EFEKTIVITAS SISTEM INSTITUTIONAL REPOSITORY ...

166
EFEKTIVITAS SISTEM INSTITUTIONAL REPOSITORY EPRINTS DALAM MENGEMBANGKAN LAYANAN INFORMASI PERPUSTAKAAN (Studi di Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang NUGROHO DWI SETYANTO NIM. 135030707111001 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN MALANG 2018

Transcript of EFEKTIVITAS SISTEM INSTITUTIONAL REPOSITORY ...

EFEKTIVITAS SISTEM INSTITUTIONAL

REPOSITORY EPRINTS DALAM

MENGEMBANGKAN LAYANAN INFORMASI

PERPUSTAKAAN (Studi di Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

NUGROHO DWI SETYANTO

NIM. 135030707111001

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

MALANG

2018

ii

MOTTO

“Tidak ada kegagalan yang sia-sia, kecuali kegagalan yang tidak diiringi dengan

usaha, perbaikan, peningkatan, dan doa.”

(Nugroho Dwi Setyanto)

“Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh

jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui,

sedang kamu tidak mengetahui.”

(QS. Al-Baqarah : 216)

iii

Karya ini kupersembahkan untuk

Ayah dan Ibu tercinta

Kakak dan Semua Keluarga tersayang

serta Semua sahabat-sahabatku

iv

v

vi

vii

RINGKASAN

Nugroho Dwi Setyanto, 2018, Efektivitas Sistem Institutional Repository

EPrints dalam Mengembangkan Layanan Informasi Perpustakaan (Studi di

Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang), Dr. Alfi Haris Wanto,

M.AP, MMG., Drs. Hartono, SS., M.HUM, 146 hal + xvi

Perkembangan teknologi informasi yang pesat akan berdampak terhadap

segala bidang layanan, termasuk perpustakaan. Perpustakaan perguruan tinggi

dituntut untuk membangun institutional repository demi mendukung pelaksanaan

Tri Dharma Perguruan Tinggi. Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim

menggunakan sistem informasi EPrints yang diharapkan dapat membangun serta

mengembangkan manajemen perpustakaan, khususnya layanan informasi

institutional repository. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan

menganalisa efektivitas sistem institutional repository EPrints dalam

mengembangkan layanan informasi serta mendeskripsikan dan menganalisa faktor

pendukung dan penghambat efektivitas sistem institutional repository EPrints di

Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim.

Pendekatan pada penelitian ini menggunakan kualitatif. Teknik pengumpulan

data yang digunakan yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan

pada penelitian ini adalah pustakawan, programer dan pemustaka dengan teknik

random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah Model Interaktif

oleh Miles, Huberman, dan Saldana (2014) dengan melakukan pengumpulan data,

kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Hasil penelitian dari penggunaan teori DeLone dan McLean (2003) yang

peneliti gunakan untuk menganalisis data dapat diketahui bahwa sistem

institutional repository EPrints di Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim

secara garis besar sudah efektif karena EPrints memberikan kemudahan bagi

pustakawan pengolahan serta pemustaka memahami informasi yang telah

disajikan. Akan tetapi beberapa hal perlu adanya pengembangan lebih lanjut

seperti penambahan bandwidth, koleksi yang kurang up to date, dan pencarian

fitur simple keyword search box yang melihat dari segala aspek. Hal ini

berdampak pada kebutuhan pengguna, sehingga perlu dikembangkan kembali

pengelolaannya agar sistem memberikan layanan yang baik. Adapun faktor

penghambat yang peneliti temukan di lapangan yakni tidak ada metode did you

mean..? (pembenaran kata) pada kata kunci. Saran yang diberikan sebaiknya

katalog modern perlu menggunakan metode tersebut supaya jika terjadi kesalahan

penulisan pada pemustaka tidak membuang banyak waktu karena sudah

disarankan ejaan yang benar oleh sistem. Adanya saran tersebut diharapkan dapat

memberikan kontribusi dalam pengembangan sistem institutional repository

EPrints menjadi lebih baik.

Kata kunci: Perpustakaan Digital, Layanan Informasi, Institutional Repository,

EPrints

viii

SUMMARY

Nugroho Dwi Setyanto, 2018, The Effectiveness of Institutional Repository

EPrints System in Developing Library Information Services (Case at Malang

State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim’s Library), Dr. Alfi Haris

Wanto, M.AP, MMG., Drs. Hartono, SS., M.HUM, 146 hal + xvi

The rapid development of information technology will affect to all areas of

service, including library. The college libraries is asked to build institutional

repository in order to support The Three Pillars of Higher Education. The UIN

Maulana Malik Ibrahim’s library uses EPrints information system which are

expected to build and expand libraries management, especially institutional

repository information service. This research aims to describe and analyze the

effectivity of institutional repository EPrints system in order to develop

information service along with describing and analyzing supporting and obstacle

factor from effectivity of institutional repository Eprint system in the UIN

Maulana Malik Ibrahim’s library.

This research is using qualitative approach. The data collection methods

that used are observation, interview and documentation. The informant in this

research are a programmer, librarian and readers which selected with random

sampling method. The data analysis that used is interactive model by Miles,

Huberman, and Saldana (2014) by doing data collecting, data condensing, data

presenting and conclusion.

The result of this research from using DeLone and McLean Theory (2003)

that researcher using for data analysis can be seen that the institutional repository

EPrint system in the UIN Maulana Malik Ibrahim’s library has been effective

because EPrints gives convenience for librarian and readers to understanding the

information which exists. Howeverthere are some things that need to be develop

such as additional bandwidth, less update collection and simple keyword search

box search feature that comprehensive. These things has an impact on users need,

so it needs to be developed so that the system can provide a better services. As for

the obstacle factors that researchers found in the field is that there is no “Did you

mean ....? (spelling check) method in keyword. The suggestion given is using this

method in the modern catalogue so that if there is misspelling, the readers not

wasting much time because there are suggestion word that given by system. The

suggestion is expected to be contribute in the development of the institutional

repository EPrints system for the better in the future.

Keywords: Digital Library, Information Service, Institutional Repository, EPrints

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Efektivitas Sistem Institutional Repository EPrints

dalam Mengembangkan Layanan Informasi Perpustakaan (Studi di

Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim)”. Skripsi ini merupakan tugas

akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana

Ilmu Perpustakan pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Malang.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS, selaku Dekan Fakultas

Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

2. Bapak Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA., Ph.D selaku Ketua Jurusan

Ilmu Administrasi Publik Universitas Brawijaya

3. Ibu Dr. Ratih Nur Pratiwi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Perpustakan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Malang.

4. Ibu Niken Lastiti V.A, S.AP, M.AP, selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Malang.

5. Bapak Alfi Haris Wanto, M.AP, MMG, selaku Ketua Dosen

Pembimbing yang telah memberikan dukungan dan pengarahan

selama proses bimbingan hingga terselesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Drs. Hartono, SS., M.HUM, selaku Anggota Dosen Pembimbing yang

telah memberikan dukungan dan pengarahan selama proses bimbingan

hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

x

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya yang telah

memberikan ilmu dan pengalamannya selama ini.

8. Bapak Faizuddin Harliansyah, M.IM, selaku Kepala Perpustakaan

UIN Maulana Malik Ibrahim.

9. Bapak Mufid, M.Hum, Selaku Sekretaris Perpustakaan UIN Maulana

Malik Ibrahim.

10. Orang Tua Tercinta yang menjadi motivasi terbesar Ayah dan Ibu

serta Kakak saya, dan seluruh saudara dan keluarga besar yang telah

memberikan dukungan, semangat, dan doa sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

11. Sahabat-sahabat tersayang dan seperjuangan (Vivi, Fera dan Zaenal

serta semua teman-teman Program Studi Ilmu Peprustakaan FIA UB

angakatan 2013) yang telah memberikan dukungan, doa, dan

informasi yang berguna sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran, dan kritik yang sifatnya

membangun sangat peneliti harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan

dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 21 Februari 2018

Nugroho Dwi Setyanto

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

MOTTO ................................................................................................................ ii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iii

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................. iv

TANDA PENGESAHAN ....................................................................................... v

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................................... vi

RINGKASAN ...................................................................................................... vii

SUMMARY ........................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 9

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 10

D. Kontribusi Penelitian ...................................................................... 10

E. Sistematika Penulisan ..................................................................... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 13

B. Pelayanan Publik ............................................................................ 16

C. Perpustakaan dan Institutional Repository (IR)

1. Konsep Perpustakaan ................................................................. 20

2. Perpustakaan Digital .................................................................. 29

3. Institutional Repository (IR)...................................................... 31

E. Sistem Institutional Repository EPrints

1. Konsep Sistem Institutional Repository EPrints ....................... 38

2. Jenis Software Institutional Repository ..................................... 39

3. Content EPrints .......................................................................... 41

D. Efektivitas Sistem Institutional Repository

1. Konsep Efektivitas ..................................................................... 42

2. Ukuran Efektivitas Sistem Institutional Repository (IR) ........... 43

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................... 46

B. Fokus Penelitian ............................................................................. 47

C. Lokasi dan Situs Penelitian ............................................................ 49

D. Sumber Data dan Jenis Data .......................................................... 50

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 52

F. Instrumen Penelitian....................................................................... 53

xii

G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 54

H. Keabsahan Data .............................................................................. 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Singkat Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim ........................................................... 58

2. Visi dan Misi Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim Malang .............................................. 61

3. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia ..................... 62

4. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Universitas Islam Negeri

(UIN) Maulana Malik Ibrahim ................................................ 63

5. Koleksi Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

Malik Ibrahim ......................................................................... 64

6. Sarana dan Prasarana Perpustakaan Universitas Islam Negeri

(UIN) Maulana Malik Ibrahim ................................................ 65

7. Layanan pada Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim ........................................................... 68

8. Tata Tertib dan Prosedur Layanan .......................................... 72

9. Gambaran Umum Sistem Repository EPrints ......................... 76

10. Cara Mengakses dan Menelusur Institutional Repository UIN

Maulana Malik Ibrahim ........................................................... 80

B. Penyajian Data

1. Efektivitas Sistem EPrints di Perpustakaan Pusat UIN Maulana

Malik Ibrahim

a. Kualitas Sistem Institutional Repository EPrints ............... 84

b. Kualitas Informasi Sistem Institutional Repository EPrints

............................................................................................ 91

c. Kualitas Layanan Sistem Insitutional Repository EPrints .. 96

d. Penggunaan Sistem Institutional Repository EPrints ....... 100

e. Kepuasan Sistem Pengguna Institutional Repository EPrints

.......................................................................................... 101

f. Keuntungan ...................................................................... 103

2. Faktor pendukung dan penghambat Efektivitas Sistem

Institutional Repository EPrints dalam mengembangkan

layanan informasi di Perpustakaan UIN Maulana Malik

Ibrahim .................................................................................. 104

C. Analisis Data

1. Efektvitas Sistem EPrints di Perpustakaan UIN Maulana Malik

Ibrahim

a. Kualitas Sistem Institutional Repository EPrints ............. 109

b. Kualitas Informasi Sistem Institutional Repository EPrints

.......................................................................................... 114

c. Kualitas Layanan Sistem Insitutional Repository EPrints 119

d. Penggunaan Sistem Institutional Repository EPrints ....... 123

xiii

e. Kepuasan Sistem Pengguna Institutional Repository EPrints

.......................................................................................... 124

f. Keuntungan ....................................................................... 125

2. Faktor pendukung dan penghambat Efektivitas Sistem

Institutional Repository EPrints dalam mengembangkan

layanan informasi di Perpustakaan UIN Maulana Malik

Ibrahim ................................................................................. 127

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 131

B. Saran ............................................................................................ 134

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 136

LAMPIRAN ........................................................................................................ 140

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Peringkat Webometrik di Perpustakaan Perguruan Tinggi Jawa Timur ... 7

Tabel 2. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 14

Tabel 3. Daftar Pegawai Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim ................... 62

Tabel 4. Jumlah Koleksi Perpustakaan Desember 2016 ........................................ 65

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Komponen Analisi Model (Interactive Model) .................................... 56

Gambar 2. Struktur organisasi Perpustakaan Pusat UIN ....................................... 62

Gambar 3. Logo EPrints ......................................................................................... 77

Gambar 4. Search engine EPrints .......................................................................... 78

Gambar 5. Pencarian berdasarkan kategori ............................................................ 79

Gambar 6. Advanced search .................................................................................. 80

Gambar 7. Tampilan website etheses ..................................................................... 81

Gambar 8. Tampilan website research repository .................................................. 81

Gambar 9. Advanced search research repository ................................................... 82

Gambar 10. Hasil pencarian EPrints ...................................................................... 83

Gambar 11. Tampilan detail informasi .................................................................. 84

Gambar 12. Data statistik ....................................................................................... 89

Gambar 13. Tampilan menu sistem EPrints untuk pengolahan ............................. 90

Gambar 14. Kebijakan penyerahan tugas akhir ..................................................... 93

Gambar 15. Fitur untuk pemustaka ........................................................................ 94

Gambar 16. Kontak informasi ............................................................................... 98

Gambar 17. Elemen dublin core EPrints .............................................................. 107

Gambar 18. Kesalahan penulisan kata kunci ...................................................... 108

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim ................ 140

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 141

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ...................................................................... 143

Lampiran 4. Surat-surat Penelitian ....................................................................... 146

Lampiran 5. SOP Institutional Repository UIN Maulana Malik Ibrahim ............ 147

Lampiran 6. Surat Keputusan Rektor .................................................................. 148

Lampiran 7. Curicullum Vitae ............................................................................ 150

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era digital informasi saat ini perpustakaan menyesuaikan diri dengan

perkembangan teknologi dalam strategi pengembangannya. Demikian juga

dengan perpustakaan perguruan tinggi yang dituntut menyediakan akses dalam

cakupan yang luas terhadap sumber-sumber informasi digital untuk

mendukung pelaksanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat. Adanya perkembangan teknologi informasi di era digitalisasi saat

ini, perpustakaan perguruan tinggi mulai mengembangkan perpustakaan digital

atau digital library.

Lang dalam Qalyubi, et al (2003: 443) mengemukakan perpustakaan

digital merupakan suatu istilah yang menggambarkan penggunaan teknologi

digital untuk memperoleh, menyimpan, melestarikan, dan menyediakan akses

terhadap informasi dan koleksi yang diterbitkan dalam bentuk digital.

Fenomena perpustakaan digital timbul akibat adanya transformasi dari koleksi

tercetak ke non-cetak agar mempercepat mengakses dan memudahkan

penelusuran sumber informasi, serta tidak perlu datang ke perpustakaan

(Maesaroh, 2015: 4). Koleksi digital menurut Dictionary for Library and

Information Science dalam Sari (2008: 10) didefinisikan sebagai koleksi

2

perpustakaan atau arsip yang dikonversikan kedalam format yang dapat

terbacakan oleh mesin untuk tujuan menyimpan, melestarikan dan

menyediakan akses elektronik. Hal ini yang termasuk koleksi digital adalah e-

book, e-journal, serta koleksi-koleksi perpustakaan lainnya yang sudah

digitalisasi informasi (alih media).

Perpustakan memiliki kontribusi penting dalam kemajuan institusi

karena telah terbuka dengan informasi baru terutama tentang ilmu

pengetahuan. Menurut Undang-Undang No.43 Tahun 2007 tentang

perpustakaan Bab I pasal 1, bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola

koleksi karya tulis, karya cetak, dan karya rekam secara profesional dengan

sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,

pelestarian informasi, dan rekreasi pemustaka. Selanjutnya pada Bab V pasal 3

disebutkan bahwa setaip perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan

sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Perpustakaan

disebut sebagai tempat tersedianya segala informasi, hasil budaya bangsa

didokumentasikan dalam perpustakaan sehingga perpustakaan harus mampu

mengelola dan menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Sebagai sarana penyedia informasi dan pelestarian kebudayaan perpustakaan

tidak dapat dipisahkan dari perkembangan koleksi (Sulistyo-Basuki, 2010: 1).

Pada awalnya koleksi perpustakaan hanya berbasis materi tercetak, kemudian

untuk memudahkan pengolahan, temu balik, dan kemudahan bagi pemakai

maka perpustakaan mulai menggunakan teknologi informasi. Perpustakaan

yang banyak menerapkan teknologi informasi dan telah berkembang pesat di

3

era digitalisasi serta memiliki koleksi digital adalah perpustakaan perguruan

tinggi.

Menurut Sulistyo-Basuki (2010: 2.17) yang dimaksud dengan

perpustakaan perguruan tinggi ialah:

“Perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya,

maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan

tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya. Tujuan

perguruan tinggi di Indonesia dikenal dengan nama Tri Dharma

perguruan tinggi (pendidikan, penelitian serta pengabdian

masyarakat)”.

Pemanfaatan teknologi informasi di perpustakaan perguruan tinggi juga telah

dipertegas dalam Undang-undang No. 43 Tahun 2007 pasal 24 Ayat 3 tentang

perpustakaan, yang menyatakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi

mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan

komunikasi. Pemanfaatan di perpustakaan perguruan tinggi pada akhirnya

menuntut perubahan paradigma, dimana paradigma tersebut menuntut

perpustakaan perguruan tinggi harus beradaptasi dan berkembang agar tidak

ditinggalkan pengguna (Pendit, et al, 2007: 44). Pustakawan harus menguasai

teknologi informasi jika ingin meningkatkan layanan perpustakaan yakni

dengan cara mengotomasikan semua jenis koleksi dari yang dalam bentuk

konvensional diubah ke dalam bentuk digital.

Munculnya teknologi informasi ini perpustakaan sendiri mengharapkan

dapat memberikan peranan yang besar dalam layanan secara efektif kepada

pemustaka. Hal tersebut mempunyai peran yang sangat penting agar

perpustakaan mampu mempertahankan eksistensinya. Layanan jasa

4

perpustakaan merupakan salah satu bagian dari strategi pelaksanaan sebuah

perpustakaan, disebabkan hal tersebut merupakan ujung tombak dari jasa

perpustakaan yang berhubungan langsung antara petugas dengan pengguna.

Menurut Gronroos dalam Ratminto dan Atik (2005: 2) mendefinisikan

pelayanan sebagai suatu aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi

sebagai sebab akibat adanya interaksi antara konsumen dan karyawan. Seluruh

kegiatan bagian layanan menggambarkan citra perpustakaan yang dapat

dijadikan tolok ukur dalam menentukan berhasil atau tidaknya sebuah

perpustakaan. Menurut Napitupulu (2007: 164) pengertian pelayanan adalah

serangkaian proses pemenuh kebutuhan orang lain secara memuaskan berupa

produk jasa dengan sejumlah ciri seperti tidak berwujud, cepat hilang lebih

dapat dirasakan daripada dimiliki, dan pelanggan lebih dapat berpartisipasi

aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Oleh karena itu, kegiatan

layanan yang dilakukan pustakawan tidak lepas dari kegiatan pelayanan publik.

Pustakawan juga harus melakukan aktivitas profesional sehingga dapat

menciptakan pelayanan secara prima. Salah satu upaya dalam mewujudkan

suatu pelayanan prima adalah memberikan kepuasan bagi pengguna atas

kontribusi yang diberikan oleh pustakawan. Kemudian salah satu upaya dalam

pemenuhan informasi pengguna universitas, perpustakaan memiliki koleksi

digital yang keberadaannya sangat penting adalah hasil karya ilmiah sivitas

akademika yang sering disebut local content. Sutedjo (2015: 1)

mengungkapkan bahwa local content yang ada di perguruan tinggi, sebagai

berikut:

5

“Informasi karya ilmiah yang dihasilkan sebuah institusi dikenal

dengan sebutan informasi muatan lokal (local content), sifatnya unik

dan hanya dihasilkan dan dimiliki oleh institusi penghasil informasi

tersebut, seperti tugas akhir, tesis, disertasi, artikel ilmiah, laporan

penelitian, pidato pengukuhan, pidato ilmiah, prosiding seminar dan

lainnya.”

Sulistyo-Basuki, dalam Yanto (2013: 6) menyatakan bahwa Local content

dilingkup perguruan tinggi jika diserahkan dalam bentuk digital ke

perpustakaan maka perpustakaan dianggap memiliki simpanan kelembagaan

(institutional repository). Istilah institutional repository muncul seiring dengan

adanya perkembangan perpustakaan digital yang sangat erat kaitannya dengan

perkembangan teknologi informasi. Menurut Pendit (2008: 137) istilah

institutional repository merujuk kesebuah kegiatan menghimpun dan

melestarikan koleksi digital yang merupakan hasil karya intelektual dari sebuah

komunitas tertentu. Keberadaan perpustakaan perguruan tinggi sebagai unit

pengolah informasi mempunyai peran penting dalam menunjang pengelolaan

institutional repository serta secara intensif dapat berperan dalam

mempublikasikan hasil penelitian sivitas akademika, tujuannya untuk berbagi

pengetahuan (knowledge sharing) dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Mengelola konten di institutional repository tidak akan jauh dari

perangkat lunak atau software yang digunakan. Software yang digunakan

dalam mengembangkan institutional repository dapat dilakukan dengan

berbagai macam cara seperti membuat software sendiri yang sesuai dengan

kebutuhan instansi atau dapat juga dengan menggunakan berbagai software

yang sudah ada baik yang bersifat gratis ataupun yang komersial (berbayar).

Pemilihan software yang digunakan terletak pada kebijakan Perguruan Tinggi

6

itu sendiri. Kebijakan yang digunakan Perpustakaan UIN Maulana Malik

Ibrahim dalam mengembangkan institutional repository menggunakan

software open source yaitu EPrints. Sistem EPrints saat ini sudah banyak

digunakan baik dari perguruan tinggi negeri sampai perguruan tinggi swasta

dalam pengelolaan institutional repository. Perguruan Tinggi di Indonesia yang

telah menerapkan institutional repository lebih dari 50% menggunakan sistem

EPrints karena selain gratis, dalam ruang lingkup Asia Tenggara pengguna

EPrints lebih banyak sehingga mudah untuk bertukar pikiran (Purwoko, 2015).

Awalnya Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim membangun institutional

repository menggunakan aplikasi sendiri akan tetapi seiring berjalannya waktu

berpindah haluan menggunakan EPrints dikarenakan EPrints merupakan

aplikasi perpustakaan digital yang sederhana dan dapat dengan mudah dikelola

serta software yang dikhususkan untuk pengembangan institutional repository.

Selain itu, EPrints sudah terintegrasi dengan metadata dan mampu melakukan

penelusuran advanced search serta fitur lainnya. aplikasi ini dapat dimodifikasi

dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Penggunaan EPrints ini dapat

dipercaya untuk meningkatkan peringkat universitas dunia (webometrics).

Berikut ini adalah beberapa perpustakaan perguruan tinggi di Jawa Timur yang

menerapkan sistem EPrints dan sudah masuk ke dalam ranking web of

repositories :

7

Tabel 1. Peringkat Webometrik di Perpustakaan Perguruan Tinggi Jawa Timur

No. Perpustakaan Perguruan Tinggi

1 UIN Sunan Ampel

2 Universitas Muhammadiyah Malang

3 Universitas Kristen Petra

4 Universitas Surabaya (UBAYA)

5 Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

6 Universitas Airlangga

7 IAIN Tulungagung

8 Institut Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya

9 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

10 Universitas Muhammadiyah Ponorogo

11 UIN Maulana Malik Ibrahim

12 Universitas Pesantren Tinggi Da’rul Ulum

13 STIE Kesuma Negara Blitar

Sumber: Webometrics, 2017

Institutional repository harus menganut konsep open access, agar

informasi yang ada didalamnya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,

baik oleh sivitas akademika atau diluar sifitas akademika. Salah satu definisi

yang mewajibkan institutional repository harus menganut konsep open access

dan telah banyak dikutip adalah yang dikemukakan oleh Lynch dalam

Harliansyah (2016).

“… institutional repository is a set of services that a university offers to the

members of its community for the management and dissemination of digital

materials created by the institution and its community members.”

8

Definisi tersebut menekankan bahwa institutional repository itu merupakan

serangkaian layanan (a set of services) yang dikembangkan oleh suatu

universitas berupa pengelolaan dan penyebarluasan berbagai hasil kegiatan

ilmiah sivitas akademik dalam bentuk digital material. Upaya mengembangkan

layanan sebagaimana dikemukakan dalam definisi di atas, universitas perlu

membangun fasilitas yang memadai serta mendayagunakan teknologi

informasi dengan spesifikasi tertentu. Definisi yang dikemukakan Ware dalam

Harliansyah (2016) menjelaskan bahwa institutional repository harus memiliki

sifat kumulatif, mengumpulkan, menyimpan, dan menyebarluaskan material

digital agar dapat dioperasikan dalam jangka waktu yang panjang. Dua definisi

di atas dapat saling melengkapi, bahwa institutional repository tidak lain

adalah sebuah upaya perguruan tinggi untuk membuat inovasi dalam

membangun sarana atau infrastruktur komunikasi ilmiah yang dapat dipercaya

dengan mendayagunakan teknologi informasi dan diharapkan mampu

memberikan peran serta dalam membangun layanan informasi secara efektif.

Pengukuran suatu sistem yang sering dilakukan instansi yang

menunjukkan bahwa sistem tersebut bisa dikatakan efektif atau tidak yaitu

dengan cara melihat data pengunjung. Menurut Westell (2003: 216-217)

Kombinasi aktivitas input, penggunaan, dan analisis kutipan akan memberikan

gambaran lengkap dari efektivitas suatu repository. Data ini dapat digunakan

untuk menunjukkan bukti penggunaan dan memberikan tolok ukur penggunaan

dan pertumbuhan dari waktu ke waktu.

