i PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi oleh ... - UGR Repository

89
i PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi oleh : Nama : YULIANA NIM : 32151336 Judul : ANALISIS TINGKAT KEPUASAN SISWA DALAM MEMPELAJARI AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMAN 1 Sakra Tahun 2013) Telah diperiksa dan disetujui untuk ujian skripsi Selong …………,………………….,……. Pembimbing I SULAIMAN,SE.,MM.,M.Pd NIDN 0805117301 Pembimbing II WIRA HENDRI,SE,.M.Ec.Dev NIDN 0810118303 Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi AHMAD BUSYAIRI. SE.,MM NIDN 0 8 1 2 1 1 8 2 0 1

Transcript of i PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi oleh ... - UGR Repository

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh :

Nama : YULIANANIM : 32151336Judul : ANALISIS TINGKAT KEPUASAN SISWA DALAM

MEMPELAJARI AKUNTANSI (Studi Kasus Pada SiswaKelas XI Jurusan IPS SMAN 1 Sakra Tahun 2013)

Telah diperiksa dan disetujui untuk ujian skripsi

Selong …………,………………….,…….

Pembimbing I

SULAIMAN,SE.,MM.,M.PdNIDN 0805117301

Pembimbing II

WIRA HENDRI,SE,.M.Ec.DevNIDN 0810118303

MengetahuiKetua Program Studi Pendidikan Akuntansi

AHMAD BUSYAIRI. SE.,MMNIDN 0 8 1 2 1 1 8 2 0 1

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI

Skripsi oleh :

Nama : YULIANANIM : 32151336Judul : ANALISIS TINGKAT KEPUASAN SISWA DALAM

MEMPELAJARI AKUNTANSI (Studi Kasus Pada SiswaKelas XI Jurusan IPS SMAN 1 Sakra Tahun 2013)

Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Gunung Rinjani

Disetujui Pada Tanggal ……..,…………….., 2013

Oleh Tim Penguji :

AHMAD BUSYAIRI. SE.,MM (Penguji Netral)NIDN 0812118201

SULAIMAN,SE.,MM.,M.Pd (Penguji I)NIDN 0805117301

WIRA HENDRI,SE.,M.Ec.Dev (Penguji II)NIDN 0810118303

MengetahuiKetua Dekan Pakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

AHSIN,SE.,M.Pd.NIDN 0818126801

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenarnya, bahwa skripsi ini saya susunsebagai syarat untuk memperoleh gelar serjana pendidikan program studipendidikan akuntansi, universitas gunung rinjani-lombok seluruhnya merupakkanhasil karya saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutifhasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas dan sesuai dengannorma, kaidah serta etika akademis.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi inibukan hasil karya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, sayabersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dansanksi-sanksi lainya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku diwilayah Negara Republik Indonesia.

Selong, 10 November 20113Yang memberi pernyataan

Yuliana

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Rintangan adalah hal-hal menakutkan yang kau lihat

ketika kau mengalihkan perhatian dari tujuanmu.

Kau akan menyadari ketika meniti kembali hidupmu,

bahwa saat-saat dimana kau benar-benar hidup, adalah

saat-saat ketika kau telah melakukan sesuatu

dalam semangat cinta.

Skripsi Ini Saya Persembahkan untuk

Bapak dan Ibuku tercinta

Saudara-saudaraku

Kekasihku tercinta yang telah banyak memberikan arti

Sahabat-sahabatku yang selalu menemani

v

ABSTRAK

Yuliana, (2013). Analisis Tingkat Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Akuntansi (Studi Kasuspada Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMAN 1 Sakra Tahun Ajaran 2013/2014).Skripsi, Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Gunung Rinjani.

Skripsi ini sudah disetujui dan diperiksa oleh : Pembimbing I : Sulaiman,SE.,MM.,M.Pd. danPembimbing II : Wira Hendri,SE.,M.Ec,Dev.

Kata Kunci: Satisfiers, Dissatisfiers, Kepuasan.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah deskripsi faktor-faktorsatisfiers dan dissatisfiers pada tingkat kepuasan siswa kelas XI jurusan IPS SMAN 1 Sakratahun ajaran 2013/2014 dalam mempelajari akuntansi. Populasi dalam penelitian ini adalahsiswa kelas XI jurusan IPS SMAN 1 Sakra dengan ukuran populasi 76 siswa. Dikarenakansemua unit populasi dapat terjangkau dan dimungkinkan tidak terjadi kerusakan data, makapenelitian ini menggunakan penelitian sensus. Adapun variabel yang dikaji dalam penelitian ini,yaitu: (1) satisifier dalam mempelajari akuntansi yang meliputi pencapaian prestasi individualsiswa dalam pelajaran akuntansi, pengakuan atau aktualisasi diri dalam PBM akuntansi,pembelajaran akuntansi itu sendiri, tanggungjawab diri untuk mempelajari akuntansi, danpengembangan potensi individual siswa dalam mempelajari akuntansi, dan (2) dissatisfiers dalammempelajari akuntansi yang meliputi kondisi sosial ekonomi keluarga, kondisi PBM akuntansi,kebijakan dan administrasi sekolah (guru), hubungan antar siswa, dan kualitas supervisi guru. Alatpengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Data yang dikumpulkandianalisis dengan teknik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan siswa dalammempelajari akuntansi dapat tercapai oleh faktor-faktor satisfiers. Ketidakpuasan siswa dalammempelajari akuntansi akan terjadi oleh kondisi dissatisfier. Berdasarkan hasil penelitian di atasdapat disimpulkan bahwa apabila kondisi satisfiers dapat tercapai, maka akan memberikanmotivasi untuk mempelajari akuntansi, sehingga dimungkinkan mampu menciptakan kepuasansiswa dalam mempelajari akuntansi, yang akhirnya akan diperoleh pencapaian prestasi yang baikdalam mempelajari akuntansi. Apabila kondisi dissatisfiers dapat tercapai, maka tidak akanmemberikan motivasi untuk mempelajari akuntansi, sehingga dimungkinkan mampu menciptakanketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi, yang akhirnya tidak akan diperoleh pencapaianprestasi yang baik dalam mempelajari akuntansi.

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat

dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis

Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Akuntansi (Studi Kasus pada Siswa Kelas

XI Jurusan IPS SMAN 1 Sakra Tahun Ajaran 2013/2014) dalam rangka

menyelesaikan studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Akuntansi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gunung

Rinjani.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik

materil maupun nonmateril. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih yang mendalam kepada:

1. H. Ayib Rosidi,MM, Rektor Universitas Gunung Rinjani.

2. Ahsin., SE.,M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pedidikan.

3. Ahmad Buayiri MM. Ketua program studi akuntansi.

4. Sulaiman,SE.,MM.,M.Pd. Dosen Pembimbing I yang telah banyak

memberikan saran, petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Wira Hendri,SE,.M.Ec.Dev. Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan saran, petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMAN 1 Sakra yang telah meluangkan waktu

untuk penulis dalam memperoleh data.

7. Bapak dan ibuku tercinta yang selalu memfasilitasi segala sesuatu hingga

terselesaikannya skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah memberikan motivasi, bantuan, dan masukan

vii

dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Selong, 10 November 2013

Penulis

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING iLEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI iiPERNYATAAN iiiMOTO DAN PERSEMBAHAN ivABSTRAK vPRAKATA viDAFTAR ISI viiiDAFTAR TABEL xDAFTAR LAMPIRAN xiBAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 11.2. Identifikasi Masalah 41.3. Batasan Masalah 51.4. Rumusan Masalah 51.5. Tujuan Penelitian 51.6. Mamfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 72.1. Kajian Teoritik 7

2.1.1. Pengertian Kepuasan 72.1.2. Teori-teori Kepuasan 92.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan 102.1.4. Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Akuntansi 112.1.5. Pengertian Dissatisfiers 142.1.6. Teori-Teori Hygienic factors 142.1.7. Dissatisfiers pada Kepuasan Siswa dalam Mempelajari

Akuntansi 172.2. Penelitian yang Relevan 222.3. Kerangka Konsep 24

BAB III METODE PENELITIAN 263.1. Pendekatan Penelitian 263.2. Waktu dan Tempat Penelitian 263.3. Populasi dan Sampel 273.4. Variable Penelitian 273.5. Metode Pengumpulan Data dan Instrumentasi 29

3.5.1. Metode Pengumpulan Data 293.5.2. Instrumentasi 32

3.6. Metode Analisi Data 34

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 374.1. Factor-Faktor Satisfiers pada Tingkat Kepuasan Siswadalam

Mempelajari Akuntansi 374.1.1. Pencapaian Prestasi Individu Siswa dalam Pelajaran

Akuntansi 374.1.2. Pegakuan atau Aktualisasi Diri dalam PMB Akuntansi 414.1.3. Proses Pembelajaran Akuntansi di Kelas 444.1.4. Tanggungjawab Diri untuk Mempelajari Akuntansi 474.1.5. Pengembangan Potensi Individu Siswa dalamMempelajari

Akuntansi 504.2. Factor-Faktor Dissatisfiers pada Tingkat Kepuasan Siswa dalam

Mempelajari Akuntansi 544.2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga 554.2.2. Kondisi Proses Belajar Mengajar (PBM) Akuntansi 594.2.3. Kebijakan dan Administrasi Sekolah (Guru) 624.2.4. Hubungan Antar Siswa 664.2.5. Kualitas Super visi Guru 69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 735.1. Simpulan 735.2. Saran 73

DAFTAR PUSTAKA 77LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbandingan Nilai Materi Ekonomi dan Akuntansi 3Tabel 2.1 Satisfiers dan Dissatisfiers dalam Mempelajari Akuntansi 13Table 3.1 Rincian waktu penelitian 26Tabel 3.1 Operasional Variabel 28Tabel 4.1 Tingkat Kedalaman Pengetahuan Materi Akuntansi 38Tabel 4.2 Keseimbangan Penguasaan Teoritis dan Keterampilan 40Tabel 4.3 Persamaan Hak Siswa untuk Mengajukan Pertanyaan dalam

Forum Diskusi 41Tabel 4.4 Pengerjaan Soal-Soal Latihan yang Hanya Dilakukan oleh

Siswa yang Paling Pintar 43Tabel 4.5 Peran Guru sebagai Fasilitator dan Motivator dalam PBM

Akuntansi 45Tabel 4.6 Porsi Penyampaian Materi Akuntansi Secara Teoritis Lebih

Besar Dibandingkan Praktik Latihan 46Tabel 4.7 Tidak Diperbolehkannya Siswa untuk Mengikuti Pelajaran

Akuntansi Karena Tidak Mengerjakan PR 48Tabel 4.8 Tanggungjawab Diri Siswa untuk Mengerjakan Tugas 50Tabel 4.9 Kurangnya Materi yang Diberikan oleh Guru dari Buku Paket,

Sehingga Perlu Mencari Materi Tambahan dari Literatur Lain 52Tabel 4.10 Ketidakharusan Mengikuti Belajar Tambahan Akuntansi di

Luar Jam Pelajaran Sekolah 53Tabel 4.11 Dorongan Semangat Belajar yang Tinggi dari Orangtua 56Tabel 4.12 Orang Tua Tidak Memiliki Anggaran Khusus untuk

Menyediakan Sarana Belajar 58Tabel 4.13 Suasana Kondusif dalam PBM Akuntansi akan Membantu

Pencapaian Tujuan Pembelajaran Akuntansi. 60Tabel 4.14 Ketidak lengkapan Sarana dan Prasarana dalam PBM Akuntansi 61Tabel 4.15 Kebijakan Guru Memperbolehkan Siswa untuk Mengikuti

Ujian Susulan. 63Tabel 4.16 Pemberian Nilai yang Seragam untuk Tugas Harian 65Tabel 4.17 Hubungan Siswa dengan Teman Sekelas yang Terjalin

Komunikasi dengan Baik 67Tabel 4.18 Hubungan Antar Teman Sekelas Siswa yang Dikucilkan

Ketika Diskusi Materi Akutansi 68Tabel 4.19 Kualitas Mengajar Guru Akuntansi Sudah Cukup Baik 70Tabel 4.20 Cara Guru Mengajar Akuntansi Harus Membuat Suasana

Mencekam dan Tidak Menyenangkan dalam Kelas 71

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Vliditas dan Reliabilitas 79Lampiran 2 Angket Penelitian 85Lampiran 3 Nama Responden 90Lampiran 4 Tabulasi Data Hasil Penelitian 92Lampiran 5 Jumlah Jawaban Responden Memilih Sangat Setuju,Setuju,

Netral, Kurang Setuju, dan Tidak Setuju 94

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 (UU RI No.

20 Tahun 2003) pasal 14 menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal

terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Selanjutnya dalam pasal 18 disebutkan bahwa pendidikan menengah

berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan

(MAK), atau bentuk lain sederajat. Khususnya untuk SMA, berdasarkan

kurikulum terbaru, penjurusan dilakukan di kelas XI yang terdiri dari 3

jurusan yaitu IPA, IPS dan Bahasa. Materi Akuntansi diajarkan pada semua

siswa di kelas XI jurusan IPS mulai semester dua dan kelas XII jurusan IPS

pada semester pertama.

Fungsi pembelajaran akuntansi di SMA adalah untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan

bertanggungjawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokan,

pengikhtisaran transaksi keuangan yang terjadi selama periode pembukuan.

Tujuan mempelajari akuntansi di sekolah adalah membekali siswa dengan

berbagai kompetensi dasar. Dengan berbagai kompetensi tersebut siswa

diharapkan mampu menguasai dan menerapkan konsep-konsep dasar,

prinsip, dan prosedur akuntansi yang benar, baik untuk kepentingan

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi maupun terjun ke masyarakat

2

sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa dan masyarakat di

sekitarnya (Depdiknas, 2003:2).

Porsi pembelajaran materi akuntansi di jurusan IPS lebih besar,

materi akuntansi biasanya dijadikan sesuatu yang sulit, karena tingkat

kesulitan mempelajarinya lebih tinggi di antara ilmu-ilmu sosial yang

lain, yang disebabkan materi akuntansi berhubungan dengan angka-angka

yang menuntut ketelitian yang tinggi. Oleh karena itu sangat penting adanya

sebuah kepuasan yang tinggi untuk mempelajari akuntansi agar output yang

tinggi dapat dicapai.

