cara menagamati benda langit
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of cara menagamati benda langit
Teleskop Radio.
Teleskop radio merupakan suatu alat yang
digunakan untuk menangkap sinyal radio yang
dipancarkan dari benda-benda langit. Dari perbedaan
sinyal yang ditangkap, maka bentuk alat yang
digunakan untuk menangkap sinyal itu juga berbeda.
yang pertama yaitu teleskop optik. teleskop ini
menggunakan lensa atau cermin sebagai komponen
utamanya untuk mengumpulkan cahaya. cahaya yang
terkumpul ini kemudian diteruskan ke detektor optik
yang berupa mata manusia atau kamera. dari detektor
ini akan tampak berupa gambar dua dimensi dari obyek
yang kita lihat atau rekam. Sedangkan untuk teleskop
radio, alat utama untuk mengumpulkan sinyal radio
adalah parabola. Dari parabola ini kemudian sinyal
radio diarahkan ke antena kecil sebagai detektornya.
Ada pula teleskop radio yang tanpa menggunakan
parabola, tapi hanya menggunakan kawat dengan
panjang tertentu yang dibentangkan. Untuk bentuk
antena bisa bermacam-macam seperti antena pada
umumnya. benda yang bisa diamati dengan teleskop
radio juga berbeda dengan benda yang bisa diamati
dengan teleskop optik. tidak semua benda yang bisa
diamati dengan teleskop radio bisa diamatai dengan
teleskop optik, begitu juga sebaliknya. salah satu
benda yang cukup mudah diamati dengan teleskop radio
dan bisa dilakukan oleh siapa saja menggunakan
teleskop radio yang sangat sederhana adalah matahari
dan jupiter. benda ini memancarkan sinyal radio pada
frekuensi rendah sebagai akibat dari aktifitas yang
berlangsung di kedua benda tersebut. teleskop yang
digunakan juga sederhana, hanya menggunakan kawat
dengan panjang tertentu yang dibentangkan, receiver,
dan komputer.
Perbedaan mendasar dari teleskop radio dan
teleskop optik pada umumnya yang biasa kita lihat
adalah pada sinyal yang ditangkap. jika teleskop
optik menangkap gelombang elektromagnetik yang
berupa cahaya maka teleskop radio menangkap
gelombang elektromagnetik yang berupa sinyal radio.
Teleskop yang dipakai pada daerah optik yang disebut
daerah visual, yaitu daerah kasatmata yang tampak
oleh mata. Sementara itu kita mengetahui bahwa
cahaya sebenarnya terdiri atas berbagai panjang
gelombang, di mana tiap-tiap panjang gelombang
membawa energinya sendiri-sendiri. Besarnya energi
yang dibawa pada setiap panjang gelombang tidak
sama, tetapi berpuncak pada panjang gelombang
tertentu. Panjang gelombang berapa yang memancarkan
energi maksimal bergantung pada suhu objek tersebut,
semakin tinggi suhunya semakin pendek panjang
gelombangnya dan semakin biru warnanya. Tidak semua
objek memancarkan energi maksimalnya pada daerah
visual (daerah visual didefinisikan berada pada
rentang panjang gelombang 380 – 750 nanometer. Satu
nanometer sama dengan satu per semilyar meter).
Banyak sekali objek yang memancarkan energi
maksimalnya pada daerah ultraviolet (lebih pendek
dari 300 nanometer) atau daerah inframerah (antara
750 nanometer hingga sekitar 1 mm), sehingga apabila
kita mengamati objek-objek tersebut hanya pada
daerah visual akan banyak sekali informasi yang
tidak kita peroleh. Oleh karena itu diciptakan
berbagai alat untuk dapat mendeteksi keseluruhan
rentang energi gelombang elektromagnetik (Gambar 2),
pada daerah-daerah ultraviolet, inframerah, dan
radio.
Gambar 2. Spektrum radiasi elektromagnetik.
Cahaya dapat kita andaikan sebagai radiasi
elektromagnetik yang memancarkan energinya pada
berbagai panjang gelombang. Beberapa rentang
gelombang memiliki karakteristik yang berbeda.
Sumber: Roy, A.E. dan Clarke, D. 1989, Astronomy:
Principles and Practice, 3rd Ed. Adam Hilger. h.18.
Daerah panjang gelombang yang panjang, dalam
skala beberapa mm hingga kurang lebih 20 m adalah
daerah yang disebut daerah radio. Pada daerah ini
objek-objek yang memancarkan energinya dalam panjang
gelombang radio dideteksi dengan menggunakan
teleskop radio.
Gelombang radio dari objek-objek astronomi
ditemukan pada tahun 1932, namun astronomi radio
baru lahir dan berkembang setelah Perang Dunia II.
Dengan menggunakan teknologi RADAR (Radio Detection
and Ranging) yang dikembangkan pasukan sekutu untuk
mendeteksi gerakan pasukan jerman, astronomi radio
menjadi disiplin ilmu baru yang dibangun di atas
teknologi perang. Seorang insinyur Bell Telephone
Laboratory (perusahaan telekomunikasi yang didirikan
oleh Alexander Graham Bell), Karl Jansky, pada tahun
1932 menguji antena radio baru yang dibangun sebagai
sarana komunikasi trans-atlantik. Setiap hari ia
mendapatkan sinyal radio tak dikenal yang memiliki
periode 23 jam 56 menit, yang sangat cocok dengan
periode sideris (waktu yang dibutuhkan sebuah
bintang di langit untuk kembali ke tempatnya semula)
Bumi. Jansky telah memperoleh sinyal dari langit,
dari objek-objek radio di alam semesta. Sinyal-
sinyal ini kemudian ditemukan berasal dari Bima
Sakti dan paling kuat dalam arah Pusat Galaksi.
