PROSIDING - OSF
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PROSIDING - OSF
PROSIDINGBidang Lektur, Khazanah Keagamaan dan
Manajemen Organisasi
Volume 6 Nomor 1 Tahun 2019 ISSN: 2354-662X
POTRET GERAKAN LITERASI MADRASAH
KEMENTERIAN AGAMA
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang
2019
Susunan Redaksi
Penanggung JawabSamidi
(Kepala Balai Litbang Agama Semarang)
DEWAN PENYUNTINGMustolehudin
Moch. Lukluil MaknunUmi Masfiah
Roch. Aris Hidayat Agus Iswanto
Wahab Sulaiman
Mulyani Mudis TarunaJoko Triharyanto
Aji SofanudinRosidin
Umi MuzayanahZakiyah
A.M WibowoSetyo Boedi Oetomo
SekretariatFatkhurozi
Putri Aziza D. A
LayouterRiduwan
PENERBIT
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANGJl. Untung Suropati Kav. 69-70 Bambankerep Ngaliyan Semarang
Telp. (024) 7601327 Facs. (024) 7611386email: [email protected]
iii
SAMBUTANKEPALA BALAI LITBANG AGAMA SEMARANG
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menerbitkan buku bunga rampai dan prosiding yang
merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Litbang Agama Semarang. Buku bunga
rampai dan prosiding ini terdiri atas tiga bidang, yakni Bidang Bimas Agama dan Layanan
Keagamaan; Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan; dan Bidang Lektur, Khazanah
Keagamaan, dan Manajemen Organisasi.
Penerbitan buku bunga rampai dan prosiding merupakan penerbitan rutin setiap
tahun. Penerbitan buku Bunga Rampai dan Prosiding yang diterbitkan tahun 2019 ini terdiri
atas enam judul hasil penelitian dari masing-masing bidang penelitian. Buku bunga rampai
dari tiga bidang tersebut terdiri atas judul-judul sebagai berikut:
1. Gerakan Sosial dan Keagamaan Mahasiswa
2. Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Terpadu
3. Tradisi Lisan, Pendidikan Karakter dan Harmoni Umat Beragama di Era 4.0 Pengalaman
Bali, Lombok, dan Jawa.
Pada tahun 2019 ini Prosiding Bidang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan
berisi delapan tulisan hasil penelitian. Prosiding Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan
berisi sebelas tulisan, dan prosiding Bidang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen
Organisasi berisi tujuh tulisan. Prosiding tersebut telah mendapatkan ISSN. Adapun tema
yang diangkat dari prosiding masing-masing bidang sebagai berikut.
1. Pemberdayaan Umat Berbasis Zakat Infak Sedekah (ZIS)
2. Transmisi Pendidikan Agama Islam dan Gerakan Keagamaan di Perguruan Tinggi
3. Potret Gerakan Literasi Madrasah
Penerbitan buku bunga rampai dan prosiding ini merupakan hasil kerja keras semua
tim peneliti Tim Penjamin Mutu Penelitian dan Pengembangan (TPMPP), serta Tim
Penerbitan Balai Litbang Agama Semarang. Penerbitan dua karya itu telah melalui proses
evaluasi dan penyuntingan yang sangat panjang dan cukup ketat. Hal ini dilakukan semata-
mata untuk meningkatkan kualitas produk penerbitan Balai Litbang Agama Semarang.
Tulisan dalam buku bunga rampai dan prosiding ini merupakan karya para peneliti Balai
Litbang Agama Semarang, selain itu juga beberapa tulisan dari pihak akademisi dan praktisi
di luar Balai Litbang Agama Semarang.
iv
Atas selesainya proses penerbitan buku bunga rampai dan prosiding ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada: Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
RI yang telah memberikan kepercayaan dan arahannya demi terwujudnya penerbitan buku
bunga rampai dan prosiding ini. Tim Penjamin Mutu Penelitian dan Pengembangan serta
Tim Penerbitan juga Tim Editor Balai Litbang Agama Semarang yang telah bekerja keras
menyelesaikan penerbitan buku bunga rampai dan prosiding serta para peneliti yang telah
memberikan tulisannya untuk diterbitkan dalam buku bunga rampai dan prosiding ini.
Para praktisi yang telah memberikan kontribusi pengetahuan dan pengalamannya untuk
kesempurnaan penerbitan ini. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap
penerbitan buku bunga rampai dan prosiding ini.
Kami berharap penerbitan buku bunga rampai dan prosiding ini dapat memberikan
kontribusi positif bagi pengembangan khazanah sosial keagamaan serta sebagai bahan
masukan bagi para pengambil kebijakan tentang berbagai persoalan sosial keagamaan di
Indonesia. Selain itu, diharapkan pula penerbitan buku ini dapat menjadi rujukan berbagai
pihak terkait dan dapat memberikan wawasan pengetahuan bagi masyarakat luas, terutama
berkenaan dengan data dan informasi hasil penelitian. Penerbitan buku ini tentu masih banyak
kekurangan dan kelemahan, baik berkenaan dengan substansi isi maupun tampilannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca untuk
perbaikan dan penyempurnaan penerbitan selanjutnya.
Semarang, November 2019
Balai Litbang Agama Semarang
Kepala,
Samidi
v
PENGANTAR EDITOR
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang pada akhir tahun 2017
melakukan penelitian kasus dengan tema Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah
Aliyah Negeri di di Jawa Timur dan D.I. Yogyakarta. Kajian ini dilatarbelakangi dari belum
banyaknya data praktik literasi di MAN yang digaungkan oleh Kemendikbud lewat gerakan
literasi sekolah yang diatur dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2015. Sedangkan MAN
idealnya juga menginduk pada peraturan Permendikbud ini pula. MAN sebagai sekolah
formal dengan kekhasan agama Islam tentu sedikit banyak berbeda dengan sekolah formal
lainnya, termasuk dalam kegiatan literasinya. Oleh karenanya, kajian ini layak dilakukan.
Kajian difokuskan pada penggalian data praktik literasi di MAN berikut faktor pendukung
dan penghambatnya. Pengukuran praktik literasi menggunakan pengukuran tiga tahapan
GLS di MAN meliputi pembiasan, pengembangan, dan pembelajaran. Data yang didapat
kemudian diolah secara kualitatif dengan analisis SWOT.
Prosiding ini menampilkan hasil ringkasan temuan dari beberapa hasil penelitian
studi kasus tersebut. Ada enam tulisan yang disajikan, satu tulisan berupa diskusi kerangka
teoritis budaya literasi dari salah satu narasumber, dan sisanya adalah tulisan dari para peneliti
di lokasi yang berbeda-beda. Secara ringkas tulisan yang disampaikan sebagai berikut;
Pertama, tulisan Sofie Dewayani memberikan pengantar diskusi kerangka teoretis
budaya literasi, mengapa diperlukan budaya literasi, dan perbedaan budaya literasi dengan
budaya membaca. Penulis juga mencoba memaparkan hubungan iklim sekolah dengan
kegiatan literasi melalui teori habitus. Selanjutnya penulis juga memberikan beberapa
indikator ekosistem sekolah yang literat.
Kedua, artikel Nur Laili Noviani menyampaikan temuan dengan lokasi kajian MAN
Surabaya. Ia menyatakan bahwa MAN Surabaya belum secara nyata mengimplementasikan
GLS sesuai dengan panduan yang dikeluarkan Kemendikbud. Meskipun demikian, MAN ini
sedang merintis literasi dengan mendorong siswa lebih berprestasi. Secara positif, penerapan
literasi didukung oleh kebijakan kepala madrasah, fasilitasi internet, serta pengadaan buku
nonpelajaran. Di antara kelemahan MAN dalam menerapkan literasi adalah sarana fisik yang
masih kurang memadai, kesadaran SDM akan pentingnya literasi masih kurang, serta belum
adanya payung hukum GLS dari Kemenag.
Ketiga adalah artikel Moch. Lukluil Maknun dengan lokasi kajian di MAN 3
Kota Kediri. Hasil kajiannya secara kualitatif menyatakan bahwa realisasi strategi GLS,
lingkungan fisik baru terealisasi 66%, lingkungan sosial dan afektif terealisasi hampir
vi
100%, dan lingkungan akademik masih terealisasi 25% saja. Ketercapaian GLS tahap
pembiasaan terealisasi 90%, pengembangan 92%, dan pembelajaran 73%. Hasil analisis
SWOT menunjukkan bahwa MAN 3 Kota Kediri memiliki berbagai pendukung literasi
seperti input siswa berprestasi, potensi tenaga pendidik, ma’had, berbagai fasilitas sekolah,
ekstrakurikuler, dan tradisi literasi yang sudah ada. Hambatan yang dihadapi antara lain
kompleksitas kebijakan GLS yang belum dapat diterapkan sepenuhnya, kemudian faktor
kualitas dan hasil karya siswa terkait literasi masih perlu ditingkatkan.
Keempat adalah artikel Mustolehudin dengan lokasi kajian di MAN 1 Tuban. Dengan
metode kualitatif deskriptif, diperoleh beberapa temuan penelitian. Pertama, bahwa gerakan
pembiasaan membaca sebelum mata pelajaran di mulai sudah dilakukan. Selain itu, fasilitas
yang mendukung pembiasaan literasi juga tersedia seperti lemari pojok baca, fasilitas gazebo
baca, mading dan lain-lain. Kedua, kegiatan pengembangan literasi yang dilakukan di MAN
1 Tuban adalah adanya penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan
literasi secara berkala. Ketiga, pada tahap pembelajaran, kegiatan literasi pada dasarnya juga
sudah dilakukan meskipun belum semua mata pelajaran melakukan. Gerakan pembiasaan,
pengembangan, dan pembelajaran lebih menonjol pada mapel bahasa Indonesia. Keempat,
gerakan literasi di MAN 1 Tuban didukung dengan fasilitas perpustakaan dan juga mendapat
dukungan dari koleksi Perpustakaan Daerah Kabupaten Tuban.
Kelima adalah artikel Subkhan Ridlo dengan lokasi penelitian di MAN 1 Jombang.
Ia menyatakan bahwa MAN 1 Jombang telah melakukan literasi dengan pola gerakan
keikutsertaan lomba KTI di tingkat sekolah hingga nasional. Secara teori pola gerakan
literasi yang ada di MAN 1 Jombang sama dengan konsep dari UNESCO (2004) yang
mendefinisikan literasi dalam arti memiliki kemampuan mengidentifikasi, memahami,
menafsirkan, menciptakan, mengkomunikasikan, serta kemampuan berhitung melalui
materi-materi tertulis dan variannya.
Keenam adalah artikel Roch. Aris Hidayat dengan lokasi kajian di MAN 3 Sleman.
Ia menyatakan bahwa implementasi gerakan literasi sekolah pada MAN 3 Sleman secara
faktual sudah berlangsung sejak tahun 2000, tetapi secara yuridis formal baru dilakukan pada
tahun 2007 ditandai dengan penempatan letak perpustakaan di tempat yang sangat strategis
dengan dilengkapi alat pendingin ruangan dan otomasi pencarian buku. Secara formal MAN
3 Sleman memasukkan materi literasi dalam muatan lokal PPMB (Pengembangan Penalaran
dan Minat Baca) dengan alokasi waktu 2 jam perminggu. Kegiatannya pada kelas X mencakup
pengembangan kemampuan pribadi, pengembangan penalaran, dan pembudayaan kebiasaan
dan minat baca, sedangkan pada kelas XI mencakup mendorong minat menulis dan meneliti
vii
serta membangkitkan kemampuan mempresentasikan dan mempublikasikan karya tulisnya.
Pendukung kegiatan literasi pada MAN 3 Sleman terdiri atas faktor kebijakan, program, dan
sumber daya manusia, sedangkan penghambatnya adalah faktor motivasi siswa yang masih
relatif kurang.
Ketujuh yang merupakan artikel terakhir adalah karya Umi Masfiah dengan lokasi
kajian di MAN 2 Kulonprogo. Ia menyebutkan bahwa praktik GLM (gerakan literasi
madrasah) di MAN 2 Kulonprogo dilaksanakan oleh siswa/siswi dan guru MAN 2 Kulonprogo
dalam bentuk literasi dasar beserta produk-produk pengembangan literasi serta praktik literasi
Alquran sebagai ciri khas gerakan literasi madrasah. Beberapa faktor keberhasilan kegiatan
literasi di MAN 2 Kulonprogo adalah adanya dukungan kepala madrasah dan segenap civitas
akademik MAN 2 Kulonprogo termasuk peran perpustakaan madrasah sebagai sumber ilmu
pengetahuan. Sedangkan kendala praktik GLM di MAN 2 di antaranya program gerakan
jariyah buku belum terlaksana secara maksimal dan faktor bencana alam.
Akhirnya, untuk lebih mendalami temuan para penulis, kami persilakan kepada
khalayak pembaca untuk membaca sendiri artikel-artikel yang tersaji. Banyak temuan dan
saran yang dapat ditinjau dari tulisan-tulisan prosiding ini terkait implementasi gerakan
literasi di Madrasah Aliyah. Buku ini disusun dengan harapan dapat memberikan kontribusi
ilmiah utamanya kepada stakeholder untuk mendapatkan gambaran nyata praktik literasi
di Madrasah Aliyah berikut pendukung dan penghambatnya sehingga dapat memberikan
kebijakan lanjutan terkait GLS di Madrasah. Selain itu, semoga buku ini juga dapat
memberikan manfaat kepada pembaca pada umumnya.
ix
Sambutan Kepala Balai Litbang Agama Semarang ..............................................Pengantar Editor ...................................................................................................Daftar Isi ................................................................................................................
PENUMBUHAN BUDAYA LITERASI DI MADRASAH: PERSPEKTIF TEORETISSofie Dewayani ......................................................................................................
PRAKTIK GERAKAN LITERASI DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SURABAYA (MAN SURABAYA) Nur Laili Noviani .................................................................................................. GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 KOTA KEDIRIMoch Lukluil Maknun ...........................................................................................
IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI MADRASAH (STUDI PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 TUBAN) Mustolehudin .........................................................................................................
POLA GERAKAN LITERASI SEKOLAH PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 JOMBANG Subkhan Ridlo ......................................................................................................
IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 SLEMAN Roch. Aris Hidayat ................................................................................................
PRAKTIK GERAKAN LITERASI MADRASAH (GLM) DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 2 KULONPROGOUmi Masfiah ..........................................................................................................
LAMPIRAN ..........................................................................................................
DAFTAR ISI
iiivix
1
11
33
61
85
107
127
149
33
GERAKAN LITERASI SEKOLAHDI Madrasah Aliyah NEGERI 3 KOTA KEDIRI
Moch Lukluil MaknunBalai Litbang Agama Semarang
Email : [email protected]
ABSTRAKKajian ini merupakan kajian kualitatif dengan memfokuskan pada implementasi gerakan literasi sekolah (GLS) di MAN 3 Kota Kediri dengan analisis SWOT. Hasil kajian menyatakan bahwa implementasi GLS di MAN 3 Kota Kediri dari perhitungan realisasi strategi GLS, lingkungan fisik baru terealisasi 66%, lingkungan sosial dan afektif terealisasi hampir 100%, dan lingkungan akademik masih terealisasi 25% saja. Adapun perhitungan indikator ketercapaian GLS, tahap pembiasaan terealisasi 90%, pengembangan 92%, dan pembelajaran 73%. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa MAN 3 Kota Kediri memiliki berbagai pendukung literasi seperti input siswa berprestasi, potensi tenaga pendidik, ma’had, berbagai fasilitas sekolah, ekstrakurikuler, dan tradisi literasi yang sudah ada. Kekuatan ini memiliki hambatan pula seperti kompleksitas kebijakan GLS yang belum dapat diterapkan sepenuhnya, kemudian faktor kualitas dan hasil karya siswa terkait literasi masih perlu ditingkatkan. Beberapa usulan strategi yang dapat ditawarkan dari hasil kajian ini di antaranya: a) meneruskan dan menambahkan program terjemah dan tafsir pada tadarus Alquran; b) peningkatan ruang baca dan koleksinya dengan model hibah buku atau iuran siswa; c) memaksimalkan dan meningkatkan mutu KTI dan jurnalistik siswa; d) meningkatkan kerjasama dan jaringan luar madrasah; dan e) berusaha meningkatkan kecakapan literasi dengan berbagai usaha mandiri.
Kata Kunci: literasi, madrasah, Kediri, analisis SWOT
PENDAHULUAN
Keterampilan membaca sangat penting dikuasai untuk membuka pengetahuan.
Dalam konteks internasional, pemahaman membaca siswa diujikan dalam berbagai forum
dan asosiasi sejak 2001. Uji literasi membaca mengukur aspek memahami, menggunakan,
dan merefleksikan hasil membaca dalam bentuk tulisan. Dalam uji literasi internasional
siswa Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65 negara pada 2009, dan peringkat 64 pada
2012. Berdasar data tersebut, dapat diasumsikan bahwa proses pendidikan di Indonesia
belum maksimal dalam mengembangkan kompetensi dan minat siswa terhadap pengetahuan
(Sutrianto dkk., 2016: i).
Menghadapi hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan
Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada 2015. GLS memperkuat gerakan penumbuhan
budi pekerti seperti yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015, yang salah
satu kegiatan di dalamnya adalah mengembangkan potensi diri peserta didik yaitu “15 menit
34
Prosiding Potret Gerakan Literasi Madrasah
membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. GLS melibatkan semua warga
sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat sebagai bagian ekosistem
pendidikan (Sutrianto dkk., 2016: ii).
Menumbuhkan literasi di sekolah bukan pekerjaan yang mudah. Tidak setiap
sekolah memiliki lingkungan yang nyaman dan menyenangkan sebagai lahan subur untuk
menumbuhkan minat literasi. Sarana untuk memupuk literasi sekolah seperti pengadaan
buku-buku yang menarik dan perangkat teknologi dengan konten digital yang baik sulit
ditemukan di banyak sekolah. Oleh karenanya, perlu siasat dari warga sekolah untuk
menghadapi keterbatasan sarana literasi ini (Dewayani, 2017a: ix-x).
Madrasah adalah salah satu model sistem pendidikan yang diakui di Indonesia.
Madrasah hadir sebagai penengah antara Pesantren dan Sekolah. Madrasah merupakan
tempat pendidikan yang diatur sebagai sekolah dengan ciri pendidikan keagamaan Islam
sebagai pokok pengajaran (Mukroji, 2012: 46; Sajadi, tt: 7-8). Madrasah hampir selalu
mengikuti kebijakan dan kurikulum yang diterapkan di sekolah. Oleh karena itu, kebijakan
GLS yang diterapkan di sekolah sejak 2015 tentu lambat laun akan diikuti dan diterapkan
pula oleh madrasah.
Belum banyak temuan penelitian tentang literasi dan bentuknya di madrasah,
setidaknya pada madrasah-madrasah unggulan yang tentu memiliki praktik literasi yang baik.
Beberapa kajian terkait literasi di madrasah yang dapat ditemukan misalnya tentang pengaruh
perpustakaan yang literate mampu menjadikan siswa lebih senang belajar, tahu cara belajar,
serta lebih mandiri dalam belajar (Zulaikha, dkk: 2015). Ahmad Salim dalam artikelnya
menyajikan potret integrasi nilai karakter pada pembelajaran PAI di MTs, yang dalam objek
penelitiannya digambarkan masih perlu ditingatkan kedisiplinan dan tanggungjawab dari
para pengajarnya (Salim, 2015). Kajian di MTs dengan judul berbeda di MTs Darul Ulum
Semarang yang memfokuskan kajian pada potret kegiatan pendampingan baca siswa pada
siswa-siswa yang lamban ketrampilan bacanya pada kelas awal (Fahrurrozi, 2016). Adapun
kajian literasi di Madrasah Aliyah di antaranya dapat dijumpai dalam artikel Abu Muslim
yang memotret kondisi literasi di perpustakaan di beberapa MA dengan akreditasi B, C,
dan yang tidak terakreditasi di Konawe Selatan yang umumnya masih terbatas dan belum
dikelola secara profesional (Muslim, 2015). Beberapa kajian tersebut belum memberikan
gambaran literasi pada madrasah unggulan, khususnya MAN.