(Handoko, 1995 : 259 dan Robbins, 2001:169) menyebutkan.

Faktor-faktor penyebab kepuasan kerja (job satisfaction) mempunyai

pengaruh pendorong bagi prestasi dan semangat kerja, dan faktor-faktor

penyebab ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction) mempunyai pengaruh

negatif. Herzberg membedakan antara faktor intrinsik yaitu motivators atau

pemuas (satisfiers) dan faktor-faktor ekstrinsik yaitu faktor

pemeliharaan atau hygienic factors (dissatisfiers). Motivator mempunyai

pengaruh meningkatkan prestasi atau kepuasan kerja sedangkan faktor-

faktor pemeliharaan mencegah merosotnya semangat kerja atau efisiensi,

dan meskipun faktor-faktor ini tidak dapat memotivasi, tetapi dapat

menimbulkan ketidakpuasan kerja atau menurunkan produktifitas.

Perbaikan terhadap faktor-faktor pemeliharaan akan mengurangi atau

menghilangkan ketidakpuasan kerja, tetapi tidak dapat dipergunakan sebagai

sumber kepuasan kerja. Teori ini bila diaplikasikan pada pembelajaran siswa

3

terhadap akuntansi yaitu satisfiers mempunyai pengaruh memberikan

motivasi untuk selanjutnya akan menciptakan kepuasan siswa dalam

mempelajari akuntansi dan memberikan output optimum. Sedangkan

dissatisfiers memberikan efek negatif yaitu akan menciptakan

ketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi dan tentunya output yang

tidak diharapkan. Dalam proses belajar mengajar (PBM) akuntansi

pengkondisian satisfier sangat penting untuk dilakukan dan dissatisfier

sebaiknya diminimalkan.

SMAN 1 Sakra adalah salah satu SMA yang berada di kabupaten

Lombok Timur. Sebagai SMA yang berprestasi, SMAN 1 Sakra memiliki

input siswa yang baik. Hal ini ditandai dengan passing grade yang tinggi

pada saat proses seleksi penerimaan siswa baru. Bagi siswa kelas XI jurusan

IPS SMAN 1 Sakra tingkat kepuasan dalam mempelajari akuntansi belum

optimum. Hal ini berdampak pada nilai-nilai materi akuntansi mereka di

semester genap yang masih berada dibawah rata-rata. Dari hasil survai

pendahuluan, dapat diketahui bahwa dari 2 kelas jurusan IPS, untuk kelas

XI IPS 1 dan IPS 2 terdapat data sebagai berikut

Tabel 1.1 Perbandingan Nilai Materi Ekonomi dan Akuntansi

NILAIXI IPS 1 XI IPS 2

MateriEkonomi

MateriAkuntansi

MateriEkonomi

MateriAkuntansi

Rata-rata nilai UHT 79,39 59,12 77,31 59,48

Rata-rata Tugas 77,93 71,67 76,04 70,91

Rata-rata nilai UAS 77,21 59,38 79,94 59,44

Sumber: data sekunder, diolah.

4

Dari tabel 1.1 tersebut dapat dilihat bahwa dibandingkan dengan

nilai materi ekonomi, nilai materi akuntansi lebih rendah untuk masing-

masing kelas. Rata-rata nilai UHT dan UAS materi akuntansi masih

berada dibawah nilai 60,00.

Hal ini mengindikasikan adanya ketidakpuasan siswa dalam

mempelajari materi akuntansi, sehingga output nilainya pun tidak sesuai

dengan yang diharapkan. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa

dissatisfiers lebih mendominasi dibandingkan dengan satisfiers.

Berangkat dari tantangan tersebut sangat relevan diadakan penelitian,

kajian atau evaluasi untuk menganalis tingkat kepuasan siswa

dalam mempelajari akuntansi. Hasil dari penelitian yang akan dilakukan

diharapkan akan diidentifikasi dan dipahami tentang karakteristik dari

faktor-faktor satisfiers dan dissatisfiers dalam mempelajari materi

akuntansi untuk kemudian menetapkan alternatif kemungkinan

pemecahannya.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi

permasalahan yang muncul, antara lain :

1. Adanya tingkat kesulitan mempelajari akuntansi dibandingkan dengan

ilmu-ilmu sosial lainnya

2. Faktor-faktor ketidakpuasan akan memberikan efek negatif dan

menciptakan output yang tidak diharapkan.

5

1.3. Pembatasan Masalah

Masalah yang dikaji penulis dalam penelitian ini adalah seperti yang

tercantum dalam perumusan masalah yaitu mengenai Analisis tingkat

kepuasan siswa dalam mempelajari Akuntansi. Yang akan dibahas disini

adalah mengenai faktor-faktor Satisfiers (Kepuasan) dan faktor-faktor

Disatisfiers (ketidakpuasan) dalam mempelajari akuntansi di SMAN I

SAKRA.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka rumusan masalah

yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah tingkat kepuasan mempelajari akuntansi pada siswa

Kelas XI Jurusan IPS SMAN 1 Sakra Tahun ajaran 2013?

2. Bagaimanakah tingkat ketidakpuasan mempelajari akuntansi pada siswa

Kelas XI Jurusan IPS SMAN 1 Sakra Tahun ajaran 2013?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Faktor-faktor satisfiers dalam mempelajari akuntansi

pada siswa kelas XI jurusan IPS SMAN 1 Sakra tahun 2013.

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor dissatisfiers dalam mempelajari

akuntansi pada siswa kelas XI jurusan IPS SMAN 1 Sakra tahun 2013.

6

1.6. Mamfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan memberikan mamfaat yakni:

a. Manfaat secara teoritik

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan media untuk belajar

memecahkan masalah secara ilmiah dan memberikan sumbangan

pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang diperoleh di bangku

kuliah.

2. Bagi civitas akademika dapat menambah informasi, sumbangan

pemikiran dan bahan kajian dalam penelitian.

b. Manfaat secara praktis.

Sebagai bahan masukan atau sumbangan pemikiran bagi SMAN 1

Sakra dalam peningkatan kepuasan belajar pada mata pelajaran

ekonomi akuntansi.

7

BAB IITINJAUAN FUSTAKA

2.1. Kajian Teoritik

2.1.1 Pengertian Kepuasan

Kepuasan menurut kamus bahasa Indonesia adalah puas,

merasa senang, prihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan,

dan sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai rasa puas, rasa

senang, dan kelegaan seseorang.

Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin “satis”

(artinya cukup baik) dan “facto” (melakukan atau membuat) atau

dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat

sesuatu cukup baik. Kepuasan pelanggan sendiri tidak mudah

didefinisikan, ada berbagai macam pengertian yang diberi oleh para

pakar. Pada jasa pendidikan, pelanggan yang dimaksud yaitu siswa

atau peserta didik.

Kotler, 1994 dalam Tjiptono (2000) mengungkapkan

kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan

harapannyasehingga dapat dinyatakan bahwa harapan dan kinerja

yang dirasakan merupakan komponen pokok kepuasan seseorang.

Menurut wilkie (1990) mendefinisikan kepuasan siswa

sebagai suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap

pengalaman kegiatan belajar mengajar.

8

Kotler (1997) menyatakan bahwa kepuasan siswa adalah

perasaan senang atau kecewa sebagai hasil dari perbandingan antara

prestasi yang dirasakan dan yang diharapkan.

Menurut Day (Tjiptono, 2004) menyatakan bahwa kepuasan

atau ketidakpuasan adalah respon siswa atau pelanggan terhadap

evaluasi ketidaksesuaian atau diskompirmasi yang dirasakan antara

harapan sebelumnya dengan kinerja actual prestasi atau produk yang

dirasakan setelah pemakaiannya.

Menurut Oliver, kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang

(siswa) setelah membandingkan antara kinerja atau hasil yang

dirasakan (pelayanan yang diterima dan dirasakan) dengan yang

diharapkannya (Irine, 2009, p.61).

Kepuasan pada dasarnya merupakan salah satu aspek

psikologis yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap

pekerjaannya, ia akan merasa puas apabila ada kesesuaian antara

kemampuan, keterampilan dan harapannya dengan pekerjaan yang ia

hadapi. Kepuasan sesungguhnya merupakan keadaan yang sifatnya

subjektif yang merupakan hasil simpulan yang didasarkan pada

suatu perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima oleh

siswa dari pekerjaannya dibandingkan dengan apa yang diharapkan,

diinginkan dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas, atau berhak

baginya (Susilo Martoyo, 1992). Sementara setiap siswa secara

subjektif menentukan bagaimana pekerjaan itu memuaskan.

9

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada

dasarnya pengertian kepuasan siswa atau pelanggan mencakup

perbedaan antara harapan dengan kinerja atau hasil yang dirasakan.

2.1.2 Teori-Teori Kepuasan

Menurut Wexley dan Yulk yang dikutip Moh. As’ad

(1995:105) pada dasarnya teori-teori tentang kepuasan yang

lazim dikenal ada tiga macam, yaitu: (1) Discrepancy theory, (2)

Equity theory, (3) Two factors theory. Berikut adalah penjelasan

masing-masing dari teori tersebut.

Discrepancy theory yang dipelopori oleh Porter menjelaskan

bahwa kepuasan seseorang diukur dengan menghitung selisih apa

yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Kemudian

Locke dalam Moh As’ad (1995:105) menerangkan bahwa kepuasan

seseorang tergantung pada perbedaan antara apa yang diinginkan

dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah

diperoleh atau dicapai . Orang akan puas bila tidak ada perbedaan

antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena

batas minimum yang diinginkan maka orang akan menjadi lebih

puas lagi walaupun terdapat discrepancy tetapi merupakan

discrepancy positif. Sebaliknya makin jauh dari kenyataan yang

dirasakan itu di bawah standar minimum sehingga menjadi negatif

discrepancy maka makin besar pula ketidakpuasan seseorang .

10

Menurut Two factors theory, kepuasan merupakan dua

hal yang berbeda. Artinya kepuasan dan ketidakpuasan itu tidak

merupakan suatu variabel yang kontinyu.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan

Pendapat Horld E. Burt yang dikutip Moh As’ad

(1995:112) tentang faktor- faktor yang dapat mempengaruhi

timbulnya kepuasan seseorang sebagai berikut:

1. Faktor hubungan, antara lain: hubungan antara guru dan siswa,

faktor fisik dan kondisi belajar, hubungan sosial, sugesti dari

teman, dan emosi

2. Faktor individual, yaitu yang berhubungan dengan sikap orang

terhadap pekerjaannya, umur orang sewaktu bekerja, dan jenis

kelamin

3. Faktor-faktor luar yang berhubungan dengan keadaan keluarga,

rekreasi, dan pendidikan

Susilo Martoyo (1987:123) mengatakan bahwa salah satu

faktor yang memungkinkan tumbuhnya kepuasan adalah

pengaturan yang tepat dan adil atas pemberian kompensasi.

Pendapat lain dari Blum dalam Moh As’ad (1995:114) tentang

faktor-faktor yang memberikan kepuasan adalah sebagai berikut:

a. Faktor individual yang meliputi: umur, kesehatan, watak, dan

harapan

b. Factor social yang meliputi : hubungan kekeluargaan,

11

pandangan masyarakat, kesempata berekreasi, kegiatan

perserikatan, kebebasan berpolitik, dan hubungan

kemasyarakatan.

c. Faktor sosial yang meliputi : hubungan kekeluargaan,

pandangan masyarakat, kesempatan berekreasi, kegiatan

perserikata, dan hubungan kemasyarakatan.

Moh As’ad (1995:115) membagi faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan menjadi:

a. Faktor psikologik, merupakan faktor yang berhubungan

dengan kejiwaan yang meliputi minat, ketentraman, sikap,

bakat dan keterampilan

b. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan

interaksi sosial baik antar sesama.

c. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan

kondisi fisik lingkungan dan kondisi fisik individu, meliputi:

pengaturan waktu dan waktu istirahat, perlengkapan, keadaan

ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi

kesehatan, umur dan sebagainya.

2.1.4 Kepuasan Siswa dalam Mempelajari Akuntansi

Dari uraian mengenai teori-teori yang berkaitan dengan

kepuasan kerja, maka dalam penelitian ini menggunakan teori

Herzberg yaitu two factors theory. Hal ini juga berdasarkan

pertimbangan dari Moh As’ad (1995:115) yang mengatakan bahwa

12

orang yang akan mencari aspek-aspek pekerjaan yang merupakan

sumber-sumber kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja di suatu

tempat, maka teori dua faktor Herzberg merupakan pilihan yang

tepat.

Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan salah satu aspek

psikologis yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap

pekerjaannya, ia akan merasa puas apabila ada kesesuaian antara

kemampuan, keterampilan dan harapannya dengan pekerjaan yang ia

hadapi. Kepuasan sesungguhnya merupakan keadaan yang sifatnya

subjektif yang merupakan hasil simpulan yang didasarkan pada

suatu perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima oleh

pegawai dari pekerjaannya dibandingkan dengan apa yang

diharapkan, diinginkan dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas,

atau berhak baginya. Sementara setiap karyawan secara subjektif

menetukan bagaimana pekerjaan itu memuaskan.

Konsep kepuasan kerja berlaku dalam semua kondisi kerja,

baik itu dalam perusahaan, pemerintahan, sekolah, termasuk dalam

mempelajari pelajaran akuntansi. Tingkat kepuasan siswa dalam

mempelajari akuntansi merupakan salah satu aspek psikologis yang

mencerminkan perasaan siswa terhadap pelajaran akuntansi. Siswa

akan merasa puas apabila ada kesesuaian antara kemampuan,

keterampilan dan harapannya dengan pelajaran akuntansi yang

dihadapi. Sebaliknya siswa akan merasa tidak puas apabila terdapat

13

ketidakcocokan antara harapan, keterampilan dan kemampuannya

terhadap materi akuntansi yang ia pelajari di sekolah. Aplikasinya

pada pembelajaran siswa terhadap akuntansi yaitu satisfiers

mempunyai pengaruh memberikan motivasi untuk selanjutnya akan

menciptakan kepuasan siswa dalam mempelajari akuntansi dan

memberikan output optimum. Sedangkan dissatisfiers memberikan

efek negatif yaitu akan menciptakan ketidakpuasan siswa dalam

mempelajari akuntansi dan tentunya output yang tidak diharapkan.

