Critical Review Analisis Potensi Perancangan Pembangunan Agroindustri bagi Komoditi kacang tanah di...
Transcript of Critical Review Analisis Potensi Perancangan Pembangunan Agroindustri bagi Komoditi kacang tanah di...
Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 1
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Menurut Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005 Propinsi Sumatera Utara
memiliki luas hutan sebesar 3.742.120 hektare yang terdiri dari kawasan suaka alam/ kawasan
pelestarian alam seluas 477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas
879.270 ha, Hutan Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi
seluas 52.760 ha.
Secara geografi wilayah barat Propinsi Sumatera Utara memiliki potensi dari segi
topologi, kesesuain tanah, sumber daya alam dan penduduknya untuk membuat agroindustri.
Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mendirikan sebuah agroindustri. Agroindustri merupakan
tindak lanjut dari aktivitas pertanian sebelum melangkah kepada aktivitas industri skala besar
dan berteknologi tinggi. Dengan demikian sangatlah penting analisis lokasi penentuan
agroindustri di wilayah barat Propinsi Sumatera Utara.
Industri merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam
pembangunan ekonomi sebuah kawasan. Di Indonesia, sektor Industri sangat membantu
perekonomian nasional maupun daerah karena sektor industri mampu memberikan lapangan
pekerjaan sehingga menurunkan angka pengangguran. Pembangunan lokasi industri harus
memperhatikan berbagai aspek supaya dapat memperoleh keuntungan terbesar tanpa
mengurangi kualitas dari hasil produk industri tersebut. Salah satu aspek yang di tinjau adalah
aspek lokasi sebuah industri. Penentuan lokasi sebuah industri sangat penting karena
menyangkut biaya produksi dan biaya distribusi agar dapat di seminimal mungkin untuk
mendapatkan keuntungan yang optimal. Beberapa ahli telah memikirkan untuk
mengembangkan teori supaya industri tesebut bisa memperoleh keuntungan optimal.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan Critical Review adalah :
1. Untuk mengetahui konsep teori weber dalam penentuan lokasi industri
2. Untuk mengetahui studi kasus pengaplikasian teori weber dalam menentukan lokasi
industri yang ada di Indonesia
Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 2
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Dasar Teori Lokasi
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) dengan kegiatan
ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber sumber yang langka, serta
hubungannya dengan pengaruhnya terhadap lokasi berbagai usaha atau kegiatan lainnya baik
ekonomi maupun sosial (Ibrahim, 1998). Dalam mempelajari lokasi berbagai kegiatan, ahli
ekonomi regional atau geografi membuat asumsi bahwa ruang yang dianalisis adalah datar dan
kondisinya di semua arah adalah sama. Teori lokasi juga menghubungkan antara satu daerah
dengan daerah yang lain, bentuk hubungan sosial ekonomi serta dapat memahami bagaimana
bagaimana suatu daerah-daerah berkembang berhubungan dengan daerah yang lain.
Alfred weber, seorang ekonom dan sosiolog asal Jerman pernah menulis buku yang
berjudul Über den Standort der Industrien pada tahun 1909 dan buku ini pernah di terjemahkan
kedalam bahasa inggris pada tahun 1929 oleh C.J. Friedrich dengan judul Alfred Weber`s
Theory of location of Industries. Alfred Weber mengemukakan bahwa lokasi industri sebaiknya
di letakan di tempat yang memiliki biaya yang paling minimum.
Menurut weber ada 3 faktor utama yang mempengaruhi lokasi industri yaitu faktor
tenaga kerja, besar biaya transportasi merupakan faktor regional yang bersifat umum serta
aglomerasi yang bersifat local. Weber juga mengemukakan 4 asumsi pada teori ini yaitu :
1. Unit studi terisolasi, homogen, konsumen terpusat di titik tertentu, semua unit
perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas (persaingan sempurna).
