efektivitas komunikasi verbal dan nonverbal dalam - e-Campus

82
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL DALAM KASUS LARANGAN MEMBAWA SENDAL/SEPATU MASUK KEDALAM TEMPAT BERWUDHU LAKI-LAKI DI MASJID TUO PINCURAN GADANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) pada prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Oleh Rendi Kurnia Candra 4315022 PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI 2019 M/ 1440H

Transcript of efektivitas komunikasi verbal dan nonverbal dalam - e-Campus

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL DALAM

KASUS LARANGAN MEMBAWA SENDAL/SEPATU MASUK

KEDALAM TEMPAT BERWUDHU LAKI-LAKI DI MASJID TUO

PINCURAN GADANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

pada prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Oleh

Rendi Kurnia Candra

4315022

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

2019 M/ 1440H

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Efektivitas Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Dalam Kasus Larangan Membawa Sendal/Sepatu Masuk Kedalam Tempat

Berwudhu Laki-Laki di Masjid Tuo Pincuran Gadang” yang disusun oleh

Rendi Kurnia Candra dengan NIM: 4315.022 Program Studi Komunikasi dan

Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Bukittinggi.

Penelitian ini dilatarbelakangi untuk mengetahui keefektifitas tentang dua

jenis komunikasi verbal jenis tulisan dengan komunikasi nonverbal jenis

artefaktual dalam kasus larangan kepada pengguna untuk tidak membawa

sendal/sepatu masuk kedalam tempat berwudhu laki-laki yang berada di Masjid

Tuo Pincuran Gadang. Dalam penelitian ini rumusan masalah yang diangkat

adalah bagaimana tanggapan dari pengguna tempat berwudhu laki-laki yang

berada di Masjid Tuo Pincuran Gadang, serta tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui tanggapan pengguna serta mengetahui komunikasi mana yang

lebih efektif antara komunikasi verbal dengan nonverbal pada kasus larangan

membawa sendal/sepatu masuk kedalam tempat berwudhu.

Untuk memperoleh jawaban, penelitian ini menggunakan metode kualitatif

dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dengan metode

semi-terstruktur dimana dalam proses wawancara narasumber diminta pendapat

dan ide-idenya karena tujuan wawancara ini untuk menemukan permasalahan

secara terbuka. Jumlah pengguna yang diteliti yaitu 40 orang, terbagi atas 20

orang pengguna komunikasi verbal dan 20 orang pada komunikasi nonverbal,

setelah dilakukan wawancara, barulah di analisis oleh peneliti sehingga

memunculkan gambaran tentang efektivitas komunikasi verbal dan nonverbal

dalam kasus larangan membawa sendal/sepatu masuk kedalam tempat berwudhu

laki-laki di Masjid Tuo Pincuran Gadang.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dan dianalisis oleh peneliti,

penelitian ini menghasilkan kesimpulan, pertama bentuk dari komunikasi verbal

adalah jenis nonvocal (tulisan) dimana penyampaian informasi melalui poster

bertulisakan “MOHON MAAF ALAS KAKI HARAP DILEPAS”, sedangkan

komunikasi nonverbal berjenis artefaktual, dimana adanya bak kecil yang berisi

air yang berada sesudah pintu masuk. Kedua, komunikasi verbal jenis tulisan

dikatakan tidak efektif disebabkan oleh beberapa hal seperti kebersihan tempat,

pesan tidak memberikan dampak kepada pengguna, kesadaran komunikan,

mengikuti perilaku pengguna sebelumnya yang salah, serta tidak adanya

keberadaan penjaga masjid, sedangkan komunikasi nonverbal jenis artefak dapat

dipengaruhi oleh beberapa hal seperti adanya Punisment terhadap pengguna,

kebersihan tempat, kesadaran komunikan, serta keberadaan penjaga Masjid.

Ketiga pesan komunikasi nonverbal jenis artefak lebih efektif dalam

menyampaikan pesan daripada komunikasi verbal jenis tulisan dalam kasus

larangan kepada pengguna untuk melepas alas kaki masuk ke tempat berwudhu

laki-laki di Masjid Tuo Pincuran Gadang.

Kata Kunci : Efektivitas, Komunikasi Verbal dan Nonverbal

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segenap rasa puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat

Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Efektivitas Komunikasi

Verbal dan Nonverbal Dalam Kasus Larangan Membawa Sendal/Sepatu

Masuk Ke Dalam Tempat Berwudhu Laki-Laki di Masjid Tuo Pincuran

Gadang”. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Strata Satu (S.1) di

Fakultas UshuluddinAdabdanDakwah (FUAD)Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Bukittinggi. Selanjutnya, Shalawat dan Salam penulis berdo‟a kepada

Allah SWT agar disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang

membawa manusia kepada kebenaran dan ilmu pengetahuan.

Di samping itu, penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat

terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Rektor Dr. Ridha Ahida, M.Hum, beserta jajarannyayang telah

memfasilitasi penulis dalam menimba pengetahuan di IAIN Bukittinggi

ini.

2. Bapak Dr. Nunu Burhanuddin, Lc. M.Agselaku Dekan Fakultas

Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Bukittinggi, beserta jajarannya.

3. Bapak Dr. Novi Hendri, M.Ag selaku pembimbing akademik sekaligus

pembimbing I yang telah memberikan nasehat, membimbing,

mengarahkan, serta membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

4. Bapak Muhammad Fajri, M.Sos selaku Pembimbing II yang telah

memberikan kritik dan saran kepada penulis demi perbaikan Skripsi dan

bersedia meluangkan waktu fikiran untuk memberikan arahan serta

bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan/ti Institut Agama Islam Negeri

Bukittinggi yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu

pengetahuan.

6. Pimpinan serta Karyawan/ti Perpustakaan IAIN Bukittinggi yang telah

memberikan pelayanan bagi penulis dalam mencari literatur-literatur

terkait penulisan skripsi ini.

7. Kedua orang tua, Abi tercinta Aminuddin dan Ummi tersayang Mailinda

yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa

yang tiada henti-hentinya kepada penulis, serta selalu ada dalam setiap

keadaan penulis, menjaga penulis secara lahir dan bathin, dan selalu

mengharapkan kebaikan untuk anak keduanya ini, tidak ada hal lain yang

penulis banggakan selain dua orang hebat yang telah merawat penulis.

8. Saudara sedarah daging, Abang Ray Faxi Jaladara, S.Pd sebagai

motivator selama ini, motivasi agar cepat menyelesaikan skripsi ini lalu

dilanjutkan dengan nikah muda mengikuti jejaknya, adik perempuan

Fitria Azzahara yang menemani serta memberikan dukungan penuh

selama penulisan skripsi ini, serta segenap keluarga besar yang tidak bisa

disebutkan satu-persatu.

9. Sahabat teristimewa, Rama Elfioningsih dan Hidayatul Azizi yang telah

menjadi teman, sahabat, musuh, serta keluarga yang menemani dari 4

tahun yang lalu hingga sampai penulis menuliskan kalimat ini. Terima

kasih untuk selalu ada dikala senang, sedih, marah, susah, serta dalam

setiap hal gila yang selalu kita lakukan bertiga, penulis hanya berharap

persahabatan ini adalah contoh keharmonisan dalam bentuk keluarga yang

tidak mengenal kata putus walaupun nanti keadaan kita sudah tidak

bersama lagi. Bersama menggapai mimpi, bersenang-senanglah kita selagi

masih ada waktu, sebab nanti akan ada masa kita dibatasi dalam bertemu,

bercerita, maupun bercengkrama karena kita punya kebahagian yang telah

kita pilih, salam rindu sahabat.

10. Seluruh teman-teman angkatan tahun 2015 Prodi Komunikasi dan

Penyiaran Islam “Geng Otomatis” yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu yang telah berjuang bersama-sama menggapai cita-cita, terima

kasih kepada kalian yang telah menjadi keluarga baru dalam perjalanan

hidup penulis..

11. Saudara Lidra, terima kasih telah menjadi sahabat dekat selama 4 tahun

perkenalan ini. Terima kasih atas waktu senang, tertawa dan waktu luang

untuk bercerita hal-hal yang kadang tidak bermanfaat namun amat berarti

karena mampu melepas sedikit keadaan panik dalam penulisan skripsi ini.

12. Team futsal Yagami, Reckey, Fajra, Ikhlas, Dodi, Hasan, Yori, Rapi,

dan Taufik, terima kasih selalu mengatakan dan menanyakan “kapan

wisuda”?, kalimat itu memberi motivasi serta terima atas piala-piala kita

selama ini, prestasi kita, serta rasa kekeluargaan baik itu diluar lapangan

serta selama berseragam Yagami.

13. Kepada “Bala-bala”. Asdini Fitrihana, Novia Rahmi A, Revi Melani,

Rahmatul Ninanda, Nila Syukraini, dan Syukrina Damayanti, serta

“Otomotis” Rahmat Reffitra, Akbar Rayni, dan M. Fajar yang telah

menjadi bagian dari persahabatan yang menyenangkan, tetaplah kompak

kalian hingga nanti penulis bisa membuatkan satu karya film, karena

kalian adalah salah satu inspirasi.

14. Team PID, tempat penulis menimba ilmu dan menambah pengalaman

tentang dunia pemerintahan, politik, serta banyak hal yang penulis serap

menjadi teladan menjadi lebih baik.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis mengucapkan Alhamdulillah dan

penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para

pihak yang disebutkan yang telah memberikan sedikit banyaknya bantuan, baik

moril maupun materil demi terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan

pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala

bentuk masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Serta

dengan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang

membacanya, dan bernilai ibadah disisi-Nya. Jazakumullahkhaira al-jaza’.

Bukittinggi, ………………

Penulis

RENDI KURNIA CANDRA

NIM. 4315.022

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan bertemu dan

berkomunikasi dengan orang lain sehingga dalam kehidupan sosial

masyarakat, seseorang perlu memiliki kamampuan berbicara yang baik.

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja,

serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.1 Pada dasarnya

komunikasi merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan

lambang-lambang. Lambang yang umum digunakan dalam komunikasi

antar manusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata, angka-angka

atau tanda-tanda.2

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication,

berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis

yang berarti sama. Sama disini adalah sama makna.Komunikasi adalah

usaha penyampaian pesan antar sesama manusia. Proses komunikasi

memiliki beberapa unsur, yaitu pengirim pesan (komunikator), penerima

pesan (komunikan), saluran/media, pesan itu sendiri, timbal balik

(feedback) terhadap pesan yang diterima. Hal ini sesuai dengan apa yang

dibuat oleh David K. Berlo tahun 1960-an membuat formula komunikasi

1Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h. 5

2Ibid, h.6

yang dikenal dengan “SMCR”, yaitu Source (pengirim), Message (pesan),

Channel (saluran media) dan Receiver (penerima).3

Bernard Barelson dan Garry A. Steiner mendefenisikan

komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi,

keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-

kata, gambar, grafis, angka dan sebagainya. Sedangkan menurut Colin

Cherry menyatakan bahwa komunikasi adalah penggunaan lambang-

lambang untuk mencapai kesamaan makna atau berbagai informasi tentang

satu objek kejadian.4

Defenisi Lasswell, secara eksplisit dan kronologis menjelaskan

tentang lima komponen yang terlibat dalam komunikasi yaitu, siapa

(pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif atau sumber),

mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan), kepada siapa (pelaku

komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima),melalui saluran apa

(alat/saluran penyampaian informasi), dangan akibat/hasil apa (hasil yang

terjadi pada diri penerima).5

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar,

disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.

Pengertian sadar disini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasiyang

dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental psikologis

yang terkendali atau terkontrol, bukan dalam keadaan “mimpi”. Disengaja

3Desak Putu Yuli Kurniati, modul komunikasi verbal dan non verbal, (Universitas

Udayana, 2016), h.4 4Nurudin,Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer,(Jakarta : PT RAJAGRAFINDO

PERSADA,2017), h. 38 5Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h. 3

maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan

kemauan dari pelakunya. Sementara tujuan merujuk pada hasil atau akibat

yang diinginkan.6

Dr. Halah al-Jamal mengatakan bahwa komunikasi adalah upaya

manusia untuk menampilkan hubungan yang terbaik dengan pencipta-Nya,

dengan dirinya, dan dengan sesama manusia. Menurut defenisi Halah,

komunikasi adalah hubungan terbaik. Hubungan ini lebih menekankan

pada kualitas komunikasi dan bentuk-bentuk komunikasi. Halah membagi

komunikasi dalam tiga bentuk, yaitu : komunikasi dengan pencipta,

komunikasi dengan diri sendiri, dan komunikasi dengan sesama manusia.7

Islam mengatakan salah satu fungsi dari komunikasi adalah sebagai

penyampai informasi. Informasi adalah kehidupan, karena sejak lahir

seluruh perangkat untuk menyerap informasi mata, telinga dan hati sebagai

perangkat utama kehidupan sudah terpasang dan siap difungsikan. Selain

penangkap informasi, Allah SWT juga sudah menyiapkan perangkat untuk

menyampaikan kembali informasi yang telah ditangkap kepada orang lain.