9

Program aplikasi EPrints yang telah dikembangkan oleh Perpustakaan

UIN Maulana Malik Ibrahim disamping memiliki beberapa kelebihan juga

terdapat kelemahan antara lain tidak tersedia auto correct pada sistem

pencarian di simple keyword search box jika terjadi kesalahan pada penulisan,

serta pemanggilan datanya tidak hanya berdasarkan judul saja tetapi melihat

perkata dari semua isi local content sehingga output dari pencariannya kurang

relevan. Kondisi tersebut ditengarai adanya kualitas sistem dan informasi pada

sistem institutional repository tersebut.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk membahas lebih

dalam mengenai sistem EPrints di Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik

Ibrahim sejauh mana sistem EPrints ini efektif bagi pengguna dan pustakawan

dalam menjalankan tugasnya serta mengetahui kendala yang dihadapi dalam

penerapan sistem EPrints. Oleh sebab itu penulis ingin melakukan penelitian

dengan judul “Efektivitas Sistem Institutional Repository EPrints dalam

Mengembangkan Layanan Informasi Perpustakaan Studi di

Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim Malang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan analisis latar belakang masalah yang telah diuraikkan di

atas maka dapat dirumuskan bahwa masalah dalam penelitian ini:

1. Bagaimana efektivitas sistem Institutional Repository EPrints di

Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ?

10

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat efektivitas dalam penerapan

sistem EPrints ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penellitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis efektivitas sistem

Institutional Repository EPrints di Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang.

2. Mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor pendukung

dan penghambat efektivitas yang dihadapi dalam penerapan sistem

Institutional Repository EPrints.

D. Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara

teoritis maupun praktis. Adapun kontribusi yang ingin dicapai sebagai berikut:

1. Kontribusi Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

upaya mengembangkan pelayanan perpustakaan dengan menerapkan sistem

institutional repository EPrints. Hasil penelitian ini selanjutnya dapat

digunakan sebagai tambahan rujukan untuk bahan penelitian lebih lanjut.

11

Selain itu juga dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang

berkepentingan dalam masalah pembahasan ini.

2. Kontribusi Praktis

a. Memberikan informasi kepada bidang pengembangan sistem EPrints

agar kedepannya bisa lebih baik.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi dalam mengambil keputusan

terkait efektivitas sistem institutional repository yang akan diterapkan

dan dioptimalkan kedepannya

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penulisan, maka peneliti menggunakan

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian serta

sistematika penulisan skripsi.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Memuat kajian teori yang berkaitan dengan Efektivitas Sistem

Institutional Repository EPrints dalam mengembangkan layanan

12

informasi di Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim sebagai

bahan analisa dan memperkuat hasil penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini merupakan metode penelitian yang digunakan dalam

penyusunan skripsi diantaranya jenis penelitian, fokus penelitian,

lokasi dan situs penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,

instrument penelitian, teknik analisis data dan keabsahan data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan gambaran umum mengenai lokasi penelitian,

penyajian data yang diperoleh mengenai Efektivitas Sistem

Institutional Repository EPrints di Perpustakaan Pusat UIN

Maulana Malik Ibrahim, serta analisis dan interpretasi dari

permasalahan yang dibahas dengan dikaitkan pada teori.

BAB V : PENUTUP

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari proses hasil

penelitian yang dilaksanakan dan beberapa saran yang dapat

diajukan bagi pihak perpustakaan terkait agar mampu

meningkatkan efektivitas sistem institutional repository EPrints

dalam mengembangkan layanan informasi

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Dasar atau acuan yang berupa teori-teori maupun temuan-temuan melalui

hasil penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat

dijadikan sebagai data pendukung serta pertimbangan peneliti. Penelitian

terdahulu yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian yang relevan dengan

permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus

penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan masalah sistem

otomasi perpustakaan institutional repository. Penelitian-penelitian tersebut

sebagaimana dalam tabel 2 penelitian terdahulu berikut ini:

14

Tabel 2. Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Metode

Penelitian Variabel Asumsi GAP Lokasi/Tahun

Ummi

Rodliyah

Penggunaan

Aplikasi EPrints

untuk

Pengembangan

Institutional

Repository dan

Pengaruhnya

terhadap

Peringkat

Webometrics

Perguruan Tinggi

di Indonesia

Kuantitatif 1. Institutional

Repository

2. Aplikasi EPrints

3. Webometrics

Sistem EPrints terbukti

banyak memberikan

manfaat, baik dari sisi

kemudahan akses maupun

peningkatan peringkat di

webometrics. 50% lebih

institutional repository di

Indonesia masuk kedalam

peringkat 60 teratas

menggunakan EPrints

Penelitian saat ini melihat

efektivitas sistem

institutional repository

EPrints secara

menyeluruh. Sedangkan

peneliti terdahulu

terbatas hanya pada

tingkat kemudahan dan

apa dampaknya

menerapkan EPrints bagi

peningkatan peringkat

webometrics

Seluruh repository

Perguruan Tinggi

di Indonesia dari

peringkat 60

teratas/ 2016

Tri

Septiyantono

Evaluasi Software

Aplikasi

“SIPUSTAKOM

di Perpustakaan

STMIK

AKAKOM

Yogyakarta

dengan

Pendekatan

Kebutuhan

Informasi

Kualitatif 1. Evaluasi

Software

SIPUSTAKOM

2. Otomasi

Perpustakaan

SIPUSTAKOM dirancang

dan dibuat sendiri agar

mampu memenuhi

kebutuhan otomasi

perpustakaan. Namun perlu

penambahan fasilitas yang

lengkap supaya dapat

memudahkan pustakawan

maupun pemustaka dalam

melakukan aktivitas layanan

seluruh perpustakaan

Penelitian saat ini

menggunakan EPrints

yang merupakan sistem

informasi untuk

mempermudah kegiatan

layanan informasi.

Sedangkan penelitian

terdahulu menggunakan

SIPUSTAKOM untuk

memenuhi kebutuhan

otomasi perpustakaan

dalam seluruh layanan

Perpustakaan

STMIK AKAKOM

Yogyakarta/ 2011

15

menggunakan

SIPUSTAKOM.

baik informasi maupun

sirkulasi

Bambang

Suryo Putro

Efektivitas

Penerapan Sistem

Library

Automation

Project (LAP)

pada

Perpustakaan

Pengguna

Kualitatif 1. Penggunaan

Aplikasi Library

Automation

Project (LAP)

Penggunaan LAP di

perpustakaan cukup

memuaskan karena

memberi manfaat kepada

pustakawan untuk

mempermudah dan

mempercepat kinerja secara

efektif dan efisien. Akan

tetapi kurangnya SDM serta

belum tersambung jaringan

internet menjadi hambatan

tersendiri sehingga sulit

mengembangkan

perpustakaan berbasis

internet

Penelitian saat ini

menggunakan sistem

informasi EPrints

berbasis web sehingga

mempermudah kegiatan

layanan informasi secara

efektif. Sedangkan

penelitian terdahulu

menggunakan sistem

Library Automation

Project (LAP) yang

belum tersambung ke

jaringan internet

Perpustakaan

Sekolah Islam

Fitrah Al-Fikri

Depok,

Perpustakaan

Universitas

Satyagama Jakarta

Barat, dan

Perpustakaan

Departemen

Perdagangan RI

Jakarta/ 2010

Sumber: Penulis, 2017

16

B. Pelayanan Publik

1. Definisi Pelayanan Publik

Pelayanan menurut Moenir (2002: 26-27) adalah kegiatan yang

dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan tertentu dimana

tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani atau

dilayani. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan

secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan

dengan kehidupan manusia (Sinambela, dalam Sinambela, 2006: 3).

Sehingga, pelayanan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan

seseorang atau kelompok orang yang memiliki landasan tertentu dengan

menggunakan peralatan untuk menghasilkan produk-produk tidak kasat mata

dalam memecahkan masalah dari orang yang dilayaninya.

Pelayanan diartikan sebagai pelayanan publik jika memberikan layanan

(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan

pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah

ditetapkan (Agung, dalam Sinambela, 2006: 5). Menurut Kepmenpan

No.63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan

pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai

upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Salah satu organisasi/instansi yang

memberikan pelayanan dalam hal ini pelayanan yang lebih mengutamakan

dalam bidang jasa sebagai usaha melayani dan memenuhi kebutuhan

masyarakat yakni perustakaan. Hakekatnya penyelenggara dalam hal ini

17

pemerintah (birokrat) harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, pelayanan publik dapat didefinisikan

segala bentuk pelayanan baik dalam bentuk barang maupun jasa yang pada

prinsipnya menjadi tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh instansi

pemerintah baik pusat maupun daerah dalam rangka pelaksanaan kebijakan

berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

2. Prinsip Pelayanan Publik

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

(No.63/KEP/M.PAN/7/2003) tentang pedoman umum penyelenggaraan

pelayanan publik, prinsip dari pelayanan publik dijabarkan sebagai berikut:

1. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan

mudah dilaksanakan 2. Kejelasan

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;

b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian

keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan

publik;

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

3. Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu

yang telah ditentukan.

4. Akurasi

Produk layanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.

5. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan

kepastian hukum.

6. Tanggung jawab

Pilihan penyelenggaraan pelayanan publik atau pejabat yang

ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan

penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan

publik.

18

7. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan

pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana

teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).

8. Kemudahan akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah di

jangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi

telekomunikasi dan informatika.

9. Kedisiplinan, Kesopanan, dan Keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah,

serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

10. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu

yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta

dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir,

toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu instansi

jika ingin membangun suatu pelayanan yang baik dan efektif harus

memperhatikan segala prinsip yang tertera pada pedoman penyelenggaraan

pelayanan publik. Layanan dapat dikatakan efektif apabila adanya

kesederhanaan dan kejelasan pada prosedur pelayanan, akurasi, ketepatan

waktu, memberikan rasa aman dan nyaman, bertanggung jawab, memiliki

kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses serta disiplin, sopan dan

ramah.

3. Tujuan Pelayanan

Suatu pelayanan merupakan usaha yang dilakukan organisasi/instansi

untuk memberikan kepuasan lebih kepada pengguna. Adapun makna dari

pelayanan publik menurut Hastono (2008: 9) adalah suatu bentuk pelayanan

yang memberikan kepuasan penggunanya, selalu memberikan kesan

menyenangkan yang akan senantiasa diingat. Sedangkan tujuan dari

pelayanan publik adalah memuaskan keinginan masyarakat pada umumnya,

19

dalam mencapai suatu tujuan ini perlu adanya kualitas pelayanan yang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat (Hastono, 2008: 9). Sehingga dapat

disimpulkan dari penjabaran diatas hakikat dari pelayanan publik adalah

memberikan pelayanan prima kepada masyarakat sebagai suatu kewajiban

pemerintah sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.

4. Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan merupakan suatu upaya pemenuh kebutuhan dan

keinginan masyarakat serta ketepatan dalam penyampaiannya untuk

mengimbangi harapan pelanggan. Secara teoretis, tujuan pelayanan publik

pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Menurut Sinambela (2006: 6)

untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang

tercermin dari:

1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah, dan dapat

diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara

memadai serta mudah dimengerti;

2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan

kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang

pada prinsip efisiensi dan efektivitas;

4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta

masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan

memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi

dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status

sosial, dan lain-lain;

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang

mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima

pelayanan publik.

Kualitas pelayanan dapat dikatakan sebagai alat ukur untuk melihat

suatu kondisi yang diberikan oleh suatu organisasi kepada masyarakat.

20

Menurut Ibrahim (2008: 22) kualitas pelayanan adalah suatu kondisi dinamis

yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan

dimana penilaian kualitasnya ditentukan pada saat terjadinya pelayanan.. Jika

masyarakat merasa telah mendapatkan pelayanan yang baik berarti kualitas

pelayanan yang diberikan organisasi sudah memenuhi harapan dan dapat

dikatakan baik. Baik atau buruknya kualitas pelayanan tergantung kepada

kemampuan penyedia jasa yang sesuai harapan pelanggan secara konsisten

dan berkelanjutan.

C. Perpustakaan dan Institutional Repository (IR)

1. Konsep Perpustakaan

Perpustakaan menurut asal katanya berasal dari kata “pustaka” yang

berarti buku. Dalam bahasa inggris library yang berasal dari bahasa latin,

yaitu liber atau libri yang artinya buku. Perpustakaan adalah sebuah ruangan,

bagian sebuah gedung tempat menyimpan buku-buku untuk dibaca,

sedangkan menurut Yusuf dalam Saleh (2011: 5), perpustakaan merupakan

institusi tempat menyimpan segala jenis bentuk buku.. Oleh karena itu, tidak

sepenuhnya salah jika masyarakat mendefinisikan perpustakaan selalu

dikaitkan dengan buku-buku, kumpulan rak buku maupun tempat kumpulan

buku-buku.

Menurut Purwono dalam Qalyubi, et al (2003: 4), perpustakaan adalah

suatu unit kerja yang memiliki sumber daya manusia, “ruang khusus”, dan

kumpulan koleksi sesuai dengan jenis perpustakaannya. Sedangkan Menurut

21

Sulistyo-Basuki (2010: 1.50) perpustakaan merupakan suatu tempat, gedung,

atau ruangan untuk menyimpan dan menggunakan koleksi. Perpustakaan

menyediakan berbagai macam bahan terbitan baik yang berbentuk tercetak

maupun noncetak yang diatur dengan suatu sistem untuk keperluan pengguna.

Definisi diatas menjelaskan bahwa perpustakaan adalah suatu gedung atau

ruangan yang tidak hanya menyediakan buku, tetapi juga terbitan lainnya baik

dalam bentuk tercetak maupun non-cetak yang disesuaikan dengan kebutuhan

individu maupun masyarakat secara menyeluruh. Materi perpustakaan ini

sering disebut dengan bahan pustaka sehingga ada bahan pustaka tercetak dan

bahan pustaka non cetak (elektronik).

Sebuah perpustakaan selalu ada kegiatan mengorganisasi dan

mengklasifikasi sumber informasi agar memudahkan pengguna dalam

menelusur dan menemukan informasi yang dibutuhkannya, karena materi

perpustakaan atau bahan pustaka itu merupakan himpunan ilmu pengetahuan

yang diperoleh dari peradaban manusia dari generasi ke generasi. Walaupun

setiap ahli mendefinisikan berbeda-beda tentang perpustakaan, namun pada

intinya memiliki tujuan akhir yang sama yaitu “untuk kemudahan

pemanfaatan oleh masyarakat luas” (Yusup, 2013: 27).

a. Komponen Perpustakaan

Perpustakaan dalam menjalankan fungsinya didukung oleh

komponen-komponen utama perpustakaan untuk memberikan layanan

informasi yang berkualitas. Komponen-komponen perpustakaan yang harus

22

ada pada dasarnya ada 5 (lima) komponen menurut Hermawan dan Zen

(2006: 23) antara lain:

1) Pengguna

Satu diantara pendorong berdirinya sebuah perpustakaan adalah

pengguna. Perpustakaan didirikan adalah untuk memenuhi kebutuhan

informasi bagi penggunanya. Pengguna adalah orang atau badan yang

akan menggunakan perpustakaan. Terdapat berbagai istilah dalam

penggunaan kata “pengguna” yang masing-masing mempengaruhi

hubungan antara perpustakaan atau pustakawan dengan penggunanya.

Berbagai istilah yang digunakan dalam kaitannya dengan pengguna

perpustakaan, antara lain sebagai 1) Anggota (members), 2) Pembaca

(readers), 3) Pelanggan (customers), 4) Klien (clients), dan 5) Patron

(patorns). Penggunaan istilah-istilah tersebut sangat tergantung kepada

jenis perpustakaan, jenis layanan yang disediakan, dan hubungan

interaksi antara perpustakaan dengan penggunanya. Di Indonesia pada

umumnya istilah pengunjung perpustakaan menggunakan kata

pengguna, anggota, pembaca dan pemustaka.

Secara umum pengguna perpustakaan dikelompokkan menjadi

dua (2) kategori yaitu:

a) Pengguna potensial (potential users) adalah pengguna yang

ditargetkan dan seharusnya menjadi pengguna, misalnya dalam

perpustakaan perguruan tinggi pengguna potensialnya adalah dosen

dan mahasiswa.

23

b) Pengguna aktual (actual users) adalah mereka yang telah

menggunakan perpustakaan, baik pengguna aktual akif maupun

anggota aktual pasif. Pengguna aktual pasif adalah pengguna yang

secara teratur (reguler) berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan.

Sedangkan pengguna aktual pasif adalah pengguna yang

menggunakan perpustakaan ketika ada kebutuhan atau mendapat

tugas baik dari guru, dosen, atau pihak lainnya.

2) Koleksi

Koleksi adalah inti dari sebuah perpustakaan dan menentukan

keberhasilan layanan. Tidaklah disebut perpustakaan namanya bila tidak

memiliki koleksi. Koleksi tidak hanya dilihat dari jumlah eksemplarnya

saja, melainkan lebih kepada kualitas isi, jumlah, judul, dan

kemutakhirannya (up to date). Indikator ukuran baik dan buruknya

sebuah perpustakaan dilihat dari koleksinya. Koleksi perpustakaan

sangat beraneka ragam. Dari segi isi (subjek) terdapat koleksi fiksi dan

nonfiksi. Koleksi fiksi adalah karya yang bersifat khayalan atau imajinasi

pengarangnya. Sedangkan koleksi nonfiksi adalah koleksi yang bersifat

ilmiah atau mengandung ilmu pengetahuan yang ditulis berdasarkan data

dan fakta. Berkenaan dengan bahan pustaka atau koleksi perpustakaan

Reitz dalam Achmad et al (2012: 15) mengatakan:

“Bahan-bahan perpustakaan atau bahan pustaka adalah semua bahan

yang dibeli sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan dengan tujuan

untuk memuaskan kebutuhan informasi pemustakanya, yaitu buku, surat

kabar, dan terbitan berseri, bahan referensi, rekaman musik, peta, bentuk

mikro, dan media-noncetak, dengan peralatan dan perlengkapan yang

berbeda”.

24

Sementara itu Sutarno (2006: 113-114) menjelaskan bahwa

koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama (pilar) sebuah

perpustakaan. Oleh karena itu koleksi perpustakaan akan memberikan

ciri dan warna sebagai berikut:

a. Memberikan ciri bagi jenis perpustakaan yang dibentuk.

b. Merupakan daya tarik dan perhatian bagi pengunjung, artinya koleksi

yang semakin lengkap dan dengan terbitan yang relatif baru, akan

dapat memberikan kesempatan yang semakin besar kepada

pengunjung untuk memilih dan memperoleh informasi terkini.

c. Meningkatkan citra dan gambaran atar performa dan kinerja

perpustakaan. Maksudnya, bahwa jumlah koleksi yang besar/banyak

akan menunjukkan kekuatan dan keberadaan sebuah perpustakaan

semakin diakui masyarakat, daripada perpustakaan yang koleksinya

“itu-itu saja”.

3) Pustakawan

Tanpa ada orang yang melakukan kegiatan pengadaan,

pengelolaan, penyimpanan, dan pelayanan, tidak mungkin perpustakaan

akan beroperasi dengan baik. Semua perkerjaan tersebut adalah tugas

yang harus dilakukan oleh pustakawan. Kata pustakawan (librarians)

menjadi pilihan, karena profesi ini sangat terkait erat dengan bahan

pustaka (library materials) dan perpustakaan (library).

4) Dana

Dana diperlukan untuk melakukan kegiatan termasuk menggaji

pegawai. Perpustakaan memerlukan dana berkelanjutan, sejalan dengan

perkembangan yang ada. Agar dapat memenuhi kebutuhan informasi

pengguna pada satu sisi dan mengadakan koleksi yang mutakhir

diperlukan dana. Sebagian besar dana digunakan untuk pengadaan.

25

5). Sarana dan prasarana

Untuk melakukan aktivitas perpustakaan diperlukan sarana dan

prasarana. Gedung dan ruang perpustakaan sangat dibutuhkan baik untuk

koleksi, pengguna, maupun pustakawan. Gedung perpustakaan tidak

hanya sekedar tempat informasi, tetapi memiliki nilai tertentu dalam

menunjang pelayanan di perpustakaan.

b. Jenis-Jenis Perpustakaan

Berdasarkan lembaga induk yang menaungi perpustakaan, jenis

perpustakaan dibagi menjadi 5 (lima) antara lain Perpustakaan Nasional,

Perpustakaan Umum, Perpustakaan Khusus, Perpustakaan Perguruan Tinggi

dan Perpustakaan Sekolah. Merujuk Hartono (2016: 31-34) tentang

manajemen perpustakaan sekolah : menuju perpustakaan modern dan

profesional, jenis perpustakaan di Indonesia dikenal dengan lima jenis

perpustakaan sebagai berikut:

a. Perpustakaan Nasional

Pada umumnya setiap negara mempunyai perpustakaan nasional

yang biasanya berkedudukan di ibu kota negara yang fungsi utamanya

sebagai lembaga yang menyimpan dan melestarikan seluruh terbitan dari

negara tersebut, baik berupa karya cetak maupun karya rekam. Semua

terbitan tersebut dikumpulkan dan didayagunakan sebagai bahan

informasi, menyusun bibliografi nasional, baik mutakhir maupun

retrospektif dan menjadi pusat informasi bagi negara tersebut.

Perpustakaan Nasional RI dalam melaksanakan fungsinya, telah

26

melaksanakan berbagai pengembangan dan pembinaan perpustakaan

secara sistematis melalui program-program dan kegiatan-kegiatan dalam

skala prioritas.

b. Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan

di pemukiman penduduk (kota atau desa) diperuntukkan bagi semua

lapisan dan golongan masyarakat. Perpustakaan umum berfungsi untuk

melayani kebutuhan masyarakat akan informasi dan bahan bacaan guna

meningkatkan pengetahuan, sumber belajar, dan sebagai sarana rekreasi

sehat (intelektual).

c. Perpustakaan Khusus

Perpustakaan khusus atau perpustakaan instansi adalah

perpustakaan yang berada dan diselenggarakan oleh instansi pemerintah

maupun swasta untuk menunjang dan memperlancar tugas dan fungsi

instansi tersebut/lembaga induknya. Perpustakaan khusus umumnya

sangat beragam sesuai dengan kebutuhan lembaga induknya, yang

berfungsi sebagai pusat referensi dan penelitian.

d. Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada pada

lembaga pendidikan dasar dan menengah, yang merupakan bagian

integral dari sekolah sebagai pusat sumber belajar mengajar untuk

mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah.

27

e. Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada

dalam suatu lembaga pendidikan tinggi, baik perpustakaan universitas,

fakultas, institut, sekolah tinggi, maupun politeknik untuk menunjang

proses belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Konsep perguruan tinggi di Indonesia bersifat sentralisasi, yaitu hanya

memiliki perpustakaan pusat yang disebut Unit Pelaksana Teknis (UPT).

Namun demikian, banyak perguruan tinggi yang menerapkan sistem

desentralisasi, yaitu setiap fakultas bahkan jurusan mempunyai

perpustakaan.

c. Perkembangan Perpustakaan

Berbagai macam bentuk perpustakaan berdasarkan karakter dan

perkembangannya terkait dengan penggunaan teknologi informasi serta

perubahan komponen jenis koleksi perpustakaan. Berikut adalah jenis-jenis

perkembangan perpustakaan berdasarkan jenis serta teknologi yang

digunakan:

a. Perpustakaan Konvensional

Menurut Sulistyo-Basuki (2010: 1.7) tentang perpustakaan ialah

sebuah tempat, gedung, ruangan, atau bagian ruang yang digunakan

untuk menyimpan dan menggunakan koleksi buku serta terbitan lainnya,

biasanya disimpan menurut tata sususan tertentu untuk digunakan

pengguna. Perpustakaan konvensional dapat diartikan ketika koleksi

28

perpustakaan masih berbasis kertas dan tidak ada hubungannya dengan

teknologi.

b. Perpustakaan Konvensional Terotomasi

Secara teknis operasional perpustakaan mulai memanfaatkan

teknologi komputer. Namun, bahan pustaka masih berbentuk kertas

sebagai medianya (Qalyubi, et al, 2003: 18).

c. Perpustakaan Hibrida

Perpustakaan hidrida dalam proses perkembangannya, ada masa

transisi antara tipe perpustakaan tradisonal yang berbasis cetak

(hardcopy) dan tipe perpustakaan yang berbasis elektronik (Qalyubi, et

al, 2003: 19-20). Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki (2010: 1.9-1.10),

perpustakaan hibrida merupakan campuran antara koleksi analog (dalam

bentuk non-elektronik) dan digital. Dengan kata lain, perpustakaan

hibrida merupakan campuran antara koleksi perpustakaan konvensional

(tercetak) dengan perpustakaan digital (elektronic).

d. Perpustakaan Digital

Greenstein dalam Pendit, et al (2007: 30) menyatakan bahwa

perpustakaan digital tidak lagi diukur berdasarkan jumlah dan karakter

koleksi yang dimiliki secara fisik, melainkan lebih berdasarkan luas

tidaknya cakupan jaringan informasi yang terbentuk oleh jasa yang

disediakan. Sedangkan menurut Pacpcke, et al dalam Pendit, et al (2007:

30) sebuah organisasi disebut sebagai perpustakaan digital jika dapat

29

menyediakan a single point of access ke serangkaian sumber daya yang

tersebar secara otonom. Sehingga perpustakaan digital ialah sebuah

perpustakaan yang hanya memiliki koleksi digital dan semua masyarakat

dapat mendapatkan informasi di perpustakaan tanpa harus datang

langsung.

2. Perpustakaan Digital

Perpustakaan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam

mengembangkan layanannya disebut perpustakaan digital. Menurut

Supriyanto dan Muhsin (2008: 31) perpustakaan digital adalah sebuah sistem

yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung akses

tersebut melalui perangkat digital. sedangkan menurut kusumah (2001) yang

dirangkum Saffady dalam Saleh (2010: 3) digital library adalah perpustakaan

yang mengelola semua atau sebagian yang substansi dari koleksi-koleksinya

dalam bentuk komputerisasi sebagai bentuk alternative, suplemen atau

pelengkap terhadap cetakan konvensional dalam bentuk mikro material yang

saat ini didominasi koleksi perpustakaan. berdasarkan pendapat tersebut

dapat disimpulkan bahwa perpustakaan digital adalah sebuah sistem yang

menyediakan informasi dalam format digital dengan bantuan teknologi

informasi dan jaringan internet sehingga informasi tersebut dapat diakses

dengan mudah.

