implementasi program unggulan literasi dalam meningkatkan ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of implementasi program unggulan literasi dalam meningkatkan ...
IMPLEMENTASI PROGRAM UNGGULAN LITERASI DALAM
MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DI SMP ISLAM PLUS
AZ-ZAHRA DEPOK
Skripsi ini diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh :
Siva Octaviani
NIM : 16311672
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1442 H/2020 M
IMPLEMENTASI PROGRAM UNGGULAN LITERASI DALAM
MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DI SMP ISLAM PLUS
AZ-ZAHRA DEPOK
Skripsi ini diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)
Dosen Pembimbing:
Sri Tuti Rahmawati, MA
Disusun Oleh :
Siva Octaviani
NIM : 16311672
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1442 H/2020 M
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Implementasi Program Unggulan Literasi dalam
Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra Depok”
yang disusun oleh Siva Octaviani Nomor Induk Mahasiswa 16311672 telah
diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah.
Jakarta, 21 Agustus 2020
Pembimbing,
Sri Tuti Rahmawati, MA
iv
MOTTO
ب و ين ءامنوا ٱستعينوا بٱلصذ ها ٱلذ يأ مع ي ة إنذ ٱهللذ لو بين ٱلصذ ١٥٣ ٱلصذ
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-
Baqarah [2]: 153)
ي خلق بٱسم رب ك ٱلذنس ١ٱقرأ ٢ن من علق خلق ٱل
ربك و ٱقرأ
كرم ي علذم بٱلقلم ٣ٱل ٥نس ن ما لم يعلم علذم ٱل ٤ٱلذ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan; Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah;Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam; Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq [96]:
1-5)
v
م ي ح الر ن ح الر للا م س ب
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt.
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan
kemudahan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik sebagai bagian dari menuntut ilmu juga sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dengan Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)
Jakarta tahun ajaran 2020/2021.
Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan
kita, Nabi kita, Baginda kita Nabi Muhammad Saw. dan juga kepada
keluarga, sahabat-sahabatnya dan kepada kita sebagai umatnya hingga akhir
zaman nanti.
Penulisan skripsi ini merupakan bukti telah dilaksanakannya
penelitian dengan judul “Implementasi Program Unggulan Literasi dalam
Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra Depok”.
Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan, serta menyadari bahwasanya skripsi ini tidak
dapat diselesaikan tanpa bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bantuan motivasi
dan do’anya yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini
selesai pada waktunya. Pada kesempatan ini, penulis hanya ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang
telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, yang
terhormat kepada:
vi
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA, selaku Rektor Institut
Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta;
2. Ibu Dr. Hj. Nadjematul Faizah, SH, M. Hum., Wakil Rektor I Bidang
Akademik sekaligus Plh Dekan Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)
Jakarta. Yang telah membantu dalam semua urusan akademik mahasiswi
dan banyak berperan dalam kelangsungan perkuliahan mahasiswi PAI
Tarbiyah, juga dalam penyelesaian skripsi ini;
3. Ibu Reksiana, MA.Pd, selaku ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta;
4. Ibu Sri Tuti Rahmawati, MA, selaku dosen pembimbing saya yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan hingga terselesaikannya
skripsi ini;
5. Seluruh dosen pengajar dan instruktur tahfiz khususnya pada
Jurusan/Program Studi Pendidikan Agama Islam, atas curahan ilmu yang
telah mereka berikan kepada mahasiswa;
6. Bapak Luqman Wibisono, S.Sos.i, selaku Kepala Sekolah SMP Islam
Plus Az-Zahra Depok, atas kesempatan dan kerja sama yang diberikan
kepada peneliti untuk bisa meneliti di sekolah dan telah banyak
membantu memberikan data-data serta keterangan yang berhubungan
dengan penelitian ini;
7. Ibu Latifah Hanum, S.Pd, selaku Koordinator Bidang Akademik, atas
bantuannya dalam memberikan jawaban-jawaban yang penulis berikan
dalam pelaksanaan penelitian, serta Dewan Guru kelas IX SMP Islam
Plus Az-Zahra Depok, atas bantuannya dalam melaksanakan penelitian;
dan
8. Teman-teman seperjuangan di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
Angkatan 2016, khususnya teman-teman Fakultas Tarbiyah Semester
8A, terima kasih untuk semangat dan do’a kalian kepada penulis,
vii
sahabatku Memew, Kak Rifda, Kak Nia, Kukur, Kak Yeye, Anot, Teh
Leni, Kak Uci, Teh Warny, Teh Oby, Kak Awal, Dede Sipa Izzati, Asa,
terima kasih sudah menemani hari-hari penulis selama belajar di IIQ,
sudah menerima penulis dengan tulus walau seburuk apapun itu, berbagi
canda dan tawa, dan saling menguatkan hingga penulis bisa bertahan
hingga akhir. Semoga ukhuwah kita akan tetap terjalin hingga menjadi
penolong di akhirat kelak.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
dan sebagai bukti kesyukuran kepada Allah Swt. dalam menuntut ilmu dan
ungkapan rasa saying dan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua
saya Bapak Achmad dan Mamah Sapuroh, Kakakku Diah Rachmawati yang
telah memberikan dukungan tak terhingga, semangat, motivasi, harapan,
materi, dan kasih sayangnya serta senantiasa mendo’akan penulis yang begitu
berart dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap, mudah-mudahan Allah Swt. senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu,
membimbing, dan memberikan semangat kepada penulis sehingga skrisi ini
dapat terselesaikan dan tentunya bermanfaat bagi kita semua. Âamiin Yââ
Rabbal `Ââlamiin.
Jakarta, 20 Agustus 2020
Penulis
Siva Octaviani
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad
yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi, penulis merujuk pada
buku pedoman petunjuk teknis penulisan proposal dan skripsi Institut Ilmu
Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:
A. Konsonan
th : ط a : أ
zh : ظ b : ب
‘ : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ف j : ج
q : ق h : ح
k : ك kh : خ
l : ل d : د
m : م dz : ذ
n : ن r : ر
w : و z : ز
h : ھ s : س
` : ء sy : ش
y : ي sh : ص
dh : ض
ix
B. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Tunggal
Vokal Rangkap
Fathah : a أ : ȃ ي : ai
Kasrah : i ي : Î au : و
Dhammah : u و : û
C. Kata Sandang
1. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyyah Kata
sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya. Contoh:
al-Baqarah : البقرة
al-Madînah : املدينة
2. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyyah Kata
sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyyah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai bunyinya.
Contoh:
ar-Rajul : الرجل
asy-Syams : الشمس
x
لسيدةا : as-Sayyidah
ad-Dȃrimî : الدارمى
3. Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan dengan
lambang (__), sedangkan untuk alih aksara dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd.
Aturan ini berlaku umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di
akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah. Contoh:
لل Âmannȃ billȃhi : أمن اب
Âmana as-Sufahȃ’u : أمنالسفهاء
ال ذ ي ن Inna al-ladzîna : إ ن
wa ar-rukka’i : والركع
4. Ta Marbuthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.
Contoh:
al-Af`idah : األف ئ دة
لم ي ة اإل س al-Jȃmi’ah al-Islȃmiyyah : اجلام عة
xi
Sedangkan ta marbuthah yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (isim), maka dialih aksarakan menjadi
huruf “t”. Contoh:
بة Âmilatun Nashibah’: عام لةنص
ى الكب al-Âyat al-Kubrȃ : الٱية
5. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD) Bahasa Indonesia, seperti penulisan
awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan
lain-lain. Katentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih
aksara ini seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan
ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata
sandang maka huruf yang ditulis kapital adalah awal namadiri, bukan
kata sandangnya. Contoh: ‘Ali Hasan al-‘Aridh, al-‘Asqallani, al-
Farmawi dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur’an dan
nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-
Qur’an, Al-Baqarah, Al-Fatihah dan seterusnya.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii
PERNYATAAN PENULIS ....................................................................... iii
MOTTO ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv
ABSTRAK ............................................................................................... xvi
ABSTRACT ............................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ........................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
G. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 8
H. Sistematika Penulisan ................................................................... 12
BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................... 14
A. Program Unggulan Literasi .......................................................... 14
xiii
B. Kreativitas ..................................................................................... 28
C. Cakupan Kompetensi pada Ranah Keterampilan ....................... 40
BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 45
A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 45
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................................. 46
C. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................ 47
D. Tahap-Tahap Penelitian ............................................................... 48
E. Sumber Data.................................................................................. 48
F. Instrumen Penelitian ..................................................................... 50
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 51
H. Teknik Analisis Data ..................................................................... 53
I. Teknik Keabsahan Data................................................................ 56
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ............................................. 58
A. Gambaran Umum SMP Islam Plus Az-Zahra Depok ................. 58
B. Hasil Analisis Data ........................................................................ 73
BAB V KESIMPULAN ............................................................................ 91
A. Kesimpulan .................................................................................... 91
B. Saran .............................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 93
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 98
CURRICULUM VITAE......................................................................... 125
xiv
DAFTAR TABEL
2.1 Cakupan, Pengertian, dan Indikator KI-4 ..................................... 43
3.1 Siklus Penelitian ................................................................................ 46
3.2 Instrumen Penelitian ........................................................................ 50
3.2 Metode Penelitian .............................................................................56
4.1 Rekapitulasi Tenaga Kependidikan .................................................65
4.2 Rekapitulasi Data Siswa ...................................................................66
4.3 Kurikulum SMP Islam Plus Az-Zahra ............................................67
4.4 Sarana Perlengkapan Sekolah..........................................................69
xv
DAFTAR GAMBAR
4.1 Suasana SMP Islam Plus Az-Zahra ................................................ 61
4.2 Peneliti sedang Mewawancarai Subjek Penelitian ......................... 75
4.3 Kegiatan Sidang Literasi Siswa Kelas IX ........................................ 76
4.4 Kegiatan Literasi di Bulan Bahasa .................................................. 78
4.5 Penguji I dan II ketika sidang ..........................................................81
4.6 Kegiatan Siswa sedang berdiskusi ...................................................88
xvi
ABSTRAK
Nama Siva Octaviani (16311672), Judul Skripsi “Implementasi Program
Unggulan Literasi dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam
Plus Az-Zahra Depok”. Program Studi Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah, Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, Tahun 2020.
Program literasi yang diadakan di sekolah ini merupakan bentuk pendidikan
yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas peserta didik. Aspek yang
menjadi fokus penelitian ini adalah 1) Bagaimana Implementasi Program
Unggulan Literasi dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus
Az-Zahra dan 2) Bagaimana Peningkatan Kreativitas Siswa juga faktor
pendukung dan penghambat sebagai bentuk kontribusi Implementasi
Program Unggulan Literasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas siswa SMP
Islam Plus Az-Zahra sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
indikator keterampilan dalam kompetensi inti (KI-4) kurikulum 2013 di
jenjang SMP/Mts. Implementasi program unggulan literasi dalam
meningkatkan kreativitas siswa SMP Islam Plus Az-Zahra memberikan
kontribusi yang besar dalam menciptakan sekolah yang lebih baik. Hal yang
dirasakan dari kegiatan literasi ini terutama bagi siswa sangat membantu
dalam meningkatkan kualitas belajar, menambah wawasan pengetahuan serta
meningkatkan kreativitas dalam menulis. Penerapan kegiatan literasi ini
memberikan efek yang sangat baik dan sangat positif dalam meningkatkan
kemampuan siswa terutama dalam meningkatkan kemampuan membaca,
menulis, dan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah. Kontribusi
Implementasi program unggulan literasi dalam meningkatkan kreativitas
siswa SMP Islam Plus Az-Zahra yaitu adanya komitmen para guru, adanya
semangat siswa dan adanya fasilitas dari sekolah atau yayasan untuk hunting
buku. Sedangkan faktor penghambat yakni kurangnya buku sehingga siswa
harus membawa buku sendiri-sendiri, dan terkadang siswa yang tidak
disiplin, tidak membawa buku bacaannya.
Kata Kunci : Program Unggulan Literasi, Kreativitas
xvii
ABSTRACT
Name Siva Octaviani (16311672), Thesis Title "Implementation of
Literacy Leading Programs in Improving Student Creativity at Az-
Zahra Islamic Plus Junior High School, Depok". Islamic Religious
Education Study Program, Faculty of Tarbiyah, Institute of Al-Qur`an
Science (IIQ) Jakarta, 2020. The literacy program held at this school is a
form of education that aims to increase the creativity of students. Aspects that
are the focus of this research are 1) How to Implement Literacy Excellence
Programs in Increasing Student Creativity at Islamic Junior High School Plus
Az-Zahra and 2) How to Increase Student Creativity as well as supporting
and inhibiting factors as a form of contribution to the Implementation of
Literacy Excellence Programs. This research is a qualitative research. Data
collection was carried out through observation, interviews, and
documentation. The results showed that the creativity of the students of SMP
Islam Plus Az-Zahra was good enough. This can be seen based on the skills
indicators in the core competencies (KI-4) of the 2013 curriculum at the
SMP/Mts level. The implementation of the superior literacy program in
increasing the creativity of the Az-Zahra Islamic Plus Middle School students
has made a big contribution in creating a better school. The thing that is felt
from this literacy activity, especially for students, is very helpful in
improving the quality of learning, increasing knowledge and increasing
creativity in writing. The implementation of this literacy activity has a very
good and very positive effect in improving students 'abilities, especially in
improving students' reading, writing, and critical thinking skills in solving
problems. Contribution of the implementation of the superior literacy
program in increasing the creativity of the Az-Zahra Islamic Junior High
School students, namely the commitment of the teachers, the spirit of the
students and the facilities from schools or foundations for book hunting.
Meanwhile, the inhibiting factor is the lack of books so that students have to
bring their own books, and sometimes students who are not disciplined do
not bring their reading books.
Keywords: Literacy Excellence Program, Creativity
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses komunikasi yang didalamnya
mengandung informasi berupa pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-
keterampilan, baik di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung
sepanjang hayat dari generasi ke generasi. Pendidikan sangat berpengaruh
bagi kehidupan individu, masyarakat dan suatu bangsa. Jika tidak adanya
pendidikan di suatu negara, maka negara tersebut bisa dilakukan tidak
berkembang dan tertinggal.
Pendidikan yaitu gejala manusiawi dan juga upaya sadar yang
tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang dapat melekat pada
siswa, pendidik, proses pendidikan, serta pada lingkungan sarana
pendidikan. adanya pendidikan bukan hanya sekedar formalitas, tetapi
adanya pendidikan memiliki tujuan, seperti yang tercantum dalam UU
No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Tujuan Pendidikan Nasional yang
berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Begitu pula dengan membaca pada hakikatnya memiliki peran
penting dalam menjembatani seseorang untuk menambah
pengetahuan, wawasan, dan keterampilan. Gillet dan Temple
mengatakan dalam buku Kholid Harras, membaca ialah memberi
makna terhadap bahasa tulis, sedangkan Goodman menyatakan
dalam buku Kholid Harras bahwa ketika seseorang membaca
1 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Tujuan Pendidikan Nasional
2
bukan hanya sekedar menuntut kemampuan mengambil dan
memetik makna dari materi yang tercetak melainkan juga
menuntut kemampuan menyusun konteks yang tersedia guna
membentuk makna.2
Membaca merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang
sangat penting dilakukan oleh setiap individu, langkah besarnya semakin
banyak memiliki minat membaca dalam sebuah bangsa akan turut
memajukan bangsa karena dari kegiatan membaca akan menciptakan
generasi bangsa yang cerdas, menambah ilmu pengetahuan, dan menjadi
bekal yang baik untuk kemajuan dan kejayaan bangsa.
“Budaya literasi yang mencakup kebiasaan membaca, memang
belum menjadi budaya di masyaraka Indonesia. Berdasarkan studi Most
Littered Nation In the World yang dilakukan oleh central Connecticut
State University pada tahun 2016, Indonesia dinyatakan menduduki
peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.”3
Fenomena nasional saat ini menunjukkan bahwa kemampuan
literasi anak Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan anak-
anak di negara lain. Hasil PISA (the Programme for International
Student Assessment), mulai tahun 2000 sampai tahun 2012 kurang
memuaskan. Tahun 2000 nilai rata-rata siswa Indonesia dalam hal
membaca adalah 371 (nilai rata-rata internasional 500) berada
pada ranking ke 39 dari 41 negara, di tahun 2003 nilai rata-rata
membaca 382 rangking ke 39 dari 40 negara, tahun 2006 nilai
rata-rata membaca adalah 393 ada pada rangking 48 dari 56
negara, tahun 2009 nilai membacanya 402 rangking 57 dari 65
negara. Sedangkan pada tahun 2012 nilai membacanya cuma 396
ada pada rangking 64 dari 65 negara.4
2 Kholid Harras dkk, Membaca I, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), hlm. 19 3 Eruin Endaryanta, “Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah di SD
Kristen Kalam Kudus dan Sd Muhammadiyah Suronatan”, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta, 2017), h. 1. Tidak diterbitkan (t.d) 4 Ni Nyoman Padmadewi dan Luh Putu Artini, Literasi di Sekolah dari Teori ke
Praktik, (Bali: Nilacakra, 2018), h. 8
3
Fenomena rendahnya literasi anak Indonesia seperti tersebut di
atas, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu anak-anak kurang
membaca buku, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
seingkali belum memiliki program pengembangan literasi atau
menumbuhkan budaya baca-tulis secara sistematik. Penelitian
Taufiq Ismail pada tahun 1996 menemukan perbandingan tentang
budaya baca di kalangan pelajar, rata-rata lulusan SMA di Jerman
membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku,
Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7
buku, sedangkan Indonesia 0 buku.5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus
mendorong minat baca masyarakat khususnya peserta didik. Salah
satu terobosan yang dilakukan pemerintah adalah dengan
menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan
Budi Pekerti. Permendikbud ini diwujudkan dengan wajib
membaca khususnya bagi siswa SD, SMP, SMA. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan juga mengembangkan Gerakan
Literasi Sekolah sebagai upaya untuk mengatasi minat baca yang
rendah pada siswa di Indonesia. Gerakan Literasi Sekolah
merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh
untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran
warganya menjadi literet sepanjang hayat melalui pelibatan
publik.6
Kemudian, ketika seseorang sudah gemar membaca maka yang
harus diwujudkan adalah kreativitas dalam menulis.
Menurut Utami Munandar dalam bukunya yang berjudul Anak
Unggul Berotak Prima kreativitas adalah hasil interaksi antara
individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat
kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur
yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu suatu pengalaman
dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya
5 Ni Nyoman Padmadewi dan Luh Putu Artini, Literasi di Sekolah dari Teori ke
Praktik, (Bali: Nilacakra, 2018), h. 9 6 Siti Partimah Fakar, “Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup”, Skripsi, (Bengkulu: Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Curup, 2018), h. 4. Tidak diterbitkan (t.d)
4
baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan
masyarakat.7
Berdasarkan pengertian kreativitas diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kreativitas merupakan suatu kemampuan yang baru
dengan memberi ide dalam memecahkan masalah, baik berupa gagasan
maupun karya nyata yang merupakan hasil kreasi dirinya sendiri.
Kreativitas ini bersifat luas semua subjek, tidak hanya kepada satu subjek
atau satu mata pelajaran.
Kreatif merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh seseorang
yang mempunyai kreativitas. Hal ini dikarenakan hanya orang
kreatif yang mempunyai ide gagasan kreatif dan original. Orang
akan menjadi kreatif apabila distimulasi sejak dini. Anak
dikatakan kreatif apabila mampu menghasilkan produk secara
kreatif serta tidak tergantung dengan orang lain. Kreativitas atau
berpikir sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.8
Kreativitas juga merupakan kegiatan sehari-hari yang
berhubungan dengan aktivitas individu atau kelompok dalam
suatu masyarakat, dengan mengembangkan kreativitas diharapkan
siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapinya secara
mandiri atau kelompok. Kreativitas ini tercipta di segala bidang
dan kreativitas dapat diajarkan di sekolah-sekolah, karena setiap
orang pada dasarnya memiliki kreativitas pada dirinya meskipun
dengan kadar yang berbeda-beda.9
Kebutuhan kreativitas semakin terasa dalam kehidupan dunia
manapun, baik dalam dunia perusahaan, entertainment, kesehatan,
politik, budaya, dan sosial. Tanpa adanya kreativitas yang
bermakna, semuanya akan tertinggal oleh perkembangan dunia
yang sangat dinamis. Sebagai contoh kalau suatu produk
perusahaan atau enterteinment selalu monoton atau tidak ada
kreativitas baru maka konsumennya akan semakin menghilang
7 Utami Munandar, Anak Unggul Berotak Prima, (Jakarta: PT. Gramedia, 2002),
hlm. 12 8 Rohani, “Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Media Bahan Bekas”,
dalam Jurnal Raudhah, Vol. 05 No. 02 Juli-Desember 2017, h. 11 9 Yesi Budiarti, “Pengembangan Kemampuan Kreativitas dalam Pembelajaran IPS”,
dalam Jurnal Promosi, Vol. 3 No. 1 2015, h. 67
5
karena bosan dan beralih ke produk lain. Apalagi dalam era global
dan informasi ini, persaingan atau kompetisi semakin ketat dan
perubahan terjadi secara dinamis, orang cenderung beralih ke hal
yang lain yang dirasakan lebih bermakna baginya. Supaya bangsa
ini tidak tertinggal dan menjadi penonton terhadap dinamika
dunia, maka kreativitas anak perlu dikembangkan.10
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa kreativitas
memang sangat penting untuk menghasilkan sesuatu yang baru dalam
bidang apapun. Tanpa adanya kreativitas keberhasilan seseorang tidak
akan ada. Kreativitas juga sangat dibutuhkan dalam menghadapi
persoalan dan kebutuhan hidup atau bahkan kemajuan suatu negara.
Dengan adanya kreativitas juga membuat minat belajar siswa yang tinggi.
Apalagi di zaman yang sudah sangat berkembang ini, kreativitas pada
siswa akan semakin dituntut baik dari jenjang SD, SMP, dan SMA.
Dalam hal ini, peneliti mengkhususkan penelitian pada jenjang
Sekolah Menengah Pertama kelas IX agar lebih terfokus. Disamping itu
alasan pemilihan sekolah didasari karena SMP Islam Plus Az-Zahra
adalah sebuah sekolah yang telah menjalankan program literasi dan
program ini menjadi suatu syarat kelulusan dan juga sebuah kegiatan di
bulan bahasa. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di
SMP Islam Plus Az-Zahra Depok.
Maka dari itu, SMP Islam Plus Az-Zahra Depok adalah sekolah
yang cukup ideal untuk menghasilkan sebuah penelitian yang mempunyai
vadilitas tinggi terhadap hasil penelitian peneliti yang berjudul
“Implementasi Program Unggulan Literasi dalam Meningkatkan
Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra Depok”.
10 Sri Saparahayuningsih, “Peningkatan Kecerdasan dan Kreativitas Siswa”, dalam
Jurnal Kependidikan Dasar, Vol. 1 No. 1 September 2010, h. 3-4
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
masalah-masalah yang dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1. Kurangnya minat membaca siswa;
2. Kurangnya kesadaran siswa untuk menggalangkan program literasi;
3. Pentingnya kreativitas siswa dalam menulis;
4. Kegitan literasi sebagai upaya dalam meningkatkan kreativitas siswa;
5. Faktor pendukung dan penghambat dalam pengimplementasian
program; dan
6. Program sekolah literasi di SMP Islam Plus Az-Zahra belum pernah
diteliti dalam pengimplementasian program.
