Laporan Sektor Unggulan 497 Kabupaten/Kota Indonesia

226
Kelompok Kerja Untuk Daya Saing Indonesia Univesitas Gadjah Mada, Yogyakarta Laporan 2014

Transcript of Laporan Sektor Unggulan 497 Kabupaten/Kota Indonesia

i

Kelompok Kerja Untuk Daya Saing Indonesia Univesitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Laporan 2014

ii

halaman ini sengaja dikosongkan

iii

Peta Sektor Unggulan 497 Kabupaten/Kota di Indonesia

Tim Penyusun:

Akhmad Akbar Susamto

Ma’ruful Musthofa

Amiadji Nur Kamil

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala sehingga laporan “Pemetaan

Sektor Uggulan 497 Kabupaten/Kota Indonesia” ini dapat dipublikasikan. Sesuai dengan UU

Nomor 32 dan 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah,

pemerintah pusat baik itu pemerintah pusat maupun daerah memiiki kewenangan untuk

mengelola pembangunan daerah masing-masing.

Sesuai dengan hal tersebut, laporan ini disusun dalam rangka memetakan sektor

unggulan 467 kabupaten/kota Indonesia berdasarkan sektor pembentuk PDB yang terdiri dari

9 sektor. Dengan demikian diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pengambil kebijakan dalam

menentukan arah kebijakan pembangunan sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut mendukung atas

terselesainya laporan ini.

Semoga Laporan Ini bermanfaat bagi semua pihak.

Selamat Membaca.

Yogyakarta, 10 Juni 2014

Akhmad Akbar Susamto

Koordinator KKDSI UGM

v

RANGKUMAN EKSEKUTIF

embangunan suatu negara tidak terlepas dari pembangunan daerah dan

pertumbuhan ekonomi daerah dari negara tersebut. Pembangunan dan

pertumbuhan daerah tidak terlepas dari karakteristik serta spesifikasi wilayah

tersebut. Pembangunan daerah tersebut sangat bergantung sejauh mana pemerintah daerah

dapat mengelola sumber daya dan potensi lokal daerah tersebut serta memecahkan

permasalahan yang terjadi di wilayahnya. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

yang berbeda-beda tiap wilayah terkait erat dengan peranan sektoral yang mempengaruhi

pembentukan PDRB wilayah tersebut. Perbedaan potensi dan keunggulan antara satu daerah

dengan daerah yang lainnya menjadikan sangat penting bagi setiap daerah untuk mengetahui

seberapa besar sektor-sektor yang ada dalam kontribusi terhadap PDRB daerah tersebut,

sehingga dapat menyusun dan membentuk kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan serta

potensi yang ada di daerahnya masing-masing.

Laporan ini bertujuan untuk memetakan sektor-sektor perekonomian yang menjadi

sektor unggulan 497 kabupaten atau kota di seluruh Indonesia. Pemetaan ini dilakukan secara

kuantitatif dengan menggunakan teori basis ekonomi atau sektor unggulan serta dengan

menggunakan alat analisis Static Symetric Location Quatient (SLQ) dan Dinamic Symetric

Location Quation (DSLQ). Sektor sektor perekonomian yang menjadi acuan dalam laporan ini

adalah sektor-sektor pembentuk PDRB di Indonesia, antara lain Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas,

dan Air Bersih; Konstruksi; Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi;

Keuangan, Real Estate, dan Jasa-jasa.

Berdasarkan pemetaan sektor unggulan terhadap kabupaten atau kota di seluruh

Indonesia, secara keseluruhan sektor unggulan di kabupaten atau kota di Pulau Jawa

didominasi oleh sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor listrik, gas,

dan air bersih;dan sekor konstruksi. Untuk kabupaten atau kota di wilayah Pulau Sumatera

P

vi

(termasuk Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka Belitung) sektor unggulan daerah

didominasi sektor pertanian; dan sektor konstruksi. Untuk wilayah kabupaten atau kota yang

berada di Pulau Kalimantan sektor unggulan sebagain besar terdapat di sektor pertanian;

sektor pertambangan dan penggalian dan sektor konstruksi. Sektor unggulan di wilayah

kabupaten atau kota di Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara antara lain paling banyak

dalam sektor pertanian dan sektor konstruksi. Kabupaten atau kota di wilayah Pulau Sulawesi

didominasi kategori unggulan untuk sektor pertanian dan sektor konstruksi. Untuk wilayah

kabupaten dan kota di Pulau Papua dan Kepulauan Maluku, kategori unggulan paling banyak

terdapat pada sektor pertanian dan sektor konstruksi.

vii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar iv

Rangkuman Eksekutif v

Daftar Isi vii

Pendahuluan 1

Kerangka Teori dan Metodologi 3

Pemetaan Masing-masing Sektor Pembentuk PDB 7

1. Sektor Pertanian 8

2. Sektor Manufaktur 25

3. Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan 41

4. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 57

5. Sektor Pertambangan dan Penggalian 73

6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 91

7. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 112

8. Sektor Konstruksi 126

9. Sektor Jasa-Jasa 141

Kesimpulan 156

Daftar Pustaka 157

Lampiran 160

Tentang Penulis 217

1

PENDAHULUAN

embangunan nasional tidak terlepas dari pembangunan ekonomi suatu

negara. Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensi yang

melibatkan perubahan struktur sosial, kelembagaan nasional, percepatan

pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, serta usaha pengentasan kemiskinan yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia (Todaro, 2000). Pembangunan

diidentikkan dengan upaya peningkatan pendapatan per kapita sehingga diharapkan dapat

mengurangi masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan. Oleh

karena itu strategi dalam pembangunan ekonomi dapat memacu pertumbuhan ekonomi serta

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

Dalam proses pembangunan ekonomi daerah, tidak terlepas dari pembangunan

ekonomi daerah atau regional. Pembangunan ekonomi daerah adalah proses yang dilakukan

oleh pemerintah daerah dalam mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk pola

kemitraan pemerintah daerah dan sektor swasta dalam menciptakan lapangan kerja baru dan

perangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi daerah

dipengaruhi oleh keunggulan komparatif suatu daerah, spesialisasi wilayah, serta potensi

ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut (Arsyad, 1999).

Pemerataan dalam pembangunan daerah tersebut terwujud dengan adanya otonomi

daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah berdasarkan UU Nomor 22 dan 25 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 32 dan 33 Tahun

2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Berdasarkan

undang-undang tersebut, pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam

merancang dan mengelola program pembangunan sesuai dengan keinginan dan sumberdaya

yang dimiliki oleh daerah setempat.

Salah satu indikator dalam kemajuan perekonomian daerah dapat dilihat dari

pertumbuhan ekonomi agregat yang dihitung dari Produk Domestk Bruto (PDB) dari tingkat

pertumbuhan sektoralnya, artinya apabila suatu sektor memiliki kontribusi yang relatif besar

P

2

dan pertumbuhannya sangat lambat, maka dapat menghambat pertumbuhan ekonomi secara

agregat. Sebaliknya apabila suatu sektor tersebut memiliki kontribusi yang relatif besar

terhadap total perekonomian maka sektor tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi

sekaligus dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara agregat.

Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2005-2012* (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah (2014)

Indonesia masuk dalam 20 negara dengan PDB terbesar di dunia, sehingga

menempatkan Indonesia menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia1. Besarnya

PDB tersebut didukung oleh berkembangnya sektor-sektor pembentuk PDB Indonesia. Dilihat

dari laju pertumbuhan PDB, dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan ekonomi

Indonesia stabil dikisaran angka 5-6 persen pertahun. Sementara laju pertumbuhan terbesar

didukung oleh sektor jasa yang mengalami pertumbuhan hingga 8,3 persen pada tahun 2011

dan industri sekitar 6 persen2. Dalam hal ini setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-

beda disebabkan karena perbedaan geografis dan sumberdaya yang beraneka ragam. Oleh

1 Worldbank mencatat PDB Indonesia 2012 sebesar US$ 878,043 yang berada pada posisi 16

terbesar didunia.

2 Sektor industri: sektor industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; dan sektor konstruksi,

sedangkan sektor jasa meliputi sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan

dan komunikasi; sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa.

5.69 5.5

6.356.01

4.63

6.22 6.49 6.26

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012*

Primer Industri Sektor Jasa PDB* angka sementara

3

karena itu perlu pendekatan dalam menganalisis sektor unggulan masing-masing daerah.

Laporan ini disusun untuk memetakan sektor unggulan masing-masing daerah seluruh

kabupaten dan kota di Indonesia dengan tujuan agar sektor-sektor yang menjadi unggulan

dalam penyumbang perekonomian daerah dapat dikelola secara maksimal karena sektor

unggulan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh dibandingkan dengan sektor lainnya

KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI

Pertumbuhan ekonomi daerah ditunjukkan dengan peningkatan PDRB secara agregat.

PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang ada dari seluruh sektor

perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Dalam perhitugan PDRB

berdasarkan metode produksi pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output)

dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen yang termasuk nilai tambah

bruto mencakup komponen faktor pendapatan yakni upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan

keuntungan, penysutan, dan pajak tidak langsung. Jadi dengan menghitung nilai tambah

bruto dari masing-masing sektor kemudian dijumlahkan akan menghasilkan PDRB. Sektor-

sektor pembentuk PDRB di Indonesia mencakup sembilan sektor yaitu:

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih

5. Konstruksi

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan

9. Jasa-Jasa dan Lainnya

Teori basis ekonomi atau sektor unggulan sebagaimana yang dikemukakan oleh Harry

W. Richardson (1983) menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi

daerah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar. Arsyad, 1999

menjelaskan bahwa pertumbuhan industri yang menggunakan sumberdaya lokal termasuk

tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan keunggulan daerah dan

4

penciptaan peluang kerja. Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan

mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada

sektor yang sama dengan daerah lain. Pada dasarnya sektor basis (sektor unggulan) harus

dikaitkan dengan bentuk perbandingan baik itu dalam skala internasional, nasional, maupun

regional. Pada lingkup internasional suatu sektor dikatakan unggul jika mampu bersaing

dengan sektor yang sama dengan negara lain, sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor

dapat dikategorikan unggulan apabla di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang

sama yang dihasilkan oleh wilayah lain dipasar nasional maupun domestik (Fachrurrazy, 2009).

Data-data yang digunakan untuk mengetahui output pada sektor-sektor

perekonomian adalah data PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan harga konstan tahun

2000 497 kabupaten/kota di seluruh Indonesia yang diperoleh dari data Worldbank.

Sementara, alat analisis yang digunakan untuk menganalisis sektor unggulan daerah adalah

dengan menggunakan gabungan antara analisis Static Location Quatient (LQ) dan Dinamic

Location Quation (DLQ) Metode SLQ digunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi sektor-

sektor disuatu wilayah tertentu. SLQ merupakan perbandingan antara besarnya peran suatu

sektor di satu daerah terhadap besarnya peran sektor tersebut di tingkat yang lebih luas

(Kuncoro, 2004). Untuk Menghitung Nilai SLQ formula yang digunakan adalah sebagai berikut:

𝑆𝐿𝑄𝑖 = (𝑃𝐷𝑅𝐵𝑖𝑗 (∑ 𝑃𝐷𝑅𝐵𝑗))⁄

(𝑃𝐷𝑅𝐵𝑖𝑛/(∑ 𝑃𝐷𝑅𝐵𝑛 ))

dimana:

𝑃𝐷𝑅𝐵𝑖𝑗= PDRB sektor i di kabupaten/kota j

∑𝑃𝐷𝑅𝐵𝑗 = total PDRB di kabupaten/kota j

𝑃𝐷𝑅𝐵𝑖𝑛 = PDRB nasional di sektor i

∑𝑃𝐷𝑅𝐵𝑛 = total PDRB nasional

Nilai indeks dengan rentang antara 0 ≤ SLQij ≤ ∞. Berdasarkan formulasi yang

ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka ada dua kemungkinan nilai SLQ yang dapat

ditemukan, yaitu (Bendavid-Val, 1997: 174; Kuncoro, 2007). Nilai SLQij > 1 menunjukkan

bahwa sektor i merupakan sektor unggulan daerah kabupaten/kota j, sekaligus merupakan

5

basis ekonomi untuk dikembangkan lebih lanjut oleh kabupaten/kota j. Sedangkan nilai SLQij

< 1 menunjukkan bahwa sektor i bukan merupakan sektor unggulan dari kabupaten/kota j dan

bukan merupakan basis ekonomi serta tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut.

Namun nilai SLQij memiliki kelemahan yakni menunjukkan nilai yang tidak simetris sehingga

nilainya tidak dapat diperbandingkan dua sisinya. Sehingga mengikuti Dalum et al (1998) and

Laursen (1998), Widodo dan Taufiqurrahman (2011) 3 mengembangkan menjadi Indeks

Symetric Static Location Quotient (SSLQ) yakni:

𝑆𝑆𝐿𝑄𝑖𝑗 = (𝐿𝑄𝑖𝑗 – 1) / (𝐿𝑄𝑖𝑗 + 1)

Sehingga Nilai SSLQ menjadi antara -1 hingga 1, jika nilai lebih besar dari nol,

menunjukkan bahwa kabupaten/kota j memiliki memiliki keunggulan komparatif di sektor i,

sedangkan sebaliknya jika SSLQij lebih dari nol maka kabupaten/kota j tidak memiliki

keunggulan komparatif pada sektor i.

Sedangkan DLQ merupakan modifikasi dari SLQ dengan mengakomodasi laju

pertumbuhan sektor dari waktu ke waktu. DLQ dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut (Kuncoro, et al, 2005):

𝐷𝐿𝑄𝑖𝑗 = [(1+𝑔𝑖𝑗)/(1+𝑔𝑘)

(1+𝐺𝑖𝐼)/(1+ 𝐺𝐼)]

𝑡

= 𝐼𝑃𝑃𝑆𝑖𝑗

𝐼𝑃𝑃𝑆𝑖𝐼

dimana:

𝑔𝑖𝑗 = Laju pertumbuhan nilai tambah sektor di kabupaten/kota j

𝑔𝑗 = Rata-rata laju pertumbuhan nilai tambah seluruh sektor di Indonesia

𝐺𝑖𝐼 = Laju pertumbuhan nilai tambah sektor i di Indonesia

𝐺𝐼 = Rata-rata laju pertumbuhan nilai tambah seluruh sektor di Indonesia

𝑡 = Selisih tahun akhir dan tahun awal

𝐼𝑃𝑃𝑆𝑖𝑗 = Indeks potensi pengembangan sektor i di kabupaten/kota j

𝐼𝑃𝑃𝑆𝑖𝐼 = Indeks potensi pengembangan sektor i di Indonesia

3Pada dasarnya metode dalam analisis LQ dalam kajian ekonomi regional tidak berbeda dengan konsep Revealed Comparative Advantage (RCA) dalam ekonomi

internasional. Kedua alat analisis ini sama-sama digunakan untuk menganalisis komoditas (sektor atau subsektor) unggulan atau berdaya saing di suatu wilayah. Perbedaannya hanyalah pada lingkup negara dan dunia. Danum, Laursen, dan Widodo dalam penelitiannya mencoba mensimetriskan indeks RCA menjadi Revealed Symetric Comparative Advantage (RSCA) yang ditransformasi dari indeks RSCA. : 𝑅𝑆𝐶𝐴𝑖𝑗 = (𝑅𝐶𝐴𝑖𝑗 – 1/𝑅𝑆𝐶𝐴𝑖𝑗 + 1) di mana: RSCAij adalah Revealed Symmetric Comparative Advantage negara i pada produk j; dan RCAij adalah Revealed Comparative Advantage negara i pada produk j.

6

Nilai DLQ tersebut dapat diartikan jika DLQij > 1, maka potensi perkembangan sektor i

di kabupaten/kota j lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang sama di Indonesia,

sebaiknya jika DLQij < 1, potensi perkembangan sektor i di kabupaten/kota j lebih lambat

dibandingkan dengan sektor i di Indonesia.

Transformasi Dynamic Location Quatient menjadi Dynamic Symetric Location Quatient

diperoleh sebagai berikut:

𝐷𝑆𝐿𝑄𝑖𝑗 = 𝐷𝐿𝑄𝑖𝑗 − 1 𝐷𝐿𝑄𝑖𝑗 + 1⁄

Karena dimungkinkannya DLQ bernilai negatif, maka transformasi DLQ menjadi DSLQ

untuk DLQ yang bernilai negatif adalah sebagai berikut:

𝐷𝑆𝐿𝑄𝑖𝑗 = 𝐷𝐿𝑄𝑖𝑗 + 1 𝐷𝐿𝑄𝑖𝑗 − 1⁄

Oleh karena itu DSLQ akan memiliki nilai antara -1 hingga +1, jika lebih dari nol, maka

sektor i potensi perkembangannya di kabupaten j lebih cepat dibandingkan sektor yang sama

di Indonesia, tetapi jika kurang dari nol, potensi perkembangan sektor i di kabupaten j lebih

lambat dibanding dengan sektor yang sama di nasional.

Selanjutnya adalah hasil dari penggabungan antara SSLQ dan DSLQ (Kuncoro, 2009),

maka diperoleh klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 1.1. Klasifikasi Sektor Gabungan SSLQ dan DSLQ

Sumber: Kuncoro, 2009

7

Dengan menggunakan klasifikasi SSLQ dan DSLQ dari kesembilan sektor tersebut,

dapat diperoleh persebaran sektor mana saja yang merupakan sektor andalan, sektor

unggulan, sektor prospektif, dan sektor tertinggal di kabupaten/kota di Indonesia. Selanjutnya

dibuat dalam software ArcGis untuk meakukan pemetaan sektor ungulan. Lebih lanjut

kerangka pemikiran dalam laporan ini ditunjukkan dalam gambar 1.2:

Gambar 1.2. Skema Kerangka Pemikiran Pemetaan Sektor Unggulan Kabupaten-Kota

Indonesia

PEMETAAN MASING-MASING SEKTOR PEMBENTUK PDB

Pembahasan selanjutnya adalah pemetaan masing-masing sektor pembentuk PDB 497

kabupaten/kota di Indonesia yang dijabarkan menjadi 9 sektor antara lain: (1) sektor

pertanian; (2) sektor manufaktur; (3) sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan; (4)

sektor perdagangan, hotel, dan restoran; (5) sektor pertambangan dan penggalian; (6) sektor

pengangkutan dan komunikasi; (7) sektor listrik,gas, dan air bersih; (8) sektor konstruksi; dan

(9) sektor jasa-jasa. Pembahasan dibagi menjadi 6 pulau besar, yakni Pulau Jawa, Sumatera,

Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kepulauan Maluku-Papua.

8

sumber gambar: http://www.planetmattersandmore.com/wpcontent/uploads/2011/12/Sustainable-Agriculture.jpg

9

ektor pertanian merupakan sektor yang strategis dalam menyumbang perekonomian

nasional terutama dalam kontribusi PDB, penyedia lapangan pekerjaan, dan

penyediaan pangan. Perhitungan PDB sektor pertanian dilakukan dengan

menggunakan pendekatan produksi. Nilai PDB sektor pertanian mencakup subsektor tanaman

bahan makanan (tanaman pangan dan holtikultura), tanaman perkebunan, peter-nakan dan

hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan. Subsektor tanaman bahan makanan mencakup

komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian,

kacang tanah, kedelai, sayuran, buah-buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya.

Subsektor perkebunan mencakup semua kegiatan perkebunan baik yang diadakan

pemerintah maupun perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup meliputi cengkeh, jahe,

jarak, kakao, karet, kapas, kelapa, kelapa sawit, pala, kopi, teh, dan tanaman perkebunan

lainnya. Subsektor

kehutanan men-

cakup kegiatan pe-

nebangan segala

jenis kayu serta pe-

ngambilan daun-

daunan, getah, akar,

termasuk juga kegia-

tan perburuan. Ko-

moditi ini terma-suk

kayu gelondongan, rotan, kayu bakar, bambu, serta hasil hutan lainnya. Sedangkan subsektor

perikanan mencakup kegiatan penangkapan, pembenihan, dan budidaya baik yang

dibudidayakan di air tawar dan air laut.

Dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDB, sektor pertanian selalu

mengalami peningkatan dari tahun ketahun, laju pertumbuhan rata-rata 3,7 persen pertahun

dari tahun 2007 hingga 2013. Pada tahun 2012 nilai PDB sektor pertanian mencapai 328,3

triliun rupiah yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 315,0 tirliun

rupiah. Kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan menyumbang kontribusi terbesar 48,4

S

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

Harga Konstan (2000) Harga Berlaku

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 1.3. Total PDB Sektor Pertanian 2004-2013 (milyar rupiah)

10

persen dari total sek-tor pertanian atau setara dengan 158,9 milyar rupiah pada tahun 2012.

Jika dilihat dari tren sektor pertumbuhannya tanaman bahan makanan mengalami

peningkatan rata-rata 30 persen per-tahun. Kontribusi terbesar kedua subsektor perikanan

yang menyumbang 17,6 persen senilai 57,7 triliun rupiah. Sumbangan yang besar ini karena

potensi laut di Indonesia cukup besar dalam menghasilkan produk-produk dari hasil perikanan

dan kelautan.

Kontribusi subsektor perkebunan menyumbang 15,9 persen terhadap sektor pertanian

atau setara 52,3 triliun rupiah pada tahun 2012. Selanjutnya adalah subsektor peternakan

yang menyumbang sebesar 12,8 persen dengan nilai PDB sebesar 41,9 triliun rupiah.

Sementara subsektor kehutanan menyumbang 5,3 persen dari total PDB pertanian atau

sebesar 17,4 triliun rupiah. Tren untuk subsektor hasil hutan ini mengalami penurunan

beberapa tahun terakhir akibat dari adanya deforestasi hutan.

Tabel 1.2. PDB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000 2007-2013 (triliun rupiah)

Sub Sektor Pertanian 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

1. Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan 271.5 284.6 295.9 304.8 315.0 328.3 339.9

a. Tanaman Bahan Makanan 133.9 142.0 149.1 151.5 154.2 158.9 162.0

b. Tanaman Perkebunan 43.2 44.8 45.6 47.2 49.3 52.3 54.9

c. Peternakan 34.2 35.4 36.6 38.2 40.0 41.9 43.9

d. Kehutanan 16.5 16.5 16.8 17.2 17.4 17.4 17.4

e. Perikanan 43.7 45.9 47.8 50.7 54.2 57.7 61.7

2. Non Pertanian 1352.4 1434.0 1514.5 1609.2 1712.1 1817.5 1929.3

PDB 1964.3 2082.5 2178.9 2314.5 2464.6 2618.9 2770.3

Sumber: BPS (diolah)

Pangsa sektor pertanian menunjukkan nilai sektor pertanian di provinsi terhadap

sektor pertanian di nasional. Pangsa ini menunjukkan daerah yang memiliki nilai PDRB sektor

pertanian yang lebih besar. Pangsa PDRB sektor pertanian terbesar masih terkonsentrasi di

pulau jawa dimana pangsa terbesar ditempati oleh Jawa Timur (15,75%), Jawa Tengah

(12,60%), Jawa Tengah (10,59%). Sedangkan di Pulau Sumatera, Sumatera Utara memiliki

pangsa sektor pertanian sebesar (8,79%), Riau (5,19%), Lampung (4,66%), Sumatera Selatan

(3,93%), dan Pulau Sulawesi Sulawesi Selatan yang menyumbang pangsa (4,41%) . Sedangkan

11

provinsi lainnya sektor pertanian masih menyumbang sekitar 1 hingga 2 persen dari total PDB

sektor pertanian di nasional. Ilustrasi dapat dilihat digambar 1.4.

Gambar 1.4. Pangsa Sektor Pertanian Provinsi Tahun 2011 (%)

Sumber: INDODAPOER, Worldbank

Klasifikasi Sektor Unggulan Pertanian Berdasarkan Gabungan SSLQ dan DSLQ

1. Jawa

Berdasarkan Gabungan SSLQ dan DSLQ, di Pulau Jawa sendiri, sektor pertanian yang

tergolong dalam kelompok unggulan terdapat di Kabupaten Garut untuk Jawa Barat,

0 5 10 15 20

DKI Jakarta

Gorontalo

Maluku Utara

Maluku

Kepulauan Riau

Papua Barat

Sulawesi Barat

Kepulauan Bangka Belitung

Bengkulu

D I Yogyakarta

Sulawesi Utara

Sulawesi Tenggara

Papua

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Jambi

Bali

Kalimantan Tengah

Banten

Sulawesi Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur,

Kalimantan Barat

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Barat

Sumatera Selatan

Sulawesi Selatan

Lampung

Riau

Sumatera Utara

Jawa Tengah

Jawa Barat

Jawa Timur

12

sedangkan di Jawa Tengah yang tergolong kategori unggulan terdapat di Kabupaten Brebes,

Demak, Jepara, Kebumen, Kendal, Pati, Rembang, Sragen , Wonogiri, Wonosobo. Sedangkan

untuk provinsi Jawa Timur kategori unggulan untuk sektor pertanian yakni Kabupaten

Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Kediri, Bondowoso, Magetan, Mojokerto, Pamekasan,

Pasuruhan, dan Kulon Progo. Nilai SLQ dan DSLQ daerah-daerah diatas memiliki nilai lebih

dari nol sehingga tergolong klasifikasi sektor unggulan yang berarti merupakan sektor basis

dan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan sektor pertanian di nasional.

Sedangkan kategori

sektor prospektif sek-

tor pertanian dimana

kategori ini nilai

SSLQ>0 yang menun-

jukkan bahwa sektor

pertanian meru-

pakan sektor ba-

sis, namun DSLQ<0

yang menunjukkan

pertumbuhan sektor

pertanian di kabupa-

ten lebih lambat di-

banding dengan nasional. Sektor prospektif dalam sektor pertanian di Jawa Barat tersebar di

Kabupaten Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Majalengka, Indramayu,

Subang, Cirebon, dan Kota Banjar. Sementara untuk provinsi Jawa Tengah tersebar di

Kabupaten Sumedang, Banjarnegara, Banyumas, Batang, Blora, Boyolali, Grobogan.

Karanganyar, Klaten, Magelang, Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Purworejo, Sukoharjo,

Tegal, Temanggung. Untuk Provinsi Jawa Timur Sektor pertanian prospektif tersebar di Kota

Batu, Kabupaten Bojonegoro, Jember, Jombang, Lamongan, Lumajang, Madiun, Malang,

Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Ponorogo, Probolinggo, Situbondo, Sumenep, Trenggalek, Tuban,

Kepulauan Seribu

Jakarta Barat

Jakarta Pusat

Jakarta Selatan

Jakarta Timur

Jakarta Utara

Bogor, Kota Bogor

Cianjur

Bandung, Kota

Bandung

Sukabumi, Kota

Sukabumi

Garut

Tasikmalaya

CiamisKuningan

Cirebon, Kota

Majalengka

Indramayu

Subang

Purwakarta

Karawang

Bekasi, Kota

Bekasi

Bandung Barat

Cirebon

Depok

Cimahi

Tasikmalaya, Kota

Banjar

Sumedang

Magelang, Kota

Pekalongan, Kota

Salatiga

Semarang, Kota

Surakarta

Tegal, Kota

Banjarnegara

Banyumas

Batang

Blora

Boyolali

Brebes

Cilacap

Demak

Grobogan

Jepara

Karanganyar

Kebumen

Kendal

Klaten

Kudus

Magelang

Pati

Pekalongan

Pemalang

Purbalingga

Purworejo

Rembang

Semarang

Sragen

Sukoharjo Tegal

Temanggung

Wonogiri

Wonosobo

Batu

Blitar, Kota

Kediri, Kota

Madiun, Kota

Malang, Kota

Mojokerto, Kota

Pasuruan, Kota

Probolinggo, Kota

Surabaya

Bangkalan

Banyuwangi

Blitar

Bojonegoro

Bondowoso

Gresik

Jember

Jombang

Kediri

Lamongan

Lumajang

Madiun

Magetan

Malang

Mojokerto

Nganjuk

Ngawi Pacitan

Pamekasan

Sampang

Pasuruan

Ponorogo

Probolinggo

Sidoarjo

Situbondo

Sumenep

Trenggalek

Tuban

TulungagungYogyakarta

Bantul

Gunung Kidul

Kulon Progo

SlemanCilegon

Serang, Kota

Tangerang Selatan

Tangerang, Kota

Lebak

Pandeglang

Serang

Tangerang

DS

LQ

SSLQ

Gambar 1.5. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Jawa

13

dan Tulung Agung. Sedangkan untuk wilayah DIY, Bantul dan Gunung Kidul merupakan sektor

prospektif untuk sektor pertanian.

Selain kategori sektor unggulan dan potensial, terdapat kategori sektor andalan

dimana di sektor andalan memiliki sektor pertanian di kabupaten/kota bukan merupakan

sektor basis, namun memiliki pertumbuhan yang cepat. Untuk kategori sektor andalan sektor

pertanian ini terletak di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, Bekasi,

Semarang, dan Kota Blitar. Sedangkan sisanya merupakan sektor tertinggal yang biasanya

merupakan daerah perkotaan, dimana dalam kategori sektor tertinggal daerah ini bukan

merupakan basis pertanian dan pertumbuhan sektor pertanian yang lambat.

2. Sumatera

Gabungan SLQ dan DSLQ di Pulau Sumatera kategori sektor unggulan pertanian

terdapat di hampir setiap provinsi. Di NAD Aceh Barat Daya, Aceh Barat, Aceh Besar, Aceh

Jaya, Aceh Tenggara, Aceh Utara, Bireuen, Bener Meriah, dan Nagan Raya. Sumatera Utara,

sektor unggulan pertanian terletak di Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Nias.

Langkat, Tanah karo. Deli Serdang, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Toba Samosir,

Mandailing Natal, Pakpak Bharat, Humbang Hasundutan, Samosir, Batu Bara, Padang Lawas,

Pematang Siantar,

Sibolga, dan Tanjung

Balai Kota. Di wilayah

Sumatera Barat sektor

unggulan pertanian ter-

letak di Kabupaten Pe-

sisir Selatan, Solok Se-

latan, Solok, Sawah-

lunto Sijunjung, Tanah

Datar, Agam, Limapu-

luh Kota , Pasaman Ba-

rat, Mentawai, Pasa-

man, dan Kota Pari-

Banda AcehAceh Barat Daya

Aceh Barat

Aceh Besar

Aceh Jaya

Aceh Pidie

Aceh Selatan

Aceh Singkil

Aceh Tamiang

Aceh Tengah

Aceh Tenggara

Aceh Timur

Aceh Utara

Simeulue

Bireuen

Pidie Jaya

Gayo Lues

Bener Meriah

Sabang

Lhokseumawe

Langsa

Subulussalam

Nagan Raya

Tapanuli Selatan

Tapanuli Tengah

Tapanuli Utara

Nias BaratNias SelatanNias Utara

NiasLangkat

Ta0h KaroDeli Serdang

Simalungun

Asahan

Labuhan Batu Selatan

Labuhan Batu Utara

Labuhan Batu

DairiToba Samosir

Mandailing Natal

Pakpak Bharat

Humbang Hasundutan

Samosir

Serdang Bedagai

Batu BaraPadang Lawas UtaraPadang Lawas

Medan

Pematang Siantar

Sibolga

Tanjung Bala

Binjai

Tebing Tinggi

Padang Sidempuan

Gunung Sitoli

Pesisir SelatanSolok Selatan

SolokSawahlunto SijunjungTanah Datar

Padang Pariaman

Agam

Limapuluh Kota

Pasaman BaratPasamanKepulauan Mentawai

Dharmas Raya

Pasaman BaratPasaman

Padang

Solok

Sawahlunto

Padang Panjang

Bukittinggi

PayakumbuhPariaman

KamparIndragiri Hilir

Indragiri Hulu

Bengkalis

Pelalawan

Rokan Hilir

Rokan Hulu

Siak

Kuantan SingingiKepulauan Meranti

Pekan Baru, Kota

Dumai, Kota

Kerinci

Merangin

Sarolangun

Batanghari

Muaro Jambi

Tanjung Jabung BaratTanjung Jabung Timur

Bungo

Tebo

Jambi

Sungai Penuh

Ogan Ilir

Ogan Komering Ilir

Ogan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu TimurOgan Komering Ulu

Muara Enim

Lahat

Musi Rawas

Musi Banyuasin

Banyuasin

Empat Lawang

Palembang

Pagar Alam

Prabumulih

Bengkulu Selatan

Bengkulu Tengah

Bengkulu Utara

Rejang LebongKaur

Seluma

Mukomuko

LebongKepahiang

Bengkulu, Kota

Lampung Barat

Lampung SelatanLampung Tengah

Lampung Timur

Lampung Utara

Tulang Bawang Barat

Tulang BawangTanggamus

Way KananPesawaran

Pringsewu

Mesuji

Bandar Lampung

MetroBangka Barat

Bangka Selatan

Bangka Tengah

Bangka

Belitung TimurBelitung

Pangkal Pinang

Bintan

Karimun

Natuna

Lingga

Kepulauan Anambas

Batam

Tanjung Pinang

DS

LQ

SSLQ

Gambar 1.6. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sumatera

14

aman. Sementara untuk Provinsi Riau, sektor unggulan pertanian ada hampir di setiap ka-

bupaten kota seperti Kabupaten Kampar, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Bengkalis, Pelalawan,

Rokan Hulu, Rokan Hilir, Kuantan Sengingi, dan Kepulauan Meranti. Provinsi Jambi juga masih

terdapat banyak sektor unggulan pertanian yakni tersebar di Kabupaten Kerinci, Merangin,

Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat dan Timur, dan Tembo. Sedangkan di Sumatera Selatan

dan Bengkulu didominasi oleh sektor unggulan pertanian yang tersebar di Kabupaten Ogan

Hilir, Muara Enim, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, dan Banyuasin serta Bengkulu Utara

hingga Selatan, Seluma, Lebong dan Kepahiang. Di wilayah Lampung dan Bangka Belitung

sektor unggulan tersebar di Lampung Utara hingga Lampung Selatan, Tulang Bawang Barat

dan Tulang Bawang, Way Kanan, Pesawaran, Pring Sewu, dan Mesuji. Untuk Kepulauan

Bangka dan Belitung sektor unggulan pertanian hanya terdapat di Bangka Barat dan Bangka

Tengah.

Klasifikasi sektor prospektif dalam sektor prospektif di pulau Sumatera tersebar di

daerah Aceh Pidie, Aceh Selatan, Aceng Singkil, Aceh Timur, Simeulue, Pidie Jaya, Gayo Luwes,

dan Subussalam, Sarolangun, Batanghari, Bungo, Empat Lwang, Pagar Alam, Rejang Lebong,

Kaur, Mukomuko Lampung Barat, Tenggamus, Bangka, Belitung Timur, Belitung Barat, dan

Lingga. Kabupaten/kota diatas pertanian merupakan sektor basis, namun pertumbuhan

sektor tersebut lebih lambat daripada sektor pertanian di nasional.

Klasifikasi sektor andalan di sektor pertanian antara lain terdapat di Kota Banda Aceh

, Kota Lhokseumawe, Langsa, Binjai, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli, Padang, Solok, dan

Payakumbuh. Serta beberapa kabupaten kota di Kepulauan Bangka Belitung tang tersebar di

Bangka Tengah, Bintan, dan Batam. Daerah-daerah perkotaan seperti Kota Sabang, Kota

Medan, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Sawah Lunto, Padang Panjang, Bukit Tinggi,

Pekanbaru, Dumai, Jambi, Sungai Penuh, Prabumulih, Palembang, Bengkulu, Bandar Lampung,

Pangkal Pinang, dan Tanjung Pinang tidak memiliki sektor unggulan atau sektor tertinggal

dalam di sektor pertanian. Hal ini dikarenakan daerah tersebut sektor pertanian bukan

merupakan basis utama dan pertumbuhan yang lambat.

15

3. Kalimantan

Sektor unggulan pertanian tidak cukup banyak hanya tersebar dibeberapa

kabupaten/kota saja yakni di Kabupaten Sambas, Pontianak, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu,

Bengkayang, Sintang, Landak, Sekadau, Kayong Utara, Kubu Rayam Kota Waringin Barat dan

Timur, Kapuas Hulu dan Kapuas Barito Timur, Katingan, Seruyan, Suamara, Lamandau, Gunung

Mas, Pulau Pisang, Hulu Sungai Selatan, Kota Baru, Hulu Sungai Tengah, Tanah Bambu,

Balangan, dan Tana Tidung.

Terdapat beberapa daerah yang merupakan sektor basis pertanian namun

pertumbuhan yang lambat menjadikan klasifikasi sektor prospektif pertanian. Klasifikasi

sektor prospektif ini tersebar di Ketapang, Melawi, Barito Selatan, Barito Utaram Murung

Raya, Tanah Laut, Banjar Kota, Tapin, Nunukan dan Malinau.

Daerah-daerah seperti Kota Palangkaraya, Banjarmasin, Kutai Barat, Kutai Timur,

Berau, Penajam Paser Utara, Balikpapan, Samarinda, dan Bontang merupakan sektor

tertinggal karena sektor pertanian tidak banyak memiliki kontribusi terhadap PDRB di

kabupaten/kota tesebut.

Gambar 1.7. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Kalimantan

SambasPontianak, Kota

Pontianak

Sanggau

Ketapang

Sintang

Kapuas Hulu

Bengkayang

Landak

Sekadau

Melawi

Kayong UtaraKubu Raya

Singkawang, Kota

Kotawaringin BaratKotawaringin Timur

Kapuas HuluKapuas

Barito SelatanBarito Timur

Barito Utara

Katingan

Seruyan

SukamaraLamandauGunung MasPulang Pisau

Murung Raya

Palangkaraya, Kota

Tanah Laut

Kota Baru

Banjar, Kota

Barito Kuala

Tapin

Hulu Sungai Selatan

Hulu Sungai Tengah

Hulu Sungai UtaraTabalong

Tanah Bumbu

Balangan

Banjarmasin, Kota

Banjar Baru, Kota

Kutai Barat

Kutai Kartanegara

Kutai Timur

Berau

Bulungan

Nunukan

Malinau

Penajam Paser Utara

Tana Tidung

Balikpapan, Kota

Samarinda, Kota

Tarakan, Kota

Bontang, Kota

DS

LQ

SSLQ

16

4. Bali dan Nusa Tenggara

Wilayah Bali dan

Nusa Tenggara

yang memiiki

sek-tor unggulan

di sektor per-

tanian antara lain

Kota Bima, Kabu-

paten Biak, Kabu-

paten Dompu,

Lombok Timur,

Lombok Utara,

Sumbawa, Sum-

ba Timur, Ende, Flores Timur, Kupang, Manggarai Timur, Nagekeo, Ngada, dan Rote Ndao,

Sumba Barat Daya, dan Timor Tengah Selatan. Sektor prospektif terdapat di Bangli, Buleleng,

Gianyar, Jembrana, Karang Asem, Klungkung, Tabanan, Lombok Barat, Lombok Tengah, Alor,

Belu, Lembata, Mangagrai Barat, Manggarai, Sabu Raijua, Sikka, Sumba Barat, Sumba Tengah,

dan Timor Tengah Utara. Sedangkan daerah lain seperti Kota Denpasar, Badung, Mataram,

Sumbawa Barat dan Kupang merupakan sektor tertinggal di sektor pertanian.

5. Sulawesi

Beberapa kabupaten/kota di Sulawesi yang tergolong dalam sektor unggulan

pertanian pertanian antara lain Kota Bitung, Kabupaten Banggai Kepulauan, Buol, Parigi

Mouting, Poso, Sigi, Tojo Una-una, Toli-toli, Kolaka Utara, Konawe Utara, Konawe, Muna,

Mamuju, Majene, Mamasa, Mamuju Utara, Polewali Mandar, Bantaeng, Barru, Enrekang,

Luwu Utara, Luwu , Maros, Pangkajene Kepulauan, Pinrang, Selayar, Sidenreng Rappang,

Sinjai, Soppeng, Takalar, Tana Toraja, Boalemo, Bone Bolango, Gorontalo Utara, dan

Pohuwato.

Gambar 1.8. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Bali dan Nusa Tenggara

Denpasar

BadungBangli

BulelengGianyar

Jembrana

Karang Asem

Klungkung

Tabanan

Bima

Mataram

Bima

Dompu

Lombok BaratLombok Tengah

Lombok TimurLombok Utara

Sumbawa Barat

Sumbawa

Kupang

Sumba Timur

Alor

EndeFlores TimurKupang

Lembata

Manggarai Barat

Manggarai Timur

Manggarai

Nagekeo

NgadaRote Ndao

Sabu RaijuaSikka Sumba Barat Daya

Sumba Barat

Sumba Tengah

Timor Tengah Selatan

Timor Tengah Utara

DS

LQ

SSLQ

17

6. Maluku dan Papua

Daerah Maluku dan Papua hampir sebagian besar merupakan basis di sektor pertanian,

namun ada yang per-

tumbuhannya lambat

dan cepat. Di Kepu-

lauan Maluku Kota

Tual, Kabupaten Buru

Selatan, Kabupaten

Buru, Kepulauan Aru,

Maluku Barat Daya,

Maluku Tenggara Ba-

rat, Kepulauan Tido-

re, Halmahera Barat,

Halmahera Selatan,

Halmahera Timur,

Gambar 1.9. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sulawesi

Bitung

Manado

Tomohon

BolMong Selatan

BolMong Timur

BolMong UtaraBolMong

Kep. Siau Tagulandang Biaro

Kepulauan Sangihe

Kepulauan Talaud

Minahasa Selatan

Minahasa Tenggara

Minahasa Utara

Minahasa

PaluBanggai Kepulauan

Buol

Donggala

Morowali

Parigi Moutong

PosoSigiTojo Una-Una

Toli-Toli

Bau-bau

Kendari Bombana

Buton Utara

Buton

Kolaka Utara

KolakaKonawe Selatan

Konawe Utara

Konawe

Muna

Wakatobi

MamujuMajene

Mamasa

Mamuju Utara

Polewali Mandar

Makassar

Palopo

Pare-Pare

Bantaeng

Barru

Bone

Bulukumba

Enrekang

Gowa

Jeneponto

Luwu Timur

Luwu UtaraLuwu

Maros

Pangkajene KepulauanPinrang

Selayar

Sidenreng Rappang

Sinjai

Soppeng

TakalarTana Toraja

Toraja Utara

Wajo

Gorontalo

Boalemo

Bone BolangoGorontalo Utara

Gorontalo

Pohuwato

DS

LQ

SSLQ

Gambar 1.9. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sulawesi

Ambon

Asmat

Biak Numfor

Boven Digoel

Buru SelatanBuru

Deiyai

Dogiyai

Fak-Fak

Halmahera Barat

Halmahera Selatan

Halmahera Tengah

Halmahera Timur

Halmahera Utara

Intan Jaya

Jayapura

Jayapura, Kota

Jayawijaya

Kaimana

KeeromKepulauan Aru

Kepulauan Sula

Lanny Jaya

Maluku Barat DayaMaluku Tengah

Maluku Tenggara Barat

Maluku Tenggara

Mamberamo Raya

Mamberamo Tengah

Manokwari

Mappi

Maybrat

Merauke

Mimika

Morotai

Nabire

Nduga

Paniai

Pegunungan Bintang

Puncak Jaya

Puncak

Raja Ampat

Sarmi

Seram Bagian BaratSeram Bagian TimurSorong Selatan

Sorong

Sorong, Kota

Supiori

Tambrauw

Teluk Bintuni

Teluk Wondama

Ternate, Kota

Tidore Kepulauan

Tolikara

Tual

Waropen

Yahukimo

Yalimo

Yapen Waropen

DS

LQ

SSLQ

18

Halmahera Utara, Kepulauan Sula, dan Morotai merupakan daerah ynag memiliki sek-tor

unggulan per-tanian. Pulau Papua yang tergo-long dalam sektor unggulan perta-nian tersebar

di Biak Numfor, Jaya-pura, Keerom, Ma-ppi, Nabire, Paniai, Puncak Jaya, Supiori. Yapen

Waropen, Fak-fak, Maybrat, Raja Ampat, dan Tambrau. Beberapa wilayah yang memiliki

sektor basis pertanian namun pertumbuhannya lambat yang masuk dalam kategori sektor

prospektif pertanian antara lain Kota Ambon, Maluku Tengah, Maluku Tenggara, Seram

Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Halmahera Tengah, Asmat, Boven Digoel, Deiyai, Dogiyai,

Intan Jaya, Jayawijaya, Lanny Jaya, Memberamo Raya, Memberamo Tengah, Merauke, Nduga,

Pegunungan Bintang, Kabupaten Puncak, Sarmi, Tolikara, Waropen, Yakuhimo, Yalimo,

Kaimana, Manokwari, Sorong Selatan, dan Teluk Wondama. Daerah lainnya seperti Kota

Ternate, Jayapura, Mimika, Kota Sorong, Kabupaten Sorong, dan Teluk Bintuni tergolong

sektor tertinggal dan andalan.

1. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Jawa

2. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sumatera

3. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Kalimantan

2. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Kalimantan

4. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Bali dan Nusa Tenggara

23

5. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sulawesi

6. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Maluku dan Papua

25

sumber gambar: http://www.teknoup.com/news_images/16406/main.jpg

26

ektor industri manufaktur menyumbang hampir 26 persen terhadap total

sumbangan PDRB Indonesia. Penggolongan Industri pengolahan

terhadap PDB terdiri dari 2 jenis yaitu industri migas dan industri bukan

migas. Industri migas terdiri dari pengilangan minyak bumi dan gas alam cair (LNG).

Sedangkan Industri bukan migas terdiri dari (1) industri makanan, minuman, dan

tembakau; (2) industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; (3) industri kayu dan produk

lainnya; (4) industri produk kertas dan percetakan; (5) industri produk pupuk, kimia, dan

karet; (6) industri produk semen dan penggalian bukan logam; (7) industri logam dasar

besi dan baja; (8) industri peralatan, mesin dan perlengkapan transportasi; (9) industri

pengolahan lainnya.

Gambar 2.1. Pertumbuhan PDB Sektor Industri Pengolahan (yoy) 2001-2013** (%)

Sumber: BPS (diolah).

Gambar 2.1. menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor manufaktur mengalami

pertumbuhan yang cukup signikan dari tahun 2001 hingga 2013 meskipun pada tahun

2008 hingga 2009 sempat mengalami penurunan akibat krisis global. Secara gradual

higga tahun 2012 tercatat pertumbuhan sektor manufaktur meningkat menjadi 5,74

persen. Industri bukan migas menyumbang kontribusi 93,2 persen dari total PDB industri

pengolahan, sementara industri migas hanya menyumbang 6,7 persen dari total PDB

industri pengolahan (2012). Nilai PDRB untuk industri bukan migas ini mencapai 624,7

triliun rupiah pada tahun 2012.

0

1

2

3

4

5

6

7

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

S

27

Tabel 2.2. PDB Sektor Manufaktur Atas Dasar Harga Konstan 2000 2008-2013 (triliun

rupiah)

Sumber: BPS

Jika dilihat dari subsektor industri pengolahan, industri migas yang terdiri dari

pengilangan minyak bumi dan gas alam cair (LNG), kontribusi pengilangan minyak bumi

sebesar 46,3 persen sedangkan gas alam cair (LNG) sebesar 53,6 persen dengan nilai

PDRB masing-masing sebesar 21,0 triliun dan 25,9 triliun rupiah. Sementara sektor

industri bukan migas yang menyumbang kontribusi terbesar adalah subsektor industri

peralatan, mesin, dan perlengkapan transportasi disusul dengan industri makanan,

minuan, dan tembakau serta industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Kontribusi

PDB subsektor industri peralatan, mesin, dan perlengkapan transportasi pada tahun

2012 mencapai 58,5 tirliun rupiah atau sebesar 34,7 persen dari total PDB subsektor

industri pengolahan bukan migas. Industri makanan, minuman, dan tembakau

Sektor 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

Industri Pengolahan 557.8 570.1 597.1 633.8 670.2 707.5

a.Industri Migas 47.7 46.9 47.2 46.8 45.5 44.6

1). Pengilangan Minyak Bumi 21.0 21.1 21.3 21.5 21.0 21.3

2). Gas Alam Cair (LNG) 26.7 25.9 25.9 25.3 24.4 23.4

b. Industri Bukan Migas 510.1 523.2 549.9 587.0 624.7 662.8 1). Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

139.9 155.6 159.9 174.6 187.8 194.1

2). Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

51.0 51.3 52.2 56.1 58.5 62.1

3). Industri Kayu dan Produk Lainnya

20.3 20.1 19.4 19.4 18.8 20.0

4). Industri Produk Kertas dan Percetakan

25.5 27.1 27.5 27.9 26.6 27.8

5). Industri Produk Pupuk, Kimia dan Karet

68.4 69.5 72.8 75.7 83.6 85.4

6). Industri Produk Semen dan Penggalian Bukan Logam

16.0 15.9 16.3 17.4 18.8 19.3

7). Industri Logam Dasar Besi dan Baja

8.0 7.7 7.9 8.9 9.4 10.1

8). Industri Peralatan, Mesin dan PerlengkapanTransportasi

177.2 172.1 189.9 202.9 217.2 240.0

9). Produk Industri Pengolahan Lainnya

3.8 3.9 4.0 4.1 4.0 4.0

Non Industri Pengolahan 1524.7 1608.7 1717.3 1830.8 1948.7 2062.9

PDB 2082.5 2178.9 2314.5 2464.6 2618.9 2770.3

28

menyumbang 187,8 triliun rupiah atau 30,05 persen, dan industri tekstil, barang dari

kulit dan alas kaki sebesar 58,5 triliun rupiah atau sebesar 9,3 persen dari total subsektor

industri pengolahan bukan migas. Sedangkan subsektor lainnya menyumbang antara 1

hingga 10 persen pada tahun 2012.

Gambar 2.3. Pangsa Sektor Industri Pengolahan Provinsi 2011 (%)

Dilihat dari pangsa PDRB sektor industri pengolahan baik itu migas maupun

bukan migas yang dibandingan per provinsi, sektor manufaktur terkonsentrasi di pulau

Jawa yakni di Jawa Barat dengan konsentrasi 25,43 persen, Jawa Timur 16,28 persen,

Jawa Timur 11,56 persen, DKI Jakarta 10,97 persen, dan Banten 8,31 persen. Selain Pulau

0 5 10 15 20 25 30

Nusa Tenggara TimurMaluku

GorontaloMaluku Utara

BengkuluSulawesi Barat

PapuaNusa Tenggara Barat

Sulawesi TenggaraSulawesi Tengah

Kalimantan TengahSulawesi Utara

JambiKepulauan Bangka Belitung

D I YogyakartaBali

Kalimantan SelatanNanggroe Aceh Darussalam

Papua BaratSumatera Barat

Kalimantan BaratLampung

Sulawesi SelatanSumatera Selatan

RiauKepulauan RiauSumatera Utara

Kalimantan Timur,Banten

DKI JakartaJawa Tengah

Jawa TimurJawa Barat

Sumber: INDODAPOER, Worldbank (diolah)

29

Jawa, terdapat beberapa provinsi yang termasuk dalam 10 besar pangsa sektor

manufaktur yakni di Kalimantan Timur 5,11 persen, Sumatera Utara 4,69 persen,

Kepulauan Riau 3,93 persen, dan Riau 2,10 persen dimana untuk daerah luar jawa

tersebut lebih didominasi oleh industri pengolahan migas seperti pengilangan minyak

bumi dan gas alam cair (LNG).

1. Jawa

Berdasarkan hitungan SSLQ dan DSLQ, daerah yang berbasis sektor manufaktur

terdapat di Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Serang, Jakarta Timur,

Jakarta Utara,

Bogor Kota, Ka-

bupaten Bogor,

Kota Bandung,

Kabupaten Ban-

dung, Kota Cire-

bon, Kabupaten

Purwakarta, Ka-

rawang, Bekasi

Kota Kabupaten

Bekasi, Bandung

Barat, Sume-

dang, Kota Se-

marang, Surakarta, Kabupaten Batang, Cilacap, Jepara, Karang Anyar Kendal, Kudus,

Pekalongan, Kabupaten Smearang, Sukoharjo, dan Tegal. Untuk wilayah Jawa Timur

sektor basis manufaktur tersebar di Kota Kediri, Malang, Gresik, Mojokerto, Pasuruan,

dan Sidoarjo. Daerah tersebut kesemuanya memiliki nilai SSLQ>0, yang menunjukkan

bahwa sektor manufaktur merupakan sektor basis, namun daerah-daerah tersebut nilai

DSLQ nya <0, sehingga pertumbuhannya lebih lambat dibanding dengan nasional. Maka

gabungan SSLQ dan DSLQ menunjukkan bahwa kesemua daerah berbasis manufaktur di

pulau jawa merupakan sektor prospektif, sedangkan daerah lain yang tidak disebutkan

Gambar 2.4. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Jawa

Kepulauan Seribu Jakarta BaratJakarta PusatJakarta Selatan Jakarta TimurJakarta UtaraBogor, Kota BogorCianjur

Bandung, Kota BandungSukabumi, Kota

SukabumiGarutTasikmalayaCiamisKuninganCirebon, KotaMajalengka

Indramayu

Subang PurwakartaKarawangBekasi, Kota BekasiBandung BaratCirebonDepok CimahiTasikmalaya, Kota

Banjar SumedangMagelang, Kota Pekalongan, KotaSalatiga Semarang, KotaSurakartaTegal, KotaBanjarnegaraBanyumas BatangBlora BoyolaliBrebes

CilacapDemakGroboganJepara KaranganyarKebumen Kendal

Klaten

KudusMagelangPati PekalonganPemalangPurbalinggaPurworejoRembang SemarangSragen SukoharjoTegalTemanggungWonogiri WonosoboBatu Blitar, Kota Kediri, KotaMadiun, KotaMalang, Kota

Mojokerto, Kota

Pasuruan, KotaProbolinggo, KotaSurabayaBangkalanBanyuwangiBlitar Bojonegoro Bondowoso GresikJemberJombang KediriLamongan LumajangMadiun Magetan Malang MojokertoNganjukNgawiPacitanPamekasanSampang PasuruanPonorogo Probolinggo SidoarjoSitubondoSumenep Trenggalek TubanTulungagungYogyakarta

BantulGunung Kidul

Kulon ProgoSleman Cilegon

Serang, Kota Tangerang Selatan Tangerang, KotaLebak Pandeglang SerangTangerang

DS

LQ

SSLQ

30

diatas merupakan sektor tertinggal industri manufaktur karena bukan merupakan basis

manufaktur.

2. Sumatera

Persebaran sektor basis manufaktur di Pulau Sumatera tidak sebanyak di Pulau

Sumatera, hanya tersebar dibebeberapa provinsi seperti di NAD, Sumatera Utara, Riau,

Jambi, dan Bangka Belitung. Yang masuk dalam sektor basis manufaktur antara lain

Lhokseumawe,

Tapanuli Selatan,

Deli Serdang, Asa-

han. Labuhan Batu

Selatan, Labuhan

Batu Utara, Labu-

han Batu, Toba Sa-

mosir, Batu Bara,

Indragiri Hilir, Pe-

lalawan, Kota Du-

mai, Tanjung Ja-

bung Barat, Kota

Palembang, Bang-

ka Barat, dan Kabupaten Bintan. Daerah-daerah tersebut merupakan basis manufaktur

namun pertumbuhan yang lambat menyebabkan sektor-sektor manufaktur di pulau

Sumatera merupakan sektor prospektif. Sedangkan daerah lain di sumatera selain yang

disebutkan diatas tidak tergolong dalam sektor tertinggal industri pengolahan karena

semua bukan berbasis manufaktur dan pertumbuhannya lambat dilihat dari nilai SSLQ<0

dan DSLQ<0.

Gambar 2.5. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sumatera

Banda AcehAceh Barat DayaAceh BaratAceh Besar Aceh JayaAceh PidieAceh SelatanAceh Singkil Aceh TamiangAceh Tengah

Aceh TenggaraAceh Timur

Aceh Utara

SimeulueBireuen Pidie JayaGayo LuesBener MeriahSabang

Lhokseumawe

Langsa

Subulussalam

Nagan Raya Tapanuli SelatanTapanuli TengahTapanuli UtaraNias BaratNias Selatan

Nias UtaraNias LangkatTa0h Karo Deli SerdangSimalungun Asahan Labuhan BatuDairi Toba SamosirMandailing NatalPakpak BharatHumbang HasundutanSamosir Serdang Bedagai Batu BaraPadang Lawas UtaraPadang Lawas MedanPematang Siantar

SibolgaTanjung BalaBinjaiTebing TinggiPadang SidempuanGunung Sitoli Pesisir SelatanSolok SelatanSolokSawahlunto SijunjungTanah DatarPadang PariamanAgamLimapuluh Kota Pasaman BaratPasaman Kepulauan MentawaiDharmas Raya Pasaman BaratPasaman PadangSolok SawahluntoPadang PanjangBukittinggiPayakumbuh Pariaman

Kampar Indragiri HilirIndragiri HuluBengkalis Pelalawan

Rokan Hilir

Rokan Hulu

Siak

Kuantan SingingiKepulauan MerantiPekan Baru, Kota Dumai, Kota

KerinciMerangin

Sarolangun

BatanghariMuaro Jambi Tanjung Jabung BaratTanjung Jabung TimurBungo

Tebo JambiSungai PenuhOgan IlirOgan Komering IlirOgan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu TimurOgan Komering UluMuara EnimLahatMusi RawasMusi Banyuasin

BanyuasinEmpat Lawang PalembangPagar Alam PrabumulihBengkulu SelatanBengkulu TengahBengkulu UtaraRejang Lebong

KaurSeluma MukomukoLebongKepahiangBengkulu, Kota

Lampung Barat Lampung SelatanLampung TengahLampung Timur Lampung UtaraTulang Bawang BaratTulang BawangTanggamus Way KananPesawaran

Pringsewu

MesujiBandar LampungMetro Bangka BaratBangka Selatan

Bangka Tengah

Bangka Belitung TimurBelitungPangkal Pinang

BintanKarimunNatuna

Lingga

Kepulauan AnambasBatamTanjung Pinang

DS

LQ

SSLQ

31

3. Kalimantan

Kabupaten/kota yang berbasis sektor manufaktur di Kalimantan hanya terdapat di

kabupaten Sanggau, Kubu Raya, Barito Kuala, Kota Balikpapan, dan Kota Bontang yang

menunjukkan nilai SSLQ>0 dan DSLQ<0. Sedangkan daerah lain di Pulau Kalimantan

bukan merupa-

kan basis manu-

faktur antara lain

Sambas, Kabupa-

ten Pontianak

dan Kota Ponti-

anak, Ketapang,

Sintang, Kapuas

Gulu, Bengka-

yang, Landak, Se-

kadau, Melawi,

Kayong Utara,

Singkawang, Ko-

tawaringin Barat, Timur, Kapuas Hulu, Kapuas, Barito Selatan hingga utara, Katingan,

Seruyan, Sukamara, Lamandau, Gunung Mas, Palangkaraya, Tanah Laut, Kotabaru,

Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Tabalong, Tanah Bumbu,

Balangan, Kota Banjarmasin, Banjar Baru, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Kutai Timur,

Berau, Bulungan, Nunukan, Malinau, Penajam Paser Utara, Tana Tidung, Kota

Samarinda, dan Kota Tarakan.

4. Bali dan Nusa Tenggara

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara tidak termasuk dalam kelompok sektor basis di

sektor industri pengolahan. Nilai SSLQ dan DSLQ kurang dari nol diklasifikasikan bahwa

industri pengolahan di Bali dan Nusa Tenggara merupakan klasifikasi sektor tertinggal.

SambasPontianak, Kota Pontianak Sanggau

KetapangSintangKapuas HuluBengkayangLandak

SekadauMelawi Kayong Utara Kubu RayaSingkawang, Kota Kotawaringin BaratKotawaringin Timur

Kapuas HuluKapuasBarito SelatanBarito TimurBarito UtaraKatinganSeruyanSukamaraLamandau

Gunung Mas Pulang PisauMurung RayaPalangkaraya, KotaTanah LautKota Baru

Banjar, KotaBarito KualaTapin Hulu Sungai SelatanHulu Sungai TengahHulu Sungai Utara

Tabalong

Tanah BumbuBalangan Banjarmasin, KotaBanjar Baru, KotaKutai Barat

Kutai Kartanegara

Kutai Timur Berau

Bulungan

NunukanMalinau Penajam Paser UtaraTana Tidung Balikpapan, KotaSamarinda, KotaTarakan, Kota

Bontang, Kota

DS

LQ

SSLQ

Gambar 2.6. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Kalimantan

32

5. Sulawesi

Kabupaten Mamuju Utara memiliki nilai SSLQ sebesar 0,21 dan DSLQ sebesar -

0,96. Hal ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur merupakan sektor basis, namun

pertumbuhan yang lambat menjadikan sektor manufaktur sebagai sektor yang

prospektif. Selain itu sektor manufaktur yang tergolong prospektif lainnya tersebar di

Kabupaten Maros dan Pangkajene Kepulauan. Nilai SSLQ di Kabupaten Maros sebesar

0,01 dan DSLQ sebesar -0,95, sedangkan nilai SSLQ dan DSLQ di Kabupaten Pangkajene

Kepulauan masing-masing sebesar 0,41 dan -0,95. Daerah kabupaten/kota selain ketiga

kabupaten/kota diatas termasuk dalam sektor tertinggal untuk sektor manufaktur

karena di Sulawesi bukan merupakan daerah yang berbasis manufaktur.

Gambar 2.7. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Bali dan Nusa Tenggara

DenpasarBadung Bangli Buleleng GianyarJembranaKarang AsemKlungkungTabananBima MataramBima DompuLombok BaratLombok TengahLombok TimurLombok UtaraSumbawa Barat SumbawaKupangSumba TimurAlorBeluEnde

Flores TimurKupangLembataManggarai BaratManggarai TimurManggaraiNagekeoNgadaRote Ndao

Sabu RaijuaSikkaSumba Barat DayaSumba BaratSumba TengahTimor Tengah SelatanTimor Tengah Utara

DS

LQ

SSLQ

33

6. Maluku dan Papua

Kategori sektor prospektif manufaktur di kawasan Pulau Maluku dan Papua terdapat di

Kabupaten Boven

Digoel, Sorong,

dan Teluk Bintuni.

Nilai SSLQ sektor

manufaktur Kabu-

paten Boven Di-

goel sebesar 0,29

dan DSLQ sebesar -

0,95. Sementara

untuk Sorong me-

miliki nilai SSLQ

dan DSLQ sebesar

0,10 dan -0,98

dimana sektor manufaktur merupakan sektor basis, namun pertumbuhannya lebih

Gambar 2.8. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sulawesi

BitungKotamobagu Manado

Tomohon

BolMong SelatanBolMong TimurBolMong UtaraBolMongKep. Siau Tagulandang BiaroKepulauan Sangihe

Kepulauan TalaudMinahasa SelatanMinahasa TenggaraMinahasa UtaraMinahasa

PaluBanggai KepulauanBuolDonggala

Morowali Parigi MoutongPosoSigi Tojo Una-UnaToli-ToliBau-bau KendariBombana

Buton Utara

ButonKolaka Utara

KolakaKonawe Selatan

Konawe Utara

Konawe MunaWakatobiMamujuMajene

MamasaMamuju UtaraPolewali Mandar MakassarPalopoPare-PareBantaengBarru BoneBulukumba

EnrekangGowaJeneponto

Luwu TimurLuwu Utara Luwu

Maros Pangkajene KepulauanPinrangSelayar

Sidenreng RappangSinjai SoppengTakalarTana TorajaToraja UtaraWajoGorontaloBoalemo Bone BolangoGorontalo UtaraGorontaloPohuwato

DS

LQ

SSLQ

Gambar 2.9. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sulawesi

AmbonAsmat Biak Numfor Boven Digoel

Buru Selatan Buru

DeiyaiDogiyai Fak-Fak

Halmahera BaratHalmahera SelatanHalmahera Tengah

Halmahera TimurHalmahera Utara

Intan Jaya

JayapuraJayapura, KotaJayawijaya KaimanaKeerom

Kepulauan Aru

Kepulauan SulaLanny Jaya

Maluku Barat Daya Maluku TengahMaluku Tenggara BaratMaluku TenggaraMamberamo Raya

Mamberamo TengahManokwariMappi

Maybrat MeraukeMimika MorotaiNabire

Nduga

Paniai

Pegunungan Bintang

Puncak Jaya

Puncak

Raja Ampat

SarmiSeram Bagian BaratSeram Bagian Timur

Sorong Selatan

SorongSorong, Kota

SupioriTambrauw Teluk BintuniTeluk Wondama Ternate, KotaTidore Kepulauan

TolikaraTualWaropen

Yahukimo

Yalimo

Yapen Waropen

DS

LQ

SSLQ

34

lambat dari nasional Sedangkan Teluk Bintuni memiliki nilai SLQ sebesar 0,57 dan DSLQ

sebesar -0,94. Daerah lainnya merupakan sektor tertinggal dalam kategori industri

manufaktur di Papua dan Maluku.

1. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Jawa

2. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sumatera

3. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Kalimantan

4. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Bali dan Nusa Tenggara

39

5. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sulawesi

6. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Maluku dan Papua

41

sumber gambar : http://fc01.deviantart.net/fs16/f/2007/159/0/2/BNI46_by_brumie.jpg

42

ektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan merupakan PDB yang dihitung

atas nilai tambah sektor keuangan real estate dan jasa perusahaan. Komponen

perhitungan PDB ini terdiri dari subsektor bank, lembaga keuangan tanpat bank,

jasa penunjang keuangan, real estate, dan jasa perusahaan. Secara keseluruhan PDB

sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan menyumbang sebesar 9,6 persen

terhadap total PDB Indonesia.

Tabel 3.1. PDB Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Persahaan Atas Dasar Harga

Konstan 2000 2007-2013 (triliun rupiah)

Sumber: BPS (diolah)

Sektor keuangan yang berasal dari bank menyumbang sebesar 41,3 persen dari

total sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan atau senilai 104,4 triliun rupiah.

Sedangkan sektor real estate menyumbang 30,1 persen atau senilai 76,1 triliun rupiah.

Sektor jasa perusahaan menyumbang sebesar 19,2 persen atau sebesar 48,6 triliun

rupiah. Sementara sektor keuangan selain non bank dan jasa penunjang keuangan

masing-masing menyumbang 8,8 persen dan 0,7 persen dengan nominal 22,2 triliun dan

1,7 trililun rupiah.

Terkait dengan pangsa sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan DKI

Jakarta merupakan pangsa terbesar sektor keuangan yang mampu menyumbang hingga

55,90 persen dari PDB sektor keuangan, disusul dengan Jawa Timur dan Jawa Barat yang

masing-masing 9,63 dan 5,72 persen. Sedangkan untuk wilayah selain Pulau Jawa

S

Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013** 1. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan

183.7 198.8 209.2 221.0 236.1 253.0 272.2

a. Bank 78.2 84.0 86.1 90.2 96.4 104.4 114.0 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank

15.1 16.5 18.1 19.3 20.7 22.2 23.8

c. Jasa Penunjang Keuangan 1.3 1.4 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8

d. Real Estate 55.8 60.8 64.0 67.5 71.8 76.1 80.7

e. Jasa Perusahaan 33.1 36.1 39.6 42.5 45.6 48.6 51.9

2. Non Keuangan 1780.7 1883.7 1969.7 2093.4 2228.4 2365.9 2498.2

PDB 1964.3 2082.5 2178.9 2314.5 2464.6 2618.9 2770.3

43

Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Kalimantan Timur yang juga memiliki

pangsa sektor keuangan yang cukup besar antara 2 hingga 4,77 persen.

Gambar 3.2. Peringkat Pangsa Sektor Keuangan Provinsi 2011 (%)

Sumber: INDODAPOER, Worldbank

0 10 20 30 40 50 60

Maluku Utara

Papua Barat

Maluku

Gorontalo

Sulawesi Barat

Kepulauan Bangka Belitung

Bengkulu

Nusa Tenggara Timur

Nanggroe Aceh Darussalam

Sulawesi Tenggara

Papua

Sulawesi Tengah

Jambi

Nusa Tenggara Barat

Kalimantan Tengah

Sulawesi Utara

Kalimantan Selatan

Riau

Kalimantan Barat

Kepulauan Riau

Sumatera Barat

Bali

D I Yogyakarta

Sumatera Selatan

Banten

Kalimantan Timur,

Lampung

Sulawesi Selatan

Jawa Tengah

Sumatera Utara

Jawa Barat

Jawa Timur

DKI Jakarta

44

Klasifikasi Sektor Keuangan Berdasarkan Gabungan SSLQ dan DSLQ

1. Jawa

Di

Kawasan Pulau

Jawa, yang

termasuk dalam

klasifikasi sektor

unggulan di sektor

keuangan antara

lain Kota Bogor,

Kota Cirebon, Kota

Magelang, Kota Sa-

latiga, Kota Sura-

karta, Kota Tegal,

Kabupaten Banyu-

mas, Grobogan, Kota Blitar, Pacitan, Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kota

Serang. Daerah-daerah tersebut merupakan sektor basis di sektor keuangan, real estate,

dan jasa perusahaan serta pertumbuhan sektoralnya lebih cepat daripada nasional.

Sedangkan untuk sektor keuangan yang prospektif tersebar di Jakarta Barat, Jakarta

Pusat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, Tasikmalaya, Kabupaten Tulungagung, dan

Tangerang Selatan, dimana daerah ini juga merupakan sektor basis keuangan namun

per-tumbuhannya agak lambat atau cenderung stagnan.

Sektor lainnya tergolong dalam sektor andalan dimana sektor finansial bukan

merupakan sektor basis namun pertumbuhannya relatif cepat jika dibandingkan dengan

nasional. Untuk kategori sektor andalan keuangan ini antara lain di Jawa Barat terdapat

di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Sukabumi, Garut, Tasikmalaya, Ciamis,

Kuningan, Majalengka, Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi Kota,

Kabupaten Bekasi, Bandung Barat, Cirebon, Depok, Cimahi, Sumedang, dan Kota Banjar.

Gambar 3.3. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Jawa

Kepulauan Seribu

Jakarta Barat

Jakarta PusatJakarta Selatan

Jakarta Timur

Jakarta Utara

Bogor, Kota

Bogor

Cianjur

Bandung, Kota

Bandung

Sukabumi, Kota

Sukabumi

GarutTasikmalayaCiamis

KuninganCirebon, Kota

Majalengka

Indramayu

SubangPurwakartaKarawang

Bekasi, KotaBekasi Bandung BaratCirebon

DepokCimahi

Tasikmalaya, Kota

BanjarSumedang Magelang, Kota

Pekalongan, Kota

Salatiga

Semarang, Kota

SurakartaTegal, Kota

BanjarnegaraBanyumas

Batang

Blora

Boyolali

Brebes

Cilacap

Demak

GroboganJepara

Karanganyar

KebumenKendal

Klaten

Kudus

Magelang

PatiPekalonganPemalang

PurbalinggaPurworejoRembang

Semarang

Sragen

SukoharjoTegal

Temanggung

WonogiriWonosobo

Batu

Blitar, KotaKediri, Kota

Madiun, Kota

Malang, KotaMojokerto, Kota

Pasuruan, Kota

Probolinggo, Kota

Surabaya

Bangkalan

Banyuwangi

Blitar

Bojonegoro

Bondowoso

Gresik

Jember

Jombang

Kediri

Lamongan

Lumajang

Madiun

MagetanMalang

Mojokerto Nganjuk

Ngawi

Pacitan

PamekasanSampangPasuruan

PonorogoProbolinggo

Sidoarjo

SitubondoSumenepTrenggalek

Tuban

Tulungagung

Yogyakarta

BantulGunung Kidul

Kulon Progo

Sleman

Cilegon

Serang, Kota

Tangerang Selatan

Tangerang, Kota

Lebak

Pandeglang

Serang

TangerangDS

LQ

SSLQ

45

Di Jawa Tengah sektor andalan keuangan tersebar di Kabupaten Banjarnegara,

Batang, Blora, Boyolali, Brebes, Cilacap Demak, Jepara, Karanganyar, Klaten, Kudus,

Magelang, Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Purworejo, Rembang, Sragen,

Temanggung, Wonogiri, dan Wonosobo. Sedangkan wilayah DIY sektor andalan

keuangan ada di Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul. Di Provinsi Jawa Timur sektor

andalan keuangan terletak di Kota Batu, Kota Madiun, kota Probolunggo, Kabupaten

Blitar, Bondowoso, Jember, Jombang, Kediri, Lamongan, Lumajang, Magetan, Malang,

Mjokerto, Nganjuk, Pamekasan, Sampang, Pasuruhan, Ponorogo, Probolinggo,

Situbondo, Sumenep, Trenggalek, dan Tuban. Dan beberapa daerah yang di provinsi

Banten yakni Kabupaten Lebak dan Pandeglang sebagai sektor andalan keuangan.

Untuk sektor tertinggal keuangan hanya ada beberapa saja yang bukan

merupakan basis di sektor pertanian dan pertumbuhan sektoralnya yang lambat. Dari

daerah-daerah di Pulau Jawa yang tergolong tertinggal di sektor keuangan antara lain

Jakarta Utara, Kabupaten Cianjur, Kota Bandung, Bandung Kota, Sukabumi, Kota

Pekalongan, Semarang, Kebumen, Kendal, Pati, Kabupaten Semarang, Sukoharjo, Tegal,

Kota Kediri, Kota Malang, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Surabaya, Kabupaten

Bangkalan, Banyuwangi, Bojonegoro, Madiun, Ngawi, Sidoarjo, Kulonprogo, Kota

Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Serang, dan Tangerang.

2. Sumatera

Klasifikasi sektor unggulan di sektor keuangan meliputi Kota Medan, Pematang

Siantar, Padang Sidempuan, Payakumbuh, Kota Jambi, Sungai Penuh, Kota Prabumulih,

Mukomuko, Bandar Lampung, Kota Metro, dan Kota Pangkal Pinang. Beberapa daerah

di Sumatera yang tergolong sektor prospektif keuangan antara lain Kota Sibolga, Kota

Binjai, Kota Tebing Tinggi, dan Bukit Tinggi dimana sektor keuangan merupakan sektor

basis namun pertumbuhannya lebih lambat dibanding nasional. Untuk sektor keuangan

yang diklasifikasikan dalam sektor tertinggal antara lain terdapat di Aceh Barat Daya,

Aceh Besar, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Simeulue, Bireuen, Gayo Lues, Bener Meriah,

Sabang, Nagan Raya, Tapanuli, Nias Utara, Toba Samosir, Mandailing Natal, Solok

46

Selatan, Solok, Agam, Pasaman Barat, Pasaman, Kota Solok, Batanghari, Muaro Jambi,

Tanjung Jabung Barat, Bungo, Ogan Komering Ulu Timur, Bengkulu Selatan, Lampung

Selatan, Tulang

Bawang, Ka-

bupaten Kari-

mun, dan Ko-

ta Batam. Se-

dangkan dae-

rah lainnya

tergolong da-

lam sektor

andalan yang

bukan basis

sektor keua-

ngan tetapi

pertumbuhannya lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan sektor keuangan di

nasional.

3. Kalimantan

Sektor Unggulan di Kalimantan terdapat di beberapa kabupaten/kota

diantaranya di Kota Banjarmasin dan Kota Tarakan. Kedua kota ini memiliki nilai SSLQ

dan DSLQ lebih dari nol yang menunjukkan bahwa Kota Banjarmasin dan Kota Tarakan

termasuk klasifikasi sektor unggulan di sektor keuangan. Nilai SSLQ dan DSLQ Kota

Banjarmasin masing-masing sebesar 0,130 dan 0,234 sedangkan Kota Tarakan memiliki

nilai masing-masing 0,075 dan 0,167. Selain dua kota tersebut ada kota lain yakni Kota

Pontianak dan Kota Samarinda yang tergolong sektor prospektif di sektor keuangan.

Kedua kota ini memiliki sektor basis di sektor keuangan namun pertumbuhannya

tergolong lambat jika dibandingkan dengan nasional. Beberapa daerah lainnya di Pulau

Gambar 3.4. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sumatera

Banda Aceh

Aceh Barat Daya

Aceh Barat

Aceh Besar

Aceh JayaAceh Pidie

Aceh Selatan

Aceh Singkil

Aceh Tamiang

Aceh Tengah

Aceh Tenggara

Aceh Timur

Aceh Utara

Simeulue

Bireuen

Pidie Jaya

Gayo Lues

Bener MeriahSabang

Lhokseumawe

Langsa

Subulussalam

Nagan Raya

Tapanuli SelatanTapanuli Tengah

Tapanuli UtaraNias Barat

Nias SelatanNias Utara

NiasLangkat

Ta0h Karo

Deli Serdang

Simalungun

Asahan

Labuhan Batu Selatan

Labuhan Batu Utara

Labuhan Batu

Dairi

Toba Samosir

Mandailing Natal

Pakpak BharatHumbang HasundutanSamosir Serdang BedagaiBatu Bara

Padang Lawas Utara

Padang Lawas

MedanPematang Siantar

Sibolga

Tanjung Bala

BinjaiTebing Tinggi

Padang Sidempuan

Gunung Sitoli

Pesisir Selatan

Solok SelatanSolokSawahlunto Sijunjung

Tanah DatarPadang Pariaman

Agam

Limapuluh Kota

Pasaman Barat

Pasaman

Kepulauan Mentawai

Dharmas Raya

Pasaman Barat

Pasaman

Padang

Solok

SawahluntoPadang Panjang

Bukittinggi

PayakumbuhPariaman

KamparIndragiri Hilir

Indragiri Hulu

Bengkalis

Pelalawan

Rokan Hilir

Rokan Hulu

Siak

Kuantan Singingi

Kepulauan Meranti

Pekan Baru, Kota

Dumai, Kota

Kerinci

Merangin

Sarolangun

Batanghari

Muaro JambiTanjung Jabung Barat

Tanjung Jabung Timur

Bungo

Tebo

Jambi

Sungai PenuhOgan Ilir

Ogan Komering IlirOgan Komering Ulu Selatan

Ogan Komering Ulu Timur

Ogan Komering UluMuara Enim

Lahat

Musi Rawas

Musi Banyuasin

Banyuasin

Empat LawangPalembang

Pagar Alam

Prabumulih

Bengkulu Selatan

Bengkulu Tengah

Bengkulu Utara

Rejang Lebong

Kaur

Seluma Mukomuko

Lebong

Kepahiang

Bengkulu, Kota

Lampung Barat

Lampung Selatan

Lampung Tengah

Lampung TimurLampung Utara

Tulang Bawang BaratTulang Bawang

TanggamusWay Kanan

Pesawaran

Pringsewu

Mesuji

Bandar Lampung

Metro

Bangka Barat Bangka SelatanBangka Tengah

Bangka

Belitung TimurBelitung

Pangkal Pinang

BintanKarimun

Natuna

Lingga

Kepulauan Anambas

Batam

Tanjung Pinang

DS

LQ

SSLQ

47

Kalimantan tergolong dalam klasifikasi sektor andalan. Yang tergolong dalam klasifikasi

sektor andalan di sektor keuangan antara lain di Provinsi Kalimantan terdiri dari

Kabupaten Sambas, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, Bengkayang, Kapuas Hulu, Landak,

Sekadau, Melawi, Kayong Utara, Kubu Raya, dan Kota Singkawang. Sedangkan di

Kalimantan Tengah terdiri dari Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas Hulu,

Kapuas, Barito Selatan, Barito Timur-Utara, Katingan, Seruyan, Sukamara, Lamandau,

Murung Raya, dan Kota Palangkaraya. Kalimantan Selatan sektor andalan di sektor

keuangan terletak di Tanah Laut, Kota Baru, Kota Bankar, Barito Kuala, Hulu Sungai

Selatan, tabalong, dan Kota Banjar Baru. Wilayah Kalimantan Timur terdiri dari Kutai

Kartanegara, Bulungan, Nunukan, Malinau, Penajam Paser Utara, Tana Tidung, dan Kota

Balikpapan.

Terdapat beberapa daerah yang tergolong klasifikasi sektor tertinggal di sektor

keuangan antara lain adalah Kabupaten Pontianak, Ketapang, Bengkayang, Gunung

Mas, Pulau Pi-

sang, Tapin,

Hulu Sungai

Utara, Tanah

Bumbu, Bala-

ngan, Kutai

Barat, Kutai

Timur, Berau,

dan Kota Bon-

tang. Nilai in-

deks SSLQ

dan DSLQ be-

berapa kabu-

paten/kota ini kurang dari nol sehingga sektor keuangan bukan merupakan sektor basis

dan pertumbuhan yang lambat dibanding dengan nasional.

Gambar 3.5. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Kalimantan

SambasPontianak, Kota

Pontianak

Sanggau

Ketapang

SintangKapuas Hulu

Bengkayang

Landak

Sekadau

Melawi

Kayong Utara

Kubu Raya Singkawang, Kota

Kotawaringin Barat

Kotawaringin Timur

Kapuas Hulu

Kapuas

Barito SelatanBarito Timur

Barito Utara

Katingan

Seruyan

Sukamara

Lamandau

Gunung MasPulang Pisau

Murung Raya

Palangkaraya, KotaTanah Laut

Kota Baru Banjar, Kota

Barito Kuala

Tapin

Hulu Sungai Selatan

Hulu Sungai TengahHulu Sungai Utara

Tabalong

Tanah Bumbu

Balangan

Banjarmasin, KotaBanjar Baru, Kota

Kutai Barat

Kutai Kartanegara

Kutai Timur

Berau

Bulungan

Nunukan

MalinauPenajam Paser UtaraTana Tidung

Balikpapan, Kota

Samarinda, Kota

Tarakan, Kota

Bontang, Kota

DS

LQ

SSLQ

48

4. Bali dan Nusa Tenggara

Kawasan Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebagian besar bukan merupakan sektor

keuangan bukan merupakan sektor basis terbukti hanya 2 daerah yakni Kota Denpasar

dan Kota Mataram yang diklasifikasikan dalam sektor unggulan di sektor keuangan. Kota

Denpasar dan Kota Mataram masing-masing memiliki nilai SSLQ sebesar 0,205 dan 0,336

sedangkan nilai DSLQ masing-masing 0,09 dan 0,23 yang berarti bahwa kedua daerah

memiliki sektor basis keuangan dan pertumbuhan sektoral yang cepat. Sedangkan

daerah lainnya tergolong dalam klasifikasi sektor tertinggal. Klasifikasi sektor tertinggal

terdapat di Kabupaten Badung Bangli, Buleleng, Gianyar, Jembrana, Lombok Utara,

Sumbawa Barat, Sumbawa, Flores Timur, dan Timor Tengah Selatan. Selain daerah yang

disebutkan diatas mayoritas tergolong dalam klasifikasi sektor andalan, dimana sektor

keuangan bukan merupakan sektor basis, namun pertumbuhan sektoralnya lebih cepat

hal ini berkaitan dengan adanya program inklusi keuangan.

Gambar 3.6. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Bali

Denpasar

Badung

BangliBuleleng

GianyarJembrana

Karang Asem

Klungkung

Tabanan

Bima

MataramBima

Dompu

Lombok Barat

Lombok TengahLombok Timur

Lombok Utara

Sumbawa Barat

SumbawaKupang

Sumba Timur

Alor

Belu

Ende

Flores Timur

KupangLembata

Manggarai Barat

Manggarai Timur

Manggarai

Nagekeo

NgadaRote Ndao

Sabu Raijua

Sikka

Sumba Barat Daya

Sumba BaratSumba Tengah

Timor Tengah Selatan

Timor Tengah Utara

DS

LQ

SSLQ

49

5. Sulawesi

Tidak jauh berbeda dengan pulau-pulau lain di Indonesia, di Pulau Sulawesi

hanya terdapat beberapa daerah yang sektor keuangannya termasuk dalam klasifikasi

sektor unggulan. Daerah tersebut antara lain Kotamobagu, Kota Manado, Kota Kendari,

Kota Makassar, Kota Palopo, Pare-pare, Bone Bolango, dan Gorontalo Utara. Sementara

itu terdapat beberapa daerah yang merupakan basis sektor keuangan namun

pertumbuhannya lambat sehingga dikategorikan sebagai sektor prospektif. Daerah

tersebut antara lain adalah Kota Palu, Kabupaten Majene, Kabupaten Boalemo, dan

Kabupaten Gorontalo. Disamping kedua kategori diatas ada juga berapa yang termasuk

kategori sektor tertinggal dan andalan. Sektor keuangan yang tertinggal terdapat di Kota

Bitung, Kota Tomohon, Boolang Mongondow, Kepulauan Baggai, Buol, Donggala,

Morowali, Poso, Toli-toli, Buton, Konawe Utara, Konawe Utara, Kota Mamuju, Mamasa,

Mamuju Utara, Polewali Mandar, Luwu Timur, Pangkajene Kepulauan, Sidenreng

Rappang, dan Pohuwato.

Gambar 3.7. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sulawesi

Bitung

KotamobaguManado

TomohonBolMong Selatan

BolMong TimurBolMong Utara

BolMong

Kep. Siau Tagulandang BiaroKepulauan Sangihe

Kepulauan Talaud

Minahasa SelatanMinahasa TenggaraMinahasa Utara

Minahasa

Palu

Banggai KepulauanBuolDonggala

Morowali

Parigi Moutong

Poso

Sigi Tojo Una-Una

Toli-Toli

Bau-bau

Kendari

Bombana

Buton Utara

Buton

Kolaka Utara

Kolaka

Konawe Selatan

Konawe Utara

Konawe

Muna

Wakatobi

Mamuju

Majene

Mamasa

Mamuju Utara

Polewali Mandar

MakassarPalopo

Pare-PareBantaengBarru

Bone

Bulukumba

Enrekang

Gowa

Jeneponto

Luwu Timur

Luwu Utara

Luwu

Maros

Pangkajene Kepulauan

PinrangSelayar

Sidenreng Rappang

Sinjai

Soppeng

Takalar

Tana Toraja

Toraja Utara

Wajo

Gorontalo

Boalemo

Bone Bolango

Gorontalo Utara

Gorontalo

PohuwatoDS

LQ

SSLQ

50

6. Maluku dan Papua

Sektor unggulan di sektor keuangan di Papua dan Maluku hanya terdapat di Kota

Jayapura. Nilai SSLQ sektor keuangan di Kota Jayapura mencapai 0,120 sedangkan DSLQ

mencapai 0,364. Daerah lain yang tergo-long pros-pektif adalah di Kabupaten Yapen

Wa-ropen dimana sektor keuangan merupakan sektor basis, namun pertumbuhannya

masih agak lambat. Sementara daerah lain di Maluku maupun Papua sektor keuangan

masih tergolong dalam kategori sektor andalan dan tertinggal.

Gambar 3.8. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sulawesi

Ambon

AsmatBiak Numfor

Boven Digoel

Buru SelatanBuru

Deiyai

Dogiyai

Fak-Fak

Halmahera Barat

Halmahera Selatan

Halmahera Tengah

Halmahera Timur

Halmahera Utara

Intan Jaya

Jayapura

Jayapura, Kota

Jayawijaya

Kaimana Keerom

Kepulauan Aru

Kepulauan SulaLanny Jaya

Maluku Barat Daya

Maluku Tengah

Maluku Tenggara Barat

Maluku Tenggara

Mamberamo Raya

Mamberamo Tengah

Manokwari

Mappi

Maybrat

Merauke

Mimika

Morotai

Nabire

Nduga

Paniai

Pegunungan BintangPuncak Jaya

Puncak

Raja AmpatSarmi

Seram Bagian Barat

Seram Bagian Timur

Sorong Selatan

Sorong

Sorong, Kota

Supiori

Tambrauw

Teluk Bintuni

Teluk Wondama

Ternate, Kota

Tidore Kepulauan

Tolikara

Tual

Waropen

Yahukimo

Yalimo

Yapen Waropen

DS

LQ

SSLQ

1. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Jawa

2. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sumatera

3. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Kalimantan

4. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Bali dan Nusa Tenggara

55

5. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sulawesi

6. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Maluku dan Papua

57

sumber gambar: http://3.bp.blogspot.com/-olgyvOMr6zI/UhLFrIjd7SI/AAAAAAAABtM/0fyHHTYtgSE/s1600/pasar-tradisi11.jpg

58

ektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan klasifikasi sektor

tersier. Selain sektor ini ada sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan

komunikasi, sektor keuangan, dan sektor jasa. Sektor perdagangan,

hotel, dan restoran mempunyai kontribusi sebesar 14 persen dari total PDB Indonesia.

