Arah Layanan Konseling Perorangan dan Penerapannya di Sekolah Oleh : Dr

25
Arah Layanan Konseling Perorangan dan Penerapannya di Sekolah Oleh : Dr. Yarmis Syukur, M.Pd., Kons. (Dosen BK FIP UNP) email: [email protected]) Abstract This paper discuss the direction of individual counseling services seen from a general purpose guidance and counseling is to help individuals develop themselves optimally in accordance with the stage of development and its predisposition such basic abilities and talents, there is a variety of backgrounds such as family background, education and socioeconomic, and in accordance with the demands of the environment positively. In particular, guidance and counseling intended to help individuals (clients) to overcome the problems they experienced with the optimal effort from guidance and counseling teacher or counselor. In this case, professional service is a service to clients who implemented seriously by science and appropriate technology. Keywords: direction services, individual counseling Pendahuluan Merasa terbebas dari permasalahan yang dialami setelah mengikuti layanan konseling adalah ekspektasi setiap klien yang datang ke Guru BK atau Konselor, baik yang datang karena dipanggil maupun yang datang karena di referal oleh orang lain, apalagi yang datang atas kemauan

Transcript of Arah Layanan Konseling Perorangan dan Penerapannya di Sekolah Oleh : Dr

Arah Layanan Konseling Perorangan dan Penerapannya diSekolah

Oleh : Dr. Yarmis Syukur, M.Pd., Kons. (Dosen BK FIP UNP)email: [email protected])

Abstract

This paper discuss the direction of individual counselingservices seen from a general purpose guidance andcounseling is to help individuals develop themselvesoptimally in accordance with the stage of development andits predisposition such basic abilities and talents,there is a variety of backgrounds such as familybackground, education and socioeconomic, and inaccordance with the demands of the environmentpositively. In particular, guidance and counselingintended to help individuals (clients) to overcome theproblems they experienced with the optimal effort fromguidance and counseling teacher or counselor. In thiscase, professional service is a service to clients whoimplemented seriously by science and appropriatetechnology.

Keywords: direction services, individual counseling

Pendahuluan

Merasa terbebas dari permasalahan yang dialami

setelah mengikuti layanan konseling adalah ekspektasi

setiap klien yang datang ke Guru BK atau Konselor, baik

yang datang karena dipanggil maupun yang datang karena di

referal oleh orang lain, apalagi yang datang atas kemauan

sendiri. Merasa terbebas dari permasalahan yang dialami

merupakan salah satu ciri keberhasilan konseling selain

diperolehnya pengetahuan baru atau wawasan baru oleh

klien setelah mengikuti layanan dan jelasnya tindakan

yang akan dilakukan klien untuk membantu keluar dari

permasalahan setelah layanan diikuti. Untuk mewujudkan

kondisi yang demikian, Guru BK atau Konselor dipercaya

telah memiliki pengetahuan dan pemahaman serta sikap dan

keterampilan yang sesuai dengan tuntutan

keprofesionalannya.

Pengkajian tentang tuntutan terhadap profesi

konseling harus terus dilakukan seiring dengan tuntutan

terhadap peningkatan kualitas pendidikan secara

keseluruhan dalam jalur persekolahan. Apalagi, keberadaan

pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah di

samping pelayanan pendidikan lainnya sebagai bagian yang

terintegrasi dalam pelayanan pendidikan dalam rangka

mewujudkan optimalisasi perkembangan peserta didik.yang

semakin dipertegas dalam Kurikulum 2013. Pelayanan BK

melipti empat bidang pengembangan, yaitu bidang

pengembangan pribadi, bidang pengembangan sosial, bidang

pengembangan belajar, dan bidang pengembangan karir.

Keempat bidang pengembangan tersebut diselenggarakan

dengan sepuluh layanan, yaitu layanan orientasi, layanan

informasi, layanan penempatan penyaluran, layanan

penguasaan konten, layanan konseling perorangan, layanan

bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan

konsultasi, layanan mediasi, dan layanan advokasi.