Di sisi lain, madrasah memiliki andil besar dalam literasi masyarakat, khususnya pada
literasi agama. Hal ini dapat dilihat secara nyata dari adanya muatan materi agama yang lebih
banyak dibandingkan dengan materi Pendidikan Agama Islam di sekolah umum. Di samping
35
Moch. Lukluil Maknun – Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Kediri Halaman 33-60.
itu, di madrasah dapat pula dijumpai aktivitas literasi Islami yang sudah dilakukan jauh
sebelum gerakan literasi sekolah dicetuskan, misalnya adanya pembacaan asmaul husna dan
tadarus. Hal yang masih menarik dan perlu dilihat selanjutnya pada masa gencarnya GLS
adalah implementasi gerakan ini di madrasah.
Salah satu kota yang menarik untuk dipotret gerakan literasi madrasahanya di Jawa
Timur adalah Kota Kediri yang juga akrab sebagai salah satu kota santri. Hanya ada dua
Madrasah Aliyah Negeri yang ada di Kota Kediri: MAN 1 dan MAN 2 (dalam penyebutan di
artikel ini adalah MAN 2 dan MAN 3, yaitu nama sebelum terjadi regulasi baru pergantian
nama). MAN 1 (sebelumnya MAN 2) berada di dekat IAIN Kediri yang lebih bernuansa
kejuruan, semacam sekolah teknik yang bernuansa agama. Sedangkan MAN 2 (lebih dikenal
dengan nama MAN 3) memiliki banyak prestasi menonjol dalam bidang akademik yang
bersaing dengan SMA baik di lingkup Kabupaten/Kota Kediri maupun di lingkup provinsi
(Wawancara dengan Alim Choiri, dosen P3M IAIN Kediri, 27 Nopember 2017; H. Zuhri,
Kepala Kantor Kemenag Kota Kediri, 28 Nopember 2018).
Berdasar pada uraian sebelumnya, maka pertanyaan penelitian yang dijawab dalam
artikel ini terkait dua hal, yaitu: pertama, implementasi gerakan literasi sekolah di Madrasah
Aliyah Negeri 3 Kota Kediri, dan kedua menggali faktor pendukung dan penghambat literasi
sekolah di Madrasah Aliyah Negeri ini berikut strategi SWOT yang dapat ditempuh.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian multikasus implementasi Gerakan Literasi Sekolah di MAN dengan wilayah kajian Provinsi Jawa Timur dan D.I. Yogyakarta. Kluster Yogyakarta diambil sebagai lokasi penelitian mewakili “kota pendidikan”, sedangkan kluster Jawa Timur, ditentukan lokasi penelitian dari Kab./Kota yang memiliki karakteristik “daerah santri”, salah satunya adalah Kota Kediri yang diambil sebagai fokus lokasi kajian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, studi dokumen, dan observasi yang difokuskan pada penggalian jawaban dari kedua rumusan masalah di atas.
Lokasi kajian ini adalah di Kota Kediri, dengan rentang waktu penelitian selama dua bulan (November-Desember) dan pengumpulan data di lapangan selama satu minggu (27 November – 4 Desember 2017). Madrasah ditentukan secara purposif, yaitu Madrasah Aliyah negeri yang dianggap mewakili daerah kajian (MAN unggulan) yaitu MAN 3 Kota Kediri.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, yaitu studi deskripsi mendalam pada
satu kelompok atau peristiwa, yang dalam hal ini adalah studi pada implementasi literasi
36
Prosiding Potret Gerakan Literasi Madrasah
sekolah di MAN 3 Kota Kediri. Langkah dasarnya adalah pengumpulan data, analisis,
dan menulis. Hal penting yang harus ada dalam studi kasus adalah permasalahan yang
harus dipahami dengan baik oleh peneliti yang kemudian dipecahkan. Permasalahan yang
ditemukan jawabannya dalam bentuk data informasi kemudian dikembangkan dalam suatu
kerangka analisis untuk memecahkan masalahnya. Hal terakhir, dalam menulis, peneliti
diharapkan dapat menciptakan suasana yang di lapangan ke dalam tulisannya sehingga
pembaca merasakan pengalaman yang sama (Bungin, 2007: 132).
Dalam menganalisis data digunakan teori SWOT. Teori analisis SWOT lebih populer
pada awalnya untuk menganalisis bidang bisnis (David, 2006; Rangkuti, 2006, Jogiyarto,
2005). Hubungan dan strategi faktor analisis SWOT dapat digambarkan dalam matrik tabel
1 sebagai berikut (Rangkuti, 2006).
Tabel 1. Hubungan strategi faktor analisis SWOT
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weaknes)
Peluang (Opportunity)
Strategi SOCiptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi WOCiptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Ancaman (Threats)
Strategi STCiptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WTCiptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber: (Rangkuti, 2006).
Teori analisis SWOT dapat digabungkan dengan teori analisis yang dilakukan
J. Hendriks. Ia melakukan penelitian dengan metode survey guided development yang
menghitung jarak/selisih kenyataan (kondisi faktual) dan harapan (kondisi ideal). Dalam
langkahnya, Hendriks memperhitungkan faktor pendukung dan penghambat. Dalam
analisis SWOT langkah Hendriks ini mirip dengan faktor peluang dan ancaman (Van Kooij,
2007: 16). Dengan demikian, kajian ini mengungkapkan kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman yang ada dan dihadapi oleh MAN 3 Kota Kediri dalam mengimplementasikan
gerakan literasi sekolah.
Literasi, Gerakan Literasi Sekolah (GLS), dan Implementasi Kebijakan
Literasi mengalami perluasan makna dari waktu ke waktu. Literasi tidak lagi
dimaknai sebatas kemampuan membaca dan menulis, tetapi sudah mengarah untuk
mengasah kemampuan memahami ide bacaan, memaknai detil informasi, untuk kemudian
37
Moch. Lukluil Maknun – Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Kediri Halaman 33-60.
diterapkan pada pengetahuan awal yang dimilikinya sesuai waktu dan konteks (Musfiroh,
2016: 2; Dewayani, 2017b: 12).Seorang siswa menjadi literat saat dapat menggunakan potensinya untuk
berpartisipasi secara optimal dalam komunitas dan lingkungan sosialnya. Partisipasi dari siswa yang literat saat ini tidak hanya berupa bahasa verbal yang dianggap sebagai konsep literasi klasik, melainkan bentuk visual juga menjadi tuntutan pada era sekarang (Dewayani, 2017b: 12).
Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. GLS dimaknai sebagai upaya menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Tujuan umumnya adalah menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat (Sutrianto, 2016: 2).
Untuk memudahkan pemahaman program GLS, dapat dilihat contoh komponen literasi informasi Ferguson dalam (Sutrianto, 2016: 5) dan kegiatannya dalam tabel 2 berikut.
Tabel 2. Komponen dan kegiatan literasi untuk siswa setingkat SMA
No. KomponenContoh Kegiatan
Tahap Pembiasaan Tahap Pengembangan Tahap Pembelajaran
1. Literasi Dasar
Membaca 15 menit sebelum kegiatan belajar setiap hari
Mendiskusikan bacaan Menuliskan analisis terhadap bacaan
2. Literasi Perpustakaan
Mencari bahan pustaka yang diminati utuk kegiatan membaca 15 menit
Menggunakan perpustakaan sebagai sumber informasi dalam diskusi tentang bacaan
Mencantumkan daftar pustaka dalam laporan tugas/praktik setiap mata pelajaran
3. Literasi Media
Membaca berita dari media cetak/daring dalam kegiatan membaca 15 menit
Mendiskusikan berita dari media cetak/daring
Membuat komunitas pembelajaran untuk diskusi dan berbagi informasi terkait pemahaman mata pelajaran antar teman, guru, dan antarsekolah
4. Literasi Teknologi
Membaca buku elektronik
Memberikan komentar terhadap buku elektronik
Setiap mata pelajaran memanfaatkan teknologi (komputasi, searching, dan share) dalam mengolah, menyaji, melaporkan hasil kegiatan/laporan
38
Prosiding Potret Gerakan Literasi Madrasah
5. Literasi Visual Membaca film atau iklan pendek
Mendiskusikan film atau iklan pendek
Menggunakan aplikasi video/film dalam menyaji dan melaporkan kegiatan hasil praktik/diskusi/observasi melalui website sekolah, youtube, dll.
Sumber: (Sutrianto, 2016: 5-7)
Dalam mewujudkan GLS diperlukan strategi; a) mengkondisikan lingkungan fisik
ramah literasi; b) mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi
dan interaksi yang literat; c) mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang
literat (Wiedarti, dkk., 2016: 12-13). Uraian contoh fisik yang dapat diamati dari strategi
GLS dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Strategi mewujudkan GLS
Lingkungan Fisik
No. Objek Yang Diamati
1 Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor dan kantor (kepala sekolah, guru, administrasi, bimbingan konseling).
2 Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan yang seimbang kepada semua peserta didik.
3 Buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang kelas.
4 Buku dan materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang tua/ pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas
5 Kantor kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku bacaan untuk anak.
6 Kepala sekolah bersedia berdialog dengan warga sekolah
Lingkungan Sosial dan Afektif
No. Objek Yang Diamati
1Penghargaan terhadap prestasi peserta didik (akademik dan nonakademik) diberikan secara rutin (tiap minggu/bulan). Upacara hari Senin merupakan salah satu kesempatan yang tepat untuk pemberian penghargaan mingguan.
2 Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi.
3 Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya merayakan Hari Kartini dengan membaca surat-suratnya.
4 Terdapat budaya kolaborasi antarguru dan staf, dengan mengakui kepakaran masing-masing
39
Moch. Lukluil Maknun – Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Kediri Halaman 33-60.
5 Terdapat waktu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi dalam menjalankan program literasi dan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaannya
6 Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam menjalankan program literasi.
Lingkungan Akademik
No. Objek Yang Diamati
1 Terdapat TLS (tim literasi sekolah)yang bertugas melakukan asesmen dan perencanaan. Bila diperlukan, ada pendampingan dari pihak eksternal.
2
Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan pembiasaan literasi: membaca dalam hati (sustained silent reading), membacakan buku dengan nyaring (reading aloud), membaca bersama (shared reading), membaca terpandu (guided reading), diskusi buku, bedah buku, presentasi (show-and-tell presentation).
3 Waktu berkegiatan literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk kepentingan lain.
4 Disepakati waktu berkala untuk TLS membahas pelaksanaan gerakan literasi sekolah.
5 Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di sekolah. Buku cerita fiksi sama pentingnya dengan buku berbasis ilmu pengetahuan
6 Ada beberapa buku yang wajib dibaca oleh warga sekolah
7Ada kesempatan pengembangan profesional tentang literasi yang diberikan untuk staf, melalui kerja sama dengan institusi terkait (perguruan tinggi, dinas pendidikan, dinas perpustakaan, atau berbagi pengalaman dengan sekolah lain.
8 Seluruh warga sekolah antusias menjalankan program literasi, dengan tujuan membangun organisasi sekolah yang suka belajar.
Sumber: Wiedarti, dkk., 2016: 14-15
GLS merupakan sebuah kebijakan pendidikan di Indonesia, dan salah satu
tahapan penting dari kebijakan itu adalah pada implementasinya. Implementasi adalah
tahapan pelaksanaan sebuah kebijakan. Kebijakan akan memberikan manfaat jika telah
diimplementasikan. Para ahli pendidikan juga menyatakan bahwa implementasi dari sebuah
kebijakan berjalan lebih rumit, karena melibatkan berbagai aspek politik, sosial, hukum dan
administratif (Hasbullah, 2015: 91, 103).
Dalam Panduan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas disebutkan/dicontohkan
pada tabel 4 indikator pelaksanaan GLS yang dirinci dalam setiap tahap: pembiasaan,
pengembangan, dan pembelajaran (Sutrianto, dkk., 2016: 13-24) yang dapat digunakan
untuk mengukur keberhasilan/tingkat implementasi GLS, dan digunakan pula dalam
pengumpulan data penelitian ini.
40
Prosiding Potret Gerakan Literasi Madrasah
Tabel 4. Indikator Pelaksaan GLS
Tahap Pembiasaan GLS
No. Indikator
1 Ada kegiatan 15 menit membaca (membaca dalam hati, membacakan nyaring) yang dilakukan setiap hari (di awal, tengah, atau menjelang akhir pelajaran).
2 Kegiatan 15 menit membaca telah berjalan selama minimal 1 semester.
3 Peserta didik memiliki jurnal membaca harian.
4 Guru, kepala sekolah, dan/atau tenaga kependidikan menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca dengan ikut membaca selama kegiatan berlangsung.
5 Ada perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan koleksi buku nonpelajaran.
6 Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, koridor, dan/atau area lain di sekolah.
7 Ada bahan kaya teks yang terpampang di tiap kelas.
8 Lingkungan yang bersih, sehat dan kaya teks. Terdapat poster-poster tentang pembiasaan hidup bersih, sehat, dan indah.
9 Sekolah berupaya melibatkan publik (orang tua, alumni, dan elemen masyarakat) untuk mengembangkan kegiatan literasi sekolah.
10 Kepala sekolah dan jajarannya berkomitmen melaksanakan dan mendukung gerakan literasi sekolah
Tahap Pengembangan GLS
No. Indikator
1 Ada kegiatan 15 menit membaca: a. Membaca dalam hati dan/atau; b. Membacakan nyaring, yang dilakukan setiap hari (di awal, tengah, atau menjelang akhir pelajaran).
2 Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan tanggapan secara lisan maupun tulisan
3 Peserta didik memiliki portofolio yang berisi kumpulan jurnal tanggapan membaca.
4 Guru menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca dengan ikut membaca selama kegiatan berlangsung.
5 Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai penilaian nonakademik. 6 Jurnal tanggapan membaca peserta didik dipajang di kelas dan/atau koridor sekolah.
7 Perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan koleksi buku non-pelajaran dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan literasi.
8 Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan literasi secara berkala.
9 Ada poster-poster kampanye membaca.
10 Ada kegiatan akademik yang mendukung budaya literasi sekolah, misalnya: wisata ke perpustakaan atau kunjungan perpustakaan keliling ke sekolah.
11 Ada kegiatan perayaan hari-hari tertentu yang bertemakan literasi.
12 Ada Tim Literasi Sekolah yang dibentuk oleh kepala sekolah dan terdiri atas guru bahasa, guru mata pelajaran lain, dan tenaga kependidikan.
41
Moch. Lukluil Maknun – Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Kediri Halaman 33-60.
Tahap Pembelajaran GLS
No. Indikator
1Kegiatan membaca pada tempatnya (selain 15 menit sebelum pembelajaran) sudah membudaya dan menjadi kebutuhan warga sekolah (tampak dilakukan oleh semua warga sekolah).
2 Kegiatan lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-akademik atau akademik.
3 Ada pengembangan berbagai strategi membaca.
4 Kegiatan membaca buku nonpelajaran yang terkait dengan buku pelajaran dilakukan oleh peserta didik dan guru (ada tagihan akademik untuk peserta didik).
5 Ada berbagai kegiatan tindak lanjut dalam bentuk menghasilkan tanggapan secara lisan maupun tulisan (tagihan akademik).
6 Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran (misalnya, dengan menggunakan graphic organizers).
7 Tagihan lisan dan tulisan digunakan sebagai penilaian akademik.
8Peserta didik menggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.
9 Jurnal tanggapan peserta didik dari hasil membaca buku bacaan dan buku pelajaran (hasil tagihan akademik) dipajang di kelas dan/atau koridor sekolah.
10 Ada penghargaan terhadap pencapaian peserta didik dalam kegiatan berliterasi (berdasarkan tagihan akademik).
11 Ada poster-poster kampanye membaca untuk memperluas pemahaman dan tekat warga sekolah untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
12Ada unjuk karya (hasil dari kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berkomunikasi secara kreatif secara verbal, tulisan, visual, atau digital) dalam perayaan hari-hari tertentu yang bertemakan literasi.
13Perpustakaan sekolah menyediakan beragam buku bacaan (buku-buku nonpelajaran: fiksi dan nonfiksi) yang diperlukan peserta didik untuk memperluas pengetahuannya dalam pelajaran tertentu.
14 Tim Literasi Sekolah bertugas melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen program literasi sekolah.
15 Sekolah berjejaring dengan pihak eksternal untuk pengembangan program literasi sekolah dan pengembangan profesional warga sekolah tentang literasi.
(Sutrisno, 2016: 13-24)
42
Prosiding Potret Gerakan Literasi Madrasah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil dan Potensi MAN 3 Kota Kediri
Madrasah Aliyah Negeri di Kota Kediri ada dua, yaitu MAN 2 dan MAN 3. MAN
2 di Jl. Sunan Ampel, Ngronggo dekat STAIN Kediri, dan MAN 3 di Jl. Letjen Suprapto,
Banjaran. MAN 2 mengusung program kejuruan, semacam sekolah teknik (STM) tetapi
dalam bentuk madrasah. Sedangkan MAN 3 merupakan madrasah yang lebih unggul dalam
bidang akademik. Pada tahun 2017 ini terdapat peralihan nama, MAN 2 menjadi MAN 1,
dan MAN 3 menjadi MAN 2, meskipun demikian, citra nama lama masih lebih kental di
masyarakat (wawancara dengan Alim, dkk 27 Nop 2017; H. Zuhri, 28 Nop 2017). MAN
yang dipilih menjadi objek penelitian adalah MAN 3, dan seterusnya dalam penyebutan di
kajian ini tetap MAN 3 yang sudah terlanjur akrab di masyarakat.
MAN 3 Kota Kediri tercatat sebagai madrasah yang cikal bakalnya merupakan
Sekolah Guru Agama Islam (SGAI) pada 1950, kemudian berganti nama menjadi Pendidikan
Guru Agama Pertama Negeri (PGAP N) pada 1951, dan Pendidikan Guru Agama Negeri
(PGAN) pada 1960. Pada 1992 PGAN kediri dialihfungsikan menjadi MAN 3 Kediri. Dari
awal mula berdiri sebagai SGAI hingga tahun 2017 ini MAN 3 sudah mengalami 14 kali
pergantian kepemimpinan, yang saat ini dipegang oleh Drs. Nursalim, M.Pd.I sejak 2016
(MAN 3 Kediri, 2017: 2-4).
Jumlah tenaga pengajar MAN 3 Kota Kediri pada tahun ajaran 2017/2018 ini
sebanyak 77 orang (tabel 5), sedangkan tenaga kependidikan ada 28 orang (tabel 6), yang
secara ringkas dapat dilihat pada tabel 5 dan 6. Tenaga pengajar 85% masih lulusan S1
sederajat, sisanya lulusan S2, dan berdasar informasi Waka Kurikulum, belum ada guru yang
menempuh pendidikan S3 (wawancara dengan Edi Priyanto, 29 Nop 2017).
Tabel 5. Keadaan Guru
Jumlah TotalPNS Non PNS Pendidikan Sertifikasi Usia
Lk Pr Lk Pr S1 S2 Sdh Blm < 40 Th > 41 Th
77 35 30 5 7 66 11 63 14 23 54Sumber: diolah dari data emis MAN 3 Kediri.
Tabel 6. Keadaan Tenaga Kependidikan
Jumlah TotalPNS Non PNS Pendidikan UsiaLk Pr Lk Pr SLTA S1 S2 < 40 Th > 41 Th
28 7 2 16 3 28 5 2 14 14Sumber: diolah dari data emis MAN 3 Kediri.
43
Moch. Lukluil Maknun – Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Kediri Halaman 33-60.
MAN 3 Kediri kaya prestasi baik dalam bidang akademik maupun non akademik.
