Cara merumuskan prioritas masalah
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Cara merumuskan prioritas masalah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setelah masalah mutu pelayanan kesehatan berhasil
ditetapkan, kegiatan kedua yang dilakukan dalam upaya penjaminan
mutu adalah menentukan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan
(Causes of Problem). Adapun yang dimaksudkan dengan penyebab
masalah mutu disini ialah faktor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya kesenjangan antara penampilan pelayanan
kesehatan dengan standar yang telah ditetapkan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi tersebut banyak macamnya, yang secara umum
dapat dibedakan atas tiga macam yakni faktor masukan, proses
serta lingkungan. Cara menetapkan penyebab mutu banyak macamnya.
Seperti juga yang diterapkan pada waktu menetapkan masalah mutu,
untuk kesederhanaan serta keberhasilan Program Menjaga Mutu, cara
menetapkan penyebab masalah mutudianjurkan ialah mempergunakan
teknik-teknik kesepakatan kelompok (groupdecision making), untuk
kemudian diikuti dengan teknik kajian data (survey).
Jika di tinjau dari program menjaga mutu upaya
menetapkan penyebab masalah mutu, dipandang mempunyai peranan
yang amat penting. Dengan diketahuinya penyebab masalah tersebut
dapatlah disusun upaya penanggulangan dengan tepat, yang apabila
berhasil dilaksanakan pasti akan berperanan besar dalam mengatasi
masalah mutu. Dengan perkataan lain, tujuan dari dilaksanakannya
Program Menjaga Mutu tidaklah semata-mata untuk mengatasi masalah
mutu saja, melainkan berupaya mengatasi penyebab dari timbulnya
masalah mutu. Apabila tujuan ini dapat dicapai, dapatlah
diharapkan tertanggulanginya pada gilirannya pastiakan beperanan
besar dalam meningkatkan mutu pelayanan. Pemahaman tentang
perlunya pengatasi penyebab masalah. Bukan hanya sekedar
mengatasi masalah, perlulah ditanamkan kepada semua pihak.
Karena sesungguhnya dalam banyak praktek kedokteran yang
dilaksanakan saat ini seringditemukan tindakan yang dilakukan
bertujuan hanya untuk mengatasi maslah saja
Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penjaminan mutu pelayanan kesehatan
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui cara prioritas masalah
b. Untuk mengetahui penjaminan mutu pelayanan kesehatan
c. Untuk mengetahui standar pelayanan kesehatan
Menurut Abraham. L, Masalah adalah terdapatnya kesenjangan
(gap) antara harapan dengan kenyataan. Oleh sebab itu, cara
perumusan masalah yang baik adalah kalau rumusan tersebut jelas
menyatakan adanya kesenjangan. Kesenjangan tersebut dikemukakan
secara kualitatif dan dapat pula secara kuantitatif. Identifikasi
dan prioritas masalah kesehatan merupakan bagian dari proses
perencanaan harus dilaksanakan dengan baik dan melibatkan seluruh
unsur terkait, termasuk masyarakat. Sehingga masalah yang
ditetapkan untuk ditanggulangi betul-betul merupakan masalah dari
masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan untuk
menanggulangi masalah kesehatan yang ada, masyarakat dapat
berperan aktif didalamnya.
2.1.2. Langkah-langkah Merumuskan Prioritas Masalah
Memilih masalah untuk diteliti merupakan tahap yang penting
dalam melakukan penelitian, karena pada hakikatnya seluruh proses
penelitian yang dijalankan adalah untuk menjawab pertanyaan yang
sudah ditentukan sebelumnya. Memilih masalah juga merupakan hal
yang tdiak mudah karena tidak adanya panduan yang baku. Sekalipun
demikian dengan latihan dan kepekaan ilmiah, pemilihan masalah
yang tepat dapat dilakukan. Menurut Abraham. L Bagaimana peneliti
mencari masalah yang akan dikaji, beberapa panduan pokok di bawah
ini akan mempermudah bagi kita menemukan masalah:
a. Masalah sebaiknya merumuskan setidak-tidaknya hubungan
antar dua variable atau lebih
b. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna
ganda dan pada umumnya diformulasikan dalam bentuk kalimat
tanya.
c. Masalah harus dapat diuji dengan menggunakan metode
empiris, yaitu dimungkinkan adanya pengumpulan data yang
akan digunakan sebagai bahan untuk menjawab masalah yang
sedang dikaji.
d. Masalah tidak boleh merepresentasikan masalah posisi
moral dan etika.
