II. TINJAUAN PUSTAKA IM-:NC
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA IM-:NC
II. TINJAUAN PUSTAKA
IM-:NC;ERTIAN
Dalam dunia industri sering dijumpai masalah pengaturan tata letak atau
pengaturan dari fasilitas produksi dan area kerja yang ada. Industn atau
pabrik, menurut Sritomo Wignjosoebroto (1996) adalah sctiap teinpat diniana
faktor-faktor seperti manusia, mesin dan peralatan/fasilitas produksi lainnya.
material, energi, uang (modal/kapital), informasi dan sumber daya alam,
dikelola bersama-sama dalam suatu sistem produksi guna menghasilkan suatu
produk atau jasa secara efektif dan efisien serta aman. Sedang fasilitas
menurut Heragu (1997) diartikan sebagai bangunan dnnana manusia.
material, dan mesin datang bersama untuk tujuan tertentu. biasanya unluk
meinbuat produk yang tangible atau memberikan jasa. Fasilitas hams dikelola
sedemikian rupa untuk mencapai satu tujuan, sementara juga memuaskan
tujuan yang lain. Tujuan tersebut meliputi memproduksi produk atau
memberikan jasa dengan biaya rendah, pada kualitas yang tinggi. atau dengan
menggunakan seminimal mungkin sumber daya.
Industri manufaktur dan jasa telah banyak mengalami perkembangan,
sepcri ditunjukan dengan pertambahan dari jumlah dan tipe sistem otomasi.
Bagaimanapun juga, perkembangan ini membavva masalah sistem desain juga
bertarnbah. Masalah tersebut termasuk menentukan produk yang akan dibuat,
jasa yang akan disediakan, proses manufaktur atau jasa yang akan digunakan.
jumlah dan tipe dari peralatan manufaktur atau jasa yang diperlukan (mampu
menarnpilkan proses yang diperlukan).
IU
L.oknsi F.'isililas
T'pc Dan Volume Produk(Service) Yang Akan
Dimantirhkluri
' Mninifaklur KcbiiluhnnI'mscs (Service)
1
•
Desain Koniponen(Sen ice)
<•
Tipc Dan KuantilasKcbuliilian Pcralatan
r
Pcrcncniinnii Proses
Tipc Dan Kuantilas D:iu , Peiu-imi.nu Aln.m PiodukAlat Material Handling [ D.nn Oirmi!
ii
»
Pcncnnian Metodc j . Pt-ni.nd»alan DanMaterial Handling : •, Peu-iu-.nn.n.nn Job
•
T
i
Lavont Mcsin Dnlflm Ti.np Dcsnin SisicmScl : : k .^ - ln in lun
T
Layout Sel Mcsin (Service) Pcn^cininh.-m Pcrscdmnn
Pcnentiian Scl Mcsin ,. . r,(Service)
t
•
T
_ _ , P^neeiul.'ilinn Kualit.'is DnnPciicntiian Pcrnlninn ,; . ,% .
i\*i,'i\ .in.iu Pcl,mL;Linn
Gambar 2.1
Masalah Desain Khusus Dalam Sistem Manufaktur yang Terotomasi
2. ANALISA PROSES
Dalam analisa proses perlu diketahui proses-proses dan peralatan yang
dibutuhkan dan bagaimana pola aliran material akan terjadi. Analisa proses
merupakan langkah untuk menganalisis perencanaan tahapan-tahapan proxs
manufaktur yang diperlukan untuk mengubah input yang berupa bahan baku
menjadi output yang berupa bahan jadi, pemilihan alternaiit-alternatif proses
II
dan macam mesin serta peralatan produksi lainnya vane paling etektif dan
cfisien untuk diaplikasikan.
Data yang dibutuhkan untuk membuat keputusan tain leiak
1. Frekuensi perjalanan atau aliran material atau beberapa ukuran interaksi
antar mesin yang lain.
2. Bentuk dan ukuran dari fasilitas.
3. Space lantai yang tersedia.
4. Batasan lokasi untuk fasilitas.
Basil dari analisa proses ini berupa :
• Informasi routing proses untuk tiappart.
Routing proses adalah merupakan urutan-urutan proses untuk membuat
suatu part. Biasanya routing proses ini digambarkan dengan operation
process chart.
