EFEKTIVITAS SISTEM INSTITUTIONAL REPOSITORY ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of EFEKTIVITAS SISTEM INSTITUTIONAL REPOSITORY ...
EFEKTIVITAS SISTEM INSTITUTIONAL
REPOSITORY EPRINTS DALAM
MENGEMBANGKAN LAYANAN INFORMASI
PERPUSTAKAAN (Studi di Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana
pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang
NUGROHO DWI SETYANTO
NIM. 135030707111001
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
MALANG
2018
ii
MOTTO
“Tidak ada kegagalan yang sia-sia, kecuali kegagalan yang tidak diiringi dengan
usaha, perbaikan, peningkatan, dan doa.”
(Nugroho Dwi Setyanto)
“Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh
jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah : 216)
iii
Karya ini kupersembahkan untuk
Ayah dan Ibu tercinta
Kakak dan Semua Keluarga tersayang
serta Semua sahabat-sahabatku
vii
RINGKASAN
Nugroho Dwi Setyanto, 2018, Efektivitas Sistem Institutional Repository
EPrints dalam Mengembangkan Layanan Informasi Perpustakaan (Studi di
Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang), Dr. Alfi Haris Wanto,
M.AP, MMG., Drs. Hartono, SS., M.HUM, 146 hal + xvi
Perkembangan teknologi informasi yang pesat akan berdampak terhadap
segala bidang layanan, termasuk perpustakaan. Perpustakaan perguruan tinggi
dituntut untuk membangun institutional repository demi mendukung pelaksanaan
Tri Dharma Perguruan Tinggi. Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim
menggunakan sistem informasi EPrints yang diharapkan dapat membangun serta
mengembangkan manajemen perpustakaan, khususnya layanan informasi
institutional repository. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisa efektivitas sistem institutional repository EPrints dalam
mengembangkan layanan informasi serta mendeskripsikan dan menganalisa faktor
pendukung dan penghambat efektivitas sistem institutional repository EPrints di
Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim.
Pendekatan pada penelitian ini menggunakan kualitatif. Teknik pengumpulan
data yang digunakan yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan
pada penelitian ini adalah pustakawan, programer dan pemustaka dengan teknik
random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah Model Interaktif
oleh Miles, Huberman, dan Saldana (2014) dengan melakukan pengumpulan data,
kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil penelitian dari penggunaan teori DeLone dan McLean (2003) yang
peneliti gunakan untuk menganalisis data dapat diketahui bahwa sistem
institutional repository EPrints di Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim
secara garis besar sudah efektif karena EPrints memberikan kemudahan bagi
pustakawan pengolahan serta pemustaka memahami informasi yang telah
disajikan. Akan tetapi beberapa hal perlu adanya pengembangan lebih lanjut
seperti penambahan bandwidth, koleksi yang kurang up to date, dan pencarian
fitur simple keyword search box yang melihat dari segala aspek. Hal ini
berdampak pada kebutuhan pengguna, sehingga perlu dikembangkan kembali
pengelolaannya agar sistem memberikan layanan yang baik. Adapun faktor
penghambat yang peneliti temukan di lapangan yakni tidak ada metode did you
mean..? (pembenaran kata) pada kata kunci. Saran yang diberikan sebaiknya
katalog modern perlu menggunakan metode tersebut supaya jika terjadi kesalahan
penulisan pada pemustaka tidak membuang banyak waktu karena sudah
disarankan ejaan yang benar oleh sistem. Adanya saran tersebut diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam pengembangan sistem institutional repository
EPrints menjadi lebih baik.
Kata kunci: Perpustakaan Digital, Layanan Informasi, Institutional Repository,
EPrints
viii
SUMMARY
Nugroho Dwi Setyanto, 2018, The Effectiveness of Institutional Repository
EPrints System in Developing Library Information Services (Case at Malang
State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim’s Library), Dr. Alfi Haris
Wanto, M.AP, MMG., Drs. Hartono, SS., M.HUM, 146 hal + xvi
The rapid development of information technology will affect to all areas of
service, including library. The college libraries is asked to build institutional
repository in order to support The Three Pillars of Higher Education. The UIN
Maulana Malik Ibrahim’s library uses EPrints information system which are
expected to build and expand libraries management, especially institutional
repository information service. This research aims to describe and analyze the
effectivity of institutional repository EPrints system in order to develop
information service along with describing and analyzing supporting and obstacle
factor from effectivity of institutional repository Eprint system in the UIN
Maulana Malik Ibrahim’s library.
This research is using qualitative approach. The data collection methods
that used are observation, interview and documentation. The informant in this
research are a programmer, librarian and readers which selected with random
sampling method. The data analysis that used is interactive model by Miles,
Huberman, and Saldana (2014) by doing data collecting, data condensing, data
presenting and conclusion.
The result of this research from using DeLone and McLean Theory (2003)
that researcher using for data analysis can be seen that the institutional repository
EPrint system in the UIN Maulana Malik Ibrahim’s library has been effective
because EPrints gives convenience for librarian and readers to understanding the
information which exists. Howeverthere are some things that need to be develop
such as additional bandwidth, less update collection and simple keyword search
box search feature that comprehensive. These things has an impact on users need,
so it needs to be developed so that the system can provide a better services. As for
the obstacle factors that researchers found in the field is that there is no “Did you
mean ....? (spelling check) method in keyword. The suggestion given is using this
method in the modern catalogue so that if there is misspelling, the readers not
wasting much time because there are suggestion word that given by system. The
suggestion is expected to be contribute in the development of the institutional
repository EPrints system for the better in the future.
Keywords: Digital Library, Information Service, Institutional Repository, EPrints
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Efektivitas Sistem Institutional Repository EPrints
dalam Mengembangkan Layanan Informasi Perpustakaan (Studi di
Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim)”. Skripsi ini merupakan tugas
akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Perpustakan pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Malang.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS, selaku Dekan Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
2. Bapak Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA., Ph.D selaku Ketua Jurusan
Ilmu Administrasi Publik Universitas Brawijaya
3. Ibu Dr. Ratih Nur Pratiwi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perpustakan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Malang.
4. Ibu Niken Lastiti V.A, S.AP, M.AP, selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Malang.
5. Bapak Alfi Haris Wanto, M.AP, MMG, selaku Ketua Dosen
Pembimbing yang telah memberikan dukungan dan pengarahan
selama proses bimbingan hingga terselesaikan penyusunan skripsi ini.
6. Drs. Hartono, SS., M.HUM, selaku Anggota Dosen Pembimbing yang
telah memberikan dukungan dan pengarahan selama proses bimbingan
hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
x
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya yang telah
memberikan ilmu dan pengalamannya selama ini.
8. Bapak Faizuddin Harliansyah, M.IM, selaku Kepala Perpustakaan
UIN Maulana Malik Ibrahim.
9. Bapak Mufid, M.Hum, Selaku Sekretaris Perpustakaan UIN Maulana
Malik Ibrahim.
10. Orang Tua Tercinta yang menjadi motivasi terbesar Ayah dan Ibu
serta Kakak saya, dan seluruh saudara dan keluarga besar yang telah
memberikan dukungan, semangat, dan doa sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
11. Sahabat-sahabat tersayang dan seperjuangan (Vivi, Fera dan Zaenal
serta semua teman-teman Program Studi Ilmu Peprustakaan FIA UB
angakatan 2013) yang telah memberikan dukungan, doa, dan
informasi yang berguna sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran, dan kritik yang sifatnya
membangun sangat peneliti harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Malang, 21 Februari 2018
Nugroho Dwi Setyanto
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
MOTTO ................................................................................................................ ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iii
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................. iv
TANDA PENGESAHAN ....................................................................................... v
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................................... vi
RINGKASAN ...................................................................................................... vii
SUMMARY ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
D. Kontribusi Penelitian ...................................................................... 10
E. Sistematika Penulisan ..................................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 13
B. Pelayanan Publik ............................................................................ 16
C. Perpustakaan dan Institutional Repository (IR)
1. Konsep Perpustakaan ................................................................. 20
2. Perpustakaan Digital .................................................................. 29
3. Institutional Repository (IR)...................................................... 31
E. Sistem Institutional Repository EPrints
1. Konsep Sistem Institutional Repository EPrints ....................... 38
2. Jenis Software Institutional Repository ..................................... 39
3. Content EPrints .......................................................................... 41
D. Efektivitas Sistem Institutional Repository
1. Konsep Efektivitas ..................................................................... 42
2. Ukuran Efektivitas Sistem Institutional Repository (IR) ........... 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 46
B. Fokus Penelitian ............................................................................. 47
C. Lokasi dan Situs Penelitian ............................................................ 49
D. Sumber Data dan Jenis Data .......................................................... 50
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 52
F. Instrumen Penelitian....................................................................... 53
xii
G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 54
H. Keabsahan Data .............................................................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Singkat Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim ........................................................... 58
2. Visi dan Misi Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim Malang .............................................. 61
3. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia ..................... 62
4. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim ................................................ 63
5. Koleksi Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim ......................................................................... 64
6. Sarana dan Prasarana Perpustakaan Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim ................................................ 65
7. Layanan pada Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim ........................................................... 68
8. Tata Tertib dan Prosedur Layanan .......................................... 72
9. Gambaran Umum Sistem Repository EPrints ......................... 76
10. Cara Mengakses dan Menelusur Institutional Repository UIN
Maulana Malik Ibrahim ........................................................... 80
B. Penyajian Data
1. Efektivitas Sistem EPrints di Perpustakaan Pusat UIN Maulana
Malik Ibrahim
a. Kualitas Sistem Institutional Repository EPrints ............... 84
b. Kualitas Informasi Sistem Institutional Repository EPrints
............................................................................................ 91
c. Kualitas Layanan Sistem Insitutional Repository EPrints .. 96
d. Penggunaan Sistem Institutional Repository EPrints ....... 100
e. Kepuasan Sistem Pengguna Institutional Repository EPrints
.......................................................................................... 101
f. Keuntungan ...................................................................... 103
2. Faktor pendukung dan penghambat Efektivitas Sistem
Institutional Repository EPrints dalam mengembangkan
layanan informasi di Perpustakaan UIN Maulana Malik
Ibrahim .................................................................................. 104
C. Analisis Data
1. Efektvitas Sistem EPrints di Perpustakaan UIN Maulana Malik
Ibrahim
a. Kualitas Sistem Institutional Repository EPrints ............. 109
b. Kualitas Informasi Sistem Institutional Repository EPrints
.......................................................................................... 114
c. Kualitas Layanan Sistem Insitutional Repository EPrints 119
d. Penggunaan Sistem Institutional Repository EPrints ....... 123
xiii
e. Kepuasan Sistem Pengguna Institutional Repository EPrints
.......................................................................................... 124
f. Keuntungan ....................................................................... 125
2. Faktor pendukung dan penghambat Efektivitas Sistem
Institutional Repository EPrints dalam mengembangkan
layanan informasi di Perpustakaan UIN Maulana Malik
Ibrahim ................................................................................. 127
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 131
B. Saran ............................................................................................ 134
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 136
LAMPIRAN ........................................................................................................ 140
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Peringkat Webometrik di Perpustakaan Perguruan Tinggi Jawa Timur ... 7
Tabel 2. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 14
Tabel 3. Daftar Pegawai Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim ................... 62
Tabel 4. Jumlah Koleksi Perpustakaan Desember 2016 ........................................ 65
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Komponen Analisi Model (Interactive Model) .................................... 56
Gambar 2. Struktur organisasi Perpustakaan Pusat UIN ....................................... 62
Gambar 3. Logo EPrints ......................................................................................... 77
Gambar 4. Search engine EPrints .......................................................................... 78
Gambar 5. Pencarian berdasarkan kategori ............................................................ 79
Gambar 6. Advanced search .................................................................................. 80
Gambar 7. Tampilan website etheses ..................................................................... 81
Gambar 8. Tampilan website research repository .................................................. 81
Gambar 9. Advanced search research repository ................................................... 82
Gambar 10. Hasil pencarian EPrints ...................................................................... 83
Gambar 11. Tampilan detail informasi .................................................................. 84
Gambar 12. Data statistik ....................................................................................... 89
Gambar 13. Tampilan menu sistem EPrints untuk pengolahan ............................. 90
Gambar 14. Kebijakan penyerahan tugas akhir ..................................................... 93
Gambar 15. Fitur untuk pemustaka ........................................................................ 94
Gambar 16. Kontak informasi ............................................................................... 98
Gambar 17. Elemen dublin core EPrints .............................................................. 107
Gambar 18. Kesalahan penulisan kata kunci ...................................................... 108
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim ................ 140
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 141
Lampiran 3. Pedoman Wawancara ...................................................................... 143
Lampiran 4. Surat-surat Penelitian ....................................................................... 146
Lampiran 5. SOP Institutional Repository UIN Maulana Malik Ibrahim ............ 147
Lampiran 6. Surat Keputusan Rektor .................................................................. 148
Lampiran 7. Curicullum Vitae ............................................................................ 150
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era digital informasi saat ini perpustakaan menyesuaikan diri dengan
perkembangan teknologi dalam strategi pengembangannya. Demikian juga
dengan perpustakaan perguruan tinggi yang dituntut menyediakan akses dalam
cakupan yang luas terhadap sumber-sumber informasi digital untuk
mendukung pelaksanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Adanya perkembangan teknologi informasi di era digitalisasi saat
ini, perpustakaan perguruan tinggi mulai mengembangkan perpustakaan digital
atau digital library.
Lang dalam Qalyubi, et al (2003: 443) mengemukakan perpustakaan
digital merupakan suatu istilah yang menggambarkan penggunaan teknologi
digital untuk memperoleh, menyimpan, melestarikan, dan menyediakan akses
terhadap informasi dan koleksi yang diterbitkan dalam bentuk digital.
Fenomena perpustakaan digital timbul akibat adanya transformasi dari koleksi
tercetak ke non-cetak agar mempercepat mengakses dan memudahkan
penelusuran sumber informasi, serta tidak perlu datang ke perpustakaan
(Maesaroh, 2015: 4). Koleksi digital menurut Dictionary for Library and
Information Science dalam Sari (2008: 10) didefinisikan sebagai koleksi
2
perpustakaan atau arsip yang dikonversikan kedalam format yang dapat
terbacakan oleh mesin untuk tujuan menyimpan, melestarikan dan
menyediakan akses elektronik. Hal ini yang termasuk koleksi digital adalah e-
book, e-journal, serta koleksi-koleksi perpustakaan lainnya yang sudah
digitalisasi informasi (alih media).
Perpustakan memiliki kontribusi penting dalam kemajuan institusi
karena telah terbuka dengan informasi baru terutama tentang ilmu
pengetahuan. Menurut Undang-Undang No.43 Tahun 2007 tentang
perpustakaan Bab I pasal 1, bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola
koleksi karya tulis, karya cetak, dan karya rekam secara profesional dengan
sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,
pelestarian informasi, dan rekreasi pemustaka. Selanjutnya pada Bab V pasal 3
disebutkan bahwa setaip perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan
sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Perpustakaan
disebut sebagai tempat tersedianya segala informasi, hasil budaya bangsa
didokumentasikan dalam perpustakaan sehingga perpustakaan harus mampu
mengelola dan menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Sebagai sarana penyedia informasi dan pelestarian kebudayaan perpustakaan
tidak dapat dipisahkan dari perkembangan koleksi (Sulistyo-Basuki, 2010: 1).
Pada awalnya koleksi perpustakaan hanya berbasis materi tercetak, kemudian
untuk memudahkan pengolahan, temu balik, dan kemudahan bagi pemakai
maka perpustakaan mulai menggunakan teknologi informasi. Perpustakaan
yang banyak menerapkan teknologi informasi dan telah berkembang pesat di
3
era digitalisasi serta memiliki koleksi digital adalah perpustakaan perguruan
tinggi.
Menurut Sulistyo-Basuki (2010: 2.17) yang dimaksud dengan
perpustakaan perguruan tinggi ialah:
“Perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya,
maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan
tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya. Tujuan
perguruan tinggi di Indonesia dikenal dengan nama Tri Dharma
perguruan tinggi (pendidikan, penelitian serta pengabdian
masyarakat)”.
Pemanfaatan teknologi informasi di perpustakaan perguruan tinggi juga telah
dipertegas dalam Undang-undang No. 43 Tahun 2007 pasal 24 Ayat 3 tentang
perpustakaan, yang menyatakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi
mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan
komunikasi. Pemanfaatan di perpustakaan perguruan tinggi pada akhirnya
menuntut perubahan paradigma, dimana paradigma tersebut menuntut
perpustakaan perguruan tinggi harus beradaptasi dan berkembang agar tidak
ditinggalkan pengguna (Pendit, et al, 2007: 44). Pustakawan harus menguasai
teknologi informasi jika ingin meningkatkan layanan perpustakaan yakni
dengan cara mengotomasikan semua jenis koleksi dari yang dalam bentuk
konvensional diubah ke dalam bentuk digital.
Munculnya teknologi informasi ini perpustakaan sendiri mengharapkan
dapat memberikan peranan yang besar dalam layanan secara efektif kepada
pemustaka. Hal tersebut mempunyai peran yang sangat penting agar
perpustakaan mampu mempertahankan eksistensinya. Layanan jasa
4
perpustakaan merupakan salah satu bagian dari strategi pelaksanaan sebuah
perpustakaan, disebabkan hal tersebut merupakan ujung tombak dari jasa
perpustakaan yang berhubungan langsung antara petugas dengan pengguna.
Menurut Gronroos dalam Ratminto dan Atik (2005: 2) mendefinisikan
pelayanan sebagai suatu aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi
sebagai sebab akibat adanya interaksi antara konsumen dan karyawan. Seluruh
kegiatan bagian layanan menggambarkan citra perpustakaan yang dapat
dijadikan tolok ukur dalam menentukan berhasil atau tidaknya sebuah
perpustakaan. Menurut Napitupulu (2007: 164) pengertian pelayanan adalah
serangkaian proses pemenuh kebutuhan orang lain secara memuaskan berupa
produk jasa dengan sejumlah ciri seperti tidak berwujud, cepat hilang lebih
dapat dirasakan daripada dimiliki, dan pelanggan lebih dapat berpartisipasi
aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Oleh karena itu, kegiatan
layanan yang dilakukan pustakawan tidak lepas dari kegiatan pelayanan publik.
Pustakawan juga harus melakukan aktivitas profesional sehingga dapat
menciptakan pelayanan secara prima. Salah satu upaya dalam mewujudkan
suatu pelayanan prima adalah memberikan kepuasan bagi pengguna atas
kontribusi yang diberikan oleh pustakawan. Kemudian salah satu upaya dalam
pemenuhan informasi pengguna universitas, perpustakaan memiliki koleksi
digital yang keberadaannya sangat penting adalah hasil karya ilmiah sivitas
akademika yang sering disebut local content. Sutedjo (2015: 1)
mengungkapkan bahwa local content yang ada di perguruan tinggi, sebagai
berikut:
5
“Informasi karya ilmiah yang dihasilkan sebuah institusi dikenal
dengan sebutan informasi muatan lokal (local content), sifatnya unik
dan hanya dihasilkan dan dimiliki oleh institusi penghasil informasi
tersebut, seperti tugas akhir, tesis, disertasi, artikel ilmiah, laporan
penelitian, pidato pengukuhan, pidato ilmiah, prosiding seminar dan
lainnya.”
Sulistyo-Basuki, dalam Yanto (2013: 6) menyatakan bahwa Local content
dilingkup perguruan tinggi jika diserahkan dalam bentuk digital ke
perpustakaan maka perpustakaan dianggap memiliki simpanan kelembagaan
(institutional repository). Istilah institutional repository muncul seiring dengan
adanya perkembangan perpustakaan digital yang sangat erat kaitannya dengan
perkembangan teknologi informasi. Menurut Pendit (2008: 137) istilah
institutional repository merujuk kesebuah kegiatan menghimpun dan
melestarikan koleksi digital yang merupakan hasil karya intelektual dari sebuah
komunitas tertentu. Keberadaan perpustakaan perguruan tinggi sebagai unit
pengolah informasi mempunyai peran penting dalam menunjang pengelolaan
institutional repository serta secara intensif dapat berperan dalam
mempublikasikan hasil penelitian sivitas akademika, tujuannya untuk berbagi
pengetahuan (knowledge sharing) dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Mengelola konten di institutional repository tidak akan jauh dari
perangkat lunak atau software yang digunakan. Software yang digunakan
dalam mengembangkan institutional repository dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara seperti membuat software sendiri yang sesuai dengan
kebutuhan instansi atau dapat juga dengan menggunakan berbagai software
yang sudah ada baik yang bersifat gratis ataupun yang komersial (berbayar).
Pemilihan software yang digunakan terletak pada kebijakan Perguruan Tinggi
6
itu sendiri. Kebijakan yang digunakan Perpustakaan UIN Maulana Malik
Ibrahim dalam mengembangkan institutional repository menggunakan
software open source yaitu EPrints. Sistem EPrints saat ini sudah banyak
digunakan baik dari perguruan tinggi negeri sampai perguruan tinggi swasta
dalam pengelolaan institutional repository. Perguruan Tinggi di Indonesia yang
telah menerapkan institutional repository lebih dari 50% menggunakan sistem
EPrints karena selain gratis, dalam ruang lingkup Asia Tenggara pengguna
EPrints lebih banyak sehingga mudah untuk bertukar pikiran (Purwoko, 2015).
Awalnya Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim membangun institutional
repository menggunakan aplikasi sendiri akan tetapi seiring berjalannya waktu
berpindah haluan menggunakan EPrints dikarenakan EPrints merupakan
aplikasi perpustakaan digital yang sederhana dan dapat dengan mudah dikelola
serta software yang dikhususkan untuk pengembangan institutional repository.
Selain itu, EPrints sudah terintegrasi dengan metadata dan mampu melakukan
penelusuran advanced search serta fitur lainnya. aplikasi ini dapat dimodifikasi
dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Penggunaan EPrints ini dapat
dipercaya untuk meningkatkan peringkat universitas dunia (webometrics).
Berikut ini adalah beberapa perpustakaan perguruan tinggi di Jawa Timur yang
menerapkan sistem EPrints dan sudah masuk ke dalam ranking web of
repositories :
7
Tabel 1. Peringkat Webometrik di Perpustakaan Perguruan Tinggi Jawa Timur
No. Perpustakaan Perguruan Tinggi
1 UIN Sunan Ampel
2 Universitas Muhammadiyah Malang
3 Universitas Kristen Petra
4 Universitas Surabaya (UBAYA)
5 Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
6 Universitas Airlangga
7 IAIN Tulungagung
8 Institut Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya
9 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
10 Universitas Muhammadiyah Ponorogo
11 UIN Maulana Malik Ibrahim
12 Universitas Pesantren Tinggi Da’rul Ulum
13 STIE Kesuma Negara Blitar
Sumber: Webometrics, 2017
Institutional repository harus menganut konsep open access, agar
informasi yang ada didalamnya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,
baik oleh sivitas akademika atau diluar sifitas akademika. Salah satu definisi
yang mewajibkan institutional repository harus menganut konsep open access
dan telah banyak dikutip adalah yang dikemukakan oleh Lynch dalam
Harliansyah (2016).
“… institutional repository is a set of services that a university offers to the
members of its community for the management and dissemination of digital
materials created by the institution and its community members.”
8
Definisi tersebut menekankan bahwa institutional repository itu merupakan
serangkaian layanan (a set of services) yang dikembangkan oleh suatu
universitas berupa pengelolaan dan penyebarluasan berbagai hasil kegiatan
ilmiah sivitas akademik dalam bentuk digital material. Upaya mengembangkan
layanan sebagaimana dikemukakan dalam definisi di atas, universitas perlu
membangun fasilitas yang memadai serta mendayagunakan teknologi
informasi dengan spesifikasi tertentu. Definisi yang dikemukakan Ware dalam
Harliansyah (2016) menjelaskan bahwa institutional repository harus memiliki
sifat kumulatif, mengumpulkan, menyimpan, dan menyebarluaskan material
digital agar dapat dioperasikan dalam jangka waktu yang panjang. Dua definisi
di atas dapat saling melengkapi, bahwa institutional repository tidak lain
adalah sebuah upaya perguruan tinggi untuk membuat inovasi dalam
membangun sarana atau infrastruktur komunikasi ilmiah yang dapat dipercaya
dengan mendayagunakan teknologi informasi dan diharapkan mampu
memberikan peran serta dalam membangun layanan informasi secara efektif.
Pengukuran suatu sistem yang sering dilakukan instansi yang
menunjukkan bahwa sistem tersebut bisa dikatakan efektif atau tidak yaitu
dengan cara melihat data pengunjung. Menurut Westell (2003: 216-217)
Kombinasi aktivitas input, penggunaan, dan analisis kutipan akan memberikan
gambaran lengkap dari efektivitas suatu repository. Data ini dapat digunakan
untuk menunjukkan bukti penggunaan dan memberikan tolok ukur penggunaan
dan pertumbuhan dari waktu ke waktu.
9
Program aplikasi EPrints yang telah dikembangkan oleh Perpustakaan
UIN Maulana Malik Ibrahim disamping memiliki beberapa kelebihan juga
terdapat kelemahan antara lain tidak tersedia auto correct pada sistem
pencarian di simple keyword search box jika terjadi kesalahan pada penulisan,
serta pemanggilan datanya tidak hanya berdasarkan judul saja tetapi melihat
perkata dari semua isi local content sehingga output dari pencariannya kurang
relevan. Kondisi tersebut ditengarai adanya kualitas sistem dan informasi pada
sistem institutional repository tersebut.
