Critical Review Analisis Potensi Perancangan Pembangunan Agroindustri bagi Komoditi kacang tanah di...

11
Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Menurut Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005 Propinsi Sumatera Utara memiliki luas hutan sebesar 3.742.120 hektare yang terdiri dari kawasan suaka alam/ kawasan pelestarian alam seluas 477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha. Secara geografi wilayah barat Propinsi Sumatera Utara memiliki potensi dari segi topologi, kesesuain tanah, sumber daya alam dan penduduknya untuk membuat agroindustri. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mendirikan sebuah agroindustri. Agroindustri merupakan tindak lanjut dari aktivitas pertanian sebelum melangkah kepada aktivitas industri skala besar dan berteknologi tinggi. Dengan demikian sangatlah penting analisis lokasi penentuan agroindustri di wilayah barat Propinsi Sumatera Utara. Industri merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi sebuah kawasan. Di Indonesia, sektor Industri sangat membantu perekonomian nasional maupun daerah karena sektor industri mampu memberikan lapangan pekerjaan sehingga menurunkan angka pengangguran. Pembangunan lokasi industri harus memperhatikan berbagai aspek supaya dapat memperoleh keuntungan terbesar tanpa mengurangi kualitas dari hasil produk industri tersebut. Salah satu aspek yang di tinjau adalah aspek lokasi sebuah industri. Penentuan lokasi sebuah industri sangat penting karena menyangkut biaya produksi dan biaya distribusi agar dapat di seminimal mungkin untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Beberapa ahli telah memikirkan untuk mengembangkan teori supaya industri tesebut bisa memperoleh keuntungan optimal. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan Critical Review adalah : 1. Untuk mengetahui konsep teori weber dalam penentuan lokasi industri 2. Untuk mengetahui studi kasus pengaplikasian teori weber dalam menentukan lokasi industri yang ada di Indonesia

Transcript of Critical Review Analisis Potensi Perancangan Pembangunan Agroindustri bagi Komoditi kacang tanah di...

Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 1

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Menurut Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005 Propinsi Sumatera Utara

memiliki luas hutan sebesar 3.742.120 hektare yang terdiri dari kawasan suaka alam/ kawasan

pelestarian alam seluas 477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas

879.270 ha, Hutan Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi

seluas 52.760 ha.

Secara geografi wilayah barat Propinsi Sumatera Utara memiliki potensi dari segi

topologi, kesesuain tanah, sumber daya alam dan penduduknya untuk membuat agroindustri.

Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mendirikan sebuah agroindustri. Agroindustri merupakan

tindak lanjut dari aktivitas pertanian sebelum melangkah kepada aktivitas industri skala besar

dan berteknologi tinggi. Dengan demikian sangatlah penting analisis lokasi penentuan

agroindustri di wilayah barat Propinsi Sumatera Utara.

Industri merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam

pembangunan ekonomi sebuah kawasan. Di Indonesia, sektor Industri sangat membantu

perekonomian nasional maupun daerah karena sektor industri mampu memberikan lapangan

pekerjaan sehingga menurunkan angka pengangguran. Pembangunan lokasi industri harus

memperhatikan berbagai aspek supaya dapat memperoleh keuntungan terbesar tanpa

mengurangi kualitas dari hasil produk industri tersebut. Salah satu aspek yang di tinjau adalah

aspek lokasi sebuah industri. Penentuan lokasi sebuah industri sangat penting karena

menyangkut biaya produksi dan biaya distribusi agar dapat di seminimal mungkin untuk

mendapatkan keuntungan yang optimal. Beberapa ahli telah memikirkan untuk

mengembangkan teori supaya industri tesebut bisa memperoleh keuntungan optimal.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan Critical Review adalah :

1. Untuk mengetahui konsep teori weber dalam penentuan lokasi industri

2. Untuk mengetahui studi kasus pengaplikasian teori weber dalam menentukan lokasi

industri yang ada di Indonesia

Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 2

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Dasar Teori Lokasi

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) dengan kegiatan

ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber sumber yang langka, serta

hubungannya dengan pengaruhnya terhadap lokasi berbagai usaha atau kegiatan lainnya baik

ekonomi maupun sosial (Ibrahim, 1998). Dalam mempelajari lokasi berbagai kegiatan, ahli

ekonomi regional atau geografi membuat asumsi bahwa ruang yang dianalisis adalah datar dan

kondisinya di semua arah adalah sama. Teori lokasi juga menghubungkan antara satu daerah

dengan daerah yang lain, bentuk hubungan sosial ekonomi serta dapat memahami bagaimana

bagaimana suatu daerah-daerah berkembang berhubungan dengan daerah yang lain.

