IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

33
ii IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN Dosen Pembimbing : Rozaqul Arif, Lc, M.Sos.I DI SUSUN OLEH : Galang Bayu Rahmat (111310189) Hamdan Al Hammad (111310191) Hafisa Elfin (111310190) Abd. Aziz Baihaqi (111310142) IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

Transcript of IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH

DAN MUAMALAN

Dosen Pembimbing : Rozaqul Arif, Lc, M.Sos.I

DI SUSUN OLEH :

Galang Bayu Rahmat (111310189)

Hamdan Al Hammad (111310191)

Hafisa Elfin (111310190)

Abd. Aziz Baihaqi (111310142)

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

Fakultas Teknik informatikaUNIVESITAS ISLAM LAMONGAN

2014

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah ini yg berjudul

”Implementasi Keimanan Dalam Ibadah Dan Muamalan” .

Penulis menyadari sepenuhnya dalam pembuatan dan

penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh

sebab itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari

pembaca sangat penulis harapkan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi

penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

Wasalamualaikum Wr. Wb

Lamongan, 21 Maret 2014

DAFTAR ISI

Sampul dalam................................... i

Kata Pengantar................................. ii

Daftar Isi.................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................. 1

B. Rumusan Masalah........................ 2

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

C. Tujuan Penulis ........................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Iman .................................. 4

B. Ibadah ................................ 6

C. Muamalan............................... 8

BAB III ISI

A. Hubungan Iman Dengan akhlaq ........... 10

B. Hubungan Iman Dengan Ibadah ........... 11

C. Hubungan Iman Dengan Muamalan.......... 12

D. Hubungan Antara Iman, akhlaq, ibadah dan

Muamalan............................... 13

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................ 16

B. Saran ................................. 17

DAFTAR PUSTAKA................................. 18

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad

Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan

manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-

petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia,

sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran

dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam

mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif,

menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam

memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa

mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu,

bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada

kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik,

mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan,

berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.

Untuk membentuk pribadi yang bermoral harus

dibentengi dengan keimanan dan sedini mungkin sesuai

tingkat perkembangan kemampuan anak . kepribadian dalam

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

islam adalah ketakwaan, maka setiap proses pembentukan

kepribadian menuju kepada takwa kepada Allah SWT.

Takwa disini dimaksud meliputi keimanan kepada

Allah, ibadah kepada Allah dan berhubungan sesama

manusia dan lingkungannya , termasuk kemasyaraktan dan

kenegaraan .

Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, maka

yang dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang tampak

dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang dimaksud Iman

adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun. Dan

jika keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka masing-

masing menyandang makna dan hukumnya tersendiri.

B.     Rumusan MasalahBerdasarkan pada latarr belakang  diatas maka

diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1.    Apa penegertian dari Iman, Ibadah, Muamalah

dan akhlak?

2.    Bagaimana hubungan antara Iman, Ibadah,

Muamalah dan akhlak ?

3.   Bagaimana Implikasinya Iman, Ibadah, Muamalah

Serta akhlak dalam Kehidupan sehari-hari?

C.    Tujuan Penulisan

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

Tujuan penulisan makalah adalah memberikan

penjelasan mengenai hubungan antara Aqidah, ibadah,

muamalah dan Ahlak serta implementasinya  dalam

kehidupan sehari-hari selain itu juga untuk memenuhi

tugas dalam mata kuliah Tauhid Aqidah Akhlak.

BAB II

PEMBAHASAN

Beribadah kepada Allah SWT merupakan indikasi

iman kepada yang ghaib, walaupun orang yang beribadah

tidak melihatnya dan juga merupakan indikasi ketaatan

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

kepada perintah walaupun tidak diketahui rahasianya.

Allah SWT Maha Kaya dari seluruh manusia dan

makhluknya. Bila manusia beribadat kepada sesuatu

berarti mereka menyembah yang lebih pantas dari diri

mereka dan mencari kebaikan yang bersifat rohani atau

jasmani, individu atau masyarakat, dunia dan akhirat.

Namun manusia kadang-kadang tidak mengetahui hikmah

yang didatangkan Allah SWT kepadanya.

Kualitas iman yang dimiliki oleh seseorang

mempengaruhi terhadap sikapnya dalam beribadah.

Semakin tinggi kualitas keimanan seseorang semakin

tinggi pula ketaatanya, sebaliknya keimanan yang

rendah berimplikasi kepada sikap atau ketaatan

beribadah yang tidak maksimal. Itu semua juga

berpengaruh terhadap akhlak mereka.

