pembimbing dan pengetahuan pb 2 - OSF

62
PEMBIMBING DAN PENGETAHUAN PB 2 PENDAHULUAN Pembimbing Perjanjian Baru atau pengantar Perjanjian Baru 2, sebagai kelanjutan dari pengantar Perjanjian Baru 1, merupakan bagian dalam ilmu Teologia Biblika yang baru dikenal secara umum pada abad ke 19. Menjadi sumbangsih ilmu yang sangat besar khususnya dalam penyediaan bahan-bahan penting guna menolong kita menyelidiki dan menafsirkan Alkitab Perjanjian Baru secara bertanggung jawab dan merupakan bagian yang integral dari pendidikan dasar. Di dalam tulisan ini karangan dalam Perjanjian Baru telah ditempatkan dalam lingkungannya dan telah diuraikan secara garis besar sehingga pembaca dengan mudah dapat mengetahui arah pemikirannya. Oleh karena tujuan penulisan ini untuk penyelidikan bagi siswa sebuah pedoman singkat kepada fakta-fakta penting untuk menafsirkan Alkitab khususnya Perjanjian Baru bagi dirinya sendidri. 4 Kitab Injil dan Kisah para Rasul adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai alas atau pondasi dari sejarah PB. KISAH PARA RASUL Kisah para Rasul ditulis sebagai kelanjutan dari Injil Lukas (Kisah 1:1)”bukuku yang pertama” dan tulisan ditujukan pada Teofilus. Kitab berisi 28 Pasal, berisi peristiwa-peristiwa sejarah yang menjadi kelanjutan dari kejadian-kejadian dalam kitab Injil. Kitab ini juga menjadi pengantar untuk masuk babak baru dalam sejarah dunia. Penulis Kisah Para Rasul adalah dokter/tabib Lukas. 1. Injil Lukas dan Kisah Para Rasul ditujukan kepada Teofilus. Luk.1:3, Kis.1:1 2. Pendapat para ahli, yaitu kedua kitab ada kesamaan yaitu ungkapan-ungkapan, cara penyajian cerita, gaya Bahasa, adanya istilah-istilah medis yang biasa dipakai tabib Lukas. Kolose 4:14. 3. Terdapat kata ganti “kami” mulai pasal 16, menunjuk pada teman seperjalanan Paulus. Dari persamaan gaya Bahasa pada pasal-pasal sebelumnya dan sesudah ps 16, mengarah bahwa kitab itu ditulis oleh satu orang yakni Lukas. 4. Tradisi Kristen semenjak Ireneus diabad ke 2 dan dibenarkan oleh kebanyakan sarjana masakini, bahwa Lukas penulis kitab Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Ada banyak pandangan dan perkiraan tentang tahun penulisan, Baxter berpendapat surat ini ditulis kira-kira tahun 63 di Roma,menjelang berakhirnya masa Paulus dipenjarakan. Tenney berpendapat ditulis tahun 60. Tahun-tahun itu ditetapkan mewakili banyak pendapat para cendekia dan peristiwa-peristiwa yang terjadi yang disinggung di kitab maupun sejarah dunia 1. Wafatnya Herodes Agripa I Kis 12:20-23 th 44(musim semi) 2. Masa kelaparan dibawah Claudius 11:28 th 44-48 3. Masa Gubernur Sergius Paulus 13:7 sebelum th 51 4. Pengusiran orang Yahudi dari Roma 18:2 mungkin th 49 Dibawah Claudius 5. Masa pemerintahan Gubernur Galio 18:12 mungkin th 52-53 6. Masa pemerintahan Gubernur Feliks 23:26, 24:27 th 52-56

Transcript of pembimbing dan pengetahuan pb 2 - OSF

PEMBIMBING DAN PENGETAHUAN PB 2

PENDAHULUAN

Pembimbing Perjanjian Baru atau pengantar Perjanjian Baru 2, sebagai kelanjutan dari

pengantar Perjanjian Baru 1, merupakan bagian dalam ilmu Teologia Biblika yang baru dikenal

secara umum pada abad ke 19. Menjadi sumbangsih ilmu yang sangat besar khususnya dalam

penyediaan bahan-bahan penting guna menolong kita menyelidiki dan menafsirkan Alkitab

Perjanjian Baru secara bertanggung jawab dan merupakan bagian yang integral dari

pendidikan dasar.

Di dalam tulisan ini karangan dalam Perjanjian Baru telah ditempatkan dalam

lingkungannya dan telah diuraikan secara garis besar sehingga pembaca dengan mudah dapat

mengetahui arah pemikirannya. Oleh karena tujuan penulisan ini untuk penyelidikan bagi

siswa sebuah pedoman singkat kepada fakta-fakta penting untuk menafsirkan Alkitab

khususnya Perjanjian Baru bagi dirinya sendidri.

4 Kitab Injil dan Kisah para Rasul adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

sebagai alas atau pondasi dari sejarah PB.

KISAH PARA RASUL

Kisah para Rasul ditulis sebagai kelanjutan dari Injil Lukas (Kisah 1:1)”bukuku yang

pertama” dan tulisan ditujukan pada Teofilus. Kitab berisi 28 Pasal, berisi peristiwa-peristiwa

sejarah yang menjadi kelanjutan dari kejadian-kejadian dalam kitab Injil. Kitab ini juga

menjadi pengantar untuk masuk babak baru dalam sejarah dunia.

Penulis Kisah Para Rasul adalah dokter/tabib Lukas.

1. Injil Lukas dan Kisah Para Rasul ditujukan kepada Teofilus. Luk.1:3, Kis.1:1

2. Pendapat para ahli, yaitu kedua kitab ada kesamaan yaitu ungkapan-ungkapan, cara

penyajian cerita, gaya Bahasa, adanya istilah-istilah medis yang biasa dipakai tabib

Lukas. Kolose 4:14.

3. Terdapat kata ganti “kami” mulai pasal 16, menunjuk pada teman seperjalanan

Paulus. Dari persamaan gaya Bahasa pada pasal-pasal sebelumnya dan sesudah ps 16,

mengarah bahwa kitab itu ditulis oleh satu orang yakni Lukas.

4. Tradisi Kristen semenjak Ireneus diabad ke 2 dan dibenarkan oleh kebanyakan sarjana

masakini, bahwa Lukas penulis kitab Injil Lukas dan Kisah Para Rasul.

Ada banyak pandangan dan perkiraan tentang tahun penulisan, Baxter berpendapat surat ini

ditulis kira-kira tahun 63 di Roma,menjelang berakhirnya masa Paulus dipenjarakan. Tenney

berpendapat ditulis tahun 60. Tahun-tahun itu ditetapkan mewakili banyak pendapat para

cendekia dan peristiwa-peristiwa yang terjadi yang disinggung di kitab maupun sejarah dunia

1. Wafatnya Herodes Agripa I Kis 12:20-23 th 44(musim semi)

2. Masa kelaparan dibawah Claudius 11:28 th 44-48

3. Masa Gubernur Sergius Paulus 13:7 sebelum th 51

4. Pengusiran orang Yahudi dari Roma 18:2 mungkin th 49

Dibawah Claudius

5. Masa pemerintahan Gubernur Galio 18:12 mungkin th 52-53

6. Masa pemerintahan Gubernur Feliks 23:26, 24:27 th 52-56

7. Pengangkatan Festus pengganti Feliks 24:27 th 57-60

Gagasan utama dari kitab Kisah Para Rasul yaitu BERSAKSI BAGI KRISTUS dengan Kis.1:8

sebagai kuncinya,yang menyatakan bahwa saksi Kristus diberi perlengkapan rohani dan daerah

penyaksiannya, dari yang terdekat sampai yang terjauh. Kis.2-7 kesaksian di Yerusalem, Kis.8-

12 di Yudea dan Samaria, Kis.13-28 sampai ke ujung bumi.

Kisah Para Rasul

BAGIAN I (PS 1-12) BAGIAN II (PS 13-28)

Pusat : Yerusalem Pusat : Antiokhia

Tokoh Utama : Petrus Tokoh Utama : Paulus

Keluar sampai :Samaria Keluar sampai :Roma

Firman ditolak oleh : Orang Yahudi Firman ditolak oleh : Orang yahudi

di negeri leluhur di perantauan

Petrus : Dipenjarakan Paulus : Dipenjarakan

Penghakiman terhadap Herodes Penghakiman terhadap bangsa Yahudi

Pasal 1 : Kejadian dalam 50 hari, mulai kebangkitan Tuhan Yesus sampai hari Pentakosta.

40 hari Tuhan Yesus setelah bangkit mengajar murid-murid,berulang-ulang menampakkan

Diri, menjadi bukti bahwa Ia hidup,Mesias dan Raja Israel. Mengajar tentang kerajaan Allah ke

Pada Rasul-Rasul, tugas untuk menawarkan Raja dan Kerajaan Allah kepada bangsa Israel.

10 hari: Murid-murid menanti kedatangan Roh Kudus.

Kotbah Petrus pada hari Pentakosta Kis 2:14-40. Ayat 14,22,36 Ditujukan kepada bangsa Israel

saja. Penggenapan PL tentang Kerajaan Mesias, Yesus Mesias,Raja yang dinubuatkan Yoel. Yoel 2:16.

Solusi yang ditawarkan, bertobat, dibaptis dalam nama Yesus, terima Roh Kudus.

Dalam kotbah berikutnya Kis 3:12-26, berisi bahwa penyaliban atas Kristus karena

ketidaktahuan mereka. Janji kedatangan Tuhan Yesus kembali kalau bangsa Israel bertobat dan

menerima Dia.

Tiga Krisis dalam Kisah Para Rasul

1. Penganiayaan Terhadap Stefanus

Penganiayaan terhadap Stefanus nerupakan poros segala kejadian lainnya terkait

dengan hal ini:

Pasal 1 Mujizat-mujizat mendahului kesaksian

Pasal 2 Mujizat berkata-kata dalam Bahasa lain, mujizat Petrus

Pasal 5 Ananias dan Safira, banyak tanda, mujizat diantara orang banyak

Pasal 6-7 Stefanus mengadakan mujizat-mujizat, banyak tanda, bersaksi dihadapan mahkamah

Agama dan perlawanan dari pemimpin-pemimpin Yahudi.

Kesaksian Stefanus berisi dakwaan dan vonis atas bangsa Yahudi, yang sejak dahulu

kala berkali-kali menolak kesaksian Roh Allah. Kesalahan itu memuncak terus sampai pada

penyaliban Mesias. Mereka dengan penuh kesadaran berbuat dosa, menyalibkan Anak

Allah,menolak kesaksian Roh Kudus. Mujizat-mujizat dimengerti, mereka mengakui

kebenaran, 4:16-17, 5:12, 17-18.

Karena perkataan Stefanus yang tajam, mereka tertusuk hatinya dan bermaksud

membunuh Rasul-Rasul. 5:33. Penolakan terhadap Kerajaan Allah dan pembunuhan Stefanus

mengawali penganiayaan selanjutnya kepada orang Kristen. Tradisi Gereja lama mengatakan,

yang mati martir dalam masa penganiayaan Stefanus lebih dari 2000 orang. Hal itu

mengakibatkan pekabaran Injil diluarkota Yerusalem.

Pasal 8: Samaria-Sida-Sida Etiopia

Pasal 9: Damsyik-Saulus menjadi Paulus

Pasal 10: Kaisarea-Kornelius, kepala pasukan

Pasal 11: Antiokhia-Penginjilan bangsa-bangsa lain. Antiokhia menjadi pusat PI yang baru.

Yerusalem masih tetap pimpinan yang memberikan keputusan-keputusan, karena Rasul-Rasul

tinggal disana. Posisi tetap istimewa sebagai tempat kelahiran Agama Kristen, namun pusat PI

di masa penganiayaan bertempat di Antiokhia. 11:21. Barnabas menngajak Saulus ke situ,

Murid Tuhan pertama disebut “orang Kristen” juga di Antiokhia.

2. Kemarahan Terhadap Paulus (Kis. 13-27)

Penolakan bangsa Yahudi akan mewarnai kisah selanjutnya, termasuk

bergeraknya pengabaran Injil kepada orang-orang Yahudi yang berserakan di kerajaan

Roma yang jumlahnya sangat banyak. Pola ini terlihat dalam pelayanan Paulus, kepada

orang Yahudi perantauan dahulu lalu kepada bangsa-bangsa lain.

Perjalanan Pertama Paulus, pasal 13 dan 14

Salamis 13:5 Ikonium 13:51

Pafos 13:6 Listtra dan Derbe 14:6,20

Antiokhia di Pisidia 13:14 Perjalanan kembali 14:21-22

Kecuali Listra dan Derbe, Rasul Paulus dan Barnabas pergi ke Sinagoge dahulu.

Namun orang-orang Yahudi dari kota lain yang melawan, menghasut orang-orang yang

sudah percaya untuk menolak kedua Rasul. Hasilnya ada orang-orang Yahudi dan non

Yahudi yang percaya. Dari situ semakin diyakinkan banyak orang Yahudi semakin

menutup telinga bagi kesaksian Rasul, sementara Allah membuka pintu bagi bangsa-

bangsa lain kepada iman.14:27.

Perjalanan kedua Paulus, pasal 15:36-18:22, Baxter merangkum sbb: Tempat Cara Berita Reaksi Hasilnya

Filipi Kepada orang Yahudi dulu

Mesias sebagai penanggung dosa Mesias itulah Yesus yang disalibkan lalu

bangkit kembali Yesus ditawarkan sebagai Raja, Mesias dan Juru Selamat

Tidak disebut (Lidia bertobat)

Terus pergi ke Tesalonika

Tesalonika sama sama Beberapa orang percaya, perlawanan

Lari ke Berea

Berea Sama Sama Banyak yang percaya, perlawanan

Lari ke Atena

Atena Sama Sama Tidak ada sambutan dari orang Yahudi

Pergi kepada bangsa lain

Korintus Sama Sama Perlawanan sengit Kepada bangsa lain

Efesus sama sama Diceritakan kemudian

Kembali ke Antiokhia

3. Injil diberitakan kepada bangsa non –Yahudi, Pasal 18:23-21:3 Pada perjalanan ketiga Rasul Paulus dan Rasul lain memberitakan Injil dengan pola

yang sama kepada orang Yahudi dulu,mereka bersikap sama dengan orang Yahudi di tanah

leluhur. Di beberapa tempat mereka menyambut Firman, namun pada umumnya mereka

menolak dan menghalangi. Pasal 21:19 Paulus menceritakan hasil pelayanannya yang

berpengaruh besar sekali pada peristiwa berikutnya di Yerusalem.

Penawaran ulang Kerajaan kepada Bangsa Yahudi

I Di Negeri Leluhur Pasal 1-12 Ps 1: Rasul-rasul disiapkan dan diberi tugas Ps 2: Mujizat-kesaksian-disambut Ps3-4 : Mujizat-kesaksian-dilawan Ps 5: Mujizat-kesaksian-dilawan Ps 6-7 : Mujizat-kesaksian-dilawan

Krisis pertama ; penganiayaan terhadap Stefanus Ujian terakhir atas bangsa Yahudi ibukota Penolakan terakhir terhadap Kerajaan PI pertama kepada bangsa non-Yahudi Pusat PI pindah ke Antiokhia

Gerakan Keluar: Kota-kota dan Orang-orang Strategis

Ps 8: Samaria-Sida-sida Etiophia

Ps 9:Damsyik-Saulus-lalu bernama Paulus Ps 10: Kaisarea-Kornelius, non Yahudi Ps 11: Antiokia-Bangsa non Yahudi masuk (ay.18) Ps 12: Yerusalem-Penutup bagian I-Herodes kepala bangsa dihakimi

II Penawaran ulang Kerajaan kepada bangsa Yahudi yang bertaburan (Ps 13-28) Ps 13-14: Perjalanan Paulus memberitakan Injil-Pertama

Ps 15-36: Perjalanan Paulus memberitakan Injil-Kedua

Ps 18-23: Perjalanan Paulus memveritakan Injil-Ketiga Pada umumnya bangsa Yahudi menolak dan melawan

Krisis kedua: Kemarahan terhadap Paulus (Ps 22) Kebencian orang Yahudi kepada Paulus memuncak

Puncak penolakan orang Yahudi yang bertaburan

Hal ini menyebabkan kesaksian kepada orang-orang yang terkemuka

Menyebabkan kesaksian Paulus yang terakhir di Roma

Kesaksian dilanjutkan kepada orang-orang terkemuka

Ps 23 : Paulus bersaksi dihadapan mahkamah Agama

Ps 24 : Paulus bersaksi dihadapan Gubernur Feliks

Ps 25 : Paulus bersaksi dihadapan Gubernur Festus Ps 26 : Paulus bersaksi dihadapan Raja Agripa

Ps 27 : Paulus bersaksi sebagai kesaksiannya yang terakhir di Roma

Krisis ketiga: Injil diberitakan kepada bangsa-bangsa lain Ps 28

Bangsa-bangsa lain menerima

PAULUS & KEHIDUPANNYA

Pada pembahasan di Kitab Kisah Para Rasul kita sudah membahas tentang sosok Paulus yang

luarbiasa. Berikut kita lebih dalam mengenal tokoh Paulus, sumber-sumber dan kronologis,

sejarah hidup Paulus, pribadi Paulus dan teologi Paulus yang diuraikan berurutan di

bawah ini.

A. Tokoh Paulus

Paulus juga dipanggil Saulus (Kisah Para Rasul 13:9). Orang Farisi dari Tarsus (Kisah

Para rasul 9:11; Filipi 3:5). Dididik di bawah Gamaliel (Kisah Para Rasul 22:3). Rasul

(dalam Galatia 1:1-24). Setuju Stefanus dibunuh (Kisah Para Rasul 8:1; 22:20).

Menganiaya jemaat (Kisah Para Rasul 8:3; 9:1,2; 22:4-5; 26:10-11; 1Korintus 15:9;

Galatia 1:13; Filipi 3:6).Penglihatan tentang Yesus di jalan ke Damsyik (Kisah Para

Rasul 9:3-19; 22:6-16; 26:12-18). Ke tanah Arab, kembali ke Damsyik (Galatia 1:17).

Berkhotbah di Damsyik; luput kematian dalam sebuah keranjang dari atas tembok

(Kisah Para Rasul 9:19-25). Di Yerusalem; dikirim kembali ke Tarsus (Kisah Para Rasul

9:26-30). Di bawah ke Antiokhia oleh Barnabas (Kisah Para Rasul 11:22-26).

Perjalanan misi pertama ke Kiprus dan Galatia (dalam Kisah Para Rasul 13:1-14:28).

Dilempari batu di Listra (Kisah Para Rasul 14:19-20). Hadir sidang di Yerusalem (Kisah

Para Rasul 15:1-29; Galatia 2:1-10). Berpisah dari Barnabas karena Markus (Kisah Para

Rasul 15:36-41).

Perjalanan misi kedua bersama Silas (dalam Kisah Para Rasul 16:1-20:38). Panggilan ke

Makedonia (Kisah Para Rasul 16:6-10). Dibebaskan dari penjara di Filipi (Kisah Para

Rasul 16:16-40). Di Tesalonika (Kisah Para Rasul 17:1-9). Khotbahnya di Atena (Kisah

Para Rasul 17:16-33). Di Korintus (dalam Kisah Para Rasul 18:1-28\). Di Efesus (dalam

Kisah Para Rasul 19:1-41). Kembali ke Yerusalem (dalam Kisah Para Rasul 20:1-38).

Perpisahan dengan para penatua di Efesus (Kisah Para Rasul 20:13-38). Tiba di

Yerusalem (Kisah Para Rasul 21:1-26), ditangkap (Kisah Para Rasul 21:27-36). Bicara

kepada orang banyak (dalam Kisah Para Rasul 22:1-30), di hadapan Mahkamah Agama

(Kisah Para rasul 23:1-11). Dipindahkan ke Kaisarea (Kisah Para Rasul 23:12-35).

Dihadapan Feliks (dalam Kisah Para Rasul 24:1-27), Festus (Kisah Para Rasul 25:1-12),

Agripa (Kisah Para Rasul 25:13-26:32). Perjalanan ke Roma; kapal terkandas (dalam

Kisah Para Rasul 27:1-44). Tiba di Roma (dalam Kisah Para Rasul 28:1-31).

Surat-surat Kiriman: Roma, 1 dan 2 Korintus, Galatia, Efesus, Kolose, 1 dan 2

Tesalonika, 1 dan 2 Timotius, Titus, Filemon. Rasul Yesus Kristus yang dahulu bernama

Saulus (Kisah Para Rasul 7:58). Ia termasuk golongan Farisi -dan turut menganiaya

jemaat Kristen. Ia bertobat dan dipanggil menjadi rasul, khususnya di tengah-tengah

bangsa-bangsa bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 9:1-43; Galatia 1:13-16). Ia melakukan

perjalanan-perjalanan untuk menyebarkan Injil dan mendirikan jemaat-jemaat. Untuk

memelihara jemaat-jemaat itu ia menulis surat-suratnya.

1. kehidupan sebelumnya, lahir di Tarsus (Kisah Para Rasul 22:3); saudara

perempuannya (Kisah Para Rasul 23:16); belajar di Yerusalem di bawah bimbingan

Gamaliel (Kisah Para Rasul 22:3); pembuat kemah (Kisah Para Rasul 18:3);

menyetujui/membenarkan kematian Stefanus (Kisah Para Rasul 7:58; 8:1); menganiaya

orang Kristen (Kisah Para rasul 8:3; 22:4-5; 26:10-11; lihat juga 1Korintus 15:9; Galatia

1:13; Filipi 3:6; 1Timotius 1:13)

2. pertobatan (Kisah Para Rasul 9:3-19; 22:6-16; 26:12-18)

3. awal pelayanan di Arab (Galatia 1:17); di Damsyik (Kisah Para Rasul 9:19-25; 26:20;

2Korintus 11:32-33; Galatia1:17); di Yerusalem (Kisah Para Rasul 9:26-29; 26:20;

Galatia 1:18-19); di Tarsus (Kisah Para Rasul 9:30); di Antiokhia (Kisah Para Rasul

11:25-30; 12:25)

4. kegiatan penginjilan, perjalanan pertama (Kisah Para Rasul 13:1-14:28); sidang di

Yerusalem (Kisah Para Rasul 15:1-29; Galatia 2:1-10); perjalanan kedua (Kisah Para

Rasul 15:36-18:23); perjalanan ketiga (Kisah Para Rasul 18:23-20:38); kembali ke

Yerusalem (Kisah Para Rasul 21:1-26)

5. ditangkap dan dipenjarakan: ditangkap di Yerusalem (Kisah Para Rasul 21:27-23:22);

dipenjarakan dan diadili di Kaisarea (Kisah Para Rasul 23:23-26:32); pelayaran ke Roma

(Kisah Para Rasul 27:1-28:16); pelayanan di Roma (Kisah Para Rasul 28:17-31).

B. Sumber-Sumber & Kronologis

1. Sumber-sumber untuk biografi Paulus terutama adalah surat-surat Paulus dan Kisah

Para Rasul. Adapun surat-surat yang pasti berasal dari Paulus adalah: Roma, 1 & 2

Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, Filemon, 1&2 Tesalonika, dan Surat-surat

Pastoral.

2. Tidak sepucukpun surat Paulus yang diwariskan kepada kita mempunyai ketentuan

tanggal yang pasti, sehingga memungkinkan pembuatan kronologis hidup Paulus yang

tepat.

Memang ada dua buah kepastian tanggal yang tepat di dalam Kisah Para Rasul.:

Kematian Herodes Agripa (tahun 44; Kisah Para Rasul 12:20-23) dan periode jabatan

Prokonsul Gallio (tahun 50/51 atau tahun 52/53; Kisah Para Rasul 18:12-17). Apabila

Paulus dihadapkan Gallio pada bulan Juni/Juli tahun 52, maka dapat dikatakan, bahwa

ia datang di Korintus menjelang akhir tahun 50 atau awal tahun 51 (Korintus 18:11).

Dengan demikian, konsili para Rasul (tahun 15; Galatia 2:1-10) dapat ditentukan

tanggalnya pada tahun 49 dan tobatnya Paulus yang ditentukan 14 (atau 17) tahun

sebelumnya (Galatia 2:1; bdk.: Galatia 1:18), yakni sekitar tahun 35/36 atau 33/34.

Perjalanan misionarisnya yang ketiga barangkali dimulai pada tahun 53. Perjalanan itu

berlangsung lebih kurang lima tahun. Tiga tahun dilakukannya di Efesus (Kisah Para

Rasul 19:8,10; 20:31). Dan berakhirnya perjalanan itu di Yerusalem, dimana Paulus

lalu ditangkap. Di Yerusalem dan di Kaisarea ia ditahan oleh Feliks (Kisah Para Rasul

24:23) dan Festus selama dua tahun (Kisah Para Rasul 24:27). Ia lalu dikirim ke Roma.

