daftar isi - Jurnal UPI

18

Transcript of daftar isi - Jurnal UPI

ihttp://ejournal.upi.edu/index.php/RBSPs/index

RIKSA BAHASAVolume 5, No. 2, November 2019

p-ISSN 2460-9978e-ISSN 2623-0909................................................................................................................................................................................

INTERJEKSI DALAM NOVEL ORANG-ORANG BIASA KARYA ANDREA HIRATADAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASAAde Anggraini Kartika Devi, Wini Tarmini

KEDIDAKTISAN DI DALAM GENRE FIKSI ANAK “FIKSI REALISTIK”(Film Pendek Berseri Nusa dan Rara)Cut Nuraini

SASTRA DIDAKTIS DALAM FILM-FILM INDONESIADaman Huri

PENDEKATAN KREATIVITAS DALAM PENINGKATAN LITERASI PELAJARDede Dudu Abdul Rahman

KAJIAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOKEdwanda Agung Somantri

NILAI MORAL DALAM NOVEL CANTIK ITU LUKA KARYA EKA KURNIAWANHendra Kurnia Pulungan

MEMBANGUN BUDAYA LITERASI MELALUI TRADISI UNTUK MENINGKATKANKETERAMPILAN BERBAHASA DAN SASTRA SISWAKurniati

BENTUK KATA DAN REFERENSI FRASA PERNYATAAN KALADALAM BAHASA SUNDAMahmud Fasya

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLANINGDENGAN SETTING DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI INFORMASIMuhammad Rozani

MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT)Pahala Theofilus

DAFTAR ISI

129 - 140

141 - 144

145 - 154

155 - 168

169 - 176

177 - 184

185 - 194

195 - 208

209 - 214

215 - 220

ii Riksa Bahasa: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya

p-ISSN 2460-9978e-ISSN 2623-0909

RIKSA BAHASAVolume 5, No. 2, November 2019................................................................................................................................................................................

221 - 232

233 - 238

239 - 246

247 - 254

255 - 260

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MULTILITERASI BERBASISJURNALISTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITARina Maulina Augustin

EKSISTENSI TOEFL DAN SETING AKADEMIKSuharyanto H. Soro

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKANMETODE PROBLEM SOLVING PADA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 1 CIJAMBESukma Aditya

DISKUSI KELOMPOK TERPUMPUN SEBAGAI UPAYA PEMEROLEHAN KOSAKATABARU DALAM BAHASA INDONESIASyihaabul Hudaa

KALIMAT MAJEMUK DALAM PERCAKAPAN ANAK USIA 5-7 TAHUN SEBAGAIULAS BANDING TEORI TADKIROATUN MUSFIROHTeguh

129http://ejournal.upi.edu/index.php/RBSPs/index

RIKSA BAHASAVolume 5, No. 2, November 2019

p-ISSN 2460-9978e-ISSN 2623-0909................................................................................................................................................................................

INTERJEKSI DALAM NOVEL ORANG-ORANG BIASAKARYA ANDREA HIRATA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PEMBELAJARAN BAHASA

Ade Anggraini Kartika DeviPendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

[email protected]

Wini TarminiUniversitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

[email protected]

ABSTRAKInterjeksi sebagai bagian dari unsur stile memberikan kontribusi dalam membangkit-kan nada. Melalui interjeksi, penulis novel mengungkapkan perasaan dan suasanabatin para tokohnya. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk meng-analisis dan mendeskripsikan penggunaan interjeksi dalam novel Orang-Orang Biasakarya Andrea Hirata. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.Data penelitian dikumpulkan dengan metode simak yang dilanjutkan dengan teknikcatat lalu dianalisis menggunakan metode distribusi. Hasil penelitian menunjukkanbahwa interjeksi yang digunakan berupa aduh, ah, ai, aih, ha, hmmm, hus, jeh, o,oh, oi, ojeh, dan sip. Bentuk tersebut diklasifikasikan atas bentuk primer dan sekunder.Adapun makna yang ditemukan ialah makna emotif, volitif, dan kognitif. Selanjut-nya, hasil penelitian dapat didayagunakan dalam pembelajaran Bahasa Indone-sia sebagai bahan ajar.

Kata Kunci: interjeksi, novel, pembelajaran Bahasa Indonesia

ABSTRACTInterjection as part of stile element contribute to evoke the tone. Through interjec-tion, the author express the feeling and inner atmosphere of the characters. ABasedon these, this study aim to analyze and describe the use interjection in Orang-OrangBiasa novels by Andrea Hirata. This study uses a qualitative-descriptive. Datacollected using the listening method and written technique then analyzed usingdistribution method. The result of the study indicate that the used of interjection areaduh, ah, ai, aih, ha, hmmm, hus, jeh, o, oh, oi, ojeh, and sip. These forms classified intwo forms of interjection namely primary and secondary interjection. The meaningfound were emotive, cognitive, and volitive meaning. Furthermore, the results ofthis research can be utilized in learning Indonesian as teaching material.

Keywords: interjection, novel, Indonesian learning

130 Riksa Bahasa: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya

p-ISSN 2460-9978e-ISSN 2623-0909

RIKSA BAHASAVolume 5, No. 2, November 2019................................................................................................................................................................................

PENDAHULUANKarya sastra semisal novel mampu

mengungkapkan berbagai realitas kehi-dupan masyarakat secara lengkap dandetail yang dikemas dalam bentuk fiksi.Novel menyajikan pengalaman kemanu-siaan baik dalam hubungannya dengandirinya sendiri, Tuhan, masyarakat, mau-pun alam semesta. Dalam penyajiannya,kadang novel menggambarkan sesuatusecara jenaka yang dapat membuat pem-baca tersenyum atau tertawa. Kadangjuga, novel mengarahkan pembaca untukturut merasakan dan merenungkan masa-lah hidup dan kehidupan. Karena padahakikatnya, karya sastra dimaksudkanuntuk dinikmati, dihayati, dan ditafsirkan.