Hubungan antara ibadah, iman dan akhlak sangat

erat dan antara satu sama lain tidak dapat

dipisahkan. Ibadah merupakan amal saleh, sedangkan

amal saleh merupakan implementasi dari iman kepada

Allah SWT. Sementara itu akhlak merupakan hasil dari

semua itu. Al-Qur’an banyak menyebutkan orang-orang

yang beriman berbarengan dengan orang-orang beramal

saleh, misalnya antara lain dalam QS. Al-Ashr 1-3:

“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan

nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Hal ini menunjukkan bahwa orang yang beriman

tetapi tidak mengerjakan amal saleh belum dapat

disebut sebagai seorang mukmin yang sempurna.

Demikian juga sebaliknya, karena amal saleh termasuk

di dalamnya ibadah khusus, merupakan implementasi

dari iman itu sendiri.

 

A.     Iman

Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati,

kokoh penuh keyakinan tanpa dicampuri keraguan

sedikitpun.[1]  Sedangkan keimanan dalam Islam itu

sendiri adalah percaya kepada Alloh, malaikat-

malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir

dan berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup

perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal

lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan

ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.

Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman

memiliki cakupan yang lebih umum dari pada cakupan

Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba

tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba

telah mamapu mewujudka keislamannya. Iman juga lebih

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku

keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan

tidak semua pelaku keIslaman menjadi pelaku keImanan,

jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap

muslim adalah mukmin

Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal

merupakan buah keImanan dan salah satu indikasi yang

terlihat oleh manusia. Karena itu Alloh menyebut Iman

dan amal soleh secara beriringan dalam Qur’an surat Al

Anfal ayat 2-4 yang artinya:

Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya

orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang jika

disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila

dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman

mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka

bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat

dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami

berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang beriman

dengan sebenar-benar-nya.” (Al-Anfal: 2-4)

Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu

dinamis. Yang mayoritas ulama memandang keImanan

beriringan dengan amal soleh, sehinga mereka menganggap

keImanan akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh.

Akan tetapi ada sebagaian ulama yang melihat Iman

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

berdasarkan sudut pandang bahwa ia merupakan aqidah

yang tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka

seseorang hanya memiliki dua kemungkinan saja: mukmin

atau kafir, tidak ada kedudukan lain diantara keduanya.

Karena itu mereka berpendapat Iman tidak bertambah dan

tidak berkurang.

Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang,

maka perlu diketahui kriteria bertambahnya Iman hingga

sempurnanya Iman, yaitu:

1)   Diyakini dalam hati

2)   Diucapkan dengan lisan          

3)   Diamalkan dengan anggota tubuh.

Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahasmengenai Iman tidak akan terlepas dari adanya rukunIman yang enam, yaitu:

1)   Iman kepada Alloh

2)   Iman kepada malaikatNya

3)   Iman kepada kitabNya

4)   Iman kepada rosulNya

5)   Iman kepada Qodho dan Qodar

6)   Iman kepada hari akhir

Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang

berIman, yang jika telah tertanam dalam hati seorang

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

mukmin enam keImanan itu maka akan secara otomatis

tercermin dalam prilakunya sehari-hari yang sinergi

dengan kriteria keImanan terhadap enam poin di atas.

Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat

dinamis, maka sesekali didapati kelemahan Iman, maka

yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini

dari hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-

hal yang dapat dilakukan bisa kita mulai dengan

memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman

bertambah karena taat dan berkurang karena maksiat

Ketika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan

maka akan dirasakan oleh pemiliknya suatu manisnya

Iman, sebagaImana hadits Nabi Muhammad saw. yang

artinya:

“Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri

seseorang, maka ia akan merasakan manisnya Iman:

Menjadikan Alloh dan RosulNya lebih dicintainya

melebihi dari selain keduanya, mencintai seseorang yang

tidak dicintainya melainkan karena Alloh, membenci

dirinya kembali kepada kekufuran sebagaImana bencinya

ia kembali dilemparkan ke dalam api neraka.”

(HR.Bukhori Muslim).

B. Ibadah

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti

merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’

(terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi

makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain

adalah:

1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan

perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa

Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi

disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling

tinggi.

3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang

dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa

ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.

Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan

anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap),

mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah

(senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah

(yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil,

takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah

ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan

shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah

qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati,

lisan dan badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia.