Tabel 4.1. PDB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran atas Dasar Harga Konstan

2000 2007-2013 (triliun rupiah)

Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

1. Perdagangan, Hotel & Restoran

592.3 691.5 744.5 882.5 1023.7 1148.7 1301.5

a. Perdagangan Besar dan Eceran

468.7 551.3 586.1 703.6 827.5 929.7 1053.2

b. Hotel 17.3 18.9 20.8 23.9 26.6 32.2 39.3

c. Restoran 106.2 121.2 137.6 155.0 169.7 186.8 209.0

2. Non Perdagangan, Hotel, dan Restoran

3358.6 4257.2 4861.7 5564.4 6395.5 7080.7 7782.5

PDB 3950.9 4948.7 5606.2 6446.9 7419.2 8229.4 9084.0

Sumber: BPS (diolah)

Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran selama lima tahun terakhir yakni

tahun 2007-2011 meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan rata-rata PDB sektor ini

sebesar 7.0 persen (yoy) melampaui pertumbuhan rata-rata PDB agregat sebesar 5,9

persen (yoy). Subsektor perdagangan besar dan eceran rata-rata tumbuh sebesar 7,2

persen, subsektor hotel tumbuh 6,5 persen, dan subsektor restoran tumbuh 6,5 persen.

Pada tahun 2011 sektor ini mengalami pertmbuhan tertinggi yaitu sebesar 9,2 persen

didukung oleh pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran sebesar 10

persen, subsektor hotel tumbuh 9 persen, dan subsektor restoran tumbuh 4,1 persen

(tabel 4.2.)

Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami perlambatan

yang cukup signifikan pada tahun 2009 karena melambatnya pertubuhan PDB secara

agregat sebagai dampak dari krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada tahun

tersebut sektor ini hanya mampu tumbuh sebesar 1,3 persen atau melambat dari tahun

sebelumnya yang tumbuh hingga 6,9 persen. Sementara subsektor hotel dan restoran

S

59

masing-masing mengalami pertumbuhan 6,6 persen dan 7,6 persen. Sejalan dengan

meningkatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat di tahun 2010 dan 2011 maka sektor

perdagangan, hotel, dan restoran juga mengalami peningkatan dan tumbuh 8,7 persen

dan 9,2 persen.

Tabel 4.2. Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (persen)

Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-

rata

PERDAGANGAN,HOTEL,

DAN RESTORAN 8,9 6,9 1,3 8,7 9,2 7,0

Perdagangan Besar dan

Eceran 9,4 7,0 0,0 9,7 10,0 7,2

Hotel 5,4 4,5 6,6 6,8 9,0 6,5

Restoran 7,1 6,6 7,6 3,3 4,1 5,7

Sumber: BPS (diolah)

Pangsa sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun 2011 terbesar di

Pulau Jawa yakni di Provinsi Jawa Timur dengan pangsa 23,43 persen, DKI Jakarta 18,55

persen, Jawa Barat 15,22 persen, dan Jawa Tengah 8,67 persen. Hal ini menunjukkan

bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih terkonsentrasi di Pulau Jawa,

sementara yang termasuk sepuluh besar lainnya antara lain adalah Sumatera Utara 4,76

persen, Banten 3,63 persen, Kalimantan Timur 2,17 persen, Bali 2,01 persen, and Riau

1,99 persen.

60

Gambar 4.3. Peringkat Pangsa Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2011 (persen)

Sumber: INDODAPOER, Worldbank

0 5 10 15 20 25

Gorontalo

Sulawesi Barat

Papua Barat

Maluku Utara

Maluku

Bengkulu

Papua

Sulawesi Tenggara

Kepulauan Bangka Belitung

Nusa Tenggara Timur

Sulawesi Tengah

Nusa Tenggara Barat

Jambi

Sulawesi Utara

Kalimantan Tengah

D I Yogyakarta

Kalimantan Selatan

Lampung

Kalimantan Barat

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Barat

Sumatera Selatan

Sulawesi Selatan

Riau

Bali

Kepulauan Riau

Kalimantan Timur

Banten

Sumatera Utara

Jawa Tengah

Jawa Barat

DKI Jakarta

Jawa Timur

61

Klasifikasi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Berdasarkan Gabungan

SSLQ dan DSLQ

1. Pulau Jawa

Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran di Pulau Jawa cukup besar

sehingga konsentrasi sektor unggulan perdagangan, hotel, dan restoran lebih

terkonsentrasi di Pulau Jawa. Di Jawa Barat sektor unggulan terletak di Kabupaten

Cianjur, Kota Bandung, Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Majalengka,

Subang, Purwakarta, Karawang, Kota Bekasi, Kabupaten Cirebon, Kota Depok, Cimahi,

Tasikmalaya, Banjar, dan Sumedang. Sedangkan di Jawa Tengah sektor unggulan

terdapat di Semarang, Surakarta, Tegal, Boyolali, Cialacap, Klaten, Pemalang, Sukoharjo,

dan Tegal. Di Jawa Timur sektor

unggulan

terdapat di

Kota Batu,

Kota Blitar,

Kota Kediri,

Madiun,

Malang,

Mojokerto,

Pasuruan,

Proboling-

go, Suraba-

ya, Bangka-

lan, Banyuwangi, Kabupaten Blitar, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Kediri,

Lamongan, Lumajang, Madiun, Magetan, Malang, Mojokerto, Nganjuk, Ngawi,

Sampang, Pasuruan, Ponorogo, Probolingggo, Sidoarjo, Situbondo, Sumenep,

Trenggalek, Tulungagung, Sleman, Kota Serang, Tangerang, Lebak, dan Pandeglang.

Sedangkan sektor yang tergolong prospektif terletak di Jakarta Barat, Kota Bogor, Kota

Gambar 4.4. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Jawa

Kepulauan Seribu

Jakarta Barat

Jakarta PusatJakarta SelatanJakarta Timur

Jakarta Utara

Bogor, Kota

Bogor

Cianjur

Bandung, Kota

Bandung

Sukabumi, Kota

Sukabumi

Garut

Tasikmalaya

Ciamis

Kuningan

Cirebon, Kota

MajalengkaIndramayu

SubangPurwakartaKarawang

Bekasi, Kota

Bekasi

Bandung Barat

Cirebon

Depok

Cimahi

Tasikmalaya, KotaBanjar

Sumedang

Magelang, Kota

Pekalongan, Kota

Salatiga

Semarang, Kota

Surakarta

Tegal, Kota

Banjarnegara

BanyumasBatang

Blora

Boyolali

Brebes

Cilacap

DemakGrobogan

Jepara

KaranganyarKebumen

Kendal

KlatenKudus

Magelang

Pati Pekalongan

Pemalang

PurbalinggaPurworejoRembang

Semarang

Sragen

SukoharjoTegal

Temanggung

WonogiriWonosobo

Batu

Blitar, Kota

Kediri, Kota

Madiun, KotaMalang, Kota

Mojokerto, KotaPasuruan, Kota

Probolinggo, KotaSurabaya

BangkalanBanyuwangiBlitar

Bojonegoro

BondowosoGresik

Jember

Jombang

Kediri LamonganLumajang

Madiun

MagetanMalangMojokerto

NganjukNgawi

Pacitan

Pamekasan

Sampang

Pasuruan

Ponorogo

Probolinggo

Sidoarjo

Situbondo

Sumenep

Trenggalek

Tuban

Tulungagung

Yogyakarta

Bantul

Gunung Kidul

Kulon Progo

Sleman

Cilegon

Serang, Kota

Tangerang Selatan

Tangerang, Kota

LebakPandeglang

SerangTangerang

DS

LQ

SSLQ

62

Sukabumi, Kota Cirebon, Jepara, Kudus, Semarang, dan Kota Yogyakarta. Sedangkan

sektor andalan sektor andalan terdapat di Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara,

Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Indramayu,

Bekasi, Bandung Barat, Kota Magelang, Banyumas, Batang, Blora, Demak, Grobogan,

Karanganyar, Pati, Pekalongan, Purbalingga, Purworejo, Sragen, Temanggung,

Wonosobo, Bojonegoro, Pacitan, Pamekasan, Tuban, Bantul, Gunung Kidul, dan

Kulonprogo. Sedangkan daerah dengan sektor perdagangan tertinggal terdapat di

Kepulauan Seribu, Jakarta Selatan, Kota Salatiga, Banjarnegara, Brebes, Kebumen,

Kendal, Magelang, Rembang, Wonogiri, Serang, dan Tangerang.

2. Pulau Sumatera

Banda aceh, Aceh Barat Daya, Simeulue, Lhoksumawe, Langsa, Subussalam,

Batubara, Medan, Pematang Siantar, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Pesisir Selatan,

Pasaman Barat, Bukittinggi, Kota Pekanbaru, Kabupaten Batanghari, Bungo, Kota Jambi,

Sungai Penuh, Ogan Komering Ulu Selatan, Kota Prabumulih, Bangka Tengah, Karimun,

Gambar 4.5. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Sumatera

Banda AcehAceh Barat Daya

Aceh Barat

Aceh Besar

Aceh JayaAceh Pidie

Aceh SelatanAceh Singkil

Aceh Tamiang

Aceh Tengah

Aceh Tenggara

Aceh Timur

Aceh Utara

Simeulue

Bireuen

Pidie Jaya

Gayo LuesBener Meriah

Sabang

Lhokseumawe

Langsa

Subulussalam

Nagan Raya

Tapanuli Selatan

Tapanuli Tengah

Tapanuli Utara

Nias Barat

Nias Selatan

Nias Utara

Nias

Langkat

Ta0h Karo

Deli SerdangSimalungun

Asahan

Labuhan Batu Selatan

Labuhan Batu Utara

Labuhan BatuDairi

Toba Samosir

Mandailing NatalPakpak Bharat

Humbang Hasundutan

SamosirSerdang Bedagai

Batu BaraPadang Lawas Utara

Padang LawasMedan

Pematang Siantar

Sibolga

Tanjung Bala

Binjai

Tebing Tinggi

Padang SidempuanGunung Sitoli

Pesisir SelatanSolok SelatanSolok

Sawahlunto SijunjungTanah Datar

Padang PariamanAgam

Limapuluh Kota

Pasaman BaratPasaman

Kepulauan Mentawai

Dharmas Raya Pasaman BaratPasaman

Padang

Solok

Sawahlunto

Padang PanjangBukittinggiPayakumbuh

Pariaman

KamparIndragiri Hilir

Indragiri Hulu

Bengkalis

Pelalawan

Rokan Hilir

Rokan Hulu

Siak

Kuantan Singingi

Kepulauan Meranti

Pekan Baru, Kota

Dumai, Kota

Kerinci

Merangin

Sarolangun Batanghari

Muaro Jambi

Tanjung Jabung Barat

Tanjung Jabung TimurBungo

Tebo

Jambi

Sungai Penuh

Ogan Ilir

Ogan Komering IlirOgan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu Timur

Ogan Komering Ulu

Muara Enim

Lahat

Musi Rawas

Musi Banyuasin

BanyuasinEmpat Lawang

Palembang

Pagar Alam

Prabumulih

Bengkulu Selatan

Bengkulu Tengah

Bengkulu Utara

Rejang Lebong

KaurSeluma

Mukomuko

Lebong

KepahiangBengkulu, Kota

Lampung BaratLampung SelatanLampung TengahLampung Timur

Lampung Utara

Tulang Bawang Barat

Tulang Bawang

TanggamusWay Kanan Pesawaran

Pringsewu

Mesuji

Bandar Lampung

Metro

Bangka BaratBangka Selatan

Bangka Tengah

Bangka

Belitung Timur

Belitung

Pangkal Pinang

BintanKarimun

Natuna

Lingga

Kepulauan Anambas

Batam

Tanjung PinangDS

LQ

SSLQ

63

Lingga, dan Batam masuk dalam sektor unggulan perdagangan, hotel, dan restoran.

Daerah lain di Sumatera seperti Aceh Baray, Aceh Besar, Bireuen, Nagan Raya, Nias

Selatan, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli, Lumapuluh Kota, Kepulauan Mentawai, Kota

Pagar Alam, Bengkulu Selatan, Kota Bengkulu, Kota Pangkal Pinang merupakan sektor

basis di perdagangan, hotel, dan restoran, tetapi pertumbuhan didaerah ini lebih lambat

dibandingkan dengan nasional sehingga tergolong dalam sektor prospektif, sementara

daerah lain tergolong kedalam klasifikasi andalan dan tertinggal dimana sektor

perdagangan, hotel, dan restoran bukan merupakan sektor basis.

3. Pulau Kalimantan

Persebaran sekor unggulan untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran

terdapat di Kabupaten Sambas, Kota Pontianak, Sintang, Kota Waringin Timur, Kota

Banjar, Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Samarinda, dan Tarakan. Sektor

perdagangan, hotel, dan restoran yang tergolong dalam kategori sektor prospektif

terdapat di Kabupaten Bengakayang, Landak, Melawi, Singkawang, Tanah Laut, dan Kota

Balikpapan. Kabupaten dan

kota lain di

Kalimantan

termasuk da-

lam sektor an-

dalan maupun

tertinggal yang

merupakan bu-

kan basis di

sektor perda-

gangan, hotel,

dan restoran.

SambasPontianak, KotaPontianak

Sanggau

Ketapang

SintangKapuas Hulu

BengkayangLandak

SekadauMelawiKayong Utara

Kubu Raya

Singkawang, KotaKotawaringin Barat

Kotawaringin TimurKapuas Hulu

Kapuas

Barito SelatanBarito TimurBarito Utara

Katingan

Seruyan

Sukamara

Lamandau

Gunung Mas

Pulang Pisau

Murung Raya

Palangkaraya, Kota

Tanah Laut

Kota Baru

Banjar, Kota

Barito Kuala

Tapin

Hulu Sungai Selatan

Hulu Sungai TengahHulu Sungai Utara

Tabalong

Tanah Bumbu

Balangan

Banjarmasin, Kota

Banjar Baru, Kota

Kutai Barat

Kutai Kartanegara

Kutai Timur

Berau

Bulungan

NunukanMalinau

Penajam Paser Utara

Tana Tidung

Balikpapan, Kota

Samarinda, KotaTarakan, Kota

Bontang, Kota

DS

LQ

SSLQ

Gambar 4.6. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Kalimantan

64

3. Bali dan Nusa Tenggara

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sangat berkembang di Pulau Bali

sehingga sebagian besar daerah ini termasuk dalam klasifikasi sektor unggulan antara

lain Kota Denpasar, Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, Jembrana, Klungkung, Tabanan,

Lomok Barat dan Ende. Sementara hanya satu daerah yang merupakan sektor basis

namun pertumbuhannya lambat yakni Kota Kupang. Sektor tertinggal perdagangan,

hotel, dan restoran di Bali dan Nusa Tenggara adalah Kabupaten Dompu, Lombok

Tengah, dan Sumbawa Barat, sedangkan daerah lain di Bali maupun Nusa Tenggara

termasuk sektor andalan dengan sektor perdagangan, hotel, dan restoran bukan

merupakan sektor basis namun pertumbuhannya lebih cepat daripada sektor yang sama

di nasional.

4. Sulawesi

Beberapa kabupaten/kota di Sulawesi yang tergolong dalam sektor unggulan di

sektor perdagangan, hotel, dan restoran antara lain tersebar di hampir seluruh kota di

Gambar 4.7. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Bali dan Nusa Tenggara

Denpasar

BadungBangli

Buleleng

Gianyar

Jembrana

Karang Asem

Klungkung

TabananBima

Mataram

Bima

Dompu

Lombok Barat

Lombok Tengah

Lombok Timur

Lombok Utara

Sumbawa Barat

Sumbawa

Kupang

Sumba Timur

Alor

Belu

Ende

Flores TimurKupang

Lembata

Manggarai BaratManggarai Timur

Manggarai

Nagekeo

NgadaRote NdaoSabu Raijua

Sikka

Sumba Barat Daya

Sumba Barat

Sumba Tengah

Timor Tengah Selatan

Timor Tengah Utara

DS

LQ

SSLQ

65

Sulawesi yakni Kota Manado, Kepulauan Banggai, Kota Bau-bau, Polewali Mandar, Kota

Makassar, Palopo, Kota Pare-pare, dan Kota Gorontalo. Terdapat beberapa daerah yang

tergolong sektor prospektif perdagangan, hotel, dan restoran dimana sektor tersebut

merupakan basis

perdagangan,

hotel, dan

restoran na-

mun pertum-

buhan dika-

bupaten/kota

tersebut agak

lebih lambat.

Kategori sek-

tor ini hanya

terdapat di

Kabupaten

Wajo. Beberapa daerah seperti Kota Tomohon, Boolang Mongondow Selatan, Boolang

Mongondow Utara, Minahasa Utara, Kota Palu, Kabupaten Buol, Donggala, Morowali,

Sigi, Konawe Utara, Luwu Timur dan Utara, Pangkajene Kepulauan, Selayar, Sidenreng

Rappang, Bone Bolango, dan Gorontalo termasuk dalam daerah yang sektor

perdagangan, hotel, dan restorannya tertinggal, sementara ada beberapa kabupaten

kota yang bukan merupakan basis perdagangan, hotel, dan restoran namun

pertumbuhannya cepat adalah Kota Bitung, Kotamobagu, Boolang Mongondow,

Minahasa Selatan, Minahasa, Poso, Kota Kendari, Kolaka, Konawe, Wakatobi, Mamuju,

Luwu. Maros, Sinjai, Toppeng, dan Pohuwato.

6. Papua dan Maluku

Sektor unggulan perdagangan, hotel, dan restoran hanya terdapat Kepulauan Maluku

yakni di Kepulauan Aru, Maluku Barat Daya, Maluku Tengah, Maluku Tenggara Barat,

Gambar 4.8. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Sulawesi

Bitung

Kotamobagu

Manado

TomohonBolMong Selatan

BolMong Timur

BolMong Utara

BolMong Kep. Siau Tagulandang Biaro

Kepulauan Sangihe

Kepulauan TalaudMinahasa SelatanMinahasa Tenggara

Minahasa Utara

Minahasa

Palu

Banggai Kepulauan

Buol

Donggala

Morowali

Parigi Moutong

Poso

SigiTojo Una-Una

Toli-ToliBau-bau

KendariBombana

Buton Utara

ButonKolaka Utara

KolakaKonawe Selatan

Konawe Utara

Konawe

Muna

Wakatobi

Mamuju Majene

Mamasa

Mamuju Utara

Polewali Mandar

Makassar

Palopo

Pare-Pare

BantaengBarru

Bone

Bulukumba

Enrekang

Gowa

Jeneponto

Luwu Timur

Luwu Utara

Luwu

Maros

Pangkajene Kepulauan

Pinrang

SelayarSidenreng Rappang

Sinjai

Soppeng

Takalar Tana Toraja

Toraja Utara

WajoGorontalo

Boalemo

Bone Bolango

Gorontalo Utara

Gorontalo

Pohuwato

DS

LQ

SSLQ

66

Maluku Tenggara, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Tidore Kepulauan,

Halmahera Selatan, Halmahera Tengah, Kepulauan Sula, dan Kabupaten Morotai.

Sementara di daerah Papua tergolong dalam sektor andalan yakni di Biak Numfor, Boven

Digoel, Dogiyai, Jayapura, Keerom, Lanny Jaya, Memberamo Jaya, Memberamo Tengah,

Mappi, Merauke, Nabire, Yakuhimo, Puncak Jaya, Fak-fak, Manokwari, Maybrat, Raja

Ampat, dan Tambraw, sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang

tertinggal terdapat di Kabupaten Asmat, Deiyai, Intan Jaya, Jayawijaya, Mimika, Nduga,

Sarni, Sapiori, Waropen, Kaimana, Teluk Bintuni, dan Teluk Wondana. Kabupaten/kota

di Papua ini memang bukan merupakan sektor basis perdagangan, hotel, dan restoran.

Gambar 4.9. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Maluku dan Papua

Ambon

Asmat

Biak Numfor

Boven Digoel

Buru Selatan

Buru

Deiyai

Dogiyai

Fak-Fak

Halmahera Barat

Halmahera Selatan

Halmahera Tengah

Halmahera Timur

Halmahera Utara

Intan Jaya

Jayapura

Jayapura, Kota

Jayawijaya

Kaimana

Keerom

Kepulauan Aru

Kepulauan Sula

Lanny Jaya

Maluku Barat Daya

Maluku Tengah

Maluku Tenggara Barat

Maluku TenggaraMamberamo Raya

Mamberamo Tengah

Manokwari

Mappi

Maybrat

Merauke

Mimika

Morotai

Nabire

Nduga

Paniai

Pegunungan Bintang

Puncak Jaya

Puncak

Raja Ampat

Sarmi

Seram Bagian Barat

Seram Bagian Timur

Sorong Selatan

Sorong

Sorong, Kota

Supiori

Tambrauw

Teluk Bintuni

Teluk Wondama

Ternate, Kota

Tidore Kepulauan

Tolikara

Tual

Waropen

Yahukimo

Yalimo

Yapen Waropen

DS

LQ

SSLQ

1. Klasifikasi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pulau Jawa

2. Klasifikasi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pulau Sumatera

3. Klasifikasi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pulau Kalimantan

4. Klasifikasi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pulau Bali dan Nusa Tenggara

71

5. Klasifikasi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pulau Sulawesi

6. Klasifikasi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pulau Maluku dan Papua

73

sumber gambar: http://valdybali.files.wordpress.com/2013/05/offshore-rig.jpg

74

ndonesia merupakan salah satu negara dengan hasil bahan tambang yang

besar di dunia. Tidak heran jika sektor pertambangan dan penggalian

merupakan salah satu sektor terpenting dalam perekonomian Indonesia.

Sektor ini terdiri dari beberapa subsektor, diantaranya subsector pertambangan minyak

dan gas bumi, pertambangan bukan migas, dan subsektor penggalian. Subsektor

pertambangan minyak dan gas meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak dan gas

bumi, penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta

penampungan untuk dijual atau dipasarkan. Kegiatan ini menghasilkan minyak bumi,

kondensat, dan gas bumi. Subsektor pertambangan non migas meliputi pengambilan

dan persiapan pengolahan lanjutan benda padat,baik dibawah maupun diatas

permukaan bumi serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memanfaatkan

bijih logam dan hasil tambang lainnya. Hasil kegiatan ini antara lain batubara, pasir besi,

bijih timah, bijih nikel, fero nikel, nikel mattes, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas

dan perak, bijih mangan, belerang, yodium, fosfat, aspal alam, serta komoditas lainnya.

Subsektor penggalian meliputi penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian

yang umumnya berada di permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini meliputi batu gunung,

batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan

bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, koalin, tanah liat, dan yang lainnya.

Nilai sektor pertambangan dan penggalian terhadap Produk domestik Bruto

Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, yaitu dari 160 triliun Rupiah pada tahun

2004 menjadi 195 triliun rupiah pada tahun 2013 (atas dasar harga konstan tahun

2000).subsektor penggalian minyak dan gas bumi menjadi kontributor terbesar dalam

sektor ini, yaitu sekitar 88 triliun pada tahun 2013, disusul oleh pertambangan bukan

migas sebesar 79 triliun, dan subsektor penggalian yang berkontribusi 27 triliun Rupiah.

Walaupun demikian, proporsi sektor pertambangan terhadap PDB terus menurun dari

tahun ke tahun, meskipun tidak terlalu besar. Hal ini terlihat dari persentase kontribusi

sektor pertambangan dan penggalian yang pada tahun 2009 berkontribusi sebesar 8,3

persen terhadap total PDB menjadi 7,3 persen pada tahun 2012. Pertumbuhan sektor

I

75

pertambangan dan penggalian memperlihatkan tren yang positif, dimana rata-rata

pertumbuhan setiap tahun berkisar 1,3 persen per tahun, jika dilihat dalam setiap

subsektor penyusunnya, sektor pertambangan tanpa migas mencatatkan pertumbuhan

yang tertinggi dari tahun ke tahun, berkisar rata- rata 4,5 persen per tahun, kemudian

disusul oleh sektor penggalian yang rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya adalah 7,3

persen, dan sektor pertambangan minyak dan gas yang rata-rata pertumbuhan negatif

setiap tahunnya -1,6 persen.

Gambar 5.1 Total PDB Sektor Pertambangan dan Penggalian 2004-2013 (milyar

rupiah)

Sumber: BPS (diolah)

Gambar 5.1. menunjukkan bahwa pangsa sektor pertambangan dan penggalian yang

menunjukkan nilai sektor pertambangan dan penggalian di provinsi terhadap sektor

pertambangan dan pertanian di nasional. Pangsa ini menunjukkan daerah yang memiliki

nilai PDRB sektor pertambangan dan penggalian yang lebih besar. Pangsa PDRB sektor

pertambangan dan penggalian terbesar masih terkonsentrasi di pulau Sumatera dan

Kalimantan, dimana pangsa terbesar ditempati oleh Kalimantan Timur (28,2%), Riau

(28%), Sumatera Selatan (8,4%).

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

Harga konstan (2000) Harga Berlaku

76

Gambar 5.2. Pangsa PDB Sektor Pertambangan dan Penggalian Provinsi 2011

Sumber: INDODAPOER, Worldbank

0 5 10 15 20 25 30

Maluku

Gorontalo

Sulawesi Barat

Banten

Maluku Utara

D I Yogyakarta

Nusa Tenggara Timur

Bali

Bengkulu

Kalimantan Barat

Lampung

Sulawesi Tenggara

DKI Jakarta

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Papua Barat

Sumatera Barat

Sumatera Utara

Kepulauan Bangka Belitung

Kalimantan Tengah

Kepulauan Riau

Jawa Tengah

Nanggroe Aceh Darussalam

Jambi

Nusa Tenggara Barat

Sulawesi Selatan

Jawa Barat

Papua

Kalimantan Selatan

Jawa Timur

Sumatera Selatan

Riau

Kalimantan Timur,

77

Klasifikasi Sektor Unggulan Pertambangan dan Penggalian Berdasarkan

Gabungan SSLQ dan DSLQ

1. Pulau Jawa

Berdasarkan Gabungan SSLQ dan DSLQ di pulau Jawa, tergolong dalam kelompok

unggulan terdapat di Kabupaten Indramayu untuk Jawa Barat, Kabupaten Bojonegoro,

Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Tuban di Provinsi Jawa Timur. Nilai SLQ dan DSLQ

daerah-daerah diatas memiliki nilai lebih dari nol sehingga tergolong klasifikasi sektor

unggulan yang berarti merupakan sektor basis dan pertumbuhan yang lebih cepat

dibandingkan de-

ngan sektor per-

tambangan dan

penggalian di na-

sional. Selain

kategori unggu-

lan, terdapat pula

kategori prospek-

tif dimana sektor

pertambangan

dan penggalian

memiliki nilai nilai

SSLQ>0 yang me-

nunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor basis, namun

DSLQ<0 yang menunjukkan pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian yang

terjadi di kabupaten atau kota lebih lambat dibanding dengan nasional. Sektor

prospektif yang di pulau Jawa adalah Kabupaten Sumenep di provinsi Jawa Timur.

Kategori lain adalah kategori sektor andalan, dimana dalam kategori ini sektor

pertambangan dan penggalian di kabupaten atau kota bukan merupakan sektor basis,

namun pertumbuhan yang terjadi cepat. Yang termasuk dalam kategori ini adalah sektor

Gambar 5.3. Klasifikasi Sektor Pertambangan Pulau Jawa

Kepulauan Seribu

Jakarta BaratJakarta PusatJakarta SelatanJakarta TimurJakarta Utara

Bogor

Cianjur

Bandung, Kota

Bandung

Sukabumi, Kota

Sukabumi

Garut

Tasikmalaya

Ciamis

Kuningan

Cirebon, Kota

Majalengka

Indramayu

Subang

Purwakarta

Karawang

Bekasi, Kota

Bekasi

Bandung Barat

Cirebon

DepokCimahi

Tasikmalaya, Kota

Banjar

Sumedang

Magelang, KotaPekalongan, Kota

Salatiga

Semarang, Kota

Surakarta

Tegal, Kota

BanjarnegaraBanyumas

Batang

Blora

Boyolali

BrebesCilacap

Demak

Grobogan

Jepara

Karanganyar

Kebumen

KendalKlaten

Kudus

Magelang

Pati

Pekalongan

PemalangPurbalingga

Purworejo

Rembang

Semarang

Sragen

Sukoharjo

TegalTemanggungWonogiri

Wonosobo

Batu

Blitar, Kota

Kediri, Kota

Madiun, Kota

Malang, KotaMojokerto, Kota

Pasuruan, Kota

Probolinggo, Kota

Surabaya

Bangkalan

Banyuwangi

BlitarBojonegoro

Bondowoso

Gresik

Jember

Jombang

Kediri

Lamongan

Lumajang

Madiun

Magetan

Malang

Mojokerto

Nganjuk

Ngawi

Pacitan

Pamekasan

Sampang

Pasuruan

Ponorogo

Probolinggo

Sidoarjo

Situbondo

Sumenep

Trenggalek

Tuban

Tulungagung

Yogyakarta Bantul

Gunung Kidul

Kulon Progo

Sleman

Cilegon

Serang, Kota

Tangerang Selatan

Tangerang, Kota

Lebak

Pandeglang

Serang

Tangerang

DS

LQ

SSLQ

78

pertambangan dan penggalian di kabupaten Cianjur, Kabupaten Tasikmalaya, Kota

Bogor, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Cirebon di provinsi Jawa Barat, Kota

Tangerang Selatan, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Serang di provinsi Banten,

Kabupaten Blora, Kabupaten Brebes, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Grobogan,

Kabupaten Jepara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Kudus, Kabupaten Magelang,

Kabupaten Pati, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Tegal di

provinsi Jawa Tengah. Untuk provinsi Jawa Timur, kategori andalan antara lain Kota

Madiun, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Blitar, Kabupaten Gresik, Kabupaten

Lamongan, Kabupaten Nganjuk, dan Kabupaten Pamekasan. Di provinsi D.I. Yogyakarta,

kabupaten/kota yang sektor pertambangan dan penggaliannya masuk kategori andalan

adalah Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulon

Progo, dan Kabupaten Sleman. Selain ketiga kategori diatas, terdapat kategori terakhir

yaitu tertinggal dimana sektor pertambangan dan penggalian bukan merupakan sektor

basis di kabupaten atau kota tersebut, dan juga pertumbuhan sektor tersebut juga

tergolong lambat.

2. Sumatera

Gabungan SLQ dan DSLQ yang termasuk kategori unggulan di pulau Sumatera

tersebar di seluruh provinsi di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, dan Kepulauan Bangka

Belitung. Kabupaten/kota yang memiliki sektor pertambangan dan penggalian yang

termasuk dalam kategori unggulan antara lain adalah Kabupaten Bengkalis, di Provinsi

Riau, Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, kabupaten Tanjung Jabung Barat,

kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan Kabupaten Bungo di Provinsi Jambi, Kabupaten

Bengkulu Tengah di Provinsi Bengkulu, Kabupaten Bangka di Provinsi Bangka

Belitung,dan Kabupaten Bintan di Provinsi Kepulauan Riau. Selain itu, Daerah

kabupaten/kota yang sektor pertambangan dan penggaliannya masuk dalam kategori

prospektif antara lain Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten

Aceh Utara di Provinsi Aceh, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Kota Sawahlunto di Pro-

vinsi Sumatera Barat, Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak,

79

Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Kepulauan Meranti di Provinsi Riau, Kabupaten

Muaro jambi di Provinsi jambi, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Muara Enim,

Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Musi

Banyuasin dan Kota Prabumulih di Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Bengkulu

Utara di Provinsi Bengkulu, Kabupaten Lampung Timur di Provinsi Lampung, Kabupaten

Bangka Barat, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, dan Kabupaten

Belitung Timur di Provinsi Bangka Belitung, serta Kabupaten Natuna Kabupaten

Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau.

3. Pulau Kalimantan

Sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan salah satu sektor utama di hampir

kabupaten/kota di semua provinsi di Pulau Kalimantan. Sektor Pertambangan dan

Penggalian yang termasuk sektor unggulan antara lain berada di Kabupaten Ketapang,

Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten

Tanah Laut, Kabupaten Kota Baru, Kabupaten Tapin, Kabupaten Tanah Bumbu,

Gambar 5.4. Klasifikasi Sektor Pertambangan Pulau Sumatera

Banda Aceh

Aceh Barat Daya

Aceh Barat

Aceh Jaya

Aceh Pidie

Aceh Selatan

Aceh Singkil

Aceh TamiangAceh Tengah

Aceh Tenggara

Aceh Utara

Simeulue

Pidie Jaya

Gayo Lues

Bener Meriah

Sabang

Lhokseumawe

Langsa

Subulussalam

Nagan Raya

Tapanuli Selatan

Tapanuli TengahTapanuli Utara

Nias Barat

Nias Selatan

Nias Utara

Nias

Langkat

Ta0h Karo

Deli Serdang

SimalungunAsahan

Labuhan Batu Selatan

Labuhan Batu Utara

Labuhan Batu

Dairi

Toba Samosir

Mandailing Natal

Pakpak Bharat

Humbang Hasundutan

Samosir

Serdang BedagaiBatu BaraPadang Lawas Utara

Padang Lawas

Medan

Pematang SiantarSibolga

Tanjung Bala

Binjai

Tebing Tinggi

Padang Sidempuan

Gunung Sitoli

Pesisir SelatanSolok SelatanSolok

Sawahlunto SijunjungTanah Datar

Padang PariamanAgam

Limapuluh Kota

Pasaman BaratPasaman

Kepulauan MentawaiDharmas Raya

Pasaman BaratPasaman

Padang

Solok

Sawahlunto

Padang Panjang

Bukittinggi

Payakumbuh

Pariaman

Kampar

Indragiri Hilir

Indragiri Hulu

Bengkalis

Pelalawan

Rokan Hilir

Rokan Hulu

Siak

Kuantan Singingi

Kepulauan Meranti

Pekan Baru, Kota

Dumai, Kota

Kerinci

Merangin

Sarolangun

Batanghari

Muaro Jambi

Tanjung Jabung Barat

Tanjung Jabung TimurBungo

Tebo

Jambi

Sungai Penuh

Ogan Ilir

Ogan Komering IlirOgan Komering Ulu Selatan

Ogan Komering Ulu Timur

Ogan Komering Ulu

Muara Enim

Lahat

Musi Rawas

Musi Banyuasin

Banyuasin

Empat Lawang

Palembang

Pagar Alam

Prabumulih

Bengkulu Selatan

Bengkulu Tengah

Bengkulu Utara

Rejang Lebong

Kaur

Seluma

Mukomuko

Lebong

Kepahiang

Bengkulu, Kota

Lampung Barat

Lampung Selatan

Lampung Tengah

Lampung Timur

Lampung Utara

Tulang Bawang Barat

Tulang Bawang

Tanggamus

Way Kanan

Pesawaran

Pringsewu

Mesuji

Bandar Lampung

Metro

Bangka Barat

Bangka Selatan

Bangka Tengah

Bangka

Belitung Timur

Belitung

Pangkal Pinang

BintanKarimun

Natuna

Lingga

Kepulauan Anambas

Batam

Tanjung Pinang

DS

LQ

SSLQ

80

Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten Bulungan,

Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan

Kabupaten Tana Tidung. Daerah dengan sektor Pertambangan dan Penggalian tergolong

sektor prospektif antara lain Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan dan Kabupaten

Kutai Kartanegara. Daerah yang sektor pertanian dan penggaliannya tergolong kategori

andalan antara lain Kabupaten Sambas, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau,

Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Landak, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Kubu Raya,

Kabupaten Kotawaringin barat, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Selatan,

Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Pulang Pisau,dan Kota

Samarinda. Sedangkan untuk sektor pertanian dan pertambangan yang tergolong

tertinggal antara lain adalah Kota Pontianak, Kabupaten Sintang, Kabupaten Beng-

kayang, Kabupa-

ten Melawi,

Kabupaten Ka-

yong Utara, Ko-

ta Singkawang,

Kabupaten Ko-

tawaringin

Timur, Kabupa-

ten Katingan,

Kabupaten Se-

ruyan, Kabupa-

ten Sukamara,

Kota Palangka-

raya, Kota Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten

Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kota Banjarmasin, Kota Banjar Baru,

Kota Balikpapan, Kota Tarakan, dan Kota Bontang.

Gambar 5.5. Klasifikasi Sektor Pertambangan Pulau Kalimantan

Sambas

Pontianak, Kota

Pontianak

Sanggau

Ketapang

SintangKapuas Hulu

Bengkayang

Landak

Sekadau

Melawi

Kayong Utara

Kubu Raya

Singkawang, Kota

Kotawaringin Barat

Kotawaringin Timur

Kapuas Hulu

Kapuas

Barito Selatan

Barito Timur

Barito Utara

Katingan

Seruyan

Sukamara

Lamandau

Gunung Mas

Pulang Pisau

Murung Raya

Palangkaraya, Kota

Tanah Laut

Kota Baru

Banjar, Kota

Barito Kuala

Tapin

Hulu Sungai Selatan

Hulu Sungai TengahHulu Sungai Utara Tabalong

Tanah Bumbu

Balangan

Banjarmasin, Kota

Banjar Baru, Kota

Kutai Barat

Kutai Kartanegara

Kutai Timur

BerauBulungan

Nunukan

Malinau

Penajam Paser UtaraTana Tidung

Balikpapan, Kota

Samarinda, Kota

Tarakan, Kota

Bontang, Kota

DS

LQ

SSLQ

81

4. Bali dan Nusa Tenggara

Sektor pertambangan dan penggalian di wilayah Bali dan Kepulauan Nusa

Tenggara mayoritas kabupaten atau kota masuk dalam kategori tertinggal dan andalan.

Hanya satu kabupaten yang sektor Pertambangan dan Penggaliannya masuk dalam

sektor unggulan, yaitu Kabupaten Sumbawa Barat di provinsi Nusa Tenggara Barat.

Dalam wilayah inipun tidak ada satu kabupaten atau kota dimana sektor pertambangan

dan penggaliannya masuk dalam kategori prospektif.Kabupaten/kota yang sektor

pertambangan dan penggaliannya masuk kedalam kategori andalan antara lain

Kabupaten Bu-

leleng, Kabu-

paten Gianyar,

Kabupaten Je-

mbrana, Kabu-

paten Karang

Asem, Kabu-

paten Taba-

nan, Kota Bi-

ma, Kota Ma-

taram, Kabu-

paten Bima,

Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Flores Timur,

Kabupaten Kupang, Kabupaten Lembata, Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten

Manggarai, Kabupaten Saba Raijua, Kabupaten Sikka, Kabupaten Sumba Barat,

Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Timor Tengah Utara. Dalam kategori

tertinggal, terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian di wilayah Kota

Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Klungkung, Kabupaten

Dompu, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Sumbawa,

Gambar 5.6. Klasifikasi Sektor Pertambangan Pulau Bali dan Nusa Tenggara

Denpasar

BadungBangli

Buleleng

GianyarJembrana

Karang Asem

Klungkung

Tabanan

BimaBima

Dompu

Lombok Barat

Lombok Tengah

Lombok Timur

Lombok Utara

Sumbawa BaratSumbawa

Kupang

Sumba Timur

Alor

Belu

Ende

Flores Timur

Kupang

Lembata

Manggarai Barat

Manggarai Timur

Manggarai

Nagekeo

Ngada

Rote Ndao

Sabu RaijuaSikka

Sumba Barat Daya

Sumba Barat

Sumba Tengah

Timor Tengah Selatan

Timor Tengah Utara

DS

LQ

SSLQ

82

Kota Kupang, Kota Sumba Timur, Kabupaten Alor, Kabupaten Belu, Kabupaten Ende,

Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Ngada, Kabupaten Rote

Ndao, Kabupaten Sumba Barat Daya, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.

5. Sulawesi

Kabupaten/kota yang sektor pertambangan dan penggaliannya masuk kedalam

kategori unggulan antara lain Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten

Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Morowali, Kabupaten

Kolaka, dan Kabupaten

Luwu Timur.

Selain kategori

andalan, kategori

prospektif terda-

pat pada Kabupa-

ten Minahasa U-

tara di provinsi

Sulawesi Utara.

Kategori lainnya

adalah kategori

andalan, dian-

taranya sektor

pertambangan dan penggalian di Kabupaten Kep. Siau Tangulandang Biaro, Kota Bitung,

Kabupaten Kep. Sangihe, Kep. Talaud, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Buol,

Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Poso, Kabupaten Sigi, Kabupaten Tojo Una- Una,

Kota Bau- Bau, Kota Kendari, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton, Kabupaten Kolaka

Utara, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Konawe,

Kabupaten Muna, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Majene, Kabupaten Mamasa,

Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Barru, Kabupaten Bone,

Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Gowa, Kabupaten Luwu Utara,

Gambar 5.7. Klasifikasi Sektor Pertambangan Pulau Sulawesi

Bitung

Kotamobagu

Manado

Tomohon

BolMong Selatan

BolMong Timur

BolMong Utara

BolMong

Kep. Siau Tagulandang Biaro

Kepulauan Sangihe

Kepulauan Talaud

Minahasa Selatan

Minahasa Tenggara

Minahasa Utara

Minahasa

PaluBanggai Kepulauan

Buol

Donggala

Morowali

Parigi Moutong

Poso

Sigi

Tojo Una-Una

Toli-Toli

Bau-bau

Kendari

Bombana

Buton Utara

Buton

Kolaka UtaraKolakaKonawe Selatan

Konawe Utara

Konawe

MunaWakatobi

Mamuju

MajeneMamasa

Mamuju Utara

Polewali Mandar

Makassar

Palopo

Pare-Pare

Bantaeng

Barru

Bone

Bulukumba

Enrekang

Gowa

Jeneponto

Luwu Timur

Luwu UtaraLuwu

Maros Pangkajene Kepulauan

Pinrang

Selayar

Sidenreng RappangSinjaiSoppeng

Takalar

Tana Toraja

Toraja Utara

WajoGorontalo

Bone Bolango

Gorontalo UtaraGorontalo

Pohuwato

DS

LQ

SSLQ

83

Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Luwu, Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkanjene

Kepulauan, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Selayar, Kabupaten Sidenreng Rappang,

Kabupaten Sinjai, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara,

Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo Utara, dan terakhir Kabupaten Gorontalo.

Kategori terakhir yaitu kategori tertinggal, yaitu diantaranya Kota Kotamobagu,

Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Manado, Kota Palu, Kabupaten Banggai

Kepulauan, Kabupaten Donggala, Kabupaten Toli- Toli, Kabupaten Buton Utara, Kota

Mamuju, Kabupaten Mamuju Utara, Kota Makassar, Kota Palopo, Kota Pare- Pare,

Kabupaten Jenemponto, Kabupaten Takalar, Kabupaten Wajo, Kota Gorontalo,

Kabupaten Bone Bolango, dan kabupaten Pohuwanto.

6. Papua

Di bagian Timur Indonesia lainnya, yaitu Kepulauan Maluku dan Papua, sektor

pertambangan dan penggalian yang termasuk dalam kategori unggulan terdapat pada

Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera

Timur, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Sorong. Dalam kategori lainnya yaitu kategori

prospektif dalam sektor pertambangan dan penggalian antara lain Kabupaten Nabire

dan Kabupaten Raja Ampat. Sebagian besar sektor pertambangan dan penggalian di

Kepulauan Maluku dan Papua masuk ke dalam sektor andalan, daerahnya antara lain

adalah Kota Ambon, Kota Tual, Kabupaten Buru Selatan, Kabupaten Buru, Kabupaten

Kepulauan Aru, Kabupaten Maluku Barat Daya, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten

Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Seram Bagian Barat,

Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten

Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Morotai, Kabupaten Biak

Numfor, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Lanny

Jaya, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Mappi, Kabupaten Merauke,

Kabupaten Paniai, Kabupaten Pengunungan Bintang, Kabupaten Puncak Jaya,

Kabupaten Supiori, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Kaimana,

Kabupaten Manokwari, dan Kabupaten Sorong Selatan. Pada kategori tertinggal untuk

84

sektor Pertambangan dan Penggalian, antara lain terdapat di daerah Kabupaten

Halmahera Utara, Kota Jayapura, Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digoel,

Kabupaten Deiyai, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten

Mamberamo Jaya, Kabupaten Nduga, Kabupaten Puncak, Kabupaten Sarmi, Kabupaten

Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Yapen Waropen, Kota Sorong, Kabupaten

Fak-Fak, Kabupaten Maybrat, Kabupaten Tambrauw, Kabupaten Teluk Bintuni, dan

Kabupaten Teluk Wondama.