C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan masalah yang di teliti, maka masalah akan
di batasi pada beberapa hal, diantaranya:
1. Kegitan literasi sebagai upaya dalam meningkatkan kreativitas siswa;
2. Faktor pendukung dan penghambat dalam pengimplementasian
program; dan
3. Program sekolah literasi di SMP Islam Plus Az-Zahra belum pernah
diteliti dalam pengimplementasian program.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Program Unggulan Literasi di SMP Islam
Plus Az-Zahra?
2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat sebagai kontribusi
Implementasi Program Unggulan Literasi di SMP Islam Plus Az-
Zahra?
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan seperti apa Implementasi Program Unggulan
Literasi dalam Meningkatkan Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra
Depok; dan
2. Agar mengetahui peningkatan kreativitas siswa juga faktor
pendukung dan penghambat sebagai kontribusi Implementasi
Program Unggulan Literasi di SMP Islam Plus Az-Zahra.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di antaranya adalah:
1. Manfaat Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meberikan informasi
teoritis tambahan dan wawasan mengenai bagaimana menerapkan
kegiatan literasi pada peserta didik. Selanjutnya, penelitian ini
diharapkan dapat menambah keilmuan tentang pengetahuan peserta
didik dalam meningkatkan kreativitas melalui kegiatan literasi, dan
juga unuk memperkaya ilmu pengetahuan yang akan diteliti oleh
peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Secara Praktis
Manfaat praktis, bahwa penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi pembaca agar dapat menjadi informasi praktis tentang kegiatan
literasi karena teori-teori pada penelitian ini banyak memberikan
informasi positif.
Bagi Sekolah, penelitian ini sebagai deskripsi dan bahan
monitoring dalam mengimplementasikan program sekolah agar
dalam penerapan berikutnya dapat berjalan lebih baik lagi. Dan bagi
Siswa, penelitian ini diharapkan membantu siswa dalam mengetahui
8
apa saja hak-hak anak dalam mendapatkan pendidikan yang prositif.
Serta bagi Masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi
dan gambaran umum kepada masyarakat terkait adanya program
Literasi ini.
G. Tinjauan Pustaka
1. Skripsi yang ditulis oleh Nur Fauziah, mahasiswi Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2016, yang berjudul “Upaya Guru dalam Pengembangan
Literasi Informasi Siswa pada Mata Pelajaran PAI”.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian
dari saudari Nur Fauziah yang menyatakan dalam skripsinya bahwa
literasi informasi siswa masih harus dikembangkan, dikarenakan
mereka menyesuaikan antara peran yang mereka jalani sebagai siswa
dan terus mengembangkan diri dalam rangka meningkatkan
kemampuan literasi informasinya.
Penelitian yang dilakukan oleh saudari Nur Fauziah
menggunakan pendeketan penelitian kualitatif yang sama dengan
peneliti yakni penelitian kualitatif. Relevansi yang diteliti yaitu
sama-sama menjelaskan tentang kegiatan literasi. Akan tetapi
terdapat perbedaan yaitu skripsi dari Nur Fauziah tersebut lebih
menitikberatkan pada upaya guru dalam pengembangan literasi
informasi siswa sedangkan peneliti memfokuskan peningkatan
kreativitas siswa melalui implementasi program unggulan literasi.
2. Skripsi yang ditulis oleh Suci Nurpratiwi, mahasiswi Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2017, yang berjudul “Peran Guru dan Perpustakaan Sekolah
Terhadap Peningkatan Literasi Informasi Siswa dalam Pendidikan
Agama Islam”.
9
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil dari
penelitian saudari Suci Nurpratiwi yang menyatakan dalam
skripsinya bahwa guru PAI dan perpustakaan sekolah sangat
berperan baik terhadap peningkatan literasi informasi siswa, namun
harus tetap ditingkatkan dan dikembangkan.
Penelitian yang dilakukan oleh saudari Suci Nurpratiwi
menggunakan pendeketan penelitian kualitatif yang sama dengan
peneliti yakni penelitian kualitatif. Relevansi yang diteliti yaitu
sama-sama menjelaskan tentang kegiatan literasi. Akan tetapi
terdapat perbedaan yaitu skripsi dari Suci Nurpratiwi tersebut lebih
menitikberatkan pada peningkatan literasi informasi siswa melalui
peran guru PAI dan perpustakaan sekolah sedangkan peneliti
memfokuskan peningkatan kreativitas siswa melalui implementasi
program unggulan literasi.
3. Skripsi yang ditulis oleh Lulu Miftahul Huda, mahasiswi Program
Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2018, yang berjudul “Penerapan Kegiatan
Literasi di SD al-Zahra Indonesia Pamulang”.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil dari
penelitian saudari Lulu Miftahul Huda yang menyatakan dalam
skripsinya bahwa kegiatan literasi diterapkan melalui pembiasaan
membaca selama 15 menit dan adanya kegiatan tersebut dapat
menghadirkan lingkungan sekolah yang kaya literasi.
Penelitian yang dilakukan oleh saudari Lulu Miftahul Huda
menggunakan pendeketan penelitian kualitatif yang sama dengan
peneliti yakni penelitian kualitatif. Relevansi yang diteliti yaitu sama-
sama menjelaskan tentang kegiatan literasi. Akan tetapi terdapat
perbedaan yaitu skripsi dari Lulu Miftahul Huda tersebut lebih
10
menitikberatkan pada kegiatan literasi saja sedangkan peneliti
memfokuskan peningkatan kreativitas siswa melalui implementasi
program unggulan literasi.
4. Skripsi yang ditulis oleh Siti Hamdah, mahasiswi Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2018, yang berjudul “Ploblematika serta Solusi Program
Literasi dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Siswa
Kelas VII SMP Muhammadiyah 44 Pamulang”.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil dari
penelitian dari saudari Siti Hamdah yang menyatakan dalam
skripsinya bahwa problematika program literasi pada Bahasa dan
Sastra Indonesia yang meliputi strategi belajar yang diberikan gutu,
ketersediaan sarana yang kurang mendukung dan terbatas, serta
rendahnya minat membaca pada siswa. Solusinya adalah pemantauan
guru dalam memberikan motivasi kepada siswa, mengadakan
program bacaan, menyediakan perpustakaan mini dalam kelas dan
penghargaan agar siswa lebih termotivasi.
Penelitian yang dilakukan oleh saudari Siti Hamdah
menggunakan pendeketan penelitian kualitatif yang sama dengan
peneliti yakni penelitian kualitatif. Relevansi yang diteliti yaitu
sama-sama menjelaskan tentang kegiatan literasi. Akan tetapi
terdapat perbedaan yaitu skripsi dari Siti Hamdah tersebut lebih
menitikberatkan pada problematika serta solusi program literasi
sedangkan peneliti memfokuskan peningkatan kreativitas siswa
melalui implementasi program unggulan literasi.
5. Skripsi yang ditulis oleh Lisa Wiji Astuti, mahasiswi Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
Kalijaga 2018, yang berjudul “Implementasi Program Gerakan
11
Literasi Sekolah untuk Menumbuhkan Minat Membaca di SD
Muhammadiyah Condongcatur Sleman Yogyakarta”.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian
dari saudari Lisa Wiji Astuti yang menyatakan dalam skripsinya
bahwa pelaksanaan program gerakan literasi di sekolah tersebut
menggunakan tiga tahapan yaitu, perencanaan program, pelaksanaan
program, dan monitoring program.
Penelitian yang dilakukan oleh saudari Lisa Wiji Astuti
menggunakan pendeketan penelitian kualitatif yang sama dengan
peneliti yakni penelitian kualitatif. Relevansi yang diteliti yaitu
sama-sama menjelaskan tentang kegiatan literasi. Akan tetapi
terdapat perbedaan yaitu skripsi dari Nur Fauziah tersebut lebih
menitikberatkan pada program gerakan literasi sekolah untuk
menumbuhkan minat membaca sedangkan peneliti memfokuskan
peningkatan kreativitas siswa melalui implementasi program
unggulan literasi.
Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat perbedaan antara
penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis teliti. Penelitian
ini lebih menitikberatkan kepada mengimplementasikan program
unggulan literasi yang diadakan SMP Islam Plus Az-Zahra dalam
meningkatkan kreativitas siswa, yang didalamnya mencakup keadaan
kreativitas siswa sesuai dengan indikator kompetensi inti (KI-4) pada
kurikulum 2013. Pada pengimplementasian tersebut dipetakan oleh
peneliti menjadi kreativitas dalam menulis, kreativitas dalam mencari
ide/gagasan, bahkan kreativitas dalam memecahkan masalah yang
semuanya sudah tergabung dalam kegiatan literasi.
12
H. Sistematika Penulisan
Teknik penulisan dalam penelitian ini akan merujuk pada buku yang
telah di susun oleh Prof. DR. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, M.A, et al.
Yang di terbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Penerbit:
IIQ Press, tahun 2011. Sistematika penulisan adalan penjelasan tentang
bagian-bagian yang akan ditulis di dalam penelitian secara sistematis.11
Bab pertama yaitu berisi tentang Pendahuluan yang menakup: 1)
Latar Belakang Masalah, 2) Identifikasi Masalah, 3) Pembatasan
Masalah, 4) Perumusan Masalah, 5) Tujuan Penelitian, 6) Manfaat
Penelitian, 7) Tinjauan Pustaka, 8) Metodologi Penelitian, dan 9)
Sistematika Penulisan.
Bab kedua berisi tentang Kajian Teori yang mencakup: Landasan
Teori meliputi: 1) Program Unggulan Literasi, meliputi: Pengertian,
Metode Pembelajaran Literasi Membaca dan Menulis, Kondisi Literasi di
Indonesia, dan Pentingnya Literasi bagi Peserta Didik; 2) Kreativitas,
meliputi: Pengertian, Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan
Kreativitas, Tahapan Perkembangan Kreativitas, dan Pentingnya
Pengembangan Kreativitas bagi Peserta Didik; dan 3) Cakupan
Kompetensi pada Ranah Keterampilan.
Bab ketiga berisi tentang Metode Penelitian yang mencakup: 1)
Jenis dan Pendekatan Penelitian, 2) Waktu dan Tempat Penelitian, 3)
Subjek dan Objek Penelitian, 4) Sumber Data, 5) Instrumen Penelitian, 6)
Teknik Pengumpulan Data, 7) Teknik Analisis Data, dan 8) Teknik
Keabsahan Data.
Bab keempat berisi tentang Hasil Penelitian yang mencakup: 1)
Gambaran Umum SMP Islam Plus Az-Zahra Depok, meliputi: Sejarah
11 Huzaemah T. Yanggo, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi,
(Tanggerang: IIQ Press, 2011), hlm. 22
13
Berdirinya Sekolah, Visi dan Misi Sekolah, Tujuh Pilar Pendidikan
Sekolah, Keunggulan Sekolah, Prestasi-Prestasi SMP Islam Az-Zahra
Depok, Rekapitulasi Jumlah Siswa yang Mengikuti kegiatan Literasi,
Keadaan Sarana dan Prasarana, serta Ekstrakulikuler Sekolah; dan 2)
Hasil Analisis Data mengenai Implementasi Program Unggulan Literasi
dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra
Depok.
Bab kelima berisi tentang penutup yang mencakup: 1) Kesimpulan
dan 2) Saran.
14
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Program Unggulan Literasi
1. Pengertian Literasi
“Secara etimologis, literasi berasal dari bahasa Latin littera
yang memiliki pengertian sistem tulisan yang menyertainya. Literasi
adalah hak asasi manusia yang fundamental dan pondasi untuk
belajar sepanjang hayat.”1
“Dengan literasi pendidikan terutama peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa tidak sekadar memiliki kemampuan baca,
tulis, dan hitung. Lebih dari itu, mereka melek ilmu pengetahuan dan
teknologi, keuangan, budaya dan kewargaan, berpikir kritis, dan peka
terhadap lingkungan sekitar.”2
Secara tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan
membaca dan menulis. Orang yang dapat dikatakan literat
dalam pandangan ini adalah orang yang mampu membaca dan
menulis atau bebas buta huruf. Pengertian literasi selanjutnya
berkembang menjadi kemampuan membaca, menulis,
berbicara, dan menyimak. Sejalan dengan perjalanan waktu,
definisi literasi telah bergeser dari pengertian yang sempit
menuju pengertian yang lebih luas mencakup berbagai bidang
penting lainnya. Perubahan ini disebabkan oleh berbagai
faktor, baik faktor perluasan makna akibat semakin luas
penggunaannya, perkembangan teknologi informasi dan
teknologi, maupun perubahan analogi.3
Manusia dalam hidupnya didorong untuk menuntut ilmu
setinggi-tingginya, melalui membacalah manusia mampu
memperoleh sumber-sumber pengetahuan. Membaca tersebut
1 Ibadullah Malawi dkk, Pembelajaran Literasi Berbasis Sastra Lokal, (Magetan:
CV. AE Media Grafika, 2017), h. 6 2 Kemendikbud, Materi Pendukung Literasi Baca Tulis, (Jakarta, 2017), h. 2 3 Yunus Abidin dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan
Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h. 1
15
merupakan perintah Allah Swt bagi manusia, ketika Nabi
Muhammad Saw, memperoleh wahyu pertama yang
diturunkan melalui Malaikat Jibril, wahyu ini berupa seruan
untuk membaca.4
Wahyu tersebut dijelaskan dalam surah Al-‘Alaq ayat 1-5
yang berbunyi sebagai berikut:
ي خلق بٱسم رب ك ٱلذنس ن من علق ١ٱقرأ وربك ٢خلق ٱل
ٱقرأ
كرم ي علذم بٱلقلم ٣ٱل ٤ٱلذ نس ن ما ل م ٱل
٥م يعلم علذ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah;
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah;Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam; Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5)5
Pada ayat 1-3 yang memiliki arti penafsiran mengajarkan
kepada umat manusia untuk membaca dengan menyebut nama
Allah Swt. Yang Maha Pencipta dan Pemurah. Syaikh Abdul
Halim Mahmud dalam bukunya al-Qur`an Fi Syahr al-Qur`an,
menyatakan bahwa kalimat Iqro’ Bismi robbik, al-Qur`an
tidak sekadar memerintahkan untuk membaca, tetapi
membaca adalah lambang dari segala apa yang dilakukan
manusia, baik yang sifatnya aktif maupun pasif.6
Dalam ayat kedua surat al-‘Alaq memperkenalkan Tuhan yang
disembah oleh Nabi Muhammad Saw. dan diperintahkan oleh
ayat sebelumnya untuk membaca dengan nama-Nya serta
demi untuk-Nya. Dalam memperkenalkan perbuatan-
perbuatan-Nya, penciptaan merupakan hal pertama yang
dipertegas karena ia merupakan persyaratan bagi
terlaksananya perbuatan-perbuatan yang lain. Pengenalan
tersebut tidak hanya tertuju kepada akal manusia tetapi juga
4 Moh. Saiful Azis, “Implementasi Kultur Literasi Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca, Menulis dan Berpikir Kritis Siswa SD Plus Al-Kautsar Malang”, Skripsi, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2017), h. 19-20. Tidak diterbitkan (t.d)
5 Al-Qur`an dan Terjemahan, (Jakarta: PT. Almahira, 2016), Cet.2, h. 597 6 M. Afiqul Adib, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Surat Al-‘Alaq Ayat 1-5
Menurut Tafsir al-Mishbah dan Penerapannya dalam Pembelajaran”, Skripsi, (Malang:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2019), h. 20. Tidak diterbitkan (t.d)
16
kepada kesadaran batin dan intuisinya bahkan seluruh totalitas
manusia karena pengenalan akal semata-mata tidak berarti
banyak. Sementara pengenalan hati diharapkan dapat
membimbing akal dan pikiran sehingga anggota tubuh dapat
menghasilkan perbuatan-perbuatan baik serta memelihara
sifat-sifat terpuji.7
Ayat ketiga surat al-‘Alaq mengulang perintah membaca.
Perbedaan antara perintah membaca pada ayat pertama dan
perintah membaca pada ayat ketiga, yakni yang pertama
menjelaskan syarat yang harus dipenuhi seseorang ketika
membaca, yaitu membaca demi karena Allah, sedangkan
perintah membaca pada ayat ketiga Allah menjanjikan bahwa
pada saat seseorang membaca dengan ikhlas karena Allah,
Allah akan menganugerahkan kepadanya ilmu pengetahuan,
pemahaman-pemahaman, wawasan-wawasan baru walaupun
yang dibacanya itu-itu juga.8
Kemudian dalam ayat 4 dan 5 surat al-‘Alaq dapat berarti “Dia
(Allah) mengajarkan dengan pena (tulisan) (hal-hal yang telah
diketahui manusia sebelumnya) dan Dia mengajarkan
manusia (tanpa pena) apa yang belum diketahui sebelumnya.
Kedua ayat ini dapat menyatakan bahwa Allah menjelaskan
dua cara dalam mengajar manusia. Pertama melalui pena
(tulisan) yang harus dibaca oleh manusia dan yang kedua
melalui pengajaran secara langsung tanpa alat. Wahyu-wahyu
ilahi yang diterima oleh manusia-manusia agung yang siap
dan suci jiwanya adalah tingkat tertinggi dari bentuk
pengajaran-Nya tanpa alat dan tanpa usaha manusia.9
Adapun hadits yang menjelaskan tentang keutamaan menulis,
sebagaimana dijelaskan di dalam kitab Shahih Bukhari No. 110 :
بن أخ روقال عم ث نا حد قال يان سف ث نا حد قال الل عب د ب ن عل ي ث نا حد الن ب حاب أص مام ن ي قول هري رة قالس ع تأب يه أخ عن من ب ه بب ن وه
7 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Tangerang: PT. Lentera Hati, 2016), h.
458 8 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Tangerang: PT. Lentera Hati, 2016), h.
462-463 9 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Tangerang: PT. Lentera Hati, 2016), h.
464
17
عب د الل ب ن صل ىالل علي ه وسل مأحدأ كانم ن ما إ ل ث رحد يثاعن هم ن ك هري رة أب ه امعن مع مرعن تبتب عه تبولأك كانيك روفإ ن ه عم
“Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah berkata,
telah menceritakan kepada kami Sufyan berkata, telah menceritakan
kepada kami 'Amru berkata, telah mengabarkan kepadaku Wahhab
bin Munabbih dari saudaranya berkata, aku mendengar Abu
Hurairah berkata, "Tidaklah ada seorangpun dari sahabat Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam yang lebih banyak hadisnya
dibandingkan aku, kecuali 'Abdullah bin 'Amru. Sebab ia bisa menulis
sedang saya tidak." Ma'mar juga meriwayatkan dari Hammam dari
Abu Hurairah." (HR. Bukhari)10
Pada hadits tersebut menjelaskan bahwa penyandaran pada
hafalan lebih banyak dari pada penyandaran pada tulisan, karena
hafalan para sahabat r.a sangat kuat dan cepat, di samping sedikitnya
orang yang bisa baca tulis. Oleh karena itu, siapa saja dari kalangan
mereka yang mendengar satu ayat, dia akan langsung menghafalnya
atau menuliskan.
Sebagaimana pendapat Goody dalam buku Pembelajaran
Literasi Berbasis Sastra Lokal menyatakan bahwa literasi
dalam arti sempit adalah kemampuan untuk membaca dan
menulis. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek
huruf yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan
menulis. Meskipun dalam perkembangannya melek huruf
yang dimaksudkan tidak hanya mengenali dan atau membaca
dan menginterpretasi lambang huruf dan angka saja, tetapi
juga kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide
yang disampaikan secara visual baik berupa gambar, video,
maupun adegan.11
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa
Gerakan Literasi Sekolah merupakan suatu usaha atau
10 Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Ibnu Ibrahim bin Maghirah bin
Bardazibah al-Bukhari al-Jafi, Shahih Bukhari, (Beirut-Lebanon: Darul Kitab al-‘Ilmiyah,
1992), Hadits No. 110 11 Ibadullah Malawi dkk, Pembelajaran Literasi Berbasis Sastra Lokal, ..., h. 7
18
kegiatan yang bersifat partisipatif, dengan melibatkan warga
sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, orang
tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media
massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat
mempresentasikan keteladanan, dunia usaha, dan sebagainya),
serta pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.12
Dalam rangka meningkatkan literasi masyarakat, sejak 2016
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
telah meluncurkan program Gerakan Literasi Nasional yang
terdiri dari Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Gerakan Literasi
Keluarga, dan Gerakan Literasi Masyarakat. Gerakan Literasi
Nasional telah mendorong tumbuhnya budaya baca, salah
satunya dapat dipantau melalui penyelenggaraan GLS.
Melalui terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti, yang mana salah satu tujuannya
berupaya untuk memperkuat budaya literasi siswa, banyak
seolah mulai menerapkan kegiatan 15 menit membaca buku
nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Pembiasaan
tersebut diharapkan daat menumbuhkan minat baca serta
meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat
dikuasai secara lebih baik. GLS sepanjang tahun 2016
mencatat sebanyak 5.360 sekolah telah melakukan
peningkatan kapaistas dan menjalankan kegiatan 15 menit
membaca sebelum pelajaran dimulai. Angka tersebut di luar
sekolah-sekolah yang sudah melaksanakan program literasi
sebelum GLS diluncurkan pada 2016.13
Sementara itu, National Institute for Literacy mendefinisikan
bahwa literasi adalah kemampuan individu untuk membaca,
menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah
pada tingkat keahlian yang diperlukan. Menurut Alberta
menyatakan bahwa literasi bukan hanya sekadar kemampuan
untuk membaca dan menulis namun menambah pengetahuan,
12 Yunus Abidin dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan
Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, ..., h. 279 13 Kemendikbud, Indeks Aktivitas Literasi Membaca 34 Provinsi, (Jakarta:
Puslitjakdikbud, 2019), h. 2-3
19
keterampilan, dan kemampuan yang dapat seseorang memiliki
kemampuan berpikir kritis, mampu memecahkan masalah
dalam berbagai konteks, mampu berkomunikasi secara efektif
dan mampu mengembangkan potensi serta berpartisipasi aktif
dalam kehidupan bermasyarakat.14
Jadi, memang pada mulanya literasi hanya dimaknai sekadar
kemampuan membaca dan menulis saja, namun seiring
perkembangan zaman literasi bukan sekadar dimaknai membaca dan
menulis saja, tetapi juga memiliki makna numerik. Dimana ketiga
keterampilan ini adalah dasar dalam kecakapan hidup seseorang.
Penjelasan ini di perkuat dalam buku Literasi Sastra, yang
menjelaskan bahwa literasi merupakan kualitas atau
kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi
kemampuan membaca dan menulis. Namun, lebih dari itu,
makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya
kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang
disampaikan secara visual (adegan, video, dan gambar).15
Pada dasarnya, literasi sangatlah dekat dengan kehidupan
manusia. Dalam dunia pendidikan, lebih dekat dengan siswa
dan guru yaitu dalam proses belajar dan mengajar. Literasi
secara sederhana dapat dikenal sebagai kemampuan membaca
dan menulis. Namun, banyak pendidik yang kurang
memahami makna literasi dengan baik, sehingga banyak
kendala yang terjadi di sekolah dalam menciptakan literasi
sekolah.16 Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS
adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan
sesuatu secara cerdas mealalui berbagai aktivitas, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara.17
14 Ibadullah Malawi dkk, Pembelajaran Literasi Berbasis Sastra Lokal, ..., h. 8 15 Suwardi Endswarna, Literasi Sastra, (Yogyakarta: Morfalingua, 2017), h. 2 16 Hawa Ajeng Trisnawati, “Pelaksanaan Kegiatan Literasi dalam Pembentukan
Karakter Siswa di Sekolah Tara Salvia Ciputat (Analisis Deskriptif pada Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar Tara Salvia Ciputat)”, Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, 2018), h. 20. Tidak diterbitkan (t.d) 17 Dewi Utama Faizah dkk, Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar, (Jakarta:
Diktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2016), h. 2
20
Dari berbagai pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa literasi merupakan suatu kemampuan yang bukan sekadar
membaca dan menulis saja, namun kemampuan seseorang untuk
menambah pengetahuan, berpikir kritis, dan mampu memecahkan
masalah dalam berbagai konflik apapun.
