II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Umum Tanaman Kacang ...

12
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Umum Tanaman Kacang Komak Kacang komak termasuk ordo Fabales, famili Fabaceae, genus Lablabdan spesies Lablab purpureus (L.) Sweet (ILDIS, 2007). Kacang komak Lablab purpureus (L.) Sweet dibedakan dari bentuknya ialah Lablab purpureus (L.) Sweetvar. typicus (garden bean) dan Lablab purpureus (L.) Sweet var. lignosus (Field bean). Kacang komak variates typicus dibudidayakan untuk mendapatkan polong segar. Sedangkan kacang komak varietas lignosus dibudidayakan untuk mendapatkan bijinya. Tanaman ini dikembangkan sebagai penghasil bahan pangan bebijian dan sayuran. Namun, tanaman ini juga baik sebagai pakan ternak, pupuk hijau, tanaman penutup tanah, dan tanaman hias (Saravanan et al, 2013). Kacang komak diduga berasal dari India, Asia Tenggara dan Afrika. Kacang komak disebarluaskan dan dibudidaya di negara-negara tropis dan subtropis, terutama di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, India, China, Australia, Asia Tenggara dan Mesir (Murphy and Colucci, 1999). Di daerah tersebut, kacang komak sebagai cadangan sumber protein utama untuk penyediaan menu yang seimbang dari sumber nabati. Di Indonesia, kacang komak juga telah dikenal oleh masyarakat. Kacang komak banyak ditanam di Probolinggo (Jawa Timur) dan di Sumbawa (NTB) (Harnowo dan Utomo, 1993). Kacang komak memiliki berbagai nama umum di Indonesia dan di seluruh dunia ialah kacang biduk, kara gajih, kacang bado, kara wedus (jawa), komak (Madura), kacang peda (Sunda), ndoto, loto, roto (Rote) (Indonesian); bataw (Filipino); kekara, kara-kara (Malaysia); pegyi (Burma); thua phaep (Thailand); dâu van (Vietnam); bai bian dou (Chinese), hyacinth bean, lablab, dolichos (English) dandolique lablab (Perancis) (Heyne, 1987). Keberagaman nama ini mengindikasikan luas wilayah yang dapat ditumbuhi dan kenyataan bahwa tanaman ini telah dibudidayakan oleh manusia di berbagai daerah sejak lama (Murphy and Colucci, 1999). Tanaman kacang komak memiliki sistem perakaran tunggang. Tanaman ini berbentuk perdu, agak tegak atau menjalar dengan panjang batang utama

Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Umum Tanaman Kacang ...

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Umum Tanaman Kacang Komak

Kacang komak termasuk ordo Fabales, famili Fabaceae, genus

Lablabdan spesies Lablab purpureus (L.) Sweet (ILDIS, 2007). Kacang komak

Lablab purpureus (L.) Sweet dibedakan dari bentuknya ialah Lablab purpureus

(L.) Sweetvar. typicus (garden bean) dan Lablab purpureus (L.) Sweet var.

lignosus (Field bean). Kacang komak variates typicus dibudidayakan untuk

mendapatkan polong segar. Sedangkan kacang komak varietas lignosus

dibudidayakan untuk mendapatkan bijinya. Tanaman ini dikembangkan sebagai

penghasil bahan pangan bebijian dan sayuran. Namun, tanaman ini juga baik

sebagai pakan ternak, pupuk hijau, tanaman penutup tanah, dan tanaman hias

(Saravanan et al, 2013).

Kacang komak diduga berasal dari India, Asia Tenggara dan Afrika.

Kacang komak disebarluaskan dan dibudidaya di negara-negara tropis dan

subtropis, terutama di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, India, China,

Australia, Asia Tenggara dan Mesir (Murphy and Colucci, 1999). Di daerah

tersebut, kacang komak sebagai cadangan sumber protein utama untuk penyediaan

menu yang seimbang dari sumber nabati. Di Indonesia, kacang komak juga telah

dikenal oleh masyarakat. Kacang komak banyak ditanam di Probolinggo (Jawa

Timur) dan di Sumbawa (NTB) (Harnowo dan Utomo, 1993).

