implementasi program unggulan literasi dalam meningkatkan ...

144
IMPLEMENTASI PROGRAM UNGGULAN LITERASI DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DI SMP ISLAM PLUS AZ-ZAHRA DEPOK Skripsi ini diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Disusun Oleh : Siva Octaviani NIM : 16311672 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1442 H/2020 M

Transcript of implementasi program unggulan literasi dalam meningkatkan ...

IMPLEMENTASI PROGRAM UNGGULAN LITERASI DALAM

MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DI SMP ISLAM PLUS

AZ-ZAHRA DEPOK

Skripsi ini diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh :

Siva Octaviani

NIM : 16311672

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)

JAKARTA

1442 H/2020 M

IMPLEMENTASI PROGRAM UNGGULAN LITERASI DALAM

MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DI SMP ISLAM PLUS

AZ-ZAHRA DEPOK

Skripsi ini diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd)

Dosen Pembimbing:

Sri Tuti Rahmawati, MA

Disusun Oleh :

Siva Octaviani

NIM : 16311672

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)

JAKARTA

1442 H/2020 M

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Implementasi Program Unggulan Literasi dalam

Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra Depok”

yang disusun oleh Siva Octaviani Nomor Induk Mahasiswa 16311672 telah

diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah.

Jakarta, 21 Agustus 2020

Pembimbing,

Sri Tuti Rahmawati, MA

iv

MOTTO

ب و ين ءامنوا ٱستعينوا بٱلصذ ها ٱلذ يأ مع ي ة إنذ ٱهللذ لو بين ٱلصذ ١٥٣ ٱلصذ

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-

Baqarah [2]: 153)

ي خلق بٱسم رب ك ٱلذنس ١ٱقرأ ٢ن من علق خلق ٱل

ربك و ٱقرأ

كرم ي علذم بٱلقلم ٣ٱل ٥نس ن ما لم يعلم علذم ٱل ٤ٱلذ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan; Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah Yang

Maha Pemurah;Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam; Dia

mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq [96]:

1-5)

v

م ي ح الر ن ح الر للا م س ب

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt.

karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan

kemudahan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik sebagai bagian dari menuntut ilmu juga sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dengan Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)

Jakarta tahun ajaran 2020/2021.

Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan

kita, Nabi kita, Baginda kita Nabi Muhammad Saw. dan juga kepada

keluarga, sahabat-sahabatnya dan kepada kita sebagai umatnya hingga akhir

zaman nanti.

Penulisan skripsi ini merupakan bukti telah dilaksanakannya

penelitian dengan judul “Implementasi Program Unggulan Literasi dalam

Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra Depok”.

Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan kelemahan, serta menyadari bahwasanya skripsi ini tidak

dapat diselesaikan tanpa bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak sedikit

hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bantuan motivasi

dan do’anya yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini

selesai pada waktunya. Pada kesempatan ini, penulis hanya ingin

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang

telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, yang

terhormat kepada:

vi

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA, selaku Rektor Institut

Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta;

2. Ibu Dr. Hj. Nadjematul Faizah, SH, M. Hum., Wakil Rektor I Bidang

Akademik sekaligus Plh Dekan Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)

Jakarta. Yang telah membantu dalam semua urusan akademik mahasiswi

dan banyak berperan dalam kelangsungan perkuliahan mahasiswi PAI

Tarbiyah, juga dalam penyelesaian skripsi ini;

3. Ibu Reksiana, MA.Pd, selaku ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta;

4. Ibu Sri Tuti Rahmawati, MA, selaku dosen pembimbing saya yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan hingga terselesaikannya

skripsi ini;

5. Seluruh dosen pengajar dan instruktur tahfiz khususnya pada

Jurusan/Program Studi Pendidikan Agama Islam, atas curahan ilmu yang

telah mereka berikan kepada mahasiswa;

6. Bapak Luqman Wibisono, S.Sos.i, selaku Kepala Sekolah SMP Islam

Plus Az-Zahra Depok, atas kesempatan dan kerja sama yang diberikan

kepada peneliti untuk bisa meneliti di sekolah dan telah banyak

membantu memberikan data-data serta keterangan yang berhubungan

dengan penelitian ini;

7. Ibu Latifah Hanum, S.Pd, selaku Koordinator Bidang Akademik, atas

bantuannya dalam memberikan jawaban-jawaban yang penulis berikan

dalam pelaksanaan penelitian, serta Dewan Guru kelas IX SMP Islam

Plus Az-Zahra Depok, atas bantuannya dalam melaksanakan penelitian;

dan

8. Teman-teman seperjuangan di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta

Angkatan 2016, khususnya teman-teman Fakultas Tarbiyah Semester

8A, terima kasih untuk semangat dan do’a kalian kepada penulis,

vii

sahabatku Memew, Kak Rifda, Kak Nia, Kukur, Kak Yeye, Anot, Teh

Leni, Kak Uci, Teh Warny, Teh Oby, Kak Awal, Dede Sipa Izzati, Asa,

terima kasih sudah menemani hari-hari penulis selama belajar di IIQ,

sudah menerima penulis dengan tulus walau seburuk apapun itu, berbagi

canda dan tawa, dan saling menguatkan hingga penulis bisa bertahan

hingga akhir. Semoga ukhuwah kita akan tetap terjalin hingga menjadi

penolong di akhirat kelak.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

dan sebagai bukti kesyukuran kepada Allah Swt. dalam menuntut ilmu dan

ungkapan rasa saying dan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua

saya Bapak Achmad dan Mamah Sapuroh, Kakakku Diah Rachmawati yang

telah memberikan dukungan tak terhingga, semangat, motivasi, harapan,

materi, dan kasih sayangnya serta senantiasa mendo’akan penulis yang begitu

berart dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap, mudah-mudahan Allah Swt. senantiasa

melimpahkan rahmat-Nya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu,

membimbing, dan memberikan semangat kepada penulis sehingga skrisi ini

dapat terselesaikan dan tentunya bermanfaat bagi kita semua. Âamiin Yââ

Rabbal `Ââlamiin.

Jakarta, 20 Agustus 2020

Penulis

Siva Octaviani

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad

yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi, penulis merujuk pada

buku pedoman petunjuk teknis penulisan proposal dan skripsi Institut Ilmu

Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:

A. Konsonan

th : ط a : أ

zh : ظ b : ب

‘ : ع t : ت

gh : غ ts : ث

f : ف j : ج

q : ق h : ح

k : ك kh : خ

l : ل d : د

m : م dz : ذ

n : ن r : ر

w : و z : ز

h : ھ s : س

` : ء sy : ش

y : ي sh : ص

dh : ض

ix

B. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Tunggal

Vokal Rangkap

Fathah : a أ : ȃ ي : ai

Kasrah : i ي : Î au : و

Dhammah : u و : û

C. Kata Sandang

1. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyyah Kata

sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyyah ditransliterasikan

sesuai dengan bunyinya. Contoh:

al-Baqarah : البقرة

al-Madînah : املدينة

2. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyyah Kata

sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyyah ditransliterasikan

sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai bunyinya.

Contoh:

ar-Rajul : الرجل

asy-Syams : الشمس

x

لسيدةا : as-Sayyidah

ad-Dȃrimî : الدارمى

3. Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan dengan

lambang (__), sedangkan untuk alih aksara dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd.

Aturan ini berlaku umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di

akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyyah. Contoh:

لل Âmannȃ billȃhi : أمن اب

Âmana as-Sufahȃ’u : أمنالسفهاء

ال ذ ي ن Inna al-ladzîna : إ ن

wa ar-rukka’i : والركع

4. Ta Marbuthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata

sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.

Contoh:

al-Af`idah : األف ئ دة

لم ي ة اإل س al-Jȃmi’ah al-Islȃmiyyah : اجلام عة

xi

Sedangkan ta marbuthah yang diikuti atau disambungkan (di-

washal) dengan kata benda (isim), maka dialih aksarakan menjadi

huruf “t”. Contoh:

بة Âmilatun Nashibah’: عام لةنص

ى الكب al-Âyat al-Kubrȃ : الٱية

5. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan

tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan

yang Disempurnakan (EYD) Bahasa Indonesia, seperti penulisan

awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan

lain-lain. Katentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih

aksara ini seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan

ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata

sandang maka huruf yang ditulis kapital adalah awal namadiri, bukan

kata sandangnya. Contoh: ‘Ali Hasan al-‘Aridh, al-‘Asqallani, al-

Farmawi dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur’an dan

nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-

Qur’an, Al-Baqarah, Al-Fatihah dan seterusnya.

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii

PERNYATAAN PENULIS ....................................................................... iii

MOTTO ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv

ABSTRAK ............................................................................................... xvi

ABSTRACT ............................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 6

C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 6

D. Perumusan Masalah ........................................................................ 6

E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7

F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7

G. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 8

H. Sistematika Penulisan ................................................................... 12

BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................... 14

A. Program Unggulan Literasi .......................................................... 14

xiii

B. Kreativitas ..................................................................................... 28

C. Cakupan Kompetensi pada Ranah Keterampilan ....................... 40

BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 45

A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 45

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................................. 46

C. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................ 47

D. Tahap-Tahap Penelitian ............................................................... 48

E. Sumber Data.................................................................................. 48

F. Instrumen Penelitian ..................................................................... 50

G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 51

H. Teknik Analisis Data ..................................................................... 53

I. Teknik Keabsahan Data................................................................ 56

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ............................................. 58

A. Gambaran Umum SMP Islam Plus Az-Zahra Depok ................. 58

B. Hasil Analisis Data ........................................................................ 73

BAB V KESIMPULAN ............................................................................ 91

A. Kesimpulan .................................................................................... 91

B. Saran .............................................................................................. 92

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 93

LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 98

CURRICULUM VITAE......................................................................... 125

xiv

DAFTAR TABEL

2.1 Cakupan, Pengertian, dan Indikator KI-4 ..................................... 43

3.1 Siklus Penelitian ................................................................................ 46

3.2 Instrumen Penelitian ........................................................................ 50

3.2 Metode Penelitian .............................................................................56

4.1 Rekapitulasi Tenaga Kependidikan .................................................65

4.2 Rekapitulasi Data Siswa ...................................................................66

4.3 Kurikulum SMP Islam Plus Az-Zahra ............................................67

4.4 Sarana Perlengkapan Sekolah..........................................................69

xv

DAFTAR GAMBAR

4.1 Suasana SMP Islam Plus Az-Zahra ................................................ 61

4.2 Peneliti sedang Mewawancarai Subjek Penelitian ......................... 75

4.3 Kegiatan Sidang Literasi Siswa Kelas IX ........................................ 76

4.4 Kegiatan Literasi di Bulan Bahasa .................................................. 78

4.5 Penguji I dan II ketika sidang ..........................................................81

4.6 Kegiatan Siswa sedang berdiskusi ...................................................88

xvi

ABSTRAK

Nama Siva Octaviani (16311672), Judul Skripsi “Implementasi Program

Unggulan Literasi dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam

Plus Az-Zahra Depok”. Program Studi Pendidikan Agama Islam,

Fakultas Tarbiyah, Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, Tahun 2020.

Program literasi yang diadakan di sekolah ini merupakan bentuk pendidikan

yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas peserta didik. Aspek yang

menjadi fokus penelitian ini adalah 1) Bagaimana Implementasi Program

Unggulan Literasi dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus

Az-Zahra dan 2) Bagaimana Peningkatan Kreativitas Siswa juga faktor

pendukung dan penghambat sebagai bentuk kontribusi Implementasi

Program Unggulan Literasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas siswa SMP

Islam Plus Az-Zahra sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan

indikator keterampilan dalam kompetensi inti (KI-4) kurikulum 2013 di

jenjang SMP/Mts. Implementasi program unggulan literasi dalam

meningkatkan kreativitas siswa SMP Islam Plus Az-Zahra memberikan

kontribusi yang besar dalam menciptakan sekolah yang lebih baik. Hal yang

dirasakan dari kegiatan literasi ini terutama bagi siswa sangat membantu

dalam meningkatkan kualitas belajar, menambah wawasan pengetahuan serta

meningkatkan kreativitas dalam menulis. Penerapan kegiatan literasi ini

memberikan efek yang sangat baik dan sangat positif dalam meningkatkan

kemampuan siswa terutama dalam meningkatkan kemampuan membaca,

menulis, dan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah. Kontribusi

Implementasi program unggulan literasi dalam meningkatkan kreativitas

siswa SMP Islam Plus Az-Zahra yaitu adanya komitmen para guru, adanya

semangat siswa dan adanya fasilitas dari sekolah atau yayasan untuk hunting

buku. Sedangkan faktor penghambat yakni kurangnya buku sehingga siswa

harus membawa buku sendiri-sendiri, dan terkadang siswa yang tidak

disiplin, tidak membawa buku bacaannya.

Kata Kunci : Program Unggulan Literasi, Kreativitas

xvii

ABSTRACT

Name Siva Octaviani (16311672), Thesis Title "Implementation of

Literacy Leading Programs in Improving Student Creativity at Az-

Zahra Islamic Plus Junior High School, Depok". Islamic Religious

Education Study Program, Faculty of Tarbiyah, Institute of Al-Qur`an

Science (IIQ) Jakarta, 2020. The literacy program held at this school is a

form of education that aims to increase the creativity of students. Aspects that

are the focus of this research are 1) How to Implement Literacy Excellence

Programs in Increasing Student Creativity at Islamic Junior High School Plus

Az-Zahra and 2) How to Increase Student Creativity as well as supporting

and inhibiting factors as a form of contribution to the Implementation of

Literacy Excellence Programs. This research is a qualitative research. Data

collection was carried out through observation, interviews, and

documentation. The results showed that the creativity of the students of SMP

Islam Plus Az-Zahra was good enough. This can be seen based on the skills

indicators in the core competencies (KI-4) of the 2013 curriculum at the

SMP/Mts level. The implementation of the superior literacy program in

increasing the creativity of the Az-Zahra Islamic Plus Middle School students

has made a big contribution in creating a better school. The thing that is felt

from this literacy activity, especially for students, is very helpful in

improving the quality of learning, increasing knowledge and increasing

creativity in writing. The implementation of this literacy activity has a very

good and very positive effect in improving students 'abilities, especially in

improving students' reading, writing, and critical thinking skills in solving

problems. Contribution of the implementation of the superior literacy

program in increasing the creativity of the Az-Zahra Islamic Junior High

School students, namely the commitment of the teachers, the spirit of the

students and the facilities from schools or foundations for book hunting.

Meanwhile, the inhibiting factor is the lack of books so that students have to

bring their own books, and sometimes students who are not disciplined do

not bring their reading books.

Keywords: Literacy Excellence Program, Creativity

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses komunikasi yang didalamnya

mengandung informasi berupa pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-

keterampilan, baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung

sepanjang hayat dari generasi ke generasi. Pendidikan sangat berpengaruh

bagi kehidupan individu, masyarakat dan suatu bangsa. Jika tidak adanya

pendidikan di suatu negara, maka negara tersebut bisa dilakukan tidak

berkembang dan tertinggal.

Pendidikan yaitu gejala manusiawi dan juga upaya sadar yang

tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang dapat melekat pada

siswa, pendidik, proses pendidikan, serta pada lingkungan sarana

pendidikan. adanya pendidikan bukan hanya sekedar formalitas, tetapi

adanya pendidikan memiliki tujuan, seperti yang tercantum dalam UU

No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Tujuan Pendidikan Nasional yang

berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Begitu pula dengan membaca pada hakikatnya memiliki peran

penting dalam menjembatani seseorang untuk menambah

pengetahuan, wawasan, dan keterampilan. Gillet dan Temple

mengatakan dalam buku Kholid Harras, membaca ialah memberi

makna terhadap bahasa tulis, sedangkan Goodman menyatakan

dalam buku Kholid Harras bahwa ketika seseorang membaca

1 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Tujuan Pendidikan Nasional

2

bukan hanya sekedar menuntut kemampuan mengambil dan

memetik makna dari materi yang tercetak melainkan juga

menuntut kemampuan menyusun konteks yang tersedia guna

membentuk makna.2

Membaca merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang

sangat penting dilakukan oleh setiap individu, langkah besarnya semakin

banyak memiliki minat membaca dalam sebuah bangsa akan turut

memajukan bangsa karena dari kegiatan membaca akan menciptakan

generasi bangsa yang cerdas, menambah ilmu pengetahuan, dan menjadi

bekal yang baik untuk kemajuan dan kejayaan bangsa.

“Budaya literasi yang mencakup kebiasaan membaca, memang

belum menjadi budaya di masyaraka Indonesia. Berdasarkan studi Most

Littered Nation In the World yang dilakukan oleh central Connecticut

State University pada tahun 2016, Indonesia dinyatakan menduduki

peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.”3

Fenomena nasional saat ini menunjukkan bahwa kemampuan

literasi anak Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan anak-

anak di negara lain. Hasil PISA (the Programme for International

Student Assessment), mulai tahun 2000 sampai tahun 2012 kurang

memuaskan. Tahun 2000 nilai rata-rata siswa Indonesia dalam hal

membaca adalah 371 (nilai rata-rata internasional 500) berada

pada ranking ke 39 dari 41 negara, di tahun 2003 nilai rata-rata

membaca 382 rangking ke 39 dari 40 negara, tahun 2006 nilai

rata-rata membaca adalah 393 ada pada rangking 48 dari 56

negara, tahun 2009 nilai membacanya 402 rangking 57 dari 65

negara. Sedangkan pada tahun 2012 nilai membacanya cuma 396

ada pada rangking 64 dari 65 negara.4

2 Kholid Harras dkk, Membaca I, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), hlm. 19 3 Eruin Endaryanta, “Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah di SD

Kristen Kalam Kudus dan Sd Muhammadiyah Suronatan”, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas

Negeri Yogyakarta, 2017), h. 1. Tidak diterbitkan (t.d) 4 Ni Nyoman Padmadewi dan Luh Putu Artini, Literasi di Sekolah dari Teori ke

Praktik, (Bali: Nilacakra, 2018), h. 8

3

Fenomena rendahnya literasi anak Indonesia seperti tersebut di

atas, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu anak-anak kurang

membaca buku, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

seingkali belum memiliki program pengembangan literasi atau

menumbuhkan budaya baca-tulis secara sistematik. Penelitian

Taufiq Ismail pada tahun 1996 menemukan perbandingan tentang

budaya baca di kalangan pelajar, rata-rata lulusan SMA di Jerman

membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku,

Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7

buku, sedangkan Indonesia 0 buku.5

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus

mendorong minat baca masyarakat khususnya peserta didik. Salah

satu terobosan yang dilakukan pemerintah adalah dengan

menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan

Budi Pekerti. Permendikbud ini diwujudkan dengan wajib

membaca khususnya bagi siswa SD, SMP, SMA. Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan juga mengembangkan Gerakan

Literasi Sekolah sebagai upaya untuk mengatasi minat baca yang

rendah pada siswa di Indonesia. Gerakan Literasi Sekolah

merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh

untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran

warganya menjadi literet sepanjang hayat melalui pelibatan

publik.6

Kemudian, ketika seseorang sudah gemar membaca maka yang

harus diwujudkan adalah kreativitas dalam menulis.

Menurut Utami Munandar dalam bukunya yang berjudul Anak

Unggul Berotak Prima kreativitas adalah hasil interaksi antara

individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat

kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur

yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu suatu pengalaman

dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya

5 Ni Nyoman Padmadewi dan Luh Putu Artini, Literasi di Sekolah dari Teori ke

Praktik, (Bali: Nilacakra, 2018), h. 9 6 Siti Partimah Fakar, “Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di

Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup”, Skripsi, (Bengkulu: Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Curup, 2018), h. 4. Tidak diterbitkan (t.d)

4

baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan

masyarakat.7

Berdasarkan pengertian kreativitas diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu kemampuan yang baru

dengan memberi ide dalam memecahkan masalah, baik berupa gagasan

maupun karya nyata yang merupakan hasil kreasi dirinya sendiri.

Kreativitas ini bersifat luas semua subjek, tidak hanya kepada satu subjek

atau satu mata pelajaran.

Kreatif merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh seseorang

yang mempunyai kreativitas. Hal ini dikarenakan hanya orang

kreatif yang mempunyai ide gagasan kreatif dan original. Orang

akan menjadi kreatif apabila distimulasi sejak dini. Anak

dikatakan kreatif apabila mampu menghasilkan produk secara

kreatif serta tidak tergantung dengan orang lain. Kreativitas atau

berpikir sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam

kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.8

Kreativitas juga merupakan kegiatan sehari-hari yang

berhubungan dengan aktivitas individu atau kelompok dalam

suatu masyarakat, dengan mengembangkan kreativitas diharapkan

siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapinya secara

mandiri atau kelompok. Kreativitas ini tercipta di segala bidang

dan kreativitas dapat diajarkan di sekolah-sekolah, karena setiap

orang pada dasarnya memiliki kreativitas pada dirinya meskipun

dengan kadar yang berbeda-beda.9

Kebutuhan kreativitas semakin terasa dalam kehidupan dunia

manapun, baik dalam dunia perusahaan, entertainment, kesehatan,

politik, budaya, dan sosial. Tanpa adanya kreativitas yang

bermakna, semuanya akan tertinggal oleh perkembangan dunia

yang sangat dinamis. Sebagai contoh kalau suatu produk

perusahaan atau enterteinment selalu monoton atau tidak ada

kreativitas baru maka konsumennya akan semakin menghilang

7 Utami Munandar, Anak Unggul Berotak Prima, (Jakarta: PT. Gramedia, 2002),

hlm. 12 8 Rohani, “Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Media Bahan Bekas”,

dalam Jurnal Raudhah, Vol. 05 No. 02 Juli-Desember 2017, h. 11 9 Yesi Budiarti, “Pengembangan Kemampuan Kreativitas dalam Pembelajaran IPS”,

dalam Jurnal Promosi, Vol. 3 No. 1 2015, h. 67

5

karena bosan dan beralih ke produk lain. Apalagi dalam era global

dan informasi ini, persaingan atau kompetisi semakin ketat dan

perubahan terjadi secara dinamis, orang cenderung beralih ke hal

yang lain yang dirasakan lebih bermakna baginya. Supaya bangsa

ini tidak tertinggal dan menjadi penonton terhadap dinamika

dunia, maka kreativitas anak perlu dikembangkan.10

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa kreativitas

memang sangat penting untuk menghasilkan sesuatu yang baru dalam

bidang apapun. Tanpa adanya kreativitas keberhasilan seseorang tidak

akan ada. Kreativitas juga sangat dibutuhkan dalam menghadapi

persoalan dan kebutuhan hidup atau bahkan kemajuan suatu negara.

Dengan adanya kreativitas juga membuat minat belajar siswa yang tinggi.

Apalagi di zaman yang sudah sangat berkembang ini, kreativitas pada

siswa akan semakin dituntut baik dari jenjang SD, SMP, dan SMA.

Dalam hal ini, peneliti mengkhususkan penelitian pada jenjang

Sekolah Menengah Pertama kelas IX agar lebih terfokus. Disamping itu

alasan pemilihan sekolah didasari karena SMP Islam Plus Az-Zahra

adalah sebuah sekolah yang telah menjalankan program literasi dan

program ini menjadi suatu syarat kelulusan dan juga sebuah kegiatan di

bulan bahasa. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di

SMP Islam Plus Az-Zahra Depok.

Maka dari itu, SMP Islam Plus Az-Zahra Depok adalah sekolah

yang cukup ideal untuk menghasilkan sebuah penelitian yang mempunyai

vadilitas tinggi terhadap hasil penelitian peneliti yang berjudul

“Implementasi Program Unggulan Literasi dalam Meningkatkan

Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra Depok”.

