E-SOSIOMETRI : PROGRAM ANALISIS SOSIOMETRI UNTUK BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

21
E-SOSIOMETRI : PROGRAM ANALISIS SOSIOMETRI UNTUK BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH Eko Susanto, M.Pd., Kons. Email : [email protected] HP : +6281369149853 Abstrak: Sosiometri merupakan salah satu prosedur non tes yang dapat digunakan oleh konselor/guru BK untuk mengetahui dinamika hubungan sosial siswa di kelas. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui suasana kelas yang dapat mendukung dalam pengembangan kehidupan efektif sehari-hari (KES) siswa. Data hasil analisis sosiometri dapat digunakan oleh konselor/guru BK dalam merencakan kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang tepat sasaran. Fenomena di lapangan ditemukan kesulitan dalam pengolahan data sosiometri bila dilakukan secara manual. Makalah ini menyajikan : (1) instrumen sosiometri dengan 12 kriteria pilihan (pertanyaan/pernyataan) untuk tingkat perkembangan siswa SLTP dan SLTA dan (2) program analisis untuk pengolahan data sosiometri dengan memanfaatkan fasilitas microsoft excel. E-Sosiometri telah teruji efektif dan mudah diaplikasikan oleh konselor/guru BK di sekolah dalam mengolah data sosiometri dan membuat laporan analisis hasil sosiometri. E-Sosiometri sangat direkomendasikan bagi konselor/guru BK di sekolah. Kata kunci : e-sosiometri, kriteria pilihan, microsoft excel, konselor/guru BK

Transcript of E-SOSIOMETRI : PROGRAM ANALISIS SOSIOMETRI UNTUK BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

E-SOSIOMETRI : PROGRAM ANALISIS SOSIOMETRI UNTUK

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

Eko Susanto, M.Pd., Kons.

Email : [email protected]

HP : +6281369149853

Abstrak: Sosiometri merupakan salah satu prosedur non tes yang dapat

digunakan oleh konselor/guru BK untuk mengetahui dinamika hubungan sosial

siswa di kelas. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui suasana kelas yang

dapat mendukung dalam pengembangan kehidupan efektif sehari-hari (KES)

siswa. Data hasil analisis sosiometri dapat digunakan oleh konselor/guru BK

dalam merencakan kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang tepat

sasaran.

Fenomena di lapangan ditemukan kesulitan dalam pengolahan data

sosiometri bila dilakukan secara manual. Makalah ini menyajikan : (1) instrumen

sosiometri dengan 12 kriteria pilihan (pertanyaan/pernyataan) untuk tingkat

perkembangan siswa SLTP dan SLTA dan (2) program analisis untuk pengolahan

data sosiometri dengan memanfaatkan fasilitas microsoft excel.

E-Sosiometri telah teruji efektif dan mudah diaplikasikan oleh

konselor/guru BK di sekolah dalam mengolah data sosiometri dan membuat

laporan analisis hasil sosiometri. E-Sosiometri sangat direkomendasikan bagi

konselor/guru BK di sekolah.

Kata kunci : e-sosiometri, kriteria pilihan, microsoft excel, konselor/guru BK

A. Latar Belakang

Tren penggunaan ICT pun pada gilirannya merambah pada pelayanan

bimbingan dan konseling, hal ini dapat diketahui dengan munculnya banyak

istilah-istilah terkait dengan penggunaan ICT dalam dunia bimbingan dan

konseling seperti; cybercounseling, e-counseling, telecounseling, distance

counseling, e-therapy, counseling based computer dan masih banyak istilah

lain yang digunakan terkait dengan pelayanan konseling (Edil Torres-Rivera

et. all; 1999, Katherine Cabaniss; 1999). Segala upaya yang dilakukan dengan

memanfaatkan teknologi dalam pelayanan konseling diharapkan dapat

meningkatkan keterandalan konselor dalam menjalankan tugasnya. Hal ini

dipandang penting karena secara langsung terkait dengan kepercayaan

masyarakat (public trust) dan akuntabilitas profesi.

Berbekal keterampilan di bidang ICT diharapkan dapat meringankan

tugas konselor/guru BK khususnya dalam kegiatan need assessment yang

menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan pelayanan konseling. Need

assessment merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan oleh

konselor/guru BK, yang bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dari sasaran

layanan. Rumusan pada Permendiknas No. 27/2008 (SKAKK), menegaskan

konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor terkait dengan assessment,

dijabarkan bahwa seorang konselor diharapkan mampu menyusun dan

mengembangkan instrumen assessment untuk keperluan bimbingan dan

konseling. Kata assessment sendiri dapat diartikan sebagai suatu prosedur

pengumpulan informasi tentang orang, program, suatu objek atau attribut

(A.Muri Yusuf, 2005). Dengan demikian konselor dituntut untuk memiliki

keterampilan dan pemahaman yang mantap berkenaan dengan assessment dan

memanfaatkan ICT untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerjanya.

Dengan menggunakan perangkat ICT, kegiatan pengolahan data,

pengarsipan, analisis dan interpretasi hasil assessment dapat dilakukan

dengan sistem komputerisasi. Perangkat lunak (software) semacam microsoft

office dapat membantu konselor/guru BK dalam pengolahan data,

pengarsipan, analisis dan interpretasi data hasil need assessment. Walaupun

demikian software semacam microsoft office masih memiliki keterbatasan

fungsi. Oleh sebab itu yang diharapkan saat ini adalah hadirnya software atau

program aplikasi yang dikembangkan secara khusus untuk membantu

konselor/guru BK terkait dengan penyelenggaraan assessment.

Berdasarkan pengalaman peneliti di lapangan terkait dengan

pengembangan program aplikasi atau software, pengembang harus

memperhatikan karakteristik umum dari sebuah program aplikasi atau

software. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan

program aplikasi adalah; (1) siapa penggunanya, (2) rekomendasi skill

(pemula, menengah, mahir), (3) navigasi program, (4) tutorial yang mudah

dipahami dan (5) security. Dengan memperhatikan kelima hal tersebut maka

pengembangan program aplikasi dapat dikatakan berorientasi pengguna (user

oriented).

Salah satu software yang diperlukan oleh konselor/guru BK adalah

software untuk mengolah data sosiometri. Saat ini sudah banyak software

yang dapat digunakan untuk mengolah data sosiometri yang dibuat oleh orang

Barat dan berbahasa asing yang sulit dipahami oleh pengguna pemula.

Program ini dijual via situs-situs di internet dengan harga jika dirupiahkan

berkisar antara Rp. 250.000,- sampai Rp 500.000,-. Transaksi untuk membeli

software ini pun relatif sulit dilakukan bagi orang awam. Peneliti telah

mengunduh (download) dan mempelajari beberapa software sosiometri versi

percobaan (trial) yang digratiskan oleh pengembang program, setelah masa

trial habis maka program tidak dapat digunakan lagi dan harus segera

membeli software aslinya.

