Arah Layanan Konseling Perorangan dan Penerapannya di Sekolah Oleh : Dr
-
Upload
universitasnegeripadang -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Arah Layanan Konseling Perorangan dan Penerapannya di Sekolah Oleh : Dr
Arah Layanan Konseling Perorangan dan Penerapannya diSekolah
Oleh : Dr. Yarmis Syukur, M.Pd., Kons. (Dosen BK FIP UNP)email: [email protected])
Abstract
This paper discuss the direction of individual counselingservices seen from a general purpose guidance andcounseling is to help individuals develop themselvesoptimally in accordance with the stage of development andits predisposition such basic abilities and talents,there is a variety of backgrounds such as familybackground, education and socioeconomic, and inaccordance with the demands of the environmentpositively. In particular, guidance and counselingintended to help individuals (clients) to overcome theproblems they experienced with the optimal effort fromguidance and counseling teacher or counselor. In thiscase, professional service is a service to clients whoimplemented seriously by science and appropriatetechnology.
Keywords: direction services, individual counseling
Pendahuluan
Merasa terbebas dari permasalahan yang dialami
setelah mengikuti layanan konseling adalah ekspektasi
setiap klien yang datang ke Guru BK atau Konselor, baik
yang datang karena dipanggil maupun yang datang karena di
referal oleh orang lain, apalagi yang datang atas kemauan
sendiri. Merasa terbebas dari permasalahan yang dialami
merupakan salah satu ciri keberhasilan konseling selain
diperolehnya pengetahuan baru atau wawasan baru oleh
klien setelah mengikuti layanan dan jelasnya tindakan
yang akan dilakukan klien untuk membantu keluar dari
permasalahan setelah layanan diikuti. Untuk mewujudkan
kondisi yang demikian, Guru BK atau Konselor dipercaya
telah memiliki pengetahuan dan pemahaman serta sikap dan
keterampilan yang sesuai dengan tuntutan
keprofesionalannya.
Pengkajian tentang tuntutan terhadap profesi
konseling harus terus dilakukan seiring dengan tuntutan
terhadap peningkatan kualitas pendidikan secara
keseluruhan dalam jalur persekolahan. Apalagi, keberadaan
pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah di
samping pelayanan pendidikan lainnya sebagai bagian yang
terintegrasi dalam pelayanan pendidikan dalam rangka
mewujudkan optimalisasi perkembangan peserta didik.yang
semakin dipertegas dalam Kurikulum 2013. Pelayanan BK
melipti empat bidang pengembangan, yaitu bidang
pengembangan pribadi, bidang pengembangan sosial, bidang
pengembangan belajar, dan bidang pengembangan karir.
Keempat bidang pengembangan tersebut diselenggarakan
dengan sepuluh layanan, yaitu layanan orientasi, layanan
informasi, layanan penempatan penyaluran, layanan
penguasaan konten, layanan konseling perorangan, layanan
bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan
konsultasi, layanan mediasi, dan layanan advokasi.
Layanan konseling perorangan sebagai salah satu layanan
dalam Bimbingan dan Konseling terselenggara dengan aturan
dan tata cara yang mempermudah klien untuk mengambil
manfaat yang sebesar-besarnya dari layanan tersebut. Oleh
karena itu kemampuan menyelenggarakan konseling
perorangan guru-guru BK di sekolah harus terus
ditingkatkan. Melalui tulisan singkat ini penulis ingin
berbagi pendapat dengan pembaca tentang arah layanan
konseling perorangan dan penerapannya di sekolah. Tulisan
ini diangkat dari kajian literatur yang dilengkapi dengan
hasil riset terhadap Guru BK di sekolah menengah.
