P E NDU KUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E R N B L U P P D P P

Proses bisnis yang baik merupakan kunci lahirnya sebuah organisasi yang baik.

Proses ini terbagi menjadi dua, yaitu inti (core process) dan pendukung (supporting

process). Proses bisnis inti diselenggarakan sesuai tugas dan fungsi pokok institusi

atau Lembaga. Proses bisnis pendukung diselenggarakan untuk mendukung proses

bisnis inti. Tahapan proses bisnis inti pengelolaan dana bergulir FLPP telah dijelaskan

sebelumnya, mulai dari Perencanaan Anggaran dana FLPP hingga pemantauan serta

evaluasi ketepatan penyaluran. Berikut akan dijelaskan mengenai proses bisnis

pendukung yang diselenggarakan oleh BLU PPDPP:

2.7.1P E NG E LO L AAN S UMB E R DAYA MANU S I A B L U P P D P P

Sebagai organisasi, BLU PPDPP melaksanakan pengelolaan Sumber Daya Manusia

(SDM) sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Peraturan utama yang menaungi pengelolaan SDM BLU PPDPP adalah:

a. PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU sebagaimana telah

diubah dengan PP No. 74 Tahun 2012

b. PMK No. 129/PMK.05/2020 tentang Pedoman Pengelolaan BLU

c. Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat

Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan

d. KMK No. 112/KMK.05/2016 tentang Penetapan Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan

Perumahan pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai

Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pengelolaan Badan Layanan Umum

e. KMK No. 852/KMK.05/2018 tentang Penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola,

Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana

Pembiayaan Perumahan pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat

118

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

Pegawai BLU PPDPP meliputi Pejabat Pengelola BLU dan Pegawai BLU. Keduanya

dapat terdiri atas pegawai negeri sipil dan/atau tenaga profesional non-Pegawai

Negeri Sipil sesuai dengan kebutuhan BLU. Pegawai BLU PPDPP yang berasal dari

tenaga profesional non-Pegawai Negeri Sipil dapat dipekerjakan secara tetap atau

berdasarkan kontrak.

Dalam mengelola dana FLPP, BLU PPDPP memiliki Pejabat Perbendaharaan dan

pelaksana Pengelola Keuangan lainnya pada BA.999 dan BA.033. Syarat pengangkatan

dan pemberhentian Pejabat Pengelola dan Pegawai BLU yang berasal dari Pegawai

Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

kepegawaian.

Perumahan FLPP - Pesona Kahuripan, Jawa Barat

119

2 . 7 P E NDUKUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E RN B L U P P D P P

Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLU di

lingkungan kementerian negara/lembaga yang berasal dari tenaga profesional non-

Pegawai Negeri Sipil, diatur oleh pemimpin BLU.

Pejabat Pengelola BLU PPDPP terdiri atas Pemimpin, Pejabat Keuangan, dan Pejabat

Teknis. Dalam melaksanakan Pengelolaan SDM, BLU PPDPP melaksanakan fungsi

Manajemen SDM serta Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas SDM. Demografi

Pejabat Pengelola dan Pegawai BLU PPDPP dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:

Gambar 2.9. Demografi Pejabat Pengelola dan Pegawai BLU PPDPP(Sumber: Strengthening of Digitization, Annual Report BLU PPDPP, 2020)

2 1 PegawaidenganPKWTLayananPerkantoran

DEMOGRA F I P E GAWA I P P D P P B E RDASARKAN J A BATAN

PerDesember2020

2 SatuanPegawaiIntern

3 7 UnitKerjaDirekturUmumdanHukum

1 8 UnitKerjaDirekturOperasi

1 8 UnitKerjaDirekturKeuangan

2 1 UnitKerjaDirekturLayanan

1 DirekturUtama

6 DewanPengawas

120

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

2.7.2DUKUNGAN H U KUM DAN K E PAT UHAN DANA B E R GU L I R F L P P

BLU PPDPP merupakan unit organisasi non eselon serta unsur pendukung pelaksanaan

program pengembangan pembiayaan perumahan di lingkungan Kementerian PUPR.

Dalam melaksanakan dukungan pelaksanaan program pengembangan pembiayaan

perumahan yang penuh dinamika persoalan hukum, BLU PPDPP membutuhkan

dukungan bidang hukum dan kepatuhan yang kuat. Dengan alasan ini maka sejak awal

dibentuk hingga kini BLU PPDPP secara rutin melaksanakan kegiatan dukungan bidang

hukum dan kepatuhan.

Pelaksanaan kegiatan dukungan bidang hukum dan kepatuhan diberikan kepada

seluruh permasalahan hukum yang ditemui oleh semua pihak BLU PPDPP baik internal

maupun eksternal.

Kegiatan dukungan bidang hukum dan kepatuhan dapat dilihat pada bagan berikut:

Langkah Utama

PermasalahanHukum-PendampinganHukum(litigasi,

mediasi,rekomendasi,danfasilitasi

perlindunganhukum)

Langkah Utama

PengembangantugasDivisiHukum

Langkah Utama

Inisiasi/AmanatRegulasi

Langkah Utama

Inisiasi/PerintahRegulator

Langkah Utama

Inisiasi/PerintahRegulator

Metode

Pencarianfaktahukum,penelusuranhukum,lanalisisdan

kesimpulanrekomendasi.

Metode

Tema,metodologi,pakdardannarsum,judul,kerangka,bahan,diskusi,

analisis,ISBN,cetakdandistribusi

Metode

Legal Purpose,prior art of contract,reviukepatuhan

substansihukumdanredaksional

Metode

Legal Purpose,prior art of contract,

reviusubstansidanredaksional

Metode

Inventarisir,Konsultasi,

HarmonisasidanAnalisis

Output

Permasalahanhukumterselesaikandengan

tepat

Output

Bukudan/ataujurnal

Output

ProdukHukuminternalsesuaidengankaidah

hukum

Output

Kontrak/perjanjiansesuaidengankaidah

hukum

Output

RegulasiImplementatifdanHarmonis

Contoh

Permasalahan219Debitur,permasalahanSentaniKendari,

PT.LPJ&perlindunganHKI(aplikasiSiKasep

dkk).

Contoh

BukuRegulasiProsesBisnisPPDPP2020,BukuPengelolaanDanaBergulirFLPPpadatahun2021

Contoh

KepridutPPDPP,Sprint,SEdanJuknis

Contoh

PKSPPDPPdanBP,PKSPPDPPdan

Instansilain,KontrakPPDPPdanPL,Kontak

Satker

Contoh

RapermenPUPRterkaitaplikasi,RapermenPUPRtransisiorganisasibarudanRakepmenPUPRPilot ProjectKPRSiapBangun

Legislative Drafting

Legal Counsel

Legal Contract Drafting

Legal Research Digest

Beschikking Legal Review

Gambar 2.10. Bagan kegiatan dukungan bidang hukum dan kepatuhan(Sumber: Paparan Divisi Hukum BLU PPDPP, 2021)

121

2 . 7 P E NDUKUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E RN B L U P P D P P

2.7.3P E NG E LO L AAN H U B UNGAN MASYA RAKAT B L U P P D P P

Pada dasarnya, hubungan masyarakat merupakan bidang atau fungsi tertentu yang

diperlukan oleh setiap organisasi, baik yang bersifat komersial (perusahaan) maupun

non komersial. Dalam mengelola dana bergulir FLPP, BLU PPDPP secara bersamaan

melakukan pengelolaan hubungan masyarakat. Pengelolaan ini bertujuan untuk

menciptakan pengertian publik yang lebih baik, serta memperdalam kepercayaan

publik terhadap BLU PPDPP sebagai organisasi/badan.

Pelaksanaan hubungan masyarakat ini berkaitan erat dengan “pelayanan publik”

yang dilakukan oleh BLU PPDPP, baik terhadap masyarakat pada umumnya maupun

pemangku kepentingan perumahan.

Pelayanan publik terhadap masyarakat meliputi pelaksanaan hubungan masyarakat

terhadap netizen (warganet) di ranah media sosial, masyarakat pada umumnya dan

MBR khususnya, serta media massa.

Sedangkan untuk pelayanan publik terhadap pemangku kepentingan perumahan,

hubungan masyarakat dilaksanakan terhadap Pemerintah, Pemda, Bank Pelaksana,

dan Pelaku Pembangunan (Pengembang Perumahan).

Pelayanan publik yang dilakukan oleh BLU PPDPP bertujuan untuk mencapai “good

corporate image” dalam bidang pelayanan yang meliputi hal-hal berikut ini:

1. Monitoring online news adalah kegiatan merangkum berita-berita terkait perumahan

yang disajikan secara online kepada Pejabat Pengelola BLU PPDPP dan pengambil

keputusan. Hal ini dilakukan untuk meninjau perkembangan berita dan isu yang ada,

kemudian segera mencari detail informasi serta menanggapi apabila ada isu-isu

positif maupun negatif.

2. Pelayanan pertanyaan dan kebutuhan informasi terkait aplikasi-aplikasi yang

dikelola BLU PPDPP. Kegiatan ini meliputi menjawab semua pertanyaan, updating

data, penghapusan data, dan juga masalah lainnya terkait aplikasi-aplikasi yang

dikelola BLU PPDPP. Pelayanan ini dilakukan melalui e-mail, whatsapp, Hotline

serta telepon, dan dilaksanakan secara langsung bagi masyarakat umum yang

berkunjung langsung ke BLU PPDPP.

122

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

3. Pengelolaan website PPDPP, pengelolaan website PPDPP dilaksanakan dengan

updating berita-berita terkait pelaksanaan program FLPP, kegiatan, serta capaian

di lingkungan BLU PPDPP. Updating berita termasuk menampilkan info-info lain

yang tergolong kategori informasi publik, dilakukan langsung oleh BLU PPDPP.

4. Pelayanan bebas pulsa untuk kebutuhan informasi dan penyampaian keluhan

melalui Hotline BLU PPDP. Hotline BLU PPDPP dapat diakses melalui nomor telepon

0 800 10 77377.

5. Pendokumentasian kegiatan BLU PPDPP, BLU PPDPP secara berkesinambungan

mengelola materi dokumentasi yang dimiliki. Materi tersebut berupa bank foto,

video, serta materi publikasi lainnya yang didokumentasikan sebagai sumber

informasi untuk pihak internal maupun eksternal.

6. Siaran pers BLU PPDPP, BLU PPDPP rutin mewartakan siaran pers ke media massa,

baik cetak maupun online, mengenai kinerja dan isu BLU PPDPP terkini.

7. Menerbitkan buletin Griya Sejahtera, buletin diterbitkan setiap tiga bulan dan berisi

tentang informasi BLU PPDPP serta perkembangan isu perumahan.

8. Pembuatan komik BLU PPDPP, hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya dalam

membumikan penyampaian informasi ke masyarakat dengan bahasa yang

sederhana dan mudah diterima. Komik BLU PPDPP ditayangkan di website dan

media sosial BLU PPDPP.

9. Penyusunan Laporan Tahunan BLU PPDPP atau Annual Report, disusun untuk

mempublikasikan hasil setahun kinerja BLU PPDPP kepada mitra kerja dan pimpinan.

BLU PPDPP terus melakukan promosi kepada masyarakat secara berkelanjutan sesuai

dengan perkembangan era digital saat ini. Hingga sekarang konsentrasi media sosial

yang dimiliki BLU PPDPP meliputi platform Instagram: @kprsejahtera, dan facebook:

ppdpp.pupr.

123

2 . 7 P E NDUKUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E RN B L U P P D P P

2.7.4P E NG E LO L AAN R UMAH TA NGGA DAN A S E T

BLU PPDPP bertugas mengelola aset dan rumah tangga pada BLU. Hasil pengelolaan

digunakan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLU dalam rangka

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.158

Dalam melakukan dukungan pengelolaan serta pemenuhan kebutuhan rumah tangga

dan aset, BLU PPDPP melaksanakan tugas yang meliputi:

1. Inventarisasi Aset

2. Pengelolaan kendaraan operasional

3. Penyusunan Data Barang Milik Negara (BMN)

4. Pengelolaan alat tulis kantor

5. Pemeliharaan Gedung kantor dan taman halaman

6. Penyusunan rencana kebutuhan BMN

7. Penghapusan aset

Pelaksanaan pengelolaan aset pada BLU meliputi perencanaan dan penganggaran,

penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, pemusnahan, dan penghapusan.159

Pelaksanaan pengelolaan rumah tangga dan aset pada BLU PPDPP dilaksanakan

dengan prinsip-prinsip:160

a. Tidak mengganggu kegiatan pemberian pelayanan umum kepada masyarakat

b. Biaya berkenaan dengan pelaksanaan kerja sama tidak boleh dibebankan pada

anggaran pendapatan dan belanja negara (rupiah murni)

c. Aset BLU dapat digunakan sebagai dasar penerbitan surat berharga setelah

mendapatkan izin dari Menteri Keuangan

d. Tidak berakibat terjadinya pengalihan Aset BLU kepada pihak lain

Pelaksanaan pengelolaan rumah tangga dan aset dapat dilakukan oleh BLU PPDPP

dengan menggunakan mekanisme Kerja Sama Operasional (KSO) atau Kerja Sama SDM

dan/atau Manajemen (KSM).161 Biaya yang timbul dalam rangka persiapan pelaksanaan

158 Pasal 127 Ayat (2), PMK No. 129/PMK.05/2020.159 Ibid., Pasal 129.160 Ibid., Pasal 132 Ayat (1).161 Ibid., Pasal 132 Ayat (2).

124

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

KSO atau KSM dapat dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara

(rupiah murni).162

KSO dan KSM dapat dilaksanakan dengan tujuan:163

a. Meningkatkan penyediaan pelayanan umum kepada masyarakat

b. Mengoptimalkan daya guna dan hasil guna Aset BLU

c. Meningkatkan pendapatan BLU yang dapat digunakan langsung untuk membiayai

belanja BLU sesuai RBA

KSO dan KSM yang dapat dilakukan oleh BLU PPDPP berupa:164

a. KSO terhadap Aset BLU

b. KSO terhadap aset pihak lain

c. KSM pada BLU dan/atau pihak lain

Pemimpin BLU melakukan KSO dan/atau KSM dalam rangka Tugas dan Fungsi pada

BLU. KSO dan/atau KSM, dilaksanakan dengan melibatkan pihak lain sebagai Mitra.

KSO dan/atau KSM dituangkan dalam naskah perjanjian antara Pemimpin BLU dengan

Mitra. Mitra dilarang mengalihkan KSO dan/atau KSM kepada pihak lain kecuali atas

persetujuan Pemimpin BLU dan disertai pembayaran kompensasi dalam hal terdapat

keuntungan atas pengalihan KSO dan/atau KSM dimaksud.165

Tarif yang dikenakan kepada masyarakat terhadap layanan yang dihasilkan dari KSO

dan/atau KSM ditetapkan oleh Pemimpin BLU sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan mengenai pengelolaan keuangan BLU.166

Mitra dalam KSO dan/atau KSM dapat terdiri atas Kementerian Negara/Lembaga/

Satker, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, BLU,

BLU daerah, perusahaan swasta, yayasan, koperasi, dan/atau perorangan.167

Apabila KSO dan/atau KSM akan dilaksanakan, Pemimpin BLU menyusun rencana KSO

dan/atau KSM yang paling sedikit menjelaskan secara ringkas tentang maksud dan

tujuan, bentuk, dan hasil analisis dan evaluasi dari aspek teknis, aspek keuangan, dan

aspek hukum. Rencana KSO dan/atau KSM dicantumkan dalam RBA.168

162 Pasal 132 Ayat (3), PMK No. 129/PMK.05/2020.163 Ibid., Pasal 133.164 Ibid., Pasal 134.165 Ibid., Pasal 135.166 Ibid., Pasal 136.167 Ibid., Pasal 137.168 Ibid., Pasal 138 Ayat (1) dan Ayat (2).

125

2 . 7 P E NDUKUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E RN B L U P P D P P

KSO terhadap Aset BLU dilakukan terhadap objek KSO berupa:

a. Tanah

b. Gedung dan bangunan

c. Selain tanah dan/atau bangunan

Aset BLU selain tanah dan/atau bangunan termasuk aset tak berwujud yang terdiri atas:

a. Perangkat lunak komputer (software)

b. Lisensi dan franchise

c. Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang

d. Hak cipta (copyright), paten, dan hak kekayaan intelektual lainnya

e. Merk dagang

f. Karya seni yang mempunyai nilai sejarah/budaya

g. Aset tak berwujud lainnya169

2.7.5P E NGAWASAN I N T E R N B L U P P D P P

Para Pemimpin BLU termasuk Direktur Utama BLU PPDPP menetapkan Sistem

Pengendalian Intern pada BLU.170 Sistem Pengendalian Intern bertujuan untuk

mewujudkan hal hal sebagai berikut:171

a. Tercapainya efektivitas dan efisiensi kegiatan BLU

b. Keandalan dan integritas informasi keuangan dan kinerja BLU

c. Pengamanan Aset BLU

d. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

Sistem Pengendalian Intern meliputi:172

a. Lingkungan pengendalian

b. Penilaian risiko

c. Aktivitas pengendalian

d. Sistem informasi dan komunikasi

e. Pemantauan pengendalian intern

169 Pasal 139, PMK No. 129/PMK.05/2020.170 Ibid., Pasal 249 Ayat (1). 171 Ibid., Pasal 249 Ayat (2).172 Ibid., Pasal 249 Ayat (3).

126

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

Untuk memastikan efektivitas Sistem Pengendalian Intern, Pemimpin BLU membentuk

Satuan Pengawas Intern (SPI). Penggunaan nama atau istilah SPI dapat disesuaikan

dengan nomenklatur yang berlaku pada BLU bersangkutan.173

Di dalam struktur organisasi BLU PPDPP pelaksanaan Pengawasan Intern dilaksanakan

oleh Satuan Pengawasan Intern BLU PPDPP.

Hal ini dituangkan dalam Peraturan Menteri PUPR Republik Indonesia No. 14 Tahun 2019

tentang Organisasi Dan Tata Kerja Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan

Pasal 25 yang menyatakan bahwa, SPI mempunyai tugas melaksanakan pengawasan

intern di lingkungan BLU PPDPP.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah, Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,

pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas serta

fungsi organisasi. Pengawasan dilakukan dalam rangka memberikan keyakinan yang

memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan

tolok ukur yang telah ditetapkan untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata

pemerintahan yang baik.

Oleh sebab itu penyelenggaraan Pengawasan Intern BLU PPDPP dapat digambarkan

sebagai berikut:

173 Pasal 252, PMK No. 129/PMK.05/2020.

P ENGAWASAN L A I NP EMANTAUANEVA LUAS IR EV I UAUD I T

Gambar 2.11. Bagan penyelenggaraan Pengawasan Intern BLU PPDPP(Sumber: Paparan Tim Satuan Pengawas Intern BLU PPDPP, 2021)

127

2 . 7 P E NDUKUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E RN B L U P P D P P

Struktur SPI terdiri atas 1 orang auditor intern atau lebih dan dipimpin oleh Kepala SPI.174

Selanjutnya tugas SPI BLU PPDPP adalah sebagai berikut:175

1. Menyusun dan melaksanakan rencana Pengawasan Intern

2. Menguji serta mengevaluasi pelaksanaan pengendalian intern dan sistem

manajemen risiko

3. Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di bidang

keuangan, akuntansi, operasional, sumber daya manusia, pemasaran, teknologi

informasi, dan kegiatan lainnya

5. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang

diawasi pada semua tingkat manajemen

6. Membuat laporan hasil Pengawasan Intern dan menyampaikan laporan tersebut

kepada Pemimpin BLU dan Dewan Pengawas

7. Memberikan rekomendasi terhadap perbaikan/peningkatan proses tata kelola dan

upaya pencapaian strategi bisnis BLU

8. Memantau, menganalisis, dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi

pengawasan oleh SPI, aparat pengawasan intern Pemerintah, aparat pemeriksaan

ekstern Pemerintah

9. Melakukan reviu laporan keuangan

10. Melakukan pemeriksaan khusus apabila diperlukan

11. Menyusun dan memutakhirkan pedoman kerja serta sistem dan prosedur

pelaksanaan tugas SPI

12. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan penugasan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Wewenang SPI BLU PPDPP adalah sebagai berikut:176

1. Mendapatkan akses terhadap seluruh dokumen, pencatatan, sumber daya manusia,

dan fisik Aset BLU pada seluruh bagian dan unit kerja lainnya

2. Melakukan komunikasi secara langsung dengan pimpinan BLU dan/atau Dewan

Pengawas

3. Mengadakan rapat secara berkala dan insidental dengan pimpinan BLU dan/atau

Dewan Pengawas

4. Melakukan koordinasi dengan aparat pengawasan intern Pemerintah dan/atau

aparat pemeriksaan ekstern Pemerintah

5. Mendampingi aparat pengawasan intern Pemerintah dan/atau aparat pemeriksaan

ekstern Pemerintah dalam melakukan pengawasan

174 Pasal 261 Ayat (1), PMK No. 129/PMK.05/2020.175 Ibid., Pasal 253.176 Ibid., Pasal 254.

128

B a b 2 P E NYA LURAN DANA F L P P

Tahapan Pelaksanaan SPI-BLU PPDPP:

1. Perencanaan Penugasan

a. Menentukan tujuan dan ruang lingkup penugasan

b. Memahami auditee termasuk tujuannya

c. Mengidentifikasi dan asses risiko

f. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pengendalian utama

g. Mengevaluasi kecukupan pengendalian

h. Membuat rencana pengujian

i. Mengembangkan program kerja

j. Mengalokasikan sumber-sumber yang tersedia untuk penugasan

2. Pelaksanaan Penugasan

a. Melakukan pengujian-pengujian untuk pengumpulan informasi/bukti

b. Mengevaluasi informasi/bukti yang terkumpul dan membuat kesimpulan hasil

audit

c. Mengembangkan hasil observasi (temuan) dan rekomendasi

3. Komunikasi Penugasan

a. Melakukan evaluasi hasil observasi dan membuat proses eskalasi

b. Melakukan komunikasi penugasan interim dan pendahuluan

c. Mengembangkan komunikasi penugasan final

d. Mendistribusikan hasil penugasan, baik formal maupun informal

e. Melakukan monitoring atas tindak koreksi (tindak lanjut)

Dalam BAB ini telah disajikan penjabaran mengenai sistem pengelolaan dana bergulir

FLPP, perkembangan-perkembangannya, serta pencapaian yang dilakukan oleh BLU

PPDPP selama 11 tahun (2010-2021). Pada BAB III akan dibahas lebih lanjut mengenai

perkembangan pengelolaan dana bergulir FLPP di era digital beserta analisis kajian

terhadap permasalahan yang terjadi.

129

2 . 7 P E NDUKUNG L AYANAN DAN P E NGAWASAN I N T E RN B L U P P D P P

Perumahan FLPP - Perumahan Pamela Mas, Kubu Raya, Kalimantan Barat

Bab 3

DIGI

TALI

SASI

FLPP

DI E

RA

132

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Di era digitalisasi ini hampir semua individu menghadapi persoalan yang sama, yaitu terbelenggu oleh pola pikir lama sehingga sulit menerima fakta-fakta dan cara-cara baru. Penyangkalan terhadap eksistensi dunia digital (deception) ini melemahkan kemampuan kita dalam melawan musuh yang tidak terlihat. Akibatnya, kita tersungkur dalam disrupsi (disruption). Disrupsi adalah sebuah inovasi yang akan menggantikan seluruh sistem dan teknologi lama. Teknologi lama yang masih serba fisik diganti dengan teknologi digital untuk menghasilkan sesuatu yang baru, lebih efisien, dan bermanfaat.177

3.1

R E VO L U S I I N D U S T R I 4 . 0

Sebelum masuk lebih dalam kepada perkembangan FLPP di era digitalisasi, kita harus

memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan era digitalisasi. Era digitalisasi

memiliki kaitan yang erat dengan sejarah panjang revolusi industri. Klaus (Schwab, 2016)

melalui The Fourth Industrial Revolution menyatakan bahwa dunia telah mengalami

empat tahapan revolusi industri, yaitu:178

177 Rhenald Kasali, Disruption: Tak Ada yang Tak Bisa Diubah Sebelum Dihadapi, Motivasi Saja Tidak Cukup, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2017), hlm. 38.178 Klaus Schwab, “The Fourth Industrial Revolution: what it means, how to respond” (https://www.weforum.org/agenda/2016/01/the-fourth-industrial-revolution-what-it-means-and-how-to-respond/).

Disruption menggantikan ‘pasar lama’, industri, dan teknologi

serta menghasilkan suatu kebaruan yang lebih efisien juga menyeluruh,

ia bersifat destruktif dan kreatif.

Clayton Chistensen

133

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

1. Revolusi Industri 1.0 terjadi pada abad ke-18 melalui penemuan mesin uap, yang

memungkinkan barang dapat diproduksi secara masal

2. Revolusi Industri 2.0 terjadi pada abad ke-19 hingga abad ke-20 melalui penggunaan

listrik sehingga dapat menekan biaya produksi menjadi lebih murah

3. Revolusi Industri 3.0 terjadi pada sekitar tahun 1970-an melalui penggunaan sistem

komputerisasi

4. Revolusi Industri 4.0 terjadi pada sekitar tahun 2010-an melalui rekayasa intelegensia

dan internet of thing sebagai tulang punggung pergerakan serta konektivitas antara

manusia dengan mesin

Menurut Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO),

Revolusi Industri 4.0 adalah sebuah kondisi dimana teknologi saling berpadu sehingga

mengaburkan batasan-batasan antara fisik, digital, dan biologis. Industri 4.0 terdiri dari

beragam teknologi mutakhir, seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), robotik,

Internet of Things (IoT)179, kendaraan otonom, dan sebagainya.180 Melalui teknologi

baru tersebut, Industri 4.0 mengubah alur bisnis yang memungkinkan industri untuk

beroperasi lebih efektif dan efisien.

Revolusi Industri 4.0 secara fundamental mengubah pola pikir, hidup, cara berkomunikasi,

dan perilaku manusia pada umumnya. Era ini mendisrupsi aktivitas dalam berbagai

bidang, tidak hanya pada bidang teknologi tetapi juga ekonomi, sosial, dan politik.

Kini informasi dapat diakses dengan mudah melalui internet dan komunikasi tak lagi

terbatas. Salah satu contoh perubahan serta kemudahan yang nyata ada pada sektor

jasa transportasi dengan hadirnya taksi dan ojek daring. Pada sektor sosial politik,

masyarakat dapat melakukan aksi politik yang mengusung ideologi tertentu melalui

media sosial.

Namun di balik kemudahan yang ditawarkan, Revolusi Industri 4.0 juga menyimpan

berbagai dampak negatif. Ancaman pengangguran akibat otomatisasi, kerusakan

alam akibat eksploitasi industri, serta maraknya hoaks akibat mudahnya penyebaran

informasi. Dampak negatif ini dapat direduksi dengan mengedukasi sumber daya

manusia untuk terbuka terhadap perubahan.

179 Secara singkat, paradigma IoT termasuk perangkat elektronik seperti ponsel, komputer, mesin pembuat kopi, dan lampu yang dapat terhubung dengan internet. Jacob Morgan, “A Simple Explanation of “The Internet of Things”, (https://www.forbes.com/sites/jacobmorgan/2014/05/13/simple-explanation-internet-things-that-anyone-can-understand/?sh=6828500d1d09, Diakses pada 5 Mei 2018).

180 UNIDO, “Industry 4.0 Opportunities and Challenges of the New Industrial Revolution for Developing Countries and Economies in Transition”, hlm. 6.

134

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Kontributor Forbes, Bernard Marr, menegaskan bahwa pabrik atau sistem dapat

diklasifikasikan sebagai implementasi dari Industri 4.0 jika memenuhi syarat berikut:181

181 Bernard Marr, “What Everyone Must Know About Industry 4.0”, (https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2016/06/20/what-everyone-must-know-about-industry-4-0/?sh=3b33a84795f7, Diakses pada 6 Mei 2018).

Perumahan FLPP - Pesona Kahuripan, Jawa Barat

Interoperabilitas

KeterbukaanInformasi

BantuanTeknis

Pengambilankeputusanyangterdesentralisasi

Kemampuanuntukberkomunikasidanterhubungantaramanusiadenganmesin,sensor,atauperangkat.

Informasikontekstualyangberkaitandenganduniafisikdidigitalisasikanmelaluidatasensor.

Kemampuanuntukmendukungmanusiadalammengambilkeputusan,memecahkanmasalah,dandapatmenanganitugas-tugassulityangberpotensimengancamkeselamatanmanusia.

Kemampuansistemsiber-fisikdalammembuatkeputusansederhanabagimerekasendiri,sehinggadapatmenjadise-otonommungkin.

1

2

3

4

Syarat Pencapaian

Matriks 3.1. Syarat pabrik maupun sistem yang dapat diklasifikasikan sebagai bagian dari Industri 4.0(Sumber: Diolah dari https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2016/06/20

/what-everyone-must-know-about-industry-4-0/?sh=3b33a84795f7)

135

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

Dengan banyaknya tren yang berpotensi mengganggu, Industri 4.0 akan menghasilkan

beragam peluang dan tantangan, seperti yang dirinci dalam matriks berikut:

Peluang 182

Tantangan183

Perkembangan Industri 4.0 terus berkembang pesat di Indonesia. Contohnya, sejak

tahun 2015, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015

tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035.

Peraturan ini mengatur beragam ketentuan yang berkaitan dengan Industri 4.0. Berikut

penjabarannya:

1. Visi keseluruhan dari RIPIN adalah untuk menciptakan Indonesia menjadi Negara

industri yang tangguh, termasuk industri yang berorientasi inovasi dan teknologi.184

2. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia di sektor

industri.185

3. Penggabungan lima sektor industri yang difokuskan ke dalam RIPIN, seperti yang

disebutkan dalam kebijakan Making Indonesia 4.0 (kecuali untuk industri kimia,

yang didistribusikan di 10 industri prioritas dalam RIPIN).186

182 Deloitte, “Industry 4.0: Challenges and Solutions for the Digital Transformation and Use of Exponential Technologies”, hlm. 1.

183 UNIDO, “Industry 4.0 Opportunities and Challenges of the New Industrial Revolution for Developing Countries and Economies in Transition”, hlm. 9.

184 Lampiran, hlm. 1, PP No. 14 Tahun 2015.185 Ibid., Lampiran, hlm. 2.186 Ibid., Lampiran, hlm. 11-25.

1. Industri4.0akanmeningkatkandayasaingbisnis.seiringdengankemajuanteknologiyangmenghasilkanbiayaproduksiyanglebihterjangkau

2.Bisnisdapatmengembangkanpendekatanbaruuntukmengintegrasikanpelanggandanpreferensimerekakedalamprosespengembangandanproduksi.Haliniakanmemberidampaksignifikanterhadappeningkatankualitasragamlayanandanprodukmereka

3.PemanfaatanArtificial Intelligence,robot,danprosesotomatisasiakanmengurangikeseluruhanresikoterhadapkeselamatanpekerja

1. Terciptanyaketidakpastianterkaitrencanabisnisjangkapanjang.Olehsebabitu,pelakubisnisharusberaniuntukbereksperimendanmenantangasumsibisnismerekasaatini.

2.LuasnyapemanfaatanIoTsertabesarnyapertukaraninformasimemunculkanmasalahkeamanandatadanprivasi.

3.Industri4.0akanmengubahangkatankerjaselamabeberapadekademendatang.Tenagakerjadigital,sepertidronepintar,robot,danArtificial Intelligenceakanlebihbanyakdigunakan.

Matriks 3.2. Peluang dan tantangan dari Industri 4.0(Sumber: Diolah dari Industry 4.0: Challenges and Solutions for the Digital Transformation and Use of Exponential Technologies dan Industry 4.0, Deloitte dan Opportunities and Challenges of the New Industrial Revolution for

Developing Countries and Economies in Transition, UNIDO)

136

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

4. RIPIN mengatur beragam panduan terkait dengan pembangunan dan pemanfaatan

teknologi dalam sektor industri prioritas. Proses ini dibagi ke dalam tiga fase, yaitu:

1) 2015-2019; 2) 2020-2024; dan 3) 2025-2035.187

5. RIPIN mengatur beragam panduan terkait dengan pembangunan, pemanfaatan

kreativitas, dan inovasi.

Program yang ditetapkan dalam RIPIN secara khusus mengatur pembangunan techno

park dan fasilitasi kekayaan intelektual.188 Seiring perkembangan teknologi informasi di

Indonesia, pada tahun 2018, pemerintah menerbitkan kebijakan Making Indonesia 4.0.

Pada peluncuran kebijakan ini, Kementerian Perindustrian secara resmi menyampaikan

bahwa inisiatif lintas sektornya mencakup pembangunan infrastruktur digital nasional.

Dengan begitu industri di Indonesia harus bersiap menghadapi perubahan dan

kebaruan di era digital. Selain mengembangkan diri dan beradaptasi terhadap teknologi

informasi, setiap industri juga harus memiliki kemampuan manajemen data yang aman,

tepat, serta sesuai aturan yang berlaku.