2. Sumber daya alam: air, pasir, lempung, tersedia di mana-mana (ubiquitous)
3. Bahan lainnya seperti mineral dan biji besi tersedia terbatas pada sejumlah tempat
(sporadis)
4. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, mengelompok pada beberapa lokasi dan
mobilitasnya terbatas.
Jadi berdasarkan 4 asumsi diatas dapat di simpulkan bahwa teori weber sangat
mempertimbangkan 3 aspek yaitu tenaga kerja pada industri tersebut ,biaya transportasi untuk
mengangkut barang, dan juga aglomerasi yang dimana aglomerasi itu sendiri adalah
pemusatan kegiatan di suatu kawasan tertentu.
Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 3
Upah Tenaga Kerja
Tenaga kerja sangatlah dibutuhkan dalam suatu industri. Dengan begitu sebuah
perusahaan akan sangat mempertimbangkan upah tenaga kerja yang dikeluarkan untuk
mengelolah industri tersebut. Hal ini sangat memungkinkan sebuah industri akan
mencari tempat atau lokasi industri yang upah minimum regionalnya sangat murah dan
efesien. Bahkan ada beberapa industri di dunia yang berpindah pindah tempat karena
upah regional pada suatu kawasan tersebut dinaikan.
Biaya transportasi
Biaya transportasi merupakan faktor penting pada sebuah industri. Karena lokasi
industri akan sangat bergantung dengan jarak ketika pengambilan bahan mentah
menuju tempat industri lalu ke pasar. Biaya transportasi berbanding lurus dengan jarak,
semakin jauh bahan mentah maka semakin besar juga biaya yang dikeluarkan oleh
sebuah industri. Biaya transportasi juga dipengaruhi oleh berat atau bobot barang yang
ingin dibawa. Maka dari itu biaya trasportasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh
pada keuntungan sebuah perusahaan.
Titik terendah biaya transportasi merupakan titik yang menunjukan biaya
minimum yang dikeluarkan untuk mengangkut bahan mentah ke tempat industri maupun
bahan jadi ke tempat pemasaran. Berat keseluruhan merupakan berat semua barang
berupa input atau bahan mentah yang harus diangkut ketempat industri ditambah berat
bahan jadi dari tempat industri menuju tempat pemasaran.
Gambar 1. Segitiga lokasional
Sumber : studi literatur
Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa gambar yang paling kiri adalah ketika bobot
bahan mentah dan barang jadi sama. Maka lokasi industri akan berada di tengah tengah antara
sumber bahan mentah dan pasar. Pada gambar yang ditengah dijelaskan bahwa lokasi biaya
terendah mendekati bahan mentah karena bobot bahan mentah lebih berat dibandingkan
dengan bobot bahan jadi. Dan pada gambar di paling kanan dapat dijelaskan bahwa lokasi
dengan biaya terendah yaitu mendekati pasar. Hal itu disebabkan karena bobot bahan mentah
lebih ringan dibanding dengan bobot bahan jadi yang akan di pasarkan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa lokasi dengan biaya terendah harus dilihat terlebih dulu dari bobot bahan
Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 4
mentah maupun bahan jadi yang telah di produksi setelah itu kita bisa menemtukan tempat
lokasi dengan biaya terendah.
Setelah melihat penjelasan diatas, dapat dimengerti bahwa teori weber memiliki dua
pokok kasus yang berbeda yaitu weight losing case dan weight gaining case. Pada weight
losing case dijelaskan bahwa berat bahan mentah lebih berat dibandingkan dengan berat
barang jadi sehingga biaya transportasi untuk mengangkut bahan mentah akan lebih mahal
dan lokasi industri akan mendekati lokasi bahan baku, sedangkan pada weight gaining case
dijelaskan bahwa berat bahan jadi lebih berat dibandingkan dengan berat bahan mentah
sehingga biaya transportasi mengangkut barang jadi akan lebih mahal dan lokasi industri akan
mendekati pasar. Berikut ini penjelasan dari weight losing case dan weight gaining case.
