Dissolved Oxygen (DO)

36
BAB I PENDAHULUAN A. TUJUAN PRAKTIKUM Adapun tujuan diadakannya praktikum diatas adalah untuk mengetahui analisis oksigen terlarut dengan mengunakan azas winkler. B. LANDASAN TEORI 1. DO (DISSOLVED OXYGEN) DO atau kadar oksigen terlarut menyatakan kandungan oksigen di dalam air. Kemampuan air dalam melarutkan oksigen sangat tergantung pada suhu air, tekanan gas oksigen dan kemurnian air. Dilihat dari jumlahnya, oksigen terlarut adalah satu jenis gas terlarut dalam air pada urutan kedua setelah Nitrogen. Namun jika dilihat kepentingannya bagi kehidupan ikan dan udang, Oksigen menempati urutan paling atas. Oksigen yang sangat diperlukan udang untuk pernafasannya harus dalam bentuk terlarut dalam

Transcript of Dissolved Oxygen (DO)

BAB I

PENDAHULUAN

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan diadakannya praktikum diatas

adalah untuk mengetahui analisis oksigen terlarut

dengan mengunakan azas winkler.

B. LANDASAN TEORI

1. DO (DISSOLVED OXYGEN)

DO atau kadar oksigen terlarut menyatakan

kandungan oksigen di dalam air. Kemampuan air

dalam melarutkan oksigen sangat tergantung pada

suhu air, tekanan gas oksigen dan kemurnian

air.

Dilihat dari jumlahnya, oksigen terlarut

adalah satu jenis gas terlarut dalam air pada

urutan kedua setelah Nitrogen. Namun jika

dilihat kepentingannya bagi kehidupan ikan dan

udang, Oksigen menempati urutan paling atas.

Oksigen yang sangat diperlukan udang untuk

pernafasannya harus dalam bentuk terlarut dalam

air, karena udang tidak dapat memanfaatkan

Oksigen langsung dari udara.

Sumber utama Oksigen dalam perairan adalah

hasil difusi dari udara, terbawa melalui

presipitasi (air hujan) dan hasil fotosintesis

fitoplankton. Sebaliknya, kandungan Oksigen

terlarut dalam air dapat berkurang karena

dimanfaatkan oleh aktivitas respirasi dan

perombakan bahan organik. Kekurangan Oksigen

dapat pula dialami akibat terhalangnya difusi

karena stratifikasi salinitas yang dapat

terjadi setelah hujan lebat.

Besarnya kandungan Oksigen terlarut dalam

air dapat dinyatakan dengan konsentrasi absolut

(ppm) ataupun dengan konsentrasi relatifnya

(persenjenuh). Konsentrasi jenuh adalah

kandungan Oksigen terlamt dalam air pada saat

fase air dan udara dalam keadaan seimbang.

Nilai optimal kandungan Oksigen bagi kehidupan

udang > 5 ppm sekitar 100 % jenuh.

Pada konsentrasi yang cukup besar, terjadi

perbedaan tekanan parsial yang memungkinkan

penetrasi oksigen ke pembuluh darah melalui

lamela-lamela insang dan kemudian diikat dan

dimanfaatkan oleh haemocyanin dalam pembuluh

darah udang. Pada konsentrasi yang terlalu

rendah, tekanan parsialnya tidak mampu untuk

memungkinkan penetrasi oksigen, sehingga udang

dapat mati lemas karena kesulitan bernafas.

Gejalanya terlihat dengan berenangnya udang

secara tidak beraturan di permukaan air.

Konsentrasi yang berlebihan pun dapat

mengakibatkan kematian dengan terjadinya emboli

dalam pembuluh darah akibat terlalu banyaknya

gelembung udara (gas bubble disease).

