ISOLASI ACTINOMYCETES
-
Upload
fatahuddin -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
Transcript of ISOLASI ACTINOMYCETES
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP
ISOLASI ACTINOMYCETES DARI TANAH PENGHASIL ANTIBIOTIK
OLEH :
Kelompok 2
Golongan : Jumat Siang
Asisten :
Satria Putra Penarosa, S.Si., Apt.
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Actinomycetes termasuk dalam divisi Schyzophyta.
Tumbuh sebagai filament sel yang bercabang panjang atau
pendek. Organisme ini membelah dengan pembelahan biner,
dan mungkin menghasilkan spora eksternal atau tidak.
Begitu jauh, mayoritas organisme ini adalah saprofit
tanah dan air (organisme yang hidup dari benda organik
yang membusuk dan sangat penting karena perannya dalam
daur alam, seperti pembusukan bahan organik dan
penambatan nitrogen). Bangsa Actinomycetes terdiri dari
tiga suku yaitu suku Mycobacteriaceae, suku
Actinomycetaceae, dan suku Streptomycetaceae.
Actinomycetes merupakan mikroorganisme tanah yang
umum dijumpai pada berbagai jenis tanah. Populasinya
berada pada urutan kedua setelah bakteri, bahkan
kadang-kadang hampir sama Actinomycetes hidup sebagai
saprofit dan aktif mendekomposisi bahan organik,
sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Actinomycetes merupakan salah satu mikroorganisme yang
mampu mendegradasi selulosa di samping bakteri, kapang,
dan khamir. Jenis Actinomycetes tergantung pada tipe
tanah, karakteristrik fisik, kadar bahan organik, dan
pH lingkungan.
Actinomycetes kelihatan dari luar seperti jamur dan
dalam banyak buku dibicarakan bersama dengan fungi
eukariot. Akan tetapi, organisme ini adalah bakteri
benar sesuai dengan semua kriteria untuk sel prokariot.
Dinding selnya mengandung asam muramat, tidak mempunyai
mitrokondrion, mengandung ribosom 70S (sel eukariot
mempunyai ribosom 80S dalam sitoplasmanya), tidak
mempunyai pembungkus nukleus, garis tengah selnya
berkisar dari 0,5 sampai 2,0 µm, dan dapat dimatikan
atau dihambat oleh banyak antibiotika bakteri. Dari
banyak macam marga yang diklasifikasi dalam bangsa
Actinomycetales, hanya sedikit yang dapat menimbulkan
penyakit pada manusia. (1: 149-151)
I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara mengisolasi
mikroorganisme penghasil antibiotik dari sampel Tanah
Peternakan Sapi.
I.2.2 Tujuan Percobaan
a. Mengetahui dan memahami cara pengambilan dan
pengolahan sampel secara mikrobiologi.
b. Mengetahui dan memahami bagaimana isolasi dan
pemurnian mikroba penghasil anti mikroba secara
mikrobiologis.
c. Mengetahui dan memahami bagaimana cara peremajaan
dan pembenihan mikroba secara mikrobiologi.
d. Mengetahui dan memahami cara pengujian aktivitas
mikrobiologis
I.3. Prinsip Percobaan
a. Pengambilan sampel dari Tanah sekitar Peternakan
sapi dan mengolahnya dengan cara pengenceran dengan
menggunakan air steril hingga pengenceran 10-5
b. Pengisolasian sampel dan pemurnian mikroorganisme
bakteri actinomycetes, isolasi dilakukan dengan
pengenceran 10-1 , 10-2, dan 10-3 menggunakan medium
SNA (Starch Nutrient Agar) dengan metode penggoresan dan
diinkubasi 1 x 24 jam pada suhu 37oC.
c. Pengujian antagonis menggunakan biakan Staphylococcus
aureus, Escherichia coli, Bacillus subtillis, Salmonella thypos dan
Pseudomonas aeruginosa yang akan menghasilkan zona
bening di daerah sekitar isolat, dengan menempelkan
isolat pada suspensi medium dan bakteri, kemudian
diinkubasi 1 x 24 jam pada suhu 37oC.
d. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan kultur murni
atau starter. Banyaknya mikroba (starter/inokulum)
yang ditambahkan berkisar antara 3–10 % dari volume
medium. Medium fermentasi yang digunakan adalah SNB
(Starch Nutrient Borth) dan diinkubasi selama 7 x 24 jam
pada suhu 37oC dan dilakukan shaker 1x sehari selama
1 jam.
e. Ekstraksi actinomycetes dilakukan dengan menggunakan
Etil asetat sebagai pelarut untuk mengambil komponen
kimia antimikroba dari actinomycetes, dengan
mencampurkan medium hasil fermentasi dan pelarut
etil asetat kedalam corong pisah dan dilakukan
penggojokan selama 1 jam yang akan menghasilkan
filtrat dan supernatan. Filtrat kemudian diambil dan
diuapkan.
f. Pengujian daya hambat actinomycetes menggunakan biakan
Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Salmonella thyposa
dengan melarutkan ekstrak isolat menggunakan pelarut
DMSO (Dimethyl Sulfoxide) lalu dicelupkan paper disk
kedalam larutan tersebut, kemudian paper disk
ditempelkan pada suspensi medium dan biakan bakteri
dan diinkubasi 1 x 24 jam pada suhu 37oC.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Umum
Timbulnya berbagai penyakit infeksi baru yang
membutuhkan antibiotik di satusisi dan adanya sifat
resistensi kuman terhadap antibiotik yang telah ada di
sisilain, mendorong terus dilakukannya penelitian untuk
menghasilkan antibiotik jenis baru yang lebih ampuh
untuk membunuh kuman penyakit. Saat ini banyak
penelitian yang difokuskan pada Actinomycetes yang
diindikasikan sebagai bakteri yang mampu menghasilkan
antibiotik terbanyak. Sekitar 70% dari antibiotik yang
telah ditemukan dihasilkan oleh Actinomycetes terutama
Streptomyces (2).
Hampir 95% dari 2000 antibiotik yang ada
dihasilkan oleh Streptomyces. Streptomyces dikenal
mampu menghasilkan banyak antibiotik seperti
streptomycin yang dihasilkan oleh Streptomycesgriseus,
aureomisin yang dihasilkan oleh S.aureofaciens,
oleandomycin yang dihasilkan oleh S. antibioticus,
spiramycin yang dihasilkan oleh S. ambofaciens, dan
eritromisin yang dihasilkan oleh S. erythreus, yang
masing-masing mempunyai khasiat yang berlainan. Selain
Streptomyces, masih ada anggota actinomicetes yang juga
mampu menghasilkan antibiotik dan antitumor,
Micromonospora, Saccharopolyspora, Actinomodura, dan
Dactylosporangium (3 : 11-19).
Actinomycetes termasuk bakteri yang berbentuk
batang, gram positif, bersifat anaerobik atau
fakultatif. Struktur Actinomycetes berupa filamen
lembut yang sering disebut hifa atau miselia,
sebagaimana yang terdapat pada fungi, memiliki konidia
pada hifa yang menegak. Actinomycetes merupakan bakteri
yang bereproduksi dengan pembelahan sel, rentan
terhadap pinicilin tetapi tahan terhadap zat antifungi
(4, 11).
Actinomycetes selalu ditemukan pada substrat alam,
seperti tanah dan kompos,air kolam, bahan makanan, dan
di atmosfer. Laut dalam, bukan merupakan habitat yang
baik bagi Actinomycetes. Actinomycetes hidup dan
memperbanyak diri dalam tanah dan kompos pada kedalaman
yang bervariasi, pada daerah yang dingin dan tropik.
Tanah yang basa dan netral lebih disukai dari pada
tanah yang asam seperti humus hutan dan rawa-rawa.
Streptomyces merupakan genus yang paling banyak
ditemukan di tanah dan kompos. Pada tanah yang kering
dan panas (hangat), banyak ditemukan Actinomycetes,
seperti : Streptomyces, kelompok mikroorganisme ini
menyebabkan bau musty, yaitu bau seperti tanah yang
baru dibajak (12).