Gambar 5.8. Klasifikasi Sektor Pertambangan Pulau Papua

Ambon

Asmat

Biak Numfor

Boven Digoel

Buru Selatan

Buru

Deiyai

Dogiyai

Fak-Fak

Halmahera Barat

Halmahera Selatan

Halmahera Tengah

Halmahera TimurHalmahera Utara

Intan Jaya

Jayapura

Jayapura, KotaJayawijaya

Kaimana

Keerom

Kepulauan AruKepulauan Sula

Lanny Jaya

Maluku Barat Daya

Maluku TengahMaluku Tenggara Barat

Maluku Tenggara

Mamberamo Raya

Mamberamo Tengah

Manokwari

Mappi

Maybrat

Merauke

Mimika

Morotai

Nabire

Nduga

Paniai

Pegunungan Bintang

Puncak Jaya

Puncak

Raja Ampat

Sarmi

Seram Bagian Barat

Seram Bagian TimurSorong Selatan Sorong

Sorong, Kota

Supiori

Tambrauw

Teluk Bintuni

Teluk Wondama

Ternate, KotaTidore Kepulauan

Tolikara

Tual

Waropen

Yahukimo

Yalimo

Yapen Waropen

DS

LQ

SSLQ

1. Klasifikasi Sektor Pertambangan dan Penggalian Pulau Jawa

2. Klasifikasi Sektor Pertambangan dan Penggalian Pulau Sumatera

3. Klasifikasi Sektor Pertambangan dan Penggalian Pulau Kalimantan

4. Klasifikasi Sektor Pertambangan dan Penggalian Pulau Bali dan Nusa Tenggara

89

5. Klasifikasi Sektor Pertambangan dan Penggalian Pulau Sulawesi

6. Klasifikasi Sektor Pertambangan dan Penggalian Pulau Maluku dan Papua

91

sumber gambar: http://www.ali.web.id/YWRtaW4=/articles/99.jpg

92

ektor pengangkutan dan komunikasi merupakan salah satu sektor

penting dan penunjang utama perkembangan ekonomi. Pertumbuhan

sektor pengangkutan dan komunikasi yang cukup tinggi menjadi

penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor pengangkutan dan

komunikasi terdiri dari subsektor pengangkutan dan komunikasi. Subsektor

pengangkutan meliputi jasa angkutan jalan raya, jasa angkutan laut, angkutan udara,

dan jasa penunjang angkutan kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan dengan

menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik kendaraan bermotor maupun tidak

bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang sifatnya

menunjang kegiatan pengangkutan seperti terminal, pelabuhan dan pergudangan.

Angkutan jalan raya sendiri meliputi kegiatan pengangkutan barang dan

penumpang dengan menggunakan alat kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun

tidak bermotor, termasuk kegiatan lainnya seperti sewa kendaraan baik dengan atau

tanpa pengemudi. Tidak termasuk kegiatan lainnya yang diusahakan sebagai satu satuan

usaha dengan kegiatan ini seperti jasa bongkar muat, keagenan barang dan penumpang,

perbaikan dan pemeliharaan. Sementara angkutan laut meliputi kegiatan pengangkuta

barang dan penumpang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan

keluar daerah domestik, tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh

perusahaan lain yang berada dalam satu satuan usaha, dimana kegiatan pelayaran ini

sifatnya hanya menunjang kegiatan induknya, dan disamping itu data yang tersedia juga

sulit dipisahkan.

Angkutan udara mencakup kegiatan pengangkutan penumpang dan barang

dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan

yang beroperasi di daerah tersebut. Termasuk dalam angkutan udara antara lain

kegiatan lainnya yang diusahakan oleh paerusahaan penerbangan yang datanya sulit

untuk dipisahkan, seperti EMKU (Ekspedisi Muatan Kapal Udara), baik untuk angkutan

penerbangan dalam negeri maupun angkutan penerbangan luar negeri. Tidak termasuk

dalam kegiatan penerbangan yang dilakukan oleh instansi /perkumpulan yang sifatnya

S

93

terbuka untuk umum. jasa penunjang angkutan meliputi kegiatan yang bersifat

menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, yaitu jasa pelabuhan udara,

laut, sungai, darat, terminal dan parker, bongkar muat laut dan darat, keagenan

penumpang, ekspedisi laut, jalan tol, dan jasa penunjang lainnya seperti pengerukan dan

pengujian kelayakan angkutan laut.

Selain subsektor pengangkutan, terdapat pula sektor komunikasi yang terdiri

dari kegiatan pos dan giro, telekomunikasi, dan jasa penunjang komunikasi. Pos dan giro

mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel

dan paket pos yang diusahakan oleh perum pos dan giro. Telekomunikasi meliputi

kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui

telegram, telepon, faksimile, dan telex yang diusahakan oleh perusahaan

telekomunikasi. Jasa penunjang komunikasi meliputi kegiatan lainnya yang menunjang

kegiatan komunikasi seperti warung telekomunikasi, warung internet, dan telepon

seluler.

Gambar 6.1 Total PDB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 2004-2013 (milyar

rupiah)

Sumber: BPS (diolah)

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

Harga Konstan 2000 Harga Berlaku

94

Gambar 6.2. Pangsa Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Provinsi 2011

Sumber: INDODAPOER, Worldbank

Nilai sektor pengangkutan dan komunikasi selalu meningkat dari tahun ke tahun,

yang pada tahun 2012 berjumlah 265 Triliun Rupiah, meningkat dari tahun 2010 yang

berjumlah 217 Triliun Rupiah. Subsektor komunikasi menjadi kontributor terbersar dari

sektor ini, dengan nilai 167 triliun, dan subsektor pengangkutan dengan nilai 97 triliun

pada tahun 2012. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi pun cukup tinggi

dari tahun ke tahun, yaitu rata-rata diatas 10 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan

0 5 10 15 20 25 30

Sulawesi Barat

Maluku Utara

Gorontalo

Kepulauan Bangka Belitung

Maluku

Papua Barat

Bengkulu

Nusa Tenggara Timur

Sulawesi Tenggara

Jambi

Sulawesi Tengah

Kalimantan Tengah

Nusa Tenggara Barat

Papua

Kepulauan Riau

D I Yogyakarta

Sulawesi Utara

Nanggroe Aceh Darussalam

Kalimantan Selatan

Kalimantan Barat

Lampung

Riau

Bali

Sumatera Selatan

Sulawesi Selatan

Sumatera Barat

Kalimantan Timur,

Banten

Jawa Tengah

Sumatera Utara

Jawa Barat

Jawa Timur

DKI Jakarta

95

positif juga dicatatkan oleh subsektor yang menyusun, yaitu subsektor pengangkutan

serta subsektor komunikasi. Subsektor pengangkutan mencatat pertumbuhan setiap

tahunnya rata-rata 6 persen, sementara sektor komunikasi tumbuh setiap tahunnya

rata-rata 22 persen. Tak pelak, hal ini menjadikan sektor pengangkutan dan komunikasi

menjadi salah satu sektor andalan dalam memacu pertumbuhan ekonomi dalam negari

dalam 5 tahun terakhir.

Sementara jika dilihat dari nilai pangsanya, pangsa terbesar Pangsa sektor

pengangkutan dan komunikasi terhadap total pangsa sektor ini di tingkat nasional,

didominasi oleh provinsi yang berada di pulau Jawa dan Sumatera, yaitu lima urutan

teratas dimana provinsi DKI Jakarta menyumbangkan pangsa 27,7 persen disusul oleh

Jawa Timur (14,5 persen), Jawa barat (9,1 persen), Sumatera Utara (6,6 persen) dan

Jawa Tengah (5,5 persen).

Klasifikasi Sektor Unggulan Pengangkutan dan Komunikasi Berdasarkan

Gabungan SSLQ dan DSLQ

1. Pulau Jawa

Gabungan SSLQ dan DSLQ di pulau Jawa Tersebar di berbagai kota dan

kabupaten, terutama kota atau kabupaten besar. Kota dan kabupaten yan gmasuk

kedalam kategori unggulan dalam sektor pengangkutan dan komunikasinya adalah Kota

Jakarta Barat, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Timur di Provinsi

DKI Jakarta. Di Provinsi Jawa Barat antara lain adalah Kota Sukabumi, Kota Cirebon.

Untuk Provinsi lain, yaitu Provinsi Banten, Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan

Jawa Timur tidak terdapat satupun Kota/Kabupaten yang sektor pengangkutan dan

komunikasinya masuk kategori unggulan. Kategori lainnya adalah kategori andalan,

antara lain sektor pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten Indramayu, Kabupaten

Karawang dan Kota Cimahi di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Klaten, Kabupaten Kudus,

dan Kabupaten Temanggung di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten

Kediri, Kabupaten Ponorogo,dan Kabupaten Probolinggo di Provinsi Jawa Timur, serta

96

Kabupaten Serang di Provinsi Banten. . Kategori prospektif antara lain sektor

pengangkutan

dan komuni-

kasi di Kota

Jakarta utara

di Provinsi DKI

Jakarta, Kota

Bogor, Kota

Bandung, Ka-

bupaten Cia-

mis, dan Kota

Bekasi di Pro-

vinsi Jawa Ba-

rat, Kota Ma-

gelang, Kota

Pekalongan, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Tegal, dan Kabupaten

Banyumas di Jawa Tengah, Kabupaten Wonogiri, Kota Blitar, Kota Madiun, Kota

Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Kota Surabaya,dan Kabupaten Sidoarjo di

Provinsi Jawa Timur,Kota Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo di Provinsi DI Yogyakarta,

serta Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, dan Kabupaten Tangerang di Provinsi

Banten. Sementara untuk sektor pengangkutan dan komunikasi yang masuk kategori

tertinggal antara lain adalah Kota Administratif Kepulauan Seribu di Provinsi DKI Jakara,

Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi,

Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Kuningan, Kabupaten

Majalengka, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bekasi, Kabupaten

Bandung Barat, Kabupaten Cirebon, Kota Depok, Kota Banjar, serta Kabupaten

Sumedang di Provinsi Jawa Barat. Selain itu, di Provinsi Jawa Tengah antara lain

Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Batang, Kabupaten Blora, Kabupaten Boyolali,

Gambar 6.3. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Jawa

Kepulauan Seribu

Jakarta Barat

Jakarta Pusat

Jakarta SelatanJakarta TimurJakarta Utara

Bogor, Kota

Bogor Cianjur

Bandung, KotaBandung

Sukabumi, Kota

Sukabumi

Garut

Tasikmalaya

Ciamis

Kuningan

Cirebon, Kota

Majalengka

Indramayu

SubangPurwakarta

Karawang

Bekasi, KotaBekasi

Bandung Barat

CirebonDepok

Cimahi

Tasikmalaya, Kota

Banjar

Sumedang

Magelang, Kota

Pekalongan, Kota

Salatiga

Semarang, Kota

Surakarta Tegal, Kota

BanjarnegaraBanyumasBatangBlora

BoyolaliBrebes

Cilacap

Demak

Grobogan

Jepara

Karanganyar

Kebumen

Kendal

KlatenKudus

Magelang

Pati

PekalonganPemalang

Purbalingga

Purworejo

RembangSemarang Sragen SukoharjoTegal

Temanggung

Wonogiri

Wonosobo

BatuBlitar, Kota

Kediri, Kota

Madiun, Kota

Malang, Kota

Mojokerto, Kota

Pasuruan, Kota

Probolinggo, KotaSurabaya

Bangkalan

BanyuwangiBlitar

Bojonegoro

Bondowoso

Gresik

JemberJombang

Kediri

Lamongan

Lumajang

MadiunMagetan

Malang

Mojokerto

Nganjuk

Ngawi

PacitanPamekasan

Sampang

Pasuruan

PonorogoProbolinggo

Sidoarjo

SitubondoSumenepTrenggalekTuban

Tulungagung

YogyakartaBantul

Gunung Kidul

Kulon Progo

Sleman

Serang, KotaTangerang Selatan

Tangerang, KotaLebakPandeglang

Serang

Tangerang

DS

LQ

SSLQ

97

Kabupaten Brebes, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan,

Kabupaten Jepara, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Kendal,

Kabupaten Magelang, Kabupaten Pati, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang,

Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Rembang, Kabupaten

Semarang, Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten

Wonosobo di Provinsi Jawa Tengah. Di Jawa Timur sektor pengangkutan dan komunikasi

yang masuk tertinggal antara lain Kota Batu, Kota Kediri, Kota Malang, Kabupaten

Banyuwangi, Kabupaten Blitar, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Bondowoso,

Kabupaten Gresik, Kabupaten Jombang, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Lumajang,

Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Malang, Kabupaten Mojokerto,

Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Pamekasan,

Kabupaten Sampang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Sumenep,

Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tuban, dan Kabupaten Tulungagung di Provinsi Jawa

Timur. Di Provinsi DI Yogyakarta, yang termasuk sektor tertinggal antara lain Kabupaten

Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Sleman. Di Provinsi Banten antara lain

yang sektor pengangkutan dan Komunikasinya tergolong tertinggal antara lain terdapat

di Kota Cilegon, Kota Serang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Pandeglang.

2. Pulau Sumatera

Gabungan SLQ dan DSLQ untuk sektor pengangkutan dan komunikasi di

kabupaten atau kota di Pulau sumatera antara lain untuk kategori unggulan terdapat di

Kota Sibolga di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Kaur di Provinsi Bengkulu, serta

Kabupaten Tulang Bawang di Provinsi Lampung. Untuk Provinsi Nangroe Aceh

Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Riau, dan Bangka

Belitung tidak terdapat kota atau kabupaten yang sektor pengangkutan dan

komunikasinya tergolong kategori unggulan. Untuk kategori andalan, terdapat di

wilayah Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Timur,

Kota Lhokseumawe, dan Kota Subulussalam di provinsi Nangroe Aceh Darussalam,

Kabupaten Labuhan Batu Selatan dan Kabupaten Labuhan Batu Utara di provinsi

98

Sumatera Utara, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, dan Kabupaten kepualauan

Meranti di Provinsi Riau, Kabupaten Ogan Komering ulu, Kabupaten Muara Enim,

Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten

Banyuasin dan Kota Prabumulih di Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Bengkulu

Tengah dan Kabupaten Mukomuko di Provinsi Bengkulu, Kabupaten Lampung Barat,

Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Utara, dan Kabupaten Way Kanan di

Provinsi Lampung, Kabupaten Bangka di Provinsi Bangka Belitung, serta Kabupaten

Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau.

Untuk sektor

pengangkutan

dan komu-

nikasi yang

tergolong ka-

tegori pros-

pektif terda-

pat di wilayah

Kota Banda

Aceh, Kabu-

paten Aceh

Jaya, dan Ka-

bupaten Bireuen di Provinsi NAD, Kabupaten Tanah Karo, Kota Medan, Kota Pematang

Siantar, Kota Tebing Tinggi, Kota Padang Sidempuan, Dan Kota Gunung Sitoli di Provinsi

Sumatera Utara, Kabupaten Solok, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kota

Solok, Kota Sawahlunto, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, dan

Kota Pariaman di Provinsi Sumatera Barat, Kota Pekanbaru dan Kota Dumai di Provinsi

Riau, Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh di Provinsi Jambi, Kota Palembang di Provinsi

Sumatera Selatan, Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kota Bengkulu di Provinsi Bengkulu,

Gambar 6.4. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Sumatera

Banda Aceh

Aceh Barat Daya

Aceh Barat

Aceh Besar

Aceh Jaya

Aceh Pidie

Aceh Selatan

Aceh Singkil

Aceh Tamiang Aceh Tengah

Aceh Tenggara

Aceh Timur

Aceh Utara

Simeulue

Bireuen

Pidie Jaya

Gayo Lues

Bener Meriah

Sabang

Lhokseumawe

Langsa

Subulussalam

Nagan RayaTapanuli SelatanTapanuli Tengah

Tapanuli Utara

Nias BaratNias Selatan

Nias UtaraNias

Langkat

Ta0h Karo

Deli Serdang

SimalungunAsahan

Labuhan Batu Selatan

Labuhan Batu Utara

Labuhan Batu

Dairi

Toba Samosir

Mandailing Natal

Pakpak Bharat Humbang Hasundutan

SamosirSerdang Bedagai

Batu Bara

Padang Lawas Utara

Padang LawasMedan

Pematang Siantar

Sibolga

Tanjung Bala

Binjai

Tebing Tinggi

Padang Sidempuan

Gunung SitoliPesisir Selatan Solok Selatan

SolokSawahlunto Sijunjung

Tanah Datar

Padang Pariaman

AgamLimapuluh Kota

Pasaman Barat

Pasaman

Kepulauan Mentawai

Dharmas RayaPasaman Barat

Pasaman Padang

Solok

Sawahlunto

Padang PanjangBukittinggi

Payakumbuh

Pariaman

Kampar

Indragiri HilirIndragiri Hulu

BengkalisPelalawan

Rokan Hilir

Rokan Hulu

Siak

Kuantan Singingi

Kepulauan Meranti

Pekan Baru, Kota

Dumai, Kota

Kerinci

Merangin

Sarolangun

Batanghari

Muaro Jambi

Tanjung Jabung Barat

Tanjung Jabung TimurBungo

Tebo

JambiSungai Penuh

Ogan IlirOgan Komering IlirOgan Komering Ulu Selatan

Ogan Komering Ulu Timur

Ogan Komering Ulu

Muara EnimLahat

Musi Rawas

Musi Banyuasin

Banyuasin

Empat LawangPalembang

Pagar Alam

Prabumulih

Bengkulu Selatan

Bengkulu Tengah

Bengkulu UtaraRejang Lebong

Kaur

Seluma

Mukomuko

Lebong

Kepahiang

Bengkulu, Kota

Lampung Barat

Lampung Selatan

Lampung Tengah

Lampung Timur

Lampung Utara

Tulang Bawang Barat

Tulang Bawang

Tanggamus

Way Kanan

Pesawaran

Pringsewu

Mesuji

Bandar Lampung

Metro

Bangka Barat

Bangka Selatan

Bangka Tengah

Bangka

Belitung TimurBelitung

Pangkal PinangBintanKarimun

Natuna

Lingga

Kepulauan Anambas

Batam Tanjung Pinang

DS

LQ

SSLQ

99

Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pringsewu, Kota Bandar Lampung, dan Kota

metro di Provinsi Lampung, Kabupaten Bangka Tengah dan Kota Pangkal Pinang di

Provinsi Bangka Belitung, serta Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, dan Kota

Tanjung Pinang di Provinsi Kepulauan Riau. Untuk kategori tertinggal, terdapat di

Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten

Aceh Pidie, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Tengah,

Kabupaten Aceh utara, Kabupaten Simeuleu, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Gayo

Lues, Kabupaten Bener Meriah, Kota Sabang, Kota Langsa, Kabupaten Nagan Raya,

Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Utara,

Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias,

Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Simalungun, Kabupaten

Asahan, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Dairi, Kabupaten Toba Samosir,

Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang

Hasudutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batu Bara,

Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas, Kota Binjai, Kabupaten

Pesisir Selatan, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Kabupaten

Tanah Datar, Kabupaten Agam, Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Pasaman Barat,

Kabupaten Pasaman, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Dharmas Raya,

Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Kampar, Kabupaten

Indragiri Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Pelalawan,

Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Kerinci, Kabupaten

Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Bungo,

Kabupaten Tebo, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan

Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu

Timur, Kota Pagar Alam, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Rejang Lebong,

Kabupaten Seluma, Kabupaten Lebong, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Lampung

Timur, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pesawaran,

100

Kabupaten Mesuji, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten

Belitung Timur, Kabupaten Belitung, Kabupaten Bintan, dan Kota Batam.

3. Pulau Kalimantan

Gabungan SLQ dan DSLQ untuk sektor pengangkutan dan komunikasi di

Kabupaten atau Kota di Pulau Kalimantan yaitu untuk kategori unggulan terdapat di

Kabupaten Kubu

Raya di Provinsi

Kalimantan Barat

dan Kabupaten

Kotawaringin Ba-

rat di Provinsi Ka-

limantan Tengah.

Untuk kategori

andalan yaitu Ka-

bupaten Sintang

di Provinsi Kali-

mantan Barat ser-

ta Kabupaten Nu-

nukan dan Ka-

bupaten Penajam Paser Utara di Provinsi Kalimantan Timur. Untuk sektor pengangkutan

dan komunikasi yang tergolong kategori prospektif terdapat di Kota Pontianak di

Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Barito Selatan,

Kabupaten Katingan, dan Kota Palangkaraya di Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten

Tanah Bumbu dan Kota Banjarmasin di Provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten

Bulungan, Kota Bulungan, Kota Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kota Tarakan di

Provinsi Kalimantan Timur.

Untuk kategori Tertinggal untuk sektor pengangkutan dan komunikasi antara lain

berada di wilayah Kabupaten Sambas, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau,

Sambas

Pontianak, Kota

Pontianak

Sanggau

Ketapang

Sintang

Kapuas Hulu

Bengkayang

Landak

Sekadau

MelawiKayong Utara

Kubu Raya

Singkawang, Kota

Kotawaringin Barat

Kotawaringin Timur

Kapuas Hulu

Kapuas

Barito Selatan

Barito Timur

Barito Utara Katingan

Seruyan

Sukamara

Lamandau

Gunung Mas

Pulang PisauMurung Raya

Palangkaraya, Kota

Tanah LautKota Baru

Banjar, Kota

Barito Kuala

Tapin

Hulu Sungai SelatanHulu Sungai Tengah

Hulu Sungai Utara

Tabalong

Tanah Bumbu

Balangan

Banjarmasin, KotaBanjar Baru, Kota

Kutai Barat

Kutai Kartanegara

Kutai Timur

Berau

Bulungan

Nunukan

Malinau

Penajam Paser Utara

Tana Tidung

Balikpapan, Kota

Samarinda, Kota

Tarakan, Kota

Bontang, Kota

DS

LQ

SSLQ

Gambar 6.5. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Kalimantan

101

Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten

Landak, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kota

Singkawang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Timur,

Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten

Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya,

Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kota Baru, Kota Banjar, Kabupaten Barito Kuala,

Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara,

Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kota Banjar

Baru, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten

Malinau, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Bontang.

4. Pulau Bali dan Nusa Tenggara

Sektor pengangkutan dan komunikasi di Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara buka

merupakan sektor yang termasuk kategori sektor unggulan, karena tidak satupun kota/

kabupaten di wilayah ini yang sektor pengangkutan dan komunikasinya termasuk

kategori unggulan. Kategori lain yaitu andalan hanya terdapat di beberapa wilayah,

antara lain Kabupaten Saba Raijua, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Sumba Barat

Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Timor Tengah Utara. Untuk Kategori

prospektif untuk sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat antara lain di Kota

Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Karang Asem, Kota

Bima, Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kota Kupang, Kabupaten Ende, dan

Kabupaten Flores Timur. Mayoritas kabupaten dan kota di wilayah ini sektor

pengangkutan dan komunikasi tergolong kategori tertinggal, antara lain terdapat di

Kabupaten Bangli, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Tabanan,

Kabupaten Klungkung, Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu, Kabupaten Lombok Timur,

Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa, Kota

Sumba Timur, Kabupaten Alor, Kabupaten Belu, Kabupaten Kupang, Kabupaten

Lembata, Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten

102

Manggarai, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Ngada, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten

Sikka, Kabupaten Sumba Barat, serta Kabupaten Timor Tengah Selatan.

5. Pulau Sulawesi

Gabungan SLQ dan DSLQ untuk sektor Pengangkutan dan Komunikasi di Pulau

Sulawesi antara lain untuk kategori unggulan terdapat di wilayah Kabupaten Kepulauan

Sangihe, Kabupaten Kepulauan Talaud, dan Kabupaten Donggala. Untuk sektor

pengangkutan dan komunikasi yang termasuk sektor andalan terdapat di Kabupaten

Buton Utara, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Pinrang,

Kabupaten Sinjai, dan Kabupaten Toraja Utara. Mayoritas sektor Pengangkutan dan

komunikasi di kabupaten dan kota di pulau Sulawesi termasuk kategori prospektif dan

tertinggal. Untuk kategori prospektif, terdapat di Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabuapten minahasa, Kota Palu, Kabupaten Poso,

Kota Bau- Bau, Kota Kendari, Kabupaten Konawe Selatan, Kota Makassar, Kota Palopo,

Kota Pare- Pare, Kabupaten Selayar, Kota Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, dan

Gambar 6.6. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Bali dan Nusa Tenggara

Denpasar

BadungBangli

Buleleng

Gianyar

JembranaKarang AsemKlungkung

Tabanan

Bima

Mataram

Bima

Dompu

Lombok Barat

Lombok Tengah

Lombok Timur

Lombok Utara

Sumbawa Barat

Sumbawa Kupang

Sumba Timur

Alor

Belu

Ende

Flores Timur

Kupang

Lembata

Manggarai BaratManggarai Timur

Manggarai

Nagekeo

Ngada

Rote Ndao

Sabu Raijua

Sikka

Sumba Barat Daya

Sumba Barat

Sumba Tengah

Timor Tengah Selatan

Timor Tengah Utara

DS

LQ

SSLQ

103

Kabupaten Gorontalo. Untuk kategori tertinggal untuk sektor pengangkutan dan

komunikasi terdapat diantaranya di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kota

Kotamobagu, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow

Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten

Minahasa Tenggara, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Banggai Kepulauan,

Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi,

Kabupaten Toja Una- Una, Kabupaten Toli- Toli, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton

Utara, Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konawe Utara,

Kabupaten Konawe, Kabupaten Muna, Kabupaten Wakatobi, Kota Mamuju, Kabupaten

Majene, Ka-

bupaten Ma-

masa, Kabu-

paten Mamu-ju

Utara, Ka-

bupaten Pole-

wali Mandar,

Kabupaten Ban-

taeng, Kabu-

aten Barru, Ka-

bupaten Bone,

Kabupaten En-

rekang, Kabu-

paten Gowa, Ka-

bupaten Jeneponto, Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Luwu, Kabupaten Maros,

Kabupaten Pangkanjene Kepulauan, Kabupaten Sidenreng Rappang, Kabupaten

Soppeng, Kabupaten Takalar, Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Wajo, Kabupaten

Boalemo, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kabupaten Pohuwanto.

Gambar 6.7. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Sulawesi

BitungKotamobagu

Manado

Tomohon

BolMong Selatan

BolMong Timur

BolMong Utara

BolMong

Kep. Siau Tagulandang Biaro

Kepulauan Sangihe

Kepulauan Talaud

Minahasa SelatanMinahasa Tenggara

Minahasa UtaraMinahasa

PaluBanggai Kepulauan

Buol

Donggala

Morowali

Parigi Moutong

Poso

SigiTojo Una-Una Toli-Toli

Bau-bau Kendari

Bombana

Buton Utara

ButonKolaka Utara

Kolaka

Konawe Selatan

Konawe Utara

KonaweMunaWakatobi

Mamuju

MajeneMamasa

Mamuju Utara

Polewali Mandar Makassar

Palopo

Pare-Pare

Bantaeng

Barru

Bone

Bulukumba

EnrekangGowa

Jeneponto

Luwu Timur

Luwu Utara

Luwu

MarosPangkajene Kepulauan

Pinrang

Selayar

Sidenreng Rappang

Sinjai

Soppeng

Takalar

Tana Toraja

Toraja Utara

Wajo

Gorontalo

Boalemo

Bone BolangoGorontalo Utara

GorontaloPohuwato

DS

LQ

SSLQ

104

6. Pulau Maluku dan Papua

Gabungan SLQ dan DSLQ Sektor Pengangkutan dan komunikasi di kabupaten

Kota di Papua dan Kepulauan Maluku didominasi oleh kategori tertinggal, dan hanya

sebagian kabupaten/ kota yang sektor pengangkutan dan komunikasinya masuk di

kategori lain, seperti unggulan, andalan, serta prospektif. Kabupaten/kota yang sektor

pengangkutan dan komunikasi tergolong kategori unggulan antara lain Kabupaten

Jayawijaya, Kabupaten Merauke, dan Kabupaten Yapen Waropen. Untuk kategori

andalan, antara lain Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Nabire, Kabupaten

Nduga, Kabupaten Paniai, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Kaimana, dan Kabupaten Raja

Ampat. Kota/

kabupaten

yang sektor

pengangkutan

dan komu-

nikasinya ter-

golong kate-

gori prospektif

antara lain

terdapat di Ko-

ta Ambon, Kota

Ternate, Kota

Jayapura, Kabu-

paten Biak

Numfor, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Supiori, Kota Sorong,

Kabupaten Fak- Fak, dan Kabupaten Manokwari. Untuk kategori sektor penggalian dan

komunikasi tergolong tertinggal terdapat di Kota Tual, Kabupaten Buru Selatan,

Kabupaten Buru, Kabupaten Kepulauan Aru, Kabupaten Maluku Barat Daya, Kabupaten

Maluku Tengah, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Maluku Tenggara,

Gambar 6.8. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Maluku dan Papua

Ambon

Asmat

Biak Numfor

Boven Digoel

Buru Selatan

Buru

Deiyai

Dogiyai

Fak-Fak

Halmahera Barat

Halmahera Selatan

Halmahera Tengah

Halmahera Timur

Halmahera Utara

Intan Jaya

Jayapura

Jayapura, Kota

Jayawijaya

Kaimana

Keerom

Kepulauan Aru

Kepulauan Sula

Lanny Jaya

Maluku Barat Daya

Maluku Tengah

Maluku Tenggara Barat

Maluku TenggaraMamberamo Raya

Mamberamo Tengah

Manokwari

Mappi

Maybrat

Merauke

Mimika

Morotai

Nabire

Nduga

Paniai

Pegunungan Bintang

Puncak Jaya

Puncak

Raja Ampat

Sarmi

Seram Bagian Barat

Seram Bagian Timur

Sorong Selatan

Sorong

Sorong, Kota

Supiori

Tambrauw

Teluk Bintuni

Teluk Wondama

Ternate, Kota

Tidore Kepulauan

Tolikara

Tual

Waropen

Yahukimo

Yalimo

Yapen Waropen

DS

LQ

SSLQ

105

Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kota Kepulauan Tidore,

Kabupaten Halmahera barat, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera

Tengah, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten

Kepulauan Sula, Kabupaten Morotai, Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digoel,

Kabupaten Deiyai, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Keerom,

Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Mappi, Kabupaten

Mimika, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Puncak,

Kabupaten Waropen, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Maybrat,

Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Sorong, Kabupaten Tambrauw, Kabupaten Teluk

Bintuni, dan Kabupaten Teluk Wondama.

1. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Jawa

2. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Sumatera

3. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Kalimantan

3. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Bali dan Nusa Tenggara

110

3. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Sulawesi

6. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Maluku dan Papua

112

sumber gambar: http://www.energitoday.com/uploads//2014/06/listrik1.jpg

113

ektor Listrik Gas, dan Air bersih merupakan salah satu dari 9 sektor yang

menyusun perekonomian. Sektor ini memiliki 3 subsektor, diantaranya

subsektor listrik dan subsektor air bersih, dan subsektor gas. Subsektor

listrik mencakup kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang

diselenggarakan oleh PT. PLN (Persero) maupun oleh perusahaan Non- PLN, dengan

tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang

dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi, dan listrik yang dicuri. Subsektor air bersih

meliputi kegiatan proses pembelian, pemurnian, dan proses kimiawi, lainnya untuk

menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyalurannya secara langsung

melalui pipa dan alat lain ke rumah tangga, instansi pemerintah dan swasta. Kegiatan ini

mencakup kegiatan yang dilakukan oleh Perusahaan Air Minum (PAM) dan perusahaan

bukan PAM, sedangkan subsektor gas meliputi produksi dan pendistribusian sumber

daya gas.

Gambar 7.1 Total PDB Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 2004-2013 (milyar rupiah)

Sumber: BPS

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

Harga Konstan 2000 Harga Berlaku

S

114

Gambar 7.2. Pangsa Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Provinsi 2011 (persen)

Sumber: INDODAPOER, Worlbank

Kontribusi produk domestik bruto dari sektor listrik, gas, dan air bertambah dari

tahun ke tahun, yaitu dari sekitar 22 triliun rupiah pada tahun 2004 menjadi sekitar 62

triliun pada tahun 2012. Pertumbuhan produk domestik bruto sektor ini pun

mencatatkan pertumbuhan yang positif, yaitu rata- rata 7,6 persen per tahun untuk

periode 2004 sampai 2013. Kontribusi subsektor terbesar terhadap pembentukan PDB

sektor ini disumbangkan oleh subsektor listrik dengan jumlah 39 triliun rupiah pada

tahun 2012, disusul oleh subesktor gas dengan nilai 17 triliun dan terakhir oleh

0 5 10 15 20 25 30 35

Maluku UtaraGorontalo

MalukuSulawesi Barat

Papua BaratBengkulu

PapuaNusa Tenggara Timur

Kepulauan Bangka BelitungNusa Tenggara Barat

Kalimantan TengahSulawesi Tenggara

Nanggroe Aceh DarussalamSulawesi Tengah

Kalimantan BaratSulawesi Utara

LampungJambi

Kalimantan SelatanD I Yogyakarta

RiauKepulauan Riau

Sumatera SelatanKalimantan Timur,

Sumatera BaratBali

Sulawesi SelatanSumatera Utara

Jawa TengahDKI Jakarta

BantenJawa TimurJawa Barat

115

subsektor air bersih dengan nilai sekitar 6 triliun. Pangsa sektor listrik, gas, dan air bersih

terbesar jika dibandingkan dengan total kontribusi Produk Domestik Bruto sektor ini di

tingkat nasional didominasi oleh provinsi yang berada di pulau Jawa, yaitu dengan

pangsa terbesar adalah Provinsi Jawa Barat dengan pangsa pasar sebesar 28, 8 persen,

disusul oleh Provinsi Jawa Timur dengan pangsa 19,1 persen dan Propinsi Banten dengan

pangsa 13,4 persen.

Klasifikasi Sektor Unggulan Listrik, Gas, dan Air Bersih Berdasarkan Gabungan

SSLQ dan DSLQ

1. Pulau Jawa

Pulau Jawa merupakan basis utama dari kontribusi sektor listrik, gas, dan air

bersih di lingkup nasional, dimana setiap provinsi yang ada menjadi salah satu

kontributor terbesar dalam sektor ini di lingkup nasional. Untuk Provinsi DKI Jakarta,

tidak ada satupun wilayah kota administratif yang sektor listrik, gas, dan airnya masuk

kedalam kategori unggulan, mayoritas masuk kedalam kategori andalan dan tertinggal,

serta satu Kota yang masuk kategori prospektif, yaitu Kota Jakarta Utara. Di Provinsi

Jawa Barat,

cukup banyak

wilayah yang

termasuk keda-

lam kategori

unggulan, lalu

disusul oleh ka-

tegori andalan,

dan prospek-

tif, dimana di-

antaranya ter-

dapat di Kota

Cirebon, Kabu-

Gambar 7.3. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Jawa

Kepulauan Seribu

Jakarta Barat

Jakarta Pusat

Jakarta Selatan

Jakarta Timur

Jakarta Utara

Bogor, KotaBogor

Cianjur

Bandung, Kota

Bandung

Sukabumi, KotaSukabumi

Garut

Tasikmalaya

Ciamis

Cirebon, Kota

Majalengka

Indramayu

Subang

Purwakarta

Karawang

Bekasi, Kota

Bekasi

Bandung Barat

Cirebon

Depok

Cimahi

Tasikmalaya, Kota

Banjar

SumedangMagelang, Kota

Pekalongan, Kota

Salatiga

Semarang, Kota

SurakartaTegal, Kota

Banjarnegara

BanyumasBatang

Blora

Boyolali

Brebes

Cilacap

Demak

Grobogan

Jepara

Karanganyar

Kebumen

Kendal

Klaten

Kudus

Magelang

PatiPekalongan

Pemalang

Purbalingga

PurworejoRembang

Semarang

SragenSukoharjo

Tegal

Temanggung

Wonogiri

Wonosobo

BatuBlitar, Kota

Kediri, Kota

Madiun, Kota

Malang, Kota

Mojokerto, Kota

Pasuruan, Kota

Probolinggo, Kota

Surabaya

Bangkalan

Banyuwangi

Blitar

BojonegoroBondowoso

Gresik

Jember

Jombang

Kediri

Lamongan

Lumajang

MadiunMagetan

Malang

Mojokerto

Nganjuk

Ngawi

PacitanPamekasan

Sampang

Pasuruan

Ponorogo

Probolinggo

Sidoarjo

Situbondo

Sumenep

Trenggalek

Tuban

TulungagungYogyakarta

Bantul

Gunung KidulKulon Progo

Sleman

Cilegon

Serang, Kota

Tangerang Selatan

Tangerang, Kota

Lebak

Pandeglang

Serang

Tangerang

DS

LQ

SSLQ

116

paten Bandung Barat, serta Kota Depok, dan satu kabupaten yang masuk kategori

tertinggal, yaitu kabupaten Tasikmalaya. Untuk Kota atau Kabupaten yang berada di

Provinsi Jawa Tengah, mayoritas kota atau kabupaten untuk sektor ini masuk kedalam

kategori unggulan dan andalan, kota yang sektor ini masuk kedalam kategori prospektif

adalah Kota Salatiga, sedangkan yang tertinggal adalah Kabupaten Batang dan

Kabupaten Kendal. Untuk kota atau kabupaten di Provinsi Jawa Timur, mayoritas sektor

ini masuk kedalam kategori andalan, kota atau kabupaten yang termasuk kategori

unggulan antara lain Kabupaten Gresik, Kota Malang, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan,

Kota Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Sidoarjo,

Kabupaten Tuban, serta Kabupaten Tulungagung. Untuk Provinsi DI Yogyakarta, Hanya

Kota Yogyakarta yang sektor ini masuk dalam kategori unggulan, kabupaten lainnya

masuk kedalam kategori andalan. Di Provinsi Banten, hanya satu daerah yaitu Kota

Tangerang yang masuk kedalam kategori tertinggal, kota atau kabupaten lain masuk

kedalam kategori prospektif, andalan, dan unggulan.

2. Pulau Sumatera

Di wilayah Pulau Sumatera, sebagian besar wilayah kota dan kabupaten yang ada sektor

listrik, gas, dan air

bersih mayoritas

masuk kedalam

kategori andalan

dan tertinggal.

Beberapa dae-

rah masuk da-

lam kategori

prospektif dan

unggulan, dian-

taranya kota dan

kabupaten yang

Gambar 7.4. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Sumatera

Banda Aceh

Aceh Barat Daya

Aceh Barat

Aceh Besar

Aceh Jaya

Aceh Pidie

Aceh Selatan

Aceh Singkil

Aceh Tamiang

Aceh Tengah

Aceh Tenggara

Aceh Timur

Simeulue

Bireuen

Pidie Jaya

Gayo Lues

Bener Meriah

Sabang

Lhokseumawe

Langsa

SubulussalamNagan Raya

Tapanuli Selatan

Tapanuli Tengah

Tapanuli Utara

Nias Barat

Nias Selatan

Nias UtaraNias

Langkat

Ta0h Karo

Deli Serdang Simalungun Asahan

Labuhan Batu Selatan

Labuhan Batu Utara

Labuhan BatuDairi

Toba SamosirMandailing Natal

Pakpak Bharat

Humbang Hasundutan

Samosir

Serdang Bedagai

Batu Bara

Padang Lawas Utara

Padang Lawas

MedanPematang Siantar

Sibolga

Tanjung Bala

Binjai

Tebing Tinggi

Padang Sidempuan

Gunung SitoliPesisir SelatanSolok Selatan

Solok

Sawahlunto Sijunjung

Tanah Datar

Padang Pariaman

Agam

Limapuluh Kota

Pasaman BaratPasaman

Kepulauan Mentawai

Dharmas RayaPasaman Barat

PasamanPadang

SolokSawahlunto

Padang Panjang

Bukittinggi

PayakumbuhPariamanKampar

Indragiri Hilir

Indragiri HuluBengkalis

Pelalawan

Rokan Hilir

Rokan Hulu

Siak

Kuantan Singingi

Kepulauan Meranti

Pekan Baru, Kota

Dumai, Kota

Kerinci

Merangin

SarolangunBatanghari

Muaro JambiTanjung Jabung BaratTanjung Jabung Timur

Bungo

Tebo

Jambi

Sungai Penuh

Ogan IlirOgan Komering IlirOgan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu Timur

Ogan Komering Ulu

Muara Enim

Lahat

Musi Rawas

Musi Banyuasin

Banyuasin

Empat Lawang

Palembang

Pagar AlamPrabumulih

Bengkulu Selatan

Bengkulu Tengah

Bengkulu Utara

Rejang Lebong

Kaur

Seluma

Mukomuko

Lebong

Kepahiang Bengkulu, Kota

Lampung Barat

Lampung Selatan

Lampung Tengah

Lampung Timur Lampung Utara

Tulang Bawang Barat

Tulang Bawang

Tanggamus

Way Kanan

Pesawaran

Pringsewu

Mesuji

Bandar Lampung

MetroBangka Barat

Bangka Selatan

Bangka Tengah

BangkaBelitung Timur

Belitung

Pangkal Pinang

BintanKarimun

Natuna

LinggaKepulauan Anambas

Batam

Tanjung Pinang

DS

LQ

SSLQ

117

berada di wilayah Provinsi Sumatera utara, Sumatera barat, Jambi, dan Sumatera

Selatan.

3. Pulau Kalimantan

Mayoritas wilayah kabupaten dan kota di wilayah Pulau Kalimantan sektor listrik,

gas, dan air bersih sebagian besar tergolong kategori andalan dan tertinggal. Beberapa

wilayah yang termasuk dalam kategori unggulan untuk sektor ini antara lain adalah

Kabupaten Pontianak, Kota Singkawang, Kota Banjar Baru, Kabupaten Tana Tidung, dan

Kota Tarakan, sedangkan untuk yang masuk kedalam kategori prospektif antara lain Kota

Palangkaraya, Kota Banjarmasin, dan Kota Samarinda.

4. Bali dan Nusa Tenggara

Di wilayah ini kota atau kabupaten dengan sektor listrik, gas, dan air bersih

mayoritas masuk kedalam kategori andalan, hanya beberapa wilayah yang sektor ini

masuk kedalam kategori sektor andalan, diantaranya adalah Kota Denpasar, Kabupaten

Badung, dan Kabupaten Klungkung di Provinsi Bali. Selain itu, kota atau kabupaten yang

Gambar 7.5. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Kalimantan

SambasPontianak, Kota

Pontianak

Sanggau

Ketapang

Sintang

Kapuas Hulu

Bengkayang

Landak

SekadauMelawi

Kayong UtaraKubu Raya

Singkawang, KotaKotawaringin Barat

Kotawaringin Timur

Kapuas Hulu

Kapuas Barito Selatan

Barito Timur

Barito Utara

Katingan

Seruyan

Sukamara

Lamandau

Gunung Mas

Pulang Pisau

Murung Raya

Palangkaraya, Kota

Tanah LautKota Baru

Banjar, Kota

Barito Kuala

TapinHulu Sungai Selatan

Hulu Sungai Tengah

Hulu Sungai UtaraTabalong

Tanah Bumbu

Balangan

Banjarmasin, Kota

Banjar Baru, KotaKutai Barat

Kutai Kartanegara

Kutai Timur

Berau

Bulungan

Nunukan

Malinau

Penajam Paser Utara Tana Tidung

Balikpapan, Kota

Samarinda, Kota

Tarakan, Kota

Bontang, Kota

DS

LQ

SSLQ

118

sektor ini masuk

kedalam kate-

gori tertinggal

diantaranya Ka-

bupaten Sum-

bawa Barat, Ka-

bupaten Mang-

garai Barat, Ka-

bupaten Ngada,

dan Kabupaten

Sabu Raijau. Ti-

dak ada satu-

pun Kota atau

Kabupaten yang

sektor listrik, gas, dan air bersihnya masuk kedalam kategori prospektif.

