KAJIAN BAHAN SUMBER (U DAN Th) PADA EKSPLORASI ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of KAJIAN BAHAN SUMBER (U DAN Th) PADA EKSPLORASI ...
KAJIAN BAHAN SUMBER (U DAN Th) PADA EKSPLORASI,
PENAMBANGAN, PEMROSESAN PASIR ZIRKON DI KALTENG
Dedi Hermawan, Pandu Dewanto dan Sudarto
Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir
ABSTRAK.
KAJIAN BAHAN SUMBER (U DAN Th) PADA EKSPLORASI, PENAMBANGAN,
PEMROSESAN PASIR ZIRKON DI KALTENG. Dari tahun 2004 sampai tahun 2008,
menurut data yang dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan, volume eksport pasir zirkon dan
konsentratnya mengalami peningkatan yang sangat tinggi. Salah satu lokasi yang banyak
terdapat pasir zirkon di Indonesia adalah Pulau Kalimantan. Sebagai contoh, Provinsi
Kalimantan Tengah pada tahun 2007 sampai dengan 2008 mengekspor pasir zirkon sekitar
51.000 ton sampai dengan 79.000 ton setiap tahunnya. Konsentrasi bahan sumber di dalam pasir
zirkon menjadi penting untuk diketahui karena keberadaan radioaktif alam U dan Th di dalam
pasir zirkon memiliki potensi bahaya radiasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu kajian terkait
potensi cadangan bahan sumber yang terdapat dalam pasir zirkon beserta keselamatan radiasi
yang diterapkan dalam proses penambangan ataupun pengolahan pasir zirkon. Pada makalah ini
lokasi penambangan dan pengolahan pasir zirkon dibatasi pada provinsi Kalimantan Tengah
saja. Dari hasil kajian diperoleh hasil bahwa bahan sumber yang ikut terbawa dalam ekspor
pasir zirkon propinsi Kalteng berpotensi melebihi batas yang ditetapkan oleh Peraturan Kepala
Bapeten No.9 tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Protokol Tambahan Pada Sistem
Pertanggungjawaban dan Pengendalian Bahan Nuklir. Dalam hal pemenuhan keselamatan
radiasi, diperlukan peningkatan pengawasan K3 selama penambangan, proses/pengolahan oleh
pekerja, pengawas/pembina pusat dan daerah, manajemen perusahaan untuk dapat
mempermudah pencapaian pemenuhan terhadap ketentuan pengelolaan bahan sumber dan
keselamatan radiasi berdasarkan regulasi nasional (BAPETEN) dan internasional.
Kata Kunci : Zirkon, Bahan sumber, Ekspor
ABSTRACT.
ASSESSMENT OF SOURCE MATERIAL (U AND Th) IN EXPLORATION, MINING,
PROCESSING OF ZIRCON SAND IN CENTRAL KALIMANTAN. From 2004 to 2008,
according to data released by the Commerce Department, the volume of zircon sand and
concentrates exports has increased highly. One of many locations in Indonesia that widely
available zircon sand is Kalimantan island. For example, Central Kalimantan Province in 2007
to 2008 exports about 51,000 tones up to 79,000 tones of zircon sand annually. The
concentration of source material in the zircon sand is important to be known because the
presence of natural radioactive U and Th in zircon sand has the potential radiation hazard.
Therefore it is necessary to conduct an assessment the potential reserves related to the source
material contained in the zircon sand and radiation safety that are applied in the process of
mining or processing of zircon sand. In this paper the location of mining and processing of
zircon sand is restricted to the province of Central Kalimantan. From the assessment obtained
that source material which is carried by zircon sand export form the province of Central
Kalimantan have the potential to exceed the limits set by the BAPETEN Chairman Decree No.9
of 2006 About the Implementation of the Additional Protocol to the Accountability System and
Control of Nuclear Materials. In terms of compliance with radiation safety, required increased
surveillance of K3 during mining, process / processing by the worker, supervisor / supervisors
and regional management company to be able the achievement of compliance with the
provisions of the management of materials and the safety of radiation sources based on national
regulations (BAPETEN) and international.