Atas: Teleskop Radio Very Large Array (VLA) di
Socorro, New Mexico, Amerika Serikat. VLA terdiri
atas 27 buah piringan antena, masing-masing
berdiameter 25 m. Setiap antena dapat digerakkan
melalui rel untuk membentuk konfigurasi, seperti
yang ditunjukkan pada gambar adalah konfigurasi
berbentuk Y, dengan masing-masing lengan panjangnya
21 km. Sumber: Hoskin, M. (ed.) 1997, The Cambridge
Illustrated History of Astronomy, Cambridge
University Press. h.357. Bawah: Obervatorium Arecibo
di Puerto Rico. Teleskop radio dengan diameter 305 m
ini dibangun di atas sebuah cekungan alam. Teleskop
ini tidak dapat digerakkan, sehingga daerah langit
yang dapat diamati sangat terbatas. Sumber: Hoskin,
M. (ed.) 1997, The Cambridge Illustrated History of
Astronomy, Cambridge University Press. h.363.
Teknologi pendeteksian gelombang radio kemudian
digunakan dalam Perang Dunia II. Setelah perang,
ahli-ahli fisika yang mengembangkan teknologi ini
kemudian menggunakan alat-alat yang mereka ciptakan
dan keahlian mereka untuk membangun disiplin baru,
astronomi radio.
A. Komponen Teleskop Radio
Pada umumnya, sebuah teleskop radio memiliki
komponen-komponen berikut ini:
1. Antena
2. Amplifier
3.Band-pass Filter
4.Mixer
5.Detector
6. Integrator
Komponen-komponen di atas diurut berdasarkan
urutan yang umum ditemui pada blok diagram sebuah
teleskop radio. Komponen-komponen selain antenna
biasanya digabung menjadi satu, disebut sebagai
receiver.Ada komponen-komponen yang posisi urutannya
tidak mungkin diubah, misalnya antenna dan detector.
Namun komponen lainnya boleh untuk diubah urutannya,
misalnya menempatkan band-pass filter lebih dulu
sebelum amplifier.
Perubahan urutan posisi komponen tersebut
tentu saja menimbulkan efek pada transmisi sinyal
yang dideteksi dari antenna menuju detector.Oleh
karena itu, sangat penting untuk mengetahui peranan
dari masing-masing komponen tersebut.
Antena
Antena berfungsi untuk mengumpulkan sinyal
radio, dan mengubahnya menjadi sinyal listrik.
Umumnya antena yang digunakan pada teleskop radio
berbentuk dipole atau parabola. Namun tidak jarang
antena yang digunakan berbentuk yagi, yaitu antena
yang biasa digunakan untuk menerima siaran televise
terestrial.
Pemilihan jenis antenna didasarkan pada
panjang gelombang atau frekuensi yang ingin diamati.
Antena dipole biasanya digunakan untuk pengamatan
pada daerah high frequency (HF) danvery high
frequency (VHF). Antena yagi biasanya digunakan
untuk pengamatan pada sebagian kecil daerah ultra
high frequency (UHF), sedikitdiatas VHF.Sedangkan
untuk pengamatan pada sebagian besar daerah UHF
danfrekuensi yang lebih tinggi lagi, umumnya
menggunakan antenna berbentuk parabola.
Seperti yang tersirat pada satuan pengukuran
intensitas sinyal (watt m-2 Hz-1), luas permukaan
antenna memberikan pengaruh yang signifikan pada
intensitas sinyal yang diterima.
Gambar 1.1 Antenadipoldanantena parabola
Amplifier
Umumnya antenna sebuah teleskop radio
ditempatkan agak jauh dari work station dimana
receiver berada. Sinyal dari antenna ditransmisikan
ke receiver menggunakan kabel coaxial atau
waveguide. Pada saluran transmisi ini terjadi
pengurangan daya sinyal yang disebabkan oleh
hambatan (resistance) saluran transmisi itu sendiri.
Dan mengingat daya yang diterima antenna dari objek-
objek astronomi amat kecil, maka amat penting untuk
menguatkan sinyal yang akan ditransmisikan, agar
dapat dideteksi oleh receiver.
Oleh karena itu, umumnya setelah antenna
ditempatkan sebuah amplifier, yang disebut pre-
amplifier atau pre-amp. Menempatkan amplifier
tambahan pada receiver juga umum dilakukan, untuk
memperjelas sinyal yang sampai di receiver, sebelum
diproses lebih lanjut.
Band-pass Filter
Dunia astronomi harus berkompromi dengan
kepentingan public dalam memanfaatkan gelombang
radio, setidaknya hingga frekuensi belasan giga
hertz. Oleh karena itu, daerah frekuensi pengamatan
pada astronomi radio haruslah dipilih dengan baik
agar sinyal yang ingin diamati tidak diinterferensi
oleh sinyal komunikasi, kecuali jika lokasi
pengamatan berada sangat jauh dari peradaban, dan
daerah frekuensi pengamatan berada diluar rentang
frekuensi komunikasi satelit. International
Telecommunication Union (ITU) telah menetapkan rentang-
rentang (bandwidth) frekuensi yang dijamin untuk
kepentingan dunia astronomi.Dan rentang-rentang ini
bukanlah rentang yang lebar. Sehingga bandwidth
frekuensi pada pengamatan astronomi radio haruslah
dibatasi agar tidak diinterferensi. Disinilah
terletak pentingnya komponen band-pass filter, yaitu
untuk membatasi bandwidth frekuensi yang diamati.