Kondisi Umum Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang menyediakan
pelayanan pendidikan yang dapat membantu peserta didik
mencapai tugas-tugas pendidikan dan tugas-tugas
perkembangan. Pencapaian tugas-tugas pendidikan sebagian
besar dibantu pelaksanaannya oleh Guru Mata Pelajaran
melalui sejumlah mata pelajaran. Sedangkan pencapaian
tugas-tugas perkembangan dibantu Guru BK atau Konselor
melalui pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Menyangkut tugas-tugas pendidikan dengan mempelajari
sejumlah mata pelajaran dimaksudkan untuk memperluas
pengetahuan dan wawasan serta meningkatkan keterampilan
peserta didik dalam usaha menjadi insan yang berkualitas.
Sebagaimana terdapat dalam UU Sisdiknas No 20 tahun 2003
bab 1 pasal 1 dimana pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlah mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Keberadaan Guru BK atau Konselor di sekolah belum
sepenuhnya menggambarkan perhatian yang besar terhadap
pencitraan profesi konseling. Masih banyak ditemukan
guru-guru non BK yang bertugas dalam bidang ke BK-an di
sekolah. Guru-guru non BK tersebut disertifikasi pendidik
profesional dalam bidang BK. Di samping itu ada Pengawas
BK dari tenaga non BK, bahkan guru-guru IT yang jam
pelajarannya di sekolah tidak ditemukan lagi dalam
Kurikulum 2013 santer disebut akan ditugaskan pula
menjadi Guru BK.
Kondisi di atas semakin tidak membuat profesi
konseling semakin tegak sebagaimana yang diidam-idamkan.
Di sisi lain kalau keberadaan guru-guru dengan disiplin
non BK tersebut mampu diberdayakan dengan cara-cara yang
tepat tentu akan memberikan manfaat kepada pelayanan BK
secara keseluruhan. Dalam hal ini tentu saja pengertian
dari berbagai pihak sangat diperlukan, termasuk
pengertian dari tenaga non BK sendiri.
Layanan Konseling Perorangan sebagai salah satu Layanan
BK di Sekolah
Layanan konseling perorangan merupakan salah satu
jenis layanan dalam Bimbingan dan Konseling yang
penyelenggaraannya memerlukan keterlibatan penuh dari
seorang Guru BK atau Konselor sebagai penyelenggara
layanan dan klien sebagai orang yang memerlukan layanan
(bantuan). Dalam hal ini, Guru BK atau Konselor dan klien
sama-sama memiliki tanggung jawab yang besar dalam
layanan konseling perorangan. Tanggung jawab Guru BK atau
Konselor adalah mendorong klien untuk mengembangkan
potensi, kekuatan, otonomi, dan kemampuan mengatur/
mengarahkan dirinya sendiri guna mewujudkan tujuan
layanan konseling perorangan. Sedangkan tanggung jawab
klien ditunjukkan sejak awal kedatangannya menemui Guru
BK atau Konselor, pada waktu penyelenggaraan layanan
sampai hasil pembahasan layanan betul-betul dilaksanakan
setelah layanan tersebut diselenggarakan. Gunanya supaya
sasaran dasar konseling sebagaimana dikemukakan Anthony
Yeo (1994; 149), yaitu membantu klien mewujudkan satu
perubahan dalam cara pandangnya dan mendapatkan kemampuan
untuk menguasai situasi-situasi problematis dalam
hidupnya dapat tercapai.
Kesadaran akan besarnya tanggung jawab Guru BK atau
Konselor dalam layanan konseling perorangan diiringi
dengan tanggung jawab penuh dari klien, akan mempermudah
layanan tersebut dari segi proses dan hasil yang ingin
dicapai. Bagi Guru BK atau Konselor sebagai penyelenggara
utama layanan konseling perorangan sudah jelas
menitikberatkan layanannya kepada individu atau klien
secara perorangan. Guru BK atau Konselor diharapkan bisa
melihat klien sebagai individu yang memiliki keunikan,
memiliki keistimewaan, memiliki tugas perkembangan dan
individu yang memiliki pribadi yang dinamis serta
memiliki tata cara yang membedakannya dengan individu
yang lain (Yarmis Syukur; 2012).
