EFEKTIVITAS PEMBINAAN NARAPIDANA ANAK OLEH LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KLAS II-A TANJUNG GUSTA,...

142
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009 EFEKTIVITAS PEMBINAAN NARAPIDANA ANAK OLEH LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KLAS II-A TANJUNG GUSTA, MEDAN SKRIPSI DIAJUKAN O L E H : NANI WITA SEMBIRING 050902004 DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Transcript of EFEKTIVITAS PEMBINAAN NARAPIDANA ANAK OLEH LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KLAS II-A TANJUNG GUSTA,...

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

EFEKTIVITAS PEMBINAAN NARAPIDANA ANAK

OLEH LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK

KLAS II-A TANJUNG GUSTA, MEDAN

SKRIPSI

DIAJUKAN O L E H :

NANI WITA SEMBIRING

050902004

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRAK NAMA : Nani Wita Sembiring NIM : 050902004 JUDUL : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan Anak adalah putra kehidupan, masa depan bangsa dan negara. Oleh karena itu anak memerlukan pembinaan, bimbingan khusus agar dapat berkembang fisik, mental dan spiritualnya secara maksimal. Dalam menjalani proses kehidupannya bukan tidak mungkin seorang anak terlibat dalam konflik hukum yang menyebabkan dirinya harus menjalani pidana. Sungguh merupakan suatu hal yang sangat berat jika melihat anak yang seharusnya dapat bermain secara bebas harus dirampas kemerdekaannya untuk menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan. Pemasyarakatan dianggap dapat memberikan pembinaan karena tujuan utama dari pemasyarakatan adalah untuk menjadikan pelaku tidak mengulangi perbuatan jahatnya, sistem pemasyarakatan dengan demikian harus diciptakan pembinaan yang tepat sesuai bagi narapidana itu. Skripsi ini bertujuan untuk dapat mengetahui efektivitas pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta, Medan. Penelitian ini berbentuk deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan (menggambarkan) tentang fakta dan kondisi atau gejala yang menjadi objek penelitian. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 orang yaitu narapidana yang telah menjadi narapidana di LAPAS, dimana narapidana tersebut yang peneliti anggap dapat mengerti dan memahami manfaat dari pembinaan yang diberikan adalah narapidana kategori usia remaja yaitu 12 - 21 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner, wawancara dan observasi. Teknik analisa data yang dilakukan adalah dengan mentabulasi data-data yang diperoleh dan disusun dalam bentuk tabel tunggal. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pembinaan narapidana anak oleh Lembaga Pemasyarakatan anak Tanjung Gusta sudah dapat dikatakan efektif, dilihat dari pemahaman narapidana terhadap pembinaan yang ada di Lapas yaitu sebagian besar narapidana memahami tentang jenis-jenis pembinaan di Lapas, sikap narapidana yang sebagian besar merasa tertarik dan sungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembinaan, dan reaksi narapidana yang diwujudkan melalui partisipasi serta keterlibatan narapidana terhadap pembinaan yang diberikan. Selain itu sebagian besar narapidana merasakan manfaat yang nyata terhadap pengetahuan, keterampilan dan keimanan narapidana setelah mengikuti pembinaan di Lapas Anak. Namun masih ada hambatan dalam pelaksanaannya yaitu jumlah penghuni Lapas yang tidak sesuai dengan daya tampung (over kapasitas), kurangnya sarana dan prasarana serta minimya anggaran. Bagi pihak Lapas agar lebih meningkatkan mutu pembinaan, pembinaan agar disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di luar lembaga, perlunya ditambah personil di Lapas dan perlunya peran serta aktif Pemerintah khususnya Departemen Hukum dan HAM agar mengatasi masalah kekurangan dana anggaran dan peningkatan fasilitas. Kata-kata kunci (keywords) : Efektivitas, Pembinaan narapidana

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur , hormat dan kemuliaan kupanjatkan bagiMu Tuhan yang

kukenal dalam Nama Tuhan Yesus Kristus. Hanya Engkaulah yang telah memberikan

hikmat dan pengetahuan serta kasih yang kekal dan kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “ Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak

OLeh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta Medan “.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan

sehingga mengurangi nilai dari kesempurnaannya. Hal ini terutama dikarenakan

keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kebaikan di masa yang

akan datang.

Penulis juga menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,

dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih, diantaranya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan

Sosial Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Agus Suriadi, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih

atas bimbingan, arahan, pemikiran, saran, kritik, dan pandangannya yang berguna

bagi penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

4. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah mengajar dan membimbing penulis

selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Siswanto, Bc.IP, SH selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas

II-A Tanjung Gusta Medan.

6. Bapak Bangsi Tarigan, SH selaku Ka.Sie.Bimbingan Narapidana dan Bapak

Helman Leonard Batubara, A.Ks selaku Ka.Sub.Sie Bimker , seluruh staf pegawai

dan seluruh responden yang telah memberikan waktu, informasi serta kerjasama

yang baik kepada penulis.

7. Kepada kedua orang tua yang sangat penulis cintai, Mama Asnah Tarigan, BA

dan Bapak Drs. Nanggip Sembiring. Terima kasih untuk segala kasih sayang,

dukungan, doa dan perhatian yang Mama dan Bapak berikan selama ini. Tuhan

selalu berkati keluarga kita.

8. Kakakku Tercinta Nina Ita Sembiring, SE dan Adikku Suranta Sembiring, terima

kasih untuk segala dukungan yang selama ini kalian berikan.

9. Abangku yang Tercinta, yang telah tinggal bersama Bapa di sorga dalam

kekekalan abadi Alm. Maklum Hariatin Sembiring. “ Kematian bukanlah sebuah

titik tapi kematian adalah sebuah koma “ .

10. Seseorang yang telah memiliki hatiku, seseorang yang selalu sabar menghadapiku

Briptu. Polman Rumahorbo makasih untuk segala cinta dan kasih yang telah

diberikan kepadaKu selama ini. Syukur Kupanjatkan kepada Tuhan karena Dia

telah memberiku seseorang sepertimu.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

11. SahabatKu Putri Anne Sembiring, Pote makasi ya untuk persahabatan kita selama

hampir 4 tahun ini. Makasi selalu setia menemani aku selama penelitian, tetap

semangat dengan skripsinya.

12. SahabatKu RINJOL alias JOLEM alias Rina Sartika Ginting, sahabat kecilku

yang selalu tegar dan tabah dalam menjalani hidup ini. Seorang sahabat yang

selalu ceria dalam setiap kondisi. Makasi untuk semua nasehat-nasehatnya.

13. Sahabat-sahabatKu Hotnida Purba, Kristina Sembiring, Nissa Harahap, Jhon Ray

Silaban, Ian Timbul Simamora, Fanny Ruzmadani Lubis. Makasi untuk semua

canda dan tawa yang selama ini kita lewati bersama.

14. Teman-teman seperjuanganKu di kesos “05 : Jolly, July Darto, Jonnis, Fitri, Selfi,

dan semuanya. Makasi untuk kenangan-kenangan yang udah kita lewati selama

hampir 4 tahun ini. Semoga kita sukses.

Akhir kata atas segala bimbingan dan bantuan lainnya yang telah

diberikan dalam penyelesaian skripsi ini, Penulis mengucapkan terima kasih

banyak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2009

Penulis

Nani Wita Sembiring

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak………………………………………………………………………. .......... i

Kata Pengantar………………………………………………………………. .......... ii

Daftar Isi……………………………………………………………………… ........ v

Daftar Tabel………………………………………………………………….. ........ . ix

Daftar Bagan………………………………………………………………….. ........ xiv

Daftar Lampiran………………………………………………………………. ........ xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 8

2.1 Perumusan Masalah .................................................................................... 8

3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8

4.1 Manfaat Penelitian…………………………………………….. ................... 8

5.1 Sistematika Penulisan………………………………………… .................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas................................................................................................. 10

2.1.1 Pengertian Efektivitas ......................................................... 10

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas ......................................... 11

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

2.1.3 Masalah Dalam Pengukuran Efektivitas ............................... 11

2.2 Lembaga Pemasyarakatan ............................................................... 16

2.2.1 Pengertian Lembaga Pemasayarakatan ................................. 16

2.2.2 Lembaga Pemasyarakatan Anak…………………... ............. 17

2.2.3 Petugas Pemasyarakatan ....... ……………………………… 18

2.3 Pembinaan…………………………………………………….. ........ 20

2.3.1 Pengertian Pembinaan ........ ………………………………… 20

2.3.2 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Pembinaan……………… ....... 22

2.4 Anak………………………………………………………….. ......... 23

2.4.1 Pengertian Anak………………………………………. ........ 23

2.4.2 Hak dan Kewajiban Anak…………………………… .......... 25

2.5 Sistem Pemasyarakatan…………...………………………… .......... 28

2.5.1 Konsep Sistem Pemasyarakatan…………………… ............ 28

2.5.2 Pembinaan Dalam Sistem Pemasyarakatan…………. .......... 30

2.6 Kerangka Pemikiran……………………………………………. ...... 33

2.7 Definisi Konsep dan Definisi Operasional…………………... ......... 36

2.7.1 Definisi Konsep………………………………………… ..... 36

2.7.2 Definisi Operasional……………………………………… .. 37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian…….……………………………………… .............. 38

3.2 Lokasi Penelitian…………………………………………… ........... 38

3.3 Populasi dan Sampel………….……………………………... .......... 38

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

3.3.1 Populasi……………………………………………… .......... 38

3.3.2 Sampel…………………………………………………........ 39

3.4 Teknik Pengumpulan Data……………………………………......... 40

3.5 Teknik Analisa Data……….…………………………………… ..... 41

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis………………………………………………… ........... 42

4.2 Latar Belakang Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Tanjung

Gusta Medan……………………………………. .................................. 42

4.3 Deskripsi Pekerjaan Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Tanjung

Gusta Medan…………………………………………. .......................... 45

4.4 Jenis-Jenis Anak yang Dibina di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA

Tanjung Gusta Medan…………………………………. ........................ 47

4.5 Pembinaan Narapidana……………………………………... ................. 48

4.6 Wujud Pembinaan……………………………………………… ............ 50

4.7 Fasilitas dan Bangunan…………………………………………… ........ 50

BAB V ANALISA DATA

5.1 Hasil Penelitian………………….…….………………………... ..... 60

5.2 Pembahasan……….……………………………………………. ...... 115

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan…………………………………………………… ........ 118

6.2 Saran………………………………………………………….. ........ 120

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. ............ 121

LAMPIRAN

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar Menu Makanan Narapidana 52

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Narapidana 53

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 61

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 62

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama 62

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa 63

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah 64

Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 65

Tabel 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tindak Pidana 66

Tabel 5.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Hukuman 67

Tabel 5.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Hukuman Yang Telah

Dijalani 68

Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Responden Tentang Jenis-Jenis Pembinaan 69

Tabel 5.11 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Keagamaan

70

Tabel 5.12 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Umum 72

Tabel 5.13 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan

Kepramukaan 74

Tabel 5.14 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan

Keterampilan 75

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.15 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Upaya

Pemasyarakatan 76

Tabel 5.16 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Rekreasi 77

Tabel 5.17 Distribusi Jawaban Responden Tentang Ketertarikan Mengikuti

Pembinaan 78

Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesungguhan Mengikuti

Pembinaan 78

Tabel 5.19 Distribusi Jawaban Responden Tentang Cara Pembinaan Yang Diberikan

79

Tabel 5.20 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian pembinaan dengan

minat, bakat dan kemauan 80

Tabel 5.21 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian pembinaan dengan

Jadwal Yang Telah Ditetapkan 81

Tabel 5.22 Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlakuan Petugas Selama

Mengikuti Pembinaan 82

Tabel 5.23 Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterampilan Petugas 83

Tabel 5.24 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kualitas Pembinaan Yang

Diberikan 84

Tabel 5.25 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepatuhan Terhadap Tata Tertib

Yang Berlaku 85

Tabel 5.26 Distribusi Jawaban Responden Yang Melanggar Peraturan Di Lapas 86

Tabel 5.27 Distribusi Jawaban Responden Tentang Tindakan Petugas Apabila

Responden Melanggar Peraturan 86

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.28 Distribusi Jawaban Responden Tentang Ketepatan Melaksanakan

Kewajiban 87

Tabel 5.29 Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterpaksaan Dalam Mengikuti

Pembinaan 88

Tabel 5.30 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecenderungan Responden

Merasa Bosan Dengan Kegiatan Pembinaan 89

Tabel 5.31 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecenderungan Responden

Mendapat Kesulitan Dalam Mengikuti Pembinaan 90

Tabel 5.32 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kondisi Sarana Beribadah 91

Tabel 5.33 Distribusi Jawaban Responden Tentang Keberadaan TV Di Lapas 92

Tabel 5.34 Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilitas Yang Tersedia Di Lapas

93

Tabel 5.35 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kondisi Fasilitas Yang Tersedia

Di Lapas 94

Tabel 5.36 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepuasan Terhadap Fasilitas Di

Lapas 95

Tabel 5.37 Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Mendapat Fasilitas Dari

Luar Lapas 96

Tabel 5.38 Distribusi Jawaban Responden Tentang Perbaikan Fasilitas Di Lapas

97

Tabel 5.39 Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap Pembina Apabila

Responden Sakit 98

Tabel 5.40 Distribusi Jawaban Responden Tentang Menu Makanan Di Lapas 99

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.41 Distribusi Jawaban Responden Tentang Situasi Kamar Tidur Di Lapas

100

Tabel 5.42 Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Masuk Ke Lapas 101

Tabel 5.43 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemahaman Terhadap Tujuan

Pembinaan Yang Diberikan 102

Tabel 5.44 Distribusi Jawaban Responden Merasakan Manfaat Pembinaan 103

Tabel 5.45 Distribusi Jawaban Responden Memiliki Keahlian Komputer Sebelum

Masuk Ke Lapas 104

Tabel 5.46 Distribusi Jawaban Responden Memiliki Keahlian Komputer Setelah

Mengikuti Pembinaan Di Lapas 105

Tabel 5.47 Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Keagamaan

Terhadap Keimanan Responden 106

Tabel 5.48 Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Pendidikan

Umum Terhadap Pengetahuan Responden 107

Tabel 5.49 Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Kepramukaan

Terhadap Watak Dan Jiwa Responden 108

Tabel 5.50 Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Keterampilan

Terhadap Keterampilan Responden 109

Tabel 5.51 Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Upaya

Pemasyarakatan 110

Tabel 5.52 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesungguhan Mengikuti Kegiatan

Pembinaan 111

Tabel 5.53 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pembinaan Sebagai Pedoman

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Setelah Keluar Dari Lapas 112

Tabel 5.54 Distribusi Jawaban Responden Tentang Rencana Jangka Panjang Setelah

Ke Luar Dari Lapas. 113

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.6 Kerangka Pemikiran 35

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Lapas Anak Klas IIA Tanjung Gusta Medan 44

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Dokumentasi

Lampiran 3. Surat Keputusan Komisi Pembimbing

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 5. Surat Keterangan Izin Penelitian Dari Departemen Hukum dan HAM

Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian Dari Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas

IIA Tanjung Gusta Medan

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semua orang tentu saja sependapat bahwa “hidup matinya” suatu bangsa

di masa mendatang sangat tergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak

amat memegang peranan yang penting karena pada dasarnya anak merupakan

generasi pewaris kehidupan suatu bangsa. Oleh karena itu, keadaan bangsa

mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan oleh bangsa tersebut kepada

anak-anak masa kini.

Menciptakan sumber daya yang handal dan tangguh yang dapat bersaing

diperlukan strategi dan budaya yang matang, dimulai dari masa kanak-kanak

sampai masa muda. Masa tersebut merupakan masa perkembangan dan

pertumbuhan yang semestinya memerlukan perhatian khusus. Namun saat ini,

perkembangan kehidupan anak tersebut amat mengkhawatirkan. Hal tersebut

dapat terlihat dari banyaknya kasus-kasus penyimpangan perilaku di kalangan

anak, bahkan lebih dari itu terdapat anak yang melakukan perbuatan melanggar

hukum, tanpa mengenal status sosial dan ekonomi.

Anak yang berkonflik dengan hukum, menurut Badan Pusat Statistik,

setiap tahunnya terdapat lebih dari 4000 perkara pelanggaran hukum yang

dilakukan anak-anak di bawah usia 16 tahun. Tahun 1994 terdapat 9.442 perkara

dan pada tahun 1995 terdapat 4.724 perkara. Dari seluruh anak yang ditangkap

sekitar separuhnya diajukan ke pengadilan dan 83 % dari mereka kemudian

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak. Menurut Badan Penelitian dan

Pengembangan HAM, tercatat jumlah narapidana anak di Lembaga

Pemasyarakatan Anak sebanyak 3.772 anak. Statistik kriminal Badan Pusat

Statistik mencatat jumlah narapidana anak dari tahun 1995 sampai dengan 1997

secara berturut-turut adalah pada tahun 1995 terdapat 5.234 narapidana anak, pada

tahun 1996 terdapat 4.479 narapidana anak dan pada tahun 1997 terdapat 4.079

anak. (http://www.bapenas.go.id/index.php?/contentexpress/KPP/PNBA/BuKu

Perlindungan anak-final./31 Oktober 2008).

Sepanjang tahun 2000, tercatat dalam statistik kriminal kepolisian terdapat

lebih dari 11.344 anak yang disangka sebagai pelaku tindak pidana. Pada awal

tahun 2002, ditemukan 4.325 tahanan anak di rumah tahanan dan lembaga

pemasyarakatan di seluruh Indonesia. Pada rentang waktu yang sama tercatat

9.465 anak yang tersebar di seluruh rumah tahanan dan Lembaga Pemasyarakatan

(http://www.ypha.or.id/files/praktek-praktek sistem peradilan

anak.pdf./31Oktober2008).

Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang

dilakukan oleh anak, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya dampak

negative dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang

komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua, telah membawa perubahan

sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh

terhadap nilai dan perilaku anak. Selain itu, anak yang kurang atau tidak

memperoleh kasih sayang, asuhan, bimbingan dan pembinaan dalam

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

pengembangan sikap, perilaku, penyesuaian diri, serta pengawasan dari orang tua,

wali, atau orang tua asuh akan mudah terseret dalam arus pergaulan masyarakat

dan lingkungannya yang kurang sehat dan merugikan perkembangan pribadinya.