Allah berfirman:

و اق� ذ� ز� ر و ال� � ه ن� اهلل � ا�� ون� م� ع� ط � ن� ي �د ا ي��� ز� �ا ا � وم ق� ز� ن� ز� � هم م ن� � د م ي��� ز� �ا ا � � م دون� عب* ي� � ا ل ل س ا�� � ن ن� والا�� ج*� ت� ال لق� � ا خ وم

ي9ن� مب�� ة�� ال و ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������ ق� ال

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak

menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak

menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku.

Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang

mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat:

56-58]

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah

penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka

melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla.

Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka,

akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena

ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa

yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong.

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain

apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’

(pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-

Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia

adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).

C. Muamalah

Muamalah dari kata Al’ amal yang merupakan istilah

yang digunakan untuk mengungkapkan semua perbuatan yang

dikehendaki mukallaf. Muamalah juga bermakna bergaul.

Terminologi : Muamalah adalah istilah yang digunakan

untuk permasalahan selain ibadah.

Ibadah wajib berpedoman pada sumber ajaran Al-

Qur’an dan Al-Sunnah, yaitu harus ada contoh (tatacara

dan praktek) dari Nabi Muhammad SAW. Ibadah ini antara

lain meliputi shalat, zakat, puasa, dan haji.

Sedangkan masalah mu’amalah (hubungan kita dengan

sesama manusia dan lingkungan), masalah-masalah dunia,

seperti makan dan minum, pendidikan, organisasi, dan

ilmu pengetahuan dan teknologi, berlandaskan pada

prinsip “boleh” (jaiz) selama tidak ada larangan yang

tegas dari Allah dan Rasul-Nya.

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

Berkaitan dengan hal di atas, Nabi Muhammad SAW

mengatakan:

“Bila dalam urusan agama (aqidah dan ibadah) contohlah

aku. Tapi, dalam urusan duniamu, (teknis mu’amalah),

kamu lebih tahu tentang duniamu.”

Dalam ibadah, sangat penting untuk diketahui

apakah ada suruhan atau contoh tatacara, atau aturan

yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Apabila hal

itu tidak ada, maka tindakan yang kita lakukan dalam

ibadah itu akan jatuh kepada bid’ah, dan setiap

perbuatan bid’ah adalah dhalalah (sesat). Sebaliknya

dalam mu’amalah yang harus dan penting untuk diketahui

adalah apakah ada larangan tegas dari Allah dan Rasul-

Nya, karena apabila tidak ada, hal tersebut boleh saja

dilakukan.

Dalam hal ini ada dua prinsip yang perlu kita

perhatikan:

Pertama: Manusia dilarang “menciptakan agama, termasuk

system ibadah dan tata caranya, karena masalah agama

dan ibadah adalah hak mutlak Allah dan para Rasul-Nya

yang ditugasi menyampaikan agama itu kepada manusia.

Maka menciptakan agama dan ibadah adalah bid’ah. Sedang

setiap bid’ah adalah sesat.

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

Kedua: Adanya kebebasan dasar dalam menempuh hidup

ini, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan masalah

mu’amalah, seperti pergaulan hidup dan kehidupan dalam

masyarakat dan lingkungan, yang dikaruniakan Allah

kepada umat manusia (Bani Adam) dengan batasan atau

larangan tertentu yang harus dijaga. Sebaliknya

melarang sesuatu yang tidak dilarang oleh Allah dan

Rasul-Nya adalah bid’ah.

Dalam menjalankan keseharian, penting bagi kita

untuk mengingat dua prinsip di atas. Ibadah tidak dapat

dilakukan dengan sekehendak hati kita karena semua

ketentuan dan aturan telah ditetapkan dalam Al-Qur’an

dan Sunnah, serta contoh dan tatacaranya telah

diajarkan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya.

Melakukan sesuatu dalam ibadah, yang tidak ada

disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah berarti melakukan

sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Allah SWT, dan

ini sungguh merupakan perbuatan yang sesat.

Namun dalam beberapa hal, tentu ada hal yang harus

diperhatikan sesuai dengan perkembangan zaman. Di

sinilah implikasi dari mu’amalah itu sendiri. Selama

tidak ada larangan secara tegas di dalam Al-Qur’an dan

Sunnah, hal yang dipertimbangkan itu boleh dilakukan.

