Diagnosis Kesulitan Belajar

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesulitan belajar pada siswa adalah suatu hal yang wajar dan sering terjadi, namun begitu bukan berarti hal ini dibiarkan begitu saja. Sebagai seorang guru, maupun calon guru serta pemerhati pendidikan harus melakukan berbagai kajian dan usaha dalam rangka mengatasi kesulitan belajar pada siswa. Hal ini penting dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal pada seluruh siswa atau peserta didik. Dalam dunia pendidikan, istilah "Diagnosis" merupakan istilah yang relatif baru. Walaupun dalam dunia kedokteran sudah lama dikenal dan bukan istilah asing lagi. Dalam kegiatan diagnosis, seorang dokter mengadakan wawancara, mengukur dan memeriksa denyut jantung, tekanan darah dan sebagainya kepada pasiennya. Kemudian seorang dokter memberikan saran-saran, nasehat- nasehat, menyuntik obat, memberi resep kepada pasien agar obat diminum. Ini merupakan langkah tindak lanjut sebagai usaha penyembuhan. Ilustrasi tersebut diatas sesuai dengan pendapat W.J.S. Poerwadarminto yang mengatakan, bahwa diagnosis berarti penentuan sesuatu penyakit dengan menilik atau memeriksa gejala. Istilah ini biasanya digunakan dalam ilmu kedokteran (W.J.S. Poerwadarminto: 1982). Dalam dunia pendidikan arti "diagnosis" tidak banyak mengalami perubahan, yaitu diartikan sebagai usaha-usaha untuk mendeteksi, meneliti sebab-sebab, jenis-jenis, sifat- sifat dari kesulitan belajar seorang murid. Dengan demikian semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan 1

Transcript of Diagnosis Kesulitan Belajar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesulitan belajar pada siswa adalah suatu hal yangwajar dan sering terjadi, namun begitu bukan berarti halini dibiarkan begitu saja. Sebagai seorang guru, maupuncalon guru serta pemerhati pendidikan harus melakukanberbagai kajian dan usaha dalam rangka mengatasikesulitan belajar pada siswa. Hal ini penting dilakukanagar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimalpada seluruh siswa atau peserta didik.

Dalam dunia pendidikan, istilah "Diagnosis"merupakan istilah yang relatif baru. Walaupun dalamdunia kedokteran sudah lama dikenal dan bukan istilahasing lagi. Dalam kegiatan diagnosis, seorang doktermengadakan wawancara, mengukur dan memeriksa denyutjantung, tekanan darah dan sebagainya kepada pasiennya.Kemudian seorang dokter memberikan saran-saran, nasehat-nasehat, menyuntik obat, memberi resep kepada pasienagar obat diminum. Ini merupakan langkah tindak lanjutsebagai usaha penyembuhan.

Ilustrasi tersebut diatas sesuai dengan pendapatW.J.S. Poerwadarminto yang mengatakan, bahwa diagnosisberarti penentuan sesuatu penyakit dengan menilik ataumemeriksa gejala. Istilah ini biasanya digunakan dalamilmu kedokteran (W.J.S. Poerwadarminto: 1982). Dalamdunia pendidikan arti "diagnosis" tidak banyak mengalamiperubahan, yaitu diartikan sebagai usaha-usaha untukmendeteksi, meneliti sebab-sebab, jenis-jenis, sifat-sifat dari kesulitan belajar seorang murid.

Dengan demikian semua kegiatan yang dilakukan olehguru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan

1

diagnosis. Adapun landasan pemikiran perlunya diagnosisdan pemecahan kesulitan belajar bagi murid-murid sebagaiberikut:

1. Setiap murid hendaknya mendapat kesempatan danpelayanan untuk berkembang secara optimal sesuaidengan kemampuan kecerdasan, bakat dan minatnya.

2. Adanya perbedaan-perbedaan kemampuan, kecerdasan,bakat, minat dan latar belakang fisik serta sosialmasing-masing murid, maka kemajuan belajar muriddalam satu kelas mungkin tidak sama. Ada murid yangcepat, biasa, dan ada yang lambat.

3. Sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberikankesempatan kepada murid untuk maju sesuai dengankemampuan sendiri. Pada waktu diadakan evaluasi akannampak adanya sejumlah murid yang belum berhasilmencapai penguasaan materi seperti yang diharapkan.Dalam hal ini sekitar 25-20% dari murid dalam satukelas dapat tergolong "murid yang mengalami kesulitanbelajar", dan perlu mendapat layanan remidial. Untukpelayanan tersebut, guru perlu memperhatikan muridyang prestasi yang dituntut untuk tingkat kemampuankelas tertentu.

4. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas, para gurudan konselor perlu diperlengkapi dengan pengetahuan,sikap dan keterampilan dalam hubungannya denganpengidifikasian kesulitan belajar, sebab-sebabnya danpelayanan remedialnya (Proyek Perintis SekolahPembangunan, 1997).

Di samping itu kesulitan belajar yang dialami olehseseorang akan dapat mempengaruhi kondisi psikologisnya.Murid yang mengalami kesulitan belajar cenderung akanmengalami kecemasan, frustasi, gangguan emosional,

2

hambatan penyesuaian diri dan gangguan-gangguanpsikologis yang lain.

Dari hasil studi tentang hubungan antara ciri-cirikepribadian dengan prestasi belajar menyatakan bahwamurid yang tergolong pencapaian rendah (under achiever)menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Lebih banyak mengalami kecemasan dan kurang mampumengontrol diri terhadap kecemasan.

2. Kurang mampu menyesuaikan diri dan kurang keprcayaandiri.

3. Kurang mampu mengikuti otoritas.

4. Kurang mampu dalam penerimaan sosial.

5. Lebih banyak mengalami konflik ketergantungan.

6. Kegiatannya kurang berorientasi pada akademik darisosial (Rosyidan, 1998).

Oleh karena itu kesulitan belajar bukan hanyamerupakan masalah instruksional atau pedagogis saja,tetapi pada dasarnya merupakan masalah psikologis.Dikatakan demikian karena kesulitan belajar berakarkepada aspek-aspek psikologi terutama gangguankepribadian dan penyesuaian diri. Sebagai masalahpsikologis, kesulitan belajar menuntut usaha pemecahandengan pendekatan yang lebih bersifat psikologis pula.Bantuan yang diberikan tidak hanya bersifatinstruksional pedagogis tetapi juga bantuan yangbersifat terapiutik.

Mereka yang mengalami kesulitan belajar tidak hanyadibantu dalam memperoleh keterampilan belajar, tetapidibantu dalam memahami dirinya, serta mengarahkannyaagar terdapat perkembangan yang harmonis dan optimal.Mereka memerlukan bantuan untuk meningkatkan perasaan

3

kebahagiaan dirinya serta mampu menyesuaikan diri secaraefektif terhadap lingkungannya (Hadi Pranoto, MengutipMortensen, D.G. & A.M. Schmuller, 1996).

B. Rumusan Masalah.

1. Apa pengertian belajar ?

2. Apa pengertian kesulitan belajar ?

3. Bagaimana gejala dan ciri kesulitan belajar ?

4. Bagaimana tingkat jenis dan faktor kesulitan yangdihadapi murid ?

5. Bagaimana proses pemecahan kesulitan belajar ?

C. Tujuan Pembahasan.

1. Untuk mengetahui apa pengertian belajar.

2. Untuk mengetahui apa pengertian kesulitan belajar.

3. Untuk mengetahui bagaimana gejala dan cirikesulitan belajar.

4. Untuk mengetahui bagaimana tingkat jenis dan faktorkesulitan yang dihadapi murid.

5. Untuk mengetahui bagaimana proses pemecahankesulitan belajar.

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar.