Dalam menghadapi dan menanggulangi berbagai perbuatan dan tingkah

laku anak nakal, perlu dipertimbangkan kedudukan anak dengan segala ciri dan

sifatnya yang khas. Walaupun anak telah dapat menentukan sendiri langkah

perbuatannya berdasarkan pikiran, perasaan dan kehendaknya, tetapi keadaan

sekitarnya dapat mempengaruhi perilakunya. Oleh karena itu, dalam menghadapi

masalah anak nakal, orang tua dan masyarakat sekelilingnya seharusnya lebih

bertanggung jawab terhadap pembinaan, pendidikan dan pengembangan perilaku

anak tersebut.

Anak yang berkonflik dengan hukum membutuhkan perlindungan khusus

dibandingkan anak kelompok lainnya. Anak tersebut harus terpaksa menghadapi

situasi dan keadaan yang amat rentan terhadap kekerasan baik fisik maupun

emosional yang menghancurkan martabat dan masa depan mereka. Negara harus

menjamin terselenggaranya perlindungan anak-anak ketika berkonflik dengan

hukum seperti bunyi konvensi yang telah diratifikasi Pemerintah Indonesia

melalui Keppres No. 36 Tahun 1990. Konvensi hak anak tersebut menyatakan

bahwa setiap anak memiliki hak-hak anak yaitu Pertama, hak untuk hidup, setiap

anak di dunia berhak untuk mendapat akses atas pelayanan kesehatan dan

menikmati standar hidup yang layak, termasuk makanan yang cukup, air bersih,

dan tempat tinggal. Anak juga berhak memperoleh nama dan kewarganegaraan.

Kedua, hak untuk tumbuh dan berkembang, setiap anak berhak memperoleh

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

kesempatan mengembangkan potensinya semaksimal mungkin,berhak

memperoleh pendidikan baik formal maupun formal secara memadai. Konkretnya

anak diberi kesempatan untuk bermain, berekreasi, dan beristirahat. Ketiga, hak

memperoleh perlindungan,artinya setiap anak berhak melindungi dari eksploitasi

ekonomi dan sosial, kekerasan fisik atau mental, penangkapan dan penahanan

yang sewenang-wenang, dan segala bentuk diskriminasi, ini juga berlaku bagi

anak yang tidak lagi mempunyai orang tua dan anak-anak yang berada di tempat

pengungsian. Mereka berhak mendapatkan perlindungan. Keempat, hak untuk

berpartisipasi, artinya setiap anak diberi kesempatan menyuarakan pandangan,

ide-idenya, terutama berbagai persoalan yang berkaitan dengan anak. (Susilowati,

2003: 66-85).

Melihat keadaan demikian menyebabkan pemerintah perlu segera

memikirkan langkah-langkah yang harus diambil demi menyelematkan generasi

muda yang telah mengalami krisis moral sehingga berani berbuat nekat

melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum dimana perbuatan tersebut

cenderung mengarah pada perbuatan kriminal dan berorientasi pada masa depan

anak tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka pemerintah perlu

melakukan pembinaan, memberikan bimbingan, pendidikan serta perhatian

khusus untuk mereka. Adapun pembinaan yang dilakukan terhadap anak

diserahkan kepada pemerintah. Sehubungan dengan tindak pidana yang

dilakukannya pembinaan tersebut lebih diarahkan pada usaha untuk membimbing,

mendidik, memperbaiki atau memulihkan keadaan dan tingkah laku anak tersebut,

sehingga anak dapat kembali menjalani kehidupan sewajarnya ditengah-tengah

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

masyarakat jika telah menyelesaikan masa hukumannya. Oleh pemerintah

pembinaan tersebut diserahkan pada suatu lembaga atau badan yang dinamakan

Lembaga Pemasyarakatan berada dibawah Departemen Kehakiman dengan dasar

hukum UU No.12/1995 tentang Pemasyarakatan yang mengkhususkan pada

Lembaga Pemasyarakatan anak dalam hal pembinaan anak

(http://hukumham.info/index.php?option=com_content&task=view&id/26Oktober

2008).

Anak yang bersalah pembinaannya ditempatkan di Lembaga

Pemasyarakatan (LAPAS) Anak. Lembaga Pemasyarakatan Anak merupakan

sarana perlindungan anak dan pembinaan bagi anak Negara, anak Sipil, dan anak

Pidana yang berdasarkan keputusan pengadilan ditempatkan di Lapas Anak untuk

dibina. Lembaga Pemasyarakatan Anak adalah tempat pendidikan dan pembinaan

bagi narapidana anak. Sasaran akhir dari kehadiran lembaga pemasyarakatan

adalah pembinaan. Di dalam lembaga pemasyarakatan narapidana anak dilindungi

dan dibina agar dapat menyongsong masa depan yang lebih baik, melalui

pembinaan narapidana anak akan memperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia

yang mandiri, bertanggung jawab dan berguna bagi diri sendiri, keluarga,

masyarakat, bangsa dan negaranya.

Salah satu Lapas Anak di Indonesia yang terdapat di Sumatera Utara

adalah Lapas Anak Tanjung Gusta. Lapas Anak Tanjung Gusta merupakan

instansi Pemerintah dan sebagai pelaksana teknisi yang menampung, merawat dan

membina anak Negara yang berkonflik dengan hukum. Sampai awal bulan

februari 2009 Lapas Anak Tanjung Gusta tercatat berpenghuni 859 anak dimana

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

459 anak diantaranya merupakan tahanan dan 400 lainnya merupakan narapidana.

Data berikut ini menunjukkan jumlah penghuni Lembaga Pemasyarakatan Anak

Medan dalam 6 tahun terakhir yaitu tahun 2000 sebanyak 342 orang, tahun 2001

sebanyak 367 orang, tahun 2002 sebanyak 279 orang, tahun 2003 sebanyak 465

orang, tahun 2004 sebanyak 384 orang, tahun 2005 sebanyak 397 orang dan tahun

2006 sebanyak 550 orang (Sumber Data Primer : LP Anak Tanjung Gusta

Medan).

Pembentukan karakter dan perilaku anak di Lapas Anak Tanjung Gusta

dititikberatkan pada program pembinaan yang terdapat di Lapas yang terbagi atas

2 ruang lingkup pembinaan yaitu Program Pembinaan Kepribadian yang meliputi

kesadaran beragama, berbangsa dan bernegara, kemampuan intelektual, kesadaran

hukum, mengintegrasikan diri dengan masyarakat. Pembinaan kepribadian di LPA

terbagi atas 3 bagian yakni Pertama, Pendidikan Keagamaan (diisi oleh

rohaniawan baik Islam, Kristen, Hindu dan Budha) yang membuka banyak

kesempatan kepada anak pidana dalam menata dan mempelajari hal-hal rohani

yang sangat bermanfaat bagi dirinya menjadi bekal masa depan. Kedua,

Pendidikan umum, yang bertujuan untuk mendidik narapidana agar mempunyai

pandangan dan pemikiran yang lebih baik lagi daripada sebelumnya. Ketiga,

Pembinaan kepramukaan yang bertujuan membentuk watak dan jiwa yang sportif

serta bertanggung jawab dalam diri anak pidana sehingga nantinya setelah mereka

keluar dari Lapas dapat diterima kembali di masyarakat. Ruang lingkup

pembinaan selanjutnya yaitu Program Pembinaan Kemandirian, kegiatannya

terdiri atas diklat kerja/keterampilan dan upaya pemasyarakatan. Keseluruhan

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

kegiatan yang terdapat di Lapas Tanjung Gusta bertujuan untuk mempersiapkan

para narapidana agar berani dan siap menyongsong masa depannya.

Pelaksanan program pembinaan harus didukung oleh berbagai sarana dan

prasarana yang memadai dengan memperhatikan faktor efektivitas pembinaan

yang dijalankan dan ketercapaian bagi narapidana anak. Hal ini perlu

memperhatikan bagaimana pelaksanaan program dalam pembinaan kepada

narapidana anak untuk mempersiapkan para narapidana agar berani dan siap

menyongsong masa depannya. Keberhasilan sistem pemasyarakatan dalam

membina narapidana memang bukan mempunyai tolak ukur yang jelas, ahli

kriminolog, sosiolog, dan pemasyarakatan mengatakan jika residivis menurun

maka pemasyarakatan berhasil dalam melaksanakan pembinaan, hal ini belum

dapat dijadikan tolak ukur karena banyak sekali variabel-variabel yang

menyebabkan turunnya residivis, misalnya angka yang luput dari data statistik,

residivis melakukan kejahatan di tempat lain dan lain-lain (Harsono, 1995:4).

Maka kita dapat melihat bahwa keberhasilan pembinaan bukanlah hanya

didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, tetapi juga dengan partisipasi

dari berbagai pihak, subtansi hukum, sosial, dan substansi lainnya. Oleh karena itu

pembinaan harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip dasar pemasyarakatan.

Pembinaan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan haruslah mampu

menumbuhkan suasana yang penuh saling pengertian dan kerukunan, baik

diantara sesama narapidana, maupun antar Pembina dengan yang dibina.

Maka bertitik tolak dari uraian diatas, maka hal ini membuat penulis

merasa tertarik untuk mengadakan penelitian yang dituangkan dalam skripsi

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

berjudul “Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga

Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Efektivitas

Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A

Tanjung Gusta, Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari peneliti mengadakan penelitian ini adalah untuk

mengetahui efektivitas pembinaan narapidana anak oleh Lembaga

Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

atau panduan dalam rangka pengembangan konsep-konsep dan teori-teori dalam

rangka melakukan intervensi pelayanan sosial terhadap anak yang berkonflik

dengan hukum bagi narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A

Tanjung Gusta, Medan.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian,

kerangka pemikiran, definisi konsep, dan definisi operasional.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sample, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi

penelitian.

BAB V: ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian

dan analisinya.

BAB VI: PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 EFEKTIVITAS

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran

yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Efektivitas disebut juga efektif,

apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini

sesuai dengan pendapat Soewarno yang mengatakan bahwa efektivitas adalah

pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Chaster I. Bernard, efektivitas adalah

tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992:27).

Secara Komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat

kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua

tugas-tugas pokoknya atau untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan

sebelumnya (Campbel, 1987:47).

Efektivitas dalam dunia riset ilmu-ilmu sosial dijabarkan dengan

penemuan atau produktivitas, dimana bagi sejumlah sarjana sosial efektivitas

sering kali ditinjau dari sudut kualitas pekerjaan atau program kerja. Dari

pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan pengertian efektivitas yaitu

keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran) yang

telah ditentukan sebelumnya.

Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari

efektivitas, maka tidaklah mengherankan jika terdapat sekian banyak pertentangan

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

pendapat sehubung dengan cara meningkatkannya, cara mengatur dan bahkan cara

menentukan indikator efektivitas. Sehingga, dengan demikian akan lebih sulit lagi

bagaimana cara mengevaluasi tentang efektivitas.

Pengertian yang memadai mengenai tujuan efektivitas ataupun sasaran

organisasi, merupakan langkah pertama dalam pembahasan efektivitas, dimana

sering kali berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam usaha

mengukur efektivitas yang pertama sekali adalah memberikan konsep tentang

efektivitas itu sendiri.

Dari beberapa uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa efektivitas

merupakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas suatu lembaga

secara fisik dan non fisik untuk mencapai serta meraih keberhasilan maksimal.

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas

Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang

berbeda dari lembaga dimana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa

berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dari proses internal yang

terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output yang kemudian

dilemparkan kembali pada lingkungannya.

a. Pendekatan Sasaran (goal approach).

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam

pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan

mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan

pendekatan sasaran ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil

maksimal berdasarkan sasaran resmi “official goal” dengan memperhatikan

permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap

aspek output yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai

tingkat output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba

mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran

yang hendak dicapai.

b. Pendekatan Sumber ( Sistem Resource Approach).

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu

lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu

lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara

keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada

teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya,

Karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya

dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga

tersebut dan output yang dihasilkan juga dilemparkannya kepada lingkungannya.

Sementara itu sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat

langka dan bernilai tinggi.

Dalam mendapatkan berbagai jenis sumber untuk memelihara sistem dari

suatu lembaga merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efektivitas.

Secara sederhana efektivitas seringkali diukur dengan jumlah atau kuantitas

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

berbagai jenis sumber yang berhasil diperoleh dari lingkungan. Pengukuran

efektivitas dengan pendekatan sumber ini mampu untuk memberikan alat ukur

yang sama dalam mengukur efektivitas berbagai lembaga yang jenis dan

programnya berbeda dan tidak dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

sasaran (Cunningham, 1978:635).

c. Pendekatan Proses (internal Process Approach).

Pendekatan proses menganggap efektivitas sebagai efisiensi dan kondisi

kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektiv, proses internal

berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara

terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan

memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber

yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan

lembaga.

2.1.3 Masalah Dalam Pengukuran Efektivitas

Efektivitas selalu diukur berdasarkan prestasi, produktivitas dan laba.

Pengukuran efektivitas dengan menggunakan ssaaran yang sebenarnya dan

memberikan hasil daripada pengukuran efektivitas berdasarkan sasaran resmi

dengan memperhatikan masalah yang ditimbulkannya oleh beberapa hal berikut:

a. Adanya macam-macam output

Adanya bermacam-macam output yang dihasilkan menyebabkan

pengukuran efektivitas dengan pendekatan sasaran menjadi sulit untuk dilakukan.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Pengukuran juga semakin sulit jika ada sasaran yang saling bertentangan dengan

sasaran lainnya.

Efektivitas tidak akan dapat diukur hanya dengan menggunakan suatu

indikator atau efektivitas yang tinggi pada suatu sasaran yang seringkali disertai

dengan efektivitas yang tinggi pada suatu sasaran yang seringkali disertai dengan

efektivitas yang rendah pada sasaran lainnya. Selain itu, masalah juga muncul

karena adanya bagian-bagian dalam suatu lembaga yang mempunyai sasaran

yang berbeda-beda secara keseluruhan, sehingga pengukuran efektivitas seringkali

terpaksa dilakukan dengan memperhatikan bermacam-macam secara simultan.

Dengan demikian, yang diperoleh dari pengukuran efektivitas adalah profil atau

bentuk dari efek yang menunjukkan ukuran efektivitas pada setiap sasaran yang

dimilikinya.

Selanjutnya hal lain yang sering dipermasalahkan adalah frekwensi

penggunaan kriteria dalam pengukuran efektivitas seperti yang dikemukakan oleh

R.M Steers yaitu bahwa kriteria dan penggunaan hal-hal tersebut dalam

pengukuran efektivitas adalah:

a. Adaptabilitas dan fleksibilitas

b. Produktivitas

c. Keberhasilan memperoleh sumber

d. Keterbukaan dalam komunikasi

e. Keberhasilan pencapaian program

f. Pengembangan program

g. Subjektivitas dalam adanya pencapaian (Steers, 1982:546).

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Pengukuran efektivitas dengan menggunakan pendekatan sasaran

seringkali mengalami hambatan, karena sulitnya mengidentifikasi sasaran yang

sebenarnya dan juga karena kesulitan dalam pengukuran keberhasilan dalam

mencapai sasaran. Hal ini terjadi karena sasaran yang sebenarnya dalam

pelaksanaan. Untuk itu ada baiknya bila meninjau pendapat G.W England, bahwa

perlu masuk ke dalam suatu lembaga untuk mempelajari sasaran yang sebenarnya

karena informasi yang diperoleh hanya dari dalam suatu lembaga untuk melihat

program yang berorientasi ke luar atau masyarakat,

Karena sasaran yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, unsur subjektif

itu tidak berpengaruh tetapi untuk sasaran yang harus dideskripsikan secara

kuantitatif, informasi yang diperoleh akan sangat tergantung pada subjektivitas

dalam suatu lembaga mengenai sasarannya. Hal ini didukung oleh pendapat

Richard M. Steers yaitu bahwa lingkungan dan keseluruhan elemen-elemen

kontektual berpengaruh terhadap informasi lembaga dan menentukan tercapai

tidaknya sasaran yang hendak dicapai. Karena itu perbedaan karakteristik faktor-

faktor kontektual ini perlu diperhatikan apabila hendak bermaksud mengukur

efektivitas program yang terdapat pada lingkungan yang berbeda (Steers,

1982:558).

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

2.2 LEMBAGA PEMASYARAKATAN

2.2.1 Pengertian Lembaga Pemasyarakatan

Menurut Pasal 1 butir (3) UU No. 12 Tahun 1995, yang dimaksud dengan

“Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk

melaksanakan pembinaan narapidana atau anak didik pemasyarakatan”. LAPAS

sebagai ujung tombak pelaksanaan asas pengayoman merupakan tempat untuk

mencapai tujuan tersebut di atas melalui pendidikan, rehabilitasi, dan reintegrasi.

Sejalan dengan peran LAPAS tersebut, maka tepatlah apabila petugas

pemasyarakatan yang melaksanakan tugas pembinaan dan pengamanan

Narapidana dalam UU ini ditetapkan sebagai pejabat fungsional penegak hukum.

Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan terhadap

narapidana berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang

merupakan bagian akhir dalam tata peradilan pidana. Lembaga pemasyarakatan

yang berkembang sekarang ini menganut sistem pemasyarakatan yaitu suatu

tatanan arah dan batas serta cara pembinaan terhadap narapidana berdasarkan

pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yang dibina dan

masyarakat untuk meningkatkan kualitas narapidana agar menyadari kesalahan,

memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima

kembali oleh lingkungan masyarakat, dan dapat aktif berperan dalam

pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan

bertanggung jawab.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

2.2.2 Lembaga Pemasyarakatan Anak

Menurut Pasal 60 ayat (1) UU No. 3 Tahun 1997 Lapas Anak adalah

tempat pembinaan dan pendidikan bagi anak pidana, anak Negara dan anak sipil.

Penempatan ini dilakukan terpisah dari narapidana dewasa. Bagi anak yang

ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak (LPA) berhak untuk memperoleh

pendidikan dan latihan, baik formal maupun informal sesuai bakat, dan

kemampuannya serta memperoleh hak-hak lainnya.

Selanjutnya LPA, adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan

Narapidana Anak dan Anak Didik Pemasyarakatan. Selain Lembaga

Pemasyarakatan Anak dikenal juga Balai Pemasyarakatan (BAPAS) yaitu pranata

untuk melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan.

Pada prinsipnya, tidak ada penjara bagi anak bahkan Konvensi Hak Anak

tidak membenarkan adanya penjara anak. Apabila harus direhabilitasi, perlakuan

yang diterima seorang anak harus berbeda dengan tindakan yang dikenakan

terhadap orang dewasa yang melanggar hukum di dalam lembaga

pemasyarakatan. Ketika dijatuhi vonis dan ditetapkan telah melanggar hukum,

maka pemulihan atas kenakalan seorang anak harus dilakukan dalam lingkungan

yang layak. Sehingga anak menjalaninya bukan lagi seperti orang yang dihukum

(dipenjarakan). Lembaga Pemasyarakatan Anak harus dibuat menjadi tempat yang

memiliki nilai, sehingga ketika kembali ke masyarakat akan bisa mematuhi nilai-

nilai dan norma hukum serta tidak melakukan pelanggaran kembali.