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk membahas lebih
dalam mengenai sistem EPrints di Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik
Ibrahim sejauh mana sistem EPrints ini efektif bagi pengguna dan pustakawan
dalam menjalankan tugasnya serta mengetahui kendala yang dihadapi dalam
penerapan sistem EPrints. Oleh sebab itu penulis ingin melakukan penelitian
dengan judul “Efektivitas Sistem Institutional Repository EPrints dalam
Mengembangkan Layanan Informasi Perpustakaan Studi di
Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim Malang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis latar belakang masalah yang telah diuraikkan di
atas maka dapat dirumuskan bahwa masalah dalam penelitian ini:
1. Bagaimana efektivitas sistem Institutional Repository EPrints di
Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ?
10
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat efektivitas dalam penerapan
sistem EPrints ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penellitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis efektivitas sistem
Institutional Repository EPrints di Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
2. Mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor pendukung
dan penghambat efektivitas yang dihadapi dalam penerapan sistem
Institutional Repository EPrints.
D. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara
teoritis maupun praktis. Adapun kontribusi yang ingin dicapai sebagai berikut:
1. Kontribusi Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
upaya mengembangkan pelayanan perpustakaan dengan menerapkan sistem
institutional repository EPrints. Hasil penelitian ini selanjutnya dapat
digunakan sebagai tambahan rujukan untuk bahan penelitian lebih lanjut.
11
Selain itu juga dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam masalah pembahasan ini.
2. Kontribusi Praktis
a. Memberikan informasi kepada bidang pengembangan sistem EPrints
agar kedepannya bisa lebih baik.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi dalam mengambil keputusan
terkait efektivitas sistem institutional repository yang akan diterapkan
dan dioptimalkan kedepannya
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan, maka peneliti menggunakan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian serta
sistematika penulisan skripsi.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Memuat kajian teori yang berkaitan dengan Efektivitas Sistem
Institutional Repository EPrints dalam mengembangkan layanan
12
informasi di Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim sebagai
bahan analisa dan memperkuat hasil penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini merupakan metode penelitian yang digunakan dalam
penyusunan skripsi diantaranya jenis penelitian, fokus penelitian,
lokasi dan situs penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
instrument penelitian, teknik analisis data dan keabsahan data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan gambaran umum mengenai lokasi penelitian,
penyajian data yang diperoleh mengenai Efektivitas Sistem
Institutional Repository EPrints di Perpustakaan Pusat UIN
Maulana Malik Ibrahim, serta analisis dan interpretasi dari
permasalahan yang dibahas dengan dikaitkan pada teori.
BAB V : PENUTUP
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari proses hasil
penelitian yang dilaksanakan dan beberapa saran yang dapat
diajukan bagi pihak perpustakaan terkait agar mampu
meningkatkan efektivitas sistem institutional repository EPrints
dalam mengembangkan layanan informasi
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori maupun temuan-temuan melalui
hasil penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat
dijadikan sebagai data pendukung serta pertimbangan peneliti. Penelitian
terdahulu yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian yang relevan dengan
permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus
penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan masalah sistem
otomasi perpustakaan institutional repository. Penelitian-penelitian tersebut
sebagaimana dalam tabel 2 penelitian terdahulu berikut ini:
14
Tabel 2. Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Metode
Penelitian Variabel Asumsi GAP Lokasi/Tahun
Ummi
Rodliyah
Penggunaan
Aplikasi EPrints
untuk
Pengembangan
Institutional
Repository dan
Pengaruhnya
terhadap
Peringkat
Webometrics
Perguruan Tinggi
di Indonesia
Kuantitatif 1. Institutional
Repository
2. Aplikasi EPrints
3. Webometrics
Sistem EPrints terbukti
banyak memberikan
manfaat, baik dari sisi
kemudahan akses maupun
peningkatan peringkat di
webometrics. 50% lebih
institutional repository di
Indonesia masuk kedalam
peringkat 60 teratas
menggunakan EPrints
Penelitian saat ini melihat
efektivitas sistem
institutional repository
EPrints secara
menyeluruh. Sedangkan
peneliti terdahulu
terbatas hanya pada
tingkat kemudahan dan
apa dampaknya
menerapkan EPrints bagi
peningkatan peringkat
webometrics
Seluruh repository
Perguruan Tinggi
di Indonesia dari
peringkat 60
teratas/ 2016
Tri
Septiyantono
Evaluasi Software
Aplikasi
“SIPUSTAKOM
di Perpustakaan
STMIK
AKAKOM
Yogyakarta
dengan
Pendekatan
Kebutuhan
Informasi
Kualitatif 1. Evaluasi
Software
SIPUSTAKOM
2. Otomasi
Perpustakaan
SIPUSTAKOM dirancang
dan dibuat sendiri agar
mampu memenuhi
kebutuhan otomasi
perpustakaan. Namun perlu
penambahan fasilitas yang
lengkap supaya dapat
memudahkan pustakawan
maupun pemustaka dalam
melakukan aktivitas layanan
seluruh perpustakaan
Penelitian saat ini
menggunakan EPrints
yang merupakan sistem
informasi untuk
mempermudah kegiatan
layanan informasi.
Sedangkan penelitian
terdahulu menggunakan
SIPUSTAKOM untuk
memenuhi kebutuhan
otomasi perpustakaan
dalam seluruh layanan
Perpustakaan
STMIK AKAKOM
Yogyakarta/ 2011
15
menggunakan
SIPUSTAKOM.
baik informasi maupun
sirkulasi
Bambang
Suryo Putro
Efektivitas
Penerapan Sistem
Library
Automation
Project (LAP)
pada
Perpustakaan
Pengguna
Kualitatif 1. Penggunaan
Aplikasi Library
Automation
Project (LAP)
Penggunaan LAP di
perpustakaan cukup
memuaskan karena
memberi manfaat kepada
pustakawan untuk
mempermudah dan
mempercepat kinerja secara
efektif dan efisien. Akan
tetapi kurangnya SDM serta
belum tersambung jaringan
internet menjadi hambatan
tersendiri sehingga sulit
mengembangkan
perpustakaan berbasis
internet
Penelitian saat ini
menggunakan sistem
informasi EPrints
berbasis web sehingga
mempermudah kegiatan
layanan informasi secara
efektif. Sedangkan
penelitian terdahulu
menggunakan sistem
Library Automation
Project (LAP) yang
belum tersambung ke
jaringan internet
Perpustakaan
Sekolah Islam
Fitrah Al-Fikri
Depok,
Perpustakaan
Universitas
Satyagama Jakarta
Barat, dan
Perpustakaan
Departemen
Perdagangan RI
Jakarta/ 2010
Sumber: Penulis, 2017
16
B. Pelayanan Publik
1. Definisi Pelayanan Publik
Pelayanan menurut Moenir (2002: 26-27) adalah kegiatan yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan tertentu dimana
tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani atau
dilayani. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan
secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan
dengan kehidupan manusia (Sinambela, dalam Sinambela, 2006: 3).
Sehingga, pelayanan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
seseorang atau kelompok orang yang memiliki landasan tertentu dengan
menggunakan peralatan untuk menghasilkan produk-produk tidak kasat mata
dalam memecahkan masalah dari orang yang dilayaninya.
Pelayanan diartikan sebagai pelayanan publik jika memberikan layanan
(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan
pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah
ditetapkan (Agung, dalam Sinambela, 2006: 5). Menurut Kepmenpan
No.63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Salah satu organisasi/instansi yang
memberikan pelayanan dalam hal ini pelayanan yang lebih mengutamakan
dalam bidang jasa sebagai usaha melayani dan memenuhi kebutuhan
masyarakat yakni perustakaan. Hakekatnya penyelenggara dalam hal ini
17
pemerintah (birokrat) harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, pelayanan publik dapat didefinisikan
segala bentuk pelayanan baik dalam bentuk barang maupun jasa yang pada
prinsipnya menjadi tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh instansi
pemerintah baik pusat maupun daerah dalam rangka pelaksanaan kebijakan
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
2. Prinsip Pelayanan Publik
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
(No.63/KEP/M.PAN/7/2003) tentang pedoman umum penyelenggaraan
pelayanan publik, prinsip dari pelayanan publik dijabarkan sebagai berikut:
1. Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan
mudah dilaksanakan 2. Kejelasan
a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;
b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan
publik;
c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
3. Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu
yang telah ditentukan.
4. Akurasi
Produk layanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.
5. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum.
6. Tanggung jawab
Pilihan penyelenggaraan pelayanan publik atau pejabat yang
ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan
penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan
publik.
18
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana
teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).
8. Kemudahan akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah di
jangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informatika.
9. Kedisiplinan, Kesopanan, dan Keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah,
serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
10. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu
yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta
dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir,
toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu instansi
jika ingin membangun suatu pelayanan yang baik dan efektif harus
memperhatikan segala prinsip yang tertera pada pedoman penyelenggaraan
pelayanan publik. Layanan dapat dikatakan efektif apabila adanya
kesederhanaan dan kejelasan pada prosedur pelayanan, akurasi, ketepatan
waktu, memberikan rasa aman dan nyaman, bertanggung jawab, memiliki
kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses serta disiplin, sopan dan
ramah.
3. Tujuan Pelayanan
Suatu pelayanan merupakan usaha yang dilakukan organisasi/instansi
untuk memberikan kepuasan lebih kepada pengguna. Adapun makna dari
pelayanan publik menurut Hastono (2008: 9) adalah suatu bentuk pelayanan
yang memberikan kepuasan penggunanya, selalu memberikan kesan
menyenangkan yang akan senantiasa diingat. Sedangkan tujuan dari
pelayanan publik adalah memuaskan keinginan masyarakat pada umumnya,
19
dalam mencapai suatu tujuan ini perlu adanya kualitas pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat (Hastono, 2008: 9). Sehingga dapat
disimpulkan dari penjabaran diatas hakikat dari pelayanan publik adalah
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat sebagai suatu kewajiban
pemerintah sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.
4. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan merupakan suatu upaya pemenuh kebutuhan dan
keinginan masyarakat serta ketepatan dalam penyampaiannya untuk
mengimbangi harapan pelanggan. Secara teoretis, tujuan pelayanan publik
pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Menurut Sinambela (2006: 6)
untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang
tercermin dari:
1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah, dan dapat
diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara
memadai serta mudah dimengerti;
2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang
pada prinsip efisiensi dan efektivitas;
4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan
memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi
dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status
sosial, dan lain-lain;
6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang
mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima
pelayanan publik.
Kualitas pelayanan dapat dikatakan sebagai alat ukur untuk melihat
suatu kondisi yang diberikan oleh suatu organisasi kepada masyarakat.
20
Menurut Ibrahim (2008: 22) kualitas pelayanan adalah suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
dimana penilaian kualitasnya ditentukan pada saat terjadinya pelayanan.. Jika
masyarakat merasa telah mendapatkan pelayanan yang baik berarti kualitas
pelayanan yang diberikan organisasi sudah memenuhi harapan dan dapat
dikatakan baik. Baik atau buruknya kualitas pelayanan tergantung kepada
kemampuan penyedia jasa yang sesuai harapan pelanggan secara konsisten
dan berkelanjutan.
C. Perpustakaan dan Institutional Repository (IR)
1. Konsep Perpustakaan
Perpustakaan menurut asal katanya berasal dari kata “pustaka” yang
berarti buku. Dalam bahasa inggris library yang berasal dari bahasa latin,
yaitu liber atau libri yang artinya buku. Perpustakaan adalah sebuah ruangan,
bagian sebuah gedung tempat menyimpan buku-buku untuk dibaca,
sedangkan menurut Yusuf dalam Saleh (2011: 5), perpustakaan merupakan
institusi tempat menyimpan segala jenis bentuk buku.. Oleh karena itu, tidak
sepenuhnya salah jika masyarakat mendefinisikan perpustakaan selalu
dikaitkan dengan buku-buku, kumpulan rak buku maupun tempat kumpulan
buku-buku.
Menurut Purwono dalam Qalyubi, et al (2003: 4), perpustakaan adalah
suatu unit kerja yang memiliki sumber daya manusia, “ruang khusus”, dan
kumpulan koleksi sesuai dengan jenis perpustakaannya. Sedangkan Menurut
21
Sulistyo-Basuki (2010: 1.50) perpustakaan merupakan suatu tempat, gedung,
atau ruangan untuk menyimpan dan menggunakan koleksi. Perpustakaan
menyediakan berbagai macam bahan terbitan baik yang berbentuk tercetak
maupun noncetak yang diatur dengan suatu sistem untuk keperluan pengguna.
Definisi diatas menjelaskan bahwa perpustakaan adalah suatu gedung atau
ruangan yang tidak hanya menyediakan buku, tetapi juga terbitan lainnya baik
dalam bentuk tercetak maupun non-cetak yang disesuaikan dengan kebutuhan
individu maupun masyarakat secara menyeluruh. Materi perpustakaan ini
sering disebut dengan bahan pustaka sehingga ada bahan pustaka tercetak dan
bahan pustaka non cetak (elektronik).
Sebuah perpustakaan selalu ada kegiatan mengorganisasi dan
mengklasifikasi sumber informasi agar memudahkan pengguna dalam
menelusur dan menemukan informasi yang dibutuhkannya, karena materi
perpustakaan atau bahan pustaka itu merupakan himpunan ilmu pengetahuan
yang diperoleh dari peradaban manusia dari generasi ke generasi. Walaupun
setiap ahli mendefinisikan berbeda-beda tentang perpustakaan, namun pada
intinya memiliki tujuan akhir yang sama yaitu “untuk kemudahan
pemanfaatan oleh masyarakat luas” (Yusup, 2013: 27).
a. Komponen Perpustakaan
Perpustakaan dalam menjalankan fungsinya didukung oleh
komponen-komponen utama perpustakaan untuk memberikan layanan
informasi yang berkualitas. Komponen-komponen perpustakaan yang harus
22
ada pada dasarnya ada 5 (lima) komponen menurut Hermawan dan Zen
(2006: 23) antara lain:
1) Pengguna
Satu diantara pendorong berdirinya sebuah perpustakaan adalah
pengguna. Perpustakaan didirikan adalah untuk memenuhi kebutuhan
informasi bagi penggunanya. Pengguna adalah orang atau badan yang
akan menggunakan perpustakaan. Terdapat berbagai istilah dalam
penggunaan kata “pengguna” yang masing-masing mempengaruhi
hubungan antara perpustakaan atau pustakawan dengan penggunanya.
Berbagai istilah yang digunakan dalam kaitannya dengan pengguna
perpustakaan, antara lain sebagai 1) Anggota (members), 2) Pembaca
(readers), 3) Pelanggan (customers), 4) Klien (clients), dan 5) Patron
(patorns). Penggunaan istilah-istilah tersebut sangat tergantung kepada
jenis perpustakaan, jenis layanan yang disediakan, dan hubungan
interaksi antara perpustakaan dengan penggunanya. Di Indonesia pada
umumnya istilah pengunjung perpustakaan menggunakan kata
pengguna, anggota, pembaca dan pemustaka.
Secara umum pengguna perpustakaan dikelompokkan menjadi
dua (2) kategori yaitu:
a) Pengguna potensial (potential users) adalah pengguna yang
ditargetkan dan seharusnya menjadi pengguna, misalnya dalam
perpustakaan perguruan tinggi pengguna potensialnya adalah dosen
dan mahasiswa.
23
b) Pengguna aktual (actual users) adalah mereka yang telah
menggunakan perpustakaan, baik pengguna aktual akif maupun
anggota aktual pasif. Pengguna aktual pasif adalah pengguna yang
secara teratur (reguler) berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan.
Sedangkan pengguna aktual pasif adalah pengguna yang
menggunakan perpustakaan ketika ada kebutuhan atau mendapat
tugas baik dari guru, dosen, atau pihak lainnya.
2) Koleksi
Koleksi adalah inti dari sebuah perpustakaan dan menentukan
keberhasilan layanan. Tidaklah disebut perpustakaan namanya bila tidak
memiliki koleksi. Koleksi tidak hanya dilihat dari jumlah eksemplarnya
saja, melainkan lebih kepada kualitas isi, jumlah, judul, dan
kemutakhirannya (up to date). Indikator ukuran baik dan buruknya
sebuah perpustakaan dilihat dari koleksinya. Koleksi perpustakaan
sangat beraneka ragam. Dari segi isi (subjek) terdapat koleksi fiksi dan
nonfiksi. Koleksi fiksi adalah karya yang bersifat khayalan atau imajinasi
pengarangnya. Sedangkan koleksi nonfiksi adalah koleksi yang bersifat
ilmiah atau mengandung ilmu pengetahuan yang ditulis berdasarkan data
dan fakta. Berkenaan dengan bahan pustaka atau koleksi perpustakaan
Reitz dalam Achmad et al (2012: 15) mengatakan:
“Bahan-bahan perpustakaan atau bahan pustaka adalah semua bahan
yang dibeli sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan dengan tujuan
untuk memuaskan kebutuhan informasi pemustakanya, yaitu buku, surat
kabar, dan terbitan berseri, bahan referensi, rekaman musik, peta, bentuk
mikro, dan media-noncetak, dengan peralatan dan perlengkapan yang
berbeda”.
24
Sementara itu Sutarno (2006: 113-114) menjelaskan bahwa
koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama (pilar) sebuah
perpustakaan. Oleh karena itu koleksi perpustakaan akan memberikan
ciri dan warna sebagai berikut:
a. Memberikan ciri bagi jenis perpustakaan yang dibentuk.
b. Merupakan daya tarik dan perhatian bagi pengunjung, artinya koleksi
yang semakin lengkap dan dengan terbitan yang relatif baru, akan
dapat memberikan kesempatan yang semakin besar kepada
pengunjung untuk memilih dan memperoleh informasi terkini.
c. Meningkatkan citra dan gambaran atar performa dan kinerja
perpustakaan. Maksudnya, bahwa jumlah koleksi yang besar/banyak
akan menunjukkan kekuatan dan keberadaan sebuah perpustakaan
semakin diakui masyarakat, daripada perpustakaan yang koleksinya
“itu-itu saja”.
3) Pustakawan
Tanpa ada orang yang melakukan kegiatan pengadaan,
pengelolaan, penyimpanan, dan pelayanan, tidak mungkin perpustakaan
akan beroperasi dengan baik. Semua perkerjaan tersebut adalah tugas
yang harus dilakukan oleh pustakawan. Kata pustakawan (librarians)
menjadi pilihan, karena profesi ini sangat terkait erat dengan bahan
pustaka (library materials) dan perpustakaan (library).
4) Dana
Dana diperlukan untuk melakukan kegiatan termasuk menggaji
pegawai. Perpustakaan memerlukan dana berkelanjutan, sejalan dengan
perkembangan yang ada. Agar dapat memenuhi kebutuhan informasi
pengguna pada satu sisi dan mengadakan koleksi yang mutakhir
diperlukan dana. Sebagian besar dana digunakan untuk pengadaan.
25
5). Sarana dan prasarana
Untuk melakukan aktivitas perpustakaan diperlukan sarana dan
prasarana. Gedung dan ruang perpustakaan sangat dibutuhkan baik untuk
koleksi, pengguna, maupun pustakawan. Gedung perpustakaan tidak
hanya sekedar tempat informasi, tetapi memiliki nilai tertentu dalam
menunjang pelayanan di perpustakaan.
b. Jenis-Jenis Perpustakaan
Berdasarkan lembaga induk yang menaungi perpustakaan, jenis
perpustakaan dibagi menjadi 5 (lima) antara lain Perpustakaan Nasional,
Perpustakaan Umum, Perpustakaan Khusus, Perpustakaan Perguruan Tinggi
dan Perpustakaan Sekolah. Merujuk Hartono (2016: 31-34) tentang
manajemen perpustakaan sekolah : menuju perpustakaan modern dan
profesional, jenis perpustakaan di Indonesia dikenal dengan lima jenis
perpustakaan sebagai berikut:
a. Perpustakaan Nasional
Pada umumnya setiap negara mempunyai perpustakaan nasional
yang biasanya berkedudukan di ibu kota negara yang fungsi utamanya
sebagai lembaga yang menyimpan dan melestarikan seluruh terbitan dari
negara tersebut, baik berupa karya cetak maupun karya rekam. Semua
terbitan tersebut dikumpulkan dan didayagunakan sebagai bahan
informasi, menyusun bibliografi nasional, baik mutakhir maupun
retrospektif dan menjadi pusat informasi bagi negara tersebut.
Perpustakaan Nasional RI dalam melaksanakan fungsinya, telah
26
melaksanakan berbagai pengembangan dan pembinaan perpustakaan
secara sistematis melalui program-program dan kegiatan-kegiatan dalam
skala prioritas.
b. Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan
di pemukiman penduduk (kota atau desa) diperuntukkan bagi semua
lapisan dan golongan masyarakat. Perpustakaan umum berfungsi untuk
melayani kebutuhan masyarakat akan informasi dan bahan bacaan guna
meningkatkan pengetahuan, sumber belajar, dan sebagai sarana rekreasi
sehat (intelektual).
c. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus atau perpustakaan instansi adalah
perpustakaan yang berada dan diselenggarakan oleh instansi pemerintah
maupun swasta untuk menunjang dan memperlancar tugas dan fungsi
instansi tersebut/lembaga induknya. Perpustakaan khusus umumnya
sangat beragam sesuai dengan kebutuhan lembaga induknya, yang
berfungsi sebagai pusat referensi dan penelitian.
d. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada pada
lembaga pendidikan dasar dan menengah, yang merupakan bagian
integral dari sekolah sebagai pusat sumber belajar mengajar untuk
mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah.
27
e. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada
dalam suatu lembaga pendidikan tinggi, baik perpustakaan universitas,
fakultas, institut, sekolah tinggi, maupun politeknik untuk menunjang
proses belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Konsep perguruan tinggi di Indonesia bersifat sentralisasi, yaitu hanya
memiliki perpustakaan pusat yang disebut Unit Pelaksana Teknis (UPT).
Namun demikian, banyak perguruan tinggi yang menerapkan sistem
desentralisasi, yaitu setiap fakultas bahkan jurusan mempunyai
perpustakaan.
c. Perkembangan Perpustakaan
Berbagai macam bentuk perpustakaan berdasarkan karakter dan
perkembangannya terkait dengan penggunaan teknologi informasi serta
perubahan komponen jenis koleksi perpustakaan. Berikut adalah jenis-jenis
perkembangan perpustakaan berdasarkan jenis serta teknologi yang
digunakan:
a. Perpustakaan Konvensional
Menurut Sulistyo-Basuki (2010: 1.7) tentang perpustakaan ialah
sebuah tempat, gedung, ruangan, atau bagian ruang yang digunakan
untuk menyimpan dan menggunakan koleksi buku serta terbitan lainnya,
biasanya disimpan menurut tata sususan tertentu untuk digunakan
pengguna. Perpustakaan konvensional dapat diartikan ketika koleksi
28
perpustakaan masih berbasis kertas dan tidak ada hubungannya dengan
teknologi.
b. Perpustakaan Konvensional Terotomasi
Secara teknis operasional perpustakaan mulai memanfaatkan
teknologi komputer. Namun, bahan pustaka masih berbentuk kertas
sebagai medianya (Qalyubi, et al, 2003: 18).
c. Perpustakaan Hibrida
Perpustakaan hidrida dalam proses perkembangannya, ada masa
transisi antara tipe perpustakaan tradisonal yang berbasis cetak
(hardcopy) dan tipe perpustakaan yang berbasis elektronik (Qalyubi, et
al, 2003: 19-20). Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki (2010: 1.9-1.10),
perpustakaan hibrida merupakan campuran antara koleksi analog (dalam
bentuk non-elektronik) dan digital. Dengan kata lain, perpustakaan
hibrida merupakan campuran antara koleksi perpustakaan konvensional
(tercetak) dengan perpustakaan digital (elektronic).
d. Perpustakaan Digital
Greenstein dalam Pendit, et al (2007: 30) menyatakan bahwa
perpustakaan digital tidak lagi diukur berdasarkan jumlah dan karakter
koleksi yang dimiliki secara fisik, melainkan lebih berdasarkan luas
tidaknya cakupan jaringan informasi yang terbentuk oleh jasa yang
disediakan. Sedangkan menurut Pacpcke, et al dalam Pendit, et al (2007:
30) sebuah organisasi disebut sebagai perpustakaan digital jika dapat
29
menyediakan a single point of access ke serangkaian sumber daya yang
tersebar secara otonom. Sehingga perpustakaan digital ialah sebuah
perpustakaan yang hanya memiliki koleksi digital dan semua masyarakat
dapat mendapatkan informasi di perpustakaan tanpa harus datang
langsung.
2. Perpustakaan Digital
Perpustakaan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam
mengembangkan layanannya disebut perpustakaan digital. Menurut
Supriyanto dan Muhsin (2008: 31) perpustakaan digital adalah sebuah sistem
yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung akses
tersebut melalui perangkat digital. sedangkan menurut kusumah (2001) yang
dirangkum Saffady dalam Saleh (2010: 3) digital library adalah perpustakaan
yang mengelola semua atau sebagian yang substansi dari koleksi-koleksinya
dalam bentuk komputerisasi sebagai bentuk alternative, suplemen atau
pelengkap terhadap cetakan konvensional dalam bentuk mikro material yang
saat ini didominasi koleksi perpustakaan. berdasarkan pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa perpustakaan digital adalah sebuah sistem yang
menyediakan informasi dalam format digital dengan bantuan teknologi
informasi dan jaringan internet sehingga informasi tersebut dapat diakses
dengan mudah.