Sekaitan dengan tujuan karya sastratersebut,bahasa dalam karya sastra didaya-gunakan secermat mungkin agar mampumemberikan efek emotif tertentu kepadapembaca. Kadar emosi dalam bahasa sastracenderung lebih kuat karena bahasa sastramengandung ekspresi, nada, dan sikappengarang. Ada nada yang bersifat akrab,marah, pesimis, sentimental, kasar, sinis,mengharukan, merendahkan, dan lainsebagainya. Dalam bahasa lisan, nadadapat mudah diidentifikasi melalui into-nasi ucapan, misal intonasi tinggi untuksemangat, marah, dan riang, sedangkanrendah untuk gugup, takut, sedih, ragu,dan pasrah. Namun, dalam bahasa tulis,nada sangat ditentukan oleh kualitas stile.Hal tersebut sejalan dengan pendapat(Kenny, 1966:57) bahwa kontribusi pen-ting stile satu di antaranya ialah mem-bangkitkan nada.

Interjeksi sebagai bagian dari unsurstile merupakan ungkapan kebahasaanyang dapat memberikan penegasan maknadan nada. Secara konsep, Kridalaksana(2007:120) menyatakan, “Interjeksi adalahkategori yang bertugas mengungkapkanperasaan pembicara dan secara sintaksistidak berhubungan dengan kata-kata lain

dalam ujaran.” Interjeksi bersifat emotifdan berfungsi mengungkapkan perasaanpenuturnya. Misalnya, ketika dihadapkandengan situasi kepanikan, seseorang akanmengatakan “Aduh”; kecewa: “Yah”; jijik:“Ihh”; dan sebagainya. Interjeksi dapatmembangkitkan kesan nada tertentukarena interjeksi merupakan kata yangmengungkapkan perasaan pembicarasehingga interjeksi memiliki kadar rasayang tinggi (Wedhawati, 2006:417).

Interjeksi dapat ditemukan—dalamhal ini—pada novel Orang-Orang Biasakarya Andrea Hirata. Dalam menuturkandialog-dialog para tokohnya, Andrea Hiratamenggunakan interjeksi. Melalui inter-jeksi, Andre Hirata menggambarkan sua-sana batin para tokoh. Ketika tokoh ter-kejut, misalnya, diawali dengan interjeksijeh, seperti yang terlihat dalam dialogberikut “Jeh, kuliah apa semahal itu?”. Adajuga suasana kesal yang diakhiri denganinterjeksi ah, misalnya “Kita ini sudah bicaravector, Boi! Pertanyaanmu masih hitungakar-akaran begitu! Pertanyaan anak SMPitu! Malu ah!”.

Novel Orang-Orang Biasa merupakankarya terbaru Andrea Hirata yang terma-suk tokoh sastra angkatan 2000-an. Rekamjejak Andrea Hirata sebagai penulis dapatdikatakan produktif. Karyanya sudah di-terjemahkan ke dalam 30 bahasa di 50negara. Novel Orang-Orang Biasa banyakmengandung nilai humanistis. AndreaHirata menguak permasalahan tentangkeadaan sosial yang selalu berlaku tidakadil pada kaum marjinal. Konflik timbulkarena desakan kemiskinan sementarakehidupan masa depan yang lebih baikharus tetap diperjuangkan. Melalui tokoh-tokoh rekaannya yang meskipun dungu,Andre Hirata menguak masalah hakiki ma-nusia, yakni tentang kecintaannya padakeluarga, terutama anak, kebencian padaketidakadilan, kemuakan pada kebatilanmanusia, ketidakberdayaan pada kema-

131http://ejournal.upi.edu/index.php/RBSPs/index

RIKSA BAHASAVolume 5, No. 2, November 2019

p-ISSN 2460-9978e-ISSN 2623-0909................................................................................................................................................................................

lasan, serta kegigihan memperjuangkankehidupan.

Pembelajaran Bahasa Indonesiadalam Kurikulum 2013 menyatukan materisastra dengan materi kebahasaan. Padakelas XII, terdapat KD 3.9, yakni meng-analisis isi dan kebahasaan novel. Melaluiteks sastra, selain dibahas aspek kesastraannovel, dibahas unsur kebahasaan. Di sisilain, pembelajaran dalam Kurikulum 2013menekankan aspek kompetensi sikapdalam rangka pembentukan karakter anakbangsa. Karakter dapat dibentuk melaluipemanfaatan peran sastra karena sastradapat menanamkan nilai-nilai kebaikan.Dengan demikian, pemilihan karya sastrayang akan digunakan dalam pembelajaranBahasa Indonesia harus cermat.

Analisis interjeksi dalam novel diantaranya dilakukan oleh Komariyah (2016)pada Novel Donyane Wong Culika KaryaSuparta Brata. Dalam novel Donyane WongCulika terdapat 2 bentuk interjeksi: (1)primer, yaitu o, e, ah, lo, lha, lho, wo, wah,heh dan (2) sekunder, yang berbentukkata, perulangan kata, dan frasa. Bentukinterjeksi dalam novel Donyane WongCulika memiliki fungsi untuk mengungkap-kan rasa kecewa, kesal, heran, marah,kaget, kekaguman, takjub, ketakutan,menandai makna penyangatan, danteringat kembali kepada sesuatu.

Berdasar pada hal-hal yang telah di-paparkan tersebut, penelitian ini akanmenganalisis interjeksi yang terdapatdalam novel Orang-Orang Biasa karyaAndrea Hirata. Adapun rumusan masalahdalam penelitian ini ialah bagaimanakahpenggunaan interjeksi dalam novel Or-ang-Orang Biasa karya Andrea Hirata danimplikasinya bagi pembelajaran BahasaIndonesia di SMA?