• Frekuensi perjalanan antar mesin.
Frekuensi perjalanan antar mesin ini merupakan jumlah perjalanan yang
ditempuh dari satu mesin ke mesin yang lain.
3. IIPE TATA LETAK
Menentukan bentuk aliran material adalah langkah pertama dalam
membangun tata letak. Desainer kemudian harus menentukan tipe tata letak
yang digunakan. Ada lima tipe tata letak yang kita kenal :
/. Product Tata letak
Dalam product tata letak, mesin dan stasiun kerja diatur sepanjang
rule produk dalam urutan operasi dari produk. Umumnya. product tata
letak digunakan oleh perusahaan yang memproduksi sm^L- atau sedikit
items dalam jumlah yang banyak, seperti pabrik assembly mobil.
Keuntungan dari produk tata letak adalah pengurangan wakui material
handling, pengurangan waktu proses, mempermudah perencanaan dan
pengontrolan. Kerugiannya adalah kurang lleksibel. Sekah produk tata
letak diterapkan, biaya untuk membuat perubahan sangat besar. sehingga
produk tata letak tidak cocok untuk perusahaan yang membuat produk
yang sering berubah. Contoh product tata letak ini dapat dilihat pada
uambar 2.2 berikut:
I Turning ._ / Drillingi Machine [ \ Machine ,j J V_
! ! / "I Turning | ^,'Drilling
\ Machine
Turninu
(taringMachine
VerticalMillingMachine
Verticalurninij . .
I . . '• : - - • Mill ingMachine , , .1 ' Machine
1 / DnllingMachine
I i i r i i n i u ! ) r i ! h i i ^
Machine
Gambar 2.2
Tipe Product Tata letak
2. Process Tata letak
Dari natnanya mengindikasikan bahwa mesin diatur berdasarkan
pada proses yang mereka buat, sehingga semua mesin milling ditempatkan
bersama dalam satu departemen, semua mesin turninu ditempatkan pada
1.5
satu de/w/emen yang lain, dan seterusnya. Contoh process tata letak dapal
dilihat pada gambar 2.3. Process tata letak sangat menguntungkan untuk
pcrusahaan yang membuat bermacam produk atau job dalam jumlah
scdik.it, dimana tiap job biasanya berbeda dari yang lainnya. Process tata
letak menawarkan fleksibelitas dan membolehkan personel untuk menjadi
ahli dalam proses atau fungsi tertentu. Kerugiannya adalah penambahan
biaya manufakturing, padatnya lalu lintas aliran, perencanaan dan
pengontrolan yang komplek, dan mengurangi
produktivitas
Turning
Machine
TurningMachine
1
\
I\
\
MI11MU
CKhiru
intuit:•KI I I IK
•
crtic:i' ' |
Gambar 2.3
Tipe Process Tata Ictak
I-'IM'J Position Tata letak
Dalam fixed position tata letak, produk tidak bergerak dari satu
lokasi kc lokasi lain. Tetapi proses dan peralatan untuk membuat produk
tersebut yang bergerak ke produk tersebut. Tata letak ini biasanya
I-I
dilaksanakan keiika membuat atau memproses produk dalam satuan atau
ukuran yang besar dan tidak mudah untuk dipindahkarr, sebagai contoh
pcmbuatan posawat lorbang. Fixed position tata letak ini dapat dilihat pada
Liambar 2 4 berikut :
MCMII I iis
i Nlcsni 1 \UOI\IJ
Mcsin Gcrinda
XXAlat-AIatPcrakilnn
^ ^
^ \ .
Mcsin Kcling
^ ^
l - n s i l i U i s
Pcngeenlnn
Gam bar 2.4
Tipe Fixed Position Tata letak
4. (iroup Technology KIT) Tata letak
(innip Technology (GT) tata letak biasanya digunakan untuk
kogiatan produksi yang menghasilkan jenis produk yang banyak. Disini
produk-produk yang tidak identik akan dikelompokkan berdasarkan
langkah-langkah peinrosesan, bentuk, mesin atau peralatan yang dipakai,
dan selanjuinya mesin-mesin atau fasilitas produksi yang digunakan untuk
memproduksi sekelompok produk tersebut akan dikelompokkan dan
ditempatkan dalam sebuah manufacturing cell. Tipe tata letak berdasarkan
kelompok produk dapat dikatakan sebagai gabungan dari tata letak
berdasarkan aliran produksi dan tata letak berdasarkan macam proses.