Layanan konseling perorangan sebagai salah satu layanan

dalam Bimbingan dan Konseling terselenggara dengan aturan

dan tata cara yang mempermudah klien untuk mengambil

manfaat yang sebesar-besarnya dari layanan tersebut. Oleh

karena itu kemampuan menyelenggarakan konseling

perorangan guru-guru BK di sekolah harus terus

ditingkatkan. Melalui tulisan singkat ini penulis ingin

berbagi pendapat dengan pembaca tentang arah layanan

konseling perorangan dan penerapannya di sekolah. Tulisan

ini diangkat dari kajian literatur yang dilengkapi dengan

hasil riset terhadap Guru BK di sekolah menengah.

Kondisi Umum Sekolah

Sekolah adalah lembaga formal yang menyediakan

pelayanan pendidikan yang dapat membantu peserta didik

mencapai tugas-tugas pendidikan dan tugas-tugas

perkembangan. Pencapaian tugas-tugas pendidikan sebagian

besar dibantu pelaksanaannya oleh Guru Mata Pelajaran

melalui sejumlah mata pelajaran. Sedangkan pencapaian

tugas-tugas perkembangan dibantu Guru BK atau Konselor

melalui pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.

Menyangkut tugas-tugas pendidikan dengan mempelajari

sejumlah mata pelajaran dimaksudkan untuk memperluas

pengetahuan dan wawasan serta meningkatkan keterampilan

peserta didik dalam usaha menjadi insan yang berkualitas.

Sebagaimana terdapat dalam UU Sisdiknas No 20 tahun 2003

bab 1 pasal 1 dimana pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlah mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Keberadaan Guru BK atau Konselor di sekolah belum

sepenuhnya menggambarkan perhatian yang besar terhadap

pencitraan profesi konseling. Masih banyak ditemukan

guru-guru non BK yang bertugas dalam bidang ke BK-an di

sekolah. Guru-guru non BK tersebut disertifikasi pendidik

profesional dalam bidang BK. Di samping itu ada Pengawas

BK dari tenaga non BK, bahkan guru-guru IT yang jam

pelajarannya di sekolah tidak ditemukan lagi dalam

Kurikulum 2013 santer disebut akan ditugaskan pula

menjadi Guru BK.

Kondisi di atas semakin tidak membuat profesi

konseling semakin tegak sebagaimana yang diidam-idamkan.

Di sisi lain kalau keberadaan guru-guru dengan disiplin

non BK tersebut mampu diberdayakan dengan cara-cara yang

tepat tentu akan memberikan manfaat kepada pelayanan BK

secara keseluruhan. Dalam hal ini tentu saja pengertian

dari berbagai pihak sangat diperlukan, termasuk

pengertian dari tenaga non BK sendiri.

Layanan Konseling Perorangan sebagai salah satu Layanan

BK di Sekolah

Layanan konseling perorangan merupakan salah satu

jenis layanan dalam Bimbingan dan Konseling yang

penyelenggaraannya memerlukan keterlibatan penuh dari

seorang Guru BK atau Konselor sebagai penyelenggara

layanan dan klien sebagai orang yang memerlukan layanan

(bantuan). Dalam hal ini, Guru BK atau Konselor dan klien

sama-sama memiliki tanggung jawab yang besar dalam

layanan konseling perorangan. Tanggung jawab Guru BK atau

Konselor adalah mendorong klien untuk mengembangkan

potensi, kekuatan, otonomi, dan kemampuan mengatur/

mengarahkan dirinya sendiri guna mewujudkan tujuan

layanan konseling perorangan. Sedangkan tanggung jawab

klien ditunjukkan sejak awal kedatangannya menemui Guru

BK atau Konselor, pada waktu penyelenggaraan layanan

sampai hasil pembahasan layanan betul-betul dilaksanakan

setelah layanan tersebut diselenggarakan. Gunanya supaya

sasaran dasar konseling sebagaimana dikemukakan Anthony

Yeo (1994; 149), yaitu membantu klien mewujudkan satu

perubahan dalam cara pandangnya dan mendapatkan kemampuan

untuk menguasai situasi-situasi problematis dalam

hidupnya dapat tercapai.

