ISOLASI DNA PLASMID, PEMBUATAN SEL KOMPETEN DAN TRANSFORMASI
Transcript of ISOLASI DNA PLASMID, PEMBUATAN SEL KOMPETEN DAN TRANSFORMASI
Laporan Praktikum Hari, Tanggal : Rabu, 5 November 2014Teknologi Asam Nukleat dan Protein Waktu :
13.00-16.00PJP : Puspa J Puspita, MSc
Asisten : Lidya Agustin M. Maftuchin Sholeh
Eva Selenia Salmi
ISOLASI DNA PLASMID, PEMBUATAN SEL KOMPETEN DAN TRANSFORMASI
Kelompok 06
Ayu Syafitri S G84110002Widadi Tri Rizeky G84110017Hasbi Narantika G84110035Dezika Geniya G84110065
DEPARTEMEN BIOKIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR2014
PENDAHULUANPlasmid adalah salah satu vektor dalam proses
pengklonan gen berupa molekul DNA utas ganda sirkuler yang
berukuran kecil, terdapat di dalam sitoplasma, dan dapat
melakukan replikasi secara autonom (Suharsono 2006).
Plasmid merupakan material genetik diluar kromosom
dengan ukuran dan berat sekitar 1-300 kb (Snustad dan
Simmons 2003). Vektor ini berbentuk sirkular yang
memungkinkan terjadinya replikasi karena adanya suatu
urutan DNA sebagai asal replikasi. Plasmid memiliki gen
penanda seleksi dominan, yaitu gen resisten antibiotik
(Twyman 1998).
Keberhasilan tahapan isolasi bergantung pada
sumber bahan, konsentrasi bahan, stabilitas, dan kadar
kemurnian produk akhir. Isolasi plasmid terdiri dari
tiga tahapan kegiatan, yaitu tahap kultivasi dan
pemanenan atau harvesting, tahap lisis dan tahap
pemurnian DNA plasmid. Kultivasi yaitu proses reproduksi
bakteri sehingga pada saat pemanenan didapatkan plasmid
dalam jumlah yang banyak. Perusakan (lisis) dinding sel
bakteri dapat dilakukan dengan cara mekanis seperti
sonikasi, tekanan tinggi, beku leleh maupun dengan cara
kimiawi menggunakan larutan lisis. Plasmid yang
diperoleh dimurnikan dari berbagai kontaminan dengan
penambahan fenol (Brown 2003).
Rekayasa genetika merupakan teknik
memanipulasikan gen untuk menghasilkan makhluk hidup
baru dengan sifat yang diinginkan. Tahapan rekayasa
genetika yaitu isolasi dan pemurnian plasmid DNA,
pemotongan DNA plasmid, pembuatan sel kompeten dan
transformasi, dan elektroforesis. Komponen yang
dibutuhkan dalam proses rekayasa ini berupa sel inang,
vektor, dan DNA insert. Menurut Brown (2003) bahwa
keberhasilan proses tersebut bergantung pada
keefektifan penyisipan DNA insert ke dalam plasmid sel
inang.
Transformasi adalah proses introduksi DNA
rekombinan (asing) ke dalam sel inang baik itu bakteri,
fungi, tanaman, maupun sel hewan. Sel inang yang
digunakan dalam praktikum adalah bakteri Escherichia coli
karena dapat membelah secara cepat serta memiliki
kandungan plasmid dalam jumlah banyak. Bakteri yang
digunakan dalam proses transformasi adalah bakteri yang
dibuat kompeten dengan perlakuan fisik agar mampu
mengambil DNA yang akan disisipkan pada sel bakteri.
Perlakuan fisik yang diberikan adalah melalui perlakuan
dengan garam CaCl2 atau RbCl (Suharsono 2006). DNA
yang berada di sekitar bakteri (DNA asing) dapat berupa
potongan DNA atau fragmen DNA yang berasal dari sel
bakteri yang lain atau organisme yang lain.
Penapisan atau screening merupakan tahapan untuk
menyeleksi vektor rekombinan hasil kloning. Penapisan
ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
dengan menguji sensitivitas dan resistensi terhadap
antibiotik, menumbuhkan sel transforman pada medium
selektif nutrien, seleksi biru putih atau α-
komplementasi, analisis restriksi dari DNA plasmid dan
hibridisasi asam nukleat. Uji sensitifitas dan
resistensi antibiotik dapat dilakukan apabila vektor
pengklonan membawa sedikitnya satu gen penyebab
resistensi terhadap antibiotik pada sel inang, misalnya
ampisilin (ampR).