Alat itu adalah lidah, dua bibir dan segala hal yang terkait. Dalam hal ini

Allah SWT berfirman dalam (QS. as-sajadah (32) : 7-9)

نمنطين نس وبدأخلقٱل ٧ٱلريأحسنكلشيءخلقهۥ

هين م بء نم م لة جعلنسلهۥمنسل ٨ثم

روٱلف معىٱلبص وجعللكمٱلس وحهۦ هىنفخفيهمنر ى سى بششكرو ثم لليمام ٩د

6Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h. 5

7Harjani Hefni,Komunikasi Islam,(Jakarta : PRENADAMEDIA,2015),h. 4

“yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-

baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian

dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian

dia menyempurnakan dan meniupkan kedalamnya roh (ciptaan)-Nya

dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati ;

(tetapi) kamu sedikit bersyukur”.8

Secara umum komunikasi adalah setiap bentuk perilaku seseorang

verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain. Komunikasi

mencakup pengertian yang lebih luas dari hanya sekadar dialog.Setiap

bentuk perilaku yang mengungkapkan pesan tertentu, sehingga perilaku

tersebut melahirkan sebentuk komunikasi.9

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-

kata, baik itu secara lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal paling

banyak dipakai, dalam hubungan antar manusia, untuk mengungkapkan

perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, fakta, data, dan informasi serta

menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat,

dan bertengkar.10

Menurut Deddy Mulyana dalam bukunyayang berjudul “Suatu

pengantar Ilmu Komunikasi” menjelaskan bahwa Simbolatau pesan verbal

adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir

semua rangsangan bicara yang kita sadari termasuk kedalamkategori pesan

verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadaruntuk

berhubungan dengan orang lain secara lisan. Suatu sistem kode

8Harjani Hefni,Komunikasi Islam,(Jakarta : PRENADAMEDIA,2015),h. 156-157

9Edi Harapan, Syarwani Ahmad, Komunikasi Antarpribadi, Prilaku Insani dalam

Organisasi Pen`didikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 25 10

Desak Putu Yuli Kurniati, modul komunikasi verbal dan non verbal, (Universitas

Udayana, 2016), h.7

verbaldisebut bahasa. Bahasa dapat di definisikan sebagai perangkat

simbol, dengan aturan untuk mengombinasikan simbol-simbol tersebut,

yang digunakan dandipahami suatu komunitas.11

Secara teoritis komunikasi verbal adalah perbendaharaan kata,

dimana penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh seseorang akan

meningkatkan keberhasilan komunikasi.Dengan kata lain, kata-kata yang

digunakan oleh komunikator adalah kata-kata yang sama-sama dimengerti

oleh komunikan, maka akan menimbulkan pesan yang disampaikan

berjalan dengan lancar.12

Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi

nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam

suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan

lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi

pengirim atau menerima. Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua

isyarat yang bukan kata-kata.13

Adapun Muhammad Budyatna menjelaskan komunikasi nonverbal

berupa setiap informasi atau emosi dikomunikasikan tanpa menggunakan

kata-kata atau nonlinguistik. Komunikasi nonverbal merupakan hal

penting dalam komunikasi karena apa yang sering kita lakukan

mempunyai makna lebih jauh penting dari apa yang kita katakan.14

11

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya), 2016, h. 260 12Ibid, h.11 13

Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h. 69 14

Muhammad Budyatna & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2011), h.110

Secara teoritis, komunikasi nonverbal dapat membingungkan

karena isyarat-isyarat tertentu dapat berarti sesuatu yang secara

keseluruhan berbeda dari apa yang dibayangkan (misscomunication),

apabila komunikan tidak paham dengan pesan yang disampaikan atau

pesan yang bersifat abstrak, maka komunikasi tidak akan berjalan lancar

karena komunikan sulit memahami apa yang disampaikan melalui

komunikasi nonverbal.15

Fakta dilapangan saat peneliti melakukan observasi awal pada hari

Minggu, 6 Januari 2019 di Masjid Tuo Pincuran Gadang, komunikasi

verbal yang digunakan adalah komunikasi dalam bentuk tulisan.Bentuk

kalimatnya adalah “MOHON MAAFALAS KAKI HARAP DILEPAS”,

posisi letak dari kalimat iniberada di sebelah kiri sebelum pintu masuk

kedalam tempat berwudhu laki-laki, setelah kalimat itu terdapat sebuah

bak air, namun dalam keadaan kering.

Dengan kondisi seperti itu observasi awal yang peneliti lakukan

selama lebih kurang lebih 3 jam, mulai dari waktu Zuhur hingga Ashar,

dari pengamatan yang peniliti lakukan 25 orang masih membawa sandal

dari 30 orang yang masuk ke dalam tempat berwudhu laki-laki, padahal

komunikasi verbal dalam bentuk tulisan yang dibuat adalah bahasa

Indonesia yang jelas, dalam kalimatnya menyatakan bahwa, alas kaki

(sendal/sepatu) berhenti sebelum pintu masuk, serta orang yang

mempergunakan tempat berwudhu laki-laki itu dipastikan adalah orang

15

Muhammad Budyatna & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2011),, h.111

Indonesia dan mengerti bahasa Indonesia, namun masih banyak orang

yang tetap membawa sandal masuk ke dalam tempat berwudhu tersebut.

Dalam kasus lain dihari yang berbeda pada hari Jum‟at (25/1/2019)

saat peneliti melakukan observasi di Masjid Tuo Pincuran Gadang,

tepatnya sebelum pelaksanaan shalat jum‟at, peneliti melihat bak air yang

sebelumnya kering sudah di isi air.Kondisi saat itu peneliti mengamati

mulai dari jam 11.30 – 12.30 dengan kondisi jamaah masjid berkisar 60

orang. Dari 60 orang yang diamati, 50 orang jamah terlihat tidak

membawa sandal masuk ke dalam tempat berwudhu laki-laki, apabila bak

tersebut berisi air (komunikasi nonverbal). Secara teoritis dan idealnya,

komunikasi nonverbal bisa membingungkan, dan bersifat multitafsir tapi

dalam observasi ini, orang yang mempergunakan tempat berwudhu laki-

laki bisa dikatakan mengerti, karena banyak yang melepas sendal.

Dalam hal ini, pengertian komuunikasi verbal yang mudah

dipahami serta penggunaan bahasa sehari-hari atau pembendaharaan kata

yang mudah dimengerti untuk meningkatkan keberhasilan dalam

berkomunikasi, belum terlaksana dengan baik. Denganmasih adanya

pengguna tempat berwudhu laki-laki yang tetap membawa sendal/sepatu

masuk kedalamnya, walaupun sudah dituliskan pesan atau pemberitahuan

agar tidak membawa sendal/sepatu masuk kedalam tempat berwudhu laki-

laki tersebut.

Sedangkan komunikasi nonverbal yang bersifat bisa

membingungkan dengan isyarat serta simbol-simbol yang belum

sepenuhnya bisa dimengerti oleh penerima pesan, lebih cepat dimengerti

serta terlaksana dengan baik dengan bukti banyaknya pengguna yang

melepas sendal saat masuk ke dalam tempat berwudhu laki-laki.

Masalah datang karena antara ideal dan faktanya berbeda, maka

dari latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk menelitinya

dengan judul “Efektivitas Komunikasi Verbal dan Nonverbal dalam kasus

larangan membawa sendal/sepatu masuk kedalam tempat berwudhu laki-

laki di Masjid tuo Pincuran Gadang”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis

merumuskan masalah seperti berikut ini :

1. Bagaimana Bentuk Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal

dalam kasus larangan membawa sandal/sepatumasuk kedalam tempat

berwudhu laki-laki di Masjid Tuo Pincuran Gadang?

2. Bagaimana tanggapan pengguna tempat berwudhu laki-laki terhadap

komunikasi verbaldi Masjid Tuo Pincuran Gadang?

3. BagaimanaEfektifitasKomunikasi Verbal dan Komunikasi

Nonverbaldalam kasus laranganmembawasendal/sepatu masuk

kedalam tempat berwudhu laki-laki di Masjid Tuo Pincuran Gadang?

C. Batasan Masalah

Upaya penelitian agar proses dan hasil penelitian dapat dipahami

secara komprehensif maka penelitian ini dibatasi pada pokok

permasalahan tentang, “Efektivitas Komunikasi Verbal dan Komunikasi

Nonverbal dalam kasus larangan membawa sendal/sepatu masuk kedalam

tempat berwudhu laki-laki di Masjid Tuo Pincuran Gadang”

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Efektivitas dari Komunikasi Verbal dan

Komunikasi Nonverbaldalam kasus larangan membawa sandal/sepatu

masuk kedalam tempat berwudhu laki-laki di Masjid Tuo Pincuran

Gadang.

2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan pengguna tempat berwudhu

laki-laki terhadap pesanKomunikasi Verbal dan Komunikasi

Nonverbaldi Masjid Tuo Pincuran Gadang.

3. Untuk mengetahuiEfektifitas Komunikasi Verbal dan Nonverbaldalam

kasus larangan membawa sendal/sepatu masuk kedalam tempat

berwudhu laki-laki di Masjid Tuo Pincuran Gadang.

E. Manfaat Penelitian

Dengan adanya tujuan tersebut, maka diharapkan penelitian ini

bermanfaatuntuk :

1. Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

informasi dan dokumentasi serta dapat turut serta mengembangkan

bidang ilmu komunikasi, khususnya komunikasi verbal dan

komunikasi nonverbal. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi

referensi bagi peneliti lainya yang hendak melakukan penelitian

dibidang yang sama, serta dapat pula dijadikan buku pegangan bagi

masyarakat yang memiliki permasalahan yang serupa dengan

permasalahan yang diangkat dalam proposal ini.

2. Secara Praktis

Setelah penelitian ini selesai dan akhirnya didapatkan sebuah

penemuan tentang efektivitas komunikasi verbal dan nonverrbal, maka

peneliti mengharapkan pula agar seluruh masyarakat dapat

menerapkan cara-cara tersebut jika menemui kasus yang sama dan

dapat mengaplikasikan dengan metode yang telah dijelaskan.

F. Penjelasan Judul

Dalam bagian ini peneliti kiranya perlu menejelaskan istilah-istilah

yang terdapat dalam judul agar tidak terjadi kesalahpahaman :

1. Efektivitas

Efektivitas (berjenis kata benda) berasal dari kata efektif (kata

sifat). Menurut kamus besar bahasa Indonesia, efektivitas adalah :

keadaan berpengaruh :hal berkesan : keberhasilan: (tentang usaha dan

tindakan).16

Menurut Onong Uchana Effendy, efektivitas adalah :

“Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuannya direncanakan sesuai

dengan biaya yang di anggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah

yang ditentukan”.

16

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga (Pusat

Bahasa, 2003), h. 284

2. Komunikasi

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa

“Komunikasi adalah penyampaian atau pengiriman dan penerimaan

pesan antara dua pihak atau lebih sehingga pesan tersebut dapat

dipahami.

Menurut Everett M.Rogers seseorang pakar sosiologi pedesaan

Amerika, Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari

sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk

mengubah tingkah laku mereka.17

3. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal merupakan perwujudan simbol-simbol dan

makna kata-kata yang tidak pernah jelas atau absolut sehingga kita

membangun makna dalam proses komunikasi dan melalui dialog kita

mampu berfikir tentang kata yang telah diucapkan atau dituliskan.18

4. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah setiap informasi atau emosi

dikomunikasikan tanpa mengunakan kata-kata atau nonlinguistic,

komunikasi nonverbal itu penting, sebab apa yang sering kita lakukan

mempunyai makna jauh lebih penting dari pada apa yang dikatakan.

Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi

nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal)

17

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,

2008), h. 20 18

Nia Kania Kurniati, Komunikasi Antar Pribadi Konsep dan Teori Dasar, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2014), h.27

dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan

penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan

potensial bagi pengirim atau menerima. Secara sederhana, pesan

nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.

5. Masjid Tuo Pincuran Gadang

Nama dari Masjid yang diteliti ini adalahMasjid Tuo Pincuran

Gadang, penggunaan kalimat „tuo‟ karena Masjid ini adalah Masjid

paling tua di Kec. Matur, namun masih terjaga dengan baik.

Sedangkan „Pincuran Gadang‟ adalah nama kampung (jorong) dan

objek wisata yang berada di Kenagarian Matur, dan letak dari Masjid

ini berada disana.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Verbal

1. Pengertian Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk

komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan

cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati

porsi besar. Karena kenyataanya, ide-ide, pemikiran atau keputusan,

lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang nonverbal. Dengan

harapan, komunikan (baik pendengar maupun pembaca) bisa lebih

mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.Komunikasi verbal

melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung antara

komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi

dilakukan dengan menggunakan berupa surat, lukisan, gambar, grafik

dan lain-lain. 19

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan

kata-kata, baik itu secara lisan maupun tulisan.Komunikasi verbal

paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia, untuk

mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, fakta, data, dan

19

Tri Indah Kusumawati, UINSU, Jurnal Komunikasi Verbal dan Nonverbal, h. 142

informasi serta menjelaskannya,saling bertukar perasaan dan

pemikiran, saling berdebat, saling bertengkar.20

Komunikasi verbal merupakan perwujudan simbol-simbol dan

makna kata-kata yang tidak pernah jelas atau absolut sehingga kita

membangun makna dalam proses komunikasi dan melalui dialog kita

mampu berfikir tentang kata yang telah diucapkan atau dituliskan.21

Pesan verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai

aspek realitas yang ada pada diri seseorang. Kata-kata sebagai

ungkapan yang dikemas dalam dua cara yaitu secara vokal atau lisan

dan secara nonvokal atau tertulis.22

Menurut Deddy Mulyana dalam bukunyayang berjudul “Suatu

pengantar Ilmu Komunikasi” menjelaskan bahwa Simbolatau pesan

verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau

lebih. Hampir semua rangsangan bicara yang kita sadari termasuk

kedalamkategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang

dilakukan secara sadaruntuk berhubungan dengan orang lain secara

lisan. Suatu sistem kode verbaldisebut bahasa. Bahasa dapat di

definisikan sebagai perangkat simbol, dengan aturan untuk

20

Hafied Cangara, pengantar ilmu komunikasi, (Jakarta : Raja Grafindo Perkasa, 2007),

h.115 21

Nia Kania Kurniati, Komunikasi Antar Pribadi Konsep dan Teori Dasar, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2014), h.27 22

Suranto, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.127

mengombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan

dandipahami suatu komunitas.23

Menurut Joseph A. Devito komunikasi verbal merupakan

komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan bahasa dapat

dibayangkan sebagai kode atau sistem simbol yang digunakan untuk

membentuk pesan-pesan verbal.