Salah satu terobosan yang sedang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia di bidang

manajemen data adalah peluncuran konsep Big Data. Dalam Industri 4.0, Big Data

merupakan salah satu komponen penting. Instansi yang tidak mampu memahami

bagaimana mengembangkan bisnis berdasarkan data dapat tertinggal.

Big data adalah kumpulan proses yang terdiri dari volume data dalam jumlah besar

yang terstruktur maupun tidak terstruktur dan digunakan untuk membantu kegiatan

bisnis. Big data merupakan pengembangan dari sistem database pada umumnya. Yang

membedakannya adalah proses kecepatan, volume, dan jenis data yang tersedia lebih

banyak serta bervariatif dibandingkan DBMS (Database Management System). 189

Pada saat ini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sedang membangun

platform big data untuk mengoptimalisasi manajemen data. Pada 2021, BPPT

menargetkan terbentuknya prototipe virtualisasi big data berbasis distributed object

storage. Pengembangan big data nasional diperlukan dalam rangka meningkatkan

kemandirian bangsa Indonesia dalam mengelola dan memanfaatkan data-data

elektronik yang terkumpul. Kumpulan data yang muncul akibat adanya transformasi

digital merupakan cermin kondisi sosial, ekonomi dan politik masyarakat saat ini.

187 Lampiran, hlm. 55-72, PP No. 14 Tahun 2015.188 Ibid., Lampiran, hlm. 73-74.189 Muhammad Robith Adani, “Pengenalan Big Data: Pengertian Fungsi, Manfaat, dan Tools” (https://www.

sekawanmedia.co.id/pengertian-big-data/, Diakses pada 8 September 2021).

137

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

Pembuatan big data nasional menjadi salah satu Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-

2024. Kegiatan PRN itu menargetkan tersedianya platform uji coba dan pengembangan

sistem big data, tersedianya berbagai prototipe dan pilot sistem big data di berbagai

instansi. Kedepannya akan dipetakan wali data yang bertanggung jawab terhadap

penyediaan serta pengelolaan data sehingga menjamin keakuratan data yang akan

dikelola dan tidak terjadi duplikasi data. Hal ini akan berpengaruh pada efisiensi

penggunaan dana karena pembangunan infrastruktur big data membutuhkan biaya

yang tidak sedikit. Penyimpanan objek (object storage) adalah arsitektur penyimpanan

data komputer yang mengelola data sebagai objek. Sistem penyimpanan objek itu

memungkinkan retensi sejumlah besar big data yang tidak terstruktur.190

Pada BAB ini kami akan memaparkan upaya-upaya yang dilakukan oleh BLU PPDPP

dalam mengembangkan teknologi informasi. Pengembangan dilakukan agar BLU

PPDPP dapat bersinergi dengan Revolusi Industri 4.0 dan memiliki manajemen data

berbasis Big Data. Pengelolaan teknologi informasi serta manajemen data yang

dilakukan oleh BLU PPDPP merupakan sebuah pencapaian yang membanggakan dan

langsung terasa manfaatnya. Diharapkan hal ini dapat menjadi benchmarking bagi

pemangku kepentingan perumahan lain dalam menyusun dan mengonsepkan kebijakan

perumahan, khususnya perumahan bersubsidi.

3.1.1P E R K EMBANGAN T E K NO LOG I I N F O RMAS I DA N DATA D I

I N D ON E S I A

Inovasi memang sejatinya destruktif sekaligus kreatif. Karena itulah, selalu ada yang

hilang, memudar, lalu mati. Semua ini menakutkan sekaligus dapat membuat kita

membentengi diri secara berlebihan. Di sisi lain, ada hal baru yang hidup. Meski ada

lapangan kerja yang hilang, selalu ada yang menggantikannya, yang membutuhkan

kreativitas, semangat kewirausahaan, dan cara-cara baru.191

190 Ali Akhmad Noor Hidayat, “BPPT Targetkan Platform Big Data Selesai Dibangun Tahun ini” (https://bisnis.tempo.co/read/1438736/bppt-targetkan-platform-big-data-selesai-dibangun-tahun-ini/full&view=ok, Diakses pada 8 September 2021).

191 Rhenald Kasali, Disruption: Tak Ada yang Tak Bisa Diubah Sebelum Dihadapi, Motivasi Saja Tidak Cukup, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2017), hlm 45 .

138

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Berikut sejarah gelombang Disruption periode 1980-2015:

2006

2008

2011

2007

2010

2012

2015

MeningkatknyaPerhatianpadaKompetisi

PerangkatKomputerdanSoftware User-Friendly

JatuhnyaUniSoviet

KepemimpinanvsStatus Quo

PenyatuanPasar:UniEropa

Reegineering Business Processes HarmonisasiTelekomunikasiGlobal

PC,Konvergensi

KegiatanKomersialMenggunakan World Wide

EraAwal E-Commerece

DownsizingdanPemutusanHubunganKerja

PerangTerhadapTerorisme

ImplementasiOutsourcingdanOffshoring

PenyebarluasanSmartphone

Social Media AncamanResesiSubprime Mortgage CrisesAmerika

StandardisasiKantorVirtualdanPengenalanBusinessModelBaruArab Spring

EskalasiCloud Computing

JatuhnyaHargaMinyakMentahDunia

DayaSaingGlobal

Teknologi

Geopolitik

TeoriManajemen

Geopolitik

TeoriManajemen

Teknologi

Teknologi

Teknologi

Teknologi

Ekonomi

Geopolitik

TeoriManajemen

Teknologi

Teknologi

Ekonomi

TeoriManajemen

Geopolitik

Teknologi

Ekonomi

1981

1989

1991

1997

1993

1999

2004

1995

1996

2001

Kejutan Global Kategori

Matriks 3.3. Sejarah gelombang Disruption periode 1980-2015(Sumber: Disruption: Tak Ada yang Tak Bisa Diubah Sebelum Dihadapi,

Motivasi Saja Tidak Cukup (Rhenald Kasali, 2017))

139

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

Salah satu Disruption yang paling banyak berdampak pada perkembangan zaman

adalah gelombang perkembangan teknologi informasi. Kemajuan teknologi informasi

dan komunikasi telah membuka tahap baru bagi masyarakat dunia untuk memperoleh

informasi secara otonom. Di Indonesia sendiri seluruh lapisan masyarakat telah terlibat

langsung dalam perkembangan teknologi informasi.

Masyarakat memiliki akses terhadap sumber informasi dimanapun mereka berada.

Konsekuensinya, masyarakat menjadi kritis dan tanggap terhadap banyak hal yang

berkembang. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi merupakan suatu yang

harus ada dan diikuti oleh masyarakat modern saat ini. Apabila terdapat individu yang

enggan mengikuti perkembangan teknologi informasi maka dapat dipastikan mereka

akan tertinggal dan menghadapi kesulitan di masyarakat. Seperti yang kita ketahui di

era serba modern seperti saat ini, teknologi informasi memiliki pengaruh besar dalam

keseharian. Tuntutan pekerjaan serta aktivitas dapat dilakukan dengan lebih efektif dan

efisien. Kemajuan teknologi menjadi jawaban dari perkembangan globalisasi dunia yang

tentunya juga berdampak bagi peradaban masyarakat.192

Perkembangan teknologi informasi ke arah modern di Indonesia diawali dengan

penerbitan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 6 Tahun 2001 tentang

Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia. Salah satu amanah

yang tertuang di dalam Instruksi Presiden dimaksud adalah Indonesia sebagai

sebuah negara, tengah dalam masa transisi menuju negara demokrasi dengan sistem

pemerintahan yang terdesentralisasi dalam negara kesatuan dan persatuan bangsa

yang kukuh. Untuk mempercepat proses demokrasi dalam kesatuan dan persatuan

tersebut, Indonesia harus mampu mendayagunakan potensi teknologi telematika untuk

keperluan:193

a. Meniadakan hambatan pertukaran informasi antar masyarakat dan antar wilayah

negara, karena hanya dengan demikian berbagai bentuk kesenjangan yang

mengancam kesatuan bangsa dapat teratasi secara bertahap

b. Memberikan kesempatan yang sama serta meningkatkan ketersediaan informasi

dan pelayanan publik yang diperlukan untuk memperbaiki kehidupan sosial dan

ekonomi masyarakat, serta memperluas jangkauannya agar dapat mencapai

seluruh wilayah negara

c. Memperbesar kesempatan bagi usaha kecil dan menengah untuk berkembang

karena dengan teknologi telematika mampu memanfaatkan pasar yang lebih luas

192 Anita Septiani Rosana, “Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Industri Media di Indonesia”, hlm. 2.193 Lampiran, hlm 3-4, Inpres No. 6 Tahun 2001.

140

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

d. Meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kemampuan inovasi dalam sektor

produksi, serta memperlancar rantai distribusi, agar daya saing ekonomi nasional

dalam persaingan global dapat diperkuat

e. Meningkatkan transparansi dan memperbaiki efisiensi pelayanan publik, serta

memperlancar interaksi antar lembaga-lembaga pemerintah, baik pada tingkat

pusat maupun daerah, sebagai landasan untuk membentuk kepemerintahan yang

efektif, bersih, dan berorientasi pada kepentingan rakyat

Di dalam Instruksi Presiden penggunaan teknologi telematika dan aliran informasi

harus selalu ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk

pemberantasan kemiskinan dan kesenjangan, serta meningkatkan kualitas hidup

masyarakat. Selain itu, teknologi telematika juga harus diarahkan untuk menjembatani

kesenjangan politik dan budaya, serta meningkatkan keharmonisan di kalangan

masyarakat.194

Namun pada kenyataannya, dalam kondisi pasar yang sangat efisienpun banyak

kelompok sosial dan wilayah di Indonesia yang tidak terjangkau oleh jaringan informasi

komersial. Tanpa berbagai bentuk intervensi, ancaman digital divide antara daerah

perkotaan dan daerah pedesaan serta antara “yang mempunyai” dan “yang tidak

mempunyai” akses ke jaringan informasi, akan semakin nyata. Untuk mengatasi kendala

tersebut pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus mengembangkan pola kemitraan

dan kerjasama dengan sektor swasta untuk memaksimalkan pendayagunaan jaringan

dunia usaha nasional yang tersebar di seluruh wilayah negara, serta menerapkan

berbagai kebijakan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mengatasi

kesenjangan antara kepentingan ekonomi dengan kepentingan menyediakan pelayanan

yang layak bagi semua masyarakat.195

Perkembangan bisnis berbasis teknologi telematika, baik dalam tingkat skala

maupun lingkupnya, menentukan laju difusi teknologi ini ke dalam kegiatan ekonomi

dan kehidupan masyarakat. Sektor swasta memainkan peran yang penting dalam

mentransformasikan teknologi telematika yang sangat potensial itu menjadi barang dan

jasa yang diperlukan.196

Penerapan jaringan informasi di lingkungan pemerintah pusat dan daerah secara

terpadu telah menjadi prasyarat yang penting untuk mencapai good governance dalam

rangka meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat dalam

194 Lampiran, hlm. 4, Inpres No. 6 Tahun 2001.195 Ibid.196 Ibid., Lampiran, hlm. 6.

141

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

berbagai kegiatan kepemerintahan guna antara lain memperbaiki pelayanan publik,

meningkatkan efisiensi pelaksanaan otonomi daerah, serta mengurangi berbagai

kemungkinan kebocoran anggaran.197

Amanah-amanah dari Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 6 Tahun 2001 diatas

menjadi landasan pengembangan teknologi informasi di Indonesia. Perkembangan

teknologi informasi di Indonesia sejak tahun 2001 hingga saat ini tumbuh subur dan

cepat seiring perkembangan teknologi informasi dunia.

Hal ini dapat dilihat dari penetrasi internet Indonesia pada akhir Maret 2021 sebesar

76,8% dari total populasi. Menurut data Internetworldstats, pengguna internet di tanah

air mencapai 212,35 juta dengan estimasi total populasi sebanyak 276,3 juta jiwa.

Dengan capaian tersebut, Indonesia berada di urutan ke-15 di antara negara-negara

Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Kazhakhstan dan di atas Vietnam. Posisi

Indonesia tersebut berada di atas rata-rata penetrasi Asia sebesar 63,9% dari populasi

4,3 miliar jiwa dan juga di atas rata-rata dunia sebesar 65,7% dari estimasi total populasi

7,86 miliar jiwa.198

Tentunya perkembangan teknologi informasi di Indonesia diikuti pula dengan

perkembangan regulasi terkait. Hal ini dilakukan guna menjaga keseimbangan

penggunaan teknologi agar tidak disalahgunakan. Berikut beberapa peraturan

perundang-undangan yang terbit setelah Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 6

Tahun 2001 adalah:

1. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan

2. UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi sebagaimana telah diubah dengan

UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

3. UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana

diubah oleh UU No. 19 Tahun 2016

4. UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

5. PP No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik

6. PP No. 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi elektronik

197 Lampiran, hlm.7, Inpres No. 6 Tahun 2001.198 Viva Budi Kusnandar, “Penetrasi Internet Indonesia Urutan ke-15 di Asia pada 2021”, (https://databoks.katadata.

co.id/datapublish/2021/07/12/penetrasi-internet-indonesia-urutan-ke-15-di-asia-pada-2021, Diakses pada 23 September 2021).

142

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Dengan berlandaskan peraturan-perundangan yang disebutkan diatas, dewasa

ini Pemerintah dari segala sektor berlomba-lomba dalam mendayagunakan serta

mengembangkan teknologi informasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Pendayagunaan dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

memberantas kemiskinan dan kesenjangan ekonomi, serta meningkatkan kualitas

hidup masyarakat. Pengembangan teknologi informasi juga dilaksanakan pada aspek

kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mencapai good governance ditubuh

birokrasi pemerintahan Republik Indonesia.

Pemerintahan yang baik dapat terwujud apabila pengambilan keputusan didasarkan

pada kuantitas, kualitas data yang faktual juga terpercaya, serta penilaian independen.

Hal ini dapat dicapai jika data dikelola dengan baik. Konsep Big Data sebagaimana telah

dijelaskan sebelumnya, sedang dikembangkan oleh BPPT. Disebutkan dalam PRN

2021-2024 target di tahun 2021 adalah tersedianya platform uji coba, pengembangan

sistem, prototipe, dan pilot sistem Big Data di berbagai instansi.

Suatu data dapat dikategorikan sebagai Big Data tidak hanya karena jumlahnya yang

besar. Ada beberapa karakteristik yang membedakan Big Data dengan sistem lainnya.

Volume data yang dimiliki sangat besar dan umumnya melebihi kuota penyimpanan

server. Hal ini disebabkan oleh data yang bertambah terus setiap harinya. Besaran data

bisa mencapai lebih dari 100 TB dan seringkali disimpan di infrastruktur eksternal (tidak

dikelola sendiri).199

Selain itu Big Data juga memiliki data yang bervariasi (Variety). Dengan format maupun

jenis data yang sangat beragam maka diperlukan proses khusus untuk mengolahnya.

Big Data juga harus mampu mengolah dalam waktu yang sangat cepat (Velocity) agar

dapat bermanfaat. Karakteristik Big Data yang berikutnya adalah kebenaran akan

data itu sendiri (Veracity). Informasi yang diolah dari data tersebut dapat bermanfaat

dan diandalkan apabila berasal dari sumber yang terpercaya. Karenanya pada Big

Data, kebenaran data menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan.200 Besarnya

potensi di sektor teknologi informasi dan manajemen data semakin terlihat di masa

pandemi Covid-19 pada tahun 2020 hingga 2021, dimana semua elemen bergantung

pada solusi teknologi digital. Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate,

pada acara Compfest Talk: Empowering and Education Society through Technological

Innovation, Creative Industry, and Professional Industry, di Jakarta, Minggu 4 Oktober

199 Diambil dari Paparan Prof. Dr. Mochamad Ashari tentang Big Data Industry and Academic Point of View, dalam Konferensi Big Data Indonesia, 2015.

200 Dita Kusumasari, Onny Rafizan, “Studi Implementasi Sistem Big Data Untuk Mendukung Kebijakan Komunikasi dan Informatika”, hlm. 85.

143

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

2020, menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo telah memberikan 5 mandat terkait

akselerasi transformasi digital Indonesia.

5 mandat tersebut adalah:

a. Yang pertama, harus dilakukan percepatan perluasan akses internet serta

peningkatan dan pembangunan infrastruktur digital

b. Yang kedua, mempersiapkan roadmap transformasi digital di sektor-sektor strategis

yang meliputi sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi, pertahanan, keamanan dan

sebagainya

c. Yang ketiga, integrasi dan pembangunan pusat data nasional dipercepat

d. Yang keempat, melengkapi regulasi skema-skema pendanaan dan pembiayaan

transformasi digital

e. Yang kelima, mempersiapkan kebutuhan sumber daya manusia atau digital talent

Gambar 3.1. Transformasi digital Indonesia (Sumber: Diolah dari presentasi Digital Transformation: National Program for Digital Literacy)

Percepatan perluasan akses internet

Roadmap transformasi digital di sektor sektor strategis

Integrasi dan pembangunan pusat data nasional

Regulasi skema-skema pendanaan dan pembiayaan

Persiapkan kebutuhan sumber daya manusia

T RANS FORMAS I D I G I TA L I N DONE S I A

Mandat Presiden untuk Lima Langkah Percepatan Transformasi Digital Indonesia

144

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Sesuai dengan Pasal 4 Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem

Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), terdapat amanat untuk membangun

infrastruktur SPBE Nasional. Upaya pemerintah untuk mewujudkan Infrastruktur SPBE

Nasional yang dimaksud ialah penyelenggaraan Pusat Data Nasional (PDN).

Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo serta Menteri Kominfo Johnny G Plate,

untuk mendukung program Digitalisasi Nasional, berlandaskan sebuah studi yang

sudah dilaksanakan, Indonesia memerlukan setidaknya empat lokasi PDN. Empat lokasi

tersebut ialah Batam, Bekasi, Ibu Kota Negara di Kalimantan, serta Bitung. Hal tersebut

dinyatakan dalam green book Bappenas dan telah disetujui pembiayaannya.

Pembangunan PDN tersebut terbagi atas dua tahap. Tahap pertama akan dibangun

dua PDN terlebih dahulu, yang berlokasi di wilayah Bekasi dan Ibu Kota Negara baru di

Kalimantan.

Pusat Data Nasional diharapkan akan membuat sistem pemerintahan menjadi lebih

efektif, efisien, dan aman. Dengan adanya PDN diharapkan kualitas pelayanan yang

diterima oleh masyarakat di Papua harus sama dengan kualitas layanan yang diterima

oleh masyarakat di Jawa.

Lokasi PDN harus memenuhi banyak persyaratan sesuai yang tertuang dalam Perpres

Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. Salah satu persyaratannya adalah lokasi

tersebut harus sangat minim terhadap bencana alam yang sering terjadi di Indonesia,

yaitu banjir dan gempa bumi.

Untuk meminimalisir risiko gempa bumi, PDN yang akan dibangun hanya akan setinggi

dua lantai. Selain bencana alam, PDN juga harus jauh dari jalur penerbangan dan

bandara, jalur kereta api, wilayah yang ada tower radio-frekuensi dan tower listrik

(sutet), wilayah polusi industri, dan dari gedung pemerintahan dan pelayanan publik.

Hal ini dilakukan untuk meminimalisir potensi kerusuhan atau demonstrasi.201

Pusat Data Nasional dinilai dapat mengharmonisasikan sistem pemerintahan. Saat ini

sistem pemerintahan masih berjalan secara parsial serta tidak terintegrasi antara pusat

dan daerah. Pembangunan PDN diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan

yang dihadapi ekosistem teknologi informasi dan komunikasi pemerintah saat ini,

seperti:

201 “Penerapan SPBE dan Rencana Pembangunan Pusat Data Nasional”, (https://aptika.kominfo.go.id/2020/10/penerapan-spbe-dan-rencana-pembangunan-pusat-data-nasional/, Diakses pada 24 September 2021).

145

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

1. Pemerintah tidak dapat melakukan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat

karena disintegrasi data

2. Birokrasi antar pemerintah pusat dan daerah terhambat; dan

3. Pelayanan publik yang tidak seragam

Hadirnya PDN diharapkan dapat mendorong konsolidasi data antara pemerintah pusat

dan daerah. Selain itu diharapkan dapat terwujudnya satu data dan fasilitas satu peta

Indonesia.202

Demi melakukan percepatan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik pemerintah

membuat lima langkah inisiatif (quickwin). Adapun quickwin yang dihasilkan berupa

empat aplikasi umum dan satu yang berkaitan dengan infrastruktur teknologi informasi

dan komunikasi, yaitu PDN.

202 “Penerapan SPBE dan Rencana Pembangunan Pusat Data Nasional”, (https://aptika.kominfo.go.id/2020/10/penerapan-spbe-dan-rencana-pembangunan-pusat-data-nasional/, Diakses pada 24 September 2021).

Gambar 3.2. Bagan percepatan SPBE(Sumber: https://aptika.kominfo.go.id/2020/10/penerapan-spbe-dan-rencana-pembangunan-pusat-data-nasional)

• Integrasiperencanaan,penganggaran,pengadaanbarang&jasa,kinerja,monev

• Target: SelesaiTahun2023

• IntegrasilayanankepegawaianantaraBKN&instansipemerintah

• Target: SelesaiTahun2020

• Integrasilayanankearsipandinamis

• Target: SelesaiTahun2020

• Integrasilayananpengaduanpelayananpublik

• Target: SelesaiTahun2020

• PusatDataNasional• JaringanIntra-Pemerintah

• Target: SelesaiTahun2022

Aplikasi Umum Aplikasi Umum

Koordinator Kementerian PPN/Bappenas

Koordinator Kementerian PANRB

Aplikasi umum akan diterapkan oleh Menterri PANRB dan mencakup persyaratan proses bisnis, persyaratan data, persyaratan teknologi dan

persyaratan keamanan

Koordinator Kementerian PANRB

Koordinator Kementerian PANRB

Koordinator Kementerian Kominfo

BidangPenganggaran Berbasis Kinerja

Bidang Kepegawaian

Bidang Kearsipan

Bidang Pengaduan Masyarakat

Bidang Infra struktur

TIK

P E RC E PATAN S P B E

146

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

3.1.2S I S T EM P EM E R I N TAHAN B E R B AS I S E L E K T RON I K

Good governance adalah tata pemerintahan yang baik, penyelenggaraan pemerintahan

yang baik, pengelolaan pemerintahan yang baik, penyelenggaraan negara yang baik,

ataupun administrasi yang baik yang berlandas awal prinsip transparasi, partisipasi dan

akuntabilitas guna mengatur hubungan antara pemerintah, dunia usaha swasta, dan

masyarakat.203

Good governance erat kaitannya dengan clean governance karena keduanya memiliki

fungsi yang sama yaitu untuk pemerintahan yang lebih baik dan bebas dari KKN.204

Clean governance atau Pemerintahan yang bersih adalah Pemerintah yang diisi oleh

aparat yang jujur, bekerja sesuai dengan tugas yang diembannya, tidak melakukan

praktek KKN, bisa bertindak objektif, netral dan tidak diskriminatif.205

Prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintah yang bersih, tercermin dalam UU No. 28

Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi

dan Nepotisme (KKN) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU

No. 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang mengatur tentang Asas-asas

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Adapun asas umum dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih adalah sebagai

berikut:

a. Asas kepastian hukum

b. Asas tertib penyelenggaraan negara

c. Asas kepentingan umum

d. Asas keterbukaan

e. Asas proporsionalitas

f. Asas profesionalitas

g. Asas akuntabilitas

203 Kusuma Dewi Arum Sari dan Wahyu Agus Winarno, “Implementasi E-Government System dalam Upaya Peningkatan Clean and Good Governance di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen Vol XI No. 1/2012, hlm. 6.

204 Ibid.205 Ibid., hlm. 5.

147

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

Manfaat yang diperoleh dari Good Governance menurut Bappenas adalah:206

a. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan yang bersih, efisien, efektif,

transparan, profesional, dan akuntabel

b. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik

c. Berkurangnya secara nyata praktek KKN di birokrasi

d. Terjaminnya konsistensi dan kepastian hukum seluruh peraturan perundang-

undangan baik di tingkat pusat maupun daerah

Guna mewujudkan clean and good governance terutama dari segi akuntabilitas,

pemanfaatan masyarakat, dan transparansi publik, maka dibutuhkan suatu langkah

kebijakan yang terarah dalam perubahan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan.

Hal ini dapat diwujudkan melalui e-government atau Sistem Pemerintahan Berbasis

Elektronik (SPBE).

SPBE adalah penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi (TIK) untuk memberikan layanan kepada penggunanya. Pengertian ini

tertuang pada Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2018. Sistem tersebut bertujuan untuk

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan akuntabel,

sehingga dapat membangun pelayanan publik yang berkualitas serta terpercaya. Tata

kelola dan manajemen SPBE berskala nasional juga diperlukan untuk meningkatkan

keterpaduan dan efisiensi.

Revolusi TIK memberikan peluang bagi pemerintah untuk melakukan inovasi

pembangunan aparatur negara melalui penerapan SPBE atau e-Government. SPBE

memanfaatkan TIK untuk memberikan layanan kepada instansi pemerintah, aparatur

sipil negara, pelaku bisnis, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya. Sistem ini juga

bertujuan untuk mendorong dan mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang

terbuka, partisipatif, inovatif, dan terpercaya. Kolaborasi antar instansi pemerintah

dalam melaksanakan tugas-tugasnya, peningkatan kualitas serta jangkauan pelayanan

publik, dan menekan tingkat penyalahgunaan kewenangan berbentuk KKN juga

dimungkinkan dengan adanya sistem ini

Pemerintah menyadari pentingnya peran SPBE dalam mendukung semua sektor

pembangunan. Upaya pemerintah untuk mendorong penerapannya telah dilakukan

dengan menerbitkan peraturan perundang-undangan sektoral yang mengamanatkan

206 Kusuma Dewi Arum Sari dan Wahyu Agus Winarno, “Implementasi e-Government System dalam Upaya Peningkatan Clean and Good Governance di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen Vol XI No. 1/2012, hlm. 6.

148

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

perlunya penyelenggaraan sistem tersebut. Sejauh ini kementerian, lembaga, dan

Pemda telah melaksanakannya secara otonom sesuai dengan kapasitas masing-

masing. Tingkat kemajuannya di skala nasional sangat bervariasi. Untuk mensinergikan

penerapannya diperlukan Rencana Induk SPBE Nasional. Rencana Induk digunakan

sebagai pedoman bagi Instansi Pusat dan Pemda untuk mencapai SPBE yang terpadu.

Penyusunan rencana harus memperhatikan arah kebijakan, strategi, serta inisiatif

di bidang tata kelola maupun layanan SPBE, TIK, dan SDM. Hal ini dilakukan untuk

mencapai tujuan strategis SPBE periode 2018-2025, tujuan pembangunan aparatur

negara sebagaimana ditetapkan dalam RPJP Nasional 2005-2025, dan Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025. 207

207 https://spbe.go.id/tentang, Diakses pada 8 September 2021.

Gambar 3.3. Bagan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 (Sumber: Bahan paparan Asisten Deputi Perumusan Kebijakan dan Koordinasi Pelaksanaan Sistem Administrasi

Pemerintahan dan Penerapan SPBE Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana, Kementerian PAN-RB)

UU 14/2008Keterbukaan Informasi Publik

SistemInformasidanDokumentasi

UU 25/2009Pelayanan Publik

SistemInformasiLayananPublik

UU 43/200Kearsipan

SistemInformasiKearsipan

UU 23/2014Pemerintahan Daerah

SistemPembangunanDaerah

Inpres Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government

Pembangunan SPBE Berifat Sektoral

Aplikasi/DatabaseInfrastruktur

Aplikasi/DatabaseInfrastruktur

Aplikasi/DatabaseInfrastruktur

Aplikasi/DatabaseInfrastruktur

149

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

Gambar 3.4. Kondisi pembangunan SPBE (Sumber: Bahan paparan Asisten Deputi Perumusan Kebijakan dan Koordinasi Pelaksanaan Sistem Administrasi

Pemerintahan dan Penerapan SPBE Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana, Kementerian PAN-RB)

Total Belanja 2014-2016 (Pusat + Daerah)

P EMBANGUNAN S P B E SAAT I N I

Belanja TIK Pemerintah (Triliun Rupiah)

Terjadipemborosananggaranakibatterbangunnyasilo-silosistemyangtidakterintegrasimengingatsetiapK/L/Dmembangunaplikasipemerintahan

sendiri-sendiri

Dampak Berantai•Pemborosananggaran,belanjaTIKselalubertambahsetiaptahunnya,akantetapiutilitasTIKhanyamencapai30%

•DisintegrasiSistemInformasiPemerintah

•Risikokeamananinformasi•Validitasdatapemerintahkurangdiyakinisepenuhnya

Masyarakatmenuntutpelayananpublikyangtransparan,cepat,danefektif

Kondisi

1.21.9

1.2

2.7

Rp 4T Rp 4T

Rp 4,7T5

4

3

2

1

0

2.7

2.7

K/LPusat

AplikasiUmum

AplikasiKhusus

Daerah

12,7T

65%35%

150

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

SPBE atau yang dikenal dengan istilah e-government memiliki beberapa pengertian,

antara lain adalah:

1. Merupakan sistem teknologi informasi yang dikembangkan oleh Pemerintah dalam

meningkatkan pelayanan publik dengan memberikan pilihan kepada masyarakat

untuk mendapatkan kemudahan akses informasi publik. Penyelenggaraan

pemerintahan yang baik (good governance) dan peningkatan layanan publik

yang efektif serta efisien memerlukan kebijakan dan strategi pengembangan

e-government.208

2. Merupakan bentuk penerapan pelayanan publik berbasis teknologi yang dapat

meningkatkan mutu dan komunikasi demi menjawab tuntutan sekaligus kebutuhan

publik yang menginginkan proses pengolahan data yang cepat juga tepat.209

3. Sistem e-government berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi (seperti:

wide area network, internet, dan komunikasi bergerak) oleh lembaga pemerintah

yang mempunyai kemampuan mentransformasi hubungan Pemerintah dengan

warganya, pelaku dunia usaha (bisnis), dan lembaga pemerintah lainnya.

Teknologi ini mempunyai tujuan yang beragam, antara lain: pemberian layanan

pemerintahan yang lebih baik, peningkatan interaksi dengan dunia usaha dan

industri, pemberdayaan masyarakat melalui akses informasi, serta manajemen

pemerintahan yang lebih efisien. Hasil yang diharapkan dapat berupa pengurangan

korupsi, peningkatan transparansi maupun kenyamanan, pertambahan pendapatan

dan/atau pengurangan biaya.210

4. Sistem e-government adalah penyelenggaraan pemerintahan yang mampu

mendorong dan memfasilitasi hubungan yang saling mendukung, selaras dan adil

antara masyarakat, dunia usaha dan pemerintah, dengan memanfaatkan teknologi

informasi, telekomunikasi, dan web/internet.211

Embrio e-government dimulai pada tahun 1992 ketika beberapa Pemda (Pemda

Tingkat II, istilah saat itu) menerapkan KTP melalui pemanfaatan komputer stand alone.

Istilah ini pada saat itu belum familiar dan lebih dikenal dengan komputerisasi, yang

208 Kusuma Dewi Arum Sari dan Wahyu Agus Winarno, “Implementasi E-government System dalam Upaya Peningkatan Clean and Good Governance di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen Vol XI No. 1/2012, hlm. 2.

209 Diah Rachma Aprianty, “Penerapan Kebijakan E-Government dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Publik di Kantor Kecamatan Sambutan Kota Samarinda”, eJournal Ilmu Pemerintahan FISIP UNMUL, 2016, hlm. 2.

210 Achmad Djunaedi, “Beberapa Pemikiran Penerapan E-Goverment dalam Pemerintahan Daerah di Indonesia”, 2002, hlm. 2.

211 Kusuma Dewi Arum Sari dan Wahyu Agus Winarno, “Implementasi E-Government System dalam Upaya Peningkatan Clean and Good Governance di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen Vol XI No. 1/2012, hlm. 3.

151

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

berfungsi sebagai pengelolaan surat-menyurat. Kemunculan istilah e-government

dimulai pada era 2000-an, di dekade ini internet telah cukup dikenal dan dimanfaatkan

oleh pemerintah serta dunia usaha. Namun belum banyak lembaga pemerintah yang

memiliki situs web, bahkan di tingkat Departemen. Pada tahun 2001 untuk mendorong

pengembangan teknologi informasi, pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden No.

6 Tahun 2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia.

Kemudian pada tahun 2003 secara formal e-government di Indonesia dimulai, ditandai

dengan terbitnya Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi

Nasional Pengembangan.