Kemudian, dengan adanya penjelasan tentang pengertian
literasi diatas, berikut ada beberapa komponen literasi yang dapat
memperkuat penjelasan diatas bahwa literasi itu bukan hanya
diartikan sebagai baca-tulis tetapi cakupannya luas. Komponen
tersebut di antaranya sebagai berikut:
a. Literasi dini atau early literacy, yaitu kemampuan untuk
menyimak, memahami bahasa lisan, dan juga berkomunikasi
melalui gambar dan lisan yang dibentuk pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dirumah. Pengalaman
peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi
fondasi perkembangan literasi dasar.
b. Literasi dasar atau basic literacy, yaitu kemampuan untuk
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung
yang berkaitan dengan kemampuan analisi untuk
memperhitungkan, lalu juga sebuah kemampuan melakukan
persepsi pada informasi, dan juga mengomunikasikan, serta
menggambarkan sebuah informasi berdasarkan pemahaman dan
juga pengambilan simpulan pribadi.
c. Literasi perpustakaan atau library literacy, yaitu memberikan
pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan juga nonfiksi,
memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami
Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang
memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, lalu juga
21
memahami penggunaan katalog dan juga pengindeksan, hingga
memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang
menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, lalu pekerjaan, atau
mengatasi masalah.
d. Literasi media atau media literacy, yaitu kemampuan untuk
mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media
cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media
digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.
e. Literasi teknologi atau technology literacy, yaitu sebuah
kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi
seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta
etika, dan juga etika dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya,
yaitu kemampuan dalam memahami teknologi dalam rangka
mencetak, mempresentasikan, dan juga mengakses internet.
Dalam penerapan ataupun praktiknya, pemahaman
menggunakan komputer yang di dalamnya mencakup
menghidupkan dan juga mematikan komputer, menyimpan dan
mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak.
Sejalan dengan membanjirnya informasi atau berita karena
perkemangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang
baik di dalam mengelola informasi yang memang dibutuhkan
masyarakat.
f. Literasi visual atau visual literacy, yaitu pemahaman tingkat
lanjut antara literasi media, literasi teknologi, yang
mengembangkan kemampuan dan juga keutuhan belajar dengan
memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan
bermartabat. Materi visual yang tidak terbendung, baik dalam
bentuk cetak, auditori, maupun digital, perlu dikelola dengan
22
baik. Bagaimana pun di dalamnya banyak manipulasi dan
hiburan yang perlu di saring berdasarkan etika serta kepatutan. 18
Dari enam komponen tersebut, menjelaskan bahwa literasi
dapat diartikan secara lebih luas yaitu sebagai literasi dini atau
kemampuan untuk menyimak, literasi dasar atau kemampuan untuk
mendengarkan, literasi perpustakan atau kemampuan untuk
membedakan bacaan fiksi dan non fiksi, literasi media atau
kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media, literasi
teknologi atau kemampuan untuk memahami dan cara
memanfaatkan berbagai teknologi, dan literasi visual atau
kemampuan mengembangkan dan memanfaatkan media visual dan
audiovisual secara kritis.
2. Metode Pembelajaran Literasi Membaca dan Menulis
Dalam sekolah yang sedang di teliti oleh peneliti, literasi yang
di jalankan adalah literasi membaca dan menulis. Untuk itu, peneliti
mencantumkan metode pembelajaran literasi membaca dan menulis.
Berikut metode atau strategi pembelajaran literasi membaca:
a. Metode membaca cermat multiliterasi, metode ini dikembangkan
berdasarkan konsepsi yang menggabungkan antara membaca
cermat dalam pandangan respons pembaca dengan membaca
pemahaman dalam pandangan sosial konstruktivis. Metode ini
cocok digunakan untuk wacana ilmu sosial, sains, maupun teks
kewarganegaraan dan sejarah.
b. Metode pembelajaran inkuiri membaca, metode ini merupakan
aktivitas meneliti sebuah teks untuk menemukan makna yang
terkandung dalam sebuah teks, agar diperoleh pemahaman yang
18 Farid Ahmadi dan Hamidulloh Ibda, Media Literasi Sekolah, (Semarang: CV
Pilar Nusantara, 2018), h. 22-24
23
mendalam atas isi teks tersebut. Adapun tujuan dari metode ini
adalah untuk membekali siswa dalam kemampuan membaca teks
secara analisi kritis; memberikan respons atas teks dan tujuan
penulisan teks; mengevaluasi informasi, argumen, dan fakta yang
disajikan pengarang dalam teks yang dibuatnya; dan
menghasilkan produk pemahaman teks dalam bentuk teks
multimodal dengan menggunakan multimedia.
c. Metode eksplorasi masalah matematis, metode pembelajaran ini
dirancang untuk memecahkan masalah dalam matematika.
Pemecahan masalah yang dimaksud biasanya dalam bentuk soal
cerita. Oleh sebab itu, tujuan utama metode ini adalah membina
kemampuan siswa memecahkan masalah matematis dalam
konteks cerita soal.
d. Metode SQ3R untuk teks ilmu sosial, metode ini terdiri atas lima
langkah yaitu survey, question, read, recite, dan review. Metode
ini sangat tepat digunakan sebagai metode membaca bahan bacaan
ilmu-ilmu sosial. Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman atas
isi bacaan dan mempertahankan pemahaman tersebut dalam
jangka waktu yang lebih panjang.
e. Metode PQRST untuk teks ilmu sains, metode ini terdiri dari lima
langkah yaitu preview (peninjauan), question (pertanyaan), read
(membaca), summary (merangkum), dan test (ujian). Metode ini
dapat digunakan untuk memahami bahan bacaan sains.19
Kelima metode tersebut merupakan metode pembelajaran
literasi membaca yang tepat untuk siswa ketika sedang melakukan
kegiatan literasi di sekolah. Metode tersebut merupakan metode yang
19 Yunus Abidin dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan
Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, ..., h. 192- 201
24
tidak hanya untuk dilakukan dalam satu mata pelajaran tetapi untuk
dilakukan semua mata pelajaran, baik pelajaran matematika, sains,
ilmu sosial, sejarah, dan sebagainya. Sedangkan metode pembelajaran
literasi menulis diantaranya sebagai berikut:
a. Metode bengkel menulis, metode ini adalah sebuah wilayah
literasi tempat siswa belajar proses menulis melalui penyediaan
waktu secukupnya oleh guru, agar siswa secara pasti dapat
merencanakan, mengorganisasikan, dan menyajikan tulisannya.
Tujuannya agar siswa mampu memilih topik secara tepat dan
mengembangkannya dalam berbagai jenis tulisan.
b. Metode menulis berbasis genre, metode pembelajaran menulis
yang menekankan pada pentingnya pemahaman sebuah teks
sebagai bekal kegiatan menulis, dengan berdasarkan contoh atau
model tulisan yang sudah jadi.
c. Metode observasi kritis, metode pembelajaran menulis yang
menekankan pada kemampuan siswa dalam melakukan
serangkaian aktivitas pengamatan sebagai bahan dalam kegiatan
menulis.20
Ketiga metode tersebut merupakan metode pembelajaran
menulis yang dapat siswa dan guru lakukan. Dengan adanya metode
pembelajaran menulis ini akan sangat terbantu dan akan memudahkan
siswa dalam kegiatan literasi di sekolah. Metode ini merupakan
langkah-langkah sebelum siswa menulis apa yang di dapat dalam
buku bacaannya.
3. Kondisi Literasi di Indonesia
Data statistik United Nations Educational, Scientific, and
Cultural Organization (UNESCO) tahun 2012 menyebutkan
20 Yunus Abidin dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan
Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, ..., h. 217-223
25
indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya,
setiap dalam 1.000 penduduk, hanya satu orang saja yang
memiliki minat baca. Berbeda dengan hasil data UNESCO,
hasil survei tahun 2015 yang di release oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada Desember
2016 menunjukkan kenaikan pencapaian pendidikan di
Indonesia yang dignifikan yaitu sebesar 22,1 poin. Sehingga
Indonesia menempati posisi ke 4 dalam hal kenaikan
pencapaian murid dibanding hasil survei sebelumnya pada
tahun 2012, dari 72 negara yang mengikuti tes Programme for
International Student Assessment (PISA).21
Peningkatan terbesar terlihat pada kompetensi sains, dari 382
poin pada tahun 2012 menjadi 403 poin di tahun 2015. Dalam
kompetensi matematika meningkat dari 375 poin ditahun 2012
menjadi 386 poin di tahun 2015. Kompetensi membaca belum
menunjukkan peningkatan yang signifikan, dari 396 di tahun
2012 menjadi 397 di tahun 2015. Peningkatan tersebut
mengangkat posisi Indonesia 6 peringkat ke atas bila
dibandingkan posisi peringkat kedua dari bawah pada tahun
2012. Peningkatan ini memang patut diapreasi kepada seluruh
pihak, meskipun begitu masih banyak tugas yang harus
dilakukan agar pendidilan di Indonesia lebih baik lagi dan
bahkan tidak berada di bawah rata-rata.22
“Gerakan literasi membaca dan menulis di Indonesia sudah
dilakukan oleh pemerintah, namun hasilnya belum menggembirakan.
Sampai saat ini, kondisi literasi membaca dan menulis masyarakat
Indonesia masih sangat minim.”23
Gerakan literasi dirancang untuk membiasakan anak gemar
membaca dan menulis, gerakan literasi sendiri mengambil
21 Rohmatul Laelah, “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah sebagai Upaya
Penanaman Nilai-Nilai Revolusi Mental pada Siswa di MIN 2 Sleman”, Tesis, (Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga, 2018), h. 7. Tidak diterbitkan (t.d) 22 Rohmatul Laelah, “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah sebagai Upaya
Penanaman Nilai-Nilai Revolusi Mental pada Siswa di MIN 2 Sleman”, Tesis, (Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga, 2018), h. 8. Tidak diterbitkan (t.d) 23 Jaka Warsihna, “Meningkatkan Literasi Membaca dan Menulis dengan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK)”, dalam Jurnal Kwangsan, Vol. 4 No. 2 Desember 2016, h.
70
26
model penumbuhan budi pekerti 15 menit pertama sebelum
pelajaran dimulai. Gerakan literasi merupakan kegiatan
ekstrakulikuler bukan intrakulikuler, sehingga tidak
menambah jam belajar yang sudah ada. Modelnya adalah
membaca, mengkonstruksi, menulis kembali hasil bacaan, dan
bahan bacaan yang relevan dengan perkembangan psikologi
serta kecerdasan siswa.24
Ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya literasi
diantaranya sebagai berikut:
a. Belum kuatnya pendidikan literasi di institusi pendidikan.
Kemampuan membaca dan menulis merupakan pondasi
terciptanya kesenangan membaca. Orang yang akan menghindari
kegiatan membaca jika kekurangan kosakata yang
menyebabkannya sulit membaca. Kosakata dapat diperoleh
dengan semakin banyak berlatih membaca, padahal kurikulum
pendidikan di Indonesia tidak mendukung tumbuhnya budaya
membaca.
b. Lingkungan yang tidak mendukung peningkatan literasi.
Seseorang akan senang membaca ketika berada di lingkungan
yang senang membaca. Ini yang disebut Bandura sebagai
learning by modelling, orang belajar dari mencontoh perilaku
orang lain. Seseorang yang dibesarkan dari keluarga yang suka
membaca buku, akan membentuk kebiasaan membaca.
c. Sulitnya akses terhadap buku. Buku bukanlah komoditas
prioritas bagi sebagian besar seseorang. Mereka akan berpikir
dua kali untuk membeli buku, apalagi dengan harga buku yang
24 Rohmatul Laelah, “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah sebagai Upaya
Penanaman Nilai-Nilai Revolusi Mental pada Siswa di MIN 2 Sleman”, Tesis, (Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga, 2018), h. 7. Tidak diterbitkan (t.d)
27
semakin mahal karena proses distribusi yang tidak dikontrol
pemerintah.25
Rendahnya literasi disadari oleh berbagai lapisan masyarakat.
Oleh karena itu, muncullah gerakan-gerakan personal untuk
mendorong peningkatan minat baca di berbagai daerah. Secara
umum, kelompok-kelompok peduli pendidikan
mengumpulkan buku dan membagikan buku kepada anak-
anak di tempat terpencil. Akan tetapi, gerakan-gerakan
tersebut tentu tidak dapat menggantikan tugas negara untuk
meningkatan literasi bangsa, terutama generasi muda.26
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Indonesia
tingkat budaya literasinya sangat rendah, dikarenakan kurangnya
minat membaca pada setiap seseorang terutama generasi muda,
kurangnya fasilitas atau kurangnya buku bacaan yang di sediakan di
perpustakaan sekolah dan kurangnya pendukung baik dari keluarga
maupun lingkungan sekitar.
4. Pentingnya Literasi bagi Peserta Didik
“Pentingnya literasi sangat mendukung keberhasilan
seseorang dalam menangani berbagai persoalan. Melalui kemampuan
literasi, seseorang tidak hanya memperoleh ilmu pengetahuan tetapi
juga bisa mendokumentasikan sepenggal pengalaman yang menjadi
rujukan di masa yang akan datang.”27
Jadi, literasi itu sangat penting dilakukan seseorang. Literasi
itu tidak hanya kemampuan untuk membaca, menulis, dan
menghitung saja, tetapi juga bisa diartikan sebagai kemampuan untuk
berpikir kritis serta memecahkan masalah.
25 Elga Andina, “Pentingnya Literasi bagi Peningkatan Kualitas Pemuda”, dalam
Majalah Info Singkat, Vol. IX No. 21 November 2017, h. 11 26 Elga Andina, “Pentingnya Literasi bagi Peningkatan Kualitas Pemuda”, dalam
Majalah Info Singkat, Vol. IX No. 21 November 2017, h. 11 27 Putri Oviolanda Irianto dan Lifia Yola Febrianti, “Pentingnya Penguasaan
Literasi bagi Generasi Muda Dalam Menghadapi MEA”, Mei 2017, h. 641
28
Menurut Wells terdapat empat tingkatan literasi yaitu,
performative, functional, informational, dan epistemic.
Literasi tingkatan pertama adalah sekadar mampu membaca
dan menulis. Literasi tingkatan kedua adalah menunjukkan
kemampuan menggunakan bahasa untuk keperluan hidup atau
skill for survival (seperti membaca manual, mengisi formulir,
dan sebagainya). Literasi tingkatan ketiga adalah
menunjukkan kemampuan untuk mengakses pengetahuan.
Literasi tingkatan keempat menunjukkan kemampuan
mentransformasikan pengetahuan.28
Literasi menjadi kecakapan hidup yang menjadikan manusia
berfungsi maksimal dalam masyarakat. Kecakapan hidup
bersumber dari kemampuan memecahkan masalah melalui
kegiatan berpikir kritis. Selain itu, literasi juga menjadi
refleksi penguasaan dan apresiasi budaya. Masyarakat yang
berbudaya adalah masyarakat yang menanamkan nilai-nilai
positif sebagai upaya aktualisasi dirinya. Aktualisasi diri
terbentuk melalui interpretasi, yaitu kegiatan mencari dan
membangun makna kehidupan. Hal tersebut dapat di capai
melalui penguasaan literasi yang baik.29
B. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas berasal dari kata create yang berarti menciptakan.
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang bermakna. Kreativitas merupakan manifestasi dari
individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan
dirinya. Pada dasarnya kreativitas tidaklah terbatas pada
budaya maupun golongan tertentu, karena sejak lahir memang
sudah dibekali oleh suatu potensi.30
Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. An-Nahl ayat 78:
28 Putri Oviolanda Irianto dan Lifia Yola Febrianti, “Pentingnya Penguasaan
Literasi bagi Generasi Muda Dalam Menghadapi MEA”, Mei 2017, h. 642 29 Putri Oviolanda Irianto dan Lifia Yola Febrianti, “Pentingnya Penguasaan
Literasi bagi Generasi Muda Dalam Menghadapi MEA”, Mei 2017, h. 642 30 Hasnawati, “Pentingnya Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar
Pendidikan Agama Islam di SDN 198 Toweleng Kabupaten Soppeng”, Skripsi, (Makassar:
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2011), h. 13-14. Tidak diterbitkan (t.d)
29
ه تكم ل و مذن بطون أ خرجكم م
أ ا وجعل لكم شي مون عل ت ٱهللذ
ف بص ر وٱل
مع وٱل ٧٨ رون دة لعلذكم تشك ٱلسذ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-
Nahl [16]: 78)31
Dalam kitab al-Mishbah karya Quraish Shihab, ayat ini
merupakan salah satu bukti kuasa Allah menghidupkan
kembali siapa yang meninggal dunia serta kebangkitan pada
Hari Kiamat. Ayat ini menyatakan: Dan sebagaimana Allah
mengeluarkan kamu berdasar kuasa dan ilmu-Nya dari perut
ibu-ibu kamu sedang tadinya kamu tidak wujud, demikian
juga Dia dapat mengeluarkan kamu dari perut bumi dan
menghidupkan kamu kembali. Ketika Dia mengeluarkan kamu
dari ibu-ibu kamu, kamu semua dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun yang ada di sekeliling kamu dan Dia
menjadikan kamu pendengaran, penglihatan-penglihatan, dan
aneka hati sebagai bekal dan alat-alat untuk meraih
pengetahuan agar kamu bersyukur dengan menggunakan alat-
alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah Menganugerah-
kannya kepada kamu.32
Ayat tersebut menjelaskan tentang kondisi awal manusia
dilahirkan dalam keadaan tidak berpengetahuan. Namun,
Allah Swt telah melengakapi manusia dengan tiga perangkat
penting dalam mengakses pengetahuan, yaitu pendengaran,
penglihatan dan hati. Karena ketiga perangkat tersebut
dioptimal fungsinya untuk belajar, niscaya hasil pendidikan
dapat lebih maksimal dalam durasi waktu yang tidak terlalu
panjang. Dengan demikian, diharapkan akan muncul manusia-
manusia yang siap untuk menjalankan berbagai macam
kewajiban yang telah dibebankan kepada mereka di kehidupan
dunia. Namun sebaliknya, jika ketiga perangkat tersebut
digunakan untuk mengakses keburukan, maka dalam waktu
31 Al-Qur`an dan Terjemahan, (Jakarta: PT. Almahira, 2016), Cet.2, h. 275 32 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Tangerang: PT. Lentera Hati, 2016), h.
672
30
yang tidak lama pula akan muncul manusia yang rusak pikiran
dan jiwanya serta ia akan menyebarkan kerusakan pada
lingkungan.33
Kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan
dan aplikasi dari ketiga aspek esensial yaitu kecerdasan analis,
kreatif, dan praktis. Beberapa aspek yang ketika digunakan
secara kombinatif dan seimbang akan melahirkan kecerdasan
kesuksesan. Kreativitas berkaitan dengan pribadi kreatif yang
melibatkan diri dalam proses kreatif dan dukungan juga
dorongan dari lingkungan sekitarnya.34
Kreativitas merupakan salah satu hal yang urgen untuk
dimiliki seorang peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa. Dengan menggunakan kreativitas, seorang dapat tetap
survive dalam menghadapi era persaingan global.
Pengembangan kemampuan berpikir kreatif peserta didik
menjadi hal yang perlu diutamakan dalam implementasi
pendidikan.35
Utami Munandar menjelaskan bahwa kreativitas berdasarkan
empat P, pertama pribadi (person) bahwa setiap anak adalah
pribadi unik dan kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari
keunikan pribadi individu. Kedua proses (process), kreativitas
sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
atau untuk menemukan hubungan-hubungan baru antar unsur-
unsur yang sudah ada sebelumnya dalam mencari jawaban
baru terhadap suatu masalah, merupakan manifestasi dari
kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas pemikiran anak.
Ketiga pendorong (press), kreativitas dapat berkembang jika
ada pendorong, baik dari dalam (dorongan internal, keinginan,
motivasi atau hasrat yang kuat dari diri sendiri) untuk
berkreasi, maupun dari luar yaitu lingkungan yang memupuk
dan mendorong pikiran, perasaan, sikap dan perilaku anak
33 Annisa Destyaningrum, “Kecerdasan Spiritual dalam Perspektif Al-Qur`an Surat
An-Nahl Ayat 78”, Skripsi, (Semarang: Institut Agama Islam Negeri Salatigfa, 2019), h. 22-
23. Tidak diterbitkan (t.d) 34 Agus Makmur, “Efektivitas Penggunaan Metode Base Method dalam
Meningkatkan Kreativitas dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMP N 10
Padangsidimpuan”, dalam Jurnal EduTech, Vol. 1 No. 1 Maret 2015, h. 4 35 Atik Kurniawati , “Strategi Pembelajaran untuk Mengembangkan Kreativitas
Peserta Didik”, Makalah, (Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta, 2017), h. 2. Tidak
diterbitkan (t.d)
31
yang kreatif dengan memberikan peluang kepada anak untuk
bersibuk diri secara kreatif. Keempat produk (product), bahwa
produk-produk kreativitas yang konstruktif pasti akan muncul,
karena produk kreativitas muncul dari proses interaksi dari
keunikan individu di satu pihak dan bahan, kejadian, orang-
orang atau keadaan hidupnya.36
Menurut Supriadi dalam buku Strategi Pengembangan
Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak menjelaskan
bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun
karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Ia
juga menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya
eskalasi dalam kemampuan berpikir, di tandai oleh suksesi,
diskontinuitas, dan integrasi antara setiap tahap
perkembangan.37
Adapun menurut Semiawan mengatakan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah. Sementara itu
Chaplin menjelaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan
menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan,
atau dalam memechakan masalah-masalah dengan metode-
metode baru.38
Dari berbagai pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa
kreativitas merupakan suatu keterampilan yang dimiliki seseorang
untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu baik berupa
ide/gagasan baru atau yang telah ada sebelumnya maupun karya
nyata yang dihasilkan oleh dirinya sendiri.