Khoirul Muslimin menyatakan bahwa komunikasi verbal

(lisan) adalah proses komunikasi yang melibatkan pengertian maklum

balas menggunakan percakapan untuk menyampaikan maklumat

lengkap kepada penerima.24

Komunikasi verbal pada dasarnya adalah

sama dengan kemampuan berbahasa. Setiap kemampuan berbahasa

seseorang mempunyai empat unsur penting yang tidak dapat diabaikan

yaitu dengan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

Sedangkan menurut Widjaja Komunikasi verbal adalah

komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol atau

pesan verbal adalah semua jenis simbol menggunakn satu kata atau

lebih.25

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang

menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai

23

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya), 2016, h. 260 24

Khoirul Muslimin dkk., Mengatasi Cemas dalam Berkomuniasi di Depan Publik,

(Yogyakarta: Lingkar Media, 2013), h.19 25

Eka Indah Justisiani, FISIP, Jurnal Ilmu Komunikasi, Persepsi Masyarakat Tentang

Bentuk Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal Pada Pelayanan Rumah Sakit Umum

Daerah Abdul Wahab Shajranie Samarinda, h. 196

sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat

simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol

tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.26

Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan

formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki

bersama untuk mengungkapkan gagasan. Iai menekankan dimiliki

bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan

diantara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya.27

Adapun komunikasi verbal tertulis adalah komunikasi yang

disampaikan melalui tulisan. Kelebihan dari komunikasi tertulis antara

lain adalah telah dipersiapkan terlebih dahulu secara baik, dapat dibaca

secara berulang-ulang, menurut prosedur, mengurangi biaya. Namun

kekurangan dari komunikasi tertulis ini antara lain memerlukan

dokumen yang cukup banyak, kadang-kadang kurang jelas, umpan

balik diminta cukup lama datangnya (birokrasi).28

Menurut Lexicographer komunikasi adalah upaya yang

bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang

berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang

saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.

Sedangkan menurut Agus M. Hardjana, M.Sc., ED komunikasi dapat

dirumuskan sebagai suatu kegiatan disampaikannya suatu pesan oleh

26

Tri Indah Kusumawati, UINSU, Jurnal Komunikasi Verbal dan Nonverbal, h.142 27

Tri Indah Kusumawati, UINSU, Jurnal Komunikasi Verbal dan Nonverbal, h.142 28

Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h. 99

seseorang kepada orang lain melalui media tertentu. Setelah pesan

tersebut diterima dan dipahami sejauh kemampuannya, penerima pesan

kemudian menyampaikan tanggapan melalui media tertentu pula

kepada penyampai pesan.29

Komunikasi tertulis atau Written Communication adalah proses

penyampaian informasi dengan menggunakan berbagai tanda, symbol,

gambar dan tipografi. Informasi atau pesan yang ingin disampaikan

tersebut dapat dicetak ataupun ditulis dengan tulisan tangan.

Komunikasi tertulis ini sangat penting untuk mengkomunikasikan

informasi yang rumit seperti statistic dan data-data penting lainnya

yang tidak mudah untuk disampaikan melalui pidato dan dialog.

Komunikasi tertulis ini memungkinkan informasi dicatat

sehingga dapat dijadikan referensi dan rujukan di kemudian hari dan

hasil komunikasi tertulis ini juga dapat dibahas berulang kali.

Komunikasi tertulis sering disebut Komunikasi Visual (Visual

Communication).

Komunikasi tertulis atau Written Communication ini harus

singkat dan jelas agar dapat mengkomunikasikannya secara efektif.

Laporan tertulis juga bagus dan benar adalah menggunakan tata bahasa

yang tepat dan tidak menggunakan tata bahasa yang berlebihan atau

kata-kata yang tidak berbobot sehingga dapat benar-benar

menyampaikan informasi yang diperlukan.

29 http://ilmumanajemenindustri.com/jenis-jenis-komunikasi-verbal-non-verbal-tertulis/

Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat uang

terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap

bahasa mempmpunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun

dan dirangkaikan supaya memberi arti.

Bahasa verbal adalah sarana untuk menyatakan pikiran,

peerasaan dan maksud. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang

mempresentasikan berbagai aspek realita individual. Komuniasi verbal

tidak semudah yang kita bayangkan karena simbol atau pesan verbal

adalah semua jenis simbol yang mengunakan satu kata atau lebih.30

Bahasa verbal juga merupakan sarana utama untuk menyatakan

pikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-

kata yang menginterpretasikan berbagai aspek realitas individual kita.

Konsekuensinya, kata-kata adalah abtraksi realitas kita yang tidak

mampu menimnulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau

konsep yang mewakili kata-kata itu.31

30

Rina Nurmala, Syarif Maulana, Komunikasi Verbal dan Nonverbal dalam Proses

Kegiatan Belajar Mengajar Studi Kasus Pada Kegiatan Belajar Mengajar di Rumah Bintang

Gang Nangkasuari, Wastukencana Bandung, h. 2 31

Nuning Nugraha, FISIP, Jurnal Ilmu Komunikasi, Efektifitas Komunikasi Verbal dan

Nonverbal Oleh Polisi Resor Kota Samarinda dalam Mensosialisasikan Program Safety Riding

Kepada Pengendara Roda Dua di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Negeri Samarinda, 2014, h.

44

2. Unsur Komunikasi Verbal

Unsur dalam komunikasi verbal dapat berupa kata dan bahasa :32

a. Kata

Kata merupakan lambang terkecil dari bahasa.Kata merupakan

lambang yang mewakili suatu hal baik itu orang, barang, kejadian,

atau keadaan.Makna kata tidak ada pada pikiran orang.Tidak ada

hubungan langsung antara kata dan hal.Yang berhubungan

langsung hanyalah kata dan pikiran orang. Komunikasi verbal

merupakan sebuah bentuk komunikasi yang diantarai (mediated

form of communication). Kata-kata yang digunakan adalah

abstraksi yang telah disepakati maknanya, sehingga komunikasi

verbal bersifat intensional dan harus dibagi (shared).

b. Bahasa

Bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan orang

berbagi makna.Lambang bahasa yang digunakan adalah bahasa

lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Ada 3 teori yang

membicarakan sehingga orang bisa memiliki kemampuan

berbahasa, diantaranya :

1) Operant Conditioning Theory. Teori ini menekankan adanya

unsur rangsangan (stimulus) serta tanggapan (response) atau

lebih dikenal dengan istilah S-R. teori ini menyatakan jika satu

32

Desak Putu Yuli Kurniati, modul komunikasi verbal dan non verbal, (Universitas

Udayana, 2016), h.7-9

organism dirangsang oleh stimuli dari luar, orang cenderung

akan member reaksi.

2) Cognitive Theory, dikembangkan oleh Naom Chomssky yang

menyatakan bahwa kemampuan berbahasa yang ada pada

manusia adalah pembawaan biologis yang dibawa dari lahir.

3) Mediating Theory, teori ini menyatakan bahwa manusia dalam

mengembangkan kemampuanya berbahasa, tidak saja bereaksi

terhadap rangsangan (stimuli) yang diterima dari luar, tetapi

juga dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam

dirinya.

3. Jenis Komunikasi Verbal

Jenis komunikasi verbal ada beberapa macam, yaitu :

a. Berbicara dan menulis

Berbicara adalah komunikasi verbal vocal, sedangkan menulis

adalah komunikasi verbal non vocal. Presentasi dalam rapat adalah

contoh dari komunikasi verbal vocal. Surat menyurat adalah contoh

dari komunikasi verbal non vocal.

b. Mendengarkan dan Membaca

Mendengar dan mendengarkan adalah dua hal yang berbeda.

Mendengar mengandung arti hanya mengambil getaran bunyi,

sedangkan mendengarkan adalah mengambil makna dari apa yang

didengar. Mendengarkan melibatkan unsur mendengar,

memperhatikan, memahami dan mengingat. Membaca adalah satu

cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis.33

4. Karakteristik Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal memiliki karakteristik sebagai berikut :34

a. Jelas dan Ringkas

Berlangsung sederhana, pendek dan langsung. Bila kata-kata yang

digunakan sedikit, maka terjadinya keracunan juga masih sedikit

berbicara secara lambat dan pengucapan yang jelas akan membuat

kata tersebut makin mudah dipahami.

b. Perbendaharaan Kata

Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh seseorang akan

meningkatkan keberhasilan komunikasi. Komunikasi tidak akan

berhasil jika pengirim pesan tidak mampu menterjemahkan kata

dan ucapan.

c. Arti konotatif dan denotative

Makna konotatif adalah pikiran, perasaan atau ide yang terdapat

dalam suatu kata, sedangkan arti denotatif adalah memberikan

pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan.

33Desak Putu Yuli Kurniati, modul komunikasi verbal dan non verbal, (Universitas

Udayana, 2016), h.10 34

Ibid, h.10-12

d. Intonasi

Seorang komunikator mampu mempengaruhi arti pesan melalui

nada suara yang dikirimkan. Emosi sangat berperan dalam nada

suara ini.

e. Kecepatan berbicara

Keberhasilan komunikasi dipengaruhi juga oleh kecepatan dan

tempo bicara yang tepat. Kesan menyembunyikan sesuatu dapat

timbul bila dalam pembicaraan ada pengalihan yang cepat pada

pokok pembicaraan.

f. Humor

Humor dapat meningkatkan keberhasilan dalam memberikan

dukungan emosi terhadap lawan bicara. Tertawa membantu

mengurangi ketegangan pendengar sehingga meningkatkan

keberhasilan untuk mendapat dukungan.

B. Bahasa Komunikasi Verbal

1. Bahasa Dalam Komunikasi Verbal

Bahasa adalah bagian terpenting dalam komunikasi verbal. Melalui

simbol dan kode-kode tertentu, seseorang bisa mengirimkan pesan

kepada orang lain secara lebih jelas. Saat seseorang mengatakan

“bola”, dalam benak yang menerima pesan akan membayangkan

“sebuah benda yang bentuknya bulat”. Ini bearti bahwa apa yang

dikatakan seseorang secara verbal bisa dipahami oleh orang lain.35

Joseph A. Devito (2011) pernah memberikan catatan singkat

karakteristik dari bahasa yakni : (1) Produktivitas, (2) pengalihan, (3)

pelenyapan cepat, (4) kebebasan makna, dan (5) transmisi.

a. Produktivitas

Devito mengatakan bahwa bahasa itu produktif, kreatif, dan

terbuka. Pesan verbal seseorang itu merupakan gagasan dan

bersifat baru. Produktivitas juga sangat dimungkinkan

kemunculannya karena sistem pesan yang terbangun pada diri

manusia. Manusia itu dinamis dan pengetahuannya terus

berkembang. Konsekuensinya, teknologi yang berkembang juga

mengalami perubahaan sejalan dengan pemikiran manusia.36

b. Pengalihan

Bahasa mampu menjangkau banyak hal untuk kebutuhan manusia.

Dengan bahasa manusia bisa menjadi seorang peramal masa depan

(futurolog) berdasarkan fakta-fakta yang sekarang terjadi. Prediksi,

asumsi, dan kecendrungan, antisipasi bisa dilakukan manusia

dengan perantaraan bahasa. Manusia dengan teknologinya bisa

memprediksi apakah akan terjadi ledakan gunung berapi atau tidak.

35

Nurudin,Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer,(Jakarta: PT RAJAGRAFINDO

PERSADA,2017), h. 120 36

Nurudin,Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer,(Jakarta: PT RAJAGRAFINDO

PERSADA,2017), h. 121-122

Semua itu terjadi karena perantaraan bahasa yang bersifat

pengalihan.37

c. Pelenyapan Cepat

Sifat bahasa lisan itu cepat hilang, maka banyak orang

mendokumentasikannya dengan menulis, meskipun tulisan juga

lama kelamaan hilang juga. Jika manusia sadar, itu membuktikan

bahwa kemampuan manusia untuk merekam kejadian di sekitarnya

sangatlah terbatas, maka mendokumentasikanmaka segala

sesuatunya akan cepat hilang.38

d. Kebebasan makna

Untuk disebut sebagai lambang (termasuk bahasa) harus melewati

kesepakatan atau sering disebut dengan konvensi. Prosesnya, untuk

menjadikan bahasa atau lambang yang matang harus melalui fase

ratifikasi tata bahasa dan uji coba. Setelah proses itu baru

kemudian dilegalkan. Isyarat bahasa tidak memiliki karakteristik

atau sifat fisik dari benda atau hal yang mereka gambarkan. Suatu

kata memiliki arti atau makna yang mereka gambarkan karena

kitalah yang secara bebas menentukan arti maknanya.39

37

Ibid, h. 123 38

Ibid, h. 124 39

Nurudin,Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer,(Jakarta : PT RAJAGRAFINDO

PERSADA,2017), h. 125-126

e. Transmisi Budaya

Transmisi bisa diartikan sebagai penerusan atau pewarisan.

