Cara merumuskan prioritas masalah

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah masalah mutu pelayanan kesehatan berhasil ditetapkan, kegiatan kedua yang dilakukan dalam upaya penjaminan mutu adalah menentukan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan (Causes of Problem). Adapun yang dimaksudkan dengan penyebab masalah mutu disini ialah faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kesenjangan antara penampilan pelayanan kesehatan dengan standar yang telah ditetapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut banyak macamnya, yang secara umum dapat dibedakan atas tiga macam yakni faktor masukan, proses serta lingkungan. Cara menetapkan penyebab mutu banyak macamnya. Seperti juga yang diterapkan pada waktu menetapkan masalah mutu, untuk kesederhanaan serta keberhasilan Program Menjaga Mutu, cara menetapkan penyebab masalah mutudianjurkan ialah mempergunakan teknik-teknik kesepakatan kelompok (groupdecision making), untuk kemudian diikuti dengan teknik kajian data (survey). Jika di tinjau dari program menjaga mutu upaya menetapkan penyebab masalah mutu, dipandang mempunyai peranan yang amat penting. Dengan diketahuinya penyebab masalah tersebut dapatlah disusun upaya penanggulangan dengan tepat, yang apabila berhasil dilaksanakan pasti akan berperanan besar dalam mengatasi masalah mutu. Dengan perkataan lain, tujuan dari dilaksanakannya

Transcript of Cara merumuskan prioritas masalah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setelah masalah mutu pelayanan kesehatan berhasil

ditetapkan, kegiatan kedua yang dilakukan dalam upaya penjaminan

mutu adalah menentukan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan

(Causes of Problem). Adapun yang dimaksudkan dengan penyebab

masalah mutu disini ialah faktor-faktor yang mempengaruhi

timbulnya kesenjangan antara penampilan pelayanan

kesehatan dengan standar yang telah ditetapkan. Faktor-faktor

yang mempengaruhi tersebut banyak macamnya, yang secara umum

dapat dibedakan atas tiga macam yakni faktor masukan, proses

serta lingkungan. Cara menetapkan penyebab mutu banyak macamnya.

Seperti juga yang diterapkan pada waktu menetapkan masalah mutu,

untuk kesederhanaan serta keberhasilan Program Menjaga Mutu, cara

menetapkan penyebab masalah mutudianjurkan ialah mempergunakan

teknik-teknik kesepakatan kelompok (groupdecision making), untuk

kemudian diikuti dengan teknik kajian data (survey).

Jika di tinjau dari program menjaga mutu upaya

menetapkan penyebab masalah mutu, dipandang mempunyai peranan

yang amat penting. Dengan diketahuinya penyebab masalah tersebut

dapatlah disusun upaya penanggulangan dengan tepat, yang apabila

berhasil dilaksanakan pasti akan berperanan besar dalam mengatasi

masalah mutu. Dengan perkataan lain, tujuan dari dilaksanakannya

Program Menjaga Mutu tidaklah semata-mata untuk mengatasi masalah

mutu saja, melainkan berupaya mengatasi penyebab dari timbulnya

masalah mutu. Apabila tujuan ini dapat dicapai, dapatlah

diharapkan tertanggulanginya pada gilirannya pastiakan beperanan

besar dalam meningkatkan mutu pelayanan. Pemahaman tentang

perlunya pengatasi penyebab masalah. Bukan hanya sekedar

mengatasi masalah, perlulah ditanamkan kepada semua pihak.

Karena sesungguhnya dalam banyak praktek kedokteran yang

dilaksanakan saat ini seringditemukan tindakan yang dilakukan

bertujuan hanya untuk mengatasi maslah saja

Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang penjaminan mutu pelayanan kesehatan

Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui cara prioritas masalah

b. Untuk mengetahui penjaminan mutu pelayanan kesehatan

c. Untuk mengetahui standar pelayanan kesehatan

BAB II

PEMBAHASAN

2. 1. Merumuskan Prioritas Masalah

2.1.1 Pengertian

Menurut Abraham. L, Masalah adalah terdapatnya kesenjangan

(gap) antara harapan dengan kenyataan. Oleh sebab itu, cara

perumusan masalah yang baik adalah kalau rumusan tersebut jelas

menyatakan adanya kesenjangan. Kesenjangan tersebut dikemukakan

secara kualitatif dan dapat pula secara kuantitatif. Identifikasi

dan prioritas masalah kesehatan merupakan bagian dari proses

perencanaan harus dilaksanakan dengan baik dan melibatkan seluruh

unsur terkait, termasuk masyarakat. Sehingga masalah yang

ditetapkan untuk ditanggulangi betul-betul merupakan masalah dari

masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan untuk

menanggulangi masalah kesehatan yang ada, masyarakat dapat

berperan aktif didalamnya. 