KAJIAN TEORETISIstilah interjeksi lazim disebut dengan

kata seru. Interjeksi adalah kategori yang

bertugas mengungkapkan perasaan pem-bicara dan secara sintaksis tidak berhu-bungan dengan kata-kata lain dalam ujar-an (Kridalaksana, 2007:120). MenurutAlwi, dkk. (1988:243), interjeksi atau kataseru adalah kata tugas yang mengungkap-kan rasa hati manusia. Interjeksi diguna-kan untuk memperkuat rasa hati, sepertikagum, sedih, heran, dan ji jik. Lebihlanjut, C.A. Mees (Putrayasa, 2008: 95)menyatakan bahwa kata seru atau inter-jeksi merupakan kata yang menirukanbunyi manusia, yaitu bunyi panggilan, pe-ringatan adanya bahaya, menyatakan ke-sakitan, dan berbagai rasa heran. Djajasu-darma (2010:53) menambahkan bahwainterjeksi cenderung memiliki makna lek-sikal yang berhubungan dengan perasaandan merupakan cermin ekspresi rasa yangsebenarnya dialami oleh pembicara. Ber-kaitan dengan perasaan, dari sudut pan-dang psikologi, menurut Max Scheler, pe-rasaan dibedakan atas empat macam: (1)perasaan pengindraan/indrawi atautingkat sensoris, (2) perasaan kehidupanvital, (3) perasaan kejiwaan atau psikis,dan (4) perasaan kepribadian (Kartono,1996). Perasaan pengindraan berhubung-an dengan pengamatan pengindraan ataurangsangan jasmaniah, misalnya rasanyeri, panas, dingin, pahit, asin, geli, danbau. Perasaan kehidupan vital berhu-bungan dengan fungsi hidup atau kondisijasmaniah, termasuk perasaan insting,misalnya lelah, segar, capai, haus, lapar,kurang enak badan, lesu, dan lain sebagai-nya. Perasaan kejiwaan atau psikis ber-hubungan dengan perasaan yang dapatdiberi motivasi, misalnya gembira, susah,sedih, takut, kecewa, simpati, benci, ter-tekan, antipati, dan lain sebagainya. Pe-rasaan kepribadian berhubungan dengankeseluruhan kepribadian, misalnya pe-rasaan harga diri.

Interjeksi memiliki fungsi ekspresif(Buhler dalam Goddard, 2014:54). Sese-

132 Riksa Bahasa: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya

p-ISSN 2460-9978e-ISSN 2623-0909

RIKSA BAHASAVolume 5, No. 2, November 2019................................................................................................................................................................................

orang mengucapkan ugh atau wow, misal-nya, untuk mengekspresikan perasaankesal atau kagum. Perasaan tersebut tidakdiungkapkan dalam struktur kalimat yangumum digunakan seseorang, seperti Sayakesal atau Itu mengagumkan. Dalam pe-ngertian sederhana, kata seru lebihmampu menunjukkan sesuatu dibanding-kan dengan mengatakannya. Dalam bahasalisan, biasanya, interjeksi diucapkandengan disertai intonasi yang khas, eks-presi wajah, dan gestur tertentu (Goddard,2014:54). Meskipun demikian, dalambahasa tulis, interjeksi tetap dapat meng-ungkapkan maksud secara lengkap, tanpadisertai dukungan ekspresi ataupun gestur.

Interjeksi dapat menyimpang darikaidah fonotaktik bahasa, misalnya hanyaberupa bunyi frikatif velar, semisal ugh. Se-lain itu, interjeksi memiliki pola urutanyang tidak lazim, seperti psst dan mmm.Acapkali, interjeksi meniru tindakan fisik/reaksi tertentu, seperti terengah-engah,meludah/mendesah (Goddard, 2014: 54).

Dari sudut pandang formal, interjeksidibedakan atas interjeksi primer dansekunder (Goddard, 2014; Wedhawati,2006). Interjeksi primer merupakan inter-jeksi yang berbentuk sederhana, lazimnyabersuku satu dengan pola fonotaktis be-rupa KVK. Umumnya, interjeksi primer be-rupa kata-kata pendek dari tiruan bunyisehingga interjeksi primer cenderungmemiliki pola yang menyimpang dari segifonologis dan morfologis (Stange, 2016:9).Sementara itu, interjeksi sekunder meru-pakan interjeksi yang dari segi bentuksudah memperlihatkan pola fonotaktisseperti kata pada umumnya dan sudahmengalami artikulasi. Interjeksi sekunderdapat menempati fungsi leksikal yanglain. Interjeksi sekunder dapat berbentukkata, pengulangan kata, frasa, klausa,bahkan kalimat (Wedhawati, 2006:418).

Dari sudut pandang semantik, inter-jeksi dikategorikan atas tiga jenis, yakni

volitif, emotif, dan kognitif (Goddard,2014:54). Interjeksi volitif ditujukan lang-sung pada mitra tutur untuk melakukansuatu tindak tertentu (direktif). Misalnya,Sshh! Yang berarti meminta seseoranguntuk diam. Interjeksi emotif mengacupada kata seru yang fungsi utamanyauntuk mengekspresikan perasaan emo-sional: jijik, takut, jengkel, dan sebagai-nya. Interjeksi kognitif berorientasi padakognisi yang biasanya terkait denganinformasi yang diketahui oleh penutur se-bagai hasil dari pemikiran penutur, misal-nya wow, astaga, dan lainnya. Jika diseli-sik lebih lanjut, ada tumpang tindih antarainterjeksi emotif dan kognitif karena keduajenis interjeksi tersebut sama-sama meng-ungkapkan unsur perasaan.

Fungsi gramatikal interjeksi beradapada tataran wacana, bukan berada padatataran kata, frasa, klausa, atau kalimat(Wedhawati, 2006). Di dalam sebuahwacana, interjeksi merepresentasikanwarna emotif dan kehendak penutursecara umum, sedangkan pada tataranlinguistik yang lain yang menyertai inter-jeksi, interjeksi mewujudkan perincianpesan. Dengan demikian, hubungan ter-sebut bersifat eksosentris. Selanjutnya,dilihat dari distribusinya, interjeksi dapatberdistribusi pada posisi awal, tengah,atau akhir wacana. Wacana yang memuatinterjeksi lazimnya berupa wacanapendek-pendek yang berupa dialog ataupercakapan.

Contoh:“E, Mas! Bagaimana kabarnya? Kerjaapa sekarang? Bagaimana kabarmbakyu hah?”

METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini menggunakan pende-

katan kualitatif dengan metode deskrip-tif. Hal ini dilakukan sesuai tujuan pene-litian, yakni mendeskripsikan interjeksi

133http://ejournal.upi.edu/index.php/RBSPs/index

RIKSA BAHASAVolume 5, No. 2, November 2019

p-ISSN 2460-9978e-ISSN 2623-0909................................................................................................................................................................................

dalam novel Orang-Orang Biasa karyaAndre Hirata kemudian mengimplikasi-kannya terhadap pembelajaran BahasaIndonesia.

Pengumpulan data dalam penelitianini dilakukan dengan metode simak yangdilanjutkan dengan teknik catat. Metodesimak dilakukan dengan cara menyimakpenggunaan interjeksi dalam novelOrang-Orang Biasa karya Andrea Hirata,sedangkan teknik catat digunakan untukmenuliskan data interjeksi dalam kartudata. Kartu data yang digunakan terdiriatas dua bagian, yaitu deskriptif dan ref-lektif. Bagian deskriptif berisi penggalannovel yang mengandung interjeksi. Bagi-

an reflektif berisi hasil penafsiran terha-dap penggalan novel yang mengandunginterjeksi. Selanjutnya, data yang telahterkumpul diklasifikasikan dan dianalisismenggunakan metode distribusi.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil penelitian akan dibahas ber-

dasarkan bentuk, klasifikasi, makna, danfungsi interjeksi. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa ada beberapa bentuk inter-jeksi yang terdapat dalam novel Orang-Orang Biasa, yakni aduh, ah, ai, aih, ha,hmmm, hus, jeh, o, oh, oi, ojeh, dan sip.Untuk lebih jelas, data interjeksi disajikandalam tabel berikut.

Bentuk Klasifikasi Makna Fungsi Aduh Interjeksi Sekunder Emotif Mengekspresikan kebahagiaan sekaligus keharuan

Emotif Mengekspresikan kebingungan Emotif Mengekspresikan kebanggaan

Ah Interjeksi Primer Emotif Mengekspresikan kekesalan Ai Interjeksi Primer Emotif Mengekspresikan keterkejutan sekaligus ketakjuban

Volitif Menyatakan seruan untuk meminta perhatian Emotif Mengekspresikan kegembiraan Emotif Menyatakan kebingungan Emotif Menyatakan malas/ keengganan Emotif Mengekspresikan kegemasan

Aih Interjeksi Primer Emotif Mengekspresikan kekesalan Emotiff Mengekspresikan keterkejutan Emotif Mengekpresikan kesimpatian

Ha Interjeksi Primer Emotif Mengekpresikan keterkejutan Hmmm Interjeksi Primer Kognitif Mengekpresikan keseriusan Hus Interjeksi Primer Volitif Menyatakan peringatan Jeh Interjeksi Primer Emotif Mengekspresikan kekesalan O Interjeksi Primer Kognitif Menyatakan ejekan Oh Interjeksi Primer Kognitif Menyatakan ketegaran Oi Interjeksi Primer Emotif Mengekspresikan kemarahan Ojeh Interjeksi Sekunder Emotif Mengekspresikan semangat Sip Interjeksi Primer Emotif Mengekspresikan senang

Tabel 1. Temuan Interjeksi

1. Interjeksi AduhBerdasarkan temuan data, interjeksi

aduh selalu digunakan di awal tuturan.Ditinjau dari bentuknya, interjeksi aduhmerupakan interjeksi sekunder. Interjeksiaduh dapat digunakan untuk mengekspre-sikan kebahagiaan dan keharuan. Jikalazimnya interjeksi aduh digunakan untukmengekspresikan ketakutan atau kesakit-an, dalam konteks ini, interjeksi aduh

menyatakan perasaan bahagia sekaligusharu. Bertolak dari fungsi interjeksi aduhyang mengekspresikan perasaan bahagiasekaligus haru, interjeksi aduh memilikimakna emotif. Dengan demikian, kontekssangat berpengaruh dalam pemaknaaninterjeksi.

“Aduh, merinding aku, Dinah! Iniprestasi luar biasa Dinah! Ini hal ter-baik dalam 20 tahun kita berkawan!

134 Riksa Bahasa: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya

p-ISSN 2460-9978e-ISSN 2623-0909

RIKSA BAHASAVolume 5, No. 2, November 2019................................................................................................................................................................................

Anak pedagang mainan anak-anak,dakocan, balon pencet, onyet-onyet-an, ngek ngok ngek ngok di pinggirjalan, kerap diuber-uber polisi pa-mong praja, masuk Fakultas Kedok-teran universitas negeri ternama!Hebat! Hebat sekali! Selamat! Sela-mat, Dinah!”

Berdasarkan dialog tersebut, Debutmerasa sangat bahagia ketika mendengarAini yang merupakan anak perempuanDinah lulus ujian masuk perguruan tingginegeri pada jurusan yang memiliki tingkatkesulitan dan kegengsian tinggi, yaknifakultas kedokteran. Kebahagiaan dankeharuan Debut yang mengetahui anakseorang pedagang mainan anak-anak dikaki lima diterima di fakultas kedokterandiperkuat melalui interjeksi aduh.

Selanjutnya, interjeksi aduh dapatmengekspresikan kebingungan sepertidalam data berikut.

“Kakak menangis, ya. Aduh, Kakak,janganlah menangis, pulanglah, bel-ajar lagi, tes lagi sekolah perawat itutahun depan, pasti lulus tahun depan.”

Dialog di atas dituturkan oleh Kumen-dan saat ditelepon oleh anak perempuan-nya. Anak perempuan Kumendan mem-beri kabar bahwa ia tidak lulus tes masuksekolah perawat. Sebagai ayah, Kumen-dan menyarankan beberapa alternatifpilihan terbaik untuk anak perempuan-nya. Akan tetapi, anak perempuan Ku-mendan tidak merespons, hanya diamkemudian terdengar isak tangis. Pada saatitulah, Kumendan menggunakan inter-jeksi aduh untuk menyatakan kebingung-annya. Kumendan bingung apa yang harusdilakukan agar tangis anak perempuannyamereda. Karena fungsi utama interjeksiaduh digunakan untuk mengekspresikankebingungan, interjeksi aduh bermaknaemotif.