Musim semi tahun 61 ia tiba di Roma dan tinggal di dalam penjara menjalani hukuman

yang agak ringan selama dua tahun (Kisah Para Rasul 28:17-31). Penahanan ini

barangkali diakhiri dengan sebuah pelepasan (Filemon 1:22). Paulus lalu melanjutkan

karyanya pada tahun-tahun berikut sampai pada pelaksanaan pembunuhannya. Pada

tahun-tahun tersebut hanya ditemukan berita-berita dari surat-surat Gembala.

Kebanyakan menyebutkan tahun 67 sebagai tahun kematian Paulus (: sudah sejak

Eusibius). Surat-surat tertua (1/2Tesalonika) ditulis tahun 51/52. Dan Galatia maupun

1Kointus 54/57; 2Korintus dari tahun 57; Roma ditulisnya akhir tahun 57 atau awal 58;

surat-surat dari penjara sekitar tahun 61/63.

C. Sejarah Hidup Paulus

1. Asal dan masa mudanya Paulus dilahirkan di Tarsus daerah Silisia, sebuah pusat

kebudayaan dan ilmu pengetahuan Yunani (Kisah Para Rasul 21:39). Ia berasal dari

sebuah keluarga Yahudi (Filipi 3:5) yang berbahasa Aram (Kisah Para Rasul 13:9) dan

kaya (Kisah Para Rasul 22:28). Pada saat kematian Stefanus (tahun 33/34 atau tahun

35/36) Paulus masih "seorang pemuda", artinya kira-kira baru umur 30 tahun sehingga

ia diperkirakan lahir pada tahun-tahun pertama perhitungan waktu Kristen. Hari ke-8

setelah lahir ia disunati (Filipi 3:5) dan diberi nama Saul (nama Romawi: Paulus: Kisah

Para Rasul 13:9). Sejak kecil ia belajar bahasa Yunani, bahasa pergaulan di Tarsus.

Sekitar umur 15 tahun ia diperkirakan datang ke Yerusalem dan menjadi pengikut

seorang yang giat dari golongan kaum Farisi (Kisah Para Rasul 22:3; Galatia 1:14).

Sesuai dengan kebiasaan Yahudi ia belajar mengerjakan salah satu pekerjaan tangan

(ia adalah seorang pembuat kemah; Kisah Para Rasul 18:3) yang dilakukannya di

tengah-tengah kesibukan karya kerasulannya, dan dipakainya untuk penghidupan

(Kisah Para Rasul 18:3; 1Korintus 4:12; 1Tesalonika 2:9) sehingga ia tidak tergantung

pada siapapun juga (1Korintus 9:15).

2. Paulus yakin, bahwa ia harus melakukan pengejaran terhadap para pengikut

pewarta kristen purba. Yang paling penting adalah bertobatnya. Paulus sendiri

menyatakan, bahwa ia bertobat karena digerakkan oleh sebuah wahyu khusus dari

Kristus (1Korintus 15:8; Galatia 1:15-16; bdk.: Galatia 9:1). Pernyataan itu sesuai

dengan kesaksian (Kisah Para Rasul 9:3-6; 22:6 dst.; Kisah Para Rasul 23:13-18). Di

dalam wahyu khusus Kristus itu Paulus sekaligus dipanggil menjadi rasul orang kafir

(bdk. Roma 15:15-16; Galatia 2:7 dst.). Bagi Paulus panggilannya lewat wahyu khusus

dari Kristus yang telah bangkit memberinya nilai kedudukan rasul yang sama dengan

para Rasul terdahulu lainnya (2Korintus 10:1-13; Gal 1:1-2:21).

3. Menurut Galatia 1:17 Paulus segera pergi ke tanah Arab setelah pengalamannya di

Damsyik. Kemudian waktu, setelah ia pulang kembali ke Damsyik, ia lalu

meninggalkannya lagi bukan atas kemauannya sendiri, melainkan ia harus mengungsi

ke Yerusalem disebabkan oleh penguasa yang menjadi wakil raja Aretas (2Korintus

11:32-33). Tidak lama kemudian ia berangkat dari situ untuk pergi kembali ke daerah

Siria dan Silisia tanpa mengadakan hubungan dengan jemaat-jemaat Yahudi (Galatia

1:18-24). Dari Tarsus Paulus dibawa Barnabas ke Antiokhia. Kedua-duanya bekerja

dengan rajin dan memperoleh hasil selama waktu setahun (Kisah Para Rasul 11:25-26).

Dari situlah Paulus berangkat melakukan berbagai perjalanan misionaris.

3.1 Perjalanan misionaris pertama (tahun 44-49; Kisah Para Rasul 13:1-14:28). Semula

Paulus pergi bersama Barnabas ke Siprus. Kemudian mereka pergi ke Asia Kecil lewat

Ikonium dan Listra ke Derbe. Mereka pulang lewat jalan keberangkatannya kembali ke

Antiokhia. Masalah yang menjadi bahan pertentangan adalah: Apakah orang kristen

asal kafir ikut dituntut memenuhi hukum PL, terutama melaksanakan sunat. Hal itu

diputuskan di dalam --Konsili para Rasul (tahun 49) sesuai dengan pandangan Paulus.

Sekaligus ia diakui sebagai rasul untuk orang-orang kafir, seperti Petrus untuk orang-

orang Yahudi (Galatia 2:7).

3.2 Perjalanan misionaris kedua (tahun 49-52; Kisah Para Rasul 15:36-18:22). Paulus

pergi menuju benua Eropa lewat Asia Kecil dengan ditemani Silas dan Timotius. Paulus

mendirikan sebuah jemaat yang hampir melulu terdiri dari orang kristen asal kafir (Kis

16:11-40; 1Tesalonika 2:2). Di Tesalonika Paulus menimbulkan sebuah permusuhan luar

biasa dari pihak orang-orang Yahudi: Ia digugatkan kepemimpin kota. Atas adanya

gugatan itu Paulus harus meninggalkan kota dan melanjutkan perjalanan ke Athena. Ia

sedih sekali (1Tesalonika 3:3-4) dan setengahnya putus harapan (bdk: 1Korintus 2:3)

atas kegagalannya di Athena. Putusannya sudah tetap untuk meninggalkan jalan

kefasihan serta kebijaksanaan manusiawi, waktu ia datang di Korintus (Korintus 2:2-3).

Di situ ia tinggal di rumah Akwila dan Priskila. Beberapa orang Yahudi dan banyak

orang kafir ditobatkannya, terutama dari kalangan masyarakat rendahan (1Korintus

1:26). Diperkirakan, bahwa pada pertengahan tahun 52 ia digugatkan oleh orang-orang

Yahudi pada Gallio. Ia dituduh sebagai penyebar agama "yang melawan hukum".Gallio

menolak gugatan mereka. Paulus lalu pergi ke Antiokhia.

3.3 Dari Antiokhia Paulus berangkat untuk perjalanan misionarisnya yang ketiga

(1Korintus 53-58; Kisah Para Rasul 18:23; 21:14), yang dilakukannya melintasi Asia

Kecil menuju ke Efesus. Di situ ia tinggal selama tiga tahun dan "ada banyak

kesempatan baginya untuk melakukan pekerjaan yang besar dan penting" (1Korintus

16:9). Di situ pula ditulisnya surat kepada jemaat di Galatia dan surat pertama kepada

jemaat di Korintus. Ia terpaksa pergi karena timbulnya sebuah pengejaran. Kemudian

ia datang di Korintus lewat Makedonia (Kisah Para Rasul 20:3). Ia berangkat ke

Yerusalem membawa dana seraya dipenuhi berbagai macam pikiran (Kisah Para Rasul

20:13-21:17). Ia mengandung maksud untuk berada di Yerusalem pada hari Pentekosta.

Di situ ia ditangkap karena menajiskan kenisah (Kisah Rasul 21:27-34).

4. Ketika berada di penjara. (Kisah Para Rasul 16:19-40; 21:17-28:31). Dari Yerusalem

Paulus dibawa ke Prokurator Feliks di Kaisarea dengan penjagaan ketat. Di situ ia

tinggal dua tahun di dalam penjara. Waktu Festus menggantikan Feliks, Paulus naik

banding pada Kaisar. Oleh sebab itu ia perlu dikirim ke (tahun 60) Roma (Kisah Para

Rasul 23:23-28:14). Dari Roma ditulisnya surat-surat penjara: Efesus., Kolose.,

Filemon, dan barangkali juga Filipi. Dalam kedua surat terakhir menyingsinglah

harapan akan pembebasan yang sudah dekat (Filipi 1:26; 2:24; Filemon 1:22). Kisah

para Rasul nampaknya juga menyindir hal itu. Mengenai tahun-tahun terakhir hidup

Paulus, di luar keterangan dari Klemens dari Roma, kita hanya dapat mengetahuinya

dari ungkapan-ungkapan yang secara kebetulan timbul di dalam surat-surat Gembala.

D. Pribadi Paulus

1. Pribadi manusiawi. Paulus hanya dapat ditangkap dari peristiwa yang disebut

pengalamannya di Damsyik. Sampai pada kebatinannya yang sedalam-dalamnya ia

terbawa oleh bimbingan Tuhan lewat wahyu Kristus (Galatia 1:15-16; 2:20; Filipi 3:12),

menjadi "budak Kristus Yesus" (Roma 1:1; Gal 1:1). Hubungannya dengan orang-orang

lain secara keseluruhan ditentukan oleh pengalamannya akan Allah di Damsyik

(1Korintus 9:22; bdk.: Roma 15:1-3; Filipi 2:1 dst.).

2. Surat-surat Paulus itu pada pandangan pertama bermaksud menjadi bantuan bagi

jemaat-jemaat yang bersangkutan. Itulah sebabnya, bahwa di dalam surat-surat itu

hanya dibicarakan masalah-masalah tertentu yang sudah dipilihnya dan kadang-kadang

dijawabnya dengan semangat yang meluap-luap. Oleh karenanya dapatlah ditangkap

bahwa bukan hanya corak bahasa yang tidak sama tingginya, atau kalimat-kalimat

yang dipotong secara mendadak dan lain-lain, melainkan juga ada pertentangan antara

berbagai ungkapan di dalam masing-masing surat.

E. Teologi Paulus

1. Sumber-sumbernya. Tidak dapat disangkal lagi adanya hubungan yang akrab sekali

antara jalan pikiran Paulus dengan jalan pikiran Farisi Palestina (:berpikir dalam istilah

ganda yang saling berlawanan; uraian Alkitab; Roma 3:10-18; 1Korintus 10:1-5; Galatia

4:21-26,30). Perlu diperhitungkan pula pengaruh aliran-aliran apokaliptis tertentu

(Roma 5:14; 1Korintus 15:26-28,45), maupun teologi yang kita temui di dalam Kitab-

kitab Kumran. Berlawanan dengan karya-karya awal abad 20, kini dinilai lebih kecil

ketergantungan Paulus pada kesalehan misteri Helenisme. Sebaliknya kini lebih jelas

diakui, betapa kuat Paulus diwarnai oleh warisan rasuli lain yang lebih tua (1Korintus

11:23-27; 15:3-7; Filipi 2:6-11; bdk.: Roma 1:3-4). Di situ hubungan Paulus dengan

Yesus yang menyejarah tetap merupakan masalah (2Korintus 5:8).

2. Pesannya. Meskipun tidak mungkin memperkembangkan sebuah sistim theologinya

lewat surat-suratnya, namun surat-surat itu menunjukkan pengertian-pengertian dasar

tertentu, yang khas bagi Paulus. Secara menyeluruh kunci theologinya dibentuk dari

Kristus yang disalibkan dan bangkit dari maut. Allah telah memanggil dan memberi

kemampuan pada Paulus menjadi rasul Kristus (Galatia 1:15). Oleh karena itu Kristus-

lah satu-satunya isi Injilnya (Roma 1:16-17; 1Korintus 1:17). Hanya di dalam Kristus

berpancarlah pengetahuan Allah yang sebenarnya bagi Paulus (2Korintus 4:6). Di dalam

penderitaan dan kematian Kristus terletaklah wahyu akan kehendak Allah yang

menyelamatkan dengan tanpa syarat (Roma 3:25; 8:3-4). Di dalam kebangkitanNya dan

pemuliaanNya nampaklah tanda dan jaminan kemenangan tetap dari belas kasih illahi

(Roma 8:31-39), yang bermaksud mendamaikan kita denganNya (2Korintus 5:18-21). Di

dalam dasar itulah Paulus tidak lelah-lelahnya menekankan rahmat penebusan (Galatia

2:16) yang diberikanNya secara gratis. Oleh rahmat itulah manusia dibebaskan dari

tuntutan hukum yang tidak kenal ampun (Galatia 3:10,13; Kolose 2:14). Hanya iman

manusia yang penuh percaya masih tetap merupakan jawaban yang sesuai dengan

karya Tuhan yang penuh rahmat (Roma 1:17; 3:28; 4:18 dst. dll.). Di sini tidak ada

pertentangan dengan Yakobus 2:14-19 karena jelas dibuktikan oleh Roma 7:4; Galatia

5:22; Filipi 1:11 dll. Umum mengakui hal ini. Karya keselamatan Allah yang tidak

mengenal batas itu mengandung arti pula bagi Paulus, bahwa setiap orang selaku

anggota umat manusia, ikut ambil bagian di dalam keselamatan illahi (Roms 5:12-19;

1Korintus 15:21-23,45-49). Seluruh umat manusia dipersatukan dan dibangun Kristus di

dalam tubuhNya (Efesus 2:16; Kolose 1:18). Atas dasar itu kesatuan gereja merupakan

salah satu puncak tertinggi dari perhatian rasul (1Korintus 1:10 dst.;1Korintus 3:3-4;

11:17-22; bdk.: Roma 15:5; Filipi 2:1-5; Efesus 4:1-32). Akhirnya keseluruhan

pelayanan bagi Allah ditanggung oleh kesadaran orang, bahwa ia ada di dalam

perjalanan menuju Allah keselamatan itu dan menuju Yesus Kristus, Tuhannya (Filipi

1:23; 2:16). Meskipun harapannya atas kedatangan Kristus berubah (bdk.: Filipi 1:23;

1Tesalonika 4:15 dst.), namun bagi Paulus tetap ada sebuah kepastian, bahwa pada

akhirnya Allah akan menjadi "segala dalam segalanya" (1Korintus 15:24-28).

PAULUS DAN SURAT-SURATNYA KEPADA JEMAAT

Pada bagian ini kita mempelajari Paulus dan surat-suratnya kepada jemaat, yang

mencakup: Surat Roma, surat 1 & 2 Korintus, surat Galatia, surat Efesus, surat Filipi,

surat Kolose, dan surat 1 & 2 Tesalonika yang diuraikan berurutan di bawah ini.

A. Surat Roma

Penulis : Paulus

Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan

Tanggal Penulisan : Sekitar tahun 57

1. Latar Belakang Penulisan Surat Roma

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan

paling berpengaruh.

Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya

yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan rasulinya kepada dunia

bukan Yahudi. Bertentangan dengan tradisi gereja Katolik-Roma, jemaat di Roma tidak

didirikan oleh Petrus atau rasul yang lain. Jemaat di Roma ini mungkin didirikan oleh

orangdari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga

oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:10).

Paulus tidak memandang Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Roma 15:20).

Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali

merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu

kedatangannya masih dihalangi (Roma 1:13-15; 15:22). Dia menegaskan kerinduan

yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk

datang dengan segera (Roma 15:23-32).

Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (Roma

15:25-26; Kisah Para rasul 20:2-3; 1Korintus 16:5-6), Paulus berada di Korintus di

rumah Gayus (Roma 16:23; 1Korintus 1:14). Sementara menulis surat ini melalui

pembantunya Tertius (Roma 16:22), dia sedang merencanakan kembali keYerusalem

untuk hari Pentakosta Kisah Para rasul 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58)

untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi

kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Roma 15:25-27). Segera setelah

itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi

gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari mereka bila

makin ke barat (Roma 15:24,28).

2. Tujuan Penulisan Surat Roma

Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta

rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya ganda, yakni:

2.1 Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan

mengenai berita dan ajaran Paulus (Roma 3:8; 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk

menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.

2.2 Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja

karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (Roma 2:1-29;

3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (Roma 11:11-36).

3. Survai Penulisan Surat Roma

Tema Surat Roma diketengahkan dalam Roma 1:16-17, yakni bahwa di dalam Tuhan

Yesus dinyatakan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada dosa.

Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama, Paulus

menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran adalah

umum (Roma 1:18-3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada

di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat

dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada

Yesus Kristus (Roma 3:21-4:25).

Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah

mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (Roma 5:1-21), karunia kebenaran

Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (Roma 6:1-23),

pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut hukum Taurat

(Roma 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita

"melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (Roma 8:1-39). Allah sedang

mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (Roma 9:1-

11:36).

Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus

mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial,

sipil, dan moral (Roma 12:1-14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan keterangan

tentang rencananya pribadi (Roma 15:1-33) dan ucapan salam pribadi yang panjang,

nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (Roma 16:1-27).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Roma

Terdapat tujuh ciri utama menandai surat ini.

4.1 Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang

paling hebat dalam PB.

4.2 Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (Roma 3:1,4-6,9,31).

4.3 Paulus memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan

sifat sesungguhnya dari Injil.

4.4 Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Roma 1:16-

17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.

4.5 Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan

persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:

(1) dosa sebagai pelanggaran pribadi (Roma 1:1-5:11), dan

(2) prinsip "dosa" (Yunani: α μαρτια / hamartia / ham-ar-tee'-ah)[1], yakni

kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap

orang sejak kejatuhan Adam (Roma 5:12-8:39).

4.6 Roma 8:1-39 adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab mengenai peranan Roh

Kudus dalam kehidupan orang percaya.

4.7 Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus

oleh orang Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan

Allah yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (Roma 9:1-

11:36).

5. Garis Besar Penulisan Surat Roma

Pendahuluan (Roma 1:1-17)

I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran (Roma 1:18-3:20)

A. Kebutuhan Orang Bukan Yahudi (Roma 1:18-32)

B. Kebutuhan Orang Yahudi (Roma 2:1-3:8)

C. Kebutuhan Semua Orang (Roma 3:9-20)

II. Penyediaan Kebenaran yang Mulia oleh Allah (Roma 3:21-5:21)

A. Pembenaran oleh Iman Diringkaskan (Roma 3:21-31)

B. Pembenaran oleh Iman Digambarkan Dalam Abraham (Roma 4:1-25)

C. Berkat dan Keyakinan yang Menyertai Pembenaran (Roma 5:1-11)

D. Adam dan Kristus Dibandingkan (Roma 5:12-21)

1. Adam/Dosa/Penjatuhan Hukuman/Kematian

III.Kebenaran Berkarya Melalui Iman (Roma 6:1-8:39)

A. Kebebasan dari Perbudakan Dosa (Roma 6:1-23)

1. Mati Bersama Kristus terhadap Dosa (Roma 6:1-14)

2. Hidup Bersama Kristus sebagai Hamba Kebenaran (Roma 6:15-23)

B. Kebebasan dari Pertentangan di Bawah Hukum Taurat (Roma 7:1-25)

C. Kebebasan Melalui Hukum Roh Kehidupan (Roma 8:1-39)

IV. Kebenaran oleh Iman Berkaitan dengan Israel (Roma 9:1-11:36)

A. Persoalan Penolakan Israel (Roma 9:1-10:21)

B. Kemenangan Rencana Allah (Roma 11:1-36)

V. Penerapan Praktis dari Kebenaran oleh Iman (Roma 12:1-15:13)

A. Orang Percaya dan Penyerahan Diri (Roma 12:1-2)

B. Orang Percaya dan Masyarakat (Roma 12:3-21)

C. Orang Percaya dan Pemerintah (Roma 13:1-7)

D. Orang Percaya dan Hukum Kasih (Roma 13:8-15:13)

Penutup (Roma 15:14-16:27)

B. Surat 1 Korintus

Penulis : Paulus

Tema : Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya

Tanggal Penulisan : Tahun 55/56

1. Latar Belakang Penulisan Surat 1 Korintus

Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan

Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur

pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi,

dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal

karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.

Bersama dengan Priskila dan Akwila (1 Korintus 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri

(Kisah Para Rasul 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas

bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kisah Para

Rasul 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi

kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah

Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang

masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-

menyurat dan kunjungan pribadi. Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun

pelayanannya di Efesus (Kisah Para Rasul 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang

ketiga (Kisah Para Rasul 18:23-21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di

Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Korintus 1:11); setelah itu utusan dari

jemaat Korintus (1Korintus 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang

memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Korintus 7:1; bd. 1Kor 8:1; 12:1;

16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya dari Korintus, Paulus

menulis surat ini.

2. Tujuan Penulisan Surat 1 Korintus

Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini:

2.1 Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah

diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh

orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.

2.2 Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah

ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan

kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.

3. Survai Penulisan Surat 1 Korintus

Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja yang para

anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Korintus 3:1-3) dan tidak secara tegas memisahkan

diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Korintus 6:17) -

masalah seperti sifat memecah belah (1Korintus 1:10-13; 11:17-22), toleransi terhadap

dosa seperti perzinaan (1Korintus 5:1-13), kebejatan seksual pada umumnya (1Kor

6:12-20), perkara hukum sekular antara orang Kristen (1Korintus 6:1-11), pikiran

manusiawi tentang kebenaran rasuli (1Korintus 15:1-58) dan perselisihan mengenai

"kemerdekaan Kristen" (1Korintus 8:1-13; 1Korintus 10:1-33). Paulus juga menasihati

orang Korintus tentang perkara yang berkaitan dengan hal membujang dan perkawinan

(1Korintus 7:1-40), ibadah bersama, termasuk Perjamuan Kudus (1Korintus 11:1-

14:40), dan pengumpulan uang bagi orang-orang kudus di Yerusalem (1Korintus 16:1-

4).

Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus terdapat

pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks ibadah

bersama (1Korintus 12:1-14:40). Lebih dari lain tempat dalam PB, pasal-pasal ini

memberikan pemahaman terhadap sifat dan unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-

mula (1Korintus 14:26-33). Paulus menunjukkan bahwa maksud Allah bagi gereja

meliputi berbagai manifestasi Roh yang terjadi melalui orang percaya yang setia

(Korintus 12:4-10) dan orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu

(1Korintus 12:28-30) keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan

banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1Korintus 12:12-27). Ketika memberikan

pedoman bagi fungsi bersama karunia rohani, Paulus membuat suatu perbedaan yang

penting antara hal membangun pribadi dan hal membangun segenap anggota

(1Korintus 14:2-6,12,16-19,26), dengan menegaskan bahwa semua manifestasi dan

karunia yang bersifat umum harus mengalir keluar dari kasih (1Korintus 13:1-13) dan

berada demi pembangunan orang percaya yang sedang berhimpun (1Korintus 12:7;

14:4-6,26).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 1 Korintus

Lima ciri utama menandai surat ini:

4.1 Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab lain dalam PB.

Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus memberikan

prinsip rohani yang jelas dan kekal, di mana setiap prinsip itu dapat diterapkan secara

menyeluruh dalam seluruh jemaat (1Korintus 1:10; 6:17,20; 7:7; 9:24-27; 1Korintus

10:31-32; 14:1-10; 15:22-23).

4.2 Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu

fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus, dan

karunia-karunia rohani.

4.3 Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai pokok penting

seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (1Korintus 7:1-40); Perjamuan

Kudus (1Korintus 10:16-21; 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan

karunia rohani dalam perhimpunan bersama (1Korintus 12:1-31; 14:1-40); kasih agape

(1Korintus 13:1-13); dan kebangkitan tubuh (1Korintus 15:1-58).

4.4 Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala

sidang

4.5 Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka

yang berpegang kepada Kristus dengan sungguh-sungguh (1Korintus 6:9-10; 9:24-27;

10:5-12,20-21; 15:1-2).