Contoh dari (/'/tata letak ini seperti pada gambar 2.5 berikut ;
!>rilh,is 'M.iiihmc
VerticalMillingMachine
•p» —TurningMachine
UonngMachine
Gambar 2.5
Tipe GroupTechnology (GT) Tata letak
Hyhric/'\'ali\ letak
Tidak seinua perusahaan bisa mengadopsi satu tipe tata letak. Mungkin
dalam suatu pcrusahaan kita terpaksa mengadopsi beberapa tipe tata letak
diatas dan kita yabungkan menjadi suatu kesatuan. Tipe tata letak seperti
dcmikian disebut HybridTate letak (Gambar 2.6).
BoringMachine
TurningMachine
1rning
TurningMachine
Turning
Mucllinc-
_T
Gambar 2.6
Tata Letak Tipe Hybrid
4. MENDAPATKAN DAN MENGHASILKAN DATA DALAM BENTUK
YANG DIPERLl KAN
4.1 Menriapatkan Data Awal
Data dapat diperoleh dari personel di lantai produksi dan dari
de/x/nemen Sistem Informasi Manajemen. Data yang diperoleh
seharusnya herhubungan dengan aktivitas manufakturing yang
diperkirakan akan berlangsung pada periode yang akan datang. Data-data
yang dibutuhkan antara lain :
• Nama dan kode untuk liappart atau produk.
• Nama dan kode untuk tiap mesin.
• Informasi routing untuk tiap pan.
• Volume produksi untuk tiap part.
• Dimensi mesin dan kebutuhan space.
17
• Biava p o m i n d a h a n uni t b e b a n mate r i a l t iap p a s a n g a n fasi l i ias , dll .
4.2 Mcnghasilkan Data Dalam Bentukyang Diperlukan
Membentuk suatu matrik frekuensi perjalanan yang akan
menunjukkan niesin yangakan diperlukan untuk melakukan operasi pada
liap part dan juga urutan operasi. Matrik terdiri dari beberapa ban's yang
merupakan jumlah part dan kolom yang berhubungan dengan jumlah
mesin. Suatu entry k dalam baris ; dan kolom j menunjukkan bahwa
komponen / menjalani operasi pada mesin/.
,!;!;a suatu mesin menjalani operasi yang berurutan misalnya 2 dan 4
pada pan i, maka dua entry dalam baris / kolom j , namanya 2,4. Jika suatu
mesin melakukan suatu operasi yang tidak berurutan pada suatu part,
maka inlbrmasi ini diperoleh dengan menambahkan kolom dummy yang
dihubungkan ke mesin tersebut.
Dari matrik informasi/?a/7 routing, matrik aliran atau matrik frekuensi
per;a!ar.2P. dapai diber.tuk dengan formula sebagai berikut:
k=\
dimana :
/•;; =\ — \ jika \Ru-Rkj\ = 1 dan ( 2.2 )v. ̂ J
.iika/4-, RkJ>0
/',- = 0 jika yang lain ( 2.3 )
Noiasi :
/,.,. jumlah perjalanan yang diperlukan antara mesin / dany
m i i i m l a h /><//•/
Dk peramalan demand untuk part k
Bk batch size part k
/w, jumlah operasi untuk operasi pengerjaan part k dengan mesin /
Sebagai catatan bahwa Fy didefinisikan hanya untuk operasi yang
bcrurutan.