Transmisi budaya berarti pewarisan budaya. Jika yang dimaksud

budaya ini salah satunya bentuk-bentuk budaya seperti bahasa,

maka bearti pewarisan budaya. Maka, bentuk bahasa manusia

dikemukakan secara budaya (cultural transmitted). Karunia genetik

bahasa bagi manusia berkaitan dengan bahasa manusia secara

umum, tidak dengan bahasa tertentu.40

2. Prinsip-prinsip Komunikasi Verbal

Dalam bukunya Communication in Our Lives, Julia T. Wood

pernah mengemukakan, setidaknya ada tiga prinsip dalam komunikasi

verbal yakni : (1) interpretasi menciptakan makna, (2) komunikasi

adalah aturan yang dipandu, dan (3) penekanan memengaruhi makna.

a. Interpretasi Menciptakan Makna

Interpretasi atas sebuah pesan membawa konsekuensi makna yang

dipahami. Bisa jadi makna atas sebuah pesan yang sama dipahami

secara berbeda oleh diri sendiri dan orang lain. Beberapa sebabnya

antara lain karena masing-masing orang berbeda dalam

kemampuan menangkap makna pernyataan. Hal demikian bisa

dipengaruhi oleh pengetahuan, latar belakang, kepentingan, tujuan

berkomunikasi atau aspek psikologis seseorang. Semua faktor-

40

Ibid, h. 126

faktor ini memengaruhi bagaimana makna ditangkap berdasarkan

interpretasi yang dibangun dalam pikiranya.41

b. Komunikasi adalah Aturan yang Dipandu

Aturan komunikasi (comunication rules) adalah pemahaman

bersama terhadap makna komunikasi dan macam komunikasi yang

cocok atau tidak untuk berbagai situasi. Sebagian besar aturan

tidak secara eksplisit atau dibangun dengan sengaja. Ada dua

aturan yang memandu komunikasi yakni aturan regulatif (regulatif

rules) dan aturan pokok (constitutive rules). Aturan regulatif

merinci kapan, bagaimana, dimana, dan dengan siapa harus

berbicara mengenai hal-hal tertentu. Aturan pokok menjelaskan

apa arti komunikasi dengan mengatakan pada kita bagaimana

menilai jenis komunikasi tertentu.42

c. Penekanan Memengaruhi Makna

Penekanan memang sebuah kesepakatan umum komunitas, hal

demikian sama dengan bahasa. Bahasa adalah kesepakatan

komunitas masyarakat tertentu yang mengakibatkan adanya

perbedaan makna antar komunitas. Untuk menyebut batu (bahasa

Indonesia), ada yang menyebut stone (bahasa inggris), watu

(bahasa jawa) dan lain-lain.43

41

Nurudin,Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer,(Jakarta: PT RAJAGRAFINDO

PERSADA,2017), h. 127-128 42

Nurudin,Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer,(Jakarta: PT RAJAGRAFINDO

PERSADA,2017), h. 130 43

Ibid, h.132

C. Komunikasi Nonverbal

1. Pengertian Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah setiap informasi atau emosi

dikomunikasikan tanpa menggunakan kata-kata atau

nonlinguistic.Komunikasi nonverbal adalah penting, sebab apa yang

sering kita lakukan mempunyai makna jauh lebih penting daripada apa

yang dikatakan.

Salah satu dari beberapa alasan yang dikemukakan oleh

Richard L. weaver II (1993) bahwa kata-kata pada umumnya memicu

salah satu sekumpulan alat indra seperti pendengaran, sedangkan

komunikasi nonverbal dapat memicu sejumlah alat indra seperti

penglihatan, penciuman, perasaan, untuk menyebutkan beberapa.

Dengan sejumlah alat indra yang terangsang tampaknya orang akan

merespons isyarat-isyarat nonverbal secara emosional, sedangkan

reaksi mereka kepada hanya kata-kata lebih bersifat rasional.44

Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi

nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal)

dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan

penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan

potensial bagi pengirim atau menerima. Secara sederhana, pesan

nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.

44

Muhammad Budyatna, Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antar Pribadi, (Jakarta :

Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 110

Hal menarik dari kode nonverbal adalah studi albert mahrabian

(1971) yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari

pembicaraan orang adalah 7% berasal dari Bahasa verbal ; 38% dari

vocal suara ; dan 55% dari ekpresi muka (komunikasi nonverbal). Ia

juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang

diucapkan seseorang dengan perbuatanya, maka orang lain cenderung

mempercayai hal-hal yang bersifat nonverbal.45

Meskipun secara teoritis komunikasi nonverbal dapat

dipisahkan dari komunikasi verbal, dalam kenyataanya kedua jenis

komunikasi itu jalin menjalin dalam komunikasi tatap muka sehari-

hari. Sebagian ahli berpendapat, terlalu mengada-ada membedakan

kedua jenis komunikasi ini.

Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua

peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat

yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku

nonverbal ini ditafsirkan melalui symbol-simbol verbal. dalam

pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonverbal itu tidak sungguh-

sungguh bersifat nonverbal.46

Dari beberapa pernyataan diatas dapat penulis simpulkan

bahwasanya komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang bersifat

non kata-kata, komunikasi nonverbal lebih jelas dalam menyampaikan

45

Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h. 69 46

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu pengantar, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2016), h.347

informasi namun tidak bisa selalu dipisahkan dengan komunikasi

verbal sebab memiliki korelasi satu sama lain.

a. Bentuk-bentuk Komunikasi Nonverbal

Terdapat sejumlah bentuk komunikasi non verbal dan

bentuk-bentuk tersebut meliputi wajah terutama yang menyangkut

mata, tubuh, sentuhan, suara, ruang, waktu, daya Tarik fisik,

pakaian, dan lingkungan. (weaver II, 1993) diantaranya adalah :47

1) Komunikasi non verbal memiliki sifat berkesinambungan.

Komunikasi yang dilakukan berkesinambungan. Contohnya

seseorang mengajukan sebuah pertanyaan, lalu menambahkan

dengan tatapan mata untuk melihat reaksi apakah pertanyaan

akan dijawab atau tidak.

2) Komunikasi nonverbal kaya dalam makna

Komunikasi nonverbal kaya akan sebuah makna, dimana

komunikasi nonverbal bisa mempetegas serta memperjelas

suatu informasi sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam

penerimaan informasi.

3) Komunikasi nonverbal dapat membingungkan

Isyarat-isyarat tertentu dapat bearti sesuatu yang secara

keseluruhan berbeda dari apa yang dibayangkan.

(misscomunication)

47

Muhammad Budyatna, Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta :

Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 111-114

4) Komunikasi nonverbal menyampaikan emosi,

Objek-objek dan tindakan dapat membangkitkan lebih banyak

emosi daripada kata-kata.Karena isyarat-isyarat nonverbal

terikat begitu dekat kepada emosi, sejauh mana pengertian kita

mengenai pesan-pesan nonverbal bergantung kepada

bagaimana empati seseorang.

5) Komunikasi nonverbal dikendalikan oleh norma-norma dan

peraturan mengenai kepatutan.

Norma dan peraturan umumnya amat berbeda dari budaya ke

budaya yang lain. Beberapa dari norma yang peraturan

dipelajari dari hasil pengamatan orang lain. Ada juga yang kita

pelajari dari kesalahan dan kegagalan dan hukuman.

6) Komunikasi nonverbal terikat pada budaya

Kebanyakan aspek dari budayadipelajari melalui pengamatan

dan mencontoh dan bukan melalui pengajaran verbal secara

eksplisit.Komunikasi nonverbal mengomunikasikan

keyakinan, sikap, dan nilai-nilai budaya kepada pihak lainya.

Berdasarkan bentuk-bentuknya terdapat banyak bentuk

komunikasi nonverbal seperti kinesics berupa gerakan tubuh,

paralanguage, proxemics yang berkenaan dengan penggunaan ruang

,territory, artifacts, physical appearance, cheronemics berkenaan

dengan waktu, dan olfactory communication berkaitan dengan

masalah penciuman.48

a. Kinesics

Perilaku nonverbal mengenai gerakan tubuh digunakan dalam

komunikasi.Gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekpresi wajah,

gerak-isyarat, postur atau perawakan, dan sentuhan.

b. Kontak Mata

Kontak mata mengacu sebagai pandangan atau tatapan, ialah

bagaimana dan berapa banyak atau seberapa sering kita melihat

pada orang dengan siapa kita berkomunikasi.

c. Ekpresi Wajah

Ekpresi wajah merupakan pengaturan dari otot-otot muka untuk

berkomunikasi dalam keadaan emosional atau reaksi terhadap

pesaan-pesan.

d. Emosi

Emosi mempunyai kekuatan untuk memotivasi suatu tindakan.

e. Gerak Isyarat

Gerak isyarat atau gesture merupakan gerakan tangan, lengan dan

jari-jari yang kita gunakan untuk menjelaskan atau untuk

menegaskan.

f. Sikap Badan

Sikap badan atau posture merupakan posisi dan gerakan tubuh.

48

Muhammad Budyatna, Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta :

Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 125-130

g. Sentuhan

Menempatkan bagian dari tubuh dalam kontak dengan sesuatu.

h. Penggunaan Ruang

Berkomunikasi melalui penggunaan ruang informal yang ada di

sekeliling kita, menggunakan ruang-ruang yang kita miliki dan kita

jaga, dan cara-cara menggunakan objek dan mendekorasi

ruangan.49

1) Proksemik

Proksemik atau proxemics merupakan studi mengenai ruang

informal-ruang di sekitar tempat yang kita gunakan suatu

saat.Mengelola ruang informal memerlukan pemahaman

mengenai sikap terhadap ruang dan wilayah pribadi. Edward

T.Hall (1969) berpendapat bahwa di budaya Amerika Serikat

yang dominan empat jarak yang berbeda dianggap nyaman dan

bergantung pada sifat pembicaraanya, yaitu :

(a) Jarak akrab atau intimate distance, sampai 50 cm dianggap

tepat untuk pembicaraan antara dua sahabat akrab.

(b) Jarak pribadi atau personal distance, dari 50 cm sampai 125

cm merupakan jarak untuk pembicaraan yang terjadi secara

sepintas atau kebetulan.

49

Muhammad Budyatna, Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta :

Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 133-136

(c) Jarak social atau social distance, dari 125 cm sampai 4 m,

untuk urusan bisnis seperti mewawancarai seorang calon

pegawai.

(d) Jarak umum atau public distance, mengenai apa saja lebih

dari 4 m.

2) Wilayah

Wilayah atau territory mengacu kepada ruang dimana

menuntut kepemilikan wilayah itu.Kebanyakan orang menjaga

wilayah mereka dengan membubuhi tanda-tanda.Kewilayahan

dapat mengandung dimensi kekuasaan.Orang yang memiliki

status yang lebih tinggi umumnya menuntut wilayah yang lebih

besar atau luas, lebih bergengsi, dan lebih terlindung (Henley

1977).

3) Ruang Public & Ruang Pribadi

Setiap orang, baik itu sadar atau tidak, memiliki ruang pribadi

(personal space) imajiner yang bila dilanggar, akan

membuatnya tidak nyaman. Ruang pribadi identic dengan

wilayah tubuh, satu dari empat kategori wilayah yang

digunakan manusia berdasarkan perspektif Lyman dan scott,

ketiga wilayah lainnya adalah ;50

(a) Wilayah public tempat (public territory) yakni tempat

yang secara bebas dimasuki dan ditinggalkan orang,

50

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2016), h. 407

dengan sedikit pengecualian (hanya boleh dimasuki

kalangan tertentu atau syarat tertentu)

(b) Wilayah rumah (home territory), yakni wilayah public

yang bebas dimasuki dan digunakan orang yang mengakui

memilikinya

(c) Wilayah interaksional (interactional territory) yakni

tempat pertemuan yang memungkinkan semua orang

berkomunikasi secara informal , seperti tempat pesta dan

tempat cukur

4) Artefak

Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan manusia. Benda-

benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia dan dalam interaksi manusia, sering mengandung

makna-makna tertentu.Bidang studi mengenai hal ini disebut

objektika (objectics). Rumah, kendaraan, perabot rumah dan

modelnya (furniture, barang elektronik, lampu Kristal), patung,

lukisan, kaligrafi, foto saat bersalaman dengan presiden, buku

yang di pajang di ruang tamu, koran dan majalah yang dibaca,

botol minuman keras,bendera, dan benda-benda lain dalam

lingkungan kita adalah pesan-pesan bersifat nonverbal, sejauh

dapat memberi makna.51

51

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2016),h. 433

2. Fungsi Komunikasi Nonverbal

Lebih jelasnya dalam hubungannya dengan komunikasi verbal,

perilaku nonverbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :52

a. Perilaku nonverbal dapat mengulangi/repetisi perilaku verbal

Kita menganggukan kepala ketika kita mengatakan „iya‟ atau

menggelangkan kepala ketika mengatakan „tidak‟

b. Memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku verbal

Kita melambaikan tangan seraya mengucapkan „selamat jalan‟,

„sampai jumpa‟ atau ketika kita berpidato kita melakukan „gerakan

tangan‟ atau „nada suara tinggi‟ atau „nada suara merendah‟

c. Perilaku nonverbal dapat menggantikan/substitusi perilaku verbal.

Mengoyangkan tangan dengan telapak tangan menghadap ke depan

(sebagai ganti kata „tidak‟)

d. Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal

Anda melihat jam tangan ketika waktu kuliah sudah berakhir,

sehingga dosen segera menutup kuliahnya

e. Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan

(kontradiksi) dengan perilaku verbal

Misalnya seorang suami mengatakan „bagus! Bagus!‟

ketikadimintai komentar oleh istrinya mengenai baju yang baru

dibelinya, seraya terus membaca surat kabar ditanganya.