Di sekolah menengah atas, tugas perkembangan peserta
didik yang harus mendapat perhatian Guru BK atau Konselor
dalam memberikan layanan sebagaimana dikemukakan
Kemendikbud (2014;12), yaitu; (a) mencapai kematangan
dalam beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b)
mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta
kematangan dalam peranannya sebagai pria atau wanita, (c)
mencapai kematangan pertumbuhan fisik yang sehat, (d)
mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai
dengan program kurikulum dan persiapan karir atau
melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam
kehidupan masyarakat yang lebih luas, (e) mencapai
kematangan dalam pilihan karir, (f) Mencapai kematangan
gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara
emosional, sosial, intelektual dan ekonomi, (i) mencapai
kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (h)
mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual,
serta apresiasi seni, (i) mencapai kematangan dalam sistem
etika dan nilai.
Memperhatikan pendapat di atas maka peserta didik
merupakan individu yang menjadi sasaran utama dalam layanan
dengan mengedepankan aspek perkembangan. Hal ini sejalan
dengan orientasi Bimbingan dan Konseling yang lebih
menitikberatkan peserta layanan secara individual sesuai
dengan perkembangan dan permasalahan yang mereka alami
(Prayitno & Erman Amti: 1994).
Tujuan Layanan Konseling Perorangan
Ekspektasi dan tujuan klien menghadiri konseling
hendaklah dipahami konselor secara mendalam. Dengan
demikian layanan yang diselenggarakan akan diorientasikan
untuk mencapai tujuan dan ekspektasi klien tersebut.
Menurut Syofyan S.Willis (2009;20) tujuan konseling
haruslah mencapai; (1) effective daily living; artinya setelah
selesai proses konseling klien harus dapat menjalani
kehidupan sehari-harinya secara efektif dan berdaya guna
untuk diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan Tuhannya,
(2) relationship with other; artinya setelah selesai proses
konseling klien mampu menjalin hubungan yang harmonis
dengan orang lain di keluarga, sekolah, kantor,
masyarakat, dan sebagainya. Hal yang senada dikemukakan
pula oleh Prayitno (2009), bahwa konseling hendaknya
dapat; (a) mengembangkan kehidupan efektif sehari-hari
(KES) klien, (b) pengentasan kehidupan efektif sehari-
hari klien yang terganggu (KES-T), (c) aktivasi energi
belajar, (d) mewujudkan tujuan pendidikan, dan (e)
kesatuan dunia akhirat.
Mengembangkan kehidupan efektif sehari-hari (KES)
klien, yaitu kehidupan yang sesuai dengan keberadaan
klien sebagai pribadi dan bagian dari sistem dengan
memaksimalkan potensi yang dimiliki. Pengentasan
kehidupan efektif sehari-hari klien yang terganggu (KES-
T); yaitu mengupayakan pengentasan segala yang mengganggu
atau merintangi klien mewujudkan kehidupan efektif
sehari-hari sebagai pribadi atau bagian dari system.
Aktivasi energi belajar; yaitu mendayagunakan potensi
klien untuk terkuasainya segala sesuatu yang dapat
membantu terwujudnya kehidupan efektif sehari-hari.
Mewujudkan tujuan pendidikan diupayakan melalui
penyelenggaraan layanan berorientasi fokus layanan dan
pelibatan secara aktif seluruh personil sekolah. Kesatuan
dunia akhirat diupayakan dengan peningkatan ketaqwaan
klien kepada Allah, tanggung jawab klien terhadap diri
sendiri dan orang lain serta kepatuhannya pada peraturan
dan hukum (ketentuan) yang berlaku.
Dengan demikian, arah dan fokus layanan konseling
perorangan adalah mampu mengatasi dan mengentaskan
persoalan-persoalan klien sesuai dengan permasalahan yang
mereka alami. Sebaliknya, layanan konseling perorangan
dengan arah yang kurang jelas membuat klien bisa tambah
bermasalah.
Arah Layanan Konseling Perorangan
Arah layanan konseling perorangan merupakan salah
satu focus layanan konseling perorang (Prayitno: 2010).