Gambar 2. Weight losing case
Sumber : Studi literatur
Pada gambar yang paling kiri menunjukan ketika sebuah industri diletakan ditengah
tengah antara jarak bahan mentah ke tempat industri dan jarak industri ke pasar. Pada kasus ini
bahan mentah lebih berat dibandingkan dengan bahan jadi hasil produksi maka menurut teori
weber lokasi industri harus digeser mendekati tempat bahan mentah berada karena
mengangkut bahan mentah ke tempat produksi lebih berat dibandingkan dengan bahan jadi ke
pasar seperti pada gambar yang ditengah. Biaya transportasi akan semakin murah karena jarak
antara tempat bahan mentah berada dan tempat industri berkurang. Kondisi yang lebih ideal
ketika tempat bahan mentah berada satu tempat dengan tempat industri. Dengan ini tiadanya
jarak antara bahan mentah ke tempat industri sehingga sebuah industri akan lebih efesien
menggunakan biaya transportasi karena bobot keseluruhan lebih ringan dibandingkan pada
gambar kiri dan tengah.
Gambar 3. Weight Gaining Case Sumber : Studi literature
Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 5
Pada gambar yang paling kiri menunjukan ketika sebuah industri diletakan ditengah
tengah antara jarak bahan mentah ke tempat industri dan jarak industri ke pasar. Pada kasus ini
bahan mentah lebih ringan dibandingkan dengan bahan jadi hasil produksi maka menurut teori
weber lokasi industri harus digeser mendekati pasar berada karena mengangkut barang jadi ke
pasar akan lebih mudah dan ringan dibandingkan dengan bahan mentah ke tempat produksi
seperti pada gambar yang ditengah. Biaya transportasi akan semakin murah karena jarak
antara tempat industri dan tempat pemasaran berkurang. Kondisi yang lebih ideal ketika tempat
dimana pasar itu berada satu tempat dengan tempat industri. Dengan ini tiadanya jarak antara
tempat industri ke pasar sehingga sebuah industri akan lebih efesien menggunakan biaya
transportasi karena bobot keseluruhan lebih ringan dibandingkan pada gambar kiri dan tengah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa apabila bobot bahan baku lebih berat dibandingkan
dengan bobot bahan jadi maka sebaiknya lokasi industri lebih dekat dengan tempat bahan
mentah. Dan apabila bobot bahan jadi lebih berat dibandingkan dengan bobot bahan mentah
maka sebaiknya tempat industri lebih didekatkan ke pasar agar biaya trasnportasi menjadi
minimal.
Aglomerasi
Aglomerasi adalah pengelompokan beberapa industri dalam suatu kawasan sehingga
membentuk daerah khusus untuk industri. Tujuan dari aglomerasi industri itu sendiri adalah
meminimalkan biaya transportasi karena mengumpul pada suatu kawasan. Aglomerasi dibagi
menjadi dua macam yaitu aglomerasi primer dan aglomerasi sekunder. Aglomerasi primer
adalah perusahaan yang baru muncul tidak ada hubungannya dengan perusahaan lama yang
sudah terdapat di wilayah aglomerasi. Sedangkan aglomerasi sekunder jika perusahaan yang
baru beroperasi adalah perusahaan yang memiliki tujuan untuk memberi pelayanan pada
perusahaan yang lama.
Penyebab terjadinya aglomerasi adalah tenaga kerja tersedia banyak dan
kemampuannya lebih baik dibanding dari luar daerah, suatu perusahaan menjadi daya tarik
perusahaan lain, berkembangnya suatu perusahaan dari kecil menjadi besar sehingga
menimbulkan perusahaan lain untuk menunjang perusahaan yang membesar tersebut,
perpindahan suatu kegiatan produksi dari satu tempat ke beberapa tempat lain, dan
perusahaan lain mendekati sumber bahan untuk aktifitas produksi yang dihasilkan oleh
perusahaan yang sudah ada untuk saling menunjang satu sama lain.
Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 6
BAB III
Pembahasan
3.1 Alasan Pemilihan Lokasi
PDRB Propinsi Sumatra Utara pada tahun sebelumya mengalami peningkatan sebesar
3.99% di bidang pertanian dan juga 2.3% dibidang pengolahan industri sehingga menyebabkan
peluang yang besar untuk mengelolah industri berbasis pertanian atau agroindustri pada
daerah barat Sumatra Utara.
Secara geografi wilayah barat Propinsi Sumatra Utara memiliki topografi, kesesuaian
lahan, potensi sumber daya alam yang mumpuni untuk membuat lokasi agroindustri dan juga
didukung oleh mata pencaharian masyarakat sekitar yang umumnya berbasis pertanian.
Wilayah barat meliputi Kabupaten Tanah Karo, Kabupaten Dairi, Kabupaten pak pak barat,
kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir dan
Kabupaten Tapanuli Utara. Pada setiap kabupaten yang berada di wilayah barat Sumatra Utara
potensi dan kesesuaian tanah untuk seluruh komoditas pertanian memiliki kesamaan sehingga
bisa menjadi potensi untuk membangun berbagai agroindustri.
Alasan lainnya adalah wilayah ini berada pada dataran tinggi yang memiliki tekstur
tanah berbukit dan pengunungan, terdapat permasalahan komoditi yang tidak sesuai dalam
pengertian yang menguntungkan untuk agroindustri (misalnya: komoditi yang beraneka ragam
pada suatu daerah sehingga tidak dapat ditentukan apa yang menjadi produk utama daerah
tersebut, terdapatnya beberapa kebijakan dari pihak investor yang merugikan komoditi
agroindustri ini, dan munculnya rancangan pembangunan yang lebih menguntungkan
agroindustri ini.
3.2 Faktor Faktor Lokasi
Sebuah industri harus mempertimbangkan beberapa faktor untuk memilih sebuah lokasi
industri yang strategis guna menghasilkan keuntungan yang maksimal. Pada agroindustri untuk
komoditi kacang tanah juga harus memperhatikan faktor faktor pemilihan lokasi industri guna
membangun agroindustri yang bisa menyejahterahkan masyarakat sekitar. Faktor faktor
penentu lokasi industri tersebut diantaranya adalah:
a) Bahan Mentah
Bahan mentah merupakan faktor penting untuk berlangsungnya industri tersebut. Dalam
industri berbasis pertanian faktor terpenting sebuah industri tersebut adalah bahan mentah
dimana biasanya tempat bahan mentah itu berada dimana juga pusat perhatian agroindustri
itu terlihat. Berdasarkan data yang ada pada jurnal tersebut ditabelkan sebagai berikut :
Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 7
Tabel 1. Potensi bahan mentah
b) Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor penting untuk berlangsungnya industri. jika tidak ada tenaga
kerja untuk melakukan industri tersebut maka industri tersebut tidak bisa bertahan. Tenaga
kerja juga jadi penggerak kemajuan industri tersebut, semakin ahli tenaga kerja kerja pada
sebuah industri maka semakin maju industri tersebut. Berikut tabel tenaga kerja pada
komoditi kacang tanah:
Tabel 2. Potensi tenaga kerja
c) Kemudahan Aksesbilitas
Aksesbiitas sangat diperlukan untuk kemudahan sebuah industri untuk mengangkut bahan
mentah dan juga hasil produksi industri menjadi bahan jadi. Dengan tingkat aksesbilitas yang
tinggi, transportasi dan produksi hasil industri menjadi lebih mudah dan lebih murah. Berikut
tabel kemudahan aksesbilitas :
Tabel 3. Potensi kemudahan aksesbilitas
d) Pasar
Pasar bagi sebuah industri merupakan aspek penting. Letak pasar dapat menentukan beberapa
biaya yaitu biaya produksi, biaya transpotasi hingga biaya pemasaran. Pada agroindustri untuk
komoditi kacang tanah ini letak pasar berada daerah Sumatra sehingga harus di pertimbangkan
bagaimana cara pemasaran yang tepat.
e) Kebijakan
Salah satu faktor penting lainnya adalah kebijakan. Kebijakan yang berasal dari pemerintah
daerah maupun pemerintah pusat merupakan di patuhi sehingga nantinya tidak menyalahi
Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 8
aturan ataupun diberhentikan perindustriannya. Pada agroindustri untuk komoditi kacang tanah
bisa dikaji dari peraturan kementrian pertanian tentang strategi pembangunan pertanian.