52

Ibid, h. 349-350

3. Karakteristik Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal memiliki karakteristik yang bersifat

universal, diantaranya :53

a. Komunikatif, yaitu perilaku yang disengaja atau tidak disengaja

untuk mengkomunikasikan sesuatu sehingga pesan yang ada bisa

diterima secara sadar.

b. Kesamaan perilaku, yaitu kesamaan perilaku nonverbal antara 1

orang dengan orang lain. Secara umum bisa dilihat pada gerak

tangan, cara duduk, berdiri, suara, pola bicara, kekerasan suara,

cara diam.

c. Artifaktual, yaitu komunikasi nonverbal bisa juga dalam bentuk

artefak seperti cara berpakaian, tat arias wajah, alat tulis, mobil,

rumah, perabot rumah, dan cara menatanya, barang yang dipakai

seperti jam tangan.

d. Konstektual, yaitu bahasa nonverbal terjadi dalam suatu konteks.

Membantu menentukan makna dari setiap perilaku nonverbal.

e. Paket, yaitu bahasa nonverbal merupakan sebuah paket dalam satu

kesatuan. Paket nonverbal jika semua bagian tubuh bekerja sama

untuk komunikasikan makna tertentu. Harus dilihat secara

keseluruhan (paket) dari perilaku tersebut.

53

Desak Putu Yuli Kurniati, modul komunikasi verbal dan non verbal,

(Universitas Udayana, 2016), h.19-21

f. Dapat dipercaya, pada umumnya kita cepat percaya perilaku

nonverbal. Verbal dan nonverbal haruslah konsisten. Ketidak

konsistenan akan tampak pada bahasa nonverbal yang akan mudah

diketahui orang lain.

g. Dikendalikan oleh aturan, sejak kecil kita belajar kaidah dan

kepatutan melalui pengamatan perilaku orang dewasa.

D. Hambatan Komunikasi

Dalam komunikasi terdapat beberapa hambatan yang ada.

Hambatan ini dapat merusak sebuah hubungan jika tidak dihindari.

Hambatan-hambatan tersebut antara lain adalah :54

1. Status Effect

Adanya perbedaan pengaruh sosial yang dimiliki setiap manusia.

Contohnya seorang karyawan dengan status sosial yang lebih rendah

harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan, yang

berakibat karyawan tersebut takut mengemukakan pendapatnya.

2. Semantik Problems

Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator

sebagai alat untuk menyalurkan pikiran yang perasaannya kepada

komunikan. Kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan

dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau

penafsiran (misinterpretation) yang bisa menimbulkan salah

komunikasi (miscomunication). Misalnya kesalahan pengucapan

54

Desak Putu Yuli Kurniati, modul komunikasi verbal dan non verbal, (Universitas

Udayana, 2016), h.31

bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demontrasi

menjadi demokrasi, kedelai menjadi kedelai dan lain-lain.

3. Perceptual Distorsion

Distorsi persepsi disebabkan perbedaan cara pandangan yang sempit

pada diri sendiri dan perbedaan cara berfikir serta cara mengerti yang

sempit terhadap orang lain, sehingga dalam komunikasi terjadi

perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan

yang lainnya.

4. Cultural Differences

Hambatan komunikasi dapat terjadi karena disebabkan adanya

perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Ada beberapa

kata-kata yang memiliki arti berbeda di setiap suku. Seperti contoh :

kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang

suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan yaitu sayur.

5. Physical Distractions

Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap

proses berlangsung komunikasi. Misalnya : kebisingan, suara hujan

atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.

6. Poor Choise Of Communication Channels

Gangguan yang disebabkan oleh media yang dipergunakan dalam

melancarkan komunikasi. Misalnya sambungan telephone yang

terputus-putus, suara radio yang hilang yang dan muncul, gambar yang

kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat

sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.

7. No Feed Back

Komunikator mengirimkan pesan kepada komunikan tetapi tidak

adanya respons dan tanggapan dari komunikan, maka yang terjadi

adalah komunikasi satu arah yang sia-sia,

Pada setiap proses komunikasi yang bertujuan untuk mengenali satu

dengan yang lainnya, maka dari itu komunikasi yang terjalin harus terdapat

pengertian serta kepercayaan antar personal, selain itu terdapat beberapa

komponen yang harus dijaga untuk menjaga hubungan komunikasi agar tidak

terjadi kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan perusakan atau pemutus

hubungan.

Komunikasi nonverbal sangat penting bagi kebermaknaan suatu

komunikasi, namun sulit untuk dipelajari karena memiliki hambatan-hambatan

yaitu :

1. Hambatan Konsepsi atau Pemahaman

Dalam berkomunikasi bisa terjadi kesalahpahaman antara orang-orang

yang berkomunikasi. Kesalahanpahaman ini terjadi karena beberapa

sebab, yaitu :

a. Komunikasi nonverbal bersifat insting dan tidak dipelajari

b. Adanya keyakinan bahwa fenomena nonverbal seperti ekpresi

wajah dan postur tubuh merefleksian ciri biologis dan kematangan

yang bersifat herediter dan komunikator.

c. Banyaknya gerak isyarat yang digunakan dalam berkomunikasi

membuatnya sulit untuk dipelajari secara sistematis dan praktis

dalam hubungan dengan perilaku manusia.

2. Hambatan Sejarah

Pada awalnya, cara pergerakan dalam pengucapan bahasa dianggap

perlu dilakukan untuk menarik perhatian audiense, bukan sebagai

pelengkap dan penguat pesan yang ingin disampaikan.

3. Hambatan Metodologi

Diperlukan peralatan yang mahal untuk mempelajari komunikasi

nonverbal.

E. Komunikasi Verbal dalam Al-Qur’an

1. Pesan Verbal dalam Al-Qur‟an

Untuk pesan verbal penulis menemukan paling sedikit ada tiga

istilah dalam Al-Qur‟an. Tiga istilah itu adalah lafadz, qaul, dan

kalimat.

a. Lafdz

Makna asal dari kata „lafdz’ dalam bahasa arab adalah melempar.

Disebut „lafdz’, karena bunyi yang kita keluarkan dari mulut ibarat

bunyi atau simbol yang kita lemparkan dari mulut kita.

Ayat yang menggunakan kata lafdz terdapat dalam surah Qaf ayat

18. Allah berfirman :

لديهرليبعتيد ل بيلفظمنقىل ٨٨م

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan

ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir”

Berdasarkan ayat ini kita memahami bahwa lafdz berfungsi

memproduksi kata hingga melemparkannya keluar. Ketika lafdz

terlempar keluar maka keluarlah bunyi. Bunyi yang terlempar

keluar dan bisa dipahami melahirkan kata. Bentuk „qaul’ atau kata

yang keluar dari lisan manusia yang bisa dipahami adalah objek

yang akan menjadi catatan para malaikat.55

b. Qaul

Menurut Ibnu Mandzur, “qaul” adalah lafaz yang diucapkan oleh

lisan baik maknanya sempurna ataupun tidak. Menurut definisi

Ibnu Mandzur ini, maka “qaul” bisa berarti kata atau bisa juga

berarti kalimat, kata yang maknanya sempurna dalam bahasa

Indonesia disebut dengan kalimat. Dalil yang memperkuat hal itu

Qs. al-An’am ayat 93. Allah berfirman :

ومنقبلسأنزلمثلمب علىٱللهكرببأولبلوحيإليىلميىحإليهشيء نٱفترى أنزلله ومنأظلممم

إذٱلظ ٱليىمتجزونعرابولىشرى ئكةببسطىاأيديهمأخرجىاأنفسكم

شٱلمىشىٱلمل لمىنفيغمر

تهۦشستكبرو ىكنتمعنءاي ٩٩ٱلهىنبمبكنتمتقىلىنعلىٱللهغيرٱلحق

“Dan siapakah yang lebih zalim daripadaorang yang

membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:

‘Telah diwahyukan kepada saya’, padahal tidak ada

55

Harjani Hefni,Komunikasi Islam,(Jakarta : PRENADAMEDIA, 2015), h. 80

diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang

berkata: ‘saya akan menurunkan seperti apa yang

diturunkan Allah’. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu

melihat diwaktu orang-orang yang zalim berada dalam

tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul

dengan tangannya, (sambil berkata): ‘keluarkanlah

nyawamu’ di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang

sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan

terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena)

kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya”

„Qaul’ yang dimaksud di sini adalah kata yang mengandung makna

dan keluar dari lisan atas dasar kesengajaan dan kesadaran penuh

dari orang yang mengucapkan.56

c. Kalimat

Kalimat dalam bahasa Arab adalah senyawa dari dua unsur, yaitu

lafdz dan ifadah.Lafdz sudah disebutkan maknanya dalam kajian

sebelumnya, sedangkan ifadah artinya mengandung makna. Jadi,

kaliat adalah susunan lafdz yang mengandung makna yang

sempurna. Menurut ahli bahasa, kalimat minimal terdiri dari dua

kata atau lebih yang mengandung makna yang sempurna.57

2. Metode Penyampaian Pesan

Ada beberapa metode dalam penyampaian pesan yang dirangkum

dalam buku Komunikasi Islam karya Harjani Hefni, diantaranya adalah

Hiwar, jidal, bayan, tadzkir, tabligh, tabsyir, indziar, ta’aruf, tawashi,

56

Harjani Hefni,Komunikasi Islam,(Jakarta : PRENADAMEDIA, 2015), h. 81-82 57

Ibid, h. 100

nasihat, irsyad, wa’dz atau mau’idzah, dan idkhal al-surur.Kata bayan

dalam berbabgai jenisnya disebutkan banyak sekali dalam Al-Qur‟an.

Secara bahasa bayan artinya adalah jelas atau terang. Adapun menurut

istilah bayan berarti menjelaskan tujuan dengan pilihan kata yang

paling tepat.

Menurut Ibnu Katsir yang mengutip pendapat Hasan al-Bashri

bahwa yang dimaksud dengan al-bayan adalah kemampuan untuk

mengucapkan dengan baik, mampu membunyikan huruf-huruf dengan

baik. Diantara tugas Rasul hadir ke bumi adalah untuk memberikan

“bayan” kepada manusia tentang Al-Qur‟an yang diturunkan oleh

Allah. Dengan bayan dari Nabi, maka firman Allah menjadi jelas dan

dipahami secara baik oleh manusia Allah berfirman :

ليهمىلعلهميتفكرو ل كرلتبينللنبسمبنز وأنزلنبإليكٱلر بر تىٱلز ٤٤بٱلبين

“Dan kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu

menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada

mereka dan supaya mereka memikirkan” (Qs. an-Nahl (16): 44)

Diantara fungsi utama komunikasi adalah untuk menjelaskan

sesuatu sehingga apa yang dimaksudkan oleh pembicara dipahami

secara jelas oleh yang mendengar.58

3. Konsep Informasi dalam Al-Qur‟an

Secara gramatikal, penamaan surat dengan kata an-Naba’

(berita/informasi) memiliki makna transenden yang saling terkait

dengan istilah an-Nabiy (pembawa berita/informasi). Melalui para

58

Harjani Hefni,Komunikasi Islam,(Jakarta : PRENADAMEDIA, 2015), h. 130-132

nabi, secara tersirat Allah swt seakan ingin menegaskan dua hal,

yakni:59

a. Penegasan otoritas Allah swt sebagai sumber informasi yang

memiliki kewajiban menyebarkan informasi tersebut (menyeru)

kepada manusia melalui perantara seorang nabi (pembawa

berita/informasi).

b. Penegasan bahwa manusia itu makhluk yang lemah tanpa

perbekalan berita/informasi. Bahkan tanpa informasi, manusia

dapat menjadi rendah martabatnya. Seluruh ayat suci dalam Al-

Qur‟an merupakan kabar atau informasi dar Allah swt untuk

seluruh manusia

4. Akurasi Informasi dalam Al-Qur‟an

Al-Qur‟an cukup memberi informasi bagaimana suatu informasi

harus bersifat akurat. Untuk memperoleh informasi yang akurat, harus

diperoleh dengan teknik tabayyun (check dan recheck). Dalam Al-

Qur‟an terdapat 3 kali kata tabayyun, 2 kata dalam surat an-Nisaa ayat

94 dan 1 kata dalam surat Al-Hujaraat ayat 6.

Namun, yang relevan dengan akurasi informasi dalam pembahasan

ini adalah ayat 6 surat Al-Hujuraat. Dalam surat Al-Hujuraat ayat 6

tersebut Allah berfirman:

فتصبحىاعل لة ببجه فتبينىاأنتصيبىالىم بنبإ أيهبٱلرينءامنىاإنجبءكمفبسق

دميني مبفعلتمن ٦ى

59

Iswandi Syahputra, Komunikasi Profetik Konsep dan Pendekatan,(Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2007), h. 160

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang

fasiq membawa suatu berita/informasi, maka periksalah

dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah

kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang

menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”

Ayat tersebut turun untuk mengingatkan nabi supaya berhati-hati

menerima informasi. Menerima informasi yang salah untuk digunakan

sebagai dasar mengambil keputusan akan berakibat fatal, untuk itulah

dperlukan teknik tabayyun.60

5. Sumber Informasi dalam Al-Qur‟an

Selain persoalan akurasi informasi, Al-Qur‟an juga menekankan

pentingnya kredibilitas sumber informasi. Kalimat “Hai orang-orang

yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu

berita/informasi, maka periksalah dengan teliti....” dalam surat Al-

Hujuraat ayat 6 mengisyaratkan bahwa orang fasiq tidak cukup

berkredibilitas sebagai pembawa atau pemberi informasi.