Arah layanan dapat berarti kemana layanan yang
diselenggarakan akan diarahkan. Apakah sekedar mendalami
pribadi klien, atau mendalami kondisi terkini dari
seorang klien. Untuk memperoleh layanan yang bermanfaat,
setiap Guru BK atau Konselor hendaklah mengarahkan
layanannya kepada upaya pencapaian tujuan layanan. Dengan
arah yang jelas akan mempermudah klien keluar dari
masalah yang dialami dalam rangka mencapai tujuan layanan
yang hendak dicapai. Leong (2008), berpendapat, fokus
perhatian Guru BK atau Konselor dalam membantu peserta
didik hendaklah kepada berbagai persoalan termasuk
persoalan stres yang normatif, kesulitan dalam
penyesuaian diri dan transisi dalam kehidupan. Sejalan
dengan itu, Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan (2009; 196)
juga mengemukakan bahwa masalah peserta didik/klien yang
harus menjadi perhatian konselor adalah; (1) masalah
perkembangan individu, (2) masalah perbedaan individu,
(3) masalah kebutuhan individu, (4) masalah penyesuaian
diri dan kesehatan mental, dan (5) masalah belajar.
Memperhatikan kedua pendapat di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa layanan konseling yang diselenggarakan
mestinya diarahkan kepada upaya membantu klien dalam
berbagai persoalan yang mereka hadapi. Untuk memudahkan
pencapaian tujuan sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan
konseling secara umum dan khususnya layanan konseling
perorangan, beberapa hal berikut ini menjadi arah Guru BK
atau Konselor dalam menyelenggarakan konseling
perorangan, yaitu; (1) pengembangan kehidupan efektif
sehari-hari (KES) klien, (2) pengembangan kehidupan
efektif sehari-hari (KES) klien perlu diupayakan melalui
konseling perorangan, (3) pengentasan kehidupan efektif
sehari-hari klien yang terganggu (KES-T) , (4)
pengentasan kehidupan efektif sehari-hari yang terganggu
klien perlu diupayakan melalui konseling perorangan, (5)
kemampuan untuk menyesuaikan perlakuan dengan perbedaan
individual klien perlu diupayakan Guru BK atau Konselor,
(6) klien perlu dibantu untuk memperoleh hal-hal baru
yang berguna untuk pengembangan dirinya, (7) Guru BK atau
Konselor perlu mengasah dan memperkaya energi
kependidikan untuk mengaktifkan energi klien mencapai
hasil konseling perorangan, (8) Guru BK atau Konselor
perlu membantu peserta didik/klien mewujudkan tujuan
pendidikan, (9) pencapaian tujuan pendidikan mesti
diupayakan oleh seluruh komponen pendidikan di sekolah,
(10) pencapaian tujuan pendidikan perlu diusahakan
melalui penyelenggaraan konseling perorangan yang sesuai
Standar Prosedur Operasional layanan, (11) konseling
perorangan dapat meningkatkan ketaqwaan klien kepada
Allah SWT, (12) konseling perorangan dapat meningkatkan
tanggung jawab klien terhadap diri dan perbuatannya, (13)
konseling perorangan dapat membantu klien mematuhi
peraturan/hukum yang berlaku (Yarmis Syukur; 2013).
Penerapan Arah Layanan Konseling Perorangan
Bagaimanakah penerapan arah layanan konseling
perorangan (ALKP) oleh Guru BK atau Konselor di sekolah?
Berikut ini dikemukakan gambaran umum tentang penerapan
ALKP oleh Guru BK atau Konselor Sekolah Menengah Atas
kota Padang yang datanya diadministrasikan tahun 2011
dengan angket dan diolah menggunakan teknik persentase.
Data tersebut diperkaya dengan gambaran pemahaman Guru BK
atau Konselor tentang arah layanan konseling perorangan
dan pembahasan terkait dengan temuan di lapangan.
Selengkapnya dalam grafik berikut.