30

a. Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Digital

Perpustakaan digital memiliki fungsi utama dalam melayani sumber

informasi dalam format dokumen dan multimedia. Fungsi dari perpustakaan

digital menurut Trivedi (2010: 3) sebagai berikut:

a) Akses ke sejumlah besar informasi kepada pemustaka dimanapun

mereka berada dan kapanpun mereka membutuhkannya

b) Akses ke sumber informasi utama

c) Dukungan konten multimedia bersama dengan teks

d) Aksebilitas jaringan di intranet dan internet

e) User friendly interface

f) Hypertext link untuk navigasi

g) Arsitektur client-server

h) Pencarian lanjutan dan pengambilan

i) Integrasi dengan perpustakaan digital lainnya

Berdasarkan fungsi di atas bahwa perpustakaan digital mempunyai

fungsi yakni melayani kebutuhan informasi pemustaka tanpa adanya batasan

ruang dan waktu. Selain memiliki fungsi yang penting dalam menunjang

pelaksaan keterbukaan informasi saat ini, perpustakaan digital memiliki

tujuan yang penting dalam proses membangun perpustakaan digital. Menurut

Trivedi (2010: 3) tujuan dari perpustakaan digital yaitu:

a) Mempercepat pengembangan sistematis prosedur untuk mengumpulkan,

menyimpan, dan mengatur informasi digital

b) Mempromosikan pengiriman informasi yang efisien dan ekonomis

kepada semua pemustaka.

c) Mendorong upaya koperasi dalam sumber daya penelitian, komputasi,

dan jaringan komunikasi.

d) Memperkuat komunikasi dan kolaborasi antara dan di antara lembaga-

lembaga pendidikan.

e) Mengambil peran kepemimpinan dalam generasi dan penyebaran

pengetahuan.

Berdasarkan teori tersebut, perpustakaan digital mempunyai tujuan

berupa menyebarkan informasi yang cepat dan efisien, perpustakaan dapat

31

terhubung dengan lembaga informasi yang lain untuk saling bertukar

informasi agar tidak adanya keterbatasan informasi bagi pemustaka, serta

perpustakaan digital juga berperan sebagai pemimpin dalam penyebaran

informasi dan pengetahuan di era digitalisasi.

b. Ciri-ciri Perpustakaan Digital

Menurut Kenneth Dowlin (1984) dalam Pendit (2007: 23) ciri-ciri

perpustakaan digital adalah:

1) Memakai komputer dalam mengelola sumber daya perpustakaan

2) Menggunakan saluran elektronik untuk menghubungkan penyedia

informasi dengan pemustaka

3) Memanfaatkan transaksi elektronik yang dapat dilakukan dengan

bantuan staf jika diminta oleh pemustaka

4) Memakai sarana elektronik untuk menyimpan, mengelola, dan

menyampaikan informasi kepada pemustaka.

Berdasarkan ciri-ciri di atas, perpustakaan digital mempunyai ciri-ciri

yang sangat berkaitan dengan teknologi informasi dalam setiap kegiatannya.

Penggunaan komputer dan jaringan elektronik bertujuan untuk memudahkan

dalam menghubungkan antara penyedia informasi dengan pemustaka.

3. Institutional Repository (IR)

Giesecke dalam Maesaroh (2015: 5) mendefinisikan institutional

repository sebagai arsip online karya ilmiah yang diproduksi secara lokal

untuk tujuan pemeliharaan dan penyebaran penelitian. Institutional

Repository tidak hanya sekedar konten digital saja namun meliputi

serangkaian layanan (a set of service). Menurut Jones.et.al dalam Hasugian

(2012: 1) menganggap bahwa repositori adalah unsur-unsur konstituen dari

32

perpustakaan digital, atau yang melengkapi perpustakaan digital dengan

menyeleksi koleksi-koleksi tertentu ataupun disiplin ilmu tertentu (disipliner)

untuk disediakan sebagaimana halnya sebuah perpustakaan. Sedangkan Crow

dalam Ezema (2011: 476) menjelaskan bahwa institutional repository adalah

menyimpan dan melestarikan koleksi digital hasil intelektual dari komunitas

single atau multi-universitas dimana memberikan respon untuk dua isu

strategis yang dihadapi institusi akademik. Definisi tentang institutional

repository diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa institutional

repository adalah suatu upaya untuk menciptakan perpustakaan digital yang

bertujuan untuk menyimpan dan menyebarluaskan koleksi hasil karya sivitas

akademika dalam bentuk digital agar dapat dimanfaatkan baik dari dalam

sivitas akademika maupun dari luar sivitas akademika.

a. Elemen Institutional Repository

Crow dalam Fatmawati (2013: 106-107) menyebutkan elemen penting

dari institutional repository terdiri dari:

a. Ditetapkan institusional (institutionally defined)

b. Kontennya bersifat ilmiah (scholarly content)

c. Interoperabilitas dan dapat diakses secara terbuka (interoperability

and open access)

d. Kumulatif dan dapat digunakan dalam waktu yang lama

(cumulative and perpetual)

Westell (2006: 213-218), mengungkapkan ada 8 (delapan) indikator

dari kesuksesan institutional repository, dengan alat pengukuran sebagai

berikut:

33

a. Mandates (Mandat)

Mandat merupakan salah satu kunci dalam keberhasilan

membangun repository. Bagian administrasi atas (seperti dekan) dan

struktur tata kelola/manajemen yang meliputi penasihat yang tepat serta

menentukan visi dan misi yang jelas membangun repository akan

berkontribusi terhadap kesuksesan yang berkelanjutan.

b. Integration into institutional planning (integrasi dengan rencana

kelembagaan)

Sebagian besar universitas memiliki struktur akuntabilitas yang

menguraikan tujuan kelembagaan sehingga tujuan untuk repository

harus selaras dengan rencana akademika. Institutional repository

memberikan contoh yang baik dalam hal penelitian dan beasiswa.

c. Funding model (model pendanaan)

Meskipun ada berbagai model untuk mendanai sebuah

institutional repository, langkah pertama adalah harus ada model

pendanaan berkelanjutan. Banyak institutional repository telah

dikembangkan menggunakan uang yang minim tanpa adanya

keberlanjutan yang jelas. Banyak institutional repository telah

menerbitkan model biaya mereka dan repositori individu bervariasi,

dimana menyediakan staf, teknologi, konten dan pengarsipan yang

sedang berlangsung.

34

d. Relationship to digitisation centres (terintegrasi dengan pusat

digitalisasi)

Perpustakaan semakin terlibat dalam menyediakan pusat yang

mendigitalkan bahan primer dan memberikan akses melalui web.

Selanjutnya, bahwa di mana lembaga memiliki pusat digitalisasi,

institutional repository akan memiliki kesempatan yang lebih baik

untuk sukses. Sebuah pusat digitalisasi, yang menyediakan pemindaian

dan layanan metadata, format konversi, izin hak cipta, dukungan

platform lintas pencarian, dan model untuk koleksi digital, adalah

komponen kunci untuk menunjukkan komitmen kelembagaan dan

menunjukkan kepada fakultas bahwa ada yang ahli untuk melestarikan

hasil penelitian mereka. Apa pun alasannya, kehadiran pusat digitalisasi

tampaknya memungkinkan beberapa repository untuk mengisi konten

yang lebih cepat dan untuk menarik kelompok penelitian menggunakan

repository.

e. Interoperability (interoperabilitas)

Interoperabilitas dengan repository lain mengindikasikan

kemampuan dan keterbukaan atas nama lembaga atau perpustakaan

untuk berkontribusi terhadap beasiswa nasional dan internasional. Hal

ini penting jika konten yang dibuat kelembagaan, bukan repositori

berbasis subjek, yang menurut definisi dapat melintasi batas

kelembagaan. Repository mungkin satu-satunya alat untuk

35

mendistribusikan bahan ini penting dan untuk menyediakan konteks

lembaga yang lebih luas lagi.

f. Measurement (pengukuran)

Kemampuan untuk mengukur penggunaan (atau output), juga

menjadi evaluasi untuk repository itu sendiri ataupun isinya. Situs web

sekarang secara rutin mengukur "hits" dan sering melacak hits dengan

alamat IP (Internet Protocol) untuk mengukur pengguna di dalam dan

diluar kampus. Mengukur dari jumlah pengunjung tidak cukup untuk

dijadikan pengukuran institutional repository. Beberapa repository

mempertimbangkan hanya melihat dari segi yang mengakses atau

mengunduh dokumen sebagai ukuran penggunaan, sementara yang lain

akan menghitung setiap halaman yang dilihat. Secara khusus, mandat

universitas terhadap pengarsipan publikasi dalam repository, itu akan

menjadi penting untuk menilai bagaimana bahan ini digunakan dan itu

meningkatkan visibilitas penelitian universitas.

g. Promotion (promosi)

Mempromosikan repositori dengan pihak fakultas merupakan

faktor penting tambahan. Hal ini membutuhkan pustakawan yang tanpa

lelah mempromosikan institutional repository. Mengubah budaya

komunikasi ilmiah merupakan pekerjaan yang tidak mudah dan

memakan waktu yang lama. Sebuah studi dari web yang dikutip pada

artikel ilmiah, Carlson dalam Westell (2006: 217), mencatat bahwa

sekitar sepertiganya sudah tidak aktif lagi dan selanjutnya sepertiga

36

lainnya tidak lagi menunjuk ke informasi yang berkaitan dengan

kutipan. Ini adalah argumen yang kuat untuk meyakinkan peneliti

bahwa bahan mereka harus bertempat di sebuah institutional

repository. Adanya dorongan ini, yang dikombinasikan dengan mandat

kelembagaan, akan mendorong para sarjana untuk mendepositkan

karya mereka.

h. Preservation strategy (strategi preservasi digital)

Pelestarian merupakan indikator penting dari keseriusan dengan

lembaga yang memegang institutional repository. Flecker dalam

Westell (2006: 217) mengamati "bahan digital sangat rapuh, menjaga

sumber daya digital yang dapat digunakan oleh generasi mendatang

membutuhkan usaha dan kesadaran yang terus menerus". Lynch dalam

Westell (2006: 217) menekankan bahwa institutional repository harus

mengandung unsur komitmen jangka panjang untuk masyarakat

kampus". Meskipun melestarikan bahan digital tidak mudah,

pustakawan tetap berusaha secara optimal agar informasi dapat

digunakan generasi selanjutnya.

b. Manfaat Institutional Repository

Membangun repository akan memberikan manfaat baik bagi individu

maupun bagi lembaga. Hasil-hasil penelitian, artikel ilmiah, makalah, tesis,

disertasi dan karya ilmiah lainnya yang tersedia secara online dapat diakses,

diunduh, dan/atau disitir lebih cepat dan lebih sering dibanding dengan yang

37

tersedia dalam format tercetak Manfaat institutional repository menurut

Sutedjo (2015: 3) adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengumpulkan karya ilmiah-intelektual sivitas akademika

dalam satu lokasi agar mudah ditemukan kembali baik melalui

google maupun mesin pencari lainnya.

b. Untuk menyediakan akses terbuka terhadap karya ilmiah-

intelektual yang dihasilkan sivitas akademika dan menjangkau

khalayak lebih luas lagi dengan tempat dan waktu yang tak terbatas

c. Untuk meningkatkan dampak dari karya ilmiah-intelektual yang

dihasilkan sivitas akademika.

d. Untuk mempromosikan karya ilmiah-intelektual yang dihasilkan

sivitas akademika.

e. Sebagai etalase dan tempat penyimpanan yang aman untuk hasil

penelitian sivitas akademika.

f. Untuk menyediakan URL (Uniform Resource Locator) jangka

panjang bagi karya ilmiah-intelektual hasil penelitian sivitas

akademika.

g. Apabila terjadi plagiasi terhadap karya ilmiah-intelektual yang di

publish di institutional repository akan mudah diketahui dan

ditemukan.

h. Untuk menghubungkan publikasi sivitas akademika/peneliti dari

halaman web mereka (web personal dosen/peneliti).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ada

banyak manfaat yang didapatkan jika suatu perpustakaan menerapkan

institutional repository. Manfaat tersebut tidak dirasakan hanya perpustakaan

saja akan tetapi masyarakat yang menggunakan dapat merasakan manfaat

yang sama seperti dapat menambah wawasan yang luas.

c. Kelebihan Institutional Repository

Institutional repository merupakan koleksi yang unik. Sebuah instansi

yang mengembangkan institutional repository mendapatkan kelebihan yang

berlimpah salah satunya bagi instansi maupun masyarakat yang

menggunakannya. Hasugian (2012: 5) menyatakan dalam membangun

program institutional repository di perguruang tinggi ada dua sudut pandang

38

yang saling mendapatkan keuntungan, yakni keuntungan bagi pengguna

maupun bagi instansi.

Keuntungan yang diperoleh instansi, Barick dan Pickton dalam

Maesaroh (2015: 9) menemukan enam kelebihan sebagai berikut:

a. Sarana untuk meningkatkan visibilitas dan prestige perguruang

tinggi dalam rangka menarik staf berkualitas, mahasiswa, dan

dosen;

b. Sentralisasi dan penyimpanan semua hasil karya sivitas

akademika;

c. Mendukung pembelajaran;

d. Standarisasi record institusi, misalnya curriculum vitae yang

terhubung dengan hasil karya ilmiah;

e. Peningkatan efisiensi administrasi; dan

f. Efisiensi anggaran.

Sedangkan keuntungan yang diperoleh penulis bahwa institutional

repository mendukung diseminasi dan dampak dari hasil penelitiannya.

Apabila penulis memuat curriculum vitae (CV), maka data repository dapat

digunakan untuk keperluan promosi pekerjaan yang lebih baik bagi penulis

(Hasugian, 2012). Lebih lanjut lagi Jain dalam Maesaroh (2015: 10)

menyebutkan bahwa publikasi artikel yang di open access akan

meningkatkan sitasi 50% sampai 250%, bahkan google scholar menempatkan

materi dari institutional repository lebih sering muncul.

D. Sistem Institutional Repository EPrints

1. Konsep sistem institutional repository EPrints

Menurut Supriyanto dan Muhsin dalam bukunya yang berjudul

“Teknologi Informasi Perpustakaan” (2008: 1), mengemukakan bahwa

39

perkembangan teknologi akan terus mengalami pertumbuhan dan

perkembangan terutama pada perpustakaan. Perpustakaan yang sedang

mengembangkan perpustakaan terotomasi harus menyediakan

infrastruktur dan peralatan yang dibutuhkan sebagai sarana penunjang

pelaksanaan perpustakaan terotomasi. Program yang digunakan untuk

pengelolaan institutional repository perpustakaan saat ini sudah banyak

bermunculan, baik yang diproduksi dari luar negeri ataupun karya anak

bangsa. Salah satunya adalah software EPrints perangkat lunak open

source yang dikembangkan oleh School of Electronics and Computer

Science, University of Southampton, England UK. EPrints adalah aplikasi

perpustakaan digital yang sederhana dan dapat dengan mudah dikelola

serta mampu memberikan solusi bagi para pustakawan dan pengelola

sumber-sumber informasi local content dalam melakukan kegiatan

rutinitas perpustakaan. Aplikasi ini berbasis web yang digunakan untuk

membangun sebuah repository. Selain itu EPrints sudah terintegrasi

dengan metadata dan mampu melakukan penelusuran advanced search

serta fitur-fitur lainnya.

2. Jenis software Institutional Repository

EPrint, Dspace, dan Ganesha Digital Library (GDL) adalah jenis-jenis

perangkat lunak untuk mengelola koleksi digital yang banyak digunakan oleh

perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia. Berbeda dengan Eprints dan

Dspace, Ganesha Digital Library (GDL) mempunyai keunggulan tersendiri

40

yakni merupakan karya anak bangsa yaitu Knowledge Management Reseacrh

Groups (KMRG) dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Sedangkan Eprints

dari England dan Dspace dikembang oleh tim dari berbagai negara yang

disponsori oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Hawlett-

Packard (HP). Berikut gambaran tentang ketiga aplikasi tersebut:

a. EPrints

EPrints (http://software.eprints.org) adalah perangkat lunak open

source yang dikembangkan oleh University of Southampton yang

dirancang untuk menciptakan institutional repository dalam bentuk digital

untuk penelitian ilmiah, tetapi dapat juga digunakan untuk tujuan lain.

EPrints terintegrasi dengan metadata advance search untuk penelusuran

informasi lanjut, dan fitur-fitur lainnya. Proses instalasi EPrint

membutuhkan software pendukung yang disebut LAMP (Linux, Apache,

MySql dan PHP) untuk membuat webhosting dan PHPMYADMIN.

b. Dspace

Dspace (http://www.dspace.org) adalah sebuah sistem perpustakaan

digital yang dirancang untuk menangkap, menyimpan, indeks,

melestarikan, dan mendistribusikan hasil karya intelektual dari sebuah

instansi dalam format digital yang dikembangkan bersama oleh Hawlett-

Packard (HP) Labs dan perpustakaan Massachusetts Institute of

Technology (MIT). Dspace merupakan aplikasi open source yang cukup

lengkap dan memungkinkan untuk dimodifikasi, mampu mengakomodir

41

seluruh jenis konten digital termasuk teks, gambar, video, mpegs, dan data

sets.

c. Ganesha Digital Library (GDL)

GDL atau Ganesha Digital Library merupakan salah satu software

open source perpustakaan digital yang dikembangkan oleh Knowledge

Management Research Groups (KMRG) Institut Teknologi Bandung pada

tahun 2002/2003. GDL sempat berkembang dikalangan perpustakaan

perguruan tinggi Indonesia sampai terbentuk sebuah jaringan nasional

digital library dengan nama IDLN (Indonesian Digital Library Network)

yang mempunyai misi mengelola ilmu pengetahuan bangsa Indonesia

dengan cara mudah, murah untuk semua kalangan, dan membudayakan

tradisi knowledge sharing menuju terciptanya masyarakat madani.

3. Content EPrints

EPrints adalah perangkat lunak open source yang dikembangkan oleh

School of Electronics and Computer Science, University of Southampton,

England United Kingdom. Repository ini bisa berbentuk arsip misalnya

makalah penelitian. Menurut Warner (2003: 152) istilah EPrints untuk

mengelompokkan berbagai bentuk literatur ilmiah yang memiliki akses

terbuka untuk seluruh konten melalui internet. Konten yang termasuk di

dalam EPrints yakni artikel jurnal, Pra-cetak, laporan teknis, monograf, tesis,

dan disertasi

42

F. Efektivitas Sistem Institutional Repository

1. Konsep Efektivitas

Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran (output) suatu pusat

pertanggung jawaban dengan sasaran yang harus dicapainya. Sasaran dalam

kegiatan ini adalah membantu suatu organisasi dalam meningkatkan kinerja.

Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat

perwujudan sasaran yang menunjukkan sejauh mana sasaran telah dicapai.

Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana

seseorang menghasilkan keluaran yang diharapkan. Ini dapat diartikan,

apabila sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan yang

direncanakan, dapat dikatakan efektif tanpa memperhatikan waktu, tenaga

dan lainnya. Menurut Atmosudirjo (1998: 43) efektivitas merupakan kegiatan

yang harus mengena kepada sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.

Karena efektivitas merupakan hal penting sebagai alat ukur terhadap tingkat

keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut pendapat Mahmudi (2005: 92) mendefinisikan efektivitas

adalah hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi

(sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif

organisasi, program, atau kegiatannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka

efektivitas menggambarkan seluruh siklus input, proses, dan output yang

mengacu pada hasil guna dari suatu organisasi, program ataupun kegiatan

yang menyatakan sejauh mana tujuan yang menyangkut kualitas, kuantitas,

43

dan waktu yang ingin dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi

mencapai tujuannya dan mencapai target yang hendak dicapai.

2. Ukuran Efektivitas Sistem Institutional Repository (IR)

Sistem otomasi perpustakaan sangat berkaitan erat dengan sebuah

sistem informasi yang handal. Hal ini karena sistem otomasi menerapkan

teknologi informasi dalam menjalankan fungsinya. Sehingga untuk

mengukur efektivitas sistem institutional repository EPrints dapat juga

digunakan pengukuran dimensi sistem otomasi. Menurut DeLone dan

McLean (2003: 24-25), terdapat 6 (enam) elemen dalam mengukur efektivitas

suatu sistem informasi, yaitu:

1. Kualitas Sistem (System Quality)

Kualitas sistem digunakan untuk mengukur kualitas sistem teknologi

informasi.

a. Kemudahan, sistem informasi yang dapat dikatakan sebagai sistem

yang berkualitas jika dirancang untuk memenuhi kemudahan dalam

penggunaan sistem informasi tersebut.

b. Fleksibilitas sistem, kemampuan sistem informasi dalam melakukan

perubahan-perubahan yang terkait dengan memenuhi kebutuhan

pengguna.

c. Kehandalan, sistem yang handal dapat melayani kebutuhan

pengguna tanpa adanya masalah yang dapat mengganggu

kenyamanan pengguna.

d. Kecepatan akses, apabila sistem informasi memiliki kecepatan akses

yang optimal maka layak dikatakan sistem informasi yang

diterapkan memiliki kualitas yang baik. Kecepatan akses juga dapat

dilihat dari kecepatan pengguna dalam menelusur informasi.

e. Kegunaan fitur, sistem informasi harus menyediakan berbagai

macam fitur guna untuk memperlancar kegiatan informasi

2. Kualitas Informasi (Information Quality)

Kualitas sistem informasi juga akan mengukur kualitas keluaran dari

sistem informasi.

a. Kelengkapan, sistem informasi dikatakan memiliki informasi yang

berkualitas jika informasi yang dihasilkan lengkap.

44

b. Penyajian Informasi, format sistem informasi yang memudahkan

pengguna untuk memahami informasi yang disediakan oleh sistem

informasi mencerminkan kualitas informasi yang baik.

c. Relevansi, informasi yang dihasilkan berguna atau mempunyai

manfaat bagi penerima dalam membantu proses pengambilan

keputusan.

d. Ketepatan, sistem memberikan informasi yang up to date bagi

pengguna.

e. Keamanan, sistem diharapkan dapat menghasilkan informasi yang

terjamin keamanannya.

3. Kualitas Pelayanan (Service Quality)

Kualitas pelayanan adalah pustakawan harus memberikan layanan yang

prima baik dari segi informasi maupun interaksi

a. Jaminan, pelayanan yang diberikan oleh sistem informasi mencakup

pengetahuan, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.

b. Empati, meliputi kemudahan dalam berhubungan komunikasi yang

baik, perhatian pribadi, dan memahami keperluan para pengguna

sistem informasi.

c. Responsif, pelayanan yang diberikan pustakawan harus cepat dan

prima kepada para pengguna.

4. Pengguna (Use)

Pengguna informasi adalah penggunaan keluaran suatu sistem

informasi oleh penerima.

a. Sifat pengguna, sifat dari pengguna atau nature of use adalah

digunakan untuk maksud yang diinginkan ketetapan penggunaan

serta tipe informasi yang sesuai dengan maksud dari pengguna.

5. Kepuasan Pemakai (User Satisfaction)

Kepuasan pemakai adalah respon pemakai terhadap penggunaan

keluaran sistem informasi.

a. Kepuasan informasi, secara umum kepuasan informasi sebagai hasil

perbandingan pengharapan atau kebutuhan sistem informasi dengan

kinerja sistem yang diterima.

b. Kepuasan menyeluruh, salah satu bentuk kepuasan secara global

atas semua sistem yang telah disajikan dan dilakukan interaksi

mengenai tingkat kepuasan layanan informasi dan sistem.

6. Keuntungan (Net Benefits)

Keuntungan yang didapat organisasi berupa dampak positif dari

pemanfaatan sistem terhadap hasil dari kinerja organisasi

a. Meningkatkan berbagi pengetahuan (Improved knowledge sharing)

Dalam manajemen pengetahuan sebagai berikut:

Bagaimana informasi bisa menjadi sesuatu yang berdaya guna

Bagaimana mewujudkan sharing pengetahuan

Bagaimana meningkatkan kerjasama antar perpustakaan untuk

mempercepat aliran pengetahuan

45

b. Efektivitas komunikasi (Communication effevtiveness)

Efektivittas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan

tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan manajemen dalam

mencapai tujuan. Sedangkan komunikasi adalah sebagai proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui

media tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas

komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang mampu

mencapai tujuan dan memberikan umpan balik (feed back) sehingga

pesan dapat tersampaikan

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diketahui ukuran

efektivitas sistem merupakan suatu standar atas terpenuhinya sasaran dan

tujuan yang akan dicapai serta menunjukkan pada tingkat dimana

organisasi, program atau kegiatan dapat menjalankan fungsi-fungsinya

secara optimal.

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan

melakukan klarifikasi suatu peristiwa atau suatu pengetahuan dengan memakai

metode-metode penelitian, sehingga dapat menentukan tingkat hasil

penelitiannya. Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Menurut

Sugiyono (2014: 9) penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif/kualitatif. Sedangkan jenis penelitian deskriptif adalah dapat

diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan keadaan subyek atau obyek peneliti dengan kata-kata melalui

proses wawancara secara mendalam (Djamal, 2015: 17). Penelitian deskriptif

bertujuan agar fenomena yang terkait dengan sistem otomasi perpustakaan

seperti peneliti paparkan di latar belakang dapat tereksplor dan menjawab

rumusan masalah yang telah dibuat.