30
a. Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital memiliki fungsi utama dalam melayani sumber
informasi dalam format dokumen dan multimedia. Fungsi dari perpustakaan
digital menurut Trivedi (2010: 3) sebagai berikut:
a) Akses ke sejumlah besar informasi kepada pemustaka dimanapun
mereka berada dan kapanpun mereka membutuhkannya
b) Akses ke sumber informasi utama
c) Dukungan konten multimedia bersama dengan teks
d) Aksebilitas jaringan di intranet dan internet
e) User friendly interface
f) Hypertext link untuk navigasi
g) Arsitektur client-server
h) Pencarian lanjutan dan pengambilan
i) Integrasi dengan perpustakaan digital lainnya
Berdasarkan fungsi di atas bahwa perpustakaan digital mempunyai
fungsi yakni melayani kebutuhan informasi pemustaka tanpa adanya batasan
ruang dan waktu. Selain memiliki fungsi yang penting dalam menunjang
pelaksaan keterbukaan informasi saat ini, perpustakaan digital memiliki
tujuan yang penting dalam proses membangun perpustakaan digital. Menurut
Trivedi (2010: 3) tujuan dari perpustakaan digital yaitu:
a) Mempercepat pengembangan sistematis prosedur untuk mengumpulkan,
menyimpan, dan mengatur informasi digital
b) Mempromosikan pengiriman informasi yang efisien dan ekonomis
kepada semua pemustaka.
c) Mendorong upaya koperasi dalam sumber daya penelitian, komputasi,
dan jaringan komunikasi.
d) Memperkuat komunikasi dan kolaborasi antara dan di antara lembaga-
lembaga pendidikan.
e) Mengambil peran kepemimpinan dalam generasi dan penyebaran
pengetahuan.
Berdasarkan teori tersebut, perpustakaan digital mempunyai tujuan
berupa menyebarkan informasi yang cepat dan efisien, perpustakaan dapat
31
terhubung dengan lembaga informasi yang lain untuk saling bertukar
informasi agar tidak adanya keterbatasan informasi bagi pemustaka, serta
perpustakaan digital juga berperan sebagai pemimpin dalam penyebaran
informasi dan pengetahuan di era digitalisasi.
b. Ciri-ciri Perpustakaan Digital
Menurut Kenneth Dowlin (1984) dalam Pendit (2007: 23) ciri-ciri
perpustakaan digital adalah:
1) Memakai komputer dalam mengelola sumber daya perpustakaan
2) Menggunakan saluran elektronik untuk menghubungkan penyedia
informasi dengan pemustaka
3) Memanfaatkan transaksi elektronik yang dapat dilakukan dengan
bantuan staf jika diminta oleh pemustaka
4) Memakai sarana elektronik untuk menyimpan, mengelola, dan
menyampaikan informasi kepada pemustaka.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, perpustakaan digital mempunyai ciri-ciri
yang sangat berkaitan dengan teknologi informasi dalam setiap kegiatannya.
Penggunaan komputer dan jaringan elektronik bertujuan untuk memudahkan
dalam menghubungkan antara penyedia informasi dengan pemustaka.
3. Institutional Repository (IR)
Giesecke dalam Maesaroh (2015: 5) mendefinisikan institutional
repository sebagai arsip online karya ilmiah yang diproduksi secara lokal
untuk tujuan pemeliharaan dan penyebaran penelitian. Institutional
Repository tidak hanya sekedar konten digital saja namun meliputi
serangkaian layanan (a set of service). Menurut Jones.et.al dalam Hasugian
(2012: 1) menganggap bahwa repositori adalah unsur-unsur konstituen dari
32
perpustakaan digital, atau yang melengkapi perpustakaan digital dengan
menyeleksi koleksi-koleksi tertentu ataupun disiplin ilmu tertentu (disipliner)
untuk disediakan sebagaimana halnya sebuah perpustakaan. Sedangkan Crow
dalam Ezema (2011: 476) menjelaskan bahwa institutional repository adalah
menyimpan dan melestarikan koleksi digital hasil intelektual dari komunitas
single atau multi-universitas dimana memberikan respon untuk dua isu
strategis yang dihadapi institusi akademik. Definisi tentang institutional
repository diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa institutional
repository adalah suatu upaya untuk menciptakan perpustakaan digital yang
bertujuan untuk menyimpan dan menyebarluaskan koleksi hasil karya sivitas
akademika dalam bentuk digital agar dapat dimanfaatkan baik dari dalam
sivitas akademika maupun dari luar sivitas akademika.
a. Elemen Institutional Repository
Crow dalam Fatmawati (2013: 106-107) menyebutkan elemen penting
dari institutional repository terdiri dari:
a. Ditetapkan institusional (institutionally defined)
b. Kontennya bersifat ilmiah (scholarly content)
c. Interoperabilitas dan dapat diakses secara terbuka (interoperability
and open access)
d. Kumulatif dan dapat digunakan dalam waktu yang lama
(cumulative and perpetual)
Westell (2006: 213-218), mengungkapkan ada 8 (delapan) indikator
dari kesuksesan institutional repository, dengan alat pengukuran sebagai
berikut:
33
a. Mandates (Mandat)
Mandat merupakan salah satu kunci dalam keberhasilan
membangun repository. Bagian administrasi atas (seperti dekan) dan
struktur tata kelola/manajemen yang meliputi penasihat yang tepat serta
menentukan visi dan misi yang jelas membangun repository akan
berkontribusi terhadap kesuksesan yang berkelanjutan.
b. Integration into institutional planning (integrasi dengan rencana
kelembagaan)
Sebagian besar universitas memiliki struktur akuntabilitas yang
menguraikan tujuan kelembagaan sehingga tujuan untuk repository
harus selaras dengan rencana akademika. Institutional repository
memberikan contoh yang baik dalam hal penelitian dan beasiswa.
c. Funding model (model pendanaan)
Meskipun ada berbagai model untuk mendanai sebuah
institutional repository, langkah pertama adalah harus ada model
pendanaan berkelanjutan. Banyak institutional repository telah
dikembangkan menggunakan uang yang minim tanpa adanya
keberlanjutan yang jelas. Banyak institutional repository telah
menerbitkan model biaya mereka dan repositori individu bervariasi,
dimana menyediakan staf, teknologi, konten dan pengarsipan yang
sedang berlangsung.
34
d. Relationship to digitisation centres (terintegrasi dengan pusat
digitalisasi)
Perpustakaan semakin terlibat dalam menyediakan pusat yang
mendigitalkan bahan primer dan memberikan akses melalui web.
Selanjutnya, bahwa di mana lembaga memiliki pusat digitalisasi,
institutional repository akan memiliki kesempatan yang lebih baik
untuk sukses. Sebuah pusat digitalisasi, yang menyediakan pemindaian
dan layanan metadata, format konversi, izin hak cipta, dukungan
platform lintas pencarian, dan model untuk koleksi digital, adalah
komponen kunci untuk menunjukkan komitmen kelembagaan dan
menunjukkan kepada fakultas bahwa ada yang ahli untuk melestarikan
hasil penelitian mereka. Apa pun alasannya, kehadiran pusat digitalisasi
tampaknya memungkinkan beberapa repository untuk mengisi konten
yang lebih cepat dan untuk menarik kelompok penelitian menggunakan
repository.
e. Interoperability (interoperabilitas)
Interoperabilitas dengan repository lain mengindikasikan
kemampuan dan keterbukaan atas nama lembaga atau perpustakaan
untuk berkontribusi terhadap beasiswa nasional dan internasional. Hal
ini penting jika konten yang dibuat kelembagaan, bukan repositori
berbasis subjek, yang menurut definisi dapat melintasi batas
kelembagaan. Repository mungkin satu-satunya alat untuk
35
mendistribusikan bahan ini penting dan untuk menyediakan konteks
lembaga yang lebih luas lagi.
f. Measurement (pengukuran)
Kemampuan untuk mengukur penggunaan (atau output), juga
menjadi evaluasi untuk repository itu sendiri ataupun isinya. Situs web
sekarang secara rutin mengukur "hits" dan sering melacak hits dengan
alamat IP (Internet Protocol) untuk mengukur pengguna di dalam dan
diluar kampus. Mengukur dari jumlah pengunjung tidak cukup untuk
dijadikan pengukuran institutional repository. Beberapa repository
mempertimbangkan hanya melihat dari segi yang mengakses atau
mengunduh dokumen sebagai ukuran penggunaan, sementara yang lain
akan menghitung setiap halaman yang dilihat. Secara khusus, mandat
universitas terhadap pengarsipan publikasi dalam repository, itu akan
menjadi penting untuk menilai bagaimana bahan ini digunakan dan itu
meningkatkan visibilitas penelitian universitas.
g. Promotion (promosi)
Mempromosikan repositori dengan pihak fakultas merupakan
faktor penting tambahan. Hal ini membutuhkan pustakawan yang tanpa
lelah mempromosikan institutional repository. Mengubah budaya
komunikasi ilmiah merupakan pekerjaan yang tidak mudah dan
memakan waktu yang lama. Sebuah studi dari web yang dikutip pada
artikel ilmiah, Carlson dalam Westell (2006: 217), mencatat bahwa
sekitar sepertiganya sudah tidak aktif lagi dan selanjutnya sepertiga
36
lainnya tidak lagi menunjuk ke informasi yang berkaitan dengan
kutipan. Ini adalah argumen yang kuat untuk meyakinkan peneliti
bahwa bahan mereka harus bertempat di sebuah institutional
repository. Adanya dorongan ini, yang dikombinasikan dengan mandat
kelembagaan, akan mendorong para sarjana untuk mendepositkan
karya mereka.
h. Preservation strategy (strategi preservasi digital)
Pelestarian merupakan indikator penting dari keseriusan dengan
lembaga yang memegang institutional repository. Flecker dalam
Westell (2006: 217) mengamati "bahan digital sangat rapuh, menjaga
sumber daya digital yang dapat digunakan oleh generasi mendatang
membutuhkan usaha dan kesadaran yang terus menerus". Lynch dalam
Westell (2006: 217) menekankan bahwa institutional repository harus
mengandung unsur komitmen jangka panjang untuk masyarakat
kampus". Meskipun melestarikan bahan digital tidak mudah,
pustakawan tetap berusaha secara optimal agar informasi dapat
digunakan generasi selanjutnya.
b. Manfaat Institutional Repository
Membangun repository akan memberikan manfaat baik bagi individu
maupun bagi lembaga. Hasil-hasil penelitian, artikel ilmiah, makalah, tesis,
disertasi dan karya ilmiah lainnya yang tersedia secara online dapat diakses,
diunduh, dan/atau disitir lebih cepat dan lebih sering dibanding dengan yang
37
tersedia dalam format tercetak Manfaat institutional repository menurut
Sutedjo (2015: 3) adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengumpulkan karya ilmiah-intelektual sivitas akademika
dalam satu lokasi agar mudah ditemukan kembali baik melalui
google maupun mesin pencari lainnya.
b. Untuk menyediakan akses terbuka terhadap karya ilmiah-
intelektual yang dihasilkan sivitas akademika dan menjangkau
khalayak lebih luas lagi dengan tempat dan waktu yang tak terbatas
c. Untuk meningkatkan dampak dari karya ilmiah-intelektual yang
dihasilkan sivitas akademika.
d. Untuk mempromosikan karya ilmiah-intelektual yang dihasilkan
sivitas akademika.
e. Sebagai etalase dan tempat penyimpanan yang aman untuk hasil
penelitian sivitas akademika.
f. Untuk menyediakan URL (Uniform Resource Locator) jangka
panjang bagi karya ilmiah-intelektual hasil penelitian sivitas
akademika.
g. Apabila terjadi plagiasi terhadap karya ilmiah-intelektual yang di
publish di institutional repository akan mudah diketahui dan
ditemukan.
h. Untuk menghubungkan publikasi sivitas akademika/peneliti dari
halaman web mereka (web personal dosen/peneliti).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
banyak manfaat yang didapatkan jika suatu perpustakaan menerapkan
institutional repository. Manfaat tersebut tidak dirasakan hanya perpustakaan
saja akan tetapi masyarakat yang menggunakan dapat merasakan manfaat
yang sama seperti dapat menambah wawasan yang luas.
c. Kelebihan Institutional Repository
Institutional repository merupakan koleksi yang unik. Sebuah instansi
yang mengembangkan institutional repository mendapatkan kelebihan yang
berlimpah salah satunya bagi instansi maupun masyarakat yang
menggunakannya. Hasugian (2012: 5) menyatakan dalam membangun
program institutional repository di perguruang tinggi ada dua sudut pandang
38
yang saling mendapatkan keuntungan, yakni keuntungan bagi pengguna
maupun bagi instansi.
Keuntungan yang diperoleh instansi, Barick dan Pickton dalam
Maesaroh (2015: 9) menemukan enam kelebihan sebagai berikut:
a. Sarana untuk meningkatkan visibilitas dan prestige perguruang
tinggi dalam rangka menarik staf berkualitas, mahasiswa, dan
dosen;
b. Sentralisasi dan penyimpanan semua hasil karya sivitas
akademika;
c. Mendukung pembelajaran;
d. Standarisasi record institusi, misalnya curriculum vitae yang
terhubung dengan hasil karya ilmiah;
e. Peningkatan efisiensi administrasi; dan
f. Efisiensi anggaran.
Sedangkan keuntungan yang diperoleh penulis bahwa institutional
repository mendukung diseminasi dan dampak dari hasil penelitiannya.
Apabila penulis memuat curriculum vitae (CV), maka data repository dapat
digunakan untuk keperluan promosi pekerjaan yang lebih baik bagi penulis
(Hasugian, 2012). Lebih lanjut lagi Jain dalam Maesaroh (2015: 10)
menyebutkan bahwa publikasi artikel yang di open access akan
meningkatkan sitasi 50% sampai 250%, bahkan google scholar menempatkan
materi dari institutional repository lebih sering muncul.
D. Sistem Institutional Repository EPrints
1. Konsep sistem institutional repository EPrints
Menurut Supriyanto dan Muhsin dalam bukunya yang berjudul
“Teknologi Informasi Perpustakaan” (2008: 1), mengemukakan bahwa
39
perkembangan teknologi akan terus mengalami pertumbuhan dan
perkembangan terutama pada perpustakaan. Perpustakaan yang sedang
mengembangkan perpustakaan terotomasi harus menyediakan
infrastruktur dan peralatan yang dibutuhkan sebagai sarana penunjang
pelaksanaan perpustakaan terotomasi. Program yang digunakan untuk
pengelolaan institutional repository perpustakaan saat ini sudah banyak
bermunculan, baik yang diproduksi dari luar negeri ataupun karya anak
bangsa. Salah satunya adalah software EPrints perangkat lunak open
source yang dikembangkan oleh School of Electronics and Computer
Science, University of Southampton, England UK. EPrints adalah aplikasi
perpustakaan digital yang sederhana dan dapat dengan mudah dikelola
serta mampu memberikan solusi bagi para pustakawan dan pengelola
sumber-sumber informasi local content dalam melakukan kegiatan
rutinitas perpustakaan. Aplikasi ini berbasis web yang digunakan untuk
membangun sebuah repository. Selain itu EPrints sudah terintegrasi
dengan metadata dan mampu melakukan penelusuran advanced search
serta fitur-fitur lainnya.
2. Jenis software Institutional Repository
EPrint, Dspace, dan Ganesha Digital Library (GDL) adalah jenis-jenis
perangkat lunak untuk mengelola koleksi digital yang banyak digunakan oleh
perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia. Berbeda dengan Eprints dan
Dspace, Ganesha Digital Library (GDL) mempunyai keunggulan tersendiri
40
yakni merupakan karya anak bangsa yaitu Knowledge Management Reseacrh
Groups (KMRG) dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Sedangkan Eprints
dari England dan Dspace dikembang oleh tim dari berbagai negara yang
disponsori oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Hawlett-
Packard (HP). Berikut gambaran tentang ketiga aplikasi tersebut:
a. EPrints
EPrints (http://software.eprints.org) adalah perangkat lunak open
source yang dikembangkan oleh University of Southampton yang
dirancang untuk menciptakan institutional repository dalam bentuk digital
untuk penelitian ilmiah, tetapi dapat juga digunakan untuk tujuan lain.
EPrints terintegrasi dengan metadata advance search untuk penelusuran
informasi lanjut, dan fitur-fitur lainnya. Proses instalasi EPrint
membutuhkan software pendukung yang disebut LAMP (Linux, Apache,
MySql dan PHP) untuk membuat webhosting dan PHPMYADMIN.
b. Dspace
Dspace (http://www.dspace.org) adalah sebuah sistem perpustakaan
digital yang dirancang untuk menangkap, menyimpan, indeks,
melestarikan, dan mendistribusikan hasil karya intelektual dari sebuah
instansi dalam format digital yang dikembangkan bersama oleh Hawlett-
Packard (HP) Labs dan perpustakaan Massachusetts Institute of
Technology (MIT). Dspace merupakan aplikasi open source yang cukup
lengkap dan memungkinkan untuk dimodifikasi, mampu mengakomodir
41
seluruh jenis konten digital termasuk teks, gambar, video, mpegs, dan data
sets.
c. Ganesha Digital Library (GDL)
GDL atau Ganesha Digital Library merupakan salah satu software
open source perpustakaan digital yang dikembangkan oleh Knowledge
Management Research Groups (KMRG) Institut Teknologi Bandung pada
tahun 2002/2003. GDL sempat berkembang dikalangan perpustakaan
perguruan tinggi Indonesia sampai terbentuk sebuah jaringan nasional
digital library dengan nama IDLN (Indonesian Digital Library Network)
yang mempunyai misi mengelola ilmu pengetahuan bangsa Indonesia
dengan cara mudah, murah untuk semua kalangan, dan membudayakan
tradisi knowledge sharing menuju terciptanya masyarakat madani.
3. Content EPrints
EPrints adalah perangkat lunak open source yang dikembangkan oleh
School of Electronics and Computer Science, University of Southampton,
England United Kingdom. Repository ini bisa berbentuk arsip misalnya
makalah penelitian. Menurut Warner (2003: 152) istilah EPrints untuk
mengelompokkan berbagai bentuk literatur ilmiah yang memiliki akses
terbuka untuk seluruh konten melalui internet. Konten yang termasuk di
dalam EPrints yakni artikel jurnal, Pra-cetak, laporan teknis, monograf, tesis,
dan disertasi
42
F. Efektivitas Sistem Institutional Repository
1. Konsep Efektivitas
Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran (output) suatu pusat
pertanggung jawaban dengan sasaran yang harus dicapainya. Sasaran dalam
kegiatan ini adalah membantu suatu organisasi dalam meningkatkan kinerja.
Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat
perwujudan sasaran yang menunjukkan sejauh mana sasaran telah dicapai.
Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana
seseorang menghasilkan keluaran yang diharapkan. Ini dapat diartikan,
apabila sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan yang
direncanakan, dapat dikatakan efektif tanpa memperhatikan waktu, tenaga
dan lainnya. Menurut Atmosudirjo (1998: 43) efektivitas merupakan kegiatan
yang harus mengena kepada sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.
Karena efektivitas merupakan hal penting sebagai alat ukur terhadap tingkat
keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut pendapat Mahmudi (2005: 92) mendefinisikan efektivitas
adalah hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi
(sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif
organisasi, program, atau kegiatannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka
efektivitas menggambarkan seluruh siklus input, proses, dan output yang
mengacu pada hasil guna dari suatu organisasi, program ataupun kegiatan
yang menyatakan sejauh mana tujuan yang menyangkut kualitas, kuantitas,
43
dan waktu yang ingin dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi
mencapai tujuannya dan mencapai target yang hendak dicapai.
2. Ukuran Efektivitas Sistem Institutional Repository (IR)
Sistem otomasi perpustakaan sangat berkaitan erat dengan sebuah
sistem informasi yang handal. Hal ini karena sistem otomasi menerapkan
teknologi informasi dalam menjalankan fungsinya. Sehingga untuk
mengukur efektivitas sistem institutional repository EPrints dapat juga
digunakan pengukuran dimensi sistem otomasi. Menurut DeLone dan
McLean (2003: 24-25), terdapat 6 (enam) elemen dalam mengukur efektivitas
suatu sistem informasi, yaitu:
1. Kualitas Sistem (System Quality)
Kualitas sistem digunakan untuk mengukur kualitas sistem teknologi
informasi.
a. Kemudahan, sistem informasi yang dapat dikatakan sebagai sistem
yang berkualitas jika dirancang untuk memenuhi kemudahan dalam
penggunaan sistem informasi tersebut.
b. Fleksibilitas sistem, kemampuan sistem informasi dalam melakukan
perubahan-perubahan yang terkait dengan memenuhi kebutuhan
pengguna.
c. Kehandalan, sistem yang handal dapat melayani kebutuhan
pengguna tanpa adanya masalah yang dapat mengganggu
kenyamanan pengguna.
d. Kecepatan akses, apabila sistem informasi memiliki kecepatan akses
yang optimal maka layak dikatakan sistem informasi yang
diterapkan memiliki kualitas yang baik. Kecepatan akses juga dapat
dilihat dari kecepatan pengguna dalam menelusur informasi.
e. Kegunaan fitur, sistem informasi harus menyediakan berbagai
macam fitur guna untuk memperlancar kegiatan informasi
2. Kualitas Informasi (Information Quality)
Kualitas sistem informasi juga akan mengukur kualitas keluaran dari
sistem informasi.
a. Kelengkapan, sistem informasi dikatakan memiliki informasi yang
berkualitas jika informasi yang dihasilkan lengkap.
44
b. Penyajian Informasi, format sistem informasi yang memudahkan
pengguna untuk memahami informasi yang disediakan oleh sistem
informasi mencerminkan kualitas informasi yang baik.
c. Relevansi, informasi yang dihasilkan berguna atau mempunyai
manfaat bagi penerima dalam membantu proses pengambilan
keputusan.
d. Ketepatan, sistem memberikan informasi yang up to date bagi
pengguna.
e. Keamanan, sistem diharapkan dapat menghasilkan informasi yang
terjamin keamanannya.
3. Kualitas Pelayanan (Service Quality)
Kualitas pelayanan adalah pustakawan harus memberikan layanan yang
prima baik dari segi informasi maupun interaksi
a. Jaminan, pelayanan yang diberikan oleh sistem informasi mencakup
pengetahuan, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
b. Empati, meliputi kemudahan dalam berhubungan komunikasi yang
baik, perhatian pribadi, dan memahami keperluan para pengguna
sistem informasi.
c. Responsif, pelayanan yang diberikan pustakawan harus cepat dan
prima kepada para pengguna.
4. Pengguna (Use)
Pengguna informasi adalah penggunaan keluaran suatu sistem
informasi oleh penerima.
a. Sifat pengguna, sifat dari pengguna atau nature of use adalah
digunakan untuk maksud yang diinginkan ketetapan penggunaan
serta tipe informasi yang sesuai dengan maksud dari pengguna.
5. Kepuasan Pemakai (User Satisfaction)
Kepuasan pemakai adalah respon pemakai terhadap penggunaan
keluaran sistem informasi.
a. Kepuasan informasi, secara umum kepuasan informasi sebagai hasil
perbandingan pengharapan atau kebutuhan sistem informasi dengan
kinerja sistem yang diterima.
b. Kepuasan menyeluruh, salah satu bentuk kepuasan secara global
atas semua sistem yang telah disajikan dan dilakukan interaksi
mengenai tingkat kepuasan layanan informasi dan sistem.
6. Keuntungan (Net Benefits)
Keuntungan yang didapat organisasi berupa dampak positif dari
pemanfaatan sistem terhadap hasil dari kinerja organisasi
a. Meningkatkan berbagi pengetahuan (Improved knowledge sharing)
Dalam manajemen pengetahuan sebagai berikut:
Bagaimana informasi bisa menjadi sesuatu yang berdaya guna
Bagaimana mewujudkan sharing pengetahuan
Bagaimana meningkatkan kerjasama antar perpustakaan untuk
mempercepat aliran pengetahuan
45
b. Efektivitas komunikasi (Communication effevtiveness)
Efektivittas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan
tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan manajemen dalam
mencapai tujuan. Sedangkan komunikasi adalah sebagai proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
media tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas
komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang mampu
mencapai tujuan dan memberikan umpan balik (feed back) sehingga
pesan dapat tersampaikan
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diketahui ukuran
efektivitas sistem merupakan suatu standar atas terpenuhinya sasaran dan
tujuan yang akan dicapai serta menunjukkan pada tingkat dimana
organisasi, program atau kegiatan dapat menjalankan fungsi-fungsinya
secara optimal.
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan
melakukan klarifikasi suatu peristiwa atau suatu pengetahuan dengan memakai
metode-metode penelitian, sehingga dapat menentukan tingkat hasil
penelitiannya. Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Menurut
Sugiyono (2014: 9) penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif. Sedangkan jenis penelitian deskriptif adalah dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subyek atau obyek peneliti dengan kata-kata melalui
proses wawancara secara mendalam (Djamal, 2015: 17). Penelitian deskriptif
bertujuan agar fenomena yang terkait dengan sistem otomasi perpustakaan
seperti peneliti paparkan di latar belakang dapat tereksplor dan menjawab
rumusan masalah yang telah dibuat.