Keberadaan Actinomycetes dalam tanah telah banyak
dikaji peneliti. Sebanyak 22 genus Actinomycetales
telah berhasil diisolasi dari sampel tanah yang berasal
dari 12 tempat di Yunnan dan 91% diindikasikan sebagai
Streptomyces. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa
pada tanah yang lebih kering, lebih tandus dan lebih
dingin, lebih banyak ditemukan Streptomyces. Di Sabah
juga telah ditemukan sebanyak 78 strain Actinomycetes
yang diisolasi dari tanah yang berasal dari 22 lokasi,
diketahui pula bahwa strain terbanyak adalah
Streptomyces dan menemukan 50 strain Actinomycetes yang
berbeda pada sampel ladang pertanian yang diambil dari
daerah Manisa di Turki. Ternyata 34% dari keseluruhan
isolat berpotensi sebagai antibiotik, dan 7 isolat
menghasilkan antibiotik baru. Ada juga yang berhasil
menemukan 40 strain Actinomycetes yang diisolasi dari
Antarctica. Setelah diujikan pada 7 spesies bakteri
didapatkan hasil 60% strain berpotensi sebagai
antibiotik, dan 10 strain mempunyai daya hambat dengan
spektrum yang luas. Selain itu juga berhasil ditemukan
106 isolat Actinomycetes pada sampel tanah yang diambil
dari Lobuche dan Lukla, dua wilayah di Nepal. Dari 106
isolat hanya 36 isolat yang berpotensi sebagai
antibiotik, dua isolat hanya menghambat bakteri gram
negatif, delapan isolat menghambat bakteri gram positif
dan 26 isolat menghambat keduanya (3,5,9).
Keberadaan Actinomycetes dalam tanah telah banyak
dikaji peneliti. Actinomycetes ternyata tidak hanya di
temukan dalam tanah. Telah berhasil menemukan 186
isolat Actinomycetes dari 78 sampel sedimen
ekosistemair hitam yang terletak di Kalimantan Tengah,
dari 186 isolat diketahui 58 isolat dapat menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus, 38 isolat mampu
menghambat E coli dan 17 isolat mampu menghambat
keduanya. Dhanasekaran juga telah berhasil menemukan
230 isolat Actinomycetes dari sampel yang diambil dari
tempat yang sama. Tanah merupakan salah satu habitat
bagi mikroorganisme, dalam satu gram tanah terdapat
jutaan bakteri, fungi, protozoa dan mikroorganisme
lain. Sawah sebagai salah satu bentuk tanah pertanian
juga merupakan habitat bagi Actinomycetes (4,10).
Populasi mikroorganisme dalam tanah dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu : (4)
1. Jumlah dan jenis zat hara dalam tanah
2. Kelembaban
3. Tingkat aerasi
4. Suhu
5. pH
6. Perlakuan pada tanah, sepertipemupukan atau
terjadinya banjir.
Antibiotik yang dihasilkan oleh anggota genus
Streptomyces dapat dikelompokkan dalam lima kelompok,
yaitu : (6)
1. Tetrasiklin
Tetrasiklin dan derifatnya meliputi antibiotik
tetrasiklin, klortetrasiklin, dan dimetil tetrasiklin
yang dihasilkan oleh Steptomyces aureofaciens, serta
oksitetrasiklin(S. rimosus) (Perlman, 1970;Pelczar &
Chan, 1988). Antibiotik ini bekerja pada semua
mikroorganisme yang peka terhadap penisilin, berbagai
bakteri gram positif dan negatif,
mikoplasmaspirokhaeta, leptospira, rickettsia, dan
khlamidia (6)
2. Kloramfenikol
Kloramfenikol adalah antibiotik kloramfenikol
yang dihasilkan oleh Steptomycesvenezuelae. Antibiotik
ini mempunyai spektrum kerja seperti tetrasiklin
namun sekarang sudah jarang dipakai. Indikasi
kloramfenikol untuk mengobati tifus, paratifus dan
menginitis. Kloramfenikol aktif terhadap bakteri gram
positif, gram negatif dan rickettsia (6).