5. Sulawesi

Gambar 7.6. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Bali dan Nusa Tenggara

DenpasarBadung

Bangli

Buleleng

Gianyar

Jembrana

Karang Asem KlungkungTabanan

Bima

MataramBima

Dompu

Lombok BaratLombok TengahLombok Timur

Lombok Utara

Sumbawa Barat

Sumbawa

KupangSumba Timur

Alor

Belu

Ende

Flores Timur

Kupang

Lembata

Manggarai Barat

Manggarai Timur

Manggarai

Nagekeo

Ngada

Rote Ndao

Sabu Raijua

Sikka

Sumba Barat Daya

Sumba Barat

Sumba Tengah

Timor Tengah Selatan

Timor Tengah Utara

DS

LQ

SSLQ

Gambar 7.7. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Sulawesi

Bitung

KotamobaguManado Tomohon

BolMong Selatan

BolMong Timur

BolMong Utara

BolMong

Kep. Siau Tagulandang BiaroKepulauan Sangihe

Kepulauan Talaud

Minahasa Selatan

Minahasa Tenggara

Minahasa UtaraMinahasa

Palu

Banggai KepulauanBuol

Donggala

Morowali

Parigi Moutong

Poso

Sigi Tojo Una-UnaToli-Toli

Bau-bauKendari

Bombana

Buton Utara

Buton

Kolaka Utara

Kolaka

Konawe Selatan

Konawe Utara

Konawe

Muna

Wakatobi

Mamuju Majene

MamasaMamuju Utara

Polewali Mandar

Makassar

Palopo

Pare-PareBantaeng

BarruBone

Bulukumba

Enrekang

GowaJeneponto

Luwu Timur

Luwu UtaraLuwu

Maros

Pangkajene Kepulauan

Pinrang

Selayar

Sidenreng Rappang

SinjaiSoppeng

Takalar

Tana Toraja

Toraja Utara

Wajo

Gorontalo

BoalemoBone Bolango

Gorontalo Utara

GorontaloPohuwato

DS

LQ

SSLQ

119

Persebaran sektor listrik, gas, dan air bersih di pulau sumatera didominasi oleh

kategori andalan. Beberapa wilayah yang masuk kategori unggulan antara lain Kota

Bitung, Kota Palu, Kota Tojo Una-Una, Kota Kendari, Kota Palopo, Kota Pare- Pare, dan

Kabupaten Takalar, sendangkan sektor tertinggal dan prospektif tersebar di beberapa

kota atau kabupaten di pulau ini.

6. Maluku dan Papua

Di wilayah Papua dan Kepulauan Maluku, tidak ada satupun kota atau kabupaten

dimana sektor listrik, gas, dan air bersihnya masuk kedalam kategori unggulan,

mayoritas masuk kedalam kategori andalan dan tertinggal. wilayah yang sektor ini

masuk kedalam kategori prospektif adalah Kabupaten Biak Numfor di Provinsi Papua.

Gambar 7.8. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Maluku dan Papua

Ambon

AsmatBiak Numfor

Boven Digoel

Buru Selatan

Buru

Deiyai

Dogiyai

Fak-Fak

Halmahera BaratHalmahera Selatan

Halmahera Tengah

Halmahera Timur

Halmahera Utara

Intan Jaya

Jayapura

Jayapura, KotaJayawijaya

Kaimana

Keerom

Kepulauan Aru

Kepulauan Sula

Lanny Jaya

Maluku Barat DayaMaluku Tengah

Maluku Tenggara Barat

Maluku Tenggara

Mamberamo RayaMamberamo Tengah

Manokwari

Mappi

Maybrat

Merauke

Mimika

Morotai

Nabire

Nduga

Paniai

Pegunungan Bintang

Puncak Jaya

Puncak

Raja Ampat

Sarmi

Seram Bagian Barat

Seram Bagian Timur

Sorong Selatan

Sorong Sorong, Kota

Supiori

Tambrauw

Teluk Bintuni

Teluk Wondama

Ternate, Kota

Tidore Kepulauan

Tolikara

Tual

WaropenYahukimo

Yalimo

Yapen Waropen

DS

LQ

SSLQ

1. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Jawa

2. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Sumatera

3. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Kalimantan

4. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Bali dan Nusa Tenggara

124

5. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Sulawesi

6. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Papua

126

sumber gambar: http://kontraktordijakarta.files.wordpress.com/2013/07/jasa-konstruksi-di-jakarta.jpg

127

ektor konstruksi merupakan salah satu dari dari 9 sektor yang menyusun

produk domestik bruto dalam perekonomian. Kegiatan dalam sektor ini

meliputi pembuatan, pembangunan, pemasangan, dan perbaikan berat

maupun ringan semua jenis konstruksi yang keseluruhan kegiatan tersebut dapat dirinci

menurut standar KLUI. Sektor konstruksi atau bangunan terbagi dalam 5 bagian, yaitu

bangunan tempat tinggal dan bangunan bukan tempat tinggal, prasarana pertanian,

Jalan-Jembatan- Pelabuhan, bangunan Instalasi listrik-gas-air minum dan komunikasi

serta bangunan yang lain.

Gambar 7.1 Total PDB Sektor Konstruksi Provinsi 2004-2013 (milyar rupiah)

Sumber: BPS

Perkembangan sektor ini dari tahun ke tahun mencatatkan perkembangan yang

cukup positif, yaitu bertambah dari tahun 2005 berjumlah sekitar 200 triliun menjadi

sekitar 800 triliun pada tahun 2012 (berdasarkan harga berlaku). Pertumbuhan sektor

ini juga tercatat rata rata berada di kisaran 7,4 persen per tahun dalam kurun 2004-

2013. Pangsa sektor konstruksi terhadap produk domestik bruto sektor ini secara

nasional didominasi oleh provinsi yang berada di Pulau Jawa, diantaranya adalah

Provinsi DKI Jakarta dengan pangsa 31 persen, disusul oleh Provinsi Jawa Barat dengan

9,4 persen dan Provinsi Jawa Timur dengan 8,4 persen di tempat ke 2 dan ke 3.

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

900000

1000000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

Harga konstan 2000 Harga Berlaku

S

128

Gambar 7.2. Pangsa Sektor Konstruksi Provinsi 2011 (persen)

Sumber: INDODAPOER, Worldbank

Klasifikasi Sektor Unggulan Listrik, Gas, dan Air Bersih Berdasarkan Gabungan

SSLQ dan DSLQ

1. Pulau Jawa

Sektor konstruksi kota atau kabupaten yang berada di Pulau Jawa secara garis

besar masuk ke dalam sektor ungulan dan andalan. Terdapat beberapa wilayah

kabupaten atau kota yang sektor konstruksinya tergolong kategori prospektif,

0 5 10 15 20 25 30 35

Maluku Utara

Maluku

Sulawesi Barat

Bengkulu

Gorontalo

Papua Barat

Nusa Tenggara Timur

Kepulauan Bangka Belitung

Jambi

Kalimantan Tengah

Sulawesi Tenggara

Bali

Sulawesi Tengah

Nusa Tenggara Barat

Kalimantan Selatan

Lampung

Kepulauan Riau

D I Yogyakarta

Sumatera Barat

Papua

Nanggroe Aceh Darussalam

Banten

Kalimantan Barat

Sulawesi Utara

Sulawesi Selatan

Riau

Kalimantan Timur,

Sumatera Selatan

Sumatera Utara

Jawa Tengah

Jawa Timur

Jawa Barat

DKI Jakarta

129

diantaranya Kota Bogor, Kota Cimahi di Provinsi Jawa Barat, kota Magelang di Provinsi

Jawa Tengah, Kota Surabaya di Provinsi Jawa Timur, Kota Yogyakarta di Provinsi DI

Yogyakarta, serta Kota Tangerang Selatan di Provinsi banten. Selain itu, terdapat pula

beberapa kota atau kabupaten yang sektor konstruksinya tergolong kategori tertinggal,

diantaranya Kabupaten Administratif Kepualuan Seribu, Kota Sukabumi, Kabupaten

Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Batang,

Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Kendal, Kabupaten Sragen, Kota Blitar, Kabupaten

Jombang, Kabupaten Sampang, Kabupaten Situmbondo, Kabupaten Bantul, Kota

Cilegon, serta Kota Tangerang.

2. Pulau

Sumatera

Untuk kabupaten atau kota yang berada di pulau Sumatera, kategori untuk

sektor konstruksi tersebar dengan berbagai kategori. Untuk Provinsi Aceh, sektor

unggulan mendominasi kategori untuk sektor konstruksi di kabupaten atau kota di

provinsi ini. Sementara itu, untuk Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau, sebagian

besar wilatah kabupaten dan kota di wilayah tersebut sektor konstruksinya masuk

kategori andalan. Sementara itu, untuk provinsi Sumatera Selatan didominasi dengan

Gambar 7.3. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Jawa

Kepulauan Seribu

Jakarta BaratJakarta Pusat Jakarta Selatan

Jakarta Timur

Jakarta Utara

Bogor, Kota

BogorCianjur

Bandung, KotaBandung

Sukabumi, Kota

Sukabumi

Garut

Tasikmalaya

Ciamis

Kuningan

Cirebon, KotaMajalengka

Indramayu

Subang

Purwakarta

Karawang

Bekasi, Kota

Bekasi

Bandung Barat

Cirebon

Depok

Cimahi

Tasikmalaya, Kota

Banjar

Sumedang

Magelang, Kota

Pekalongan, KotaSalatiga

Semarang, KotaSurakarta

Tegal, KotaBanjarnegara

Banyumas

Batang

BloraBoyolali

Brebes

Cilacap

Demak

Grobogan

Jepara

Karanganyar

Kebumen

Kendal

Klaten

Kudus

Magelang

Pati

PekalonganPemalang

Purbalingga

Purworejo

RembangSemarang

Sragen

SukoharjoTegal

Temanggung

Wonogiri

Wonosobo

Batu

Blitar, Kota

Kediri, Kota

Madiun, Kota

Malang, Kota

Mojokerto, KotaPasuruan, KotaProbolinggo, Kota

Surabaya

Bangkalan

Banyuwangi

BlitarBojonegoro

BondowosoGresik

Jember

Jombang

KediriLamongan

LumajangMadiun Magetan

Malang

Mojokerto

Nganjuk

Ngawi

Pacitan

PamekasanSampang

Pasuruan

Ponorogo

ProbolinggoSidoarjo

Situbondo

SumenepTrenggalek

Tuban

TulungagungYogyakarta

Bantul

Gunung Kidul

Kulon Progo

Sleman

Cilegon

Serang, Kota

Tangerang Selatan

Tangerang, Kota

Lebak

PandeglangSerang

Tangerang

DS

LQ

SSLQ

130

kategori unggulan dengan Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Rawas, dan

Kabupaten Musi Banyuasin masuk kategori andalan.

Untuk pro-

vinsi Lam-

pung, seba-

gian besar

masuk keda-

lam kategori

andalan dan

tertinggal,

dengan ha-

nya Kota

Bandar Lam-

pung yang

masuk kate-

gori prospektif. Provinsi kepulauan Riau hanya terdapat sektor konstruksi di kabupaten

dan kota dengan kategori andalan dan unggulan, serta Provinsi Bangka Belitung dengan

sebagian besar sektor konstruksi tergolong kategori unggulan, dengan Kabupaten

Bangka Barat masuk dalam kategori andalan dan Kota Pangkal Pinang dengan kategori

Prospektif.

3. Kalimantan

Di wilayah kabupaten atau kota di Provinsi Kalimantan Barat, sektor Konstruksi

didominasi oleh kategori andalan dan unggulan. Kota Pontianak merupakan satu-

satunya wilayah di Provinsi ini yang sektor konstruksinya tergolong kategori prospektif.

Untuk provinsi Kalimantan Tengah, mayoritas tergolong dalam kategori unggulan dan

andalan. Untuk yang termasuk dalam kategori tertinggal terdapat di Kabupaten

Kotawaringin Barat. Selain itu, di wilayah Kalimantan Selatan cukup tersebar untuk

kategori andalan, tertinggal, dan prospetif, walaupun hanya satu Kota, yaitu Kota Banjar

Gambar 7.4. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Sumatera

Banda Aceh

Aceh Barat Daya

Aceh Barat

Aceh Besar

Aceh Jaya

Aceh Pidie

Aceh Selatan

Aceh Singkil

Aceh Tamiang

Aceh Tengah

Aceh Tenggara

Aceh Timur

Aceh Utara

Simeulue

Bireuen

Pidie Jaya

Gayo Lues

Bener Meriah

Sabang

Lhokseumawe

Langsa

Subulussalam

Nagan RayaTapanuli Selatan

Tapanuli Tengah

Tapanuli Utara

Nias Barat

Nias Selatan

Nias Utara

Nias

Langkat

Ta0h Karo

Deli Serdang

Simalungun

Asahan

Labuhan Batu Selatan

Labuhan Batu Utara

Labuhan Batu

Dairi Toba Samosir

Mandailing Natal

Pakpak BharatHumbang Hasundutan

Samosir

Serdang Bedagai

Batu Bara

Padang Lawas UtaraPadang Lawas

Medan

Pematang SiantarSibolga

Tanjung Bala

Binjai

Tebing Tinggi

Padang Sidempuan

Gunung SitoliPesisir Selatan

Solok Selatan

Solok

Sawahlunto SijunjungTanah Datar

Padang Pariaman

Agam

Limapuluh Kota

Pasaman BaratPasaman

Kepulauan Mentawai

Dharmas Raya

Pasaman BaratPasaman

Padang

Solok

Sawahlunto

Padang Panjang

Bukittinggi

PayakumbuhPariaman

Kampar

Indragiri HilirIndragiri Hulu

Bengkalis

Pelalawan

Rokan Hilir

Rokan Hulu

Siak

Kuantan Singingi

Kepulauan Meranti

Pekan Baru, Kota

Dumai, Kota

Kerinci

Merangin

Sarolangun

Batanghari

Muaro Jambi

Tanjung Jabung Barat

Tanjung Jabung Timur

Bungo

Tebo

Jambi

Sungai PenuhOgan IlirOgan Komering Ilir

Ogan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu Timur

Ogan Komering Ulu

Muara Enim

Lahat

Musi Rawas

Musi Banyuasin

Banyuasin

Empat LawangPalembang

Pagar AlamPrabumulih

Bengkulu Selatan

Bengkulu Tengah

Bengkulu Utara

Rejang Lebong

Kaur

Seluma

Mukomuko

Lebong

Kepahiang

Bengkulu, Kota

Lampung Barat

Lampung Selatan

Lampung TengahLampung Timur

Lampung Utara

Tulang Bawang Barat

Tulang Bawang

Tanggamus

Way Kanan

Pesawaran

Pringsewu

Mesuji

Bandar Lampung

Metro

Bangka BaratBangka SelatanBangka Tengah

Bangka

Belitung TimurBelitung

Pangkal Pinang

Bintan

Karimun

Natuna

Lingga

Kepulauan Anambas

Batam

Tanjung Pinang

DS

LQ

SSLQ

131

Baru yang masuk dalam kategori unggulan. Untuk Provinsi Kalimantan Timur, mayoritas

sektor konstruksi di wilayah ini didominasi oleh sektor tertinggal dan andalan. Hanya

Kabupaten Kutai Barat yang tergolong kategori unggulan dan Kabupaten Nunukan serta

Kabupaten Malinau yang tergolong kategori prospektif.

4. Bali dan Nusa Tenggara

Kota atau kabupaten di provinsi Bali sektor konstruksinya mayoritas tergolong

kategori andalan, hanya ada tiga wilayah yang sektor konstruksinya tertinggal,

dinataranya adalah Kota Denpasar, Kabupaten Bangli, dan Kabupaten Gianyar.

Sementara untuk Kepulauan Nusa Tenggara, kategori unggulan untuk sektor ini terdapat

di kota atau kabupaten di wilayah Nusa Tenggara Barat. Wilayah di Provinsi ini yang

sektor konstruksi tergolong kategori prospektif antara lain adalah Kabupaten Lombok

Tengah, sedangkan untuk kategori tertinggal adalah Kabupaten Sumbawa Barat. Untuk

kabupaten atau kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur, sektor konstruksi mayoritas

Gambar 7.5. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Kalimantan

Sambas

Pontianak, Kota

PontianakSanggau

KetapangSintang

Kapuas HuluBengkayang

LandakSekadau

Melawi

Kayong Utara

Kubu Raya

Singkawang, Kota

Kotawaringin Barat

Kotawaringin Timur

Kapuas Hulu

Kapuas

Barito Selatan

Barito TimurBarito Utara

Katingan

SeruyanSukamaraLamandau Gunung MasPulang Pisau

Murung Raya

Palangkaraya, KotaTanah Laut

Kota Baru

Banjar, KotaBarito Kuala

Tapin

Hulu Sungai Selatan

Hulu Sungai TengahHulu Sungai UtaraTabalong

Tanah Bumbu

Balangan

Banjarmasin, Kota

Banjar Baru, Kota

Kutai Barat

Kutai Kartanegara

Kutai Timur

Berau

Bulungan

Nunukan

Malinau

Penajam Paser Utara

Tana Tidung

Balikpapan, Kota

Samarinda, KotaTarakan, Kota

Bontang, Kota

DS

LQ

SSLQ

132

tergolong kategori tertinggal, dengan beberapa kota atau kabupaten dimana sektor

konstruksinya tergolong kategori unggulan, prospektif, dan andalan.

5. Sulawesi

Sektor konstruksi di kabupaten atau kota yang berada di Pulau Sulawesi memiliki

kategori yang berbeda setiap wilayah. Untuk Sulawesi bagian utara, mayoritas sektor ini

masuk kedalam kategori unggulan, dan dua kota yang tergolong kategori prospektif

adalah Kota Bitung dan Kota Manado. Untuk Sulawesi Tengah, mayoritas sektor ini

termasuk dalam kategori andalan dan tertinggal, kota Palu, Kabupaten Donggala,

Kabupaten Parigi Moutong, dan Kabupaten Sigi dengan sektor ini masuk kategori

unggulan, dan Kabupaten Tojo Una-una masuk kedalam kategori prospektif. Untuk

Sulawesi bagian Tenggara, sebagian besar sektor ini masuk kedalam kategori unggulan.

Beberapa wilayah yang masuk kategori prospektif untuk sektor konstruksinya antara lain

Kabupaten Buton Utara dan Kabupaten Konawe, serta satu daerah yang tergolong

kategori tertinggal sektor konstruksinya adalah Kabupaten Buton. Sulawesi bagian barat

dimana terdapat Kota Mamuju dan Kabupaten Mamuju Utara yang sektor konstruksinya

Gambar 7.6. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Bali dan Nusa Tenggara

Denpasar

Badung

Bangli

Buleleng

Gianyar

JembranaKarang Asem

Klungkung

Tabanan

Bima MataramBima

Dompu

Lombok Barat

Lombok Tengah

Lombok Timur

Lombok Utara

Sumbawa Barat

Sumbawa

Kupang

Sumba Timur

Alor

Belu

Ende

Flores Timur

Kupang

Lembata

Manggarai Barat

Manggarai Timur

Manggarai

NagekeoNgadaRote Ndao

Sabu Raijua

Sikka

Sumba Barat Daya

Sumba Barat Sumba Tengah

Timor Tengah Selatan

Timor Tengah Utara

DS

LQ

SSLQ

133

tergolong tertinggal, Kabupaten Majene dan Mamasa yang tergolong unggulan,

Kabupaten Polewali Mandar yang tergolong kategori andalan. Untuk Sulawesi Selatan,

mayoritas berkategori andalan dan unggulan untuk sektor konstruksinya, dengan

beberapa daerah berkategori prospektif seperti Kota Makassar, kabupaten Enrekang,

dan Kabupaten Sidenreng Rappang, serta beberapa daerah yang termasuk kategori

tertinggal seperti Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Luwu Timur, dan Kabupaten

Takalar. Untuk Provinsi Gorontalo, yang sektor konstruksinya tergolong unggulan antara

lain Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango, untuk sektor andalan adalah

Kabupaten Gorontalo Utara, Prospektif kabupaten Pohuwanto, dan kategori tertinggal

terdapat di kabupaten Gorontalo.

6. Maluku dan Papua

Mayoritas sektor konstruksi di kabupaten atau kota di kepulauan Maluku termasuk

dalam kategori andalan, hanya Kabupaten Halmahera Barat yang sektor konstruksinya

tergolong kategori tertinggal. Selain itu, di Pulau Papua, sebagian besar sektor

Gambar 7.7. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Sulawesi

Bitung

Kotamobagu

Manado

Tomohon

BolMong SelatanBolMong Timur BolMong Utara

BolMong

Kep. Siau Tagulandang BiaroKepulauan Sangihe

Kepulauan TalaudMinahasa SelatanMinahasa TenggaraMinahasa Utara

MinahasaPaluBanggai Kepulauan

Buol

Donggala

Morowali

Parigi Moutong

Poso

Sigi

Tojo Una-Una

Toli-Toli

Bau-bau

Kendari

Bombana

Buton Utara

Buton

Kolaka UtaraKolaka

Konawe Selatan

Konawe Utara

Konawe

Muna

Wakatobi

Mamuju

Majene

Mamasa

Mamuju Utara

Polewali Mandar

Makassar

Palopo

Pare-Pare

Bantaeng

BarruBone

Bulukumba

Enrekang

Gowa

Jeneponto

Luwu Timur

Luwu Utara

LuwuMaros

Pangkajene Kepulauan

Pinrang

Selayar

Sidenreng Rappang

SinjaiSoppeng

Takalar

Tana Toraja

Toraja Utara

WajoGorontalo

Boalemo

Bone Bolango

Gorontalo Utara

Gorontalo

Pohuwato

DS

LQ

SSLQ

134

konstruksi di wilayah kabupaten atau kota di pulau ini masuk dalam kategori unggulan,

beberapa wilayah yang masuk kategori prospektif sektor konstruksinya antara lain

adalah Kota jayapura, Kabupaten Asmat, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Intan Jaya,

Kabupaten Keerom, Kabupaten Tolikara, Kota Sorong, Kabupaten Fak-Fak, dan

Kabupaten Kaimana. Untuk kategori andalan berada di wilayah Kabupaten Dogiyai,

Kabupaten Raja Ampat, dan Kabupaten Sorong, sedangkan untuk kategori tertinggal

berada di wilayah Kabupaten Mimika dan Kabupaten Teluk Bintuni.

Gambar 7.8. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Maluku dan Papua

Ambon

Asmat

Biak Numfor

Boven Digoel

Buru Selatan

Buru

Deiyai

Dogiyai

Fak-Fak

Halmahera Barat

Halmahera Selatan Halmahera Tengah

Halmahera TimurHalmahera Utara

Intan Jaya

Jayapura

Jayapura, Kota

Jayawijaya

Kaimana

Keerom

Kepulauan AruKepulauan Sula

Lanny JayaMaluku Barat Daya

Maluku TengahMaluku Tenggara Barat

Maluku Tenggara

Mamberamo Raya

Mamberamo Tengah

Manokwari

Mappi

Maybrat

Merauke

Mimika

MorotaiNabire

Nduga

Paniai Pegunungan Bintang

Puncak Jaya

Puncak

Raja Ampat

Sarmi

Seram Bagian BaratSeram Bagian Timur

Sorong Selatan

Sorong

Sorong, Kota

Supiori

Tambrauw

Teluk Bintuni

Teluk Wondama

Ternate, Kota

Tidore Kepulauan

Tolikara

Tual

Waropen

Yahukimo

Yalimo

Yapen Waropen

DS

LQ

SSLQ

1. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Jawa

2. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Sumatera

3. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Kalimantan

4. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Bali dan Nusa Tenggara

139

5. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Sulawesi

6. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Papua

141

sumber gambar: http://uutbeniandriyanto.files.wordpress.com/2014/03/1041260608_1388428911.jpg

142

ektor Jasa-jasa termasuk dalam sektor tersier yang menyumbang hingga

10,6 persen dari total PDB Indonesia. PDB sektor jasa-jasa terdiri dari jasa

pemerintahan umum dan jasa swasta. Jasa-jasa pemerintahan umum

menyumbang sebesar 486,3 triliun rupiah pada tahun 2012, meningkat 12,22 persen

dari tahun 2011 sebesar 433,4 triliun rupiah. Sementara subsektor swasta terdiri dari

subsektor jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, dan jasa perorangan

dan rumah tangga. Masing-masing subsektor tersebut pada tahun 2012 menyumbang

159,3 triliun, 23,1, dan 221,3 triliun rupiah. Sementara untuk subsektor swasta sendiri

menyumbang 45,4 persen dari total sektor jasa-jasa.

Tabel 9.1. PDB Sektor Jasa-jasa Atas Dasar Harga Konstan 2000 2007-2013 (triliun

rupiah)

Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

1. Non Jasa 3552.7 4466.8 5032.1 5786.5 6634.2 7339.4 8083.1

2. Jasa-jasa 398.2 481.8 574.1 660.4 785.0 890.0 1000.8

a. Pemerintahan Umum 205.3 257.5 318.6 359.8 433.4 486.3 541.2

1). Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan

124.8 157.7 195.1 220.5 266.4 300.5 334.0

2). Jasa Pemerintahan Lainnya

80.6 99.8 123.5 139.3 167.0 185.8 207.2

b. Swasta 192.9 224.3 255.5 300.5 351.6 403.7 459.6

1). Jasa Sosial Kemasyarakatan

70.0 83.8 97.5 114.2 135.2 159.3 185.2

2). Jasa Hiburan dan Rekreasi

11.3 13.0 14.8 17.3 20.5 23.1 26.4

3). Jasa Perorangan dan Rumah tangga

111.6 127.4 143.2 168.9 196.0 221.3 248.0

Produk Domestik Bruto 3950.9 4948.7 5606.2 6446.9 7419.2 8229.4 9084.0

Sumber: BPS (diolah)

S

143

0 5 10 15 20 25

Maluku UtaraGorontalo

Sulawesi BaratMaluku

Kepulauan Bangka BelitungKepulauan Riau

Papua BaratSulawesi Tenggara

JambiBengkulu

Nusa Tenggara BaratKalimantan Timur,

Kalimantan TengahPapua

Sulawesi UtaraKalimantan Selatan

Sulawesi TengahLampung

Nusa Tenggara TimurKalimantan Barat

D I YogyakartaBanten

BaliRiau

Sulawesi SelatanSumatera Selatan

Nanggroe Aceh DarussalamSumatera BaratSumatera Utara

Jawa TengahJawa BaratJawa TimurDKI Jakarta

Tabel 9.2. Pertumbuhan PDB Sektor Jasa-jasa 2007-2013 (triliun rupiah)

Sektor 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**

1. Jasa-jasa 21.01 19.15 15.02 18.88 13.37 12.45

a. Pemerintahan Umum 25.42 23.70 12.95 20.43 12.22 11.28

b. Swasta 16.31 13.93 17.61 17.01 14.80 13.86

Sumber: BPS (diolah)

Jika dilihat dari pertumbuhan sektor jasa-jasa dalam PDB Indonesia mengalami

penurunan, yakni tahun 2012 sektor jasa-jasa pertumbuhannya menurun menjadi 13,37

persen yang sebelumnya pada tahun 2011 pertumbuhannya mencapai 18,88 persen.

Hal yang sama terjadi pada subsektor jasa pemerintahan umum dan jasa swasta yang

turun menjadi 12,22 persen dan 14,80 persen pada tahun 2012.

Gambar 9.3 Pangsa Sektor Jasa-jasa Provinsi Indonesia 2011 (persen)

Sumber: INDODAPOER, Worldbank

144

Pangsa sektor jasa-jasa di Indonesia berdasarkan provinsi, sebagian besar di

dominasi DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara. DKI

Jakarta merupakan pangsa terbesar dengan nilai kontribusi sebesar 22,27 persen, kedua

Jawa Timur 14,57 persen, ketiga Jawa Barat 10,66 persen, Jawa Tengah 9,24 persen, dan

Sumatera Utara 5,86 persen. Provinsi lainnya menyumbang pangsa sektor jasa-jasa rata-

rata 1 hingga 3 persen.

Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa berdasarkan gabungan SSLQ dan DSLQ

1. Jawa

Sektor Unggulan di sektor jasa-jasa untuk wilayah Pulau Jawa hanya terdapat di

Kabupaten Klaten Jawa Tengah, dengan nilai SSLQ 0,24 dan DSLQ 0,10. Wilayah lainnya

di Jawa termasuk dalam klasifikasi sektor prospektif meliputi seluruh wilayah DKI Jakarta

kecuali Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu. Di Jawa Barat sektor prospektif meliputi

Cianjur, Kota Bandung, Sukabumi, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Majalengka,

dan Cirebon. Sedangkan wilayah lain di Jawa Barat sektor jasa merupakan sektor yang

tertinggal. Di wilayah Jawa Tengah sektor prospektif terdapat di Kota Magelang,

Pekalongan, Salatiga, Surakarta, Banjarnegara, Kabupaten Banyumas, Batang, Boyolali,

Demak, Grobogan, Jepara, Kebumen, Kabupaten Magelang, Pekalongan, Pekalongan,

Purbalingga, Purworejo, Rembang, Sragen, Temanggung, Wonogiri, dan Wonosobo.

Sementara wilayah Provinsi Banten sektor prospektif terdapat di Serang, Tangerang

Selatan, Kabupaten Lebak, dan Pandeglang, sedangkan Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta seluruhnya merupakan sektor prospektif jasa-jasa. Di Jawa Timur sektor

prospektif terdapat di Kota Batu, Kota Blitar, Madiun, Malang, Mojokerto, Pasuruan,

Probolinggo, Bangkalan, Kabupaten Blitar, Jember, Jombang, Kediri, Luamajang,

Madiun, Magetan, Kabupaten Malang, Ngawi, Nganjuk, Probolinggo, Ponorogo,

Trenggalek, dan Tulungagung, sedangkan wilayah lain di Jawa Timur termasuk dalam

sektor tertinggal.

145

2. Pulau Sumatera

Gambar 9.4. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Jawa

Kepulauan Seribu

Jakarta Barat

Jakarta Pusat

Jakarta Selatan

Jakarta Timur

Jakarta UtaraBogor, Kota

Bogor

CianjurBandung, Kota

Bandung

Sukabumi, Kota

SukabumiGarut

TasikmalayaCiamis

Kuningan

Cirebon, Kota

Majalengka

Indramayu

Subang

Purwakarta

KarawangBekasi, Kota

Bekasi

Bandung Barat

Cirebon

Depok

Cimahi

Tasikmalaya, Kota

Banjar

Sumedang

Magelang, Kota

Pekalongan, Kota

Salatiga

Semarang, KotaSurakarta

Tegal, Kota

Banjarnegara

Banyumas

Batang

Blora

Boyolali

Brebes

Cilacap

Demak

Grobogan

Jepara

Karanganyar

Kebumen

Kendal

Klaten

Kudus

Magelang

Pati

Pekalongan

Pemalang

PurbalinggaPurworejo

Rembang

Semarang

Sragen

Sukoharjo

Tegal

Temanggung

Wonogiri

Wonosobo

Batu

Blitar, Kota

Kediri, Kota

Madiun, Kota

Malang, Kota

Mojokerto, Kota

Pasuruan, Kota

Probolinggo, Kota

Surabaya

Bangkalan

Banyuwangi

Blitar

BojonegoroBondowoso

Gresik

Jember

Jombang

Kediri

Lamongan

Lumajang

MadiunMagetan

Malang

Mojokerto

Nganjuk

Ngawi

PacitanPamekasan

Sampang

Pasuruan

Ponorogo

Probolinggo

Sidoarjo

SitubondoSumenep

Trenggalek

Tuban

Tulungagung

Yogyakarta

BantulGunung Kidul

Kulon ProgoSleman

Cilegon

Serang, Kota

Tangerang Selatan

Tangerang, Kota

LebakPandeglang

SerangTangerang

DS

LQ

SSLQ

Gambar 9.5. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Sumatera

Banda Aceh

Aceh Barat Daya

Aceh Barat

Aceh Besar

Aceh Jaya

Aceh Pidie

Aceh Selatan

Aceh Singkil

Aceh Tamiang

Aceh Tengah

Aceh Tenggara

Aceh Timur

Aceh Utara

Simeulue

Bireuen

Pidie Jaya

Gayo Lues

Bener Meriah

Sabang

Lhokseumawe

Langsa

Subulussalam

Nagan RayaTapanuli Selatan

Tapanuli Tengah

Tapanuli Utara

Nias Barat

Nias Selatan

Nias Utara

Nias

Langkat

Ta0h Karo

Deli Serdang

Simalungun

Asahan

Labuhan Batu Selatan

Labuhan Batu Utara

Labuhan Batu

Dairi Toba Samosir

Mandailing Natal

Pakpak BharatHumbang Hasundutan

Samosir

Serdang Bedagai

Batu Bara

Padang Lawas UtaraPadang Lawas

Medan

Pematang SiantarSibolga

Tanjung Bala

Binjai

Tebing Tinggi

Padang Sidempuan

Gunung SitoliPesisir Selatan

Solok Selatan

Solok

Sawahlunto SijunjungTanah Datar

Padang Pariaman

Agam

Limapuluh Kota

Pasaman BaratPasaman

Kepulauan Mentawai

Dharmas Raya

Pasaman BaratPasaman

Padang

Solok

Sawahlunto

Padang Panjang

Bukittinggi

PayakumbuhPariaman

Kampar

Indragiri HilirIndragiri Hulu

Bengkalis

Pelalawan

Rokan Hilir

Rokan Hulu

Siak

Kuantan Singingi

Kepulauan Meranti

Pekan Baru, Kota

Dumai, Kota

Kerinci

Merangin

Sarolangun

Batanghari

Muaro Jambi

Tanjung Jabung Barat

Tanjung Jabung Timur

Bungo

Tebo

Jambi

Sungai PenuhOgan IlirOgan Komering Ilir

Ogan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu Timur

Ogan Komering Ulu

Muara Enim

Lahat

Musi Rawas

Musi Banyuasin

Banyuasin

Empat LawangPalembang

Pagar AlamPrabumulih

Bengkulu Selatan

Bengkulu Tengah

Bengkulu Utara

Rejang Lebong

Kaur

Seluma

Mukomuko

Lebong

Kepahiang

Bengkulu, Kota

Lampung Barat

Lampung Selatan

Lampung TengahLampung Timur

Lampung Utara

Tulang Bawang Barat

Tulang Bawang

Tanggamus

Way Kanan

Pesawaran

Pringsewu

Mesuji

Bandar Lampung

Metro

Bangka BaratBangka SelatanBangka Tengah

Bangka

Belitung TimurBelitung

Pangkal Pinang

Bintan

Karimun

Natuna

Lingga

Kepulauan Anambas

Batam

Tanjung Pinang

DS

LQ

SSLQ

146

Hampir seluruh wilayah Pulau Sumatera merupakan sektor prospektif jasa,

kecuali Aceh Utara dan Kabupaten Dairi yang masuk dalam sektor unggulan. Sektor

prospektif jasa hampir tersebar di wilayah mulai dari Nanggroe Aceh Darussalam hingga

Lampung. Namun ada salah satu provinsi yang termasuk dalam sektor tertinggal jasa-

jasa yakni provinsi Kepulauan Riau yang seluruh kabupaten/kotanya diklasifikasikan

dalam sektor tertinggal.

3. Kalimantan

Di wilayah Kalimantan, sektor jasa-jasa kebanyakan bukan merupakan sektor

basis. Sektor jasa-jasa di pulau Kalimantan tidak ada yang diklasifikasikan dalam sektor

unggulan. Hanya beberapa saja daerah yang termasuk dalam sektor prospektif

diantaranya Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak, Sintang, Kapuas Hulu, Melawi,

Kanyong Utara, Kota Singkawang, Kapuas Hulu, Barito Selatan, Barito Timur, Katingan,

Lamandau, Gunung Mas, Banjarmasin, dan Kota Samarinda, sedangkan daerah lainnya

merupakan sektor tertinggal.

Gambar 9.6. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Kalimantan

SambasPontianak, Kota

Pontianak

Sanggau

Ketapang

Sintang

Kapuas Hulu

Bengkayang

Landak

SekadauMelawi

Kayong UtaraKubu Raya

Singkawang, KotaKotawaringin Barat

Kotawaringin Timur

Kapuas Hulu

Kapuas Barito Selatan

Barito Timur

Barito Utara

Katingan

Seruyan

Sukamara

Lamandau

Gunung Mas

Pulang Pisau

Murung Raya

Palangkaraya, Kota

Tanah LautKota Baru

Banjar, Kota

Barito Kuala

TapinHulu Sungai Selatan

Hulu Sungai Tengah

Hulu Sungai UtaraTabalong

Tanah Bumbu

Balangan

Banjarmasin, Kota

Banjar Baru, KotaKutai Barat

Kutai Kartanegara

Kutai Timur

Berau

Bulungan

Nunukan

Malinau

Penajam Paser Utara Tana Tidung

Balikpapan, Kota

Samarinda, Kota

Tarakan, Kota

Bontang, Kota

DS

LQ

SSLQ

147

4. Bali dan Nusa Tenggara

Persebaran sektor Jasa di Pulau Bali semua termasuk dalam sektor prospektif

dimana jasa merupakan sektor basis, namun pertumbuhannya agak lambat kecuali

Kabupaten Badung yang bukan merupakan sektor basis jasa. Sementara di wilayah Nusa

Tenggara sektor unggulan jasa terdapat di Kabupaten Belu, Manggarai, Nagekeo, dan

Sumba Tengah sedangkan wilayah lain merupakan sektor prospektif di sektor jasa-jasa.

5. Sulawesi

Persebaran sektor jasa-jasa unggulan di Pulau Sulawesi terdapat di Bolang

Mongondow Timur, Kabupaten Sangihe, Monahasa Utara, Toli-toli, Buton Utara, dan

Kabupaten Gorontalo. Daerah lain di Sulawesi termasuk dalam sektor prospektif jasa-

jasa. Namun ada beberapa daerah yang termasuk dalam sektor tertinggal jasa-jasa

diantaranya adalah Kota Bitung, Kabupaten Buol, Morowali, Parigi Moutong, Kolaka

Utara, Kolaka, Konawe Utara, Luwu Timur dan Utara, Pangkajene Kepulauan, dan

Gorontalo Utara.

Gambar 9.7. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Bali dan Nusa Tenggara

Denpasar

Badung

Bangli

Buleleng

Gianyar

JembranaKarang Asem

KlungkungTabanan

BimaMataramBimaDompu

Lombok Barat

Lombok Tengah

Lombok Timur

Lombok Utara

Sumbawa Barat

Sumbawa

KupangSumba Timur

Alor

Belu

Ende

Flores TimurKupang

LembataManggarai BaratManggarai Timur

Manggarai

Nagekeo

NgadaRote Ndao

Sabu Raijua

Sikka

Sumba Barat Daya

Sumba Barat

Sumba Tengah

Timor Tengah Selatan

Timor Tengah Utara

DS

LQ

SSLQ

148

6. Maluku dan Papua

Mayoritas sektor konstruksi di kabupaten atau kota di kepulauan Maluku termasuk

dalam kategori andalan, hanya Kabupaten Halmahera Barat yang sektor konstruksinya

tergolong kategori tertinggal. Selain itu, di Pulau Papua, sebagian besar sektor

konstruksi di wilayah kabupaten atau kota di pulau ini masuk dalam kategori unggulan,

beberapa wilayah yang masuk kategori prospektif sektor konstruksinya antara lain

adalah Kota jayapura, Kabupaten Asmat, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Intan Jaya,

Kabupaten Keerom, Kabupaten Tolikara, Kota Sorong, Kabupaten Fak-Fak, dan

Kabupaten Kaimana. Untuk kategori andalan berada di wilayah Kabupaten Dogiyai,

Kabupaten Raja Ampat, dan Kabupaten Sorong, sedangkan untuk kategori tertinggal

berada di wilayah Kabupaten Mimika dan Kabupaten Teluk Bintuni

Gambar 9.8. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Sulawesi

BitungKotamobagu

Manado

Tomohon

BolMong SelatanBolMong Timur

BolMong UtaraBolMongKep. Siau Tagulandang Biaro

Kepulauan SangiheKepulauan Talaud

Minahasa SelatanMinahasa Tenggara

Minahasa Utara

Minahasa

Palu

Banggai KepulauanBuol

Donggala

Morowali

Parigi MoutongPosoSigi

Tojo Una-Una

Toli-Toli

Bau-bau

KendariBombana

Buton Utara

Buton

Kolaka Utara

Kolaka

Konawe Selatan

Konawe Utara

KonaweMuna

Wakatobi

MamujuMajene

Mamasa

Mamuju Utara

Polewali Mandar

Makassar

Palopo

Pare-Pare

Bantaeng

Barru

Bone

BulukumbaEnrekang

GowaJeneponto

Luwu Timur Luwu Utara

Luwu

Maros

Pangkajene KepulauanPinrang

Selayar

Sidenreng Rappang

Sinjai

Soppeng

Takalar

Tana Toraja

Toraja Utara

Wajo

Gorontalo

BoalemoBone Bolango

Gorontalo Utara

Gorontalo

Pohuwato

DS

LQ

SSLQ

149

.

Gambar 9.9. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Maluku dan Papua

Ambon

Asmat

Biak NumforBoven Digoel

Buru Selatan

Buru

DeiyaiDogiyai

Fak-FakHalmahera BaratHalmahera Selatan

Halmahera Tengah

Halmahera TimurHalmahera Utara

Intan Jaya

Jayapura

Jayapura, Kota

Jayawijaya

Kaimana

KeeromKepulauan Aru

Kepulauan Sula

Lanny Jaya

Maluku Barat Daya

Maluku Tengah

Maluku Tenggara BaratMaluku Tenggara

Mamberamo Raya

Mamberamo Tengah

Manokwari

Mappi

Maybrat

Merauke

Mimika

Morotai

Nabire

Nduga

Paniai

Pegunungan Bintang

Puncak Jaya

PuncakRaja Ampat

Sarmi

Seram Bagian Barat

Seram Bagian Timur

Sorong Selatan

Sorong

Sorong, Kota

Supiori

Tambrauw

Teluk Bintuni

Teluk Wondama

Ternate, Kota

Tidore Kepulauan

Tolikara

Tual

Waropen

Yahukimo

Yalimo

Yapen Waropen

DS

LQ

SSLQ

1. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Jawa

2. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Sumatera

3. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Kalimantan

4. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Bali dan Nusa Tenggara

154

5. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Sulawesi

6. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Maluku dan Papua

156

KESIMPULAN

Berdasarkan pemetaan sektor unggulan pembentuk PDRB dengan menggunakan

metode gabungan SSLQ dan DSLQ terhadap 497 kabupaten/kota di Indonesia, secara

keseluruhan sektor unggulan di kabupaten/kota di Pulau Jawa didominasi oleh sektor

pertanian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor listrik, gas, dan air bersih,

dan sektor konstruksi. Di wilayah Pulau Sumatera termasuk Kepulauan Riau dan Bangka

Belitung didominasi oleh sektor pertanian dan sektor konstuksi. Sektor unggulan di

kabupaten/kota di Kalimantan sebagian besar didominasi oleh sektor pertanian, sektor

pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi. Di wilayah Bali dan Nusa Tenggara

sektor yang paling banyak sektor unggulan adalah sektor pertanian dan konstruksi.

Sementara di wilayah Sulawesi, Papua, dan Maluku sektor pertanian dan sektor

konstruksi merupakan dominasi sektor unggulan kabupaten/kota. Oleh karena itu

dengan adanya pemetaan sektor unggulan kabupaten/kota ini diharapkan dapat

mengembangkan sektor masing-masing sesuai dengan kompetensi sektor unggulan

masing-masing kabupaten/kota.

157

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1999. “Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah”.

Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. PDB Atas dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha [online]

dapat diakses pada:

http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_-

subyek=11&notab=1

Balitbang Kota Medan. 2013. “Identifikasi Sektor Industri Unggulan di Kota Medan TA

2012”. Medan.

Bank Indonesia. 2005. “Laporan Pemetaan Sektor Ekonomi (Sektor Pertanian)”. Jakarta.

Bank Indonesia. 2006. “Laporan Pemetaan Ekonomi Sektor Industri Non Migas”. Jakarta.

Bank Indonesia. 2006. “Laporan Pemetaan Sektor Ekonomi (Sektor Pertambangan)”.