Untuk memperoleh gambaran yang cukup jelas tentangdaerah yang kita pilih sebagai pokok pembahasan, makasebaiknya terlebih dulu kita pilih sebagai pokokpembahasan, maka sebaiknya terlebih dulu kita mengadakanpembatasan mengenai pengertian belajar pada umumnya.Tinjauan terhadap pokok ini lebih bersifat psychologissebagai landasan dalam membahas tehnik-tehnik belajaratau untuk meneliti cara-cara belajar yang efisien yangsebaiknya diikuti.

Ada yang berpendapat, bahwa belajar adalahkegiatan-kegiatan fisik atau badaniah. Hasil belajaryang dicapai adalah berupa perubahan-perubahan dalamfisik itu, misalnya untuk mencapai kecakapan-kecakapanmotoris seperti: lari, mengendarai mobil, memukul bolasecara baik dan sebagainya. Pandangan lain menitikberatkan pendapatnya bahwa belajar adalah kegiatanrohaniah atau psichis. Hasil belajar yang dicapai adalahperubahan-perubahan dalam psichis, misalnya memperolehpengertian tentang bahasa, mengapresiasi seni budaya,bersikap susila dan lain-lain.

5

Ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskanperbuatan belajar sebagai berikut: Belajar adalah suatu bentukpertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang ditanyakandalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman danlatihan.1 Tingkah laku baru itu misalnya dari tidak tahumenjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru,perubahan alam sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan,kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial,emosional dan pertumbuhan jasmaniah. Perumusan perbuatanbelajar yang terakhir ini tidak lagi memisahkan antaraperubahan-perubahan jasmaniah dan perubahan-perubahanrohaniah. Sesungguhnya kedua aspek itu saling melengkapidan bertalian satu sama lain. Keduanya merupakan aspek-aspek yang bersifat komplementer. Manusia dalamperbuatannya selalu menuntut kegiatan rohani danjasmani. Membaca buku misalnya adalah paduan antarakegiatan jasmaniah yang berupa gerakan-gerakan mata,gerakan tangan, sikap badaniah dengan kegiatan-kegiatanrohaniah yang berupa mengolah penegrtian-pengertian yangada dalam bacaan, membandingkan mengingat kembali,memikirkan persoalan dan sebagainya. Setiap perbuatanbelajar senantiasa memiliki aspek jasmaniah yang disebutstruktur dan aspek rohaniah yang disebut fungsi. Otakkita sebagai kegiatan yang penting dalam diri kitamengandung kedua aspek itu. Otak itu sendiri adalahstrukturnya dan berfikir adalah fungsinya. Keduanyasaling mempengaruhi satu sama lain. Kalau otak luka makafungsi berpikirnya akan terganggu dan sebaiknya kalaufungsi berfikir itu tidak normal maka struktur otak ituakan berubah bentuknya. jadi jelaslah bahwa kedua aspekitu sesungguhnya bersatu dalam perbuatan belajarseseorang.

1 Drs. Oemar Hamalik, 1983, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, Cet. II,Tarsito: Bandung

6

Bagi kita adanya kedua aspek itu dan yang manapaling menonjol sesungguhnya tidaklah penting benar,oleh sebab kita hanya ingin mengerti secara singkat sajatentang apa yang dimaksud dengan perbuatan belajar itu.Belajar di Universitas pada umumnya banyak menitikberatkan pada memperoleh Pengetahuan dan keterampilanbelaka, sekalipun aspek-aspek pribadi lainnya memangsangat dibutuhkan. Dalam rangka itu pula kita inginmenemukan cara-cara belajar yang paling tepat agartujuan dan maksud tadi dapat tercapai sebaik-baiknya.Dengan kata lain, kita memerlukan cara-cara belajar yangefisien.

Tafsiran-tafsiran tentang belajar. Gambaran tersebut di atasakan lebih lengkap apabila dalam bagian ini kita mencobamenganalisa perbuatan belajar itu. Para ahli dalambidang belajar pada umumnya sependapat, bahwa perbuatanbelajar itu adalah bersifat kompleks, karena merupakansuatu proses yang dipengaruhi atau ditentukan olehbanyak faktor dan meliputi berbagai aspek baik yangbersumber dari dalam diri maupun yang bersumber dariluar diri manusia. Karena sifatnya yang kompleks itu,maka para ahli dalam bidang ini menginterpretasikannyadalam berbagai segi dengan metodenya sendiri-sendiri.Bahkan ada tafsiran, bahwa pada hakekatnya setiap orangmemiliki teori belajar, tafsiran belajar dan cara-carabelajarnya sendiri. Pada pokoknya dapat disimpulkan,bahwa ada tiga jenis tafsiran belajar, yakni:

1) Belajar menurut Ilmu jiwa daya;

2) Belajar menurut Ilmu jiwa assosiasi, dan

3) Belajar menurut Ilmu jiwa gestalt atauorganisme.2

2 Drs. Nasution, Asas-asas Kurikulum, Penerbit Terate, Bandung, 1964, hal. 35-46.

7

Menurut ilmu jiwa daya jiwa manusia terdiri dariberbagai daya, seperti daya berfikir, mengingatperasaan, mengenal, kemauan dan sebagainya. Daya-dayaini dapat berkembang dan berfungsi apabila dilatihdengan bahan-bahan dan cara-cara tertentu. Berdasarkanpandangan ini, maka yang dimaksud dengan belajar ialah usahamelatih daya-daya itu agar berkembang, sehingga kita dapatberfikir, mengingat, dan sebagainya. Cara yang digunakanialah dengan mengahfal, memecahkan soal-soal danberbagai jenis kegiatan lainnya.

Menurut teori ilmu jiwa assosiasi, jiwa manusiaterdiri dari assosiasi dari berbagai tanggapan yangmasuk ke dalam jiwa kita. Assosiasi itu biasanyaterbentuk berkat adanya hubungan antara perangsang-perangsang dan reaksi-reaksi yang disebut hubunganStimulus-response. Menurut pandangan ini maka belajarberarti membentuk hubungan-hubungan stimulus response dan melatihhubungan-hubungan itu agar bertalian erat. Belajar demikiansifatnya mekanis, seperti mesin, dan akhirnya akanterbentuk kebiasaan-kebiasaan, dan setumpukan ilmuPengetahuan.

Menurut teori ilmu jiwa gestalt (keseluruhan), jiwamanusia bukan terdiri tanggapan (elemen-elemen),melainkan merupakan satu keseluruhan yang bulat danberstruktur. Jiwa manusia hidup dan di dalamnya terdapatprinsip aktif, di mana individu senantiasaberkecenderungan untuk beraktivitas, berinteraksi denganlingkungan. Itu sebabnya belajar menurut pandangan ini berartimengalami, berbuat, bereaksi, berfikir secara kritis3.

Jadi jelaslah bahwa pengertian belajar sepertitelah dikemukakan pada halaman terdahulu, adalah

3 Drs. Oemar Hamalik, 1983, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, Cet. II,Tarsito: Bandung

8

merupakan integrasi dari pada berbagai pandangan tentangbelajar dari ketiga teori yang terakhir ini.