Utami Munandar juga menjelaskan ciri-ciri kreativias dibagi
menjadi dua yaitu ciri yang berhubungan dengan kemampuan berfikir
36 Sriti Mayang Sari, “Peran Ruang dalam Menunjang Perkembangan Kreativitas
Anak”, dalam Jurnal Dimensi Interior, Vol. 3 No. 1 Juni 2005, h. 82 37 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 12 38 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Usia Taman Kanak-Kanak, ..., h. 14
32
kreatif dan ciri yang berhubungan dengan sikap atau perasaan. Secara
rinci dijabarkan sebagai berikut:
a. Ciri-ciri yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif
atau kognitif (aptitude) antara lain sebagai berikut:
Keterampilan berpikir lancar, yaitu mencetuskan banyak
gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, pertanyaan,
memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan
berbagai hal serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban;
Keterampilan berpikir luwes atau fleksibel, yaitu
menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang
bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang
yang berbeda, mencari banyak alternatif atau arah yang
berbeda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara
pemikiran;
Keterampilan berpikir orisinal, yaitu mampu melahirkan
ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak
lazim untuk mengungkapkan diri, serta mampu membuat
kombinasi yang lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur;
Keterampilan memerinci atau mengelaborasi, yaitu mampu
memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau
produk, dan menambahkan atau memerinci secara detail dari
suatu obyek gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih
menarik;
Keterampilan menilai, yaitu menentukan penilaian sendiri dan
penentuan apakah suatu pertanyaan benar atau salah, suatu
rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu
mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, serta
33
tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga
melaksanakannya. 39
b. Ciri-ciri yang menyangkut sikap dan perasaan seseorang atau
afektif (non aptitude) antara lain sebagai berikut:
Upaya rasa ingin tahu, meliputi suatu dorongan untuk
mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak ertanyaan,
selalu memperhatikan orang lain, obyek dan situasi serta
peka dalam pengamatan dan ingin mengetahuinya;
Bersifat imajinatif, meliputi kemampuan untuk
memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau
belum pernah terjadi, dan menggunakan khayalan tetapi
mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan;
Merasa tertantang oleh kemajemukan, meliputi dorongan
untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa
tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, serta lebih tertarik
pada tugas-tugas yang sulit;
Sikap berani mengambil resiko, meliputi keberanian
memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak
takut gagal atau mendapat kritik, serta tidak menjadi ragu
karena ketidakjelasan hal-hal yang tidak konvensional, atau
yang kurang berstruktur;
Sikap menghargai, meliputi tindakan dapat menghargai
bimbingan dan pengarahan dalan hidup, sera menghargai
kemampuan dan bakat sendiri yang sedang berkembang. 40
39 Dian Miranda, “Upaya Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini
di Kota Pontianak”, Skripsi, (Pontianak: Universitas Tanjungpura, 2016), h. 62. Tidak
diterbitkan (t.d) 40 Dian Miranda, “Upaya Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini
di Kota Pontianak”, Skripsi, (Pontianak: Universitas Tanjungpura, 2016), h. 62. Tidak
diterbitkan (t.d)
34
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Kreativitas
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang
mendapat rangsangan (dengan melihat, mendengar, dan
bergerak) akan lebih berpeluang lebih cerdas dibanding
dengan sebaliknya. Salah satu bentuk rangsangan yang sangat
penting adalah kasih sayang. Hal itu artinya seorang anak
harus memiliki rasa aman dan kepercayaan diri yang tinggi
sebelum berkreasi.41
Empat hal yang dapat diperhitungkan dalam pengembangan
kreativitas diantaranya sebagai berikut:
a. Rangsangan Mental
Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan
rangsangan mental yang mendukung. Pada aspek kognitf anak
distimulasi agar mampu memberikan berbagi alternatif pada
setiap stimulan yang muncul. Pada aspek kepribadian anak
distimulasi untuk mengembangkan berbagai macam potensi
pribadi kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri,
dan lain sebagainya. Pada aspek suasana psikologis
distimulasi agar anak memiliki rasa aman, kasih sayang, dan
penerimaan. Menerima anak dengan segala kekurangan dan
kelebihannya akan membuat anak berani mencoba, berinisiatif
dan berbuat sesuatu secara spontan.42
b. Iklim dan Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan di sekitar anak sangat berpengaruh besar
dalam menumbuhkembangkan kreativitas. Lingkungan yang
sempit, pengap dan menjemukan akan terasa muram, tidak
bersemangat dan tidak mendapatkan ide cemerlang.
Kreativitas dengan sendirinya akan mati dan tidak
41 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Usia Taman Kanak-Kanak, ..., h. 27 42 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Usia Taman Kanak-Kanak, ..., h. 27
35
berkembang dengan kondisi lingkungan yang tidak
mendukung.43
c. Peran Guru
Guru yang kreatif harus dipersiapkan agar mereka belajar dari
murid-murid mereka dan tidak boleh khawatir bahwa mereka
akan terlihat bodoh. Mereka harus mengeksplorasi bakat
kreatif mereka, baik dalam pengajaran maupun area yang lain
agar mereka dapat mengembangkan kreativitas siswanya.
Guru tidak akan dapat mengembangkan kemampuan kreatif
siswa jika dirinya tidak kreatif. Jadi, kreativitas guru tidak
boleh melumpuhkan kreativitas siswanya. Sebaliknya, agar
guru dapat mengembangkan kreativitas siswanya, maka
terlebih dahulu dia dapat mengembangkan dirinya menjadi
pribadi yang kreatif dan memiliki kreativitas.44
Beberapa hal yang dapat mendukung peran guru dalam
mengembangkan kreativitas siswa adalah sebagai berikut:
Percaya diri pada siswa dapat ditumbuhkan melalui sikap
penerimaan dan menghargai perilaku anak. Kepercayaan diri
merupakan syarat penting yang harus dimiliki siswa untuk
menghasilkan kreatif. Hal ini diawali dengan keberanian
mereka dalam beraktivitas. Dan setiap anak akan berani
menampilkan karya alami mereka jika lingkungan terutama
orang tua dan guru menghargainya.
Berani mencoba hal baru, kegiatan baru akan memperkaya
ide dan wawasan anak tentang segala sesuatu. Jika seorang
guru hanya mengandalkan kegiatan rutin saja, ia akan
kehilangan semangat dan motivasi untuk mengajar. Begitu
pula dengan anak, mereka akan kehilangan “rasa ingin tahu”
dan motivasinya untuk belajar. Seorang pendidik yang
43 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Usia Taman Kanak-Kanak, ..., h. 28 44 Sumiarti, “Pusat Studi Pendidikan dan Kreativitas Anak”, dalam Jurnal
Educreate, Vol. 1 Agustus 2016, h. 19
36
kreatif akan sangat memahami kondisi ini, sehingga terus
mengembangkan dirinya dan berinteraksi dengan hal baru.
Memberikan contoh, diakui atau tidak sosok seorang guru
tetap merupakan figur dan teladan bagi murid-muridnya.
Seorang pendidik yang baik tidak akan pernah mengajarkan
apa yang tidak dia lakukan. Demikian dengan pengajaran
kreativitas. Seorang guru yang tidak kreatif, tidak mungkin
dapat melatih anak didiknya untuk menjadi kreatif.
Menyadari keragaman karakteristik siswa, setiap anak
adalah unik dan khas, masing-masing berbeda satu sama
lain. Pemahaman dan kesadaran ini akan membantu guru
menerima keragaman perilaku dan karya mereka dan tidak
memaksakan kehendak.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk berekspresi dan
bereksplorasi, untuk mengembangkan kreativitas, guru perlu
menyiapkan berbagai pendekatan, metode dan media
pembelajaran yang akan membuat anak bebas
mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya.
Positive Thinking, guru harus memprioritaskan positive
thingking-nya daripada asumsi negatifnya. Dengan positive
thinking guru dapat mereduksi hambatan yang tidak perlu
dan menghindari masalah baru yang mungkin timbul.45
d. Peran Orang Tua
Utami Munandar dalam buku Strategi Pengembangan
Kreativitas menjelaskan beberapa sikap orang tua yang dapat
mengembangkan kreativitas anak yaitu, menghargai pendapat
anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya;
membolehkan anak mengambil keputusan sendiri; mendorong
45 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Usia Taman Kanak-Kanak, ..., h. 32
37
kemandirian anak dalam bekerja; menjalin hubungan
kerjasama yang baik dengan anak; dan memberikan pujian
atau penghargaan kepada anak jika ia mengerjakan suatu
apapun.46
Dari berbagai faktor pendukung pengembangan kreativitas
diatas dapat disimpulkan bahwa memang sangat penting untuk
mengembangkan kreativitas seseorang agar dapat menciptakan
sesuatu baru atau bisa juga sesuatu yang sebelumnya sudah ada
diperbagus lagi. Pengembangan kreativitas siswa bisa berkembang
dengan adanya dukungan dari mental yang bagus, lingkungan sekitar,
peran guru di sekolah yang selalu mengapresiasi sesuatu yang
dihasilkan peserta didiknya, dan peran orangtua yang selalu
menghargai pendapat anaknya.
3. Tahapan Perkembangan Kreativitas
Kreativitas mempunyai empat tahapan diantaranya sebagai berikut:
a. Tahap Sensori Motorik (0-2 Tahun)
Pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk
mengembangkan kreativitasnya karena tindakan-tindakan
anak masih berupa tindakan-tindakan yang bersifat refleksif;
pandangannya terhadap objek masih belum permanen; belum
memiliki konsep tentang diri, ruang, waktu, dan sebab-akibat;
bentuk permainannya masih merupakan pengulangan refleks-
refleks; serta belum memiki kemampuan berbahasa.47
b. Tahap Pra-Operasional (2-7 Tahun)
“Pada tahap ini kemampuan mengembangkan kreativitas
sudah mulai tumbuh karena anak mulai mengembangkan
memori dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa
46 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Usia Taman Kanak-Kanak, ..., h. 33 47 Joice Ishak Soelaiman, Kreativitas dalam Berkarya, (Semarang: CV Krida Karya,
2016), h. 4-5
38
lalu dan masa yang akan datang, meskipun dalam jangka waktu
pendek.48
c. Tahap Operasional Konkret (7-11 Tahun)
Pada tahap ini kemampuan kreativitas semakin berkembang
karena anak mulai mampu menampilkan operasi-operasi
mental; mulai mampu berpikir logis dalam bentuk yang
sederhana; mulai berkembang kemampuan untuk memelihara
identitas-identitas diri; konsep tentang ruang sudah semakin
meluas; menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan
masa yang akan datang; serta mampu mengimajinasikan
sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan bantuan
objek-objek konkret.49
d. Tahap Operasional Formal (11 Tahun ke Atas)
Pada tahap ini kemampuan kreativitas sudah berkembang
dengan baik karena anak mampu melakukan kombinasi
tindakan secara proposional berdasarkan pemikiran logis,
memiliki pemahaman tentang ruang dan waktu relatif, mampu
melakukan pemisahan dan pengendalian variabel-variabel
dalam menghadapi masalah yang kompleks, mampu
melakukan abstraksi relatif dan berpikir hipotesis, memiliki
diri ideal, serta menguasai bahasa abstrak.50
Dari berbagai tahapan perkembangan kreativitas di atas, dapat
disimpulkan bahwa kreativitas itu dapat berkembang sejak seorang di
lahirkan sampai beranjak dewasa. Ketika seorang ada di posisi tahap
operasional konkret, pada tahap ini seorang sudah mampu berpikir
logis dan dapat mengimajinasikan sesuatu. Kemudian, pada tahap
operasional formal, pada tahap ini kreativitas yang tertanam dalam
diri seseorang sudah sangat berkembang dengan baik.
4. Pentingnya Pengembangan Kreativitas bagi Peserta Didik
Dalam kehidupan kreativitas sangat penting, karena kreativitas
merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam
48 Joice Ishak Soelaiman, Kreativitas dalam Berkarya, ..., h. 5 49 Joice Ishak Soelaiman, Kreativitas dalam Berkarya, ..., h. 5 50 Joice Ishak Soelaiman, Kreativitas dalam Berkarya, ..., h. 5
39
proses kehidupan manusia. Kreativitas manusia melahirkan
pencipta besar yang mewarnai sejarah kehidupan umat
manusia dengan karya-karya spektakulernya. Kreativitas tidak
hanya sekadar keberuntungan, tetapi merupakan kerja keras
yang disadari. Kegagalan bagi orang yang kreatif hanyalah
merupakan variabel pengganggu untuk keberhasilan.51
Jadi, kreativitas itu sangat penting bagi peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan adanya kreativitas yang tinggi, maka
peserta didik akan mempunyai pengembangan diri secara optimal
dalam mengembangkan prestasi hidupnya.
Kreativitas juga merupakan kegiatan sehari-hari yang
berhubungan dengan aktivitas individu atau kelompok dalam
suatu masyarakat, dengan mengembangkan kreativitas
diharapkan siswa dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya secara mandiri atau kelompok. Kreativitas ini
tercipta di segala bidang dan kreativitas dapat diajarkan di
sekolah-sekolah, karena setiap orang pada dasarnya memiliki
kreativitas pada dirinya meskipun dengan kadar yang berbeda-
beda.52
Kemampuan kreativitas bukanlah suatu anugrah yang bersifat
statis tetapi bisa dilatih dan bisa pula dikembangkan. Setiap
individu tentu memiliki kemampuan tersebut. Persoalannya,
tidak semua individu mampu untuk mengasah kreativitasnya
dalam kehidupan sehari-hari yang dilaluinya. Oleh karena itu,
cara berpikir kreatif perlu ditanamkan sejak usia dini, baik
melalui pendidikan formal maupun informal dalam kehidupan
sehari-hari.53
Setiap manusia perlu di didik agar selalu berbuat aktif tanpa
adanya kekangan atau ketidaknyamanan dalam mewujudkan
setiap gagasan atau keinginan. Dalam pendidikan, para guru
tidak hanya memberi bekal tentang pemahaman suatu
pengetahuan belaka, tetapi metode dan proses pembelajaran
perlu diformulasikan agar mengakomodasi pengembangan
51 Ayu Sri Menda BR Sitepu, Pengembangan Kreativitas Siswa, (Medan: Guepedia,
2019), h. 43 52 Yesi Budiarti, “Pengembangan Kemampuan Kreativitas dalam Pembelajaran
IPS”, dalam Jurnal Promosi, Vol. 3 No. 1 2015, h. 67 53 Ayu Sri Menda BR Sitepu, Pengembangan Kreativitas Siswa, ..., h. 34-35
40
kemampuan kreatif peserta didiknya. Melalui implementasi
metode dan proses pembelajaran yang kreatif tersebut, maka
setiap insan manusia menjadi terbiasa untuk bertindak
mengatasi berbagai bentuk persoalan-persoalan dalam
pembelajaran.54
C. Cakupan Kompetensi pada Ranah Keterampilan
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembanan
psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan
melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
ketercapaian kompetensi lulusan. Kompetensi merupakan
karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja
berkriteria efektif dan atau unggul dalam situasi pekerjaan dalam
situasi tertentu. Depdiknas merumuskan definisi kompetensi
sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.55
Kompetensi Inti dapat diartikan sebagai kualitas yang harus
dicapai seorang peserta didik melalui proses pembelajaran secara
aktif. Dalam artian lain juga dijelaskan bahwa Kompetensi Inti
pada kurikulum 2013 jenjang SMP/Mts merupakan tingkat
kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang
harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas.56
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan
“Kompetensi Inti menjadi salah satu bahasan yang dipakai dalam
pembelajaran pada Kurikulum 2013. Kompetensi Inti memiliki
54 Ayu Sri Menda BR Sitepu, Pengembangan Kreativitas Siswa, ..., h. 35 55 Depdiknas, Standar Kompetensi Guru, (Jakarta: Depdiknas, 2004), h.7 56 Salinan Lampiran I, tentang Perubahan Permendikbud tentang Kurikulum 2013
SMP/Mts, Nomor 35 Tahun 2018
41
kedudukan yang sama dengan Standar Kompetensi yang digunakan pada
Kurikulum KTSP 2006. Kompetensi Inti merupakan elemen baru dalam
pendidikan yang tidak dimiliki oleh kurikulum-kurikulum
sebelumnya.”57
Jadi, dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa kompetesni
inti ini tingkat kemamuan siswa yang harus ada pada setiap tingkat kelas
untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan.
Kompetensi ini dijabarkan melalui kompetensi dasar pada
berbagai macam mata pelajaran, salah satunya di mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Kompetensi ini tidak unttuk diajarkan maupun
dihafalkan, melainkan dibentuk melalui berbagai aktivitas pada proses
pembelajaran di setiap mata pelajaran. Karena pada hakikatnya setiap
mata pelajaran harus mengacu pada pencapaian kompetensi inti yang
telah dirumuskan. Seperti yang dijelaskan oleh Mulyasa:
Kompetensi Inti merupakan standar kompetensi lulusan dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah
menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu yang
menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokkan
kedalam aspek sikap, keterampilan, pengetahuan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan
mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas
yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.58
Sedangkan Kompetensi Dasar merupakan kemampuan dan materi
pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk
suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan
yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi dasar
dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan
kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik dan kemampuan peserta didik dan kekhasan masing-
57 Dimyati dan Mujiyono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
h. 298 58 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2015), Cet. Ke-IV, h. 174
42
masing mata pelajaran. Kelompok kompetensi dasar
keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.59
Jadi, dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa kompetensi
dasar harus mengacu pada kompetensi inti dan merupakan penjabaran
dari kompetensi inti untuk setiap mata pelajaran.
Keterampilan merupakan aplikasi atau penerapan dari
pengetahuan teoritis yang dimiliki seseorang, sepeti keterampilan
bercocok tanam bagi petani, mengajar bagi guru, membuat kursi
bagi tukang kayu, memotong dan menjahit baju bagi penjahit,
dan lain sebagainya. Efektivitas dan efisiensi suatu pekerjaan
sangat ditentukan oleh tingkat keterampilan yang dimiliki
seseorang.60
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam menerapkan
pengetahuan dalam tugas tertentu di berbagai macam konteks
sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. Penilaian
keterampilan tersebut meliputi ranah berpikir dan bertindak.
Keterampilan ranah berpikir meliputi keterampilan
menggunakan, mengurai, meringkas, modifikasi, dan membuat.
Sedangkan keterampilan ranah bertindak meliputi keterampilan
membaca, menulis, menghitung, menggambar, dan mengarang.61
Dalam kompetensi kurikulum pada keterampilan mengacu pada
jenjang SMP/Mts yakni siswa mampu menghasilkan atau
menciptakan keterampilannya. Berdasarkan perumusan
Kompetensi Inti-4 (KI-4) tersebut, maka cakupan pengertian dan
Kompetensi Dasar dari keterampilan jenjang SMP/Mts disajikan
dalam tabel dibawah ini:62
59 Salinan Lampiran I, tentang Perubahan Permendikbud tentang Kurikulum 2013
SMP/Mts, Nomor 35 Tahun 2018 60 Sudarto, “Keterampilan dan Nilai sebagai Materi Pendidikan dalam Perspektif
Islam”, dalam Jurnal Al Lubab, Vol. 1 No. 1 Tahun 2016, h. 108 61 Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Pertama, Kemendikbud, (Jakarta,
2015), h. 57 62 Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Pertama, Kemendikbud, (Jakarta,
2015), h. 32
43
Tabel 2.1
Cakupan, Pengertian, dan Indikator Keterampilan Jenjang
SMP/Mts
KI KD
Mencoba, mengolah, dan
menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasikan,
dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
4.1 Menyajikan tujuan, bahan/alat,
langkah, dan hasil dalam
laporan percobaan secara tulis
dan lisan dengan
memperhatikan kelengkapan
data, struktur, aspek
kebahasaan, dan aspek lisan
4.2 Menuangkan gagasan, pikiran,
arahan atau pesan dalam pidato
(lingkungan hidup, kondisi
sosial, dan/atau keragaman
budaya) secara lisan dan/atau
tulis dengan memperhatikan
struktur dan kebahasaan.
4.3 Menyimpulkan unsur-unsur
pembangun karya sastra dengan
bukti yang mendukung dari
cerita pendek yang dibaca atau
didengar
4.4 Mengungkapkan pengalaman
dan gagasan dalam bentuk
cerita pendek dengan
memperhatikan struktur dan
44
kebahasaan
4.5 Membuat peta
pikiran/rangkuman alur tentang
isi buku nonfiksi/buku fiksi
yang dibaca
Berdasarkan paparan tabel diatas yang nantinya akan diketahui
pencapaian keterampilan siswa. Dikarenakan hal ini untuk mengetahui
kecenderungan keterampilan siswa dalam menjalankan kegiatan literasi yang
diadakan SMP Islam Plus Az-Zahra Depok sebagai hasil pendidikan.
Penilaian keterampilan ditujukan untuk mengetahui
pencapaian/perkembangan keterampilan siswa dan memfasilitasi tumbuhnya
keterampilan sesuai butir-butir nilai keterampilan dalam Kompetensi Dasar
dari Kompetensi Inti (KI-4) kurikulum 2013.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian pada prosesnya membutuhkan pencarian, penghimpunan
data-data secara lengkap, pengukuran, analisis, membandingkan, mencari
hubungan, menafsirkan hingga tercapailah hasil yang sesuai dengan tujuan
dari penelitian tersebut. Adapun proses yang ditempuh dalam penelitian ini
antara lain:
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Pada penelitian skripsi yang berjudul “Implementasi Program
Unggulan Literasi dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam
Plus Az-Zahra Depok”. Pada tanggal 22 Januari sampai 13 Juli 2020
peneliti melakukan penelitian data dari berbagai sumber yang mendukung
penelitian, kemudian selebihnya digunakan melakukan kualifikasi data,
menganalisis, menyimpulkan hasil penelitian serta menyusun dalam
bentuk hasil penelitian atau laporan. Adapun tempat yang dijadikan
penelitian adalah SMP Islam Plus Az-Zahra di jalan Serua Raya No. 20,
RT. 001/09 Pd. Petir, Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat.
Pada tanggal 22 Januari 2020, peneliti memberikan surat izin
penelitian sekaligus izin ketersediaan wawancara kepada kepala sekolah
untuk melaksanakan penelitian di SMP Islam Plus Az-Zahra mengenai
Implementasi Program Unggulan Literasi dalam Meningkatkan
Kreativitas Siswa Kelas IX. Adapun pada tanggal 1 Februari sampai 31
Maret 2020, peneliti melakukan observasi.
Kemudian, pada tanggal 10 Juni 2020, peneliti melanjutkan
penelitian dengan mewawancarai Guru sekaligus Wali Kelas IX SMP
Islam Plus Az-Zahra yakni wawancara mengenai program literasi yang
diterapkaan di sekolah dan mengenai seputar SMP Islam Plus Az-Zahra.
Pada tanggal 12-13 Agustus 2020, peneliti melanjutkan penelitian secara
46
online dengan mewawancarai salah satu siswa kelas IX untuk mengetahui
seberapa manfaatnya program literasi di sekolah bagi mereka.
Tabel 3.1
Siklus Penelitian
No.
Jenis
Kegiatan
Jan Feb Mar Jun Agust
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyerahan
Surat Izin
Penelitian
2. Observasi
3. Membuat
Proposal
4. Wawancara
5. Penyusunan
Skripsi
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
“Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti termasuk
kedalam jenis Penelitian Kualitatif Deskriptif. Penelitian Kualitatif
Deskriptif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide,
persepsi, pendapat, kepercayaan orang yang akan diteliti dan
kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.”1
Tujuan penelitian kualitatif deskriptif ini menggambarkan apa
saja yang sudah terjadi selama penelitian berlangsung. Di dalamnya
terdapat upaya deskripsi, pencatatan, analisis dan
1 Aan Probowo dan Heriyanto, “Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik (E-BOOK)
oleh Pemustaka di Perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang”, dalam Jurnal Ilmu
Perpustakaan, Vol. 2 Nomor 2 April 2017. Tidak diterbitkan (t.d)
47
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sedang terjadi. Hal ini
dikarenakan peneliti berusaha menyelidiki, menemukan,
menggambarkan dan menjelaskan atau mendeskripsikan mengenai
situasi proses penerapan atau Implementasi Program Unggulan
Literasi dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus
Az-Zahra Depok.