Secara umum dapatlah dikatakan bahwa pembinaan dan bimbingan

pemasyarakatan haruslah ditingkatkan melalui pembinaan mental, meliputi

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

pemulihan harga diri sebagai pribadi maupun sebagai warga Negara yang masih

memiliki potensi produktif bagi pembangunan bangsa. Oleh karena itu, maka

mereka dididik untuk menguasai keterampilan tertentu guna dapat hidup mandiri

dan berguna bagi pembangunan bangsa dengan berbekal mental dan keterampilan

yang dimiliki, mereka diharapkan dapat berhasil mengintegrasikan dirinya di

dalam masyarakat. Disadari bahwa untuk melaksanakan bimbingan melalui

berbagai bentuk dan usaha, tentunya menuntut kemmapuan dan tanggung jawab

yang lebih besar daripada pelaksanaannya termasuk dukungan berupa sarana dan

fasilitas yang memadai.

2.2.3 Petugas Pemasyarakatan

Kewajiban untuk mengeluarkan narapidana dari lembaga untuk kembali

ke masyarakat tidak kalah pentingnya daripada tugas untuk memasukkan

narapidana ke dalam lembaga. Berhasilnya tugas untuk mengeluarkan dan

mengembalikan narapidana manjadi anggota masyarakat yang baik dan taat

terhadap hukum, digantungkan kepada petugas-petugas Negara yang diserahi

tugas menjalankan sistem pemasyarakatan.

Adapun petugas pemasyarakatan yang memiliki mental yang baik dan

selalu ditunjukkan dalam 5 aspek, yaitu :

1. Berpikir realistas.

2. Mempunyai kesadaran diri.

3. Mampu membina hubungan sosial dengan orang lain.

4. Mempunyai visi dan misi yang jelas.

5. Mampu mengendalikan emosi

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Berdasarkan surat edaran Dirjen Pemasyarakatan berikut ini adalah

sepuluh kewajiban petugas pemasyarakatan :

1. Menjunjung tinggi hak-hak narapidana.

2. Berlaku adil terhadap narapidana,

3. Menjaga rahasia pribadi narapidana.

4. Memperhatikan keluhan narapidana.

5. Menjaga rasa keadilan masyarakat.

6. Menjaga kehormatan diri dan menjadi teladan dalam sikap dan prilaku.

7. Waspada dan peka terhadap kemungkinan adanya ancaman dan gangguan

keamanan.

8. Bersikap sopan tetapi tegas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

9. Menjaga keseimbangan anatar kepentingan pembinaan dan keamanan.

10. Bersikap welas asih dan tidak sekali-kali menyakiti narapidana.

Petugas Lembaga Pemasyarakatan harus memiliki pengetahuan yang

mendalam tentang seluk-beluk sistem pemasyarakatan dan terus-menerus

meningkatkan kemampuan, dalam menghadapi perangai narapidana. Petugas-

petugas yang dimaksudkan dalam uraian dimuka melakukan peranan sesuai

dengan kewenangannya yang ditunjuk oleh peraturan, dan berusaha menciptakan

bentuk kerjasama yang baik untuk membantu menyelenggarakan “proses

pemasyarakatan” sedemikian rupa dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

2.3 PEMBINAAN

2.3.1 Pengertian Pembinaan

Pembinaan pada dasarnya merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang

dilakukan secara sadar, berencana, terarah dan teratur secara bertanggung jawab

dalam rangka menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan kemammpuan

serta sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan.

Pembinaan terkait dengan pengembangan manusia sebagai bagian dari

pendidikan, baik ditinjau dari segi teoritis maupun praktis. Dari segi teoritis, yaitu

pengembangan pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan dari segi praktisnya

lebih ditekankan pada pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan.

Dengan demikian pembinaan merupakan suatu cara untuk dapat

meningkatkan, mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta

sikap seseorang atau kelompok sehubungan dengan kegiatan, pekerjaan maupun

proses produksi.

Pembinaan juga merupakan proses kegiatan belajar yang dilaksanakan

secara teratur dan terarah untuk mencapai tujuan tertentu sebagaimana yang

dikemukakan A. Mangunhardjana dalam buku Pembinaan Arti dan Metodenya:

“Pembinaan adalah proses belajar melepas hal-hal yang sudah dimiliki dan

mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki dengan tujuan membantu

orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan

pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan

pengetahuan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang dijalaninya

secara lebih” (Mangunhardjana, 1996:12).

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Pendapat lain mengenai pembinaan dikemukakan oleh Y. Suparlan

dalam Kamus Istilah Pekerjaan Sosial yaitu :

“Pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan,

program pembiayaan, penyusunan, koordinasi pelaksanaan dan pengawasan

sesuatu pekerjaan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dengan

hasil semaksimal mungkin” (Suparlan, 1990:109).

Berdasarkan beberapa pengertian tentang pembinaan yang telah

dikemukakan, disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu proses belajar dalam

upaya mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

yang bertujuan untuk lebih meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok

dalam menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan secara teratur dan terencana

sehingga penyelesaian tugas atau pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara efisien

dan efektif.

2.3.2 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Pembinaan

Proses yang terjadi dalam pembinaan berupa penyerapan unsur-unsur

baru yang diperoleh melalui penambahan pengetahuan, keterampilan dan

menerapkannya dalam melaksanakan suatu kegiatan. Pembinaan yang

dilaksanakan ditujukan pada peningkatan kualitas seseorang dalam pengetahuan,

keterampilan dan sikap.

Tujuan pembinaan pada dasarnya untuk menghasilkan masyarakat yang

kreatif dalam arti bertambah dalam pengetahuan, keterampilan, sikap dan

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

motivasinya dan mengaplikasikannya kedalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat

(Suparlan, 1990:116)

Tujuan pembinaan adalah untuk menciptakan pribadi atau kelompok

maupun masyarakat yang terampil dan bersikap mental positif. Hal tersebut

memungkinkan terlaksananya rencana kegiatan yang telah diprogramkan,

sehingga terwujud masyarakat yang aktif dan dinamis.

Adapun fungsi pembinaan seperti dikemukakan oleh

A.Mangunhardjana yaitu:

a) Penyampaian informasi dan pengetahuan.

b) Perubahan dan pengembangan sikap.

c) Latihan dan pengembangan sikap.

Bagi yang mengikuti proses pembinaan, diharapkan mampu memperoleh

manfaat dari pembinaan yang diadakan seperti yang diungkapakan

A.Mangunhardjana sebagai berikut :

a) Melihat diri dan melaksanakan hidup dan kerjanya.

b) Menganalisa situasi hidup dan kerjanya dari segala aspek segi positif dan

negatifnya.

c) Mengemukakan masalah hidup dan masalah dalam kerjanya.

d) Menemukan hal atau bidang hidup dan kerja yang sebaiknya diubah dan

diperbaiki.

e) Merencanakan sasaran program hidup dan kerjanya.(Manguhardjana,1996:14)

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

2.4 Anak

2.4.1 Pengertian anak

Telah banyak para ahli yang membahas dan memberikan pengertian

mengenai masa anak-anak, antara lain ditinjau dari segi umur ataupun ciri-ciri

lainnya. Menurut UU Kerja No.1 Tahun 1951 telah ditetapkan bahwa anak-anak

yaitu yang berusia 14 tahun kebawah. Sedangkan menurut UU RI No.4 Tahun

1979 tentang ketentuan pokok kesejahteraan anak. Anak adalah seorang yang

mencapai usia 21 tahun kebawah dan belum kawin. Kategori usia seorang anak di

Indonesia sangatlah bervariasi. Hukum kita masih memberikan defenisi yang

berbeda tentang anak, tetapi dalam konvensi PBB tentang anak itu diberikan

batasan usia 18 tahun kebawah dengan sama sekali tidak membedakan apakah

sudah kawin atau belum kawin.

Jadi ini agak berbeda dengan UU No.23 Tahun 1999 tentang HAM yang

masih membuat variabel sudah kawin menjadi faktor seorang menjadi sudah

dewasa. Sehingga dalam perspektif terhadap UU No.23 Tahun 2002, kita tidak

meletakkan batasan itu sebagai seorang dikualifikasi sebagai batas dewasa atau

tidak. Dalam konvensi hak anak (KHA) mendefenisikan anak secara umum

sebagai manusia yang belum mencapai usia 18 tahun, namun diberikan juga

pengakuan terhadap batasan usia yang berbeda yang mungkin diterapkan dalam

perundangan nasional.

Anak merupakan sumber daya manusia dimasa depan, oleh sebab itu anak

harus mendapatkan perlindungan agar nantinya dapat menjadi orang dewasa yang

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

sehat, cerdas, dan terampil. Didalam UU RI No.4 Tahun 1974 tentang

kesejahteraan anak, yang berbunyi sebagai berikut :

1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan

berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun di dalam asuhan

khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.

2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan

kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa,

untuk menjadi warga yang baik dan berguna.

3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam

kandungan maupun sesudah dilahirkan.

4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang

membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya

dengan wajar.

Anak-anak dan kaum muda dipandang sebagai satu aset nasional yang

sangat berharga. Oleh karena itu investasi untuk menghasilkan peningkatan modal

manusia harus sejak dini dipersiapkan guna sebagai generasi penerus bangsa dan

negara.

2.4.2 Hak Dan Kewajiban Anak

Dalam UU RI. No.23 tahun 2002 Tentang Perlindugan Anak. Hak Anak

adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi

oleh orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. Dalam hak asasi

tersebut disebutkan tentang berbagai hal antara lain :

Hak Anak yaitu :

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

1. Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi

secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

2. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status

kewarganegaraan.

3. Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan

berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan

orangtua.

4. Setiap anak berhak untuk mengetahui orangtuanya, dibesarkan, diasuh, oleh

orangtuanya sendiri.

5. Dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh dan

berkembangnya anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut

berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan atau jaminan sosial sesuai

dengan kebutuhan fisik, mental, spriritual, dan sosial.

7. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan

bakatnya.

8. Khususnya bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh

pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga

berhak mendapatkan pendidikan khusus.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

9. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, dan

memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi

pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatuhan.

10. Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul

dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan

minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pembangunan diri.

11. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitas, bantuan

sosial, dan pemelihara taraf kesejahteraan sosial.

12. Setiap anak selama dalam pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari

perlakuan seperti :

a. Diskriminasi

b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual

c. Penelantaran

d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan

e. Ketidakadilan, dan

f. Perlakuan salah yang tidak sesuai diperlakukan kepada anak

13. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orangtuanya sendiri, kecuali jika ada

alasan dan atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu

adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan

terakhir.

14. Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari :

a. Penyalahgunaan dalam bidang politik

b. Pelibatan dalam sengketa bersenjata

c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

d. Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan, dan

e. Pelibatan dalam peperangan

15. Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan,

penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

16. Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.

17. Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan

apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai

upaya terakhir.

18. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :

a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan

dari orang dewasa.

b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam

setiap tahapan upaya hukum yang berlaku, dan

c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang

objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup atau umum.

19. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang

berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.

20. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak

mendapatkan bantuan hukum atau bantuan lainnya.

Kewajiban Anak yaitu :

Setiap anak berkewajiban untuk :

a. Menghormati orang tua, wali, dan guru

b. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

c. Mencintai Tanah air, bangsa, dan negar

d. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya

2.5 SISTEM PEMASYARAKATAN

2.5.1 Konsep Sistem Pemasyarakatan

Bagi Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila, pemikiran-pemikiran

baru mengenai fungsi pemidanaan yang tidak lagi sekedar penjeraan tetapi juga

merupakan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial terhadap narapidana

telah melahirkan suatu sistem pembinaan yang sejak lebih dari tiga puluh tahun

yang lalu dikenal dan dinamakan sistem pemasyarakatan.

Sistem pemasyarakatan yang berlaku dewasa ini secara konseptual dan

historis sangat berbeda dengan apa yang berlaku dalam sistem kepenjaraan.

Sistem kepenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan

penjeraan dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan

konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial , sedangkan dalam sistem

pemasyarakatan asas yang dianut menempatkan narapidana sebagai subjek yang

dipandang sebagai pribadi dan warga Negara serta dihadapi bukan dengan latar

belakang pembalasan melainkan dengan pembinaan yang tearah. Narapidana tidak

berbeda dengan manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan

atau kekhilafan yang dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas.

Yang harus diberantas adalah faktor-faktor yang dapat memyebabkan narapidana

berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama, atau

kewajiban-kewajiban sosial lain yang dapat dikenakan pidana.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Harsono merupakan tokoh yang pertama kali melontarkan perlunya

perbaikan perlakuan bagi narapidana yang hidup dibalik tembok penjara, yaitu:

Orang yang telah tersesat diayomi dengan memberikan kepadanya bekal

hidup sebagai warga Negara, dari pengayoman itu nyata bahwa

menjatuhkan pidana bukanlah tindakan balas dendam dari Negara, tobat

tidak akan dapat dicapai dengan penyiksaan, melainkan dengan pembinaan,

terpidana juga tidak dijatuhi pidana siksaan, melainkan terpidana

kehilangan kemerdekaan, Negara telah mengambil kemerdekaan seseorang

dan pada waktunya akan mengembalikan orang itu kedalam masyarakat”

(Harsono, 1995:1).

Sistem pemasyarakatan merupakan suatu rangkaian kesatuan penegakan

hukum pidana, oleh Karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari

pengembangan konsepsi umum mengenai pemidanaan. Pemidanaan adalah upaya

untuk menyadarkan narapidana agar menyesali perbuatannya, dan

mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik, taat kepada hukum,

menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan keagamaan, sehingga tercapai

kehidupan masyarakat yang aman, tertib, dan damai.

Sistem pemasyarakatan di samping bertujuan untuk mengembalikan

narapidana sebagai warga Negara yang baik juga bertujuan untuk melindungi

masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh narapidana,

serta merupakan penerapan dan bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai yang

terkandung dalam pancasila.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Maka dengan itu dapat diuraikan bahwa usaha pergantian dari sistem

kepenjaraan menjadi sistem kemasyarakatan, didasarkan atas pertimbangan sistem

kepenjaraan sudah tidak sesuai lagi dengan kepribadian bangsa Indonesia yang

didalam kehidupan sehari-hari selalu berpedoman dan berlandaskan kepada

falsafah pancasila. Sistem pemasyarakatan yang dikenal ini adalah suatu

pembinaan narapidana yang didasarkan pancasila sebagai falsafah bangsa

Indonesia dan memandang narapidana sebagai makhluk tuhan, sebagai individu

dan sekaligus sebagai anggota masyarakat.

2.5.2 Pembinaan dalam sistem pemasyarakatan

Pembinaan merupakan aspek utama dalam sistem pemasyarakatan sebagai

sistem perlakuan bagi narapidana. Pembinaan narapidana merupakan suatu cara

perlakuan terhadap narapidana yang dikehendaki oleh sistem lembaga

pemasyarakatan dalam usaha mencapai tujuan, yaitu agar sekembalinya

narapidana dapat berperilaku sebagai anggota masyarakat yang baik dan berguna

bagi dirinya sendiri, masyarakat serta Negara.

Upaya pembinaan yang menjadi inti dari kegiatan sistem pemasyarakatan,

merupakan sarana perlakuan cara baru terhadap narapidana untuk mendukung

pola upaya baru pelaksanaan pidana penjara agar mencapai keberhasilan peranan

Negara mengeluarkan narapidana untuk kembali menjadi anggota masyarakat.

Pembinaan narapidana mempunyai arti memperlakukan seseorang yang

berstatus narapidana untuk dibangun agar bangkit menjadi seseorang yang baik.

Atas dasar pengertian yang demikian itu, sasaran yang perlu dibina adalah pribadi

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

dan budi pekerti narapidana yang didorong untuk membangkitkan rasa harga diri

pada diri sendiri dan pada orang lain, serta mengembangkan rasa tanggung jawab

untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tentram dan sejahtera dalam

masyarakat, selanjutnya berpotensi menjadi manusia yang berpribadi luhur dan

bermoral tinggi.

Sistem pembinaan pemasyarakatan dalam Undang-Undang No. 12 tahun

1995 dilaksanakan berdasarkan asas:

1. Pengayoman

Pengayoman adalah perlakuan terhadap narapidana dalam rangka melindungi

masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh narapidana, juga

memberikan bekal hidup kepada narapidana agar menjadi warga yang berguna

dalam masyarakat.

2. Persamaan perlakuan dan Pelayanan

Persamaan perlakuan dan pelayanan adalah pemberian perlakuan dan

pelayanan yang sama kepada narapidana tanpa membeda-bedakan orang.

3. Pendidikan

4. Pembimbingan

Pendidikan dan pembimbingan adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan

dan bimbingan dilaksanakan berdasarkan pancasila antara lain penanaman jiwa

kekeluargaan, keterampilan, pendidikan, kerohanian, dan kesempatan untuk

menunaikan ibadah.

5. Penghormatan harkat dan martabat manusiawi

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Penghormatan dan martabat manusia adalah sebagai orang yang tersesat

narapidana harus tetap diperlakukan sebagai manusia.

6. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan.

Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan narapidana

harus berada dalam LAPAS untuk jangka waktu tertentu, sehingga Negara

mempunyai kesempatan penuh untuk memperbaikinya. Selama di LAPAS

narapidana tetap memperoleh hak-haknya yang lain seperti layaknya manusia,

dengan kata lain hak perdatanya tetap dilindungi seperti hak memperoleh

perawatan kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur, latihan keterampilan,

olahraga, atau rekreasi.

7. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang

tertentu.

Terjaminnya hak untuk berhubungan dengan keluarga dan orang-orang

tertentu adalah bahwa apapun narapidana di LAPAS, tetapi harus didekatkan dan

dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat, antara

lain berhubungan dengan masyarakat dalam bentuk kunjungan, hiburan ke dalam

LAPAS dari anggota masyarakat yang bebas, dan kesempatan berkumpul bersama

sahabat dan keluarga seperti program cuti mengunjungi keluarga.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

2.6 KERANGKA PEMIKIRAN

Seiring dengan kemajuan zaman dalam kenyataannya dewasa ini

pelanggaran hukum yang terjadi dalam masyarakat tidak saja dilakukan oleh

orang dewasa, tetapi juga dilakukan oleh anak-anak. Anak yang berkonflik

dengan hukum membutuhkan perlindungan khusus dibandingkan anak lainnya.

