Laporan Sektor Unggulan 497 Kabupaten/Kota Indonesia
Transcript of Laporan Sektor Unggulan 497 Kabupaten/Kota Indonesia
iii
Peta Sektor Unggulan 497 Kabupaten/Kota di Indonesia
Tim Penyusun:
Akhmad Akbar Susamto
Ma’ruful Musthofa
Amiadji Nur Kamil
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala sehingga laporan “Pemetaan
Sektor Uggulan 497 Kabupaten/Kota Indonesia” ini dapat dipublikasikan. Sesuai dengan UU
Nomor 32 dan 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah,
pemerintah pusat baik itu pemerintah pusat maupun daerah memiiki kewenangan untuk
mengelola pembangunan daerah masing-masing.
Sesuai dengan hal tersebut, laporan ini disusun dalam rangka memetakan sektor
unggulan 467 kabupaten/kota Indonesia berdasarkan sektor pembentuk PDB yang terdiri dari
9 sektor. Dengan demikian diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pengambil kebijakan dalam
menentukan arah kebijakan pembangunan sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut mendukung atas
terselesainya laporan ini.
Semoga Laporan Ini bermanfaat bagi semua pihak.
Selamat Membaca.
Yogyakarta, 10 Juni 2014
Akhmad Akbar Susamto
Koordinator KKDSI UGM
v
RANGKUMAN EKSEKUTIF
embangunan suatu negara tidak terlepas dari pembangunan daerah dan
pertumbuhan ekonomi daerah dari negara tersebut. Pembangunan dan
pertumbuhan daerah tidak terlepas dari karakteristik serta spesifikasi wilayah
tersebut. Pembangunan daerah tersebut sangat bergantung sejauh mana pemerintah daerah
dapat mengelola sumber daya dan potensi lokal daerah tersebut serta memecahkan
permasalahan yang terjadi di wilayahnya. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
yang berbeda-beda tiap wilayah terkait erat dengan peranan sektoral yang mempengaruhi
pembentukan PDRB wilayah tersebut. Perbedaan potensi dan keunggulan antara satu daerah
dengan daerah yang lainnya menjadikan sangat penting bagi setiap daerah untuk mengetahui
seberapa besar sektor-sektor yang ada dalam kontribusi terhadap PDRB daerah tersebut,
sehingga dapat menyusun dan membentuk kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan serta
potensi yang ada di daerahnya masing-masing.
Laporan ini bertujuan untuk memetakan sektor-sektor perekonomian yang menjadi
sektor unggulan 497 kabupaten atau kota di seluruh Indonesia. Pemetaan ini dilakukan secara
kuantitatif dengan menggunakan teori basis ekonomi atau sektor unggulan serta dengan
menggunakan alat analisis Static Symetric Location Quatient (SLQ) dan Dinamic Symetric
Location Quation (DSLQ). Sektor sektor perekonomian yang menjadi acuan dalam laporan ini
adalah sektor-sektor pembentuk PDRB di Indonesia, antara lain Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas,
dan Air Bersih; Konstruksi; Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi;
Keuangan, Real Estate, dan Jasa-jasa.
Berdasarkan pemetaan sektor unggulan terhadap kabupaten atau kota di seluruh
Indonesia, secara keseluruhan sektor unggulan di kabupaten atau kota di Pulau Jawa
didominasi oleh sektor pertanian; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor listrik, gas,
dan air bersih;dan sekor konstruksi. Untuk kabupaten atau kota di wilayah Pulau Sumatera
P
vi
(termasuk Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka Belitung) sektor unggulan daerah
didominasi sektor pertanian; dan sektor konstruksi. Untuk wilayah kabupaten atau kota yang
berada di Pulau Kalimantan sektor unggulan sebagain besar terdapat di sektor pertanian;
sektor pertambangan dan penggalian dan sektor konstruksi. Sektor unggulan di wilayah
kabupaten atau kota di Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara antara lain paling banyak
dalam sektor pertanian dan sektor konstruksi. Kabupaten atau kota di wilayah Pulau Sulawesi
didominasi kategori unggulan untuk sektor pertanian dan sektor konstruksi. Untuk wilayah
kabupaten dan kota di Pulau Papua dan Kepulauan Maluku, kategori unggulan paling banyak
terdapat pada sektor pertanian dan sektor konstruksi.
vii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar iv
Rangkuman Eksekutif v
Daftar Isi vii
Pendahuluan 1
Kerangka Teori dan Metodologi 3
Pemetaan Masing-masing Sektor Pembentuk PDB 7
1. Sektor Pertanian 8
2. Sektor Manufaktur 25
3. Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan 41
4. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 57
5. Sektor Pertambangan dan Penggalian 73
6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 91
7. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 112
8. Sektor Konstruksi 126
9. Sektor Jasa-Jasa 141
Kesimpulan 156
Daftar Pustaka 157
Lampiran 160
Tentang Penulis 217
1
PENDAHULUAN
embangunan nasional tidak terlepas dari pembangunan ekonomi suatu
negara. Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensi yang
melibatkan perubahan struktur sosial, kelembagaan nasional, percepatan
pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, serta usaha pengentasan kemiskinan yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia (Todaro, 2000). Pembangunan
diidentikkan dengan upaya peningkatan pendapatan per kapita sehingga diharapkan dapat
mengurangi masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan. Oleh
karena itu strategi dalam pembangunan ekonomi dapat memacu pertumbuhan ekonomi serta
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Dalam proses pembangunan ekonomi daerah, tidak terlepas dari pembangunan
ekonomi daerah atau regional. Pembangunan ekonomi daerah adalah proses yang dilakukan
oleh pemerintah daerah dalam mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk pola
kemitraan pemerintah daerah dan sektor swasta dalam menciptakan lapangan kerja baru dan
perangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi daerah
dipengaruhi oleh keunggulan komparatif suatu daerah, spesialisasi wilayah, serta potensi
ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut (Arsyad, 1999).
Pemerataan dalam pembangunan daerah tersebut terwujud dengan adanya otonomi
daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah berdasarkan UU Nomor 22 dan 25 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 32 dan 33 Tahun
2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Berdasarkan
undang-undang tersebut, pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam
merancang dan mengelola program pembangunan sesuai dengan keinginan dan sumberdaya
yang dimiliki oleh daerah setempat.
Salah satu indikator dalam kemajuan perekonomian daerah dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi agregat yang dihitung dari Produk Domestk Bruto (PDB) dari tingkat
pertumbuhan sektoralnya, artinya apabila suatu sektor memiliki kontribusi yang relatif besar
P
2
dan pertumbuhannya sangat lambat, maka dapat menghambat pertumbuhan ekonomi secara
agregat. Sebaliknya apabila suatu sektor tersebut memiliki kontribusi yang relatif besar
terhadap total perekonomian maka sektor tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi
sekaligus dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara agregat.
Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2005-2012* (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah (2014)
Indonesia masuk dalam 20 negara dengan PDB terbesar di dunia, sehingga
menempatkan Indonesia menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia1. Besarnya
PDB tersebut didukung oleh berkembangnya sektor-sektor pembentuk PDB Indonesia. Dilihat
dari laju pertumbuhan PDB, dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan ekonomi
Indonesia stabil dikisaran angka 5-6 persen pertahun. Sementara laju pertumbuhan terbesar
didukung oleh sektor jasa yang mengalami pertumbuhan hingga 8,3 persen pada tahun 2011
dan industri sekitar 6 persen2. Dalam hal ini setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-
beda disebabkan karena perbedaan geografis dan sumberdaya yang beraneka ragam. Oleh
1 Worldbank mencatat PDB Indonesia 2012 sebesar US$ 878,043 yang berada pada posisi 16
terbesar didunia.
2 Sektor industri: sektor industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; dan sektor konstruksi,
sedangkan sektor jasa meliputi sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan
dan komunikasi; sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa.
5.69 5.5
6.356.01
4.63
6.22 6.49 6.26
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012*
Primer Industri Sektor Jasa PDB* angka sementara
3
karena itu perlu pendekatan dalam menganalisis sektor unggulan masing-masing daerah.
Laporan ini disusun untuk memetakan sektor unggulan masing-masing daerah seluruh
kabupaten dan kota di Indonesia dengan tujuan agar sektor-sektor yang menjadi unggulan
dalam penyumbang perekonomian daerah dapat dikelola secara maksimal karena sektor
unggulan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh dibandingkan dengan sektor lainnya
KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI
Pertumbuhan ekonomi daerah ditunjukkan dengan peningkatan PDRB secara agregat.
PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang ada dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Dalam perhitugan PDRB
berdasarkan metode produksi pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output)
dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen yang termasuk nilai tambah
bruto mencakup komponen faktor pendapatan yakni upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan
keuntungan, penysutan, dan pajak tidak langsung. Jadi dengan menghitung nilai tambah
bruto dari masing-masing sektor kemudian dijumlahkan akan menghasilkan PDRB. Sektor-
sektor pembentuk PDRB di Indonesia mencakup sembilan sektor yaitu:
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
5. Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-Jasa dan Lainnya
Teori basis ekonomi atau sektor unggulan sebagaimana yang dikemukakan oleh Harry
W. Richardson (1983) menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi
daerah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar. Arsyad, 1999
menjelaskan bahwa pertumbuhan industri yang menggunakan sumberdaya lokal termasuk
tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan keunggulan daerah dan
4
penciptaan peluang kerja. Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan
mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada
sektor yang sama dengan daerah lain. Pada dasarnya sektor basis (sektor unggulan) harus
dikaitkan dengan bentuk perbandingan baik itu dalam skala internasional, nasional, maupun
regional. Pada lingkup internasional suatu sektor dikatakan unggul jika mampu bersaing
dengan sektor yang sama dengan negara lain, sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor
dapat dikategorikan unggulan apabla di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang
sama yang dihasilkan oleh wilayah lain dipasar nasional maupun domestik (Fachrurrazy, 2009).
Data-data yang digunakan untuk mengetahui output pada sektor-sektor
perekonomian adalah data PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan harga konstan tahun
2000 497 kabupaten/kota di seluruh Indonesia yang diperoleh dari data Worldbank.
Sementara, alat analisis yang digunakan untuk menganalisis sektor unggulan daerah adalah
dengan menggunakan gabungan antara analisis Static Location Quatient (LQ) dan Dinamic
Location Quation (DLQ) Metode SLQ digunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi sektor-
sektor disuatu wilayah tertentu. SLQ merupakan perbandingan antara besarnya peran suatu
sektor di satu daerah terhadap besarnya peran sektor tersebut di tingkat yang lebih luas
(Kuncoro, 2004). Untuk Menghitung Nilai SLQ formula yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝑆𝐿𝑄𝑖 = (𝑃𝐷𝑅𝐵𝑖𝑗 (∑ 𝑃𝐷𝑅𝐵𝑗))⁄
(𝑃𝐷𝑅𝐵𝑖𝑛/(∑ 𝑃𝐷𝑅𝐵𝑛 ))
dimana:
𝑃𝐷𝑅𝐵𝑖𝑗= PDRB sektor i di kabupaten/kota j
∑𝑃𝐷𝑅𝐵𝑗 = total PDRB di kabupaten/kota j
𝑃𝐷𝑅𝐵𝑖𝑛 = PDRB nasional di sektor i
∑𝑃𝐷𝑅𝐵𝑛 = total PDRB nasional
Nilai indeks dengan rentang antara 0 ≤ SLQij ≤ ∞. Berdasarkan formulasi yang
ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka ada dua kemungkinan nilai SLQ yang dapat
ditemukan, yaitu (Bendavid-Val, 1997: 174; Kuncoro, 2007). Nilai SLQij > 1 menunjukkan
bahwa sektor i merupakan sektor unggulan daerah kabupaten/kota j, sekaligus merupakan
5
basis ekonomi untuk dikembangkan lebih lanjut oleh kabupaten/kota j. Sedangkan nilai SLQij
< 1 menunjukkan bahwa sektor i bukan merupakan sektor unggulan dari kabupaten/kota j dan
bukan merupakan basis ekonomi serta tidak prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut.
Namun nilai SLQij memiliki kelemahan yakni menunjukkan nilai yang tidak simetris sehingga
nilainya tidak dapat diperbandingkan dua sisinya. Sehingga mengikuti Dalum et al (1998) and
Laursen (1998), Widodo dan Taufiqurrahman (2011) 3 mengembangkan menjadi Indeks
Symetric Static Location Quotient (SSLQ) yakni:
𝑆𝑆𝐿𝑄𝑖𝑗 = (𝐿𝑄𝑖𝑗 – 1) / (𝐿𝑄𝑖𝑗 + 1)
Sehingga Nilai SSLQ menjadi antara -1 hingga 1, jika nilai lebih besar dari nol,
menunjukkan bahwa kabupaten/kota j memiliki memiliki keunggulan komparatif di sektor i,
sedangkan sebaliknya jika SSLQij lebih dari nol maka kabupaten/kota j tidak memiliki
keunggulan komparatif pada sektor i.
Sedangkan DLQ merupakan modifikasi dari SLQ dengan mengakomodasi laju
pertumbuhan sektor dari waktu ke waktu. DLQ dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Kuncoro, et al, 2005):
𝐷𝐿𝑄𝑖𝑗 = [(1+𝑔𝑖𝑗)/(1+𝑔𝑘)
(1+𝐺𝑖𝐼)/(1+ 𝐺𝐼)]
𝑡
= 𝐼𝑃𝑃𝑆𝑖𝑗
𝐼𝑃𝑃𝑆𝑖𝐼
dimana:
𝑔𝑖𝑗 = Laju pertumbuhan nilai tambah sektor di kabupaten/kota j
𝑔𝑗 = Rata-rata laju pertumbuhan nilai tambah seluruh sektor di Indonesia
𝐺𝑖𝐼 = Laju pertumbuhan nilai tambah sektor i di Indonesia
𝐺𝐼 = Rata-rata laju pertumbuhan nilai tambah seluruh sektor di Indonesia
𝑡 = Selisih tahun akhir dan tahun awal
𝐼𝑃𝑃𝑆𝑖𝑗 = Indeks potensi pengembangan sektor i di kabupaten/kota j
𝐼𝑃𝑃𝑆𝑖𝐼 = Indeks potensi pengembangan sektor i di Indonesia
3Pada dasarnya metode dalam analisis LQ dalam kajian ekonomi regional tidak berbeda dengan konsep Revealed Comparative Advantage (RCA) dalam ekonomi
internasional. Kedua alat analisis ini sama-sama digunakan untuk menganalisis komoditas (sektor atau subsektor) unggulan atau berdaya saing di suatu wilayah. Perbedaannya hanyalah pada lingkup negara dan dunia. Danum, Laursen, dan Widodo dalam penelitiannya mencoba mensimetriskan indeks RCA menjadi Revealed Symetric Comparative Advantage (RSCA) yang ditransformasi dari indeks RSCA. : 𝑅𝑆𝐶𝐴𝑖𝑗 = (𝑅𝐶𝐴𝑖𝑗 – 1/𝑅𝑆𝐶𝐴𝑖𝑗 + 1) di mana: RSCAij adalah Revealed Symmetric Comparative Advantage negara i pada produk j; dan RCAij adalah Revealed Comparative Advantage negara i pada produk j.
6
Nilai DLQ tersebut dapat diartikan jika DLQij > 1, maka potensi perkembangan sektor i
di kabupaten/kota j lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang sama di Indonesia,
sebaiknya jika DLQij < 1, potensi perkembangan sektor i di kabupaten/kota j lebih lambat
dibandingkan dengan sektor i di Indonesia.
Transformasi Dynamic Location Quatient menjadi Dynamic Symetric Location Quatient
diperoleh sebagai berikut:
𝐷𝑆𝐿𝑄𝑖𝑗 = 𝐷𝐿𝑄𝑖𝑗 − 1 𝐷𝐿𝑄𝑖𝑗 + 1⁄
Karena dimungkinkannya DLQ bernilai negatif, maka transformasi DLQ menjadi DSLQ
untuk DLQ yang bernilai negatif adalah sebagai berikut:
𝐷𝑆𝐿𝑄𝑖𝑗 = 𝐷𝐿𝑄𝑖𝑗 + 1 𝐷𝐿𝑄𝑖𝑗 − 1⁄
Oleh karena itu DSLQ akan memiliki nilai antara -1 hingga +1, jika lebih dari nol, maka
sektor i potensi perkembangannya di kabupaten j lebih cepat dibandingkan sektor yang sama
di Indonesia, tetapi jika kurang dari nol, potensi perkembangan sektor i di kabupaten j lebih
lambat dibanding dengan sektor yang sama di nasional.
Selanjutnya adalah hasil dari penggabungan antara SSLQ dan DSLQ (Kuncoro, 2009),
maka diperoleh klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 1.1. Klasifikasi Sektor Gabungan SSLQ dan DSLQ
Sumber: Kuncoro, 2009
7
Dengan menggunakan klasifikasi SSLQ dan DSLQ dari kesembilan sektor tersebut,
dapat diperoleh persebaran sektor mana saja yang merupakan sektor andalan, sektor
unggulan, sektor prospektif, dan sektor tertinggal di kabupaten/kota di Indonesia. Selanjutnya
dibuat dalam software ArcGis untuk meakukan pemetaan sektor ungulan. Lebih lanjut
kerangka pemikiran dalam laporan ini ditunjukkan dalam gambar 1.2:
Gambar 1.2. Skema Kerangka Pemikiran Pemetaan Sektor Unggulan Kabupaten-Kota
Indonesia
PEMETAAN MASING-MASING SEKTOR PEMBENTUK PDB
Pembahasan selanjutnya adalah pemetaan masing-masing sektor pembentuk PDB 497
kabupaten/kota di Indonesia yang dijabarkan menjadi 9 sektor antara lain: (1) sektor
pertanian; (2) sektor manufaktur; (3) sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan; (4)
sektor perdagangan, hotel, dan restoran; (5) sektor pertambangan dan penggalian; (6) sektor
pengangkutan dan komunikasi; (7) sektor listrik,gas, dan air bersih; (8) sektor konstruksi; dan
(9) sektor jasa-jasa. Pembahasan dibagi menjadi 6 pulau besar, yakni Pulau Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kepulauan Maluku-Papua.
8
sumber gambar: http://www.planetmattersandmore.com/wpcontent/uploads/2011/12/Sustainable-Agriculture.jpg
9
ektor pertanian merupakan sektor yang strategis dalam menyumbang perekonomian
nasional terutama dalam kontribusi PDB, penyedia lapangan pekerjaan, dan
penyediaan pangan. Perhitungan PDB sektor pertanian dilakukan dengan
menggunakan pendekatan produksi. Nilai PDB sektor pertanian mencakup subsektor tanaman
bahan makanan (tanaman pangan dan holtikultura), tanaman perkebunan, peter-nakan dan
hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan. Subsektor tanaman bahan makanan mencakup
komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian,
kacang tanah, kedelai, sayuran, buah-buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya.
Subsektor perkebunan mencakup semua kegiatan perkebunan baik yang diadakan
pemerintah maupun perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup meliputi cengkeh, jahe,
jarak, kakao, karet, kapas, kelapa, kelapa sawit, pala, kopi, teh, dan tanaman perkebunan
lainnya. Subsektor
kehutanan men-
cakup kegiatan pe-
nebangan segala
jenis kayu serta pe-
ngambilan daun-
daunan, getah, akar,
termasuk juga kegia-
tan perburuan. Ko-
moditi ini terma-suk
kayu gelondongan, rotan, kayu bakar, bambu, serta hasil hutan lainnya. Sedangkan subsektor
perikanan mencakup kegiatan penangkapan, pembenihan, dan budidaya baik yang
dibudidayakan di air tawar dan air laut.
Dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDB, sektor pertanian selalu
mengalami peningkatan dari tahun ketahun, laju pertumbuhan rata-rata 3,7 persen pertahun
dari tahun 2007 hingga 2013. Pada tahun 2012 nilai PDB sektor pertanian mencapai 328,3
triliun rupiah yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 315,0 tirliun
rupiah. Kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan menyumbang kontribusi terbesar 48,4
S
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
Harga Konstan (2000) Harga Berlaku
Sumber: Badan Pusat Statistik
Gambar 1.3. Total PDB Sektor Pertanian 2004-2013 (milyar rupiah)
10
persen dari total sek-tor pertanian atau setara dengan 158,9 milyar rupiah pada tahun 2012.
Jika dilihat dari tren sektor pertumbuhannya tanaman bahan makanan mengalami
peningkatan rata-rata 30 persen per-tahun. Kontribusi terbesar kedua subsektor perikanan
yang menyumbang 17,6 persen senilai 57,7 triliun rupiah. Sumbangan yang besar ini karena
potensi laut di Indonesia cukup besar dalam menghasilkan produk-produk dari hasil perikanan
dan kelautan.
Kontribusi subsektor perkebunan menyumbang 15,9 persen terhadap sektor pertanian
atau setara 52,3 triliun rupiah pada tahun 2012. Selanjutnya adalah subsektor peternakan
yang menyumbang sebesar 12,8 persen dengan nilai PDB sebesar 41,9 triliun rupiah.
Sementara subsektor kehutanan menyumbang 5,3 persen dari total PDB pertanian atau
sebesar 17,4 triliun rupiah. Tren untuk subsektor hasil hutan ini mengalami penurunan
beberapa tahun terakhir akibat dari adanya deforestasi hutan.
Tabel 1.2. PDB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000 2007-2013 (triliun rupiah)
Sub Sektor Pertanian 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
1. Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan 271.5 284.6 295.9 304.8 315.0 328.3 339.9
a. Tanaman Bahan Makanan 133.9 142.0 149.1 151.5 154.2 158.9 162.0
b. Tanaman Perkebunan 43.2 44.8 45.6 47.2 49.3 52.3 54.9
c. Peternakan 34.2 35.4 36.6 38.2 40.0 41.9 43.9
d. Kehutanan 16.5 16.5 16.8 17.2 17.4 17.4 17.4
e. Perikanan 43.7 45.9 47.8 50.7 54.2 57.7 61.7
2. Non Pertanian 1352.4 1434.0 1514.5 1609.2 1712.1 1817.5 1929.3
PDB 1964.3 2082.5 2178.9 2314.5 2464.6 2618.9 2770.3
Sumber: BPS (diolah)
Pangsa sektor pertanian menunjukkan nilai sektor pertanian di provinsi terhadap
sektor pertanian di nasional. Pangsa ini menunjukkan daerah yang memiliki nilai PDRB sektor
pertanian yang lebih besar. Pangsa PDRB sektor pertanian terbesar masih terkonsentrasi di
pulau jawa dimana pangsa terbesar ditempati oleh Jawa Timur (15,75%), Jawa Tengah
(12,60%), Jawa Tengah (10,59%). Sedangkan di Pulau Sumatera, Sumatera Utara memiliki
pangsa sektor pertanian sebesar (8,79%), Riau (5,19%), Lampung (4,66%), Sumatera Selatan
(3,93%), dan Pulau Sulawesi Sulawesi Selatan yang menyumbang pangsa (4,41%) . Sedangkan
11
provinsi lainnya sektor pertanian masih menyumbang sekitar 1 hingga 2 persen dari total PDB
sektor pertanian di nasional. Ilustrasi dapat dilihat digambar 1.4.
Gambar 1.4. Pangsa Sektor Pertanian Provinsi Tahun 2011 (%)
Sumber: INDODAPOER, Worldbank
Klasifikasi Sektor Unggulan Pertanian Berdasarkan Gabungan SSLQ dan DSLQ
1. Jawa
Berdasarkan Gabungan SSLQ dan DSLQ, di Pulau Jawa sendiri, sektor pertanian yang
tergolong dalam kelompok unggulan terdapat di Kabupaten Garut untuk Jawa Barat,
0 5 10 15 20
DKI Jakarta
Gorontalo
Maluku Utara
Maluku
Kepulauan Riau
Papua Barat
Sulawesi Barat
Kepulauan Bangka Belitung
Bengkulu
D I Yogyakarta
Sulawesi Utara
Sulawesi Tenggara
Papua
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Jambi
Bali
Kalimantan Tengah
Banten
Sulawesi Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur,
Kalimantan Barat
Nanggroe Aceh Darussalam
Sumatera Barat
Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan
Lampung
Riau
Sumatera Utara
Jawa Tengah
Jawa Barat
Jawa Timur
12
sedangkan di Jawa Tengah yang tergolong kategori unggulan terdapat di Kabupaten Brebes,
Demak, Jepara, Kebumen, Kendal, Pati, Rembang, Sragen , Wonogiri, Wonosobo. Sedangkan
untuk provinsi Jawa Timur kategori unggulan untuk sektor pertanian yakni Kabupaten
Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Kediri, Bondowoso, Magetan, Mojokerto, Pamekasan,
Pasuruhan, dan Kulon Progo. Nilai SLQ dan DSLQ daerah-daerah diatas memiliki nilai lebih
dari nol sehingga tergolong klasifikasi sektor unggulan yang berarti merupakan sektor basis
dan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan sektor pertanian di nasional.
Sedangkan kategori
sektor prospektif sek-
tor pertanian dimana
kategori ini nilai
SSLQ>0 yang menun-
jukkan bahwa sektor
pertanian meru-
pakan sektor ba-
sis, namun DSLQ<0
yang menunjukkan
pertumbuhan sektor
pertanian di kabupa-
ten lebih lambat di-
banding dengan nasional. Sektor prospektif dalam sektor pertanian di Jawa Barat tersebar di
Kabupaten Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Majalengka, Indramayu,
Subang, Cirebon, dan Kota Banjar. Sementara untuk provinsi Jawa Tengah tersebar di
Kabupaten Sumedang, Banjarnegara, Banyumas, Batang, Blora, Boyolali, Grobogan.
Karanganyar, Klaten, Magelang, Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Purworejo, Sukoharjo,
Tegal, Temanggung. Untuk Provinsi Jawa Timur Sektor pertanian prospektif tersebar di Kota
Batu, Kabupaten Bojonegoro, Jember, Jombang, Lamongan, Lumajang, Madiun, Malang,
Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Ponorogo, Probolinggo, Situbondo, Sumenep, Trenggalek, Tuban,
Kepulauan Seribu
Jakarta Barat
Jakarta Pusat
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Jakarta Utara
Bogor, Kota Bogor
Cianjur
Bandung, Kota
Bandung
Sukabumi, Kota
Sukabumi
Garut
Tasikmalaya
CiamisKuningan
Cirebon, Kota
Majalengka
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi, Kota
Bekasi
Bandung Barat
Cirebon
Depok
Cimahi
Tasikmalaya, Kota
Banjar
Sumedang
Magelang, Kota
Pekalongan, Kota
Salatiga
Semarang, Kota
Surakarta
Tegal, Kota
Banjarnegara
Banyumas
Batang
Blora
Boyolali
Brebes
Cilacap
Demak
Grobogan
Jepara
Karanganyar
Kebumen
Kendal
Klaten
Kudus
Magelang
Pati
Pekalongan
Pemalang
Purbalingga
Purworejo
Rembang
Semarang
Sragen
Sukoharjo Tegal
Temanggung
Wonogiri
Wonosobo
Batu
Blitar, Kota
Kediri, Kota
Madiun, Kota
Malang, Kota
Mojokerto, Kota
Pasuruan, Kota
Probolinggo, Kota
Surabaya
Bangkalan
Banyuwangi
Blitar
Bojonegoro
Bondowoso
Gresik
Jember
Jombang
Kediri
Lamongan
Lumajang
Madiun
Magetan
Malang
Mojokerto
Nganjuk
Ngawi Pacitan
Pamekasan
Sampang
Pasuruan
Ponorogo
Probolinggo
Sidoarjo
Situbondo
Sumenep
Trenggalek
Tuban
TulungagungYogyakarta
Bantul
Gunung Kidul
Kulon Progo
SlemanCilegon
Serang, Kota
Tangerang Selatan
Tangerang, Kota
Lebak
Pandeglang
Serang
Tangerang
DS
LQ
SSLQ
Gambar 1.5. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Jawa
13
dan Tulung Agung. Sedangkan untuk wilayah DIY, Bantul dan Gunung Kidul merupakan sektor
prospektif untuk sektor pertanian.
Selain kategori sektor unggulan dan potensial, terdapat kategori sektor andalan
dimana di sektor andalan memiliki sektor pertanian di kabupaten/kota bukan merupakan
sektor basis, namun memiliki pertumbuhan yang cepat. Untuk kategori sektor andalan sektor
pertanian ini terletak di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, Bekasi,
Semarang, dan Kota Blitar. Sedangkan sisanya merupakan sektor tertinggal yang biasanya
merupakan daerah perkotaan, dimana dalam kategori sektor tertinggal daerah ini bukan
merupakan basis pertanian dan pertumbuhan sektor pertanian yang lambat.
2. Sumatera
Gabungan SLQ dan DSLQ di Pulau Sumatera kategori sektor unggulan pertanian
terdapat di hampir setiap provinsi. Di NAD Aceh Barat Daya, Aceh Barat, Aceh Besar, Aceh
Jaya, Aceh Tenggara, Aceh Utara, Bireuen, Bener Meriah, dan Nagan Raya. Sumatera Utara,
sektor unggulan pertanian terletak di Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Nias.
Langkat, Tanah karo. Deli Serdang, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Toba Samosir,
Mandailing Natal, Pakpak Bharat, Humbang Hasundutan, Samosir, Batu Bara, Padang Lawas,
Pematang Siantar,
Sibolga, dan Tanjung
Balai Kota. Di wilayah
Sumatera Barat sektor
unggulan pertanian ter-
letak di Kabupaten Pe-
sisir Selatan, Solok Se-
latan, Solok, Sawah-
lunto Sijunjung, Tanah
Datar, Agam, Limapu-
luh Kota , Pasaman Ba-
rat, Mentawai, Pasa-
man, dan Kota Pari-
Banda AcehAceh Barat Daya
Aceh Barat
Aceh Besar
Aceh Jaya
Aceh Pidie
Aceh Selatan
Aceh Singkil
Aceh Tamiang
Aceh Tengah
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Utara
Simeulue
Bireuen
Pidie Jaya
Gayo Lues
Bener Meriah
Sabang
Lhokseumawe
Langsa
Subulussalam
Nagan Raya
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Nias BaratNias SelatanNias Utara
NiasLangkat
Ta0h KaroDeli Serdang
Simalungun
Asahan
Labuhan Batu Selatan
Labuhan Batu Utara
Labuhan Batu
DairiToba Samosir
Mandailing Natal
Pakpak Bharat
Humbang Hasundutan
Samosir
Serdang Bedagai
Batu BaraPadang Lawas UtaraPadang Lawas
Medan
Pematang Siantar
Sibolga
Tanjung Bala
Binjai
Tebing Tinggi
Padang Sidempuan
Gunung Sitoli
Pesisir SelatanSolok Selatan
SolokSawahlunto SijunjungTanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Limapuluh Kota
Pasaman BaratPasamanKepulauan Mentawai
Dharmas Raya
Pasaman BaratPasaman
Padang
Solok
Sawahlunto
Padang Panjang
Bukittinggi
PayakumbuhPariaman
KamparIndragiri Hilir
Indragiri Hulu
Bengkalis
Pelalawan
Rokan Hilir
Rokan Hulu
Siak
Kuantan SingingiKepulauan Meranti
Pekan Baru, Kota
Dumai, Kota
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batanghari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung BaratTanjung Jabung Timur
Bungo
Tebo
Jambi
Sungai Penuh
Ogan Ilir
Ogan Komering Ilir
Ogan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu TimurOgan Komering Ulu
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyuasin
Banyuasin
Empat Lawang
Palembang
Pagar Alam
Prabumulih
Bengkulu Selatan
Bengkulu Tengah
Bengkulu Utara
Rejang LebongKaur
Seluma
Mukomuko
LebongKepahiang
Bengkulu, Kota
Lampung Barat
Lampung SelatanLampung Tengah
Lampung Timur
Lampung Utara
Tulang Bawang Barat
Tulang BawangTanggamus
Way KananPesawaran
Pringsewu
Mesuji
Bandar Lampung
MetroBangka Barat
Bangka Selatan
Bangka Tengah
Bangka
Belitung TimurBelitung
Pangkal Pinang
Bintan
Karimun
Natuna
Lingga
Kepulauan Anambas
Batam
Tanjung Pinang
DS
LQ
SSLQ
Gambar 1.6. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sumatera
14
aman. Sementara untuk Provinsi Riau, sektor unggulan pertanian ada hampir di setiap ka-
bupaten kota seperti Kabupaten Kampar, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Bengkalis, Pelalawan,
Rokan Hulu, Rokan Hilir, Kuantan Sengingi, dan Kepulauan Meranti. Provinsi Jambi juga masih
terdapat banyak sektor unggulan pertanian yakni tersebar di Kabupaten Kerinci, Merangin,
Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat dan Timur, dan Tembo. Sedangkan di Sumatera Selatan
dan Bengkulu didominasi oleh sektor unggulan pertanian yang tersebar di Kabupaten Ogan
Hilir, Muara Enim, Lahat, Musi Rawas, Musi Banyuasin, dan Banyuasin serta Bengkulu Utara
hingga Selatan, Seluma, Lebong dan Kepahiang. Di wilayah Lampung dan Bangka Belitung
sektor unggulan tersebar di Lampung Utara hingga Lampung Selatan, Tulang Bawang Barat
dan Tulang Bawang, Way Kanan, Pesawaran, Pring Sewu, dan Mesuji. Untuk Kepulauan
Bangka dan Belitung sektor unggulan pertanian hanya terdapat di Bangka Barat dan Bangka
Tengah.
Klasifikasi sektor prospektif dalam sektor prospektif di pulau Sumatera tersebar di
daerah Aceh Pidie, Aceh Selatan, Aceng Singkil, Aceh Timur, Simeulue, Pidie Jaya, Gayo Luwes,
dan Subussalam, Sarolangun, Batanghari, Bungo, Empat Lwang, Pagar Alam, Rejang Lebong,
Kaur, Mukomuko Lampung Barat, Tenggamus, Bangka, Belitung Timur, Belitung Barat, dan
Lingga. Kabupaten/kota diatas pertanian merupakan sektor basis, namun pertumbuhan
sektor tersebut lebih lambat daripada sektor pertanian di nasional.
Klasifikasi sektor andalan di sektor pertanian antara lain terdapat di Kota Banda Aceh
, Kota Lhokseumawe, Langsa, Binjai, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli, Padang, Solok, dan
Payakumbuh. Serta beberapa kabupaten kota di Kepulauan Bangka Belitung tang tersebar di
Bangka Tengah, Bintan, dan Batam. Daerah-daerah perkotaan seperti Kota Sabang, Kota
Medan, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Sawah Lunto, Padang Panjang, Bukit Tinggi,
Pekanbaru, Dumai, Jambi, Sungai Penuh, Prabumulih, Palembang, Bengkulu, Bandar Lampung,
Pangkal Pinang, dan Tanjung Pinang tidak memiliki sektor unggulan atau sektor tertinggal
dalam di sektor pertanian. Hal ini dikarenakan daerah tersebut sektor pertanian bukan
merupakan basis utama dan pertumbuhan yang lambat.
15
3. Kalimantan
Sektor unggulan pertanian tidak cukup banyak hanya tersebar dibeberapa
kabupaten/kota saja yakni di Kabupaten Sambas, Pontianak, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu,
Bengkayang, Sintang, Landak, Sekadau, Kayong Utara, Kubu Rayam Kota Waringin Barat dan
Timur, Kapuas Hulu dan Kapuas Barito Timur, Katingan, Seruyan, Suamara, Lamandau, Gunung
Mas, Pulau Pisang, Hulu Sungai Selatan, Kota Baru, Hulu Sungai Tengah, Tanah Bambu,
Balangan, dan Tana Tidung.
Terdapat beberapa daerah yang merupakan sektor basis pertanian namun
pertumbuhan yang lambat menjadikan klasifikasi sektor prospektif pertanian. Klasifikasi
sektor prospektif ini tersebar di Ketapang, Melawi, Barito Selatan, Barito Utaram Murung
Raya, Tanah Laut, Banjar Kota, Tapin, Nunukan dan Malinau.
Daerah-daerah seperti Kota Palangkaraya, Banjarmasin, Kutai Barat, Kutai Timur,
Berau, Penajam Paser Utara, Balikpapan, Samarinda, dan Bontang merupakan sektor
tertinggal karena sektor pertanian tidak banyak memiliki kontribusi terhadap PDRB di
kabupaten/kota tesebut.
Gambar 1.7. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Kalimantan
SambasPontianak, Kota
Pontianak
Sanggau
Ketapang
Sintang
Kapuas Hulu
Bengkayang
Landak
Sekadau
Melawi
Kayong UtaraKubu Raya
Singkawang, Kota
Kotawaringin BaratKotawaringin Timur
Kapuas HuluKapuas
Barito SelatanBarito Timur
Barito Utara
Katingan
Seruyan
SukamaraLamandauGunung MasPulang Pisau
Murung Raya
Palangkaraya, Kota
Tanah Laut
Kota Baru
Banjar, Kota
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai UtaraTabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Banjarmasin, Kota
Banjar Baru, Kota
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Bulungan
Nunukan
Malinau
Penajam Paser Utara
Tana Tidung
Balikpapan, Kota
Samarinda, Kota
Tarakan, Kota
Bontang, Kota
DS
LQ
SSLQ
16
4. Bali dan Nusa Tenggara
Wilayah Bali dan
Nusa Tenggara
yang memiiki
sek-tor unggulan
di sektor per-
tanian antara lain
Kota Bima, Kabu-
paten Biak, Kabu-
paten Dompu,
Lombok Timur,
Lombok Utara,
Sumbawa, Sum-
ba Timur, Ende, Flores Timur, Kupang, Manggarai Timur, Nagekeo, Ngada, dan Rote Ndao,
Sumba Barat Daya, dan Timor Tengah Selatan. Sektor prospektif terdapat di Bangli, Buleleng,
Gianyar, Jembrana, Karang Asem, Klungkung, Tabanan, Lombok Barat, Lombok Tengah, Alor,
Belu, Lembata, Mangagrai Barat, Manggarai, Sabu Raijua, Sikka, Sumba Barat, Sumba Tengah,
dan Timor Tengah Utara. Sedangkan daerah lain seperti Kota Denpasar, Badung, Mataram,
Sumbawa Barat dan Kupang merupakan sektor tertinggal di sektor pertanian.
5. Sulawesi
Beberapa kabupaten/kota di Sulawesi yang tergolong dalam sektor unggulan
pertanian pertanian antara lain Kota Bitung, Kabupaten Banggai Kepulauan, Buol, Parigi
Mouting, Poso, Sigi, Tojo Una-una, Toli-toli, Kolaka Utara, Konawe Utara, Konawe, Muna,
Mamuju, Majene, Mamasa, Mamuju Utara, Polewali Mandar, Bantaeng, Barru, Enrekang,
Luwu Utara, Luwu , Maros, Pangkajene Kepulauan, Pinrang, Selayar, Sidenreng Rappang,
Sinjai, Soppeng, Takalar, Tana Toraja, Boalemo, Bone Bolango, Gorontalo Utara, dan
Pohuwato.
Gambar 1.8. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Bali dan Nusa Tenggara
Denpasar
BadungBangli
BulelengGianyar
Jembrana
Karang Asem
Klungkung
Tabanan
Bima
Mataram
Bima
Dompu
Lombok BaratLombok Tengah
Lombok TimurLombok Utara
Sumbawa Barat
Sumbawa
Kupang
Sumba Timur
Alor
EndeFlores TimurKupang
Lembata
Manggarai Barat
Manggarai Timur
Manggarai
Nagekeo
NgadaRote Ndao
Sabu RaijuaSikka Sumba Barat Daya
Sumba Barat
Sumba Tengah
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
DS
LQ
SSLQ
17
6. Maluku dan Papua
Daerah Maluku dan Papua hampir sebagian besar merupakan basis di sektor pertanian,
namun ada yang per-
tumbuhannya lambat
dan cepat. Di Kepu-
lauan Maluku Kota
Tual, Kabupaten Buru
Selatan, Kabupaten
Buru, Kepulauan Aru,
Maluku Barat Daya,
Maluku Tenggara Ba-
rat, Kepulauan Tido-
re, Halmahera Barat,
Halmahera Selatan,
Halmahera Timur,
Gambar 1.9. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sulawesi
Bitung
Manado
Tomohon
BolMong Selatan
BolMong Timur
BolMong UtaraBolMong
Kep. Siau Tagulandang Biaro
Kepulauan Sangihe
Kepulauan Talaud
Minahasa Selatan
Minahasa Tenggara
Minahasa Utara
Minahasa
PaluBanggai Kepulauan
Buol
Donggala
Morowali
Parigi Moutong
PosoSigiTojo Una-Una
Toli-Toli
Bau-bau
Kendari Bombana
Buton Utara
Buton
Kolaka Utara
KolakaKonawe Selatan
Konawe Utara
Konawe
Muna
Wakatobi
MamujuMajene
Mamasa
Mamuju Utara
Polewali Mandar
Makassar
Palopo
Pare-Pare
Bantaeng
Barru
Bone
Bulukumba
Enrekang
Gowa
Jeneponto
Luwu Timur
Luwu UtaraLuwu
Maros
Pangkajene KepulauanPinrang
Selayar
Sidenreng Rappang
Sinjai
Soppeng
TakalarTana Toraja
Toraja Utara
Wajo
Gorontalo
Boalemo
Bone BolangoGorontalo Utara
Gorontalo
Pohuwato
DS
LQ
SSLQ
Gambar 1.9. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Sulawesi
Ambon
Asmat
Biak Numfor
Boven Digoel
Buru SelatanBuru
Deiyai
Dogiyai
Fak-Fak
Halmahera Barat
Halmahera Selatan
Halmahera Tengah
Halmahera Timur
Halmahera Utara
Intan Jaya
Jayapura
Jayapura, Kota
Jayawijaya
Kaimana
KeeromKepulauan Aru
Kepulauan Sula
Lanny Jaya
Maluku Barat DayaMaluku Tengah
Maluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Mamberamo Raya
Mamberamo Tengah
Manokwari
Mappi
Maybrat
Merauke
Mimika
Morotai
Nabire
Nduga
Paniai
Pegunungan Bintang
Puncak Jaya
Puncak
Raja Ampat
Sarmi
Seram Bagian BaratSeram Bagian TimurSorong Selatan
Sorong
Sorong, Kota
Supiori
Tambrauw
Teluk Bintuni
Teluk Wondama
Ternate, Kota
Tidore Kepulauan
Tolikara
Tual
Waropen
Yahukimo
Yalimo
Yapen Waropen
DS
LQ
SSLQ
18
Halmahera Utara, Kepulauan Sula, dan Morotai merupakan daerah ynag memiliki sek-tor
unggulan per-tanian. Pulau Papua yang tergo-long dalam sektor unggulan perta-nian tersebar
di Biak Numfor, Jaya-pura, Keerom, Ma-ppi, Nabire, Paniai, Puncak Jaya, Supiori. Yapen
Waropen, Fak-fak, Maybrat, Raja Ampat, dan Tambrau. Beberapa wilayah yang memiliki
sektor basis pertanian namun pertumbuhannya lambat yang masuk dalam kategori sektor
prospektif pertanian antara lain Kota Ambon, Maluku Tengah, Maluku Tenggara, Seram
Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Halmahera Tengah, Asmat, Boven Digoel, Deiyai, Dogiyai,
Intan Jaya, Jayawijaya, Lanny Jaya, Memberamo Raya, Memberamo Tengah, Merauke, Nduga,
Pegunungan Bintang, Kabupaten Puncak, Sarmi, Tolikara, Waropen, Yakuhimo, Yalimo,
Kaimana, Manokwari, Sorong Selatan, dan Teluk Wondama. Daerah lainnya seperti Kota
Ternate, Jayapura, Mimika, Kota Sorong, Kabupaten Sorong, dan Teluk Bintuni tergolong
sektor tertinggal dan andalan.
2. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Kalimantan
4. Klasifikasi Sektor Pertanian Pulau Bali dan Nusa Tenggara
26
ektor industri manufaktur menyumbang hampir 26 persen terhadap total
sumbangan PDRB Indonesia. Penggolongan Industri pengolahan
terhadap PDB terdiri dari 2 jenis yaitu industri migas dan industri bukan
migas. Industri migas terdiri dari pengilangan minyak bumi dan gas alam cair (LNG).
Sedangkan Industri bukan migas terdiri dari (1) industri makanan, minuman, dan
tembakau; (2) industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; (3) industri kayu dan produk
lainnya; (4) industri produk kertas dan percetakan; (5) industri produk pupuk, kimia, dan
karet; (6) industri produk semen dan penggalian bukan logam; (7) industri logam dasar
besi dan baja; (8) industri peralatan, mesin dan perlengkapan transportasi; (9) industri
pengolahan lainnya.
Gambar 2.1. Pertumbuhan PDB Sektor Industri Pengolahan (yoy) 2001-2013** (%)
Sumber: BPS (diolah).
Gambar 2.1. menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor manufaktur mengalami
pertumbuhan yang cukup signikan dari tahun 2001 hingga 2013 meskipun pada tahun
2008 hingga 2009 sempat mengalami penurunan akibat krisis global. Secara gradual
higga tahun 2012 tercatat pertumbuhan sektor manufaktur meningkat menjadi 5,74
persen. Industri bukan migas menyumbang kontribusi 93,2 persen dari total PDB industri
pengolahan, sementara industri migas hanya menyumbang 6,7 persen dari total PDB
industri pengolahan (2012). Nilai PDRB untuk industri bukan migas ini mencapai 624,7
triliun rupiah pada tahun 2012.
0
1
2
3
4
5
6
7
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
S
27
Tabel 2.2. PDB Sektor Manufaktur Atas Dasar Harga Konstan 2000 2008-2013 (triliun
rupiah)
Sumber: BPS
Jika dilihat dari subsektor industri pengolahan, industri migas yang terdiri dari
pengilangan minyak bumi dan gas alam cair (LNG), kontribusi pengilangan minyak bumi
sebesar 46,3 persen sedangkan gas alam cair (LNG) sebesar 53,6 persen dengan nilai
PDRB masing-masing sebesar 21,0 triliun dan 25,9 triliun rupiah. Sementara sektor
industri bukan migas yang menyumbang kontribusi terbesar adalah subsektor industri
peralatan, mesin, dan perlengkapan transportasi disusul dengan industri makanan,
minuan, dan tembakau serta industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Kontribusi
PDB subsektor industri peralatan, mesin, dan perlengkapan transportasi pada tahun
2012 mencapai 58,5 tirliun rupiah atau sebesar 34,7 persen dari total PDB subsektor
industri pengolahan bukan migas. Industri makanan, minuman, dan tembakau
Sektor 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
Industri Pengolahan 557.8 570.1 597.1 633.8 670.2 707.5
a.Industri Migas 47.7 46.9 47.2 46.8 45.5 44.6
1). Pengilangan Minyak Bumi 21.0 21.1 21.3 21.5 21.0 21.3
2). Gas Alam Cair (LNG) 26.7 25.9 25.9 25.3 24.4 23.4
b. Industri Bukan Migas 510.1 523.2 549.9 587.0 624.7 662.8 1). Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
139.9 155.6 159.9 174.6 187.8 194.1
2). Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
51.0 51.3 52.2 56.1 58.5 62.1
3). Industri Kayu dan Produk Lainnya
20.3 20.1 19.4 19.4 18.8 20.0
4). Industri Produk Kertas dan Percetakan
25.5 27.1 27.5 27.9 26.6 27.8
5). Industri Produk Pupuk, Kimia dan Karet
68.4 69.5 72.8 75.7 83.6 85.4
6). Industri Produk Semen dan Penggalian Bukan Logam
16.0 15.9 16.3 17.4 18.8 19.3
7). Industri Logam Dasar Besi dan Baja
8.0 7.7 7.9 8.9 9.4 10.1
8). Industri Peralatan, Mesin dan PerlengkapanTransportasi
177.2 172.1 189.9 202.9 217.2 240.0
9). Produk Industri Pengolahan Lainnya
3.8 3.9 4.0 4.1 4.0 4.0
Non Industri Pengolahan 1524.7 1608.7 1717.3 1830.8 1948.7 2062.9
PDB 2082.5 2178.9 2314.5 2464.6 2618.9 2770.3
28
menyumbang 187,8 triliun rupiah atau 30,05 persen, dan industri tekstil, barang dari
kulit dan alas kaki sebesar 58,5 triliun rupiah atau sebesar 9,3 persen dari total subsektor
industri pengolahan bukan migas. Sedangkan subsektor lainnya menyumbang antara 1
hingga 10 persen pada tahun 2012.
Gambar 2.3. Pangsa Sektor Industri Pengolahan Provinsi 2011 (%)
Dilihat dari pangsa PDRB sektor industri pengolahan baik itu migas maupun
bukan migas yang dibandingan per provinsi, sektor manufaktur terkonsentrasi di pulau
Jawa yakni di Jawa Barat dengan konsentrasi 25,43 persen, Jawa Timur 16,28 persen,
Jawa Timur 11,56 persen, DKI Jakarta 10,97 persen, dan Banten 8,31 persen. Selain Pulau
0 5 10 15 20 25 30
Nusa Tenggara TimurMaluku
GorontaloMaluku Utara
BengkuluSulawesi Barat
PapuaNusa Tenggara Barat
Sulawesi TenggaraSulawesi Tengah
Kalimantan TengahSulawesi Utara
JambiKepulauan Bangka Belitung
D I YogyakartaBali
Kalimantan SelatanNanggroe Aceh Darussalam
Papua BaratSumatera Barat
Kalimantan BaratLampung
Sulawesi SelatanSumatera Selatan
RiauKepulauan RiauSumatera Utara
Kalimantan Timur,Banten
DKI JakartaJawa Tengah
Jawa TimurJawa Barat
Sumber: INDODAPOER, Worldbank (diolah)
29
Jawa, terdapat beberapa provinsi yang termasuk dalam 10 besar pangsa sektor
manufaktur yakni di Kalimantan Timur 5,11 persen, Sumatera Utara 4,69 persen,
Kepulauan Riau 3,93 persen, dan Riau 2,10 persen dimana untuk daerah luar jawa
tersebut lebih didominasi oleh industri pengolahan migas seperti pengilangan minyak
bumi dan gas alam cair (LNG).
1. Jawa
Berdasarkan hitungan SSLQ dan DSLQ, daerah yang berbasis sektor manufaktur
terdapat di Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Serang, Jakarta Timur,
Jakarta Utara,
Bogor Kota, Ka-
bupaten Bogor,
Kota Bandung,
Kabupaten Ban-
dung, Kota Cire-
bon, Kabupaten
Purwakarta, Ka-
rawang, Bekasi
Kota Kabupaten
Bekasi, Bandung
Barat, Sume-
dang, Kota Se-
marang, Surakarta, Kabupaten Batang, Cilacap, Jepara, Karang Anyar Kendal, Kudus,
Pekalongan, Kabupaten Smearang, Sukoharjo, dan Tegal. Untuk wilayah Jawa Timur
sektor basis manufaktur tersebar di Kota Kediri, Malang, Gresik, Mojokerto, Pasuruan,
dan Sidoarjo. Daerah tersebut kesemuanya memiliki nilai SSLQ>0, yang menunjukkan
bahwa sektor manufaktur merupakan sektor basis, namun daerah-daerah tersebut nilai
DSLQ nya <0, sehingga pertumbuhannya lebih lambat dibanding dengan nasional. Maka
gabungan SSLQ dan DSLQ menunjukkan bahwa kesemua daerah berbasis manufaktur di
pulau jawa merupakan sektor prospektif, sedangkan daerah lain yang tidak disebutkan
Gambar 2.4. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Jawa
Kepulauan Seribu Jakarta BaratJakarta PusatJakarta Selatan Jakarta TimurJakarta UtaraBogor, Kota BogorCianjur
Bandung, Kota BandungSukabumi, Kota
SukabumiGarutTasikmalayaCiamisKuninganCirebon, KotaMajalengka
Indramayu
Subang PurwakartaKarawangBekasi, Kota BekasiBandung BaratCirebonDepok CimahiTasikmalaya, Kota
Banjar SumedangMagelang, Kota Pekalongan, KotaSalatiga Semarang, KotaSurakartaTegal, KotaBanjarnegaraBanyumas BatangBlora BoyolaliBrebes
CilacapDemakGroboganJepara KaranganyarKebumen Kendal
Klaten
KudusMagelangPati PekalonganPemalangPurbalinggaPurworejoRembang SemarangSragen SukoharjoTegalTemanggungWonogiri WonosoboBatu Blitar, Kota Kediri, KotaMadiun, KotaMalang, Kota
Mojokerto, Kota
Pasuruan, KotaProbolinggo, KotaSurabayaBangkalanBanyuwangiBlitar Bojonegoro Bondowoso GresikJemberJombang KediriLamongan LumajangMadiun Magetan Malang MojokertoNganjukNgawiPacitanPamekasanSampang PasuruanPonorogo Probolinggo SidoarjoSitubondoSumenep Trenggalek TubanTulungagungYogyakarta
BantulGunung Kidul
Kulon ProgoSleman Cilegon
Serang, Kota Tangerang Selatan Tangerang, KotaLebak Pandeglang SerangTangerang
DS
LQ
SSLQ
30
diatas merupakan sektor tertinggal industri manufaktur karena bukan merupakan basis
manufaktur.
2. Sumatera
Persebaran sektor basis manufaktur di Pulau Sumatera tidak sebanyak di Pulau
Sumatera, hanya tersebar dibebeberapa provinsi seperti di NAD, Sumatera Utara, Riau,
Jambi, dan Bangka Belitung. Yang masuk dalam sektor basis manufaktur antara lain
Lhokseumawe,
Tapanuli Selatan,
Deli Serdang, Asa-
han. Labuhan Batu
Selatan, Labuhan
Batu Utara, Labu-
han Batu, Toba Sa-
mosir, Batu Bara,
Indragiri Hilir, Pe-
lalawan, Kota Du-
mai, Tanjung Ja-
bung Barat, Kota
Palembang, Bang-
ka Barat, dan Kabupaten Bintan. Daerah-daerah tersebut merupakan basis manufaktur
namun pertumbuhan yang lambat menyebabkan sektor-sektor manufaktur di pulau
Sumatera merupakan sektor prospektif. Sedangkan daerah lain di sumatera selain yang
disebutkan diatas tidak tergolong dalam sektor tertinggal industri pengolahan karena
semua bukan berbasis manufaktur dan pertumbuhannya lambat dilihat dari nilai SSLQ<0
dan DSLQ<0.
Gambar 2.5. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sumatera
Banda AcehAceh Barat DayaAceh BaratAceh Besar Aceh JayaAceh PidieAceh SelatanAceh Singkil Aceh TamiangAceh Tengah
Aceh TenggaraAceh Timur
Aceh Utara
SimeulueBireuen Pidie JayaGayo LuesBener MeriahSabang
Lhokseumawe
Langsa
Subulussalam
Nagan Raya Tapanuli SelatanTapanuli TengahTapanuli UtaraNias BaratNias Selatan
Nias UtaraNias LangkatTa0h Karo Deli SerdangSimalungun Asahan Labuhan BatuDairi Toba SamosirMandailing NatalPakpak BharatHumbang HasundutanSamosir Serdang Bedagai Batu BaraPadang Lawas UtaraPadang Lawas MedanPematang Siantar
SibolgaTanjung BalaBinjaiTebing TinggiPadang SidempuanGunung Sitoli Pesisir SelatanSolok SelatanSolokSawahlunto SijunjungTanah DatarPadang PariamanAgamLimapuluh Kota Pasaman BaratPasaman Kepulauan MentawaiDharmas Raya Pasaman BaratPasaman PadangSolok SawahluntoPadang PanjangBukittinggiPayakumbuh Pariaman
Kampar Indragiri HilirIndragiri HuluBengkalis Pelalawan
Rokan Hilir
Rokan Hulu
Siak
Kuantan SingingiKepulauan MerantiPekan Baru, Kota Dumai, Kota
KerinciMerangin
Sarolangun
BatanghariMuaro Jambi Tanjung Jabung BaratTanjung Jabung TimurBungo
Tebo JambiSungai PenuhOgan IlirOgan Komering IlirOgan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu TimurOgan Komering UluMuara EnimLahatMusi RawasMusi Banyuasin
BanyuasinEmpat Lawang PalembangPagar Alam PrabumulihBengkulu SelatanBengkulu TengahBengkulu UtaraRejang Lebong
KaurSeluma MukomukoLebongKepahiangBengkulu, Kota
Lampung Barat Lampung SelatanLampung TengahLampung Timur Lampung UtaraTulang Bawang BaratTulang BawangTanggamus Way KananPesawaran
Pringsewu
MesujiBandar LampungMetro Bangka BaratBangka Selatan
Bangka Tengah
Bangka Belitung TimurBelitungPangkal Pinang
BintanKarimunNatuna
Lingga
Kepulauan AnambasBatamTanjung Pinang
DS
LQ
SSLQ
31
3. Kalimantan
Kabupaten/kota yang berbasis sektor manufaktur di Kalimantan hanya terdapat di
kabupaten Sanggau, Kubu Raya, Barito Kuala, Kota Balikpapan, dan Kota Bontang yang
menunjukkan nilai SSLQ>0 dan DSLQ<0. Sedangkan daerah lain di Pulau Kalimantan
bukan merupa-
kan basis manu-
faktur antara lain
Sambas, Kabupa-
ten Pontianak
dan Kota Ponti-
anak, Ketapang,
Sintang, Kapuas
Gulu, Bengka-
yang, Landak, Se-
kadau, Melawi,
Kayong Utara,
Singkawang, Ko-
tawaringin Barat, Timur, Kapuas Hulu, Kapuas, Barito Selatan hingga utara, Katingan,
Seruyan, Sukamara, Lamandau, Gunung Mas, Palangkaraya, Tanah Laut, Kotabaru,
Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Tabalong, Tanah Bumbu,
Balangan, Kota Banjarmasin, Banjar Baru, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Kutai Timur,
Berau, Bulungan, Nunukan, Malinau, Penajam Paser Utara, Tana Tidung, Kota
Samarinda, dan Kota Tarakan.
4. Bali dan Nusa Tenggara
Wilayah Bali dan Nusa Tenggara tidak termasuk dalam kelompok sektor basis di
sektor industri pengolahan. Nilai SSLQ dan DSLQ kurang dari nol diklasifikasikan bahwa
industri pengolahan di Bali dan Nusa Tenggara merupakan klasifikasi sektor tertinggal.
SambasPontianak, Kota Pontianak Sanggau
KetapangSintangKapuas HuluBengkayangLandak
SekadauMelawi Kayong Utara Kubu RayaSingkawang, Kota Kotawaringin BaratKotawaringin Timur
Kapuas HuluKapuasBarito SelatanBarito TimurBarito UtaraKatinganSeruyanSukamaraLamandau
Gunung Mas Pulang PisauMurung RayaPalangkaraya, KotaTanah LautKota Baru
Banjar, KotaBarito KualaTapin Hulu Sungai SelatanHulu Sungai TengahHulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah BumbuBalangan Banjarmasin, KotaBanjar Baru, KotaKutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur Berau
Bulungan
NunukanMalinau Penajam Paser UtaraTana Tidung Balikpapan, KotaSamarinda, KotaTarakan, Kota
Bontang, Kota
DS
LQ
SSLQ
Gambar 2.6. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Kalimantan
32
5. Sulawesi
Kabupaten Mamuju Utara memiliki nilai SSLQ sebesar 0,21 dan DSLQ sebesar -
0,96. Hal ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur merupakan sektor basis, namun
pertumbuhan yang lambat menjadikan sektor manufaktur sebagai sektor yang
prospektif. Selain itu sektor manufaktur yang tergolong prospektif lainnya tersebar di
Kabupaten Maros dan Pangkajene Kepulauan. Nilai SSLQ di Kabupaten Maros sebesar
0,01 dan DSLQ sebesar -0,95, sedangkan nilai SSLQ dan DSLQ di Kabupaten Pangkajene
Kepulauan masing-masing sebesar 0,41 dan -0,95. Daerah kabupaten/kota selain ketiga
kabupaten/kota diatas termasuk dalam sektor tertinggal untuk sektor manufaktur
karena di Sulawesi bukan merupakan daerah yang berbasis manufaktur.
Gambar 2.7. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Bali dan Nusa Tenggara
DenpasarBadung Bangli Buleleng GianyarJembranaKarang AsemKlungkungTabananBima MataramBima DompuLombok BaratLombok TengahLombok TimurLombok UtaraSumbawa Barat SumbawaKupangSumba TimurAlorBeluEnde
Flores TimurKupangLembataManggarai BaratManggarai TimurManggaraiNagekeoNgadaRote Ndao
Sabu RaijuaSikkaSumba Barat DayaSumba BaratSumba TengahTimor Tengah SelatanTimor Tengah Utara
DS
LQ
SSLQ
33
6. Maluku dan Papua
Kategori sektor prospektif manufaktur di kawasan Pulau Maluku dan Papua terdapat di
Kabupaten Boven
Digoel, Sorong,
dan Teluk Bintuni.
Nilai SSLQ sektor
manufaktur Kabu-
paten Boven Di-
goel sebesar 0,29
dan DSLQ sebesar -
0,95. Sementara
untuk Sorong me-
miliki nilai SSLQ
dan DSLQ sebesar
0,10 dan -0,98
dimana sektor manufaktur merupakan sektor basis, namun pertumbuhannya lebih
Gambar 2.8. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sulawesi
BitungKotamobagu Manado
Tomohon
BolMong SelatanBolMong TimurBolMong UtaraBolMongKep. Siau Tagulandang BiaroKepulauan Sangihe
Kepulauan TalaudMinahasa SelatanMinahasa TenggaraMinahasa UtaraMinahasa
PaluBanggai KepulauanBuolDonggala
Morowali Parigi MoutongPosoSigi Tojo Una-UnaToli-ToliBau-bau KendariBombana
Buton Utara
ButonKolaka Utara
KolakaKonawe Selatan
Konawe Utara
Konawe MunaWakatobiMamujuMajene
MamasaMamuju UtaraPolewali Mandar MakassarPalopoPare-PareBantaengBarru BoneBulukumba
EnrekangGowaJeneponto
Luwu TimurLuwu Utara Luwu
Maros Pangkajene KepulauanPinrangSelayar
Sidenreng RappangSinjai SoppengTakalarTana TorajaToraja UtaraWajoGorontaloBoalemo Bone BolangoGorontalo UtaraGorontaloPohuwato
DS
LQ
SSLQ
Gambar 2.9. Klasifikasi Sektor Manufaktur Pulau Sulawesi
AmbonAsmat Biak Numfor Boven Digoel
Buru Selatan Buru
DeiyaiDogiyai Fak-Fak
Halmahera BaratHalmahera SelatanHalmahera Tengah
Halmahera TimurHalmahera Utara
Intan Jaya
JayapuraJayapura, KotaJayawijaya KaimanaKeerom
Kepulauan Aru
Kepulauan SulaLanny Jaya
Maluku Barat Daya Maluku TengahMaluku Tenggara BaratMaluku TenggaraMamberamo Raya
Mamberamo TengahManokwariMappi
Maybrat MeraukeMimika MorotaiNabire
Nduga
Paniai
Pegunungan Bintang
Puncak Jaya
Puncak
Raja Ampat
SarmiSeram Bagian BaratSeram Bagian Timur
Sorong Selatan
SorongSorong, Kota
SupioriTambrauw Teluk BintuniTeluk Wondama Ternate, KotaTidore Kepulauan
TolikaraTualWaropen
Yahukimo
Yalimo
Yapen Waropen
DS
LQ
SSLQ
34
lambat dari nasional Sedangkan Teluk Bintuni memiliki nilai SLQ sebesar 0,57 dan DSLQ
sebesar -0,94. Daerah lainnya merupakan sektor tertinggal dalam kategori industri
manufaktur di Papua dan Maluku.
42
ektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan merupakan PDB yang dihitung
atas nilai tambah sektor keuangan real estate dan jasa perusahaan. Komponen
perhitungan PDB ini terdiri dari subsektor bank, lembaga keuangan tanpat bank,
jasa penunjang keuangan, real estate, dan jasa perusahaan. Secara keseluruhan PDB
sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan menyumbang sebesar 9,6 persen
terhadap total PDB Indonesia.
Tabel 3.1. PDB Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Persahaan Atas Dasar Harga
Konstan 2000 2007-2013 (triliun rupiah)
Sumber: BPS (diolah)
Sektor keuangan yang berasal dari bank menyumbang sebesar 41,3 persen dari
total sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan atau senilai 104,4 triliun rupiah.
Sedangkan sektor real estate menyumbang 30,1 persen atau senilai 76,1 triliun rupiah.
Sektor jasa perusahaan menyumbang sebesar 19,2 persen atau sebesar 48,6 triliun
rupiah. Sementara sektor keuangan selain non bank dan jasa penunjang keuangan
masing-masing menyumbang 8,8 persen dan 0,7 persen dengan nominal 22,2 triliun dan
1,7 trililun rupiah.
Terkait dengan pangsa sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan DKI
Jakarta merupakan pangsa terbesar sektor keuangan yang mampu menyumbang hingga
55,90 persen dari PDB sektor keuangan, disusul dengan Jawa Timur dan Jawa Barat yang
masing-masing 9,63 dan 5,72 persen. Sedangkan untuk wilayah selain Pulau Jawa
S
Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013** 1. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan
183.7 198.8 209.2 221.0 236.1 253.0 272.2
a. Bank 78.2 84.0 86.1 90.2 96.4 104.4 114.0 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank
15.1 16.5 18.1 19.3 20.7 22.2 23.8
c. Jasa Penunjang Keuangan 1.3 1.4 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8
d. Real Estate 55.8 60.8 64.0 67.5 71.8 76.1 80.7
e. Jasa Perusahaan 33.1 36.1 39.6 42.5 45.6 48.6 51.9
2. Non Keuangan 1780.7 1883.7 1969.7 2093.4 2228.4 2365.9 2498.2
PDB 1964.3 2082.5 2178.9 2314.5 2464.6 2618.9 2770.3
43
Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Kalimantan Timur yang juga memiliki
pangsa sektor keuangan yang cukup besar antara 2 hingga 4,77 persen.
Gambar 3.2. Peringkat Pangsa Sektor Keuangan Provinsi 2011 (%)
Sumber: INDODAPOER, Worldbank
0 10 20 30 40 50 60
Maluku Utara
Papua Barat
Maluku
Gorontalo
Sulawesi Barat
Kepulauan Bangka Belitung
Bengkulu
Nusa Tenggara Timur
Nanggroe Aceh Darussalam
Sulawesi Tenggara
Papua
Sulawesi Tengah
Jambi
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Tengah
Sulawesi Utara
Kalimantan Selatan
Riau
Kalimantan Barat
Kepulauan Riau
Sumatera Barat
Bali
D I Yogyakarta
Sumatera Selatan
Banten
Kalimantan Timur,
Lampung
Sulawesi Selatan
Jawa Tengah
Sumatera Utara
Jawa Barat
Jawa Timur
DKI Jakarta
44
Klasifikasi Sektor Keuangan Berdasarkan Gabungan SSLQ dan DSLQ
1. Jawa
Di
Kawasan Pulau
Jawa, yang
termasuk dalam
klasifikasi sektor
unggulan di sektor
keuangan antara
lain Kota Bogor,
Kota Cirebon, Kota
Magelang, Kota Sa-
latiga, Kota Sura-
karta, Kota Tegal,
Kabupaten Banyu-
mas, Grobogan, Kota Blitar, Pacitan, Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kota
Serang. Daerah-daerah tersebut merupakan sektor basis di sektor keuangan, real estate,
dan jasa perusahaan serta pertumbuhan sektoralnya lebih cepat daripada nasional.
Sedangkan untuk sektor keuangan yang prospektif tersebar di Jakarta Barat, Jakarta
Pusat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, Tasikmalaya, Kabupaten Tulungagung, dan
Tangerang Selatan, dimana daerah ini juga merupakan sektor basis keuangan namun
per-tumbuhannya agak lambat atau cenderung stagnan.
Sektor lainnya tergolong dalam sektor andalan dimana sektor finansial bukan
merupakan sektor basis namun pertumbuhannya relatif cepat jika dibandingkan dengan
nasional. Untuk kategori sektor andalan keuangan ini antara lain di Jawa Barat terdapat
di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Sukabumi, Garut, Tasikmalaya, Ciamis,
Kuningan, Majalengka, Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi Kota,
Kabupaten Bekasi, Bandung Barat, Cirebon, Depok, Cimahi, Sumedang, dan Kota Banjar.
Gambar 3.3. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Jawa
Kepulauan Seribu
Jakarta Barat
Jakarta PusatJakarta Selatan
Jakarta Timur
Jakarta Utara
Bogor, Kota
Bogor
Cianjur
Bandung, Kota
Bandung
Sukabumi, Kota
Sukabumi
GarutTasikmalayaCiamis
KuninganCirebon, Kota
Majalengka
Indramayu
SubangPurwakartaKarawang
Bekasi, KotaBekasi Bandung BaratCirebon
DepokCimahi
Tasikmalaya, Kota
BanjarSumedang Magelang, Kota
Pekalongan, Kota
Salatiga
Semarang, Kota
SurakartaTegal, Kota
BanjarnegaraBanyumas
Batang
Blora
Boyolali
Brebes
Cilacap
Demak
GroboganJepara
Karanganyar
KebumenKendal
Klaten
Kudus
Magelang
PatiPekalonganPemalang
PurbalinggaPurworejoRembang
Semarang
Sragen
SukoharjoTegal
Temanggung
WonogiriWonosobo
Batu
Blitar, KotaKediri, Kota
Madiun, Kota
Malang, KotaMojokerto, Kota
Pasuruan, Kota
Probolinggo, Kota
Surabaya
Bangkalan
Banyuwangi
Blitar
Bojonegoro
Bondowoso
Gresik
Jember
Jombang
Kediri
Lamongan
Lumajang
Madiun
MagetanMalang
Mojokerto Nganjuk
Ngawi
Pacitan
PamekasanSampangPasuruan
PonorogoProbolinggo
Sidoarjo
SitubondoSumenepTrenggalek
Tuban
Tulungagung
Yogyakarta
BantulGunung Kidul
Kulon Progo
Sleman
Cilegon
Serang, Kota
Tangerang Selatan
Tangerang, Kota
Lebak
Pandeglang
Serang
TangerangDS
LQ
SSLQ
45
Di Jawa Tengah sektor andalan keuangan tersebar di Kabupaten Banjarnegara,
Batang, Blora, Boyolali, Brebes, Cilacap Demak, Jepara, Karanganyar, Klaten, Kudus,
Magelang, Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Purworejo, Rembang, Sragen,
Temanggung, Wonogiri, dan Wonosobo. Sedangkan wilayah DIY sektor andalan
keuangan ada di Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul. Di Provinsi Jawa Timur sektor
andalan keuangan terletak di Kota Batu, Kota Madiun, kota Probolunggo, Kabupaten
Blitar, Bondowoso, Jember, Jombang, Kediri, Lamongan, Lumajang, Magetan, Malang,
Mjokerto, Nganjuk, Pamekasan, Sampang, Pasuruhan, Ponorogo, Probolinggo,
Situbondo, Sumenep, Trenggalek, dan Tuban. Dan beberapa daerah yang di provinsi
Banten yakni Kabupaten Lebak dan Pandeglang sebagai sektor andalan keuangan.
Untuk sektor tertinggal keuangan hanya ada beberapa saja yang bukan
merupakan basis di sektor pertanian dan pertumbuhan sektoralnya yang lambat. Dari
daerah-daerah di Pulau Jawa yang tergolong tertinggal di sektor keuangan antara lain
Jakarta Utara, Kabupaten Cianjur, Kota Bandung, Bandung Kota, Sukabumi, Kota
Pekalongan, Semarang, Kebumen, Kendal, Pati, Kabupaten Semarang, Sukoharjo, Tegal,
Kota Kediri, Kota Malang, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Surabaya, Kabupaten
Bangkalan, Banyuwangi, Bojonegoro, Madiun, Ngawi, Sidoarjo, Kulonprogo, Kota
Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Serang, dan Tangerang.
2. Sumatera
Klasifikasi sektor unggulan di sektor keuangan meliputi Kota Medan, Pematang
Siantar, Padang Sidempuan, Payakumbuh, Kota Jambi, Sungai Penuh, Kota Prabumulih,
Mukomuko, Bandar Lampung, Kota Metro, dan Kota Pangkal Pinang. Beberapa daerah
di Sumatera yang tergolong sektor prospektif keuangan antara lain Kota Sibolga, Kota
Binjai, Kota Tebing Tinggi, dan Bukit Tinggi dimana sektor keuangan merupakan sektor
basis namun pertumbuhannya lebih lambat dibanding nasional. Untuk sektor keuangan
yang diklasifikasikan dalam sektor tertinggal antara lain terdapat di Aceh Barat Daya,
Aceh Besar, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Simeulue, Bireuen, Gayo Lues, Bener Meriah,
Sabang, Nagan Raya, Tapanuli, Nias Utara, Toba Samosir, Mandailing Natal, Solok
46
Selatan, Solok, Agam, Pasaman Barat, Pasaman, Kota Solok, Batanghari, Muaro Jambi,
Tanjung Jabung Barat, Bungo, Ogan Komering Ulu Timur, Bengkulu Selatan, Lampung
Selatan, Tulang
Bawang, Ka-
bupaten Kari-
mun, dan Ko-
ta Batam. Se-
dangkan dae-
rah lainnya
tergolong da-
lam sektor
andalan yang
bukan basis
sektor keua-
ngan tetapi
pertumbuhannya lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan sektor keuangan di
nasional.
3. Kalimantan
Sektor Unggulan di Kalimantan terdapat di beberapa kabupaten/kota
diantaranya di Kota Banjarmasin dan Kota Tarakan. Kedua kota ini memiliki nilai SSLQ
dan DSLQ lebih dari nol yang menunjukkan bahwa Kota Banjarmasin dan Kota Tarakan
termasuk klasifikasi sektor unggulan di sektor keuangan. Nilai SSLQ dan DSLQ Kota
Banjarmasin masing-masing sebesar 0,130 dan 0,234 sedangkan Kota Tarakan memiliki
nilai masing-masing 0,075 dan 0,167. Selain dua kota tersebut ada kota lain yakni Kota
Pontianak dan Kota Samarinda yang tergolong sektor prospektif di sektor keuangan.
Kedua kota ini memiliki sektor basis di sektor keuangan namun pertumbuhannya
tergolong lambat jika dibandingkan dengan nasional. Beberapa daerah lainnya di Pulau
Gambar 3.4. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sumatera
Banda Aceh
Aceh Barat Daya
Aceh Barat
Aceh Besar
Aceh JayaAceh Pidie
Aceh Selatan
Aceh Singkil
Aceh Tamiang
Aceh Tengah
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Utara
Simeulue
Bireuen
Pidie Jaya
Gayo Lues
Bener MeriahSabang
Lhokseumawe
Langsa
Subulussalam
Nagan Raya
Tapanuli SelatanTapanuli Tengah
Tapanuli UtaraNias Barat
Nias SelatanNias Utara
NiasLangkat
Ta0h Karo
Deli Serdang
Simalungun
Asahan
Labuhan Batu Selatan
Labuhan Batu Utara
Labuhan Batu
Dairi
Toba Samosir
Mandailing Natal
Pakpak BharatHumbang HasundutanSamosir Serdang BedagaiBatu Bara
Padang Lawas Utara
Padang Lawas
MedanPematang Siantar
Sibolga
Tanjung Bala
BinjaiTebing Tinggi
Padang Sidempuan
Gunung Sitoli
Pesisir Selatan
Solok SelatanSolokSawahlunto Sijunjung
Tanah DatarPadang Pariaman
Agam
Limapuluh Kota
Pasaman Barat
Pasaman
Kepulauan Mentawai
Dharmas Raya
Pasaman Barat
Pasaman
Padang
Solok
SawahluntoPadang Panjang
Bukittinggi
PayakumbuhPariaman
KamparIndragiri Hilir
Indragiri Hulu
Bengkalis
Pelalawan
Rokan Hilir
Rokan Hulu
Siak
Kuantan Singingi
Kepulauan Meranti
Pekan Baru, Kota
Dumai, Kota
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batanghari
Muaro JambiTanjung Jabung Barat
Tanjung Jabung Timur
Bungo
Tebo
Jambi
Sungai PenuhOgan Ilir
Ogan Komering IlirOgan Komering Ulu Selatan
Ogan Komering Ulu Timur
Ogan Komering UluMuara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyuasin
Banyuasin
Empat LawangPalembang
Pagar Alam
Prabumulih
Bengkulu Selatan
Bengkulu Tengah
Bengkulu Utara
Rejang Lebong
Kaur
Seluma Mukomuko
Lebong
Kepahiang
Bengkulu, Kota
Lampung Barat
Lampung Selatan
Lampung Tengah
Lampung TimurLampung Utara
Tulang Bawang BaratTulang Bawang
TanggamusWay Kanan
Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Bandar Lampung
Metro
Bangka Barat Bangka SelatanBangka Tengah
Bangka
Belitung TimurBelitung
Pangkal Pinang
BintanKarimun
Natuna
Lingga
Kepulauan Anambas
Batam
Tanjung Pinang
DS
LQ
SSLQ
47
Kalimantan tergolong dalam klasifikasi sektor andalan. Yang tergolong dalam klasifikasi
sektor andalan di sektor keuangan antara lain di Provinsi Kalimantan terdiri dari
Kabupaten Sambas, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, Bengkayang, Kapuas Hulu, Landak,
Sekadau, Melawi, Kayong Utara, Kubu Raya, dan Kota Singkawang. Sedangkan di
Kalimantan Tengah terdiri dari Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas Hulu,
Kapuas, Barito Selatan, Barito Timur-Utara, Katingan, Seruyan, Sukamara, Lamandau,
Murung Raya, dan Kota Palangkaraya. Kalimantan Selatan sektor andalan di sektor
keuangan terletak di Tanah Laut, Kota Baru, Kota Bankar, Barito Kuala, Hulu Sungai
Selatan, tabalong, dan Kota Banjar Baru. Wilayah Kalimantan Timur terdiri dari Kutai
Kartanegara, Bulungan, Nunukan, Malinau, Penajam Paser Utara, Tana Tidung, dan Kota
Balikpapan.
Terdapat beberapa daerah yang tergolong klasifikasi sektor tertinggal di sektor
keuangan antara lain adalah Kabupaten Pontianak, Ketapang, Bengkayang, Gunung
Mas, Pulau Pi-
sang, Tapin,
Hulu Sungai
Utara, Tanah
Bumbu, Bala-
ngan, Kutai
Barat, Kutai
Timur, Berau,
dan Kota Bon-
tang. Nilai in-
deks SSLQ
dan DSLQ be-
berapa kabu-
paten/kota ini kurang dari nol sehingga sektor keuangan bukan merupakan sektor basis
dan pertumbuhan yang lambat dibanding dengan nasional.
Gambar 3.5. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Kalimantan
SambasPontianak, Kota
Pontianak
Sanggau
Ketapang
SintangKapuas Hulu
Bengkayang
Landak
Sekadau
Melawi
Kayong Utara
Kubu Raya Singkawang, Kota
Kotawaringin Barat
Kotawaringin Timur
Kapuas Hulu
Kapuas
Barito SelatanBarito Timur
Barito Utara
Katingan
Seruyan
Sukamara
Lamandau
Gunung MasPulang Pisau
Murung Raya
Palangkaraya, KotaTanah Laut
Kota Baru Banjar, Kota
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai TengahHulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Banjarmasin, KotaBanjar Baru, Kota
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Bulungan
Nunukan
MalinauPenajam Paser UtaraTana Tidung
Balikpapan, Kota
Samarinda, Kota
Tarakan, Kota
Bontang, Kota
DS
LQ
SSLQ
48
4. Bali dan Nusa Tenggara
Kawasan Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebagian besar bukan merupakan sektor
keuangan bukan merupakan sektor basis terbukti hanya 2 daerah yakni Kota Denpasar
dan Kota Mataram yang diklasifikasikan dalam sektor unggulan di sektor keuangan. Kota
Denpasar dan Kota Mataram masing-masing memiliki nilai SSLQ sebesar 0,205 dan 0,336
sedangkan nilai DSLQ masing-masing 0,09 dan 0,23 yang berarti bahwa kedua daerah
memiliki sektor basis keuangan dan pertumbuhan sektoral yang cepat. Sedangkan
daerah lainnya tergolong dalam klasifikasi sektor tertinggal. Klasifikasi sektor tertinggal
terdapat di Kabupaten Badung Bangli, Buleleng, Gianyar, Jembrana, Lombok Utara,
Sumbawa Barat, Sumbawa, Flores Timur, dan Timor Tengah Selatan. Selain daerah yang
disebutkan diatas mayoritas tergolong dalam klasifikasi sektor andalan, dimana sektor
keuangan bukan merupakan sektor basis, namun pertumbuhan sektoralnya lebih cepat
hal ini berkaitan dengan adanya program inklusi keuangan.
Gambar 3.6. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Bali
Denpasar
Badung
BangliBuleleng
GianyarJembrana
Karang Asem
Klungkung
Tabanan
Bima
MataramBima
Dompu
Lombok Barat
Lombok TengahLombok Timur
Lombok Utara
Sumbawa Barat
SumbawaKupang
Sumba Timur
Alor
Belu
Ende
Flores Timur
KupangLembata
Manggarai Barat
Manggarai Timur
Manggarai
Nagekeo
NgadaRote Ndao
Sabu Raijua
Sikka
Sumba Barat Daya
Sumba BaratSumba Tengah
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
DS
LQ
SSLQ
49
5. Sulawesi
Tidak jauh berbeda dengan pulau-pulau lain di Indonesia, di Pulau Sulawesi
hanya terdapat beberapa daerah yang sektor keuangannya termasuk dalam klasifikasi
sektor unggulan. Daerah tersebut antara lain Kotamobagu, Kota Manado, Kota Kendari,
Kota Makassar, Kota Palopo, Pare-pare, Bone Bolango, dan Gorontalo Utara. Sementara
itu terdapat beberapa daerah yang merupakan basis sektor keuangan namun
pertumbuhannya lambat sehingga dikategorikan sebagai sektor prospektif. Daerah
tersebut antara lain adalah Kota Palu, Kabupaten Majene, Kabupaten Boalemo, dan
Kabupaten Gorontalo. Disamping kedua kategori diatas ada juga berapa yang termasuk
kategori sektor tertinggal dan andalan. Sektor keuangan yang tertinggal terdapat di Kota
Bitung, Kota Tomohon, Boolang Mongondow, Kepulauan Baggai, Buol, Donggala,
Morowali, Poso, Toli-toli, Buton, Konawe Utara, Konawe Utara, Kota Mamuju, Mamasa,
Mamuju Utara, Polewali Mandar, Luwu Timur, Pangkajene Kepulauan, Sidenreng
Rappang, dan Pohuwato.
Gambar 3.7. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sulawesi
Bitung
KotamobaguManado
TomohonBolMong Selatan
BolMong TimurBolMong Utara
BolMong
Kep. Siau Tagulandang BiaroKepulauan Sangihe
Kepulauan Talaud
Minahasa SelatanMinahasa TenggaraMinahasa Utara
Minahasa
Palu
Banggai KepulauanBuolDonggala
Morowali
Parigi Moutong
Poso
Sigi Tojo Una-Una
Toli-Toli
Bau-bau
Kendari
Bombana
Buton Utara
Buton
Kolaka Utara
Kolaka
Konawe Selatan
Konawe Utara
Konawe
Muna
Wakatobi
Mamuju
Majene
Mamasa
Mamuju Utara
Polewali Mandar
MakassarPalopo
Pare-PareBantaengBarru
Bone
Bulukumba
Enrekang
Gowa
Jeneponto
Luwu Timur
Luwu Utara
Luwu
Maros
Pangkajene Kepulauan
PinrangSelayar
Sidenreng Rappang
Sinjai
Soppeng
Takalar
Tana Toraja
Toraja Utara
Wajo
Gorontalo
Boalemo
Bone Bolango
Gorontalo Utara
Gorontalo
PohuwatoDS
LQ
SSLQ
50
6. Maluku dan Papua
Sektor unggulan di sektor keuangan di Papua dan Maluku hanya terdapat di Kota
Jayapura. Nilai SSLQ sektor keuangan di Kota Jayapura mencapai 0,120 sedangkan DSLQ
mencapai 0,364. Daerah lain yang tergo-long pros-pektif adalah di Kabupaten Yapen
Wa-ropen dimana sektor keuangan merupakan sektor basis, namun pertumbuhannya
masih agak lambat. Sementara daerah lain di Maluku maupun Papua sektor keuangan
masih tergolong dalam kategori sektor andalan dan tertinggal.
Gambar 3.8. Klasifikasi Sektor Keuangan Pulau Sulawesi
Ambon
AsmatBiak Numfor
Boven Digoel
Buru SelatanBuru
Deiyai
Dogiyai
Fak-Fak
Halmahera Barat
Halmahera Selatan
Halmahera Tengah
Halmahera Timur
Halmahera Utara
Intan Jaya
Jayapura
Jayapura, Kota
Jayawijaya
Kaimana Keerom
Kepulauan Aru
Kepulauan SulaLanny Jaya
Maluku Barat Daya
Maluku Tengah
Maluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Mamberamo Raya
Mamberamo Tengah
Manokwari
Mappi
Maybrat
Merauke
Mimika
Morotai
Nabire
Nduga
Paniai
Pegunungan BintangPuncak Jaya
Puncak
Raja AmpatSarmi
Seram Bagian Barat
Seram Bagian Timur
Sorong Selatan
Sorong
Sorong, Kota
Supiori
Tambrauw
Teluk Bintuni
Teluk Wondama
Ternate, Kota
Tidore Kepulauan
Tolikara
Tual
Waropen
Yahukimo
Yalimo
Yapen Waropen
DS
LQ
SSLQ
57
sumber gambar: http://3.bp.blogspot.com/-olgyvOMr6zI/UhLFrIjd7SI/AAAAAAAABtM/0fyHHTYtgSE/s1600/pasar-tradisi11.jpg
58
ektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan klasifikasi sektor
tersier. Selain sektor ini ada sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor keuangan, dan sektor jasa. Sektor perdagangan,
hotel, dan restoran mempunyai kontribusi sebesar 14 persen dari total PDB Indonesia.