Berdasarkan data selanjutnya, inter-jeksi aduh dapat digunakan untuk meng-ekspresikan kebanggaan.

“Dari sekian kota besar yang kaukunjungi tempo hari, kota mana yangpaling berkesan, Mul?”“Aduh, semua berkesan, Bang! Bukanbegitu, Boi?”

Dragon terlibat obrolan seru denganMul. Mul menjawab pertanyaan Dragonbahwa semua kota yang dikunjunginyaberkesan.

Jawaban Mul yang diawali denganinterjeksi aduh menyiratkan kebanggaan.Mul merasa gagah karena acapkali meran-tau ke kota-kota besar. Interjeksi aduhyang mengekspresikan kebanggaan me-miliki makna emotif.

2. Interjeksi AhBerdasarkan data penelitian, inter-

jeksi ah digunakan di akhir dialog. Inter-jeksi ah merupakan tiruan suara manusiayang terdiri atas satu suku kata sehinggainterjeksi ah merupakan interjeksi primer.Interjeksi ah digunakan untuk menegas-kan suasana hati yang sedang kesal.

“Kita ini sudah bicara vector, Boi! Per-tanyaanmu masih hitung akar-akaranbegitu! Pertanyaan anak SMP itu!Malu ah!”

Dialog tersebut dituturkan oleh IbuDesi, guru Aini. Ibu Desi merasa kesal ataspertanyaan remeh Aini yang sudahberulang dijelaskan olehnya, tetapi Ainitak kunjung paham. Interjeksi ah meng-ekspresikan kekesalan Ibu Desi. Fungsiutama interjeksi ah ialah mengekspresi-kan kekesalan sehingga interjeksi ah me-miliki makna emotif.

3. Interjeksi AiBerdasarkan analisis data, interjeksi

ai selalu digunakan di awal dialog. Inter-

135http://ejournal.upi.edu/index.php/RBSPs/index

RIKSA BAHASAVolume 5, No. 2, November 2019

p-ISSN 2460-9978e-ISSN 2623-0909................................................................................................................................................................................

jeksi ai digunakan untuk mengekspresi-kan keterkejutan sekaligus ketakjuban.Perasaan terkejut dan takjub merupakanjenis perasaan kejiwaan.

“Ngomong-ngomong, Sersan, apakahwaktu sekolah dulu cita-citamumemang mau menjadi polisi?”“Siap, tidak, Kumendan!”“O, mau jadi apa, Sersan?”“Siap, mau menjadi penyanyi, Ku-mendan!”“Ai, mantap sekali. Lantas apa yangterjadi dengan cita-citamu itu, Sersan?”

Dialog tersebut dilakukan oleh SersanArbi dan Inspektur Abdul Rojali (selanjut-nya disebut Kumendan). Interjeksi ai yangdiucapkan oleh Kumendan menyatakanketerkejutan dan ketakjuban Kumendanatas cita-cita awal Sersan yang ingin men-jadi seorang penyanyi. Interjeksi ai yangmenyatakan keterkejutan dan ketakjubanmemiliki nada positif. Interjeksi ai di-nyatakan spontan oleh Kumendan denganintonasi yang meninggi. Hal tersebut se-suai dengan gambaran perasaan Kumen-dan yang terkejut sekaligus takjub. Pe-rasaan terkejut muncul karena ada se-suatu yang tidak terduga, dalam hal ini se-suatu yang tidak terduga ialah cita-citaSersan yang mulanya ingin menjadi pe-nyanyi. Berkaitan dengan bentuk, inter-jeksi ai merupakan interjeksi primerkarena bentuknya sederhana, yakni hanyasatu suku kata. Interjeksi ai meru-pakantiruan bunyi manusia. Ditinjau dari segimakna, interjeksi ai bermakna emotif.

Selanjutnya, interjeksi ai digunakanuntuk menyatakan seruan dalam rangkameminta perhatian. Interjeksi ai yang me-nyatakan meminta perhatian diungkap-kan dengan pengulangan.

Tanpa diperintah, Sersan menarikbangku, berdiri di atas bangku itu, meraihpenghapus dan kapur, lalu menghapus

angka 0 di belakang poin Pencurian Kenda-raan Bermotor di papan tulis, mengganti-nya dengan angka 1.

“Pecah telur, Kumendan!”“Ai! Ai! Tunggu dulu, Sersan, kejadianmasih belum jelas!” (23)

Interjeksi ai ai digunakan oleh Kumen-dan ketika Sersan mengganti angka 0menjadi angka 1. Selama Kumendan men-jadi pimpinan, belum pernah terjadi tindakkriminal pencurian kendaraan bermotorsehingga ketika mendengar ada kabarpencurian, Sersan sangat bersemangatuntuk menghapus angka 0 di papan tulistanpa memastikan kejelasan kabar terse-but. Kumendan yang tidak ingin gegabahsegera menghentikan tindakan sersandengan berseru Ai! Ai!. Dalam konteks ini,interjeksi ai digunakan secara berulangyang menyiratkan bahwa Kumendan me-minta perhatian Sersan. Berkaitan denganfungsi interjeksi ai yang ditujukan kepadamitra tutur agar melakukan suatu tindaktertentu, interjeksi ai memiliki maknavolitif.

Pengulangan interjeksi ai digunakanjuga dalam dialog berikut.

“Ai, ai, ai, badut-badut ni mau ikutpawai juga, ya?” sapanya Ramah dangembira, tipikal orang MelayuBelantik.

Interjeksi ai ai ai digunakan untukmenyatakan perasaan gembira. Dari segimakna, interjeksi ai bermakna emotif.Dialog tersebut diucapkan oleh petugasparkir ketika melihat orang-orangbertopeng di dalam mobil. Petugas Parkirmerasa gembira saat mengetahui adarombongan badut dalam mobil.