10 Sri Saparahayuningsih, “Peningkatan Kecerdasan dan Kreativitas Siswa”, dalam

Jurnal Kependidikan Dasar, Vol. 1 No. 1 September 2010, h. 3-4

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

masalah-masalah yang dapat di identifikasikan sebagai berikut:

1. Kurangnya minat membaca siswa;

2. Kurangnya kesadaran siswa untuk menggalangkan program literasi;

3. Pentingnya kreativitas siswa dalam menulis;

4. Kegitan literasi sebagai upaya dalam meningkatkan kreativitas siswa;

5. Faktor pendukung dan penghambat dalam pengimplementasian

program; dan

6. Program sekolah literasi di SMP Islam Plus Az-Zahra belum pernah

diteliti dalam pengimplementasian program.

C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan masalah yang di teliti, maka masalah akan

di batasi pada beberapa hal, diantaranya:

1. Kegitan literasi sebagai upaya dalam meningkatkan kreativitas siswa;

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam pengimplementasian

program; dan

3. Program sekolah literasi di SMP Islam Plus Az-Zahra belum pernah

diteliti dalam pengimplementasian program.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Program Unggulan Literasi di SMP Islam

Plus Az-Zahra?

2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat sebagai kontribusi

Implementasi Program Unggulan Literasi di SMP Islam Plus Az-

Zahra?

7

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan seperti apa Implementasi Program Unggulan

Literasi dalam Meningkatkan Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra

Depok; dan

2. Agar mengetahui peningkatan kreativitas siswa juga faktor

pendukung dan penghambat sebagai kontribusi Implementasi

Program Unggulan Literasi di SMP Islam Plus Az-Zahra.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di antaranya adalah:

1. Manfaat Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meberikan informasi

teoritis tambahan dan wawasan mengenai bagaimana menerapkan

kegiatan literasi pada peserta didik. Selanjutnya, penelitian ini

diharapkan dapat menambah keilmuan tentang pengetahuan peserta

didik dalam meningkatkan kreativitas melalui kegiatan literasi, dan

juga unuk memperkaya ilmu pengetahuan yang akan diteliti oleh

peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Secara Praktis

Manfaat praktis, bahwa penelitian ini diharapkan bermanfaat

bagi pembaca agar dapat menjadi informasi praktis tentang kegiatan

literasi karena teori-teori pada penelitian ini banyak memberikan

informasi positif.

Bagi Sekolah, penelitian ini sebagai deskripsi dan bahan

monitoring dalam mengimplementasikan program sekolah agar

dalam penerapan berikutnya dapat berjalan lebih baik lagi. Dan bagi

Siswa, penelitian ini diharapkan membantu siswa dalam mengetahui

8

apa saja hak-hak anak dalam mendapatkan pendidikan yang prositif.

Serta bagi Masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi

dan gambaran umum kepada masyarakat terkait adanya program

Literasi ini.

G. Tinjauan Pustaka

1. Skripsi yang ditulis oleh Nur Fauziah, mahasiswi Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2016, yang berjudul “Upaya Guru dalam Pengembangan

Literasi Informasi Siswa pada Mata Pelajaran PAI”.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian

dari saudari Nur Fauziah yang menyatakan dalam skripsinya bahwa

literasi informasi siswa masih harus dikembangkan, dikarenakan

mereka menyesuaikan antara peran yang mereka jalani sebagai siswa

dan terus mengembangkan diri dalam rangka meningkatkan

kemampuan literasi informasinya.

Penelitian yang dilakukan oleh saudari Nur Fauziah

menggunakan pendeketan penelitian kualitatif yang sama dengan

peneliti yakni penelitian kualitatif. Relevansi yang diteliti yaitu

sama-sama menjelaskan tentang kegiatan literasi. Akan tetapi

terdapat perbedaan yaitu skripsi dari Nur Fauziah tersebut lebih

menitikberatkan pada upaya guru dalam pengembangan literasi

informasi siswa sedangkan peneliti memfokuskan peningkatan

kreativitas siswa melalui implementasi program unggulan literasi.

2. Skripsi yang ditulis oleh Suci Nurpratiwi, mahasiswi Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2017, yang berjudul “Peran Guru dan Perpustakaan Sekolah

Terhadap Peningkatan Literasi Informasi Siswa dalam Pendidikan

Agama Islam”.

9

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil dari

penelitian saudari Suci Nurpratiwi yang menyatakan dalam

skripsinya bahwa guru PAI dan perpustakaan sekolah sangat

berperan baik terhadap peningkatan literasi informasi siswa, namun

harus tetap ditingkatkan dan dikembangkan.

Penelitian yang dilakukan oleh saudari Suci Nurpratiwi

menggunakan pendeketan penelitian kualitatif yang sama dengan

peneliti yakni penelitian kualitatif. Relevansi yang diteliti yaitu

sama-sama menjelaskan tentang kegiatan literasi. Akan tetapi

terdapat perbedaan yaitu skripsi dari Suci Nurpratiwi tersebut lebih

menitikberatkan pada peningkatan literasi informasi siswa melalui

peran guru PAI dan perpustakaan sekolah sedangkan peneliti

memfokuskan peningkatan kreativitas siswa melalui implementasi

program unggulan literasi.

3. Skripsi yang ditulis oleh Lulu Miftahul Huda, mahasiswi Program

Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2018, yang berjudul “Penerapan Kegiatan

Literasi di SD al-Zahra Indonesia Pamulang”.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil dari

penelitian saudari Lulu Miftahul Huda yang menyatakan dalam

skripsinya bahwa kegiatan literasi diterapkan melalui pembiasaan

membaca selama 15 menit dan adanya kegiatan tersebut dapat

menghadirkan lingkungan sekolah yang kaya literasi.

Penelitian yang dilakukan oleh saudari Lulu Miftahul Huda

menggunakan pendeketan penelitian kualitatif yang sama dengan

peneliti yakni penelitian kualitatif. Relevansi yang diteliti yaitu sama-

sama menjelaskan tentang kegiatan literasi. Akan tetapi terdapat

perbedaan yaitu skripsi dari Lulu Miftahul Huda tersebut lebih

10

menitikberatkan pada kegiatan literasi saja sedangkan peneliti

memfokuskan peningkatan kreativitas siswa melalui implementasi

program unggulan literasi.

4. Skripsi yang ditulis oleh Siti Hamdah, mahasiswi Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2018, yang berjudul “Ploblematika serta Solusi Program

Literasi dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Siswa

Kelas VII SMP Muhammadiyah 44 Pamulang”.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil dari

penelitian dari saudari Siti Hamdah yang menyatakan dalam

skripsinya bahwa problematika program literasi pada Bahasa dan

Sastra Indonesia yang meliputi strategi belajar yang diberikan gutu,

ketersediaan sarana yang kurang mendukung dan terbatas, serta

rendahnya minat membaca pada siswa. Solusinya adalah pemantauan

guru dalam memberikan motivasi kepada siswa, mengadakan

program bacaan, menyediakan perpustakaan mini dalam kelas dan

penghargaan agar siswa lebih termotivasi.

Penelitian yang dilakukan oleh saudari Siti Hamdah

menggunakan pendeketan penelitian kualitatif yang sama dengan

peneliti yakni penelitian kualitatif. Relevansi yang diteliti yaitu

sama-sama menjelaskan tentang kegiatan literasi. Akan tetapi

terdapat perbedaan yaitu skripsi dari Siti Hamdah tersebut lebih

menitikberatkan pada problematika serta solusi program literasi

sedangkan peneliti memfokuskan peningkatan kreativitas siswa

melalui implementasi program unggulan literasi.

5. Skripsi yang ditulis oleh Lisa Wiji Astuti, mahasiswi Program Studi

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah UIN Sunan

Kalijaga 2018, yang berjudul “Implementasi Program Gerakan

11

Literasi Sekolah untuk Menumbuhkan Minat Membaca di SD

Muhammadiyah Condongcatur Sleman Yogyakarta”.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian

dari saudari Lisa Wiji Astuti yang menyatakan dalam skripsinya

bahwa pelaksanaan program gerakan literasi di sekolah tersebut

menggunakan tiga tahapan yaitu, perencanaan program, pelaksanaan

program, dan monitoring program.

Penelitian yang dilakukan oleh saudari Lisa Wiji Astuti

menggunakan pendeketan penelitian kualitatif yang sama dengan

peneliti yakni penelitian kualitatif. Relevansi yang diteliti yaitu

sama-sama menjelaskan tentang kegiatan literasi. Akan tetapi

terdapat perbedaan yaitu skripsi dari Nur Fauziah tersebut lebih

menitikberatkan pada program gerakan literasi sekolah untuk

menumbuhkan minat membaca sedangkan peneliti memfokuskan

peningkatan kreativitas siswa melalui implementasi program

unggulan literasi.

Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat perbedaan antara

penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis teliti. Penelitian

ini lebih menitikberatkan kepada mengimplementasikan program

unggulan literasi yang diadakan SMP Islam Plus Az-Zahra dalam

meningkatkan kreativitas siswa, yang didalamnya mencakup keadaan

kreativitas siswa sesuai dengan indikator kompetensi inti (KI-4) pada

kurikulum 2013. Pada pengimplementasian tersebut dipetakan oleh

peneliti menjadi kreativitas dalam menulis, kreativitas dalam mencari

ide/gagasan, bahkan kreativitas dalam memecahkan masalah yang

semuanya sudah tergabung dalam kegiatan literasi.

12

H. Sistematika Penulisan

Teknik penulisan dalam penelitian ini akan merujuk pada buku yang

telah di susun oleh Prof. DR. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, M.A, et al.

Yang di terbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Penerbit:

IIQ Press, tahun 2011. Sistematika penulisan adalan penjelasan tentang

bagian-bagian yang akan ditulis di dalam penelitian secara sistematis.11

Bab pertama yaitu berisi tentang Pendahuluan yang menakup: 1)

Latar Belakang Masalah, 2) Identifikasi Masalah, 3) Pembatasan

Masalah, 4) Perumusan Masalah, 5) Tujuan Penelitian, 6) Manfaat

Penelitian, 7) Tinjauan Pustaka, 8) Metodologi Penelitian, dan 9)

Sistematika Penulisan.

Bab kedua berisi tentang Kajian Teori yang mencakup: Landasan

Teori meliputi: 1) Program Unggulan Literasi, meliputi: Pengertian,

Metode Pembelajaran Literasi Membaca dan Menulis, Kondisi Literasi di

Indonesia, dan Pentingnya Literasi bagi Peserta Didik; 2) Kreativitas,

meliputi: Pengertian, Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan

Kreativitas, Tahapan Perkembangan Kreativitas, dan Pentingnya

Pengembangan Kreativitas bagi Peserta Didik; dan 3) Cakupan

Kompetensi pada Ranah Keterampilan.

Bab ketiga berisi tentang Metode Penelitian yang mencakup: 1)

Jenis dan Pendekatan Penelitian, 2) Waktu dan Tempat Penelitian, 3)

Subjek dan Objek Penelitian, 4) Sumber Data, 5) Instrumen Penelitian, 6)

Teknik Pengumpulan Data, 7) Teknik Analisis Data, dan 8) Teknik

Keabsahan Data.

Bab keempat berisi tentang Hasil Penelitian yang mencakup: 1)

Gambaran Umum SMP Islam Plus Az-Zahra Depok, meliputi: Sejarah

11 Huzaemah T. Yanggo, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi,

(Tanggerang: IIQ Press, 2011), hlm. 22

13

Berdirinya Sekolah, Visi dan Misi Sekolah, Tujuh Pilar Pendidikan

Sekolah, Keunggulan Sekolah, Prestasi-Prestasi SMP Islam Az-Zahra

Depok, Rekapitulasi Jumlah Siswa yang Mengikuti kegiatan Literasi,

Keadaan Sarana dan Prasarana, serta Ekstrakulikuler Sekolah; dan 2)

Hasil Analisis Data mengenai Implementasi Program Unggulan Literasi

dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra

Depok.

Bab kelima berisi tentang penutup yang mencakup: 1) Kesimpulan

dan 2) Saran.

14

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Program Unggulan Literasi

1. Pengertian Literasi

“Secara etimologis, literasi berasal dari bahasa Latin littera

yang memiliki pengertian sistem tulisan yang menyertainya. Literasi

adalah hak asasi manusia yang fundamental dan pondasi untuk

belajar sepanjang hayat.”1

“Dengan literasi pendidikan terutama peserta didik sebagai

generasi penerus bangsa tidak sekadar memiliki kemampuan baca,

tulis, dan hitung. Lebih dari itu, mereka melek ilmu pengetahuan dan

teknologi, keuangan, budaya dan kewargaan, berpikir kritis, dan peka

terhadap lingkungan sekitar.”2

Secara tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan

membaca dan menulis. Orang yang dapat dikatakan literat

dalam pandangan ini adalah orang yang mampu membaca dan

menulis atau bebas buta huruf. Pengertian literasi selanjutnya

berkembang menjadi kemampuan membaca, menulis,

berbicara, dan menyimak. Sejalan dengan perjalanan waktu,

definisi literasi telah bergeser dari pengertian yang sempit

menuju pengertian yang lebih luas mencakup berbagai bidang

penting lainnya. Perubahan ini disebabkan oleh berbagai

faktor, baik faktor perluasan makna akibat semakin luas

penggunaannya, perkembangan teknologi informasi dan

teknologi, maupun perubahan analogi.3

Manusia dalam hidupnya didorong untuk menuntut ilmu

setinggi-tingginya, melalui membacalah manusia mampu

memperoleh sumber-sumber pengetahuan. Membaca tersebut

1 Ibadullah Malawi dkk, Pembelajaran Literasi Berbasis Sastra Lokal, (Magetan:

CV. AE Media Grafika, 2017), h. 6 2 Kemendikbud, Materi Pendukung Literasi Baca Tulis, (Jakarta, 2017), h. 2 3 Yunus Abidin dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan

Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h. 1

15

merupakan perintah Allah Swt bagi manusia, ketika Nabi

Muhammad Saw, memperoleh wahyu pertama yang

diturunkan melalui Malaikat Jibril, wahyu ini berupa seruan

untuk membaca.4

Wahyu tersebut dijelaskan dalam surah Al-‘Alaq ayat 1-5

yang berbunyi sebagai berikut:

ي خلق بٱسم رب ك ٱلذنس ن من علق ١ٱقرأ وربك ٢خلق ٱل

ٱقرأ

كرم ي علذم بٱلقلم ٣ٱل ٤ٱلذ نس ن ما ل م ٱل

٥م يعلم علذ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang

menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah;

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah;Yang mengajar

(manusia) dengan perantaran kalam; Dia mengajar kepada

manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5)5

Pada ayat 1-3 yang memiliki arti penafsiran mengajarkan

kepada umat manusia untuk membaca dengan menyebut nama

Allah Swt. Yang Maha Pencipta dan Pemurah. Syaikh Abdul

Halim Mahmud dalam bukunya al-Qur`an Fi Syahr al-Qur`an,

menyatakan bahwa kalimat Iqro’ Bismi robbik, al-Qur`an

tidak sekadar memerintahkan untuk membaca, tetapi

membaca adalah lambang dari segala apa yang dilakukan

manusia, baik yang sifatnya aktif maupun pasif.6

Dalam ayat kedua surat al-‘Alaq memperkenalkan Tuhan yang

disembah oleh Nabi Muhammad Saw. dan diperintahkan oleh

ayat sebelumnya untuk membaca dengan nama-Nya serta

demi untuk-Nya. Dalam memperkenalkan perbuatan-

perbuatan-Nya, penciptaan merupakan hal pertama yang

dipertegas karena ia merupakan persyaratan bagi

terlaksananya perbuatan-perbuatan yang lain. Pengenalan

tersebut tidak hanya tertuju kepada akal manusia tetapi juga

4 Moh. Saiful Azis, “Implementasi Kultur Literasi Dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca, Menulis dan Berpikir Kritis Siswa SD Plus Al-Kautsar Malang”, Skripsi, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2017), h. 19-20. Tidak diterbitkan (t.d)

5 Al-Qur`an dan Terjemahan, (Jakarta: PT. Almahira, 2016), Cet.2, h. 597 6 M. Afiqul Adib, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Surat Al-‘Alaq Ayat 1-5

Menurut Tafsir al-Mishbah dan Penerapannya dalam Pembelajaran”, Skripsi, (Malang:

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2019), h. 20. Tidak diterbitkan (t.d)

16

kepada kesadaran batin dan intuisinya bahkan seluruh totalitas

manusia karena pengenalan akal semata-mata tidak berarti

banyak. Sementara pengenalan hati diharapkan dapat

membimbing akal dan pikiran sehingga anggota tubuh dapat

menghasilkan perbuatan-perbuatan baik serta memelihara

sifat-sifat terpuji.7

Ayat ketiga surat al-‘Alaq mengulang perintah membaca.

Perbedaan antara perintah membaca pada ayat pertama dan

perintah membaca pada ayat ketiga, yakni yang pertama

menjelaskan syarat yang harus dipenuhi seseorang ketika

membaca, yaitu membaca demi karena Allah, sedangkan

perintah membaca pada ayat ketiga Allah menjanjikan bahwa

pada saat seseorang membaca dengan ikhlas karena Allah,

Allah akan menganugerahkan kepadanya ilmu pengetahuan,

pemahaman-pemahaman, wawasan-wawasan baru walaupun

yang dibacanya itu-itu juga.8

Kemudian dalam ayat 4 dan 5 surat al-‘Alaq dapat berarti “Dia

(Allah) mengajarkan dengan pena (tulisan) (hal-hal yang telah

diketahui manusia sebelumnya) dan Dia mengajarkan

manusia (tanpa pena) apa yang belum diketahui sebelumnya.

Kedua ayat ini dapat menyatakan bahwa Allah menjelaskan

dua cara dalam mengajar manusia. Pertama melalui pena

(tulisan) yang harus dibaca oleh manusia dan yang kedua

melalui pengajaran secara langsung tanpa alat. Wahyu-wahyu

ilahi yang diterima oleh manusia-manusia agung yang siap

dan suci jiwanya adalah tingkat tertinggi dari bentuk

pengajaran-Nya tanpa alat dan tanpa usaha manusia.9

Adapun hadits yang menjelaskan tentang keutamaan menulis,

sebagaimana dijelaskan di dalam kitab Shahih Bukhari No. 110 :

بن أخ روقال عم ث نا حد قال يان سف ث نا حد قال الل عب د ب ن عل ي ث نا حد الن ب حاب أص مام ن ي قول هري رة قالس ع تأب يه أخ عن من ب ه بب ن وه

7 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Tangerang: PT. Lentera Hati, 2016), h.

458 8 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Tangerang: PT. Lentera Hati, 2016), h.

462-463 9 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Tangerang: PT. Lentera Hati, 2016), h.

464

17

عب د الل ب ن صل ىالل علي ه وسل مأحدأ كانم ن ما إ ل ث رحد يثاعن هم ن ك هري رة أب ه امعن مع مرعن تبتب عه تبولأك كانيك روفإ ن ه عم

“Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah berkata,

telah menceritakan kepada kami Sufyan berkata, telah menceritakan

kepada kami 'Amru berkata, telah mengabarkan kepadaku Wahhab

bin Munabbih dari saudaranya berkata, aku mendengar Abu

Hurairah berkata, "Tidaklah ada seorangpun dari sahabat Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam yang lebih banyak hadisnya

dibandingkan aku, kecuali 'Abdullah bin 'Amru. Sebab ia bisa menulis

sedang saya tidak." Ma'mar juga meriwayatkan dari Hammam dari

Abu Hurairah." (HR. Bukhari)10

Pada hadits tersebut menjelaskan bahwa penyandaran pada

hafalan lebih banyak dari pada penyandaran pada tulisan, karena

hafalan para sahabat r.a sangat kuat dan cepat, di samping sedikitnya

orang yang bisa baca tulis. Oleh karena itu, siapa saja dari kalangan

mereka yang mendengar satu ayat, dia akan langsung menghafalnya

atau menuliskan.

Sebagaimana pendapat Goody dalam buku Pembelajaran

Literasi Berbasis Sastra Lokal menyatakan bahwa literasi

dalam arti sempit adalah kemampuan untuk membaca dan

menulis. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek

huruf yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan

menulis. Meskipun dalam perkembangannya melek huruf

yang dimaksudkan tidak hanya mengenali dan atau membaca

dan menginterpretasi lambang huruf dan angka saja, tetapi

juga kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide

yang disampaikan secara visual baik berupa gambar, video,

maupun adegan.11

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa

Gerakan Literasi Sekolah merupakan suatu usaha atau

10 Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Ibnu Ibrahim bin Maghirah bin

Bardazibah al-Bukhari al-Jafi, Shahih Bukhari, (Beirut-Lebanon: Darul Kitab al-‘Ilmiyah,

1992), Hadits No. 110 11 Ibadullah Malawi dkk, Pembelajaran Literasi Berbasis Sastra Lokal, ..., h. 7

18

kegiatan yang bersifat partisipatif, dengan melibatkan warga

sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga

kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, orang

tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media

massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat

mempresentasikan keteladanan, dunia usaha, dan sebagainya),

serta pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.12

Dalam rangka meningkatkan literasi masyarakat, sejak 2016

pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

telah meluncurkan program Gerakan Literasi Nasional yang

terdiri dari Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Gerakan Literasi

Keluarga, dan Gerakan Literasi Masyarakat. Gerakan Literasi

Nasional telah mendorong tumbuhnya budaya baca, salah

satunya dapat dipantau melalui penyelenggaraan GLS.

Melalui terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang

Penumbuhan Budi Pekerti, yang mana salah satu tujuannya

berupaya untuk memperkuat budaya literasi siswa, banyak

seolah mulai menerapkan kegiatan 15 menit membaca buku

nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Pembiasaan

tersebut diharapkan daat menumbuhkan minat baca serta

meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat

dikuasai secara lebih baik. GLS sepanjang tahun 2016

mencatat sebanyak 5.360 sekolah telah melakukan

peningkatan kapaistas dan menjalankan kegiatan 15 menit

membaca sebelum pelajaran dimulai. Angka tersebut di luar

sekolah-sekolah yang sudah melaksanakan program literasi

sebelum GLS diluncurkan pada 2016.13

Sementara itu, National Institute for Literacy mendefinisikan

bahwa literasi adalah kemampuan individu untuk membaca,

menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah

pada tingkat keahlian yang diperlukan. Menurut Alberta

menyatakan bahwa literasi bukan hanya sekadar kemampuan

untuk membaca dan menulis namun menambah pengetahuan,

12 Yunus Abidin dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan

Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, ..., h. 279 13 Kemendikbud, Indeks Aktivitas Literasi Membaca 34 Provinsi, (Jakarta:

Puslitjakdikbud, 2019), h. 2-3

19

keterampilan, dan kemampuan yang dapat seseorang memiliki

kemampuan berpikir kritis, mampu memecahkan masalah

dalam berbagai konteks, mampu berkomunikasi secara efektif

dan mampu mengembangkan potensi serta berpartisipasi aktif

dalam kehidupan bermasyarakat.14

Jadi, memang pada mulanya literasi hanya dimaknai sekadar

kemampuan membaca dan menulis saja, namun seiring

perkembangan zaman literasi bukan sekadar dimaknai membaca dan

menulis saja, tetapi juga memiliki makna numerik. Dimana ketiga

keterampilan ini adalah dasar dalam kecakapan hidup seseorang.