Grafik 1: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atauKonselor Laki-laki
Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK
atau Konselor laki-laki lebih tinggi daripada penerapan
tentang ALKP dilihat dari skor tertinggi, terendah dan
skor rata-rata.
Grafik 2: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atauKonselor Perempuan
Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK
atau Konselor perempuan lebih tinggi daripada penerapan
tentang ALKP dilihat dari skor tertinggi, terendah dan
skor rata-rata.
Grafik 3: Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor Laki-lakidan Perempuan
Grafik tersebut menunjukkan bahwa penerapan Guru BK
atau Konselor perempuan lebih tinggi daripada Guru BK
atau Konselor laki-laki dilihat dari skor tertinggi dalam
ALKP. Dilihat dari skor rata-rata, penerapan Guru BK atau
Konselor laki-laki sedikit lebih lebih baik dibandingkan
penerapan Guru BK atau Konselor perempuan dalam ALKP.
Grafik 4: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atauKonselor dengan Pendidikan BK
Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK
atau Konselor tentang ALKP dengan Pendidikan BK lebih
tinggi daripada penerapan dilihat dari skor tertinggi,
terendah dan skor rata-rata.
Grafik 5: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atauKonselor dengan Pendidikan Non BK
Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK
atau Konselor tentang ALKP dengan Pendidikan “non BK”
lebih tinggi daripada penerapan dilihat dari skor
tertinggi, terendah dan skor rata-rata.
Grafik 6: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atauKonselor dengan Pendidikan PPK
Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK
atau Konselor tentang ALKP dengan Pendidikan PPK lebih
tinggi daripada penerapannya dilihat dari skor tertinggi,
terendah dan skor rata-rata.
Grafik 7: Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor denganPendidikan BK, Non BK, dan PPK
Grafik di atas menunjukkan bahwa penerapan Guru BK
atau Konselor tentang ALKP dengan Pendidikan PPK lebih
tinggi dari Guru BK pendidikan BK dan non BK dilihat dari
skor tertinggi, terendah dan skor rata-rata.
Pembahasan
Kualitas pemahaman arah layanan yang lebih baik
tentu saja dapat membantu Guru BK atau Konselor dalam
mempersiapkan layanan yang tepat kepada peserta
didik/klien yang memerlukan. Guru BK atau Konselor yang
demikian akan mengiringi pelayanannya dengan perlakuan
yang sesuai dengan kebermartabatan peserta didik sebagai
individu yang memiliki harkat dan martabat kemanusiaan.
Selanjutnya dengan pemahaman yang baik tentang arah
layanan, Guru BK atau Konselor akan memikirkan dimana
layanan tersebut sebaiknya dilakukan dan bagaimana
pelayanan tersebut diselenggarakan dan apa output yang
diperoleh setelah layanan benar-benar terselenggara.
Sebaliknya, Guru BK atau Konselor dengan pemahaman
arah layanan yang masih rendah atau kurang dapat
mempengaruhi layanan yang mereka selenggarakan. Peserta
didik (klien) bisa merasa belum diperlakukan sebagaimana
layaknya. Guru BK atau Konselor yang seperti ini bisa
membuat peserta didik tidak betah berlama-lama dalam
layanan. Peserta didik bisa tidak kerasan bersama Guru BK
atau Konselor, dan layanan yang terselenggara bisa kurang
jelas arahnya. Peserta didik (klien) bisa juga tidak
merasa mendapat apa-apa dari layanan yang mereka ikuti.
Dampak perubahan yang diharapkan kepada peserta didik
(klien) setelah mendapatkan layanan semakin sulit untuk
diwujudkan. Kondisi seperti ini kadang-kadang menjadi
rujukan bagi pihak sekolah yang tidak melihat perubahan
tingkahlaku peserta didik bermasalah menjadi tingkahlaku
yang lebih baik. Mereka berpendapat bahwa layanan
konseling belum menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
peserta didik. Sehingga bisa saja menimbulkan pertanyaan.