3. Makrolida (kelompok eritromisin)
Makrolida meliputi eritromisin yang dihasilkan
oleh S. erythreus, oleandomisin (S. antibioticus) (Perlman,
1970) dan spiramisin (S. ambofaciens). Spektrum
kerjanya meliputi bakteri gram positif (6)
4. Linkomisin
Linkomisin dan derifatnya meliputi linkomisin
yang dihasilkan oleh S. Lincolnensisdan klindamisin
(turunan linkomisisn). Spektrum kerja linkomisin
aktif pada bakteri gram positif terutama infeksi yang
disebabkan anggota genus Staphylococcus. Intensitas
kerja klindamisin dua sampai sepuluh kali lebih besar
dari pada linkomisin (6).
5. Antibiotika aminoglikosida
Aminoglikosida meliputi streptomisin yang
dihasilkan oleh S. griceus, dihidrostreptomisin (turunan
streptomisin), kanamisin (S.Kanamyceticus.), dan
neomisin (S. Fradiae), tobramisin(S. tenebrarius),
spektinomisin (S.Spectabilis), Streptomisin,
dihidrostreptomisin, kanamisin dan neomisin aktif
terhadap bakteri gram positif, gram negatif dan
bakteri penyebab tuberkulosis tobramisin terutama
aktif pada Pseudomonas aeruginosa, spektinomisin aktif
pada bakteri gram negatif dan untuk pengobatan
Neisseriagonorrhoeae. Pengujian kemampuan suatu isolat
sebagai penghasil antibiotik dapat dilakukan dengan
suatu perlakuan pada bakteri uji untuk menentukan
adanya daerah hambatan, yaitu daerah jernih yang
tidak ditumbuhi mikroorganisme lain. Jika pada
perlakuan tersebut terdapat daerah hambatan maka
isolat tersebut berpotensi sebagai penghasil
antibiotik, sebaliknya jika tidak terbentuk daerah
hambatan maka isolat tersebut tidak berpotensi
menghasilkan antibiotik. Bakteri yang sering
digunakan pada penelitian adalah Escherichia coli yang
mewakili kelompok bakteri gram negatif dan
Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis sebagai wakil
kelompok bakteri gram positif. Dalam penelitian ini
digunakan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. (6)
Actinomycetes mempunyai beberapa manfaat yaitu
mendekomposisi bahan organik, menghasilkan antibiotik
yang dapat menghambat bahkan mematikan mikroba
lainnya (khususnya yang patogen), mengikat struktur
tanah liat sehingga dapat memperbaiki sifat fisik
tanah, dan dapat menghilangkan bau dengan zat-zat
metabolik yang dikeluarkannya. Selain itu,
actinomycetes memegang peranan penting dalam proses
biodegradasi senyawa polimer dan memobilisasi unsur
hara makro dan mikro, sehingga berperan sentral
dalam menjaga kestabilan ekosistem (5).
Isolasi mikrobia pada prinsipnya adalah memisahkan
suatu jenis mikrobia dengan jenis mikrobia lainnya
dengan asal mikrobia yang terdiri dari berbagai macam
spesies. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkan
pada media padat. Pada media padat ini sel-
sel akan membentuk suatu koloni sel yang tetap. Jika
sel-sel tersebut tertangkap oleh media pada beberapa
tempat yang terpisah maka setiap sel atau kumpulan
sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni
yang terpisah sehingga memudahkan pemisahan
selanjutnya (7).