Dalam konteks yang berbeda, inter-jeksi ai yang digunakan secara berulangmenyatakan ekspresi kebingungan,seperti dalam dialog berikut.

136 Riksa Bahasa: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya

p-ISSN 2460-9978e-ISSN 2623-0909

RIKSA BAHASAVolume 5, No. 2, November 2019................................................................................................................................................................................

“Ada apa, Bang?”“Ai, ai, ini, Mul, ini hape seken yangbaru abang beli ni, bingung abang,bagaimana, ya, cara menghidupkanperekam suara di hape ni?”

Interjeksi ai dapat menyatakan eks-presi kebingungan jika digunakan secaraberulang. Dalam dialog tersebut, BangDragon hendak mengaktifkan perekamsuara, tetapi belum paham bagaimanacara menghidupkannya.

Berikutnya, interjeksi ai digunakanuntuk mengekspresikan perasaan malasatau keengganan. Perasaan malas meru-pakan perasaan yang berkaitan dengankondisi jasmaniah.

“Bawa laptop ini kalau kita meram-pok nanti, Jun,” kata Debut sambilmenyerahkan laptop pada Junilah.“Ai, repot sekali, nanti aku haruspegang senjata, lalu pegang laptopjuga, tanganku Cuma dua, But!”

Pada data di atas, terdapat interjeksiai. Interjeksi ai dinyatakan Junilah saatmerespons permintaan Debut. Karenaalasan kepraktisan, Junilah enggan mem-bawa laptop ketika merampok. Pemakai-an interjeksi ai yang menandai perasaanmalas memiliki nada negatif.

Interjeksi ai dapat digunakan untukmenyatakan ekspresi kegemasan karenagereget atau tidak sabar, misal tampakpada dialog berikut.

“Maaf, Bang. Aku mau melamar kerjadi warung kopi Abang.”“Ai, pelan sekali suaramu!”

Interjeksi ai pada dialog di atas me-miliki intonasi tinggi yang mengekspresi-kan perasaan gemas karena tidak sabar.Dialog diucapkan oleh pemilik warungkopi ketika Aini melamar kerja di warung-nya. Suara Aini yang terlampau lembuttidak terlalu terdengar oleh pemilik

warung kopi.Fungsi utama interjeksi aidalam konteks ini digunakan untuk meng-ekspresikan perasaan gemas sehinggainterjeksi ai memiliki makna emotif.

4. Interjeksi AihSama halnya dengan interjeksi ai,

interjeksi aih selalu digunakan di awalpercakapan. Interjeksi aih merupakantiruan bunyi manusia yang hanya terdiriatas satu suku kata sehingga interjeksi aihmerupakan interjeksi primer. Berdasar-kan temuan data, interjeksi aih digunakanuntuk mengekspresikan kekesalan,seperti dalam dialog berikut.“Ngomong-ngomong, siapakah bintang

idolamu, Sersan?”“Siap, banyak sekali, Kumendan?”“Aih, sebutlah satu dua, Sersan.”

Berdasarkan dialog antara Sersan danKumendan, dapat dilihat bahwa Kumen-dan merasa kesal karena jawaban Sersantidak sesuai dengan pertanyaan Kumen-dan. Kumendan menggunakan kata tanyasiapa yang mengharapkan jawaban nama.Akan tetapi, Sersan menjawab banyaksekali. Interjeksi aih diucapkan Kumendandengan intonasi tinggi karena Kumendanmerasa kesal pertanyaannya tidak dija-wab dengan baik. Interjeksi aih bermaknaemotif. Selanjutnya, interjeksi aih diguna-kan untuk mengekspresikan keterkejutan.

“Delapan puluh juta?! Aih, besar se-kali pinjaman ini, Bu? Apa pekerjaanibu tadi?”

Dialog tersebut terjadi saat Dinah, IbuAini, meminjam uang ke tempat pinjamanuang. Dengan pekerjaan Dinah yang hanyasebagai pedagang mainan di kaki lima,petugas pinjaman tidak menyangka pin-jaman yang diajukan sebesar 80 juta ru-piah. Ekspresi terkejut tampak dari peng-gunan interjeksi aih. Sesuai dengan fung-sinya, interjeksi aih bermakna emotif.

137http://ejournal.upi.edu/index.php/RBSPs/index

RIKSA BAHASAVolume 5, No. 2, November 2019

p-ISSN 2460-9978e-ISSN 2623-0909................................................................................................................................................................................

Data interjeksi aih berikutnya meng-ekpresikan rasa kesimpatian.

“Aih, ada apa, kawanku, Dinah? Me-ngapa mendung begitu?” tanya De-but, dan benar dugaannya, masalahyang dihadapi Dinah ternyata memangunik sekaligus sangat pelik, yakni Aini,putri sulungnya itu, telah lulus tesmasuk Fakultas Kedokteran Universi-tas Negeri ternama.

Dialog tersebut diucapkan Debut saatmelihat wajah Dinah sembap menahan airmata. Melihat wajah Dinah yang tidakseceria biasanya, Debut menunjukkanrasa simpatinya dengan menggunakaninterjeksi aih sebelum bertanya sebabDinah sedih. Intonasi melemah padainterjeksi aih menandakan kesimpatianDebut. Debut menampakkan kepedulian-nya dengan turut merasakan apa yangsedang menjadi masalah Aini. Berkaitandengan fungsi tersebut, interjeksi aihmemiliki makna emotif.

5. Interjeksi HaSelain interjeksi aih yang digunakan

untuk mengekspresikan keterkejutan, adajuga interjeksi ha yang memiliki fungsiyang serupa. Interjeksi ha termasuk inter-jeksi primer yang merupakan tiruan suaramanusia. Dalam konteks dialog berikut,interjeksi ha memiliki intonasi naik ataumeninggi yang selaras dengan makna yangingin ditegaskannya, yakni terkejut.

Setiap sore, Aini tekun belajar dariIbu Desi, lalu sore itu mereka sempatngobrol-ngobrol, Ibu Desi terperanjat.