Kacang komak memiliki berbagai nama umum di Indonesia dan di

seluruh dunia ialah kacang biduk, kara gajih, kacang bado, kara wedus (jawa),

komak (Madura), kacang peda (Sunda), ndoto, loto, roto (Rote) (Indonesian);

bataw (Filipino); kekara, kara-kara (Malaysia); pegyi (Burma); thua phaep

(Thailand); dâu van (Vietnam); bai bian dou (Chinese), hyacinth bean, lablab,

dolichos (English) dandolique lablab (Perancis) (Heyne, 1987). Keberagaman

nama ini mengindikasikan luas wilayah yang dapat ditumbuhi dan kenyataan

bahwa tanaman ini telah dibudidayakan oleh manusia di berbagai daerah sejak

lama (Murphy and Colucci, 1999).

Tanaman kacang komak memiliki sistem perakaran tunggang. Tanaman

ini berbentuk perdu, agak tegak atau menjalar dengan panjang batang utama

4

antara 1,5-6 m. Batang membelit, masif, beruas dan berwarna hijau atau ungu.

Daunnya bertiga (trifoliat) dengan warna hijau, bertepi rata, ujung daun

meruncing, pangkal daun membulat, panjang dan lebar daun bekisar antara 5-15

cm x 4-15 cm, bertangkai silindris, pertulangan menyirip (Heyne, 1987).

Bunga kacang komak berupa tandan yang kaku pada ketiak daun.

Tangkai tandan bunga berbentuk silindris. Panjang tangkai tandan bunga

antara13-15 cm. Pada satu tandan bunga terdiri 1-5 kuntum bunga. Mahkota

berbentuk kupu-kupu, berwarna putih, jambon, merah, atau ungu dan bertangkai

pendek yang bersegiempat dan berambut jarang. Benang sari berbentuk pipih dan

berwarna putih dengan panjang 1-1,5 cm. Kepala sari berbentuk bulat dan

berwarna kuning. Kepala putik berbentuk bulat dan berwarna kuning. Bentuk

polong bervariasi ialah pipih, menggembung, lurus, dan melengkung dengan

ukuran 5-20 cm x 1-5 cm. Warna polong ialah hijau dan ungu. Biji berbentuk

ginjal dengan ukuran 6-7 mm x 4-5 mm. Warna biji ialah putih, coklat, ungu dan

hitam. (Heyne, 1987). Pada tiap polong terdapat 3-6 biji. Bobot biji beragam

antara 20,5-23,5g/100 biji (Kasno dan Triwardani, 1989).

Gambar 1. 1-6 Botanis Tanaman Kacang komak Lablab purpureus (L.) Sweet, 1.

Tandan Bunga, 2. Tandan Polong, 3. Standar Bunga, 4. Mahkota, 5.

Perahu Bunga, 6. Androecium (FOC 253, FRPS 41: 27, pt 66. 1994)

5

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Komak

Kacang komak dapat beradaptasi baik pada daerah yang mempunyai

curah hujan 600-3.000 mm/tahun dan ketinggian tempat 0-2.100 m dari

permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh pada jenis tanah liat berpasir dengan

drainase baik dan pH tanah sekitar 4,4-7,8. Kacang ini sangat toleran terhadap

kekeringan, periode kritis tanaman ini adalah pada saat perkecambahan. Setelah

tumbuh akar tanaman akan memanfaatkan lengas tanah yang ada. Tanaman ini

akan tumbuh baik bila rata-rata suhu harian antara 18-30°C. Tanaman ini toleran

suhu tinggi dan dapat tumbuh pada suhu rendah sampai 3°C untuk jangka waktu

yang pendek (Setyorini, 2008). Oleh karena itu, kacang komak lebih sesuai untuk

dataran rendah beriklim kering dan panas.