5. KRITERIA EVALUASI TATA LETAK
Untuk mengevahiasi tata letak yang diberikan, pertama kali analis harus
menentukan knteria untuk menilai tata letak tersebut. Tugas akhir ini hanya
akan mengevaluasi tata letak berdasarkan kriteria kuantitatif sebagai berikut :
dimana :
L•.., biaya untuk memindahkan unit beban material dari fasilitas / dan/
/,, jumlah pcrjalanan antara fasilitas / dany
</„ jarak antara fasilitas / dany
6. GROl'P TECHNOLOGY (GT)
Untuk sistem manufaktur yang memproduksi dalam jumlah besar
komponen, maka diperlukan pemecahan masalah sel manufakturing dan
masalah tata letak sel Group Technology adalah sebuah filosofi dari aktivitas
manufaktur. dimana komponen yang sejenis diidentifikasi dan dikelompokkan
bersama untuk memperoleh keuntungan-keuntungan dalam proses manufaktur
ataupun desam komponen. Dalam Group Technology, produk dan mesin atau
fasilitas yang mempunyai hubungan family yang dekat dfkelompokkan ke
dalam suaui sel yang disebut sel manufakturing {manufacturing cell). I'ari
families adalah pengelompokkan komponen, baik atas bentuk dan ukuran
maupun urutan tahap proses manufakturnya (Mitrofanov, 1983).
Cellular Miinufakiiiring (CM) dapat dideflnisikan sebagai aplikasi dari
(imup Tcc/wn/ngy ((if) yang meliputi mengelompokkan mesin-mesin
berdasarkan pada pan yang dibuat olehnya. Tujuan utama dari CM adalah
untuk mengidentifikasikan sel-sel mesin dan family-family part secara simultan
dan inengalokasikan family-family part ke sel-sel mesin dalam rangka untuk
meminimasi perpindahan part antar sel. Untuk mensukseskan pelaksanaan
konsep CM, anal is harus membuat tata letak mesin didalam sel sehingga
mampu meminimasi biaya material handling inter dan intra sel. CM adaiah
konsep baru yang telah sukses diaplikasikan di banyak lingkungan
manufakturing dan dapat mencapai keuntungan secara signifikan (Black,
1083) Perusahaan yang telah disurvey oleh Wemmerlov dan Hyer (1989)
seielah menerapkan CM mencapai hasil-hasil sebagai berikut:
• Pengurangan waktu set-up
• Pengurangan inventory WIP
• Pengurangan biaya material handling
• Pengurangan biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung
• Pengembangan dalam kualitas
• Pengembangan dalam utilitas mesin
• Pengembangan dalam utilisas ruang
'0
Perbedaan utama antara lingkungan job shop iradisional dan lingkungan
CM adalah didalam pengelompokan dan tata letak mesin (Burbridgc, 1982).
Pada joh shop iradisional, mesin dikelompokan secara khusus berdasarkan
pada keserupaan fungsinya (lihat gambar 2.7). Sebaliknya, CM
mengeloinpokkan mesin ke dalam sel, dimana tiap sel mendedikasikan pada
pem'nuatan dari family part khusus (gambar 2.8). Mesin dalam tiap sel
mempunyai fungsi yang tidak serupa.
T .
VMM
L"_J "
Gambar 2.7
Pcn^aturan Sel Dalam Lingkungan Job Shop
Keterangan:
BM Broaching Machine
i.WI Drilling Machine
I'M Turning Machine
Routing Part P,, P}, P9
Routing Part P2, P+ I'?, P,s
Routing Part P5, P(» I'm
'/MM : Vertical Milling Machine
Dalani rangka untuk meminimasi perpindahan part dan family part antar
sel. cesamer CMS harus mempertimbangkan batasan-batasan yang ada (Singh,
1983) Untuk contoh, family part harus dialokasikan ke sel mesin sehingga
keiersediaan kapasitas mesin di setiap sel tidak boleh melebihi, aman, dan
kebutuhan teknologi untuk mengalokasikan peralatan dan proses produksi
harus terpenuhi. dan ukuran sel dan jumlah sel harus tidak melebihi nilai yang
diietapkan user
DM fr- VMM
'1
r- frj BM
Gambar 2.8
Pengaturan Sel Dalam Cellular Manufacturing System
Hampir semua peneliti yang berusaha didalam Group Technology (G'i)
dan desain CM mengabaikan beberapa atau semua batasan-batasan dan
memfokuskan hanya pada identifikasi dari sel mesin dan family pan yang
lepat. Analis desain memulai dengan matrik indikator proses purt-\x\a,\n
sepem pada gambar 2.9, Secara khusus matrik berisi hanya masukan 0 dan 1 .