Tabel 4.1. PDB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran atas Dasar Harga Konstan
2000 2007-2013 (triliun rupiah)
Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
1. Perdagangan, Hotel & Restoran
592.3 691.5 744.5 882.5 1023.7 1148.7 1301.5
a. Perdagangan Besar dan Eceran
468.7 551.3 586.1 703.6 827.5 929.7 1053.2
b. Hotel 17.3 18.9 20.8 23.9 26.6 32.2 39.3
c. Restoran 106.2 121.2 137.6 155.0 169.7 186.8 209.0
2. Non Perdagangan, Hotel, dan Restoran
3358.6 4257.2 4861.7 5564.4 6395.5 7080.7 7782.5
PDB 3950.9 4948.7 5606.2 6446.9 7419.2 8229.4 9084.0
Sumber: BPS (diolah)
Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran selama lima tahun terakhir yakni
tahun 2007-2011 meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan rata-rata PDB sektor ini
sebesar 7.0 persen (yoy) melampaui pertumbuhan rata-rata PDB agregat sebesar 5,9
persen (yoy). Subsektor perdagangan besar dan eceran rata-rata tumbuh sebesar 7,2
persen, subsektor hotel tumbuh 6,5 persen, dan subsektor restoran tumbuh 6,5 persen.
Pada tahun 2011 sektor ini mengalami pertmbuhan tertinggi yaitu sebesar 9,2 persen
didukung oleh pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran sebesar 10
persen, subsektor hotel tumbuh 9 persen, dan subsektor restoran tumbuh 4,1 persen
(tabel 4.2.)
Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami perlambatan
yang cukup signifikan pada tahun 2009 karena melambatnya pertubuhan PDB secara
agregat sebagai dampak dari krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada tahun
tersebut sektor ini hanya mampu tumbuh sebesar 1,3 persen atau melambat dari tahun
sebelumnya yang tumbuh hingga 6,9 persen. Sementara subsektor hotel dan restoran
S
59
masing-masing mengalami pertumbuhan 6,6 persen dan 7,6 persen. Sejalan dengan
meningkatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat di tahun 2010 dan 2011 maka sektor
perdagangan, hotel, dan restoran juga mengalami peningkatan dan tumbuh 8,7 persen
dan 9,2 persen.
Tabel 4.2. Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (persen)
Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-
rata
PERDAGANGAN,HOTEL,
DAN RESTORAN 8,9 6,9 1,3 8,7 9,2 7,0
Perdagangan Besar dan
Eceran 9,4 7,0 0,0 9,7 10,0 7,2
Hotel 5,4 4,5 6,6 6,8 9,0 6,5
Restoran 7,1 6,6 7,6 3,3 4,1 5,7
Sumber: BPS (diolah)
Pangsa sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun 2011 terbesar di
Pulau Jawa yakni di Provinsi Jawa Timur dengan pangsa 23,43 persen, DKI Jakarta 18,55
persen, Jawa Barat 15,22 persen, dan Jawa Tengah 8,67 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih terkonsentrasi di Pulau Jawa,
sementara yang termasuk sepuluh besar lainnya antara lain adalah Sumatera Utara 4,76
persen, Banten 3,63 persen, Kalimantan Timur 2,17 persen, Bali 2,01 persen, and Riau
1,99 persen.
60
Gambar 4.3. Peringkat Pangsa Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2011 (persen)
Sumber: INDODAPOER, Worldbank
0 5 10 15 20 25
Gorontalo
Sulawesi Barat
Papua Barat
Maluku Utara
Maluku
Bengkulu
Papua
Sulawesi Tenggara
Kepulauan Bangka Belitung
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Tengah
Nusa Tenggara Barat
Jambi
Sulawesi Utara
Kalimantan Tengah
D I Yogyakarta
Kalimantan Selatan
Lampung
Kalimantan Barat
Nanggroe Aceh Darussalam
Sumatera Barat
Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan
Riau
Bali
Kepulauan Riau
Kalimantan Timur
Banten
Sumatera Utara
Jawa Tengah
Jawa Barat
DKI Jakarta
Jawa Timur
61
Klasifikasi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Berdasarkan Gabungan
SSLQ dan DSLQ
1. Pulau Jawa
Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran di Pulau Jawa cukup besar
sehingga konsentrasi sektor unggulan perdagangan, hotel, dan restoran lebih
terkonsentrasi di Pulau Jawa. Di Jawa Barat sektor unggulan terletak di Kabupaten
Cianjur, Kota Bandung, Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Majalengka,
Subang, Purwakarta, Karawang, Kota Bekasi, Kabupaten Cirebon, Kota Depok, Cimahi,
Tasikmalaya, Banjar, dan Sumedang. Sedangkan di Jawa Tengah sektor unggulan
terdapat di Semarang, Surakarta, Tegal, Boyolali, Cialacap, Klaten, Pemalang, Sukoharjo,
dan Tegal. Di Jawa Timur sektor
unggulan
terdapat di
Kota Batu,
Kota Blitar,
Kota Kediri,
Madiun,
Malang,
Mojokerto,
Pasuruan,
Proboling-
go, Suraba-
ya, Bangka-
lan, Banyuwangi, Kabupaten Blitar, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Kediri,
Lamongan, Lumajang, Madiun, Magetan, Malang, Mojokerto, Nganjuk, Ngawi,
Sampang, Pasuruan, Ponorogo, Probolingggo, Sidoarjo, Situbondo, Sumenep,
Trenggalek, Tulungagung, Sleman, Kota Serang, Tangerang, Lebak, dan Pandeglang.
Sedangkan sektor yang tergolong prospektif terletak di Jakarta Barat, Kota Bogor, Kota
Gambar 4.4. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Jawa
Kepulauan Seribu
Jakarta Barat
Jakarta PusatJakarta SelatanJakarta Timur
Jakarta Utara
Bogor, Kota
Bogor
Cianjur
Bandung, Kota
Bandung
Sukabumi, Kota
Sukabumi
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon, Kota
MajalengkaIndramayu
SubangPurwakartaKarawang
Bekasi, Kota
Bekasi
Bandung Barat
Cirebon
Depok
Cimahi
Tasikmalaya, KotaBanjar
Sumedang
Magelang, Kota
Pekalongan, Kota
Salatiga
Semarang, Kota
Surakarta
Tegal, Kota
Banjarnegara
BanyumasBatang
Blora
Boyolali
Brebes
Cilacap
DemakGrobogan
Jepara
KaranganyarKebumen
Kendal
KlatenKudus
Magelang
Pati Pekalongan
Pemalang
PurbalinggaPurworejoRembang
Semarang
Sragen
SukoharjoTegal
Temanggung
WonogiriWonosobo
Batu
Blitar, Kota
Kediri, Kota
Madiun, KotaMalang, Kota
Mojokerto, KotaPasuruan, Kota
Probolinggo, KotaSurabaya
BangkalanBanyuwangiBlitar
Bojonegoro
BondowosoGresik
Jember
Jombang
Kediri LamonganLumajang
Madiun
MagetanMalangMojokerto
NganjukNgawi
Pacitan
Pamekasan
Sampang
Pasuruan
Ponorogo
Probolinggo
Sidoarjo
Situbondo
Sumenep
Trenggalek
Tuban
Tulungagung
Yogyakarta
Bantul
Gunung Kidul
Kulon Progo
Sleman
Cilegon
Serang, Kota
Tangerang Selatan
Tangerang, Kota
LebakPandeglang
SerangTangerang
DS
LQ
SSLQ
62
Sukabumi, Kota Cirebon, Jepara, Kudus, Semarang, dan Kota Yogyakarta. Sedangkan
sektor andalan sektor andalan terdapat di Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara,
Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Indramayu,
Bekasi, Bandung Barat, Kota Magelang, Banyumas, Batang, Blora, Demak, Grobogan,
Karanganyar, Pati, Pekalongan, Purbalingga, Purworejo, Sragen, Temanggung,
Wonosobo, Bojonegoro, Pacitan, Pamekasan, Tuban, Bantul, Gunung Kidul, dan
Kulonprogo. Sedangkan daerah dengan sektor perdagangan tertinggal terdapat di
Kepulauan Seribu, Jakarta Selatan, Kota Salatiga, Banjarnegara, Brebes, Kebumen,
Kendal, Magelang, Rembang, Wonogiri, Serang, dan Tangerang.
2. Pulau Sumatera
Banda aceh, Aceh Barat Daya, Simeulue, Lhoksumawe, Langsa, Subussalam,
Batubara, Medan, Pematang Siantar, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Pesisir Selatan,
Pasaman Barat, Bukittinggi, Kota Pekanbaru, Kabupaten Batanghari, Bungo, Kota Jambi,
Sungai Penuh, Ogan Komering Ulu Selatan, Kota Prabumulih, Bangka Tengah, Karimun,
Gambar 4.5. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Sumatera
Banda AcehAceh Barat Daya
Aceh Barat
Aceh Besar
Aceh JayaAceh Pidie
Aceh SelatanAceh Singkil
Aceh Tamiang
Aceh Tengah
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Utara
Simeulue
Bireuen
Pidie Jaya
Gayo LuesBener Meriah
Sabang
Lhokseumawe
Langsa
Subulussalam
Nagan Raya
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Nias Barat
Nias Selatan
Nias Utara
Nias
Langkat
Ta0h Karo
Deli SerdangSimalungun
Asahan
Labuhan Batu Selatan
Labuhan Batu Utara
Labuhan BatuDairi
Toba Samosir
Mandailing NatalPakpak Bharat
Humbang Hasundutan
SamosirSerdang Bedagai
Batu BaraPadang Lawas Utara
Padang LawasMedan
Pematang Siantar
Sibolga
Tanjung Bala
Binjai
Tebing Tinggi
Padang SidempuanGunung Sitoli
Pesisir SelatanSolok SelatanSolok
Sawahlunto SijunjungTanah Datar
Padang PariamanAgam
Limapuluh Kota
Pasaman BaratPasaman
Kepulauan Mentawai
Dharmas Raya Pasaman BaratPasaman
Padang
Solok
Sawahlunto
Padang PanjangBukittinggiPayakumbuh
Pariaman
KamparIndragiri Hilir
Indragiri Hulu
Bengkalis
Pelalawan
Rokan Hilir
Rokan Hulu
Siak
Kuantan Singingi
Kepulauan Meranti
Pekan Baru, Kota
Dumai, Kota
Kerinci
Merangin
Sarolangun Batanghari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Barat
Tanjung Jabung TimurBungo
Tebo
Jambi
Sungai Penuh
Ogan Ilir
Ogan Komering IlirOgan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu Timur
Ogan Komering Ulu
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyuasin
BanyuasinEmpat Lawang
Palembang
Pagar Alam
Prabumulih
Bengkulu Selatan
Bengkulu Tengah
Bengkulu Utara
Rejang Lebong
KaurSeluma
Mukomuko
Lebong
KepahiangBengkulu, Kota
Lampung BaratLampung SelatanLampung TengahLampung Timur
Lampung Utara
Tulang Bawang Barat
Tulang Bawang
TanggamusWay Kanan Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Bandar Lampung
Metro
Bangka BaratBangka Selatan
Bangka Tengah
Bangka
Belitung Timur
Belitung
Pangkal Pinang
BintanKarimun
Natuna
Lingga
Kepulauan Anambas
Batam
Tanjung PinangDS
LQ
SSLQ
63
Lingga, dan Batam masuk dalam sektor unggulan perdagangan, hotel, dan restoran.
Daerah lain di Sumatera seperti Aceh Baray, Aceh Besar, Bireuen, Nagan Raya, Nias
Selatan, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli, Lumapuluh Kota, Kepulauan Mentawai, Kota
Pagar Alam, Bengkulu Selatan, Kota Bengkulu, Kota Pangkal Pinang merupakan sektor
basis di perdagangan, hotel, dan restoran, tetapi pertumbuhan didaerah ini lebih lambat
dibandingkan dengan nasional sehingga tergolong dalam sektor prospektif, sementara
daerah lain tergolong kedalam klasifikasi andalan dan tertinggal dimana sektor
perdagangan, hotel, dan restoran bukan merupakan sektor basis.
3. Pulau Kalimantan
Persebaran sekor unggulan untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran
terdapat di Kabupaten Sambas, Kota Pontianak, Sintang, Kota Waringin Timur, Kota
Banjar, Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Samarinda, dan Tarakan. Sektor
perdagangan, hotel, dan restoran yang tergolong dalam kategori sektor prospektif
terdapat di Kabupaten Bengakayang, Landak, Melawi, Singkawang, Tanah Laut, dan Kota
Balikpapan. Kabupaten dan
kota lain di
Kalimantan
termasuk da-
lam sektor an-
dalan maupun
tertinggal yang
merupakan bu-
kan basis di
sektor perda-
gangan, hotel,
dan restoran.
SambasPontianak, KotaPontianak
Sanggau
Ketapang
SintangKapuas Hulu
BengkayangLandak
SekadauMelawiKayong Utara
Kubu Raya
Singkawang, KotaKotawaringin Barat
Kotawaringin TimurKapuas Hulu
Kapuas
Barito SelatanBarito TimurBarito Utara
Katingan
Seruyan
Sukamara
Lamandau
Gunung Mas
Pulang Pisau
Murung Raya
Palangkaraya, Kota
Tanah Laut
Kota Baru
Banjar, Kota
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai TengahHulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Banjarmasin, Kota
Banjar Baru, Kota
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Bulungan
NunukanMalinau
Penajam Paser Utara
Tana Tidung
Balikpapan, Kota
Samarinda, KotaTarakan, Kota
Bontang, Kota
DS
LQ
SSLQ
Gambar 4.6. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Kalimantan
64
3. Bali dan Nusa Tenggara
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sangat berkembang di Pulau Bali
sehingga sebagian besar daerah ini termasuk dalam klasifikasi sektor unggulan antara
lain Kota Denpasar, Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, Jembrana, Klungkung, Tabanan,
Lomok Barat dan Ende. Sementara hanya satu daerah yang merupakan sektor basis
namun pertumbuhannya lambat yakni Kota Kupang. Sektor tertinggal perdagangan,
hotel, dan restoran di Bali dan Nusa Tenggara adalah Kabupaten Dompu, Lombok
Tengah, dan Sumbawa Barat, sedangkan daerah lain di Bali maupun Nusa Tenggara
termasuk sektor andalan dengan sektor perdagangan, hotel, dan restoran bukan
merupakan sektor basis namun pertumbuhannya lebih cepat daripada sektor yang sama
di nasional.
4. Sulawesi
Beberapa kabupaten/kota di Sulawesi yang tergolong dalam sektor unggulan di
sektor perdagangan, hotel, dan restoran antara lain tersebar di hampir seluruh kota di
Gambar 4.7. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Bali dan Nusa Tenggara
Denpasar
BadungBangli
Buleleng
Gianyar
Jembrana
Karang Asem
Klungkung
TabananBima
Mataram
Bima
Dompu
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Lombok Utara
Sumbawa Barat
Sumbawa
Kupang
Sumba Timur
Alor
Belu
Ende
Flores TimurKupang
Lembata
Manggarai BaratManggarai Timur
Manggarai
Nagekeo
NgadaRote NdaoSabu Raijua
Sikka
Sumba Barat Daya
Sumba Barat
Sumba Tengah
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
DS
LQ
SSLQ
65
Sulawesi yakni Kota Manado, Kepulauan Banggai, Kota Bau-bau, Polewali Mandar, Kota
Makassar, Palopo, Kota Pare-pare, dan Kota Gorontalo. Terdapat beberapa daerah yang
tergolong sektor prospektif perdagangan, hotel, dan restoran dimana sektor tersebut
merupakan basis
perdagangan,
hotel, dan
restoran na-
mun pertum-
buhan dika-
bupaten/kota
tersebut agak
lebih lambat.
Kategori sek-
tor ini hanya
terdapat di
Kabupaten
Wajo. Beberapa daerah seperti Kota Tomohon, Boolang Mongondow Selatan, Boolang
Mongondow Utara, Minahasa Utara, Kota Palu, Kabupaten Buol, Donggala, Morowali,
Sigi, Konawe Utara, Luwu Timur dan Utara, Pangkajene Kepulauan, Selayar, Sidenreng
Rappang, Bone Bolango, dan Gorontalo termasuk dalam daerah yang sektor
perdagangan, hotel, dan restorannya tertinggal, sementara ada beberapa kabupaten
kota yang bukan merupakan basis perdagangan, hotel, dan restoran namun
pertumbuhannya cepat adalah Kota Bitung, Kotamobagu, Boolang Mongondow,
Minahasa Selatan, Minahasa, Poso, Kota Kendari, Kolaka, Konawe, Wakatobi, Mamuju,
Luwu. Maros, Sinjai, Toppeng, dan Pohuwato.
6. Papua dan Maluku
Sektor unggulan perdagangan, hotel, dan restoran hanya terdapat Kepulauan Maluku
yakni di Kepulauan Aru, Maluku Barat Daya, Maluku Tengah, Maluku Tenggara Barat,
Gambar 4.8. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Sulawesi
Bitung
Kotamobagu
Manado
TomohonBolMong Selatan
BolMong Timur
BolMong Utara
BolMong Kep. Siau Tagulandang Biaro
Kepulauan Sangihe
Kepulauan TalaudMinahasa SelatanMinahasa Tenggara
Minahasa Utara
Minahasa
Palu
Banggai Kepulauan
Buol
Donggala
Morowali
Parigi Moutong
Poso
SigiTojo Una-Una
Toli-ToliBau-bau
KendariBombana
Buton Utara
ButonKolaka Utara
KolakaKonawe Selatan
Konawe Utara
Konawe
Muna
Wakatobi
Mamuju Majene
Mamasa
Mamuju Utara
Polewali Mandar
Makassar
Palopo
Pare-Pare
BantaengBarru
Bone
Bulukumba
Enrekang
Gowa
Jeneponto
Luwu Timur
Luwu Utara
Luwu
Maros
Pangkajene Kepulauan
Pinrang
SelayarSidenreng Rappang
Sinjai
Soppeng
Takalar Tana Toraja
Toraja Utara
WajoGorontalo
Boalemo
Bone Bolango
Gorontalo Utara
Gorontalo
Pohuwato
DS
LQ
SSLQ
66
Maluku Tenggara, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Tidore Kepulauan,
Halmahera Selatan, Halmahera Tengah, Kepulauan Sula, dan Kabupaten Morotai.
Sementara di daerah Papua tergolong dalam sektor andalan yakni di Biak Numfor, Boven
Digoel, Dogiyai, Jayapura, Keerom, Lanny Jaya, Memberamo Jaya, Memberamo Tengah,
Mappi, Merauke, Nabire, Yakuhimo, Puncak Jaya, Fak-fak, Manokwari, Maybrat, Raja
Ampat, dan Tambraw, sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang
tertinggal terdapat di Kabupaten Asmat, Deiyai, Intan Jaya, Jayawijaya, Mimika, Nduga,
Sarni, Sapiori, Waropen, Kaimana, Teluk Bintuni, dan Teluk Wondana. Kabupaten/kota
di Papua ini memang bukan merupakan sektor basis perdagangan, hotel, dan restoran.
Gambar 4.9. Klasifikasi Sektor PHR Pulau Maluku dan Papua
Ambon
Asmat
Biak Numfor
Boven Digoel
Buru Selatan
Buru
Deiyai
Dogiyai
Fak-Fak
Halmahera Barat
Halmahera Selatan
Halmahera Tengah
Halmahera Timur
Halmahera Utara
Intan Jaya
Jayapura
Jayapura, Kota
Jayawijaya
Kaimana
Keerom
Kepulauan Aru
Kepulauan Sula
Lanny Jaya
Maluku Barat Daya
Maluku Tengah
Maluku Tenggara Barat
Maluku TenggaraMamberamo Raya
Mamberamo Tengah
Manokwari
Mappi
Maybrat
Merauke
Mimika
Morotai
Nabire
Nduga
Paniai
Pegunungan Bintang
Puncak Jaya
Puncak
Raja Ampat
Sarmi
Seram Bagian Barat
Seram Bagian Timur
Sorong Selatan
Sorong
Sorong, Kota
Supiori
Tambrauw
Teluk Bintuni
Teluk Wondama
Ternate, Kota
Tidore Kepulauan
Tolikara
Tual
Waropen
Yahukimo
Yalimo
Yapen Waropen
DS
LQ
SSLQ
74
ndonesia merupakan salah satu negara dengan hasil bahan tambang yang
besar di dunia. Tidak heran jika sektor pertambangan dan penggalian
merupakan salah satu sektor terpenting dalam perekonomian Indonesia.
Sektor ini terdiri dari beberapa subsektor, diantaranya subsector pertambangan minyak
dan gas bumi, pertambangan bukan migas, dan subsektor penggalian. Subsektor
pertambangan minyak dan gas meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak dan gas
bumi, penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta
penampungan untuk dijual atau dipasarkan. Kegiatan ini menghasilkan minyak bumi,
kondensat, dan gas bumi. Subsektor pertambangan non migas meliputi pengambilan
dan persiapan pengolahan lanjutan benda padat,baik dibawah maupun diatas
permukaan bumi serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memanfaatkan
bijih logam dan hasil tambang lainnya. Hasil kegiatan ini antara lain batubara, pasir besi,
bijih timah, bijih nikel, fero nikel, nikel mattes, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas
dan perak, bijih mangan, belerang, yodium, fosfat, aspal alam, serta komoditas lainnya.
Subsektor penggalian meliputi penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian
yang umumnya berada di permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini meliputi batu gunung,
batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan
bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, koalin, tanah liat, dan yang lainnya.
Nilai sektor pertambangan dan penggalian terhadap Produk domestik Bruto
Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, yaitu dari 160 triliun Rupiah pada tahun
2004 menjadi 195 triliun rupiah pada tahun 2013 (atas dasar harga konstan tahun
2000).subsektor penggalian minyak dan gas bumi menjadi kontributor terbesar dalam
sektor ini, yaitu sekitar 88 triliun pada tahun 2013, disusul oleh pertambangan bukan
migas sebesar 79 triliun, dan subsektor penggalian yang berkontribusi 27 triliun Rupiah.
Walaupun demikian, proporsi sektor pertambangan terhadap PDB terus menurun dari
tahun ke tahun, meskipun tidak terlalu besar. Hal ini terlihat dari persentase kontribusi
sektor pertambangan dan penggalian yang pada tahun 2009 berkontribusi sebesar 8,3
persen terhadap total PDB menjadi 7,3 persen pada tahun 2012. Pertumbuhan sektor
I
75
pertambangan dan penggalian memperlihatkan tren yang positif, dimana rata-rata
pertumbuhan setiap tahun berkisar 1,3 persen per tahun, jika dilihat dalam setiap
subsektor penyusunnya, sektor pertambangan tanpa migas mencatatkan pertumbuhan
yang tertinggi dari tahun ke tahun, berkisar rata- rata 4,5 persen per tahun, kemudian
disusul oleh sektor penggalian yang rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya adalah 7,3
persen, dan sektor pertambangan minyak dan gas yang rata-rata pertumbuhan negatif
setiap tahunnya -1,6 persen.
Gambar 5.1 Total PDB Sektor Pertambangan dan Penggalian 2004-2013 (milyar
rupiah)
Sumber: BPS (diolah)
Gambar 5.1. menunjukkan bahwa pangsa sektor pertambangan dan penggalian yang
menunjukkan nilai sektor pertambangan dan penggalian di provinsi terhadap sektor
pertambangan dan pertanian di nasional. Pangsa ini menunjukkan daerah yang memiliki
nilai PDRB sektor pertambangan dan penggalian yang lebih besar. Pangsa PDRB sektor
pertambangan dan penggalian terbesar masih terkonsentrasi di pulau Sumatera dan
Kalimantan, dimana pangsa terbesar ditempati oleh Kalimantan Timur (28,2%), Riau
(28%), Sumatera Selatan (8,4%).
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
Harga konstan (2000) Harga Berlaku
76
Gambar 5.2. Pangsa PDB Sektor Pertambangan dan Penggalian Provinsi 2011
Sumber: INDODAPOER, Worldbank
0 5 10 15 20 25 30
Maluku
Gorontalo
Sulawesi Barat
Banten
Maluku Utara
D I Yogyakarta
Nusa Tenggara Timur
Bali
Bengkulu
Kalimantan Barat
Lampung
Sulawesi Tenggara
DKI Jakarta
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Papua Barat
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Kepulauan Bangka Belitung
Kalimantan Tengah
Kepulauan Riau
Jawa Tengah
Nanggroe Aceh Darussalam
Jambi
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Selatan
Jawa Barat
Papua
Kalimantan Selatan
Jawa Timur
Sumatera Selatan
Riau
Kalimantan Timur,
77
Klasifikasi Sektor Unggulan Pertambangan dan Penggalian Berdasarkan
Gabungan SSLQ dan DSLQ
1. Pulau Jawa
Berdasarkan Gabungan SSLQ dan DSLQ di pulau Jawa, tergolong dalam kelompok
unggulan terdapat di Kabupaten Indramayu untuk Jawa Barat, Kabupaten Bojonegoro,
Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Tuban di Provinsi Jawa Timur. Nilai SLQ dan DSLQ
daerah-daerah diatas memiliki nilai lebih dari nol sehingga tergolong klasifikasi sektor
unggulan yang berarti merupakan sektor basis dan pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan de-
ngan sektor per-
tambangan dan
penggalian di na-
sional. Selain
kategori unggu-
lan, terdapat pula
kategori prospek-
tif dimana sektor
pertambangan
dan penggalian
memiliki nilai nilai
SSLQ>0 yang me-
nunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor basis, namun
DSLQ<0 yang menunjukkan pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian yang
terjadi di kabupaten atau kota lebih lambat dibanding dengan nasional. Sektor
prospektif yang di pulau Jawa adalah Kabupaten Sumenep di provinsi Jawa Timur.
Kategori lain adalah kategori sektor andalan, dimana dalam kategori ini sektor
pertambangan dan penggalian di kabupaten atau kota bukan merupakan sektor basis,
namun pertumbuhan yang terjadi cepat. Yang termasuk dalam kategori ini adalah sektor
Gambar 5.3. Klasifikasi Sektor Pertambangan Pulau Jawa
Kepulauan Seribu
Jakarta BaratJakarta PusatJakarta SelatanJakarta TimurJakarta Utara
Bogor
Cianjur
Bandung, Kota
Bandung
Sukabumi, Kota
Sukabumi
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon, Kota
Majalengka
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi, Kota
Bekasi
Bandung Barat
Cirebon
DepokCimahi
Tasikmalaya, Kota
Banjar
Sumedang
Magelang, KotaPekalongan, Kota
Salatiga
Semarang, Kota
Surakarta
Tegal, Kota
BanjarnegaraBanyumas
Batang
Blora
Boyolali
BrebesCilacap
Demak
Grobogan
Jepara
Karanganyar
Kebumen
KendalKlaten
Kudus
Magelang
Pati
Pekalongan
PemalangPurbalingga
Purworejo
Rembang
Semarang
Sragen
Sukoharjo
TegalTemanggungWonogiri
Wonosobo
Batu
Blitar, Kota
Kediri, Kota
Madiun, Kota
Malang, KotaMojokerto, Kota
Pasuruan, Kota
Probolinggo, Kota
Surabaya
Bangkalan
Banyuwangi
BlitarBojonegoro
Bondowoso
Gresik
Jember
Jombang
Kediri
Lamongan
Lumajang
Madiun
Magetan
Malang
Mojokerto
Nganjuk
Ngawi
Pacitan
Pamekasan
Sampang
Pasuruan
Ponorogo
Probolinggo
Sidoarjo
Situbondo
Sumenep
Trenggalek
Tuban
Tulungagung
Yogyakarta Bantul
Gunung Kidul
Kulon Progo
Sleman
Cilegon
Serang, Kota
Tangerang Selatan
Tangerang, Kota
Lebak
Pandeglang
Serang
Tangerang
DS
LQ
SSLQ
78
pertambangan dan penggalian di kabupaten Cianjur, Kabupaten Tasikmalaya, Kota
Bogor, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Cirebon di provinsi Jawa Barat, Kota
Tangerang Selatan, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Serang di provinsi Banten,
Kabupaten Blora, Kabupaten Brebes, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Grobogan,
Kabupaten Jepara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Kudus, Kabupaten Magelang,
Kabupaten Pati, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Tegal di
provinsi Jawa Tengah. Untuk provinsi Jawa Timur, kategori andalan antara lain Kota
Madiun, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Blitar, Kabupaten Gresik, Kabupaten
Lamongan, Kabupaten Nganjuk, dan Kabupaten Pamekasan. Di provinsi D.I. Yogyakarta,
kabupaten/kota yang sektor pertambangan dan penggaliannya masuk kategori andalan
adalah Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulon
Progo, dan Kabupaten Sleman. Selain ketiga kategori diatas, terdapat kategori terakhir
yaitu tertinggal dimana sektor pertambangan dan penggalian bukan merupakan sektor
basis di kabupaten atau kota tersebut, dan juga pertumbuhan sektor tersebut juga
tergolong lambat.
2. Sumatera
Gabungan SLQ dan DSLQ yang termasuk kategori unggulan di pulau Sumatera
tersebar di seluruh provinsi di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, dan Kepulauan Bangka
Belitung. Kabupaten/kota yang memiliki sektor pertambangan dan penggalian yang
termasuk dalam kategori unggulan antara lain adalah Kabupaten Bengkalis, di Provinsi
Riau, Kabupaten Merangin, Kabupaten Sarolangun, kabupaten Tanjung Jabung Barat,
kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan Kabupaten Bungo di Provinsi Jambi, Kabupaten
Bengkulu Tengah di Provinsi Bengkulu, Kabupaten Bangka di Provinsi Bangka
Belitung,dan Kabupaten Bintan di Provinsi Kepulauan Riau. Selain itu, Daerah
kabupaten/kota yang sektor pertambangan dan penggaliannya masuk dalam kategori
prospektif antara lain Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten
Aceh Utara di Provinsi Aceh, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Kota Sawahlunto di Pro-
vinsi Sumatera Barat, Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak,
79
Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Kepulauan Meranti di Provinsi Riau, Kabupaten
Muaro jambi di Provinsi jambi, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Muara Enim,
Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Musi
Banyuasin dan Kota Prabumulih di Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Bengkulu
Utara di Provinsi Bengkulu, Kabupaten Lampung Timur di Provinsi Lampung, Kabupaten
Bangka Barat, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, dan Kabupaten
Belitung Timur di Provinsi Bangka Belitung, serta Kabupaten Natuna Kabupaten
Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau.
3. Pulau Kalimantan
Sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan salah satu sektor utama di hampir
kabupaten/kota di semua provinsi di Pulau Kalimantan. Sektor Pertambangan dan
Penggalian yang termasuk sektor unggulan antara lain berada di Kabupaten Ketapang,
Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten
Tanah Laut, Kabupaten Kota Baru, Kabupaten Tapin, Kabupaten Tanah Bumbu,
Gambar 5.4. Klasifikasi Sektor Pertambangan Pulau Sumatera
Banda Aceh
Aceh Barat Daya
Aceh Barat
Aceh Jaya
Aceh Pidie
Aceh Selatan
Aceh Singkil
Aceh TamiangAceh Tengah
Aceh Tenggara
Aceh Utara
Simeulue
Pidie Jaya
Gayo Lues
Bener Meriah
Sabang
Lhokseumawe
Langsa
Subulussalam
Nagan Raya
Tapanuli Selatan
Tapanuli TengahTapanuli Utara
Nias Barat
Nias Selatan
Nias Utara
Nias
Langkat
Ta0h Karo
Deli Serdang
SimalungunAsahan
Labuhan Batu Selatan
Labuhan Batu Utara
Labuhan Batu
Dairi
Toba Samosir
Mandailing Natal
Pakpak Bharat
Humbang Hasundutan
Samosir
Serdang BedagaiBatu BaraPadang Lawas Utara
Padang Lawas
Medan
Pematang SiantarSibolga
Tanjung Bala
Binjai
Tebing Tinggi
Padang Sidempuan
Gunung Sitoli
Pesisir SelatanSolok SelatanSolok
Sawahlunto SijunjungTanah Datar
Padang PariamanAgam
Limapuluh Kota
Pasaman BaratPasaman
Kepulauan MentawaiDharmas Raya
Pasaman BaratPasaman
Padang
Solok
Sawahlunto
Padang Panjang
Bukittinggi
Payakumbuh
Pariaman
Kampar
Indragiri Hilir
Indragiri Hulu
Bengkalis
Pelalawan
Rokan Hilir
Rokan Hulu
Siak
Kuantan Singingi
Kepulauan Meranti
Pekan Baru, Kota
Dumai, Kota
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batanghari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Barat
Tanjung Jabung TimurBungo
Tebo
Jambi
Sungai Penuh
Ogan Ilir
Ogan Komering IlirOgan Komering Ulu Selatan
Ogan Komering Ulu Timur
Ogan Komering Ulu
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyuasin
Banyuasin
Empat Lawang
Palembang
Pagar Alam
Prabumulih
Bengkulu Selatan
Bengkulu Tengah
Bengkulu Utara
Rejang Lebong
Kaur
Seluma
Mukomuko
Lebong
Kepahiang
Bengkulu, Kota
Lampung Barat
Lampung Selatan
Lampung Tengah
Lampung Timur
Lampung Utara
Tulang Bawang Barat
Tulang Bawang
Tanggamus
Way Kanan
Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Bandar Lampung
Metro
Bangka Barat
Bangka Selatan
Bangka Tengah
Bangka
Belitung Timur
Belitung
Pangkal Pinang
BintanKarimun
Natuna
Lingga
Kepulauan Anambas
Batam
Tanjung Pinang
DS
LQ
SSLQ
80
Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten Bulungan,
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan
Kabupaten Tana Tidung. Daerah dengan sektor Pertambangan dan Penggalian tergolong
sektor prospektif antara lain Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan dan Kabupaten
Kutai Kartanegara. Daerah yang sektor pertanian dan penggaliannya tergolong kategori
andalan antara lain Kabupaten Sambas, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau,
Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Landak, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Kubu Raya,
Kabupaten Kotawaringin barat, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Selatan,
Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Pulang Pisau,dan Kota
Samarinda. Sedangkan untuk sektor pertanian dan pertambangan yang tergolong
tertinggal antara lain adalah Kota Pontianak, Kabupaten Sintang, Kabupaten Beng-
kayang, Kabupa-
ten Melawi,
Kabupaten Ka-
yong Utara, Ko-
ta Singkawang,
Kabupaten Ko-
tawaringin
Timur, Kabupa-
ten Katingan,
Kabupaten Se-
ruyan, Kabupa-
ten Sukamara,
Kota Palangka-
raya, Kota Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kota Banjarmasin, Kota Banjar Baru,
Kota Balikpapan, Kota Tarakan, dan Kota Bontang.
Gambar 5.5. Klasifikasi Sektor Pertambangan Pulau Kalimantan
Sambas
Pontianak, Kota
Pontianak
Sanggau
Ketapang
SintangKapuas Hulu
Bengkayang
Landak
Sekadau
Melawi
Kayong Utara
Kubu Raya
Singkawang, Kota
Kotawaringin Barat
Kotawaringin Timur
Kapuas Hulu
Kapuas
Barito Selatan
Barito Timur
Barito Utara
Katingan
Seruyan
Sukamara
Lamandau
Gunung Mas
Pulang Pisau
Murung Raya
Palangkaraya, Kota
Tanah Laut
Kota Baru
Banjar, Kota
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai TengahHulu Sungai Utara Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Banjarmasin, Kota
Banjar Baru, Kota
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
BerauBulungan
Nunukan
Malinau
Penajam Paser UtaraTana Tidung
Balikpapan, Kota
Samarinda, Kota
Tarakan, Kota
Bontang, Kota
DS
LQ
SSLQ
81
4. Bali dan Nusa Tenggara
Sektor pertambangan dan penggalian di wilayah Bali dan Kepulauan Nusa
Tenggara mayoritas kabupaten atau kota masuk dalam kategori tertinggal dan andalan.
Hanya satu kabupaten yang sektor Pertambangan dan Penggaliannya masuk dalam
sektor unggulan, yaitu Kabupaten Sumbawa Barat di provinsi Nusa Tenggara Barat.
Dalam wilayah inipun tidak ada satu kabupaten atau kota dimana sektor pertambangan
dan penggaliannya masuk dalam kategori prospektif.Kabupaten/kota yang sektor
pertambangan dan penggaliannya masuk kedalam kategori andalan antara lain
Kabupaten Bu-
leleng, Kabu-
paten Gianyar,
Kabupaten Je-
mbrana, Kabu-
paten Karang
Asem, Kabu-
paten Taba-
nan, Kota Bi-
ma, Kota Ma-
taram, Kabu-
paten Bima,
Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Flores Timur,
Kabupaten Kupang, Kabupaten Lembata, Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten
Manggarai, Kabupaten Saba Raijua, Kabupaten Sikka, Kabupaten Sumba Barat,
Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Timor Tengah Utara. Dalam kategori
tertinggal, terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian di wilayah Kota
Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Klungkung, Kabupaten
Dompu, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Sumbawa,
Gambar 5.6. Klasifikasi Sektor Pertambangan Pulau Bali dan Nusa Tenggara
Denpasar
BadungBangli
Buleleng
GianyarJembrana
Karang Asem
Klungkung
Tabanan
BimaBima
Dompu
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Lombok Utara
Sumbawa BaratSumbawa
Kupang
Sumba Timur
Alor
Belu
Ende
Flores Timur
Kupang
Lembata
Manggarai Barat
Manggarai Timur
Manggarai
Nagekeo
Ngada
Rote Ndao
Sabu RaijuaSikka
Sumba Barat Daya
Sumba Barat
Sumba Tengah
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
DS
LQ
SSLQ
82
Kota Kupang, Kota Sumba Timur, Kabupaten Alor, Kabupaten Belu, Kabupaten Ende,
Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Ngada, Kabupaten Rote
Ndao, Kabupaten Sumba Barat Daya, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.
5. Sulawesi
Kabupaten/kota yang sektor pertambangan dan penggaliannya masuk kedalam
kategori unggulan antara lain Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten
Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Morowali, Kabupaten
Kolaka, dan Kabupaten
Luwu Timur.
Selain kategori
andalan, kategori
prospektif terda-
pat pada Kabupa-
ten Minahasa U-
tara di provinsi
Sulawesi Utara.
Kategori lainnya
adalah kategori
andalan, dian-
taranya sektor
pertambangan dan penggalian di Kabupaten Kep. Siau Tangulandang Biaro, Kota Bitung,
Kabupaten Kep. Sangihe, Kep. Talaud, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Buol,
Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Poso, Kabupaten Sigi, Kabupaten Tojo Una- Una,
Kota Bau- Bau, Kota Kendari, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton, Kabupaten Kolaka
Utara, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Konawe,
Kabupaten Muna, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Majene, Kabupaten Mamasa,
Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Barru, Kabupaten Bone,
Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Gowa, Kabupaten Luwu Utara,
Gambar 5.7. Klasifikasi Sektor Pertambangan Pulau Sulawesi
Bitung
Kotamobagu
Manado
Tomohon
BolMong Selatan
BolMong Timur
BolMong Utara
BolMong
Kep. Siau Tagulandang Biaro
Kepulauan Sangihe
Kepulauan Talaud
Minahasa Selatan
Minahasa Tenggara
Minahasa Utara
Minahasa
PaluBanggai Kepulauan
Buol
Donggala
Morowali
Parigi Moutong
Poso
Sigi
Tojo Una-Una
Toli-Toli
Bau-bau
Kendari
Bombana
Buton Utara
Buton
Kolaka UtaraKolakaKonawe Selatan
Konawe Utara
Konawe
MunaWakatobi
Mamuju
MajeneMamasa
Mamuju Utara
Polewali Mandar
Makassar
Palopo
Pare-Pare
Bantaeng
Barru
Bone
Bulukumba
Enrekang
Gowa
Jeneponto
Luwu Timur
Luwu UtaraLuwu
Maros Pangkajene Kepulauan
Pinrang
Selayar
Sidenreng RappangSinjaiSoppeng
Takalar
Tana Toraja
Toraja Utara
WajoGorontalo
Bone Bolango
Gorontalo UtaraGorontalo
Pohuwato
DS
LQ
SSLQ
83
Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Luwu, Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkanjene
Kepulauan, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Selayar, Kabupaten Sidenreng Rappang,
Kabupaten Sinjai, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara,
Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo Utara, dan terakhir Kabupaten Gorontalo.
Kategori terakhir yaitu kategori tertinggal, yaitu diantaranya Kota Kotamobagu,
Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Manado, Kota Palu, Kabupaten Banggai
Kepulauan, Kabupaten Donggala, Kabupaten Toli- Toli, Kabupaten Buton Utara, Kota
Mamuju, Kabupaten Mamuju Utara, Kota Makassar, Kota Palopo, Kota Pare- Pare,
Kabupaten Jenemponto, Kabupaten Takalar, Kabupaten Wajo, Kota Gorontalo,
Kabupaten Bone Bolango, dan kabupaten Pohuwanto.
6. Papua
Di bagian Timur Indonesia lainnya, yaitu Kepulauan Maluku dan Papua, sektor
pertambangan dan penggalian yang termasuk dalam kategori unggulan terdapat pada
Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera
Timur, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Sorong. Dalam kategori lainnya yaitu kategori
prospektif dalam sektor pertambangan dan penggalian antara lain Kabupaten Nabire
dan Kabupaten Raja Ampat. Sebagian besar sektor pertambangan dan penggalian di
Kepulauan Maluku dan Papua masuk ke dalam sektor andalan, daerahnya antara lain
adalah Kota Ambon, Kota Tual, Kabupaten Buru Selatan, Kabupaten Buru, Kabupaten
Kepulauan Aru, Kabupaten Maluku Barat Daya, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten
Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Seram Bagian Barat,
Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten
Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Morotai, Kabupaten Biak
Numfor, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Lanny
Jaya, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Mappi, Kabupaten Merauke,
Kabupaten Paniai, Kabupaten Pengunungan Bintang, Kabupaten Puncak Jaya,
Kabupaten Supiori, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Kaimana,
Kabupaten Manokwari, dan Kabupaten Sorong Selatan. Pada kategori tertinggal untuk
84
sektor Pertambangan dan Penggalian, antara lain terdapat di daerah Kabupaten
Halmahera Utara, Kota Jayapura, Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digoel,
Kabupaten Deiyai, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten
Mamberamo Jaya, Kabupaten Nduga, Kabupaten Puncak, Kabupaten Sarmi, Kabupaten
Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Yapen Waropen, Kota Sorong, Kabupaten
Fak-Fak, Kabupaten Maybrat, Kabupaten Tambrauw, Kabupaten Teluk Bintuni, dan
Kabupaten Teluk Wondama.