Analisa perbuatan berlajar. Seperti telah di kemukakan diatas bahwa belajar itu sangat kompleks, sukar dirabaunsure-unsurnyasecara terperinci. Akan tetapi apabilaingin mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentnagproses perbuatan belajar ini, maka ada baiknya di sinidi kemukakan sebagai contoh tentang analisa bagaimanaseseorang belajar bermain sepakbola.

1. Ia ingin menjadi seorang pemain sepakbola yangkawakan.

2. Ia mempelajari teori bermain sepakbola dari buku-buku dan bacaan lainnya.

3. Ia berlatih setiap hari secara teratur gunamemperoleh kecakapan dan mempertinggi kecakapanbermain sepakbola.

4. Ia meminta nasehat dan petunjuk-petunjuk daripelatih atau orang-orang yang pandai bermainsepakbola itu.

5. Ia sering kali menyaksikan pertandingan-pertandinganbaik dalam lingkungan sendiri atau pertandingan-pertandingan yang besar.

6. Ia menerima kritik, saran-saran dari orang lain, dania meninjau tingkat permainannya sendiri.

7. Ia melakukan berbagai kegiatan lainnya dengan maksudmempertinggi kepandaiannya itu.

Kita melihat di sini bahwa ia melakukan berbagaiaktivitas belajar. Dan berkat kegiatan-kegiatan itu makaia akan memperoleh sejumlah hasil belajar, suatuperubahan dalam dirinya dalam bentuk:

1. Kecakapan bermain sepakbola.9

2. Pengetahuan tentang tehnik-tehnik bermain sepakbola.

3. Pengertian-pengertian dan kesimpulan-kesimpulan umumdan prinsip-prinsip yang berharga, misal prinsipmemperhatikan timming cara menyepak dan menahanbola.

4. Berfikir cepat menanggapi situasi permainan danmemahami bagaimana pihak lawan menggunakan berbagaitaktik untuk membobolkan gawangnya.

5. Memperoleh sikap, seperti tanggung jawab bersama,ketekunan menghadapi situasi-situasi yang sulit,bermain sportif, disiplin pada peraturan-peraturandan sebagainya.

Kesimpulan: dari analisa belajar di atas, makaternyata belajar yang berhasil ialah apabila kitamenggunakan berbagai kegiatan belajar yang terarah,dengan jalan: mendengarkan, mengingat, merenungkan,menganalisa, berfikir, memperbandingkan menghubungkannyadengan pengalaman masa lampau. Cara belajar sepertimengikuti kuliah, membaca buku, mempelajari diagram,grafik, tabel-tabel, memperhatikan demonstrasi,bertanya, berdiskusi, membuat tugas-tugas, dansebagainya perlu sekali dilakukan. Bahkan hasil belajaritu akan lebih dikuasai apabila kita mengikuti danmelaksanakannya dalam praktek, berbuat, melakukannyasendiri, melaksanakannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan demikian diharapkan seluruh hasil belajaritu akan berintegrasi dalam pribadi kita, dan menjadipengalaman yang bermakna, baik untuk diri sendiri maupununtuk masyarakat.

Gambaran tentang proses belajar4. Telah kitaketahui, bahwa belajar senantiasa merupakan kegiatan

4 Drs. Oemar Hamalik, 1983, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, Cet. II,Tarsito: Bandung

10

yang berlangsung di dalam suatu proses dan terarahkepencapaian sesuatu tujuan tertentu.

Di bawah ini adalah tentang bagaimana proses ituterjadi:

1. Pelajar mempunyai motivasi dan melihat suatu tujuan.

2. Mengarahkan perhatian dan kegiatan ke tujuan.

3. Melakukan usaha percobaan permulaan.

4. Menggunakan pengalaman-pengalaman masa lampauterhadap tugas, deferensiasi dan integrasi.

5. Mengambil jawaban-jawaban yang benar, menghilangkanjawaban-jawaban yang salah.

6. Mencapai tujuan jawaban yang baik, terbaru, digunakanke dalam situasi lain.

Langkah-langkah kegiatan belajar tersebut di atasdapat di uraikan sebagai berikut:

1. Seseorang memiliki motivasi dan melihat suatu tujuantertentu yang menjadi incetive untuk dicapai. Iakemudian mengarahkan perbuatannya dan mengadakanassosiasi dengan motive tadi.

2. Dengan sadar ia memimpin perhatiannya kea rah tujuanitu dan mengerahkan tenaga yang ada padanya ke arahtujuan itu.

3. Secara intelligent ia berusaha mencoba (trial andconfirmation activity) menemukan suatu metode ataucara baru untuk mencapai tujuan atau memperbaikimetode yang telah ia miliki.

4. Ia menggunakan pengalaman-pengalaman yang lampau yangia telah miliki (pengalaman appresepsi) terhadaptugas-tugas yang dihadapinya; mengadakan

11

differensiasi atas unsur-unsur yang ada di dalamsituasi sekarang dengan maksud menghayati metodesecara tepat; dan menyatu padukan semua jawaban-jawaban yang telah dikembangkan menjadi suatu jawabanyang baru sama sekali yang tingkatannya lebih tinggi.

5. Di dalam proses mendeferensiasikan (membeda-bedakan,memisah-misahkan) dan proses penyatu paduan itu iamenghilangkan atau membuang metode-metode yang tidakcocok, melaksanakan jawaban yang benar dan menjadikanmetode yang baru menjado pola kelaukan baru (Learnedbehavior pattern) yang dapat digunakan ke dalamsituasi lain.

Tegasnya dalam hal ini telah terjadi perubahankelakuan.5

B. Pengertian Kesulitan Belajar.

Pada umumnya “kesulitan” merupakan suatu kondisitertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatandalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukanusaha lebih giat lagi untuk dapat diatasi. Kesulitanbelajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalamsuatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin jugatidak disadari oleh orang yang mengalaminya, dan dapatbersifat sosiologis, psikologis, dan fisiologis dalamkeseluruhan proses belajarnya.

Orang yang mengalami hambatan dalam proses mencapaihasil belajar akan mendapatkan hasil di bawahsemestinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Allan O.Rpss:

5 Klausmeir & Dresden, Teaching in the Elementary School, Harper & Brothers, New York, 1962, hal. 69

12

“A learning difficulty represents a discrepancy between a child’s estimatedacademis potential and his actual level of academic performance.”6

Kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luasdan kedalaman termasuk pengertian-pengertian seperti:

1. Learning Disorder (Ketergangguan Belajar)

Adalah keadaan di mana proses belajar seseorangterganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.Pada dasarnya orang yang mengalami gangguan belajar,prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapiproses belajarnya yang terganggu atau terhambat olehadanya respons-respons yang bertentangan.

Dengan demikian hasil belajar yang dicapai akan lebihrendah dari potensi yang dimiliki.7

2. Learning Disabilities (Ketidakmampuan Belajar)

Adalah ketidakmampuan seseorang murid yang mengacupada gejala di mana murid tidak mampu belajar(menghindari belajar), sehingga hasil belajarnya dibawah potensi intelektualnya.

3. Learning Disfunction (Ketidakfungsian Belajar)

Menunjukkan gejala di mana proses belajar tidakberfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidakada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alatindra atau gangguan-gangguan psikologis lainnya.

4. Under Achiever (Pencapaian Rendah)

Adalah mengacu pada murid-murid yang memiliki tingkatpotensi intelektual di atas normal, tetapi prestasibelajarnya tergolong rendah.