Anak tersebut harus terpaksa menghadapi situasi yang amat rentan terhadap

kekerasan baik fisik maupun emosional yang menghancurkan martabat dan masa

depan mereka.

Anak yang bersalah pembinaannya ditempatkan di Lembaga

Pemasyarakatan (LAPAS) Anak. Lembaga Pemasyarakatan Anak merupakan

sarana perlindungan anak dan pembinaan bagi anak Negara, anak Sipil, dan anak

Pidana yang berdasarkan keputusan pengadilan ditempatkan di LAPAS Anak

untuk dibina.

Oleh karena itu LPA Tanjung Gusta merupakan instansi Pemerintah dan

sebagai pelaksana teknisi yang menampung, merawat dan membina anak Negara

yang berkonflik dengan hukum. Pembentukan karakter dan perilaku anak di LPA

dititikberatkan pada program pembinaan yang terdapat di LPA yang terbagi atas 2

ruang lingkup pembinaan yaitu Pertama, Program Pembinaan Kepribadian yang

terdiri dari Pendidikan keagamaan, Pendidikan Umum, dan Kepramukaan. Kedua,

Program Pembinaan Kemandirian yang terdiri dari Diklat Kerja/Keterampilan dan

Upaya Pemasyarakatan. Pembinaan tersebut bertujuan untuk memperbaiki atau

memulihkan keadaan dan tingkah laku narapidana anak, sehingga anak dapat

kembali menjalani kehidupan sewajarnya ditengah-tengah masyarakat jika telah

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

menyelesaikan masa hukumannya. Serta anak dapat memiliki keterampilan agar

mereka dapat hidup lebih mandiri dan bersikap berkarya.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

BAGAN ALIR PEMIKIRAN

Lembaga Pemasyarakatan Anak

Tanjung Gusta

Program Pembinaan : 01. Pembinaan Kepribadian

a. Pendidikan Keagamaan. b. Pendidikan Umum. c. Kepramukaan.

02. Pembinaan Kemandirian a. Diklat kerja / Keterampilan. b. Upaya Pemasyarakatan.

Narapidana Anak Narapidana Anak

Hasil /Efektivitaas a. Efektif b. Tidak Efektif

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

2.7 DEFINISI KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

2.7.1 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat

perhatian. Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan

secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta

menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Untuk mengertahui pengertian mengenai konsep-konsep yang digunakan maka

peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

a. Efektivitas adalah kemampuan untuk melaksanakan aktivitas atau kegiatan

secara fisik dan non fisik untuk mencapai tujuan serta meraih hasil yang

maksimal.

b. Pembinaan adalah suatu proses belajar dalam upaya mengembangkan dan

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bertujuan untuk

lebih meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok dalam

menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan secara teratur dan terencana

sehingga penyelesaian tugas atau pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara

efisien dan efektif.

c. Narapidana anak adalah anak yang berumur dibawah 21 tahun dan melakukan

pelanggaran hukum.

d. Lembaga Pemasyarakatan Anak adalah tempat untuk melaksanakan

pembinaan bagi narapidana anak.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

2.7.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989:33). Bertujuan

untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka

perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang digunakan untuk bertujuan

menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang

dapat diuji dan diketahui kebenarannya oleh orang lain. Untuk mengetahui

variabel dalam penelitian ini, yaitu dengan melihat berbagai indikator yang akan

diteliti sebagai berikut :

1. Pembinaan yang diberikan

a. Pembinaan Kepribadian yang meliputi :

1. Pendidikan Keagamaan.

2. Pendidikan Umum.

3. Kepramukaan.

b. Pembinaan Kemandirian yang meliputi :

1. Diklat kerja/Keterampilan.

2. Upaya Pemasyarakatan.

2. Hasil ( efektivitas ) :

a. Efektif

b. Tidak Efektif

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga,

masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang

tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998:53). Di dalam penelitian

ini,peneliti menggambarkan secara menyeluruh mengenai Efektivitas Pembinaan

Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung

Gusta,Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A

yang berkedudukan di jalan Pemasyarakatan Tanjung Gusta,Medan. Alasan

peneliti memilih lokasi ini adalah karena Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan

satu-satunya Lembaga Pemasyarakatan Anak yang ada di Sumatera Utara.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,

benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam sustu penelitian

(Nawawi, 1998:141).

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan narapidana yang menjalani

pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta. Jumlah populasi ini

dapat berubah setiap saat karena bebas dan masuknya narapidana baru. Dari data

yang diperoleh tercatat bahwa populasi sampai awal bulan Februari 2009, jumlah

populasi sebanyak 400 narapidana yang terbagi atas 2 kategori yaitu :

1. Narapidana kategori usia anak yaitu narapidana yang berusia dibawah 12

tahun sebanyak 230 narapidana.

2. Narapidana kategori usia remaja yaitu narapidana yang berusia diantara 12 –

21 tahun sebanyak 170 narapidana.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan suatu bagian dalam populasi yang akan diteliti dan yang

dianggap dapat menggambarkan populasinya (Soehartono, 2004:57). Dalam

pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik pengambilan sampel secara

purposive (Purposive Sampling) yaitu pengambilan sampel ditetapkan secara

sengaja oleh peneliti dengan pertimbangan usia narapidana yang telah menjadi

narapidana di LAPAS, dimana narapidana tersebut yang peneliti anggap dapat

mengerti dan memahami manfaat dari pembinaan yang diberikan adalah

narapidana kategori remaja yaitu 12 - 21 tahun.

Dalam suatu penelitian, sering timbul pertanyaan akan besarnya sampel

yang harus diambil untuk mendapatkan data yang representative. Apabila jumlah

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

populasi lebih dari 100, maka yang dijadikan sampel sebesar 10%-15% dan 20%-

25% dari populasi (Arikunto, 1993:112). Peneliti dalam hal ini mengambil sampel

sebesar 20% dari jumlah narapidana kategori usia remaja yaitu sebanyak 170

orang, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Studi Kepustakaan

Yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah

yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, jurnal, majalah, surat kabar

dan berbagai tulisan atau media informasi yang menyangkut masalah yang diteliti.

2. Studi Lapangan

Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan peneliti

langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini ditempuh dengan cara :

a. Observasi (pengamatan), yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu

yang dilakukan dengan mengamati, mendengar dan mencatat yang menjadi

sasaran penelitian.

b. Kuesioner, yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan cara menyebarkan

suatu daftar pertanyaan tertentu untuk dijawab oleh responden.

c. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara

tatap muka atau berhadapan langsung dengan responden yang bertujuan untuk

melengkapi data yang diperoleh dari kuesioner yang diajukan.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

3.5 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah teknik

analisis deskriptif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya.

Untuk menganalisa data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka teknik

yang dipakai adalah teknik analisa dengan menggunakan tabel tunggal.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PRAKTIKUM

4.1 Letak Geografis

Lembaga pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta berlokasi di Jalan

Pemasyarakatan diwilayah kecamatan Medan Helvetia, Kelurahan Tanjung

Gusta, Kotamadya Medan. LPA Tanjung Gusta memiliki lokasi 100 Ha dengan

luas bangunan 12.580 m persegi.

LPA Tanjung Gusta memiliki letak geografis sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan LP Klas I Medan.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Perumahan Penduduk.

- Sebelah Timur berbatasan dengan kompleks perumahan LAPAS.

- Sebelah Barat berbatasan dengan LP Wanita Klas II A Medan.

4.2 Latar Belakang Berdirinya

LPA Tanjung Gusta merupakan LP termuda dari 3 LP yang terdapat di

lokasi tersebut dan merupakan pindahan dari LP yang terdapat di jalan Listrik

Medan yang didirikan oleh Pemerintah Belanda. Pemindahan lokasi ini

berdasarkan pertimbangan sempitnya LP yang lama sehingga tidak dapat

menampung para pelaku tindak kejahatan yang semakin banyak jumlahnya ( over

kapasitas ). Pertimbangan lainnya adalah bahwa lokasi LP yang lama tidak sesuai

bila berada ditengah-tengah kota.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Sebagai tindak lanjutnya pada tahun 1975 didirikan LP kelas II di Tanjung

Gusta. LPA dibangun agar terdapat klasifikasi narapidana menurut usia

(sebelumnya tidak ada klasifikasi menurut umur). Sebagai batasan usia bagi

seorang narapidana untuk dimasukkan ke dalam LPA adalah seseorang yang

berusia 21 tahun kebawah dan belum menikah (berdasarkan KUHP Pasal 45).

Pembangunan LPA dilakukan secara bertahap yaitu Tahap Pertama tahun

1979, Tahap Kedua tahun 1980, Tahap Ketiga tahun 1981. Lima tahun bangunan

ini tidak berpenghuni sampai diresmikan pada tanggal 18 Oktober 1986 oleh

Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Sumatera Utara, Radjo Harahap,

SH dan para pejabat Pemerintah daerah setempat. Para penghuni LPA awalnya

adalah pindahan dari LP Klas I Tanjung Gusta Medan yang berusia dibawah 21

tahun dan belum menikah. Begitu pula dengan para staf dan petugasnya

merupakan petugas LP Dewasa ditambah dengan tenaga perbantuan (Dataser)

yang berasal dari Kakanwil Departemen Rumah Tahanan Tebing Tinggi, lubuk

Pakam serta Pancur Batu yang berjumlah 22 orang. Dasar pertimbangan

pemakaian LPA ini adalah:

1. Bindalmin Departemen Kehakiman RI No. M. 08 . UM . 06 . 05 . tahun1984

(24 juli 1984)

2. Organisasi dan tata laksana Departemen Kehakiman RI No. m . 055 . PR . 07 .

10 tahun 1984)

3. SK Kanwil Departemen Kehakiman Sumatera Utara No. W2-13978-PR10

tahun 1986 peresmian dan pemanfaatan LPA.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

4. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI 5. LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA ANAK MEDAN

6. SK MENKEH RI NO.M.01.PR-0703 THN 1985 TGL 26 FEBRUARI 1985 7. 8.

Ka. LAPAS SISWANTO, Bc.IP.SH

NIP. 040039518 Pangkat/ TM : IV/a / 01-04-2005

TMT Jabatan : 28-03-2008 Tanggal Lahir : 23-06-1957

Ka. KPLP TAPIANUS ANTONO BARUS Amd IP.SH.MM

NIP. 040039518 Pangkat/ TM : III/C / 01-10-2006

TMT Jabatan : 01-10-2006 Tanggal Lahir :21-07-1973

PENGAMANAN

KASUBBAG T.U JALALUDDIN, SE.SH.MM

NIP. 040050262 Pangkat/ TM : III/d / 01-04-2004

TMT Jabatan : 30-11-2004 Tanggal Lahir : 03-04-1963

KARUS KEPEGAWAIAN DAN KEUANGAN MAHYUDDIN SIREGAR, SH

NIP. 040052494 Pangkat/ TM : III/c / 01-04-2007

TMT Jabatan : 12-12-2006 Tanggal Lahir : 08-11-1963

KARUS UMU ROMY SINUHAJI, SE

NIP. 040064218 Pangkat/ TM : III/d / 01-04-2004

TMT Jabatan : 11-11-2004 Tanggal Lahir : 15-12-1959

KASI KEGIATAN KERJA JEREMIA LEONTA, SH

NIP. 040058623 Pangkat/ TM : III/c / 01-10-2003

TMT Jabatan : 12-09-2005 Tanggal Lahir : 30-07-1969

KASI ADM, KAMTIB MHD. JAHARI SITEPU, SH

NIP. 040061841 Pangkat/ TM : III/c / 01-10-2006

TMT Jabatan : 10-11-2005 Tanggal Lahir : 08-10-1964

KASI BIMBINGAN NAPI DAN ANAK DIDIK BANGSA TARIGAN, SH

NIP. 040026117 Pangkat/ TM : III/d / 01-10-2003

TMT Jabatan : 01-04-1998 Tanggal Lahir : 30-08-1954

KASUBSI BIMKER HELMAN LEONARD BATUBARA, A.Ks

NIP. 170028775 Pangkat/ TM : III/c / 01-04-2008

TMT Jabatan : 09-04-2008 Tanggal Lahir : 16-02-1974

KASUBSI KEAMANAN JONTER H. PANJAITAN, SH

NIP. 040060320 Pangkat/ TM : III/d / 01-04-2008

TMT Jabatan : 29-08-2008 Tanggal Lahir : 07-12-1967

KASUBSI REGISTRASI TRIACY BOBBY PERMANA, Amd.IP.SH

NIP. 040073462 Pangkat/ TM : III/a / 01-04-2002

TMT Jabatan : 28-08-2008 Tanggal Lahir : 17-11-1977

KASUBSI SARANA KERJA B.M SIMAJUNTAK, SH

NIP. 040043888 Pangkat/ TM : III/b / 01-10-2007

TMT Jabatan : 27-02-2006 Tanggal Lahir : 13-03-1954

KASUBSI PELAPORAN TATA TERTIB PINTOR SIRINGO-RINGGO, SH

NIP. 040053018 Pangkat/ TM : III/c / 01-04-2005

TMT Jabatan : 08-07-2007 Tanggal Lahir : 26-12-1964

KASUBSI BIMKER PERAWATAN M.P JAYA SARAGIH, Amd.IP.SH

NIP. 040073420 Pangkat/ TM : III/a / 01-10-2004

TMT Jabatan : 09-04-2008 Tanggal Lahir : 04-09-1978

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

4.3 Deskripsi Pekerjaan Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung

Gusta

1. Kepala Lembaga Pemasyarakatan ( Kalapas )

Kalapas sebagai pimpinan dan penanggung jawab tunggal atas seluruh isi dan

keberadaan lapas, karena kalapas sebagai coordinator pelaksanaan pembinaan

anak-anak pidana serta memelihara keamanan dan ketertiban di lapas. Bertugas

mengkoordinasikan pembinaan, serta memelihara keamanan dan ketertiban serta

ketatausahaan lapas sesuai dengan ketentuan, petunjuk atasan, dan peraturan yang

berlaku dalam rangka penyampaian tujuan pemasyarakatan bagi warga binaan

pemasyarakatan. Kalapas dalam melaksanakan tugasnya dibantu beberapa bidang,

yaitu Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Bimbingan Napi, Seksi Kegiatan Kerja, Seksi

Administrasi Keamanan dan Tata Tertib, dan Kesatuan Pengamanan Lapas (

KPLP ).

2. Sub Bagian Tata Usaha

Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan urusan rumah tangga lapas.

Bidang ini terdiri dari :

a. Urusan Kepegawaian dan Keuangan, yang tugasnya menangani segala

urusan kepegawaian dan menangani masalah keuangan.

b. Urusan Umum yang mempunyai tugas surat menyurat, perlengkapan, dan

rumah tangga.

3. Seksi Bimbingan Napi

Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan pembinaan pemasyarakatan anak.

Bidang pembinaan ini terdiri dari :

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

a. Sub Bagian Registrasi fungsinya adalah melakukan registrasi dan membuat

statistika serta dokumentasi, sidik jari anak pidana.

b. Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan fungsinya

memberikan bimbingan kemasyarakatan, bimbingan penyuluhan rohani dan

sosial, meningkatkan pengetahuan asimilasi dan cuti menjelang bebas,

mengurus kesehatan, dan memberikan perawatan kepada warga binaan.

4. Seksi Kegiatan Kerja

Bidang ini mempunyai tugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan

sarana kerja, dan mengelola hasil kerja. Bidang ini terdiri dari :

a. Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil kerja fungsinya adalah

memberikan petunjuk dan bimbingan latihan kerja bagi narapidana serta

mengelola hasil kerja.

b. Sub Seksi Sarana Kerja berfungsi memepersiapkan fasilitas kerja.

5. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib

Bidang ini mempunyai tugas sebagai berikut yaitu mengatur jadwal tugas,

mengatur penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan, menerima

laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta

menyusun laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan tata tertib.

6. Kesatuan Pengamanan Lapas ( KPLP )

KPLP mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban di lapas. Untuk

menyelenggarakan tugas tersebut, KPLP mempunyai tugas melakukan penjagaan

dan pengamanan atau pengawasan terhadap narapidana, melakukan pemeliharaan

keamanan dan ketertiban, melakukan pengawalan pada waktu

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

penerimaan/pengeluaran napi. Penggeledahan dan pemeriksaan terhadap

pelanggaran keamanan dan membuat laporan harian.

4.4 Jenis-jenis anak yang dibina di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung

Gusta

Dalam lapas anak Tanjung Gusta terdapat beberapa jenis anak binaan.

Mereka dibina melalui atau dengan cara memasyarakatkan klien agar nantinya

dapat beradaptasi dengan masyarakat luar. Selain itu mereka dibina agar tidak

mau lagi melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Jenis-jenis anak binaan

yang berada di lapas anak.

1. Anak Pidana

Anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalankan pidana di lapas anak

untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan.

2. Anak Negara

Anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan kepada Negara untuk

dididik dan ditempatkan di lapas anak paling tinggi berumur 18 tahun.

3. Anak Sipil

Anak yang berdasarkan permintaan orang tua/wali memperoleh penetapan

pengadilan untuk dididik di lapas anak sampai batas umur 18 tahun.

4. Tahanan

Tersangka yang ditempatkan di lapas anak untuk kepentingan penyidikan,

penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

4.5 Pembinaan Narapidana

Pembentukan karakter dan perilaku anak di LPA dititikberatkan pada

program pembinaan yang terdapat di LPA yang terbagi atas 2 ruang lingkup

pembinaan yaitu :

1. Program Pembinaan Kepribadian

Yang meliputi kesadaran beragama, berbangsa dan bernegara, kemampuan

intelektual, kesadaran hukum, mengintegrasikan diri dengan masyarakat.

Pembinaan kepribadian di LPA terbagi atas 3 bagian yakni :

a. Pendidikan Keagamaan (diisi oleh rohaniawan baik Islam, Kristen, Hindu

dan Budha) yang membuka banyak kesempatan kepada anak pidana dalam

menata dan mempelajari hal-hal rohani yang sangat bermanfaat bagi dirinya

menjadi bekal masa depan.

b. Pendidikan Umum yang meliputi :

1. Kejar Paket B Kelas III bekerjasama dengan PKBM “ Puspa “.

2. Memberikan kesempatan Anak didik untuk mengikuti UAN dan UAS

serta Ujian Paket B di luar dan dalam Lapas.

