II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Umum Tanaman Kacang Komak
Kacang komak termasuk ordo Fabales, famili Fabaceae, genus
Lablabdan spesies Lablab purpureus (L.) Sweet (ILDIS, 2007). Kacang komak
Lablab purpureus (L.) Sweet dibedakan dari bentuknya ialah Lablab purpureus
(L.) Sweetvar. typicus (garden bean) dan Lablab purpureus (L.) Sweet var.
lignosus (Field bean). Kacang komak variates typicus dibudidayakan untuk
mendapatkan polong segar. Sedangkan kacang komak varietas lignosus
dibudidayakan untuk mendapatkan bijinya. Tanaman ini dikembangkan sebagai
penghasil bahan pangan bebijian dan sayuran. Namun, tanaman ini juga baik
sebagai pakan ternak, pupuk hijau, tanaman penutup tanah, dan tanaman hias
(Saravanan et al, 2013).
Kacang komak diduga berasal dari India, Asia Tenggara dan Afrika.
Kacang komak disebarluaskan dan dibudidaya di negara-negara tropis dan
subtropis, terutama di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, India, China,
Australia, Asia Tenggara dan Mesir (Murphy and Colucci, 1999). Di daerah
tersebut, kacang komak sebagai cadangan sumber protein utama untuk penyediaan
menu yang seimbang dari sumber nabati. Di Indonesia, kacang komak juga telah
dikenal oleh masyarakat. Kacang komak banyak ditanam di Probolinggo (Jawa
Timur) dan di Sumbawa (NTB) (Harnowo dan Utomo, 1993).
Kacang komak memiliki berbagai nama umum di Indonesia dan di
seluruh dunia ialah kacang biduk, kara gajih, kacang bado, kara wedus (jawa),
komak (Madura), kacang peda (Sunda), ndoto, loto, roto (Rote) (Indonesian);
bataw (Filipino); kekara, kara-kara (Malaysia); pegyi (Burma); thua phaep
(Thailand); dâu van (Vietnam); bai bian dou (Chinese), hyacinth bean, lablab,
dolichos (English) dandolique lablab (Perancis) (Heyne, 1987). Keberagaman
nama ini mengindikasikan luas wilayah yang dapat ditumbuhi dan kenyataan
bahwa tanaman ini telah dibudidayakan oleh manusia di berbagai daerah sejak
lama (Murphy and Colucci, 1999).
Tanaman kacang komak memiliki sistem perakaran tunggang. Tanaman
ini berbentuk perdu, agak tegak atau menjalar dengan panjang batang utama
4
antara 1,5-6 m. Batang membelit, masif, beruas dan berwarna hijau atau ungu.
Daunnya bertiga (trifoliat) dengan warna hijau, bertepi rata, ujung daun
meruncing, pangkal daun membulat, panjang dan lebar daun bekisar antara 5-15
cm x 4-15 cm, bertangkai silindris, pertulangan menyirip (Heyne, 1987).
Bunga kacang komak berupa tandan yang kaku pada ketiak daun.
Tangkai tandan bunga berbentuk silindris. Panjang tangkai tandan bunga
antara13-15 cm. Pada satu tandan bunga terdiri 1-5 kuntum bunga. Mahkota
berbentuk kupu-kupu, berwarna putih, jambon, merah, atau ungu dan bertangkai
pendek yang bersegiempat dan berambut jarang. Benang sari berbentuk pipih dan
berwarna putih dengan panjang 1-1,5 cm. Kepala sari berbentuk bulat dan
berwarna kuning. Kepala putik berbentuk bulat dan berwarna kuning. Bentuk
polong bervariasi ialah pipih, menggembung, lurus, dan melengkung dengan
ukuran 5-20 cm x 1-5 cm. Warna polong ialah hijau dan ungu. Biji berbentuk
ginjal dengan ukuran 6-7 mm x 4-5 mm. Warna biji ialah putih, coklat, ungu dan
hitam. (Heyne, 1987). Pada tiap polong terdapat 3-6 biji. Bobot biji beragam
antara 20,5-23,5g/100 biji (Kasno dan Triwardani, 1989).