Di dalam Instruksi Presiden tersebut, tahapan pengembangan e-government terbagi

menjadi empat tingkatan yaitu:

1. Tingkat 1 – Persiapan, yang meliputi:

a. Pembuatan situs informasi di setiap lembaga

b. Penyiapan SDM

c. Penyiapan sarana akses yang mudah seperti penyediaan Multipurpose

Community Center, Warnet, SME-Center, dll

d. Sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun publik

2. Tingkat 2 – Pematangan, yang meliputi:

a. Pembuatan situs informasi publik interaktif

b. Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain

3. Tingkat 3 – Pemantapan, yang meliputi:

a. Pembuatan situs transaksi pelayanan publik

b. Pembuatan interoperabilitas aplikasi maupun data dengan lembaga lain

4. Tingkat 4 – Pemanfaatan, yang meliputi: Pembuatan aplikasi yang terintegrasi

untuk pelayanan bersifat G2G (Government To Government), G2B (Government To

Business), dan G2C (Government To Citizen)

152

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Manfaat serta penggunaan TIK dalam e-government oleh pemerintahan memunculkan

beberapa keuntungan:212

1. Meningkatkan efisiensi, penggunaan TIK dapat meningkatkan efisiensi dalam

berbagi data atau informasi di dalam maupun antar pemerintahan.

2. Meningkatkan pelayanan, penggunaan TIK dapat meningkatkan pelayanan terhadap

masyarakat.

3. Membantu mencapai suatu kebijakan tertentu, penggunaan TIK mampu membantu

menyosialisasikan kebijakan pemerintah kepada masyarakat sehingga pihak-pihak

terkait dapat berbagi ide dan informasi terpaut suatu kebijakan tertentu.

4. Membantu kontribusi terhadap kebijakan ekonomi, penggunaan TIK dalam

e-government dapat mengurangi korupsi serta meningkatkan keterbukaan dan

kepercayaan terhadap pemerintah.

5. Meningkatkan kontribusi terhadap reformasi, penggunaan TIK telah mengubah

atau mereformasi berbagai bidang, seperti memperbaiki transparansi dan fasilitasi

berbagi informasi.

6. Meningkatkan kepercayaan antara pemerintah dengan masyarakatnya, penggunaan

TIK dapat meningkatkan good governance melalui peningkatan transparansi dan

mengurangi korupsi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat.

Demi mewujudkan pemerataan dan tercapainya keberhasilan e-government di setiap

daerah, berikut adalah langkah-langkah yang diambil Pemerintah:213

a. Rencana legalisasi software Pemerintah bertujuan untuk menekan angka

pembajakan dan mendorong penggunaan peranti lunak berbasis open source

dalam instansi pemerintah.

b. National Single Window diterapkan untuk integrasi layanan pemerintah lintas

departemen melalui satu pintu yang lebih efisien dan cepat prosesnya.

c. E-procurement diharapkan dapat membuat proses pengadaan barang dan jasa

menjadi lebih efektif, efisien, transparan, serta mampu menekan perilaku-perilaku

KKN.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, pada tahun 2018 pemerintah menerbitkan

kebijakan Making Indonesia 4.0. Making Indonesia 4.0 adalah kebijakan pemerintah

di bidang e-government yang bertujuan agar Indonesia dapat memaksimalkan serta

212 Didit Praditya, “Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Tingkat Pemerintahan Desa”, Jurnal Penelitian Komunikasi, Vol 17 No. 2, BPPKI, Bandung, 2014, hlm. 5.

213 Kusuma Dewi Arum Sari dan Wahyu Agus Winarno, “Implementasi E-Government System dalam Upaya Peningkatan Clean and Good Governance di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen Vol XI No. 1/2012, hlm. 7.

153

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi guna memajukan kesejahteraan

bangsa. Melalui kebijakan ini pemerintah telah berkomitmen untuk meningkatkan sektor

industri dan menetapkan target berikut:214

1. Indonesia menjadi 10 besar kekuatan ekonomi global berdasarkan Produk Domestik

Bruto (PDB) pada 2030

2. Menggandakan rasio produktivitas-terhadap-biaya

3. Mendorong ekspor netto menjadi 10% dari PDB pada 2030

4. Menganggarkan 2% dari PDB untuk penelitian dan pengembangan, terutama yang

terkait dengan kemampuan penguasaan dan pengembangan teknologi

Kebijakan Making Indonesia 4.0 akan berfokus pada lima sektor, yaitu makanan dan

minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia dan elektronik.215 Sektor ini ditetapkan

berdasarkan dampak ekonomi, kontribusi terhadap PDB, volume perdagangan,

dampak terhadap industri lain, besaran investasi, dan penetrasi pasar. Kelima sektor

yang difokuskan beserta strategi pemerintah untuk tahun 2030 dirinci dalam matriks

berikut:216

214 Kementerian Perindustrian, “Making Indonesia 4.0”, hlm. 3.215 Ibid., hlm. 4.216 Ibid., hlm. 4-6.

MakanandanMinuman

PakaiandanTekstil

Otomotif

Sektor yang Difokuskan Strategi Pemerintah

1. Mendorongproduktivitasdisektorhulu(Seperti:pertanian,peternakandanperikanan)melaluipengenalanteknologicanggihsepertisistemmonitoring otomatisdanautopilot drones

2.Membantuusahamikro,kecil,menengah(UMKM)untukmengadopsiteknologiyangdapatmeningkatkanhasilproduksidanpangsapasar

3.Berkomitmenuntukberinvestasipadaprodukmakanankemasanuntukmemenuhipermintaandomestik

4.Meningkatkanekspordenganmemanfaatkanaksesterhadapsumberdayapertaniandanskalaekonomidomestik

1. Meningkatkankemampuandisektorhulu(Seperti:seratdanbahanpakaiankimiawi)sehinggamenghasilkanpakaiandenganbiayarendahdanberkualitastinggi

2.Meningkatkanproduktivitasmanufakturdanburuhmelaluipengenalanteknologibaru,optimalisasilokasipabrik,danpeningkatanketerampilan

3.Membangunkemampuanproduksifunctional clothing4.Meningkatkanskalaekonomiuntukmemenuhipermintaanfunctional clothing

Fokuspadapeningkatandanprodukdalamnegeriterkaitdengan:1. Volume2.Efisiensiproduksibahanbakudankomponenpentingmelaluiadopsiteknologibarudanpengembanganinfrastruktur,termasukpembangunanzonaindustriterpadudanplatform logisticyanglebihefisien

3.BekerjasamadenganperusahaanOriginal Equipment Manufacturers (OEM)untukmeningkatkaneksporyangfokuspadaMultipurpose Vehicles (MPV),Low-Cost Green Cars (LCGC)danSports Utility Vehicles (SUV)

4.MembangunekosistemuntukindustriElectric Vehicle (EV),termasukindustrisepedamotorlistrikdanmobillistrik

Saatini,industriotomotifdiaturdalamPeraturanMenteriPerindustrianNo.34/MIND/PER/9/2017tentangIndustriKendaraanBermotorRodaEmpatatau

154

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Selain menetapkan lima sektor prioritas di atas, Making Indonesia 4.0 juga menetapkan

sepuluh inisiatif nasional yang bertujuan untuk mendorong industri nasional dan lanskap

bisnis, seperti yang dijelaskan dalam matriks berikut:217

217 Lampiran, hlm. 27-28, PP No. 2 Tahun 2018.

Lebih,sepertiyangdiubahdenganPeraturanMenteriPerindustrianNo.5Tahun2018.Sedangkan,untukLCGCsaatinidiaturdalamPeraturanMenteriPerindustrianNo.33/M-IND/PER/7/2013tentangPengembanganProduksiKendaraanBermotorRodaEmpatyangHematEnergidanHargaTerjangkau.Terakhir,mobillistrikdiatursecaraspesifikdalamPeraturanPemerintahNo.79Tahun2014tentangKebijakanEnergiNasional,sertaPeraturanPresidenRepublikIndonesiaNo.22Tahun2017tentangRencanaUmumEnergiNasional.

1. Mendorongkapasitasdanpembangunanpasokanpetrokimiadalamnegeriuntukmengurangiketergantunganimpor

2.Membangunindustrikimiayangkompetitifmelaluipemanfaatansumberdayaminyakdangassertaoptimalisasilokasizonaindustri,termasukpembangunanlokasiproduksikimiayanglebihdekatdenganlokasiekstraksigasalam

3.Mendorongproduktivitasdiseluruhrantainilai4.Mengembangkankapasitasterkaitdenganprodukbiokimiasepertibiofueldanbioplastik

1. Menarikpemainglobalterkemukadenganpaketinsentifyangmenarik2.Mengembangkankemampuandalammemproduksikomponenelektronikbernilaitambah

3.Mengembangkankemampuantenagakerjadalamnegerimelaluipelatihanintensifdanmenariktenagakerjaasingdibidangtertentuyangdibutuhkan

4.Mengembangkanpelakuindustriunggulandalamnegeriuntukmendoronginovasidanmempercepattransferteknologi

Kimia

Elektronik

Matriks 3.4. Lima sektor prioritas beserta strateginya untuk tahun 2030(Sumber: Making Indonesia 4.0, Kementerian Perindustrian)

Perbaikanaluraliranbarangdanmaterial

Desainulangzonaindustri

Mengakomodasistandarkeberlanjutan

MemberdayakanUMKM

Memperkuatproduksidalamnegeripadasektorhuludanmenengahmelaluipeningkatankapasitasproduksidanpercepatanadopsiteknologi

Menyelaraskanpendekatankepadazonaindustriuntukmengoptimalkanpemanfaatanlahandanjugauntukmencapaipetajalanzonaindustriyangkomprehensif.

MembangunteknologibersihsepertiEV,biokimia,danenergiterbarukan.

MendukungUMKM,petani,danpengrajinmelaluipembangunanplatform e-commerce,sertamembangunsentrateknologiuntukmeningkatkanaksesUMKMterhadapteknologibaru.

1

2

3

4

Inisiatif Nasional Rincian

155

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

Dalam lingkup Kementerian PUPR selaku kementerian yang menaungi BLU PPDPP,

upaya yang dilakukan dalam mengembangkan e-government adalah membuat situs

interaktif www.pu.go.id, memberikan Pelatihan TIK kepada para pegawai dan staf,

bekerja sama dengan Kementerian dan lembaga terkait (Kominfo, BPK, LKPP, Pemprov,

dan Pemda) serta pengaplikasian beberapa layanan. Melalui pengembangan tersebut

Kementerian PUPR mendapatkan beberapa keuntungan. Manfaat yang didapat antara

lain tender proyek Kementerian PU lebih transparan, peningkatan kompetensi SDM, dan

meminimalisir keterlambatan serta peningkatan akurasi data pelaporan dari proyek-

proyek di daerah. Selain itu peran Kementerian PUPR dalam kebijakan Making Indonesia

4.0 adalah penyelarasan peta jalan dan proyek infrastruktur (terintegrasi dengan peta

jalan zona industri nasional).

Matriks 3.5. Sepuluh inisiatif nasional pendorong industri nasional dan lanskap bisnis (Sumber: PP No. 2 Tahun 2018)

Membanguninfrastrukturdigitalnasional

Menarikminatinvestasiasing

PeningkatankualitasSDM

Pembangunanekosisteminovasi

Insentifuntukinvestasiteknologi

Harmonisasiaturandankebijakan

Percepatanpembangunaninfrastrukturdigital.yangmeliputi:• Internetberkecepatantinggi•Digital capabilities yangmelibatkankerjasamapemerintah,publik,danswasta

• Investasiditeknologidigitalseperticloud,data center,security management, daninfrastrukturbroadband

Secaraaktifmelibatkan100perusahaanmanufakturglobalyangtelahdiseleksi,penawaraninsentif,dankerjasamadenganpemerintahasingterkaitkolaborasiinternasional.

MerombakkurikulumpendidikansaatinidenganlebihmenekankanpadaSTEAM(Science, Technology, Engineering, the Arts danMathematics),sertamenyelaraskankurikulumpendidikannasionaldengankebutuhanindustridimasamendatang.

• Mengembangkancetakbirupusatinovasinasional•Mempersiapkanpercontohanpusatinovasisertamengoptimalkanregulasiterkait,dantidakterbatashanyapadaisuyangberhubungandenganhakkekayaanintelektualdaninsentiffiskal

•Mempercepatkolaborasilintassektordiantarapelakuusahaswasta/BadanUsahaMilikNegara(BUMN)denganuniversitas

Mendesainulanginsentifadopsiteknologi,subsidi,potonganpajakperusahaan,danpengecualianbeapajakimporbagiperusahaanyangberkomitmenuntukmenerapkanIndustri4.0.Sebagaitambahan,pemerintahjugaberencanameluncurkandanainvestasiNegarauntukdukunganpendanaantambahanbagikegiataninvestasidaninovasidibidangteknologicanggih.

Harmonisasiaturandankebijakanuntukmendukungdayasaingindustrisertamemastikankoordinasidiantarakementrian,lembagaterkait,danpemerintahdaerah.

5

6

7

8

9

10

156

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

3.1.3P E R K EMBANGAN T E K NO LOG I I N F O RMAS I DA N

P E N DAYAGUNAAN DATA DA L AM P E N YA L U RAN F L P P

Sekarang kita tengah berada dalam sebuah era yang erat dengan perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan ini juga merambah masuk ke dalam

sistem pemerintahan Republik Indonesia dan dilaksanakan untuk mewujudkan good

governance dan e-government. Kedua perwujudan tersebut ditunjukkan melalui dua

tugas BLU PPDP dalam mengelola dana bergulir FLPP, yaitu pengelolaan teknologi

informasi dan pengelolaan database.

A. Pengelolaan Teknologi Informasi BLU PPDPP

Pengelolaan Teknologi Informasi BLU PPDPP adalah pendukung tugas utama

penyaluran dana FLPP kepada MBR. Tugas ini dilakukan dengan meluncurkan

dan menciptakan aplikasi-aplikasi yang mempermudah, meningkatkan, serta

mengakuratkan proses bisnis. Berikut adalah beberapa aplikasi tersebut:

1. Aplikasi Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan (SiKasep)218

Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan yang kemudian dikenal dengan

aplikasi “SiKasep” merupakan aplikasi utama dalam menjalankan program

subsidi perumahan. Aplikasi ini diperuntukkan bagi MBR (Kelompok Sasaran)

yang akan membeli rumah dengan subsidi dari pemerintah termasuk KPR

Sejahtera. Melalui SiKasep, MBR (Kelompok Sasaran) dapat melakukan proses

penentuan lokasi, mengajukan subsidi, dan memilih Bank Pelaksana yang

diinginkan. Seluruh proses bisnis dilakukan melalui satu aplikasi.

MBR diharuskan mengunduh aplikasi ke dalam ponsel mereka melalui platform

“Play Store”, kemudian mendaftarkan diri. SiKasep memiliki beberapa sistem

penunjang dalam operasionalnya yang terbagi dalam secondary system,

transaction processing system, dashboard dan security system. Sistem ini

mengintegrasikan keseluruhan proses, mulai dari pendaftaran sampai dengan

218 BLU PPDPP, “Konsep Big Data "SiKasep" Solusi Mendapatkan Rumah Bersubsidi”, Youtube, <https://www.youtube.com/watch?v=P4lJIVxTca4> dan “Tutorial Penggunaan Aplikasi SiKasep (Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan)”, Youtube, <https://www.youtube.com/watch?v=Tkpwg1P2AnA>.

157

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

keterhunian rumah. Selain memberi kemudahan, SiKasep juga bermanfaat

dalam menyasar target penyaluran dana FLPP.

Keberadaan SiKasep merupakan inovasi yang mampu menjembatani masyarakat,

pengembang, dan Bank Pelaksana dalam melakukan proses bisnisnya dan

juga sebagai jawaban atas kebutuhan (demand) serta ketersediaan (supply)

rumah. SiKasep dapat memberikan kemudahan dan keuntungan bagi seluruh

pemangku kepentingan. Melalui aplikasi ini pemerintah dapat memantau

perkembangan perumahan yang akan menjadi pertimbangan dalam penentuan

kebijakan. Sedangkan bagi Bank Pelaksana tentunya dapat mempermudah

proses verifikasi calon nasabah atau MBR (Kelompok Sasaran).

Aplikasi ini terhubung dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan

Pencatatan Negeri Sipil Kementerian Dalam Negeri dalam proses verifikasi

Nomor Induk Kependudukan MBR (Kelompok Sasaran). Selain itu, keamanan

data dalam proses transaksi antara Bank Pelaksana dengan BLU PPDPP telah

teruji karena didukung oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Manfaat yang

didapat oleh MBR (Kelompok Sasaran) melalui aplikasi ini adalah kemudahan

dalam mencari rumah impian yang akan mereka tinggali serta meminimalisir

potensi penipuan.

2. Aplikasi Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (SiKumbang)219

SiKumbang220 adalah aplikasi berbasis web/website yang dikembangkan oleh

BLU PPDPP. Diperuntukkan bagi pelaku pembangunan rumah umum dan

bertujuan untuk mengumpulkan data lokasi perumahan umum yang ditawarkan

sehingga memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi terkait.

Pelaku pembangunan akan mendaftarkan identitas perusahaannya kemudian

mengunggah dokumen-dokumen yang dipersyaratkan oleh BLU PPDPP.

Setelah proses mengunggah dilakukan, pengguna akan menerima koordinat dan

dapat mendeteksi serta menandai kaveling dari siteplan latar. Data ini didapat

dari radar desa yang terhubung dengan sistem teknologi Direktorat Jenderal

Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Aplikasi SiKumbang juga bertujuan untuk

memastikan rumah umum yang diperoleh oleh MBR laik huni dan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tentunya hal tersebut

219 BLU PPDPP, “Tutorial Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (SiKumbang)”, Youtube, <https://www.youtube.com/watch?v=Qlwmxgkix64&t=8s> dan “Tutorial Penggunaan Aplikasi SiKumbang Tahap Pewarnaan Siteplan Latar Rumah Tapak”, Youtube, <https://www.youtube.com/watch?v=RoEe3Zc_eQs&list=PLfZcttXWQMCa0TFAl8jZhqSgQaIiN0h0n>.

220 Panduan SiKumbang dapat diakses dalam https://sikumbang.ppdpp.id/public/images/panduan_sikumbang_2021.pdf

158

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

amat sangat bermanfaat bagi MBR karena rumah yang mereka pilih melalui

aplikasi ini sudah melalui pengawasan oleh BLU PPDPP sendiri.

Berikutnya BLU PPDPP akan melakukan pengecekan kelengkapan dokumen

administrasi milik pengembang. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memastikan

kesesuaian antara data yang diinput dengan dokumen yang diunggah. Proses

pengecekan meliputi:

a. Nomor IMB

b. Tanggal IMB

c. Pengesahan IMB

d. Masa Berlaku IMB

e. Pengesahan Siteplan

f. Format Siteplan Latar

Untuk data lokasi perumahan yang telah sesuai dengan proses pengecekan

akan disetujui dan diberikan ID. Selanjutnya, hasil pengecekan selain yang

tercatat secara otomatis dalam sistem, akan didokumentasikan melalui aplikasi

G-Sheet. Pendokumentasian data meliputi tanggal pendaftaran, tanggal

pengecekan, nama perumahan, nama pengembang, nama asosiasi, nama

provinsi, nama kabupaten/kota, nama kecamatan, nama kelurahan, status

lolos maupun tidak lolos beserta bukti keterangannya. Secara umum proses

pekerjaan yang dilakukan digambarkan pada bagan di bawah ini.

Gambar 3.5. Proses pengecekan dokumen administrasi pengembang oleh BLU PPDPP(Sumber: Paparan Divisi Verifikasi BLU PPDPP, 2021)

• Datablokperumahan(namablok,jumlah,unit)

• Datatiperumah(status,harga,LT/LB,spsek,denah,dll)

• DataMK(NPWP)

• DataPemohon• Datapengembangdanasosiasi• Datalokasiperumahan

Login Tambah Lokasi ID Pengajuan

ID LokasiTambahKaveling

PewarnaanKavelingID Rumah

IMB

Pengesahan

Siteplan Layar

Cek

159

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

BLU PPDPP telah melakukan pembahasan dengan unit organisasi atau institusi

terkait untuk pengembangan SiKumbang di masa mendatang. Salah satunya

adalah penyempurnaan proses bisnis pada aplikasi SiKumbang yang mengacu

pada ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Substansi

lain yang juga perlu dikembangkan adalah Persetujuan Bangunan Gedung

(PBG), Sistem Informasi Geospasial Tata Ruang (GISTARU), hunian berimbang,

Sertifikat Laik Fungsi (SLF), dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB). Berikut

adalah pokok-pokok usulan pengembangan:

a. Perubahan Data IMB menjadi PBG, yaitu mengintegrasikan SiKumbang

dengan Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG) agar

proses validasi PBG dapat dilakukan secara otomatis ke database yang

tercatat di Direktorat Jenderal Cipta Karya.

b. Mengintegrasikan SiKumbang dengan GISTARU agar dapat dilakukan

validasi kesesuaian lokasi perumahan terhadap pola ruang (kawasan/zona

yang diizinkan untuk dibangun perumahan dan permukiman). Untuk tahap

awal dapat dilakukan screening, sehingga apabila lokasi perumahan tidak

sesuai dengan pola ruang yang ditetapkan maka akan muncul peringatan/

warning.

c. Perubahan klasifikasi pewarnaan kaveling mengacu pada klasifikasi hunian

berimbang, yaitu rumah mewah, rumah menengah, serta rumah sederhana

non subsidi dan subsidi.

d. Penambahan mekanisme penyampaian data SLF setelah proses konstruksi

bangunan yang terintegrasi dengan SIMBG.

e. Penambahan mekanisme penyampaian data PPJB oleh pengembang

sebagai status pesanan rumah. Rumah yang belum terpesan akan berstatus

sebagai rumah ready stock dan dapat dilihat/dipilih MBR pada aplikasi

SiKasep.

160

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Gambar 3.6. Alur perubahan pengecekan dokumen administrasi pengembang(Sumber: Paparan Divisi Verifikasi BLU PPDPP, 2021)

Login TambahLokasi ID Pengajuan

MewahTerjual / Terpesan

MenengahReady Stock

SederhanaNon Subsidi

Sederhana Subsidi

ID Lokasi

TambahKaveling

SIKASEP

PewarnaanKaveling

Status Pesanan

IDRumah

TambahRumah

Cek

SIPETRUKID Struktur

Cek

GISTARU - Peta RT/RW Provinsi•ZonaPermukimanPerkotaan danPermukimanPedesaan•ZonaRawanBencana

SIMBGPersetujuan

BangunanGedung

HunianBerimbang

PerjanjianPengikatanJualBeli

SIMBGSertifikatLaikFungsi

Tapak:80%Rusun:100%

Tapak:20%

NomorPBG

Eksisting UsulanPerubahan/Pengembangan

161

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

3. Sistem Informasi Pemantauan Konstruksi (SiPetruk) 221

Aplikasi SiPetruk222 berfungsi untuk memantau konstruksi yang dilaksanakan

oleh Manajemen Konstruksi (MK) terhadap kualitas rumah umum yang

disediakan Pengembang. Fitur SiPetruk antara lain:

1. Terintegrasi dengan Sistem Informasi Konstruksi Indonesia-Lembaga

Pengembangan Jasa Konstruksi

2. Validasi koordinat

3. Artificial Intelligence

4. Keselamatan bangunan

5. Kesehatan bangunan

Output dari aplikasi SiPetruk adalah ID Struktur dan Rumah yang dipastikan siap

huni.

4. Host to Host Pengujian

Sistem aplikasi Host to Host Pengujian adalah sistem pengujian data Kelompok

Sasaran dan Agunan. Kegiatan ini dilakukan oleh Bank Pelaksana yang kemudian

hasil verifikasinya diteruskan ke BLU PPDPP. Proses pengujian akan lebih cepat

dan akurat dengan adanya aplikasi tersebut. Output yang dihasilkan berupa ID

Pengujian.

5. Elektronik-Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (e-FLPP)

Sistem e-FLPP adalah aplikasi yang disediakan oleh BLU PPDPP sejak Agustus

2016 dan telah dikembangkan menjadi e-FLPP 2.0. Aplikasi e-FLPP 2.0 aktif

dan dimanfaaatkan per tanggal 1 Januari 2021. Aplikasi ini disediakan untuk

Bank Pelaksana dalam mengajukan permintaan pembayaran dana KPR

Sejahtera. Selanjutnya BLU PPDPP akan melakukan pengujian terhadap

pengajuan tersebut, apabila lolos maka dana FLPP akan dicairkan. Fitur yang

dikembangkan di sistem e-FLPP antara lain adalah membolehkan penggunaan

tanda tangan digital untuk pengesahan dokumen, dan diotorisasi dengan token

BSSN. Output yang dihasilkan adalah ID Batch Pengajuan, ID Batch Verifikasi,

dan ID Batch Pencairan.

221 BLU PPDPP, “Pengenalan Aplikasi Sistem Informasi Pemantauan Konstruksi (SiPetruk)”, Youtube, <https://www.youtube.com/watch?v=ZpOEQz9Jth8&t=34s> dan “Tutorial Penggunaan Aplikasi SiPetruk (Sistem Informasi Pemantauan Konstruksi)”, Youtube, <https://www.youtube.com/watch?v=piiZ5UoHxbM&list=PLfZcttXWQMCY1FMKXJ_WJejv7P5mfsqET>.

222 Panduan SiPetruk dapat diakses dalam https://sipetruk.ppdpp.id/

162

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Pada sistem e-FLPP 2.0, terdapat beberapa fitur yang dikembangkan untuk

mengoptimalkan proses penyaluran dana FLPP, baik dari sisi kecepatan maupun

penyederhanaan proses.

Penerapan sistem e-FLPP 2.0 pada semester pertama tahun 2021 telah

memberikan dampak positif terhadap kualitas pelayanan pengujian FLPP.

Berikut dampak positif tersebut:

a. Meningkatkan capaian realisasi per bulan

b. Mengurangi jumlah berkas permintaan pembayaran dana FLPP yang masuk

c. Meminimalisir penyebab pengembalian berkas/meningkatkan mutu pengujian

d. Meningkatkan jumlah unit per berkas

e. Mempercepat proses pengujian FLPP sehingga capaian Service Level

Agreement (SLA) meningkat

f. Mengurangi jumlah kebutuhan petugas dan waktu pengujian

Pengembangan sistem e-FLPP 2.0 dapat dilihat pada bagan berikut:

BerkaspermintaanpembayarandanaFLPPdapatdi-create daribeberapaDaftarKelompokSasaran(DKS)

Semuadokumen(suratpermohonan,formH,daftarkelaikanfungsi)di-generate otomatisolehmesinolehmesin,meminimalisirkesalahan

SemuadokumenditandatanganipejabatbanksecaradigitalyangsudahdisertifikasiBSrE,BSSNmelaluiaplikasiandroid(APK),dengandemikianprosespersetujuanberkasmenjadilebihcepat

Pencatatantagihansecaraotomatisdandisediakandashboard monitoring untukmemantaucapaiankinerjadansisakuotamasing-masingBankPelaksana

Multi DKSTidak Perlu Upload Dokumen

Keabsahan Dokumen

Lebih Terjamin

Dashboard Monitoring

P EMBARUAN S I S T EM

Gambar 3.7. Bagan pembaruan sistem e-FLPP menjadi e-FLPP 2.0(Sumber: Paparan Divisi Verifikasi BLU PPDPP)

163

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

Gambar 3.8. Alur proses sistem e-FLPP 2.0 pada akun Bank Pelaksana(Sumber: Paparan Divisi Verifikasi BLU PPDPP)

Login

Loginkewebsitehttps://eflpp.ppdppidmenggunakanusernamedanpassword yangsudahdidaftarkan

PilihDaftarKelompokSasaran(DKS)yangakandiajukansesuaiperiodetagihan

Pilihnama-namadebitur/nasabahsesuaiDKSyangtelahdipilihsebelumnyauntukdiprosesdatanya

Pilih DKS Pilih Debitur/Nasabah SelesaiTanda tangan

digital

A L U R P ROS E S S I S T EM E - F L P P 2 . 0 ( A KUN B ANK P E L AKSANA )

Periksakembaliberkastagihanyangsudahdibuat,jikasudahsesuaiberikanpersetujuanberkasdengancaramembubuhkantandatangansecaradigital

BerkaspermintaanpembayarandanaFLPPsiapdiprosesolehPPDPP

164

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

6. Elektronik Monitoring dan Evaluasi (e-Monev)

Aplikasi e-Monev berfungsi untuk memantau kesesuaian data penghunian

rumah KPR Sejahtera. Aplikasi e-Monev merekapitulasi hasil pemantauan

lapangan yang dilengkapi dengan data Debitur, status penghunian, dan titik

koordinat unit rumah. Output yang dihasilkan adalah status penghunian Rumah

KPR Sejahtera per Debitur. Pengembangan aplikasi e-Monev dapat dilihat pada

bagan berikut:

• DashboardTahundanBankPelaksana

• DashboardDataHasilPerekaman

• RekapHasilPetugas

• MenuProsesVerifikasiDanPersetujuanDataHasilPerekaman

• DashboardWilayahdanBankPelaksana

• DashboardProsesPerekamandanPersetujuan

• TabelRekapBadanUsaha

• ProfilPetugas

• UserManualPenggunaanAplikasi

• AksesStakeholder(K/L,BankPelaksana&AsosiasiPengembang

• PemilahanRestrictedDatauntukAksesBankPelaksana&K/L

• MenuInputTambahanuntukBankPelaksana

• MenuProfilKawasanuntukAksesAsosiasiPengembang

• UserManualPenggunaanAplikasi

2017 2018 2019

P E NG EMBANGAN A P L I K AS I E -MONEV

Gambar 3.9. Pengembangan Aplikasi e-Monev(Sumber: Divisi Pemantauan dan Evaluasi)

165

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

Perumahan FLPP - Perumahan Graha Mutiara, Bengkulu

166

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

7. Sistem Informasi Aktivasi QR Code (Si AKI QC)

Si AKI QC adalah aplikasi yang disediakan oleh BLU PPDPP untuk Bank

Pelaksana agar dapat melakukan pelaporan penghunian rumah melalui QR

Code yang terdapat di plat setiap unit rumah umum KPR Sejahtera. Fitur dari

Aplikasi ini adalah membaca QR Code dan memvalidasi koordinat lokasi rumah

KPR Sejahtera. Output dari aplikasi ini adalah ID Verifikasi Penghunian Rumah.

Aktivasi QR Code harus dilakukan oleh Bank Pelaksana untuk memudahkan BLU

PPDPP dalam melaksanakan pemantauan penghunian rumah KPR Sejahtera.

Gambar 3.10. Alur proses bisnis dan interkoneksi sistem BLU PPDPP(Sumber: Paparan Divisi Teknologi BLU PPDPP, 2021)

Masyarakat

43BankPelaksana

1.109.306RumahSubsidi

21Asosiasi

9.589Pengembang

ATRBPN

LPJKPengawas

167

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

Pembentukan dan penciptaan atas inovasi aplikasi-aplikasi ini dilatarbelakangi oleh

permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh BLU PPDPP selama mengelola

dan menyalurkan dana FLPP. Beberapa contohnya adalah: sulitnya MBR dalam

memperoleh akses informasi tentang KPR Sejahtera; banyaknya pengembang

dengan tingkat kepatuhan yang rendah terhadap regulasi; banyaknya kualitas

rumah KPR Sejahtera yang kurang bahkan tidak layak huni; proses verifikasi dan

pengujian Kelompok Sasaran yang panjang, tidak efektif, dan kurang efisien; serta

proses pemantauan dan evaluasi pemanfaatan rumah KPR Sejahtera oleh MBR yang

memakan waktu cukup banyak mengingat sebarannya diseluruh wilayah Indonesia.

Inovasi aplikasi-aplikasi yang diciptakan oleh BLU PPDPP bertujuan untuk

memudahkan MBR yang akan membeli rumah dengan subsidi dari pemerintah

termasuk KPR Sejahtera, memastikan pengembang yang membangun rumah

KPR Sejahtera memiliki predikat baik dan berkualitas, meningkatkan kualitas

rumah KPR Sejahtera dengan pengawasan pembangunan perumahan yang ketat,

memudahkan dan mempercepat BLU PPDPP dalam melaksanakan pengujian hasil

verifikasi Kelompok Sasaran yang dilakukan oleh Bank Pelaksana, memudahkan

dan mempercepat BLU PPDPP dalam melaksanakan pengujian permintaan

pembayaran danan FLPP yang dilakukan oleh Bank Pelaksana, serta mempermudah

dan mempercepat BLU PPDPP dalam melaksanakan percepatan pemantauan

penghunian rumah umum KPR Sejahtera.

B. Pengelolaan Database BLU PPDPP

Selaras dengan perkembangan Big Data di Indonesia, BLU PPDPP melaksanakan

pengelolaan database dalam rangka mendukung penyaluran dana FLPP dengan

pendayagunaan dan pemeliharaan data. Data yang dimaksud adalah keseluruhan

informasi dan dokumen terkait Debitur/Nasabah penerima dana FLPP saat

mengajukan permohonan subsidi KPR Sejahtera.