3. Memberikan kesempatan Anak Didik untuk mengikuti melanjutkan

sekolah di luar Lapas ( pagi berangkat – siang kembali ke Lapas )

c. Pembinaan kepramukaan yang bertujuan membentuk watak dan jiwa yang

sportif serta bertanggung jawab dalam diri anak pidana sehingga nantinya

setelah mereka keluar dari LPA dapat diterima kembali di masyarakat.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

2. Program Pembinaan Kemandirian

Kegiatannya terdiri atas :

a. Diklat kerja/keterampilan.

Pendidikan keterampilan diberikan supaya apabila narapidana telah bebas

mempunyai keterampilan yang bisa dikembangkan di masyarakat. Diklat kerja

tersebut meliputi :

1. Bimbingan Konseling

2. Pelatihan Melukis

3. Pelatihan Memangkas rambut

4. Pertukangan Kayu

5. Mengelas

6. Menjahit

b. Upaya Pemasyarakatan

Upaya pemasyarakatan maksudnya adalah pembinaan narapidana guna

dipersiapkan terjun kembali ketengah-tengah masyarakat. Biasanya upaya

pemasyarakatan ini diberikan kepada narapidana yang telah menjalani lebih dari

setengah masa hukuman. Di sini narapidana diajar untuk bertanggung jawab dan

mulai diberikan kepercayaan untuk melaksanakan tugas di dapur, di kantor dan

tugas lainnya.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

4.6 Wujud Pembinaan Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta

Proses pemasyarakatan ditinjau dari segi pembinaannya dibagi atas

pembinaan dalam lapas dan pembinaan di luar lapas. Wujud pembinaan di dalam

lapas sudah dimulai sejak tahap awal samapai tahap akhir dan sudah menjadi

tugas/kewajiban bagi petugas lapas yaitu dengan terjaminnya pemenuhan hak-hak

narapidana dengan jadwal kegiatan pembinaan.

4.7 Fasilitas dan Bangunan

1. Tempat ibadah yaitu :

Masjid yang berdaya tampung 200 Orang.

a. Gereja yang berdaya tampung 50 Orang.

b. Cetiya / Vihara kecil yang berdaya tampung 20 Orang.

2. Ruangan untuk kantor ( Kalapas, Kepegawaian, Kepala Urusan Umum,

Keuangan, KPLP, Kantor Dapur, Kasi Napi Anak Didik, Kasi Kegiatan Kerja,

Registrasi, Bimpas).

3. Gardu jaga, Ruang Portir, Ruang Kepala Jaga, Ruang Kamtib, Ruang Piket,

Pos Jaga.

4. Ruang ( Bimbingan Kerja, Pendidikan Kejar Paket, Perpustakaan,

Keterampilan, Aula, Sanggar melukis, Base Center, Isolasi, Kamar mandi,

Ruang Cuci, Dapur Umum, Poliklinik, Ruang Dokter, Ruang Makan, Ruang

TPP, Ruang Bimker, Ruang Jahit, Aula Bimbingan Kerja ).

5. Menara Air, Sumur Pompa, Bak Air PDAM.

6. Lapangan olahraga ( Bola Kaki, Voli, Tenis Meja, dll ).

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Kamar untuk narapidana terdiri dari 4 blok yaitu :

1. Blok A terdiri dari 8 kamar.

2. Blok B terdiri dari 15 kamar

3. Blok C terdiri dari 17 kamar.

4. Blok D terdiri dari 12 kamar.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 4.1

Daftar Menu Makanan Narapidana Di Lapas Anak Tanjung Gusta

HARI

PAGI SIANG SORE

SENIN

Nasi Tempe Buncis

Nasi Semur Daging Sayur Sup

Nasi Tempe Sayur Asem

SELASA

Nasi Ubi Rebus Ikan Asin

Nasi Perkedel Ikan Asin

Nasi Tempe Pecel

RABU

Nasi Tempe Bacem Ubi Rebus

Nasi Telur Balado Kolak ubi

Nasi Tempe Pecel

KAMIS Oseng-Oseng Ikan Asin Urap Sayuran

Sayur Kare Daging Goreng Sayur Asem

Sayur Sup Tempe Sayur Nangka

JUMAT

Nasi Oseng-Oseng Bubur Kacang

Nasi Telur Gulai Sayur Lodeh

Nasi Tempe Goreng Sayur Kare

SABTU Nasi Ubi Rebus Tempe

Nasi Pecel Urap Tempe

Nasi Sayuran Ikan Asin

MINGGU Nasi Tempe Kolak Ubi

Nasi Tempe Sayur Kare

Nasi Ikan Asin Sayur Asem

Sumber Data Primer : Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Tanjung Gusta

Medan, 2009

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 4.2

Jadwal Kegiatan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung

Gusta

HARI WAKTU JENIS KEGIATAN PELAKSANA

Senin 06.30-07.00

07.00-07.30

07.30-08.00

08.00-08.30

08.30-09.00

09.00-10.00

10.00-11.00

11.00-12.00

12.00-12.30

12.30-13.30

13.30-15.00

15.00-16.00

16.00-16.30

16.30-18.30

18.30-19.00

Apel pergantian regu penjagaan

Kebersihan kamar / Lingkungan

Senam SKJ

Sarapan Pagi

Pendidikan Kejar Paket B

Penyuluhan Agama Kristen

Penyuluhan Agama Islam

Pemeriksa Kesehatan

Makan Siang

Apel pergantian regu penjagaan

Pendidikan Keterampilan

Makan Sore

Istirahat

Istirahat di kamar

Apel pergantian regu penjagaan

KPLP

KPLP

Bimpas

KPLP

PKBM ‘ Puspa “

YPPI Minggu I

PIAI

Bimpas

KPLP

KPLP

Bimpas

KPLP

Regu Penjagaan

KPLP

KPLP

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

HARI WAKTU JENIS KEGIATAN PELAKSANA

Selasa 06.30-07.00

07.00-07.30

07.30-08.00

08.00-08.30

08.30-09.00

09.00-10.00

10.00-11.00

11.00-12.00

12.00-12.30

12.30-13.30

13.30-14.30

14.30-16.00

16.00-16.30

16.30-18.00

18.00-18.30

18.30-19.00

Apel pergantian regu penjagaan

Kebersihan kamar / Lingkungan

Senam SKJ

Sarapan Pagi

Istirahat

Penyuluhan Agama Kristen

Penyuluhan Agama Islam

Perpustakaan / rekreasi

Makan Siang

Apel pergantian regu penjagaan

Pendidikan Kejar Paket B

Makan Sore

Pendidikan Keterampilan

Istirahat

Istirahat di kamar

Apel pergantian regu penjagaan

KPLP

KPLP

Bimpas

KPLP

Regu Penjagaan

Solidoe Gloria I

Dept. Agama

Bimpas

KPLP

KPLP

PKBM “ Puspa “

KPLP

Bimpas

KPLP

KPLP

KPLP

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

HARI WAKTU JENIS KEGIATAN PELAKSANA

Rabu 06.30-07.00

07.00-07.30

07.30-08.00

08.00-08.30

08.30-09.00

09.00-10.00

10.00-11.00

11.00-12.00

12.00-12.30

12.30-13.30

13.30-14.30

14.30-16.00

16.00-16.30

16.30-18.30

18.30-19.00

Apel pergantian regu penjagaan

Kebersihan kamar / Lingkungan

Senam SKJ

Sarapan Pagi

Istirahat

Penyuluhan Agama Kristen

Penyuluhan Agama Islam

Perpustakaan / rekreasi

Makan Siang

Apel pergantian regu penjagaan

Pendidikan Kejar Paket B

Makan Sore

Istirahat

Istirahat di kamar

Apel pergantian regu penjagaan

KPLP

KPLP

Bimpas

KPLP

Regu Penjagaan

Solidoe Gloria I

Dept. Agama

Bimpas

KPLP

KPLP

PKBM “ Puspa “

KPLP

Regu Penjagaan

KPLP

KPLP

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

HARI WAKTU JENIS KEGIATAN PELAKSANA

Kamis 06.30-07.00

07.00-07.30

07.30-08.00

08.00-08.30

08.30-09.00

09.00-10.00

10.00-11.00

11.00-12.00

12.00-12.30

12.30-13.30

13.30-14.30

14.30-16.00

16.00-16.30

16.30-18.30

18.30-19.00

Apel pergantian regu penjagaan

Kebersihan kamar / Lingkungan

Senam SKJ

Sarapan Pagi

Istirahat

Penyuluhan Agama Kristen

Penyuluhan Agama Islam

Perpustakaan / rekreasi

Makan Siang

Apel pergantian regu penjagaan

Pendidikan Kejar Paket B

Makan Sore

Istirahat di kamar

Pendidikan keterampilan

Apel pergantian regu penjagaan

KPLP

KPLP

Bimpas

KPLP

Regu Penjagaan

Betshaida

PIAI

Bimpas

KPLP

KPLP

PKBM “Puspa”

KPLP

KPLP

Bimpas

KPLP

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

HARI WAKTU JENIS KEGIATAN PELAKSANA

Jumat 06.30-07.00

07.00-07.30

07.30-08.00

08.00-08.30

08.30-09.00

09.00-10.00

10.00-11.00

11.00-12.00

12.00-12.30

12.30-13.30

13.30-14.30

14.30-16.00

16.00-16.30

16.30-18.30

18.30-19.30

19.30-20.00

Apel pergantian regu penjagaan

Kebersihan kamar / Lingkungan

Senam SKJ

Sarapan Pagi

Istirahat

Penyuluhan Agama Kristen

Penyuluhan Agama Islam

Perpustakaan / rekreasi

Makan Siang

Apel pergantian regu penjagaan

Pendidikan Kejar Paket B

Makan Sore

Istirahat

Pendidikan Keterampilan

Istirahat di kamar

Apel pergantian regu penjagaan

KPLP

KPLP

Bimpas

KPLP

Regu Penjagaan

Solidoe Gloria I

Dept. Agama

Bimpas

KPLP

KPLP

PKBM “Puspa “

KPLP

Regu Penjagaan

Bimpas

KPLP

KPLP

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

HARI WAKTU JENIS KEGIATAN PELAKSANA

Sabtu 06.30-07.00

07.00-07.30

07.30-08.00

08.00-08.30

08.30-09.00

09.00-10.00

10.00-11.00

11.00-12.00

12.00-12.30

12.30-13.30

13.30-14.30

14.30-16.00

16.00-16.30

16.30-18.30

18.30-19.30

19.30-20.00

Apel pergantian regu penjagaan

Kebersihan kamar / Lingkungan

Senam SKJ

Sarapan Pagi

Istirahat

Penyuluhan Agama Kristen

Penyuluhan Agama Islam

Perpustakaan / rekreasi

Makan Siang

Apel pergantian regu penjagaan

Pendidikan Kejar Paket B

Makan Sore

Istirahat

Pendidikan Keterampilan

Istirahat di kamar

Apel pergantian regu penjagaan

KPLP

KPLP

Bimpas

KPLP

Regu Penjagaan

Solidoe Gloria I

Dept. Agama

Bimpas

KPLP

KPLP

PKBM “ Puspa “

KPLP

Regu Penjagaan

Bimpas

KPLP

KPLP

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

HARI WAKTU JENIS KEGIATAN PELAKSANA

Minggu 06.30-07.00

07.00-07.30

07.30-08.00

08.00-08.30

08.30-09.00

09.00-10.00

10.00-11.00

11.00-12.00

12.00-12.30

12.30-13.30

13.30-14.30

14.30-16.00

16.00-16.30

16.30-18.30

18.30-19.30

19.30-20.00

Apel pergantian regu penjagaan

Kebersihan kamar / Lingkungan

Senam SKJ

Sarapan Pagi

Istirahat

Penyuluhan Agama Kristen

Penyuluhan Agama Islam

Perpustakaan / rekreasi

Makan Siang

Apel pergantian regu penjagaan

Pendidikan Kejar Paket B

Makan Sore

Istirahat

Pendidikan Keterampilan

Istirahat di kamar

Apel pergantian regu penjagaan

KPLP

KPLP

Bimpas

KPLP

Regu Penjagaan

Solidoe Gloria I

Dept. Agama

Bimpas

KPLP

KPLP

PKBM “ Puspa “

KPLP

Regu Penjagaan

KPLP

KPLP

KPLP

Sumber Data Primer : Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Tanjung Gusta Medan, 2009

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

BAB V

ANALISA DATA

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan hasil analisis data penelitian yang diperoleh

dari penyebaran angket, wawancara dan juga berdasarkan studi kepustakaan dan

observasi yang dilakukan terhadap narapidana di Lapas Anak Tanjung Gusta

Medan. Observasi dilakukan untuk mengamati lokasi penelitian, serta kondisi

objektif narapidana di Lapas sedangkan studi kepustakaan dilakukan untuk

mengumpulkan data-data mengenai metode-metode yang dilakukan lembaga saat

memberikan program pembinaan terhadap narapidana di Lapas Anak. Hasil

analisa data juga diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap pihak

lembaga antara lain adalah mengenai sejarah dan struktur organisasi, prasarana

dan sarana serta penerapan proses pembinaan. Masalah yang disajikan dalam

penelitian ini adalah Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga

Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta Medan.

Seperti yang dijelaskan pada bab metodologi penelitian bahwa yang

menjadi responden dalam penelitian ini adalah Narapidana yang mendapatkan

pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta Medan,

yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada 34 responden. Teknik pengumpulan

data yang digunakan adalah purposive sampling yaitu penelitian dilakukan

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

terhadap narapidana yang masuk kategori remaja yaitu narapidana yang berumur

12 tahun sampai 21 tahun.

Identitas Responden

Tabel 5.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 12 – 15 Tahun 2 6

2 16 – 18 Tahun 8 23

3 19 – 21 Tahun 24 71

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang berusia

antara 12-15 tahun ada sebanyak 2 orang (6%), usia antara 16-18 tahun ada

sebanyak 8 orang (23%) dan usia antara 19-21 tahun sebanyak 24 orang (71%),

maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden berusia antara 19-21 tahun

dimana pada usia ini anak berada pada masa transisi yaitu perkembangan dan

pertumbuhan seorang anak sedang mengalami masa labil, baik dalam pengetahuan

dan ketahanan mentalnya dengan tingkah laku anti-sosial yang potensial disertai

dengan banyaknya pergolakan hati. Oleh karena itu, pada masa seperti ini anak-

anak membutuhkan kontrol sosial yang cukup tinggi.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Perempuan - -

2 Laki-Laki 34 100

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis kelamin responden

seluruhnya adalah laki-laki. Hal ini disebabkan karena Lembaga Pemasyarakatan

Anak Tanjung Gusta hanya menampung narapidana yang berjenis kelamin laki-

laki.

Tabel 5.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Islam 30 88

2 Kristen 4 12

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Agama merupakan salah satu faktor pengendali terhadap tingkah laku

anak, dimana anak sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman atau petunjuk

dalam rangka mencari jati dirinya. Pedoman dan petunjuk ini dibutuhkan juga

untuk mencari identitas dirinya, menuju kepribadian matang dan menghindarkan

diri dari konflik-konflik peran yang terjadi pada masa transisi.

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa responden yang beragama

Kristen sebanyak 4 orang (12%) sedangkan responden yang beragama islam

sebanyak 30 orang (88%). Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden

menganut agama islam.

Tabel 5.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Batak Toba 5 15

2 Batak Simalungun 1 3

3 Mandailing 7 20

4 Melayu 3 9

5 Jawa 18 53

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

merupakan suku jawa yaitu sebanyak 18 orang (53%), suku Mandailing sebanyak

7 orang (20%), suku Batak Toba sebanyak 5 orang (15%), suku Melayu sebanyak

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

3 orang (9%), dan suku Batak Simalungun sebanyak 1 orang (3%). Penghuni

Lapas Anak terdiri dari berbagai suku, walaupun demikian tidak pernah terjadi

perselisihan antar suku.

Tabel 5.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Medan 24 70

2 Sibolga 2 6

3 Padang Sidempuan 3 9

4 Tebing Tinggi 1 3

5 Jawa 4 12

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

berasal dari daerah Medan yaitu sebanyak 24 orang (70%), daerah Jawa sebanyak

4 orang (12%), daerah Padang Sidempuan sebanyak 3 orang (9%), daerah Sibolga

sebanyak 2 orang (6%), dan daerah Tebing Tinggi sebanyak 1 orang (3%). Maka

dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden berasal dari daerah Medan.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Tidak Tamat SD 6 18

2 Tidak Tamat SLTP 6 18

3 Tamat SLTP 12 35

4 Tamat SLTA 9 26

5 Mahasiswa 1 3

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perkembangan anak baik dalam hal pembentukan moralitas maupun dalam

pengembangan diri anak menjadi anak yang mempunyai kemampuan serta

kepribadian yang baik agar dapat hidup dengan wajar dalam masyarakat.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pendidikan terakhir tidak

tamat SD sebanyak 6 orang (18%), pendidikan terakhir tidak tamat SLTP

sebanyak 6 orang (18%), pendidikan terakhir tamat SLTP sebanyak 12 orang

(35%), pendidikan terakhir tamat SLTA sebanyak 9 orang (26%), dan responden

yang berstatus mahasiswa sebanyak 1 orang (3%). Data tersebut menunjukkan

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

bahwa pada umumnya responden memiliki tingkat pendidikan yang masih relatif

rendah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden, rendahnya

tingkat pendidikan disebabkan oleh keadaan orang tua responden yang tidak

mampu.

Tabel 5.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Tindak Pidana

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Pencurian 13 38

2 Perampokan 5 15

3 Narkoba 7 20

4 Asusila 5 15

5 Pembunuhan 4 12

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kasus responden sehingga

masuk Lapas Anak yaitu kasus pencurian sebanyak 13 orang (38%), kasus

perampokan sebanyak 5 orang (15%), kasus narkoba sebanyak 7 orang (20%),

kasus asusila sebanyak 5 orang (15%), dan kasus pembunuhan sebanyak 4 orang

(12%). Data di atas menunjukkan bahwa kasus tertinggi adalah kasus pencurian.