II.2. Uraian Mikroba
1. Escherichia coli (7 : 122-123)
Kingdom : Bacteria
Divisi : Proteobacteria
Kelas : Gamma proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli merupakan spesies dengan
habitat alami dalam saluan pencernaan manusia maupun
hewan. Escherichia coli pertama kali di isolasi oleh
Theodor Escherichia dari tinja seorang anak kecil
pada tahun 1885. Bakteri ini berbentuk batang,
berukuran 0,4-0,7 µm, termasuk gram negatif, dapa
hidup soliter maupun berkelompok, umumnya motil,
tidak berbentuk spora serta fakultatif anaerob. (8 :
949)
2. Staphylococcus aureus (7 :122-123)
Kingdom : Protista
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Enterobacteriaceae
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Merupakan bakteri gram positif, tidak bergerak,
tidak berspora dan mampu membentuk kapsul, berbebtuk
coccus, dan tersusun sepeti buah anggur. (8 : 954)
3. Pseudomonas aeruginosa (7 :122)
Kingdom : Prokaryotae
Divisio : Schizophyta
Class : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies : Pseudomonas aeruginosa
Merupakan sel tunggal, batang lurus atau
melengkung, namun tidak berbentuk heliks. Pada umumnya
berukuran 0,5–1,0 µm x 1,5–4,0 µm. Motil flagellum
polar, monotrikus atau multitrikus. Tidak menghasilkan
selongsong prosteka. Beberapa merupakan kemolitotrof
fakultatif, dapat menggunakan H2S atau Co sebagai
sumber energy. Aerobic sejati, kecuali spesies-spesies
yang dapat menggunakan denitrifikasi sebagai cara
respirasi anaerobic. Katalase positif. (8 : 952)
4. Bacillus subtilis (7 : 122-123)
Kingdom : Prokaryotae
Divisio : Schizophyta
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Spesies : Bacillus subtilis
Merupakan sel berbentuk batang, 0,3–2,2 µm x 1,27–
7,0 µm. sebagian besar motil, flagellum khas lateral.
Membentuk endospora, tidak lebih dari satu dalam satu
sel sporangium. Gram positif, kemoorganotrof.
Metabolisme dengan respirasi sejati, fermentasi sejati,
atau kedua-duanya, yaitu respirasi dan fermentasi
aerobic sejati dan anaerobic fakultatif. Umumnya
dijumpai dalam tanah. (5 : 947)
5. Salmonella thyposa (9 : 122-123)
Kingdom : Prokaryotae
Divisio : Schizophyta
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella thyposa
Berbentuk batang, biasanya motil dengan flagellum
penitrikus, mungkin terdapat muatan non motil.
Kebanvakan akan tumbuh pada medium sintens tanpa faktor
tumbuh khusus dan juga dapat menggunakan sitrat sebagai
karbon. (8)
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
batang pengaduk, botol semprot, cawan petri,
erlenmeyer, inkubator, kertas perkamen, ose bulat, ose
lurus, paper disk, pinset, rak tabung, spoit, sendok
tanduk, sentrifuge, shaker, tabung reaksi, tabung
sentrifuge, dan timbangan analitik.
III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini
adalah air steril, Aluminium foil, biakan Escherichia coli,
S. thyposa, Basillus subtilis Staphylococcus aureus, P. aurogenosa,
etanol, medium NA (Nutrient Agar), medium SNA (Starch
Nutrient Agar), SNB (Starch Nutrient Borth), medium produksi.
III.2 Cara Kerja
1. Pengisolasian
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
b.Sampel tanah peternakan sapi dimasukkan ke dalam
botol vial untuk dibuat pengenceran 10-1 sampai 10-7
dan diambil 1 ml pengenceran 10-1,10-2,10-3 ke dalam
cawan petri yang berisi medium SNA dengan metode
tuang.
c. Diinkubasi 1x24 jam lalu dilihat pertumbuhan
mikroorganisme sampel
2. Penginokulasian
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
b. Cawan petri yang berisi biakan bakteri sampel
kemudian diinokulasikan ke dalam medium SNA yang
baru untuk mendapatkan koloni murni
c.Hasil koloni murni dipindahkan kedalam agar miring
berisi SNA sebagai isolat
d.Diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 amati
pertumbuhan bakteri
e. Kemudian hasil koloni dari agar miring diambil
lalu diinokulasikan lagi ke dalam cawan petri yang
berisi medium SNA.