Tujuan dari praktikum kali ini menunjukkan sifat
dan struktur DNA plasmid melalui proses isolasi
terhadap DNA plasmid, menganalisis DNA plasmid yang
mengalami pemotongan dengan enzim restriksi, membuat
sel E. coli kompeten dan melakukan transformasi sel E. coli
dengan DNA plasmid.
METODE PERCOBAAN
Tempat dan Waktu
Praktikum dilakukan di Laboratorium Biokimia,
Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Waktu
pelaksanaannya yaitu Rabu, 5 November 2014 pukul 13.00-
16.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah gelas piala,
neraca analitik, sudip, bunsen, ose, vortex, tabung
reaksi, sentrifus, pH meter, tabung sentrifus, mortar,
penangas es, vial, inkubator, autoklaf, pipet mikro
10µl, 100 µl, 1000 µl, tip pipet mikro, gelas piala,
aluminium foil, cawan petri, penangas, erlenmeyer,
sentrifus, tabung sentrifus, laminar air flow, alat-alat
gelas, dan inkubator.
Bahan-bahan yang digunakan adalah Tris-HCl, EDTA,
sukrosa, NaOH, natrium asetat, fenol, akuades, kultur
bakteri E. coli, medium LB, tripton, NaCl, ampisilin,
kloroform, etanol 70%, etanol absolut, dH2O DNA
plasmid, buffer restriksi, enzim restriksi, media LB
cair dan padat, ampisilin, biakan sel E. coli, CaCl2 75
mM, MgCl2 100 mM, es, DNA plasmid, bufer ekstraksi
(akuades steril, Tris-HCl 1 M pH 8.0, edta 0.5 M pH
8.0, NaCl 5 M dan CTAB 10%), daun kunyit, Na Asetat 3 M
pH 5.2, etanol absolut dingin, kloroformisoamil alkohol
(24:1), PVP, es, dan RNAse dan dH2O steril.
Prosedur Percobaan
Isolasi dan pemurnian plasmid DNA. Pertama,
disiapkan larutan satu, dua, dan tiga. Larutan satu
dibuat dari campuran tris-HCl 25 mM pH 7.5, EDTA 10 mM,
dan sukrosa 15%. Larutan kedua dibuat dari campuran
NaOH 0.2 M dan SDS 1%. Larutan NaOH 0.2 M dibuat dengan
dilarutkannya 0.4 gram kristal NaOH dalam 1000 mL
akuades. Sedangkan larutan SDS 1% dibuat sebanyak 50 mL
dengan cara 0.5 gram SDS ditimbang dan dilarutkan dalam
50 mL akuades. Larutan tiga dibuat dari Na-asetat 3 M
pH 4.6. Langkah kedua yaitu bakteri dibiakkan dalam
medium LB. Medium LB ini dibuat dari campuran 0.5 gram
yeast extract, 1 gram tripton, 0.5 gram NaCl, dan
ampicilin sebagai antibiotik. Konsentrasi akhir medium
LB dijadikan 50 µg/mL.
Langkah selanjutnya, biakan bakteri yang telah
disiapkan diambil dan dipindahkan ke dua tabung
Eppendorf, masing-masing sebanyak 1.5 mL. Tabung
kemudian disentrifus pada kecepatan 8000 rpm selama
tiga menit. Supernatan yang terbentuk kemudian dibuang
dan ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 100 µL
larutan satu. Tabung kemudian divorteks lalu disimpan
dalam es selama lima menit. Berikutnya 200 µL larutan
dua ditambahkan pada masing-masing tabung dan tabung
dicampur dengan cara dibolak-balik. Tabung kembali
disimpan dalam es selama lima menit. Selanjutnya,
ditambahkan 150 µL larutan tiga ke dalam masing-masing
tabung dan disimpan lagi dalam es selama lima menit.
Langkah berikutnya adalah sentrifugasi tabung dengan
kecepatan 8000 rpm selama 10 menit pada suhu 40C.
Setelah terpisah antara supernatan dan pelet,
supernatan dipindahkan ke tabung baru.
Larutan fenol/kloroform sebanyak 300 µL dimasukkan
ke tabung baru tadi dan divorteks kemudian dilanjutkan
dengan sentrifugasi selama lima menit.. Supernatan
diambil dan dipindahkan ke kuvet baru kemudian ditambah
dengan 1 mL etanol absolut. Kuvet selanjutnya divorteks
dan didiamkan dalam suhu ruang selama 5 menit.
Selanjutnya kuvet kembali divorteks dan supernatannya
dibuang. Ke dalam pelet ditambahkan 1 mL etanol 70% dan
divorteks lagi selama 1 menit dan disentrifus.