Memilih topik atau menetapkan permasalahan penelitian
merupakan langkah paling awal dari keseluruhan kegiatan
penelitian, Sehingga sebenarnya permasalahan penelitian dapat
dicari pada semua aspek kehidupan baik yang menimpa pelaksana
kesehatan maupun obyek dari pelaksana bidang kesehatan. Untuk
dapat memberikan gambaran secara terstruktur tentang sumber
masalah ini, dapat dijelaskan bahwa secara garis besar
permasalahan penelitian dapat dicari dan dikaji melalui
pengalaman pribadi, deduksi teori, penelitian sebelumnya, dengan
analisis system dengan mempertimbangkan sebab akibat dari suatu
masalah.
1.Pengalaman Pribadi
Pengalaman kehidupan sehari-hari merupakan sumber
permasalahan yang tidak pernah ada habisnya, dari pengalaman
pribadi yang tertangkap sehari-hari ataupun pengalaman mengikuti
penelitian seniornya dsb, dapat menjadi sumber inspirasi
peneliti. Seringkali kita merasa tidak puas dengan kondisi
pengalaman tertentu kemudian muncul pertanyaan tentang ha-hal
yang berada dibalik pengalaman tsb. Saat itu sebenarnya telah
ditemukan permasalahan penelitian, misalnya ketakutan seorang
perawat atau dokter dalam awal masuk bekerja di Rumahsakit atau
seorang Asisten dosen yang baru pertama kali melakukan
pembelajaran di kelas, penyelewengan birokrasi, perselingkuhan
dsb. Baru kemudian dituntut kepekaan memfokuskan pengalaman dan
pertanyaan tsb, menjadi permasalahan yang menarik dan diramu
serta diformulasikan menjadi suatu rumusan permasalahan
penelitian yang meyakinkan.
2.Deduksi dari teori
Dari berbagai bahan bacaan di perpustakaan peneliti dapat
menemukan sumber permasalahan yang baik untuk dikembangkan
menjadi penelitian, yaitu dengan mengukuhkan teori yang ada
dengan mencari bukti barux secara empiris dari data lapang. Buku-
buku atau literatur mutakhir yang pada umumnya membahas tentang
teori, konsep ataupun metode-metode baru dengan disertai contoh-
contoh konkrit akan banyak memberikan masukan kepada para
pembacanya untuk menemukan topik-topik permasalahan untuk
penelitian.
Disamping itu masalah penelitian dapat dikembangkan melalui
beberapa hal diantaranya; Penjajakan tersebut dapat dilakukan
dengan mengadakan survey pada tiga kelompok obyek (3-p) yaitu
paper, person dan place (Suharsimi, dalam Endang) : “Paper”
adalah penelusuran atau penjajakan dengan menelusuri sumber-
sumber pustaka, baik yang berupa tulisan ilmiah populer, makalah,
jurnal, literatur ataupun hasil-hasil penelitian terdahulu.
berikutnya adalah survey terhadap “Person”, yaitu upaya
“mempelajari“ permasalahan penelitian lewat sumber yang berupa
manusia. Dari sumber ini perlu dijajaki berbagai kemungkinan
tersedianya kelompok manusia sebagai sumber data, maupun orang-
orang yang diharapkan dapat memberikan dukungan materiil
(penyandang dana dan fasilitas lain) dan dukungan moril yang
dapat memberikan bantuan untuk memperlancar pelaksanaan
penelitian. Sasaran lain dari kegiatan penjajakan ini adalah
“Place” yang dapat dilakukan dengan cara melakukan survey pada
lokasi atau tempat penelitian, langkah ini juga perlu dilakukan
karena dengan melihat dan pemahaman terhadap lokasi penelitian.