Kesadaran akan besarnya tanggung jawab Guru BK atau

Konselor dalam layanan konseling perorangan diiringi

dengan tanggung jawab penuh dari klien, akan mempermudah

layanan tersebut dari segi proses dan hasil yang ingin

dicapai. Bagi Guru BK atau Konselor sebagai penyelenggara

utama layanan konseling perorangan sudah jelas

menitikberatkan layanannya kepada individu atau klien

secara perorangan. Guru BK atau Konselor diharapkan bisa

melihat klien sebagai individu yang memiliki keunikan,

memiliki keistimewaan, memiliki tugas perkembangan dan

individu yang memiliki pribadi yang dinamis serta

memiliki tata cara yang membedakannya dengan individu

yang lain (Yarmis Syukur; 2012).

Di sekolah menengah atas, tugas perkembangan peserta

didik yang harus mendapat perhatian Guru BK atau Konselor

dalam memberikan layanan sebagaimana dikemukakan

Kemendikbud (2014;12), yaitu; (a) mencapai kematangan

dalam beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b)

mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta

kematangan dalam peranannya sebagai pria atau wanita, (c)

mencapai kematangan pertumbuhan fisik yang sehat, (d)

mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai

dengan program kurikulum dan persiapan karir atau

melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam

kehidupan masyarakat yang lebih luas, (e) mencapai

kematangan dalam pilihan karir, (f) Mencapai kematangan

gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara

emosional, sosial, intelektual dan ekonomi, (i) mencapai

kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan

berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (h)

mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual,

serta apresiasi seni, (i) mencapai kematangan dalam sistem

etika dan nilai.

Memperhatikan pendapat di atas maka peserta didik

merupakan individu yang menjadi sasaran utama dalam layanan

dengan mengedepankan aspek perkembangan. Hal ini sejalan

dengan orientasi Bimbingan dan Konseling yang lebih

menitikberatkan peserta layanan secara individual sesuai

dengan perkembangan dan permasalahan yang mereka alami

(Prayitno & Erman Amti: 1994).

Tujuan Layanan Konseling Perorangan

Ekspektasi dan tujuan klien menghadiri konseling

hendaklah dipahami konselor secara mendalam. Dengan

demikian layanan yang diselenggarakan akan diorientasikan

untuk mencapai tujuan dan ekspektasi klien tersebut.

Menurut Syofyan S.Willis (2009;20) tujuan konseling

haruslah mencapai; (1) effective daily living; artinya setelah

selesai proses konseling klien harus dapat menjalani

kehidupan sehari-harinya secara efektif dan berdaya guna

untuk diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan Tuhannya,

(2) relationship with other; artinya setelah selesai proses

konseling klien mampu menjalin hubungan yang harmonis

dengan orang lain di keluarga, sekolah, kantor,

masyarakat, dan sebagainya. Hal yang senada dikemukakan

pula oleh Prayitno (2009), bahwa konseling hendaknya

dapat; (a) mengembangkan kehidupan efektif sehari-hari

(KES) klien, (b) pengentasan kehidupan efektif sehari-

hari klien yang terganggu (KES-T), (c) aktivasi energi

belajar, (d) mewujudkan tujuan pendidikan, dan (e)

kesatuan dunia akhirat.

Mengembangkan kehidupan efektif sehari-hari (KES)

klien, yaitu kehidupan yang sesuai dengan keberadaan

klien sebagai pribadi dan bagian dari sistem dengan

memaksimalkan potensi yang dimiliki. Pengentasan

kehidupan efektif sehari-hari klien yang terganggu (KES-

T); yaitu mengupayakan pengentasan segala yang mengganggu

atau merintangi klien mewujudkan kehidupan efektif

sehari-hari sebagai pribadi atau bagian dari system.

Aktivasi energi belajar; yaitu mendayagunakan potensi

klien untuk terkuasainya segala sesuatu yang dapat

membantu terwujudnya kehidupan efektif sehari-hari.

Mewujudkan tujuan pendidikan diupayakan melalui

penyelenggaraan layanan berorientasi fokus layanan dan

pelibatan secara aktif seluruh personil sekolah. Kesatuan

dunia akhirat diupayakan dengan peningkatan ketaqwaan

klien kepada Allah, tanggung jawab klien terhadap diri

sendiri dan orang lain serta kepatuhannya pada peraturan

dan hukum (ketentuan) yang berlaku.