Disisilain, bandwidth yang sangat sempit akan
berimbas pada lemahnya intensitas sinyal yang
dideteksi (lihat kembali satuan intensitas di atas).
Selain itu membuat filter untuk bandwidth yang amat
sempit sangat sulit, apalagi jika filter tersebut
dirancang berdasarkan ketersediaan komponen dasar
(misalnya resistor, kapasitor, transistor, dll) yang
dijual di pasaran. Oleh karena itu, umumnya filter
dibuat cukup lebar, tetapi masih berada di luar
daerah frekuensi yang digunakan untuk system
komunikasi.
Walaupun begitu, filter dengan bandwidth yang
sangat kecil tetap ada kegunaannya, yaitu untuk
melakukan pengamatan spektrum radio (spektroskopi).
Teleskop radio yang digunakan untuk keperluan ini
disebut Radio Spectograph. Tentunya bandwidth yang
amat sempit harus dikompensasi oleh komponen
lainnya, misalnya amplifier yang memiliki noise yang
sangat kecil sehingga amplifikasi yang besar tidak
disertai dengan noise yang juga besar, dan detector yang
sangat sensitif.
Mixer
Pengamatan dalama stronomi radio dapat dilakukan
pada frekuensi sekitar 10 MHz hingga bebera paratus
GHz. Sinyal dengan frekuensi yang amat tinggi
tersebut sulit untuk dianalisis. Oleh karena itu,
biasanya sinyal yang diterima diubah frekuensinya
menjadi frekuensi yang lebih rendah (mix-down)
dengan menggunakan mixer. Perubahan frekuensi
tersebut tidak mengubah parameter-parameter sinyal
lainnya sehingga tetap merepresentasikan kondisi
sesungguhnya.
Detector
Di dalam receiver, sinyal biasanya
direpresentasikan dalam bentuk tegangan (voltage).
Namun yang sebenarnya ingin diukur oleh astronom
adalah intensitas daya atau rapat daya. Oleh karena
itu, pada teleskop radio detector yang biasa digunakan
adalah jenis Square Law Detector, karena dapat secara
langsung memberikan gambaran mengenai daya atau
rapat daya sinyal berdasarkan tegangan yang dibaca
pada detector tersebut. Keuntungan lain menggunakan
detector jenis ini adalah bahwa detector jenis ini
bekerja dengan baik justru untuk mendeteksi sinyal
yang kecil, sekitar -20 hingga -60 dBm. Sehingga
amplifikasi sinyal pada amplifier tidak harus sangat
besar. Contoh detector jenis ini adalah diode
Schottky.
Integrator
Yaitu komponen yang berfungsi mengakumulasi
sinyal yang direkam dalam suatu interval waktu.
Komponen ini amat berguna dalam pengamatan untuk
mendeteksi objek-objek yang sangat redup pada
panjang gelombang radio.
Data hasil pengamatan tentu perlu disimpan.
Saat ini umumnya computer digunakan sebagai
recorder, karena memudahkan proses analisis data.
Namun pita magnetic juga masih digunakan, terutama
di kalangan astronom-astronom amatir. Umumnya pita
magnetic digunakan untuk merekam data variabilitas
intensitas sinyal radio dari sebuah objek astronomi.
Ada empat elemen dasar untuk teleskop radio , yaitun
:
1. Reflektor (Mengumpulkan listrik dari sumber
astronomi)
2. Subreflector (Permukaan yang berfungsi untuk
mengarahkan radiasi di tengah reflektor)
3. Garis pakan dan transmisi
4. Penerima (Penerima menguatkan sinyal radio , memilih
rentang frekuensi yang tepat yang dapat mendeteksi
sinyal)
Gambar berikut adalah diagram skematik dari teleskop
radio .
Gambar 2. Komponen teleskop radio
Komponen teleskop radio yaitu sebagai berikut :
1. Radio Wave (Gelombang radio)
Gelombang elektromagnetik tak terlihat yang
dipancarkan oleh benda-benda angkasa dan dikumpulkan
di Bumi menggunakan teleskop radio .
2. Parabolic Reflector (Reflektor parabola)
Permukaan yang terdiri dari kawat halus mesh
yang mengumpulkan gelombang radio dan
mengumpulkannya di satu titik .
3. Steerable parabolic reflector (Pemantul parabolik)
Antena berbentuk mangkuk yang permukaannya
berupa parabola ini berfungsi sebagai
penerima/penangkap sinyal, kekuatannya tergantung
pada diameternya. Sinyal yang diterima ini kemudian
dipantulkan ke secondary reflector(pemantul kedua).
4. Secondary Reflector (Reflektor sekunder)
Sebagai penerima gelombang yang tercermin dari
reflektor parabola dan mengarahkannya menuju
penerima.
5. Receiver (Penerima)
Perangkatyang memperkuatgelombangsebelum
merekadiubah menjadisinyal.
6. First focal room (Ruang fokus pertama)
Merupakan fokus utama dari teleskop radio.
Ruang fokus pertama ini digunakan dalam pengamatan
benda-benda luar angkasa.
7. Second focal room(Ruang fokus kedua)
Fokus sekunder dari teleskop radio yang
merupakan rumah penerima sinyal radio, biasanya
digunakan lebih sering daripada ruang fokus pertama.
8. Rotating track (Lintasan putar)
Rel pada lintasan putar berfungsi untuk
mengubah teleskop radio secara vertikal, sehingga
teleskop radio dapat menjangkau suatu titik menuju
wilayah tertentu dari langit .