3. Uji Antagonis
a. Alat dan bahan yang digunakan disiapkan
b. Biakan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
Salmonella thyposa, Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus
subtilis diambil menggunakan spoit sebanyak 1ml
kemudian dimasukkan kedalam masing-masing cawan
petri setelah itu dimasukkan medium NA lalu
dihomogenkan
c. Bakteri sampel 10-1 dan 10-2 yang telah
diinokulasikan ke dalam cawan petri dicuplikan
menggunakan ose lalu ditanamkan ke dalam masing-
masing cawan yang berisi medium dan biakan
bakteri
d. Diinkubasi pada suhu 37oc selama 1x24 jam
kemudiaan di amati zona bening yang dibentuk oleh
bakteri sampel
4. Uji Fermentasi
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b.Koloni diinokulasikan kedalam medium SNB sebanyak
50 ml, lalu dishaker sebagai medium starter
c.Diinkubasi 1x24 jam dan dilihat terjadi perubahan
warna pada medium.
d.Hasil medium starter dicampurkan kedalam medium
SNB sebanyak 100 ml sebagai medium produksi, lalu
dishaker 1 jam selama 7 hari.
5. Tahap Ekstraksi
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b.Dimasukan medium hasil fermentasi kedalam corong
pisah sebanyak 50 ml
c.Dimasukan pelarut etil asetat sebanyak 50 ml ke
dalam corong pisah
d. Digojok corong pisah selama ± 1 jam
e.Didiamkan selama beberapa menit hingga terpisah
antara filtrat dan supernatan, kemudian diambil
bagian filtrat dan dimasukan pada mangkok kaca
f. Filtrat yang ada dimangkok diuapkan pada suhu
ruangan.
6. Uji Daya Hambat
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
b. Disuspensikan biakan bakteri dan medium NA ke
dalam cawan petri steril, padatkan.
c.Dibagi dua bagian pada permukaan belakang cawan
petri, ditandai bagian kontrol dan bagian ekstrak.
d. Ekstrak yang terdapat pada mangkok dilarutkan
menggunakan pelarut DMSO secukupnya.
e.Dicelupkan paper disk kedalam larutan, kemudian
ditempelkan pada cawan petri yang berisi padatan
medium (b) bagian ekstrak.
f. Dicelupkan paper disk kedalam pelarut DMSO,
kemudian ditempelkan pada cawan petri yang berisi
padatan medium (b) bagian kontrol.
g.Dibungkus cawan petri menggunakan kertas putih dan
diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C.
h. Diamati zona bening yang terbentuk.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 TABEL PENGAMATAN
No Bakteri Control Sampel
1 Escherichia coli
0,8 cm
0,675 cm
0,9 cm
0,95 cm
1 cm
1,3 cm0, 792 cm 1, 083 cm
2 Staphylococcus aureus
1,1 cm
0,95 cm
1,35 cm
1,1, cm
0,9 cm
1,3 cm1,133 cm 1,1 cm
3 Salmonella thyposa
0,85 cm
1,05 cm
0,85 cm
1,3 cm
1,2 cm
1,45 cm0,927 cm 1,317 cm
IV.2 Gambar Pengamatan
IV.2.1 Tahap Isolasi
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Isolasi pengenceran 10-1
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Isolasi pengenceran 10-2
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Isolasi pengenceran 10-3
IV.2.2 Tahap Inokulasi
IV.2.3 Pemurnian
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Inokulasi pengenceran 10-1
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Inokulasi pengenceran 10-2
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Inokulasi tahap kedua pengenceran 10-2
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Inokulasi tahap kedua pengenceran 10-2
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : isolat murni
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : kultur murni
IV.2.4 Uji Antagonis
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Staphylococcus aureus
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Escherichia coli
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Escherichia coli
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Staphylococcus aureus
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Salmonella thyposa
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Pseudomonas aureginosa
IV.2.5 Uji Fermentasi
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Bacillus subtilis
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : starter
IV.2.6 Uji Daya Hambat
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Staphylococcus aureus
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Salmonella thyposa
LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Ket : Escherichia coli
BAB V
PEMBAHASAN
Pada isolasi mikroorganisme penghasil antibiotik
ini, digunakan sampel dari tanah peternakan sapi. Pada
dasarnya, tanah merupakan salah satu habitat dari
mikroorganisme. Mikroorganisme yang umumnya terdapat di
tanah adalah populasi actinomycetes. Keberadaan
actinomycetes dalam tanah telah banyak dikaji peneliti.