Penggunaan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif
dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan, memahami, dan menjelaskan
47
serta memperoleh gambaran tentang efektivitas sistem Institutional Repository
EPrint dalam upaya mengembangkan layanan informasi perpustakaan,
sehingga diperoleh gambaran yang lengkap dari hasil analisis pelaksanaan
sistem otomasi institutional repository perpustakaan UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
B. Fokus Penelitian
Menurut Moleong (2002) dalam Djamal (2015: 23-24) dalam penelitian
kualitatif fokus penelitian dapat dipastikan pada waktu peneliti langsung terjun
ke lapangan. Singkat kata meskipun rumusan masalah dikatakan cukup baik
dan ditunjang dengan sejumlah referensi yang memadai, namun situasi di
lapangan tidak memungkinkan maka peneliti tidak bisa meneliti masalah
tersebut. Dengan demikian keadaan di lapangan mempengaruhi kepastian
tentang fokus dan masalah tersebut. Fokus penelitian bertujuan untuk
membatasi peneliti agar penelitian lebih terarah, dan sesuai dari rumusan
masalah. Adapun fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Efektivitas sistem Institutional Repository (EPrint) di Perpustakaan UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang dapat menggunakan pengukuran teori
efektivitas sistem DeLone dan McLean (2003) dinilai berdasarkan 6
komponen ukuran suksesnya suatu sistem yang diterapkan untuk
mempermudah pelaksanaan otomasi, diantaranya:
48
a. Kualitas Sistem (Quality System)
1) Kemudahan
2) Fleksibilitas sistem
3) Keandalan
4) Kecepatan Akses
5) Kegunaan Fitur
b. Kualitas Informasi (Information Quality)
1) Kelengkapan
2) Penyajian Informasi
3) Relevansi
4) Ketepatan waktu
5) Keamanan
c. Kualitas Pelayanan (Service Quality)
1) Jaminan
2) Empati
3) Responsif
d. Penggunaan (Use)
49
e. Kepuasan Pemakai (User Saticfaction)
f. Keuntungan (Net Benefits)
2. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat yang dihadapi
dalam penerapan sistem EPrints:
a. Faktor pendukung
1) Keterbukaan Informasi (Open Access)
2) Sistem menggunakan metadata Dublin Core
b. Faktor penghambat
1) Sistem pembenaran kata
C. Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian
yang berkaitan dengan wilayah atau daerah tempat fenomena berlangsung.
Lokasi dalam penelitian ini adalah Perpustakaan Pusat Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim yang beralamat di Jalan Gajayana Nomor 50,
Malang. Adapun situs penelitian yang diambil peneliti adalah sistem
Institutional Repository EPrints Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim.
Pertimbangan peneliti memilih lokasi di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
didasarkan pada :
1. Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim merupakan panutan bagi
Perguruan Tinggi (PTN) dan PTAIN se-Malang Kota Raya dalam
membangun Institutional Repository.
50
2. Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim dalam mengimplemestasikan
institutional repository menggunakan sistem EPrints.
3. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai Efektivitas Sistem
Institutional Repository EPrints dalam Mengembangkan Layanan
Informasi Perpustakaan di UIN Maulana Malik Ibrahim.
D. Sumber Data dan Jenis Data
Menurut Lofland dalam Moleong (2014: 157) sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan sedangkan dokumen dan
arsip merupakan data tambahan. Berkaitan dengan hal tersebut jenis data dalam
penelitian kualitatif di bagi menjadi dua jenis data yaitu:
1. Data Primer
Data dan informasi yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara secara langsung dari informan pada saat pelaksanaan
penelitian. Data primer dapat diperoleh melalui wawancara yang
bersumber diantaranya:
a. Perpustakaan pusat UIN Maulana Malik Ibrahim yang meliputi:
1) Faizuddin Harliansyah, M.IM selaku Pustakawan dan Kepala
Perpustakaan
2) Alexander Malik Hidayatullah, S.Kom selaku Koordinator Bidang
Teknologi Informasi
51
3) Imam Rohmanu, S.IP. selaku Koordinator Bidang Teknis
Pengelolaan Institutional Repository
4) Dian Anesti, S.IP selaku pustakawan pengolah institutional
repository
5) Heni Kurnia Ningsih, S.IP selaku pustakawan pengolah
institutional repository
b. Pengguna sistem Institutional Repository EPrints dalam hal ini
pemustaka yang memanfaatkan sistem EPrints dipilih berdasarkan
pengalaman selama mengakses.
1) Adelia Putri Jurusan Pendidikan Agama Islam
2) Muhim Jurusan Manajemen
3) Andri Jurusan Perbankan Syariah
4) Aji Jurusan Teknik Arsitektur
5) Yazid Jurusan Pendidikan Agama Islam
6) Dewi Jurusan Hukum Bisnis Syariah
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2014: 225) sumber sekunder merupakan sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumen. Memperoleh dan menunjang data
sekunder, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data kepustakaan yang digunakan untuk mempermudah
mendapatkan data, teori, metode penelitian, dan mencari data yang
dibutuhkan melalui website (internet).
52
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah langkah yang sangat penting sebagai metode
penelitian, karena data yang dihasilkan dalam penelitian ini diusahakan dapat
digunakan untuk memecahkan masalah. Menurut Sugiyono (2014: 224) teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Berikut ini
beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Sugiyono (2014: 227), observasi partisipan artinya peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian. Praktiknya di lapangan,
seringkali observasi partisipasi ini disertai pula dengan percakapan-
percakapan informal dan tidak terstruktur yang sebenarnya adalah bagian
dari wawancara penelitian (Pendit, 2003: 275). Observasi dilakukan agar
peneliti mengetahui lebih jelas kondisi sebenarnya yang ada dilapangan,
hal ini untuk meyakinkan peneliti dalam mengangkat permasalahan
tentang Efektivitas Sistem Institutional Repository EPrints dalam
Mengembangkan Layanan Informasi Perpustakaan
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan secara
langsung kepada pengembangan, pustakawan serta pengguna dalam
penerapan sistem Institutional Repository EPrints. Hal ini penulis
53
menggunakan jenis wawancara semi-terstruktur. Menurut Sugiyono (2014:
233), tujuan dari wawancara semi-terstruktur adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai
diminta untuk memberikan pendapat, dan ide-idenya. Wawancara
dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaaan yang tidak terjawab
saat peneliti melakukan observasi dan informan dari penelitian ini adalah
orang-orang terlibat dalam efektivitas sistem Institutional Repository
EPrints Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim.
3. Dokumentasi
Suatu teknik pengumpulan data yang mengambil data dari dokumen,
arsip, brosur, majalah, koran dan internet yang sesuai dengan masalah
yang diteliti. Secara umum kegiatan dokumentasi tersebut dilakukan
dengan cara klarifikasi dan kategori dokumen. Tujuan dari dokumentasi
adalah membantu data yang diperoleh oleh peneliti agar menjadi lebih
valid dan sesuai dengan fakta.
F. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2014: 222) mengatakan bahwa peneliti kualitatif sebagai
human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya.
Instrumen penelitian ini yakni adalah peneliti sendiri. Peneliti berinteraksi
secara langsung dengan masyarakat setempat yang telah ditentukan untuk
54
menganalisis permasalahan dalam penelitian ini sedangkan instrumen lain yang
digunakan adalah pedoman wawancara, catatan lapangan, kamera, dan alat
perekam (recorder).
G. Teknik Analisis Data
Proses analisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan yang diperoleh dari hasil penelitian, sehingga diperlukan suatu
proses penyederhanaan data, agar data-data yang telah diperoleh akan lebih
mudah untuk dibicarakan dan diinterpretasikan. Dengan demikian akan
diperoleh suatu data yang lebih akurat. Sesuai dengan tujuan penelitian yang
ditetapkan, maka peneliti menggunakan analisis data model interaktif seperti
yang dikembangkan oleh Miles, Hubberman dan Saldana (2014) di dalam
analisis data kualitatif terdapat empat (4) tahap kegiatan penelitian sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data/informasi dari
sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Data pada penelitian ini didapatkan dari informan
berupa lisan yang kemudian diubah ke dalam bentuk tulisan untuk reduksi.
1. Kondensasi Data (Data Condensation)
Setelah tahap pengumpulan data, selanjutnya data yang telah
terkumpul tersebut dilakukan proses pemilihan penyederhanaan, pemusatan,
dan dirubah menjadi data yang utuh berupa rangkuman, tabel dan gambar.
55
Kondensasi data bertujuan untuk membentuk data yang valid sesuai dengan
fakta yang ada, membatasi data yang tidak berkaitan dan membuang data
yang tidak diperlukan. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan peneliti
dalam Efektivitas sistem Institutional Repository EPrints dalam
mengembangkan layanan informasi di Perpustakaan UIN Maulana Malik
Ibrahim.
2. Penyajian Data (Data Display)
Tahap penyajian data berupa uraian-uraian bersifat naratif, tabel, dan
network (jaringan kerja). Data yang dianalisis disajikan, ditelaah, dan
dibandingkan dengan dasar empiric atau teori yang mendasari serta
peraturan yang terkait dengan perumusan masalah dan fokus penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion: Drawing/Verifying)
Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan/verifikasi yang diartikan
sebagai pencatatan pola, penjelasan, dan alur sebab-akibat. Penarikan
kesimpulan dengan menyatukan keseluruhan data dan menginterprestasikan
data untuk menjadi semakin eksplisit dan menjadi pokok dalam penelitian.
Dalam hal ini didukung dengan penemuan bukti-bukti di lapangan dan data
pendukung lainnya yang diperoleh di Perpustakaan UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
56
Gambar 1. Komponen Analisis Data (Interactive Model)
Sumber : Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana. J. (2014)
H. Keabsahan Data
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis
kasus negatif, dan member check (Sugiyono, 2014: 270). Menurut Sugiyono
(2014: 273-274) triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan beberapa macam cara, dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi
pengumpulan data, dan waktu. Antara lain sebagai berikut:
Data
Collection
Data
Condensation
Conclusion:
Drawing/
Verityng
Data
Display
57
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, dan
teknik lainnya dalam waktu atau situasi yang berbeda.
Ketiga triangulasi diatas mempunyai cara pengujian yang berbeda-beda,
maka peneliti memilih untuk menggunakan triangulasi sumber, dimana peneliti
akan menguji kredibilitas data melalui beberapa sumber terkait, seperti Kepala
Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim, Koordinator Bidang Teknologi
Informasi, Koordinator Bidang Teknis, Pustakawan profesional pengolah
institutional repository serta pemustaka (mahasiswa) UIN Maulana Malik
Ibrahim. Hal ini dilakukan agar memastikan bahwa data tersebut memang
teruji keabsahannya dan dilihat dari berbagai sudut pandang sumber.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Singkat Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim
Perpustakaan Universitas hakikatnya adalah suatu unit kerja yang
merupakan bagian integral dari suatu lembaga induknya yang bertujuan
memenuhi kebutuhan program pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada
masyarakat. Menurut ketetapan Undang-undang No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, perpustakaan harus ada di setiap
satuan pendidikan yang merupakan sumber belajar bagi suatu perguruan
tinggi. Keberadaan perpustakaan sering dianalogikan dengan sebuah
jantung. Adanya analogi ini, kondisi perpustakaan di suatu universitas dapat
menjadi salah satu barometer kualitas universitas. Maka untuk menjadikan
universitas bertaraf internasional, salah satu upaya penting adalah
perpustakaan harus memberikan pelayanan terbaiknya yakni memberikan
akses kepada seluruh masyarakat dunia sehingga menjadikan perpustakaan
kelas dunia (library for world class university).
Sadar akan posisi seperti itu, dalam menyelenggarakan tugas dan
fungsinya, Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
59
Malik Ibrahim telah mengimplementasikan standar manajemen mutu
perpustakaan berbasis ISO 9001/2008 dan terus berusaha untuk melakukan
akselerasi pengembangan diri secara berkesinambungan. Beberapa prioritas
program pengembangan tersebut antara lain: pengembangan Institutional
Repository, keseimbangan dan kekuatan koleksi, pemanfaatan dan
penerapan teknologi informasi dalam semua layanan informasi, dan
pengembangan sumberdaya manusia. Semuanya itu untuk menjadikan
Peprustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
menuju library for world class university.
Pada tahun 2010, Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim menjadi salah satu pionir di lingkungan Perguruan
Tinggi Negeri (PTN) dan PTAIN di Tanah Air yang membangun
Institutional Repository (IR) dan melayankan koleksinya secara full text
melalui internet. Masyarakat dapat mengaksesnya melalui
http://etheses.uin-malang.ac.id/ dan http://repository.uin-malang.ac.id/.
Semangat dalam berbagi ilmu dan inovasi ilmiah ini dilandasi dengan
kesadaran bahwa pengetahuan perlu konstruksi secara bersama dan dunia
akademik berkewajiban mendorong penyebaran dan pemanfaatan melalui
hasil kajian dan penelitiannya demi penguatan seta masyarakat.
Kesiapan Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim untuk menjadi perpustakaan kelas dunia juga terlihat dari
ragam koleksinya. Keadaan koleksi yang dimiliki Perpustakaan Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim sampai pada tahun 2014
60
sejumlah 203.485 eksemplar. Koleksi tersebut diperoleh baik dari
pembelian maupun sumbangan dari berbagai pihak. Koleksi tersebut terdiri
atas bahan perpustakaan berbahasa Indonesia, Inggris, dan Arab.
Perpustakaan juga mengembangkan beberapa Corner seperti
Arabian Corner dan Sudan Corner. Salah satu yang paling berkembang saat
ini adalah koleksi Arabian Corner yang berada di lantai 2. Koleksi Arabian
Corner ini sangat khas dan unik dibandingkan dengan koleksi berbahasa
Arab di perpustakaan lainnya. Koleksinya berupa kitab-kitab agama Islam
serta buku-buku umum berbahasa Arab.
Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim juga membangun jejaring kerjasama dengan banyak pihak. Hal ini,
Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim telah
bergabung dalam FKP2TN (Forum Kerjasama Perpustakan Perguruan
Tinggi Negeri) dan JPPTI (Jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam).
Bentuk kerjasama utama forum ini adalah resource sharing, penggunaan
bersama sumber daya informasi dan bahan perpustakaan yang dimiliki oleh
masing-masing anggota jaringan. Disamping itu, perpustakaan dengan
difasilitasi oleh Deputi Rektor Bidang Kerjasama UIN Maulana Malik
Ibrahim berhasil menjalin kerjasama dengan perpustakaan dan lembaga-
lembaga internasional seperti Perpustakaan King Abdul Aziz University,
Robito Al-Alam Al-Islami dan Asian Foundation. Ketiga lembaga tersebut
telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan
61
koleksi Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim.
2. Visi dan Misi Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
a) Visi
Menjadi Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam berwibawa,
memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, berbasis teknologi
informasi dan berstandar internasional untuk menunjang Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
b) Misi
1) Menjadi Mitra profesional bagi masyarakat akademis (academic
community) dengan berperan sebagai penyedia dan penyebar
informasi.
2) Memberikan pelayanan prima dan inovatif dengan orientasi kepada
kepuasan pengguna (stake holder).
3) Menjadi pusat akses informasi bagi masyarakat global pada bidang
ilmu yang menjadi fokus universitas.
3. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Struktur Organisasi Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim berada dibawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim dan
pembinaannya dilakukan oleh pembantu Rektor I Universitas Islam Negeri
62
(UIN) Maulana Malik Ibrahim. Struktur organisasinya dapat dilihat sebagai
berikut:
Gambar 2. Struktur organisasi Perpustakaan UIN Maulana Malik
Ibrahim
Sumber : Profil Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim, 2017
Adapun pegawai yang dimiliki oleh Perpustakaan Univeristas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim saat ini berjumlah 26 orang yang disajikan
dalam tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3 Daftar Pegawai Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim
No. Nama Pendidikan
1. Faizuddin Harliansyah S2
2. Mufid S2
3. Ari Zuntriana S2
4. Heni Kurnia Ningsih S1
5. Imam Rohmanu S1
6. Indar Ristamonika E S1
7. Dian Anesti S1
8. Joko Nuryanto S1
Rektor Pembantu Rektor Bidang Akademik
Kepala Pusat Perpustakaan
Sekretaris
Administrasi/ Ta ta Usaha
Kelompok Pustakawan
Koor Pengembangan
TI
Koor Pelayanan Pemustaka
Perpustakaan Fakultas
Koor Pengolahan
Bahan Pustaka
Koor Pengolahan
Bahan Pustaka
63
No. Nama Pendidikan
9. Imam Suprapto S1
10. Fadli Syahmi S1
11. Purdiono S1
12. M. Nurul Islam S1
13. Alexander Malik Hidayatullah S1
14. M. Syahriel S1
15. Edy Wasno S1
16. Wahyuningtiyas D3
17. Zulaikha D3
18. Ratih Novitasari D3
19. Didit Purwanto SLTA
20. Mujiono SLTA
21. Suaib Sarbini SLTA
22. Sugiato SLTA
23. Bambang Slamet SLTA
24. M. Syamsudin SLTA
25. Isa Aditya Wardana SLTA
26. Sumawan SLTA
Sumber : Profil Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim, 2017
4. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim
a) Tugas
1. Tugas Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim merupakan sarana penunjang kegiatan belajar mengajar.
2. Tugas Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim tidak lepas dari visi dan misinya.
64
b) Fungsi
1. Bidang Pendidikan dan Pengajaran
Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
merupakan tempat mengumpulkan, melestarikan, mengolah,
menyediakan, dan memperluas informasi sesuai dengan kurikulum
hingga tercapainya sistem pendidikan yang baik.
2. Bidang Penelitian
Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
sebagai sarana penunjang yang menyediakan fasilitas informasi dan
literatur yang mendukung penelitian di Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim.
3. Bidang Pengabdian
Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
memberikan kesempatan kepada pemustaka civitas akademika, serta
masyarakat luas unttuk menggunakan perpustakaan dalam
menyebarluaskan informasi.
5. Koleksi Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim
Jenis koleksi yang dimiliki Perpustakaan Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim meliputi koleksi buku monograf,
makalah/jurnal, koleksi tugas akhir (Skripsi, Tesis, Disertasi),
Audiovisual/CD-ROM/Electronic Files. Jenis koleksi buku monograf terdiri
dari koleksi referensi, KK (kopi pertama/tandon), buku umum, Arabian
65
Corner. Keadaan koleksi yang dimiliki Perpustakaan Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim sampai tahun 2016 disajikan dalam
tabel 4.
Tabel 4 Jumlah Koleksi Perpustakaan Desember 2016
Jenis Koleksi Judul Eks
1. Buku Teks 58.444 201.660
2. Tugas Akhir Skripsi/Tesis/Disertasi
a. Tercetak 20.111 20.111
b. Elektronik 5.388 5.388
3. Jurnal 1.275 1.275
4. CD / Electronic files 597 2.614
Jumlah 85.852 231.048
Sumber : Profil Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim, 2017
6. Sarana dan Prasarana Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim
Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim mempunyai gedung 3 (tiga) lantai. Sebagai sarana kelancaran
kegiatan perpustakaan, disediakan lift untuk angkut koleksi perpustakaan
bila ada yang membutuhkan. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di
Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
dijelaskan sebagai berikut:
66
a. Sarana dan Prasarana Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim di lantai 1 terdiri dari:
1) Ruang Kepala Perpustakaan
2) Meja Informasi dan Pendaftaran Anggota (Front Office)
3) Tempat Penyerahan Tugas Akhir (Skripsi, Tesis, Disertasi)
4) Pintu Masuk Utama
5) Ruang Penitipan Tas (Locker)
6) Meja Sirkulasi Peminjaman
7) Layanan Anjungan Kembali Mandiri (AKM)
8) Layanan Anjungan Pinjaman Mandiri (APM)
9) Koleksi Referensi
10) Koleksi Jurnal dan Majalah
11) Koran (Jawa Pos, Kompas, Republika, The jakarta Post, Tabloid bola)
12) Ruang Baca
13) Ruang Internet
14) Fotokopi
15) Lift Barang
16) Terminal OPAC
17) CCTV
b. Sarana dan Prasarana Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim di lantai 2 terdiri dari:
1) Ruang Staf Perpusakaan
2) Ruang Pengadaan dan Pengolahan
67
3) Koleksi Arabian Corner
4) Koleksi CD Corner
5) Koleksi Tugas Akhir (Skripsi, Tesis, Disertasi)
6) Institutional Repository
7) Fotokopi
8) Ruang Local Content
9) Ruang Seminar/Teleconference
10) Ruang Diskusi
11) Ruang Baca
12) Terminal OPAC
13) CCTV
c. Sarana dan Prasarana Perpustakaan Universitas Islam (UIN) Maulana
Malik Ibrahim di lantai 3 terdiri dari:
1) Koleksi Buku Teks Umum dan KK (Tandon)
2) Meja Sirkulasi Pengembalian
3) Meja Bimbingan Penelusuran Informasi
4) Mushalla
5) Fotokopi
6) Terminal OPAC
7) Ruang Server Utama
8) Ruang Maintenance and Repair
9) CCTV
68
7. Layanan pada Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim
Sistem Layanan
Pelaksanaan kegiatan layanan pengguna Perpustakaan Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang menerapkan sistem
layanan terbuka (open access). Melalui sistem layanan terbuka, untuk
mendapatkan koleksi yang dibutuhkan, setiap pengguna dapat secara
langsung menelusur koleksi di rak rak koleksi. Sistem layanan ini didukung
dengan sistem keamanan elektronik (Security Gate System) yang mampu
mendeteksi secara elektronik sistem sirkulasi dengan teknologi barcode
sebagai sarana identifikasi. Di samping itu, layanan perpustakaan juga
didukung CCTV sebagai pendukung sistem keamanan perpustakaan.
Jam Buka Layanan
Jam buka layanan pengguna di Perpustakaan Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim adalah:
Senin – Kamis = 08.00 – 18.00 WIB
Jum’at = 08.00 – 11.00 WIB [layanan pagi]
= 13.00 – 16.30 WIB [layanan sore]
Sabtu = 08:00 – 12:00 WIB
Adapun layanan yang disediakan oleh Perpustakaan Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim meliputi:
69
a) Layanan Sirkulasi
Layanan sirkulasi bertujuan untuk memungkinkan pengguna
menggunakan bahan pustaka secara tepat, memungkinkan perpustakaan
mengetahui siapa peminjam buku dan menjamin kembalinya bahan
pustaka dan mendapatkan data kuantitatif peminjaman di Perpustakaan.
Layanan sirkulasi Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim meliputi:
1) Peminjaman;
2) Pengembalian; dan
3) Pendaftaran anggota khusus.
b) Book Drop (Layanan Anjungan Kembali Mandiri/AKM)
Book Drop berfungsi seperti ATM, pengguna bisa mengembalikan
buku tanpa harus saat jam pelayanan perpustakaan. Pengguna cukup
memasukkan buku lewat sarana Book Drop ini.
c) MULTI-PURPOSE STATION (Layanan Anjungan Pinjam
Mandiri/APM)
MPS berfungsi sebagai sarana pinjam mandiri. Pengguna bisa meminjam
koleksi buku secara mandiri tanpa melalui petugas sirkulasi. Sarana ini
dapat mengurangi antrian panjang peminjaman.
d) Virtual Library
Virtual Library ini diidealisasikan sebagai sarana yang interactive dan
online untuk melayani anggotanya. Melalui virtual library ini, anggota
dapat melakukan penelusuran informasi dan transaksi peminjaman
70
melalui jarak jauh dengan internet. Untuk sementara, layanan ini baru
menyediakan katalog online perpustakaan yang beralamat di
http://www.lib.uin-malang.ac.id.
e) Layanan Local Content/Institutional Repository
Layanani ini dapat diakses di Ruang Digilib (Lantai 2) Perpustakaan UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang. Akses layanan ini gratis untuk semua
anggota perpustakaan. Biaya hanya akan dikenakan untuk cetak koleksi
(Rp 200,-/lembar). Tersedia 12 unit komputer untuk mendukung layanan
ini.
f) Layanan Internet for Academic Purposes
Layanan ini dapat diakses di Ruang Internet lantai 1 (Internet Corner).
Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim menyediakan akses internet
untuk kepentingan penelusuran berbagai informasi ilmiah. Layanan ini
juga menyediakan koleksi alamat situs-situs yang sangat penting.
Layanan ini disediakan 19 unit komputer multimedia.
g) Layanan Internet WiFi
Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim juga menyediakan fasilitas
internet nirkabel untuk pengguna. Fasilitas ini bisa diakses secara gratis
di semua lantai perpustakaan (lantai 1,2, dan 3).
h) Layanan Referensi & Penelusuran Informasi
Layanan penelusuran informasi ilmiah bertujuan untuk menjebatani
antara pengguna perpustakaan dengan pusat sumber informasi maupun
informasi itu sendiri. Layanan ini berupaya untuk mengarahkan,
71
menunjukkan, menggali, menelusur informasi sesuai dengan permintaan
pengguna dari manapun secara cepat dan tepat. Melalui Layanan ini,
perpustakaan juga memberikan bimbingan dan pelatihan strategi
penelusuran informasi berkualitas melalui internet dan cara
mengevaluasinya.
i) Layanan CD Corner
CD Corner melayankan koleksi CD ROM, baik yang berasal dari
suplemen buku ataupun koleksi lepas.
j) Layanan Fotokopi dan Penjilidan
Layanan fotokopi disediakan untuk semua pengguna perpustakaan. Bagi
pengunjung yang berminat mengkopi keseluruhan isi buku juga
disediakan layanan penjilidan. Harga fotokopi perlembarnya ditetapkan
berdasarkan harga yang berlaku di pasaran.
k) Layanan Research Carrels (Ruang Khusus Penelitian)
Layanan peminjaman ruang khusus untuk pengguna yang sedang
melakukan penelitian. Reseacrh Carrells tersedia sebanyak 12 ruangan
yang ada di lantai 2.
l) Layanan Penitipan Tas dan Barang (Locker)
Layanan ini disediakan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan
setiap pengunjung perpustakaan atas barang-barang yang tidak boleh
dibawa serta masuk ke perpustakaan.