Konsentrasi lewat jenuh dapat terjadi pada

tambak-tambak yang terlalu subur dan

fitoplankton tumbuh terlalu padat. Keadaan ini

dapat terjadi setelah tengah hari, yaitu

melalui aktivitas fotosintesis fitoplankton

banyak menghasilkan Oksigen dengan reaksi

sebagai berikut :

Khlorophil

6 CO2 + 6H2 O ——————> C6H12O6 + 6O2

Ultra violet

(cahaya matahari)

Difusi Oksigen hanya terjadi dengan cepat

pada lapisan permukaan air, sedangkan pada

lapisan di bawahnya, justru di tempat hidup

udang, difusi berjalan sangat lambat. Untuk

membantu distribusi Oksigen ke lapisan bawah,

diperlukan alat aerasi yang dapat berupa

blower, kincir air (paddle wheel), aire O-two ataupun

lainnya. Fungsi alat-alat aerasi tersebut

selain dapat mempercepat difusi Oksigen dan

distribusinya ke lapisan bawah, dapat juga

membantu melepaskan Oksigen ke atmosfir pada

keadaan yang lewat jenuh.

Oksigen

Oksigen merupakan unsur gas dengan symbol O.

Gas ini tidak berwarna dan tidak mempunyai

rasa. Di dalam tubuh, oksigen diedarkan ke

seluruh tubuh oleh darah. Oksigen diperlukan

oleh sel untuk mengubah glukosa menjadi energi.

Selanjutnya energi inilah yang digunakan untuk

melakukan berbagai aktivitas seperti aktifitas

fisik, penyerapan makanan, membangun kekebalan

tubuh, pemulihan kondisi tubuh dan penghancuran

bebarapa racun sisa metabolisme.Kekurangan

oksigen menyebabkan metabolisme tidak

berlangsung sempurna. Akibatnya tubuh terasa

lelah, pegal-pegal, mengantuk, kekabalan tubuh

menurun sehingga mudah terserang penyakit.

Air

Air merupakan komponen yang sangat berlimpah

di alam dan meliputi tiga per empat permukaan

bumi. Berbagai manfaat penting air di dalam

tubuh adalah :

1. Air merupakan pelarut optimum untuk

mengedarkan berbagai substansi di dalam

tubuh

2. Membantu tubuh menyerap berbagai komponen

yang penting

3. Meningkatkan fungsi ginjal dan pembuangan

urin

4. Meningkatkan stimulasi dan mengatur

kekebalan tubuh yang berlokasi di usus

5. Meningkatkan metabolisme

6. Mengoptimalkan fungsi aliran darah

7. Membuang racun dan garam dari dalam tubuh

Air yang murni sangat sempurna untuk proses

detoksifikasi dan membantu membersihkan semua

sel, organ dan cairan tubuh karena dapat

membawa berbagai substansi berbahaya keluar

dari tubuh kita. Air yang murni merupakan

pelindung alami dari berbagai infeksi seperti

influenza, pneumonia, campak dan penyakit

infeksi lainnya. Sebaliknya jika tubuh

kekurangan air, sel akan menjadi kering, kisut

sehingga mudah terkena infeksi.

AirOx

Oksigen dapat larut dalam air. Molekul-

molekul oksigen menempati ruang di antara

molekul air. Kandungan oksigen di dalam air

dipengaruhi berbagai faktor seperti suhu,

tekanan dan jumlah zat yang terlarut di dalam

air.

1. Semakin rendah suhu air, kandungan oksigen

yang terkandung semakin besar. Itulah

sebabnya kita merasa lebih segar jika minum

air dingin.

2. Tekanan yang besar dapat memaksa lebih banyak

molekul oksigen masuk ke dalam ruang di

antara molekul air.

3. Kemurnian air juga mempengaruhi kelarutan

oksigen. Air yang murni memungkinkan oksigen

terlarut lebih banyak.

Umumnya air mengandung 4-6 ppm oksigen, air

pegunungan dapat mengandung sampai 8 ppm

oksigen. Dengan kemajuan teknologi Jerman

sekarang ini memungkinkan untuk meningkatkan

kandungan oksigen di air sampai dengan 80 ppm.