Masukan 1 pada baris / dan kolomy mengindikasikan bahwa pan yang tepat
pada baris ke / diproses dengan mesin yang tepat pada kolom key. Masukan 0
berarti bahwa tidak diproses pada mesin yang tepat, tetap 0 biasanya ditempati
ck:ngan kosong pada matrik, seperti pada gambar 2.9.
Machine
M, M2 M3 M4 M5
Pi 1 - - 1 -
M7
a,,] -
P P;
A P.;
R P4
T P5
1 1
1 1
G a m b a r 2.9
Contoli Matrik Processing lndikator Part-Machine
Anal is mencoba untuk mengatur kembali baris dan kolom pada matrik
indikaior proses /.\//v-mesin untuk mendapatkan bentuk blok diagonal seperti
pada gambar 2.10. Pengklasteran pertama meliputi matrik diagonal yang
mengmdikasikan dua kelompok atau sel mesin : MC'i - {Mi, M.i, Mr,} dan
A K ': : \ h . A-/,-. A/,-, Ah} ; family part yang tepat PF, = {PFh /'/•>/ dan PF, -
//':. I'4. P?. Pf,l. Tidak semua matrik indikator proses part-mes\n dapat diatur
kembali secara tepat ke dalam bentuk blok diagonal. Dalam kenyataannya,
tidak selalu matrik seperti pada gambar 2.10. Untuk contoh, asumsikan part P?
mombutuhkan proses pada Mi yang ditambahkan pada M^, M.i, dan M>. Matrik
indikator proses / w / - m e s i n yang tepat ditunjukan pada gambar 2.10. Tidak
ada pengaturan kembali baris dan kolom yang akan memproduksi bentuk blok
diagonal dimana ada I yang di luar dua blok.
->• ;
Machine
M, M4 M f i M 2 M , M5 * M 7
P P;
A P:
R I • ' :
T W
1 1 1
1 1
-
1 1 1 -
1 1
1 - 1
1 - 1 1
Gambar 2.10
I'cnpJturan Keinbali Matrik Processing Indikator
MLIMS [pun) yang tcpat.pada 1 yang di luar blok diagonal biasanya discbul
Jcii:j;ni i'Vi i7'//"//(// /i(//7s, karena, ketika mereka dipindahkan, strukuir blok
diagonal mcnjadi nuidah untuk diidentifikasikan. Tentu, baris dan kolom
van;: icrsisa niasih haius diatur kembali untuk memperbaiki struktur blok
diagonal. Pada contoh >ang ditunjukan dalam gambar 2.11, exceptional purls
adalah P;. Jika P : dipindahkan dari matrik, dua kombinasi pemisahan sel
ruin,ly pun - mesin dapat diidentifikasikan.
2-1
Machine
P P;
A P;
R P..
M,
1
1
-
-
M4
1
1
-
-
M6
1
1
-
-
M2
~
1
1
1
M.i M5
1 1
1
I
1
M7
-
-
1
Gambar 2.11
Pi-niiijauan Kembali Matrik Processing Indikator
Ada dua pendekaian yang dikenal selama ini dalam penerapan GT untuk
membenuik sol nianufakturing, yaitu :
I Pendekatan Pengklasifikasian dan Pengkodean
2 Pendekatan Klasiering
Untuk pembuatan sel manufakturing dalam Tugas Akhir ini digunakan
pendekatan klm/i-ring dengan metode Bond Energy Algorithm (HI-lA). Homl
I'ncr^y Algorithm (BEA) adalah heuristik yang mencoba untuk
memaksimalkan jumlah bond energy untuk tiap elemen O.jj matrik indikator
proses /wz-mesm /</,,/.
Maksimasi/=l 7 = 1
Dengan mendifinisikan aoj = CI,,+IJ = cii.o ;" «/./«*•/ = 0-
Keuniungan dan BEA adalah bahvva final klaster yang diidentifikasi
sanuat msensitif terhadap matrik awal yang diberikan.
.angkah-langkah dan BEA adalah sebagai berikut:
• Langkah I
S e t i = l ( 2 . 6 )
Kemudian pilih sembarang bans dan tempatkanlah.
• Langkah 2 . ' . - , .