5. Garis Besar Penulisan Surat 1 Korintus

Pendahuluan (1Korintus 1:1-9)

I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus (1Korintus

1:10-6:20)

A. Perpecahan dalam Jemaat (1Korintus 1:10-4:21)

1. Empat Golongan (1Korintus 1:10-17)

2. Penyebab Perpecahan (1Korintus 1:18-4:5)

a. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hikmat (1Korintus 1:18-3:4)

b. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Pelayanan Kristen (1Korintus 3:5-4:5)

3. Imbauan untuk Berdamai (1Korintus 4:6-21). Prinsip: Jemaat sebagai tubuh Kristus (

1Korintus 12:12-20) tidak boleh terpecah-belah menjadi bagian-bagian yang terpisah

(1Korintus 1:10,13)

B. Masalah-Masalah Moral dalam Jemaat (1Korintus 5:1-6:20)

1. Masalah Perzinaan dan Disiplin Gereja (1Korintus 5:1-13)

2. Masalah Perkara-Perkara Hukum Sekular di Antara Orang-Orang Kristen (1Kointus

6:1-11)

3. Masalah Kebejatan Seksual (1Korintus 6:12-20)

Prinsip: Kamu yang telah dipersatukan dengan Tuhan, hendaknya berperilaku baik

supaya membawa hormat bagi Dia (1Korintus 6:17,20)

II. Jawaban Terhadap Pertanyaan yang Ditulis Dalam Surat dari Jemaat Korintus

(1Korintus 7:1-16:9)

A. Pertanyaan Mengenai Perkawinan (1Korintus 7:1-40)

1. Perkawinan dan Hal Hidup Membujang (1Korintus 7:1-9)

2. Tanggung Jawab Kristen dalam Perkawinan (1Korintus 7:10-16)

3. Prinsip Kepuasan Hati (1Korintus 7:17-24)

4. Nasihat kepada Orang yang Tidak Menikah (1Korintus 7:25-38)

5. Pengarahan Tentang Nikah Ulang (1Korintus 7:39-40)

Prinsip: Allah memberikan sebagian orang karunia menjadi seorang suami atau istri;

kepada orang lainnya, Ia berikan karunia untuk tinggal membujang demi kepentingan

kerajaan-Nya (1Korintus 7:7,32)

B. Pertanyaan Mengenai Penggunaan Kemerdekaan Kristen (1Korintus 8:1-11:1)

1. Masalah Makanan yang Dipersembahkan kepada Berhala (1Korintus 8:1-13)

2. Disiplin Paulus dalam Menggunakan Kemerdekaannya (1Korintus 9:1-27)

3. Peringatan Terhadap Percaya Diri yang Berlebih-lebihan (1Korintus 10:1-13)

4. Ketidaksesuaian Pesta Penyembahan Berhala dengan Meja Tuhan(1Korintus 10:14-

23)

5. Beberapa Prinsip Umum dan Nasihat Praktis (1Korintus 10:24-11:1)Allah; jangan

melakukan sesuatupun yang bisa menyebabkan orang lain tersandung (1Korintus 10:31-

32) atau mungkin saudaradidiskualifikasi dari pertandingan (1Korintus 9:24-27)

C. Pertanyaan Mengenai Ibadah Bersama (1Korintus 11:2-14:40)

1. Tudung Kepala Wanita dalam Jemaat (1Korintus 11:2-16)

2. Sikap dalam Mengikuti Perjamuan Tuhan (1Korintus 11:17-34)

3. Karunia-Karunia Rohani (1Korintus 12:1-14:40)

Prinsip: Segala sesuatu harus dilakukan secara sopan dan teratur (1Korintus 14:40)

D. Pertanyaan Mengenai Kebangkitan (1Korintus 15:1-58)

1. P. Bagaimana Mungkin Ada Orang yang Mengatakan Bahwa Tidak Ada Kebangkitan

Orang Mati? (1Korintus 15:12)

J. Kepastian Kebangkitan (1Korintus 15:1-34) Mereka Akan Datang Kembali? (1Korintus

15:35)

2. P. Bagaimanakah Orang Mati Dibangkitkan? Dan dengan Tubuh Apakah Mereka Akan

Datang Kembali? (1Korintus 15:35)

J. Sifat Tubuh Kebangkitan (1Korintus 15:35-57)

3. Kesimpulan Terhadap Pertanyaan Itu (1Korintus 15:58)

Prinsip: Kebangkitan Kristus dari kematian menjamin kebangkitan mereka yang

menjadi milik Kristus ketika Ia datang kembali (1Korintus 15:22-23)

E. Pertanyaan Mengenai Pengumpulan Uang bagi Orang Kudus (1Korintus 16:1-9)

Pengarahan-Pengarahan Akhir (1Korintus 16:10-24)

C. Surat 2 Korintus

Penulis : Paulus

Tema : Kemuliaan Melalui Penderitaan

Tanggal Penulisan : Tahun 55/56

1. Latar Belakang Penulisan Surat 2 Korintus

Paulus menulis surat kiriman ini kepada jemaat di Korintus dan kepada orang percaya

di seluruh Akhaya (2Korintus 1:1), dengan menyebut namanya sendiri sebanyak dua

kali (2Korintus 1:1; 10:1). Setelah mendirikan jemaat di Korintus selama perjalanan

misinya yang kedua, Paulus dan jemaat itu sering berhubungan karena masalah dalam

jemaat.

Urutan hubungan ini dan latar belakang penulisan 2 Korintus adalah sebagai berikut:

1.1 Setelah beberapa kali berhubungan dan surat-menyurat yang awal diantara Paulus

dengan jemaat itu (misalnya: 1Korintus 1:11; 5:9; 7:1), maka Paulus menulis surat 1

Korintus dari Efesus (awal tahun 55/56).

1.2 Berikut, Paulus menyeberangi Laut Aegea menuju Korintus untuk menangani

masalah yang berkembang dalam jemaat. Kunjungan ini diantara 1 dan 2 Korintus

(2Korintus 13:1-2) merupakan suatu kunjungan yang tak menyenangkan, baik bagi

Paulus maupun bagi jemaat itu (2Korintus 2:1-2).

1.3 Setelah kunjungan ini, ada laporan disampaikan kepada Paulus di Efesus bahwa

para wewenang rasulinya, dengan harapan agar mereka dapat membujuk sebagian

jemaat itu untuk menolak Paulus.

1.4 Sebagai tanggapan terhadap laporan ini, Paulus menulis surat 2 Korintus dari

Makedonia (akhir tahun 55/56).

1.5 Segera sesudah itu, Paulus mengadakan perjalanan ke Korintus lagi (2Korintus

13:1), dan tinggal di situ selama lebih kurang tiga bulan (Kisah Para Rasul 20:1-3a).

Dari situ ia menulis kitab Roma.

2. Tujuan Penulisan Surat 2 Korintus

Paulus menulis surat ini kepada tiga golongan orang di Korintus.

2.1 Pertama, ia menulis untuk mendorong mayoritas dalam jemaat di Korintus yang

tetap setia kepadanya sebagai bapa rohani mereka.

2.2 Ia menulis untuk menantang dan menyingkapkan rasul-rasul palsu yang terus-

menerus berbicara menentang dia secara pribadi dengan harapan dapat meruntuhkan

wibawa dan kerasulannya dan untuk memutarbalikkan beritanya.

2.3 Ia juga menulis untuk menegur minoritas dalam jemaat yang sedang dipengaruhi

oleh para lawan Paulus dan yang terus-menerus menolak wewenang dan tegurannya.

Paulus meneguhkan kembali integritas dan wewenang rasulinya, menjelaskan

motivasinya dan memperingatkan mereka terhadap pemberontakan yang lebih lanjut.

Kitab 2 Korintus berfungsi untuk mempersiapkan jemaat secara keseluruhan untuk

kunjungannya yang akan datang.

3. Survai Penulisan Surat 2Korintus

Kitab 2 Korintus mempunyai tiga bagian utama.

3.1 Pada bagian pertama (Korintus 1:1-7:16), Paulus mulai dengan mengucap syukur

kepada Allah atas penghiburan yang dikaruniakan-Nya di tengah-tengah penderitaan

untuk Injil, memuji jemaat Korintus karena mendisiplinkan orang yang berbuat dosa

serius sambil mempertahankan integritas Paulus dalam kaitan dengan perubahan

rencana perjalanannya. Dalam 2Korintus 3:1-6:10 Paulus menyumbangkan pengertian

yang paling luas dalam PB mengenai sifat yang benar dari pelayanan Kristen. Ia

menekankan pentingnya pemisahan dari dunia ini (2Korintus 6:11-7:1) dan

mengungkapkan sukacitanya ketika mendengar dari Titus tentang pertobatan banyak

anggota jemaat di Korintus yang sebelumnya telah menentang wewenangnya

(2Korintus 7:1-16).

3.2 Di pasal 8, 9; (2Korintus 8:1-24 dan 2Kor 9:1-15), Paulus menasihati jemaat

Korintus untuk menandingi kemurahan hati orang Makedonia yang dengan sepenuh hati

telah menyumbangkan persembahan yang telah dikumpulkannya untuk orang Kristen

yang menderita di Yerusalem.

3.3 Pada pasal 10, 13; (2Korintus 10:1-13:13), nada surat berubah. Di sini Paulus

mempertahankan kerasulannya dengan menguraikan panggilannya, kualifikasi, dan

penderitaannya sebagai seorang rasul yang benar. Dengan ini Paulus mengharapkan

jemaat Korintus akan mengenal rasul-rasul palsu di antara mereka dan dengan

demikian mereka dapat luput dari disiplin yang lebih lanjut ketika ia sendiri datang

lagi. Paulus mengakhiri kitab 2 Korintus dengan satu-satunya ucapan berkat yang

menyinggung Trinitas dalam PB (2Korintus13:14).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 2 Korintus

Empat ciri utama menandai surat ini:

4.1 Kitab ini merupakan surat yang paling banyak memberitahukan riwayat hidup

Paulus. Banyak petunjuk pada dirinya ini, dibuatnya dengan rendah hati, minta maaf

dan bahkan mengingat situasi yang ada di Korintus.

4.2 Kitab ini melampaui semua surat kiriman lain dari Paulus dalam hal menyatakan

kuatnya dan dalamnya kasih serta keprihatinan bagi anak rohaninya.

4.3 Kitab ini berisi teologi yang paling lengkap dalam PB mengenai penderitaan Kristen

(2Korintus 1:3-11; 4:7-18; 6:3-10; 11:23-30; 12:1-10) dan mengenai hal memberi

secara kristiani (2Korintus 8:1-9:15).

4.4 Istilah-istilah kunci, seperti: kelemahan, dukacita, air mata, bahaya, kesukaran,

penderitaan, penghiburan, kemegahan, kebenaran, pelayanan, dan kemuliaan,

menggarisbawahi sifat unik dari surat ini.

5. Garis Besar Penulisan Surat 2 Korintus

Pendahuluan (2Korintus 1:1-11)

I. Pembelaan Paulus Demi Kepentingan Mayoritas Jemaat yang Setia (2Korintus 1:12-

7:16)

A. Penyangkalan atas Tuduhan Bahwa Ia Plinplan (Berpendirian Tidak Tetap) (2Korintus

1:12-22)

B. Penjelasan Mengenai Perubahan Rencana Perjalanannya (2Korintus 1:23-2:17)

C. Penjelasan Mengenai Sifat Pelayanannya (2Korintus 3:1-6:10)

1. Pelayanan Terhadap Suatu Perjanjian Baru (2Korintus 3:1-18)

2. Pelayanan yang Terbuka dan Dalam Kebenaran (2Korintus 4:1-6)

3. Pelayanan Dalam Penderitaan Pribadi (2Korintus 4:7-5:10)

4. Pelayanan Dalam Penyerahan yang Penuh Belas Kasihan (2Korintus 5:11-6:10)

D. Permintaan Pribadi dan Rasa Hormat yang Penuh Kasih Sayang bagi Orang Korintus

(2Korintus 6:11-7:16)

II. Pengumpulan Uang bagi Orang Kristen di Yerusalem yang Membutuhkan Bantuan

(2Korintus 8:1-9:15)

A. Sifat Kemurahan Hati Kristen (2Korintus 8:1-15)

B. Titus Mengepalai Urusan Pengumpulan Uang Itu (2Korintus 8:16-24)

C. Imbauan untuk Tanggapan yang Segera (2Korintus 9:1-5)

D. Imbauan untuk Tanggapan yang Berkemurahan Hati (2Korintus 9:6-15)

III.Jawaban Paulus kepada Minoritas Jemaat yang Melawan (2Korintus 10:1-13:10)

A. Jawaban Terhadap Tuntutan Sifat Pengecut dan Kelemahan (2Korintus 10:1-18)

B. Keengganan Paulus untuk Membela Kerasulannya (2Korintus 11:1-12:18)

1. Minta Maaf Terhadap Nada Menyombongkan Diri (2Korintus 11:1-15)

2. Menegaskan bahwa Ia Tidak Lebih Rendah daripada Para Penganut Yudaisme

(2Korintus 11:16-12:10)

3. Menuntut Pengakuan yang Sah atas Kerasulannya (2Korintus 12:11-18)

C. Kunjungan Ketiga yang Mendatang Disebut Sebagai Suatu Peringatan (2Korintus

12:19-13:10)

1. Kekuatiran Terhadap Jemaat Korintus (2Korintus 12:19-21)

2. Ketetapan Hati untuk Bersikap Teguh (2Korintus 13:1-10)

Penutup (2Korintus 13:11-14)

D. Surat Galatia

Penulis : Paulus

Tema : Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman

Tanggal Penulisan : Sekitar 49 TM

1. Latar Belakang Penulisan Surat Galatia

Paulus menulis surat ini (Galatia 1:1; 5:2; 6:11) "kepada jemaat-jemaat di Galatia"

(Galatia 1:2). Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia ini adalah suku Gaul

di bagian utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih besar bahwa Paulus menulis surat

ini kepada kota-kota di bagian selatan (Antiokhia Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe) di

mana ia dan Barnabas menginjil dan memulai gereja-gereja dalam perjalanan

pemberitaan Injil yang pertama (Kisah Para Rasul 13:1-14:28). Tanggal penulisan yang

paling sesuai adalah tidak lama sesudah Paulus kembali ke gereja Antiokhia Siria yang

mengutusnya dan sebelum sidang di Yerusalem (Kisah Para Rasul 15:1-41). Persoalan

utama dalam surat ini adalah persoalan yang sama yang dibahas dan dipecahkan dalam

sidang di Yerusalem (sekitar 49 TM; bd. Kisah Para Rasul 15:1-41). Persoalan utama itu

meliputi dua pertanyaan:

1.1 Apakah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itu satu-satunya

syarat untuk selamat?

1.2 Ataukah ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari P.L.

diperlukan untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus?

Rupanya Paulus menulis surat Galatia ini sebelum perselisihan mengenai masalah

hukum PL secara formal diperdebatkan dalam sidang di Yerusalem dan pendirian

gereja resmi diberikan. Ini berarti bahwa kitab Galatia ini merupakan surat pertama

rasul Paulus.

2. Tujuan Penulisan Surat Galatia

Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan orang yang baru

dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa mereka disunatkan dan menerima

kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan dan diterima

dalam gereja. Setelah mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini

2.1 untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat di

bawah perjanjian lama, tidak ada hubungan dengan pekerjaan kasih karunia Allah

dalam Kristus untuk keselamatan di bawah perjanjian yang baru; dan

2.2 menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup rohani

oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bukan oleh ikatan kepada hukum Taurat

PL.

3. Survai Penulisan Surat Galatia

Dari isi surat ini, tampaknya para pemimpin Yahudi yang melawan Paulus di Galatia

menyerangnya secara pribadi supaya melemahkan pengaruhnya dalam gereja-gereja.

Mereka menuduh bahwa

3.1 Paulus tidak termasuk kelompok rasul-rasul yang asli, dan karena itu tidak

memiliki wibawa rasuli (bd. Galatia 1:1,7,12; 2:8-9);

3.2 berita yang disampaikannya menyimpang dari Injil yang diberitakan di Yerusalem

(bd. Galatia 1:9; 2:2-10); dan

3.3 beritanya mengenai kasih karunia akan mengakibatkan ketidakpatuhan kepada

hukum (bd. Galatia 5:1,13,16,19-21).

Paulus langsung menanggapi ketiga tuduhan itu.

3.1 Dengan penuh semangat ia membela kekuasaannya sebagai rasul Yesus Kristus,

wibawa yang diterimanya langsung dari Allah dan disahkan oleh Yakobus, Petrus, dan

Yohanes (Galatia 1:1-2:21).

3.2 Dia dengan penuh gairah mempertahankan Injil keselamatan yang terjadi karena

kasih karunia oleh iman kepada Kristus (Galatia 3:1-4:31).

3.3 Akhirnya, Paulus dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Injil Yesus Kristus

yang sejati meliputi kebebasan dari perhambaan legalisme Yahudi pada satu sisi dan

kebebasan dari dosa dan tindakan tabiat berdosa pada sisi yang lain. Kebebasan

Kristen yang sejati meliputi hidup oleh Roh dan menggenapi hukum Kristus (Galatia

5:1-6:18).

Surat ini berisi suatu sketsa watak orang-orang percaya Yahudi yang menentang Paulus

di Galatia, Antiokhia, dan Yerusalem (Kisah Para Rasul 15:1-2,5), dan di semua wilayah

yang dilayaninya. Paulus melukiskan mereka sebagai pengacau dan pemutar balik

(Galatia 1:7), penghalang (Gaatia 5:7), dan orang yang suka menonjolkan diri secara

lahiriah dan berusaha untuk mengelak penganiayaan karena penghinaan salib Kristus

(Galatia 6:12). Secara tidak langsung Paulus menggambarkan mereka sebagai orang

yang ingin menyenangkan manusia (Galatia 1:10), saudara-saudara palsu (Galatia 2:4),

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Galatia

Empat ciri unik menandai surat ini:

4.1 Surat ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam PB tentang sifat

hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api dan mendesak ketika Paulus menghadapi

pelawan-pelawan yang salah (mis. Galatia 1:8-9; 5:12) dan menegur anggota jemaat

Galatia karena mudahnya mereka tertipu (Galatia 1:6; 3:1; 4:19-20).

4.2 Surat ini hanya diungguli oleh surat 2 Korintus dalam jumlah petunjuk mengenai

kehidupan Paulus.

4.3 Surat ini adalah satu-satunya surat yang dialamatkan secara tegas kepada

beberapa jemaat (akan tetapi

4.4 Surat ini berisi daftar buah Roh (Galatia 5:22-23) dan daftar yang paling lengkap

mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (Galatia 5:19-21).

5. Garis Besar Penulisan Surat Galatia

Pendahuluan (Galatia 1:1-10)

A. Salam (Galatia 1:1-5)

B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan Injil Kasih Karunia (Galatia 1:6-10)

I. Paulus Membela Kekuasaan Injil dan Panggilannya (Pribadi) (Galatia 1:11-2:21)

A. Injil itu Dinyatakan Kepadanya oleh Kristus (Galatia 1:11-24)

B. Injil itu Diakui dan Disahkan Yakobus, Petrus, dan Yohanes (Galatia 2:1-10)

C. Injil itu Dipertahankan Dalam Sengketa dengan Petrus (Galatia 2:11-21)

II. Paulus Membela Berita Injilnya (Ajaran) (Galatia 3:1-4:31)

A. Roh dan Hidup Baru Diterima oleh Iman dan Bukan oleh Perbuatan Baik (Galatia 3:1-

14)

B. Keselamatan Tersedia Karena Janji dan Bukan Hukum Taurat (Galatia 3:15-24)

C. Mereka yang Percaya Kristus Adalah Anak dan Bukan Hamba (Galatia 3:25-4:7)

D. Himbauan untuk Memikirkan Kembali Tindakan Mereka (Galatia 4:8-20)

E. Mereka yang Percaya Hukum Adalah Hamba dan Bukan Anak (Galatia 4:21-31)

III.Paulus Membela Kebebasan Injilnya (Praktis) (Galatia 5:1-6:10)

A. Kebebasan Kristen Berkaitan dengan Keselamatan oleh Kasih Karunia (Galatia 5:1-

12)

1. Memelihara Kebebasan Kristen (Galatia 5:1)

2. Akibat Menyerah Kepada Sunat di Bawah Hukum Taurat (Galatia 5:2-12)

B. Kebebasan Kristen Jangan Dijadikan Alasan untuk Memperturutkan Tabiat Berdosa

(Galatia 5:13-26)

1. Perintah Kasih (Galatia 5:13-15)

2. Hidup oleh Roh, Bukan oleh Tabiat Berdosa (Galatia 5:16-26)

C. Kebebasan Kristen Harus Diungkapkan Melalui Hukum Kristus (Galatia 6:1-10)

1. Saling Menanggung Beban (Galatia 6:1-5)

2. Menolong Pelayan Firman Allah (Galatia 6:6) (Galatia 6:7-10)

Penutup (Galatia 6:11-18)

E. Surat Efesus

Penulis : Paulus

Tema : Kristus dan Gereja

Tanggal Penulisan : Sekitar 62 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat Efesus

Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan menduduki

tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban

terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain,

sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai

hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara

karena Kristus (Efesus 3:1; Efesus 4:1; 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak

persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan lama sesudah surat Kolose.

Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya oleh seorang kawan

sekerja Paulus yang bernama Tikhikus (Efesus 6:21; bd. Kolose 4:7). Kepercayaan

umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud agar sidang pembaca akan

lebih luas daripada jemaat di Efesus saja mungkin surat ini ditulisnya sebagai surat

edaran untuk gereja-gereja di seluruh propinsi Asia. Pada mulanya mungkin setiap

jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya sendiri di Efesus 1:1, sebagai bukti relevansi

amanatnya yang mendalam bagi semua gereja Yesus Kristus yang sejati. Banyak orang

mengira surat Efesus ini adalah surat kepada jemaat di Laodikea yang disebut Paulus

dalam Kolose 4:16.

2. Tujuan Penulisan Surat Efesus

Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Efesus 1:15-17. Dengan tekun ia

berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih,

hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar

hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis.Efesus 4:1-3; 5:1-2). Oleh

karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan

menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus" (Efesus 1:3-

14; 3:10-12) untuk gereja (Efesus 1:22-23; 2:11-22; 3:21; 4:11-16; 5:25-27) dan untuk

setiap orang (Efesus 1:15-21; 2:1-10; 3:16-20; 4:1-3,17-32; 5:1-6:20).

3. Survai Penulisan Surat Efesus

Secara paling sederhana PB terdiri atas dua tema dasar:

3.1 bagaimana kita ditebus oleh Allah, dan

3.2 bagaimana kita harus hidup sebagai umat tertebus itu.

Pasal 1-3 (Efesus 1:1-3:21) secara umum membahas tema yang pertama, sedangkan

pasal 4-6 (Efesus 4:1-6:24) difokuskan pada yang kedua.

3.1 Pasal 1-3 (Efesus 1:1-3:21) dimulai dengan suatu paragraf pembukaan yang

merupakan salah satu nas yang paling dalam di Alkitab (Efesus 1:3-14). Kidung

penebusan yang sangat indah ini menaikkan pujian karena Bapa telah memilih,

menentukan dan mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya (Efesus 1:3-6), karena Putra

yang menebus kita dengan darah-Nya (Efesus 1:7-12), dan karena Roh Kudus sebagai

meterai dan jaminan warisan kita (Efesus 1:13-14). Di bagian ini Paulus menekankan

bahwa dalam penebusan karena kasih karunia oleh iman, Allah memperdamaikan kita

dengan diri-Nya (Efesus 2:1-10) dan dengan sesama umat tertebus (Efesus 2:11-15),

dan sedang mempersatukan kita di dalam Kristus dalam satu tubuh, yaitu gereja

(Efesus 2:16-22). Tujuan penebusan adalah "mempersatukan di dalam Kristus sebagai

Kepala segala sesuatu baik yang di sorga maupun yang di bumi," (Efesus 1:10).

3.2 Pasal 4-6 (Efesus 4:1-6:24) pada umumnya terdiri atas arahan-arahan praktis bagi

gereja mengenai tuntutan penebusan di dalam Kristus atas kehidupan pribadi dan

kehidupan bersama kita.

Di antara 35 pengarahan yang diberikan dalam surat ini mengenai bagaimana seorang

tertebus harus hidup, ditekankan tiga kategori luas.

3.1 Orang percaya dipanggil kepada suatu kehidupan baru yang murni dan terpisah dari

dunia. Mereka dipanggil untuk

"kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Efesus 1:4),

"menjadi bait Allah yang kudus" (Efesus 2:21),

"hidup ... berpadanan dengan panggilan (mereka) itu" (Efesus 4:1),

"mencapai ... kedewasaan penuh" (Efesus 4:13),

hidup "di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Efesus 4:24),

"hiduplah di dalam kasih" (Efesus 5:2; bd. Ef esus3:17-19),

dan menjadi kudus "dengan ... firman" (Efesus 5:26)

agar Kristus bisa memperoleh "jemaat ... tanpa cacat atau kerut ...kudus dan tidak

bercela" (Efesus 5:27).

3.2 Orang percaya dipanggil kepada suatu cara hidup baru dalam hubungan keluarga

dan kerja (Efesus 5:22-6:9). Semua hubungan ini hendaknya dikuasai oleh prinsip-

prinsip yang menandai orang percaya berbeda sekali dari masyarakat sekular di mana

mereka hidup.