Pada kondisi normal, oksigen yang kita

hirup dari udara diserap oleh alveoli paru-

paru. Namun pada keadaan hipoksia (kekurangan

oksigen), tubuh manusia berkemampuan menangkap

oksigen dari pencernaan secara difusi. Hal ini

dikemukakan oleh Prof. Dr. Pakdaman M.D. yang

mengadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh

mengkonsumsi air beroksigen tinggi di dalam

darah.

Beliau memgemukakan bahwa tekanan parsial

oksigen di dalam darah (pO2) merupakan

parameter yang penting yang menentukan

kandungan oksigen di dalam darah. Penelitiannya

menunjukkan adanya peningkatan tekanan parsial

oksigen di dalam darah setelah minum air minum

beroksigen tinggi.

a. Definisi Oksigen Terlarut (OT)

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO)

dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk

pernapasan, proses metabolisme atau

pertukaran zat yang kemudian menghasilkan

energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.

Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan

untuk oksidasi bahan-bahan organik dan

anorganik dalam proses aerobik. Sumber

utama oksigen dalam suatu perairan berasal

sari suatu proses difusi dari udara bebas

dan hasil fotosintesis organisme yang hidup

dalam perairan tersebut (SALMIN, 2000).

Kecepatan difusi oksigen dari udara,

tergantung sari beberapa faktor, seperti

kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan

massa air dan udara seperti arus, gelombang

dan pasang surut. ODUM (1971) menyatakan

bahwa kadar oksigen dalam air laut akan

bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan

berkurang dengan semakin tingginya

salinitas.

Pada lapisan permukaan, kadar oksigen

akan lebih tinggi, karena adanya proses

difusi antara air dengan udara bebas serta

adanya proses fotosintesis. Dengan

bertambahnya kedalaman akan terjadi

penurunan kadar oksigen terlarut, karena

proses fotosintesis semakin berkurang dan

kadar oksigen yang ada banyak digunakan

untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan

organik dan anorganik Keperluan organisme

terhadap oksigen relatif bervariasi

tergantung pada jenis, stadium dan

aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan

dalam keadaan diam relatif lebih sedikit

apabila dibandingkan dengan ikan pada saat

bergerak atau memijah.

Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat

menggunakan oksigen dari udara bebas,

memiliki daya tahan yang lebih terhadap

perairan yang kekurangan oksigen terlarut

(WARDOYO, 1978). Kandungan oksigen terlarut

(DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan

nornal dan tidak tercemar oleh senyawa

beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut

minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan

organisme (SWINGLE, 1968). Idealnya,

kandungan oksigen terlarut tidak boleh

kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam

dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan

sebesar 70 % (HUET, 1970). KLH menetapkan

bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5

ppm untuk kepentingan wisata bahari dan

biota laut (ANONIMOUS, 2004).

Oksigen memegang peranan penting sebagai

indikator kualitas perairan, karena oksigen

terlarut berperan dalam proses oksidasi dan

reduksi bahan organik dan anorganik. Selain

itu, oksigen juga menentukan khan biologis

yang dilakukan oleh organisme aerobik atau

anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan

oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan

organik dan anorganik dengan hasil akhirnya

adalah nutrien yang pada akhirnya dapat

memberikan kesuburan perairan. Dalam

kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan

akan 23 mereduksi senyawa-senyawa kimia

menjadi lebih sederhana dalam bentuk

nutrien dan gas.