Hal ini telah diterangkan oleh Rasul dalam sabdanya

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

yang sudah ditulis di atas. Sebagai contoh adalah dalam

kehidupan sehari-hari, pada zaman hidupnya Rasulullah,

masyarakat yang mengadakan perjalanan dari satu tempat

ke tempat lain menggunakan binatang Unta sebagai

kendaraan. Akan tetapi hal itu tidak mungkin sama dalam

kehidupan zaman modern ini. Dan karenanya, menggunakan

kendaraan bermotor diperbolehkan karena tidak ada

larangan dari Allah dan Rasul-Nya (tidak tertera

larangan yang tegas dalam Al-Qur’an dan Sunnah).

BAB IIIISI

A. Hubungan iman dengan akhlak

Iman merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki

oleh manusia. Keyakinan hidup inidiperlukan manusia

sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya

sebagai mahluk alam. Pedoman hidup ini dijadikan pula

sebagai pondasi dari seluruh bangunan aktifitas

manusia.

Iman sebagai dasar pendidikan akhlak, Dasar

pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah Iman yang

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

benar terhadap alam dan kehidupan, Karena akhlak

tersarikan dari Iman dan pancaran dirinya. Oleh karena

itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscahya

akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula

sebaliknya, jika Iman salah maka akhlaknya pun akan

salah.

Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang

berhubungan dengan aqidah. Jujur dapat terwujud apabila

seseorang telah memegang konsep-konsep yang berhubungan

dengan Iman. Dengan dijalankanya konsep-konsep aqidah

tersebut maka seseorang akan memiliki akhlak yang baik.

Sehingga orang akan takut dalam melakukan perbuatan

dosa

Iman seseorang akan benar dan lurus jika

kepercayaan dan keyakinanya terhadap Allah  juga lurus

dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta

dengan benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku

baik sebagaimana perintah Allah. Sehingga ia tidak

mungkin menjauh bahkan meninggalkan perilaku-perilaku

yang telah ditetapkanya. Pendidikan akhlak yang

bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh

perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus

mempraktikanya dalam kehidupan mereka, karena hanya

inilah yang menghantarkan mereka mendapatkan ridha

Allah dan atau membawa mereka mendapatkan balasan

kebaikan dari Allah

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

B. Hubungan Iman dengan ibadah

Akidah menempati posisi terpenting dalam ajaran

agama Islam. Ibarat sebuah bangunan, maka perlu adanya

pondasi yang kuat yang mampu menopang bangunan tersebut

sehingga bangunan tersebut bisa berdiri dengan kokoh.

Demikianlah urgensi akidah dalam Islam, Akidah

seseorang merupakan pondasi utama yang menopang

bangunan keislaman pada diri orang tersebut. Apabila

pondasinya tidak kuat maka bangunan yang berdiri

diatasnya pun akan mudah dirobohkan.

Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa

tetap tegak berdiri, maka dibutuhkan adanya sarana

untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah merupakan

bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada allah.

Ibadah dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada

allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

terhadap allah.

Selanjutnya Ibadah yang merupakan bentuk realisasi

keimanan seseorang, tidak akan dinilai benar apabila

dilakukan atas dasar akidah yang salah. Hal ini tidak

lain karena tingkat keimanan seseorang adalah sangat

bergantung pada kuat tidaknya serta benar salahnya

akidah yang diyakini orang tersebut. Sehingga dalam

diri seorang muslim antara akidah, keimanan serta amal

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

ibadah mempunyai keterkaitan yang sangat kuat antara

ketiganya.

Muslim apabila akidahnya telah kokoh maka

keimanannya akan semakin kuat, sehingga dalam

pelaksanaan praktek ibadah tidak akan terjerumus pada

praktek ibadah yang salah. Sebaliknya apabila akidah

seseorang telah melenceng maka dalam praktek ibadahnya

pun akan salah kaprah, yang demikian inilah akan

mengakibatkan lemahnya keimanan.

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, sejak

kelahirnya telah dibekali dengan akal pikiran serta

perasaan (hati). Manusia dengan akal pikiran dan

hatinya tersebut dapat membedakan mana yang baik dan

mana yang benar, dapat mempelajari bukti-bukti

kekuasaan Allah, sehingga dengannya dapat membawa diri

mereka pada keyakinan akan keberadaan-Nya. Oleh karena

itu, tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mengakui

keberadaan Allah SWT. karena selain kedua bekal yang

dimiliki oleh mereka sejak lahir, Allah juga telah

memberikan petunjuk berupa ajaran agama yang didalamnya

berisikan tuntunan serta tujuan dari hidup mereka di

dunia.