Kacang komak mempunyai daya adaptasi yang tinggi dengan masukan

produksi (input) yang rendah sampai sedang seperti pupuk dan air. Misalnya,

penanaman kacang komak pada lahan marjinal justru akan memperbaiki struktur

tanah karena akar tanaman ini mengikat unsur nitrogen (Adebisi and Bosch,

2004). Selain itu, budidaya kacang komak dilakukan secara tumpangsari atau

tumpang gilir dengan tanaman jagung. Bagian yang dipanen berupa polong tua

(diambil bijinya) dan polong mudah untuk sayur (Setyorini, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian tanaman kacang komak di empat kecamatan

pada Kabupaten Probolinggo, lokasi budidaya memiliki syarat tumbuh yang

kurang lebih sama dengan syarat tumbuh kacang komak. Lokasi budidaya kacang

komak di kabupaten Probolinggo berada di dataran rendah dan medium dengan

iklim kering dan panas, serta ketinggian tempat sekitar 0 -250 meter dpl. Suhu

udara lokasi budidaya kacang komak bekisar 36-39 °C untuk kecamatan Tongas,

Wonomerto dan Bantaran dan 27-31 °C untuk kecamatan Leces.Selain itu, petani

kacang komak di Kabupaten Probolinggo dibudidaya secara tumpang sari dengan

tanaman jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang tunggak, kacang hijau, kacang

uci, ketela pohon, tembakau, terung. Kacang komak yang dibudidayakan petani di

Kabupaten Probolinggo juga tidak memaksimalkan dalam waktu pemeliharaan

tanaman. Diantaranya adalah tidak ada pengairan, pemupukan berasal dari sisa

budidaya tanaman sebelumnya, tidak ada pengendalian hama penyakit seperti

tanaman palawija yang lainnya.

6

2.3 Komposisi Kimia dan Manfaat Tanaman Kacang Komak

Produk utama dari kacang komak adalah polong segar dan bijinya.

Kacang komak memiliki kandungan protein pada urutan ketiga dibandingkan

dengan kacang-kacangan lain pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia dan energi beberapa jenis kacang-kacangan (Maesen

dan Somaarmadja, 1989)

Tanaman Air Protein Lemak K.Hidrat Serat Abu Energi

(Kal) dalam g/100 g Bahan

Kedelai 10 35 10 32 4 5 401,2

K. Tanah 5,4 30,4 47,7 11 2,5 2,3 546,7

K. Komak 9,6 24,9 0,8 60,1 1,4 3,2 335,0

K. Gude 10 20 2 59 7,2 3,8 274,6

K. Hijau 10 22 1 60 4 3 341,5

K. Tunggak 10 22 1,4 59,1 3,7 3,7 339,1

Kacang komak memiliki nilai gizi yang cukup tinggi berupa karbohidrat,

protein, lemak, serat dan mineral. Kacang komak bermanfaat untuk mengatasi

kekurangan protein. Tanaman kacang-kacangan nadalah sumber vitamin yang

cukup penting, misalnya vitamin B seperti thiamin, riboflavin dan niacin. Pada

komak, kandungan thiamin sebesar 0,6-0,7 mg per 100 g; riboflavin 0,16-0,3 mg

per 100 g, niacin sebesar 2,38-2,58 mg per 100 g bahan (Duke, 1981). Jumlah

tersebut sama dengan kandungan vitamin B pada kacang hijau dan kedelai.