3.3 Akhirnya, orang percaya dipanggil untuk tetap berdiri teguh terhadap semua

rencana jahat Iblis dan terhadap "roh-roh jahat di udara" yang hebat sekali (Efesus

6:10-20).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Efesus

Lima ciri utama menandai surat ini.

4.1 Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Efesus 1:1-3:21)

dihentikan sejenak oleh dua doa rasuli yang paling berkuasa dalam PB: yang pertama

memohon hikmat dan wahyu dalam pengenalan akan Allah (Efesus 1:15-23); yang

kedua berfokus pada mengenali kasih, kuasa, dan kemuliaan Allah (Efesus 3:14-21).

4.2 "Di dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot (dipakai 160 kali

dalam surat-surat Paulus) secara khusus menonjol dalam surat ini (sekitar 36 kali).

"Setiap berkat rohani" dan setiap persoalan praktis dalam hidup ini berhubungan

dengan perihal berada"di dalam Kristus".

4.3 Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat Efesus.

4.4 Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen ditekankan

(Efesus 1:13-14,17; 2:18; 3:5,16,20; 4:3-4,30; 5:18; Ef esus 6:17-18).

4.5 Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan Kolose,

karena persamaan dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis

Besar kedua surat itu).

5. Garis Besar Penulisan Surat Efesus

Salam Kristen (Efesus 1:1-2)

I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya (Efesus 1:3-3:21)

A. Keutamaan Kristus dalam Penebusan (Efesus 1:3-14)

1. Keutamaan-Nya Dalam Rencana Bapa (Efesus 1:3-6)

2. Keutamaan-Nya Dalam Partisipasi Orang Percaya (Efesus 1:7-12)

3. Keutamaan-Nya Dalam Penerapan Roh Kudus (Efesus 1:13-14)

Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Penerangan Rohani (Efesus 1:15-23)

B. Hasil-Hasil Penebusan Dalam Kristus (Efesus 2:1-3:21)

1. Membebaskan Kita dari Dosa dan Kematian kepada Hidup Baru di Dalam Kristus

(Efesus 2:1-10)

2. Memperdamaikan Kita dengan Orang Lain yang Sedang Diselamatkan (Efesus 2:11-

15)

3. Mempersatukan Kita Dalam Kristus di Dalam Satu Rumah Tangga (Efesus 2:16-22)

4. Menyatakan Hikmat Allah Melalui Gereja (Efesus 3:1-13)

Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Kepuasan Rohani (Efesus 3:14-21)

II. Pengarahan-Pengarahan Praktis -- Kehidupan Orang Percaya (Efesus 4:1-6:20)

A. Hidup Baru Orang Percaya (Efesus 4:1-5:21)

1. Selaras dengan Maksud Allah bagi Gereja (Efesus 4:1-16)

2. Hidup Baru yang Kudus (Efesus 4:17-5:7)

3. Hidup Sebagai Anak-Anak Terang (Efesus 5:8-14)

4. Hati-Hati dan Penuh dengan Roh (Efesus 5:15-21)

B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya (Efesus 5:22-6:9)

1. Suami dan Istri (Efesus 5:22-33)

2. Anak-Anak dan Orang-Tua (Efesus 6:1-4)

3. Hamba dan Tuan (Efesus 6:5-9)

C. Peperangan Rohani Orang Percaya (Efesus 6:10-20)

1. Sekutu Kita -- Allah (Efesus 6:10-11a)

2. Musuh Kita -- Iblis dan Pasukannya (Efesus 6:11-12)

3. Perlengkapan Kita -- Senjata Allah (Efesus 6:13-20)

Penutup (Efesus 6:21-24)

F. Surat Filipi

Penulis : Paulus

Tema : Sukacita Dalam Hal Hidup bagi Kristus

Tanggal Penulisan : Sekitar 62/63 TM

1. Latar Belakang Penulisan Surat Filipi

Kota Filipi di Makedonia timur, yang letaknya enam belas kilometer dari pesisir Laut

Aegea, dinamai menurut Raja Filipus II dari Makedon, ayah Aleksander Agung. Pada

masa Paulus, kota ini sebuah kota Romawi dan pangkalan militer yang terkenal. Gereja

di Filipi didirikan oleh Paulus dan teman-teman sekerjanya (Silas, Timotius, Lukas)

pada perjalanan misi yang kedua sebagai tanggapan terhadap penglihatan yang Allah

berikan di Troas (Kisah Para Rasul 16:9-40). Suatu ikatan persahabatan yang kuat

berkembang di antara rasul itu dan jemaat Filipi. Beberapa kali jemaat itu mengirim

bantuan keuangan kepada Paulus (2Korintus 11:9; Filipi 4:15-16) dan dengan bermurah

hati memberi kepada persembahan yang dikumpulkannya untuk orang Kristen yang

berkekurangan di Yerusalem (bd. 2Korintus 8:1-9:15). Agaknya dua kali Paulus

mengunjungi gereja ini pada perjalanan misinya yang ketiga (Kisah Para Rasul

20:1,3,6).

2. Tujuan Penulisan Surat Filipi

Dari penjara (Filipi 1:7,13-14), kemungkinan besar di Roma (Kisah Para Rasul 28:16-

31), Paulus menulis surat ini kepada orang percaya di Filipi untuk berterima kasih

kepada mereka atas pemberian banyak yang baru-baru ini mereka kirim kepadanya

dengan perantaraan Epafroditus (Filipi 4:14-19) dan untuk memberi kabar tentang

keadaannya yang sekarang. Lagi pula, Paulus menulis untuk meyakinkan jemaat

tentang keberhasilan maksud Allah dalam hukuman penjaranya (Filipi 1:12-30),

menenangkan jemaat bahwa utusan mereka (Epafroditus) telah menunaikan tugasnya

dengan setia dan tidak kembali kepada mereka sebelum waktunya (Filipi 2:25-30), dan

untuk mendorong mereka untuk maju agar mengenal Tuhan dalam persatuan,

kerendahan hati, persekutuan, dan damai sejahtera.

3. Survai Penulisan Surat Filipi

Surat Filipi tidak ditulis terutama untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan

pertentangan dalam gereja seperti banyak surat Paulus yang lain. Nada utama surat ini

ialah kasih sayang yang hangat dan penghargaan terhadap jemaat itu. Dari salamnya

(Filipi 1:1) sampai ke doa berkat (Filipi 4:23), surat ini memusatkan perhatian pada

Kristus Yesus sebagai tujuan hidup dan pengharapan orang percaya akan hidup kekal.

Dalam surat ini, Paulus memang berbicara mengenai tiga masalah kecil di Filipi:

3.1 Keputusasaan mereka karena masa hukumannya yang begitu lama (Filipi 1:12-26);

3.2 benih-benih ”perpecahan” di antara dua orang wanita di dalam gereja (Filipi 4:2;

bd. Fili 2:2-4); dan

3.3 ancaman ”ketidaksetiaan” yang selalu ada dalam gereja oleh karena para

penganut agama Yahudi dan orang-orang yang berpikiran duniawi (Filipi 3:1-16).

Karena ketiga masalah yang potensial ini, kita mempunyai ajaran Paulus yang paling

kaya mengenai

3.1 sukacita di tengah-tengah segala keadaan hidup (Filipi 1:4,12; 2:17-18; 4:4,11-13),

3.2 kerendahan hati dan pelayanan Kristen (Filipi 2:1-18), dan

3.3 nilai pengenalan akan Kristus yang melebihi segala sesuatu (Fili 3:1-16).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Filipi

Lima ciri utama menandai surat ini.

4.1 Sifatnya sangat pribadi dan penuh kasih sayang, serta mencerminkan hubungan

akrab Paulus dan orang percaya di Filipi.

4.2 Sangat memusatkan perhatian kepada Kristus, serta mencerminkan hubungan

dekat Paulus dengan Kristus (mis. Filipi 1:21; 3:7-14).

4.3 Memberikan salah satu pernyataan yang paling mendalam mengenai Kristologi

dalam Alkitab (Filipi 2:5-11).

4.4 Merupakan terutama suatu "surat sukacita" PB.

4.5 Menyajikan standar kehidupan Kristen yang sangat kuat, termasuk hidup dengan

rendah hati dan sebagai seorang hamba (Filipi 2:1-8), berusaha dengan sungguh-

sungguh untuk mencapai tujuan (Filipi 3:13-14), bersukacita selalu di dalam Tuhan

(Filipi 4:4), mengalami kebebasan dari kecemasan (Filipi 4:6), merasa senang dalam

segala keadaan (Filipi 4:11), dan melakukan segala hal karena kasih karunia Kristus

yang memberi kekuatan (Filipi 4:13).

5. Garis Besar Penulisan Surat Filipi

Pendahuluan (Filipi 1:1-11)

A. Salam Kristen (Filipi 1:1-2)

B. Ucapan Syukur dan Doa untuk Jemaat Filipi (Filipi 1:3-11)

I. Keadaan Paulus Sekarang Ini (Filipi 1:12-26)

A. Injil Mengalami Kemajuan Karena Paulus Dipenjarakan (Filipi 1:12-14)

B. Dalam Segala Hal Kristus Diberitakan (Filipi 1:15-18)

C. Kerelaannya untuk Hidup atau Mati (Filipi 1:19-26)

II. Hal-Hal yang Penting bagi Gereja (Filipi 1:27-4:9)

A. Nasihat Paulus kepada Jemaat Filipi (Filipi 1:27-2:18)

1. Supaya Tetap Setia (Filipi 1:27-30)

2. Supaya Bersatu (Filipi 2:1-2)

3. Supaya Merendahkan Diri dan Menjadi Hamba Tuhan (Filipi 2:3-11)

4. Supaya Taat dan Berperilaku Tidak Bercela (Filipi 2:12-18)

B. Utusan-Utusan Paulus kepada Gereja (Filipi 2:19-30)

1. Timotius (Filipi 2:19-24)

2. Epafroditus (Filipi 2:25-30)

C. Peringatan Paulus Mengenai Ajaran Palsu (Filipi 3:1-21)

1. Sunat Palsu Lawan Sunat Benar (Filipi 3:1-16)

2. Berpikiran Duniawi Lawan yang Rohani (Filipi 3:17-21)

D. Nasihat Akhir Paulus (Filipi 4:1-9)

1. Kemantapan dan Kerukunan (Filipi 4:1-3)

2. Sukacita dan Kelemahlembutan (Filipi 4:4-5)

3. Kebebasan dari Kekhawatiran (Filipi 4:6-7)

4. Pengendalian Pikiran dan Kehendak (Filipi 4:8-9)

Penutup (Filipi 4:10-23)

A. Pernyataan Terima Kasih Atas Pemberian yang Diterima (Filipi 4:10-20)

B. Salam Akhir dan Doa Berkat (Filipi 4:21-23)

G. Surat Kolose

Penulis : Paulus

Tema : Keunggulan Kristus

Tanggal Penulisan : Sekitar 62 TM

1. Latar Belakang Penulisan Surat Kolose

Kota Kolose terletak dekat Laodikia (bd. Kolose 4:16) di bagian barat daya Asia Kecil,

kira-kira 160 kilometer tepat di sebelah timur kota Efesus. Agaknya jemaat Kolose

telah didirikan sebagai akibat tiga tahun pelayanan yang luar biasa dari Paulus di

Efesus (Kisah Para Rasul 20:31). Pengaruh pelayanannya begitu luar biasa dan luas

jangkauannya sehingga "semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang

Yahudi maupun orang Yunani" (Kisah Para Rasul 19:10). Walaupun Paulus sendiri

mungkin tidak pernah mengunjungi Kolose (Kolose 2:1), ia telah memelihara

hubungannya dengan gereja itu melalui Epafras, seorang yang bertobat di bawah

pelayanannya dan rekan kerjanya dari Kolose (Kolose 1:7; 4:12). Alasan untuk menulis

surat ini adalah munculnya ajaran palsu yang mengancam masa depan rohani jemaat

Kolose (Kolose 2:8). Ketika Epafras, seorang pemimpin dalam gereja Kolose dan boleh

jadi pendirinya, mengadakan perjalanan untuk mengunjungi Paulus dan

memberitahukan tentang situasi di Kolose (Kolose 1:8; 4:12aulus menanggapinya

dengan menulis surat ini. Pada waktu itu ia berada dalam tahanan (Kolose 4:3,10,18),

mungkin sekali di Roma (Kisah Para Rasul 28:16-31) sambil menantikan naik

bandingnya kepada Kaisar (Kisah Para Rasul 25:11-12). Rekan Paulus, Tikhikus sendiri

membawa surat ini ke Kolose atas nama Paulus (Kolose 4:7).

Sifat yang tepat dari ajaran palsu yang terdapat di Kolose ini tidak diuraikan dengan

jelas dalam surat ini, karena para pembaca yang mula- mula sudah memahaminya

dengan baik. Akan tetapi dari berbagai pernyataan Paulus yang menentang ajaran

palsu itu, nyatalah bahwa bidat yang hendak meruntuhkan dan menggantikan Yesus

Kristus sebagai inti kepercayaan Kristen adalah suatu campuran yang aneh yang terdiri

atas ajaran Kristen, tradisi-tradisi Yahudi tertentu di luar Alkitab dan filsafat kafir

(serupa dengan campuran kultus-kultus dewasa ini).

2. Tujuan Penulisan Surat Kolose

Paulus menulis

2.1 untuk memberantas ajaran palsu yang berbahaya di Kolose yang sedang

menggantikan keunggulan Kristus dan kedudukan-Nya sebagai inti dalam ciptaan,

penyataan, penebusan, dan gereja; dan

2.2 untuk menekankan sifat sebenarnya dari hidup baru di dalam Kristus dan

tuntutannya pada orang percaya.

3. Survai Penulisan Surat Kolose

Setelah menyampaikan salam jemaat dan mengungkapkan rasa syukur karena iman,

kasih, dan pengharapan mereka, dan karena mereka terus-menerus maju sebagai

orang percaya, maka Paulus memusatkan perhatian pada dua pokok persoalan yang

penting: ajaran yang betul (Kolose 1:13-2:23) dan nasihat-nasihat praktis (Kolose 3:1-

4:6). Dari segi teologi, Paulus menekankan sifat sejati dan kemuliaan Tuhan Yesus

Kristus. Dialah gambar Allah yang tidak kelihatan (Kolose 1:15), kepenuhan ke-Allahan

dalam bentuk jasmaniah (Kolose 2:9), Pencipta segala sesuatu (Kolose 1:16-17), kepala

gereja (Kolose 1:18) dan sumber yang serba cukup dari keselamatan kita (Kolose

1:14,20-22). Kristus benar-benar memadai, sedangkan bidat di Kolose itu sama sekali

tidak memadai -- hampa, palsu, dan bersifat kemanusiaan (Kolose 2:8); dangkal secara

rohani dan angkuh (Kolose 2:18); serta tanpa kuasa terhadap keinginan-keinginan

berdosa dari tubuh (Kolose 2:23). Dalam nasihat-nasihat praktisnya, Paulus mengimbau

agar hidup ini didasarkan pada kecukupan dari Kristus sebagai satu-satunya cara untuk

maju dalam kehidupan Kristen. Realitas Kristus yang hidup di dalam kita (Kolose 1:27)

harus tampak dalam perilaku Kristen (Kolose 3:1-17), hubungan rumah tangga (Kolose

3:18-4:1) dan disiplin rohani (Kolose 4:2-6).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Kolose

Tiga ciri utama menandai surat ini.

4.1. Kolose memusatkan perhatian pada kebenaran rangkap dua dari keutamaan

Kristus an kesempurnaan orang percaya di dalam Dia, bahkan lebih dari kitab-kitab

lain dalam PB.

4.2 Kitab ini dengan tegas meneguhkan kepenuhan ke-Allahan Kristus (Kolose 2:9) dan

berisi salah satu bagian yang paling agung di PB mengenai kemuliaan-Nya (Kolose 1:15-

23).

4.3 Kitab ini sering dianggap sebagai "surat kembar" bersama kitab Efesus, karena

keduanya mempunyai beberapa persamaan dalam hal isi dan ditulis kira-kira pada

waktu yang sama (bd. Garis Besar dari kedua kitab ini).

5. Garis Besar Penulisan Surat Kolose

Pendahuluan (Kolose 1:1-12)

A. Salam Kristen (Kolose 1:1-2)

B. Ucapan Syukur Karena Iman, Kasih, dan Pengharapan Mereka (Kolose 1:3-8)

C. Doa untuk Kemajuan Rohani Mereka (Kolose 1:9-12)

I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya (Kolose1:13-2:23)

A. Keutamaan Kristus yang Mutlak (Kolose 1:13-23)

1. Sebagai Penebus Demi Orang Lain (Kolose 1:13-14; bd. Kolose 1:20,22).

2. Sebagai Tuhan atas Ciptaan (Kolose 1:15-17)

3. Sebagai Kepala Gereja (Kolose 1:18)

4. Sebagai Pendamai Segala Sesuatu (Kolose 1:19-20)

5. Sebagai Pendamai Jemaat Kolose dengan Allah (Kolose 1:21-23)

B. Pelayanan Paulus Dalam Rahasia Allah di dalam Kristus (Kolose 1:24-2:7)

1. Menggenapkan Penderitaan Kristus (Kolose 1:24-25)

2. Menyempurnakan Orang Percaya di dalam Kristus (Kolose 1:26-2:7)

C. Berbagai Peringatan Terhadap Ajaran Sesat (Kolose 2:8-23)

1. Persoalan: Ajaran yang Tidak Menurut Kristus (Kolose 2:8)

Pemecahan: Disempurnakan di dalam Kristus (Kolose 2:9-15)

2. Persoalan: Berbagai Perbuatan Ibadah yang Tidak Menurut Kristus (Kolose 2:16-23)

Pemecahan: Disalibkan Bersama Kristus (Kolose 2:20)

II. Pengarahan-Pengarahan Praktis -- Kehidupan Orang Percaya (Kolose 3:1-4:6)

A. Perilaku Pribadi Orang Percaya (Kolose 3:1-17)

1. Bila Kristus Adalah Hidup Kita (Kolose 3:1-4)

2. Mengesampingkan Hidup Lama yang Berdosa (Kolose 3:5-9)

3. Mengenakan Manusia Baru di dalam Kristus (Kolose 3:10-17)

B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya (Kolose 3:18-4:1)

1. Suami dan Istri (Kolose 3:18-19)

2. Anak dan Orang-Tua (Kolose 3:20-21)

3. Hamba dan Tuan (Kolose 3:22-4:1)

C. Pengaruh Rohani Orang Percaya (Kolose 4:2-6)

1. Kehidupan yang Diabdikan kepada Doa (Kolose 4:2-4)

2. Perilaku Bijaksana Terhadap Orang Luar (Kolose 4:5)

3. Perkataan yang Dibumbui Kasih Karunia (Kolose 4:6)

Penutup (Kolose 4:7-18)

H. Surat 1 Tesalonika

Penulis : Paulus

Tema : Kedatangan Kristus

Tanggal Penulisan : Sekitar 51 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 1 Tesalonika

Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah barat daya Filipi;

kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari Makedonia, sebuah

propinsi Romawi. Di antara penduduk yang berjumlah sekitar 200.000 jiwa adalah

masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus mendirikan gereja Tesalonika pada

perjalanan misionernya yang kedua, pelayanannya yang berhasil di wilayah itu

dihentikan sebelum waktunya karena permusuhan kalangan Yahudi (Kisah Para Rasul

17:1-9). Karena terpaksa meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi ke Berea di mana

sekali lagi pelayanan singkat yang berhasil dihentikan oleh penganiayaan yang timbul

karena orang Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika (Kisah Para Rasul 17:10-13).

Kemudian Paulus pergi ke Atena (Kisah Para Rasul 17:15-34), di mana Timotius

bergabung dengannya. Paulus mengutus Timotius kembali ke Tesalonika untuk

menyelidiki keadaan jemaat yang masih muda itu (1Tesalonika 3:1-5) sedangkan

Paulus pergi ke Korintus (Kisah Para Rasul 18:1-17). Setelah menyelesaikan tugasnya,

Timotius pergi ke Korintus untuk melaporkan pada Paulus mengenai gereja di

Tesalonika (1Tesalonika 3:6-8). Sebagai tanggapan atas laporan Timotius, Paulus

menulis surat ini, mungkin tiga sampai enam bulan setelah gereja itu dimulai.

2. Tujuan Penulisan Surat 1 Tesalonika

Karena Paulus terpaksa meninggalkan Tesalonika dengan tiba-tiba karena

penganiayaan, orang yang baru bertobat itu hanya menerima sedikit pendidikan

mengenai kehidupan Kristen. Ketika Paulus mengetahui dari Timotius mengenai

keadaan mereka saat itu, dia menulis surat ini

2.1 untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan mereka

di tengah-tengah penganiayaan,

2.2 untuk mengajar mereka lebih jauh tentang kekudusan dan kehidupan yang saleh,

dan

2.3 untuk menerangkan beberapa kepercayaan, khususnya mengenai status orang

percaya yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.

3. Survai Penulisan Surat 1 Tesalonika

Setelah memberi salam kepada jemaat itu (1Tesalonika 1:1), Paulus dengan sukacita

memuji jemaat Tesalonika atas semangat dan iman mereka yang tabah di tengah

segala penderitaan (1Tesalonika 1:2-10; 2:13-16). Paulus menanggapi kecaman dengan

mengingatkan mereka akan kemurnian motivasinya (1Tesalonika 2:1-6), kesungguhan

kasih dan perhatiannya terhadap mereka (1Tesalonika 2:7-8,17-20; 3:1-10), serta

kelakuannya yang jujur di tengah mereka (1Tesalonika 2:9-12). Paulus menekankan

perlunya dan pentingnya kekudusan dan kuasa dalam kehidupan Kristen. Orang

percaya harus kudus (1Tesalonika 3:13; 4:1-8; 1Tesalonika 5:23-24), dan Injil harus

disertai kuasa dan penyataan Roh Kudus (1Tesalonika 1:5). Paulus mendorong jemaat

itu supaya jangan mereka memadamkan api Roh dengan meremehkan penyataan-Nya,

khususnya nubuat (1Tealonika 5:19-20). Tema yang menonjol adalah kedatangan

Kristus untuk membebaskan umat-Nya dari murka Allah di atas muka bumi ini

(1Tesalonika 1:10; 4:13-18; 5:1-11). Rupanya beberapa anggota jemaat sudah

meninggal sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai keikutsertaan mereka dalam

keselamatan terakhir yang akan dinyatakan ketika Tuhan datang. Oleh karena itu,

Paulus menerangkan rencana Allah bagi orang kudus yang sudah dipanggil pulang bila

Kristus kembali bagi gereja-Nya (1Tesalonika 4:13-18) dan menasihatkan mereka yang

masih hidup tentang pentingnya kesiagaan ketika Kristus datang (1Tesalonika 5:1-11).

Paulus menutup surat ini dengan berdoa untuk kekudusan dan pemeliharaan mereka

(1Tesalonika 5:23-24).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 1 Tesalonika

Empat ciri utama menandai surat ini.

4.1 Surat ini adalah salah satu dari kitab-kitab PB yang pertama ditulis.

4.2 Itu berisi bagian-bagian penting mengenai orang-orang kudus yang sudah mati yang

dibangkitkan oleh Allah ketika Kristus kembali untuk mengangkat gereja (1Tesalonika

4:13-18) dan tentang "hari Tuhan" (1Tesalonika 5:1-11).

4.3 Kelima pasal ini berisi petunjuk tentang kedatangan Kristus dan artinya bagi orang

percaya (1Tesalonika 1:10; 2:19; 3:13; 4:13-18; 5:1-11,23).

4.4 Surat ini memberikan wawasan yang unik

(1) mengenai kehidupan gereja tahun 50-an yang belum dewasa tetapi penuh

semangat dan

(2) mengenai mutu pelayanan Paulus sebagai perintis pemberitaan Injil.