2. Pendekatan Penelitian
Berbagai macam pendekatan yang dapat digunakan dalam
penelitian, secara umum pendekatan penelitian terbagi
menjadi beberapa, ada penelitian kualitatif, penelitian
kuantitatif dan penelitian perkembangan atau campuran.
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar
alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan
sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal,
teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.2
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian di deskripsikan oleh Siswa dan Ibu Latifah
selaku Guru sekaligus Wali Kelas IX di SMP Islam Plus Az-Zahra yang
sebagai informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
latar penelitian. Sejalan dengan definisi tersebut, Ibu Latifah
mendeskripsikan subjek penelitian sebagai orang yang diamati dan
sasaran penelitian. Selain itu, yang dijadikan subjek pada penelitian ini
juga termasuk siswa-siswi kelas IX SMP Islam Plus Az-Zahra Depok.
2 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi:
CV Jejak, 2018), h. 8
48
Objek penelitian merupakan hal yang menjadi titik perhatian di
suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian
adalah Implementasi Program Unggulan Literasi dalam Meningkatkan
Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra Depok.
D. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitia dalam penelitian ada tiga tahapan dan
ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu penulisan laporan
hasil penelitian. Tahapan-tahapan penelitian tersebut antara lain:
1. Tahap Pra Lapangan, yaitu meliputi: menyusun rancangan penelitian,
memilih lapangan penelitiian, mengurus perizinan, menelusuri dan
menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan,
menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan
etika penelitian;
2. Tahap Pekerjaan Lapangan, yaitu meliputi: memahami latar
penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta
mengumpulkan data;
3. Tahap Analisis Data, yang meliputi: analisis selama dan setelah
pengumpulan data; dan
4. Tahap Penulisan Hasil Laporan Penelitian.
E. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian merupakan subjek darimana data
tersebut di peroleh. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka
dalam hal ini memerlukan adanya sumber yang perlu digali dan dicari
dari fenomena yang ada atau yang terjadi di lapangan. Sumber data
adalah objek dimana data dapat diperoleh. Adapun sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
49
“Data primer adalah data yang berupa teks hasil wawancara
dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang di
jadikan sampel dalam penelitiannya, dapat direkam dan dicatat oleh
peneliti.”3
Dalam penelitian ini yang termasuk sebagai sumber data
primer adalah data yang diperoleh peneliti dari hasil observasi,
dokumentasi dan hasil wawancara dengan pihak pembimbing atau
guru maupun kepala sekolah mengenai bagaimana pelaksanaan
Program Unggulan Literasi di SMP Islam Plus Az-Zahra Depok.
b. Sumber data Sekunder
“Data sekunder adalah data atau informasi yang tidak dapat
diperoleh secara langsung dari sumber pertama (responden) baik yang
didapat melalui wawancara ataupun menggunakan kuesioner secara
tertulis.”4
Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan (buku-buku,
majalah, artikel, jurnal dan sebagainya) atau dari laporan-laporan
penelitian terdahulu.
Dalam penelitian ini yang termasuk sebagai sumber data
sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sekolah yang
berbentuk laporan-laporan tertulis serta dapat dari perpustakaan
sekolah atau kampus-kampus juga dari laporan penelitian-penelitian
terdahulu mengenai bagaimana pelaksanaan dan peningkatan
kreativitas siswa yang berbubungan dengan kegiatan Program
Unggulan Literasi dalam meningkatkan kreativitas siswa di SMP
Islam Plus Az-Zahra Depok.
3 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006), h. 209 4 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, ... h. 228
50
F. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data atau informasi
melalui teknik wawancara dan observasi. Instrumen yang digunakan pada
teknik wawancara adalah lembar pedoman wawancara, sedangkan untuk
teknik observasi menggunakan lembar pedoman observasi dan dokumen-
dokumen.
Tabel 3.2
Instrumen Penelitian
Kompetensi Dasar Indikator
4.1 Menyajikan tujuan, bahan/alat,
langkah, dan hasil dalam laporan
percobaan secara tulis dan lisan
dengan memperhatikan
kelengkapan data, struktur, aspek
kebahasaan, dan aspek lisan
4.2 Menuangkan gagasan, pikiran,
arahan atau pesan dalam pidato
(lingkungan hidup, kondisi sosial,
dan/atau keragaman budaya)
secara lisan dan/atau tulis dengan
memperhatikan struktur dan
kebahasaan.
4.3 Menyimpulkan unsur-unsur
pembangun karya sastra dengan
bukti yang mendukung dari cerita
pendek yang dibaca atau didengar
4.4 Mengungkapkan pengalaman dan
1. Mengamati dengan membaca,
mendengar, menyimak, melihat
dan sebagainya.
2. Mengeksplorasi, mengumpulkan
informasi dari buku atau sumber
lain
3. Mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan, menghubungkan
fenomena/informasi yang terkait
dalam rangka menemukan suatu
pola, dan menyimpulkan
4. Menyusun laporan tertulis dan
menyajikan laporan meliputi
proses, hasil, dan kesimpulan
secara lisan.
51
gagasan dalam bentuk cerita
pendek dengan memperhatikan
struktur dan kebahasaan
4.5 Membuat peta pikiran/rangkuman
alur tentang isi buku
nonfiksi/buku fiksi yang dibaca
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau
keterangan-keterangan sebagian serta seluruh elemen populasi yang akan
mendukung penelitian, atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data.
Data pada penelitian ini terdiri atas data kepustakaan dan data
lapangan. Data kepustakaan (library research) peneliti dapatkan melalui
bermacam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, baik
berupa buku-buku, majalah, jurnal, artikel dan sumber lain yang relevan
dengan penelitian. Data lapangan (field research) peneliti dapatkan
menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan
dokumentasi sebagai teknik yang utama. Berikut akan dijelaskan teknik
pengumpulan data:
1. Metode Observasi (Pengamatan Langsung)
“Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pemusatan
perhatian dan pencatatan terhadap fenomena yang muncul pada
subjek penelitian dengan memakai semua pancaindera (empiris).”5
5 Asep Kurniawan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2018), h. 175
52
“Metode observasi pada umumnya ditujukan untuk jenis
penelitian yang berusaha memberikan gambaran mengenai peristiwa
apa yang terjadi di lapangan.”6
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti
menggunakan teknik observasi, yaitu dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik terhadap gejala yang
tampak didalam implementasi program unggulan literasi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi untuk
memperoleh data tentang keadaan SMP Islam Plus Az-Zahra secara
fisik, letak geografis, proses penerapan guru-guru dan murid-murid
ketika berlangsung kegiatan literasi di sekolah, yang meliputi:
bagaimana guru mengendalikan dan memotivasi anak-anak dalam
kegiatan literasi tersebut.
2. Metode Wawancara
“Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam.”7
“Teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab, tatap
muka dengan orang yang diwawancarai atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara.”8
Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara secara
terstruktur, yaitu dengan membawa instrumen wawancara sebagai
pedoman wawancara, dan peneliti telah mengetahui dengan pasti
6 Jasa Ungguh Muliawan, Metode Penelitian Pendidikan dengan Studi Kasus,
(Yogyakarta: Gava Media, 2014), h. 62 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandug: PT
Alfabet, 2016), h. 317 8 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalica Indonesia, 2015), h. 153-154
53
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Adapun informasi yang
digali tentunya tidak terlepas dari permasalahan yang akan di teliti
yaitu berkain dengan Implementasi Program Unggulan Literasi dalam
Meningkatkan Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra Depok.
Adapun klasifikasi yang peneliti tetapkan kepada key
informan adalah wawancara kepada Guru sekaligus Wali Kelas IX.
Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana penerapan
program unggulan literasi yang dijalankan di SMP Islam Plus Az-
Zahra Depok.
3. Metode Dokumentasi
“Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data
dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, buku, majalah, agenda, foto atau video dan dokumen lainnya
yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.”9
Dalam hal ini, peneliti menggunakan metode dokumentasi
untuk mengumpulkan data tentang bukti fisik tentang pelaksanaan
kegiatan Program Unggulan Literasi dalam Meningkatkan Kreativitas
Siswa di SMP Islam Plus AZ-Zahra Depok.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabaran ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
akan di pelajari, dan membuat kesimpulan hingga mudah di
pahami oleh diri sendiri maupun orang lain.10
“Analisis dalam penelitian merupakan bagian dalam proses
penelitian yang sangat penting, karena dengan analisa inilah data yang
9 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 206 10 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 335
54
ada akan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah
penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian.”11
“Adapun teknik analisis data merupakan cara menganalisis data
penelitian, termasuk alat-alat statistik yang relevan untuk digunakan
dalam penelitian.”12
“Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode
deskriptif. Maksud deskriptif ini artinya menggambarkan data yang di
dapat dari lapangan, seperti wawancara, observasi maupun dokumentasi
dan penyadaran secara sistematis, factual, dan akurat.”13
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis
data kualitatif metode deskriptif. Dalam analisis ini dilakukan empat
langkah seperti pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Keempat proses ini memiliki keterkaitan selama
proses penelitian berlangsung hingga proses penelitian selesai.
1. Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan di lapangan tempat penelitian yang
mana data di kumpulkan melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi dengan berbagai strategi dan teknik untuk keberhasilan
penelitian.
2. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu di catat secara teliti dan rinci. Seperti
telah dikemukakan, makin lama peneliti ke lapangan, maka
jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk
itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema
11 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori & Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2011), h. 104-105 12 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 163 13 Arif Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Malang: Pustaka Belajar,
2007), h. 447
55
dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan
demikian, data yang telah di reduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya
bila diperlukan.14
3. Penyajian Data
Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang
paling sering di gunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah
dipahami.15
4. Penarikan Kesimpulan
Langkah selanjutnya dalam analisis kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang di
kemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.16
Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada di lapangan.17
Jika dibuatkan bagan tabel dari jenis penelitian sampai teknik
analisis data, menjadi ringkas yaitu sebagai berikut:
14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ... h. 338 15 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ... h. 339 16 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ... h. 339 17 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ... h. 339
56
Tabel 3.3
Metode Penelitian
Jenis Data Sumber Data Metode
Pengambilan Data
Metode
Analisis Data
Penelitian
Kualitatif
(Penerapan
program
Unggulan
Literasi)
1. Guru
2. Wali Kelas
3. Siswa
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
Deskriptif
Analisis
I. Teknik Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik triangulasi, yaitu digunakan untuk pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding
terhadap data tersebut. Dalam hal teknik triangulasi, bahwa
tujuan dari teknik triangulasi bukan untuk mencari kebenaran
tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan
pemahaman penelitian terhadap apa yang telah ditemukan.18
Adapun teknik triangulasi dalam penelitian ini menggunakan:
1. Triangulasi Data
“Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang
menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan
berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.”19
Dalam penelitian ini, data-data yang diperolah tentang
implementasi program unggulan literasi dalam meningkatkan
18 H.B Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Surakarta: UNS Press, 2006), h.
92 19 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, ..., h. 230
57
kreativitas siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra dicek keabsahannya
melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi Metodologis
Triangulasi metodologis yaitu untuk menguji kredibilitas data
yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi
menggunakan metode yang berbeda. Dalam penelitian ini, data-data
yang diperolah tentang implementasi program unggulan literasi
dalam meningkatkan kreativitas siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra
dicek datanya menggunakan metode yang berbeda.
58
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Islam Plus Az-Zahra Depok
1. Identitas Sekolah
a) Nama Sekolah : SMP Islam Plus Az-Zahra
b) NPSN : 20252213
c) Status : Swasta
d) Akreditasi : Terakreditasi B
e) Bentuk Pendidikan : SMP
f) Status Kepemilikan : Yayasan
g) Tahun Pendirian : 22 November 2005
h) SK Pendirian Sekolah : 421.2/2307-Disdik/2005
i) Tanggal SK Pendirian : 2012-12-22
j) SK Izin Operasional : 421.2/2307-Disdik/2005
k) Tanggal SK Izin Operasional : 2012-12-22
l) Luas Tanah Bukan Milik : 600000
m) Alamat : Jl. Swadaya No. 47
n) RT/RW : 001 / 09
o) Desa/Kelurahan : Kel. Pondok Petir
p) Kecamatan : Kec. Bojongsari
q) Kabupaten : Kota Depok
r) Provinsi : Prov. Jawa Barat
s) Kode Pos : 16517
t) Telp/Fax : 021-7422053/74713483
2. Sejarah Singkat Sekolah
Berawal dari kelompok pengajian/majlis ta’lim Az-Zahra
dimentori dan dibawah pimpinan Ibu Hj. In Hendarni Sutaryo yang
begitu peduli terhadap perkembangan pendidikan anak-anak dan
59
remaja yang merupakan generasi penerus bangsa dan kesadaran
bahwa maju mundurnya bangsa terletak pada generasi penerusnya.
Oleh karena itu, yayasan Az-Zahra berusaha mengedepankan
pendidikan yang berwawasan Islami dengan mengangkat akar-akar
budaya Islami dan menonjolkan akhlak yang mulia sebagaimana
yang dicontohkan Rasulullah Saw. dan keluarganya.
Pada awalnya dengan niat tulus dan suci Ibu Hj. In Hendarni
Sutaryo mendirikan SDIT Az-Zahra tiada lain hanya untuk
menjadikan sekolah tersebut sebagai ladang amal untuk meraih
Ridha Allah Swt.
Untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas
diperlukan tekad dan kemauan yang tinggi disertai pengabdian dan
pengorbanan yang ikhlas (seperti ditunjukkan oleh Ibu Hj. In Sutaryo
dan pengajian Az-Zahra didukung oleh sumber daya yang memadai
yaitu tenaga kependidikan yang professional, sarana prasarana dan
fasilitas pendidikan yang lengkap serta dukungan dana yang cukup).
Dengan izin Ridha Allah Swt., dimulailah pembangunan lantai
satu SDIT Az-Zahra disusul dengan pembangunan Masjid
Baiturrahim dan Alhamdulillah seiring perkembangan SDIT Az-
Zahra yang semakin maju maka yayasan Az-Zahra berniat ingin
mengembangkan pendidikan untuk menyelenggarakan Sekolah
Menengah Pertama.
Pada akhir tahun 2004 hingga pada tahun 2005 gedung SMP
pun dibangun. Dan Alhamdulillah pada pertengahan tahun SMP pun
selesai dibangun serta pada tanggal 22 November 2005 Surat Izin
dari Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Depok untuk
penyelenggaraan sekolah swasta sudah terbit.
60
SMP yang didirikan ini bernama SMP Islam Plus Az-Zahra
dengan semangat untuk membangun pendidikan guna mendapatkan
peserta didik yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia.
3. Visi dan Misi Sekolah
VISI
“Menjadi Sekolah Islami yang berbasis Sains dan Multimedia dan
Membentuk Generasi Cerdas, Kreatif, dan Berakhlak Mulia”
Dengan indikator sebagai berikut:
a) Unggul dalam prestasi akademik dan non akademik;
b) Terwujudnya proses pembelajaran yang variatif dan inovatif;
c) Terwujudnya administrasi kurikulum yang lengkap, berstandar
nasional dan internasional;
d) Terwujudnya komitmen dan kompetensi tenaga pendidikan dan
kependidikan yang professional;
e) Terwujudnya pengelolaan pendidikan partisipatif, transparan dan
akuntabel;
f) Terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai
dan relevan dalam mendukung Proses Belajar Mengajar;
g) Terwujudnya sumber dana yang memenuhi, memadai kegiatan
sekolah yang berstandar nasional dan internasional;
h) Terwujudnya sistem penilaian beragam (multiaspek) untuk
semua mata pelajaran dan semua jenjang kelas;
i) Terwujudnya lingkungan sekolah yang kondusif, tertib, bersih,
indah, dan nyaman;
j) Terwujudnya siswa yang kreatif di segala bidang; dan
k) Terwujudnya akhlah siswa yang baik.
61
MISI
a) Menuju generasi Islami dan Bertaqwa;
b) Menanamkan kecintaan kepada Allah, Rasulullah dan
Keluarganya beserta para Sahabatnya;
c) Mengintegrasikan antara Intelektualitas dan Spiritualitas;
d) Mengembangkan kemampuan saintific dan kecintaan siswa
kepada Sains; dan
e) Pengembangan proses pembelajaran melalui Multimedia.
4. Keunggulan SMP Islam Plus Az-Zahra
a) Lingkungan yang Mendukung
Gambar 4.1
(Suasana SMP Islam Plus Az-Zahra)
Yang membuat SMP Islam Plus Az-Zahra spesial adalah
komunitas kepedulian yang luar biasa. Keamanan, kebersihan,
kebahagiaan dan perkembangan siswa, baik akademik maupun
individu selalu menjadi perhatian utama. Lingkungan suasana
yang kondusif dan inklusif membuat siswa merasa diterima dan
62
dikenali. Selain itu, orang tua siswa dapat saling terhubung satu
sama lain, karena SMP Islam Plus Az-Zahra memiliki asosiasi
orang tua proaktif yang juga turut terlibat di sekolah sepanjang
tahun ajaran.
b) Standard Akademik
Untuk memastikan daya saing dengan sekolah lain, selain
kurikulum yang ada, di Az-Zahra juga selalu memantau
perkembangan siswa baik secara internal maupun eksternal.
Hasil penilaian menujukkan secara akademis siswa Az-Zahea
lebih berprestasi dibandingkan dengan siswa di sekolah lainnya.
Dengan perbandingan jumlah guru yang memadai maka
memungkinkan untuk mengamati perkembangan setiap siswa
dengan seksama.
c) Pendidikan Holistik
Di SMP Islam Plus Az-Zahra, siswa akan mendapatkan
pendidikan yang relevan dengan perubahan global dunia yang
cepat. Memfokuskan untuk melihat perkembangan akademik
dan individu siswa secara progresif dan holistik. Pendidikan
holistik ini dirancang untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan siswa.
d) Pendidikan Agama yang Berorientasi pada Akhlakul Karimah
SMP Islam Plus Az-Zahra sangat peduli terhadap
pembinaan akhlak siswa di dalam kesehariannya. Pembelajaran
pada Pendidikan Agama Islam tidak hanya bersifat mengajar
kepada anak didik. Melainkan turut serta melakukan pembinaan
mental spiritual yang sesuai dengan ajaran agama. Salah satunya
dengan program pembiasaan yang dilakukan setia hari di
63
sekolah. Seperti shalat Dhuha, shalat berjamaah, kedisiplinan
pakaian dan waktu serta kesopanan antar sesama siswa dan guru.
e) Guru Berkualitas
Sekolah yang berkualitas tidak hanya ditentukan dengan
kurikulum yang dijalankan, namun yang terpenting adalah
kualitas para guru. Guru yang baik memiliki kriteria penting
yaitu memiliki kemampuan untuk menangani, memahami dan
memotivasi siswa. Guru-guru sekolah SMP Islam Plus Az-Zahra
direkrut melalui wawancara intensif yang berfokus pada
motivasi calon guru. Hal ini dilakukan untuk memastikan guru
yang diterima memiliki keinginan yang kuat untuk bersama-
sama dengan rekan-rekan guru dan staff yang lain mewujudkan
visi dan misi sekolah.
f) Aktivitas setelah Kegiatan Belajar Selesai
Di SMP Islam Plus Az-Zahra, memiliki beragam program
setelah kegiatan belajar selesai. Program ini berupa
ekstrakulikuler, agar menarik kami membuatnya menjadi 8
macam. Melalui ekstrakulikuler ini, siswa dapat lebih
mengeksplorasi bakat dan minatnya masing-masing.
g) Akreditasi
SMP Islam Plus Az-Zahra berlokasi di Bojongsari Depok
dan telah terakreditasi Baik. Untuk mendapatkan akreditasi
tersebut diperlukan standar pendidikan yang sesuai dan staff
yang berdedikasi. Seiring dengan perkembangan waktu, agar
selalu terus menerus meningkatkan standar pendidikan sekolah
agar mendapatkan akreditasi yang lebih baik lagi. Kunjungan
akreditasi dan evaluasi terakhir sekolah adalah pada bulan
Oktober 2015.
64
h) Lokasi Sekolah
SMP Islam Plus Az-Zahra berada di lokasi yang bersih
dan nyaman serta mudah dijangkau. Suasana sekolah yang
tenang dan inspiratif mendukung siswa agar dapat
mengeksplorasi diri mereka sendiri. SMP Islam Plus Az-Zahra
memiliki fasilitas lengkap seperti, lapangan olahraga, lab. IPA,
lab. Komputer, perpustakaan dan lainnya.
5. Prestasi SMP Islam Plus Az-Zahra
Selama berkiprah dalam dunia pendidikan sejak 2009,
Alhamdulillah SMP Islam Plus Az-Zahra meraih prestasi yang
membanggakan dari tingkat Internasional, Nasional, Provinsi,
Kota/Kabupaten, Kecamatan, dan Kelurahan baik dibidang prestasi
akademik maupun non akademik. Berikut beberapa prestasi yang
pernah di raih selama 7 tahun terakhir di Tingkat Internasional:
a) Gold Prize Asian Youth Robot Olympiad Ayro Singapore 2016
b) Juara 1 Place M Kyorugi U14 Dwcu Open Taekwondo
Internasional Championship 2017 Di Yogyakarta, Indonesia
6. Data Kepala Sekolah dan Tenaga Pendidik
Terselenggaranya proses pembelajaran tidak akan pernah
terlepas dari kerjasama yang baik antara kepala sekolah dengan
tenaga pendidik. Kerjasama yang baik tersebut akan memberikan
pengaruh besar kepada keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti, jumlah tenaga
pendidik yang ada di SMP Islam Plus Az-Zahra berjumlah 7 orang
guru, 1 kepala sekolah dan 1 wakil kepala sekolah. Berikut adalah
tabel rekapitulasi data tersebut:
65
Tabel 4.1
Rekapitulasi Tenaga Kependidikan
No Nama Status Pendidikan
Tertinggi
1. Luqman Wibisono,
S.Sos.I
Kepala Sekolah STAI Madinatul
Ilmi Depok
2. Rusjiyanti, S.Pd Wakil Kepala
Sekolah
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
3. Latifah Hanum,
S.Pd
Guru IPA Universitas Negeri
Medan
4. Lia Muhsinah,
S.Ag
Guru Bahasa
Arab
Institut Ilmu Al-
Qur`an Jakarta
5. Renny Ariany,
S.Ag
Guru PAI IAIN Raden Fatah
Palembang
6. Nurelah, M.Pd Guru IPS STAI Asy-
Syukriah
7. M. Yus Yunus, S.S Guru Bahasa
Indonesia
Universitas
Pamulang
8. Risya Julia
Rachmawati, S.Pd
Guru Bahasa
Inggris
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
9. Haerudin, S.Pd Guru PJOK Universitas
66
Pamulang
7. Data Siswa
Penelitian ini memfokuskan hanya pada siswa kelas IX yang
mengikuti kegiatan Literasi tersebut. Berdasarkan informasi dari
kepala sekolah dan bidang akademik, jumlah siswa SMP Islam Plus
Az-Zahra kelas VII, VIII, dan IX yakni sebanyak 81 siswa. dan yang
menjadi fokus penelitian kelas IX dengan jumlah 44 siswa. dengan
rincian sebagaimana tabel berikut:
Tabel 4.2
Rekapitulasi Data Siswa
No. Kelas L/P
1. VII 12 6
2. VIII 10 9
3. IX 24 20
Jumlah 81 Siswa
8. Kurikulum SMP Islam Plus Az-Zahra
Dalam pelaksanaan pendidikan, SMP Islam Plus Az-Zahra
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006)
dan Kurikulum 2013 (K-13). Selain melaksanakan kurikulum dari
Diknas juga menambahkan dengan Kurikulum Lokal. Adapun
muatan materi-materi kurikulum adalah sebagai berikut:
67
Tabel 4.3
Kurikulum SMP Islam Plus Az-Zahra
No. Pelajaran Dinas Muatan
Lokal/Sekolah
Program
Pembiasaan
1. Pendidikan
Agama Islam Bahasa Arab Shalat Dhuha
2. Bahasa Indonesia Bahasa Sunda Shalat Berjama’ah
3. Matematika Tilawah
Kesopanan
Sesama Siswa dan
Guru
4. Pendidikan
Kewarganegaraan Tahfiz
Kedisiplinan
Waktu dan
Pakaian
5. IPA Pendidikan
Lingkungan Hidup
6. IPS Project Based
Qur`an
7. Seni Budaya dan
Prakarya
8. TIK
9.