Ibadah mempunyai hubungan yang erat dengan Iman.

Antaranya :

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

1.    Ibadah adalah hasil daripada aqidah  yaitu keimanan

terhadap Allah sebenarnya yang telah membawa manusia

untuk beribadat kepada Allah swt.

2.    Iman adalah asas penerimaan ibadah yaitu tanpa

aqidah perbuatan seseorang manusia bagaimana baik pun

tidak akan diterima oleh Allah swt.

3.    Iman merupakan tenaga penggerak yang mendorong

manusia melakukan ibadat serta menghadapi segala

cabaran dan rintangan.

Iman adalah merupakan pondasi utama kehidupan

keislaman seseorang. Apabila pondasi utamanya kuat,

maka bangunan keimanan yang terealisasikan dalam bentuk

amal ibadah orang tersebut pun akan kuat pula.

Amal ibadah tidak akan bisa benar tanpa dilandasi

akidah yang benar. amal ibadah dinilai benar apabila

dilakukan hanya untuk Allah semata dengan ittiba’

Rasul SAW.

Manusia diberi bekali akal pikiran agar dengan akal

pikiran tersebut mereka dapat membedakan mana yang hak

dan mana yang batil, mempelajari tanda-tanda kekuasaan

Allah, menganalisa hakikat kehidupannya sehingga dia

tahu arah dan tujuan dirinya diciptakan di dunia. Akal

pikiran dan perasaan inilah yang membedakan manusia

dengan makhluk-makhluk lain. Oelh karena itu manusia

dipercaya untuk menjadi khalifah Allah di Bumi.

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

C. Hubungan Iman dengan muamalah

Pola pikir, tindakan dan gagasan

umat Islam hendaknya selalu bersendikan

pada aqidah Islamiyah. Ungkapan “buah dari aqidah

yang benar (Iman) tidak lain adalah amal sholeh”

harus menjadi spirit dan etos ummat Islam. Pribadi

yang mengaku muslim mestinya selalu menebar amal

shalih sebagai implementasi keimanannya di manapun

mereka berada. Tidak kurang 60 ayat Al Qur’an

menerangkan korelasi antara keimanan yang benar

dengan amal sholeh ini. Ayat-ayat tersebut menegaskan

bahwa perintah beriman kepada Allah dan hari akhir

selalu diikuti dengan perintah untuk melaksanakan

amal shalih. Inilah makna operatif dari ungkapan “al-

Islamu ‘aqidatun wa jihaadun”, bahwa kebenaran Islam itu

harus diyakini sekaligus juga diperjuangkan

pengamalannya secara sungguh-sungguh dalam konteks

kemaslahatan dan bebas dari perilaku teror.

Apabila Iman telah dimiliki dan ibadah telah

dijalankan oleh manusia, maka kedua hal tersebut

harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, oleh karena

itu diperlukan adanya suatu peraturan yang mengatur

itu semua. Aturan itu disebut Muamalah. Muamalah

adalah segala aturan islam yang mengatur hubungan

antar sesama manusia. Muamalah dikatakan berjalan

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

baik apabila telah memiliki dampak sosial yang baik.

Untuk dapat mewujudkan aqidah yang kuat yaitu dengan

cara ibadah yang benar dan juga muamalah yang baik.

D. Hubungan Antara Iman, Ibadah, Muamalah,  dan Ahklak

Iman adalah pondasi keber-Islaman yang tak

terpisahkan dari ajaran Islam yang lain: Iman, ibadah

dan Muamalah. Aqidah yang kuat akan mengantarkan ibadah

yang benar, akhlaq yang terpuji dan muamalat yang

membawa maslahat. Selain sebagai pondasi, hubungan

antara aqidah dengan pokok-pokok ajaran Islam yang lain

bisa juga bersifat resiprokal dan simbiosis. Artinya,

ketaatan menuanaikan ibadah, berakhlaq karimah, dan

bermuamalah yang baik akan memelihara Iman.