Perkembangan saat ini sudah banyak ditemui software komputer yang

dapat digunakan untuk mengolah data sosiometri. Pada umumnya

konselor/guru BK cenderung tertarik pada analisis sosiogram yakni

visualisasi hubungan antar individu berupa icon dan tanda panah yang

menunjukkan arah pilihan individu. Padahal di dalam sosiometri dikenal

beberapa jenis analisis, peneliti mengklasifikasikan bentuk analisis sosiometri

menjadi tiga, yaitu (1) analisis gram (sosiogram); analisis ini yang sangat

dikenal oleh konselor/guru BK karena bentuknya yang menarik, (2) analisis

matrik (sosiometrik); juga dikenal dengan tabulasi bentuknya berupa tabel

yang mengidentifikasi banyaknya jumlah pilihan dengan tampilan yang

demikian mempermudah untuk mengetahui jumlah pilihan setiap siswa dan

(3) analisis indeks (sosioindeks); perhitungan indeks pilihan dengan

menggunakan formula tertentu.

Dalam analisis sosiogram peneliti merekomendasikan hanya untuk

jumlah kelompok yang terbatas, yakni kurang dari 50 orang, semakin besar

jumlah anggota kelompok maka akan semakin sulit membaca sosiogramnya.

Untuk jumlah kelompok yang lebih besar analisis yang direkomedasikan

adalah analisis matrik dan analisis indeks yang cenderung bersifat kualitatif

dan terstruktur. Selain memahami jenis analisisnya konselor/guru BK juga

harus memahami model-model sosiometri. Ada beberapa model yang dapat

digunakan dalam sosiometri yakni; (1) model nominasi (nomination model),

(2) model skala bertingkat (rating scale model) dan model paragraf (who’s

who model) (A. Muri Yusuf, 2005a).

Penggunaan jenis analisis dan model dari sosiometri perlu disesuaikan

dengan tujuan diadministrasikannya sosiometri. Yang lebih penting untuk

dilakukan berdasarkan hasil sosiometri adalah menentukan intervensi; yaitu

tindakan yang diberlakukan terhadap kelompok atau anggota kelompok

sebagai tindak lanjut (follow up). Intervensi ini dilakukan agar hubungan

sosial antar anggota di dalam kelompok cenderung pada kondisi yang

diharapkan. Intervensi dapat dilakukan dalam format kelompok atau format

individu, dan dilakukan dengan memperhatikan etika dasar konseling, yaitu

(1) kerahasiaan, (2) kesukarelaan, (3) keputusan oleh klien sendiri, (4) nilai

dan norma (Manrihu, 1994). Semua penjelasan di atas merupakan tinjauan

empiris dari metode sosiometri, yang hendaknya konselor/guru BK

memahami hal tersebut sebagai tanggung jawab profesional dari setiap

tindakan yang dilakukan.

Software sosiometri yang ditemukan di lapangan pada umumnya

dibuat oleh para ahli dibidang sosiologi dengan tujuan untuk mengukur

tingkat hubungan antar individu, tidak hanya itu software sejenis ini pun

digunakan oleh para ahli pemerhati hewan pada lembaga konservasi hewan

untuk mengukur tingkat hubungan diantara sekelompok hewan. Bentuk

analisis yang sering digunakan pada software jenis ini cenderung bersifat

kuantitatif. Dari berbagai jenis software sosiometri yang pernah peneliti temui

di lapangan, setelah ditelusuri, banyak berasal dari luar negeri yang banyak

dikembangkan oleh pakar sosiologi. Perkembangan sosiometri di Indonesia

sampai dengan September 2010, baru dua orang praktisi BK yang

memperkenalkan software sosiometri dengan report sosiogram. Sekarang

(September, 2010) sudah ada software sosiometri dengan report sosiogram

yang berlisensi freeware dan dilengkapi dengan buku tutorial cara

menggunakannya. Software ini diperkenalkan oleh Konseling Center

Indonesia pada blognya dengan alamat

http://eko13.wordpress.com/2010/10/02/software-sosiometri-2010-

fullversion.

Walaupun sudah ada software yang dapat digunakan untuk membuat

sosiogram sampai saat ini peneliti belum menemukan bentuk software

sosiometri yang direkomendasikan khusus untuk bimbingan dan konseling

dengan harga terjangkau. Hadirnya berbagai software sosiometri sedikit

membantu kerja konselor/guru BK dalam mengolah data sosiometri. Masalah

yang muncul berikutnya adalah menyusun laporan analisis sosiometri yang

dilengkapi dengan analisis deskriptif, pada kenyataannya tidak semua

konselor/guru BK dapat melakukan hal yang demikian. Pada penelitian ini

akan dikembangkan sebuah program analisis sosimetri yang dilengkapi

dengan lembar laporan baik dalam bentuk gambar, grafik dan uraian

deskriptif, yang dapat segera digunakan serta mudah untuk dipahami oleh

konselor/guru BK. Sedangkan untuk instrumen sosiometri pada umumnya

konselor/guru BK membuat instrumen sosiometri dengan cara sederhana dan

hanya terbatas pada pernyataan suka dan tidak suka. Pada penelitian ini selain

mengembangkan program analisis juga dilengkapi dengan instrumen

sosiometri yang dirancang sederhana dan menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari program analisis yang dikembangkan. Berdasarkan latar

belakang di atas maka penelitian ini perlu dilakukan dalam mengembangakn

instrumen sosiometri dan program analisisnya. Dalam proses pengembangan

instrumen sosiometri dan program analisisnya akan dilakukan dengan

berorientasi pada pengguna tingkat pemula, sehingga lebih mudah dipahami

dan diaplikasikan. Diharapkan upaya pengembangan instrumen sosiometri

dan program analisisnya pada penelitian ini dapat menjawab permasalahan di

lapangan berkenaan dengan aplikasi instrumen sosiometri.

B. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan sebagai bahan informasi dan pengenalan

program E-Sosiometri sebagai program pengolah data sosiometri yang

dikembangkan menggunakan microsoft excel.

C. Metodologi

Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini menggunakan pendekatan

Research and Development. Sugiyono (2008 : 407) mengatakan Research

and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, dan menguji kefektifan produk tersebut.

Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan adalah menguji performance program

E-Sosiometri, kemudian membuatkan video tutorial serta manual guide dari

program yang dikembangkan sebagai panduan penggunaan program.