5. Garis Besar Penulisan Surat 1 Tesalonika

Salam Kristen (1Tesalonika 1:1)

I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika (1Tesalonika 1:2-3:13)

A. Bersukacita Tentang Hidup Baru Mereka di Dalam Kristus (1Tesalonika 1:2-10)

1. Iman, Kasih, dan Pengharapan Mereka (1Tesalonika 1:2-3)

2. Pertobatan Mereka yang Sejati (1Tesalonika 1:4-6)

3. Teladan Baik Mereka kepada Orang Lain (1Tesalonika 1:7-10)

B. Mengenangkan Peranannya Dalam Hidup Mereka (1Tesalonika 2:1-3:8)

1. Meninjau Kembali Pelayanannya (1Tesalonika 2:1-12)

2. Mengingat Tanggapan Mereka (1Tesalonika 2:13-16)

3. Memelihara Perhatiannya (1Tesalonika 2:17-3:8)

C. Mendoakan Kesempatan Kunjungan Kembali Serta Kemajuan Rohani dan

Kemantapan Mereka Dalam Kekudusan (1Tesalonika 3:9-13)

II. Pengarahan Praktis Paulus bagi Jemaat Tesalonika (1Tesalonika 4:1-5:22)

A. Mengenai Kekudusan Seksual (1Tesalonika 4:1-8)

B. Mengenai Kasih Persaudaraan (1Tesalonika 4:9-10)

C. Mengenai Kerja yang Jujur (1Tesalonika 4:11-12)

D. Mengenai Kedatangan Kristus (1Tesalonika 4:13-5:11)

1. Keadaan Mereka yang Mati Dalam Kristus (1Tesalonika 4:13-18)

2. Kesiagaan Mereka yang Hidup Dalam Kristus (1Tesalonika 5:1-11)

E. Mengenai Kehormatan bagi Pemimpin Rohani (1Tesalonika 5:12-13)

F. Mengenai Kehidupan Kristen (1Tesalonika 5:14-18)

G. Mengenai Pengenalan Rohani (1Tesalonika 5:19-22)

Penutup (1Tesalonika 5:23-28)

A. Doa untuk Pengudusan dan Pemeliharaan Mereka (1Tesalonika 5:23-24)

B. Permohonan Terakhir dan Berkat (1Tesalonika 5:25-28)

I. Surat 2 Tesalonika

Penulis : Paulus

Tema : Kedatangan Kristus

Tanggal Penulisan : Sekitar 51 atau 52 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 2 Tesalonika

Ketika surat ini ditulis, situasi jemaat Tesalonika sama saja dengan ketika ia menulis

surat yang pertama. Oleh karena itu, mungkin surat ini ditulis beberapa bulan saja

setelah surat pertama ketika Paulus masih bekerja di Korintus bersama Silas dan

Timotius (2Tesalonika 1:1; bd. Kisah Para Rasul 18:5). Rupanya ketika diberi tahu

mengenai penerimaan surat pertama dan beberapa perkembangan baru di tempat itu,

Paulus tergerak untuk menulis surat kedua ini.

2. Tujuan Penulisan Surat 2 Tesalonika

Tujuan Paulus mirip dengan tujuan penulisan surat yang pertama:

2.1 menghibur orang percaya baru yang dianiaya;

2.2 menasihatkan mereka untuk hidup berdisiplin dan bekerja untuk mencari nafkah;

dan

2.3 memperbaiki beberapa kepercayaan yang keliru tentang peristiwa akhir zaman

yang berkaitan dengan "Hari Tuhan" (2Tesalonika 2:2).

3. Survai Penulisan Surat 2 Tesalonika

Jikalau hubungan Paulus dengan jemaat Tesalonika dari surat yang pertama bernada

seorang perawat lembut yang merawat anak-anak kecil (1Tesalonika 2:7), dalam surat

ini nadanya lebih seperti bapa yang mendisiplin anak-anak yang kurang tertib dan

memperbaiki jalannya (2Tesalonika 3:7-12; bd. 1Tesalonika 2:11). Namun demikian

Paulus memuji mereka karena iman yang teguh dan mendorong mereka lagi untuk

tetap setia dalam penganiayaan yang mereka hadapi (2Tesalonika 1:3-7). Bagian

utama surat ini membahas hari Tuhan pada akhir zaman (2Tesalonika 2:1-12; bd.

2Tesalonika 1:6-10). Dari 2Tesalonika 2:2 tampaknya bahwa beberapa orang dalam

jemaat menyatakan, entah melalui "nubuat" (suatu penyataan), "laporan" (berita lisan)

atau "surat" (katanya dari Paulus) bahwa masa kesengsaraan besar dan hari Tuhan

sudah mulai. Paulus memperbaiki salah paham ini dengan mengatakan bahwa tiga

peristiwa penting akan menandai tibanya hari Tuhan (2Tesalonika 2:2);

3.1 akan terjadi kemurtadan dan pemberontakan besar (2Tesalonika 2:3);

3.2 Penahanan yang ditentukan Allah terhadap kejahatan akan diangkat (2Tesalonika

2:6-7) dan

3.3 "manusia durhaka" akan dinyatakan (2Tesalonika 2:3-4,8-12). Paulus menegur

mereka di dalam gereja yang mempergunakan penantian akan kedatangan Kristus ini

sebagai alasan untuk tidak bekerja. Ia mendorong semua orang percaya untuk hidup

dengan rajin dan disiplin (2Tesalonika 3:6-12).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 2 Tesalonika

Tiga ciri utama menandai surat ini,

4.1 Surat ini berisi bagian yang paling lengkap dalam PB mengenai pelanggaran hukum

yang tanpa kendali dan penipuan pada akhir sejarah (2Tesalonika 2:3-12).

4.2 Penghakiman Allah yang adil akan menyertai kedatangan kedua Kristus

digambarkan dengan istilah apokaliptis, mirip dengan kitab Wahyu (2Tesalonika 1:6-

10; 2:8).

4.3 Kitab ini memakai istilah-istilah eskatologi untuk Antikristus yang tidak digunakan

di bagian Alkitab yang lain (2Tesalonika 2:3,8).

5. Garis Besar Penulisan Surat 2 Tesalonika

Salam Kristen (2Tesalonika 1:1-2)

I. Paulus Menghibur Jemaat Tesalonika yang Dianiaya (2Tesalonika 1:3-12)

A. Rasa Syukur Karena Pertumbuhan Rohani (2Tesalonika 1:3)

B. Pujian Atas Ketabahan Gereja Lainnya (2Tesalonika 1:4)

C. Keyakinan Mengenai Hasil Akhir (2Tesalonika 1:5-10)

D. Doa Paulus bagi Mereka (2Tesalonika 1:11-12)

II. Paulus Memperbaiki Pengakuan Kepercayaan Jemaat Tesalonika (2Tesalonika 2:1-

17)

A. Hari Tuhan Belum Tiba (2Tesalonika 2:1-2)

B. Manusia Durhaka Akan Dinyatakan Dahulu (2Tesalonika 2:3-12)

C. Berdiri Teguh di Dalam Kepastian Kebenaran dan Kasih Karunia (2Tesalonika 2:13-

17)

III.Paulus Menasihati Jemaat Tesalonika Tentang Hal-Hal Praktis (2Tesalonika 3:1-15)

A. Mendoakan Dirinya (2Tesalonika 3:1-2)

B. Tetap Setia Bertahan di Dalam Tuhan (2Tesalonika 3:3-5)

C. Menjauhi Orang yang Tidak Mau Patuh dan Hidup Berdisiplin (2Tesalonika 3:6-15

Salam Penutup dan Berkat (2Tesalonika 3:16-18)

PAULUS & SURAT PASTORAL SERTA SURAT PRIBADI

Setelah mempelajari bab dua perihal Paulus dan surat-suratnya kepada jemaat, maka

pada bab tiga ini mempelajari perihal Paulus dan surat pastoral serta surat pribadi

yang mencakup: Surat 1 & 2 Timotius dan surat Titus serta surat Filemon yan diuraikan

berurutan di bawah ini.

A. Surat 1 Timotius

Penulis : Paulus

Tema : Doktrin yang Benar dan Kesalehan

Tanggal Penulisan : Sekitar tahun 65 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 1 Timotius

Surat 1 dan 2 Timotius dan Titus -- biasanya disebut sebagai "Surat-Surat Pastoral atau

Penggembalaan", adalah surat-surat dari Paulus (1Timotius 1:1; 2Timotius 1:1; Titus

1:1) kepada Timotius (di Efesus) dan Titus (di Kreta) mengenai pelayanan pastoral di

gereja. Beberapa pengeritik telah mempersoalkan kepenulisan Paulus atas surat ini,

namun gereja mula-mula dengan tegas menempatkannya sebagai surat-surat Paulus

yang asli. Walaupun ada perbedaan gaya penulisan dan kosakata dalam Surat-Surat

Penggembalaan dibanding dengan surat kiriman lain dari Paulus, usia lanjut dan

perhatian pribadi Paulus terhadap pelayanan Timotius dan Titus dapat menerangkan

perbedaan ini dengan cukup menyakinkan. Paulus menulis surat 1 Timotius sesudah

peristiwa-peristiwa yang tercantum dalam pasal terakhir Kisah Para Rasul. Hukuman

penjara yang pertama kali dialami Paulus di Roma (Kisah Para Rasul 28:1-30) rupanya

berakhir dengan kebebasan (2Timotius 4:16-17). Setelah itu, menurut keterangan

Klemens dari Roma (sekitar tahun 96 M) dan Kanon Muratoria (sekitar tahun 170 M),

Paulus meninggalkan Roma menuju ke arah barat ke Spanyol dan di sana melaksanakan

pelayanan yang sudah lama dicita-citakannya (bd. Roma 15:23-24,28). Berdasarkan

data dalam Surat-Surat Penggembalaan ini, Paulus kemudian kembali ke daerah Laut

Aegea (khususnya Kreta, Makedonia, dan Yunani) untuk pelayanan selanjutnya.

Sementara waktu ini (sekitar tahun 64-65 M), Paulus menugaskan Timotius sebagai

wakil rasuli untuk melayani di Efesus, dan Titus di Kreta. Dari Makedonia, Paulus

menulis surat yang pertama kepada Timotius, dan beberapa waktu kemudian dia

menulis kepada Titus. Setelah itu, Paulus kembali ditawan di Roma, ketika dia menulis

surat yang kedua kepada Timotius, tidak lama sebelum dia mati syahid pada tahun

67/68 M (lihat 2Tim 4:6-8)

2. Tujuan Penulisan Surat 1 Timotius

Paulus mempunyai tiga maksud ketika menulis surat ini:

2.1 menasihati Timotius sendiri mengenai kehidupan pribadi dan pelayanannya;

2.2 mendorong Timotius untuk mempertahankan kemurnian Injil dan standarnya yang

kudus dari pencemaran oleh guru palsu; dan

2.3 memberikan pengarahan kepada Timotius mengenai berbagai urusan dan persoalan

gereja di Efesus.

3. Survai Penulisan Surat 1 Timotius

Salah satu hal utama yang disampaikan Paulus kepada pembantu mudanya ialah supaya

Timotius tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang sejati dan membuktikan

kesalahan ajaran palsu yang melemahkan kuasa Injil yang menyelamatkan (1Timotius

1:3-7; 4:1-8; 6:3-5,20-21). Paulus juga menginstruksikan Timotius mengenai syarat-

syarat kerohanian dan sifat bagi para pemimpin gereja dan memberikan gambaran

tersusun dari macam orang yang diizinkan menjadi pemimpin rohani gereja (lih. daftar

syarat terperinci di garis besar). Antara lain, Paulus menasihatkan Timotius bagaimana

bergaul dengan berbagai kelompok dalam jemaat, seperti perempuan (1Timotiu 2:9-

15; 5:2), janda-janda (1Timotius 5:3-16), orang laki-laki tua dan muda (1Timotius 5:1),

para penatua (1Timotius 5:17-25), budak (1Timotius 6:1-2), guru palsu (1Timotius 6:3-

10) dan orang kaya (1Timotius 6:17-19). Paulus memberikan lima instruksi jelas kepada

Timotius yang harus dilaksanakannya (1Timotius 1:18-20; 3:14-16; 4:11-16; 5:21-25;

6:20-21). Di dalam surat ini Paulus menyatakan kasih sayangnya kepada Timotius

sebagai anak rohaninya dalam iman dan mengajukan suatu standar kesalehan yang

tinggi untuk kehidupannya dan untuk gereja.

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 1 Timotius

Empat ciri utama menandai surat ini.

4.1 Surat ini yang dialamatkan langsung kepada Timotius sebagai wakil Paulus di

jemaat Efesus, sangat pribadi dan ditulis dengan emosi dan perasaan yang mendalam.

4.2 Bersama dengan surat 2 Timotius, maka lebih dari surat PB lainnya surat ini

menekankan tanggung jawab pendeta untuk memelihara Injil agar tetap murni dan

bebas dari ajaran palsu yang akan melemahkan kuasanya untuk menyelamatkan.

4.3 Surat ini menekankan nilai unggul dari Injil, pengaruh setan di belakang semua

pencemaran, panggilan gereja yang kudus dan syarat tinggi yang ditetapkan Allah bagi

para pemimpinnya.

4.4 Surat ini memberikan pedoman yang paling lengkap dalam PB mengenai bagaimana

seorang gembala harus berhubungan secara patut dengan pria dan wanita serta dengan

semua kelompok usia dan sosial dalam gereja.

5. Garis Besar Penulisan Surat 1 Timotius

Pendahuluan (1Timotius 1:1-20)

I. Pengarahan Tentang Pelayanan Gereja (1Timotius 2:1-4:5)

A. Pentingnya Doa (1Timotius 2:1-8)

B. Perilaku Wanita yang Sopan (1Timotius 2:9-15)

C. Syarat-Syarat bagi Penilik Jemaat (1Timotius 3:1-7)

1. Pribadi

1.1 Tak Bercacat 1Timotius 3:2)

1.2 Dapat Menahan Diri (1Timotius 3:2)

1.3 Bijaksana (1Timotius 3:2)

1.4 Sopan (1Timotius 3:2)

1.5 Suka Memberi Tumpangan (1Timotius 3:2)

1.6 Cakap Mengajar (1Timotius 3:2)

1.7 Bukan Peminum (1Timotius 3:3)

1.8 Bukan Pemarah (1Timotius 3:3)

1.9 Peramah (1Timotius 3:3)

1.10 Pendamai (1Timotius 3:3)

1.11 Bukan Hamba Uang (1Timotius 3:3)

1.12 Mempunyai Nama Baik (1Timotius 3:7)

1.13 Jangan Orang Baru Bertobat (1Timotius 3:6)

2. Keluarga

2.1 Suami dari Satu Istri (1Timotius 3:2)

2.2 Kepala Keluarga yang Baik (1Timotius 3:4-5)

2.3 Disegani dan Dihormati oleh Anak-Anaknya (1Timotius 3:4)

D. Syarat-syarat bagi Diaken (1Timotius 3:8-12)

1. Pribadi

1.1 Orang Terhormat (1Timotius 3:8)

1.2 Jangan Bercabang Lidah (1Timotius 3:8)

1.3 Jangan Penggemar Anggur (1Timotius 3:8)

1.4 Jangan Serakah (1Timotius 3:8)

1.5 Orang yang Memelihara Rahasia Iman Dalam Hati Nurani yang Suci (1Timotius 3:9)

1.8 Diuji dan Tak Bercacat (1Timotius 3:10)

2. Keluarga

2.1 Suami dari Satu Istri (1Timotius 3:12)

2.2 Istri Adalah Orang Terhormat (1Timotus 3:11)

2.3 Mengurus Anak-Anak dan Keluarga dengan Baik (1Timotius 3:12)

E. Alasan Gereja Memerlukan Syarat Tinggi bagi Pemimpin (1Timotius 3:13-4:5)

II. Pengarahan Tentang Pelayanan Timotius (1Timotius 4:6-6:19)

A. Kehidupan Pribadinya (1Timotius 4:6-16)

B. Hubungan dengan Orang Dalam Gereja (1Timotius 5:1-6:19)

1. Orang yang Tua dan Orang Muda (1Timotius 5:1)

2. Perempuan Tua dan Perempuan Muda (1Timotius 5:2)

3. Janda-Janda (1Timotius 5:3-16)

4. Penatua dan Calon Penatua (1Timotius 5:17-25)

5. Budak-Budak (1Timotius 6:1-2)

6. Guru-Guru Palsu (1Timotius 6:3-10). Sisipan: Nasihat kepada Timotius Sendiri

(1Timotius 6:11-16)

7. Orang-Orang Kaya (1Timotius 6:17-19)

Penutup (1Timotius 6:20-21)

B. Surat 2 Timotius

Penulis : Paulus

Tema : Bertekun dengan Ketabahan

Tanggal Penulisan : Sekitar tahun 67

1. Latar Belakang Penulisan Surat 2 Timotius

Inilah surat terakhir Paulus. Pada saat menulis surat ini, kaisar Nero sedang berusaha

untuk menghentikan perkembangan kekristenan di Roma dengan penganiayaan yang

bengis terhadap orang percaya; Paulus sekali lagi menjadi tahanan negara di Roma

(2Timotius 1:16). Dia menderita kekurangan sebagai seorang penjahat biasa (2Timotius

2:9), ditinggalkan oleh kebanyakan sahabatnya (2Timotius 1:15), dan sadar bahwa

pelayanannya sudah berakhir dan kematiannya sudah dekat (2Tiotius 4:6-8,18; untuk

pembahasan yang lebih lanjut mengenai latar belakang dan kepenulisan). Paulus

menulis kepada Timotius sebagai "anakku yang kekasih" (2Timotius 1:2) dan teman

sekerja yang setia (bd. Roma 16:21). Hubungan yang erat serta kepercayaannya

terhadap Timotius dilihat dalam halnya Paulus menyebutkan Timotius ikut terlibat

dalam mengirimkan enam buah surat, kehadiran Timotius dengan Paulus dalam

tahanan yang pertama (Filipi 1:1; Kolose 1:1; Filemon 1:1) dan kedua surat pribadi

kepadanya. Pada saat Paulus menghadapi kemungkinan dihukum mati adalah dekat,

dua kali ia minta Timotius menemaninya di Roma (2Timotius 4:9,21). Ketika Paulus

mengirim surat kedua ini, Timotius masih berada di Efesus (2Timotius 1:18; 4:19).

2. Tujuan Penulisan Surat 2 Timotius

Karena mengetahui bahwa Timotius pemalu serta menghadapi kesukaran, dan karena

menyadari akan kemungkinan penganiayaan berat dari luar gereja dan adanya guru-

guru palsu di dalam gereja, Paulus menasihatkan Timotius agar dia memelihara Injil,

memberitakan Firman Allah, menanggung kesukaran dan melaksanakan tugas-

tugasnya.

3. Survai Penulisan Surat 2 Timotius

Dalam pasal 1; (2Timotius 1:1-18\) Paulus meyakinkan Timotius tentang kasih dan

doanya yang tetap sambil mendorong dia untuk tetap setia tanpa berkompromi

tehadap Injil, memelihara kebenaran dengan tekun dan mengikuti teladannya. Dalam

pasal 2; (2Timotius 2:1-26) Paulus menugaskan anak rohaninya untuk tetap

memelihara iman dengan mempercayakan kebenarannya kepada orang lain yang dapat

dipercayai untuk mengajarkannya kepada orang lain (2Timotius 2:2). Paulus

menasihati gembala yang muda ini untuk menanggung kesukaran seperti prajurit yang

baik (2Timotius 2:3), melayani Allah dengan rajin dan memberitakan firman kebenaran

dengan tepat (2Timotius 2:15), memisahkan diri dari mereka yang meninggalkan

kebenaran rasuli (2Timotius 2:18-21), memelihara kemurniannya (2Timotius 2:22) dan

bekerja dengan tekun sebagai guru (2Timotius 2:23-26). Dalam pasal berikutnya Paulus

mengingatkan Timotius bahwa kejahatan dan kemurtadan akan meningkat (2Tiotius

3:1-9), tetapi Timotius harus tetap setia kepada iman yang diwarisinya dan kepada

Alkitab (2Timotius 3:10-17). Dalam pasal terakhir Paulus menugaskan Timotius untuk

memberitakan Firman serta melaksanakan semua tugas pelayanannya (2Timotius 4:1-

5). Paulus menutup surat ini dengan memberitahukan Timotius tentang keadaan

dirinya pada saat dia menghadapi kematian, sambil memohon Timotius datang dengan

cepat (2Timotius 4:6-22).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 2 Timotius

Lima ciri utama menandai surat ini.

4.1 Surat ini berisi perkataan terakhir Paulus yang ditulis sebelum pelaksanaan hukum

mati oleh kaisar Nero di Roma hampir 35 tahun setelah pertobatannya kepada Kristus

di jalan ke Damsyik.

4.2 Surat ini berisi pernyataan yang paling terang dalam Alkitab mengenai

pengilhaman dan tujuan ilahi Alkitab (2Timotius 3:16-17): Paulus menekankan bahwa

Alkitab harus ditafsirkan dengan cermat oleh pelayan-pelayan Firman (2Timotius 2:15)

dan mendorong penyerahan Firman Allah kepada orang yang dapat dipercayai yang

kemudian dapat mengajar orang lain (2Timotius 2:2).

4.3 Sepanjang surat ini muncul nasihat-nasihat pendek tetapi tepat misalnya,

"mengobarkan karunia Allah" (2Timotius 1:6), "janganlah malu" (2Timotius 1:8),

"menderita bagi Injil-Nya" (2Timotius 1:8), "Peganglah ... ajaran yang sehat" (2Timotius

1:13), "peliharalah harta yang indah" (2Timotius 1:14), "jadilah kuat oleh kasih karunia"

(2Timotius 2:1), "ikutlah menderita" (2Timotius 2:3), "memberitakan perkataan

kebenaran" (2Timotius 2:15), "hindarilah" (2Timotius 2:16), "jauhilah ... kejarlah"

(2Timotius 2:22), berhati-hatilah terhadap kemurtadan yang mendekat (2Timotius 3:1-

9), "tetap berpegang kepada kebenaran" (2Timotius 3:14), "beritakanlah Firman"

(2Timotius 4:2), "lakukanlah pekerjaan pemberita Injil" (2Timotius 4:5), "tunaikanlah

tugas pelayananmu" (2Timotius 4:5).

4.4 Tema yang berulang-ulang dari banyak nasihatnya adalah untuk berpegang pada

iman (Yesus Kristus dan Injil asli dari rasul-rasul), jagalah iman itu dari pemutarbalikan

dan kerusakan, menentang guru palsu, dan beritakan Injil yang benar dengan

ketekunan yang teguh.

4.5 Kesaksian terakhir Paulus adalah suatu contoh yang mengharukan dari keberanian

dan harapan ketika menghadapi mati syahid yang sudah pasti (2Timotius 4:6-8).

5. Garis Besar Penulisan Surat 2 Timotius

Pendahuluan (2Timotius 1:1-4)

I. Pesan Paulus kepada Timotius (2Timotius 1:5-18)

A. Mengobarkan Karunia Allah (2Timotius 1:5-7)

B. Bersedia Menderita untuk Injil (2Timotius 1:8-10)

C. Teladan Paulus (2Timotius 1:11-12)

D. Peganglah dan Pelihara Kebenaran (2Timotius 1:13-14)

E. Sahabat-sahabat Paulus di Roma yang Setia dan Tidak Setia (2Timotius 1:15-18)

II. Tuntutan-Tuntutan Terhadap Hamba Tuhan yang Setia (2Timotius 2:1-26)

A. Jadilah Kuat oleh Kasih Karunia (2Timotius 2:1)

B. Percayakan Berita kepada Orang yang Dapat Dipercayai (2Tiotius 2:2)

C. Bertahan Dalam Kesukaran (2Timotius 2:3-7)

1. Sebagai Prajurit yang Baik (2Timotius 2:3-4)

2. Sebagai Olahragawan yang Berdisiplin (2Tiotius 2:5)

3. Sebagai Petani yang Bekerja Keras (2Timotius 2:6-7)

D. Mati dan Menderita dengan Yesus Kristus (2Timotius 2:8-13)

E. Hindarilah Soal-soal yang Bodoh dan Mempertahankan Injil Dalam Cara yang Tidak

Tercela (2Timotius 2:14-26)

III.Peningkatan Kejahatan Terakhir yang Mendekat (2Timotius 3:1-9)

IV. Ketekunan Dalam Kebenaran (2Timotius 3:10-17)

A. Yang Dipelajari dari Paulus (2Timotius 3:10-14)

B. Yang Dipelajari dari Alkitab (2Timotius 3:15-17)

V. Beritakanlah Firman Allah (2Timotius 4:1-5)

VI. Kesaksian dan Pengarahan Paulus (2Timotius 4:6-18)

A. Kesaksian Perpisahan Paulus (2Timotius 4:6-8)

B. Pengarahan Pribadi untuk Timotius (2Timotius 4:9-13)

C. Sebuah Kata Peringatan (2Timotius 4:14-15)

D. Keyakinan tentang Kesetiaan Allah (2Timotius 4:16-18)

Penutup (2Timotius 4:19-22)

C. Surat Titus

Penulis : Paulus

Tema : Ajaran yang Benar dan Kebajikan

Tanggal Penulisan : Sekitar 65-66 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat Titus

Seperti halnya 1 dan 2 Timotius, Titus adalah surat pribadi dari Paulus kepada salah

seorang pembantu mudanya. Surat ini disebut "Surat Penggembalaan" karena

membahas masalah yang berkaitan dengan peraturan gereja dan pelayanannya. Titus,

seorang bertobat bukan Yahudi (Galatia 2:3), menjadi pendamping dekat Paulus dalam

pelayanan rasuli. Walaupun namanya tidak disebutkan dalam Kisah Para Rasul

(mungkin karena ia saudara Lukas) hubungan erat dengan Paulus ditunjukkan dengan

1.1 disebutnya Titus sebanyak 13 kali dalam surat-surat Paulus,

1.2 dia adalah orang yang bertobat dalam pelayanan Paulus dan anak rohaninya (Titus

1:4) dan seperti Timotius menjadi teman sekerja Paulus yang terpercaya dalam

pelayanan (2Korintus 8:23),

1.3 dijadikannya wakil Paulus setidaknya untuk satu tugas penting ke Korintus selama

perjalanan misi ketiga Paulus (2Korintus 2:12-13; 7:6-15;2Korintus 8:6,16-24), dan

1.4 pelayanannya sebagai teman sekerja Paulus di Kreta (Titus 1:5).