Penggunaan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif

dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan, memahami, dan menjelaskan

47

serta memperoleh gambaran tentang efektivitas sistem Institutional Repository

EPrint dalam upaya mengembangkan layanan informasi perpustakaan,

sehingga diperoleh gambaran yang lengkap dari hasil analisis pelaksanaan

sistem otomasi institutional repository perpustakaan UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang.

B. Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2002) dalam Djamal (2015: 23-24) dalam penelitian

kualitatif fokus penelitian dapat dipastikan pada waktu peneliti langsung terjun

ke lapangan. Singkat kata meskipun rumusan masalah dikatakan cukup baik

dan ditunjang dengan sejumlah referensi yang memadai, namun situasi di

lapangan tidak memungkinkan maka peneliti tidak bisa meneliti masalah

tersebut. Dengan demikian keadaan di lapangan mempengaruhi kepastian

tentang fokus dan masalah tersebut. Fokus penelitian bertujuan untuk

membatasi peneliti agar penelitian lebih terarah, dan sesuai dari rumusan

masalah. Adapun fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas sistem Institutional Repository (EPrint) di Perpustakaan UIN

Maulana Malik Ibrahim Malang dapat menggunakan pengukuran teori

efektivitas sistem DeLone dan McLean (2003) dinilai berdasarkan 6

komponen ukuran suksesnya suatu sistem yang diterapkan untuk

mempermudah pelaksanaan otomasi, diantaranya:

48

a. Kualitas Sistem (Quality System)

1) Kemudahan

2) Fleksibilitas sistem

3) Keandalan

4) Kecepatan Akses

5) Kegunaan Fitur

b. Kualitas Informasi (Information Quality)

1) Kelengkapan

2) Penyajian Informasi

3) Relevansi

4) Ketepatan waktu

5) Keamanan

c. Kualitas Pelayanan (Service Quality)

1) Jaminan

2) Empati

3) Responsif

d. Penggunaan (Use)

49

e. Kepuasan Pemakai (User Saticfaction)

f. Keuntungan (Net Benefits)

2. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat yang dihadapi

dalam penerapan sistem EPrints:

a. Faktor pendukung

1) Keterbukaan Informasi (Open Access)

2) Sistem menggunakan metadata Dublin Core

b. Faktor penghambat

1) Sistem pembenaran kata

C. Lokasi dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian

yang berkaitan dengan wilayah atau daerah tempat fenomena berlangsung.

Lokasi dalam penelitian ini adalah Perpustakaan Pusat Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim yang beralamat di Jalan Gajayana Nomor 50,

Malang. Adapun situs penelitian yang diambil peneliti adalah sistem

Institutional Repository EPrints Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim.

Pertimbangan peneliti memilih lokasi di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

didasarkan pada :

1. Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim merupakan panutan bagi

Perguruan Tinggi (PTN) dan PTAIN se-Malang Kota Raya dalam

membangun Institutional Repository.

50

2. Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim dalam mengimplemestasikan

institutional repository menggunakan sistem EPrints.

3. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai Efektivitas Sistem

Institutional Repository EPrints dalam Mengembangkan Layanan

Informasi Perpustakaan di UIN Maulana Malik Ibrahim.

D. Sumber Data dan Jenis Data

Menurut Lofland dalam Moleong (2014: 157) sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan sedangkan dokumen dan

arsip merupakan data tambahan. Berkaitan dengan hal tersebut jenis data dalam

penelitian kualitatif di bagi menjadi dua jenis data yaitu:

1. Data Primer

Data dan informasi yang diperoleh dari hasil observasi dan

wawancara secara langsung dari informan pada saat pelaksanaan

penelitian. Data primer dapat diperoleh melalui wawancara yang

bersumber diantaranya:

a. Perpustakaan pusat UIN Maulana Malik Ibrahim yang meliputi:

1) Faizuddin Harliansyah, M.IM selaku Pustakawan dan Kepala

Perpustakaan

2) Alexander Malik Hidayatullah, S.Kom selaku Koordinator Bidang

Teknologi Informasi

51

3) Imam Rohmanu, S.IP. selaku Koordinator Bidang Teknis

Pengelolaan Institutional Repository

4) Dian Anesti, S.IP selaku pustakawan pengolah institutional

repository

5) Heni Kurnia Ningsih, S.IP selaku pustakawan pengolah

institutional repository

b. Pengguna sistem Institutional Repository EPrints dalam hal ini

pemustaka yang memanfaatkan sistem EPrints dipilih berdasarkan

pengalaman selama mengakses.

1) Adelia Putri Jurusan Pendidikan Agama Islam

2) Muhim Jurusan Manajemen

3) Andri Jurusan Perbankan Syariah

4) Aji Jurusan Teknik Arsitektur

5) Yazid Jurusan Pendidikan Agama Islam

6) Dewi Jurusan Hukum Bisnis Syariah

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2014: 225) sumber sekunder merupakan sumber

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

lewat orang lain atau lewat dokumen. Memperoleh dan menunjang data

sekunder, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data kepustakaan yang digunakan untuk mempermudah

mendapatkan data, teori, metode penelitian, dan mencari data yang

dibutuhkan melalui website (internet).

52

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah langkah yang sangat penting sebagai metode

penelitian, karena data yang dihasilkan dalam penelitian ini diusahakan dapat

digunakan untuk memecahkan masalah. Menurut Sugiyono (2014: 224) teknik

pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Berikut ini

beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Sugiyono (2014: 227), observasi partisipan artinya peneliti

terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang

digunakan sebagai sumber data penelitian. Praktiknya di lapangan,

seringkali observasi partisipasi ini disertai pula dengan percakapan-

percakapan informal dan tidak terstruktur yang sebenarnya adalah bagian

dari wawancara penelitian (Pendit, 2003: 275). Observasi dilakukan agar

peneliti mengetahui lebih jelas kondisi sebenarnya yang ada dilapangan,

hal ini untuk meyakinkan peneliti dalam mengangkat permasalahan

tentang Efektivitas Sistem Institutional Repository EPrints dalam

Mengembangkan Layanan Informasi Perpustakaan

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan secara

langsung kepada pengembangan, pustakawan serta pengguna dalam

penerapan sistem Institutional Repository EPrints. Hal ini penulis

53

menggunakan jenis wawancara semi-terstruktur. Menurut Sugiyono (2014:

233), tujuan dari wawancara semi-terstruktur adalah untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai

diminta untuk memberikan pendapat, dan ide-idenya. Wawancara

dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaaan yang tidak terjawab

saat peneliti melakukan observasi dan informan dari penelitian ini adalah

orang-orang terlibat dalam efektivitas sistem Institutional Repository

EPrints Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim.

3. Dokumentasi

Suatu teknik pengumpulan data yang mengambil data dari dokumen,

arsip, brosur, majalah, koran dan internet yang sesuai dengan masalah

yang diteliti. Secara umum kegiatan dokumentasi tersebut dilakukan

dengan cara klarifikasi dan kategori dokumen. Tujuan dari dokumentasi

adalah membantu data yang diperoleh oleh peneliti agar menjadi lebih

valid dan sesuai dengan fakta.

F. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2014: 222) mengatakan bahwa peneliti kualitatif sebagai

human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan

sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,

analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya.

Instrumen penelitian ini yakni adalah peneliti sendiri. Peneliti berinteraksi

secara langsung dengan masyarakat setempat yang telah ditentukan untuk

54

menganalisis permasalahan dalam penelitian ini sedangkan instrumen lain yang

digunakan adalah pedoman wawancara, catatan lapangan, kamera, dan alat

perekam (recorder).

G. Teknik Analisis Data

Proses analisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas

pertanyaan yang diperoleh dari hasil penelitian, sehingga diperlukan suatu

proses penyederhanaan data, agar data-data yang telah diperoleh akan lebih

mudah untuk dibicarakan dan diinterpretasikan. Dengan demikian akan

diperoleh suatu data yang lebih akurat. Sesuai dengan tujuan penelitian yang

ditetapkan, maka peneliti menggunakan analisis data model interaktif seperti

yang dikembangkan oleh Miles, Hubberman dan Saldana (2014) di dalam

analisis data kualitatif terdapat empat (4) tahap kegiatan penelitian sebagai

berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data/informasi dari

sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang sudah

dijelaskan sebelumnya. Data pada penelitian ini didapatkan dari informan

berupa lisan yang kemudian diubah ke dalam bentuk tulisan untuk reduksi.

1. Kondensasi Data (Data Condensation)

Setelah tahap pengumpulan data, selanjutnya data yang telah

terkumpul tersebut dilakukan proses pemilihan penyederhanaan, pemusatan,

dan dirubah menjadi data yang utuh berupa rangkuman, tabel dan gambar.

55

Kondensasi data bertujuan untuk membentuk data yang valid sesuai dengan

fakta yang ada, membatasi data yang tidak berkaitan dan membuang data

yang tidak diperlukan. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan peneliti

dalam Efektivitas sistem Institutional Repository EPrints dalam

mengembangkan layanan informasi di Perpustakaan UIN Maulana Malik

Ibrahim.

2. Penyajian Data (Data Display)

Tahap penyajian data berupa uraian-uraian bersifat naratif, tabel, dan

network (jaringan kerja). Data yang dianalisis disajikan, ditelaah, dan

dibandingkan dengan dasar empiric atau teori yang mendasari serta

peraturan yang terkait dengan perumusan masalah dan fokus penelitian.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion: Drawing/Verifying)

Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan/verifikasi yang diartikan

sebagai pencatatan pola, penjelasan, dan alur sebab-akibat. Penarikan

kesimpulan dengan menyatukan keseluruhan data dan menginterprestasikan

data untuk menjadi semakin eksplisit dan menjadi pokok dalam penelitian.

Dalam hal ini didukung dengan penemuan bukti-bukti di lapangan dan data

pendukung lainnya yang diperoleh di Perpustakaan UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang.

56

Gambar 1. Komponen Analisis Data (Interactive Model)

Sumber : Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana. J. (2014)

H. Keabsahan Data

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis

kasus negatif, dan member check (Sugiyono, 2014: 270). Menurut Sugiyono

(2014: 273-274) triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan beberapa macam cara, dan

berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi

pengumpulan data, dan waktu. Antara lain sebagai berikut:

Data

Collection

Data

Condensation

Conclusion:

Drawing/

Verityng

Data

Display

57

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan

dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, dan

teknik lainnya dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Ketiga triangulasi diatas mempunyai cara pengujian yang berbeda-beda,

maka peneliti memilih untuk menggunakan triangulasi sumber, dimana peneliti

akan menguji kredibilitas data melalui beberapa sumber terkait, seperti Kepala

Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim, Koordinator Bidang Teknologi

Informasi, Koordinator Bidang Teknis, Pustakawan profesional pengolah

institutional repository serta pemustaka (mahasiswa) UIN Maulana Malik

Ibrahim. Hal ini dilakukan agar memastikan bahwa data tersebut memang

teruji keabsahannya dan dilihat dari berbagai sudut pandang sumber.

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Singkat Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

Malik Ibrahim

Perpustakaan Universitas hakikatnya adalah suatu unit kerja yang

merupakan bagian integral dari suatu lembaga induknya yang bertujuan

memenuhi kebutuhan program pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada

masyarakat. Menurut ketetapan Undang-undang No. 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, perpustakaan harus ada di setiap

satuan pendidikan yang merupakan sumber belajar bagi suatu perguruan

tinggi. Keberadaan perpustakaan sering dianalogikan dengan sebuah

jantung. Adanya analogi ini, kondisi perpustakaan di suatu universitas dapat

menjadi salah satu barometer kualitas universitas. Maka untuk menjadikan

universitas bertaraf internasional, salah satu upaya penting adalah

perpustakaan harus memberikan pelayanan terbaiknya yakni memberikan

akses kepada seluruh masyarakat dunia sehingga menjadikan perpustakaan

kelas dunia (library for world class university).

Sadar akan posisi seperti itu, dalam menyelenggarakan tugas dan

fungsinya, Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

59

Malik Ibrahim telah mengimplementasikan standar manajemen mutu

perpustakaan berbasis ISO 9001/2008 dan terus berusaha untuk melakukan

akselerasi pengembangan diri secara berkesinambungan. Beberapa prioritas

program pengembangan tersebut antara lain: pengembangan Institutional

Repository, keseimbangan dan kekuatan koleksi, pemanfaatan dan

penerapan teknologi informasi dalam semua layanan informasi, dan

pengembangan sumberdaya manusia. Semuanya itu untuk menjadikan

Peprustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim

menuju library for world class university.

Pada tahun 2010, Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim menjadi salah satu pionir di lingkungan Perguruan

Tinggi Negeri (PTN) dan PTAIN di Tanah Air yang membangun

Institutional Repository (IR) dan melayankan koleksinya secara full text

melalui internet. Masyarakat dapat mengaksesnya melalui

http://etheses.uin-malang.ac.id/ dan http://repository.uin-malang.ac.id/.

Semangat dalam berbagi ilmu dan inovasi ilmiah ini dilandasi dengan

kesadaran bahwa pengetahuan perlu konstruksi secara bersama dan dunia

akademik berkewajiban mendorong penyebaran dan pemanfaatan melalui

hasil kajian dan penelitiannya demi penguatan seta masyarakat.

Kesiapan Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

Malik Ibrahim untuk menjadi perpustakaan kelas dunia juga terlihat dari

ragam koleksinya. Keadaan koleksi yang dimiliki Perpustakaan Universitas

Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim sampai pada tahun 2014

60

sejumlah 203.485 eksemplar. Koleksi tersebut diperoleh baik dari

pembelian maupun sumbangan dari berbagai pihak. Koleksi tersebut terdiri

atas bahan perpustakaan berbahasa Indonesia, Inggris, dan Arab.

Perpustakaan juga mengembangkan beberapa Corner seperti

Arabian Corner dan Sudan Corner. Salah satu yang paling berkembang saat

ini adalah koleksi Arabian Corner yang berada di lantai 2. Koleksi Arabian

Corner ini sangat khas dan unik dibandingkan dengan koleksi berbahasa

Arab di perpustakaan lainnya. Koleksinya berupa kitab-kitab agama Islam

serta buku-buku umum berbahasa Arab.

Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim juga membangun jejaring kerjasama dengan banyak pihak. Hal ini,

Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim telah

bergabung dalam FKP2TN (Forum Kerjasama Perpustakan Perguruan

Tinggi Negeri) dan JPPTI (Jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam).

Bentuk kerjasama utama forum ini adalah resource sharing, penggunaan

bersama sumber daya informasi dan bahan perpustakaan yang dimiliki oleh

masing-masing anggota jaringan. Disamping itu, perpustakaan dengan

difasilitasi oleh Deputi Rektor Bidang Kerjasama UIN Maulana Malik

Ibrahim berhasil menjalin kerjasama dengan perpustakaan dan lembaga-

lembaga internasional seperti Perpustakaan King Abdul Aziz University,

Robito Al-Alam Al-Islami dan Asian Foundation. Ketiga lembaga tersebut

telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan

61

koleksi Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim.

2. Visi dan Misi Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

a) Visi

Menjadi Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam berwibawa,

memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, berbasis teknologi

informasi dan berstandar internasional untuk menunjang Tri Dharma

Perguruan Tinggi.

b) Misi

1) Menjadi Mitra profesional bagi masyarakat akademis (academic

community) dengan berperan sebagai penyedia dan penyebar

informasi.

2) Memberikan pelayanan prima dan inovatif dengan orientasi kepada

kepuasan pengguna (stake holder).

3) Menjadi pusat akses informasi bagi masyarakat global pada bidang

ilmu yang menjadi fokus universitas.

3. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Struktur Organisasi Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim berada dibawah dan bertanggung jawab langsung

kepada Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim dan

pembinaannya dilakukan oleh pembantu Rektor I Universitas Islam Negeri

62

(UIN) Maulana Malik Ibrahim. Struktur organisasinya dapat dilihat sebagai

berikut:

Gambar 2. Struktur organisasi Perpustakaan UIN Maulana Malik

Ibrahim

Sumber : Profil Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

Malik Ibrahim, 2017

Adapun pegawai yang dimiliki oleh Perpustakaan Univeristas Islam Negeri

(UIN) Maulana Malik Ibrahim saat ini berjumlah 26 orang yang disajikan

dalam tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3 Daftar Pegawai Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim

No. Nama Pendidikan

1. Faizuddin Harliansyah S2

2. Mufid S2

3. Ari Zuntriana S2

4. Heni Kurnia Ningsih S1

5. Imam Rohmanu S1

6. Indar Ristamonika E S1

7. Dian Anesti S1

8. Joko Nuryanto S1

Rektor Pembantu Rektor Bidang Akademik

Kepala Pusat Perpustakaan

Sekretaris

Administrasi/ Ta ta Usaha

Kelompok Pustakawan

Koor Pengembangan

TI

Koor Pelayanan Pemustaka

Perpustakaan Fakultas

Koor Pengolahan

Bahan Pustaka

Koor Pengolahan

Bahan Pustaka

63

No. Nama Pendidikan

9. Imam Suprapto S1

10. Fadli Syahmi S1

11. Purdiono S1

12. M. Nurul Islam S1

13. Alexander Malik Hidayatullah S1

14. M. Syahriel S1

15. Edy Wasno S1

16. Wahyuningtiyas D3

17. Zulaikha D3

18. Ratih Novitasari D3

19. Didit Purwanto SLTA

20. Mujiono SLTA

21. Suaib Sarbini SLTA

22. Sugiato SLTA

23. Bambang Slamet SLTA

24. M. Syamsudin SLTA

25. Isa Aditya Wardana SLTA

26. Sumawan SLTA

Sumber : Profil Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim, 2017

4. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim

a) Tugas

1. Tugas Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim merupakan sarana penunjang kegiatan belajar mengajar.

2. Tugas Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim tidak lepas dari visi dan misinya.

64

b) Fungsi

1. Bidang Pendidikan dan Pengajaran

Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim

merupakan tempat mengumpulkan, melestarikan, mengolah,

menyediakan, dan memperluas informasi sesuai dengan kurikulum

hingga tercapainya sistem pendidikan yang baik.

2. Bidang Penelitian

Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim

sebagai sarana penunjang yang menyediakan fasilitas informasi dan

literatur yang mendukung penelitian di Universitas Islam Negeri

(UIN) Maulana Malik Ibrahim.

3. Bidang Pengabdian

Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim

memberikan kesempatan kepada pemustaka civitas akademika, serta

masyarakat luas unttuk menggunakan perpustakaan dalam

menyebarluaskan informasi.

5. Koleksi Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim

Jenis koleksi yang dimiliki Perpustakaan Universitas Islam Negeri

(UIN) Maulana Malik Ibrahim meliputi koleksi buku monograf,

makalah/jurnal, koleksi tugas akhir (Skripsi, Tesis, Disertasi),

Audiovisual/CD-ROM/Electronic Files. Jenis koleksi buku monograf terdiri

dari koleksi referensi, KK (kopi pertama/tandon), buku umum, Arabian

65

Corner. Keadaan koleksi yang dimiliki Perpustakaan Universitas Islam

Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim sampai tahun 2016 disajikan dalam

tabel 4.

Tabel 4 Jumlah Koleksi Perpustakaan Desember 2016

Jenis Koleksi Judul Eks

1. Buku Teks 58.444 201.660

2. Tugas Akhir Skripsi/Tesis/Disertasi

a. Tercetak 20.111 20.111

b. Elektronik 5.388 5.388

3. Jurnal 1.275 1.275

4. CD / Electronic files 597 2.614

Jumlah 85.852 231.048

Sumber : Profil Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

Malik Ibrahim, 2017

6. Sarana dan Prasarana Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim

Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim mempunyai gedung 3 (tiga) lantai. Sebagai sarana kelancaran

kegiatan perpustakaan, disediakan lift untuk angkut koleksi perpustakaan

bila ada yang membutuhkan. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di

Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim

dijelaskan sebagai berikut:

66

a. Sarana dan Prasarana Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim di lantai 1 terdiri dari:

1) Ruang Kepala Perpustakaan

2) Meja Informasi dan Pendaftaran Anggota (Front Office)

3) Tempat Penyerahan Tugas Akhir (Skripsi, Tesis, Disertasi)

4) Pintu Masuk Utama

5) Ruang Penitipan Tas (Locker)

6) Meja Sirkulasi Peminjaman

7) Layanan Anjungan Kembali Mandiri (AKM)

8) Layanan Anjungan Pinjaman Mandiri (APM)

9) Koleksi Referensi

10) Koleksi Jurnal dan Majalah

11) Koran (Jawa Pos, Kompas, Republika, The jakarta Post, Tabloid bola)

12) Ruang Baca

13) Ruang Internet

14) Fotokopi

15) Lift Barang

16) Terminal OPAC

17) CCTV

b. Sarana dan Prasarana Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim di lantai 2 terdiri dari:

1) Ruang Staf Perpusakaan

2) Ruang Pengadaan dan Pengolahan

67

3) Koleksi Arabian Corner

4) Koleksi CD Corner

5) Koleksi Tugas Akhir (Skripsi, Tesis, Disertasi)

6) Institutional Repository

7) Fotokopi

8) Ruang Local Content

9) Ruang Seminar/Teleconference

10) Ruang Diskusi

11) Ruang Baca

12) Terminal OPAC

13) CCTV

c. Sarana dan Prasarana Perpustakaan Universitas Islam (UIN) Maulana

Malik Ibrahim di lantai 3 terdiri dari:

1) Koleksi Buku Teks Umum dan KK (Tandon)

2) Meja Sirkulasi Pengembalian

3) Meja Bimbingan Penelusuran Informasi

4) Mushalla

5) Fotokopi

6) Terminal OPAC

7) Ruang Server Utama

8) Ruang Maintenance and Repair

9) CCTV

68

7. Layanan pada Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

Malik Ibrahim

Sistem Layanan

Pelaksanaan kegiatan layanan pengguna Perpustakaan Universitas

Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang menerapkan sistem

layanan terbuka (open access). Melalui sistem layanan terbuka, untuk

mendapatkan koleksi yang dibutuhkan, setiap pengguna dapat secara

langsung menelusur koleksi di rak rak koleksi. Sistem layanan ini didukung

dengan sistem keamanan elektronik (Security Gate System) yang mampu

mendeteksi secara elektronik sistem sirkulasi dengan teknologi barcode

sebagai sarana identifikasi. Di samping itu, layanan perpustakaan juga

didukung CCTV sebagai pendukung sistem keamanan perpustakaan.

Jam Buka Layanan

Jam buka layanan pengguna di Perpustakaan Universitas Islam

Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim adalah:

Senin – Kamis = 08.00 – 18.00 WIB

Jum’at = 08.00 – 11.00 WIB [layanan pagi]

= 13.00 – 16.30 WIB [layanan sore]

Sabtu = 08:00 – 12:00 WIB

Adapun layanan yang disediakan oleh Perpustakaan Universitas

Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim meliputi:

69

a) Layanan Sirkulasi

Layanan sirkulasi bertujuan untuk memungkinkan pengguna

menggunakan bahan pustaka secara tepat, memungkinkan perpustakaan

mengetahui siapa peminjam buku dan menjamin kembalinya bahan

pustaka dan mendapatkan data kuantitatif peminjaman di Perpustakaan.

Layanan sirkulasi Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim meliputi:

1) Peminjaman;

2) Pengembalian; dan

3) Pendaftaran anggota khusus.

b) Book Drop (Layanan Anjungan Kembali Mandiri/AKM)

Book Drop berfungsi seperti ATM, pengguna bisa mengembalikan

buku tanpa harus saat jam pelayanan perpustakaan. Pengguna cukup

memasukkan buku lewat sarana Book Drop ini.

c) MULTI-PURPOSE STATION (Layanan Anjungan Pinjam

Mandiri/APM)

MPS berfungsi sebagai sarana pinjam mandiri. Pengguna bisa meminjam

koleksi buku secara mandiri tanpa melalui petugas sirkulasi. Sarana ini

dapat mengurangi antrian panjang peminjaman.

d) Virtual Library

Virtual Library ini diidealisasikan sebagai sarana yang interactive dan

online untuk melayani anggotanya. Melalui virtual library ini, anggota

dapat melakukan penelusuran informasi dan transaksi peminjaman

70

melalui jarak jauh dengan internet. Untuk sementara, layanan ini baru

menyediakan katalog online perpustakaan yang beralamat di

http://www.lib.uin-malang.ac.id.

e) Layanan Local Content/Institutional Repository

Layanani ini dapat diakses di Ruang Digilib (Lantai 2) Perpustakaan UIN

Maulana Malik Ibrahim Malang. Akses layanan ini gratis untuk semua

anggota perpustakaan. Biaya hanya akan dikenakan untuk cetak koleksi

(Rp 200,-/lembar). Tersedia 12 unit komputer untuk mendukung layanan

ini.

f) Layanan Internet for Academic Purposes

Layanan ini dapat diakses di Ruang Internet lantai 1 (Internet Corner).

Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim menyediakan akses internet

untuk kepentingan penelusuran berbagai informasi ilmiah. Layanan ini

juga menyediakan koleksi alamat situs-situs yang sangat penting.