Data tersebut memuat:223

• Identitas Pemohon (nama, pekerjaan, jenis kelamin, NIK, NPWP, Nomor Kartu

Keluarga)

• Gaji Pokok/Penghasilan Rata-Rata

• Nama Pasangan

• NIK Pasangan

• Nomor Rekening Pemohon

223 Lampiran II, Format Huruf H, Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019.

168

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

• Nomor Ponsel

• Nomor surat persetujuan pemberian kredit/pembiayaan

• Tanggal surat persetujuan pemberian kredit/pembiayaan

• Nomor Berita Acara Serah Terima

• Tanggal Berita Acara Serah Terima

• Tanggal Akad

• Harga Rumah

• Uang Muka

• Subsidi Uang Muka

• Nilai KPR, Suku Bunga KPR, Tenor, Angsuran KPR

• Nilai FLPP

• Nama Pengembang dan NPWP Pengembang

• Nama Perumahan, Nama Alamat Agunan, Blok Alamat Agunan, Nomor Alamat

Agunan, Kota/Kabupaten Agunan, Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan

Agunan

• Luas Tanah dan Luas Bangunan

1. Pendayagunaan Data

Pendayagunaan data bertujuan untuk mendatangkan hasil serta manfaat.

Diharapkan manfaat ini dapat berguna baik dalam pengambilan keputusan serta

kebijakan internal BLU PPDPP maupun bagi stakeholder dan masyarakat luas.

Pendayagunaan data yang dilakukan BLU PPDPP dapat dibedakan berdasarkan

jenis pelaksanaannya, yaitu sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Reguler

Pelaksanaan pendayagunaan data reguler dilakukan secara periodik setiap

tahun untuk menghasilkan keluaran sesuai dengan tugas dan fungsi yang

telah diamanatkan. Berikut adalah jenis kegiatan yang termasuk dalam

kategori tersebut:

• Dukungan Teknis Pelayanan Data Eksternal dan Internal BLU PPDPP,

yaitu pelayanan terhadap penyediaan data Debitur/Nasabah penerima

FLPP yang berasal dari pihak internal maupun eksternal. Bentuk kegiatan

ini berupa pemenuhan kebutuhan data pendukung yang lengkap, akurat,

terkini, serta utuh. Contohnya, informasi tersebut dapat digunakan

untuk memudahkan pengambilan keputusan ketika akan melakukan

penelaahan hukum terhadap suatu permasalahan penyalahgunaan

fungsi rumah KPR Sejahtera.

169

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

• Update dan Publikasi Data Website BLU PPDPP, yaitu melakukan

pengkinian data realisasi penyaluran dana FLPP setiap minggunya di

laman ppdpp.id.

• Penyusunan Buku FLPP dalam Angka serta Perumahan dalam Angka,

yang muatannya merupakan penyajian data-data FLPP dan perumahan

bersubsidi.

b. Pelaksanaan Khusus

Pelaksanaan khusus merupakan program lain pendukung kegiatan

pendayagunaan data. Program tersebut menghasilkan keluaran yang

berorientasi pada kemudahan akses informasi terkait data FLPP tahun

berjalan. Bentuk program pelaksanaan khusus antara lain adalah:

• Analisa Data FLPP, yaitu program analisa terhadap data FLPP yang

bertujuan memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan/

stakeholders dan masyarakat, terkait kekayaan data FLPP. Data yang

dimaksud tidak hanya berupa info realisasi FLPP, namun juga data yang

bersumber dari Aplikasi Sikasep, Sikumbang, dan SiPetruk. Pada tahun

2021, pelaksanaan analisa data FLPP terbagi menjadi 2 keluaran yaitu:

1. Informasi Fakta dan Data FLPP yang berisikan fakta-fakta unik

terkait informasi penyaluran dana FLPP Tahun 2010-2021.

2. Buletin Statistik yang berisikan kajian singkat mengenai isu-isu yang

sedang berkembang saat ini terkait data penyaluran dana FLPP

Tahun 2010-2021. Buletin Statistik dicetak dalam bentuk buku dan

disebarluaskan secara fisik kepada para stakeholders.

Kedua keluaran ini diterbitkan secara rutin setiap bulan dan dipublikasikan

secara digital pada kanal resmi BLU PPDPP.

• Portal Layanan Satu Data Perumahan, yaitu penyediaan sistem pelayanan

mandiri/self service terkait data realisasi FLPP tahun berjalan. Sistem ini

disajikan dalam bentuk portal resmi sehingga memudahkan pengguna

dalam mengakses informasi tersebut. Penyediaan portal layanan satu

data perumahan ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi waktu

pelayanan data oleh BLU PPDPP.

170

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

2. Pemeliharaan Data

Pemeliharaan data merupakan kegiatan manajemen informasi dalam skala

internal. Kegiatan ini bertujuan untuk mengamankan keutuhan serta menjaga

akuntabilitas data terkait Debitur/Nasabah penerima FLPP, agar dapat

dipergunakan saat dibutuhkan. Pemeliharaan data dibedakan berdasarkan jenis

pelaksanaannya yaitu sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Pemeliharaan Data Rutin

Kegiatan pemeliharaan data rutin yang dilakukan BLU PPDPP yaitu:

• Tinjauan/Reviu Database FLPP, merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk meningkatkan kualitas data yang dikelola BLU PPDPP. Hal ini

dilaksanakan dengan mengidentifikasi kesesuaian elemen data pada

database untuk kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan

terkait lainnya. Pada Tahun 2021, BLU PPDPP meninjau data NIK Debitur/

Nasabah Penerima FLPP periode 2010-2020 yang tidak sesuai (anomali)

dengan ketentuan penomoran NIK format KTP elektronik pada Dirjen

Dukcapil. Informasi tersebut menjadi elemen kunci dalam memvalidasi

data Kependudukan, sehingga penyaluran dana FLPP melalui aplikasi

SiKasep dapat tepat sasaran.

• Pengelolaan dan Pemeliharaan Sistem Penyimpanan dan Pengolahan

Data, yaitu kegiatan dalam rangka memastikan sistem penyimpanan

dan pengolahan data tetap dapat digunakan, baik oleh internal divisi

maupun unit kerja lainnya di dalam lingkup BLU PPDPP. Hingga saat ini

terdapat 3 sistem yang dikelola dan dipelihara yaitu Cloud, Postgre, BI

Tools Metabase.

b. Pelaksanaan Pemeliharaan Data Khusus

Kegiatan pemeliharaan data khusus, yaitu pengembangan data warehouse

yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses

pembersihan/cleansing data melalui ETL (extract, transform, dan load)

secara otomatis. Data warehouse merupakan sistem manajemen data

yang mengkonsolidasikan sejumlah besar data dari berbagai sumber.

Kemampuan analitisnya memungkinkan organisasi memperoleh wawasan

bisnis yang berharga dari data mereka untuk meningkatkan pengambilan

keputusan.224 Pemeliharaan ini mulai dilakukan pada tahun 2021.

224 Oracle, “What is a Data Warehouse?” (https://www.oracle.com/database/what-is-a-data-warehouse/, Diakses pada 22 September 2021).

171

3 .1 R E VO LUS I I N DU ST R I 4 . 0

Keseluruhan kegiatan pendayagunaan dan pemeliharaan data telah

menerapkan dua prinsip. Pertama adalah prinsip Sistem Keamanan Informasi

ISO SMKI 27001 yang digunakan untuk memastikan keamanan data FLPP.

Kedua ISO Manajemen SMM 9001:2015, yang digunakan untuk memastikan

pelayanan terkait data FLPP sesuai dengan mutu baku yang berlaku. Semua

aktivitas yang dilakukan, baik rutin maupun khusus akan dituangkan dalam

Laporan Swakelola Kegiatan Pendayagunaan dan Pemeliharaan Data

FLPP. Laporan tersebut disusun setiap akhir tahun anggaran sebagai bukti

pelaksanaan seluruh proses kegiatan pendayagunaan dan pemeliharaan

data sepanjang tahun.

Dalam pengelolaan teknologi informasi, BLU PPDPP menghasilkan inovasi

dalam bentuk aplikasi-aplikasi di atas. Salah satu aplikasi, yaitu SiKasep, telah

mendapatkan perlindungan hukum berupa hak cipta dari Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual untuk judul

ciptaan. Perlindungan hukum ini tertulis dalam surat pencatatan ciptaan Nomor

000249364, yang memiliki jangka waktu perlindungan selama 50 tahun sejak

ciptaan tersebut dilakukan, yaitu pada tanggal 19 Desember 2019 di Jakarta.

Pemegang hak cipta tersebut adalah BLU PPDPP Kementerian PUPR.

Digitalisasi layanan penyaluran dana FLPP yang diwujudkan dalam pengelolaan

teknologi informasi serta database merupakan langkah nyata yang dilakukan

oleh BLU PPDPP. Hal ini adalah bentuk kontribusi terhadap perkembangan

penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik demi menumbuhkan

kepatuhan para pemangku kepentingan terhadap regulasi penyaluran, memupuk

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam pelaksanaan penyaluran

dana FLPP, meningkatkan ketepatan sasaran penyaluran, dan menjaga kualitas

rumah bersubsidi. Selain itu digitalisasi layanan juga bermanfaat bagi pemangku

kepentingan penyaluran dana FLPP, antara lain MBR, Pelaku Pembangunan,

perbankan, dan Pemda. Manfaat-manfaat tersebut berupa kemudahan dan

perlindungan kebutuhan bagi MBR dalam mencari rumah impian, memiliki rumah

dengan kualitas yang baik, serta efektivitas dan efiensi proses bisnis yang jelas

dan transparan bagi pemangku kepentingan lain.

172

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

3.2F L P P PAS CA OMN I B U S L AW

Dalam perkembangannya telah terjadi evolusi dari konsep dan bentuk bangsa-negara

dari waktu ke waktu. Berawal dari bentuk negara sebagai penjaga malam (night watcher

state atau police state), berkembang menjadi bentuk negara kesejahteraan (welfare

state), yang kemudian menjadi bentuk negara madani atau disebut juga civil society.

Bentuk akhir ini lebih memberikan ruang bagi pelaku usaha, masyarakat dan pasar,

atau pada sisi yang lain disebut juga nation wealth creation. Peranan tiga unsur penting

yaitu pemerintah (state), pelaku usaha (private sector), dan masyarakat (civil society)

menjadi penentu dalam terciptanya penyelenggaraan negara yang baik dalam kerangka

negara hukum modern.225

Konsep civil society ataupun national wealth creation tidak jauh berbeda dengan

karakteristik negara kesejahteraan. Pemerintah tetap ditugaskan untuk melakukan

campur tangan atau intervensi demi mensejahterakan bangsa namun tetap dengan

memperhatikan keberadaan pasar. Dalam pola yang ketiga ini, masyarakat dan bangsa

diharapkan lebih aktif dalam melakukan kegiatan tersebut, sementara pemerintah

diharapkan sebagai fasilitator saja. Namun pada faktanya pemerintah tetap dituntut

oleh publik untuk tidak lepas tangan dari suatu kondisi, yang meskipun disukai pelaku

usaha namun ternyata merugikan kepentingan umum, maka konsep welfare state tetap

tidak dapat dipisahkan bagi bangsa ini.226

Konsep welfare state dimana negara yang direpresentasikan oleh pemerintah

(administrasi negara) sebagai pengurus tugas pemerintah tidak hanya membuat

dan mempertahankan hukum, atau hanya menjaga ketertiban dan ketentraman saja,

melainkan lebih luas dari pada itu yakni menyelenggarakan kepentingan umum seperti

kesehatan rakyat, pendidikan, perumahan, dan lain sebagainya. Pemerintah juga

diberikan tugas dan kewenangan untuk dapat bertindak atas inisiatif dirinya sendiri

dalam menyelesaikan segala permasalahan yang ada pada warga masyarakat demi

melindungi kepentingan umum itu sendiri.227

225 Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja, hlm. 50-51. 226 Ibid., hlm. 51227 Ibid.

173

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Dalam menyelenggarakan kepentingan umum tersebut, secara garis besar menurut

Stelinga, administrasi negara mempunyai kewenangan antara lain: (a) melakukan

penetapan kebijakan, (b) melakukan pengaturan/regeling, (c) melakukan pengamanan,

(d) melakukan peradilan, dan (e) melakukan pelayanan kepada warga negara. Sementara

menurut Brown, kegiatan kepentingan umum dilaksanakan dengan melakukan layanan

publik yang merupakan kegiatan yang menggunakan kewenangan publik, dan dilakukan

untuk memenuhi kepuasan kebutuhan publik.228 Seiring dengan perkembangan hukum,

pada bulan November tahun 2020 pemerintah telah melakukan pembentukan Undang-

Undang Cipta Kerja.

Atas dasar peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha pemerintah

merencanakan merubah beberapa Undang-Undang. Pemerintah berargumentasi

bahwa: Pertama, adanya persoalan yang mengakibatkan iklim berusaha di Indonesia

menjadi tidak kondusif dan investasi di Indonesia menjadi rendah dan tidak merata.

Pada sisi lain, Indonesia memiliki banyak potensi yang bisa dimanfaatkan oleh

Investor.229 Kedua, rumit atau sulitnya berinvestasi di Indonesia berimplikasi pada

rendahnya daya saing Indonesia dibandingkan negara tetangga. Kerumitan atau sulitnya

berinvestasi, salah satunya dapat dilihat dari aspek perizinan.230 Ketiga, rumit atau

sulitnya melakukan usaha di Indonesia disebabkan karena begitu banyaknya regulasi

(over regulated) di bidang perizinan yang substansinya tidak harmonis, tumpang tindih

bahkan bertentangan satu dengan yang lainnya. Regulasi yang demikian menciptakan

sistem perizinan yang panjang dan berbelit sehingga berakibat pada iklim investasi di

Indonesia menjadi tidak efektif, tidak efisien serta tidak memberikan kepastian hukum.231

Salah satu strategi pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi

melalui peningkatan investasi adalah melakukan reformasi regulasi di bidang perizinan

berusaha. Reformasi yang perlu dilakukan ditujukan untuk menyelesaikan hambatan

investasi, yakni panjangnya rantai birokrasi, peraturan yang tumpang tindih, dan

banyaknya regulasi yang tidak harmonis terutama dalam regulasi pusat dan daerah

(hyper-regulation).232 Oleh karena itu, diperlukan deregulasi terhadap ketentuan

mengenai perizinan berusaha, pengadaan lahan, pelaksanaan proyek pemerintah,

ketentuan mengenai administrasi pemerintahan dan pengenaan sanksi pidana yang

diatur dalam berbagai Undang-Undang.233

228 Safri Nugraha dkk, Hukum Administrasi Negara, edisi revisi., (Depok: Center for Law and Good Governance Studies FHUI, 2007), hlm.83.

229 Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja, hlm. 6. 230 Ibid., hlm. 11. 231 Ibid., hlm. 16-17. 232 Ibid., hlm. 23.233 Ibid., hlm. 23-24.

174

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Strategi pemerintah ini dituangkan dalam kerangka membentuk UU No. 11 Tahun 2020

tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja), yang disusun dengan menggunakan penerapan

metode Omnibus Law,234 dengan membentuk satu Undang-Undang tematik yang

mengubah berbagai ketentuan yang diatur dalam berbagai Undang-Undang lainnya,

karena jika menggunakan penerapan metode deregulasi biasa (business as usual)

yaitu dengan mengubah satu-persatu Undang-Undang, maka akan sulit diselesaikan

secara komprehensif dalam waktu yang singkat.235 Dengan menggunakan teknik

Omnibus Law, persoalan dalam berbagai Undang-Undang tersebut dapat diselesaikan

tanpa harus merevisi berbagai Undang-Undang yang substansinya terkait dengan

perizinan misalnya, melainkan cukup dengan membuat satu Undang-Undang baru yang

mengamandemen pasal dalam beberapa Undang-Undang.236

Omnibus Law merupakan metode untuk membuat sebuah regulasi atau Undang-

Undang yang terdiri atas banyak subyek atau materi pokok untuk tujuan tertentu guna

menyimpangi suatu norma peraturan. Omnibus berbeda dengan rancangan peraturan

kebanyakan dalam hal jumlah materi muatan yang dicakup, banyaknya pasal yang

diatur (ukuran), dan terakhir dari sisi kompleksitas. Dalam sebuah Undang-Undang

Omnibus mencakup hampir semua substansi materi yang berhubungan. Undang-

Undang Omnibus mencerminkan sebuah integrasi, kodifikasi peraturan yang tujuan

akhirnya adalah untuk mengefektifkan penerapan peraturan tersebut.237

Pengaturan UU Cipta Kerja tentunya memberi dampak pada skema pengelolaan dana

bergulir FLPP yang bercita-cita mewujudkan keseimbangan serta kepentingan sektor

perumahan dan kawasan permukiman, khususnya bagi MBR. Pengaruh tersebut muncul

pada Undang-Undang terkait perumahan dan bangunan gedung yang terdampak,

peningkatan kualitas terhadap penilaian ketidaktepatan Kelompok Sasaran MBR,

dinamika kelembagaan pembiayaan dan penyediaan perumahan, serta perizinan sektor

perumahan dan kawasan permukiman.

234 Omnibus Law merupakan sebuah praktik penyusunan peraturan perundang-undangan, yang banyak dilakukan di negara-negara yang menganut sistem common law/anglo saxon seperti Amerika, Kanada, Inggris, Filipina dan lainnya. Prosesnya disebut Omnibus Legislating dan produknya disebut Omnibus Bill. Kata Omnibus berasal dari bahasa latin yang artinya segalanya atau semuanya (for everything). Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja, hlm. 24.

235 Ibid.236Ibid., hlm. 25-26.237 Ibid., hlm. 26.

175

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

3.2.1P E NGATU RAN DAN P EM E TAAN P E R AT U RAN P E R U NDANG -

U NDANGAN T E R K A I T R UMAH UMUM D I I N D ON E S I A S E T E L AH

T E R B I T N YA U U C I P TA K E R J A

Berdasarkan Naskah akademis Omnibus Law Cipta Kerja, secara eksplisit paradigmatik

yang disusun dalam regulasi ini adalah untuk memajukan ekosistem ekonomi. Hal

tersebut didasarkan pada upaya mewujudkan Visi Indonesia 2045 yang bertujuan

menjadikan Indonesia sebagai 5 kekuatan ekonomi dunia dengan pendapatan tinggi,

tingkat kemiskinan mendekati 0%, dan memiliki tenaga kerja yang berkualitas.

Langkah ini dimulai pada tahun 2020-2024, melalui upaya pemerintah dalam menjaga

pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7% dan pertumbuhan PDB riil per Kapita sebesar

5%. Diharapkan pada 2036 Indonesia dapat keluar dari Middle Income Trap (MIT)

dan pada tahun 2040 angka pertumbuhan ekonomi diproyeksikan rata-rata 6%, serta

pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebesar 4% +/- 1%.238

Menilik substansi Omnibus Law Cipta Kerja terdapat 15 bab, 174 pasal, 79 Undang-

Undang sektoral yang terkait, dan 1.244 pasal yang akan dirubah, dihapus dan/atau

dibentuk norma baru.239 Secara garis besar beberapa kluster atau bab yang diatur yakni:

peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha; ketenagakerjaan; kemudahan

dan perlindungan Usaha Kecil Menengah; kemudahan berusaha; dukungan riset dan

inovasi; pengadaan lahan; kawasan ekonomi; investasi pemerintah pusat dan proyek

strategis nasional; pelaksanaan administrasi pemerintahan; dan pengenaan sanksi.240

Untuk meningkatkan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha serta kemudahan bagi

Pelaku Usaha dalam mendapatkan Perizinan Berusaha dan kemudahan persyaratan

investasi pada sektor pekerjaan umum dan perumahan rakyat, maka UU Cipta Kerja

mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan di

dalam bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Ketentuan ini diatur dalam:

a. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

b. UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

238 Agus Suntoro, “Implementasi Pencapaian Secara Progresif dalam Omnibus Law Cipta Kerja (The Implementation of Progressive Realization at Omnibus Law)”, Jurnal HAM, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Jakarta, hlm 2.

239 Dian Erika Nugrahaeny, ”5 Aturan dalam RUU Cipta Kerja yang Berpotensi Memiskinkan Buruh”, (https://nasional.kompas.com/read/2020/02/20/14274841/5-aturan-dalam-ruu-cipta-kerja-yang-berpotensi-memiskinkan-buruh?page=all).

240 Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja, hlm. 27.

176

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

c. UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

d. UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air

UU Cipta Kerja juga memberikan kemudahan bagi Pelaku Usaha dalam memperoleh

Persetujuan Bangunan Gedung dan sertifikat laik fungsi bangunan. Undang-Undang ini

mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan baru. Ketentuan ini diatur dalam:

a. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

b. UU No. 6 Tahun 2017 tentang Arsitek

Beberapa peraturan perundang-undangan bidang pekerjaan umum dan perumahan

rakyat serta bidang kemudahan bagi masyarakat yang terdampak dengan UU Cipta

Kerja dapat dilihat dalam matriks berikut ini:

Mengubah

UUNo.17Tahun2019

UUNo.6Tahun2017

UUNo.2Tahun2017

UUNo.2Tahun2012

UUNo.20Tahun2011

UUNo.1Tahun2011

UUNo.32Tahun2009

UUNo.28Tahun2009

UUNo.26Tahun2007

UUNo.38Tahun2004

UUNo.28Tahun2002

Mengamanahkan

PPNo.18Tahun2021

PPNo.64Tahun2021

PPNo.5Tahun2021

Judul Produk Hukum

UU No. 11 Tahun 2020

Peraturan Bidang PUPR dan Terkait

Matriks 3.6. Peraturan perundang-undangan yang terdampak UU Cipta Kerja bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat serta bidang kemudahan perizinan berusaha bagi masyarakat

177

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Didalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, pengaturan

rumah umum diatur secara komprehensif. Pengertian rumah umum adalah rumah

yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR.241 Rumah Umum

merupakan salah satu jenis rumah yang dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan

dan penghunian yang diatur didalam UU ini. Jenis-jenis rumah lain yang terdapat dalam

pengaturan UU ini antara lain adalah rumah komersial, rumah umum, rumah swadaya,

rumah khusus; dan rumah negara.242 UU PKP memiliki beberapa peraturan pelaksana,

berikut kami sajikan matriks susunan peraturan pelaksana UU tersebut:

241 Pasal 1 Angka 10, UU No.1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020.242 Ibid., Pasal 21 Ayat (1).

Turunan Peraturan Pelaksana dan Peraturan Terkait

Belum diterbitkan a.PermenPUPRterkaitrumusperhitungankonversib.PermenPUPRterkaitbesaranjumlahfaktorpengalidandanaimbaljasapengelolaan

c.PermenPUPRterkaitpedomanhargasewabagirumahsewayangpembangunannyamemperolehkemudahandariPemerintahsertaPemdadanditetapkanolehkepaladaerahsesuaikewenangannya

d.PermenPUPRterkaittatacaramengenaipenghunianRumahdengancarasewamenyewaataucarabukansewamenyewa

e.PermenPUPRterkaitnorma,standar,prosedur,dankriteriapengendalianPerumahan

f. PermendagriterkaitpenyerahanPSUg.PermenPUPRterkaittatacaradanpersyaratankemudahanperolehanRumahbagiMBR(beberapaskemasubsiditelahditerbitkan)

h.PermenPUPRterkaitpedomanpenyusunan,penetapan,danpeninjauankembaliRencana

KawasanPermukimani. PermenPUPRterkaitKawasanSiapBangunj. PermenPUPRterkaitketentuanmengenaipedomanketerpaduanPrasarana,Sarana,danUtilitasUmumPerumahandanKawasanPermukimansesuaihierarkiPerumahandanKawasan

k.PermenPUPRterkaitPemeliharaanPrasarana,Sarana,danUtilitasUmumuntukPerumahan,danPermukimanyangwajibdilakukanolehPemerintahDaerah

l. PermenPUPRterkaittatacaraperbaikanRumahdanPrasarana,SaranadanUtilitasUmumuntukPerumahan,Permukiman,LingkunganHunian,dankawasanPermukiman

m.PermenPUPRterkaitketentuanperbaikanyangmengakibatkanbebantambahanterhadapkonstruksibangunanyangwajibmemperolehpertimbanganpenilaiahlibidangkonstruksi

Peraturan Pelaksana dan Terkait dengan UU No. 1 Tahun 2011PeraturanPemerintahNo.14Tahun2016tentangPenyelenggaraanPerumahandanKawasanPermukimansebagaimanatelahdiubahdenganPeraturanPemerintahNo.12Tahun2021tentangPerubahanatasPeraturanPemerintahNomor14Tahun2016tentangPenyelenggaraanPerumahandanKawasanPermukiman

Telah diterbitkan a.PermenPUPRNo.12Tahun2020b.PermenPUPRNo.14/PRT/M/2018c.PermenPUPRNo.13/PRT/M/2019d.PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019e.PermenPUPRNo.16Tahun2021f. PermenPUPRNo.12Tahun2020g.PermenPUPRNo.14/PRT/M/2018

h.PermenPUPRNo.38/PRT/M/2015tentangBantuanPrasarana,Sarana,DanUtilitasUmumUntukPerumahanUmumsebagaimanatelahdiubahdenganPeraturanMenteriPUPRNo.03/PRT/M/2018

i. KepmenPUPRNo.995/KPTS/M/2021

1

178

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Di dalam UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun sebagaimana telah diubah

dengan UU Cipta Kerja, pengaturan rumah susun umum diatur di dalamnya. Pengertian

rumah susun umum adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi

kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.243

243 Pasal 1 angka 7, UU No. 20 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020.

Belum diterbitkan -

3

Turunan Peraturan Pelaksana dan Peraturan Terkait

Belum diterbitkan PermenPUPRterkaitStandarPembangunanPerumahanMBR.

Peraturan Pelaksana dan Terkait dengan UU No. 1 Tahun 2011PPNo.64Tahun2016

Telah diterbitkan a.PermenPUPRNo.24/PRT/M/2018b.PeraturanKepalaBadanPertanahanNasionalNo.2Tahun2013tentangPelimpahanKewenanganPemberianHakAtasTanahdanKegiatan

PendaftaranTanahsebagaimanatelahdiubahPermenAgrariadanTataRuang/KepalaBadanPertanahanNasionalNo.18Tahun2017

c.PermendagriNo.55Tahun2017

Turunan Peraturan Pelaksana dan Peraturan Terkait

Belum diterbitkan a.PeraturanPresidententangHakKeuangan&fasilitaslainnyabagiDewanPembina,DewanPengawasdanBadanPelaksana

b.PeraturanPresidententangMekanismePenyerahanDanaHasilKonversikepadaBP3;PelaksanaanPengelolaanDanaKonversi;TahapanPelaksanaanBP3

c.KepmenPUPRtentangRumusPenghitunganKonversirumahtunggal/deret,rumahsederhanadapatdikonversike:RusunUmumdandanauntukPembangunanRumahUmum

d.KepmenPUPRtentangbesaranjumlahfaktorpengalidenganmemperhitungkantimevalueofmoneysertadanaimbaljasapengelolaandarikonversidalambentukdanauntukPembangunanRumahUmum

e.PeraturanKepalaBadanPelaksanatentangpedomandan/ataupetunjukpelaksanaanpercepatanpenyelenggaraanRumahUmumdanRumahSederhana

f. PeraturanKepalaBadanPelaksanatentangDetailTugasdanFungsi,OrganisasiTataKerjaBP3

Peraturan Pelaksana dan Terkait dengan UU No. 1 Tahun 2011PerpresNo.9Tahun2021

Telah diterbitkan a.PermenPUPRNo.13Tahun2021b.KeppresNo.30/MTahun2021c.PermenPUPRNo.15Tahun2021

4

Matriks 3.7. Matriks susunan peraturan pelaksana UU PKP

2

Turunan Peraturan Pelaksana dan Peraturan Terkait

Peraturan Pelaksana dan Terkait dengan UU No. 1 Tahun 2011PPNo.88Tahun2014

Telah diterbitkan a.PermenPUPRNo.24/PRT/M/2018b.PermenPUPRNo.20/PRT/M/2017c.PermendagriNo.55Tahun2017d.PermenAgrariaDanTataRuang/KepalaBadanPertanahanNasionalNo.11Tahun2015

e.PermenPekerjaanUmumNo.15/PRT/M/2011f. PermenperaNo.6Tahun2013tentangPedomang.PelaksanaanBantuanStimulanPerumahanh.SwadayasebagaimanatelahdiubahdenganPermenPUPRNo39/PRT/2015

179

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Dalam Undang-Undang ini diatur ketentuan perencanaan pembangunan rumah susun

meliputi penetapan penyediaan jumlah dan jenis rumah susun, penetapan zonasi

pembangunan rumah susun, dan penetapan lokasi pembangunan rumah susun.

Penetapan penyediaan jumlah dan jenis rumah susun dilakukan berdasarkan kelompok

sasaran, pelaku, dan sumber daya pembangunan yang meliputi rumah susun umum,

rumah susun khusus, rumah susun negara, dan rumah susun komersial. Penetapan

zonasi dan lokasi pembangunan rumah susun harus dilakukan sesuai dengan ketentuan

rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.

Bagi daerah yang belum mempunyai rencana tata ruang wilayah, gubernur atau bupati/

walikota dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah akan menetapkan

zonasi dan lokasi pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah

susun negara dengan mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Khusus untuk wilayah Provinsi DKI Jakarta penetapan zonasi dan lokasi pembangunan

rumah susun dilakukan sesuai dengan ketentuan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

DKI Jakarta.244

Pembangunan rumah susun umum negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

Pembangunan rumah susun umum dilaksanakan oleh setiap orang mendapatkan

kemudahan dan/atau bantuan pemerintah. Pembangunan rumah susun umum dan

rumah susun khusus dapat dilaksanakan oleh lembaga nirlaba dan badan usaha.245

UU Rumah Susun memiliki beberapa peraturan pelaksana, berikut kami sajikan matriks

susunan peraturan pelaksananya:

244 Pasal 13, UU No. 20 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020.245 Ibid., Pasal 15.

Turunan Peraturan Pelaksana dan Peraturan Terkait

Belum diterbitkan a.PermenPUPRterkaitrumusperhitungankonversib.PermenPUPRterkaitbesaranjumlahfaktorpengalidandanaimbaljasapengelolaan

c.PermenPUPRterkaittatacarapenerbitanSKBG

SatuanRumahSusund.PermenPUPRterkaitbataspenghasilanrumahtanggayangdapatdiberikankemudahankepemilikanSatuanRumahSusunUmum

Peraturan Pelaksana dan Terkait dengan UU No. 20 Tahun 2011PPNo.13Tahun2021

Telah diterbitkan a.PermenPUPRNo.17Tahun2021b.PermenPUPRNo.14Tahun2021c.PermenAgrariaDanTataRuang/KepalaBadanPertanahanNasionalNo.12Tahun2019

d.PermenPUPRNo.20/PRT/M/2019e.PermenPUPRNo.1Tahun2021f. KepmenPUPRNo.995/KPTS/M/2021

1

180

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Di dalam UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung sebagaimana telah diubah

UU Cipta Kerja (UU Bangunan Gedung), ketentuan terkait pembangunan rumah termasuk

pembangunan rumah umum diatur secara rinci didalam peraturan pelaksanaannya

yaitu, PP No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung, yang mencabut dan menggantikan kerangka pengaturan

sebelumnya yakni PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28

Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Sebagai peraturan pelaksana yang baru untuk

UU No. 28 Tahun 2002, PP No. 16 Tahun 2021 menetapkan seperangkat pedoman rinci

yang mengatur pembangunan gedung dan meliputi total 349 pasal yang diatur dalam

delapan bagian. Ketentuan ini membahas berbagai hal, mulai dari klasifikasi bangunan

gedung dan standar teknis hingga peran masyarakat umum. Berikut adalah ketentuan

terkait pembangunan rumah yang diatur dalam PP No. 16 Tahun 2021:

1. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung

2. Standar teknis bangunan gedung

3. Mendapatkan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG)

2

Turunan Peraturan Pelaksana dan Peraturan Terkait

Belum diterbitkan -

Peraturan Pelaksana dan Terkait dengan UU No. 22 Tahun 2011 PPNo.88Tahun2014

Telah diterbitkan a.PermenPUPRNo.24/PRT/M/2018b.PermenPUPRNo.20/PRT/M/2017c.PermendagriNo.55Tahun2017d.PermenAgrariaDanTataRuang/KepalaBadanPertanahanNasionalNo.11Tahun2015

e.PermenPUPRNo.15/PRT/M/2011f. PermenPUPRNo.6Tahun2013sebagaimanatelahdiubahdenganPermenPUPRNo.39/PRT/M/2015

Matriks 3.8. Matriks susunan pelaksana UU Rumah Susun

181

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

UU Bangunan Gedung memiliki beberapa peraturan pelaksana, berikut kami sajikan

tabel susunan peraturan pelaksana UU tersebut:

3.2.2D I N AM I K A K E L EMBAGAAN P EMB I AYAAN DAN P E N Y E D I A AN

P E R UMAHAN

A. Pengalihan Pengelolaan Dana FLPP dari BLU PPDPP ke BP Tapera

Dengan lahirnya UU No. 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat pada 24

Maret 2016, maka salah satu amanah yang harus segera dijalankan adalah membentuk

Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) dalam kurun waktu

maksimal dua tahun semenjak Undang-Undang dinyatakan berlaku. Keberadaan UU

Tapera ini menegaskan peran pemerintah dalam mengupayakan pemenuhan hak-hak

warga dalam pemukiman, tanpa terkecuali. Di sisi lain, keberadaan Undang-Undang

ini ternyata menimbulkan konsekuensi kelembagaan yang tidak sederhana. Mengingat

kelembagaan lain yang sebelumnya telah ada seperti, Badan Pertimbangan Tabungan

Perumahan Pegawai Negeri Sipil dan pengelolaan FLPP. Kedua lembaga ini nantinya

akan terintegrasi ke dalam BP Tapera. Oleh karena itu, perlu dirumuskan lebih dalam

mengenai kelembagaan pengelolaan Tapera.