Tempatkan tiap bans n - i tersisa ke dalam tiap posisi i + 1 (misalnya
diatas atau dibawah bans i sebelumnya) dan tentukan bond energy bans
untuk tiap penempatan dengan menggunakan fonnula :
1=1 j ' \ i
Pilih baris yang paling bertambah bond energy-nya dan tempatkan pada
ban's yang berhubungan.
• Langkah3
Set i = i+ 1 . r (2.8)
Jika I < n, pergi ke langkah'2; jikatidak pergi ke langkah 4.
• Langkah 4
Set j = 1 ••-.- ( 2 . 9 )
Pilih sembarang kolom dan tempatkan.
• Langkah 5
Tempatkan tiap kolom m - j tersisa ke dalam tiap j + 1 posisi (misalnya( . I - ; L ,..}
diatas atau dibawah kolom j sebelumnya) dan tentukan bond energy
baris untuk tiap penempatan dengan menggunakan formula :
Z Z ^ i ) (2.10)
Pilih bans yang paling bertambah bond energy-nya dan tcmpatkan
pada baris yang berhubungan.
• l.singkiih 6
S e t j = j - M . ( 2 .11 )
Jika j < m, pergi ke langkah 5; jika tidak, berhenti.
7. SIMULA TED ANNEALING ALGORITHM (SAA)
Simulated Annealing adalah teknik yang pertama digunakan oleh ahli
llsika. Simulated Annealing Algorithm (SAA) adalah pendekatan baru yang
telah digunakan untuk memecahkan banyak permasalahan kombinasi seperti :
(JAP ('Quadratic Assignment Problem), TSP (Traveling Salesman Problem),
dan (iraph Partitioning Problem dengan sukses. Referensi Simulated
Annealing Algorithm dan aplikasi lain terdaftar di Johnson et. al. (1989) dan
Collins. Eglese, and Golden (1988).
Proses Simulated Annealing analog dengan cara kristal dibuat, dimana
cairan dipanaskan pada temperatur tinggi dan didinginkan dengan lambat atau
bertahap. Setelah tahap akhir akhir dicapai maka kristal yang dihasilkan lebih
baik dibandingkan dengan pendinginan cepat. Secara sederhana, Simulated
Annealing adalah algoritma yang mencapai solusi akhir yang lebih baik dengan
cara bertahap dan solusi satu ke berikutnya.
Perbedaan utama dari Simulated Annealing Algorithm (SAA) dengan
algoritma yang lain seperti CRAFT (Computerized Relative Allocation of
l-'acilittes Technique), 2-OPT (Optimize Productive Technique), 3-OP'T
/'Optimize Productive Technique) adalah ketika ditemukan suatu solusi pada
27
suatu masalah. Aluoritma yang lain akan mencari terus solusinya dengan a rah
Oh'V yang lebih kecil, yaitu solusi awal berubah jika ada perbaikan hasil dari
Oh'V. Akibatnya jika terjebak dalam region yang buruk, tidak ada jalan lain
untuk keluar dari region tersebut dan kemudian mencari region yang lain.
Kesempatan ini ada dalam SAA dengan adanya.kemungkinan untuk keluar dari
region yang buruk. Dengan kata lain SAA tidak selalu mencari solusi dengan
arah ()l-'l'yanu kecil.
Untuk nap solusi SAA menetapkan perbedaan A antara Oh'V dari solusi
terbaik yang lalu dengan OFV dari solusi baru. Jika perbedaan diterima,
misalnya untuk masalah minimize OFF baru < Oh'V lama, maka solusi lama
diganti oleh solusi baru. Tetapi jika perbedaan tidak diterima, solusi baru dapat
diterima dengan probabilitas tertentu. Jelasnya probabilitas penerimaan solusi
baru yang buruk tergantung pada nilai A Semakin besar A semakin besar
kemungkinan solusi baru ditolak. Begitulah teknik SAA untuk keluar dari solusi
yang buruk dan mencari solusi yang lebih baik dari region lain.
Pcncarian solusi baru berhenti sampai keadaan dimana frozen stale (suatu
tahap dimana kemungkinan untuk menemukan solusi baru yang lebih baik
relatif kecil) telah dicapai. Menurut Heragu, frozen state telah dicapai jika
salah satu dari dua kondisi di bawah ini terpenuhi:
1. .lumlah solusi yang telah diuji melebihi nilai yang telah ditentukan
sebelumnya.