Penjelasan ini di perkuat dalam buku Literasi Sastra, yang

menjelaskan bahwa literasi merupakan kualitas atau

kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi

kemampuan membaca dan menulis. Namun, lebih dari itu,

makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya

kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang

disampaikan secara visual (adegan, video, dan gambar).15

Pada dasarnya, literasi sangatlah dekat dengan kehidupan

manusia. Dalam dunia pendidikan, lebih dekat dengan siswa

dan guru yaitu dalam proses belajar dan mengajar. Literasi

secara sederhana dapat dikenal sebagai kemampuan membaca

dan menulis. Namun, banyak pendidik yang kurang

memahami makna literasi dengan baik, sehingga banyak

kendala yang terjadi di sekolah dalam menciptakan literasi

sekolah.16 Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS

adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan

sesuatu secara cerdas mealalui berbagai aktivitas, antara lain

membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara.17

14 Ibadullah Malawi dkk, Pembelajaran Literasi Berbasis Sastra Lokal, ..., h. 8 15 Suwardi Endswarna, Literasi Sastra, (Yogyakarta: Morfalingua, 2017), h. 2 16 Hawa Ajeng Trisnawati, “Pelaksanaan Kegiatan Literasi dalam Pembentukan

Karakter Siswa di Sekolah Tara Salvia Ciputat (Analisis Deskriptif pada Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar Tara Salvia Ciputat)”, Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, 2018), h. 20. Tidak diterbitkan (t.d) 17 Dewi Utama Faizah dkk, Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar, (Jakarta:

Diktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2016), h. 2

20

Dari berbagai pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa literasi merupakan suatu kemampuan yang bukan sekadar

membaca dan menulis saja, namun kemampuan seseorang untuk

menambah pengetahuan, berpikir kritis, dan mampu memecahkan

masalah dalam berbagai konflik apapun.

Kemudian, dengan adanya penjelasan tentang pengertian

literasi diatas, berikut ada beberapa komponen literasi yang dapat

memperkuat penjelasan diatas bahwa literasi itu bukan hanya

diartikan sebagai baca-tulis tetapi cakupannya luas. Komponen

tersebut di antaranya sebagai berikut:

a. Literasi dini atau early literacy, yaitu kemampuan untuk

menyimak, memahami bahasa lisan, dan juga berkomunikasi

melalui gambar dan lisan yang dibentuk pengalamannya

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dirumah. Pengalaman

peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi

fondasi perkembangan literasi dasar.

b. Literasi dasar atau basic literacy, yaitu kemampuan untuk

mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung

yang berkaitan dengan kemampuan analisi untuk

memperhitungkan, lalu juga sebuah kemampuan melakukan

persepsi pada informasi, dan juga mengomunikasikan, serta

menggambarkan sebuah informasi berdasarkan pemahaman dan

juga pengambilan simpulan pribadi.

c. Literasi perpustakaan atau library literacy, yaitu memberikan

pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan juga nonfiksi,

memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami

Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang

memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, lalu juga

21

memahami penggunaan katalog dan juga pengindeksan, hingga

memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang

menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, lalu pekerjaan, atau

mengatasi masalah.

d. Literasi media atau media literacy, yaitu kemampuan untuk

mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media

cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media

digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.

e. Literasi teknologi atau technology literacy, yaitu sebuah

kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi

seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta

etika, dan juga etika dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya,

yaitu kemampuan dalam memahami teknologi dalam rangka

mencetak, mempresentasikan, dan juga mengakses internet.

Dalam penerapan ataupun praktiknya, pemahaman

menggunakan komputer yang di dalamnya mencakup

menghidupkan dan juga mematikan komputer, menyimpan dan

mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak.

Sejalan dengan membanjirnya informasi atau berita karena

perkemangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang

baik di dalam mengelola informasi yang memang dibutuhkan

masyarakat.

f. Literasi visual atau visual literacy, yaitu pemahaman tingkat

lanjut antara literasi media, literasi teknologi, yang

mengembangkan kemampuan dan juga keutuhan belajar dengan

memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan

bermartabat. Materi visual yang tidak terbendung, baik dalam

bentuk cetak, auditori, maupun digital, perlu dikelola dengan

22

baik. Bagaimana pun di dalamnya banyak manipulasi dan

hiburan yang perlu di saring berdasarkan etika serta kepatutan. 18

Dari enam komponen tersebut, menjelaskan bahwa literasi

dapat diartikan secara lebih luas yaitu sebagai literasi dini atau

kemampuan untuk menyimak, literasi dasar atau kemampuan untuk

mendengarkan, literasi perpustakan atau kemampuan untuk

membedakan bacaan fiksi dan non fiksi, literasi media atau

kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media, literasi

teknologi atau kemampuan untuk memahami dan cara

memanfaatkan berbagai teknologi, dan literasi visual atau

kemampuan mengembangkan dan memanfaatkan media visual dan

audiovisual secara kritis.

2. Metode Pembelajaran Literasi Membaca dan Menulis

Dalam sekolah yang sedang di teliti oleh peneliti, literasi yang

di jalankan adalah literasi membaca dan menulis. Untuk itu, peneliti

mencantumkan metode pembelajaran literasi membaca dan menulis.

Berikut metode atau strategi pembelajaran literasi membaca:

a. Metode membaca cermat multiliterasi, metode ini dikembangkan

berdasarkan konsepsi yang menggabungkan antara membaca

cermat dalam pandangan respons pembaca dengan membaca

pemahaman dalam pandangan sosial konstruktivis. Metode ini

cocok digunakan untuk wacana ilmu sosial, sains, maupun teks

kewarganegaraan dan sejarah.

b. Metode pembelajaran inkuiri membaca, metode ini merupakan

aktivitas meneliti sebuah teks untuk menemukan makna yang

terkandung dalam sebuah teks, agar diperoleh pemahaman yang

18 Farid Ahmadi dan Hamidulloh Ibda, Media Literasi Sekolah, (Semarang: CV

Pilar Nusantara, 2018), h. 22-24

23

mendalam atas isi teks tersebut. Adapun tujuan dari metode ini

adalah untuk membekali siswa dalam kemampuan membaca teks

secara analisi kritis; memberikan respons atas teks dan tujuan

penulisan teks; mengevaluasi informasi, argumen, dan fakta yang

disajikan pengarang dalam teks yang dibuatnya; dan

menghasilkan produk pemahaman teks dalam bentuk teks

multimodal dengan menggunakan multimedia.

c. Metode eksplorasi masalah matematis, metode pembelajaran ini

dirancang untuk memecahkan masalah dalam matematika.

Pemecahan masalah yang dimaksud biasanya dalam bentuk soal

cerita. Oleh sebab itu, tujuan utama metode ini adalah membina

kemampuan siswa memecahkan masalah matematis dalam

konteks cerita soal.

d. Metode SQ3R untuk teks ilmu sosial, metode ini terdiri atas lima

langkah yaitu survey, question, read, recite, dan review. Metode

ini sangat tepat digunakan sebagai metode membaca bahan bacaan

ilmu-ilmu sosial. Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman atas

isi bacaan dan mempertahankan pemahaman tersebut dalam

jangka waktu yang lebih panjang.

e. Metode PQRST untuk teks ilmu sains, metode ini terdiri dari lima

langkah yaitu preview (peninjauan), question (pertanyaan), read

(membaca), summary (merangkum), dan test (ujian). Metode ini

dapat digunakan untuk memahami bahan bacaan sains.19

Kelima metode tersebut merupakan metode pembelajaran

literasi membaca yang tepat untuk siswa ketika sedang melakukan

kegiatan literasi di sekolah. Metode tersebut merupakan metode yang

19 Yunus Abidin dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan

Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, ..., h. 192- 201

24

tidak hanya untuk dilakukan dalam satu mata pelajaran tetapi untuk

dilakukan semua mata pelajaran, baik pelajaran matematika, sains,

ilmu sosial, sejarah, dan sebagainya. Sedangkan metode pembelajaran

literasi menulis diantaranya sebagai berikut:

a. Metode bengkel menulis, metode ini adalah sebuah wilayah

literasi tempat siswa belajar proses menulis melalui penyediaan

waktu secukupnya oleh guru, agar siswa secara pasti dapat

merencanakan, mengorganisasikan, dan menyajikan tulisannya.

Tujuannya agar siswa mampu memilih topik secara tepat dan

mengembangkannya dalam berbagai jenis tulisan.

b. Metode menulis berbasis genre, metode pembelajaran menulis

yang menekankan pada pentingnya pemahaman sebuah teks

sebagai bekal kegiatan menulis, dengan berdasarkan contoh atau

model tulisan yang sudah jadi.

c. Metode observasi kritis, metode pembelajaran menulis yang

menekankan pada kemampuan siswa dalam melakukan

serangkaian aktivitas pengamatan sebagai bahan dalam kegiatan

menulis.20

Ketiga metode tersebut merupakan metode pembelajaran

menulis yang dapat siswa dan guru lakukan. Dengan adanya metode

pembelajaran menulis ini akan sangat terbantu dan akan memudahkan

siswa dalam kegiatan literasi di sekolah. Metode ini merupakan

langkah-langkah sebelum siswa menulis apa yang di dapat dalam

buku bacaannya.

3. Kondisi Literasi di Indonesia

Data statistik United Nations Educational, Scientific, and

Cultural Organization (UNESCO) tahun 2012 menyebutkan

20 Yunus Abidin dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan

Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, ..., h. 217-223

25

indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya,

setiap dalam 1.000 penduduk, hanya satu orang saja yang

memiliki minat baca. Berbeda dengan hasil data UNESCO,

hasil survei tahun 2015 yang di release oleh Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada Desember

2016 menunjukkan kenaikan pencapaian pendidikan di

Indonesia yang dignifikan yaitu sebesar 22,1 poin. Sehingga

Indonesia menempati posisi ke 4 dalam hal kenaikan

pencapaian murid dibanding hasil survei sebelumnya pada

tahun 2012, dari 72 negara yang mengikuti tes Programme for

International Student Assessment (PISA).21

Peningkatan terbesar terlihat pada kompetensi sains, dari 382

poin pada tahun 2012 menjadi 403 poin di tahun 2015. Dalam

kompetensi matematika meningkat dari 375 poin ditahun 2012

menjadi 386 poin di tahun 2015. Kompetensi membaca belum

menunjukkan peningkatan yang signifikan, dari 396 di tahun

2012 menjadi 397 di tahun 2015. Peningkatan tersebut

mengangkat posisi Indonesia 6 peringkat ke atas bila

dibandingkan posisi peringkat kedua dari bawah pada tahun

2012. Peningkatan ini memang patut diapreasi kepada seluruh

pihak, meskipun begitu masih banyak tugas yang harus

dilakukan agar pendidilan di Indonesia lebih baik lagi dan

bahkan tidak berada di bawah rata-rata.22

“Gerakan literasi membaca dan menulis di Indonesia sudah

dilakukan oleh pemerintah, namun hasilnya belum menggembirakan.

Sampai saat ini, kondisi literasi membaca dan menulis masyarakat

Indonesia masih sangat minim.”23

Gerakan literasi dirancang untuk membiasakan anak gemar

membaca dan menulis, gerakan literasi sendiri mengambil

21 Rohmatul Laelah, “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah sebagai Upaya

Penanaman Nilai-Nilai Revolusi Mental pada Siswa di MIN 2 Sleman”, Tesis, (Yogyakarta:

UIN Sunan Kalijaga, 2018), h. 7. Tidak diterbitkan (t.d) 22 Rohmatul Laelah, “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah sebagai Upaya

Penanaman Nilai-Nilai Revolusi Mental pada Siswa di MIN 2 Sleman”, Tesis, (Yogyakarta:

UIN Sunan Kalijaga, 2018), h. 8. Tidak diterbitkan (t.d) 23 Jaka Warsihna, “Meningkatkan Literasi Membaca dan Menulis dengan Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK)”, dalam Jurnal Kwangsan, Vol. 4 No. 2 Desember 2016, h.

70

26

model penumbuhan budi pekerti 15 menit pertama sebelum

pelajaran dimulai. Gerakan literasi merupakan kegiatan

ekstrakulikuler bukan intrakulikuler, sehingga tidak

menambah jam belajar yang sudah ada. Modelnya adalah

membaca, mengkonstruksi, menulis kembali hasil bacaan, dan

bahan bacaan yang relevan dengan perkembangan psikologi

serta kecerdasan siswa.24

Ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya literasi

diantaranya sebagai berikut:

a. Belum kuatnya pendidikan literasi di institusi pendidikan.

Kemampuan membaca dan menulis merupakan pondasi

terciptanya kesenangan membaca. Orang yang akan menghindari

kegiatan membaca jika kekurangan kosakata yang

menyebabkannya sulit membaca. Kosakata dapat diperoleh

dengan semakin banyak berlatih membaca, padahal kurikulum

pendidikan di Indonesia tidak mendukung tumbuhnya budaya

membaca.

b. Lingkungan yang tidak mendukung peningkatan literasi.

Seseorang akan senang membaca ketika berada di lingkungan

yang senang membaca. Ini yang disebut Bandura sebagai

learning by modelling, orang belajar dari mencontoh perilaku

orang lain. Seseorang yang dibesarkan dari keluarga yang suka

membaca buku, akan membentuk kebiasaan membaca.

c. Sulitnya akses terhadap buku. Buku bukanlah komoditas

prioritas bagi sebagian besar seseorang. Mereka akan berpikir

dua kali untuk membeli buku, apalagi dengan harga buku yang

24 Rohmatul Laelah, “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah sebagai Upaya

Penanaman Nilai-Nilai Revolusi Mental pada Siswa di MIN 2 Sleman”, Tesis, (Yogyakarta:

UIN Sunan Kalijaga, 2018), h. 7. Tidak diterbitkan (t.d)

27

semakin mahal karena proses distribusi yang tidak dikontrol

pemerintah.25

Rendahnya literasi disadari oleh berbagai lapisan masyarakat.

Oleh karena itu, muncullah gerakan-gerakan personal untuk

mendorong peningkatan minat baca di berbagai daerah. Secara

umum, kelompok-kelompok peduli pendidikan

mengumpulkan buku dan membagikan buku kepada anak-

anak di tempat terpencil. Akan tetapi, gerakan-gerakan

tersebut tentu tidak dapat menggantikan tugas negara untuk

meningkatan literasi bangsa, terutama generasi muda.26

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Indonesia

tingkat budaya literasinya sangat rendah, dikarenakan kurangnya

minat membaca pada setiap seseorang terutama generasi muda,

kurangnya fasilitas atau kurangnya buku bacaan yang di sediakan di

perpustakaan sekolah dan kurangnya pendukung baik dari keluarga

maupun lingkungan sekitar.

4. Pentingnya Literasi bagi Peserta Didik

“Pentingnya literasi sangat mendukung keberhasilan

seseorang dalam menangani berbagai persoalan. Melalui kemampuan

literasi, seseorang tidak hanya memperoleh ilmu pengetahuan tetapi

juga bisa mendokumentasikan sepenggal pengalaman yang menjadi

rujukan di masa yang akan datang.”27

Jadi, literasi itu sangat penting dilakukan seseorang. Literasi

itu tidak hanya kemampuan untuk membaca, menulis, dan

menghitung saja, tetapi juga bisa diartikan sebagai kemampuan untuk

berpikir kritis serta memecahkan masalah.

25 Elga Andina, “Pentingnya Literasi bagi Peningkatan Kualitas Pemuda”, dalam

Majalah Info Singkat, Vol. IX No. 21 November 2017, h. 11 26 Elga Andina, “Pentingnya Literasi bagi Peningkatan Kualitas Pemuda”, dalam

Majalah Info Singkat, Vol. IX No. 21 November 2017, h. 11 27 Putri Oviolanda Irianto dan Lifia Yola Febrianti, “Pentingnya Penguasaan

Literasi bagi Generasi Muda Dalam Menghadapi MEA”, Mei 2017, h. 641

28

Menurut Wells terdapat empat tingkatan literasi yaitu,

performative, functional, informational, dan epistemic.

Literasi tingkatan pertama adalah sekadar mampu membaca

dan menulis. Literasi tingkatan kedua adalah menunjukkan

kemampuan menggunakan bahasa untuk keperluan hidup atau

skill for survival (seperti membaca manual, mengisi formulir,

dan sebagainya). Literasi tingkatan ketiga adalah

menunjukkan kemampuan untuk mengakses pengetahuan.

Literasi tingkatan keempat menunjukkan kemampuan

mentransformasikan pengetahuan.28

Literasi menjadi kecakapan hidup yang menjadikan manusia

berfungsi maksimal dalam masyarakat. Kecakapan hidup

bersumber dari kemampuan memecahkan masalah melalui

kegiatan berpikir kritis. Selain itu, literasi juga menjadi

refleksi penguasaan dan apresiasi budaya. Masyarakat yang

berbudaya adalah masyarakat yang menanamkan nilai-nilai

positif sebagai upaya aktualisasi dirinya. Aktualisasi diri

terbentuk melalui interpretasi, yaitu kegiatan mencari dan

membangun makna kehidupan. Hal tersebut dapat di capai

melalui penguasaan literasi yang baik.29

B. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas berasal dari kata create yang berarti menciptakan.

Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu

yang bermakna. Kreativitas merupakan manifestasi dari

individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan

dirinya. Pada dasarnya kreativitas tidaklah terbatas pada

budaya maupun golongan tertentu, karena sejak lahir memang

sudah dibekali oleh suatu potensi.30

Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. An-Nahl ayat 78:

28 Putri Oviolanda Irianto dan Lifia Yola Febrianti, “Pentingnya Penguasaan

Literasi bagi Generasi Muda Dalam Menghadapi MEA”, Mei 2017, h. 642 29 Putri Oviolanda Irianto dan Lifia Yola Febrianti, “Pentingnya Penguasaan

Literasi bagi Generasi Muda Dalam Menghadapi MEA”, Mei 2017, h. 642 30 Hasnawati, “Pentingnya Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar

Pendidikan Agama Islam di SDN 198 Toweleng Kabupaten Soppeng”, Skripsi, (Makassar:

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2011), h. 13-14. Tidak diterbitkan (t.d)

29

ه تكم ل و مذن بطون أ خرجكم م

أ ا وجعل لكم شي مون عل ت ٱهللذ

ف بص ر وٱل

مع وٱل ٧٨ رون دة لعلذكم تشك ٱلسذ

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam

keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-

Nahl [16]: 78)31

Dalam kitab al-Mishbah karya Quraish Shihab, ayat ini

merupakan salah satu bukti kuasa Allah menghidupkan

kembali siapa yang meninggal dunia serta kebangkitan pada

Hari Kiamat. Ayat ini menyatakan: Dan sebagaimana Allah

mengeluarkan kamu berdasar kuasa dan ilmu-Nya dari perut

ibu-ibu kamu sedang tadinya kamu tidak wujud, demikian

juga Dia dapat mengeluarkan kamu dari perut bumi dan

menghidupkan kamu kembali. Ketika Dia mengeluarkan kamu

dari ibu-ibu kamu, kamu semua dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun yang ada di sekeliling kamu dan Dia

menjadikan kamu pendengaran, penglihatan-penglihatan, dan

aneka hati sebagai bekal dan alat-alat untuk meraih

pengetahuan agar kamu bersyukur dengan menggunakan alat-

alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah Menganugerah-

kannya kepada kamu.32

Ayat tersebut menjelaskan tentang kondisi awal manusia

dilahirkan dalam keadaan tidak berpengetahuan. Namun,

Allah Swt telah melengakapi manusia dengan tiga perangkat

penting dalam mengakses pengetahuan, yaitu pendengaran,

penglihatan dan hati. Karena ketiga perangkat tersebut

dioptimal fungsinya untuk belajar, niscaya hasil pendidikan

dapat lebih maksimal dalam durasi waktu yang tidak terlalu

panjang. Dengan demikian, diharapkan akan muncul manusia-

manusia yang siap untuk menjalankan berbagai macam

kewajiban yang telah dibebankan kepada mereka di kehidupan

dunia. Namun sebaliknya, jika ketiga perangkat tersebut

digunakan untuk mengakses keburukan, maka dalam waktu

31 Al-Qur`an dan Terjemahan, (Jakarta: PT. Almahira, 2016), Cet.2, h. 275 32 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Tangerang: PT. Lentera Hati, 2016), h.

672

30

yang tidak lama pula akan muncul manusia yang rusak pikiran

dan jiwanya serta ia akan menyebarkan kerusakan pada

lingkungan.33

Kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan

dan aplikasi dari ketiga aspek esensial yaitu kecerdasan analis,

kreatif, dan praktis. Beberapa aspek yang ketika digunakan

secara kombinatif dan seimbang akan melahirkan kecerdasan

kesuksesan. Kreativitas berkaitan dengan pribadi kreatif yang

melibatkan diri dalam proses kreatif dan dukungan juga

dorongan dari lingkungan sekitarnya.34

Kreativitas merupakan salah satu hal yang urgen untuk

dimiliki seorang peserta didik sebagai generasi penerus

bangsa. Dengan menggunakan kreativitas, seorang dapat tetap

survive dalam menghadapi era persaingan global.

Pengembangan kemampuan berpikir kreatif peserta didik

menjadi hal yang perlu diutamakan dalam implementasi

pendidikan.35

Utami Munandar menjelaskan bahwa kreativitas berdasarkan

empat P, pertama pribadi (person) bahwa setiap anak adalah

pribadi unik dan kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari

keunikan pribadi individu. Kedua proses (process), kreativitas

sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru

atau untuk menemukan hubungan-hubungan baru antar unsur-

unsur yang sudah ada sebelumnya dalam mencari jawaban

baru terhadap suatu masalah, merupakan manifestasi dari

kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas pemikiran anak.

Ketiga pendorong (press), kreativitas dapat berkembang jika

ada pendorong, baik dari dalam (dorongan internal, keinginan,

motivasi atau hasrat yang kuat dari diri sendiri) untuk

berkreasi, maupun dari luar yaitu lingkungan yang memupuk

dan mendorong pikiran, perasaan, sikap dan perilaku anak

33 Annisa Destyaningrum, “Kecerdasan Spiritual dalam Perspektif Al-Qur`an Surat

An-Nahl Ayat 78”, Skripsi, (Semarang: Institut Agama Islam Negeri Salatigfa, 2019), h. 22-

23. Tidak diterbitkan (t.d) 34 Agus Makmur, “Efektivitas Penggunaan Metode Base Method dalam

Meningkatkan Kreativitas dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMP N 10

Padangsidimpuan”, dalam Jurnal EduTech, Vol. 1 No. 1 Maret 2015, h. 4 35 Atik Kurniawati , “Strategi Pembelajaran untuk Mengembangkan Kreativitas

Peserta Didik”, Makalah, (Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta, 2017), h. 2. Tidak

diterbitkan (t.d)

31

yang kreatif dengan memberikan peluang kepada anak untuk

bersibuk diri secara kreatif. Keempat produk (product), bahwa

produk-produk kreativitas yang konstruktif pasti akan muncul,

karena produk kreativitas muncul dari proses interaksi dari

keunikan individu di satu pihak dan bahan, kejadian, orang-

orang atau keadaan hidupnya.36

Menurut Supriadi dalam buku Strategi Pengembangan

Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak menjelaskan

bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun

karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Ia

juga menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan

berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya

eskalasi dalam kemampuan berpikir, di tandai oleh suksesi,

diskontinuitas, dan integrasi antara setiap tahap

perkembangan.37

Adapun menurut Semiawan mengatakan bahwa kreativitas

merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan

menerapkannya dalam pemecahan masalah. Sementara itu

Chaplin menjelaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan

menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan,

atau dalam memechakan masalah-masalah dengan metode-

metode baru.38

Dari berbagai pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

kreativitas merupakan suatu keterampilan yang dimiliki seseorang

untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu baik berupa

ide/gagasan baru atau yang telah ada sebelumnya maupun karya

nyata yang dihasilkan oleh dirinya sendiri.