Turunan Peraturan Pelaksana dan Peraturan Terkait

Belum diterbitkan a.PermenPUPRterkaitBangunanGedungNegaraKlasifikasiKhusus

b.PermenPUPRterkaitKetentuantentangpedomanperhitunganstandarhargasatuantertinggidantabeldaftarkomponenbiayapembangunanBangunanGedungNegara

Peraturan Pelaksana dan Terkait dengan UU No. 28 Tahun 2002 PerpresNo.16Tahun2021

Telah diterbitkan a.PermenPUPRNo.22Tahun2021b.PermenPUPRNo.20Tahun2021c.PermenPUPRNo.19Tahun2021d.PermenPUPRNo.21Tahun2021

e.PermenPUPRNo.18Tahun2021f. PermenPekerjaanUmumNo.16/PRT/M/2010g.PermenPekerjaanUmumNo.24/PRT/M/2008

1

Matriks 3.9. Susunan peraturan pelaksana UU Bangunan Gedung

182

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Sebelum menganalisa lebih dalam, amanat UU No. 4 tahun 2016 secara tegas

menyebutkan dalam pasal 1 Angka 1 yaitu:

“Tabungan Perumahan Rakyat yang selanjutnya disingkat Tapera adalah penyimpanan

yang dilakukan oleh peserta secara periodik dalam jangka waktu tertentu yang hanya

dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan perumahan dan/atau dikembalikan berikut hasil

pemupukannya setelah kepesertaan berakhir”.

Amanah pengalihan pengelolaan dana FLPP dari BLU PPDPP ke BP Tapera diatur dalam

Pasal 61 UU Tapera, yang mengamanahkan bahwa dana Tapera yang dikelola oleh BP

Tapera bersumber dari:

a. Hasil penghimpunan Simpanan peserta

b. Hasil pemupukan Simpanan peserta

c. Hasil pengembalian kredit/pembiayaan dari peserta

d. Hasil pengalihan aset Tabungan perumahan pegawai Negeri Sipil yang dikelola oleh

Badan pertimbangan Tabungan Perumahan pegawai Negeri Sipil

f. Dana wakaf

g. Dana lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Pasal 61 Huruf f UU Tapera menjelaskan bahwa Dana lainnya yang sah dapat berupa

dana APBN serta pos pembiayaan khusus untuk kemudahan dan bantuan pembiayaan

perumahan, seperti dana FLPP.

Selanjutnya sebagai peraturan pelaksanaan dari UU Tapera telah diterbitkan PP No.

25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat. Peraturan ini

mengatur bahwa Dana Tapera yang bersumber dari dana FLPP merupakan tabungan

Pemerintah pada BP Tapera. Dana FLPP yang dikelola oleh BLU PPDPP dan piutang FLPP

yang telah diterima oleh MBR termasuk sebagai sumber dana tabungan pemerintah.

Dari dana FLPP yang nantinya diatur oleh BP Tapera, pemerintah mendapatkan manfaat

paling sedikit, yaitu setara dengan pendapatan hasil investasi sebelum dana tersebut

dikelola. Pengalihan pengelolaan dana FLPP dari BLU PPDPP ke BP Tapera (ke dalam

Dana Tapera) dilaksanakan dan diselesaikan paling lambat tahun 2021. Dana FLPP ini

sewaktu-waktu dapat ditarik kembali oleh Pemerintah. Ketentuan lebih lanjut mengenai

mekanisme pengalihan pengelolaan dana FLPP dari BLU PPDPP ke BP Tapera (ke dalam

dana Tapera) diatur oleh Menteri Keuangan.246

246 Pasal 61, PP No. 25 Tahun 2020.

183

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

MBR yang telah menerima manfaat dana FLPP dapat ditetapkan atau dicatat

sebagai Peserta Tapera. Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme kepesertaan

masyarakat penenerima manfaat dana FLPP diatur oleh Menteri PUPR,247 yang pada

saat buku ini diterbitkan penyusunan mekanisme kepesertaan tersebut masih dalam

tahap pembahasan. Di dalam Peraturan Pemerintah ini Pemberi Kerja untuk Pekerja

mendaftarkan Pekerjanya kepada BP Tapera paling lambat 7 tahun sejak tanggal

berlakunya PP No. 25 Tahun 2020.248

MBR yang telah menerima manfaat dana FLPP dapat ditetapkan atau dicatat

sebagai Peserta Tapera. Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme kepesertaan

masyarakat penenerima manfaat dana FLPP diatur oleh Menteri PUPR,249 yang pada

saat buku ini diterbitkan penyusunan mekanisme kepesertaan tersebut masih dalam

tahap pembahasan. Di dalam Peraturan Pemerintah ini Pemberi Kerja untuk Pekerja

mendaftarkan Pekerjanya kepada BP Tapera paling lambat 7 tahun sejak tanggal

berlakunya PP No. 25 Tahun 2020.250

Mekanisme pengalihan pengelolaan dana FLPP dari BLU PPDPP ke BP Tapera (ke

dalam dana Tapera) diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 111 /PMK.06/2021

tentang Mekanisme Pengalihan Dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan dari

Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan Kepada Badan Pengelola Tabungan

Perumahan Rakyat Dan Penarikan Kembali Dana Fasilitas·Likuiditas Pembiayaan

Perumahan oleh Pemerintah.

Mekanisme pengalihan pengelolaan dana FLPP dari BLU PPDPP ke BP Tapera

berdasarkan kebutuhan keluaran akan ditampilkan pada bagan berikut:

247 Pasal 65, PP No. 25 Tahun 2020.248 Ibid., Pasal 68.249 Op. Cit., Pasal 65.250 Loc. Cit.

184

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

A

Menteri Keuangan

Direktur SMI

BP TAPERA

Penetapan Status

Menteri Keuangan

Menteri PUPR

Pasal 3 huruf a dan b Penetapan oleh Menkeu status KPA IP FLPP & OIP

Pasal 8 (3)Tembusan

Pasal 17KPA PPDPP

menyampaikan Laporan Hasil Pelaksanaan

Pengalihan paling lama 1 bulan sejak BAST

Pasal 17OIP menyampaikan

Laporan Hasil Penerimaan Pengalihan

paling lama 1 bulan sejak BAST

Penetapan OIP2

12 3 Penetapan

KPA IP

1

B

Laporan Hasil Reviu BPKP

BPKP

Reviu BPKP

Pasal 8Nilai dana yang dialihkan

adalah senilai hasil reviu BPKP

45 3

C

OIP

Perjanjian Investasi

KPA IP FLPP

Penyusunan Perjanjian Investasi

Pasal 9Berdasarkan hasil reviu &

Penunjukan OIP ditandata ngani Perjanjian Investasi Antara

KPA IP FLPP & OIP

6

7 4

D

Kajian Tuntas atas Kontrak

BASTBP TAPERA-OIP

KPA PPDPP

Pengalihan Dana

Pasal 6 (c)Koordinasi Penyusunan Kajian Tuntas atas

Kontrak/Perjanjian sebagai akibat pengalihan Dana FLPP

Pasal 6g, Pasal 10KPA PPDPP melakukan pengalihan dana kepada OIP, OIP memberitahukan kepada KPA IP bahwa Dana sudah diterima, dituangkan dalam BAST

8a

8b

9 10

5

6

E

PerjanjianTripartitPenyusunan Perjanjian

Tiga Pihak tentang Pengelolaan Dana

FLPP

Pasal 12PPDPP, BP Tapera & Bank Pelaksana

me nyusun Perjanjian Tiga Pihak terkait pengalihan hak &

kewajiban

Pasal 11Ditandatangani oleh

KPA PPDPP dan KPA IP

1112 7

F

LaporanKeuangan Penutup

LaporanKeuangan Pembuka

KPA PPDPP

Penyusunan LaporanPasal 16 (1)a

Berdasarkan BAST KPA PPDPP menyusun Laporan Penutup Pengalihan Dana FLPP

1314

8

9

G

KPA IP FLPP

Penyusunan Laporan

Pasal 16 (1)bBerdasarkan BAST KPA IP FLPP menyusun Laporan Pembuka Pengalihan Dana FLPP

16

15

Gambar 3.11. Bagan alir pengalihan dana berdasarkan urutan regulasi format output PMK No. 111 Tahun 2021(Sumber: Analisa Divisi Hukum BLU PPDPP berdasarkan arahan dan diskusi, 2021)

PPDPP BP Tapera Bank Pelaksana

KomisionerBP Tapera

Laporan Hasil Pelaksanaan Pengalihan

10

185

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Ruang lingkup pengaturan PMK No. 111 Tahun 2021 meliputi mekanisme pengalihan

Dana FLPP dari PPDPP kepada BP Tapera, mekanisme penarikan Dana FLPP oleh

Pemerintah pada BP Tapera, serta akuntansi dan pelaporan.

Menteri Keuangan selaku BUN berwenang melakukan pengalihan Dana FLPP dari BLU

PPDPP kepada BP Tapera. Dana FLPP yang dialihkan pengelolaannya terdiri atas dana

yang sedang digulirkan dan dana yang belum digulirkan. Dana FLPP yang dialihkan

meliputi seluruh Dana FLPP yang telah dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan

belanja negara pada pos pembiayaan investasi untuk BLU PPDPP dan telah dicairkan

sejak tahun anggaran 2010 sampai dengan anggaran pendapatan dan belanja negara

tahun pelaksanaan pengalihan.251

Dalam rangka pelaksanaan pengalihan Dana FLPP dari BLU PPDPP kepada BP Tapera

Menteri Keuangan diamanahkan untuk menunjuk Direktur Sistem Manajemen Investasi,

Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara

Umum Negara Bagian Anggaran 999 Pengelola Investasi Dana FLPP sebagai Investasi

Pemerintah (KPA IP FLPP) dan BP Tapera selaku Operator Investasi Pemerintah (OIP

untuk pengelolaan Dana FLPP setelah memenuhi ketentuan peraturan perundang-

undangan yang mengatur mengenai Investasi Pemerintah).252

Untuk menjadi sebuah entitas OIP, BP Tapera harus memenuhi dan memiliki persyaratan

paling sedikit sebagai berikut:253

a. Tata kelola investasi yang meliputi:

1. Prosedur penilaian

2. Perhitungan

3. Penarikan

4. Kertas kerja dalam setiap tahapan pelaksanaan investasi

b. Manajemen risiko dalam pelaksanaan investasi

c. Teknologi informasi dalam pelaksanaan investasi

d. Unit yang melaksanakan fungsi:

1. Perumusan rencana dan strategi investasi yang dituangkan dalam rencana

jangka panjang dan menengah serta rencana investasi tahunan

2. Pengawasan pelaksanaan investasi

3. Evaluasi ketaatan pelaksanaan investasi terhadap rencana dan strategi investasi

251 Pasal 3, PMK No. 111/PMK.06/2021.252 Ibid., Pasal 4.253 Pasal 12, PMK No. 53/PMK.05/2020.

186

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Pengalihan Dana FLPP dari PPDPP kepada BP Tapera dilaksanakan oleh Kuasa

Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara BA.999 pada PPDPP (KPA PPDPP) dan

KPA IP FLPP sesuai dengan tugas dan kewenangannya.254 Dana FLPP yang dialihkan

pengelolaannya dari BLU PPDPP kepada BP Tapera merupakan Dana FLPP sampai

dengan perhitungan nilai transaksi terakhir (cut off) per tanggal 31 Oktober 2021.255

Nilai Dana FLPP yang dialihkan dari BLU PPDPP kepada BP Tapera didasarkan atas hasil

pelaksanaan reviu yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP). Pelaksanaan reviu oleh BPKP memperhatikan tanggal perhitungan nilai

transaksi terakhir (cut off) yaitu 31 Oktober 2021. Laporan hasil reviu kemudian

disampaikan kepada KPA PPDPP dan KPA IP FLPP dengan tembusan kepada Menteri

Keuangan, Menteri PUPR, dan Komisioner BP Tapera.256 Berdasarkan hasil reviu dan

penunjukan BP Tapera sebagai OIP, dilaksanakan penyusunan dan penandatanganan

perjanjian investasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

mengatur mengenai Investasi Pemerintah. Berdasarkan perjanjian investasi, KPA IP

FLPP memberitahukan kepada KPA PPDPP untuk melakukan pengalihan Dana FLPP ke

BP Tapera.257

Pengalihan Dana FLPP dari PPDPP kepada BP Tapera dilaksanakan oleh Kuasa

Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara BA.999 pada PPDPP (KPA PPDPP) dan

KPA IP FLPP sesuai dengan tugas dan kewenangannya.258 Dana FLPP yang dialihkan

pengelolaannya dari BLU PPDPP kepada BP Tapera merupakan Dana FLPP sampai

dengan perhitungan nilai transaksi terakhir (cut off) per tanggal 31 Oktober 2021.259

Berdasarkan pemberitahuan dari KPA IP FLPP, KPA PPDPP melakukan pengalihan

Dana FLPP kepada BP Tapera. Proses pengalihan Dana FLPP ke BP Tapera nantinya

akan dilakukan paling lambat pada tahun 2021. Ketentuan pengalihan tersebut harus

menggunakan Dana FLPP yang belum digulirkan atau dipindahbukukan ke rekening

yang ditetapkan oleh BP Tapera sesuai dengan perjanjian investasi, serta yang sedang

digulirkan, dicatat, dan dikelola oleh BP Tapera. BP Tapera memberitahukan kepada

KPA IP FLPP setelah Dana FLPP diterima.260 Pengalihan Dana FLPP dituangkan dalam

berita acara serah terima yang ditandatangani oleh KPA PPDPP dan KPA IP FLPP.261 BLU

PPDPP, BP Tapera, dan perbankan penyalur Dana FLPP menyusun perjanjian sebagai

254 Pasal 5 Ayat (1), PMK No. 111/PMK.06/2021.255 Ibid., Pasal 5 Ayat (2).256 Ibid., Pasal 8. 257 Ibid., Pasal 9.258 Ibid., Pasal 5 Ayat (1).259 Ibid., Pasal 5 Ayat (2).260 Ibid., Pasal 10.261 Ibid., Pasal 11.

187

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

akibat pengalihan pengelolaan Dana FLPP dari BLU PPDPP kepada BP Tapera.262

Kedepannya Dana FLPP akan dikelola oleh BP Tapera sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Investasi Pemerintah.

Dana FLPP merupakan tabungan pemerintah yang diklasifikasikan sebagai Investasi

Pemerintah non-permanen dan dikelola oleh BP Tapera berdasarkan perjanjian investasi

yang telah ditandatangani. Dana FLPP ditempatkan pada BP Tapera selama BP Tapera

menjalankan program FLPP berdasarkan pernyataan kebijakan Investasi Pemerintah.263

Berdasarkan berita acara serah terima pengalihan Dana FLPP, KPA PPDPP menyusun

laporan keuangan penutup BA.999 dan KPA IP FLPP menyusun laporan keuangan

pembuka BA.999. Laporan keuangan disusun sesuai dengan Peraturan Menteri

Keuangan mengenai pelaksanaan likuidasi entitas akuntansi pada Bagian Anggaran

Bendahara Umum Negara. Laporan keuangan pembuka disusun sesuai dengan

Peraturan Menteri Keuangan mengenai sistem akuntansi dan pelaporan keuangan

investasi pemerintah.264

Selain pengalihan pengelolaan dana FLPP ke BP Tapera, terdapat beberapa dinamika

kelembagaan yang terjadi dalam proses pengelolaan Tapera oleh BP Tapera. Skema

pengelolaan Tapera merupakan pengerahan dan pemupukan dana yang termasuk ke

dalam jenis dana tabungan perumahan yaitu simpanan yang dilakukan secara periodik

dalam jangka waktu tertentu. Sistem penarikan simpanan ini hanya dapat dilakukan

dengan syarat tertentu yang disepakati sesuai dengan perjanjian, dan digunakan

untuk mendapatkan akses kredit atau pembiayaan untuk pembangunan dan perbaikan

rumah, serta pemilikan rumah dari lembaga keuangan. Apabila tabungan perumahan

yang dikelola oleh BP Tapera telah melembaga, maka dana APBN untuk pembiayaan

murah jangka panjang dalam hal ini FLPP dapat dihentikan.265 Hal ini selaras dengan

pengaturan di dalam Pasal 25 Ayat (3) PP No. 47 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan

Lembaga Jasa Keuangan Dan Pelaksanaan Kemudahan dan/atau Bantuan Pembiayaan

dalam Sistem Pembiayaan Perumahan dan Kawasan Permukiman yang mengatur

sumber dana murah jangka panjang dari anggaran pendapatan dan belanja negara

dihentikan apabila Tapera telah beroperasi penuh.

Tapera sesuai amanat UU No. 4 tahun 2016 merupakan penyimpanan yang dilakukan oleh

peserta secara periodik dalam jangka waktu tertentu yang hanya dapat dimanfaatkan

262 Pasal 12, PMK No. 111/PMK.06/2021.263 Ibid., Pasal 13.264 Ibid., Pasal 16.265 Pasal 123 beserta penjelasan, UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU. No. 11 Tahun 2020.

188

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

untuk pembiayaan perumahan dan/atau dikembalikan berikut hasil pemupukannya

setelah kepesertaan berakhir.266

Kepesertaan Tapera menurut UU No. 4 tahun 2016 adalah semua Warga Negara

Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) pemegang Visa dengan maksud

bekerja di wilayah Indonesia paling singkat 6 bulan yang telah membayar simpanan.267

Kriteria Peserta “Wajib” adalah Pekerja maupun Pekerja Mandiri, yang memiliki

penghasilan sekurang-kurangnya sebesar Upah Minimum, dan berusia minimum 20

tahun atau sudah menikah.268 Sedangkan Peserta “Dapat/Sukarela” memiliki kriteria

bahwa Pekerja Mandiri yang memiliki penghasilan dibawah Upah Minimum, dan berusia

minimum 20 tahun atau sudah menikah.269

Yang dimaksud dengan kelompok Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan

menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang undangan.270 Contoh kelompok Pekerja tersebut adalah CPNS, Pegawai

ASN, Prajurit TNI, Prajurit Siswa TNI, Anggota POLRI, Pejabat Negara, Pekerja/buruh

BUMN/BUMD/BUMDes/BUMS, dan pekerja/buruh sektor informal. Pemberi kerja untuk

para kelompok Pekerja tersebut mendaftarkan Pekerja-nya kepada BP Tapera paling

lambat 7 tahun sejak tanggal berlakunya PP No. 25 Tahun 2020 yaitu tanggal 20 Mei

2020.271

266 Pasal 1 Angka 1, UU No. 4 Tahun 2016.267 Ibid., Pasal 1 Angka 3.268 Ibid., Pasal 7 Ayat (1) dan Ayat (3).269 Ibid., Pasal 7 Ayat (2) dan Ayat (3).270 Ibid., Pasal 1 Angka 4.271 Pasal 68, PP No. 25 Tahun 2020.

189

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Terdapat sanksi adm bagi Pemberi Kerja dan Pekerja Mandiri

Program Tapera Penyimpanan Dana

Individu

WNI

WNA

Peserta

MinimalsebesarUM

DibawahUMPekerjaMandiri

"WAJIB"

"DAPAT/ SUKARELA"

1.MenjadiPeserta,mendaftardandidaftarkansertadisetorkanolehpemberikerja

2.MenjadiPeserta,denganmendaftardanmenyetorkan

sendiri

MenjadiPesertadenganmendaftardanmenyetorkan

sendiri

Gambar 3.12. Kelompok sasaran Tapera berdasarkan regulasi(Sumber: Kajian Regulasi Tim Task Force BLU PPDPP Penataan Kelembagaan BLU PPDPP, 2020)

1.Pekerja

2.PekerjaMandiri

190

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Berdasarkan telaah regulasi, segmen utama layanan atau kelompok sasaran Tapera

adalah para pekerja yang memiliki penghasilan minimal sebesar upah minimum

Berdasarkan telaah itu juga dapat dikatakan, dengan kata lain MBR yang mempunyai

pengahasilan dibawah upah minimum tidak dapat menikmati layanan BP Tapera. Dengan

adanya ketentuan ini maka tidak semua lapisan MBR akan terlayani dan memperoleh

hak yang sama dalam hal akses pembiayaan perumahan melalui Tapera. Hal tersebut

berbeda jika dibandingkan dengan skema pembiayaan perumahan bagi MBR melalui

FLPP, yang tetap dapat melayani kelompok sasaran MBR berpenghasilan maksimal 8

juta rupiah. Setelah pengelolaan dana bergulir FLPP dialihkan kepada BP Tapera, maka

perlu disusun suatu konsep pembiayaan perumahan bagi para pekerja mandiri yang

termasuk MBR dengan besaran penghasilan berada di bawah UM (non-fixed income)

dan tidak memiliki akses pembiayaan perumahan (non-bankable).

Di dalam PP No. 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat

diatur ketentuan lebih lanjut mengenai berbagai aspek pengelolaan program Tapera.

Salah satu aspek utama tersebut berkaitan dengan sumber dana Tapera.

Sumber dana Tapera diantaranya berasal dari hasil penghimpunan simpanan peserta;

pemupukan simpanan peserta; pengembalian kredit/pembiayaan dari peserta;

pengalihan asset Tabungan Perumahan PNS yang dikelola oleh Badan Pertimbangan

Tabungan Perumahan (BAPERTARUM) PNS; dana wakaf; dan dana lainnya yang sah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (dana lainnya yang sah

antara lain berupa dana FLPP). 272

Sumber dana Tapera yang pertama adalah berasal dari aset Tabungan Perumahan PNS

(TAPERUM PNS) yang dikelola BAPERTARUM PNS, sesuai dengan PP No. 25 Tahun

2020 bahwa setelah terlaksananya likuidasi atas aset Bapertarum, Tim Likuidasi yang

terdiri dari berbagai unsur kementerian (Kementerian PUPR, Kemenkeu, Kemenpan

RB, Kemendagri, dan BKN) melakukan penghitungan dan penetapan dana tabungan

perumahan PNS yang terhimpun sejak BAPERTARUM PNS dibubarkan (24 Maret 2018)

dalam bentuk deposito dan/atau jenis investasi lain beserta hasil pemupukannya.273

Dana tabungan perumahan PNS inilah yang dialihkan ke BP Tapera kemudian ditetapkan

sebagai saldo awal Peserta Tapera yang termasuk kategori sumber dana Simpanan

Peserta BP Tapera. Pada bulan Juli 2020, Tim Likuidasi ini baru terbentuk, sehingga

272 Pasal 63, PP No. 25 Tahun 2020.273 Ibid., Pasal 67 Ayat (1) dan Ayat (2).

191

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

secara legal formal sumber dana awal dari BAPERTARUM PNS belum dialihkan ke BP

Tapera.

Selanjutnya sumber dana Tapera lainnya berasal dari dana yang sah yaitu dana

Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).274 Dana FLPP dikategorikan sebagai

“Tabungan Pemerintah” pada BP Tapera.275 Pemerintah nantinya akan mendapatkan

manfaat paling sedikit dari “tabungan” ini, yaitu setara dengan pendapatan hasil investasi

sebelum dana tersebut dikelola BP Tapera.276 Namun FLPP sebagai sumber dana BP

Tapera telah diberi tenggat waktu secara spesifik untuk dialihkan, paling lambat tahun

2021, meskipun pengalihan sumber dana BP Tapera yang pertama yaitu dana tabungan

perumahan PNS pada BAPERTARUM, tidak secara spesifik diberi tenggat waktu kapan

harus beralih. Ketentuan mekanisme pengalihan dana FLPP ke BP Tapera hingga menjadi

“Tabungan Pemerintah” akan diatur oleh Menteri Keuangan kemudian. Tabungan

tersebut juga sewaktu-waktu dapat ditarik kembali oleh pemerintah.Sebagaimana telah

dijelaskan sebelumnya hal ini selaras dengan pengaturan di dalam Pasal 25 Ayat (3) PP

No. 47 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Lembaga Jasa Keuangan Dan Pelaksanaan

Kemudahan dan/atau Bantuan Pembiayaan dalam Sistem Pembiayaan Perumahan

dan Kawasan Permukiman yang mengatur sumber dana murah jangka panjang dari

anggaran pendapatan dan belanja negara dihentikan apabila Tapera telah beroperasi

penuh. Jadi ketika pengelolaan Tapera oleh BP Tapera telah beroperasi penuh dana

FLPP dapat ditarik oleh Pemerintah.

Pembentukan PP No. 25 Tahun 2020 merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 16,

Pasal 17 Ayat (2), Pasal 21 Ayat (5), Pasal 35 Ayat (3), Pasal 62 Ayat (3), dan Pasal 72

Ayat (2) UU No. 4 Tahun 2016.

B. Badan Bank Tanah

Sebagai kelanjutan pengundangan UU No. 11 Tahun 2020, Pemerintah Indonesia telah

menerbitkan PP No. 64 Tahun 2021 tentang Badan Bank Tanah sebagai dasar hukum

untuk pembentukan Badan Bank Tanah. Pembentukan Peraturan Pemerintah ini adalah

untuk menjalankan amanah Pasal 135 UU No. 11 Tahun 2020. Badan Bank Tanah

adalah badan hukum khusus (sui generis) yang berwenang untuk mengelola tanah

dan menjamin ketersediaan tanah untuk keperluan berikut: 1) Kepentingan umum; 2)

Kepentingan sosial; 3) Kepentingan pembangunan nasional; 4) Pemerataan ekonomi;

274 Pasal 63, PP No. 25 Tahun 2020.275 Ibid., Pasal 64 Ayat (1).276 Ibid., Pasal 64 Ayat (3).

192

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

5) Konsolidasi lahan; dan 6) Reforma agraria.277 Pada intinya, PP No. 64 Tahun 2021

memperkenalkan berbagai ketentuan yang secara khusus mengatur operasi Badan

Bank Tanah. Terdapat beberapa hal yang merupakan pokok-pokok penting dalam

pengaturan Badan Bank Tanah yaitu:

1. Fungsi Badan Bank Tanah

2. Aset Badan Bank Tanah

3. Penyelenggaraan Badan Bank Tanah

4. Hak Atas Tanah Badan Bank Tanah

Badan Bank Tanah dipercayakan untuk menjalankan berbagai fungsi, sebagaimana

dijelaskan dalam matriks berikut:

Fungsi278

Perencanaan279

Perolehantanah280

Pengadaantanah281

277 Pasal 1 Angka 1, Pasal 2 Ayat (1) dan Ayat (2), PP No. 64 Tahun 2021.278 Ibid., Pasal 3 Ayat (1).279 Ibid., Pasal 5.280 Ibid., Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8.281 Ibid.

PerencanaanharusdilakukanberdasarkanrencanapembangunanjangkamenengahnasionaldanrencanatataruangharusditetapkanolehKepalaBadanPelaksanaBankTanah(BadanPelaksana)setelahmemperolehpersetujuandariKomiteBankTanah.

Perencanaanterdiridari:1. Rencanajangkapanjang,untukkegiatanselama25tahun2.Rencanajangkamenengahuntukkegiatanselamalimatahun3.Rencanatahunan,untukkegiatanselamasatutahun

Tanahyangdapatdiperolehterdiridaritanahhasilpenetapanpemerintahdan/atautanahdaripihaklain.

Tanahhasilpenetapanpemerintahterdiridaritanahnegarayangberasaldari:1. Tanahbekashak2.Kawasandantanahterlantar3.Tanahpelepasankawasanhutan4.Tanahtimbul5.Tanahhasilreklamasi6.Tanahbekastambang7. Tanahpulau-pulaukecil8.Tanahyangterkenakebijakanperubahantataruang9.Tanahyangtidakadapenguasaandiatasnya

Sementaraitu,tanahdaripihaklainmerupakantanahyangberasaldaripemerintahpusat,pemerintahdaerah,BadanUsahaMilikNegara(BUMN),BadanUsahaMilikDaerah (BUMD),badanusaha,badanhukum,danmasyarakatyangharusmelaluiprosesberikut:1. Pembelian2.Penerimaanhibah/sumbanganatauyangsejenis3.Tukarmenukar4.Pelepasanhak5.Perolehanbentuklainnyayangsah

Pengadaantanahharusdilaksanakansesuaidenganmekanismepengadaantanahbagipembangunanuntukkepentinganumumataupengadaantanahsecaralangsung.

Keterangan

193

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Pengelolaantanah282

Pemanfaatantanah283

Pendistribusiantanah284

Dalam melaksanakan fungsi dan tugas yang disebutkan di atas, Badan Bank Tanah

akan menjamin ketersediaan lahan untuk:285

1. Kepentingan umum (terdiri atas: jalan umum, jalan tol, terowongan, infrastruktur

minyak dan gas, infrastruktur panas bumi, pembangkit/jaringan/transmisi tenaga

listrik, jaringan telekomunikasi dan informatika, rumah sakit, kawasan ekonomi

khusus, kawasan industri, kawasan ketahanan pangan, kawasan pengembangan

teknologi, penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah

serta perumahan untuk MBR)

2. Kepentingan sosial

3. Kepentingan pembangunan nasional

4. Pemerataan ekonomi (Seperti: rumah untuk MBR)

5. Konsolidasi lahan

6. Reforma agraria, terkait minimum 30% tanah negara wajib diperuntukkan kepada

Bank Tanah

282 Pasal 10, Pasal 11 Ayat (1), Pasal 12 Ayat (1), dan Pasal 13, PP No. 64 Tahun 2021.283 Ibid., Pasal 14 Ayat (1) dan Ayat (2).284 Ibid., Pasal 15 Ayat (1) dan Ayat (2).285 Ibid., Pasal 16, Pasal 17, Pasal 20, dan Pasal 22 Ayat (2).

Pengelolaantanahterdiridarikegiatanberikut:1. Pengembangantanah(Seperti:untukperumahandankawasanpermukiman,pengembangankawasanterpadu,proyekstrategisnasional)

2.Pemeliharaandanpengamanantanah,yangterdiridariaspekhukumdanfisik3.Pengendaliantanah,yangterdiridaripengendalianpenguasaantanah,pemanfaatantanahdannilaitanah

Pemanfaatantanahharusdilaksanakanmelaluikerjasamadenganpihaklaindalambentukberikut:1. Jualbeli2.Sewa3.Kerjasamausaha4.Hibah5.Tukarmenukar6.Bentuklainyangdisepakatidenganpihaklain

Pendistribusiantanahtermasukpenyediaandanpembagiantanahkepadapihakyangberhak,termasuk:1. Kementerian/lembaga2.Pemerintahdaerah3.Organisasisosialdankeagamaan4.Masyarakatyangditetapkanolehpemerintah

Matriks 3.10. Penjabaran fungsi Badan Bank Tanah

194

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Didalam ketentuan PP ini diatur bahwa Aset Badan Bank Tanah dapat berasal dari

sumber berikut:286

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

2. Pendapatan Bank Tanah, yang dapat berasal dari kerja sama usaha, kerja sama

pemanfaatan tanah dan pendapatan lainnya yang sah

3. Penyertaan modal negara

4. Sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Selama perolehan, pengadaan, kepemilikan, penguasaan dan/atau pemanfaatan tanah,

Badan Bank Tanah berhak menikmati fasilitas perpajakan daerah (yaitu: pembebasan

pajak bumi dan bangunan dan/atau pembebasan bea perolehan hak atas tanah dan/atau

bangunan) sepanjang kegiatan tersebut tidak dilakukan dalam rangka mendapatkan

keuntungan. Namun, fasilitas tersebut tidak dapat dinikmati oleh pihak lain yang terlibat

dalam kegiatan tersebut.287

Selain itu, fasilitas berikut dapat diberikan terkait pendistribusian tanah untuk MBR dan/

atau fasilitas sosial/umum:288

1. Pembebasan pajak penghasilan atas pengalihan hak atas tanah

2. Pembebasan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan jika hak atas tanah

diperoleh oleh masyarakat berpenghasilan rendah

Dalam menjalankan operasionalisasinya, tanggung jawab tersebut dipegang oleh

Badan Pelaksana yaitu organ Badan Bank Tanah yang berwenang dan bertanggung

jawab penuh atas penyelenggaraan Badan Bank Tanah.289 Badan Pelaksana dipimpin

oleh seorang Kepala Badan Pelaksana.