Dengan demikian, arah dan fokus layanan konseling

perorangan adalah mampu mengatasi dan mengentaskan

persoalan-persoalan klien sesuai dengan permasalahan yang

mereka alami. Sebaliknya, layanan konseling perorangan

dengan arah yang kurang jelas membuat klien bisa tambah

bermasalah.

Arah Layanan Konseling Perorangan

Arah layanan konseling perorangan merupakan salah

satu focus layanan konseling perorang (Prayitno: 2010).

Arah layanan dapat berarti kemana layanan yang

diselenggarakan akan diarahkan. Apakah sekedar mendalami

pribadi klien, atau mendalami kondisi terkini dari

seorang klien. Untuk memperoleh layanan yang bermanfaat,

setiap Guru BK atau Konselor hendaklah mengarahkan

layanannya kepada upaya pencapaian tujuan layanan. Dengan

arah yang jelas akan mempermudah klien keluar dari

masalah yang dialami dalam rangka mencapai tujuan layanan

yang hendak dicapai. Leong (2008), berpendapat, fokus

perhatian Guru BK atau Konselor dalam membantu peserta

didik hendaklah kepada berbagai persoalan termasuk

persoalan stres yang normatif, kesulitan dalam

penyesuaian diri dan transisi dalam kehidupan. Sejalan

dengan itu, Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan (2009; 196)

juga mengemukakan bahwa masalah peserta didik/klien yang

harus menjadi perhatian konselor adalah; (1) masalah

perkembangan individu, (2) masalah perbedaan individu,

(3) masalah kebutuhan individu, (4) masalah penyesuaian

diri dan kesehatan mental, dan (5) masalah belajar.

Memperhatikan kedua pendapat di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa layanan konseling yang diselenggarakan

mestinya diarahkan kepada upaya membantu klien dalam

berbagai persoalan yang mereka hadapi. Untuk memudahkan

pencapaian tujuan sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan

konseling secara umum dan khususnya layanan konseling

perorangan, beberapa hal berikut ini menjadi arah Guru BK

atau Konselor dalam menyelenggarakan konseling

perorangan, yaitu; (1) pengembangan kehidupan efektif

sehari-hari (KES) klien, (2) pengembangan kehidupan

efektif sehari-hari (KES) klien perlu diupayakan melalui

konseling perorangan, (3) pengentasan kehidupan efektif

sehari-hari klien yang terganggu (KES-T) , (4)

pengentasan kehidupan efektif sehari-hari yang terganggu

klien perlu diupayakan melalui konseling perorangan, (5)

kemampuan untuk menyesuaikan perlakuan dengan perbedaan

individual klien perlu diupayakan Guru BK atau Konselor,

(6) klien perlu dibantu untuk memperoleh hal-hal baru

yang berguna untuk pengembangan dirinya, (7) Guru BK atau

Konselor perlu mengasah dan memperkaya energi

kependidikan untuk mengaktifkan energi klien mencapai

hasil konseling perorangan, (8) Guru BK atau Konselor

perlu membantu peserta didik/klien mewujudkan tujuan

pendidikan, (9) pencapaian tujuan pendidikan mesti

diupayakan oleh seluruh komponen pendidikan di sekolah,

(10) pencapaian tujuan pendidikan perlu diusahakan

melalui penyelenggaraan konseling perorangan yang sesuai

Standar Prosedur Operasional layanan, (11) konseling

perorangan dapat meningkatkan ketaqwaan klien kepada

Allah SWT, (12) konseling perorangan dapat meningkatkan

tanggung jawab klien terhadap diri dan perbuatannya, (13)

konseling perorangan dapat membantu klien mematuhi

peraturan/hukum yang berlaku (Yarmis Syukur; 2013).

Penerapan Arah Layanan Konseling Perorangan

Bagaimanakah penerapan arah layanan konseling

perorangan (ALKP) oleh Guru BK atau Konselor di sekolah?

Berikut ini dikemukakan gambaran umum tentang penerapan

ALKP oleh Guru BK atau Konselor Sekolah Menengah Atas

kota Padang yang datanya diadministrasikan tahun 2011

dengan angket dan diolah menggunakan teknik persentase.