9. Circular track (Lintasan melingkar)
Rel pada lintasan berfungsi untuk mengubah
sehingga teleskopradio
secarahorizontalsehinggateleskop radio dapat
menjangkau suatu titik menujuwilayah
tertentudarilangit.
10. Support Structure (Struktur pendukung)
Elemen struktur pada pelek yang mencegah
reflektor parabolic dari menjadi cacat .
11. Elevator (Penyeimbang)
Suatu penyangga yang memiliki bobot yang
samadengan reflektor parabola, berfungsi sebagai
penyeimbang dan penyangga telsekop radio.
12. Upper Laboratory (Laboratoriumatas)
Daerah di manasinyal listrikdisaring, digitaldan
dikirim kelaboratorium.
14. Laboratory ( Laboratorium)
Lokasi di mana para astronom menganalisa sinyal
digital untuk mendapatkan informasi .
B. Prinsip Kerja
Prinsip kerja teleskop radio persis sama dengan
teleskop optik. Sinyal diterima oleh antena
berbentuk mangkuk yang permukaannya berbentuk
parabola yang disebut sebagai pinggan parabol.
Antena memfokuskan sinyal pada suatu titik lalu
dikirim ke alat penerima (receiver ), alat rekam,
kemudian ke ruang data di pusat pengawasn. Peralatan
komputerlah yang akan mengubah intensitas gelombang
radio yang masuk menjadi citra yang dapat dikenali
oleh mata yaitu umumnya berupa peta kontur
intensitas energi pada frekuesi tertentu.
Sumber:books.google.co.id/books: Jendela IPTEK
Astronomi Simak dan amati planet dan bintang Alam
Semesta dan sibak misteri Ilmu tertua
C. Aplikasi
Hingga saat ini teleskop radio telah digunakan dalam
berbagai hal seiring perkembangan zaman, berikut
adalah perkembangan teleskop radio :
1. Teleskop Radio JOVE
Teleskop radio JOVE tidak lain adalah teleskop
radio hasil rancangan NASA Radio JOVE Project
yang ditujukan untuk mengamati semburan radio
dari Jupiter (Jupiter noise storm) serta semburan
matahari Type III pada frekuensi 20,1 MHz.
Teleskop ini menggunakan antena array berupa
dual-dipole. Receiver dibuat bekerjasama dengan
Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang
Mikro, STEI, ITB. Sebanyak dua receiver telah
selesai dikerjakan. Sebuah interferometer JOVE
saat ini sedang dalam tahap penyelesaian
di Observatorium Bosscha.
Dengan teleskop radio ini, Observatorium
Bosscha dapat turut mengikuti jaringan pengamatan
semburan Jupiter dan Matahari di dunia. Khusus
untuk pengamatan Matahari, teleskop ini menjadi
pendamping pengamatan radio untuk pengamatan
optik dari Teropong Surya di Observatorium
Bosscha.
2. Teleskop Radio 2.3m
Teleskop Radio Bosscha 2.3m adalah adalah
instrumen radio jenis SRT ( Small
Radio Telescope) yang didesain oleh Observatorium
MIT-Haystack dan dibuat oleh Cassi Corporation.
Teleskop ini bekerja pada panjang gelombang 21 cm
atau dalam rentang frekuensi 1400-1440 MHz. Dalam
rentang frekluensi tersebut terdapat transisi
garis hidrogen netral, sehingga teleskop ini
sangat sesuai untuk pengamatan hidrogen netral,
misalnya dalam galaksi kita, Bima Sakti. Selain
itu, teleskop ini dapat digunakan untuk mengamati
obyek-obyek jauh seperti ekstragalaksi dan
kuasar. Matahari juga merupakan obyek yang
menarik untuk ditelaah dalam panjang gelombang
radio ini. Obyek eksotik, seperti pulsar, juga
akan menjadi taget pengamatan dengan teleskop
radio ini.
Teleskop ini dapat digunakan untuk
pengamatan dalam mode spektral dengan resolusi
7,8 kHz untuk bandwidth 1,2 MHz, atau dengan
resolusi sangat tinggi 1,8 kHz namun dengan
bandwidth yang jauh lebih pendek. Mapping juga
dapat dilakukan, namun dengan resolusi beam
hanya sekitar 7 derajat. Pengamatan dalam mode
kontinum memberikan bandwidth selebar 40 MHz
dengan bin sebesar 1 MHz. Teleskop ini
diinstalasi pada puncak bekas menara meteorologi
di Observatorium Bosscha untuk mendapatkan
coverage langit yang maksimal (tanpa terhalang
pepohonan). Ruang kontrol dibuat di bawahnya.
Teleskop ini, yang mendapatkan first light
pada bulan Desember 2008, menginisiasi
pengembangan astronomi radio di Indonesia dan
akan terus dikembangkan menjadi
interferometer radio multi-elemen.
3. ALMA
Atacama Large Millimeter/submillimeter Array
(ALMA) merupakan sebuah proyek astronomi terbesar
yang pernah ada, yang lahir berkat kerja sama
antara Eropa, Amerika Utara, Asia Timur dengan
Republik Cile. ALMA merupakan teleskop radio
spesial yang dapat menangkap gelombang
elektromagnetik pada panjang gelombang milimeter
hingga submilimeter (1-0,01 mm). Sebelum ALMA
ada, panjang gelombang ini sulit diteliti, akibat
banyaknya gangguan dari atmosfer berupa
penyerapan energinya oleh uap air. Karena itu,
dataran tinggi Chajnator di Republik Cile yang
memiliki tingkat kelembaban hanya 10% dipilih
sebagai lokasi dari teleskop ini, selain karena
faktor ketinggian.