Bahkan dalam surat An-Nahl ayat 43, Allah swt memerintahkan

kita bertanya untuk mendapat informasi dari orang yang mengetahui

atau memiliki informasi tersebut.

”Maka bertanyalah kamu kepada orang-orang yang mempunyai

pengetahuan (informasi) jika kamu tidak mengetahui”.

Sebaliknya, dalam ayat 36 surat Al-Israa Allah swt melarang untuk

mengetahui sesuatu jika tidak memiliki bekal ilmu (informasi) yang

cukup.

60

Iswandi Syahputra, Komunikasi Profetik Konsep dan Pendekatan,(Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2007), h. 161

”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki

ilmu pengetahuan tentangnya...”

Dalam konteks kebebasan mendapatkan informasi, kedua ayat

tersebut merupakan pangkal dan ujung bagaimana sebaiknya publik

bersikap untuk memenuhi kebutuhan informasi. Prasangka sosial

dapat muncul karena kebutuhan publik terhadap kebenaran informasi

tidak diperoleh secara layak, resmi, dan memadai.61

F. Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang pernah di lakukan oleh Eka Safitri Nasution

mahasiwi Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Sosail dan Ilmu

Politik, Jurusan Dapartemen Ilmu Komunikasi dengan judul “Komunikasi

Verbal – Nonverbal Fatis dan Komunikasi Efektif” (Studi Korelasi

tentang Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat

Fatis dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan

Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU). dalam penelitianya, peneliti

menggunakan penelitian Kuantitatif, adapun tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Penggunaan Komunikasi

Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi

Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU. Hasil

dari penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara Penggunaan

Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan

61

Iswandi Syahputra, Komunikasi Profetik Konsep dan Pendekatan,(Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2007), h. 162

Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP

USU.62

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Suhaila mahasiswi Fakultas

Dakwah dan Komunikasi Jurusan KPI (Komunikasi dan Penyiaran Islam)

yang berjudul ”Komunikasi Nonverbal Dalam Pementasan Teater

Rongsokan (Studi Terhadap Ekpresi Wajah dan Tata Rias

Wajah)’.Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan metode kualitatif,

adapun tujuan penelitian yaitu untuk menjawab permasalahan tentang

bagaimanakah pemahaman penonton terhadap Ekspresi dan Tata Rias

wajah yang dipentaskan Teater Rongsokan.Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa Ekpresi dan Tata Rias yang dipentaskan oleh Teater

Rongsokan dapat membuat penonton tertawa, menangis dan terharu.63

62

Eka Safitri Nasution,Skripsi:Komunikasi Verbal dan Nonverbal Fatis dan Komunikasi

Efektif (Studi Korelasi tentang Penggunaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis

dalam Penciptaan Komunikasi Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP

USU), 2009. 63

Suhaila, Skripsi: Komunikasi Nonverbal Dalam Pementasan Teater Rongsokan Studi

Terhadap Ekspresi Wajah dan Tata Rias Wajah, 2012.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Setiap penelitian memerlukan metodologi penelitian tertentu sesuai

dengan masalah yang diteliti. Adapun metode dalam penelitian yang

digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode penelitian

kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, yang lebih menekankan aspek

pemahaman secara mendalam terhadap satu fenomena.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan metode

observasi, wawancara, analisis isi, dan metode pengumpul data untuk

menyajikan respons-respons perilaku subjek.64

Menurut Lexy J. Moloeng mendefenisikan penelitian kualitatif

sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dll. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

64

Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek,

(Yogyakarta : Calpulis, 2015), h.10

B. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah terletak

di Masjid Tuo Pincuran Gadang, Batu Baselo, Matua Hilia, Kecamatan

Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah ;

a. Observasi

Dalam penggunaan teknik ini, peneliti langsung terjun ke lapangan

untuk melakukan observasi langsung terhadap objek atau tempat

penelitian. Peneliti mengunakan metode Pengamat yang lengkap

menggunakan teori Partipasi pasif, dimana para pengamat yang terlibat

didalam partisipasi hadir pada saat tampilan tindakan, tetapi tidak

berpartisipasi atau berinteraksi dengan orang lain pada ukuran

tertentu.65

b. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu. Peneliti mengunakan metode wawancara

semi-terstuktur dimana dalam proses wawancara narasumber diminta

65

Rulam Ahmadi, metodologi penelitian kualitatif, ( Yogyakarta : ARRUZZ MEDIA,

2014), h.170

pendapat dan ide-idenya karena tujuan wawancara ini untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka.66

D. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data

dalam periode tertentu. Analisis data ini dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas hingga datanya sudah

jenuh.

Analisis data model Miles dan Huberman dilakukan melalui 3

tahap, yaitu:67

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data bearti merangkum, memilih hal yang pokok,

memfokuskan pada hal yang penting, dicari pola dan temanya. Reduksi

data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian melalui

penyederhanaan, pengabstakan, dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Tahapan reduksi data

meliputi: (1) Membuat ringkasan, (2) Mengkode, (3) Menelusur tema,

(4) Membuat gugus-gugus, (5) Membuat partisi, (6) Menulis memo.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data bearti mendisplay/menyajikan data dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, dsb. Penyajian data yang

sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif. Ini

66

Ibid, h. 33 67

Sugeng Pujilaksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Malang : Kelompok

Intrans Publishing, 2016), h. 152

dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing and

Verification)

Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan

masalah, karena rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih

bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

disajikan berupa deskripsi atau gambaran yang awalnya belum jelas

menjadi jelas dan dapat berupa hubungan kausal/interaktif dan

hipotesis/teori.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum

Kecamatan Matur merupakan salah satu kecamatan di

Kabupaten Agam, dengan luas 93,69 km2 atau 4,2% dari total luas

Kabupaten Agam. Kecamatan Matur memiliki jarak 41 km dari

ibukota Kabupaten dan 113 km dari ibukota Propinsi. Kecamatan

Matur sebagai daerah destinasi wisata memiliki jarak 21 km dari kota

Bukittinggi, dimana kota Bukittinggi merupakan salah satu tujuan

wisata Sumatera Barat.

Kecamatan Matur yang merupakan salah satu tempat tujuan

wisata di Kabupaten Agam. Ketersediaan fasilitas priwisata di

Kecamatan Matur terdiri dari 1 hotel berbintang, 1 penginapan dan 2

buah wisma. Sejak tahun 2012 telah didirikan salah satu manajeman

home stay di Kecamatan Matur dengan memanfaatkan rumah-rumah

penduduk.

Matur terletak di ketinggian 1500 mdpl, yang setiap paginya

menyuguhkan embun dan sore hari dikelilingi kabut, seolah-olah kita

berada diatas awan. Matur memiliki keindahan alam yang mempesona

dan destinasi wisata yang lengkap. Semua ada disini, danau yang

indah, air terjun, pemandian dengan sumber-sumber mata air yang

jernih, goa stalaknit dan stalaktit yang unik dan menarik.

Salah satu objek wisata di Kecamatan Matur adalah Pincuran

Gadang. Pincuran gadang merupakan sumber mata air jernih yang

terletak di kawasan situs cagar budaya Masjid Utama Pincuran Gadang

yang ada di Nagari Matua Hilia. Lokasi ini cocok untuk dijadikan

wisata pemandian dan dikembangkan wisata air lainnya. Tahun 2013

telah dilakukan perbaikan pada Masjid Tua yang ada dilingkungan ini.

Masjid Tua Pincuran Gadang merupakan Masjid tertua di Kabupaten

Agam yang sudah terdaftar sebagai salah satu cagar budaya.

Keistimewaan objek wisata cagar budaya Masjid Utama

Pincuran Gadang yang merupakan Masjid tertua di Kabupaten Agam

dan terletak di Ibu kota Kecamatan Matur ini adalah memiliki sumber

daya alam dan potensi wisata yang yang dimanfaatkan secara optimal,

dengan luas areal 2.440 m2. Objek wisata csgar budaya Masjid Utama

Pincuran Gadang dikelilingi mata air yang jernih dan besar dengan

debit 40m3/detik, ditambah dengan kondisi alam yang berjenjang

dengan dikelilingi bukit dan dijaga oleh gunung merapi dan singgalang

dengan nilai estetika dan keindahan yang cukup tinggi.

Pincuran Gadang menjadi salah satu destinasi wisata baik itu

oleh masyarakat lokal hingga internasional. Pincuran Gadang memiliki

tempat pemandian terpisah bagi laki-laki dan perempuan, dan pada

masing-masing pemandian terdapat kolam berenang. Pada pemandian

laki-laki terdapat Pincuran Tujuh, dimana terdapar 7 lobang tempat

keluarnya air secara deras yang digunakan baik itu untuk mandi atau

mencuci. Selain itu, Pincuran Gadang juga menyediakan tempat

berwudhu yang tidak jauh dari tempat pemandian serta digabung

dengan tempat berganti pakaian dan wc.

Maka dari itu, tempat berwudhu bagi laki-laki sering digunakan

baik itu untuk berwudhu, buang air kecil, berganti pakaian, atau hanya

sekedar membasuh wajah bagi pengunjung atau pengguna di Pincuran

Gadang tersebut.

B. Analisis/ Pembahasan

1. Bentuk Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal pada kasus

larangan membawa sendal/sepatu masuk ke dalam tempat berwudhu

laki-laki di Masjid Tuo Pincuran Gadang

Bentuk dari Komunikasi Verbal yang digunakan pada kasus ini adalah

komunikasi tulisan (nonvocal). Tulisan yang digunakan adalah

pemberitahuan/pengumuman yang ditempel disebelah kiri tepat sebelum

pintu masuk. Kalimat yang digunakan adalah “MOHON MAAF ALAS

KAKI HARAP DILEPAS”.

Wawancara yang dilakukan terhadap pengurus Masjid perihal fungsi dari

tulisan yang ditempelkan, pengurus Masjid menyabarkan bahwa, tulisan

ini berfungsi untuk mencegah adanya alas kaki yang dibawa masuk

kedalam, dan sebagai pesan larangan kepada seluruh pengguna tempat

berwudhu laki-laki.68

Sedangkan bentuk dari Komunikasi Nonverbal pada kasus ini

adalah komunikasi Artifaktual (artefak). Komunikasi Artefak adalah benda

apa saja yang dihasilkan oleh manusia, benda-benda yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia, dan dalam interaksi manusia sering

mengandung makna-makna tertentu.69

Benda (artefak) yang digunakan pada penelitian ini adalah bak kecil yang

berisi air yang terletak sesudah pintu masuk ke dalam tempat berwudhu

laki-laki yang ukuranya sekitar panjang 1 meter dan lebar 1 meter.

Hasil wawancara yang ditemukan dengan bapak pengurus masjid, fungsi

dibangunnya bak berisi air, bertujuan agar pengguna tempat berwudhu

68 Wawancara Pribadi dengan Pengurus Masjid Tuo Pincuran Gadang, Halaman Masjid,

Matur 9 September 2019 69

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2016), h.433

laki-laki bisa membersihkan kaki baik itu sebelum masuk maupun sesudah

menggunakan, serta untuk menjaga kebersihan Masjid.70

2. Tanggapan pengguna terhadap Komunikasi Verbal dan Nonverbal

dalam kasus larangan membawa sendal/sepatu masuk kedalam tempat

berwudhu laki-laki di Masjid Tuo Pincuran Gadang.

Peneliti merangkum satu pertanyaan tentang Komunikasi Verbal dan

Komunikasi Nonverbal yang diberikan kepada setiap pengguna yang

masuk kedalam tempat berwudhu laki-laki. Komunikasi verbal yang

digunakan adalah kertas pengumuman yang bertuliskan (mohon maaf

alas kaki harap dilepas) masih terpasang dan kondisi bak air dalam

keadaan kering (tidak berisi air), pertanyaannya:

“Bagaimana tanggapan pengguna terhadap komunikasi

verbal jenis tulisan (nonvocal)? dan apakah mengikuti

aturan yang sudah dituliskan?”

Wawancara yang peneliti lakukan, terdapat beberapa jawaban dari

pengguna tentang komunikasi verbal. Jawaban dari pengguna tempat

berwudhu laki-laki ini memiliki alasan tersendiri mengapa memilih

atau mengerjakan baik itu komunikasi verbal maupun nonverbal.

Adapun alasan yang diberikan dari pengguna tempat berwudhu laki-

laki ini bisa menentukan mana yang lebih efektif antara komunikasi

verbal dalam bentuk tulisan (nonvocal) atau komunikasi nonverbal

70

Wawancara Pribadi dengan Pengurus Masjid Tuo Pincuran Gadang, Halaman Masjid,

Matur 10 September 2019

dalam bentuk Artefak dalam kasus larangan membawa sendal/sepatu

masuk kedalam tempat berwudhu laki-laki.