Guru BK atau Konselor yang bagaimanakah yang
dituntut memiliki pemahaman dan penerapan yang baik
tentang arah layanan konseling perorangan? Jawabannya,
tentu semua Guru BK atau Konselor dituntut untuk memiliki
pemahaman yang baik dan penerapan yang baik pula tentang
arah layanan konseling perorangan. Sebab kepada Guru BK
atau Konselor telah diamanahkan tugas dan tanggung jawab
yang menjurus kepada pembinaan emosional kejiwaan peserta
didik melalui pelayanan Bimbingan dan Konseling. Harapan
yang demikian tentu saja lebih diarahkan kepada Guru BK
yang berlatar belakang BK, teristimewa bagi Guru BK
dengan program PPK baik guru BK atau konselor laki-laki
maupun Guru BK atau Konselor perempuan.
Guru BK atau Konselor dengan pemahaman yang rendah
tentang arah layanan konseling perorangan mestinya
didorong untuk meningkatkan kualitas pemahamannya secara
umum tentang layanan konseling perorangan dan
penyelenggaraannya di sekolah. Dalam hal ini Guru BK atau
Konselor bisa menggunakan wadah Musyawarah Guru BK (MGBK)
dan dapat pula dalam bentuk seminar atau pertemuan ilmiah
guna menambah pengetahuan dan mempermahir keterampilan
dalam menyelenggarakan layanan konseling perorangan. Di
samping itu peluang menambah pendidikan lanjut melalui
pendidikan akademik (Strata 2 Pascasarjana) dan prpgram
PPK (Pendidikan Profesi Konselor) juga merupakan
alternatif yang tepat untuk dimanfaatkan Guru BK atau
Konselor sekolah.
Kesimpulan
Layanan konseling perorangan merupakan salah satu
jenis layanan dalam Bimbingan dan Konseling yang
penyelenggaraannya memerlukan keterlibatan penuh dari
seorang Guru BK atau Konselor sebagai penyelenggara
layanan dan klien sebagai orang yang memerlukan layanan
(bantuan). Tujuannya untuk membantu peserta didik
(klien) mencapai; (1) effective daily living, dan (2) relationship
with other. Untuk itu layanan konseling mesti diarahkan
kepada upaya membantu klien dalam berbagai persoalan yang
mereka hadapi, dengan arah layanan yang lebih mudah
mencapai tujuan layanan. Hal yang demikian hendaknya
diupayakan oleh seluruh Guru BK atau Konselor yang
bekerja dengan peserta didik di sekolah.
Sumber Bacaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2014. PengelolaanPelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum
2013. Modul 2. Diklat Implementasi Kurikulum 2013untuk Guru BK/Konselor SMP/MTs
Kellin dan Anthony, Yeo. 1989. Counseling : a Problem Solving.Singapore : Armour Publishing Pte Ltd.
Leong, Frederick T. L. 2008. Encyclopedia of Counseling :Thousand Oaks; London, New Delhi, Singapore; SagePublication.
Prayitno & Erman Amti.1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Depdikbud.
Prayitno. 2008. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. UniversitasNegeri Padang.
Prayitno. 2010. Pendekatan Perorangan dan Kelompok dalam Konseling(Makalah). Universitas Negeri Padang.
Syofyan S. Willis. 2009. Konseling Individual; Teori dan Praktek.Bandung: Alfabeta.
Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional.
Yarmis Syukur. 2012. Wawasan dan Sikap Konselor terhadap Klien(Makalah) disampaikan pada Seminar InternasionalKonseling Malindo 2 di Padang dengan tema “PelayananKonseling untuk Semua Keberagaman”.
Yarmis Syukur. 2013. Pemahaman dan Penerapan,Permasalahan dan Arah Pengembangan Fokus LayananKonseling Perorangan Guru Bimbingan dan Konselingatau Konselor (Studi di SMA Negeri Kota Padang).Disertasi. Universitas Negeri Padang ProgramPascasarjana. Padang.