Hal inilah yang mendorong minat calon siswa dan wali untuk mendaftar di MAN 3. Pada
tahun-tahun terakhir, MAN 3 membuka pendaftaran seminggu lebih awal dibanding
penerimaan siswa baru di Madrasah Aliyah maupun SMA di Kota Kediri. Pendaftaran hanya
berlangsung 3 hari, dengan pembatasan pendaftar kurang lebih 1200 calon siswa baru untuk
kemudian dipilih dan diambil untuk memenuhi kuota 400-an saja. MAN 3 juga menerapkan
penjurusan sejak kelas IX, pemilihan dilakukan oleh calon siswa dan orang tua, kemudian
dilanjutkan dengan wawancara. Selain penerimaan siswa yang merupakan unggulan, faktor
penarik minat masyarakat terhadap MAN 3 juga dipengaruhi dari faktor lulusan yang rata-
rata tiap tahun lebih dari 50% siswanya dapat meneruskan ke Perguruan Tinggi favorit atau
yang dipilih dengan jalur raport (SNMPTN) yaitu sesuai Permenristek Dikti No 126 tahun
2016 (wawancara dengan Sukarno, Edi Priyanto, 29 Nop 2017; Abdul Fakhor, 30 Nop
2017).
MAN 3 Kota Kediri merupakan salah satu Madrasah Aliyah yang ditunjuk oleh
Dirjen Pendis untuk melaksanakan sistem pendidikan SKS (Permendikbud 22 2016
tentang Standar Proses, dan RPP Revisi) sejak 2016, selain juga salah satu MAN yang awal
menerapkan Kurikulum 2013. SKS yang dibebankan pada siswa sebanyak 306 SKS dalam
3 tahun, sehingga tiap semester mendapat beban 51 SKS. Dengan sistem SKS ini, ada
pula sistem semester pendek (SP) yang diselenggarakan sekolah untuk siswa yang dianggap
bernilai kurang dari standar. MAN 3 Kediri juga memiliki program kelas Peserta Didik
Cerdas Istimewa (PDCI) yang merupakan kelas akselerasi yang menempuh 306 SKS dalam
waktu 2 tahun. Yang membedakan dari kelas biasa adalah jumlah beban SKS per-semester
lebih banyak, dan jam pelajaran lebih singkat, yaitu 1 JP kelas PDCI (30 menit) sedangkan 1
JP kelas reguler (45 menit) (wawancara dengan Edi Priyanto, 29 Nop 2017).
Jumlah rombel MAN 3 pada tahun ajaran 2017/2018 ini ada 32, dua di antaranya
rombel kelas PDCI, dengan total siswa sejumlah 1211 siswa, yang secara ringkas dapat dilihat
pada tabel 7.
Tabel 7. Keadaan Siswa
KELAS X PDCI X IPA 1-5 X IPS 1-4 AGAMA L P Total
L 4 60 54 16 134 - -
P 19 123 93 19 - 254 -
Jml 23 183 147 35 - - 388
KELAS XI XI IPA 1-5 XI IPS 1-4 AGAMA L P -
44
Prosiding Potret Gerakan Literasi Madrasah
L 0 73 58 14 145 - -
P 0 122 105 27 - 254 -
Jml 0 195 163 41 - - 399
KELAS XII PDCI XII IPA 1-5 XII IPS 1-4 AGAMA L P -
L 8 59 56 14 137 - -
P 16 148 97 26 - 287 -
Jml 24 207 153 40 - - 424
Jumlah Rombel 2 15 12 3 Total Rombel 32
Jumlah Siswa Kelas X, XI dan XII ( L – P ) 416 795 -
Jumlah Total Siswa MAN 3 Kediri 1211Sumber: diolah dari data emis MAN 3 Kediri.
MAN 3 Kediri memiliki beberapa fasilitas untuk menampung potensi, bakat,
kemampuan serta pengembangan karakter peserta didik sebagai berikut; 1) Bimbingan
Karier, untuk mengatasi permasalahan pribadi, sosial, masyarakat dan lingkungan sekitar,
sehingga diharapkan siswa dapat mendapatkan jati diri; 2) Kegiatan Ekstra Kurikuler, Untuk
membantu pengembangan bakat, minat dan keterampilan siswa yang terdiri dari berbagai
macam bidang: keagamaan, kesenian, keterampilan, keahlian, dan bina prestasi (MAN 3
Kediri, 2017: 13).
Berdasar SK Kepala Madrasah 2017, ekstrakurikuler MAN 3 dipilah menjadi 28
bidang berikut pembinanya masing-masing. Selain itu, juga terdapat pembinaan olimpiade,
baik dari mapel IPA (Biologi, Fisika, Kimia, Matematika), IPS (Geografi dan Ekonomi),
Bahasa Inggris, dan Agama. Pembina esktrakurikuler dan olimpiade ini diatur sesuai
kepakaran dan jam mengajarnya dihitung untuk menambah beban kerja jam pelajaran sesuai
tuntutan guru sertifikasi, sesuai Permendiknas 39 tahun 2009 tentang Ekuivalensi beban
kerja guru (wawancara dengan Edi Priyanto, 29 Nop 2017).
Implementasi GLS di MAN 3 Kota KediriSekilas telah diketahui profil potensi dari MAN 3 Kota Kediri pada bagian sebelumnya
dari kajian ini. Selanjutnya dibahas implementasi (pelaksanaan/penerapan) GLS atau proses literasi di MAN 3 berikut evaluasi singkat terhadapnya.
Tradisi Literasi MAN 3 Kota Kediri Sebelum Program GLS GLS yang menjadi kebijakan Kemendikbud saat ini baru digalakkan pada 2015
45
Moch. Lukluil Maknun – Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Kediri Halaman 33-60.
untuk mendukung-sukseskan kurikulum 2013, dan Kementerian Agama belum sepenuhnya mengeluarkan kebijakan yang sama. Meskipun demikian, literasi secara luas sedikit banyak tentu sudah ada dan dilakukan di MAN 3 Kota Kediri.
Literasi pertama yang menjadi nuansa madrasah adalah literasi Alquran. Setiap pagi, 06.45 WIB (15 menit menjelang jam pertama), seluruh ruang di MAN 3 melantunkan ayat-ayat Alquran. Secara bergiliran, siswa yang ditunjuk menjadi imam akan membacakan maqra (ayat yang dibaca) melalui loadspeaker yang terhubung ke tiap ruang kelas dan ruang guru dan diikuti oleh pendengar (wawancara dengan Edi P, Nining N pada 29 Nop 2017).
MAN 3 Kota Kediri memiliki ma’had (pesantren) di dalam madrasah, tempat para siswa yang mengikuti program tambahan keagamaan dan beberapa muatan lokal berikut menginap. Kurikulum ma’had berjenjang disesuaikan tingkat kelas/kemampuan siswa yang secara umum mendukung kurikulum madrasah. Bahan bacaan keagamaan (kitab kuning) dan olah keterampilan literasi tambahan tentu didapatkan pula oleh siswa yang berada di ma’had, seperti berbicara dua bahasa (Arab dan Inggris), pidato, debat, diskusi, dan lain sebagainya (wawancara dengan Abdul F pada 30 Nop 2017).
Budaya literasi selanjutnya yang ada di MAN 3 Kota Kediri dapat diamati secara langsung pada mading, poster, mural UKS, dan lain sebagainya. Mading memuat informasi, berita, kegiatan madrasah, ataupun hasil kreasi siswa yang diterbitkan secara berkala. Poster-poster yang berisi informasi, anjuran, dan event juga terdapat di tembok-tembok madrasah. Sedangkan mural, terutama terkait pola hidup bersih dan sehat ditemui di banyak lokasi dan tembok madrasah.
Gambar 1. Contoh tampilan mural di MAN 3 Kota Kediri
Sumber: Dokumentasi peneliti 28 Nov 2017
46
Prosiding Potret Gerakan Literasi Madrasah
Media esktrakurikuler yang bermacam-macam sebagai wadah aktivitas siswa
MAN 3 juga mempengaruhi budaya literasi, terutama ekstrakurikuler seperti Seni baca
Alquran, jurnalistik, dan KIR. Dalam jurnalistik, siswa berlatih mendapatkan berita hingga
menyajikannya, baik dalam bentuk buletin bulanan, majalah semesteran, dan siaran radio.
KIR MAN 3 yang sudah banyak menghasilkan prestasi, terbagi dalam dua bidang (IPA dan
Sosial) sudah barang tentu merangsang kegiatan literasi yang lebih intens.
Tradisi membaca dan menulis siswa secara pribadi berdasarkan mata pelajaran juga
berjalan. Guru seringkali memberikan tugas membaca dan mengulas bacaan dengan sumber
bacaan dari perpustakaan ataupun buku pengayaan lainnya yang dicari secara mandiri
oleh siswa. Untuk melengkapi sarana literasi, MAN 3 Kota Kediri sudah menyediakan
sambungan internet di seluruh wilayah madrasah yang bebas diakses oleh warga madrasah.
Oleh karenanya, siswa juga dibebaskan untuk membawa perangkat berupa laptop di kelas
(wawancara dengan Edi P dan Nining N pada 29 Nop 2017).
Adapun sarana sentral untuk literasi MAN 3 masih terpusat di perpustakaan yang
dideskripsikan lebih lanjut. Selain menyediakan buku referensi dan buku pengayaan,
perpustakaan juga dilengkapi bacaan fiksi, surat kabar, dan beberapa perangkat komputer
yang tersambung dengan jaringan internet.
Gambar 2. Salah satu sudut perpustakaan MAN 3 Kota Kediri
Sumber: Dokumentasi peneliti 29 Nov 2017
47
Moch. Lukluil Maknun – Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Kediri Halaman 33-60.
Perpustakaan MAN 3 Kota Kediri
Sudah barang tentu pusat literasi di sekolah yang utama adalah perpustakaan. Oleh
karenanya, perpustakaan MAN 3 menjadi lokasi awal untuk melihat aktifitas literasi. Pada
saat pengumpulan data, MAN 3 sedang melakukan renovasi bangunan, salah satunya adalah
ruang perpustakaan, sehingga kondisi penataan ruang masih belum maksimal. Pegawai
perpustakaan terdiri dari tiga orang yang selain bertugas mengelola perpustakaan juga bertugas
memfasilitasi siswa/kelas yang mendapat tugas belajar dan mencari referensi di perpustakaan.
Dalam hal ini guru atau pengurus kelas berkoordinasi setiap hari dengan perpustakaan terkait
pembelajaran. Kepala perpustakaan menyatakan bahwa diakui pengaturan dan penataan
buku belum sepenuhnya sesuai dengan bidang dan masih perlu banyak perbaikan demikian
pula data koleksi judul bacaan masih belum dapat diketahui pasti (wawancara dengan Nining
S, 29 Nop 2017). Hasil observasi kondisi koleksi perpustakaan MAN 3 Kediri pada 29 Nop
2017 secara ringkas dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Kondisi Daftar Bacaan Perpustakaan MAN 3 Kota KediriNo Unsur Jumlah1 Judul 2 Jumlah exp 978743 Klasifikasi fiksi 93144 Non Fiksi (buku teks pelajaran) 69596
5 Non Fiksi (buku non teks pelajaran) 2536
6 Jumlah judul media massa (cetak dan elektronik) 2Sumber: pengelola perpustakaan MAN 3 Kota Kediri 29 Nop 2017
Tabel 8 menunjukkan bahwa koleksi bacaan perpustakaan secara jumlah didominasi
oleh buku non fiksi baik buku teks dan buku non teks pelajaran. Koleksi bacaan fiksi hanya
10% saja dari jumlah keseluruhan.
Terkait pengadaan buku setiap tahun, Kepala Perpustakaan menyatakan selalu
ada pembatasan dan pengurangan jumlah atau prioritas, termasuk di dalamnya penyebab
sedikitnya jumlah bacaan fiksi. Barangkali untuk tiap judul fiksi hanya 1 atau 2 buah. Hal ini
sebenarnya berbanding terbalik dengan minat baca siswa terhadap bacaan buku fiksi. Setiap
ada novel baru, pelanggan novel di perpustakaan sudah mengantri membaca bergiliran,
bahkan kadangkala proses pinjam meminjam novel itu dari tangan ke tangan belum sampai
kembali dulu ke perpustakaan (wawancara dengan Nining N, 29 Nop 2017).
48
Prosiding Potret Gerakan Literasi Madrasah
Buku bacaan fiksi memiliki arti penting dalam pendidikan. Dari perspektif kognitif
dan budaya, dapat ditarik hubungan relevansi antara bacaan fiksi dan pembelajaran siswa.
Fiktif cenderung pada sebuah alur/kisah yang memudahkan mekaniske kerja otak manusia.
Dalam perspektif budaya, kisah adalah bentuk komunikasi manusia paling purba, bahkan
metode pengajaran paling tua, dari budaya tutur sebelumnya yang dikenal dengan tradisi
lisan, yaitu tradisi penyampaian informasi/wacana tanpa aksara. Dengan demikian, kisah
yang dituturkan/didengarkan/dibaca memudahkan siswa mengingat konten cerita/materi.
Dalam otak manusia telah tertanam struktur kisah: awalan-tengah-akhir cerita. Keterampilan
memahami kisah/materi ini tidak hanya berguna pada materi pelajaran bahasa, melainkan
merupakan keterampilan verbal reasioning (keterampilan berpikir dengan bahasa) yang
penting (Sunarti, 2015: 3-4; Endraswara, 2005: 1-3; Dewayani, 2017b: 72-73).
Kisah fiksi tidak hanya digunakan sebagai penghilang kejenuhan siswa saat belajar,
melainkan juga merupakan genre yang dapat digunakan sebagai media pengajaran nilai
moral bagi pembaca (siswa/remaja). Ketepatan tujuan dan harapan dapat dipengaruhi
berbagai hal baik dari unsur cerita maupun kekuatan tokoh. Buku bacaan mengasah emosi
dan keindahan, mendorong partisipasi pembelajaran dari hasil latihan fokus dan ketenangan
membaca bacaan, mengembangkan pengetahuan, serta mengembangkan kemampuan
mengungkapkan kembali baik secara lisan atau tulisan (Dewayani, 2017b: 73, 68-70).
Hal menarik selain faktor koleksi bacaan di perpustakaan adalah frekuensi kunjungan
dan peminjaman. Kunjungan siswa masih relatif kecil, perharinya belum ada 10% dari jumlah
total siswa. Angka peminjaman buku juga masih kecil, belum lagi ditambah fakta bahwa
kunjungan dan peminjaman dapat dipengaruhi oleh penugasan dari guru mapel. Hasil rekap
dari pengurus perpustakaan MAN 3 Kediri terlihat pada tabel 9 berikut.
Tabel 9. Frekuensi kunjungan dan peminjaman perpustakaan MAN 3 Kediri
Frekuensi Kunjungan Siswa Kunjungan Guru Peminjaman Siswa Peminjaman Guru
Perhari 100 3 196 3Perminggu 400 5 544 5Perbulan 1000 7 1793 10
Sumber: pengelola perpustakaan MAN 3 Kota Kediri 29 Nop 2017\
a. Strategi GLS di MAN 3 Kota Kediri
Sebagaimana disebutkan di awal bahwa untuk mewujudkan GLS memerlukan
strategi yang meliputi lingkungan fisik, sosial dan afektif, serta akademik (lihat tabel 4),
49
Moch. Lukluil Maknun – Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Kediri Halaman 33-60.
oleh karenanya perlu diketahui pelaksanaan strategi GLS yang ada di MAN 3 Kota Kediri.
Pengukuran dilakukan dengan melakukan observasi pada indikator strategi GLS pada tabel
4 sebagai instrumen. Hasil observasi dan wawancara dengan beberapa guru (Edi P, Ifah S,
Nining N, 29 Nop 2017) terhadap strategi GLS di MAN 3 Kota Kediri sebagai berikut.
1. Lingkungan fisik baru 66% terealisasi.
Lingkungan MAN 3 cukup ramah terhadap literasi, banyak ruang dan tembok sekolah
yang menjadi tempat apresiasi kegiatan literasi, mulai dari mading yang dipajang secara
berkala dan bertema, gambar karikatur yang berisi himbauan dan kata-kata motivasi.
Tidak hanya ruang kelas, ruang guru, dan ruang kepala sekolah juga terdapat cerminan
budaya literasi. Sebagai catatan, pojok baca dan koleksi bacaannya tidak selalu ada di tiap
kelas. Bahan bacaan untuk saat ini -terlebih pada masa pembangunan fisik sekolah- baru
tersedia lebih untuk warga MAN saja, belum terbuka akses untuk orang luar. Pada masa
sebelumnya, bahan bacaan dan ruang baca lebih banyak tersedia, di selasar ruang tunggu
dan ruang tamu hampir dapat dipastikan terdapat beberapa judul koran dan majalah
beberapa edisi.
2. Lingkungan sosial dan afektif hampir 100% terealisasi.
Penghargaan dan apresiasi terhadap siswa yang berprestasi termasuk di dalamnya siswa
yang literat sudah dilaksanakan seperti pada kesempatan upacara dan penghargaan dari
perpustakaan bagi siswa teraktif. Perayaan hari besar dan nasional dengan nuansa literasi
juga dilaksanakan meskipun barangkali tidak dalam event besar. Kepala madrasah, guru,
dan tenaga kependidikan sudah berkolaborasi dan mendukung terciptanya budaya
literasi. Catatan untuk lingkungan sosial dan afektif ini belum maksimal.
3. Lingkungan Akademik masih kurang, baru 25% terealisasi. MAN 3 sudah menerapkan
Kurikulum 2013, dengan demikian juga secara tidak langsung melakukan metode
pembelajaran dan pembiasan literasi di dalamnya, meskipun dalam batasan mendukung
pembelajaran mapelnya. Belum ada tim literasi (TLS) yang secara khusus ditunjuk oleh
kepala madrasah, meskipun dalam tim kecil dari para guru mapel B. Indonesia dan
pengelola perpustakaan sudah mengawali aktifitas ini. Koleksi bacaan nonpelajaran
(fiksi) di perpustakaan masih kurang. Belum ada pengembangan profesional tentang
literasi, meskipun kerjasama dengan instransi luar sudah terjalin baik. Dengan demikian,
secara umum lingkungan akademik MAN 3 Kota Kediri belum maksimal menyambut
dan melaksanakan kegiatan GLS.
50
Prosiding Potret Gerakan Literasi Madrasah
b. Indikator Ketercapaian GLS
Dalam penjelasan sebelumnya disampaikan bahwa ketercapaian GLS dapat diukur
dengan terlaksananya beberapa indikator. Berikut dipaparkan pencapaian indikator GLS
di MAN 3 Kota Kediri berdasarkan hasil wawancara (29-30 Nop 2017) dengan Waka
Kurikulum (Edi P) dan Pengelola Perpustakaan (Nining N).
1. Tahap Pembiasaan terealisasi hampir 90% dengan catatan masih perlu ditingkatkan.
Jurnal membaca harian siswa belum ada.
2. Tahap Pengembangan terealisasi 92%, catatan jurnal membaca siswa belum diekspose.
3. Tahap Pembelajaran terealisasi 73%. Tidak selalu ada tagihan akademik setelah 15 menit
membaca, strategi memahami teks belum maksimal, jurnal siswa belum dipajang, Tim
Literasi Sekolah belum resmi terbentuk dan belum berperan maksimal.
c. Literasi MAN 3 Kota Kediri dalam Analisis SWOT
Inti dalam analisis SWOT adalah mencari strategi untuk menghadapi berbagai
keadaan sebagaimana dapat dilihat dalam tabel sebelumnya. Untuk lebih memudahkan
dalam memetakan hal ini, berikut disinggung sekilah aspek-aspek kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman MAN 3 Kota Kediri terkait literasi sekolah.
Aspek Pendukung/Kekuatan (Strength) dan Penghambat/Kelemahan (Weaknes)
Ada banyak hal yang menjadi pendukung atau kekuatan literasi di MAN 3 Kota Kediri, di antaranya adalah; Kualitas input siswa yang terpilih dan berprestasi; Potensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang cukup; Adanya Ma’had; Perpustakaan Madrasah, Lab, Jaringan Wifi; Esktrakurikuler, dari 28 macam, 3 di antaranya ada SBQ (seni baca Alquran), Jurnalis, dan KIR (Karya Ilmiah Remaja); dan Pembinaan Olimpiade: Biologi, Fisika, Kimia, Matematika, Geografi, Ekonomi, B. Inggris, dan Agama.