Saat menjalankan berbagai fungsinya, Badan Bank Tanah dapat bekerja sama dengan

pihak-pihak berikut: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara, BUMN,

BUMD, badan usaha, badan hukum milik negara, badan hukum swasta, masyarakat

setempat, Koperasi, dan/atau pihak lain yang sah.

286 Pasal 27 dan Pasal 29 Ayat (1), PP No. 64 Tahun 2021.287 Ibid., Pasal 29 Ayat (1), Ayat (2), dan Ayat (3).288 Ibid., Pasal 29 Ayat (4).289 Ibid., Pasal 1 Angka 7.

195

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Dalam hal ini, Badan Bank Tanah dapat:290

1. Menerima tanah titipan dan mengelola dalam bentuk kerja sama usaha

2. Membentuk badan usaha atau badan hukum untuk mendukung operasinya setelah

memperoleh persetujuan dari komite Badan Bank Tanah

Selanjutnya, Kepala Badan Pelaksana dapat menghentikan atau membatalkan

secara sepihak jenis kerja sama yang disebutkan di atas jika tanah dialihkan, rusak,

ditelantarkan dan/atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan kesepakatan kerja sama.

Sebelum penghentian atau pembatalan, Kepala Badan Pelaksana wajib memberitahukan

pihak-pihak yang terdampak.291

Tambahan, pemberitahuan juga wajib diberikan oleh Kepala Badan Pelaksana kepada

pihak-pihak yang memanfaatkan tanah jika Badan Bank Tanah mengubah rencana

penggunaan tanah tersebut.292

Hak pengelolaan (HPL) akan diberikan kepada tanah yang dikelola oleh Bank Tanah

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan. Hak atas

tanah berikut kemudian dapat diberikan kepada tanah HPL:293

1. Hak guna usaha (HGU)

2. Hak guna bangunan (HGB), yang dapat diberikan perpanjangan jangka waktu hak

dan pembaruan hak setelah tanah digunakan dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan

tujuan pemberian haknya

3. Hak pakai

Badan Bank Tanah juga dapat menggunakan dan/atau menyerahkan sebagian tanah

HPL kepada pihak lain melalui perjanjian. Dalam hal ini, hak atas tanah yang disebutkan

di atas dapat dibebani dengan hak tanggungan.294

Selain itu, Badan Bank Tanah akan menjamin perpanjangan dan pembaruan hak atas

tanah di atas HPL sesuai dengan persyaratan yang termuat dalam perjanjian tersebut.

Perpanjangan dan pembaruan dapat diberikan sekaligus setelah dimanfaatkan dan

diperjanjikan. Dalam konteks ini, Badan Bank Tanah dapat membuat perjanjian perdata

yang menetapkan jangka waktu yang lebih kompetitif.295

290 Pasal 36 dan Pasal 37, PP No. 64 Tahun 2021.291 Ibid., Pasal 38 Ayat (1) dan Ayat (2).292 Ibid., Pasal 39.293 Ibid., Pasal 40 Ayat (1), Ayat (2), dan Ayat (4).294 Ibid., Pasal 40 Ayat (3) dan Ayat (8).295 Ibid., Pasal 40 Ayat (5), Ayat (6), dan Ayat (7).

196

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Perlu dicatat bahwa tanah HPL dapat dilepaskan kepada masyarakat dengan catatan

bahwa tanah tersebut telah dimanfaatkan dengan baik untuk perumahan bagi MBR,

pertanian dan/atau perkebunan paling singkat selama 10 tahun.296

Dukungan dalam jaminan ketersediaan tanah untuk pemerataan ekonomi sebagaimana

dalam pengaturan Bank Tanah merupakan jaminan penyediaan tanah untuk program

pionir, pembukaan isolasi wilayah, pembangunan pasar rakyat, pengembangan rumah

MBR, dan program pemerataan ekonomi lainnya.297

Badan Bank Tanah dapat diberikan fasilitas perpajakan daerah dalam melaksanakan

perolehan, pengadaan, kepemilikan, penguasaan, dan/atau pemanfaatan atas tanah

sebagaimana diberikan kepada lembaga Pemerintah. Berkaitan dengan pelaksanaan

kegiatan yang disebutkan di atas maka Badan Bank Tanah dapat dikecualikan dari

kewajiban membayar Pajak Bumi dan Bangunan dan/atau Bea Perolehan Hak Atas Tanah

dan Bangunan sepanjang tidak dilakukan dalam rangka mendapatkan keuntungan.

Dalam hal Badan Bank Tanah mendistribusikan tanah kepada pihak lain, perolehan,

pengadaan, kepemilikan, penguasaan, dan/ atau pemanfaatan tanah oleh pihak lain

tersebut, dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan dan/atau Bea Perolehan Hak Atas Tanah

dan Bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berkaitan

dengan pendistribusian tanah yang ditujukan untuk MBR dan/atau untuk fasilitas sosial/

umum maka berlaku ketentuan berikut:298

a. Atas pengalihan hak atas tanah tersebut dapat diberikan fasilitas Pajak Penghasilan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan

b. Atas perolehan hak atas tanah oleh MBR tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan

Tanah Hak Pengelolaan yang telah dimanfaatkan dengan baik untuk perumahan bagi

MBR, pertanian dan/atau perkebunan, paling singkat 10 tahun, dapat dilepaskan kepada

masyarakat untuk diberikan hak milik.299

Berdasarkan penjabaran di atas, fungsi dan tugas Badan Bank Tanah adalah menjamin

ketersediaan tanah bagi kepentingan umum serta pemerataan ekonomi. Maka dapat

disimpulkan akan ada beberapa perlakuan khusus yang diberikan oleh regulasi dalam

sektor Bank Tanah kepada MBR untuk memiliki rumah umum. Perlakuan khusus tersebut

296 Pasal 41, PP No. 64 Tahun 2021.297 Ibid., Pasal 20.298 Ibid., Pasal 29.299 Ibid., Pasal 41.

197

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

diantaranya terkait perpajakan, pendistribusian tanah serta pelepasan hak atas tanah

Hak Pengelolaan. Dengan ini di masa datang MBR sebagai penerima manfaat KPR

Sejahtera FLPP juga dapat merasakannya, namun dengan mekanisme dan prosedur

serta ketentuan teknis yang jelas.

C. Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan

Sebagai kelanjutan pengundangan UU No. 11 Tahun 2020, salah satu lembaga perumahan

yang akan dilahirkan adalah Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan (BP3).

Amanah pembentukan BP3 terdapat di dalam UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah

diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020. Pembentukan BP3 bertujuan untuk mewujudkan

penyediaan rumah umum yang layak dan terjangkau bagi MBR.300 BP3 secara lengkap

dibentuk oleh Pemerintah Pusat dan bertujuan untuk, mempercepat penyediaan rumah

umum, menjamin bahwa rumah umum hanya dimiliki dan dihuni oleh MBR, menjamin

tercapainya asas manfaat rumah umum, serta melaksanakan berbagai kebijakan

di bidang rumah umum dan rumah khusus.301 Pada tanggal 2 Februari 2021 melalui

Perpres No. 9 Tahun 2021 tentang Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan,

lembaga BP3 resmi dilahirkan.

BP3 mempunyai fungsi mempercepat Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan

Permukiman. Dalam melaksanakan fungsinya, BP3 bertugas untuk melakukan upaya

percepatan pembangunan Perumahan, melaksanakan pengelolaan Dana Konversi dan

pembangunan Rumah sederhana (Rumah Sederhana yang dimaksud disini adalah

rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas lantai dan harga jual sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan) serta Rumah Susun Umum. Selain itu BP3

juga melakukan koordinasi dalam proses perizinan dan pemastian kelayakan hunian,

melaksanakan penyediaan tanah bagi Perumahan, melaksanakan pengelolaan Rumah

Susun Umum dan Rumah Susun Khusus. Tugas berikutnya adalah memfasilitasi

penghunian, pengalihan dan pemanfaatan, melaksanakan pengalihan kepemilikan

Rumah Umum dengan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah (diuraikan),

menyelenggarakan koordinasi operasional lintas sektor, termasuk dalam penyediaan

prasarana, sarana, dan utilitas umum; dan melakukan pengembangan hubungan kerja

sama di bidang Rumah Susun dengan berbagai instansi di dalam maupun luar negeri.

Rumah sederhana yang dibangun oleh BP3 merupakan Rumah yang dibangun di atas

tanah dengan luas lantai dan harga jual sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

300 Pasal 117 A Ayat (1), UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU. No. 11 Tahun 2020. 301 Ibid., Pasal 117 A Ayat (2).

198

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

undangan termasuk Rumah Umum yang dibangun untuk diberikan kemudahan dengan

KPR sejahtera.302

Definisi, tugas, fungsi, dan tujuan BP3 dapat dilihat pada bagan berikut:

302 Pasal 5 Ayat (1), Ayat (2), dan Ayat (3), Perpres No. 9 Tahun 2021.

TU JUANTUGAS

B P 3 D E F I N I S I

Pasal 5 Angka 2

UU Cipta Kerja Pasal 50 Angka 13 Pasal 117 A B Perpres No. 9 Tahun 2021, Pasal Angka 1

Pasal 5 Angka 1 Pasal 5 Angka 1

F U NGS I

1. PercepatPembangunanPerubahan

2.PengelolaanDanaKonversi:RS+RusunUmum

3.Koordinasiperizinan&pemastianlayakhuni

4.PenyediaanTanahBeririsantusidenganBankTanah

5.PengelolaanRusunUmum&Khusus,fasilitasipenghunian,pengalihansertapemanfaatan

6.PelaksanaanpengalihankepemilikanRumahUmumdengankemudahanyangdiberikanPemerintah

7. Koordinasilintassektor,penyediaanPSU

8.PengembanganKerjasamabid.RusunUmum

Mempercepat Penyelenggaraan PKP:1. Perencanaan2.Pembangunan3.Pemanfaatan4.Pengendalian5.PengembanganKelembagaan6.Pendanaan&Pembiayaan7.PeranMasyarakat

1. MempercepatPenyediaanRumahUmum

2.MenjaminRumahUmumhanyadimiliki&dihuniolehMBR

3.MenjamintercapainyaasasmanfaatRumahUmum&Khusus

4.MelaksanakanberbagaikebijakandibidangRumahUmumdanKhusus

Gambar 3.13. Definisi, tugas, fungsi, dan tujuan BP3(Sumber: Paparan Divisi Hukum BLU PPDPP, 2021)

MBRLayakdanterjangkau

Mempercepatpenyediaanrumahumum

199

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Gambar 3.14. Struktur dan tusi organisasi BP3(Sumber: Paparan Divisi Hukum BLU PPDPP, 2021)

1. Koordinasirencana,programkerja,penganggaran,danlaporankegiatan

2.Pemberiandukungan,Adm,TeknisOperasional,danAdvokasiHukum

3.Pelaksanaanpembinaanorg,admkepeg,keuangan&sarpras;evaluasi&laporankeg

4.Pengumpulan,pengolahan,penyajiandata&informasi,penyusunanlaporan,sekretariatBP3

1. RJP&RSBP32.KebijakanTeknis,Program,Anggaran,rencanaOperasionalPercepatanPembangunan

1. PercepatanPembangunanPerumahan

2.PengelolaanDanaKonversi:RS&RumahSusun

3.Koordinasiperizinan&pemastianlayakhuni

4.Penyediaantanah5.PengelolaanRusunUmum&Khusus,fasilitasipenghunian,pengalihansertapemanfaatan

6.PelaksanaanpengalihankepemilikanRumahUmum

dengankemudahanyangdiberikanPemerintah

7. Koordinasilintassektor,penyediaanPSU

8.PengembanganKerjasamaBid.RusunUmum

9.Pemantauan,evaluasi&pelaporanataspelaksanaanpercepatanpembangunan

10.PelaksanaanfungsilainyangdiberikanolehDewanPembina

1. Pengawasan→PelaksanaanKS,KinerjaProgramAnggaran,Tusi,BP,Perolehan&PemanfaatanDKHB,TataKelola&SPI

2.PemberianSaran&Pertimbangan

3.PelaporanHasilPengawasan

1. PenetapanRJP,sanksikepadaBP&Dewas(KodeEtik)

2.Arahan,Pertimbangan,Rekomendasi,Persetujuan,Pembinaan,Pemantauan,&Evaluasi→RS&PelaksanaanKebijakan

Direktur1 Direktur3Direktur2

Bagian1KelompokJafung

Bagian2KelompokJafung

Bagian3KelompokJafung

Badan Pelaksana

Sekretariat BP3

Penyusunan Pelaksanaan

Dewan Pengawas Dewan PembinaSekretaris Dewan Pembina (Dirjen Perumahan)

B P 3

UPT BP3

Direktur4

TeknisAdministratif

TeknisAdministratif

TeknisFungsional

200

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Di dalam PP No. 12 Tahun 2021 terdapat ketentuan bahwa Badan Hukum yang melakukan

pembangunan Perumahan wajib mewujudkan Perumahan dengan Hunian Berimbang.

Kewajiban hunian berimbang dikecualikan untuk Badan Hukum yang membangun

Perumahan yang seluruhnya ditujukan untuk pemenuhan Rumah umum.303 Hunian

Berimbang adalah Perumahan atau Lingkungan Hunian yang dibangun secara berimbang

antara Rumah sederhana, Rumah menengah, dan Rumah mewah.304 Pembangunan

perumahan skala besar yang dilakukan oleh badan hukum wajib mewujudkan hunian

berimbang dalam satu hamparan.305 Dalam melaksanakan pembangunan Perumahan

dengan Hunian Berimbang, Badan Hukum dapat bekerja sama dengan Badan Hukum

lain.306 Badan Hukum yang melakukan pembangunan Perumahan dengan Hunian

Berimbang dilaksanakan melalui penyusunan dokumen rencana tapak.307

Ide hunian berimbang merupakan suatu konsep yang mewajibkan pelaku

pembangunan ketika mendirikan perumahan harus dilakukan secara “berimbang”.

Berimbang memiliki makna: Pertama, pembangunan rumah tunggal dan rumah deret

dalam pembangunannya harus terdapat rumah mewah, rumah menengah dan rumah

sederhana. Kedua, pembangunan rumah susun komersial dalam pembangunannya

harus terdapat rumah susun umum sebanyak 20 % dari total luas lantai rumah susun

yang dibangun. Makna sederhana konsep ini adalah memberikan rekayasa keadilan

khususnya dalam pemenuhan rumah umum bagi MBR.308

Dalam pembangunan rumah tunggal dan rumah deret, pelaksanaan Pembangunan

Perumahan dengan Hunian Berimbang harus memenuhi kriteria, lokasi, klasifikasi

Rumah, dan komposisi.309 Komposisi yang dimaksud merupakan perbandingan jumlah

Rumah mewah, Rumah menengah, dan Rumah sederhana. Komposisi hunian berimbang

memiliki kriteria sebagai berikut:310

a. Pembangunan Perumahan skala besar yaitu 1 Rumah mewah berbanding paling

sedikit 2 Rumah menengah dan berbanding paling sedikit 3 Rumah sederhana

b. Pembangunan Perumahan selain skala besar terdiri atas:

1. Satu Rumah mewah berbanding paling sedikit 2 Rumah menengah dan

berbanding paling sedikit 3 Rumah sederhana

303 Pasal 12 Ayat (1) dan Ayat (2), PP No. 12 Tahun 2021.304 Ibid., Pasal 1 Angka 8.305 Pasal 34 Ayat (2), UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020.306 Op. Cit., Pasal 21 A Ayat (1).307 Ibid., Pasal 21 A Ayat (3).308 M. Ilham Hermawan, “Ke Mana Arah Hunian Berimbang Pasca UU Cipta Kerja”, (https://www.hukumonline.com/

berita/baca/lt5ff68dcf62049/ke-mana-arah-hunian-berimbang-pasca-uu-cipta-kerja/?page=2, Diakses pada tanggal 29 September 2021).

309 Pasal 21 C, PP No. 12 Tahun 2021.310 Ibid., Pasal 21 F Ayat (1) dan Ayat (2).

201

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

2. Satu Rumah mewah berbanding paling sedikit 3 Rumah sederhana

3. Dua Rumah menengah berbanding paling sedikit 3 Rumah sederhana

Paling sedikit 3 Rumah sederhana yang dimaksud terdiri atas Rumah sederhana subsidi

dan Rumah sederhana non-subsidi dengan perbandingan untuk:311

a. Kawasan perkotaan besar, 1 Rumah sederhana subsidi berbanding 3 Rumah

sederhana non-subsidi dengan perhitungan komposisi persentase 25% Rumah

sederhana subsidi berbanding 75% Rumah sederhana non-subsidi

b. Kawasan perkotaan sedang, 2 Rumah sederhana subsidi berbanding 2 Rumah

sederhana non-subsidi dengan perhitungan komposisi persentase 50% Rumah

sederhana subsidi berbanding 50% Rumah sederhana non-subsidi

c. Kawasan perkotaan kecil, 3 Rumah sederhana subsidi berbanding 1 Rumah

sederhana non-subsidi dengan perhitungan komposisi persentase 75% Rumah

sederhana subsidi berbanding 25% Rumah sederhana non-subsidi

Berkaitan dengan hal komposisi Hunian Berimbang, porsi Rumah sederhana tidak dapat

dibangun dalam bentuk Rumah tunggal atau Rumah deret, namun dapat dikonversi

dalam:312

a. Bentuk Rumah susun umum yang dibangun dalam 1 hamparan yang sama (harga

jual Rumah susun umum disini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan). Penghitungan konversi Rumah susun umum dilakukan dengan

mempertimbangkan:

1. Perbandingan komposisi persentase Rumah sederhana subsidi dengan Rumah

sederhana non-subsidi

2. Jumlah kewajiban Rumah sederhana

3. Harga jual Rumah sederhana bersubsidi yang ditetapkan Pemerintah Pusat

4. Persentase harga pokok produksi terhadap harga jual

b. Bentuk dana untuk pembangunan Rumah umum. Penghitungan konversi dalam

bentuk dana ini merupakan dana kelola atau hibah yang dihitung dengan

mempertimbangkan:

1. Jumlah kewajiban Rumah sederhana

2. Harga jual Rumah sederhana bersubsidi yang ditetapkan Pemerintah Pusat

3. Persentase harga pokok produksi terhadap harga jual

311 Pasal 21 F Ayat (3), PP No. 12 Tahun 2021.312 Ibid., Pasal 21 G Ayat (1), Ayat (2), dan Ayat (3).

202

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

4. Faktor pengali dengan memperhitungkan nilai uang atas waktu (time value of

money)

5. Dana imbal jasa pengelolaan

Penghitungan konversi dilakukan berdasarkan rumus perhitungan konversi yang

ditetapkan oleh Menteri serta besaran jumlah faktor pengali dan dana imbal jasa

pengelolaan ditetapkan oleh Menteri.313

Dalam hal pembangunan Rumah susun pengaturan ketentuan Hunian Berimbang

diberlakukan kepada Pelaku Pembangunan dengan aturan bahwa, Pelaku Pembangunan

Rumah Susun Komersial wajib menyediakan Rumah Susun Umum dengan luas paling

sedikit 20% dari total luas lantai Rumah Susun Komersial yang dibangun.314 Rumah

Susun Umum yang dimaksud dapat berada dalam satu kawasan atau tidak dalam satu

kawasan dengan Rumah Susun Komersial.315

Untuk Rumah Susun Umum yang berada dalam satu kawasan dengan Rumah Susun

Komersial dapat berupa:316

a. Satu bangunan Rumah Susun dalam satu Tanah Bersama

b. Berbeda bangunan Rumah Susun dalam satu Tanah Bersama

c. Berbeda bangunan Rumah Susun tidak dalam satu Tanah Bersama

Rumah Susun Umum yang lokasinya tidak berada dalam satu kawasan dengan Rumah

Susun Komersial harus dalam satu kabupaten/kota, atau provinsi untuk Provinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta.317

Pelaku Pembangunan dalam melaksanakan kewajiban pemenuhan hunian berimbang

membuat surat pernyataan kesanggupan untuk melaksanakan pembangunan Rumah

Susun Umum. Surat pernyataan dimaksud diajukan bersamaan dengan permohonan

PBG. Kewajiban melaksanakan pembangunan Rumah Susun Umum dengan luas paling

sedikit 20% dari total luas lantai Rumah Susun Komersial yang dibangun sebagaimana

telah dijelaskan, dapat dikonversi dalam bentuk dana untuk pembangunan Rumah

Susun Umum. Apabila pelaksanaan pembangunan Rumah Susun Umum dikonversi

dalam bentuk dana maka Pelaku Pembangunan wajib mengajukan perhitungan konversi

kepada BP3 dan dana hasil konversi juga wajib diserahkan kepada BP3. Perhitungan

konversi terkait pembangunan rumah susun umum ini merupakan dana kelola atau

hibah yang dihitung berdasarkan rumus perhitungan konversi. Dalam hal Pelaku

313 Pasal 21 G Ayat (4) dan Ayat (5), PP No. 12 Tahun 2021.314 Pasal 6 Ayat (1), PP No. 13 Tahun 2021.315 Ibid., Pasal 6 Ayat (2).316 Ibid., Pasal 6 Ayat (3).317 Ibid., Pasal 6 Ayat (4).

203

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Pembangunan tidak memenuhi kewajiban pemenuhan hunian berimbang dikenakan

sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.318

Dana hasil konversi yang telah diterima juga akan dikelola oleh BP3 dan ditetapkan

sebelum diterbitkannya PBG. Kewajiban penyerahan dana hasil konversi paling lambat

dilakukan sejak PBG diterbitkan sampai dengan diterbitkannya sertifikat laik fungsi.

Setelah itu pengembalian Dana Konversi berbentuk dana kelola dilaksanakan paling

lama 5 tahun sejak pemenuhan kewajiban diberikan kepada BP3. Pengelolaan dana hasil

konversi dimanfaatkan untuk pembangunan Rumah Susun Umum pada kabupaten/kota

yang sama, khusus untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada provinsi yang sama.319

Perhitungan Dana Konversi sebagai kewajiban Pelaku Pembangunan untuk membangun

20% Rumah Susun Umum dilakukan dengan mempertimbangkan:

a. Jumlah kewajiban 20% dari luas lantai Rumah Susun Komersial yang dibangun

b. Harga m2 (meter persegi) dari harga jual Rumah Susun Umum yang ditetapkan

Pemerintah Pusat

c. Persentase harga pokok produksi terhadap harga jual

d. Faktor pengali dengan memperhitungkan nilai uang atas waktu (time value of

money)

e. Dana imbal jasa pengelolaan

Penghitungan Dana Konversi dilakukan berdasarkan rumus perhitungan konversi yang

ditetapkan oleh Menteri. Besaran jumlah faktor pengali dan dana imbal jasa pengelolaan

ditetapkan oleh Menteri. Penetapan jumlah besaran hasil perhitungan Dana Konversi

dilakukan oleh BP3.320 Ketentuan mengenai mekanisme penyerahan dana hasil konversi

kepada BP3 akan diatur dalam Peraturan Presiden.321

Setelah penjabaran diatas dapat kita ketahui bahwa BP3 memiliki tugas dan fungsi

yang berkaitan dengan rumah umum dan rumah susun umum. Tugas dan fungsi

tersebut bertujuan untuk melindungi hak MBR dalam memperoleh dan memiliki tempat

tinggal yang layak. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, skema FLPP membantu

dan memudahkan MBR dalam memperoleh rumah umum dan rumah susun umum.

Kedepannya proses bisnis penyaluran dana FLPP akan berasimilasi dengan proses

bisnis BP3.

318 Pasal 7 Ayat (1) hingga Ayat (7), PP No. 13 Tahun 2021.319 Ibid., Pasal 8 Ayat (1) hingga Ayat (5).320 Ibid., Pasal 9 Ayat (1) hingga Ayat (4).321 Ibid., Pasal 10.

204

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Salah satu proses bisnis BP3 yang paling berkaitan erat dengan proses bisnis FLPP

adalah pelaksanaan pengalihan Rumah Susun Umum dan pengalihan kepemilikan

Rumah Umum dengan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah. Sebagaimana

telah dijelaskan pada BAB sebelumnya bahwa MBR penerima dana FLPP melalui KPR

Sejahtera wajib memanfaatkan rumah sesuai dengan ketentuan yang diatur peraturan

perundang-undangan.

Ketentuan pemanfaatan tersebut antara lain adalah orang perseorangan (MBR) yang

memiliki rumah umum (baik Rumah Umum Tapak maupun Sarusun Umum) dengan

kemudahan yang diberikan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah termasuk

MBR penerima manfaat dana FLPP, hanya dapat menyewakan dan/atau mengalihkan

kepemilikannya atas rumah kepada pihak lain dalam hal:322

a. Pewarisan

b. Penghunian setelah jangka waktu paling sedikit 5 tahun

c. Perikatan kepemilikan rumah susun setelah jangka waktu 20 tahun

Dalam hal dilakukan pengalihan kepemilikan sebagaimana dimaksud huruf b dan huruf c

maka pengalihannya wajib dilaksanakan oleh lembaga yang ditunjuk atau dibentuk oleh

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dalam bidang perumahan dan permukiman,

dan lembaga tersebut telah diresmikan yaitu BP3. Pengalihan kepemilikan Rumah

Umum Tapak juga berlaku apabila pemilik meninggalkan rumah secara terus menerus

dalam waktu paling lama 1 tahun tanpa memenuhi kewajiban berdasarkan perjanjian,

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah berwenang mengambil alih kepemilikan

rumah tersebut. Rumah Umum Tapak yang telah diambil alih oleh Pemerintah Pusat

atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud wajib didistribusikan kembali kepada

MBR.323

Dapat disimpulkan bahwa diperlukan koordinasi yang mendalam dan teknis antara

kegiatan pemantauan serta evaluasi pemanfaatan rumah KPR Sejahtera yang dilakukan

oleh BLU PPDPP dengan pengalihan rumah umum yang dilakukan oleh BP3. Berdasarkan

hal tersebut maka BP3 akan dapat melaksanakan pengalihan rumah umum atas hasil

pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh BLU PPDPP. Kedepannya keterkaitan

proses bisnis ini harus diatur secara jelas dalam suatu ketentuan peraturan perundang-

undangan. Dengan adanya BP3 selaku lembaga yang berwenang melakukan pengalihan

kepemilikan Rumah Umum Tapak maupun Sarusun Umum, hal ini pastinya sangat

322 Pasal 55 Ayat (1) UU No. 1 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020 dan Pasal 54 Ayat (2) UU No. 20 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 2020.

323 Ibid., Pasal 55 ayat (2) hingga Ayat (4).

205

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

bermanfaat bagi MBR karena mereka mendapatkan kepastian dan dimudahkan oleh

pemerintah ketika mereka ingin mengalihkan kepemilikan rumah.

Terkait dengan uraian Badan Bank Tanah dan BP3 di atas kami menganalisa beberapa

hal, yaitu bahwa fungsi Badan Bank Tanah terkait pengadaan tanah beririsan dengan

fungsi BP3 yang salah satunya adalah melaksanakan penyediaan tanah bagi Perumahan.

Pengadaan tanah yang dilakukan oleh Badan Bank Tanah adalah pengadaan tanah

yang dilaksanakan melalui mekanisme tahapan pengadaan tanah bagi pembangunan

untuk kepentingan umum atau pengadaan tanah secara langsung. Dalam melaksanakan

fungsi pengadaan tanah, Badan Bank Tanah menjamin ketersediaan tanah yang salah

satunya adalah dengan kriteria untuk kepentingan umum. Dukungan untuk jaminan

ketersediaan tanah terkait kepentingan umum salah satunya adalah diperuntukkan bagi

penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah serta perumahan

untuk MBR.

Selain itu, Badan Bank Tanah diberi kewenangan khusus untuk menjamin ketersediaan

tanah dalam rangka ekonomi berkeadilan yang salah satunya adalah untuk pemerataan

ekonomi. Dukungan dalam jaminan ketersediaan tanah untuk pemerataan ekonomi

merupakan iaminan penyediaan tanah untuk program pionir, pembukaan isolasi wilayah,

pembangunan pasar rakyat, pengembangan rumah MBR, dan program pemerataan

ekonomi lainnya.

Sebagaimana telah dijelaskan diatas, BP3 adalah badan yang dibentuk oleh Pemerintah

Pusat untuk mempercepat penyediaan rumah umum yang layak dan terjangkau bagi

MBR. Dalam melaksanakan fungsi mempercepat Penyelenggaraan Perumahan dan

Kawasan Permukiman maka salah satu tugas dari BP3 adalah melaksanakan penyediaan

tanah bagi Perumahan.

Sebagaimana telah dijelaskan pula sebelumnya, bahwa BP3 juga memiliki tugas

mengelola Dana Konversi Hunian Berimbang. Dana Konversi adalah dana yang berupa

dana kelola atau dana hibah yang diperoleh dari Pelaku Pembangunan sebagai

alternatif kewajiban pembangunan Rumah sederhana bersubsidi dalam pembangunan

Perumahan dengan Hunian Berimbang yang dihitung berdasarkan rumus perhitungan

konversi.

Dana Konversi Hunian Berimbang disetor oleh badan hukum dan/atau perseorangan

yang memiliki kewajiban Dana Konversi Hunian Berimbang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Dana Konversi Hunian Berimbang digunakan oleh BP3

untuk penyediaan tanah, pembangunan Rumah sederhana dan Rumah Susun Umum,

206

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum, pengelolaan Perumahan, dan

investasi.

Selain itu BP3 melaksanakan hubungan kerja yang bersifat koordinatif dan informatif

dengan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pengelolaan tanah dan bangunan

Rumah Umum yang merupakan aset barang milik daerah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat kami simpulkan bahwa dalam hal

penyediaan tanah yang dilakukan BP3 melalui Dana Konversi Hunian Berimbang yang

disetorkan dari Pelaku Pembangunan, isu strategis selanjutnya yang sebaiknya diatur

dalam regulasi atau kebijakan adalah: pertama, masih perlu dipastikan apakah tanah

yang disediakan oleh BP3 tersebut adalah tanah yang berasal dari pengadaan oleh

Badan Bank Tanah. Kedua, diperlukan pengaturan koordinasi teknis, administrasi dan

fungsional antara BP3 dengan Badan Bank Tanah selaku badan yang memiliki tugas

penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah serta perumahan

untuk MBR. Menurut analisa kami diperlukan suatu regulasi dan kebijakan yang

mengatur mengenai keterkaitan hal-hal tersebut.

3.2.3 P E R I Z I N A N S E K TO R P E R UMAHAN DAN K AWASAN P E RMUK IMAN

Sebagai upaya untuk mengakomodasi revisi UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan

Gedung yang baru-baru ini ditetapkan di bawah payung hukum UU No. 11 Tahun

2020 tentang Cipta Kerja, Pemerintah akhirnya menerbitkan PP No. 16 Tahun 2021

tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,

yang mencabut dan menggantikan kerangka pengaturan sebelumnya yakni PP No. 36

Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan

Gedung yang merupakan peraturan pelaksana dari UU No. 28 Tahun 2002.

Peraturan Pemerintah ini mengubah beberapa ketentuan terkait pengaturan rumah

yang terdampak pula kepada pengaturan rumah umum. Tidak hanya itu, Peraturan

Pemerintah ini juga mengubah ketentuan terkait perizinan-perizinan yang diperlukan

oleh pemangku kepentingan demi mewujudkan pembangunan perumahan yang

berimbang dan bekesinambungan. Esensi dari PP No. 16 Tahun 2021 adalah menghapus

kewajiban izin mendirikan bangunan (IMB) sebagaimana diatur dalam Pasal 14 PP No.

36 Tahun 2005. Selanjutnya penerbitan IMB saat ini tidak lagi diperlukan dan digantikan

207

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

dengan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG). Definisi dari PBG adalah perizinan yang

diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah,

memperluas, mengurangi dan atau merawat bangunan gedung sesuai dengan standar

teknis bangunan gedung.

Beberapa ketentuan penting dari PP No. 16 Tahun 2021 yang mengatur beberapa

aturan terkait perizinan sektor perumahan dan kawasan permukiman adalah:

1. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung

Secara umum, PP No. 16 Tahun 2021 mengakui berbagai kategori bangunan gedung

yang dibedakan berdasarkan fungsi berikut:324

a. Fungsi hunian, untuk tempat tinggal manusia

b. Fungsi keagamaan, untuk tempat ibadah

c. Fungsi usaha, untuk mengadakan kegiatan usaha

d. Fungsi sosial dan budaya, untuk mengadakan kegiatan sosial dan budaya

e. Fungsi khusus, sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat

f. Fungsi campuran, untuk bangunan gedung yang terdiri lebih dari satu fungsi

yang disebutkan di atas

PP No. 16 Tahun 2021 menetapkan berbagai klasifikasi baru untuk bangunan

gedung berdasarkan faktor-faktor berikut:

324 Pasal 4 dan Pasal 5, PP No. 16 Tahun 2021.

TingkatKompleksitas

TingkatPermanensi

Tingkatrisikobahayakebakaran

Lokasi

Dibagimenjadi:bangunangedungsederhana,bangunangedungtidaksederhana,danbangunangedungkhusus.