Data tersebut diperkaya dengan gambaran pemahaman Guru BK

atau Konselor tentang arah layanan konseling perorangan

dan pembahasan terkait dengan temuan di lapangan.

Selengkapnya dalam grafik berikut.

Grafik 1: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atauKonselor Laki-laki

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK

atau Konselor laki-laki lebih tinggi daripada penerapan

tentang ALKP dilihat dari skor tertinggi, terendah dan

skor rata-rata.

Grafik 2: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atauKonselor Perempuan

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK

atau Konselor perempuan lebih tinggi daripada penerapan

tentang ALKP dilihat dari skor tertinggi, terendah dan

skor rata-rata.

Grafik 3: Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor Laki-lakidan Perempuan

Grafik tersebut menunjukkan bahwa penerapan Guru BK

atau Konselor perempuan lebih tinggi daripada Guru BK

atau Konselor laki-laki dilihat dari skor tertinggi dalam

ALKP. Dilihat dari skor rata-rata, penerapan Guru BK atau

Konselor laki-laki sedikit lebih lebih baik dibandingkan

penerapan Guru BK atau Konselor perempuan dalam ALKP.

Grafik 4: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atauKonselor dengan Pendidikan BK

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK

atau Konselor tentang ALKP dengan Pendidikan BK lebih

tinggi daripada penerapan dilihat dari skor tertinggi,

terendah dan skor rata-rata.

Grafik 5: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atauKonselor dengan Pendidikan Non BK

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK

atau Konselor tentang ALKP dengan Pendidikan “non BK”

lebih tinggi daripada penerapan dilihat dari skor

tertinggi, terendah dan skor rata-rata.

Grafik 6: Pemahaman dan Penerapan ALKP Guru BK atauKonselor dengan Pendidikan PPK

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemahaman Guru BK

atau Konselor tentang ALKP dengan Pendidikan PPK lebih

tinggi daripada penerapannya dilihat dari skor tertinggi,

terendah dan skor rata-rata.

Grafik 7: Penerapan ALKP Guru BK atau Konselor denganPendidikan BK, Non BK, dan PPK

Grafik di atas menunjukkan bahwa penerapan Guru BK

atau Konselor tentang ALKP dengan Pendidikan PPK lebih

tinggi dari Guru BK pendidikan BK dan non BK dilihat dari

skor tertinggi, terendah dan skor rata-rata.

Pembahasan

Kualitas pemahaman arah layanan yang lebih baik

tentu saja dapat membantu Guru BK atau Konselor dalam

mempersiapkan layanan yang tepat kepada peserta

didik/klien yang memerlukan. Guru BK atau Konselor yang

demikian akan mengiringi pelayanannya dengan perlakuan

yang sesuai dengan kebermartabatan peserta didik sebagai

individu yang memiliki harkat dan martabat kemanusiaan.

Selanjutnya dengan pemahaman yang baik tentang arah

layanan, Guru BK atau Konselor akan memikirkan dimana

layanan tersebut sebaiknya dilakukan dan bagaimana

pelayanan tersebut diselenggarakan dan apa output yang

diperoleh setelah layanan benar-benar terselenggara.

Sebaliknya, Guru BK atau Konselor dengan pemahaman

arah layanan yang masih rendah atau kurang dapat

mempengaruhi layanan yang mereka selenggarakan. Peserta

didik (klien) bisa merasa belum diperlakukan sebagaimana

layaknya. Guru BK atau Konselor yang seperti ini bisa

membuat peserta didik tidak betah berlama-lama dalam

layanan. Peserta didik bisa tidak kerasan bersama Guru BK

atau Konselor, dan layanan yang terselenggara bisa kurang

jelas arahnya. Peserta didik (klien) bisa juga tidak

merasa mendapat apa-apa dari layanan yang mereka ikuti.

Dampak perubahan yang diharapkan kepada peserta didik

(klien) setelah mendapatkan layanan semakin sulit untuk

diwujudkan. Kondisi seperti ini kadang-kadang menjadi

rujukan bagi pihak sekolah yang tidak melihat perubahan

tingkahlaku peserta didik bermasalah menjadi tingkahlaku

yang lebih baik. Mereka berpendapat bahwa layanan

konseling belum menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

peserta didik. Sehingga bisa saja menimbulkan pertanyaan.