Kebiasaan membaca Alquran (tadarus) pada pagi hari yang sudah menjadi budaya di MAN 3 patut diapresiasi positif dan terus dijalankan. Alquran adalah mukjizat yang bisa ditinjau dari berbagai segi. Sebagai salah satu contoh peran Alquran, misalnya dituturkan Dina Y Sulaeman yang mengisahkan profil Husai Tabataba’i yang hafal dan paham Alquran sejak usia kecil. Dalam buku tersebut dapat ditemukan mukjizat Alquran yang masih dapat dijumpai dan berpengaruh hinga kini. Selain itu, uji penelitian juga menyatakan bahwa bacaan Alquran juga mempengaruhi kecerdasan seseorang (Sulaeman, 2007).
Selain tadarus pagi, budaya literasi di MAN 3 juga sudah dapat berjalan dengan adanya perpustakaan, ekstrakurikuler, ma’had, dan lain sebagainya seperti yang sudah disampaikan dalam sub sebelumnya “tradisi literasi MAN 3 Kota Kediri”.
51
Moch. Lukluil Maknun – Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Kediri Halaman 33-60.
Faktor pendukung utama selanjutnya adalah kualitas input siswa yang merupakan
siswa berprestasi dari jenjang sebelumnya (SMP/MTs) yang tersaring dalam proses penerimaan.
Input siswa yang baik menjadi modal utama dalam membentuk prestasi siswa. Gairah belajar
dan membaca mereka luarbiasa. Selain input siswa yang bagus, selama ini dukungan orang
tua (wali siswa) dalam mendukung keberhasilan belajar anak juga kuat (wawancara dengan
Edi P 29 Nop 2017).
Selain potensi literasi yang dimiliki MAN 3 Kota Kediri, terdapat pula penghambat
atau kelemahan yang masih dapat ditemukan dan perlu diatasi. Beberapa di antara kelemahan
yang ditemukan dari hasil wawancara dengan Waka Kurikulum dan Pengelola Perpustakaan
sebagai berikut (wawancara dengan Edi P dan Nining N pada 29 Nop 2017).
Kebijakan GLS cukup kompleks, perlu kesiapan berbagai hal. Kebijakan GLS di
madrasah belum diinstruksikan (dengan maksimal/jelas) kecuali terkait dengan literasi dalam
tiap bimtek metode pengajaran mata pelajaran di K-13. Para penggiat literasi (tim literasi
sekolah) masih belum terstruktur, masih terbatas pada guru mapel B. Indonesia dan pembina
KIR. Dengan demikian, potensi SDM MAN 3 sebenarnya sudah ada dan cukup antusias,
tinggal meningkatkan sarana pendukung. Dukungan literasi juga tidak berhenti hanya pada
lingkup madrasah/sekolah melainkan pula dukungan dari birokrasi di daerah masih perlu
ditingkatkan efisiensinya.
Produk jurnalistik siswa mengalami pasang surut dari tahun ke tahun dan tentu saja
juga pergantian pengurus dan pembimbing. Jaringan dengan luar pernah terjadi dengan
lebih baik, misalnya siswa yang meliput berita pada beberapa angkatan sebelumnya pernah
terjun langsung meliput berita bersama para wartawan daerah, atau saat penggalian data
dengan nilai yang rawan siswa terjun langsung ke lapangan dengan didampingi polisi, dan
lain sebagainya.
Melihat contoh produk buletin “Dunia Pena” edisi 21 dan 24, serta majalah “Iqra”
edisi 35 ada beberapa catatan peneliti yang kiranya bisa menjadi masukan. Segi layout dan
tampilan serta isi (rubrik) buletin dan majalah sudah cukup baik, terutama adanya rubrik
survei dari tema berbeda yang diangkat tiap edisi. Akan tetapi, ada hal yang terlewatkan
seperti konsistensi bentuk tampilan dan pencantuman nomor edisi yang belum dilengkapi
bulan dan tahun (lihat contoh gambar 3 dengan fokus pada redaksi penulisan edisi). Topik
berita dan cara penyajian cukup baik, hanya saja pencantuman sumber untuk meningkatkan
kevalidan data masih perlu dilakukan.
52
Prosiding Potret Gerakan Literasi Madrasah
Gambar 3. Buletin Dunia Pena Edisi 21 dan 24Dunia Pena Edisi 21 Dunia Pena Edisi 24
Sumber: Dokumentasi peneliti (29 Nov 2017)
a. Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threats)
Berbagai kelebihan dan fasilitas yang ada di MAN 3 Kota Kediri dapat menjadi
peluang dalam meningkatkan literasi sekolah. Input siswa masuk yang berprestasi dapat lebih
mudah diolah menjadi generasi literat, juga ditunjang dengan banyaknya tenaga pengajar
yang sudah berpengalaman. Berbagai fasilitas yang sudah ada bisa dapat dimaksimalkan
penggunaannya. Fasilitas baru yang dibutuhkan juga perlu ditambahkan, baik yang bersifat
fisik maupun non fisik seperti jaringan ke pihak luar.
Tantangan atau ancaman yang harus dilawan adalah kurangnya kemauan untuk maju
atau bertahan pada zona nyaman yang sudah ada. Kelebihan dan prestasi sangat mungkin
membuat sekolah dan warganya bertahan pada satu titik yang pada akhirnya mundur dan
terlewatkan oleh sekolah lain yang terus berusaha maju. Banyaknya prestasi akademik yang
dicapai tidak berarti pihak sekolah boleh berhenti berbangga diri dan puas, sebaliknya malah
perlu terus memacu diri untuk mempertahankan dan meningkatkannya. Salah satu tantangan
yang harus dilawan misalnya yang jelas tampak adalah perlunya peningkatan kunjungan ke
perpustakaan oleh siswa dan guru.
53
Moch. Lukluil Maknun – Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Kediri Halaman 33-60.
b. Strategi SWOT
Ada banyak strategi yang dapat ditempuh oleh MAN 3 Kota Kediri untuk memajukan
literasi. Di sini peneliti mengusulkan beberapa strategi berdasar data yang disampaikan
sebelumnya sebagai berikut.
Pertama, literasi Alquran merupakan kekuatan yang sudah ada dan berjalan baik.
Hal ini perlu dilestarikan dan ditingkatkan sebagai ciri khas literasi madrasah. Jika yang ada
saat ini baru sebatas tadarus dan istima, maka diusulkan untuk ditingkatkan ke pembacaan
terjemah dan tafsir untuk meningkatkan kedekatan, pemahaman, dan aplikasi Alquran ke
siswa. Tadarus dan istima adalah hal yang luar biasa. Jika mendengarkan musik klasik saja
dapat mempengaruhi pikiran dan psikologis ibu dan bayi dalam kandungan, lalu bagaimana dengan mendengarkan bacaan Alquran setiap hari. Itu baru membaca dan mendengarkan, belum sampai pada memahami, mengamalkan, dan menggunakan sebagai dalil atau hujjah kehidupan (Sulaeman, 2007). Teori multiple inteligence Howard Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan manusia terdiri dari beberapa aspek yaitu kecerdasan linguistik, kinestetik, interpersonal, logis-matematis, dan visual. Masing-masing memiliki kadar dan potensi yang berbeda-beda dalam tiap orang yang dapat dieksplorasi lebih optimal. Dengan menggunakan teori ini, metode Rumah Qurani yang diterapkan pada anak-anak menyatakan temuan bahwa anak yang cerdas secara lingustik akan cepat memahami makna ayat melalui cerita, dan anak yang kurang cerdas secara linguistik akan terasah kecerdasan linguistiknya (Sulaeman, 2007: 173-176).
Tafsir secara bahasa adalah menjelaskan maksud yang sulit dari suatu lafal/kalimat. Menafsirkan suatu ayat Alquran tidak sekedar asal tafsir, melainkan menggunakan metode dan aturan tafsir Alquran yang sudah berlaku. Ada empat macam metode penafsiran Alquran
yang digunakan para ulama ahli tafsir: a) metode global, b) metode analitis, c) metode
komparatif, dan d) metode tematik (Baidan, 2002:15, 39). Ada banyak tokoh tafsir yang
dapat dianut dan dikaji karyannya, baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Salah
satu tokoh mufassir Indonesia, misalnya Quraisy Syihab menawarkan keunggulan metode
tafsir Al-Manar Rasyid Ridho (rasionalisasi Alquran), yaitu menafsirkan Alquran dengan
pendekatan ilmu pengetahuan sehingga teks Alquran dapat lebih bermakna/menjadi petunjuk
bagi perkembangan masyarakat (Shihab, 2006: 181-183).
Nur Kholis dalam disertasinya menghasilkan temuan bahwa Alquran adalah kitab
sastra terbesar. Nur Kholis mengutip pendapat Khalafallah yang mengklasifikasikan narasi
kisah Alquran ke dalam tiga macam: a) historis, b) ilustratif, dan c) kisah legenda. Kisah historis
54
Prosiding Potret Gerakan Literasi Madrasah
semacam riwayat para nabi yang penuh dengan kebenaran, kisah ilustratif (tamtsiliyah) untuk
klasifikasi kisah perumpamaan, dan kisah legenda (ushfuriyyah) untuk klasifikasi kisah-kisah
legenda yang diceritakan dalam Alquran. Kesemua jenis kisah tersebut menarasikan ajaran
pendidikan yang dapat dipetik oleh penafsir dan pembaca (Setiawan, 2005: 11, 29, 33).
Howard S. Federspiel, salah satu orientalis peneliti Kanada yang meneliti Alquran
di Indonesia membagi masyarakat muslim Indonesia kontemporer berdasarkan penggunaan
Alquran dalam kehidupan sehari-hari menjadi tiga: a) muslim yang melaksanakan ajaran
agama dengan tetap menjunjung keindonesiaan/budaya; b) muslim yang memegang teguh
ajaran agama islam; dan c) muslim yang terlibat dalam organisasi kemasyarakatan Islam.
Howard menemukan dalam kajian beberapa khutbah jumat selama setahun bahwa kategori
muslim kedua di atas hampir selalu menjadikan Alquran dan Hadis sebagai rujukan dan
pengamalan utama (Federspiel, 1996: 69-73).
Kedua, stratetegi yang dapat ditempuh adalah peningkatan ruang baca dan koleksinya.
Peningkatan ruang baca dan koleksi ini juga menjadi penentu meningkatnya indikator sikap
literat seperti ketersediaan dan sebaran perpustakaan, surat kabar, perangkat komputer dan
jaringan internet, serta partisipasi sekolah (Dewayani, 2017c: 10). Oleh karena itu, perhatian
literasi MAN 3 Kota Kediri perlu ditingkatkan baik di perpustakaan sekolah, perpustakaan
masjid, pojok baca kelas, majalah dinding, dan web sekolah.
Masjid atau musala tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah mahdlah seperti salat
dan mengaji, tetapi juga tempat memperoleh pengetahuan dan keilmuan yang salah satunya
didukung dengan ketersediaan bacaan di perpustakaan/lemari bacanya. Sebagaimana dikutip
Mustolehudin (2009: 275) fungsi masjid setidaknya ada 5: pusat ibadah, pusat dakwah, pusat
pendidikan, pusat bacaan/pustaka, dan pusat kegiatan sosial. Masjid selayaknya dilengkapi
kepustakaan yang menyimpan literatur keislaman dan khazanah keilmuan bagi jamaahnya.
Jika perpustakaan/lemari buku di masjid/musala sudah ada, pihak pemangku
kebijakan juga dituntut perannya untuk mengontrol keberadaan dan judul-judul yang
ada. Dalam berbagai kasus, buku/bacaan keagamaan yang berada di perpustakaan masjid/
musalla yang seringnya merupakan hasil hibah dari alumni atau warga sekolah juga memiliki
pengaruh dalam keberagamaan siswa.
Kekhawatiran terhadap pengaruh dari buku hasil hibah merupakan sebagian faktor
kecil yang harus dihadapi, tetapi manfaatnya tentu lebih besar (yaitu bertambahnya bahan
bacaan). Selain hibah, pengadaan buku/bacaan dapat pula dilakukan misalnya dengan
mengumpulkan iuran siswa dan warga sekolah. Dalam beberapa contoh misalnya, di suatu
55
Moch. Lukluil Maknun – Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Kediri Halaman 33-60.
sekolah, Osis bisa mengumpulkan infak jumat siswa (seikhlasnya) setiap minggu untuk urusan
sosial. Dengan prinsip dan cara yang sama, sekolah lain bisa mengumpulkan iuran (koin)
uang jajan siswa untuk belanja buku (Imanah, 2017: 21). Jika satu minggu setiap siswa MAN
3 Kota Kediri dapat menyisihkan seratus rupiah saja, setidaknya sudah terkumpul cukup
uang untuk membeli dua atau tiga judul buku sebagai koleksi perpustakaan atau ruang baca.
Selanjutnya fasilitas majalah dinding, yang meskipun saat ini semakin terbatas, tetapi
ternyata masih ada dan berjalan di MAN 3 Kota Kediri. Peningkatan isi dan lain sebagainya
tentu sudah dapat dipikirkan sendiri oleh pihak siswa dan guru. Wadah yang lebih luas
dan tak terbatas saat ini adalah web (web sekolah) yang bisa diatur sedemikian rupa untuk
menampung segala kreativitas siswa dan ajang sumber bacaan.
Ketiga, strategi meningkatkan literasi adalah memaksimalkan KIR dan Jurnalistik
yang lebih berkualitas. Contoh KTI siswa KIR yang dapat dilihat peneliti adalah pemanfaatan
air KI sebagai bahan pengawet tahu dan Implementasi dustbin education bagi anak pemulung
(Asyhar, 2017 dan Badriyah, 2014). Dari segi kualitas daya guna KTI dengan tema yang
diangkat terlihat kemanfaatannya. Sebagai catatan saja yang perlu ditambahkan terutama
pada daftar bacaan dan rujukan yang kurang, terutama pada KTI Asyhar yang ditulis pada
2017. Dalam dunia karya tulis ilmiah, daftar rujukan dan plagiarisme menjadi hal utama
setelah kualitas isi. Dari sini terlihat bahwa keterampilan literasi sangat dibutuhkan.
Demikian pula dalam karya jurnalistik, sebagaimana diulas sebelumnya masih perlu
meningkatkan kulitas rujukan dan konsistensi pola. Sebuah terbitan yang berkesinambungan
memerlukan pola yang ditetapkan dan diikuti, meliputi pengadaan naskah, penulisan,
penyuntingan, dan lain sebagainya hingga produksi (Mansoor-Niksolihin, 1993). Untuk
meningkatkan kualiatas, perlu kiranya melihat contoh-contoh terbitan lain baik majalah atau
buletin. Demikian pula untuk rujukan KTI, banyak jurnal online yang bisa diunduh dan
dibaca selain menambah wawasan juga dapat diamati selingkung atau gaya tata tulisnya.
Keempat, strategi berikutnya adalah meningkatkan kerjasama dan jaringan dengan
luar madrasah. Sebagaimana yang pernah disampaikan pengelola perpustakaan sebelumnya,
bahwa sebagian guru terutama guru mata pelajaran B. Indonesia sudah memiliki tim kecil
pengembang literasi yang juga memiliki jaringan literasi di Kota Kediri. Hal ini merupakan
awalan yang baik untuk diteruskan dan dikembangkan, misalnya bekerjasama dengan
berbagai perpustakaan milik pemerintah daerah dan perpustakaan kampus. Kota Kediri juga
kaya dengan pesantren, yang tentu memiliki khazanah literasi keagamaan yang berlimpah
dan memungkinkan untuk diakses.
56
Prosiding Potret Gerakan Literasi Madrasah
Kelima, strategi literasi sekolah yang bisa ditempuh adalah berusaha mandiri
memenuhi dan meningkatkan kecapakan literasi di lingkungan sendiri. Yang dapat
mengetahui kekuatan dan kelemahan MAN 3 Kota Kediri adalah warganya sendiri. Warga
madrasah ini pulalah yang paling tahu strategi yang paling pas untuk diterapkan. Banyak
contoh kebijakan literasi sekolah yang bisa ditiru dan dikembangkan di MAN 3 Kota Kediri
(lih. Dewayani, 2017a dan Dewayani, 2017b). Ruhaena dalam paparannya menambahkan
bahwa dalam menumbuhkembangkan literasi, yang diperlukan adalah adanya contoh/model,
tujuan yang jelas, dan bimbingan (2017: 12). Hal ini juga berarti bahwa peran mandiri dari
sekolah sangat besar.
Beberapa usulan strategi di atas dapat dipetakan ke dalam tabel 10 berikut.
Tabel. 10 Strategi SWOT literasi MAN 3 Kota Kediri
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weaknes)
Peluang (Opportunity)
Strategi SOMempertahankan literasi Alquran dan
mengembangkannya dengan terjemah dan tafsir
Strategi WOPengadaan bahan bacaan
dengan sistem hibah dan iuran siswa
Ancaman (Threats)
Strategi STMeningkatkan kualitas literasi baik dalam
bentuk KTI KIR, karya jurnalistik, dan lainnyaMembangun jaringan dan koneksi pihak luar
Strategi WTMemaksimalkan potensi yang dimiliki dan berusaha mandiri
PENUTUP
Sebagai penutup ada beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan dari hasil kajian literasi MAN 3 Kota Kediri ini sebagai berikut.
MAN 3 Kota Kediri sudah memiliki tradisi literasi sebelum program GLS dicanangkan, di antaranya adalah literasi Alquran tiap pagi, muatan tambahan pelajaran keagamaan dan berbagai keterampilan di ma’had, serta fasilitas literasi seperti mading, poster, mural. Adapun fasilitas utama literasinya adalah perpustakaan, ekstrakurikuler KIR dan Jurnalistik.
Adapun implementasi GLS di MAN 3 Kota Kediri yang diukur dengan instrumen GLS sebagai berikut. Dari perhitungan realisasi strategi GLS, lingkungan fisik baru terealisasi 66%, lingkungan sosial dan afektif terelaisasi hampir 100%, dan lingkungan akademik masih terealisasi 25% saja. Adapun perhitungan indikator ketercapaian GLS, tahap pembiasaan terealisasi 90%, pengembangan 92%, dan pembelajaran 73%.
Hasil analisis SWOT terhadap gerakan literasi sekolah di MAN 3 Kota Kediri sebagai
berikut. MAN ini memiliki berbagai pendukung terlaksananya literasi seperti input siswa
57
Moch. Lukluil Maknun – Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Kediri Halaman 33-60.
berprestasi, potensi tenaga pendidik, ma’had, berbagai fasilitas sekolah, ekstrakurikuler, dan
tradisi literasi yang sudah ada. Kekuatan ini memiliki hambatan pula seperti kompleksnya
kebijakan GLS yang belum dapat diterapkan sepenuhnya, kemudian faktor kualitas dan hasil
karya siswa dalam bidang KTI (KIR) dan jurnalistik juga masih perlu ditingkatkan. Oleh
karena itu, perlu penyikapan dan strategi dalam memanfaatkan peluang/kekuatan terkait
literasi sekolah di MAN 3 Kediri ini.
Beberapa usulan strategi yang dapat ditawarkan dari hasil kajian ini di antaranya:
a) meneruskan dan menambahkan program terjemah dan tafsir pada tadarus Alquran; b)
peningkatan ruang baca dan koleksinya dengan model hibah buku atau iuran siswa; c)
memaksimalkan dan meningkatkan mutu KTI dan jurnalistik siswa; d) meningkatkan
kerjasama dan jaringan luar madrasah; dan e) berusaha meningkatkan kecakapan literasi
dengan berbagai usaha mandiri.
Rekomendasi yang mendesak untuk diusulkan kepada stakeholder khususnya
Kementerian Agama adalah secepatnya membuat regulasi GLS bagi madrasah.
DAFTAR PUSTAKA
Asyhar, Achmad Dzulfikri Almufti dan Mochammad ‘Ainurroziqin. 2017. Potensi Air KI (Air rendaman abu jerami) sebagai alternatif bahan pengawet alami dalam industri tahu di Kota Kediri. KTI siswa MAN 3 Kota Kediri dalam lomba Karya Tulis Ilmiah Agroindustrial Week 2017.