2.1.2. Langkah-langkah Merumuskan Prioritas Masalah

Memilih masalah untuk diteliti merupakan tahap yang penting

dalam melakukan penelitian, karena pada hakikatnya seluruh proses

penelitian yang dijalankan adalah untuk menjawab pertanyaan yang

sudah ditentukan sebelumnya. Memilih masalah juga merupakan hal

yang tdiak mudah karena tidak adanya panduan yang baku. Sekalipun

demikian dengan latihan dan kepekaan ilmiah, pemilihan masalah

yang tepat dapat dilakukan. Menurut Abraham. L Bagaimana peneliti

mencari masalah yang akan dikaji, beberapa panduan pokok di bawah

ini akan mempermudah bagi kita menemukan masalah:

a. Masalah sebaiknya merumuskan setidak-tidaknya hubungan

antar dua variable atau lebih

b. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna

ganda dan pada umumnya diformulasikan dalam bentuk kalimat

tanya.

c. Masalah harus dapat diuji dengan menggunakan metode

empiris, yaitu dimungkinkan adanya pengumpulan data yang

akan digunakan sebagai bahan untuk menjawab masalah yang

sedang dikaji.

d. Masalah tidak boleh merepresentasikan masalah posisi

moral dan etika. 

Memilih topik atau menetapkan permasalahan penelitian

merupakan langkah paling awal dari keseluruhan kegiatan

penelitian, Sehingga sebenarnya permasalahan penelitian dapat

dicari pada semua aspek kehidupan baik yang menimpa pelaksana

kesehatan maupun obyek dari pelaksana bidang kesehatan. Untuk

dapat memberikan gambaran secara terstruktur tentang sumber

masalah ini, dapat dijelaskan bahwa secara garis besar

permasalahan penelitian dapat dicari dan dikaji melalui

pengalaman pribadi, deduksi teori, penelitian sebelumnya, dengan

analisis system dengan mempertimbangkan sebab akibat dari suatu

masalah. 

1.Pengalaman Pribadi 

Pengalaman kehidupan sehari-hari merupakan sumber

permasalahan yang tidak pernah ada habisnya, dari pengalaman

pribadi yang tertangkap sehari-hari ataupun pengalaman mengikuti

penelitian seniornya dsb, dapat menjadi sumber inspirasi

peneliti. Seringkali kita merasa tidak puas dengan kondisi

pengalaman tertentu kemudian muncul pertanyaan tentang ha-hal

yang berada dibalik pengalaman tsb. Saat itu sebenarnya telah

ditemukan permasalahan penelitian, misalnya ketakutan seorang

perawat atau dokter dalam awal masuk bekerja di Rumahsakit atau

seorang Asisten dosen yang baru pertama kali melakukan

pembelajaran di kelas, penyelewengan birokrasi, perselingkuhan

dsb. Baru kemudian dituntut kepekaan memfokuskan pengalaman dan

pertanyaan tsb, menjadi permasalahan yang menarik dan diramu

serta diformulasikan menjadi suatu rumusan permasalahan

penelitian yang meyakinkan. 

2.Deduksi dari teori

Dari berbagai bahan bacaan di perpustakaan peneliti dapat

menemukan sumber permasalahan yang baik untuk dikembangkan

menjadi penelitian, yaitu dengan mengukuhkan teori yang ada

dengan mencari bukti barux secara empiris dari data lapang. Buku-

buku atau literatur mutakhir yang pada umumnya membahas tentang

teori, konsep ataupun metode-metode baru dengan disertai contoh-

contoh konkrit akan banyak memberikan masukan kepada para

pembacanya untuk menemukan topik-topik permasalahan untuk

penelitian.