Komposisi kimia kacang komak dapat dilihat pada Tabel 2. Kacang komak juga

memiliki susunan asam amino yang baik dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Komposisi kimia komak (Duke, 1981)

Komposisi Biji Kering Polong hijau/edible Daun (setiap 100 g

berat basah) Per 100 g bahan

Kalori (Kal) 334 30 31

Protein (g) 21,5 3,1 2,4

Lemak (g) 1,20 0,3 0,4

Karbohidrat (g) 61,4 8,2 6,1

Serat (g) 6,8 1,9 6,7

Abu (g) 3,8 0,9 1,4

Ca (mg) 98 75 120

P(mg) 345 50 57

Fe (mg) 3,9 1,2 17

Na (mg) - 2 -

K (mg) - 279 -

7

Tabel 3. Komposisi asam amino kacang komak (Kay, 1979)

Asam Amino mg/g N Asam Amino mg/g N

Lysine

360 Tyrosine 197

Methione 36 Arginine

393

Cystine 57 Glysine 240

Threonine 207 Histidine 186

Isoleucine 256 Alanine 266

Leucine 436 Asam Aspartat 727

Valine 294 Asam Glutamat 978

Phenylalanine 299 Proline 288

Kacang komak mengandung senyawa yang bersifat antinutrisi yaitu anti

tripsin (tryosin inhibitor/TI) dan hemaglutinin. Sifat anti nutrisinya beragam dari

gangguan padalambung sampai dengan yang lebih serius seperti lathyrism dan

favism, rendahnya nilai kecernaan, kerusakan liver kronis dan terjadi aglutinasi

darah. Antitripsin adalah protein yang mempunyai kemampuan menghambat

enzim proteolitik pada lambung. Penyebaran antitripsin pada komak merata pada

semua bagian biji dan bagian tanaman yang lain. Hemaglutinin adalah senyawa

yang mempunyai kemampuan mengaglutinasi darah merah. Hemaglutinin pada

komak mempunyai reaksi yang non spesifik dengan darah manusia golongan

darah A, B, dan O (Salgakar dan Sohonie, 1965). Cara untuk menonaktikan

hemaglutinin dengan pemanasan dan perendaman biji komak pada pH tertentu.

Gangguan lambung akibat mengkonsumsi komak disebabkan oleh senyawa

golongan oligosakarida yaitu raffinosa dan stachyosa. Kandungan oligosakarida

pada komak bekisar antara 3,1-6,7 % yang terdiri dari stachyosa 2,1 % dan

raffinosa 0,6 % (Salimath dan Tharanathan, 1982). Pemanasan biji komak basah

adalah cara yang baik untuk mengurangi kandungan oligosakarida.

Secara umum kacang komak dapat dimanfaatkan dalam bentuk biji

muda, biji kering, kecambah biji, biji fermentasi atau ekstrak protein. Sebagian

besar kacang komak dipanen dalam bentuk biji yang telah masak atau tua. Selain

itu, kacang komak dapat diolah dengan direbus, digoreng atau dikecambahkan.

Pengolahan kecambah komak sangat menguntungkan karena dapat meningkatkan

kandungan asam ascorbat dari tidak terdeteksi menjadi 55 mg/100 g bahan kering

dan vitamin B, serta menurunkan atau menghilangkan senyawa antinutrisi.

Pengolahan melalui fermentasi, penepungan atau ekstraksi protein menjadi

potensi dan peluang untuk dikembangkan (Setyorini, 2008). Kacang komak

8

berpotensi dikembangkan pakan ternak dari brangkasannya dan beragam jenis

produk makanan dari biji kacang komak. Berikut ini jenis produk dari biji kacang

komak, diantaranya ialah:

1. Tempe dan kecap

Tempe dan kecap adalah produk tradisional yang menggunakan kedelai

sebagai bahan dasar yang difermentasikan dengan Rhizopus oligosporus untuk

tempe dan Aspergilllus oryzae untuk kecap (Syarief et al, 1999). Penggunaan

kacang komak sebagai bahan dasar atau pencampur adalah salah satu usaha untuk

menekan harga produk (Sapuan dan Sutrisno, 1996). Hal ini karena fermentasi

tempe dan kecap adalah proses pemotongan rantai protein dan karbohidrat oleh

protease dan amilase yang dihasilkan oleh jamur yang tumbuh. Proses pembuatan

tempe terdiri dari proses pemanasan, perendaman, dan fermentasi, kemungkinan

telah menurunkan sebagian besar zat antinutrisi maupun zat toksik pada kacang

komak.