Jakarta.

Bappenas. 2013. “Memantapkan Perekonomian Nasional Bagi Peningkatan

Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan”. Jakarta.

Bappenas. 2012. “Pembangunan Daerah Dalam Angka 2012”. Jakarta.

Blakely, Edward J. 1989. “Planning Local Economic Development: Theory and Practice”.

Sage Library of Social Research 168, Sage Publication. Washington

Fachrurrazy. 2009. “Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah

Kabupaten Aceh Utara Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB”. Tesis.

Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hodgkinson, Ann. 2005. “Location Quotients and Shift-share Analysis: A Low Cost

Approach to Regional Development Planning”. Working Paper.

158

Kementrian Pertanian. “PDB Sektor Pertanian”. Buletin. Vol. 12 No. 3 Pusat Data dan

Sistem Informasi Pertanian.

Kolokontes, D. Agryros, Chrysovalantis Karafillis, dan Fotios Chatzitheodoridis. 2008.

“Peculiarities and Usefulness of Multipliers, Elasticities, and Location Quetionts

for The Regional Development Planning: An Other View”. Romanian Journal of

Regional Science. Vol.2 No.2 Hal. 118-133

Kuncoro, Mudrajad dan Ahmad Nafis. 2010. “Mengapa Terjadi Growth Without

Development di Kalimantan Timur?”. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.11 No.2

Hal. 172-190

Kuncoro, Mudrajad dan Hairul Aswandi. “Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi

Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Vol.17 No.1 2002, Hal 27-45

Kuncoro, Mudrajad. 2000. “Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan”.

Edisi Pertama Cetakan Kedua. UUP AMP YKPN. Yogyakarta

Kuncoro, Mudrajad. 2004. “Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi,

Perencanaan, Strategi dan Peluang”. Erlangga. Jakarta

Ricardson, Harry. 1983. “The Relevance of Urban Economic Theory to Urban Policy

Analysis”. Policy Studies Review. Vol.3 No.1

Suhermanto, Maryunani, dan Sasongko. 2009. “Analisis Pemetaan Sektor Unggulan dan

Strategi Pengembangannya di Kabupaten Sumenep”.

Tarigan Robinson. 2005. “Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi”. Edisi Revisi. Penerbit

Bumi Aksara. Jakarta

Taufiqurrahman, Endang dan Tri Widodo. 2011. “Modified LQ dan Dynamic Economic

Database”. Jurnal Fokus Ekonomi. Vol.10 No.2 Hal. 168-182

159

UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah direvisi dengan UU

Nomor 32 Tahun 2004

UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat

dan Daerah yang direvisi dengan UU Nomor 33 Tahun 2004

Widodo, Tri. 2006. “Perencanaan Pembangunan Aplikasi Komputer (Era Otonomi

Daerah)”. UPP STIM YKPN. Yogyakarta

Widodo, Tri. 2009. “Comparative Advantage: Theory, Empirical Measure, and Case

Studies”. Journal Review of Economics and Business Studies. IDEAS. Hal. 57-81

Wordbank. Indonesia Database for Research and Economi Policy [online] dapat diakses

pada:http://databank.worldbank.org/data/views/variableselection/selectvariab

les.aspx?source=indo~dapoer-(indonesia-database-for-policy-and-economic-

research)

LAMPIRAN 1 Symetric Static Location Quation (SSLQ)

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Ambon, Kota 0.06 -0.69 -0.07 -0.82 -0.97 0.49 0.07 0.45 -0.33

Balikpapan, Kota -0.69 0.51 -0.49 0.15 -0.99 -0.54 0.12 0.25 -0.05

Banda Aceh, Kota -0.61 0.01 -0.57 -0.82 -1.00 0.66 0.04 0.37 -0.40

Bandar Lampung, Kota

-0.59 0.06 0.46 -0.12 -0.73 0.18 -0.13 0.33 -0.31

Bandung, Kota -0.97 -0.09 -0.25 0.02 -1.00 0.07 0.32 0.18 0.37

Banjar Baru, Kota -0.49 0.45 -0.33 -0.26 -0.05 0.36 0.07 -0.01 0.23

Banjar, Kota 0.14 -0.05 -0.15 -0.32 -0.94 0.21 0.23 -0.06 -0.05

Banjarmasin, Kota -0.87 0.21 0.13 -0.17 -1.00 0.14 0.04 0.53 0.13

Batam, Kota -0.85 -0.36 -0.33 0.45 -0.97 -0.77 0.10 -0.44 -0.26

Batu, Kota 0.14 -0.56 -0.31 -0.53 -0.94 0.21 0.38 -0.36 0.16

Bau-bau, Kota -0.31 0.57 -0.04 -0.70 -0.83 0.40 0.03 0.17 -0.06

Bekasi, Kota -0.90 -0.24 -0.34 0.28 -1.00 -0.19 0.16 0.14 0.58

Bengkulu, Kota -0.48 -0.23 0.02 -0.68 -0.87 0.44 0.25 0.37 -0.09

Bima, Kota 0.14 0.10 -0.21 -0.76 -0.97 0.47 -0.05 0.38 -0.13

Binjai, Kota -0.36 0.21 0.29 -0.05 -0.11 0.32 -0.14 -0.22 0.14

Bitung, Kota 0.13 0.39 -0.28 -0.03 -0.85 -0.19 -0.45 0.50 0.20

Blitar, Kota -0.37 -0.16 0.12 -0.36 -1.00 0.37 0.19 0.27 0.16

Bogor, Kota -0.96 0.04 0.26 0.10 -1.00 -0.13 0.16 0.14 0.49

Bontang, Kota -0.98 -0.11 -0.87 0.59 -0.94 -0.90 -0.81 -0.87 -0.87

Bukittinggi, Kota -0.79 -0.28 0.08 -0.40 -1.00 0.48 0.01 0.52 0.29

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Cilegon, Kota -0.80 -0.90 -0.59 0.51 -0.98 -0.78 -0.29 -0.22 0.65

Cimahi, Kota -0.98 0.00 -0.59 0.43 -1.00 -0.25 0.02 -0.63 0.53

Cirebon, Kota -0.95 -0.05 0.01 0.10 -1.00 -0.03 0.19 0.31 0.36

Denpasar, Kota -0.40 -0.33 0.21 -0.32 -1.00 0.03 0.30 0.22 0.54

Depok, Kota -0.69 0.05 -0.37 0.25 -1.00 -0.11 0.20 -0.20 0.44

Dumai, Kota -0.59 0.24 -0.75 0.32 -0.91 0.02 -0.11 0.23 -0.51

Gorontalo, Kota -0.50 0.24 0.22 -0.49 -0.84 0.43 0.03 0.32 0.24

Gunung Sitoli, Kota

-0.24 0.39 -0.22 -0.81 -0.92 -0.11 0.35 0.36 -0.42

Jakarta Barat, Kota -0.99 0.31 0.46 -0.50 -1.00 0.13 0.13 0.36 -0.18

Jakarta Pusat, Kota

-1.00 0.20 0.69 -0.90 -1.00 0.19 -0.04 0.00 -0.53

Jakarta Selatan, Kota

-0.99 0.44 0.63 -0.87 -1.00 0.11 -0.01 0.18 -0.60

Jakarta Timur, Kota

-0.99 0.20 0.19 0.14 -1.00 0.04 -0.02 0.34 -0.27

Jakarta Utara, Kota

-0.98 0.22 -0.24 0.28 -1.00 -0.10 -0.05 0.33 0.14

Jambi, Kota -0.77 0.09 0.02 -0.14 -0.23 0.08 0.10 0.43 0.39

Jayapura, Kota -0.40 0.56 0.12 -0.74 -0.87 0.43 -0.20 0.41 -0.32

Kediri, Kota -0.97 -0.94 -0.32 0.51 -1.00 -0.73 0.00 -0.77 -0.63

Kendari, Kota -0.06 0.13 0.24 -0.45 -0.94 0.03 -0.04 0.51 0.31

Kotamobagu, Kota -0.43 0.50 0.25 -0.85 -0.42 0.54 -0.12 -0.02 -0.42

Kupang, Kota -0.56 0.26 -0.20 -0.79 -0.68 0.52 0.15 0.34 -0.12

Langsa, Kota -0.08 0.19 -0.39 -0.07 -0.96 0.24 0.20 -0.03 -0.37

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Lhokseumawe, Kota

-0.36 -0.18 -0.73 0.33 -0.94 -0.23 0.17 -0.18 -0.84

Lubuk Linggau, Kota

-0.40 0.58 0.20 -0.55 -0.73 0.31 0.06 -0.01 -0.43

Madiun, Kota -0.78 -0.19 -0.04 -0.18 -1.00 0.24 0.36 0.07 -0.03

Magelang, Kota -0.74 0.40 0.13 -0.75 -1.00 0.61 -0.46 0.43 0.39

Makassar, Kota -0.92 0.16 0.15 -0.09 -1.00 0.04 0.18 0.39 0.27

Malang, Kota -0.95 -0.39 -0.07 0.13 -0.99 0.17 0.32 -0.41 0.20

Mamuju, Kota 0.52 -0.02 -0.07 -0.75 -0.61 0.39 -0.41 -0.38 -0.39

Manado, Kota -0.81 0.42 0.10 -0.56 -0.98 0.33 0.15 0.41 -0.28

Mataram, Kota -0.60 0.21 0.34 -0.33 -1.00 0.10 -0.02 0.52 -0.17

Medan, Kota -0.76 0.29 0.25 -0.29 -1.00 0.06 0.12 0.45 0.09

Metro, Kota -0.08 -0.22 0.48 -0.66 -1.00 0.44 -0.09 0.19 -0.14

Mojokerto, Kota -0.86 -0.75 -0.05 -0.22 -1.00 0.34 0.27 0.35 0.51

Padang Panjang, Kota

-0.23 0.11 0.12 -0.44 -0.92 0.48 -0.28 0.47 0.38

Padang Sidempuan, Kota

-0.01 -0.02 0.25 -0.38 -0.93 0.37 0.07 0.10 -0.34

Padang, Kota -0.49 -0.17 -0.03 -0.19 -0.67 0.28 0.00 0.53 0.22

Pagar Alam, Kota 0.41 0.37 -0.11 -0.91 -0.69 0.22 0.00 -0.16 -0.73

Palangkaraya, Kota

-0.46 0.14 -0.07 -0.64 -0.66 0.57 -0.05 0.38 0.14

Palembang, Kota -0.91 0.17 -0.09 0.20 -1.00 0.12 -0.04 0.34 0.10

Palopo, Kota 0.19 0.29 0.24 -0.70 -0.96 0.16 0.05 0.15 0.20

Palu, Kota -0.69 0.22 0.17 -0.33 -0.26 0.53 -0.22 0.26 0.34

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Pangkal Pinang, Kota

-0.31 0.11 0.08 -0.42 -1.00 0.33 0.27 0.05 -0.05

Pare-Pare, Kota -0.37 0.16 0.32 -0.80 -0.93 0.13 0.15 0.48 0.12

Pariaman, Kota 0.31 0.18 0.00 -0.31 -0.67 0.25 -0.28 0.22 0.08

Pasuruan, Kota -0.59 0.09 -0.01 -0.18 -0.97 0.11 0.26 0.27 0.38

Payakumbuh, Kota -0.18 0.10 0.10 -0.55 -0.91 0.43 -0.06 0.45 0.12

Pekalongan, Kota -0.33 0.37 -0.11 -0.07 -1.00 0.18 0.13 0.12 0.01

Pekan Baru, Kota -0.84 0.46 -0.10 -0.42 -0.99 0.29 0.21 0.32 -0.02

Pematang Siantar, Kota

-0.66 0.13 0.21 -0.33 -1.00 0.16 0.22 0.36 -0.01

Pontianak, Kota -0.84 0.48 0.10 -0.49 -1.00 0.34 0.05 0.43 -0.33

Prabumulih, Kota -0.26 0.33 0.12 -0.57 0.55 -0.05 0.03 -0.34 -0.67

Probolinggo, Kota -0.34 -0.74 -0.08 -0.26 -1.00 0.05 0.37 0.27 0.08

Sabang, Kota -0.12 0.49 -0.59 -0.68 -0.76 0.61 -0.06 -0.28 -0.27

Salatiga, Kota -0.46 0.02 0.07 -0.08 -0.99 0.32 -0.04 0.33 0.64

Samarinda, Kota -0.75 -0.04 0.16 -0.07 -0.09 0.15 0.15 0.18 0.01

Sawahlunto, Kota -0.31 0.05 -0.20 -0.24 0.27 0.53 -0.30 0.10 -0.12

Semarang, Kota -0.86 0.43 -0.53 0.07 -0.96 0.13 0.19 0.11 0.05

Serang, Kota -0.26 0.57 0.04 -0.66 -1.00 0.39 0.09 -0.08 0.11

Sibolga, Kota 0.25 -0.09 0.02 -0.47 -1.00 0.31 -0.02 0.30 -0.29

Singkawang, Kota -0.05 0.17 -0.10 -0.50 -0.66 0.25 0.28 -0.05 0.07

Solok, Kota -0.29 0.34 -0.06 -0.42 -0.86 0.45 -0.30 0.48 0.47

Sorong, Kota -0.08 0.19 -0.14 -0.12 -0.79 0.01 0.05 0.41 -0.03

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Subulussalam, Kota

0.47 0.38 -0.76 -0.86 -0.75 -0.38 0.17 -0.09 -0.55

Sukabumi, Kota -0.66 -0.06 -0.08 -0.66 -1.00 0.10 0.30 0.56 0.00

Sumba Timur, Kota

0.40 0.12 -0.41 -0.89 -0.65 0.47 -0.08 -0.12 -0.60

Sungai Penuh, Kota

-0.15 -0.08 0.12 -0.55 -0.96 0.20 0.16 0.47 -0.17

Surabaya, Kota -0.99 0.04 -0.14 -0.04 -1.00 -0.04 0.34 0.20 0.32

Surakarta, Kota -0.99 0.37 0.09 0.02 -0.99 0.14 0.12 0.13 0.36

Tangerang Selatan, Kota

-0.88 0.11 0.13 -0.19 -0.99 0.22 0.23 0.19 0.55

Tangerang, Kota -0.98 -0.51 -0.41 0.34 -1.00 -0.62 0.17 0.28 -0.10

Tanjung Balai, Kota

0.18 0.16 -0.22 -0.15 -0.41 0.17 0.03 0.03 -0.31

Tanjung Pinang, Kota

-0.78 0.43 -0.03 -0.03 -0.99 -0.06 0.13 0.34 -0.24

Tarakan, Kota -0.22 -0.23 0.08 -0.40 -0.31 -0.21 0.33 0.23 0.33

Tasikmalaya, Kota -0.33 0.32 0.09 -0.14 -1.00 0.09 0.20 0.02 0.19

Tebing Tinggi, Kota

-0.82 0.16 0.04 -0.24 -0.98 0.41 0.10 0.39 -0.47

Tegal, Kota -0.24 0.22 0.07 -0.04 -1.00 -0.01 0.06 0.29 0.37

Ternate, Kota -0.16 -0.21 -0.08 -0.65 -0.76 0.28 0.22 0.46 -0.01

Tidore Kepulauan, Kota

0.55 -0.40 -0.70 -0.65 -0.86 -0.14 0.14 -0.31 -0.71

Tomohon, Kota -0.01 0.61 -0.52 -0.47 0.02 0.32 -0.14 -0.12 -0.12

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Tual, Kota 0.43 -0.54 -0.39 -0.98 -0.90 0.31 0.26 -0.52 -0.33

Yogyakarta, Kota -0.96 0.11 0.24 -0.38 -1.00 0.38 0.09 0.45 0.04

Aceh Barat Daya, Kab.

0.46 0.29 -0.73 -0.71 -0.85 0.25 0.04 -0.31 -0.67

Aceh Barat, Kab. 0.29 0.28 -0.68 -0.86 -0.89 0.45 0.11 -0.07 -0.53

Aceh Besar, Kab. 0.26 0.45 -0.62 -0.78 -0.51 0.39 0.05 -0.08 -0.61

Aceh Jaya, Kab. 0.47 0.05 -0.68 -0.47 -0.78 0.36 -0.27 0.03 -0.45

Aceh Pidie, Kab. 0.51 -0.16 -0.68 -0.64 -0.76 0.51 -0.54 -0.08 -0.34

Aceh Selatan, Kab. 0.39 0.38 -0.59 -0.66 -0.79 0.35 -0.04 -0.21 -0.67

Aceh Singkil, Kab. 0.43 0.30 -0.65 -0.78 -0.70 0.35 -0.02 -0.15 -0.61

Aceh Tamiang, Kab.

0.44 -0.09 -0.69 -0.31 0.21 0.12 -0.17 -0.34 -0.56

Aceh Tengah, Kab. 0.47 0.33 -0.70 -0.82 -0.85 0.40 -0.24 -0.08 -0.22

Aceh Tenggara, Kab.

0.46 0.07 -0.59 -0.73 -0.97 0.57 -0.40 -0.60 0.00

Aceh Timur, Kab. 0.43 -0.43 -0.53 -0.50 0.62 -0.57 -0.41 -0.20 -0.36

Aceh Utara, Kab. 0.28 -0.24 -0.64 -0.60 0.62 0.09 -0.34 -0.03 -0.73

Adm. Kepulauan Seribu, Kab.

-0.66 -0.60 -0.87 -0.96 0.83 -0.64 -0.52 -0.91 -0.90

Agam, Kab. 0.42 -0.11 -0.44 -0.28 -0.33 0.25 -0.10 -0.26 -0.12

Alor, Kab. 0.40 -0.11 -0.33 -0.86 -0.71 0.52 -0.11 -0.15 -0.43

Asahan, Kab. 0.41 -0.40 -0.53 0.16 -0.93 -0.25 -0.13 -0.35 0.05

Asmat, Kab. 0.42 0.35 -0.68 -0.90 -0.97 0.61 -0.56 -0.41 -0.99

Badung, Kab. -0.30 -0.17 -0.56 -0.78 -0.97 -0.06 0.37 0.54 0.17

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Balangan, Kab. 0.19 -0.53 -0.80 -0.98 0.79 -0.33 -0.71 -0.54 -0.82

Bandung Barat, Kab.

-0.13 -0.43 -0.50 0.31 -0.87 -0.20 -0.03 -0.17 0.72

Bandung, Kab. -0.34 -0.55 -0.60 0.44 -0.72 -0.31 -0.13 -0.30 0.24

Banggai Kepulauan, Kab.

0.53 -0.68 -0.35 -0.68 -0.87 0.05 0.07 -0.09 -0.45

Banggai, Kab. 0.55 0.12 -0.27 -0.54 -0.60 0.07 -0.40 -0.08 -0.38

Bangka Barat, Kab. 0.09 -0.23 -0.71 0.33 0.19 -0.50 -0.15 -0.79 -0.66

Bangka Selatan, Kab.

0.47 0.11 -0.48 -0.80 0.55 -0.43 -0.22 -0.78 -0.66

Bangka Tengah, Kab.

-0.04 0.11 -0.54 -0.02 0.44 -0.42 0.02 0.02 -0.77

Bangka, Kab. 0.33 0.16 -0.46 -0.39 0.38 -0.11 -0.03 -0.40 -0.20

Bangkalan, Kab. 0.39 0.06 -0.31 -0.71 -0.67 0.20 0.13 -0.04 -0.19

Bangli, Kab. 0.39 -0.14 -0.43 -0.50 -0.96 0.40 0.10 -0.59 -0.33

Banjar, Kab. 0.28 0.00 -0.36 -0.56 0.38 0.05 0.05 -0.19 -0.28

Banjarnegara, Kab. 0.41 0.05 -0.17 -0.28 -0.87 0.38 -0.25 -0.26 -0.39

Bantaeng, Kab. 0.58 -0.01 -0.13 -0.74 -0.81 0.13 -0.32 -0.39 -0.36

Bantul, Kab. 0.20 0.31 -0.13 -0.17 -0.78 0.19 -0.02 -0.02 -0.11

Banyuasin, Kab. 0.40 0.24 -0.80 -0.12 0.31 -0.36 -0.13 -0.83 -0.93

Banyumas, Kab. 0.15 0.20 0.02 -0.19 -0.69 0.30 -0.15 0.16 -0.08

Banyuwangi, Kab. 0.52 -0.75 -0.19 -0.58 -0.27 -0.27 0.11 -0.28 -0.43

Barito Kuala, Kab. 0.41 0.26 -0.41 0.01 -1.00 0.00 -0.14 -0.67 -0.74

Barito Selatan, Kab.

0.41 0.09 -0.08 -0.63 -0.86 0.19 -0.14 0.27 -0.52

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Barito Timur, Kab. 0.54 0.10 -0.31 -0.71 -0.78 0.22 -0.30 -0.03 -0.66

Barito Utara, Kab. 0.27 0.07 -0.36 -0.64 0.49 0.11 -0.15 -0.01 -0.36

Barru, Kab. 0.49 0.25 -0.12 -0.73 -0.69 0.33 -0.29 -0.31 -0.24

Batang, Kab. 0.27 -0.01 -0.38 0.09 -0.71 0.20 -0.11 -0.33 -0.10

Batanghari, Kab. 0.35 -0.25 -0.56 -0.32 -0.01 0.29 0.06 -0.44 -0.73

Batu Bara, Kab. 0.03 -0.53 -0.71 0.39 -0.97 -0.69 0.05 -0.54 -0.26

Bekasi, Kab. -0.77 -0.61 -0.76 0.54 -0.70 -0.60 -0.33 -0.66 0.24

Belitung Timur, Kab.

0.33 0.07 -0.30 -0.25 0.26 0.10 -0.14 -0.38 -0.02

Belitung, Kab. 0.27 0.16 -0.31 -0.04 -0.06 0.09 -0.13 -0.28 -0.01

Belu, Kab. 0.52 -0.18 -0.40 -0.93 -0.81 0.44 -0.21 -0.14 -0.75

Bener Meriah, Kab.

0.54 0.16 -0.66 -0.74 -0.80 0.35 -0.33 -0.28 -0.15

Bengkalis, Kab. -0.67 -0.82 -0.92 -0.67 0.83 -0.66 -0.69 -0.88 -0.83

Bengkayang, Kab. 0.53 0.03 -0.32 -0.68 -0.69 -0.10 0.08 -0.47 -0.85

Bengkulu Selatan, Kab.

0.35 -0.09 -0.28 -0.88 -0.93 0.42 0.11 0.01 -0.77

Bengkulu Tengah, Kab.

0.41 -0.20 -0.29 -0.61 0.52 -0.30 -0.17 -0.18 -0.75

Bengkulu Utara, Kab.

0.42 -0.25 -0.34 -0.64 0.21 0.37 -0.27 -0.09 -0.61

Berau, Kab. -0.01 -0.78 -0.91 -0.48 0.77 -0.63 -0.39 -0.22 -0.86

Biak Numfor, Kab. 0.12 0.30 -0.07 -0.52 -0.69 0.20 -0.09 0.44 0.12

Bima, Kab. 0.54 0.03 -0.51 -0.80 -0.45 0.11 -0.12 -0.04 -0.70

Bintan, Kab. -0.44 -0.33 -0.69 0.38 0.15 -0.51 -0.03 -0.37 -0.61

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Bireuen, Kab. 0.36 0.08 -0.70 -0.89 -0.65 0.15 0.21 0.19 -0.48

Blitar, Kab. 0.52 -0.51 -0.21 -0.76 -0.49 0.05 0.12 -0.54 -0.50

Blora, Kab. 0.56 -0.28 -0.08 -0.58 -0.38 -0.08 -0.17 -0.44 -0.35

Boalemo, Kab. 0.44 0.20 0.04 -0.67 -0.88 0.31 -0.17 -0.23 -0.32

Bogor, Kab. -0.52 -0.29 -0.66 0.45 -0.75 -0.39 -0.10 -0.43 0.53

Bojonegoro, Kab. 0.26 -0.29 -0.30 -0.52 0.59 -0.02 -0.13 -0.37 -0.28

Bolaang Mongondow Selatan, Kab.

0.42 0.04 -0.63 -0.83 0.13 0.48 -0.40 -0.07 -0.69

Bolaang Mongondow Timur, Kab.

0.23 0.04 -0.67 -0.86 0.64 0.39 -0.55 -0.40 -0.66

Bolaang Mongondow Utara, Kab.

0.39 0.31 -0.50 -0.79 0.05 0.52 -0.46 -0.51 -0.64

Bolaang Mongondow, Kab.

0.51 0.33 -0.45 -0.83 -0.19 0.31 -0.39 -0.31 -0.56

Bombana, Kab. 0.52 0.37 -0.20 -0.82 -0.17 0.16 -0.30 -0.57 -0.62

Bondowoso, Kab. 0.51 -0.67 -0.56 -0.18 -0.82 -0.08 0.06 -0.68 -0.26

Bone Bolango, Kab.

0.36 0.15 0.29 -0.28 -0.73 0.13 -0.38 0.04 -0.50

Bone, Kab. 0.54 0.14 -0.18 -0.46 -0.85 0.09 -0.40 -0.17 -0.18

Boven Digoel, Kab 0.14 0.53 -0.66 0.29 -0.83 -0.09 -0.61 -0.54 -0.99

Boyolali, Kab. 0.36 -0.34 -0.15 -0.17 -0.75 0.16 0.08 -0.46 0.09

Brebes, Kab. 0.55 -0.51 -0.50 -0.28 -0.71 -0.32 -0.01 -0.45 -0.07

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Buleleng, Kab. 0.23 -0.38 -0.35 -0.39 -0.84 0.45 0.16 -0.37 -0.06

Bulukumba, Kab. 0.53 -0.31 -0.17 -0.56 -0.87 0.22 -0.09 -0.49 -0.41

Bulungan, Kab. 0.33 -0.87 -0.91 -0.99 0.68 -0.21 -0.21 0.01 -0.09

Bungo, Kab. 0.39 0.13 -0.34 -0.67 0.14 -0.05 0.03 -0.02 -0.33

Buol, Kab. 0.60 -0.02 -0.46 -0.53 -0.79 -0.01 -0.36 -0.38 -0.22

Buru Selatan, Kab. 0.63 -0.74 -0.74 -0.94 -0.88 0.07 -0.13 -0.45 -0.70

Buru, Kab. 0.52 -0.12 -0.48 -0.55 -0.89 0.24 -0.07 -0.36 -0.50

Buton Utara, Kab. 0.52 0.29 -0.39 -0.52 -0.82 0.23 -0.28 -0.54 -0.46

Buton, Kab. 0.44 -0.10 -0.24 -0.50 -0.02 0.30 -0.13 -0.46 -0.43

Ciamis, Kab. 0.32 -0.08 -0.22 -0.53 -0.92 0.29 0.12 0.02 -0.23

Cianjur, Kab 0.48 -0.30 -0.26 -0.78 -0.97 0.04 0.14 -0.02 -0.14

Cilacap, Kab. -0.07 -0.49 -0.62 0.39 -0.71 -0.49 0.05 -0.53 -0.55

Cirebon, Kab. 0.33 0.11 -0.32 -0.26 -0.90 0.17 0.05 -0.13 0.32

Dairi, Kab. 0.63 -0.27 -0.76 -0.97 -0.98 0.03 -0.17 -0.32 -0.58

Deiyai, Kab. 0.59 0.40 -0.96 -0.99 -0.69 0.38 -0.63 -0.82 -1.00

Deli Serdang, Kab. 0.05 -0.35 -0.43 0.25 -0.70 0.20 0.00 -0.57 -0.67

Demak, Kab. 0.47 0.02 -0.36 -0.37 -0.95 0.13 -0.02 -0.28 -0.26

Dharmas Raya, Kab.

0.43 0.29 -0.34 -0.56 -0.11 0.27 -0.29 -0.11 -0.10

Dogiyai, Kab. 0.62 -0.04 -0.68 -1.00 -0.64 0.16 -0.22 -0.88 -1.00

Dompu, Kab. 0.44 0.09 -0.04 -0.71 -0.52 0.19 -0.05 -0.09 -0.51

Donggala, Kab. 0.44 0.19 -0.65 -0.69 -0.26 0.33 -0.17 0.06 -0.60

Empat Lawang, Kab.

0.50 0.24 -0.26 -0.39 -0.60 0.09 -0.21 -0.36 -0.71

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Ende, Kab. 0.39 -0.01 -0.32 -0.87 -0.71 0.37 0.07 0.01 -0.40

Enrekang, Kab. 0.53 0.10 -0.25 -0.67 -0.82 0.35 -0.35 -0.45 -0.30

Fak-Fak, Kab. 0.27 0.47 -0.46 -0.65 -0.64 0.37 -0.12 0.11 -0.35

Flores Timur, Kab. 0.38 -0.30 -0.30 -0.91 -0.82 0.57 -0.27 0.15 -0.49

Garut, Kab. 0.51 -0.35 -0.39 -0.53 -0.97 0.01 0.14 -0.47 -0.32

Gayo Lues, Kab. 0.58 0.32 -0.45 -0.58 -0.98 -0.32 -0.15 -0.54 -0.13

Gianyar, Kab. 0.05 -0.15 -0.25 -0.11 -0.90 0.35 0.18 -0.25 -0.10

Gorontalo Utara, Kab.

0.57 -0.17 0.00 -0.60 -0.49 -0.29 -0.17 -0.32 -0.30

Gorontalo, Kab. 0.30 -0.09 0.13 -0.51 -0.74 0.46 -0.41 0.24 -0.43

Gowa, Kab. 0.50 -0.30 0.00 -0.71 -0.83 0.26 -0.17 -0.02 -0.06

Gresik, Kab. -0.30 -0.66 -0.42 0.36 -0.11 -0.32 0.01 -0.40 0.28

Grobogan, Kab. 0.46 -0.13 0.04 -0.74 -0.67 0.31 -0.07 -0.40 0.12

Gunung Kidul, Kab.

0.43 0.17 -0.26 -0.34 -0.61 0.19 -0.17 -0.05 -0.33

Gunung Mas, Kab. 0.54 0.15 -0.70 -0.83 0.15 0.13 -0.23 -0.63 -0.80

Halmahera Barat, Kab.

0.46 -0.80 -0.49 -0.16 -0.97 -0.43 0.16 -0.15 -0.49

Halmahera Selatan, Kab.

0.41 -0.78 -0.52 -0.10 -0.67 -0.40 0.16 -0.06 -0.63

Halmahera Tengah, Kab.

0.47 -0.24 -0.73 -0.67 0.21 0.06 0.04 -0.29 -0.79

Halmahera Timur, Kab.

0.46 -0.43 -0.66 -0.63 0.52 -0.34 -0.09 -0.36 -0.74

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Halmahera Utara, Kab.

0.48 -0.78 -0.46 -0.16 -0.27 -0.31 -0.02 -0.05 -0.58

Hulu Sungai Selatan, Kab.

0.44 -0.16 -0.37 -0.55 -0.45 0.34 -0.06 -0.17 -0.55

Hulu Sungai Tengah, Kab.

0.46 -0.18 -0.19 -0.46 -0.89 0.36 -0.19 -0.08 -0.59

Hulu Sungai Utara, Kab.

0.38 0.02 -0.38 -0.42 -0.99 0.35 -0.04 -0.04 -0.36

Humbang Hasundutan, Kab.

0.57 -0.22 -0.47 -0.98 -0.94 0.25 -0.08 -0.26 -0.51

Indragiri Hilir, Kab. 0.50 -0.17 -0.60 -0.14 -0.84 0.05 -0.10 -0.42 -0.87

Indragiri Hulu, Kab.

0.46 -0.07 -0.71 0.02 -0.11 -0.04 -0.37 -0.28 -0.68

Indramayu, Kab. 0.15 -0.57 -0.72 -0.10 0.58 -0.35 -0.03 -0.37 -0.44

Intan Jaya, Kab. 0.52 0.23 -0.93 -0.97 -0.89 0.59 -0.63 -0.76 -1.00

Jayapura, Kab. 0.34 0.28 -0.33 -0.53 -0.50 0.26 -0.28 0.37 -0.72

Jayawijaya, Kab. 0.39 0.26 -0.35 -0.97 -0.77 0.37 -0.18 0.30 -0.56

Jember, Kab. 0.45 -0.48 -0.23 -0.37 -0.39 0.04 0.07 -0.26 -0.14

Jembrana, Kab. 0.22 -0.06 -0.28 -0.51 -0.90 0.26 0.12 0.30 -0.12

Jeneponto, Kab. 0.57 -0.12 -0.09 -0.83 -0.68 0.33 -0.48 -0.38 -0.31

Jepara, Kab. 0.16 -0.01 -0.13 0.09 -0.85 0.05 0.01 -0.16 -0.17

Jombang, Kab. 0.31 -0.54 -0.34 -0.36 -0.66 0.12 0.26 -0.26 -0.05

Kaimana, Kab. 0.51 0.23 -0.69 -0.40 -0.77 0.11 -0.26 -0.05 -0.52

Kampar, Kab. 0.32 -0.41 -0.85 -0.67 0.74 -0.40 -0.56 -0.62 -0.91

Kapuas Hulu, Kab. 0.48 0.41 -0.24 -0.75 -0.71 0.02 -0.07 -0.32 -0.50

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Kapuas, Kab. 0.57 0.14 -0.20 -0.63 -0.88 -0.10 -0.15 -0.40 -0.65

Karang Asem, Kab. 0.33 -0.20 -0.23 -0.55 -0.59 0.50 -0.15 0.02 -0.34

Karanganyar, Kab. 0.15 -0.44 -0.61 0.38 -0.81 -0.04 -0.33 -0.47 0.09

Karawang, Kab. -0.25 -0.33 -0.70 0.35 -0.48 -0.23 0.04 -0.34 0.46

Karimun, Kab. 0.34 0.13 -0.44 -0.30 -0.29 -0.30 0.11 0.13 -0.60

Katingan, Kab. 0.50 -0.27 -0.62 -0.56 -0.36 0.01 -0.06 0.19 -0.77

Kaur, Kab. 0.51 -0.10 -0.41 -0.87 -0.90 0.21 -0.05 0.14 -0.67

Kayong Utara, Kab.

0.48 -0.28 -0.31 -0.14 -0.57 0.20 -0.28 -0.41 -0.26

Kebumen, Kab. 0.43 -0.24 -0.32 -0.40 -0.02 0.38 -0.31 -0.25 -0.21

Kediri, Kab. 0.33 -0.74 -0.59 -0.04 -0.53 0.18 0.13 -0.51 -0.33

Keerom, Kab. 0.31 0.64 -0.50 -0.44 -0.66 0.29 -0.35 -0.40 -0.81

Kendal, Kab. 0.25 -0.35 -0.53 0.25 -0.78 -0.07 -0.08 -0.48 -0.04

Kep. Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Kab.

0.33 0.29 -0.36 -0.92 -0.45 0.36 -0.15 0.33 -0.12

Kepahiang, Kab. 0.64 -0.51 -0.62 -0.75 -0.99 0.14 -0.41 -0.50 -0.50

Kepulauan Anambas, Kab.

0.14 -0.73 -0.85 -0.95 0.80 -0.73 -0.62 -0.73 -0.97

Kepulauan Aru, Kab.

0.58 -0.61 -0.62 -0.98 -0.82 -0.08 0.17 -0.69 -0.69

Kepulauan Mentawai, Kab.

0.57 -0.38 -0.77 -0.47 -0.90 -0.29 0.02 -0.10 -0.80

Kepulauan Meranti, Kab.

0.23 -0.59 -0.86 -0.28 0.61 -0.26 0.00 -0.54 -0.65

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Kepulauan Sangihe, Kab.

0.28 0.16 -0.08 -0.63 -0.37 0.28 -0.06 0.25 -0.24

Kepulauan Sula, Kab.

0.43 -0.72 -0.36 -0.13 -0.96 -0.37 0.15 -0.08 -0.39

Kepulauan Talaud, Kab.

0.48 0.27 -0.13 -0.88 -0.45 0.23 -0.30 0.08 -0.70

Kerinci, Kab. 0.64 -0.28 -0.83 -0.78 -0.89 0.08 -0.40 -0.31 -0.25

Ketapang, Kab. 0.34 -0.45 -0.34 -0.09 0.40 -0.18 -0.14 -0.43 -0.45

Klaten, Kab. 0.07 0.09 -0.36 -0.05 -0.71 0.25 0.17 -0.43 -0.17

Klungkung, Kab. 0.34 -0.01 -0.50 -0.44 -0.38 0.33 0.05 -0.21 0.04

Kolaka Utara, Kab. 0.62 -0.05 -0.48 -0.96 -0.66 -0.15 -0.10 -0.51 -0.66

Kolaka, Kab. 0.27 -0.11 -0.41 -0.13 0.42 -0.16 -0.08 -0.33 -0.54

Konawe Selatan, Kab.

0.42 0.25 -0.35 -0.85 -0.17 0.14 -0.31 0.41 -0.43

Konawe Utara, Kab.

0.62 0.49 -0.70 -0.89 -0.55 -0.22 -0.49 -0.84 -0.65

Konawe, Kab. 0.42 0.43 -0.16 -0.76 -0.24 0.27 -0.22 -0.45 -0.17

Kota Baru, Kab. 0.42 -0.11 -0.76 -0.53 0.47 -0.37 -0.10 -0.03 -0.77

Kotawaringin Barat, Kab.

0.49 -0.25 -0.40 -0.21 -0.70 -0.09 -0.12 0.03 -0.52

Kotawaringin Timur, Kab.

0.44 -0.18 -0.41 -0.20 -0.85 -0.21 0.03 0.08 -0.53

Kuantan Singingi, Kab.

0.56 0.00 -0.69 -0.48 0.17 0.05 -0.46 -0.53 -0.74

Kubu Raya, Kab. 0.14 -0.67 -0.59 0.32 -0.90 -0.33 -0.13 0.11 -0.35

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Kudus, Kab. -0.64 -0.55 -0.58 0.44 -0.99 -0.61 0.13 -0.57 -0.48

Kulon Progo, Kab. 0.28 -0.07 -0.16 -0.24 -0.81 0.32 -0.09 0.13 -0.27

Kuningan, Kab. 0.36 -0.15 -0.13 -0.82 -0.84 0.41 0.06 0.00 -0.43

Kupang, Kab. 0.51 0.10 -0.75 -0.88 -0.67 0.39 -0.15 -0.20 -0.60

Kutai Barat, Kab. 0.00 0.39 -0.60 -0.83 0.75 -0.43 -0.47 -0.62 -0.66

Kutai Kartanegara, Kab.

-0.33 -0.10 -0.82 -0.80 0.82 -0.70 -0.60 -0.80 -0.84

Kutai Timur, Kab. -0.63 -0.56 -0.85 -0.98 0.84 -0.87 -0.71 -0.74 -0.90

Labuhan Batu Selatan, Kab.

0.17 -0.50 -0.79 0.39 -0.83 -0.37 -0.15 -0.60 -0.73

Labuhan Batu Utara, Kab.

0.38 -0.43 -0.76 0.22 -0.72 -0.23 -0.11 -0.45 -0.65

Labuhan Batu, Kab.

0.11 -0.33 -0.69 0.31 -0.65 -0.01 -0.09 -0.29 -0.44

Lahat, Kab. 0.33 0.12 -0.33 -0.54 0.59 0.01 -0.38 -0.58 -0.83

Lamandau, Kab. 0.62 -0.90 -0.49 -0.94 -0.73 0.07 -0.12 -0.32 -0.80

Lamongan, Kab. 0.53 -0.40 -0.38 -0.62 -0.96 -0.03 0.13 -0.63 0.00

Lampung Barat, Kab.

0.60 -0.19 -0.46 -0.74 -0.65 -0.36 -0.03 -0.32 -0.38

Lampung Selatan, Kab.

0.51 -0.11 -0.18 -0.43 -0.74 -0.02 -0.28 0.20 -0.43

Lampung Tengah, Kab.

0.52 -0.02 -0.15 -0.24 -0.70 -0.21 -0.17 -0.40 -0.45

Lampung Timur, Kab.

0.54 -0.15 -0.46 -0.53 0.11 -0.39 -0.07 -0.44 -0.71

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Lampung Utara, Kab.

0.43 -0.12 -0.07 -0.21 -0.81 0.01 -0.10 -0.05 -0.24

Landak, Kab. 0.54 -0.40 -0.27 -0.33 -0.63 -0.27 0.01 -0.54 -0.60

Langkat, Kab. 0.57 -0.43 -0.64 -0.36 -0.15 -0.24 -0.13 -0.55 -0.52

Lanny Jaya, Kab. 0.59 0.40 -0.89 -1.00 -0.82 0.47 -0.96 -0.84 -1.00

Lebak, Kab. 0.43 -0.16 -0.29 -0.46 -0.73 0.15 0.07 -0.11 -0.48

Lebong, Kab. 0.68 -0.47 -0.66 -0.86 -0.87 -0.06 -0.63 -0.73 -0.51

Lembata, Kab. 0.54 -0.29 -0.72 -0.97 -0.86 0.53 -0.39 -0.27 -0.41

Limapuluh Kota, Kab.

0.40 -0.33 -0.51 -0.45 -0.06 0.26 0.04 -0.23 -0.45

Lingga, Kab. 0.43 0.02 -0.29 -0.33 -0.60 -0.29 0.05 0.07 -0.78

Lombok Barat, Kab.

0.22 0.35 -0.32 -0.63 -0.28 0.20 0.08 0.16 -0.33

Lombok Tengah, Kab.

0.31 0.32 -0.23 -0.49 -0.29 0.20 -0.02 0.00 -0.64

Lombok Timur, Kab.

0.39 0.21 -0.25 -0.51 -0.22 0.12 -0.01 -0.11 -0.62

Lombok Utara, Kab.

0.48 0.32 -0.18 -0.89 -0.48 0.04 -0.05 -0.07 -0.59

Lumajang, Kab. 0.40 -0.36 -0.33 -0.27 -0.62 0.15 0.09 -0.28 -0.33

Luwu Timur, Kab. 0.00 -0.86 -0.72 -0.84 0.82 -0.72 -0.85 -0.80 -0.71

Luwu Utara, Kab. 0.63 -0.10 -0.19 -0.76 -0.82 -0.06 -0.42 -0.49 -0.32

Luwu, Kab. 0.58 0.04 -0.53 -0.45 -0.77 0.07 -0.29 -0.60 -0.64

Madiun, Kab. 0.41 -0.31 -0.48 -0.76 -0.88 0.28 0.23 -0.39 -0.09

Magelang, Kab. 0.29 0.21 -0.52 -0.11 -0.45 0.34 -0.19 -0.15 -0.35

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Magetan, Kab. 0.38 -0.03 -0.31 -0.46 -0.88 0.29 0.13 -0.57 -0.12

Majalengka, Kab. 0.29 -0.10 -0.21 -0.16 -0.33 0.18 0.00 -0.09 -0.22

Majene, Kab. 0.52 0.01 0.10 -0.67 -0.84 0.17 -0.28 -0.21 -0.12

Malang, Kab. 0.33 -0.53 -0.34 -0.11 -0.48 0.16 0.11 -0.41 -0.22

Malinau, Kab. 0.18 0.56 -0.90 -0.99 0.61 -0.38 -0.11 -0.47 -0.47

Maluku Barat Daya, Kab.

0.47 -0.17 -0.36 -0.95 -0.83 0.12 0.25 -0.64 -0.44

Maluku Tengah, Kab.

0.30 -0.32 -0.32 -0.36 -0.88 0.31 0.17 -0.17 -0.38

Maluku Tenggara Barat, Kab.

0.57 -0.42 -0.30 -0.95 -0.80 0.14 0.03 -0.65 -0.52

Maluku Tenggara, Kab.

0.46 -0.53 -0.45 -0.98 -0.90 0.34 0.19 -0.33 -0.21

Mamasa, Kab. 0.57 0.00 -0.24 -0.60 -0.84 0.24 -0.36 -0.58 -0.59

Mamberamo Raya, Kab.

0.34 0.37 -0.72 -0.97 -0.76 0.60 -0.25 -0.36 -1.00

Mamberamo Tengah, Kab.

0.52 0.38 -0.73 -1.00 -0.83 0.57 -0.89 -0.64 -1.00

Mamuju Utara, Kab.

0.46 -0.29 -0.34 0.21 -0.86 0.09 -0.85 -0.42 -0.74

Mandailing Natal, Kab.