Disamping itu masalah penelitian dapat dikembangkan melalui

beberapa hal diantaranya; Penjajakan tersebut dapat dilakukan

dengan mengadakan survey pada tiga kelompok obyek (3-p) yaitu

paper, person dan place (Suharsimi, dalam Endang) : “Paper”

adalah penelusuran atau penjajakan dengan menelusuri sumber-

sumber pustaka, baik yang berupa tulisan ilmiah populer, makalah,

jurnal, literatur ataupun hasil-hasil penelitian terdahulu.

berikutnya adalah survey terhadap “Person”, yaitu upaya

“mempelajari“ permasalahan penelitian lewat sumber yang berupa

manusia. Dari sumber ini perlu dijajaki berbagai kemungkinan

tersedianya kelompok manusia sebagai sumber data, maupun orang-

orang yang diharapkan dapat memberikan dukungan materiil

(penyandang dana dan fasilitas lain) dan dukungan moril yang

dapat memberikan bantuan untuk memperlancar pelaksanaan

penelitian. Sasaran lain dari kegiatan penjajakan ini adalah

“Place” yang dapat dilakukan dengan cara melakukan survey pada

lokasi atau tempat penelitian, langkah ini juga perlu dilakukan

karena dengan melihat dan pemahaman terhadap lokasi penelitian.

Secara khusus manfaat dari penjajakan awal adalah :

1. Setelah survey awal, peneliti sudah dapat mengidentifikasi

dan memastikan batasan/fokus dari masalah penelitian, termasuk

keyakinan akan kelayakannya.

2. Peneliti sudah dapat menentukan dimana dan dari siapa

informasi tentang data penelitian akan dapat diperoleh,

termasuk bentuk / jenis data yang akan dicari.

3. Dari hasil survey kepustakaan, peneliti sudah pula memperoleh

dan mengorganisasikan berbagai referensi baik yang berasal

dari makalah, jurnal, teori, literatur ataupun temuan

penelitian terdahulu, untuk dideduksi menjadi anggapan dasar

dan hipotesis. 

4. Peneliti sudah mengidentifikasi kemungkinan hambatan yang

akan muncul dalam pelaksanaan penelitian, dan mempersiapkan

diri untuk menghadapinya. 

Bila informasi awal dari hasil penjajakan terhadap tiga sumber

tersebut dirasa cukup, selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan

yang sebenarnya dalam suatu rumusan yang jelas. karena rumusan

masalah ataupun research question ini akan menentukan arah dan

tujuan penelitian. Kemampuan merumuskan masalah ini sangat

diperlukan karena layak tidaknya penelitian yang dilakukan akan

tercermin dalam rumusan masalah yang dikemukakan. Sehingga perlu

ditata dan diramu sedemikian rupa sehingga rumusan masalah

penelitian tersebut menarik dan dapat meyakinkan pembaca dan

pihak-pihak yang berwenang bahwa permasalahan yang akan diteliti

ini memang bagus dan perlu segera mendapat penanganan. 

3. Hasil Penelitian sebelumnya 

Dengan membaca dan mencermati hasil penelitian terdahulu,

peneliti akan dapat menemukan sudut-sudut yang belum tergarap

oleh penelitian yang dibaca, atau dapat pula dijumpai adanya

berbagai keberhasilan dan kegagalan dari peneliti terdahulu,

dengan mengambil sudut-sudut atau bidang-bidang yang belum

tergarap serta kegagalan dan kelemahan penelitian yang telah ada

akan memunculkan permasalahan baru yang cukup menarik untuk

dikembangkan menjadi permasalahan penelitian yang baru. 

4. Analisis System 

Analisis system merupakan suatu tinjauan dalam memahami

masalah berdasarkan perspektif system dimana suatu komponen

dipengaruhi oleh komponen yang lain dan saling berkaitan. Suatu

masalah dipandang sebagai akibat ataupun sebab dari masalah yang

lain. Dalam hal ini suatu masalah penelitian dapat digali dari

model system dari suatu masalah yang disusun atau dari adanya

suatu masalah dilapangan kemudian diperhatikan komponen lain yang

menunjukan sebab akibat dari masalah itu sendiri. 