2. Tahu

Tahu adalah produk tradisional melalui proses penggumpalan protein

dengan bahan baku kedelai. Kacang komak diharapkan bisa menggantikan kedelai

pada pembuatan tahu. Penggunaan kacang komak sebagai salah satu usaha untuk

mengurangi permintaan impor akan kedelai dan menekan harga produk. Dari hasil

penelitian Ratnaningtyas (2003) diperoleh perbandingan 10 komak : 90 kedelai

dan 20 komak : 80 kedelai adalah perbandingan paling bagus untuk menghasilkan

gumpalan protein dengan tekstur dan struktur seperti tahu dari bahan kedelai.

3. Tepung komposit

Tepung komposit adalah tepung terigu yang dicampur dengan sumber

karbohidrat lain dan sumber protein dari biji-bijian (serealia), umbi-umbian,

kacang-kacangan dan minyak nabati. Produk ini telah dikembangkan di negara

berkembang. Tujuan pembuatan tepung komposit adalah mendapatkan tepung

yang mempunyai komposisi seimbang antara karbohidrat, lemak dan protein.

Kacang komak memiliki potensi besar sebagai sumber protein dan akan

menggantikan kacang-kacangan lain misalnya kedelai dan kacang tanah. Hal ini

karena kacang komak mengandung protein tertinggi diantara kacang-kacangan

yang lain (setelah kedelai dan kacang tanah). Utomo et al, (1992) melaporkan

9

bahwa pencampuran tepung komak sebanyak 30% pada tepung gaplek akan

meningkatkan kandungan protein tepung campuran menjadi 8% mendekati

kandungan protein beras.

4. Makanan Bayi

Makanan bayi adalah salah satu alternatif pemanfaatan kacang komak.

Makanan bayi dibuat dengan mencampur bahan padi-padian, kacang-kacangan

dan lemak nabati atau susu. Komposisi makanan bayi secara umum adalah 60%

biji-bijian, 15% kacang-kacangan dan 25% minyak nabati. Jika kedelai digunakan

sebagai komponen kacang-kacangan, maka akan diperoleh produk dengan

kandungan protein 13-15%, lemak 10-14% serat 15-25% dan abu 2-3% (RTI,

1987). Penggantian kedelai dengan kacang komak sebesar 24% menghasilkan

produk dengan komposisi kimia yang sama.

5. Konsentrat Protein

Konsentrat protein adalah bahan baku untuk pembuatan daging tiruan

dari kedelai. Kacang komak berpotensi konsentrat protein sebagai bahan untuk

pembuatan daging tiruan. Keuntungan kacang komak adalah harga relatif murah

dan proses pembuatan tidak memerlukan ekstraksi lemak karena kandungan

lemak kacang komak sangat rendah (Harnowo dan Utomo, 1993).

6. Isolat Protein

Isolat protein adalah bentuk protein yang paling murni dibuat dengan

proses penghilangan kulit dan komponen non protein. Kandungan protein pada

isolat sebesar 90% atau lebih dan produk ini hampir bebas dari karbohidrat, serat

dan lemak. Sifat fungsional isolat protein jauh lebih baik dibandingkan bentuk

protein lainnya (Wolf and Cowan, 1971). Dari hasil penelitian Suwarno (2003)

diperoleh bahwa kacang komak dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan

isolat. Nilai kadar protein pada isolat protein komak sebesar 86,19 % (bk) tidak

berbeda jauh dengan kadar protein pada isolat protein kedelai sebesai 89,48%

(bk). Sehingga kacang komak berpotensi untuk menggantikan isolat protein

kedelai pada penggunaan isolat protein di industri pangan.

7. Makanan Ternak

Kebutuhan kacang-kacangan sebagai sumber protein dalam usaha

mencukupi kebutuhan makan ternak semakin meningkat. Sampai saat ini, salah

10

satu bahan baku makanan ternak adalah kedelai bebas lemak atau soybean meal.