Paulus dan Titus bekerja bersama-sama dalam waktu singkat di Kreta (barat daya Asia

Kecil di Laut Tengah) antara pemenjaraan Paulus yang pertama dengan yang kedua.

Paulus menugaskan Titus untuk melanjutkan pelayanannya di antara orang Kreta (Titus

1:5), sedangkan dia sendiri melanjutkan perjalanan ke Makedonia (bd. 1Timotius 1:3).

Tidak lama sesudah peristiwa itu, Paulus menulis surat ini kepada Titus,

menginstruksikan dia untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah mereka awali

bersama. Mungkin surat ini dititipkan kepada Zenas dan Apolos yang akan melewati

Kreta (Titus 3:13). Dalam surat ini Paulus meyampaikan rencananya untuk mengirim

Artemas atau Tikhikus dengan segera untuk menggantikan Titus, karena setelah itu

Titus harus ikut serta dengan Paulus di Nikopolis (Yunani), tempat yang direncanakan

menjadi tempat tinggal Paulus selama musim dingin (Titus 3:12). Kita mengetahui

bahwa rencana ini terlaksana (bd. 2Timotius 4:10*) karena Paulus kemudian

menugaskan Titus di Dalmatia (Yugoslavia sebelum pecah).

2. Tujuan Penulisan Surat Titus

Paulus menulis surat ini kepada Titus terutama untuk menugaskan Titus

2.1 menata apa yang ditinggalkan Paulus di Kreta, termasuk penetapan penatua (Titus

1:5);

2.2 membantu jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan

kesalehan (Titus 1:1);

2.3 membungkam guru-guru palsu (Titus 1:11); dan

3.4 datang kepada Paulus setelah ia diganti oleh Artemas atau Tikhikus (Titus 3:12).

3. Survai Penulisan Surat Titus

Paulus membahas empat pokok utama di dalam surat ini.

3.1 Dia menginstruksikan Titus mengenai tabiat dan syarat rohani yang diperlukan

mereka yang akan dipilih menjadi penatua (penilik jemaat) di dalam gereja. Penatua

haruslah orang saleh yang sifatnya terbukti, berhasil menuntun keluarganya sendiri

(Titus 1:5-9).

3.2 Paulus menyuruh Titus mengajarkan doktrin yang benar serta membungkam dan

menegur para guru palsu (Titus 1:10-2:1). Di dalam surat ini Paulus memberikan dua

rangkuman tentang ajaran yang sehat (Titus 2:11-14; 3:4-7).

3.3 Paulus menggambarkan untuk Titus (bd. 1Timotius 5:1-6:2) peranan yang patut

untuk laki-laki yang sudah lanjut usia (Titus 2:1-2), wanita yang sudah tua (Titus 2:3-

4), wanita yang masih muda (Titus 2:4-5), para pemuda (Titus 2:6-8), dan para budak

(Titus 2:9-10).

3.4 Akhirnya, Paulus menekankan bahwa kebajikan dan kehidupan yang benar adalah

buah yang perlu dari iman yang sejati (Titus 1:16; 2:7,14; Titus 3:1,8,14; bd. Yakobus

2:14-26).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Titus

Tiga ciri utama menandai surat ini.

4.1 Surat ini berisi dua ringkasan klasik mengenai sifat sesungguhnya dari keselamatan

dalam Kristus Yesus (Titus 2:11-14; 3:4-7).

4.2 Surat ini menekankan bahwa gereja dan pelayanannya harus dibangun di atas

landasan rohani, teologis dan etis yang sangat kuat.

4.3 Surat ini berisi salah satu dari dua daftar panjang yang menyebutkan syarat yang

harus dipenuhi pemimpin dalam pelayanan gerejani (Titus 1:5-9; bd. 1Timotius 3:1-

13).

5. Garis Besar Penulisan Surat Titus

Pendahuluan (Titus 1:1-4)

I. Pengarahan Mengenai Penugasan Penatua (Titus 1:5-9)

A. Tetapkan Penatua di Tiap Kota (Titus 1:5)

B. Berbagai Syarat bagi Penatua (Titus 1:6-9)

1. Pribadi

1.1 Tak Bercacat (Titus 1:6)

1.2 Pelayan yang Dapat Dipercayai (Titus 1:7)

1.3 Tidak Angkuh (Titus 1:7)

1.4 Bukan Pemberang (Titsu 1:7)

1.5 Bukan Peminum (Titus 1:7)

1.6 Bukan Pemarah (Titus 1:7)

1.7 Tidak Serakah (Titus 1:7)

1.8 Suka Memberi Tumpangan (Titus 1:8)

1.9 Suka Akan yang Baik (Titus 1:8)

1.10 Bijaksana (Titus 1:8)

1.11 Adil (Titus 1:8)

1.12 Saleh (Titus 1:8)

1.13 Berpegang Kepada Perkataan yang Benar (Titus 1:9)

1.14 Sanggup Menasihati berdasarkan Ajaran (Titus 1:9)

1.15 Sanggup Meyakinkan Para Penentang (Titus 1:9)

2. Keluarga

2.1 Mempunyai Hanya Satu Istri (Titus 1:6)

2.2 Anak-Anaknya Hidup Beriman (Titus 1:6)

2.3 Anak-Anaknya Hidup Senonoh dan Tertib (Titus 1:6)

II. Pengarahan Mengenai Guru Palsu (Titus 1:10-16)

A. Tabiat Mereka (Titus 1:10)

B. Kelakuan Mereka (Titus 1:11-12)

C. Penegoran Mereka (Titus 1:13-16)

III.Pengarahan Mengenai Aneka Kelompok Dalam Gereja (Titus 2:1-15)

A. Lingkup Pengarahan (Titus 2:1-10)

B. Dasar Pengarahan (Titus 2:11-14)

C. Tanggung Jawab Titus (Titus 2:15)

IV. Nasihat Tentang Kebajikan (Tius 3:1-11)

A. Kelakuan Terhadap Sesama (Titus 3:1-2)

B. Kemurahan Allah Kepada Kita (Titus 3:3-7)

C. Membedakan yang Berguna dan Mana yang Tidak(Titus 3:8-11)

Penutup (Titus 3:12-15)

D. Surat Filemon

Penulis : Paulus

Tema : Perdamaian

Tanggal Penulisan : Sekitar 62 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat Filemon

Paulus menulis "surat penjara" ini (Filemon 1:1,9) sebagai surat pribadi kepada seorang

bernama Filemon, kemungkinan besar sementara masa penahanan yang pertama di

Roma (Kisah Para Rasul 28:16-31). Nama-nama sama yang disebut dalam Filemon

(Filemon 1:1-2,10,23-24) dan Kolose (Kolose 4:9-10,12,14,17) menunjukkan bahwa

Filemon tinggal di Kolose, dan kedua surat ini ditulis dan diantarkan pada waktu yang

sama. Filemon menjadi pemilik hamba (Filemon 1:16) dan anggota gereja di Kolose

(bd. Filemon 1:1-2 dengan Kolose 4:17), mungkin ia bertobat dibawah pelayanan

Paulus (Filemon 1:19). Onesimus menjadi hamba Filemon yang telah lari ke Roma; di

situ dia kenal Paulus, yang membawa dia kepada Kristus. Suatu ikatan persahabatan

yang kuat berkembang di antara mereka (Filemon 1:9-13). Sekarang dengan segan

Paulus mengirim Onesimus kembali kepada Filemon, ditemani oleh Tikhikus, teman

sekerja Paulus, bersama dengan surat ini (Kolose 4:7-9).

2. Tujuan Penulisan Surat Filemon

Paulus menyurati Filemon untuk mengurus persoalan khusus tentang hambanya

Onesimus yang telah melarikan diri. Menurut hukum Romawi, hamba yang melarikan

diri dapat dihukum mati. Paulus menjadi perantara untuk Onesimus dengan Filemon

dan memohon supaya Onesimus diterima kembali secara ramah sebagai orang percaya

dan sahabat Paulus, dengan kasih yang sama sebagaimana dia akan menerima Paulus

sendiri.

3. Survai Penulisan Surat Filemon

Permohonan Paulus adalah sebagai berikut:

3.1 Dia memohon dengan sangat supaya Filemon, sebagai saudara dalam Kristus

(Filemon 1:8-9,20-21) menerima Onesimus kembali, bukan sebagai hamba tetapi

sebagai saudara dalam Kristus (Filemon 1:15-16).

3.2 Paulus menyatakan bahwa Onesimus (yang artinya "berguna") yang dahulu "tidak

berguna", tetapi sekarang "berguna" bagi Paulus dan Filemon (Filemon 1:10-12).

3.3 Paulus ingin Onesimus dapat tinggal di Roma, tetapi sebaliknya mengirimnya

kembali kepada tuan yang memilikinya (Filemon 1:13-14).

3.4 Paulus menawarkan diri sebagai pengganti untuk hutang Onesimus dan

mengingatkan Filemon tentang hutang budinya kepada Paulus (Filemon 1:17-19). Surat

ditutup dengan salam dari beberapa teman sekerja di Roma (Filemon 1:23-24) dan

pengucapan syukur (Filemon 1:25).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Filemon

Tiga ciri utama menandai surat ini.

4.1 Surat ini adalah yang terpendek di antara surat-surat Paulus.

4.2 Lebih dari lain bagian PB, surat ini menjelaskan bagaimana Paulus dan gereja

mula-mula menghadapi persoalan perbudakan Roma. Daripada menyerang langsung

atau menimbulkan pemberontakan bersenjata, Paulus mengemukakan prinsip Kristen

yang menyingkirkan kekerasan dari perbudakan Roma dan akhirnya menghapuskannya

sama sekali antara orang Kristen.

4.3 Surat ini memberikan pengertian unik ke dalam kehidupan Paulus, karena dia

begitu erat manunggal dengan seorang hamba sehingga Onesimus disebut "buah hatiku"

(Filemon 1:12).

5. Garis Besar Penulisan Surat Filemon

Salam Kristen (Filemon 1:1-3)

I. Penghargaan Terhadap Filemon (Filemon 1:4-7)

A. Pokok Doa Syukur (Filemon 1:4-6)

B. Saat Kegembiraan Besar (Filemon 1:7)

II. Permohonan untuk Onesimus (Filemon 1:8-21)

A. Permohonan Bukan Perintah (Filemon 1:8-11)

B. Alasan Mengirim Onesimus Kembali (Filemon 1:12-16)

C. Permohonan Bersifat Penggantian (Filemon 1:17-19)

D. Tanggapan Positif Diharapkan dari Filemon (Filemon 1:20-21)

Hal-hal Terakhir (Filemon 1:22-25)

A. Harapan untuk Segera Mengunjungi (Filemon 1:22)

B. Salam dari Sahabat Paulus (Filemon 1:23-24)

C. Pengucapan Berkat (Filemon 1:25)

SURAT IBRANI

Setelah pada bab tiga mempelajari perihal Paulus dan surat pastoral serta surat pribadi maka

pada bab empat ini mempelajari surat Ibrani.

Penulis : Tidak Disebutkan

Tema : Perjanjian yang Lebih Baik

Tanggal Penulisan : 67-69 M (tidak dapat dipastikan)

1. Latar Belakang Penulisan Surat Ibrani

Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan kemungkinan.

Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua hanyalah, "Kepada Orang Ibrani."

Sekalipun demikian isi surat ini menunjukkan bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang

Kristen Yahudi. Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika

mengutip PL menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi

berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat "terimalah salam dari saudara-

saudara di Italia" (versi Inggris NIV -- "mereka dari Italia mengirim salam" Ibrani 13:24)

mungkin sekali berarti bahwa penulis sedang menulis kepada orang-orang yang tinggal di

Roma dan mencantumkan salam dari orang-orang percaya dari Italia yang dalam perantauan.

Para penerima surat ini mungkin terdiri atas kelompok-kelompok persekutuan rumah yang

merupakan bagian dari jemaat gereja yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai

menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali kepada

kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa. Penulis Surat

Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab yang semula maupun sepanjang surat ini,

sekalipun ia merupakan tokoh yang cukup dikenal pembacanya (Ibrani 13:18-24). Oleh karena

satu dan lain alasan, identitas penulis hilang sekitar akhir abad pertama. Selanjutnya dalam

tradisi gerejani mula-mula (abad ke-2 sampai ke-4) muncul berbagai pendapat mengenai

orang yang mungkin merupakan penulis surat ini. Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini

baru tersebar luas pada abad ke-5. Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini

beranggapan bahwa Paulus tidak mungkin menulis surat ini karena gaya penulisan yang halus

dan bercorak Aleksandria, ketergantungan pada Septuaginta, cara memperkenalkan kutipan-

kutipan PL, cara berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal tidak

menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus. Lagi pula, Paulus senantiasa

menunjuk kepada penyataan yang langsung diperolehnya dari Kristus (bd. Galatia 1:11-12),

sedangkan penulis surat ini menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen angkatan

kedua yang memperoleh keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata pelayanan Yesus

(Ibrani 2:3). Di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran Lukas mengenai

Apolos dalam Kisah Para Rasul 18:24-28 paling cocok dengan keadaan penulis surat ini.

Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan: penulis menulis dengan

kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat Ibrani

penghancuran Bait Suci di Yerusalem dan ibadah di bawah pimpinan para imam Lewi tidak

disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun 70 M.

2. Tujuan Penulisan Surat Ibrani

Surat Ibrani terutama ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang sedang mengalami

penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat iman mereka kepada

Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan penyataan Allah dan

penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia menunjukkan bahwa penyediaan penebusan di bawah

perjanjian yang lama sudah digenapi dan tidak terpakai lagi karena Yesus telah datang dan

menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian.

Penulis menantang para pembacanya

2.1 untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus hingga pada

kesudahannya,

2.2 untuk maju terus menuju kedewasaan rohani dan

2.3 untuk tidak kembali kepada kehidupan di bawah hukuman dengan cara meninggalkan

kepercayaan kepada Yesus Kristus.

3. Survai Penulisan Surat Ibrani

3.1 Surat Ibrani ini lebih mirip dengan suatu khotbah daripada sebuah surat. Penulis

menggambarkan karyanya ini sebagai "kata-kata nasihat" (Ibrani 13:22). Surat ini terdiri atas

tiga bagian utama.

3.2 Pertama, Yesus sebagai Putra Allah yang penuh kuasa (Ibrani 1:1-3) dinyatakan sebagai

penyataan Allah yang sempurna kepada umat manusia-- lebih tinggi daripada para nabi (Ibrani

1:1-3), malaikat (Ibrani 1:4-2:18), Musa (Ibrani 3:1-6) dan Yosua (Ibrani 4:1-11). Di dalam

bagian ini terdapat suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai berbagai akibat apabila

kita secara rohani makin menjauh dari iman atau mengeraskan hati dalam ketidakpercayaan

(Ibrani 2:1-3; 3:7-4:2).

3.3 Bagian yang kedua menampilkan Yesus sebagai Imam Besar dengan kualifikasi (Ibrani 4:14-

5:10; 6:19-7:25), watak (Ibrani 7:26-28), dan pelayanan (Ibrani 8:1-10:18) yang sempurna dan

abadi. Di bagian ini diberikan suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai

ketidakdewasaan rohani atau bahkan "kemurtadan" setelah mengambil bagian di dalam Kristus

(Ibrani 5:11-6:12).

3.4 Bagian yang terakhir (Ibrani 10:19-13:17) dengan tegas mendorong orang-orang percaya

agar tetap tabah dalam keselamatan, iman, penderitaan, dan kekudusan.

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Ibrani

Delapan ciri utama menandai surat ini.

4.1 Surat ini unik di antara surat-surat PB karena bentuknya, "surat ini berawal seperti sebuah

risalah, dilanjutkan bagaikan khotbah, dan diakhiri seperti surat" (Origenes).

4.2 Di antara semua kitab PB surat ini menggunakan bahasa yang paling halus, paling

mendekati gaya penulisan Yunani klasik daripada penulis PB lainnya (mungkin kecuali Lukas

dalam Lukas 1:1-4).

4.3 Inilah satu-satunya kitab PB yang mengembangkan konsep pelayanan Yesus sebagai Imam

Besar.

4.4 Ajarannya tentang Kristus ini sangat kaya variasi, dan memakai lebih daripada dua puluh

nama dan gelar untuk Kristus.

4.5 Kata kuncinya adalah "lebih baik" (dipakai tiga belas kali). Yesus lebih baik daripada para

malaikat dan semua tokoh perantara PL. Ia memberikan perhentian, perjanjian, pengharapan,

keimaman, korban pendamaian, dan janji-janji yang lebih baik.

4.6 Surat ini berisi pasal yang paling menonjol dalam Alkitab mengenai iman (pasal 11; Ibrani

11:1-40).

4.7 Kitab ini sarat dengan kutipan dan petunjuk kepada PL sehingga memberikan pengertian

yang berharga mengenai penafsiran umat Kristen mula-mula terhadap sejarah dan ibadah PL,

khususnya dalam bidang lambang-lambang.

4.8 Surat ini memberikan lebih banyak peringatan mengenai bahaya-bahaya kemurtadan

rohani daripada kitab lainnya dalam PB.

5. Garis Besar Penulisan Surat Ibrani

I. Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul daripada Agama Orang Yahudi (Ibrani

1:1-10:18)

A. Dalam Penyataan (Ibrani 1:1-4:13) Yesus Kristus adalah Penyataan Penuh dan Akhir dari

Allah kepada Manusia

1. Lebih Unggul dari Para Nabi (Ibrani 1:1-3)

2. Lebih Unggul dari Para Malaikat (Ibrani 1:4-2:18)

Peringatan: Bahaya Pengabaian (Ibrani 2:1-4)

3. Lebih Unggul dari Musa (Ibrani 3:1-6)

Peringatan: Bahaya Ketidakpercayaan (Ibrani 3:7-19)

4. Lebih Unggul dari Yosua (Ibrani 4:1-13)

B. Dalam Renungan (Ibrani 4:14-10:18)

Sebagai Imam Besar Kita, Yesus Jauh Melebihi Keimaman Lewi

1. Lebih Unggul Kualifikasi-Nya (Ibrani 4:14-7:25)

Peringatan: Bahaya Ketidakdewasaan Rohani (Ibrani 5:11-6:3)

Peringatan: Bahaya Kemurtadan (Ibrani 6:4-20)

2. Lebih Unggul Watak-Nya (Ibrani 7:26-28)

3. Lebih Unggul Pelayanan-Nya (Ibrani 8:1-10:18)

3.1 Bertempat di Tempat Kudus yang Lebih Baik (Ibrani 8:1-5)

3.2 Berlandaskan Perjanjian yang Lebih Baik (Ibrani 8:6-13)

3.3 Terlaksana Melalui Pelayanan yang Lebih Baik (Ibrani 9:1-22)

3.4 Digenapi Melalui Korban yang Lebih Sempurna (Ibrani 9:23-10:18)

II. Penerapan: Nasihat untuk Bertekun (Ibrani 10:19-13:17)

A. Dalam Bidang Keselamatan (Ibrani 10:19-38)

B. Dalam Bidang Iman (Ibrani 10:39-11:40)

1. Sifat-Sifat Iman (Ibrani 10:39-11:3)

2. Teladan Iman dari Perjanjian Lama (Ibrani 11:4-38)

3. Pembenaran Iman: Disempurnakan dalam Kristus (Ibani 11:39-40)

C. Dalam Bidang Ketabahan (Ibrani 12:1-13)

D. Dalam Bidang Kekudusan (Ibrani 12:14-13:17)

1. Pengutamaan Kekudusan (Ibrani 12:14-29)

2. Pelaksanaan Kekudusan (Ibrani 13:1-17)

Penutup (Ibrani 13:18-25)

SURAT-SURAT UMUM

Setelah pada bab empat mempelajari surat Ibrani, maka pada bab lima ini

mempelajari surat-surat umum, yang mencakup: Surat Yakobus, surat 1 & 2 Petrus,

surat 1,2,3 Yohanes, dan surat Yudas yang diuraikan berurutan di bawah ini.

A. Surat Yakobus

Penulis : Yakobus

Tema : Iman yang Berhasil Guna

Tanggal Penulisan : Tahun 45-49 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat Yakobus

Surat ini tergolong "surat-surat umum" karena pada mulanya dialamatkan kepada suatu

sidang pembaca yang lebih luas daripada jemaat lokal. Salam "kepada kedua belas

suku di perantauan" (Yakobus 1:1), dan juga petunjuk-petunjuk lainnya (Yakobus

2:19,21) menunjukkan bahwa surat ini pada mulanya ditulis kepada orang Kristen

Yahudi yang tinggal di luar Palestina. Mungkin para penerima surat ini termasuk orang-

orang pertama yang bertobat di Jerusalem dan, setelah Stefanus mati syahid terserak

oleh penganiayaan (Kisah Para Rasul 8:1) sejauh Fenisia, Siprus, Antiokhia dan lebih

jauh lagi (Kisah Para Rasul 11:19). Hal ini menerangkan

1.1 mengapa pembukaan surat ini menekankan hal menanggung dengan sukacita

pencobaan yang menguji iman dan menuntut ketabahan (Yakobus 1:2-12),

1.2 pengetahuan pribadi Yakobus tentang orang percaya yang "terserak" itu, dan

1.3 nada yang berwibawa dari surat ini. Sebagai pemimpin gereja di Yerusalem,

Yakobus sedang menulis surat kepada domba-dombanya yang berserakan.

Terkenalnya pengarang ditunjukkan oleh cara ia menyebut dirinya, yaitu hanya

"Yakobus" (Yakobus 1:1). Yakobus, saudara tiri Yesus dan pemimpin gereja di

Yerusalem, pada umumnya dipandang sebagai penulis surat ini. Pidatonya dalam

sidang di Yerusalem (Kisah Para Rasul 15:13-21) dan gambaran mengenai dirinya di

bagian lain dalam PB (mis. Kisah Para Rasul 12:17; 21:18; Galatia 1:19; 2:9,12;

1Korintus 15:7) sangat cocok dengan apa yang diketahui mengenai penulis surat ini.

Sangat mungkin Yakobus menulis surat ini pada dasawarsa 40-an. Tanggal yang agak

dini untuk penulisan surat in ditunjukkan oleh berbagai faktor, seperti kenyataan

bahwa Yakobus menyebutkan istilah Yunani synagoge untuk menunjuk tempat

pertemuan orang Kristen (Yakobus 2:2). Menurut keterangan sejarawan Yahudi,

Yosefus, Yakobus, saudara tiri Tuhan mati syahid di Yerusalem tahun 62 M.

2. Tujuan Penulisan Surat Yakobus

Yakobus menulis

2.1 untuk membangun semangat orang percaya Yahudi yang sedang menderita

berbagai pencobaan yang menguji iman mereka,

2.2 untuk memperbaiki berbagai pengertian yang salah mengenai sifat iman yang

menyelamatkan, dan

2.3 untuk menasihatkan dan membina pembacanya mengenai hasil-hasil praktis iman

mereka dalam hidup yang benar dan perbuatan yang baik.