Dari analisis dibawah ini dapat diketahui bahwa satu topik atau

masalah typoid dapat dikembangkan dalam masalah penelitian dari

beberapa sisi, yang memungkinkan akan mempermudah untuk peneliti

dalam mencari masalah yang uptodate pada saat itu. 

2.1.3 . Macam-macam Pendekatan Dalam Pemecahan Masalah

Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi

masalah kesehatan, yakni :

1. Pendekatan logis Secara logis

Identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan mengukur

mortalitas, morbiditas dan cacat yang timbul dari penyakit-

penyakit yang ada dalam masyarakat.

2. Pendekatan Pragmatis

Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa

tidak aman yang ditimbulkan penyakit/kecelakaan. Dengan demikian

ukuran pragmatis suatu masalah gangguan kesehatan adalah gambaran

upaya masyarakat untuk memperoleh pengobatan, misalnya jumlah

orangyang datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.

3. Pendekatan Politis

Dalam pendekatan ini, masalah kesehatan diukur atas dasar

pendapat orang-orang penting dalam suatu msyarakat (pemerintah

atau tokoh-tokoh masyarakat). 

2.1.4. Prioritas Masalah 

Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager

sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik

ini, dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan

penting dalam penetapan prioritas. Sekali prioritas ditetapkan,

langkah berikutnya dapat dikatakan merupakan gerakan progresif

menuju pelaksanaan.Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan

kebijaksanaan banyak diperlukan bersama-sama dengan kecakapan

unik untuk mensintesis berbagai rincian yang relevan. Hal ini

merupakan bagian dari proses perencanaan yang biasanya dikatakan

paling naluriah. Namun, penetapan prioritas mungkin dapat jauh

lebih bermanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain bila

dibuat eksplisit dan menjadi tindakan yang ditentukan secara

jelas. 

Ketrampilan utama yang diperlukan dalam penentuan prioritas

dalah menyeimbangkan variabel-variabel yang memiliki hubungan

kuantitatif yang sangat berbeda dan dalam kenyataannya terletak

dalam skala dimensional yang berbeda pula. Terlalu sering

kesalahan timbul akibat memberikan penekanan terlalu banyak pada

satu dimensi. 

Perencanaan kesehatan harus mengembangkan ketrampilan dalam semua

disiplin ilmu yang diperlukan agar dapat melakukan pendekatan

perencanaan yang seimbang. Yang terutama diperlukan adalah

indeks-indeks tertentu yang valid di dalam informasi baik

kualitatif maupun kuantitatif yang digunakan dalam penilaian ini.

Tanpa mengindahkan semua usaha pada pengukuran dan pengelompokkan

khusus, si perencana pada akhirnya harus bersandar pada elemen-

elemen kebijaksanaan yang tak pasti berdasarkan pengalaman atau

evaluasi rencana-rencana sebelumnya dalam membuat keputusan

akhir. 

2.1.5. Cara Menetapkan Prioritas Masalah

Untuk dapat menetapkan prioritas masalah ini, ada beberapa hal

yang harus dilakukan, yakni :

1. Melakukan pengumpulan data

Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu

tersedia data yang cukup. Untuk itu perlulah dilakukan

pengumpulan data. Data yang perlu dikumpulkan adalah data yang

berkaitan dengan lingkungan, perilaku, keturunan, dan pelayanan

kesehatan, termasuk keadaan geografis, keadan pemerintahan,

kependudukan, pendidikan, pekerjaan, mata pencaharian, sosial

budaya, dan keadaan kesehatan.

2. Pengolahan Data

Apabila data yang telah berhasil dikumpulkan, maka data

tersebut harus diolah, maksudnya adalah menyusun data yang

tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki

oleh masing-masing data tersebut. Cara pengolahan data yang

dikenal ada tiga macam, secara manual, elektrikal dan mekanik.

3. Penyajian Data

Data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga macam

penyajian data yang lazim dipergunakan yakni secara tekstular,

tabular dan grafikal.

4. Pemilihan Prioritas Masalah

Hasil penyajian data akan memunculkan pelbagai masalah.

Tidak semua masalah dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan

pemilihan prioritas masalah, dalam arti masalah yang paling

penting untuk diselesaikan. 

Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses

yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode

tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling penting

sampai dengan kurang penting. Penetapan prioritas memerlukan

perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada

kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif,

serta dirumuskan secara sistematis. 

Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang

harus diperhatikan, yakni:

1. Besarnya masalah yang terjadi

2. Pertimbangan politik

3. Persepsi masyarakat

4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan. 

Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara

sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Scoring Technique

Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan

memberikan score (nilai) untuk pelbagai parameter tertentu yang

telah ditetapkan. Parameter yang dimaksud adalah :

1. Besarnya masalah

2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan

3. Kenaikan prevalensi masalah

4. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut

5. Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah

tersebut terselesaikan.

6. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah

7. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk

mengatasi masalah.

2. Non Scoring Technique 

Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai

parameter, dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak

tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim

digunakan adalah :

a. Delphin Technique

Yaitu penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan melalui

kesepakatan sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan

prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap

peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan

beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan

adalah prioritas masalah yang dicari.

b. Delbech Technique

Penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan

sekelompok orang yang tidak sama keahliannya. Sehingga diperlukan

penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan pengertian dan

pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta. Lalu diminta untuk

mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan

adalah prioritas. 

2.2 Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan

2.2.1 Pengertian

a. Mutu adalah suatu konsep yang multi dimensi, artinya

pengertiannya akan berbeda-beda dari orang per orang tergantung

pada kepentingan, latar belakang kehidupan, pendidikan, dan

harapan seseorang terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

b. Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan

secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penylakit serta memulihkan kesehatan baik

perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

c. Pelayanan Medik Dasar adalah bagian dari pelayanan kesehatan

yang dilandasi ilmu klinik (clinical science). Pelayanan medik dasar

merupakan pelayanan medik perorangan yang meliputi aspek:

a. Pencehahan primer (health promotion & specific protection)

yang dapat dilakukan oleh tenga non medik dan medik/kesehatan;

b. Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini dan

pengobatan serta pembatasan cacat;

c. Pencegahan tersier, berupa rehabilitsi medik yang dilakukan

oleh dokter/perawat, sesuai dengan kompetensi yang berkaitan

dengan keahliannya.

d. Mutu pelayanan kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak menimbulkan

kepuasan pelanggan (pasien/klien) sesuai dengan tingkat kepuasan

rata-rata pelanggan, serta di pihak lain tatacara

penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan etika profesi yang

telah ditetapkan.

e. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah suatu proses upaya

yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif

dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan standar yang

telah ditetapkan serta menentukan dan melaksanakan cara pemecahan

masalah mutu sesuai dengan kemampuan yang ada dan menilai hasil

yang dicapai guna menyusun saran trindaklanjut untuk lebih

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

f. Kepuasan pelanggan merupakan indikator mutu suatu pelayanan

kesehatan, sehingga pelayanan kesehatan harus diselenggarakan

dengan orientasi pada pemenuhan harapan dan kebutuhan pelanggan.

g. Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi

dan sempurna yang dipergunakan sebagai penerimaan minimal.

Standar menunjuk pada tingkat ideal tercapai yang diinginkan.

2.2.2 Standar Jaminan Mutu

Dalam pendekatan Jaminan Mutu dikenal dua macam standar, yaitu:

1. Standar Persyaratan Minimal, yaitu persyaratan minimal yang

harus dipenuhi untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan

yang bermutu, terdiri atas:

a) Standar masukan

b) Standar proses

c) Standar lingkungan.

2. Standar Penampilan Minimal/Standar Penampilan/Standar

Keluaran, adalah penampilan minimal pelayanan kesehatan yang

masih dapat diterima.

Selain itu standr juga terdiri dari (Burill & Ledoster, Archieving Quality

through Continual Improvement):

a. Standar eksternal: disusun di luar organisasi pemberi

pelayanan.

b. Standar internal: disusun oleh organisasi emberi pelayanan.

Prinsip Jaminan Mutu:

a. bekerja dalam tim;

b. memberikan fokus perubahan pada proses;

c. mempunyai orientasi kinerja pada pelanggan;

d. pengambilan keputusan berdasarkan data;

e. adanya komitmen pimpinan dan keterlibatan bawahan dalam

perbaikan proses pelayanan.