D. Landasan Teori

Begitu pentingnya peranan asesmen dalam pelayanan konseling

menuntut konselor/guru BK tidak hanya mengenal instrumen pengumpul

data, lebih jauh lagi konselor/guru BK mampu mengembangkan instrumen

khususnya non tes dan sepenuhnya menggunakan data hasil asesmen untuk

membantu klien mengenal diri dan lingkungannya serta membantu klien

membuat rencana masa depannya. Dengan adanya keterbatasan kewenangan

berkenaan dengan tes, maka konselor/guru BK dapat berkolaborasi dengan

profesi lain berkenaan dengan instrumentasi tes.

Keterbatasan informasi dari hasil tes dapat dilengkapi dengan

berbagai macam prosedur non tes untuk melengkapi kekurangan tersebut.

Sosiometri merupakan prosedur non tes yang dapat digunakan oleh

konselor/guru BK untuk mengetahui hubungan sosial siswa di dalam kelas.

Untuk memahami pentingnya sosiometri dalam pelayanan konseling berikut

ini dijelaskan berbagai kajian kepustakaan tentang sosiometri.

1. Sejarah Sosiometri

Sosiometri merupakan salah satu metode psikologi sosial yang

dikembangkan oleh Jacob Lewi Moreno, MD (1889 - 1974), seorang

dokter yang beralih profesi sebagai psikiater, dibesarkan di Vienna,

kemudian pindah ke Amerika Serikat pada 1925, dan bekerja di bagian

utara negara bagian New York pada 1930-an. Moreno mengembangkan

metode ini untuk menganalisa hubungan antar emosi dalam suatu

kelompok. Metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi pemimpin

informal, peringkat sosial dan individu yang terisolir. Moreno juga

dikenal sebagai penemu dari metode terapi bermain peran yang disebut

psychodrama, selain itu Moreno merupakan inovator cerdas sebagai

pioneer group psychotherapy, teori peran sosial, improvisational theater,

dan aplikasi dari bermain peran dalam bisnis, pendidikan dan lain

sebagainya (Hoffman, 2001).

2. Definisi Sosiometri

Dari berbagai literatur berkaitan dengan sosiometri telah banyak

dirumuskan mengenai definisi sosiometri agar dapat dipahami dan lebih

berguna. Kata sosiometri berasal dari bahasa Latin "socius", yang berarti

sosial dan "metrum", yang berarti mengukur. Dengan mengartikan kedua

kata tersebut tersirat bahwa, sosiometri adalah salah satu cara untuk

mengukur tingkat hubungan sosial antar individu. Sosiometri mengukur

pemilihan antar personal di dalam sebuah kelompok yang mengacu pada

kriteria tertentu. Namun dalam pengertian yang luas, sosiometri

merupakan bentuk pendekatan multidimensi dimana tidak hanya meliputi

teknik pengukuran, namun juga metode-metode dan prinsip-prinsip yang

dapat diikuti untuk membuat kelompok yang lebih efektif dalam

mencapai tujuan mereka dan lebih bersifat pribadi yang memuaskan

anggotanya (Hoffman, 2001).

Sosiometri dapat pula diartikan sebagai suatu metode atau teknik

untuk memahami individu terutama untuk memperoleh data tentang

jaringan hubungan sosial antar-individu dalam suatu kelompok,

berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok.

Preferensi pribadi dapat dinyatakan dalam bentuk kesukaan untuk

berada bersama dalam melakukan kegiatan tertentu, atau dinyatakan

dalam ungkapan perasaan terhadap anggota-anggota kelompok untuk

melakukan suatu kegiatan tertentu. Dalam hal ini sering terjadi bahwa

dalam kegiatan yang berbeda individu memilih teman yang berbeda pula

(Susilo Raharjo, 2005). Moreno sendiri mendefinisikan sosiometri

sebagai “the mathematical study of psychological properties of

populations, the experimental technique of and the results obtained by

application of quantitative methods” (Hoffman, 2001). Berikut ini

beberapa definisi sosiometri;

Sosiometri merupakan salah satu cara yang dapat

digunakan untuk mengetahui hubungan yang ada di

antara anggota dalam satu kelompok, guru dapat

menggunakan teknik ini untuk mengetahui struktur sosial

kelas, pemilihan bintang kelas, teman belajar kelompok

dan sebagainya (A. Muri Yusuf, 2005a)

Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh

data tentang hubungan sosial dalam suatu kelompok,

yang berukuran kecil sampai sedang (10-50 orang),

berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota

kelompok (WS. Winkel, 1997 )

Dari beberapa definisi sosiometri di atas dapat disimpulkan

bahwa sosiometri merupakan salah satu metode psikologi sosial untuk

mengetahui tingkat hubungan sosial antar individu di dalam sebuah

kelompok yang mengacu pada kriteria tertentu, kriteria ini terkait dengan

pengalaman individu di dalam berinteraksi dengan individu lain di dalam

sebuah kelompok, yang hasilnya dapat dijelaskan secara kuantitatif.

Ukuran hubungan antar individu dapat bermanfaat tidak hanya penilaian

perilaku di dalam kelompok, tetapi juga menjadi salah satu pertimbangan

melakukan bentuk intervensi yang dapat membawa perubahan ke arah

positif sesuai dengan yang diharapkan. Untuk membangun suasana

sebuah kelompok dalam bekerja, sosiometri dapat menjadi perangkat

canggih untuk mengurangi konflik dan meningkatkan komunikasi,

karena memungkinkan anggota kelompok untuk melihat diri secara

obyektif dan menganalisis dinamika sendiri.

3. Tujuan Sosiometri

Tujuan metode sosiometri adalah untuk mengukur nilai stimulus

sosial individu atau dengan kata lain, nilai sosial individu atau nilai

pribadi individu menurut teman sejawatnya (Shertzer and Stone,

1981:289). Namun demikian, banyak diasumsikan, bahwa sosiometri

hanya mengukur popularitas seseorang di dalam sebuah kelompok,

mengapa demikian karena banyak tergantung pada kriteria pilihan khusus

yang digunakan. Tujuan utama penggunaan teknik sosiometri adalah

untuk menilai hubungan antar orang, yang dipercaya ikut menjalankan

fungsi kepribadian. Sosiometri dapat pula digunakan sebagai metode dan

model analisis persahabatan dalam setting kelompok. Barclay (1966,

Shertzer and Stone, 1981:289) yang menyatakan bahwa sosiometri dapat

digunakan sebagai alat screening untuk mendeteksi individu yang

perilakunya dalam setting sosial tidak kongruen. Kennedy (1971, dalam

Shertzer and Stone, 1981:289) hasil penelitiannya mendukung

digunakannya teknik sosiometri untuk tujuan asesmen sekolah berkenaan

dengan penyesuaian diri siswa di sekolah.