Secara khusus manfaat dari penjajakan awal adalah :
1. Setelah survey awal, peneliti sudah dapat mengidentifikasi
dan memastikan batasan/fokus dari masalah penelitian, termasuk
keyakinan akan kelayakannya.
2. Peneliti sudah dapat menentukan dimana dan dari siapa
informasi tentang data penelitian akan dapat diperoleh,
termasuk bentuk / jenis data yang akan dicari.
3. Dari hasil survey kepustakaan, peneliti sudah pula memperoleh
dan mengorganisasikan berbagai referensi baik yang berasal
dari makalah, jurnal, teori, literatur ataupun temuan
penelitian terdahulu, untuk dideduksi menjadi anggapan dasar
dan hipotesis.
4. Peneliti sudah mengidentifikasi kemungkinan hambatan yang
akan muncul dalam pelaksanaan penelitian, dan mempersiapkan
diri untuk menghadapinya.
Bila informasi awal dari hasil penjajakan terhadap tiga sumber
tersebut dirasa cukup, selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan
yang sebenarnya dalam suatu rumusan yang jelas. karena rumusan
masalah ataupun research question ini akan menentukan arah dan
tujuan penelitian. Kemampuan merumuskan masalah ini sangat
diperlukan karena layak tidaknya penelitian yang dilakukan akan
tercermin dalam rumusan masalah yang dikemukakan. Sehingga perlu
ditata dan diramu sedemikian rupa sehingga rumusan masalah
penelitian tersebut menarik dan dapat meyakinkan pembaca dan
pihak-pihak yang berwenang bahwa permasalahan yang akan diteliti
ini memang bagus dan perlu segera mendapat penanganan.
3. Hasil Penelitian sebelumnya
Dengan membaca dan mencermati hasil penelitian terdahulu,
peneliti akan dapat menemukan sudut-sudut yang belum tergarap
oleh penelitian yang dibaca, atau dapat pula dijumpai adanya
berbagai keberhasilan dan kegagalan dari peneliti terdahulu,
dengan mengambil sudut-sudut atau bidang-bidang yang belum
tergarap serta kegagalan dan kelemahan penelitian yang telah ada
akan memunculkan permasalahan baru yang cukup menarik untuk
dikembangkan menjadi permasalahan penelitian yang baru.
4. Analisis System
Analisis system merupakan suatu tinjauan dalam memahami
masalah berdasarkan perspektif system dimana suatu komponen
dipengaruhi oleh komponen yang lain dan saling berkaitan. Suatu
masalah dipandang sebagai akibat ataupun sebab dari masalah yang
lain. Dalam hal ini suatu masalah penelitian dapat digali dari
model system dari suatu masalah yang disusun atau dari adanya
suatu masalah dilapangan kemudian diperhatikan komponen lain yang
menunjukan sebab akibat dari masalah itu sendiri.
Dari analisis dibawah ini dapat diketahui bahwa satu topik atau
masalah typoid dapat dikembangkan dalam masalah penelitian dari
beberapa sisi, yang memungkinkan akan mempermudah untuk peneliti
dalam mencari masalah yang uptodate pada saat itu.
2.1.3 . Macam-macam Pendekatan Dalam Pemecahan Masalah
Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan, yakni :
1. Pendekatan logis Secara logis
Identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan mengukur
mortalitas, morbiditas dan cacat yang timbul dari penyakit-
penyakit yang ada dalam masyarakat.
2. Pendekatan Pragmatis
Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa
tidak aman yang ditimbulkan penyakit/kecelakaan. Dengan demikian
ukuran pragmatis suatu masalah gangguan kesehatan adalah gambaran
upaya masyarakat untuk memperoleh pengobatan, misalnya jumlah
orangyang datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.