0.50 0.34 -0.63 -0.73 -0.65 0.24 -0.11 -0.34 -0.66

Manggarai Barat, Kab.

0.59 0.18 -0.67 -0.95 -0.58 0.05 -0.24 -0.17 -0.67

Manggarai Timur, Kab.

0.62 0.07 -0.68 -0.95 -0.58 0.07 -0.21 -0.73 -0.92

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Manggarai, Kab. 0.34 0.01 -0.15 -0.93 -0.59 0.59 -0.30 -0.10 -0.40

Manokwari, Kab. 0.34 0.49 -0.31 -0.75 -0.63 0.36 -0.28 0.12 -0.24

Mappi, Kab. 0.41 0.56 -0.71 -0.96 -0.88 0.52 -0.50 -0.36 -0.99

Maros, Kab. 0.44 -0.56 -0.17 0.01 -0.67 0.17 -0.42 -0.14 -0.10

Maybrat, Kab. 0.60 0.31 -0.89 -0.98 -0.97 0.08 -0.14 -0.63 -0.68

Melawi, Kab. 0.32 0.18 -0.37 -0.39 -0.32 0.02 0.21 -0.65 -0.61

Merangin, Kab. 0.48 0.21 -0.36 -0.70 0.04 0.03 -0.11 -0.22 -0.35

Merauke, Kab. 0.49 0.14 -0.34 -0.75 -0.64 0.29 -0.32 0.19 -0.41

Mesuji, Kab. 0.57 -0.59 -0.44 -0.04 -0.95 -0.56 -0.20 -0.48 -0.98

Mimika, Kab. -0.76 -0.27 -0.75 -0.99 0.83 -0.78 -0.64 -0.27 -0.82

Minahasa Selatan, Kab.

0.39 0.52 -0.52 -0.44 0.12 -0.02 -0.42 -0.09 -0.26

Minahasa Tenggara (Mitra), Kab.

0.38 0.52 -0.50 -0.50 0.15 0.01 -0.40 -0.08 -0.26

Minahasa Utara, Kab.

0.27 0.59 -0.57 -0.60 0.22 0.10 -0.25 -0.14 -0.32

Minahasa, Kab. 0.20 0.51 -0.17 -0.53 -0.05 0.21 -0.17 0.03 -0.14

Mojokerto, Kab. 0.20 -0.62 -0.69 0.22 -0.69 -0.12 0.09 -0.38 -0.11

Morotai, Kab. 0.47 -0.71 -0.55 -0.07 -0.94 -0.32 0.07 -0.20 -0.52

Morowali, Kab. 0.51 -0.39 -0.44 -0.76 0.51 -0.09 -0.25 -0.82 -0.51

Muara Enim, Kab. 0.16 -0.16 -0.73 -0.48 0.74 -0.29 -0.57 -0.65 -0.47

Muaro Jambi, Kab. 0.43 -0.24 -0.59 -0.19 0.33 -0.18 -0.13 -0.40 -0.82

Mukomuko, Kab. 0.47 -0.36 0.18 -0.25 -0.83 -0.05 -0.12 -0.36 -0.80

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Muna, Kab. 0.37 0.14 -0.18 -0.59 -0.49 0.32 0.04 -0.35 -0.51

Murung Raya, Kab. 0.32 -0.12 -0.60 -0.77 0.66 0.01 -0.44 -0.20 -0.52

Musi Banyuasin, Kab.

0.00 -0.14 -0.72 -0.50 0.77 -0.44 -0.45 -0.91 -0.95

Musi Rawas, Kab. 0.48 -0.19 -0.68 -0.50 0.62 -0.18 -0.66 -0.87 -0.86

Nabire, Kab. 0.37 0.39 -0.37 -0.93 0.30 0.16 -0.18 -0.06 -0.46

Nagan Raya, Kab. 0.51 -0.09 -0.81 -0.76 -0.58 0.10 0.09 -0.07 -0.58

Nagekeo, Kab. 0.64 -0.04 -0.59 -0.84 -0.84 0.13 -0.56 -0.35 -0.68

Natuna, Kab. 0.13 -0.58 -0.83 -0.91 0.80 -0.65 -0.65 -0.71 -0.95

Nduga, Kab. 0.49 0.46 -0.87 -1.00 -0.90 0.60 -0.95 -0.82 -1.00

Ngada, Kab. 0.50 0.19 -0.27 -0.88 -0.68 0.39 -0.30 -0.17 -0.44

Nganjuk, Kab. 0.39 -0.82 -0.39 -0.48 -0.72 0.30 0.21 -0.59 -0.36

Ngawi, Kab. 0.41 -0.16 -0.18 -0.57 -0.87 0.17 0.18 -0.49 -0.29

Nias Barat, Kab. 0.65 -0.31 -0.40 -0.88 -0.35 0.00 -0.51 -0.46 -0.81

Nias Selatan, Kab. 0.48 0.31 -0.38 -0.87 -0.71 0.01 0.07 -0.14 -0.69

Nias Utara, Kab. 0.63 -0.14 -0.42 -0.93 -0.35 -0.17 -0.27 -0.49 -0.78

Nias, Kab. 0.54 0.11 -0.39 -0.91 -0.36 0.47 -0.56 -0.46 -0.80

Nunukan, Kab. 0.28 0.20 -0.94 -0.96 0.67 -0.20 -0.19 -0.43 -0.22

Ogan Ilir, Kab. 0.34 0.44 -0.35 -0.38 -0.16 0.10 -0.02 -0.62 -0.76

Ogan Komering Ilir, Kab.

0.52 0.40 -0.54 -0.48 -0.65 -0.06 -0.10 -0.70 -0.91

Ogan Komering Ulu Selatan, Kab.

0.37 0.38 -0.30 -0.42 -0.62 0.12 0.08 -0.72 -0.78

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Ogan Komering Ulu Timur, Kab.

0.54 0.08 -0.45 -0.53 -0.51 0.09 -0.09 -0.68 -0.84

Ogan Komering Ulu, Kab.

0.28 0.10 -0.33 -0.38 0.46 0.04 -0.09 -0.50 -0.68

Pacitan, Kab. 0.44 0.19 0.03 -0.74 -0.29 0.28 -0.25 -0.20 -0.07

Padang Lawas Utara, Kab.

0.62 0.20 -0.89 -0.70 -0.89 0.14 -0.37 -0.72 -0.84

Padang Lawas, Kab.

0.60 0.24 -0.87 -0.69 -0.84 0.11 -0.32 -0.45 -0.81

Padang Pariaman, Kab.

0.22 -0.13 -0.61 -0.32 -0.40 0.27 -0.29 0.53 0.09

Pakpak Bharat, Kab.

0.62 0.29 -0.69 -0.98 -0.99 0.06 -0.29 -0.72 -0.66

Pamekasan, Kab. 0.52 -0.14 -0.11 -0.78 -0.73 0.27 -0.14 -0.25 -0.07

Pandeglang, Kab. 0.35 -0.10 -0.22 -0.36 -0.97 0.15 0.09 -0.10 0.48

Pangkajene Kepulauan, Kab.

0.07 -0.33 -0.51 0.42 -0.18 -0.16 -0.64 -0.41 -0.53

Paniai, Kab. 0.54 0.44 -0.70 -0.97 -0.49 0.34 -0.46 -0.35 -0.94

Parigi Moutong, Kab.

0.56 0.04 -0.84 -0.59 -0.70 -0.04 -0.14 -0.01 -0.83

Pasaman Barat, Kab.

0.38 -0.32 -0.65 -0.03 -0.80 -0.03 0.12 -0.39 -0.79

Pasaman, Kab. 0.56 -0.31 -0.41 -0.68 -0.57 0.29 -0.23 -0.29 -0.52

Pasir, Kab. -0.08 -0.40 -0.75 -0.88 0.81 -0.57 -0.76 -0.82 -0.71

Pasuruan, Kab. 0.22 -0.38 -0.37 0.16 -0.77 0.00 0.03 -0.43 0.32

Pati, Kab. 0.37 0.08 -0.10 -0.07 -0.80 -0.08 -0.04 -0.31 0.04

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Pegunungan Bintang, Kab.

0.52 0.58 -0.93 -1.00 -0.84 0.25 -0.53 -0.08 -1.00

Pekalongan, Kab. 0.17 0.01 -0.33 0.06 -0.77 0.29 -0.05 -0.33 0.01

Pelalawan, Kab. 0.53 -0.31 -0.66 0.13 -0.19 -0.36 -0.68 -0.53 -0.81

Pemalang, Kab. 0.25 -0.38 -0.37 -0.01 -0.74 0.10 0.15 -0.38 -0.03

Penajam Paser Utara, Kab.

-0.04 -0.32 -0.49 -0.07 0.67 -0.42 -0.15 -0.67 -0.66

Pesawaran, Kab. 0.55 -0.01 -0.72 -0.29 -0.93 -0.04 -0.09 -0.52 -0.82

Pesisir Selatan, Kab.

0.35 -0.19 -0.36 -0.27 -0.65 0.35 0.03 -0.46 -0.26

Pidie Jaya, Kab. 0.57 -0.18 -0.76 -0.72 -0.84 0.33 -0.23 -0.34 -0.39

Pinrang, Kab. 0.60 -0.19 -0.31 -0.63 -0.78 -0.08 -0.27 -0.25 -0.19

Pohuwato, Kab. 0.50 0.10 0.00 -0.57 -0.85 0.12 -0.13 -0.40 -0.17

Polewali Mandar, Kab.

0.52 -0.38 -0.16 -0.78 -0.92 0.22 0.04 -0.45 -0.17

Ponorogo, Kab. 0.39 -0.47 -0.08 -0.67 -0.56 0.20 0.15 -0.17 0.19

Pontianak, Kab. 0.28 -0.15 -0.34 -0.21 -0.92 0.45 -0.04 -0.33 0.12

Poso, Kab. 0.50 -0.41 -0.48 -0.45 -0.79 0.19 -0.08 0.01 -0.29

Pringsewu, Kab. 0.52 -0.02 -0.03 -0.64 -0.99 -0.09 -0.56 0.43 -0.17

Probolinggo, Kab. 0.39 -0.58 -0.28 -0.13 -0.73 -0.08 0.08 -0.05 -0.20

Pulang Pisau, Kab. 0.57 0.19 -0.63 -0.59 -0.94 -0.04 -0.07 -0.63 -0.66

Puncak Jaya, Kab. 0.49 0.50 -0.84 -0.93 -0.62 0.41 -0.37 -0.48 -0.89

Puncak, Kab. 0.54 0.42 -0.92 -1.00 -1.00 0.49 -0.49 -0.72 -0.96

Purbalingga, Kab. 0.35 0.16 -0.17 -0.38 -0.82 0.32 -0.06 -0.17 -0.27

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Purwakarta, Kab. -0.21 -0.37 -0.28 0.35 -0.96 -0.33 0.06 -0.43 0.36

Purworejo, Kab. 0.38 -0.05 -0.19 -0.40 -0.60 0.35 -0.10 -0.10 -0.37

Raja Ampat, Kab. 0.40 -0.13 -0.95 -0.98 0.73 -0.27 -0.77 -0.68 -0.93

Rejang Lebong, Kab.

0.56 -0.55 -0.46 -0.63 -0.98 0.24 -0.15 -0.14 -0.39

Rembang, Kab. 0.50 0.19 -0.57 -0.71 -0.61 0.24 -0.12 -0.18 -0.41

Rokan Hilir, Kab. 0.15 -0.89 -0.88 -0.70 0.78 -0.58 -0.39 -0.74 -0.84

Rokan Hulu, Kab. 0.55 -0.19 -0.69 -0.11 -0.03 -0.04 -0.61 -0.46 -0.91

Rote Ndao, Kab. 0.49 0.00 -0.69 -0.86 -0.73 0.44 -0.12 -0.21 -0.47

Sabu Raijua, Kab. 0.56 -0.02 -0.66 -0.81 -0.87 0.19 -0.07 -0.29 -0.83

Sambas, Kab. 0.52 -0.38 -0.35 -0.44 -0.94 -0.31 0.15 -0.37 -1.00

Samosir, Kab. 0.64 -0.88 -0.63 -0.89 -0.99 0.33 -0.41 -0.75 -0.77

Sampang, Kab. 0.48 -0.47 -0.40 -0.91 0.09 0.12 0.12 -0.51 -0.48

Sanggau, Kab. 0.40 -0.14 -0.48 0.04 -0.73 -0.01 -0.05 -0.53 -0.52

Sarmi, Kab. 0.50 0.45 -0.45 -0.78 -0.64 0.13 -0.46 0.18 -0.70

Sarolangun, Kab. 0.51 0.04 -0.27 -0.68 0.19 -0.24 -0.16 -0.15 -0.52

Sawahlunto Sijunjung, Kab.

0.28 0.26 -0.41 -0.63 0.39 0.31 -0.31 -0.05 0.06

Sekadau, Kab. 0.54 0.13 -0.29 -0.34 -0.57 -0.51 -0.05 -0.55 -0.66

Selayar, Kab. 0.45 0.26 -0.40 -0.65 -0.83 0.21 -0.21 0.21 -0.45

Seluma, Kab. 0.57 -0.19 -0.56 -0.85 -0.33 0.16 -0.20 -0.05 -0.73

Semarang, Kab. -0.08 -0.23 -0.42 0.33 -0.97 -0.03 0.01 -0.56 -0.09

Seram Bagian Barat, Kab.

0.38 -0.67 -0.64 -0.05 -0.83 0.10 0.06 -0.07 -0.56

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Seram Bagian Timur, Kab.

0.49 -0.52 -0.63 -0.55 0.15 -0.15 0.08 -0.31 -0.75

Serang, Kab. 0.01 -0.42 -0.61 0.45 -0.98 -0.52 -0.46 -0.38 0.58

Serdang Bedagai, Kab.

0.45 0.24 -0.42 -0.11 -0.68 0.02 -0.14 -0.83 -0.27

Seruyan, Kab. 0.57 -0.38 -0.59 -0.50 -0.71 -0.11 -0.10 -0.04 -0.66

Siak, Kab. -0.23 -0.74 -0.94 -0.20 0.80 -0.74 -0.83 -0.87 -0.95

Sidenreng Rappang, Kab.

0.54 0.00 -0.18 -0.53 -0.87 0.19 -0.25 -0.46 0.00

Sidoarjo, Kab. -0.64 -0.72 -0.71 0.32 -0.95 -0.30 0.17 0.25 0.09

Sigi, Kab. 0.58 0.12 -0.68 -0.78 -0.59 0.22 -0.33 -0.29 -0.64

Sikka, Kab. 0.47 0.01 -0.57 -0.87 -0.72 0.47 -0.22 -0.03 -0.37

Simalungun, Kab. 0.59 -0.56 -0.60 -0.23 -0.91 0.13 -0.44 -0.51 -0.37

Simeulue, Kab. 0.41 0.03 -0.60 -0.90 -0.74 0.43 0.05 -0.12 -0.60

Sinjai, Kab. 0.58 -0.12 -0.13 -0.85 -0.87 0.26 -0.31 -0.33 -0.61

Sintang, Kab. 0.43 0.10 -0.39 -0.41 -0.42 0.06 0.06 -0.39 -0.61

Situbondo, Kab. 0.36 -0.36 -0.42 -0.39 -0.59 -0.04 0.25 -0.20 -0.12

Sleman, Kab. -0.01 0.31 0.10 -0.21 -0.86 0.31 0.04 -0.12 -0.11

Solok Selatan, Kab. 0.42 0.13 -0.57 -0.41 -0.06 0.03 -0.05 -0.08 -0.18

Solok, Kab. 0.48 -0.05 -0.62 -0.52 -0.34 0.19 -0.18 0.15 -0.49

Soppeng, Kab. 0.49 0.06 -0.17 -0.51 -0.86 0.28 -0.29 -0.13 -0.16

Sorong Selatan, Kab.

0.46 0.54 -0.70 -0.95 -0.57 0.24 -0.24 -0.15 -0.15

Sorong, Kab. -0.01 -0.34 -0.94 0.10 0.68 0.00 -0.81 -0.73 -0.86

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Sragen, Kab. 0.37 -0.16 -0.36 -0.01 -0.93 0.14 -0.05 -0.40 0.04

Subang, Kab. 0.33 -0.37 -0.34 -0.23 0.17 -0.08 0.06 -0.21 0.01

Sukabumi, Kab. 0.39 -0.43 -0.38 -0.13 -0.25 0.03 -0.02 -0.16 0.03

Sukamara, Kab. 0.65 -0.51 -0.48 -0.81 -0.88 -0.22 -0.15 -0.68 -0.78

Sukoharjo, Kab. 0.13 -0.17 -0.42 0.13 -0.83 -0.05 0.14 -0.27 -0.02

Sumba Barat Daya, Kab.

0.59 -0.30 -0.58 -0.94 -0.80 0.35 -0.22 -0.59 -0.75

Sumba Barat, Kab. 0.43 -0.17 -0.36 -0.86 -0.81 0.50 -0.02 -0.43 -0.60

Sumba Tengah, Kab.

0.59 0.12 -0.61 -0.93 -0.49 0.34 -0.43 -0.71 -0.85

Sumbawa Barat, Kab.

-0.63 -0.47 -0.93 -0.97 0.84 -0.82 -0.79 -0.73 -0.94

Sumbawa, Kab. 0.47 0.33 -0.51 -0.69 -0.55 0.11 -0.04 -0.12 -0.33

Sumedang, Kab. 0.26 -0.36 -0.34 0.05 -0.97 -0.11 0.14 -0.34 0.40

Sumenep, Kab. 0.52 -0.56 -0.29 -0.83 0.12 -0.03 0.04 -0.50 -0.82

Supiori, Kab. 0.51 0.30 -0.54 -0.80 -0.69 0.03 -0.05 0.00 -0.96

Tabalong, Kab. -0.08 -0.56 -0.59 -0.90 0.80 -0.14 -0.62 -0.70 -0.87

Tabanan, Kab. 0.41 -0.24 -0.15 -0.57 -0.92 0.34 0.02 -0.16 -0.07

Takalar, Kab. 0.53 -0.10 -0.17 -0.52 -0.85 0.26 -0.30 -0.27 0.07

Tambrauw, Kab. 0.59 0.14 -0.95 -0.99 -0.55 0.47 -0.80 -0.47 -0.91

Tana Tidung, Kab. 0.41 -0.79 -0.95 -0.98 0.69 -0.19 -0.30 -0.49 0.13

Tana Toraja, Kab. 0.48 -0.12 -0.13 -0.68 -0.87 0.33 -0.10 -0.24 -0.33

Tanah Bumbu, Kab.

0.04 -0.10 -0.74 -0.52 0.70 -0.43 -0.34 0.26 -0.66

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Tanah Datar, Kab. 0.43 0.09 -0.42 -0.31 -0.63 0.33 -0.23 -0.16 -0.11

Tanah Karo, Kab. 0.59 -0.27 -0.68 -0.94 -0.90 0.14 -0.18 0.06 -0.59

Tanah Laut, Kab. 0.34 -0.44 -0.41 -0.06 0.06 -0.05 0.07 -0.62 -0.77

Tangerang, Kab. -0.19 -0.78 -0.93 0.44 -0.98 -0.51 -0.40 0.07 0.75

Tanggamus, Kab. 0.60 -0.15 -0.30 -0.73 -0.53 -0.16 -0.16 -0.46 -0.49

Tanjung Jabung Barat, Kab.

0.27 -0.63 -0.66 0.09 0.30 -0.08 -0.12 -0.39 -0.38

Tanjung Jabung Timur, Kab.

0.30 -0.64 -0.74 -0.42 0.66 -0.46 -0.17 -0.35 -0.80

Tapanuli Selatan, Kab.

0.36 -0.16 -0.89 0.23 -0.96 -0.02 -0.16 -0.60 -0.89

Tapanuli Tengah, Kab.

0.50 -0.08 -0.39 -0.35 -0.82 0.33 -0.26 -0.53 -0.22

Tapanuli Utara, Kab.

0.56 0.05 -0.46 -0.83 -0.98 0.31 -0.22 -0.35 -0.20

Tapin, Kab. 0.45 -0.14 -0.41 -0.65 0.50 0.20 -0.42 -0.61 -0.49

Tasikmalaya, Kab. 0.50 -0.80 -0.38 -0.52 -0.94 0.25 0.03 -0.23 -0.06

Tebo, Kab. 0.54 -0.11 -0.46 -0.80 -0.10 -0.01 -0.10 -0.06 -0.66

Tegal, Kab. 0.03 -0.08 -0.14 0.12 -0.50 -0.21 0.16 -0.28 -0.33

Teluk Bintuni, Kab. -0.34 -0.50 -0.96 0.58 -0.92 -0.64 -0.94 -0.95 -0.98

Teluk Wondama, Kab.

0.66 0.19 -0.71 -0.91 -0.87 -0.10 -0.61 -0.67 -0.89

Temanggung, Kab. 0.34 -0.08 -0.37 -0.07 -0.81 0.26 -0.10 -0.13 -0.08

Timor Tengah Selatan, Kab.

0.55 -0.20 -0.56 -0.95 -0.71 0.49 -0.39 -0.46 -0.73

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Timor Tengah Utara, Kab.

0.57 0.01 -0.52 -0.87 -0.72 0.35 -0.48 -0.09 -0.54

Toba Samosir, Kab.

0.41 -0.15 -0.49 0.20 -0.92 -0.10 -0.38 -0.37 -0.04

Tojo Una-Una, Kab.

0.48 0.04 -0.30 -0.44 -0.57 0.31 -0.21 -0.56 0.10

Toli-Toli, Kab. 0.54 -0.07 -0.37 -0.52 -0.67 0.22 -0.35 -0.05 -0.38

Tolikara, Kab. 0.58 0.36 -0.86 -0.96 -0.89 0.36 -0.62 -0.25 -0.96

Toraja Utara, Kab. 0.47 -0.07 -0.10 -0.60 -0.85 0.24 -0.06 -0.17 -0.25

Trenggalek, Kab. 0.43 -0.46 -0.37 -0.62 -0.65 0.27 0.17 -0.43 -0.33

Tuban, Kab. 0.30 -0.85 -0.27 -0.02 0.43 -0.33 -0.14 -0.60 0.46

Tulang Bawang Barat, Kab.

0.55 -0.43 -0.40 -0.01 -0.94 -0.50 -0.16 -0.58 -0.85

Tulang Bawang, Kab.

0.55 -0.56 -0.47 -0.25 -0.99 -0.35 -0.14 0.07 -0.84

Tulungagung, Kab. 0.10 -0.57 0.10 -0.14 -0.62 0.08 0.21 -0.19 0.07

Wajo, Kab. 0.46 -0.22 -0.23 -0.49 -0.25 0.03 0.02 -0.14 -0.28

Wakatobi, Kab. 0.35 0.09 -0.04 -0.64 -0.21 0.37 -0.05 -0.42 -0.17

Waropen, Kab. 0.35 0.50 -0.62 -0.95 -0.71 0.59 -0.51 -0.33 -0.69

Way Kanan, Kab. 0.59 -0.14 -0.49 -0.29 -0.56 -0.04 -0.51 -0.32 -0.80

Wonogiri, Kab. 0.53 -0.15 -0.33 -0.65 -0.80 0.18 -0.23 0.08 -0.30

Wonosobo, Kab. 0.53 -0.18 -0.16 -0.38 -0.85 0.08 -0.26 -0.10 -0.23

Yahukimo, Kab. 0.58 0.19 -0.84 -0.93 -0.91 0.45 -0.65 -0.21 -1.00

Yalimo, Kab. 0.56 0.38 -0.80 -1.00 -0.91 0.53 -0.95 -0.81 -1.00

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &

Penggali-an

Jasa-Jasa

Perdagangan,

Hotel, & Restoran

Pengangku-tan &

Komunika-si

Listrik, Gas, & Air

Yapen Waropen, Kab.

0.11 0.41 0.03 -0.88 -0.74 0.54 -0.18 0.03 -0.29

Lampiran 2 Dynamic Symetric Location Quationt (DSLQ)

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Ambon, Kota -0.22 0.24 -0.57 -0.93 0.58 -0.19 -0.16 -0.22 0.20

Balikpapan, Kota

-0.33 0.37 0.59 -0.97 -0.08 -0.60 -0.13 -0.35 0.66

Banda Aceh, Kota

0.10 0.06 0.07 -0.96 -0.75 -0.51 0.17 -0.15 0.47

Bandar Lampung, Kota

-0.24 -0.26 0.30 -0.97 -0.28 -0.54 -0.20 -0.25 -0.21

Bandung, Kota 0.05 0.14 -0.01 -0.98 -0.81 -0.42 0.11 -0.17 0.23

Banjar Baru, Kota

0.04 0.00 0.22 -0.98 -0.52 -0.20 0.04 -0.28 0.01

Banjar, Kota -0.01 0.16 0.08 -0.94 -0.01 -0.48 0.05 -0.35 0.11

Banjarmasin, Kota

-0.63 -0.22 0.23 -0.99 -0.82 -0.34 0.23 -0.30 -0.21

Batam, Kota 0.31 0.16 -0.07 -0.97 -0.60 -0.56 0.19 -0.24 0.29

Batu, Kota -0.08 0.28 0.10 -0.97 -0.16 -0.46 0.12 -0.24 0.14

Bau-bau, Kota -0.37 0.13 0.41 -0.97 0.27 -0.62 0.07 -0.33 0.06

Bekasi, Kota -0.30 0.15 0.10 -0.97 -0.78 -0.46 0.09 -0.12 0.32

Bengkulu, Kota -0.35 -0.09 -0.08 -0.97 0.55 -0.22 -0.02 -0.29 0.22

Bima, Kota 0.10 0.16 0.06 -0.96 0.01 -0.43 0.13 -0.30 0.51

Binjai, Kota 0.11 0.21 -0.08 -0.97 -0.36 -0.16 -0.19 -0.05 0.23

Bitung, Kota 0.12 -0.05 -0.05 -0.96 0.02 -0.33 0.13 -0.23 0.03

Blitar, Kota 0.09 -0.02 0.03 -0.97 -0.43 -0.50 0.12 -0.20 0.00

Bogor, Kota -0.10 -0.17 0.16 -0.96 5.96 -0.40 -0.07 -0.21 0.18

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Bontang, Kota -0.25 -0.06 -0.04 -0.96 -0.69 -0.56 -0.14 -0.41 0.16

Bukittinggi, Kota -0.77 -0.24 -0.08 -0.97 -0.26 -0.33 0.07 -0.19 0.07

Cilegon, Kota -0.57 -0.61 -0.83 -0.94 -0.69 -1.05 -0.74 -1.26 -0.81

Cimahi, Kota -0.71 -0.11 0.28 -0.97 -0.74 -0.50 0.13 0.05 0.08

Cirebon, Kota -0.26 0.31 0.14 -0.98 -0.75 -0.36 -0.16 0.09 -0.18

Denpasar, Kota -0.33 -0.15 0.09 -0.98 -0.87 -0.52 0.16 -0.41 0.14

Depok, Kota -0.13 0.34 0.26 -0.98 -0.77 -0.41 0.11 -0.18 -0.09

Dumai, Kota 0.00 0.18 0.24 -0.99 0.58 -0.12 0.25 -0.02 0.27

Gorontalo, Kota 0.06 0.18 0.14 -0.98 -0.27 -0.40 0.00 -0.26 -0.24

Gunung Sitoli, Kota

0.03 0.06 0.42 -0.98 -0.29 -0.41 -0.12 -0.15 0.23

Jakarta Barat, Kota

-0.48 0.07 -0.31 -0.99 -0.76 -0.26 -0.03 0.09 -0.07

Jakarta Pusat, Kota

-0.33 0.06 -0.09 -0.99 -0.78 -0.37 0.05 0.02 0.02

Jakarta Selatan, Kota

-0.62 0.06 -0.14 -0.99 -0.78 -0.39 -0.01 0.08 -0.07

Jakarta Timur, Kota

-0.74 0.22 -0.21 -0.98 -0.76 -0.37 0.00 0.05 0.10

Jakarta Utara, Kota

-0.26 0.10 -0.08 -0.98 -0.76 -0.29 0.08 0.00 -0.06

Jambi, Kota -0.12 0.05 0.20 -0.97 -0.54 -0.59 0.14 -0.30 0.21

Jayapura, Kota 0.06 -0.07 0.36 -0.98 -0.17 -0.49 -0.07 -0.17 -0.22

Kediri, Kota -0.11 0.06 -0.03 -0.97 -0.80 -0.37 0.39 -0.10 0.11

Kendari, Kota -0.24 0.28 0.29 -0.96 0.05 -0.68 0.04 -0.35 0.03

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Kotamobagu, Kota

1.39 0.33 0.03 -0.96 -0.15 -0.29 0.36 -0.19 0.11

Kupang, Kota -0.20 -0.12 0.04 -0.99 -0.35 -0.24 -0.02 -0.29 0.30

Langsa, Kota 0.25 -0.17 0.59 -0.98 -0.80 -0.47 0.14 -0.34 0.07

Lhokseumawe, Kota

0.82 0.74 0.83 -0.76 0.76 0.45 0.82 0.63 0.93

Lubuk Linggau, Kota

0.01 0.07 0.00 -0.97 0.01 -0.32 -0.03 -0.19 -0.02

Madiun, Kota -0.88 0.14 0.12 -1.00 0.11 -0.41 0.14 -0.19 0.08

Magelang, Kota -0.55 -0.11 0.13 -0.95 -0.73 -0.31 0.09 -0.23 0.24

Makassar, Kota -0.50 -0.05 0.25 -0.98 -0.35 -0.60 0.02 -0.14 0.00

Malang, Kota -0.16 0.08 -0.03 -0.97 -0.75 -0.41 0.07 -0.27 0.08

Mamuju, Kota 0.16 -0.47 -0.46 -0.98 -0.41 -0.06 0.01 -0.18 0.57

Manado, Kota -0.41 -0.11 0.01 -0.97 -0.38 -0.51 0.21 -0.33 0.09

Mataram, Kota -0.20 0.14 0.23 -0.96 7.64 -0.45 0.23 -0.75 0.23

Medan, Kota -0.19 -0.01 0.07 -0.98 -0.92 -0.27 0.07 -0.27 -0.11

Metro, Kota 0.05 -0.34 0.23 -0.97 -0.76 -0.42 -0.07 -0.32 0.16

Mojokerto, Kota -0.87 0.14 -0.08 -0.88 -0.77 -0.36 0.04 -0.08 0.27

Padang Panjang, Kota

-0.17 0.04 0.11 -0.97 -0.51 -0.29 0.02 -0.25 -0.09

Padang Sidempuan, Kota

0.31 0.31 0.25 -0.98 -0.36 -0.54 -0.09 -0.31 -0.08

Padang, Kota 0.15 0.10 0.05 -0.97 0.03 -0.39 -0.07 -0.16 0.10

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Pagar Alam, Kota

-0.04 0.14 0.13 -0.96 -0.53 -0.18 -0.01 0.00 0.28

Palangkaraya, Kota

-0.59 0.11 0.19 -0.99 -0.55 -0.35 0.16 -0.35 -0.10

Palembang, Kota

-0.29 0.29 0.23 -0.98 -0.83 -0.36 -0.10 -0.09 0.07

Palopo, Kota -0.12 0.33 0.30 -0.97 -0.28 -0.37 0.30 -0.02 0.44

Palu, Kota 0.13 0.11 -0.12 -0.99 -0.13 -0.18 -0.07 -0.27 0.02

Pangkal Pinang, Kota

-0.66 -0.14 0.27 -0.99 -0.78 -0.09 -0.04 -0.27 -0.01

Pare-Pare, Kota -0.23 0.11 0.22 -0.97 -0.01 -0.55 0.04 -0.34 0.02

Pariaman, Kota 0.21 0.15 0.08 -0.97 -0.31 -0.40 -0.01 -0.25 0.21

Pasuruan, Kota -0.30 0.10 0.00 -0.97 -0.99 -0.39 0.09 -0.30 0.02

Payakumbuh, Kota

0.18 0.09 0.12 -0.97 -0.08 -0.36 0.06 -0.35 0.16

Pekalongan, Kota

-0.12 0.02 -0.03 -0.97 -0.73 -0.14 0.01 -0.35 0.11

Pekan Baru, Kota

-0.15 0.00 0.07 -0.98 -0.35 -0.38 0.05 -0.22 -0.10

Pematang Siantar, Kota

-0.41 -0.10 0.12 -0.99 -0.76 -0.42 0.18 -0.38 -0.13

Pontianak, Kota 0.13 -0.01 -0.02 -0.98 -0.75 -0.57 0.09 -0.09 0.01

Prabumulih, Kota

-0.63 0.18 0.22 -0.96 -0.67 -0.26 0.21 0.11 0.25

Probolinggo, Kota

-0.16 0.09 0.18 -0.96 -0.35 -0.21 0.26 -0.17 0.19

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Sabang, Kota -0.28 0.30 -0.18 -0.98 -0.11 -0.46 0.12 -0.26 0.16

Salatiga, Kota -0.40 0.07 0.09 -0.96 -0.61 -0.24 -0.06 -0.23 -0.39

Samarinda, Kota -0.15 -0.14 -0.03 -0.97 0.19 -0.29 0.13 -0.41 -0.02

Sawahlunto, Kota

-0.03 0.18 0.07 -0.96 -0.41 -0.18 0.11 -0.14 0.16

Semarang, Kota -0.27 0.04 -0.06 -0.97 -0.38 -0.25 0.02 -0.29 0.01

Serang, Kota 0.11 0.04 0.24 -0.98 -0.33 -0.60 0.08 -0.04 -0.22

Sibolga, Kota 0.29 -0.15 -0.06 -0.96 -0.78 -0.52 -0.17 0.01 0.06

Singkawang, Kota

0.01 0.11 0.14 -0.97 -0.15 -0.26 -0.04 -0.15 0.25

Solok, Kota 0.07 0.01 -0.04 -0.96 -0.08 -0.30 0.04 -0.29 0.21

Sorong, Kota -0.93 -0.01 0.51 -0.95 -0.53 -0.93 -0.09 -0.07 0.08

Subulussalam, Kota

-0.45 -0.75 0.69 -0.71 0.01 -0.10 0.29 0.08 0.43

Sukabumi, Kota -0.66 -0.52 -0.30 -0.99 -0.51 -0.81 -0.50 0.41 -0.33

Sumba Timur, Kota

0.15 -0.89 0.20 -1.00 -0.26 -0.18 0.11 -0.52 0.35

Sungai Penuh, Kota

-0.37 0.24 0.01 -0.97 -0.18 -0.32 0.07 -0.27 0.01

Surabaya, Kota -0.71 -0.05 -0.03 -0.97 -0.42 -0.47 0.08 -0.14 -0.41

Surakarta, Kota -0.62 0.05 0.19 -0.98 -0.94 -0.39 0.08 -0.22 0.25

Tangerang Selatan, Kota

0.44 -0.28 -0.55 -0.96 0.04 -0.41 0.11 -0.09 0.20

Tangerang, Kota 0.27 -0.20 0.00 -0.97 -0.78 -0.49 0.08 -0.22 -0.94

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Tanjung Balai, Kota

0.04 -0.01 0.27 -0.99 0.38 -0.27 0.16 -0.21 0.31

Tanjung Pinang, Kota

-0.13 0.26 0.12 -0.97 -0.33 -0.44 -0.09 -0.23 0.08

Tarakan, Kota 0.22 -0.10 0.17 -1.00 -0.39 -0.44 0.10 -0.21 0.07

Tasikmalaya, Kota

-0.31 0.30 -0.06 -0.97 -0.18 -0.63 0.12 -0.49 0.08

Tebing Tinggi, Kota

-0.08 0.01 -0.03 -0.97 -0.14 -0.38 0.05 -0.24 0.07

Tegal, Kota -0.40 0.12 0.17 -0.97 -0.70 -0.44 0.07 -0.22 0.05

Ternate, Kota -0.13 0.15 0.05 -0.98 0.05 -0.48 -0.01 -0.04 -0.12

Tidore Kepulauan, Kota

0.23 0.24 -0.01 -0.97 0.08 -0.41 0.02 -0.44 0.19

Tomohon, Kota -0.25 0.00 -0.09 -0.88 -0.21 -0.31 -0.05 -0.68 0.06

Tual, Kota 0.25 0.09 -0.32 -0.95 0.13 -0.35 -0.01 -0.43 0.13

Yogyakarta, Kota

-0.12 -0.02 0.06 -0.98 0.06 -0.33 -0.06 -0.13 0.04

Aceh Barat Daya, Kab.

0.07 0.14 0.00 -0.97 -0.17 -0.30 0.14 -0.33 0.20

Aceh Barat, Kab. 0.79 -0.07 0.37 -0.98 -0.02 -0.13 -0.21 -0.71 0.50

Aceh Besar, Kab.

0.24 0.10 -0.15 -0.99 -1.74 -0.20 -0.05 -0.60 0.05

Aceh Jaya, Kab. 0.11 0.19 0.04 -0.98 0.56 -0.28 0.01 -0.13 0.33

Aceh Pidie, Kab. -0.02 0.05 0.05 -0.96 0.22 -0.20 0.04 -0.04 0.53

Aceh Selatan, Kab.

-0.80 0.27 0.34 -0.98 -0.29 -0.12 0.28 0.08 -0.66

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Aceh Singkil, Kab.

-0.26 0.09 0.22 -0.97 -0.15 -0.29 0.28 -0.05 0.47

Aceh Tamiang, Kab.

0.27 -0.02 -0.01 -0.96 -0.03 -0.22 -0.35 -0.12 0.07

Aceh Tengah, Kab.

-0.26 0.24 0.06 -0.97 -0.09 -0.19 0.24 -0.12 0.45

Aceh Tenggara, Kab.

0.17 -0.49 -0.19 -0.94 0.17 -0.21 0.09 0.03 -0.45

Aceh Timur, Kab.

-0.09 0.53 0.69 -0.94 -1.04 -0.19 0.52 0.33 0.64

Aceh Utara, Kab.

0.01 0.00 0.43 -0.86 -0.67 0.27 -0.75 -0.21 1.36

Adm. Kepulauan Seribu, Kab.

-0.01 -0.01 -0.76 -0.98 0.03 -0.59 -0.10 -0.58 -0.08

Agam, Kab. 0.14 0.00 -0.01 -0.97 0.06 -0.19 0.01 -0.16 0.26

Alor, Kab. -0.25 -0.53 0.02 -0.99 -0.10 -0.14 0.27 -0.36 0.31

Asahan, Kab. 0.05 0.10 0.12 -0.96 0.00 -0.26 0.11 -0.23 0.28

Asmat, Kab. -0.31 -0.18 -0.23 -0.96 -0.61 -0.03 -0.08 -0.29 -0.61

Badung, Kab. -0.05 0.08 -0.39 -0.97 -0.15 -0.29 0.07 -0.33 0.14

Balangan, Kab. 0.28 0.09 -0.48 -0.97 -0.05 -0.03 -0.06 -0.37 0.29

Bandung Barat, Kab.

-0.16 -0.56 0.14 -0.94 0.24 -0.58 0.21 -0.32 -0.08

Bandung, Kab. 0.18 0.13 0.08 -0.97 -0.27 -0.29 0.12 -0.17 0.27

Banggai Kepulauan, Kab.

0.17 0.09 -0.01 -0.98 -0.14 -0.37 0.12 -0.25 0.33

Banggai, Kab. 0.06 0.59 0.08 -0.97 0.64 -0.51 -0.17 -0.10 0.00

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Bangka Barat, Kab.

0.02 0.33 0.13 -0.97 -0.18 -0.02 0.30 -0.43 0.18

Bangka Selatan, Kab.

0.12 0.38 0.14 -0.95 -0.35 -0.06 0.24 -0.31 0.50

Bangka Tengah, Kab.

0.44 0.32 0.18 -1.00 -0.44 0.00 0.18 -0.05 0.11

Bangka, Kab. -0.18 0.43 0.46 -0.94 0.05 0.11 -0.83 0.07 0.25

Bangkalan, Kab. 0.06 0.50 -0.72 -0.95 -0.68 -0.88 0.27 0.03 0.32

Bangli, Kab. -0.10 -0.14 -0.22 -0.99 -0.18 -0.04 0.10 -0.37 0.46

Banjar, Kab. 0.16 -0.05 -0.93 -0.98 0.08 -0.16 0.07 -0.26 0.15

Banjarnegara, Kab.

-0.06 0.14 0.08 -0.97 -0.08 -0.11 -0.02 -0.11 0.32

Bantaeng, Kab. 0.15 0.01 0.20 -0.96 0.27 -0.38 0.11 -0.10 0.06

Bantul, Kab. -0.83 0.13 0.31 -0.95 0.07 -0.20 0.08 -0.08 0.08

Banyuasin, Kab. 0.22 0.23 0.10 -0.97 -0.58 -0.21 0.12 0.05 0.33

Banyumas, Kab. -0.25 0.02 0.06 -0.96 -0.07 -0.26 0.09 -0.13 0.05

Banyuwangi, Kab.

0.09 0.21 -0.01 -0.97 0.01 -0.39 0.19 -0.26 0.02

Barito Kuala, Kab.

0.23 0.13 0.35 -0.98 -0.72 0.00 -0.21 -0.10 0.33

Barito Selatan, Kab.

-0.01 0.09 0.34 -0.98 0.09 -0.27 0.08 -0.18 -0.07

Barito Timur, Kab.

0.01 0.23 0.29 -0.97 0.42 -0.24 0.03 -0.02 0.33

Barito Utara, Kab.

-0.46 0.19 0.10 -0.98 0.31 -0.33 0.04 -0.35 0.40

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Barru, Kab. 0.09 0.35 0.15 -0.97 0.42 -0.52 0.07 -0.21 0.31

Batang, Kab. -0.08 -0.12 0.10 -0.96 -0.16 -0.12 0.05 -0.14 -0.09

Batanghari, Kab. -0.07 -0.07 -0.12 -0.98 0.05 -0.22 0.26 -0.19 0.41

Batu Bara, Kab. 0.24 0.10 0.13 -0.96 0.09 -0.33 0.01 -0.11 0.23

Bekasi, Kab. 0.16 0.21 0.13 -0.96 -0.04 -0.29 0.13 -0.10 0.15

Belitung Timur, Kab.

-0.01 0.22 0.16 -0.95 -0.14 -0.19 -0.02 -0.35 0.31

Belitung, Kab. -0.05 0.19 0.16 -0.96 -0.29 -0.18 0.17 -0.36 -0.26

Belu, Kab. -8.91 0.45 0.31 -0.98 -0.65 0.12 0.58 -0.53 0.24

Bener Meriah, Kab.

0.13 0.00 -0.18 -0.97 0.13 -0.17 -0.01 -0.16 -0.07

Bengkalis, Kab. -0.10 -0.06 0.03 -0.97 0.02 -0.21 -0.11 -0.23 0.18

Bengkayang, Kab.

0.26 0.12 -0.08 -0.98 -0.10 -0.27 -0.13 -0.13 0.13

Bengkulu Selatan, Kab.

0.10 0.23 -0.09 -0.96 0.03 -0.21 -0.05 -0.31 -0.25

Bengkulu Tengah, Kab.

0.84 0.71 0.79 -0.92 0.85 1.08 0.72 0.69 0.68

Bengkulu Utara, Kab.

0.08 0.16 0.29 -0.93 -0.37 -0.25 0.00 -0.13 -0.60

Berau, Kab. -0.76 -0.73 -0.86 -1.00 0.33 -0.85 -0.65 -0.84 -0.69

Biak Numfor, Kab.

0.33 -0.12 -0.25 -0.96 0.54 -0.68 0.27 0.00 -0.62

Bima, Kab. 0.16 0.19 0.19 -0.98 0.06 -0.43 0.11 -0.27 0.28

Bintan, Kab. 0.33 0.05 0.03 -0.97 0.00 -0.33 0.08 -0.29 0.18

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Bireuen, Kab. 0.26 0.07 -0.04 -0.96 -1.43 -0.72 -0.02 -0.02 0.60

Blitar, Kab. 0.02 0.04 0.11 -0.98 0.27 -0.32 0.19 -0.23 0.17

Blora, Kab. -0.16 0.12 0.29 -0.98 0.30 0.02 0.27 -0.13 0.57

Boalemo, Kab. 0.14 0.14 -0.03 -0.97 2.41 -0.21 0.11 -0.63 0.12

Bogor, Kab. -0.94 0.18 0.07 -0.96 -0.20 -0.40 0.14 -0.11 0.13

Bojonegoro, Kab.