Alfred weber, seorang ekonom dan sosiolog asal Jerman pernah menulis buku yang

berjudul Über den Standort der Industrien pada tahun 1909 dan buku ini pernah di terjemahkan

kedalam bahasa inggris pada tahun 1929 oleh C.J. Friedrich dengan judul Alfred Weber`s

Theory of location of Industries. Alfred Weber mengemukakan bahwa lokasi industri sebaiknya

di letakan di tempat yang memiliki biaya yang paling minimum.

Menurut weber ada 3 faktor utama yang mempengaruhi lokasi industri yaitu faktor

tenaga kerja, besar biaya transportasi merupakan faktor regional yang bersifat umum serta

aglomerasi yang bersifat local. Weber juga mengemukakan 4 asumsi pada teori ini yaitu :

1. Unit studi terisolasi, homogen, konsumen terpusat di titik tertentu, semua unit

perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas (persaingan sempurna).

2. Sumber daya alam: air, pasir, lempung, tersedia di mana-mana (ubiquitous)

3. Bahan lainnya seperti mineral dan biji besi tersedia terbatas pada sejumlah tempat

(sporadis)

4. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, mengelompok pada beberapa lokasi dan

mobilitasnya terbatas.

Jadi berdasarkan 4 asumsi diatas dapat di simpulkan bahwa teori weber sangat

mempertimbangkan 3 aspek yaitu tenaga kerja pada industri tersebut ,biaya transportasi untuk

mengangkut barang, dan juga aglomerasi yang dimana aglomerasi itu sendiri adalah

pemusatan kegiatan di suatu kawasan tertentu.

Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 3

Upah Tenaga Kerja

Tenaga kerja sangatlah dibutuhkan dalam suatu industri. Dengan begitu sebuah

perusahaan akan sangat mempertimbangkan upah tenaga kerja yang dikeluarkan untuk

mengelolah industri tersebut. Hal ini sangat memungkinkan sebuah industri akan

mencari tempat atau lokasi industri yang upah minimum regionalnya sangat murah dan

efesien. Bahkan ada beberapa industri di dunia yang berpindah pindah tempat karena

upah regional pada suatu kawasan tersebut dinaikan.

Biaya transportasi

Biaya transportasi merupakan faktor penting pada sebuah industri. Karena lokasi

industri akan sangat bergantung dengan jarak ketika pengambilan bahan mentah

menuju tempat industri lalu ke pasar. Biaya transportasi berbanding lurus dengan jarak,

semakin jauh bahan mentah maka semakin besar juga biaya yang dikeluarkan oleh

sebuah industri. Biaya transportasi juga dipengaruhi oleh berat atau bobot barang yang

ingin dibawa. Maka dari itu biaya trasportasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh

pada keuntungan sebuah perusahaan.

Titik terendah biaya transportasi merupakan titik yang menunjukan biaya

minimum yang dikeluarkan untuk mengangkut bahan mentah ke tempat industri maupun

bahan jadi ke tempat pemasaran. Berat keseluruhan merupakan berat semua barang

berupa input atau bahan mentah yang harus diangkut ketempat industri ditambah berat

bahan jadi dari tempat industri menuju tempat pemasaran.

Gambar 1. Segitiga lokasional

Sumber : studi literatur

Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa gambar yang paling kiri adalah ketika bobot

bahan mentah dan barang jadi sama. Maka lokasi industri akan berada di tengah tengah antara

sumber bahan mentah dan pasar. Pada gambar yang ditengah dijelaskan bahwa lokasi biaya

terendah mendekati bahan mentah karena bobot bahan mentah lebih berat dibandingkan

dengan bobot bahan jadi. Dan pada gambar di paling kanan dapat dijelaskan bahwa lokasi

dengan biaya terendah yaitu mendekati pasar. Hal itu disebabkan karena bobot bahan mentah

lebih ringan dibanding dengan bobot bahan jadi yang akan di pasarkan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa lokasi dengan biaya terendah harus dilihat terlebih dulu dari bobot bahan

Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 4

mentah maupun bahan jadi yang telah di produksi setelah itu kita bisa menemtukan tempat

lokasi dengan biaya terendah.