Sosiometri didasarkan pada kenyataan bahwa setiap orang

membuat pilihan dalam hubungan antar pribadi. Kapanpun orang

berkumpul, hampir dapat dipastikan individu membuat pilihan --- tempat

duduk atau berdiri; pilihan tentang siapa yang dianggap ramah, siapa

yang menjadi idola dalam kelompok, siapa yang dipercaya untuk

menjaga rahasia, siapa yang dapat membantu mengatasi kesulitan dan

lain sebagainya. Pilihan adalah fakta mendasar yang sedang berlangsung

dalam setiap hubungan manusia, baik pilihan terhadap orang atau pilihan

terhadap sesuatu. Terlepas dari motivasi itu diketahui atau tidak oleh

pemilih, apakah pilihannya rasional atau tidak rasional. Pemilih tidak

memerlukan dasar kebenaran khusus selama mereka spontan dan benar

menurut pemilih (Hoffman, 2001).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan digunakannya

teknik sosiometri adalah sebagai alat penyaringan untuk mengidentifikasi

pola hubungan antar individu pada suatu kelompok, terkait dengan

penyesuaian diri, ketertarikan, penolakan, popularitas, konflik dan

potensi kelompok yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk

menciptakan iklim kelompok yang positif dan mendukung

pengembangan diri individu.

4. Sosiometri dalam Perspektif Psikologi Sosial

Berbicara tentang objek psikologi sosial tidak lepas dari objek

psikologi pada umumnya, sebagaimana diketahui psikologi sosial

merupakan salah satu cabang ilmu dari psikologi pada umumnya.

Diketahui bawa objek psikologi pada umumnya adalah manusia dan

kegiatan-kegiatanya, sedangkan objek psikologi sosial adalah kegiatan-

kegiatan sosial atau gejala-gejala sosial (Abu Ahmadi, 2007). Lebih rinci

lagi dijelaskan bahwa psikologi sosial adalah salah satu ilmu

pengetahuan yang mempelajari dan menyelidiki pengalaman dan tingkah

laku manusia yang dipengaruhi atau ditimbulkan oleh situasi-situasi

sosial (W. A. Gerungan, 1991).

Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya,

sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dalam wujud yang

sempurna, dan hanya manusia yang memiliki akal. Baik ilmu psikologi

dan ilmu sosial lainnnya berpendapat bahwa manusia itu dapat dipandang

sebagai (1) makhluk individu, (2) makhluk sosial, dan (3) makhluk ber-

ke-Tuhanan (Abu Ahmadi, 2007). Sebagai makhluk sosial manusia tidak

dapat hidup sendiri pasti membutuhkan orang lain untuk memenuhi

segala kebutuhannya. Manusia sejak lahir sampai mati selalu hidup di

dalam masyarakat, tidak mungkin manusia itu dapat hidup sebagai

manusia normal apabila ia hidup di luar masyarakat. Para ahli ilmu sosial

sepakat bahwa manusia tidak mungkin dapat hidup dengan baik tanpa

mengadakan hubungan dengan manusia lain, baik hubungan dalam

keluarga, teman sebaya, atau kelompok sosial lainnya.

Dengan demikian interaksi sosial dapat dipahami sebagai bentuk

antarhubungan dari individu dengan individu lain atau individu dengan

kelompok masyarakat yang bersifat timbal balik dan saling

mempengaruhi. Dalam kehidupan sehari-hari individu tidak lepas dari

hubungan dengan individu lain. Mereka selalu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya dan selalu memilih dengan siapa mereka akan

berhubungan. Misalnya seorang siswa yang baru masuk sekolah dan

bertemu dengan teman baru, secara tidak langsung dia akan memilih

dengan siapa dia akan berteman, dengan siapa dia akan duduk di dalam

kelas dan dengan siapa dia merasa nyaman untuk bergaul atau

bekerjasama.

Pilihan-pilihan yang demikian selalu muncul dalam diri individu

di dalam interaksi sosialnya. Interaksi sosial yang terjadi meliputi

pengertian (1) individu dapat bertentangan dengan lingkungan, (2)

individu dapat menggunakan lingkungan , (3) individu dapat

berpartisipasi --- ikut serta dengan lingkungan, (4) individu dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan (Abu Ahmadi, 2007). Begitu

pentingnya makna setiap pilihan yang dibuat oleh individu dalam

kehidupannya yang dipercaya ikut menjalankan fungsi kepribadian

seseorang. Dimana kepribadian merupakan organisasi dinamis dari

sistem-sistem psiko-fisik dalam diri individu yang turut menentukan

cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungannya (W.A. Gerungan, 1991).

Dinamika antarhubungan individu di dalam kelompok yang

didasarkan pada pilihan-pilihan semacam ini dapat dianalisis

menggunakan sosiometri. Pada dasarnya secara sederhana metode

sosiometri menggunakan prinsip nominasi yakni memilah, menunjuk,

mencalonkan individu di dalam sebuah kelompok yang mengacu pada

kriteria tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana tingkat

hubungan individu di dalam kelompok. Hasil yang didapat kemudian

menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan intervensi terhadap

kelompok. Intervensi dilakukan untuk meningkatkan partisipasi individu

di dalam kelompok dan mengurangi terjadinya konflik di dalam

kelompok tersebut.

5. Sosiometri dalam Perspektif Konseling

Dalam praktiknya konselor/guru BK sangat memerlukan data

terkait dengan sasaran layanan sebagai dasar pertimbangan

pengembangan program pelayanan konseling. Dengan data yang

kompleks konselor dapat berasumsi dan membuat hubungan-hubungan

yang menjadi informasi penting sebagai dasar dalam memberikan

bantuan. Seorang dokter bekerja tidak hanya mengandalkan keilmuannya

sebagai seorang dokter, tetap memerlukan alat bantu diagnosis yang

umumnya berteknologi canggih yang ikut menentukan keberhasilan

seorang dokter dalam mengobati pasiennya. Begitu pula dengan konselor

apabila ingin memiliki kesetaraan profesi dengan dokter atau profesi lain,

maka dalam praktiknya sangat dianjurkan menggunakan alat bantu

diagnosis berteknologi canggih dalam membantu kliennya.

Raharjo (2005) menjelaskan bahwa sosiometri dapat diartikan

sebagai suatu metode atau teknik untuk memahami individu terutama

untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan sosial antarindividu

(antarpribadi) dalam suatu kelompok, berdasarkan preferensi pribadi

antara anggota-anggota kelompok. Preferensi pribadi dinyatakan dalam

kesukaan untuk berada bersama dalam melakukan kegiatan tertentu, atau

dinyatakan dalam ungkapan perasaan terhadap anggota-anggota

kelompok untuk melakukan suatu kegiatan tertentu. Dalam hal ini sering

terjadi bahwa dalam kegiatan yang berbeda, individu memilih teman

yang berbeda pula. Sedangkan Warters (1960:93) menyatakan sosiometri

merupakan sebuah prosedur pemberian bantuan untuk memberikan

pemahaman dan memperkuat proses kelompok, membimbing individu

dalam setting kelompok, dan sebagai pendidikan untuk memperbaiki

hubungan antar individu. Dengan demikian kegiatan sosiometri akan

sangat membantu konselor/guru BK untuk memperoleh data berkenaan

dengan hubungan sosial seorang individu dengan anggota kelompoknya.