“Ha! Jadi kau ini anaknya Mardinah?!”

Dialog antara Aini dan Ibu Desi dilaku-kan pada sore hari selepas belajar. IbuDesi tidak menyangka bahwa Aini yanggigih dan tak gentar dalam belajar Mate-matika merupakan anak muridnya dahulu,Mardinah, yang selalu mengalami tekan-

an batin ketika pelajaran Matematika.Bertolak dari fungsi interjeksi ha yangmengekspresikan perasaan terkejut,interjeksi ha memiliki makna emotif.

6. Interjeksi HmmmInterjeksi hmmm merupakan tiruan

suara manusia yang memiliki pola urutanyang tidak lazim. Interjeksi hmmm tergo-long interjeksi primer.

“Saudara T itu, hmmm … pemainlama, Dan!”“Hmmm….”“Spesialis benda-benda beroda, Dan!”

Interjeksi hmmm berdasarkan data diatas dapat berdistribusi di awal ataupundi tengah kalimat. Interjeksi hmmmmengekspresikan keseriusan yang munculkarena sedang memikirkan sesuatu.Penutur, dalam hal ini Sersan, mengetahuiinformasi terkait Saudara T. Dengan demi-kian, interjeksi hmmm berdasarkan temu-an data penelitian bermakna kognitif.

7. Interjeksi HusInterjeksi hus memiliki bentuk seder-

hana yang hanya terdiri atas satu sukukata dengan pola fonotaktis KVK. Berda-sarkan data berikut, interjeksi hus meru-pakan tiruan suara manusia yang diguna-kan untuk menyatakan peringatan.

“Mengapa tidak pakai lampu terangsaja, Dai?” tanya Debut.“Hus! Sinar dapat membocorkansuara!”

Konteks pada tuturan di atas terjadisaat akan melaksanakan rapat rahasiauntuk merencanakan perampokan bank.Handai menggunakan penerang satubohlam 10 watt sehingga suasana ruanganmenjadi remang-remang. Debut menya-rankan agar memakai lampu yang terang.Pada saat itulah, Handai langsung me-respons tuturan Debut dengan meng-

138 Riksa Bahasa: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya

p-ISSN 2460-9978e-ISSN 2623-0909

RIKSA BAHASAVolume 5, No. 2, November 2019................................................................................................................................................................................

gunakan interjeksi hus yang maksudnyaialah memberi peringatan agar Debutmengubah cara berpikirnya yang demi-kian. Berdasarkan fungsi yang diungkapdari interjeksi hus, yakni meminta mitratutur untuk melakukan tindak tertentu,interjeksi hus memiliki makna volitif.

8. Interjeksi JehLazim diketahui, jeh merupakan kata

yang lekat dengan masyarakat Cirebondan sekitarnya. Interjeksi jeh acapkalidigunakan masyarakat Cirebon dalamtuturan sehari-hari. Kata jeh dalam bahasaCirebon berfungsi sebagai penekananatau penegasan dari pernyataan orangyang mengucapkannya. Jeh dalam bahasaCirebon bermakna ‘katanya’. Jeh jugadigunakan untuk sebutan lain dari ah.Melalui novel Orang-Orang Biasa yangdalam hal ini latarnya di Belantik, tepat-nya pada masyarakat Melayu Belantik,penggunaan kata Jeh sudah menyebarhingga ke suku Melayu. Ditinjau dari segibentuknya yang masih sederhana, inter-jeksi jeh merupakan interjeksi primer.Interjeksi jeh pada data berikut diintonasi-kan naik atau meninggi. Intonasi naikpada interjeksi jeh selaras dengan maknayang dipertegasnya, yakni mengungkap-kan kekesalan. Dengan demikian, darisudut pandang makna, interjeksi jeh ber-makna emotif.

“Jeh! Usah kau sembarang bicara, Dai!Aku ini pemilik kios buku, maka akupembaca buku, tiap hari kerjaankumembaca buku. Di mana-mana bukubilang profesi tertua umat manusiaadalah prostitusi!”

9. Interjeksi OO merupakan interjeksi yang hanya

terdiri atas satu fonem vokal sehinggainterjeksi o termasuk interjeksi primer.Berdasarkan data, interjeksi o digunakanpada awal tuturan.

“O, jadi kalian sudah punya geng juga,ya, sekarang?!” gertak Bastardin

Berdasarkan data tersebut, interjeksio digunakan untuk mengekspresikan ejek-an. Bastradin mengejek penghuni bangkubelakang yang bodoh, aneh, lamban, dangagal yang sekarang menjelma sepuluhsekawan. Fungsi utama interjeksi o ialahmenyatakan ejekan sehingga interjeksi obermakna kognitif.

10. Interjeksi OhInterjeksi oh dalam data berikut di-

gunakan untuk mengekspresikan kete-garan. Oh merupakan interjeksi primeryang berupa tiruan suara manusia. Ber-dasarkan data berikut, oh digunakanuntuk mengawali dialog.

“Mengapa tak sekolah Aini?”“Oh, aku libur dulu, Ayah. Ibu harusberjualan untuk membeli beras. Usahcemas, semua bisa diatasi, Ayah cepatsembuh saja.”

Konteks di atas terjadi saat Aini sedangmerawat ayahnya yang sakit. Aini menye-diakan diri untuk berhenti sekolah demiuntuk merawat ayah yang disayanginya.Interjeksi oh yang digunakan pada awaltuturan Aini mengungkapkan ketegaran.Dalam hal mengungkapkan ketegaran yangmerupakan hasil dari pemikiran penutur,interjeksi oh bermakna kognitif.

11. Interjeksi OiInterjeksi oi mengekspresikan kema-

rahan. Oi diucapkan dengan intonasi me-ninggi pada awal dialog. Berdasarkan ben-tuknya, interjeksi oi merupakan interjeksiprimer karena bentuknya yang seder-hana, yakni hanya satu suku kata. Interjeksioi merupakan bunyi teriakan manusia.