Badriyah, Isro’in dan Lailatul Inayah. 2014. Implementasi Dustbin Education di Kalangan
Anak-anak Pemulung Sebagai Upaya Mencetak Kader Penggerak 3R yang Mampu
Meningkatkan Nilai Sampah. KTI siswa MAN 3 Kota Kediri dalam lomba Karya Tulis Ilmiah SMA/Sederajat Tingkat Jawa Timur.
Baidan, Nashiruddin. 2002. Metode Penafsiran Alquran: Kajian Kritis Terhadap Ayat-ayat
yang Beredaksi Mirip. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan ilmu
sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.David, Fred R. 2006. Manajemen Strategis. Edisi Sepuluh. Jakarta: Penerbit Salemba. Dewayani, Sofie (penyunting). 2017a. Merayakan Literasi Menata Masa Depan: Kumpulan
Praktik Baik Literasi di Sekolah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
58
Prosiding Potret Gerakan Literasi Madrasah
Dewayani, Sofie. 2017b. Menghidupkan Literasi di Ruang Kelas. Yogyakarta: PT Kanisius.Endraswara, Suwardi. 2005. Tradisi Lisan Jawa: Warisan Abadi Budaya Leluhur. Yogyakarta:
Narasi.
Federspiel, Howard M. 1996. Kajian Alquran di Indonesia: dari Mahmud Yunus hingga
Quraisy Syihab. Bandung: Mizan.
Fahrurrozi. 2016. “Pendamingan Pengembangan Budaya Baca Siswa Madrasah Tsanawiyah
Darul Ulum”. Dimas: Jurnal Pemikiran Agama untuk Pemberdayaan. Vol. 15(2).
Hasbullah, M. 2015. Kebijakan Pendidikan; dalam Perspektif Teori, Aplikasi, dan Kondisi
Pendidikan di Indonesia. Depok: PT. Raja Grafindo Persada.
Jogiyanto. 2005. Sistem Informasi Strategik untuk Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Mansoor-Niksolihin. 1993. Pengantar Penerbitan. Bandung: Penerbit ITB.Mukroji. 2012. “Pesantren, Madrasah, dan Sekolah (Karya Karel Steenbrink)”. Islam dan
Realitas Sosial. Vol. 5(2), Juli-Desember 2012 (hlm. 41-57).Musfiroh, Tadkiroatun dan Beniati Listyorini. 2016. “Konstruk kompetensi Literasi Untuk
Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Litera. Vol 15(1) April 2016.
Muslim, Abu. 2015. “Membaca Eksistensi ‘Pusat Literasi’ dari Pelosok Negeri: Ironi
Pengelolaan Perpustakaan Madrasah Aliyah Konawe Selatan”. Penamas: Jurnal
Penelitian Keagamaan dan Kemasyarakatan. Vol. 28(1). Mustolehudin. 2009. “Pengelolaan Perpustakaan Masjid di Era Globalisasi Informasi”. Jurnal
Analisa. Vol. 16 (2) Desember 2009.Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.Sajadi, Syukron. Tt. “Madrasah dan Sekolah”. Artikel dalam www.academia.edu. (diunduh
pada 19 Desember 2017).Salim, Ahmad. 2015. “Integrasi Nilai-Nilai Karakter Pada Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) Studi di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Swasta Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Jurnal Literasi. Vol. VI(2).
Setiawan, M. Nur Kholis. 2005. Alquran Kitab Sastra Terbesar. Yogyakarta: eLSAQ Press.Shihab, M. Quraish. 2006. Rasionalitas Alquran: Studi Kritis atas Tafsir Al-Manar. Jakarta:
Lentera Hati..Sunarti, Pudentia Maria Purenti Sri (Pudentia MPSS) (ed). 2015. Metodologi Kajian Tradisi
Lisan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Sulaeman, Dina Y. 2007. Mukjizat Abad 20: Doktor Cilik Hafal dan Paham Alquran. Depok:
Pustaka Iman.
59
Moch. Lukluil Maknun – Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 3 Kota Kediri Halaman 33-60.
Sutrianto, dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Van Kooij, Rijnardus A, dkk. 2007. Menguak Fakta, Menata Karya Nyata: Sumbangan Teologi
Praktis dalam Pencarian Model Pembangunan Jemaat Kontekstual. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Wiedarti, Pangesti, dkk. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Zulaikha, Sri Rohyanti, dkk. 2015. “Pengembangan Model Perpustakaan Madrasah dalam Penerapan Literasi Informasi untuk Mempersiapkan Belajar Sepanjang Hayat”. Jurnal
Pembangunan Pendidikan: Foncasi dan Aplikasi. Vol. 3(2).
Peraturan PemerintahPeraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016
tentang Standar Proses, dan RPP Revisi.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban
Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.
Permenristekdikti no. 27 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Permenristekdikti no. 126 Tahun 2016 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana Pada Perguruan Tinggi Negeri.
Arsip dari MAN 3 Kota Kediri
Buletin “Dunia Pena” MAN 3 Kediri. Edisi 21: Sistem Pendidikan Cermin Moral Bangsa.Majalah Iqra MAN 3 Kediri: Wahana Kreatifitas Siswa dan Guru. Edisi 35.SK Kepala MAN 3 Kediri Nomor /Ma.13.24.02/SK/07/2017 tentang Pembagian tugas pada
Madrasah Aliyah Negeri 3 Kediri Tahun Pelajaran 2017/2018. (Lampiran II tentang Pembina ekstra Kurikuler dan lampiran III tentang Pembina Olimpiade).
MAN 3 Kediri. 2017. Profil MAN 3 Kediri.
Makalah Seminar Hasil Penelitian
Ruhaena, Lisnawati. 2017. “Implementasi Gerakan Literasi: Sulitkah?”. Makalah disampaikan pada “Seminar Hasil Penelitian Isu-isu aktual Keagamaan (Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri di Jatim dan DI. Yogyakarta)”. Penyelenggara: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang, di Grand Wahid Hotel Salatiga, 13-15 Desember 2017.
60
Prosiding Potret Gerakan Literasi Madrasah
Dewayani, Sofie. 2017. “Gerakan Literasi Sekolah: Refleksi dan Arah Baru”. Makalah disampaikan pada “Seminar Hasil Penelitian Isu-isu aktual Keagamaan (Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri di Jatim dan DI. Yogyakarta)”. Penyelenggara: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang, di Grand Wahid Hotel Salatiga, 13-15 Desember 2017.
Imanah, Noor. 2017. “Gerakan Literasi Sekolah”. Makalah disampaikan pada “Seminar Hasil Penelitian Isu-isu aktual Keagamaan (Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri di Jatim dan DI. Yogyakarta)”. Penyelenggara: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang, di Grand Wahid Hotel Salatiga, 13-15 Desember 2017.
Informan
Alim Choiri, Dosen dan anggota P3M STAIN Kediri.H. Zuhri, M.S., Kepala Kantor Kemenag Kota Kediri.Sukarno, Kepala TU MAN 3 Kediri.Edi Priyanto, Waka Kurikulum MAN 3 Kediri.Nining Niswati, Kepala Perpustakaan/Guru Mapel B. Indonesia MAN 3 Kediri.Ifah Suliha, Pembina Jurnalistik MAN 3 Kediri.Abdul Fakhor, Pengurus Ma’had/Guru Mapel Alquran Hadis MAN 3 Kediri.
151
BIOGRAFI PENULIS
Sofie Dewayani adalah penulis buku anak, cerpen, dan artikel pendidikan di media massa dan jurnal internasional. Salah satu buku anak bergambar yang ditulisnya, “Srinti, “ tercatat dalam White Ravens 2016, katalog internasional sastra anak terpilih yang diterbitkan di Munchen. Selain mengajar mata kuliah penulisan akademik di ITB, saat ini Sofie mengetuai Yayasan Litara dan bergiat di Satgas Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Kemendikbud. Diantara buku karyanya tentang literasi adalah: “Menghidupkan Literasi di Ruang Kelas”; “Merayakan Literasi Menata Masa Depan”; “Seri Manual GLS Menulis untuk Kesenangan”; “Seri Manual GLS Membaca untuk Kesenangan”.
Nur Laili Noviani, lahir di Semarang, 9 November 1985, merupakan peneliti yang bertugas pada Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. Peneliti Pertama ini mendapatkan gelar pendidikan S1 dari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Semarang pada tahun 2007. Lima karya terakhirnya, yaitu: (1) “Challenge for the Islamic Studies Senior High School Teacher in Implementing the 2013 Curriculum in SMAN 1 Salatiga”(Analisa: Journal of Social Science and Religion Vol. 1, No. 2, December 2016); (2) “Peran Sugesti bagi Orang Kalang dalam Melestarikan Tradisi Kalang di Desa Lumansari, Kendal” (Jurnal SMaRT: Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi Vol. 2, No. 2, Desember 2016); (3) “Building Harmony Through Religious Counseling (The Religious Harmony Portrait in North Mamuju)” (Ditulis bersama dengan Muhammad Dachlan dan Mustolehudin dalam Jurnal Esensia Vol. 19, No. 1, April 2018); (4) “Literasi Al-Qur’an Siswa SMP di Jawa Timur: Capaian serta Partisipasi Orang Tua dan Masyarakat” (Ditulis bersama Agus Iswanto, dkk dalam Suhuf: Jurnal Pengkajian Al-Qur’an dan Budaya, Vol. 11, No.1, Juni 2018); (5) “The Map of SMA/SMK Islamic Education Teachers’ Competencies in Central Java” (Ditulis bersama Umi Muzayanah, dkk terbit dalam Analisa: Journal of Social Science and Religion Vol. 3, No. 2, 2018)
Moch. Lukluil Maknun adalah peneliti muda Balai Litbang Agama Semarang. Lahir pada 13 Nopember 1984 di Blitar, Jawa Timur. Menamatkan pendidikan S-1 Sastra Asia Barat pada 2006 dan S-2 Kajian Timur Tengah pada 2012 di UGM. Di antara karya tulisnya: (1) “Harmoni Hindu-Muslim Berbasis Tradisi Lisan Sejarah Desa Saren Budakeling Karangasem Bali” terbit di Jurnal Fikrah Vol. 6(2), 2018; (2) “Legenda Lok Laga (Studi Lirik Lagu Musik Panting Kalsel)” terbit di Jurnal Panangkaran Vol. 1(2),
152
2017; (3) “Literatur Keagamaan Rohis dan Wacana Intoleransi”, monograf terbitan Litbangdiklat Press Kemenag sebagai penulis pertama, 2018.
Mustolehudin adalah peneliti madya pada Balai Litbang Agama Semarang. Lahir pada 25 Mei 1974 di Kebumen, Jawa Tengah. Pendidikan S1-nya ditempuh di IAIN Walisongo Fakultas Ushuluddin Jurusan Akidah Filsafat lulus tahun 1998. Pada tahun 2003 mendapat kesempatan tugas belajar S1 Ganda Ilmu Perpustakaan di Universitas Yarsi Jakarta dari Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI dan lulus tahun 2007. Pada tahun 2010 meneruskan Pascasarjana IAIN Walisongo dengan kosentrasi Etika/Tasawuf dan lulus tahun 2012. Beberapa tulisan terbarunya antara lain: (1) “Dinamika Peribadatan Gereja Injili di Indonesia Pasca Konflik Tolikara (Studi Kasus di Desa Mojokerto Kecamatan Kedawung Sragen), Jurnal Dialog; (2) “Kejawen Spiritualism: The Actualization Of Moral Values In Paguyuban Suci Hati Kasampurnan In Cilacap, Central Java,” terbit pada Jurnal El Harakah UIN Maulana Malik Ibrahim Volume 19 No.2, 2017 (menulis bersama Siti Muawanah); (3) “Islam, gay, and marginalization: a study on the religious behaviours of gays in Yogyakarta,” terbit pada Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, Vol. 7, no.1 (2017), pp. 125-152, doi : 10.18326/ijims.v7i1.125-152 (menulis bersama Prof. Koeswinarno); (4) “Pemikiran pendidikan K. H. Ali Maksum Krapyak Yogyakarta”, terbit pada jurnal Edukasi Volume 16 No. 1, 2018 (menulis bersama Siti Muawanah). (5) “Building Harmony Through Religious Counseling (The Religious Harmony Portrait in North Mamuju)”, terbit pada Jurnal Esensia Volume 19 Nomor 1 (2018) jurnal Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.
Subkhan Ridlo adalah peneliti muda di Balai Litbang Agama Semarang. Lahir di Banyumas 22 Februari 1973. Pendidikan sarjana ditempuh pada jurusan Tafsir Hadis di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang yang diselesaikan pada tahun 2001. Tahun 2011 mendapatkan gelar master di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada konsentrasi Filologi Agama. Sejak tahun 2003 penulis mulai mengabdi di Balai Penelitian Agama Semarang hingga sekarang. Karya yang pernah ditulis antara lain; (1) “Agama Sarkawi di Brebes; (2) “Kajian Kitab Al-Baqiyat As-Salaihat Wa Al-Aqibat Al-Khairat Wa Al-Khatimat Al-Hasanat karya Syaikh Ahmad Asrari Kedinding”; (3) “Jejak-Jejak Perjuangan KH. Bisri Syansuri Jombang”; (4) “Kajian Kitab Karya Ulama Lokal di Kota Kediri (Studi Kitab Fathu Al-Manan Karya KH. Maftuh Bastu al-Biri”; (5) “Tabyiin Al-Islam Li Murid Al-Nikah Karya Ahmad Rifa’i Kalisalak (Suntingan Teks dan Pengungkapan isi)”.
153
Roch Aris Hidayat adalah peneliti madya di Balai Litbang Agama Semarang. Lahir di Magetan, 30 Maret 1966. Dia menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) di Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret Surakarta dan pascasarjana (S2) di Program Studi Ilmu Pendidikan Bahasa (Indonesia) Universitas Negeri Semarang. Beberapa karya yang diterbitkan di antaranya; (1) “Sinkretisme dalam Sastra Mistik” Jurnal Smart Balai Litbang Agama Semarang, Vol. 4, No. 1 (2018); (2) “Sejarah, Ajaran, dan Hubungan Sosial Paguyuban Sumarah di Yogyakarta” (Bunga Rampai, 2017); (3) “Potensi Radikalisme dalam Literatur Keagamaan Analisis Literatur Kelompok Umar Bin Khattab Magelang” (Bunga Rampai, 2016); (4) “Wacana Keislaman dalam Kitab Risalat al-Mu’awanah” (Bunga Rampai, 2015); (5) “Kontroversi Hukum Rokok dalam Kitab Irsyād Al-Ikhwān Karya Syekh Ihsan Muhammad Dahlan”, Jurnal Ihya’ ‘Ulum Al-Din UIN Walisongo Semarang, Vol. 17. No.2 (2015).
Umi Masfiah adalah peneliti madya di Balai Litbang Agama Semarang. Lahir di Banyumas, 18 Oktober 1975. Pendidikan terakhirnya Pasca Sarjana (S2) Etika Islam/Tasawuf UIN Walisongo Semarang. Beberapa karya yang baru terbit adalah; (1) “Pemikiran Kalam Kiai Muhammad Sami’un Purwokerto dalam Naskah Aqaid 50” dalam Jurnal Smart: Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi, Des 2017; (2) “Ajaran Sarengat, Tarekat, Hakekat, dan Makrifat dalam Naskah Serat Jasmaningrat” dalam Smart: Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi, Juli 2016; (3) “Falsafah Damai untuk Borneo (Studi terhadap Pesan Damai dalam Karya Cendekiawan Muslim Kalbar Pasca Reformasi),” dalam Smart: Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi Juni 2015; (4) “Nilai-Nilai Toleransi dalam Buku PAI terbitan Yudhistira, Aneka Ilmu, dan Bengawan Ilmu” dalam buku Bunga Rampai berjudul Indigeneous Pemikiran Ulama Jawa tahun 2015; (5) “Paguyuban Tulis Tanpo Papan Kasunyatan Jati Singgangsono (TTPKJS) di Yogyakarta” dalam Prosiding Eksistensi dan Ajaran Penghayat Kepercayaan di Jawa, 2017.
154
KEPUTUSAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG
NOMOR 3157/Blt.02.1/KP.07.5/12/2017 TENTANG
PENUNJUKAN TIM PELAKSANA SEMINAR HASIL PENELITIAN ISU ISU AKTUAL LEKTUR PENDIDIKAN AGAMA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG, Menimbang : Bahwa dalam rangka untuk melaksanakan Seminar Hasil Penelitian Isu - Isu Aktual
Lektur Pendidikan Agama dipandang perlu menetapkan Keputusan Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang tentang Pembentukan Tim Pelaksana Seminar Hasil Penelitian Isu-Isu Aktual Lektur Pendidikan Agama.
Mengingat : 1. Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; 2. Keputusan Menteri Agama No.346 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama; 3. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 33/PMK.02/2016 tentang Standar Biaya
Masukan Tahun Anggaran 2017; 4. DIPA Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang Nomor : SP DIPA-
025.11.2.425322/2017 tanggal 07 Desember 2016. MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG TENTANG PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA SEMINAR HASIL PENELITIAN ISU - ISU AKTUAL LEKTUR PENDIDIKAN AGAMA.
Kesatu : Mengangkat pegawai yang namanya tersebut dalam lampiran Surat Keputusan ini menjadi Tim Pelaksana
Kedua : Tugas dan kewajiban tim tersebut pada diktum pertama yakni melaksanakan kegiatan Seminar Hasil Penelitian Isu - Isu Aktual Lektur Pendidikan Agama dan melaporkan hasilnya kepada Kepala Balai Litbang Agama Semarang
Ketiga : Segala pengeluaran sebagai akibat dari keputusan ini dibebankan kepada DIPA Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang Nomor: SP DIPA- 025.11.2.425322/2017 tanggal 07 Desember 2016 dibebankan pada MAK: 025.11.04.2153.001.003.059.A.523121.
Keempat : Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di Semarang Pada tanggal 04 Desember 2017 KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG KOESWINARNO
155
LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG NOMOR 3157/Blt.02.1/KP.07.5/12/2017 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA SEMINAR HASIL PENELITIAN ISU - ISU AKTUAL LEKTUR PENDIDIKAN AGAMA
DAFTAR NAMA TIM PELAKSANA SEMINAR HASIL PENELITIAN ISU - ISU AKTUAL LEKTUR PENDIDIKAN AGAMA
No. Nama Pangkat Golongan Jabatan Jobdesk
1. Siti Sarifah Penata Tk. I/II.d Ketua Pengarah Kegiatan
2. Putri Aziza Desy Asriana - Sekretaris Notulensi dan Pelaporan
3. Arif Gunawan Santoso Penata /III.c Anggota Administrasi Keuangan
4. Arda Arief Ridhaffa Anggota Administrasi Persuratan
Ditetapkan di Semarang Pada tanggal 04 Desember 2017 KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG KOESWINARNO
156
KEPUTUSAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG
NOMOR 55/Blt.02.1/KP.07.5/01/2019 TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA PENERBITAN E-PROSIDING BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG, Menimbang : bahwa dalam rangka untuk melaksanakan kegiatan Penerbitan Prosiding Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang, dipandang perlu menetapkan Keputusan Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang tentang Pembentukan Tim Pelaksana Penerbitan E-Prosiding Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang Tahun 2019.
Mengingat : 1. Undang - undang RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; 2. Keputusan Menteri Agama No.346 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama; 3. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 32/PMK.02/2018 tentang Standar Biaya
Masukan Tahun Anggaran 2019; 4. DIPA Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang Nomor: SP DIPA-
025.11.2.425322/2019 tanggal 05 Desember 2018.
MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA
SEMARANG TENTANG PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA PENERBITAN E-PROSIDING BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2019
Pertama : Mengangkat pegawai yang namanya tersebut dalam lampiran Surat Keputusan ini menjadi Tim Pelaksana.
Kedua : Tugas dan kewajiban tim tersebut pada dictum pertama yakni melaksanakan kegiatan Penerbitan E-Prosiding Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang Tahun 2019 dan melaporkan hasilnya kepada Kepala Balai Litbang Agama Semarang.