Utami Munandar juga menjelaskan ciri-ciri kreativias dibagi

menjadi dua yaitu ciri yang berhubungan dengan kemampuan berfikir

36 Sriti Mayang Sari, “Peran Ruang dalam Menunjang Perkembangan Kreativitas

Anak”, dalam Jurnal Dimensi Interior, Vol. 3 No. 1 Juni 2005, h. 82 37 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada

Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 12 38 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada

Anak Usia Taman Kanak-Kanak, ..., h. 14

32

kreatif dan ciri yang berhubungan dengan sikap atau perasaan. Secara

rinci dijabarkan sebagai berikut:

a. Ciri-ciri yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif

atau kognitif (aptitude) antara lain sebagai berikut:

Keterampilan berpikir lancar, yaitu mencetuskan banyak

gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, pertanyaan,

memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan

berbagai hal serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban;

Keterampilan berpikir luwes atau fleksibel, yaitu

menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang

bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang

yang berbeda, mencari banyak alternatif atau arah yang

berbeda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara

pemikiran;

Keterampilan berpikir orisinal, yaitu mampu melahirkan

ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak

lazim untuk mengungkapkan diri, serta mampu membuat

kombinasi yang lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur;

Keterampilan memerinci atau mengelaborasi, yaitu mampu

memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau

produk, dan menambahkan atau memerinci secara detail dari

suatu obyek gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih

menarik;

Keterampilan menilai, yaitu menentukan penilaian sendiri dan

penentuan apakah suatu pertanyaan benar atau salah, suatu

rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu

mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, serta

33

tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga

melaksanakannya. 39

b. Ciri-ciri yang menyangkut sikap dan perasaan seseorang atau

afektif (non aptitude) antara lain sebagai berikut:

Upaya rasa ingin tahu, meliputi suatu dorongan untuk

mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak ertanyaan,

selalu memperhatikan orang lain, obyek dan situasi serta

peka dalam pengamatan dan ingin mengetahuinya;

Bersifat imajinatif, meliputi kemampuan untuk

memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau

belum pernah terjadi, dan menggunakan khayalan tetapi

mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan;

Merasa tertantang oleh kemajemukan, meliputi dorongan

untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa

tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, serta lebih tertarik

pada tugas-tugas yang sulit;

Sikap berani mengambil resiko, meliputi keberanian

memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak

takut gagal atau mendapat kritik, serta tidak menjadi ragu

karena ketidakjelasan hal-hal yang tidak konvensional, atau

yang kurang berstruktur;

Sikap menghargai, meliputi tindakan dapat menghargai

bimbingan dan pengarahan dalan hidup, sera menghargai

kemampuan dan bakat sendiri yang sedang berkembang. 40

39 Dian Miranda, “Upaya Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini

di Kota Pontianak”, Skripsi, (Pontianak: Universitas Tanjungpura, 2016), h. 62. Tidak

diterbitkan (t.d) 40 Dian Miranda, “Upaya Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini

di Kota Pontianak”, Skripsi, (Pontianak: Universitas Tanjungpura, 2016), h. 62. Tidak

diterbitkan (t.d)

34

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kreativitas

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang

mendapat rangsangan (dengan melihat, mendengar, dan

bergerak) akan lebih berpeluang lebih cerdas dibanding

dengan sebaliknya. Salah satu bentuk rangsangan yang sangat

penting adalah kasih sayang. Hal itu artinya seorang anak

harus memiliki rasa aman dan kepercayaan diri yang tinggi

sebelum berkreasi.41

Empat hal yang dapat diperhitungkan dalam pengembangan

kreativitas diantaranya sebagai berikut:

a. Rangsangan Mental

Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan

rangsangan mental yang mendukung. Pada aspek kognitf anak

distimulasi agar mampu memberikan berbagi alternatif pada

setiap stimulan yang muncul. Pada aspek kepribadian anak

distimulasi untuk mengembangkan berbagai macam potensi

pribadi kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri,

dan lain sebagainya. Pada aspek suasana psikologis

distimulasi agar anak memiliki rasa aman, kasih sayang, dan

penerimaan. Menerima anak dengan segala kekurangan dan

kelebihannya akan membuat anak berani mencoba, berinisiatif

dan berbuat sesuatu secara spontan.42

b. Iklim dan Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan di sekitar anak sangat berpengaruh besar

dalam menumbuhkembangkan kreativitas. Lingkungan yang

sempit, pengap dan menjemukan akan terasa muram, tidak

bersemangat dan tidak mendapatkan ide cemerlang.

Kreativitas dengan sendirinya akan mati dan tidak

41 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada

Anak Usia Taman Kanak-Kanak, ..., h. 27 42 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada

Anak Usia Taman Kanak-Kanak, ..., h. 27

35

berkembang dengan kondisi lingkungan yang tidak

mendukung.43

c. Peran Guru

Guru yang kreatif harus dipersiapkan agar mereka belajar dari

murid-murid mereka dan tidak boleh khawatir bahwa mereka

akan terlihat bodoh. Mereka harus mengeksplorasi bakat

kreatif mereka, baik dalam pengajaran maupun area yang lain

agar mereka dapat mengembangkan kreativitas siswanya.

Guru tidak akan dapat mengembangkan kemampuan kreatif

siswa jika dirinya tidak kreatif. Jadi, kreativitas guru tidak

boleh melumpuhkan kreativitas siswanya. Sebaliknya, agar

guru dapat mengembangkan kreativitas siswanya, maka

terlebih dahulu dia dapat mengembangkan dirinya menjadi

pribadi yang kreatif dan memiliki kreativitas.44

Beberapa hal yang dapat mendukung peran guru dalam

mengembangkan kreativitas siswa adalah sebagai berikut:

Percaya diri pada siswa dapat ditumbuhkan melalui sikap

penerimaan dan menghargai perilaku anak. Kepercayaan diri

merupakan syarat penting yang harus dimiliki siswa untuk

menghasilkan kreatif. Hal ini diawali dengan keberanian

mereka dalam beraktivitas. Dan setiap anak akan berani

menampilkan karya alami mereka jika lingkungan terutama

orang tua dan guru menghargainya.

Berani mencoba hal baru, kegiatan baru akan memperkaya

ide dan wawasan anak tentang segala sesuatu. Jika seorang

guru hanya mengandalkan kegiatan rutin saja, ia akan

kehilangan semangat dan motivasi untuk mengajar. Begitu

pula dengan anak, mereka akan kehilangan “rasa ingin tahu”

dan motivasinya untuk belajar. Seorang pendidik yang

43 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada

Anak Usia Taman Kanak-Kanak, ..., h. 28 44 Sumiarti, “Pusat Studi Pendidikan dan Kreativitas Anak”, dalam Jurnal

Educreate, Vol. 1 Agustus 2016, h. 19

36

kreatif akan sangat memahami kondisi ini, sehingga terus

mengembangkan dirinya dan berinteraksi dengan hal baru.

Memberikan contoh, diakui atau tidak sosok seorang guru

tetap merupakan figur dan teladan bagi murid-muridnya.

Seorang pendidik yang baik tidak akan pernah mengajarkan

apa yang tidak dia lakukan. Demikian dengan pengajaran

kreativitas. Seorang guru yang tidak kreatif, tidak mungkin

dapat melatih anak didiknya untuk menjadi kreatif.

Menyadari keragaman karakteristik siswa, setiap anak

adalah unik dan khas, masing-masing berbeda satu sama

lain. Pemahaman dan kesadaran ini akan membantu guru

menerima keragaman perilaku dan karya mereka dan tidak

memaksakan kehendak.

Memberikan kesempatan pada siswa untuk berekspresi dan

bereksplorasi, untuk mengembangkan kreativitas, guru perlu

menyiapkan berbagai pendekatan, metode dan media

pembelajaran yang akan membuat anak bebas

mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya.

Positive Thinking, guru harus memprioritaskan positive

thingking-nya daripada asumsi negatifnya. Dengan positive

thinking guru dapat mereduksi hambatan yang tidak perlu

dan menghindari masalah baru yang mungkin timbul.45

d. Peran Orang Tua

Utami Munandar dalam buku Strategi Pengembangan

Kreativitas menjelaskan beberapa sikap orang tua yang dapat

mengembangkan kreativitas anak yaitu, menghargai pendapat

anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya;

membolehkan anak mengambil keputusan sendiri; mendorong

45 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada

Anak Usia Taman Kanak-Kanak, ..., h. 32

37

kemandirian anak dalam bekerja; menjalin hubungan

kerjasama yang baik dengan anak; dan memberikan pujian

atau penghargaan kepada anak jika ia mengerjakan suatu

apapun.46

Dari berbagai faktor pendukung pengembangan kreativitas

diatas dapat disimpulkan bahwa memang sangat penting untuk

mengembangkan kreativitas seseorang agar dapat menciptakan

sesuatu baru atau bisa juga sesuatu yang sebelumnya sudah ada

diperbagus lagi. Pengembangan kreativitas siswa bisa berkembang

dengan adanya dukungan dari mental yang bagus, lingkungan sekitar,

peran guru di sekolah yang selalu mengapresiasi sesuatu yang

dihasilkan peserta didiknya, dan peran orangtua yang selalu

menghargai pendapat anaknya.

3. Tahapan Perkembangan Kreativitas

Kreativitas mempunyai empat tahapan diantaranya sebagai berikut:

a. Tahap Sensori Motorik (0-2 Tahun)

Pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk

mengembangkan kreativitasnya karena tindakan-tindakan

anak masih berupa tindakan-tindakan yang bersifat refleksif;

pandangannya terhadap objek masih belum permanen; belum

memiliki konsep tentang diri, ruang, waktu, dan sebab-akibat;

bentuk permainannya masih merupakan pengulangan refleks-

refleks; serta belum memiki kemampuan berbahasa.47

b. Tahap Pra-Operasional (2-7 Tahun)

“Pada tahap ini kemampuan mengembangkan kreativitas

sudah mulai tumbuh karena anak mulai mengembangkan

memori dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa

46 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada

Anak Usia Taman Kanak-Kanak, ..., h. 33 47 Joice Ishak Soelaiman, Kreativitas dalam Berkarya, (Semarang: CV Krida Karya,

2016), h. 4-5

38

lalu dan masa yang akan datang, meskipun dalam jangka waktu

pendek.48

c. Tahap Operasional Konkret (7-11 Tahun)

Pada tahap ini kemampuan kreativitas semakin berkembang

karena anak mulai mampu menampilkan operasi-operasi

mental; mulai mampu berpikir logis dalam bentuk yang

sederhana; mulai berkembang kemampuan untuk memelihara

identitas-identitas diri; konsep tentang ruang sudah semakin

meluas; menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan

masa yang akan datang; serta mampu mengimajinasikan

sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan bantuan

objek-objek konkret.49

d. Tahap Operasional Formal (11 Tahun ke Atas)

Pada tahap ini kemampuan kreativitas sudah berkembang

dengan baik karena anak mampu melakukan kombinasi

tindakan secara proposional berdasarkan pemikiran logis,

memiliki pemahaman tentang ruang dan waktu relatif, mampu

melakukan pemisahan dan pengendalian variabel-variabel

dalam menghadapi masalah yang kompleks, mampu

melakukan abstraksi relatif dan berpikir hipotesis, memiliki

diri ideal, serta menguasai bahasa abstrak.50

Dari berbagai tahapan perkembangan kreativitas di atas, dapat

disimpulkan bahwa kreativitas itu dapat berkembang sejak seorang di

lahirkan sampai beranjak dewasa. Ketika seorang ada di posisi tahap

operasional konkret, pada tahap ini seorang sudah mampu berpikir

logis dan dapat mengimajinasikan sesuatu. Kemudian, pada tahap

operasional formal, pada tahap ini kreativitas yang tertanam dalam

diri seseorang sudah sangat berkembang dengan baik.

4. Pentingnya Pengembangan Kreativitas bagi Peserta Didik

Dalam kehidupan kreativitas sangat penting, karena kreativitas

merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam

48 Joice Ishak Soelaiman, Kreativitas dalam Berkarya, ..., h. 5 49 Joice Ishak Soelaiman, Kreativitas dalam Berkarya, ..., h. 5 50 Joice Ishak Soelaiman, Kreativitas dalam Berkarya, ..., h. 5

39

proses kehidupan manusia. Kreativitas manusia melahirkan

pencipta besar yang mewarnai sejarah kehidupan umat

manusia dengan karya-karya spektakulernya. Kreativitas tidak

hanya sekadar keberuntungan, tetapi merupakan kerja keras

yang disadari. Kegagalan bagi orang yang kreatif hanyalah

merupakan variabel pengganggu untuk keberhasilan.51

Jadi, kreativitas itu sangat penting bagi peserta didik dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan adanya kreativitas yang tinggi, maka

peserta didik akan mempunyai pengembangan diri secara optimal

dalam mengembangkan prestasi hidupnya.

Kreativitas juga merupakan kegiatan sehari-hari yang

berhubungan dengan aktivitas individu atau kelompok dalam

suatu masyarakat, dengan mengembangkan kreativitas

diharapkan siswa dapat memecahkan masalah yang

dihadapinya secara mandiri atau kelompok. Kreativitas ini

tercipta di segala bidang dan kreativitas dapat diajarkan di

sekolah-sekolah, karena setiap orang pada dasarnya memiliki

kreativitas pada dirinya meskipun dengan kadar yang berbeda-

beda.52

Kemampuan kreativitas bukanlah suatu anugrah yang bersifat

statis tetapi bisa dilatih dan bisa pula dikembangkan. Setiap

individu tentu memiliki kemampuan tersebut. Persoalannya,

tidak semua individu mampu untuk mengasah kreativitasnya

dalam kehidupan sehari-hari yang dilaluinya. Oleh karena itu,

cara berpikir kreatif perlu ditanamkan sejak usia dini, baik

melalui pendidikan formal maupun informal dalam kehidupan

sehari-hari.53

Setiap manusia perlu di didik agar selalu berbuat aktif tanpa

adanya kekangan atau ketidaknyamanan dalam mewujudkan

setiap gagasan atau keinginan. Dalam pendidikan, para guru

tidak hanya memberi bekal tentang pemahaman suatu

pengetahuan belaka, tetapi metode dan proses pembelajaran

perlu diformulasikan agar mengakomodasi pengembangan

51 Ayu Sri Menda BR Sitepu, Pengembangan Kreativitas Siswa, (Medan: Guepedia,

2019), h. 43 52 Yesi Budiarti, “Pengembangan Kemampuan Kreativitas dalam Pembelajaran

IPS”, dalam Jurnal Promosi, Vol. 3 No. 1 2015, h. 67 53 Ayu Sri Menda BR Sitepu, Pengembangan Kreativitas Siswa, ..., h. 34-35

40

kemampuan kreatif peserta didiknya. Melalui implementasi

metode dan proses pembelajaran yang kreatif tersebut, maka

setiap insan manusia menjadi terbiasa untuk bertindak

mengatasi berbagai bentuk persoalan-persoalan dalam

pembelajaran.54

C. Cakupan Kompetensi pada Ranah Keterampilan

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembanan

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan

melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

ketercapaian kompetensi lulusan. Kompetensi merupakan

karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja

berkriteria efektif dan atau unggul dalam situasi pekerjaan dalam

situasi tertentu. Depdiknas merumuskan definisi kompetensi

sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang

direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.55

Kompetensi Inti dapat diartikan sebagai kualitas yang harus

dicapai seorang peserta didik melalui proses pembelajaran secara

aktif. Dalam artian lain juga dijelaskan bahwa Kompetensi Inti

pada kurikulum 2013 jenjang SMP/Mts merupakan tingkat

kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang

harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas.56

Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual

2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial

3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan

4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan

“Kompetensi Inti menjadi salah satu bahasan yang dipakai dalam

pembelajaran pada Kurikulum 2013. Kompetensi Inti memiliki

54 Ayu Sri Menda BR Sitepu, Pengembangan Kreativitas Siswa, ..., h. 35 55 Depdiknas, Standar Kompetensi Guru, (Jakarta: Depdiknas, 2004), h.7 56 Salinan Lampiran I, tentang Perubahan Permendikbud tentang Kurikulum 2013

SMP/Mts, Nomor 35 Tahun 2018

41

kedudukan yang sama dengan Standar Kompetensi yang digunakan pada

Kurikulum KTSP 2006. Kompetensi Inti merupakan elemen baru dalam

pendidikan yang tidak dimiliki oleh kurikulum-kurikulum

sebelumnya.”57

Jadi, dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa kompetesni

inti ini tingkat kemamuan siswa yang harus ada pada setiap tingkat kelas

untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan.

Kompetensi ini dijabarkan melalui kompetensi dasar pada

berbagai macam mata pelajaran, salah satunya di mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam. Kompetensi ini tidak unttuk diajarkan maupun

dihafalkan, melainkan dibentuk melalui berbagai aktivitas pada proses

pembelajaran di setiap mata pelajaran. Karena pada hakikatnya setiap

mata pelajaran harus mengacu pada pencapaian kompetensi inti yang

telah dirumuskan. Seperti yang dijelaskan oleh Mulyasa:

Kompetensi Inti merupakan standar kompetensi lulusan dalam

bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah

menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu yang

menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokkan

kedalam aspek sikap, keterampilan, pengetahuan yang harus

dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan

mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas

yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.58

Sedangkan Kompetensi Dasar merupakan kemampuan dan materi

pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk

suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan

yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi dasar

dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan

kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan

karakteristik dan kemampuan peserta didik dan kekhasan masing-

57 Dimyati dan Mujiyono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),

h. 298 58 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2015), Cet. Ke-IV, h. 174

42

masing mata pelajaran. Kelompok kompetensi dasar

keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.59

Jadi, dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa kompetensi

dasar harus mengacu pada kompetensi inti dan merupakan penjabaran

dari kompetensi inti untuk setiap mata pelajaran.

Keterampilan merupakan aplikasi atau penerapan dari

pengetahuan teoritis yang dimiliki seseorang, sepeti keterampilan

bercocok tanam bagi petani, mengajar bagi guru, membuat kursi

bagi tukang kayu, memotong dan menjahit baju bagi penjahit,

dan lain sebagainya. Efektivitas dan efisiensi suatu pekerjaan

sangat ditentukan oleh tingkat keterampilan yang dimiliki

seseorang.60

Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk

mengukur kemampuan peserta didik dalam menerapkan

pengetahuan dalam tugas tertentu di berbagai macam konteks

sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. Penilaian

keterampilan tersebut meliputi ranah berpikir dan bertindak.

Keterampilan ranah berpikir meliputi keterampilan

menggunakan, mengurai, meringkas, modifikasi, dan membuat.

Sedangkan keterampilan ranah bertindak meliputi keterampilan

membaca, menulis, menghitung, menggambar, dan mengarang.61

Dalam kompetensi kurikulum pada keterampilan mengacu pada

jenjang SMP/Mts yakni siswa mampu menghasilkan atau

menciptakan keterampilannya. Berdasarkan perumusan

Kompetensi Inti-4 (KI-4) tersebut, maka cakupan pengertian dan

Kompetensi Dasar dari keterampilan jenjang SMP/Mts disajikan

dalam tabel dibawah ini:62

59 Salinan Lampiran I, tentang Perubahan Permendikbud tentang Kurikulum 2013

SMP/Mts, Nomor 35 Tahun 2018 60 Sudarto, “Keterampilan dan Nilai sebagai Materi Pendidikan dalam Perspektif

Islam”, dalam Jurnal Al Lubab, Vol. 1 No. 1 Tahun 2016, h. 108 61 Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Pertama, Kemendikbud, (Jakarta,

2015), h. 57 62 Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Pertama, Kemendikbud, (Jakarta,

2015), h. 32

43

Tabel 2.1

Cakupan, Pengertian, dan Indikator Keterampilan Jenjang

SMP/Mts

KI KD

Mencoba, mengolah, dan

menyaji dalam ranah konkret

(menggunakan, mengurai,

merangkai, memodifikasikan,

dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca,

menghitung, menggambar, dan

mengarang) sesuai dengan yang

dipelajari di sekolah dan sumber

lain yang sama dalam sudut

pandang/teori.

4.1 Menyajikan tujuan, bahan/alat,

langkah, dan hasil dalam

laporan percobaan secara tulis

dan lisan dengan

memperhatikan kelengkapan

data, struktur, aspek

kebahasaan, dan aspek lisan

4.2 Menuangkan gagasan, pikiran,

arahan atau pesan dalam pidato

(lingkungan hidup, kondisi

sosial, dan/atau keragaman

budaya) secara lisan dan/atau

tulis dengan memperhatikan

struktur dan kebahasaan.

4.3 Menyimpulkan unsur-unsur

pembangun karya sastra dengan

bukti yang mendukung dari

cerita pendek yang dibaca atau

didengar

4.4 Mengungkapkan pengalaman

dan gagasan dalam bentuk

cerita pendek dengan

memperhatikan struktur dan

44

kebahasaan

4.5 Membuat peta

pikiran/rangkuman alur tentang

isi buku nonfiksi/buku fiksi

yang dibaca

Berdasarkan paparan tabel diatas yang nantinya akan diketahui

pencapaian keterampilan siswa. Dikarenakan hal ini untuk mengetahui

kecenderungan keterampilan siswa dalam menjalankan kegiatan literasi yang

diadakan SMP Islam Plus Az-Zahra Depok sebagai hasil pendidikan.

Penilaian keterampilan ditujukan untuk mengetahui

pencapaian/perkembangan keterampilan siswa dan memfasilitasi tumbuhnya

keterampilan sesuai butir-butir nilai keterampilan dalam Kompetensi Dasar

dari Kompetensi Inti (KI-4) kurikulum 2013.

45

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian pada prosesnya membutuhkan pencarian, penghimpunan

data-data secara lengkap, pengukuran, analisis, membandingkan, mencari

hubungan, menafsirkan hingga tercapailah hasil yang sesuai dengan tujuan

dari penelitian tersebut. Adapun proses yang ditempuh dalam penelitian ini

antara lain:

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Pada penelitian skripsi yang berjudul “Implementasi Program

Unggulan Literasi dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam

Plus Az-Zahra Depok”. Pada tanggal 22 Januari sampai 13 Juli 2020

peneliti melakukan penelitian data dari berbagai sumber yang mendukung

penelitian, kemudian selebihnya digunakan melakukan kualifikasi data,

menganalisis, menyimpulkan hasil penelitian serta menyusun dalam

bentuk hasil penelitian atau laporan. Adapun tempat yang dijadikan

penelitian adalah SMP Islam Plus Az-Zahra di jalan Serua Raya No. 20,

RT. 001/09 Pd. Petir, Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat.

Pada tanggal 22 Januari 2020, peneliti memberikan surat izin

penelitian sekaligus izin ketersediaan wawancara kepada kepala sekolah

untuk melaksanakan penelitian di SMP Islam Plus Az-Zahra mengenai

Implementasi Program Unggulan Literasi dalam Meningkatkan

Kreativitas Siswa Kelas IX. Adapun pada tanggal 1 Februari sampai 31

Maret 2020, peneliti melakukan observasi.

Kemudian, pada tanggal 10 Juni 2020, peneliti melanjutkan

penelitian dengan mewawancarai Guru sekaligus Wali Kelas IX SMP

Islam Plus Az-Zahra yakni wawancara mengenai program literasi yang

diterapkaan di sekolah dan mengenai seputar SMP Islam Plus Az-Zahra.

Pada tanggal 12-13 Agustus 2020, peneliti melanjutkan penelitian secara

46

online dengan mewawancarai salah satu siswa kelas IX untuk mengetahui

seberapa manfaatnya program literasi di sekolah bagi mereka.

Tabel 3.1

Siklus Penelitian

No.