Gambar 5.8. Klasifikasi Sektor Pertambangan Pulau Papua
Ambon
Asmat
Biak Numfor
Boven Digoel
Buru Selatan
Buru
Deiyai
Dogiyai
Fak-Fak
Halmahera Barat
Halmahera Selatan
Halmahera Tengah
Halmahera TimurHalmahera Utara
Intan Jaya
Jayapura
Jayapura, KotaJayawijaya
Kaimana
Keerom
Kepulauan AruKepulauan Sula
Lanny Jaya
Maluku Barat Daya
Maluku TengahMaluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Mamberamo Raya
Mamberamo Tengah
Manokwari
Mappi
Maybrat
Merauke
Mimika
Morotai
Nabire
Nduga
Paniai
Pegunungan Bintang
Puncak Jaya
Puncak
Raja Ampat
Sarmi
Seram Bagian Barat
Seram Bagian TimurSorong Selatan Sorong
Sorong, Kota
Supiori
Tambrauw
Teluk Bintuni
Teluk Wondama
Ternate, KotaTidore Kepulauan
Tolikara
Tual
Waropen
Yahukimo
Yalimo
Yapen Waropen
DS
LQ
SSLQ
92
ektor pengangkutan dan komunikasi merupakan salah satu sektor
penting dan penunjang utama perkembangan ekonomi. Pertumbuhan
sektor pengangkutan dan komunikasi yang cukup tinggi menjadi
penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor pengangkutan dan
komunikasi terdiri dari subsektor pengangkutan dan komunikasi. Subsektor
pengangkutan meliputi jasa angkutan jalan raya, jasa angkutan laut, angkutan udara,
dan jasa penunjang angkutan kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan dengan
menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik kendaraan bermotor maupun tidak
bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang sifatnya
menunjang kegiatan pengangkutan seperti terminal, pelabuhan dan pergudangan.
Angkutan jalan raya sendiri meliputi kegiatan pengangkutan barang dan
penumpang dengan menggunakan alat kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun
tidak bermotor, termasuk kegiatan lainnya seperti sewa kendaraan baik dengan atau
tanpa pengemudi. Tidak termasuk kegiatan lainnya yang diusahakan sebagai satu satuan
usaha dengan kegiatan ini seperti jasa bongkar muat, keagenan barang dan penumpang,
perbaikan dan pemeliharaan. Sementara angkutan laut meliputi kegiatan pengangkuta
barang dan penumpang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan
keluar daerah domestik, tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh
perusahaan lain yang berada dalam satu satuan usaha, dimana kegiatan pelayaran ini
sifatnya hanya menunjang kegiatan induknya, dan disamping itu data yang tersedia juga
sulit dipisahkan.
Angkutan udara mencakup kegiatan pengangkutan penumpang dan barang
dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan
yang beroperasi di daerah tersebut. Termasuk dalam angkutan udara antara lain
kegiatan lainnya yang diusahakan oleh paerusahaan penerbangan yang datanya sulit
untuk dipisahkan, seperti EMKU (Ekspedisi Muatan Kapal Udara), baik untuk angkutan
penerbangan dalam negeri maupun angkutan penerbangan luar negeri. Tidak termasuk
dalam kegiatan penerbangan yang dilakukan oleh instansi /perkumpulan yang sifatnya
S
93
terbuka untuk umum. jasa penunjang angkutan meliputi kegiatan yang bersifat
menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, yaitu jasa pelabuhan udara,
laut, sungai, darat, terminal dan parker, bongkar muat laut dan darat, keagenan
penumpang, ekspedisi laut, jalan tol, dan jasa penunjang lainnya seperti pengerukan dan
pengujian kelayakan angkutan laut.
Selain subsektor pengangkutan, terdapat pula sektor komunikasi yang terdiri
dari kegiatan pos dan giro, telekomunikasi, dan jasa penunjang komunikasi. Pos dan giro
mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel
dan paket pos yang diusahakan oleh perum pos dan giro. Telekomunikasi meliputi
kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui
telegram, telepon, faksimile, dan telex yang diusahakan oleh perusahaan
telekomunikasi. Jasa penunjang komunikasi meliputi kegiatan lainnya yang menunjang
kegiatan komunikasi seperti warung telekomunikasi, warung internet, dan telepon
seluler.
Gambar 6.1 Total PDB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 2004-2013 (milyar
rupiah)
Sumber: BPS (diolah)
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
Harga Konstan 2000 Harga Berlaku
94
Gambar 6.2. Pangsa Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Provinsi 2011
Sumber: INDODAPOER, Worldbank
Nilai sektor pengangkutan dan komunikasi selalu meningkat dari tahun ke tahun,
yang pada tahun 2012 berjumlah 265 Triliun Rupiah, meningkat dari tahun 2010 yang
berjumlah 217 Triliun Rupiah. Subsektor komunikasi menjadi kontributor terbersar dari
sektor ini, dengan nilai 167 triliun, dan subsektor pengangkutan dengan nilai 97 triliun
pada tahun 2012. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi pun cukup tinggi
dari tahun ke tahun, yaitu rata-rata diatas 10 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan
0 5 10 15 20 25 30
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Gorontalo
Kepulauan Bangka Belitung
Maluku
Papua Barat
Bengkulu
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Tenggara
Jambi
Sulawesi Tengah
Kalimantan Tengah
Nusa Tenggara Barat
Papua
Kepulauan Riau
D I Yogyakarta
Sulawesi Utara
Nanggroe Aceh Darussalam
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat
Lampung
Riau
Bali
Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan
Sumatera Barat
Kalimantan Timur,
Banten
Jawa Tengah
Sumatera Utara
Jawa Barat
Jawa Timur
DKI Jakarta
95
positif juga dicatatkan oleh subsektor yang menyusun, yaitu subsektor pengangkutan
serta subsektor komunikasi. Subsektor pengangkutan mencatat pertumbuhan setiap
tahunnya rata-rata 6 persen, sementara sektor komunikasi tumbuh setiap tahunnya
rata-rata 22 persen. Tak pelak, hal ini menjadikan sektor pengangkutan dan komunikasi
menjadi salah satu sektor andalan dalam memacu pertumbuhan ekonomi dalam negari
dalam 5 tahun terakhir.
Sementara jika dilihat dari nilai pangsanya, pangsa terbesar Pangsa sektor
pengangkutan dan komunikasi terhadap total pangsa sektor ini di tingkat nasional,
didominasi oleh provinsi yang berada di pulau Jawa dan Sumatera, yaitu lima urutan
teratas dimana provinsi DKI Jakarta menyumbangkan pangsa 27,7 persen disusul oleh
Jawa Timur (14,5 persen), Jawa barat (9,1 persen), Sumatera Utara (6,6 persen) dan
Jawa Tengah (5,5 persen).
Klasifikasi Sektor Unggulan Pengangkutan dan Komunikasi Berdasarkan
Gabungan SSLQ dan DSLQ
1. Pulau Jawa
Gabungan SSLQ dan DSLQ di pulau Jawa Tersebar di berbagai kota dan
kabupaten, terutama kota atau kabupaten besar. Kota dan kabupaten yan gmasuk
kedalam kategori unggulan dalam sektor pengangkutan dan komunikasinya adalah Kota
Jakarta Barat, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Timur di Provinsi
DKI Jakarta. Di Provinsi Jawa Barat antara lain adalah Kota Sukabumi, Kota Cirebon.
Untuk Provinsi lain, yaitu Provinsi Banten, Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan
Jawa Timur tidak terdapat satupun Kota/Kabupaten yang sektor pengangkutan dan
komunikasinya masuk kategori unggulan. Kategori lainnya adalah kategori andalan,
antara lain sektor pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten Indramayu, Kabupaten
Karawang dan Kota Cimahi di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Klaten, Kabupaten Kudus,
dan Kabupaten Temanggung di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten
Kediri, Kabupaten Ponorogo,dan Kabupaten Probolinggo di Provinsi Jawa Timur, serta
96
Kabupaten Serang di Provinsi Banten. . Kategori prospektif antara lain sektor
pengangkutan
dan komuni-
kasi di Kota
Jakarta utara
di Provinsi DKI
Jakarta, Kota
Bogor, Kota
Bandung, Ka-
bupaten Cia-
mis, dan Kota
Bekasi di Pro-
vinsi Jawa Ba-
rat, Kota Ma-
gelang, Kota
Pekalongan, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Tegal, dan Kabupaten
Banyumas di Jawa Tengah, Kabupaten Wonogiri, Kota Blitar, Kota Madiun, Kota
Mojokerto, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Kota Surabaya,dan Kabupaten Sidoarjo di
Provinsi Jawa Timur,Kota Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo di Provinsi DI Yogyakarta,
serta Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, dan Kabupaten Tangerang di Provinsi
Banten. Sementara untuk sektor pengangkutan dan komunikasi yang masuk kategori
tertinggal antara lain adalah Kota Administratif Kepulauan Seribu di Provinsi DKI Jakara,
Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Kuningan, Kabupaten
Majalengka, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bekasi, Kabupaten
Bandung Barat, Kabupaten Cirebon, Kota Depok, Kota Banjar, serta Kabupaten
Sumedang di Provinsi Jawa Barat. Selain itu, di Provinsi Jawa Tengah antara lain
Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Batang, Kabupaten Blora, Kabupaten Boyolali,
Gambar 6.3. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Jawa
Kepulauan Seribu
Jakarta Barat
Jakarta Pusat
Jakarta SelatanJakarta TimurJakarta Utara
Bogor, Kota
Bogor Cianjur
Bandung, KotaBandung
Sukabumi, Kota
Sukabumi
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon, Kota
Majalengka
Indramayu
SubangPurwakarta
Karawang
Bekasi, KotaBekasi
Bandung Barat
CirebonDepok
Cimahi
Tasikmalaya, Kota
Banjar
Sumedang
Magelang, Kota
Pekalongan, Kota
Salatiga
Semarang, Kota
Surakarta Tegal, Kota
BanjarnegaraBanyumasBatangBlora
BoyolaliBrebes
Cilacap
Demak
Grobogan
Jepara
Karanganyar
Kebumen
Kendal
KlatenKudus
Magelang
Pati
PekalonganPemalang
Purbalingga
Purworejo
RembangSemarang Sragen SukoharjoTegal
Temanggung
Wonogiri
Wonosobo
BatuBlitar, Kota
Kediri, Kota
Madiun, Kota
Malang, Kota
Mojokerto, Kota
Pasuruan, Kota
Probolinggo, KotaSurabaya
Bangkalan
BanyuwangiBlitar
Bojonegoro
Bondowoso
Gresik
JemberJombang
Kediri
Lamongan
Lumajang
MadiunMagetan
Malang
Mojokerto
Nganjuk
Ngawi
PacitanPamekasan
Sampang
Pasuruan
PonorogoProbolinggo
Sidoarjo
SitubondoSumenepTrenggalekTuban
Tulungagung
YogyakartaBantul
Gunung Kidul
Kulon Progo
Sleman
Serang, KotaTangerang Selatan
Tangerang, KotaLebakPandeglang
Serang
Tangerang
DS
LQ
SSLQ
97
Kabupaten Brebes, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan,
Kabupaten Jepara, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Kendal,
Kabupaten Magelang, Kabupaten Pati, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang,
Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Rembang, Kabupaten
Semarang, Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten
Wonosobo di Provinsi Jawa Tengah. Di Jawa Timur sektor pengangkutan dan komunikasi
yang masuk tertinggal antara lain Kota Batu, Kota Kediri, Kota Malang, Kabupaten
Banyuwangi, Kabupaten Blitar, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Bondowoso,
Kabupaten Gresik, Kabupaten Jombang, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Lumajang,
Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Malang, Kabupaten Mojokerto,
Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Pamekasan,
Kabupaten Sampang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Sumenep,
Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tuban, dan Kabupaten Tulungagung di Provinsi Jawa
Timur. Di Provinsi DI Yogyakarta, yang termasuk sektor tertinggal antara lain Kabupaten
Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Sleman. Di Provinsi Banten antara lain
yang sektor pengangkutan dan Komunikasinya tergolong tertinggal antara lain terdapat
di Kota Cilegon, Kota Serang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Pandeglang.
2. Pulau Sumatera
Gabungan SLQ dan DSLQ untuk sektor pengangkutan dan komunikasi di
kabupaten atau kota di Pulau sumatera antara lain untuk kategori unggulan terdapat di
Kota Sibolga di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Kaur di Provinsi Bengkulu, serta
Kabupaten Tulang Bawang di Provinsi Lampung. Untuk Provinsi Nangroe Aceh
Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Riau, dan Bangka
Belitung tidak terdapat kota atau kabupaten yang sektor pengangkutan dan
komunikasinya tergolong kategori unggulan. Untuk kategori andalan, terdapat di
wilayah Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Timur,
Kota Lhokseumawe, dan Kota Subulussalam di provinsi Nangroe Aceh Darussalam,
Kabupaten Labuhan Batu Selatan dan Kabupaten Labuhan Batu Utara di provinsi
98
Sumatera Utara, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, dan Kabupaten kepualauan
Meranti di Provinsi Riau, Kabupaten Ogan Komering ulu, Kabupaten Muara Enim,
Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten
Banyuasin dan Kota Prabumulih di Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Bengkulu
Tengah dan Kabupaten Mukomuko di Provinsi Bengkulu, Kabupaten Lampung Barat,
Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Utara, dan Kabupaten Way Kanan di
Provinsi Lampung, Kabupaten Bangka di Provinsi Bangka Belitung, serta Kabupaten
Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas di Provinsi Kepulauan Riau.
Untuk sektor
pengangkutan
dan komu-
nikasi yang
tergolong ka-
tegori pros-
pektif terda-
pat di wilayah
Kota Banda
Aceh, Kabu-
paten Aceh
Jaya, dan Ka-
bupaten Bireuen di Provinsi NAD, Kabupaten Tanah Karo, Kota Medan, Kota Pematang
Siantar, Kota Tebing Tinggi, Kota Padang Sidempuan, Dan Kota Gunung Sitoli di Provinsi
Sumatera Utara, Kabupaten Solok, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kota
Solok, Kota Sawahlunto, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, dan
Kota Pariaman di Provinsi Sumatera Barat, Kota Pekanbaru dan Kota Dumai di Provinsi
Riau, Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh di Provinsi Jambi, Kota Palembang di Provinsi
Sumatera Selatan, Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kota Bengkulu di Provinsi Bengkulu,
Gambar 6.4. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Sumatera
Banda Aceh
Aceh Barat Daya
Aceh Barat
Aceh Besar
Aceh Jaya
Aceh Pidie
Aceh Selatan
Aceh Singkil
Aceh Tamiang Aceh Tengah
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Utara
Simeulue
Bireuen
Pidie Jaya
Gayo Lues
Bener Meriah
Sabang
Lhokseumawe
Langsa
Subulussalam
Nagan RayaTapanuli SelatanTapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Nias BaratNias Selatan
Nias UtaraNias
Langkat
Ta0h Karo
Deli Serdang
SimalungunAsahan
Labuhan Batu Selatan
Labuhan Batu Utara
Labuhan Batu
Dairi
Toba Samosir
Mandailing Natal
Pakpak Bharat Humbang Hasundutan
SamosirSerdang Bedagai
Batu Bara
Padang Lawas Utara
Padang LawasMedan
Pematang Siantar
Sibolga
Tanjung Bala
Binjai
Tebing Tinggi
Padang Sidempuan
Gunung SitoliPesisir Selatan Solok Selatan
SolokSawahlunto Sijunjung
Tanah Datar
Padang Pariaman
AgamLimapuluh Kota
Pasaman Barat
Pasaman
Kepulauan Mentawai
Dharmas RayaPasaman Barat
Pasaman Padang
Solok
Sawahlunto
Padang PanjangBukittinggi
Payakumbuh
Pariaman
Kampar
Indragiri HilirIndragiri Hulu
BengkalisPelalawan
Rokan Hilir
Rokan Hulu
Siak
Kuantan Singingi
Kepulauan Meranti
Pekan Baru, Kota
Dumai, Kota
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batanghari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Barat
Tanjung Jabung TimurBungo
Tebo
JambiSungai Penuh
Ogan IlirOgan Komering IlirOgan Komering Ulu Selatan
Ogan Komering Ulu Timur
Ogan Komering Ulu
Muara EnimLahat
Musi Rawas
Musi Banyuasin
Banyuasin
Empat LawangPalembang
Pagar Alam
Prabumulih
Bengkulu Selatan
Bengkulu Tengah
Bengkulu UtaraRejang Lebong
Kaur
Seluma
Mukomuko
Lebong
Kepahiang
Bengkulu, Kota
Lampung Barat
Lampung Selatan
Lampung Tengah
Lampung Timur
Lampung Utara
Tulang Bawang Barat
Tulang Bawang
Tanggamus
Way Kanan
Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Bandar Lampung
Metro
Bangka Barat
Bangka Selatan
Bangka Tengah
Bangka
Belitung TimurBelitung
Pangkal PinangBintanKarimun
Natuna
Lingga
Kepulauan Anambas
Batam Tanjung Pinang
DS
LQ
SSLQ
99
Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pringsewu, Kota Bandar Lampung, dan Kota
metro di Provinsi Lampung, Kabupaten Bangka Tengah dan Kota Pangkal Pinang di
Provinsi Bangka Belitung, serta Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, dan Kota
Tanjung Pinang di Provinsi Kepulauan Riau. Untuk kategori tertinggal, terdapat di
Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten
Aceh Pidie, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Tengah,
Kabupaten Aceh utara, Kabupaten Simeuleu, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Gayo
Lues, Kabupaten Bener Meriah, Kota Sabang, Kota Langsa, Kabupaten Nagan Raya,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Utara,
Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias,
Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Simalungun, Kabupaten
Asahan, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Dairi, Kabupaten Toba Samosir,
Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang
Hasudutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batu Bara,
Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas, Kota Binjai, Kabupaten
Pesisir Selatan, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Kabupaten
Tanah Datar, Kabupaten Agam, Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Pasaman Barat,
Kabupaten Pasaman, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Dharmas Raya,
Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Kampar, Kabupaten
Indragiri Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Pelalawan,
Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Kerinci, Kabupaten
Merangin, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Bungo,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan
Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur, Kota Pagar Alam, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Rejang Lebong,
Kabupaten Seluma, Kabupaten Lebong, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Lampung
Timur, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pesawaran,
100
Kabupaten Mesuji, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten
Belitung Timur, Kabupaten Belitung, Kabupaten Bintan, dan Kota Batam.
3. Pulau Kalimantan
Gabungan SLQ dan DSLQ untuk sektor pengangkutan dan komunikasi di
Kabupaten atau Kota di Pulau Kalimantan yaitu untuk kategori unggulan terdapat di
Kabupaten Kubu
Raya di Provinsi
Kalimantan Barat
dan Kabupaten
Kotawaringin Ba-
rat di Provinsi Ka-
limantan Tengah.
Untuk kategori
andalan yaitu Ka-
bupaten Sintang
di Provinsi Kali-
mantan Barat ser-
ta Kabupaten Nu-
nukan dan Ka-
bupaten Penajam Paser Utara di Provinsi Kalimantan Timur. Untuk sektor pengangkutan
dan komunikasi yang tergolong kategori prospektif terdapat di Kota Pontianak di
Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Barito Selatan,
Kabupaten Katingan, dan Kota Palangkaraya di Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten
Tanah Bumbu dan Kota Banjarmasin di Provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten
Bulungan, Kota Bulungan, Kota Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kota Tarakan di
Provinsi Kalimantan Timur.
Untuk kategori Tertinggal untuk sektor pengangkutan dan komunikasi antara lain
berada di wilayah Kabupaten Sambas, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau,
Sambas
Pontianak, Kota
Pontianak
Sanggau
Ketapang
Sintang
Kapuas Hulu
Bengkayang
Landak
Sekadau
MelawiKayong Utara
Kubu Raya
Singkawang, Kota
Kotawaringin Barat
Kotawaringin Timur
Kapuas Hulu
Kapuas
Barito Selatan
Barito Timur
Barito Utara Katingan
Seruyan
Sukamara
Lamandau
Gunung Mas
Pulang PisauMurung Raya
Palangkaraya, Kota
Tanah LautKota Baru
Banjar, Kota
Barito Kuala
Tapin
Hulu Sungai SelatanHulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Utara
Tabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Banjarmasin, KotaBanjar Baru, Kota
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Bulungan
Nunukan
Malinau
Penajam Paser Utara
Tana Tidung
Balikpapan, Kota
Samarinda, Kota
Tarakan, Kota
Bontang, Kota
DS
LQ
SSLQ
Gambar 6.5. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Kalimantan
101
Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten
Landak, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kota
Singkawang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Barito Timur,
Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten
Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya,
Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kota Baru, Kota Banjar, Kabupaten Barito Kuala,
Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara,
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kota Banjar
Baru, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten
Malinau, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Bontang.
4. Pulau Bali dan Nusa Tenggara
Sektor pengangkutan dan komunikasi di Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara buka
merupakan sektor yang termasuk kategori sektor unggulan, karena tidak satupun kota/
kabupaten di wilayah ini yang sektor pengangkutan dan komunikasinya termasuk
kategori unggulan. Kategori lain yaitu andalan hanya terdapat di beberapa wilayah,
antara lain Kabupaten Saba Raijua, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Sumba Barat
Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Timor Tengah Utara. Untuk Kategori
prospektif untuk sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat antara lain di Kota
Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Karang Asem, Kota
Bima, Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kota Kupang, Kabupaten Ende, dan
Kabupaten Flores Timur. Mayoritas kabupaten dan kota di wilayah ini sektor
pengangkutan dan komunikasi tergolong kategori tertinggal, antara lain terdapat di
Kabupaten Bangli, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Tabanan,
Kabupaten Klungkung, Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu, Kabupaten Lombok Timur,
Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa, Kota
Sumba Timur, Kabupaten Alor, Kabupaten Belu, Kabupaten Kupang, Kabupaten
Lembata, Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten
102
Manggarai, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Ngada, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten
Sikka, Kabupaten Sumba Barat, serta Kabupaten Timor Tengah Selatan.
5. Pulau Sulawesi
Gabungan SLQ dan DSLQ untuk sektor Pengangkutan dan Komunikasi di Pulau
Sulawesi antara lain untuk kategori unggulan terdapat di wilayah Kabupaten Kepulauan
Sangihe, Kabupaten Kepulauan Talaud, dan Kabupaten Donggala. Untuk sektor
pengangkutan dan komunikasi yang termasuk sektor andalan terdapat di Kabupaten
Buton Utara, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Pinrang,
Kabupaten Sinjai, dan Kabupaten Toraja Utara. Mayoritas sektor Pengangkutan dan
komunikasi di kabupaten dan kota di pulau Sulawesi termasuk kategori prospektif dan
tertinggal. Untuk kategori prospektif, terdapat di Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabuapten minahasa, Kota Palu, Kabupaten Poso,
Kota Bau- Bau, Kota Kendari, Kabupaten Konawe Selatan, Kota Makassar, Kota Palopo,
Kota Pare- Pare, Kabupaten Selayar, Kota Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, dan
Gambar 6.6. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Bali dan Nusa Tenggara
Denpasar
BadungBangli
Buleleng
Gianyar
JembranaKarang AsemKlungkung
Tabanan
Bima
Mataram
Bima
Dompu
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Lombok Utara
Sumbawa Barat
Sumbawa Kupang
Sumba Timur
Alor
Belu
Ende
Flores Timur
Kupang
Lembata
Manggarai BaratManggarai Timur
Manggarai
Nagekeo
Ngada
Rote Ndao
Sabu Raijua
Sikka
Sumba Barat Daya
Sumba Barat
Sumba Tengah
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
DS
LQ
SSLQ
103
Kabupaten Gorontalo. Untuk kategori tertinggal untuk sektor pengangkutan dan
komunikasi terdapat diantaranya di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kota
Kotamobagu, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten
Minahasa Tenggara, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Banggai Kepulauan,
Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi,
Kabupaten Toja Una- Una, Kabupaten Toli- Toli, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton
Utara, Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konawe Utara,
Kabupaten Konawe, Kabupaten Muna, Kabupaten Wakatobi, Kota Mamuju, Kabupaten
Majene, Ka-
bupaten Ma-
masa, Kabu-
paten Mamu-ju
Utara, Ka-
bupaten Pole-
wali Mandar,
Kabupaten Ban-
taeng, Kabu-
aten Barru, Ka-
bupaten Bone,
Kabupaten En-
rekang, Kabu-
paten Gowa, Ka-
bupaten Jeneponto, Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Luwu, Kabupaten Maros,
Kabupaten Pangkanjene Kepulauan, Kabupaten Sidenreng Rappang, Kabupaten
Soppeng, Kabupaten Takalar, Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Wajo, Kabupaten
Boalemo, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kabupaten Pohuwanto.
Gambar 6.7. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Sulawesi
BitungKotamobagu
Manado
Tomohon
BolMong Selatan
BolMong Timur
BolMong Utara
BolMong
Kep. Siau Tagulandang Biaro
Kepulauan Sangihe
Kepulauan Talaud
Minahasa SelatanMinahasa Tenggara
Minahasa UtaraMinahasa
PaluBanggai Kepulauan
Buol
Donggala
Morowali
Parigi Moutong
Poso
SigiTojo Una-Una Toli-Toli
Bau-bau Kendari
Bombana
Buton Utara
ButonKolaka Utara
Kolaka
Konawe Selatan
Konawe Utara
KonaweMunaWakatobi
Mamuju
MajeneMamasa
Mamuju Utara
Polewali Mandar Makassar
Palopo
Pare-Pare
Bantaeng
Barru
Bone
Bulukumba
EnrekangGowa
Jeneponto
Luwu Timur
Luwu Utara
Luwu
MarosPangkajene Kepulauan
Pinrang
Selayar
Sidenreng Rappang
Sinjai
Soppeng
Takalar
Tana Toraja
Toraja Utara
Wajo
Gorontalo
Boalemo
Bone BolangoGorontalo Utara
GorontaloPohuwato
DS
LQ
SSLQ
104
6. Pulau Maluku dan Papua
Gabungan SLQ dan DSLQ Sektor Pengangkutan dan komunikasi di kabupaten
Kota di Papua dan Kepulauan Maluku didominasi oleh kategori tertinggal, dan hanya
sebagian kabupaten/ kota yang sektor pengangkutan dan komunikasinya masuk di
kategori lain, seperti unggulan, andalan, serta prospektif. Kabupaten/kota yang sektor
pengangkutan dan komunikasi tergolong kategori unggulan antara lain Kabupaten
Jayawijaya, Kabupaten Merauke, dan Kabupaten Yapen Waropen. Untuk kategori
andalan, antara lain Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Nabire, Kabupaten
Nduga, Kabupaten Paniai, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Kaimana, dan Kabupaten Raja
Ampat. Kota/
kabupaten
yang sektor
pengangkutan
dan komu-
nikasinya ter-
golong kate-
gori prospektif
antara lain
terdapat di Ko-
ta Ambon, Kota
Ternate, Kota
Jayapura, Kabu-
paten Biak
Numfor, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Supiori, Kota Sorong,
Kabupaten Fak- Fak, dan Kabupaten Manokwari. Untuk kategori sektor penggalian dan
komunikasi tergolong tertinggal terdapat di Kota Tual, Kabupaten Buru Selatan,
Kabupaten Buru, Kabupaten Kepulauan Aru, Kabupaten Maluku Barat Daya, Kabupaten
Maluku Tengah, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Maluku Tenggara,
Gambar 6.8. Klasifikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pulau Maluku dan Papua
Ambon
Asmat
Biak Numfor
Boven Digoel
Buru Selatan
Buru
Deiyai
Dogiyai
Fak-Fak
Halmahera Barat
Halmahera Selatan
Halmahera Tengah
Halmahera Timur
Halmahera Utara
Intan Jaya
Jayapura
Jayapura, Kota
Jayawijaya
Kaimana
Keerom
Kepulauan Aru
Kepulauan Sula
Lanny Jaya
Maluku Barat Daya
Maluku Tengah
Maluku Tenggara Barat
Maluku TenggaraMamberamo Raya
Mamberamo Tengah
Manokwari
Mappi
Maybrat
Merauke
Mimika
Morotai
Nabire
Nduga
Paniai
Pegunungan Bintang
Puncak Jaya
Puncak
Raja Ampat
Sarmi
Seram Bagian Barat
Seram Bagian Timur
Sorong Selatan
Sorong
Sorong, Kota
Supiori
Tambrauw
Teluk Bintuni
Teluk Wondama
Ternate, Kota
Tidore Kepulauan
Tolikara
Tual
Waropen
Yahukimo
Yalimo
Yapen Waropen
DS
LQ
SSLQ
105
Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kota Kepulauan Tidore,
Kabupaten Halmahera barat, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera
Tengah, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten
Kepulauan Sula, Kabupaten Morotai, Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digoel,
Kabupaten Deiyai, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Keerom,
Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Mappi, Kabupaten
Mimika, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Puncak,
Kabupaten Waropen, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Maybrat,
Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Sorong, Kabupaten Tambrauw, Kabupaten Teluk
Bintuni, dan Kabupaten Teluk Wondama.
113
ektor Listrik Gas, dan Air bersih merupakan salah satu dari 9 sektor yang
menyusun perekonomian. Sektor ini memiliki 3 subsektor, diantaranya
subsektor listrik dan subsektor air bersih, dan subsektor gas. Subsektor
listrik mencakup kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang
diselenggarakan oleh PT. PLN (Persero) maupun oleh perusahaan Non- PLN, dengan
tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang
dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi, dan listrik yang dicuri. Subsektor air bersih
meliputi kegiatan proses pembelian, pemurnian, dan proses kimiawi, lainnya untuk
menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyalurannya secara langsung
melalui pipa dan alat lain ke rumah tangga, instansi pemerintah dan swasta. Kegiatan ini
mencakup kegiatan yang dilakukan oleh Perusahaan Air Minum (PAM) dan perusahaan
bukan PAM, sedangkan subsektor gas meliputi produksi dan pendistribusian sumber
daya gas.
Gambar 7.1 Total PDB Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 2004-2013 (milyar rupiah)
Sumber: BPS
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
Harga Konstan 2000 Harga Berlaku
S
114
Gambar 7.2. Pangsa Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Provinsi 2011 (persen)
Sumber: INDODAPOER, Worlbank
Kontribusi produk domestik bruto dari sektor listrik, gas, dan air bertambah dari
tahun ke tahun, yaitu dari sekitar 22 triliun rupiah pada tahun 2004 menjadi sekitar 62
triliun pada tahun 2012. Pertumbuhan produk domestik bruto sektor ini pun
mencatatkan pertumbuhan yang positif, yaitu rata- rata 7,6 persen per tahun untuk
periode 2004 sampai 2013. Kontribusi subsektor terbesar terhadap pembentukan PDB
sektor ini disumbangkan oleh subsektor listrik dengan jumlah 39 triliun rupiah pada
tahun 2012, disusul oleh subesktor gas dengan nilai 17 triliun dan terakhir oleh
0 5 10 15 20 25 30 35
Maluku UtaraGorontalo
MalukuSulawesi Barat
Papua BaratBengkulu
PapuaNusa Tenggara Timur
Kepulauan Bangka BelitungNusa Tenggara Barat
Kalimantan TengahSulawesi Tenggara
Nanggroe Aceh DarussalamSulawesi Tengah
Kalimantan BaratSulawesi Utara
LampungJambi
Kalimantan SelatanD I Yogyakarta
RiauKepulauan Riau
Sumatera SelatanKalimantan Timur,
Sumatera BaratBali
Sulawesi SelatanSumatera Utara
Jawa TengahDKI Jakarta
BantenJawa TimurJawa Barat
115
subsektor air bersih dengan nilai sekitar 6 triliun. Pangsa sektor listrik, gas, dan air bersih
terbesar jika dibandingkan dengan total kontribusi Produk Domestik Bruto sektor ini di
tingkat nasional didominasi oleh provinsi yang berada di pulau Jawa, yaitu dengan
pangsa terbesar adalah Provinsi Jawa Barat dengan pangsa pasar sebesar 28, 8 persen,
disusul oleh Provinsi Jawa Timur dengan pangsa 19,1 persen dan Propinsi Banten dengan
pangsa 13,4 persen.
Klasifikasi Sektor Unggulan Listrik, Gas, dan Air Bersih Berdasarkan Gabungan
SSLQ dan DSLQ
1. Pulau Jawa
Pulau Jawa merupakan basis utama dari kontribusi sektor listrik, gas, dan air
bersih di lingkup nasional, dimana setiap provinsi yang ada menjadi salah satu
kontributor terbesar dalam sektor ini di lingkup nasional. Untuk Provinsi DKI Jakarta,
tidak ada satupun wilayah kota administratif yang sektor listrik, gas, dan airnya masuk
kedalam kategori unggulan, mayoritas masuk kedalam kategori andalan dan tertinggal,
serta satu Kota yang masuk kategori prospektif, yaitu Kota Jakarta Utara. Di Provinsi
Jawa Barat,
cukup banyak
wilayah yang
termasuk keda-
lam kategori
unggulan, lalu
disusul oleh ka-
tegori andalan,
dan prospek-
tif, dimana di-
antaranya ter-
dapat di Kota
Cirebon, Kabu-
Gambar 7.3. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Jawa
Kepulauan Seribu
Jakarta Barat
Jakarta Pusat
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Jakarta Utara
Bogor, KotaBogor
Cianjur
Bandung, Kota
Bandung
Sukabumi, KotaSukabumi
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Cirebon, Kota
Majalengka
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi, Kota
Bekasi
Bandung Barat
Cirebon
Depok
Cimahi
Tasikmalaya, Kota
Banjar
SumedangMagelang, Kota
Pekalongan, Kota
Salatiga
Semarang, Kota
SurakartaTegal, Kota
Banjarnegara
BanyumasBatang
Blora
Boyolali
Brebes
Cilacap
Demak
Grobogan
Jepara
Karanganyar
Kebumen
Kendal
Klaten
Kudus
Magelang
PatiPekalongan
Pemalang
Purbalingga
PurworejoRembang
Semarang
SragenSukoharjo
Tegal
Temanggung
Wonogiri
Wonosobo
BatuBlitar, Kota
Kediri, Kota
Madiun, Kota
Malang, Kota
Mojokerto, Kota
Pasuruan, Kota
Probolinggo, Kota
Surabaya
Bangkalan
Banyuwangi
Blitar
BojonegoroBondowoso
Gresik
Jember
Jombang
Kediri
Lamongan
Lumajang
MadiunMagetan
Malang
Mojokerto
Nganjuk
Ngawi
PacitanPamekasan
Sampang
Pasuruan
Ponorogo
Probolinggo
Sidoarjo
Situbondo
Sumenep
Trenggalek
Tuban
TulungagungYogyakarta
Bantul
Gunung KidulKulon Progo
Sleman
Cilegon
Serang, Kota
Tangerang Selatan
Tangerang, Kota
Lebak
Pandeglang
Serang
Tangerang
DS
LQ
SSLQ
116
paten Bandung Barat, serta Kota Depok, dan satu kabupaten yang masuk kategori
tertinggal, yaitu kabupaten Tasikmalaya. Untuk Kota atau Kabupaten yang berada di
Provinsi Jawa Tengah, mayoritas kota atau kabupaten untuk sektor ini masuk kedalam
kategori unggulan dan andalan, kota yang sektor ini masuk kedalam kategori prospektif
adalah Kota Salatiga, sedangkan yang tertinggal adalah Kabupaten Batang dan
Kabupaten Kendal. Untuk kota atau kabupaten di Provinsi Jawa Timur, mayoritas sektor
ini masuk kedalam kategori andalan, kota atau kabupaten yang termasuk kategori
unggulan antara lain Kabupaten Gresik, Kota Malang, Kota Mojokerto, Kota Pasuruan,
Kota Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Sidoarjo,
Kabupaten Tuban, serta Kabupaten Tulungagung. Untuk Provinsi DI Yogyakarta, Hanya
Kota Yogyakarta yang sektor ini masuk dalam kategori unggulan, kabupaten lainnya
masuk kedalam kategori andalan. Di Provinsi Banten, hanya satu daerah yaitu Kota
Tangerang yang masuk kedalam kategori tertinggal, kota atau kabupaten lain masuk
kedalam kategori prospektif, andalan, dan unggulan.
2. Pulau Sumatera
Di wilayah Pulau Sumatera, sebagian besar wilayah kota dan kabupaten yang ada sektor
listrik, gas, dan air
bersih mayoritas
masuk kedalam
kategori andalan
dan tertinggal.
Beberapa dae-
rah masuk da-
lam kategori
prospektif dan
unggulan, dian-
taranya kota dan
kabupaten yang
Gambar 7.4. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Sumatera
Banda Aceh
Aceh Barat Daya
Aceh Barat
Aceh Besar
Aceh Jaya
Aceh Pidie
Aceh Selatan
Aceh Singkil
Aceh Tamiang
Aceh Tengah
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Simeulue
Bireuen
Pidie Jaya
Gayo Lues
Bener Meriah
Sabang
Lhokseumawe
Langsa
SubulussalamNagan Raya
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Nias Barat
Nias Selatan
Nias UtaraNias
Langkat
Ta0h Karo
Deli Serdang Simalungun Asahan
Labuhan Batu Selatan
Labuhan Batu Utara
Labuhan BatuDairi
Toba SamosirMandailing Natal
Pakpak Bharat
Humbang Hasundutan
Samosir
Serdang Bedagai
Batu Bara
Padang Lawas Utara
Padang Lawas
MedanPematang Siantar
Sibolga
Tanjung Bala
Binjai
Tebing Tinggi
Padang Sidempuan
Gunung SitoliPesisir SelatanSolok Selatan
Solok
Sawahlunto Sijunjung
Tanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Limapuluh Kota
Pasaman BaratPasaman
Kepulauan Mentawai
Dharmas RayaPasaman Barat
PasamanPadang
SolokSawahlunto
Padang Panjang
Bukittinggi
PayakumbuhPariamanKampar
Indragiri Hilir
Indragiri HuluBengkalis
Pelalawan
Rokan Hilir
Rokan Hulu
Siak
Kuantan Singingi
Kepulauan Meranti
Pekan Baru, Kota
Dumai, Kota
Kerinci
Merangin
SarolangunBatanghari
Muaro JambiTanjung Jabung BaratTanjung Jabung Timur
Bungo
Tebo
Jambi
Sungai Penuh
Ogan IlirOgan Komering IlirOgan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu Timur
Ogan Komering Ulu
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyuasin
Banyuasin
Empat Lawang
Palembang
Pagar AlamPrabumulih
Bengkulu Selatan
Bengkulu Tengah
Bengkulu Utara
Rejang Lebong
Kaur
Seluma
Mukomuko
Lebong
Kepahiang Bengkulu, Kota
Lampung Barat
Lampung Selatan
Lampung Tengah
Lampung Timur Lampung Utara
Tulang Bawang Barat
Tulang Bawang
Tanggamus
Way Kanan
Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Bandar Lampung
MetroBangka Barat
Bangka Selatan
Bangka Tengah
BangkaBelitung Timur
Belitung
Pangkal Pinang
BintanKarimun
Natuna
LinggaKepulauan Anambas
Batam
Tanjung Pinang
DS
LQ
SSLQ
117
berada di wilayah Provinsi Sumatera utara, Sumatera barat, Jambi, dan Sumatera
Selatan.
3. Pulau Kalimantan
Mayoritas wilayah kabupaten dan kota di wilayah Pulau Kalimantan sektor listrik,
gas, dan air bersih sebagian besar tergolong kategori andalan dan tertinggal. Beberapa
wilayah yang termasuk dalam kategori unggulan untuk sektor ini antara lain adalah
Kabupaten Pontianak, Kota Singkawang, Kota Banjar Baru, Kabupaten Tana Tidung, dan
Kota Tarakan, sedangkan untuk yang masuk kedalam kategori prospektif antara lain Kota
Palangkaraya, Kota Banjarmasin, dan Kota Samarinda.
4. Bali dan Nusa Tenggara
Di wilayah ini kota atau kabupaten dengan sektor listrik, gas, dan air bersih
mayoritas masuk kedalam kategori andalan, hanya beberapa wilayah yang sektor ini
masuk kedalam kategori sektor andalan, diantaranya adalah Kota Denpasar, Kabupaten
Badung, dan Kabupaten Klungkung di Provinsi Bali. Selain itu, kota atau kabupaten yang
Gambar 7.5. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Kalimantan
SambasPontianak, Kota
Pontianak
Sanggau
Ketapang
Sintang
Kapuas Hulu
Bengkayang
Landak
SekadauMelawi
Kayong UtaraKubu Raya
Singkawang, KotaKotawaringin Barat
Kotawaringin Timur
Kapuas Hulu
Kapuas Barito Selatan
Barito Timur
Barito Utara
Katingan
Seruyan
Sukamara
Lamandau
Gunung Mas
Pulang Pisau
Murung Raya
Palangkaraya, Kota
Tanah LautKota Baru
Banjar, Kota
Barito Kuala
TapinHulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai UtaraTabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Banjarmasin, Kota
Banjar Baru, KotaKutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Bulungan
Nunukan
Malinau
Penajam Paser Utara Tana Tidung
Balikpapan, Kota
Samarinda, Kota
Tarakan, Kota
Bontang, Kota
DS
LQ
SSLQ
118
sektor ini masuk
kedalam kate-
gori tertinggal
diantaranya Ka-
bupaten Sum-
bawa Barat, Ka-
bupaten Mang-
garai Barat, Ka-
bupaten Ngada,
dan Kabupaten
Sabu Raijau. Ti-
dak ada satu-
pun Kota atau
Kabupaten yang
sektor listrik, gas, dan air bersihnya masuk kedalam kategori prospektif.
5. Sulawesi
Gambar 7.6. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Bali dan Nusa Tenggara
DenpasarBadung
Bangli
Buleleng
Gianyar
Jembrana
Karang Asem KlungkungTabanan
Bima
MataramBima
Dompu
Lombok BaratLombok TengahLombok Timur
Lombok Utara
Sumbawa Barat
Sumbawa
KupangSumba Timur
Alor
Belu
Ende
Flores Timur
Kupang
Lembata
Manggarai Barat
Manggarai Timur
Manggarai
Nagekeo
Ngada
Rote Ndao
Sabu Raijua
Sikka
Sumba Barat Daya
Sumba Barat
Sumba Tengah
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
DS
LQ
SSLQ
Gambar 7.7. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Sulawesi
Bitung
KotamobaguManado Tomohon
BolMong Selatan
BolMong Timur
BolMong Utara
BolMong
Kep. Siau Tagulandang BiaroKepulauan Sangihe
Kepulauan Talaud
Minahasa Selatan
Minahasa Tenggara
Minahasa UtaraMinahasa
Palu
Banggai KepulauanBuol
Donggala
Morowali
Parigi Moutong
Poso
Sigi Tojo Una-UnaToli-Toli
Bau-bauKendari
Bombana
Buton Utara
Buton
Kolaka Utara
Kolaka
Konawe Selatan
Konawe Utara
Konawe
Muna
Wakatobi
Mamuju Majene
MamasaMamuju Utara
Polewali Mandar
Makassar
Palopo
Pare-PareBantaeng
BarruBone
Bulukumba
Enrekang
GowaJeneponto
Luwu Timur
Luwu UtaraLuwu
Maros
Pangkajene Kepulauan
Pinrang
Selayar
Sidenreng Rappang
SinjaiSoppeng
Takalar
Tana Toraja
Toraja Utara
Wajo
Gorontalo
BoalemoBone Bolango
Gorontalo Utara
GorontaloPohuwato
DS
LQ
SSLQ
119
Persebaran sektor listrik, gas, dan air bersih di pulau sumatera didominasi oleh
kategori andalan. Beberapa wilayah yang masuk kategori unggulan antara lain Kota
Bitung, Kota Palu, Kota Tojo Una-Una, Kota Kendari, Kota Palopo, Kota Pare- Pare, dan
Kabupaten Takalar, sendangkan sektor tertinggal dan prospektif tersebar di beberapa
kota atau kabupaten di pulau ini.