Gambar 1. 1-6 Botanis Tanaman Kacang komak Lablab purpureus (L.) Sweet, 1.
Tandan Bunga, 2. Tandan Polong, 3. Standar Bunga, 4. Mahkota, 5.
Perahu Bunga, 6. Androecium (FOC 253, FRPS 41: 27, pt 66. 1994)
5
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Komak
Kacang komak dapat beradaptasi baik pada daerah yang mempunyai
curah hujan 600-3.000 mm/tahun dan ketinggian tempat 0-2.100 m dari
permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh pada jenis tanah liat berpasir dengan
drainase baik dan pH tanah sekitar 4,4-7,8. Kacang ini sangat toleran terhadap
kekeringan, periode kritis tanaman ini adalah pada saat perkecambahan. Setelah
tumbuh akar tanaman akan memanfaatkan lengas tanah yang ada. Tanaman ini
akan tumbuh baik bila rata-rata suhu harian antara 18-30°C. Tanaman ini toleran
suhu tinggi dan dapat tumbuh pada suhu rendah sampai 3°C untuk jangka waktu
yang pendek (Setyorini, 2008). Oleh karena itu, kacang komak lebih sesuai untuk
dataran rendah beriklim kering dan panas.
Kacang komak mempunyai daya adaptasi yang tinggi dengan masukan
produksi (input) yang rendah sampai sedang seperti pupuk dan air. Misalnya,
penanaman kacang komak pada lahan marjinal justru akan memperbaiki struktur
tanah karena akar tanaman ini mengikat unsur nitrogen (Adebisi and Bosch,
2004). Selain itu, budidaya kacang komak dilakukan secara tumpangsari atau
tumpang gilir dengan tanaman jagung. Bagian yang dipanen berupa polong tua
(diambil bijinya) dan polong mudah untuk sayur (Setyorini, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian tanaman kacang komak di empat kecamatan
pada Kabupaten Probolinggo, lokasi budidaya memiliki syarat tumbuh yang
kurang lebih sama dengan syarat tumbuh kacang komak. Lokasi budidaya kacang
komak di kabupaten Probolinggo berada di dataran rendah dan medium dengan
iklim kering dan panas, serta ketinggian tempat sekitar 0 -250 meter dpl. Suhu
udara lokasi budidaya kacang komak bekisar 36-39 °C untuk kecamatan Tongas,
Wonomerto dan Bantaran dan 27-31 °C untuk kecamatan Leces.Selain itu, petani
kacang komak di Kabupaten Probolinggo dibudidaya secara tumpang sari dengan
tanaman jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang tunggak, kacang hijau, kacang
uci, ketela pohon, tembakau, terung. Kacang komak yang dibudidayakan petani di
Kabupaten Probolinggo juga tidak memaksimalkan dalam waktu pemeliharaan
tanaman. Diantaranya adalah tidak ada pengairan, pemupukan berasal dari sisa
budidaya tanaman sebelumnya, tidak ada pengendalian hama penyakit seperti
tanaman palawija yang lainnya.
6
2.3 Komposisi Kimia dan Manfaat Tanaman Kacang Komak
Produk utama dari kacang komak adalah polong segar dan bijinya.
Kacang komak memiliki kandungan protein pada urutan ketiga dibandingkan
dengan kacang-kacangan lain pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia dan energi beberapa jenis kacang-kacangan (Maesen
dan Somaarmadja, 1989)
Tanaman Air Protein Lemak K.Hidrat Serat Abu Energi
(Kal) dalam g/100 g Bahan
Kedelai 10 35 10 32 4 5 401,2
K. Tanah 5,4 30,4 47,7 11 2,5 2,3 546,7
K. Komak 9,6 24,9 0,8 60,1 1,4 3,2 335,0
K. Gude 10 20 2 59 7,2 3,8 274,6
K. Hijau 10 22 1 60 4 3 341,5
K. Tunggak 10 22 1,4 59,1 3,7 3,7 339,1
Kacang komak memiliki nilai gizi yang cukup tinggi berupa karbohidrat,
protein, lemak, serat dan mineral. Kacang komak bermanfaat untuk mengatasi
kekurangan protein. Tanaman kacang-kacangan nadalah sumber vitamin yang
cukup penting, misalnya vitamin B seperti thiamin, riboflavin dan niacin. Pada
komak, kandungan thiamin sebesar 0,6-0,7 mg per 100 g; riboflavin 0,16-0,3 mg
per 100 g, niacin sebesar 2,38-2,58 mg per 100 g bahan (Duke, 1981). Jumlah
tersebut sama dengan kandungan vitamin B pada kacang hijau dan kedelai.