Dalam proses belajar mengajar (PBM) akuntansi pengkondisian

satisfier sangat penting untuk dilakukan dan dissatisfier sebaiknya

diminimalkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan siswa

dalam mempelajari akuntansi bila dihubungkan dengan teori dua

faktor Herzberg adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Satisfiers dan Dissatisfiers dalam Mempelajari Akuntansi

Kepuasan Ketidakpuasan

1. Pencapaian prestasi individual siswa

dalam pelajaran akuntansi

2. Pengakuan atau aktualisasi diri

dalam PBM akuntansi

3. Pembelajaran akuntansi itu sendiri

4. Tanggungjawab diri untuk

mempelajari akuntansi

5. Pengembangan potensi individu

siswa dalam mempelajari akuntansi

1. Kondisi sosial ekonomi

keluarga

2. Kondisi PBM

akuntansi

3. Kebijaksanaan dan

administrasi sekolah

(guru)

4. Hubungan antar siswa

5. Kualitas supervisi guru

Sumber: Teori Herzberg, dengan modifikasi.

14

2.1.5 Pengertian Dissatisfier

Herzberg mendefinisikan faktor-faktor higienis atau

dissatisfiers sebagai faktor-faktor terkait dengan pekerjaan yang

tidak mencukupi.( Jeff Madura, 2001:5). Dalam Malayu S.P

Hasibuan (2001:228) Herzberg mengartikan maintenance factors

adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat

manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah.

Kebutuhan kesehatan ini menurut Herzberg merupakan

kebutuhan yang berlangsung terus menerus, karena kebutuhan ini

kembali pada titik nol setelah dipenuhi. Misalnya orang akan makan,

kemudian lapar lagi, lalu makan lagi, dan seterusnya.

Malayu S.P Hasibuan (2001:222) memandang dissatisfiers ini

adalah jenis motivasi negatif, yaitu dengan cara menajer memotivasi

bawahannya dengan memberikan hukuman kepada mereka yang

pekerjaannya kurang baik. Dengan kata lain dissatisfiers ini

merupakan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan

seseorang terhadap suatu pekerjaan tertentu.

2.1.6 Teori-teori hygienic factors

Teori motivasi-higiene yang dikemukakan oleh Herzberg

menyebutkan bahwa hubungan seorang individu dengan

pekerjaannya merupakan hubungan dasar dan bahwa sikapnya

terhadap kerja dapat sangat menentukan suskses atau kegagalan

15

individu itu. (Stephen P. Robbins, 2001: 168). Discrepancy theory

yang dipelopori oleh Porter menjelaskan bahwa kepuasan kerja

seseorang diukur dengan menghitung selisih apa yang seharusnya

dengan kenyataan yang dirasakan. Kemudian Locke dalam Moh

As’ad (1995:105) menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang

tergantung pada perbedaan antara apa yang diinginkan dengan apa

yang menurut perasaannya atau persepsinya telah diperoleh atau

dicapai melalui pekerjaannya. Orang akan puas bila tidak ada

perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas

kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan maka orang akan

menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat discrepancy tetapi

merupakan discrepancy positif. Sebaliknya makin jauh makin jauh

dari kenyataan yang dirasakan itu dibawah standar minimum

sehingga menjadi negatif discrepancy maka makin besar pula

ketidakpuasan seseorang dalam pekerjaannya.

Faktor-faktor ekstrinsik yaitu faktor pemeliharaan atau

hygienic factors (dissatisfiers) mencegah merosotnya semangat kerja

atau efisiensi, dan meskipun faktor-faktor ini tidak dapat

memotivasi, tetapi dapat menimbulkan ketidakpuasan kerja atau

menurunkan produktifitas. Perbaikan terhadap faktor-faktor

pemeliharaan akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan

kerja, tetapi tidak dapat dipergunakan sebagai sumber kepuasan

kerja. Faktor-faktor ini dapat diperbandingkan dengan pasta gigi.

16

Penyikatan gigi secara teratur tidak akan memperbaikinya, tetapi hal

itu membantu pencegahan kerusakan lebih lanjut (T Hani Handoko,

1995:259).

Peminimalan faktor-faktor pemeliharaan sebagai faktor negatif

(yang ekstrinsik) dapat mengurangi dan menghilangkan

ketidakpuasan kerja serta menghindarkan masalah, tetapi tidak akan

dapat digunakan untuk memotivasi bawahan (T Hani Handoko,

1995: 260). Faktor-faktor pemeliharaan ini meliputi hal-hal gaji,

kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang

menyenangkan, mobil dinas, rumah dinas, dan macam-macam

tunjangan lainnya. Hilangnya faktor- faktor pemeliharaan ini dapat

menyebabkan timbulnya ketidakpuasan dan absennya karyawan,

bahkan dapat menyebabkan banyak karyawan yang keluar. Faktor-

faktor pemeliharaan ini perlu mendapat perhatian yang wajar dari

pimpinan agar kepuasan dan kegairahan bekerja bawahan dapat

ditingkatkan. Maintenance factors ini bukanlah merupakan motivasi

bagi karyawan, tetapi merupakan keharusan yang diberikan oleh

pimpinan kepada mereka, demi kesehatan dan kepuasan bawahan.

Menurut Herzberg maintenance factors bukan alat motivator

sedangkan menurut Maslow merupakan alat motivator bagi

karyawan.

Faktor ekstrinsik atau faktor higienis atau dissatisfiers terdiri

dari gaji atau upah (wages or salaries), kondisi kerja (working

17

condition), kebijaksanaan dan administrasi perusahaan (policy and

administration), hubungan antar pribadi (interpersonal relation),

kualitas supervisi (quality supervisor).

2.1.7 Dissatisfiers pada Kepuasan Siswa dalam MempelajariAkuntansi

Dari teori-teori yang berkaitan dengan dissatisfiers diatas,

maka dalam penelitian ini menggunakan Teori Motivasi Higienis

dari Herzberg, karena menurut teori ini hygienic factors atau faktor-

faktor pemeliharaan (dissatisfiers) mempunyai pengaruh

menimbulkan ketidakpuasan kerja atau menurunkan produktifitas (T.

Hani Handoko, 1995:259). Teori ini bila diaplikasikan pada

pembelajaran siswa terhadap akuntansi yaitu dissatisfiers

memberikan efek negatif yaitu akan menciptakan ketidakpuasan

siswa dalam mempelajari akuntansi dan tentunya output yang tidak

diharapkan.

Faktor-faktor yang termasuk kedalam dissatisfiers yang

mempengaruhi tingkat kepuasan siswa dalam mempelajari akuntansi

bila dihubungkan dengan teori motivasi pemeliharaan Herzberg

adalah a) Kondisi sosial ekonomi keluarga; b) Kondisi PBM

akuntansi; c) Kebijaksanaan dan administrasi sekolah (guru); d)

Hubungan antar siswa; e) Kualitas supervisi guru.

Berikut ini penjelasan dari masing-masing faktor tersebut.

18

1) Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga

Dalam KBBI (2003) kodisi diartikan sebagai persyaratan,

keadaan. Kondisi sosial keluarga adalah keadaan yang ada didalam

keluarga yang meliputi interaksi dan hubungan komunikasi antar

sesama anggota keluarga (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:144).

Kondisi ekonomi keluarga diartikan sebagai tingkat kesejahteraan

keluarga yang meliputi tingkat pendapatan orang tua, sarana dan

fasilitas belajar yang dimiliki siswa di rumah.

Dari berbagai penelitian yang berhubungan dengan kondisi

sosial dan ekonomi keluarga didapat bahwa kondisi ini mempengaruhi

kepuasan belajar dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran. Hal ini

mengandung pengertian bahwa apabila keadaan sosial keluarga yang

kondusif dan keadaan ekonomi keluarga yang cukup maka siswa akan

belajar dengan tenang, mampu membeli perlengkapan pelajaran

seperti buku paket, lembar kerja siswa, dan alat-alat penunjang

belajar yang lain, maka akan meningkatkan semangat belajar siswa

dalam mempelajari akuntansi. Hal ini secara otomatis meminimalkan

ketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi.

2) Kondisi PBM Akuntansi

Kondisi proses belajar mengajar akuntansi diartikan suasana

belajar mengajar akuntansi didalam kelas. Hal ini berhubungan

dengan apakah susana didalam kelas ketika terjadi PBM akuntansi

tersebut kondusif atau tidak. Tingkat kondusifitas pembelajaran

19

akuntansi didalam kelas tergantung dari unsur-unsur dalam PBM itu

sendiri yang terdiri dari : a) Tujuan (pengetahuan, keterampilan, dan

nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan

belajar mengajar); b) Isi dan struktur mata pelajaran; c) Siswa (usia,

kemampuan, latarbelakang, motivasi, dan lain-lain); d) Pengajar

(filosofinya) tentang pendidikan dan pengajaran, kompetensinya

dalam teknik mengajar, kebiasaan, dan lain-lain.; e) Ketersediaan alat-

alat atau dana untuk pengadaannya, waktu persiapannya. f) Besar

kelas, jumlah jam pertemuan yang tersedia. (T. Raka Joni dalam Tim

Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:159)

3) Kebijaksanaan dan Administrasi Sekolah (Guru)

Kebijaksanaan dalam KBBI (2003) diartikan rangkaian konsep

dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan dalam suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara

bertindak (pemerintahan, organisasi, dsb). Sedangkan administrasi

didefinisikan usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta

penetapan cara-cara penyelenggaraan pembinaan organisasi. Usaha

dan kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kebijakan untuk

mencapai tujuan (KBBI,2003).

Kebijakan dan administrasi sekolah dalam hal ini guru

diartikan sebagai policy atau aturan-aturan yang diterapkan guru

kepada siswanya dalam hal pembelajaran akuntansi. Implementasinya

berupa penugasan-penugasan terstruktur yang telah ditentukan waktu

20

pengumpulannya, pengerjaan lembar kerja siswa, pekerjaan rumah,

termasuk cara atau teknik guru dalam menilai perkembangan siswa

dalam mempelajari akuntansi.

4) Hubungan Antar Siswa

Hubungan dalam KBBI (2003) diartikan sebagai keadaan

berhubungan, kontak, sangkut paut. Dalam teori hierarki kebutuhan

Maslow (Malayu S.P Hasibuan, 2001:225), disebutkan bahwa

affiliation or acceptance needs diartikan kebutuhan sosial, teman,

dicintai dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok siswa

dan lingkungannya. Manusia pada dasarnya selalu ingin hidup

berkelompok dan tidak seorang pun manusia ingin hidup menyendiri

di tempat terpencil. Karena manusia adalah mahluk sosial, sudah jelas

ia menginginkan kebutuhan-kebutuhan sosial yang terdiri dari empat

kelompok, yaitu: 1) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang

lain dilingkungan ia hidup dan tinggal (sense of belonging); 2)

Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa

dirinya penting (sense of importance); 3) Kebutuhan akan perasaan

maju dan tidak gagal (sense of achievement); dan 4) Kebutuhan akan

perasaan ikut serta (sense of participation).

Hubungan antar siswa dalam hal ini diartikan interaksi yang

terjadi antara individu siswa dengan individu siswa yang lain dalam

pembelajaran akuntansi. Hal ini bisa dilihat ketika mengerjakan

tugas-tugas kelompok, maupun diskusi. Ketika siswa terlibat dalam

21

pengerjaan tugas kelompok, maka bisa terlihat apakah siswa tersebut

berperan aktif atau tidak. Apakah individualisme nya muncul atau

tidak. Hubungan siswa yang terjalin baik, baik didalam kelas ketika

PBM akuntansi terjadi maupun diluar PBM, meminimalkan

ketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi.

5) Kualitas Supervisi Guru

Kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu; kadar derajat,

atau taraf. Sedangkan supervisi diartikan pengawasan utama;

pengontrolan tertinggi, dan penyeliaan (KBBI ,2003). Guru

merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan.

Kehadiran guru mutlak diperlukan didalamnya. Kalau hanya

ada anak didik tetapi guru tidak ada, maka tidak akan terjadi proses

belajar mengajar. Guru dituntut untuk bekerja secara profesional. Hal

ini menjadikan guru harus memiliki tiga macam kompetensi yaitu:

kompetensi personal, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Ketiganya mempunyai peranan masing-masing yang menyatu dalam

diri pribadi guru dalam dimensi kehidupan sekolah, dan masyarakat.

Kualitas pembelajaran guru bisa diihat dari indikator tiga

kompetensi tersebut. Apabila ketiga kompetensi tersebut sudah

bisa terpenuhi, maka kualitas guru pun sudah terukur. Begitu pula

sebaliknya apabila seorang guru belum bisa memenuhi kompetensi

tersebut, maka belum bisa diakatakan guru berkualitas.

22

Kualitas pembelajaran guru akuntansi bisa diukur dari

profesionalitas dalam mengajar akuntansi, memilki kepribadian yang baik

juga mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Guru yang

menyenangkan, tidak menakutkan, disegani muridnya tetapi tegas dalam

mengambil tindakan akan membuat suasana kondusif sehingga akan

meningkatkan semangat belajar siswa yang implikasinya akan mengeliminir

ketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi.

2.2. Penelitian yang Relevan

Dewi Retno Indriati (2010) Fakultas Ekonomi Universitas

Diponegoro Semarang dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Tingkat

Kualitas Pelayanan Jasa Puskesmas Terhadap Kepuasan Pasien (Studi Pada

Puskesmas Gunungpati Semarang)” dengan hasil kesimpulan penelitian

yaitu diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut Y = 36

X1+0,124 X2 +0,191 X3 +0,094 X4 -0,06 X5. Berdasarkan analisis regresi

linier berganda, dilihat bahwa yang paling berpengaruh terhadap variabel

kepuasan konsumen adalah variabel bukti langsung dengan nilai koefisien

regresi sebesar 0,36 (36 persen). Variabel kehandalan berpengaruh positif

tetapi tidak signifikan dengan nilai koefesien regresi sebesar 0,124 (12,4

persen). Variabel jaminan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan dengan

nilai koefesien regresi sebesar 0,164 (16,4 persen). Variabel daya tanggap

berpengaruh positif tetapi tidak signifikan dengan nilai koefesien regresi

sebesar 0,094 (9,4 persen). Sedangkan variabel empati tidak berpengaruh

positif dan juga tidak signifikan terhadap kepuasan konsumen. Hal ini dapat

23

ditunjukkan nilai signifikan (P value) sebesar 0,623 yang lebih besar dari

0,05. Pada pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F (secara bersama-

sama atau smultan) dapat dijelaskan bahwa kelima variable yaitu bukti

langsung (X1) kehandalan (X2), jaminan (X3), daya tanggap (X4) dan empati

(X5) terhadap variabel terikat kepuasan konsumen (Y) secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Hal ini ditunjukkan dari nilai F

hitung sebesar 11,186 dengan angka signifikansi (P Value) sebesar

0,000<0,05. Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan adalah 0,34.