Tabel 4. Potensi Kebijakan
f) Tanggapan penduduk
Tanggapan penduduk merupakan faktor pendukung adanya perindustrian. Tanggapan
penduduk sekitar atas rencana pembangunan sebuah perindustrian harus didengar sebagai
bentuk partipasi dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah tersebut.
Tabel 5. Potensi tanggapan penduduk
Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi yang cocok untuk pembanguan agroindustri berada di
Kabupaten Simalungin.
3.3 Implikasi Teori Terhadap Lokasi yang Dipilih
Pada dasarnya prinsip teori weber adalah meminimalkan pengeluaran biaya untuk
mencapai keuntungan maksimal dengan cara menekan biaya transportasi, memperhatikan
upah pekerja dan aglomerasi industri. sebuah industri harus memperhatikan ketiga faktor
tersebut untuk menentukan lokasi industri yang tepat. Lokasi industri yang tepat adalah dimana
lokasi tersebut memiliki biaya transportasi yang paling murah dan upah minimal regional pada
suatu kawasan murah sehingga bisa memaksimalkan keuntungan yang diperoleh. Besar biaya
transportasi ditentukan berdasarkan dua hal yaitu jarak yang harus ditempuh dan bobot barang
mentah ataupun jadi.
Menurut Weber, lokasi industri yang baik akan berada dekat dengan barang mentah
apabila berat barang mentah lebih besar dibandingkan dengan berat barang jadi agar biaya
yang dikeluarkan ketika mengangkut barang tersebut menjadi lebih murah daripada harus
didekatkan kearah pasar maupun kearah pekerja. Lain halnya dengan lokasi industri yang
sebaiknya dekat dengan pasar, ketika berat barang jadi lebih besar dibandingkan dengan
bahan mentah supaya meminimalkan biaya transportasi untuk mengangkut barang tersebut.
Dan sebuah industri juga akan mendekatkan lokasi indsutri kearah upah pekerja yang minimal
agar keuntungan yang diraih bisa menjadi maksimal.
Pada penentuan lokasi agroindustri untuk komoditi kacang tanah di wilayah barat
Sumatra utara sudah memperhatikan beberapa faktor faktor yang mendukung untuk meraih
keuntungan maksimal yaitu keberadaan bahan mentah, tenaga kerja untuk agroindustri,
kemudahan aksesbilitas, lokasi pasar, kebijakan dn juga tanggapan penduduk akan rencana
pembangunan agroindustri kacang tanah.
Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 9
Tabel 6. Jumlah bahan mentah Tabel 7. Potensi terhadap lokasi
Pada tabel yang sebelah kiri merupakan tabel jumlah bahan mentah per kabupaten
yang ada pada wilayah barat Propinsi Sumatra Utara. Dapat diketahui bahwa kabupaten
Simalungun merupakan kabupaten yang memiliki potensi sumber bahan mentah yang paling
tinggi dibandingkan dengan kabupaten kabupaten lainnya di wilayah barat Propinsi Sumatra
Utara. Hal ini dapat dipertimbangkan untuk penentuan lokasi industri yang tepat.
Pada tabel yang sebelah kanan merupakan tabel potensi beberapa aspek terhadap
lokasi industri. Dapat dilihat bahwa potensi tenaga kerja yang paling tinggi berada pada
kabupaten Simalungun. Kemudahan untuk aksesbilitas juga dapat dilihat bahwa potensi
tertinggi berada pada kabupaten Simalungun. Hal ini dapat dimanfaatkan dikarenakan
kemudahan aksesbilitas dapat menurutkan biaya transportasi dan resiko.