Keywords : Zircon, Source Material, Export
1. Pendahuluan
Dari tahun 2004 sampai tahun
2008, menurut data yang dikeluarkan
oleh Departemen Perdagangan, volume
eksport pasir zirkon dan konsentratnya
mengalami peningkatan yang sangat
tinggi. Puncak volume ekspor terjadi
pada tahun 2008 yaitu lebih dari
800.000 ton. Pertambangan pasir zirkon
ini sejak tahap penambangan
menghasilkan konsentrat mineral berat
(berkadar zirkon rendah) yang
mengandung bahan sumber berupa
uranium dan thorium yang cukup
signifikan dan bervariasi, diperkirakan
500 ppm atau bahkan lebih. Kemudian
pada tahap pengolahan dan pemurnian,
pasir zirkon tersebut dipisahkan dari
pengotornya menghasilkan konsentrat
mineral berat (dengan kadar zirkonium
yang lebih tinggi) yang siap diangkut
untuk diekspor.
Salah satu lokasi yang banyak
terdapat pasir zirkon di Indonesia
adalah Pulau Kalimantan. Sebagai
contoh, Provinsi Kalimantan Tengah
pada tahun 2007 sampai dengan 2008
mengekspor pasir zirkon sekitar 51.000
ton sampai dengan 79.000 ton setiap
tahunnya. Seperti di sebutkan
sebelumnya, bahan sumber terdapat
dalam penambangan dan pengolahan
pasir zirkon sehingga berpotensi untuk
membahayakan keselamatan pekerja,
masyarakat dan lingkungan.
Konsentrasi unsur radioaktif
alam di dalam pasir zirkon menjadi
penting untuk diketahui karena
keberadaan radioaktif alam U dan Th di
dalam pasir zirkon memiliki potensi
bahaya radiasi. Bahaya tersebut berupa
bahaya radiasi eksterna dan interna
yaitu terhirupnya debu pasir pada
proses penambangan, pengolahan
maupun pengangkutan.
Oleh sebab itu perlu dilakukan
suatu kajian terkait potensi cadangan
bahan sumber yang terdapat dalam pasir
zirkon beserta keselamatan radiasi yang
diterapkan dalam proses penambangan
ataupun pengolahan pasir zirkon. Pada
makalah ini lokasi penambangan dan
pengolahan pasir zirkon dibatasi pada
provinsi Kalimantan Tengah saja.
2. Tata Kerja
Tata kerja yang digunakan dalam
kajian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur terhadap
peraturan yang terkait, data
cadangan hipotetik zirkon di
Kalimantan tengah.
2. Pengambilan dan analisis
sampel pasir zirkon pada
beberapa perusahaan
penambangan pasir zirkon di
Kalimantan Tengah. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kandungan bahan
sumber dalam pasir zirkon dan
meninjau kondisi bekerja pada
perusahaan pengolahan pasir
zirkon.
3. Teori
Bahan sumber yang berupa
uranium dan thorium, yang dihasilkan
dari setiap pertambangan pasir zirkon,
merupakan obyek pengawasan nasional
oleh BAPETEN dan internasional oleh
IAEA dalam rangka memenuhi
perjanjian safeguards yang diatur
dengan UU No. 8 tahun 1978 tentang
“Traktat Pembatasan Senjata Nuklir”
dan secara khusus diatur dalam
Peraturan Kepala BAPETEN No. 09
tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Protokol Tambahan pada Sistem
Pertanggungjawaban dan Pengendalian
Bahan Nuklir. Pada ketentuan umum
dalam PerKa BAPETEN No. 09 tahun
2006 ini ditetapkan bahwa bahan
sumber adalah:
a. uranium yang mengandung
campuran isotop yang terjadi di
alam;
b. uranium deplesi yang mengandung
isotop 235;
c. thorium;
d. uranium atau thorium seperti
tersebut pada huruf a, b, dan c
dalam bentuk logam, paduan logam,
senyawa kimia atau konsentrat;
e. bahan-bahan lain yang
mengandung satu atau lebih dari
bahan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, b, c, dan d dalam
konsentrasi yang ditetapkan oleh
BAPETEN; dan/atau
f. bahan selain yang dimaksud pada
huruf a, b, c, d, dan e yang
ditetapkan oleh Kepala BAPETEN.