Setelah melihat penjelasan diatas, dapat dimengerti bahwa teori weber memiliki dua

pokok kasus yang berbeda yaitu weight losing case dan weight gaining case. Pada weight

losing case dijelaskan bahwa berat bahan mentah lebih berat dibandingkan dengan berat

barang jadi sehingga biaya transportasi untuk mengangkut bahan mentah akan lebih mahal

dan lokasi industri akan mendekati lokasi bahan baku, sedangkan pada weight gaining case

dijelaskan bahwa berat bahan jadi lebih berat dibandingkan dengan berat bahan mentah

sehingga biaya transportasi mengangkut barang jadi akan lebih mahal dan lokasi industri akan

mendekati pasar. Berikut ini penjelasan dari weight losing case dan weight gaining case.

Gambar 2. Weight losing case

Sumber : Studi literatur

Pada gambar yang paling kiri menunjukan ketika sebuah industri diletakan ditengah

tengah antara jarak bahan mentah ke tempat industri dan jarak industri ke pasar. Pada kasus ini

bahan mentah lebih berat dibandingkan dengan bahan jadi hasil produksi maka menurut teori

weber lokasi industri harus digeser mendekati tempat bahan mentah berada karena

mengangkut bahan mentah ke tempat produksi lebih berat dibandingkan dengan bahan jadi ke

pasar seperti pada gambar yang ditengah. Biaya transportasi akan semakin murah karena jarak

antara tempat bahan mentah berada dan tempat industri berkurang. Kondisi yang lebih ideal

ketika tempat bahan mentah berada satu tempat dengan tempat industri. Dengan ini tiadanya

jarak antara bahan mentah ke tempat industri sehingga sebuah industri akan lebih efesien

menggunakan biaya transportasi karena bobot keseluruhan lebih ringan dibandingkan pada

gambar kiri dan tengah.

Gambar 3. Weight Gaining Case Sumber : Studi literature

Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 5

Pada gambar yang paling kiri menunjukan ketika sebuah industri diletakan ditengah

tengah antara jarak bahan mentah ke tempat industri dan jarak industri ke pasar. Pada kasus ini

bahan mentah lebih ringan dibandingkan dengan bahan jadi hasil produksi maka menurut teori

weber lokasi industri harus digeser mendekati pasar berada karena mengangkut barang jadi ke

pasar akan lebih mudah dan ringan dibandingkan dengan bahan mentah ke tempat produksi

seperti pada gambar yang ditengah. Biaya transportasi akan semakin murah karena jarak

antara tempat industri dan tempat pemasaran berkurang. Kondisi yang lebih ideal ketika tempat

dimana pasar itu berada satu tempat dengan tempat industri. Dengan ini tiadanya jarak antara

tempat industri ke pasar sehingga sebuah industri akan lebih efesien menggunakan biaya

transportasi karena bobot keseluruhan lebih ringan dibandingkan pada gambar kiri dan tengah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa apabila bobot bahan baku lebih berat dibandingkan

dengan bobot bahan jadi maka sebaiknya lokasi industri lebih dekat dengan tempat bahan

mentah. Dan apabila bobot bahan jadi lebih berat dibandingkan dengan bobot bahan mentah

maka sebaiknya tempat industri lebih didekatkan ke pasar agar biaya trasnportasi menjadi

minimal.

Aglomerasi

Aglomerasi adalah pengelompokan beberapa industri dalam suatu kawasan sehingga

membentuk daerah khusus untuk industri. Tujuan dari aglomerasi industri itu sendiri adalah

meminimalkan biaya transportasi karena mengumpul pada suatu kawasan. Aglomerasi dibagi

menjadi dua macam yaitu aglomerasi primer dan aglomerasi sekunder. Aglomerasi primer

adalah perusahaan yang baru muncul tidak ada hubungannya dengan perusahaan lama yang

sudah terdapat di wilayah aglomerasi. Sedangkan aglomerasi sekunder jika perusahaan yang

baru beroperasi adalah perusahaan yang memiliki tujuan untuk memberi pelayanan pada

perusahaan yang lama.