Ketiga : Segala pengeluaran sebagai akibat dari keputusan ini dibebankan kepada DIPA Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang T.A. 2018 Nomor: SP.DIPA-025.11.2.425322/2019 tanggal 05 Desember 2018
Keempat : Keputusan ini berlaku mulai tanggal 07 Januari sampai dengan 31 Desember 2019 dengan ketentuan bahwa apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Semarang Pada tanggal 07 Januari 2019 KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG Koeswinarno
157
LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG NOMOR 55/Blt.02.1/KP.07.5/01/2019 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA PENERBITAN E-PROSIDING BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2019
DAFTAR NAMA TIM PELAKSANA PENERBITAN E-PROSIDING BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG
TAHUN 2019
No. Nama/NIP Pangkat/Gol. Jabatan Jobdesk 1. Mulyani Mudis Taruna
19670131 199403 1 002 Penata Tingkat I IV/a
Ketua Penyunting Penanggung jawab dan Pengarah
2. Mustolehudin 19740525 200312 1 001
Penata Tingkat I III/d
Redaktur Pelaksana Penyunting
Ketua Pelaksana
3. Wahab 19581013 198603 1 002
Pembina Utama Muda IV/c
Reviewer Dewan Redaksi
4. Sulaiman 19570806 198503 1 001
Pembina Utama IV/e
Reviewer Dewan Redaksi
5. Roch. Aris Hidayat 19660330 199403 1 001
Pembina Tingkat I IV/b
Reviewer Dewan Redaksi
6. Joko Tri Haryanto 19750615 200604 1 001
Penata Tingkat I III/d
Reviewer Dewan Redaksi
7. Umi Masfiah 19751018 200312 2 001
Penata III/c
Reviewer Dewan Redaksi
8. A. M. Wibowo 19771225 200501 1 003
Pembina IV/a
Editor Dewan Redaksi
9. Aji Sofanudin 19781217 200501 1 004
Penata Tingkat I III/d
Editor Dewan Redaksi
10. Siti Muawanah 19800105 200901 2 005
Penata III/c
Editor Dewan Redaksi
11. Samidi 19740822 200501 1 002
Pembina IV/a
Editor Dewan Redaksi
12. Moch. Lukluil Maknun 19841113 200912 1 004
Penata III/c
Editor Dewan Redaksi
13. Subkhan Ridlo 19730222 200312 1 001
Penata III/c
Editor Dewan Redaksi
14. Setyo Boedi Oetomo 19700507 200312 1 002
Penata III/c
Editor Dewan Redaksi
15. Lilam Kadarin Nuriyanto 19711105 200501 1 002
Penata III/c
Editor Dewan Redaksi
16. Arnis Rachmadhani 19721017 200312 1 001
Penata Tingkat I III/d
Editor Dewan Redaksi
17. Syarief Fajarudin -
- Editor Bahasa Dewan Redaksi
18. Muhammad Purbaya 19860625 200912 1 004
Penata III/c
Layouter Desain Grafis
19. Priyono 19720201 199403 1 002
Penata III/c
Sekretariat Sekretariat Bimas
20. Putri Aziza D.A. -
Staff Sekretariat Sekretariat Lektur
21. Ari Yani Mahmud -
Staff Sekretariat Sekretariat Pendidikan
Ditetapkan di Semarang Pada tanggal 07 Januari 2019 KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG KOESWINARNO
158
NOTULENSI KEGIATAN DISEMINASI PENELITIAN STUDI KASUS IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI
MAN
Rabu, 13 Desember 2017, 19.30 WIB
Pembukaan
Koeswinarno:
Seminar kali ini bertema isu-isu aktual kragamaan, selama tiga hari ke depan teman-
teman peneliti akan menyajikan beberapa tema. Ada tentang persepsi madin terhadap Full
Day School, Implementasi gerakan literasi sekolah pada MAN, Dampak Implementasi Full
Day School terhadap Pondok Pesantren, Tradisi Islam Keagamaan, Indeks Kerukunan Umat
Beragama, juga tentang pernikahan sejenis di Jember.
Kita sebut isu-isu aktual karena riset ini memang tentang isu-isu aktual di masyarakat.
Isu aktual ini menjadi penting karena apa yang terjadi di masyarakat yang butuh penanganan
dari pemerintah terkait, harus ada respon cepat, dan akan kami lakukan secepatnya untuk
perumusan masukan dan rekomendasi.
Kamis, 14 Desember 2017, 08.00 WIB
Narasumber : Sofie Dewayani, Ph.D
Moderator : Drs. R. Aris Hidayat, M.Pd
Moch Lukluil Maknun:
• Di kota kediri ada 2 MAN, yang direkomendasikan oleh kemenag itu MAN 3. Perma-
salahan yang diangkat adalah bagaimana implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
di MAN 3.
• Literasi tidak sekedar kemampuan membaca dan menulis, tapi juga kemampuan mema-
hami. GLS adalah program yang dicanangkan oleh dikbud sebenarnya pada tahun 2015,
diantaranya membaca 15 menit sebelum KBM.
• Hasil penelitiannya diharapkan dapat mwndukung kebijakan yang disampaikan oleh
pemerintah, dalam hal ini kementerian agama.
• Untuk mengumpulkan data, kami menggunakan instrumen yang sudah ada, mulai dari
observasi sampai implementasi. Dari masing-masing indikator tinggal dicari presentase-
nya saja.
159
• Untuk memaksimalkan program GLS di MAN masih kurang. Indikator ketercapaian-
nya, tahap pembelajaran baru 73%.
• Untuk kondisi di perpustakaan, 70% didominasi buku-buku pelajaran. Untuk frekuensi
kunjungan dan peminjaman, sekitar 10% siswa dari keseluruhan jumlah siswa per hari.
• Di MAN ungulan sekalipun, jumlah kunjungan perpustakaan masih kecil.
• Faktor penghambatnya, potensi SDM sudah siap tapi sarana pra sarana belum dileng-
kapi.
Samidi:
• Gerakan literasi ini mendorong siswa untuk lebih semangat membaca, MA dibawah ling-
kungan agama belum punya payung hukum terkait literasi. Tapi MAN 3 malang sudah
punya inisiatif untuk melakukan literasi mandiri.
• Beberapa kegiatan literasi di MAN 3 Malang antara lain pembiasaan Baca Alquran (15
m) sebelum memulai pelajaran, guru menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca
dengan ikut membaca selama kegiatan berlangsung.
• Selain itu ada perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman dengan
koleksi buku non pelajaran. Juga terdapat poster-poster kampanye membaca di kelas,
koridor, ruang BK, ruang UKS, Mading.
• Faktor pendukung GLS di MAN 3 Malang antara lain Kepala Madrasah, Guru, dan
Stakeholder, Kurikulum, buku modul, pegangan, dan suplemen, SDM, Komite, dan
Masyarakat, Lembaga Penerbitan.
• Sedangkan faktor penghambatnya antara lain Belum ada Regulasi (Payung Hukum) Ke-
menag yang menjadi Pijakan, Tidak adanya alokasi dana khusus untuk mendukung ke-
giatan Literasi, Benturan Waktu dengan Jam Pelajaran, Belum Semua Program/Jurusan
ada Kegiatan Literasi (menulis), dan Kesadaran Peserta Didik.
Nur Laili Noviani:
• Kegiatan membaca 15 menit sebelum pelajaran Pernah dilakukan oleh satu guru mapel
BI pada semester genap TA 2016/2017. Sekarang sudah tidak lagi.
• Jurnal harian membaca pernah dilakukan oleh guru yang mengusung kegiatan 15 menit
membaca.
• Pernah ada lomba pojok baca tiap kelas di tahun 2015/2016 tetapi saat ini pojok baca
tersebut sudah tidak ada lagi. Satu pojok baca terdapat di kelas akselerasi (hadiah hasil
lomba mading)
160
• Kamad sedang merintis dengan meminta para guru mapel untuk memasukkan unsur
literasi dalam RPP.
• Perpustakaan belum tertata dengan baik sejak pindah dari gedung lama à belum ada ru-
ang khusus à kunjungan siswa dan guru otomatis tidak ada. Belum ada pegawai khusus
perpustakaan. Belum dikode menggunakan DDC
• Tersedia wifi yang bisa dimanfaatkan oleh siswa. Di satu sisi, pada aakhirnya banyak
siswa yaang menggunakan internet untuk membantu dalam mengerjakan tugas sekolah,
mengurangi atensi membaca buku secara fisik.
• Karya siswa yang menjuara lomba dipasang di ruang lobi Madrasah.
• Di ruang kelas akselerasi dapat ditemui hasil karya siswa kelas tersebut, tetapi tidak di
ruang kelas lainnya
• GLS belum diimplementasikan di MAN Surabaya. Indikator kegiatan dari 3 tahap (Pem-
biasaan, Pengembangan, dan Pembelajaran) baru dilakukan oleh seorang guru. Namun,
Kepala Madrasah sedang mengupayakan untuk merintis gerakan literasi di sekolah terse-
but dengan mendorong siswa untuk berprestasi.
• Faktor pendukung: Dukungan Kepala Madrasah, fasilitas internet, pengadaan sarana
pendukung berupa buku.
• Fakor penghambat: Sarana fisik belum memadai, SDM Siswa dan Guru yang belum
sepenuhnya siap, belum adanya arahan dari Kementerian Agama pusat maupun daerah.
Mustolehudin:
• Pada periode awal berdirinya MAN Tuban, tenaga-tenaga pendidik dibidang studi Aga-
ma kebanyakan berasal dari lulusan Sarjana IAIN
• Sedangkan guru bidang studi umum sebagian besar Alumni IKIP yang saat ini keban-
yakan mengajar di SMU Negeri 1 (SMUN 1) Tuban
• Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca setiap hari sudah dilaku-
kan. Siswa diberi tugas oleh guru membaca. Hal ini sebagaimana dilakukan pada kelas
bahasa., juga kelas agama. Siswa buku-buku fiksi yang mendukung mapel . Setiap siswa
memiliki jurnal membaca. Kolom ini berisi tgl, judl buku, pengarang dan penerbit, hala-
man, ringkasan isi, dan tanda tangan Pembina
• Kepala sekolah dan guru berupaya agar siswa gemar membaca. Menyediakan fasilitas
perpustakaan yang cukup memadai dan representatif. Koleksi buku diperpustakaan 1653
judul dengan jumlah eksemplar 13156. Selain itu, pihak sekolah juga menyediakan po-
161
jok baca terdapat 49 koleksi judul buku
• MAN 1 Tuban bekerjasama dengan Arsip dan Perpusda Kab Tuban tukar menukar
koleksi bacaan
• Sekolah menyediakan gazebo (7 gazebo) sebagai tempat diskusi dan membaca
• Sekolah menyediakan mading sekolah sebagai sarana menyalurkan minat baca tulis
• Sekolah berlangganan koran dan majalah Jawa pos, Birawa, harian bangsa, majalah Solid.
• Bagi siswa yang rajin ke perpustakaan mendapat reward dari sekolah
• Faktor yang menghambat GLS di MAN Tuban antara lain belum ada regulasi dari Ke-
menag terkait GLS, MAN 1 Tuban mengacu permendikbud No 21 tahun 2016, pojok
baca belum digunakan secara optimal oleh siswa, karya siswa belum dipajang sebagai
sumber motivasi bagi siswa lain, dan lingkungan keluarga belum sepenuhnya mendu-
kung GLS karena mayoritas nelayan, TKI, dan TKW.
Sofie Dewayani:
• GLS di Kemendikbud sudah masuk tahun ketiga. Saya baru mengetahui betapa sulitnya
menyusun indikator untuk diaplikasikan ke seluruh Indonesia dengan latar belakang
kultur yang berbeda. Indikator-indikator tersebut disusun dengan harapan dapat mem-
berikan arahan kepada para sekolah tentang literasi itu apa.
• Seiring dengan harapan kemenag akan memberikan payung hukum literasi, sebenarnya
ada plus minusnya.
• Terkait dengan metode, karena tadi menggunakan metode kualitatif, yang saya ingin
dengar adalah literasi naratif tentang refleksi seseorang tentang literasi.
• Tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran bertujuan
• Biasanya siswa memiliki kemampuan membaca yang baik, siswa juga membaca lebih
banyak buku dibanding siswa dari sekolah yang budaya literasinya kurang berkembang.
• Indikator sikap literat menurut CCSU tahun 2016 antara lain ketersediaan dan sebaran
perpustakaan, ketersediaan dan sebaran surat kabar, ketersediaan dan sebaran perangkat
komputer dan internet, dan durasi partisipasi sekolah.
• Kemampuan membaca siswa meningkat setelah materi literasi informasi dimasukkan
dalam pelajaran.
• Nilai ujian siswa meningkat setelah sekolah menambah staf perpustakaan, meningkatkan
program, dan menambah jumlah koleksi perpustakaan.
162
• Nilai ujian siswa meningkat setelah sekolah meningkatkan kolaborasi antara guru kelas
dengan pustakawan sekolah.
• Perpustakaan mengakomodasi diskusi tentang permasalahan aktual.
• Kontribusi GLS terhadap warga sekolah antara lain sebagai pusat sumber belajar, per-
pustakaan dan ruang belajar lain di sekolah menjadi ruang ketiga, tempat setiap
orang mengembangkan dirinya melalui pendekatan yang sesuai dengan minatnya dan
menyenangkan, sekolah mengakomodasi praktik literasi yang kontekstual dan bahkan
marjinal. Sekolah menjadi tempat berdialog mencari solusi permasalahan lokal.
• Penentu keberhasilan GLS antara lain pendidik dan tenaga kependidikan sebagai
pegiat literasi dan figur teladan literat, sekolah berjejaring dengan orangtua dan
komunitas, dukungan kepala sekolah sebagai pembimbing TLS, sekolah mengimple-
mentasikan strategi literasi dalam pembelajaran
Kamis, 14 Desember 2017, 10.15 WIB
Narasumber : Dr. Lisnawati Ruhaena, M.Si.
Moderator : Dr. Samidi, M.S.I
Agus Iswanto:
• Dari sisi SDM pengajar di MAN Yogyakarta rata-rata sudah S2 dan sedang S2. Ini berarti
para pendidik sudah memenuhi standar kualifikasi seorang pendidik.
• Sebetulnya penumbuhan minat baca melalui 15 menit membaca di MAN Yogyakarta
tidak ada, yang ada 15 menit membaca Al Quran sebelum pelajaran pertama.
• Tidak semua guru mata pelajaran mengarahkan siswa untuk menggunakan strategi-
strategi membaca. Tapi semua guru mapel mendorong siswanya melakukan riset berbasis
literatur.
• Selain ada jam literasi atau kelas baca tulis, ada juga kelas KTI seminggu sekali.
• Jam literasi di MANSA Yogyakarta antara lain pengenalan dan motivasi budaya literasi,
serta kebijakan madrasah riset, cara mengakses dan memahami isi
bacaan, serta acuan penelitian, analisis bacaan hasil penelitian berupa
Jurnal (kelas X) dan publikasi ilmiah di Media Massa (Kelas XI), penugasan mandiri dan
presentasi hasil analisis siswa.
• Yang belum ada di MANSA Yogyakarta antara lain sudut baca atau pojok baca belum
ada di semua kelas dan lingkungan sekolah lainnya, jurnal membaca harian belum ada,
163
hanya ada tugas baca dan resensi, kegiatan membaca dan menulis belum menyeluruh di
semua mata pelajaran.
• Gerakan literasi di Mansa Yogyakarta terimplementasikan dalam kegiatankegiatan yang berbasiskan di Perpustakaan, kelas membaca dan menulis, kelas KTI dan Ekstra KIR; Tidak semua, tahapan-tahapan dan indicator dalam GLS sudah dilaksanakan, tetapi se-bagian besar sudah; Ciri utama dari gerakan literasi di Mansa terpusat pada riset (dari dan untuk riset), sesuai motto Mansa: “Madrasah Riset”.
• Faktor yang sangat mendukung adalah sarana dan lingkungan yang literat; dukungan sa-
rana perpustakaan serta partisipasi warga sekolah terhadap kegiatan perpustakaan; Faktor
penghambatnya yang utama adalah beban jam mata pelajaran, sehingga harus mendahu-
lukan jam materi pelajaran ketimbang kegiatan literasi.
Nurul Huda:
• Secara umum, lingkungan literasi di MAN 1 Gunung Kidul sudah merepresentasikan
bentuk lingkungan literasi yang mendukung GLS. Namun demikian, dari 20 indikator
yang ada, masih ada beberapa indikator yang belum terpenuhi, yaitu:
• Belum adanya karya peserta didik yang dirotasi secara berkala untuk memberi kesempa-
tan yang seimbang kepada semua peserta didik.
• Belum adanya buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang kelas.
• Sebagaimana sebelumnya, meta kognisi GLS berupa pemahaman membaca yang holistik dan saintifik sesuai karakter kurikulum 2013 ini perlu dihadirkan di dalam lingkungan afektif literasi.
• Secara umum dapat dinyatakan bahwa MAN I Gunung Kidul telah melaksanakan pro-
gram GLS.
• Secara spesifik, perlu ada pembiasaan atau pemberian contoh kemampuan literasi yang
kontinyu bagi peserta didik, sehingga antara implementasi GLS yang mengacu indikator
formal ketercapaian GLS dengan literasi peserta didik itu sendiri -- yang berpusat pada
kemampuan berfikir sintesis dan logis atau tematik integratif dalam membaca -- sebagai
perspektif substantif indikator GLS dapat saling berkesesuaian atau tidak saling berlawa-
nan.
• Dari sisi faktor pendukung dan penghambat, guru dan buku yang memadai dan mendu-
kung GLS di MAN I Gunung Kidul masih perlu diimbangi dengan ketersediaan bahan
literasi elektronik dan pembelajaran penggunaannya.
164
• Dengan demikian, implementasi GLS di MAN I Gunung Kidul berikut faktor pen-
dukung dan penghambatnya merepresentasikan suatu bentuk implementasi – berikut
faktor pendukung dan penghambatnya -- yang masih perlu penyesuaian antara indikator
dengan perspektif substantif ketercapaiannya. Dengan kata lain, bentuk pemenuhan in-
dikator GLS semacam ini perlu dibarengi dengan karakter tematik integratif yang tidak
lain adalah karakter kurikulum 2013. Sehingga antara GLS dan Kurikulum 2013 meru-
pakan satu kesatuan relasi yang saling mendukung.
Subkhan Ridlo:
• MAN 1 Jombang telah melakukan literasi namun belum maksimal
• Hambatan: belum ada regulasi, tenaga pendidik belum paham tentang literasi
• Literasi dapat dilihat pada tugas yang diberikan oleh guru seperti pada Bulan bahasa
seperti cerpen, KTI.
• Bimbingan bagi anak yang mengikuti lomba oleh guru pembimbing. Contoh: Wahyu
Widiastuti sebagai juara dua Lomba KTI tingkat SMA pada tanggal 01 Oktober 2017
yang diadakan oleh Kementrian Riset, teknologi, dan Pendidikan Tinggi Universitas
Jember (sertifikat)
• Rochman Ayu Lestari sebagai juara tiga dalam kompetisi Bisines Lpan Young Entrepe-
neur Days 2017 di Universitas Indonesia. (sertifikat)
• Fatdhullah Salma Salsabila sebagai juara II dalam lomba Pemantauan Kualitas Air dalam
rangka JKPKAStudentCompetition yang diselenggarakan oleh perum jasa Tirta I ber-
sama dengan Jaring-Jaring komunikasi Pemantauan kualitas air tahun 2017.
• Peserta Kegiatan Temu Ilmiyah ke-20 yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum (Pe-
rum) Jasa Tirta I bersama dengna jaringan Komunikasi Pemantauan Kualitas Air (JK-
PKA) tahun 2017
• Perlu ada regulasi yang dapat menjadi payung hukum dilaksanakannya literasi di Mada-
ras, kususnya di MAN 1 Jombang semisal KMA atau intruksi dirjen)
• Sekolah perlu melakukan inovasi literasi sehingga MAN 1 Jombang dapat bersaing di
tingkat Nasional bahkan dunia
Lisnawati Ruhaena:
• Bisa jadi temuan menarik apabila selain literasi, ada hal-hal baru selain literasi yang men-
jadi local wisdom yang menjadi ciri sekolah tersebut. Apabila itu diangkat dan ditonjol-
kan dampaknya.