Dibagimenjadi:bangunangedungpermanen(yangtercakupdalamrencanapemanfaatanlebihdarilimatahun)danbangunangedungnon-permanen(yangtercakupolehrencanapemanfaatanhinggalimatahun).

Dibagimenjadi:bangunangedungdengantingkatrisikokebakarantinggi,bangunangedungdengantingkattisikokebakaransedang,danbangunangedungdengantingkatrisikokebakaranrendah.

Dibagimenjadi:bangunangedungdilokasipadat(pusatkota/pusatperdaganganatauareadenganKoefisienDasarBangunan(KDB)lebihdari60%);bangunangedungdilokasisedang(daerahpemukimanataudaerahdenganKDBantara40%dan60%);danbangunangedungdilokasirenggang(pinggirankotaatauareadenganKDB40%ataukurangdariitu).

1

2

3

4

Faktor Klasifikasi Jenis Bangunan Gedung

208

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Seluruh fungsi dan klasifikasi bangunan gedung yang disebutkan di atas saat ini

wajib dicatat dalam beberapa dokumen, khususnya: 325

1. Persetujuan Bangunan Gedung (PBG)

2. Sertifikat Laik Fungsi (SLF)

3. Surat Bukti Kepemilikan Gedung (SBKBG)

Sebagai perbandingan, kerangka PP No. 36 Tahun 2005 sebelumnya tidak

mewajibkan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung untuk disebutkan dalam SLF

maupun SBKBG. Selain itu, PP No. 36 Tahun 2005 juga belum menerapkan konsep

PBG.

2. Standar teknis bangunan gedung

Dalam hal standar teknis bangunan gedung, PP No. 16 Tahun 2021 menetapkan

standar untuk proses konstruksi bangunan gedung secara umum (yang meliputi

perencanaan, perancangan, konstruksi, pemanfaatan, dan pembongkaran), serta

sejumlah ketentuan tambahan yang mengatur konstruksi bangunan gedung

jenis tertentu, seperti bangunan gedung cagar budaya, bangunan gedung hijau,

bangunan gedung negara dan bangunan lain yang memiliki tujuan khusus.326

Rincian berbagai standar teknis yang harus dipenuhi berkaitan dengan perencanaan

dan perancangan bangunan gedung terdapat dalam matriks berikut:

325 Pasal 11, PP No. 16 Tahun 2021.326 Ibid., Pasal 13.

KetinggianBangunanGedung

Kepemilikan

KlasBangunan

Dibagimenjadi:bangunangedungsupertinggi(lebihdari100lantai),pencakarlangit(antara40-100lantai),bangunangedungbertingkattinggi(lebihdaridelapanlantai),bangunangedungbertingkatsedang(antaralimadandelapanlantai),danbangunangedungbertingkatrendah(hinggaempatlantai).

Dibagimenjadi:bangunangedungmiliknegaradanbangunangedungselainmiliknegara(milikswasta).

Dibagimenjadi10klas,dariklas1hingga10.

5

6

7

Matriks 3.11. Klasifikasi baru untuk bangunan gedung (Sumber: PP No. 16 Tahun 2021)

209

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Standar Teknis

Ruang LingkupStandararsitektur327

Ruang LingkupPeruntukanbangunangedung328

Standar Teknis

Ruang LingkupKeselamatan329

Ruang LingkupKesehatan330

Ruang LingkupKenyamanan331

Ruang LingkupKemudahan332

Standar Teknis

Ruang LingkupBangunangedungdidalamtanah333

327 Pasal 16, PP No. 16 Tahun 2021.328 Ibid., Pasal 21.329 Ibid., Pasal 28 dan Pasal 29 Ayat (2).330 Ibid., Pasal 35.331 Ibid., Pasal 41.332 Ibid., Pasal 47.333 Ibid., Pasal 51 Ayat (3).

Tatabangunangedung

CatatanBangunangedungharusdirancangdenganmempertimbangkanpenampilan,tataruangdalam,keseimbangandankeserasiandenganlingkungan,sertakeseimbangandengannilaisosialbudayadiareasekitarbangunangedung.

CatatanBangunangedungharusdibangundenganmempertimbangkantingkatkepadatandanketinggiannya,sertajarakbebas,sebagaimanaditentukandalamRencanaDetailTataRuang (RDTR)danRencanaTataBangunandanLingkungan (RTBL)terkait.

Keandalanbangunangedung

Catatan Seluruhbangunangedungharusmemenuhiberbagaipersyaratankeselamatansesuaidenganfungsidanklasifikasinya,yangmeliputikemampuanbangunangedungberkaitandengansebagaiberikut:1. Bebanmuatan2.Bahayakebakaran3.Bahayapetirdankelistrikan

Selanjutnya,bangunangedungharuskuat,stabil,danmampumemenuhiketentuanpelayananselamaumurlayananyangdirencanakan.

CatatanSeluruhbangunangedungharusmemenuhiberbagaiaspekkesehatansesuaidenganfungsidanklasifikasinya,danyangberkaitandenganareaberikut:1. Sistempenghawaan2.Sistempencahayaan3.Sistempengelolaanair4.Sistempengelolaansampah5.Penggunaanbahanbangunangedung

Catatan Bangunangedungharusmemenuhitingkatkenyamanantertentusesuaidenganfungsidanklasifikasinya,danyangberkaitandenganareaberikut:1. Ruanggerakdalambangunangedung2.Kondisiudaradalamruangan3.Pandangandaridankedalambangunangedung4.Tingkatgetarandankebisingandalambangunangedung

CatatanBangunangedungharusmemenuhitingkatkemudahantertentusesuaidenganfungsidanklasifikasinya,danberkaitandenganareaberikut:1. Kemudahantransportasike,dari,dandidalambangunangedung2.Kelengkapanfasilitasdanaksesibilitasbangunangedung

Bangunangedungdiatasdan/ataudidalamtanahdan/atauairdan/ataudiatas/dibawahsaranadanprasaranapublik

CatatanBangunangedungyangdibangundidalamtanahharusmemenuhiketentuansebagaiberikut:1. DibangunsesuaidenganRDTRdan/atauRTBLterkait2.Bukanuntukfungsihunian3.Tidakmengganggufungsisaranadan/atauprasaranaumumdidalamtanah4.Keandalanbangunangedungharussesuaidenganfungsidanklasifikasinya

210

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Ruang LingkupBangunangedungdidalamdan/ataudiataspermukaanair334

Ruang LingkupBangunangedungdiatasdan/ataudidalamprasarana335

Standar Teknis

Ruang LingkupPenyusunanprototipe336

Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2021 saat ini mengatur berbagai ketentuan

teknis yang berlaku selama konstruksi bangunan gedung dalam rincian yang lebih

besar dari yang terdapat dalam kerangka pengaturan sebelumnya, yakni PP No. 36

Tahun 2005.

3. Mendapatkan Persetujuan Bangunan Gedung

Sebagaimana diketahui UU Cipta Kerja telah menghapus kewajiban kepemilikan IMB

sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk membangun gedung.

Sedangkan PP No. 16 Tahun 2021 justru memperkenalkan Persetujuan Bangunan

Gedung atau dikenal dengan istilah PBG, jenis izin yang sekarang diperlukan

untuk membangun, mengubah, memperluas, menyusutkan dan/atau memelihara

bangunan dan fasilitasnya.337

334 Pasal 51 Ayat (5), PP No. 16 Tahun 2021.335 Ibid., Pasal 51 Ayat (6).336 Ibid., Pasal 57 Ayat (3).337 Ibid., Pasal 1 Ayat (17) dan Pasal 253 Ayat (3).

CatatanBangunangedungyangdibangundidalamdan/ataudiataspermukaanairharusmemenuhiketentuansebagaiberikut:1. Dibangunsesuaidenganrencanatataruanglaut,tataruangwilayah,RDTRdan/atauRTBL

2.Tidakmengganggukeseimbanganlingkungandan/ataufungsilindungkawasan3.Tidakmenimbulkanperubahanarusair4.Tidakmenimbulkanpencemaran5.Keandalanbangunangedungsesuaidenganfungsidanklasifikasinya6.Mendapatpersetujuandaripihakterkait

CatatanBangunangedungdiatasdan/ataudidalamprasaranadan/atausaranaumumharusmemenuhiketentuansebagaiberikut:1. Dibangunsesuaidenganrencanatataruangterkait,RDTRdan/atauRTBL2.Tidakmengganggufungsisaranadan/atauprasaranaumum3.Memperhatikankeserasianbangunangedung4.Keandalanbangunangedungsesuaidenganfungsidanklasifikasinya

Desainprototipe

CatatanPenyusunandesainprototipeharusmemperhatikanelemen-elemensebagaiberikut:1. Pemenuhanstandarteknis2.Pemenuhanketentuantahangempa3.Pemenuhankriteriadesain4.Kondisigeologisdangeografis5.Ketersediaanbahanbangunan6.Kemudahankonstruksi

Matriks 3.12. Standar teknis yang harus dipenuhi berkaitan dengan perencanaan dan perancangan bangunan gedung. (Sumber: PP No. 16 Tahun 2021)

211

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Khusus untuk pengajuan PBG Kolektif yang berkaitan dengan pembangunan Rumah

Umum Tapak oleh Pelaku pembangunan, pemilik bangunan gedung harus mematuhi

prosedur yang ditentukan dalam bagan berikut:

PerbaikanDokumen

PerbaikanDokumen

Sekretariat

TPA

TPA

SekretariatKepalaDin.Tek.OperatorDPMPTSPPenerbitan

PBG

PerhitunganTeknisRestribusi

PenetapanRestribusi&Surat

PemenuhanStandarTeknis

PenagihanRestribusi

PembayaranRestribusi

PerlengkapanStandarTeknis

1hari1 2 3

4

5

6

7

8

9

12

13141617

1718

18

19

15

10

11a

11a

1hari1hari

3-26hari

TidakLengkap

TidakMemenuhiTidakDimung-

kinkan

TidakMemenuhi

Lengkap

Memenuhi

Memenuhi

Dimungkinkan

Pemilik/Pemohon

PemeriksaanKelengkapan

PemeriksaanKelengkapan

1

2

3

PemeriksaanKelengkapan

Gambar 3.15. Bagan alir penyelenggaraan pengajuan PBG kolektif(Sumber: Paparan Divisi Hukum BLU PPDPP berdasarkan PP No. 16 Tahun 2021)

212

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

4. Mendapatkan Sertifikat Laik Fungsi dan Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung

Pelaksanaan konstruksi dimulai setelah pemohon memperoleh PBG. Pemohon harus

menyampaikan informasi jadwal dan tanggal mulai pelaksanaan konstruksi kepada

Dinas Teknis melalui SIMBG. Informasi harus disampaikan sebelum pelaksanaan

konstruksi dimulai. Apabila Pemohon tidak menyampaikan informasi maka Dinas

Teknis akan meminta klarifikasi kepada Pemohon melalui SIMBG. Klarifikasi dapat

dilakukan paling banyak 2 kali dalam kurun waktu paling lama 6 bulan sejak PBG

diterbitkan. Jika Pemohon tidak menyampaikan informasi setelah Klarifikasi

dilakukan, PBG akan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Berkaitan dengan hal ini

maka Pemohon harus mendaftar ulang.

Tahapan selanjutnya adalah Penyedia jasa pengawasan konstruksi atau manajemen

konstruksi atau Penilik membuat daftar simak hasil pemeriksaan kelaikan fungsi

berdasarkan laporan pengawasan, hasil inspeksi, dan hasil pengujian (commissioning

test). Daftar simak dibuat setelah pelaksanaan konstruksi selesai.

Surat pernyataan kelaikan fungsi dikeluarkan oleh penyedia jasa pengawasan

konstruksi atau manajemen konstruksi atau Pemilik berdasarkan daftar simak. Pemilik

menerbitkan surat tersebut untuk Bangunan Gedung berupa rumah tinggal tunggal 1

lantai dengan luas paling banyak 72 m2 dan rumah tinggal tunggal 2 lantai dengan luas

lantai paling banyak 90 m2 yang dibangun tanpa penyedia jasa pengawasan konstruksi/

manajemen konstruksi. Surat pernyataan kelaikan fungsi dikeluarkan berdasarkan

laporan pelaksanaan konstruksi dari Pemilik. Laporan pelaksanaan konstruksi jenis

surat pernyataan kelaikan fungsi ini meliputi:

1. Dokumentasi setiap tahap pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung

2. Surat pernyataan Pemilik bahwa pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung telah

selesai dilakukan sesuai dengan PBG

Pemilik mengeluarkan surat pernyataan kelaikan fungsi terhadap Bangunan Gedung,

rumah tinggal tunggal 1 lantai dan rumah tinggal tunggal 2 lantai, sebelum serah terima

akhir (final hand over). Segala bentuk beserta peruntukan surat pernyataan kelaikan

fungsi dikeluarkan sebelum Bangunan Gedung dimanfaatkan.

Daftar simak, surat pernyataan kelaikan fungsi, dan gambar Bangunan Gedung

terbangun (as-built drawings) harus diunggah ke dalam SIMBG oleh penyedia jasa

pengawasan konstruksi atau manajemen konstruksi atau Pemilik.

Surat pernyataan kelaikan fungsi untuk kumpulan Bangunan Gedung yang dibangun

dalam satu kawasan dan memiliki rencana teknis yang sama (termasuk pembangunan

213

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

bangunan gedung fungsi hunian dalam satu kawasan), dikeluarkan oleh penyedia jasa

pengawasan konstruksi atau manajemen konstruksi. Surat tersebut dikeluarkan untuk

setiap Bangunan Gedung.

Dinas Teknis menindaklanjuti surat pernyataan kelaikan fungsi dengan penerbitan SLF

dan surat kepemilikan Bangunan Gedung. SLF harus diperoleh oleh Pemilik sebelum

Bangunan Gedung dapat dimanfaatkan. SLF sebagaimana dimaksud meliputi:

a. Dokumen-dokumen SLF

b. Lampiran dokumen SLF

c. Label SLF

Surat kepemilikan Bangunan Gedung sebagaimana meliputi:

a. SBKBG

b. Sertifikat kepemilikan Bangunan Gedung satuan rumah susun

c. Sertifikat hak milik satuan rumah susun

SBKBG meliputi:

a. Dokumen Surat Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung

b. Lampiran dokumen SBKBG

Dokumen SBKBG sebagaimana dimaksud meliputi informasi mengenai:

a. Kepemilikan atas Bangunan Gedung atau bagian Bangunan Gedung

b. Alamat Bangunan Gedung

c. Status hak atas tanah

d. Nomor PBG

e. Nomor SLF atau nomor perpanjangan SLF

Lampiran dokumen SBKBG meliputi informasi:

a. Surat perjanjian pemanfaatan tanah

b. Akta pemisahan

c. Gambar situasi

d. Akta fidusia bila dibebani hak

Penerbitan SLF dan SBKBG dilakukan bersamaan melalui SIMBG. Proses penerbitan

SLF dan SBKBG dilaksanakan paling lama 3 hari kerja sejak surat pernyataan kelaikan

fungsi diunggah melalui SIMBG. SLF dan SBKBG diterbitkan tanpa dipungut biaya.

214

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

3.2.4I N OVAS I S K EMA P EMB I AYAAN P E R UMAHAN F L P P

Setelah penerbitan UU Cipta Kerja, terdapat beberapa ketentuan baru dalam sektor

perumahan serta kawasan permukiman yang diubah dan dikembangkan. Salah satu

ketentuan baru tersebut terkait pengaturan Perjanjian Pendahuluan Jual Beli (PPJB).

Perjanjian Pendahuluan Jual Beli atau Perjanjian Pengikatan Jual Beli adalah kesepakatan

antara pelaku pembangunan dan setiap orang untuk melakukan jual beli Rumah

atau satuan Rumah susun yang dapat dilakukan oleh pelaku pembangunan sebelum

pembangunan untuk Rumah susun atau dalam proses pembangunan untuk Rumah

tunggal dan Rumah deret yang dibuat di hadapan notaris.338 Selanjutnya pelaksanaan

PPJB akan masuk di dalam Sistem PPJB, yaitu rangkaian proses kesepakatan antara

Setiap Orang dengan pelaku pembangunan dalam kegiatan pemasaran yang dituangkan

dalam perjanjian pendahuluan jual beli atau Perjanjian Pengikatan Jual Beli sebelum

ditandatangani akta jual beli.339 Sistem PPJB terdiri atas Pemasaran dan PPJB.340

Pelaksanaan PPJB dilakukan pada saat pembangunan Rumah yang meliputi pembangunan

Rumah tunggal, Rumah deret, dan/atau Rumah susun yang pembangunannya pun

harus mengikuti sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Rumah tunggal, Rumah

deret, dan/atau Rumah susun yang masih dalam tahap pembangunan tersebut dapat

dilakukan Pemasaran oleh pelaku pembangunan melalui Sistem PPJB. Sistem PPJB

tersebut berlaku untuk Rumah umum milik dan Rumah komersial milik yang berbentuk

Rumah tunggal, Rumah deret, dan Rumah susun. PPJB dilakukan setelah memenuhi

persyaratan kepastian atas, status kepemilikan tanah, hal yang diperjanjikan, PBG,

ketersediaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum, dan keterbangunan paling sedikit

20%. Pelaku pembangunan atau pengembang yang melaksanakan pemasaran PPJB

sebagaimana terdiri atas orang perseorangan dan/atau Badan Hukum.341

Pemasaran PPJB dilakukan oleh pelaku pembangunan pada tahap proses pembangunan

pada Rumah tunggal atau Rumah deret, atau sebelum proses pembangunan pada

Rumah susun. Pemasaran harus memuat informasi Pemasaran yang benar, jelas, dan

menjamin kepastian informasi mengenai perencanaan dan kondisi fisik yang ada.342

338 Pasal 1 Angka 11, PP No. 14 Tahun 2016 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 12 Tahun 2021.339 Ibid., Pasal 1 Angka 10.340 Ibid., Pasal 22 A.341 Ibid., Pasal 22 Ayat (1) hingga Ayat (6).342 Ibid., Pasal 22.

215

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Proses bisnis pemasaran PPJB dapat dilihat dalam gambar berikut:

Pelaku Pebangunan (BadanHukumatauOrangPerseorangan)

Persyaratan&Informasi

Psl22F(1),22G

Pembangunan Rumah

Pasal22

RumahUmum&KomersilMilik

Tahap proses pembangunan (Rumahtunggal&deret)

Pasal228(1)

Sistem PPJB

Pasal22(3);22A

Sebelum proses pembangunan(RumahSusun)

Pasal228(1)

1. Kepastianperuntukanruang

4.Perizinan

5.JaminanPembangunandrLembagaPenjamin

SuratKeteranganRencanaKab./KotaolehPemda

PBG

SuratDukunganBank/Non-Bank

Pasal22F(1)

PEMBAYARANmerupakanbagian

pembayaranatashargarumah

Calon Pembeli (MBR/Non-MBR)

3.Kepastianstatuspenguasaanrumah

2.Kepastianhakatastanah

•Statussertifikat:HM,HGB,&SertifikatHPRT/RD

•SertifikatHMRS/SertifikatKepemilikanBGSarusunberdasarkanpertelaanyangdisahkanPemda

1. No.SuratKeteranganRencanaKota/Kab

2. NoSertifikatatasTanah;dalamhalHGB(noperjanjian)

3. SuratDukunganBank/Non-Ban

4. NomortanggalPBG5. RencanatapakPerumahan/Rusun

6. Spesifikasibangunan&denahrumah/sarusun

7. Hargajual8. PSUygdijanjikan9. Bagian,benda&tanahBersamauntukRS

10.MateriMuatanPPJB11.Jadwalpembangunan,penandatangananPPJBdanAJB,SerahTerimaRumah

•Sertifikattanaha/npelakupembangunan

•Sertifikattanaha/npemiliktanahyangdikerjasamakan

•Dokhakatastanah

Pemasaran

Persyaratan Minimal

Pasal22C(1)

Informasi Minimal

Pasal22D(1),22E,22F(2)

Dinas Perkim Pemda

Pasal22C(6)

Dinas Perkim Pemda

(Pengawasan)

Pasal22C(6)

Mediacetakdan/atauelektronik

Pengawasan

Pengawasan

1

2 3

3b

3a

Gambar 3.16. Bagan proses bisnis pemasaran PPJB(Sumber: Bahan Paparan Divisi Hukum BLU PPDPP, 2021)

216

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Setelah proses pemasaran, PPJB akan dilaksanakan setelah pelaku pembangunan

memenuhi persyaratan kepastian atas status kepemilikan tanah; hal yang diperjanjikan,

PBG, ketersediaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum; dan keterbangunan paling

sedikit 20%. Status kepemilikan tanah akan dibuktikan dengan sertifikat hak atas

tanah yang diperlihatkan kepada calon pembeli pada saat penandatanganan PPJB.

Pada prakteknya pada saat pelaksanaan penandatanganan PPJB banyak sertifikat hak

atas tanah yang dijadikan agunan oleh Pelaku Pembangunan atau pemilik tanah yang

dikerjasamakan dengan Pelaku Pembangunan, tanpa diinformasikan terlebih dahulu

kepada calon pembeli atau konsumen. Hal ini menyebabkan kepentingan konsumen

dalam fokus buku ini adalah MBR, menjadi kurang terlindungi, karena menyebabkan

proses perwujudan Akta Jual Beli rumah menjadi terkendala.

Pasal22F(2)

Pasal22H(4)

Pasal22H(1) Pasal22H(2)

Pasal22H(3)Pasal22H(6)

Pasal22H(7)Pasal22H(4)

Gambar 3.17. Bagan pembatalan PPJB dalam tahap pemasaran(Sumber: Bahan Paparan Divisi Hukum BLU PPDPP, 2021)

Jadwalpembangunan,penandatangananPPJBdanAJB,SerahTerimaRumah

Pelaku pembangunan

Calon Pembeli

30harikalendersejakdittd

30harikalendersejakdittd(dalamhalterdapatsisauangsetelahdiperhitungkandengan

pemotongan)

Apabilatidakterlaksana,pelaku

pembangunandikenakandendasebesar1%o

(satupermil)perharikalender

Pasal22H(1)

KelalaianPelakuPembangunan

Pasal22H(3)

KelalaianBukanPelakuPembangunan

KPRtidakdisetujuiBank

PembatalanPenuh

PengembalianPembayaranPenuh

PembatalandenganPotongan

Pasal22H(3)

PengembalianPembayaran(Potongan20%+Pajak)

Pasal22H(4)

PembatalandenganPotongan

PengembalianPembayaran

(Potongan10%+Pajak)

Pemasaran

Informasi Minimal

Pasal22F(1)

CalonPembelidapatmembatalkan

22H(5)Tertulis

PEMBAYARANmerupakanbagianpembayaranatas

hargarumah

Pembayaran

217

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Untuk mengantisipasi hal tersebut menurut hemat kami perlu adanya pencantuman

pernyataan di dalam akta PPJB yang menyatakan dengan terang dan jelas bahwa

sertifikat hak atas tanah tersebut sedang diagunkan oleh pelaku pembangunan atau

pemilik tanah yang dikerjasamakan dengan Pelaku Pembangunan di bank tertentu

serta informasi lain terkait agunan ini.

Hal ini akan memberikan kepastian bagi konsumen MBR bahwa kelak akan diterbitkan

sertifikat rumah atas nama konsumen MBR yang bersangkutan. Statement dari Bank

akan merilis apabila sudah terima pembayaran.

Pencantuman pernyataan tersebut dalam PPJB dimungkinkan karena sesuai dengan

muatan minimal PPJB yang diatur dalam Pasal 22J PP No. 12 Tahun 2021.

Yang dimaksud dengan hal yang diperjanjikan adalah terpenuhinya persyaratan

minimum yang terdiri atas kondisi Rumah, kondisi Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum.

Persyaratan tersebut tertera dalam informasi Pemasaran, penjelasan kepada calon

pembeli mengenai materi muatan PPJB, dan status tanah dan/atau bangunan dalam

hal menjadi agunan. Pada saat penandatanganan PPJB, persyaratan PBG disampaikan

kepada calon pembeli dalam bentuk salinan dari dokumen asli.

Persyaratan ketersediaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum untuk Perumahan

dibuktikan dengan:

a. Terbangunnya Prasarana paling sedikit jalan dan saluran pembuangan air hujan/

drainase

b. Lokasi pembangunan Sarana sesuai peruntukan

c. Surat pernyataan pelaku pembangunan mengenai tersedianya Utilitas Umum

berupa sumber listrik dan sumber air

Persyaratan ketersediaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum untuk pelaksanaan

PPJB Rumah susun dibuktikan dengan surat pernyataan dari pelaku pembangunan.

Surat tersebut menginformasikan ketersediaan tanah siap bangun di luar tanah bersama

yang akan diserahkan kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota atau Pemerintah

Daerah provinsi khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.

Terkait dengan Pelaksanaan keterbangunan Perumahan paling sedikit 20% dibuktikan

dengan:

a. Untuk Rumah tunggal atau Rumah deret keterbangunan paling sedikit 20% dari

seluruh jumlah unit Rumah serta ketersediaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas

Umum dalam suatu Perumahan yang direncanakan

218

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

b. Untuk Rumah susun keterbangunan paling sedikit 20% dari volume konstruksi

bangunan Rumah susun yang sedang dipasarkan

Keterbangunan 20% dalam pelaksanaan PPJB juga harus sesuai dengan hasil laporan

dari konsultan pengawas pembangunan atau konsultan manajemen konstruksi.343

343 Pasal 22 I Ayat (1) hingga Ayat (8), PP No. 14 Tahun 2016 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 12 Tahun 2021.

Perumahan FLPP - Perumahan Hokiland, Pontianak, Kalimantan Barat

219

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Calon Pembeli Pelaku Pembangunan

Persyaratan diatur dalam Permen PUPR No. 16 Tahun 2021

Sistem PPJB PPJB

Calon Pembeli

Pembangunan Rumah(RumahUmum&KomersilMilik)

Kelalaianpembeli

Kelalaianpembeli

Pemotonganpalingbanyak10%(>10%)

PembatalanPPJB

Kelalaianpelakupembangunan

Kelalaianpelakupembangunan

1. IdentitasparaPihak

2. UraianobjekPPJB

3. Hargarumahdantatacarapembayaran

4. Jaminanpelakupembangunan

5. Hakdankewajibanparapihak

6. Waktuserahterimabangunan

7. Pemeliharaanbangunan

8. PanggunaanBangunan

9. Pengalihanhak10.PembatalandanberakhirnyaPPJB

11.Penyelesaiansengketa

1. StatusKepemilikanTanah

3.PBG

2.Halygdiperjanjikan4.KetersediaanPSU

RumahTapak RumahSusun

RumahTapak

RumahSusun

a.Terbangunnyaprasaranapalingsedikitjalandansaluranpembuanganairhujan/drainase

c.Suratpernyataanpelakupembangunanmengenaitersedianyautilitasumumberupasumberlistrikdansumberair

Suratpernyataandaripelakupembangunanmengenaiketersediaantanahsiapbangundiluar

tanahbersama.

Palingsedikit20%darivolumekonstruksibangunanrumahsusunyangsedangdipasarkan

PenandatanganPPJB

Pasal1Angka11joPasal22K(3)PPJBdibuat&dittdcalonpembeli&pelakupembangunandihadapanNotaris(Akta

Otentik)

JikaCPMBR,honorariumatasjasahukumnotarisditetapkansebesar1%0(satupermil)drhargajualRumahumumyangditetapkanolehPemerintahPusat

Palingsedikit20%dariseluruhjumlahunitrumahsertaketersediaanPSUdalamsuatuPerumahanyangdirencanakan

b.LokasipembangunanSaranasesuaiperuntukan

5.Keterbangunanpalingsedikit20%

SertifikathakatastanahSalinansesuaiasli

Pasal32–Pasal36PP13tahun2021

Kondisirumah,kondisiPSU,penjelasanmaterimuatanPPJBdan

statustanahdan/ataubangunandalamhalmenjadiagunan

Pasal22MPersyaratanPelakuPembangunanPPJB

Pasal22MPersyaratan

PelaksanaanPPJB

Pasal22JMuatanminimal

PPJB

Pasal22KNaskahPPJBdipelajaricalonpembelisebelumdittdpalingsingkat7hrkerja

Pasal22MPasal22(3);22A

Gambar 3.18. Bagan pelaksanaan PPJB(Sumber: Bahan Paparan Divisi Hukum BLU PPDPP, 2021)

220

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Sistem PPJB berlaku untuk Rumah umum

milik dan Rumah komersial milik yang berbentuk Rumah tunggal, Rumah deret, dan

Rumah susun. Pengaturan Sistem PPJB tersebut kedepannya dapat diimplementasikan

dalam penyaluran dana KPR Sejahtera FLPP. Diatur dalam ketentuan penyaluran FLPP

bahwa Rumah Umum Tapak atau Sarusun Umum yang diperoleh melalui KPR Sejahtera

BLU PPDPP

MBR Debitur

pembayaran

pembayaran tahap I

1PKS

PKS 2adokumen KSB

dokumen MBR

4a

6

SiPetruk10b

permohonanSiKasep 4c

SiKumbang pengujiane-FLPP 2.0

H2H4b

SiPetruk10a

pengawasan pembangunan

rumah

3

persyaratanadm. dan teknis

angsuran inden

membangun

7

pemberkasanpermohonan

10c

10c 8

PPJB & akad KPR-SB

SBUM

2b2c T

2d Y

9

PelakuPembangunan

MBR Debitur

Bank Pelaksana

MBR Calon Debitur

Pembangunan Kawasan

Kavling Siap Bangun

Jalur Dokumen

Jalur Dana

Jalur Fisik Objek KPR

Jalur Angsuran

221

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

merupakan rumah baru yang dibangun oleh Pelaku Pembangunan/Pengembang, maka

dimungkinkan agar KPR Sejahtera dapat disalurkan sebelum rumah dibangun. Skema

penyaluran KPR Sejahtera ini telah kami analisa dan tuangkan dalam skema KPR Siap

Bangun.

pembayaran

pembayaran tahap II

perbaikan

17

14

13

Y

T12

10a SLF & SBKBG

penghunian

angsuran KPR

18

11 pengujian teknis

serah terima kunci

1520

15

19

pengembalian

16

max. 20 tahun

pelunasan

Bank Pelaksana

Rumah Siap Huni

Gambar 3.19. Skema KPR Siap Bangun BLU PPDPP(Sumber: Paparan Direktur Utama BLU PPDPP dan Tim Task Force BLU PPDPP,

2020)

222

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

BLUPPDPPmelakukanPKSdenganBankPelaksanaterkaitpenyaluranKPRSiapBangun.

PelakuPembangunanmelakukanPKSdenganBankPelaksana.

PelakuPembangunanmempersiapkanDokumenPBG,pernyataantelahmemenuhiPPJBdanjaminankredituntukdiverifikasiolehBankPelaksana,kemudianhasilverifikasiBankPelaksanadiserahkankepadaBLUPPDPPuntukdiujimelaluiaplikasiSiKumbang(ditambahkandengandokumenPKSBankPelaksanadenganPelakuPembangunan).

Apabilaterdapatketidaksesuaianterhadapdokumen-dokumen,makaPelakuPembangunanmelakukanpemenuhanpersyaratankembali.

DokumenPKS

DokumenPKSdanJaminankredit

a.DokumenPBGb.PernyataanmemenuhiunsirketentuanPPJB(form)c.JaminanKredit,d.hasilverifikasiBankPelaksana

SiKumbang

PadasaatpenandatanganPKS,didalamPKSharusmencantumkanklausulyangmengharuskanPelakuPembangunanuntukmemenuhi:a.seluruhpersyaratanyangdiaturketentuandalamPPJB(belumberperikatandengancalonDebitur),b.jaminankredit.PadatahapaninidiberikesempatansertatenggatwaktuuntukpemenuhanpersayaratanadanbolehPelakuPembangunan.

StatushakatastanahuntukKPRSiapBangunharusdiatastanahHakMilikdan/atauHakGunaBangunan.ApabilastatustanahmasihHPLmakaharusadaperalihanHPLkeHGBdenganalasanuntukkepentinganumum.

1

2a

2b

2c

Kegiatan Sistem Informasi Teknologi KeteranganOutput

BLU PPDPP MBRBank Pelaksana

Pelaksana

Pelaku Pelaksana

Lembaga Pengawas

P E N J E L ASAN B I S N I S P R O S E S K P R S I A P B A NGUN

1 2

3 4

56

8

7Tidak

YaPemenuhanPersyaratan

Kegiatan Sistem Informasi Teknologi KeteranganOutput

BLU PPDPP MBRBank Pelaksana

Pelaksana

Pelaku Pelaksana

Lembaga Pengawas

223

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Apabilasudahsesuaidenganperaturanperundang-undanganyangberlakumakaBLUPPDPPmemberikanpersetujuanlolosujikepadaPelakuPembangunanmelaluBankPelaksana.