3. Survai Penulisan Surat Yakobus

Surat ini membahas serangkaian pokok yang cukup beragam berkaitan dengan

menjalankan kehidupan Kristen yang sejati. Yakobus mendorong orang percaya untuk

menanggung pencobaan dengan sukacita dan menarik manfaat daripadanya (Yakobus

1:2-11); melawan godaan (Yakobus 1:12-18); menjadi pelaku Firman dan bukan hanya

pendengar (Yakobus 1:19-27); serta menunjukkan iman yang aktif dan bukan

pengakuan yang kosong (Yakobus 2:14-26). Yakobus dengan sungguh-sungguh

mengingatkan tentang berdosanya lidah yang sukar dikendalikan (Yakobus 3:1-12;

4:11-12), hikmat duniawi (Yakobus 3:13-16), kelakuan berdosa (Yakobus 4:1-10),

kehidupan yang congkak (Yakobus 4:13-17) dan kekayaan yang mementingkan diri

sendiri (Yakobus 5:1-6). Yakobus menutup dengan menekankan kesabaran, doa, dan

memulihkan mereka yang sudah mundur (Yakobus 5:7-20). Sepanjang kelima pasal ini,

hubungan di antara iman yang benar dankehidupan yang saleh ditekankan. Iman yang

sejati adalah:

- iman yang teruji (Yakobus 1:2-16),

- aktif (Yakobus 1:19-27),

- mengasihi sesama seperti dirinya sendiri (Yakobus 2:1-13),

- menyatakan diri dalam perbuatan baik (Yakobus 2:14-26),

- menguasai lidah dengan benar (Yakobus 3:1-12),

- mencari hikmat Allah (Yakobus 3:13-18),

- tunduk kepada Allah selaku hakim yang adil (Yakobus 4:1-12),

- mempercayai Allah dalam kehidupan sehari-hari (Yakobus 4:13-17),

- tidak mementingkan diri atau memuaskan keinginan sendiri (Yakobus 5:1-6),

- sabar dalam penderitaan (Yakobus 5:7-12), dan

- tekun dalam doa (Yakobus 5:13-20).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Yakobus

Tujuh ciri utama menandai surat ini.

3.1 Surat ini kemungkinan besar merupakan kitab PB yang pertama-tama ditulis.

3.2 Walaupun hanya dua kali menyebut nama Kristus, surat ini lebih banyak berisi

kenangan akan ajaran Yesus, termasuk setidak-tidaknya 15 petunjuk kepada Khotbah

di Bukit, lebih dari semua surat PB tergabung.

3.3 Dari 108 ayatnya, lebih daripada separuhnya adalah perintah.

3.4 Dalam banyak hal, surat ini merupakan Amsal PB karena

(1) penuh dengan hikmat ilahi dan instruksi praktis untuk menjalankan kehidupan

Kristen yang sejati dan

(2) ditulis dengan gaya penulisan yang tegas dan tepat, dengan perintah yang singkat

dan analogi yang hidup.

3.5 Yakobus adalah pengamat cermat tentang cara bekerjanya alam dan tabiat

manusia berdosa. Dia sering kali menarik pelajaran dari alam untuk menyingkapkan

tabiat manusia berdosa (mis. Yakobus 3:1-12).

3.6 Surat ini lebih menekankan hubungan di antara iman dengan perbuatan daripada

kitab PB lainnya (khususnya: Yakobus 2:14-16).

3.7 Yakobus sering kali disebut sebagai Amos PB, karena dia dengan bersemangat

membahas persoalan ketidakadilan dan ketidaksetaraan sosial.

5. Garis Besar Penulisan Surat Yakobus

Salam Kristen (Yakobus 1:1)

I. Menghadapi Pencobaan dan Menarik Manfaatnya (Yakobus 1:2-18)

A. Menerimanya Sebagai Sarana Pertumbuhan (Yakobus 1:2-4)

B. Memohon Hikmat untuk Mengatasinya (Yakobus 1:5-8)

C. Bersukacita Dalam Tindakan Penyamarataannya (Yakobus 1:9-12)

D. Mengetahui Bedanya Pengujian dan Pencobaan (Yakobus 1:13-18)

II. Mendengarkan Firman Allah dan Melakukannya (Yakobus 1:19-27)

III.Tidak Pilih Kasih dan Menunjukkannya (Yakobus 2:1-13)

IV. Mengaku Beriman dan Membuktikannya (Yakobus 2:14-26)

V. Menyadari Jebakan-Jebakan dan Mengelakkannya (Yakobus 3:1-5:6)

A. Lidah yang Sukar Dikendalikan (Yakobus 3:1-12)

B. Hikmat yang Tidak Rohani (Yakobus 3:13-18)

C. Kelakuan Berdosa (Yakobus 4:1-10)

D. Memfitnah Saudara Seiman (Yakobus 4:11-12)

E. Hidup dengan Congkak (Yakobus 4:13-17)

F. Kekayaan yang Mementingkan Diri Sendiri (Yakobus 5:1-6)

VI. Kebajikan dan Kehidupan Kristen (Yakobus 5:7-20)

A. Kesabaran dan Ketekunan (Yakobus 5:7-11)

B. Kejujuran yang Polos (Yakobus 5:12)

C. Doa Tak Berkeputusan untuk Orang Sakit (Yakobus 5:13-18)

D. Memulihkan yang Terhilang (Yakobus 5:19-20)

B. Surat 1 Petrus

Penulis : Petrus

Tema : Menderita bagi Kristus

Tanggal Penulisan : 60-63 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 1 Petrus

Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus

(1Petrus 1:1; 2Petrus 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan

bantuan Silas (Yunani Silvanus) sebagai juru tulisnya (1Petrus 5:12). Kemahiran Silas

dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa

Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok

dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab

dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan

kematian (1Petrus 1:11,19; 2:21-24; 3:18; 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Petrus 1:3,21;

3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri

Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Petrus 2:25; 5:2a; bd. Yohanes

21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan

khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul. Petrus mengalamatkan

surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil

kekaisaran Romawi (1Petrus 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang

bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota

masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kisah Para Rasul 2:9-11). Orang percaya ini

disebut "pendatang dan perantau" (1Petrus 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa

perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus

Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis

surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang

peningkatan perlawanan (1Petrus 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh

pemerintah (1Petrus 2:12-17). Petrus menulis dari "Babilon" (1Petrus 5:13). Kata ini

dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai

ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun

Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-

ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus,

Silas (1Petrus 5:12), dan Markus (1Petrus 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kolose

4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal

dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma

pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero

dimulai (th. 64 M).

2. Tujuan Penulisan Surat 1 Petrus

Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan

kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan

untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami

penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus

khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan

menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak

bersalah, benar, dan luhur.

3. Survai Penulisan Surat 1 Petrus

1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya

3.1 bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di

dalam Yesus Kristus (1Petrus 1:2-5);

3.2 bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan

sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan

Tuhan (1Pet 1:6-9);

3.3 bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Petrua

1:10-12); dan

3.4 bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak

selamat di sekitar mereka (1Petrus 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan

dikuduskan (1Petrus 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu

murni Firman Allah (1Petrus 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi

suatu rumah rohani (1Petrus 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati

negara asing (1Petrus 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati

dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Petrus 2:13-

3:12).

Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena

kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Petrus 2:18-24; 1Petrus 3:9-

5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena

kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam

konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-

tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman,

kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 1 Petrus

Lima ciri utama menandai surat ini.

4.1 Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang

percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan

mereka dengan Yesus Kristus.

4.2 Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus

menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab

lainnya dalam PB (1Petrus 3:9-5:11).

4.3 Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan

perantau di dunia ini (1Petrus 1:1; 2:11).

4.4 Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis.

1Petrus 2:5,9-10).

4.5 Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan

bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada

waktu Nuh" (Petrus 3:19-20).

5. Garis Besar Penulisan Surat 1 Perus

Salam Kristen (1Petrus 1:1-2)

I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah (1Petrus 1:3-2:10)

A. Keselamatan oleh Iman (1Petrus 1:3-12)

B. Kekudusan Karena Ketaatan (1Petrus 1:13-2:10)

II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya (1Petrus 2:11-3:12)

A. Tanggung Jawab Umum (1Petrus 2:11-17)

B. Tanggung Jawab Rumah Tangga (1Petrus 2:18-3:7)

1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya (1Petrus 2:18-25)

2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya (1Petrus 3:1-)

3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya (1Petrus 3:7)

C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya dengan

Sesamanya (1Petrus 3:8-12)

III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan (1Petrus 3:13-5:11)

A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan (1Petrus 3:13-4:11)

1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil (1Petrus 3:13-17)

2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa (1Petrus 3:18-4:6)

3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman (1Petrus 4:7-11)

B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan (1Petrus 4:12-19)

1. Karena Menguji Realitas Iman Kita (1Petrus 4:12)

2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus (1Petrus 4:13,14-16)

3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya (1Petrus 4:13,17-19)

C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan (1Petrus 5:1-11)

1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba (1Petrus 5:1-4)

2. Kepada Orang yang Lebih Muda (1Petrus 5:5-11)

Penutup (1Petrus 5:12-14)

C. Surat 2 Petrus

Penulis : Petrus

Tema : Kebenaran Sejati Lawan Guru-Guru Palsu

Tanggal Penulisan : 66-68 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 2 Petrus

Ketika memberikan salam, Simon Petrus memperkenalkan dirinya sebagai penulis surat

ini; kemudian (2Petrus 3:1) dia mengatakan bahwa surat ini merupakan suratnya yang

kedua yang menunjukkan bahwa dia sedang menulis kepada orang percaya yang sama

di Asia Kecil yang telah menerima suratnya yang pertama (1Petrus 1:1). Karena Petrus,

seperti halnya Paulus, dihukum mati oleh keputusan yang dibuat oleh kaisar Nero yang

jahat (yang kemudian wafat pada bulan Juni, 68 M), adalah sangat mungkin bahwa

Petrus menulis surat ini di antara tahun 66-68 M, tidak lama sebelum ia mati syahid di

Roma (2Petrus 1:13-15). Beberapa sarjana zaman dahulu dan sekarang, yang

mengabaikan beberapa persamaan mencolok dari 1 Petrus dan 2 Petrus dan sebaliknya

menekankan perbedaan di antara kedua surat itu, telah beranggapan bahwa Petrus

bukanlah penulis surat ini. Akan tetapi, perbedaan isi surat, kosakata, penekanan, dan

gaya penulisan dari kedua surat ini dapat diterangkan dengan memadai oleh

berbedanya situasi Petrus dan penerima suratnya ketika menerima kedua surat itu.

1.1 Situasi semula para penerima surat telah berubah dari penganiayaan serius yang

dilakukan oleh masyarakat sekitarnya menjadi serangan serius dari dalam oleh para

guru palsu yang mengancam landasan kebenaran gereja.

1.2 Situasi yang dihadapi Petrus juga sudah berbeda. Jikalau sebelumnya dia

mempunyai seorang penulis yang ahli seperti Silas ketika menulis suratnya yang

pertama (1Petrus 5:12), kelihatannya Silas tidak ada ketika Petrus menulis surat yang

kedua itu. Petrus mungkin memakai bahasa Yunani ala Galilea yang kasar atau

mengandalkan juru tulis yang tidak sepandai Silas.

2. Tujuan Penulisan Surat 2 Petrus

Petrus menulis surat ini

2.1 untuk menasihati orang percaya agar mereka dengan tekun mengejar kesalehan

dan pengenalan yang benar akan Kristus, dan

2.2 untuk membeberkan dan menolak tindakan yang berakal busuk dari para nabi dan

guru palsu di kalangan gereja di Asia Kecil yang sedang meruntuhkan kebenaran rasuli.

Petrus meringkaskan maksudnya dalam 2Pet 3:17-18 ketika dia menasihati orang

percaya yang sejati

2.1 untuk waspada supaya mereka tidak "terseret ke dalam kesesatan orang-orang

yang tak mengenal hukum" (2Petrus 3:17), dan

2.2 untuk "bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan

Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2Petrus 3:18).

3. Survai Penulisan Surat 2 Petrus

Surat yang singkat ini sungguh-sungguh mendorong orang percaya agar

mempertahankan kehidupan dan kesalehan melalui pengenalan yang benar akan

Kristus. Pasal pertama menekankan pentingnya pertumbuhan Kristen. Setelah mulai

dengan iman, orang percaya harus dengan tekun mengejar keunggulan moral,

pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara, dan

kasih akan semua orang, yang akan menghasilkan iman dewasa dan pengenalan yang

benar akan Tuhan Yesus (2Petrus 1:3-11). Pasal berikut dengan sungguh-sungguh

mengingatkan mereka tentang para nabi dan guru palsu yang muncul di kalangan

gereja. Petrus mengecam guru-guru palsu itu sebagai orang yang tidak mengenal

hukum (2Petrus 2:1,3; 3:17) yang menuruti keinginan jahat dari hawa nafsu (2Petrus

2:2,7,10,13-14,18-19), yang serakah (2Petrus 2:3,14-15), congkak (2Petrus 2:18) dan

keras kepala (2Petrus 2:10), dan menghina pemerintahan Allah (2Petrus 2:10-12).

Petrus berusaha untuk melindungi orang percaya sejati terhadap pengajaran sesat

yang membinasakan itu (2Petrus 2:1) dengan menyingkapkan maksud dan kelakuan

mereka yang jahat. Dalam pasal 3 (2Petrus 3:1-18), Petrus membuktikan salahnya

keragu-raguan guru-guru ini terhadap kedatangan Tuhan (2Petrus 3:3-4). Sebagaimana

angkatan Nuh dengan keliru mencemoohkan pikiran tentang hukuman banjir besar dari

Allah, para pencemooh ini juga buta rohani tentang janji-janji kedatangan Kristus.

Tetapi dengan tindakan menentukan yang sama dengan hukuman air bah tersebut

(2Petrus 3:5-6), Kristus akan kembali dan menghanguskan bumi ini dengan api (2Petrus

3:7-12) lalu menciptakan tatanan baru yang benar (2Petrus 3:13). Mengingat semuanya

ini, orang percaya harus hidup kudus dan saleh pada zaman ini (2Petrus 3:11,14).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 2 Petrus

Empat ciri utama menandai surat ini.

4.1 Surat ini berisi pernyataan yang paling kuat dalam Alkitab mengenai pengilhaman,

keterandalan, dan kekuasaan Kitab Suci (2Petrus 1:19-21).

4.2 Pasal dua dan surat Yudas sangat mirip dalam pengecaman guru palsu. Mungkin

Yudas, yang kemudian menghadapi persoalan yang sama dengan guru-guru palsu,

menggunakan bagian-bagian dari ajaran Petrus yang diilhami untuk mengatakan hal

yang sama.

4.3 Pasal tiga merupakan salah satu pasal PB yang agung tentang kedatangan Kristus

yang kedua.

4.4 Petrus secara tidak langsung menunjuk kepada tulisan Paulus sebagai Firman Allah

dengan menyebutkannya dalam hubungan dengan "tulisan-tulisan yang lain" (2Petrus

3:15-16).

5. Garis Besar Penulisan Surat 2 Petrus

Salam Kristen (2Petrus 1:1-2)

I. Pujian Atas Pengenalan yang Benar (2Petrus 1:2-21)

A. Kuasa Pengenalan Akan Allah yang Mengubah Hidup (2Petrus 1:2-4)

B. Sifat Progresif Pertumbuhan Kristen (2Petrus 1:5-11)

C. Kesaksian Rasul Terhadap Firman Kebenaran (2Petrus 1:12-21)

1. Motivasinya (2Petrus 1:12-15)

2. Metodenya (2Petrus 1:16-21)

2.1 Saksi Mata dari Firman yang Dinubuatkan (2Petrus 1:16-19)

2.2 Pengilhaman Kitab Suci yang Dinubuatkan (2Petrus 1:20-21)

II. Kecaman Terhadap Guru-Guru Palsu (2Petrus 2:1-22)

A. Yang Dapat Diharapkan dari Guru Palsu (2Petrus 2:1-3)

B. Yang Dapat Mereka Harapkan dari Allah (2Petrus 2:4-10)

C. Beberapa Ciri Guru-Guru Palsu (2Petrus 2:10-19)

D. Bahaya-Bahaya Kemunduran dari Kebenaran (2Petrus 2:20-22)

III.Kepastian Kedatangan Tuhan (2Petrus 3:1-18)

A. Penyangkalan Kedatangan-Nya (2Petrus 3:1-7)

B. Kepastian Kedatangan-Nya (2Petrus 3:8-10)

C. Hidup Menantikan Kedatangan-Nya (2Petrus 3:11-18)

Ucapan Berkat (2Petrus 3:18)

D. Surat 1 Yohanes

Penulis : Yohanes

Tema : Kebenaran

Tanggal Penulisan : 85-95 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 1 Yohanes

Lima kitab dalam PB ditulis oleh Yohanes: sebuah Injil, tiga buah surat dan kitab

Wahyu. Walaupun Yohanes tidak memperkenalkan dirinya dengan menyebut namanya

di surat ini, saksi-saksi dari abad kedua (mis. Papias, Ireneus, Tertullianus, Klemens

dari Aleksandria) menegaskan bahwa surat ini ditulis oleh rasul Yohanes, salah seorang

dari dua belas murid Yesus. Kesamaan kuat dalam gaya penulisan, kosakata, dan tema

di antara surat ini dengan Injil Yohanes memperkuat kesaksian kekristenan mula-mula

yang dapat diandalkan bahwa kedua kitab ini ditulis oleh rasul Yohanes. Penerima

surat ini tidak disebutkan. Tidak ada salam atau nama orang, tempat, atau peristiwa

di dalam surat ini. Penjelasan yang paling tepat untuk menerangkan kenyataan yang

agak aneh ini ialah bahwa dari tempat tinggalnya di Efesus, Yohanes menulis surat

yang sama kepada berbagai gereja di propinsi Asia yang berada di bawah tanggung

jawab rasulinya (bd. Wahyu 1:11). Karena jemaat-jemaat itu mempunyai persoalan

dan kebutuhan yang sama, Yohanes menulis surat ini sebagai sebuah surat edaran dan

mengutus utusan pribadinya yang membawa salamnya secara lisan. Persoalan yang

paling menonjol yang melatarbelakangi penulisan surat ini ialah ajaran palsu mengenai

keselamatan dalam Kristus dan cara bekerjanya di dalam diri orang percaya. Beberapa

orang, yang dahulu merupakan bagian dari sidang pembaca, kini sudah meninggalkan

persekutuan jemaat (1Yohanes 2:19), tetapi hasil dari ajaran palsu mereka masih

memutarbalikkan Injil mengenai bagaimana mereka bisa "mengetahui" bahwa mereka

mempunyai hidup kekal. Dari segi doktrin, ajaran sesat mereka menyangkal bahwa

Yesus itulah Kristus (1Yohanes 2:22; bd. 1Yoh 5:1) atau bahwa Kristus menjelma

menjadi manusia (1Yohanes 4:2-3); dari segi etika, mereka mengajarkan bahwa

menaati perintah Kristus (1Yohanes 2:3-4; 5:3) dan hidup kudus dan terpisah dari dosa

(1Yohanes 3:7-12) dan dari dunia (1Yoanes 2:15-17) tidak diperlukan untuk iman yang

menyelamatkan (bd. 1Yohanes 1:6; 5:4-5).

2. Tujuan Penulisan Surat 1 Yohanes

Maksud Yohanes dalam menulis surat ini adalah dua:

2.1 untuk membeberkan dan menyangkal doktrin dan etika yang salah dari para guru

palsu, dan

2.2 untuk menasihati anak-anak rohaninya agar mengejar suatu kehidupan persekutuan

yang kudus dengan Allah dalam kebenaran, dalam sukacita penuh (1Yohanes 1:4) dan

kepastian (1Yohanes 5:13) hidup kekal, melalui iman yang taat kepada Yesus sebagai

Putra Allah (1Yohanes 4:15; 5:3-5,12), dan dengan kehadiran Roh Kudus (1Yohanes

2:20; 4:4,13). Beberapa orang percaya bahwa surat ini juga ditulis untuk menemani

Injil Yohanes.

3. Survai Penulisan Surat 1 Yohanes

Kepercayaan dan kelakuan dijalin secara erat sekali dalam surat ini. Para guru palsu,

yang oleh Yohanes dinamakan "antikristus" (1Yohanes 2:18-22) sedang meninggalkan

ajaran rasuli mengenai Kristus dan kehidupan yang benar. Seperti surat 2 Petrus dan

Yudas, surat ini dengan penuh semangat menolak dan menghukum guru palsu (mis.

1Yohanes 2:18-19,22-23,26; 4:1,3,5) dengan ajaran dan kelakuan mereka yang

merusak. Dari segi yang positif, surat ini mengemukakan ciri-ciri persekutuan yang

sejati dengan Allah (mis. (1Yohanes 1:3-2:2) dan menyatakan lima ujian khusus bagi

orang percaya untuk mengetahui dengan yakin bahwa mereka mempunyai hidup yang

kekal:

3.1 ujian kebenaran rasuli mengenai Kristus (1Yohanes 1:1-3; 2:21-23; 4:2-3,15;

5:1,5,10,20);

3.2 ujian iman yang taat kepada perintah Kristus (1Yohanes 2:3-11; 5:3-4);

3.3 ujian hidup yang kudus, yaitu berbalik dari dosa kepada persekutuan dengan Allah

(1Yohanes 1:6-9; 2:3-6,15-17,29; 3:1-10; 5:2-3);

3.4 ujian kasih akan Allah dan sesama orang percaya (1Yohanes 2:9-11; 3:10-11,14,16-

18; 4:7-12,18-21); dan

3.5 ujian kesaksian Roh (1Yohanes 2:20,27; 4:13; 5:7-12). Yohanes menyimpulkan

bahwa orang dapat mengetahui dengan pasti bahwa mereka memiliki hidup kekal

(1Yohanes 5:13) jikalau buah dari kelima bidang hidup ini nyata dalam hidup mereka.

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 1 Yohanes

Lima ciri utama menandai surat ini.

4.1 Surat ini mendefinisikan kehidupan Kristen dengan memakai istilah yang

bertentangan dan dengan seakan-akan tidak memberikan peluang kompromi di antara

terang dan gelap, kebenaran dan kebohongan, kebenaran dan dosa, kasih dan

kebencian, mengasihi Allah dan mengasihi dunia, anak-anak Allah dan anak-anak

setan.

4.2 Yang penting, surat ini merupakan satu-satunya kitab PB yang berbicara mengenai

Yesus sebagai pengantara (Yunani: parakletos) kita dengan Bapa pada saat kita sebagai

orang yang sungguh percaya berbuat dosa (1Yohanes 2:1-2; bd. Yohanes 14:16-17,26;

15:26; 16:7-8).

4.3 Berita yang disampaikan surat ini didasarkan hampir seluruhnya pada kesaksian

rasuli dan bukan pada penyataan PL dahulu; petunjuk kepada PL jelas tidak ada.

4.4 Karena surat ini menyampaikan Kristologi berhubungan dengan penyangkalan suatu

bentuk ajaran sesat tertentu, maka itu berfokus pada penjelamaan dan darah (yaitu,

salib) Yesus tanpa menyebutkan kebangkitan-Nya secara khusus.

4.5 Gaya penulisannya sederhana dan berulang sewaktu Yohanes membahas berbagai

istilah seperti "terang", "kebenaran", "percaya", "tetap tinggal", "mengenal",

"mengasihi", "kebenaran", "kesaksian", "lahir dari Allah", dan "hidup kekal".