Layanan ini disediakan 19 unit komputer multimedia.

g) Layanan Internet WiFi

Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim juga menyediakan fasilitas

internet nirkabel untuk pengguna. Fasilitas ini bisa diakses secara gratis

di semua lantai perpustakaan (lantai 1,2, dan 3).

h) Layanan Referensi & Penelusuran Informasi

Layanan penelusuran informasi ilmiah bertujuan untuk menjebatani

antara pengguna perpustakaan dengan pusat sumber informasi maupun

informasi itu sendiri. Layanan ini berupaya untuk mengarahkan,

71

menunjukkan, menggali, menelusur informasi sesuai dengan permintaan

pengguna dari manapun secara cepat dan tepat. Melalui Layanan ini,

perpustakaan juga memberikan bimbingan dan pelatihan strategi

penelusuran informasi berkualitas melalui internet dan cara

mengevaluasinya.

i) Layanan CD Corner

CD Corner melayankan koleksi CD ROM, baik yang berasal dari

suplemen buku ataupun koleksi lepas.

j) Layanan Fotokopi dan Penjilidan

Layanan fotokopi disediakan untuk semua pengguna perpustakaan. Bagi

pengunjung yang berminat mengkopi keseluruhan isi buku juga

disediakan layanan penjilidan. Harga fotokopi perlembarnya ditetapkan

berdasarkan harga yang berlaku di pasaran.

k) Layanan Research Carrels (Ruang Khusus Penelitian)

Layanan peminjaman ruang khusus untuk pengguna yang sedang

melakukan penelitian. Reseacrh Carrells tersedia sebanyak 12 ruangan

yang ada di lantai 2.

l) Layanan Penitipan Tas dan Barang (Locker)

Layanan ini disediakan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan

setiap pengunjung perpustakaan atas barang-barang yang tidak boleh

dibawa serta masuk ke perpustakaan.

72

8. Tata Tertib dan Prosedur Layanan

Setiap Perpustakaan selalu memiliki tata tertib yang bertujuan

untuk memberi kenyamanan kepada setiap penggung. Adapun tata tertib

yang ada pada Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim sebagai berikut:

a. Tata Tertib Umum

1) Setiap pengunjung harus membawa dan menunjukkan Kartu Tanda

Mahasiswa (KTM) UIN Maulana Malik Ibrahim atau Kartu Tanda

Anggota (KTA) bagi anggota khusus atau Kartu Sakti bagi

mahasiswa dari PT anggota FKP2TN.

2) Pengunjung diharapkan berpakaian rapi dan sopan. Tidak

diperkenankan memakai dan membawa topi, jas, jaket, atau

sweater, tas, map, kotak, sandal jepit, makanan, minuman atau

sejenisnya.

3) Pengunjung diharapkan dapat menjaga sendiri barang-barang

berharga yang dibawanya dengan tidak meninggalkannya ditempat

penitipan (locker). Perpustakaan tidak bertanggung jawab atas

kehilangan barang berharga tersebut.

4) Pengunjung diharapkan menjaga kenyamanan dan ketertiban

sehingga tidak mengganggu pengunjung lainnya.

5) Pengunjung tidak boleh menggunakan fasilitas dan koleksi

perpustakaan di luar ketentuan yang telah ditetapkan.

73

b. Layanan Sirkulasi

1) Peminjaman adalah mahasiswa, dosen atau karyawan Universitas

Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim yang terdaftar sebagai

anggota perpustakaan.

2) Peminjam harus membawa dan menyerahkan sendiri (tidak boleh

diwakilkan) KTM atau KTA (yang masih berlaku) kepada petugas

setiap peminjaman.

3) Jumlah peminjaman dikategorikan sebagai berikut: [1] Mahasiswa

D2 dan S1 sebanyak 5 eksemplar buku, [2] Mahasiswa yang akan

mengikuti ujian skripsi sebanyak 10 eksemplar buku, [3]

Mahasiswa S2 sebanyak 10 eksemplar buku, [4] Karyawan

sebanyak 10 eksemplar buku, [5] Dosen tetap sebanyak 20

eksemplar buku, [6] Dosen Luar Biasa (LB) sebanyak 8 eksemplar

buku.

4) Lama peminjaman maksimal 10 hari. Bila diperlukan, peminjam

boleh memperpanjang 1 kali dengan lama perpanjangan sampai 10

hari.

5) Koleksi yang dapat dipinjam untuk dibawa pulang adalah koleksi

umum (U) dan koleksi khusus (KK).

6) Selain koleksi umum dan koleksi khusus, pengguna dapat

mengakses langsung di perpustakaan, tidak dipinjamkan untuk

dibawa pulang.

74

7) Setiap transaksi baik peminjaman maupun pengembalian akan

disimpan dalam pangkalan data secara otomatis oleh komputer.

Pengguna akan menerima bukti pada setiap transaksi yang telah

dilakukannya. Pengguna diharapkan memeriksanya sebelum

meninggalkan tempat, dan menyimpannya agar dapat

dipergunakan bila diperlukan.

c. Layanan Referensi dan Penelusuran Informasi

1) Pengguna datang sendiri kepada petugas referensi dan mengisi

formulir yang telah disiapkan.

2) Pengguna menjelaskan informasi yang dibutuhkan dengan

memerinci subyek, ruang lingkup, format, dan kegunaan informasi

tersebut.

3) Petugas akan membantu mendefinisikan kebutuhan informasi

tersebut dan menelusurkan kepada sumber-sumber informasi yang

tersedia.

d. Layanan CD Corner

1) Layanan peminjaman CD Corner bersifat tertutup.

2) Pengguna dapat meminjam maksimal 3 judulCD/hari.

e. Layanan Fotokopi

1) Pengguna yang ingin fotokopi suatu buku hendaknya

mempertimbangkan ketentuan Undang-Undang Hak Atas

Kekayaan Intelektual yang berlaku.

2) Fotokopi atas koleksi skripsi hanya diperbolehkan Bab II.

75

f. Layanan Administrasi dan Ketata-usahaan

1) Pendaftaran dosen dan karyawan

a) Mengisi formulir yang telah disesuaikan.

b) Membawa dan menyerahkan pas foto 2x3 cm sebanyak 1

lembar.

2) Pendaftaran anggota khusus

a) Membawa dan menyerahkan surat pengantar dari Perguruan

Tinggi Asal.

b) Menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dan

menyerahkan fotokopinya.

c) Menyerahkan pas foto ukuran 2x3 cm sebanyak 1 lembar dan

3x4 cm sebanyak 1 lembar.

d) Perpanjangan keanggotaan dapat dilakukan dengan

menyerahkan persyaratan yang sama.

3) Pengajuan surat keterangan bebas tanggungan pinjaman

perpustakaan.

a) Untuk pengambilan ijazah (S1/S2/S3), mengembalikan semua

tanggungan peminjaman, menyerahkan 1 eksemplar

Skripsi/Tesis/Disertasi dan soft file dalam format pdf.

b) Untuk pindah studi, cukup mengembalikan semua tanggungan

peminjaman dan memberikan uang sumbangan.

c) Untuk cuti studi (terminal), cukup mengembalikan semua

tanggungan peminjaman.

76

4) Pembuatan Kartu Sakti

a) Mengisi formulir yang telah disediakan.

b) Membawa dan menyerahkan pas foto 2x3 cm sebanyak 1

lembar.

c) Membayar biaya denda yang telah ditetapkan.

g. Sanksi dan denda

1) Meminjamkan Kartu Tanda Anggota (KTA) atau Kartu Tanda

Mahasiswa (KTM) kepada orang lain untuk mengakses layanan

perpustakaan akan diberikan sanksi hak akses (tidak boleh masuk)

ke dalam perpustakaan selama 1 bulan dan denda Rp 15.000,-

2) Denda keterlambatan pengembalian buku Rp 500,- perhari

3) Denda penghilangan nomor penitipan (locker) sebesar Rp 5.000,-

4) Menghilangkan atau merusak buku akan dikenai sanksi berupa: [1]

Mengganti buku yang sama (baik judul dan edisinya) atau buku

dengan judul lain yang telah ditetapkan pihak perpustakaan atau

memfotokopi buku dengan judul yang telah ditetapkan pihak

perpustakaan, dan [2] Membayar biaya pengolahan buku sebesar

Rp 20.000,-

9. Gambaran Umum Sistem Repostiory EPrints

EPrints diciptakan pada tahun 2000 oleh School of Electronics and

Computer Science, University of Southampton. Asal mula diciptakan

berawal dari adanya pertemuan Santa Fe ditahun 1999 yang mendiskusikan

tentang akses terbuka (open access). Perangkat lunak EPrints resmi dirilis

77

pada tanggal 24 Januari 2007 di acara Konferensi Repositori Terbuka 2007

(open repositories conference 2007). EPrints adalah perangkat lunak

berbasis web untuk mendukung proses pengelolaan materi institutional

repository. EPrints juga dapat digunakan oleh berbagai jenis perpustakaan,

dari perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, dan perpustakaan

khusus. Menjalankan perangkat lunak EPrints bisa menggunakan jaringan

secara lokal atau internet. Secara persentase pengembangan, EPrints

dikembangkan dengan bahasa pemrograman perl dan databasenya

menggunakan MySQL. Fitur yang dihadirkan dapat dikatakan mendukung

kebutuhan dan terus aktif dikembangkan. Diambil dari situs resminya

EPrints juga ditujukan tidak hanya bagi pengelola repositori saja namun

juga bagi beberapa pengguna lainnya seperti researcher, developer,

webmaster, dan institution.

Gambar 3. Logo EPrints

Sumber : Screen capture eprints.org/uk/, 2017

Sistem informasi EPrints ini diharapkan mampu menjawab

permasalahan yang dihadapi pustakawan. Selain itu, sistem informasi ini

cukup sederhana dan mudah digunakan. Fitur yang terdapat dalam sistem

ini cukup membantu pustakawan dalam mengelola karya ilmiah mahasiswa

dan dosen. Kemudahan dalam mengakses sistem ini memberikan peluang

kepada banyak orang untuk mampu mengembangkan dan memodifikasi

bahkan membuat sendiri sebuah sistem. Terdapat tiga fitur utama pada

78

sistem informasi EPrints yang telah dikembangkan Perpustakaan UIN

Maulana Malik Ibrahim, yang mana ketiga fasilitas utama itu dapat

mempermudah pengguna dalam menelusur informasi. Keempat fasilitas

tersebut antara lain :

1. Search Engine

Sistem informasi institutional repository EPrints memiliki fasilitas

search engine (kotak pencarian). Pendataan yang dilakukan oleh search

engine secara otomatis dan real time berdasarkan sistem tertentu yang

kemudian disebut alogaritma. Alogaritma ini membaca kata kunci yang

relevan antara data yang tersimpan di website dengan pencarian yang

dilakukan pengguna. Fasilitas ini memudahkan pengguna dalam menelusur

informasi yang dibutuhkan, hanya memasukkan beberapa kata kunci sistem

langsung memberikan informasi dari hasil pencarian.

Gambar 4. Search engine EPrints

Sumber : Screen capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017

79

2. Pencarian Berdasarkan Kategori

Salah satu keunggulan dari sistem EPrints ini yaitu memiliki fitur

pencarian berdasarkan kategori. Pengguna tidak perlu menuliskan kata

kunci di search engine akan tetapi pengguna hanya mengklik fitur yang

disediakan eprints baik berdasarkan tahun, subyek, divisi, pengarang, dan

dosen pembimbing.

Gambar 5. Pencarian berdasarkan kategori

Sumber : Screen capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017

3. Advanced Search

Fungsi dari advanced search hampir sama seperti pencarian

berdasarkan kategori akan tetapi yang membedakan fitur ini ialah ada

banyak kolom yang diberikan EPrints dalam menelusur berdasarkan

kategori. Pengguna hanya memasukkan atau memilih kolom dari salah satu

yang telah disediakan, setelah itu enter dan hasilnya langsung keluar.

Advanced search ini juga diibaratkan pencarian secara spesifik karena hasil

yang diterima sudah melalui tahap filterisasi tidak seperti search engine.

80

Gambar 6. Advanced search etheses

Sumber : Screen capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017

10. Cara Mengakses dan Menelusur Institutional Repository UIN Maulana

Malik Ibrahim

Institutional repository UIN Maulana Malik Ibrahim mempunyai 2

website dan dapat diakses dari luar maupun dari dalam kampus UIN

Maulana Malik Ibrahim tanpa harus log in terlebih dahulu sudah dapat

informasi yang dapat diakses secara full text. Website untuk koleksi tugas

akhir seperti skripsi, tesis dan disertasi yaitu http://etheses.uin-malang.ac.id/

seperti tampilan dibawah ini:

81

Gambar 7. Tampilan website etheses

Sumber : Screen Capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017

Sedangkan untuk koleksi karya ilmiah dosen-dosen UIN Maulana Malik

Ibrahim seperti journal article, book, seminar dan workshop, research

reports, community service, thesis, teaching resources, patents dan lain-lain

dapat diakses melalui website http://repository.uin-malang.ac.id/. Tampilan

sedikit berbeda dengan etheses walaupun memiliki kesamaan yakni dapat

diakses secara fulltext

Gambar 8. Tampilan website research repository

Sumber : Screen Capture repository.uin-malang.ac.id, 2017

Tampilan awal baik etheses maupun research repository UIN

Maulana Malik Ibrahim, akan langsung ditampilkan halaman pencarian

82

(search) seperti tampilan diatas. Pada tampilan tersebut pengguna dapat

mengetikkan keyword langsung pada space kosong yang tersedia agar

memudahkan penelusuran informasi. Pada website research repository

terdapat informasi yang baru diunggah pustakawan sehingga pengguna

mengetahui informasi yang terbaru. Pengguna juga dapat menggunakan

fitur-fitur yang ada di website seperti advanced search jika ingin melakukan

pencarian secara spesifik.

Gambar 9. Advanced search research repository

Sumber : Screen Capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017

Tampilan advanced search ini terdapat banyak kolom dimana

kolom tersebut berfungsi untuk mesin pencari (search engine). Pengguna

dapat memasukkan dan memilih kata kunci di salah satu kolom yang

disediakan. Jika pengguna kesulitan dalam artian tidak mengerti apa saja

fungsi dari kolom tersebut, EPrints juga menyediakan fitur bantuan.

Fungsinya untuk memberi pengetahuan apa saja fungsi dari kolom yang

tersedia. Kata kunci yang dimasukkan banyak, sehingga hasil yang

83

didapatkan akan lebih detail dan spesifik. Seperti hasil yang telah dilakukan

menunjukkan hasil yang detail pada gambar dibawah ini:

Gambar 10. Hasil pencarian EPrints

Sumber : Screen Capture repository.uin-malang.ac.id, 2017

Hasil pencarian diatas mengenai informasi yang berasal dari

beberapa sumber, namun isi dokumen tersebut mempunyai hubungan

dengan kata kunci yang dicari. Pengguna yang menginginkan penjelasan

tentang isi dokumen tersebut, pengguna dapat memilih langsung gambar

disebelah kiri jika ingin membacanya secara full text.

84

Gambar 11. Tampilan detail informasi

Sumber : Screen Capture repository.uin-malang.ac.id, 2017

Tampilan ini adalah tampilan detail suatu informasi. Jika pengguna

merasa ragu akan informasi yang diterima, pengguna bisa masuk ke

tampilan ini untuk melihat abstraknya terlebih dahulu sebelum mengunduh.

Informasi tersebut dapat diunduh secara full text, cara unduhnya pengguna

dapat memilih dan mengklik pada gambar file atau kolom download.

B. Penyajian Data

1. Efektivitas Sistem EPrints di Perpustakaan Pusat UIN Maulana Mallik

Ibrahim

a. Kualitas Sistem EPrints

EPrints merupakan salah satu sistem berbasis web yang

mendukung pengelolaan materi institutional repository. Sistem eprints

mampu berjalan sempurna di dalam sistem jaringan lokal (intranet) maupun

internet. Saat ini EPrints banyak diminati perpustakaan perguruan tinggi di

85

Indonesia khususnya perguruan tinggi yang mengelola repositori

dikarenakan berbagai fitur yang dimilikinya dapat memenuhi kebutuhan

sistem otomasi suatu perpustakaan. Sebagai perangkat lunak yang termasuk

dalam kategori sistem informasi perpustakaan, fitur yang dihadirkan dapat

dikatakan mendukung kebutuhan dan terus aktif dikembangkan. Sejak

dirilis tahun 2007 sampai sekarang EPrints jarang sekali menemukan

kendala yang fatal. Bahkan EPrints sudah banyak diterapkan pada

perpustakaan perguruan tinggi di negara-negara lain dan telah terbukti

memberikan kontribusi yang baik bagi perpustakaan yang mengelola

institutional repository terutama dalah hal ini adalah Perpustakaan Pusat

UIN Maulana Malik Ibrahim.

“EPrints ini merupakan sebuah platfom yang sudah jadi, sehingga

jika dikatakan mudah memang sangat mudah karena terbukti mulai

2015 diterapkan sampai sekarang sistem ini masih digunakan

Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim. Programer disini

memang hanya satu akan tetapi sudah cukup dalam mengcustom

website yang dibutuhkan perpustakaan uin dan sejauh ini juga

masalah yang dihadapi kecil-kecil saja.” (Wawancara dengan

Bapak Faizuddin pada Kamis, 5 Oktober 2017)

EPrints ini selain banyak digunakan dan dipilih karena sistem

kerjanya yang mudah dan fitur yang disediakan didalamnya juga didesain

sederhana. Aplikasi sistem ini berbasis sistem operasi linux yang mudah

dimodifikasi sehingga programer mudah memodifikasi sesuai kebutuhan

agar memudahkan proses pengelolaan. Desain fitur yang sederhana dan

mudah dimodifikasi membuat pustakawan menjadi lebih mudah dan tidak

mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan EPrints. Selain itu sistem

operasi linux juga tidak membutuhkan biaya operasional yang besar, faktor

86

keamanan, dan kestabilan sistem yang tinggi tidak seperti sistem operasi

yang lainnya seperti microsoft windows. Ciri-ciri ini menjadi bukti atas

keunggulan model pengembangan perangkat lunak sumber terbuka (open

source software). Pustakawan dalam keseharian sudah terbiasa

mengoperasikan EPrints, walaupun saat pertama kali menerapkan masih

banyak memiliki kendala.

“Awal menerapkan etheses memang agak sulit karena masih rumit

kemudian semakin ke sini diringkas sedemikian rupa sehingga jadi

lebih mudah”. (Wawancara dengan Ibu Heni pada Rabu, 30

Agustus 2018)

Field yang diringkas sedemikian rupa memudahkan pustakawan

dalam mengolah local content. Field mencakup pengisian bibliografi seperti

judul, pengarang, dosen pembimbing, keyword, dan lain-lain. Pengisian

bibliografi pada etheses dan repository uin malang ada sedikit perbedaan,

dikarena jenis koleksi yang akan dideposit di repository uin lebih banyak

dibandingkan dengan etheses yang hanya ada theses maka pada field item

type pustakawan harus memilih jenis koleksi yang akan dideposit lalu

pustakawan harus mengisi semua bibliografi yang tersedia. Sistem juga

sangat membantu pustakawan dalam mengolah repository karena

pustakawan hanya menyalin data yang ada di file aslinya. Sistem belum bisa

membaca field daftar pustaka dengan detail sehingga pustakawan harus

melakukan proses editing karena tata letak yang tidak beraturan lalu

pustakawan diwajibkan untuk mengupload file asli secara fulltext. Setelah

semua proses tersebut dilaksanakan lalu pustakawan mendeposit dan sistem

secara otomatis menyimpannya. File yang baru dideposit tidak bisa

87

langsung diakses oleh pengguna karena belum disetujui langsung oleh

admin, sehingga pengguna harus menunggu agar koleksi yang dideposit

dapat dimanfaatkan secara maksimal. Sistem yang sederhana, mudah, dan

cepat inilah yang membuat kinerja pustakawan lebih baik dan efektif.

Kemudahan dalam pengoperasian sistem didukung dengan fitur-fitur yang

disediakan oleh EPrints.

“Kesesuaian fitur yang ditawarkan EPrints sudah mumpuni karena

sudah mencakup semua bibliografi yang ada” (Wawancara dengan

Ibu Dian pada Kamis, 2 November 2017)

Pustakawan lain juga menambahkan,

“kesesuaian fitur di EPrints sesuai dengan apa yang dibutuhkan

pustakawan dan sudah mewakili semua karya ilmiah yang akan

dipublikasikan” (Wawancara dengan Bapak Imam pada Kamis, 2

November 2017)

Fitur-fitur yang ada pada EPrints dirancang menyesuaikan dengan

kebutuhan pustakawan di perpusakaan UIN Maulana Malik Ibrahim.

Sebagai sistem informasi perpustakaan, EPrints memang dirancang untuk

kegiatan pengolahan akan tetapi EPrints juga menyediakan fasilitas

perhitungan jumlah koleksi yang telah dideposit dan juga koleksi mana saja

yang sering dilihat atau diunggah sehingga pengguna tahu mana saja

informasi yang berkualitas tinggi dan performa akademik dapat diukur

secara jelas.

“Keandalan sistem sudah baik karena EPrints sendiri sudah bisa

bekerja sesuai dengan yang pustakawan inginkan sehingga

pemustaka maupun pustakawan merasakan kenyamanan.”

(Wawancara dengan Ibu Heni pada Rabu, 30 Agustus 2017)

88

Pustakawan lain menambahkan,

“keandalan sistem EPrints ini cukup handal karena selain

memudahkan pustakawan dalam proses pengolahan. Sistem ini

juga memudahkan perpustakaan dalam mengukur data statistik

akademik secara jelas.” (Wawancara dengan Bapak Faiz pada

Kamis, 5 Oktober 2017)

Fitur ini merekam semua kegiatan repository di perpustakaan

mulai dari pengolahan sampai seberapa sering koleksi diunduh oleh

pengguna. Repository di perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim

memang terbagi dua yakni research repository dan etheses. Pembagian ini

bertujuan agar mudah menghitung data statistik akademik. Jika dijadikan

satu maka perhitungan ini akan menjadi tidak jelas karena bukan hanya

theses saja yang dideposit melainkan ada banyak jenis koleksi karya ilmiah

baik yang dibuat oleh dosen maupun yang diterbitkan pihak UIN Maulana

Malik Ibrahim. EPrints memudahkan perpustakaan untuk mengevaluasi

kinerja repository di perpustakaan karena hanya dengan melihat statistik,

data yang disajikan sudah mencakup semua bahan evaluasi pada sistem

tersebut.

89

Gambar 12. Data statistik Sumber : Screen Capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017

EPrints termasuk multiplattform baik pengembangan oleh

Redhat/fedora atau Debian/Ubuntu sehingga, EPrints dapat berjalan dengan

baik disemua distro Linux, Windows ataupun produk Unix lainnya.

Kecepatan akses suatu sistem tidak didasari pada sistem operasi tersebut

seperti Linux atau Windows melainkan seberapa besar bandwidth yang

diberikan domain, seperti pada pendapat yang disampaikan oleh programer

Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim.

“Kecepatan akses itu tergantung internetnya masing-masing sama

si penyedia domain itu bisa memberikan bandwidth berapa untuk

bisa mengakses domain tersebut. Sehingga jika ditanya sudah

optimal atau belum jawabannya sudah.” (Wawancara dengan

Bapak Alexander pada Selasa, 29 Agustus 2017)

Pustakawan lain berpendapat,

“bagi pustakawan pengolah kecepatan aksesnya masih sering

lemot dan jaringannya masih sering terganggu dan bagi pemustaka

pun masih sering komplain mengenai jaringan ini, semua itu

tergantung dari fasilitas yang digunakan.” (Wawancara dengan Ibu

Heni pada Kamis, 2 November 2017)

90

Sistem dibuat menyesuaikan pada komputer yang digunakan pada

perpustakaan saat ini. Sehingga tidak akan memberatkan sistem tersebut

pada saat digunakan oleh pustakawan dalam melakukan kegiatannya

sebagai pustakawan pengolah. Fitur yang terdapat pada EPrints guna untuk

mensukseskan pelaksanaan pengolahan repository antara lain type, upload,

details, subjects dan deposit.

Gambar 13. Tampilan menu sistem EPrints untuk pengolahan

Sumber : Screen Capture repository.uin-malang.ac.id, 2017

Semua fitur yang ada sudah dapat berjalan dengan baik sehingga jarang

sekali terjadi gangguan pada sistem. Fitur ini dibuat bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan pustakawan dalam membantu menjalankan rangkaian

kegiatan repository perpustakaan. Kinerja pustakawan lebih terkontrol dan

terorganisir untuk memberikan layanan yang akan dimanfaatkan pengguna

dalam jangka waktu yang panjang.

“Sistem sangat memperhatikan pemustaka terbukti dengan fitur-

fitur yang disediakan sangat banyak dan berfungsi dengan baik.”

(Wawancara dengan Adelia pada Senin, 25 September 2017)

Pusatakawan lain menambahkan,

“tidak hanya berstandar OAI, metadata Dublin Core yang ada pada

eprints memudahkan pustakawan dalam mengolah repository

karena semua elemen yang dibutuhkan sudah memadai dan semua

fitur yang ada berfungsi dengan baik.” (Wawancara dengan Bapak

Imam pada Kamis, 2 November 2017)

91

Open Archieve Inititive (OAI) adalah memungkinkan akses materi

web melalui repositori yang bisa dioperasikan untuk saling berbagi

metadata, publikasi dan pengarsipan. EPrints sudah berstandar OAI karena

sesuai dengan misi OAI itu sendiri yakni mengembangkan dan

mempromosikan standar interoperabilitas yang bertujuan untuk

memfasilitasi penyebaran konten secara efektif. Metadata Dublin Core yang

ada di EPrints memberikan kemudahan saat mengolah repository karena

Dublin Core dibuat sesederhana mungkin agar dapat digunakan baik oleh

awam maupun profesional serta Dublin Core mempunyai kemampuan untuk

dikembangkan, berbeda dengan MARC. Era digital saat ini, metadata

memiliki peranan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan metadata

memiliki informasi terstruktur yang mendeskripsikan, menjelaskan suatu

informasi yang terkandung dalam suatu data sehingga mudah untuk

digunakan, dikelola, dan ditemukan kembali. Format metadata ini jika

digunakan dapat dimanfaatkan untuk menjalankan interoperabilitas antar

perpustakaan, namun dengan mengikuti ketetapan yang berlaku sesuai

dengan kebijakan perpustakaan masing-masing.

b. Kualitas Informasi EPrints

Keberadaan informasi dapat dikatakan berkualitas tinggi tidak

lepas dari kinerja teknologi informasi yang mumpuni. Penggunaan aplikasi

atau software yang memanfaatkan kecanggihan teknologi dapat berguna

bagi berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder). Berkat kecanggihan

teknologi informasi yang dikelola dengan mudah, cepat dan akurat dapat

92

menghasilkan output yang bagus dalam hal ini informasi yang berkualitas.