3. Pendekatan Politis
Dalam pendekatan ini, masalah kesehatan diukur atas dasar
pendapat orang-orang penting dalam suatu msyarakat (pemerintah
atau tokoh-tokoh masyarakat).
2.1.4. Prioritas Masalah
Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager
sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik
ini, dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan
penting dalam penetapan prioritas. Sekali prioritas ditetapkan,
langkah berikutnya dapat dikatakan merupakan gerakan progresif
menuju pelaksanaan.Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan
kebijaksanaan banyak diperlukan bersama-sama dengan kecakapan
unik untuk mensintesis berbagai rincian yang relevan. Hal ini
merupakan bagian dari proses perencanaan yang biasanya dikatakan
paling naluriah. Namun, penetapan prioritas mungkin dapat jauh
lebih bermanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain bila
dibuat eksplisit dan menjadi tindakan yang ditentukan secara
jelas.
Ketrampilan utama yang diperlukan dalam penentuan prioritas
dalah menyeimbangkan variabel-variabel yang memiliki hubungan
kuantitatif yang sangat berbeda dan dalam kenyataannya terletak
dalam skala dimensional yang berbeda pula. Terlalu sering
kesalahan timbul akibat memberikan penekanan terlalu banyak pada
satu dimensi.
Perencanaan kesehatan harus mengembangkan ketrampilan dalam semua
disiplin ilmu yang diperlukan agar dapat melakukan pendekatan
perencanaan yang seimbang. Yang terutama diperlukan adalah
indeks-indeks tertentu yang valid di dalam informasi baik
kualitatif maupun kuantitatif yang digunakan dalam penilaian ini.
Tanpa mengindahkan semua usaha pada pengukuran dan pengelompokkan
khusus, si perencana pada akhirnya harus bersandar pada elemen-
elemen kebijaksanaan yang tak pasti berdasarkan pengalaman atau
evaluasi rencana-rencana sebelumnya dalam membuat keputusan
akhir.
2.1.5. Cara Menetapkan Prioritas Masalah
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah ini, ada beberapa hal
yang harus dilakukan, yakni :
1. Melakukan pengumpulan data
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu
tersedia data yang cukup. Untuk itu perlulah dilakukan
pengumpulan data. Data yang perlu dikumpulkan adalah data yang
berkaitan dengan lingkungan, perilaku, keturunan, dan pelayanan
kesehatan, termasuk keadaan geografis, keadan pemerintahan,
kependudukan, pendidikan, pekerjaan, mata pencaharian, sosial
budaya, dan keadaan kesehatan.
2. Pengolahan Data
Apabila data yang telah berhasil dikumpulkan, maka data
tersebut harus diolah, maksudnya adalah menyusun data yang
tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki
oleh masing-masing data tersebut. Cara pengolahan data yang
dikenal ada tiga macam, secara manual, elektrikal dan mekanik.
3. Penyajian Data
Data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga macam
penyajian data yang lazim dipergunakan yakni secara tekstular,
tabular dan grafikal.
4. Pemilihan Prioritas Masalah
Hasil penyajian data akan memunculkan pelbagai masalah.
Tidak semua masalah dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan
pemilihan prioritas masalah, dalam arti masalah yang paling
penting untuk diselesaikan.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses
yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode
tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting
sampai dengan kurang penting. Penetapan prioritas memerlukan
perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada
kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif,
serta dirumuskan secara sistematis.
Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang
harus diperhatikan, yakni:
1. Besarnya masalah yang terjadi
2. Pertimbangan politik
3. Persepsi masyarakat
4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara
sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Scoring Technique
Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan
memberikan score (nilai) untuk pelbagai parameter tertentu yang
telah ditetapkan. Parameter yang dimaksud adalah :
1. Besarnya masalah
2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan
3. Kenaikan prevalensi masalah
4. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut
5. Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah
tersebut terselesaikan.
6. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah
7. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk
mengatasi masalah.