Penyebab terjadinya aglomerasi adalah tenaga kerja tersedia banyak dan

kemampuannya lebih baik dibanding dari luar daerah, suatu perusahaan menjadi daya tarik

perusahaan lain, berkembangnya suatu perusahaan dari kecil menjadi besar sehingga

menimbulkan perusahaan lain untuk menunjang perusahaan yang membesar tersebut,

perpindahan suatu kegiatan produksi dari satu tempat ke beberapa tempat lain, dan

perusahaan lain mendekati sumber bahan untuk aktifitas produksi yang dihasilkan oleh

perusahaan yang sudah ada untuk saling menunjang satu sama lain.

Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 6

BAB III

Pembahasan

3.1 Alasan Pemilihan Lokasi

PDRB Propinsi Sumatra Utara pada tahun sebelumya mengalami peningkatan sebesar

3.99% di bidang pertanian dan juga 2.3% dibidang pengolahan industri sehingga menyebabkan

peluang yang besar untuk mengelolah industri berbasis pertanian atau agroindustri pada

daerah barat Sumatra Utara.

Secara geografi wilayah barat Propinsi Sumatra Utara memiliki topografi, kesesuaian

lahan, potensi sumber daya alam yang mumpuni untuk membuat lokasi agroindustri dan juga

didukung oleh mata pencaharian masyarakat sekitar yang umumnya berbasis pertanian.

Wilayah barat meliputi Kabupaten Tanah Karo, Kabupaten Dairi, Kabupaten pak pak barat,

kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir dan

Kabupaten Tapanuli Utara. Pada setiap kabupaten yang berada di wilayah barat Sumatra Utara

potensi dan kesesuaian tanah untuk seluruh komoditas pertanian memiliki kesamaan sehingga

bisa menjadi potensi untuk membangun berbagai agroindustri.

Alasan lainnya adalah wilayah ini berada pada dataran tinggi yang memiliki tekstur

tanah berbukit dan pengunungan, terdapat permasalahan komoditi yang tidak sesuai dalam

pengertian yang menguntungkan untuk agroindustri (misalnya: komoditi yang beraneka ragam

pada suatu daerah sehingga tidak dapat ditentukan apa yang menjadi produk utama daerah

tersebut, terdapatnya beberapa kebijakan dari pihak investor yang merugikan komoditi

agroindustri ini, dan munculnya rancangan pembangunan yang lebih menguntungkan

agroindustri ini.

3.2 Faktor Faktor Lokasi

Sebuah industri harus mempertimbangkan beberapa faktor untuk memilih sebuah lokasi

industri yang strategis guna menghasilkan keuntungan yang maksimal. Pada agroindustri untuk

komoditi kacang tanah juga harus memperhatikan faktor faktor pemilihan lokasi industri guna

membangun agroindustri yang bisa menyejahterahkan masyarakat sekitar. Faktor faktor

penentu lokasi industri tersebut diantaranya adalah:

a) Bahan Mentah

Bahan mentah merupakan faktor penting untuk berlangsungnya industri tersebut. Dalam

industri berbasis pertanian faktor terpenting sebuah industri tersebut adalah bahan mentah

dimana biasanya tempat bahan mentah itu berada dimana juga pusat perhatian agroindustri

itu terlihat. Berdasarkan data yang ada pada jurnal tersebut ditabelkan sebagai berikut :

Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 7

Tabel 1. Potensi bahan mentah

b) Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor penting untuk berlangsungnya industri. jika tidak ada tenaga

kerja untuk melakukan industri tersebut maka industri tersebut tidak bisa bertahan. Tenaga

kerja juga jadi penggerak kemajuan industri tersebut, semakin ahli tenaga kerja kerja pada

sebuah industri maka semakin maju industri tersebut. Berikut tabel tenaga kerja pada

komoditi kacang tanah:

Tabel 2. Potensi tenaga kerja

c) Kemudahan Aksesbilitas

Aksesbiitas sangat diperlukan untuk kemudahan sebuah industri untuk mengangkut bahan

mentah dan juga hasil produksi industri menjadi bahan jadi. Dengan tingkat aksesbilitas yang

tinggi, transportasi dan produksi hasil industri menjadi lebih mudah dan lebih murah. Berikut

tabel kemudahan aksesbilitas :