Kelengkapan informasi yang disajikan EPrints memang sudah hampir

semua tersedia akan tetapi tidak semua informasi bisa masuk repository

harus ada filterisasi sehingga informasi yang disajikan merupakan informasi

yang berkualitas. Pengembangan institutional repository di UIN Maulana

Malik Ibrahim dalam hal informasi sudah sangat lengkap hal ini

disampaikan oleh Bapak Faiz selaku kepala perpustakaan .

“Data yang dideposit sebelumnya akan dapat dilihat oleh

pustakawan dan jika ada yang salah akan saya berikan tanda untuk

segera diperbaiki.” (Wawancara dengan Bapak Faiz pada Kamis, 5

Oktober 2017)

Pustakawan lain menambahkan,

“informasi yang diberikan EPrints memang hampir semua jenis

koleksi ada akan tetapi untuk theses kebijakannya harus dilakukan

filterisasi. Jadi setelah mahasiswa menyerahkan softcopy berserta

hardcopynya itu kita cocokkan terlebih dahulu, jika ada yang tidak

sama sedikitpun misalnya abstrak bahasa arab yang tidak terbaca

pada softcopynya seperti kode itu kita kembali untuk diperbaiki

dulu baru serahkan perpustakaan kembali. Hal ini dilakukan karena

masih banyak mahasiswa terutama mahasiswa S2 yang masih

belum tahu kebijakan untuk penyerahan theses.” (Wawancara

dengan Bapak Imam pada Kamis, 2 November 2017)

93

Gambar 14. Kebijakan penyerahan tugas akhir

Sumber : Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim, 2017

Informasi akan berguna untuk mendukung fungsi operasional

manajemen dan pengambilan keputusan suatu instansi maupun individu

tidak akan lepas dari adanya peran sistem informasi. Format sistem

informasi EPrints dibuat sesederhana mungkin agar memudahkan pengguna

dalam mencari informasi yang dibutuhkan sehingga informasi yang telah

disajikan dapat dimanfaatkan secara maksimal.

94

“Tampilan website EPrints UIN Maulana Malik Ibrahim sudah

sederhana dan tidak menyusahkan pengguna. Tampilan awal

website ini langsung memunculkan kotak pencarian akan tetapi jika

kita mencari informasi disana hasilnya kurang sesuai dengan yang

kita inginkan” (Wawancara dengan Adelia pada Senin, 25

September 2017)

Berkenaan dengan hal ini pengguna lain juga menambahkan pendapatnya,

“EPrints sudah bagus dan ada beberapa fitur yang memudahkan

pemustaka menelusur informasi salah satunya advanced search

yang bisa mencari informasi lebih spesifik dan menutup terjadinya

kesulitan dalam mencari informasi.” (Wawancara dengan Muhim

pada Senin, 25 September 2017)

Gambar 15. Fitur untuk pemustaka

Sumber : Screen Capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017

Tampilan yang sederhana menjadi ciri khas tersendiri bagi EPrints UIN

Maulana Malik Ibrahim sehingga pemustaka tidak kesulitan dalam mencari

dan memanfaatkan fitur yang tersedia. Fitur yang tersedia pada EPrints

bukan hanya untuk memudahkan pustakawan dalam mengolah repository

tetapi juga untuk memudahkan pemustaka dalam penelusuran informasi dan

juga memahami isi dari informasi yang disediakan sistem. Hal tersebut

sebagai bahan pertimbangan pemustaka apakah informasi tersebut

95

bermanfaat atau tidak sehingga membantu dalam proses pengambilan

keputusan.

“Informasi yang ada di EPrints sudah baik dalam artian sudah

bermanfaat akan tetapi pada fitur simple keyword search box masih

kurang maksimal.”(Wawancara dengan Bapak Alexander Selasa,

29 Agustus 2017)

Pemustaka lain menambahkan,

“sistem informasi EPrints sudah lumayan memberikan kemudahan

bagi saya sehingga saya memahami informasi yang ada serta sangat

bermanfaat karena informasi yang selama ini sangat lengkap.”

(Wawancara dengan Aji pada Senin, 16 Oktober 2017)

EPrints merupakan sistem otomasi yang dilengkapi dengan bahasa

queri yakni menggunakan bahasa SQL. Bahasa queri adalah bahasa

komputer yang digunakan untuk melakukan permintaan terhadap basis data

dan sistem informasi. Sebuah sistem informasi yang ditawarkan harus jelas

mencerminkan maksudnya sehingga tidak akan menimbulkan masalah

dalam berbagai hal termasuk aspek keakuratan sistem dalam penelusuran

informasi. Karena informasi tersebut akan diteruskan kepada penerima

informasi yakni pustakawan maupun pemustaka. Sistem EPrints

memberikan respon yang baik dalam menyajikan informasi.

“Kinerja EPrints sudah bagus dilihat dari sejak saya menggunakan

eprints, akan tetapi publikasi ilmiah yang disediakan kurang

terkini.” (Wawancara dengan Dewi pada Kamis, 28 September

2017)

Sependapat dengan hal tersebut, pemustaka lain menambahkan,

“masih banyak pemustaka yang kurang puas dengan kinerja

EPrints dalam konteks informasinya karena kami kekurangan

tenaga SDM tetap” (Wawancara dengan Ibu Heni pada Rabu, 30

Agustus 2017)

96

Selain itu sistem EPrints dilengkapi dengan keamanan data.

Keamanan data pada sistem ini bekerja pada saat sistem ini aktif. Pada saat

sistem berjalan pustakawan harus masuk ke dalam portal khusus untuk

menuliskan ID dan password yang telah diberikan dengan kewenangan

sebelumnya.

“Keamanan sistem ini baik, alhamdulillah belum pernah terjadi

masalah, ada beberapa pustakawan yang diberikan ID dan

password untuk bertanggung jawab dalam hal ini.” (Wawancara

dengan Bapak Imam pada Kamis, 2 November 2017)

Berkenaan dengan hal ini programer menambahkan,

“keamanan sistem EPrints sangat baik karena disini kami

mempunyai dua server sehingga jika terjadi maintenance ataupun

gangguan lain seperti hacker, kita alihkan ke server yang satunya

agar pemustaka tidak terganggu dengan adanya masalah yang ada

dan dapat memanfaatkan informasi dengan maksimal.”

(Wawancara dengan Bapak Alexander pada Selasa, 29 Agustus

2017)

Setiap operator yang menjalankan sistem diberikan password

sendiri, sehingga keamanan data di server database dapat terjaga dengan

baik. Fasilitas sistem akan muncul sesuai dengan hak akses operator yang

diberikan. Pustakawan yang berwenang saja yang dapat menggunakan

sistem EPrints sehingga keamanan data dapat dipercaya. Selain itu sistem

EPrints ini di dukung dengan teknologi DataBase Replication atau Backup

Data dengan cara memberikan dua server yang dapat menjamin keamanan

data terhadap gangguan sistem.

c. Kualitas Pelayanan

Kehandalan pada sistem informasi EPrints sudah tidak diragukan

dalam membangun institutional repository di perpustakaan daerah maupun

97

perguruan tinggi karena eprints di desain tidak hanya bagi pengelola

repository saja melainkan diperuntukkan bagi beberapa pengguna lainnya

seperti research, developer, webmaster, dan institution. EPrints di

perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim diterapkan pada tahun 2015

sehingga masih dalam tahap pengembangan dan selalu diperbarui untuk

memenuhi kebutuhan pustakawan maupun pemustaka. Pihak perpustakaan

memberikan jaminan yang terbaik pada sistem informasi bagi pemustaka

sehingga selain kebutuhan informasinya terpenuhi, instansi yang

menerapkannya juga mendapat keuntungan.

“Pustakawan yang ditugaskan untuk mengolah institutional

repository UIN Maulana Malik Ibrahim merupakan pustakawan

profesional dan ahli dalam mengoperasikan EPrints sehingga bebas

dari bahaya, resiko, dan keragu-raguan pemustaka dalam

menggunakan eprints untuk membantu menyelesaikan tugas

akhir.” (Wawancara dengan Bapak Faizuddin pada Kamis, 5

Oktober 2017)

Sependapat dengan hal tersebut pemustaka lain menambahkan,

“EPrints merupakan sistem informasi yang bagus. Pengoperasian

eprints ditanggani oleh pustakawan-pustakawan ahli agar

pemustaka yang mengakses merasa nyaman dan terpenuhi

kebutuhan informasinya.” (Wawancara dengan Ibu Dian pada

Rabu, 6 September 2017)

98

Gambar 16. Kontak informasi

Sumber : Screen Capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017

Informasi yang tersedia di EPrints sudah hampir mencakup semua

jenis koleksi yang ada. Banyaknya informasi yang ada menjadi tugas

tersendiri bagi perpustakaan untuk menyediakan beberapa fitur yang

memudahkan pemustaka menelusur informasi. Fitur disediakan eprints

sudah banyak dan berfungsi dengan baik sehingga jika pemustaka mencari

informasi di EPrints sudah terbantu dengan adanya fitur-fitur tersebut.

“Fitur yang tersedia sudah sangat baik membantu kami dalam

menelusur informasi yang kami butuhkan. Sistem juga merespon

dengan cepat akan tetapi tergantung kecepatan jaringannya.”

(Wawancara dengan Andri pada Jum’at, 13 Oktober 2017)

Pemustaka lain menambahkan,

“Pustakawan juga merasakan respon yang baik karena komputer

yang berada dipengolahan institutional repository sudah diganti

dengan yang baru. Pemustaka akan lebih terbantu dalam menelusur

informasi karena selain kinerja pustakawan juga lebih baik, fitur

yang diberikan juga banyak dan bermanfaat” (Wawancara dengan

Ibu Heni pada Kamis, 2 November 2017)

Ketersediaan fitur memberikan kemudahan dalam mengakses

sistem informasi EPrints. Selain itu tidak hanya sistem saja yang

99

memberikan layanan yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan pemustaka

tetapi pustakawan juga ikut andil dalam mensukseskan layanan yang prima

bagi pemustaka. Sistem informasi EPrints menyediakan kotak saran dalam

bentuk email. Hal ini menunjukkan dikembangkannya EPrints di

perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim mengikut sertakan siapa saja

sehingga pemustaka merasa terpenuhi kebutuhan informasinya dengan

adanya EPrints.

“Kami menyediakan kolom saran akan tetapi dalam bentuk email

yang berfungsi untuk menampung aspirasi dari mahasiswa ataupun

dosen untuk pengembangan EPrints ini.” (Wawancara dengan

Bapak Alexander pada Selasa, 29 Agustus 2017)

Pustakawan lain menambahkan pendapatnya,

“untuk menampung aspirasi mahasiswa ataupun dosen disediakan

email. Perpustakaan juga memanfaatkan sosial media lain seperti

instagram dan facebook akan tetapi jika sosial media kegiatannya

hanya untuk publikasi saja, tetapi jika ada komplain dari

mahasiswa yang disampaikan lewat Instagram maupun facebook

kami tetap terima.” (Wawancara dengan Ibu Heni pada Rabu, 30

Agustus 2017)

Diharapkan dengan adanya sosial media yang dimanfaatkan pihak

perpustakaan, mahasiswa ataupun dosen memberikan aspirasinya dalam

membangun institutional repository. Akan tetapi pada kenyataannya tidak

demikian, jika ada pemustaka yang komplain langsung datang ke

perpustakaan ataupun langsung ke ruang pengolahan institutional

repository dengan alasan jika seperti ini aspirasinya langsung direspon oleh

pustakawan. Pustakawan yang menerima komplain mengusahakan

mewujudkan keinginan dari mahasiswa sehingga respon dari pustakawan

100

pengolah institutional repository sudah sangat responsif dalam menanggapi

komplain.

d. Penggunaan

Sistem otomasi dirancang untuk kebutuhan perpustakaan dalam hal

mendukung tindakan manajemen, memperlancar fungsi operasional, dan

pengambilan keputusan suatu instansi maupun individu. Sistem ini yang

nantinya akan memunculkan informasi-informasi yang dapat membantu

organisasi dalam menyediakan data yang sesuai dengan kebutuhan. Agar

sistem dapat bekerja dengan baik bagi manajemen perpustakaan maka

sebuah sistem harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi sesuai

dengan maksud pengguna

“EPrints digunakan dengan frekuensi akses yang tinggi, setiap hari

digunakan untuk mengolah repository, rata-rata penginputan data

sampai proses deposit dibutuhkan waktu 15 menit.” (Wawancara

dengan Ibu Dian pada Rabu, 6 September 2017)

Pustakawan lain menambahkan,

“sistem EPrints sudah sangat baik, walaupun setiap hari digunakan

untuk mengolah repository dan hampir setiap hari pula diakses,

sistemnya belum pernah terjadi kesalahan hanya saja yang sering

terjadi gangguan itu pada jaringannya.” (Wawancara dengan Ibu

Heni pada Rabu, 30 Agustus 2017)

Perpustakaan digital dikembangkan perpustakaan berdasarkan

kebutuhan tenaga pengelola agar membantu perkerjaan di perpustakaan

melalui fungsi otomasi perpustakaan, sehingga proses pengolahan

repository lebih efektif dan efisien. EPrints digunakan dan dimanfaatkan

oleh pustakawan setiap hari Senin-Jum’at mulai dari jam perpustakaan

dibuka sampai pada jam pulang kerja yakni jam 16.00 wib. Sistem otomasi

101

perpustakaan berfungsi sebagaimana mengontrol sistem administrasi

layanan secara otomatis/terkomputerisasi sehingga durasi penggunaan dan

pemanfaatan layanan mempunyai peran yang sangat penting.

“EPrints digunakan pustakawan dalam mengolah repository

digunakan pada saat hari kerja, mulai dari dimulainya kegiatan

perpustakaan sampai berakhirnya jam kantor.” (Wawancara

dengan Bapak Imam pada Kamis, 2 November 2017)

Pustakawan lain berpendapat,

“hanya setiap hari senin-jum’at saja EPrints digunakan itupun

hanya 8 jam kerja tetapi walaupun kegiatan pustakawan

menggunakan EPrints terbatas, pemustaka dapat mengakses dan

memanfaatkan informasi yang ada di EPrints 24 jam.” (Wawancara

dengan Ibu Tata pada Rabu, 6 September)

Kualitas dari sistem EPrints yang baik dapat memberikan

kontribusi dan hasil yang baik sehingga memberikan kenyamanan bagi

pustakawan maupun pemustaka yang menggunakannya. Selain itu

ketepatan penggunaan sistem EPrints pada perpustakaan dapat membantu

dalam mencari informasi-informasi yang diinginkan dengan menggunakan

katalog online yang dapat diakses melalui internet maunpun intranet,

sehingga pencarian informasi dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun

pemustaka berada.

e. Kepuasan Pengguna

Kepuasan pengguna merupakan faktor penting terhadap kualitas

layanan yang diberikan oleh sistem. Kepuasan pengguna yakni dalam

konteks informasi secara tidak langsung dapat digunakan sebagai ukuran

bagi keberhasilan sistem pada instansi. Sikap pemustaka terhadap sistem

102

informasi merupakan kriteria subjektif mengenai seberapa suka pemustaka

terhadap sistem yang digunakan.

“Pustakawan puas dengan diterapkannya sistem ini, karena sudah

mempermudah dalam mengolah repository walaupun pernah

mengalami kesalahan saat awal menerapkannya.” (Wawancara

dengan Ibu Heni pada Rabu, 30 Agustus 2017)

Pustakawan lain menambahkan,

“EPrints sudah dapat membantu pustakawan dalam melakukan

kegiatan repository serta sudah memenuhi kebutuhan informasi

pemustaka karena hampir semua jenis koleksi ada di eprints.’

(Wawancara dengan Bapak Imam pada Kamis, 2 November 2017)

Pustakawan di Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim

merasakan sistem informasi yang diterapkan di perpustakaan menghasilkan

suatu layanan sistem yang handal, akurat, efektif, dan efisien serta mampu

memberikan kontribusi yang memadai bagi perpustakaan secara

keseluruhan. Keterkaitan antara sistem informasi yang berkembang pesat

dengan layanan sangat erat sehingga dalam mengidentifikasi kebutuhan

pemustaka jika hanya sistem informasinya saja yang bagus tetapi tidak

didukung dengan layanan yang mumpuni maka kepuasan secara

menyeluruh atas semua sistem yang telah disajikan tidak bisa diukur.

“Sistemnya sudah bagus akan tetapi karya ilmiah dosen masih

sedikit referensinya sehingga pengetahuan yang saya dapat terbatas

serta masih banyak dari teman-teman mahasiswa yang belum

mengetahui eprints serta kegunaannya” (Wawancara dengan

Adelia pada Senin, 25 September 2017)

Berkenaan dengan hal tersebut pemustaka lain menambahkan,

“EPrints merupakan sistem yang sangat bagus. Fitur serta

informasi yang disajikan sudah banyak serta dapat dimengerti oleh

mahasiswa akan tetapi hanya mahasiswa tingkat akhir saja yang

kebanyakan mengakses EPrints sehingga penggunaan eprints tidak

sesuai dengan harapan yang dimana sistem informasi ada supaya

103

selain memudahkan pengguna dalam menelusur informasi juga

agar dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh semua kalangan.”

(Wawancara dengan Yazid pada Senin, 16 Oktober 2017)

Kunci dari keberhasilan dalam memenuhi kepuasan pemustaka

terletak dari sistem tersebut, bagaimana sistem mengelola infrastruktur,

informasi yang disediakan serta sosialisasi kepada semua mahasiswa agar

dimanfaatkan secara maksimal. Dublin Core merupakan salah satu standar

metadata yang berfungsi sebagai mewujudkan interoperabilitas antar sistem

dalam rangka membangun kerjasama perpustakaan berskala nasional

maupun regional sehingga jika metode ini dilaksanakan dengan maksimal,

kebutuhan informasi pemustaka akan terpenuhi.

e. Keuntungan Perpustakaan

Pengembangan institutional repostiory di perpustakaan telah

banyak menyita perhatian dari kalangan ilmiah seluruh dunia. Bagi

perguruan tinggi penggunaan sistem informasi perpustakaan merupakan

salah satu upaya untuk mengatasi ketinggalan dan memaksimalkan kinerja

pustakawan dalam memberikan pelayanan prima kepada pemustaka.

“Repository dapat memberikan manfaat serta keuntungan bagi

perguruan tinggi yang menjalankannya dapat mengharumkan nama

instansi yang menjalankannya. Pada akhirnya, dapat menarik minat

banyak calon mahasiswa untuk menempuh studi pada perguruan

tinggi tersebut.” (Wawancara dengan Bapak Faizuddin pada

Kamis, 5 Oktober 2017)

Pustakawan lain berpendapat,

“dengan diterapkannya sistem EPrints ini bukan hanya

pustakawannya saja yang merasa diuntungkan karena

mengolahnya jadi lebih mudah dan cepat tetapi pemustaka juga

merasa diuntungkan karena mereka dapat memaksimalkan karya

ilmiah dari dosen maupun mahasiswa untuk penyelesaian tugas

104

akhir ataupun hanya sekedar bahan bacaan.” (Wawancara dengan

Bapak Imam pada Jum’at, 8 September 2017)

Dikembangkannya EPrints untuk membangun repository pada

perpustakaan menjadi keuntungan tersendiri bagi yang menerapkan sistem

ini. Sistem yang telah dilengkapi dengan berbagai fitur yang memudahkan

pemustaka dalam penelusuran informasi memiliki keuntungan yang besar

bagi perpustakaan. Sistem yang dilengkapi dengan metadata Dublin Core

dapat memperluas informasi dengan cara meningkatkan kerjasama antar

perpustakaan untuk mempercepat aliran pengetahuan sehingga pemustaka

yang menggunakan sistem ini dapat memenuhi kebutuhan informasi yang

dibutuhkan. Selain informasi yang disajikan dapat dimanfaatkan dengan

maksimal dengan adanya fitur-fitur yang telah disajikan, perpustakaan juga

dapat mewujudkan research sharing antar pemustaka maupun instasi lain.

2. Faktor pendukung dan penghambat Efektivitas Sistem Institutional

Repository EPrints dalam Mengembangkan Layanan Informasi di

Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim:

a. Faktor pendukung

1) Kebijakan open access

Suatu program dapat bekerja dengan maksimal jika ada dukungan

yang menunjang terlaksananya program tersebut. Kemajuan teknologi

menyebabkan pergeseran prioritas masyarakat dalam mencari sumber

informasi dari media cetak ke media digital. Masyarakat kini lebih sering

105

melakukan penelusuran informasi melalui internet daripada pergi ke

perpustakaan. Fenomena ini juga menjangkit kalangan mahasiswa,

mereka lebih memilih mencari sumber referensi di internet daripada ke

perpustakaan perguruan tinggi setempat. Melihat fenomena ini, pihak

Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim mulai menggunakan bantuan

teknologi informasi untuk memudahkan dalam penyelesaian tugas

pustakawan. Seiring berjalannya waktu, teknologi informasi mulai

digunakan untuk memudahkan dan memberikan layanan yang efektif

serta efisien bagi pemustaka. Tahun 2015 pihak Perpustakaan UIN

Maulana Malik Ibrahim mengembangkan sistem informasi khusus

institutional repository dengan nama EPrints, dimana program ini

mengelola koleksi-koleksi karya ilmiah hasil sivitas akademika. Selain

itu, untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka yang mengarah ke

digital serta dapat diakses dengan mudah, cepat, dan tepat pihak

perpustakaan mulai melayankan layanan institutional repository, dimana

pemustaka dapat mengakses koleksi karya ilmiah sivitas akademika UIN

Maulana Malik Ibrahim dalam bentuk digital serta dapat ditemu kembali

dengan cepat menggunakan bantuan sistem. Kebijakan yang

diberlakukan untuk mendukung program ini tentang pengumpulan karya

ilmiah dalam bentuk tercetak (hardcopy) dan digital (softcopy) ke pihak

perpustakaan.

“Dukungan yang diberikan rektor berupa kebijakan wajib

menyerahkan karya ilmiah sivitas akademika dirasa perlu, bahwa

ketika diunggah harus bisa diakses secara fulltext dan meng-SOP-

kan sedemikian rupa sehingga dapat memaksimalkan fungsi

106

institutional repository sebagai sarana komunikasi ilmiah.”

(Wawancara dengan Bapak Faizuddin pada Kamis, 5 Oktober

2017)

Pustakawan memberikan pendapat,

“Alasan dibangunnya institutional repository untuk memenuhi

kebutuhan informasi pemustaka ke arah digital dan disamping itu

mahasiswa ingin yang efektif, efisien, dan dapat diakses dimana

saja.” (Wawancara dengan Bapak Imam pada Jum’at, 8 September

2017)

Sesuai dengan surat keputusan rektor UIN Maulana Malik Ibrahim

nomor 689 dan 690 tahun 2015 bahwa yang menjadi faktor utama

pendukung efektivitas institutional repository dengan menggunakan

EPrints dalam mengembangkan layanan informasi di UIN Maulana

Malik Ibrahim adalah adanya kebijakan open access untuk memenuhi

kebutuhan informasi pemustaka dalam bentuk digital serta penggunaan

teknologi informasi untuk temu kembali informasi.

2) Metadata Dublin Core

Selain dari segi kebijakan yang mewajibkan mahasiswa untuk

menyerahkan karya ilmiah dalam bentuk tercetak (hardcopy) dan digital

(softcopy) secara fulltext, faktor lainnya yang mendukung efektivitas

sistem institutional repository adalah EPrints mempunyai standar

metadata Dublin Core. Wilayah yang ada di Dublin Core memudahkan

pustakawan dalam mengolah data bibliografi karena sudah singkat sesuai

kebutuhan pustakawan dibanding dengan MARC.

“Pada awal dibangunnya insitutional repository, perpustakaan UIN

Maulana Malik Ibrahim menggunakan aplikasi buatan sendiri akan

tetapi seiring berjalannya waktu aplikasi tersebut sudah tidak

memadai lagi sehingga tahun 2013 beralih ke EPrints yang salah

107

satu alasannya karena sudah tertanam metadata Dublin Core pada

EPrints yang memudahkan pengolahan .” (Wawancara dengan

Bapak Faizuddin pada Kamis, 5 Oktober 2017)

Pustakawan lain menambahkan,

“tidak banyak elemen di Dublin Core sehingga membantu

pustakawan dalam mengolah institutional repository dan EPrints

juga mudah untuk dicustom sesuai dengan kebutuhan pustakawan.”

(Wawancara dengan Bapak Imam pada Jum’at, 8 September 2017)

Gambar 17. Elemen dublin core EPrints

Sumber : Screen Capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017

Metadata Dublin Core dapat digunakan untuk berbagai tujuan,

mulai dari deskripsi sumber daya sederhana hingga menggabungkan

kosakata metadata dengan standar metadata yang berbeda, untuk

menyediakan interoperabilitas kosakata metadata, dan implementasi

semantic web.

b. Faktor penghambat

1) Sistem Pembenaran Kata

Keberadaan institutional repository tidak akan berarti jika tidak

ada koleksi di dalamnya. Sehingga sangat penting bagi sivitas akademika

untuk turut menyerahkan karya ilmiahnya ke perpustakaan untuk

108

dikelola. Sejak dikembangkannya institutional repository di UIN

Maulana Malik Ibrahim pada tahun 2015, programer masih belum bisa

menerapkan pembenaran kata pada sistem.