165
• Berbeda antara siswa yang memiliki motivasi internal untuk membaca, dengan motivasi
karena diberi tugas oleh guru. Anak apabila memperoleh motivasi akan memasuki zona
nyaman yang semu karena membaca hanya sebagai kewajiban, belum menjadi sebuah
kebutuhan.
• Program literasi di sekolah bisa berjalan mulai dari menanamkan minat kepada anak un-
tuk membaca selain buku pelajaran. Setalah anak memiliki minat membaca, selanjutnya
akan lebih mudah untuk membiasakan rutinitas membaca sebagai program literasi seko-
lah. Jika semuanya sudah berjalan dengan baik, maka terciptalah budaya literasi.
• Memulai program literasi bisa dari hal-hal kecil yang sederhana seperti membaca 15
menit sebelum pelajaran. Buku yang dibaca bisa buku non pelajaran/fiksi yang mayoritas
digemari para siswa yang memasuki usia remaja.
Kamis, 14 Desember 2017, 13.00 WIB
Narasumber : Dra. Hj. Noor Imanah, M.S.I
Moderator : Drs. Bisri Ruchani
Roch Aris Hidayat:
• Berdasarkan KMA No. 321 Tahun 2015 MAN 3 Sleman (nama baru) sebelumnya (MAN
Yogyakarta 3 atau MAYOGA)
• MAN 3 Sleman berdasarkan Keputusan Kepala Kanwil Kemenag DIY No. 609 B Tahun
2012 ditetapkan sebagai Rintisan Madrasah Unggulan RMU)
• Prestasi : Perpustakaan Terbaik Nasional, Pustakawan Terbaik Nasional, Sekolah Sehat
Nasional, Adiwiyata Nasional, dan sejumlah prestasi siswa tingkat nasional, provinsi,
dan kabupaten
• Di MAN 3 Sleman, kegiatan literasi masuk ke muatan lokal, bukan merupakan kegiatan
terpisah.
• Pembagian materinya, di kelas X anak-anak dipersilakan membaca berbagai penelitian.
Lalu anak-anak dipersilakan untuk menulis, lalu di kelas XI anak-anak dilatih melakukan
penelitian dan mempresentasikan serta mempublikasikan hasil penelitiannya.
• Implementasi GLS pada MAN 3 Sleman sudah dimulai sejak tahun 2000, dikembang-
kan tahun 2006 kemudian diformalkan dalam kurikulum (mulok PPMB). Dampaknya,
banyak meraih prestasi. Gerakan literasi tidak hanya pembiasaan tetapi juga pengemban-
gan dan pembelajaran.
166
• Faktor pendukung GLS pada MAN 3 Sleman mencakup faktor kebijakan/program, dana, dan SDM, sedangkan faktor penghambatnya tentang motivasi yang kurang, kebi-jakan kurikulum yang ketat dan belum ada insentif utk guru mapel PPMB
Umi Masfiah:
• Di MAN 2 Kulon Progo, telah dilaksanakan beberapa tahapan literasi mulai dari literasi dasar seperti membaca, memahami, menulis hasil bacaan dalam buku jurnal literasi se-tiap hari 15 menit sebelum pelajaran
• Ada juga kegiatan mentoring membaca Al Quran antar siswa, juga antara tahfidz dengan
guru PAI
• Perpustakaan MAN 2 Kulon Progo turut andil dalam pelaksanaan program literasi seko-lah. Penghargaan Best Reader Perpustakaan (Siswa dan Guru), Ruang perpustakaan me-narik dengan cat dan gorden berwarna cerah, Siswa bisa request buku saat program pen-gadaan buku perpustakaan
• Implementasi Gerakan Literasi Madrasah Aliyah 2 Kulonprogo berupa literasi dasar dan literasi produktif siswa.
• Kebijakan Kepala Madrasah dan Program Pengembangan Perpustakaan berperan pent-ing terhadap kesuksesan GLM
• GLM dalam bentuk literasi dasar maupun literasi produktif perlu dilakukan oleh para guru sehingga tidak hanya berkembang bagi siswa
• Perlu dibuat SOP tentang tugas dan wewenang tim pengawas literasi di tingkat madrasah
• Kementerian Agama perlu membuat regulasi dan program pendukung Gerakan Literasi
Madrasah (GLM)
Noor Imanah:
• Gerakan Literasi Sekolah merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat
partisipatif dengan melibatkan warga sekolah; peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik,
akademisi dll.
• Kegiatan literasi selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Namun,
Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga mencakup bagaimana
seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubun-
gan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya
• Tuntutan keterampilan membaca pada abad ke- 21 adalah kemampuan memahami
informasi secara analitis, kritis, dan reflektif.
167167
• Pembelajaran di sekolah belum mampu mengajarkan kompetensi abad 21.
• Kegiatan membaca di sekolah perlu diperkuat dengan pembiasaan membaca di keluarga
dan masyarakat.
• Merupakan amanat Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 à Gerakan Literasi Sekolah.
• Gerakan Literasi dapat dilakukan:
- Launching GLS
- Sosialisasi warga.
- Pembudayaan Gemar Membaca
- Sudut Pustaka, Pojok Pustaka Kelas, Sodaqoh Buku
- Lomba Literasi, Lomba Puisi, Lomba Menulis Cerpen
- Festifal Literasi à Literasi Award
• Gerakan baca buku perlu didukung oleh :
- Jurnal baca yang dimonitor guru dan dibimbing wali kelas
- Koleksi buku perpustakaan yang memadai
- Akses bahan bacaan mudah dan mencukupi, dengan sudut baca dan perpustakaan kelas
- Kriteria bahan bacaan : tidak SARA, tidak radikalisme, tidak pornografi, tidak klenik, tidak bertentangan dengan nasionalisme dan pilar NKRI, bukan buku mata pelajaran.
- Sedekah buku. Siswa dapat menghibahkan buku bacaannya sebagai buku perpustakaan kelas
- Slogan, leaflet, banner terpasang di beberapa tempat untuk memotivasi siswa.
Haris dari Kemenag Kab Sleman:
• Betapa bapak ibu guru ini masih ada kecenderungan berkeluh kesah, secara pribadi saya
juga pernah memberikan reward kepada MA yang bisa menggerakan literasi. Bapak ibu
guru memang harus didorong dan diberi motivasi supaya semangat melakukan gerakan
literasi.
Ali Muhson dari MAN 1 Surakarta:
• Faktor stakeholder bisa jadi penghambat, tapi tudak ada yang mencantumkan stake-
holder sebagai penghambat.
• Sepertinya harus ada workshop penulisan power point yang baik dan mudah dipahami.
168
Samidi:
• Kami sudah ada standart penulisan. Ini merupakan studi kasus, hanya fact finding. Dan
karena waktu penulisan laporan ini sangat mepet dengan waktu seminar, jadi ya buatnya
agak buru-buru.
• Kenapa tidak ada rumusan permasalahan? Karena rumusan permasalahannya satu, induk
dengan ketua tim.
Kasnawi dari MAN Kota Magelang:
• Terkait dengan GLS, kami baru tahu dan mendengar gerakan literasi sekolah. Di agelang
itu yang kami baru dengar adalah gerakan “ayo membaca”. Guru-guru perlu dikasih
workshop untuk GLS, perlu juga silaturahmi antar madrasah supaya bisa saling menutup
kekurangan.
Toni Purwanti:
• GLM harus didukung sehingga yang tergerak tidak hanya di lingkungan madrasah ma-
sing-masing. Menurut saya unsur mutlak di senangnya harus ada, karena membaca itu
kalau tidak ada unsur pasti bikin ngantuk. Karena itu pendidik dengan latar belakang
psikolog penting untuk diikutsertakan dalam GLM.
Noor Imanah:
• Terkait dengan bagaimana kehiatan GLS betul-betul hidup di madrasah, memang harus
ada peraturan yang tidak bersifat menekan.
Kamis, 14 Desember 2017, 19.30 WIB
Perumusan Rekomendasi
1. Kementerian PPN/Bappenas
- Direktorat Pendidikan BAPPENAS: Kami merekomendasikan bahwa pemerintah perlu menyusun perencanaan pengembangan literasi secara menyeluruh untuk semua jenis dan jenjang pendidikan. Perencanaan pengembangan literasi pada Madrasah Aliyah lebih diarahkan pada pencapaian tujuan Madrasah Aliyah sebagai lembaga maupun tujuan secara individu siswa. Data itu digunakan untuk mendukung Rencana Kerja Pemerintah (RKP) maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), sehingga kebijakan dan program pembangunan pendidikan keagamaan terkait peningkatan kemampuan literasi siswa madrasah bisa terlaksana secara nasional, dan diikuti seluruh Pemerintah Daerah. Data ini dapat menjadi bagian dari upaya
peningkatan literasi agama masyarakat.
169
2. Kementerian Agama
- Kementerian Agama perlu mengeluarkan regulasi tentang Penguatan Gerakan Literasi Madrasah;
- Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, khususnya Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah dan Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah, perlu melakukan peningkatan kapasitas guru-guru MAN, baik yang PNS maupun Non PNS dengan melakukan standarisasi kemampuan literasi bagi guru-guru MAN untuk peningkatan kemampuan literasi siswa;
- Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, khususnya Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah dan Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah, perlu memperkuat peran perpustakaan di masing-masing madrasah agar menjadi sumber informasi yang memadai, menyenangkan, dan menginspirasi guru dan siswa untuk berprestasi.
- Kementerian Agama bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional perlu mendorong melalui sosialisasi dan pendampingan untuk Standarisasi Perpustakaan Madrasah Aliyah agar sesuai dengan Standar Perpustakaan Nasional;
3. Perpustakaan Nasional
- Perpustakaan Nasional perlu mendorong madrasah menggunakan Perpustakaan Madrasah sebagai Pusat Kegiatan Literasi Madrasah
4. Pemerintah Daerah
- Capaian prestasi Madrasah Aliyah terkait kemampuan literasi perlu dijadikan
sebagai sumber rujukan, informasi, dokumen dan data dalam penyusunan rencana
pembangunan daerah (RPJMD, Renstra dan RKPD), sebagai indikator keberhasilan
pembangunan pendidikan di daerah;
- Pemerintah Daerah perlu memperkuat kelembagaan pendidikan Madrasah Aliyah
dengan melibatkan berbagai pihak, seperti lembaga non pemerintah, seperti MUI, dan
ormas Islam seperti Lembaga Ma’arif dan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah.
5. Madrasah
- Madrasah perlu membuat program-program, baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, yang memiliki atau berdampak pada peningkatan literasi siswa, dengan penekanan pada aspek pengembangan dan pembelajaran. Hal ini dapat disinergikan dengan Gerakan Literasi yang sudah dibakukan dalam bentuk Desain Induk Gerakan Literasi;
- Madrasah perlu membuat program, baik secara mandiri maupun bekerjasama dengan
170
lembaga-lembaga pendidikan masyarakat, untuk meningkatkan kualitas literasi siswa.
- Pengelolaan Perpustakan Madrasah menggunakan Standar Perpustakaan Nasional
Masukan rekomendasi:
• Untuk Kanwil, dipisah rekomendasinya dari Kemenag Pusat supaya kami yang baru er-
intis GLS ini bs mendapat dukungan dr pemerintah setempat. Kaneil supaya menindak-
lanjuti kebijakan literasi sekolah, minimal memberikan himbauan.
Muhtadi, dari Kemenag Kab smg:
• Rekomendasi ini menjadikan usulan sebuah KMA atau seperti apa. Karena otomatis
akan berkembang ke bawah kalau sudah jadi KMA.
Roch Aris:
• Jadi PB ini adalah usulan dari para peneliti ditambah masukan para peserta, tindak lan-
jutnya akan seperti apa itu terserah di atas, kewenangan langsung di tangan pemerintah
pusat.
• Terkait dengan Kanwil, ketika ada kebijakan dari pusat maka Kanwil harus menindak-
lanjuti.
Toni Purwanti dari MAN 3 Sleman:
• Di situ tertulis MAN, padahal yang dituju nanti kan tidak hanya MAN tapi juga MAs,
lebih baik menggunakan istilah MA saja.
• Yang namanya literasi tidak bisa lepas dari Perpusnas, maka akreditasi pun ikut standar
mereka, karena itu bicara literasi tidak bisa lepas dari perpusnas.
Mustolehudin:
• Mengenai rekomendasi akreditasi dr perpusnas, saya kira perpus madrasah dalam penge-
lolaannya harus menggunakan standart perpustakaan nasional.
Jumat, 15 Desember 2017, 08.00 WIB
Sidang Pleno
Pembacaan Rekomendasi
1. Kementerian PPN/Bappenas
- Direktorat Pendidikan BAPPENAS: Kami merekomendasikan bahwa pemerintah perlu menyusun perencanaan pengembangan literasi secara menyeluruh untuk semua jenis dan jenjang pendidikan. Perencanaan pengembangan literasi pada Madrasah
171
Aliyah lebih diarahkan pada pencapaian tujuan Madrasah Aliyah sebagai lembaga maupun tujuan secara individu siswa. Data itu digunakan untuk mendukung Rencana Kerja Pemerintah (RKP) maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), sehingga kebijakan dan program pembangunan pendidikan keagamaan terkait peningkatan kemampuan literasi siswa madrasah bisa terlaksana secara nasional, dan diikuti seluruh Pemerintah Daerah. Data ini dapat menjadi bagian dari upaya
peningkatan literasi agama masyarakat.
2. Kementerian Agama
- Kementerian Agama perlu mengeluarkan regulasi tentang Penguatan Gerakan Literasi Madrasah;
- Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, khususnya Direktorat Guru dan Tenaga
Kependidikan Madrasah dan Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan
Kesiswaan Madrasah, perlu melakukan peningkatan kapasitas guru-guru MAN, baik
yang PNS maupun Non PNS dengan melakukan standarisasi kemampuan literasi bagi
guru-guru MAN untuk peningkatan kemampuan literasi siswa;
- Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, khususnya Direktorat Guru dan Tenaga
Kependidikan Madrasah dan Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan
Kesiswaan Madrasah, perlu memperkuat peran perpustakaan di masing-masing
madrasah agar menjadi sumber informasi yang memadai, menyenangkan, dan
menginspirasi guru dan siswa untuk berprestasi.
- Kementerian Agama bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional perlu mendorong melalui sosialisasi dan pendampingan untuk Standarisasi Perpustakaan Madrasah Aliyah agar sesuai dengan Standar Perpustakaan Nasional;
3. Perpustakaan Nasional
- Perpustakaan Nasional perlu mendorong madrasah menggunakan Perpustakaan
Madrasah sebagai Pusat Kegiatan Literasi Madrasah
4. Pemerintah Daerah
- Capaian prestasi Madrasah Aliyah terkait kemampuan literasi perlu dijadikan sebagai sumber rujukan, informasi, dokumen dan data dalam penyusunan rencana pembangunan daerah (RPJMD, Renstra dan RKPD), sebagai indikator keberhasilan pembangunan pendidikan di daerah;
- Pemerintah Daerah perlu memperkuat kelembagaan pendidikan Madrasah Aliyah dengan melibatkan berbagai pihak, seperti lembaga non pemerintah, seperti MUI, dan ormas Islam seperti Lembaga Ma’arif dan Lembaga Pendidikan Muhammadiyah.
172
5. Madrasah
- Madrasah perlu membuat program-program, baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, yang memiliki atau berdampak pada peningkatan literasi siswa, dengan penekanan pada aspek pengembangan dan pembelajaran. Hal ini dapat disinergikan dengan Gerakan Literasi yang sudah dibakukan dalam bentuk Desain Induk Gerakan Literasi;
- Madrasah perlu membuat program, baik secara mandiri maupun bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan masyarakat, untuk meningkatkan kualitas literasi siswa.
- Pengelolaan Perpustakan Madrasah menggunakan Standar Perpustakaan Nasional
Jumat, 15 Desember 2017, 08.00 WIB
Penutup
Koeswinarno:
- Penelitian mengenai literasi sekolah di Madrasah Aliyah ini dilakukan sebagai upaya Balai Litbang Agama Semarang untuk mengetahui implementasi gerakan literasi sekolah di MAN yang ada di Jatim dan DIY. Seperti kita ketahui bersama, GLS ini program baru yang belum banyak dipahami betul oleh akademisi MAN kita. Dengan adanya penelitian ini semoga bisa menghasilkan rekomendasi yang tepat untuk peningkatan GLS di MAN.
- Hasil penelitian ini semoga dapat memberikan manfaat terutama kaitannya dalam hal pendidikan. Dengan mengetahui sejauh mana pelaksanaan GLS di MAN, apa saja faktor pendukung dan penghambatnya, sehingga dapat memenuhi kompetensi dasar yang diharapkan.
- Masukan-masukan yang diberikan, kami terima untuk menjadikan laporan hasil penelitian lebih baik lagi.
173
SAMBUTANKETUA PENITIA SEMINAR
Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Allah Swt, yang senantiasa mencurahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Atas ijin dan pertolongan-Nya, kegiatan
Seminar Hasil Penelitian dengan tema Isu-isu Aktual Keagamaan selama tiga hari kedepan
semoga diberikan kelancaran. Dalam seminar ini, tim Lektur, Khazanah Keagamaan, dan
Manajemen Organisasi Balai Litbang Agama Semarang akan mempublikasikan tentang
“Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Madrasah Aliyah Negeri di Jawa Timur dan D.I.
Yogyakarta”. Adapun ujung dari publikasi ini nantinya akan dijadikan prosiding.
Berawal dari temuan rendahnya minat baca siswa Indonesia, Kemendikbud
menggaungkan kebijakan Gerakan Literasi Sekolah pada 2014. Madrasah, termasuk
Madrasah Aliyah secara formal juga mengikuti kebijakan Kemendikbud, dari kurikulum
hingga kebijakan pendidikan lainnya, selain tambahan dari Kemenag. Oleh karena itu,
menarik dikaji praktik GLS di lingkup madrasah, yang dalam penelitian ini difokuskan pada
Madrasah Aliyah Negeri di Jawa Timur dan D.I. Yogyakarta.
Seminar ini diikuti oleh peneliti Balai Litbang Agama Semarang, para peneliti
dari berbagai disiplin ilmu, para akademisi, para guru dan Kepala Madrasah Aliyah, dan
perwakilan dari berbagai instansi terkait. Berdasar kegiatan seminar tersebut, secara umum
ada beberapa hal yang dapat disimpulkan antara lain; praktik literasi sadar atau tidak sudah
dipraktekkan di MAN, meskipun demikian minat baca dan akses ke perpustakaan masih
perlu ditingkatkan, beberapa madrasah masih terkendala sarana prasarana perpustakaan
dan bahan bacaan, dan direkomendasikan agar Kemenag membuat regulasi tersendiri yang
mengatur pelaksanaan gerakan literasi madrasah.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada Kepala Balai, Narasumber, Pemakalah,
Peserta, serta para panitia yang telah berkontribusi atas berjalannya kegiatan seminar hasil
penelitian ini.Semoga Allah Swt selalu meridhai semua usaha baik kita.
Salatiga, 13 Desember 2017
174
KEPUTUSAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANGNOMOR 2895/Blt.02.1/KP.07.5/10/2017
TENTANGPEMBENTUKAN TIM PELAKSANA PENELITIAN ISU ISU AKTUAL
LEKTUR KHAZANAH KEAGAMAAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG,Menimbang : bahwa dalam rangka untuk melaksanakan Penelitian Isu Isu Aktual Lektur Khazanah
Keagamaan dan Manajemen Organisasi dipandang perlu menetapkan KeputusanKepala Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang tentang PembentukanTim Pelaksana Penelitian Isu Isu Aktual Lektur Khazanah Keagamaan danManajemen Organisasi.