Komposisi kimia kacang komak dapat dilihat pada Tabel 2. Kacang komak juga
memiliki susunan asam amino yang baik dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Komposisi kimia komak (Duke, 1981)
Komposisi Biji Kering Polong hijau/edible Daun (setiap 100 g
berat basah) Per 100 g bahan
Kalori (Kal) 334 30 31
Protein (g) 21,5 3,1 2,4
Lemak (g) 1,20 0,3 0,4
Karbohidrat (g) 61,4 8,2 6,1
Serat (g) 6,8 1,9 6,7
Abu (g) 3,8 0,9 1,4
Ca (mg) 98 75 120
P(mg) 345 50 57
Fe (mg) 3,9 1,2 17
Na (mg) - 2 -
K (mg) - 279 -
7
Tabel 3. Komposisi asam amino kacang komak (Kay, 1979)
Asam Amino mg/g N Asam Amino mg/g N
Lysine
360 Tyrosine 197
Methione 36 Arginine
393
Cystine 57 Glysine 240
Threonine 207 Histidine 186
Isoleucine 256 Alanine 266
Leucine 436 Asam Aspartat 727
Valine 294 Asam Glutamat 978
Phenylalanine 299 Proline 288
Kacang komak mengandung senyawa yang bersifat antinutrisi yaitu anti
tripsin (tryosin inhibitor/TI) dan hemaglutinin. Sifat anti nutrisinya beragam dari
gangguan padalambung sampai dengan yang lebih serius seperti lathyrism dan
favism, rendahnya nilai kecernaan, kerusakan liver kronis dan terjadi aglutinasi
darah. Antitripsin adalah protein yang mempunyai kemampuan menghambat
enzim proteolitik pada lambung. Penyebaran antitripsin pada komak merata pada
semua bagian biji dan bagian tanaman yang lain. Hemaglutinin adalah senyawa
yang mempunyai kemampuan mengaglutinasi darah merah. Hemaglutinin pada
komak mempunyai reaksi yang non spesifik dengan darah manusia golongan
darah A, B, dan O (Salgakar dan Sohonie, 1965). Cara untuk menonaktikan
hemaglutinin dengan pemanasan dan perendaman biji komak pada pH tertentu.
Gangguan lambung akibat mengkonsumsi komak disebabkan oleh senyawa
golongan oligosakarida yaitu raffinosa dan stachyosa. Kandungan oligosakarida
pada komak bekisar antara 3,1-6,7 % yang terdiri dari stachyosa 2,1 % dan
raffinosa 0,6 % (Salimath dan Tharanathan, 1982). Pemanasan biji komak basah
adalah cara yang baik untuk mengurangi kandungan oligosakarida.
Secara umum kacang komak dapat dimanfaatkan dalam bentuk biji
muda, biji kering, kecambah biji, biji fermentasi atau ekstrak protein. Sebagian
besar kacang komak dipanen dalam bentuk biji yang telah masak atau tua. Selain
itu, kacang komak dapat diolah dengan direbus, digoreng atau dikecambahkan.
Pengolahan kecambah komak sangat menguntungkan karena dapat meningkatkan
kandungan asam ascorbat dari tidak terdeteksi menjadi 55 mg/100 g bahan kering
dan vitamin B, serta menurunkan atau menghilangkan senyawa antinutrisi.