Karena proses oksidasi dan reduksi

inilah maka peranan oksigen terlarut sangat

penting untuk membantu mengurangi beban

pencemaran pada perairan secara alami

maupun secara perlakuan aerobik yang

ditujukan untuk memurnikan air buangan

industri dan rumah tangga. Sebagaimana

diketahui bahwa oksigen berperan sebagai

pengoksidasi dan pereduksi bahan kimia

beracun menjadi senyawa lain yang lebih

sederhana dan tidak beracun. Disamping itu,

oksigen juga sangat dibutuhkan oleh

mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme

tertentu, seperti mikroorganisme, sangat

berperan dalam menguraikan senyawa kimia

beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih

sederhana dan tidak beracun. Karena

peranannya yang penting ini, air buangan

industri dan limbah sebelum dibuang ke

lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya

kadar oksigennya.

b. Standard Mutu Oksigen Terlarut Dalam Air

Kebutuhan Oksigen Untuk Mengurai

Polutan.ntrasi kebutuhan oksigen untuk

menguraikan polutan ditunjukkan dengan

nilai BOD dan COD, semakin tinggi nilai

BOD dan COD suatu badan air maka

kebutuhan oksigen terlarut semakin besar

bahkan mengambil jatah yang seharusnya

dimanfaatkan oleh makluk hidup air.

Tingginya nilai BOD dan COD juga

menunjukkan rendahnya kualitas perairan

dalam mendukung kehidupan lingkungannya.

Oksigen terlarut merupakan kebutuhan

dasar untuk kehidupan tanaman,hewan,dan

perairan. Kehidupan makhluk hidup dalam

air tersebut tergantung dari kemampuan

air untuk mempertahankan konsentrasi

oksigen minimal unttuk kebutuhan

hidupnya.

Ikan merupakan makhluk air

memerlukan oksigen tertinggi,sedangkan

terkecil ialah bakteri. Biota air hangat

memerlukan oksigen terlarut minimal 5

ppm. Sedangkan boita air dingin

memerlukan oksigen mendeekati jenuh.

Konsentrasi oksigen terlarut dalam

keadaan jenuh bervariasi,tergantung dari

suhu dan tekanan atm. Pada suhu 200 C

tekanan 1 atm konsentrasi oksigen

telarut dalam keadaan jenuh adlah 9,2

ppm.

Hubungan antara suhu dengan konsentrasi

oksigen terlarut max pada tekanan 1

atm,sebagai berikut :

Tabel 1.1.Hubungan antara Suhu dan

Oksigen Terlarut

Suhu Oksogen

(T) Terlarut(OT)

00 C 14,6 ppm100 C 11,3 ppm120 C 10,8 ppm140 C 10,4 ppm160 C 10 ppm180 C 9,5 ppm200 C 9,2 ppm220 C 8,8 ppm240 C 8,5 ppm260 C 8,2 ppm280 C 8,0 ppm300 C 7,6 ppm400 C 6,6 ppm500 C 5,6 ppm

Tabel 1.2. Persyaratan Produk Air Minum

Standard Nasional Dan Internasional

PARAMETER NATIONAL /INDONESIA FDA Codex

PRODUK SNI 01-3553-1996

Part 165(4-1-1997 Ed)

Codex STAN 108-1981

Nitrat (NO3) Maks 45 mg/I Maks 10 mg/I Maks 45 mg/I

Nitrit (NO2) Maks 0.005 mg/I Maks 1 mg/I

Maks 0.005 mg/I

Amonium (NH Maks 0.1 - -

4) mg/I

Sulfat (SO4) Maks 200 mg/I Maks 250 mg/I -

Klorida (CL) Maks 250 mg/I Maks 250 mg/I -

Florida (F) Maks 1 mg/I Maks 1 mg/I Maks 2mg/I

Sianida (CN) Maks 0.05 mg/I Maks 0.2 mg/I -

Besi (FE) Maks 0.3 mg/I Maks 0.3 mg/I -

Mangan (MN) Maks 0.05 mg/I Maks 0.05 mg/I Maks 2.0

mg/I

Klor bebas Maks 0,1 mg/I - -

Zinc - Maks 5.0 mg/I Maks 5.0mg/I

Phenols - Maks 0.001 mg/I -Total trihalomethan - Maks 0.10 mg/I -

Endrin - Maks 0.0002 mg/I -

Logam Berat :