Terakhir, pelet dikeringkan dan ditambah 30 µL dH2O
lalu disimpan dalam lemari es.
Pemotongan DNA plasmid dengan enzim restriksi.
Sebanyak 5-10 mg DNA plasmid, 5 mL buffer enzim (10x),
1 mL enzim restriksi dan dH2O steril dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 50 mL hingga volume larutan mencapai
50 m lalu dimasukkan ke dalam es. Campuran tersebut
diinkubasi pada suhu 370 C selama 1 jam. Aktivitas
enzim dihentikan dengan memanaskan pada suhu 650-700 C.
Pembuatan sel kompeten dan transformasi. Media LB
sejumlah 150 mL dibuat dari campuran tripton, NaCl, dan
yeast extract. Bakteri dibiakkan di dalam 100 mL media LB.
Dua buah tabung reaksi bersih disiapkan dan diisi
dengan masing-masing 10 mL media LB. Ke dalam 10 mL
media LB dimasukkan bakteri yang telah dibiakkan selama
satu hari. Tabung kemudian diinkubasi pada suhu 37°C
selama 90 menit. Selanjutnya tabung disentrifus pada
kecepatan 8000 RPM, suhu 40C, selama dua menit.
Sebelumnya tabung sentrifus ditimbang dan digunakan
tabung berisi air sebagai penyeimbang saat
sentrifugasi. Supernatan hasil sentrifugasi dibuang dan
ke dalam pelet ditambahkan 5 mL CaCl2. Tabung kembali
disentrifugasi. Supernatan kembali dibuang dan
ditambahkan 5 mL CaCl2 75 mM. Tabung disimpan dalam es
selama 30 menit. Selanjutnya tabung disentrifus,
supernatan dibuang dan ditambahkan 1 mL CaCl2 75 mM.
Terakhir, diambil 100 µL dan disimpan di lemari
pendingin untuk transformasi.
DNA plasmid dengan konsentrasi 0.4 µg sebanyak 2
µL dimasukkan ke dalam dua tabung yang berisi masing-
masing 100 µL. Sel kompeten Tabung disimpan dalam es
selama 30 menit. Langkah berikutnya, diberi perlakuan
kejut panas 420C selama 45 detik. Isi tabung lalu
dicampur ke dalam Erlenmeyer yang berisi 400 µL agar LB
dan diinkubasi selama 30 menit. Agar LB diambil 150 µL
dan dituang dalam cawan petri. Cawan kemudian
diinkubasi selama 18 jam pada suhu 37°C. Pengamatan
dilakukan dengan penghitungan jumlah koloni yang
terbentuk.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi DNA/RNA merupakan langkah awal yang harus
dikerjakan dalam rekayasa genetika sebelum melangkah ke
proses selanjutnya. DNA yang biasa diisolasi dan
dimurnikan dalam rekayasa genetika, yaitu DNA total
sel, DNA plasmid, dan DNA faga. Prinsip dasar isolasi
DNA/RNA dari jaringan adalah dengan memecah dan
mengekstraksi jaringan tersebut sehingga akan terbentuk
ekstrak sel yang terdiri atas sel-sel jaringan, DNA
total dan RNA. Kemudian ekstrak sel dipurifikasi
sehingga dihasilkan pelet sel yang mengandung DNA/RNA
total (Artama 1991). Namun, pada isolasi DNA plasmid
terdapat proses yang akan memisahkan antara DNA total
dan DNA plasmid.
Langkah pertama dalam proses isolasi DNA adalah
perusakan dan atau pembuangan dinding sel bakteri yang
dapat dilakukan dengan cara mekanis seperti sonikasi,
tekanan tinggi, beku leleh maupun dengan cara kimiawi
menggunakan larutan lisis (Brown 2003). Pada praktikum
ini, perusakan dinding sel dilakukan dengan pemberian
larutan lisis dan SDS pada kultur bakteri. Larutan
lisis yang digunakan mengandung EDTA 10 mM, Tris HCl 25
mM, dan sukrosa 15%. EDTA 10 mM yang berfungsi sebagai
perusak sel dengan cara mengkelat ion magnesium. Tris-
HCL berperan sebagai buffer untuk menjaga pH DNA berada
dalam keadaan optimum. Sedangkan sukrosa 15% berfungsi
memecah dingding sel bakteri (Ausubel et al. 1994).
Setelah optimalisasi reaksi pada suhu dingin, maka
ditambahkan larutan untuk mengendapkan dinding sel.