Hal ini berarti sebesar 34 persen perubahan variabel kepuasan konsumen

dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bukti langsung, kehandalan,

jaminan, daya tanggap, dan empati secara bersama-sama.

Ratih Hardiati (2010) Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

Semarang dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan

Terhadap Kepuasan Konsumen Menggunakan Jasa Penginapan (Villa)

Agrowisata Kebun Teh Pagilaran dengah hasil penelitian berdasarkan pada

hasil analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan didapatkan

persamaan regresi sebagai berikut: Y = 0,271 X1 + 0,197 X2 + 0,201 X3 +

0,316 X4 + 0,165 X5 Dari persamaan regresi tersebut dapat diketahui bahwa

koefisien dari persamaan regresi adalah positif.

Yulia Dirmansyah 2005 Fakultas Ilmu Social Universitas Negeri

Semarang dengan judul penelitian “Analisis Tingkat Kepuasan Siswa

Dalam Mempelajari Akuntansi (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI Jurusan

IPS SMAN 1 Purworejo Tahun Ajaran 2004/2005)”

24

2.3. Kerangka Konsep

Pembelajaran akuntansi di jurusan IPS SMA merupakan satu

kegiatan wajib yang dilakukan sesuai dengan amanat kurikulum. Fungsi

pengajaran akuntansi di SMA adalah untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggungjawab melalui

prosedur pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran transaksi keuangan

yang terjadi selama periode pembukuan. Tujuan mempelajari akuntansi di

sekolah adalah membekali siswa dengan berbagai kompetensi dasar.

Dengan berbagai kompetensi tersebut siswa diharapkan mampu menguasai

dan menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi

yang benar, baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi maupun terjun ke masyarakat sehingga memberikan manfaat bagi

kehidupan siswa dan masyarakat di sekitarnya (Depdiknas 2003:2).

Porsi pembelajaran materi akuntansi di jurusan IPS lebih besar

dibandingkan dengan kelas 10. Bagi sebagian besar siswa, materi akuntansi

biasanya dijadikan momok, karena tingkat kesulitan mempelajarinya lebih

tinggi diantara ilmu-ilmu sosial yang lain, yang disebabkan materi

akuntansi berhubungan dengan angka- angka yang menuntut ketelitian

yang tinggi. Oleh karena itu sangat penting adanya sebuah kepuasan yang

tinggi pula untuk mempelajari akuntansi ini agar output yang tinggi dapat

dicapai.

Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa satisfiers mempunyai

pengaruh memberikan motivasi untuk selanjutnya akan menciptakan

25

kepuasan siswa dalam mempelajari akuntansi dan memberikan output

optimum. Sedangkan dissatisfiers memberikan efek negatif yaitu akan

menciptakan ketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi dan

tentunya output yang tidak diharapkan. Sehingga kerangka berfikirnya

adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

Sumber: Teori Herzberg, dengan modifikasi

DISSATISFIERS:

1. Kondisi sosial ekonomi keluarga

2. Kondisi PBM akuntansi

3. Kebijaksanaan dan administrasi

sekolah (guru)

4. Hubungan antar siswa

5. Kualitas supervisi guru

SATISFIERS:

1. Pencapaian prestasi individual

siswa dalam pelajaran akuntansi

2. Pengakuan atau aktualisasi diri

dalam PBM akuntansi

3. Pembelajaran akuntansi itu sendiri

4. Tanggungjawab diri untuk

mempelajari akuntansi

5. Pengembangan potensi individu

siswa dalam mempelajari

akuntansiTingkat

kepuasan siswa

dalam

mempelajari

akuntansiMotivasi

26

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Berdasarkan sifatnya penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian

study kasus karena penelitian ini hanya mengumpulkan data, mencari fakta,

kemudian menjelaskan dan menganalisis data yaitu dengan cara

pengumpulan dan penyusunan data, selanjutnya dianalisis dan

diinterprestasikan berdasarkan landasan teori yang ada.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 10 minggu yaitu mulai dari bulan

Agustus s/d bulan Oktober. Hal ini dilakukan untuk menggali guna

memperoleh data yang ada sebagai dasar analisa data. Rincian dapat dilihat

pada table 3.1

Table : 3.1. Rincian waktu penelitian

Waktu KegiatanAGT SEPTEMBER OKTOBER

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan X X X

Pelaksanaan X X X

Analisis Data X X

Penyusunan X X

Adapun tempat penelitian yang penulis lakukan adalah pada SMAN

1 Sakra Tahun 2013

27

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang

ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga

disebut studi populasi atau studi sensus (Suharsimi Arikunto, 1998:115).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan IPS

SMAN 1 Sakra dengan ukuran populasi 76 siswa. Dikarenakan semua unit

populasi dapat terjangkau dan dimungkinkan tidak terjadi kerusakan data,

maka penelitian ini menggunakan penelitian sensus.

3.4 Variabel Penelitian

Sutrisno Hadi dalam Suharsimi Arikunto (1998 : 97)

mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis

kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi : laki-laki dan

perempuan; berat badan, karena ada 40 kg, 50 kg dan sebagainya. Gejala

adalah obyek penelitian, sehingga variabel adalah obyek penelitian yang

bervariasi.

Suharsimi Arikunto (1998:97) menegaskan bahwa variabel adalah

objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian,

berikut ini adalah operasional variabel dari penelitian.

28

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Sub Variabel Indikator SkalaSatisfiers 1. Pencapaian

prestasi individual

siswa dalam

pelajaran

akuntansi

Pencapaian pengetahuan

(kognitif)

Pencapaian keterampilan

dalam akuntansi

Ordinal

2. Pengakuan atau

aktualisasi diri

dalam PBM

akuntansi

Keaktifan siswa

Aktualisasi diri siswa

dalam PBM akuntansi

3. Pembelajaran

akuntansi itu

sendiri

Peran siswa dan guru

dalam PBM akuntansi

Porsi penyampaian materi

akuntansi

4. Tanggungjawab

diri untuk

mempelajari

akuntansi

Tanggung jawab siswa

dalam pengerjaan tugas

Tanggung jawab siswa

untuk mempelajari

akuntansi

5. Pengembangan

potensi individu

siswa dalam

mempelajari

akuntansi

Pengembangan materi

diluar buku paket dan

catatan

Pembelajaran tambahan

akuntansi diluar jam

pelajaran sekolah

Dissatisfiers 1. Kondisi sosial

ekonomi keluarga

Dorongan semangat dan

motivasi orang tua

Dukungan materil, sarana

dan prasarana belajar

29

2. Kondisi PBM

akuntansi

Kondusifitas suasana

pembelajaran akuntansi

Unsur-unsur pendukung

dalam PBM akuntansi

Ordinal

3. Kebijakan dan

administrasi

sekolah (guru)

Kebijakan guru dalam

administrasi

Kebijakan guru dalam

pemberian nilai

4. Hubungan antar

siswa

Hubungan individu siswa

dengan teman sekelas

Hubungan siswa dengan

siswa lain dalam

pembelajaran

5. Kualitas supervisi

guru

Kualitas guru secara

personal,

profesional, dan social

Metoda guru mengajar

dalam mencapai

kondusifitas PBM

3.5 Metode Pengumpulan Data dan Instrumentasi

3.5.1 Metode Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Metode Observasi digunakan untuk mengetahui keadaan

SMAN 1 Sakra dengan berbagai permasalahan yang relevan

dengan permasalahan dalam penelitian. hal ini dilakukan di dalam

pra penelitian untuk mengetahui kondisi di Sekolah tersebut.

30

b. Metode Angket

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi

Arikunto, 1998:140)

Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk

memperoleh informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan

satisfiers dan dissatisfiers sebagai bagian dari tingkat kepuasan

siswa dalam mempelajari akuntansi.

c. Metode Wawancara

Metode ini digunakan sebagai metode penunjang dalam

melengkapi data sehingga diperoleh deskripsi variabel yang

komprehensif.

d. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data

yang diperoleh melalui sumber tertulis (Suharsimi Arikunto,

1998:149). Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui data

statistik seperti jumlah siswa, monografi sekolah, struktur

organisasi sekolah, dan sebagainya.

e. Metode Skala Likert

Skala Likert adalah metode yang dipergunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial telah ditetapkan secara spesifik oleh

31

peneliti dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang

diukur di jabarkan menjadi komponen-komponen yang dapat

terukur, komponen-komponen ini terukur kemudian dijadikan titik

tolak untuk menyusun item instrumen-instrumen berupa

pertanyaan-pertanyaan yang kemudian dijawab oleh responden.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert

mempunyai gradasi positif dan negative.

Pada penelitian ini sendiri menggunakan jawaban antara lain :

Kriteria Tingkat Penilaian untuk pertanyaan positif

Kriteria Tingkat Penilaian untuk Pertanyaan Negatif

KETERANGAN BOBOT

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Kurang Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

KETERANGAN BOBOT

Sangat Setuju 1

Setuju 2

Netral 3

Kurang Setuju 4

Sangat Tidak Setuju 5

32

3.5.2 Instrumentasi

a. Validitas Instrumen

Validitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu

instrumen yang valid atau sahih mempunyai kevalidan yang

tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki validitas

rendah. (Suharsimi Arikunto, 1998:160)

Dalam penelitian ini menggunakan validitas internal yaitu

dengan cara melakukan analisis butir. Validitas internal dicapai

bila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan

instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen

dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian

instrumen mendukung “missi” instrumen secara keseluruhan,

yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud.

Untuk menguji validitas setiap butir maka skor-skor yang

ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total.

Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang

sebagai nilai Y. Dengan diperolehnya indeks validitas setiap

butir dapat diketahui dengan pasti butir-butir manakah yang tidak

memenuhi syarat ditinjau dari validitasnya (Suharsimi Arikunto,

1998:169).

Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product

moment yaitu sebagai berikut:

33

rxy =∑ (∑ )(∑ )( ∑ (∑ ) ) ( ∑ (∑ ) )

Keterangan:

Rxy = Koefisien korelasi skor item dan skor total

ΣX = Jumlah skor item

ΣY = Jumlah skor total

ΣXY = Jumlah perkalian skor item dengan skor total

ΣX2 = Jumlah kuadrat skor item

ΣY2 = Jumlah kuadrat skor total

N = Banyaknya subyek

(Suharsimi Arikunto, 2002:146)

Untuk menentukan valid tidaknya alat ukur atau instrumen

tersebut dengan cara mengkonsultasikan hasil perhitungan korelasi

dengan tabel harga kritis dan r product moment pada taraf

kepercayaan 95 % atau taraf signifikansi 5 %. Apabila perhitungan

koefisien korelasi lebih besar dibandingkan dengan nilai yang ada

pada r tabel , maka dinyatakan sudah valid sehingga instrumen sudah

layak.

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen menunjukkan suatu penelitian bahwa

sebuah instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai

pengumpulan data karena instrumen itu sudah baik, sehingga mampu

dan dapat mengungkapkan data yang dipercaya.

34

Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen

yang skornya bukan 1 dan 0 misalnya angket atau soal bentuk

uraian.

r11 =( ) (1 − ∑∑ )

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir atau banyaknya soal∑ σ b = jumlah varians butir∑ σ i = varians total (Suharsimi Arikunto, 1998:193)

3.6 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan adalah metode Analisis Deskriptif yaitu

suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskrifsikan fenomena-

fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan

manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk aktifitas, karakteristik,

perubahan, hubungan, kesamaan, perbedaan antara fenomena yang satu

dengan fenomena lainnya (Sukmadinata.2006;72 ). Metode ini digunakan

untuk mendeskripsikan masing-masing indikator dalam setiap variabel agar

lebih mudah dalam memahaminya, maksudnya adalah data yang diperoleh

dikuantitatifkan untuk mempermudah dalam menggambarkan keadaan

suatu obyek atau peristiwa yang bersifat sebagai data kualitatif. Dalam

penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji variabel yang

35

ada dalam penelitian dengan demikian dapat diketahui tingkat kepuasan

siswa dalam mempelajari akuntansi. Secara garis besar analisis data meliputi

tiga langkah yaitu: a) Persiapan; b) Tabulasi; c) Penerapan data sesuai

dengan pendekatan penelitian.

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah:

3.6.1 Mengecek kelengkapan data.

3.6.2 Jenis pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel

satisfiers dan dissatisfiers dilakukan dengan ketentuan sebagai

berikut:

1. Untuk soal bernomor ganjil, yaitu sebanyak 50% (lima puluh

: persen) dari jumlah soal/item angket digunakan pertanyaan

positif.

2. Untuk soal bernomor genap, yaitu sebanyak 50% (lima puluh

persen) dari jumlah soal/item angket digunakan pertanyaan

negatif.

3.6.3 Menghitung jumlah jawaban untuk masing-masing butir pertanyaan

sesuai dengan kategori masing-masing.

3.6.4 Menginterpretasikan jumlah yang diperoleh dengan menggunakan

analisis deskriptif agar dapat diketahui bahwa faktor satisfiers

mempunyai pengaruh memberikan motivasi untuk selanjutnya akan

menciptakan kepuasan siswa dalam mempelajari akuntansi dan

memberikan output yang optimum. Sedangkan faktor dissatisfiers

memberikan efek yang negatif yang akan menciptakan ketidak

36

puasan siswa dan akan memberikan output yang tidak diharapkan.