5. Slow Learner (Lambat Belajar) 6 Ross, AD., 1974

7 Rosyidan, 199813

Adalah murid yang lambat dalam proses belajarnyasehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf potensiintelektual yang sama.

Uraian di atas menunjukkan bahwa kesulitan belajarmempunyai pengertian lebih luas dari pada pengertian-pengertian “Learning disorder, learning disabilities, learningdisfunction, under achiever dan slow learner.” Mereka yangtergolong seperti tersebut di atas, akan mengalamikesulitan belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam proses belajar.

Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yangNampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah lakuyang dimanifestasikan ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu.

Gejala ini akan nampak dalam aspek-aspek kognitif,motoris dan afektif, baik dalam proses maupun hasilbelajar yang dicapai. Ciri-ciri tingkah laku yangmerupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitanbelajar antara lain:

1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimiliki.

2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yangtelah dilakukan. Mungkin ada murid yang sudahberusaha untuk belajar dengan giat, tetapi nilai yangdicapainya selalu rendah.

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.Selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalammenyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yangditentukan. Misalnya rata-rata anak dapatmenyelesaikan suatu tugas dalam waktu 40 menit, makaanak yang mengalami kesulitan belajar memerlukan

14

waktu yang lebih lama, karena dengan waktu yangtersedia ia tidak dapat menyelesaikan tugasnya.

4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh takacuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.

5. Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar sepertimembolos, datang terlambat, tidak mengerjakanpekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luarkelas, tidak mau mencatat pelajarn, tidak tertibdalam kegiatan belajar mengajar, mengasingkan diri,tidak mau bekerja sama dan sebagainya.

6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajarseperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, kurangbergembira dalam menghadapi nilai rendah tidakmenunjukkan perasaan sedih dan menyesal dansebagainya.

Sehubungan dengan apa yang dikemukakan di atas makaH.W. Burton mengidentifikasikan seorang murid dapatdiduga mengalami kesulitan belajar, kalau yangbersangkutan menunjukkan kegagalan tertentu dalammencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajardiidentifikasikan oleh H.W. Burton sebagai berikut8:

1. Murid dikatakan gagal, apabila dalam batas waktutertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukurantingkaat keberhasilan atau tingkat penguasaan (masterylevel) minimal dalam pelajarn tertentu seperti yangtelah ditetapkan oleh guru (criterion referenced), dalamkonteks sistem pendidikan di Indonesia, angka nilaibatas lulus (passing grade, grade standar basis) ituialah angka 6 atau 60 (60% dari ukuran yangdiharapkan); murid ini dapat digolongkan ke dalam“lower group.”

8 Drs. H. Mulyadi, M.Pd.I, 2010, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, Cet. II, Nuha Litera: Yogyakarta.

15

2. Murid dikatakan gagal, apabila yang bersangkutantidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yangsemestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya,intelegensi, bakat ia diramalkan (predicted) akan bisamengerjakan atau mencapai prestasi tersebut; makanmurid ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.

3. Murid dikatakan gagal, kalau yang bersangkutan tidakdapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasukpenyesuaian sosial. Sesuai dengan pola organismiknya(hisorganismic pattern) pada fase perkembangan tertentuseperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usiayang bersangkutan (norm referenced), maka muridtersebut dapat dikategorikan ke dalam “slow learner.”

4. Murid dikatakan gagal, kalau yang bersangkutan tidakberhasil mencapai tingkat penguasaan (mastery level)yang diperlukan sebagai prasyarat (prerequisite) bagikelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaranberikutnya. Murid ini dapat dikategorikan ke dalam“slow learner” atau belum matang (immature) sehinggaharus menjadi pengulangan (repeaters) (Burton, H.W.,1952).

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian kesulitanbelajar. Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip olehWarkitri ddk.9 menyatakan bahwa kesulitan belajar adalahterdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yangdiharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh.Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu yangmengalami kesulitan belajar adalah individu yang normalinteligensinya, tetapi menunjukkan satu atau beberapakekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi,ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya.

Sementara itu Siti Mardiyanti dkk.10 menganggapkesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses

9 1990 : 8.316

belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentuuntuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkindisadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan,mungkin bersifat psikologis, sosiologis, ataupunfisiologis dalam proses belajarnya.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwakesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimanaterdapat suatu jarak antara prestasi akademik yangdiharapkan dengan yang diperoleh yang ditandai olehadanya hambatan tertentu baik bersifat psikologis,sosiologis maupun fisiologis dalam proses belajar.

Salah satu cara pemberian bantuan kepada pesertadidik yang mengalami kesulitan belajar adalah berupaprosedur dan langkah-langkah yang sistematis yangdisebut Diagnosis Kesulitan Belajar dan pengajaranperbaikan.11

Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi daribidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen (Abin S.M.,2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai berikut:

1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit(weakness, disease) apa yang dialami seseorang denganmelalui pengujian dan studi yang seksama mengenaigejala-gejalanya (symtoms);

2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu haluntuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;

3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studiyang saksama atas gejala-gejala atau fakta-faktatentang suatu hal.

10 1994 : 4 – 5

11 Etty Kratikawati dan Willem Lusikooy; 1993/199417

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwaDiagnosis Kesulitan Belajar merupakan suatu prosedurdalam memecahkan kesulitan belajar denganmengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latarbelakang dari suatu kelemahan tertentu, sertamengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkankemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.Begitu juga seorang murid dapat diduga mengalamikesulitan belajar, kalau yang bersangkutan tidakberhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajartertentu (berdasarkan kriteria seperti yang dinyatakandalam tujuan instruksional khusus/TIK atau ukurankapasitas belajarnya) dalam batas-batas waktu tertentu.

C. Gejala dan Ciri Kesulitan Belajar.

1. Gejala kesulitan belajar

Kesulitan atau masalah belajar dapat dikenalberdasarkan gejala yang dimanifestasikan dalamberbagai bentuk perilaku, baik secara kognitif,afektif, maupun psikomotorik. Menurut Warkitri12,individu yang mengalami kesulitan belajar menunjukkangejala sebagai berikut:

a. Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya.

b. Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendahdibanding sebelumnya.

c. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang denganusaha yang telah dilakukan.

d. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.

e. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnyamasa bodoh dengan proses belajar dan

12 Warkitri dkk, 1990 : 8.5 – 8.6 (Ebekunt; 2009), http://ebekunt.wordpress.com

18

pembelajaran, mendapat nilai kurang tidakmenyesal, dst.

f. Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma,misalnya membolos, pulang sebelum waktunya, dst.

g. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar,misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri,bertindak agresif, dst.

Sedang Abu Daud13 menjelaskan bahwa Kesulitan belajarpada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagaijenis manifestasi tingkah laku. Gejala kesulitanbelajar akan dimanifestasikan baik secara langsungmaupun tidak langsung, juga dalam berbagai bentuktingkah laku. Misalnya saja, sesuai dengan pengertiankesulitan belajar, tingkah laku yangdimanifestasikannya ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu. Gejala ini akan tampak dalam aspekmotorik, kognitif, konatif (kehendak) dan afektifbaik dalam proses maupun hasil belajar yangdicapainya. Contoh sulit dan lambat dalamberkomunikasi.