Larutan tersebut adalah NaOH dan sodium dodesil sulfate
(SDS). Penambahan NaOH akan menyebabkan pH menjadi 12.0
- 12.5 sehingga ikatan hidrogen pada molekul DNA tidak
berlilitan akan pecah dan menyebabkan heliks ganda
terurai dan rantai polinukleotida memisah. Penambahan
Na-asetat yang bersifat asam menyebabkan DNA bakteri
yang terdenaturasi akan mengelompok kembali menjadi
benang kusut sehingga dengan proses sentrifugasi dapat
terpisah (Brown 2003).
Plasmid yang diperoleh masih belum murni sehingga
perlu dilakukan pemurnian dari berbagai kontaminan.
Setelah penambahan fenol, kecepatan sentrifugasi
ditingkatkan agar kontaminan protein yang terdapat
dalam ampel dapat dihilangkan. Kecepatan yang semakin
tinggi diperlukan untuk mengendapkan asam nukleat
karena densitas DNA yang lebih tinggi yakni sekitar 1.7
g cm-3 dibanding protein dan molekul lain yang
densitasnya berkisar kurang dari 1 g cm-3 (Albert et al.
2004). Saat sentrifugasi, dilakukan penmbahan etanol
absolut agar proses presisipitasi DNA menjadi lebih
sempurna. Berbagai penambahan pelarut dilakukan sebagai
upaya dalam pemurnian plasmid. Menurut Ausubel et al.
(1994) bahwa penambahan etanol 70% akan menghilangkan
berbagai pelarut yang telah ditambahkan selama tahapan
pemurnian sehingga diharapkan yang tersisa hanyalah DNA
plasmid (Ausubel et al. 1994).
Pembuatan DNA rekombinan diawali dengan pemotongan
DNA plasmid dan DNA insert menggunakan enzim restriksi
sejenis. Enzim restriksi yang digunakan dalam praktikum
adalah BamH1. Enzim ini akan menghasilkan ujung
lengket yang sama yakni GATC. Sifat ini dikenal dengan
isochizomer yakni enzim yang memiliki situs pengenalan
sama dan hasil pemotongan bisa sama atau tidak. Fragmen
DNA hasil pemotongan oleh salah satu enzim tersebut
dapat disambung karena tiap fragmen memiliki ujung
lengket yang komplementer. Akan tetapi hasil ligasi
tersebut tidak dapat dipotong lagi dengan enzim yang
sama karena telah dimasukkan dalam vektor sehingga
ukurannya menjadi lebih besar.
Pemotongan plasmid dengan enzim restriksi
menggunakan beberapa perlakuan. Penyimpanan sampel di
es bertujuan untuk menjaga aktivitas enzim. Proses
inkubasi suhu 370 C selama 1 jam bertujuan untuk
meningkatkan aktivitas enzim. Pemanasan pada suhu 650-
700 C bertujuan untuk menghentikan aktivitas enzim.
Penambahan bromfenolbiru berfungsi sebagai penanda
migrasi pada proses elektroforesis. Proses
elektroforesis bertujuan untuk mengetahui bobot molekul
DNA plasmid nyang dipotong oleh enzim restriksi dan DNA
plasmid yang utuh. Selanjutnya, DNA plasmid yang telah
dipotong disambungkan dengan DNA insert menggunakan
enzim ligase untuk membentuk DNA rekombinan. Pada
praktikum ini tidak digunakan DNA insert, sehingga
setelah pemotongan terjadi DNA plasmid disatukan
kembali oleh ligase.
Plasmid yang diperoleh dari proses isolasi ialah
plasmid pUC19 (Gambar 1). Plasmid ini banyak digunakan
sebagai vektor kloning karena memiliki ukuran kurang
dari 10 kb sehingga dapat menghindari kerusakan DNA
saat pemurnian. Ukuran plasmid ini sebesar 2686 bp,
menunjukkan bahwa pemurnian dapat dilakukan dengan
mudah. Vektor
ini membawa
dua gen
resisten antibotika yakni ampisilin dan tetrasiklin.
Antibiotika tersebut dapat digunakan sebagai penanda
seleksi dan tiap gen penanda mengandung tempat
restriksi yang khas untuk kloning. Selain itu, plasmid
ini memiliki banyak kopi, sekitar 15 molekul dalam sel
E.coli dan jumlahnya dapat ditingkatkan hingga 3000 kopi
dengan cara amplifikasi plasmid (Brown 2003).