Guru BK atau Konselor yang bagaimanakah yang

dituntut memiliki pemahaman dan penerapan yang baik

tentang arah layanan konseling perorangan? Jawabannya,

tentu semua Guru BK atau Konselor dituntut untuk memiliki

pemahaman yang baik dan penerapan yang baik pula tentang

arah layanan konseling perorangan. Sebab kepada Guru BK

atau Konselor telah diamanahkan tugas dan tanggung jawab

yang menjurus kepada pembinaan emosional kejiwaan peserta

didik melalui pelayanan Bimbingan dan Konseling. Harapan

yang demikian tentu saja lebih diarahkan kepada Guru BK

yang berlatar belakang BK, teristimewa bagi Guru BK

dengan program PPK baik guru BK atau konselor laki-laki

maupun Guru BK atau Konselor perempuan.

Guru BK atau Konselor dengan pemahaman yang rendah

tentang arah layanan konseling perorangan mestinya

didorong untuk meningkatkan kualitas pemahamannya secara

umum tentang layanan konseling perorangan dan

penyelenggaraannya di sekolah. Dalam hal ini Guru BK atau

Konselor bisa menggunakan wadah Musyawarah Guru BK (MGBK)

dan dapat pula dalam bentuk seminar atau pertemuan ilmiah

guna menambah pengetahuan dan mempermahir keterampilan

dalam menyelenggarakan layanan konseling perorangan. Di

samping itu peluang menambah pendidikan lanjut melalui

pendidikan akademik (Strata 2 Pascasarjana) dan prpgram

PPK (Pendidikan Profesi Konselor) juga merupakan

alternatif yang tepat untuk dimanfaatkan Guru BK atau

Konselor sekolah.

Kesimpulan

Layanan konseling perorangan merupakan salah satu

jenis layanan dalam Bimbingan dan Konseling yang

penyelenggaraannya memerlukan keterlibatan penuh dari

seorang Guru BK atau Konselor sebagai penyelenggara

layanan dan klien sebagai orang yang memerlukan layanan

(bantuan). Tujuannya untuk membantu peserta didik

(klien) mencapai; (1) effective daily living, dan (2) relationship

with other. Untuk itu layanan konseling mesti diarahkan

kepada upaya membantu klien dalam berbagai persoalan yang

mereka hadapi, dengan arah layanan yang lebih mudah

mencapai tujuan layanan. Hal yang demikian hendaknya

diupayakan oleh seluruh Guru BK atau Konselor yang

bekerja dengan peserta didik di sekolah.

Sumber Bacaan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2014. PengelolaanPelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Kurikulum

2013. Modul 2. Diklat Implementasi Kurikulum 2013untuk Guru BK/Konselor SMP/MTs

Kellin dan Anthony, Yeo. 1989. Counseling : a Problem Solving.Singapore : Armour Publishing Pte Ltd.

Leong, Frederick T. L. 2008. Encyclopedia of Counseling :Thousand Oaks; London, New Delhi, Singapore; SagePublication.

Prayitno & Erman Amti.1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Depdikbud.

Prayitno. 2008. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. UniversitasNegeri Padang.

Prayitno. 2010. Pendekatan Perorangan dan Kelompok dalam Konseling(Makalah). Universitas Negeri Padang.

Syofyan S. Willis. 2009. Konseling Individual; Teori dan Praktek.Bandung: Alfabeta.

Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional.

Yarmis Syukur. 2012. Wawasan dan Sikap Konselor terhadap Klien(Makalah) disampaikan pada Seminar InternasionalKonseling Malindo 2 di Padang dengan tema “PelayananKonseling untuk Semua Keberagaman”.

Yarmis Syukur. 2013. Pemahaman dan Penerapan,Permasalahan dan Arah Pengembangan Fokus LayananKonseling Perorangan Guru Bimbingan dan Konselingatau Konselor (Studi di SMA Negeri Kota Padang).Disertasi. Universitas Negeri Padang ProgramPascasarjana. Padang.