Dari kutipan di atas, dapat dibuat sebuah kesimpulanbahwa gejala-gejala yang menunjukkan individumengalami kesulitan belajar, yaitu:

a. Hasil belajar yang dicapai berada dibawah rata-rata kelas, lebih rendah dari hasil belajarsebelumnya, serta tidak seimbang dengan usahayang telah dilakukan.

b. Individu lambat dalam mengerjakan tugas-tugassekolah yang diberikan oleh guru.

13 http://abudaud2010.blogspot.com19

c. Menunjukkan sikap yang masa bodoh, sering bolosataupun tidak masuk sekolah, serta mudahtersinggung dan menyendiri.

2. Ciri kesulitan belajar

Adapun ciri-ciri kesulitan belajar yang dialami olehsiswa seperti berikut ini14:

a. Gangguan persepsi visual:

1) Melihat huruf/angka dengan posisi yang berbedadari yang tertulis, sehingga seringkaliterbalik dalam menuliskan kembali

2) Sering tertinggal huruf dalam menulis

3) Menuliskan kata dengan urutan yang salahmisalnya ibu jadi ubi

4) Sulit memahami kanan dan kiri

5) Bingung membedakan antara obyek dengan latarbelakang

6) Sulit mengkoordinasi antara mata (penglihatan)dengan tindakan (tangan, kaki, dan lain-lain)

b. Gangguan persepsi auditori

1) Sulit membedakan bunyi: menangkap secaraberbeda apa yang didengarnya

2) Sulit memahami perintah terutama perintah yangdiberikan dalam jumlah banyak dan kalimat yangpanjang

3) Bingung dan kacau dengan bunyi yang datangdari berbagai penjuru sehingga sulit mengikutidiskusi karena saat mencoba mendengar sebuah

14 Mutiara Endah; 201020

informasi sudah mendapatkan gangguan darisuara lain di sekitarnya

c. Gangguan bahasa

1) Sulit menangkap dan memahami kalimat yangdikatakan kepadanya

2) Sulit mengkoordinasikan/mengatakan apa yangsedang dipikirkan

d. Gangguan persepsi –motorik

1) Kesulitan motorik halus (sulit mewarnai,menggunting, melipat, menempel, menulis rapi,memotong, dll )

2) Memiliki masalah dalam koordinasi dandisorientasi yang mengakibatkan canggung dankaku dalam eraknya

e. Hiperaktivitas

1) Sukar mengontrol aktivitas motorik dan selalubergerak/menggerakkan sesuatu (tidak bisadiam)

2) Berpindah-pindah dari satu tugas ke tugasberikutnya tanpa menyelesaikan terlebih dahulu

3) Impulsif

f. Kacau (distractibility)

1) Tidak dapat membedakan stimulus yang pentingdan tidak penting

2) Tidak teratur, karena tidak memiliki urutan-urutan dalam proses berpikir

21

3) Perhatiannya sering berbeda dengan apa yangsedang dikerjakan (melamun/berhayal saatbelajar di kelas)

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa ciri-ciri kesulitan belajar yang dialami oleh siswa,yaitu:

1. Dilihat dari pesepsi visualnya, ciri-cirikesulitan belajar yang dialami oleh siswaseperti pada saat menulis, siswa sering menulisdengan salah satu huruf yang tertinggal atautidak lengkap.

2. Dilihat dari persepsi auditori, ciri-cirinyaseperti siswa sulit memahami perintah yangdisampaikan oleh guru.

3. Dilihat dari segi bahasa, cirinya seperti siswasulit memahami kalimat yang disampaikn kepadanyaserta sulit mengungkapkan apa yang sedangdipikirkannya.

D. Tingkat Jenis dan Faktor Kesulitan yang Dihadapi Murid

Setiap murid mempunyai bakat yang berbeda-beda, danbakat mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasihasil belajar. Murid yang kurang berbakat dalam suatupelajaran tertentu membutuhkan waktu yang lebih lamauntuk menguasai suatu bahan, dibandingkan dengan muridyang berbakat dalam mata pelajaran tersebut. dengan katalain, murid-murid diberi waktu secara bervariasi agardapat mencapai penguasaan bahan pelajaran secara tuntasdan dapat menolong secara tepat bila mereka mengalamikesulitan.

Kualitas pengajaran ikut menentukan ketuntasanpenguasaan bagi para murid. Oleh karena itu diperlukanusaha untuk menertibkan murid secara optimal dalam

22

kegiatan belajar mengajar, membuat pengajaran lebihpraktis dan konkrit dan menggunakan berbagai carapenguatan (reinforcement) akan banyak membantu tingkatpenguasaan bahan oleh murid.

Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajarkesanggupan dan ketekunan sert kesempatan yangdisediakan bagi murid untuk mempelajari ruang lingkupbahan yang sudah ditentukan.

Kesemua faktor ini terlihat bervariasi padasekumpulan murid yang berada dalam kegiatan belajar, adamurid yang sedang-sedang saja dan ada pula murid yangcepat belajar. Jika kita menentukan suatu criteria,misalnya 75% untuk program suatu semester, maka padaakhir program setelah dilaksanakan evaluasi sumatifmungkin ada murid yang belum mencapai tingkat ketentuantersebut.

Bila ditelusuri akan terdapat sejumlah murid yangmendapat kesulitan dalam mencapai hasil belajar secaratuntas dengan berbagai variasi yaitu:

1. Sekelompok murid yang belum mencapai tingkatketuntasan, akan tetapi hampir mencapainya.

Murid tersebut mendapat kesulitan dalam memantapkanpenguasaan, bagian-bagian yang sukar dari seluruhbahan yang harus dipelajari. Kesulitan untuk mencapaitingkat ketuntasan yang dituntut dapat diatasi denganmembaca kembali bahan-bahan yang dianggap sukar,mempelajari penjelasan-penjelasan khusus dari bukuteks, mengerjakan kembali lembaran kerja atau melaluibantuan alat peraga dan sebagainya.

2. Seorang atau sekelompok murid yang belum dapatmencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karenaada konsep dasar yang belum dikuasai atau karena

23

proses belajar yang sudah ditempuhnya tidak sesuaidengan karakteristik murid yang bersangkutan.

Jenis kesulitan yang dihadapi murid semacam ini tidakdapat di atasi dengan cara mengulang bahan yang sama(akan membosankan) akan tetapi harus dicarikanalternatif kegiatan lain yang berbeda yang mengarahpada tujuan instruksional dan tujuan pengiring yangsama. Dengan cara semacam ini serta bantuan gurudiharapkan kesulitan murid dapat diatasi sehinggabisa mencapai taraf ketuntasan seperti yangdipersyaratkan.

3. Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami murid,karena secara konseptual tidak menguasai bahan yangdipelajari secara menyeluruh, tingkat penguasaanbahan sangat rendah, konsep-konsep dasar tidakdikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sukar tidakdipahami, mungkin juga bagian-bagian yang sedang danmudah tidak dapat dikuasai dengan baik. Tidak jarangterjadi penguasaan yang rendah hanya dalam satu bahanpelajaran yang tertentu pada periode tertentu tetapibisa juga pada sejumlah mata pelajaran dan dalambeberapa periode. Mungkin yang bersangkut tidak adamotivasi, tidak ada keiapan Pengetahuan dasar, bahanterlampau sukar baginya atau mungkin ada hal lainyang berhubungan dengan masalah pribadi. Missalhubungan antara murid dengan murid dengan murid, atauhubungan antara murid dengan guru yang kurangharmonis.

Terhadap jenis kesulitan yang dialami murid semacamini, perlu bimbingan dan penanganan secara khusus danbersifat individual.