Pendidikan
Olahraga Jasmani
dan Kerohanian
68
10. Bahasa Inggris
Keterangan:
SMP Islam Plus Az-Zahra menerakan kurikulum KTSP dalam
kegiatan belajar mengajar. Bagi sekolah tersebut, kurikulum adalah
hal yang sangat mendasar bagi sekolah untuk dapat digunakan
sebagai nilai output dari setiap siswanya.
Dalam kurikulum, kami kategorisasi kembali mengenai jenis,
sifat, dan kompetensi yang terdapat dalam setiap mata pelajaran
untuk dapat di konversi menjadi data nilai kualitatif dan kuantitatif.
Di dalam penerapaan kompetensi pun, sekolah tersbut
mengaplikasikan nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik setiap
murid di setiap kelas.
9. Sarana dan Prasarana SMP Islam Plus Az-Zahra
a. Halaman Upacara : 210 m²
b. Kebun Sekolah : 60 m²
c. Halaman Parkir : 100 m²
d. Pagar Sekolah : 150 m²
e. Tempat Pembuangan Sampah : 8 m²
f. Luas Tanah : 2004 m²
g. Status Kepemilikan : Wakaf
h. Bukti Kepemilikan : Akta
i. Gedung terdiri dari:
- 1 Gedung Berlantai Dua untuk Kelas
- 1 Gedung Administrasi
- 1 Gedung Lab. Multimedia
- 1 Gedung Lab. Computer
- 1 Masjid
69
a) Ruang Belajar : 6 Ruang, Luas Lantai 378 m²
b) Ruang Kepala Sekolah : 1 Ruang, Luas Lantai 14,85 m²
c) Ruang Guru dan BP : 2 Ruang, Luas Lantai 31,5 m²
d) Ruang Tata Usaha/Adm : 1 Ruang, Luas Lantai ± 20 m²
e) Ruang Lab. Computer : 1 Ruang, Luas Lantai 42 m²
f) Ruang Perpustakaan : 1 Ruang, Luas Lantai 35 m²
g) Ruang UKS : 1 Ruang, Luas Lantai 6 m²
h) Ruang Gudang : 2 Ruang, Luas Lantai 6 m²
i) Ruang Satpam/Keamanan : 1 Ruang, Luas Lantai 6 m²
j) WC Kepala Sekolah : 1 Ruang, Luas Lantai 3,5 m²
k) WC Guru Laki-Laki : 1 Ruang, Luas Lantai 2 m²
l) WC Guru Perempuan : 2 Ruang, Luas Lantai 2 m²
m) WC Murid Laki-Laki : 2 Ruang, Luas Lantai 4 m²
n) WC Murid Perempuan : 3 Ruang, Luas Lantai 6 m²
10. Sarana Perlengkapan Sekolah
Tabel 4.4
Sarana Perlengkapan Sekolah
No. Jenis Alat
Perlengkapan
Jml.
Unit/Set
Asal
Kepemilikan Ket
1. KIT IPA 1 Sekolah
2. Matematika 2 Sekolah
3. IPS 3 Sekolah
4. Bahasa Indonesia 2 Sekolah
5. Bahasa Inggris 5 Sekolah
70
6. Anatomi
Mata/Indera
1 Sekolah
7. Torso Tubuh
Manusia Pa/Pi
1 Sekolah
8. Torso Tubuh Hewan 2 Sekolah
9. TV Media
DVD/VCD
1 Sekolah
10. Peta Globe Dunia 2 Sekolah
11. Peta Dinding 2 Sekolah
12. Alat Olahraga Atlet 2 BOS
13. Bola Volly 2 BOS
14. Bola Tendang 8 BOS
15. Raket 4 BOS
16. Bad. Tenis Meja 1 BOS
17. Meja Tenis Meja 1 BOS
18. Komputer 28 Yayasan
19. Infokus 3 BOS
20. Laptop
21. Microskop 4 Yayasan
71
22. Soundsystem 2 Yayasan
23. Wireless 1 Yayasan
24. Megaphone 1 Yayasan
11. Ekstrakulikuler
a. Robotik
Robotik adalah salah satu untuk mengasah kreativitas anak
dengan cara yang menyenangkan. Pelatihan merakit robot
menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Robot adalah salah
satu mainan yang sangat digemari oleh anak-anak. Dengan
adanya ekskul robotik, anak tidak hanya sekadar bermain robot
saja, tetapi juga belajar membuat robot dan teknik-reknik
pemogramannya sehingga dapat membuat anak menjadi lebih
krearif dan imajinatif.
b. Tari Saman
Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan
keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia. Setiap suku
bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri.
Bersatu dalam keragaman budaya dan seni tari daerah akan
menghasilkan bibit siswa-siswi yang mencintai tanah air dan
kearifan lokal.
c. Taekwondo dan Pramuka
Taekwondo adalah olahraga bela diri asal Korea yang juga
populer di Indonesia. Ekskul Taekwondo ini mempunyai banyak
peminatnya di SMP Islam Plus Az-Zahra. Selain untuk bela diri
diharapkan dapat melatih fisik siswa agar lebih kuat. Bersama
dengan ekskul pramuka, Az-Zahra optimis bahwa generasi
72
mendatang akan terlahir bibit-bibit muda yang berbakti pada
masyarakat di sekelilingnya dan negara Indonesia.
d. Multimedia
Sesuai dengan Misi Az-Zahra, ekstrakulikuler multimedia
diadakan untuk menunjang siswa menjadi generasi digital yang
berprestasi.
e. English Club
Bahasa Inggris tak hanya menjadi kurikulum bagi Az-
Zahra, namun juga pembekalan di era informasi gloalisasi yang
sudah menjadi kebutuhan zaman ini.
f. Paskibra
Pasukan pengibaran bendera menjadi salah satu bagian
dari perwujudan Cinta Tanah Air dengan mengibarkan Sang
Saka Merah Putih. Dalam ekskul ini, siswa-siswi di tuntut tegas
dan disiplin dalam baris-bebaris.
g. Basket Ball
Basket merupakan salah satu cabang olahraga yang paling
digemari dan banyak peminatnya di SMP Islam Plus Az-Zahra.
Tidak hanya sekadar hobby, basket dapat melatih respons gerak
tubuh dan membuat metabolisme tubuh menjadi lebih baik.
Setiap anak yang mengikuti ekstrakulikuler basket dilatih dan di
didik tentang metode permainan basket.
h. Panahan
Olahraga ini membutuhkan ketepatan dan ketangkasan
dalam menembakkan anak panah. Karena memanah memberikan
manfaat bagi penggunanya seperti melatih konsentrasi,
kesabaran, dan ketepatan sehingga memudahkan untuk
mengontrol diri.
73
B. Hasil Analisis Data
1. Implementasi Program Unggulan Literasi dalam Meningkatkan
Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra
Program unggulan literasi merupakan bentuk kegiatan sekolah
yang dilakukan oleh seluruh siswa kelas IX di SMP Islam Plus Az-
Zahra. Kegiatan literasi pelaksanaannya sudah dari tahun 2006 sejak
awal sekolah didirikan. Kegiatan ini berbentuk karya tulis seperti
membuat puisi, cerita pendek, dan karya ilmiah untuk syarat
kelulusan. Dengan kegiatan ini, peneliti akan menjadikan siswa kelas
IX sebagai objek penelitian.
Maksud dari diadakannya program sekolah ini agar peserta
didik senang membaca atau bahkan membudaya nama membaca,
karena perlu kita ketahui bahwa negara Indonesia adalah negara yang
sangat minim dalam membudaya membaca. Maka dari itu, dinas
pendidikan mewajibkan sekolah-sekolah untuk mengadakan program
tersebut, walaupun sebelum dinas pendidikan mewajibkan, sekolah ini
sudah mengadakan program tersebut terlebih dahulu.
Menurut Alberta menyatakan bahwa literasi bukan hanya
sekadar kemampuan untuk membaca dan menulis namun
menambah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
dapat seseorang memiliki kemampuan berpikir kritis, mampu
memecahkan masalah dalam berbagai konteks, mampu
berkomunikasi secara efektif dan mampu mengembangkan
potensi serta berpartisipasi aktif dalam kehidupan
bermasyarakat.1
Pendapat ini selaras yang diungkapkan oleh Ibu Latifah,
sebagai berikut:
“Literasi merupakan kemampuan individu atau seseorang
dalam membaca. Membaca disini sangat luas tidak hanya membaca
1 Ibadullah Malawi dkk, Pembelajaran Literasi Berbasis Sastra Lokal, ..., h. 8
74
buku atau apa, membaca situasi keadaan juga bisa, kemampuan dia
menghitung, berkomunikasi, atau bahkan memecahkan masalah.”2
Kegiatan ini dilaksanakan setiap kenaikan kelas IX, dimana
para siswa dibagikan guru/pembimbing dan dilokasikan di
kelas/perpustakaan setiap sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.
Dalam kegiatan ini, siswa-siswi diberikan waktu selama 30 menit
untuk membaca buku fiksi atau non fiksi. Setelah membaca siswa-
siswi meresume hasil bacaannya, kemudian setiap minggunya secara
acak mereka menampilkan hasil resumenya kedepan selama 10-15
menit. Sebagaimana yang sudah diungkapkan oleh Ibu Latifah, sebagai
berikut:
Kalau dulu sebelum Dinas Pendidikan mewajibkan program
ini. Dulu kita awalnya itu salah satunya memang satu minggu
itu ada waktu 30 menit anak-anak kita bawa ke perpustakaan
untuk membaca buku bebas, mau baca buku apa saja tanpa kita
batasi, dengan catatan kita sudah menseleksi buku-buku itu
sejajar dengan usianya. Setelah 5-6 tahun, kesininya mungkin
lebih sistematis lagi, anak-anak membaca kemudian dia
meresume hasil bacaannya itu. Kemudian secara acak
seminggunya anak-anak itu menampilkan hasil resumenya ke
depan selama 10-15 menit, dibacakan kembali dan di simak
oleh teman-temannya. Nah, nanti untuk mengetahui teman-
temannya menyimak atau tidak, kita berikan pertanyaan.
Kedua ketika kelas IX lulus anak itu membuat sebuah karya
tulis, sesuai dengan apa yang dia minati, mau dia mengangkat
tentang apa, nanti mereka dibimbing oleh seorang pembimbing
atau guru pembimbing. Nah selama 3 bulan, nanti ada
seminggu sekali bimbingan atau misalnya mendekati untuk
sidang karya tulisnya. Nanti mungkin seminggu ada beberapa
kali sesuai dengan kemampuan anak tadi, atau intensitas dia
2 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,
Depok, 10 Juni 2020
75
sudah memenuhi belum, karena syarat untuk mengikuti karya
tulis ini minimal dia bimbingan 8 kali pertemuan.3
Menurut hasil wawancara yang diungkapkan oleh Ibu Latifah
selaku guru di SMP Islam Plus Az-Zahra tersebut dapat diketahui
bahwa SMP Islam Plus AZ-Zahra merupakan salah satu sekolah yang
mengadakan kegiatan literasi. Hal tersebut sesuai dengan pelaksanaan
Gerakan Literasi Sekolah yang diadakan oleh Kemendikbud dan
mewajibkan seluruh sekolah mengadakan kegiatan literasi agar minat
baca di Indonesia meningkat.
Gambar 4.2
(Peneliti sedang wawancarai Subjek Penelitian)
3 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,
Depok, 10 Juni 2020
76
Sebagaimana pendapat Goody dalam buku Pembelajaran
Literasi Berbasis Sastra Lokal menyatakan bahwa literasi
dalam arti sempit adalah kemampuan untuk membaca dan
menulis. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek
huruf yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan
menulis. Meskipun dalam perkembangannya melek huruf yang
dimaksudkan tidak hanya mengenali dan atau membaca dan
menginterpretasi lambang huruf dan angka saja, tetapi juga
kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang
disampaikan secara visual baik berupa gambar, video, maupun
adegan.1
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa
Gerakan Literasi Sekolah merupakan suatu usaha atau kegiatan
yang bersifat partisipatif, dengan melibatkan warga sekolah
(peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan,
pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua/wali murid
peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat
(tokoh masyarakat yang dapat mempresentasikan keteladanan,
dunia usaha, dan sebagainya), serta pemangku kepentingan di
bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2
Gambar 4.3
(Kegiatan sidang literasi siswa kelas IX)
1 Ibadullah Malawi dkk, Pembelajaran Literasi Berbasis Sastra Lokal, ..., h. 7 2 Yunus Abidin dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan
Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, ..., h. 279
77
Gambar diatas membuktikan bahwa setiap siswa yang sudah
menyelesaikan karya tulis dan memenuhi syarat bimbingan 8 kali
selama 3 bulan akan di sidangkan. Selain untuk kelulusan, program
ini juga diadakan ketika adanya bulan bahasa. Di bulan bahasa, ada
perlombaan untuk peserta didik kelas IX membuat puisi atau cerita
pendek. Sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Latifah, sebagai berikut:
Yang terkait dalam kegiatan yang kita buat ini, selain untuk
kelulusan kelas IX kegiatan ini juga diadakan ketika adanya
bulan bahasa. Di bulan bahasa, anak-anak kita lombakan dia
membuat berbagai macam seperti membuat puisi, atau bahkan
cerita pendek, nah nanti kita bukukan, jadi buku itu dalam
bentuk kumpulan karya siswa.3
3 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,
Depok, 10 Juni 2020
78
Gambar 4.4
(Kegiatan literasi yang diadakan dalam perlombaan di Bulan
Bahasa)
Gambar tersebut membuktikan bahwa SMP Islam Plus Az-
Zahra mengadakan kegiatan literasi selain untuk kelulusan kelas IX
tetapi juga mengadakan pada bulan bahasa, dimana siswa dilombakan
untuk menampilkan puisi atau cerita pendek. Dengan bertujuan untuk
79
memotivasi siswa untuk membudayakan membaca serta
meningkatkan kreativitas siswa.
Dengan adanya kegiatan literasi di sekolah merupakan
kegiatan yang sangat positif yang dilakukan oleh siswa. Apalagi di
Indonesia budaya literasinya sangat rendah, posisi Indonesia paling
bawah dibandingkan negara-negara lain. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ibu Latifah, sebagai berikut:
Tanggapan saya dengan adanya program ini sangat baik yaa,
sangat postif, kenapa? Karena pertama memang kita ketahui
hasil penelitian pun Indonesia itu masih di posisi paling bawah
dalam hal membudayakan membaca. Jadi, dengan adanya
program ini bahkan di sekolah-sekolah Dinas Pendidikan pun
mengadakannya tujuannya memang itu. Pada awalnya melihat
kondisi seperti ini memang sangat disayangkan, jadi setiap
sekolah wajib mengadakan program ini.4
Pendapat tersebut sesuai dengan data statistik United Nations
Educational, Scientific, and Cultural Organization
(UNESCO) tahun 2012 menyebutkan indeks minat baca di
Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, setiap dalam 1.000
penduduk, hanya satu orang saja yang memiliki minat baca.
Berbeda dengan hasil data UNESCO, hasil survei tahun 2015
yang di release oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) pada Desember 2016 menunjukkan kenaikan
pencapaian pendidikan di Indonesia yang dignifikan yaitu
sebesar 22,1 poin. Sehingga Indonesia menempati posisi ke 4
dalam hal kenaikan pencapaian murid dibanding hasil survei
sebelumnya pada tahun 2012, dari 72 negara yang mengikuti
tes Programme for International Student Assessment (PISA).5
Data tersebut membuktikan bahwa memang negara Indonesia
merupakan negara yang minim dalam hal membudayakan membaca.
4 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,
Depok, 10 Juni 2020 5 Rohmatul Laelah, “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah sebagai Upaya
Penanaman Nilai-Nilai Revolusi Mental pada Siswa di MIN 2 Sleman”, Tesis, (Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga, 2018), h. 7. Tidak diterbitkan (t.d)
80
Dengan adanya kegiatan literasi di sekolah ini bertujuan untuk
membantu memposisikan negara Indonesia dalam hal budaya literasi
tidak minim lagi melainkan adanya peningkatan setiap tahunnya.
Kemudian, dengan adanya kegiatan literasi di sekolah ini memang
sangat bermanfaat bagi siswa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
salah satu siswa kelas IX, sebagai berikut:
“Iya kak dengan adanya program ini memang sangat
bermanfaat, karena saat program berlangsung ada beberapa siswa
yang di suruh maju ke depan untuk menceritakan kembali isinya dan
hikmahnya, jadi kita juga enak dan paham tanpa membaca buku yang
lain kita bisa tahu isi bukunya juga.”6
Prosedur penilaian kegiatan literasi yang diadakan di SMP
Islam Plus Az-Zahra yaitu ketika siswa membaca secara umum, siswa
menampilkan dan mempresentasikan hasil bacaannya untuk
mengetahui seberapa paham dengan isi buku bacaan yang dia baca.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Latifah, sebagai berikut:
Untuk penilaiannya setiap minggu itu kita memang ada
penanggungjawabnya khusus kegiatan literasi, jadi setiap
pembimbing itu yang ditanggungjawabkan tadi dia menilai
salah satunya. Jadi ketika salah satu anak itu, penguji satu
menilai ketika dia membaca secara keseluruhan. Penguji
kedua, menilai ketika anak tampil ke depan, semampu apa dia
menyampaikan kembali, mempresentasikan kembali hasil
buku yang dia baca, sepaham apa dengan isi buku itu. Nanti
nilai yang di pegang penanggungjawab diberikan kepada
walikelas.7
6 Hasil Wawancara Online dengan Salah Satu Siswa Kelas IX, Edith Indah Lestari,
12 Agustus 2020 7 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,
Depok, 10 Juni 2020
81
Gambar 4.5
(Penguji I dan II ketika sidang)
Setelah prosedur penilaian, kegiatan literasi di sekolah ini juga
ada indikator pencapaiannya yang diungkapkan oleh Ibu Latifah
sebagai berikut:
Salah satu si anak itu pasti di karya literasi tadi untuk
mencapainya itu. Pertama, si anak wajib memiliki buku
bacaan, bisa buku bisa juga nanti dari berbagai sumber baik itu
dari internet, minimal 10 sumber bacaan. Kalau sudah 10
bacaan itu poinnya sudah bagus, paling bagus 10 ke atas. Jadi
kita memang ada skalanya, yaitu poin 1 s/d poin 4, poin 4 jika
dia memiliki diatas 10 sumber bacaan, poin 3 itu pas 10
sumber bacaan, nah kalau poin 2 ke bawah yaa itu biasanya 6-
8 sumber bacaan. Nah ini salah satu indikator dalam bentuk
penilaian. Kemudian dalam bentuk ketika dia menulis itu ada
sistematisnya. Ketika misalnya judul, isi dan kesimpulan itu
saling terkait atau tidak. Itu pencapaiannya, kalau kita bilang
mencapai target atau kelulusan tidak dia dalam membuat karya
tulis tadi. Kemudian dalam hal penulisan, salah dalam hal apa
menulisnya, mengetik misalnya dan sebagainya, sebanyak atau
sedikit apa kesalahan yang dia buat ketika dia menulis. Ketika
anak menulis kita sudah berikan buku panduan literasi dan
pembimbing juga kita fasilitasi atau kita siapkan. Nah kadang-
82
kadang memang tidak semua anak yang mau bimbingan dalam
seminggu, atau membaca dalam seminggu, ada anak yang lupa
membawa buku walaupun kelas IX kita wajibkan untuk
membuat karya tulis ini, itu kendalanya.8
Hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan ini
benar-benar terlaksana dengan prosedur penilaian dan indikator
pencapaiannya yang sistematis. Dalam kegiatan literasi di sekolah ini,
siswa diwajibkan mempunyai buku bacaan minimal 10 buku, ketika
di antara mereka hanya mempunyai buku di bawah 10 buku maka
nilai yang di dapat berkurang. Kemudian, untuk sistem penulisan
mereka di fasilitasi buku panduan dari sekolah, agar karya tulis yang
mereka buat itu lebih terarah penulisannya.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat sebagai kontribusi
Implementasi Program Unggulan Literasi dalam Meningkatkan
Kreativitas Siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra Depok
Manusia terlahir dengan memiliki fitrah sebagai makhluk
sempurna yang banyak memiliki kemampuan untuk dapat dilatih dan
dididik. Maka dari itu, kemampuan yang di miliki haruslah di
optimalkan agar dapat berkembang dan dapat menumbuhkan
perkembangan yang baik untuk kehidupan. Potensi yang ada di dalam
diri manusia seluruhnya, termasuk potensi kreativitas siswa yang harus
terus digali, dikembangkan dan diarahkan untuk menciptakan sesuatu
baik berupa ide/gagasan baru atau yang telah ada sebelumnya maupun
karya nyata yang dihasilkan oleh dirinya sendiri. Sebagaimana firman
Allah Swt dalam QS. An-Nahl ayat 78:
8 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,
Depok, 10 Juni 2020
83
ل أم هت كم بطو ن م ن رجكم أخ شي ع لت وللا مو ن وجعل علكمئا الس م كر ف ئ دةلعل كم تش ب صارواأل و نواأل
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-
Nahl [16]: 78)9
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia lahir sekalipun
tidak mengetahui sesuatupun, tetapi oleh Allah telah diberi
potensi. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara
mengembangkannya secara kreatif, karena dengan kreatiflah
baik yang mempunyai bakat atau tidak, antara individu yang
lainnya dapat berkembang secara wajar walapun mereka
terdapat perbedaan baik bentik, jenis maupun derajat.10
Dukungan yang dilaksanakan oleh pihak sekolah sangat
mendukung terciptanya kegiatan literasi ini yang memberikan
kontribusi dalam meningkatkan kreativitas siswa kelas IX dimana
seumuran mereka masih menuju remaja. Meningkatkan kreativitas
siswa dalam membuat slide ketika mempresentasikan hasil buku yang
ia baca. Apalagi visi di sekolah SMP Islam Plus Az-Zahra ini salah
satunya adalah terwujudnya siswa yang kreatif di segala bidang.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Latifah, sebagai berikut:
Tingkat kreativitas siswa disini dengan adanya kegiatan
literasi ini, kita bisa bedakan dulu dengan sekarang. Memang
ada signifikan atau peningkatannya yaa. Contohnya, untuk
karya tulis ini dulu kita tidak mewajibkan anak sekian buku
atau sekian sumber buku yang dia baca, nah sekarang ini kita
mewajibkan minimal 3 buku yang dia punya, jadi mau tidak
mau seorang anak minimal punya 3 buku bacaan. Kalu dulu
satu buku atau bahkan mengambil (copy paste) di internet saja
sudah bisa, gitu kan? Nah kita supaya lebih kuat, si anak wajib
9 Al-Qur`an dan Terjemahan, (Jakarta: PT. Almahira, 2016), Cet.2, h. 275 10 Hasnawati, “Pentingnya Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar
Pendidikan Agama Islam di SDN 198 Toweleng Kabupaten Soppeng”, Skripsi, (Makassar:
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2011), h. 15. Tidak diterbitkan (t.d)
84
punya buku ketika sidang pun si anak wajib membawa buku,
nanti ditunjukkan ke pengujinya. Kemudian, kreativitasnya
juga dalam mendesain slide untuk presentasi itu memang kita
lihat bahkan anak-anak lebih canggih membuatnya, memang
kalau untuk multimedia anak kita lebih kreatif di bandingkan
gurunya mungkin. Apalagi selama pandemi ini ya, anak-anak
memang di tuntut dalam bentuk online dan sebagainya dalam
penugasan-penugasan pun anak-anak lebih bagus
kreativitasnya terutama dalam multimedia, karena kan yang
namanya literasi ini tidak hanya membaca dan menulis tetapi
banyak bidangnya salah satunya dalam teknologi.11
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa
kreativitas dapat meningkat dengan adanya kegiatan literasi di
sekolah. Kreativitas memang sangat penting dan sangat dibutuhkan
oleh setiap individu dalam berbagai bidang, baik dalam bidang
menulis, teknologi ataupun bidang yang lainnya. Sebagaimana
diungkapkan oleh Ibu Latifah, sebagai berikut:
Sangat penting ya, karena memang jangan sampai kita
ketinggalan teknologi, karena itu memang sangat dibutuhkan,
seiring dengan berjalannya waktu. Siswa juga di tuntut ketika
dia menghadapi dunia luar nanti, dia lebih siap
menghadapinya, mau itu dalam bidang apapun, tidak
terkhusus dalam bidang IT dan sebagainya, dalam hal
memecahkan masalah juga, mungkin ketika di sekolah beda.