Jenis

Kegiatan

Jan Feb Mar Jun Agust

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyerahan

Surat Izin

Penelitian

2. Observasi

3. Membuat

Proposal

4. Wawancara

5. Penyusunan

Skripsi

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

“Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti termasuk

kedalam jenis Penelitian Kualitatif Deskriptif. Penelitian Kualitatif

Deskriptif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide,

persepsi, pendapat, kepercayaan orang yang akan diteliti dan

kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.”1

Tujuan penelitian kualitatif deskriptif ini menggambarkan apa

saja yang sudah terjadi selama penelitian berlangsung. Di dalamnya

terdapat upaya deskripsi, pencatatan, analisis dan

1 Aan Probowo dan Heriyanto, “Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik (E-BOOK)

oleh Pemustaka di Perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang”, dalam Jurnal Ilmu

Perpustakaan, Vol. 2 Nomor 2 April 2017. Tidak diterbitkan (t.d)

47

menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sedang terjadi. Hal ini

dikarenakan peneliti berusaha menyelidiki, menemukan,

menggambarkan dan menjelaskan atau mendeskripsikan mengenai

situasi proses penerapan atau Implementasi Program Unggulan

Literasi dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus

Az-Zahra Depok.

2. Pendekatan Penelitian

Berbagai macam pendekatan yang dapat digunakan dalam

penelitian, secara umum pendekatan penelitian terbagi

menjadi beberapa, ada penelitian kualitatif, penelitian

kuantitatif dan penelitian perkembangan atau campuran.

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar

alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi

dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan

sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal,

teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna dari pada generalisasi.2

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian di deskripsikan oleh Siswa dan Ibu Latifah

selaku Guru sekaligus Wali Kelas IX di SMP Islam Plus Az-Zahra yang

sebagai informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi

latar penelitian. Sejalan dengan definisi tersebut, Ibu Latifah

mendeskripsikan subjek penelitian sebagai orang yang diamati dan

sasaran penelitian. Selain itu, yang dijadikan subjek pada penelitian ini

juga termasuk siswa-siswi kelas IX SMP Islam Plus Az-Zahra Depok.

2 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi:

CV Jejak, 2018), h. 8

48

Objek penelitian merupakan hal yang menjadi titik perhatian di

suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian

adalah Implementasi Program Unggulan Literasi dalam Meningkatkan

Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra Depok.

D. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitia dalam penelitian ada tiga tahapan dan

ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu penulisan laporan

hasil penelitian. Tahapan-tahapan penelitian tersebut antara lain:

1. Tahap Pra Lapangan, yaitu meliputi: menyusun rancangan penelitian,

memilih lapangan penelitiian, mengurus perizinan, menelusuri dan

menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan,

menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan

etika penelitian;

2. Tahap Pekerjaan Lapangan, yaitu meliputi: memahami latar

penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta

mengumpulkan data;

3. Tahap Analisis Data, yang meliputi: analisis selama dan setelah

pengumpulan data; dan

4. Tahap Penulisan Hasil Laporan Penelitian.

E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian merupakan subjek darimana data

tersebut di peroleh. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka

dalam hal ini memerlukan adanya sumber yang perlu digali dan dicari

dari fenomena yang ada atau yang terjadi di lapangan. Sumber data

adalah objek dimana data dapat diperoleh. Adapun sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

49

“Data primer adalah data yang berupa teks hasil wawancara

dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang di

jadikan sampel dalam penelitiannya, dapat direkam dan dicatat oleh

peneliti.”3

Dalam penelitian ini yang termasuk sebagai sumber data

primer adalah data yang diperoleh peneliti dari hasil observasi,

dokumentasi dan hasil wawancara dengan pihak pembimbing atau

guru maupun kepala sekolah mengenai bagaimana pelaksanaan

Program Unggulan Literasi di SMP Islam Plus Az-Zahra Depok.

b. Sumber data Sekunder

“Data sekunder adalah data atau informasi yang tidak dapat

diperoleh secara langsung dari sumber pertama (responden) baik yang

didapat melalui wawancara ataupun menggunakan kuesioner secara

tertulis.”4

Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan (buku-buku,

majalah, artikel, jurnal dan sebagainya) atau dari laporan-laporan

penelitian terdahulu.

Dalam penelitian ini yang termasuk sebagai sumber data

sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sekolah yang

berbentuk laporan-laporan tertulis serta dapat dari perpustakaan

sekolah atau kampus-kampus juga dari laporan penelitian-penelitian

terdahulu mengenai bagaimana pelaksanaan dan peningkatan

kreativitas siswa yang berbubungan dengan kegiatan Program

Unggulan Literasi dalam meningkatkan kreativitas siswa di SMP

Islam Plus Az-Zahra Depok.

3 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2006), h. 209 4 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, ... h. 228

50

F. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data atau informasi

melalui teknik wawancara dan observasi. Instrumen yang digunakan pada

teknik wawancara adalah lembar pedoman wawancara, sedangkan untuk

teknik observasi menggunakan lembar pedoman observasi dan dokumen-

dokumen.

Tabel 3.2

Instrumen Penelitian

Kompetensi Dasar Indikator

4.1 Menyajikan tujuan, bahan/alat,

langkah, dan hasil dalam laporan

percobaan secara tulis dan lisan

dengan memperhatikan

kelengkapan data, struktur, aspek

kebahasaan, dan aspek lisan

4.2 Menuangkan gagasan, pikiran,

arahan atau pesan dalam pidato

(lingkungan hidup, kondisi sosial,

dan/atau keragaman budaya)

secara lisan dan/atau tulis dengan

memperhatikan struktur dan

kebahasaan.

4.3 Menyimpulkan unsur-unsur

pembangun karya sastra dengan

bukti yang mendukung dari cerita

pendek yang dibaca atau didengar

4.4 Mengungkapkan pengalaman dan

1. Mengamati dengan membaca,

mendengar, menyimak, melihat

dan sebagainya.

2. Mengeksplorasi, mengumpulkan

informasi dari buku atau sumber

lain

3. Mengolah informasi yang sudah

dikumpulkan, menghubungkan

fenomena/informasi yang terkait

dalam rangka menemukan suatu

pola, dan menyimpulkan

4. Menyusun laporan tertulis dan

menyajikan laporan meliputi

proses, hasil, dan kesimpulan

secara lisan.

51

gagasan dalam bentuk cerita

pendek dengan memperhatikan

struktur dan kebahasaan

4.5 Membuat peta pikiran/rangkuman

alur tentang isi buku

nonfiksi/buku fiksi yang dibaca

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau

keterangan-keterangan sebagian serta seluruh elemen populasi yang akan

mendukung penelitian, atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data.

Data pada penelitian ini terdiri atas data kepustakaan dan data

lapangan. Data kepustakaan (library research) peneliti dapatkan melalui

bermacam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, baik

berupa buku-buku, majalah, jurnal, artikel dan sumber lain yang relevan

dengan penelitian. Data lapangan (field research) peneliti dapatkan

menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan

dokumentasi sebagai teknik yang utama. Berikut akan dijelaskan teknik

pengumpulan data:

1. Metode Observasi (Pengamatan Langsung)

“Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pemusatan

perhatian dan pencatatan terhadap fenomena yang muncul pada

subjek penelitian dengan memakai semua pancaindera (empiris).”5

5 Asep Kurniawan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2018), h. 175

52

“Metode observasi pada umumnya ditujukan untuk jenis

penelitian yang berusaha memberikan gambaran mengenai peristiwa

apa yang terjadi di lapangan.”6

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti

menggunakan teknik observasi, yaitu dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik terhadap gejala yang

tampak didalam implementasi program unggulan literasi baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi untuk

memperoleh data tentang keadaan SMP Islam Plus Az-Zahra secara

fisik, letak geografis, proses penerapan guru-guru dan murid-murid

ketika berlangsung kegiatan literasi di sekolah, yang meliputi:

bagaimana guru mengendalikan dan memotivasi anak-anak dalam

kegiatan literasi tersebut.

2. Metode Wawancara

“Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti dan juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam.”7

“Teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab, tatap

muka dengan orang yang diwawancarai atau responden dengan

menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara.”8

Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara secara

terstruktur, yaitu dengan membawa instrumen wawancara sebagai

pedoman wawancara, dan peneliti telah mengetahui dengan pasti

6 Jasa Ungguh Muliawan, Metode Penelitian Pendidikan dengan Studi Kasus,

(Yogyakarta: Gava Media, 2014), h. 62 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandug: PT

Alfabet, 2016), h. 317 8 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalica Indonesia, 2015), h. 153-154

53

tentang informasi apa yang akan diperoleh. Adapun informasi yang

digali tentunya tidak terlepas dari permasalahan yang akan di teliti

yaitu berkain dengan Implementasi Program Unggulan Literasi dalam

Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra Depok.

Adapun klasifikasi yang peneliti tetapkan kepada key

informan adalah wawancara kepada Guru sekaligus Wali Kelas IX.

Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana penerapan

program unggulan literasi yang dijalankan di SMP Islam Plus Az-

Zahra Depok.

3. Metode Dokumentasi

“Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data

dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, buku, majalah, agenda, foto atau video dan dokumen lainnya

yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.”9

Dalam hal ini, peneliti menggunakan metode dokumentasi

untuk mengumpulkan data tentang bukti fisik tentang pelaksanaan

kegiatan Program Unggulan Literasi dalam Meningkatkan Kreativitas

Siswa di SMP Islam Plus AZ-Zahra Depok.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data

ke dalam kategori, menjabaran ke dalam unit-unit, melakukan

sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

akan di pelajari, dan membuat kesimpulan hingga mudah di

pahami oleh diri sendiri maupun orang lain.10

“Analisis dalam penelitian merupakan bagian dalam proses

penelitian yang sangat penting, karena dengan analisa inilah data yang

9 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 206 10 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 335

54

ada akan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah

penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian.”11

“Adapun teknik analisis data merupakan cara menganalisis data

penelitian, termasuk alat-alat statistik yang relevan untuk digunakan

dalam penelitian.”12

“Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode

deskriptif. Maksud deskriptif ini artinya menggambarkan data yang di

dapat dari lapangan, seperti wawancara, observasi maupun dokumentasi

dan penyadaran secara sistematis, factual, dan akurat.”13

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis

data kualitatif metode deskriptif. Dalam analisis ini dilakukan empat

langkah seperti pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan. Keempat proses ini memiliki keterkaitan selama

proses penelitian berlangsung hingga proses penelitian selesai.

1. Pengumpulan Data

Kegiatan ini dilakukan di lapangan tempat penelitian yang

mana data di kumpulkan melalui observasi, wawancara, dan

dokumentasi dengan berbagai strategi dan teknik untuk keberhasilan

penelitian.

2. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

untuk itu maka perlu di catat secara teliti dan rinci. Seperti

telah dikemukakan, makin lama peneliti ke lapangan, maka

jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk

itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema

11 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori & Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,

2011), h. 104-105 12 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 163 13 Arif Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Malang: Pustaka Belajar,

2007), h. 447

55

dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan

demikian, data yang telah di reduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya

bila diperlukan.14

3. Penyajian Data

Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian

data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang

paling sering di gunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan,

tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah

dipahami.15

4. Penarikan Kesimpulan

Langkah selanjutnya dalam analisis kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang di

kemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila

tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung

oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali

ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.16

Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif

mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan

sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah

dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam

penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah penelitian berada di lapangan.17

Jika dibuatkan bagan tabel dari jenis penelitian sampai teknik

analisis data, menjadi ringkas yaitu sebagai berikut:

14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ... h. 338 15 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ... h. 339 16 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ... h. 339 17 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ... h. 339

56

Tabel 3.3

Metode Penelitian

Jenis Data Sumber Data Metode

Pengambilan Data

Metode

Analisis Data

Penelitian

Kualitatif

(Penerapan

program

Unggulan

Literasi)

1. Guru

2. Wali Kelas

3. Siswa

1. Observasi

2. Wawancara

3. Dokumentasi

Deskriptif

Analisis

I. Teknik Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan

teknik triangulasi, yaitu digunakan untuk pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar

data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding

terhadap data tersebut. Dalam hal teknik triangulasi, bahwa

tujuan dari teknik triangulasi bukan untuk mencari kebenaran

tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan

pemahaman penelitian terhadap apa yang telah ditemukan.18

Adapun teknik triangulasi dalam penelitian ini menggunakan:

1. Triangulasi Data

“Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang

menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan

berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.”19

Dalam penelitian ini, data-data yang diperolah tentang

implementasi program unggulan literasi dalam meningkatkan

18 H.B Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Surakarta: UNS Press, 2006), h.

92 19 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, ..., h. 230

57

kreativitas siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra dicek keabsahannya

melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi Metodologis

Triangulasi metodologis yaitu untuk menguji kredibilitas data

yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi

menggunakan metode yang berbeda. Dalam penelitian ini, data-data

yang diperolah tentang implementasi program unggulan literasi

dalam meningkatkan kreativitas siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra

dicek datanya menggunakan metode yang berbeda.

58

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Islam Plus Az-Zahra Depok

1. Identitas Sekolah

a) Nama Sekolah : SMP Islam Plus Az-Zahra

b) NPSN : 20252213

c) Status : Swasta

d) Akreditasi : Terakreditasi B

e) Bentuk Pendidikan : SMP

f) Status Kepemilikan : Yayasan

g) Tahun Pendirian : 22 November 2005

h) SK Pendirian Sekolah : 421.2/2307-Disdik/2005

i) Tanggal SK Pendirian : 2012-12-22

j) SK Izin Operasional : 421.2/2307-Disdik/2005

k) Tanggal SK Izin Operasional : 2012-12-22

l) Luas Tanah Bukan Milik : 600000

m) Alamat : Jl. Swadaya No. 47

n) RT/RW : 001 / 09

o) Desa/Kelurahan : Kel. Pondok Petir

p) Kecamatan : Kec. Bojongsari

q) Kabupaten : Kota Depok

r) Provinsi : Prov. Jawa Barat

s) Kode Pos : 16517

t) Telp/Fax : 021-7422053/74713483

2. Sejarah Singkat Sekolah

Berawal dari kelompok pengajian/majlis ta’lim Az-Zahra

dimentori dan dibawah pimpinan Ibu Hj. In Hendarni Sutaryo yang

begitu peduli terhadap perkembangan pendidikan anak-anak dan

59

remaja yang merupakan generasi penerus bangsa dan kesadaran

bahwa maju mundurnya bangsa terletak pada generasi penerusnya.

Oleh karena itu, yayasan Az-Zahra berusaha mengedepankan

pendidikan yang berwawasan Islami dengan mengangkat akar-akar

budaya Islami dan menonjolkan akhlak yang mulia sebagaimana

yang dicontohkan Rasulullah Saw. dan keluarganya.

Pada awalnya dengan niat tulus dan suci Ibu Hj. In Hendarni

Sutaryo mendirikan SDIT Az-Zahra tiada lain hanya untuk

menjadikan sekolah tersebut sebagai ladang amal untuk meraih

Ridha Allah Swt.

Untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas

diperlukan tekad dan kemauan yang tinggi disertai pengabdian dan

pengorbanan yang ikhlas (seperti ditunjukkan oleh Ibu Hj. In Sutaryo

dan pengajian Az-Zahra didukung oleh sumber daya yang memadai

yaitu tenaga kependidikan yang professional, sarana prasarana dan

fasilitas pendidikan yang lengkap serta dukungan dana yang cukup).

Dengan izin Ridha Allah Swt., dimulailah pembangunan lantai

satu SDIT Az-Zahra disusul dengan pembangunan Masjid

Baiturrahim dan Alhamdulillah seiring perkembangan SDIT Az-

Zahra yang semakin maju maka yayasan Az-Zahra berniat ingin

mengembangkan pendidikan untuk menyelenggarakan Sekolah

Menengah Pertama.

Pada akhir tahun 2004 hingga pada tahun 2005 gedung SMP

pun dibangun. Dan Alhamdulillah pada pertengahan tahun SMP pun

selesai dibangun serta pada tanggal 22 November 2005 Surat Izin

dari Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Depok untuk

penyelenggaraan sekolah swasta sudah terbit.

60

SMP yang didirikan ini bernama SMP Islam Plus Az-Zahra

dengan semangat untuk membangun pendidikan guna mendapatkan

peserta didik yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia.

3. Visi dan Misi Sekolah

VISI

“Menjadi Sekolah Islami yang berbasis Sains dan Multimedia dan

Membentuk Generasi Cerdas, Kreatif, dan Berakhlak Mulia”

Dengan indikator sebagai berikut:

a) Unggul dalam prestasi akademik dan non akademik;

b) Terwujudnya proses pembelajaran yang variatif dan inovatif;

c) Terwujudnya administrasi kurikulum yang lengkap, berstandar

nasional dan internasional;

d) Terwujudnya komitmen dan kompetensi tenaga pendidikan dan

kependidikan yang professional;

e) Terwujudnya pengelolaan pendidikan partisipatif, transparan dan

akuntabel;

f) Terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai

dan relevan dalam mendukung Proses Belajar Mengajar;

g) Terwujudnya sumber dana yang memenuhi, memadai kegiatan

sekolah yang berstandar nasional dan internasional;

h) Terwujudnya sistem penilaian beragam (multiaspek) untuk

semua mata pelajaran dan semua jenjang kelas;

i) Terwujudnya lingkungan sekolah yang kondusif, tertib, bersih,

indah, dan nyaman;

j) Terwujudnya siswa yang kreatif di segala bidang; dan

k) Terwujudnya akhlah siswa yang baik.

61

MISI

a) Menuju generasi Islami dan Bertaqwa;

b) Menanamkan kecintaan kepada Allah, Rasulullah dan

Keluarganya beserta para Sahabatnya;

c) Mengintegrasikan antara Intelektualitas dan Spiritualitas;

d) Mengembangkan kemampuan saintific dan kecintaan siswa

kepada Sains; dan

e) Pengembangan proses pembelajaran melalui Multimedia.

4. Keunggulan SMP Islam Plus Az-Zahra

a) Lingkungan yang Mendukung

Gambar 4.1

(Suasana SMP Islam Plus Az-Zahra)

Yang membuat SMP Islam Plus Az-Zahra spesial adalah

komunitas kepedulian yang luar biasa. Keamanan, kebersihan,

kebahagiaan dan perkembangan siswa, baik akademik maupun

individu selalu menjadi perhatian utama. Lingkungan suasana

yang kondusif dan inklusif membuat siswa merasa diterima dan

62

dikenali. Selain itu, orang tua siswa dapat saling terhubung satu

sama lain, karena SMP Islam Plus Az-Zahra memiliki asosiasi

orang tua proaktif yang juga turut terlibat di sekolah sepanjang

tahun ajaran.

b) Standard Akademik

Untuk memastikan daya saing dengan sekolah lain, selain

kurikulum yang ada, di Az-Zahra juga selalu memantau

perkembangan siswa baik secara internal maupun eksternal.

Hasil penilaian menujukkan secara akademis siswa Az-Zahea

lebih berprestasi dibandingkan dengan siswa di sekolah lainnya.

Dengan perbandingan jumlah guru yang memadai maka

memungkinkan untuk mengamati perkembangan setiap siswa

dengan seksama.

c) Pendidikan Holistik

Di SMP Islam Plus Az-Zahra, siswa akan mendapatkan

pendidikan yang relevan dengan perubahan global dunia yang

cepat. Memfokuskan untuk melihat perkembangan akademik

dan individu siswa secara progresif dan holistik. Pendidikan

holistik ini dirancang untuk mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan siswa.

d) Pendidikan Agama yang Berorientasi pada Akhlakul Karimah

SMP Islam Plus Az-Zahra sangat peduli terhadap

pembinaan akhlak siswa di dalam kesehariannya. Pembelajaran

pada Pendidikan Agama Islam tidak hanya bersifat mengajar

kepada anak didik. Melainkan turut serta melakukan pembinaan

mental spiritual yang sesuai dengan ajaran agama. Salah satunya

dengan program pembiasaan yang dilakukan setia hari di

63

sekolah. Seperti shalat Dhuha, shalat berjamaah, kedisiplinan

pakaian dan waktu serta kesopanan antar sesama siswa dan guru.

e) Guru Berkualitas

Sekolah yang berkualitas tidak hanya ditentukan dengan

kurikulum yang dijalankan, namun yang terpenting adalah

kualitas para guru. Guru yang baik memiliki kriteria penting

yaitu memiliki kemampuan untuk menangani, memahami dan

memotivasi siswa. Guru-guru sekolah SMP Islam Plus Az-Zahra

direkrut melalui wawancara intensif yang berfokus pada

motivasi calon guru. Hal ini dilakukan untuk memastikan guru

yang diterima memiliki keinginan yang kuat untuk bersama-

sama dengan rekan-rekan guru dan staff yang lain mewujudkan

visi dan misi sekolah.

f) Aktivitas setelah Kegiatan Belajar Selesai

Di SMP Islam Plus Az-Zahra, memiliki beragam program

setelah kegiatan belajar selesai. Program ini berupa

ekstrakulikuler, agar menarik kami membuatnya menjadi 8

macam. Melalui ekstrakulikuler ini, siswa dapat lebih

mengeksplorasi bakat dan minatnya masing-masing.

g) Akreditasi

SMP Islam Plus Az-Zahra berlokasi di Bojongsari Depok

dan telah terakreditasi Baik. Untuk mendapatkan akreditasi

tersebut diperlukan standar pendidikan yang sesuai dan staff

yang berdedikasi. Seiring dengan perkembangan waktu, agar

selalu terus menerus meningkatkan standar pendidikan sekolah

agar mendapatkan akreditasi yang lebih baik lagi. Kunjungan

akreditasi dan evaluasi terakhir sekolah adalah pada bulan

Oktober 2015.

64

h) Lokasi Sekolah

SMP Islam Plus Az-Zahra berada di lokasi yang bersih

dan nyaman serta mudah dijangkau. Suasana sekolah yang

tenang dan inspiratif mendukung siswa agar dapat

mengeksplorasi diri mereka sendiri. SMP Islam Plus Az-Zahra

memiliki fasilitas lengkap seperti, lapangan olahraga, lab. IPA,

lab. Komputer, perpustakaan dan lainnya.