6. Maluku dan Papua
Di wilayah Papua dan Kepulauan Maluku, tidak ada satupun kota atau kabupaten
dimana sektor listrik, gas, dan air bersihnya masuk kedalam kategori unggulan,
mayoritas masuk kedalam kategori andalan dan tertinggal. wilayah yang sektor ini
masuk kedalam kategori prospektif adalah Kabupaten Biak Numfor di Provinsi Papua.
Gambar 7.8. Klasifikasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Pulau Maluku dan Papua
Ambon
AsmatBiak Numfor
Boven Digoel
Buru Selatan
Buru
Deiyai
Dogiyai
Fak-Fak
Halmahera BaratHalmahera Selatan
Halmahera Tengah
Halmahera Timur
Halmahera Utara
Intan Jaya
Jayapura
Jayapura, KotaJayawijaya
Kaimana
Keerom
Kepulauan Aru
Kepulauan Sula
Lanny Jaya
Maluku Barat DayaMaluku Tengah
Maluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Mamberamo RayaMamberamo Tengah
Manokwari
Mappi
Maybrat
Merauke
Mimika
Morotai
Nabire
Nduga
Paniai
Pegunungan Bintang
Puncak Jaya
Puncak
Raja Ampat
Sarmi
Seram Bagian Barat
Seram Bagian Timur
Sorong Selatan
Sorong Sorong, Kota
Supiori
Tambrauw
Teluk Bintuni
Teluk Wondama
Ternate, Kota
Tidore Kepulauan
Tolikara
Tual
WaropenYahukimo
Yalimo
Yapen Waropen
DS
LQ
SSLQ
126
sumber gambar: http://kontraktordijakarta.files.wordpress.com/2013/07/jasa-konstruksi-di-jakarta.jpg
127
ektor konstruksi merupakan salah satu dari dari 9 sektor yang menyusun
produk domestik bruto dalam perekonomian. Kegiatan dalam sektor ini
meliputi pembuatan, pembangunan, pemasangan, dan perbaikan berat
maupun ringan semua jenis konstruksi yang keseluruhan kegiatan tersebut dapat dirinci
menurut standar KLUI. Sektor konstruksi atau bangunan terbagi dalam 5 bagian, yaitu
bangunan tempat tinggal dan bangunan bukan tempat tinggal, prasarana pertanian,
Jalan-Jembatan- Pelabuhan, bangunan Instalasi listrik-gas-air minum dan komunikasi
serta bangunan yang lain.
Gambar 7.1 Total PDB Sektor Konstruksi Provinsi 2004-2013 (milyar rupiah)
Sumber: BPS
Perkembangan sektor ini dari tahun ke tahun mencatatkan perkembangan yang
cukup positif, yaitu bertambah dari tahun 2005 berjumlah sekitar 200 triliun menjadi
sekitar 800 triliun pada tahun 2012 (berdasarkan harga berlaku). Pertumbuhan sektor
ini juga tercatat rata rata berada di kisaran 7,4 persen per tahun dalam kurun 2004-
2013. Pangsa sektor konstruksi terhadap produk domestik bruto sektor ini secara
nasional didominasi oleh provinsi yang berada di Pulau Jawa, diantaranya adalah
Provinsi DKI Jakarta dengan pangsa 31 persen, disusul oleh Provinsi Jawa Barat dengan
9,4 persen dan Provinsi Jawa Timur dengan 8,4 persen di tempat ke 2 dan ke 3.
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
800000
900000
1000000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
Harga konstan 2000 Harga Berlaku
S
128
Gambar 7.2. Pangsa Sektor Konstruksi Provinsi 2011 (persen)
Sumber: INDODAPOER, Worldbank
Klasifikasi Sektor Unggulan Listrik, Gas, dan Air Bersih Berdasarkan Gabungan
SSLQ dan DSLQ
1. Pulau Jawa
Sektor konstruksi kota atau kabupaten yang berada di Pulau Jawa secara garis
besar masuk ke dalam sektor ungulan dan andalan. Terdapat beberapa wilayah
kabupaten atau kota yang sektor konstruksinya tergolong kategori prospektif,
0 5 10 15 20 25 30 35
Maluku Utara
Maluku
Sulawesi Barat
Bengkulu
Gorontalo
Papua Barat
Nusa Tenggara Timur
Kepulauan Bangka Belitung
Jambi
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tenggara
Bali
Sulawesi Tengah
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Selatan
Lampung
Kepulauan Riau
D I Yogyakarta
Sumatera Barat
Papua
Nanggroe Aceh Darussalam
Banten
Kalimantan Barat
Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan
Riau
Kalimantan Timur,
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
Jawa Tengah
Jawa Timur
Jawa Barat
DKI Jakarta
129
diantaranya Kota Bogor, Kota Cimahi di Provinsi Jawa Barat, kota Magelang di Provinsi
Jawa Tengah, Kota Surabaya di Provinsi Jawa Timur, Kota Yogyakarta di Provinsi DI
Yogyakarta, serta Kota Tangerang Selatan di Provinsi banten. Selain itu, terdapat pula
beberapa kota atau kabupaten yang sektor konstruksinya tergolong kategori tertinggal,
diantaranya Kabupaten Administratif Kepualuan Seribu, Kota Sukabumi, Kabupaten
Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Batang,
Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Kendal, Kabupaten Sragen, Kota Blitar, Kabupaten
Jombang, Kabupaten Sampang, Kabupaten Situmbondo, Kabupaten Bantul, Kota
Cilegon, serta Kota Tangerang.
2. Pulau
Sumatera
Untuk kabupaten atau kota yang berada di pulau Sumatera, kategori untuk
sektor konstruksi tersebar dengan berbagai kategori. Untuk Provinsi Aceh, sektor
unggulan mendominasi kategori untuk sektor konstruksi di kabupaten atau kota di
provinsi ini. Sementara itu, untuk Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau, sebagian
besar wilatah kabupaten dan kota di wilayah tersebut sektor konstruksinya masuk
kategori andalan. Sementara itu, untuk provinsi Sumatera Selatan didominasi dengan
Gambar 7.3. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Jawa
Kepulauan Seribu
Jakarta BaratJakarta Pusat Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Jakarta Utara
Bogor, Kota
BogorCianjur
Bandung, KotaBandung
Sukabumi, Kota
Sukabumi
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon, KotaMajalengka
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi, Kota
Bekasi
Bandung Barat
Cirebon
Depok
Cimahi
Tasikmalaya, Kota
Banjar
Sumedang
Magelang, Kota
Pekalongan, KotaSalatiga
Semarang, KotaSurakarta
Tegal, KotaBanjarnegara
Banyumas
Batang
BloraBoyolali
Brebes
Cilacap
Demak
Grobogan
Jepara
Karanganyar
Kebumen
Kendal
Klaten
Kudus
Magelang
Pati
PekalonganPemalang
Purbalingga
Purworejo
RembangSemarang
Sragen
SukoharjoTegal
Temanggung
Wonogiri
Wonosobo
Batu
Blitar, Kota
Kediri, Kota
Madiun, Kota
Malang, Kota
Mojokerto, KotaPasuruan, KotaProbolinggo, Kota
Surabaya
Bangkalan
Banyuwangi
BlitarBojonegoro
BondowosoGresik
Jember
Jombang
KediriLamongan
LumajangMadiun Magetan
Malang
Mojokerto
Nganjuk
Ngawi
Pacitan
PamekasanSampang
Pasuruan
Ponorogo
ProbolinggoSidoarjo
Situbondo
SumenepTrenggalek
Tuban
TulungagungYogyakarta
Bantul
Gunung Kidul
Kulon Progo
Sleman
Cilegon
Serang, Kota
Tangerang Selatan
Tangerang, Kota
Lebak
PandeglangSerang
Tangerang
DS
LQ
SSLQ
130
kategori unggulan dengan Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Rawas, dan
Kabupaten Musi Banyuasin masuk kategori andalan.
Untuk pro-
vinsi Lam-
pung, seba-
gian besar
masuk keda-
lam kategori
andalan dan
tertinggal,
dengan ha-
nya Kota
Bandar Lam-
pung yang
masuk kate-
gori prospektif. Provinsi kepulauan Riau hanya terdapat sektor konstruksi di kabupaten
dan kota dengan kategori andalan dan unggulan, serta Provinsi Bangka Belitung dengan
sebagian besar sektor konstruksi tergolong kategori unggulan, dengan Kabupaten
Bangka Barat masuk dalam kategori andalan dan Kota Pangkal Pinang dengan kategori
Prospektif.
3. Kalimantan
Di wilayah kabupaten atau kota di Provinsi Kalimantan Barat, sektor Konstruksi
didominasi oleh kategori andalan dan unggulan. Kota Pontianak merupakan satu-
satunya wilayah di Provinsi ini yang sektor konstruksinya tergolong kategori prospektif.
Untuk provinsi Kalimantan Tengah, mayoritas tergolong dalam kategori unggulan dan
andalan. Untuk yang termasuk dalam kategori tertinggal terdapat di Kabupaten
Kotawaringin Barat. Selain itu, di wilayah Kalimantan Selatan cukup tersebar untuk
kategori andalan, tertinggal, dan prospetif, walaupun hanya satu Kota, yaitu Kota Banjar
Gambar 7.4. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Sumatera
Banda Aceh
Aceh Barat Daya
Aceh Barat
Aceh Besar
Aceh Jaya
Aceh Pidie
Aceh Selatan
Aceh Singkil
Aceh Tamiang
Aceh Tengah
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Utara
Simeulue
Bireuen
Pidie Jaya
Gayo Lues
Bener Meriah
Sabang
Lhokseumawe
Langsa
Subulussalam
Nagan RayaTapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Nias Barat
Nias Selatan
Nias Utara
Nias
Langkat
Ta0h Karo
Deli Serdang
Simalungun
Asahan
Labuhan Batu Selatan
Labuhan Batu Utara
Labuhan Batu
Dairi Toba Samosir
Mandailing Natal
Pakpak BharatHumbang Hasundutan
Samosir
Serdang Bedagai
Batu Bara
Padang Lawas UtaraPadang Lawas
Medan
Pematang SiantarSibolga
Tanjung Bala
Binjai
Tebing Tinggi
Padang Sidempuan
Gunung SitoliPesisir Selatan
Solok Selatan
Solok
Sawahlunto SijunjungTanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Limapuluh Kota
Pasaman BaratPasaman
Kepulauan Mentawai
Dharmas Raya
Pasaman BaratPasaman
Padang
Solok
Sawahlunto
Padang Panjang
Bukittinggi
PayakumbuhPariaman
Kampar
Indragiri HilirIndragiri Hulu
Bengkalis
Pelalawan
Rokan Hilir
Rokan Hulu
Siak
Kuantan Singingi
Kepulauan Meranti
Pekan Baru, Kota
Dumai, Kota
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batanghari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Barat
Tanjung Jabung Timur
Bungo
Tebo
Jambi
Sungai PenuhOgan IlirOgan Komering Ilir
Ogan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu Timur
Ogan Komering Ulu
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyuasin
Banyuasin
Empat LawangPalembang
Pagar AlamPrabumulih
Bengkulu Selatan
Bengkulu Tengah
Bengkulu Utara
Rejang Lebong
Kaur
Seluma
Mukomuko
Lebong
Kepahiang
Bengkulu, Kota
Lampung Barat
Lampung Selatan
Lampung TengahLampung Timur
Lampung Utara
Tulang Bawang Barat
Tulang Bawang
Tanggamus
Way Kanan
Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Bandar Lampung
Metro
Bangka BaratBangka SelatanBangka Tengah
Bangka
Belitung TimurBelitung
Pangkal Pinang
Bintan
Karimun
Natuna
Lingga
Kepulauan Anambas
Batam
Tanjung Pinang
DS
LQ
SSLQ
131
Baru yang masuk dalam kategori unggulan. Untuk Provinsi Kalimantan Timur, mayoritas
sektor konstruksi di wilayah ini didominasi oleh sektor tertinggal dan andalan. Hanya
Kabupaten Kutai Barat yang tergolong kategori unggulan dan Kabupaten Nunukan serta
Kabupaten Malinau yang tergolong kategori prospektif.
4. Bali dan Nusa Tenggara
Kota atau kabupaten di provinsi Bali sektor konstruksinya mayoritas tergolong
kategori andalan, hanya ada tiga wilayah yang sektor konstruksinya tertinggal,
dinataranya adalah Kota Denpasar, Kabupaten Bangli, dan Kabupaten Gianyar.
Sementara untuk Kepulauan Nusa Tenggara, kategori unggulan untuk sektor ini terdapat
di kota atau kabupaten di wilayah Nusa Tenggara Barat. Wilayah di Provinsi ini yang
sektor konstruksi tergolong kategori prospektif antara lain adalah Kabupaten Lombok
Tengah, sedangkan untuk kategori tertinggal adalah Kabupaten Sumbawa Barat. Untuk
kabupaten atau kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur, sektor konstruksi mayoritas
Gambar 7.5. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Kalimantan
Sambas
Pontianak, Kota
PontianakSanggau
KetapangSintang
Kapuas HuluBengkayang
LandakSekadau
Melawi
Kayong Utara
Kubu Raya
Singkawang, Kota
Kotawaringin Barat
Kotawaringin Timur
Kapuas Hulu
Kapuas
Barito Selatan
Barito TimurBarito Utara
Katingan
SeruyanSukamaraLamandau Gunung MasPulang Pisau
Murung Raya
Palangkaraya, KotaTanah Laut
Kota Baru
Banjar, KotaBarito Kuala
Tapin
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai TengahHulu Sungai UtaraTabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Banjarmasin, Kota
Banjar Baru, Kota
Kutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Bulungan
Nunukan
Malinau
Penajam Paser Utara
Tana Tidung
Balikpapan, Kota
Samarinda, KotaTarakan, Kota
Bontang, Kota
DS
LQ
SSLQ
132
tergolong kategori tertinggal, dengan beberapa kota atau kabupaten dimana sektor
konstruksinya tergolong kategori unggulan, prospektif, dan andalan.
5. Sulawesi
Sektor konstruksi di kabupaten atau kota yang berada di Pulau Sulawesi memiliki
kategori yang berbeda setiap wilayah. Untuk Sulawesi bagian utara, mayoritas sektor ini
masuk kedalam kategori unggulan, dan dua kota yang tergolong kategori prospektif
adalah Kota Bitung dan Kota Manado. Untuk Sulawesi Tengah, mayoritas sektor ini
termasuk dalam kategori andalan dan tertinggal, kota Palu, Kabupaten Donggala,
Kabupaten Parigi Moutong, dan Kabupaten Sigi dengan sektor ini masuk kategori
unggulan, dan Kabupaten Tojo Una-una masuk kedalam kategori prospektif. Untuk
Sulawesi bagian Tenggara, sebagian besar sektor ini masuk kedalam kategori unggulan.
Beberapa wilayah yang masuk kategori prospektif untuk sektor konstruksinya antara lain
Kabupaten Buton Utara dan Kabupaten Konawe, serta satu daerah yang tergolong
kategori tertinggal sektor konstruksinya adalah Kabupaten Buton. Sulawesi bagian barat
dimana terdapat Kota Mamuju dan Kabupaten Mamuju Utara yang sektor konstruksinya
Gambar 7.6. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Bali dan Nusa Tenggara
Denpasar
Badung
Bangli
Buleleng
Gianyar
JembranaKarang Asem
Klungkung
Tabanan
Bima MataramBima
Dompu
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Lombok Utara
Sumbawa Barat
Sumbawa
Kupang
Sumba Timur
Alor
Belu
Ende
Flores Timur
Kupang
Lembata
Manggarai Barat
Manggarai Timur
Manggarai
NagekeoNgadaRote Ndao
Sabu Raijua
Sikka
Sumba Barat Daya
Sumba Barat Sumba Tengah
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
DS
LQ
SSLQ
133
tergolong tertinggal, Kabupaten Majene dan Mamasa yang tergolong unggulan,
Kabupaten Polewali Mandar yang tergolong kategori andalan. Untuk Sulawesi Selatan,
mayoritas berkategori andalan dan unggulan untuk sektor konstruksinya, dengan
beberapa daerah berkategori prospektif seperti Kota Makassar, kabupaten Enrekang,
dan Kabupaten Sidenreng Rappang, serta beberapa daerah yang termasuk kategori
tertinggal seperti Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Luwu Timur, dan Kabupaten
Takalar. Untuk Provinsi Gorontalo, yang sektor konstruksinya tergolong unggulan antara
lain Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango, untuk sektor andalan adalah
Kabupaten Gorontalo Utara, Prospektif kabupaten Pohuwanto, dan kategori tertinggal
terdapat di kabupaten Gorontalo.
6. Maluku dan Papua
Mayoritas sektor konstruksi di kabupaten atau kota di kepulauan Maluku termasuk
dalam kategori andalan, hanya Kabupaten Halmahera Barat yang sektor konstruksinya
tergolong kategori tertinggal. Selain itu, di Pulau Papua, sebagian besar sektor
Gambar 7.7. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Sulawesi
Bitung
Kotamobagu
Manado
Tomohon
BolMong SelatanBolMong Timur BolMong Utara
BolMong
Kep. Siau Tagulandang BiaroKepulauan Sangihe
Kepulauan TalaudMinahasa SelatanMinahasa TenggaraMinahasa Utara
MinahasaPaluBanggai Kepulauan
Buol
Donggala
Morowali
Parigi Moutong
Poso
Sigi
Tojo Una-Una
Toli-Toli
Bau-bau
Kendari
Bombana
Buton Utara
Buton
Kolaka UtaraKolaka
Konawe Selatan
Konawe Utara
Konawe
Muna
Wakatobi
Mamuju
Majene
Mamasa
Mamuju Utara
Polewali Mandar
Makassar
Palopo
Pare-Pare
Bantaeng
BarruBone
Bulukumba
Enrekang
Gowa
Jeneponto
Luwu Timur
Luwu Utara
LuwuMaros
Pangkajene Kepulauan
Pinrang
Selayar
Sidenreng Rappang
SinjaiSoppeng
Takalar
Tana Toraja
Toraja Utara
WajoGorontalo
Boalemo
Bone Bolango
Gorontalo Utara
Gorontalo
Pohuwato
DS
LQ
SSLQ
134
konstruksi di wilayah kabupaten atau kota di pulau ini masuk dalam kategori unggulan,
beberapa wilayah yang masuk kategori prospektif sektor konstruksinya antara lain
adalah Kota jayapura, Kabupaten Asmat, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Intan Jaya,
Kabupaten Keerom, Kabupaten Tolikara, Kota Sorong, Kabupaten Fak-Fak, dan
Kabupaten Kaimana. Untuk kategori andalan berada di wilayah Kabupaten Dogiyai,
Kabupaten Raja Ampat, dan Kabupaten Sorong, sedangkan untuk kategori tertinggal
berada di wilayah Kabupaten Mimika dan Kabupaten Teluk Bintuni.
Gambar 7.8. Klasifikasi Sektor Konstruksi Pulau Maluku dan Papua
Ambon
Asmat
Biak Numfor
Boven Digoel
Buru Selatan
Buru
Deiyai
Dogiyai
Fak-Fak
Halmahera Barat
Halmahera Selatan Halmahera Tengah
Halmahera TimurHalmahera Utara
Intan Jaya
Jayapura
Jayapura, Kota
Jayawijaya
Kaimana
Keerom
Kepulauan AruKepulauan Sula
Lanny JayaMaluku Barat Daya
Maluku TengahMaluku Tenggara Barat
Maluku Tenggara
Mamberamo Raya
Mamberamo Tengah
Manokwari
Mappi
Maybrat
Merauke
Mimika
MorotaiNabire
Nduga
Paniai Pegunungan Bintang
Puncak Jaya
Puncak
Raja Ampat
Sarmi
Seram Bagian BaratSeram Bagian Timur
Sorong Selatan
Sorong
Sorong, Kota
Supiori
Tambrauw
Teluk Bintuni
Teluk Wondama
Ternate, Kota
Tidore Kepulauan
Tolikara
Tual
Waropen
Yahukimo
Yalimo
Yapen Waropen
DS
LQ
SSLQ
142
ektor Jasa-jasa termasuk dalam sektor tersier yang menyumbang hingga
10,6 persen dari total PDB Indonesia. PDB sektor jasa-jasa terdiri dari jasa
pemerintahan umum dan jasa swasta. Jasa-jasa pemerintahan umum
menyumbang sebesar 486,3 triliun rupiah pada tahun 2012, meningkat 12,22 persen
dari tahun 2011 sebesar 433,4 triliun rupiah. Sementara subsektor swasta terdiri dari
subsektor jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, dan jasa perorangan
dan rumah tangga. Masing-masing subsektor tersebut pada tahun 2012 menyumbang
159,3 triliun, 23,1, dan 221,3 triliun rupiah. Sementara untuk subsektor swasta sendiri
menyumbang 45,4 persen dari total sektor jasa-jasa.
Tabel 9.1. PDB Sektor Jasa-jasa Atas Dasar Harga Konstan 2000 2007-2013 (triliun
rupiah)
Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
1. Non Jasa 3552.7 4466.8 5032.1 5786.5 6634.2 7339.4 8083.1
2. Jasa-jasa 398.2 481.8 574.1 660.4 785.0 890.0 1000.8
a. Pemerintahan Umum 205.3 257.5 318.6 359.8 433.4 486.3 541.2
1). Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan
124.8 157.7 195.1 220.5 266.4 300.5 334.0
2). Jasa Pemerintahan Lainnya
80.6 99.8 123.5 139.3 167.0 185.8 207.2
b. Swasta 192.9 224.3 255.5 300.5 351.6 403.7 459.6
1). Jasa Sosial Kemasyarakatan
70.0 83.8 97.5 114.2 135.2 159.3 185.2
2). Jasa Hiburan dan Rekreasi
11.3 13.0 14.8 17.3 20.5 23.1 26.4
3). Jasa Perorangan dan Rumah tangga
111.6 127.4 143.2 168.9 196.0 221.3 248.0
Produk Domestik Bruto 3950.9 4948.7 5606.2 6446.9 7419.2 8229.4 9084.0
Sumber: BPS (diolah)
S
143
0 5 10 15 20 25
Maluku UtaraGorontalo
Sulawesi BaratMaluku
Kepulauan Bangka BelitungKepulauan Riau
Papua BaratSulawesi Tenggara
JambiBengkulu
Nusa Tenggara BaratKalimantan Timur,
Kalimantan TengahPapua
Sulawesi UtaraKalimantan Selatan
Sulawesi TengahLampung
Nusa Tenggara TimurKalimantan Barat
D I YogyakartaBanten
BaliRiau
Sulawesi SelatanSumatera Selatan
Nanggroe Aceh DarussalamSumatera BaratSumatera Utara
Jawa TengahJawa BaratJawa TimurDKI Jakarta
Tabel 9.2. Pertumbuhan PDB Sektor Jasa-jasa 2007-2013 (triliun rupiah)
Sektor 2008 2009 2010 2011 2012* 2013**
1. Jasa-jasa 21.01 19.15 15.02 18.88 13.37 12.45
a. Pemerintahan Umum 25.42 23.70 12.95 20.43 12.22 11.28
b. Swasta 16.31 13.93 17.61 17.01 14.80 13.86
Sumber: BPS (diolah)
Jika dilihat dari pertumbuhan sektor jasa-jasa dalam PDB Indonesia mengalami
penurunan, yakni tahun 2012 sektor jasa-jasa pertumbuhannya menurun menjadi 13,37
persen yang sebelumnya pada tahun 2011 pertumbuhannya mencapai 18,88 persen.
Hal yang sama terjadi pada subsektor jasa pemerintahan umum dan jasa swasta yang
turun menjadi 12,22 persen dan 14,80 persen pada tahun 2012.
Gambar 9.3 Pangsa Sektor Jasa-jasa Provinsi Indonesia 2011 (persen)
Sumber: INDODAPOER, Worldbank
144
Pangsa sektor jasa-jasa di Indonesia berdasarkan provinsi, sebagian besar di
dominasi DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara. DKI
Jakarta merupakan pangsa terbesar dengan nilai kontribusi sebesar 22,27 persen, kedua
Jawa Timur 14,57 persen, ketiga Jawa Barat 10,66 persen, Jawa Tengah 9,24 persen, dan
Sumatera Utara 5,86 persen. Provinsi lainnya menyumbang pangsa sektor jasa-jasa rata-
rata 1 hingga 3 persen.
Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa berdasarkan gabungan SSLQ dan DSLQ
1. Jawa
Sektor Unggulan di sektor jasa-jasa untuk wilayah Pulau Jawa hanya terdapat di
Kabupaten Klaten Jawa Tengah, dengan nilai SSLQ 0,24 dan DSLQ 0,10. Wilayah lainnya
di Jawa termasuk dalam klasifikasi sektor prospektif meliputi seluruh wilayah DKI Jakarta
kecuali Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu. Di Jawa Barat sektor prospektif meliputi
Cianjur, Kota Bandung, Sukabumi, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Majalengka,
dan Cirebon. Sedangkan wilayah lain di Jawa Barat sektor jasa merupakan sektor yang
tertinggal. Di wilayah Jawa Tengah sektor prospektif terdapat di Kota Magelang,
Pekalongan, Salatiga, Surakarta, Banjarnegara, Kabupaten Banyumas, Batang, Boyolali,
Demak, Grobogan, Jepara, Kebumen, Kabupaten Magelang, Pekalongan, Pekalongan,
Purbalingga, Purworejo, Rembang, Sragen, Temanggung, Wonogiri, dan Wonosobo.
Sementara wilayah Provinsi Banten sektor prospektif terdapat di Serang, Tangerang
Selatan, Kabupaten Lebak, dan Pandeglang, sedangkan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta seluruhnya merupakan sektor prospektif jasa-jasa. Di Jawa Timur sektor
prospektif terdapat di Kota Batu, Kota Blitar, Madiun, Malang, Mojokerto, Pasuruan,
Probolinggo, Bangkalan, Kabupaten Blitar, Jember, Jombang, Kediri, Luamajang,
Madiun, Magetan, Kabupaten Malang, Ngawi, Nganjuk, Probolinggo, Ponorogo,
Trenggalek, dan Tulungagung, sedangkan wilayah lain di Jawa Timur termasuk dalam
sektor tertinggal.
145
2. Pulau Sumatera
Gambar 9.4. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Jawa
Kepulauan Seribu
Jakarta Barat
Jakarta Pusat
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Jakarta UtaraBogor, Kota
Bogor
CianjurBandung, Kota
Bandung
Sukabumi, Kota
SukabumiGarut
TasikmalayaCiamis
Kuningan
Cirebon, Kota
Majalengka
Indramayu
Subang
Purwakarta
KarawangBekasi, Kota
Bekasi
Bandung Barat
Cirebon
Depok
Cimahi
Tasikmalaya, Kota
Banjar
Sumedang
Magelang, Kota
Pekalongan, Kota
Salatiga
Semarang, KotaSurakarta
Tegal, Kota
Banjarnegara
Banyumas
Batang
Blora
Boyolali
Brebes
Cilacap
Demak
Grobogan
Jepara
Karanganyar
Kebumen
Kendal
Klaten
Kudus
Magelang
Pati
Pekalongan
Pemalang
PurbalinggaPurworejo
Rembang
Semarang
Sragen
Sukoharjo
Tegal
Temanggung
Wonogiri
Wonosobo
Batu
Blitar, Kota
Kediri, Kota
Madiun, Kota
Malang, Kota
Mojokerto, Kota
Pasuruan, Kota
Probolinggo, Kota
Surabaya
Bangkalan
Banyuwangi
Blitar
BojonegoroBondowoso
Gresik
Jember
Jombang
Kediri
Lamongan
Lumajang
MadiunMagetan
Malang
Mojokerto
Nganjuk
Ngawi
PacitanPamekasan
Sampang
Pasuruan
Ponorogo
Probolinggo
Sidoarjo
SitubondoSumenep
Trenggalek
Tuban
Tulungagung
Yogyakarta
BantulGunung Kidul
Kulon ProgoSleman
Cilegon
Serang, Kota
Tangerang Selatan
Tangerang, Kota
LebakPandeglang
SerangTangerang
DS
LQ
SSLQ
Gambar 9.5. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Sumatera
Banda Aceh
Aceh Barat Daya
Aceh Barat
Aceh Besar
Aceh Jaya
Aceh Pidie
Aceh Selatan
Aceh Singkil
Aceh Tamiang
Aceh Tengah
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Utara
Simeulue
Bireuen
Pidie Jaya
Gayo Lues
Bener Meriah
Sabang
Lhokseumawe
Langsa
Subulussalam
Nagan RayaTapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Nias Barat
Nias Selatan
Nias Utara
Nias
Langkat
Ta0h Karo
Deli Serdang
Simalungun
Asahan
Labuhan Batu Selatan
Labuhan Batu Utara
Labuhan Batu
Dairi Toba Samosir
Mandailing Natal
Pakpak BharatHumbang Hasundutan
Samosir
Serdang Bedagai
Batu Bara
Padang Lawas UtaraPadang Lawas
Medan
Pematang SiantarSibolga
Tanjung Bala
Binjai
Tebing Tinggi
Padang Sidempuan
Gunung SitoliPesisir Selatan
Solok Selatan
Solok
Sawahlunto SijunjungTanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Limapuluh Kota
Pasaman BaratPasaman
Kepulauan Mentawai
Dharmas Raya
Pasaman BaratPasaman
Padang
Solok
Sawahlunto
Padang Panjang
Bukittinggi
PayakumbuhPariaman
Kampar
Indragiri HilirIndragiri Hulu
Bengkalis
Pelalawan
Rokan Hilir
Rokan Hulu
Siak
Kuantan Singingi
Kepulauan Meranti
Pekan Baru, Kota
Dumai, Kota
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batanghari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Barat
Tanjung Jabung Timur
Bungo
Tebo
Jambi
Sungai PenuhOgan IlirOgan Komering Ilir
Ogan Komering Ulu SelatanOgan Komering Ulu Timur
Ogan Komering Ulu
Muara Enim
Lahat
Musi Rawas
Musi Banyuasin
Banyuasin
Empat LawangPalembang
Pagar AlamPrabumulih
Bengkulu Selatan
Bengkulu Tengah
Bengkulu Utara
Rejang Lebong
Kaur
Seluma
Mukomuko
Lebong
Kepahiang
Bengkulu, Kota
Lampung Barat
Lampung Selatan
Lampung TengahLampung Timur
Lampung Utara
Tulang Bawang Barat
Tulang Bawang
Tanggamus
Way Kanan
Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Bandar Lampung
Metro
Bangka BaratBangka SelatanBangka Tengah
Bangka
Belitung TimurBelitung
Pangkal Pinang
Bintan
Karimun
Natuna
Lingga
Kepulauan Anambas
Batam
Tanjung Pinang
DS
LQ
SSLQ
146
Hampir seluruh wilayah Pulau Sumatera merupakan sektor prospektif jasa,
kecuali Aceh Utara dan Kabupaten Dairi yang masuk dalam sektor unggulan. Sektor
prospektif jasa hampir tersebar di wilayah mulai dari Nanggroe Aceh Darussalam hingga
Lampung. Namun ada salah satu provinsi yang termasuk dalam sektor tertinggal jasa-
jasa yakni provinsi Kepulauan Riau yang seluruh kabupaten/kotanya diklasifikasikan
dalam sektor tertinggal.
3. Kalimantan
Di wilayah Kalimantan, sektor jasa-jasa kebanyakan bukan merupakan sektor
basis. Sektor jasa-jasa di pulau Kalimantan tidak ada yang diklasifikasikan dalam sektor
unggulan. Hanya beberapa saja daerah yang termasuk dalam sektor prospektif
diantaranya Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak, Sintang, Kapuas Hulu, Melawi,
Kanyong Utara, Kota Singkawang, Kapuas Hulu, Barito Selatan, Barito Timur, Katingan,
Lamandau, Gunung Mas, Banjarmasin, dan Kota Samarinda, sedangkan daerah lainnya
merupakan sektor tertinggal.
Gambar 9.6. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Kalimantan
SambasPontianak, Kota
Pontianak
Sanggau
Ketapang
Sintang
Kapuas Hulu
Bengkayang
Landak
SekadauMelawi
Kayong UtaraKubu Raya
Singkawang, KotaKotawaringin Barat
Kotawaringin Timur
Kapuas Hulu
Kapuas Barito Selatan
Barito Timur
Barito Utara
Katingan
Seruyan
Sukamara
Lamandau
Gunung Mas
Pulang Pisau
Murung Raya
Palangkaraya, Kota
Tanah LautKota Baru
Banjar, Kota
Barito Kuala
TapinHulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai UtaraTabalong
Tanah Bumbu
Balangan
Banjarmasin, Kota
Banjar Baru, KotaKutai Barat
Kutai Kartanegara
Kutai Timur
Berau
Bulungan
Nunukan
Malinau
Penajam Paser Utara Tana Tidung
Balikpapan, Kota
Samarinda, Kota
Tarakan, Kota
Bontang, Kota
DS
LQ
SSLQ
147
4. Bali dan Nusa Tenggara
Persebaran sektor Jasa di Pulau Bali semua termasuk dalam sektor prospektif
dimana jasa merupakan sektor basis, namun pertumbuhannya agak lambat kecuali
Kabupaten Badung yang bukan merupakan sektor basis jasa. Sementara di wilayah Nusa
Tenggara sektor unggulan jasa terdapat di Kabupaten Belu, Manggarai, Nagekeo, dan
Sumba Tengah sedangkan wilayah lain merupakan sektor prospektif di sektor jasa-jasa.
5. Sulawesi
Persebaran sektor jasa-jasa unggulan di Pulau Sulawesi terdapat di Bolang
Mongondow Timur, Kabupaten Sangihe, Monahasa Utara, Toli-toli, Buton Utara, dan
Kabupaten Gorontalo. Daerah lain di Sulawesi termasuk dalam sektor prospektif jasa-
jasa. Namun ada beberapa daerah yang termasuk dalam sektor tertinggal jasa-jasa
diantaranya adalah Kota Bitung, Kabupaten Buol, Morowali, Parigi Moutong, Kolaka
Utara, Kolaka, Konawe Utara, Luwu Timur dan Utara, Pangkajene Kepulauan, dan
Gorontalo Utara.
Gambar 9.7. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Bali dan Nusa Tenggara
Denpasar
Badung
Bangli
Buleleng
Gianyar
JembranaKarang Asem
KlungkungTabanan
BimaMataramBimaDompu
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Lombok Utara
Sumbawa Barat
Sumbawa
KupangSumba Timur
Alor
Belu
Ende
Flores TimurKupang
LembataManggarai BaratManggarai Timur
Manggarai
Nagekeo
NgadaRote Ndao
Sabu Raijua
Sikka
Sumba Barat Daya
Sumba Barat
Sumba Tengah
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
DS
LQ
SSLQ
148
6. Maluku dan Papua
Mayoritas sektor konstruksi di kabupaten atau kota di kepulauan Maluku termasuk
dalam kategori andalan, hanya Kabupaten Halmahera Barat yang sektor konstruksinya
tergolong kategori tertinggal. Selain itu, di Pulau Papua, sebagian besar sektor
konstruksi di wilayah kabupaten atau kota di pulau ini masuk dalam kategori unggulan,
beberapa wilayah yang masuk kategori prospektif sektor konstruksinya antara lain
adalah Kota jayapura, Kabupaten Asmat, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Intan Jaya,
Kabupaten Keerom, Kabupaten Tolikara, Kota Sorong, Kabupaten Fak-Fak, dan
Kabupaten Kaimana. Untuk kategori andalan berada di wilayah Kabupaten Dogiyai,
Kabupaten Raja Ampat, dan Kabupaten Sorong, sedangkan untuk kategori tertinggal
berada di wilayah Kabupaten Mimika dan Kabupaten Teluk Bintuni
Gambar 9.8. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Sulawesi
BitungKotamobagu
Manado
Tomohon
BolMong SelatanBolMong Timur
BolMong UtaraBolMongKep. Siau Tagulandang Biaro
Kepulauan SangiheKepulauan Talaud
Minahasa SelatanMinahasa Tenggara
Minahasa Utara
Minahasa
Palu
Banggai KepulauanBuol
Donggala
Morowali
Parigi MoutongPosoSigi
Tojo Una-Una
Toli-Toli
Bau-bau
KendariBombana
Buton Utara
Buton
Kolaka Utara
Kolaka
Konawe Selatan
Konawe Utara
KonaweMuna
Wakatobi
MamujuMajene
Mamasa
Mamuju Utara
Polewali Mandar
Makassar
Palopo
Pare-Pare
Bantaeng
Barru
Bone
BulukumbaEnrekang
GowaJeneponto
Luwu Timur Luwu Utara
Luwu
Maros
Pangkajene KepulauanPinrang
Selayar
Sidenreng Rappang
Sinjai
Soppeng
Takalar
Tana Toraja
Toraja Utara
Wajo
Gorontalo
BoalemoBone Bolango
Gorontalo Utara
Gorontalo
Pohuwato
DS
LQ
SSLQ
149
.
Gambar 9.9. Klasifikasi Sektor Jasa-Jasa Pulau Maluku dan Papua
Ambon
Asmat
Biak NumforBoven Digoel
Buru Selatan
Buru
DeiyaiDogiyai
Fak-FakHalmahera BaratHalmahera Selatan
Halmahera Tengah
Halmahera TimurHalmahera Utara
Intan Jaya
Jayapura
Jayapura, Kota
Jayawijaya
Kaimana
KeeromKepulauan Aru
Kepulauan Sula
Lanny Jaya
Maluku Barat Daya
Maluku Tengah
Maluku Tenggara BaratMaluku Tenggara
Mamberamo Raya
Mamberamo Tengah
Manokwari
Mappi
Maybrat
Merauke
Mimika
Morotai
Nabire
Nduga
Paniai
Pegunungan Bintang
Puncak Jaya
PuncakRaja Ampat
Sarmi
Seram Bagian Barat
Seram Bagian Timur
Sorong Selatan
Sorong
Sorong, Kota
Supiori
Tambrauw
Teluk Bintuni
Teluk Wondama
Ternate, Kota
Tidore Kepulauan
Tolikara
Tual
Waropen
Yahukimo
Yalimo
Yapen Waropen
DS
LQ
SSLQ
156
KESIMPULAN
Berdasarkan pemetaan sektor unggulan pembentuk PDRB dengan menggunakan
metode gabungan SSLQ dan DSLQ terhadap 497 kabupaten/kota di Indonesia, secara
keseluruhan sektor unggulan di kabupaten/kota di Pulau Jawa didominasi oleh sektor
pertanian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor listrik, gas, dan air bersih,
dan sektor konstruksi. Di wilayah Pulau Sumatera termasuk Kepulauan Riau dan Bangka
Belitung didominasi oleh sektor pertanian dan sektor konstuksi. Sektor unggulan di
kabupaten/kota di Kalimantan sebagian besar didominasi oleh sektor pertanian, sektor
pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi. Di wilayah Bali dan Nusa Tenggara
sektor yang paling banyak sektor unggulan adalah sektor pertanian dan konstruksi.
Sementara di wilayah Sulawesi, Papua, dan Maluku sektor pertanian dan sektor
konstruksi merupakan dominasi sektor unggulan kabupaten/kota. Oleh karena itu
dengan adanya pemetaan sektor unggulan kabupaten/kota ini diharapkan dapat
mengembangkan sektor masing-masing sesuai dengan kompetensi sektor unggulan
masing-masing kabupaten/kota.
157
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 1999. “Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah”.
Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. PDB Atas dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha [online]
dapat diakses pada:
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_-
subyek=11¬ab=1
Balitbang Kota Medan. 2013. “Identifikasi Sektor Industri Unggulan di Kota Medan TA
2012”. Medan.
Bank Indonesia. 2005. “Laporan Pemetaan Sektor Ekonomi (Sektor Pertanian)”. Jakarta.
Bank Indonesia. 2006. “Laporan Pemetaan Ekonomi Sektor Industri Non Migas”. Jakarta.
Bank Indonesia. 2006. “Laporan Pemetaan Sektor Ekonomi (Sektor Pertambangan)”.
Jakarta.
Bappenas. 2013. “Memantapkan Perekonomian Nasional Bagi Peningkatan
Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan”. Jakarta.
Bappenas. 2012. “Pembangunan Daerah Dalam Angka 2012”. Jakarta.
Blakely, Edward J. 1989. “Planning Local Economic Development: Theory and Practice”.
Sage Library of Social Research 168, Sage Publication. Washington
Fachrurrazy. 2009. “Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah
Kabupaten Aceh Utara Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB”. Tesis.
Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Hodgkinson, Ann. 2005. “Location Quotients and Shift-share Analysis: A Low Cost
Approach to Regional Development Planning”. Working Paper.
158
Kementrian Pertanian. “PDB Sektor Pertanian”. Buletin. Vol. 12 No. 3 Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian.
Kolokontes, D. Agryros, Chrysovalantis Karafillis, dan Fotios Chatzitheodoridis. 2008.
“Peculiarities and Usefulness of Multipliers, Elasticities, and Location Quetionts
for The Regional Development Planning: An Other View”. Romanian Journal of
Regional Science. Vol.2 No.2 Hal. 118-133
Kuncoro, Mudrajad dan Ahmad Nafis. 2010. “Mengapa Terjadi Growth Without
Development di Kalimantan Timur?”. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.11 No.2
Hal. 172-190
Kuncoro, Mudrajad dan Hairul Aswandi. “Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi
Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia
Vol.17 No.1 2002, Hal 27-45
Kuncoro, Mudrajad. 2000. “Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan”.
Edisi Pertama Cetakan Kedua. UUP AMP YKPN. Yogyakarta
Kuncoro, Mudrajad. 2004. “Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi,
Perencanaan, Strategi dan Peluang”. Erlangga. Jakarta
Ricardson, Harry. 1983. “The Relevance of Urban Economic Theory to Urban Policy
Analysis”. Policy Studies Review. Vol.3 No.1
Suhermanto, Maryunani, dan Sasongko. 2009. “Analisis Pemetaan Sektor Unggulan dan
Strategi Pengembangannya di Kabupaten Sumenep”.