Dengan kata lain, ibadah adalah pelembagaan Iman

dalam konteks hubungan antara makhluk dengan Khaliq;

akhlaq merupakan buah dari aqidah dalam kehidupan yang

etis dan egaliter; dan muamalah sebagai implementasi

Iman dalam masyarakat yang bermartabahat dan menebar

maslahat. Karena itu, agar Iman tumbuh dan berkembang,

aqidah harus operatif dan fungsional. Di Indonesia kita

menyaksikan beberapa ormas Islam yang telah berhasil

mengembangkan amal usaha atau unit pelayanan umat

seperti Panti sosial dan anak yatim, lembaga pendidikan

dan pondok pesantren, balai pengobatan dan rumah sakit,

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

lembaga pengumpul dan penyalur zakat serta lembaga-

lembaga sosial keagamaan lainnya. Lembaga atau unit

pelayanan umat tersebut, meminjam istilah M. Amin

Abdullah, merupakan bentuk faith in action, buah keimanan

yang aktif dan salah satu bentuk pengejawantahan

‘tauhid sosial’ atau ‘theologi pembangunan’. Sayangnya,

tidak sedikit buah faith in action tersebut yang terjebak

pada bebagai kepentingan mulai dari ekonomi hingga

politik.

Agar tetap kokoh dan kuat serta menjadi penyangga

seluruh sendi keber-Islaman, aqidah harus dijaga,

dipelihara dan dipupuk sehingga bisa hidup subur dalam

pribadi setiap Muslim. Pentingnya memelihara aqidah ini

juga tersirat dalamSirrah Nabawiyah. Saat membangun

masyarakat Islam di Makkah dan Madidah selama 23 tahun

Rasulullah Muhammad SAW tidak kenal lelah membina Iman

umatnya. Mengingat pentingnya Iman ini bisa dimengerti

bila setiap surat dalam Al Quran mengandung pokok-pokok

ajaran keimanan.

Di tengah pasar bebas nilai dan ideologi saat ini,

upaya merevitalisasi aqidah serasa memperoleh momentum.

Mudah tergiurnya sebagian umat pada faham atau aliran-

aliran yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam

merupakan efek dari lemahnya aqidah mereka. Ketidak

peduliaan sebagian umat Islam terhadap kerusakan

lingkungan dan kebobrokanmoral juga indikasi rapuhnya

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

bangunan aqidah. Mulai memudarnya etos dan jiwa

voluntarisme di kalangan umat dan semakin menguatnya

syahwat duniawi adalah konsekuensi logis dari redupnya

aqidah. Saatnya sekarang membenahi dan merevitalisasi

aqidah agar umat memiliki pondasi yang benar, kokoh dan

fungsional. Dengan bekal ini faith in actionbisa

dilipatgandakan untuk menghadirkan pesona Islam yang

lebih “ihsan pada kemanusiaan.”

Ajaran islam yang mengatur prilaku  manusia baik

dalam kaitanya sebagai makhluk dengan tuhannya maupun

dalam kaitannya sebagai sesama mahluk, dalam term fiqih

atau ushul alfiqh disebut dengan syariah. Sesuai

dengan  aspek yang diaturnya, syariah ini terbagi

kepada dua yakni ibadah dan muamalah. Ibadah adalah

syariah yang mengatur hubungan antara manusia dengan

tuhannya, sedangkan muamalah adalah syariah yang

mengatur hubungan antara sesama manusia. Pada

gilirannya kegiatan ekonomi sebagai salah satu bentuk

dari hubungan antara manusia ia bukan bagian dari

aqidah, akhlaq dan ibadah melainkan bagian dari

muamalah. Namun demikian masalah ekonomi tidak lepas

dari maspek aqidah, akhlak maupun ibadah sebab dalam

prespektif islam prilaku ekonomi harus selalu diwarnai

oleh nilai-nilai Iman, aklak dan ibadah.

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

Jadi bisa dikatakan, Ilmu yang menjelaskan baik dan

buruk, menjelaskan yang seharusnya dilakukan manusia

kepada yang lainya, yang disebut dengan akhlak. Dengan

akhlak yang baik seseorang akan bisa memperkuat Iman

dan bisa menjalankan ibadah dengan baik dan benar.

Ibadah yang dijalankan dinilai baik apabila telah

sesuai dengan muamalah. Muamalah bisa dijalankan dengan

baik apabila seseorang telah memiliki akhlak yang baik.

Contohnya :Jika berjanji harus ditepati yaitu apabila seorang

berjanji maka harus ditepati. Jika orang menepati janji

maka seseorang telah menjalankan aqidahnya dengan baik.

Dengan menepati janji seseorang juga telah melakukan

ibadah. Pada dasarnya setiap perbuatan yang dilakukan

manusia arus didasari denga Iman yang baik.