-0.23 0.10 0.00 -0.96 0.24 -0.56 0.04 -0.41 0.00

Bolaang Mongondow Selatan, Kab.

-0.18 0.13 -0.05 -0.98 0.00 -0.03 -0.05 -0.45 -0.16

Bolaang Mongondow Timur, Kab.

-0.37 0.16 -0.18 -0.99 -0.10 0.02 0.08 -0.27 -0.04

Bolaang Mongondow Utara, Kab.

-0.11 0.18 -0.15 -0.97 0.01 -0.15 -0.06 -0.33 -0.18

Bolaang Mongondow, Kab.

-0.06 0.34 0.01 -0.97 -0.16 -0.15 0.08 -0.23 0.05

Bombana, Kab. -0.26 0.43 0.52 -0.93 0.36 -0.65 0.02 -0.11 0.34

Bondowoso, Kab.

0.03 0.16 0.11 -0.96 -0.23 -0.36 0.23 -0.14 0.07

Bone Bolango, Kab.

0.23 0.29 0.11 -0.97 -0.72 -0.25 -0.37 -0.51 0.16

Bone, Kab. -0.02 0.31 0.29 -0.95 0.30 -0.42 0.24 -0.13 0.33

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Boven Digoel, Kab

-0.92 0.38 -0.02 -0.96 -1.61 -0.64 0.25 -0.35 0.75

Boyolali, Kab. -0.23 0.13 0.03 -0.96 -0.01 -0.21 0.17 -0.03 0.10

Brebes, Kab. 0.07 0.06 0.23 -0.93 0.13 -0.13 -0.08 0.00 0.07

Buleleng, Kab. -0.13 0.09 -0.26 -0.98 0.14 -0.29 0.21 -0.31 0.33

Bulukumba, Kab.

-0.69 0.41 0.53 -0.96 0.61 -0.50 0.46 0.24 0.49

Bulungan, Kab. 0.27 0.38 0.15 -0.59 0.37 -0.36 0.30 -0.10 0.29

Bungo, Kab. -0.03 0.25 -0.14 -0.94 0.06 -0.36 0.14 -0.34 0.19

Buol, Kab. 0.23 0.40 -0.07 -0.98 0.22 -0.41 -0.20 -0.33 0.28

Buru Selatan, Kab.

0.05 0.23 -0.17 -0.93 0.29 0.00 0.18 -0.21 -0.07

Buru, Kab. 0.02 0.12 -0.20 -0.93 0.20 -0.06 -0.02 -0.38 0.35

Buton Utara, Kab.

-0.49 -0.42 0.91 -0.07 -0.67 0.77 0.81 0.89 0.82

Buton, Kab. -0.15 -0.14 -0.21 -0.98 0.78 -0.71 0.25 -0.31 0.04

Ciamis, Kab. -0.13 -0.21 0.12 -0.95 -0.33 -0.23 0.16 -0.38 0.38

Cianjur, Kab -0.19 0.23 -0.12 -0.94 0.22 -0.19 0.20 -0.09 0.33

Cilacap, Kab. -0.05 0.25 0.12 -0.97 0.15 -0.25 0.19 -0.06 0.08

Cirebon, Kab. -0.09 0.20 0.16 -0.95 0.01 -0.30 0.02 -0.15 0.27

Dairi, Kab. 0.11 0.26 0.12 -0.97 0.08 0.04 -0.05 -0.13 0.14

Deiyai, Kab. -0.47 0.51 0.08 -1.00 -0.05 0.16 -0.28 -0.74 -0.85

Deli Serdang, Kab.

0.12 0.28 0.29 -0.97 0.05 -0.19 0.01 -0.15 0.30

Demak, Kab. 0.12 0.00 0.01 -0.95 -0.22 -0.27 0.03 -0.23 0.04

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Dharmas Raya, Kab.

0.16 -0.05 0.07 -0.97 0.08 -0.25 0.04 -0.26 0.14

Dogiyai, Kab. -0.14 0.12 -0.48 -0.98 0.29 0.17 0.30 -0.18 -0.73

Dompu, Kab. 0.23 0.11 0.22 -0.98 -0.03 -0.41 -0.04 -0.36 0.02

Donggala, Kab. -0.20 0.49 -0.05 -1.03 -0.06 -0.19 -0.06 0.21 0.21

Empat Lawang, Kab.

-0.02 0.33 0.21 -0.96 -0.03 -0.31 0.13 -0.14 0.22

Ende, Kab. 0.10 -0.81 0.22 -1.00 -0.11 -0.23 0.07 -0.11 0.39

Enrekang, Kab. 0.21 -0.04 0.15 -0.93 0.02 -0.54 0.13 -0.10 0.34

Fak-Fak, Kab. 0.17 -0.03 0.22 -0.97 -0.04 -0.40 0.18 -0.31 -0.56

Flores Timur, Kab.

0.12 -0.54 -0.13 -0.97 0.34 -0.36 0.16 -0.01 0.55

Garut, Kab. 0.11 0.26 0.09 -0.96 -0.10 -0.40 0.14 -0.37 0.14

Gayo Lues, Kab. -0.15 -0.32 -0.64 -0.96 -0.24 0.63 -0.01 -0.57 -0.56

Gianyar, Kab. -0.10 0.00 -0.06 -0.98 0.34 -0.03 0.02 -0.41 0.19

Gorontalo Utara, Kab.

0.22 0.48 0.26 -0.99 0.08 -0.22 -0.17 -0.47 -0.98

Gorontalo, Kab. -0.14 -0.01 -0.55 -0.96 0.04 0.06 -0.31 -0.35 0.15

Gowa, Kab. -0.04 0.21 0.38 -0.96 0.44 -0.51 0.20 -0.05 0.25

Gresik, Kab. -0.15 0.11 -0.07 -0.97 0.20 -0.38 0.15 -0.27 0.25

Grobogan, Kab. -0.26 0.14 0.21 -0.95 0.27 -0.11 0.07 -0.02 0.23

Gunung Kidul, Kab.

-0.37 0.21 0.36 -0.94 0.37 -0.19 0.01 -0.20 0.12

Gunung Mas, Kab.

0.14 0.24 -0.05 -0.99 0.20 -0.27 -0.08 -0.58 0.26

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Halmahera Barat, Kab.

0.24 -0.27 -0.15 -0.94 0.05 -0.42 -0.08 -0.61 0.21

Halmahera Selatan, Kab.

0.13 0.28 0.08 -0.97 0.25 -0.43 0.16 -0.25 0.24

Halmahera Tengah, Kab.

-0.09 0.27 -0.01 -0.99 0.17 -0.34 0.26 -0.26 0.01

Halmahera Timur, Kab.

0.02 0.23 0.28 -0.96 0.01 -0.40 0.25 -0.49 0.19

Halmahera Utara, Kab.

0.24 0.23 0.06 -0.97 -0.02 -0.36 0.06 -0.23 0.11

Hulu Sungai Selatan, Kab.

0.08 0.07 0.10 -0.98 -1.08 -0.02 -0.17 -0.13 0.10

Hulu Sungai Tengah, Kab.

0.25 -0.08 -0.20 -0.97 -0.03 -0.33 -0.04 -0.17 0.22

Hulu Sungai Utara, Kab.

0.19 -0.04 -0.20 -0.98 -0.01 -0.16 -0.02 -0.28 0.11

Humbang Hasundutan, Kab.

0.09 0.10 0.15 -0.97 0.03 -0.24 0.14 -0.15 0.22

Indragiri Hilir, Kab.

0.11 0.09 0.30 -0.96 0.04 -0.31 0.09 -0.19 -0.06

Indragiri Hulu, Kab.

0.02 0.05 0.13 -0.95 0.20 -0.37 0.16 -0.15 0.16

Indramayu, Kab. -0.99 1.00 0.94 -0.44 0.84 0.98 0.99 0.95 0.98

Intan Jaya, Kab. -0.49 -0.01 0.35 -1.00 -0.37 0.13 -0.54 -0.39 -0.88

Jayapura, Kab. 0.17 0.32 -0.02 -0.96 0.16 -0.37 0.07 -0.22 0.26

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Jayawijaya, Kab. -0.45 0.07 0.79 -0.98 -0.14 -0.36 -0.20 0.11 -0.24

Jember, Kab. -0.05 0.08 0.10 -0.96 -0.20 -0.25 0.19 -0.12 0.14

Jembrana, Kab. -0.49 0.10 -0.08 -0.98 0.34 -0.19 0.23 -0.27 0.34

Jeneponto, Kab. 0.29 -0.22 0.15 -0.98 -0.13 -0.57 0.02 -0.26 0.26

Jepara, Kab. 0.20 0.21 0.16 -0.97 0.15 -0.21 -0.12 -0.30 0.47

Jombang, Kab. -0.12 -0.07 0.19 -0.97 -0.30 -0.46 0.19 -0.09 0.02

Kaimana, Kab. -0.13 -0.06 0.33 -0.97 0.31 0.16 -0.15 0.22 0.00

Kampar, Kab. 0.13 0.30 0.25 -0.94 -0.03 -0.35 0.15 -0.11 0.22

Kapuas Hulu, Kab.

0.12 0.09 0.10 -0.98 0.02 -0.31 0.06 -0.06 0.26

Kapuas, Kab. 0.10 0.23 0.27 -0.98 0.60 -0.31 0.14 -0.33 -0.09

Karang Asem, Kab.

-0.08 0.07 0.19 -0.98 0.45 -0.24 0.09 -0.26 0.27

Karanganyar, Kab.

-0.35 -0.03 0.09 -0.96 -0.16 -0.20 0.16 -0.23 0.16

Karawang, Kab. 0.01 0.75 0.18 -0.97 -0.32 -0.41 0.13 0.10 0.38

Karimun, Kab. 0.02 0.22 -0.01 -0.94 -0.04 -0.41 0.04 -0.33 0.15

Katingan, Kab. 0.11 0.31 0.28 -0.97 -0.61 -0.31 0.22 -0.36 0.27

Kaur, Kab. -0.09 0.10 0.31 -0.95 -0.36 -0.26 0.14 0.01 0.41

Kayong Utara, Kab.

0.22 0.16 0.05 -0.98 -0.08 -0.23 -0.02 -0.22 0.48

Kebumen, Kab. 0.20 0.17 -0.07 -0.97 0.25 -0.39 -0.15 -0.13 0.09

Kediri, Kab. 0.04 0.06 0.05 -0.96 -0.01 -0.31 0.06 0.20 0.11

Keerom, Kab. 0.04 -0.13 0.32 -0.96 0.25 -0.16 0.20 -0.37 0.18

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Kendal, Kab. 0.46 -0.06 -0.04 -0.98 -0.30 -0.29 -0.06 -0.21 -0.48

Kep. Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Kab.

-0.64 0.09 0.25 -0.96 0.10 -0.10 0.07 -0.14 0.56

Kepahiang, Kab. 0.18 0.00 0.21 -0.95 -0.56 -0.30 0.03 -0.05 0.21

Kepulauan Anambas, Kab.

0.60 0.55 0.01 -0.92 -0.40 -0.04 0.44 0.12 0.15

Kepulauan Aru, Kab.

0.06 0.28 -0.27 -0.94 0.05 -0.17 0.17 -0.12 -0.11

Kepulauan Mentawai, Kab.

0.21 0.20 0.14 -0.97 0.03 -0.27 -0.05 -0.09 0.26

Kepulauan Meranti, Kab.

0.22 0.43 0.36 -0.95 -0.57 -0.25 0.27 0.03 0.30

Kepulauan Sangihe, Kab.

-0.13 0.09 0.24 -0.97 0.00 0.00 0.16 0.27 0.60

Kepulauan Sula, Kab.

0.33 0.30 0.10 -0.99 0.04 -0.33 0.08 -0.41 0.25

Kepulauan Talaud, Kab.

-0.53 0.22 0.39 -0.88 0.34 -0.04 0.37 0.36 0.67

Kerinci, Kab. 0.21 -0.07 0.00 -0.95 -0.01 -0.43 0.16 -0.26 0.19

Ketapang, Kab. -0.09 0.24 -0.13 -0.98 0.49 -0.43 -0.14 -0.35 0.25

Klaten, Kab. -0.71 0.13 0.37 -0.90 -0.30 0.10 0.34 0.15 0.56

Klungkung, Kab. -0.37 0.17 0.04 -0.98 -1.00 -0.06 0.19 -0.23 0.29

Kolaka Utara, Kab.

0.07 0.14 0.20 -0.94 0.47 -0.46 0.28 -0.29 0.19

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Kolaka, Kab. -0.16 0.08 0.30 -0.99 0.42 -0.69 0.14 -0.32 0.06

Konawe Selatan, Kab.

-0.19 0.23 0.08 -0.95 0.42 -0.57 0.18 -0.10 0.28

Konawe Utara, Kab.

0.75 0.81 -0.70 -0.73 0.92 -0.49 -0.50 -0.60 -0.65

Konawe, Kab. 0.10 -0.07 0.49 -0.96 0.42 -0.59 0.04 -0.27 0.39

Kota Baru, Kab. 0.15 -0.15 0.07 -0.97 0.11 -0.07 -0.03 -0.29 0.04

Kotawaringin Barat, Kab.

0.10 -0.05 0.38 -0.96 0.04 -0.40 -0.03 0.05 0.27

Kotawaringin Timur, Kab.

0.16 0.16 0.30 -0.95 -0.81 -0.35 0.10 -0.84 0.16

Kuantan Singingi, Kab.

0.18 0.11 0.23 -0.96 -0.17 -0.23 0.05 -0.20 0.12

Kubu Raya, Kab. 0.21 0.47 0.12 -0.97 0.10 -0.23 -0.14 0.16 0.47

Kudus, Kab. -0.39 0.47 0.20 -0.97 0.79 -0.13 -0.01 0.14 0.25

Kulon Progo, Kab.

0.30 0.29 -0.52 -1.00 0.58 -0.19 0.17 -0.51 0.07

Kuningan, Kab. -0.19 0.23 0.17 -0.95 -0.07 -0.35 0.21 -0.14 1.71

Kupang, Kab. 0.07 0.07 0.04 -0.98 0.49 -0.37 0.22 -0.18 0.75

Kutai Barat, Kab.

-0.64 0.17 -0.09 -0.97 0.09 -0.38 -0.16 -0.18 -0.03

Kutai Kartanegara, Kab.

0.59 0.68 0.78 -0.79 -0.58 0.38 0.80 0.57 0.84

Kutai Timur, Kab.

-0.07 -0.16 -0.32 -0.99 0.02 -0.62 -0.07 -0.52 -0.23

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Labuhan Batu Selatan, Kab.

0.88 0.65 0.65 -1.51 0.84 0.56 0.51 0.68 0.82

Labuhan Batu Utara, Kab.

0.75 0.38 0.39 -1.04 0.69 0.21 0.21 0.38 0.60

Labuhan Batu, Kab.

0.21 0.09 0.04 -0.96 -0.05 -0.28 0.00 -0.25 0.12

Lahat, Kab. 0.15 0.10 0.11 -0.97 -0.01 -0.31 0.03 0.05 0.05

Lamandau, Kab. 0.15 0.23 0.32 -0.96 0.02 -0.16 0.06 -0.39 0.07

Lamongan, Kab. -0.21 0.11 0.25 -0.94 0.19 -0.19 0.27 -0.26 0.19

Lampung Barat, Kab.

-0.23 0.09 0.26 -0.92 0.42 0.43 0.12 0.26 0.51

Lampung Selatan, Kab.

0.04 0.36 -0.10 -0.92 0.04 -0.51 0.08 -0.25 0.70

Lampung Tengah, Kab.

0.10 0.10 0.31 -0.97 0.17 -0.46 0.07 0.16 0.43

Lampung Timur, Kab.

0.24 0.12 -0.09 -0.95 -0.46 -0.44 0.06 -0.20 0.32

Lampung Utara, Kab.

0.15 0.00 -0.14 -0.95 -0.19 -0.08 0.00 0.08 0.32

Landak, Kab. 0.09 0.29 0.17 -0.93 0.30 -0.36 -0.07 -0.30 0.43

Langkat, Kab. 0.20 0.08 0.22 -0.96 -0.01 -0.26 0.01 -0.26 0.21

Lanny Jaya, Kab. -0.68 0.47 0.09 -1.00 0.54 0.19 0.16 -0.02 -0.88

Lebak, Kab. 0.10 0.27 0.29 -0.98 -0.64 -0.39 0.16 -0.25 0.03

Lebong, Kab. 0.19 0.23 0.13 -0.97 -0.73 -0.21 0.10 -0.49 0.31

Lembata, Kab. -0.12 -0.08 0.06 -0.96 0.08 -0.07 0.14 -0.39 0.47

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Limapuluh Kota, Kab.

0.20 0.20 0.07 -0.97 -0.02 -0.31 -0.03 -0.14 0.18

Lingga, Kab. -0.01 0.26 0.25 -1.00 0.09 -0.18 0.20 -0.09 0.15

Lombok Barat, Kab.

-0.14 0.23 0.13 -0.97 0.26 -0.55 0.07 -0.14 0.29

Lombok Tengah, Kab.

-0.11 -0.02 0.03 -0.99 -0.05 -0.35 -0.05 0.47 0.24

Lombok Timur, Kab.

0.08 0.23 0.06 -0.97 0.12 -0.54 0.16 -0.31 0.20

Lombok Utara, Kab.

0.13 0.07 -0.02 -0.96 -0.26 -0.27 0.10 -0.22 0.30

Lumajang, Kab. -0.10 0.08 0.10 -0.96 -0.26 -0.31 0.22 -0.20 0.05

Luwu Timur, Kab.

-0.51 -0.05 -0.52 -0.94 0.26 -0.34 -0.18 -0.11 -0.52

Luwu Utara, Kab.

0.15 0.08 0.29 -0.97 0.41 -0.33 -0.01 0.14 0.42

Luwu, Kab. 0.18 0.24 0.15 -0.99 0.36 -0.60 0.31 -0.09 0.46

Madiun, Kab. -0.10 0.05 -0.14 -0.97 -0.52 -0.30 0.19 -0.09 0.23

Magelang, Kab. -0.61 0.29 0.06 -0.97 0.29 -0.06 -0.04 -0.14 0.16

Magetan, Kab. 0.05 0.05 0.09 -0.96 -0.34 -0.48 0.19 -0.12 0.21

Majalengka, Kab.

-0.05 0.26 0.07 -0.97 -0.02 -0.42 0.20 -0.23 0.33

Majene, Kab. 0.13 0.29 -0.63 -0.97 0.25 -0.10 0.02 -0.06 0.59

Malang, Kab. -0.01 0.28 0.05 -0.95 -0.21 -0.41 0.15 -0.40 0.10

Malinau, Kab. -0.13 -0.06 0.04 -0.96 0.45 -0.44 -0.15 -0.29 0.24

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Maluku Barat Daya, Kab.

0.02 0.48 -0.19 -0.93 0.26 -0.12 0.00 -0.40 0.13

Maluku Tengah, Kab.

-0.01 0.29 -0.32 -0.92 0.18 -0.41 0.03 -0.36 0.17

Maluku Tenggara Barat, Kab.

0.02 0.27 -0.23 -0.93 0.22 -0.16 0.21 -0.40 0.21

Maluku Tenggara, Kab.

-0.07 0.11 -0.41 -0.95 0.15 -0.13 0.12 -0.25 0.25

Mamasa, Kab. 0.07 0.16 -0.54 -0.93 0.26 -0.06 -0.09 -0.06 0.66

Mamberamo Raya, Kab.

-0.54 0.52 -0.35 -0.98 -0.02 -0.18 0.05 -0.54 -0.93

Mamberamo Tengah, Kab.

-1.11 0.23 0.34 -1.00 0.37 0.17 0.28 0.51 -0.90

Mamuju Utara, Kab.

0.19 -0.08 -0.34 -0.96 -0.27 -0.20 0.04 -0.35 0.71

Mandailing Natal, Kab.

0.27 -0.18 -0.53 -0.99 -0.09 -0.21 -0.01 -0.47 0.24

Manggarai Barat, Kab.

-0.23 0.47 0.30 -0.99 -0.01 -0.06 0.33 -0.26 -0.05

Manggarai Timur, Kab.

0.01 0.19 0.08 -0.98 0.21 -0.08 0.28 -0.32 0.31

Manggarai, Kab. -0.15 -0.17 0.54 -0.98 0.07 0.07 0.45 -0.45 0.51

Manokwari, Kab.

-0.04 0.12 0.42 -0.97 0.10 -0.39 0.15 -0.23 -0.15

Mappi, Kab. 0.15 0.18 -0.85 -0.98 0.17 -0.52 0.35 -0.20 0.21

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Maros, Kab. 0.13 0.21 0.28 -0.95 0.04 -0.73 0.14 -0.20 0.22

Maybrat, Kab. 0.22 0.41 0.56 -0.95 -0.71 -0.79 0.79 -0.41 0.87

Melawi, Kab. -0.19 0.59 0.30 -0.99 -0.63 -0.20 -0.01 -0.28 0.34

Merangin, Kab. 0.01 0.19 0.12 -0.97 0.41 -0.52 0.05 -0.19 0.28

Merauke, Kab. -0.21 0.30 -0.43 -0.95 0.54 -0.25 0.28 0.05 0.08

Mesuji, Kab. 0.19 -0.12 0.20 -0.97 -0.05 -0.02 0.07 -0.01 -0.65

Mimika, Kab. -0.30 -0.78 -0.12 -0.97 0.08 -0.34 -0.40 -0.41 -0.44

Minahasa Selatan, Kab.

-0.91 0.23 0.15 -0.94 0.14 -0.22 0.40 -0.12 0.08

Minahasa Tenggara (Mitra), Kab.

-0.60 0.28 0.12 -0.95 0.20 -0.18 0.40 -0.07 0.19

Minahasa Utara, Kab.

-0.83 0.27 0.08 -0.95 -0.99 0.27 -0.04 -0.24 0.12

Minahasa, Kab. -0.33 0.14 0.06 -0.96 0.02 -0.25 0.10 -0.20 0.14

Mojokerto, Kab. 0.06 0.40 0.15 -0.96 -0.02 -0.40 0.07 -0.08 0.05

Morotai, Kab. 0.21 0.42 0.08 -0.97 0.15 -0.52 0.12 -0.27 0.32

Morowali, Kab. -0.12 -0.35 -0.33 -0.98 0.55 -0.69 -0.28 -0.57 -0.33

Muara Enim, Kab.

0.31 0.28 0.27 -0.96 -0.21 -0.07 0.27 0.09 0.22

Muaro Jambi, Kab.

0.35 0.36 -0.20 -0.97 -0.90 -0.32 0.11 -0.37 0.24

Mukomuko, Kab.

-0.21 -0.24 0.47 -0.92 -0.23 0.69 -0.32 0.56 -0.06

Muna, Kab. 0.17 0.03 -0.08 -0.95 0.22 -0.62 0.18 -0.24 0.47

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Murung Raya, Kab.

-0.25 0.24 0.10 -0.97 0.41 -0.44 -0.19 -0.61 0.24

Musi Banyuasin, Kab.

0.16 0.32 0.51 -0.94 -0.31 0.13 0.45 0.31 0.54

Musi Rawas, Kab.

0.36 0.19 0.18 -0.96 -0.43 -0.24 0.11 0.11 0.28

Nabire, Kab. 0.05 0.41 -0.59 -0.97 -0.37 -0.15 0.25 0.16 0.02

Nagan Raya, Kab.

0.34 0.08 -0.01 -0.95 0.20 -0.20 -0.06 -0.19 0.48

Nagekeo, Kab. 0.01 -0.09 0.17 -0.97 -0.25 0.22 0.02 -0.25 0.21

Natuna, Kab. 0.44 0.70 0.32 -0.93 -0.31 -0.05 0.50 0.28 0.35

Nduga, Kab. -0.64 0.44 -0.09 -1.00 -0.16 -0.08 -0.05 0.05 -0.90

Ngada, Kab. 0.09 -0.13 0.09 -0.98 -0.09 -0.21 0.15 -0.16 -0.11

Nganjuk, Kab. -0.08 0.01 0.14 -0.97 0.13 -0.27 0.17 -0.37 0.06

Ngawi, Kab. -0.04 0.16 -0.01 -0.96 -0.22 -0.43 0.20 -0.15 0.25

Nias Barat, Kab. 0.20 0.07 -0.13 -0.98 0.01 -0.26 0.09 -0.20 0.10

Nias Selatan, Kab.

0.19 -0.08 -0.06 -0.96 -0.41 -0.09 -0.04 -0.25 0.34

Nias Utara, Kab. 0.25 0.09 -0.09 -0.98 0.00 -0.35 -0.16 -0.38 0.22

Nias, Kab. 0.17 0.02 0.19 -0.98 0.10 -0.26 -0.23 -0.37 0.27

Nunukan, Kab. -0.07 -0.51 0.55 -0.96 0.23 -0.49 -0.17 0.05 0.41

Ogan Ilir, Kab. 0.14 0.19 0.07 -0.97 -0.25 -0.29 -0.02 -0.14 0.12

Ogan Komering Ilir, Kab.

0.06 0.20 0.14 -0.96 -0.07 -0.26 0.11 -0.11 0.12

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Ogan Komering Ulu Selatan, Kab.

0.13 0.13 0.10 -0.97 -0.02 -0.39 0.07 -0.11 0.12

Ogan Komering Ulu Timur, Kab.

0.12 0.08 -0.17 -0.96 -0.21 -0.10 0.06 -0.19 0.10

Ogan Komering Ulu, Kab.

0.16 0.21 0.23 -0.96 -0.63 -0.22 0.13 0.18 0.16

Pacitan, Kab. -0.04 0.31 0.12 -0.97 -0.11 -0.44 0.29 -0.21 0.17

Padang Lawas Utara, Kab.

0.21 0.18 0.03 -0.96 0.11 -0.44 -0.01 -0.21 0.16

Padang Lawas, Kab.

0.20 0.19 0.22 -0.96 0.25 -0.52 0.05 -0.30 0.25

Padang Pariaman, Kab.

-0.05 0.20 0.06 -0.96 0.09 -0.21 0.06 -0.31 0.20

Pakpak Bharat, Kab.

0.15 0.08 0.15 -0.99 -0.47 -0.12 -0.03 -0.16 -0.03

Pamekasan, Kab.

0.08 0.15 0.04 -0.96 0.02 -0.37 0.23 -0.15 0.06

Pandeglang, Kab.

-0.10 0.13 0.23 -0.97 0.78 -0.42 0.07 -0.24 0.72

Pangkajene Kepulauan, Kab.

0.03 0.02 -0.02 -0.96 0.03 -0.64 -0.06 -0.16 -0.06

Paniai, Kab. 0.01 0.33 0.53 -0.82 0.59 -0.59 -0.15 0.03 0.28

Parigi Moutong, Kab.

0.09 0.08 0.07 -0.96 0.05 -0.34 0.26 -0.26 -0.07

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Pasaman Barat, Kab.

0.26 0.01 -0.03 -0.97 -0.21 -0.47 0.04 -0.32 0.09

Pasaman, Kab. 0.22 0.05 -0.10 -0.97 -0.25 -0.35 0.07 -0.18 0.05

Pasir, Kab. -0.10 -0.23 -0.05 -0.98 0.05 -0.22 0.03 -0.48 0.28

Pasuruan, Kab. 0.13 0.08 0.07 -0.96 -0.34 -0.45 0.07 -0.15 0.27

Pati, Kab. 0.10 0.14 -0.01 -0.96 0.15 -0.33 0.09 -0.22 0.24

Pegunungan Bintang, Kab.

-0.25 0.32 -0.20 -1.00 0.09 -0.04 -0.14 -0.16 -0.86

Pekalongan, Kab.

-0.60 0.07 0.02 -0.95 -0.08 -0.32 0.17 -0.33 0.11

Pelalawan, Kab. 0.09 0.16 0.17 -0.95 -0.33 -0.19 0.19 -0.19 0.07

Pemalang, Kab. -0.27 0.04 0.01 -0.96 0.15 -0.14 0.11 -0.27 0.36

Penajam Paser Utara, Kab.

-0.20 0.17 0.10 -0.98 0.05 -0.50 0.25 0.29 0.41

Pesawaran, Kab. 0.10 -0.23 0.38 -0.95 -0.43 -0.16 0.09 -0.11 -0.19

Pesisir Selatan, Kab.

0.17 0.07 0.09 -0.96 0.08 -0.34 0.02 -0.19 0.20

Pidie Jaya, Kab. -0.04 0.26 0.10 -0.99 0.01 -0.18 0.35 -0.25 0.53

Pinrang, Kab. 0.07 0.36 0.21 -0.96 0.36 -0.62 0.27 0.03 0.17

Pohuwato, Kab. 0.20 -0.17 -0.09 -0.96 -0.20 -0.18 0.05 -0.40 0.09

Polewali Mandar, Kab.

0.10 0.14 -0.46 -0.95 0.36 -0.33 0.18 -0.15 0.58

Ponorogo, Kab. -0.27 0.22 0.16 -0.97 -0.14 -0.42 0.24 0.02 0.09

Pontianak, Kab. 0.41 0.06 -0.04 -0.98 0.11 -0.52 0.05 -0.46 0.26

Poso, Kab. 0.20 0.25 -0.17 -0.96 0.26 -0.37 0.07 -0.40 0.33

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Pringsewu, Kab. 0.35 -0.03 -0.12 -0.87 0.74 -0.16 0.64 -0.75 -0.95

Probolinggo, Kab.

-0.18 0.05 0.15 -0.96 -0.41 -0.39 0.21 0.04 0.14

Pulang Pisau, Kab.

0.14 0.21 -0.03 -0.97 0.05 -0.24 0.10 -0.66 -0.04

Puncak Jaya, Kab.

0.18 0.07 -0.24 -0.95 0.59 -0.45 0.06 -0.24 0.51

Puncak, Kab. -0.30 0.28 0.58 -1.00 -0.91 0.04 -0.13 -0.22 -0.16

Purbalingga, Kab.

-0.18 0.14 0.09 -0.95 0.16 -0.23 0.13 -0.23 0.06

Purwakarta, Kab.

-0.41 0.25 0.18 -0.96 -0.42 -0.38 0.13 -0.23 0.09

Purworejo, Kab. -0.08 0.07 0.13 -0.96 -0.19 -0.23 0.11 -0.10 0.09

Raja Ampat, Kab.

0.29 0.69 0.76 -0.93 -0.52 0.01 0.26 0.39 0.23

Rejang Lebong, Kab.

-0.11 -0.07 0.04 -0.93 -0.18 -0.09 0.21 -0.08 0.33

Rembang, Kab. 0.02 0.24 0.14 -0.95 -0.35 -0.07 -0.07 -0.16 0.47

Rokan Hilir, Kab. 0.67 0.68 0.55 -0.83 -0.21 0.32 0.66 0.46 0.71

Rokan Hulu, Kab.

0.10 -0.20 0.09 -0.96 0.52 -0.38 -0.08 -0.19 -0.12

Rote Ndao, Kab. 0.06 -0.12 0.10 -0.98 -0.20 -0.16 0.09 -0.30 0.50

Sabu Raijua, Kab.

-0.07 0.48 0.31 -0.95 0.12 -0.21 0.08 0.15 -0.83

Sambas, Kab. 0.12 0.30 0.03 -0.96 0.43 -0.41 0.09 -0.25 0.07

Samosir, Kab. 0.20 0.26 0.12 -0.97 0.19 -0.32 0.04 -0.25 0.36

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Sampang, Kab. -0.06 0.18 0.08 -0.97 0.11 -0.30 0.22 -0.29 0.15

Sanggau, Kab. 0.02 0.02 0.29 -0.95 0.21 -0.18 -0.03 -0.27 0.53

Sarmi, Kab. -0.28 0.21 0.75 -0.98 -0.02 -0.08 -0.04 -0.16 -0.03

Sarolangun, Kab.

-0.39 -0.97 0.02 -0.84 0.61 -0.75 0.27 -0.70 0.42

Sawahlunto Sijunjung, Kab.

0.19 0.09 0.02 -0.96 -0.04 -0.34 -0.05 -0.18 0.25

Sekadau, Kab. 0.16 0.23 0.02 -0.96 0.07 -0.49 0.03 -0.08 0.29

Selayar, Kab. 0.24 0.21 0.21 -0.98 0.27 -0.47 -0.09 -0.28 0.28

Seluma, Kab. 0.19 -0.05 0.48 -0.94 -0.07 -0.25 0.14 -0.25 0.18

Semarang, Kab. 0.10 0.21 -0.10 -0.96 -0.63 -0.21 -0.03 -0.18 0.32

Seram Bagian Barat, Kab.

-0.05 0.11 -0.05 -0.95 0.26 -0.33 0.08 -0.24 0.24

Seram Bagian Timur, Kab.

-0.06 0.12 -0.16 -0.95 0.05 -0.25 0.25 -0.61 0.02

Serang, Kab. 0.07 0.16 -0.06 -0.96 0.43 -0.52 -0.15 0.08 0.30

Serdang Bedagai, Kab.

0.08 0.17 0.14 -0.97 0.08 -0.09 -0.02 -0.27 0.30

Seruyan, Kab. 0.20 0.23 0.14 -0.94 -0.30 -0.29 -0.03 -0.63 0.38

Siak, Kab. 0.87 0.93 0.84 -0.66 -0.49 0.70 0.89 0.82 0.89

Sidenreng Rappang, Kab.

0.34 -0.09 -0.10 -0.96 0.19 -0.70 -0.13 -0.41 0.17

Sidoarjo, Kab. -0.36 0.04 -0.11 -0.97 -0.49 -0.35 0.13 -0.03 0.16

Sigi, Kab. 0.22 0.05 0.02 -0.96 0.05 -0.35 -0.04 -0.29 0.11

Sikka, Kab. -0.02 -0.21 0.14 -0.97 0.15 -0.11 0.04 -0.29 0.32

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Simalungun, Kab.

0.21 0.21 0.45 -0.97 -0.06 -0.36 0.05 -0.23 0.29

Simeulue, Kab. -0.51 0.34 -0.16 -0.98 0.26 -0.33 0.31 -0.10 0.51

Sinjai, Kab. 0.04 0.21 0.38 -0.95 0.20 -0.41 0.22 0.00 0.24

Sintang, Kab. 0.03 0.22 0.13 -0.97 -0.03 -0.27 0.10 0.01 0.09

Situbondo, Kab. -0.19 -0.02 0.17 -0.96 -0.42 -0.35 0.19 -0.14 0.02

Sleman, Kab. -0.51 0.12 0.12 -0.96 0.42 -0.25 0.08 -0.17 0.06

Solok Selatan, Kab.

0.12 0.15 0.00 -0.97 0.12 -0.30 0.04 -0.21 0.20

Solok, Kab. 0.23 0.02 -0.01 -0.98 0.11 -0.45 0.06 -0.15 0.11

Soppeng, Kab. 0.11 0.26 0.24 -0.96 0.20 -0.65 0.28 -0.16 0.19

Sorong Selatan, Kab.

-0.06 0.37 0.69 -0.93 0.05 -0.68 0.04 -0.39 0.41

Sorong, Kab. 0.12 0.43 0.62 -0.98 0.06 -0.07 -0.08 -0.07 0.09

Sragen, Kab. 0.02 -0.03 0.11 -0.95 -0.07 -0.32 0.11 -0.17 0.17

Subang, Kab. -0.01 0.34 0.22 -0.94 -0.36 -0.56 0.28 -0.18 0.35

Sukabumi, Kab. -0.40 0.39 0.28 -0.96 -0.25 -0.28 0.26 -0.05 0.15

Sukamara, Kab. 0.10 0.23 0.45 -0.96 -0.11 -0.17 0.16 -0.07 -0.07

Sukoharjo, Kab. -0.32 0.14 -0.05 -0.95 -0.45 -0.22 0.03 -0.19 0.23

Sumba Barat Daya, Kab.

0.00 -0.27 0.30 -0.96 -0.05 -0.03 0.12 0.07 0.64

Sumba Barat, Kab.

-0.11 0.33 0.14 -0.98 0.04 -0.18 0.06 -0.39 0.30

Sumba Tengah, Kab.

-0.20 0.31 0.14 -0.97 0.24 0.02 0.19 0.25 0.47

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Sumbawa Barat, Kab.

-0.50 -0.67 -0.59 -0.99 0.05 -0.78 -0.49 -0.71 -0.30

Sumbawa, Kab. 0.20 0.10 -0.01 -0.97 0.00 -0.51 0.11 -0.31 0.12

Sumedang, Kab. -0.24 0.25 0.11 -0.96 -0.21 -0.40 0.18 -0.14 0.22

Sumenep, Kab. -0.04 0.10 0.13 -0.96 -0.08 -0.41 0.32 -0.17 0.12

Supiori, Kab. 0.37 0.29 0.24 -0.97 0.53 -0.23 -0.09 -0.49 0.68

Tabalong, Kab. 0.14 -0.06 0.25 -0.89 -0.03 -0.12 -0.10 -0.71 0.16

Tabanan, Kab. -0.11 0.08 0.15 -0.98 0.24 -0.08 0.12 -0.40 0.31

Takalar, Kab. 0.27 -0.12 0.03 -0.98 -0.20 -0.35 0.03 -0.37 0.37

Tambrauw, Kab. 0.22 0.05 0.07 -0.96 -0.58 -0.55 0.12 -0.37 0.24

Tana Tidung, Kab.

0.11 0.27 0.09 -0.97 0.03 -0.16 -0.02 -0.15 0.38

Tana Toraja, Kab.

0.21 0.22 0.14 -0.97 0.04 -0.49 0.04 -0.19 0.08

Tanah Bumbu, Kab.

0.10 -0.12 -0.01 -0.98 0.07 -0.18 0.01 -0.28 0.02

Tanah Datar, Kab.

0.19 0.05 0.10 -0.96 -0.01 -0.33 0.00 -0.21 0.13

Tanah Karo, Kab.

0.17 -0.04 0.00 -0.97 0.27 -0.15 0.09 -0.43 0.01

Tanah Laut, Kab.

-0.04 0.14 0.16 -0.95 0.18 -0.17 -0.11 -0.24 0.05

Tangerang, Kab. 0.21 0.09 -0.13 -0.94 -0.06 -0.71 -0.18 0.00 2.39

Tanggamus, Kab.

0.00 0.43 0.21 -0.96 0.71 -0.53 0.11 -0.09 0.94

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Tanjung Jabung Barat, Kab.

0.10 0.07 -0.14 -0.98 0.58 -0.54 -0.12 -0.57 0.28

Tanjung Jabung Timur, Kab.

0.11 -0.03 0.04 -0.98 0.10 -0.55 0.11 -0.39 0.26

Tapanuli Selatan, Kab.

0.25 0.10 -0.12 -0.97 0.26 -0.07 -0.16 -0.19 0.25

Tapanuli Tengah, Kab.

0.18 -0.02 -0.15 -0.97 0.09 -0.35 0.20 -0.16 0.48

Tapanuli Utara, Kab.

0.07 0.19 -0.12 -0.97 0.08 -0.09 0.03 -0.33 -0.01

Tapin, Kab. -0.55 -0.22 -0.56 -0.97 0.51 -0.23 -0.44 -0.42 0.14

Tasikmalaya, Kab.

-0.04 -0.98 0.14 -0.96 0.13 -0.04 0.08 -0.15 -0.24

Tebo, Kab. 0.21 -0.22 0.05 -0.98 0.09 -0.41 0.09 -0.24 0.30

Tegal, Kab. -0.29 0.13 -0.10 -0.96 0.04 -0.36 0.12 -0.23 0.14

Teluk Bintuni, Kab.

-0.94 -0.83 -0.60 -0.95 -0.84 -0.91 -0.89 -0.95 -0.93

Teluk Wondama, Kab.

-0.04 0.47 0.22 -0.99 -0.77 0.51 -0.10 -0.87 0.22

Temanggung, Kab.

-0.36 0.05 0.19 -0.95 -0.01 -0.12 0.01 0.04 0.22

Timor Tengah Selatan, Kab.

0.05 -0.33 -0.02 -0.97 -0.19 -0.13 0.06 -0.14 0.23

Timor Tengah Utara, Kab.

-0.47 0.32 0.40 -0.93 0.10 -0.01 0.26 0.12 0.08

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Toba Samosir, Kab.

0.09 0.24 -0.07 -0.96 0.16 -0.34 0.13 -0.26 0.26

Tojo Una-Una, Kab.

0.16 -0.06 0.02 -0.98 0.76 -0.31 0.01 -0.28 0.09

Toli-Toli, Kab. 0.10 -0.23 -0.07 -0.97 -0.12 0.01 0.05 -0.26 0.14

Tolikara, Kab. -0.13 -0.55 0.73 -0.95 -0.51 -0.22 0.49 0.67 -0.83

Toraja Utara, Kab.

-0.40 0.12 0.31 -0.96 0.35 -0.42 0.28 0.32 0.50

Trenggalek, Kab. -0.09 0.15 0.12 -0.96 -0.17 -0.34 0.22 -0.18 0.24

Tuban, Kab. -0.07 0.34 0.10 -0.97 0.21 -0.37 0.15 -0.18 0.29

Tulang Bawang Barat, Kab.

0.24 0.08 -0.33 -0.96 -0.61 -0.21 -0.20 -0.26 -0.16

Tulang Bawang, Kab.

0.01 -0.17 -0.29 -0.97 -0.86 0.04 -0.14 0.48 -0.23

Tulungagung, Kab.

-0.16 0.01 -0.05 -0.96 -0.15 -0.45 0.15 -0.06 0.09

Wajo, Kab. 0.28 0.21 0.07 -0.97 -0.24 -0.61 -0.04 -0.20 0.22

Wakatobi, Kab. -0.03 0.09 0.10 -0.94 0.27 -0.37 0.09 -0.26 0.26

Waropen, Kab. -0.32 0.17 0.52 -0.98 -0.27 -0.16 -0.14 -0.43 -0.80

Way Kanan, Kab.

0.11 -0.08 0.19 -0.95 -0.03 -0.35 0.10 0.18 -0.39

Wonogiri, Kab. 0.13 0.21 0.10 -0.96 -0.05 -0.18 -0.04 -0.29 0.26

Wonosobo, Kab. 0.08 0.14 0.13 -0.97 -0.58 -0.23 0.16 -0.10 0.20

Yahukimo, Kab. -0.14 0.27 -0.31 -0.93 0.06 -0.03 0.08 -0.12 -0.80

Yalimo, Kab. -0.62 0.55 0.17 -1.00 0.18 0.03 0.30 -0.09 -0.89

KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &

Penggali-an

Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,

& Restoran

Pengang-kutan & Komuni-

kasi

Listrik, Gas, &

Air

Yapen Waropen, Kab.

0.18 0.05 -0.20 -0.93 -0.14 -0.27 0.26 0.05 0.43

217

Tentang Penulis

Akhmad Akbar Susamto

Akhmad Akbar Susamto adalah Dosen di Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan

Bisnis sekaligus Koordinator Kelompok Kerja untuk Daya Saing Indonesia, Universitas

Gadjah Mada. Ia menempuh pendidikan S3 di Research School of Economics, Australian

National University. Sebelumnya, ia menempuh pendidikan S2 di Department of

Economics, Monash University dan pendidikan S1 di Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan, Universitas Gadjah Mada.

Ma’ruful Musthofa

Ma’ruful Musthofa adalah Asisten Peneliti pada Kelompok Kerja untuk Daya Saing

Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Ia menempuh pendidikan S1 di Jurusan Ilmu

Ekonomi, Universitas Gadjah Mada.

Amiadji Nur Kamil

Amiadji Nur Kamil adalah Asisten Peneliti pada Kelompok Kerja untuk Daya Saing

Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Ia menempuh pendidikan S1 di Jurusan Ilmu

Ekonomi, Universitas Gadjah Mada.

218

Kelompok Kerja Untuk Daya Saing Indonesia

Universitas Gadjah Mada

Kompleks Perumahan Dinas UGM

Bulaksumur F-12 Yogyakarta, Indonesia 55281

telp. +62-274-950-3289 email: [email protected]