2. Non Scoring Technique
Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai
parameter, dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak
tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim
digunakan adalah :
a. Delphin Technique
Yaitu penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan melalui
kesepakatan sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan
prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap
peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan
beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan
adalah prioritas masalah yang dicari.
b. Delbech Technique
Penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan
sekelompok orang yang tidak sama keahliannya. Sehingga diperlukan
penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan pengertian dan
pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta. Lalu diminta untuk
mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan
adalah prioritas.
2.2 Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan
2.2.1 Pengertian
a. Mutu adalah suatu konsep yang multi dimensi, artinya
pengertiannya akan berbeda-beda dari orang per orang tergantung
pada kepentingan, latar belakang kehidupan, pendidikan, dan
harapan seseorang terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.
b. Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan
secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penylakit serta memulihkan kesehatan baik
perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
c. Pelayanan Medik Dasar adalah bagian dari pelayanan kesehatan
yang dilandasi ilmu klinik (clinical science). Pelayanan medik dasar
merupakan pelayanan medik perorangan yang meliputi aspek:
a. Pencehahan primer (health promotion & specific protection)
yang dapat dilakukan oleh tenga non medik dan medik/kesehatan;
b. Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini dan
pengobatan serta pembatasan cacat;
c. Pencegahan tersier, berupa rehabilitsi medik yang dilakukan
oleh dokter/perawat, sesuai dengan kompetensi yang berkaitan
dengan keahliannya.
d. Mutu pelayanan kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak menimbulkan
kepuasan pelanggan (pasien/klien) sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata pelanggan, serta di pihak lain tatacara
penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan etika profesi yang
telah ditetapkan.
e. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah suatu proses upaya
yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif
dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan standar yang
telah ditetapkan serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan
masalah mutu sesuai dengan kemampuan yang ada dan menilai hasil
yang dicapai guna menyusun saran trindaklanjut untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
f. Kepuasan pelanggan merupakan indikator mutu suatu pelayanan
kesehatan, sehingga pelayanan kesehatan harus diselenggarakan
dengan orientasi pada pemenuhan harapan dan kebutuhan pelanggan.
g. Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi
dan sempurna yang dipergunakan sebagai penerimaan minimal.
Standar menunjuk pada tingkat ideal tercapai yang diinginkan.
2.2.2 Standar Jaminan Mutu
Dalam pendekatan Jaminan Mutu dikenal dua macam standar, yaitu:
1. Standar Persyaratan Minimal, yaitu persyaratan minimal yang
harus dipenuhi untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang bermutu, terdiri atas:
a) Standar masukan
b) Standar proses
c) Standar lingkungan.
2. Standar Penampilan Minimal/Standar Penampilan/Standar
Keluaran, adalah penampilan minimal pelayanan kesehatan yang
masih dapat diterima.
Selain itu standr juga terdiri dari (Burill & Ledoster, Archieving Quality
through Continual Improvement):
a. Standar eksternal: disusun di luar organisasi pemberi
pelayanan.
b. Standar internal: disusun oleh organisasi emberi pelayanan.
Prinsip Jaminan Mutu:
a. bekerja dalam tim;
b. memberikan fokus perubahan pada proses;
c. mempunyai orientasi kinerja pada pelanggan;
d. pengambilan keputusan berdasarkan data;
e. adanya komitmen pimpinan dan keterlibatan bawahan dalam
perbaikan proses pelayanan.
2.2.3 Bentuk Jaminan Mutu
Bertitik tolak dari waktu penyelenggaraannya, maka Jaminan mutu
dapat dibedakan dalam 3 bentuk, yaitu:
a. Jaminan Mutu Prospektif, dilaksanakan sebelum pelayanan
kesehatan diselenggarakan, upayanya terutama ditujukan pada unsur
masukan dan lingkungan. Contoh:
Standarisasi, untuk menjamin pelayanan kesehatan yang
bermutu perlu ditetapkan standarisasi fasilitas pelayanan
kesehatan
Perizinan, setelah terpenuhi standarisasi perlu diikuti
dengan perizinan yang akan ditinjau secara berkala.