5. Garis Besar Penulisan Surat 1 Yohanes

Pendahuluan (1Yohanes 1:1-4)

I. Persekutuan dengan Allah (1Yohanes 1:5-2:28)

A. Prinsip-Prinsip Persekutuan dengan Allah (1Yohanes 1:5-2:2)

1. "Tidak Ada Kegelapan" Dalam Allah (1Yohanes 1:5)

2. Tidak Ada Persekutuan Dalam Kegelapan (1Yohanes 1:6)

3. Persekutuan Dalam Terang (1Yohanes 1:7)

4. Persekutuan Dalam Penyucian dari Dosa (1Yohanes 1:8-2:2)

B. Manifestasi-Manifestasi Persekutuan dengan Allah (1Yohanes 2:3-28)

1. Ketaatan (1Yohanes 2:3-5)

2. Keserupaan dengan Kristus (1Yohanes 2:6)

3. Kasih (1Yohanes 2:7-11)

4. Pemisahan dari Dunia (1Yohanes 2:12-17)

5. Kesetiaan Kepada Kebenaran (1Yohanes 2:18-28)

II. Anak-Anak Allah (1Yohanes 2:29-3:24)

A. Ciri-Ciri Khas Anak-Anak Allah (1Yohanes 2:29-3:18)

B. Keyakinan Anak-Anak Allah (1Yohanes 3:19-24)

III.Roh Kebenaran (1Yohanes 4:1-6)

A. Mengenali Roh Kesesatan (1Yohanes 4:1,3,5)

B. Mengakui Roh Kebenaran (1Yohanes 4:2,4,6)

IV. Kasih Allah (1Yohanes 4:7-5:3)

A. Asal-Usul Ilahi dari Kasih (1Yohanes 4:7-10)

B. Tanggapan yang Layak Terhadap Kasih Allah (1Yohanes 4:11-13,19-21)

C. Tinggal Dalam Kasih Allah (1Yohanes 4:14-16)

D. Kesempurnaan Kasih (1Yohanes 4:17-18)

E. Ketaatan Kasih (1Yohanes 5:1-3)

V. Jaminan dari Allah (1Yohanes 5:4-20)

A. Mengenai Hal Mengalahkan Dunia (1Yohanes 5:4-5)

B. Mengenai Keterandalan Injil (1Yohanes 5:6-10)

C. Mengenai Hidup Kekal di Dalam Anak-Nya (1Yohanes 5:11-13)

D. Mengenai Jawaban-Jawaban untuk Doa (1Yohanes 5:14-17)

E. Mengenai Tiga Kepastian Besar (1Yohanes 5:18-20)

Penutup (1Yohanes 5:21)

E. Surat 2 Yohanes

Penulis : Yohanes

Tema : Berjalan Dalam Kebenaran

Tanggal Penulisan : 85-95 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 2 Yohanes

Penulis memperkenalkan dirinya sebagai "penatua" (2Yohanes 1:1). Barangkali ini

adalah gelar terhormat yang diberikan kepada rasul Yohanes sepanjang dua dasawarsa

terakhir abad pertama karena usianya yang sudah lanjut dan kedudukannya yang

sangat terhormat selaku satu-satunya rasul yang masih hidup. Yohanes menulis surat

ini kepada "Ibu yang terpilih dan anak-anaknya" (2Yohanes 1:1). Beberapa orang

menafsirkan "Ibu yang terpilih" ini secara kiasan sebagai suatu gereja lokal, "anak-

anaknya" sebagai anggota jemaat, dan "anak-anak saudaramu yang terpilih" (2Yohanes

1:13) sebagai jemaat tetangga. Orang lain lagi menafsirkan istilah ini secara harfiah

sebagai seorang janda terhormat yang dikenal Yohanes dalam sebuah jemaat lokal di

Asia Kecil yang di bawah pengawasan rohani Yohanes. Keluarganya (2Yohanes 1:1) dan

keluarga saudaranya (2Yohanes 1:13) adalah orang terkenal dalam gereja-gereja di

wilayah itu. Sebagaimana surat Yohanes lainnya, 2 Yohanes tampaknya ditulis dari

Efesus pada akhir tahun 80-an atau awal 90-an.

2. Tujuan Penulisan Surat 2 Yohanes

Yohanes menulis surat ini untuk mengingatkan "Ibu yang terpilih" itu tentang hal

memberi tumpangan, salam atau sokongan kepada pekerja keliling (guru, penginjil,

dan nabi) yang sudah menyimpang dari kebenaran rasuli dan menyebarkan ajaran

palsu, agar dia tidak ikut berperan dalam menyebarkan ajaran yang salah sehingga ikut

bersalah. Surat ini mengecam ajaran palsu yang sama dengan yang dikecam dalam

surat 1 Yohanes.

3. Survai Penulisan Surat 2 Yohanes

Surat ini menggarisbawahi suatu peringatan yang juga terdapat dalam 1 Yohanes

mengenai bahaya guru palsu yang menyangkal penjelmaan Yesus Kristus dan

menyimpang dari berita rasuli (2Yohanes 1:7-8). Yohanes memuji "Ibu yang terpilih"

dan anak-anaknya yang "hidup dalam kebenaran" (2Yohanes 1:4). Kasih yang sejati

terwujud dalam menaati perintah Kristus dan mengasihi sesama (2Yohanes 1:6). Kasih

Kristen harus membedakan di antara kebenaran dan kesalahan dan tidak membuka

pintu bagi guru palsu (2Yohanes 1:7-9). Menerima guru palsu dengan ramah berarti

berpartisipasi dalam kesalahan mereka (2Yohanes 1:10-11). Surat ini singkat karena

Yohanes merencanakan untuk berkunjung kepada ibu ini untuk berbicara "berhadapan

muka" (2Yohanes 1:12).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 2 Yohanes

Tiga ciri utama menandai surat ini:

4.1 Surat ini merupakan kitab terpendek dalam PB.

4.2 Surat ini sangat mirip dengan 1 dan 3 Yohanes dalam berita, kosakata dan gaya

penulisannya yang sederhana.

4.3 Surat ini memberikan keseimbangan yang penting bagi berita surat 3 Yohanes

dengan memperingatkan terhadap dukungan yang sembarangan kepada pekerja yang

bukan dari jemaat sendiri. Surat ini mendorong supaya memakai kebijaksanaan

saksama dengan mengingat ajaran Kristus dan para rasul sebelum membantu pekerja

tersebut.

5. Garis Besar Penulisan Surat 2 Yohanes

Salam Kristen (2Yohanes 1:1-3)

A. Kepada Ibu yang Terpilih dan Anak-Anaknya (2Yohanes 1:1)

B. Oleh Karena Kebenaran (2Yohanes 1:2-3)

I. Pujian dan Perintah (2Yohanes 1:4-6)

A. Kesetiaan yang Lampau kepada Kebenaran Dipuji (2Yohanes 1:4)

B. Kasih dan Ketaatan Diperintahkan (2Yohanes 1:5-6)

II. Nasihat dan Peringatan (2Yohanes 1:7-11)

A. Mengenali Guru-Guru Palsu (2Yohanes 1:7)

B. Waspada Agar Jangan Terpengaruh oleh Mereka (2Yohanes 1:8-9)

C. Jangan Membiarkan Mereka Memakai Rumahmu (2Yohanes 1:10-11)

Penutup (2Yohanes 1:12-13)

F. Surat 3 Yohanes

Penulis : Yohanes

Tema : Bertindak Dengan Setia

Tanggal Penulisan : 85-95 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat 3 Yohanes

Yohanes, rasul yang dikasihi, sekali lagi menyebut dirinya "penatua" (3Yohanes 1:1).

Surat pribadi ini dialamatkan kepada seorang percaya yang setia bernama Gayus

(3Yohanes 1:1), barangkali anggota jemaat di salah satu gereja di daerah Asia Kecil.

Seperti halnya surat Yohanes yang lain, surat ini kemungkinan besar ditulis dari Efesus

pada bagian akhir tahun 80-an atau awal 90-an. Mendekati akhir abad pertama Masehi,

para pekerja keliling dari kota ke kota pada umumnya memperoleh sokongan dari

orang percaya setempat dengan ditampung dan kemudian dibekali untuk meneruskan

perjalanan mereka (3Yohanes 1:5-8; bd. 2Yoanes 1:10). Gayus merupakan salah

seorang Kristen setia yang dengan murah hati menyokong dan menampung para

pekerja keliling ini (3Yohanes 1:1-8). Akan tetapi, ada seorang pemimpin bernama

Diotrefes yang dengan sifat sombong menentang wibawa Yohanes dan menolak untuk

menerima saudara-saudara seiman yang diutus Yohanes.

2. Tujuan Penulisan Surat 3 Yohanes

Yohanes menulis surat ini untuk memuji Gayus atas kesetiaannya menyediakan

tumpangan dan bantuan bagi para pekerja keliling yang dapat diandalkan, serta

mengingatkan si pemberontak Diotrefes secara tidak langsung dan mempersiapkan

jalan untuk kunjungannya sendiri.

3. Survai Penulisan Surat 3 Yohanes

Ada tiga orang yang disebut namanya di dalam surat ini.

3.1 Gayus yang dipuji dengan hangat atas perilaku hidupnya yang saleh di dalam

kebenaran (3Yohanes 1:3-4) serta teladannya menyediakan tumpangan bagi saudara

seiman yang berkeliling (3Yohanes 1:5-8).

3.2 Diotrefes, seorang pemimpin yang bersifat diktator, dikecam karena

kesombongannya ("ingin menjadi orang terkemuka", 3Yohanes 1:9) beserta

manifestasinya: menolak surat Yohanes yang dikirim sebelumnya (3Yohanes 1:9),

memfitnah Yohanes, menolak untuk menerima utusan-utusan Yohanes dan mengancam

akan mengucilkan orang yang menerima mereka (3Yohanes 1:10).

3.3 Demetrius, yang mungkin pembawa surat ini atau seorang gembala sidang dalam

suatu masyarakat sekitar situ, dipuji sebagai seorang yang mempunyai reputasi baik

dan setia kepada kebenaran (3Yohanes 1:12).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat 3 Yohanes

Dua ciri utama menandai surat ini.

4.1 Sekalipun singkat, surat ini memberikan pengertian mengenai beberapa segi

sejarah gereja mula-mula menjelang akhir abad pertama.

4.2 Terdapat beberapa persamaan mencolok di antara 2 Yohanes dengan surat ini.

Meskipun demikian, kedua surat tersebut berbeda dalam satu aspek penting: 3

Yohanes menganjurkan penyediaan tumpangan dan bantuan bagi pekerja keliling yang

dapat dipercaya, sedangkan 2 Yohanes mendorong agar tumpangan dan dukungan tidak

disediakan bagi pekerja yang tidak dapat dipercaya sehingga orang percaya tidak

dituduh mendukung perbuatan jahat.

5. Garis Besar Penulisan Surat 3 Yohanes

Salam Kristen (3Yohanes 1:1)

I. Pujian bagi Gayus (3Yohanes 1:2-8)

A. Karena Kesehatan Rohaninya (3Yohanes 1:2)

B. Karena Hidup Dalam Kebenaran (3Yohanes 1:3-4)

C. Karena Kesediaan Menerima Saudara-Saudara yang Dalam Perjalanan (3Yohanes 1:5-

8)

II. Nasihat untuk Gayus (3Yohanes 1:9-12)

A. Mengenai Contoh Jelek Diotrefes (3Yohanes 1:9-11)

B. Mengenai Teladan Baik Demetrius (3Yohanes 1:12)

Penutup (3Yohanes 1:13-14)

G. Surat Yudas

Penulis : Yudas

Tema : Berjuang untuk Mempertahankan Iman

Tanggal Penulisan : 70-80 M

1. Latar Belakang Penulisan Surat Yudas

Yudas memperkenalkan dirinya sekadar sebagai "saudara Yakobus" (Yudas 1:1). Satu-

satunya pasangan saudara dalam PB yang bernama Yudas dan Yakobus adalah saudara

tiri Yesus (Matius 13:55; Markus 6:3). Mungkin Yudas menyebutkan nama Yakobus

karena kedudukannya sebagai pemimpin jemaat di Yerusalem akan membantu

menjelaskan identitas dan kekuasaannya sendiri. Surat yang singkat namun tegas ini

ditulis untuk menentang para guru palsu yang terang-terangan berhaluan antinomisme

(yaitu mereka mengajarkan bahwa keselamatan melalui kasih karunia mengizinkan

mereka untuk berdosa tanpa dijatuhi hukuman) dan yang menghina pernyataan rasuli

tentang pribadi dan tabiat Yesus Kristus (Yudas 1:4). Dengan demikian mereka

memecah-belah gereja mengenai apa yang harus dipercaya (Yudas 1:19,22) dan

bagaimana harus berperilaku (ayat Yudas 1:4,8,16). Yudas melukiskan guru palsu yang

tak berprinsip ini sebagai "orang-orang fasik" (Yudas 1:15) dan juga sebagai orang

"tanpa Roh Kudus" (Yudas 1:19). Kemungkinan hubungan di antara Surat Yudas dengan

2Petrus 2:1-3:4 mempunyai sangkut-pautnya dengan saatnya surat ini ditulis. Sangat

mungkin Yudas mengetahui tentang 2 Petrus (Yudas 1:17-18) dan oleh karena itu ia

menulis setelah 2 Petrus ditulis, yaitu sekitar tahun 70-80 M. Penerima surat ini tidak

disebutkan secara khusus, tetapi mungkin sama dengan penerima surat 2 Petrus.

2. Tujuan Penulisan Surat Yudas

Yudas menulis surat ini

2.1 untuk sangat mengingatkan orang percaya mengenai ancaman serius dari para guru

palsu dan pengaruh mereka yang merusak di dalam gereja, dan

2.2 untuk menantang orang percaya yang sejati dengan keras supaya mereka bangkit

dan "berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-

orang kudus" (Yudas 1:3).

3. Survai Penulisan Surat Yudas

Setelah memberikan salam (Yudas 1:1-2), Yudas menyatakan bahwa tujuannya mula-

mula ialah menulis tentang sifat keselamatan (Yudas 1:3a). Akan tetapi, sebaliknya dia

terdorong untuk menulis surat ini karena guru-guru palsu yang memutarbalikkan kasih

karunia Allah dan dengan demikian melemahkan kebenaran dalam gereja (Yudas 1:4).

Yudas menuduh mereka sebagai tidak suci secara seksual (Yudas 1:4,8,16,18),

berkompromi seperti Kain (Yudas 1:11), serakah seperti Bileam (Yudas 1:11), suka

memberontak seperti Korah (Yudas 1:11), congkak (Yudas 1:8,16), penipu (Yudas

1:4,12), sensual (Yudas 1:19) dan memecah-belah (Yudas 1:19). Yudas menyatakan

kepastian hukuman Allah atas semua orang yang berbuat dosa seperti itu dan

menggambarkannya dengan enam contoh dari PL (Yudas 1:5-11). Gambaran dua belas

ciri kehidupan mereka menunjukkan bahwa mereka siap untuk menerima murka Allah

(Yudas 1:12-16). Orang percaya didorong untuk waspada dan untuk menaruh belas

kasihan bercampur ketakutan bagi mereka yang goyah (Yudas 1:20-23). Yudas menutup

suratnya dengan suatu peningkatan pengilhaman dalam ucapan berkatnya (Yudas 1:24-

25).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Surat Yudas

Empat ciri utama menandai surat ini.

4.1 Surat ini berisi celaan yang paling blak-blakan dan bersemangat dari PB terhadap

para guru palsu. Itu menggarisbawahi betapa seriusnya ancaman ajaran palsu terhadap

iman yang sejati dan hidup yang kudus bagi segala angkatan.

4.2 Surat ini menunjukkan kesenangan untuk memberikan ilustrasi dengan memakai

rangkaian tiga -- misalnya: tiga contoh penghukuman dalam PL (Yudas 1:5-7), tiga ciri

guru palsu (Yudas 1:8), dan tiga contoh orang tidak kudus dalam PL (Yudas 1:11).

4.3 Di bawah pengaruh penuh dari Roh Kudus, Yudas dengan leluasa menunjuk kepada

sumber-sumber tertulis:

(1) Alkitab PL (Yuda 1:5-7,11),

(2) tradisi Yahudi (Yudas 1:9,14-15) dan

(3) 2 Petrus, serta mengutip langsung 2Petrus 3:3, yang diakuinya sebagai berasal dari

rasul-rasul (Yudas 1:17-18).

4.4 Surat ini berisi ucapan berkat PB yang paling agung.

5. Garis Besar Penulisan Surat Yudas

Salam Kristen (Yudas 1:1-2)

I. Penjelasan Mengenai Penulisan Surat Ini (Yudas 1:3-4)

II. Menyingkapkan Guru-Guru Palsu (Yudas 1:5-16)

A. Ajal Mereka Digambarkan Dalam Masa Lampau (Yudas 1:5-7)

1. Pengalaman Israel (Yuda 1:5)

2. Pengalaman Malaikat-Malaikat Pemberontak (Yudas 1:6)

3. Pengalaman Sodom dan Gomora (Yudas 1:7)

B. Penggambaran Mereka Sekarang Ini (Yudas 1:8-16)

1. Bahasa yang Tidak Sopan (Yudas 1:8-10)

2. Sifat yang Tidak Kudus (Yudas 1:11)

3. Perilaku yang Salah (Yudas 1:12-16)

III.Nasihat bagi Orang-Orang Percaya Sejati (Yudas 1:17-23)

A. Ingat Nubuat Para Rasul (Yudas 1:17-19)

B. Peliharalah Dirimu di Dalam Kasih Allah (Yudas 1:20-21)

C. Tolonglah Orang Lain Dengan Kemurahan, Bercampur Dengan Takut(Yudas 1:22-23)

Lagu Pujian (Yudas 1:24-25)

KITAB WAHYU

Setelah pada bab lima mempelajari surat-surat umum, maka pada bab enam ini

mempelajari kitab Wahyu.

Penulis : Yohanes

Tema : Perjuangan dan Penyelesaian

Tanggal Penulisan : 90-96 M

1. Latar Belakang Penulisan Kitab Wahyu

Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa.

Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahyu 1:1-2,20), suatu nubuat

(Wahyu 1:3; 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahyu 1:4,11; 2:1-

3:22). (Istilah "penyingkapan" (Inggris: apocalypse) berasal dari kata Yunani:

apocalupsis, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahyu 1:1-20). Kitab ini merupakan

suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan

beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya. Lima kenyataan

penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahyu 1:1-20).

1.1 "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahyu 1:1).

1.2 Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui

Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahyu

1:1,10-18).

1.3 Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahyu 1:1,4,9; 22:8).

1.4 Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia

dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh

karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahyu 1:9).

1.5 Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia

(Wahyu 1:4,11).

Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul

Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal

Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes

yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar

Romawi (81-96 M) Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman

pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya

memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah

menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau

menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan

dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang

mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang

dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahyu 1:19; 2:10,13;

6:9-11; 7:14-17; 11:7; 12:11,17; 17:6; Wahyu 18:24; 19:2; 20:4).

2. Tujuan Penulisan Kitab Wahyu

Kitab ini mempunyai tiga tujuan.

2.1 Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang

parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia.

Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan

dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih

mereka yang mula-mula.

2.2 Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya

sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman,

ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi

semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai

mati sekalipun.

2.3 Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang

zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan

kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara

khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali

kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan

murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.

3. Survei Penulisan Kitab Wahyu

Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang

penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita

penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba

yang layak yang disembelih (Wahyu 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang

akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (Wahyu

6:1-19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis),

binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat

roh jahat dan kuasa dunia). Setelah prolog (Wahyu 1:1-8), ada tiga bagian utama

dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahyu 1:9-3:22), Yohanes mendapatkan suatu

penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki

dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh

jemaat di Asia Kecil (Wahyu 1:11,19). Setiap surat (Wahyu 2:1-3:22) meliputi suatu

gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian

terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata

peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu

janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini

menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang

hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung

itu. Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahyu 4:1-11:19) berisi penglihatan-

penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba

dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu

penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah

bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (Wahyu 4:1-4). Pasal 5

(Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang

berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan

Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan

mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (Wahyu 6:1-17)

melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahyu 4:1-5:14),

kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai

yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun

ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan

datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahyu 7:1-17), yang

menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar

(Wahyu 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar

(Wahyu 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahyu 8:1-9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh,

penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua"

terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah

gulungan kitab yang kecil (Wahyu 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota

besar itu (Wahyu 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahyu 11:15-19) berfungsi

sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (Wahyu 1:15) dan

pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan pasal 12-22

(Wahyu 12:1-22:21). Bagian utama yang ketiga (Wahyu 12:1-22:5) memberikan suatu

gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan

musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahyu 12:1-13:18) menyatakan bahwa orang kudus di

bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan,

yang terdiri atas:

3.1 si naga besar (Wahyu 12:1-18),

3.2 binatang laut (Wahyu 13:1-10), dan

3.3 binatang bumi (Wahyu 13:11-18).

Pasal 14-15 (Wahyu 14:1-15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan

kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang

sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban

antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam

rangkaian tujuh cawan hukuman (Wahyu 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar

(Wahyu 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahyu 18:1-24). Pada

tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak

Dombadengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahyu 19:1-10). Akan tetapi,

tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga

terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan

di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahyu

19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama

seribu tahun (Wahyu 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan

orang-orang kudus (Wahyu 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu

masa yang singkat (Wahyu 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api"

untuk selama-lamanya (Wahyu 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan

penghakiman di takhta putih yang besar (Wahyu 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang

jahat (Wahyu 20:14-15; 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib

akhir bagi orang kudus (Wahyu 21:1-22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-

peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahyu

22:6-21).

4. Ciri-Ciri Khas Penulisan Kitab Wahyu

Delapan ciri utama menandai kitab ini.

4.1 Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan

wahyu.

4.2 Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-

lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang

akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.

4.3 Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24;

42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000.

Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54

kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.

4.4 Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-

alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.

4.5 Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan

ketetapan-ketetapan sorgawi.

4.6 Kitab ini bersifat polemik yang

(1) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya

sebagai allah, dan

(2) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di

bumi (Wahyu 1:5; 19:16).

4.7 Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup

dan tegas.

4.8 Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal

dari PL itu sendiri.

Penafsiran: Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun

para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu

banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang

beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran

penafsiran yang besar.

(1) Penafsiran preterist (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan

nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari

kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahyu 19:1-22:21), yang masih

menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.

(2) Penafsiran historicist (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu

sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman

Yohanes sampai pada zaman akhir.

(3) Penafsiran idealist (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-

lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani

tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa

menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.

(4) Penafsiran futurist (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-

22 (Wahyu 4:1-22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang

hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab

Wahyu dari sudut pandang futurist ini.

5. Garis Besar Penulisan Kitab Wahyu

Prolog (Wahyu 1:1-8)

I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya (Wahyu 1:9-3:22)

A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian (Wahyu 1:9-20)

B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat (Wahyu 2:1-3:22)

II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah (Wahyu 4:1-11:19)

A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga (Wahyu 4:1-5:14)

1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona (Wahyu 4:1-11)

2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak (Wahyu 5:1-14)

B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai dan Tujuh

Sangkakala (Wahyu 6:1-11:19)

1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama(Wahyu 6:1-17)

Selingan Pertama: Dua Kumpulan Orang Banyak (Wahyu 7:1-17)

2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh Sangkakala (Wahyu

8:1-6)

3. Enam Sangkakala yang Pertama (Wahyu 8:7-9:21)

Selingan Kedua: Gulungan Kitab Kecil (Wahyu 10:1-11), Dua Orang Saksi (Wahyu 11:1-

14)

4. Sangkakala yang Ketujuh (Wahyu 11:15-19)

III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis (Wahyu 12:1-22:5)

A. Perspektif mengenai Konflik Itu (Wahyu 12:1-15:8)

1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi (Wahyu 12:1-13:18)

1.1 Naga Besar (Wahyu 12:1-17)

1.2 Binatang Laut (Wahyu 13:1-10)

1.3. Binatang Bumi (Wahyu 13:11-18)

2. Dari Pandangan Sorga (Wahyu 14:1-20)

Selingan Ketiga: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka (Wahyu 15:1-8)

B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu (Wahyu 16:1-19:10)

1. Tujuh Cawan Murka Allah (Wahyu 16:1-21)

2. Hukuman Atas Pelacur Besar (Wahyu 17:1-18)

3. Jatuhnya Babel yang Besar (Wahyu 18:1-24)

4. Sorak-Sorai di Sorga (Wahyu 19:1-10)

C. Puncak Konflik Itu (Wahyu 19:11-20:10)

1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus (Wahyu 19:11-18)

2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya (Wahyu 19:19-21)

3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan (Wahyu 20:1-10)

D. Sesudah Konflik (Wahyu 20:11-22:5)

1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar (Wahyu 20:11-15)

2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar (Wahyu 20:14-15; 21:8)

3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (Wahyu 21:1-22:5)

Epilog (Wahyu 22:6-21)

KESIMPULAN

Dalam mempelajari pengetahuan dan pembimbing atau pengantar Perjanjian Baru 2,

mengajarkan kita agar dapat mengerti berita Perjanjian Baru dengan baik. Oleh

karena, bila kita memahami sedikit mengenai Paulus dan kehidupannya, Pulus dan

surat-suratnya kepada jemaat, Paulus dan surat pastoral serta surat pribadi, surat

Ibrani, surat-surat umum dan kitab Wahyu, maka kita dapat memahami dan

memberitakan secara tepat dan benar.

Oleh sebab itu saya yakin ketika Anda mempelajari mata kuliah ini akan memperoleh

kemanfaatan seputar: Kehidupan rasul Paulus dan surat-surat kirimannya, serta surat

Ibrani, Yakobus, Petrus, Yohanes dan kitab Wahyu secara komprehensif dan

mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Balchin, John. Et.Al, Intisari Alkitab Perjanjian Baru. Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab,

1994

Baxter, J. Sidlow., Menggali Isi Alkitab 3. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,1995

Chapman, Adina., Pengantar Perjanjian Baru. Bandung: Kalam Hidup,1995

Duyverman, M.E., Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru. Jakarta: Gunung Mulia, 1996

Milla, John Virgil., http://johnvirgilm.blogspot.com/2009/10/pengantar-perjanjian-baru-

2.html?m=1

Tjandra, Lukas., Latar Belakang Perjanjian Baru (II). Malang: SAAT,1994

Tenney, Merrill C., Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 1992