5. Prestasi SMP Islam Plus Az-Zahra

Selama berkiprah dalam dunia pendidikan sejak 2009,

Alhamdulillah SMP Islam Plus Az-Zahra meraih prestasi yang

membanggakan dari tingkat Internasional, Nasional, Provinsi,

Kota/Kabupaten, Kecamatan, dan Kelurahan baik dibidang prestasi

akademik maupun non akademik. Berikut beberapa prestasi yang

pernah di raih selama 7 tahun terakhir di Tingkat Internasional:

a) Gold Prize Asian Youth Robot Olympiad Ayro Singapore 2016

b) Juara 1 Place M Kyorugi U14 Dwcu Open Taekwondo

Internasional Championship 2017 Di Yogyakarta, Indonesia

6. Data Kepala Sekolah dan Tenaga Pendidik

Terselenggaranya proses pembelajaran tidak akan pernah

terlepas dari kerjasama yang baik antara kepala sekolah dengan

tenaga pendidik. Kerjasama yang baik tersebut akan memberikan

pengaruh besar kepada keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti, jumlah tenaga

pendidik yang ada di SMP Islam Plus Az-Zahra berjumlah 7 orang

guru, 1 kepala sekolah dan 1 wakil kepala sekolah. Berikut adalah

tabel rekapitulasi data tersebut:

65

Tabel 4.1

Rekapitulasi Tenaga Kependidikan

No Nama Status Pendidikan

Tertinggi

1. Luqman Wibisono,

S.Sos.I

Kepala Sekolah STAI Madinatul

Ilmi Depok

2. Rusjiyanti, S.Pd Wakil Kepala

Sekolah

UIN Syarif

Hidayatullah

Jakarta

3. Latifah Hanum,

S.Pd

Guru IPA Universitas Negeri

Medan

4. Lia Muhsinah,

S.Ag

Guru Bahasa

Arab

Institut Ilmu Al-

Qur`an Jakarta

5. Renny Ariany,

S.Ag

Guru PAI IAIN Raden Fatah

Palembang

6. Nurelah, M.Pd Guru IPS STAI Asy-

Syukriah

7. M. Yus Yunus, S.S Guru Bahasa

Indonesia

Universitas

Pamulang

8. Risya Julia

Rachmawati, S.Pd

Guru Bahasa

Inggris

UIN Syarif

Hidayatullah

Jakarta

9. Haerudin, S.Pd Guru PJOK Universitas

66

Pamulang

7. Data Siswa

Penelitian ini memfokuskan hanya pada siswa kelas IX yang

mengikuti kegiatan Literasi tersebut. Berdasarkan informasi dari

kepala sekolah dan bidang akademik, jumlah siswa SMP Islam Plus

Az-Zahra kelas VII, VIII, dan IX yakni sebanyak 81 siswa. dan yang

menjadi fokus penelitian kelas IX dengan jumlah 44 siswa. dengan

rincian sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4.2

Rekapitulasi Data Siswa

No. Kelas L/P

1. VII 12 6

2. VIII 10 9

3. IX 24 20

Jumlah 81 Siswa

8. Kurikulum SMP Islam Plus Az-Zahra

Dalam pelaksanaan pendidikan, SMP Islam Plus Az-Zahra

menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006)

dan Kurikulum 2013 (K-13). Selain melaksanakan kurikulum dari

Diknas juga menambahkan dengan Kurikulum Lokal. Adapun

muatan materi-materi kurikulum adalah sebagai berikut:

67

Tabel 4.3

Kurikulum SMP Islam Plus Az-Zahra

No. Pelajaran Dinas Muatan

Lokal/Sekolah

Program

Pembiasaan

1. Pendidikan

Agama Islam Bahasa Arab Shalat Dhuha

2. Bahasa Indonesia Bahasa Sunda Shalat Berjama’ah

3. Matematika Tilawah

Kesopanan

Sesama Siswa dan

Guru

4. Pendidikan

Kewarganegaraan Tahfiz

Kedisiplinan

Waktu dan

Pakaian

5. IPA Pendidikan

Lingkungan Hidup

6. IPS Project Based

Qur`an

7. Seni Budaya dan

Prakarya

8. TIK

9.

Pendidikan

Olahraga Jasmani

dan Kerohanian

68

10. Bahasa Inggris

Keterangan:

SMP Islam Plus Az-Zahra menerakan kurikulum KTSP dalam

kegiatan belajar mengajar. Bagi sekolah tersebut, kurikulum adalah

hal yang sangat mendasar bagi sekolah untuk dapat digunakan

sebagai nilai output dari setiap siswanya.

Dalam kurikulum, kami kategorisasi kembali mengenai jenis,

sifat, dan kompetensi yang terdapat dalam setiap mata pelajaran

untuk dapat di konversi menjadi data nilai kualitatif dan kuantitatif.

Di dalam penerapaan kompetensi pun, sekolah tersbut

mengaplikasikan nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik setiap

murid di setiap kelas.

9. Sarana dan Prasarana SMP Islam Plus Az-Zahra

a. Halaman Upacara : 210 m²

b. Kebun Sekolah : 60 m²

c. Halaman Parkir : 100 m²

d. Pagar Sekolah : 150 m²

e. Tempat Pembuangan Sampah : 8 m²

f. Luas Tanah : 2004 m²

g. Status Kepemilikan : Wakaf

h. Bukti Kepemilikan : Akta

i. Gedung terdiri dari:

- 1 Gedung Berlantai Dua untuk Kelas

- 1 Gedung Administrasi

- 1 Gedung Lab. Multimedia

- 1 Gedung Lab. Computer

- 1 Masjid

69

a) Ruang Belajar : 6 Ruang, Luas Lantai 378 m²

b) Ruang Kepala Sekolah : 1 Ruang, Luas Lantai 14,85 m²

c) Ruang Guru dan BP : 2 Ruang, Luas Lantai 31,5 m²

d) Ruang Tata Usaha/Adm : 1 Ruang, Luas Lantai ± 20 m²

e) Ruang Lab. Computer : 1 Ruang, Luas Lantai 42 m²

f) Ruang Perpustakaan : 1 Ruang, Luas Lantai 35 m²

g) Ruang UKS : 1 Ruang, Luas Lantai 6 m²

h) Ruang Gudang : 2 Ruang, Luas Lantai 6 m²

i) Ruang Satpam/Keamanan : 1 Ruang, Luas Lantai 6 m²

j) WC Kepala Sekolah : 1 Ruang, Luas Lantai 3,5 m²

k) WC Guru Laki-Laki : 1 Ruang, Luas Lantai 2 m²

l) WC Guru Perempuan : 2 Ruang, Luas Lantai 2 m²

m) WC Murid Laki-Laki : 2 Ruang, Luas Lantai 4 m²

n) WC Murid Perempuan : 3 Ruang, Luas Lantai 6 m²

10. Sarana Perlengkapan Sekolah

Tabel 4.4

Sarana Perlengkapan Sekolah

No. Jenis Alat

Perlengkapan

Jml.

Unit/Set

Asal

Kepemilikan Ket

1. KIT IPA 1 Sekolah

2. Matematika 2 Sekolah

3. IPS 3 Sekolah

4. Bahasa Indonesia 2 Sekolah

5. Bahasa Inggris 5 Sekolah

70

6. Anatomi

Mata/Indera

1 Sekolah

7. Torso Tubuh

Manusia Pa/Pi

1 Sekolah

8. Torso Tubuh Hewan 2 Sekolah

9. TV Media

DVD/VCD

1 Sekolah

10. Peta Globe Dunia 2 Sekolah

11. Peta Dinding 2 Sekolah

12. Alat Olahraga Atlet 2 BOS

13. Bola Volly 2 BOS

14. Bola Tendang 8 BOS

15. Raket 4 BOS

16. Bad. Tenis Meja 1 BOS

17. Meja Tenis Meja 1 BOS

18. Komputer 28 Yayasan

19. Infokus 3 BOS

20. Laptop

21. Microskop 4 Yayasan

71

22. Soundsystem 2 Yayasan

23. Wireless 1 Yayasan

24. Megaphone 1 Yayasan

11. Ekstrakulikuler

a. Robotik

Robotik adalah salah satu untuk mengasah kreativitas anak

dengan cara yang menyenangkan. Pelatihan merakit robot

menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Robot adalah salah

satu mainan yang sangat digemari oleh anak-anak. Dengan

adanya ekskul robotik, anak tidak hanya sekadar bermain robot

saja, tetapi juga belajar membuat robot dan teknik-reknik

pemogramannya sehingga dapat membuat anak menjadi lebih

krearif dan imajinatif.

b. Tari Saman

Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan

keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia. Setiap suku

bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri.

Bersatu dalam keragaman budaya dan seni tari daerah akan

menghasilkan bibit siswa-siswi yang mencintai tanah air dan

kearifan lokal.

c. Taekwondo dan Pramuka

Taekwondo adalah olahraga bela diri asal Korea yang juga

populer di Indonesia. Ekskul Taekwondo ini mempunyai banyak

peminatnya di SMP Islam Plus Az-Zahra. Selain untuk bela diri

diharapkan dapat melatih fisik siswa agar lebih kuat. Bersama

dengan ekskul pramuka, Az-Zahra optimis bahwa generasi

72

mendatang akan terlahir bibit-bibit muda yang berbakti pada

masyarakat di sekelilingnya dan negara Indonesia.

d. Multimedia

Sesuai dengan Misi Az-Zahra, ekstrakulikuler multimedia

diadakan untuk menunjang siswa menjadi generasi digital yang

berprestasi.

e. English Club

Bahasa Inggris tak hanya menjadi kurikulum bagi Az-

Zahra, namun juga pembekalan di era informasi gloalisasi yang

sudah menjadi kebutuhan zaman ini.

f. Paskibra

Pasukan pengibaran bendera menjadi salah satu bagian

dari perwujudan Cinta Tanah Air dengan mengibarkan Sang

Saka Merah Putih. Dalam ekskul ini, siswa-siswi di tuntut tegas

dan disiplin dalam baris-bebaris.

g. Basket Ball

Basket merupakan salah satu cabang olahraga yang paling

digemari dan banyak peminatnya di SMP Islam Plus Az-Zahra.

Tidak hanya sekadar hobby, basket dapat melatih respons gerak

tubuh dan membuat metabolisme tubuh menjadi lebih baik.

Setiap anak yang mengikuti ekstrakulikuler basket dilatih dan di

didik tentang metode permainan basket.

h. Panahan

Olahraga ini membutuhkan ketepatan dan ketangkasan

dalam menembakkan anak panah. Karena memanah memberikan

manfaat bagi penggunanya seperti melatih konsentrasi,

kesabaran, dan ketepatan sehingga memudahkan untuk

mengontrol diri.

73

B. Hasil Analisis Data

1. Implementasi Program Unggulan Literasi dalam Meningkatkan

Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra

Program unggulan literasi merupakan bentuk kegiatan sekolah

yang dilakukan oleh seluruh siswa kelas IX di SMP Islam Plus Az-

Zahra. Kegiatan literasi pelaksanaannya sudah dari tahun 2006 sejak

awal sekolah didirikan. Kegiatan ini berbentuk karya tulis seperti

membuat puisi, cerita pendek, dan karya ilmiah untuk syarat

kelulusan. Dengan kegiatan ini, peneliti akan menjadikan siswa kelas

IX sebagai objek penelitian.

Maksud dari diadakannya program sekolah ini agar peserta

didik senang membaca atau bahkan membudaya nama membaca,

karena perlu kita ketahui bahwa negara Indonesia adalah negara yang

sangat minim dalam membudaya membaca. Maka dari itu, dinas

pendidikan mewajibkan sekolah-sekolah untuk mengadakan program

tersebut, walaupun sebelum dinas pendidikan mewajibkan, sekolah ini

sudah mengadakan program tersebut terlebih dahulu.

Menurut Alberta menyatakan bahwa literasi bukan hanya

sekadar kemampuan untuk membaca dan menulis namun

menambah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang

dapat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, mampu

memecahkan masalah dalam berbagai konteks, mampu

berkomunikasi secara efektif dan mampu mengembangkan

potensi serta berpartisipasi aktif dalam kehidupan

bermasyarakat.1

Pendapat ini selaras yang diungkapkan oleh Ibu Latifah,

sebagai berikut:

“Literasi merupakan kemampuan individu atau seseorang

dalam membaca. Membaca disini sangat luas tidak hanya membaca

1 Ibadullah Malawi dkk, Pembelajaran Literasi Berbasis Sastra Lokal, ..., h. 8

74

buku atau apa, membaca situasi keadaan juga bisa, kemampuan dia

menghitung, berkomunikasi, atau bahkan memecahkan masalah.”2

Kegiatan ini dilaksanakan setiap kenaikan kelas IX, dimana

para siswa dibagikan guru/pembimbing dan dilokasikan di

kelas/perpustakaan setiap sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.

Dalam kegiatan ini, siswa-siswi diberikan waktu selama 30 menit

untuk membaca buku fiksi atau non fiksi. Setelah membaca siswa-

siswi meresume hasil bacaannya, kemudian setiap minggunya secara

acak mereka menampilkan hasil resumenya kedepan selama 10-15

menit. Sebagaimana yang sudah diungkapkan oleh Ibu Latifah, sebagai

berikut:

Kalau dulu sebelum Dinas Pendidikan mewajibkan program

ini. Dulu kita awalnya itu salah satunya memang satu minggu

itu ada waktu 30 menit anak-anak kita bawa ke perpustakaan

untuk membaca buku bebas, mau baca buku apa saja tanpa kita

batasi, dengan catatan kita sudah menseleksi buku-buku itu

sejajar dengan usianya. Setelah 5-6 tahun, kesininya mungkin

lebih sistematis lagi, anak-anak membaca kemudian dia

meresume hasil bacaannya itu. Kemudian secara acak

seminggunya anak-anak itu menampilkan hasil resumenya ke

depan selama 10-15 menit, dibacakan kembali dan di simak

oleh teman-temannya. Nah, nanti untuk mengetahui teman-

temannya menyimak atau tidak, kita berikan pertanyaan.

Kedua ketika kelas IX lulus anak itu membuat sebuah karya

tulis, sesuai dengan apa yang dia minati, mau dia mengangkat

tentang apa, nanti mereka dibimbing oleh seorang pembimbing

atau guru pembimbing. Nah selama 3 bulan, nanti ada

seminggu sekali bimbingan atau misalnya mendekati untuk

sidang karya tulisnya. Nanti mungkin seminggu ada beberapa

kali sesuai dengan kemampuan anak tadi, atau intensitas dia

2 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,

Depok, 10 Juni 2020

75

sudah memenuhi belum, karena syarat untuk mengikuti karya

tulis ini minimal dia bimbingan 8 kali pertemuan.3

Menurut hasil wawancara yang diungkapkan oleh Ibu Latifah

selaku guru di SMP Islam Plus Az-Zahra tersebut dapat diketahui

bahwa SMP Islam Plus AZ-Zahra merupakan salah satu sekolah yang

mengadakan kegiatan literasi. Hal tersebut sesuai dengan pelaksanaan

Gerakan Literasi Sekolah yang diadakan oleh Kemendikbud dan

mewajibkan seluruh sekolah mengadakan kegiatan literasi agar minat

baca di Indonesia meningkat.

Gambar 4.2

(Peneliti sedang wawancarai Subjek Penelitian)

3 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,

Depok, 10 Juni 2020

76

Sebagaimana pendapat Goody dalam buku Pembelajaran

Literasi Berbasis Sastra Lokal menyatakan bahwa literasi

dalam arti sempit adalah kemampuan untuk membaca dan

menulis. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek

huruf yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan

menulis. Meskipun dalam perkembangannya melek huruf yang

dimaksudkan tidak hanya mengenali dan atau membaca dan

menginterpretasi lambang huruf dan angka saja, tetapi juga

kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang

disampaikan secara visual baik berupa gambar, video, maupun

adegan.1

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa

Gerakan Literasi Sekolah merupakan suatu usaha atau kegiatan

yang bersifat partisipatif, dengan melibatkan warga sekolah

(peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan,

pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua/wali murid

peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat

(tokoh masyarakat yang dapat mempresentasikan keteladanan,

dunia usaha, dan sebagainya), serta pemangku kepentingan di

bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2

Gambar 4.3

(Kegiatan sidang literasi siswa kelas IX)

1 Ibadullah Malawi dkk, Pembelajaran Literasi Berbasis Sastra Lokal, ..., h. 7 2 Yunus Abidin dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan

Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, ..., h. 279

77

Gambar diatas membuktikan bahwa setiap siswa yang sudah

menyelesaikan karya tulis dan memenuhi syarat bimbingan 8 kali

selama 3 bulan akan di sidangkan. Selain untuk kelulusan, program

ini juga diadakan ketika adanya bulan bahasa. Di bulan bahasa, ada

perlombaan untuk peserta didik kelas IX membuat puisi atau cerita

pendek. Sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Latifah, sebagai berikut:

Yang terkait dalam kegiatan yang kita buat ini, selain untuk

kelulusan kelas IX kegiatan ini juga diadakan ketika adanya

bulan bahasa. Di bulan bahasa, anak-anak kita lombakan dia

membuat berbagai macam seperti membuat puisi, atau bahkan

cerita pendek, nah nanti kita bukukan, jadi buku itu dalam

bentuk kumpulan karya siswa.3

3 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,

Depok, 10 Juni 2020

78

Gambar 4.4

(Kegiatan literasi yang diadakan dalam perlombaan di Bulan

Bahasa)

Gambar tersebut membuktikan bahwa SMP Islam Plus Az-

Zahra mengadakan kegiatan literasi selain untuk kelulusan kelas IX

tetapi juga mengadakan pada bulan bahasa, dimana siswa dilombakan

untuk menampilkan puisi atau cerita pendek. Dengan bertujuan untuk

79

memotivasi siswa untuk membudayakan membaca serta

meningkatkan kreativitas siswa.

Dengan adanya kegiatan literasi di sekolah merupakan

kegiatan yang sangat positif yang dilakukan oleh siswa. Apalagi di

Indonesia budaya literasinya sangat rendah, posisi Indonesia paling

bawah dibandingkan negara-negara lain. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Ibu Latifah, sebagai berikut:

Tanggapan saya dengan adanya program ini sangat baik yaa,

sangat postif, kenapa? Karena pertama memang kita ketahui

hasil penelitian pun Indonesia itu masih di posisi paling bawah

dalam hal membudayakan membaca. Jadi, dengan adanya

program ini bahkan di sekolah-sekolah Dinas Pendidikan pun

mengadakannya tujuannya memang itu. Pada awalnya melihat

kondisi seperti ini memang sangat disayangkan, jadi setiap

sekolah wajib mengadakan program ini.4

Pendapat tersebut sesuai dengan data statistik United Nations

Educational, Scientific, and Cultural Organization

(UNESCO) tahun 2012 menyebutkan indeks minat baca di

Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, setiap dalam 1.000

penduduk, hanya satu orang saja yang memiliki minat baca.

Berbeda dengan hasil data UNESCO, hasil survei tahun 2015

yang di release oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemendikbud) pada Desember 2016 menunjukkan kenaikan

pencapaian pendidikan di Indonesia yang dignifikan yaitu

sebesar 22,1 poin. Sehingga Indonesia menempati posisi ke 4

dalam hal kenaikan pencapaian murid dibanding hasil survei

sebelumnya pada tahun 2012, dari 72 negara yang mengikuti

tes Programme for International Student Assessment (PISA).5

Data tersebut membuktikan bahwa memang negara Indonesia

merupakan negara yang minim dalam hal membudayakan membaca.

4 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,

Depok, 10 Juni 2020 5 Rohmatul Laelah, “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah sebagai Upaya

Penanaman Nilai-Nilai Revolusi Mental pada Siswa di MIN 2 Sleman”, Tesis, (Yogyakarta:

UIN Sunan Kalijaga, 2018), h. 7. Tidak diterbitkan (t.d)

80

Dengan adanya kegiatan literasi di sekolah ini bertujuan untuk

membantu memposisikan negara Indonesia dalam hal budaya literasi

tidak minim lagi melainkan adanya peningkatan setiap tahunnya.

Kemudian, dengan adanya kegiatan literasi di sekolah ini memang

sangat bermanfaat bagi siswa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

salah satu siswa kelas IX, sebagai berikut:

“Iya kak dengan adanya program ini memang sangat

bermanfaat, karena saat program berlangsung ada beberapa siswa

yang di suruh maju ke depan untuk menceritakan kembali isinya dan

hikmahnya, jadi kita juga enak dan paham tanpa membaca buku yang

lain kita bisa tahu isi bukunya juga.”6

Prosedur penilaian kegiatan literasi yang diadakan di SMP

Islam Plus Az-Zahra yaitu ketika siswa membaca secara umum, siswa

menampilkan dan mempresentasikan hasil bacaannya untuk

mengetahui seberapa paham dengan isi buku bacaan yang dia baca.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Latifah, sebagai berikut:

Untuk penilaiannya setiap minggu itu kita memang ada

penanggungjawabnya khusus kegiatan literasi, jadi setiap

pembimbing itu yang ditanggungjawabkan tadi dia menilai

salah satunya. Jadi ketika salah satu anak itu, penguji satu

menilai ketika dia membaca secara keseluruhan. Penguji

kedua, menilai ketika anak tampil ke depan, semampu apa dia

menyampaikan kembali, mempresentasikan kembali hasil

buku yang dia baca, sepaham apa dengan isi buku itu. Nanti

nilai yang di pegang penanggungjawab diberikan kepada

walikelas.7

6 Hasil Wawancara Online dengan Salah Satu Siswa Kelas IX, Edith Indah Lestari,

12 Agustus 2020 7 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,

Depok, 10 Juni 2020

81

Gambar 4.5

(Penguji I dan II ketika sidang)

Setelah prosedur penilaian, kegiatan literasi di sekolah ini juga

ada indikator pencapaiannya yang diungkapkan oleh Ibu Latifah

sebagai berikut:

Salah satu si anak itu pasti di karya literasi tadi untuk

mencapainya itu. Pertama, si anak wajib memiliki buku

bacaan, bisa buku bisa juga nanti dari berbagai sumber baik itu

dari internet, minimal 10 sumber bacaan. Kalau sudah 10

bacaan itu poinnya sudah bagus, paling bagus 10 ke atas. Jadi

kita memang ada skalanya, yaitu poin 1 s/d poin 4, poin 4 jika

dia memiliki diatas 10 sumber bacaan, poin 3 itu pas 10

sumber bacaan, nah kalau poin 2 ke bawah yaa itu biasanya 6-

8 sumber bacaan. Nah ini salah satu indikator dalam bentuk

penilaian. Kemudian dalam bentuk ketika dia menulis itu ada

sistematisnya. Ketika misalnya judul, isi dan kesimpulan itu

saling terkait atau tidak. Itu pencapaiannya, kalau kita bilang

mencapai target atau kelulusan tidak dia dalam membuat karya

tulis tadi. Kemudian dalam hal penulisan, salah dalam hal apa

menulisnya, mengetik misalnya dan sebagainya, sebanyak atau

sedikit apa kesalahan yang dia buat ketika dia menulis. Ketika

anak menulis kita sudah berikan buku panduan literasi dan

pembimbing juga kita fasilitasi atau kita siapkan. Nah kadang-

82

kadang memang tidak semua anak yang mau bimbingan dalam

seminggu, atau membaca dalam seminggu, ada anak yang lupa

membawa buku walaupun kelas IX kita wajibkan untuk

membuat karya tulis ini, itu kendalanya.8

Hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan ini

benar-benar terlaksana dengan prosedur penilaian dan indikator

pencapaiannya yang sistematis. Dalam kegiatan literasi di sekolah ini,

siswa diwajibkan mempunyai buku bacaan minimal 10 buku, ketika

di antara mereka hanya mempunyai buku di bawah 10 buku maka

nilai yang di dapat berkurang. Kemudian, untuk sistem penulisan

mereka di fasilitasi buku panduan dari sekolah, agar karya tulis yang

mereka buat itu lebih terarah penulisannya.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat sebagai kontribusi

Implementasi Program Unggulan Literasi dalam Meningkatkan

Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra Depok

Manusia terlahir dengan memiliki fitrah sebagai makhluk

sempurna yang banyak memiliki kemampuan untuk dapat dilatih dan

dididik. Maka dari itu, kemampuan yang di miliki haruslah di

optimalkan agar dapat berkembang dan dapat menumbuhkan

perkembangan yang baik untuk kehidupan. Potensi yang ada di dalam

diri manusia seluruhnya, termasuk potensi kreativitas siswa yang harus

terus digali, dikembangkan dan diarahkan untuk menciptakan sesuatu

baik berupa ide/gagasan baru atau yang telah ada sebelumnya maupun

karya nyata yang dihasilkan oleh dirinya sendiri. Sebagaimana firman

Allah Swt dalam QS. An-Nahl ayat 78:

8 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,

Depok, 10 Juni 2020

83

ل أم هت كم بطو ن م ن رجكم أخ شي ع لت وللا مو ن وجعل علكمئا الس م كر ف ئ دةلعل كم تش ب صارواأل و نواأل

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam

keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-

Nahl [16]: 78)9

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia lahir sekalipun

tidak mengetahui sesuatupun, tetapi oleh Allah telah diberi

potensi. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara

mengembangkannya secara kreatif, karena dengan kreatiflah

baik yang mempunyai bakat atau tidak, antara individu yang

lainnya dapat berkembang secara wajar walapun mereka

terdapat perbedaan baik bentik, jenis maupun derajat.10

Dukungan yang dilaksanakan oleh pihak sekolah sangat

mendukung terciptanya kegiatan literasi ini yang memberikan

kontribusi dalam meningkatkan kreativitas siswa kelas IX dimana

seumuran mereka masih menuju remaja. Meningkatkan kreativitas

siswa dalam membuat slide ketika mempresentasikan hasil buku yang

ia baca. Apalagi visi di sekolah SMP Islam Plus Az-Zahra ini salah

satunya adalah terwujudnya siswa yang kreatif di segala bidang.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Latifah, sebagai berikut:

Tingkat kreativitas siswa disini dengan adanya kegiatan

literasi ini, kita bisa bedakan dulu dengan sekarang. Memang

ada signifikan atau peningkatannya yaa. Contohnya, untuk

karya tulis ini dulu kita tidak mewajibkan anak sekian buku

atau sekian sumber buku yang dia baca, nah sekarang ini kita

mewajibkan minimal 3 buku yang dia punya, jadi mau tidak

mau seorang anak minimal punya 3 buku bacaan. Kalu dulu

satu buku atau bahkan mengambil (copy paste) di internet saja

sudah bisa, gitu kan? Nah kita supaya lebih kuat, si anak wajib

9 Al-Qur`an dan Terjemahan, (Jakarta: PT. Almahira, 2016), Cet.2, h. 275 10 Hasnawati, “Pentingnya Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar

Pendidikan Agama Islam di SDN 198 Toweleng Kabupaten Soppeng”, Skripsi, (Makassar:

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2011), h. 15. Tidak diterbitkan (t.d)

84

punya buku ketika sidang pun si anak wajib membawa buku,

nanti ditunjukkan ke pengujinya. Kemudian, kreativitasnya

juga dalam mendesain slide untuk presentasi itu memang kita

lihat bahkan anak-anak lebih canggih membuatnya, memang

kalau untuk multimedia anak kita lebih kreatif di bandingkan

gurunya mungkin. Apalagi selama pandemi ini ya, anak-anak

memang di tuntut dalam bentuk online dan sebagainya dalam

penugasan-penugasan pun anak-anak lebih bagus

kreativitasnya terutama dalam multimedia, karena kan yang

namanya literasi ini tidak hanya membaca dan menulis tetapi

banyak bidangnya salah satunya dalam teknologi.11

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

kreativitas dapat meningkat dengan adanya kegiatan literasi di

sekolah. Kreativitas memang sangat penting dan sangat dibutuhkan

oleh setiap individu dalam berbagai bidang, baik dalam bidang

menulis, teknologi ataupun bidang yang lainnya. Sebagaimana

diungkapkan oleh Ibu Latifah, sebagai berikut:

Sangat penting ya, karena memang jangan sampai kita

ketinggalan teknologi, karena itu memang sangat dibutuhkan,

seiring dengan berjalannya waktu. Siswa juga di tuntut ketika

dia menghadapi dunia luar nanti, dia lebih siap

menghadapinya, mau itu dalam bidang apapun, tidak

terkhusus dalam bidang IT dan sebagainya, dalam hal

memecahkan masalah juga, mungkin ketika di sekolah beda.