Sertifikasi, tindaklanjut dari perizinan, memberikan
sertifikat kepada fasilitas dan atau profesi kesehatan
yang telah memenuhi persyaratan tertentu
Akreditasi, berntuk lain dari sertifikasi, diberikan
kepada fasilitas atau profesi kesehatan setelah memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan.
b. . Jaminan Mutu Konkuren, dillaksanakan bersamaan dengan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Perhatian utama ditujukan
kepada proses, dimana proses itu diukur dengan standar yang telah
ditetapkan, jika pelayanan kesehatan tidalk sesuai dengan standar
maka pelayanan kesehatan tersebut kurang bermutu.
Jaminan mutu konkuren ini paling baik, tetapi sukar dilaksanakan,
sering terjadi bias, untuk menghindarkan bias dilakukan
olehPeeratau tim.
c. Jaminan Mutu Retrospektif, dilaksanakan setelah pelayanan
kesehatan diselenggarakan.
Contoh:
Telaah rekam medik (medical record review
Ulasbalik Jaringan (tissue review)
Survei pelanggan (costumer survey)
Ulasbalik penggunaan (obat, darah, tempat tidur), dll.
2.2.4 Model Jaminan Mutu
Menggunakan pendekatan evolusi yang didasari oleh pandangan bahwa
upaya peningkatan mutu harus dilakukan secara bertahap. Mulai
dari pemecahan masalah sederhana sampai dengan masalah yang
kompleks.
a. Tahap Analisis Sistem
Pada tahap ini yang pertama akan diperbaiki adalah mutu pelayanan
medik dasar, kemudian mutu pelayanan non medik
Yang dimaksud dengan pelayanan medik ialah pelayanan best
practices, yaitu segala kegiatan yang menyangkut: anamnesis,
pemeriksaan fiosik, pengobatan/rujukan dan konseling. Berdasarkan
etika profesi, kemanusiaan, administratif dan yuridis setiap
profesi kesehatan tanpa kecuali dalam setiap menyelenggarakan
pelayanann kepada pasien harus menerapkan semua ketentuan best
practices tersebut. Kenyataan di lapangan best practices sering
diiabaikan, sehingga pasien/klien memperoleh pelayanan kesehatan
yang kurang bermutu dan hak pasien menjadi kurang dipenuhi. Oleh
sebab itu yang menjadi prioritas ditingkatkan terlebih dahulu
ialah mutu pelayanan medik.
Pada tahap ini digunakan daftar tilik untuk mengukur tingkat
kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
b. Tahap Pendekatan Tim
Upaya pemecahan masalah mutu melalui pendekatan siklus pemecahan
masalah.
Manfaat Program Jaminan Mutu
Penerapan the best practices (memberikan pelayanan kesehatan terbaik)
yang diselenggarakan sesuai dengan standar profesi dan etika
profesi) menghindarkan efek samping, komplikasi, malpraktek,
tuntutan yuridis masyarakat serta dapat mewujudkan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat
yang selalu berubah dan meningkat (kepuasan pelanggan).
2.2.5 Ruang Lingkup Kegiatan
1. Membangun Kesadaran Mutu
Merupakan upaya penggeseran cara pandang peran dan fungsi
organisasi pelayanan kesehatan dari memberii obat ke melayani
pasien, dari pemeriksaan cepat ke pemeriksaan sesuai standar,
dari pekerjaan saya ke pekerjaan kita dan dari *pelayanan yang
tidak ramah menjadi pelayanan yang ramah dan penuh senyum.
Petugas organisasi pelayanan kesehatan harus mendapat keyakinan
bahwa pendekatan Jaminan Mutu akan memberikan perubahan yang
bermakna bagi kualitas pelayanan yang diberikan dan bersama-sama
dalam satu tim mampu mengidentifikasi masalah di l;ingkungan
pelayanan dan kemudian mencarikan jalan terbaik bagi pemecahan
masalah tersebut.