Sebagai teleskop radio, ALMA bukanlah sebuah
teropong optik, melainkan antena berbentuk
parabola untuk menangkap gelombang radio. ALMA
merupakan kesatuan dari 66 antena berpresisi
tinggi ditambah dengan 12 antena kecil (yang
disebut sebagai ALMA Compact Array) sebagai
solusi dari kebutuhan untuk menghasilkan citra
dengan resolusi tinggi (aperture synthesis).
Bisa dibayangkan jika ALMA hanya diwakili oleh
sebuah antena tunggal, aka diameternya bisa
mencapai berkilo-kilo meter dan akan sangat susah
dibuat. Saat ini ALMA telah selesai 60% dan
dijadwalkan untuk selesai 100% pada tahun 2013.
Fasilitas baru ini membuka kesempatan observasi
baru bagi para astronom, utamanya bagi yang
memiliki minat pada panjang gelombang
milimeter/submilimeter. ALMA untuk mengamati
atmosfer Titan, satelit dari Planet Saturnus, dan
mengamati komposisi kimia dari termosfer dan
mesosfer Titan, pada ketinggian 500-900 meter.
Radiasi dari lapisan atmosfer ini memiliki
panjang gelombang submilimeter dengan frekuensi
sekitar 900 GHz, sehingga cocok diteliti
menggunakan ALMA.
Titan memiliki atmosfer yang sangat tebal
dan diperkirakan menyerupai atmosfer Bumi
primitif. Saat ini komposisi dari atmosfer Titan
adalah 98% gas nitrogen, tidak berbeda jauh
dengan atmosfer Bumi yang mengandung 78% gas
nitrogen, dengan perkiraan atmosfer Bumi primitif
memiliki lebih banyak gas nitrogen dan lebih
sedikit oksigen. Kemiripan lain antara atmosfer
Titan dan Bumi adalah adanya siklus gas, di mana
Bumi memiliki siklus hidrologi (air), sementara
Titan memiliki siklus metana dan etana
Gelombang radio terbukti sangat berjasa
dalam studi Galaksi kita. Di sekitar matahari dan
bintang-bintang terdapat awan gas dan debu yang
kita namakan materi antar bintang dan seringkali
awan-awan tebal ini menghalangi pengamatan optik,
akibatnya penglihatan kita sangat terbatas
apabila melakukan pengamatan dalam daerah optik
karena cahaya dari objek-objek jauh yang redup
tak dapat menembus awan ini. Namun gelombang
radio dapat menembus awan ini, sebagaimana
diprediksikan oleh astronom Belanda yang
bermarkas di Observatorium Leiden, Jan Oort, yang
kemudian mengundang muridnya, Henrik van de Hulst
untuk menyelidiki lebih lanjut sifat-sifat
gelombang radio yang dapat diharapkan.
Pada tahun 1945, van de Hulst menunjukkan
bahwa pembalikan arah momentum sudut (spin) dari
atom Hidrogen akan menghasilkan energi pada
panjang gelombang 21 cm. Pembalikan ini merupakan
kejadian yang sangat langka, hanya 1 kali dalam
jutaan tahun. Akan tepati tetapi karena Hidrogen
adalah unsur paling berlimpah di alam semesta
ini, pasti akan ada banyak sekali fenomena
pembalikan arah spin yang terjadi di Galaksi kita
dan dapat dideteksi di Bumi.
Diagram komposit yang menunjukkan
struktur spiral Galaksi Bima Sakti. Di pusat
diagram adalah pusat galaksi, ditandai oleh
huruf C, dan posisi matahari berada di atasnya,
ditandai oleh huruf S. Diagram ini merupakan
peta kontur yang menunjukkan distribusi atom
hidrogen netral di galaksi kita. Bagian gelap
pada peta menunjukkan daerah-daerah padat atom
hidrogen netral, yang mendefinisikan lengan
Galaksi. Sumber: Hoskin, M. (ed.) 1997, The
Cambridge Illustrated History of Astronomy,
Cambridge University Press. h.353.
Dengan meggunakan antena peninggalan
Jerman, grup Leiden berhasil membuktikan
prediksi van de Hulst pada tahun 1951.
Kerjasama antara Tim Belanda dengan Tim
Australia kemudian berhasil memetakan
intensitas energi dan kecepatan dari awan-awan
Hidrogen ini. Dari hasil penelitian ini, kita
berhasil memperoleh potret diri Galaksi kita
(Gambar 9). Lengan-lengan spiral yang semula
hanya hipotesis berdasarkan kenampakan galaksi
lain kini berhasil dipetakan, membuktikan bahwa
Galaksi kita adalah sebuah galaksi spiral.
Penelitian pada panjang gelombang radio
kini digunakan untuk mempelajari sifat-sifat
materi antar bintang dan benda-benda eksotis
seperti pulsar (pulsating radio source, sumber
radio berdenyut) dan quasar (quasi-stellar
radio source, sumber radio menyerupai bintang).
Tidak hanya itu, pengetahuan kita tentang
struktur galaksi kita pun bertambah banyak
berkat penelitian astoronomi radio ini.
JENDELA ATMOSFER
Jendela atmosfer merupakan bagian-bagian
spectrum elektromagnetik yang dapat melalui atmosfer
dan mencapai permukaan bumi. Jendela atmosfer yang
paling dulu dikenal orang dan paling banyak
digunakan dalam pengindraan jauh hingga sekarang
ialah spectrum tampak yang dibatasi oleh gelombang
0,4 µm hingga 0,7 µm.