72
8. Tata Tertib dan Prosedur Layanan
Setiap Perpustakaan selalu memiliki tata tertib yang bertujuan
untuk memberi kenyamanan kepada setiap penggung. Adapun tata tertib
yang ada pada Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim sebagai berikut:
a. Tata Tertib Umum
1) Setiap pengunjung harus membawa dan menunjukkan Kartu Tanda
Mahasiswa (KTM) UIN Maulana Malik Ibrahim atau Kartu Tanda
Anggota (KTA) bagi anggota khusus atau Kartu Sakti bagi
mahasiswa dari PT anggota FKP2TN.
2) Pengunjung diharapkan berpakaian rapi dan sopan. Tidak
diperkenankan memakai dan membawa topi, jas, jaket, atau
sweater, tas, map, kotak, sandal jepit, makanan, minuman atau
sejenisnya.
3) Pengunjung diharapkan dapat menjaga sendiri barang-barang
berharga yang dibawanya dengan tidak meninggalkannya ditempat
penitipan (locker). Perpustakaan tidak bertanggung jawab atas
kehilangan barang berharga tersebut.
4) Pengunjung diharapkan menjaga kenyamanan dan ketertiban
sehingga tidak mengganggu pengunjung lainnya.
5) Pengunjung tidak boleh menggunakan fasilitas dan koleksi
perpustakaan di luar ketentuan yang telah ditetapkan.
73
b. Layanan Sirkulasi
1) Peminjaman adalah mahasiswa, dosen atau karyawan Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim yang terdaftar sebagai
anggota perpustakaan.
2) Peminjam harus membawa dan menyerahkan sendiri (tidak boleh
diwakilkan) KTM atau KTA (yang masih berlaku) kepada petugas
setiap peminjaman.
3) Jumlah peminjaman dikategorikan sebagai berikut: [1] Mahasiswa
D2 dan S1 sebanyak 5 eksemplar buku, [2] Mahasiswa yang akan
mengikuti ujian skripsi sebanyak 10 eksemplar buku, [3]
Mahasiswa S2 sebanyak 10 eksemplar buku, [4] Karyawan
sebanyak 10 eksemplar buku, [5] Dosen tetap sebanyak 20
eksemplar buku, [6] Dosen Luar Biasa (LB) sebanyak 8 eksemplar
buku.
4) Lama peminjaman maksimal 10 hari. Bila diperlukan, peminjam
boleh memperpanjang 1 kali dengan lama perpanjangan sampai 10
hari.
5) Koleksi yang dapat dipinjam untuk dibawa pulang adalah koleksi
umum (U) dan koleksi khusus (KK).
6) Selain koleksi umum dan koleksi khusus, pengguna dapat
mengakses langsung di perpustakaan, tidak dipinjamkan untuk
dibawa pulang.
74
7) Setiap transaksi baik peminjaman maupun pengembalian akan
disimpan dalam pangkalan data secara otomatis oleh komputer.
Pengguna akan menerima bukti pada setiap transaksi yang telah
dilakukannya. Pengguna diharapkan memeriksanya sebelum
meninggalkan tempat, dan menyimpannya agar dapat
dipergunakan bila diperlukan.
c. Layanan Referensi dan Penelusuran Informasi
1) Pengguna datang sendiri kepada petugas referensi dan mengisi
formulir yang telah disiapkan.
2) Pengguna menjelaskan informasi yang dibutuhkan dengan
memerinci subyek, ruang lingkup, format, dan kegunaan informasi
tersebut.
3) Petugas akan membantu mendefinisikan kebutuhan informasi
tersebut dan menelusurkan kepada sumber-sumber informasi yang
tersedia.
d. Layanan CD Corner
1) Layanan peminjaman CD Corner bersifat tertutup.
2) Pengguna dapat meminjam maksimal 3 judulCD/hari.
e. Layanan Fotokopi
1) Pengguna yang ingin fotokopi suatu buku hendaknya
mempertimbangkan ketentuan Undang-Undang Hak Atas
Kekayaan Intelektual yang berlaku.
2) Fotokopi atas koleksi skripsi hanya diperbolehkan Bab II.
75
f. Layanan Administrasi dan Ketata-usahaan
1) Pendaftaran dosen dan karyawan
a) Mengisi formulir yang telah disesuaikan.
b) Membawa dan menyerahkan pas foto 2x3 cm sebanyak 1
lembar.
2) Pendaftaran anggota khusus
a) Membawa dan menyerahkan surat pengantar dari Perguruan
Tinggi Asal.
b) Menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dan
menyerahkan fotokopinya.
c) Menyerahkan pas foto ukuran 2x3 cm sebanyak 1 lembar dan
3x4 cm sebanyak 1 lembar.
d) Perpanjangan keanggotaan dapat dilakukan dengan
menyerahkan persyaratan yang sama.
3) Pengajuan surat keterangan bebas tanggungan pinjaman
perpustakaan.
a) Untuk pengambilan ijazah (S1/S2/S3), mengembalikan semua
tanggungan peminjaman, menyerahkan 1 eksemplar
Skripsi/Tesis/Disertasi dan soft file dalam format pdf.
b) Untuk pindah studi, cukup mengembalikan semua tanggungan
peminjaman dan memberikan uang sumbangan.
c) Untuk cuti studi (terminal), cukup mengembalikan semua
tanggungan peminjaman.
76
4) Pembuatan Kartu Sakti
a) Mengisi formulir yang telah disediakan.
b) Membawa dan menyerahkan pas foto 2x3 cm sebanyak 1
lembar.
c) Membayar biaya denda yang telah ditetapkan.
g. Sanksi dan denda
1) Meminjamkan Kartu Tanda Anggota (KTA) atau Kartu Tanda
Mahasiswa (KTM) kepada orang lain untuk mengakses layanan
perpustakaan akan diberikan sanksi hak akses (tidak boleh masuk)
ke dalam perpustakaan selama 1 bulan dan denda Rp 15.000,-
2) Denda keterlambatan pengembalian buku Rp 500,- perhari
3) Denda penghilangan nomor penitipan (locker) sebesar Rp 5.000,-
4) Menghilangkan atau merusak buku akan dikenai sanksi berupa: [1]
Mengganti buku yang sama (baik judul dan edisinya) atau buku
dengan judul lain yang telah ditetapkan pihak perpustakaan atau
memfotokopi buku dengan judul yang telah ditetapkan pihak
perpustakaan, dan [2] Membayar biaya pengolahan buku sebesar
Rp 20.000,-
9. Gambaran Umum Sistem Repostiory EPrints
EPrints diciptakan pada tahun 2000 oleh School of Electronics and
Computer Science, University of Southampton. Asal mula diciptakan
berawal dari adanya pertemuan Santa Fe ditahun 1999 yang mendiskusikan
tentang akses terbuka (open access). Perangkat lunak EPrints resmi dirilis
77
pada tanggal 24 Januari 2007 di acara Konferensi Repositori Terbuka 2007
(open repositories conference 2007). EPrints adalah perangkat lunak
berbasis web untuk mendukung proses pengelolaan materi institutional
repository. EPrints juga dapat digunakan oleh berbagai jenis perpustakaan,
dari perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, dan perpustakaan
khusus. Menjalankan perangkat lunak EPrints bisa menggunakan jaringan
secara lokal atau internet. Secara persentase pengembangan, EPrints
dikembangkan dengan bahasa pemrograman perl dan databasenya
menggunakan MySQL. Fitur yang dihadirkan dapat dikatakan mendukung
kebutuhan dan terus aktif dikembangkan. Diambil dari situs resminya
EPrints juga ditujukan tidak hanya bagi pengelola repositori saja namun
juga bagi beberapa pengguna lainnya seperti researcher, developer,
webmaster, dan institution.
Gambar 3. Logo EPrints
Sumber : Screen capture eprints.org/uk/, 2017
Sistem informasi EPrints ini diharapkan mampu menjawab
permasalahan yang dihadapi pustakawan. Selain itu, sistem informasi ini
cukup sederhana dan mudah digunakan. Fitur yang terdapat dalam sistem
ini cukup membantu pustakawan dalam mengelola karya ilmiah mahasiswa
dan dosen. Kemudahan dalam mengakses sistem ini memberikan peluang
kepada banyak orang untuk mampu mengembangkan dan memodifikasi
bahkan membuat sendiri sebuah sistem. Terdapat tiga fitur utama pada
78
sistem informasi EPrints yang telah dikembangkan Perpustakaan UIN
Maulana Malik Ibrahim, yang mana ketiga fasilitas utama itu dapat
mempermudah pengguna dalam menelusur informasi. Keempat fasilitas
tersebut antara lain :
1. Search Engine
Sistem informasi institutional repository EPrints memiliki fasilitas
search engine (kotak pencarian). Pendataan yang dilakukan oleh search
engine secara otomatis dan real time berdasarkan sistem tertentu yang
kemudian disebut alogaritma. Alogaritma ini membaca kata kunci yang
relevan antara data yang tersimpan di website dengan pencarian yang
dilakukan pengguna. Fasilitas ini memudahkan pengguna dalam menelusur
informasi yang dibutuhkan, hanya memasukkan beberapa kata kunci sistem
langsung memberikan informasi dari hasil pencarian.
Gambar 4. Search engine EPrints
Sumber : Screen capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017
79
2. Pencarian Berdasarkan Kategori
Salah satu keunggulan dari sistem EPrints ini yaitu memiliki fitur
pencarian berdasarkan kategori. Pengguna tidak perlu menuliskan kata
kunci di search engine akan tetapi pengguna hanya mengklik fitur yang
disediakan eprints baik berdasarkan tahun, subyek, divisi, pengarang, dan
dosen pembimbing.
Gambar 5. Pencarian berdasarkan kategori
Sumber : Screen capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017
3. Advanced Search
Fungsi dari advanced search hampir sama seperti pencarian
berdasarkan kategori akan tetapi yang membedakan fitur ini ialah ada
banyak kolom yang diberikan EPrints dalam menelusur berdasarkan
kategori. Pengguna hanya memasukkan atau memilih kolom dari salah satu
yang telah disediakan, setelah itu enter dan hasilnya langsung keluar.
Advanced search ini juga diibaratkan pencarian secara spesifik karena hasil
yang diterima sudah melalui tahap filterisasi tidak seperti search engine.
80
Gambar 6. Advanced search etheses
Sumber : Screen capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017
10. Cara Mengakses dan Menelusur Institutional Repository UIN Maulana
Malik Ibrahim
Institutional repository UIN Maulana Malik Ibrahim mempunyai 2
website dan dapat diakses dari luar maupun dari dalam kampus UIN
Maulana Malik Ibrahim tanpa harus log in terlebih dahulu sudah dapat
informasi yang dapat diakses secara full text. Website untuk koleksi tugas
akhir seperti skripsi, tesis dan disertasi yaitu http://etheses.uin-malang.ac.id/
seperti tampilan dibawah ini:
81
Gambar 7. Tampilan website etheses
Sumber : Screen Capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017
Sedangkan untuk koleksi karya ilmiah dosen-dosen UIN Maulana Malik
Ibrahim seperti journal article, book, seminar dan workshop, research
reports, community service, thesis, teaching resources, patents dan lain-lain
dapat diakses melalui website http://repository.uin-malang.ac.id/. Tampilan
sedikit berbeda dengan etheses walaupun memiliki kesamaan yakni dapat
diakses secara fulltext
Gambar 8. Tampilan website research repository
Sumber : Screen Capture repository.uin-malang.ac.id, 2017
Tampilan awal baik etheses maupun research repository UIN
Maulana Malik Ibrahim, akan langsung ditampilkan halaman pencarian
82
(search) seperti tampilan diatas. Pada tampilan tersebut pengguna dapat
mengetikkan keyword langsung pada space kosong yang tersedia agar
memudahkan penelusuran informasi. Pada website research repository
terdapat informasi yang baru diunggah pustakawan sehingga pengguna
mengetahui informasi yang terbaru. Pengguna juga dapat menggunakan
fitur-fitur yang ada di website seperti advanced search jika ingin melakukan
pencarian secara spesifik.
Gambar 9. Advanced search research repository
Sumber : Screen Capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017
Tampilan advanced search ini terdapat banyak kolom dimana
kolom tersebut berfungsi untuk mesin pencari (search engine). Pengguna
dapat memasukkan dan memilih kata kunci di salah satu kolom yang
disediakan. Jika pengguna kesulitan dalam artian tidak mengerti apa saja
fungsi dari kolom tersebut, EPrints juga menyediakan fitur bantuan.
Fungsinya untuk memberi pengetahuan apa saja fungsi dari kolom yang
tersedia. Kata kunci yang dimasukkan banyak, sehingga hasil yang
83
didapatkan akan lebih detail dan spesifik. Seperti hasil yang telah dilakukan
menunjukkan hasil yang detail pada gambar dibawah ini:
Gambar 10. Hasil pencarian EPrints
Sumber : Screen Capture repository.uin-malang.ac.id, 2017
Hasil pencarian diatas mengenai informasi yang berasal dari
beberapa sumber, namun isi dokumen tersebut mempunyai hubungan
dengan kata kunci yang dicari. Pengguna yang menginginkan penjelasan
tentang isi dokumen tersebut, pengguna dapat memilih langsung gambar
disebelah kiri jika ingin membacanya secara full text.
84
Gambar 11. Tampilan detail informasi
Sumber : Screen Capture repository.uin-malang.ac.id, 2017
Tampilan ini adalah tampilan detail suatu informasi. Jika pengguna
merasa ragu akan informasi yang diterima, pengguna bisa masuk ke
tampilan ini untuk melihat abstraknya terlebih dahulu sebelum mengunduh.
Informasi tersebut dapat diunduh secara full text, cara unduhnya pengguna
dapat memilih dan mengklik pada gambar file atau kolom download.
B. Penyajian Data
1. Efektivitas Sistem EPrints di Perpustakaan Pusat UIN Maulana Mallik
Ibrahim
a. Kualitas Sistem EPrints
EPrints merupakan salah satu sistem berbasis web yang
mendukung pengelolaan materi institutional repository. Sistem eprints
mampu berjalan sempurna di dalam sistem jaringan lokal (intranet) maupun
internet. Saat ini EPrints banyak diminati perpustakaan perguruan tinggi di
85
Indonesia khususnya perguruan tinggi yang mengelola repositori
dikarenakan berbagai fitur yang dimilikinya dapat memenuhi kebutuhan
sistem otomasi suatu perpustakaan. Sebagai perangkat lunak yang termasuk
dalam kategori sistem informasi perpustakaan, fitur yang dihadirkan dapat
dikatakan mendukung kebutuhan dan terus aktif dikembangkan. Sejak
dirilis tahun 2007 sampai sekarang EPrints jarang sekali menemukan
kendala yang fatal. Bahkan EPrints sudah banyak diterapkan pada
perpustakaan perguruan tinggi di negara-negara lain dan telah terbukti
memberikan kontribusi yang baik bagi perpustakaan yang mengelola
institutional repository terutama dalah hal ini adalah Perpustakaan Pusat
UIN Maulana Malik Ibrahim.
“EPrints ini merupakan sebuah platfom yang sudah jadi, sehingga
jika dikatakan mudah memang sangat mudah karena terbukti mulai
2015 diterapkan sampai sekarang sistem ini masih digunakan
Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim. Programer disini
memang hanya satu akan tetapi sudah cukup dalam mengcustom
website yang dibutuhkan perpustakaan uin dan sejauh ini juga
masalah yang dihadapi kecil-kecil saja.” (Wawancara dengan
Bapak Faizuddin pada Kamis, 5 Oktober 2017)
EPrints ini selain banyak digunakan dan dipilih karena sistem
kerjanya yang mudah dan fitur yang disediakan didalamnya juga didesain
sederhana. Aplikasi sistem ini berbasis sistem operasi linux yang mudah
dimodifikasi sehingga programer mudah memodifikasi sesuai kebutuhan
agar memudahkan proses pengelolaan. Desain fitur yang sederhana dan
mudah dimodifikasi membuat pustakawan menjadi lebih mudah dan tidak
mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan EPrints. Selain itu sistem
operasi linux juga tidak membutuhkan biaya operasional yang besar, faktor
86
keamanan, dan kestabilan sistem yang tinggi tidak seperti sistem operasi
yang lainnya seperti microsoft windows. Ciri-ciri ini menjadi bukti atas
keunggulan model pengembangan perangkat lunak sumber terbuka (open
source software). Pustakawan dalam keseharian sudah terbiasa
mengoperasikan EPrints, walaupun saat pertama kali menerapkan masih
banyak memiliki kendala.
“Awal menerapkan etheses memang agak sulit karena masih rumit
kemudian semakin ke sini diringkas sedemikian rupa sehingga jadi
lebih mudah”. (Wawancara dengan Ibu Heni pada Rabu, 30
Agustus 2018)
Field yang diringkas sedemikian rupa memudahkan pustakawan
dalam mengolah local content. Field mencakup pengisian bibliografi seperti
judul, pengarang, dosen pembimbing, keyword, dan lain-lain. Pengisian
bibliografi pada etheses dan repository uin malang ada sedikit perbedaan,
dikarena jenis koleksi yang akan dideposit di repository uin lebih banyak
dibandingkan dengan etheses yang hanya ada theses maka pada field item
type pustakawan harus memilih jenis koleksi yang akan dideposit lalu
pustakawan harus mengisi semua bibliografi yang tersedia. Sistem juga
sangat membantu pustakawan dalam mengolah repository karena
pustakawan hanya menyalin data yang ada di file aslinya. Sistem belum bisa
membaca field daftar pustaka dengan detail sehingga pustakawan harus
melakukan proses editing karena tata letak yang tidak beraturan lalu
pustakawan diwajibkan untuk mengupload file asli secara fulltext. Setelah
semua proses tersebut dilaksanakan lalu pustakawan mendeposit dan sistem
secara otomatis menyimpannya. File yang baru dideposit tidak bisa
87
langsung diakses oleh pengguna karena belum disetujui langsung oleh
admin, sehingga pengguna harus menunggu agar koleksi yang dideposit
dapat dimanfaatkan secara maksimal. Sistem yang sederhana, mudah, dan
cepat inilah yang membuat kinerja pustakawan lebih baik dan efektif.
Kemudahan dalam pengoperasian sistem didukung dengan fitur-fitur yang
disediakan oleh EPrints.
“Kesesuaian fitur yang ditawarkan EPrints sudah mumpuni karena
sudah mencakup semua bibliografi yang ada” (Wawancara dengan
Ibu Dian pada Kamis, 2 November 2017)
Pustakawan lain juga menambahkan,
“kesesuaian fitur di EPrints sesuai dengan apa yang dibutuhkan
pustakawan dan sudah mewakili semua karya ilmiah yang akan
dipublikasikan” (Wawancara dengan Bapak Imam pada Kamis, 2
November 2017)
Fitur-fitur yang ada pada EPrints dirancang menyesuaikan dengan
kebutuhan pustakawan di perpusakaan UIN Maulana Malik Ibrahim.
Sebagai sistem informasi perpustakaan, EPrints memang dirancang untuk
kegiatan pengolahan akan tetapi EPrints juga menyediakan fasilitas
perhitungan jumlah koleksi yang telah dideposit dan juga koleksi mana saja
yang sering dilihat atau diunggah sehingga pengguna tahu mana saja
informasi yang berkualitas tinggi dan performa akademik dapat diukur
secara jelas.
“Keandalan sistem sudah baik karena EPrints sendiri sudah bisa
bekerja sesuai dengan yang pustakawan inginkan sehingga
pemustaka maupun pustakawan merasakan kenyamanan.”
(Wawancara dengan Ibu Heni pada Rabu, 30 Agustus 2017)
88
Pustakawan lain menambahkan,
“keandalan sistem EPrints ini cukup handal karena selain
memudahkan pustakawan dalam proses pengolahan. Sistem ini
juga memudahkan perpustakaan dalam mengukur data statistik
akademik secara jelas.” (Wawancara dengan Bapak Faiz pada
Kamis, 5 Oktober 2017)
Fitur ini merekam semua kegiatan repository di perpustakaan
mulai dari pengolahan sampai seberapa sering koleksi diunduh oleh
pengguna. Repository di perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim
memang terbagi dua yakni research repository dan etheses. Pembagian ini
bertujuan agar mudah menghitung data statistik akademik. Jika dijadikan
satu maka perhitungan ini akan menjadi tidak jelas karena bukan hanya
theses saja yang dideposit melainkan ada banyak jenis koleksi karya ilmiah
baik yang dibuat oleh dosen maupun yang diterbitkan pihak UIN Maulana
Malik Ibrahim. EPrints memudahkan perpustakaan untuk mengevaluasi
kinerja repository di perpustakaan karena hanya dengan melihat statistik,
data yang disajikan sudah mencakup semua bahan evaluasi pada sistem
tersebut.
89
Gambar 12. Data statistik Sumber : Screen Capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017
EPrints termasuk multiplattform baik pengembangan oleh
Redhat/fedora atau Debian/Ubuntu sehingga, EPrints dapat berjalan dengan
baik disemua distro Linux, Windows ataupun produk Unix lainnya.
Kecepatan akses suatu sistem tidak didasari pada sistem operasi tersebut
seperti Linux atau Windows melainkan seberapa besar bandwidth yang
diberikan domain, seperti pada pendapat yang disampaikan oleh programer
Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim.
“Kecepatan akses itu tergantung internetnya masing-masing sama
si penyedia domain itu bisa memberikan bandwidth berapa untuk
bisa mengakses domain tersebut. Sehingga jika ditanya sudah
optimal atau belum jawabannya sudah.” (Wawancara dengan
Bapak Alexander pada Selasa, 29 Agustus 2017)
Pustakawan lain berpendapat,
“bagi pustakawan pengolah kecepatan aksesnya masih sering
lemot dan jaringannya masih sering terganggu dan bagi pemustaka
pun masih sering komplain mengenai jaringan ini, semua itu
tergantung dari fasilitas yang digunakan.” (Wawancara dengan Ibu
Heni pada Kamis, 2 November 2017)
90
Sistem dibuat menyesuaikan pada komputer yang digunakan pada
perpustakaan saat ini. Sehingga tidak akan memberatkan sistem tersebut
pada saat digunakan oleh pustakawan dalam melakukan kegiatannya
sebagai pustakawan pengolah. Fitur yang terdapat pada EPrints guna untuk
mensukseskan pelaksanaan pengolahan repository antara lain type, upload,
details, subjects dan deposit.
Gambar 13. Tampilan menu sistem EPrints untuk pengolahan
Sumber : Screen Capture repository.uin-malang.ac.id, 2017
Semua fitur yang ada sudah dapat berjalan dengan baik sehingga jarang
sekali terjadi gangguan pada sistem. Fitur ini dibuat bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pustakawan dalam membantu menjalankan rangkaian
kegiatan repository perpustakaan. Kinerja pustakawan lebih terkontrol dan
terorganisir untuk memberikan layanan yang akan dimanfaatkan pengguna
dalam jangka waktu yang panjang.
“Sistem sangat memperhatikan pemustaka terbukti dengan fitur-
fitur yang disediakan sangat banyak dan berfungsi dengan baik.”
(Wawancara dengan Adelia pada Senin, 25 September 2017)
Pusatakawan lain menambahkan,
“tidak hanya berstandar OAI, metadata Dublin Core yang ada pada
eprints memudahkan pustakawan dalam mengolah repository
karena semua elemen yang dibutuhkan sudah memadai dan semua
fitur yang ada berfungsi dengan baik.” (Wawancara dengan Bapak
Imam pada Kamis, 2 November 2017)
91
Open Archieve Inititive (OAI) adalah memungkinkan akses materi
web melalui repositori yang bisa dioperasikan untuk saling berbagi
metadata, publikasi dan pengarsipan. EPrints sudah berstandar OAI karena
sesuai dengan misi OAI itu sendiri yakni mengembangkan dan
mempromosikan standar interoperabilitas yang bertujuan untuk
memfasilitasi penyebaran konten secara efektif. Metadata Dublin Core yang
ada di EPrints memberikan kemudahan saat mengolah repository karena
Dublin Core dibuat sesederhana mungkin agar dapat digunakan baik oleh
awam maupun profesional serta Dublin Core mempunyai kemampuan untuk
dikembangkan, berbeda dengan MARC. Era digital saat ini, metadata
memiliki peranan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan metadata
memiliki informasi terstruktur yang mendeskripsikan, menjelaskan suatu
informasi yang terkandung dalam suatu data sehingga mudah untuk
digunakan, dikelola, dan ditemukan kembali. Format metadata ini jika
digunakan dapat dimanfaatkan untuk menjalankan interoperabilitas antar
perpustakaan, namun dengan mengikuti ketetapan yang berlaku sesuai
dengan kebijakan perpustakaan masing-masing.
b. Kualitas Informasi EPrints
Keberadaan informasi dapat dikatakan berkualitas tinggi tidak
lepas dari kinerja teknologi informasi yang mumpuni. Penggunaan aplikasi
atau software yang memanfaatkan kecanggihan teknologi dapat berguna
bagi berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder). Berkat kecanggihan
teknologi informasi yang dikelola dengan mudah, cepat dan akurat dapat
92
menghasilkan output yang bagus dalam hal ini informasi yang berkualitas.