Hal itu akan dapat diketahui melalui pilihan jawaban dari responden

yaitu sangat setuju, setuju, netral, kurang setuju dan tidak setuju, dan

melalui jawaban dari responden tersebut dapat diambil kesimpulan

tentang tingkat kepuasan siswa dalam mempelajari akuntansi pada

sekolah tersebut.

37

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Faktor-Faktor Satisfiers pada Tingkat Kepuasan Siswa dalamMempelajari Akuntansi

Aplikasi Teori Herzberg tentang kepuasan kerja pada pembelajaran

siswa terhadap akuntansi yaitu satisfiers mempunyai pengaruh memberikan

motivasi untuk selanjutnya akan menciptakan kepuasan siswa dalam

mempelajari akuntansi dan memberikan output optimum. Faktor-faktor

satisfiers yang mempengaruhi tingkat kepuasan siswa dalam mempelajari

akuntansi bila dihubungkan dengan teori motivasi pemeliharaan Herzberg

adalah sebagai berikut: 1) Pencapaian prestasi individual siswa dalam

pelajaran akuntansi; 2) Pengakuan atau aktualisasi diri dalam PBM

akuntansi; 3) Pembelajaran akuntansi itu sendiri; 4) Tanggungjawab diri

untuk mempelajari akuntansi; dan 5) Pengembangan potensi individu siswa

dalam mempelajari akuntansi.

Berikut ini adalah pembahasan untuk masing-masing faktor.

4.1.1 Pencapaian Prestasi Individual Siswa dalam Pelajaran Akuntansi

Pencapaian prestasi individual siswa dalam pelajaran akuntansi

diartikan sebagai pencapaian pengetahuan dan keterampilan dalam bidang

akuntansi atau penguasaan materi akuntansi secara keseluruhan dalam

kegiatan belajar mengajar akuntansi di sekolah. Pencapaian atau

achievement ini tidak selalu dihubungkan dengan prestasi atau output

dalam bentuk nilai. Pencapaian ini lebih dihubungkan dengan kondisi

38

psikologis dimana individu merasa sudah mencapai keterampilan dan

pengetahuan dalam bidang akuntansi selama dan setelah proses belajar

mengajar akuntansi berlangsung.

4.1.1.1. Tingkat Kedalaman Pengetahuan Materi Akuntansi

Tingkat kedalaman pengetahuan materi akuntansi mengandung

pengertian seberapa dalam pengetahuan akuntansi diberikan oleh guru

dalam pembelajaran akuntansi di kelas. Dari hasil penelitian dapat diketahui

jawaban responden pada soal nomor satu (pertanyaan positif) tentang

tingkat kedalaman pengetahuan materi akuntansi yang tertera dalam tabel

4.1 berikut.

Tabel 4.1 Tingkat Kedalaman Pengetahuan Materi Akuntansi

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

73

3

0

0

0

96,05

3,95

0

0

0

Jumlah 76 100Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa seluruh siswa setuju

ketika pembelajaran akuntansi di dalam kelas, siswa mendapatkan

pengetahuan yang mendalam tentang materi akuntansi. Jumlah persentase

untuk jawaban ini adalah sebesar 100% (96,05% menjawab sangat setuju

dan 3,95% menjawab setuju).

39

Hal ini mengindikasikan adanya keinginan dari seluruh responden

untuk mendapatkan pengetahuan yang mendalam tentang materi akuntansi,

terlepas dari nilai akuntansi yang akan didapat. Pencapaian pengetahuan dan

keterampilan dalam akuntansi lebih essensial dari pada pencapaian output

yang berupa nilai, karena nilai akhir tidak selalu menggambarkan

pencapaian pengetahuan dan keterampilan siswa dalam akuntansi. Hal ini

disebabkan karena nilai akhir ditentukan dari berbagai faktor. Pencapaian

pengetahuan dan keterampilan dalam akuntansi hanyalah salah satu faktor

yang ikut berkontribusi pada penentuan nilai akhir siswa. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kepuasan siswa dalam mempelajari akuntansi dapat

tercapai jika siswa mendapatkan pengetahuan materi akuntansi yang

mendalam.

4.1.1.2. Keseimbangan Penguasaan Teoritis dan Keterampilan

Dalam PBM akuntansi dibutuhkan adanya keseimbangan penguasan

teoritis dan keterampilan. Pemberian materi akuntansi teoritis saja tanpa

diimbangi materi praktikal akan membuat pembelajaran menjadi pincang.

Apabila terjadi kondisi bahwa pembelajaran materi akuntansi hanya

ditujukan untuk penguasaan secara teoritis saja tanpa diikuti dengan

penguasaan keterampilan pengerjaan soal-soal latihan, dari jawaban

responden pada soal nomor 2 (pertanyaan negatif) tentang keseimbangan

penguasaan teoritis dan keterampilan tertera dalam tabel 4.2 dibawah ini.

40

Tabel 4.2 Keseimbangan Penguasaan Teoritis dan Keterampilan

NoPilihan Jawaban Jumlah

Responden %

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

0

3

9

27

37

0

3,95

11,84

35,52

48,69

Jumlah 76 100

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas terlihat bahwa sebagian besar

responden tidak setuju bila pemberian materi akuntansi hanya untuk

penguasaan secara teori saja dan mengabaikan kemampuan penguasaan

keterampilan dalam mengerjakan soal. Jumlah persentase untuk jawaban ini

adalah 84,21 % (48,69% menjawab tidak setuju dan 35,52% menjawab

kurang setuju).

Hal ini mengindikasikan keinginan dari sebagian besar responden

akan adanya keseimbangan antara penguasaan teoritis dan penguasaan

keterampilan pengerjaan soal-soal latihan akuntansi. Pencapaian penguasaan

teoritis tanpa diikuti oleh penguasaan keterampilan, tidak akan menuju pada

kepuasan siswa dalam mempelajari akuntansi dan tentunya pencapaian

tujuan pembelajaran akuntansi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kepuasan siswa dalam mempelajari akuntansi akan tercapai jika terdapat

keseimbangan antara penguasaan teoritis dan penguasaan keterampilan

pengerjaan soal-soal latihan akuntansi.

41

4.1.2 Pengakuan atau Aktualisasi Diri Dalam PBM Akuntansi

Pengakuan atau aktualisasi diri dalam PBM akuntansi diartikan

sebagai kemampuan siswa untuk menggunakan kecakapan, keterampilan,

dan potensi optimalnya untuk mengaktualisasikan dirinya dalam

pembelajaran akuntansi. Kebutuhan aktualisasi diri dalam PBM akuntansi

ini berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.

4.1.2.1. Persamaan Hak Siswa untuk Mengajukan Pertanyaan dalamForum Diskusi

Salah satu bentuk perwujudan persamaan hak dalam pembelajaran

akuntansi adalah dengan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap

siswa dalam forum diskusi untuk mengajukan pertanyaan. Dari hasil

penelitian dapat diketahui jawaban responden pada soal nomor 3

(pertanyaan positif) tentang persamaan hak siswa untuk mengajukan

pertanyaan dalam forum diskusi yang tertera dalam tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Persamaan Hak Siswa untuk Mengajukan Pertanyaan dalamForum Diskusi

No Pilihan Jawaban JumlahResponden

%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

52

22

2

0

0

68,42

28,95

2,63

0

0

Jumlah 76 100Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Dari tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden setuju bila setiap siswa diberikan hak yang sama untuk

42

mengajukan pertanyaan dalam forum diskusi pelajaran akuntansi. Hal ini

tampak dari persentase jawaban sebesar 97,37% (68,42% sangat setuju dan

28,95% menjawab setuju).

Hal ini mengindikasikan keinginan dari sebagian besar responden

akan adanya persamaan hak siswa untuk mengajukan pertanyaan dalam

forum diskusi akuntansi. Guru dituntut untuk tidak membeda-bedakan

siswanya, karena setiap siswa memiliki hak yang sama dan ingin

diperlakukan sama. Siswa ingin diberi kebebasan untuk mengaktualisasikan

dirinya dalam pembelajaran akuntansi. Hal ini akan membuat siswa puas

dalam mempelajari akuntansi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan

siswa dalam mempelajari akuntansi akan tercapai bila terdapat persamaan

hak siswa untuk mengajukan pertanyaan dalam forum diskusi akuntansi.

4.1.2.2. Persamaan Hak Setiap Siswa untuk Mengerjakan Soal Latihandi Papan Tulis dalam PBM Akuntansi

Dalam PBM akuntansi pengerjaan soal-soal latihan biasanya

dilakukan di papan tulis dengan tujuan agar guru bisa mengetahui

keberanian dan tingkat penguasaan materi akuntansi siswa. Apabila terdapat

kondisi bahwa pengerjaan soal - soal latihan hanya dilakukan oleh siswa

yang paling pintar di kelas maka berdasarkan penelitian diketahui hasil

jawaban responden pada soal nomor 4 (pertanyaan negatif) terhadap

permasalahan tersebut yang disajikan dalam tabel 4.4 berikut.

43

Tabel 4.4 Pengerjaan Soal-Soal Latihan yang Hanya Dilakukan oleh Siswayang Paling Pintar

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

1

3

13

20

39

1,32

3,95

17,11

26,31

51,31

Jumlah 76 100Sumber : Data primer yang diolah (lampiran 5)

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa hanya empat

orang yang setuju bila pengerjaan soal-soal latihan akuntansi dipapan tulis

hanya dilakukan oleh siswa yang paling pintar di kelas. Sedangkan 51,31%

menjawab tidak setuju dan 26,31% menjawab kurang setuju) dari total

responden.

Hal ini mengindikasikan keinginan dari sebagian besar responden

akan adanya persamaan hak siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan

di papan tulis. Guru pelajaran akuntansi hendaknya memberikan persamaan

hak dalam pembelajaran akuntansi, tanpa pilih kasih terutama karena factor

kecerdasan siswa, karena hal ini akan membuat siswa merasa puas dalam

mempelajari akuntansi. Individual differences yang dimiliki siswa yang

heterogen hendaknya diperlakukan dengan sewajarnya. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kepuasan siswa mempelajari akuntansi akan tercapai

bila terdapat persamaan hak siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan.

44

4.1.3. Proses Pembelajaran Akuntansi di Kelas

Pembelajaran akuntansi itu sendiri maksudnya bagaimana proses

belajar mengajar akuntansi dapat diikuti oleh siswa dalam kelas. Perlu

diketahui apakah siswa bersemangat dalam mengikuti pelajaran

akuntansi atau tidak. Hal ini bergantung pada semangat belajar siswa itu

sendiri yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari luar.

4.1.3.1. Peran Guru sebagai Fasilitator dan Motivator dalam PBMAkuntansi

Peran guru dalam pembelajaran akuntansi sekarang berbeda dari

tahun-tahun sebelumnya yang menganggap guru sebagai sentral atau pusat

dalam pembelajaran. Transfer ilmu pengetahuan dilakukan guru setiap kali

masuk kelas untuk memberikan pelajaran akuntansi. Hal ini kemudian

dirasakan hasilnya kurang efektif sehingga para penentu kebijakan

pendidikan membuat penyempurnaan kurikulum. Penyempurnaan

kurikulum sehingga menghasilkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

lebih mengedepankan keaktifan siswa dalam pembelajaran akuntansi.

Dari hasil penelitian dapat diketahui jawaban responden pada soal nomor 5

(pertanyaan positif) tentang peran guru sebagai fasilitator dan motivator

dalam PBM akuntansi yang tertera dalam tabel 4.5 berikut.

45

Tabel 4.5 Peran Guru sebagai Fasilitator dan Motivator dalam PBMAkuntansi

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

35

16

15

2

8

46,05

21,05

19,74

2,63

10,53

Jumlah 76 100

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

siswa sangat setuju bila peran guru dalam pembelajaran sebagai pemberi

motivasi dan fasilitator saja, dan yang mengambil peran aktif adalah siswa-

siswanya saja. Hal ini tampak pada persentase sebesar 67,1% (46,05%

sangat setuju dan 21,05% setuju) dari jumlah siswa.

Hal ini mengindikasikan keinginan dari sebagian besar siswa agar

guru berperan sebagai fasilitator dan motivator saja dalam pembelajaran

akuntansi di kelas. Hal ini juga mengindikasikan adanya keinginan dari

sebagian besar siswa untuk aktif dalam pembelajaran akuntansi. Dominasi

guru tidak diperlukan lagi dalam pembelajaran akuntansi, terlebih kurikulum

yang terbaru mengharuskan siswa untuk mengambil peran aktif dalam PBM

akuntansi. Metode ceramah yang biasa dipakai guru tidak akan efektif untuk

semua materi akuntansi yang lebih banyak kearah praktikal. Metode ini

sebaiknya dijadikan sebagai pelengkap untuk mengungkapkan hal-hal baru

yang terjadi dalam perkembangan materi pelajaran akuntansi.

46

4.1.3.2. Porsi Penyampaian Materi Akuntansi

Dalam PBM akuntansi penyampaian materi akuntansi menuntut

porsi yang proporsional. Terlebih pelajaran akuntansi lebih banyak ke arah

pendekatan praktis. Porsi penyampaian materi akuntansi disesuaikan dengan

pokok bahasan yang akan diajarkan. Perlu diketahui apakah pokok bahasan

tersebut menuntut guru untuk memberikan materi teoritis lebih besar

dibandingkan dengan praktik atau sebaliknya. Apabila terdapat kondisi

bahwa porsi penyampaian materi akuntansi secara teoritis lebih besar

dibandingkan dengan praktek latihan dalam semua materi akuntansi,

maka berdasarkan penelitian diketahui hasil jawaban responden pada soal

nomor 6 (pertanyaan negatif) terhadap permasalahan tersebut yang disajikan

dalam tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Porsi Penyampaian Materi Akuntansi Secara Teoritis Lebih BesarDibandingkan Praktik Latihan

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

1

5

19

33

18

1,32

6,57

25

43,42

23,69

Jumlah 76 100Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Dari tabel 4.6 di atas tampak bahwa hanya enam siswa yang setuju

bila porsi penyampaian materi akuntansi secara teoritis lebih besar

dibandingkan dengan praktek latihan. Dan jelas jawaban tidak setuju

47

mendominasi jumlah responden yaitu sebesar 67,11 % (43,42% menjawab

tidak setuju dan 23,69% menjawab kurang setuju).