“Oi! Apa-apaan! Jangan kau menam-bah-nambahi sesuatu sesukamu,Sob! Bisa cilaka kita nanti!...”

139http://ejournal.upi.edu/index.php/RBSPs/index

RIKSA BAHASAVolume 5, No. 2, November 2019

p-ISSN 2460-9978e-ISSN 2623-0909................................................................................................................................................................................

Junilah merasa marah dan kesal atasketidakseriusan Sobri. Untuk menguatkansuasana hati Junilah yang demikian,interjeksi oi digunakan untuk mengawalituturan Junilah. Interjeksi oi yang diguna-kan untuk mengekspresikan kemarahantermasuk makna emotif.

12. Interjeksi OjehDitinjau dari segi bentuk, ojeh meru-

pakan interjeksi sekunder. Interjeksi ojehdigunakan untuk mengekspresikan se-mangat. Ojeh merupakan bahasa Melayuyang sama maknanya dengan oke ataupun baiklah. Interjeksi ojeh berdasarkandata dalam novel biasa digunakan dalamtuturan sehari-hari masyarakat MelayuBelantik. Berdasarkan makna, interjeksiojeh yang mengekspresikan semangattermasuk makna emotif.

Usai menonton adegan-adegan yangseru itu, Nihe bertanya, “Ojeh, But.Jadi, bagaimana cara kita merampokbank itu nanti?”

Debut mempertontonkan adegan-adegan perampokan di film. Nihe yangterpana dengan adegan-adegan dalamfilm tersebut dengan segera menanyakanlangkah yang akan mereka lakukan untukmerampok bank. Interjeksi okeh menam-pakkan bahwa Nihe sangat bersemangatdan tidak sabar untuk segera melakukanperampokan.

13. Interjeksi SipInterjeksi sip mengekspresikan pe-

rasaan senang sehingga secara makna,termasuk makna emotif. Berdasarkankonteks, interjeksi sip memiliki nada postif.Selanjutnya, dilihat dari bentuknya yangsederhana, interjeksi sip merupakaninterjeksi sekunder.

“Sip, genap delapan orang!”

Debut menawarkan kesempatan me-rampok kepada teman-temannya. Tidakdisangka ternyata teman-temannya ber-sedia. Dengan demikian, Debut merasasenang karena tim perampokan genapdelapan orang.

IMPLIKASISesuai dengan tujuan penelitian, hasil

penelitian diimplikasikan dalam pembel-ajaran Bahasa Indonesia. Hasil temuandapat dimanfaatkan sebagai tambahanmateri pembelajaran kelas XII, khususnyapada kompetensi dasar 3.9, yakni meng-analisis isi dan kebahasaan novel. Dalamkompetensi dasar 3.9, belum tampak aspekapa saja yang ada dalam kebahasaan novelsehingga guru wajib menentukan unsurkebahasaan yang diperlukan dalam rangkamencapai tujuan pembelajaran tersebut.Bertolak dari hal tersebut, interjeksi me-rupakan unsur kebahasaan yang sesuaiuntuk mencapai kompetensi dasar 3.9.Guru dapat mengajarkan interjeksi sebagaisatu di antara unsur kebahasaan yangterdapat dalam novel.

SIMPULANHasil penelitian menunjukkan bahwa

interjeksi digunakan dalam novel Orang-Orang Biasa baik primer maupun sekun-der. Interjeksi primer terdiri atas interjeksiah, ai, aih, ha, hmmm, hus, jeh, o, oh, oi,dan sip, sedangkan interjeksi sekunderterdiri atas aduh dan ojeh. Berdasarkandata, makna interjeksi yang ditemukanberupa makna emotif, kognitif, dan volitif.Kelompok interjeksi bermakna emotifmengekspresikan kebahagiaan sekaliguskeharuan, kebingungan, kebanggaan, ke-kesalan, keterkejutan sekaligus ketakjub-an, kegembiraan, malas/ keengganan,kegemasan, kesimpatian, kemarahan,semangat, dan senang. Interjeksi emotif

140 Riksa Bahasa: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya

p-ISSN 2460-9978e-ISSN 2623-0909

RIKSA BAHASAVolume 5, No. 2, November 2019................................................................................................................................................................................

merupakan ekspresi perasaan. Kelompokinterjeksi kognitif sebagai hasil daripemikiran penutur menyatakan keserius-an, ejekan, dan ketegaran. Sementara itu,kelompok interjeksi volitif menyatakanseruan untuk meminta perhatian dan pe-ringatan. Interjeksi volitif ditujukan lang-sung pada mitra tutur untuk melakukansuatu tindak tertentu.

Hasil penelitian diimplikasikan padapembelajaran Bahasa Indonesia kelas XII,khususnya KD 3.9, yakni menganalisis isidan kebahasaan novel. Hasil temuan di-manfaatkan sebagai tambahan materipembelajaran dalam rangka mencapaitujuan pembelajaran tersebut.

DAFTAR PUSTAKAAlwi, Hasan, dkk. 1988. Tata Bahasa Baku

Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.

Djajasudrma, T. Fatimah. 2010. MetodeLinguistik. Bandung: Refika Aditama.

Goddard, Cliff. 2014. “Interjections andEmotion (with Special Reference to

“Surprise” and “Disgust”).” EmotionReview 6 (1):53-63. doi: 10.1177/1754073913491843.

Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum.Bandung: Mandar Maju.

Kenny, William. 1966. How to Analyze Fic-tion. New York: Monarch Press.

Komariyah, Siti. 2016. Interjeksi dalamNovel Doyane Wong Culika KaryaSuparta Brata. Junal Ilmiah Kebaha-saan dan Kesastraan. 4 (1). 55—64.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Katadalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama.

Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfo-logi: Bentuk Derivasional dan Inflek-sional. Bandung: Refika Aditama.

Stange, Ulrike. 2016. Emotive Interjectionsin British English: A corpus-basedstudy onvariation in acquisition, func-tion, and usage, Studies in Corpus Lin-guistics. Amsterdam and Philadel-phia: John Benjamins.

Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa JawaMutakhir. Yogyakarta: Kanisius.