Tarigan Robinson. 2005. “Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi”. Edisi Revisi. Penerbit
Bumi Aksara. Jakarta
Taufiqurrahman, Endang dan Tri Widodo. 2011. “Modified LQ dan Dynamic Economic
Database”. Jurnal Fokus Ekonomi. Vol.10 No.2 Hal. 168-182
159
UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah direvisi dengan UU
Nomor 32 Tahun 2004
UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah yang direvisi dengan UU Nomor 33 Tahun 2004
Widodo, Tri. 2006. “Perencanaan Pembangunan Aplikasi Komputer (Era Otonomi
Daerah)”. UPP STIM YKPN. Yogyakarta
Widodo, Tri. 2009. “Comparative Advantage: Theory, Empirical Measure, and Case
Studies”. Journal Review of Economics and Business Studies. IDEAS. Hal. 57-81
Wordbank. Indonesia Database for Research and Economi Policy [online] dapat diakses
pada:http://databank.worldbank.org/data/views/variableselection/selectvariab
les.aspx?source=indo~dapoer-(indonesia-database-for-policy-and-economic-
research)
LAMPIRAN 1 Symetric Static Location Quation (SSLQ)
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Ambon, Kota 0.06 -0.69 -0.07 -0.82 -0.97 0.49 0.07 0.45 -0.33
Balikpapan, Kota -0.69 0.51 -0.49 0.15 -0.99 -0.54 0.12 0.25 -0.05
Banda Aceh, Kota -0.61 0.01 -0.57 -0.82 -1.00 0.66 0.04 0.37 -0.40
Bandar Lampung, Kota
-0.59 0.06 0.46 -0.12 -0.73 0.18 -0.13 0.33 -0.31
Bandung, Kota -0.97 -0.09 -0.25 0.02 -1.00 0.07 0.32 0.18 0.37
Banjar Baru, Kota -0.49 0.45 -0.33 -0.26 -0.05 0.36 0.07 -0.01 0.23
Banjar, Kota 0.14 -0.05 -0.15 -0.32 -0.94 0.21 0.23 -0.06 -0.05
Banjarmasin, Kota -0.87 0.21 0.13 -0.17 -1.00 0.14 0.04 0.53 0.13
Batam, Kota -0.85 -0.36 -0.33 0.45 -0.97 -0.77 0.10 -0.44 -0.26
Batu, Kota 0.14 -0.56 -0.31 -0.53 -0.94 0.21 0.38 -0.36 0.16
Bau-bau, Kota -0.31 0.57 -0.04 -0.70 -0.83 0.40 0.03 0.17 -0.06
Bekasi, Kota -0.90 -0.24 -0.34 0.28 -1.00 -0.19 0.16 0.14 0.58
Bengkulu, Kota -0.48 -0.23 0.02 -0.68 -0.87 0.44 0.25 0.37 -0.09
Bima, Kota 0.14 0.10 -0.21 -0.76 -0.97 0.47 -0.05 0.38 -0.13
Binjai, Kota -0.36 0.21 0.29 -0.05 -0.11 0.32 -0.14 -0.22 0.14
Bitung, Kota 0.13 0.39 -0.28 -0.03 -0.85 -0.19 -0.45 0.50 0.20
Blitar, Kota -0.37 -0.16 0.12 -0.36 -1.00 0.37 0.19 0.27 0.16
Bogor, Kota -0.96 0.04 0.26 0.10 -1.00 -0.13 0.16 0.14 0.49
Bontang, Kota -0.98 -0.11 -0.87 0.59 -0.94 -0.90 -0.81 -0.87 -0.87
Bukittinggi, Kota -0.79 -0.28 0.08 -0.40 -1.00 0.48 0.01 0.52 0.29
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Cilegon, Kota -0.80 -0.90 -0.59 0.51 -0.98 -0.78 -0.29 -0.22 0.65
Cimahi, Kota -0.98 0.00 -0.59 0.43 -1.00 -0.25 0.02 -0.63 0.53
Cirebon, Kota -0.95 -0.05 0.01 0.10 -1.00 -0.03 0.19 0.31 0.36
Denpasar, Kota -0.40 -0.33 0.21 -0.32 -1.00 0.03 0.30 0.22 0.54
Depok, Kota -0.69 0.05 -0.37 0.25 -1.00 -0.11 0.20 -0.20 0.44
Dumai, Kota -0.59 0.24 -0.75 0.32 -0.91 0.02 -0.11 0.23 -0.51
Gorontalo, Kota -0.50 0.24 0.22 -0.49 -0.84 0.43 0.03 0.32 0.24
Gunung Sitoli, Kota
-0.24 0.39 -0.22 -0.81 -0.92 -0.11 0.35 0.36 -0.42
Jakarta Barat, Kota -0.99 0.31 0.46 -0.50 -1.00 0.13 0.13 0.36 -0.18
Jakarta Pusat, Kota
-1.00 0.20 0.69 -0.90 -1.00 0.19 -0.04 0.00 -0.53
Jakarta Selatan, Kota
-0.99 0.44 0.63 -0.87 -1.00 0.11 -0.01 0.18 -0.60
Jakarta Timur, Kota
-0.99 0.20 0.19 0.14 -1.00 0.04 -0.02 0.34 -0.27
Jakarta Utara, Kota
-0.98 0.22 -0.24 0.28 -1.00 -0.10 -0.05 0.33 0.14
Jambi, Kota -0.77 0.09 0.02 -0.14 -0.23 0.08 0.10 0.43 0.39
Jayapura, Kota -0.40 0.56 0.12 -0.74 -0.87 0.43 -0.20 0.41 -0.32
Kediri, Kota -0.97 -0.94 -0.32 0.51 -1.00 -0.73 0.00 -0.77 -0.63
Kendari, Kota -0.06 0.13 0.24 -0.45 -0.94 0.03 -0.04 0.51 0.31
Kotamobagu, Kota -0.43 0.50 0.25 -0.85 -0.42 0.54 -0.12 -0.02 -0.42
Kupang, Kota -0.56 0.26 -0.20 -0.79 -0.68 0.52 0.15 0.34 -0.12
Langsa, Kota -0.08 0.19 -0.39 -0.07 -0.96 0.24 0.20 -0.03 -0.37
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Lhokseumawe, Kota
-0.36 -0.18 -0.73 0.33 -0.94 -0.23 0.17 -0.18 -0.84
Lubuk Linggau, Kota
-0.40 0.58 0.20 -0.55 -0.73 0.31 0.06 -0.01 -0.43
Madiun, Kota -0.78 -0.19 -0.04 -0.18 -1.00 0.24 0.36 0.07 -0.03
Magelang, Kota -0.74 0.40 0.13 -0.75 -1.00 0.61 -0.46 0.43 0.39
Makassar, Kota -0.92 0.16 0.15 -0.09 -1.00 0.04 0.18 0.39 0.27
Malang, Kota -0.95 -0.39 -0.07 0.13 -0.99 0.17 0.32 -0.41 0.20
Mamuju, Kota 0.52 -0.02 -0.07 -0.75 -0.61 0.39 -0.41 -0.38 -0.39
Manado, Kota -0.81 0.42 0.10 -0.56 -0.98 0.33 0.15 0.41 -0.28
Mataram, Kota -0.60 0.21 0.34 -0.33 -1.00 0.10 -0.02 0.52 -0.17
Medan, Kota -0.76 0.29 0.25 -0.29 -1.00 0.06 0.12 0.45 0.09
Metro, Kota -0.08 -0.22 0.48 -0.66 -1.00 0.44 -0.09 0.19 -0.14
Mojokerto, Kota -0.86 -0.75 -0.05 -0.22 -1.00 0.34 0.27 0.35 0.51
Padang Panjang, Kota
-0.23 0.11 0.12 -0.44 -0.92 0.48 -0.28 0.47 0.38
Padang Sidempuan, Kota
-0.01 -0.02 0.25 -0.38 -0.93 0.37 0.07 0.10 -0.34
Padang, Kota -0.49 -0.17 -0.03 -0.19 -0.67 0.28 0.00 0.53 0.22
Pagar Alam, Kota 0.41 0.37 -0.11 -0.91 -0.69 0.22 0.00 -0.16 -0.73
Palangkaraya, Kota
-0.46 0.14 -0.07 -0.64 -0.66 0.57 -0.05 0.38 0.14
Palembang, Kota -0.91 0.17 -0.09 0.20 -1.00 0.12 -0.04 0.34 0.10
Palopo, Kota 0.19 0.29 0.24 -0.70 -0.96 0.16 0.05 0.15 0.20
Palu, Kota -0.69 0.22 0.17 -0.33 -0.26 0.53 -0.22 0.26 0.34
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Pangkal Pinang, Kota
-0.31 0.11 0.08 -0.42 -1.00 0.33 0.27 0.05 -0.05
Pare-Pare, Kota -0.37 0.16 0.32 -0.80 -0.93 0.13 0.15 0.48 0.12
Pariaman, Kota 0.31 0.18 0.00 -0.31 -0.67 0.25 -0.28 0.22 0.08
Pasuruan, Kota -0.59 0.09 -0.01 -0.18 -0.97 0.11 0.26 0.27 0.38
Payakumbuh, Kota -0.18 0.10 0.10 -0.55 -0.91 0.43 -0.06 0.45 0.12
Pekalongan, Kota -0.33 0.37 -0.11 -0.07 -1.00 0.18 0.13 0.12 0.01
Pekan Baru, Kota -0.84 0.46 -0.10 -0.42 -0.99 0.29 0.21 0.32 -0.02
Pematang Siantar, Kota
-0.66 0.13 0.21 -0.33 -1.00 0.16 0.22 0.36 -0.01
Pontianak, Kota -0.84 0.48 0.10 -0.49 -1.00 0.34 0.05 0.43 -0.33
Prabumulih, Kota -0.26 0.33 0.12 -0.57 0.55 -0.05 0.03 -0.34 -0.67
Probolinggo, Kota -0.34 -0.74 -0.08 -0.26 -1.00 0.05 0.37 0.27 0.08
Sabang, Kota -0.12 0.49 -0.59 -0.68 -0.76 0.61 -0.06 -0.28 -0.27
Salatiga, Kota -0.46 0.02 0.07 -0.08 -0.99 0.32 -0.04 0.33 0.64
Samarinda, Kota -0.75 -0.04 0.16 -0.07 -0.09 0.15 0.15 0.18 0.01
Sawahlunto, Kota -0.31 0.05 -0.20 -0.24 0.27 0.53 -0.30 0.10 -0.12
Semarang, Kota -0.86 0.43 -0.53 0.07 -0.96 0.13 0.19 0.11 0.05
Serang, Kota -0.26 0.57 0.04 -0.66 -1.00 0.39 0.09 -0.08 0.11
Sibolga, Kota 0.25 -0.09 0.02 -0.47 -1.00 0.31 -0.02 0.30 -0.29
Singkawang, Kota -0.05 0.17 -0.10 -0.50 -0.66 0.25 0.28 -0.05 0.07
Solok, Kota -0.29 0.34 -0.06 -0.42 -0.86 0.45 -0.30 0.48 0.47
Sorong, Kota -0.08 0.19 -0.14 -0.12 -0.79 0.01 0.05 0.41 -0.03
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Subulussalam, Kota
0.47 0.38 -0.76 -0.86 -0.75 -0.38 0.17 -0.09 -0.55
Sukabumi, Kota -0.66 -0.06 -0.08 -0.66 -1.00 0.10 0.30 0.56 0.00
Sumba Timur, Kota
0.40 0.12 -0.41 -0.89 -0.65 0.47 -0.08 -0.12 -0.60
Sungai Penuh, Kota
-0.15 -0.08 0.12 -0.55 -0.96 0.20 0.16 0.47 -0.17
Surabaya, Kota -0.99 0.04 -0.14 -0.04 -1.00 -0.04 0.34 0.20 0.32
Surakarta, Kota -0.99 0.37 0.09 0.02 -0.99 0.14 0.12 0.13 0.36
Tangerang Selatan, Kota
-0.88 0.11 0.13 -0.19 -0.99 0.22 0.23 0.19 0.55
Tangerang, Kota -0.98 -0.51 -0.41 0.34 -1.00 -0.62 0.17 0.28 -0.10
Tanjung Balai, Kota
0.18 0.16 -0.22 -0.15 -0.41 0.17 0.03 0.03 -0.31
Tanjung Pinang, Kota
-0.78 0.43 -0.03 -0.03 -0.99 -0.06 0.13 0.34 -0.24
Tarakan, Kota -0.22 -0.23 0.08 -0.40 -0.31 -0.21 0.33 0.23 0.33
Tasikmalaya, Kota -0.33 0.32 0.09 -0.14 -1.00 0.09 0.20 0.02 0.19
Tebing Tinggi, Kota
-0.82 0.16 0.04 -0.24 -0.98 0.41 0.10 0.39 -0.47
Tegal, Kota -0.24 0.22 0.07 -0.04 -1.00 -0.01 0.06 0.29 0.37
Ternate, Kota -0.16 -0.21 -0.08 -0.65 -0.76 0.28 0.22 0.46 -0.01
Tidore Kepulauan, Kota
0.55 -0.40 -0.70 -0.65 -0.86 -0.14 0.14 -0.31 -0.71
Tomohon, Kota -0.01 0.61 -0.52 -0.47 0.02 0.32 -0.14 -0.12 -0.12
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Tual, Kota 0.43 -0.54 -0.39 -0.98 -0.90 0.31 0.26 -0.52 -0.33
Yogyakarta, Kota -0.96 0.11 0.24 -0.38 -1.00 0.38 0.09 0.45 0.04
Aceh Barat Daya, Kab.
0.46 0.29 -0.73 -0.71 -0.85 0.25 0.04 -0.31 -0.67
Aceh Barat, Kab. 0.29 0.28 -0.68 -0.86 -0.89 0.45 0.11 -0.07 -0.53
Aceh Besar, Kab. 0.26 0.45 -0.62 -0.78 -0.51 0.39 0.05 -0.08 -0.61
Aceh Jaya, Kab. 0.47 0.05 -0.68 -0.47 -0.78 0.36 -0.27 0.03 -0.45
Aceh Pidie, Kab. 0.51 -0.16 -0.68 -0.64 -0.76 0.51 -0.54 -0.08 -0.34
Aceh Selatan, Kab. 0.39 0.38 -0.59 -0.66 -0.79 0.35 -0.04 -0.21 -0.67
Aceh Singkil, Kab. 0.43 0.30 -0.65 -0.78 -0.70 0.35 -0.02 -0.15 -0.61
Aceh Tamiang, Kab.
0.44 -0.09 -0.69 -0.31 0.21 0.12 -0.17 -0.34 -0.56
Aceh Tengah, Kab. 0.47 0.33 -0.70 -0.82 -0.85 0.40 -0.24 -0.08 -0.22
Aceh Tenggara, Kab.
0.46 0.07 -0.59 -0.73 -0.97 0.57 -0.40 -0.60 0.00
Aceh Timur, Kab. 0.43 -0.43 -0.53 -0.50 0.62 -0.57 -0.41 -0.20 -0.36
Aceh Utara, Kab. 0.28 -0.24 -0.64 -0.60 0.62 0.09 -0.34 -0.03 -0.73
Adm. Kepulauan Seribu, Kab.
-0.66 -0.60 -0.87 -0.96 0.83 -0.64 -0.52 -0.91 -0.90
Agam, Kab. 0.42 -0.11 -0.44 -0.28 -0.33 0.25 -0.10 -0.26 -0.12
Alor, Kab. 0.40 -0.11 -0.33 -0.86 -0.71 0.52 -0.11 -0.15 -0.43
Asahan, Kab. 0.41 -0.40 -0.53 0.16 -0.93 -0.25 -0.13 -0.35 0.05
Asmat, Kab. 0.42 0.35 -0.68 -0.90 -0.97 0.61 -0.56 -0.41 -0.99
Badung, Kab. -0.30 -0.17 -0.56 -0.78 -0.97 -0.06 0.37 0.54 0.17
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Balangan, Kab. 0.19 -0.53 -0.80 -0.98 0.79 -0.33 -0.71 -0.54 -0.82
Bandung Barat, Kab.
-0.13 -0.43 -0.50 0.31 -0.87 -0.20 -0.03 -0.17 0.72
Bandung, Kab. -0.34 -0.55 -0.60 0.44 -0.72 -0.31 -0.13 -0.30 0.24
Banggai Kepulauan, Kab.
0.53 -0.68 -0.35 -0.68 -0.87 0.05 0.07 -0.09 -0.45
Banggai, Kab. 0.55 0.12 -0.27 -0.54 -0.60 0.07 -0.40 -0.08 -0.38
Bangka Barat, Kab. 0.09 -0.23 -0.71 0.33 0.19 -0.50 -0.15 -0.79 -0.66
Bangka Selatan, Kab.
0.47 0.11 -0.48 -0.80 0.55 -0.43 -0.22 -0.78 -0.66
Bangka Tengah, Kab.
-0.04 0.11 -0.54 -0.02 0.44 -0.42 0.02 0.02 -0.77
Bangka, Kab. 0.33 0.16 -0.46 -0.39 0.38 -0.11 -0.03 -0.40 -0.20
Bangkalan, Kab. 0.39 0.06 -0.31 -0.71 -0.67 0.20 0.13 -0.04 -0.19
Bangli, Kab. 0.39 -0.14 -0.43 -0.50 -0.96 0.40 0.10 -0.59 -0.33
Banjar, Kab. 0.28 0.00 -0.36 -0.56 0.38 0.05 0.05 -0.19 -0.28
Banjarnegara, Kab. 0.41 0.05 -0.17 -0.28 -0.87 0.38 -0.25 -0.26 -0.39
Bantaeng, Kab. 0.58 -0.01 -0.13 -0.74 -0.81 0.13 -0.32 -0.39 -0.36
Bantul, Kab. 0.20 0.31 -0.13 -0.17 -0.78 0.19 -0.02 -0.02 -0.11
Banyuasin, Kab. 0.40 0.24 -0.80 -0.12 0.31 -0.36 -0.13 -0.83 -0.93
Banyumas, Kab. 0.15 0.20 0.02 -0.19 -0.69 0.30 -0.15 0.16 -0.08
Banyuwangi, Kab. 0.52 -0.75 -0.19 -0.58 -0.27 -0.27 0.11 -0.28 -0.43
Barito Kuala, Kab. 0.41 0.26 -0.41 0.01 -1.00 0.00 -0.14 -0.67 -0.74
Barito Selatan, Kab.
0.41 0.09 -0.08 -0.63 -0.86 0.19 -0.14 0.27 -0.52
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Barito Timur, Kab. 0.54 0.10 -0.31 -0.71 -0.78 0.22 -0.30 -0.03 -0.66
Barito Utara, Kab. 0.27 0.07 -0.36 -0.64 0.49 0.11 -0.15 -0.01 -0.36
Barru, Kab. 0.49 0.25 -0.12 -0.73 -0.69 0.33 -0.29 -0.31 -0.24
Batang, Kab. 0.27 -0.01 -0.38 0.09 -0.71 0.20 -0.11 -0.33 -0.10
Batanghari, Kab. 0.35 -0.25 -0.56 -0.32 -0.01 0.29 0.06 -0.44 -0.73
Batu Bara, Kab. 0.03 -0.53 -0.71 0.39 -0.97 -0.69 0.05 -0.54 -0.26
Bekasi, Kab. -0.77 -0.61 -0.76 0.54 -0.70 -0.60 -0.33 -0.66 0.24
Belitung Timur, Kab.
0.33 0.07 -0.30 -0.25 0.26 0.10 -0.14 -0.38 -0.02
Belitung, Kab. 0.27 0.16 -0.31 -0.04 -0.06 0.09 -0.13 -0.28 -0.01
Belu, Kab. 0.52 -0.18 -0.40 -0.93 -0.81 0.44 -0.21 -0.14 -0.75
Bener Meriah, Kab.
0.54 0.16 -0.66 -0.74 -0.80 0.35 -0.33 -0.28 -0.15
Bengkalis, Kab. -0.67 -0.82 -0.92 -0.67 0.83 -0.66 -0.69 -0.88 -0.83
Bengkayang, Kab. 0.53 0.03 -0.32 -0.68 -0.69 -0.10 0.08 -0.47 -0.85
Bengkulu Selatan, Kab.
0.35 -0.09 -0.28 -0.88 -0.93 0.42 0.11 0.01 -0.77
Bengkulu Tengah, Kab.
0.41 -0.20 -0.29 -0.61 0.52 -0.30 -0.17 -0.18 -0.75
Bengkulu Utara, Kab.
0.42 -0.25 -0.34 -0.64 0.21 0.37 -0.27 -0.09 -0.61
Berau, Kab. -0.01 -0.78 -0.91 -0.48 0.77 -0.63 -0.39 -0.22 -0.86
Biak Numfor, Kab. 0.12 0.30 -0.07 -0.52 -0.69 0.20 -0.09 0.44 0.12
Bima, Kab. 0.54 0.03 -0.51 -0.80 -0.45 0.11 -0.12 -0.04 -0.70
Bintan, Kab. -0.44 -0.33 -0.69 0.38 0.15 -0.51 -0.03 -0.37 -0.61
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Bireuen, Kab. 0.36 0.08 -0.70 -0.89 -0.65 0.15 0.21 0.19 -0.48
Blitar, Kab. 0.52 -0.51 -0.21 -0.76 -0.49 0.05 0.12 -0.54 -0.50
Blora, Kab. 0.56 -0.28 -0.08 -0.58 -0.38 -0.08 -0.17 -0.44 -0.35
Boalemo, Kab. 0.44 0.20 0.04 -0.67 -0.88 0.31 -0.17 -0.23 -0.32
Bogor, Kab. -0.52 -0.29 -0.66 0.45 -0.75 -0.39 -0.10 -0.43 0.53
Bojonegoro, Kab. 0.26 -0.29 -0.30 -0.52 0.59 -0.02 -0.13 -0.37 -0.28
Bolaang Mongondow Selatan, Kab.
0.42 0.04 -0.63 -0.83 0.13 0.48 -0.40 -0.07 -0.69
Bolaang Mongondow Timur, Kab.
0.23 0.04 -0.67 -0.86 0.64 0.39 -0.55 -0.40 -0.66
Bolaang Mongondow Utara, Kab.
0.39 0.31 -0.50 -0.79 0.05 0.52 -0.46 -0.51 -0.64
Bolaang Mongondow, Kab.
0.51 0.33 -0.45 -0.83 -0.19 0.31 -0.39 -0.31 -0.56
Bombana, Kab. 0.52 0.37 -0.20 -0.82 -0.17 0.16 -0.30 -0.57 -0.62
Bondowoso, Kab. 0.51 -0.67 -0.56 -0.18 -0.82 -0.08 0.06 -0.68 -0.26
Bone Bolango, Kab.
0.36 0.15 0.29 -0.28 -0.73 0.13 -0.38 0.04 -0.50
Bone, Kab. 0.54 0.14 -0.18 -0.46 -0.85 0.09 -0.40 -0.17 -0.18
Boven Digoel, Kab 0.14 0.53 -0.66 0.29 -0.83 -0.09 -0.61 -0.54 -0.99
Boyolali, Kab. 0.36 -0.34 -0.15 -0.17 -0.75 0.16 0.08 -0.46 0.09
Brebes, Kab. 0.55 -0.51 -0.50 -0.28 -0.71 -0.32 -0.01 -0.45 -0.07
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Buleleng, Kab. 0.23 -0.38 -0.35 -0.39 -0.84 0.45 0.16 -0.37 -0.06
Bulukumba, Kab. 0.53 -0.31 -0.17 -0.56 -0.87 0.22 -0.09 -0.49 -0.41
Bulungan, Kab. 0.33 -0.87 -0.91 -0.99 0.68 -0.21 -0.21 0.01 -0.09
Bungo, Kab. 0.39 0.13 -0.34 -0.67 0.14 -0.05 0.03 -0.02 -0.33
Buol, Kab. 0.60 -0.02 -0.46 -0.53 -0.79 -0.01 -0.36 -0.38 -0.22
Buru Selatan, Kab. 0.63 -0.74 -0.74 -0.94 -0.88 0.07 -0.13 -0.45 -0.70
Buru, Kab. 0.52 -0.12 -0.48 -0.55 -0.89 0.24 -0.07 -0.36 -0.50
Buton Utara, Kab. 0.52 0.29 -0.39 -0.52 -0.82 0.23 -0.28 -0.54 -0.46
Buton, Kab. 0.44 -0.10 -0.24 -0.50 -0.02 0.30 -0.13 -0.46 -0.43
Ciamis, Kab. 0.32 -0.08 -0.22 -0.53 -0.92 0.29 0.12 0.02 -0.23
Cianjur, Kab 0.48 -0.30 -0.26 -0.78 -0.97 0.04 0.14 -0.02 -0.14
Cilacap, Kab. -0.07 -0.49 -0.62 0.39 -0.71 -0.49 0.05 -0.53 -0.55
Cirebon, Kab. 0.33 0.11 -0.32 -0.26 -0.90 0.17 0.05 -0.13 0.32
Dairi, Kab. 0.63 -0.27 -0.76 -0.97 -0.98 0.03 -0.17 -0.32 -0.58
Deiyai, Kab. 0.59 0.40 -0.96 -0.99 -0.69 0.38 -0.63 -0.82 -1.00
Deli Serdang, Kab. 0.05 -0.35 -0.43 0.25 -0.70 0.20 0.00 -0.57 -0.67
Demak, Kab. 0.47 0.02 -0.36 -0.37 -0.95 0.13 -0.02 -0.28 -0.26
Dharmas Raya, Kab.
0.43 0.29 -0.34 -0.56 -0.11 0.27 -0.29 -0.11 -0.10
Dogiyai, Kab. 0.62 -0.04 -0.68 -1.00 -0.64 0.16 -0.22 -0.88 -1.00
Dompu, Kab. 0.44 0.09 -0.04 -0.71 -0.52 0.19 -0.05 -0.09 -0.51
Donggala, Kab. 0.44 0.19 -0.65 -0.69 -0.26 0.33 -0.17 0.06 -0.60
Empat Lawang, Kab.
0.50 0.24 -0.26 -0.39 -0.60 0.09 -0.21 -0.36 -0.71
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Ende, Kab. 0.39 -0.01 -0.32 -0.87 -0.71 0.37 0.07 0.01 -0.40
Enrekang, Kab. 0.53 0.10 -0.25 -0.67 -0.82 0.35 -0.35 -0.45 -0.30
Fak-Fak, Kab. 0.27 0.47 -0.46 -0.65 -0.64 0.37 -0.12 0.11 -0.35
Flores Timur, Kab. 0.38 -0.30 -0.30 -0.91 -0.82 0.57 -0.27 0.15 -0.49
Garut, Kab. 0.51 -0.35 -0.39 -0.53 -0.97 0.01 0.14 -0.47 -0.32
Gayo Lues, Kab. 0.58 0.32 -0.45 -0.58 -0.98 -0.32 -0.15 -0.54 -0.13
Gianyar, Kab. 0.05 -0.15 -0.25 -0.11 -0.90 0.35 0.18 -0.25 -0.10
Gorontalo Utara, Kab.
0.57 -0.17 0.00 -0.60 -0.49 -0.29 -0.17 -0.32 -0.30
Gorontalo, Kab. 0.30 -0.09 0.13 -0.51 -0.74 0.46 -0.41 0.24 -0.43
Gowa, Kab. 0.50 -0.30 0.00 -0.71 -0.83 0.26 -0.17 -0.02 -0.06
Gresik, Kab. -0.30 -0.66 -0.42 0.36 -0.11 -0.32 0.01 -0.40 0.28
Grobogan, Kab. 0.46 -0.13 0.04 -0.74 -0.67 0.31 -0.07 -0.40 0.12
Gunung Kidul, Kab.
0.43 0.17 -0.26 -0.34 -0.61 0.19 -0.17 -0.05 -0.33
Gunung Mas, Kab. 0.54 0.15 -0.70 -0.83 0.15 0.13 -0.23 -0.63 -0.80
Halmahera Barat, Kab.
0.46 -0.80 -0.49 -0.16 -0.97 -0.43 0.16 -0.15 -0.49
Halmahera Selatan, Kab.
0.41 -0.78 -0.52 -0.10 -0.67 -0.40 0.16 -0.06 -0.63
Halmahera Tengah, Kab.
0.47 -0.24 -0.73 -0.67 0.21 0.06 0.04 -0.29 -0.79
Halmahera Timur, Kab.
0.46 -0.43 -0.66 -0.63 0.52 -0.34 -0.09 -0.36 -0.74
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Halmahera Utara, Kab.
0.48 -0.78 -0.46 -0.16 -0.27 -0.31 -0.02 -0.05 -0.58
Hulu Sungai Selatan, Kab.
0.44 -0.16 -0.37 -0.55 -0.45 0.34 -0.06 -0.17 -0.55
Hulu Sungai Tengah, Kab.
0.46 -0.18 -0.19 -0.46 -0.89 0.36 -0.19 -0.08 -0.59
Hulu Sungai Utara, Kab.
0.38 0.02 -0.38 -0.42 -0.99 0.35 -0.04 -0.04 -0.36
Humbang Hasundutan, Kab.
0.57 -0.22 -0.47 -0.98 -0.94 0.25 -0.08 -0.26 -0.51
Indragiri Hilir, Kab. 0.50 -0.17 -0.60 -0.14 -0.84 0.05 -0.10 -0.42 -0.87
Indragiri Hulu, Kab.
0.46 -0.07 -0.71 0.02 -0.11 -0.04 -0.37 -0.28 -0.68
Indramayu, Kab. 0.15 -0.57 -0.72 -0.10 0.58 -0.35 -0.03 -0.37 -0.44
Intan Jaya, Kab. 0.52 0.23 -0.93 -0.97 -0.89 0.59 -0.63 -0.76 -1.00
Jayapura, Kab. 0.34 0.28 -0.33 -0.53 -0.50 0.26 -0.28 0.37 -0.72
Jayawijaya, Kab. 0.39 0.26 -0.35 -0.97 -0.77 0.37 -0.18 0.30 -0.56
Jember, Kab. 0.45 -0.48 -0.23 -0.37 -0.39 0.04 0.07 -0.26 -0.14
Jembrana, Kab. 0.22 -0.06 -0.28 -0.51 -0.90 0.26 0.12 0.30 -0.12
Jeneponto, Kab. 0.57 -0.12 -0.09 -0.83 -0.68 0.33 -0.48 -0.38 -0.31
Jepara, Kab. 0.16 -0.01 -0.13 0.09 -0.85 0.05 0.01 -0.16 -0.17
Jombang, Kab. 0.31 -0.54 -0.34 -0.36 -0.66 0.12 0.26 -0.26 -0.05
Kaimana, Kab. 0.51 0.23 -0.69 -0.40 -0.77 0.11 -0.26 -0.05 -0.52
Kampar, Kab. 0.32 -0.41 -0.85 -0.67 0.74 -0.40 -0.56 -0.62 -0.91
Kapuas Hulu, Kab. 0.48 0.41 -0.24 -0.75 -0.71 0.02 -0.07 -0.32 -0.50
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Kapuas, Kab. 0.57 0.14 -0.20 -0.63 -0.88 -0.10 -0.15 -0.40 -0.65
Karang Asem, Kab. 0.33 -0.20 -0.23 -0.55 -0.59 0.50 -0.15 0.02 -0.34
Karanganyar, Kab. 0.15 -0.44 -0.61 0.38 -0.81 -0.04 -0.33 -0.47 0.09
Karawang, Kab. -0.25 -0.33 -0.70 0.35 -0.48 -0.23 0.04 -0.34 0.46
Karimun, Kab. 0.34 0.13 -0.44 -0.30 -0.29 -0.30 0.11 0.13 -0.60
Katingan, Kab. 0.50 -0.27 -0.62 -0.56 -0.36 0.01 -0.06 0.19 -0.77
Kaur, Kab. 0.51 -0.10 -0.41 -0.87 -0.90 0.21 -0.05 0.14 -0.67
Kayong Utara, Kab.
0.48 -0.28 -0.31 -0.14 -0.57 0.20 -0.28 -0.41 -0.26
Kebumen, Kab. 0.43 -0.24 -0.32 -0.40 -0.02 0.38 -0.31 -0.25 -0.21
Kediri, Kab. 0.33 -0.74 -0.59 -0.04 -0.53 0.18 0.13 -0.51 -0.33
Keerom, Kab. 0.31 0.64 -0.50 -0.44 -0.66 0.29 -0.35 -0.40 -0.81
Kendal, Kab. 0.25 -0.35 -0.53 0.25 -0.78 -0.07 -0.08 -0.48 -0.04
Kep. Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Kab.
0.33 0.29 -0.36 -0.92 -0.45 0.36 -0.15 0.33 -0.12
Kepahiang, Kab. 0.64 -0.51 -0.62 -0.75 -0.99 0.14 -0.41 -0.50 -0.50
Kepulauan Anambas, Kab.
0.14 -0.73 -0.85 -0.95 0.80 -0.73 -0.62 -0.73 -0.97
Kepulauan Aru, Kab.
0.58 -0.61 -0.62 -0.98 -0.82 -0.08 0.17 -0.69 -0.69
Kepulauan Mentawai, Kab.
0.57 -0.38 -0.77 -0.47 -0.90 -0.29 0.02 -0.10 -0.80
Kepulauan Meranti, Kab.
0.23 -0.59 -0.86 -0.28 0.61 -0.26 0.00 -0.54 -0.65
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Kepulauan Sangihe, Kab.
0.28 0.16 -0.08 -0.63 -0.37 0.28 -0.06 0.25 -0.24
Kepulauan Sula, Kab.
0.43 -0.72 -0.36 -0.13 -0.96 -0.37 0.15 -0.08 -0.39
Kepulauan Talaud, Kab.
0.48 0.27 -0.13 -0.88 -0.45 0.23 -0.30 0.08 -0.70
Kerinci, Kab. 0.64 -0.28 -0.83 -0.78 -0.89 0.08 -0.40 -0.31 -0.25
Ketapang, Kab. 0.34 -0.45 -0.34 -0.09 0.40 -0.18 -0.14 -0.43 -0.45
Klaten, Kab. 0.07 0.09 -0.36 -0.05 -0.71 0.25 0.17 -0.43 -0.17
Klungkung, Kab. 0.34 -0.01 -0.50 -0.44 -0.38 0.33 0.05 -0.21 0.04
Kolaka Utara, Kab. 0.62 -0.05 -0.48 -0.96 -0.66 -0.15 -0.10 -0.51 -0.66
Kolaka, Kab. 0.27 -0.11 -0.41 -0.13 0.42 -0.16 -0.08 -0.33 -0.54
Konawe Selatan, Kab.
0.42 0.25 -0.35 -0.85 -0.17 0.14 -0.31 0.41 -0.43
Konawe Utara, Kab.
0.62 0.49 -0.70 -0.89 -0.55 -0.22 -0.49 -0.84 -0.65
Konawe, Kab. 0.42 0.43 -0.16 -0.76 -0.24 0.27 -0.22 -0.45 -0.17
Kota Baru, Kab. 0.42 -0.11 -0.76 -0.53 0.47 -0.37 -0.10 -0.03 -0.77
Kotawaringin Barat, Kab.
0.49 -0.25 -0.40 -0.21 -0.70 -0.09 -0.12 0.03 -0.52
Kotawaringin Timur, Kab.
0.44 -0.18 -0.41 -0.20 -0.85 -0.21 0.03 0.08 -0.53
Kuantan Singingi, Kab.
0.56 0.00 -0.69 -0.48 0.17 0.05 -0.46 -0.53 -0.74
Kubu Raya, Kab. 0.14 -0.67 -0.59 0.32 -0.90 -0.33 -0.13 0.11 -0.35
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Kudus, Kab. -0.64 -0.55 -0.58 0.44 -0.99 -0.61 0.13 -0.57 -0.48
Kulon Progo, Kab. 0.28 -0.07 -0.16 -0.24 -0.81 0.32 -0.09 0.13 -0.27
Kuningan, Kab. 0.36 -0.15 -0.13 -0.82 -0.84 0.41 0.06 0.00 -0.43
Kupang, Kab. 0.51 0.10 -0.75 -0.88 -0.67 0.39 -0.15 -0.20 -0.60
Kutai Barat, Kab. 0.00 0.39 -0.60 -0.83 0.75 -0.43 -0.47 -0.62 -0.66
Kutai Kartanegara, Kab.
-0.33 -0.10 -0.82 -0.80 0.82 -0.70 -0.60 -0.80 -0.84
Kutai Timur, Kab. -0.63 -0.56 -0.85 -0.98 0.84 -0.87 -0.71 -0.74 -0.90
Labuhan Batu Selatan, Kab.
0.17 -0.50 -0.79 0.39 -0.83 -0.37 -0.15 -0.60 -0.73
Labuhan Batu Utara, Kab.
0.38 -0.43 -0.76 0.22 -0.72 -0.23 -0.11 -0.45 -0.65
Labuhan Batu, Kab.
0.11 -0.33 -0.69 0.31 -0.65 -0.01 -0.09 -0.29 -0.44
Lahat, Kab. 0.33 0.12 -0.33 -0.54 0.59 0.01 -0.38 -0.58 -0.83
Lamandau, Kab. 0.62 -0.90 -0.49 -0.94 -0.73 0.07 -0.12 -0.32 -0.80
Lamongan, Kab. 0.53 -0.40 -0.38 -0.62 -0.96 -0.03 0.13 -0.63 0.00
Lampung Barat, Kab.
0.60 -0.19 -0.46 -0.74 -0.65 -0.36 -0.03 -0.32 -0.38
Lampung Selatan, Kab.
0.51 -0.11 -0.18 -0.43 -0.74 -0.02 -0.28 0.20 -0.43
Lampung Tengah, Kab.
0.52 -0.02 -0.15 -0.24 -0.70 -0.21 -0.17 -0.40 -0.45
Lampung Timur, Kab.
0.54 -0.15 -0.46 -0.53 0.11 -0.39 -0.07 -0.44 -0.71
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Lampung Utara, Kab.
0.43 -0.12 -0.07 -0.21 -0.81 0.01 -0.10 -0.05 -0.24
Landak, Kab. 0.54 -0.40 -0.27 -0.33 -0.63 -0.27 0.01 -0.54 -0.60
Langkat, Kab. 0.57 -0.43 -0.64 -0.36 -0.15 -0.24 -0.13 -0.55 -0.52
Lanny Jaya, Kab. 0.59 0.40 -0.89 -1.00 -0.82 0.47 -0.96 -0.84 -1.00
Lebak, Kab. 0.43 -0.16 -0.29 -0.46 -0.73 0.15 0.07 -0.11 -0.48
Lebong, Kab. 0.68 -0.47 -0.66 -0.86 -0.87 -0.06 -0.63 -0.73 -0.51
Lembata, Kab. 0.54 -0.29 -0.72 -0.97 -0.86 0.53 -0.39 -0.27 -0.41
Limapuluh Kota, Kab.
0.40 -0.33 -0.51 -0.45 -0.06 0.26 0.04 -0.23 -0.45
Lingga, Kab. 0.43 0.02 -0.29 -0.33 -0.60 -0.29 0.05 0.07 -0.78
Lombok Barat, Kab.
0.22 0.35 -0.32 -0.63 -0.28 0.20 0.08 0.16 -0.33
Lombok Tengah, Kab.
0.31 0.32 -0.23 -0.49 -0.29 0.20 -0.02 0.00 -0.64
Lombok Timur, Kab.
0.39 0.21 -0.25 -0.51 -0.22 0.12 -0.01 -0.11 -0.62
Lombok Utara, Kab.
0.48 0.32 -0.18 -0.89 -0.48 0.04 -0.05 -0.07 -0.59
Lumajang, Kab. 0.40 -0.36 -0.33 -0.27 -0.62 0.15 0.09 -0.28 -0.33
Luwu Timur, Kab. 0.00 -0.86 -0.72 -0.84 0.82 -0.72 -0.85 -0.80 -0.71
Luwu Utara, Kab. 0.63 -0.10 -0.19 -0.76 -0.82 -0.06 -0.42 -0.49 -0.32
Luwu, Kab. 0.58 0.04 -0.53 -0.45 -0.77 0.07 -0.29 -0.60 -0.64
Madiun, Kab. 0.41 -0.31 -0.48 -0.76 -0.88 0.28 0.23 -0.39 -0.09
Magelang, Kab. 0.29 0.21 -0.52 -0.11 -0.45 0.34 -0.19 -0.15 -0.35
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Magetan, Kab. 0.38 -0.03 -0.31 -0.46 -0.88 0.29 0.13 -0.57 -0.12
Majalengka, Kab. 0.29 -0.10 -0.21 -0.16 -0.33 0.18 0.00 -0.09 -0.22
Majene, Kab. 0.52 0.01 0.10 -0.67 -0.84 0.17 -0.28 -0.21 -0.12
Malang, Kab. 0.33 -0.53 -0.34 -0.11 -0.48 0.16 0.11 -0.41 -0.22
Malinau, Kab. 0.18 0.56 -0.90 -0.99 0.61 -0.38 -0.11 -0.47 -0.47
Maluku Barat Daya, Kab.
0.47 -0.17 -0.36 -0.95 -0.83 0.12 0.25 -0.64 -0.44
Maluku Tengah, Kab.
0.30 -0.32 -0.32 -0.36 -0.88 0.31 0.17 -0.17 -0.38
Maluku Tenggara Barat, Kab.
0.57 -0.42 -0.30 -0.95 -0.80 0.14 0.03 -0.65 -0.52
Maluku Tenggara, Kab.
0.46 -0.53 -0.45 -0.98 -0.90 0.34 0.19 -0.33 -0.21
Mamasa, Kab. 0.57 0.00 -0.24 -0.60 -0.84 0.24 -0.36 -0.58 -0.59
Mamberamo Raya, Kab.
0.34 0.37 -0.72 -0.97 -0.76 0.60 -0.25 -0.36 -1.00
Mamberamo Tengah, Kab.
0.52 0.38 -0.73 -1.00 -0.83 0.57 -0.89 -0.64 -1.00
Mamuju Utara, Kab.
0.46 -0.29 -0.34 0.21 -0.86 0.09 -0.85 -0.42 -0.74
Mandailing Natal, Kab.
0.50 0.34 -0.63 -0.73 -0.65 0.24 -0.11 -0.34 -0.66
Manggarai Barat, Kab.
0.59 0.18 -0.67 -0.95 -0.58 0.05 -0.24 -0.17 -0.67
Manggarai Timur, Kab.
0.62 0.07 -0.68 -0.95 -0.58 0.07 -0.21 -0.73 -0.92
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Manggarai, Kab. 0.34 0.01 -0.15 -0.93 -0.59 0.59 -0.30 -0.10 -0.40
Manokwari, Kab. 0.34 0.49 -0.31 -0.75 -0.63 0.36 -0.28 0.12 -0.24
Mappi, Kab. 0.41 0.56 -0.71 -0.96 -0.88 0.52 -0.50 -0.36 -0.99
Maros, Kab. 0.44 -0.56 -0.17 0.01 -0.67 0.17 -0.42 -0.14 -0.10
Maybrat, Kab. 0.60 0.31 -0.89 -0.98 -0.97 0.08 -0.14 -0.63 -0.68
Melawi, Kab. 0.32 0.18 -0.37 -0.39 -0.32 0.02 0.21 -0.65 -0.61
Merangin, Kab. 0.48 0.21 -0.36 -0.70 0.04 0.03 -0.11 -0.22 -0.35
Merauke, Kab. 0.49 0.14 -0.34 -0.75 -0.64 0.29 -0.32 0.19 -0.41
Mesuji, Kab. 0.57 -0.59 -0.44 -0.04 -0.95 -0.56 -0.20 -0.48 -0.98
Mimika, Kab. -0.76 -0.27 -0.75 -0.99 0.83 -0.78 -0.64 -0.27 -0.82
Minahasa Selatan, Kab.
0.39 0.52 -0.52 -0.44 0.12 -0.02 -0.42 -0.09 -0.26
Minahasa Tenggara (Mitra), Kab.
0.38 0.52 -0.50 -0.50 0.15 0.01 -0.40 -0.08 -0.26
Minahasa Utara, Kab.