Adapun faktor lain yang mempengaruhi Kesulitanbelajar Murid yaitu Menurut Burton, sebagaimana dikutipoleh Abin S.M. (2002: 325-326), faktor-faktor yang

24

menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupafaktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yangbersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yangberasal dari luar diri yang bersangkutan15:

1. Faktor Internal

Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktoryang berasal dari dalam diri peserta didik. Faktorini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktorkejiwaan dan faktor kejasmanian.

a. Faktor kejiwaan, antara lain:

1) Minat terhadap mata pelajaran kurang;

2) Motif belajar rendah;

3) Rasa percaya diri kurang;

4) Disiplin pribadi rendah;

5) Sering meremehkan persoalan;

6) Sering mengalami konflik psikis;

7) Integritas kepribadian lemah.

b. Faktor kejasmanian, antara lain:

1) Keadaan fisik lemah (mudah terserangpenyakit);

2) Adanya penyakit yang sulit atau tidak dapatdisembuhkan;

3) Adanya gangguan pada fungsi indera;

4) Kelelahan secara fisik.

2. Faktor Eksternal

15 Ebekunt; 2009, http://ebekunt.wordpress.com25

Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktoryang berada atau berasal dari luar peserta didik.Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua: faktorinstrumental dan faktor lingkungan.

a. Faktor instrumental

Faktor-faktor instrumental yang dapatmenyebabkan kesulitan belajar mahasiswa antaralain:

1) Kemampuan profesional dan kepribadian dosenyang tidak memadai;

2) Kurikulum yang terlalu berat bagi pesertdidik;

3) Program belajar dan pembelajaran yang tidaktersusun dengan baik;

4) Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidaksesuai dengan kebutuhan.

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial danlingkungan fisik. Penyebab kesulitan belajaryang berupa faktor lingkungan antara lain:

1) Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga;

2) Lingkungan sosial sekolah yang tidak kondusif

3) Teman-teman bergaul yang tidak baik;

4) Lokasi kampus yang tidak atau kurang cocokuntuk pendidikan.

Dari berbagai faktor yang melatarbelakangitimbulnya kesulitan belajar siswa, dapat diambilkesimpulan bahwa faktor yang melatarbelakangi tersebut,yaitu:

26

1. Faktor internal

Faktor internal ini berasal dari dalam diri individuatau siswa itu sendiri. Faktor internal ini seperti:

a. Inteligensi siswa,

b. Minat belajar siswa,

c. Kesehatan siswa,

d. Gizi siswa, dll.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal ini berasal dari luar diri individuseperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,lingkungan tempat tinggal, teman sebaya, sertafasilitas belajar baik itu di sekolah maupun dirumah. Di lingkungan keluarga seperti bagaimanakondisi dalam keluarga, posisi siswa dalam keluarga.Di lingkungan sekolah seperti bagaimana perhatianguru terhadap siswa. Selain itu, kelengkapanfasilitas belajar juga dapat mempengaruhi kegiatanbelajar siswa, kemudian suasana saat peserta didikbelajar juga sangat berpengaruh pada minat belajarpeserta didik.

E. Proses Pemecahan Kesulitan Belajar.

Adapun langkah-langkah dalam proses pemecahankesulitan belajar meliputi16:

1. Memperkirakan kemungkinan bantuan

Kalau letak kesulitan yang dialami murid sudahdifahami baik jenis dan sifat kesulitan denganberbagai macam latar belakangnya maupun faktor-faktorpenyebabnya, maka guru/konselor akan memperkirakan:

16 Drs. H. Mulyadi, M.Pd.I, 2010, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, Cet. II, Nuha Litera: Yogyakarta

27

a. Apakah murid tersebut masih ditolong untukmengatasi kesulitannya atau tidak.

b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untukmengatasi ksulitan yang dialami murid tertentu.

c. Kapan dan di mana pertolongan itu dapatdiberikan.

d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan ataubantuan.

e. Bagaimana cara menolong murid yang efektif,sehingga murid dapat mengatasi kesulitan.

f. Siapa saja yang harus dilibatkan dalam menolongmurid dan apakah sumbangan/peranan yang dapatdiberikan oleh masing-masing pihak.

2. Menetapkan kemungkinan cara mengatasi

Dalam langkah ini perlu diadakan dari rapat stafbimbingan dan Konseling jika diperlukan. Setelah halitu dilaksanakan maka perlu disusun suatu rencanayang berisi tetnang beberapa alternatif yang mungkindilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dialamimurid. Rencana itu hendaknya berisi:

a. Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkankesulitan yang dialami murid.

b. Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampaiterulang lagi.

Alangkah baiknya kalau rencana ini dapatdidiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihak-pihakyang terlibat dalam pemberian bantuan tersebut.misalnya: Kepala Sekolah, guru kelas/guru bidangstudi, orang tua murid, konselor dan sebagainya.Pada dasarnya secara khusus kegiatan ini hanyadapat dilakukan oleh guru bidang studi yang

28

mengetahui secara persis tentang berbagai kesulitanyang dialami oleh seorang murid dalam matapelajarannya.

3. Tindak lanjut

Tindak lanjut adalah kegiatan melakukan pegajaranremedial (remedial teaching) yang diperkirakan palingtepat dalam membantu murid yang mengalami kesulitanbelajar. Kegiatan tindak lanjut ini dapat berupa:

a. Melaksanakan bantuan berupa pengajaran remedial(remedial teaching) pada bidang studi tertentu yangdilakukan oleh guru, pada mata pelajaran tertentuyang dilakukan oleh guru, yang dapat dibantu olehguru pembimbing (konselor) dan pihak lain yangdianggap dapat menciptakan suasana belajar muridyang penuh motivasi.

b. Pembagian tugas dan peranan orang-orang tertentu(wali kelas dan guru pembimbing) dalam memberikanbantuan kepada murid dan kepada guru yangs edangmelaksanakan kegiatan pengajaran remedial.

c. Senantiasa recek dan mencek kemajuan yang dicapaimurid baik pemahaman mereka terhadap bantuan yangdiberikan berupa bahan, maupun mencek tepat gunadari program remedial yang dilakukan untuk setiapsaat diadakan revisi. Dalam pelaksanaan pemberianbantuan hendaknya dilakukan secara kontinyu dansetiap kegiatan seharusnya senantiasa disertaidengan pencatatan yang tepat.

d. Mentransfer murid yang diperkirakan tidak mungkinditolong Karena di luar kemampuan atau wewenangguru/konselor. Transfer kasus semacam itu bisadilakukan kepada orang lain atau lembaga lain(psikolog, psikiater, lembaga psikologi dan

29

sebagainya) yang diperkirakan dapat dan lebih tepatmembantu murid yang bersangkutan.

Setelah murid mendapat bantuan maka dapat dilakukantindak lanjut sebagai berikut:

a. Men-tes hasil belajar murid dalam bidang studi yangdianggap sulit.

b. Melakukan wawancara dengan murid yang bersangkutanuntuk mengetahui pendapat murid tentnagkesulitannya.

c. Wawancara dengan guru dan orang tua mengenaiperubahan yang telah terjadi.

d. Menganalisa hasil belajar yang telah dicapai daninformasi lainnya.

e. Observasi kegiatan murid dalam belajar (DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, 1989).

Dengan demikian langkah-langkah dalam mendiagnosiskesulitan belajar telah selesai, sebagai bagianintegral adalah pengajaran remedial.