Penggunaan kacang komak dengan kandungan protein 23% sebagai pencampur

atau pengganti kedelai pada pembuatan konsentrat protein dapat mengurangi

jumlah kebutuhan kedelai untuk makanan ternak. Selain itu, brangkasan tanaman

kacang komak dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak hijau. Brangkasan ini

mengandung protein sebesar 41,2 % dan polong muda mengandung protein

11,5%. Pencampuran rumput dengan hijauan kacang komak sebagai pakan yang

dapat meningkatkan mutu dan daya cerna pakan (Harnowo dan Utomo, 1993).

Kegunaan lain dari kacang komak menurut Kay (1979) adalah sebagai pupuk

hijau, pelindung tanah dari erosi, penambat nitrogen dan cocok untuk tanaman

penutup tanah pada tanaman kopi, kelapa dan coklat.

Berdasarkan hasil penelitian tanaman kacang komak di empat Kecamatan

pada Kabupaten Probolinggo, tanaman kacang komak adalah bahan pangan yang

dapat dimanfaatkan. Masyarakat di Kabupaten Probolinggo memanfaatkan polong

segar kacang komak menjadi aneka masakan tumis atau sup bening dan biji kering

menjadi makanan yang direbus atau digoreng. Selain itu, petani kacang komak

juga memiliki hewan ternak kambing, dan daun segar kacang komak digunakan

sebagai bahan pakan ternaknya. Sedangkan sisa tanaman kacang komak berupa

brangkasan yang meliputi batang, daun kering dapat digunakan sebagai pupuk

hijau bagi lahan petani. Dari semua bagian tanaman kacang komak dapat

digunakan lebih optimal.

2.4 Plasma Nutfah Kacang - Kacangan

Plasma nuftah merupakan bahan genetik yang memiliki nilai guna, baik

secara nyata maupun yang masih berupa potensi. Menurut Yudowati (1994),

kegiatan penelitian plasma nutfah tanaman pangan bertujuan untuk

menyelamatkan dan melestarikan plasma nutfah, menambah koleksi serta

menyediakan bahan perakitan pemuliaan tanaman. Bahan perakitan varietas

unggul dapat diperoleh dalam bentuk eksplorasi sebagai pengelolaan plasma

nutfah tanaman pangan. Eksplorasi adalah kegiatan yang melakukan penjelajahan

daerah-daerah pedalaman untuk mengumpulkan tumbuhan, baik yang belum

dibudidayakan maupun yang sudah dibudidayakan. Target eksplorasi plasma

11

nutfah ialah untuk mendapatkan jumlah genetika semaksimal mungkin dengan

mengambil contoh sedikit mungkin.

Eksplorasi tanaman pangan alternatif dapat dilakukan di daerah sentra

produksi, daerah produksi tradisional, daerah terisolir, daerah pertanian lereng-