0.27 0.59 -0.57 -0.60 0.22 0.10 -0.25 -0.14 -0.32
Minahasa, Kab. 0.20 0.51 -0.17 -0.53 -0.05 0.21 -0.17 0.03 -0.14
Mojokerto, Kab. 0.20 -0.62 -0.69 0.22 -0.69 -0.12 0.09 -0.38 -0.11
Morotai, Kab. 0.47 -0.71 -0.55 -0.07 -0.94 -0.32 0.07 -0.20 -0.52
Morowali, Kab. 0.51 -0.39 -0.44 -0.76 0.51 -0.09 -0.25 -0.82 -0.51
Muara Enim, Kab. 0.16 -0.16 -0.73 -0.48 0.74 -0.29 -0.57 -0.65 -0.47
Muaro Jambi, Kab. 0.43 -0.24 -0.59 -0.19 0.33 -0.18 -0.13 -0.40 -0.82
Mukomuko, Kab. 0.47 -0.36 0.18 -0.25 -0.83 -0.05 -0.12 -0.36 -0.80
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Muna, Kab. 0.37 0.14 -0.18 -0.59 -0.49 0.32 0.04 -0.35 -0.51
Murung Raya, Kab. 0.32 -0.12 -0.60 -0.77 0.66 0.01 -0.44 -0.20 -0.52
Musi Banyuasin, Kab.
0.00 -0.14 -0.72 -0.50 0.77 -0.44 -0.45 -0.91 -0.95
Musi Rawas, Kab. 0.48 -0.19 -0.68 -0.50 0.62 -0.18 -0.66 -0.87 -0.86
Nabire, Kab. 0.37 0.39 -0.37 -0.93 0.30 0.16 -0.18 -0.06 -0.46
Nagan Raya, Kab. 0.51 -0.09 -0.81 -0.76 -0.58 0.10 0.09 -0.07 -0.58
Nagekeo, Kab. 0.64 -0.04 -0.59 -0.84 -0.84 0.13 -0.56 -0.35 -0.68
Natuna, Kab. 0.13 -0.58 -0.83 -0.91 0.80 -0.65 -0.65 -0.71 -0.95
Nduga, Kab. 0.49 0.46 -0.87 -1.00 -0.90 0.60 -0.95 -0.82 -1.00
Ngada, Kab. 0.50 0.19 -0.27 -0.88 -0.68 0.39 -0.30 -0.17 -0.44
Nganjuk, Kab. 0.39 -0.82 -0.39 -0.48 -0.72 0.30 0.21 -0.59 -0.36
Ngawi, Kab. 0.41 -0.16 -0.18 -0.57 -0.87 0.17 0.18 -0.49 -0.29
Nias Barat, Kab. 0.65 -0.31 -0.40 -0.88 -0.35 0.00 -0.51 -0.46 -0.81
Nias Selatan, Kab. 0.48 0.31 -0.38 -0.87 -0.71 0.01 0.07 -0.14 -0.69
Nias Utara, Kab. 0.63 -0.14 -0.42 -0.93 -0.35 -0.17 -0.27 -0.49 -0.78
Nias, Kab. 0.54 0.11 -0.39 -0.91 -0.36 0.47 -0.56 -0.46 -0.80
Nunukan, Kab. 0.28 0.20 -0.94 -0.96 0.67 -0.20 -0.19 -0.43 -0.22
Ogan Ilir, Kab. 0.34 0.44 -0.35 -0.38 -0.16 0.10 -0.02 -0.62 -0.76
Ogan Komering Ilir, Kab.
0.52 0.40 -0.54 -0.48 -0.65 -0.06 -0.10 -0.70 -0.91
Ogan Komering Ulu Selatan, Kab.
0.37 0.38 -0.30 -0.42 -0.62 0.12 0.08 -0.72 -0.78
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Ogan Komering Ulu Timur, Kab.
0.54 0.08 -0.45 -0.53 -0.51 0.09 -0.09 -0.68 -0.84
Ogan Komering Ulu, Kab.
0.28 0.10 -0.33 -0.38 0.46 0.04 -0.09 -0.50 -0.68
Pacitan, Kab. 0.44 0.19 0.03 -0.74 -0.29 0.28 -0.25 -0.20 -0.07
Padang Lawas Utara, Kab.
0.62 0.20 -0.89 -0.70 -0.89 0.14 -0.37 -0.72 -0.84
Padang Lawas, Kab.
0.60 0.24 -0.87 -0.69 -0.84 0.11 -0.32 -0.45 -0.81
Padang Pariaman, Kab.
0.22 -0.13 -0.61 -0.32 -0.40 0.27 -0.29 0.53 0.09
Pakpak Bharat, Kab.
0.62 0.29 -0.69 -0.98 -0.99 0.06 -0.29 -0.72 -0.66
Pamekasan, Kab. 0.52 -0.14 -0.11 -0.78 -0.73 0.27 -0.14 -0.25 -0.07
Pandeglang, Kab. 0.35 -0.10 -0.22 -0.36 -0.97 0.15 0.09 -0.10 0.48
Pangkajene Kepulauan, Kab.
0.07 -0.33 -0.51 0.42 -0.18 -0.16 -0.64 -0.41 -0.53
Paniai, Kab. 0.54 0.44 -0.70 -0.97 -0.49 0.34 -0.46 -0.35 -0.94
Parigi Moutong, Kab.
0.56 0.04 -0.84 -0.59 -0.70 -0.04 -0.14 -0.01 -0.83
Pasaman Barat, Kab.
0.38 -0.32 -0.65 -0.03 -0.80 -0.03 0.12 -0.39 -0.79
Pasaman, Kab. 0.56 -0.31 -0.41 -0.68 -0.57 0.29 -0.23 -0.29 -0.52
Pasir, Kab. -0.08 -0.40 -0.75 -0.88 0.81 -0.57 -0.76 -0.82 -0.71
Pasuruan, Kab. 0.22 -0.38 -0.37 0.16 -0.77 0.00 0.03 -0.43 0.32
Pati, Kab. 0.37 0.08 -0.10 -0.07 -0.80 -0.08 -0.04 -0.31 0.04
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Pegunungan Bintang, Kab.
0.52 0.58 -0.93 -1.00 -0.84 0.25 -0.53 -0.08 -1.00
Pekalongan, Kab. 0.17 0.01 -0.33 0.06 -0.77 0.29 -0.05 -0.33 0.01
Pelalawan, Kab. 0.53 -0.31 -0.66 0.13 -0.19 -0.36 -0.68 -0.53 -0.81
Pemalang, Kab. 0.25 -0.38 -0.37 -0.01 -0.74 0.10 0.15 -0.38 -0.03
Penajam Paser Utara, Kab.
-0.04 -0.32 -0.49 -0.07 0.67 -0.42 -0.15 -0.67 -0.66
Pesawaran, Kab. 0.55 -0.01 -0.72 -0.29 -0.93 -0.04 -0.09 -0.52 -0.82
Pesisir Selatan, Kab.
0.35 -0.19 -0.36 -0.27 -0.65 0.35 0.03 -0.46 -0.26
Pidie Jaya, Kab. 0.57 -0.18 -0.76 -0.72 -0.84 0.33 -0.23 -0.34 -0.39
Pinrang, Kab. 0.60 -0.19 -0.31 -0.63 -0.78 -0.08 -0.27 -0.25 -0.19
Pohuwato, Kab. 0.50 0.10 0.00 -0.57 -0.85 0.12 -0.13 -0.40 -0.17
Polewali Mandar, Kab.
0.52 -0.38 -0.16 -0.78 -0.92 0.22 0.04 -0.45 -0.17
Ponorogo, Kab. 0.39 -0.47 -0.08 -0.67 -0.56 0.20 0.15 -0.17 0.19
Pontianak, Kab. 0.28 -0.15 -0.34 -0.21 -0.92 0.45 -0.04 -0.33 0.12
Poso, Kab. 0.50 -0.41 -0.48 -0.45 -0.79 0.19 -0.08 0.01 -0.29
Pringsewu, Kab. 0.52 -0.02 -0.03 -0.64 -0.99 -0.09 -0.56 0.43 -0.17
Probolinggo, Kab. 0.39 -0.58 -0.28 -0.13 -0.73 -0.08 0.08 -0.05 -0.20
Pulang Pisau, Kab. 0.57 0.19 -0.63 -0.59 -0.94 -0.04 -0.07 -0.63 -0.66
Puncak Jaya, Kab. 0.49 0.50 -0.84 -0.93 -0.62 0.41 -0.37 -0.48 -0.89
Puncak, Kab. 0.54 0.42 -0.92 -1.00 -1.00 0.49 -0.49 -0.72 -0.96
Purbalingga, Kab. 0.35 0.16 -0.17 -0.38 -0.82 0.32 -0.06 -0.17 -0.27
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Purwakarta, Kab. -0.21 -0.37 -0.28 0.35 -0.96 -0.33 0.06 -0.43 0.36
Purworejo, Kab. 0.38 -0.05 -0.19 -0.40 -0.60 0.35 -0.10 -0.10 -0.37
Raja Ampat, Kab. 0.40 -0.13 -0.95 -0.98 0.73 -0.27 -0.77 -0.68 -0.93
Rejang Lebong, Kab.
0.56 -0.55 -0.46 -0.63 -0.98 0.24 -0.15 -0.14 -0.39
Rembang, Kab. 0.50 0.19 -0.57 -0.71 -0.61 0.24 -0.12 -0.18 -0.41
Rokan Hilir, Kab. 0.15 -0.89 -0.88 -0.70 0.78 -0.58 -0.39 -0.74 -0.84
Rokan Hulu, Kab. 0.55 -0.19 -0.69 -0.11 -0.03 -0.04 -0.61 -0.46 -0.91
Rote Ndao, Kab. 0.49 0.00 -0.69 -0.86 -0.73 0.44 -0.12 -0.21 -0.47
Sabu Raijua, Kab. 0.56 -0.02 -0.66 -0.81 -0.87 0.19 -0.07 -0.29 -0.83
Sambas, Kab. 0.52 -0.38 -0.35 -0.44 -0.94 -0.31 0.15 -0.37 -1.00
Samosir, Kab. 0.64 -0.88 -0.63 -0.89 -0.99 0.33 -0.41 -0.75 -0.77
Sampang, Kab. 0.48 -0.47 -0.40 -0.91 0.09 0.12 0.12 -0.51 -0.48
Sanggau, Kab. 0.40 -0.14 -0.48 0.04 -0.73 -0.01 -0.05 -0.53 -0.52
Sarmi, Kab. 0.50 0.45 -0.45 -0.78 -0.64 0.13 -0.46 0.18 -0.70
Sarolangun, Kab. 0.51 0.04 -0.27 -0.68 0.19 -0.24 -0.16 -0.15 -0.52
Sawahlunto Sijunjung, Kab.
0.28 0.26 -0.41 -0.63 0.39 0.31 -0.31 -0.05 0.06
Sekadau, Kab. 0.54 0.13 -0.29 -0.34 -0.57 -0.51 -0.05 -0.55 -0.66
Selayar, Kab. 0.45 0.26 -0.40 -0.65 -0.83 0.21 -0.21 0.21 -0.45
Seluma, Kab. 0.57 -0.19 -0.56 -0.85 -0.33 0.16 -0.20 -0.05 -0.73
Semarang, Kab. -0.08 -0.23 -0.42 0.33 -0.97 -0.03 0.01 -0.56 -0.09
Seram Bagian Barat, Kab.
0.38 -0.67 -0.64 -0.05 -0.83 0.10 0.06 -0.07 -0.56
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Seram Bagian Timur, Kab.
0.49 -0.52 -0.63 -0.55 0.15 -0.15 0.08 -0.31 -0.75
Serang, Kab. 0.01 -0.42 -0.61 0.45 -0.98 -0.52 -0.46 -0.38 0.58
Serdang Bedagai, Kab.
0.45 0.24 -0.42 -0.11 -0.68 0.02 -0.14 -0.83 -0.27
Seruyan, Kab. 0.57 -0.38 -0.59 -0.50 -0.71 -0.11 -0.10 -0.04 -0.66
Siak, Kab. -0.23 -0.74 -0.94 -0.20 0.80 -0.74 -0.83 -0.87 -0.95
Sidenreng Rappang, Kab.
0.54 0.00 -0.18 -0.53 -0.87 0.19 -0.25 -0.46 0.00
Sidoarjo, Kab. -0.64 -0.72 -0.71 0.32 -0.95 -0.30 0.17 0.25 0.09
Sigi, Kab. 0.58 0.12 -0.68 -0.78 -0.59 0.22 -0.33 -0.29 -0.64
Sikka, Kab. 0.47 0.01 -0.57 -0.87 -0.72 0.47 -0.22 -0.03 -0.37
Simalungun, Kab. 0.59 -0.56 -0.60 -0.23 -0.91 0.13 -0.44 -0.51 -0.37
Simeulue, Kab. 0.41 0.03 -0.60 -0.90 -0.74 0.43 0.05 -0.12 -0.60
Sinjai, Kab. 0.58 -0.12 -0.13 -0.85 -0.87 0.26 -0.31 -0.33 -0.61
Sintang, Kab. 0.43 0.10 -0.39 -0.41 -0.42 0.06 0.06 -0.39 -0.61
Situbondo, Kab. 0.36 -0.36 -0.42 -0.39 -0.59 -0.04 0.25 -0.20 -0.12
Sleman, Kab. -0.01 0.31 0.10 -0.21 -0.86 0.31 0.04 -0.12 -0.11
Solok Selatan, Kab. 0.42 0.13 -0.57 -0.41 -0.06 0.03 -0.05 -0.08 -0.18
Solok, Kab. 0.48 -0.05 -0.62 -0.52 -0.34 0.19 -0.18 0.15 -0.49
Soppeng, Kab. 0.49 0.06 -0.17 -0.51 -0.86 0.28 -0.29 -0.13 -0.16
Sorong Selatan, Kab.
0.46 0.54 -0.70 -0.95 -0.57 0.24 -0.24 -0.15 -0.15
Sorong, Kab. -0.01 -0.34 -0.94 0.10 0.68 0.00 -0.81 -0.73 -0.86
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Sragen, Kab. 0.37 -0.16 -0.36 -0.01 -0.93 0.14 -0.05 -0.40 0.04
Subang, Kab. 0.33 -0.37 -0.34 -0.23 0.17 -0.08 0.06 -0.21 0.01
Sukabumi, Kab. 0.39 -0.43 -0.38 -0.13 -0.25 0.03 -0.02 -0.16 0.03
Sukamara, Kab. 0.65 -0.51 -0.48 -0.81 -0.88 -0.22 -0.15 -0.68 -0.78
Sukoharjo, Kab. 0.13 -0.17 -0.42 0.13 -0.83 -0.05 0.14 -0.27 -0.02
Sumba Barat Daya, Kab.
0.59 -0.30 -0.58 -0.94 -0.80 0.35 -0.22 -0.59 -0.75
Sumba Barat, Kab. 0.43 -0.17 -0.36 -0.86 -0.81 0.50 -0.02 -0.43 -0.60
Sumba Tengah, Kab.
0.59 0.12 -0.61 -0.93 -0.49 0.34 -0.43 -0.71 -0.85
Sumbawa Barat, Kab.
-0.63 -0.47 -0.93 -0.97 0.84 -0.82 -0.79 -0.73 -0.94
Sumbawa, Kab. 0.47 0.33 -0.51 -0.69 -0.55 0.11 -0.04 -0.12 -0.33
Sumedang, Kab. 0.26 -0.36 -0.34 0.05 -0.97 -0.11 0.14 -0.34 0.40
Sumenep, Kab. 0.52 -0.56 -0.29 -0.83 0.12 -0.03 0.04 -0.50 -0.82
Supiori, Kab. 0.51 0.30 -0.54 -0.80 -0.69 0.03 -0.05 0.00 -0.96
Tabalong, Kab. -0.08 -0.56 -0.59 -0.90 0.80 -0.14 -0.62 -0.70 -0.87
Tabanan, Kab. 0.41 -0.24 -0.15 -0.57 -0.92 0.34 0.02 -0.16 -0.07
Takalar, Kab. 0.53 -0.10 -0.17 -0.52 -0.85 0.26 -0.30 -0.27 0.07
Tambrauw, Kab. 0.59 0.14 -0.95 -0.99 -0.55 0.47 -0.80 -0.47 -0.91
Tana Tidung, Kab. 0.41 -0.79 -0.95 -0.98 0.69 -0.19 -0.30 -0.49 0.13
Tana Toraja, Kab. 0.48 -0.12 -0.13 -0.68 -0.87 0.33 -0.10 -0.24 -0.33
Tanah Bumbu, Kab.
0.04 -0.10 -0.74 -0.52 0.70 -0.43 -0.34 0.26 -0.66
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Tanah Datar, Kab. 0.43 0.09 -0.42 -0.31 -0.63 0.33 -0.23 -0.16 -0.11
Tanah Karo, Kab. 0.59 -0.27 -0.68 -0.94 -0.90 0.14 -0.18 0.06 -0.59
Tanah Laut, Kab. 0.34 -0.44 -0.41 -0.06 0.06 -0.05 0.07 -0.62 -0.77
Tangerang, Kab. -0.19 -0.78 -0.93 0.44 -0.98 -0.51 -0.40 0.07 0.75
Tanggamus, Kab. 0.60 -0.15 -0.30 -0.73 -0.53 -0.16 -0.16 -0.46 -0.49
Tanjung Jabung Barat, Kab.
0.27 -0.63 -0.66 0.09 0.30 -0.08 -0.12 -0.39 -0.38
Tanjung Jabung Timur, Kab.
0.30 -0.64 -0.74 -0.42 0.66 -0.46 -0.17 -0.35 -0.80
Tapanuli Selatan, Kab.
0.36 -0.16 -0.89 0.23 -0.96 -0.02 -0.16 -0.60 -0.89
Tapanuli Tengah, Kab.
0.50 -0.08 -0.39 -0.35 -0.82 0.33 -0.26 -0.53 -0.22
Tapanuli Utara, Kab.
0.56 0.05 -0.46 -0.83 -0.98 0.31 -0.22 -0.35 -0.20
Tapin, Kab. 0.45 -0.14 -0.41 -0.65 0.50 0.20 -0.42 -0.61 -0.49
Tasikmalaya, Kab. 0.50 -0.80 -0.38 -0.52 -0.94 0.25 0.03 -0.23 -0.06
Tebo, Kab. 0.54 -0.11 -0.46 -0.80 -0.10 -0.01 -0.10 -0.06 -0.66
Tegal, Kab. 0.03 -0.08 -0.14 0.12 -0.50 -0.21 0.16 -0.28 -0.33
Teluk Bintuni, Kab. -0.34 -0.50 -0.96 0.58 -0.92 -0.64 -0.94 -0.95 -0.98
Teluk Wondama, Kab.
0.66 0.19 -0.71 -0.91 -0.87 -0.10 -0.61 -0.67 -0.89
Temanggung, Kab. 0.34 -0.08 -0.37 -0.07 -0.81 0.26 -0.10 -0.13 -0.08
Timor Tengah Selatan, Kab.
0.55 -0.20 -0.56 -0.95 -0.71 0.49 -0.39 -0.46 -0.73
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Timor Tengah Utara, Kab.
0.57 0.01 -0.52 -0.87 -0.72 0.35 -0.48 -0.09 -0.54
Toba Samosir, Kab.
0.41 -0.15 -0.49 0.20 -0.92 -0.10 -0.38 -0.37 -0.04
Tojo Una-Una, Kab.
0.48 0.04 -0.30 -0.44 -0.57 0.31 -0.21 -0.56 0.10
Toli-Toli, Kab. 0.54 -0.07 -0.37 -0.52 -0.67 0.22 -0.35 -0.05 -0.38
Tolikara, Kab. 0.58 0.36 -0.86 -0.96 -0.89 0.36 -0.62 -0.25 -0.96
Toraja Utara, Kab. 0.47 -0.07 -0.10 -0.60 -0.85 0.24 -0.06 -0.17 -0.25
Trenggalek, Kab. 0.43 -0.46 -0.37 -0.62 -0.65 0.27 0.17 -0.43 -0.33
Tuban, Kab. 0.30 -0.85 -0.27 -0.02 0.43 -0.33 -0.14 -0.60 0.46
Tulang Bawang Barat, Kab.
0.55 -0.43 -0.40 -0.01 -0.94 -0.50 -0.16 -0.58 -0.85
Tulang Bawang, Kab.
0.55 -0.56 -0.47 -0.25 -0.99 -0.35 -0.14 0.07 -0.84
Tulungagung, Kab. 0.10 -0.57 0.10 -0.14 -0.62 0.08 0.21 -0.19 0.07
Wajo, Kab. 0.46 -0.22 -0.23 -0.49 -0.25 0.03 0.02 -0.14 -0.28
Wakatobi, Kab. 0.35 0.09 -0.04 -0.64 -0.21 0.37 -0.05 -0.42 -0.17
Waropen, Kab. 0.35 0.50 -0.62 -0.95 -0.71 0.59 -0.51 -0.33 -0.69
Way Kanan, Kab. 0.59 -0.14 -0.49 -0.29 -0.56 -0.04 -0.51 -0.32 -0.80
Wonogiri, Kab. 0.53 -0.15 -0.33 -0.65 -0.80 0.18 -0.23 0.08 -0.30
Wonosobo, Kab. 0.53 -0.18 -0.16 -0.38 -0.85 0.08 -0.26 -0.10 -0.23
Yahukimo, Kab. 0.58 0.19 -0.84 -0.93 -0.91 0.45 -0.65 -0.21 -1.00
Yalimo, Kab. 0.56 0.38 -0.80 -1.00 -0.91 0.53 -0.95 -0.81 -1.00
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertamba-ngan &
Penggali-an
Jasa-Jasa
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangku-tan &
Komunika-si
Listrik, Gas, & Air
Yapen Waropen, Kab.
0.11 0.41 0.03 -0.88 -0.74 0.54 -0.18 0.03 -0.29
Lampiran 2 Dynamic Symetric Location Quationt (DSLQ)
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Ambon, Kota -0.22 0.24 -0.57 -0.93 0.58 -0.19 -0.16 -0.22 0.20
Balikpapan, Kota
-0.33 0.37 0.59 -0.97 -0.08 -0.60 -0.13 -0.35 0.66
Banda Aceh, Kota
0.10 0.06 0.07 -0.96 -0.75 -0.51 0.17 -0.15 0.47
Bandar Lampung, Kota
-0.24 -0.26 0.30 -0.97 -0.28 -0.54 -0.20 -0.25 -0.21
Bandung, Kota 0.05 0.14 -0.01 -0.98 -0.81 -0.42 0.11 -0.17 0.23
Banjar Baru, Kota
0.04 0.00 0.22 -0.98 -0.52 -0.20 0.04 -0.28 0.01
Banjar, Kota -0.01 0.16 0.08 -0.94 -0.01 -0.48 0.05 -0.35 0.11
Banjarmasin, Kota
-0.63 -0.22 0.23 -0.99 -0.82 -0.34 0.23 -0.30 -0.21
Batam, Kota 0.31 0.16 -0.07 -0.97 -0.60 -0.56 0.19 -0.24 0.29
Batu, Kota -0.08 0.28 0.10 -0.97 -0.16 -0.46 0.12 -0.24 0.14
Bau-bau, Kota -0.37 0.13 0.41 -0.97 0.27 -0.62 0.07 -0.33 0.06
Bekasi, Kota -0.30 0.15 0.10 -0.97 -0.78 -0.46 0.09 -0.12 0.32
Bengkulu, Kota -0.35 -0.09 -0.08 -0.97 0.55 -0.22 -0.02 -0.29 0.22
Bima, Kota 0.10 0.16 0.06 -0.96 0.01 -0.43 0.13 -0.30 0.51
Binjai, Kota 0.11 0.21 -0.08 -0.97 -0.36 -0.16 -0.19 -0.05 0.23
Bitung, Kota 0.12 -0.05 -0.05 -0.96 0.02 -0.33 0.13 -0.23 0.03
Blitar, Kota 0.09 -0.02 0.03 -0.97 -0.43 -0.50 0.12 -0.20 0.00
Bogor, Kota -0.10 -0.17 0.16 -0.96 5.96 -0.40 -0.07 -0.21 0.18
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Bontang, Kota -0.25 -0.06 -0.04 -0.96 -0.69 -0.56 -0.14 -0.41 0.16
Bukittinggi, Kota -0.77 -0.24 -0.08 -0.97 -0.26 -0.33 0.07 -0.19 0.07
Cilegon, Kota -0.57 -0.61 -0.83 -0.94 -0.69 -1.05 -0.74 -1.26 -0.81
Cimahi, Kota -0.71 -0.11 0.28 -0.97 -0.74 -0.50 0.13 0.05 0.08
Cirebon, Kota -0.26 0.31 0.14 -0.98 -0.75 -0.36 -0.16 0.09 -0.18
Denpasar, Kota -0.33 -0.15 0.09 -0.98 -0.87 -0.52 0.16 -0.41 0.14
Depok, Kota -0.13 0.34 0.26 -0.98 -0.77 -0.41 0.11 -0.18 -0.09
Dumai, Kota 0.00 0.18 0.24 -0.99 0.58 -0.12 0.25 -0.02 0.27
Gorontalo, Kota 0.06 0.18 0.14 -0.98 -0.27 -0.40 0.00 -0.26 -0.24
Gunung Sitoli, Kota
0.03 0.06 0.42 -0.98 -0.29 -0.41 -0.12 -0.15 0.23
Jakarta Barat, Kota
-0.48 0.07 -0.31 -0.99 -0.76 -0.26 -0.03 0.09 -0.07
Jakarta Pusat, Kota
-0.33 0.06 -0.09 -0.99 -0.78 -0.37 0.05 0.02 0.02
Jakarta Selatan, Kota
-0.62 0.06 -0.14 -0.99 -0.78 -0.39 -0.01 0.08 -0.07
Jakarta Timur, Kota
-0.74 0.22 -0.21 -0.98 -0.76 -0.37 0.00 0.05 0.10
Jakarta Utara, Kota
-0.26 0.10 -0.08 -0.98 -0.76 -0.29 0.08 0.00 -0.06
Jambi, Kota -0.12 0.05 0.20 -0.97 -0.54 -0.59 0.14 -0.30 0.21
Jayapura, Kota 0.06 -0.07 0.36 -0.98 -0.17 -0.49 -0.07 -0.17 -0.22
Kediri, Kota -0.11 0.06 -0.03 -0.97 -0.80 -0.37 0.39 -0.10 0.11
Kendari, Kota -0.24 0.28 0.29 -0.96 0.05 -0.68 0.04 -0.35 0.03
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Kotamobagu, Kota
1.39 0.33 0.03 -0.96 -0.15 -0.29 0.36 -0.19 0.11
Kupang, Kota -0.20 -0.12 0.04 -0.99 -0.35 -0.24 -0.02 -0.29 0.30
Langsa, Kota 0.25 -0.17 0.59 -0.98 -0.80 -0.47 0.14 -0.34 0.07
Lhokseumawe, Kota
0.82 0.74 0.83 -0.76 0.76 0.45 0.82 0.63 0.93
Lubuk Linggau, Kota
0.01 0.07 0.00 -0.97 0.01 -0.32 -0.03 -0.19 -0.02
Madiun, Kota -0.88 0.14 0.12 -1.00 0.11 -0.41 0.14 -0.19 0.08
Magelang, Kota -0.55 -0.11 0.13 -0.95 -0.73 -0.31 0.09 -0.23 0.24
Makassar, Kota -0.50 -0.05 0.25 -0.98 -0.35 -0.60 0.02 -0.14 0.00
Malang, Kota -0.16 0.08 -0.03 -0.97 -0.75 -0.41 0.07 -0.27 0.08
Mamuju, Kota 0.16 -0.47 -0.46 -0.98 -0.41 -0.06 0.01 -0.18 0.57
Manado, Kota -0.41 -0.11 0.01 -0.97 -0.38 -0.51 0.21 -0.33 0.09
Mataram, Kota -0.20 0.14 0.23 -0.96 7.64 -0.45 0.23 -0.75 0.23
Medan, Kota -0.19 -0.01 0.07 -0.98 -0.92 -0.27 0.07 -0.27 -0.11
Metro, Kota 0.05 -0.34 0.23 -0.97 -0.76 -0.42 -0.07 -0.32 0.16
Mojokerto, Kota -0.87 0.14 -0.08 -0.88 -0.77 -0.36 0.04 -0.08 0.27
Padang Panjang, Kota
-0.17 0.04 0.11 -0.97 -0.51 -0.29 0.02 -0.25 -0.09
Padang Sidempuan, Kota
0.31 0.31 0.25 -0.98 -0.36 -0.54 -0.09 -0.31 -0.08
Padang, Kota 0.15 0.10 0.05 -0.97 0.03 -0.39 -0.07 -0.16 0.10
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Pagar Alam, Kota
-0.04 0.14 0.13 -0.96 -0.53 -0.18 -0.01 0.00 0.28
Palangkaraya, Kota
-0.59 0.11 0.19 -0.99 -0.55 -0.35 0.16 -0.35 -0.10
Palembang, Kota
-0.29 0.29 0.23 -0.98 -0.83 -0.36 -0.10 -0.09 0.07
Palopo, Kota -0.12 0.33 0.30 -0.97 -0.28 -0.37 0.30 -0.02 0.44
Palu, Kota 0.13 0.11 -0.12 -0.99 -0.13 -0.18 -0.07 -0.27 0.02
Pangkal Pinang, Kota
-0.66 -0.14 0.27 -0.99 -0.78 -0.09 -0.04 -0.27 -0.01
Pare-Pare, Kota -0.23 0.11 0.22 -0.97 -0.01 -0.55 0.04 -0.34 0.02
Pariaman, Kota 0.21 0.15 0.08 -0.97 -0.31 -0.40 -0.01 -0.25 0.21
Pasuruan, Kota -0.30 0.10 0.00 -0.97 -0.99 -0.39 0.09 -0.30 0.02
Payakumbuh, Kota
0.18 0.09 0.12 -0.97 -0.08 -0.36 0.06 -0.35 0.16
Pekalongan, Kota
-0.12 0.02 -0.03 -0.97 -0.73 -0.14 0.01 -0.35 0.11
Pekan Baru, Kota
-0.15 0.00 0.07 -0.98 -0.35 -0.38 0.05 -0.22 -0.10
Pematang Siantar, Kota
-0.41 -0.10 0.12 -0.99 -0.76 -0.42 0.18 -0.38 -0.13
Pontianak, Kota 0.13 -0.01 -0.02 -0.98 -0.75 -0.57 0.09 -0.09 0.01
Prabumulih, Kota
-0.63 0.18 0.22 -0.96 -0.67 -0.26 0.21 0.11 0.25
Probolinggo, Kota
-0.16 0.09 0.18 -0.96 -0.35 -0.21 0.26 -0.17 0.19
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Sabang, Kota -0.28 0.30 -0.18 -0.98 -0.11 -0.46 0.12 -0.26 0.16
Salatiga, Kota -0.40 0.07 0.09 -0.96 -0.61 -0.24 -0.06 -0.23 -0.39
Samarinda, Kota -0.15 -0.14 -0.03 -0.97 0.19 -0.29 0.13 -0.41 -0.02
Sawahlunto, Kota
-0.03 0.18 0.07 -0.96 -0.41 -0.18 0.11 -0.14 0.16
Semarang, Kota -0.27 0.04 -0.06 -0.97 -0.38 -0.25 0.02 -0.29 0.01
Serang, Kota 0.11 0.04 0.24 -0.98 -0.33 -0.60 0.08 -0.04 -0.22
Sibolga, Kota 0.29 -0.15 -0.06 -0.96 -0.78 -0.52 -0.17 0.01 0.06
Singkawang, Kota
0.01 0.11 0.14 -0.97 -0.15 -0.26 -0.04 -0.15 0.25
Solok, Kota 0.07 0.01 -0.04 -0.96 -0.08 -0.30 0.04 -0.29 0.21
Sorong, Kota -0.93 -0.01 0.51 -0.95 -0.53 -0.93 -0.09 -0.07 0.08
Subulussalam, Kota
-0.45 -0.75 0.69 -0.71 0.01 -0.10 0.29 0.08 0.43
Sukabumi, Kota -0.66 -0.52 -0.30 -0.99 -0.51 -0.81 -0.50 0.41 -0.33
Sumba Timur, Kota
0.15 -0.89 0.20 -1.00 -0.26 -0.18 0.11 -0.52 0.35
Sungai Penuh, Kota
-0.37 0.24 0.01 -0.97 -0.18 -0.32 0.07 -0.27 0.01
Surabaya, Kota -0.71 -0.05 -0.03 -0.97 -0.42 -0.47 0.08 -0.14 -0.41
Surakarta, Kota -0.62 0.05 0.19 -0.98 -0.94 -0.39 0.08 -0.22 0.25
Tangerang Selatan, Kota
0.44 -0.28 -0.55 -0.96 0.04 -0.41 0.11 -0.09 0.20
Tangerang, Kota 0.27 -0.20 0.00 -0.97 -0.78 -0.49 0.08 -0.22 -0.94
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Tanjung Balai, Kota
0.04 -0.01 0.27 -0.99 0.38 -0.27 0.16 -0.21 0.31
Tanjung Pinang, Kota
-0.13 0.26 0.12 -0.97 -0.33 -0.44 -0.09 -0.23 0.08
Tarakan, Kota 0.22 -0.10 0.17 -1.00 -0.39 -0.44 0.10 -0.21 0.07
Tasikmalaya, Kota
-0.31 0.30 -0.06 -0.97 -0.18 -0.63 0.12 -0.49 0.08
Tebing Tinggi, Kota
-0.08 0.01 -0.03 -0.97 -0.14 -0.38 0.05 -0.24 0.07
Tegal, Kota -0.40 0.12 0.17 -0.97 -0.70 -0.44 0.07 -0.22 0.05
Ternate, Kota -0.13 0.15 0.05 -0.98 0.05 -0.48 -0.01 -0.04 -0.12
Tidore Kepulauan, Kota
0.23 0.24 -0.01 -0.97 0.08 -0.41 0.02 -0.44 0.19
Tomohon, Kota -0.25 0.00 -0.09 -0.88 -0.21 -0.31 -0.05 -0.68 0.06
Tual, Kota 0.25 0.09 -0.32 -0.95 0.13 -0.35 -0.01 -0.43 0.13
Yogyakarta, Kota
-0.12 -0.02 0.06 -0.98 0.06 -0.33 -0.06 -0.13 0.04
Aceh Barat Daya, Kab.
0.07 0.14 0.00 -0.97 -0.17 -0.30 0.14 -0.33 0.20
Aceh Barat, Kab. 0.79 -0.07 0.37 -0.98 -0.02 -0.13 -0.21 -0.71 0.50
Aceh Besar, Kab.
0.24 0.10 -0.15 -0.99 -1.74 -0.20 -0.05 -0.60 0.05
Aceh Jaya, Kab. 0.11 0.19 0.04 -0.98 0.56 -0.28 0.01 -0.13 0.33
Aceh Pidie, Kab. -0.02 0.05 0.05 -0.96 0.22 -0.20 0.04 -0.04 0.53
Aceh Selatan, Kab.
-0.80 0.27 0.34 -0.98 -0.29 -0.12 0.28 0.08 -0.66
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Aceh Singkil, Kab.
-0.26 0.09 0.22 -0.97 -0.15 -0.29 0.28 -0.05 0.47
Aceh Tamiang, Kab.
0.27 -0.02 -0.01 -0.96 -0.03 -0.22 -0.35 -0.12 0.07
Aceh Tengah, Kab.
-0.26 0.24 0.06 -0.97 -0.09 -0.19 0.24 -0.12 0.45
Aceh Tenggara, Kab.
0.17 -0.49 -0.19 -0.94 0.17 -0.21 0.09 0.03 -0.45
Aceh Timur, Kab.
-0.09 0.53 0.69 -0.94 -1.04 -0.19 0.52 0.33 0.64
Aceh Utara, Kab.
0.01 0.00 0.43 -0.86 -0.67 0.27 -0.75 -0.21 1.36
Adm. Kepulauan Seribu, Kab.
-0.01 -0.01 -0.76 -0.98 0.03 -0.59 -0.10 -0.58 -0.08
Agam, Kab. 0.14 0.00 -0.01 -0.97 0.06 -0.19 0.01 -0.16 0.26
Alor, Kab. -0.25 -0.53 0.02 -0.99 -0.10 -0.14 0.27 -0.36 0.31
Asahan, Kab. 0.05 0.10 0.12 -0.96 0.00 -0.26 0.11 -0.23 0.28
Asmat, Kab. -0.31 -0.18 -0.23 -0.96 -0.61 -0.03 -0.08 -0.29 -0.61
Badung, Kab. -0.05 0.08 -0.39 -0.97 -0.15 -0.29 0.07 -0.33 0.14
Balangan, Kab. 0.28 0.09 -0.48 -0.97 -0.05 -0.03 -0.06 -0.37 0.29
Bandung Barat, Kab.
-0.16 -0.56 0.14 -0.94 0.24 -0.58 0.21 -0.32 -0.08
Bandung, Kab. 0.18 0.13 0.08 -0.97 -0.27 -0.29 0.12 -0.17 0.27
Banggai Kepulauan, Kab.
0.17 0.09 -0.01 -0.98 -0.14 -0.37 0.12 -0.25 0.33
Banggai, Kab. 0.06 0.59 0.08 -0.97 0.64 -0.51 -0.17 -0.10 0.00
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Bangka Barat, Kab.
0.02 0.33 0.13 -0.97 -0.18 -0.02 0.30 -0.43 0.18
Bangka Selatan, Kab.
0.12 0.38 0.14 -0.95 -0.35 -0.06 0.24 -0.31 0.50
Bangka Tengah, Kab.
0.44 0.32 0.18 -1.00 -0.44 0.00 0.18 -0.05 0.11
Bangka, Kab. -0.18 0.43 0.46 -0.94 0.05 0.11 -0.83 0.07 0.25
Bangkalan, Kab. 0.06 0.50 -0.72 -0.95 -0.68 -0.88 0.27 0.03 0.32
Bangli, Kab. -0.10 -0.14 -0.22 -0.99 -0.18 -0.04 0.10 -0.37 0.46
Banjar, Kab. 0.16 -0.05 -0.93 -0.98 0.08 -0.16 0.07 -0.26 0.15
Banjarnegara, Kab.
-0.06 0.14 0.08 -0.97 -0.08 -0.11 -0.02 -0.11 0.32
Bantaeng, Kab. 0.15 0.01 0.20 -0.96 0.27 -0.38 0.11 -0.10 0.06
Bantul, Kab. -0.83 0.13 0.31 -0.95 0.07 -0.20 0.08 -0.08 0.08
Banyuasin, Kab. 0.22 0.23 0.10 -0.97 -0.58 -0.21 0.12 0.05 0.33
Banyumas, Kab. -0.25 0.02 0.06 -0.96 -0.07 -0.26 0.09 -0.13 0.05
Banyuwangi, Kab.
0.09 0.21 -0.01 -0.97 0.01 -0.39 0.19 -0.26 0.02
Barito Kuala, Kab.
0.23 0.13 0.35 -0.98 -0.72 0.00 -0.21 -0.10 0.33
Barito Selatan, Kab.
-0.01 0.09 0.34 -0.98 0.09 -0.27 0.08 -0.18 -0.07
Barito Timur, Kab.
0.01 0.23 0.29 -0.97 0.42 -0.24 0.03 -0.02 0.33
Barito Utara, Kab.
-0.46 0.19 0.10 -0.98 0.31 -0.33 0.04 -0.35 0.40
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Barru, Kab. 0.09 0.35 0.15 -0.97 0.42 -0.52 0.07 -0.21 0.31
Batang, Kab. -0.08 -0.12 0.10 -0.96 -0.16 -0.12 0.05 -0.14 -0.09
Batanghari, Kab. -0.07 -0.07 -0.12 -0.98 0.05 -0.22 0.26 -0.19 0.41
Batu Bara, Kab. 0.24 0.10 0.13 -0.96 0.09 -0.33 0.01 -0.11 0.23
Bekasi, Kab. 0.16 0.21 0.13 -0.96 -0.04 -0.29 0.13 -0.10 0.15
Belitung Timur, Kab.
-0.01 0.22 0.16 -0.95 -0.14 -0.19 -0.02 -0.35 0.31
Belitung, Kab. -0.05 0.19 0.16 -0.96 -0.29 -0.18 0.17 -0.36 -0.26
Belu, Kab. -8.91 0.45 0.31 -0.98 -0.65 0.12 0.58 -0.53 0.24
Bener Meriah, Kab.
0.13 0.00 -0.18 -0.97 0.13 -0.17 -0.01 -0.16 -0.07
Bengkalis, Kab. -0.10 -0.06 0.03 -0.97 0.02 -0.21 -0.11 -0.23 0.18
Bengkayang, Kab.
0.26 0.12 -0.08 -0.98 -0.10 -0.27 -0.13 -0.13 0.13
Bengkulu Selatan, Kab.
0.10 0.23 -0.09 -0.96 0.03 -0.21 -0.05 -0.31 -0.25
Bengkulu Tengah, Kab.
0.84 0.71 0.79 -0.92 0.85 1.08 0.72 0.69 0.68
Bengkulu Utara, Kab.
0.08 0.16 0.29 -0.93 -0.37 -0.25 0.00 -0.13 -0.60
Berau, Kab. -0.76 -0.73 -0.86 -1.00 0.33 -0.85 -0.65 -0.84 -0.69
Biak Numfor, Kab.
0.33 -0.12 -0.25 -0.96 0.54 -0.68 0.27 0.00 -0.62
Bima, Kab. 0.16 0.19 0.19 -0.98 0.06 -0.43 0.11 -0.27 0.28
Bintan, Kab. 0.33 0.05 0.03 -0.97 0.00 -0.33 0.08 -0.29 0.18
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Bireuen, Kab. 0.26 0.07 -0.04 -0.96 -1.43 -0.72 -0.02 -0.02 0.60
Blitar, Kab. 0.02 0.04 0.11 -0.98 0.27 -0.32 0.19 -0.23 0.17
Blora, Kab. -0.16 0.12 0.29 -0.98 0.30 0.02 0.27 -0.13 0.57
Boalemo, Kab. 0.14 0.14 -0.03 -0.97 2.41 -0.21 0.11 -0.63 0.12
Bogor, Kab. -0.94 0.18 0.07 -0.96 -0.20 -0.40 0.14 -0.11 0.13
Bojonegoro, Kab.
-0.23 0.10 0.00 -0.96 0.24 -0.56 0.04 -0.41 0.00
Bolaang Mongondow Selatan, Kab.
-0.18 0.13 -0.05 -0.98 0.00 -0.03 -0.05 -0.45 -0.16
Bolaang Mongondow Timur, Kab.
-0.37 0.16 -0.18 -0.99 -0.10 0.02 0.08 -0.27 -0.04
Bolaang Mongondow Utara, Kab.
-0.11 0.18 -0.15 -0.97 0.01 -0.15 -0.06 -0.33 -0.18
Bolaang Mongondow, Kab.
-0.06 0.34 0.01 -0.97 -0.16 -0.15 0.08 -0.23 0.05
Bombana, Kab. -0.26 0.43 0.52 -0.93 0.36 -0.65 0.02 -0.11 0.34
Bondowoso, Kab.