Sedangkan menurut Etty Kartikawati dan WillemLusikooy (1993/1994), langkah-langkah diagnostikterdiri dari beberapa kegiatan, yaitu17:

1. Identifikasi kasus

a. Tujuannya : untuk mencari dan menemukan diantara siswa-siswa yang diduga mengalamikesulitan belajar yang serius dan yangmemerlukan bantuan.

17 https://www.google.com/search?q=G.http%3A%2F%2Fmira-seplita.blogspot.com%2F2013%2F01%2Fdiagnosis-kesulitan-belajar.htm&gws_rd=ssl

30

b. Tekniknya : dengan memanfaatkna catatan ataurekaman tentang hal ikhwal yang menyangkutkegiatan belajarnya untuk dianalisis.

c. Prosedurnya : mengumpulkan nilai-nilai darseluruh bidang studi dalam satu kelas untuk:

1) Dihitung bagaimana rata-rata bagi setiap guru.

2) Kemudian dihitung nilai rata-rata seluruhsiswa di kelas itu.

3) Lalu buat grafik untuk mengetahui posisi siswadalam kelas berdasarkan nilai rata-rata itu.

4) Setelah itu, dapatlah diketahui bahwa adasiswa yang nilai rata-ratanya berada di bawahrata-rata umum kelas, ditandai sebagai siswayang berprestasi rendah dan ia tentu mengalamikesulitan belajar.

5) Pada akhirnya ditetapkan siswa-siswa yangpaling banyak mengalami kesulitan belajaradalah mereka yang mengalami nilai rata-ratanya di bawah rata-rata nilai umum kelas,misalkan nilai-nilai yang paling rendah adalahbidang studi Bahasa Indonesia dan Matematika.

2. Melakukan diagnosis

a. Tujuan : mengetahui secara tepat lokasikesulitan belajar tersebut dalam bidng studi apasaja. Juga untuk mengetahui secara pasti jeniskesulitan yang dialami serta enemukan latarbelakang apakah yang menyebabkan timbulnyakesulitan.

b. Teknik : melakukan analisis documenter,melakukan wawancara, melakukan observasi(pengamatan), melakukan tes dalam berbagai

31

jenisnya, melakukan pengukuran dengan tekniksosiometri.

c. Prosedurnya :

1) Menyusun rata-rata nilai dari nilai bidangstudi.

2) Membuat grafik tentang kedudukan siswa yangmengalami kedulitan belajar dalam bidang studitersebut.

3) Kemudian menetapkan tempat(elokasi) dalambidang studi apa saja bagi siswa tersebut,mengalami kesulitan belajar, hal ini dapatpula dibantu oleh rapor dan hasil ulangan.

4) Kemudian menetapkan siswa mana yang mendapatprioritas pelayanan karena paling banyakmenemui kesulitan belajar.

d. Menetapkan jenis dan macam kesulitan yangdihadapi siswa dengan cara:

1) Menganalisis hasil pekerjaan siswa dalambidang studi tertentu yang diduga menimbulkankesulitan kepadanya.

2) Guru bidang studi yang bersangkutandiwawancarai.

3) Iswa yang bersangkutan diwawancarai.

4) Melakukan tes (psikotest atau diagnostictes).

e. Berusaha mengungkapkan latar belakang kesulitan,dengan cara-cara:

1) Menganalisis dokumen-dokumen tentang datasiswa yang bersangkutan yang mencakup:

32

indentitas pribadi, riwayat pendidikan,prestasi belajar, latar belakang kehidupankeluarga, bakat dan minatnya, kecerdasan,cita-citanya, pribadi serta lingkungannya(social dan kulturalnya), kesehataa, kegemaran(hobby).

2) Melakukan wawancara dengan siswa,orang tuasiswa yang bersangkutan, dan seterusnya.

3) Melakukan pengukuran dimensi hubungansosialnya dengan sosiometri.

4) Melakukan pengamatan (obsevasi) terhadap siswayang bersangkutan pada waktu belajar.

3. Melakukan prognosis

a. Tujuan : untuk menetapkan macan dan teknikpemberian bantuan yang sesuai dengan corakkesulitan yang dihadapi siswa.

b. Prosedur :

1) Bila siswa menemukan kesulitan disebabkan olehlatar belakang pribadi, maka hendaknyadiberikan bantuan melalui konseling.

2) Bila disebabkan oleh gangguan mental, nervus,gangguan kesehatan jasmani dan sebagainya,maka hendaknya dilimpahkan kepada dokter ahliyang bersangkutan.

3) Bila berlatar belakang pada sikap social, makaperlu diberi bantuan dengan menggunakanbimbingan kelompok, karena dengan cara inisiswa akan dilatih kembali untuk bersikapsocial yang memungkinkan ia dapat melakukanpenyesuaian diri dengan lingkungan, jugadengan memberikan tugas kegiatan tertentu yang

33

membawanya kea rah hidup saling membantu, makasiswa yang bersangkutan akan terpupuk rasasosialnya.

4. Melakukan langkah pemberian bantuan

a. Tujuan : untuk memberikan bantuan kepada siswayang bersangkutan agar mampu mengatasi kesulitanbelajar yang dialami dengan kemampuan sendirisehingga dapat mencapai hasil yang optimal sertadapat bersikap menyesuaikan diri yang sehat.

b. Teknik : memilih salah satu teknik pemberianbantuan yang telah dipilih yang meliputi:

1) Remedial Teaching : memberikan pelajarantambahan berupa kursus-kursus (private less)dan cara lain tentang bidang studi yang lemah,dengan tujuan agar kelemahan tersebut bagisiswa yang bersangkutan dapat ditingkatkankemajuannya (disembuhkan).

2) Memberi konseling kepada siswa yangbersangkutan tentang hal-hal yang menghambatkemajuan belajarnya.

3) Melakukan bimbingan kelompok terhadap siswayang dihambat oleh sikap sosialnya yang kurangdapat menyesuaikan diri dalam pergaulan.

4) Melakukan perlimpahan (referral) kepada ahlilain di bidangnya.

5. Melakukan tindak lanjut (follow up servise)

a. Tujuan : untuk mengetahui sejauhmana hasilpemberian bantuan tersebut yang telah diberikankepada siswa dalam rangka memperbaiki kegiatanbelajarnya lebih lanjut.

34

b. Teknik : dengan melakukan tes kemajuan belajaratau psikotes atau dengan memberikan wawancarakepada siswa yang ebrsangkutan tentang kemajuanbelajarnya dalam bidang studi tertentu, ditambahlagi dengan melakukan analisis dokumen sepertihasil ulangan, hasil tes. Juga mengadakanobservasi (pengamatan) tentang sejauh manaperubahan tingkah laku siswa dalam melakukankegiatan belajar lebih lanjut.

c. Prosedur:

1) Mengetes siswa dalam bidang studi yang semulamengalami hambatan.

2) Mewawancarai siswa tentang sikap danpenderitaannya mengenai kesulitan-kesulitanyang dirasakan.

3) Mewawancarai guru bidang studi yangbersangkutan tentang perubahan yang terjadipada siswa yang bersangkutan, dan jugamelakukan wawancara dengan orang tua atausiswa tentang kemajuan belajarnya di rumah danseterusnya.

4) Menganalisis tentang informasi dan hasilbelajar siswa yang bersangkutan.

5) Melakukan pengamatan (observasi) kegiatanbelajar siswa yang bersangkutan, baik di dalamkelas maupun di luar kelas.