Kelengkapan informasi yang disajikan EPrints memang sudah hampir
semua tersedia akan tetapi tidak semua informasi bisa masuk repository
harus ada filterisasi sehingga informasi yang disajikan merupakan informasi
yang berkualitas. Pengembangan institutional repository di UIN Maulana
Malik Ibrahim dalam hal informasi sudah sangat lengkap hal ini
disampaikan oleh Bapak Faiz selaku kepala perpustakaan .
“Data yang dideposit sebelumnya akan dapat dilihat oleh
pustakawan dan jika ada yang salah akan saya berikan tanda untuk
segera diperbaiki.” (Wawancara dengan Bapak Faiz pada Kamis, 5
Oktober 2017)
Pustakawan lain menambahkan,
“informasi yang diberikan EPrints memang hampir semua jenis
koleksi ada akan tetapi untuk theses kebijakannya harus dilakukan
filterisasi. Jadi setelah mahasiswa menyerahkan softcopy berserta
hardcopynya itu kita cocokkan terlebih dahulu, jika ada yang tidak
sama sedikitpun misalnya abstrak bahasa arab yang tidak terbaca
pada softcopynya seperti kode itu kita kembali untuk diperbaiki
dulu baru serahkan perpustakaan kembali. Hal ini dilakukan karena
masih banyak mahasiswa terutama mahasiswa S2 yang masih
belum tahu kebijakan untuk penyerahan theses.” (Wawancara
dengan Bapak Imam pada Kamis, 2 November 2017)
93
Gambar 14. Kebijakan penyerahan tugas akhir
Sumber : Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim, 2017
Informasi akan berguna untuk mendukung fungsi operasional
manajemen dan pengambilan keputusan suatu instansi maupun individu
tidak akan lepas dari adanya peran sistem informasi. Format sistem
informasi EPrints dibuat sesederhana mungkin agar memudahkan pengguna
dalam mencari informasi yang dibutuhkan sehingga informasi yang telah
disajikan dapat dimanfaatkan secara maksimal.
94
“Tampilan website EPrints UIN Maulana Malik Ibrahim sudah
sederhana dan tidak menyusahkan pengguna. Tampilan awal
website ini langsung memunculkan kotak pencarian akan tetapi jika
kita mencari informasi disana hasilnya kurang sesuai dengan yang
kita inginkan” (Wawancara dengan Adelia pada Senin, 25
September 2017)
Berkenaan dengan hal ini pengguna lain juga menambahkan pendapatnya,
“EPrints sudah bagus dan ada beberapa fitur yang memudahkan
pemustaka menelusur informasi salah satunya advanced search
yang bisa mencari informasi lebih spesifik dan menutup terjadinya
kesulitan dalam mencari informasi.” (Wawancara dengan Muhim
pada Senin, 25 September 2017)
Gambar 15. Fitur untuk pemustaka
Sumber : Screen Capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017
Tampilan yang sederhana menjadi ciri khas tersendiri bagi EPrints UIN
Maulana Malik Ibrahim sehingga pemustaka tidak kesulitan dalam mencari
dan memanfaatkan fitur yang tersedia. Fitur yang tersedia pada EPrints
bukan hanya untuk memudahkan pustakawan dalam mengolah repository
tetapi juga untuk memudahkan pemustaka dalam penelusuran informasi dan
juga memahami isi dari informasi yang disediakan sistem. Hal tersebut
sebagai bahan pertimbangan pemustaka apakah informasi tersebut
95
bermanfaat atau tidak sehingga membantu dalam proses pengambilan
keputusan.
“Informasi yang ada di EPrints sudah baik dalam artian sudah
bermanfaat akan tetapi pada fitur simple keyword search box masih
kurang maksimal.”(Wawancara dengan Bapak Alexander Selasa,
29 Agustus 2017)
Pemustaka lain menambahkan,
“sistem informasi EPrints sudah lumayan memberikan kemudahan
bagi saya sehingga saya memahami informasi yang ada serta sangat
bermanfaat karena informasi yang selama ini sangat lengkap.”
(Wawancara dengan Aji pada Senin, 16 Oktober 2017)
EPrints merupakan sistem otomasi yang dilengkapi dengan bahasa
queri yakni menggunakan bahasa SQL. Bahasa queri adalah bahasa
komputer yang digunakan untuk melakukan permintaan terhadap basis data
dan sistem informasi. Sebuah sistem informasi yang ditawarkan harus jelas
mencerminkan maksudnya sehingga tidak akan menimbulkan masalah
dalam berbagai hal termasuk aspek keakuratan sistem dalam penelusuran
informasi. Karena informasi tersebut akan diteruskan kepada penerima
informasi yakni pustakawan maupun pemustaka. Sistem EPrints
memberikan respon yang baik dalam menyajikan informasi.
“Kinerja EPrints sudah bagus dilihat dari sejak saya menggunakan
eprints, akan tetapi publikasi ilmiah yang disediakan kurang
terkini.” (Wawancara dengan Dewi pada Kamis, 28 September
2017)
Sependapat dengan hal tersebut, pemustaka lain menambahkan,
“masih banyak pemustaka yang kurang puas dengan kinerja
EPrints dalam konteks informasinya karena kami kekurangan
tenaga SDM tetap” (Wawancara dengan Ibu Heni pada Rabu, 30
Agustus 2017)
96
Selain itu sistem EPrints dilengkapi dengan keamanan data.
Keamanan data pada sistem ini bekerja pada saat sistem ini aktif. Pada saat
sistem berjalan pustakawan harus masuk ke dalam portal khusus untuk
menuliskan ID dan password yang telah diberikan dengan kewenangan
sebelumnya.
“Keamanan sistem ini baik, alhamdulillah belum pernah terjadi
masalah, ada beberapa pustakawan yang diberikan ID dan
password untuk bertanggung jawab dalam hal ini.” (Wawancara
dengan Bapak Imam pada Kamis, 2 November 2017)
Berkenaan dengan hal ini programer menambahkan,
“keamanan sistem EPrints sangat baik karena disini kami
mempunyai dua server sehingga jika terjadi maintenance ataupun
gangguan lain seperti hacker, kita alihkan ke server yang satunya
agar pemustaka tidak terganggu dengan adanya masalah yang ada
dan dapat memanfaatkan informasi dengan maksimal.”
(Wawancara dengan Bapak Alexander pada Selasa, 29 Agustus
2017)
Setiap operator yang menjalankan sistem diberikan password
sendiri, sehingga keamanan data di server database dapat terjaga dengan
baik. Fasilitas sistem akan muncul sesuai dengan hak akses operator yang
diberikan. Pustakawan yang berwenang saja yang dapat menggunakan
sistem EPrints sehingga keamanan data dapat dipercaya. Selain itu sistem
EPrints ini di dukung dengan teknologi DataBase Replication atau Backup
Data dengan cara memberikan dua server yang dapat menjamin keamanan
data terhadap gangguan sistem.
c. Kualitas Pelayanan
Kehandalan pada sistem informasi EPrints sudah tidak diragukan
dalam membangun institutional repository di perpustakaan daerah maupun
97
perguruan tinggi karena eprints di desain tidak hanya bagi pengelola
repository saja melainkan diperuntukkan bagi beberapa pengguna lainnya
seperti research, developer, webmaster, dan institution. EPrints di
perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim diterapkan pada tahun 2015
sehingga masih dalam tahap pengembangan dan selalu diperbarui untuk
memenuhi kebutuhan pustakawan maupun pemustaka. Pihak perpustakaan
memberikan jaminan yang terbaik pada sistem informasi bagi pemustaka
sehingga selain kebutuhan informasinya terpenuhi, instansi yang
menerapkannya juga mendapat keuntungan.
“Pustakawan yang ditugaskan untuk mengolah institutional
repository UIN Maulana Malik Ibrahim merupakan pustakawan
profesional dan ahli dalam mengoperasikan EPrints sehingga bebas
dari bahaya, resiko, dan keragu-raguan pemustaka dalam
menggunakan eprints untuk membantu menyelesaikan tugas
akhir.” (Wawancara dengan Bapak Faizuddin pada Kamis, 5
Oktober 2017)
Sependapat dengan hal tersebut pemustaka lain menambahkan,
“EPrints merupakan sistem informasi yang bagus. Pengoperasian
eprints ditanggani oleh pustakawan-pustakawan ahli agar
pemustaka yang mengakses merasa nyaman dan terpenuhi
kebutuhan informasinya.” (Wawancara dengan Ibu Dian pada
Rabu, 6 September 2017)
98
Gambar 16. Kontak informasi
Sumber : Screen Capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017
Informasi yang tersedia di EPrints sudah hampir mencakup semua
jenis koleksi yang ada. Banyaknya informasi yang ada menjadi tugas
tersendiri bagi perpustakaan untuk menyediakan beberapa fitur yang
memudahkan pemustaka menelusur informasi. Fitur disediakan eprints
sudah banyak dan berfungsi dengan baik sehingga jika pemustaka mencari
informasi di EPrints sudah terbantu dengan adanya fitur-fitur tersebut.
“Fitur yang tersedia sudah sangat baik membantu kami dalam
menelusur informasi yang kami butuhkan. Sistem juga merespon
dengan cepat akan tetapi tergantung kecepatan jaringannya.”
(Wawancara dengan Andri pada Jum’at, 13 Oktober 2017)
Pemustaka lain menambahkan,
“Pustakawan juga merasakan respon yang baik karena komputer
yang berada dipengolahan institutional repository sudah diganti
dengan yang baru. Pemustaka akan lebih terbantu dalam menelusur
informasi karena selain kinerja pustakawan juga lebih baik, fitur
yang diberikan juga banyak dan bermanfaat” (Wawancara dengan
Ibu Heni pada Kamis, 2 November 2017)
Ketersediaan fitur memberikan kemudahan dalam mengakses
sistem informasi EPrints. Selain itu tidak hanya sistem saja yang
99
memberikan layanan yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan pemustaka
tetapi pustakawan juga ikut andil dalam mensukseskan layanan yang prima
bagi pemustaka. Sistem informasi EPrints menyediakan kotak saran dalam
bentuk email. Hal ini menunjukkan dikembangkannya EPrints di
perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim mengikut sertakan siapa saja
sehingga pemustaka merasa terpenuhi kebutuhan informasinya dengan
adanya EPrints.
“Kami menyediakan kolom saran akan tetapi dalam bentuk email
yang berfungsi untuk menampung aspirasi dari mahasiswa ataupun
dosen untuk pengembangan EPrints ini.” (Wawancara dengan
Bapak Alexander pada Selasa, 29 Agustus 2017)
Pustakawan lain menambahkan pendapatnya,
“untuk menampung aspirasi mahasiswa ataupun dosen disediakan
email. Perpustakaan juga memanfaatkan sosial media lain seperti
instagram dan facebook akan tetapi jika sosial media kegiatannya
hanya untuk publikasi saja, tetapi jika ada komplain dari
mahasiswa yang disampaikan lewat Instagram maupun facebook
kami tetap terima.” (Wawancara dengan Ibu Heni pada Rabu, 30
Agustus 2017)
Diharapkan dengan adanya sosial media yang dimanfaatkan pihak
perpustakaan, mahasiswa ataupun dosen memberikan aspirasinya dalam
membangun institutional repository. Akan tetapi pada kenyataannya tidak
demikian, jika ada pemustaka yang komplain langsung datang ke
perpustakaan ataupun langsung ke ruang pengolahan institutional
repository dengan alasan jika seperti ini aspirasinya langsung direspon oleh
pustakawan. Pustakawan yang menerima komplain mengusahakan
mewujudkan keinginan dari mahasiswa sehingga respon dari pustakawan
100
pengolah institutional repository sudah sangat responsif dalam menanggapi
komplain.
d. Penggunaan
Sistem otomasi dirancang untuk kebutuhan perpustakaan dalam hal
mendukung tindakan manajemen, memperlancar fungsi operasional, dan
pengambilan keputusan suatu instansi maupun individu. Sistem ini yang
nantinya akan memunculkan informasi-informasi yang dapat membantu
organisasi dalam menyediakan data yang sesuai dengan kebutuhan. Agar
sistem dapat bekerja dengan baik bagi manajemen perpustakaan maka
sebuah sistem harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi sesuai
dengan maksud pengguna
“EPrints digunakan dengan frekuensi akses yang tinggi, setiap hari
digunakan untuk mengolah repository, rata-rata penginputan data
sampai proses deposit dibutuhkan waktu 15 menit.” (Wawancara
dengan Ibu Dian pada Rabu, 6 September 2017)
Pustakawan lain menambahkan,
“sistem EPrints sudah sangat baik, walaupun setiap hari digunakan
untuk mengolah repository dan hampir setiap hari pula diakses,
sistemnya belum pernah terjadi kesalahan hanya saja yang sering
terjadi gangguan itu pada jaringannya.” (Wawancara dengan Ibu
Heni pada Rabu, 30 Agustus 2017)
Perpustakaan digital dikembangkan perpustakaan berdasarkan
kebutuhan tenaga pengelola agar membantu perkerjaan di perpustakaan
melalui fungsi otomasi perpustakaan, sehingga proses pengolahan
repository lebih efektif dan efisien. EPrints digunakan dan dimanfaatkan
oleh pustakawan setiap hari Senin-Jum’at mulai dari jam perpustakaan
dibuka sampai pada jam pulang kerja yakni jam 16.00 wib. Sistem otomasi
101
perpustakaan berfungsi sebagaimana mengontrol sistem administrasi
layanan secara otomatis/terkomputerisasi sehingga durasi penggunaan dan
pemanfaatan layanan mempunyai peran yang sangat penting.
“EPrints digunakan pustakawan dalam mengolah repository
digunakan pada saat hari kerja, mulai dari dimulainya kegiatan
perpustakaan sampai berakhirnya jam kantor.” (Wawancara
dengan Bapak Imam pada Kamis, 2 November 2017)
Pustakawan lain berpendapat,
“hanya setiap hari senin-jum’at saja EPrints digunakan itupun
hanya 8 jam kerja tetapi walaupun kegiatan pustakawan
menggunakan EPrints terbatas, pemustaka dapat mengakses dan
memanfaatkan informasi yang ada di EPrints 24 jam.” (Wawancara
dengan Ibu Tata pada Rabu, 6 September)
Kualitas dari sistem EPrints yang baik dapat memberikan
kontribusi dan hasil yang baik sehingga memberikan kenyamanan bagi
pustakawan maupun pemustaka yang menggunakannya. Selain itu
ketepatan penggunaan sistem EPrints pada perpustakaan dapat membantu
dalam mencari informasi-informasi yang diinginkan dengan menggunakan
katalog online yang dapat diakses melalui internet maunpun intranet,
sehingga pencarian informasi dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun
pemustaka berada.
e. Kepuasan Pengguna
Kepuasan pengguna merupakan faktor penting terhadap kualitas
layanan yang diberikan oleh sistem. Kepuasan pengguna yakni dalam
konteks informasi secara tidak langsung dapat digunakan sebagai ukuran
bagi keberhasilan sistem pada instansi. Sikap pemustaka terhadap sistem
102
informasi merupakan kriteria subjektif mengenai seberapa suka pemustaka
terhadap sistem yang digunakan.
“Pustakawan puas dengan diterapkannya sistem ini, karena sudah
mempermudah dalam mengolah repository walaupun pernah
mengalami kesalahan saat awal menerapkannya.” (Wawancara
dengan Ibu Heni pada Rabu, 30 Agustus 2017)
Pustakawan lain menambahkan,
“EPrints sudah dapat membantu pustakawan dalam melakukan
kegiatan repository serta sudah memenuhi kebutuhan informasi
pemustaka karena hampir semua jenis koleksi ada di eprints.’
(Wawancara dengan Bapak Imam pada Kamis, 2 November 2017)
Pustakawan di Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim
merasakan sistem informasi yang diterapkan di perpustakaan menghasilkan
suatu layanan sistem yang handal, akurat, efektif, dan efisien serta mampu
memberikan kontribusi yang memadai bagi perpustakaan secara
keseluruhan. Keterkaitan antara sistem informasi yang berkembang pesat
dengan layanan sangat erat sehingga dalam mengidentifikasi kebutuhan
pemustaka jika hanya sistem informasinya saja yang bagus tetapi tidak
didukung dengan layanan yang mumpuni maka kepuasan secara
menyeluruh atas semua sistem yang telah disajikan tidak bisa diukur.
“Sistemnya sudah bagus akan tetapi karya ilmiah dosen masih
sedikit referensinya sehingga pengetahuan yang saya dapat terbatas
serta masih banyak dari teman-teman mahasiswa yang belum
mengetahui eprints serta kegunaannya” (Wawancara dengan
Adelia pada Senin, 25 September 2017)
Berkenaan dengan hal tersebut pemustaka lain menambahkan,
“EPrints merupakan sistem yang sangat bagus. Fitur serta
informasi yang disajikan sudah banyak serta dapat dimengerti oleh
mahasiswa akan tetapi hanya mahasiswa tingkat akhir saja yang
kebanyakan mengakses EPrints sehingga penggunaan eprints tidak
sesuai dengan harapan yang dimana sistem informasi ada supaya
103
selain memudahkan pengguna dalam menelusur informasi juga
agar dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh semua kalangan.”
(Wawancara dengan Yazid pada Senin, 16 Oktober 2017)
Kunci dari keberhasilan dalam memenuhi kepuasan pemustaka
terletak dari sistem tersebut, bagaimana sistem mengelola infrastruktur,
informasi yang disediakan serta sosialisasi kepada semua mahasiswa agar
dimanfaatkan secara maksimal. Dublin Core merupakan salah satu standar
metadata yang berfungsi sebagai mewujudkan interoperabilitas antar sistem
dalam rangka membangun kerjasama perpustakaan berskala nasional
maupun regional sehingga jika metode ini dilaksanakan dengan maksimal,
kebutuhan informasi pemustaka akan terpenuhi.
e. Keuntungan Perpustakaan
Pengembangan institutional repostiory di perpustakaan telah
banyak menyita perhatian dari kalangan ilmiah seluruh dunia. Bagi
perguruan tinggi penggunaan sistem informasi perpustakaan merupakan
salah satu upaya untuk mengatasi ketinggalan dan memaksimalkan kinerja
pustakawan dalam memberikan pelayanan prima kepada pemustaka.
“Repository dapat memberikan manfaat serta keuntungan bagi
perguruan tinggi yang menjalankannya dapat mengharumkan nama
instansi yang menjalankannya. Pada akhirnya, dapat menarik minat
banyak calon mahasiswa untuk menempuh studi pada perguruan
tinggi tersebut.” (Wawancara dengan Bapak Faizuddin pada
Kamis, 5 Oktober 2017)
Pustakawan lain berpendapat,
“dengan diterapkannya sistem EPrints ini bukan hanya
pustakawannya saja yang merasa diuntungkan karena
mengolahnya jadi lebih mudah dan cepat tetapi pemustaka juga
merasa diuntungkan karena mereka dapat memaksimalkan karya
ilmiah dari dosen maupun mahasiswa untuk penyelesaian tugas
104
akhir ataupun hanya sekedar bahan bacaan.” (Wawancara dengan
Bapak Imam pada Jum’at, 8 September 2017)
Dikembangkannya EPrints untuk membangun repository pada
perpustakaan menjadi keuntungan tersendiri bagi yang menerapkan sistem
ini. Sistem yang telah dilengkapi dengan berbagai fitur yang memudahkan
pemustaka dalam penelusuran informasi memiliki keuntungan yang besar
bagi perpustakaan. Sistem yang dilengkapi dengan metadata Dublin Core
dapat memperluas informasi dengan cara meningkatkan kerjasama antar
perpustakaan untuk mempercepat aliran pengetahuan sehingga pemustaka
yang menggunakan sistem ini dapat memenuhi kebutuhan informasi yang
dibutuhkan. Selain informasi yang disajikan dapat dimanfaatkan dengan
maksimal dengan adanya fitur-fitur yang telah disajikan, perpustakaan juga
dapat mewujudkan research sharing antar pemustaka maupun instasi lain.
2. Faktor pendukung dan penghambat Efektivitas Sistem Institutional
Repository EPrints dalam Mengembangkan Layanan Informasi di
Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim:
a. Faktor pendukung
1) Kebijakan open access
Suatu program dapat bekerja dengan maksimal jika ada dukungan
yang menunjang terlaksananya program tersebut. Kemajuan teknologi
menyebabkan pergeseran prioritas masyarakat dalam mencari sumber
informasi dari media cetak ke media digital. Masyarakat kini lebih sering
105
melakukan penelusuran informasi melalui internet daripada pergi ke
perpustakaan. Fenomena ini juga menjangkit kalangan mahasiswa,
mereka lebih memilih mencari sumber referensi di internet daripada ke
perpustakaan perguruan tinggi setempat. Melihat fenomena ini, pihak
Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim mulai menggunakan bantuan
teknologi informasi untuk memudahkan dalam penyelesaian tugas
pustakawan. Seiring berjalannya waktu, teknologi informasi mulai
digunakan untuk memudahkan dan memberikan layanan yang efektif
serta efisien bagi pemustaka. Tahun 2015 pihak Perpustakaan UIN
Maulana Malik Ibrahim mengembangkan sistem informasi khusus
institutional repository dengan nama EPrints, dimana program ini
mengelola koleksi-koleksi karya ilmiah hasil sivitas akademika. Selain
itu, untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka yang mengarah ke
digital serta dapat diakses dengan mudah, cepat, dan tepat pihak
perpustakaan mulai melayankan layanan institutional repository, dimana
pemustaka dapat mengakses koleksi karya ilmiah sivitas akademika UIN
Maulana Malik Ibrahim dalam bentuk digital serta dapat ditemu kembali
dengan cepat menggunakan bantuan sistem. Kebijakan yang
diberlakukan untuk mendukung program ini tentang pengumpulan karya
ilmiah dalam bentuk tercetak (hardcopy) dan digital (softcopy) ke pihak
perpustakaan.
“Dukungan yang diberikan rektor berupa kebijakan wajib
menyerahkan karya ilmiah sivitas akademika dirasa perlu, bahwa
ketika diunggah harus bisa diakses secara fulltext dan meng-SOP-
kan sedemikian rupa sehingga dapat memaksimalkan fungsi
106
institutional repository sebagai sarana komunikasi ilmiah.”
(Wawancara dengan Bapak Faizuddin pada Kamis, 5 Oktober
2017)
Pustakawan memberikan pendapat,
“Alasan dibangunnya institutional repository untuk memenuhi
kebutuhan informasi pemustaka ke arah digital dan disamping itu
mahasiswa ingin yang efektif, efisien, dan dapat diakses dimana
saja.” (Wawancara dengan Bapak Imam pada Jum’at, 8 September
2017)
Sesuai dengan surat keputusan rektor UIN Maulana Malik Ibrahim
nomor 689 dan 690 tahun 2015 bahwa yang menjadi faktor utama
pendukung efektivitas institutional repository dengan menggunakan
EPrints dalam mengembangkan layanan informasi di UIN Maulana
Malik Ibrahim adalah adanya kebijakan open access untuk memenuhi
kebutuhan informasi pemustaka dalam bentuk digital serta penggunaan
teknologi informasi untuk temu kembali informasi.
2) Metadata Dublin Core
Selain dari segi kebijakan yang mewajibkan mahasiswa untuk
menyerahkan karya ilmiah dalam bentuk tercetak (hardcopy) dan digital
(softcopy) secara fulltext, faktor lainnya yang mendukung efektivitas
sistem institutional repository adalah EPrints mempunyai standar
metadata Dublin Core. Wilayah yang ada di Dublin Core memudahkan
pustakawan dalam mengolah data bibliografi karena sudah singkat sesuai
kebutuhan pustakawan dibanding dengan MARC.
“Pada awal dibangunnya insitutional repository, perpustakaan UIN
Maulana Malik Ibrahim menggunakan aplikasi buatan sendiri akan
tetapi seiring berjalannya waktu aplikasi tersebut sudah tidak
memadai lagi sehingga tahun 2013 beralih ke EPrints yang salah
107
satu alasannya karena sudah tertanam metadata Dublin Core pada
EPrints yang memudahkan pengolahan .” (Wawancara dengan
Bapak Faizuddin pada Kamis, 5 Oktober 2017)
Pustakawan lain menambahkan,
“tidak banyak elemen di Dublin Core sehingga membantu
pustakawan dalam mengolah institutional repository dan EPrints
juga mudah untuk dicustom sesuai dengan kebutuhan pustakawan.”
(Wawancara dengan Bapak Imam pada Jum’at, 8 September 2017)
Gambar 17. Elemen dublin core EPrints
Sumber : Screen Capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017
Metadata Dublin Core dapat digunakan untuk berbagai tujuan,
mulai dari deskripsi sumber daya sederhana hingga menggabungkan
kosakata metadata dengan standar metadata yang berbeda, untuk
menyediakan interoperabilitas kosakata metadata, dan implementasi
semantic web.
b. Faktor penghambat
1) Sistem Pembenaran Kata
Keberadaan institutional repository tidak akan berarti jika tidak
ada koleksi di dalamnya. Sehingga sangat penting bagi sivitas akademika
untuk turut menyerahkan karya ilmiahnya ke perpustakaan untuk
108
dikelola. Sejak dikembangkannya institutional repository di UIN
Maulana Malik Ibrahim pada tahun 2015, programer masih belum bisa
menerapkan pembenaran kata pada sistem.