Pada kondisi tertentu data-data lain mungkin tidak diperoleh dari

individu yang bersangkutan tetapi dapat diperoleh dari teman akrabnya.

Berdasarkan hasil analisis data sosiometri konselor/guru BK juga dapat

memberikan layanan konseling perorangan segera setelah kegiatan

sosiometri dilakukan.

Berdasarkan hasil sosiometri konselor juga dapat melakukan

intervensi melalui kegiatan kelompok seperti layanan bimbingan

kelompok dan konseling kelompok. Pentingnya penilaian yang tepat

terhadap individu tergantung pada tafsiran kehidupan secara mendalam

pada aspek kognitif, afektif, perilaku dan dorongan-dorongan dalam diri

seseorang, serta aspek-aspek lain seperti faktor karateristik masyarakat,

kemampuan, minat dan kemampuan sosialisasi. Tak dapat disangkal

bahwa metode terbaik untuk penilaian semacam ini adalah dengan

memanfaatkan berbagai teknik baik tes maupun non tes. Sebagian besar

teknik memberikan gambaran tentang individu dan dapat dilengkapi

dengan teknik lain dalam setting kelompok yang menjadi informasi

penting yang memberikan kontribusi positif.

Banyak individu yang menunjukkan fisik yang sempurna namun

ternyata memiliki sikap, mental dan perilaku yang tidak sesuai dengan

harapan. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa individu bukan

merupakan suatu obyek tunggal yang dapat dipahami dari satu sudut

pandang sebab seorang manusia menjalankan fungsinya sebagai makhluk

individual, sosial dan berke-Tuhan-an. Analisis individual selalu menjadi

faktor terpenting dalam program pelayanan konseling. Faktor ini akan

terus mendapat penekanan, karena (1) analisis membantu siswa untuk

lebih bisa memahami dirinya sendiri, yang mana ini merupakan tujuan

dasar dalam konseling; (2) analisis sistematis tentang sifat-sifat siswa

memungkinkan siswa, guru, konselor, dan orang tua untuk membantu

siswa tersebut. Kedua tujuan itu hanya dapat diwujudkan melalui teknik-

teknik pengumpulan, pengorganisasian, penilaian, penafsiran, dan

penggunaan informasi yang relevan. Seperti yang disebutkan sebelumnya

bahwa instrumen tes telah memberikan sumbangan penting terhadap

penilaian dengan menekankan pada dimensi penilaian kuantitatif tentang

perilaku siswa. Namun, kekurangan dan keterbatasan tes membuka

kemungkinan digunakannya teknik-teknik non-tes.

6. Terminologi dalam Sosiometri

Pada kajian terminologi ini menjelaskan beberapa istilah yang

sering digunakan dalam sosiometri, dengan mengetahui berbagai istilah

yang digunakan maka akan mempermudah dalam membuat sebuah

penafsiran dari sebuah sosiogram. Secara garis besar istilah dalam

sosiometri dibagi dalam dua kategori yakni fenomena individual dan

fenomena kelompok. Sosiogram yang menampilkan individu sebagai

bintang, terisolasi (isolate), dan misterius (ghost) merupakan istilah-

istilah yang menggambarkan fenomena individual. Sosiogram yang

menampilkan bentuk-bentuk seperti rantai (chains) dan gaps/kelompok

kecil (islands, chain, triangles, circles) merupakan atribut interaksi sosial

dalam suatu kelompok yang disebut fenomena kelompok. Berikut

dirangkum beberapa istilah yang umum digunakan dalam sosiometri

menurut Sherman (2001) dan Shertzer and Stone (1981:289), sebagai

berikut:

a. Istilah umum

1) Sosiometri ; metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi

struktur kelompok.

2) Kriteria ; pernyataan/pertanyaan sosiometri.

3) Sosiogram ; istilah yang digunakan pada diagram yang secara

visual menunjukkan struktur sosiometri.

4) Sosiomatriks ; visualisasi deretan kode yang menunjukkan arah

pilihan yang dihubungan secara vertikal dan horizontal, biasanya

dibuat dalam bentuk tabel, tampilan ini juga disebut tabulasi.

b. Istilah yang digunakan untuk menunjukkan fenomena individual

5) Bintang (Star); disebut juga individu populer yang menerima

jumlah pilihan yang besar pada sosiometri. Ketika sosiogram

menunjukkan banyak individu yang secara positif memilih orang

yang sama, sehingga banyak panah yang semuanya mengarah

kepada individu tertentu, induvidu yang demikian disebut

bintang (stars). Mereka menjadi pusat atau pusat tarik-menarik

(hub of attraction ). Dalam beberapa kasus dengan kriteria

negatif mungkin kita akan menemukan individu yang terpilih

sebagai bintang negatif (negative star).

6) Isolate; jumlah individu yang tersisihkan/terisolasi dari anggota

kelompok yang lain, mereka adalah individu yang belum pernah

mendapatkan pilihan positif dari siapapun di dalam sebuah

kelompok yang demikian biasanya didefinisikan sebagai isolate.

Dalam visualisasi sosiogram biasanya diletakkan diluar

pinggiran atau tepi untuk menandai isolate dalam sebuah

kelompok. Istilah terisolasi (isolate), biasanya tidak digunakan

untuk menggambarkan individu yang tidak menerima nominsasi

negatif. Individu yang tidak menerima nominasi positif atau

negatif disebut misterius (ghost). Tentu saja, jika tidak mencari

informasi dengan menggunakan nominasi negatif, maka tidak

akan ada perbedaan antara misterius (ghost) dan terisolasi

(isolate).

7) Misterius (ghost); seperti dijelaskan di atas bahwa individu yang

misterius (ghost) adalah seseorang yang bahkan tidak diakui

sama sekali di dalam sebuah kelompok. Tak seorang pun yang

memilih mereka pada nominasi positif dan mereka tidak pula

menerima pilihan pada nominasi negatif. Bagaimanapun, mereka

telah membuat nominasi. Akibatnya, mereka mungkin juga tidak

dikenal atau tidak diakui keberadaannya di dalam kelompok.

8) Neglectee ; individu yang menerima pilihan relatif kecil pada

sosiometri.

9) Rejectee ; individu yang menerima pilihan negatif/penolakan.