Tabel 3. Potensi kemudahan aksesbilitas

d) Pasar

Pasar bagi sebuah industri merupakan aspek penting. Letak pasar dapat menentukan beberapa

biaya yaitu biaya produksi, biaya transpotasi hingga biaya pemasaran. Pada agroindustri untuk

komoditi kacang tanah ini letak pasar berada daerah Sumatra sehingga harus di pertimbangkan

bagaimana cara pemasaran yang tepat.

e) Kebijakan

Salah satu faktor penting lainnya adalah kebijakan. Kebijakan yang berasal dari pemerintah

daerah maupun pemerintah pusat merupakan di patuhi sehingga nantinya tidak menyalahi

Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 8

aturan ataupun diberhentikan perindustriannya. Pada agroindustri untuk komoditi kacang tanah

bisa dikaji dari peraturan kementrian pertanian tentang strategi pembangunan pertanian.

Tabel 4. Potensi Kebijakan

f) Tanggapan penduduk

Tanggapan penduduk merupakan faktor pendukung adanya perindustrian. Tanggapan

penduduk sekitar atas rencana pembangunan sebuah perindustrian harus didengar sebagai

bentuk partipasi dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah tersebut.

Tabel 5. Potensi tanggapan penduduk

Jadi dapat disimpulkan bahwa lokasi yang cocok untuk pembanguan agroindustri berada di

Kabupaten Simalungin.

3.3 Implikasi Teori Terhadap Lokasi yang Dipilih

Pada dasarnya prinsip teori weber adalah meminimalkan pengeluaran biaya untuk

mencapai keuntungan maksimal dengan cara menekan biaya transportasi, memperhatikan

upah pekerja dan aglomerasi industri. sebuah industri harus memperhatikan ketiga faktor

tersebut untuk menentukan lokasi industri yang tepat. Lokasi industri yang tepat adalah dimana

lokasi tersebut memiliki biaya transportasi yang paling murah dan upah minimal regional pada

suatu kawasan murah sehingga bisa memaksimalkan keuntungan yang diperoleh. Besar biaya

transportasi ditentukan berdasarkan dua hal yaitu jarak yang harus ditempuh dan bobot barang

mentah ataupun jadi.

Menurut Weber, lokasi industri yang baik akan berada dekat dengan barang mentah

apabila berat barang mentah lebih besar dibandingkan dengan berat barang jadi agar biaya

yang dikeluarkan ketika mengangkut barang tersebut menjadi lebih murah daripada harus

didekatkan kearah pasar maupun kearah pekerja. Lain halnya dengan lokasi industri yang

sebaiknya dekat dengan pasar, ketika berat barang jadi lebih besar dibandingkan dengan

bahan mentah supaya meminimalkan biaya transportasi untuk mengangkut barang tersebut.

Dan sebuah industri juga akan mendekatkan lokasi indsutri kearah upah pekerja yang minimal

agar keuntungan yang diraih bisa menjadi maksimal.

Pada penentuan lokasi agroindustri untuk komoditi kacang tanah di wilayah barat

Sumatra utara sudah memperhatikan beberapa faktor faktor yang mendukung untuk meraih

keuntungan maksimal yaitu keberadaan bahan mentah, tenaga kerja untuk agroindustri,

kemudahan aksesbilitas, lokasi pasar, kebijakan dn juga tanggapan penduduk akan rencana

pembangunan agroindustri kacang tanah.

Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 9

Tabel 6. Jumlah bahan mentah Tabel 7. Potensi terhadap lokasi

Pada tabel yang sebelah kiri merupakan tabel jumlah bahan mentah per kabupaten

yang ada pada wilayah barat Propinsi Sumatra Utara. Dapat diketahui bahwa kabupaten

Simalungun merupakan kabupaten yang memiliki potensi sumber bahan mentah yang paling

tinggi dibandingkan dengan kabupaten kabupaten lainnya di wilayah barat Propinsi Sumatra

Utara. Hal ini dapat dipertimbangkan untuk penentuan lokasi industri yang tepat.