2 Jumlah solusi baru yang dapat diterima melebihi nilai yang telah
ditentukan sebelumnya.
:x
.lika udak dapai memperbaiki solusi-solusi tersebut maka menggunakan
konsep ""temperature". Dimulai dengan temperatur avval bergerak ke temperatur
benkutnya hanyajika telah mencapai suatu frozen stale. Ketika suatu frozen
snae telah dicapai, temperatur diturunkan dengan suatu cooling factor r
(0<r<l), dan prosedur tersebut diulangi sampai jumlah temperatur yang telah
ditentukan tercapai.
Notas i -no t a s i y a n g d igunakan dan langkah- langkah dalam algoritma ini
adalah sebagai berikut :
n jumlah mesin dalam problem tata letak
/ icmperatur awal
/• faktor pendingin
HT'.Mr Jumlah waktu temperatur Tberkurang
NOVER maksimum jumlah solusi yang dievaluasi pada tiap temperatur
A7./.V//7 maksimum jumlah solusi baru yang diterima pada tiap temperatur
$ perbedaan dalam OFVs dari solusi (terbaik) sebelumnya dan solusi
teibaru
Langkah - langkah Algoritma Simulated Annealing (SAA):
• Langkah 0
Set N = solusi awal yang mungkin; z = OFV yang berhubungan; '/' =
999 0: r = 0 9: ITI-MP = 0; NLJMIT = lOn; NOVER = lOOn; dan p.q =
maksimum jumlah mesin yang diijinkan dalam setiap baris, kolom.
• L.angkah I
Ulanui langkah 2 waktu NOVER atau sampai jumlah solusi baru yang
sukses sama derman NIJMJT.
• Langkah 2
Pilih pasangan mesin secara random dan ubah posisinya. Jika perubahan
posisi dan dua mesin menghasilkan overlapping beberapa pasangan
mesin yang lain, modifikasi koordinat dari pusat mesin yang diperhatikan
untuk memastikan tidak adanya overlapping. Jika solusi yang dihasilkan
N" mempunyai OFV < z, set s — s' dan z = OFVyang berhubungan. Jika
tidak, hitung fi= perbedaan antara z dan OFV dari solusi S\ dan set .S = S'
dengan probabilitas e~ .
• Langkah 3
Set y= / /dan ITEMP = ITEMP + 1. Jika ITEMP < 100, pergi ke langkah
1; jika tidak, berhenti.
Nilai dari T sebaiknya diset cukup tinggi sebab dengan T yang tinggi
so;usi yang diterima banyak sedangkan T rendah solusinya sedikit. Karena
nilai T secara beriahap akan berkurang (lihat langkah 3), ini menunjukkan
bahwa lebih banvak solusi yang lebih jelek diterima pada permulaan dan lebih
sedikit pada akhirnya. Hal ini untuk menghindari agar tidak terjebak dalam
inferior /oca/ optimum.
Pada langkah I dan 2, algoritma ini menguji pertukaran secara random
dan posisi 2 mesin. Jika hasil pertukaran menghasilkan solusi dengan
Objective Function Value {OFV) lebih rendah, maka solusi baru ini diterima.
Jika f>>/T'yang dihasilkan lebih tinggi, maka kita mencari selisih dari solusi
yang sebelumnya telah didapatkan. Probabilitas untuk menerima solusi ini
adatah e* \ dengan kata lain semakin besar nilai 5 semakin besar
probabilitas solusi tersebut ditolak. Langkah 2 ini diulangi sebanyak NOVER
Ul
atau hingga juinlah solusi baru yang diterima sama dengan A'/./.V///',
teruantung mana yang terjadi dulu.
l.angkah pongaturan kembali tata letak dilakukan tiap kali sualu
pertukaran random dipertimbangkan dalam langkah 2. Hal ini disebabkanri
dalam sebuah problem tata letak dengan area yang tidak sama, pertukaran
posisi antara 2 mesin membutuhkan penyesuaian dalam posisi dengan mesin-
inesin lainnva terutama jika kedua mesin yang dipertukarkan tidak memiliki
bentuk dan ukuran yang sama. Hal ini dilakukan tiap kali sebuah pertukaran
ciievaluasi.