Timbal (PB) Maks 0.05 mg/I Maks 0.005 mg/I Maks 0.05mg/I

Tembaga (CU) Maks 0.5 mg/I Maks 1.0 mg/I Maks 1

mg/I

Cadmium (Cd) Maks 0.01 mg/I Maks 0.005 mg/I

Maks 0.01 mg/I

Raksa (Hg) Maks 0.001 mg/I Maks 0.002 mg/I

Maks 0.001 mg/I

Cemaran Arsen(AS)

Maks 0.05 mg/I Maks 0.05 mg/I

Maks 0.05 mg/I

Mikrobiologi

Tabel 1.2. Persyaratan Produk Air Minum

Standard Nasional Dan Internasional

(Lanjutan)

(Lanjuta

Konsentrasi oksigen terlarut terlalu

rendah akan mengakibatkan ikan dan

binatang air lainnya akan mati.

Sebaliknya,konsentrasi OT terlalu tinngi

maka air tersebut cenderung bersifat

korosif karena kandungan O2 akan

Angka lempengtotal awal Maks

Angka lempengtotal akhir -

Bakteri bentuk coli < 2 APM/100 ml <_ 2

APM/mlC. perfringens Negatif/100ml

Salmonela Negatif/100mlPseudomonas - 0aerugnosa -Grop D Streptococi - 0

mengikat hidrogen yang melapisi lapisan

permukaan logam.

Penyebab utama kurangnya DO

diperairan adalah adanya bahan – bahan

buangan atau zat organik/anorganik yang

mengkonsumsi oksigen dalam reaksi auto

katalis yang terjadi secara alami.

Bahan–bahan buangan yang memerlukan

oksigen terutama yang terdiri dari

bahan–bahan organik maupun anorganik.

Polutan semacam ini sumbernya adlah dari

kegiatan – kegiatan manusia, hewan,

industri.

2. METODE ANALISIS OKSIGEN TERLARUT

Oksigen terlarut dapat dianalisis atau

ditentukan dengan 2 macam cara, yaitu :

a. Metoda titrasi dengan cara WINKLER

b. Metoda elektrokimia

a. Metoda titrasi dengan cara WINKLER

Metoda titrasi dengan cara WINKLER

secara umum banyak digunakan untuk

menentukan kadar oksigen terlarut.

Prinsipnya dengan menggunakan titrasi

iodometri. Sampel yang akan dianalisis

terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2

den NaOH - KI, sehingga akan terjadi

endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan

HCl maka endapan yang terjadi akan larut

kembali dan juga akan membebaskan molekul

Iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen

terlarut. Iodium yang dibebaskan ini

selanjutnya dititrasi dengan larutan

standar natrium tiosulfat (Na2S203) dan

menggunakan indikator larutan amilum

(kanji).

Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan

sebagai berikut :

MnCI2 + NaOH Mn(OH)2 + 2 NaCI

2 Mn(OH) 2 + O2 MnO2 + 2 H20

MnO2 + 2 KI + 2 H2O Mn(OH) 2 + I2 + 2 KOH

I2 + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI

b. Metoda elektrokimia

Cara penentuan oksigen terlarut dengan

metoda elektrokimia adalah cara langsung

untuk menentukan oksigen terlarut dengan

alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah

menggunakan probe oksigen yang terdiri dari

katoda dan anoda yang direndam dalarn

larutan elektrolit.

Pada alat DO meter, probe ini biasanya

menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda

timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda

ini dilapisi dengan membran plastik yang

bersifat semi permeable terhadap oksigen.

Aliran reaksi yang terjadi tersebut

tergantung dari aliran oksigen pada katoda.

Difusi oksigen dari sampel ke elektroda

berbanding lurus terhadap konsentrasi

oksigen terlarut. Penentuan oksigen

terlarut (DO) dengan cara titrasi

berdasarkan metoda WINKLER lebih analitis

apabila dibandingkan dengan cara alat DO

meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam

titrasi iodometri ialah penentuan titik

akhir titrasinya, standarisasi larutan

tiosulfat dan pembuatan larutan standar

kaliumbikromat yang tepat.Dengan mengikuti

prosedur penimbangan kaliumbikromat dan

standarisasi tiosulfat secara analitis,

akan diperoleh hasil penentuan oksigen

terlarut yang lebih akurat. Sedangkan

penentuan oksigen terlarut dengan H+ 24

cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan

salinitas sampel yang akan diperiksa.

Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital

terhadap akurasi penentuan oksigen terlarut

dengan cara DO meter. Disamping itu,

sebagaimana lazimnya alat yang digital,

peranan kalibrasi alat sangat menentukan

akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan

pengalaman di lapangan, penentuan oksigen

terlarut dengan cara titrasi lebih

dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang

lebih akurat. Alat DO meter masih

dianjurkan jika sifat penentuannya hanya

bersifat kisaran.

Dengan melakukan metode analisa maka dapat

diperoleh :

1. Oksigen sangat dibutuhkan oleh semua

jasad hidupuntuk pernapasan dan proses

metabolisme. Dalam perairan oksigen berperan

dalam proses oksidasi dan reduksi bahan

kimia menjadi

senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrien

yang sangat dibutuhkan organisme perairan.

Sumber utama oksigen diperairan berasal dari

proses difusi udara bebas dan hasil proses

fotosintesis.

2. Untuk mengetahui kualitas suatu perairan,

parameter oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan

oksigen biokimia (BOD) memegang peranan

penting. Prinsip penentuannya bisa dilakukan

dengan cara 26 titrasi iodometri atau

langsung dengan alat DO meter.

3. Suatu perairan yang tingkat

pencemarannya rendah dan bisa dikatagorikan

sebagai perairan yang baik, maka kadar

oksigen terlarutnya (DO) > 5 ppm dan kadar

oksigen biokimianya (BOD) berkisar 0 - 10

ppm.

3. CONTOH PERMASALAHAN ATAU KASUS TENTANG OKSIGEN

TERLARUT

a. Alat Dan Metoda

Alat yang digunakan dalam praktikum ini

antara lain: bak plastik, aerasi, buret,

statif, gelas ukur, erlenmeyer, pipet

tetes, botol sampel dan aerator. 3.1.2

Bahan Bahan yang digunakan dalam praktrikum

ini antara lain: EM4, starbio, MnSO4, KOH-

KI, amilum, Na2S2O3, H2SO4, air kolam, dan

air limbah.

b. Metode /Cara Kerja

Bak plastik diisi air sebanyak 10 liter

yang terdiri dari 8 liter air kolam dan 2

liter air limbah. Persiapan dilakukan 2-3

hari sebelum praktikum. Kemudian diukur

kandungan oksigen terlarut dan BOD5 pada

awal (0 hari) yaitu sebelum perlakuan, dan

7 hari setelah perlakuan. Perlakuan yang

diberikan adalah pemberian starbio dengan

aerasi, starbio dengan non aerasi, EM4

dengan aerasi, EM4 dengan non aerasi,

aerasi saja dan non aerasi.

Pengukuran Oksigen Terlarut Air sempel

diambil dengan botol Winkler secara hati-

hati agar tidak ada gelembung air yang

masuk ke dalam botol. Kemudian menambahkan

1 ml larutan MnSO4 dan 1 ml larutan KOH-KI

ke dalam botol winkler yang berisi 250 ml

air sampel. Kemudian botol ditutup dan

dihomogenkan sampai terjadi endapan

berwarna coklat kemudian didiamkan sampai

mengendap. Kemudian menambahkan H2SO4 pekat

sebanyak 1 ml kemudian botol ditutup lalu

dihomogenkan sampai semua 6 endapan menjadi

larut dan berwarna coklat kekuningan.

Kemudian mengambil sebanyak 100 ml dengan

gelas ukur dan dimasukkan ke dalam labu

erlemeyer, lalu ditambahkan indikator

amilum sebamyak 5 tetes dan dititrasi

dengan larutan Na2S2O3 0,025 N sampi warna

larutan menjadi bening.