Hal ini dilatarbelakangi karena adanya pengaruh keadaan ekonomi keluarga yang

tidak mencukupi sehingga mendorong anak tersebut untuk melakukan tindakan

pencurian.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Hukuman

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 1 Bulan - Kurang 12 Bulan 13 38

2 1 Tahun - Kurang 2 Tahun 9 26

3 2 Tahun - Kurang 3 Tahun 3 9

4 3 Tahun - Kurang 5 Tahun 2 6

5 5- 10 Tahun 7 21

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa lama masa hukuman

responden antara 1 sampai kurang dari 12 bulan sebanyak 13 orang (38%), antara

1 sampai kurang dari 2 tahun sebanyak 9 orang (26%), antara 2 sampai kurang

dari 3 tahun sebanyak 3 orang (9%), antara 3 sampai kurang dari 5 tahun sebanyak

2 orang (6%), dan antara 5 sampai 10 tahun sebanyak 7 orang (21%). Maka sangat

berat bagi seorang anak untuk menjalani hukuman di Lapas dengan masa

hukuman yang lama, membuat anak kehilangan kebebasan untuk

mengembangkan dirinya.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.9

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Hukuman Yang Telah

Dijalani

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 1 bulan – Kurang 1 Tahun 20 59

2 1 Tahun – Kurang 2 Tahun 9 26

3 2 Tahun – 4 Tahun 5 15

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa masa hukuman yang telah

dijalani responden antara 1 bulan sampai kurang dari 1 tahun sebanyak 20 orang

(59%), antara 1 tahun sampai kurang dari 2 tahun sebanyak 9 orang (26%), dan

antara 2 tahun sampai 4 tahun sebanyak 5 orang (15%). Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar responden telah cukup lama berada di Lapas Anak dan

mendapatkan pembinaan.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Pembinaan Yang Diberikan

Tabel 5.10

Distribusi Jawaban Responden Tentang Jenis-Jenis Pembinaan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Tahu 29 85

2 Kurang Tahu 3 9

3 Tidak Tahu 2 6

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil keuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengetahui

tentang jenis-jenis pembinaan sebanyak 29 orang (85%), responden yang kurang

mengetahui tentang jenis-jenis pembinaan sebanyak 3 orang (9%), dan responden

yang tidak mengetahui tentang jenis-jenis pembinaan sebanyak 2 orang (6%). Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui tentang jenis-jenis

pembinaan yang terdapat di Lapas, dikarenakan sudah menjadi kewajiban bagi

narapidana semenjak menginjakkan kaki di Lapas untuk mengikuti kegiatan

pembinaan.

Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan responden, responden

yang kurang mengetahui tentang jenis-jenis pembinaan disebabkan oleh karena

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

kurangnya sosialisasi sehingga narapidana menganggap kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan di Lapas bukanlah wujud pembinaan melainkan hanya sebagai

pengisi waktu selama berada di Lapas. Responden merasa tidak berkewajiban

untuk mengikutinya.

Tabel 5.11

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Keagamaan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Mengikuti 29 85

2 Kadang-Kadang 4 12

3 Tidak Mengikuti 1 3

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Dalam membentuk kepribadian yang takwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, narapidana dalam kesehariannya diberikan kegiatan pembinaan keagamaan.

Pendidikan keagamaan tersebut bertujuan agar setiap narapidana dapat menyadari

kesalahannya serta terbentuk kekuatan iman dan mendekatkan diri kepada Tuhan

Yang Maha Esa sehingga kesalahan yang membuatnya terjerumus ke dalam

kenakalan yang mengakibatkan pemidanaan terhadap dirinya tidak terulang

kembali.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengikuti kegiatan

keagamaan sebanyak 29 orang (85%), responden yang kadang-kadang saja

mengikuti kegiatan pembinaan sebanyak 4 orang (12%), dan responden yang tidak

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

mengikuti kegiatan keagamaan sebanyak 1 orang (3%). Maka dapat dianalisis

bahwa sebagian besar responden mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan. Para

responden merasa mereka membutuhkan pengalaman spiritual yang lebih dalam

lagi, agar menjadi pedoman dalam diri mereka untuk menghayati petunjuk ajaran

agamanya dengan baik. Kebiasaan melakukan nilai-nilai luhur ajaran agama akan

berpengaruh positif bagi pembentukan mental sehingga hati nurani mereka

menjadi kuat. Dengan demikian mereka tidak akan mudah terperosok ke dalam

perbuatan yang melanggar norma agama, hukum, sosial dan susila sehingga

mereka dapat hidup kembali di tengah-tengah masyarakat.

Lapas Anak Tanjung Gusta menyediakan sarana rumah ibadah seperti

masjid, gereja, dan vihara. Pelaksanaan kegiatan keagamaan dilakukan sesuai

dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pelayanan penyuluhan keagamaan

dilaksanakan bekerja sama dengan berbagai pihak. Pelayanan penyuluhan bagi

agama Islam bekerja sama dengan yayasan PIAI kota Medan, pelayanan

penyuluhan agama Kristen bekerja sama dengan STT Abdi Sabda, KMK USU,

GBKP, dan lain-lain, sedangkan pelayanan penyuluhan agama Budha bekerja

sama dengan MBI ( Majelis Budhayana Indonesia ).

Kegiatan keagamaan yang diselenggarakan di Lapas anak disamping

melaksanakan kegiatan ibadah juga melakukan kegiatan perayaan atau peringatan

hari-hari besar keagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri, Isra’Miraj, Maulid, Natal,

Paskah, dan Waisak.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.12

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Umum

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Mengikuti 24 71

2 Kadang-Kadang - -

3 Tidak Mengikuti 10 29

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perkembangan anak baik dalam hal pembentukan moralitas maupun dalam

pengembangan diri anak menjadi anak yang mempunyai kemampuan serta

kepribadian yang baik supaya dapat hidup di masyarakat secara wajar.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

mengikuti kegiatan pendidikan umum yaitu sebanyak 24 orang (71%).

Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan responden hal tersebut

dikarenakan responden merasa perlu untuk mengikuti kegiatan pendidikan umum

untuk melanjutkan pendidikan agar lebih pintar dan sebagai bekal setelah keluar

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

dari Lapas Anak dan agar menghilangkan rasa jenuh selama berada di Lapas

Anak. Responden yang tidak mengikuti kegiatan pembinaan umum sebanyak 10

orang (29%) karena sebagian responden telah menyelesaikan pendidikan hingga

tingkat SMU sedangkan tidak ada responden yang menyatakan kadang-kadang

mengikuti kegiatan pembinaan umum.

Kegiatan pendidikan umum di Lapas Anak Tanjung Gusta meliputi Kejar

Paket B untuk anak kelas III, memberikan kesempatan narapidana untuk

mengikuti UAN dan UAS serta Ujian Paket B di luar dan dalam Lapas, serta

memberikan kesempatan narapidana untuk melanjutkan sekolah di luar Lapas

yaitu pagi berangkat ke sekolah dan siang pulang ke Lapas.

Untuk pelaksanaan pendidikan dan pengajaran ini Lapas telah bekerjasama

dengan PKBM “Puspa” untuk melaksanakan Kejar Paket B. perlunya kegiatan

pendidikan mengingat agar narapidana tidak terputus sama sekali pendidikannya,

apalagi masih banyak narapidana yang pendidikannya tidak memadai yang sempat

terputus.

Perwujudan pemenuhan hak untuk mendapatkan pendidikan dan

pengajaran bagi narapidana di Lapas Anak yang diukur berdasarkan adanya

pendidikan formal dapat dikatakan masih memprihatinkan, sebab standarisasi,

kurikulum, pendidikan dan tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan,

pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan dan sertifikasi maupun pendirian

suatu satuan pendidikan belum sesuai dengan ketentuan dalam Sistem Pendidikan

Nasional.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.13

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Kepramukaan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Mengikuti 7 21

2 Kadang-Kadang 2 6

3 Tidak Mengikuti 25 73

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Pembinaan kepramukaan bertujuan untuk membentuk watak dan jiwa

yang sportif serta bertanggung jawab dalam diri anak pidana sehingga nantinya

setelah mereka keluar dari Lapas dapat diterima kembali di masyarakat.

Berdasarkan tabel di atas responden yang mengikuti kegiatan pembinaan

kepramukaan sebanyak 7 orang (21%), kadang-kadang saja mengikuti sebanyak 2

orang (6%), dan responden yang sama sekali tidak mengikuti kegiatan pembinaan

kepramukaan sebanyak 25 orang (73%). Dapat dianalisis bahwa sebagian besar

responden tidak mengikuti kegiatan pembinaan kepramukaan.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan responden, responden

merasa malas untuk mengikuti kegiatan pembinaan kepramukaan. Mereka merasa

tidak perlu dan hanya buang-buang waktu saja. Namun responden yang mengikut i

kegiatan pembinaan kepramukaan merasa perlu, agar mereka dilatih untuk lebih

sportif dan berjiwa besar. Karena dengan gerakan pramuka, mereka akan dilatih

untuk bersikap bijaksana, adil, taat pada aturan, suka menolong dan lain-lain.

Lapas anak membentuk Gudep 14009 yang bertugas melatih narapidana menjadi

anggota pramuka. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Lapas tidak hanya dikenal

sebagai tempat pemenjaraan tetapi juga sebagai lembaga pembinaan dan

pembaharuan mental.

Tabel 5.14

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Keterampilan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Mengikuti 30 88

2 Tidak Mengikuti 4 12

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengikuti

kegiatan pembinaan keterampilan sebanyak 30 orang (88%), dan responden yang

tidak mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan sebanyak 4 orang (12%)

dikarenakan ada sebagian responden yang merasa malas mengikuti dan ada juga

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

merasa hanya buang-buang waktu saja. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian

besar responden mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan.

Lapas Anak Tanjung Gusta memberikan program pendidikan keterampilan

kepada narapidana yaitu meliputi Bimbingan Konseling, Pelatihan Melukis,

Pelatihan Memangkas rambut, Pertukangan Kayu, Mengelas, dan Menjahit.

Pendidikan keterampilan adalah salah satu program unggulan untuk Lapas Anak

dikarenakan keterampilan merupakan pendukung dari pendidikan formal. Namun

pelaksanaan kegiatan pembinaan keterampilan masih belum terlaksana dengan

baik dikarenakan perlengkapan sarana dan prasarana yaitu berupa peralatan dan

bahan-bahan yang mendukung kegiatan pembinaan keterampilan masih belum

memadai dan masih minimnya anggaran untuk mendukung kegiatan pembinaan

keterampilan tersebut.

Tabel 5.15

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Upaya

Pemasyarakatan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Mengikuti 19 56

2 Kadang-Kadang 8 23

3 Tidak Mengikuti 7 21

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengikuti

kegiatan pembinaan upaya pemasyarakatan sebanyak 19 orang (56%), responden

yang kadang-kadang mengikuti sebanyak 8 orang (23%) dikarenakan sibuk

dengan kegiatan yang lain sewaktu pelaksanaan pembinaan, responden yang tidak

mengikuti sebanyak 7 orang (21%) dikarenakan tidak tertarik sama sekali untuk

mengikuti pembinaan tersebut.

Upaya pemasyarakatan merupakan kegiatan pembinaan narapidana guna

dipersiapkan terjun kembali ketengah-tengah masyarakat. Biasanya upaya

pemasyarakatan ini diberikan kepada narapidana yang telah menjalani lebih dari

setengah masa hukuman. Di sini narapidana diajar untuk bertanggung jawab dan

mulai diberikan kepercayaan untuk melaksanakan tugas di dapur, di kantor dan

tugas lainnya

Tabel 5.16

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Rekreasi

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Pernah 29 85

2 Jarang 5 15

3 Tidak Pernah - -

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang pernah

mengikuti kegiatan rekreasi sebanyak 29 orang (85%) sedangkan responden yang

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

jarang mengikuti pembinaan rekreasi sebanyak 5 orang (15%) dan tidak ada

responden yang tidak pernah mengikuti pembinaan rekreasi.

Rekreasi dilaksanakan dalam bentuk menonton televisi yang diadakan

setiap hari pada sore hari. Responden merasa terhibur karena adanya televisi dan

sebagai media informasi agar selama berada dalam Lapas responden tidak

ketinggalan informasi ataupun berita.

Tabel 5.17

Distribusi Jawaban Responden Tentang Ketertarikan Mengikuti Pembinaan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 34 100

2 Tidak - -

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruhnya responden tertarik

mengikuti pembinaan yang ada di Lapas. Mereka merasa pembinaan yang ada

memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan dirinya meskipun

mereka berada dalam Lapas. Selain itu pembinaan tersebut juga memberikan

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

kesadaran diri, keimanan, keterampilan dan sebagainya sehingga menjadi nilai

tambah bagi responden sebagai bekal setelah nantinya keluar dari Lapas.

Tabel 5.18

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesungguhan Mengikuti Pembinaan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 29 85

2 Tidak 5 15

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel 5.18 dapat dilihat bahwa responden yang bersungguh-

sungguh mengikuti pembinaan sebanyak 29 orang (85%), karena responden

merasa pembinaan tersebut sesuai dengan minat dan bakat mereka selain itu

responden menyadari bahwa pola pembinaan yang diberikan diperuntukkan demi

perbaikan dirinya sedangkan ada sebanyak 5 orang (15%) responden yang tidak

bersungguh-sungguh mengikuti pembinaan dikarenakan responden kadang-

kadang merasa malas mengikuti pembinaan karena responden merasa jenuh

dengan kegiatan pembinaan

Tabel 5.19

Distribusi Jawaban Responden Tentang Cara Pembinaan Yang Diberikan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

1 Secara Berkelompok 6 18

2 Secara Sendiri-sendiri 1 3

3 Secara Bersama-sama 27 79

Jumlah 34 100

Sumber ; Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kegiatan pembinaan

cenderung dilaksanakan secara bersama-sama menurut hasil jawaban responden

sebanyak 27 orang (79%). Hal ini dikarenakan agar sistem pembinaan dapat

terlaksana secara sistematis dan dapat dirasakan manfaatnya bagi setiap

narapidana. Sementara itu kegiatan pembinaan yang dilakukan secara

berkelompok sebanyak 6 orang (18%) sedangkan kegiatan pembinaan yang

dilakukan secara sendiri-sendiri sebanyak 1 orang (3%).

Tabel 5.20

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian pembinaan dengan

minat, bakat dan kemauan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 29 85

2 Tidak 5 15

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang merasa pembinaan

yang diberikan sesuai dengan bakat, minat dan kemauan mereka sebanyak 29

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

orang (85%), dan responden yang merasa pembinaan yang diberikan tidak sesuai

dengan bakat, minat dan kemauan mereka sebanyak 5 orang (15%). Hal ini

disebabkan karena setiap responden mempunyai bakat, minat dan kemauan yang

berbeda-beda sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan setiap narapidana, karena

keterbatasan biaya, tenaga dan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan.

Tabel 5.21

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian pembinaan dengan

Jadwal Yang Telah Ditetapkan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 31 91

2 Tidak 3 9

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ketepatan jadwal kegiatan

pembinaan yang diberikan oleh petugas menurut responden sebanyak 31 orang

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

(91%) sedangkan responden yang menjawab pembinaan tidak dilaksanakan sesuai

dengan jadwal berjumlah 3 orang (9%).

Dari data di atas dapat dilihat bahwa responden melaksanakan kegiatan

pembinaan yang sudah ditetapkan sesuai jadwal dengan arahan petugas, karena

semua kegiatan yang dilakukan di Lapas telah mempunyai jadwal yang harus

dipatuhi baik oleh petugas maupun narapidana.

Tabel 5.22

Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlakuan Petugas Selama

Mengikuti Pembinaan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Baik 29 85

2 Kurang Baik 5 15

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Tercapainya pelaksanaan pembinaan narapidana dengan baik adalah

berada pada tenaga-tenaga pegawai Lapas yang merupakan pelaksana sistem

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

pemasyarakatan. Oleh karena itu, hendaknya para petugas lebih baik dan cakap

lagi untuk mendidik narapidana terutama pendekatan pribadi.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 29 orang (85%) responden

menyatakan mendapatkan perlakuan baik dari petugas Lapas sedangkan

responden yang menjawab mendapat perlakuan kurang baik dari petugas sebanyak

5 orang (15%). Maka dapat dianalisis bahwa pada umumnya petugas

memperlakukan responden dengan baik, sesuai dengan harkat dan martabat

manusia.

Tabel 5.23

Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterampilan Petugas

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Sudah 24 71

2 Kurang 9 26

3 Belum 1 3

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

petugas sudah mempunyai keterampilan dalam melaksanakan tugasnya sebanyak

24 orang (71%), responden yang menyatakan petugas kurang mempunyai

keterampilan dalam melaksanakan tugasnya sebanyak 9 orang (26%) sedangkan

responden yang menyatakan bahwa petugas belum mempunyai keterampilan

dalam melaksanakan tugasnya sebanyak 1 orang (3%).

Di Lapas Anak Tanjung Gusta memiliki jumlah petugas yang tidak

seimbang dengan jumlah narapidana yang selalu bertambah. Lapas mempunyai

jumlah petugas sebanyak 79 orang dimana jumlah anak didik pemasyarakatan

sebanyak lebih dari 800 orang setiap bulannya. Hal ini mengakibatkan petugas

tidak dapat memberikan perhatian secara menyeluruh terhadap narapidana.

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

menyatakan bahwa petugas sudah mempunyai keterampilan dalam melaksanakan

tugasnya. Namun sebaiknya petugas harus tetap terus meningkatkan

keterampilannya dan lebih cakap lagi agar tujuan dari pembinaan tersebut dapat

tercapai.

Tabel 5.24

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kualitas Pembinaan Yang

Diberikan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Sudah 28 82

2 Kurang Baik 6 18

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

3 Tidak Baik - -

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa reponden yang menyatakan kualitas

pembinaan yang diberikan sudah cukup baik sebanyak 28 orang (82%) hal ini

dikarenakan responden merasa pembinaan tersebut memberikan pengaruh yang

positif terhadap diri responden dan responden yang menyatakan kualitas

pembinaan kurang baik sebanyak 6 orang (18%) dikarenakan responden merasa

bahwa pembinaan yang diberikan tidak sesuai dengan minat, bakat dan kemauan

responden sedangkan tidak ada responden yang menyatakan kualitas pembinaan

tidak baik. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden merasa kualitas

pembinaan di Lapas Anak sudah baik.

Tabel 5.25

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepatuhan Terhadap Tata Tertib

Yang Berlaku

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 33 97

2 Tidak 1 3

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang dapat mematuhi tata

tertib yang berlaku di Lapas sebanyak 33 orang (97%) hal ini dikarenakan

responden merasa takut untuk melanggar peraturan karena akan dikenakan sanksi

sedangkan responden yang menyatakan tidak dapat mematuhi tata tertib di Lapas

sebanyak 1 orang (3%) hal ini dikarenakan responden merasa tidak suka diatur-

atur.

Keberhasilan pembinaan dipandang petugas lebih kepada tingkat

kepatuhan narapidana terhadap tata tertib atau peraturan yang berlaku di dalam

Lapas. Petugas akan memberikan sanksi yang tegas apabila ada narapidana yang

tidak mematuhi tata tertib, penegakan disiplin yang dijalankan melalui pemberian

sanksi bukan suatu hukuman tetapi merupakan suatu bimbingan untuk mendidik

narapidana teratur dan taat serta patuh terhadap peraturan.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya narapidana

dapat mematuhi tata tertib yang ada di Lapas. Oleh karena itu diharapkan tujuan

pembinaan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan teratur.

Tabel 5.26

Distribusi Jawaban Responden Yang Melanggar Peraturan Di Lapas

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Pernah 21 62

2 Tidak Pernah 13 38

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang pernah

melanggar peraturan di Lapas sebanyak 21 orang (62%) hal ini dikarenakan

responden lupa, ketiduran, lalai, jenuh dan kurangnya kesadaran dari responden

sendiri sedangkan responden yang tidak pernah melanggar peraturan sebanyak 13

orang (38%) hal ini dikarenakan responden merasa takut akan diberikan hukuman

oleh petugas.

Tabel 5.27

Distribusi Jawaban Responden Tentang Tindakan Petugas Apabila

Responden Melanggar Peraturan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Diberi Sanksi 27 79

2 Dinasehati 5 15

3 Dikereng 2 6

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009 Dalam hal pelanggaran disiplin petugas memberikan sanksi sesuai dengan

peraturan yang berlaku bagi narapidana jika melakukan kesalahan atau

pelanggaran disiplin. Berdasarkan tabel 5.27 dapat dilihat bahwa tindakan yang

diberikan kepada responden yang melanggar disiplin yaitu diberi sanksi sebanyak

27 orang (79%), dinasehati sebanyak 5 orang (15%), sedangkan dikereng

sebanyak 2 orang (6%).

Pemberian hukuman yang dilakukan oleh petugas merupakan hal yang

wajar karena hal tersebut dapat dijadikan proses pembelajaran bagi narapidana

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

untuk selalu taat terhadap peraturan dan tidak mengulangi kesalahannya.

Tindakan yang dilakukan petugas tersebut masih tergolong tindakan yang

manusiawi yang jauh dari tindakan kekerasan yaitu berupa penganiayaan,

penyiksaan ataupun penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

Tabel 5.28

Distribusi Jawaban Responden Tentang Ketepatan Melaksanakan

Kewajiban

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 10 32

2 Kadang-kadang 20 59

3 Tidak 3 9

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel 5.28 dapat dilihat bahwa responden yang dapat

melaksanakan kewajibannya dengan tepat sebanyak 11 orang (32%) hal ini

dikarenakan responden merasa bertanggung jawab terhadap kewajiban yang

dilimpahkan kepadanya, responden yang menyatakan tidak selalu melakukan

kewajiban dengan tepat sebanyak 20 orang (59%) hal ini dikarenakan responden

ketiduran dan lupa, sedangkan responden yang menyatakan tidak dapat

melakukan kewajiban dengan tepat sebanyak 3 orang (9%) hal ini dikarenakan

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

responden malas dalam melaksanakan kewajibannya karena responden merasa

jenuh.

Tabel 5.29

Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterpaksaan Dalam Mengikuti

Pembinaan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 2 6

2 Tidak 32 94

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang merasa

terpaksa dalam mengikuti pembinaan sebanyak 2 orang (6%) hal ini dikarenakan

takut dimarahi petugas, sedangkan responden yang merasa bukan keterpaksaan

dalam mengikuti pembinaan sebanyak 32 orang (94%) hal ini dikarenakan

responden merasa pembinaan tersebut sesuai dengan minat, bakat dan kemauan

mereka selain itu responden merasa bahwa mengikuti pembinaan merupakan

kewajiban bagi mereka agar mempunyai bekal setelah mereka keluar dari Lapas.

Tabel 5.30

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecenderungan Responden Merasa

Bosan Dengan Kegiatan Pembinaan

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 6 18

2 Kadang-kadang 16 47

3 Tidak 12 35

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang merasa

bosan dengan kegiatan pembinaan sebanyak 6 orang (18%) hal ini dikarenakan

mereka merasa sudah sangat bosan tinggal di Lapas sehingga menyebabkan

responden juga merasa bosan dengan kegiatan pembinaan di Lapas. Responden

yang kadang-kadang merasa bosan dengan kegiatan pembinaan ada sebanyak 16

orang (47%) hal ini dikarenakan responden merasa jenuh dengan kegiatan

pembinaan yang hampir setiap hari mereka lakukan sedangkan responden yang

merasa tidak bosan dengan kegiatan pembinaan sebanyak 12 orang (35%) hal ini

dikarenakan responden merasa kegiatan pembinaan yang mereka ikuti sesuai

dengan minat, bakat dan kemauan mereka.

Tabel 5.31

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecenderungan Responden

Mendapat Kesulitan Dalam Mengikuti Pembinaan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 10 29

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

2 Kadang-kadang 18 53

3 Tidak 6 18

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang

mendapatkan kesulitan selama mengikuti pembinaan sebanyak 10 orang (29%)

hal ini dikarenakan responden merasa kurang tertarik dengan kegiatan pembinaan

yang diberikan, responden yang menyatakan kadang-kadang mendapatkan

kesulitan sebanyak 18 orang (53%) hal ini dikarenakan dalam mengikuti

pembinaan tidak selalu berjalan dengan lancar terkadang responden mendapatkan

masalah baik itu dari Pembina maupun sesama narapidana, sedangkan responden

yang tidak pernah mendapatkan kesulitan dalam mengikuti pembinaan sebanyak 6

orang (18%) hal ini dikarenakan responden merasa diperlakukan baik selama

diberi pembinaan dan mendapat perhatian dari para Pembina. Selain itu

pembinaan tersebut sesuai dengan minat, bakat dan kemauan responden sehingga

responden menikmati kegiatan pembinaan tersebut.

Tabel 5.32

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kondisi Sarana Beribadah

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

1 Memadai 29 85

2 Kurang Memadai 4 12

3 Tidak Memadai 1 3

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

bahwa kondisi sarana beribadah di Lapas memadai sebanyak 29 orang (85%),

yang menyatakan kurang memadai sebanyak 4 orang (12%) dan yang menyatakan

tidak memadai sebanyak 1 orang (3%). Berdasarkan hasil pengamatan peneliti

bahwa sarana beribadah sudah memadai, hal ini dapat terlihat dari adanya sarana

beribadah seperti gereja, masjid dan vihara yang kondisinya baik dan nyaman

sehingga layak dijadikan sebagai tempat beribadah.

Tabel 5.33

Distribusi Jawaban Responden Tentang Keberadaan TV Di Lapas

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Senang Sekali 32 94

2 Biasa Saja 2 6

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Televisi merupakan salah satu media informasi yang mendukung program

pembinaan rekreasi di Lapas. Narapidana berhak untuk mengikuti siaran media

massa agar tidak ketinggalan informasi. Keberadaan televisi di Lapas merupakan

salah satu alternatif yang baik agar narapidana dapat mengetahui perkembangan

dunia luar.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya dari

responden atau ada sebanyak 32 orang (94%) yang merasa senang sekali dengan

keberadaan televisi di Lapas. Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan

responden, responden merasa terhibur dengan adanya televisi di Lapas, mereka

tidak jenuh dan mendapatkan informasi dengan adanya televisi. Namun ada 2

orang (6%) responden yang merasa biasa saja dengan keberadaan televisi di

Lapas. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden hal ini

dikarenakan responden tidak begitu suka menonton televisi mereka lebih suka

mendengarkan musik daripada menonton televisi.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, kondisi televisi di Lapas anak

masih kurang memadai karena jumlah narapidana yang begitu banyak hanya

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

tersedia 1 televisi yang berukuran kecil sehingga narapidana kurang begitu puas

menonton televisi.

Tabel 5.34

Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilitas Yang Tersedia Di Lapas

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Memadai 11 32

2 Kurang Memadai 21 62

3 Tidak Memadai 2 6

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang

menyatakan bahwa fasilitas di Lapas memadai sebanyak 11 orang (32%), yang

menyatakan kurang memadai sebanyak 21 orang (62%), sedangkan yang

menyatakan tidak memadai sebanyak 2 orang (6%).

Keberhasilan suatu program kegiatan pembinaan harus didukung oleh

sarana dan prasarana yang memadai. Untuk mendukung tercapainya tujuan suatu

pembinaan maka harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung

kegiatan pembinaan.

Berdasarkan hasil observasi peneliti fasilitas di Lapas anak sudah cukup

memadai namun sebaiknya perlu diadakan pergantian perlengkapan yang sudah

selayaknya diganti.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.35

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kondisi Fasilitas Yang Tersedia Di

Lapas

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Baik 10 29

2 Tidak 24 71

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

kondisi fasilitas yang tersedia di Lapas dalam kondisi baik sebanyak 10 orang

(29%) sedangkan responden yang menyatakan kondisi fasilitas yang tersedia di

Lapas dalam kondisi tidak baik sebanyak 24 orang (71%). Maka dapat dianalisis

bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa kondisi fasilitas di Lapas

tidak baik.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.36

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepuasan Terhadap Fasilitas Di

Lapas

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Puas 20 59

2 Kurang Puas 14 41

3 Tidak Puas - -

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

puas terhadap fasilitas yang tersedia di Lapas sebanyak 20 orang (59%) dengan

alasan mereka sangat menyadari status yang mereka sandang saat ini yaitu sebagai

orang yang sedang dihukum sehingga menurut responden fasilitas yang ada saat

ini sudah memuaskan, responden yang menyatakan kurang puas dengan fasilitas

yang tersedia 14 orang (41%) sedangkan tidak ada responden yang menjawab

tidak puas dengan fasilitas yang tersedia di Lapas.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.37

Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Mendapat Fasilitas Dari

Luar Lapas

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 8 24

2 Kadang-Kadang 16 47

3 Tidak 10 29

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 8 orang (24%)

responden yang menjawab mendapat fasilitas dari luar yaitu dari pihak keluarga

yang mengunjungi responden dan memberikan bantuan berupa sandang, pangan

dan fasilitas lainnya atas permintaan responden setiap keluarganya berkunjung.

Responden yang menyatakan kadang-kadang mendapatkan fasilitas dari luar

Lapas sebanyak 16 orang (47%) karena responden tersebut jarang dikunjungi oleh

keluarganya dan apabila keluarga responden berkunjung ke Lapas tidak setiap

waktu membawa fasilitas untuk responden sedangkan responden yang

menyatakan tidak pernah mendapatkan fasilitas dari luar Lapas sebanyak 10 orang

(29%) dikarenakan keluarga responden tidak pernah membawa fasilitas untuk

responden apabila berkunjung ke Lapas.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.38

Distribusi Jawaban Responden Tentang Perbaikan Fasilitas Di Lapas

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Perlu 29 85

2 Tidak Perlu 5 15

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

perlu adanya perbaikan terhadap fasilitas di Lapas ada sebanyak 29 orang (85%)

dikarenakan masih ada fasilitas yang selayaknya harus diganti khususnya fasilitas-

fasilitas vital seperti kamar tidur, perlengkapan makan, dan lain sebagainya.

Sedangkan responden yang menyatakan bahwa perbaikan fasilitas di Lapas tidak

perlu lagi karena responden sudah cukup puas dengan fasilitas yang ada sebanyak

5 orang (15%).

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.39

Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap Pembina Apabila Responden

Sakit

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Peduli 27 79

2 Kurang Peduli 7 21

3 Tidak Peduli - -

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

bahwa petugas peduli saat responden sakit sebanyak 27 orang (79%) dan memberi

obat-obatan, responden yang menyatakan bahwa petugas kurang peduli saat

responden sakit sebanyak 7 orang (21%) sedangkan tidak ada responden yang

menyatakan bahwa petugas tidak peduli saat responden sakit.

Sebenarnya sikap petugas dalam melayani kesehatan narapidana sudah

termasuk baik, hanya saja terganjal akan keterbatasan fasilitas kesehatan seperti

obat-obatan dan peralatan medis karena minimnya anggaran untuk memenuhi

fasilitas kesehatan tersebut.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.40

Distribusi Jawaban Responden Tentang Menu Makanan Di Lapas

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Enak 2 6

2 Kurang Enak 24 70

3 Tidak Enak 8 24

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

menu makanan di Lapas enak sebanyak 2 orang (6%), responden yang

menyatakan kurang enak sebanyak 24 orang (70%), sedangkan responden yang

menyatakan tidak enak sebanyak 8 orang (24%).

Narapidana berhak memperoleh makanan yang layak, yang sesuai dengan

jumlah kalori yang memenuhi syarat kesehatan. Setiap harinya ada petugas masak

di dapur Lapas yang dikerjakan yaitu narapidana itu sendiri. Makanan yang sudah

selesai dimasak langsung dibagikan kepada narapidana di dapur umum.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, makanan yang disediakan sudah

layak walaupun jumlah gizi yang terdapat dalam makanan masih jauh dari

kebutuhan konsumsi gizi pada umumnya. Hal ini dikarenakan keterbatasan

anggaran untuk memenuhi konsumsi gizi yang layak bagi narapidana.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.41

Distribusi Jawaban Responden Tentang Situasi Kamar Tidur Di Lapas

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Padat 16 47

2 Kurang Padat - -

3 Sangat Padat 18 53

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

situasi kamar tidur padat sebanyak 16 orang (47%), responden yang menyatakan

sangat padat sebanyak 18 orang (53%), dan tidak ada responden yang menyatakan

situasi kamar tidur kurang padat.

Situasi Lapas saat ini over kapasitas akibatnya kondisi kamar sangat padat.

Kondisi kamar tidur di Lapas sangatlah memprihatinkan akibatnya beberapa

kamar hunian yang isinya bercampur usia anak dengan remaja, begitu juga dengan

kamar khusus berdasarkan latar belakang perkara pidana masih bercampurnya

bermacam-macam kasus di dalam 1 kamar, dikhawatirkan akan terjadinya transfer

ilmu kejahatan dari seorang anak ke anak lainnya. Berdasarkan hal tersebut

sangatlah diharapkan tercipta dan terpenuhinya kamar khusus anak dan kamar

hunian yang terpisah berdasarkan latar belakang kasus.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.42

Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Masuk Ke Lapas

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 1 Kali 29 85

2 2 Kali 3 9

3 3 Kali atau Lebih 2 6

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

yang masuk ke Lapas adalah baru satu kali yaitu sebanyak 29 orang (85%),

responden yang dua kali masuk ke Lapas sebanyak 3 orang (9%) sedangkan

responden yang menyatakan sudah 3 kali bahkan lebih masuk ke Lapas sebanyak

2 orang (6%).

Dapat disimpulkan bahwa responden mengulangi kembali tindakan

melanggar norma-norma hukum (resedivis) sehingga responden harus kembali

berhadapan dengan hukum. Penyebab timbulnya resedivis dikarenakan situasi dan

kondisi seperti masyarakat kurang bisa menerima kehadirannya ditengah-tengah

masyarakat dan juga karena adanya penolakan dari pihak keluarga mengakibatkan

narapidana merasa tersisih sehingga cenderung mengulangi kembali

perbuatannya.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Hasil / Efektifitas

Tabel 5.43

Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemahaman Terhadap Tujuan

Pembinaan Yang Diberikan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Mengerti 25 74

2 Tidak Mengerti 9 26

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang memahami dari

tujuan pembinaan yang diberikan sebanyak 25 orang (74%) yaitu sebagai bekal

setelah keluar dari Lapas dan kembali ketengah-tengah masyarakat sedangkan

responden yang menjawab tidak memahami dari tujuan pembinaan sebanyak 9

orang (26%) karena responden merasa di dalam Lapas ini mereka sedang

menjalani hukuman dan bukan dibina.

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memahami dari

tujuan pembinaan yang diberikan kepada responden. Responden merasa

pembinaan tersebut dijadikan bekal bagi responden apabila keluar dari Lapas.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.44

Distribusi Jawaban Responden Merasakan Manfaat Pembinaan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 29 85

2 Tidak 5 15

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

bahwa pembinaan yang diberikan bagi responden bermanfaat sebanyak 29 orang

(85%). Responden merasakan manfaat setelah mengikuti kegiatan pembinaan

yaitu semakin meningkatnya kesadaran diri, keimanan, keterampilan dan

sebagainya sehingga menjadi bekal bagi responden apabila responden telah

menyelesaikan hukumannya di Lapas sedangkan responden yang menyatakan

tidak merasakan manfaat dari pembinaan sebanyak 5 orang (15%) karena

sebagian responden merasa pembinaan tersebut tidak sesuai dengan minat, bakat

dan kemauan responden, karena pada umumnya mereka mengikuti pembinaan

hanya keterpaksaan saja.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.45

Distribusi Jawaban Responden Memiliki Keahlian Komputer Sebelum

Masuk Ke Lapas

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 13 38

2 Tidak 21 62

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Pendidikan komputer sangat penting bagi narapidana supaya mereka dapat

mengisi waktu dengan hal yang positif di Lapas dan tidak ketinggalan dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi yang sangat terbatas untuk di akses di Lapas.

Berdasarkan tabel di atas responden yang memiliki keahlian komputer

sebelum masuk Lapas sebanyak 13 orang (38%), sedangkan responden yang tidak

memiliki keahlian komputer sebelum masuk Lapas sebanyak 21 orang (62%).

Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden tidak memiliki keahlian

komputer sebelum masuk ke Lapas.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.46

Distribusi Jawaban Responden Memiliki Keahlian Komputer Setelah

Mengikuti Pembinaan Di Lapas

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 21 62

2 Tidak 13 38

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki

keahlian komputer setelah mengikuti pembinaan di Lapas sebanyak 21 orang

(62%), responden sudah mengetahui dasar-dasar penggunaan komputer serta

penggunaan program-program computer sedangkan responden yang tidak

memiliki keahlian komputer sebanyak 13 orang (38%) Karena responden kurang

minat dalam pendidikan komputer. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar

responden memiliki keahlian komputer setelah mengikuti pembinaan di Lapas.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.47

Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Keagamaan

Terhadap Keimanan Responden

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 27 79

2 Tidak 7 21

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

merasakan manfaat pembinaan keagamaan terhadap keimanan responden

sebanyak 27 orang (79%) dengan alasan setelah mengikuti pembinaan keagamaan

responden lebih mengerti tentang ajaran Tuhan, memperdalam iman, dapat lebih

mawas diri dan membuat responden bertobat sedangkan responden yang

menyatakan tidak merasakan manfaat pembinaan keagamaan terhadap keimanan

responden sebanyak 7 orang (21%) karena responden jarang mengikuti kegiatan

pembinaan keagamaan dengan alasan malas, jenuh dan bosan. Maka dapat

dianalisis bahwa sebagian besar responden merasakan manfaat pembinaan

keagamaan terhadap keimanan responden.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.48

Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Pendidikan

Umum Terhadap Pengetahuan Responden

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 21 62

2 Tidak 13 38

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang merasakan

manfaat pembinaan pendidikan umum terhadap pengetahuan responden sebanyak

21 orang (62%) dengan alasan membuka wawasan berpikir responden sehingga

dapat memotivasi responden untuk berperilaku lebih baik dan menambah ilmu

pengetahuan responden sedangkan responden yang menyatakan tidak merasakan

manfaat pembinaan pendidikan umum terhadap pengetahuan responden sebanyak

13 orang (38%) dengan alasan sebagian responden tidak mengikuti pembinaan

pendidikan umum karena responden ada yang sudah menyelesaikan

pendidikannya hingga tingkat SMU. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar

responden merasakan manfaat pembinaan pendidikan umum terhadap

pengetahuan responden.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.49

Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Kepramukaan

Terhadap Watak Dan Jiwa Responden

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 5 15

2 Tidak 29 85

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

dapat merasakan manfaat pembinaan kepramukaan terhadap jiwa dan watak

responden sebanyak 5 orang (15%) dengan alasan setelah mengikuti pembinaan

kepramukaan responden merasa lebih sportif dan berjiwa besar karena dengan

gerakan pramuka, responden akan dilatih untuk bersikap bijaksana, adil, taat pada

aturan, suka menolong dan lain-lain sedangkan responden yang tidak merasakan

manfaat pembinaan kepramukaan terhadap watak dan jiwa responden sebanyak 29

orang (85%) dengan alasan bahwa sebagian besar responden tidak mengikuti

kegiatan pembinaan kepramukaan karena tidak sesuai dengan minat, bakat dan

kemauan responden.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.50

Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Keterampilan

Terhadap Keterampilan Responden

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 26 76

2 Tidak 8 24

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

merasakan manfaat pembinaan keterampilan terhadap keterampilan responden

sebanyak 26 orang (76%) dengan alasan karena mereka dapat lebih

mengembangkan keterampilan yang mereka miliki dan merasa lebih kreatif,

dengan pembinaan keterampilan yang mereka dapatkan responden merasa lebih

terlatih dan terampil dalam bidang-bidang keterampilan sedangkan responden

yang menyatakan tidak merasakan manfaat pembinaan keterampilan sebanyak 8

orang (24%) dengan alasan kegiatan pembinaan keterampilan tersebut tidak sesuai

dengan bakat, minat dan kemauan responden. Maka dapat dianalisis bahwa

sebagian besar responden dapat merasakan manfaat pembinaan keterampilan

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

terhadap keterampilan responden. Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti

dengan responden, pembinaan keterampilan yang responden dapat selama ini di

Lapas akan responden jadikan modal untuk hidup mandiri di tengah-tengah

masyarakat menjadi orang-orang yang kreatif.

Tabel 5.51

Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Upaya

Pemasyarakatan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 19 56

2 Tidak 15 44

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

dapat merasakan manfaat dari pembinaan upaya pemasyarakatan adalah sebanyak

19 orang (56%) dengan alasan responden lebih bertanggung jawab terhadap suatu

pekerjaan yang dilimpahkan kepada responden dan responden lebih bersungguh-

sungguh dalam menghadapai suatu pekerjaan tertentu yang dilimpahkan kepada

responden sedangkan responden yang menyatakan bahwa responden tidak

merasakan manfaat pembinaan upaya pemasyarakatan sebanyak 15 orang (44%)

dengan alasan sebagian responden tidak mengikuti pembinaan upaya

pemasyarakatan sehingga responden tidak dapat merasakan secara langsung

manfaat dari pembinaan upaya pemasyarakatn tersebut. Maka dapat dianalisis

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

bahwa sebagian besar responden dapat merasakan manfaat dari kegiatan upaya

pemasyarakatan.

Tabel 5.52

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesungguhan Mengikuti Kegiatan

Pembinaan

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 29 85

2 Tidak 5 15

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang bersungguh-

sungguh dalam mengikuti pembinaan sebanyak 29 orang (85%) karena responden

menyadari bahwa pembinaan yang diberikan diperuntukkan demi perbaikan

dirinya. Sedangkan responden yang menyatakan tidak bersungguh-sungguh

mengikuti pembinaan ada sebanyak 5 orang (15%) dikarenakan sebagian

responden merasa pembinaan yang diberikan tidak sesuai dengan bakat, minat dan

kemauan responden, responden mengaku hanya bersungguh-sungguh mengikuti

pembinaan apabila diawasi oleh petugas. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian

besar responden bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembinaan.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 5.53

Distribusi Jawaban Responden Tentang Pembinaan Sebagai Pedoman

Setelah Keluar Dari Lapas

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Ya 27 79

2 Ragu-Ragu 7 21

3 Tidak - -

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Dari tabel di atas dapat dilihar bahwa responden yang menyatakan bahwa

pembinaan yang selama ini responden dapat dijadikan pedoman setelah keluar

dari Lapas sebanyak 27 orang (79%), responden yang menyatakan ragu-ragu

bahwa pembinaan berguna sebagai pedoman setelah keluar dari Lapas sebanyak 7

orang (21%), dan tidak ada responden yang menyatakan bahwa pembinaan tidak

dapat dijadikan sebagai pedoman setelah keluar dari Lapas. Maka dapat dianalisis

bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa pembinaan dapat dijadikan

bekal setelah responden keluar dari Lapas.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Pembinaan yang diberikan selama ini kepada narapidana di Lapas

selayaknya dapat menjadi bekal setelah mereka keluar dari Lapas, berbekal

keterampilan para narapidana dapat hidup mandiri. Apalagi dengan label yang

disandang narapidana sebagai mantan narapidana mempersulit mereka untuk

kembali hidup dengan normal dan menjauhi hal yang membuat mereka masuk ke

dalam Lapas. Sehingga narapidana tersebut harus sungguh-sungguh

mengembangkan dirinya lebih baik lagi dengan bekal keterampilan yang telah

mereka dapat selama ini di Lapas, sehingga mereka dapat kembali berfungsi sosial

dengan baik dalam usaha mencapai tujuan atau cita-cita yang terhambat selama di

dalam Lapas.

Tabel 5.54

Distribusi Jawaban Responden Tentang Rencana Jangka Panjang Setelah Ke

Luar Dari Lapas

No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %

1 Berubah 23 68

2 Bekerja 9 26

3 Tidak Tahu 2 6

Jumlah 34 100

Sumber : Hasil kuesioner, 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan

mempunyai rencana jangka panjang setelah keluar dari Lapas yaitu akan berubah

sebanyak 23 orang (68%) dikarenakan responden merasa menyesal dengan

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

perbuatan yang selama ini responden lakukan, responden merasa telah

mengecewakan banyak pihak terutama keluarga responden sehingga responden

berjanji akan berubah setelah keluar dari Lapas dan hidup normal kembali dengan

kehidupan yang lebih baik lagi. Responden yang menyatakan mempunyai rencana

jangka panjang setelah keluar dari Lapas yaitu akan bekerja sebanyak 9 orang

(26%) dikarenakan sebagian responden telah menyelesaikan pendidikannya

hingga tingkat SMU sehingga mereka berencana akan bekerja guna menghidupi

kebutuhannya sehari-hari dan tidak akan memberatkan keluarga responden

kembali, responden ingin hidup mandiri sedangkan responden yang menyatakan

tidak tahu akan rencana jangka panjang responden setelah keluar dari Lapas

adalah sebanyak 2 orang (6%) dikarenakan responden sudah merasa putus asa dan

takut untuk berhadapan dengan masyarakat luas dengan cap mantan narapidana

yang responden sandang.

Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden memiliki rencana

jangka panjang untuk berubah setelah menyelesaikan hukumannya di Lapas.

Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan responden, responden merasa

pembinaan yang selama ini responden dapat di Lapas memberikan kesadaran pada

diri reponden untuk dapat menjalani hidup dengan baik agar responden dapat

berguna bagi nusa dan bangsa.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan observasi, penyebaran

kuesioner, dan wawancara maka dapat dapat kita lihat bahwa pembinaan

narapidana yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta,

Medan sudah dapat dikatakan efektif. Hal ini dapat terlihat dari jawaban

responden dimana sebagian besar responden memahami tentang jenis-jenis

pembinaan di Lapas yaitu sebanyak 85%, sikap responden yang seluruhnya

merasa tertarik mengikuti kegiatan pembinaan dan 85 % diantaranya sungguh-

sungguh mengikuti kegiatan pembinaan.

Selain itu reaksi narapidana yang diwujudkan melalui partisipasi serta

keterlibatan narapidana terhadap setiap kegiatan pembinaan yang diberikan cukup

baik. Hal ini dapat dilihat bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi perkembangan anak baik dalam hal pembentukan moralitas

maupun dalam pengembangan diri anak menjadi anak yang mempunyai

kemampuan kepribadian yang baik supaya dapat hidup di masyarakat secara

wajar. Keterlibatan responden yang mengikuti kegiatan pembinaan pendidikan

sebanyak 71 % dan sebanyak 62% diantaranya yang dapat merasakan manfaat

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

pendidikan umum dalam diri responden. Hal ini dikarenakan sebagian responden

tidak mengikuti kegiatan pembinaan pendidikan karena sebagian responden sudah

menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat SLTA sehingga responden merasa

tidak perlu lagi mengikuti kegiatan pembinaan pendidikan.

Pendidikan keagamaan bertujuan agar setiap narapidana dapat menyadari

kesalahannya serta terbentuk kekuatan iman dan mendekatkan diri kepada Tuhan

sehingga kesalahan yang membuat narapidana terjerumus kedalam kenakalan

yang mengakibatkan pemidanaan terhadap dirinya tidak terulang kembali.

Keterlibatan responden dalam mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan secara

aktif sebanyak 85% dan sebanyak 79% responden yang merasakan manfaat

kegiatan pembinaan keagamaan. Responden menyatakan setelah mengikuti

kegiatan pembinaan keagamaan responden lebih mengerti tentang ajaran Tuhan,

memperdalam iman responden dan membuat responden lebih mawas diri.

Pembinaan kepramukaan bertujuan untuk membentuk watak dan jiwa

yang sportif serta bertanggung jawab dalam diri narapidana sehingga nantinya

setelah keluar dari Lapas dapat diterima kembali di masyarakat. Keterlibatan

responden yang mengikuti kegiatan pembinaan kepramukaan secara aktif

sebanyak 21% dan sebanyak 15% responden yang dapat merasakan manfaat

pembinaan kepramukaan. Responden menyatakan setelah mengikuti kegiatan

pembinaan kepramukaan dalam diri responden tertanam sikap lebih bertanggung

jawab dan disiplin responden menjadi lebih tinggi.

Pembinaan keterampilan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan

narapidana agar setelah menyelesaikan hukumannya narapidana mempunyai bekal

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

untuk kembali ke masyarakat. Keterlibatan responden yang mengikuti kegiatan

pembinaan keterampilan secara aktif sebanyak 88% dan sebanyak 76% yang

dapat merasakan manfaat pembinaan keterampilan. Responden menyatakan

setelah mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan responden semakin kreatif

dan semakin terlatih serta terampil.

Upaya pemasyarakatan merupakan kegiatan pembinaan narapidana guna

dipersiapkan terjun kembali ketengah-tengah masyarakat mempunyai sikap

bertanggung jawab. Keterlibatan responden yang mengikuti kegiatan pembinaan

upaya pemasyarakatan secara aktif sebanyak 56% dan sebanyak 56% yang dapat

merasakan manfaat pembinaan upaya pemasyarakatan. Responden menyatakan

setelah mengikuti kegiatan pembinaan upaya pemasyarakatan responden lebih

bertanggung jawab terhadap suatu pekerjaan yang dilimpahkan kepada responden

dan responden lebih bersungguh-sungguh dalam menghadapi suatu pekerjaan.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

BAB VI

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai efektivitas

pembinaan narapidana anak oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta,

Medan, maka dapat ditarik kesimpulan :

Pembinaan narapidana anak oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung

Gusta sudah dapat dikatakan efektif, dilihat dari pemahaman narapidana terhadap

pembinaan yang ada di Lapas yaitu sebagian besar narapidana memahami tentang

jenis-jenis pembinaan di Lapas, sikap narapidana yang sebagian besar merasa

tertarik dan sungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembinaan, dan reaksi

narapidana yang diwujudkan melalui partisipasi serta keterlibatan narapidana

terhadap pembinaan yang diberikan. Selain itu sebagian besar narapidana

merasakan manfaat yang nyata terhadap pengetahuan, keterampilan dan

keimanan narapidana setelah mengikuti pembinaan di Lapas Anak meskipun

ditemui beberapa kelemahan yaitu :

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

1. Kondisi Lapas Anak saat ini sangat memprihatinkan dengan jumlah populasi

yang sudah melebihi kapasitas. Idealnya satu kamar hunian diisi oleh 8 orang

anak namun kenyataannya saat ini satu kamar hunian diisi rata-rata 30 orang.

Hal ini menyebabkan kamar terlihat kurang bersih dan lembab dikarenakan

tidak seimbangnya daya tampung sebenarnya dengan isi kamar hunian

akibatnya tidak sedikit narapidana yang menderita penyakit ispa / asma.

2. Terbatasnya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pembinaan

seperti :

a. Untuk Pendidikan Umum mengalami kekurangan antara lain :

• Buku dan alat-alat tulis

• Buku bacaan untuk perpustakaan

• Peralatan Melukis

• Laboratorium bahasa / komputer

• Ruang pendidikan yang kurang memadai

• Seragam sekolah.

b. Untuk Pendidikan Keterampilan mengalami kekurangan antara lain :

• Bahan dan alat-alat pelatihan

• Kegiatan pelatihan yang sangat minim dan belum memadai

• Belum adanya orang tua asuh / pihak ketiga yang peduli dan berkelanjutan

dalam hal pelaksanaan pelatihan keterampilan hidup.

3. Minimnya anggaran menyebabkan upaya perawatan kesehatan bagi

narapidana tidak mengalami kemajuan. Faktor penghambat perawatan

kesehatan di Lapas Anak sebagai berikut :

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

a. Minimnya sarana poliklinik dan ruang rawat inap bagi narapidana yang

menderita sakit sehingga terdapat penyakit yang tidak dapat ditangani maka

Lapas Anak terpaksa membawa ke rumah sakit pemerintahan terdekat untuk

merawat narapidana.

b. Minimnya sarana MCK di Lapas Anak mengakibatkan timbulnya penyakit

gatal-gatal pada kulit dan diare, kedua jenis penyakit tersebut timbul

dikarenakan minimnya sarana air untuk didapatkan narapidana untuk

memenuhi kebutuhan sehari-harinya, hal ini disebabkan kurangnya jumlah

pompa air yang dibutuhkan untuk mendistribusikan langsung ke kamar

hunian.

c. Ruang pemeriksaan gigi dan tidak adanya dokter gigi adalah salah satu

faktor penghambat pelaksanaan perawatan gigi dan gusi narapidana Lapas

Anak.

d. Kurang terpenuhinya obat-obatan yang ada di poliklinik Lapas sehingga

jenis penyakit menular sangat cepat berpindah ke narapidana lainnya.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan sebagai masukan yaitu :

1. Bagi pihak Lapas Anak Tanjung Gusta agar lebih meningkatkan mutu

pembinaan bagi narapidana agar tujuan dari pemasyarakatan dapat terwujud

dengan lebih baik lagi. Selain itu pihak Lapas agar kiranya perlu meninjau

kembali masalah populasi narapidana agar tidak melebihi kapasitas yang

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

mengakibatkan tingginya perbandingan antara jumlah narapidana dengan

petugas.

2. Bagi Departemen Hukum dan HAM, perlunya penambahan petugas di bidang

keterampilan untuk dapat mendidik narapidana dalam membina dan

mengembangkan keterampilan mereka. Serta melakukan kerja sama yang

lebih baik lagi dan berkelanjutan dengan Dinas Pendidikan dan Pemerintah

Daerah setempat dan menggalang kepedulian pihak luar dalam hal ini

masyarakat, LSM, dan instansi pemerintah terkait lainnya dalam rangka

pemenuhan hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

3. Bagi Pemerintah diharapkan untuk dapat terlibat langsung mengatasi masalah

kekurangan dana anggaran dan fasilitas yang dapat menjadi kendala dalam

jalannya proses pemasyarakatan.

4. Tercapainya pelaksanaan pembinaan narapidana dengan baik adalah berada

pada tenaga-tenaga pegawai Lapas yang merupakan pelaksana sistem

pemasyarakatan. Oleh karena itu, hendaknya para petugas lebih cakap dan

kreatif lagi untuk mendidik narapidana terutama pendekatan pribadi.

5. Bagi Masyarakat diharapkan agar menerima kembali dan tidak memandang

sinis terhadap narapidana yang telah selesai menjalani pembinaan di Lapas,

sehingga dirinya dapat kembali ketengah-tengah masyarakat dan dapat

menjalani kehidupan dengan baik.

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsinih. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta Bernard, I, Chaster. 1992. Organisasi dan Manajemen Struktur, Perilaku dan

Proses.

Jakarta: Gramedia

Cunningham, J, Barton. 1978. Suatu Sumber Pendekatan Sumber Daya Dalam

Evaluasi

Keefektifan Organisasi: Erlangga

Harsono, C.I. 1995. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta : Djambatan

J.P, Campbel. 1987. Riset Dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat

Simamora.

Jakarta: Erlangga

Mangunhardjana, A. 1996. Pembinaan, Arti Dan Metodenya. Yogyakarta:

Kanisius

Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009

Nawawi, H,H. 1998. Metode Penelitian Dalam Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah

Mada

University Press

Singarimbun, Masri, 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES

Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Steers, M, Richard. 1982. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga

Suparlan, Y. 1990. Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Pustaka

Pengarang.

Susilowati, Ima. 2003. Pengertian Konvensi Hak Anak. UNICEF untuk Indonesia.

Jakarta: PT. Enka Parahiyangan.

Sumber-sumber lain :

Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Pemberdayaan Komunitas Vol.5, No. 1, 2006 :

1-4

Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 1995, Tentang Pemasyarakatan, Presiden

Republik Indonesia, 1995.

http://hukumham.info/index.php?option=com_content&task=view&id/26Oktober

2008

http://www.bapenas.go.id/index.php?/contentexpress/KPP/PNBA/BuKu

Perlindungan anak-final./31 Oktober 2008

http://www.ypha.or.id/files/praktek-praktek sistem peradilan

anak.pdf./31Oktober2008