10) Mutual ; pilihan bolak-balik, atau pasangan; dua individu yang

saling memilih satu sama lain pada kriteria sosiometri yang

sama. Pasangan ini terdiri dari anak-anak yang memilih satu

sama lain. Kondisi seperti ini merupakan fenomena yang

diharapkan dalam suasana kelompok. Semakin banyak hubungan

yang menyenangkan di dalam kelompok dengan demikian

memungkinkan akan tercipta iklim sosial positif yang lebih besar

ke dalam kelompok. Dengan demikian jelas bahwa, fenomena

pilihan negatif akan membawa situasi berbahaya di dalam

kelompok dan harus dihindari, dalam kondisi tersebut

memungkinkan untuk dievaluasi dengan intervensi sosial yang

dilakukan oleh konselor, atau setidaknya digunakan sebagai

pengetahuan yang bermanfaat ketika mereka berada pada satu

kelompok dengan kelompok yang lain.

c. Istilah yang digunakan untuk menunjukkan fenomena kelompok

11) Rantai (Chain); pilihan berurutan seperti A-B-C-D, ketika satu

individu menominasikan individu lain dan pada gilirannya ia

menominasikan individu yang lain begitu seterusnya. Istilah ini

biasanya digunakan untuk menggambarkan pilihan pertama dari

nominasi yang diajukan.

12) Gaps ; kelompok kecil --- kesenjangan dalam kelompok yakni

situasi dimana sejumlah individu saling memilih pada kriteria

sosiometri yang sama, namun memberikan pilihan yang relatif

kecil pada individu diluar kelompok, seperti pulau (island),

segitiga (triangels) dan lingkaran (circle).

a. Kepulauan (Islands); ketika pasangan saling memilih (mutual

choice) sehingga membentuk kelompok-kelompok kecil yang

terpisah dari pola-pola yang lebih besar, dan anggota dari

kelompok ini tidak dinominasikan oleh siapa pun dalam pola-

pola lain, kondisi ini menggambarkan kelompok tersebut

sebagai kepulauan (islands). Perlu dipahami bahwa istilah ini

biasanya digunakan untuk menggambarkan pilihan pertama

dari nominasi yang diajukan.

b. Segitiga dan Lingkaran (Triangles and Circles); ketika sebuah

rantai datang kembali pada dirinya sendiri oleh karena orang

terakhir yang mencalonkan orang pertama, kondisi ini disebut

sebagai SEGITIGA jika hanya melibatkan tiga orang. Jika

terdapat lebih dari tiga orang dengan pola demikian disebut

sebagai LINGKARAN.

Dalam prakteknya tidak semua fenomena akan muncul pada

kelompok yang dikenai sosiometri. Fenomena yang muncul amat

tergantung pada dinamika yang terjadi di dalam kelompok. Fenomena di

dalam kelompok akan dapat diungkap menggunakan kriteria yang dibuat

dengan baik mengikuti prinsip-prinsip dalam memilih kriteria.

Sosiometri pada dasarnya secara sederhana bekerja dengan cara

menominasi anggota kelompok melalui perhitungan frekuensi pilihan,

baik pilihan dengan kriteria positif maupun pilihan dengan kriteria

negatif. Pada penelitian ini dikembangkan instrumen sosiometri yang

hanya menggunakan kriteria positif.

Sosiometri dalam pelayanan konseling akan sangat bermakna dan

berguna jika dilakukan dengan prosedur yang sesuai. Dengan

menggunakan metode sosiometri, hasil analisisnya akan dapat dilakukan

untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan kelompok maupun

individual. Sebagai contoh misalnya sosiometri dengan kriteria “Saya

mengenal dia sebagai siswa yang pintar, saya senang belajar dengan dia,

saya pernah berkunjung kerumahnya, saya percaya kalau dia tidak suka

mencontek”. Dari kriteria di atas hasilnya dapat digunakan untuk; (1)

mengidentifikasi tempat tinggal individu yang dapat digunakan untuk

keperluan kunjungan rumah, (2) membentuk kelompok kerja atau

kelompok belajar, dan masih banyak lagi identifikasi lain yang dapat

diungkap dengan melakukan pengembangan kriteria.

Fenomena kelompok dan fenomena individual yang terjadi secara

sederhana digunakan sebagai pertimbangan dalam pemberian intervensi

atau perlakuan. Misalnya fenomena individual ; terisolasi (isolate),

konselor/guru BK dapat menelusuri apa yang menjadi penyebabnya, ini

dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan layanan konseling

individual atau konseling kelompok. Untuk fenomena kelompok;

kesenjangan (gaps), konselor/guru BK dapat menyelenggarakan layanan

informasi atau layanan bimbingan kelompok dengan tema misalnya

“persahabatan”. Dari semua bentuk intervensi yang dilakukan oleh

konselor/guru BK bertujuan untuk mengurangi konflik dan menciptakan

iklim kelompok yang kondusif. Kondisi kelompok yang kompak dan

memiliki nilai kebersamaan yang kuat juga berkontribusi positif untuk

mendukung perkembangan kepribadian anggota kelompok.

E. Hasil dan Pembahasan

1. Karakteristik Produk Penelitian

Need assessment merupakan prosedur yang penting dilakukan oleh

konselor/guru BK sebagai upaya untuk mengumpulkan informasi tentang

keadaan diri, lingkungan dan kebutuhan siswa di sekolah. Semakin banyak

melakukan asesmen, maka semakin banyak informasi diperoleh yang

dapat digunakan untuk membantu siswa mencapai perkembangan yang

optimal. Sosiometri sebagai salah satu instrumen non-tes yang dapat

digunakan untuk mengukur tingkat hubungan sosial antar individu di

dalam sebuah kelompok, merupakan instrumen yang sering digunakan dan

sangat dikenal oleh konselor/guru BK di sekolah.

Saat ini masih jarang ditemukan instrumen sosiometri dengan

kriteria pilihan yang didesain khusus untuk tujuan tertentu yang disertai

program analisisnya (software). Pada penelitian ini akan dikembangkan

produk berupa tools dalam bentuk instrumen sosiometri dan program

analisisnya. Berikut dijelaskan karakteristik dari produk penelitian:

a. Instrumen sosiometri pada penelitian ini akan disusun dengan

jumlah sebanyak 12 pertanyaan/pernyataan pilihan. Setiap

pertanyaan/pernyataan pilihan disusun dengan mengacu pada tujuan

bidang pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir yang di

ambil dari buku seri pemandu pelaksanaan BK di SMP dan SMA.

Untuk setiap bidang pengembangan dibuat 3 pertanyaan/pernyataan

pilihan, dengan demikian jumlah keseluruhan pertanyaan/pernyataan

pilihan sebanyak 12 butir pertanyaan/pernyataan pilihan. Instrumen

sosiometri dibuat untuk tingkat perkembangan siswa SMP dan SMA.

Untuk validitas isi dan kesesuaian instrumen akan divalidasi oleh

lima orang ahli isi dalam bidang bimbingan dan konseling.

b. Program analisis sosiometri dibuat menggunakan paket software

microsoft office dengan memanfaatkan fasilitas microsoft excel.