Pada spectrum tampak dan perluasan jendela
atmosfer berkisar antara panjang gelombang 0,3 µm
hingga 0,9 µm yaitu dengan julat sebesar 0,6 µm.
julat ini sebesar 10 kali pada panjang gelombang dan
hingga 14 µm. julat jendela atmosfer pada spectrum
gelombang mikro jauh lebih besar lagi.
Jendela atmosfer yang lain hingga panjang
gelombang 14 µm ini terpencar pada bagian-bagian
kecil. Jendela atmosfer yang relative besar terletak
di sekitar panjang gelombang 4 µm , sedang yang
terbesar terletak antara panjang gelombang 8 µm – 14
µm. dua jendela atmosfer itu termasuk spectrum
inframerah termal.
Jendela atmosfer lain yang lebih besar yaitu
spectrum gelombang mikro , yakni dari panjang
gelombang 0,1 centimeter. Spectrum inilah yang
digunakan dalam pengindraan jauh dengan system
radar.
Pengertian Pengindraan Jauh dan Komponen Pengindraan
| Istilah pengindraan jauh bermacam-macam
diantarnegara. Inggris memakai istilah remote sensing.
Prancis memakai istilah teledection, dan portugis
memakai istilah sensoriamento remota. Di Indonesia,
pengindraan jauh sering disingkat Inderaja. Pengertian
pengindraan jauh adalah ilmu atau teknik, seni
memperoleh informasi tentang suatu objek, wilayah
atau gejala geografi dengan menganalisis dan
menginterpretasikan suatu objek tanpa berhubungan
langsung dengan objek tersebut. Hasil pengindraan
jauh disebut citra, sedangkan alat untuk mengambil
objek disebut sensor serta yang membawa sensor
disebut wahana. Pengambilan objek dapat menggunakan
wahana pesawat terbang, helikopter, balon udara
maupun satelit.
Pengindraan Jauh
Komponen-komponen pengindraan jauh antara lain
sebagai berikut:
Sumber tenaga: Sumber tenaga dibagi menjadi 2
yaitu tenaga alamiah dan tenaga buatan. Tenaga
alamiah adalah sumber tenaga yang berasal dari
sinar matahari, sedangkan tenaga buatan adalah
tenaga gelombang mikro. Semakin kuat
intensitas tenaga semakin cerah hasil yang
diperoleh.
Atmosfer: Atmosfer adalah lapisan udara yang
mengelilingi bumi yang terdiri dari gas yang
sebagian besar terdiri dari unsur nitrogen,
oksigen, dan karbondioksida. Gas-gas tersebut
ada yang menyerap, menghantarkan, dan
memantulkan gelombang elektromagnetik. Bagian
dari atmosfer yang dapat meloloskan gelombang
elektromagnetik secara langsung disebut
jendela atmosfer (baca tentang atmosfer di
Pengertian dan Manfaat Atmosfer).
Interaksi tenaga dengan objek: Jika suatu
objek mempunyai tingkat kecerahan yang tinggi
otomatis hasilnya akan lebih cerah. Di samping
itu, sumber tenaga yang kuat akan memberikan
hasil yang lebih cerah.
Sensor dan wahana: sensor adalah alat perekam
data. Ada dua jenis sensor, yaitu sensor
fotografik dan sensor elektronik. Sensor
fotografik akan menghasilkan citra yang
berwujud citra foto (jika memakai foto udara)
dan citra foto satelit (dengan satelit).
Sensor elektronik bekerja dengan sistem sinyal
elektronik, yang direkam dalam pita magnetik,
kemudian diproses menjadi data digital. Wahana
adalah kendaraan yang dipakai untuk membawa
sensor.
Perolehan data: Data dalam pengindraan jauh
dapat diperoleh secara manual ataupun digital.
Intepretasi peta secara manual dapat dilakukan
dengan menggunakan stereoskop, sedangkan
interpretasi secara digital dilakukan dengan
bantuan komputer.
Penggunaan data: Hasil dari pengindraan jauh
banyak digunakan oleh perorangan maupun
instansi baik pemerintah maupun swasta. Selain
itu, hasil pengindraan jauh dapat digunakan
dalam berbagai bidang, baik militer,
pertambangan, dan hidrologi.
Teleskop Ruang Angkasa Hubble
Pengamatan objek - objek langit dengan menggunakan
teleskop dari permukaan Bumi, banyak mengalami
kelemahan - kelemahan, diantaranya adalah adanya
turbulensi atmosfer yang membuat cahaya bintang
terdistorsi. Untuk itu, banyak pengamatan terhadap
objek - objek langit dilakukan pada pegunungan yang
tinggi untuk mengurangi turbulensi atmosfer. Namun
hal itu tetap saja mengganggu proses pengamatan.
Karena hal - hal tersebut, kemudian timbul sebuah
gagasan untuk meletakkan sebuah teleskop di orbit
Bumi sehingga pengaruh turbulensi atmosfer dapat
diabaikan. Gagasan ini kemudian direalisasikan
dengan diciptakannya sebuah teleskop ruang angkasa
Hubble (Hubble Space Telescope). Nama teleskop ini
diambil dari nama Edwin Hubble yang merupakan
seorang astronom Amerika Serikat yang menjadi salah
satu pelopor kosmologi modern.
Teleskop Hubble dikelolah oleh Space Telescope
Science Institute, yang bertugas menentukan
prioritas penelitian, mengawasi penelitian,
mengkoordinir penelitian, dan melakukan penyimpanan
data - data hasil penelitian yang kemudian akan
diolah oleh para ilmuwan.