Hal ini mengindikasikan keinginan sebagian besar responden akan

adanya proporsionalitas porsi penyampaian materi akuntansi secara teoritis

dan praktik latihan. Hal ini juga mengindikasikan adanya keinginan

siswa agar porsi penyampaian materi akuntansi teoritis tidak harus

mendominasi dalam pembelajaran. Porsi penyampaian materi akuntansi

secara teoritis dan praktik harus disesuaikan dengan materi yang akan

diajarkan. Untuk materi yang berhubungan dengan sejarah akuntansi dan

perkembangannya misalnya, tentunya metode ceramah akan lebih efektif

bila dibandingkan dengan metode lainnya. Akan tetapi bila materinya adalah

pembuatan jurnal khusus misalnya, maka ceramah hanya dijadikan sebagai

pelengkap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan siswa dalam

mempelajari akuntansi akan tercapai bila terdapat proporsionalitas porsi

penyampaian materi akuntansi secara teoritis dan praktik latihan.

4.1.4. Tanggungjawab Diri untuk Mempelajari Akuntansi.

Tanggungjawab diri untuk mempelajari akuntansi maksudnya adalah

bagaimana siswa dapat menanggung segala sesuatu yang berhubungan

dengan pelajaran akuntansi. Apakah siswa ini akan menuntaskan

pembelajaran, yaitu mengikuti proses pembelajaran akuntansi dalam kelas

dari awal sampai akhir pembelajaran atau tidak. Tanggungjawab diri untuk

mempelajari akuntansi tidak hanya terbatas pada PBM di dalam kelas saja,

48

melainkan mempelajari akuntansi dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru

mata pelajaran di luar kelas.

4.1.4.1. Tanggungjawab Diri Siswa untuk Mengerjakan PR Akuntansi

Pekerjaan rumah pelajaran akuntansi diberikan guru dengan tujuan

agar siswa mempelajari materi akuntansi lebih intensif lagi di rumah. Hal ini

menuntut tanggungjawab diri yang besar untuk mempelajari akuntansi.

Akan tetapi tidak semua siswa mempunyai tanggungjawab yang besar

untuk mengerjakan PR akuntansi di rumah. Pekerjaan rumah biasanya

dikerjakan siswa untuk dibahas di dalam kelas. Apabila terdapat kondisi

bahwa siswa yang tidak mengerjakan PR akuntansi tidak diperbolehkan

untuk mengikuti pelajaran akuntansi, maka berdasarkan penelitian diketahui

hasil jawaban responden terhadap permasalahan atau soal nomor 7 pada

lampiran 2 (pertanyaan positif) tersebut yang disajikan dalam tabel 4.7

berikut.

Tabel 4.7 Tidak Diperbolehkannya Siswa untuk Mengikuti PelajaranAkuntansi Karena Tidak Mengerjakan PR

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

48

10

7

9

2

63,16

13,16

9,21

11,84

2,63

Jumlah 76 100

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

49

Dari tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa

setuju apabila ada siswa yang tidak bertanggungjawab mengerjakan PR

akuntansi, tidak diperkenankan mengikuti pelajaran akuntansi. Hal ini

terlihat pada jumlah persentase sebesar 76,32% (63,16% sangat setuju dan

13,16% setuju kalau tidak diperbolehkannya siswa untuk mengikuti

pelajaran akuntansi karena tidak mengerjakan PR ) dari total responden.

Hal ini mengindikasikan adanya keinginan siswa untuk memiliki

tanggungjawab diri untuk mempelajari akuntansi, karena dalam mastery

learning (belajar tuntas) materi akuntansi, tanggungjawab diri ini sangat

diperlukan. Bila seseorang sudah memiliki tanggungjawab diri untuk

mempelajari akuntansi, maka seberapa besar hambatannya pun tidak akan

mengabaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru akuntansi. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa kepuasan siswa dalam mempelajari akuntansi

akan tercapai bila terdapat tanggungjawab diri yang besar untuk

mempelajari akuntansi.

4.1.4.2. Tanggungjawab untuk Mengerjakan Tugas

Pemberian tugas akuntansi pada prinsipnya sama dengan

pemberian pekerjaan rumah. Keduanya menuntut tanggungjawab diri siswa

untuk mempelajari akuntansi diluar PBM akuntansi yang dilakukan di kelas.

Pengerjaan tugas akuntansi menuntut keseriusan yang tinggi dari diri siswa.

Siswa dituntut untuk memprioritaskan pengerjaan tugas akuntansi dan

mengesampingkan aktivitas-aktivitas lain yang kurang perlu. Apabila

terdapat kondisi bahwa bila esok hari ada tugas akuntansi yang harus

50

dikumpulkan pada jam pertama, sedangkan hari ini siswa menonton TV di

rumah tanpa memperdulikan tugas tersebut, maka berdasarkan penelitian

diketahui hasil jawaban responden pada soal nomor 8 (pertanyaan negatif

pada lampiran 2) terhadap permasalahan tersebut yang disajikan dalam tabel

4.8 berikut.

Tabel 4.8 Tanggungjawab Diri Siswa untuk Mengerjakan Tugas

No Pilihan Jawaban JumlahResponden

%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

1

7

12

24

32

1,32

9,21

15,78

31,58

42,11

Jumlah 76 100

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Dari data di atas diketahui bahwa 73,69% (42,11% tidak setuju dan

31,58% menjawab kurang setuju) dari total responden terhadap

permasalahan di atas. Hal ini mengindikasikan kepuasan siswa dalam

mempelajari akuntansi dapat tercapai bila siswa memiliki rasa

tanggungjawab diri yang besar dalam mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan oleh guru mata pelajaran akuntansi.

4.1.5. Pengembangan Potensi Individu Siswa dalam MempelajariAkuntansi

Pengembangan potensi individu siswa dalam mempelajari akuntansi

diartikan proses yang dilakukan siswa untuk mengembangkan pelajaran

51

akuntansi. Jadi, siswa tidak hanya mampu mempelajari materi yang

diajarkan oleh guru yang berasal adari buku panduan atau buku wajib

akuntansi, tetapi mampu mengembangkan sendiri materi yang telah

diajarkan terutama kearah pendekatan praktis. Misalnya saja dalam materi

bukti transaksi perusahaan dagang, siswa tidak hanya mampu mengenali

faktur-faktur penjualan, pembelian dan sebagainya, tetapi mampu melihat

secara riil bukti-bukti tersebut walaupun tidak disediakan di kelas oleh guru.

4.1.5.1. Tambahan Materi Akuntansi dari Literatur Lain

Materi akuntansi yang diberikan guru biasanya hanya pengulangan

dari materi yang diberikan tahun sebelumnya, tanpa mengikuti

perkembangan yang terjadi dalam akuntansi secara aktual. Pemberian

materi dari buku paket yang dicetak beberapa tahun sebelumnya seharusnya

disesuaikan dengan materi-materi terbaru, dengan tujuan agar penambahan

informasi dan perkembangan dalam akuntansi tidak terlewatkan diberikan

kepada siswa. Bagi siswa yang memiliki kemauan untuk mengembangkan

potensinya dalam mempelajari akuntansi, tentunya penguasaan materi

akuntansi hanya dari buku paket dirasa masih kurang sehingga perlu

mencari dan mempelajari materi tambahan dari literatur lain. Dari hasil

penelitian dapat diketahui jawaban responden pada soal nomor 9

(pertanyaan positif) tentang tambahan materi dari literatur lain yang tertera

dalam tabel 4.9 berikut.

52

Tabel 4.9 Kurangnya Materi yang Diberikan oleh Guru dari Buku Paket,sehingga Perlu Mencari Materi Tambahan dari Literatur Lain

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

44

23

3

6

0

57,89

30,26

3,95

7,90

0

Jumlah 76 100Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Dari tabel 4.9 tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden setuju bahwa materi yang diajarkan oleh guru mata pelajaran

akuntansi dari buku paket masih kurang sehingga perlu mencari materi

tambahan dari literatur lain. Hal ini terlihat pada persentase sebesar

88,15% (57,89% sangat setuju dan 30,26% setuju) dari total responden.

Hal ini mengindikasikan adanya keinginan dari sebagian besar

responden untuk lebih memantapkan pemahaman terhadap materi yang telah

diajarkan yaitu dengan cara mencari materi lain di luar buku paket yang

disarankan oleh guru akuntansi, karena hal ini akan meningkatkan kepuasan

siswa dalam mempelajari akuntansi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kepuasan siswa dalam mempelajari akuntansi akan tercapai bila siswa dapat

mencari dan mempelajari materi tambahan dari literatur lain.

4.1.5.2. Pelajaran Tambahan Akuntansi

Pengembangan potensi siswa untuk mempelajari akuntansi bisa

dilakukan melalui mengikuti pelajaran tambahan akuntansi. Hal ini dapat

53

dilakukan melalui lembaga bimbingan belajar yang tumbuh subur terutama

di lingkungan sekitar sekolah. Keberadaan lembaga bimbingan belajar

diperlukan bagi siswa yang kurang dapat mengikuti pelajaran di sekolah

sehingga timbul ketidakmengertian siswa terhadap materi pelajaran

akuntansi. Apabila ada pernyataan bahwa belajar akuntansi itu hanya di

sekolah saja, dan siswa tidak harus mengikuti belajar tambahan akuntansi

diluar jam pelajaran sekolah, maka berdasarkan penelitian diketahui hasil

jawaban responden pada soal nomor 10 (pertanyaan negatif pada lampiran

2) terhadap permasalahan tersebut disajikan dalam tabel 4.10 berikut.

Tabel 4.10 Ketidakharusan Mengikuti Belajar Tambahan Akuntansi di luarJam Pelajaran Sekolah

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

0

0

0

22

54

0

0

0

28,95

71,05

Jumlah 76 100Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Dari data di atas dapat diketahui bahwa tidak ada satu pun dari

responden yang tidak membutuhkan belajar tambahan akuntansi. Sedangkan

ketidakharusan mengikuti belajar tambahan akuntansi di luar jam pelajaran

sekolah dari jumlah yaitu (71,05% menjawab tidak setuju dan 28,95%

menjawab kurang setuju).

54

Hal ini mengindikasikan adanya keinginan responden untuk lebih

memahami materi akuntansi di luar jam pelajaran sekolah. Adanya

kemungkinan materi yang kurang dimengerti pada saat PBM akuntansi

berlangsung dalam kelas oleh guru mata pelajaran akuntansi, mendorong

siswa untuk mencari jawaban dari permasalahan tersebut dengan mengikuti

belajar tambahan akuntansi yang banyak disediakan oleh lembaga

bimbingan belajar atau pun dalam bentuk privat. Proses pembelajaran di

lembaga bimbingan belajar apalagi secara privat akan lebih membuat siswa

leluasa untuk mengungkapkan ketidakmengertian terhadap materi yang

diajarkan di kelas. Implikasinya siswa lebih memahami materi yang telah,

sedang dan akan diajarkan oleh guru akuntansi di sekolah. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kepuasan siswa dalam mempelajari akuntansi akan

tercapai bila siswa dapat lebih memahami materi akuntansi di luar jam

pelajaran sekolah dengan mengikuti bimbingan belajar akuntansi.

4.2. Faktor-Faktor Dissatisfiers pada Tingkat Kepuasan Siswa dalamMempelajari Akuntansi

Aplikasi teori Herzberg pada pembelajaran siswa terhadap

akuntansi yaitu dissatisfiers memberikan efek negatif yaitu akan

menciptakan ketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi dan

tentunya output yang tidak diharapkan.

Faktor-faktor yang termasuk ke dalam dissatisfiers yang

mempengaruhi tingkat kepuasan siswa dalam mempelajari akuntansi bila

dihubungkan dengan teori motivasi pemeliharaan Herzberg adalah sebagai

55

berikut: 1) Kondisi sosial ekonomi keluarga; 2) Kondisi PBM akuntansi; 3)

Kebijaksanaan dan administrasi sekolah (guru); 4) Hubungan antar siswa;

dan 5) Kualitas supervisi guru.

Berikut ini adalah pembahasan untuk masing-masing faktor.

4.2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga

Kondisi sosial ekonomi keluarga diartikan sebagai tingkat

kondusifitas komunikasi keluarga dan tingkat kesejahteraan keluarga yang

meliputi tingkat pendapatan orang tua, sarana dan fasilitas belajar yang

dimiliki siswa di rumah. Dari berbagai penelitian yang berhubungan dengan

kondisi sosial dan ekonomi keluarga didapatkan bahwa kondisi ini

mempengaruhi kepuasan belajar dan prestasi belajar siswa.

Hal ini mengandung pengertian bahwa apabila keadaan sosial

keluarga yang kondusif dan keadaan ekonomi keluarga yang cukup maka

siswa akan belajar dengan tenang, mampu membeli perlengkapan

pelajaran seperti buku paket, lembar kerja siswa, dan alat-alat penunjang

belajar yang lain, maka akan meningkatkan semangat belajar siswa dalam

mempelajari akuntansi dan akan meminimalkan ketidakpuasan siswa dalam

mempelajari akuntansi.

4.2.1.1. Dorongan Semangat Belajar yang Tinggi dari Orang Tua

Salah satu peran orang tua dalam membantu anaknya untuk

mempelajari akuntansi adalah dengan memberikan dorongan semangat.

Kondisi sosial dan kondusifitas lingkungan keluarga yaitu komunikasi dan

interaksi yang baik antar sesama anggota keluarga akan membantu siswa

56

dalam mempelajari akuntansi. Orang tua dituntut untuk memberikan

dorongan semangat belajar karena dorongan materi saja tidak cukup untuk

menumbuhkan semangat belajar akuntansi. Banyak kasus yang terjadi

dimana orang tua hanya memberikan materi saja tanpa diikuti dengan

perhatian penuh terhadap perkembangan belajar anaknya terbukti tidak

berhasil menuju pencapaian tujuan belajar. Dari hasil penelitian dapat

diketahui jawaban responden pada soal nomor 11 (pertanyaan positif pada

lampiran 2) tentang peran orang tua dalam menumbuhkan semangat belajar

akuntansi anaknya yang tertera dalam tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11 Dorongan Semangat Belajar yang Tinggi dari Orangtua

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

54

22

0

0

0

71,05

28,95

0

0

0

Jumlah 76 100Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Dari data di atas diketahui bahwa 71,05% + 28,95%) responden

setuju apabila orang tua mendukung sepenuhnya dengan memberi dorongan

dan semangat yang tinggi untuk mempelajari akuntansi.