Jawaban dari saudara M. Rizki perihal kenapa membawa sendal masuk

kedalam tempat berwudhu laki-laki, walaupun sudah ditempel

pengumuman tentang dilarang membawa alas kaki sebelum masuk

alasanya adalah “saya tidak mengikuti, karena kondisi tempat

berwudhu laki-laki terlihat kotor, dan pesan dari tulisan itu hanya

sebagai formalitas dan kepatuhan terhadap tulisan tergantung pada

kondisi tempat berwudhu, jadi sendal tetap saya pakai”, dari

pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa alasan tetap memakai sendal

kedalam karena kondisi tempat berwudhu kotor, dan tulisan tidak

mempengaruhi.71

Pernyataan diatas diperkuat dengan adanya jawaban oleh pengguna

lain, dimana situasi dan kondisi tempat berwudhu laki-laki

mempengaruhi efektivitas dari komunikasi verbal tersebut, seperti

jawaban dari saudara Rahmat “malas sekali untuk membuka sendal,

kan sendal saya tidak terlalu kotor”.72

Jawaban M. Irvan “sesuai

kondisinya, ada atau tidak ada tulisan tetap saya bawa, kalau sepatu

saya lepas”. 73

71

Wawancara Pribadi dengan Saudara Muhammad Rizki, Mahasiswa, Lingkungan

Masjid, 10 September 2019 72

Wawancara Pribadi dengan Saudara Rahmat, Petani, Lingkungan Masjid, 11 September

2019 73

Wawancara Pribadi dengan Saudara M.Irvan, Pelajar, Lingkungan Masjid, 15

September 2019

Jawaban lain dari saudara Sudra, yang menyatakan bahwa “saya tetap

masuk memakai sepatu, alasanya karena malas membuka sepatu. Iya

walaupun salah tapi kondisinya memang tidak bisa dihindarkan, malas

kali saya buka sepatu”, hal ini menunjukan bahwa, sendal/sepatu yang

dipakai oleh pengguna tetap dibawa karena malas untuk

melepaskannya.74

Pernyataan ini sama halnya dengan jawaban yang diberikan oleh

saudara Beni “karena saya cuma sebentar di dalam, jadi tanggung jika

ingin dibuka”75

, serta jawaban dari saudara Nanda “saya memakai

sepatu, jadi susah dilepas, lagian saya hanya sebentar”76

Jawaban lain dari saudara Bobi “kalau ada orang sendal saya copot

bang, kalau kondisinya kosong saya tetap pakai, tergantung kondisilah

bang”, kondisi yang dimaksud disini adalah ada atau tidaknya orang

yang mengawasi, seperti masyarakat atau penjaga masjid, dan ini

mengartikan bahwa tulisan tidak mempengaruhi tindakan.77

Jawaban

ini hampir sama ddengan pernyataan yang diberikan kepada saudara

Aldi dengan jawaban “saya tetap bawa bang, kan garin sedang tidak

ada, lagian hanya sebentar” 78

74

Wawancara Pribadi dengan Saudara Sudra, Mahasiswa, Kolam Berenang, 9 September

2019 75

Wawancara Pribadi dengan Saudara Beni, Mahasiswa, Lingkungan Masjid, 10

September 2019 76

Wawancara Pribadi dengan Saudara Nanda, Pegawai Swasta, Lingkungan Masjid 10

September 2019 77

Wawancara Pribadi dengan Saudara Bobi, Mahasiswa, Lingkungan Masjid, 11

September 2019 78

Wawancara Pribadi dengan Saudara Aldi, Mahasiswa, Lingkungan Masjid, 12

September 2019

Pernyataan dari beberapa pengguna tempat berwudhu laki-laki di

Masjid Tuo Pincuran Gadang, mengambarkan keadaan, kondisi serta

situasi yang terjadi saat pengguna melakukan interaksi dengan

komunikasi verbal jenis nonvocal (tulisan), serta jawaban dari

beberapa pengguna hampir sama atau mengarah pada jawaban yang

sama, sehingga peneliti merasa cukup dari jawaban yang berakitan

dengan komunikasi verbal.

Peneliti merangkum satu pertanyaan yang diberikan kepada setiap

pengguna yang masuk kedalam tempat berwudhu laki-laki tentang

komunikasi nonverbal jenis artifaktual , kondisi dari komunikasi

nonverbal ini adalah bak air yang tadinya kering (tidak berisi air) lalu

di isi penuh dengan air sesuai kapasitas bak dan tulisan (mohon maaf

alas kaki harap dilepas) tidak dalam keadaan terpasang, sebagai

berikut:

“Bagaimana tanggapan pengguna terhadap

komunikasi nonverbal jenis Artefak, dan apakah

pengguna membawa alas kaki atau tidak? Lalu

berikan alasan?”

Adapun tindakan pengguna yang sudah peneliti lakukan wawancara

menggunakan metode semi-terstuktur kenapa melepas sendal/sepatu

masuk ke dalam tempat berwudhu laki-laki sedangkan tulisan

pengumuman tidak ditempel, jawaban diantaranya dari saudara Randi

menyatakan bahwa “sendal saya copot, karena ini tempat suci dan

digunakan untuk berwudhu, perihal tulisan ada atau tidaknya ditempel

tetap harus diikuti, jikalau ada yang melanggar bearti mereka tidak

punya norma”, dari jawaban ini pengguna beranggapan bahwa ada atau

tidak adanya tulisan sendal tetap harus dibuka, serta diperkuat dengan

siapa yang melanggar adalah orang tidak punya norma.79

Pernyataan

ini sama atau mengarah pada jawaban lain yang diberikan oleh Rasyid

“tidak ada alasan kenapa dibuka sendal ini, ini tempat berwudhu,

tempat suci, ini juga ada air, basahlah sepatu saya”80

serta jawaban dari

saudara Rayhan sebagai seorang pegawai swasta “karena ini salah satu

lingkungan Masjid, Masjidkan rumah Allah, rumah Allah harus dijaga

kebersihan makanya saya lepas sendal, kalau dibawa pasti kotor

tempatnya”81

Pernyataan lain dari saudara Dani “saya kurang tau apa fungsi bak air

ini bang, tapi kalo saya bawa sepatu masuk kedalam sudah pasti basah

dan tempat ini akan kotor, lagian cuma buka sepatu saja apa susahnya

coba”, pernyataan ini menjelaskan bahwa bak air yang memberikan

dampak bahwa jika sepatu tetap dibawa maka sepatu yang digunakan

akan basah.

Pernyataan lain dari saudara Iqbal “saya tidak berani bawa sendal

masuk bang, takutnya dimarahi sama garin masjid, terus sepatu saya

79

Wawancara Pribadi dengan Saudara Randi Seprialdi, Mahasiswa, Kolam Berenang, 17

September 2019 80

Wawancara Pribadi dengan Saudara Rasyid, Mahasiswa, Lingkungan Masjid, 17

September 2019 81

Wawancara Pribadi dengan Saudara Rayhan, Pegawai Swasta, Kolam Berenang, 17

September 2019

juga bisa basah”, ada dua alasan yang memberikan dampak kenapa

sepatu dilepas, alasan pertama karena takut dengan penjaga masjid dan

alasan kedua karena pengguna takut sepatu yang dibawa basah, ini

menandakan bahwa walaupun tidak ada tulisan ditempelkan

komunikasi nonverbal jenis artefak memberikan dampak bagi

pengguna secara langsung.82

Pernyataan ini sama halnya dengan jawaban yang diberikan oleh

saudara Lutfi, “sendal tidak saya pakai, karena jika tetap saya pakai

sendal saya akan basah”83

, serta jawaban dari Ahmad “saya lepaskan

saja bang, kan ada bak air bang, basahlah sepatu saya”84

Pernyataan dari Pak Zul “harus dilepas, kondisi saat ini yang saya lihat

memang banyak yang seperti itu, masuk ke dalam lalu bawa alas kaki,

kadang heran. Bak air ini berfungsi sekali dalam mencegah, kalo bisa

jangan sampai kering”, pernyataan ini menyatakan bahwa bak air

sangat efektif apabila di isi air.85

Komunikasi nonverbal dalam kasus ini memberikan beberapa dampak

langsung kepada pengguna tempat berwudhu laki-laki, ini didapatkan

dari jawaban serrta peryataan saat dilakukan wawancara, adapun dari

banyaknya pengguna yang menggunkan tempat berwudhu tersebut

82

Wawancara Pribadi dengan Saudara Iqbal, Pelajar, Lingkungan Masjid, 18 September

2019 83

Wawancara Pribadi dengan Saudara Lutfhi, Pelajar, Lingkungan Masjid, 18 September

2019 84

Wawancara Pribadi dengan saudara Ahmad, Mahasiswa, Kolam Berenang, 18

September 2019 85

Wawancara Pribadi dengan Bapak Zul, Pegawai Swasta, Lingkungan Masjid, 18

September 2019

namun peneliti membatasi apabila ada jawaban sama dari pengguna

lain atau mengarah pada jawaban yang sama, maka disatukan dalam

satu kesimpulan jawaban.

3. Efektivitas Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal dalam

kasus larangan membawa sendal/sepatu masuk kedalam tempat

berwudhu laki-laki di Masjid Tuo Pincuran Gadang

Efektivitas Komunikasi verbal dan noverbal pada kasus yaang

terjadi di Masjid Tuo Pincuran Gadang dilihat dari jawaban para

pengguna dengan menggunakan metode Observasi yang sudah peneliti

lakukan sebelumnya, dan didukung dengan metode wawancara semi-

terstuktur dimana metode memberikan ruang diskusi untuk

menemukan jawaban yang sebenarnya, dan tidak menuntut jawaban

yang berisi iya atau tidak saja.

Merujuk pada Efektivitas Komunikasi Verbal dan Komunikasi

Nonverbal dengan mengukur tingkat keberhasilan dari 2 komunikasi

ini yang diukur dari sudut pandang pengguna tempat berwudhu laki-

laki serta tanggapan yang diberikan setelah menerima pesan dari 2

jenis komunikasi Verbal dan Nonverbal.

Menggunakan 2 Teknik Pengumpulan Data yaitu, pertama

teknik Observasi mengunakan metode Pengamat yang lengkap

menggunakan teori Partipasi pasif, dimana para pengamat yang

terlibat didalam partisipasi hadir pada saat tampilan tindakan, tetapi

tidak berpartisipasi atau berinteraksi dengan orang lain pada ukuran

tertentu.86

Dengan kata lain peneliti bisa ikut serta dalam pelaksaan

dalam penggunaan tempat berwudhu laki-laki dan peneliti juga bisa

mengamati setiap tindakan yang dilakukan oleh pengguna tempat

berwudhu laki-laki di Masjid Tuo Pincuran Gadang.

Kedua, teknik Wawancara mengunakan metode wawancara

semi-terstuktur dimana dalam proses wawancara narasumber diminta

pendapat dan ide-idenya karena tujuan wawancara ini untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka.87

Dengan kata lain

peneliti bisa berdiskusi dengan pengguna yang diwawancarai perihal 2

komunikasi ini (Verbal dan Nonverbal), serta bisa menerima pendapat

maupun kritikan perihal penggunaan 2 komunikasi ini.

Peneliti merumuskan pertanyaan serta jawaban pada masing-

masing komunikasi (verbal dan nonverbal) yang diberikan kepada

pengguna pada setiap point pertanyaannya sebagai berikut:

a) Komunikasi Verbal

Sebagaimana telah diketahui Komunikasi Verbal yang digunakan

adalah komunikasi tulisan (nonvocal) dengan kalimat “MOHON

MAAF ALAS KAKI HARAP DILEPAS”, tulisan ini ditujukan

kepada pengguna yang menggunakan tempat berwudhu laki-laki

agar melepas alas kaki (sendal/sepatu) sebelum masuk.

86

Rulam Ahmadi, metodologi penelitian kualitatif, ( Yogyakarta : ARRUZZ MEDIA,

2014), h.170 87

Rulam Ahmadi, metodologi penelitian kualitatif, ( Yogyakarta : ARRUZZ MEDIA,

2014), h.33

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah peneliti rangkum,

bahwa teori komunikasi verbal yang mengatakan bahwa Secara

teoritis komunikasi verbal adalah perbendaharaan kata, dimana

penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh seseorang akan

meningkatkan keberhasilan komunikasi.88

Dengan kata lain teori

Komunikasi Verbal ini belum berjalan dengan baik dengan fakta

dilapangan masih adanya kasus pengguna yang tetap membawa

sendal/sepatu masuk kedalam tempat berwudhu laki-laki

Komunikasi verbal yang terjadi pada penelitian ini adalah adanya

perbedaan dari teori yang peneliti temukan dengan kenyataan

dilapangan, adapun jawaban dan alasan pengguna tempat

berwudhu laki-laki yang telah peneliti rangkum untukmemperkuat

jawaban yang peneliti rangkum pada pembahasan sebelumnya,

diantaranya adalah,

Jawaban dari saudara Zaki siswa SMP adalah “Saya ikut teman aja

bang, kalau temen pakai sendal saya pakai juga”, jawaban ini

menjelaskan bahwa sendal akan tetap dibawa oleh pengguna

apabila pengguna sebelumnya membawa sendal masuk kedalam,

bisa dikatakan bahwa ini meniru perilaku sebelumnya.89

Jawaban lain dari saudara Piter menyatakan bahwa “ kalau sedang

ramai biasanya saya lepas, tapi kalau sendiri atau berdua sama

88

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya), 2016, h. 11 89

Wawancara Pribadi dengan Saudara Zaki, Pelajar SMP, Lingkungan Masjid, 11

September 2019

kawan saya tetap bawa, tapi lebih sering bawa kedalam lah bang,

soalnya disini dingin”,90

kondisi ini menyatakan bahwa sendal

dibawa masuk karena kondisi atau cuaca yang dingin atau bisa

disederhanakan sebagai kurang nyaman, serta adanya sikap yang

menjadi kebiasaan dan kondisi lingkungan sekitar juga

mempengaruhi.