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

BAB IVPENUTUP

A.    Kesimpulan            Berdasarkan pada hasil pembahasan diatas

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1.     Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati,

kokoh penuh keyakinan tanpa dicampuri keraguan

sedikitpun.  Sedangkan keimanan dalam Islam itu

sendiri adalah percaya kepada Alloh, malaikat-

malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari

akhir dan berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman

mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati

dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman

bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena

kemaksiatan.

2.     Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta

tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminology) Ibadah adalah

sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah

Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir

maupun yang bathin.

3.     Muamalah adalah hukum-hukum syara yang berkaitan

dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti

jual beli, perdagangan, dan lain sebagainya

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

4.    Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut

pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari

bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun”

yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai,

tingkah laku atau tabiat.

5.     Iman adalah pondasi keber-Islaman yang tak

terpisahkan dari ajaran Islam yang lain: akhlaq,

ibadah dan Muamalat. Iman yang kuat akan mengantarkan

ibadah yang benar, akhlaq yang terpuji dan muamalat

yang membawa maslahat. Selain sebagai pondasi,

hubungan antara Iman dengan pokok-pokok ajaran Islam

yang lain bisa juga bersifat resiprokal dan

simbiosis. Artinya, ketaatan menuanaikan ibadah,

berakhlaq karimah, dan bermuamalah yang baik akan

memelihara Iman.

6.     Apabila Iman telah dimiliki dan ibadah telah

dijalankan oleh manusia, maka kedua hal tersebut

harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, oleh karena

itu diperlukan adanya suatu peraturan yang mengatur

itu semua. Aturan itu disebut Muamalah. Muamalah

adalah segala aturan islam yang mengatur hubungan

antar sesama manusia. Muamalah dikatakan berjalan

baik apabila telah memiliki dampak sosial yang baik.

Untuk dapat mewujudkan aqidah yang kuat yaitu dengan

cara ibadah yang benar dan juga muamalah yang baik,

maka diperlukan suatu adanya

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

B.     Saran

            Berdasarkan pada pembahasan dan kesimpulan

maka penulis memberikan saran yakni Al Quran dan

sunah merupakan dua pegangan, tuntunan dan pedoman

hidup serta sebagai sumber utama bagi umat islam 

untuk dijadikan sebagai panduan analisis dalam

mengkaji setiap persoalan yang muncul dalam

kehidupan. Oleh karena itu penting kiranya bagi umat

islam untuk terus berpegang  teguh pada Al quran dan

As sunah serta untuk   memahami makna-makna yang

terkandung dalam Al quran dan As sunah. Dan dengan Al

quran dan As sunah juga dapat memperkuat Aqidah,

Ibadah, Muamalah dan Akhlak umat manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas,. 2007. DasarIslam. Pustaka -Thariiq ilal Islaam (cet. DarulWathan, th. 1421 H)

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

ii

Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’anHadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010)

At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim binAbdullah,  Ensiklopedia Islam Al-Kamil, (Jakarta: DarusSunnah Press, 2010)

 Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari,. 2007. Intisari AqidahAhlus Sunah wal Jama’ah. Pustaka Imam Syafi’i.

H.A Djazuli &Yadi janwari, 2002. Lembaga-lembagaPerekonomian Umat. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Muhammad, 2007. Aspek Hukum dalam Muamalat.Yogyakarta:Graha ilmu.

Kaelany HD, 2009. Islam Agama Universa. Jakarta: MidadaRahma Press.

Rahmat, Jalaludin, 2007. Dahulukan Akhlak diatasFiqih.Bandung: PT. Mizan Utama.

Salih bin fauzan bin Abdullah Al Fauzan,2000. KitabTauhid I . Jakarta : Yayasan Al- Sofwa.

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, “PengertianIbadah dalam Islam”,

Ahlussunnah Palembang, diakses dari

http://salafiunsri.blogspot.com/2009/06/pengertian-ibadah-dalam-islam1.html, pada tanggal 4 Desember2012, pada pukul 9.30 PM

http://anitadeka.wordpress.com/2013/07/15/hubungan-aqidah-ibadah-muamalah-dan-ahklak/

http://wikimedya.blogspot.com/2009/11/pengertian-marifatullah-ciri-ciri.html

http://kangmarnogeo.blogspot.com/2012/10/aqidah-ibadah-dan-muamalah.html

IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN

iiIMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM IBADAH DAN MUAMALAN