lereng gunung, pulau terpencil, daerah suku asli, daerah dengan sistem pertanian

tradisional/belum maju, daerah yang masyarakatnya menggunakan komoditas

yang bersangkutan sebagai makanan pokok, daerah epidemik hama/penyakit, serta

daerah transmigrasi lama dan baru (Kusumo et al., 2002). Selain itu, introduksi

plasma nutfah dari luar negeri juga dilakukan untuk memperkaya dan menambah

koleksi melalui kerjasama dengan lembaga penelitian Internasional seperti

International Rice Research Institute (IRRI, Filipina) untuk plasma nutfah padi,

International Crops Research Institute for the Semi Arid Tropics (ICRISAT,

India) untuk plasma nutfah sorgum, Centro Internacional de Mejoramiento de

Maiz y Trigo (CIMMYT, Mexico) untuk plasma nutfah jagung, Asian Vegetable

Research Development Centre (AVRDC, Taiwan) untuk plasma nutfah kacang-

kacangan serta Centro Internacional de la Papa (CIP, Peru), dan Centro

Internacional de Agricultura Tropical (CIAT, Columbia) untuk plasma nutfah

ubi-ubian. Keberhasilan usaha pemuliaan tanaman tergantung pada tersedianya

bahan baku yang mencerminkan dasar genetika yang luas (Nasir, 2001). Hasil

eksplorasi yang dibawa untuk dikoleksi berupa benih. Kondisi benih harus sehat

dan jumlahnya mencukupi. Tujuan dasar eksplorasi dilakukan adalah adanya

ancaman akan hilangnya keragaman genetik yang ada di alam dan kebutuhan

pemuliaan tanaman akan bahan sumber genetik (Kusumo et al, 2002).

Selanjutnya adalah teknik konservasi plasma nutfah secara umum terdiri

dari konservasi in-situ dan konservasi ex-situ. Kusumo et al. (2002) menjelaskan

bahwa konservasi in-situ bersifat pasif, karena dapat terlaksana dengan hanya

mengamankan tempat tumbuh alamiah sesuatu jenis. Jenis konservasi tersebut

diberi kesempatan berkembang dan bertahan dalam keadaan lingkungan alam dan

habitatnya yang asli tanpa campur tangan manusia. Konservasi ex-situ dilakukan

dengan lebih aktif, yaitu memindahkan sesuatu jenis ke suatu lingkungan atau

tempat pemeliharaan baru. Keragaman plasma nutfah dapat dipertahankan dalam

12

bentuk kebun koleksi, penyimpanan benih, kultur jaringan, kultur serbuk sari, atau

bagian tanaman lainnya (Somantri et al, 2006).

Konservasi plasma nutfah tanaman pangan di BB-Biogen dilakukan

secaraex situ dalam bentuk:

1. Bank gen koleksi benih untuk plasma nutfah padi, jagung, sorgum, kedelai,

kacang tanah, kacang hijau, kacang-kacangan potensial (kacang tunggak,

kacang gude, komak, kacang bogor, dan kacang koro), padi liar dan terigu.

Bank gen untuk penyimpanan benih padi, jagung, dan kacang-kacangan

berlokasi di Laboratorium Bank Gen dan Genetika Tanaman, BB-Biogen,

Bogor.

2. Bank gen di lapang (field gene bank) untuk plasma nutfah ubi kayu, ubi jalar,

dan ubi-ubian potensial (ubi kelapa, talas, gembili, ganyong, patat, dan iles-

iles). Field gene bank ubi-ubian berlokasi di BB-Biogen, Bogor (koleksi inti

plasma nutfah ubi jalar dan beberapa koleksi plasma nutfah ubi jalar dataran

rendah), Inlitbio Cikeumeuh-Bogor (koleksi plasma nutfah ubi jalar dataran

rendah dan koleksi plasma nutfah ubi-ubian minor), kebun percobaan Pacet,

Cianjur (koleksi plasma nutfah ubi jalar dataran tinggi dan koleksi talas) dan

kebun percobaan Muara, Bogor (koleksi plasma nutfah ubi kayu).

3. Konservasi secara in vitro untuk beberapa aksesi plasma nutfah ubi kayu, ubi

jalar, dan talas di Laboratorium In Vitro, BB-Biogen, Bogor.

Jumlah koleksi plasma nutfah untuk tanaman kacang-kacangan yang

tersimpan dalam Bank Gen BB-Biogen, Bogor hingga tahun 2017 sebanyak 2878

aksesi yang meliputi 888 aksesi kedelai, 821 aksesi kacang tanah, 915 aksesi

kacang hijau, 139 aksesi kacang tunggak, 69 aksesi kacang bogor, 17 aksesi

kacang komak, 13 aksesi kacang gude, 9 aksesi kacang koro benguk, 7 aksesi

kacang koro pedangyang disimpan pada suhu 14-18°C untuk kondisi jangka

pendek (short term), suhu 0 - 5°C untuk kondisi jangka menengah (medium term),

dan suhu 18-20°C untuk kondisi jangka panjang (long term). Selama periode

waktu tertentu, secara periodik dilakukan kegiatan pembaharuan (rejuvenasi)

terhadap benih yang telah mengalami penurunan daya tumbuh.