“Kami masih belum bisa menerapkan pembenaran kata pada

EPrints bahkan pada komunitas pengguna EPrints se-Indonesia

pun masih belum mengetahui bagaimana caranya.” (Wawancara

dengan Bapak Alexander pada Selasa, 29 Agustus 2017)

Gambar 18. Kesalahan penulisan kata kunci

Sumber : Screen Capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017

Human erorr sangat sering terjadi maka sistem harus mampu

menutup kesalahan yang fatal tersebut. Kegunaan “did you mean ...” atau

“maybe you meant ...” pada sistem informasi berfungsi untuk

merekomendasikan istilah yang terkait dengan kata kunci yang

pemustaka masukkan. Metode ini yang belum bisa dilaksanakan eprints

sehingga menghambat jalannya efektivitas sistem institutional repository

di Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim

C. Analisis Data

1. Efektivitas Sistem Institutional Repository EPrints di Perpustakaan Pusat

UIN Maulana Malik Ibrahim

Menurut DeLone dan Mclean (2003) menjelaskan bahwa ukuran yang

digunakan dalam evaluasi sistem informasi institutional repository (Eprints)

109

ada 6 elemen. Berikut adalah analisis dari efektivitas sistem institutional

repository EPrints dalam upaya mengembangkan layanan di Perpustakaan

UIN Maulana Malik Ibrahim

a. Kualitas Sistem EPrints

Kualitas sistem merupakan salah satu modal awal dalam menilai

kesuksesan suatu sistem informasi. Kualitas sistem EPrints berfokus pada

kinerja sistem yang dapat memberikan informasi local content bagi

kebutuhan pengguna dalam mengembangkan layanan institutional

repository di perguruan tinggi. Sependapat dengan hal ini DeLone dan

McLean (2003: 24) mendefinisikan kualitas sistem merupakan seberapa

kinerja suatu perangkat keras, perangkat lunak, kebijakan, dan prosedur

dapat menyajikan informasi sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Kualitas

sistem institutional repository EPrints di Perpustakaan Pusat UIN Maulana

Malik Ibrahim memiliki beberapa aspek:

1. Kemudahan

EPrints merupakan salah satu platform sistem informasi

institutional repository yang diterapkan di Perpustakaan Pusat UIN

Maulana Malik Ibrahim yang diharapkan mampu memberikan

kemudahan dalam pengoperasian sistem. Penggunaan EPrints dapat

memberikan kemudahan dalam mengolah bahan-bahan institutional

repository secara efisien karena sesuai dengan pendapat Sudarsono

(2009: 2.13) bahwa perpustakaan mengembangkan layanan digital agar

interaksi antara pengguna dengan perpustakaan menjadi lebih efektif.

110

EPrints dirancang dengan menyesuaikan kebutuhan pustakawan

sehingga pustakawan Perpustakaan Pusat Maulana Malik Ibrahim

merasakan kemudahan dalam mengoperasikan sistem untuk

mengembangkan dan menjalankan institutional repository secara

berkelanjutan. Kemudahan penggunaan EPrints bagi pustakawan

maupun pemustaka sudah dapat terpenuhi sehingga akan berdampak

kepada pemustaka untuk sering menggunakan EPrints dalam

membantu menyelesaikan tugas akhir. Hal ini ditegaskan oleh

pendapatnya DeLone dan McLean (2003: 25) bahwa sistem informasi

dapat dikatakan memberikan kemudahan jika sistem dirancang sesuai

dengan kebutuhan pengguna tersebut. Oleh karena itu, EPrints UIN

Maulana Malik Ibrahim sudah dapat dikatakan memberikan

kemudahan karena baik pustakawan maupun pemustaka dalam

mengoperasikan EPrints tidak pernah mengalami kesulitan.

2. Kesesuaian

Kesesuaian pada sistem terjadi jika adanya kecocokan antara

fitur yang dirancang pada sistem tersebut sesuai dengan kebutuhan

pustakawan sehingga kinerja yang dilakukan dapat lebih efektif.

EPrints mempunyai kelebihan yakni mudah diupgrade sesuai dengan

kebutuhan pengelola. DeLone dan McLean (2003: 24) menyatakan

bahwa sistem informasi yang berkualitas jika mempunyai kemampuan

dalam melakukan perubahan sesuai kebutuhan pengguna. Pustakawan

merasakan fitur yang diberikan EPrints untuk pengelolaan institutional

111

repository sudah dapat mengcover pekerjaan pustakawan karena sudah

mencakup semua bibliografi yang ada. Fitur pada sistem EPrints

dirancang berdasarkan kebutuhan pada pustakawan pengolah

institutional repository. Oleh karena itu, kesesuaian fitur pada sistem

sudah bagus karena perancangan eprints di Perpustakaan UIN Maulana

Malik Ibrahim mengikutsertakan pustakawan sehingga kinerjanya

menjadi lebih efektif.

3. Keandalan Sistem

Sistem informasi EPrints sudah sangat andal dalam melayani

kebutuhan pengguna, baik pustakawan maupun pemustaka sehingga

dapat memberikan kontribusi yang lebih baik. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan minimnya masalah yang dapat mengganggu

pengguna saat menggunakannya. Bentuk keandalan yang dirasakan

pustakawan pengolah institutional repository yaitu sistem yang jarang

sekali menggalami gangguan pada sistem. Hal ini dikarenakan kinerja

sistem EPrints selalu terkoordinir oleh programer Perpustakaan UIN

Maulana Malik Ibrahim sehingga selalu dilakukan evaluasi dan dengan

sigap langsung diperbaiki agar pustakawan pengolah institutional

repository dapat memberikan layanan yang terbaik dengan lancar tanpa

mengalami kendala. Selain itu, EPrints di Perpustakaan Pusat UIN

Maulana Malik Ibrahim sudah terotomatis menghitung data statistik

akademik sehingga dapat mengurangi beban pekerjaan pustakawan

pengolah untuk mengevaluasi seberapa banyak data yang sudah masuk

112

dan apa saja data yang menjadi favorit mahasiswa dalam mengerjakan

tugas akhir. Hal ini sesuai dengan pendapat Salim (2000: 124) bahwa

adanya sistem otomasi dapat menjalankan dan mengendalikan proses

pengolahan dengan bantuan alat elektronik secara otomatis untuk

mengurangi penggunaan tenaga manusia.

Sedangkan keandalan EPrints yang dirasakan pemustaka yaitu

pemustaka merasakan kenyaman selama menggunakan eprints karena

sistem tidak pernah mengalami gangguan. Pernyataan tersebut

didukung dengan pendapat DeLone dan McLean (2003: 24) bahwa

sistem yang andal dapat melayani kebutuhan pengguna tanpa adanya

masalah yang dapat mengganggu kenyamanan selama mengakses.

EPrints yang dikembangkan Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim

sudah dapat dikatakan andal karena selain sistem dapat digunakan

dengan lancar dan minim terjadinya gangguan, EPrints juga dapat

melakukan penghitungan otomatis untuk data statistik akademika

supaya perpustakaan tidak kewalahan dalam mengevaluasi EPrints agar

dapat selalu dimanfaatkan oleh mahasiswa maupun dosen secara

berkesinambungan.

4. Kecepatan Akses

Sistem informasi dapat dikatakan mumpuni apabila memiliki

kecepatan akses yang sesuai dengan penggunanya agar dapat

memberikan kenyamanan dalam mengakses dan lancar dalam

menggunakan untuk kegiatan layanan. Pustakawan UIN Maulana

113

Malik Ibrahim khususnya pustakawan pengolahan institutional

repository masih mengalami kendala dalam segi kecepatan aksesnya

sehingga kinerja pustakawan menjadi terganggu dalam memberikan

layanan kepada pemustaka. Selain itu, terkadang respon sistemnya

lambat sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi pustakawan

dalam memberikan layanan institutional repository. Berkaitan dengan

kecepatan akses internet ini pemustaka merasakan hal yang sama

seperti pustakawan. Walaupun EPrints bisa diakses selama 24 jam dan

perpustakaan sudah memberikan kecepatan jaringan 3 Mbps pada

setiap akun, kenyataannya pemustaka belum merasa puas terhadap

kecepatan internet yang diberikan sehingga pemustaka merasa terbatas

jika mengakses secara berbarengan. Hal ini kurang sesuai dengan

pendapat Wagito (2005: 10) bahwa alasan kecepatan akses yang

optimal bukan hanya kecepatan pada jaringan saja yang harus

ditingkatkan tetapi bandwithnya juga harus diperluas. Artinya antara

kecepatan internet dengan bandwith harus seimbang. Oleh karena itu,

kecepatan akses yang diberikan perpustakaan dalam mengakses EPrints

masih kurang kebutuhan pengguna. Sehingga perlu adanya evaluasi

untuk penambahan bandwith.

5. Kegunaan Fitur

EPrints menyediakan beberapa menu dan fitur yang

memudahkan pengguna untuk mengelola serta mengakses institutional

repository. Manage deposit dan manage record adalah fitur yang

114

digunakan pustakawan untuk melayankan dan mengembangkan

institutional repository di Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik

Ibrahim. Fitur tersebut dapat digunakan untuk membantu pustakawan

dalam mengolah institutional repository serta memberikan layanan

berbagi informasi secara maksimal dan berkualitas. Hal ini sesuai

dengan pendapat Yusup (2013: 396) bahwa perpustakaan

mengembangkan konsep berbagi informasi bertujuan untuk

memaksimalkan fungsi-fungsi layanan perpustakaan. Adapun

kegunaan fitur EPrints bagi pemustaka yaitu sebagai penelusuran

informasi secara umum maupun spesifik dan informasi dapat diunduh

secara full text. EPrints sangat memperhatikan penggunanya, terbukti

dengan fitur-fitur yang disediakan memberi kemudahan bagi

pemustaka akan kebutuhan informasinya. Sesuai dengan penyataan

Santoso, et al. (2007) bahwa kegunaan suatu sistem yakni harus sesuai

dengan kebutuhan pengguna. Penggunaan fitur EPrints sudah sesuai

dengan kebutuhan pengguna karena semua fitur yang ada dapat

dipahami oleh pengguna serta dapat dimanfaatkan secara maksimal.

b. Kualitas Informasi EPrints

Informasi yang berkualitas menunjukkan bahwa informasi yang

diberikan sesuai dengan maksud dan keinginan pengguna sistem. Hal ini

yang disampaikan DeLone dan McLean (2003: 25) bahwa kesuksesan

kualitas informasi suatu sistem terjadi jika informasi yang diberikan

115

dapat dipahami maksudnya oleh pengguna. EPrints merupakan sistem

informasi institutional repository yang dapat memberikan informasi

secara lengkap sehingga kebutuhan pengguna terpenuhi tanpa adanya

keragu-raguan. Beberapa aspek kualitas informasi antara lain:

1. Kelengkapan

Informasi yang disediakan EPrints sangat membantu untuk

memudahkan pustakawan dalam melaksanakan kegiatan layanan

institutional repository. EPrints mampu menampilkan data serta

keterangan koleksi yang telah dideposit. Informasi yang diberikan

dapat membantu pustakawan dalam memberikan informasi yang

berkualitas kepada pemustaka. Sedangkan bagi pemustaka informasi

yang disajikan pada EPrints sudah lengkap karena saat melakukan

penelusuran, informasi yang diterima sudah dapat dipahami oleh

permustaka karena format file pdf yang sudah dimengerti pemustaka

serta file dapat diunduh secara fulltext. Karya ilmiah yang terdapat di

EPrints Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim sudah meliputi

semua jenis publikasi ilmiah yang formal dan berstandar ISSN atau

ISBN yang sudah melalui proses filterisasi oleh pustakawan.

Berkaitan dengan hal tersebut SPARC dalam Harliansyah (2016: 11)

menyatakan bahwa EPrints merupakan salah satu sistem informasi

publikasi naskah ilmiah versi elektronik seperti artikel jurnal, buku,

bab buku, makalah konferensi dan lain-lain. Informasi yang disajikan

EPrints sudah dapat memenuhi kebutuhan pengguna karena

116

informasinya sudah lengkap dan dapat dipahami oleh pengguna.

Selain itu khusus untuk kelengkapan informasi koleksi ilmiah pada

EPrints sudah sangat baik karena terdapat proses filterisasi pada saat

publikasi ilmiah sehingga informasi yang terdapat di dalamnya tidak

diragukan lagi kualitasnya.

2. Penyajian Informasi

Penyajian informasi yang terstruktur dan jelas pada suatu

sistem informasi perpustakaan mencerminkan bahwa kualitas

informasi pada sistem tersebut baik. Format informasi yang

disediakan EPrints bagi pustakawan sudah sangat terstuktur

dikarenakan selalu melakukan evaluasi agar kinerja pustakawan

menjadi lebih baik. Pustakawan merasa desain EPrints Perpustakaan

UIN Maulana Malik Ibrahim sudah disusun sedemikian rupa karena

menu-menu yang ada terstruktur rapi untuk memudahkan pustakawan

pengolah institutional repository. Hal ini sama seperti yang dirasakan

pemustaka bahwa fitur yang disajikan EPrints untuk penelusuran

informasi pemustaka sudah jelas dan dapat dipahami serta tampilan

pada website yang didesain sudah sesederhana mungkin sehingga

tidak membingungkan pemustaka. Berkaitan dengan hal ini Breeding

dalam Yang dan Hofmann (2010: 143) bahwa perpustakaan berbasis

digital harus memiliki kategori simple keyword search box yang

berarti perpusakaan harus menyediakan website yang sederhana dan

memiliki kotak pencarian ataupun fitur lainnya yang dapat dipahami

117

oleh pengguna. Format informasi pada EPrints sudah dikelola dengan

baik sehingga pustakawan maupun pemustaka dapat

memanfaatkannya secara maksimal tanpa adanya halangan apapun.

3. Relevansi

Sistem informasi dikatakan memiliki kualitas informasi yang

baik jika informasi yang diberikan relevan atau tidak sehingga

memberikan manfaat bagi penerima serta membantu dalam proses

pengambilan keputusan. Mengukur tingkat relevansi informasi pada

EPrints dapat dilihat dari penerimanya dalam hal ini pemustaka.

Ketersediaan koleksi yang begitu banyak tidak menutup kemungkinan

bahwa informasi yang diberikan tidak relevan. Jika pemustaka dalam

menelusur informasi hanya mengandalkan kotak pencarian yang

disediakan maka sistem akan menjumpai ketidaksinkronan antara

hasil penelusuran dengan maksud yang diinginkan pemustaka

sehingga informasi yang diberikan sistem tidak berguna untuk

pengambilan keputusan. Namun EPrints memberikan alternatif lain

yakni pemustaka dapat melakukan penelusuran informasi

menggunakan fitur advanced search yang berguna untuk pencarian

berdasarkan subyek, pengarang, tahun terbit dan sebagainya sehingga

informasi yang akan diterima dapat membantu dalam menghadapi

masalah informasi pemustaka. Berkaitan dengan hal ini McLeod

dalam Taufiq (2013: 16) menyatakan bahwa relevansi informasi yang

dihasilkan suatu sistem sesuai dengan kebutuhan serta dapat

118

membantu dalam menghadapi masalah informasi. Sistem informasi

EPrints sudah dapat memberikan informasi yang cukup baik kepada

pemustaka dengan memanfaatkan beberapa fitur yang disediakan

akan tetapi perlu adanya pengembangan lebih lanjut untuk fitur simple

keyword search box.

4. Ketepatan waktu

Informasi yang diberikan pada suatu sistem harus berupa

informasi yang up to date supaya mempunyai nilai. EPrints yang

dikembangkan Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim masih

kurang terkini dalam memberikan informasi. Hal ini dibuktikan masih

ada beberapa pemustaka yang masih memberikan kritikannya bahwa

thesesnya masih blm terupload. Hal ini dikarenakan pustakawan tetap

untuk mengoperasikan EPrints masih terbatas sehingga informasi

masih yang dibutuhkan pengguna masih kurang terpenuhi. Oleh

karena itu, informasi yang disajikan EPrints berupa publikasi ilmiah

masih kurang baik karena kurangnya SDM tetap dalam

mengoperasikan EPrints sehingga ada beberapa pemustaka yang

masih memberikan kritikannya terkait keterlambatan pengunggahan

theses.

5. Keamanan

Sistem yang memiliki tingkat keamanan tinggi menjadi salah

satu faktor kualitas informasi pada sistem tersebut berkualitas.

Informasi yang terjamin keamanannya dapat memberikan rasa

119

nyaman bagi pemustaka yang mengaksesnya sehingga salah satunya

tujuan dibentuknya perpustakaan yakni adalah memberikan informasi

yang bermanfaat akan terwujud. Perpustakaan UIN Maulana Malik

Ibrahim dalam mengembangkan EPrints untuk membangun

institutional repository sudah memiliki tingkat keamanan yang baik.

Hal ini dibuktikan bahwa EPrints di Perpustakaan UIN Maulana

Malik Ibrahim memiliki 2 server yang salah satunya berfungsi untuk

backup data sehingga belum pernah terjadi masalah hilangnya data

pada database. Apabila server utama mengalami gangguan atau

terjadi perbaikan maka programer langsung mengalihkan ke server

yang lain sehingga pemustaka dapat mengaksesnya tanpa mengalami

gangguan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pendit (2007: 184)

bahwa cara memproteksi diri perpustakaan digital tidak hanya pada

perangkat keras tapi juga pada perangkat lunak akibat ulah cracker,

virus dan sejenisnya. Oleh karena itu kemanan yang diberikan EPrints

sudah baik karena pemustaka dapat merasakan kenyamanan saat

mengakses serta informasi yang diberikan dapat dipertanggung

jawabkan.

c. Kualitas Layanan

Menurut DeLone dan McLean (2003: 26), tiga komponen yang

mempengaruhi kualitas layanan antara lain:

120

1. Jaminan

EPrints sebagai salah satu sistem informasi dalam

mengembangkan institutional repository diharapkan dapat

memberikan jaminan layanan yang baik untuk menyelesaikan

permasalahan-permasalahan informasi pengguna. Sistem yang baik

yakni tidak menghambat proses pustakawan dalam memberikan

layanan informasi kepada pemustaka. EPrints yang dikembangkan

oleh Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim dikelola oleh

pustakawan-pustakawan terpercaya dan berpengetahuan dalam

mengoperasikan EPrints. Hal ini dilakukan perpustakaan agar

informasi yang diterima pemustaka berkualitas dan terhindar dari

keragu-raguan. Sesuai dengan pendapat DeLone dan McLean (2003:

25) bahwa sistem informasi memberikan layanan berupa pengetahuan

yang bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Jaminan yang

diberikan EPrints ternyata sudah dirasakan oleh pemustaka. Hal ini

terbukti ketika pemustaka ingin mencari informasi, EPrints

memberikan informasi yang tepat dan semua informasi yang

diberikan tidak ada yang cacat ataupun kurang sehingga pemustaka

merasa puas akan layanan yang diberikan EPrints. Oleh karena itu

jaminan layanan EPrints dari segi informasinya sudah baik karena

pustakawan yang mengelola memiliki pengetahuan dalam

mengoperasikan EPrints serta informasi yang dihasilkan jelas dan

bebas dari bahaya.

121

2. Responsif

Sistem informasi yang mampu memberikan pelayanan dengan

cepat dan tanggap bagi pengguna merupakan kriteria bahwa sistem

tersebut memiliki respon yang baik. EPrints merupakan sistem yang

sangat memperhatikan penggunanya baik dalam pengembangan

institutional repository perpustakaan maupun dalam membantu

pemustaka mencari informasi dengan berbagai fitur yang dimiliki.

Sebagaimana yang dirasakan oleh pustakawan dalam memberikan

layanan informasi, EPrints sudah menyediakan beberapa fitur yang

dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan pengolahan institutional

repository agar lebih cepat dan tepat. Pernyataan tersebut sesuai

dengan pendapat Zeithaml dan Berry dalam Achmad, et al, (2012: 88)

bahwa layanan yang responsif yakni perpustakaan memiliki kesediaan

dan kesiapan dalam menyediakan jasa secara tepat waktu. Selain fitur

yang disajikan meningkatkan kinerja pustakawan, hal lain juga

dirasakan pemustaka yang menggunakan EPrints untuk membantu

dalam menyelesaikan tugas akhir ataupun membuat artikel respon

yang diberikan lebih cepat dan informasinya dapat dilihat secara

fulltext sehingga kebutuhan informasi pemustaka terpenuhi. Kinerja

EPrints dalam memberikan layanan yang responsif sudah dapat

dikatakan baik, dibuktikan dengan banyaknya fitur yang dapat

membantu kegiatan pustakawan yang lebih baik serta pemustaka juga

merasakan hal yang sama.

122

3. Empati

Penggunaan EPrints dalam memberikan layanan kepada

pustakawan dirasa sudah terpenuhi kebutuhannya karena fitur-fitur

yang disediakan sudah lengkap. Kelengkapan fitur yang disediakan

memudahkan pustakawan dalam memberikan layanan informasi

kepada pemustaka. Sesuai dengan hal tersebut DeLone dan McLean

(2003: 25) bahwa suatu sistem dikatakan memiliki empati jika sistem

tersebut mempunyai kepedulian serta memahami keperluan para

pengguna sistem informasi maksudnya sistem dapat menjawab semua

kebutuhan pengguna. Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim

dalam mengembangkan institutional repository masih mengandalkan

pengetahuan dari kepala perpustakaan akan tetapi perpustakaan juga

menghimbau bagi para pengguna untuk ikut serta dalam membangun

institutional repository sebagai sarana komunikasi yang sustainable

dan reliable. Hal ini dibuktikan bahwa sistem menyediakan kontak

saran berupa email serta memanfaatkan sosial media untuk

menampung aspirasi dari pengguna jika ingin membutuhkan bantuan

atau tidak puas dengan pelayanan EPrints. Sesuai dengan pendapat

Zeithaml dan Berry dalam Achmad, et al, (2012: 91) bahwa instansi

memberikan rasa kepedulian serta perhatian terhadap pengguna.

Hakekatnya sosial media yang dimanfaatkan Perpustakaan UIN

Maulana Malik Ibrahim hanya sebagai sarana publikasi kegiatan di

perpustakaan, akan tetapi jika ada pengguna yang membutuhkan

123

bantuan pustakawan yang langsung meresponnya dengan cepat agar

kebutuhan pengguna terpenuhi. Sehingga baik EPrints maupun

kebijakan yang diterapkan perpustakaan dalam berempati kepada

pengguna sudah dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik.

d. Penggunaan Sistem EPrints

Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim menerapkan sistem

informasi EPrints diharapkan mampu mencapai tujuan secara efektif dan

efisien dalam membangun institutional repository perpustakaan. Oleh

sebab itu pustakawan harus lebih mendayagunakan sistem yang telah

disediakan agar tujuan perpustakaan tercapai. Bagi pustakawan

penggunaan EPrints sering digunakan dalam menunjang layanan jasa

informasi institutional repository secara prima. Penggunaan EPrints

memberikan layanan secara terus menerus kepada pengguna agar dapat

memenuhi kebutuhan informasi. Sependapat dengan hal tersebut Yusup

(2013: 400) menyatakan bahwa untuk membangun pelayanan yang

prima, perpustakaan sebagai jantungnya pendidikan harus menyediakan

layanan jasa sosial 24 jam non-stop agar dapat dimanfaatkan oleh

pengguna secara maksimal. Penggunaan EPrints bagi pemustaka

digunakan hanya untuk menyelesaikan tugas akhir. Pemustaka merasa

senang karena dapat memanfaatkan informasi yang ada dengan maksimal

selama 24 jam, pemustaka juga tidak perlu bersusah payah datang ke

perpustakaan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan.

124

Penggunaan EPrints dapat membantu permasalahan yang dihadapi

pustakawan maupun pemustaka karena sistem memberikan kemudahan

bagi siapapun yang mengaksesnya.

e. Kepuasan Pengguna

Konsep mengenai kepuasan pengguna seringkali dikaitkan

dengan kualitas jasa. Kesuksesan kualitas sistem dengan kualitas

informasi terlihat jika kualitas jasa perpustakaan mencapai targetnya atau

bahkan melebihi dari harapan yang ingin digapai perpustakaan. Semakin

baik kinerja sistem serta kualitas informasi yang disajikan maka

pengguna akan merasa puas atau senang. Kepuasan dalam penggunaan

EPrints yang dirasakan oleh pustakawan pengolah institutional

repository yakni sistem dapat membantu pustakawan dalam memberikan

layanan jasa informasi sehingga dalam hal ini sesuai dengan pendapat

Salim (2011: 5.27-5.29) bahwa kepuasan pengguna tercipta karena

perpustakaan yang telah terotomasi dapat mempersingkat waktu

pengerjaan dan ketepatan layanan informasi. EPrints memiliki

kemampuan respon yang cepat serta dapat berjalan dengan normal tanpa

pernah mengalami gangguan sehingga pustakawan merasa puas akan

layanan yang nanti akan dimanfaatkan.

Hal serupa juga dirasakan oleh pemustaka karena sistem yang

mudah dimengerti dan diakses serta informasi yang disajikan juga

transparan. Akan tetapi dari segi konten informasi yang diberikan,

125

pemustaka masih belum merasa puas karena walaupun eprints diciptakan

untuk memberikan semua jenis publikasi ilmiah yang ada pada instansi

namun pada kenyataannya informasi yang diberikan Perpustakaan UIN

Maulana Malik Ibrahim masih kurang banyak sehingga kebutuhan

informasi pemustaka terbatas dan mayoritas yang mengakses hanya

mahasiswa tingkat akhir saja yang memanfaatkannya. Pernyataan ini

bertentangan dengan pendapat Achmad, et al (2012: 41) bahwa semua

pemustaka mempunyai hak untuk memanfaatkan dan mendayagunakan

fasilitas perpustakaan serta mendapatkan informasi yang berkualitas.