Pengolahan melalui fermentasi, penepungan atau ekstraksi protein menjadi
potensi dan peluang untuk dikembangkan (Setyorini, 2008). Kacang komak
8
berpotensi dikembangkan pakan ternak dari brangkasannya dan beragam jenis
produk makanan dari biji kacang komak. Berikut ini jenis produk dari biji kacang
komak, diantaranya ialah:
1. Tempe dan kecap
Tempe dan kecap adalah produk tradisional yang menggunakan kedelai
sebagai bahan dasar yang difermentasikan dengan Rhizopus oligosporus untuk
tempe dan Aspergilllus oryzae untuk kecap (Syarief et al, 1999). Penggunaan
kacang komak sebagai bahan dasar atau pencampur adalah salah satu usaha untuk
menekan harga produk (Sapuan dan Sutrisno, 1996). Hal ini karena fermentasi
tempe dan kecap adalah proses pemotongan rantai protein dan karbohidrat oleh
protease dan amilase yang dihasilkan oleh jamur yang tumbuh. Proses pembuatan
tempe terdiri dari proses pemanasan, perendaman, dan fermentasi, kemungkinan
telah menurunkan sebagian besar zat antinutrisi maupun zat toksik pada kacang
komak.
2. Tahu
Tahu adalah produk tradisional melalui proses penggumpalan protein
dengan bahan baku kedelai. Kacang komak diharapkan bisa menggantikan kedelai
pada pembuatan tahu. Penggunaan kacang komak sebagai salah satu usaha untuk
mengurangi permintaan impor akan kedelai dan menekan harga produk. Dari hasil
penelitian Ratnaningtyas (2003) diperoleh perbandingan 10 komak : 90 kedelai
dan 20 komak : 80 kedelai adalah perbandingan paling bagus untuk menghasilkan
gumpalan protein dengan tekstur dan struktur seperti tahu dari bahan kedelai.
3. Tepung komposit
Tepung komposit adalah tepung terigu yang dicampur dengan sumber
karbohidrat lain dan sumber protein dari biji-bijian (serealia), umbi-umbian,
kacang-kacangan dan minyak nabati. Produk ini telah dikembangkan di negara
berkembang. Tujuan pembuatan tepung komposit adalah mendapatkan tepung
yang mempunyai komposisi seimbang antara karbohidrat, lemak dan protein.
Kacang komak memiliki potensi besar sebagai sumber protein dan akan
menggantikan kacang-kacangan lain misalnya kedelai dan kacang tanah. Hal ini
karena kacang komak mengandung protein tertinggi diantara kacang-kacangan
yang lain (setelah kedelai dan kacang tanah). Utomo et al, (1992) melaporkan
9
bahwa pencampuran tepung komak sebanyak 30% pada tepung gaplek akan
meningkatkan kandungan protein tepung campuran menjadi 8% mendekati
kandungan protein beras.
4. Makanan Bayi
Makanan bayi adalah salah satu alternatif pemanfaatan kacang komak.
Makanan bayi dibuat dengan mencampur bahan padi-padian, kacang-kacangan
dan lemak nabati atau susu. Komposisi makanan bayi secara umum adalah 60%
biji-bijian, 15% kacang-kacangan dan 25% minyak nabati. Jika kedelai digunakan
sebagai komponen kacang-kacangan, maka akan diperoleh produk dengan
kandungan protein 13-15%, lemak 10-14% serat 15-25% dan abu 2-3% (RTI,
1987). Penggantian kedelai dengan kacang komak sebesar 24% menghasilkan
produk dengan komposisi kimia yang sama.
5. Konsentrat Protein
Konsentrat protein adalah bahan baku untuk pembuatan daging tiruan
dari kedelai. Kacang komak berpotensi konsentrat protein sebagai bahan untuk
pembuatan daging tiruan. Keuntungan kacang komak adalah harga relatif murah
dan proses pembuatan tidak memerlukan ekstraksi lemak karena kandungan
lemak kacang komak sangat rendah (Harnowo dan Utomo, 1993).
6. Isolat Protein
Isolat protein adalah bentuk protein yang paling murni dibuat dengan
proses penghilangan kulit dan komponen non protein. Kandungan protein pada
isolat sebesar 90% atau lebih dan produk ini hampir bebas dari karbohidrat, serat
dan lemak. Sifat fungsional isolat protein jauh lebih baik dibandingkan bentuk
protein lainnya (Wolf and Cowan, 1971). Dari hasil penelitian Suwarno (2003)
diperoleh bahwa kacang komak dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan
isolat. Nilai kadar protein pada isolat protein komak sebesar 86,19 % (bk) tidak
berbeda jauh dengan kadar protein pada isolat protein kedelai sebesai 89,48%
(bk). Sehingga kacang komak berpotensi untuk menggantikan isolat protein
kedelai pada penggunaan isolat protein di industri pangan.