Jadi lokasi yang cocok untuk membuat agroindustri untuk komoditi kacang tanah adalah pada
Kabupaten Simalungun karena dipertimbangkan dari berbagai aspek yaitu sumber bahan
mentah, potensi tenaga kerja dan kemudahan aksesbiltas menuju pasar.
Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 10
BAB IV
Penutup
3.1 Kesimpulan
Setelah membaca dan menganalisa jurnal “Analisis Potensi Perancangan
Pembangunan Agroindustri Bagi Komiditi Kacang Tanah Di Wilayah Barat Propinsi Sumatera
Utara” dapat disimpulkan bahwa pembangunan agroindustri di wilayah barat Propinsi Sumatra
Utara menurut teori weber sebaiknya berada di Kabupaten Simalungun. Hal ini ditinjau dari
beberapa aspek yaitu bahan mentah, tenaga kerja, kemudahan aksesbilitas, pasar, kebijakan
dan tanggapan penduduk. Dalam usaha pengembangan agroindustri kacang tanah ini harus
dikembangkan lagi pola pikir masyarakat bahwa agroindustri bisa sangat menguntungkan
apabila masyarakat tersebut ikut mengembangkan program agroindustri ini.
3.2 Lesson Learned
Dari pembahasan makalah “Analisis Potensi Perancangan Pembangunan Agroindustri
bagi Komoditi Kacang Tanah di Wilayah Barat Propinsi Sumatra Utara” didapatkan berbagai
pembelajaran yaitu
1. Teori Weber sangat bermanfaat untuk mempertimbangkan lokasi industri yang tepat
supaya mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan melihat beberapa aspek
untuk di pertimbangkan
2. Agroindustri merupakan industri yang berbasis pertanian dan lebih menguntungkan
daripada hanya bertani. Hal ini juga membantu keuntungan ekonomi bagi masyarakat di
wilayah tersebut dengan cara mempekerjakan masyarakat di kawasan tersebut
3. Dalam pembangunan sebuah lokasi industri harus mempertimbangkan berbagai aspek
4. Faktor faktor penentu sebuah lokasi industri adalah sumber bahan mentah, tenaga
kerja, kemudahan aksesbilitas, keberadaan pasar, kebijakan dan tanggapan penduduk
5. Pada dasarnya penentuan lokasi industri harus menimbang penentuan lokasi dimana
biaya produksi dan biaya distribusi dapat diminimalkan sekecil mungkin sehingga dapat
memperoleh keuntungan yang maksimal
6. Penentuan lokasi industri bisa didekatkan kearah sumber bahan mentah apabila bobot
bahan mentah lebih berat dibandingkan dengan bobot bahan jadi
7. Penentuan lokasi industri bisa didekatkan kearah pasar apabila bobot bahan mentah
lebih ringan dibandingkan dengan bobot bahan jadi.
8. Penentuan lokasi industri bisa didekatkan kearah tenaga kerja apabila upaya minimum
tenaga kerja pada suatu kawasan rendah
Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 11
Daftar Pustaka
Siregar, Robert Tua, Norhaslina Hassan (2007). Analisis Potensi Perancangan Pembangunan
Agroindustri bagi Komoditi Kacang Tanah di Wilayah Barat Propinsi Sumatra Utara. Urban
Studies and planning program, University of Malaya
Jean-Paul Rodrigue,DR., 1998, Weber's Location Triangle, Dept. of Economics & Geography, Hofstra University. Martini, Enny Sri (2013). Aplikasi Teori Weber dalam Pembangunan Argoindustri P.T Wina Pohan di Banyuasin Sumatra Selatan. Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka Febriyanti, Dita (2012). Impikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Industri di Kompleks SIER Surabaya.