Teleskop Hubble merupakan teleskop pantul jenis
Cassegrain. Memiliki cermin utama yang berdiameter
2,4 meter. Cermin ini dilapisi oleh Aluminium
setebal sepersejuta cm, kemudian dilapisi lagi oleh
Magnesium Florida setebal empat persepuluh juta cm,
ini merupakan salah satu benda yang paling rata yang
pernah di buat oleh manusia. Kehalusan dan kerataan
cermin utama ini berguna untuk mengamati objek
langit yang jauh sekalipun, bahkan teleskop ini
dapat mengamati sebuah cahaya lilin yang diletakkan
di permukaan Bulan dengan jelas. Pada jarak 4,8
meter di depan cermin utama, terdapat sebuah cermin
cembung (bidang fokus).
Apabila lembah dan bukit pada teleskop ini
diperbesar sebesar ukuran benua Amerika, maka
tingginya pada teleskop tersebut hanya sekitar 0,6
cm saja. Untuk perbandingan, jika kita menggunakan
kacamata, tinggi lembah dan bukit yang diamati
setinggi 16 m.
Hubble dibekali oleh 5 peralatan optik, yaitu kamera
medan luas (kamera planet), kamera objek lemah,
spektograf resolusi tinggi, spektograf objek lemah,
dan fotometer kecepatan tinggi.
Kamera medan luas (kamera planet), kamera ini dapat
digunakan untuk mengamati objek - objek langit
dengan daerah medan yang luas. Objek utama dalam
pengamatan kamera medan luas ini adalah planet -
planet, galaksi, gugus galaksi, dan juga nebula.
Kamera objek lemah, digunakan untuk mengamati objek
- objek langit yang cahayanya cukup lemah dan untuk
melengkapi kinerja kamera medan luas. Objek utamanya
adalah gugus bola.
Spektograf resolusi tinggi, digunakan untuk
mengamati materi - materi yang terdapat di dalam
galaksi kita dan juga yang ada di luar galaksi.
Objek utamanya adalah daerah pembentukan bintang.
Spektograf objek lemah, digunakan untuk mengamati
spektrum cahaya objek - objek langit yang jaraknya
sangat jauh. Objek utamanya adalah quasar (quasi
stellar radio source), yaitu sumber pancaran radio
yang mirip bintang.
Fotometer kecepatan tinggi, digunakan untuk
mengamati objek - objek dengan variasi cahaya yang
sangat cepat. Alat ini dapat membedakan peristiwa
dalam orde 10 mikron. Objek utamanya adalah objek -
objek yang mengalami perubahan intensitas cahaya
yang sangat cepat, pengamatan ini dilakukan untuk
melihat ada atau tidaknya lubang hitam disekitar
objek tersebut.
Setelah mengalami beberapa kali penundaan, akhirnya
pada April 1990, pesawat ulang alik Discovery
meluncurkan teleskop Hubble ke orbit Bumi, teleskop
ini berada pada ketinggian sekitar 500 km di atas
permukaan Bumi.
Setelah diluncurkan, teleskop ini mulai mengambil
gambar - gambar pertamanya. Citra yang diperoleh
ternyata kurang memuaskan, karena disekeliling citra
utamanya terdapat lingkaran - lingkaran cahaya
(halo). Hal ini disebabkan oleh cermin utamanya yang
dibuat berbentuk hiperbola (hiperboloid) ternyata
kelengkungannya kurang sempurna, sehingga cahaya
yang difokuskan ke bidang fokus hanya 15% saja,
padahal spesifikasi NASA menuntut 70%. Ini
menyebabkan bayangan menjadi kabur. Namun hal ini
dapat diatasi dengan menghilangkan halo - halo
tersebut menggunakan komputer berteknologi tinggi.
Dengan cara tersebut, berarti juga bahwa kepekaan
teleskop Hubble menjadi berkurang. Walaupun begitu,
dengan cara tersebut Hubble dapat mengambil citra -
citra awan Saturnus, citra Pluto dan satelitnya-
Charon, dan lubang hitam di pusat galaksi.
Kemudian, para ilmuwan menciptakan sebuah alat yang
dinamakan COSTAR (Corrective Optics Space Telescope
Axial Replacement) untuk memperbaiki citra teleskop
Hubble yang buruk. Alat ini menggantikan kedudukan
fotometer kecepatan tinggi dan juga melengkapi
kinerja spektograf objek lemah dan kamera objek
lemah.
Pemasangan COSTAR dilakukan oleh para astronot yang
diluncurkan oleh pesawat ulang alik Endeavour pada
Desember 1993. Setelah alat tersebut dipasang, citra
objek - objek langit yang diambil oleh Hubble sangat
spektakuler. Teleskop ini dirancang untuk dapat
bertahan hingga 10 tahun lebih, sampai sekarang
teleskop ini masih menyumbangkan hasil pengamatannya
dan telah membuka rahasia - rahasia di alam semesta
ini yang sebelumnya belum dapat terpecahkan.
Detektor Cahaya Bintang
Dalam dunia astronomi, terdapat banyak macam
detektor, antara lain pelat potret dan film
fotografis, fotometer fotoelektrik, CCD, dan juga
spektograf (untuk mengamati spektrum cahaya
bintang).
Pada awal abad ke 20, para astronom sudah banyak
menggunakan pelat potret dan film fotografis untuk
merekam cahaya bintang. Pelat potret yang digunakan
adalah pelat kaca yang dilapisi bahan kimia peka
cahaya yang dipasang pada fokus utama teleskop.