“Kami masih belum bisa menerapkan pembenaran kata pada
EPrints bahkan pada komunitas pengguna EPrints se-Indonesia
pun masih belum mengetahui bagaimana caranya.” (Wawancara
dengan Bapak Alexander pada Selasa, 29 Agustus 2017)
Gambar 18. Kesalahan penulisan kata kunci
Sumber : Screen Capture etheses.uin-malang.ac.id, 2017
Human erorr sangat sering terjadi maka sistem harus mampu
menutup kesalahan yang fatal tersebut. Kegunaan “did you mean ...” atau
“maybe you meant ...” pada sistem informasi berfungsi untuk
merekomendasikan istilah yang terkait dengan kata kunci yang
pemustaka masukkan. Metode ini yang belum bisa dilaksanakan eprints
sehingga menghambat jalannya efektivitas sistem institutional repository
di Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim
C. Analisis Data
1. Efektivitas Sistem Institutional Repository EPrints di Perpustakaan Pusat
UIN Maulana Malik Ibrahim
Menurut DeLone dan Mclean (2003) menjelaskan bahwa ukuran yang
digunakan dalam evaluasi sistem informasi institutional repository (Eprints)
109
ada 6 elemen. Berikut adalah analisis dari efektivitas sistem institutional
repository EPrints dalam upaya mengembangkan layanan di Perpustakaan
UIN Maulana Malik Ibrahim
a. Kualitas Sistem EPrints
Kualitas sistem merupakan salah satu modal awal dalam menilai
kesuksesan suatu sistem informasi. Kualitas sistem EPrints berfokus pada
kinerja sistem yang dapat memberikan informasi local content bagi
kebutuhan pengguna dalam mengembangkan layanan institutional
repository di perguruan tinggi. Sependapat dengan hal ini DeLone dan
McLean (2003: 24) mendefinisikan kualitas sistem merupakan seberapa
kinerja suatu perangkat keras, perangkat lunak, kebijakan, dan prosedur
dapat menyajikan informasi sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Kualitas
sistem institutional repository EPrints di Perpustakaan Pusat UIN Maulana
Malik Ibrahim memiliki beberapa aspek:
1. Kemudahan
EPrints merupakan salah satu platform sistem informasi
institutional repository yang diterapkan di Perpustakaan Pusat UIN
Maulana Malik Ibrahim yang diharapkan mampu memberikan
kemudahan dalam pengoperasian sistem. Penggunaan EPrints dapat
memberikan kemudahan dalam mengolah bahan-bahan institutional
repository secara efisien karena sesuai dengan pendapat Sudarsono
(2009: 2.13) bahwa perpustakaan mengembangkan layanan digital agar
interaksi antara pengguna dengan perpustakaan menjadi lebih efektif.
110
EPrints dirancang dengan menyesuaikan kebutuhan pustakawan
sehingga pustakawan Perpustakaan Pusat Maulana Malik Ibrahim
merasakan kemudahan dalam mengoperasikan sistem untuk
mengembangkan dan menjalankan institutional repository secara
berkelanjutan. Kemudahan penggunaan EPrints bagi pustakawan
maupun pemustaka sudah dapat terpenuhi sehingga akan berdampak
kepada pemustaka untuk sering menggunakan EPrints dalam
membantu menyelesaikan tugas akhir. Hal ini ditegaskan oleh
pendapatnya DeLone dan McLean (2003: 25) bahwa sistem informasi
dapat dikatakan memberikan kemudahan jika sistem dirancang sesuai
dengan kebutuhan pengguna tersebut. Oleh karena itu, EPrints UIN
Maulana Malik Ibrahim sudah dapat dikatakan memberikan
kemudahan karena baik pustakawan maupun pemustaka dalam
mengoperasikan EPrints tidak pernah mengalami kesulitan.
2. Kesesuaian
Kesesuaian pada sistem terjadi jika adanya kecocokan antara
fitur yang dirancang pada sistem tersebut sesuai dengan kebutuhan
pustakawan sehingga kinerja yang dilakukan dapat lebih efektif.
EPrints mempunyai kelebihan yakni mudah diupgrade sesuai dengan
kebutuhan pengelola. DeLone dan McLean (2003: 24) menyatakan
bahwa sistem informasi yang berkualitas jika mempunyai kemampuan
dalam melakukan perubahan sesuai kebutuhan pengguna. Pustakawan
merasakan fitur yang diberikan EPrints untuk pengelolaan institutional
111
repository sudah dapat mengcover pekerjaan pustakawan karena sudah
mencakup semua bibliografi yang ada. Fitur pada sistem EPrints
dirancang berdasarkan kebutuhan pada pustakawan pengolah
institutional repository. Oleh karena itu, kesesuaian fitur pada sistem
sudah bagus karena perancangan eprints di Perpustakaan UIN Maulana
Malik Ibrahim mengikutsertakan pustakawan sehingga kinerjanya
menjadi lebih efektif.
3. Keandalan Sistem
Sistem informasi EPrints sudah sangat andal dalam melayani
kebutuhan pengguna, baik pustakawan maupun pemustaka sehingga
dapat memberikan kontribusi yang lebih baik. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan minimnya masalah yang dapat mengganggu
pengguna saat menggunakannya. Bentuk keandalan yang dirasakan
pustakawan pengolah institutional repository yaitu sistem yang jarang
sekali menggalami gangguan pada sistem. Hal ini dikarenakan kinerja
sistem EPrints selalu terkoordinir oleh programer Perpustakaan UIN
Maulana Malik Ibrahim sehingga selalu dilakukan evaluasi dan dengan
sigap langsung diperbaiki agar pustakawan pengolah institutional
repository dapat memberikan layanan yang terbaik dengan lancar tanpa
mengalami kendala. Selain itu, EPrints di Perpustakaan Pusat UIN
Maulana Malik Ibrahim sudah terotomatis menghitung data statistik
akademik sehingga dapat mengurangi beban pekerjaan pustakawan
pengolah untuk mengevaluasi seberapa banyak data yang sudah masuk
112
dan apa saja data yang menjadi favorit mahasiswa dalam mengerjakan
tugas akhir. Hal ini sesuai dengan pendapat Salim (2000: 124) bahwa
adanya sistem otomasi dapat menjalankan dan mengendalikan proses
pengolahan dengan bantuan alat elektronik secara otomatis untuk
mengurangi penggunaan tenaga manusia.
Sedangkan keandalan EPrints yang dirasakan pemustaka yaitu
pemustaka merasakan kenyaman selama menggunakan eprints karena
sistem tidak pernah mengalami gangguan. Pernyataan tersebut
didukung dengan pendapat DeLone dan McLean (2003: 24) bahwa
sistem yang andal dapat melayani kebutuhan pengguna tanpa adanya
masalah yang dapat mengganggu kenyamanan selama mengakses.
EPrints yang dikembangkan Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim
sudah dapat dikatakan andal karena selain sistem dapat digunakan
dengan lancar dan minim terjadinya gangguan, EPrints juga dapat
melakukan penghitungan otomatis untuk data statistik akademika
supaya perpustakaan tidak kewalahan dalam mengevaluasi EPrints agar
dapat selalu dimanfaatkan oleh mahasiswa maupun dosen secara
berkesinambungan.
4. Kecepatan Akses
Sistem informasi dapat dikatakan mumpuni apabila memiliki
kecepatan akses yang sesuai dengan penggunanya agar dapat
memberikan kenyamanan dalam mengakses dan lancar dalam
menggunakan untuk kegiatan layanan. Pustakawan UIN Maulana
113
Malik Ibrahim khususnya pustakawan pengolahan institutional
repository masih mengalami kendala dalam segi kecepatan aksesnya
sehingga kinerja pustakawan menjadi terganggu dalam memberikan
layanan kepada pemustaka. Selain itu, terkadang respon sistemnya
lambat sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi pustakawan
dalam memberikan layanan institutional repository. Berkaitan dengan
kecepatan akses internet ini pemustaka merasakan hal yang sama
seperti pustakawan. Walaupun EPrints bisa diakses selama 24 jam dan
perpustakaan sudah memberikan kecepatan jaringan 3 Mbps pada
setiap akun, kenyataannya pemustaka belum merasa puas terhadap
kecepatan internet yang diberikan sehingga pemustaka merasa terbatas
jika mengakses secara berbarengan. Hal ini kurang sesuai dengan
pendapat Wagito (2005: 10) bahwa alasan kecepatan akses yang
optimal bukan hanya kecepatan pada jaringan saja yang harus
ditingkatkan tetapi bandwithnya juga harus diperluas. Artinya antara
kecepatan internet dengan bandwith harus seimbang. Oleh karena itu,
kecepatan akses yang diberikan perpustakaan dalam mengakses EPrints
masih kurang kebutuhan pengguna. Sehingga perlu adanya evaluasi
untuk penambahan bandwith.
5. Kegunaan Fitur
EPrints menyediakan beberapa menu dan fitur yang
memudahkan pengguna untuk mengelola serta mengakses institutional
repository. Manage deposit dan manage record adalah fitur yang
114
digunakan pustakawan untuk melayankan dan mengembangkan
institutional repository di Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik
Ibrahim. Fitur tersebut dapat digunakan untuk membantu pustakawan
dalam mengolah institutional repository serta memberikan layanan
berbagi informasi secara maksimal dan berkualitas. Hal ini sesuai
dengan pendapat Yusup (2013: 396) bahwa perpustakaan
mengembangkan konsep berbagi informasi bertujuan untuk
memaksimalkan fungsi-fungsi layanan perpustakaan. Adapun
kegunaan fitur EPrints bagi pemustaka yaitu sebagai penelusuran
informasi secara umum maupun spesifik dan informasi dapat diunduh
secara full text. EPrints sangat memperhatikan penggunanya, terbukti
dengan fitur-fitur yang disediakan memberi kemudahan bagi
pemustaka akan kebutuhan informasinya. Sesuai dengan penyataan
Santoso, et al. (2007) bahwa kegunaan suatu sistem yakni harus sesuai
dengan kebutuhan pengguna. Penggunaan fitur EPrints sudah sesuai
dengan kebutuhan pengguna karena semua fitur yang ada dapat
dipahami oleh pengguna serta dapat dimanfaatkan secara maksimal.
b. Kualitas Informasi EPrints
Informasi yang berkualitas menunjukkan bahwa informasi yang
diberikan sesuai dengan maksud dan keinginan pengguna sistem. Hal ini
yang disampaikan DeLone dan McLean (2003: 25) bahwa kesuksesan
kualitas informasi suatu sistem terjadi jika informasi yang diberikan
115
dapat dipahami maksudnya oleh pengguna. EPrints merupakan sistem
informasi institutional repository yang dapat memberikan informasi
secara lengkap sehingga kebutuhan pengguna terpenuhi tanpa adanya
keragu-raguan. Beberapa aspek kualitas informasi antara lain:
1. Kelengkapan
Informasi yang disediakan EPrints sangat membantu untuk
memudahkan pustakawan dalam melaksanakan kegiatan layanan
institutional repository. EPrints mampu menampilkan data serta
keterangan koleksi yang telah dideposit. Informasi yang diberikan
dapat membantu pustakawan dalam memberikan informasi yang
berkualitas kepada pemustaka. Sedangkan bagi pemustaka informasi
yang disajikan pada EPrints sudah lengkap karena saat melakukan
penelusuran, informasi yang diterima sudah dapat dipahami oleh
permustaka karena format file pdf yang sudah dimengerti pemustaka
serta file dapat diunduh secara fulltext. Karya ilmiah yang terdapat di
EPrints Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim sudah meliputi
semua jenis publikasi ilmiah yang formal dan berstandar ISSN atau
ISBN yang sudah melalui proses filterisasi oleh pustakawan.
Berkaitan dengan hal tersebut SPARC dalam Harliansyah (2016: 11)
menyatakan bahwa EPrints merupakan salah satu sistem informasi
publikasi naskah ilmiah versi elektronik seperti artikel jurnal, buku,
bab buku, makalah konferensi dan lain-lain. Informasi yang disajikan
EPrints sudah dapat memenuhi kebutuhan pengguna karena
116
informasinya sudah lengkap dan dapat dipahami oleh pengguna.
Selain itu khusus untuk kelengkapan informasi koleksi ilmiah pada
EPrints sudah sangat baik karena terdapat proses filterisasi pada saat
publikasi ilmiah sehingga informasi yang terdapat di dalamnya tidak
diragukan lagi kualitasnya.
2. Penyajian Informasi
Penyajian informasi yang terstruktur dan jelas pada suatu
sistem informasi perpustakaan mencerminkan bahwa kualitas
informasi pada sistem tersebut baik. Format informasi yang
disediakan EPrints bagi pustakawan sudah sangat terstuktur
dikarenakan selalu melakukan evaluasi agar kinerja pustakawan
menjadi lebih baik. Pustakawan merasa desain EPrints Perpustakaan
UIN Maulana Malik Ibrahim sudah disusun sedemikian rupa karena
menu-menu yang ada terstruktur rapi untuk memudahkan pustakawan
pengolah institutional repository. Hal ini sama seperti yang dirasakan
pemustaka bahwa fitur yang disajikan EPrints untuk penelusuran
informasi pemustaka sudah jelas dan dapat dipahami serta tampilan
pada website yang didesain sudah sesederhana mungkin sehingga
tidak membingungkan pemustaka. Berkaitan dengan hal ini Breeding
dalam Yang dan Hofmann (2010: 143) bahwa perpustakaan berbasis
digital harus memiliki kategori simple keyword search box yang
berarti perpusakaan harus menyediakan website yang sederhana dan
memiliki kotak pencarian ataupun fitur lainnya yang dapat dipahami
117
oleh pengguna. Format informasi pada EPrints sudah dikelola dengan
baik sehingga pustakawan maupun pemustaka dapat
memanfaatkannya secara maksimal tanpa adanya halangan apapun.
3. Relevansi
Sistem informasi dikatakan memiliki kualitas informasi yang
baik jika informasi yang diberikan relevan atau tidak sehingga
memberikan manfaat bagi penerima serta membantu dalam proses
pengambilan keputusan. Mengukur tingkat relevansi informasi pada
EPrints dapat dilihat dari penerimanya dalam hal ini pemustaka.
Ketersediaan koleksi yang begitu banyak tidak menutup kemungkinan
bahwa informasi yang diberikan tidak relevan. Jika pemustaka dalam
menelusur informasi hanya mengandalkan kotak pencarian yang
disediakan maka sistem akan menjumpai ketidaksinkronan antara
hasil penelusuran dengan maksud yang diinginkan pemustaka
sehingga informasi yang diberikan sistem tidak berguna untuk
pengambilan keputusan. Namun EPrints memberikan alternatif lain
yakni pemustaka dapat melakukan penelusuran informasi
menggunakan fitur advanced search yang berguna untuk pencarian
berdasarkan subyek, pengarang, tahun terbit dan sebagainya sehingga
informasi yang akan diterima dapat membantu dalam menghadapi
masalah informasi pemustaka. Berkaitan dengan hal ini McLeod
dalam Taufiq (2013: 16) menyatakan bahwa relevansi informasi yang
dihasilkan suatu sistem sesuai dengan kebutuhan serta dapat
118
membantu dalam menghadapi masalah informasi. Sistem informasi
EPrints sudah dapat memberikan informasi yang cukup baik kepada
pemustaka dengan memanfaatkan beberapa fitur yang disediakan
akan tetapi perlu adanya pengembangan lebih lanjut untuk fitur simple
keyword search box.
4. Ketepatan waktu
Informasi yang diberikan pada suatu sistem harus berupa
informasi yang up to date supaya mempunyai nilai. EPrints yang
dikembangkan Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim masih
kurang terkini dalam memberikan informasi. Hal ini dibuktikan masih
ada beberapa pemustaka yang masih memberikan kritikannya bahwa
thesesnya masih blm terupload. Hal ini dikarenakan pustakawan tetap
untuk mengoperasikan EPrints masih terbatas sehingga informasi
masih yang dibutuhkan pengguna masih kurang terpenuhi. Oleh
karena itu, informasi yang disajikan EPrints berupa publikasi ilmiah
masih kurang baik karena kurangnya SDM tetap dalam
mengoperasikan EPrints sehingga ada beberapa pemustaka yang
masih memberikan kritikannya terkait keterlambatan pengunggahan
theses.
5. Keamanan
Sistem yang memiliki tingkat keamanan tinggi menjadi salah
satu faktor kualitas informasi pada sistem tersebut berkualitas.
Informasi yang terjamin keamanannya dapat memberikan rasa
119
nyaman bagi pemustaka yang mengaksesnya sehingga salah satunya
tujuan dibentuknya perpustakaan yakni adalah memberikan informasi
yang bermanfaat akan terwujud. Perpustakaan UIN Maulana Malik
Ibrahim dalam mengembangkan EPrints untuk membangun
institutional repository sudah memiliki tingkat keamanan yang baik.
Hal ini dibuktikan bahwa EPrints di Perpustakaan UIN Maulana
Malik Ibrahim memiliki 2 server yang salah satunya berfungsi untuk
backup data sehingga belum pernah terjadi masalah hilangnya data
pada database. Apabila server utama mengalami gangguan atau
terjadi perbaikan maka programer langsung mengalihkan ke server
yang lain sehingga pemustaka dapat mengaksesnya tanpa mengalami
gangguan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pendit (2007: 184)
bahwa cara memproteksi diri perpustakaan digital tidak hanya pada
perangkat keras tapi juga pada perangkat lunak akibat ulah cracker,
virus dan sejenisnya. Oleh karena itu kemanan yang diberikan EPrints
sudah baik karena pemustaka dapat merasakan kenyamanan saat
mengakses serta informasi yang diberikan dapat dipertanggung
jawabkan.
c. Kualitas Layanan
Menurut DeLone dan McLean (2003: 26), tiga komponen yang
mempengaruhi kualitas layanan antara lain:
120
1. Jaminan
EPrints sebagai salah satu sistem informasi dalam
mengembangkan institutional repository diharapkan dapat
memberikan jaminan layanan yang baik untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan informasi pengguna. Sistem yang baik
yakni tidak menghambat proses pustakawan dalam memberikan
layanan informasi kepada pemustaka. EPrints yang dikembangkan
oleh Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim dikelola oleh
pustakawan-pustakawan terpercaya dan berpengetahuan dalam
mengoperasikan EPrints. Hal ini dilakukan perpustakaan agar
informasi yang diterima pemustaka berkualitas dan terhindar dari
keragu-raguan. Sesuai dengan pendapat DeLone dan McLean (2003:
25) bahwa sistem informasi memberikan layanan berupa pengetahuan
yang bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Jaminan yang
diberikan EPrints ternyata sudah dirasakan oleh pemustaka. Hal ini
terbukti ketika pemustaka ingin mencari informasi, EPrints
memberikan informasi yang tepat dan semua informasi yang
diberikan tidak ada yang cacat ataupun kurang sehingga pemustaka
merasa puas akan layanan yang diberikan EPrints. Oleh karena itu
jaminan layanan EPrints dari segi informasinya sudah baik karena
pustakawan yang mengelola memiliki pengetahuan dalam
mengoperasikan EPrints serta informasi yang dihasilkan jelas dan
bebas dari bahaya.
121
2. Responsif
Sistem informasi yang mampu memberikan pelayanan dengan
cepat dan tanggap bagi pengguna merupakan kriteria bahwa sistem
tersebut memiliki respon yang baik. EPrints merupakan sistem yang
sangat memperhatikan penggunanya baik dalam pengembangan
institutional repository perpustakaan maupun dalam membantu
pemustaka mencari informasi dengan berbagai fitur yang dimiliki.
Sebagaimana yang dirasakan oleh pustakawan dalam memberikan
layanan informasi, EPrints sudah menyediakan beberapa fitur yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan pengolahan institutional
repository agar lebih cepat dan tepat. Pernyataan tersebut sesuai
dengan pendapat Zeithaml dan Berry dalam Achmad, et al, (2012: 88)
bahwa layanan yang responsif yakni perpustakaan memiliki kesediaan
dan kesiapan dalam menyediakan jasa secara tepat waktu. Selain fitur
yang disajikan meningkatkan kinerja pustakawan, hal lain juga
dirasakan pemustaka yang menggunakan EPrints untuk membantu
dalam menyelesaikan tugas akhir ataupun membuat artikel respon
yang diberikan lebih cepat dan informasinya dapat dilihat secara
fulltext sehingga kebutuhan informasi pemustaka terpenuhi. Kinerja
EPrints dalam memberikan layanan yang responsif sudah dapat
dikatakan baik, dibuktikan dengan banyaknya fitur yang dapat
membantu kegiatan pustakawan yang lebih baik serta pemustaka juga
merasakan hal yang sama.
122
3. Empati
Penggunaan EPrints dalam memberikan layanan kepada
pustakawan dirasa sudah terpenuhi kebutuhannya karena fitur-fitur
yang disediakan sudah lengkap. Kelengkapan fitur yang disediakan
memudahkan pustakawan dalam memberikan layanan informasi
kepada pemustaka. Sesuai dengan hal tersebut DeLone dan McLean
(2003: 25) bahwa suatu sistem dikatakan memiliki empati jika sistem
tersebut mempunyai kepedulian serta memahami keperluan para
pengguna sistem informasi maksudnya sistem dapat menjawab semua
kebutuhan pengguna. Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim
dalam mengembangkan institutional repository masih mengandalkan
pengetahuan dari kepala perpustakaan akan tetapi perpustakaan juga
menghimbau bagi para pengguna untuk ikut serta dalam membangun
institutional repository sebagai sarana komunikasi yang sustainable
dan reliable. Hal ini dibuktikan bahwa sistem menyediakan kontak
saran berupa email serta memanfaatkan sosial media untuk
menampung aspirasi dari pengguna jika ingin membutuhkan bantuan
atau tidak puas dengan pelayanan EPrints. Sesuai dengan pendapat
Zeithaml dan Berry dalam Achmad, et al, (2012: 91) bahwa instansi
memberikan rasa kepedulian serta perhatian terhadap pengguna.
Hakekatnya sosial media yang dimanfaatkan Perpustakaan UIN
Maulana Malik Ibrahim hanya sebagai sarana publikasi kegiatan di
perpustakaan, akan tetapi jika ada pengguna yang membutuhkan
123
bantuan pustakawan yang langsung meresponnya dengan cepat agar
kebutuhan pengguna terpenuhi. Sehingga baik EPrints maupun
kebijakan yang diterapkan perpustakaan dalam berempati kepada
pengguna sudah dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik.
d. Penggunaan Sistem EPrints
Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim menerapkan sistem
informasi EPrints diharapkan mampu mencapai tujuan secara efektif dan
efisien dalam membangun institutional repository perpustakaan. Oleh
sebab itu pustakawan harus lebih mendayagunakan sistem yang telah
disediakan agar tujuan perpustakaan tercapai. Bagi pustakawan
penggunaan EPrints sering digunakan dalam menunjang layanan jasa
informasi institutional repository secara prima. Penggunaan EPrints
memberikan layanan secara terus menerus kepada pengguna agar dapat
memenuhi kebutuhan informasi. Sependapat dengan hal tersebut Yusup
(2013: 400) menyatakan bahwa untuk membangun pelayanan yang
prima, perpustakaan sebagai jantungnya pendidikan harus menyediakan
layanan jasa sosial 24 jam non-stop agar dapat dimanfaatkan oleh
pengguna secara maksimal. Penggunaan EPrints bagi pemustaka
digunakan hanya untuk menyelesaikan tugas akhir. Pemustaka merasa
senang karena dapat memanfaatkan informasi yang ada dengan maksimal
selama 24 jam, pemustaka juga tidak perlu bersusah payah datang ke
perpustakaan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan.
124
Penggunaan EPrints dapat membantu permasalahan yang dihadapi
pustakawan maupun pemustaka karena sistem memberikan kemudahan
bagi siapapun yang mengaksesnya.
e. Kepuasan Pengguna
Konsep mengenai kepuasan pengguna seringkali dikaitkan
dengan kualitas jasa. Kesuksesan kualitas sistem dengan kualitas
informasi terlihat jika kualitas jasa perpustakaan mencapai targetnya atau
bahkan melebihi dari harapan yang ingin digapai perpustakaan. Semakin
baik kinerja sistem serta kualitas informasi yang disajikan maka
pengguna akan merasa puas atau senang. Kepuasan dalam penggunaan
EPrints yang dirasakan oleh pustakawan pengolah institutional
repository yakni sistem dapat membantu pustakawan dalam memberikan
layanan jasa informasi sehingga dalam hal ini sesuai dengan pendapat
Salim (2011: 5.27-5.29) bahwa kepuasan pengguna tercipta karena
perpustakaan yang telah terotomasi dapat mempersingkat waktu
pengerjaan dan ketepatan layanan informasi. EPrints memiliki
kemampuan respon yang cepat serta dapat berjalan dengan normal tanpa
pernah mengalami gangguan sehingga pustakawan merasa puas akan
layanan yang nanti akan dimanfaatkan.
Hal serupa juga dirasakan oleh pemustaka karena sistem yang
mudah dimengerti dan diakses serta informasi yang disajikan juga
transparan. Akan tetapi dari segi konten informasi yang diberikan,
125
pemustaka masih belum merasa puas karena walaupun eprints diciptakan
untuk memberikan semua jenis publikasi ilmiah yang ada pada instansi
namun pada kenyataannya informasi yang diberikan Perpustakaan UIN
Maulana Malik Ibrahim masih kurang banyak sehingga kebutuhan
informasi pemustaka terbatas dan mayoritas yang mengakses hanya
mahasiswa tingkat akhir saja yang memanfaatkannya. Pernyataan ini
bertentangan dengan pendapat Achmad, et al (2012: 41) bahwa semua
pemustaka mempunyai hak untuk memanfaatkan dan mendayagunakan
fasilitas perpustakaan serta mendapatkan informasi yang berkualitas.