Mengingat : 1. Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;2. Keputusan Menteri Agama No.346 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama;3. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 49/PMK.02/2017 tentang Standar Biaya
Masukan Tahun Anggaran 2017;4. DIPA Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang Nomor : SP DIPA-
025.11.2.425322/2017 tanggal 05 Desember 2016.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMASEMARANG TENTANG PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA PENELITIAN ISU ISUAKTUAL LEKTUR KHAZANAH KEAGAMAAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI
Kesatu : Tim Pelaksana penelitian isu isu aktual Lektur Khazanah Keagamaan dan ManajemenOrganisasi terdiri atas unsur Tim Sekretariat, Tim Peneliti, Tim Pembantu Peneliti.
Kedua : Mengangkat pegawai yang namanya tersebut dalam lampiran Surat Keputusan inimenjadi Tim Pelaksana.
Ketiga : Tugas dan kewajiban tim tersebut pada diktum pertama yakni melaksanakanPenelitian Isu Isu Aktual Lektur Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasidan melaporkan hasilnya kepada Kepala Balai Litbang Agama Semarang.
Keempat : Segala pengeluaran sebagai akibat dari keputusan ini dibebankan kepada DIPA BalaiPenelitian dan Pengembangan Agama Semarang T.A. 2017 Nomor: SP DIPA-025.11.2.425322/2017 tanggal 05 Desember 2016 dibebankan pada MAK:025.11.04.5311.001.003.055.B.
Kelima : Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan sampai dengan ketentuan bahwaapabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakanpembetulan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di SemarangPada tanggaL 25 Oktober 2017
175
LAMPIRAN 1KEPUTUSAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANGNOMOR 2895 /Blt.02.1/KP.07.5/10/2017TENTANG PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA PENELITIAN ISU ISU AKTUAL LEKTUR KHAZANAHKEAGAMAAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI
DAFTAR NAMA ANGGOTA TIM SEKRETARIATPENELITIAN ISU ISU AKTUAL LEKTUR KHAZANAH KEAGAMAAN DAN MANAJEMEN
ORGANISASI
No. Nama Jabatan dalam Tim Jobdesk1. Koeswinarno Koordinator Penanggung Jawab
2. Siti Barokah Sekretariat Pengarah Kegiatan
3. Nanang Slamet Murdiyat Sekretariat Supervisi Administrasi Keuangan
4. Siti Sarifah Sekretariat Supervisi Administrasi Umum
5. Novita Dwi Ariningrum Sekretariat Supervisi Persuratan
6. Rahendra Sukma Sekretariat Administrasi Keuangan
Ditetapkan di SemarangPada tanggal 25 Oktober 2017
176
KEPUTUSAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG
NOMOR 3188/Blt.02.1/KP.07.5/12/2017 TENTANG
PENUNJUKAN NARASUMBER DAN MODERATOR SEMINAR HASIL PENELITIAN ISU ISU AKTUAL LEKTUR PENDIDIKAN AGAMA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG, Menimbang : bahwa dalam rangka untuk melaksanakan Kegiatan Seminar Hasil Penelitian Isu Isu
Aktual Lektur Pendidikan Agama dipandang perlu menetapkan Keputusan Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang tentang Penunjukan Narasumber Dan Moderator Seminar Hasil Penelitian Isu Isu Aktual Lektur Pendidikan Agama.
Mengingat : 1. Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; 2. Keputusan Menteri Agama No.346 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama; 3. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 33/PMK.02/2016 tentang Standar Biaya
Masukan Tahun Anggaran 2017; 4. DIPA Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang Nomor : SP DIPA-
025.11.2.425322/2017 tanggal 07 Desember 2016. MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG TENTANG PENUNJUKAN NARASUMBER DAN MODERATOR SEMINAR HASIL PENELITIAN ISU ISU AKTUAL LEKTUR PENDIDIKAN AGAMA
Kesatu : Menunjuk Narasumber dan Moderator Seminar Hasil Penelitian Isu Isu Aktual Lektur Pendidikan Agama.
Kedua : Tugas dan kewajiban tim tersebut pada diktum pertama yakni Narasumber , Moderator Seminar Hasil Penelitian Isu Isu Aktual Lektur Pendidikan Agama.
Ketiga : Segala pengeluaran sebagai akibat dari keputusan ini dibebankan kepada DIPA Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang Nomor : SP DIPA- 025.11.2.425322/2017 tanggal 07 Desember 2016 dibebankan pada MAK: 025.11.04.5311.001.003.059.A.523121.
Keempat : Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di Semarang Pada tanggal 05 Desember 2017 KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG KOESWINARNO
177
LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG NOMOR 3188/Blt.02.1/KP.07.5/12/2017 TENTANG PENUNJUKAN NARASUMBER DAN MODERATOR SEMINAR HASIL PENELITIAN ISU ISU AKTUAL LEKTUR PENDIDIKAN AGAMA
DAFTAR NAMA NARASUMBER DAN MODERATOR SEMINAR HASIL PENELITIAN ISU ISU AKTUAL LEKTUR PENDIDIKAN AGAMA
No. Nama Jabatan
1. Sofie Dewayani Narasumber
2. Lisnawati Ruhaena Narasumber
3. Noor Imanah Narasumber
4. Bisri Ruchani Moderator
5. Roch. Aris Hidayat Moderator
6. Samisi Moderator
Ditetapkan di Semarang Pada tanggal 05 Desember 2017 KEPALA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG KOESWINARNO
178
KEMENTERIAN AGAMA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG
Jl. Untung Suropati Kav. 70, Bambankerep-Ngaliyan Semarang 50185, Telp. (024) 7601327, Facs. (024) 7611386
e-mail: [email protected]. Web : [email protected]
JADWAL PELAKSANAAN SEMINAR HASIL PENELITIAN
“ISU-ISU AKTUAL BIDANG LEKTUR, KHAZANAH KEAGAMAAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI” Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada Madrasah Aliyah Negeri di D. I. Yogyakarta dan Jawa Timur
Hotel Grand Wahid, Salatiga, 13 – 15 Desember 2017
Hari/Tanggal Kegiatan Narasumber/Moderator/Panitia Rabu, 13 Desember 2017 13.00 – 17.00 WIB Registrasi Peserta Panitia 19.30 – 21.30 WIB Pembukaan oleh Kepala Balai Litbang Agama Semarang
Prof. (R). Dr. H. Koeswinarno, M.Hum. Moderator:
21.30 – 21.45 WIB Coffee Break Panitia 21.45. – 08.00 WIB ISHOMA Panitia
Kamis, 14 Desember 2017 08.00 – 10.00 WIB Paparan Hasil Penelitian I
“Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada MAN Kediri” Penyaji : Moch. Lukluil Maknun, M.A. “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada MAN 1 Malang Jawa Timur” Penyaji: Samidi, S.Ag., M.S.I. “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada MAN Surabaya Jawa Timur” Penyaji: Nur Laili Noviani, S.Psi. “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada MAN Tuban Jawa Timur” Penyaji: Mustolehuddin, S.Ag., S.IPI., M.S.I.
Narasumber:
Sofie Dewayani, Ph.D Yayasan Litera Bandung
Moderator:
Drs. R. Aris Hidayat, M.Pd
179
KEMENTERIAN AGAMA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG
Jl. Untung Suropati Kav. 70, Bambankerep-Ngaliyan Semarang 50185, Telp. (024) 7601327, Facs. (024) 7611386
e-mail: [email protected]. Web : [email protected]
10.00 – 10.15 WIB Coffee Break
10.15 – 12.15 WIB Paparan Hasil Penelitian II “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada MAN 3 Sleman Yogyakarta” Penyaji : Drs. R. Aris Hidayat, M.Pd “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada MAN 3 Bantul Yogyakarta” Penyaji: Drs. Bisri Ruchani “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada MAN 2 Wates Kulon Progo Yogyakarta” Penyaji: Umi Masfiah, M.Ag.
Narasumber: Drs. H. Mumammad Lutfi Hamid, M.Ag
Kakanwil Kementerian Agama DIY
Moderator: Drs. Bisri Ruchani
12.15 – 13.00 WIB Coffee Break Panitia 13.00 – 15.00 WIB Paparan Hasil Penelitian III
“Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada MAN 1 Kota Yogyakarta” Penyaji : Agus Iswanto, S.S., M.A.Hum. “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada MAN Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta” Penyaji: Nurul Huda, S.Th.I. “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada MAN Jombang Jawa Timur” Penyaji: Subkhan Ridlo, S.Ag., MA.Hum.
Narasumber: Dr. Lisnawati Ruhaena, M.Si.
Moderator: Dr. Samidi., M.S.I
15.00 – 15.30 WIB Coffee Break Panitia
180
KEMENTERIAN AGAMA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG
Jl. Untung Suropati Kav. 70, Bambankerep-Ngaliyan Semarang 50185, Telp. (024) 7601327, Facs. (024) 7611386
e-mail: [email protected]. Web : [email protected]
15.30 – 17.30 WIB Lanjutan Diskusi SC
17.30 – 19.30 WIB ISHOMA Panitia 19.30 – 21.30 WIB Perumusan Rekomendasi
SC
Jum’at, 15 Desember 2017 08.00 – 10.00 WIB Sidang Pleno
SC
10.00 – 12.00 WIB Penutupan
Panitia
Semarang, 5 Desember 2017 Panitia
183
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG
Jl. Untung Suropati Kav. 69-70 Bambankerep-Ngaliyan Semarang-50185 Telp. (024) 7601327 Fax. (024) 7611386
e-mail : [email protected]
Nomor : B.3171/Blt.02/1/TL.02/12/2017 4 Desember 2017 Sifat : Penting Lampiran : 3 (tiga) lembar Hal : Permohonan Peserta Yth. (daftar nama terlampir)
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang akan menyelenggarakan kegiatan Seminar Penelitian Isu – isu Aktual Bidang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi tahun 2017 dengan judul “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada MAN di D.I. Yogyakarta dan Jawa Timur”. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada: Hari, Tanggal : Rabu – Jum’at; 13 – 15 Desember 2017 Tempat : Grand Wahid Hotel Salatiga
Jln. Jendral Sudirman No. 2 Salatiga Telp. (0298) 328500 Check In : Rabu, 13 Desember 2017 Pukul 14.00 - 17.00 WIB Pembukaan : Rabu, 13 Desember 2017 Pukul 19.00 - Selesai
Sehubungan dengan hal tersebut kami mohon Bapak/Ibu berkenan menugaskan Pegawai (alokasi terlampir) untuk menjadi peserta aktif pada kegiatan dimaksud, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Membawa surat tugas dari pimpinan unit kerja yang bersangkutan. 2. Memperoleh pengganti biaya transportasi pergi-pulang dan uang saku sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. 3. Selama kegiatan peserta mendapat pelayanan konsumsi dan akomodasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. 4. Konfirmasi kesediaan disampaikan kepada panitia selambat-lambatnya tanggal 11
Desember 2017, contact person Sdr. Arda Ridhaffa dengan nomor HP. 085 729 842 076/ nomor Telp. (024) 7601327
5. Mengisi form biodata peserta sebagaimana terlampir dan mengirimnya kembali kepada panitia melalui fax. (024) 7611386 dan/atau email ke [email protected] selambat-lambatnya tanggal 11 Desember 2017.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang
Koeswinarno
184
Lampiran Surat : Permohonan Peserta
Nomor : B. 3171/Blt.02/1/TL.02/12/2017 Tanggal : 4 Desember 2017
BIODATA PESERTA
SEMINAR HASIL PENELITIAN ISU – ISU AKTUAL BIDANG LEKTUR, KHAZANAH KEAGAMAAN
DAN MANAJEMEN ORGANISASI TAHUN 2017 RABU – JUM’AT (13 – 15 Desember 2017)
GRAND WAHID HOTEL SALATIGA
Nama Lengkap : __________________________________________________
Tempat, tanggal lahir : __________________________________________________
NIP (PNS) : __________________________________________________
Instansi/Lembaga : __________________________________________________
: __________________________________________________
Jabatan : __________________________________________________
__________________________________________________
Alamat Kantor : __________________________________________________
__________________________________________________
Telp./Fax. : __________________________________________________
Alamat Rumah : __________________________________________________
__________________________________________________
Telp./HP : __________________________________________________
Email : __________________________________________________
....................., Desember 2017 Peserta
(......................................................)
185
Lampiran Surat : Permohonan Peserta
Nomor : B. 3171/Blt.02/1/TL.02/12/2017 Tanggal : 4 Desember 2017
ALOKASI PESERTA SEMINAR HASIL PENELITIAN
ISU – ISU AKTUAL BIDANG LEKTUR, KHAZANAH KEAGAMAAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI TAHUN 2017
RABU – JUM’AT (13 – 15 Desember 2017) GRAND WAHID HOTEL SALATIGA
NO UNIT KERJA UNSUR YANG DIUNDANG JUMLAH 1 Kementerian Agama Kab. Kulonprogo Kasi Penma Kab. Kulonprogo 1 (satu) 2 Kementerian Agama Kab. Sleman Kasi Penma Kab. Sleman 1 (satu) 3 Kementerian Agama Kab. Bantul Kasi Penma Kab. Bantul 1 (satu) 4 MAN 3 Sleman Kepala MA 1 (satu) 5 MAN 3 Bantul Kepala MA 2 (dua) 6 MAN 2 Kulonprogo Kepala MA 1 (satu) 7 LPPM IAIN Salatiga Peneliti 1 (satu) 8 LPPM IAIN Surakarta Peneliti 1 (satu) 9 LPPM UIN Yogyakarta Peneliti 1 (satu) 10 Kementerian Agama Kota Semarang Kasi Penma Kota Semarang 1 (satu) 11 Kementerian Agama Kab. Semarang Kasi Penma Kab. Semarang 1 (satu) 12 Kementerian Agama Kota Salatiga Kasi Penma Kota Salatiga 1 (satu) 13 Balai Diklat Keagamaan Semarang Widyaiswara 1 (satu) 14 MAN 1 Kota Semarang Kepala MA 1 (satu) 15 MAN 2 Kota Semarang Kepala MA 1 (satu) 16 MAN 1 Kota Magelang Kepala MA 1 (satu) 17 MAN 1 Kota Salatiga Kepala MA 1 (satu) 18 MAN Insan Cendekia Kota Pekalongan Kepala MA 1 (satu) 19 MAN 1 Kudus Kepala MA 1 (satu) 20 MA Nurul Umah Kota Gede Yogyakarta Kepala MA 1 (satu) 21 MA NU Banat Kudus Kepala MA 1 (satu) 22 MAN 1 Surakarta Kepala MA 1 (satu) 23 Kanwil Kementerian Agama D.I. Yogyakarta Kabid Penma Kanwil DIY 1 (satu) 24 Kanwil Kementerian Agama Jawa Tengah Kabid Penma Kanwil Jateng 1 (satu) 25 MAN Kendal Kepala MA 1 (satu) 26 MA Futuhiyyah 2 Demak Kepala MA 1 (satu) 27 MAN Kab. Magelang Kepala MA 1 (satu) 28 MAN 1 Kota Yogyakarta Kepala MA 1 (satu) 29 MAN 1 Kab. Gunungkidul Kepala MA 1 (satu)
Total 29 Orang
186
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG
Jl. Untung Suropati Kav. 70, Bambankerep-Ngaliyan Semarang 50185, Telp. (024) 7601327, Facs. (024) 7611386
e-mail: [email protected]
Nomor : B.3172/Blt.02.1/TL.02/12/2017 4 Desember 2017 Sifat : Penting Lampiran : - Hal : Permohonan Narasumber Yth. Ketua Yayasan Litera Bandung
Dengan hormat kami sampaikan bahwa Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang pada Tahun Anggaran 2017 akan menyelenggarakan kegiatan Seminar Penelitian Isu – isu Aktual Bidang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi tahun 2017 dengan judul “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah pada Madrasah Aliyah Negeri di Jatim dan DIY”, pada : Hari, Tanggal : Kamis, 14 Desember 2017 Tempat : Grand Wahid Hotel Salatiga
Jln. Jendral Sudirman No. 2 Salatiga Telp. (0298) 328500. Waktu : 08.00 – 10.00 WIB
Sehubungan dengan hal tersebut kami mohon Bapak/Ibu berkenan menugaskan Sofie Dewayani, Ph.D untuk menjadi narasumber pada kegiatan dimaksud. Adapun ketentuan narasumber sebagai berikut:
1. Membawa surat tugas dari pimpinan unit kerja yang bersangkutan; 2. Membawa fotokopi NPWP; 3. Mengirimkan materi/makalah kepada pantia paling lambat tanggal 11 Desember 2017
melalui e-mail:[email protected] ,contact person Sdr. Putri, Hp. 085640985329.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Kepala Balai Litbang Agama Semarang
Koeswinarno
187
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG
Jl. Untung Suropati Kav. 70, Bambankerep-Ngaliyan Semarang 50185, Telp. (024) 7601327, Facs. (024) 7611386
e-mail: [email protected]
Nomor : B.3172/Blt.02.1/TL.02/12/2017 4 Desember 2017 Sifat : Penting Lampiran : - Hal : Permohonan Narasumber Yth. Kepala Kanwil Kementerian Agama DIY
Dengan hormat kami sampaikan bahwa Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang pada Tahun Anggaran 2017 akan menyelenggarakan kegiatan Seminar Penelitian Isu – isu Aktual Bidang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi tahun 2017 dengan judul “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah pada Madrasah Aliyah Negeri di Jatim dan DIY”, pada : Hari, Tanggal : Kamis, 14 Desember 2017 Tempat : Grand Wahid Hotel Salatiga
Jln. Jendral Sudirman No. 2 Salatiga Telp. (0298) 328500. Waktu : 10.15 – 12.15 WIB
Sehubungan dengan hal tersebut kami mohon Bapak berkenan untuk menjadi narasumber pada kegiatan dimaksud. Adapun ketentuan narasumber sebagai berikut:
1. Membawa surat tugas dari pimpinan unit kerja yang bersangkutan; 2. Membawa fotokopi NPWP; 3. Mengirimkan materi/makalah kepada pantia paling lambat tanggal 11 Desember 2017
melalui e-mail:[email protected] ,contact person Sdr. Putri, Hp. 085640985329.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Kepala Balai Litbang Agama Semarang
Koeswinarno
188
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA SEMARANG
Jl. Untung Suropati Kav. 70, Bambankerep-Ngaliyan Semarang 50185, Telp. (024) 7601327, Facs. (024) 7611386
e-mail: [email protected]
Nomor : B.3172/Blt.02.1/TL.02/12/2017 4 Desember 2017 Sifat : Penting Lampiran : - Hal : Permohonan Narasumber Yth. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dengan hormat kami sampaikan bahwa Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang pada Tahun Anggaran 2017 akan menyelenggarakan kegiatan Seminar Penelitian Isu – isu Aktual Bidang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi tahun 2017 dengan judul “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah pada Madrasah Aliyah Negeri di Jatim dan DIY”, pada : Hari, Tanggal : Kamis, 14 Desember 2017 Tempat : Grand Wahid Hotel Salatiga
Jln. Jendral Sudirman No. 2 Salatiga Telp. (0298) 328500. Waktu : 13.00 – 15.00 WIB
Sehubungan dengan hal tersebut kami mohon Bapak berkenan untuk menugaskan Dosen atas nama Dr. Lisnawati Ruhaena, M.Si untuk menjadi narasumber pada kegiatan dimaksud. Adapun ketentuan narasumber sebagai berikut:
1. Membawa surat tugas dari pimpinan unit kerja yang bersangkutan; 2. Membawa fotokopi NPWP; 3. Mengirimkan materi/makalah kepada pantia paling lambat tanggal 11 Desember 2017
melalui e-mail:[email protected] ,contact person Sdr. Putri, Hp. 085640985329.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Kepala Balai Litbang Agama Semarang
Koeswinarno
189
DOKUMENTASI KEGIATAN SEMINAR HASIL PENELITIAN ISU-ISU AKTUAL BIDANG LEKTUR, KHAZANAH KEAGAMAAN, DAN MANAJEMEN ORGANISASI
Hotel Grand Wahid, Salatiga, 13 – 15 Desember 2017