Ketika menghadapi dunia luar begini loh, sudah siap belum

dia menyelesaikan masalah-masalah tadi. Apalagi di zaman

sekarang ini, tidak terfokus hanya di sekolah dia dapat ilmu

pendidikan, tetapi mesti sosial dia lebih siap juga. Makanya

untuk level SMP, ketika dia masuk SMA beda lagi dunia yang

di hadapi, masalah juga mungkin lebih kompleks.12

Menurut hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

pada zaman sekarang kreativitas di sekolah tidak hanya

terfokus dalam ilmu pendidikan saja, tetapi ilmu sosial siswa

11 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,

Depok, 10 Juni 2020 12 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,

Depok, 10 Juni 2020

85

juga harus disiapkan. Pendapat tersebut selaras dengan yang

disampaikan oleh Yesi Budiarti di dalam jurnalnya yang

mengatakan bahwa kreativitas merupakan kegiatan sehari-hari

yang berhubungan dengan aktivitas individu atau kelompok

dalam suatu masyarakat, dengan mengembangkan kreativitas

diharapkan siswa dapat memecahkan masalah yang

dihadapinya secara mandiri atau kelompok. Kreativitas ini

tercipta di segala bidang dan kreativitas dapat diajarkan di

sekolah-sekolah, karena setiap orang pada dasarnya memiliki

kreativitas pada dirinya meskipun dengan kadar yang berbeda-

beda.13

Implementasi program unggulan literasi sangat memberikan

perubahan bagi diri siswa yang juga memotivasi serta mendorong

siswa untuk minat membaca. Sebagaimana diungkapkan oleh Ibu

Latifah, sebagai berikut:

Kalau kita bilang berhasil, alhamdulillaah sudah. Buktinya

apa? Gitu yaa. Ketika lulus dari sini, ketika dia di sekolah

lanjutan, jadi ilmu yang dia dapat disini itu dia sangat

bersyukur banget, dia sudah mendapatkan itu disini. Ketika dia

di SMA atau di sekolah lanjutan yang ia temui, dia tidak

blank, dia membandingkan sama teman-temannya yang bukan

alumni sini. Jadi, banyak teman-temannya menanyakan ke dia.

Walaupun memang kalau istilahnya bersakit-sakit dahulu ya

bersenang-senang kemudian. Memang, ketika di kelas IX

memang mungkin sangat memusingkan dengan membuat

karya tulis tadi, tetapi ketika di SMA itu semua ilmunya di

pakai, setiap ada tugas pasti dalam bentuk laporan tadi. Nah, si

anak sudah mendapatkan basic di SMP nya.14

Hasil wawancara tersebut senada juga yang diungkapkan oleh

salah satu siswa kelas IX, sebagai berikut:

“Perubahan yang dialami saat adanya kegiatan literasi di

sekolah, awalnya saya malas banget baca buku cerita novel gitu kak,

13 Yesi Budiarti, “Pengembangan Kemampuan Kreativitas dalam Pembelajaran

IPS”, dalam Jurnal Promosi, Vol. 3 No. 1 2015, h. 67 14 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,

Depok, 10 Juni 2020

86

tapi setelah ada program literasi di sekolah saya jadi ingin terus baca

buku novel kak, terus juga menjadi menambah wawasan.”15

Terlaksananya sebuah program yang memberikan kontribusi

dalam perubahan sesuatu pasti didalamnya ada faktor pendukung dan

faktor penghambat atas keberhasilan dari kegiatan tersevut. Berikut

akan dijelaskan faktor pendukung dan penghambat dalam

implementasi kegiatan tersebut, sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

Dari Implementasi Program Unggulan Literasi Dalam

Meningkatkan Kreativitas Siswa SMP Islam Plus Az-Zahra ini

ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan tercapainya

peningkatan kreativitas siswa di sekolah ini. Menurut Ibu Latifah

Hanum yang menjadi faktor keberhasilan tersebut berasal dari tiga

pihak, yakni: guru yang juga sebagai pembimbing, siswanya dan

sekolah atau yayasan. Sebagaimana yang diungkapkan beliau:

“Faktor pendukung dari meningkatnya kreativitas dengan

adanya kegiatan literasi ini saya liat dipengaruhi dari tiga faktor.

Pertama, guru atau pembimbing kegiatan tersebut, siswanya pasti

yaa dan sekolah atau yayasan juga.”16

Berikut akan dijelaskan tiga faktor tersebut yang bisa

mempengaruhi keberhasilan Implementasi Program Unggulan

Literasi Dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa SMP Islam Plus

Az-Zahra Depok, yaitu:

15 Hasil Wawancara Online dengan Salah Satu Siswa Kelas IX, Edith Indah Lestari,

12 Agustus 2020 16 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,

Depok, 10 Juni 2020

87

Guru atau Pembimbing

Guru/Pembimbing merupakan salah satu kunci

keberhasilan seorang siswa. Bagi siswa, guru juga sangat

penting di dalam lingkup sekolah. Guru/Pembimbing akan

memberikan bimbingan, arahan, nasehat, ilmu dan lainnya

yang sangat berarti bagi perkembangan siswanya. Seorang

Guru/Pembimbing tidak hanya sebatas transfer of knowledge,

namun guru harus mampu menjadi contoh bagi siswanya.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Latifah Hanum, sebagai

berikut:

“Faktor utama pendukung kegiatan ini yaa guru kak,

guru juga sekaligus pembimbing kegiatan ini, kan fungsi guru

bukan hanya sebagai transfer ilmu saja, melainkan segalanya

yang baik harus kita berikan kepada siswa.”17

Hasil wawancara tersebut sesuai dengan apa yang di

bahas pada bab II bahwa guru harus mengeksplorasi bakat

kreatif mereka, baik dalam pengajaran maupun area yang lain

agar mereka dapat mengembangkan kreativitas siswanya. Guru

tidak akan dapat mengembangkan kemampuan kreatif siswa

jika dirinya tidak kreatif. Jadi, kreativitas guru tidak boleh

melumpuhkan kreativitas siswanya. Sebaliknya, agar guru

dapat mengembangkan kreativitas siswanya, maka terlebih

dahulu dia dapat mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang

kreatif dan memiliki kreativitas.18

17 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,

Depok, 10 Juni 2020 18 Sumiarti, “Pusat Studi Pendidikan dan Kreativitas Anak”, dalam Jurnal

Educreate, Vol. 1 Agustus 2016, h. 19

88

Siswa

Faktor pendukung keberhasilan selanjutnya yakni

berasal dari siswa SMP Islam Plus Az-Zahra kelas IX itu

sendiri. Siswa yang senang dalam mengikuti kegiatan literasi

ini menjadi faktor pendukung kreativitas dengan adanya

kegiatan literasi ini. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan

oleh Ibu Latifah Hanum, sebagai berikut:

Anak-anak benar-benar senang dengan kegiatan ini,

bahkan ketika mereka menampilkan dan

mempresentasikan hasil buku yang dia baca atau

pemahaman mereka dengan isi buku yang ia baca,

mereka membuatnya dengan slide-slide yang lebih

canggih dari gurunya, jadi itu faktor pendukung

kreativitas mereka dengan adanya kegiatan literasi di

sekolah ini.19

Gambar 4.6

(Kegiatan Siswa sedang berdiskusi)

19 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,

Depok, 10 Juni 2020

89

Hal ini terbukti dengan kesan siswa yang sangat

terkesan dalam mengikuti kegiatan literasi ini. Sebagaimana

kesan yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara Online,

dari salah satu siswa kelas IX, yakni sebagai berikut:

Saya sangat senang kak dengan kegiatan literasi di

sekolah, karena dengan adanya kegiatan literasi di

sekolah kreativitas saya tuh semakin meningkat

dengan menggunakan teknologi, juga bisa membangun

kesadaran literasi bagi saya, apalagi ketika saya tahu

bahwa negara Indonesia budaya literasinya sangat

rendah.20

Sekolah atau Yayasan

Faktor pendukung selanjutnya yang menjadi pendukung

keberhasilan dari implementasi program literasi ini yaitu dari

sekolah atau yayasan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu

Latifah Hanum, sebagai berikut:

Faktor pendukung selanjutnya yaitu yayasan yang sangat

mendukung program literasi ini, sekolah juga biasanya

di bulan bahasa itu sekolah di fasilitasi membeli buku.

Kan biasanya di JCC itu ada pameran buku ya nah

disana biasanya kita hunting buku. Cuman di sayangkan

bugdet kita memang hanya untuk setahun sekali dan di

batasi juga, tapi alhamdulillah kita sudah di dukung

seperti itu.21

b. Faktor Penghambat

Dari Implementasi Program Unggulan Literasi Dalam

Meningkatkan Kreativitas Siswa SMP Islam Plus Az-Zahra ini

ada beberapa faktor penghambat keberhasilan kegiatan ini.

20 Hasil Wawancara Online dengan Salah Satu Siswa Kelas IX, Al Mukarromah

Adnan, 13 Agustus 2020 21 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,

Depok, 10 Juni 2020

90

Menurut Ibu Latifah Hanum ada satu faktor penghambat yang

mempengaruhi kegiatan ini. Sebagaimana yang diungkapkan

beliau, sebagai berikut:

Faktor penghambat dalam kegiatan ini salah satunya yaitu

kurangnya buku. Karena kegiatan kita membaca ini

memang karena kita minim dalam pengadaan buku,

biasanya kita mewajibkan anak yang membawa bukunya.

Tetapi dengan kita menseleksi dulu buku apa yang dia

baca, kemudian kalau pun misalnya siswa ada yang tidak

membawa buku, ya mau ga mau kita beri sanksi dengan

sanksi dia kita beri tugas untuk menulis sebuah ayat

sekian kali atau menulis asmaul husna. Dengan sanksi

begitu, kita ada tujuan supaya tulisan anak lebih bagus dan

lebih rapi baik tulisan bahasa indonesia maupun tulisan

arab.22

Berdasarkan penemuan di atas, peneliti menunjukkan bahwa

faktor pendukung implementasi program literasi dalam meningkatkan

kreativitas siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra, yakni sebagai berikut:

Adanya komitmen para guru untuk selalu mendukung kegiatan

literasi yang sudah dibentuk di sekoah ini;

Adanya perilaku baik yang selalu ditunjukkan dari para guru;

Adanya semangat yang baik dari para siswa kelas IX dengan

adanya kegiatan literasi ini; dan

Adanya fasilitas dari sekolah atau yayasan untuk hunting buku.

Sedangkan faktor penghambat dari implementasi program

literasi dalam meningkatkan kreativitas siswa di SMP Islam Plus Az-

Zahra yakni kurangnya buku sehingga siswa harus membawa buku

sendiri-sendiri, dan terkadang siswa yang tidak disiplin, tidak

membawa buku bacaannya.

22 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,

Depok, 10 Juni 2020

91

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data peneliti menyimpulkan bahwa

program unggulan literasi dalam meningkatkan kreativitas siswa SMP

Islam Plus Az-Zahra sudah cukup baik. Berdasarkan hasil tersebut

peneliti menyimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis peneliti, implementasi program unggulan literasi

dalam meningkatkan kreativitas siswa SMP Islam Plus Az-Zahra

memberikan kontribusi yang besar dalam menciptakan sekolah yang

lebih baik. Hal yang dirasakan dari kegiatan literasi ini terutama bagi

siswa sangat membantu dalam meningkatkan kualitas belajar,

menambah wawasan pengetahuan serta meningkatkan kreativitas

dalam menulis. Penerapan kegiatan literasi ini memberikan efek yang

sangat baik dan sangat positif dalam meningkatkan kemampuan siswa

terutama dalam meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan

berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah.

2. Faktor pendukung dan penghambat sebagai kontribusi implementasi

program unggulan literasi dalam meningkatkan kreativitas siswa SMP

Islam Plus Az-Zahra yaitu adanya komitmen para guru untuk selalu

mendukung kegiatan literasi yang sudah dibentuk di sekoah ini,

adanya perilaku baik yang selalu ditunjukkan dari para guru, adanya

semangat yang baik dari para siswa kelas IX dengan adanya kegiatan

literasi ini; dan adanya fasilitas dari sekolah atau yayasan untuk

hunting buku. Sedangkan faktor penghambat dari implementasi

program literasi dalam meningkatkan kreativitas siswa di SMP Islam

Plus Az-Zahra yakni kurangnya buku sehingga siswa harus membawa

92

buku sendiri-sendiri, dan terkadang siswa yang tidak disiplin, tidak

membawa buku bacaannya.

B. Saran

Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan di SMP Islam

Plus Az-Zahra yang kemudian di analisis dan disimpulkan, maka peneliti

dapat memberi saran agar kegiatan ini ditingkatkan lagi, jangan sampai

ditiadakan. Kemudian, kegiatan ini jangan hanya diadakan untuk di kelas

IX, tetapi diadakan secara bertahap dari kelas VII, dan kelas VIII,

sehingga implementasi program unggulan literasi dalam meningkatkan

kreativitas siswa SMP Islam Plus Az-Zahra dapat terlaksana dengan lebih

baik.

93

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan

Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis,

Jakarta: Bumi Aksara, 2017.

Adib, M. Afiqul Adib, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Surat Al-‘Alaq

Ayat 1-5 Menurut Tafsir al-Mishbah dan Penerapannya dalam

Pembelajaran”, Skripsi, Malang: Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim, 2019. Tidak diterbitkan (t.d).

Ahmadi, Farid dan Hamidulloh Ibda, Media Literasi Sekolah, Semarang: CV

Pilar Nusantara, 2018.

Al-Jafi, Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Ibnu Ibrahim bin

Maghirah bin Bardazibah al-Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut-Lebanon:

Darul Kitab al-‘Ilmiyah, 1992

Al-Qur`an dan Terjemahan, Jakarta: PT. Almahira, 2016.

Andina, Elga, “Pentingnya Literasi bagi Peningkatan Kualitas Pemuda”,

dalam Majalah Info Singkat, Vol. IX No. 21 November 2017.

Anggito, Albi dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif,

Sukabumi: CV Jejak, 2018.

Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian, Bandung: Rosdakarya, 2006

Azis, Moh. Saiful, “Implementasi Kultur Literasi Dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca, Menulis dan Berpikir Kritis Siswa SD Plus Al-

Kautsar Malang”, Skripsi, Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2017.

Tidak diterbitkan (t.d).

Budiarti, Yesi, “Pengembangan Kemampuan Kreativitas dalam Pembelajaran

IPS”, dalam Jurnal Promosi, Vol. 3 No. 1 2015.

Depdiknas, Standar Kompetensi Guru, Jakarta: Depdiknas, 2004.

Destyaningrum, Annisa Destyaningrum, “Kecerdasan Spiritual dalam

Perspektif Al-Qur`an Surat An-Nahl Ayat 78”, Skripsi, Semarang:

Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2019. Tidak diterbitkan (t.d).

94

Dimyati dan Mujiyono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta,

2008.

Endaryanta, Eruin, “Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah di SD

Kristen Kalam Kudus dan Sd Muhammadiyah Suronatan”, Skripsi,

Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2017. Tidak diterbitkan

(t.d).

Endswarna, Suwardi, Literasi Sastra, Yogyakarta: Morfalingua, 2017.

Faizah, Dewi Utama dkk, Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar,

Jakarta: Diktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.

Fakar, Siti Partimah, “Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di

Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup”, Skripsi,

Bengkulu: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup, 2018. Tidak

diterbitkan(t.d).

Furchan, Arif, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Malang: Pustaka

Belajar, 2007.

Harras, Kholid dkk, Membaca I, Jakarta: Universitas Terbuka, 2011.

Hasnawati, “Pentingnya Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar

Pendidikan Agama Islam di SDN 198 Toweleng Kabupaten Soppeng”,

Skripsi, Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2011.

Tidak diterbitkan (t.d).

Irianto, Putri Oviolanda dan Lifia Yola Febrianti, “Pentingnya Penguasaan

Literasi bagi Generasi Muda Dalam Menghadapi MEA”, Mei 2017.

Kemendikbud, Indeks Aktivitas Literasi Membaca 34 Provinsi, Jakarta:

Puslitjakdikbud, 2019.

Kemendikbud, Materi Pendukung Literasi Baca Tulis, Jakarta, 2017.

Kurniawan, Asep, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2018.

95

Kurniawati, Atik, “Strategi Pembelajaran untuk Mengembangkan Kreativitas

Peserta Didik”, Makalah, Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta,

2017. Tidak diterbitkan (t.d).

Laelah, Rohmatul, “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah sebagai Upaya

Penanaman Nilai-Nilai Revolusi Mental pada Siswa di MIN 2 Sleman”,

Tesis, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2018. Tidak diterbitkan (t.d).

Makmur, Agus, “Efektivitas Penggunaan Metode Base Method dalam

Meningkatkan Kreativitas dan Motivasi Belajar Matematika Siswa

SMP N 10 Padangsidimpuan”, dalam Jurnal EduTech, Vol. 1 No. 1

Maret 2015.

Malawi, Ibadullah dkk, Pembelajaran Literasi Berbasis Sastra Lokal,

Magetan: CV. AE Media Grafika, 2017.

Miranda, Dian, “Upaya Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia

Dini di Kota Pontianak”, Skripsi, Pontianak: Universitas Tanjungpura,

2016. Tidak diterbitkan (t.d).

Muliawan, Jasa Ungguh Muliawan, Metode Penelitian Pendidikan dengan

Studi Kasus, Yogyakarta: Gava Media, 2014.

Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2015.

Munandar, Utami, Anak Unggul Berotak Prima, Jakarta: PT. Gramedia,

2002.

Nazir, Moh, Metode Penelitian, Bogor: Ghalica Indonesia, 2015.

Noor, Juliansyah, Metodologi Penelitian, Jakarta: Kencana, 2012.

Padmadewi, Ni Nyoman dan Luh Putu Artini, Literasi di Sekolah dari Teori

ke Praktik, Bali: Nilacakra, 2018.

Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Pertama, Kemendikbud, Jakarta,

2015.

Prabowo, Aan dan Heriyanto, “Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik (E-

BOOK) oleh Pemustaka di Perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang”,

96

dalam Jurnal Ilmu Perpustakaan, Vol. 2 Nomor 2 April 2017. Tidak

diterbitkan (t.d)

Rachmawati, Yeni dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas

Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Kencana, 2011.

Rohani, “Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Media Bahan

Bekas”, dalam Jurnal Raudhah, Vol. 05 No. 02 Juli-Desember 2017.

Salinan Lampiran I, tentang Perubahan Permendikbud tentang Kurikulum

2013 SMP/Mts, Nomor 35 Tahun 2018.

Saparahayuningsih, Sri, “Peningkatan Kecerdasan dan Kreativitas Siswa”,

dalam Jurnal Kependidikan Dasar, Vol. 1 No. 1 September 2010.

Sari, Sriti Mayang, “Peran Ruang dalam Menunjang Perkembangan

Kreativitas Anak”, dalam Jurnal Dimensi Interior, Vol. 3 No. 1 Juni

2005.

Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Tangerang: PT. Lentera Hati, 2016.

Sitepu, Ayu Sri Menda BR, Pengembangan Kreativitas Siswa, Medan:

Guepedia, 2019.

Soelaiman, Joice Ishak, Kreativitas dalam Berkarya, Semarang: CV Krida

Karya, 2016.

Subagyo, Joko, Metode Penelitian dalam Teori & Praktik, Jakarta: Rineka

Cipta, 2011.

Sudarto, “Keterampilan dan Nilai sebagai Materi Pendidikan dalam

Perspektif Islam”, dalam Jurnal Al Lubab, Vol. 1 No. 1 Tahun 2016.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandug: PT

Alfabeta, 2016.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.

Sumiarti, “Pusat Studi Pendidikan dan Kreativitas Anak”, dalam Jurnal

Educreate, Vol. 1 Agustus 2016.

97

Sutopo, H.B, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS Press, 2006.

Trisnawati, Hawa Ajeng, “Pelaksanaan Kegiatan Literasi dalam

Pembentukan Karakter Siswa di Sekolah Tara Salvia Ciputat (Analisis

Deskriptif pada Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar Tara Salvia

Ciputat)”, Skripsi, Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2018. Tidak diterbitkan (t.d).

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Tujuan Pendidikan Nasional.

Warsihna, Jaka, “Meningkatkan Literasi Membaca dan Menulis dengan

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)”, dalam Jurnal Kwangsan,

Vol. 4 No. 2 Desember 2016.

Yanggo, Huzaemah, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi,

Tanggerang: IIQ Press, 2011.