Pengukuran BOD5 diukur dengan

menggunakan metode winkler Menyiapkan 4

buah botol sample BOD, 2 buah botol untuk

masingmasing sample dan blanko. Untuk 2

botol pertama langsung diukur oksigen

terlarutnya sebagai t = 0, sedang 2 botol

lainnya diinkubasi selama 5 hari pada suhu

200C baru diukur oksigen terlarutnya

sebagai t = 5.

Rumus perhitungan : (A0 – A5) – (S0 –

S5) T BOD5 = P

keterangan :

A0 = oksigen terlarut sampel pada nol

hari

A5 = oksigen terlarut sampel pada lima

hari

S0 = oksigen terlarut blanko pada nol

hari mg/L

S5 = oksigen terlarut blanko pada lima

hari

T = derajat pengenceran

P = persen perbandingan antara A0 : S0

Perubahan nilai oksigen terlarut

berdasarkan tingkat pengenceran dengan

perlakuan non aerasi menunjukkan bahwa

semakin rendah konsentrasi air, maka

cenderung tinggi nilai oksigen terlarutnya.

Pengenceran akan mempengaruhi kandungan

oksigen terlarut. Sistem aerasi menyebabkan

perubahan kandungan nilai oksigen yang

cukup besar karena gelembung aerasi

menghasilkan gelembung oksigen. Oleh karena

itu, limbah cair yang diberi perlakuan

aerasi mempunyai kandungan oksigen terlarut

dan BOD lebih besar dibandingkan dengan

limbah cair yang tidak diberi aerasi.

BAB II

ALAT & BAHAN

A. AlatAdapun alat yang digunakan dalam praktikum ini

adalah:

1. Botol Winkler

2. Pipet tetes

3. Buret dan Statif

4. Gelas ukur

5. Pengaduk

6. Beaker glass

B. Bahan

Adapun bahan yang diperlukan dalam praktikum ini

adalah:

1. Larutan MnSO4

2. Sample (Aqua dan Indodes)

3. H2SO4 (p)

4. Larutan Tio 0,025 N

5. Alkali Azida

BAB III

PROSEDUR KERJA

A. PENENTUAN OKSIGEN TERLARUT PADA SAMPEL “AQUA”

Berikut ini prosedur kerja yang dilakukan

dalam penentuan oksigen terlarut pada sample

AQUA :

1. Dimasukkan sampel AQUA ke dalam botol winkler,

isi hingga penuh lalu tutup botol winkler

tersebut.

2. Dibuka botol winkler, lalu tambahkan 2 ml MnSO4

dan 4 ml Alkali Azida, kemudian aduk hingga

homogen, diamkan selama 4 menit.

3. Dibuang cairan jernih di atasnya (25ml)

4. Ditambahkan 2 ml H2SO4, dan aduk.

5. Lalu dititrasi dengan Tio 0,025 N, dengan

menggunakan larutan amylum sebagai indikator ±

2ml.

B. PENENTUAN OKSIGEN TERLARUT PADA SAMPEL “INDODES”

Berikut ini prosedur kerja yang dilakukan

dalam penentuan oksigen terlarut pada sample

AQUA :

1. Dimasukkan sampel INDODES ke dalam botol

winkler, isi hingga penuh lalu tutup botol

winkler tersebut.

2. Dibuka botol winkler, lalu tambahkan 2 ml MnSO4

dan 4 ml Alkali Azida, kemudian aduk hingga

homogen, diamkan selama 15 menit.

3. Dibuang cairan jernih di atasnya (25ml)

4. Ditambahkan 2 ml H2SO4, dan aduk.

5. Lalu dititrasi dengan Tio 0,025 N, dengan

menggunakan larutan amylum sebagai indikator ±

2ml.