Pada tabel yang sebelah kanan merupakan tabel potensi beberapa aspek terhadap

lokasi industri. Dapat dilihat bahwa potensi tenaga kerja yang paling tinggi berada pada

kabupaten Simalungun. Kemudahan untuk aksesbilitas juga dapat dilihat bahwa potensi

tertinggi berada pada kabupaten Simalungun. Hal ini dapat dimanfaatkan dikarenakan

kemudahan aksesbilitas dapat menurutkan biaya transportasi dan resiko.

Jadi lokasi yang cocok untuk membuat agroindustri untuk komoditi kacang tanah adalah pada

Kabupaten Simalungun karena dipertimbangkan dari berbagai aspek yaitu sumber bahan

mentah, potensi tenaga kerja dan kemudahan aksesbiltas menuju pasar.

Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 10

BAB IV

Penutup

3.1 Kesimpulan

Setelah membaca dan menganalisa jurnal “Analisis Potensi Perancangan

Pembangunan Agroindustri Bagi Komiditi Kacang Tanah Di Wilayah Barat Propinsi Sumatera

Utara” dapat disimpulkan bahwa pembangunan agroindustri di wilayah barat Propinsi Sumatra

Utara menurut teori weber sebaiknya berada di Kabupaten Simalungun. Hal ini ditinjau dari

beberapa aspek yaitu bahan mentah, tenaga kerja, kemudahan aksesbilitas, pasar, kebijakan

dan tanggapan penduduk. Dalam usaha pengembangan agroindustri kacang tanah ini harus

dikembangkan lagi pola pikir masyarakat bahwa agroindustri bisa sangat menguntungkan

apabila masyarakat tersebut ikut mengembangkan program agroindustri ini.

3.2 Lesson Learned

Dari pembahasan makalah “Analisis Potensi Perancangan Pembangunan Agroindustri

bagi Komoditi Kacang Tanah di Wilayah Barat Propinsi Sumatra Utara” didapatkan berbagai

pembelajaran yaitu

1. Teori Weber sangat bermanfaat untuk mempertimbangkan lokasi industri yang tepat

supaya mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan melihat beberapa aspek

untuk di pertimbangkan

2. Agroindustri merupakan industri yang berbasis pertanian dan lebih menguntungkan

daripada hanya bertani. Hal ini juga membantu keuntungan ekonomi bagi masyarakat di

wilayah tersebut dengan cara mempekerjakan masyarakat di kawasan tersebut

3. Dalam pembangunan sebuah lokasi industri harus mempertimbangkan berbagai aspek

4. Faktor faktor penentu sebuah lokasi industri adalah sumber bahan mentah, tenaga

kerja, kemudahan aksesbilitas, keberadaan pasar, kebijakan dan tanggapan penduduk

5. Pada dasarnya penentuan lokasi industri harus menimbang penentuan lokasi dimana

biaya produksi dan biaya distribusi dapat diminimalkan sekecil mungkin sehingga dapat

memperoleh keuntungan yang maksimal

6. Penentuan lokasi industri bisa didekatkan kearah sumber bahan mentah apabila bobot

bahan mentah lebih berat dibandingkan dengan bobot bahan jadi

7. Penentuan lokasi industri bisa didekatkan kearah pasar apabila bobot bahan mentah

lebih ringan dibandingkan dengan bobot bahan jadi.

8. Penentuan lokasi industri bisa didekatkan kearah tenaga kerja apabila upaya minimum

tenaga kerja pada suatu kawasan rendah

Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan 11

Daftar Pustaka

Siregar, Robert Tua, Norhaslina Hassan (2007). Analisis Potensi Perancangan Pembangunan

Agroindustri bagi Komoditi Kacang Tanah di Wilayah Barat Propinsi Sumatra Utara. Urban

Studies and planning program, University of Malaya

Jean-Paul Rodrigue,DR., 1998, Weber's Location Triangle, Dept. of Economics & Geography, Hofstra University. Martini, Enny Sri (2013). Aplikasi Teori Weber dalam Pembangunan Argoindustri P.T Wina Pohan di Banyuasin Sumatra Selatan. Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka Febriyanti, Dita (2012). Impikasi Teori Lokasi Terhadap Penentuan Lokasi Industri di Kompleks SIER Surabaya.