2.2.3 Bentuk Jaminan Mutu

Bertitik tolak dari waktu penyelenggaraannya, maka Jaminan mutu

dapat dibedakan dalam 3 bentuk, yaitu:

a. Jaminan Mutu Prospektif, dilaksanakan sebelum pelayanan

kesehatan diselenggarakan, upayanya terutama ditujukan pada unsur

masukan dan lingkungan. Contoh:

Standarisasi, untuk menjamin pelayanan kesehatan yang

bermutu perlu ditetapkan standarisasi fasilitas pelayanan

kesehatan

Perizinan, setelah terpenuhi standarisasi perlu diikuti

dengan perizinan yang akan ditinjau secara berkala.

Sertifikasi, tindaklanjut dari perizinan, memberikan

sertifikat kepada fasilitas dan atau profesi kesehatan

yang telah memenuhi persyaratan tertentu

Akreditasi, berntuk lain dari sertifikasi, diberikan

kepada fasilitas atau profesi kesehatan setelah memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan.

b. . Jaminan Mutu Konkuren, dillaksanakan bersamaan dengan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Perhatian utama ditujukan

kepada proses, dimana proses itu diukur dengan standar yang telah

ditetapkan, jika pelayanan kesehatan tidalk sesuai dengan standar

maka pelayanan kesehatan tersebut kurang bermutu.

Jaminan mutu konkuren ini paling baik, tetapi sukar dilaksanakan,

sering terjadi bias, untuk menghindarkan bias dilakukan

olehPeeratau tim.

c. Jaminan Mutu Retrospektif, dilaksanakan setelah pelayanan

kesehatan diselenggarakan.

Contoh:

Telaah rekam medik (medical record review

Ulasbalik Jaringan (tissue review)

Survei pelanggan (costumer survey)

Ulasbalik penggunaan (obat, darah, tempat tidur), dll.

2.2.4 Model Jaminan Mutu

Menggunakan pendekatan evolusi yang didasari oleh pandangan bahwa

upaya peningkatan mutu harus dilakukan secara bertahap. Mulai

dari pemecahan masalah sederhana sampai dengan masalah yang

kompleks.

a. Tahap Analisis Sistem

Pada tahap ini yang pertama akan diperbaiki adalah mutu pelayanan

medik dasar, kemudian mutu pelayanan non medik

Yang dimaksud dengan pelayanan medik ialah pelayanan best

practices, yaitu segala kegiatan yang menyangkut: anamnesis,

pemeriksaan fiosik, pengobatan/rujukan dan konseling. Berdasarkan

etika profesi, kemanusiaan, administratif dan yuridis setiap

profesi kesehatan tanpa kecuali dalam setiap menyelenggarakan

pelayanann kepada pasien harus menerapkan semua ketentuan best

practices tersebut. Kenyataan di lapangan best practices sering

diiabaikan, sehingga pasien/klien memperoleh pelayanan kesehatan

yang kurang bermutu dan hak pasien menjadi kurang dipenuhi. Oleh

sebab itu yang menjadi prioritas ditingkatkan terlebih dahulu

ialah mutu pelayanan medik.

Pada tahap ini digunakan daftar tilik untuk mengukur tingkat

kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.

b. Tahap Pendekatan Tim

Upaya pemecahan masalah mutu melalui pendekatan siklus pemecahan

masalah.

Manfaat Program Jaminan Mutu

Penerapan the best practices (memberikan pelayanan kesehatan terbaik)

yang diselenggarakan sesuai dengan standar profesi dan etika

profesi) menghindarkan efek samping, komplikasi, malpraktek,

tuntutan yuridis masyarakat serta dapat mewujudkan pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat

yang selalu berubah dan meningkat (kepuasan pelanggan).

2.2.5 Ruang Lingkup Kegiatan

1. Membangun Kesadaran Mutu

Merupakan upaya penggeseran cara pandang peran dan fungsi

organisasi pelayanan kesehatan dari memberii obat ke melayani

pasien, dari pemeriksaan cepat ke pemeriksaan sesuai standar,

dari pekerjaan saya ke pekerjaan kita dan dari *pelayanan yang

tidak ramah menjadi pelayanan yang ramah dan penuh senyum.