98

LAMPIRAN-LAMPIRAN

99

LAMPIRAN I

PEDOMAN WAWANCARA

1. Wawancara dengan Guru IPA dan Wali Kelas IX

a. Sejak kapan program unggulan karya literasi berjalan?

b. Mengapa program unggulan karya literasi diadakan di sekolah ini?

c. Menurut Ibu, apa pengertian literasi secara umum?

d. Bagaimana tanggapan dari adanya program unggulan karya

literasi?

e. Strategi apa yang Ibu terapkan agar siswa dapat benar-benar

mengikuti program tersebut untuk memenuhi kreativitas setiap

siswa?

f. Bagaimana prosedur penilaian peserta didik terhadap program

tersebut?

g. Bagaimana bentuk kegiatan yang terkait dengan program

tersebut?

h. Adakah faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program

unggulan karya literasi?

i. Bagaimana tingkat kreativitas siswa dengan adanya program

tersebut?

j. Menurut Ibu, seberapa penting program unggulan karya literasi

ini bagi siswa dalam meningkatkan kreativitas siswa itu sendiri?

k. Indikator pencapaian program unggulan karya literasi?

l. Menurut Ibu, sudah berhasil kah/sudah berapa persen bagi sekolah

dalam menerapkan program unggulan karya literasi, sudah sejauh

mana hasilnya?

m. Apa saran/keinginan Ibu untuk program tersebut untuk ke

depannya?

100

2. Wawancara dengan perwakilan kelas IX SMP Islam Plus Az-

Zahra Depok

a. Apakah kalian merasa senang dengan adanya kegiatan literasi?

b. Adakah kesulitan yang kalian rasakan ketika kegiatan

berlangsung?

c. Bagaimana para guru/pembimbing mengawasi kalian selama

kegiatan berlangsung?

d. Adakah efek/perubahan yang kalian rasakan setelah mengikuti

kegiatan literasi?

101

LAMPIRAN II

PEDOMAN OBSERVASI

1. Keadaan dan letak geografis SMP Islam Plus Az-Zahra

2. Kondisi sekolah dan lingkungan

3. Kondisi sarana dan prasarana sekolah

4. Bagaimana keadaan guru dan siswa SMP Islam Plus Az-Zahra

5. Apa saja yang disiapkan guru dan siswa ketika kegiatan berlangsung

6. Kondisi sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan literasi

7. Keadaan siswa ketika kegiatan literasi berlangsung

8. Peningkatan siswa setelah melaksanakan kegiatan literasi

9. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengikuti kegiatan literasi

102

LAMPIRAN III

PEDOMAN DOKUMEN

1. Letak geografis SMP Islam Plus Az-Zahra

2. Visi dan Misi SMP Islam Plus Az-Zahra

3. Identitas SMP Islam Plus Az-Zahra

4. Struktur Organisasi

5. Laporan Sekolah Kegiatan Literasi

6. Buku Kumpulan Karya Tulis Siswa

103

LAMPIRAN IV

FIELD NOT

Judul : Penyerahan Surat Izin Penelitian

Informan : Bapak Luqman Wibisono, S. Sos.i

Tempat : Ruang Kepala Sekolah SMP Islam Plus Az-zahra

Waktu : Rabu, 22 Januari 2020 Pukul 11.00 WIB

Hari Rabu tanggal 22 Januari 2020 saya pergi ke SMP Islam Plus Az-

Zahra untuk menyerahkan surat izin penelitian. Setelah sampai di sekolah

saya langsung bertemu dengan Bapak Luqman karena sebelumnya sudah

dikabarkan melalui Via Whatsapp dan kebetulan juga saya kenal melalui

teman saya yang pernah jadi murid beliau di SD Az-Zahra. Setelah itu saya

sampaikan mengenai surat izin penelitian di SMP Islam Plus Az-Zahra terkait

program unggulan literasi ini dan meminta izin langsung kepada Bapak

Luqman Wibisono.

Peneliti : Assalamu’alaikum Pak

Bapak Luqman : Wa’alaikumussalam, mari Siva silahkan duduk

Peneliti : Ya Pak, terima kasih sebelumnya Pak

Bapak Luqman : Suratnya sudah Bapak terima kok Siva, sangat boleh,

saya sangat izinkan untuk penelitian disini. jurusan

PAI di IIQ? Ini berarti mau teliti program literasi nya?

Peneliti : Iya Pak, PAI. Betul Pak, saya tertarik dengan

program unggulan itu

Bapak Luqman : program literasi ini kan untuk kelulusan kelas IX, jadi

program ini kita buat puisi, cerita pendek, dan karya

ilmiah. Nanti kalau ada apa-apa langsung tanya saja

sama saya boleh atau sama bu Latifah Koordinator

Akademik nya juga boleh

104

Peneliti : Baik Pak, terima kasih ya Pak atas izin dan

bantuannya

Bapak Luqman : Ya sama-sama. Nanti kalu sudah selesai skripsinya

saya sekalian minta copy nya ya untuk jadi laporan

sekolah juga, kenang-kenangan juga buat sekolah.

Kalau mau wawancara langsung saja datang ke

sekolah ya

Peneliti : Oh iya Pak, boleh, terima kasih ya pak sekali lagi,

kalu gitu sampai sini dulu ya Pak. Assalamu’alaikum

Bapak Luqman : Ya Siva, Wa’alaikumussalam

105

Judul : Wawancara dengan subjek penelitian

Informan : Ibu Latifah Hanum (Guru IPA dan Wali Kelas IX)

Tempat : Ruang Perpustakaan SMP Islam Plus Az-Zahra

Waktu : Rabu, 10 Juni 2020 Pukul 11.00 WIB

Peneliti : Assalamu’alaikum Ibu.

Ibu Latifah : Wa’alaikumussalam Siva, ya baik langsung saja ya

Peneliti : Baik Bu. Sejak kapan program unggulan literasi diadakan?

Ibu Latifah : Sejak awal adanya sekolah ini, sejak tahun 2006

Peneliti : Mengapa program literasi diadakan di sekolah ini?

Ibu Latifah : Supaya siswa senang membaca, walaupun namanya literasi

itu bukan identik dengan membaca saja, hal-hal yang lain ada.

Memang pada awalnya tujuannya supaya siswa hobby bahkan

senang membudaya nama membaca itu.

Peneliti : Menurut Ibu, apa pengertian literasi itu sendiri?

Ibu Latifah : Menurut saya, literasi merupakan kemampuan individu atau

seseorang dalam membaca. Membaca disini sangat luas tidak

hanya membaca buku atau apa, membaca situasi keadaan juga

bisa, kemampuan menghitung, berkomunikasi, atau bahkan

memecahkan masalah juga bisa.

Peneliti : Bagaimana tanggapan Ibu dengan adanya program literasi

ini?

Ibu Latifah : Tanggapan saya dengan adanya program ini sangat baik yaa,

sangat positif, kenapa? Karena pertama memang kita ketahui

hasil penelitian pun Indonesia itu masih di posisi paling bawah

dalam hal membudaya membaca. Jadi, dengan adanya

program ini Dinas Pendidikan pun mengadakan tujuannya

memang itu. Pada awalnya melihat kondisi seperti ini memang

106

sangat disayangkan, jadi setiap sekolah wajib mengadakan

program ini.

Peneliti : Strategi apa yang Ibu terapkan agar siswa dapat benar-benar

mengikuti program tersebut untuk memenuhi kreativitas

siswa?

Ibu Latifah : Kalau dulu sebelum Dinas Pendidikan mewajibkan. Dulu

kita awalnya itu salah satunya memang dalam seminggu itu

ada waktu 30 menit anak-anak kita bawa ke perpustakaan

untuk membaca buku bebas, mau buku apa saja tanpa kita

batasi, dengan catatan kita sudah menseleksi buku-buku itu

sejajar dengan usianya. Setelah itu 5-6 tahun, mungkin lebih

sistematis lagi, anak-anak membaca kemudian dia meresume

hasil bacaannya itu. Kemudian secara acak seminggunya

anak-anak itu menampilkan hasil resumenya ke depan selama

10-15 menit, dibacakan kembali dan di simak oleh teman-

temannya. Nah, nanti untuk mengetahui teman-temannya

menyimak atau tidak, kita berikan pertanyaan. Kedua ketika

kelas IX lulus anak itu membuat sebuah karya tulis, sesuai

dengan apa yang dia minati, mau dia mengangkat tentang apa,

nanti mereka dibimbing oleh seorang pembimbing atau guru

pembimbing. Nah selama 3 bulan, nanti ada seminggu sekali

bimbingan atau misalnya mendekati untuk sidang karya

tulisnya. Nanti mungkin seminggu ada beberapa kali sesuai

dengan kemampuan anak tadi, atau intensitas dia sudah

memenuhi belum, karena syarat untuk mengikuti karya tulis

ini minimal dia bimbingan 8 kali pertemuan.

Peneliti : Bagaimana prosedur penilain siswa terhadap program ini

Bu?

107

Ibu Latifah : Untuk penilaiannya setiap minggu itu kita memang ada

penanggungjawabnya khusus kegiatan literasi, jadi setiap

pembimbing itu yang ditanggungjawabkan tadi dia menilai

salah satunya. Jadi ketika salah satu anak itu, satu kita menilai

ketika dia membaca secara keseluruhan. Kedua, ketika anak

tampil ke depan, semampu apa dia menyampaikan kembali,

mempresentasikan kembali hasil buku yang dia baca, sepaham

apa dengan isi buku itu. Nanti nilai yang di pegang

penanggungjawab diberikan kepada walikelas.

Peneliti : Bagaimana bentuk kegiatan yang terkait dengan program

literasi ini?

Ibu Latifah : Yang terkait dalam kegiatan literasi ini, pertama ketika anak

lulus kelas IX anak itu membuat sebuah karya tulis, sesuai

dengan apa yang dia minati, mau dia mengangkat tentang apa,

nanti dibimbing oleh seorang pembimbing atau guru

pembimbing. Nah selama 3 bulan, nanti ada seminggu sekali

bimbingan, atau misalnya mendekati untuk sidang karya

tulisnya. Nanti seminggu ada beberapa kali sesuai dengan

kemampuan anak tadi, atau intensitas dia sudah memnuhi

belum, karena syarat untuk mengikuti karya tulis minimal

bimbingan 8 kali pertemuan. Kedua, yang terkait dengan

kegiatan ini ketika di bulan bahasa. Di bulan bahasa, anak-

anak kita lombakan dia membuat berbagai macam seperti

membuat puisi, atau bahkan cerita pendek, nah nanti kita

bukukan, jadi buku itu dalam bentuk kumpulan karya siswa.

Peneliti : Adakah faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

program literasi tersebut?

108

Ibu Latifah : Faktor pendukung dari meningkatnya kreativitas dengan

adanya kegiatan literasi ini saya liat dipengaruhi dari tiga

faktor yaitu guru atau pembimbing kegiatan tersebut, siswanya

pasti yaa dan sekolah atau yayasan juga. Pertama, faktor

utama pendukung kegiatan ini yaa guru kak, guru juga

sekaligus pembimbing kegiatan ini, kan fungsi guru bukan

hanya sebagai transfer ilmu saja, melainkan segalanya yang

baik harus kita berikan kepada siswa. Kedua, Anak-anak

benar-benar senang dengan kegiatan ini, bahkan ketika mereka

menampilkan dan mempresentasikan hasil buku yang dia baca

atau pemahaman mereka dengan isi buku yang ia baca,

mereka membuatnya dengan slide-slide yang lebih canggih

dari gurunya, jadi itu faktor pendukung kreativitas mereka

dengan adanya kegiatan literasi di sekolah ini. Faktor

pendukung selanjutnya yaitu yayasan yang sangat mendukung

program literasi ini, sekolah juga biasanya di bulan bahasa itu

sekolah di fasilitasi membeli buku. Kan biasanya di JCC itu

ada pameran buku ya nah disana biasanya kita hunting buku.

Cuman di sayangkan bugdet kita memang hanya untuk

setahun sekali dan di batasi juga, tapi alhamdulillah kita sudah

di dukung seperti itu. Sedangkan faktor penghambat dalam

kegiatan ini salah satunya yaitu kurangnya buku. Karena

kegiatan kita membaca ini memang karena kita minim dalam

pengadaan buku, biasanya kita mewajibkan anak yang

membawa bukunya. Tetapi dengan kita menseleksi dulu buku

apa yang dia baca, kemudian kalau pun misalnya siswa ada

yang tidak membawa buku, ya mau ga mau kita beri sanksi

dengan sanksi dia kita beri tugas untuk menulis sebuah ayat

109

sekian kali atau menulis asmaul husna. Dengan sanksi begitu,

kita ada tujuan supaya tulisan anak lebih bagus dan lebih rapi

baik tulisan bahasa indonesia maupun tulisan arab.

Peneliti : Bagaimana tingkat kreativitas siswa dengan adanya program

tersebut?

Ibu Latifah : Tingkat kreativitas siswa disini dengan adanya kegiatan

literasi ini, kita bisa bedakan dulu dengan sekarang. Memang

ada signifikan atau peningkatannya yaa. Contohnya, untuk

karya tulis ini dulu kita tidak mewajibkan anak sekian buku

atau sekian sumber buku yang dia baca, nah sekarang ini kita

mewajibkan minimal 3 buku yang dia punya, jadi mau tidak

mau seorang anak minimal punya 3 buku bacaan. Kalu dulu

satu buku atau bahkan mengambil (copy paste) di internet saja

sudah bisa, gitu kan? Nah kita supaya lebih kuat, si anak wajib

punya buku ketika sidang pun si anak wajib membawa buku,

nanti ditunjukkan ke pengujinya. Kemudian, kreativitasnya

juga dalam mendesain slide untuk presentasi itu memang kita

lihat bahkan anak-anak lebih canggih membuatnya, memang

kalau untuk multimedia anak kita lebih kreatif di bandingkan

gurunya mungkin. Apalagi selama pandemi ini ya, anak-anak

memang di tuntut dalam bentuk online dan sebagainya dalam

penugasan-penugasan pun anak-anak lebih bagus

kreativitasnya terutama dalam multimedia, karena kan yang

namanya literasi ini tidak hanya membaca dan menulis tetapi

banyak bidangnya salah satunya dalam teknologi.

Peneliti : Menurut Ibu, seberapa penting program ini bagi siswa dalam

meningkatkan kreativitas siswa itu sendiri?

110

Ibu Latifah : Sangat penting ya, karena memang jangan sampai kita

ketinggalan teknologi, karena itu memang sangat dibutuhkan,

seiring dengan berjalannya waktu. Siswa juga di tuntut ketika

dia menghadapi dunia luar nanti, dia lebih siap

menghadapinya, mau itu dalam bidang apapun, tidak

terkhusus dalam bidang IT dan sebagainya, dalam hal

memecahkan masalah juga, mungkin ketika di sekolah beda.

Ketika menghadapi dunia luar begini loh, sudah siap belum

dia menyelesaikan masalah-masalah tadi. Apalagi di zaman

sekarang ini, tidak terfokus hanya di sekolah dia dapat ilmu

pendidikan, tetapi mesti sosial dia lebih siap juga. Makanya

untuk level SMP, ketika dia masuk SMA beda lagi dunia yang

di hadapi, masalah juga mungkin lebih kompleks.

Peneliti : Adakah indikator pencapaian dalam program literasi ini?

Ibu Latifah : Salah satu si anak itu pasti di karya literasi tadi untuk

mencapainya itu. Pertama, si anak wajib memiliki buku

bacaan, bisa buku bisa juga nanti dari berbagai sumber baik

itu dari internet, minimal 10 sumber bacaan. Kalau sudah 10

bacaan itu poinnya sudah bagus, paling bagus 10 ke atas. Jadi

kita memang ada skalanya, yaitu poin 1 s/d poin 4, poin 4 jika

dia memiliki diatas 10 sumber bacaan, poin 3 itu pas 10

sumber bacaan, nah kalau poin 2 ke bawah yaa itu biasanya 6-

8 sumber bacaan. Nah ini salah satu indikator dalam bentuk

penilaian. Kemudian dalam bentuk ketika dia menulis itu ada

sistematisnya. Ketika misalnya judul, isi dan kesimpulan itu

saling terkait atau tidak. Itu pencapaiannya, kalau kita bilang

mencapai target atau kelulusan tidak dia dalam membuat

karya tulis tadi. Kemudian dalam hal penulisan, salah dalam

111

hal apa menulisnya, mengetik misalnya dan sebagainya,

sebanyak atau sedikit apa kesalahan yang dia buat ketika dia

menulis. Ketika anak menulis kita sudah berikan buku

panduan literasi dan pembimbing juga kita fasilitasi atau kita

siapkan. Nah kadang-kadang memang tidak semua anak yang

mau bimbingan dalam seminggu, atau membaca dalam

seminggu, ada anak yang lupa membawa buku walaupun kelas

IX kita wajibkan untuk membuat karya tulis ini, itu

kendalanya.

Peneliti : Menurut Ibu, sudah berhasilkah/sudah berapa persen bagi

sekolah dalam menerapkan program literasi ini?

Ibu Latifah : Kalau kita bilang berhasil, alhamdulillaah sudah. Buktinya

apa? Gitu yaa. Ketika lulus dari sini, ketika dia di sekolah

lanjutan, jadi ilmu yang dia dapat disini itu dia sangat

bersyukur banget, dia sudah mendapatkan itu disini. Ketika

dia di SMA atau di sekolah lanjutan yang ia temui, dia tidak

blank, dia membandingkan sama teman-temannya yang bukan

alumni sini. Jadi, banyak teman-temannya menanyakan ke dia.

Walaupun memang kalau istilahnya bersakit-sakit dahulu ya

bersenang-senang kemudian. Memang, ketika di kelas IX

memang mungkin sangat memusingkan dengan membuat

karya tulis tadi, tetapi ketika di SMA itu semua ilmunya di

pakai, setiap ada tugas pasti dalam bentuk laporan tadi. Nah, si

anak sudah mendapatkan basic di SMP nya.

112

Judul : Wawancara dengan subjek penelitian

Informan : Edith Indah Lestari (Salah satu siswa kelas IX SMP Islam

Plus Az-Zahra)

Tempat : Via Online Call Whatsapp

Waktu : Rabu, 12 Agustus 2020 Pukul 13.00 WIB

Deskripsi Data

Pada hari Rabu 12 Agustus 2020 peneliti melakukan wawancara online Via

Online Call dikarenakan adanya pandemic Covid-19 yang menyebabkan

tidak memungkinkan untuk bertemu langsung.

Peneliti : Assalamu’alaikum dek, maaf sebelumnya saya Siva, kuliah

di IIQ semester 8. Kakak sedang penelitian di Az-Zahra

tentang program literasi di sekolah, makanya kakak ingin

wawancarai adek, tanya-tanya sedikit ke adek selaku

perwakilan kelas IX. Boleh kan?

Edith : Wa’alaikumussalam, iya kak boleh banget

Peneliti : Mulai yah. Apakah adek merasa senang dengan adanya

program literasi di sekolah?

Edith : Senang banget kak

Peneliti : Adakah kesulitan yang adek dan teman-teman rasakan ketika

program ini berlangsung?

Edith : Ada kak, terkadang suka ga paham sama isi bukunya, terus

juga ada kata yang sulit di mengerti.

Peneliti : Oh gitu, bagaimana para guru/pembimbing mengawasi kalian

selama program ini berlangsung?

Edith : Para guru membimbing kami dengan baik, jika ada yang sulit

di mengerti sama guru dijelaskan kak.

113

Peneliti : Kemudian, setelah adanya program ini di sekolah, adakah

efek/perubahan yang kalian rasakan?

Edith : Alhamdulillah ada kak, awalnya saya malas banget baca

buku cerita novel gitu, tapi setelah adanya program literasi di

sekolah saya jadi ingin terus baca buku novel kak, terus juga

menjadi menambah wawasan.

Peneliti : Wah alhamdulillah dong, berarti bermanfaat banget yaa dek

program nya?

Edith : Iya kak, karena saat program ada beberapa siswa yang

disuruh maju ke depan untuk menceritakan kembali isinya dan

hikmahnya, jadi kita juga enak dan paham tanpa membaca

buku yang lain kita bisa tahu isi bukunya juga.

Peneliti : Oh gitu, semoga ke depannya lebih minat lagi ya de

membaca bukunya

Edith : Aamiin, terima kasih ya kak

Peneliti : Yasudah kalau gitu, terima kasih ya dek sudah meluangkan

waktunya buat di wawancarai, di tutup dulu ya.

Assalamu’alaikum.

Edith : Iya kak sama-sama. Wa’alaikumussalam kak.

114

Judul : Wawancara dengan subjek penelitian

Informan : Almukarromah Adnan (Salah satu siswa kelas IX SMP Islam

Plus Az-Zahra)

Tempat : Via Online Call Whatsapp

Waktu : Kamis, 13 Agustus 2020 Pukul 13.00 WIB

Deskripsi Data

Pada hari Kamis 13 Agustus 2020 peneliti melakukan wawancara online Via

Online Call dikarenakan adanya pandemic Covid-19 yang menyebabkan

tidak memungkinkan untuk bertemu langsung.

Peneliti : Assalamu’alaikum dek, maaf sebelumnya saya Siva, kuliah

di IIQ semester 8. Kakak sedang penelitian di Az-Zahra

tentang program literasi di sekolah, makanya kakak ingin

wawancarai adek, tanya-tanya sedikit ke adek selaku

perwakilan kelas IX. Boleh kan?

Edith : Wa’alaikumussalam, iya kak boleh banget

Peneliti : Mulai yah. Apakah adek merasa senang dengan adanya

program literasi di sekolah?

Edith : Senang, karena adanya kegiatan literasi di sekolah bisa

membangun kesadaran literasi bagi saya

Peneliti : Adakah kesulitan yang adek dan teman-teman rasakan ketika

program ini berlangsung?

Edith : Ada kak, karena banyak diantara teman-teman saya yang

tidak terlalu suka mmebaca, jadi lebih suka bermain game

yang ada di gadget mereka, sehingga kemampuan literasi

mereka tidak begitu baik.

Peneliti : Oh gitu, bagaimana para guru/pembimbing mengawasi kalian

selama program ini berlangsung?

115

Edith : Para guru membimbing kami dengan baik, mereka

membimbing kamu dengan ikut serta dalam kegiatan literasi

tersebut.

Peneliti : Kemudian, setelah adanya program ini di sekolah, adakah

efek/perubahan yang kalian rasakan?

Edith : Kalau bagi saya sendiri Alhamdulillah ada kak, apalagi

ketika itu di sekolah ada guest atau bintang tamu yang hadir

pada saat itu dan menceritakan pengalamannya sebagai penulis

dan orang yang gemar dalam dunia literasi, dengan cerita-

ceritanya saya jadi terinspirasi dan jadi minat dalam membaca

atau dunia literasi itu sendiri.

Peneliti : Wah alhamdulillah dong, semoga ke depannya lebih minat

lagi ya de membaca bukunya

Edith : Aamiin, terima kasih ya kak

Peneliti : Yasudah kalau gitu, terima kasih ya dek sudah meluangkan

waktunya buat di wawancarai, di tutup dulu ya.

Assalamu’alaikum.

Edith : Iya kak sama-sama. Wa’alaikumussalam kak.

116

LAMPIRAN V

KUMPULAN KARYA TULIS SISWA IX

A. PUISI

117

B. CERITA PENDEK

118

119

120

121

122

123

124

125

CURRICULUM VITAE

Siva Octaviani lahir di Jakarta, pada tanggal 20

Oktober 1998. Anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan

dari Bapak Achmad dan Ibu Sapuroh. Penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah di SDN 03 Pagi

Tanjung Barat pada tahun 2010. Pada tahun itu juga

penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 239

Jakarta dan tamat pada tahun 2013. Kemudian

melanjutkan MAN 13 Jakarta dan tamat pada tahun 2016.

Pada tahun itu juga penulis melanjutkan pendidikan perguruan tinggi,

tepatnya di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta Fakultas Tarbiyah Program

Studi Pendidikan Agama Islam (PAI).

Dengan demikian, motivasi tinggi untuk belajar dan selalu berusaha,

Alhamdulillah penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Semoga dengan

penulisan skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia

pendidikan.