Gambar 1 Plasmid pUC19
Tahap selanjutnya ialah penyisipan DNA rekombinan
dalam sel inang (transformasi). Secara alami, beberapa
jenis bakteri mempunyai kemampuan untuk menyerap (up
take) untaian DNA yang diatur oleh serangkat gen (gen-
gen kompeten). Proses transformasi ke sel bakteri pada
umumnya menggunakan metode heat shock. Secara artificial,
bakteri dapat dibuat kompeten dengan larutan kalsium
klorida (CaCl2) dingin. Ion kalsium akan menetralisir
aksi tolak-menolak antara muatan negatif dan bagian
kepala fosfolipid dengan muatan negatif gugus fosfat
DNA. Selain itu, CaCl2 dingin menyebabkan terganggunya
struktur membran sel sehingga membentuk pori dan
bersifat permeabel. Bakteri kemudian diperlakukan
dengan suhu 42oC (heat shock) selama 45 detik.
Pemanasan menimbulkan gradien panas yang menyebabkan
aliran yang mengalir ke dalam sel yang memungkinkan DNA
masuk ke dalam sel (Brown 2003).
Proses transformasi menggunakan kontrol positif
dan kontrol negatif (Gambar pada Tabel 1). Kontrol
positif dari sel kompeten E. coli tumbuh karena sel
tersebut mengandung plasmid pUC19 yang telah
ditransformasikan sehingga mengandung gen resistem
ampisilin. Penggunaan kontrol positif dan negatif
bertujuan untuk mengetahui keberhasilan proses
transformasi tanpa adanya kontaminasi serta untuk
memastikan kualitas sel kompeten yang telah dibuat
sebelumnya (Sambrook dan Russell 2011). Selain dengan
screening, untuk menyeleksi transforman dapat dilakukan
dengan deteksi menggunakan XGal (5-bromo kloro-indolil-
β-D-galaktosida), transposon, dan menggunakan pelacak
(probe).
Tabel 1 Hasil seleksi bakteri transformanCawan Gambar
Kontrol positif (ampisislin)
Kontrol negatif
Plasmid rekombinan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, sel E. coli
berhasil ditransformasikan yang diperoleh dari cawan
hasil inkubasi. Pada cawan yang berisi bakteri hasil
transformasi, terdapat koloni bakteri yang tumbuh yang
menunjukkan bahwa proses transformasi telah terjadi.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan
proses transformasi. Salah satunya adalah keberhasilan
pembuatan sel kompeten. Sel kompeten yang masih baru
akan memiliki kemampuan menerima plasmid lebih baik
dibandingkan sel kompeten yang telah disimpan lama.
Selain itu, enzim restriksi dan pengaruh pemanasan saat
heat shock juga sangat mempengaruhi hasil.
SIMPULAN
DNA plasmid dapat digunakan sebagai vektor cloning
karena mampu bereplikasi secara autonomous. Plasmid
berhasil diisolasi dengan penumbuhan kultur E.coli,
pemanenan sel E.coli, dan pemurnian dari kontaminan lain
melalui metode lisis alkali. Pemotongan plasmid
dilakukan dengan enzim restriksi oleh BamH1 akan
menghasilkan ujung lengket yang sama yakni GATC.
Plasmid yang dipotong oleh BamH1 akan mudah disisipi
gen target dari pada plasmid pada umumnya. Pemotongan
ini merupakan salah satu langkah dari proses rekayasa
genetika. Plasmid pUC19 telah berhasil ditransformasi
ke sel E.coli yang terlihat dari adanya koloni putih
pembawa resistensi antibiotik ampisilin.
DAFTAR PUSTAKA
Alberts B et al. 2004. Essential Cell Biology. 2nd edition. NewYork (UK): Garland Science.
Artama WT. 1991. Rekayasa Genetika. Yogyakarta (ID): UGMPress.
Ausubel FM et al. 1990. Current Protocols in Molecular Biology.Kanada (US): John Willey & Sons.
Brown TA. 2003. Pengantar Kloning Gen. Muhammad SA,penerjemah. Terjemahan dari: Gene Cloning anIntroduction. Yogyakarta (ID): Yayasan EssentiaMedika
Sambrook J & DW Russell. 2001. Molecular Clonning: ALaboratory Manual. New York (US): Coldspring HarborLaboratory Pres.
Snustad DP & MJ Simmons. 2003. Principles of Genetic. Hoboken(US): Wiley & Sons Inc.
Suharsono WU. 2006. Penuntun Praktikum Pelatihan TeknikPengklonan Gen. Bogor (ID): Pusat Penelitian SumberDaya Hayati dan Bioteknologi IPB.
Twyman RM. 1998. Advanced Molecu;ar Biology. New York (US):BIOS Scientific Publisher.