Pelat potret dan film fotografis dapat merekam
cahaya bintang dalam medan yang sangat luas, namun
detektor ini tidak mampu merekam cahaya bintang yang
mengalami perubahan kecerlangan.
Kemudian, untuk menghindari hal itu, para astronom
merekam cahaya bintang secara elektronik dengan
menggunakan fotometer fotoelektrik. Pada alat ini,
cahaya yang datang ke objektif akan difokuskan ke
permukaan peka cahaya yang kemudian akan merubah
intensitas cahaya tersebut menjadi arus listrik.
Dengan cara ini, kita dapat mengamati perubahan
cahaya bintang terhadap waktu. Namun, peralatan ini
tidak dapat digunakan untuk merekam daerah langit
dengan medan yang luas.
Perkembangan lebih lanjut dari fotometer
fotoelektrik adalah sebuah alat yang dinamakan CCD
(Charge Coupled Device). Alat ini dapat merekam
cahaya bintang yang bahkan hanya berupa titik saja
di langit. Kepekaan alat ini lebih tinggi
dibandingkan dengan pelat fotografis.
Namun alat ini juga tidak dapat digunakan untuk
merekam daerah dengan medan yang luas, dan juga
biaya perawatannya yang mahal. Oleh karena itu, para
astronom masih menggunakan pelat potret dan film
fotografis karena alat ini dapat merekam daerah
dengan medan yang luas dan biaya perawatannya yang
murah.
Astronomi ialah cabang ilmu alam yang melibatkan
pengamatan benda-benda langit (seperti halnya
bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau
galaksi) serta fenomena-fenomena alam yang terjadi
di luar atmosfer Bumi (misalnya radiasi latar
belakang kosmik (radiasi CMB)). Ilmu ini secara
pokok mempelajari pelbagai sisi dari benda-benda
langit — seperti asal-usul, sifat fisika/kimia,
meteorologi, dan gerak — dan bagaimana pengetahuan
akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan
dan perkembangan alam semesta.
Astronomi sebagai ilmu adalah salah satu yang
tertua, sebagaimana diketahui dari artifak-artifak
astronomis yang berasal dari era prasejarah;
misalnya monumen-monumen dari Mesir dan Nubia, atau
Stonehenge yang berasal dari Britania. Orang-orang
dari peradaban-peradaban awal semacam Babilonia,
Yunani, Cina, India, dan Maya juga didapati telah
melakukan pengamatan yang metodologis atas langit
malam. Akan tetapi meskipun memiliki sejarah yang
panjang, astronomi baru dapat berkembang menjadi
cabang ilmu pengetahuan modern melalui penemuan
teleskop.
Cukup banyak cabang-cabang ilmu yang pernah turut
disertakan sebagai bagian dari astronomi, dan
apabila diperhatikan, sifat cabang-cabang ini sangat
beragam: dari astrometri, pelayaran berbasis
angkasa, astronomi observasional, sampai dengan
penyusunan kalender dan astrologi. Meski demikian,
dewasa ini astronomi profesional dianggap identik
dengan astrofisika.
Pada abad ke-20, astronomi profesional terbagi
menjadi dua cabang: astronomi observasional dan
astronomi teoretis. Yang pertama melibatkan
pengumpulan data dari pengamatan atas benda-benda
langit, yang kemudian akan dianalisis menggunakan
prinsip-prinsip dasar fisika. Yang kedua terpusat
pada upaya pengembangan model-model
komputer/analitis guna menjelaskan sifat-sifat
benda-benda langit serta fenomena-fenomena alam
lainnya. Adapun kedua cabang ini bersifat
komplementer — astronomi teoretis berusaha untuk
menerangkan hasil-hasil pengamatan astronomi
observasional, dan astronomi observasional kemudian
akan mencoba untuk membuktikan kesimpulan yang
dibuat oleh astronomi teoretis.
Astronom-astronom amatir telah dan terus berperan
penting dalam banyak penemuan-penemuan astronomis,
menjadikan astronomi salah satu dari hanya sedikit
ilmu pengetahuan di mana tenaga amatir masih
memegang peran aktif, terutama pada penemuan dan
pengamatan fenomena-fenomena sementara.
Teleskop optik.
Sebuah teleskop optik adalah teleskop yang bekerja mengumpulkan cahaya atau memfokuskan cahaya terutamadari spektum cahaya tampak dari spektrum elektromagnetik (meskipun ada beberapa yang juga bekerja mengumpulkan sinar inframerah dan ultraviolet).[3] Teleskop optik digunakan untuk memperbesar dan memperjelas bentuk obyek yang beradapada jarak yang jauh.
Agar gambar dapat diamati, difoto, dipelajari, dan dikirim ke komputer, teleskop dilengkapi dengan menggunakan satu atau lebih elemen optik lengkung, biasanya terbuat dari kaca, untuk mengumpulkan cahaya dan radiasi elektromagnetik lainnya ke titik fokus. Teleskop optik yang digunakan untuk astronomidan di banyak instrumen non-astronomi, seperti teropong yang digunakan untuk pengamat burung atau bird watching, dan teropong untuk keperluan mengamati alam sekitarnya. Ada tiga jenis optik utama:
Teleskop pembiasan yang menggunakan lensa untuk membentuk sebuah gambar.
Teleskop pemantulan yang menggunakan susunan cermin untuk membentuk sebuah gambar.
Teleskop Catadioptric yang menggunakan cermin dikombinasikan dengan lensa untuk membentuk sebuah gambar.
Selain jenis teleskop yang sudah umum dikenal, ada beberapa jenis lain yang mempunyai kegunaan-kegunaantertentu seperti Astrograph, Comet seeker, Surya teleskop.