(3:2)
Langkah awal dari isolasi actinomycetes pada tanah
sekitar peternakan sapi yaitu dengan melakukan
pengenceran sampel dengan pengenceran 10-1 , 10-2, dan
10-3, menggunakan medium SNA (Starch Nutrient Agar) dan
diinkubasi1-2 hari pada suhu 37oC. Setelah diinkubasi,
diperoleh 3 jenis koloni yang berbeda, yaitu koloni
berwarna putih, koloni berwarna hitam, dan koloni
berwarna kuning. Salah satu karakteristik dari bakteri
actinomycetes yaitu dengan adanya pigmen sehingga
menghasilkan koloni yang berwarna.
Ketiga koloni bakteri actinomycetes tersebut,
dilakukan uji antagonis terhadap bakteri Bacillus subtilis,
Staphylococcus aureus, Salmonella thyposa, Eschericia coli, dan
Pseudomonas aureginosa. Setelah diinkubasi, diperoleh bahwa
koloni putih yang merupakan hasil inokulasi menunjukkan
aktivitas yang dapat menghambat bakteri Staphylococcus
aureus, Salmonella thyposa, Eschericia coli, tetapi tidak untuk
bakteri Bacillus subtilis, dan Pseudomonas aureginosa.
Aktivitas yang ditunjukkan oleh koloni putih
(isolat) tersebut, dilanjutkan dengan melakukan proses
fermentasi. Sebelum fermentasi dilakukan, terlebih
dahulu dilakukan starter dengan menginokulasikan koloni
putih tersebut ke dalam medium SNB (Starch Nutrient
Broth) 50 ml selama 7 hari penginkubasian dengan
dikocok setiap harinya selama 5 menit. Tujuan
dilakukannya tahap starter dengan perlakuan dikocok
setiap harinya yaitu untuk mendapatkan koloni bakteri
yang tumbuh dalam medium SNB tersebut.
Setelah 7 hari penginkubasian dalam medium starter
dan didapatkan bakteri yang tumbuh, maka dilanjutkan ke
tahap fermentasi dengan menggunakan medium SNB (Starch
Nutrient Broth) sebanyak 100 ml dan ditambahkan dengan
medium starter. Tahap fermentasi dilakukan selama 2
minggu dengan perlakuan yang sama pada tahap starter,
tetapi lama pengocokan yang berbeda, yaitu selama 1
jam.
Setelah tahap fermentasi, dilanjutkan dengan tahap
ekstraksi isolat dengan menggunakan pelarut etil asetat
(1:1) yang dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian
digojog selama ± 30 menit, sehingga akan menghasilkan
filtrat dan residu. Selain etil asetat, dapat pula
digunakan pelarut yang memiliki sifat yang sama dengan
etil asetat yaitu pelarut non polar yang tidak dapat
bercampur dengan isolat yang dihasilkan. Contohnya
seperti pelarut n-heksan.
Filtrat yang dihasilkan, selanjutnya dikeringkan
sehingga di dapatkan ekstrak dari isolat tersebut.
Ekstrak yang dihasilkan selanjutnya dilarutkan
menggunakan pelarut organik, yaitu pelarut Dimethyl Sulfo
Okside (DMSO). Pelarut DMSO yang digunakan, karena
pelarut ini merupakan pelarut yang tidak menghambat
aktivitas mikroorganisme.
Ekstrak yang telah dilarutkan dengan pelarut DMSO,
selanjutnya dilakukan uji daya hambat kembali, yang
merupakan tahap akhir dari isolasi ini. Uji daya hambat
ini dilakukan terhadap tiga bakteri yaitu Staphylococcus
aureus, Salmonella thyposa, dan Eschericia coli.
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh bahwa
isolat yang dihasilkan mampu menghambat ketiga jenis
bakteri tersebut, terutama untuk bakteri Salmonella
thyposa yang menunjukkan hasil yang paling baik
dibanding kontrol yaitu masing-masing sebesar 1,32 cm
dan 0,92 cm, begitupun terhadap bakteri Eschericia coli yang
menunjukkan luas daya hambat yang lebih besar dibanding
kontrol, masing-masing sebesar 1,08 cm dan 0,79 cm.