2. Pembentukan Tim Jaminan Mutu
Berdasarkan Surat Keputusan kepala organisasi pelayanan kesehatan
dan mendapat dukunghan dari kepala organisasi tersebut dan
petugas lainnya. Tim Jaminan Mutu dapat terdiri dari sub-tim yang
mempunyai fungsi tertentu: sub-tim pembuatan standar, sub-tim
pelaksanaan dan sub-tim penilaian kepatuhan terhadap standar dan
evaluasi.Tim Jaminan Mutu harus mendapatkan pelatihan tentang
jaminan mutu. Jumlah anggota tim atau sub-tim dapat berkisar 4-5
orang.
3. Pembuatan Alur Kerja dan Standar Pelayanan
Alur pelayanan ditempel di dinding agar mudah diketahui dan
sebagai penunjuk jalan bagi pasien maupun pengunjung unit
pelayanan kesehatan.
Alur kerja: loket, alur keja pelayanan, laborsatorium, apotik,
dan lain sebagainya yang dibuat dalam bentuk skema, dibingkai dan
ditempel di masing-masing ruang pelayanan terkait serta terlihat
oleh petugas. Pembuatan alur kerja ini sekaligus dapat diikuti
dengan identifikasi berbagai hambatan/kendala yang membuat alur
kerja ini tidak jalan atau membutuhkan waktu yang lama.
Standar pelayanan medik yang penting dibuat dalam bentuk
algoritme medik, misalnya styandar penatalaksanaan diare,
penatalaksanaan demam pada anak, penatalaksanaan anak dengan
batuk dan kesulitan bernafas, penatalaksanaan pasien TB paru, dan
lain-lain.
4. Penilaian Kepatuhan Terhadap Standar
Untuk menilai tingkat kepatuhan, digunakan daftar tilik penilaian
yang telah disiapkan terlebih dahulu. Penilaian tingkat kepatuhan
dilakukan oleh rekan kerja dari unit pelayanan kesehatan lain
(peer review) atau sejawat dari unit pelayanan yang sama tetapi
harus dijaga kerahasiaan rekan yang ditunjuk sebagai penilai
ataupun supervisor dari Dinas Kesehatan Kabupaten.
Sesuai dengan kegunaannya daftar tilik dipakai untuk mengukur
kelengkapan sarana dan prasarana, pengetahuan pemberi pelayanan,
standar kompetensi teknis petugas dan persepsi penerima
pelayanan.
5. Penyampaian Hasil Kegiatan
Data temuan yang terkumpul diolah dan dianalisa untuk kemudian
disajikan dalam Lokakarya Mini oraganisasi/unit pelayanan. Jika
nilai tingkat lkepatuhan di bawah 80% maka keadaan ini perlu
diperbaiki dengan melakukan intervensi terhadap penyebab
rendahnya tingkat kepatuhan terhadap standar.
6. Survei Pelanggan
Dilakukan secara sederhana dengan membuat kuesioner kemudian
dibagikan kepada pasien/klien sambil diminta untuk diisi dan
segera mengembalikannya pada kotak yang tersedia di Puskesmas.
Jika ditemukan lebih darei 5% pasien/klien tidak puas, perlu
dilakukan tindakan segera untuk mengetahui sebab-seba
kertidakpuasan pasien, misalnya melalui studi kualitatif
(disklusio kelompok atau wawancara mendalam) atau menggunakan
kuesioner terstruktur melalui wawancara langsung kepada
pasien/klien
7. Penyusunan Rencana Kegiatan
Sebelumnya tim jaminan mutu secara bersama-sama melakukan
analisis permasalahan melalui siklus pemecahan masalah yanmg
terdiri dari:
i. Identifikasi masalah
ii. Penentuan prioritas masalah
iii. Mencari penyebab masalah
iv. Mencari alternatif pemecahan masalah
v. Menetapkan pemecahan masalah
vi. Menyusun rencana kegiatan pemecahan masalah.