Penjelasan dari beberapa ahli di atas dapatpenulis simpulkan bahwa upaya-upaya yang dapatdilakukan dalam mengatasi kesulitan belajar pesertadidik, yaitu:

1. Mengidentifikasi peserta didk yang mengalamikesulitan belajar.

35

2. Mengidentifikasi jenis kesulitan belajar yangdialami oleh peserta didik.

3. Mengungkap faktor-faktor yang menyebabkantimbulnya kesulitan belajar pada peserta didiktersebut.

4. Merencanakan suatu tindakan bantuan yangdibutuhkan oleh peserta didik berdasarkan hasilpengungkapan factor penyebab kesulitan belajartersebut.

5. Melaksanakan pemberian bantuan kepada pesertadidik dengn memberikan pelajaran tambahan kepadapeserta didik.

6. Memberikan tindak lanjut, bagaimana hasil yangdidapatkan setelah diberikan bantuan.

36

BAB III

KESIMPULAN

1. Pengertian belajar.

Ada yang berpendapat, bahwa belajar adalah kegiatan-kegiatan fisik atau badaniah. Hasil belajar yang dicapaiadalah berupa perubahan-perubahan dalam fisik itu,misalnya untuk mencapai kecakapan-kecakapan motorisseperti: lari, mengendarai mobil, memukul bola secara baikdan sebagainya. Pandangan lain menitik beratkanpendapatnya bahwa belajar adalah kegiatan rohaniah ataupsichis. Hasil belajar yang dicapai adalah perubahan-perubahan dalam psichis, misalnya memperoleh pengertiantentang bahasa, mengapresiasi seni budaya, bersikap susiladan lain-lain.

Ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskanperbuatan belajar sebagai berikut: Belajar adalah suatu bentukpertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang ditanyakan dalamcara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

37

Tingkah laku baru itu misalnya dari tidak tahu menjaditahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahandalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan, kesanggupanmengahrgai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional danpertumbuhan jasmaniah.

2. Pengertian kesulitan belajar.

Pada umumnya “kesulitan” merupakan suatu kondisitertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatandalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usahalebih giat lagi untuk dapat diatasi. Kesulitan belajardapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu prosesbelajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentuuntuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan inimungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari olehorang yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosiologis,psikologis, dan fisiologis dalam keseluruhan prosesbelajarnya.

Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang Nampakdalam berbagai jenis manifestasi tingkah laku yangdimanifestasikan ditandai dengan adanya hambatan-hambatantertentu.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwaDiagnosis Kesulitan Belajar merupakan suatu prosedur dalammemecahkan kesulitan belajar dengan mengidentifikasi jenisdan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatukelemahan tertentu, serta mengimplikasikan suatu upayauntuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakanpemecahannya. Begitu juga seorang murid dapat didugamengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan tidakberhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu(berdasarkan kriteria seperti yang dinyatakan dalam tujuaninstruksional khusus/TIK atau ukuran kapasitas belajarnya)dalam batas-batas waktu tertentu.

38

3. Gejala dan ciri kesulitan belajar.

a. Gejala kesulitan belajar

Kesulitan atau masalah belajar dapat dikenalberdasarkan gejala yang dimanifestasikan dalam berbagaibentuk perilaku, baik secara kognitif, afektif, maupunpsikomotorik. Menurut Warkitri dkk, 1990 : 8.5 – 8.6(Ebekunt; 2009), individu yang mengalami kesulitanbelajar menunjukkan gejala sebagai berikut:

1) Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-ratakelompoknya.

2) Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendahdibanding sebelumnya.

3) Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang denganusaha yang telah dilakukan.

4) Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.

5) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masabodoh dengan proses belajar dan pembelajaran,mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst.

6) Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma,misalnya membolos, pulang sebelum waktunya, dst.

7) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar,misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri,bertindak agresif, dst.

b. iri-ciri kesulitan belajar yang dialami oleh siswa,yaitu:

1) Dilihat dari pesepsi visualnya, ciri-ciri kesulitanbelajar yang dialami oleh siswa seperti pada saatmenulis, siswa sering menulis dengan salah satu hurufyang tertinggal atau tidak lengkap.

39

2) Dilihat dari persepsi auditori, ciri-cirinya sepertisiswa sulit memahami perintah yang disampaikan olehguru.

3) Dilihat dari segi bahasa, cirinya seperti siswa sulitmemahami kalimat yang disampaikn kepadanya sertasulit mengungkapkan apa yang sedang dipikirkannya.

4. Tingkat jenis kesulitan yang dihadapi murid.

a. Bila ditelusuri akan terdapat sejumlah murid yangmendapat kesulitan dalam mencapai hasil belajar secaratuntas dengan berbagai variasi yaitu:

1) Sekelompok murid yang belum mencapai tingkatketuntasan, akan tetapi hampir mencapainya.

2) Seorang atau sekelompok murid yang belum dapatmencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karenaada konsep dasar yang belum dikuasai atau karenaproses belajar yang sudah ditempuhnya tidak sesuaidengan karakteristik murid yang bersangkutan.

Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami murid, karenasecara konseptual tidak menguasai bahan yang dipelajarisecara menyeluruh, tingkat penguasaan bahan sangatrendah, konsep-konsep dasar tidak dikuasai, bahkantidak hanya bagian yang sukar tidak dipahami, mungkinjuga bagian-bagian yang sedang dan mudah tidak dapatdikuasai dengan baik.

b. Faktor Internal

1) Faktor kejiwaan

2) Faktor kejasmanian,

c. Faktor Eksternal

1) Faktor instrumental

40

2) Faktor lingkungan

3) Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga;

4) Lingkungan sosial sekolah yang tidak kondusif

5) Teman-teman bergaul yang tidak baik;

6) Lokasi kampus yang tidak atau kurang cocok untukpendidikan.

5. Proses pemecahan kesulitan belajar.

Adapun langkah-langkah dalam proses pemecahan kesulitanbelajar meliputi:

a. Memperkirakan kemungkinan bantuan.

b. Menetapkan kemungkinan cara mengatasi.

c. Tindak lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

H. Mulyadi, Drs., M.Pd.I, 2010, Diagnosis Kesulitan Belajar danBimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus, Cet. II, Nuha Litera:Yogyakarta.

Klausmeir & Dresden, Teaching in the Elementary School, Harper &Brothers, New York, 1962, hal. 69

41

Made Wena, 2014, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer SuatuTinjauan Konseptual Operasional, Cet. X, Bumi Aksara: Jakarta

Nasution, Drs., Asas-asas Kurikulum, Penerbit Terate, Bandung,1964, hal. 35-46.

Oemar Hamalik, Drs., 1983, Metode Belajar dan Kesulitan-KesulitanBelajar, Cet. II, Tarsito: Bandung

Ebekunt; 2009, http://ebekunt.wordpress.com, diakses padapukul 20.15 tanggal 19 Februari 2015

https://www.google.com/search?q=G.http%3A%2F%2Fmira-seplita.blogspot.com%2F2013%2F01%2Fdiagnosis-kesulitan-belajar.htm&gws_rd=ssl, diakses pada pukul 10.05 tanggal 20Februari 2015

Warkitri dkk, 1990 : 8.5 – 8.6 (Ebekunt; 2009),http://ebekunt.wordpress.com, diakses pada pukul 21.12tanggal 14 Februari 2015

http://abudaud2010.blogspot.com, diakses pada pukul 16.30tanggal 18 Februari 2015

42