Oleh sebab itu baik pustakawan maupun pemustaka kepuasan akan

sistem informasi EPrints sudah terpenuhi akan tetapi pemustaka masih

belum merasa puas dengan konten yang disajikan karena kurang banyak

referensi yang diperoleh sehingga perpustakaan harus dilakukan evaluasi

agar kebutuhan informasi pemustaka terpenuhi.

f. Keuntungan Perpustakaan

Perpustakaan yang memanfaatkan sistem informasi akan

memiliki keuntungan yang positif terhadap individu yang menggunakan

EPrints maupun bagi instansi. Keuntungan yang diterima pustakawan

dengan diterapkannya sistem informasi eprints dalam mengembangkan

institutional repository di Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim

yakni mempermudah kegiatan layanan informasi karena perpustakaan

sudah menerapkan otomasi sistem sehingga layanan yang diberikan

126

menjadi semakin cepat. Adapun kegunaan perpustakaan melakukan

otomasi pada setiap layanannya terutaman layanan informasi adalah

memberikan semua informasi yang dimiliki perpustakaan secara cepat

dan tepat sehingga dapat dimanfaatkan oleh pemustaka dengan

maksimal. Sesuai dengan hal tersebut Pendit (2007: 154) menyatakan

bahwa fungsi dari otomasi perpustakaan adalah menyimpan informasi,

kemudahan dalam menemukan serta keakuratan menyampaikan kembali

informasi. Hal ini sangat membantu pustakawan dalam mengurangi

beban pekerjaan dan memberikan layanan informasi secara cepat.

Sedangkan bagi pemustaka keuntungan yang didapatkan selama

menggunakan EPrints yaitu mempermudah dan mempercepat dalam

mencari informasi yang dibutuhkan. Semua jenis publikasi ilmiah yang

terdapat di dalam sistem informasi EPrints dapat membantu pemustaka

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi karena sistem mudah

dimengerti dan EPrints juga dapat diakses dimana saja dan kapan saja

selama tersambung dengan jaringan internet. Hal ini sesuai dengan

pendapat Achmad, et al (2012: 77) bahwa dengan mengerti informasi

yang dibutuhkan maka pencarian informasi akan lebih cepat dan akurat.

Keuntungan yang terakhir ditujukan kepada Perpustakaan Pusat

UIN Maulana Malik Ibrahim selaku yang menerapkan EPrints untuk

mengembangkan institutional repository. EPrints digunakan untuk

menunjang layanan informasi institutional repository agar lebih

berkualitas. Selain itu dengan diterapkannya EPrints dapat memberikan

127

beberapa manfaat yang menguntungkan perpustakaan seperti dapat

mengharumkan nama lembaga dan menarik minat banyak calon

mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih

tinggi karena perpustakaan yang terdapat institutional repository di

dalamnya pasti menunjukkan hasil riset yang terbaik. Hal ini sesuai

dengan pendapat Harliansyah (2016: 9) bahwa diterapkannya

institutional repository pada perguruan tinggi dapat memberikan manfaat

berupa showcase, meningkatkan prestige dan visibility. Penerapan

EPrints dalam membangun institutional repository perpustakaan

perguruan tinggi banyak memberikan keuntungan selain memudahkan

serta mempercepat kegiatan layanan informasi, perguruan tinggi menjadi

dikenal masyarakat luas sehingga banyak calon mahasiswa yang ingin

menempuh pendidikan lebih lanjut di perguruan tinggi tersebut karena

memiliki riset-riset terbaik yang dapat diakses tanpa mengenal batas.

C. Faktor pendukung dan penghambat Efektivitas Sistem Institutional

Repository EPrints dalam Mengembangkan Layanan Informasi di

Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim

a. Faktor Pendukung

1. Open Access

EPrints sebagai sistem informasi yang digunakan Perpustakaan

UIN Maulana Malik Ibrahim dalam mengembangkan layanan

institutional repository merupakan sistem yang memiliki kemampuan

128

untuk open access. Perpustakaan merasa kebutuhan informasi pengguna

bagi dunia pendidikan terutama dalam hal penelitian sangat tinggi

sehingga konten yang ada pada institutional repository harus dapat

diakses secara terbuka oleh siapapun dari belahan dunia manapun. Hal

ini sesuai dengan pendapat Gibbon dalam Fatmawati (2013: 111), konten

yang terdapat di dalam insitutional repository harus dapat diakses oleh

siapapun secara worldwide karena file yang didepositkan memang untuk

disebarluaskan. Oleh karena itu keberadaan institutional repository

sangat lah penting sehingga akses terbuka harus diterapkan agar dapat

dimanfaatkan oleh sivitas akademika maupun non sivitas akademika. Era

keterbukaan informasi diwajibkan semua lembaga informasi

memberikan akses terbuka kepada pengguna agar dimanfaatkan secara

maksimal. Dukungan ini disampaikan melalui surat keputusan rektor

UIN Maulana Malik Ibrahim secara resmi bahwa institutional repository

Perpustakaan UIN memperbolehkan untuk membuka akses informasi

secara fulltext agar kebutuhan informasi pemustaka terpenuhi dan secara

tidak langsung nama perguruan tinggi menjadi dikenal masyarakat luas.

2. Metadata Dublin Core

EPrints merupakan salah satu sistem informasi yang disarankan

dalam membangun institutional repository. Setiap sistem pastinya

memiliki metadata yang berguna untuk mengidentifikasi suatu data.

Sebagai sebuah sistem, EPrints memiliki standar metadata sederhana

yakni Dublin Core yang diharapkan memberikan kemudahan bagi

129

pengelola untuk mengolah publikasi ilmiah instansi. Dublin Core adalah

salah satu skema metadata yang digunakan untuk web resource

description and discovery (Pendit, 2007: 212). Metadata ini untuk

menjawab keresahan pengguna MARC karena dianggap terlampau sulit

dan kurang mampu diterapkan pada web resource. Perpustakaan merasa

dengan adanya Dublin Core kinerja pustakawan menjadi lebih mudah

dan cepat karena metadata ini memiliki cara dan format yang lebih

sederhana. Hal ini lah yang menjadi faktor pendukung efektivitas sistem

institutional repository EPrints dalam mengembangkan layanan di

Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim.

b. Faktor Penghambat

1. Sistem Pembenaran Kata

Faktor penghambat merupakan hal-hal apa saja yang menjadi

kendala serta masalah yang dihadapi setelah menerapkan sistem tersebut.

Faktor penghambat EPrints dalam mengembangkan layanan informasi

institutional repository di Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim

yakni tidak adanya metode “did you mean . .?” pada fitur simple keyword

search box. Menurut Breeding dalam Yang dan Hofmann (2010: 143)

bahwa sebuah katalog modern seyogianya menyarankan ejaan yang

benar atau istilah pencarian yang diinginkan pemustaka. Dalam

prakteknya, EPrints yang belum menerapkan metode tersebut yang

nantinya akan berdampak terhadap kelancaran pencarian pemustaka.

130

Meskipun hambatan ini sudah tertutup dengan kemampuan EPrints

menyajikan fitur-fitur seperti advanced search dan pencarian

berdasarkan kategori, namun jika tidak semua fitur dapat bekerja secara

maksimal akan mengganggu serta mengurangi tingkat efektivitas sistem

informasi EPrints.

131

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

EPrints merupakan sistem informasi perpustakaan digital yang

digunakan Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim guna untuk

mengembangkan layanan informasi institutional repository. Penerapan EPrints

selama ini sudah memadai karena sistem sudah dapat memberikan kemudahan

bagi pemustaka dan pustakawan dalam mengolah koleksi institutional

repository sehingga dapat memberikan pelayanan yang prima serta sistem

mampu menjadi sarana penelusuran informasi publikasi ilmiah dalam

menyelesaikan segala permasalahan penulisan karya ilmiah. Sistem yang

efektif juga harus selalu melakukan evaluasi berkesinambungan sehingga dapat

memberikan layanan yang baik bagi pemustaka.

1. Efektivitas Sistem Informasi Institutional Repository EPrints dalam

mengembangkan layanan informasi di Perpustakaan Pusat UIN Maulana

Malik Ibrahim

a. Kualitas Sistem

EPrints memiliki kualitas sistem yang cukup baik karena hampir semua

aspek terpenuhi, yakni aspek kemudahan, kesesuaian, keandalan,

kecepatan akses, dan kegunaan fitur sistem. Akan tetapi pada aspek

132

kecepatan akses yang disediakan sistem masih perlu dioptimalkan karena

pada kenyataannya masih banyak pemustaka yang terganggu ketika ingin

mencari informasi dalam mengakses eprints.

b. Kualitas Informasi

Kualitas informasi yang diberikan eprints sudah dapat dikatakan baik

karena hampir semua aspek meliputi kelengkapan koleksi, format

penyajian informasi, relevansi, ketepatan waktu dan keamanan. Akan

tetapi pada aspek ketepatan waktu, koleksi yang disediakan EPrints

kurang up to date dikarenakan kurangnya SDM tetap serta perlu adanya

pengembangan lebih lanjut pada aspek relevansi di fitur simple keyword

search box.

c. Kualitas Layanan

Kualitas layanan yang diberikan EPrints sudah dapat dikatakan baik. Hal

ini dibuktikan bahwa aspek jaminan, responsif, dan empati sudah

dimaksimalkan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.

d. Penggunaan

Penggunaan EPrints sudah baik karena pustakawan jarang mengalami

gangguan sehingga pustakawan dapat melakukan aktivitas layanan

informasi dengan lancar. Pemustaka merasakan hal yang sama yakni

dapat mengakses EPrints tanpa adanya batasan waktu serta tidak banyak

syarat yang harus dipenuhi.

133

e. Kepuasan Pengguna

Diterapkannya EPrints dalam mengembangkan institutional repository

mendapatkan respon yang baik bagi pustakawan maupun pemustaka.

Pengguna sudah merasa puas dengan kinerja sistem yang diberikan akan

tetapi perlu adanya penambahan koleksi agar kepuasan pemustaka secara

menyeluruh dapat terlaksana serta mempromosikan secara luas agar

semua mahasiswa dapat memanfaatkannya.

f. Keuntungan

Keuntungan individu (pustakawan dan pemustaka) maupun organisasi

dirasakan pihak perpustakaan dalam menggunakan EPrints. Keuntungan

bagi pustakawan yakni dapat meningkatkan kinerja dalam memberikan

layanan informasi secara prima. Keuntungan yang diterima pemustaka

yakni memberikan kemudahan dan mempercepat dalam mencari

informasi yang dibutuhkan tanpa harus datang ke perpustakaan.

Sedangkan bagi perpustakaan keuntungan yang diterima berupa dapat

mengharumkan nama perguruan tinggi sehingga dapat dikenal oleh

masyarakat luas dan menarik minat bagi mahasiswa yang ingin

menempuh pendidikan lebih lanjut.

134

2. Faktor pendukung Efektivitas Sistem Institutional Repository EPrints dalam

mengembangkan layanan informasi di Perpustakaan Pusat UIN Maulana

Malik Ibrahim

a. Faktor Pendukung

a.) Kebijakan yang diberikan perpustakaan dalam bentuk open access

membantu memaksimalkan kinerja EPrints sehingga informasi

yang ada dapat dimanfaatkan oleh publik.

b.) Metadata Dublin Core memudahkan pengelola dalam mengolah

koleksi yang ada secara tepat dan cepat karena metadata ini

mempunyai cara dan format yang sederhana.

b. Faktor Penghambat

a.) Metode auto correct pada kata kunci masih belum diterapkan pada

EPrints sehingga menghambat pemustaka dalam menelusur

informasi.

B. Saran

1. Perlu adanya peningkatan bandwith pada jaringan perpustakaan agar

pemustaka maupun pustakawan yang melakukan kegiatan layanan

informasi tidak terganggu dengan jaringan internet yang disediakan.

2. Perlu penambahan SDM pustakawan profesional agar informasi yang

diberikan sampai dengan tepat waktu

3. Pihak perpustakaan perlu mengembangkan beberapa fitur pada EPrints

terutama fitur simple keyword search box sehingga data yang terpanggil

135

terbatas hanya pada judul serta abstraknya saja agar hasil yang diterima

relevan dan mudah dipahami oleh pemustaka

4. Website suatu sistem informasi alangkah baiknya mencantumkan informasi

pihak-pihak yang telah bekerja sama (CORE, BEES, dan IOS) agar

kebutuhan informasi pemustaka dapat terpenuhi.

5. Perlu ditingkatkan kembali untuk mempromosikan EPrints (etheses dan

research repository) kepada pemustaka supaya dapat dimanfaatkan oleh

semua kalangan mahasiswa baik yang tingkat awal maupun tingkat akhir.

6. Sebaiknya perpustakaan perlu mengimplementasikan semantic web agar

metode “did you mean . . .” pada kotak pencarian dapat terlaksana dengan

baik sehingga pemustaka yang ejaan kata kuncinya salah dapat disarankan

langsung oleh sistem sehingga pemustaka tidak mengulangi kerjaannya.

136

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, et al. 2012. Layanan cinta : Perwujudan Layanan Prima++

Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto.

Atmosudirjo, Prajudi. 1988. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

DeLone, W & McLean, E. 2003. "The DeLone and McLean Model of

Information Systems Success : A Ten Year Update". Management

Information System. Dari

https://www.jstor.org/stable/40398604?seq=1#page_scan_tab_content

s. Diakses pada tanggal 1 April 2017 pukul 06.00 WIB

Djamal, M. 2015. Paradigma Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ezema, Ifeanyi J. 2011. “Building Open Access Institutional Repositories for

Global Visibility of Nigerian Scholarly Publication”, dari

http://search.proquest.com/docview/877019300/fulltextPDF/BB2A33

8B813841BBPQ/3?accountid=46437. Diakses pada tanggal 8 Maret

2017 pukul 18.43 WIB.

Fatmawati, Endang. 2013. Matabaru Penelitian Perpustakaan dari Servquel ke

Libqual +TM. Jakarta: Sagung Seto.

Harliansyah, Faizzudin. 2016. "Institutional repository sebagai sarana

komunikasi ilmiah yang sustainable dan reliable", dari

http://repository.uin-malang.ac.id/614/. Diakses pada tanggal 8 Maret

2017 pukul 20.30 WIB.

Hartono. 2016. Manajemen Perpustakaan Sekolah : Menuju Perpustakaan

Modern dan Professional. Yogyakarta: Ar-ruzz media.

Hastono, Yuli Sudoso. 2008. Pelayanan Publik di Bandar Udara Polonia

Medan [Tesis]. Program Magister Studi Pembangunan Sekolah Pasca

Sarjana: Universitas Sumatera Utara.

Hasugian, Jonner. 2012. "Internal Repository pada Perguruan Tinggi",

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39750/1/Repositori%

20Institusi%20Perguruan%20Tinggi.pdf. diakses 8 Maret 2017 pukul

00.45 WIB.

Herwaman, R dan Z. Zen. 2006. Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan

Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.

137

Ibrahim, Amin. 2008. Teori dan Konsep Pelayanan Publik serta

Implementasinya. Bandung: Mandar Maju.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 63 / Kep/ M.Pan/

7/ 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Maesaroh, Imas. 2015. Makalah Seminar Strategi Pengembangan Institusional

Repository untuk Meningkatkan Pendidikan dan Penelitian di Era

Globalisasi di UPT Perpustakaan Universitas Trunojoyo Madura. 19

Oktober 2015.

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP

YKPN.

Moenir, A.S. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi

Aksara.

Miles, Matthew B, dkk. 2014. Qualitative Data Analysis : a Methods

Sourcebook. Arizona State University: Sage.

Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Napitupulu, Paiman. 2007. Pelayanan Publik dan Customer Statification.

Bandung: PT. Alumni.

Pendit, Putu Laxman. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu

Pengantar Diskusi Epistemologi dan Metodologi. Jakarta: JIP-FSUI.

Pendit, Putu Laxman, et al. 2007. Perpustakaan Digital: Perspektif

Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Jakarta : Sagung Seto.

Pendit, Putu Laxman. 2008. Perpustakaan Digital dari A sampai Z. Jakarta:

Citra Karyakarsa Mandiri.

Purwoko. 2015. “Eprints vs DSpace”, dari http://www.purwo.co/2015/04/eprint-

vs-dspace.html. diakses 8 Maret 2017 pukul 13.00.

Qalyubi, Syaihabuddin, et al. 2003. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan

Informasi. Yogyakarta : Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga.

Ratminto dan Atik Septiwinarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Saleh, Abdul Rahman. 2010. Membangun Perpustakaan Digital : Step by step.

Jakarta: Sagun Seto

__________________. 2011. Percikan Pemikiran : Di bidang Kepustakawanan.

Jakarta: Sagung Seto

138

Salim, Peter. 2000. Salim’s Ninth collegiate English – Indonesian Dictionary.

Jakarta: Modern English Press

Santoso, Harry B., et al. 2007. Karakteristik implementasi penjaminan mutu

pada proyek pengembangan perangkat lunak berbasis Open Source

dan Proprietary. Proceedings of National Conference on Computer

Science and Information Technology. Depok: Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Indonesia.

Sari, Delaya. 2008. “Pelestarian Koleksi Literatur”, dari

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126769-RB13D112p-

Pelestarian%20koleksi-Literatur.pdf. Diakses pada tanggal 20 Januari

2017 pukul 12.22 WIB.

Sinambela, L.P, dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik : Teori, Kebijakan dan

Implementasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudarsono, Blasius. 2009. Pustakawan Cinta & Technology. Jakarta: ISIPII

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatifi. Bandung: Alfabeta.

________. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sulistyo-Basuki. 2010. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Universitas

Terbuka.

Supriyanto, Wahyu dan Muhsin, Ahmad. 2008. Teknologi Informasi

Perpustakaan : Strategi Perancanaan Perpustakaan Digital.

Yogyakarta: Kanisius.

Sutarno, 2006. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Sagung Seto.

Sutedjo, Mansur. 2015. Makalah Seminar Strategi Pengembangan Institusional

Repository untuk Meningkatkan Pendidikan dan Penelitian di Era

Globalisasi di UPT Perpustakaan Universitas Trunojoyo Madura. 19

Oktober 2015.

Taufiq Rohmat. 2013. Sistem Informasi Manajemen: Konsep Dasar, Analisis,

dan Metode Pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Trivedi, Mayank. 2010. Digital Libraries: functionality, usability, and

accessibility. India: Sardal patel University

Undang-undang RI No.43.2007.”UU Perpustakaan No. 43 Tahun 2007”, dari

http://kelembagaanfiles.pnri.go.id/pdf/about_us/official_archives/publ

ic/normal/UU_43_2007_PERPUSTAKAAN.pdf. Diakses pada

tanggal 17 Januari 2017 pukul 19.57 WIB.

139

Wagito. 2005. Jaringan Komputer: Implementasi Berbasis Linux. Yogyakarta:

Gaya Media

Warner, Simeon. 2003. "E-prints and the Open Archives Initiative. Dari

http://search.proquest.com/docview/200610929/66A3A2C3B785428E

PQ/1?accountid=46437. Diakses pada tanggal 3 April 2017 pukul

12.35 WIB.

Westell, Mary. 2006. “Institutional Repositories: Proposed Indicators of

Success”, dari

http://search.proquest.com/docview/200532643/fulltextPDF/F264CC7

DBCBF412DPQ/5?accountid=46437. Diakses pada tanggal 8 Maret

2017 pukul 20.49 WIB.

Yang, Sharon Q dan Hofmann, Mellissa A. 2010. The Next Generation Library

Catalog: A Comparative Study of The OPACs of Koha, Evergreen,

and Voyager. New Jersey: Rider University

Yanto. 2013. “Pengelolaan Institutional Repository Perpustakaan Perguruan

Tinggi (Studi Kasus Di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta)” [Tesis], dari

http://digilib.uinsuka.ac.id/12296/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%

20PUSTAKA.pdf. Diakses pada tanggal 17 Januari 2017 pukul 17.52

WIB.

Yusup, P.M. 2013. Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta:

Bumi Aksara.

140

LAMPIRAN

Lampiran 1: Peta Lokasi Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim

Sumber:

Google Maps (2017)

141

Lampiran 2: Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Peneliti melakukan wawancara dengan bapak Alexander

selaku programer Perpustakaan UIN Maulana Malik

Ibrahim

Gambar 2. Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu pemustaka

Gambar 3. Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu pustakawan

142

Gambar 4. Foto bersama Kepala dan Wakil Kepala Perpustakaan UIN

Maulana Malik Ibrahim

Gambar 5. Ruang pengolahan institutional repository Perpustakaan

UIN Maulana Malik Ibrahim

143

Lampiran 3: Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara untuk Pustakawan

1. Efektivitas Sistem Institutional Repository EPrints dalam mengembangkan

layanan informasi di Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim

menggunakan teori efektivitas sistem informasi DeLone dan McLean (2003: 24-

25) berdasarkan 6 komponen kesuksesan sistem dalam pelaksanaan otomasi

perpustakaan, diantaranya:

a. Kualitas Sistem

1) Apakah sistem EPrints sudah memberikan kemudahan dalam mengolah

institutional repository ?

2) Bagaimanakah kesesuaian fitur dengan keinginan pustakawan dalam

proses pengolahan institutional repostiory ?

3) Bagaimanakah keandalan yang diberikan sistem dalam berkontribusi

mengembangkan layanan informasi institutional repository ?

4) Bagaimanakah kecepatan akses dalam mengakses database pada sistem

EPrints ?

5) Bagaiamanakah kegunaan fitur EPrints dalam mengembangkan layanan

informasi institutional repository ?

b. Kualitas Informasi

1) Bagaimanakah kelengkapan informasi yang diberikan EPrints dalam

proses pengolahan institutional repository ?

2) Apakah EPrints dalam menyajikan informasi sudah sesuai kebutuhan

pustakawan ?

3) Bagaimanakah ketepatan waktu yang diberikan EPrints dalam menyajikan

informasi ?

4) Sejauh mana tingkat keamanan pada sistem EPrints ?

144

c. Kualitas Layanan

1) Bagaimanakah jaminan yang diberikan pustakawan kepada pemustaka

terhadap sistem EPrints ?

2) Bagaimanakah EPrints dapat menjawab semua kebutuhan pustakawan ?

3) Bagaimanakah respon EPrints dalam menjawab permintaan dari

pemustaka ?

d. Penggunaan

Seberapa sering pustakawan menggunakan EPrints dalam mengembangkan

layanan institutional repository ?

e. Kepuasan pengguna

Apakah pustakawan merasa puas dengan diterapkannya EPrints dalam

mengembangkan layanan informasi institutional repository ?

f. Keuntungan

Apa saja keuntungan yang pustakawan dan perpustakaan dapatkan setelah

diterapkannya EPrints untuk membangun institutional repository ?

2. Faktor pendukung dan penghambat efektivitas sistem institutional repository

EPrints dalam mengembangkan layanan informasi di Perpustakaan Pusat UIN

Maulana Malik Ibrahim.

Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat efektivitas sistem

institutional repository EPrints dalam mengembangkan layanan informasi di

Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim ?

145

Pedoman Wawancara untuk Pemustaka

1. Efektivitas Sistem Institutional Repository EPrints dalam mengembangkan

layanan informasi di Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim

menggunakan teori efektivitas sistem informasi DeLone dan McLean (2003: 24-

25) berdasarkan 6 komponen kesuksesan sistem dalam pelaksanaan otomasi

perpustakaan, diantaranya:

a. Kualitas Sistem

1) Apakah EPrints sudah memberikan kemudahan anda dalam mengakses ?

2) Bagaimanakah keandalan sistem EPrints yang anda rasakan ?

3) Apakah anda dalam mengakses EPrints merasakan kecepatan akses yang

memadai ?

4) Bagaimanakah kegunaan fitur-fitur yang disediakan EPrints ?

b. Kualitas Informasi

1) Apakah informasi yang anda terima sudah lengkap ?

2) Bagaimanakah kemampuan EPrints dalam menyajikan informasi sudah

sesuai dengan kebutuhan anda ?

3) Apakah EPrints sudah memberikan informasi yang relevan ?

4) Apakah sistem sudah dapat memberikan informasi yang tepat waktu ?

c. Kualitas Layanan

1) Apakah EPrints memberikan jaminan sesuai dengan kebutuhan anda ?

2) Bagaimanakah EPrints dapat menjawab semua kebutuhan anda ?

d. Penggunaan

Seberapa sering pustakawan menggunakan EPrints dalam mengembangkan

layanan institutional repository ?

e. Kepuasan pengguna

Apakah anda merasa puas dengan adanya EPrints dalam mengambangkan

layanan informasi institutional repository

f. Keuntungan

Apakah keuntungan yang anda rasakan setelah menggunakan EPrints ?

146

Lampiran 4: Surat-surat Penelitian

147

Lampiran 5. SOP Institutional Repository UIN Maulana Malik Ibrahim

148

Lampiran 6. Surat Keputusan Rektor

Surat Keputusan Rektor Publikasi Karya Ilmiah Mahasiswa

149

Surat Keputusan Rektor Publikasi Karya Ilmiah Dosen

150

Lampiran 7. Curicullum Vitae

CURICULLUM VITAE

Nama : Nugroho Dwi Setyanto

Nomor Induk Mahasiswa : 135030707111001

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Februari 1995

Pendidikan : 1. SDN 03 Pagi Jakarta. Tamat tahun 2007

2. SMPN 262 Jakarta. Tamat tahun 2010

3. SMAN 115 Jakarta. Tamat tahun 2013

4. Universitas Brawijaya Malang. Tamat tahun 2018

Pendidikan Non-formal : 1. Talkshow Milad Forkim ke-21: Muslim Muda

Mendunia

2. Seminar Sertifikasi Pustakawan: Menjadi

Pustakawan Professional, Cerdas, dan

Tersertifikasi

3. Forum Komunikasi dan Sosialisasi: UU No. 14

Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

oleh Komisi Informasi Provinsi Jawa Timur

4. Pengenalan serta Pengoperasian Sistem

Institutional Repository EPrints

Pengalaman Kerja : 1. Student Employment di Universitas Brawijaya

2. Staf Magang di UIN Maulana Malik Ibrahim