7. Makanan Ternak
Kebutuhan kacang-kacangan sebagai sumber protein dalam usaha
mencukupi kebutuhan makan ternak semakin meningkat. Sampai saat ini, salah
10
satu bahan baku makanan ternak adalah kedelai bebas lemak atau soybean meal.
Penggunaan kacang komak dengan kandungan protein 23% sebagai pencampur
atau pengganti kedelai pada pembuatan konsentrat protein dapat mengurangi
jumlah kebutuhan kedelai untuk makanan ternak. Selain itu, brangkasan tanaman
kacang komak dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak hijau. Brangkasan ini
mengandung protein sebesar 41,2 % dan polong muda mengandung protein
11,5%. Pencampuran rumput dengan hijauan kacang komak sebagai pakan yang
dapat meningkatkan mutu dan daya cerna pakan (Harnowo dan Utomo, 1993).
Kegunaan lain dari kacang komak menurut Kay (1979) adalah sebagai pupuk
hijau, pelindung tanah dari erosi, penambat nitrogen dan cocok untuk tanaman
penutup tanah pada tanaman kopi, kelapa dan coklat.
Berdasarkan hasil penelitian tanaman kacang komak di empat Kecamatan
pada Kabupaten Probolinggo, tanaman kacang komak adalah bahan pangan yang
dapat dimanfaatkan. Masyarakat di Kabupaten Probolinggo memanfaatkan polong
segar kacang komak menjadi aneka masakan tumis atau sup bening dan biji kering
menjadi makanan yang direbus atau digoreng. Selain itu, petani kacang komak
juga memiliki hewan ternak kambing, dan daun segar kacang komak digunakan
sebagai bahan pakan ternaknya. Sedangkan sisa tanaman kacang komak berupa
brangkasan yang meliputi batang, daun kering dapat digunakan sebagai pupuk
hijau bagi lahan petani. Dari semua bagian tanaman kacang komak dapat
digunakan lebih optimal.
2.4 Plasma Nutfah Kacang - Kacangan
Plasma nuftah merupakan bahan genetik yang memiliki nilai guna, baik
secara nyata maupun yang masih berupa potensi. Menurut Yudowati (1994),
kegiatan penelitian plasma nutfah tanaman pangan bertujuan untuk
menyelamatkan dan melestarikan plasma nutfah, menambah koleksi serta
menyediakan bahan perakitan pemuliaan tanaman. Bahan perakitan varietas
unggul dapat diperoleh dalam bentuk eksplorasi sebagai pengelolaan plasma
nutfah tanaman pangan. Eksplorasi adalah kegiatan yang melakukan penjelajahan
daerah-daerah pedalaman untuk mengumpulkan tumbuhan, baik yang belum
dibudidayakan maupun yang sudah dibudidayakan. Target eksplorasi plasma
11
nutfah ialah untuk mendapatkan jumlah genetika semaksimal mungkin dengan
mengambil contoh sedikit mungkin.