Ketika menghadapi dunia luar begini loh, sudah siap belum
dia menyelesaikan masalah-masalah tadi. Apalagi di zaman
sekarang ini, tidak terfokus hanya di sekolah dia dapat ilmu
pendidikan, tetapi mesti sosial dia lebih siap juga. Makanya
untuk level SMP, ketika dia masuk SMA beda lagi dunia yang
di hadapi, masalah juga mungkin lebih kompleks.12
Menurut hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa
pada zaman sekarang kreativitas di sekolah tidak hanya
terfokus dalam ilmu pendidikan saja, tetapi ilmu sosial siswa
11 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,
Depok, 10 Juni 2020 12 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,
Depok, 10 Juni 2020
85
juga harus disiapkan. Pendapat tersebut selaras dengan yang
disampaikan oleh Yesi Budiarti di dalam jurnalnya yang
mengatakan bahwa kreativitas merupakan kegiatan sehari-hari
yang berhubungan dengan aktivitas individu atau kelompok
dalam suatu masyarakat, dengan mengembangkan kreativitas
diharapkan siswa dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya secara mandiri atau kelompok. Kreativitas ini
tercipta di segala bidang dan kreativitas dapat diajarkan di
sekolah-sekolah, karena setiap orang pada dasarnya memiliki
kreativitas pada dirinya meskipun dengan kadar yang berbeda-
beda.13
Implementasi program unggulan literasi sangat memberikan
perubahan bagi diri siswa yang juga memotivasi serta mendorong
siswa untuk minat membaca. Sebagaimana diungkapkan oleh Ibu
Latifah, sebagai berikut:
Kalau kita bilang berhasil, alhamdulillaah sudah. Buktinya
apa? Gitu yaa. Ketika lulus dari sini, ketika dia di sekolah
lanjutan, jadi ilmu yang dia dapat disini itu dia sangat
bersyukur banget, dia sudah mendapatkan itu disini. Ketika dia
di SMA atau di sekolah lanjutan yang ia temui, dia tidak
blank, dia membandingkan sama teman-temannya yang bukan
alumni sini. Jadi, banyak teman-temannya menanyakan ke dia.
Walaupun memang kalau istilahnya bersakit-sakit dahulu ya
bersenang-senang kemudian. Memang, ketika di kelas IX
memang mungkin sangat memusingkan dengan membuat
karya tulis tadi, tetapi ketika di SMA itu semua ilmunya di
pakai, setiap ada tugas pasti dalam bentuk laporan tadi. Nah, si
anak sudah mendapatkan basic di SMP nya.14
Hasil wawancara tersebut senada juga yang diungkapkan oleh
salah satu siswa kelas IX, sebagai berikut:
“Perubahan yang dialami saat adanya kegiatan literasi di
sekolah, awalnya saya malas banget baca buku cerita novel gitu kak,
13 Yesi Budiarti, “Pengembangan Kemampuan Kreativitas dalam Pembelajaran
IPS”, dalam Jurnal Promosi, Vol. 3 No. 1 2015, h. 67 14 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,
Depok, 10 Juni 2020
86
tapi setelah ada program literasi di sekolah saya jadi ingin terus baca
buku novel kak, terus juga menjadi menambah wawasan.”15
Terlaksananya sebuah program yang memberikan kontribusi
dalam perubahan sesuatu pasti didalamnya ada faktor pendukung dan
faktor penghambat atas keberhasilan dari kegiatan tersevut. Berikut
akan dijelaskan faktor pendukung dan penghambat dalam
implementasi kegiatan tersebut, sebagai berikut:
a. Faktor Pendukung
Dari Implementasi Program Unggulan Literasi Dalam
Meningkatkan Kreativitas Siswa SMP Islam Plus Az-Zahra ini
ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan tercapainya
peningkatan kreativitas siswa di sekolah ini. Menurut Ibu Latifah
Hanum yang menjadi faktor keberhasilan tersebut berasal dari tiga
pihak, yakni: guru yang juga sebagai pembimbing, siswanya dan
sekolah atau yayasan. Sebagaimana yang diungkapkan beliau:
“Faktor pendukung dari meningkatnya kreativitas dengan
adanya kegiatan literasi ini saya liat dipengaruhi dari tiga faktor.
Pertama, guru atau pembimbing kegiatan tersebut, siswanya pasti
yaa dan sekolah atau yayasan juga.”16
Berikut akan dijelaskan tiga faktor tersebut yang bisa
mempengaruhi keberhasilan Implementasi Program Unggulan
Literasi Dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa SMP Islam Plus
Az-Zahra Depok, yaitu:
15 Hasil Wawancara Online dengan Salah Satu Siswa Kelas IX, Edith Indah Lestari,
12 Agustus 2020 16 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,
Depok, 10 Juni 2020
87
Guru atau Pembimbing
Guru/Pembimbing merupakan salah satu kunci
keberhasilan seorang siswa. Bagi siswa, guru juga sangat
penting di dalam lingkup sekolah. Guru/Pembimbing akan
memberikan bimbingan, arahan, nasehat, ilmu dan lainnya
yang sangat berarti bagi perkembangan siswanya. Seorang
Guru/Pembimbing tidak hanya sebatas transfer of knowledge,
namun guru harus mampu menjadi contoh bagi siswanya.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Latifah Hanum, sebagai
berikut:
“Faktor utama pendukung kegiatan ini yaa guru kak,
guru juga sekaligus pembimbing kegiatan ini, kan fungsi guru
bukan hanya sebagai transfer ilmu saja, melainkan segalanya
yang baik harus kita berikan kepada siswa.”17
Hasil wawancara tersebut sesuai dengan apa yang di
bahas pada bab II bahwa guru harus mengeksplorasi bakat
kreatif mereka, baik dalam pengajaran maupun area yang lain
agar mereka dapat mengembangkan kreativitas siswanya. Guru
tidak akan dapat mengembangkan kemampuan kreatif siswa
jika dirinya tidak kreatif. Jadi, kreativitas guru tidak boleh
melumpuhkan kreativitas siswanya. Sebaliknya, agar guru
dapat mengembangkan kreativitas siswanya, maka terlebih
dahulu dia dapat mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang
kreatif dan memiliki kreativitas.18
17 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,
Depok, 10 Juni 2020 18 Sumiarti, “Pusat Studi Pendidikan dan Kreativitas Anak”, dalam Jurnal
Educreate, Vol. 1 Agustus 2016, h. 19
88
Siswa
Faktor pendukung keberhasilan selanjutnya yakni
berasal dari siswa SMP Islam Plus Az-Zahra kelas IX itu
sendiri. Siswa yang senang dalam mengikuti kegiatan literasi
ini menjadi faktor pendukung kreativitas dengan adanya
kegiatan literasi ini. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
oleh Ibu Latifah Hanum, sebagai berikut:
Anak-anak benar-benar senang dengan kegiatan ini,
bahkan ketika mereka menampilkan dan
mempresentasikan hasil buku yang dia baca atau
pemahaman mereka dengan isi buku yang ia baca,
mereka membuatnya dengan slide-slide yang lebih
canggih dari gurunya, jadi itu faktor pendukung
kreativitas mereka dengan adanya kegiatan literasi di
sekolah ini.19
Gambar 4.6
(Kegiatan Siswa sedang berdiskusi)
19 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,
Depok, 10 Juni 2020
89
Hal ini terbukti dengan kesan siswa yang sangat
terkesan dalam mengikuti kegiatan literasi ini. Sebagaimana
kesan yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara Online,
dari salah satu siswa kelas IX, yakni sebagai berikut:
Saya sangat senang kak dengan kegiatan literasi di
sekolah, karena dengan adanya kegiatan literasi di
sekolah kreativitas saya tuh semakin meningkat
dengan menggunakan teknologi, juga bisa membangun
kesadaran literasi bagi saya, apalagi ketika saya tahu
bahwa negara Indonesia budaya literasinya sangat
rendah.20
Sekolah atau Yayasan
Faktor pendukung selanjutnya yang menjadi pendukung
keberhasilan dari implementasi program literasi ini yaitu dari
sekolah atau yayasan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu
Latifah Hanum, sebagai berikut:
Faktor pendukung selanjutnya yaitu yayasan yang sangat
mendukung program literasi ini, sekolah juga biasanya
di bulan bahasa itu sekolah di fasilitasi membeli buku.
Kan biasanya di JCC itu ada pameran buku ya nah
disana biasanya kita hunting buku. Cuman di sayangkan
bugdet kita memang hanya untuk setahun sekali dan di
batasi juga, tapi alhamdulillah kita sudah di dukung
seperti itu.21
b. Faktor Penghambat
Dari Implementasi Program Unggulan Literasi Dalam
Meningkatkan Kreativitas Siswa SMP Islam Plus Az-Zahra ini
ada beberapa faktor penghambat keberhasilan kegiatan ini.
20 Hasil Wawancara Online dengan Salah Satu Siswa Kelas IX, Al Mukarromah
Adnan, 13 Agustus 2020 21 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,
Depok, 10 Juni 2020
90
Menurut Ibu Latifah Hanum ada satu faktor penghambat yang
mempengaruhi kegiatan ini. Sebagaimana yang diungkapkan
beliau, sebagai berikut:
Faktor penghambat dalam kegiatan ini salah satunya yaitu
kurangnya buku. Karena kegiatan kita membaca ini
memang karena kita minim dalam pengadaan buku,
biasanya kita mewajibkan anak yang membawa bukunya.
Tetapi dengan kita menseleksi dulu buku apa yang dia
baca, kemudian kalau pun misalnya siswa ada yang tidak
membawa buku, ya mau ga mau kita beri sanksi dengan
sanksi dia kita beri tugas untuk menulis sebuah ayat
sekian kali atau menulis asmaul husna. Dengan sanksi
begitu, kita ada tujuan supaya tulisan anak lebih bagus dan
lebih rapi baik tulisan bahasa indonesia maupun tulisan
arab.22
Berdasarkan penemuan di atas, peneliti menunjukkan bahwa
faktor pendukung implementasi program literasi dalam meningkatkan
kreativitas siswa di SMP Islam Plus Az-Zahra, yakni sebagai berikut:
Adanya komitmen para guru untuk selalu mendukung kegiatan
literasi yang sudah dibentuk di sekoah ini;
Adanya perilaku baik yang selalu ditunjukkan dari para guru;
Adanya semangat yang baik dari para siswa kelas IX dengan
adanya kegiatan literasi ini; dan
Adanya fasilitas dari sekolah atau yayasan untuk hunting buku.
Sedangkan faktor penghambat dari implementasi program
literasi dalam meningkatkan kreativitas siswa di SMP Islam Plus Az-
Zahra yakni kurangnya buku sehingga siswa harus membawa buku
sendiri-sendiri, dan terkadang siswa yang tidak disiplin, tidak
membawa buku bacaannya.
22 Hasil Wawancara dengan Koordinator Bidang Akademik, Ibu Latifah Hanum,
Depok, 10 Juni 2020
91
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data peneliti menyimpulkan bahwa
program unggulan literasi dalam meningkatkan kreativitas siswa SMP
Islam Plus Az-Zahra sudah cukup baik. Berdasarkan hasil tersebut
peneliti menyimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis peneliti, implementasi program unggulan literasi
dalam meningkatkan kreativitas siswa SMP Islam Plus Az-Zahra
memberikan kontribusi yang besar dalam menciptakan sekolah yang
lebih baik. Hal yang dirasakan dari kegiatan literasi ini terutama bagi
siswa sangat membantu dalam meningkatkan kualitas belajar,
menambah wawasan pengetahuan serta meningkatkan kreativitas
dalam menulis. Penerapan kegiatan literasi ini memberikan efek yang
sangat baik dan sangat positif dalam meningkatkan kemampuan siswa
terutama dalam meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan
berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah.
2. Faktor pendukung dan penghambat sebagai kontribusi implementasi
program unggulan literasi dalam meningkatkan kreativitas siswa SMP
Islam Plus Az-Zahra yaitu adanya komitmen para guru untuk selalu
mendukung kegiatan literasi yang sudah dibentuk di sekoah ini,
adanya perilaku baik yang selalu ditunjukkan dari para guru, adanya
semangat yang baik dari para siswa kelas IX dengan adanya kegiatan
literasi ini; dan adanya fasilitas dari sekolah atau yayasan untuk
hunting buku. Sedangkan faktor penghambat dari implementasi
program literasi dalam meningkatkan kreativitas siswa di SMP Islam
Plus Az-Zahra yakni kurangnya buku sehingga siswa harus membawa
92
buku sendiri-sendiri, dan terkadang siswa yang tidak disiplin, tidak
membawa buku bacaannya.
B. Saran
Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan di SMP Islam
Plus Az-Zahra yang kemudian di analisis dan disimpulkan, maka peneliti
dapat memberi saran agar kegiatan ini ditingkatkan lagi, jangan sampai
ditiadakan. Kemudian, kegiatan ini jangan hanya diadakan untuk di kelas
IX, tetapi diadakan secara bertahap dari kelas VII, dan kelas VIII,
sehingga implementasi program unggulan literasi dalam meningkatkan
kreativitas siswa SMP Islam Plus Az-Zahra dapat terlaksana dengan lebih
baik.
93
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus dkk, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan
Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis,
Jakarta: Bumi Aksara, 2017.
Adib, M. Afiqul Adib, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Surat Al-‘Alaq
Ayat 1-5 Menurut Tafsir al-Mishbah dan Penerapannya dalam
Pembelajaran”, Skripsi, Malang: Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim, 2019. Tidak diterbitkan (t.d).
Ahmadi, Farid dan Hamidulloh Ibda, Media Literasi Sekolah, Semarang: CV
Pilar Nusantara, 2018.
Al-Jafi, Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Ibnu Ibrahim bin
Maghirah bin Bardazibah al-Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut-Lebanon:
Darul Kitab al-‘Ilmiyah, 1992
Al-Qur`an dan Terjemahan, Jakarta: PT. Almahira, 2016.
Andina, Elga, “Pentingnya Literasi bagi Peningkatan Kualitas Pemuda”,
dalam Majalah Info Singkat, Vol. IX No. 21 November 2017.
Anggito, Albi dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Sukabumi: CV Jejak, 2018.
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian, Bandung: Rosdakarya, 2006
Azis, Moh. Saiful, “Implementasi Kultur Literasi Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca, Menulis dan Berpikir Kritis Siswa SD Plus Al-
Kautsar Malang”, Skripsi, Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2017.
Tidak diterbitkan (t.d).
Budiarti, Yesi, “Pengembangan Kemampuan Kreativitas dalam Pembelajaran
IPS”, dalam Jurnal Promosi, Vol. 3 No. 1 2015.
Depdiknas, Standar Kompetensi Guru, Jakarta: Depdiknas, 2004.
Destyaningrum, Annisa Destyaningrum, “Kecerdasan Spiritual dalam
Perspektif Al-Qur`an Surat An-Nahl Ayat 78”, Skripsi, Semarang:
Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2019. Tidak diterbitkan (t.d).
94
Dimyati dan Mujiyono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
Endaryanta, Eruin, “Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah di SD
Kristen Kalam Kudus dan Sd Muhammadiyah Suronatan”, Skripsi,
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2017. Tidak diterbitkan
(t.d).
Endswarna, Suwardi, Literasi Sastra, Yogyakarta: Morfalingua, 2017.
Faizah, Dewi Utama dkk, Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar,
Jakarta: Diktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.
Fakar, Siti Partimah, “Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup”, Skripsi,
Bengkulu: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup, 2018. Tidak
diterbitkan(t.d).
Furchan, Arif, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Malang: Pustaka
Belajar, 2007.
Harras, Kholid dkk, Membaca I, Jakarta: Universitas Terbuka, 2011.
Hasnawati, “Pentingnya Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar
Pendidikan Agama Islam di SDN 198 Toweleng Kabupaten Soppeng”,
Skripsi, Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2011.
Tidak diterbitkan (t.d).
Irianto, Putri Oviolanda dan Lifia Yola Febrianti, “Pentingnya Penguasaan
Literasi bagi Generasi Muda Dalam Menghadapi MEA”, Mei 2017.
Kemendikbud, Indeks Aktivitas Literasi Membaca 34 Provinsi, Jakarta:
Puslitjakdikbud, 2019.
Kemendikbud, Materi Pendukung Literasi Baca Tulis, Jakarta, 2017.
Kurniawan, Asep, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2018.
95
Kurniawati, Atik, “Strategi Pembelajaran untuk Mengembangkan Kreativitas
Peserta Didik”, Makalah, Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta,
2017. Tidak diterbitkan (t.d).
Laelah, Rohmatul, “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah sebagai Upaya
Penanaman Nilai-Nilai Revolusi Mental pada Siswa di MIN 2 Sleman”,
Tesis, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2018. Tidak diterbitkan (t.d).
Makmur, Agus, “Efektivitas Penggunaan Metode Base Method dalam
Meningkatkan Kreativitas dan Motivasi Belajar Matematika Siswa
SMP N 10 Padangsidimpuan”, dalam Jurnal EduTech, Vol. 1 No. 1
Maret 2015.
Malawi, Ibadullah dkk, Pembelajaran Literasi Berbasis Sastra Lokal,
Magetan: CV. AE Media Grafika, 2017.
Miranda, Dian, “Upaya Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia
Dini di Kota Pontianak”, Skripsi, Pontianak: Universitas Tanjungpura,
2016. Tidak diterbitkan (t.d).
Muliawan, Jasa Ungguh Muliawan, Metode Penelitian Pendidikan dengan
Studi Kasus, Yogyakarta: Gava Media, 2014.
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2015.
Munandar, Utami, Anak Unggul Berotak Prima, Jakarta: PT. Gramedia,
2002.
Nazir, Moh, Metode Penelitian, Bogor: Ghalica Indonesia, 2015.
Noor, Juliansyah, Metodologi Penelitian, Jakarta: Kencana, 2012.
Padmadewi, Ni Nyoman dan Luh Putu Artini, Literasi di Sekolah dari Teori
ke Praktik, Bali: Nilacakra, 2018.
Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Pertama, Kemendikbud, Jakarta,
2015.
Prabowo, Aan dan Heriyanto, “Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik (E-
BOOK) oleh Pemustaka di Perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang”,
96
dalam Jurnal Ilmu Perpustakaan, Vol. 2 Nomor 2 April 2017. Tidak
diterbitkan (t.d)
Rachmawati, Yeni dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas
Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Kencana, 2011.
Rohani, “Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Media Bahan
Bekas”, dalam Jurnal Raudhah, Vol. 05 No. 02 Juli-Desember 2017.
Salinan Lampiran I, tentang Perubahan Permendikbud tentang Kurikulum
2013 SMP/Mts, Nomor 35 Tahun 2018.
Saparahayuningsih, Sri, “Peningkatan Kecerdasan dan Kreativitas Siswa”,
dalam Jurnal Kependidikan Dasar, Vol. 1 No. 1 September 2010.
Sari, Sriti Mayang, “Peran Ruang dalam Menunjang Perkembangan
Kreativitas Anak”, dalam Jurnal Dimensi Interior, Vol. 3 No. 1 Juni
2005.
Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Tangerang: PT. Lentera Hati, 2016.
Sitepu, Ayu Sri Menda BR, Pengembangan Kreativitas Siswa, Medan:
Guepedia, 2019.
Soelaiman, Joice Ishak, Kreativitas dalam Berkarya, Semarang: CV Krida
Karya, 2016.
Subagyo, Joko, Metode Penelitian dalam Teori & Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2011.
Sudarto, “Keterampilan dan Nilai sebagai Materi Pendidikan dalam
Perspektif Islam”, dalam Jurnal Al Lubab, Vol. 1 No. 1 Tahun 2016.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandug: PT
Alfabeta, 2016.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.
Sumiarti, “Pusat Studi Pendidikan dan Kreativitas Anak”, dalam Jurnal
Educreate, Vol. 1 Agustus 2016.
97
Sutopo, H.B, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS Press, 2006.
Trisnawati, Hawa Ajeng, “Pelaksanaan Kegiatan Literasi dalam
Pembentukan Karakter Siswa di Sekolah Tara Salvia Ciputat (Analisis
Deskriptif pada Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar Tara Salvia
Ciputat)”, Skripsi, Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, 2018. Tidak diterbitkan (t.d).
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Tujuan Pendidikan Nasional.
Warsihna, Jaka, “Meningkatkan Literasi Membaca dan Menulis dengan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)”, dalam Jurnal Kwangsan,
Vol. 4 No. 2 Desember 2016.
Yanggo, Huzaemah, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi,
Tanggerang: IIQ Press, 2011.