LahankaplingyangsudahmemenuhiketentuanPBG,PPJB,danjaminankredityangsudahlolosujiBLUPPDPPdinamakandenganistilahKaplingSiapBangun.

MBRmengajukanpermohonanKPRSiapBangunPelakuPembangunanyangtelahlolosuji.

BankPelaksanamelakukanverifikasiterhadapdokumenMBRdanmemberikandokumenhasilverifikasikepadaBLUPPDPP.

BLUPPDPPmemberikanhasilujidokumenMBRkepadaBankPelaksana.

KaplingSiapBangunyangdipiliholehMBRdipersiapkanolehPelakuPembangunan.

PermohonanKPRSiapBangunMBRCalonDebiturdilakukanpemberkasanolehBankPelaksana.

Setelahpemberkasan,CalonDebiturmenandatanganiPPJB(dihadapannotaris)

PersetujuanlolosujiKaplingSiapBangunolehPPDPP

a.AdministrasiPermohonanKPRSiapBangundanb.Suratpernyataancalondebitur.

a.SP3Kb.DKSc.SuratPernyataanVerifikasi

LembarHasilPengujian

PPJB

.

AkanditampilandalamaplikasiSiKasep

SecaraHost to Host

SecaraHost to Host

CalonDebiturpadasaatmenandatanganiPPJBharusmembayar

2d

3

4a

4b

4c

5

6

7

9 10

15

17

18

11

1413

20

12

16

19

21

22

Kegiatan Sistem Informasi Teknologi KeteranganOutput

BLU PPDPP MBRBank Pelaksana

Pelaksana

Pelaku Pelaksana

Lembaga Pengawas

224

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

denganPelakuPembangunan.Saatmelakukanpemberkasan,BankPelaksanajugamempersiapkandokumenakad/perjanjiankreditantaraBankPelaksanadanMBRCalonDebiturterhadapKaplingSiapBangunyangditentukan.

Akad/PerjanjianKreditKPRSiapBangundilakukanantaraBankPelaksanadanMBR.BankPelaksanamengajukanpermohonanpembayarandanatahapI.

BLUPPDPPmelakukanpencairandanaFLPPTahapIkerekeningDebiturdiBankPelaksana,BankPelaksanameneruskandanakepadaPelakuPembangunandanrumahmulaidibangun.

PelakuPembangunanmulaimelanjutkanpembangunanRumahUmumatasKaplingSiapBangun.

LembagaPengawasyangditunjukmelakukanpengawasanterhadappembangunanrumah.

10c.MBRmulaimengangsur(pengembalianangsuranpadaperiodepembanguan)saatrumahmulaidibangunkepadaBankPelaksana.

a.PK/Akad,danDokumenPK/Akad,b.PermohonanpembayarandanaTahapI

a.STTUdariBankkeBLUPPDPP,b.JadwalAngsuranTahapI

E-FLPP2.0

E-FLPP2.0

E-FLPP2.0

MelaluiaplikasiSiPetruk

MelaluiaplikasiSiPetruk

uangtandajadisesuaiperaturanperundang-undangan.Besaranuangtandajadiagarditetapkan.

Debiturdimungkinkanuntukmelakukanpengecekanterhadapprosespembangunanrumah.

25 27

32

23

26

31

24

28

29

30

8

9

10a

10b

10c

Pengawasan

Perbaikan

Kegiatan Sistem Informasi Teknologi KeteranganOutput

BLU PPDPP MBRBank Pelaksana

Pelaksana

Pelaku Pelaksana

Lembaga Pengawas

225

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

LembagaPengawasmenginputhasilpengawasandalamaplikasiSiPetruk.

Apabiladitemukanketidaksesuaiandalampembangunanrumah,makaPelakuPembangunanmelakukanperbaikan,apabilatelahmemenuhipersyaratan,rumahdiselesaikanhingga100%.

RumahUmumdiselesaikanPelakuPembangunanhingga100%.

Setelahpembangunanrumahsesuaidenganspesifikasidantelahterbangun100%,terhadaprumahtersebutakandimohonkanSLFdanSBKBGolehPelakuPembangunan.

SLFdanSBKBGditerbitkandanrumahsiapuntukdihuniMBR.DenganserahterimakuncidilakukanantaraMBRdanPelakuPembangunan.(BankPelaksanamengirimkanbuktiserahterimakuncibesertaSLF,SBKBG,AJB,dansuratperminaanpembayarankepadaBLUPPDPP).

PembayaranTahapIIdilakukanolehBLUPPDPPkerekeningMBRmelaluiBankPelaksanauntukditeruskankepadaPelakuPembangunan.

MBRmelakukanpenghunianrumahhinggajangkawaktuyangditentukandandisepakatidenganBankPelaksana.

SLFdanSBKBG

BAST,SLF,SBKBG,Ajb,dansuratpermintaanpembayaranTahapII

a.STTUdariBankkeBLUPPDPP,b.JadwalAngsuranTahapII

MelaluiaplikasiSiPetruk

MelaluiaplikasiSiPetruk

E-FLPP2.0

SetelahserahterimakunciBankPelaksanamenyerahkanformkepadaBLUPPDPPuntukdilakukanpembayaranTahapII

11

12

13

14

15

16

17

33

34

35

36

36

41

37

39

42

4038

Tidak

Ya

Kegiatan Sistem Informasi Teknologi KeteranganOutput

BLU PPDPP MBRBank Pelaksana

Pelaksana

Pelaku Pelaksana

Lembaga Pengawas

226

B a b 3 F L P P D I E R A D I G I TA L I SAS I

Skema KPR Siap Bangun disusun dan dirancang oleh BLU PPDPP untuk melindungi

kepentingan MBR, khususnya dalam hal menjaga kualitas rumah. Dalam Skema ini

kualitas rumah dapat terjaga karena pembelian rumah didahului dengan PPJB serta

proses pembangunan rumah dilakukan oleh Lembaga Pengawas. Dalam skema ini

Pemerintah turun langsung dari awal proses verifikasi dan permohonan MBR Kelompok

Sasaran sampai MBR Kelompok Sasaran tersebut menghuni rumah.

Pada BAB ini telah dipaparkan upaya-upaya yang dilakukan oleh BLU PPDPP dalam

mengembangkan teknologi informasi agar dapat bersinergi dengan Revolusi Industri

4.0. Segala upaya ini dilakukan untuk memberikan kemudahan dan memenuhi kebutuhan

bagi segala pihak yang terlibat. Dijabarkan pula analisis tentang dana bergulir FLPP

pasca terbitnya UU Cipta Kerja (Omnibus Law) beserta peraturan pelaksanaannya yang

mempengaruhi bidang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman serta

beberapa sektor terkait lainnya. Dalam BAB ini dipaparkan juga skema pembiayaan

perumahan FLPP, yaitu KPR Siap Bangun. Skema tersebut dirumuskan oleh Tim Task

Force BLU PPDPP sejak tahun 2020. Di BAB berikutnya akan kami sampaikan penutup

keseluruhan buku ini.

AngsuranKPRSiapBangundibayarkanolehDebiturkepadaBankPelaksana.

BankPelaksanamelakukanpengembalianpokokdantarifkepadaBLUPPDPP.

RumahUmumdenganKPR/PembiayaanSiapBangundihunidandiangsurhinggalunasolehDebitur.

19

20

18

43

47

44

4546

Gambar 3.20. Bagan bisnis proses KPR Siap Bangun BLU PPDPP(Sumber: Paparan Direktur Utama BLU PPDPP dan Tim Task Force BLU PPDPP,

2020)

227

3 . 2 F L P P PASCA OMN I B U S L AW

Perumahan FLPP - Perumahan Hokiland, Pontianak, Kalimantan Barat

Bab

4

PENU

TUP

230

B a b 4 P E NUTUP

Pengelolaan dana bergulir FLPP oleh BLU PPDPP sesuai dengan amanah peraturan

perundang-undangan akan berakhir pada tahun 2021. Selama 11 tahun (2010-2021)

dana FLPP dikelola oleh BLU PPDPP telah banyak capaian dan inovasi yang tercipta.

Pencapaian dan inovasi tersebut dilakukan semata-mata untuk mewujudkan cita-cita

mulia kami dalam memberikan rumah yang layak huni bagi MBR. Untuk mewujudkan

tekad tersebut, BLU PPDPP mewakili kehadiran pemerintah dalam bentuk layanan

langsung bagi MBR pada sektor perumahan.

Inti dari inovasi-inovasi ini secara konseptual dan prinsip terletak pada perubahan

paradigma semua pemangku kepentingan perumahan. BLU PPDPP bertugas untuk

melengkapi regulasi dan kebijakan sektor perumahan yang masih menjadikan MBR

sebagai objek penyediaan dan pembiayaan perumahan, untuk kemudian menjadikan

MBR sebagai subjeknya. Harapan kami di masa mendatang adalah agar segala

pencapaian pengelolaan dana bergulir FLPP di lembaga baru dapat berjalan dan

dilaksanakan lebih baik dari sekarang. Semua pencapaian BLU PPDPP diharapkan pula

dapat menjadi pondasi pengelolaan dana bergulir FLPP untuk tahun-tahun selanjutnya.

Pencapaian yang dilakukan oleh BLU PPDPP, telah melalui proses pengembangan yang

panjang. Pengembangan tersebut adalah hasil pembelajaran dari ragam permasalahan

yang ditemui dan mampu dipecahkan selama ini. Apa yang diterapkan oleh BLU

PPDPP terhadap pengelolaan dana FLPP saat ini juga telah melalui analisa-analisa

berkesinambungan dari tahun ke tahun. Hal ini dilaksanakan demi menyempurnakan

proses bisnis penyaluran dana FLPP.

Tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga baru pengelola dana bergulir FLPP

tentunya tidaklah mudah. Salah satunya adalah mempertahankan eksistensi performa

penyaluran dana FLPP yang bereputasi baik dimata para pemangku kepentingan,

memajukan performa penggunaan teknologi informasi dan kualitas data yang telah

diimplementasikan terhadap FLPP, serta meningkatkan ketepatan sasaran penyaluran

dana FLPP yang telah mencapai presentase yang tinggi.

Lembaga baru pengelola dana bergulir FLPP tentunya juga harus menghadapi

penyesuaian tata kelola dan kelembagaan pengelola. Penyesuaian tata kelola dan

kelembagaan pengelola dilakukan dengan memodifikasi proses bisnis agar sesuai

dengan pelaksanaan UU Cipta Kerja dan turunannya. Hal ini sangat penting mengingat

231

banyaknya regulasi kebijakan serta lembaga-lembaga baru yang dilahirkan pasca

terbitnya UU Cipta Kerja.

Walaupun selama dalam pengelolaan dana bergulir FLPP masih terdapat banyak

kekurangan dan gagasan yang belum terimplementasikan, kami sangat berharap

lembaga pengelola dana FLPP baru dapat meneruskan perjuangan dimaksud. Terakhir

semoga buku ini dapat menjadi legacy ilmu pengetahuan serta persembahan BLU PPDPP

kepada masyarakat Indonesia dan para pemangku kepentingan bidang perumahan.

PUST

AKA

DAFT

AR

234

DA F TAR P U S TAKA

DA F TA R P U S TA KA

Kasali, Rhenald. 2017. Disruption: Tak Ada yang Tak Bisa Diubah Sebelum Dihadapi,

Motivasi Saja Tidak Cukup. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Musa, Soebowo. 2007. Sekilas Tentang Pembiayaan Perumahan. Jakarta: Kiran

Resources.

Aprianty, Diah Rachma. (2016). Penerapan Kebijakan E-Government dalam Peningkatan

Mutu Pelayanan Publik di Kantor Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. EJournal

Ilmu Pemerintahan FISIP UNMUL. 4 (4). 1590-1602.

Big Data Industry and Academic Point of View. 2015. Diambil dari Paparan Prof. Dr.

Mochamad Ashari dalam Konferensi Big Data Indonesia.

BLU PPDPP. 2019. Buku Potret KPR Sejahtera FLPP.

Deloitte. 2015. Industry 4.0: Challenges and Solutions for the Digital Transformation and

Use of Exponential Technologies. Zurich: Deloitte.

Djunaedi , Achmad. 2002. Beberapa Pemikiran Penerapan E-Goverment dalam

Pemerintahan Daerah di Indonesia. Disampaikan dalam Seminar Nasional

“E-Government & Workshop Linux” FMIPA UGM di Yogyakarta pada tanggal 30

Oktober 2002.

Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan. 2015. Peranan APBN dalam

Mengatasi Backlog Perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Kementerian Perindustrian. 2018. Making Indonesia 4.0.

Kusumasari, Dita & Rafizan, Onny. 2017. Studi Implementasi Sistem Big Data Untuk

Mendukung Kebijakan Komunikasi dan Informatika. Jurnal Masyarakat Telematika

dan Informasi. 8 (2). 81-96.

Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja. 2020. Diakses pada Juni

2021, dari https://uu-ciptakerja.go.id/Naskah.

Nugraha, Safri, dkk. 2007. Hukum Administrasi Negara, edisi revisi. Depok: Center for

Law and Good Governance Studies FHUI.

Praditya, Didit. 2014. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Tingkat

Pemerintahan Desa. Jurnal Penelitian Komunikasi, BPPKI, Bandung. 17 (2). 129-140.

Rosana, Anita Septiani. 2010. Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam

Industri Media di Indonesia. Gema Eksos, 2. 144-156.

Sabaruddin, Arief. (2020). Jadikan MBR sebagai Subjek (bukan Objek) Melalui SiKasep

(Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan).

Sari, Kusuma Dewi Arum & Winarno, Wahyu Agus. (2012). Implementasi E-Government

System dalam Upaya Peningkatan Clean and Good Governance di Indonesia. Jurnal

Ekonomi Akuntansi dan Manajemen. XI (1). 1-19.

Suntoro, Agus. 2021. Implementasi Pencapaian Secara Progresif dalam Omnibus Law

Cipta Kerja (The Implementation of Progressive Realization at Omnibus Law). Jurnal

HAM. 12 (1). 1-17.

235

UNIDO. Industry 4.0 Opportunities and Challenges of the New Industrial Revolution

for Developing Countries and Economies in Transition. Panel Discussion. Austria:

United Nation Industrial Development Organization.

WEB S I T E

Adani, Muhammad Robith. 2020. Pengenalan Big Data: Pengertian Fungsi, Manfaat,

dan Tools. Diakses pada 8 September 2021, dari https://www.sekawanmedia.co.id/

pengertian-big-data.

Hermawan, M. Ilham. 2021. Ke Mana Arah Hunian Berimbang Pasca UU Cipta Kerja.

Diakses pada tanggal 29 September 2021, dari https://www.hukumonline.com/

berita/baca/lt5ff68dcf62049/ke-mana-arah-hunian-berimbang-pasca-uu-cipta-

kerja/?page=2.

Hidayat, Ali Akhmad Noor. (2021). BPPT Targetkan Platform Big Data Selesai

Dibangun Tahun ini. Diakses pada 8 September 2021, dari https://bisnis.tempo.

co/read/1438736/bppt-targetkan-platform-big-data-selesai-dibangun-tahun-ini/

full&view=ok.

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. (2020). Penerapan SPBE dan Rencana

Pembangunan Pusat Data Nasional. Diakses pada 24 September 2021, dari https://

aptika.kominfo.go.id/2020/10/penerapan-spbe-dan-rencana-pembangunan-

pusat-data-nasional.

Marr, Bernard. 2016. What Everyone Must Know About Industry 4.0. Diakses pada 6 Mei

2018, dari https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2016/06/20/what-everyone-

must-know-about-industry-4-0/?sh=3b33a84795f7.

Morgan, Jacob. 2014. A Simple Explanation of “The Internet of Things”. Diakses pada

5 Mei 2018, dari https://www.forbes.com/sites/jacobmorgan/2014/05/13/simple-

explanation-internet-things-that-anyone-can-understand/?sh=6828500d1d09.

Nugrahaeny, Dian Erika. 2020. 5 Aturan dalam RUU Cipta Kerja yang Berpotensi

Memiskinkan Buruh. Diakses dari https://nasional.kompas.com/read/

2020/02/20/14274841/5-aturan-dalam-ruu-cipta-kerja-yang-berpotensi-

memiskinkan-buruh?page=all.

Oracle. What is a Data Warehouse?. Diakses pada 22 September 2021 dari https://

www.oracle.com/database/what-is-a-data-warehouse.

Panduan SiKumbang. https://sikumbang.ppdpp.id/public/images/panduan_

sikumbang_2021.pdf.

Panduan SiPetruk. https://sipetruk.ppdpp.id.

Perkim.id. 2020. Perjalanan Historis Kebijakan Pembiayaan Perumahan Indonesia.

Diakses pada 1 Juni 2021, dari https://perkim.id/pembiayaan-perumahan/

perjalanan-historis-kebijakan-pembiayaan-perumahan-indonesia.

236

DA F TAR P U S TAKA

Schwab, Klaus. 2016. The Fourth Industrial Revolution: what it means, how to respond.

Diakses dari https://www.weforum.org/agenda/2016/01/the-fourth-industrial-

revolution-what-it-means-and-how-to-respond.

Shidarta. 2019. Menggali Karakteristik Badan Layanan Umum (BLU). Diakses pada 5 Juli

2021, https://business-law.binus.ac.id/2019/08/07/menggali-karakteristik-badan-

layanan-umum.

Tentang SPBE. Diakses pada 8 September 2021, dari https://spbe.go.id/tentang.

YOU TU B E

BLU PPDPP, “Konsep Big Data "SiKasep" Solusi Mendapatkan Rumah Bersubsidi”, Youtube

video, 0:30. 26 Desember 2019. https://www.youtube.com/watch?v=P4lJIVxTca4

BLU PPDPP, “Tutorial Penggunaan Aplikasi SiKasep (Sistem Informasi KPR Subsidi

Perumahan)”, Youtube video, 2:11. 26 Desember 2019. https://www.youtube.com/

watch?v=Tkpwg1P2AnA

BLU PPDPP, “Tutorial Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Kumpulan Pengembang

(SiKumbang)”, Youtube video, 6:06. 21 April 2020. https://www.youtube.com/

watch?v=Qlwmxgkix64&t=8s

BLU PPDPP, “Tutorial Penggunaan Aplikasi SiKumbang Tahap Pewarnaan Siteplan

Latar Rumah Tapak”, Youtube video, 6:25. 21 Juli 2020. https://www.youtube.com/

watch?v=RoEe3Zc_eQs&list=PLfZcttXWQMCa0TFAl8jZhqSgQaIiN0h0n

BLU PPDPP, “Pengenalan Aplikasi Sistem Informasi Pemantauan Konstruksi

(SiPetruk)”, Youtube video, 5:36. 11 Januari 2021. https://www.youtube.com/

watch?v=ZpOEQz9Jth8&t=34s

BLU PPDPP, “Tutorial Penggunaan Aplikasi SiPetruk (Sistem Informasi Pemantauan

Konstruksi)”, Youtube video, 13:58. 14 April 2021. https://www.youtube.com/

watch?v=piiZ5UoHxbM&list=PLfZcttXWQMCY1FMKXJ_WJejv7P5mfsqET

P E R AT U RAN P E R U NDANG - U NDANGAN

UU No. 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air.

UU No. 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.

UU No. 6 Tahun 2017 tentang Arsitek.

UU No. 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat.

UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

UU No. 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas UU No. 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan.

237

UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan

Umum.

UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 15 Tahun 2019.

UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana telah

diubah dengan UU No. 19 Tahun 2016.

UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah

dengan UU No. 24 Tahun 2013.

UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.

UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

PP No. 1 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pemeriksaan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

PP No. 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.

PP No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas PP No. 14 Tahun 2016 tentang

Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

PP No. 13 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Rumah Susun.

PP No. 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas PP No. 22 Tahun 2020 tentang Peraturan

Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.

PP No. 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung.

PP No. 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun,

dan Pendaftaran Tanah.

PP No. 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan

untuk Kepentingan Umum.

PP No. 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

PP No. 43 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan

Hutan, Izin, dan/atau Hak Atas Tanah.

PP No. 64 Tahun 2021 tentang Badan Bank Tanah.

PP No. 16 Tahun 2020 tentang Pencatatan Ciptaan dan Produk Hak Terkait.

PP No. 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017 tentang

Jasa Konstruksi.

PP No. 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat.

238

DA F TAR P U S TAKA

PP No. 58 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

PP No. 69 Tahun 2020 tentang Tata Cara Penetapan Tarif atas jenis Penerimaan Negara

Bukan Pajak.

PP No. 40 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 24 Tahun 2013.

PP No. 47 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Lembaga Jasa Keuangan dan Pelaksanaan

Kemudahan dan/atau Bantuan Pembiayaan dalam Sistem Pembiayaan Perumahan

dan Kawasan Permukiman.

PP No. 63 Tahun 2019 tentang Investasi Pemerintah.

PP No. 14 Tahun 2016 tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan

Permukiman.

PP No. 64 Tahun 2016 tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan

Rendah.

PP No. 23 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

sebagaimana telah diubah dengan PP No. 74 Tahun 2012.

PP No. 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan

Permukiman.

PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung.

Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2021 tentang Badan Percepatan Penyelenggaraan

Perumahan.

Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No.

68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara.

Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2020 tentang Kementerian PUPR.

Peraturan Presiden No. 66 Tahun 2020 tentang Pendanaan Pengadaan Tanah bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum dalam Rangka Pelaksanaan Proyek

Strategis Nasional.

Keppres No. 30/M Tahun 2021 tentang Pengangkatan Dewan Pembina Badan

Percepatan Penyelenggaraan Perumahan.

Permen PUPR No. 1 Tahun 2021 tentang Kriteria Masyarakat Berpenghasilan Rendah

dan Persyaratan Kemudahan Pembangunan dan Perolehan Rumah.

Permen PUPR No. 13 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Badan

Percepatan Penyelenggaraan Perumahan.

Permen PUPR No.14 Tahun 2021 tentang Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan

Rumah Susun.

Permen PUPR No. 15 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian

Badan Pelaksana dan Dewan Pengawas Badan Percepatan Penyelenggaraan

Perumahan.

239

Permen PUPR No. 16 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Perjanjian Pendahuluan Jual Beli

atau Perjanjian Pengikatan Jual Beli untuk Rumah Umum dan Satuan Rumah Susun

Umum.

Permen PUPR No. 17 Tahun 2021 tentang Bentuk dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat

Kepemilikan Bangunan Gedung Satuan Rumah Susun.

Permen PUPR No. 18 Tahun 2021 tentang Standar Pembongkaran Bangunan Gedung.

Permen PUPR No. 19 Tahun 2021 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Bangunan

Gedung Cagar Budaya yang Dilestarikan.

Permen PUPR No. 20 Tahun 2021 tentang Bangunan Gedung Fungsi Khusus.

Permen PUPR No. 21 Tahun 2021 tentang Penilaian Kinerja Bangunan Gedung Hijau.

Permen PUPR No. 22 Tahun 2021 tentang Pendataan Bangunan Gedung.

PMK No. 53/PMK.05/2020 tentang Tata Cara Investasi Pemerintah.

PMK No. 122/PMK.05/2020 tentang Tata Cara Pengalihan dan Pengembalian Dana

Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil.

PMK No. 129/PMK.05/2020 tentang Pedoman Pengelolaan Badan Layanan Umum.

Permen PUPR No. 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Permen PUPR No. 27/

PRT/M/2018 tentang Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung.

Permen PUPR No. 5 Tahun 2020 tentang Pemindahtanganan Barang Milik Negara.

Permen PUPR No. 12 Tahun 2020 tentang Peran Masyarakat Dalam Penyelenggaraan

Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Permen PUPR No. 13/PRT/M/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

PUPR.

Permen PUPR No. 27 Tahun 2020 tentang Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis

Elektronik.

Permen PUPR No. 30 Tahun 2020 tentang Pengamanan Barang Milik Negara.

PP No. 40 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 24 Tahun 2013.

PMK No. 80/PMK.010/2019 tentang Batasan Rumah Umum, Pondok Boro, Asrama

Mahasiswa dan Pelajar, serta Perumahan Lainnya, yang atas Penyerahannya

Dibebaskan dari Pengenaan PPN.

Permen PUPR No. 13/PRT/M/2019 tentang Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis

Tabungan.

Permen PUPR No. 14/PRT/M/2019 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja BLU

PPDPP.

Permen PUPR No. 20/PRT/M/2019 tentang Kemudahan dan Bantuan Pemilikan Rumah

bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

Permendagri No. 72 Tahun 2019 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi

Pemerintahan.

240

DA F TAR P U S TAKA

Permendagri No. 109 Tahun 2019 tentang Formulir dan Buku yang digunakan dalam

Administrasi Kependudukan.

Permen PUPR No. 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan

Konstruksi.

Permen Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 12 Tahun 2019

tentang Konsolidasi Tanah.

PMK No. 82/PMK.05/2018 tentang Pengelolaan Kas dan Investasi Badan Layanan

Umum.

Permen PUPR No. 01/PRT/M/2018 tentang Bantuan Pembangunan dan Pengelolaan

Rumah Susun.

Permen PUPR No. 14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas

Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.

Permen PUPR No. 24/PRT/M/2018 tentang Akreditasi dan Registrasi Asosiasi

Pengembang Perumahan Serta Sertifikasi dan Registrasi Pengembang Perumahan.

Permen PUPR No. 20/PRT/M/2017 tentang Penyediaan Rumah Khusus.

Permendagri No. 55 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Perizinan dan Nonperizinan

Pembangunan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Daerah.

Permendagri No. 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi

Pemerintahan sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No. 72 Tahun 2019.

PMK No. 220/PMK.05/2016 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU.

Permen PUPR No. 21/PRT/M/2016 tentang Kemudahan dan/atau Bantuan Perolehan

Rumah Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah sebagaimana telah diubah dengan

Permen PUPR No. 26/PRT/M/2016.

Permen PUPR No. 29/PRT/M/2016 tentang Pembentukan Kesepakatan Bersama dan

Perjanjian Kerja Sama di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Permen PUPR No. 20/PRT/M/2015 tentang Perubahan atas Permen PUPR No. 20/

PRT/M/2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka

Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi

Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

Permen PUPR No. 32/PRT/M/2015 tentang Perubahan Kedua Atas Permen PUPR No.

20/PRT/M/2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka

Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi

Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

Permen PUPR No. 38/PRT/M/2015 tentang Bantuan Prasarana, Sarana, Dan Utilitas

Umum Untuk Perumahan Umum sebagaimana telah diubah dengan Permen PUPR

No. 03/PRT/M/2018.

Permen Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 11 Tahun

2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Agraria dan Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan

dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi.

241

Permenpera No. 3 Tahun 2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

Dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah

Sejahtera

Permenpera No. 4 Tahun 2014 Petunjuk Pelaksanaan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan

Perumahan Dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan

Pemilikan Rumah Sejahtera

Permenpera No. 5 Tahun 2014 tentang Proporsi Pendanaan Kredit/Pembiayaan

Pemilikan Rumah Sejahtera.

Permenpera No. 20/PRT/M/2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

dalam Rangka Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah

Sejahtera Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

Permenpera No. 21/PRT/M/2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka Perolehan Rumah Melalui Kredit/Pembiayaan

Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

Permenpera No. 6 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan

Perumahan Swadaya sebagaimana telah diubah dengan Permen PUPR No. 39/

PRT/M/2015.

Permenpera No. 4 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/

Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera.

Permenpera No. 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Perumahan

Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas

Likuiditas Pembiayaan Perumahan.

Permenpera No. 7 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perumahan

Rakyat Nomor 04 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/

Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan

Permenpera No. 8 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perumahan

Rakyat Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Perumahan

Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas

Likuiditas Pembiayaan Perumahan.

Permenpera No. 13 Tahun 2012 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/

Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan.

Permenpera No. 14 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Perumahan

Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas

Likuiditas Pembiayaan Perumahan.

242

DA F TAR P U S TAKA

Permenpera No. 27 Tahun 2012 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/

Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas

Pembiayaan Perumahan

Permenpera No. 28 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Perumahan

Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas

Likuiditas Pembiayaan Perumahan

PMK No. 216/PMK.05/2011 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Pusat

Pembiayaan Perumahan pada Kementerian Perumahan Rakyat.

Permen Pekerjaan Umum No. 15/PRT/M/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan

Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

PMK No. 130/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, dan

Pertanggungjawaban Dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan.

Permenpera No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang.

Permenpera No. 15 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Perumahan

Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Bantuan

Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan.

Permen Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M/2010 tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan

Berkala Bangunan Gedung.

PMK No. 185/PMK.05/2010 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Pusat

Pembiayaan Perumahan pada Kementerian Perumahan Rakyat.

PMK No. 99/PMK.05/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir pada

Kementerian Negara/Lembaga.

Permen Pekerjaan Umum No. 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan

Perawatan Bangunan Gedung.

Kepmen PUPR No. 411/KTPS/M/2021 tentang Besaran Penghasilan Masyarakat

Berpenghasilan Rendah dan Batasan Luas Lantai Rumah Umum dan Rumah

Swadaya.

Kepmen PUPR No. 995/KPTS/M/2021 tentang Batasan Penghasilan Tertentu, Suku

Bunga/Margin Pembiayaan Bersubsidi, Masa Subsidi, Jangka Waktu Kredit/

Pembiayaan Pemilikan Rumah, Batasan Luas Tanah, Batasan Luas Lantai, Batasan

Harga Jual Rumah Umum Tapak dan Satuan Rumah Susun Umum, dan Besaran

Subsidi Bantuan Uang Muka.

Kepmen PUPR No. 242/KPTS/M/2020 tentang Batasan Penghasilan Kelompok Sasaran

Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Bersubsidi, Besaran Suku Bunga/Margin

Pembiayaan Bersubsidi, Lama Masa Subsidi dan Jangka Waktu Kredit/Pembiayaan

Pemilikan Rumah, Batasan Harga Jual Rumah Umum Tapak dan Satuan Rumah

Susun Umum, Batasan Luas Tanah dan Luas Lantai Rumah Umum Tapak, Luas

Lantai Satuan Rumah Susun Umum serta Besaran Subsidi Bantuan Uang Muka

Perumahan.

243

Kepmen PUPR No. 231 Tahun 2018 tentang Proporsi Pendanaan Kredit/Pembiayaan

Pemilikan Rumah.

Kepmen PUPR No. 463/KPTS/M/2018 tentang Proporsi Pendanaan Kredit/Pembiayaan

Pemilikan Rumah Sejahtera.

KMK No. 112/KMK.05/2016 tentang Penetapan Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan

Perumahan pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai

Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum.

Kepmen PUPR No. 552/KPTS/M/2016 tentang Batasan Penghasilan Kelompok Sasaran

KPR Bersubsidi, Batasan, Harga Jual Rumah Sejahtera Tapak Dan Satuan RUmah

Sejahtera Susun, Serta Besaran Subsidi Bantuan Uang Muka Perumahan.

Kepmen PUPR No. 247/KPTS/M/2015 Proporsi Pendanaan Kredit/Pembiayaan

Kepemilikan Rumah Sejahtera.

KMK No. 290/KMK.05/2010 tentang Penetapan Pusat Pembiayaan Perumahan pada

Kementerian Perumahan Rakyat sebagai Instansi Pemerintah yang Menerapkan

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Kimpraswil No. 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah

Sederhana Sehat (Rs Sehat).

Surat Edaran Dirjen Penyediaan Infrastruktur No. 01/SE/Dp/2020 tentang Petunjuk

Teknis Perhitungan Besaran Penghasilan Kelompok Sasaran KPR Bersubsidi.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-04/PJ/2020 tentang Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Administrasi Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat Elektronik, dan

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-44/PJ/2015 tentang Struktur Penomoran

Nomor Pokok Wajib Pajak dan Penerapan Nomor Pokok Wajib Pajak Tetap.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 2013 tentang Pelimpahan

Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan Pendaftaran Tanah

sebagaimana telah diubah dengan Permen Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan

Pertanahan Nasional No. 18 Tahun 2017.

Peraturan Pemimpin Satker BLU No. 3 Tahun 2012 tentang Proporsi Dana FLPP terhadap

Pokok Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera

Peraturan Pemimpin Satker BLU No. 9 Tahun 2012 tentang Proporsi Dana FLPP terhadap

Pokok Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera.

Peraturan Pemimpin Satker BLU No. 26 Tahun 2012 tentang Proporsi FLPP terhadap

Pokok Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera

Peraturan Pemimpin Satker BLU No. 2 Tahun 2010 tentang Proporsi Dana FLPP terhadap

Pokok Kredit/Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera

Perumahan FLPP - Perumahan Gemstone, Kota Kupang, NTTPerumahan FLPP - Perumahan Asri II. Kubu Raya, Kalimantan Barat

Badan Layanan Umum

Pusat Pengelolaan

Dana Pembiayaan Perumahan

Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat

Jl. Falatehan I No.27

Jakarta 12110

+62 21-2751-0964

www.ppdpp.id

0

20

40

60

80

90

1 0 0

1 0

30

50

70