Tampilan program didesain sesuai dengan kemampuan microsoft

excel. Cara menjalankannya dibuat dengan navigasi sederhana sesuai

dengan kemampuan microsoft excel. Keterbatasan program yang

dikembangkan adalah hanya dapat menampilkan sosiogram dalam

bentuk yang sederhana. Kelebihan program yang dikembangkan

adalah; (1) memiliki tampilan laporan dalam bentuk profil individual

dan profil kelompok yang pada umumnya tidak dimiliki oleh

program analisis sosiometri yang peneliti temukan, (2) program

analisis yang dikembangkan memungkinkan untuk dipadukan

dengan scanner dan lembar jawaban komputer.

Dengan karakteristik sebagaimana disebut di atas untuk

mempermudah penggunaannya peneliti juga melengkapi dengan manual

guide dan video tutorial sebagai panduan dalam mengadministrasikan

instrumen sosiometri dan mengoperasikan program analisisnya. Hal ini

mengingat ada sebagian kecil konselor/guru BK yang belum mahir

mengoperasikan komputer. Kondisi di lapangan yang peneliti temukan

sebagian besar konselor/guru BK pada umumnya sudah dapat

mengoperasikan komputer termasuk konselor/guru BK didaerah terpencil.

Untuk daerah terpencil kendala yang ditemui adalah terbatasnya perangkat

komputer dan aliran listrik di daerah tersebut.

Namun demikian, dengan kondisi keterbatasan pengadaaan

perangkat komputer dan aliran listrik khususnya didaerah terpencil tidak

menjadi kendala besar untuk dapat mengoperasikan program analisis

sosiometri, karena dikembangkan dengan microsoft office program analisis

bersifat portable tanpa proses instalasi, maka pengolahan data dapat

dilakukan ditempat rental komputer cukup dengan spesifikasi komputer

windows xp, 512 ram, ms.office 2007. Pengelolaan data hasil analisis pun

cukup mudah, tidak jauh beda dengan pengelolaan file ms. Excel pada

umumnya.

Program analisis yang dikembangkan berorientasi user sehingga

identitas user pada program analisis tidak dapat dirubah hanya dapat

digunakan oleh user yang namanya telah direkomendasikan oleh

pengembangan program. Program analisis sosiometri juga dapat digunakan

pada beberapa komputer (lebih dari satu) secara bersamaan. Dengan

demikian dapat pengolahan data dilakukan disemua perangkat komputer

dengan spesifikasi yang disesuaikan.

F. Simpulan, Implikasi, dan Saran

1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah

disajikan pada Bab. IV, dengan demikian secara umum dapat disimpulkan

bahwa produk penelitian yang dihasilkan dinyatakan layak digunakan oleh

konselor/guru BK di SMP dan SMA. Beberapa kesimpulan yang lebih

khusus diuraikan sebagai berikut:

a. Instrumen Sosiometri yang disusun dapat digunakan untuk

mengidentifikasi hubungan sosial siswa pada empat bidang

pengembangan bimbigan dan konseling.

b. Program E-Sosiometri yang dikembangkan dapat digunakan untuk

mengolah data sosiometri dari instrumen sosiometri yang telah

disusun. Hasil analisisnya dapat dicetak dan dijadikan himpunan data

berkenaan dengan hubungan sosial siswa. Data hasil analisis yang

diformulasikan dapat digunakan oleh konselor/guru BK dalam

membuat perencanaan layanan bantuan kepada siswa.

Untuk mempermudah penggunaan produk penelitian yang

dihasilkan peneliti juga melengkapi produk penelitian dengan Manual

Guide. Manual Guide merupakan buku panduan yang memberikan

penjelasan tentang cara membaca hasil analisis, cara menggunakan

program dan gambaran perencanaan layanan bantuan bagi konselor/guru

BK.

Berdasarkan ketiga rumusan simpulan penelitian ini dinyatakan

bahwa produk penelitian yang dihasilkan sangat bermanfaat dan berguna

dalam membantu kerja konselor/guru BK di sekolah. Dengan ketersediaan

alat bantu ini konselor/guru BK dapat diharapkan dapat meningkatkan

kinerja dan eksistensinya dalam menjalankan tugas sebagai konselor/guru

BK yang profesional.

2. Implikasi

Produk penelitian yang dihasilkan pada penelitian ini dapat

digunakan oleh konselor/guru BK untuk mengidentifikasi hubungan sosial

siswa. Hadirnya program e-sosiometri ikut memperkaya perangkat

instrumentasi bimbingan dan konseling di sekolah. Konselor/guru BK

semakin dipermudah dalam mengolah data sosiometri dan membuat

laporan hasil analisis sosiometri dalam waktu yang relatif singkat.

Program e-sosiometri cukup ringan dan mudah untuk diaplikasikan serta

menggunakan petunjuk dalam bahasa Indonesia.

Program e-sosiometri merupakan produk lokal yang dikembangkan

untuk kebutuhan konselor/guru BK di Indonesia. Program e-sosiometri

diharapkan dapat membantu meningkatkan kinerja konselor/guru BK di

sekolah dalam menjalankan tugasnya. Program e-sosiometri dapat pula

digunakan dalam penelitian yang berkenaan dengan hubungan sosial siswa

di kelas. Program e-sosiometri dapat pula digunakan dalam perkuliahan

instrumentasi non tes pada jurusan/program studi bimbingan dan konseling

di perguruan tinggi.

G. Saran

Berdasarkan pada proses pengembangan yang dilakukan, serangkaian

uji coba, dan revisi produk penelitian serta kesimpulan yang dikemukakan di

atas, dipandang perlu untuk memberikan saran berkenaan dengan produk

hasil penelitian. Adapun saran-saran berkenaan dengan produk penelitian

yaitu: saran untuk keperluan pemanfaatan produk, saran untuk diseminasi

produk untuk digunakan secara luas, dan saran untuk keperluan

pengembangan lebih lanjut.

1. Saran untuk Keperluan Pemanfaatan Produk

Beberapa hal yang perlu disarankan untuk pemanfaatan produk

penelitian adalah sebagai berikut:

a. Untuk memudahkan kerja guru BK/konselor dalam mengaplikasikan

program analisis sosiometri, maka perlu memahami buku manual

guide yang disertakan pada paket produk penelitian.

b. Demi kelancaran proses pengolahan data sosiometri, maka perlu

memperhatikan spesifikasi perangkat komputer yang digunakan,

yakni harus sesuai dengan anjuran yang direkomendasikan pada

manual guide.