Eksplorasi tanaman pangan alternatif dapat dilakukan di daerah sentra
produksi, daerah produksi tradisional, daerah terisolir, daerah pertanian lereng-
lereng gunung, pulau terpencil, daerah suku asli, daerah dengan sistem pertanian
tradisional/belum maju, daerah yang masyarakatnya menggunakan komoditas
yang bersangkutan sebagai makanan pokok, daerah epidemik hama/penyakit, serta
daerah transmigrasi lama dan baru (Kusumo et al., 2002). Selain itu, introduksi
plasma nutfah dari luar negeri juga dilakukan untuk memperkaya dan menambah
koleksi melalui kerjasama dengan lembaga penelitian Internasional seperti
International Rice Research Institute (IRRI, Filipina) untuk plasma nutfah padi,
International Crops Research Institute for the Semi Arid Tropics (ICRISAT,
India) untuk plasma nutfah sorgum, Centro Internacional de Mejoramiento de
Maiz y Trigo (CIMMYT, Mexico) untuk plasma nutfah jagung, Asian Vegetable
Research Development Centre (AVRDC, Taiwan) untuk plasma nutfah kacang-
kacangan serta Centro Internacional de la Papa (CIP, Peru), dan Centro
Internacional de Agricultura Tropical (CIAT, Columbia) untuk plasma nutfah
ubi-ubian. Keberhasilan usaha pemuliaan tanaman tergantung pada tersedianya
bahan baku yang mencerminkan dasar genetika yang luas (Nasir, 2001). Hasil
eksplorasi yang dibawa untuk dikoleksi berupa benih. Kondisi benih harus sehat
dan jumlahnya mencukupi. Tujuan dasar eksplorasi dilakukan adalah adanya
ancaman akan hilangnya keragaman genetik yang ada di alam dan kebutuhan
pemuliaan tanaman akan bahan sumber genetik (Kusumo et al, 2002).
Selanjutnya adalah teknik konservasi plasma nutfah secara umum terdiri
dari konservasi in-situ dan konservasi ex-situ. Kusumo et al. (2002) menjelaskan
bahwa konservasi in-situ bersifat pasif, karena dapat terlaksana dengan hanya
mengamankan tempat tumbuh alamiah sesuatu jenis. Jenis konservasi tersebut
diberi kesempatan berkembang dan bertahan dalam keadaan lingkungan alam dan
habitatnya yang asli tanpa campur tangan manusia. Konservasi ex-situ dilakukan
dengan lebih aktif, yaitu memindahkan sesuatu jenis ke suatu lingkungan atau
tempat pemeliharaan baru. Keragaman plasma nutfah dapat dipertahankan dalam
12
bentuk kebun koleksi, penyimpanan benih, kultur jaringan, kultur serbuk sari, atau
bagian tanaman lainnya (Somantri et al, 2006).
Konservasi plasma nutfah tanaman pangan di BB-Biogen dilakukan
secaraex situ dalam bentuk:
1. Bank gen koleksi benih untuk plasma nutfah padi, jagung, sorgum, kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, kacang-kacangan potensial (kacang tunggak,
kacang gude, komak, kacang bogor, dan kacang koro), padi liar dan terigu.
Bank gen untuk penyimpanan benih padi, jagung, dan kacang-kacangan
berlokasi di Laboratorium Bank Gen dan Genetika Tanaman, BB-Biogen,
Bogor.
2. Bank gen di lapang (field gene bank) untuk plasma nutfah ubi kayu, ubi jalar,
dan ubi-ubian potensial (ubi kelapa, talas, gembili, ganyong, patat, dan iles-
iles). Field gene bank ubi-ubian berlokasi di BB-Biogen, Bogor (koleksi inti
plasma nutfah ubi jalar dan beberapa koleksi plasma nutfah ubi jalar dataran
rendah), Inlitbio Cikeumeuh-Bogor (koleksi plasma nutfah ubi jalar dataran
rendah dan koleksi plasma nutfah ubi-ubian minor), kebun percobaan Pacet,
Cianjur (koleksi plasma nutfah ubi jalar dataran tinggi dan koleksi talas) dan
kebun percobaan Muara, Bogor (koleksi plasma nutfah ubi kayu).
3. Konservasi secara in vitro untuk beberapa aksesi plasma nutfah ubi kayu, ubi
jalar, dan talas di Laboratorium In Vitro, BB-Biogen, Bogor.
Jumlah koleksi plasma nutfah untuk tanaman kacang-kacangan yang
tersimpan dalam Bank Gen BB-Biogen, Bogor hingga tahun 2017 sebanyak 2878
aksesi yang meliputi 888 aksesi kedelai, 821 aksesi kacang tanah, 915 aksesi
kacang hijau, 139 aksesi kacang tunggak, 69 aksesi kacang bogor, 17 aksesi
kacang komak, 13 aksesi kacang gude, 9 aksesi kacang koro benguk, 7 aksesi
kacang koro pedangyang disimpan pada suhu 14-18°C untuk kondisi jangka
pendek (short term), suhu 0 - 5°C untuk kondisi jangka menengah (medium term),
dan suhu 18-20°C untuk kondisi jangka panjang (long term). Selama periode
waktu tertentu, secara periodik dilakukan kegiatan pembaharuan (rejuvenasi)
terhadap benih yang telah mengalami penurunan daya tumbuh.