BAB IV

DATA PENGAMATAN

A. PENENTUAN OKSIGEN TERLARUT PADA SAMPEL “AQUA”

Sampel :Aqua

Vol. Sampel :110,3 ml

Vol. MnSO4 : 2 ml

Vol. Alkali Azida :4 ml

Waktu didiamkan :4 menit

Vol. sampel yang dibuang : 25 ml

Vol. H2SO4(p) :2 ml

Indikator Amylum :± 2 ml

N Tio :0,025 N

Vol. Titrasi :4,6 ml

Pengamatan Perubahan Warna:

Larutan Bening + MnSO4 Larutan

Bening

Larutan Bening + Alkali Azida

Larutan Kuning Kecoklatan

didiamkan

Larutan Kuning Kecoklatan 4 menit

Terbentuk Endapan Coklat

Endapan Coklat + H2SO4(p) Larutan

Orange

titrasi

Larutan Orange Na2S2O3 Larutan Kuning

Larutan Kuning + Indikator Amylum

Larutan Biru Kehitaman

titra

si

Larutan Biru Kehitaman Na2S2O3 Larutan Biru

Muda

B. PENENTUAN OKSIGEN TERLARUT PADA SAMPEL “INDODES”

Sampel :Indodes

Vol.Sampel :96,2 ml

Vol. MnSO4 :2 ml

Vol. Alkali Azida :4 ml

Waktu didiamkan :15 menit

Vol. sampel yang dibuang : 25 ml

Vol. H2SO4(p) :2 ml

Indikator Amylum :± 2 ml

N Tio :0,025 N

Vol. Titrasi :4,25 ml

Pengamatan Perubahan Warna:

Larutan Bening + MnSO4 Larutan

Jernih

Larutan Jernih + Alkali Azida

Larutan Kuning

didiamkan

Larutan Kuning Kecoklatan 15 menit

Larutan Jernih + Terbentuk

Endapan Coklat

Larutan Jernih + Endapan CoklatEndapan + H2SO4(p)

Larutan

Orange

titrasi

Larutan Orange Na2S2O3 Larutan Kuning

Larutan Kuning + Indikator Amylum

Larutan Biru Kehitaman

titra

si

Larutan Biru Kehitaman Na2S2O3 Larutan Biru

Muda

BAB V

PENGOLAHAN DATA

A. OKSIGEN TERLARUT PADA SAMPEL “AQUA”

Diketahui : Volume sampel (volume botol

winkler) = 110,3 ml

Volume Tio = 4,6 ml

N. Tio = 0,025 N

Ditanya : DO =...?

Penyelesaian :

B. OKSIGEN TERLARUT PADA SAMPEL “INDODES”

Diketahui : Volume sampel (volume botol

winkler) = 96,2 ml

Volume Tio = 4,25 ml

N. Tio = 0,025 N

Ditanya : DO =...?

Penyelesaian :

BAB VI oksigen

REAKSI

2H2O + MnSO4 Mn(OH)2 +

H2SO4

2Mn(OH)2 + O2 2MnO2 +

2H2O

MnO2 + 2 KI + 2NaN3 MnO2 +

2KI + 2NaN3

MnO2 + 2 KI + NaN3 + 2H2SO4

MnSO4 + K2SO4

+ I2 +

NaN3 + 2H2O

I2 + 2NaS2O3 Na2S4O6 + 2NaI

BAB VII

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Kandungan Oksigen Terlarut di dalam AQUA adalah

10,785 ppm

2. Kandungan Oksigen Terlarut di dalam INDODES adalah

11,94 ppm

DAFTAR PUSTAKA

American Public Health Association.1998.”Standard

Methods for The Examination Of Water And

Wastewater”.Washington DC.

Ayers,R.S.1976.”Water Quality for Agriculture FAO”.Rome

Effendi, Hefni.2003.”Telaah Kualitas

Air”.Yogyakarta:Penerbit Kanisisus.

Sutrisno, Totok.2002.”Teknologi Penyediaan Air

Bersih”.Jakarta:Penerbit Rineka Cipta.