2. Saran untuk Diseminasi Produk pada Penggunaan Produk Secara Luas

Beberapa hal yang perlu disarankan untuk diseminasi produk

penelitian untuk penggunaan secara luas adalah sebagai berikut:

a. Untuk kebaikan bersama dalam penggunaan produk penelitian secara

luas, sebaiknya melakukan izin kepada pengembang produk.

b. Produk hasil penelitian dapat digunakan oleh guru BK/konselor di

sekolah untuk tingkat perkembangan siswa SLTP dan SLTA.

c. Karena produk penelitian telah melalui proses kajian, penilaian, dan

uji coba, semoga produk penelitian ini dapat dijadikan sebagai bagian

dari modul perkuliahan di perguruan tinggi.

3. Saran untuk Keperluan Pengembangan Lebih Lanjut

Beberapa hal yang perlu disarankan untuk keperluan

pengembangan lebih lanjut adalah sebagai berikut:

a. Perlu dilakukan pengembangan produk sejenis dengan dasar bahasa

pemrograman yang lebih canggih seperti program Flash, VB, Java,

C++ atau yang lainnya sehingga tampilan program dan tampilan

cetak laporan lebih menarik.

b. Perlu dikembangkan program sejenis untuk instrumen asesmen

lainnya, yang diharapkan akan membantu kerja guru BK/konselor

dalam menjalankan tugasnya secara profesional.

Referensi & sumber untuk informasi lebih lanjut:

A. Muri Yusuf. 2005a. Dasar-dasar dan Teknik Evaluasi Pendidikan. Padang.

UNP Press.

___________ . 2005b. “Riset, Evaluasi dan Akuntabilitas dalam Bimbingan dan

Konseling”. Makalah disajikan dalam Workshop Konvensi Nasional XIV

dan Kongres Nasional X Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia

(ABKIN), Pengurus Besar ABKIN, Semarang, 13 s.d. 16 April.

___________ . 2007. Metodologi Penelitian. Padang. UNP Press.

Abu Ahmadi. 2007. Psikologi Sosial (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta

Association of Counselor Educators and Supervisors, Technology Interest

Network (1999). Technical competencies for counselor education

students: recommended guidelines for program development (Online),

(http://www.acesonline.net/, diakses 13 Juli 2009).

Blatner, Adam, MD. 2006. Sociometry : Dynamic Network (Online),

(http://www.blatner.com/adam/pdntbk/sociomnotes.htm, diakses

20 Juli 2009).

Edil Torres-Rivera, Cleborne D. Maddux, Loan Phan. 1999. An Evaluation of

Style and Design Elements of Counseling World Wide Web Sites,(Online),

Vol. 1.1,( http://jtc.colstate.edu/vol1_1/multicultural.htm, diakses 24 April

2009).

Eko Susanto. 2009. “Pengolahan Sosiometri dengan Aplikasi Komputer”.

Makalah disajikan dalam Workshop Konvensi Nasional XVI dan Kongres

Nasional XI Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN),

Pengurus Besar ABKIN, Surabaya, 14 s.d. 17 November.

Enros, Philip C. 2010. The Canadian Encyclopedia : Scientific Research and

Development,(Online), (http://www.thecanadianencyclopedia.com/

index.cfm?PgNm=TCE&Params=A1ARTA0007217,

diakses 30 Desember 2010).

Farrah Dina Yusop, Hamidah Sulaiman, Siti Salina Abdullah. 1999. Information

Communication Technology (ICT) Competencies for Counselors, (Online),

Vol. 5.1, (http://jtc.colstate.edu/Vol5_1/Yusop.htm, diakses 13 September

2009)

Fransisca Mudjijanti. 2006. Modul Mata Kuliah Pemahaman Individu I. Prodi

Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Unika Widya

Mandala Madiun.

Grotberg, E. (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children : Strengthening

the Human Spirit. The Series Early Childhood Development : Practice and

Reflections. Number 8. The Hague : Bernard van Leer Foundation.

Hale, Ann E. 1985. Conducting Clinical Sociometric Explorations: A Manual .

Roanoke, Virginia: Royal Publishing Company.

Hoffman, Chris. 2001. Introduction to Sociometry. (Online),

(http://www.hoopandtree.org/sociometry.htm, diakses 2 Agustus 2009)

Hoffman, Chris, Wilcox, L., Gomez, E. & Hollander, C. 1992. Sociometric

Applications in a Corporate Environment, Journal of Group

Psychotherapy, Psychodrama & Sociometry, 45, 3-16.

Hollander, Carl E. 1978. An Introduction to Sociogram Construction. Denver,

Colorado: Snow Lion Press, Inc. Available at the Colorado Psychodrama

Center, 350 South Garfield, Denver CO, 303-322.

Katherine Cabaniss. 1999. Computer-Related Technology Use By Counselor in

the New Millennium, (Online), Vol. 2.2, (http://jtc.colstate.edu/vol2_2

/cabaniss/cabaniss.htm, diakses 24 April 2009).

Moreno, Jacob Levy. 1934, Revised edition 1953. Who Shall Survive? Beacon,

NY: Beacon House.

_______. 1960. The Sociometry Reader . Glencoe, Illinois: The Free Press.

Shapiro, S. Edward. 1996. Academic Skill Problems. Direct Assessment and

Intervention. Second Edition. New York: The Guilford Press.

Shertzer, Bruce and Stone, Shelley C. 1981. Fundamentalisme Of Guidance

(Forth Edition). United States: Publisher: Houghton Mifflin Harcourt

(HMH).

Sherman, Lawrence W. 2001. Sociometry in The Classroom : How to do it,

(Online), (http://www.users.muohio.edu/shermalw/sociometryfiles/socio_

introduction.html, diakses 29 April 2010).

Slameto. 2005. “Mengembangkan Instrumen Pengukuran Penilaian Aspek

Afektif”. Makalah disajikan dalam Workshop Konvensi Nasional XIV dan

Kongres Nasional X Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia

(ABKIN), Pengurus Besar ABKIN, Semarang, 13 s.d. 16 April.

Soli Abimanyu dan Thayeb Manrihu. 1991. Teknik dan Laboratorium Konseling.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Susilo Raharjo. 2005. “Analisis Sosiometri (Implikasinya dalam Bimbingan dan

Konseling)”. Makalah disajikan dalam Workshop Konvensi Nasional XIV

dan Kongres Nasional X Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia

(ABKIN), Pengurus Besar ABKIN, Semarang, 13 s.d. 16 April.

Suwarjo. 2005. “Konseling Sebaya dan Pengembangan Daya Lentur (Resilience)

Anak-anak Jalanan”. Makalah disajikan dalam Konvensi Nasional XIV

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), Pengurus Besar

ABKIN, Semarang, 13 s.d. 16 April.

W.A. Gerungan. 1991. Psikologi Sosial. Bandung : PT. Eresco.

W.S. Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Edisi

Revisi). Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Warters. 1960. Group Guidance. USA: McGraw-Hill Book Company, Inc.