0.03 0.16 0.11 -0.96 -0.23 -0.36 0.23 -0.14 0.07
Bone Bolango, Kab.
0.23 0.29 0.11 -0.97 -0.72 -0.25 -0.37 -0.51 0.16
Bone, Kab. -0.02 0.31 0.29 -0.95 0.30 -0.42 0.24 -0.13 0.33
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Boven Digoel, Kab
-0.92 0.38 -0.02 -0.96 -1.61 -0.64 0.25 -0.35 0.75
Boyolali, Kab. -0.23 0.13 0.03 -0.96 -0.01 -0.21 0.17 -0.03 0.10
Brebes, Kab. 0.07 0.06 0.23 -0.93 0.13 -0.13 -0.08 0.00 0.07
Buleleng, Kab. -0.13 0.09 -0.26 -0.98 0.14 -0.29 0.21 -0.31 0.33
Bulukumba, Kab.
-0.69 0.41 0.53 -0.96 0.61 -0.50 0.46 0.24 0.49
Bulungan, Kab. 0.27 0.38 0.15 -0.59 0.37 -0.36 0.30 -0.10 0.29
Bungo, Kab. -0.03 0.25 -0.14 -0.94 0.06 -0.36 0.14 -0.34 0.19
Buol, Kab. 0.23 0.40 -0.07 -0.98 0.22 -0.41 -0.20 -0.33 0.28
Buru Selatan, Kab.
0.05 0.23 -0.17 -0.93 0.29 0.00 0.18 -0.21 -0.07
Buru, Kab. 0.02 0.12 -0.20 -0.93 0.20 -0.06 -0.02 -0.38 0.35
Buton Utara, Kab.
-0.49 -0.42 0.91 -0.07 -0.67 0.77 0.81 0.89 0.82
Buton, Kab. -0.15 -0.14 -0.21 -0.98 0.78 -0.71 0.25 -0.31 0.04
Ciamis, Kab. -0.13 -0.21 0.12 -0.95 -0.33 -0.23 0.16 -0.38 0.38
Cianjur, Kab -0.19 0.23 -0.12 -0.94 0.22 -0.19 0.20 -0.09 0.33
Cilacap, Kab. -0.05 0.25 0.12 -0.97 0.15 -0.25 0.19 -0.06 0.08
Cirebon, Kab. -0.09 0.20 0.16 -0.95 0.01 -0.30 0.02 -0.15 0.27
Dairi, Kab. 0.11 0.26 0.12 -0.97 0.08 0.04 -0.05 -0.13 0.14
Deiyai, Kab. -0.47 0.51 0.08 -1.00 -0.05 0.16 -0.28 -0.74 -0.85
Deli Serdang, Kab.
0.12 0.28 0.29 -0.97 0.05 -0.19 0.01 -0.15 0.30
Demak, Kab. 0.12 0.00 0.01 -0.95 -0.22 -0.27 0.03 -0.23 0.04
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Dharmas Raya, Kab.
0.16 -0.05 0.07 -0.97 0.08 -0.25 0.04 -0.26 0.14
Dogiyai, Kab. -0.14 0.12 -0.48 -0.98 0.29 0.17 0.30 -0.18 -0.73
Dompu, Kab. 0.23 0.11 0.22 -0.98 -0.03 -0.41 -0.04 -0.36 0.02
Donggala, Kab. -0.20 0.49 -0.05 -1.03 -0.06 -0.19 -0.06 0.21 0.21
Empat Lawang, Kab.
-0.02 0.33 0.21 -0.96 -0.03 -0.31 0.13 -0.14 0.22
Ende, Kab. 0.10 -0.81 0.22 -1.00 -0.11 -0.23 0.07 -0.11 0.39
Enrekang, Kab. 0.21 -0.04 0.15 -0.93 0.02 -0.54 0.13 -0.10 0.34
Fak-Fak, Kab. 0.17 -0.03 0.22 -0.97 -0.04 -0.40 0.18 -0.31 -0.56
Flores Timur, Kab.
0.12 -0.54 -0.13 -0.97 0.34 -0.36 0.16 -0.01 0.55
Garut, Kab. 0.11 0.26 0.09 -0.96 -0.10 -0.40 0.14 -0.37 0.14
Gayo Lues, Kab. -0.15 -0.32 -0.64 -0.96 -0.24 0.63 -0.01 -0.57 -0.56
Gianyar, Kab. -0.10 0.00 -0.06 -0.98 0.34 -0.03 0.02 -0.41 0.19
Gorontalo Utara, Kab.
0.22 0.48 0.26 -0.99 0.08 -0.22 -0.17 -0.47 -0.98
Gorontalo, Kab. -0.14 -0.01 -0.55 -0.96 0.04 0.06 -0.31 -0.35 0.15
Gowa, Kab. -0.04 0.21 0.38 -0.96 0.44 -0.51 0.20 -0.05 0.25
Gresik, Kab. -0.15 0.11 -0.07 -0.97 0.20 -0.38 0.15 -0.27 0.25
Grobogan, Kab. -0.26 0.14 0.21 -0.95 0.27 -0.11 0.07 -0.02 0.23
Gunung Kidul, Kab.
-0.37 0.21 0.36 -0.94 0.37 -0.19 0.01 -0.20 0.12
Gunung Mas, Kab.
0.14 0.24 -0.05 -0.99 0.20 -0.27 -0.08 -0.58 0.26
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Halmahera Barat, Kab.
0.24 -0.27 -0.15 -0.94 0.05 -0.42 -0.08 -0.61 0.21
Halmahera Selatan, Kab.
0.13 0.28 0.08 -0.97 0.25 -0.43 0.16 -0.25 0.24
Halmahera Tengah, Kab.
-0.09 0.27 -0.01 -0.99 0.17 -0.34 0.26 -0.26 0.01
Halmahera Timur, Kab.
0.02 0.23 0.28 -0.96 0.01 -0.40 0.25 -0.49 0.19
Halmahera Utara, Kab.
0.24 0.23 0.06 -0.97 -0.02 -0.36 0.06 -0.23 0.11
Hulu Sungai Selatan, Kab.
0.08 0.07 0.10 -0.98 -1.08 -0.02 -0.17 -0.13 0.10
Hulu Sungai Tengah, Kab.
0.25 -0.08 -0.20 -0.97 -0.03 -0.33 -0.04 -0.17 0.22
Hulu Sungai Utara, Kab.
0.19 -0.04 -0.20 -0.98 -0.01 -0.16 -0.02 -0.28 0.11
Humbang Hasundutan, Kab.
0.09 0.10 0.15 -0.97 0.03 -0.24 0.14 -0.15 0.22
Indragiri Hilir, Kab.
0.11 0.09 0.30 -0.96 0.04 -0.31 0.09 -0.19 -0.06
Indragiri Hulu, Kab.
0.02 0.05 0.13 -0.95 0.20 -0.37 0.16 -0.15 0.16
Indramayu, Kab. -0.99 1.00 0.94 -0.44 0.84 0.98 0.99 0.95 0.98
Intan Jaya, Kab. -0.49 -0.01 0.35 -1.00 -0.37 0.13 -0.54 -0.39 -0.88
Jayapura, Kab. 0.17 0.32 -0.02 -0.96 0.16 -0.37 0.07 -0.22 0.26
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Jayawijaya, Kab. -0.45 0.07 0.79 -0.98 -0.14 -0.36 -0.20 0.11 -0.24
Jember, Kab. -0.05 0.08 0.10 -0.96 -0.20 -0.25 0.19 -0.12 0.14
Jembrana, Kab. -0.49 0.10 -0.08 -0.98 0.34 -0.19 0.23 -0.27 0.34
Jeneponto, Kab. 0.29 -0.22 0.15 -0.98 -0.13 -0.57 0.02 -0.26 0.26
Jepara, Kab. 0.20 0.21 0.16 -0.97 0.15 -0.21 -0.12 -0.30 0.47
Jombang, Kab. -0.12 -0.07 0.19 -0.97 -0.30 -0.46 0.19 -0.09 0.02
Kaimana, Kab. -0.13 -0.06 0.33 -0.97 0.31 0.16 -0.15 0.22 0.00
Kampar, Kab. 0.13 0.30 0.25 -0.94 -0.03 -0.35 0.15 -0.11 0.22
Kapuas Hulu, Kab.
0.12 0.09 0.10 -0.98 0.02 -0.31 0.06 -0.06 0.26
Kapuas, Kab. 0.10 0.23 0.27 -0.98 0.60 -0.31 0.14 -0.33 -0.09
Karang Asem, Kab.
-0.08 0.07 0.19 -0.98 0.45 -0.24 0.09 -0.26 0.27
Karanganyar, Kab.
-0.35 -0.03 0.09 -0.96 -0.16 -0.20 0.16 -0.23 0.16
Karawang, Kab. 0.01 0.75 0.18 -0.97 -0.32 -0.41 0.13 0.10 0.38
Karimun, Kab. 0.02 0.22 -0.01 -0.94 -0.04 -0.41 0.04 -0.33 0.15
Katingan, Kab. 0.11 0.31 0.28 -0.97 -0.61 -0.31 0.22 -0.36 0.27
Kaur, Kab. -0.09 0.10 0.31 -0.95 -0.36 -0.26 0.14 0.01 0.41
Kayong Utara, Kab.
0.22 0.16 0.05 -0.98 -0.08 -0.23 -0.02 -0.22 0.48
Kebumen, Kab. 0.20 0.17 -0.07 -0.97 0.25 -0.39 -0.15 -0.13 0.09
Kediri, Kab. 0.04 0.06 0.05 -0.96 -0.01 -0.31 0.06 0.20 0.11
Keerom, Kab. 0.04 -0.13 0.32 -0.96 0.25 -0.16 0.20 -0.37 0.18
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Kendal, Kab. 0.46 -0.06 -0.04 -0.98 -0.30 -0.29 -0.06 -0.21 -0.48
Kep. Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Kab.
-0.64 0.09 0.25 -0.96 0.10 -0.10 0.07 -0.14 0.56
Kepahiang, Kab. 0.18 0.00 0.21 -0.95 -0.56 -0.30 0.03 -0.05 0.21
Kepulauan Anambas, Kab.
0.60 0.55 0.01 -0.92 -0.40 -0.04 0.44 0.12 0.15
Kepulauan Aru, Kab.
0.06 0.28 -0.27 -0.94 0.05 -0.17 0.17 -0.12 -0.11
Kepulauan Mentawai, Kab.
0.21 0.20 0.14 -0.97 0.03 -0.27 -0.05 -0.09 0.26
Kepulauan Meranti, Kab.
0.22 0.43 0.36 -0.95 -0.57 -0.25 0.27 0.03 0.30
Kepulauan Sangihe, Kab.
-0.13 0.09 0.24 -0.97 0.00 0.00 0.16 0.27 0.60
Kepulauan Sula, Kab.
0.33 0.30 0.10 -0.99 0.04 -0.33 0.08 -0.41 0.25
Kepulauan Talaud, Kab.
-0.53 0.22 0.39 -0.88 0.34 -0.04 0.37 0.36 0.67
Kerinci, Kab. 0.21 -0.07 0.00 -0.95 -0.01 -0.43 0.16 -0.26 0.19
Ketapang, Kab. -0.09 0.24 -0.13 -0.98 0.49 -0.43 -0.14 -0.35 0.25
Klaten, Kab. -0.71 0.13 0.37 -0.90 -0.30 0.10 0.34 0.15 0.56
Klungkung, Kab. -0.37 0.17 0.04 -0.98 -1.00 -0.06 0.19 -0.23 0.29
Kolaka Utara, Kab.
0.07 0.14 0.20 -0.94 0.47 -0.46 0.28 -0.29 0.19
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Kolaka, Kab. -0.16 0.08 0.30 -0.99 0.42 -0.69 0.14 -0.32 0.06
Konawe Selatan, Kab.
-0.19 0.23 0.08 -0.95 0.42 -0.57 0.18 -0.10 0.28
Konawe Utara, Kab.
0.75 0.81 -0.70 -0.73 0.92 -0.49 -0.50 -0.60 -0.65
Konawe, Kab. 0.10 -0.07 0.49 -0.96 0.42 -0.59 0.04 -0.27 0.39
Kota Baru, Kab. 0.15 -0.15 0.07 -0.97 0.11 -0.07 -0.03 -0.29 0.04
Kotawaringin Barat, Kab.
0.10 -0.05 0.38 -0.96 0.04 -0.40 -0.03 0.05 0.27
Kotawaringin Timur, Kab.
0.16 0.16 0.30 -0.95 -0.81 -0.35 0.10 -0.84 0.16
Kuantan Singingi, Kab.
0.18 0.11 0.23 -0.96 -0.17 -0.23 0.05 -0.20 0.12
Kubu Raya, Kab. 0.21 0.47 0.12 -0.97 0.10 -0.23 -0.14 0.16 0.47
Kudus, Kab. -0.39 0.47 0.20 -0.97 0.79 -0.13 -0.01 0.14 0.25
Kulon Progo, Kab.
0.30 0.29 -0.52 -1.00 0.58 -0.19 0.17 -0.51 0.07
Kuningan, Kab. -0.19 0.23 0.17 -0.95 -0.07 -0.35 0.21 -0.14 1.71
Kupang, Kab. 0.07 0.07 0.04 -0.98 0.49 -0.37 0.22 -0.18 0.75
Kutai Barat, Kab.
-0.64 0.17 -0.09 -0.97 0.09 -0.38 -0.16 -0.18 -0.03
Kutai Kartanegara, Kab.
0.59 0.68 0.78 -0.79 -0.58 0.38 0.80 0.57 0.84
Kutai Timur, Kab.
-0.07 -0.16 -0.32 -0.99 0.02 -0.62 -0.07 -0.52 -0.23
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Labuhan Batu Selatan, Kab.
0.88 0.65 0.65 -1.51 0.84 0.56 0.51 0.68 0.82
Labuhan Batu Utara, Kab.
0.75 0.38 0.39 -1.04 0.69 0.21 0.21 0.38 0.60
Labuhan Batu, Kab.
0.21 0.09 0.04 -0.96 -0.05 -0.28 0.00 -0.25 0.12
Lahat, Kab. 0.15 0.10 0.11 -0.97 -0.01 -0.31 0.03 0.05 0.05
Lamandau, Kab. 0.15 0.23 0.32 -0.96 0.02 -0.16 0.06 -0.39 0.07
Lamongan, Kab. -0.21 0.11 0.25 -0.94 0.19 -0.19 0.27 -0.26 0.19
Lampung Barat, Kab.
-0.23 0.09 0.26 -0.92 0.42 0.43 0.12 0.26 0.51
Lampung Selatan, Kab.
0.04 0.36 -0.10 -0.92 0.04 -0.51 0.08 -0.25 0.70
Lampung Tengah, Kab.
0.10 0.10 0.31 -0.97 0.17 -0.46 0.07 0.16 0.43
Lampung Timur, Kab.
0.24 0.12 -0.09 -0.95 -0.46 -0.44 0.06 -0.20 0.32
Lampung Utara, Kab.
0.15 0.00 -0.14 -0.95 -0.19 -0.08 0.00 0.08 0.32
Landak, Kab. 0.09 0.29 0.17 -0.93 0.30 -0.36 -0.07 -0.30 0.43
Langkat, Kab. 0.20 0.08 0.22 -0.96 -0.01 -0.26 0.01 -0.26 0.21
Lanny Jaya, Kab. -0.68 0.47 0.09 -1.00 0.54 0.19 0.16 -0.02 -0.88
Lebak, Kab. 0.10 0.27 0.29 -0.98 -0.64 -0.39 0.16 -0.25 0.03
Lebong, Kab. 0.19 0.23 0.13 -0.97 -0.73 -0.21 0.10 -0.49 0.31
Lembata, Kab. -0.12 -0.08 0.06 -0.96 0.08 -0.07 0.14 -0.39 0.47
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Limapuluh Kota, Kab.
0.20 0.20 0.07 -0.97 -0.02 -0.31 -0.03 -0.14 0.18
Lingga, Kab. -0.01 0.26 0.25 -1.00 0.09 -0.18 0.20 -0.09 0.15
Lombok Barat, Kab.
-0.14 0.23 0.13 -0.97 0.26 -0.55 0.07 -0.14 0.29
Lombok Tengah, Kab.
-0.11 -0.02 0.03 -0.99 -0.05 -0.35 -0.05 0.47 0.24
Lombok Timur, Kab.
0.08 0.23 0.06 -0.97 0.12 -0.54 0.16 -0.31 0.20
Lombok Utara, Kab.
0.13 0.07 -0.02 -0.96 -0.26 -0.27 0.10 -0.22 0.30
Lumajang, Kab. -0.10 0.08 0.10 -0.96 -0.26 -0.31 0.22 -0.20 0.05
Luwu Timur, Kab.
-0.51 -0.05 -0.52 -0.94 0.26 -0.34 -0.18 -0.11 -0.52
Luwu Utara, Kab.
0.15 0.08 0.29 -0.97 0.41 -0.33 -0.01 0.14 0.42
Luwu, Kab. 0.18 0.24 0.15 -0.99 0.36 -0.60 0.31 -0.09 0.46
Madiun, Kab. -0.10 0.05 -0.14 -0.97 -0.52 -0.30 0.19 -0.09 0.23
Magelang, Kab. -0.61 0.29 0.06 -0.97 0.29 -0.06 -0.04 -0.14 0.16
Magetan, Kab. 0.05 0.05 0.09 -0.96 -0.34 -0.48 0.19 -0.12 0.21
Majalengka, Kab.
-0.05 0.26 0.07 -0.97 -0.02 -0.42 0.20 -0.23 0.33
Majene, Kab. 0.13 0.29 -0.63 -0.97 0.25 -0.10 0.02 -0.06 0.59
Malang, Kab. -0.01 0.28 0.05 -0.95 -0.21 -0.41 0.15 -0.40 0.10
Malinau, Kab. -0.13 -0.06 0.04 -0.96 0.45 -0.44 -0.15 -0.29 0.24
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Maluku Barat Daya, Kab.
0.02 0.48 -0.19 -0.93 0.26 -0.12 0.00 -0.40 0.13
Maluku Tengah, Kab.
-0.01 0.29 -0.32 -0.92 0.18 -0.41 0.03 -0.36 0.17
Maluku Tenggara Barat, Kab.
0.02 0.27 -0.23 -0.93 0.22 -0.16 0.21 -0.40 0.21
Maluku Tenggara, Kab.
-0.07 0.11 -0.41 -0.95 0.15 -0.13 0.12 -0.25 0.25
Mamasa, Kab. 0.07 0.16 -0.54 -0.93 0.26 -0.06 -0.09 -0.06 0.66
Mamberamo Raya, Kab.
-0.54 0.52 -0.35 -0.98 -0.02 -0.18 0.05 -0.54 -0.93
Mamberamo Tengah, Kab.
-1.11 0.23 0.34 -1.00 0.37 0.17 0.28 0.51 -0.90
Mamuju Utara, Kab.
0.19 -0.08 -0.34 -0.96 -0.27 -0.20 0.04 -0.35 0.71
Mandailing Natal, Kab.
0.27 -0.18 -0.53 -0.99 -0.09 -0.21 -0.01 -0.47 0.24
Manggarai Barat, Kab.
-0.23 0.47 0.30 -0.99 -0.01 -0.06 0.33 -0.26 -0.05
Manggarai Timur, Kab.
0.01 0.19 0.08 -0.98 0.21 -0.08 0.28 -0.32 0.31
Manggarai, Kab. -0.15 -0.17 0.54 -0.98 0.07 0.07 0.45 -0.45 0.51
Manokwari, Kab.
-0.04 0.12 0.42 -0.97 0.10 -0.39 0.15 -0.23 -0.15
Mappi, Kab. 0.15 0.18 -0.85 -0.98 0.17 -0.52 0.35 -0.20 0.21
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Maros, Kab. 0.13 0.21 0.28 -0.95 0.04 -0.73 0.14 -0.20 0.22
Maybrat, Kab. 0.22 0.41 0.56 -0.95 -0.71 -0.79 0.79 -0.41 0.87
Melawi, Kab. -0.19 0.59 0.30 -0.99 -0.63 -0.20 -0.01 -0.28 0.34
Merangin, Kab. 0.01 0.19 0.12 -0.97 0.41 -0.52 0.05 -0.19 0.28
Merauke, Kab. -0.21 0.30 -0.43 -0.95 0.54 -0.25 0.28 0.05 0.08
Mesuji, Kab. 0.19 -0.12 0.20 -0.97 -0.05 -0.02 0.07 -0.01 -0.65
Mimika, Kab. -0.30 -0.78 -0.12 -0.97 0.08 -0.34 -0.40 -0.41 -0.44
Minahasa Selatan, Kab.
-0.91 0.23 0.15 -0.94 0.14 -0.22 0.40 -0.12 0.08
Minahasa Tenggara (Mitra), Kab.
-0.60 0.28 0.12 -0.95 0.20 -0.18 0.40 -0.07 0.19
Minahasa Utara, Kab.
-0.83 0.27 0.08 -0.95 -0.99 0.27 -0.04 -0.24 0.12
Minahasa, Kab. -0.33 0.14 0.06 -0.96 0.02 -0.25 0.10 -0.20 0.14
Mojokerto, Kab. 0.06 0.40 0.15 -0.96 -0.02 -0.40 0.07 -0.08 0.05
Morotai, Kab. 0.21 0.42 0.08 -0.97 0.15 -0.52 0.12 -0.27 0.32
Morowali, Kab. -0.12 -0.35 -0.33 -0.98 0.55 -0.69 -0.28 -0.57 -0.33
Muara Enim, Kab.
0.31 0.28 0.27 -0.96 -0.21 -0.07 0.27 0.09 0.22
Muaro Jambi, Kab.
0.35 0.36 -0.20 -0.97 -0.90 -0.32 0.11 -0.37 0.24
Mukomuko, Kab.
-0.21 -0.24 0.47 -0.92 -0.23 0.69 -0.32 0.56 -0.06
Muna, Kab. 0.17 0.03 -0.08 -0.95 0.22 -0.62 0.18 -0.24 0.47
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Murung Raya, Kab.
-0.25 0.24 0.10 -0.97 0.41 -0.44 -0.19 -0.61 0.24
Musi Banyuasin, Kab.
0.16 0.32 0.51 -0.94 -0.31 0.13 0.45 0.31 0.54
Musi Rawas, Kab.
0.36 0.19 0.18 -0.96 -0.43 -0.24 0.11 0.11 0.28
Nabire, Kab. 0.05 0.41 -0.59 -0.97 -0.37 -0.15 0.25 0.16 0.02
Nagan Raya, Kab.
0.34 0.08 -0.01 -0.95 0.20 -0.20 -0.06 -0.19 0.48
Nagekeo, Kab. 0.01 -0.09 0.17 -0.97 -0.25 0.22 0.02 -0.25 0.21
Natuna, Kab. 0.44 0.70 0.32 -0.93 -0.31 -0.05 0.50 0.28 0.35
Nduga, Kab. -0.64 0.44 -0.09 -1.00 -0.16 -0.08 -0.05 0.05 -0.90
Ngada, Kab. 0.09 -0.13 0.09 -0.98 -0.09 -0.21 0.15 -0.16 -0.11
Nganjuk, Kab. -0.08 0.01 0.14 -0.97 0.13 -0.27 0.17 -0.37 0.06
Ngawi, Kab. -0.04 0.16 -0.01 -0.96 -0.22 -0.43 0.20 -0.15 0.25
Nias Barat, Kab. 0.20 0.07 -0.13 -0.98 0.01 -0.26 0.09 -0.20 0.10
Nias Selatan, Kab.
0.19 -0.08 -0.06 -0.96 -0.41 -0.09 -0.04 -0.25 0.34
Nias Utara, Kab. 0.25 0.09 -0.09 -0.98 0.00 -0.35 -0.16 -0.38 0.22
Nias, Kab. 0.17 0.02 0.19 -0.98 0.10 -0.26 -0.23 -0.37 0.27
Nunukan, Kab. -0.07 -0.51 0.55 -0.96 0.23 -0.49 -0.17 0.05 0.41
Ogan Ilir, Kab. 0.14 0.19 0.07 -0.97 -0.25 -0.29 -0.02 -0.14 0.12
Ogan Komering Ilir, Kab.
0.06 0.20 0.14 -0.96 -0.07 -0.26 0.11 -0.11 0.12
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Ogan Komering Ulu Selatan, Kab.
0.13 0.13 0.10 -0.97 -0.02 -0.39 0.07 -0.11 0.12
Ogan Komering Ulu Timur, Kab.
0.12 0.08 -0.17 -0.96 -0.21 -0.10 0.06 -0.19 0.10
Ogan Komering Ulu, Kab.
0.16 0.21 0.23 -0.96 -0.63 -0.22 0.13 0.18 0.16
Pacitan, Kab. -0.04 0.31 0.12 -0.97 -0.11 -0.44 0.29 -0.21 0.17
Padang Lawas Utara, Kab.
0.21 0.18 0.03 -0.96 0.11 -0.44 -0.01 -0.21 0.16
Padang Lawas, Kab.
0.20 0.19 0.22 -0.96 0.25 -0.52 0.05 -0.30 0.25
Padang Pariaman, Kab.
-0.05 0.20 0.06 -0.96 0.09 -0.21 0.06 -0.31 0.20
Pakpak Bharat, Kab.
0.15 0.08 0.15 -0.99 -0.47 -0.12 -0.03 -0.16 -0.03
Pamekasan, Kab.
0.08 0.15 0.04 -0.96 0.02 -0.37 0.23 -0.15 0.06
Pandeglang, Kab.
-0.10 0.13 0.23 -0.97 0.78 -0.42 0.07 -0.24 0.72
Pangkajene Kepulauan, Kab.
0.03 0.02 -0.02 -0.96 0.03 -0.64 -0.06 -0.16 -0.06
Paniai, Kab. 0.01 0.33 0.53 -0.82 0.59 -0.59 -0.15 0.03 0.28
Parigi Moutong, Kab.
0.09 0.08 0.07 -0.96 0.05 -0.34 0.26 -0.26 -0.07
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Pasaman Barat, Kab.
0.26 0.01 -0.03 -0.97 -0.21 -0.47 0.04 -0.32 0.09
Pasaman, Kab. 0.22 0.05 -0.10 -0.97 -0.25 -0.35 0.07 -0.18 0.05
Pasir, Kab. -0.10 -0.23 -0.05 -0.98 0.05 -0.22 0.03 -0.48 0.28
Pasuruan, Kab. 0.13 0.08 0.07 -0.96 -0.34 -0.45 0.07 -0.15 0.27
Pati, Kab. 0.10 0.14 -0.01 -0.96 0.15 -0.33 0.09 -0.22 0.24
Pegunungan Bintang, Kab.
-0.25 0.32 -0.20 -1.00 0.09 -0.04 -0.14 -0.16 -0.86
Pekalongan, Kab.
-0.60 0.07 0.02 -0.95 -0.08 -0.32 0.17 -0.33 0.11
Pelalawan, Kab. 0.09 0.16 0.17 -0.95 -0.33 -0.19 0.19 -0.19 0.07
Pemalang, Kab. -0.27 0.04 0.01 -0.96 0.15 -0.14 0.11 -0.27 0.36
Penajam Paser Utara, Kab.
-0.20 0.17 0.10 -0.98 0.05 -0.50 0.25 0.29 0.41
Pesawaran, Kab. 0.10 -0.23 0.38 -0.95 -0.43 -0.16 0.09 -0.11 -0.19
Pesisir Selatan, Kab.
0.17 0.07 0.09 -0.96 0.08 -0.34 0.02 -0.19 0.20
Pidie Jaya, Kab. -0.04 0.26 0.10 -0.99 0.01 -0.18 0.35 -0.25 0.53
Pinrang, Kab. 0.07 0.36 0.21 -0.96 0.36 -0.62 0.27 0.03 0.17
Pohuwato, Kab. 0.20 -0.17 -0.09 -0.96 -0.20 -0.18 0.05 -0.40 0.09
Polewali Mandar, Kab.
0.10 0.14 -0.46 -0.95 0.36 -0.33 0.18 -0.15 0.58
Ponorogo, Kab. -0.27 0.22 0.16 -0.97 -0.14 -0.42 0.24 0.02 0.09
Pontianak, Kab. 0.41 0.06 -0.04 -0.98 0.11 -0.52 0.05 -0.46 0.26
Poso, Kab. 0.20 0.25 -0.17 -0.96 0.26 -0.37 0.07 -0.40 0.33
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Pringsewu, Kab. 0.35 -0.03 -0.12 -0.87 0.74 -0.16 0.64 -0.75 -0.95
Probolinggo, Kab.
-0.18 0.05 0.15 -0.96 -0.41 -0.39 0.21 0.04 0.14
Pulang Pisau, Kab.
0.14 0.21 -0.03 -0.97 0.05 -0.24 0.10 -0.66 -0.04
Puncak Jaya, Kab.
0.18 0.07 -0.24 -0.95 0.59 -0.45 0.06 -0.24 0.51
Puncak, Kab. -0.30 0.28 0.58 -1.00 -0.91 0.04 -0.13 -0.22 -0.16
Purbalingga, Kab.
-0.18 0.14 0.09 -0.95 0.16 -0.23 0.13 -0.23 0.06
Purwakarta, Kab.
-0.41 0.25 0.18 -0.96 -0.42 -0.38 0.13 -0.23 0.09
Purworejo, Kab. -0.08 0.07 0.13 -0.96 -0.19 -0.23 0.11 -0.10 0.09
Raja Ampat, Kab.
0.29 0.69 0.76 -0.93 -0.52 0.01 0.26 0.39 0.23
Rejang Lebong, Kab.
-0.11 -0.07 0.04 -0.93 -0.18 -0.09 0.21 -0.08 0.33
Rembang, Kab. 0.02 0.24 0.14 -0.95 -0.35 -0.07 -0.07 -0.16 0.47
Rokan Hilir, Kab. 0.67 0.68 0.55 -0.83 -0.21 0.32 0.66 0.46 0.71
Rokan Hulu, Kab.
0.10 -0.20 0.09 -0.96 0.52 -0.38 -0.08 -0.19 -0.12
Rote Ndao, Kab. 0.06 -0.12 0.10 -0.98 -0.20 -0.16 0.09 -0.30 0.50
Sabu Raijua, Kab.
-0.07 0.48 0.31 -0.95 0.12 -0.21 0.08 0.15 -0.83
Sambas, Kab. 0.12 0.30 0.03 -0.96 0.43 -0.41 0.09 -0.25 0.07
Samosir, Kab. 0.20 0.26 0.12 -0.97 0.19 -0.32 0.04 -0.25 0.36
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Sampang, Kab. -0.06 0.18 0.08 -0.97 0.11 -0.30 0.22 -0.29 0.15
Sanggau, Kab. 0.02 0.02 0.29 -0.95 0.21 -0.18 -0.03 -0.27 0.53
Sarmi, Kab. -0.28 0.21 0.75 -0.98 -0.02 -0.08 -0.04 -0.16 -0.03
Sarolangun, Kab.
-0.39 -0.97 0.02 -0.84 0.61 -0.75 0.27 -0.70 0.42
Sawahlunto Sijunjung, Kab.
0.19 0.09 0.02 -0.96 -0.04 -0.34 -0.05 -0.18 0.25
Sekadau, Kab. 0.16 0.23 0.02 -0.96 0.07 -0.49 0.03 -0.08 0.29
Selayar, Kab. 0.24 0.21 0.21 -0.98 0.27 -0.47 -0.09 -0.28 0.28
Seluma, Kab. 0.19 -0.05 0.48 -0.94 -0.07 -0.25 0.14 -0.25 0.18
Semarang, Kab. 0.10 0.21 -0.10 -0.96 -0.63 -0.21 -0.03 -0.18 0.32
Seram Bagian Barat, Kab.
-0.05 0.11 -0.05 -0.95 0.26 -0.33 0.08 -0.24 0.24
Seram Bagian Timur, Kab.
-0.06 0.12 -0.16 -0.95 0.05 -0.25 0.25 -0.61 0.02
Serang, Kab. 0.07 0.16 -0.06 -0.96 0.43 -0.52 -0.15 0.08 0.30
Serdang Bedagai, Kab.
0.08 0.17 0.14 -0.97 0.08 -0.09 -0.02 -0.27 0.30
Seruyan, Kab. 0.20 0.23 0.14 -0.94 -0.30 -0.29 -0.03 -0.63 0.38
Siak, Kab. 0.87 0.93 0.84 -0.66 -0.49 0.70 0.89 0.82 0.89
Sidenreng Rappang, Kab.
0.34 -0.09 -0.10 -0.96 0.19 -0.70 -0.13 -0.41 0.17
Sidoarjo, Kab. -0.36 0.04 -0.11 -0.97 -0.49 -0.35 0.13 -0.03 0.16
Sigi, Kab. 0.22 0.05 0.02 -0.96 0.05 -0.35 -0.04 -0.29 0.11
Sikka, Kab. -0.02 -0.21 0.14 -0.97 0.15 -0.11 0.04 -0.29 0.32
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Simalungun, Kab.
0.21 0.21 0.45 -0.97 -0.06 -0.36 0.05 -0.23 0.29
Simeulue, Kab. -0.51 0.34 -0.16 -0.98 0.26 -0.33 0.31 -0.10 0.51
Sinjai, Kab. 0.04 0.21 0.38 -0.95 0.20 -0.41 0.22 0.00 0.24
Sintang, Kab. 0.03 0.22 0.13 -0.97 -0.03 -0.27 0.10 0.01 0.09
Situbondo, Kab. -0.19 -0.02 0.17 -0.96 -0.42 -0.35 0.19 -0.14 0.02
Sleman, Kab. -0.51 0.12 0.12 -0.96 0.42 -0.25 0.08 -0.17 0.06
Solok Selatan, Kab.
0.12 0.15 0.00 -0.97 0.12 -0.30 0.04 -0.21 0.20
Solok, Kab. 0.23 0.02 -0.01 -0.98 0.11 -0.45 0.06 -0.15 0.11
Soppeng, Kab. 0.11 0.26 0.24 -0.96 0.20 -0.65 0.28 -0.16 0.19
Sorong Selatan, Kab.
-0.06 0.37 0.69 -0.93 0.05 -0.68 0.04 -0.39 0.41
Sorong, Kab. 0.12 0.43 0.62 -0.98 0.06 -0.07 -0.08 -0.07 0.09
Sragen, Kab. 0.02 -0.03 0.11 -0.95 -0.07 -0.32 0.11 -0.17 0.17
Subang, Kab. -0.01 0.34 0.22 -0.94 -0.36 -0.56 0.28 -0.18 0.35
Sukabumi, Kab. -0.40 0.39 0.28 -0.96 -0.25 -0.28 0.26 -0.05 0.15
Sukamara, Kab. 0.10 0.23 0.45 -0.96 -0.11 -0.17 0.16 -0.07 -0.07
Sukoharjo, Kab. -0.32 0.14 -0.05 -0.95 -0.45 -0.22 0.03 -0.19 0.23
Sumba Barat Daya, Kab.
0.00 -0.27 0.30 -0.96 -0.05 -0.03 0.12 0.07 0.64
Sumba Barat, Kab.
-0.11 0.33 0.14 -0.98 0.04 -0.18 0.06 -0.39 0.30
Sumba Tengah, Kab.
-0.20 0.31 0.14 -0.97 0.24 0.02 0.19 0.25 0.47
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Sumbawa Barat, Kab.
-0.50 -0.67 -0.59 -0.99 0.05 -0.78 -0.49 -0.71 -0.30
Sumbawa, Kab. 0.20 0.10 -0.01 -0.97 0.00 -0.51 0.11 -0.31 0.12
Sumedang, Kab. -0.24 0.25 0.11 -0.96 -0.21 -0.40 0.18 -0.14 0.22
Sumenep, Kab. -0.04 0.10 0.13 -0.96 -0.08 -0.41 0.32 -0.17 0.12
Supiori, Kab. 0.37 0.29 0.24 -0.97 0.53 -0.23 -0.09 -0.49 0.68
Tabalong, Kab. 0.14 -0.06 0.25 -0.89 -0.03 -0.12 -0.10 -0.71 0.16
Tabanan, Kab. -0.11 0.08 0.15 -0.98 0.24 -0.08 0.12 -0.40 0.31
Takalar, Kab. 0.27 -0.12 0.03 -0.98 -0.20 -0.35 0.03 -0.37 0.37
Tambrauw, Kab. 0.22 0.05 0.07 -0.96 -0.58 -0.55 0.12 -0.37 0.24
Tana Tidung, Kab.
0.11 0.27 0.09 -0.97 0.03 -0.16 -0.02 -0.15 0.38
Tana Toraja, Kab.
0.21 0.22 0.14 -0.97 0.04 -0.49 0.04 -0.19 0.08
Tanah Bumbu, Kab.
0.10 -0.12 -0.01 -0.98 0.07 -0.18 0.01 -0.28 0.02
Tanah Datar, Kab.
0.19 0.05 0.10 -0.96 -0.01 -0.33 0.00 -0.21 0.13
Tanah Karo, Kab.
0.17 -0.04 0.00 -0.97 0.27 -0.15 0.09 -0.43 0.01
Tanah Laut, Kab.
-0.04 0.14 0.16 -0.95 0.18 -0.17 -0.11 -0.24 0.05
Tangerang, Kab. 0.21 0.09 -0.13 -0.94 -0.06 -0.71 -0.18 0.00 2.39
Tanggamus, Kab.
0.00 0.43 0.21 -0.96 0.71 -0.53 0.11 -0.09 0.94
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Tanjung Jabung Barat, Kab.
0.10 0.07 -0.14 -0.98 0.58 -0.54 -0.12 -0.57 0.28
Tanjung Jabung Timur, Kab.
0.11 -0.03 0.04 -0.98 0.10 -0.55 0.11 -0.39 0.26
Tapanuli Selatan, Kab.
0.25 0.10 -0.12 -0.97 0.26 -0.07 -0.16 -0.19 0.25
Tapanuli Tengah, Kab.
0.18 -0.02 -0.15 -0.97 0.09 -0.35 0.20 -0.16 0.48
Tapanuli Utara, Kab.
0.07 0.19 -0.12 -0.97 0.08 -0.09 0.03 -0.33 -0.01
Tapin, Kab. -0.55 -0.22 -0.56 -0.97 0.51 -0.23 -0.44 -0.42 0.14
Tasikmalaya, Kab.
-0.04 -0.98 0.14 -0.96 0.13 -0.04 0.08 -0.15 -0.24
Tebo, Kab. 0.21 -0.22 0.05 -0.98 0.09 -0.41 0.09 -0.24 0.30
Tegal, Kab. -0.29 0.13 -0.10 -0.96 0.04 -0.36 0.12 -0.23 0.14
Teluk Bintuni, Kab.
-0.94 -0.83 -0.60 -0.95 -0.84 -0.91 -0.89 -0.95 -0.93
Teluk Wondama, Kab.
-0.04 0.47 0.22 -0.99 -0.77 0.51 -0.10 -0.87 0.22
Temanggung, Kab.
-0.36 0.05 0.19 -0.95 -0.01 -0.12 0.01 0.04 0.22
Timor Tengah Selatan, Kab.
0.05 -0.33 -0.02 -0.97 -0.19 -0.13 0.06 -0.14 0.23
Timor Tengah Utara, Kab.
-0.47 0.32 0.40 -0.93 0.10 -0.01 0.26 0.12 0.08
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Toba Samosir, Kab.
0.09 0.24 -0.07 -0.96 0.16 -0.34 0.13 -0.26 0.26
Tojo Una-Una, Kab.
0.16 -0.06 0.02 -0.98 0.76 -0.31 0.01 -0.28 0.09
Toli-Toli, Kab. 0.10 -0.23 -0.07 -0.97 -0.12 0.01 0.05 -0.26 0.14
Tolikara, Kab. -0.13 -0.55 0.73 -0.95 -0.51 -0.22 0.49 0.67 -0.83
Toraja Utara, Kab.
-0.40 0.12 0.31 -0.96 0.35 -0.42 0.28 0.32 0.50
Trenggalek, Kab. -0.09 0.15 0.12 -0.96 -0.17 -0.34 0.22 -0.18 0.24
Tuban, Kab. -0.07 0.34 0.10 -0.97 0.21 -0.37 0.15 -0.18 0.29
Tulang Bawang Barat, Kab.
0.24 0.08 -0.33 -0.96 -0.61 -0.21 -0.20 -0.26 -0.16
Tulang Bawang, Kab.
0.01 -0.17 -0.29 -0.97 -0.86 0.04 -0.14 0.48 -0.23
Tulungagung, Kab.
-0.16 0.01 -0.05 -0.96 -0.15 -0.45 0.15 -0.06 0.09
Wajo, Kab. 0.28 0.21 0.07 -0.97 -0.24 -0.61 -0.04 -0.20 0.22
Wakatobi, Kab. -0.03 0.09 0.10 -0.94 0.27 -0.37 0.09 -0.26 0.26
Waropen, Kab. -0.32 0.17 0.52 -0.98 -0.27 -0.16 -0.14 -0.43 -0.80
Way Kanan, Kab.
0.11 -0.08 0.19 -0.95 -0.03 -0.35 0.10 0.18 -0.39
Wonogiri, Kab. 0.13 0.21 0.10 -0.96 -0.05 -0.18 -0.04 -0.29 0.26
Wonosobo, Kab. 0.08 0.14 0.13 -0.97 -0.58 -0.23 0.16 -0.10 0.20
Yahukimo, Kab. -0.14 0.27 -0.31 -0.93 0.06 -0.03 0.08 -0.12 -0.80
Yalimo, Kab. -0.62 0.55 0.17 -1.00 0.18 0.03 0.30 -0.09 -0.89
KAB/KOTA Pertanian Konstruksi Keuangan Manufaktur Pertambangan &
Penggali-an
Jasa-Jasa Perdagang-an, Hotel,
& Restoran
Pengang-kutan & Komuni-
kasi
Listrik, Gas, &
Air
Yapen Waropen, Kab.
0.18 0.05 -0.20 -0.93 -0.14 -0.27 0.26 0.05 0.43
217
Tentang Penulis
Akhmad Akbar Susamto
Akhmad Akbar Susamto adalah Dosen di Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan
Bisnis sekaligus Koordinator Kelompok Kerja untuk Daya Saing Indonesia, Universitas
Gadjah Mada. Ia menempuh pendidikan S3 di Research School of Economics, Australian
National University. Sebelumnya, ia menempuh pendidikan S2 di Department of
Economics, Monash University dan pendidikan S1 di Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Universitas Gadjah Mada.
Ma’ruful Musthofa
Ma’ruful Musthofa adalah Asisten Peneliti pada Kelompok Kerja untuk Daya Saing
Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Ia menempuh pendidikan S1 di Jurusan Ilmu
Ekonomi, Universitas Gadjah Mada.
Amiadji Nur Kamil
Amiadji Nur Kamil adalah Asisten Peneliti pada Kelompok Kerja untuk Daya Saing
Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Ia menempuh pendidikan S1 di Jurusan Ilmu
Ekonomi, Universitas Gadjah Mada.
218
Kelompok Kerja Untuk Daya Saing Indonesia
Universitas Gadjah Mada
Kompleks Perumahan Dinas UGM
Bulaksumur F-12 Yogyakarta, Indonesia 55281
telp. +62-274-950-3289 email: [email protected]