13
2.5 Karakterisasi dan Observasi
Koleksi plasma nuftah untuk tanaman kacang-kacangan juga dilakukan
karakterisasi dan evaluasi. Karakterisasi dan evaluasi memiliki arti dan peran
penting yang akan menentukan nilai guna dari materi plasma nutfah yang
bersangkutan. Karakterisasi adalah kegiatan yang bermanfaat untuk mengetahui
dan mengidentifikasi sifat-sifat penting yang bernilai ekonomis, atau merupakan
penciri dari varietas yang bersangkutan. Ciri yang diamati dapat berupa karakter
morfologis (bentuk daun, bentuk buah, warna kulit biji dan sebagainya), karakter
agronomis (umur panen, tinggi tanaman, panjang tangkai daun, jumlah anakan,
dan sebagainya), karakter fisiologis (senyawa alelopati, fenol, alkaloid, reaksi
pencoklatan, dan sebagainya), marka isoenzim dan marka molekuler. Kegiatan
karakterisasi memiliki arti dan peran penting yang akan menentukan nilai guna
dari materi plasma nutfah yang bersangkutan. Kegiatan karakterisasi dilakukan
secara bertahap dan sistematis bertujuan untuk mempermudah upaya pemanfaatan
plasma nutfah. Kegiatan ini menghasilkan sumber-sumber gen dari sifat- sifat
potensial untuk digunakan dalam program pemuliaan (Kurniawan et al., 2004).
Observasi (observation) atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara untuk
menggali data dari sumber data oleh pengamat pada suatu kegiatan yang sedang
berlangsung di lokasi yang diteliti (Soetopo, 2002). Umumnya, eksplorasi dengan
melakukan observasi dan karakterisasi adalahpenelitian observasional. Penelitian
ini ialah penelitian yang berada diluar kendali peneliti dengan mengamati
fenomena alam. Penelitian ini menangani suatu questionair untuk menghimpun
data faktual. Data tersebut divalidasi dengan visitasi untuk wawancara, uji,
pengukuran, checklist yang disebut survai analitika. Penelitian yang menggunakan
prosedur normatif (pengamatan, koleksi data dalam pengembangan skala untuk
skoring) dapat disebut survai normatif. Metode ini dilakukan untuk memberi
gambaran dan analisis terhadap objek yang diteliti melalui data sampel yang telah
terjadi di lapang (Moenandir, 2011).
Pemilihan lokasi ditentukan dengan melakukan survei pendahuluan untuk
memberi informasi lokasi yang diobservasi. Penentuan jumlah responden yang
diambil pada lokasi yang dipilih secara sengaja atau purposive sampling yaitu
memilih sampel yang mempunyai informasi tentang fenomena yang diteliti,
14
selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel
sebelumnya dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan
memberikan data lebih lengkap. Cara seperti ini yang disebut dengan snowball
sampling technique. Unit sampel yang akan dipilih makin lama makin terarah
sejalan dengan makin terarahnya fokus penelitian. Namun, jika pada penelitian
sudah mencapai data “redundancy” sebelum mencapai data maksimal dimana data
sudah mengalami kejenuhan (kesamaan hasil secara terus menerus) artinya tidak
lagi memberikan tambahan informasi baru dalam penelitian. Seperti ditegaskan
oleh Lincoln dan Guba dalam (Satori, 1989) bahwa: “If the purpose is to
maximaze information, then sampling is terminated when no information is
forthcoming from newly sampled units; thus redundancy is the primary criterion”.
Penetapan responden bukan ditentukan oleh pemikiran bahwa responden harus
mewakili populasi, melainkan responden harus dapat memberikan informasi yang
diperlukan.
Top Related