Oleh sebab itu baik pustakawan maupun pemustaka kepuasan akan
sistem informasi EPrints sudah terpenuhi akan tetapi pemustaka masih
belum merasa puas dengan konten yang disajikan karena kurang banyak
referensi yang diperoleh sehingga perpustakaan harus dilakukan evaluasi
agar kebutuhan informasi pemustaka terpenuhi.
f. Keuntungan Perpustakaan
Perpustakaan yang memanfaatkan sistem informasi akan
memiliki keuntungan yang positif terhadap individu yang menggunakan
EPrints maupun bagi instansi. Keuntungan yang diterima pustakawan
dengan diterapkannya sistem informasi eprints dalam mengembangkan
institutional repository di Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim
yakni mempermudah kegiatan layanan informasi karena perpustakaan
sudah menerapkan otomasi sistem sehingga layanan yang diberikan
126
menjadi semakin cepat. Adapun kegunaan perpustakaan melakukan
otomasi pada setiap layanannya terutaman layanan informasi adalah
memberikan semua informasi yang dimiliki perpustakaan secara cepat
dan tepat sehingga dapat dimanfaatkan oleh pemustaka dengan
maksimal. Sesuai dengan hal tersebut Pendit (2007: 154) menyatakan
bahwa fungsi dari otomasi perpustakaan adalah menyimpan informasi,
kemudahan dalam menemukan serta keakuratan menyampaikan kembali
informasi. Hal ini sangat membantu pustakawan dalam mengurangi
beban pekerjaan dan memberikan layanan informasi secara cepat.
Sedangkan bagi pemustaka keuntungan yang didapatkan selama
menggunakan EPrints yaitu mempermudah dan mempercepat dalam
mencari informasi yang dibutuhkan. Semua jenis publikasi ilmiah yang
terdapat di dalam sistem informasi EPrints dapat membantu pemustaka
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi karena sistem mudah
dimengerti dan EPrints juga dapat diakses dimana saja dan kapan saja
selama tersambung dengan jaringan internet. Hal ini sesuai dengan
pendapat Achmad, et al (2012: 77) bahwa dengan mengerti informasi
yang dibutuhkan maka pencarian informasi akan lebih cepat dan akurat.
Keuntungan yang terakhir ditujukan kepada Perpustakaan Pusat
UIN Maulana Malik Ibrahim selaku yang menerapkan EPrints untuk
mengembangkan institutional repository. EPrints digunakan untuk
menunjang layanan informasi institutional repository agar lebih
berkualitas. Selain itu dengan diterapkannya EPrints dapat memberikan
127
beberapa manfaat yang menguntungkan perpustakaan seperti dapat
mengharumkan nama lembaga dan menarik minat banyak calon
mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih
tinggi karena perpustakaan yang terdapat institutional repository di
dalamnya pasti menunjukkan hasil riset yang terbaik. Hal ini sesuai
dengan pendapat Harliansyah (2016: 9) bahwa diterapkannya
institutional repository pada perguruan tinggi dapat memberikan manfaat
berupa showcase, meningkatkan prestige dan visibility. Penerapan
EPrints dalam membangun institutional repository perpustakaan
perguruan tinggi banyak memberikan keuntungan selain memudahkan
serta mempercepat kegiatan layanan informasi, perguruan tinggi menjadi
dikenal masyarakat luas sehingga banyak calon mahasiswa yang ingin
menempuh pendidikan lebih lanjut di perguruan tinggi tersebut karena
memiliki riset-riset terbaik yang dapat diakses tanpa mengenal batas.
C. Faktor pendukung dan penghambat Efektivitas Sistem Institutional
Repository EPrints dalam Mengembangkan Layanan Informasi di
Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim
a. Faktor Pendukung
1. Open Access
EPrints sebagai sistem informasi yang digunakan Perpustakaan
UIN Maulana Malik Ibrahim dalam mengembangkan layanan
institutional repository merupakan sistem yang memiliki kemampuan
128
untuk open access. Perpustakaan merasa kebutuhan informasi pengguna
bagi dunia pendidikan terutama dalam hal penelitian sangat tinggi
sehingga konten yang ada pada institutional repository harus dapat
diakses secara terbuka oleh siapapun dari belahan dunia manapun. Hal
ini sesuai dengan pendapat Gibbon dalam Fatmawati (2013: 111), konten
yang terdapat di dalam insitutional repository harus dapat diakses oleh
siapapun secara worldwide karena file yang didepositkan memang untuk
disebarluaskan. Oleh karena itu keberadaan institutional repository
sangat lah penting sehingga akses terbuka harus diterapkan agar dapat
dimanfaatkan oleh sivitas akademika maupun non sivitas akademika. Era
keterbukaan informasi diwajibkan semua lembaga informasi
memberikan akses terbuka kepada pengguna agar dimanfaatkan secara
maksimal. Dukungan ini disampaikan melalui surat keputusan rektor
UIN Maulana Malik Ibrahim secara resmi bahwa institutional repository
Perpustakaan UIN memperbolehkan untuk membuka akses informasi
secara fulltext agar kebutuhan informasi pemustaka terpenuhi dan secara
tidak langsung nama perguruan tinggi menjadi dikenal masyarakat luas.
2. Metadata Dublin Core
EPrints merupakan salah satu sistem informasi yang disarankan
dalam membangun institutional repository. Setiap sistem pastinya
memiliki metadata yang berguna untuk mengidentifikasi suatu data.
Sebagai sebuah sistem, EPrints memiliki standar metadata sederhana
yakni Dublin Core yang diharapkan memberikan kemudahan bagi
129
pengelola untuk mengolah publikasi ilmiah instansi. Dublin Core adalah
salah satu skema metadata yang digunakan untuk web resource
description and discovery (Pendit, 2007: 212). Metadata ini untuk
menjawab keresahan pengguna MARC karena dianggap terlampau sulit
dan kurang mampu diterapkan pada web resource. Perpustakaan merasa
dengan adanya Dublin Core kinerja pustakawan menjadi lebih mudah
dan cepat karena metadata ini memiliki cara dan format yang lebih
sederhana. Hal ini lah yang menjadi faktor pendukung efektivitas sistem
institutional repository EPrints dalam mengembangkan layanan di
Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim.
b. Faktor Penghambat
1. Sistem Pembenaran Kata
Faktor penghambat merupakan hal-hal apa saja yang menjadi
kendala serta masalah yang dihadapi setelah menerapkan sistem tersebut.
Faktor penghambat EPrints dalam mengembangkan layanan informasi
institutional repository di Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim
yakni tidak adanya metode “did you mean . .?” pada fitur simple keyword
search box. Menurut Breeding dalam Yang dan Hofmann (2010: 143)
bahwa sebuah katalog modern seyogianya menyarankan ejaan yang
benar atau istilah pencarian yang diinginkan pemustaka. Dalam
prakteknya, EPrints yang belum menerapkan metode tersebut yang
nantinya akan berdampak terhadap kelancaran pencarian pemustaka.
130
Meskipun hambatan ini sudah tertutup dengan kemampuan EPrints
menyajikan fitur-fitur seperti advanced search dan pencarian
berdasarkan kategori, namun jika tidak semua fitur dapat bekerja secara
maksimal akan mengganggu serta mengurangi tingkat efektivitas sistem
informasi EPrints.
131
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
EPrints merupakan sistem informasi perpustakaan digital yang
digunakan Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim guna untuk
mengembangkan layanan informasi institutional repository. Penerapan EPrints
selama ini sudah memadai karena sistem sudah dapat memberikan kemudahan
bagi pemustaka dan pustakawan dalam mengolah koleksi institutional
repository sehingga dapat memberikan pelayanan yang prima serta sistem
mampu menjadi sarana penelusuran informasi publikasi ilmiah dalam
menyelesaikan segala permasalahan penulisan karya ilmiah. Sistem yang
efektif juga harus selalu melakukan evaluasi berkesinambungan sehingga dapat
memberikan layanan yang baik bagi pemustaka.
1. Efektivitas Sistem Informasi Institutional Repository EPrints dalam
mengembangkan layanan informasi di Perpustakaan Pusat UIN Maulana
Malik Ibrahim
a. Kualitas Sistem
EPrints memiliki kualitas sistem yang cukup baik karena hampir semua
aspek terpenuhi, yakni aspek kemudahan, kesesuaian, keandalan,
kecepatan akses, dan kegunaan fitur sistem. Akan tetapi pada aspek
132
kecepatan akses yang disediakan sistem masih perlu dioptimalkan karena
pada kenyataannya masih banyak pemustaka yang terganggu ketika ingin
mencari informasi dalam mengakses eprints.
b. Kualitas Informasi
Kualitas informasi yang diberikan eprints sudah dapat dikatakan baik
karena hampir semua aspek meliputi kelengkapan koleksi, format
penyajian informasi, relevansi, ketepatan waktu dan keamanan. Akan
tetapi pada aspek ketepatan waktu, koleksi yang disediakan EPrints
kurang up to date dikarenakan kurangnya SDM tetap serta perlu adanya
pengembangan lebih lanjut pada aspek relevansi di fitur simple keyword
search box.
c. Kualitas Layanan
Kualitas layanan yang diberikan EPrints sudah dapat dikatakan baik. Hal
ini dibuktikan bahwa aspek jaminan, responsif, dan empati sudah
dimaksimalkan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
d. Penggunaan
Penggunaan EPrints sudah baik karena pustakawan jarang mengalami
gangguan sehingga pustakawan dapat melakukan aktivitas layanan
informasi dengan lancar. Pemustaka merasakan hal yang sama yakni
dapat mengakses EPrints tanpa adanya batasan waktu serta tidak banyak
syarat yang harus dipenuhi.
133
e. Kepuasan Pengguna
Diterapkannya EPrints dalam mengembangkan institutional repository
mendapatkan respon yang baik bagi pustakawan maupun pemustaka.
Pengguna sudah merasa puas dengan kinerja sistem yang diberikan akan
tetapi perlu adanya penambahan koleksi agar kepuasan pemustaka secara
menyeluruh dapat terlaksana serta mempromosikan secara luas agar
semua mahasiswa dapat memanfaatkannya.
f. Keuntungan
Keuntungan individu (pustakawan dan pemustaka) maupun organisasi
dirasakan pihak perpustakaan dalam menggunakan EPrints. Keuntungan
bagi pustakawan yakni dapat meningkatkan kinerja dalam memberikan
layanan informasi secara prima. Keuntungan yang diterima pemustaka
yakni memberikan kemudahan dan mempercepat dalam mencari
informasi yang dibutuhkan tanpa harus datang ke perpustakaan.
Sedangkan bagi perpustakaan keuntungan yang diterima berupa dapat
mengharumkan nama perguruan tinggi sehingga dapat dikenal oleh
masyarakat luas dan menarik minat bagi mahasiswa yang ingin
menempuh pendidikan lebih lanjut.
134
2. Faktor pendukung Efektivitas Sistem Institutional Repository EPrints dalam
mengembangkan layanan informasi di Perpustakaan Pusat UIN Maulana
Malik Ibrahim
a. Faktor Pendukung
a.) Kebijakan yang diberikan perpustakaan dalam bentuk open access
membantu memaksimalkan kinerja EPrints sehingga informasi
yang ada dapat dimanfaatkan oleh publik.
b.) Metadata Dublin Core memudahkan pengelola dalam mengolah
koleksi yang ada secara tepat dan cepat karena metadata ini
mempunyai cara dan format yang sederhana.
b. Faktor Penghambat
a.) Metode auto correct pada kata kunci masih belum diterapkan pada
EPrints sehingga menghambat pemustaka dalam menelusur
informasi.
B. Saran
1. Perlu adanya peningkatan bandwith pada jaringan perpustakaan agar
pemustaka maupun pustakawan yang melakukan kegiatan layanan
informasi tidak terganggu dengan jaringan internet yang disediakan.
2. Perlu penambahan SDM pustakawan profesional agar informasi yang
diberikan sampai dengan tepat waktu
3. Pihak perpustakaan perlu mengembangkan beberapa fitur pada EPrints
terutama fitur simple keyword search box sehingga data yang terpanggil
135
terbatas hanya pada judul serta abstraknya saja agar hasil yang diterima
relevan dan mudah dipahami oleh pemustaka
4. Website suatu sistem informasi alangkah baiknya mencantumkan informasi
pihak-pihak yang telah bekerja sama (CORE, BEES, dan IOS) agar
kebutuhan informasi pemustaka dapat terpenuhi.
5. Perlu ditingkatkan kembali untuk mempromosikan EPrints (etheses dan
research repository) kepada pemustaka supaya dapat dimanfaatkan oleh
semua kalangan mahasiswa baik yang tingkat awal maupun tingkat akhir.
6. Sebaiknya perpustakaan perlu mengimplementasikan semantic web agar
metode “did you mean . . .” pada kotak pencarian dapat terlaksana dengan
baik sehingga pemustaka yang ejaan kata kuncinya salah dapat disarankan
langsung oleh sistem sehingga pemustaka tidak mengulangi kerjaannya.
136
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, et al. 2012. Layanan cinta : Perwujudan Layanan Prima++
Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto.
Atmosudirjo, Prajudi. 1988. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
DeLone, W & McLean, E. 2003. "The DeLone and McLean Model of
Information Systems Success : A Ten Year Update". Management
Information System. Dari
https://www.jstor.org/stable/40398604?seq=1#page_scan_tab_content
s. Diakses pada tanggal 1 April 2017 pukul 06.00 WIB
Djamal, M. 2015. Paradigma Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ezema, Ifeanyi J. 2011. “Building Open Access Institutional Repositories for
Global Visibility of Nigerian Scholarly Publication”, dari
http://search.proquest.com/docview/877019300/fulltextPDF/BB2A33
8B813841BBPQ/3?accountid=46437. Diakses pada tanggal 8 Maret
2017 pukul 18.43 WIB.
Fatmawati, Endang. 2013. Matabaru Penelitian Perpustakaan dari Servquel ke
Libqual +TM. Jakarta: Sagung Seto.
Harliansyah, Faizzudin. 2016. "Institutional repository sebagai sarana
komunikasi ilmiah yang sustainable dan reliable", dari
http://repository.uin-malang.ac.id/614/. Diakses pada tanggal 8 Maret
2017 pukul 20.30 WIB.
Hartono. 2016. Manajemen Perpustakaan Sekolah : Menuju Perpustakaan
Modern dan Professional. Yogyakarta: Ar-ruzz media.
Hastono, Yuli Sudoso. 2008. Pelayanan Publik di Bandar Udara Polonia
Medan [Tesis]. Program Magister Studi Pembangunan Sekolah Pasca
Sarjana: Universitas Sumatera Utara.
Hasugian, Jonner. 2012. "Internal Repository pada Perguruan Tinggi",
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39750/1/Repositori%
20Institusi%20Perguruan%20Tinggi.pdf. diakses 8 Maret 2017 pukul
00.45 WIB.
Herwaman, R dan Z. Zen. 2006. Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan
Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.
137
Ibrahim, Amin. 2008. Teori dan Konsep Pelayanan Publik serta
Implementasinya. Bandung: Mandar Maju.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 63 / Kep/ M.Pan/
7/ 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Maesaroh, Imas. 2015. Makalah Seminar Strategi Pengembangan Institusional
Repository untuk Meningkatkan Pendidikan dan Penelitian di Era
Globalisasi di UPT Perpustakaan Universitas Trunojoyo Madura. 19
Oktober 2015.
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Moenir, A.S. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Miles, Matthew B, dkk. 2014. Qualitative Data Analysis : a Methods
Sourcebook. Arizona State University: Sage.
Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Napitupulu, Paiman. 2007. Pelayanan Publik dan Customer Statification.
Bandung: PT. Alumni.
Pendit, Putu Laxman. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu
Pengantar Diskusi Epistemologi dan Metodologi. Jakarta: JIP-FSUI.
Pendit, Putu Laxman, et al. 2007. Perpustakaan Digital: Perspektif
Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Jakarta : Sagung Seto.
Pendit, Putu Laxman. 2008. Perpustakaan Digital dari A sampai Z. Jakarta:
Citra Karyakarsa Mandiri.
Purwoko. 2015. “Eprints vs DSpace”, dari http://www.purwo.co/2015/04/eprint-
vs-dspace.html. diakses 8 Maret 2017 pukul 13.00.
Qalyubi, Syaihabuddin, et al. 2003. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan
Informasi. Yogyakarta : Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga.
Ratminto dan Atik Septiwinarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Saleh, Abdul Rahman. 2010. Membangun Perpustakaan Digital : Step by step.
Jakarta: Sagun Seto
__________________. 2011. Percikan Pemikiran : Di bidang Kepustakawanan.
Jakarta: Sagung Seto
138
Salim, Peter. 2000. Salim’s Ninth collegiate English – Indonesian Dictionary.
Jakarta: Modern English Press
Santoso, Harry B., et al. 2007. Karakteristik implementasi penjaminan mutu
pada proyek pengembangan perangkat lunak berbasis Open Source
dan Proprietary. Proceedings of National Conference on Computer
Science and Information Technology. Depok: Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Indonesia.
Sari, Delaya. 2008. “Pelestarian Koleksi Literatur”, dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126769-RB13D112p-
Pelestarian%20koleksi-Literatur.pdf. Diakses pada tanggal 20 Januari
2017 pukul 12.22 WIB.
Sinambela, L.P, dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik : Teori, Kebijakan dan
Implementasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudarsono, Blasius. 2009. Pustakawan Cinta & Technology. Jakarta: ISIPII
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatifi. Bandung: Alfabeta.
________. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sulistyo-Basuki. 2010. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Supriyanto, Wahyu dan Muhsin, Ahmad. 2008. Teknologi Informasi
Perpustakaan : Strategi Perancanaan Perpustakaan Digital.
Yogyakarta: Kanisius.
Sutarno, 2006. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Sagung Seto.
Sutedjo, Mansur. 2015. Makalah Seminar Strategi Pengembangan Institusional
Repository untuk Meningkatkan Pendidikan dan Penelitian di Era
Globalisasi di UPT Perpustakaan Universitas Trunojoyo Madura. 19
Oktober 2015.
Taufiq Rohmat. 2013. Sistem Informasi Manajemen: Konsep Dasar, Analisis,
dan Metode Pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Trivedi, Mayank. 2010. Digital Libraries: functionality, usability, and
accessibility. India: Sardal patel University
Undang-undang RI No.43.2007.”UU Perpustakaan No. 43 Tahun 2007”, dari
http://kelembagaanfiles.pnri.go.id/pdf/about_us/official_archives/publ
ic/normal/UU_43_2007_PERPUSTAKAAN.pdf. Diakses pada
tanggal 17 Januari 2017 pukul 19.57 WIB.
139
Wagito. 2005. Jaringan Komputer: Implementasi Berbasis Linux. Yogyakarta:
Gaya Media
Warner, Simeon. 2003. "E-prints and the Open Archives Initiative. Dari
http://search.proquest.com/docview/200610929/66A3A2C3B785428E
PQ/1?accountid=46437. Diakses pada tanggal 3 April 2017 pukul
12.35 WIB.
Westell, Mary. 2006. “Institutional Repositories: Proposed Indicators of
Success”, dari
http://search.proquest.com/docview/200532643/fulltextPDF/F264CC7
DBCBF412DPQ/5?accountid=46437. Diakses pada tanggal 8 Maret
2017 pukul 20.49 WIB.
Yang, Sharon Q dan Hofmann, Mellissa A. 2010. The Next Generation Library
Catalog: A Comparative Study of The OPACs of Koha, Evergreen,
and Voyager. New Jersey: Rider University
Yanto. 2013. “Pengelolaan Institutional Repository Perpustakaan Perguruan
Tinggi (Studi Kasus Di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta)” [Tesis], dari
http://digilib.uinsuka.ac.id/12296/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%
20PUSTAKA.pdf. Diakses pada tanggal 17 Januari 2017 pukul 17.52
WIB.
Yusup, P.M. 2013. Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta:
Bumi Aksara.
140
LAMPIRAN
Lampiran 1: Peta Lokasi Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim
Sumber:
Google Maps (2017)
141
Lampiran 2: Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Peneliti melakukan wawancara dengan bapak Alexander
selaku programer Perpustakaan UIN Maulana Malik
Ibrahim
Gambar 2. Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu pemustaka
Gambar 3. Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu pustakawan
142
Gambar 4. Foto bersama Kepala dan Wakil Kepala Perpustakaan UIN
Maulana Malik Ibrahim
Gambar 5. Ruang pengolahan institutional repository Perpustakaan
UIN Maulana Malik Ibrahim
143
Lampiran 3: Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara untuk Pustakawan
1. Efektivitas Sistem Institutional Repository EPrints dalam mengembangkan
layanan informasi di Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim
menggunakan teori efektivitas sistem informasi DeLone dan McLean (2003: 24-
25) berdasarkan 6 komponen kesuksesan sistem dalam pelaksanaan otomasi
perpustakaan, diantaranya:
a. Kualitas Sistem
1) Apakah sistem EPrints sudah memberikan kemudahan dalam mengolah
institutional repository ?
2) Bagaimanakah kesesuaian fitur dengan keinginan pustakawan dalam
proses pengolahan institutional repostiory ?
3) Bagaimanakah keandalan yang diberikan sistem dalam berkontribusi
mengembangkan layanan informasi institutional repository ?
4) Bagaimanakah kecepatan akses dalam mengakses database pada sistem
EPrints ?
5) Bagaiamanakah kegunaan fitur EPrints dalam mengembangkan layanan
informasi institutional repository ?
b. Kualitas Informasi
1) Bagaimanakah kelengkapan informasi yang diberikan EPrints dalam
proses pengolahan institutional repository ?
2) Apakah EPrints dalam menyajikan informasi sudah sesuai kebutuhan
pustakawan ?
3) Bagaimanakah ketepatan waktu yang diberikan EPrints dalam menyajikan
informasi ?
4) Sejauh mana tingkat keamanan pada sistem EPrints ?
144
c. Kualitas Layanan
1) Bagaimanakah jaminan yang diberikan pustakawan kepada pemustaka
terhadap sistem EPrints ?
2) Bagaimanakah EPrints dapat menjawab semua kebutuhan pustakawan ?
3) Bagaimanakah respon EPrints dalam menjawab permintaan dari
pemustaka ?
d. Penggunaan
Seberapa sering pustakawan menggunakan EPrints dalam mengembangkan
layanan institutional repository ?
e. Kepuasan pengguna
Apakah pustakawan merasa puas dengan diterapkannya EPrints dalam
mengembangkan layanan informasi institutional repository ?
f. Keuntungan
Apa saja keuntungan yang pustakawan dan perpustakaan dapatkan setelah
diterapkannya EPrints untuk membangun institutional repository ?
2. Faktor pendukung dan penghambat efektivitas sistem institutional repository
EPrints dalam mengembangkan layanan informasi di Perpustakaan Pusat UIN
Maulana Malik Ibrahim.
Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat efektivitas sistem
institutional repository EPrints dalam mengembangkan layanan informasi di
Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim ?
145
Pedoman Wawancara untuk Pemustaka
1. Efektivitas Sistem Institutional Repository EPrints dalam mengembangkan
layanan informasi di Perpustakaan Pusat UIN Maulana Malik Ibrahim
menggunakan teori efektivitas sistem informasi DeLone dan McLean (2003: 24-
25) berdasarkan 6 komponen kesuksesan sistem dalam pelaksanaan otomasi
perpustakaan, diantaranya:
a. Kualitas Sistem
1) Apakah EPrints sudah memberikan kemudahan anda dalam mengakses ?
2) Bagaimanakah keandalan sistem EPrints yang anda rasakan ?
3) Apakah anda dalam mengakses EPrints merasakan kecepatan akses yang
memadai ?
4) Bagaimanakah kegunaan fitur-fitur yang disediakan EPrints ?
b. Kualitas Informasi
1) Apakah informasi yang anda terima sudah lengkap ?
2) Bagaimanakah kemampuan EPrints dalam menyajikan informasi sudah
sesuai dengan kebutuhan anda ?
3) Apakah EPrints sudah memberikan informasi yang relevan ?
4) Apakah sistem sudah dapat memberikan informasi yang tepat waktu ?
c. Kualitas Layanan
1) Apakah EPrints memberikan jaminan sesuai dengan kebutuhan anda ?
2) Bagaimanakah EPrints dapat menjawab semua kebutuhan anda ?
d. Penggunaan
Seberapa sering pustakawan menggunakan EPrints dalam mengembangkan
layanan institutional repository ?
e. Kepuasan pengguna
Apakah anda merasa puas dengan adanya EPrints dalam mengambangkan
layanan informasi institutional repository
f. Keuntungan
Apakah keuntungan yang anda rasakan setelah menggunakan EPrints ?
150
Lampiran 7. Curicullum Vitae
CURICULLUM VITAE
Nama : Nugroho Dwi Setyanto
Nomor Induk Mahasiswa : 135030707111001
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Februari 1995
Pendidikan : 1. SDN 03 Pagi Jakarta. Tamat tahun 2007
2. SMPN 262 Jakarta. Tamat tahun 2010
3. SMAN 115 Jakarta. Tamat tahun 2013
4. Universitas Brawijaya Malang. Tamat tahun 2018
Pendidikan Non-formal : 1. Talkshow Milad Forkim ke-21: Muslim Muda
Mendunia
2. Seminar Sertifikasi Pustakawan: Menjadi
Pustakawan Professional, Cerdas, dan
Tersertifikasi
3. Forum Komunikasi dan Sosialisasi: UU No. 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
oleh Komisi Informasi Provinsi Jawa Timur
4. Pengenalan serta Pengoperasian Sistem
Institutional Repository EPrints
Pengalaman Kerja : 1. Student Employment di Universitas Brawijaya
2. Staf Magang di UIN Maulana Malik Ibrahim