99
LAMPIRAN I
PEDOMAN WAWANCARA
1. Wawancara dengan Guru IPA dan Wali Kelas IX
a. Sejak kapan program unggulan karya literasi berjalan?
b. Mengapa program unggulan karya literasi diadakan di sekolah ini?
c. Menurut Ibu, apa pengertian literasi secara umum?
d. Bagaimana tanggapan dari adanya program unggulan karya
literasi?
e. Strategi apa yang Ibu terapkan agar siswa dapat benar-benar
mengikuti program tersebut untuk memenuhi kreativitas setiap
siswa?
f. Bagaimana prosedur penilaian peserta didik terhadap program
tersebut?
g. Bagaimana bentuk kegiatan yang terkait dengan program
tersebut?
h. Adakah faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program
unggulan karya literasi?
i. Bagaimana tingkat kreativitas siswa dengan adanya program
tersebut?
j. Menurut Ibu, seberapa penting program unggulan karya literasi
ini bagi siswa dalam meningkatkan kreativitas siswa itu sendiri?
k. Indikator pencapaian program unggulan karya literasi?
l. Menurut Ibu, sudah berhasil kah/sudah berapa persen bagi sekolah
dalam menerapkan program unggulan karya literasi, sudah sejauh
mana hasilnya?
m. Apa saran/keinginan Ibu untuk program tersebut untuk ke
depannya?
100
2. Wawancara dengan perwakilan kelas IX SMP Islam Plus Az-
Zahra Depok
a. Apakah kalian merasa senang dengan adanya kegiatan literasi?
b. Adakah kesulitan yang kalian rasakan ketika kegiatan
berlangsung?
c. Bagaimana para guru/pembimbing mengawasi kalian selama
kegiatan berlangsung?
d. Adakah efek/perubahan yang kalian rasakan setelah mengikuti
kegiatan literasi?
101
LAMPIRAN II
PEDOMAN OBSERVASI
1. Keadaan dan letak geografis SMP Islam Plus Az-Zahra
2. Kondisi sekolah dan lingkungan
3. Kondisi sarana dan prasarana sekolah
4. Bagaimana keadaan guru dan siswa SMP Islam Plus Az-Zahra
5. Apa saja yang disiapkan guru dan siswa ketika kegiatan berlangsung
6. Kondisi sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan literasi
7. Keadaan siswa ketika kegiatan literasi berlangsung
8. Peningkatan siswa setelah melaksanakan kegiatan literasi
9. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengikuti kegiatan literasi
102
LAMPIRAN III
PEDOMAN DOKUMEN
1. Letak geografis SMP Islam Plus Az-Zahra
2. Visi dan Misi SMP Islam Plus Az-Zahra
3. Identitas SMP Islam Plus Az-Zahra
4. Struktur Organisasi
5. Laporan Sekolah Kegiatan Literasi
6. Buku Kumpulan Karya Tulis Siswa
103
LAMPIRAN IV
FIELD NOT
Judul : Penyerahan Surat Izin Penelitian
Informan : Bapak Luqman Wibisono, S. Sos.i
Tempat : Ruang Kepala Sekolah SMP Islam Plus Az-zahra
Waktu : Rabu, 22 Januari 2020 Pukul 11.00 WIB
Hari Rabu tanggal 22 Januari 2020 saya pergi ke SMP Islam Plus Az-
Zahra untuk menyerahkan surat izin penelitian. Setelah sampai di sekolah
saya langsung bertemu dengan Bapak Luqman karena sebelumnya sudah
dikabarkan melalui Via Whatsapp dan kebetulan juga saya kenal melalui
teman saya yang pernah jadi murid beliau di SD Az-Zahra. Setelah itu saya
sampaikan mengenai surat izin penelitian di SMP Islam Plus Az-Zahra terkait
program unggulan literasi ini dan meminta izin langsung kepada Bapak
Luqman Wibisono.
Peneliti : Assalamu’alaikum Pak
Bapak Luqman : Wa’alaikumussalam, mari Siva silahkan duduk
Peneliti : Ya Pak, terima kasih sebelumnya Pak
Bapak Luqman : Suratnya sudah Bapak terima kok Siva, sangat boleh,
saya sangat izinkan untuk penelitian disini. jurusan
PAI di IIQ? Ini berarti mau teliti program literasi nya?
Peneliti : Iya Pak, PAI. Betul Pak, saya tertarik dengan
program unggulan itu
Bapak Luqman : program literasi ini kan untuk kelulusan kelas IX, jadi
program ini kita buat puisi, cerita pendek, dan karya
ilmiah. Nanti kalau ada apa-apa langsung tanya saja
sama saya boleh atau sama bu Latifah Koordinator
Akademik nya juga boleh
104
Peneliti : Baik Pak, terima kasih ya Pak atas izin dan
bantuannya
Bapak Luqman : Ya sama-sama. Nanti kalu sudah selesai skripsinya
saya sekalian minta copy nya ya untuk jadi laporan
sekolah juga, kenang-kenangan juga buat sekolah.
Kalau mau wawancara langsung saja datang ke
sekolah ya
Peneliti : Oh iya Pak, boleh, terima kasih ya pak sekali lagi,
kalu gitu sampai sini dulu ya Pak. Assalamu’alaikum
Bapak Luqman : Ya Siva, Wa’alaikumussalam
105
Judul : Wawancara dengan subjek penelitian
Informan : Ibu Latifah Hanum (Guru IPA dan Wali Kelas IX)
Tempat : Ruang Perpustakaan SMP Islam Plus Az-Zahra
Waktu : Rabu, 10 Juni 2020 Pukul 11.00 WIB
Peneliti : Assalamu’alaikum Ibu.
Ibu Latifah : Wa’alaikumussalam Siva, ya baik langsung saja ya
Peneliti : Baik Bu. Sejak kapan program unggulan literasi diadakan?
Ibu Latifah : Sejak awal adanya sekolah ini, sejak tahun 2006
Peneliti : Mengapa program literasi diadakan di sekolah ini?
Ibu Latifah : Supaya siswa senang membaca, walaupun namanya literasi
itu bukan identik dengan membaca saja, hal-hal yang lain ada.
Memang pada awalnya tujuannya supaya siswa hobby bahkan
senang membudaya nama membaca itu.
Peneliti : Menurut Ibu, apa pengertian literasi itu sendiri?
Ibu Latifah : Menurut saya, literasi merupakan kemampuan individu atau
seseorang dalam membaca. Membaca disini sangat luas tidak
hanya membaca buku atau apa, membaca situasi keadaan juga
bisa, kemampuan menghitung, berkomunikasi, atau bahkan
memecahkan masalah juga bisa.
Peneliti : Bagaimana tanggapan Ibu dengan adanya program literasi
ini?
Ibu Latifah : Tanggapan saya dengan adanya program ini sangat baik yaa,
sangat positif, kenapa? Karena pertama memang kita ketahui
hasil penelitian pun Indonesia itu masih di posisi paling bawah
dalam hal membudaya membaca. Jadi, dengan adanya
program ini Dinas Pendidikan pun mengadakan tujuannya
memang itu. Pada awalnya melihat kondisi seperti ini memang
106
sangat disayangkan, jadi setiap sekolah wajib mengadakan
program ini.
Peneliti : Strategi apa yang Ibu terapkan agar siswa dapat benar-benar
mengikuti program tersebut untuk memenuhi kreativitas
siswa?
Ibu Latifah : Kalau dulu sebelum Dinas Pendidikan mewajibkan. Dulu
kita awalnya itu salah satunya memang dalam seminggu itu
ada waktu 30 menit anak-anak kita bawa ke perpustakaan
untuk membaca buku bebas, mau buku apa saja tanpa kita
batasi, dengan catatan kita sudah menseleksi buku-buku itu
sejajar dengan usianya. Setelah itu 5-6 tahun, mungkin lebih
sistematis lagi, anak-anak membaca kemudian dia meresume
hasil bacaannya itu. Kemudian secara acak seminggunya
anak-anak itu menampilkan hasil resumenya ke depan selama
10-15 menit, dibacakan kembali dan di simak oleh teman-
temannya. Nah, nanti untuk mengetahui teman-temannya
menyimak atau tidak, kita berikan pertanyaan. Kedua ketika
kelas IX lulus anak itu membuat sebuah karya tulis, sesuai
dengan apa yang dia minati, mau dia mengangkat tentang apa,
nanti mereka dibimbing oleh seorang pembimbing atau guru
pembimbing. Nah selama 3 bulan, nanti ada seminggu sekali
bimbingan atau misalnya mendekati untuk sidang karya
tulisnya. Nanti mungkin seminggu ada beberapa kali sesuai
dengan kemampuan anak tadi, atau intensitas dia sudah
memenuhi belum, karena syarat untuk mengikuti karya tulis
ini minimal dia bimbingan 8 kali pertemuan.
Peneliti : Bagaimana prosedur penilain siswa terhadap program ini
Bu?
107
Ibu Latifah : Untuk penilaiannya setiap minggu itu kita memang ada
penanggungjawabnya khusus kegiatan literasi, jadi setiap
pembimbing itu yang ditanggungjawabkan tadi dia menilai
salah satunya. Jadi ketika salah satu anak itu, satu kita menilai
ketika dia membaca secara keseluruhan. Kedua, ketika anak
tampil ke depan, semampu apa dia menyampaikan kembali,
mempresentasikan kembali hasil buku yang dia baca, sepaham
apa dengan isi buku itu. Nanti nilai yang di pegang
penanggungjawab diberikan kepada walikelas.
Peneliti : Bagaimana bentuk kegiatan yang terkait dengan program
literasi ini?
Ibu Latifah : Yang terkait dalam kegiatan literasi ini, pertama ketika anak
lulus kelas IX anak itu membuat sebuah karya tulis, sesuai
dengan apa yang dia minati, mau dia mengangkat tentang apa,
nanti dibimbing oleh seorang pembimbing atau guru
pembimbing. Nah selama 3 bulan, nanti ada seminggu sekali
bimbingan, atau misalnya mendekati untuk sidang karya
tulisnya. Nanti seminggu ada beberapa kali sesuai dengan
kemampuan anak tadi, atau intensitas dia sudah memnuhi
belum, karena syarat untuk mengikuti karya tulis minimal
bimbingan 8 kali pertemuan. Kedua, yang terkait dengan
kegiatan ini ketika di bulan bahasa. Di bulan bahasa, anak-
anak kita lombakan dia membuat berbagai macam seperti
membuat puisi, atau bahkan cerita pendek, nah nanti kita
bukukan, jadi buku itu dalam bentuk kumpulan karya siswa.
Peneliti : Adakah faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
program literasi tersebut?
108
Ibu Latifah : Faktor pendukung dari meningkatnya kreativitas dengan
adanya kegiatan literasi ini saya liat dipengaruhi dari tiga
faktor yaitu guru atau pembimbing kegiatan tersebut, siswanya
pasti yaa dan sekolah atau yayasan juga. Pertama, faktor
utama pendukung kegiatan ini yaa guru kak, guru juga
sekaligus pembimbing kegiatan ini, kan fungsi guru bukan
hanya sebagai transfer ilmu saja, melainkan segalanya yang
baik harus kita berikan kepada siswa. Kedua, Anak-anak
benar-benar senang dengan kegiatan ini, bahkan ketika mereka
menampilkan dan mempresentasikan hasil buku yang dia baca
atau pemahaman mereka dengan isi buku yang ia baca,
mereka membuatnya dengan slide-slide yang lebih canggih
dari gurunya, jadi itu faktor pendukung kreativitas mereka
dengan adanya kegiatan literasi di sekolah ini. Faktor
pendukung selanjutnya yaitu yayasan yang sangat mendukung
program literasi ini, sekolah juga biasanya di bulan bahasa itu
sekolah di fasilitasi membeli buku. Kan biasanya di JCC itu
ada pameran buku ya nah disana biasanya kita hunting buku.
Cuman di sayangkan bugdet kita memang hanya untuk
setahun sekali dan di batasi juga, tapi alhamdulillah kita sudah
di dukung seperti itu. Sedangkan faktor penghambat dalam
kegiatan ini salah satunya yaitu kurangnya buku. Karena
kegiatan kita membaca ini memang karena kita minim dalam
pengadaan buku, biasanya kita mewajibkan anak yang
membawa bukunya. Tetapi dengan kita menseleksi dulu buku
apa yang dia baca, kemudian kalau pun misalnya siswa ada
yang tidak membawa buku, ya mau ga mau kita beri sanksi
dengan sanksi dia kita beri tugas untuk menulis sebuah ayat
109
sekian kali atau menulis asmaul husna. Dengan sanksi begitu,
kita ada tujuan supaya tulisan anak lebih bagus dan lebih rapi
baik tulisan bahasa indonesia maupun tulisan arab.
Peneliti : Bagaimana tingkat kreativitas siswa dengan adanya program
tersebut?
Ibu Latifah : Tingkat kreativitas siswa disini dengan adanya kegiatan
literasi ini, kita bisa bedakan dulu dengan sekarang. Memang
ada signifikan atau peningkatannya yaa. Contohnya, untuk
karya tulis ini dulu kita tidak mewajibkan anak sekian buku
atau sekian sumber buku yang dia baca, nah sekarang ini kita
mewajibkan minimal 3 buku yang dia punya, jadi mau tidak
mau seorang anak minimal punya 3 buku bacaan. Kalu dulu
satu buku atau bahkan mengambil (copy paste) di internet saja
sudah bisa, gitu kan? Nah kita supaya lebih kuat, si anak wajib
punya buku ketika sidang pun si anak wajib membawa buku,
nanti ditunjukkan ke pengujinya. Kemudian, kreativitasnya
juga dalam mendesain slide untuk presentasi itu memang kita
lihat bahkan anak-anak lebih canggih membuatnya, memang
kalau untuk multimedia anak kita lebih kreatif di bandingkan
gurunya mungkin. Apalagi selama pandemi ini ya, anak-anak
memang di tuntut dalam bentuk online dan sebagainya dalam
penugasan-penugasan pun anak-anak lebih bagus
kreativitasnya terutama dalam multimedia, karena kan yang
namanya literasi ini tidak hanya membaca dan menulis tetapi
banyak bidangnya salah satunya dalam teknologi.
Peneliti : Menurut Ibu, seberapa penting program ini bagi siswa dalam
meningkatkan kreativitas siswa itu sendiri?
110
Ibu Latifah : Sangat penting ya, karena memang jangan sampai kita
ketinggalan teknologi, karena itu memang sangat dibutuhkan,
seiring dengan berjalannya waktu. Siswa juga di tuntut ketika
dia menghadapi dunia luar nanti, dia lebih siap
menghadapinya, mau itu dalam bidang apapun, tidak
terkhusus dalam bidang IT dan sebagainya, dalam hal
memecahkan masalah juga, mungkin ketika di sekolah beda.
Ketika menghadapi dunia luar begini loh, sudah siap belum
dia menyelesaikan masalah-masalah tadi. Apalagi di zaman
sekarang ini, tidak terfokus hanya di sekolah dia dapat ilmu
pendidikan, tetapi mesti sosial dia lebih siap juga. Makanya
untuk level SMP, ketika dia masuk SMA beda lagi dunia yang
di hadapi, masalah juga mungkin lebih kompleks.
Peneliti : Adakah indikator pencapaian dalam program literasi ini?
Ibu Latifah : Salah satu si anak itu pasti di karya literasi tadi untuk
mencapainya itu. Pertama, si anak wajib memiliki buku
bacaan, bisa buku bisa juga nanti dari berbagai sumber baik
itu dari internet, minimal 10 sumber bacaan. Kalau sudah 10
bacaan itu poinnya sudah bagus, paling bagus 10 ke atas. Jadi
kita memang ada skalanya, yaitu poin 1 s/d poin 4, poin 4 jika
dia memiliki diatas 10 sumber bacaan, poin 3 itu pas 10
sumber bacaan, nah kalau poin 2 ke bawah yaa itu biasanya 6-
8 sumber bacaan. Nah ini salah satu indikator dalam bentuk
penilaian. Kemudian dalam bentuk ketika dia menulis itu ada
sistematisnya. Ketika misalnya judul, isi dan kesimpulan itu
saling terkait atau tidak. Itu pencapaiannya, kalau kita bilang
mencapai target atau kelulusan tidak dia dalam membuat
karya tulis tadi. Kemudian dalam hal penulisan, salah dalam
111
hal apa menulisnya, mengetik misalnya dan sebagainya,
sebanyak atau sedikit apa kesalahan yang dia buat ketika dia
menulis. Ketika anak menulis kita sudah berikan buku
panduan literasi dan pembimbing juga kita fasilitasi atau kita
siapkan. Nah kadang-kadang memang tidak semua anak yang
mau bimbingan dalam seminggu, atau membaca dalam
seminggu, ada anak yang lupa membawa buku walaupun kelas
IX kita wajibkan untuk membuat karya tulis ini, itu
kendalanya.
Peneliti : Menurut Ibu, sudah berhasilkah/sudah berapa persen bagi
sekolah dalam menerapkan program literasi ini?
Ibu Latifah : Kalau kita bilang berhasil, alhamdulillaah sudah. Buktinya
apa? Gitu yaa. Ketika lulus dari sini, ketika dia di sekolah
lanjutan, jadi ilmu yang dia dapat disini itu dia sangat
bersyukur banget, dia sudah mendapatkan itu disini. Ketika
dia di SMA atau di sekolah lanjutan yang ia temui, dia tidak
blank, dia membandingkan sama teman-temannya yang bukan
alumni sini. Jadi, banyak teman-temannya menanyakan ke dia.
Walaupun memang kalau istilahnya bersakit-sakit dahulu ya
bersenang-senang kemudian. Memang, ketika di kelas IX
memang mungkin sangat memusingkan dengan membuat
karya tulis tadi, tetapi ketika di SMA itu semua ilmunya di
pakai, setiap ada tugas pasti dalam bentuk laporan tadi. Nah, si
anak sudah mendapatkan basic di SMP nya.
112
Judul : Wawancara dengan subjek penelitian
Informan : Edith Indah Lestari (Salah satu siswa kelas IX SMP Islam
Plus Az-Zahra)
Tempat : Via Online Call Whatsapp
Waktu : Rabu, 12 Agustus 2020 Pukul 13.00 WIB
Deskripsi Data
Pada hari Rabu 12 Agustus 2020 peneliti melakukan wawancara online Via
Online Call dikarenakan adanya pandemic Covid-19 yang menyebabkan
tidak memungkinkan untuk bertemu langsung.
Peneliti : Assalamu’alaikum dek, maaf sebelumnya saya Siva, kuliah
di IIQ semester 8. Kakak sedang penelitian di Az-Zahra
tentang program literasi di sekolah, makanya kakak ingin
wawancarai adek, tanya-tanya sedikit ke adek selaku
perwakilan kelas IX. Boleh kan?
Edith : Wa’alaikumussalam, iya kak boleh banget
Peneliti : Mulai yah. Apakah adek merasa senang dengan adanya
program literasi di sekolah?
Edith : Senang banget kak
Peneliti : Adakah kesulitan yang adek dan teman-teman rasakan ketika
program ini berlangsung?
Edith : Ada kak, terkadang suka ga paham sama isi bukunya, terus
juga ada kata yang sulit di mengerti.
Peneliti : Oh gitu, bagaimana para guru/pembimbing mengawasi kalian
selama program ini berlangsung?
Edith : Para guru membimbing kami dengan baik, jika ada yang sulit
di mengerti sama guru dijelaskan kak.
113
Peneliti : Kemudian, setelah adanya program ini di sekolah, adakah
efek/perubahan yang kalian rasakan?
Edith : Alhamdulillah ada kak, awalnya saya malas banget baca
buku cerita novel gitu, tapi setelah adanya program literasi di
sekolah saya jadi ingin terus baca buku novel kak, terus juga
menjadi menambah wawasan.
Peneliti : Wah alhamdulillah dong, berarti bermanfaat banget yaa dek
program nya?
Edith : Iya kak, karena saat program ada beberapa siswa yang
disuruh maju ke depan untuk menceritakan kembali isinya dan
hikmahnya, jadi kita juga enak dan paham tanpa membaca
buku yang lain kita bisa tahu isi bukunya juga.
Peneliti : Oh gitu, semoga ke depannya lebih minat lagi ya de
membaca bukunya
Edith : Aamiin, terima kasih ya kak
Peneliti : Yasudah kalau gitu, terima kasih ya dek sudah meluangkan
waktunya buat di wawancarai, di tutup dulu ya.
Assalamu’alaikum.
Edith : Iya kak sama-sama. Wa’alaikumussalam kak.
114
Judul : Wawancara dengan subjek penelitian
Informan : Almukarromah Adnan (Salah satu siswa kelas IX SMP Islam
Plus Az-Zahra)
Tempat : Via Online Call Whatsapp
Waktu : Kamis, 13 Agustus 2020 Pukul 13.00 WIB
Deskripsi Data
Pada hari Kamis 13 Agustus 2020 peneliti melakukan wawancara online Via
Online Call dikarenakan adanya pandemic Covid-19 yang menyebabkan
tidak memungkinkan untuk bertemu langsung.
Peneliti : Assalamu’alaikum dek, maaf sebelumnya saya Siva, kuliah
di IIQ semester 8. Kakak sedang penelitian di Az-Zahra
tentang program literasi di sekolah, makanya kakak ingin
wawancarai adek, tanya-tanya sedikit ke adek selaku
perwakilan kelas IX. Boleh kan?
Edith : Wa’alaikumussalam, iya kak boleh banget
Peneliti : Mulai yah. Apakah adek merasa senang dengan adanya
program literasi di sekolah?
Edith : Senang, karena adanya kegiatan literasi di sekolah bisa
membangun kesadaran literasi bagi saya
Peneliti : Adakah kesulitan yang adek dan teman-teman rasakan ketika
program ini berlangsung?
Edith : Ada kak, karena banyak diantara teman-teman saya yang
tidak terlalu suka mmebaca, jadi lebih suka bermain game
yang ada di gadget mereka, sehingga kemampuan literasi
mereka tidak begitu baik.
Peneliti : Oh gitu, bagaimana para guru/pembimbing mengawasi kalian
selama program ini berlangsung?
115
Edith : Para guru membimbing kami dengan baik, mereka
membimbing kamu dengan ikut serta dalam kegiatan literasi
tersebut.
Peneliti : Kemudian, setelah adanya program ini di sekolah, adakah
efek/perubahan yang kalian rasakan?
Edith : Kalau bagi saya sendiri Alhamdulillah ada kak, apalagi
ketika itu di sekolah ada guest atau bintang tamu yang hadir
pada saat itu dan menceritakan pengalamannya sebagai penulis
dan orang yang gemar dalam dunia literasi, dengan cerita-
ceritanya saya jadi terinspirasi dan jadi minat dalam membaca
atau dunia literasi itu sendiri.
Peneliti : Wah alhamdulillah dong, semoga ke depannya lebih minat
lagi ya de membaca bukunya
Edith : Aamiin, terima kasih ya kak
Peneliti : Yasudah kalau gitu, terima kasih ya dek sudah meluangkan
waktunya buat di wawancarai, di tutup dulu ya.
Assalamu’alaikum.
Edith : Iya kak sama-sama. Wa’alaikumussalam kak.
125
CURRICULUM VITAE
Siva Octaviani lahir di Jakarta, pada tanggal 20
Oktober 1998. Anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan
dari Bapak Achmad dan Ibu Sapuroh. Penulis
menyelesaikan pendidikan sekolah di SDN 03 Pagi
Tanjung Barat pada tahun 2010. Pada tahun itu juga
penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 239
Jakarta dan tamat pada tahun 2013. Kemudian
melanjutkan MAN 13 Jakarta dan tamat pada tahun 2016.
Pada tahun itu juga penulis melanjutkan pendidikan perguruan tinggi,
tepatnya di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta Fakultas Tarbiyah Program
Studi Pendidikan Agama Islam (PAI).
Dengan demikian, motivasi tinggi untuk belajar dan selalu berusaha,
Alhamdulillah penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Semoga dengan
penulisan skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia
pendidikan.