PoA antara lain berisi:
Penanggungjawab pelaksana kegiatan: membuat alat bantu kerja.
Pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan kepatuhan: kalakarya
Melengkapi sarana yang kurang: realokasi atau pengaturan
Cara pemantauan kemajuan pelaksanaan kegiatan
Dari pengalaman ini Puskesmas akan mengerti bahwa mutu itu dapat
ditingkatkan oleh petugas Puskjesm,as secara mandiri, tanpa
bantuan dari luar dan dengan menggunakan cara yang sederhana
hingga ke cara yang lebih kompleks.
Untuk mempermudah proses pemecahan masalah, beberapa instrumen
mutu sederhana dapat digunakan, misalnya:
i. Curah pendapat (brain storming), untuk menggali berbagai
alternatif pemecahan masalah dan solusinya;
ii. Muliple Criteria Utility Assessment (MCUA), untuk pengambilan
keputusan bersama;
iii. Check List
iv. Diagram alur (flowchart) untuk menjelaskan komponen yang
terlibat dalam proses;
v. Diagram Ishikawa (diagram tulang ikan) untukn menggali
kemingkinan penyebab.
vi. Data matrik.
8. Pemantauan dan Supervisi
Kunjungan penyelia (supervisor) kabupaten/kota untuk berkunjung
secara berkala (1-3 bulan sekali) ke Puskesmas untuk memantau
status kegiatan jaminan mutu di suatu Puskesmas.
Beberapa masalah yang ditemui dapat diatasi dengan perbaikan
proses pelaksanaan, akan tetapi dapat pula terjadi masalah yang
ditemui hanya bisa diatasi dengan bantuan sarana-prasarana dari
kabupaten/kota, bahkan mungkin diperlukan bantuan teknis dari
propinsi atau arah kebijakan dari pemerintah pusat.
Keberhasilan kegiatan pemantauan dan supervisi sangat tergantung
pada konsistensi kegiatan (teratur, taat azas serta
berkesinambungan), kapasitas (pengetahuan dan ketrampilan)
penyelia untuk memberikan bantuan teknis, daftar tilik
pemantauan, data status kegiatan dan adanya dukungan kepala unit
organisasi dan Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota untuk
mengatasi masalah/hambatan yang muncul.
9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada akhir siklus kerja tim jaminan mutu (3-6
bulan).
Pada akhir tahun, Tim Jaminan Mutu Puskesmas melakukan Penilaian
Kinerja Jaminan Mutu yang telah dilakukan bertempat di aula Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota. Bahan presentasi mencakup pencapaian
program terhadap indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dan
penyampaian identifikasi proses pembelajaran atas pelaksanaan
kegiatan selama ini serta rekomendasi/saran tindaklanjut.
Keberhasilan suatu organisasi pelayanan menjalankan suatu
kegiatan dapat menumbuhkan inspirasi dan bahkan menjadi tolok
banding (benchmarking) oleh organisasi pelayanan lainnya untuk
meniru/mencontoh dengan melakukan kunjungan lapangan ke
organisasi pelayananyang telah berhasil tersebut.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Identifikasi dan prioritas masalah kesehatan merupakan
bagian dari proses perencanaan harus dilaksanakan dengan
baik dan melibatkan seluruh unsur terkait. Seluruh proses
penelitian yang dijalankan adalah untuk menjawab pertanyaan
yang sudah ditentukan sebelumnya. Perencanaan kesehatan
harus mengembangkan ketrampilan dalam semua disiplin ilmu
yang diperlukan agar dapat melakukan pendekatan perencanaan
yang seimbang.
3.2 Saran
Diharapkan kepada petugas kesehatan dapat
mempertahankan mutu pelayanan sesuai dengan standar
pelayanan kesehatan. Sehingga penjaminan mutu pelayanan di
Indonesia sesuai dengan hasil yang diharapkan.