Akan tetapi, untuk bakteri Staphylococcus aureus daya
hambat yang ditunjukkan hampir sama dengan kontrol
yaitu masing-masing sebesar 1,1 cm, sedangkan kontrol
sebesar 1,2 cm. Aktivitas yang ditunjukkan oleh isolat
yang dapat menghambat ketiga jenis bakteri tersebut
menunjukkan bahwa isolat tersebut mampu menghasilkan
antibiotik.
BAB VI
PENUTUP
VI.I Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Isolat murni yang dihasilkan dari tanah sekitar
peternakan sapi mempunyai aktivitas antibiotik
terhadap bakteri Salmonella thyposa, Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus.
2. Aktivitas daya hambat isolat terbesar ditunjukkan
terhadap bakteri Salmonella thyposa yaitu sebesar 1,32 cm
dibandingkan dengan kontrol hanya sebesar 0,92 cm.
VI.2. Saran
Adapun saran dari penulis yaitu :
1. Perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut terhadap
isolat bakteri actynomicetes penghasil antibiotik
dari tanah sekitar peternakan sapi.
2. Perlu dilakukan aktivitas biokimia terhada isolat
yang dihasilkan.
3. Perlu pula dilakukan adanya penentuan struktur
terhadap antibiotik yang di hasilkan. Instrumen yang
dibutuhkan seperti Spektrofotometri UV-Vis, PCR, dan
NMR.
DAFTAR PUSTAKA
1. Volk dan Wheeler, 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
2. Suwandi, U., 1993. Perkembangan Antibiotik. Cermin Dunia
Kedokteran No. 83. Pusat Penelitian dan
Pengembangan PT. Kalbe Farma, Jakarta.
3. Okami Y, Hotta K. 1988. Actinomycetes in
Biotechnology. London: Academic Pr. Hal. 11-19.
4. Budiyanto, M.A.K. 2004. Mikrobiologi Terapan. Malang:
UMM-Press.
5. Dhanasekaran D et al. 2005. Screening of salt pans
Actinomycetes for antibacterial agents. The
Internet J Microbiol 1:2.
6. Mutschler, E. 1991, Dinamika Obat, edisi kelima,
Penerbit ITB, Bandung.
7. Suriawiria, Unus. 1983. Pengantar Mikrobiologi Umum.
Angkasa : Bandung.
8. Lay, Bibiana W. 1990. Mikrobiologi. Bandung : Institut
Pertanian Bogor.
9. Sutedjo, M. 1996. Mikrobiologi Tanah. Jakarta. Rineka
Cipta.
10. Cross, T. .1988. Actinomycetes: A Continuing Sources of
New Metabolites. Invitation ONR Lecture .
Postgraduate School of Studies in Biological
Science,University of Bradford, BradfordDB7
IDP, Great Britain
11. Locci. R., & G.P. Sharples. 1983.Morphology of
Actinomycetes InGoodfellow M., Mordarski, M.
&Williams, S.T. (Eds.) The Biologyof the
Actinomycetes. AcademicPress, London, pp. 7164
12. Jiang, C-L, & Xu, L.-H, 1990, Characteristics
Of The Populations Of Soil ActinomycetesIn
Yunnan, Juornal : Actinomycetes 1990 Vol. 1,
Part.3. p67-74. ISSN: 0732-0574.
b. Tahap inokulasi
c. Tahap antagonis
d. Tahap fermentasi
10-1 10-3
Di spoit1 ml
Medium SNA
Medium SNA
Di inkubasi1x24 jam(37°C)
Hasil isolasi
Diambil 1ose
Di inkubasi1x24 jam(37°C)
Metodegores
Medium NA15 ml
+Biakanbakteri
isolat
Potongan
Di inkubasi1x24 jam(37°C)
isolat
Diinkubasi 7x24 jam(di shaker 1 x
Mediumstarter
Potongan
ditempelkan