Hal ini mengindikasikan keinginan dari sebagian besar reponden

agar orang tua mendukung sepenuhnya dengan memberi dorongan dan

semangat yang tinggi untuk mempelajari akuntansi. Pemberian perhatian

57

berbentuk materi saja tidak cukup untuk menumbuhkan semangat belajar

siswa dalam mempelajari akuntansi. Dorongan perhatian akan

mengembangkan semangat yang sudah tumbuh dalam diri siswa, dan

membuat siswa lebih semangat lagi untuk mempelajari akuntansi. Siswa

yang tidak diberikan dorongan semangat belajar oleh orang tuanya tidak

akan semangat untuk mempelajari akuntansi Sehingga dapat disimpulkan

bahwa ketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi dapat terjadi bila

orang tua tidak mendukung sepenuhnya dengan tidak memberi dorongan

dan semangat yang tinggi untuk mempelajari akuntansi.

4.2.1.2. Dukungan Orang tua dalam Bentuk Materi

Pemberian materi dari orang tua untuk menunjang keberhasilan

anaknya dalam mempelajari akuntansi juga sangat diperlukan selain

pemberian dorongan semangat. Apabila ada pernyataan bahwa orang tua

tidak memiliki anggaran khusus untuk menyediakan sarana belajar dalam

membantu siswa belajar akuntansi, maka berdasarkan penelitian diketahui

hasil jawaban responden pada pertanyaan nomor 12 di lampiran 2

(pertanyaan negatif) terhadap permasalahan tersebut yang disajikan dalam

tabel 4.12 berikut.

58

Tabel 4.12 Orang Tua Tidak Memiliki Anggaran Khusus untukMenyediakan Sarana Belajar

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

0

4

8

14

50

0

5,26

10,53

18,42

65,79

Jumlah 76 100Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Berdasarkan tabel 4.12 tersebut dapat diketahui bahwa sebagian

besar siswa tidak setuju jika orang tua tidak memiliki anggaran khusus

untuk menyediakan sarana belajar demi kelancaran dalam mempelajari

akuntansi. Hal ini tampak pada jumlah persentase sebesar 84,21%

(65,79% responden tidak setuju dan 18,42% responden kurang setuju jika

orang tua tidak memiliki anggaran khusus untuk menyediakan sarana belajar

demi kelancaran dalam mempelajari akuntansi) dari total responden.

Hal ini mengindikasikan keinginan dari sebagian besar siswa agar

orang tua memiliki anggaran khusus untuk menyediakan sarana belajar demi

kelancaran dalam mempelajari akuntansi. Kontribusi orang tua terhadap

anaknya dalam pembelajaran akuntansi meliputi dorongan berbentuk

semangat moril dan materil. Dorongan berbentuk materil seperti

penyediaan sarana dan prasarana belajar akuntansi di rumah akan

menunjang keberhasilan pembelajaran dalam pelajaran akuntansi.

Bagaimana siswa akan belajar dengan nyaman apabila tidak memiliki sarana

59

belajar yang lengkap di rumah terutama untuk mengerjakan pekerjaan

rumah. Oleh karena itu dukungan materil sangat diperlukan untuk

memperlancar proses belajar siswa dalam apelajaran akuntansi. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa ketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi

dapat terjadi bila orang tua tidak memiliki anggaran khusus untuk

menyediakan sarana belajar demi kelancaran dalam mempelajari akuntansi.

4.2.2. Kondisi Proses Belajar Mengajar (PBM) Akuntansi

Kondisi proses belajar mengajar (PBM) akuntansi diartikan suasana

belajar mengajar akuntansi di dalam kelas. Hal ini berhubungan dengan

kondusifitas suasana di dalam kelas ketika terjadi PBM akuntansi tersebut.

Tingkat kondusifitas pembelajaran akuntansi di dalam kelas tergantung dari

unsur-unsur dalam PBM itu sendiri yang terdiri dari: tujuan (pengetahuan,

keterampilan, dan nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil

kegiatan belajar mengajar); isi dan struktur mata pelajaran, siswa (usia,

kemampuan, latar belakang, motivasi, dan lain-lain ); pengajar (filosofinya)

tentang pendidikan dan pengajaran, kompetensinya dalam teknik mengajar,

kebiasaan, dan lain-lain; ketersediaan alat-alat atau dana untuk

pengadaannya, waktu persiapannya; dan besar kelas, jumlah jam pelajaran.

4.2.2.1. Tingkat Kondusifitas PBM Akuntansi

Suasana kondusif dalam PBM akuntansi akan membantu dalam

pencapain tujuan belajar akuntansi. Dengan suasana yang kondusif siswa

dan guru akan merasa nyaman dalam proses pembelajaran akuntansi. Dari

hasil penelitian dapat diketahui jawaban responden pada soal nomor 13

60

(pertanyaan positif lampiran 2) tentang tingkat kondusifitas PBM akuntansi

yang tertera dalam tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13 Suasana Kondusif dalam PBM Akuntansi akan MembantuPencapaian Tujuan Pembelajaran Akuntansi.

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

58

14

4

0

0

76,32

18,42

5,26

0

0

Jumlah 76 100

Sumber : Data primer yang diolah (lampiran 5)

Dari tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa tidak seorang

responden yang tidak setuju bila suasana kondusif dalam PBM akuntansi

tidak akan membantu pencapaian tujuan pembelajaran akuntansi. Sedangkan

responden yang setuju kalau suasana kondusif dalam PBM akuntansi akan

membantu pencapaian tujuan pembelajaran akuntansi sebanyak 94,74%

(76,32% responden sangat setuju dan 18,42% setuju) dari total responden.

Hal ini mengindikasikan keinginan dari sebagian besar responden

agar terjadi suasana kondusif dalam PBM akuntansi. Suasana di dalam kelas

yang tenang dan tidak kacau misalnya, akan memperlancar guru untuk

memberikan materi pelajaran akuntansi sehingga siswa pun akan lebih

mudah lagi untuk menyerap materi pelajaran. Sebaliknya, suasana kelas

yang tidak kondusif membuat siswa tidak semangat belajar dan tidak puas

dalam mempelajari akuntansi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

61

ketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi dapat terjadi bila tidak

terdapat suasana kondusif dalam PBM akuntansi.

4.2.2.2. Sarana dan Prasarana dalam PBM Akuntansi

Tersedianya sarana dan prasarana untuk PBM akuntansi akan

membantu pencapaian tujuan pembelajaran akuntansi. Dengan sarana dan

prasarana yang lengkap, akan semakin memudahkan guru dan siswa untuk

lebih memahami materi yang diajarkan. Setiap sekolah memiliki tingkat

kelengkapan yang berbeda dalam sarana dan prasarana belajar akuntansi.

Keberadaan laboratorium akuntansi sangat diperlukan dalam materi

praktek akuntansi. Apabila ada pernyataan bahwa sarana dan prasarana

dalam PBM akuntansi tidak harus lengkap, maka berdasarkan penelitian

diketahui hasil jawaban responden pada soal nomor 14 (pertanyaan negatif

pada lampiran 2) terhadap permasalahan tersebut yang disajikan dalam tabel

4.14 berikut.

Tabel 4.14 Ketidak lengkapan Sarana dan Prasarana dalam PBM Akuntansi

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

0

6

9

32

29

0

7,89

11,84

42,11

38,16

Jumlah 76 100

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

62

Berdasarkan data pada tabel 4.14 di atas terlihat bahwa 80,27%

(42,11% responden tidak setuju dan 38,16% kurang setuju) dari total 76

siswa

Hal ini mengindikasikan keinginan dari sebagian besar siswa agar

adanya kelengkapan sarana dan prasarana di kelas. Kelengkapan sarana dan

prasarana akan membantu dalam pencapaian tujuan pelajaran akuntansi, dan

memperlancar proses belajar mengajar akuntansi. Terutama karena materi

akuntansi lebih banyak praktikal. Dengan sarana dan prasarana yang

lengkap akan membuat siswa lebih nyaman, leluasa dan mencapai

kepuasan dalam mempelajari akuntansi. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa ketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi dapat terjadi bila

tidak terdapat kelengkapan sarana dan prasarana di kelas.

4.2.3. Kebijakan dan Administrasi Sekolah (Guru)

Kebijakan dan administrasi sekolah (guru) diartikan sebagai policy

atau aturan-aturan yang diterapkan guru kepada siswanya dalam hal

pembelajaran akuntansi. Implementasinya berupa penugasan-penugasan

terstruktur yang telah ditentukan waktu pengumpulannya, pengerjaan lembar

kerja siswa, pekerjaan rumah, termasuk cara atau teknik guru dalam menilai

perkembangan siswa dalam mempelajari akuntansi.

4.2.3.1. Kebijakan Guru Memperbolehkan Ujian Susulan Ketika Siswa

Berhalangan Hadir

Menurut ketentuan yang berlaku, ujian wajib diikuti oleh semua

siswa sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Akan tetapi tidak

63

menutup kemungkinan adanya siswa yang belum mengikuti ujian sesuai

dengan jadwal. Hal ini tentunya menimbulkan masalah tersendiri bagi guru

dan siswa tersebut. Guru yang baik dapat memaklumi alasan yang kuat

dari siswa yang bersangkutan dengan melihat bukti surat keterangan sakit

dari dokter atau orang tua siswa. Dari hasil penelitian dapat diketahui

jawaban responden pada soal nomor 15 pada lampiran 2 tentang kebijakan

guru yang memperbolehkan ujian susulan ketika siswa berhalangan hadir

yang tertera dalam tabel 4.15 berikut.

Tabel 4.15 Kebijakan Guru Memperbolehkan Siswa untuk Mengikuti UjianSusulan.

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

33

32

10

1

0

43,42

42,11

13,15

1,32

0

Jumlah 76 100Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Berdasarkan data pada tabel 4.15 di atas kelihatan bahwa sebagian

besar responden diperbolehkan untuk mengikuti ujian susulan ketika

berhalangan hadir dengan menunjukkan surat dari dokter atau orang tua.

Persentase sangat setuju dan setuju yaitu 85,53% (43,42% sangat setuju

dan 42,11% setuju) dari total responden.

Hal ini mengindikasikan adanya keinginan siswa agar guru

akuntansi memberi kebijakan memperbolehkan siswa untuk mengikuti ujian

64

susulan ketika berhalangan hadir, dengan syarat menunjukkan surat

keterangan dari dokter atau orang tua. Guru yang otoriter dengan tidak

memperdulikan kondisi siswanya benar-benar sakit atau tidak, akan

membuat hubungan antara siswa dengan guru menjadi tidak kondusif.

Bagaimanapun juga guru hendaklah bersikap arif dan bijaksana dalam

mengambil kebijakan dalam PBM akuntansi. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa ketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi dapat terjadi bila

guru akuntansi tidak memberi kebijakan memperbolehkan siswa untuk

mengikuti ujian susulan ketika berhalangan hadir.

4.2.3.2. Pemberian Nilai untuk Tugas Harian

Pemberian tugas harian dilakukan guru setelah pemberian materi

teori akuntansi dengan tujuan agar pemahaman terhadap materi akuntansi

tersebut menjadi utuh, komprehensif, dan integral. Penentuan nilai untuk

tugas harian ini berdasarkan kemampuan masing-masing dari diri siswa

dalam mengerjakan tugas tersebut. Kemampuan masing-masing siswa

berbeda satu sama lain. Apabila terdapat kondisi bahwa guru akuntansi

memberikan nilai yang seragam untuk nilai tugas harian, maka berdasarkan

penelitian diketahui hasil jawaban responden pada soal nomor 16

(pertanyaan negatif pada lampiran 2) terhadap permasalahan tersebut yang

disajikan dalam tabel 4.16 berikut.

65

Tabel 4.16 Pemberian Nilai yang Seragam untuk Tugas Harian

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

0

0

5

27

44

0

0

6,58

35,53

57,89

Jumlah 76 100Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Berdasarkan data di atas nampak bahwa 93,42% (57,89% tidak

setuju dan 35,53% kurang setuju) kalau pemberian nilai seragam untuk

tugas harian dari total responden.

Hal ini mengindikasikan keinginan dari semua responden agar guru

pelajaran akuntansi memberikan kebijakan yang adil kepada siswanya, salah

satunya dengan memberikan nilai sesuai dengan kemampuan masing-masing

individu siswa, karena kemampuan individu siswa yang satu dengan yang

lainnya pastilah berbeda. Individual differences berperan dalam hal ini,

maka dimungkinkan tidak ada nilai tugas yang seragam. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi

dapat terjadi bila guru akuntansi tidak memberi kebijakan yang adil

kepada siswanya, yaitu dengan memberikan nilai yang seragam untuk

semua siswa.

66

4.2.4. Hubungan Antar Siswa

Hubungan antar siswa diartikan sebagai interaksi yang terjadi antara

individu siswa dengan individu siswa yang lain dalam pembelajaran

akuntansi. Hal ini bisa dilihat ketika mengerjakan tugas-tugas kelompok,

maupun diskusi. Ketika siswa terlibat dalam pengerjaan tugas kelompok,

maka bisa terlihat apakah siswa tersebut berperan aktif atau tidak. Apakah

individualismenya muncul atau tidak

.4.2.4.1. Komunikasi Timbal Balik dan Kekompakan Kerjasama Antar

Siswa

Hubungan antar siswa yang terjalin dengan baik akan membuat

suasana yang kondusif dalam pembelajaran. Suasana tegang, permusuhan,

dan penuh persaingan akan membuat siswa menjadi cepat stress, dan

tentunya hasil belajar yang kurang optimum. Suasana hubungan antar teman

harus dijaga dengan baik, saling menghormati, menghargai dan kerjasama.

Dari hasil penelitian dapat diketahui jawaban responden pada soal nomor

17 lampiran 2 tentang hubungan antar teman yang harus dijaga dengan

baik yang tertera dalam tabel 4.17 berikut.