Dalam peraturan tersebut telah
ditetapkan bahwa Pengusaha Instalasi
Nuklir dan Pengusaha Instalasi Non
Nuklir, dalam hal ini termasuk
Pengusaha Bidang Pertambangan Pasir
Zirkon wajib menyampaikan deklarasi
mengenai bahan nuklir yang belum
mencapai komposisi dan kemurnian
yang sesuai untuk fabrikasi bahan bakar
atau pengayaan isotop, maka dipakai
ketentuan sebagai berikut:
1. Jumlah, komposisi kimia,
penggunaan bahan sumber untuk
kegiatan nuklir atau non nuklir,
untuk setiap lokasi dengan jumlah
bahan nuklir melebihi 1 (satu) ton
uranium dan thorium
2. Jumlah, komposisi kimia dan negara
tujuan untuk setiap ekspor bahan
sumber khususnya untuk maksud
penggunaan non nuklir dalam
jumlah melebihi:
a. 10 (sepuluh) ton uranium atau
dalam hal ekspor uranium secara
berturut-turut kenegara yang
sama, masing-masing kurang
dari 10 (sepuluh) ton, tetapi
melebihi jumlah seluruhnya 10
(sepuluh) ton untuk setahun;
b. 20 (dua puluh) ton thorium atau
dalam hal ekspor thorium secara
berturut-turut ke negara yang
sama, masing-masing krang dari
20 (dua puluh) ton thorium,
tetapi melebihi jumlah
seluruhnya 20 (dua puluh) ton
untuk setahun.
Selain itu dalam Undang-undang
no. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara, pada pasal 50
disebutkan bahwa WUP mineral
radioaktif ditetapkan oleh Pemerintah
dan pengusahaannya dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dari Undang-
undang ini dapat diambil pemahaman
bahwa tambang mineral radioaktif,
wewenang pengawasannya ditentukan
oleh peraturan perundang-undangan
bidang ketenaganukliran, termasuk
Undang-undang No. 10 tahun 1997 dan
peraturan pelaksanaannya.
Dari beberapa pertimbangan di
atas, maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa kegiatan
pertambangan mineral yang
mengandung bahan sumber merupakan
objek pengawasan dari BAPETEN.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Sumber daya hipotetik zirkon di
Kalteng
Dari data yang dikeluarkan
oleh distemben Kalteng, diperoleh data-
data sumber daya hipotetik zirkon di
Kalteng seperti pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Sumber Daya Hipotetik Zirkon di DAS Kalimantan Tengah
Perhitungan cadangan bahan
sumber Kalimantan Tengah dilakukan
dengan menggunakan data hasil analisis
terhadap pasir zirkon (produk
perusahaan siap ekspor) di Kabupaten
Katingan dari beberapa perusahaan
berikut ini (nama perusahaan
disamarkan) :
1. PT. A
2. PT. B
Dari hasil analisa yang
dilakukan di Australia oleh salah satu
perusahaan pengolahan pasir zirkon
Katingan yaitu PT. A terhadap
konsentrat zirkon siap ekspor diperoleh
hasil sebagaimana terlihat pada tabel-2
berikut ini.
Tabel 2. Hasil Analisa XRF Pasir Zirkon Siap Ekspor Oleh PT. A Katingan di Australia
Dari hasil analisa tersebut dapat
diperoleh hasil bahwa pasir yang
diekspor memiliki kadar zirkon (ZrO2)
sekitar 65%. Dari hasil analisis ini dapat
dilihat bahwa konsentrat pasir zirkon
yang diekspor memiliki kandungan
bahan sumber yang bervariasi antara
385 ppm sampai 423 ppm
Apabila kita menganggap bahwa
kadar rata-rata bahan sumber adalah
sebesar 406 ppm maka PT A ini telah
mengekspor bahan sumber sebanyak
2.078,314 kg atau + 2 ton . Menurut
klasifikasi eksportir uranium (dunia),
nilai kadar 406 terletak jauh diatas very
low-grade ore (100 ppm) misal
Namibia.
Sebagai perbandingan, jumlah
produksi/ekspor seluruh propinsi
Kalimantan Tengah pada tahun 2008
dan 2009, dengan asumsi kadar bahan
sumber 406 ppm adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Perkiraan Ekspor Bahan Sumber Propinsi Kalimantan Tengah
Dengan asumsi yang didasarkan
pada kandungan bahan sumber dalam
konsentrat pasir zirkon yang diekspor
PT. A (Katingan) yaitu 406 ppm, maka
diperoleh hasil bahwa selama eksport
kosentrat pasir zirkon dari tahun 2008
dan 2009 asal propinsi Kalimantan
Tengah, telah terbawa atau diekspor
juga bahan sumber sebanyak 53 ton.
Kadar U+Th terbesar diperoleh
dari PT. B yaitu sebesar 855.25 ppm,
sehingga perkiraan Ekspor Bahan
Sumber Propinsi Kalimantan Tengah
yang terbawa/hilang dalam Ekspor
selama 2 tahun dari Propinsi
Kalimantan Tengah diperkirakan
sebesar ~ 113,47 ton seperti terlihat
pada tabel-4.
Tabel 4. Perkiraan Ekspor Bahan Sumber Provinsi Kalteng dihitung berdasarkan kadar
U+Th sebesar 855.25 ppm (PT. B)
Gambar 1. Perkiraan nilai cadangan bahan sumber DAS Kalteng dihitung berdasarkan
hasil analisis pasir zirkon siap ekspor (PT. B) dengan konsentrasi 855.25
ppm
Dari ilustrasi di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa cadangan
pasir zirkon dan Bahan Sumber ternyata
sangat berlimpah. Dengan asumsi
ekspor pasir zirkon sebanyak 60 ton
setiap tahun, maka cadangan hipotetik
pasir zirkon di Kalimantan Tengah akan
habis setelah 41 tahun. Dalam pasir
zirkon tersebut, masih terdapat sekitar
1001,2 ton bahan sumber (uranium dan
thorium) yang akan sangat disayangkan
apabila ikut terekspor atau terbawa lagi
“dengan percuma” ke luar negeri.
Perlu juga diketahui bahwa,
asumsi yang digunakan dalam analisis
diatas adalah dengan menggunakan
sumberdaya hipotetik. Sumber daya
hipotetik ini adalah sumberdaya dengan
asumsi minimal karena masih banyak
wilayah yang telah diketahui terdapat
endapan zirkon, tetapi masih belum
masuk dalam perhitungan ini.
Terkait dengan hal ini,
Pengusaha bidang pertambangan zirkon
mempunyai kewajiban untuk
menyampaikan deklarasi mengenai
bahan nuklir/sumber yang terkandung
dalam eksport mereka sesuai dengan
Peraturan Kepala BAPETEN No. 09
tahun 2006. Hal ini juga sesuai dengan
Nilai hipotetik ZrSiO4
di DAS Kalteng 2,6 jt
ton
Mengandung BS
(bahan sumber)
2223.65 ton
Ekspor pasir zirkon
Kalteng (2008-2009) =132rb
ton, BS terbawa = 112.89
ton
Sisa cadangan ZrSiO4
(2010) = 2,468 jt ton
Mengandung BS=2110,76
ton.
(Sumber daya ini akan habis
selama 41 th jika diekspor
60rb ton/th)
kewajiban deklarasi unsur-unsur yang
diekspor secara lengkap sesuai
persyaratan yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Perdagangan No.
14/M-DAG/PER/5/2008 tentang
Verifikasi Teknis terhadap Ekspor
Produk Pertambangan Tertentu.
4.2. Keselamatan Kerja Dalam
Pengolahan Pasir Zirkon
Dari hasil kunjungan ke instalasi
pengolahan pasir zirkon di Kalimantan,
para pekerja melakukan pekerjaan tanpa
alat perlindungan diri yang memadai.
Para pekerja tidak menggunakan alat
proteksi pernapasan ataupun
pengontrolan debu yang memadai
seperti terlihat pada gambar di bawah
ini.
Gambar 2. Pekerja Sedang Mengawasi
Proses Pengepakan Pasir Zirkon Siap
Ekspor
Gambar 3. Manajer Operasi Sedang
Melakukan Sampling Pasir Zirkon
Dari kedua gambar di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa
perlindungan terhadap bahaya radiasi
sangatlah kurang. Bahkan keselamatan
kerja umum yang berlaku di industri,
yang seharusnya diperhatikan dan
dilakukan, belum menjadi perhatian
bagi pengusaha pertambangan zirkon.
Padahal hal ini mutlak diperlukan dalam
rangka perlindungan bagi pekerja,
masyarakat dan lingkungan.
Selain itu, paparan radiasi dalam
pekerjaan pengolahan pasir zirkon harus
ditekan serendah mungkin. Paparan
radiasi yang ditimbulkan pasir zirkon
(terutama dalam bentuk tumpukan)
meskipun kecil, tetapi akan terkumulasi
dan dapat melewati ambang batas
paparan yang ditetapkan oleh
BAPETEN. Sebagai contoh pada
karung pasir zirkon siap ekspor 1000
kg, diperoleh hasil pengukuran laju
dosis permukaan terukur sebesar 1.82
µSv/h.
Gambar 4. Data Pengukuran Pasir Zirkon di PT. A Katingan
Selain itu, hal yang cukup
penting adalah bahaya radiasi interna
yang berpotensi besar terjadi karena hal
yang ditangani berbentuk serbuk
sehingga sangat mudah terhirup oleh
para pekerja.
Paparan radiasi pada tumpukan
pasir zirkon yang diukur di tempat
pengolahan dan penyimpanan adalah
bervariasi, tergantung pada jenis
pengolahan dan asal pasir zirkon.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan
sebelumnya maka bahan sumber yang
ikut terbawa dalam ekspor pasir zirkon
propinsi Kalteng pada tahun 2008 dan
2009 adalah sebesar 113,47 ton. Dengan
demikian volume bahan sumber yang
diekspor berpotensi melebihi batas yang
ditetapkan oleh Peraturan Kepala
Bapeten No.9 tahun 2006 Tentang
Pelaksanaan Protokol Tambahan Pada
Sistem Pertanggungjawaban dan
Pengendalian Bahan Nuklir.
Terkait dengan hal ini, maka
kewajiban untuk mencantumkan
kandungan bahan sumber (U dan Th)
dalam dokumen pra ekspor perlu untuk
dipatuhi oleh eksportir pasir zirkon,
dengan tujuan untuk memudahkan
pengendalian bahan sumber dalam
pertambangan pasir zirkon.
Dalam hal pemenuhan
keselamatan radiasi, diperlukan
peningkatan pengawasan K3 (sebagai
syarat minimal) selama penambangan,
proses/pengolahan dan pengangkutan
oleh pekerja, pengawas/pembina pusat
dan daerah, manajemen perusahaan
untuk dapat mempermudah pencapaian
pemenuhan terhadap ketentuan
pengelolaan bahan sumber dan
keselamatan radiasi berdasarkan
regulasi nasional (BAPETEN) dan
internasional.
Selain itu diperlukan
peningkatan pengawasan terhadap
pengelolaan bahan sumber oleh
pemerintahan pusat dan daerah untuk
mengurangi kerugian negara misalnya
dengan melalui pengenaan wajib pajak
terhadap bahan sumber yang ikut
terbawa dalam ekspor pasir zirkon.
6. Daftar Pustaka
[1]. IAEA Safety Report Series No.51,
Radiation Protection and NORM
Residu Management in the Zircon
and Zirconia Industries, IAEA,
July 2007
[2]. Sudarto, Dyah Kalista, Kajian
Teknis Aspek Pengawasan Bahan
Nuklir Dalam Pasir Zirkon,
Prosiding Seminar Sains dan
Teknologi Nasional– UNILA,
Lampung, 2007.
[3]. Sutoto Abadi, Pertambangan
Zirkon Di Kalimantan Tengah,
Presentasi Rapat Koordinasi 29
Maret 2010, BAPETEN, Jakarta,
2010.
[4]. Undang-undang No.10 tahun
1997 tentang Ketenaganukliran,
Jakarta, 1997
[5]. Peraturan Pemerintah No. 27
Tahun 2002 tentang Pengelolaan
Limbah Radioaktif, Jakarta, 2002
[6]. Peraturan Pemerintah No. 33
Tahun 2007 tentang Keselamatan
dan Keamanan Sumber Radiasi
Pengion, Jakarta, 2007
[7]. Peraturan Kepala Bapeten No.9
tahun 2006 Tentang Pelaksanaan
Protokol Tambahan Pada Sistem
Pertanggungjawaban Dan
Pengendalian Bahan Nuklir,
Jakarta, 2006
[8]. Peraturan Kepala Bapeten No.9
tahun 2009 Intervensi Terhadap
Paparan Yang Berasal Dari
Technologically Enhanced
Naturally Occurring Radioactive
Material, Jakarta, 2009
Tanya Jawab
1. Wahyu B.K (Badan Geologi/ ESDM) Kandungan U & Th dalam Zirkon?
Jawaban: Kandungan U & Th dalam
zircon bervariasi di setiap lokasi karena
terkait dengan struktur geologi masing-
masing daerah. Dari hasil survey yang
telah dilakukan rentang kandungan U &
Th adalah antara 200 ppm – 855 ppm.
2. M. Najib (PPGN/ BATAN)
Apakah kegunaan Zr dalam dunia
industry?
Jawaban: Di dunia industri zircon
banyak digunakan sebagai pewarna
keramik, bahan refraktori dan abrasive,
tabung sinar katoda, dan bahkan sebagai
campuran kelongsong bahan bakar
nuklir