13

2.5 Karakterisasi dan Observasi

Koleksi plasma nuftah untuk tanaman kacang-kacangan juga dilakukan

karakterisasi dan evaluasi. Karakterisasi dan evaluasi memiliki arti dan peran

penting yang akan menentukan nilai guna dari materi plasma nutfah yang

bersangkutan. Karakterisasi adalah kegiatan yang bermanfaat untuk mengetahui

dan mengidentifikasi sifat-sifat penting yang bernilai ekonomis, atau merupakan

penciri dari varietas yang bersangkutan. Ciri yang diamati dapat berupa karakter

morfologis (bentuk daun, bentuk buah, warna kulit biji dan sebagainya), karakter

agronomis (umur panen, tinggi tanaman, panjang tangkai daun, jumlah anakan,

dan sebagainya), karakter fisiologis (senyawa alelopati, fenol, alkaloid, reaksi

pencoklatan, dan sebagainya), marka isoenzim dan marka molekuler. Kegiatan

karakterisasi memiliki arti dan peran penting yang akan menentukan nilai guna

dari materi plasma nutfah yang bersangkutan. Kegiatan karakterisasi dilakukan

secara bertahap dan sistematis bertujuan untuk mempermudah upaya pemanfaatan

plasma nutfah. Kegiatan ini menghasilkan sumber-sumber gen dari sifat- sifat

potensial untuk digunakan dalam program pemuliaan (Kurniawan et al., 2004).

Observasi (observation) atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara untuk

menggali data dari sumber data oleh pengamat pada suatu kegiatan yang sedang

berlangsung di lokasi yang diteliti (Soetopo, 2002). Umumnya, eksplorasi dengan

melakukan observasi dan karakterisasi adalahpenelitian observasional. Penelitian

ini ialah penelitian yang berada diluar kendali peneliti dengan mengamati

fenomena alam. Penelitian ini menangani suatu questionair untuk menghimpun

data faktual. Data tersebut divalidasi dengan visitasi untuk wawancara, uji,

pengukuran, checklist yang disebut survai analitika. Penelitian yang menggunakan

prosedur normatif (pengamatan, koleksi data dalam pengembangan skala untuk

skoring) dapat disebut survai normatif. Metode ini dilakukan untuk memberi

gambaran dan analisis terhadap objek yang diteliti melalui data sampel yang telah

terjadi di lapang (Moenandir, 2011).

Pemilihan lokasi ditentukan dengan melakukan survei pendahuluan untuk

memberi informasi lokasi yang diobservasi. Penentuan jumlah responden yang

diambil pada lokasi yang dipilih secara sengaja atau purposive sampling yaitu

memilih sampel yang mempunyai informasi tentang fenomena yang diteliti,

14

selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel

sebelumnya dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan

memberikan data lebih lengkap. Cara seperti ini yang disebut dengan snowball

sampling technique. Unit sampel yang akan dipilih makin lama makin terarah

sejalan dengan makin terarahnya fokus penelitian. Namun, jika pada penelitian

sudah mencapai data “redundancy” sebelum mencapai data maksimal dimana data

sudah mengalami kejenuhan (kesamaan hasil secara terus menerus) artinya tidak

lagi memberikan tambahan informasi baru dalam penelitian. Seperti ditegaskan

oleh Lincoln dan Guba dalam (Satori, 1989) bahwa: “If the purpose is to

maximaze information, then sampling is terminated when no information is

forthcoming from newly sampled units; thus redundancy is the primary criterion”.

Penetapan responden bukan ditentukan oleh pemikiran bahwa responden harus

mewakili populasi, melainkan responden harus dapat memberikan informasi yang

diperlukan.