67

Tabel 4.17 Hubungan Siswa dengan Teman Sekelas yang TerjalinKomunikasi dengan Baik

No Pilihan Jawaban Jumlah Responden %

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

56

14

4

0

0

73,68

18,42

7,9

0

0

Jumlah 76 100Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Dari tabel 4.17 di atas nampak bahwa 73,68% sangat setuju dan

18,42% setuju bila hubungan sesama teman sekelas harus terjalin dengan

baik dan kompak dari total responden.

Hal ini mengindikasikan adanya keinginan dari sebagian besar

responden agar hubungan antara siswa dengan teman sekelas harus terjalin

komunikasi timbal balik dan kekompakan kerjasama di dalam maupun di

luar kelas. Hal ini dikarenakan siswa jurusan IPS cenderung mudah untuk

bersosialisasi antar teman. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi dapat terjadi bila

hubungan antara siswa dengan teman sekelas tidak terjalin komunikasi

timbal balik dan kekompakan kerjasama di dalam maupun di luar kelas.

4.2.4.2. Hubungan Antar Siswa yang Memiliki Keterbatasan Pengetahuan

Kemampuan masing-masing individu siswa berbeda satu sama

lain. Dalam hal ini termasuk juga keterbatasan pengetahuan. Tidak ada

siswa yang bodoh tetapi hanya kurang rajin dalam mempelajari akuntansi.

68

Ketika diskusi pelajaran akuntansi setiap siswa idealnya mempunyai peran

aktif dalam mengajukan pertanyaan maupun memberi jawaban. Akan tetapi

apabila ada kondisi dimana ada teman sekelas yang dikucilkan ketika

diskusi materi akutansi hanya karena memiliki keterbatasan kemampuan

dalam pelajaran akuntansi, maka berdasarkan penelitian diketahui hasil

jawaban responden pada soal nomor 18 (pertanyaan negatif pada lampiran

2) terhadap permasalahan tersebut yang disajikan dalam tabel 4.18 berikut.

Tabel 4.18 Hubungan Antar Teman Sekelas Siswa yang Dikucilkan KetikaDiskusi Materi Akutansi

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

0

0

4

23

47

0

0

5,26

30,26

64,47

Jumlah 76 100Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Berdasarkan tabel 4.18 di atas dapat dilihat bahwa 94,73% (64,47%

tidak setuju dan 30,26% kurang setuju bila ada temannya dikucilkan dalam

diskusi pelajaran akuntansi karena keterbatasan kemampuannya) dari total

responden. Hal ini mengindikasikan adanya keinginan agar tercapai

harmonisasi diantara sesama kelas, tanpa membeda - bedakan latar

belakang, status, kondisi sosial ekonomi, kemampuan intelektual dan

sebagainya. Perbedaan tersebut hanya diperlakukan sebagai differensiasi

69

sosial saja, bukan sebagai strata sosial. Jadi setiap individu siswa

menganggap posisinya sama antara yang satu dengan yang lainnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketidakpuasan siswa dalam mempelajari

akuntansi akan terjadi bila terdapat hubungan yang tidak baik antara siswa

yang satu dengan siswa yang memiliki keterbatasan pengetahuan.

4.2.5. Kualitas Supervisi Guru

Kualitas pembelajaran guru bisa diihat dari indikator tiga kompetensi

yaitu kompetensi personal, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Ketiganya mempunyai peranan masing-masing yang menyatu dalam diri

pribadi guru dalam dimensi kehidupan sekolah, dan masyarakat. Apabila

ketiga kompetensi tersebut sudah bisa terpenuhi, maka kualitas guru pun

sudah terukur. Begitu pula sebaliknya apabila seorang guru belum bisa

memenuhi kompetensi tersebut, maka belum bisa dikatakan guru

berkualitas.

4.2.5.1.Kualitas Mengajar Guru

Kualitas pembelajaran guru akuntansi bisa diukur dari

profesionalitas dalam mengajar akuntansi, memiliki kepribadian yang

baik juga mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Guru

yang menyenangkan, tidak menakutkan, disegani muridnya tetapi tegas

dalam mengambil tindakan akan membuat suasana kondusif sehingga

akan meningkatkan semangat belajar siswa yang implikasinya akan

mengeliminir ketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi. Dari hasil

penelitian dapat diketahui jawaban responden pada soal nomor 19

70

(pertanyaan positif pada lampiran 2) tentang kualitas mengajar guru

akuntansi yang tertera dalam tabel 4.19 berikut.

Tabel 4.19 Kualitas Mengajar Guru Akuntansi Sudah Cukup Baik

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

18

28

24

6

0

23,68

36,85

31,58

7,89

0

Jumlah 76 100

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Berdasarkan tabel 4.19 di atas nampak bahwa 60,53% (23,68%

sangat setuju dan 36,85% setuju) dari total responden menjawab bila guru

pelajaran akuntansinya sudah cukup baik secara pribadi, profesional dan

kemasyarakatan. Hal ini mengindikasikan adanya keinginan siswa untuk

mendapatkan sosok guru akuntansi yang baik yaitu bisa memiliki

kompetensi profesional, personal, dan sosial. Sosok guru tersebut tampak

pada sikap guru, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Di dalam kelas,

guru akan bersikap sabar, mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-

masing dari siswanya, tetapi tetap tegas dan bijaksana dalam mengambil

keputusan. Di luar kelas dan lingkungan sekolah, guru mempunyai

kepribadian yang menarik dan mudah bersosialisasi dengan lingkungan

sekitarnya. Sosok guru tersebut akan menambah kepuasan siswa dalam

mempelajari akuntansi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketidakpuasan

71

siswa dalam mempelajari akuntansi akan terjadi bila kualitas mengajar guru

kurang baik.

4.2.5.2. Cara Guru Mengajar Akuntansi

Cara guru mengajar akuntansi harus membuat suasana kondusif di

dalam kelas. Akan tetapi apabila ada kondisi dimana cara guru mengajar

akuntansi membuat suasana mencekam dan tidak menyenangkan dalam

kelas, maka berdasarkan penelitian diketahui hasil jawaban responden pada

soal nomor 20 (pertanyaan negatif pada lampiran 2) terhadap permasalahan

tersebut yang disajikan dalam tabel 4.20 berikut.

Tabel 4.20 Cara Guru Mengajar Akuntansi Harus Membuat SuasanaMencekam dan Tidak Menyenangkan dalam Kelas

No Pilihan JawabanJumlah

Responden%

1

2

3

4

5

Sangat Setuju

Setuju

Netral

Kurang Setuju

Tidak Setuju

0

0

10

25

41

0

0

13,16

32,89

53,95

Jumlah 76 100

Sumber: Data primer yang diolah (lampiran 5)

Dari data di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa 86,84% tidak

setuju dan 32,95% kurang setuju cara guru mengajar harus mencekam dan

tidak menyenangkan..

Hal ini mengindikasikan adanya keinginan dari sebagian besar

responden agar cara guru mengajar akuntansi tidak membuat suasana

mencekam dan tidak menyenangkan dalam kelas. Dampaknya, hal ini

72

menimbulkan kondisi kondusif dalam PBM akuntansi. Karena bila hal

sebaliknya terjadi, akan membuat image yang negatif tentang pelajaran

akuntansi, implikasinya pelajaran akuntansi semakin tidak disukai oleh

siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketidakpuasan siswa dalam

mempelajari akuntansi akan terjadi bila cara guru mengajar akuntansi

membuat suasana mencekam dan tidak menyenangkan dalam kelas.

73

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kepuasan siswa dalam

mempelajari akuntansi pada siswa kelas XI jurusan IPS SMAN 1 Sakra

tahun 2013, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Apabila kondisi satisfiers dapat tercapai, maka akan memberikan

motivasi untuk mempelajari akuntansi, sehingga dimungkinkan mampu

menciptakan kepuasan siswa dalam mempelajari akuntansi, yang

akhirnya akan diperoleh pencapaian prestasi yang baik dalam

mempelajari akuntansi.

2. Apabila kondisi dissatisfiers dapat tercapai, maka tidak akan

memberikan motivasi untuk mempelajari akuntansi, sehingga

dimungkinkan mampu menciptakan ketidakpuasan siswa dalam

mempelajari akuntansi, yang akhirnya tidak akan diperoleh pencapaian

prestasi yang baik dalam mempelajari akuntansi.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan yang dikemukakan di atas, maka penulis

mengajukan beberapa saran, yaitu:

1. Karena terbukti faktor-faktor satisfiers dapat meningkatkan kepuasan

siswa dalam mempelajari akuntansi, maka proses belajar mengajar

akuntansi haruslah dikondisikan:

74

a. Pengetahuan materi akuntansi haruslah mendalam

b. Penguasaan teoritis dan penguasaan keterampilan pengerjaan

soal-soal latihan akuntansi haruslah seimbang

c. Siswa harus mendapatkan persamaan hak untuk mengerjakan

soal-soal latihan di papan tulis ketika PBM akuntansi terjadi.

d. Siswa harus mendapatkan persamaan hak untuk mengajukan

pertanyaan dalam forum diskusi akuntansi akuntansi

e. Peran guru akuntansi dalam PBM akuntansi haruslah sebagai

motivator dan fasilitator.

f. Porsi penyampaian materi akuntansi secara teoritis dan praktik

haruslah proporsional.

g. Siswa harus memiliki tanggungjawab diri yang besar untuk

mempelajari akuntansi.

h. Siswa harus memiliki tanggungjawab untuk mengerjakan tugas-

tugas yang diberikan oleh guru akuntansi.

i. Siswa harus mampu mengembangkan potensi individunya dengan

mencari dan mempelajari materi tambahan dari literatur yang lain

j. Siswa harus memahami materi akuntansi di luar jam pelajaran

sekolah dengan mengikuti bimbingan belajar akuntansi.

2. Karena terbukti faktor-faktor dissatisfiers dapat menciptakan

ketidakpuasan siswa dalam mempelajari akuntansi, maka proses belajar

mengajar akuntansi haruslah dikondisikan :

75

a. Orang tua haruslah memberikan dorongan semangat yang tinggi

untuk mempelajari akuntansi, misalnya bagi orang tua yang memiliki

kesibukan yang tinggi, mampu menyempatkan diri untuk menemani

anaknya belajar akuntansi di rumah dan membuat suasana rumah

tenang untuk belajar akuntansi.

b. Orang tua harus memiliki anggaran khusus untuk menyediakan

sarana belajar demi kelancaran dalam mempelajari akuntansi.

Disamping itu, pemerintah dalam hal ini sekolah harus membantu

siswa yang orang tuanya kurang mampu misalnya dengan cara

memberikan buku paket secara cuma- cuma memberikan beasiswa

atau membebaskan siswa tersebut dari pembayaran SPP.

c. Suasana PBM akuntansi haruslah kondusif, yaitu suasana yang

tenang dan dinamis sehingga PBM akuntansi tidak terganggu.

d. Sarana dan prasarana untuk menunjang PBM akuntansi di kelas

haruslah lengkap.

e. Guru akuntansi harus memberikan kebijakan memperbolehkan siswa

untuk mengikuti ujian susulan ketika berhalangan hadir,

dengan syarat menunjukkan surat keterangan sakit dari dokter

atau orang tua siswa tersebut.

f. Guru akuntansi harus memberi kebijakan yang adil kepada

siswanya, yaitu dengan memberikan nilau yang sesuai dengan

kemampuan siswa, mengedepankan objektivitas dan meminimalisir

unsur subjektivitas dalam penilaian.

76

g. Hubungan antara siswa dengan teman sekelas haruslah terjalin

komunikasi timbal balik dan kekompakan kerjasama di dalam

maupun di luar kelas, misalnya dengan cara membuat kelompok

belajar akuntansi untuk membahas dan mengerjakan tugas-tugas

pelajaran akuntansi.

h. Hubungan antar siswa yang satu dengan siswa yang memiliki

keterbatasan pengetahuan haruslah terjalin dengan baik, misalnya

berupa pembelajaran tutor sebaya, yaitu siswa yang lebih dulu

memahami materi akuntansi mengajari temannya yang belum bisa

memahami materi yang diajarkan guru di kelas.

i. Guru harus memiliki kualitas mengajar yang baik, yaitu baik secra

personal, profesional, dan sosial.

j. Cara guru mengajar akuntansi haruslah membuat suasana kondusif

dan menyenangkan dalam kelas, yaitu dengan memilih metode

mengajar yang tepat dan disesuaikan dengan materi dan kondisi

kelas.

77

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. 1993. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.Bandung: Angkasa.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.

, 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: PT. Rineka Cipta.

As’ad, Moh. 1995. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.

Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV. IKIPSemarang Press.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004Mata Pelajaran Ekonomi SMA dan MA.Jakarta.

Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: BalaiPustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 2003. Pedoman PenulisanSkripsi. Semarang: UPT Percetakan dan Penerbitan UNNES Press.

Handoko, T. Hani. 1995. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFE UniversitasGajah Mada.

Hasibuan, S.P Malayu. 1996. Organisasi dan Motivasi Dasar PeningkatanProduktivitas. Bandung: Bina Aksara.

. 2001. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:Bumi Aksara. Madura, Jeff. 2001. Pengantar Bisnis Buku 2. Jakarta:Salemba Empat.

Martoyo, Susilo. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: BPFEUniversitas Indonesia.

Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi Edisi Bahasa Indonesia.Jakarta: Prenhallindo.

Siagian, Sondang P. 1986. Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Terry, George R, dan Leslie W. Rue. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Edisi

78

Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara

UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)

Tjiptono, 2004. Manajemen jasa : andi Yogyakarta

Wilkie. F. 1990. Human behavior at work, organization behavior. New delhi : mcgraw hill publishing company. Ltd

Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran : Jakarta, Prenhallindo.

Kurniawan, Irine. (2009), Atribut Kewirausahaan dan Perkembangan IndustriUsaha Furniture Keluarga Di Jawa Timur, (ON-LINE),http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=2&submit.x=18&submit.y=17&submit=next&qual=high&submitval=next&fname=/jiunkpe/s1/eman/2009/jiunkpe-nss1-2009-31404189-11855-atribut-chapter2.pdf ,

Susilo martoyo.1987. http://dansite.wordpress.com/2009/04/10/definisipengertian-kepuasan-kerja/

Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung