EFEKTIVITAS PEMBINAAN NARAPIDANA ANAK OLEH LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KLAS II-A TANJUNG GUSTA,...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of EFEKTIVITAS PEMBINAAN NARAPIDANA ANAK OLEH LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KLAS II-A TANJUNG GUSTA,...
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
EFEKTIVITAS PEMBINAAN NARAPIDANA ANAK
OLEH LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK
KLAS II-A TANJUNG GUSTA, MEDAN
SKRIPSI
DIAJUKAN O L E H :
NANI WITA SEMBIRING
050902004
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK NAMA : Nani Wita Sembiring NIM : 050902004 JUDUL : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan Anak adalah putra kehidupan, masa depan bangsa dan negara. Oleh karena itu anak memerlukan pembinaan, bimbingan khusus agar dapat berkembang fisik, mental dan spiritualnya secara maksimal. Dalam menjalani proses kehidupannya bukan tidak mungkin seorang anak terlibat dalam konflik hukum yang menyebabkan dirinya harus menjalani pidana. Sungguh merupakan suatu hal yang sangat berat jika melihat anak yang seharusnya dapat bermain secara bebas harus dirampas kemerdekaannya untuk menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan. Pemasyarakatan dianggap dapat memberikan pembinaan karena tujuan utama dari pemasyarakatan adalah untuk menjadikan pelaku tidak mengulangi perbuatan jahatnya, sistem pemasyarakatan dengan demikian harus diciptakan pembinaan yang tepat sesuai bagi narapidana itu. Skripsi ini bertujuan untuk dapat mengetahui efektivitas pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta, Medan. Penelitian ini berbentuk deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan (menggambarkan) tentang fakta dan kondisi atau gejala yang menjadi objek penelitian. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 orang yaitu narapidana yang telah menjadi narapidana di LAPAS, dimana narapidana tersebut yang peneliti anggap dapat mengerti dan memahami manfaat dari pembinaan yang diberikan adalah narapidana kategori usia remaja yaitu 12 - 21 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner, wawancara dan observasi. Teknik analisa data yang dilakukan adalah dengan mentabulasi data-data yang diperoleh dan disusun dalam bentuk tabel tunggal. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pembinaan narapidana anak oleh Lembaga Pemasyarakatan anak Tanjung Gusta sudah dapat dikatakan efektif, dilihat dari pemahaman narapidana terhadap pembinaan yang ada di Lapas yaitu sebagian besar narapidana memahami tentang jenis-jenis pembinaan di Lapas, sikap narapidana yang sebagian besar merasa tertarik dan sungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembinaan, dan reaksi narapidana yang diwujudkan melalui partisipasi serta keterlibatan narapidana terhadap pembinaan yang diberikan. Selain itu sebagian besar narapidana merasakan manfaat yang nyata terhadap pengetahuan, keterampilan dan keimanan narapidana setelah mengikuti pembinaan di Lapas Anak. Namun masih ada hambatan dalam pelaksanaannya yaitu jumlah penghuni Lapas yang tidak sesuai dengan daya tampung (over kapasitas), kurangnya sarana dan prasarana serta minimya anggaran. Bagi pihak Lapas agar lebih meningkatkan mutu pembinaan, pembinaan agar disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di luar lembaga, perlunya ditambah personil di Lapas dan perlunya peran serta aktif Pemerintah khususnya Departemen Hukum dan HAM agar mengatasi masalah kekurangan dana anggaran dan peningkatan fasilitas. Kata-kata kunci (keywords) : Efektivitas, Pembinaan narapidana
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur , hormat dan kemuliaan kupanjatkan bagiMu Tuhan yang
kukenal dalam Nama Tuhan Yesus Kristus. Hanya Engkaulah yang telah memberikan
hikmat dan pengetahuan serta kasih yang kekal dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “ Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak
OLeh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta Medan “.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan
sehingga mengurangi nilai dari kesempurnaannya. Hal ini terutama dikarenakan
keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kebaikan di masa yang
akan datang.
Penulis juga menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih, diantaranya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan
Sosial Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Agus Suriadi, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih
atas bimbingan, arahan, pemikiran, saran, kritik, dan pandangannya yang berguna
bagi penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
4. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah mengajar dan membimbing penulis
selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Siswanto, Bc.IP, SH selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas
II-A Tanjung Gusta Medan.
6. Bapak Bangsi Tarigan, SH selaku Ka.Sie.Bimbingan Narapidana dan Bapak
Helman Leonard Batubara, A.Ks selaku Ka.Sub.Sie Bimker , seluruh staf pegawai
dan seluruh responden yang telah memberikan waktu, informasi serta kerjasama
yang baik kepada penulis.
7. Kepada kedua orang tua yang sangat penulis cintai, Mama Asnah Tarigan, BA
dan Bapak Drs. Nanggip Sembiring. Terima kasih untuk segala kasih sayang,
dukungan, doa dan perhatian yang Mama dan Bapak berikan selama ini. Tuhan
selalu berkati keluarga kita.
8. Kakakku Tercinta Nina Ita Sembiring, SE dan Adikku Suranta Sembiring, terima
kasih untuk segala dukungan yang selama ini kalian berikan.
9. Abangku yang Tercinta, yang telah tinggal bersama Bapa di sorga dalam
kekekalan abadi Alm. Maklum Hariatin Sembiring. “ Kematian bukanlah sebuah
titik tapi kematian adalah sebuah koma “ .
10. Seseorang yang telah memiliki hatiku, seseorang yang selalu sabar menghadapiku
Briptu. Polman Rumahorbo makasih untuk segala cinta dan kasih yang telah
diberikan kepadaKu selama ini. Syukur Kupanjatkan kepada Tuhan karena Dia
telah memberiku seseorang sepertimu.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
11. SahabatKu Putri Anne Sembiring, Pote makasi ya untuk persahabatan kita selama
hampir 4 tahun ini. Makasi selalu setia menemani aku selama penelitian, tetap
semangat dengan skripsinya.
12. SahabatKu RINJOL alias JOLEM alias Rina Sartika Ginting, sahabat kecilku
yang selalu tegar dan tabah dalam menjalani hidup ini. Seorang sahabat yang
selalu ceria dalam setiap kondisi. Makasi untuk semua nasehat-nasehatnya.
13. Sahabat-sahabatKu Hotnida Purba, Kristina Sembiring, Nissa Harahap, Jhon Ray
Silaban, Ian Timbul Simamora, Fanny Ruzmadani Lubis. Makasi untuk semua
canda dan tawa yang selama ini kita lewati bersama.
14. Teman-teman seperjuanganKu di kesos “05 : Jolly, July Darto, Jonnis, Fitri, Selfi,
dan semuanya. Makasi untuk kenangan-kenangan yang udah kita lewati selama
hampir 4 tahun ini. Semoga kita sukses.
Akhir kata atas segala bimbingan dan bantuan lainnya yang telah
diberikan dalam penyelesaian skripsi ini, Penulis mengucapkan terima kasih
banyak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2009
Penulis
Nani Wita Sembiring
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak………………………………………………………………………. .......... i
Kata Pengantar………………………………………………………………. .......... ii
Daftar Isi……………………………………………………………………… ........ v
Daftar Tabel………………………………………………………………….. ........ . ix
Daftar Bagan………………………………………………………………….. ........ xiv
Daftar Lampiran………………………………………………………………. ........ xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 8
2.1 Perumusan Masalah .................................................................................... 8
3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8
4.1 Manfaat Penelitian…………………………………………….. ................... 8
5.1 Sistematika Penulisan………………………………………… .................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Efektivitas................................................................................................. 10
2.1.1 Pengertian Efektivitas ......................................................... 10
2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas ......................................... 11
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.1.3 Masalah Dalam Pengukuran Efektivitas ............................... 11
2.2 Lembaga Pemasyarakatan ............................................................... 16
2.2.1 Pengertian Lembaga Pemasayarakatan ................................. 16
2.2.2 Lembaga Pemasyarakatan Anak…………………... ............. 17
2.2.3 Petugas Pemasyarakatan ....... ……………………………… 18
2.3 Pembinaan…………………………………………………….. ........ 20
2.3.1 Pengertian Pembinaan ........ ………………………………… 20
2.3.2 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Pembinaan……………… ....... 22
2.4 Anak………………………………………………………….. ......... 23
2.4.1 Pengertian Anak………………………………………. ........ 23
2.4.2 Hak dan Kewajiban Anak…………………………… .......... 25
2.5 Sistem Pemasyarakatan…………...………………………… .......... 28
2.5.1 Konsep Sistem Pemasyarakatan…………………… ............ 28
2.5.2 Pembinaan Dalam Sistem Pemasyarakatan…………. .......... 30
2.6 Kerangka Pemikiran……………………………………………. ...... 33
2.7 Definisi Konsep dan Definisi Operasional…………………... ......... 36
2.7.1 Definisi Konsep………………………………………… ..... 36
2.7.2 Definisi Operasional……………………………………… .. 37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian…….……………………………………… .............. 38
3.2 Lokasi Penelitian…………………………………………… ........... 38
3.3 Populasi dan Sampel………….……………………………... .......... 38
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
3.3.1 Populasi……………………………………………… .......... 38
3.3.2 Sampel…………………………………………………........ 39
3.4 Teknik Pengumpulan Data……………………………………......... 40
3.5 Teknik Analisa Data……….…………………………………… ..... 41
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis………………………………………………… ........... 42
4.2 Latar Belakang Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Tanjung
Gusta Medan……………………………………. .................................. 42
4.3 Deskripsi Pekerjaan Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Tanjung
Gusta Medan…………………………………………. .......................... 45
4.4 Jenis-Jenis Anak yang Dibina di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA
Tanjung Gusta Medan…………………………………. ........................ 47
4.5 Pembinaan Narapidana……………………………………... ................. 48
4.6 Wujud Pembinaan……………………………………………… ............ 50
4.7 Fasilitas dan Bangunan…………………………………………… ........ 50
BAB V ANALISA DATA
5.1 Hasil Penelitian………………….…….………………………... ..... 60
5.2 Pembahasan……….……………………………………………. ...... 115
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan…………………………………………………… ........ 118
6.2 Saran………………………………………………………….. ........ 120
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. ............ 121
LAMPIRAN
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Menu Makanan Narapidana 52
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Narapidana 53
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 61
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 62
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama 62
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa 63
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah 64
Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 65
Tabel 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tindak Pidana 66
Tabel 5.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Hukuman 67
Tabel 5.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Hukuman Yang Telah
Dijalani 68
Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Responden Tentang Jenis-Jenis Pembinaan 69
Tabel 5.11 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Keagamaan
70
Tabel 5.12 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Umum 72
Tabel 5.13 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan
Kepramukaan 74
Tabel 5.14 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan
Keterampilan 75
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.15 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Upaya
Pemasyarakatan 76
Tabel 5.16 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Rekreasi 77
Tabel 5.17 Distribusi Jawaban Responden Tentang Ketertarikan Mengikuti
Pembinaan 78
Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesungguhan Mengikuti
Pembinaan 78
Tabel 5.19 Distribusi Jawaban Responden Tentang Cara Pembinaan Yang Diberikan
79
Tabel 5.20 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian pembinaan dengan
minat, bakat dan kemauan 80
Tabel 5.21 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian pembinaan dengan
Jadwal Yang Telah Ditetapkan 81
Tabel 5.22 Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlakuan Petugas Selama
Mengikuti Pembinaan 82
Tabel 5.23 Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterampilan Petugas 83
Tabel 5.24 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kualitas Pembinaan Yang
Diberikan 84
Tabel 5.25 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepatuhan Terhadap Tata Tertib
Yang Berlaku 85
Tabel 5.26 Distribusi Jawaban Responden Yang Melanggar Peraturan Di Lapas 86
Tabel 5.27 Distribusi Jawaban Responden Tentang Tindakan Petugas Apabila
Responden Melanggar Peraturan 86
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.28 Distribusi Jawaban Responden Tentang Ketepatan Melaksanakan
Kewajiban 87
Tabel 5.29 Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterpaksaan Dalam Mengikuti
Pembinaan 88
Tabel 5.30 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecenderungan Responden
Merasa Bosan Dengan Kegiatan Pembinaan 89
Tabel 5.31 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecenderungan Responden
Mendapat Kesulitan Dalam Mengikuti Pembinaan 90
Tabel 5.32 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kondisi Sarana Beribadah 91
Tabel 5.33 Distribusi Jawaban Responden Tentang Keberadaan TV Di Lapas 92
Tabel 5.34 Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilitas Yang Tersedia Di Lapas
93
Tabel 5.35 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kondisi Fasilitas Yang Tersedia
Di Lapas 94
Tabel 5.36 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepuasan Terhadap Fasilitas Di
Lapas 95
Tabel 5.37 Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Mendapat Fasilitas Dari
Luar Lapas 96
Tabel 5.38 Distribusi Jawaban Responden Tentang Perbaikan Fasilitas Di Lapas
97
Tabel 5.39 Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap Pembina Apabila
Responden Sakit 98
Tabel 5.40 Distribusi Jawaban Responden Tentang Menu Makanan Di Lapas 99
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.41 Distribusi Jawaban Responden Tentang Situasi Kamar Tidur Di Lapas
100
Tabel 5.42 Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Masuk Ke Lapas 101
Tabel 5.43 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemahaman Terhadap Tujuan
Pembinaan Yang Diberikan 102
Tabel 5.44 Distribusi Jawaban Responden Merasakan Manfaat Pembinaan 103
Tabel 5.45 Distribusi Jawaban Responden Memiliki Keahlian Komputer Sebelum
Masuk Ke Lapas 104
Tabel 5.46 Distribusi Jawaban Responden Memiliki Keahlian Komputer Setelah
Mengikuti Pembinaan Di Lapas 105
Tabel 5.47 Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Keagamaan
Terhadap Keimanan Responden 106
Tabel 5.48 Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Pendidikan
Umum Terhadap Pengetahuan Responden 107
Tabel 5.49 Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Kepramukaan
Terhadap Watak Dan Jiwa Responden 108
Tabel 5.50 Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Keterampilan
Terhadap Keterampilan Responden 109
Tabel 5.51 Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Upaya
Pemasyarakatan 110
Tabel 5.52 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesungguhan Mengikuti Kegiatan
Pembinaan 111
Tabel 5.53 Distribusi Jawaban Responden Tentang Pembinaan Sebagai Pedoman
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Setelah Keluar Dari Lapas 112
Tabel 5.54 Distribusi Jawaban Responden Tentang Rencana Jangka Panjang Setelah
Ke Luar Dari Lapas. 113
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.6 Kerangka Pemikiran 35
Bagan 4.1 Struktur Organisasi Lapas Anak Klas IIA Tanjung Gusta Medan 44
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Dokumentasi
Lampiran 3. Surat Keputusan Komisi Pembimbing
Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 5. Surat Keterangan Izin Penelitian Dari Departemen Hukum dan HAM
Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian Dari Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas
IIA Tanjung Gusta Medan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semua orang tentu saja sependapat bahwa “hidup matinya” suatu bangsa
di masa mendatang sangat tergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak
amat memegang peranan yang penting karena pada dasarnya anak merupakan
generasi pewaris kehidupan suatu bangsa. Oleh karena itu, keadaan bangsa
mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan oleh bangsa tersebut kepada
anak-anak masa kini.
Menciptakan sumber daya yang handal dan tangguh yang dapat bersaing
diperlukan strategi dan budaya yang matang, dimulai dari masa kanak-kanak
sampai masa muda. Masa tersebut merupakan masa perkembangan dan
pertumbuhan yang semestinya memerlukan perhatian khusus. Namun saat ini,
perkembangan kehidupan anak tersebut amat mengkhawatirkan. Hal tersebut
dapat terlihat dari banyaknya kasus-kasus penyimpangan perilaku di kalangan
anak, bahkan lebih dari itu terdapat anak yang melakukan perbuatan melanggar
hukum, tanpa mengenal status sosial dan ekonomi.
Anak yang berkonflik dengan hukum, menurut Badan Pusat Statistik,
setiap tahunnya terdapat lebih dari 4000 perkara pelanggaran hukum yang
dilakukan anak-anak di bawah usia 16 tahun. Tahun 1994 terdapat 9.442 perkara
dan pada tahun 1995 terdapat 4.724 perkara. Dari seluruh anak yang ditangkap
sekitar separuhnya diajukan ke pengadilan dan 83 % dari mereka kemudian
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak. Menurut Badan Penelitian dan
Pengembangan HAM, tercatat jumlah narapidana anak di Lembaga
Pemasyarakatan Anak sebanyak 3.772 anak. Statistik kriminal Badan Pusat
Statistik mencatat jumlah narapidana anak dari tahun 1995 sampai dengan 1997
secara berturut-turut adalah pada tahun 1995 terdapat 5.234 narapidana anak, pada
tahun 1996 terdapat 4.479 narapidana anak dan pada tahun 1997 terdapat 4.079
anak. (http://www.bapenas.go.id/index.php?/contentexpress/KPP/PNBA/BuKu
Perlindungan anak-final./31 Oktober 2008).
Sepanjang tahun 2000, tercatat dalam statistik kriminal kepolisian terdapat
lebih dari 11.344 anak yang disangka sebagai pelaku tindak pidana. Pada awal
tahun 2002, ditemukan 4.325 tahanan anak di rumah tahanan dan lembaga
pemasyarakatan di seluruh Indonesia. Pada rentang waktu yang sama tercatat
9.465 anak yang tersebar di seluruh rumah tahanan dan Lembaga Pemasyarakatan
(http://www.ypha.or.id/files/praktek-praktek sistem peradilan
anak.pdf./31Oktober2008).
Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang
dilakukan oleh anak, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya dampak
negative dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang
komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua, telah membawa perubahan
sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh
terhadap nilai dan perilaku anak. Selain itu, anak yang kurang atau tidak
memperoleh kasih sayang, asuhan, bimbingan dan pembinaan dalam
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
pengembangan sikap, perilaku, penyesuaian diri, serta pengawasan dari orang tua,
wali, atau orang tua asuh akan mudah terseret dalam arus pergaulan masyarakat
dan lingkungannya yang kurang sehat dan merugikan perkembangan pribadinya.
Dalam menghadapi dan menanggulangi berbagai perbuatan dan tingkah
laku anak nakal, perlu dipertimbangkan kedudukan anak dengan segala ciri dan
sifatnya yang khas. Walaupun anak telah dapat menentukan sendiri langkah
perbuatannya berdasarkan pikiran, perasaan dan kehendaknya, tetapi keadaan
sekitarnya dapat mempengaruhi perilakunya. Oleh karena itu, dalam menghadapi
masalah anak nakal, orang tua dan masyarakat sekelilingnya seharusnya lebih
bertanggung jawab terhadap pembinaan, pendidikan dan pengembangan perilaku
anak tersebut.
Anak yang berkonflik dengan hukum membutuhkan perlindungan khusus
dibandingkan anak kelompok lainnya. Anak tersebut harus terpaksa menghadapi
situasi dan keadaan yang amat rentan terhadap kekerasan baik fisik maupun
emosional yang menghancurkan martabat dan masa depan mereka. Negara harus
menjamin terselenggaranya perlindungan anak-anak ketika berkonflik dengan
hukum seperti bunyi konvensi yang telah diratifikasi Pemerintah Indonesia
melalui Keppres No. 36 Tahun 1990. Konvensi hak anak tersebut menyatakan
bahwa setiap anak memiliki hak-hak anak yaitu Pertama, hak untuk hidup, setiap
anak di dunia berhak untuk mendapat akses atas pelayanan kesehatan dan
menikmati standar hidup yang layak, termasuk makanan yang cukup, air bersih,
dan tempat tinggal. Anak juga berhak memperoleh nama dan kewarganegaraan.
Kedua, hak untuk tumbuh dan berkembang, setiap anak berhak memperoleh
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
kesempatan mengembangkan potensinya semaksimal mungkin,berhak
memperoleh pendidikan baik formal maupun formal secara memadai. Konkretnya
anak diberi kesempatan untuk bermain, berekreasi, dan beristirahat. Ketiga, hak
memperoleh perlindungan,artinya setiap anak berhak melindungi dari eksploitasi
ekonomi dan sosial, kekerasan fisik atau mental, penangkapan dan penahanan
yang sewenang-wenang, dan segala bentuk diskriminasi, ini juga berlaku bagi
anak yang tidak lagi mempunyai orang tua dan anak-anak yang berada di tempat
pengungsian. Mereka berhak mendapatkan perlindungan. Keempat, hak untuk
berpartisipasi, artinya setiap anak diberi kesempatan menyuarakan pandangan,
ide-idenya, terutama berbagai persoalan yang berkaitan dengan anak. (Susilowati,
2003: 66-85).
Melihat keadaan demikian menyebabkan pemerintah perlu segera
memikirkan langkah-langkah yang harus diambil demi menyelematkan generasi
muda yang telah mengalami krisis moral sehingga berani berbuat nekat
melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum dimana perbuatan tersebut
cenderung mengarah pada perbuatan kriminal dan berorientasi pada masa depan
anak tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka pemerintah perlu
melakukan pembinaan, memberikan bimbingan, pendidikan serta perhatian
khusus untuk mereka. Adapun pembinaan yang dilakukan terhadap anak
diserahkan kepada pemerintah. Sehubungan dengan tindak pidana yang
dilakukannya pembinaan tersebut lebih diarahkan pada usaha untuk membimbing,
mendidik, memperbaiki atau memulihkan keadaan dan tingkah laku anak tersebut,
sehingga anak dapat kembali menjalani kehidupan sewajarnya ditengah-tengah
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
masyarakat jika telah menyelesaikan masa hukumannya. Oleh pemerintah
pembinaan tersebut diserahkan pada suatu lembaga atau badan yang dinamakan
Lembaga Pemasyarakatan berada dibawah Departemen Kehakiman dengan dasar
hukum UU No.12/1995 tentang Pemasyarakatan yang mengkhususkan pada
Lembaga Pemasyarakatan anak dalam hal pembinaan anak
(http://hukumham.info/index.php?option=com_content&task=view&id/26Oktober
2008).
Anak yang bersalah pembinaannya ditempatkan di Lembaga
Pemasyarakatan (LAPAS) Anak. Lembaga Pemasyarakatan Anak merupakan
sarana perlindungan anak dan pembinaan bagi anak Negara, anak Sipil, dan anak
Pidana yang berdasarkan keputusan pengadilan ditempatkan di Lapas Anak untuk
dibina. Lembaga Pemasyarakatan Anak adalah tempat pendidikan dan pembinaan
bagi narapidana anak. Sasaran akhir dari kehadiran lembaga pemasyarakatan
adalah pembinaan. Di dalam lembaga pemasyarakatan narapidana anak dilindungi
dan dibina agar dapat menyongsong masa depan yang lebih baik, melalui
pembinaan narapidana anak akan memperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia
yang mandiri, bertanggung jawab dan berguna bagi diri sendiri, keluarga,
masyarakat, bangsa dan negaranya.
Salah satu Lapas Anak di Indonesia yang terdapat di Sumatera Utara
adalah Lapas Anak Tanjung Gusta. Lapas Anak Tanjung Gusta merupakan
instansi Pemerintah dan sebagai pelaksana teknisi yang menampung, merawat dan
membina anak Negara yang berkonflik dengan hukum. Sampai awal bulan
februari 2009 Lapas Anak Tanjung Gusta tercatat berpenghuni 859 anak dimana
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
459 anak diantaranya merupakan tahanan dan 400 lainnya merupakan narapidana.
Data berikut ini menunjukkan jumlah penghuni Lembaga Pemasyarakatan Anak
Medan dalam 6 tahun terakhir yaitu tahun 2000 sebanyak 342 orang, tahun 2001
sebanyak 367 orang, tahun 2002 sebanyak 279 orang, tahun 2003 sebanyak 465
orang, tahun 2004 sebanyak 384 orang, tahun 2005 sebanyak 397 orang dan tahun
2006 sebanyak 550 orang (Sumber Data Primer : LP Anak Tanjung Gusta
Medan).
Pembentukan karakter dan perilaku anak di Lapas Anak Tanjung Gusta
dititikberatkan pada program pembinaan yang terdapat di Lapas yang terbagi atas
2 ruang lingkup pembinaan yaitu Program Pembinaan Kepribadian yang meliputi
kesadaran beragama, berbangsa dan bernegara, kemampuan intelektual, kesadaran
hukum, mengintegrasikan diri dengan masyarakat. Pembinaan kepribadian di LPA
terbagi atas 3 bagian yakni Pertama, Pendidikan Keagamaan (diisi oleh
rohaniawan baik Islam, Kristen, Hindu dan Budha) yang membuka banyak
kesempatan kepada anak pidana dalam menata dan mempelajari hal-hal rohani
yang sangat bermanfaat bagi dirinya menjadi bekal masa depan. Kedua,
Pendidikan umum, yang bertujuan untuk mendidik narapidana agar mempunyai
pandangan dan pemikiran yang lebih baik lagi daripada sebelumnya. Ketiga,
Pembinaan kepramukaan yang bertujuan membentuk watak dan jiwa yang sportif
serta bertanggung jawab dalam diri anak pidana sehingga nantinya setelah mereka
keluar dari Lapas dapat diterima kembali di masyarakat. Ruang lingkup
pembinaan selanjutnya yaitu Program Pembinaan Kemandirian, kegiatannya
terdiri atas diklat kerja/keterampilan dan upaya pemasyarakatan. Keseluruhan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
kegiatan yang terdapat di Lapas Tanjung Gusta bertujuan untuk mempersiapkan
para narapidana agar berani dan siap menyongsong masa depannya.
Pelaksanan program pembinaan harus didukung oleh berbagai sarana dan
prasarana yang memadai dengan memperhatikan faktor efektivitas pembinaan
yang dijalankan dan ketercapaian bagi narapidana anak. Hal ini perlu
memperhatikan bagaimana pelaksanaan program dalam pembinaan kepada
narapidana anak untuk mempersiapkan para narapidana agar berani dan siap
menyongsong masa depannya. Keberhasilan sistem pemasyarakatan dalam
membina narapidana memang bukan mempunyai tolak ukur yang jelas, ahli
kriminolog, sosiolog, dan pemasyarakatan mengatakan jika residivis menurun
maka pemasyarakatan berhasil dalam melaksanakan pembinaan, hal ini belum
dapat dijadikan tolak ukur karena banyak sekali variabel-variabel yang
menyebabkan turunnya residivis, misalnya angka yang luput dari data statistik,
residivis melakukan kejahatan di tempat lain dan lain-lain (Harsono, 1995:4).
Maka kita dapat melihat bahwa keberhasilan pembinaan bukanlah hanya
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, tetapi juga dengan partisipasi
dari berbagai pihak, subtansi hukum, sosial, dan substansi lainnya. Oleh karena itu
pembinaan harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip dasar pemasyarakatan.
Pembinaan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan haruslah mampu
menumbuhkan suasana yang penuh saling pengertian dan kerukunan, baik
diantara sesama narapidana, maupun antar Pembina dengan yang dibina.
Maka bertitik tolak dari uraian diatas, maka hal ini membuat penulis
merasa tertarik untuk mengadakan penelitian yang dituangkan dalam skripsi
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
berjudul “Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga
Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Efektivitas
Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A
Tanjung Gusta, Medan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari peneliti mengadakan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas pembinaan narapidana anak oleh Lembaga
Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
atau panduan dalam rangka pengembangan konsep-konsep dan teori-teori dalam
rangka melakukan intervensi pelayanan sosial terhadap anak yang berkonflik
dengan hukum bagi narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A
Tanjung Gusta, Medan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian,
kerangka pemikiran, definisi konsep, dan definisi operasional.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sample, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.
BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi
penelitian.
BAB V: ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian
dan analisinya.
BAB VI: PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 EFEKTIVITAS
2.1.1 Pengertian Efektivitas
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Efektivitas disebut juga efektif,
apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soewarno yang mengatakan bahwa efektivitas adalah
pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Chaster I. Bernard, efektivitas adalah
tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992:27).
Secara Komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat
kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua
tugas-tugas pokoknya atau untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya (Campbel, 1987:47).
Efektivitas dalam dunia riset ilmu-ilmu sosial dijabarkan dengan
penemuan atau produktivitas, dimana bagi sejumlah sarjana sosial efektivitas
sering kali ditinjau dari sudut kualitas pekerjaan atau program kerja. Dari
pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan pengertian efektivitas yaitu
keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran) yang
telah ditentukan sebelumnya.
Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari
efektivitas, maka tidaklah mengherankan jika terdapat sekian banyak pertentangan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
pendapat sehubung dengan cara meningkatkannya, cara mengatur dan bahkan cara
menentukan indikator efektivitas. Sehingga, dengan demikian akan lebih sulit lagi
bagaimana cara mengevaluasi tentang efektivitas.
Pengertian yang memadai mengenai tujuan efektivitas ataupun sasaran
organisasi, merupakan langkah pertama dalam pembahasan efektivitas, dimana
sering kali berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam usaha
mengukur efektivitas yang pertama sekali adalah memberikan konsep tentang
efektivitas itu sendiri.
Dari beberapa uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa efektivitas
merupakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas suatu lembaga
secara fisik dan non fisik untuk mencapai serta meraih keberhasilan maksimal.
2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas
Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang
berbeda dari lembaga dimana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa
berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dari proses internal yang
terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output yang kemudian
dilemparkan kembali pada lingkungannya.
a. Pendekatan Sasaran (goal approach).
Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil
merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam
pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan
mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan
pendekatan sasaran ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil
maksimal berdasarkan sasaran resmi “official goal” dengan memperhatikan
permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap
aspek output yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai
tingkat output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba
mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran
yang hendak dicapai.
b. Pendekatan Sumber ( Sistem Resource Approach).
Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu
lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu
lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara
keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada
teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya,
Karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya
dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga
tersebut dan output yang dihasilkan juga dilemparkannya kepada lingkungannya.
Sementara itu sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat
langka dan bernilai tinggi.
Dalam mendapatkan berbagai jenis sumber untuk memelihara sistem dari
suatu lembaga merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efektivitas.
Secara sederhana efektivitas seringkali diukur dengan jumlah atau kuantitas
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
berbagai jenis sumber yang berhasil diperoleh dari lingkungan. Pengukuran
efektivitas dengan pendekatan sumber ini mampu untuk memberikan alat ukur
yang sama dalam mengukur efektivitas berbagai lembaga yang jenis dan
programnya berbeda dan tidak dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
sasaran (Cunningham, 1978:635).
c. Pendekatan Proses (internal Process Approach).
Pendekatan proses menganggap efektivitas sebagai efisiensi dan kondisi
kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektiv, proses internal
berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara
terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan
memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber
yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan
lembaga.
2.1.3 Masalah Dalam Pengukuran Efektivitas
Efektivitas selalu diukur berdasarkan prestasi, produktivitas dan laba.
Pengukuran efektivitas dengan menggunakan ssaaran yang sebenarnya dan
memberikan hasil daripada pengukuran efektivitas berdasarkan sasaran resmi
dengan memperhatikan masalah yang ditimbulkannya oleh beberapa hal berikut:
a. Adanya macam-macam output
Adanya bermacam-macam output yang dihasilkan menyebabkan
pengukuran efektivitas dengan pendekatan sasaran menjadi sulit untuk dilakukan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pengukuran juga semakin sulit jika ada sasaran yang saling bertentangan dengan
sasaran lainnya.
Efektivitas tidak akan dapat diukur hanya dengan menggunakan suatu
indikator atau efektivitas yang tinggi pada suatu sasaran yang seringkali disertai
dengan efektivitas yang tinggi pada suatu sasaran yang seringkali disertai dengan
efektivitas yang rendah pada sasaran lainnya. Selain itu, masalah juga muncul
karena adanya bagian-bagian dalam suatu lembaga yang mempunyai sasaran
yang berbeda-beda secara keseluruhan, sehingga pengukuran efektivitas seringkali
terpaksa dilakukan dengan memperhatikan bermacam-macam secara simultan.
Dengan demikian, yang diperoleh dari pengukuran efektivitas adalah profil atau
bentuk dari efek yang menunjukkan ukuran efektivitas pada setiap sasaran yang
dimilikinya.
Selanjutnya hal lain yang sering dipermasalahkan adalah frekwensi
penggunaan kriteria dalam pengukuran efektivitas seperti yang dikemukakan oleh
R.M Steers yaitu bahwa kriteria dan penggunaan hal-hal tersebut dalam
pengukuran efektivitas adalah:
a. Adaptabilitas dan fleksibilitas
b. Produktivitas
c. Keberhasilan memperoleh sumber
d. Keterbukaan dalam komunikasi
e. Keberhasilan pencapaian program
f. Pengembangan program
g. Subjektivitas dalam adanya pencapaian (Steers, 1982:546).
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pengukuran efektivitas dengan menggunakan pendekatan sasaran
seringkali mengalami hambatan, karena sulitnya mengidentifikasi sasaran yang
sebenarnya dan juga karena kesulitan dalam pengukuran keberhasilan dalam
mencapai sasaran. Hal ini terjadi karena sasaran yang sebenarnya dalam
pelaksanaan. Untuk itu ada baiknya bila meninjau pendapat G.W England, bahwa
perlu masuk ke dalam suatu lembaga untuk mempelajari sasaran yang sebenarnya
karena informasi yang diperoleh hanya dari dalam suatu lembaga untuk melihat
program yang berorientasi ke luar atau masyarakat,
Karena sasaran yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, unsur subjektif
itu tidak berpengaruh tetapi untuk sasaran yang harus dideskripsikan secara
kuantitatif, informasi yang diperoleh akan sangat tergantung pada subjektivitas
dalam suatu lembaga mengenai sasarannya. Hal ini didukung oleh pendapat
Richard M. Steers yaitu bahwa lingkungan dan keseluruhan elemen-elemen
kontektual berpengaruh terhadap informasi lembaga dan menentukan tercapai
tidaknya sasaran yang hendak dicapai. Karena itu perbedaan karakteristik faktor-
faktor kontektual ini perlu diperhatikan apabila hendak bermaksud mengukur
efektivitas program yang terdapat pada lingkungan yang berbeda (Steers,
1982:558).
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.2 LEMBAGA PEMASYARAKATAN
2.2.1 Pengertian Lembaga Pemasyarakatan
Menurut Pasal 1 butir (3) UU No. 12 Tahun 1995, yang dimaksud dengan
“Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk
melaksanakan pembinaan narapidana atau anak didik pemasyarakatan”. LAPAS
sebagai ujung tombak pelaksanaan asas pengayoman merupakan tempat untuk
mencapai tujuan tersebut di atas melalui pendidikan, rehabilitasi, dan reintegrasi.
Sejalan dengan peran LAPAS tersebut, maka tepatlah apabila petugas
pemasyarakatan yang melaksanakan tugas pembinaan dan pengamanan
Narapidana dalam UU ini ditetapkan sebagai pejabat fungsional penegak hukum.
Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan terhadap
narapidana berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang
merupakan bagian akhir dalam tata peradilan pidana. Lembaga pemasyarakatan
yang berkembang sekarang ini menganut sistem pemasyarakatan yaitu suatu
tatanan arah dan batas serta cara pembinaan terhadap narapidana berdasarkan
pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yang dibina dan
masyarakat untuk meningkatkan kualitas narapidana agar menyadari kesalahan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima
kembali oleh lingkungan masyarakat, dan dapat aktif berperan dalam
pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan
bertanggung jawab.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.2.2 Lembaga Pemasyarakatan Anak
Menurut Pasal 60 ayat (1) UU No. 3 Tahun 1997 Lapas Anak adalah
tempat pembinaan dan pendidikan bagi anak pidana, anak Negara dan anak sipil.
Penempatan ini dilakukan terpisah dari narapidana dewasa. Bagi anak yang
ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak (LPA) berhak untuk memperoleh
pendidikan dan latihan, baik formal maupun informal sesuai bakat, dan
kemampuannya serta memperoleh hak-hak lainnya.
Selanjutnya LPA, adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan
Narapidana Anak dan Anak Didik Pemasyarakatan. Selain Lembaga
Pemasyarakatan Anak dikenal juga Balai Pemasyarakatan (BAPAS) yaitu pranata
untuk melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan.
Pada prinsipnya, tidak ada penjara bagi anak bahkan Konvensi Hak Anak
tidak membenarkan adanya penjara anak. Apabila harus direhabilitasi, perlakuan
yang diterima seorang anak harus berbeda dengan tindakan yang dikenakan
terhadap orang dewasa yang melanggar hukum di dalam lembaga
pemasyarakatan. Ketika dijatuhi vonis dan ditetapkan telah melanggar hukum,
maka pemulihan atas kenakalan seorang anak harus dilakukan dalam lingkungan
yang layak. Sehingga anak menjalaninya bukan lagi seperti orang yang dihukum
(dipenjarakan). Lembaga Pemasyarakatan Anak harus dibuat menjadi tempat yang
memiliki nilai, sehingga ketika kembali ke masyarakat akan bisa mematuhi nilai-
nilai dan norma hukum serta tidak melakukan pelanggaran kembali.
Secara umum dapatlah dikatakan bahwa pembinaan dan bimbingan
pemasyarakatan haruslah ditingkatkan melalui pembinaan mental, meliputi
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
pemulihan harga diri sebagai pribadi maupun sebagai warga Negara yang masih
memiliki potensi produktif bagi pembangunan bangsa. Oleh karena itu, maka
mereka dididik untuk menguasai keterampilan tertentu guna dapat hidup mandiri
dan berguna bagi pembangunan bangsa dengan berbekal mental dan keterampilan
yang dimiliki, mereka diharapkan dapat berhasil mengintegrasikan dirinya di
dalam masyarakat. Disadari bahwa untuk melaksanakan bimbingan melalui
berbagai bentuk dan usaha, tentunya menuntut kemmapuan dan tanggung jawab
yang lebih besar daripada pelaksanaannya termasuk dukungan berupa sarana dan
fasilitas yang memadai.
2.2.3 Petugas Pemasyarakatan
Kewajiban untuk mengeluarkan narapidana dari lembaga untuk kembali
ke masyarakat tidak kalah pentingnya daripada tugas untuk memasukkan
narapidana ke dalam lembaga. Berhasilnya tugas untuk mengeluarkan dan
mengembalikan narapidana manjadi anggota masyarakat yang baik dan taat
terhadap hukum, digantungkan kepada petugas-petugas Negara yang diserahi
tugas menjalankan sistem pemasyarakatan.
Adapun petugas pemasyarakatan yang memiliki mental yang baik dan
selalu ditunjukkan dalam 5 aspek, yaitu :
1. Berpikir realistas.
2. Mempunyai kesadaran diri.
3. Mampu membina hubungan sosial dengan orang lain.
4. Mempunyai visi dan misi yang jelas.
5. Mampu mengendalikan emosi
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan surat edaran Dirjen Pemasyarakatan berikut ini adalah
sepuluh kewajiban petugas pemasyarakatan :
1. Menjunjung tinggi hak-hak narapidana.
2. Berlaku adil terhadap narapidana,
3. Menjaga rahasia pribadi narapidana.
4. Memperhatikan keluhan narapidana.
5. Menjaga rasa keadilan masyarakat.
6. Menjaga kehormatan diri dan menjadi teladan dalam sikap dan prilaku.
7. Waspada dan peka terhadap kemungkinan adanya ancaman dan gangguan
keamanan.
8. Bersikap sopan tetapi tegas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
9. Menjaga keseimbangan anatar kepentingan pembinaan dan keamanan.
10. Bersikap welas asih dan tidak sekali-kali menyakiti narapidana.
Petugas Lembaga Pemasyarakatan harus memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang seluk-beluk sistem pemasyarakatan dan terus-menerus
meningkatkan kemampuan, dalam menghadapi perangai narapidana. Petugas-
petugas yang dimaksudkan dalam uraian dimuka melakukan peranan sesuai
dengan kewenangannya yang ditunjuk oleh peraturan, dan berusaha menciptakan
bentuk kerjasama yang baik untuk membantu menyelenggarakan “proses
pemasyarakatan” sedemikian rupa dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.3 PEMBINAAN
2.3.1 Pengertian Pembinaan
Pembinaan pada dasarnya merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan secara sadar, berencana, terarah dan teratur secara bertanggung jawab
dalam rangka menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan kemammpuan
serta sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan.
Pembinaan terkait dengan pengembangan manusia sebagai bagian dari
pendidikan, baik ditinjau dari segi teoritis maupun praktis. Dari segi teoritis, yaitu
pengembangan pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan dari segi praktisnya
lebih ditekankan pada pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan.
Dengan demikian pembinaan merupakan suatu cara untuk dapat
meningkatkan, mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta
sikap seseorang atau kelompok sehubungan dengan kegiatan, pekerjaan maupun
proses produksi.
Pembinaan juga merupakan proses kegiatan belajar yang dilaksanakan
secara teratur dan terarah untuk mencapai tujuan tertentu sebagaimana yang
dikemukakan A. Mangunhardjana dalam buku Pembinaan Arti dan Metodenya:
“Pembinaan adalah proses belajar melepas hal-hal yang sudah dimiliki dan
mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki dengan tujuan membantu
orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan
pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan
pengetahuan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang dijalaninya
secara lebih” (Mangunhardjana, 1996:12).
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pendapat lain mengenai pembinaan dikemukakan oleh Y. Suparlan
dalam Kamus Istilah Pekerjaan Sosial yaitu :
“Pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan,
program pembiayaan, penyusunan, koordinasi pelaksanaan dan pengawasan
sesuatu pekerjaan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dengan
hasil semaksimal mungkin” (Suparlan, 1990:109).
Berdasarkan beberapa pengertian tentang pembinaan yang telah
dikemukakan, disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu proses belajar dalam
upaya mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang bertujuan untuk lebih meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok
dalam menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan secara teratur dan terencana
sehingga penyelesaian tugas atau pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara efisien
dan efektif.
2.3.2 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Pembinaan
Proses yang terjadi dalam pembinaan berupa penyerapan unsur-unsur
baru yang diperoleh melalui penambahan pengetahuan, keterampilan dan
menerapkannya dalam melaksanakan suatu kegiatan. Pembinaan yang
dilaksanakan ditujukan pada peningkatan kualitas seseorang dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Tujuan pembinaan pada dasarnya untuk menghasilkan masyarakat yang
kreatif dalam arti bertambah dalam pengetahuan, keterampilan, sikap dan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
motivasinya dan mengaplikasikannya kedalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat
(Suparlan, 1990:116)
Tujuan pembinaan adalah untuk menciptakan pribadi atau kelompok
maupun masyarakat yang terampil dan bersikap mental positif. Hal tersebut
memungkinkan terlaksananya rencana kegiatan yang telah diprogramkan,
sehingga terwujud masyarakat yang aktif dan dinamis.
Adapun fungsi pembinaan seperti dikemukakan oleh
A.Mangunhardjana yaitu:
a) Penyampaian informasi dan pengetahuan.
b) Perubahan dan pengembangan sikap.
c) Latihan dan pengembangan sikap.
Bagi yang mengikuti proses pembinaan, diharapkan mampu memperoleh
manfaat dari pembinaan yang diadakan seperti yang diungkapakan
A.Mangunhardjana sebagai berikut :
a) Melihat diri dan melaksanakan hidup dan kerjanya.
b) Menganalisa situasi hidup dan kerjanya dari segala aspek segi positif dan
negatifnya.
c) Mengemukakan masalah hidup dan masalah dalam kerjanya.
d) Menemukan hal atau bidang hidup dan kerja yang sebaiknya diubah dan
diperbaiki.
e) Merencanakan sasaran program hidup dan kerjanya.(Manguhardjana,1996:14)
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.4 Anak
2.4.1 Pengertian anak
Telah banyak para ahli yang membahas dan memberikan pengertian
mengenai masa anak-anak, antara lain ditinjau dari segi umur ataupun ciri-ciri
lainnya. Menurut UU Kerja No.1 Tahun 1951 telah ditetapkan bahwa anak-anak
yaitu yang berusia 14 tahun kebawah. Sedangkan menurut UU RI No.4 Tahun
1979 tentang ketentuan pokok kesejahteraan anak. Anak adalah seorang yang
mencapai usia 21 tahun kebawah dan belum kawin. Kategori usia seorang anak di
Indonesia sangatlah bervariasi. Hukum kita masih memberikan defenisi yang
berbeda tentang anak, tetapi dalam konvensi PBB tentang anak itu diberikan
batasan usia 18 tahun kebawah dengan sama sekali tidak membedakan apakah
sudah kawin atau belum kawin.
Jadi ini agak berbeda dengan UU No.23 Tahun 1999 tentang HAM yang
masih membuat variabel sudah kawin menjadi faktor seorang menjadi sudah
dewasa. Sehingga dalam perspektif terhadap UU No.23 Tahun 2002, kita tidak
meletakkan batasan itu sebagai seorang dikualifikasi sebagai batas dewasa atau
tidak. Dalam konvensi hak anak (KHA) mendefenisikan anak secara umum
sebagai manusia yang belum mencapai usia 18 tahun, namun diberikan juga
pengakuan terhadap batasan usia yang berbeda yang mungkin diterapkan dalam
perundangan nasional.
Anak merupakan sumber daya manusia dimasa depan, oleh sebab itu anak
harus mendapatkan perlindungan agar nantinya dapat menjadi orang dewasa yang
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
sehat, cerdas, dan terampil. Didalam UU RI No.4 Tahun 1974 tentang
kesejahteraan anak, yang berbunyi sebagai berikut :
1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarga maupun di dalam asuhan
khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.
2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan
kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa,
untuk menjadi warga yang baik dan berguna.
3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam
kandungan maupun sesudah dilahirkan.
4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya
dengan wajar.
Anak-anak dan kaum muda dipandang sebagai satu aset nasional yang
sangat berharga. Oleh karena itu investasi untuk menghasilkan peningkatan modal
manusia harus sejak dini dipersiapkan guna sebagai generasi penerus bangsa dan
negara.
2.4.2 Hak Dan Kewajiban Anak
Dalam UU RI. No.23 tahun 2002 Tentang Perlindugan Anak. Hak Anak
adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi
oleh orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. Dalam hak asasi
tersebut disebutkan tentang berbagai hal antara lain :
Hak Anak yaitu :
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
1. Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
2. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan.
3. Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan
berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan
orangtua.
4. Setiap anak berhak untuk mengetahui orangtuanya, dibesarkan, diasuh, oleh
orangtuanya sendiri.
5. Dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh dan
berkembangnya anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut
berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan atau jaminan sosial sesuai
dengan kebutuhan fisik, mental, spriritual, dan sosial.
7. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya.
8. Khususnya bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh
pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga
berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
9. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, dan
memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatuhan.
10. Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul
dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan
minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pembangunan diri.
11. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitas, bantuan
sosial, dan pemelihara taraf kesejahteraan sosial.
12. Setiap anak selama dalam pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari
perlakuan seperti :
a. Diskriminasi
b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual
c. Penelantaran
d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan
e. Ketidakadilan, dan
f. Perlakuan salah yang tidak sesuai diperlakukan kepada anak
13. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orangtuanya sendiri, kecuali jika ada
alasan dan atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu
adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan
terakhir.
14. Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari :
a. Penyalahgunaan dalam bidang politik
b. Pelibatan dalam sengketa bersenjata
c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
d. Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan, dan
e. Pelibatan dalam peperangan
15. Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan,
penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
16. Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.
17. Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan
apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai
upaya terakhir.
18. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :
a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan
dari orang dewasa.
b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam
setiap tahapan upaya hukum yang berlaku, dan
c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang
objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup atau umum.
19. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang
berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.
20. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak
mendapatkan bantuan hukum atau bantuan lainnya.
Kewajiban Anak yaitu :
Setiap anak berkewajiban untuk :
a. Menghormati orang tua, wali, dan guru
b. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
c. Mencintai Tanah air, bangsa, dan negar
d. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya
2.5 SISTEM PEMASYARAKATAN
2.5.1 Konsep Sistem Pemasyarakatan
Bagi Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila, pemikiran-pemikiran
baru mengenai fungsi pemidanaan yang tidak lagi sekedar penjeraan tetapi juga
merupakan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial terhadap narapidana
telah melahirkan suatu sistem pembinaan yang sejak lebih dari tiga puluh tahun
yang lalu dikenal dan dinamakan sistem pemasyarakatan.
Sistem pemasyarakatan yang berlaku dewasa ini secara konseptual dan
historis sangat berbeda dengan apa yang berlaku dalam sistem kepenjaraan.
Sistem kepenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan
penjeraan dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan
konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial , sedangkan dalam sistem
pemasyarakatan asas yang dianut menempatkan narapidana sebagai subjek yang
dipandang sebagai pribadi dan warga Negara serta dihadapi bukan dengan latar
belakang pembalasan melainkan dengan pembinaan yang tearah. Narapidana tidak
berbeda dengan manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan
atau kekhilafan yang dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas.
Yang harus diberantas adalah faktor-faktor yang dapat memyebabkan narapidana
berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama, atau
kewajiban-kewajiban sosial lain yang dapat dikenakan pidana.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Harsono merupakan tokoh yang pertama kali melontarkan perlunya
perbaikan perlakuan bagi narapidana yang hidup dibalik tembok penjara, yaitu:
Orang yang telah tersesat diayomi dengan memberikan kepadanya bekal
hidup sebagai warga Negara, dari pengayoman itu nyata bahwa
menjatuhkan pidana bukanlah tindakan balas dendam dari Negara, tobat
tidak akan dapat dicapai dengan penyiksaan, melainkan dengan pembinaan,
terpidana juga tidak dijatuhi pidana siksaan, melainkan terpidana
kehilangan kemerdekaan, Negara telah mengambil kemerdekaan seseorang
dan pada waktunya akan mengembalikan orang itu kedalam masyarakat”
(Harsono, 1995:1).
Sistem pemasyarakatan merupakan suatu rangkaian kesatuan penegakan
hukum pidana, oleh Karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari
pengembangan konsepsi umum mengenai pemidanaan. Pemidanaan adalah upaya
untuk menyadarkan narapidana agar menyesali perbuatannya, dan
mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik, taat kepada hukum,
menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan keagamaan, sehingga tercapai
kehidupan masyarakat yang aman, tertib, dan damai.
Sistem pemasyarakatan di samping bertujuan untuk mengembalikan
narapidana sebagai warga Negara yang baik juga bertujuan untuk melindungi
masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh narapidana,
serta merupakan penerapan dan bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Maka dengan itu dapat diuraikan bahwa usaha pergantian dari sistem
kepenjaraan menjadi sistem kemasyarakatan, didasarkan atas pertimbangan sistem
kepenjaraan sudah tidak sesuai lagi dengan kepribadian bangsa Indonesia yang
didalam kehidupan sehari-hari selalu berpedoman dan berlandaskan kepada
falsafah pancasila. Sistem pemasyarakatan yang dikenal ini adalah suatu
pembinaan narapidana yang didasarkan pancasila sebagai falsafah bangsa
Indonesia dan memandang narapidana sebagai makhluk tuhan, sebagai individu
dan sekaligus sebagai anggota masyarakat.
2.5.2 Pembinaan dalam sistem pemasyarakatan
Pembinaan merupakan aspek utama dalam sistem pemasyarakatan sebagai
sistem perlakuan bagi narapidana. Pembinaan narapidana merupakan suatu cara
perlakuan terhadap narapidana yang dikehendaki oleh sistem lembaga
pemasyarakatan dalam usaha mencapai tujuan, yaitu agar sekembalinya
narapidana dapat berperilaku sebagai anggota masyarakat yang baik dan berguna
bagi dirinya sendiri, masyarakat serta Negara.
Upaya pembinaan yang menjadi inti dari kegiatan sistem pemasyarakatan,
merupakan sarana perlakuan cara baru terhadap narapidana untuk mendukung
pola upaya baru pelaksanaan pidana penjara agar mencapai keberhasilan peranan
Negara mengeluarkan narapidana untuk kembali menjadi anggota masyarakat.
Pembinaan narapidana mempunyai arti memperlakukan seseorang yang
berstatus narapidana untuk dibangun agar bangkit menjadi seseorang yang baik.
Atas dasar pengertian yang demikian itu, sasaran yang perlu dibina adalah pribadi
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
dan budi pekerti narapidana yang didorong untuk membangkitkan rasa harga diri
pada diri sendiri dan pada orang lain, serta mengembangkan rasa tanggung jawab
untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tentram dan sejahtera dalam
masyarakat, selanjutnya berpotensi menjadi manusia yang berpribadi luhur dan
bermoral tinggi.
Sistem pembinaan pemasyarakatan dalam Undang-Undang No. 12 tahun
1995 dilaksanakan berdasarkan asas:
1. Pengayoman
Pengayoman adalah perlakuan terhadap narapidana dalam rangka melindungi
masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh narapidana, juga
memberikan bekal hidup kepada narapidana agar menjadi warga yang berguna
dalam masyarakat.
2. Persamaan perlakuan dan Pelayanan
Persamaan perlakuan dan pelayanan adalah pemberian perlakuan dan
pelayanan yang sama kepada narapidana tanpa membeda-bedakan orang.
3. Pendidikan
4. Pembimbingan
Pendidikan dan pembimbingan adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan
dan bimbingan dilaksanakan berdasarkan pancasila antara lain penanaman jiwa
kekeluargaan, keterampilan, pendidikan, kerohanian, dan kesempatan untuk
menunaikan ibadah.
5. Penghormatan harkat dan martabat manusiawi
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Penghormatan dan martabat manusia adalah sebagai orang yang tersesat
narapidana harus tetap diperlakukan sebagai manusia.
6. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan.
Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan narapidana
harus berada dalam LAPAS untuk jangka waktu tertentu, sehingga Negara
mempunyai kesempatan penuh untuk memperbaikinya. Selama di LAPAS
narapidana tetap memperoleh hak-haknya yang lain seperti layaknya manusia,
dengan kata lain hak perdatanya tetap dilindungi seperti hak memperoleh
perawatan kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur, latihan keterampilan,
olahraga, atau rekreasi.
7. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang
tertentu.
Terjaminnya hak untuk berhubungan dengan keluarga dan orang-orang
tertentu adalah bahwa apapun narapidana di LAPAS, tetapi harus didekatkan dan
dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat, antara
lain berhubungan dengan masyarakat dalam bentuk kunjungan, hiburan ke dalam
LAPAS dari anggota masyarakat yang bebas, dan kesempatan berkumpul bersama
sahabat dan keluarga seperti program cuti mengunjungi keluarga.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.6 KERANGKA PEMIKIRAN
Seiring dengan kemajuan zaman dalam kenyataannya dewasa ini
pelanggaran hukum yang terjadi dalam masyarakat tidak saja dilakukan oleh
orang dewasa, tetapi juga dilakukan oleh anak-anak. Anak yang berkonflik
dengan hukum membutuhkan perlindungan khusus dibandingkan anak lainnya.
Anak tersebut harus terpaksa menghadapi situasi yang amat rentan terhadap
kekerasan baik fisik maupun emosional yang menghancurkan martabat dan masa
depan mereka.
Anak yang bersalah pembinaannya ditempatkan di Lembaga
Pemasyarakatan (LAPAS) Anak. Lembaga Pemasyarakatan Anak merupakan
sarana perlindungan anak dan pembinaan bagi anak Negara, anak Sipil, dan anak
Pidana yang berdasarkan keputusan pengadilan ditempatkan di LAPAS Anak
untuk dibina.
Oleh karena itu LPA Tanjung Gusta merupakan instansi Pemerintah dan
sebagai pelaksana teknisi yang menampung, merawat dan membina anak Negara
yang berkonflik dengan hukum. Pembentukan karakter dan perilaku anak di LPA
dititikberatkan pada program pembinaan yang terdapat di LPA yang terbagi atas 2
ruang lingkup pembinaan yaitu Pertama, Program Pembinaan Kepribadian yang
terdiri dari Pendidikan keagamaan, Pendidikan Umum, dan Kepramukaan. Kedua,
Program Pembinaan Kemandirian yang terdiri dari Diklat Kerja/Keterampilan dan
Upaya Pemasyarakatan. Pembinaan tersebut bertujuan untuk memperbaiki atau
memulihkan keadaan dan tingkah laku narapidana anak, sehingga anak dapat
kembali menjalani kehidupan sewajarnya ditengah-tengah masyarakat jika telah
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
menyelesaikan masa hukumannya. Serta anak dapat memiliki keterampilan agar
mereka dapat hidup lebih mandiri dan bersikap berkarya.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAGAN ALIR PEMIKIRAN
Lembaga Pemasyarakatan Anak
Tanjung Gusta
Program Pembinaan : 01. Pembinaan Kepribadian
a. Pendidikan Keagamaan. b. Pendidikan Umum. c. Kepramukaan.
02. Pembinaan Kemandirian a. Diklat kerja / Keterampilan. b. Upaya Pemasyarakatan.
Narapidana Anak Narapidana Anak
Hasil /Efektivitaas a. Efektif b. Tidak Efektif
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.7 DEFINISI KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
2.7.1 Definisi Konsep
Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian. Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan
secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta
menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.
Untuk mengertahui pengertian mengenai konsep-konsep yang digunakan maka
peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:
a. Efektivitas adalah kemampuan untuk melaksanakan aktivitas atau kegiatan
secara fisik dan non fisik untuk mencapai tujuan serta meraih hasil yang
maksimal.
b. Pembinaan adalah suatu proses belajar dalam upaya mengembangkan dan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bertujuan untuk
lebih meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok dalam
menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan secara teratur dan terencana
sehingga penyelesaian tugas atau pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara
efisien dan efektif.
c. Narapidana anak adalah anak yang berumur dibawah 21 tahun dan melakukan
pelanggaran hukum.
d. Lembaga Pemasyarakatan Anak adalah tempat untuk melaksanakan
pembinaan bagi narapidana anak.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.7.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989:33). Bertujuan
untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka
perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang digunakan untuk bertujuan
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang
dapat diuji dan diketahui kebenarannya oleh orang lain. Untuk mengetahui
variabel dalam penelitian ini, yaitu dengan melihat berbagai indikator yang akan
diteliti sebagai berikut :
1. Pembinaan yang diberikan
a. Pembinaan Kepribadian yang meliputi :
1. Pendidikan Keagamaan.
2. Pendidikan Umum.
3. Kepramukaan.
b. Pembinaan Kemandirian yang meliputi :
1. Diklat kerja/Keterampilan.
2. Upaya Pemasyarakatan.
2. Hasil ( efektivitas ) :
a. Efektif
b. Tidak Efektif
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga,
masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998:53). Di dalam penelitian
ini,peneliti menggambarkan secara menyeluruh mengenai Efektivitas Pembinaan
Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung
Gusta,Medan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A
yang berkedudukan di jalan Pemasyarakatan Tanjung Gusta,Medan. Alasan
peneliti memilih lokasi ini adalah karena Lembaga Pemasyarakatan ini merupakan
satu-satunya Lembaga Pemasyarakatan Anak yang ada di Sumatera Utara.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam sustu penelitian
(Nawawi, 1998:141).
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan narapidana yang menjalani
pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta. Jumlah populasi ini
dapat berubah setiap saat karena bebas dan masuknya narapidana baru. Dari data
yang diperoleh tercatat bahwa populasi sampai awal bulan Februari 2009, jumlah
populasi sebanyak 400 narapidana yang terbagi atas 2 kategori yaitu :
1. Narapidana kategori usia anak yaitu narapidana yang berusia dibawah 12
tahun sebanyak 230 narapidana.
2. Narapidana kategori usia remaja yaitu narapidana yang berusia diantara 12 –
21 tahun sebanyak 170 narapidana.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan suatu bagian dalam populasi yang akan diteliti dan yang
dianggap dapat menggambarkan populasinya (Soehartono, 2004:57). Dalam
pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik pengambilan sampel secara
purposive (Purposive Sampling) yaitu pengambilan sampel ditetapkan secara
sengaja oleh peneliti dengan pertimbangan usia narapidana yang telah menjadi
narapidana di LAPAS, dimana narapidana tersebut yang peneliti anggap dapat
mengerti dan memahami manfaat dari pembinaan yang diberikan adalah
narapidana kategori remaja yaitu 12 - 21 tahun.
Dalam suatu penelitian, sering timbul pertanyaan akan besarnya sampel
yang harus diambil untuk mendapatkan data yang representative. Apabila jumlah
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
populasi lebih dari 100, maka yang dijadikan sampel sebesar 10%-15% dan 20%-
25% dari populasi (Arikunto, 1993:112). Peneliti dalam hal ini mengambil sampel
sebesar 20% dari jumlah narapidana kategori usia remaja yaitu sebanyak 170
orang, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 orang.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Studi Kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah
yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, jurnal, majalah, surat kabar
dan berbagai tulisan atau media informasi yang menyangkut masalah yang diteliti.
2. Studi Lapangan
Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan peneliti
langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini ditempuh dengan cara :
a. Observasi (pengamatan), yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu
yang dilakukan dengan mengamati, mendengar dan mencatat yang menjadi
sasaran penelitian.
b. Kuesioner, yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan cara menyebarkan
suatu daftar pertanyaan tertentu untuk dijawab oleh responden.
c. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara
tatap muka atau berhadapan langsung dengan responden yang bertujuan untuk
melengkapi data yang diperoleh dari kuesioner yang diajukan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
3.5 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah teknik
analisis deskriptif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya.
Untuk menganalisa data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka teknik
yang dipakai adalah teknik analisa dengan menggunakan tabel tunggal.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PRAKTIKUM
4.1 Letak Geografis
Lembaga pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta berlokasi di Jalan
Pemasyarakatan diwilayah kecamatan Medan Helvetia, Kelurahan Tanjung
Gusta, Kotamadya Medan. LPA Tanjung Gusta memiliki lokasi 100 Ha dengan
luas bangunan 12.580 m persegi.
LPA Tanjung Gusta memiliki letak geografis sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan LP Klas I Medan.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Perumahan Penduduk.
- Sebelah Timur berbatasan dengan kompleks perumahan LAPAS.
- Sebelah Barat berbatasan dengan LP Wanita Klas II A Medan.
4.2 Latar Belakang Berdirinya
LPA Tanjung Gusta merupakan LP termuda dari 3 LP yang terdapat di
lokasi tersebut dan merupakan pindahan dari LP yang terdapat di jalan Listrik
Medan yang didirikan oleh Pemerintah Belanda. Pemindahan lokasi ini
berdasarkan pertimbangan sempitnya LP yang lama sehingga tidak dapat
menampung para pelaku tindak kejahatan yang semakin banyak jumlahnya ( over
kapasitas ). Pertimbangan lainnya adalah bahwa lokasi LP yang lama tidak sesuai
bila berada ditengah-tengah kota.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Sebagai tindak lanjutnya pada tahun 1975 didirikan LP kelas II di Tanjung
Gusta. LPA dibangun agar terdapat klasifikasi narapidana menurut usia
(sebelumnya tidak ada klasifikasi menurut umur). Sebagai batasan usia bagi
seorang narapidana untuk dimasukkan ke dalam LPA adalah seseorang yang
berusia 21 tahun kebawah dan belum menikah (berdasarkan KUHP Pasal 45).
Pembangunan LPA dilakukan secara bertahap yaitu Tahap Pertama tahun
1979, Tahap Kedua tahun 1980, Tahap Ketiga tahun 1981. Lima tahun bangunan
ini tidak berpenghuni sampai diresmikan pada tanggal 18 Oktober 1986 oleh
Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Sumatera Utara, Radjo Harahap,
SH dan para pejabat Pemerintah daerah setempat. Para penghuni LPA awalnya
adalah pindahan dari LP Klas I Tanjung Gusta Medan yang berusia dibawah 21
tahun dan belum menikah. Begitu pula dengan para staf dan petugasnya
merupakan petugas LP Dewasa ditambah dengan tenaga perbantuan (Dataser)
yang berasal dari Kakanwil Departemen Rumah Tahanan Tebing Tinggi, lubuk
Pakam serta Pancur Batu yang berjumlah 22 orang. Dasar pertimbangan
pemakaian LPA ini adalah:
1. Bindalmin Departemen Kehakiman RI No. M. 08 . UM . 06 . 05 . tahun1984
(24 juli 1984)
2. Organisasi dan tata laksana Departemen Kehakiman RI No. m . 055 . PR . 07 .
10 tahun 1984)
3. SK Kanwil Departemen Kehakiman Sumatera Utara No. W2-13978-PR10
tahun 1986 peresmian dan pemanfaatan LPA.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
4. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI 5. LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA ANAK MEDAN
6. SK MENKEH RI NO.M.01.PR-0703 THN 1985 TGL 26 FEBRUARI 1985 7. 8.
Ka. LAPAS SISWANTO, Bc.IP.SH
NIP. 040039518 Pangkat/ TM : IV/a / 01-04-2005
TMT Jabatan : 28-03-2008 Tanggal Lahir : 23-06-1957
Ka. KPLP TAPIANUS ANTONO BARUS Amd IP.SH.MM
NIP. 040039518 Pangkat/ TM : III/C / 01-10-2006
TMT Jabatan : 01-10-2006 Tanggal Lahir :21-07-1973
PENGAMANAN
KASUBBAG T.U JALALUDDIN, SE.SH.MM
NIP. 040050262 Pangkat/ TM : III/d / 01-04-2004
TMT Jabatan : 30-11-2004 Tanggal Lahir : 03-04-1963
KARUS KEPEGAWAIAN DAN KEUANGAN MAHYUDDIN SIREGAR, SH
NIP. 040052494 Pangkat/ TM : III/c / 01-04-2007
TMT Jabatan : 12-12-2006 Tanggal Lahir : 08-11-1963
KARUS UMU ROMY SINUHAJI, SE
NIP. 040064218 Pangkat/ TM : III/d / 01-04-2004
TMT Jabatan : 11-11-2004 Tanggal Lahir : 15-12-1959
KASI KEGIATAN KERJA JEREMIA LEONTA, SH
NIP. 040058623 Pangkat/ TM : III/c / 01-10-2003
TMT Jabatan : 12-09-2005 Tanggal Lahir : 30-07-1969
KASI ADM, KAMTIB MHD. JAHARI SITEPU, SH
NIP. 040061841 Pangkat/ TM : III/c / 01-10-2006
TMT Jabatan : 10-11-2005 Tanggal Lahir : 08-10-1964
KASI BIMBINGAN NAPI DAN ANAK DIDIK BANGSA TARIGAN, SH
NIP. 040026117 Pangkat/ TM : III/d / 01-10-2003
TMT Jabatan : 01-04-1998 Tanggal Lahir : 30-08-1954
KASUBSI BIMKER HELMAN LEONARD BATUBARA, A.Ks
NIP. 170028775 Pangkat/ TM : III/c / 01-04-2008
TMT Jabatan : 09-04-2008 Tanggal Lahir : 16-02-1974
KASUBSI KEAMANAN JONTER H. PANJAITAN, SH
NIP. 040060320 Pangkat/ TM : III/d / 01-04-2008
TMT Jabatan : 29-08-2008 Tanggal Lahir : 07-12-1967
KASUBSI REGISTRASI TRIACY BOBBY PERMANA, Amd.IP.SH
NIP. 040073462 Pangkat/ TM : III/a / 01-04-2002
TMT Jabatan : 28-08-2008 Tanggal Lahir : 17-11-1977
KASUBSI SARANA KERJA B.M SIMAJUNTAK, SH
NIP. 040043888 Pangkat/ TM : III/b / 01-10-2007
TMT Jabatan : 27-02-2006 Tanggal Lahir : 13-03-1954
KASUBSI PELAPORAN TATA TERTIB PINTOR SIRINGO-RINGGO, SH
NIP. 040053018 Pangkat/ TM : III/c / 01-04-2005
TMT Jabatan : 08-07-2007 Tanggal Lahir : 26-12-1964
KASUBSI BIMKER PERAWATAN M.P JAYA SARAGIH, Amd.IP.SH
NIP. 040073420 Pangkat/ TM : III/a / 01-10-2004
TMT Jabatan : 09-04-2008 Tanggal Lahir : 04-09-1978
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
4.3 Deskripsi Pekerjaan Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung
Gusta
1. Kepala Lembaga Pemasyarakatan ( Kalapas )
Kalapas sebagai pimpinan dan penanggung jawab tunggal atas seluruh isi dan
keberadaan lapas, karena kalapas sebagai coordinator pelaksanaan pembinaan
anak-anak pidana serta memelihara keamanan dan ketertiban di lapas. Bertugas
mengkoordinasikan pembinaan, serta memelihara keamanan dan ketertiban serta
ketatausahaan lapas sesuai dengan ketentuan, petunjuk atasan, dan peraturan yang
berlaku dalam rangka penyampaian tujuan pemasyarakatan bagi warga binaan
pemasyarakatan. Kalapas dalam melaksanakan tugasnya dibantu beberapa bidang,
yaitu Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Bimbingan Napi, Seksi Kegiatan Kerja, Seksi
Administrasi Keamanan dan Tata Tertib, dan Kesatuan Pengamanan Lapas (
KPLP ).
2. Sub Bagian Tata Usaha
Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan urusan rumah tangga lapas.
Bidang ini terdiri dari :
a. Urusan Kepegawaian dan Keuangan, yang tugasnya menangani segala
urusan kepegawaian dan menangani masalah keuangan.
b. Urusan Umum yang mempunyai tugas surat menyurat, perlengkapan, dan
rumah tangga.
3. Seksi Bimbingan Napi
Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan pembinaan pemasyarakatan anak.
Bidang pembinaan ini terdiri dari :
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
a. Sub Bagian Registrasi fungsinya adalah melakukan registrasi dan membuat
statistika serta dokumentasi, sidik jari anak pidana.
b. Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan fungsinya
memberikan bimbingan kemasyarakatan, bimbingan penyuluhan rohani dan
sosial, meningkatkan pengetahuan asimilasi dan cuti menjelang bebas,
mengurus kesehatan, dan memberikan perawatan kepada warga binaan.
4. Seksi Kegiatan Kerja
Bidang ini mempunyai tugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan
sarana kerja, dan mengelola hasil kerja. Bidang ini terdiri dari :
a. Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil kerja fungsinya adalah
memberikan petunjuk dan bimbingan latihan kerja bagi narapidana serta
mengelola hasil kerja.
b. Sub Seksi Sarana Kerja berfungsi memepersiapkan fasilitas kerja.
5. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib
Bidang ini mempunyai tugas sebagai berikut yaitu mengatur jadwal tugas,
mengatur penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan, menerima
laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta
menyusun laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan tata tertib.
6. Kesatuan Pengamanan Lapas ( KPLP )
KPLP mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban di lapas. Untuk
menyelenggarakan tugas tersebut, KPLP mempunyai tugas melakukan penjagaan
dan pengamanan atau pengawasan terhadap narapidana, melakukan pemeliharaan
keamanan dan ketertiban, melakukan pengawalan pada waktu
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
penerimaan/pengeluaran napi. Penggeledahan dan pemeriksaan terhadap
pelanggaran keamanan dan membuat laporan harian.
4.4 Jenis-jenis anak yang dibina di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung
Gusta
Dalam lapas anak Tanjung Gusta terdapat beberapa jenis anak binaan.
Mereka dibina melalui atau dengan cara memasyarakatkan klien agar nantinya
dapat beradaptasi dengan masyarakat luar. Selain itu mereka dibina agar tidak
mau lagi melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Jenis-jenis anak binaan
yang berada di lapas anak.
1. Anak Pidana
Anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalankan pidana di lapas anak
untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan.
2. Anak Negara
Anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan kepada Negara untuk
dididik dan ditempatkan di lapas anak paling tinggi berumur 18 tahun.
3. Anak Sipil
Anak yang berdasarkan permintaan orang tua/wali memperoleh penetapan
pengadilan untuk dididik di lapas anak sampai batas umur 18 tahun.
4. Tahanan
Tersangka yang ditempatkan di lapas anak untuk kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
4.5 Pembinaan Narapidana
Pembentukan karakter dan perilaku anak di LPA dititikberatkan pada
program pembinaan yang terdapat di LPA yang terbagi atas 2 ruang lingkup
pembinaan yaitu :
1. Program Pembinaan Kepribadian
Yang meliputi kesadaran beragama, berbangsa dan bernegara, kemampuan
intelektual, kesadaran hukum, mengintegrasikan diri dengan masyarakat.
Pembinaan kepribadian di LPA terbagi atas 3 bagian yakni :
a. Pendidikan Keagamaan (diisi oleh rohaniawan baik Islam, Kristen, Hindu
dan Budha) yang membuka banyak kesempatan kepada anak pidana dalam
menata dan mempelajari hal-hal rohani yang sangat bermanfaat bagi dirinya
menjadi bekal masa depan.
b. Pendidikan Umum yang meliputi :
1. Kejar Paket B Kelas III bekerjasama dengan PKBM “ Puspa “.
2. Memberikan kesempatan Anak didik untuk mengikuti UAN dan UAS
serta Ujian Paket B di luar dan dalam Lapas.
3. Memberikan kesempatan Anak Didik untuk mengikuti melanjutkan
sekolah di luar Lapas ( pagi berangkat – siang kembali ke Lapas )
c. Pembinaan kepramukaan yang bertujuan membentuk watak dan jiwa yang
sportif serta bertanggung jawab dalam diri anak pidana sehingga nantinya
setelah mereka keluar dari LPA dapat diterima kembali di masyarakat.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2. Program Pembinaan Kemandirian
Kegiatannya terdiri atas :
a. Diklat kerja/keterampilan.
Pendidikan keterampilan diberikan supaya apabila narapidana telah bebas
mempunyai keterampilan yang bisa dikembangkan di masyarakat. Diklat kerja
tersebut meliputi :
1. Bimbingan Konseling
2. Pelatihan Melukis
3. Pelatihan Memangkas rambut
4. Pertukangan Kayu
5. Mengelas
6. Menjahit
b. Upaya Pemasyarakatan
Upaya pemasyarakatan maksudnya adalah pembinaan narapidana guna
dipersiapkan terjun kembali ketengah-tengah masyarakat. Biasanya upaya
pemasyarakatan ini diberikan kepada narapidana yang telah menjalani lebih dari
setengah masa hukuman. Di sini narapidana diajar untuk bertanggung jawab dan
mulai diberikan kepercayaan untuk melaksanakan tugas di dapur, di kantor dan
tugas lainnya.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
4.6 Wujud Pembinaan Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta
Proses pemasyarakatan ditinjau dari segi pembinaannya dibagi atas
pembinaan dalam lapas dan pembinaan di luar lapas. Wujud pembinaan di dalam
lapas sudah dimulai sejak tahap awal samapai tahap akhir dan sudah menjadi
tugas/kewajiban bagi petugas lapas yaitu dengan terjaminnya pemenuhan hak-hak
narapidana dengan jadwal kegiatan pembinaan.
4.7 Fasilitas dan Bangunan
1. Tempat ibadah yaitu :
Masjid yang berdaya tampung 200 Orang.
a. Gereja yang berdaya tampung 50 Orang.
b. Cetiya / Vihara kecil yang berdaya tampung 20 Orang.
2. Ruangan untuk kantor ( Kalapas, Kepegawaian, Kepala Urusan Umum,
Keuangan, KPLP, Kantor Dapur, Kasi Napi Anak Didik, Kasi Kegiatan Kerja,
Registrasi, Bimpas).
3. Gardu jaga, Ruang Portir, Ruang Kepala Jaga, Ruang Kamtib, Ruang Piket,
Pos Jaga.
4. Ruang ( Bimbingan Kerja, Pendidikan Kejar Paket, Perpustakaan,
Keterampilan, Aula, Sanggar melukis, Base Center, Isolasi, Kamar mandi,
Ruang Cuci, Dapur Umum, Poliklinik, Ruang Dokter, Ruang Makan, Ruang
TPP, Ruang Bimker, Ruang Jahit, Aula Bimbingan Kerja ).
5. Menara Air, Sumur Pompa, Bak Air PDAM.
6. Lapangan olahraga ( Bola Kaki, Voli, Tenis Meja, dll ).
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Kamar untuk narapidana terdiri dari 4 blok yaitu :
1. Blok A terdiri dari 8 kamar.
2. Blok B terdiri dari 15 kamar
3. Blok C terdiri dari 17 kamar.
4. Blok D terdiri dari 12 kamar.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 4.1
Daftar Menu Makanan Narapidana Di Lapas Anak Tanjung Gusta
HARI
PAGI SIANG SORE
SENIN
Nasi Tempe Buncis
Nasi Semur Daging Sayur Sup
Nasi Tempe Sayur Asem
SELASA
Nasi Ubi Rebus Ikan Asin
Nasi Perkedel Ikan Asin
Nasi Tempe Pecel
RABU
Nasi Tempe Bacem Ubi Rebus
Nasi Telur Balado Kolak ubi
Nasi Tempe Pecel
KAMIS Oseng-Oseng Ikan Asin Urap Sayuran
Sayur Kare Daging Goreng Sayur Asem
Sayur Sup Tempe Sayur Nangka
JUMAT
Nasi Oseng-Oseng Bubur Kacang
Nasi Telur Gulai Sayur Lodeh
Nasi Tempe Goreng Sayur Kare
SABTU Nasi Ubi Rebus Tempe
Nasi Pecel Urap Tempe
Nasi Sayuran Ikan Asin
MINGGU Nasi Tempe Kolak Ubi
Nasi Tempe Sayur Kare
Nasi Ikan Asin Sayur Asem
Sumber Data Primer : Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Tanjung Gusta
Medan, 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 4.2
Jadwal Kegiatan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung
Gusta
HARI WAKTU JENIS KEGIATAN PELAKSANA
Senin 06.30-07.00
07.00-07.30
07.30-08.00
08.00-08.30
08.30-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-12.30
12.30-13.30
13.30-15.00
15.00-16.00
16.00-16.30
16.30-18.30
18.30-19.00
Apel pergantian regu penjagaan
Kebersihan kamar / Lingkungan
Senam SKJ
Sarapan Pagi
Pendidikan Kejar Paket B
Penyuluhan Agama Kristen
Penyuluhan Agama Islam
Pemeriksa Kesehatan
Makan Siang
Apel pergantian regu penjagaan
Pendidikan Keterampilan
Makan Sore
Istirahat
Istirahat di kamar
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
KPLP
Bimpas
KPLP
PKBM ‘ Puspa “
YPPI Minggu I
PIAI
Bimpas
KPLP
KPLP
Bimpas
KPLP
Regu Penjagaan
KPLP
KPLP
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
HARI WAKTU JENIS KEGIATAN PELAKSANA
Selasa 06.30-07.00
07.00-07.30
07.30-08.00
08.00-08.30
08.30-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-12.30
12.30-13.30
13.30-14.30
14.30-16.00
16.00-16.30
16.30-18.00
18.00-18.30
18.30-19.00
Apel pergantian regu penjagaan
Kebersihan kamar / Lingkungan
Senam SKJ
Sarapan Pagi
Istirahat
Penyuluhan Agama Kristen
Penyuluhan Agama Islam
Perpustakaan / rekreasi
Makan Siang
Apel pergantian regu penjagaan
Pendidikan Kejar Paket B
Makan Sore
Pendidikan Keterampilan
Istirahat
Istirahat di kamar
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
KPLP
Bimpas
KPLP
Regu Penjagaan
Solidoe Gloria I
Dept. Agama
Bimpas
KPLP
KPLP
PKBM “ Puspa “
KPLP
Bimpas
KPLP
KPLP
KPLP
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
HARI WAKTU JENIS KEGIATAN PELAKSANA
Rabu 06.30-07.00
07.00-07.30
07.30-08.00
08.00-08.30
08.30-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-12.30
12.30-13.30
13.30-14.30
14.30-16.00
16.00-16.30
16.30-18.30
18.30-19.00
Apel pergantian regu penjagaan
Kebersihan kamar / Lingkungan
Senam SKJ
Sarapan Pagi
Istirahat
Penyuluhan Agama Kristen
Penyuluhan Agama Islam
Perpustakaan / rekreasi
Makan Siang
Apel pergantian regu penjagaan
Pendidikan Kejar Paket B
Makan Sore
Istirahat
Istirahat di kamar
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
KPLP
Bimpas
KPLP
Regu Penjagaan
Solidoe Gloria I
Dept. Agama
Bimpas
KPLP
KPLP
PKBM “ Puspa “
KPLP
Regu Penjagaan
KPLP
KPLP
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
HARI WAKTU JENIS KEGIATAN PELAKSANA
Kamis 06.30-07.00
07.00-07.30
07.30-08.00
08.00-08.30
08.30-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-12.30
12.30-13.30
13.30-14.30
14.30-16.00
16.00-16.30
16.30-18.30
18.30-19.00
Apel pergantian regu penjagaan
Kebersihan kamar / Lingkungan
Senam SKJ
Sarapan Pagi
Istirahat
Penyuluhan Agama Kristen
Penyuluhan Agama Islam
Perpustakaan / rekreasi
Makan Siang
Apel pergantian regu penjagaan
Pendidikan Kejar Paket B
Makan Sore
Istirahat di kamar
Pendidikan keterampilan
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
KPLP
Bimpas
KPLP
Regu Penjagaan
Betshaida
PIAI
Bimpas
KPLP
KPLP
PKBM “Puspa”
KPLP
KPLP
Bimpas
KPLP
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
HARI WAKTU JENIS KEGIATAN PELAKSANA
Jumat 06.30-07.00
07.00-07.30
07.30-08.00
08.00-08.30
08.30-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-12.30
12.30-13.30
13.30-14.30
14.30-16.00
16.00-16.30
16.30-18.30
18.30-19.30
19.30-20.00
Apel pergantian regu penjagaan
Kebersihan kamar / Lingkungan
Senam SKJ
Sarapan Pagi
Istirahat
Penyuluhan Agama Kristen
Penyuluhan Agama Islam
Perpustakaan / rekreasi
Makan Siang
Apel pergantian regu penjagaan
Pendidikan Kejar Paket B
Makan Sore
Istirahat
Pendidikan Keterampilan
Istirahat di kamar
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
KPLP
Bimpas
KPLP
Regu Penjagaan
Solidoe Gloria I
Dept. Agama
Bimpas
KPLP
KPLP
PKBM “Puspa “
KPLP
Regu Penjagaan
Bimpas
KPLP
KPLP
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
HARI WAKTU JENIS KEGIATAN PELAKSANA
Sabtu 06.30-07.00
07.00-07.30
07.30-08.00
08.00-08.30
08.30-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-12.30
12.30-13.30
13.30-14.30
14.30-16.00
16.00-16.30
16.30-18.30
18.30-19.30
19.30-20.00
Apel pergantian regu penjagaan
Kebersihan kamar / Lingkungan
Senam SKJ
Sarapan Pagi
Istirahat
Penyuluhan Agama Kristen
Penyuluhan Agama Islam
Perpustakaan / rekreasi
Makan Siang
Apel pergantian regu penjagaan
Pendidikan Kejar Paket B
Makan Sore
Istirahat
Pendidikan Keterampilan
Istirahat di kamar
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
KPLP
Bimpas
KPLP
Regu Penjagaan
Solidoe Gloria I
Dept. Agama
Bimpas
KPLP
KPLP
PKBM “ Puspa “
KPLP
Regu Penjagaan
Bimpas
KPLP
KPLP
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
HARI WAKTU JENIS KEGIATAN PELAKSANA
Minggu 06.30-07.00
07.00-07.30
07.30-08.00
08.00-08.30
08.30-09.00
09.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-12.30
12.30-13.30
13.30-14.30
14.30-16.00
16.00-16.30
16.30-18.30
18.30-19.30
19.30-20.00
Apel pergantian regu penjagaan
Kebersihan kamar / Lingkungan
Senam SKJ
Sarapan Pagi
Istirahat
Penyuluhan Agama Kristen
Penyuluhan Agama Islam
Perpustakaan / rekreasi
Makan Siang
Apel pergantian regu penjagaan
Pendidikan Kejar Paket B
Makan Sore
Istirahat
Pendidikan Keterampilan
Istirahat di kamar
Apel pergantian regu penjagaan
KPLP
KPLP
Bimpas
KPLP
Regu Penjagaan
Solidoe Gloria I
Dept. Agama
Bimpas
KPLP
KPLP
PKBM “ Puspa “
KPLP
Regu Penjagaan
KPLP
KPLP
KPLP
Sumber Data Primer : Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Tanjung Gusta Medan, 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB V
ANALISA DATA
5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dijelaskan hasil analisis data penelitian yang diperoleh
dari penyebaran angket, wawancara dan juga berdasarkan studi kepustakaan dan
observasi yang dilakukan terhadap narapidana di Lapas Anak Tanjung Gusta
Medan. Observasi dilakukan untuk mengamati lokasi penelitian, serta kondisi
objektif narapidana di Lapas sedangkan studi kepustakaan dilakukan untuk
mengumpulkan data-data mengenai metode-metode yang dilakukan lembaga saat
memberikan program pembinaan terhadap narapidana di Lapas Anak. Hasil
analisa data juga diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap pihak
lembaga antara lain adalah mengenai sejarah dan struktur organisasi, prasarana
dan sarana serta penerapan proses pembinaan. Masalah yang disajikan dalam
penelitian ini adalah Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga
Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta Medan.
Seperti yang dijelaskan pada bab metodologi penelitian bahwa yang
menjadi responden dalam penelitian ini adalah Narapidana yang mendapatkan
pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta Medan,
yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada 34 responden. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah purposive sampling yaitu penelitian dilakukan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
terhadap narapidana yang masuk kategori remaja yaitu narapidana yang berumur
12 tahun sampai 21 tahun.
Identitas Responden
Tabel 5.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 12 – 15 Tahun 2 6
2 16 – 18 Tahun 8 23
3 19 – 21 Tahun 24 71
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang berusia
antara 12-15 tahun ada sebanyak 2 orang (6%), usia antara 16-18 tahun ada
sebanyak 8 orang (23%) dan usia antara 19-21 tahun sebanyak 24 orang (71%),
maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden berusia antara 19-21 tahun
dimana pada usia ini anak berada pada masa transisi yaitu perkembangan dan
pertumbuhan seorang anak sedang mengalami masa labil, baik dalam pengetahuan
dan ketahanan mentalnya dengan tingkah laku anti-sosial yang potensial disertai
dengan banyaknya pergolakan hati. Oleh karena itu, pada masa seperti ini anak-
anak membutuhkan kontrol sosial yang cukup tinggi.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Perempuan - -
2 Laki-Laki 34 100
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis kelamin responden
seluruhnya adalah laki-laki. Hal ini disebabkan karena Lembaga Pemasyarakatan
Anak Tanjung Gusta hanya menampung narapidana yang berjenis kelamin laki-
laki.
Tabel 5.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Agama
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Islam 30 88
2 Kristen 4 12
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Agama merupakan salah satu faktor pengendali terhadap tingkah laku
anak, dimana anak sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman atau petunjuk
dalam rangka mencari jati dirinya. Pedoman dan petunjuk ini dibutuhkan juga
untuk mencari identitas dirinya, menuju kepribadian matang dan menghindarkan
diri dari konflik-konflik peran yang terjadi pada masa transisi.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa responden yang beragama
Kristen sebanyak 4 orang (12%) sedangkan responden yang beragama islam
sebanyak 30 orang (88%). Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden
menganut agama islam.
Tabel 5.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Batak Toba 5 15
2 Batak Simalungun 1 3
3 Mandailing 7 20
4 Melayu 3 9
5 Jawa 18 53
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
merupakan suku jawa yaitu sebanyak 18 orang (53%), suku Mandailing sebanyak
7 orang (20%), suku Batak Toba sebanyak 5 orang (15%), suku Melayu sebanyak
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
3 orang (9%), dan suku Batak Simalungun sebanyak 1 orang (3%). Penghuni
Lapas Anak terdiri dari berbagai suku, walaupun demikian tidak pernah terjadi
perselisihan antar suku.
Tabel 5.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Medan 24 70
2 Sibolga 2 6
3 Padang Sidempuan 3 9
4 Tebing Tinggi 1 3
5 Jawa 4 12
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
berasal dari daerah Medan yaitu sebanyak 24 orang (70%), daerah Jawa sebanyak
4 orang (12%), daerah Padang Sidempuan sebanyak 3 orang (9%), daerah Sibolga
sebanyak 2 orang (6%), dan daerah Tebing Tinggi sebanyak 1 orang (3%). Maka
dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden berasal dari daerah Medan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Tidak Tamat SD 6 18
2 Tidak Tamat SLTP 6 18
3 Tamat SLTP 12 35
4 Tamat SLTA 9 26
5 Mahasiswa 1 3
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak baik dalam hal pembentukan moralitas maupun dalam
pengembangan diri anak menjadi anak yang mempunyai kemampuan serta
kepribadian yang baik agar dapat hidup dengan wajar dalam masyarakat.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pendidikan terakhir tidak
tamat SD sebanyak 6 orang (18%), pendidikan terakhir tidak tamat SLTP
sebanyak 6 orang (18%), pendidikan terakhir tamat SLTP sebanyak 12 orang
(35%), pendidikan terakhir tamat SLTA sebanyak 9 orang (26%), dan responden
yang berstatus mahasiswa sebanyak 1 orang (3%). Data tersebut menunjukkan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
bahwa pada umumnya responden memiliki tingkat pendidikan yang masih relatif
rendah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden, rendahnya
tingkat pendidikan disebabkan oleh keadaan orang tua responden yang tidak
mampu.
Tabel 5.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Tindak Pidana
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Pencurian 13 38
2 Perampokan 5 15
3 Narkoba 7 20
4 Asusila 5 15
5 Pembunuhan 4 12
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kasus responden sehingga
masuk Lapas Anak yaitu kasus pencurian sebanyak 13 orang (38%), kasus
perampokan sebanyak 5 orang (15%), kasus narkoba sebanyak 7 orang (20%),
kasus asusila sebanyak 5 orang (15%), dan kasus pembunuhan sebanyak 4 orang
(12%). Data di atas menunjukkan bahwa kasus tertinggi adalah kasus pencurian.
Hal ini dilatarbelakangi karena adanya pengaruh keadaan ekonomi keluarga yang
tidak mencukupi sehingga mendorong anak tersebut untuk melakukan tindakan
pencurian.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.8
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Hukuman
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 1 Bulan - Kurang 12 Bulan 13 38
2 1 Tahun - Kurang 2 Tahun 9 26
3 2 Tahun - Kurang 3 Tahun 3 9
4 3 Tahun - Kurang 5 Tahun 2 6
5 5- 10 Tahun 7 21
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa lama masa hukuman
responden antara 1 sampai kurang dari 12 bulan sebanyak 13 orang (38%), antara
1 sampai kurang dari 2 tahun sebanyak 9 orang (26%), antara 2 sampai kurang
dari 3 tahun sebanyak 3 orang (9%), antara 3 sampai kurang dari 5 tahun sebanyak
2 orang (6%), dan antara 5 sampai 10 tahun sebanyak 7 orang (21%). Maka sangat
berat bagi seorang anak untuk menjalani hukuman di Lapas dengan masa
hukuman yang lama, membuat anak kehilangan kebebasan untuk
mengembangkan dirinya.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.9
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Hukuman Yang Telah
Dijalani
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 1 bulan – Kurang 1 Tahun 20 59
2 1 Tahun – Kurang 2 Tahun 9 26
3 2 Tahun – 4 Tahun 5 15
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa masa hukuman yang telah
dijalani responden antara 1 bulan sampai kurang dari 1 tahun sebanyak 20 orang
(59%), antara 1 tahun sampai kurang dari 2 tahun sebanyak 9 orang (26%), dan
antara 2 tahun sampai 4 tahun sebanyak 5 orang (15%). Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden telah cukup lama berada di Lapas Anak dan
mendapatkan pembinaan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pembinaan Yang Diberikan
Tabel 5.10
Distribusi Jawaban Responden Tentang Jenis-Jenis Pembinaan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Tahu 29 85
2 Kurang Tahu 3 9
3 Tidak Tahu 2 6
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil keuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengetahui
tentang jenis-jenis pembinaan sebanyak 29 orang (85%), responden yang kurang
mengetahui tentang jenis-jenis pembinaan sebanyak 3 orang (9%), dan responden
yang tidak mengetahui tentang jenis-jenis pembinaan sebanyak 2 orang (6%). Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui tentang jenis-jenis
pembinaan yang terdapat di Lapas, dikarenakan sudah menjadi kewajiban bagi
narapidana semenjak menginjakkan kaki di Lapas untuk mengikuti kegiatan
pembinaan.
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan responden, responden
yang kurang mengetahui tentang jenis-jenis pembinaan disebabkan oleh karena
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
kurangnya sosialisasi sehingga narapidana menganggap kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan di Lapas bukanlah wujud pembinaan melainkan hanya sebagai
pengisi waktu selama berada di Lapas. Responden merasa tidak berkewajiban
untuk mengikutinya.
Tabel 5.11
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Keagamaan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Mengikuti 29 85
2 Kadang-Kadang 4 12
3 Tidak Mengikuti 1 3
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Dalam membentuk kepribadian yang takwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, narapidana dalam kesehariannya diberikan kegiatan pembinaan keagamaan.
Pendidikan keagamaan tersebut bertujuan agar setiap narapidana dapat menyadari
kesalahannya serta terbentuk kekuatan iman dan mendekatkan diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa sehingga kesalahan yang membuatnya terjerumus ke dalam
kenakalan yang mengakibatkan pemidanaan terhadap dirinya tidak terulang
kembali.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengikuti kegiatan
keagamaan sebanyak 29 orang (85%), responden yang kadang-kadang saja
mengikuti kegiatan pembinaan sebanyak 4 orang (12%), dan responden yang tidak
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
mengikuti kegiatan keagamaan sebanyak 1 orang (3%). Maka dapat dianalisis
bahwa sebagian besar responden mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan. Para
responden merasa mereka membutuhkan pengalaman spiritual yang lebih dalam
lagi, agar menjadi pedoman dalam diri mereka untuk menghayati petunjuk ajaran
agamanya dengan baik. Kebiasaan melakukan nilai-nilai luhur ajaran agama akan
berpengaruh positif bagi pembentukan mental sehingga hati nurani mereka
menjadi kuat. Dengan demikian mereka tidak akan mudah terperosok ke dalam
perbuatan yang melanggar norma agama, hukum, sosial dan susila sehingga
mereka dapat hidup kembali di tengah-tengah masyarakat.
Lapas Anak Tanjung Gusta menyediakan sarana rumah ibadah seperti
masjid, gereja, dan vihara. Pelaksanaan kegiatan keagamaan dilakukan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pelayanan penyuluhan keagamaan
dilaksanakan bekerja sama dengan berbagai pihak. Pelayanan penyuluhan bagi
agama Islam bekerja sama dengan yayasan PIAI kota Medan, pelayanan
penyuluhan agama Kristen bekerja sama dengan STT Abdi Sabda, KMK USU,
GBKP, dan lain-lain, sedangkan pelayanan penyuluhan agama Budha bekerja
sama dengan MBI ( Majelis Budhayana Indonesia ).
Kegiatan keagamaan yang diselenggarakan di Lapas anak disamping
melaksanakan kegiatan ibadah juga melakukan kegiatan perayaan atau peringatan
hari-hari besar keagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri, Isra’Miraj, Maulid, Natal,
Paskah, dan Waisak.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.12
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Umum
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Mengikuti 24 71
2 Kadang-Kadang - -
3 Tidak Mengikuti 10 29
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak baik dalam hal pembentukan moralitas maupun dalam
pengembangan diri anak menjadi anak yang mempunyai kemampuan serta
kepribadian yang baik supaya dapat hidup di masyarakat secara wajar.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
mengikuti kegiatan pendidikan umum yaitu sebanyak 24 orang (71%).
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan responden hal tersebut
dikarenakan responden merasa perlu untuk mengikuti kegiatan pendidikan umum
untuk melanjutkan pendidikan agar lebih pintar dan sebagai bekal setelah keluar
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
dari Lapas Anak dan agar menghilangkan rasa jenuh selama berada di Lapas
Anak. Responden yang tidak mengikuti kegiatan pembinaan umum sebanyak 10
orang (29%) karena sebagian responden telah menyelesaikan pendidikan hingga
tingkat SMU sedangkan tidak ada responden yang menyatakan kadang-kadang
mengikuti kegiatan pembinaan umum.
Kegiatan pendidikan umum di Lapas Anak Tanjung Gusta meliputi Kejar
Paket B untuk anak kelas III, memberikan kesempatan narapidana untuk
mengikuti UAN dan UAS serta Ujian Paket B di luar dan dalam Lapas, serta
memberikan kesempatan narapidana untuk melanjutkan sekolah di luar Lapas
yaitu pagi berangkat ke sekolah dan siang pulang ke Lapas.
Untuk pelaksanaan pendidikan dan pengajaran ini Lapas telah bekerjasama
dengan PKBM “Puspa” untuk melaksanakan Kejar Paket B. perlunya kegiatan
pendidikan mengingat agar narapidana tidak terputus sama sekali pendidikannya,
apalagi masih banyak narapidana yang pendidikannya tidak memadai yang sempat
terputus.
Perwujudan pemenuhan hak untuk mendapatkan pendidikan dan
pengajaran bagi narapidana di Lapas Anak yang diukur berdasarkan adanya
pendidikan formal dapat dikatakan masih memprihatinkan, sebab standarisasi,
kurikulum, pendidikan dan tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan,
pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan dan sertifikasi maupun pendirian
suatu satuan pendidikan belum sesuai dengan ketentuan dalam Sistem Pendidikan
Nasional.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.13
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Kepramukaan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Mengikuti 7 21
2 Kadang-Kadang 2 6
3 Tidak Mengikuti 25 73
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Pembinaan kepramukaan bertujuan untuk membentuk watak dan jiwa
yang sportif serta bertanggung jawab dalam diri anak pidana sehingga nantinya
setelah mereka keluar dari Lapas dapat diterima kembali di masyarakat.
Berdasarkan tabel di atas responden yang mengikuti kegiatan pembinaan
kepramukaan sebanyak 7 orang (21%), kadang-kadang saja mengikuti sebanyak 2
orang (6%), dan responden yang sama sekali tidak mengikuti kegiatan pembinaan
kepramukaan sebanyak 25 orang (73%). Dapat dianalisis bahwa sebagian besar
responden tidak mengikuti kegiatan pembinaan kepramukaan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan responden, responden
merasa malas untuk mengikuti kegiatan pembinaan kepramukaan. Mereka merasa
tidak perlu dan hanya buang-buang waktu saja. Namun responden yang mengikut i
kegiatan pembinaan kepramukaan merasa perlu, agar mereka dilatih untuk lebih
sportif dan berjiwa besar. Karena dengan gerakan pramuka, mereka akan dilatih
untuk bersikap bijaksana, adil, taat pada aturan, suka menolong dan lain-lain.
Lapas anak membentuk Gudep 14009 yang bertugas melatih narapidana menjadi
anggota pramuka. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Lapas tidak hanya dikenal
sebagai tempat pemenjaraan tetapi juga sebagai lembaga pembinaan dan
pembaharuan mental.
Tabel 5.14
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Keterampilan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Mengikuti 30 88
2 Tidak Mengikuti 4 12
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengikuti
kegiatan pembinaan keterampilan sebanyak 30 orang (88%), dan responden yang
tidak mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan sebanyak 4 orang (12%)
dikarenakan ada sebagian responden yang merasa malas mengikuti dan ada juga
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
merasa hanya buang-buang waktu saja. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian
besar responden mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan.
Lapas Anak Tanjung Gusta memberikan program pendidikan keterampilan
kepada narapidana yaitu meliputi Bimbingan Konseling, Pelatihan Melukis,
Pelatihan Memangkas rambut, Pertukangan Kayu, Mengelas, dan Menjahit.
Pendidikan keterampilan adalah salah satu program unggulan untuk Lapas Anak
dikarenakan keterampilan merupakan pendukung dari pendidikan formal. Namun
pelaksanaan kegiatan pembinaan keterampilan masih belum terlaksana dengan
baik dikarenakan perlengkapan sarana dan prasarana yaitu berupa peralatan dan
bahan-bahan yang mendukung kegiatan pembinaan keterampilan masih belum
memadai dan masih minimnya anggaran untuk mendukung kegiatan pembinaan
keterampilan tersebut.
Tabel 5.15
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Pembinaan Upaya
Pemasyarakatan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Mengikuti 19 56
2 Kadang-Kadang 8 23
3 Tidak Mengikuti 7 21
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang mengikuti
kegiatan pembinaan upaya pemasyarakatan sebanyak 19 orang (56%), responden
yang kadang-kadang mengikuti sebanyak 8 orang (23%) dikarenakan sibuk
dengan kegiatan yang lain sewaktu pelaksanaan pembinaan, responden yang tidak
mengikuti sebanyak 7 orang (21%) dikarenakan tidak tertarik sama sekali untuk
mengikuti pembinaan tersebut.
Upaya pemasyarakatan merupakan kegiatan pembinaan narapidana guna
dipersiapkan terjun kembali ketengah-tengah masyarakat. Biasanya upaya
pemasyarakatan ini diberikan kepada narapidana yang telah menjalani lebih dari
setengah masa hukuman. Di sini narapidana diajar untuk bertanggung jawab dan
mulai diberikan kepercayaan untuk melaksanakan tugas di dapur, di kantor dan
tugas lainnya
Tabel 5.16
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Rekreasi
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Pernah 29 85
2 Jarang 5 15
3 Tidak Pernah - -
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang pernah
mengikuti kegiatan rekreasi sebanyak 29 orang (85%) sedangkan responden yang
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
jarang mengikuti pembinaan rekreasi sebanyak 5 orang (15%) dan tidak ada
responden yang tidak pernah mengikuti pembinaan rekreasi.
Rekreasi dilaksanakan dalam bentuk menonton televisi yang diadakan
setiap hari pada sore hari. Responden merasa terhibur karena adanya televisi dan
sebagai media informasi agar selama berada dalam Lapas responden tidak
ketinggalan informasi ataupun berita.
Tabel 5.17
Distribusi Jawaban Responden Tentang Ketertarikan Mengikuti Pembinaan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 34 100
2 Tidak - -
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruhnya responden tertarik
mengikuti pembinaan yang ada di Lapas. Mereka merasa pembinaan yang ada
memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan dirinya meskipun
mereka berada dalam Lapas. Selain itu pembinaan tersebut juga memberikan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
kesadaran diri, keimanan, keterampilan dan sebagainya sehingga menjadi nilai
tambah bagi responden sebagai bekal setelah nantinya keluar dari Lapas.
Tabel 5.18
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesungguhan Mengikuti Pembinaan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 29 85
2 Tidak 5 15
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel 5.18 dapat dilihat bahwa responden yang bersungguh-
sungguh mengikuti pembinaan sebanyak 29 orang (85%), karena responden
merasa pembinaan tersebut sesuai dengan minat dan bakat mereka selain itu
responden menyadari bahwa pola pembinaan yang diberikan diperuntukkan demi
perbaikan dirinya sedangkan ada sebanyak 5 orang (15%) responden yang tidak
bersungguh-sungguh mengikuti pembinaan dikarenakan responden kadang-
kadang merasa malas mengikuti pembinaan karena responden merasa jenuh
dengan kegiatan pembinaan
Tabel 5.19
Distribusi Jawaban Responden Tentang Cara Pembinaan Yang Diberikan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
1 Secara Berkelompok 6 18
2 Secara Sendiri-sendiri 1 3
3 Secara Bersama-sama 27 79
Jumlah 34 100
Sumber ; Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kegiatan pembinaan
cenderung dilaksanakan secara bersama-sama menurut hasil jawaban responden
sebanyak 27 orang (79%). Hal ini dikarenakan agar sistem pembinaan dapat
terlaksana secara sistematis dan dapat dirasakan manfaatnya bagi setiap
narapidana. Sementara itu kegiatan pembinaan yang dilakukan secara
berkelompok sebanyak 6 orang (18%) sedangkan kegiatan pembinaan yang
dilakukan secara sendiri-sendiri sebanyak 1 orang (3%).
Tabel 5.20
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian pembinaan dengan
minat, bakat dan kemauan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 29 85
2 Tidak 5 15
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang merasa pembinaan
yang diberikan sesuai dengan bakat, minat dan kemauan mereka sebanyak 29
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
orang (85%), dan responden yang merasa pembinaan yang diberikan tidak sesuai
dengan bakat, minat dan kemauan mereka sebanyak 5 orang (15%). Hal ini
disebabkan karena setiap responden mempunyai bakat, minat dan kemauan yang
berbeda-beda sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan setiap narapidana, karena
keterbatasan biaya, tenaga dan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan.
Tabel 5.21
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesesuaian pembinaan dengan
Jadwal Yang Telah Ditetapkan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 31 91
2 Tidak 3 9
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ketepatan jadwal kegiatan
pembinaan yang diberikan oleh petugas menurut responden sebanyak 31 orang
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
(91%) sedangkan responden yang menjawab pembinaan tidak dilaksanakan sesuai
dengan jadwal berjumlah 3 orang (9%).
Dari data di atas dapat dilihat bahwa responden melaksanakan kegiatan
pembinaan yang sudah ditetapkan sesuai jadwal dengan arahan petugas, karena
semua kegiatan yang dilakukan di Lapas telah mempunyai jadwal yang harus
dipatuhi baik oleh petugas maupun narapidana.
Tabel 5.22
Distribusi Jawaban Responden Tentang Perlakuan Petugas Selama
Mengikuti Pembinaan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Baik 29 85
2 Kurang Baik 5 15
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Tercapainya pelaksanaan pembinaan narapidana dengan baik adalah
berada pada tenaga-tenaga pegawai Lapas yang merupakan pelaksana sistem
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
pemasyarakatan. Oleh karena itu, hendaknya para petugas lebih baik dan cakap
lagi untuk mendidik narapidana terutama pendekatan pribadi.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 29 orang (85%) responden
menyatakan mendapatkan perlakuan baik dari petugas Lapas sedangkan
responden yang menjawab mendapat perlakuan kurang baik dari petugas sebanyak
5 orang (15%). Maka dapat dianalisis bahwa pada umumnya petugas
memperlakukan responden dengan baik, sesuai dengan harkat dan martabat
manusia.
Tabel 5.23
Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterampilan Petugas
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Sudah 24 71
2 Kurang 9 26
3 Belum 1 3
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
petugas sudah mempunyai keterampilan dalam melaksanakan tugasnya sebanyak
24 orang (71%), responden yang menyatakan petugas kurang mempunyai
keterampilan dalam melaksanakan tugasnya sebanyak 9 orang (26%) sedangkan
responden yang menyatakan bahwa petugas belum mempunyai keterampilan
dalam melaksanakan tugasnya sebanyak 1 orang (3%).
Di Lapas Anak Tanjung Gusta memiliki jumlah petugas yang tidak
seimbang dengan jumlah narapidana yang selalu bertambah. Lapas mempunyai
jumlah petugas sebanyak 79 orang dimana jumlah anak didik pemasyarakatan
sebanyak lebih dari 800 orang setiap bulannya. Hal ini mengakibatkan petugas
tidak dapat memberikan perhatian secara menyeluruh terhadap narapidana.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
menyatakan bahwa petugas sudah mempunyai keterampilan dalam melaksanakan
tugasnya. Namun sebaiknya petugas harus tetap terus meningkatkan
keterampilannya dan lebih cakap lagi agar tujuan dari pembinaan tersebut dapat
tercapai.
Tabel 5.24
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kualitas Pembinaan Yang
Diberikan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Sudah 28 82
2 Kurang Baik 6 18
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
3 Tidak Baik - -
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa reponden yang menyatakan kualitas
pembinaan yang diberikan sudah cukup baik sebanyak 28 orang (82%) hal ini
dikarenakan responden merasa pembinaan tersebut memberikan pengaruh yang
positif terhadap diri responden dan responden yang menyatakan kualitas
pembinaan kurang baik sebanyak 6 orang (18%) dikarenakan responden merasa
bahwa pembinaan yang diberikan tidak sesuai dengan minat, bakat dan kemauan
responden sedangkan tidak ada responden yang menyatakan kualitas pembinaan
tidak baik. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden merasa kualitas
pembinaan di Lapas Anak sudah baik.
Tabel 5.25
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepatuhan Terhadap Tata Tertib
Yang Berlaku
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 33 97
2 Tidak 1 3
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang dapat mematuhi tata
tertib yang berlaku di Lapas sebanyak 33 orang (97%) hal ini dikarenakan
responden merasa takut untuk melanggar peraturan karena akan dikenakan sanksi
sedangkan responden yang menyatakan tidak dapat mematuhi tata tertib di Lapas
sebanyak 1 orang (3%) hal ini dikarenakan responden merasa tidak suka diatur-
atur.
Keberhasilan pembinaan dipandang petugas lebih kepada tingkat
kepatuhan narapidana terhadap tata tertib atau peraturan yang berlaku di dalam
Lapas. Petugas akan memberikan sanksi yang tegas apabila ada narapidana yang
tidak mematuhi tata tertib, penegakan disiplin yang dijalankan melalui pemberian
sanksi bukan suatu hukuman tetapi merupakan suatu bimbingan untuk mendidik
narapidana teratur dan taat serta patuh terhadap peraturan.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya narapidana
dapat mematuhi tata tertib yang ada di Lapas. Oleh karena itu diharapkan tujuan
pembinaan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan teratur.
Tabel 5.26
Distribusi Jawaban Responden Yang Melanggar Peraturan Di Lapas
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Pernah 21 62
2 Tidak Pernah 13 38
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang pernah
melanggar peraturan di Lapas sebanyak 21 orang (62%) hal ini dikarenakan
responden lupa, ketiduran, lalai, jenuh dan kurangnya kesadaran dari responden
sendiri sedangkan responden yang tidak pernah melanggar peraturan sebanyak 13
orang (38%) hal ini dikarenakan responden merasa takut akan diberikan hukuman
oleh petugas.
Tabel 5.27
Distribusi Jawaban Responden Tentang Tindakan Petugas Apabila
Responden Melanggar Peraturan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Diberi Sanksi 27 79
2 Dinasehati 5 15
3 Dikereng 2 6
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009 Dalam hal pelanggaran disiplin petugas memberikan sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku bagi narapidana jika melakukan kesalahan atau
pelanggaran disiplin. Berdasarkan tabel 5.27 dapat dilihat bahwa tindakan yang
diberikan kepada responden yang melanggar disiplin yaitu diberi sanksi sebanyak
27 orang (79%), dinasehati sebanyak 5 orang (15%), sedangkan dikereng
sebanyak 2 orang (6%).
Pemberian hukuman yang dilakukan oleh petugas merupakan hal yang
wajar karena hal tersebut dapat dijadikan proses pembelajaran bagi narapidana
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
untuk selalu taat terhadap peraturan dan tidak mengulangi kesalahannya.
Tindakan yang dilakukan petugas tersebut masih tergolong tindakan yang
manusiawi yang jauh dari tindakan kekerasan yaitu berupa penganiayaan,
penyiksaan ataupun penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
Tabel 5.28
Distribusi Jawaban Responden Tentang Ketepatan Melaksanakan
Kewajiban
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 10 32
2 Kadang-kadang 20 59
3 Tidak 3 9
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel 5.28 dapat dilihat bahwa responden yang dapat
melaksanakan kewajibannya dengan tepat sebanyak 11 orang (32%) hal ini
dikarenakan responden merasa bertanggung jawab terhadap kewajiban yang
dilimpahkan kepadanya, responden yang menyatakan tidak selalu melakukan
kewajiban dengan tepat sebanyak 20 orang (59%) hal ini dikarenakan responden
ketiduran dan lupa, sedangkan responden yang menyatakan tidak dapat
melakukan kewajiban dengan tepat sebanyak 3 orang (9%) hal ini dikarenakan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
responden malas dalam melaksanakan kewajibannya karena responden merasa
jenuh.
Tabel 5.29
Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterpaksaan Dalam Mengikuti
Pembinaan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 2 6
2 Tidak 32 94
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang merasa
terpaksa dalam mengikuti pembinaan sebanyak 2 orang (6%) hal ini dikarenakan
takut dimarahi petugas, sedangkan responden yang merasa bukan keterpaksaan
dalam mengikuti pembinaan sebanyak 32 orang (94%) hal ini dikarenakan
responden merasa pembinaan tersebut sesuai dengan minat, bakat dan kemauan
mereka selain itu responden merasa bahwa mengikuti pembinaan merupakan
kewajiban bagi mereka agar mempunyai bekal setelah mereka keluar dari Lapas.
Tabel 5.30
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecenderungan Responden Merasa
Bosan Dengan Kegiatan Pembinaan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 6 18
2 Kadang-kadang 16 47
3 Tidak 12 35
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang merasa
bosan dengan kegiatan pembinaan sebanyak 6 orang (18%) hal ini dikarenakan
mereka merasa sudah sangat bosan tinggal di Lapas sehingga menyebabkan
responden juga merasa bosan dengan kegiatan pembinaan di Lapas. Responden
yang kadang-kadang merasa bosan dengan kegiatan pembinaan ada sebanyak 16
orang (47%) hal ini dikarenakan responden merasa jenuh dengan kegiatan
pembinaan yang hampir setiap hari mereka lakukan sedangkan responden yang
merasa tidak bosan dengan kegiatan pembinaan sebanyak 12 orang (35%) hal ini
dikarenakan responden merasa kegiatan pembinaan yang mereka ikuti sesuai
dengan minat, bakat dan kemauan mereka.
Tabel 5.31
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kecenderungan Responden
Mendapat Kesulitan Dalam Mengikuti Pembinaan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 10 29
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
2 Kadang-kadang 18 53
3 Tidak 6 18
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang
mendapatkan kesulitan selama mengikuti pembinaan sebanyak 10 orang (29%)
hal ini dikarenakan responden merasa kurang tertarik dengan kegiatan pembinaan
yang diberikan, responden yang menyatakan kadang-kadang mendapatkan
kesulitan sebanyak 18 orang (53%) hal ini dikarenakan dalam mengikuti
pembinaan tidak selalu berjalan dengan lancar terkadang responden mendapatkan
masalah baik itu dari Pembina maupun sesama narapidana, sedangkan responden
yang tidak pernah mendapatkan kesulitan dalam mengikuti pembinaan sebanyak 6
orang (18%) hal ini dikarenakan responden merasa diperlakukan baik selama
diberi pembinaan dan mendapat perhatian dari para Pembina. Selain itu
pembinaan tersebut sesuai dengan minat, bakat dan kemauan responden sehingga
responden menikmati kegiatan pembinaan tersebut.
Tabel 5.32
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kondisi Sarana Beribadah
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
1 Memadai 29 85
2 Kurang Memadai 4 12
3 Tidak Memadai 1 3
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
bahwa kondisi sarana beribadah di Lapas memadai sebanyak 29 orang (85%),
yang menyatakan kurang memadai sebanyak 4 orang (12%) dan yang menyatakan
tidak memadai sebanyak 1 orang (3%). Berdasarkan hasil pengamatan peneliti
bahwa sarana beribadah sudah memadai, hal ini dapat terlihat dari adanya sarana
beribadah seperti gereja, masjid dan vihara yang kondisinya baik dan nyaman
sehingga layak dijadikan sebagai tempat beribadah.
Tabel 5.33
Distribusi Jawaban Responden Tentang Keberadaan TV Di Lapas
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Senang Sekali 32 94
2 Biasa Saja 2 6
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Televisi merupakan salah satu media informasi yang mendukung program
pembinaan rekreasi di Lapas. Narapidana berhak untuk mengikuti siaran media
massa agar tidak ketinggalan informasi. Keberadaan televisi di Lapas merupakan
salah satu alternatif yang baik agar narapidana dapat mengetahui perkembangan
dunia luar.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya dari
responden atau ada sebanyak 32 orang (94%) yang merasa senang sekali dengan
keberadaan televisi di Lapas. Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan
responden, responden merasa terhibur dengan adanya televisi di Lapas, mereka
tidak jenuh dan mendapatkan informasi dengan adanya televisi. Namun ada 2
orang (6%) responden yang merasa biasa saja dengan keberadaan televisi di
Lapas. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden hal ini
dikarenakan responden tidak begitu suka menonton televisi mereka lebih suka
mendengarkan musik daripada menonton televisi.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, kondisi televisi di Lapas anak
masih kurang memadai karena jumlah narapidana yang begitu banyak hanya
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
tersedia 1 televisi yang berukuran kecil sehingga narapidana kurang begitu puas
menonton televisi.
Tabel 5.34
Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilitas Yang Tersedia Di Lapas
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Memadai 11 32
2 Kurang Memadai 21 62
3 Tidak Memadai 2 6
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden yang
menyatakan bahwa fasilitas di Lapas memadai sebanyak 11 orang (32%), yang
menyatakan kurang memadai sebanyak 21 orang (62%), sedangkan yang
menyatakan tidak memadai sebanyak 2 orang (6%).
Keberhasilan suatu program kegiatan pembinaan harus didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai. Untuk mendukung tercapainya tujuan suatu
pembinaan maka harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung
kegiatan pembinaan.
Berdasarkan hasil observasi peneliti fasilitas di Lapas anak sudah cukup
memadai namun sebaiknya perlu diadakan pergantian perlengkapan yang sudah
selayaknya diganti.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.35
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kondisi Fasilitas Yang Tersedia Di
Lapas
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Baik 10 29
2 Tidak 24 71
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
kondisi fasilitas yang tersedia di Lapas dalam kondisi baik sebanyak 10 orang
(29%) sedangkan responden yang menyatakan kondisi fasilitas yang tersedia di
Lapas dalam kondisi tidak baik sebanyak 24 orang (71%). Maka dapat dianalisis
bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa kondisi fasilitas di Lapas
tidak baik.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.36
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepuasan Terhadap Fasilitas Di
Lapas
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Puas 20 59
2 Kurang Puas 14 41
3 Tidak Puas - -
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
puas terhadap fasilitas yang tersedia di Lapas sebanyak 20 orang (59%) dengan
alasan mereka sangat menyadari status yang mereka sandang saat ini yaitu sebagai
orang yang sedang dihukum sehingga menurut responden fasilitas yang ada saat
ini sudah memuaskan, responden yang menyatakan kurang puas dengan fasilitas
yang tersedia 14 orang (41%) sedangkan tidak ada responden yang menjawab
tidak puas dengan fasilitas yang tersedia di Lapas.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.37
Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Mendapat Fasilitas Dari
Luar Lapas
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 8 24
2 Kadang-Kadang 16 47
3 Tidak 10 29
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 8 orang (24%)
responden yang menjawab mendapat fasilitas dari luar yaitu dari pihak keluarga
yang mengunjungi responden dan memberikan bantuan berupa sandang, pangan
dan fasilitas lainnya atas permintaan responden setiap keluarganya berkunjung.
Responden yang menyatakan kadang-kadang mendapatkan fasilitas dari luar
Lapas sebanyak 16 orang (47%) karena responden tersebut jarang dikunjungi oleh
keluarganya dan apabila keluarga responden berkunjung ke Lapas tidak setiap
waktu membawa fasilitas untuk responden sedangkan responden yang
menyatakan tidak pernah mendapatkan fasilitas dari luar Lapas sebanyak 10 orang
(29%) dikarenakan keluarga responden tidak pernah membawa fasilitas untuk
responden apabila berkunjung ke Lapas.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.38
Distribusi Jawaban Responden Tentang Perbaikan Fasilitas Di Lapas
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Perlu 29 85
2 Tidak Perlu 5 15
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
perlu adanya perbaikan terhadap fasilitas di Lapas ada sebanyak 29 orang (85%)
dikarenakan masih ada fasilitas yang selayaknya harus diganti khususnya fasilitas-
fasilitas vital seperti kamar tidur, perlengkapan makan, dan lain sebagainya.
Sedangkan responden yang menyatakan bahwa perbaikan fasilitas di Lapas tidak
perlu lagi karena responden sudah cukup puas dengan fasilitas yang ada sebanyak
5 orang (15%).
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.39
Distribusi Jawaban Responden Tentang Sikap Pembina Apabila Responden
Sakit
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Peduli 27 79
2 Kurang Peduli 7 21
3 Tidak Peduli - -
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
bahwa petugas peduli saat responden sakit sebanyak 27 orang (79%) dan memberi
obat-obatan, responden yang menyatakan bahwa petugas kurang peduli saat
responden sakit sebanyak 7 orang (21%) sedangkan tidak ada responden yang
menyatakan bahwa petugas tidak peduli saat responden sakit.
Sebenarnya sikap petugas dalam melayani kesehatan narapidana sudah
termasuk baik, hanya saja terganjal akan keterbatasan fasilitas kesehatan seperti
obat-obatan dan peralatan medis karena minimnya anggaran untuk memenuhi
fasilitas kesehatan tersebut.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.40
Distribusi Jawaban Responden Tentang Menu Makanan Di Lapas
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Enak 2 6
2 Kurang Enak 24 70
3 Tidak Enak 8 24
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
menu makanan di Lapas enak sebanyak 2 orang (6%), responden yang
menyatakan kurang enak sebanyak 24 orang (70%), sedangkan responden yang
menyatakan tidak enak sebanyak 8 orang (24%).
Narapidana berhak memperoleh makanan yang layak, yang sesuai dengan
jumlah kalori yang memenuhi syarat kesehatan. Setiap harinya ada petugas masak
di dapur Lapas yang dikerjakan yaitu narapidana itu sendiri. Makanan yang sudah
selesai dimasak langsung dibagikan kepada narapidana di dapur umum.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, makanan yang disediakan sudah
layak walaupun jumlah gizi yang terdapat dalam makanan masih jauh dari
kebutuhan konsumsi gizi pada umumnya. Hal ini dikarenakan keterbatasan
anggaran untuk memenuhi konsumsi gizi yang layak bagi narapidana.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.41
Distribusi Jawaban Responden Tentang Situasi Kamar Tidur Di Lapas
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Padat 16 47
2 Kurang Padat - -
3 Sangat Padat 18 53
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
situasi kamar tidur padat sebanyak 16 orang (47%), responden yang menyatakan
sangat padat sebanyak 18 orang (53%), dan tidak ada responden yang menyatakan
situasi kamar tidur kurang padat.
Situasi Lapas saat ini over kapasitas akibatnya kondisi kamar sangat padat.
Kondisi kamar tidur di Lapas sangatlah memprihatinkan akibatnya beberapa
kamar hunian yang isinya bercampur usia anak dengan remaja, begitu juga dengan
kamar khusus berdasarkan latar belakang perkara pidana masih bercampurnya
bermacam-macam kasus di dalam 1 kamar, dikhawatirkan akan terjadinya transfer
ilmu kejahatan dari seorang anak ke anak lainnya. Berdasarkan hal tersebut
sangatlah diharapkan tercipta dan terpenuhinya kamar khusus anak dan kamar
hunian yang terpisah berdasarkan latar belakang kasus.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.42
Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Masuk Ke Lapas
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 1 Kali 29 85
2 2 Kali 3 9
3 3 Kali atau Lebih 2 6
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
yang masuk ke Lapas adalah baru satu kali yaitu sebanyak 29 orang (85%),
responden yang dua kali masuk ke Lapas sebanyak 3 orang (9%) sedangkan
responden yang menyatakan sudah 3 kali bahkan lebih masuk ke Lapas sebanyak
2 orang (6%).
Dapat disimpulkan bahwa responden mengulangi kembali tindakan
melanggar norma-norma hukum (resedivis) sehingga responden harus kembali
berhadapan dengan hukum. Penyebab timbulnya resedivis dikarenakan situasi dan
kondisi seperti masyarakat kurang bisa menerima kehadirannya ditengah-tengah
masyarakat dan juga karena adanya penolakan dari pihak keluarga mengakibatkan
narapidana merasa tersisih sehingga cenderung mengulangi kembali
perbuatannya.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Hasil / Efektifitas
Tabel 5.43
Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemahaman Terhadap Tujuan
Pembinaan Yang Diberikan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Mengerti 25 74
2 Tidak Mengerti 9 26
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang memahami dari
tujuan pembinaan yang diberikan sebanyak 25 orang (74%) yaitu sebagai bekal
setelah keluar dari Lapas dan kembali ketengah-tengah masyarakat sedangkan
responden yang menjawab tidak memahami dari tujuan pembinaan sebanyak 9
orang (26%) karena responden merasa di dalam Lapas ini mereka sedang
menjalani hukuman dan bukan dibina.
Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memahami dari
tujuan pembinaan yang diberikan kepada responden. Responden merasa
pembinaan tersebut dijadikan bekal bagi responden apabila keluar dari Lapas.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.44
Distribusi Jawaban Responden Merasakan Manfaat Pembinaan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 29 85
2 Tidak 5 15
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
bahwa pembinaan yang diberikan bagi responden bermanfaat sebanyak 29 orang
(85%). Responden merasakan manfaat setelah mengikuti kegiatan pembinaan
yaitu semakin meningkatnya kesadaran diri, keimanan, keterampilan dan
sebagainya sehingga menjadi bekal bagi responden apabila responden telah
menyelesaikan hukumannya di Lapas sedangkan responden yang menyatakan
tidak merasakan manfaat dari pembinaan sebanyak 5 orang (15%) karena
sebagian responden merasa pembinaan tersebut tidak sesuai dengan minat, bakat
dan kemauan responden, karena pada umumnya mereka mengikuti pembinaan
hanya keterpaksaan saja.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.45
Distribusi Jawaban Responden Memiliki Keahlian Komputer Sebelum
Masuk Ke Lapas
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 13 38
2 Tidak 21 62
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Pendidikan komputer sangat penting bagi narapidana supaya mereka dapat
mengisi waktu dengan hal yang positif di Lapas dan tidak ketinggalan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat terbatas untuk di akses di Lapas.
Berdasarkan tabel di atas responden yang memiliki keahlian komputer
sebelum masuk Lapas sebanyak 13 orang (38%), sedangkan responden yang tidak
memiliki keahlian komputer sebelum masuk Lapas sebanyak 21 orang (62%).
Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden tidak memiliki keahlian
komputer sebelum masuk ke Lapas.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.46
Distribusi Jawaban Responden Memiliki Keahlian Komputer Setelah
Mengikuti Pembinaan Di Lapas
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 21 62
2 Tidak 13 38
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki
keahlian komputer setelah mengikuti pembinaan di Lapas sebanyak 21 orang
(62%), responden sudah mengetahui dasar-dasar penggunaan komputer serta
penggunaan program-program computer sedangkan responden yang tidak
memiliki keahlian komputer sebanyak 13 orang (38%) Karena responden kurang
minat dalam pendidikan komputer. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar
responden memiliki keahlian komputer setelah mengikuti pembinaan di Lapas.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.47
Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Keagamaan
Terhadap Keimanan Responden
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 27 79
2 Tidak 7 21
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
merasakan manfaat pembinaan keagamaan terhadap keimanan responden
sebanyak 27 orang (79%) dengan alasan setelah mengikuti pembinaan keagamaan
responden lebih mengerti tentang ajaran Tuhan, memperdalam iman, dapat lebih
mawas diri dan membuat responden bertobat sedangkan responden yang
menyatakan tidak merasakan manfaat pembinaan keagamaan terhadap keimanan
responden sebanyak 7 orang (21%) karena responden jarang mengikuti kegiatan
pembinaan keagamaan dengan alasan malas, jenuh dan bosan. Maka dapat
dianalisis bahwa sebagian besar responden merasakan manfaat pembinaan
keagamaan terhadap keimanan responden.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.48
Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Pendidikan
Umum Terhadap Pengetahuan Responden
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 21 62
2 Tidak 13 38
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang merasakan
manfaat pembinaan pendidikan umum terhadap pengetahuan responden sebanyak
21 orang (62%) dengan alasan membuka wawasan berpikir responden sehingga
dapat memotivasi responden untuk berperilaku lebih baik dan menambah ilmu
pengetahuan responden sedangkan responden yang menyatakan tidak merasakan
manfaat pembinaan pendidikan umum terhadap pengetahuan responden sebanyak
13 orang (38%) dengan alasan sebagian responden tidak mengikuti pembinaan
pendidikan umum karena responden ada yang sudah menyelesaikan
pendidikannya hingga tingkat SMU. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar
responden merasakan manfaat pembinaan pendidikan umum terhadap
pengetahuan responden.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.49
Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Kepramukaan
Terhadap Watak Dan Jiwa Responden
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 5 15
2 Tidak 29 85
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
dapat merasakan manfaat pembinaan kepramukaan terhadap jiwa dan watak
responden sebanyak 5 orang (15%) dengan alasan setelah mengikuti pembinaan
kepramukaan responden merasa lebih sportif dan berjiwa besar karena dengan
gerakan pramuka, responden akan dilatih untuk bersikap bijaksana, adil, taat pada
aturan, suka menolong dan lain-lain sedangkan responden yang tidak merasakan
manfaat pembinaan kepramukaan terhadap watak dan jiwa responden sebanyak 29
orang (85%) dengan alasan bahwa sebagian besar responden tidak mengikuti
kegiatan pembinaan kepramukaan karena tidak sesuai dengan minat, bakat dan
kemauan responden.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.50
Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Keterampilan
Terhadap Keterampilan Responden
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 26 76
2 Tidak 8 24
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
merasakan manfaat pembinaan keterampilan terhadap keterampilan responden
sebanyak 26 orang (76%) dengan alasan karena mereka dapat lebih
mengembangkan keterampilan yang mereka miliki dan merasa lebih kreatif,
dengan pembinaan keterampilan yang mereka dapatkan responden merasa lebih
terlatih dan terampil dalam bidang-bidang keterampilan sedangkan responden
yang menyatakan tidak merasakan manfaat pembinaan keterampilan sebanyak 8
orang (24%) dengan alasan kegiatan pembinaan keterampilan tersebut tidak sesuai
dengan bakat, minat dan kemauan responden. Maka dapat dianalisis bahwa
sebagian besar responden dapat merasakan manfaat pembinaan keterampilan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
terhadap keterampilan responden. Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti
dengan responden, pembinaan keterampilan yang responden dapat selama ini di
Lapas akan responden jadikan modal untuk hidup mandiri di tengah-tengah
masyarakat menjadi orang-orang yang kreatif.
Tabel 5.51
Distribusi Jawaban Responden Tentang Manfaat Pembinaan Upaya
Pemasyarakatan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 19 56
2 Tidak 15 44
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
dapat merasakan manfaat dari pembinaan upaya pemasyarakatan adalah sebanyak
19 orang (56%) dengan alasan responden lebih bertanggung jawab terhadap suatu
pekerjaan yang dilimpahkan kepada responden dan responden lebih bersungguh-
sungguh dalam menghadapai suatu pekerjaan tertentu yang dilimpahkan kepada
responden sedangkan responden yang menyatakan bahwa responden tidak
merasakan manfaat pembinaan upaya pemasyarakatan sebanyak 15 orang (44%)
dengan alasan sebagian responden tidak mengikuti pembinaan upaya
pemasyarakatan sehingga responden tidak dapat merasakan secara langsung
manfaat dari pembinaan upaya pemasyarakatn tersebut. Maka dapat dianalisis
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
bahwa sebagian besar responden dapat merasakan manfaat dari kegiatan upaya
pemasyarakatan.
Tabel 5.52
Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesungguhan Mengikuti Kegiatan
Pembinaan
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 29 85
2 Tidak 5 15
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang bersungguh-
sungguh dalam mengikuti pembinaan sebanyak 29 orang (85%) karena responden
menyadari bahwa pembinaan yang diberikan diperuntukkan demi perbaikan
dirinya. Sedangkan responden yang menyatakan tidak bersungguh-sungguh
mengikuti pembinaan ada sebanyak 5 orang (15%) dikarenakan sebagian
responden merasa pembinaan yang diberikan tidak sesuai dengan bakat, minat dan
kemauan responden, responden mengaku hanya bersungguh-sungguh mengikuti
pembinaan apabila diawasi oleh petugas. Maka dapat dianalisis bahwa sebagian
besar responden bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembinaan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 5.53
Distribusi Jawaban Responden Tentang Pembinaan Sebagai Pedoman
Setelah Keluar Dari Lapas
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Ya 27 79
2 Ragu-Ragu 7 21
3 Tidak - -
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Dari tabel di atas dapat dilihar bahwa responden yang menyatakan bahwa
pembinaan yang selama ini responden dapat dijadikan pedoman setelah keluar
dari Lapas sebanyak 27 orang (79%), responden yang menyatakan ragu-ragu
bahwa pembinaan berguna sebagai pedoman setelah keluar dari Lapas sebanyak 7
orang (21%), dan tidak ada responden yang menyatakan bahwa pembinaan tidak
dapat dijadikan sebagai pedoman setelah keluar dari Lapas. Maka dapat dianalisis
bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa pembinaan dapat dijadikan
bekal setelah responden keluar dari Lapas.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pembinaan yang diberikan selama ini kepada narapidana di Lapas
selayaknya dapat menjadi bekal setelah mereka keluar dari Lapas, berbekal
keterampilan para narapidana dapat hidup mandiri. Apalagi dengan label yang
disandang narapidana sebagai mantan narapidana mempersulit mereka untuk
kembali hidup dengan normal dan menjauhi hal yang membuat mereka masuk ke
dalam Lapas. Sehingga narapidana tersebut harus sungguh-sungguh
mengembangkan dirinya lebih baik lagi dengan bekal keterampilan yang telah
mereka dapat selama ini di Lapas, sehingga mereka dapat kembali berfungsi sosial
dengan baik dalam usaha mencapai tujuan atau cita-cita yang terhambat selama di
dalam Lapas.
Tabel 5.54
Distribusi Jawaban Responden Tentang Rencana Jangka Panjang Setelah Ke
Luar Dari Lapas
No. Jawaban Responden Jumlah Persen / %
1 Berubah 23 68
2 Bekerja 9 26
3 Tidak Tahu 2 6
Jumlah 34 100
Sumber : Hasil kuesioner, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan
mempunyai rencana jangka panjang setelah keluar dari Lapas yaitu akan berubah
sebanyak 23 orang (68%) dikarenakan responden merasa menyesal dengan
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
perbuatan yang selama ini responden lakukan, responden merasa telah
mengecewakan banyak pihak terutama keluarga responden sehingga responden
berjanji akan berubah setelah keluar dari Lapas dan hidup normal kembali dengan
kehidupan yang lebih baik lagi. Responden yang menyatakan mempunyai rencana
jangka panjang setelah keluar dari Lapas yaitu akan bekerja sebanyak 9 orang
(26%) dikarenakan sebagian responden telah menyelesaikan pendidikannya
hingga tingkat SMU sehingga mereka berencana akan bekerja guna menghidupi
kebutuhannya sehari-hari dan tidak akan memberatkan keluarga responden
kembali, responden ingin hidup mandiri sedangkan responden yang menyatakan
tidak tahu akan rencana jangka panjang responden setelah keluar dari Lapas
adalah sebanyak 2 orang (6%) dikarenakan responden sudah merasa putus asa dan
takut untuk berhadapan dengan masyarakat luas dengan cap mantan narapidana
yang responden sandang.
Maka dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden memiliki rencana
jangka panjang untuk berubah setelah menyelesaikan hukumannya di Lapas.
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan responden, responden merasa
pembinaan yang selama ini responden dapat di Lapas memberikan kesadaran pada
diri reponden untuk dapat menjalani hidup dengan baik agar responden dapat
berguna bagi nusa dan bangsa.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan observasi, penyebaran
kuesioner, dan wawancara maka dapat dapat kita lihat bahwa pembinaan
narapidana yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta,
Medan sudah dapat dikatakan efektif. Hal ini dapat terlihat dari jawaban
responden dimana sebagian besar responden memahami tentang jenis-jenis
pembinaan di Lapas yaitu sebanyak 85%, sikap responden yang seluruhnya
merasa tertarik mengikuti kegiatan pembinaan dan 85 % diantaranya sungguh-
sungguh mengikuti kegiatan pembinaan.
Selain itu reaksi narapidana yang diwujudkan melalui partisipasi serta
keterlibatan narapidana terhadap setiap kegiatan pembinaan yang diberikan cukup
baik. Hal ini dapat dilihat bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak baik dalam hal pembentukan moralitas
maupun dalam pengembangan diri anak menjadi anak yang mempunyai
kemampuan kepribadian yang baik supaya dapat hidup di masyarakat secara
wajar. Keterlibatan responden yang mengikuti kegiatan pembinaan pendidikan
sebanyak 71 % dan sebanyak 62% diantaranya yang dapat merasakan manfaat
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
pendidikan umum dalam diri responden. Hal ini dikarenakan sebagian responden
tidak mengikuti kegiatan pembinaan pendidikan karena sebagian responden sudah
menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat SLTA sehingga responden merasa
tidak perlu lagi mengikuti kegiatan pembinaan pendidikan.
Pendidikan keagamaan bertujuan agar setiap narapidana dapat menyadari
kesalahannya serta terbentuk kekuatan iman dan mendekatkan diri kepada Tuhan
sehingga kesalahan yang membuat narapidana terjerumus kedalam kenakalan
yang mengakibatkan pemidanaan terhadap dirinya tidak terulang kembali.
Keterlibatan responden dalam mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan secara
aktif sebanyak 85% dan sebanyak 79% responden yang merasakan manfaat
kegiatan pembinaan keagamaan. Responden menyatakan setelah mengikuti
kegiatan pembinaan keagamaan responden lebih mengerti tentang ajaran Tuhan,
memperdalam iman responden dan membuat responden lebih mawas diri.
Pembinaan kepramukaan bertujuan untuk membentuk watak dan jiwa
yang sportif serta bertanggung jawab dalam diri narapidana sehingga nantinya
setelah keluar dari Lapas dapat diterima kembali di masyarakat. Keterlibatan
responden yang mengikuti kegiatan pembinaan kepramukaan secara aktif
sebanyak 21% dan sebanyak 15% responden yang dapat merasakan manfaat
pembinaan kepramukaan. Responden menyatakan setelah mengikuti kegiatan
pembinaan kepramukaan dalam diri responden tertanam sikap lebih bertanggung
jawab dan disiplin responden menjadi lebih tinggi.
Pembinaan keterampilan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan
narapidana agar setelah menyelesaikan hukumannya narapidana mempunyai bekal
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
untuk kembali ke masyarakat. Keterlibatan responden yang mengikuti kegiatan
pembinaan keterampilan secara aktif sebanyak 88% dan sebanyak 76% yang
dapat merasakan manfaat pembinaan keterampilan. Responden menyatakan
setelah mengikuti kegiatan pembinaan keterampilan responden semakin kreatif
dan semakin terlatih serta terampil.
Upaya pemasyarakatan merupakan kegiatan pembinaan narapidana guna
dipersiapkan terjun kembali ketengah-tengah masyarakat mempunyai sikap
bertanggung jawab. Keterlibatan responden yang mengikuti kegiatan pembinaan
upaya pemasyarakatan secara aktif sebanyak 56% dan sebanyak 56% yang dapat
merasakan manfaat pembinaan upaya pemasyarakatan. Responden menyatakan
setelah mengikuti kegiatan pembinaan upaya pemasyarakatan responden lebih
bertanggung jawab terhadap suatu pekerjaan yang dilimpahkan kepada responden
dan responden lebih bersungguh-sungguh dalam menghadapi suatu pekerjaan.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai efektivitas
pembinaan narapidana anak oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta,
Medan, maka dapat ditarik kesimpulan :
Pembinaan narapidana anak oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Tanjung
Gusta sudah dapat dikatakan efektif, dilihat dari pemahaman narapidana terhadap
pembinaan yang ada di Lapas yaitu sebagian besar narapidana memahami tentang
jenis-jenis pembinaan di Lapas, sikap narapidana yang sebagian besar merasa
tertarik dan sungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembinaan, dan reaksi
narapidana yang diwujudkan melalui partisipasi serta keterlibatan narapidana
terhadap pembinaan yang diberikan. Selain itu sebagian besar narapidana
merasakan manfaat yang nyata terhadap pengetahuan, keterampilan dan
keimanan narapidana setelah mengikuti pembinaan di Lapas Anak meskipun
ditemui beberapa kelemahan yaitu :
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
1. Kondisi Lapas Anak saat ini sangat memprihatinkan dengan jumlah populasi
yang sudah melebihi kapasitas. Idealnya satu kamar hunian diisi oleh 8 orang
anak namun kenyataannya saat ini satu kamar hunian diisi rata-rata 30 orang.
Hal ini menyebabkan kamar terlihat kurang bersih dan lembab dikarenakan
tidak seimbangnya daya tampung sebenarnya dengan isi kamar hunian
akibatnya tidak sedikit narapidana yang menderita penyakit ispa / asma.
2. Terbatasnya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pembinaan
seperti :
a. Untuk Pendidikan Umum mengalami kekurangan antara lain :
• Buku dan alat-alat tulis
• Buku bacaan untuk perpustakaan
• Peralatan Melukis
• Laboratorium bahasa / komputer
• Ruang pendidikan yang kurang memadai
• Seragam sekolah.
b. Untuk Pendidikan Keterampilan mengalami kekurangan antara lain :
• Bahan dan alat-alat pelatihan
• Kegiatan pelatihan yang sangat minim dan belum memadai
• Belum adanya orang tua asuh / pihak ketiga yang peduli dan berkelanjutan
dalam hal pelaksanaan pelatihan keterampilan hidup.
3. Minimnya anggaran menyebabkan upaya perawatan kesehatan bagi
narapidana tidak mengalami kemajuan. Faktor penghambat perawatan
kesehatan di Lapas Anak sebagai berikut :
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
a. Minimnya sarana poliklinik dan ruang rawat inap bagi narapidana yang
menderita sakit sehingga terdapat penyakit yang tidak dapat ditangani maka
Lapas Anak terpaksa membawa ke rumah sakit pemerintahan terdekat untuk
merawat narapidana.
b. Minimnya sarana MCK di Lapas Anak mengakibatkan timbulnya penyakit
gatal-gatal pada kulit dan diare, kedua jenis penyakit tersebut timbul
dikarenakan minimnya sarana air untuk didapatkan narapidana untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya, hal ini disebabkan kurangnya jumlah
pompa air yang dibutuhkan untuk mendistribusikan langsung ke kamar
hunian.
c. Ruang pemeriksaan gigi dan tidak adanya dokter gigi adalah salah satu
faktor penghambat pelaksanaan perawatan gigi dan gusi narapidana Lapas
Anak.
d. Kurang terpenuhinya obat-obatan yang ada di poliklinik Lapas sehingga
jenis penyakit menular sangat cepat berpindah ke narapidana lainnya.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan sebagai masukan yaitu :
1. Bagi pihak Lapas Anak Tanjung Gusta agar lebih meningkatkan mutu
pembinaan bagi narapidana agar tujuan dari pemasyarakatan dapat terwujud
dengan lebih baik lagi. Selain itu pihak Lapas agar kiranya perlu meninjau
kembali masalah populasi narapidana agar tidak melebihi kapasitas yang
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
mengakibatkan tingginya perbandingan antara jumlah narapidana dengan
petugas.
2. Bagi Departemen Hukum dan HAM, perlunya penambahan petugas di bidang
keterampilan untuk dapat mendidik narapidana dalam membina dan
mengembangkan keterampilan mereka. Serta melakukan kerja sama yang
lebih baik lagi dan berkelanjutan dengan Dinas Pendidikan dan Pemerintah
Daerah setempat dan menggalang kepedulian pihak luar dalam hal ini
masyarakat, LSM, dan instansi pemerintah terkait lainnya dalam rangka
pemenuhan hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
3. Bagi Pemerintah diharapkan untuk dapat terlibat langsung mengatasi masalah
kekurangan dana anggaran dan fasilitas yang dapat menjadi kendala dalam
jalannya proses pemasyarakatan.
4. Tercapainya pelaksanaan pembinaan narapidana dengan baik adalah berada
pada tenaga-tenaga pegawai Lapas yang merupakan pelaksana sistem
pemasyarakatan. Oleh karena itu, hendaknya para petugas lebih cakap dan
kreatif lagi untuk mendidik narapidana terutama pendekatan pribadi.
5. Bagi Masyarakat diharapkan agar menerima kembali dan tidak memandang
sinis terhadap narapidana yang telah selesai menjalani pembinaan di Lapas,
sehingga dirinya dapat kembali ketengah-tengah masyarakat dan dapat
menjalani kehidupan dengan baik.
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsinih. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta Bernard, I, Chaster. 1992. Organisasi dan Manajemen Struktur, Perilaku dan
Proses.
Jakarta: Gramedia
Cunningham, J, Barton. 1978. Suatu Sumber Pendekatan Sumber Daya Dalam
Evaluasi
Keefektifan Organisasi: Erlangga
Harsono, C.I. 1995. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta : Djambatan
J.P, Campbel. 1987. Riset Dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat
Simamora.
Jakarta: Erlangga
Mangunhardjana, A. 1996. Pembinaan, Arti Dan Metodenya. Yogyakarta:
Kanisius
Nani wita Sembiring : Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta, Medan, 2009. USU Repository © 2009
Nawawi, H,H. 1998. Metode Penelitian Dalam Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada
University Press
Singarimbun, Masri, 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES
Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Steers, M, Richard. 1982. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga
Suparlan, Y. 1990. Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pengarang.
Susilowati, Ima. 2003. Pengertian Konvensi Hak Anak. UNICEF untuk Indonesia.
Jakarta: PT. Enka Parahiyangan.
Sumber-sumber lain :
Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Pemberdayaan Komunitas Vol.5, No. 1, 2006 :
1-4
Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 1995, Tentang Pemasyarakatan, Presiden
Republik Indonesia, 1995.
http://hukumham.info/index.php?option=com_content&task=view&id/26Oktober
2008
http://www.bapenas.go.id/index.php?/contentexpress/KPP/PNBA/BuKu
Perlindungan anak-final./31 Oktober 2008
http://www.ypha.or.id/files/praktek-praktek sistem peradilan
anak.pdf./31Oktober2008