Pendapat lain dari saudara lidra adalah “kalo seperti sekarang bak

airnya kosong, saya tetap bawa sendal masuk ke dalam”, pendapat

ini menjelaskan bahwa jika bak air tidak ada air (kosong) sendal

akan masuk, apabila berisi air maka sendal tidak akan dipakai.91

Pendapat-pendapat diatas sudah mewakili jawaban lain dari

pengguna yang tetap membawa sendal masuk ke dalam tempat

berwudhu bagi laki-laki, dan dari pendapat pengguna yang

melanggar dapat disimpulkan bahwa komunikasi verbal dalam

bentuk pengumuman larangan tidak berjalan dengan baik dan tidak

terlalu efektif dalam memberikan dampak bagi pengguna.

b) Komunikasi Nonverbal

Komunikasi Nonverbal biasanya digunakan untuk memperkuat dan

mengarahkan pesan verbal yang kurang jelas khususnya dalam

penggunaan bahasa, baik itu dengan gerakan tubuh (gesture) atau

menggunakan simbol-simbol yang dapat mempertegas pesan

verbal.

90

Wawancara Pribadi dengan Saudara Piter, Mahasiswa, Lingkungan Masjid, 11

September 2019 91

Wawancara Pribadi dengan Lidra, Mahasiswa, Kolam Berenang, 11 September 2019

Dalam hal ini peneliti tidak akan membandingkan teori

Komunikasi Nonverbal terhadap pesan verbal, namun peneliti akan

membandingkan teori komunikasi nonverbal yang dapat

membingungkan dengan fakta yang terjadi dilapangan.

Secara teoritis, komunikasi nonverbal dapat membingungkan

karena isyarat-isyarat tertentu dapat berarti sesuatu yang secara

keseluruhan berbeda dari apa yang dibayangkan

(misscomunication), apabila komunikan tidak paham dengan

pesan yang disampaikan atau pesan yang bersifat abstrak, maka

komunikasi tidak akan berjalan lancar karena komunikan sulit

memahami apa yang disampaikan melalui komunikasi nonverbal.92

Komunikasi Nonverbal yang diterapkan disini adalah jenis Artefak,

komunikasi Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan oleh

manusia, benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

hidup manusia, dan dalam interaksi manusia sering mengandung

makna-makna tertentu, serta benda apa saja selagi itu memberikan

makna.93

Dari penjelasan diatas peneliti mencoba membandingkan teori

komunikasi nonverbal yang dapat membingungkan dengan fakta

dilapangan yang sudah peneliti obervasi dan hasil wawancara.

92

Muhammad Budyatna & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2011), h.111 93

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2016), h.433

Komunikasi Nonverbal yang digunakan pada penelitian ini adalah

jenis komunikasi Artefak. Komunikasi artefak diartikan sebagai

benda-benda mati yang dibuat oleh manusia yang, yang berfungsi

untuk menyampaikan pesan. Peneliti mencoba mengkorelasikan

tentang salah satu teori komunikasi nonverbal yang mengatakan

bahwa komunikasi nonverbal bersifat membingungkan, karena

pesan yang disampaikan bisa bersifat multitafsiran dengan keadaan

dilapangan yang sudah peneliti observasi.

Benda yang digunakan disini adalah bak berisi air yang terletak di

jalan masuk tempat berwudhu laki-laki yang berada di Masjid Tuo

Pincuran Gadang, beberapa pendapat untuk memperkuat jawaban

pada pembahasan sebelumnya adalah.

Jawaban saudara Gusti Saputra “dilepas lah bang, kan ada bak

airnya basah sepatu saya, lagian ini juga tempat suci bang”94

serta

jawaban saudara Rasyid “tidak ada alasan kenapa buka sendal

bang, ini tempat berwudhu tempat suci, ini juga ada air, basahlah

sepatu saya”,95

rata-rata jawaban pengguna mengarah kepada bak

air, jika sendal/sepatu tetap dibawa masuk kedalam maka akan

basah, dan dikaitkan dengan tempat suci menjadikan alasan alas

kaki dilepas, walaupun tulisan pengumuman tentang larangan

tersebut tidak ditempel.

94

Wawancara Pribadi dengan Saudra Gusti, Mahasiswa, Lingkungan Masjid, 17

September 2019 95

Wawancara Pribadi dengan Saudara Rasyid, Mahasiswa, Lingkungan Masjid, 17

September 2019

Pernyataan dari saudara Zul “karena saya juga penjaga Masjid

(garin) di Mushala, jadi wajarlah kalau saya buka sendal, menjaga

kebersihan juga”96

, pernyataan dari saudara Zul menjelaskan

bahwa salah satu penyebab komunikasi nonverbal jenis artefak

dikatakan efektif apabila, pengguna empati terhadap penjaga

masjid, atau bisa diartikan komunikan memiliki perasaaan yang

sama atau memiliki empati terhadap komunikator.

Pendapat-pendapat serta pernyataan pendukung dari pengguna

diatas sudah mewakili jawaban lain dari pengguna yang tidak

membawa sendal masuk ke dalam tempat berwudhu bagi laki-laki,

dan dari pendapat pengguna yang mematuhi peraturan dapat

disimpulkan komunikasi nonverbal jenis artefak dalam bentuk bak

berisi air berjalan dengan baik dan memiliki keefektifitas lebih

dibandingkan dengan komunikasi verbal dalam memberikan

dampak bagi pengguna.

96

Wawancara Pribadi dengan Saudara Zul, Mahasiswa, Kolam Berenang, 17 September

2019

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa yang telah peneliti ulas pada bab

sebelumnya, serta dengan berdasarkan hasil observasi dan wawancara

maka peneliti menemukan beberapa kesimpulan tentang komunikasi

verbal dan nonverbal yang terjadi di Masjid Tuo Pincuran Gadang, adapun

hasil yang peneliti temukan tentang Komunikasi Verbal dan Komunikasi

Nonverbal diantaranya :

1. Komunikasi Verbal jenis nonvocal (tulisan) adalah komunikasi

menggunakan poster peringatan, dimana penyampaian informasi

melalui poster bertulisakan “MOHON MAAF ALAS KAKI HARAP

DILEPAS”, sedangkan Komunikasi Nonverbal berjenis artefaktual,

dimana adanya bak kecil yang berisi air yang berada sesudah pintu

masuk.

2. Komunikasi verbal jenis tulisan dikatakan tidak efektif disebabkan

oleh beberapa hal seperti kebersihan tempat, pesan tidak memberikan

dampak kepada pengguna, kesadaran komunikan terhadap pesan jenis

tulisan, mengikuti perilaku pengguna sebelumnya yang salah, serta

tidak adanya keberadaan penjaga masjid, sedangkan Komunikasi

Nonverbal jenis artefak dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti

adanya hukuman (Punisment) terhadap pengguna, kebersihan tempat,

kesadaran komunikan akan kebersihan, serta keberadaan penjaga

Masjid.

3. Pesan Komunikasi Nonverbal jenis artefak lebih efektif dalam

menyampaikan pesan karena adanya hukuman (punishment) langsung

kepada pengguna tempat berwudhu laki-laki di Masjid Tuo Pincuran

Gadang, sedangkan Komunikasi verbal jenis tulisan tidak berjalan

efektif karena tulisan hanya sebagai formalitas serta tidak memberikan

dampak langsung kepada pengguna yang membawa alas kaki masuk

kedalam tempat berwudhu laki-laki di Masjid Tuo Pincuran Gadang.

B. Saran

Peneliti telah melakukan penelitian di Masjid Tuo Pincuran

Gadang dengan membahas efektivitas antara komunikasi verbal jenis

nonvocal (tulisan) dan komunikasi nonverbal jenis artefak sebagai mana

telah dijelaskan pada bab sebelumnya, adapun beberapa saran yang

peneliti tuliskan dibawah ini, semata-mata untuk kebaikan di masa yang

akan datang, diantaranya kepada :

1. Penjaga Masjid

a. Adanya perhatikan khusus terhadap kebersihan tempat berwudhu

laki-laki dan pengecekan secara berkala, untuk mencegah

terjadinya kesalahpahaman pengguna saat menggunakan tempat

tersebut.

b. Adanya perhatian khusus terhadap keberadaan air pada bak yang

berada sebelum pintu masuk, ini merupakan salah satu langkah

efektif dalam pencegahan pengguna yang melanggar aturan

larangan yang telah dituliskan.

c. Adanya tindakan tegas apabila ditemukan pengguna yang sengaja

membawa sendal/sepatu masuk kedalam tempat berwudhu laki-laki

untuk memberikan efek jera.

d. Keberadaan penjaga Masjid (garin masjid) pada hari-hari yang

ramai pengunjung akan menimbulkan rasa takut bagi pengguna

yang ingin melanggar aturan larangan membawa sendal/sepatu

masuk kedalam tempat berwudhu bagi laki-laki.

2. Pengguna

a. Perlu adanya kesadaran diri pada kebersihan lingkungan dimana

saja berada termasuk tempat berwudhu laki-laki yang berada di

Masjid Tuo Pincuran Gadang.

b. Perlu adanya pemahaman tentang pesan yang disampaikan melalui

tulisan yang harus dipatuhi, karena ini untuk kebaikan bersama.

c. Pengguna juga bisa saling mengingatkan apabila ada pengguna

lain yang sengaja membawa sendal/sepatu masuk kedalam agar

saling menjaga kebersihan tempat berwudhu laki-laki di Masjid

Tuo Pincuran Gadang.

d. Perlu adanya toleransi kepada penjaga masjid yang akan selalu

membersihkan tempat berwudhu karena kesalahan kita apabila

tetap membawa sendal/sepatu masuk kedalam tempat berwudhu

laki-laki.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Agustinova, Danu Eko. 2015. Memahami Metode Penelitian Kualitatif Teori dan

Praktek. Yogyakarta : Candi Gebang.

Ahmadi, Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : AR-RUZZ

MEDIA

Budyatna, Muhammad dan Ganiem, Leila Mona. 2011. Teori Komunikasi Antar

Pribadi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi

Ketiga PusatBahasa.

Efendy, Onong Uchjana. 2016. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung :

PT REMAJA ROSDAKARYA

Harapan, Edi & Ahmad, Syarwani. 2014. Komunikasi Antarpribadi, Prilaku

Insani dalam Organisasi Pendidika. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Hefni, Harjani. 2015. Komunikasi Islam. Jakarta : PRENADAMEDIA

Illahi, Wahyu. 2013. Komunikasi Dakwah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Kurniati, Desak Putu Yuli. 2016. Modul Komunikasi Verbal dan Nonverbal.

Bandung : Universitas Udayana.

Kurniati, Nia Kania. 2014. Komunikasi Antar Pribadi Konsep dan Teori Dasar.

Yogyakarta: Graha Ilmu

L.Solso, Robert, dkk. 2007. Psikologi Kognitif.Jakarta : Erlangga.

Masyithoh. 2016. Penelitian Eksperimen. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Mulyana, Deddy. 2016. Ilmu Komunikasi Suatu pengantar. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Muslimin, Khoirul dkk. 2013. Mengatasi Cemas dalam Berkomuniasi di Depan

Publik. Yogyakarta: Lingkar Media

Nasution, Eka Safitri. 2009. Skripsi : Komunikasi Verbal dan Nonverbal Fatis dan

Komunikasi Efektif (Studi Korelasi Tentang Penggunaan Komunikasi

Verbal dan Nonverbal yang bersifat Fatis dalam Penciptaan Komunikasi

Efektif antara Dosen dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU).

Nugraha, Nuning. 2014. Jurnal Ilmu Komunikasi. Efektifitas Komunikasi Verbal

dan Nonverbal Oleh Polisi Resor Kota Samarinda dalam

Mensosialisasikan Program Safety Riding Kepada Pengendara Roda Dua

di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Negeri Samarinda. Samarinda :

FISIP. Vol. 2. No.3

Nurmala, Rina & Maulana, Syarif. 2016. Jurnal Komunikasi Verbal dan

Nonverbal dalam Proses Kegiatan Belajar Mengajar Studi Kasus Pada

Kegiatan Belajar Mengajar di Rumah Bintang Gang Nangkasuari.

Bandung : Wastukencana. Vol. 3. No.1

Nurudin. 2017. Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta : PT RAJA

GRAFINDO PERSADA

Pujilaksono, Sugeng. 2016. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang :

Kelompok Intrans Publishing

Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sartina, Dewi. 2017. Skripsi :Efektivitas Komunikasi Nonverbal Terhadap

Kepatuhan Anak Kepada Orang Tua Studi di Desa Suenuelop Manggeng

Abya.

Suhaila. 2012. Skripsi: Komunikasi Nonverbal Dalam Pementasan Teater

Rongsokan Studi Terhadap Ekspresi Wajah dan Tata Rias Wajah.

Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu

Syahputra, Iswandi. 2007. Komunikasi Profetik Konsep dan Pendekatan.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta : Rineka Cipta

Wawancara Pribadi dengan Pengurus Masjid. Senin 09 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Sudra. Mahasiswa. Senin 09 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Pengurus Masjid. Selasa 10 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Rizki. Mahasiswa. Selasa 10 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Beni. Mahasiswa. Selasa 10 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Nanda. Pegawai Swasta. Selasa10 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Rahmat. Petani. Rabu 11 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Bobi. Mahasiswa. Rabu 11 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Zaki. Pelajar. Rabu 11 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Piter. Mahasiswa. Rabu 11 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Lidra. Mahasiswa. Rabu 11 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Aldi. Mahasiswa. Kamis 12 September 2019

Wawancara Pribadi dengan M. Irvan. Pelajar. Minggu 15 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Randi. Pegawai Swasta. Selasa 17 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Rasyid. Mahasiswa. Selasa 17 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Gusti. Mahasiswa. Selasa 17 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Zul. Mahasiswa. Selasa 17 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Rayhan. Pegawai Swasta. Selasa 17 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Iqbal. Pelajar. Rabu 18 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Lutfhi. Pelajar. Rabu 18 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Ahmad. Mahasiswa. Rabu 18 September 2019

Wawancara Pribadi dengan Bapak Zul. Petani. Rabu 18 September