Petugas organisasi pelayanan kesehatan harus mendapat keyakinan

bahwa pendekatan Jaminan Mutu akan memberikan perubahan yang

bermakna bagi kualitas pelayanan yang diberikan dan bersama-sama

dalam satu tim mampu mengidentifikasi masalah di l;ingkungan

pelayanan dan kemudian mencarikan jalan terbaik bagi pemecahan

masalah tersebut.

2. Pembentukan Tim Jaminan Mutu

Berdasarkan Surat Keputusan kepala organisasi pelayanan kesehatan

dan mendapat dukunghan dari kepala organisasi tersebut dan

petugas lainnya. Tim Jaminan Mutu dapat terdiri dari sub-tim yang

mempunyai fungsi tertentu: sub-tim pembuatan standar, sub-tim

pelaksanaan dan sub-tim penilaian kepatuhan terhadap standar dan

evaluasi.Tim Jaminan Mutu harus mendapatkan pelatihan tentang

jaminan mutu. Jumlah anggota tim atau sub-tim dapat berkisar 4-5

orang.

3. Pembuatan Alur Kerja dan Standar Pelayanan

Alur pelayanan ditempel di dinding agar mudah diketahui dan

sebagai penunjuk jalan bagi pasien maupun pengunjung unit

pelayanan kesehatan.

Alur kerja: loket, alur keja pelayanan, laborsatorium, apotik,

dan lain sebagainya yang dibuat dalam bentuk skema, dibingkai dan

ditempel di masing-masing ruang pelayanan terkait serta terlihat

oleh petugas. Pembuatan alur kerja ini sekaligus dapat diikuti

dengan identifikasi berbagai hambatan/kendala yang membuat alur

kerja ini tidak jalan atau membutuhkan waktu yang lama.

Standar pelayanan medik yang penting dibuat dalam bentuk

algoritme medik, misalnya styandar penatalaksanaan diare,

penatalaksanaan demam pada anak, penatalaksanaan anak dengan

batuk dan kesulitan bernafas, penatalaksanaan pasien TB paru, dan

lain-lain.

4. Penilaian Kepatuhan Terhadap Standar

Untuk menilai tingkat kepatuhan, digunakan daftar tilik penilaian

yang telah disiapkan terlebih dahulu. Penilaian tingkat kepatuhan

dilakukan oleh rekan kerja dari unit pelayanan kesehatan lain

(peer review) atau sejawat dari unit pelayanan yang sama tetapi

harus dijaga kerahasiaan rekan yang ditunjuk sebagai penilai

ataupun supervisor dari Dinas Kesehatan Kabupaten.

Sesuai dengan kegunaannya daftar tilik dipakai untuk mengukur

kelengkapan sarana dan prasarana, pengetahuan pemberi pelayanan,

standar kompetensi teknis petugas dan persepsi penerima

pelayanan.

5. Penyampaian Hasil Kegiatan

Data temuan yang terkumpul diolah dan dianalisa untuk kemudian

disajikan dalam Lokakarya Mini oraganisasi/unit pelayanan. Jika

nilai tingkat lkepatuhan di bawah 80% maka keadaan ini perlu

diperbaiki dengan melakukan intervensi terhadap penyebab

rendahnya tingkat kepatuhan terhadap standar.

6. Survei Pelanggan

Dilakukan secara sederhana dengan membuat kuesioner kemudian

dibagikan kepada pasien/klien sambil diminta untuk diisi dan

segera mengembalikannya pada kotak yang tersedia di Puskesmas.

Jika ditemukan lebih darei 5% pasien/klien tidak puas, perlu

dilakukan tindakan segera untuk mengetahui sebab-seba

kertidakpuasan pasien, misalnya melalui studi kualitatif

(disklusio kelompok atau wawancara mendalam) atau menggunakan

kuesioner terstruktur melalui wawancara langsung kepada

pasien/klien

7. Penyusunan Rencana Kegiatan

Sebelumnya tim jaminan mutu secara bersama-sama melakukan

analisis permasalahan melalui siklus pemecahan masalah yanmg

terdiri dari:

i. Identifikasi masalah

ii. Penentuan prioritas masalah

iii. Mencari penyebab masalah

iv. Mencari alternatif pemecahan masalah

v. Menetapkan pemecahan masalah

vi. Menyusun rencana kegiatan pemecahan masalah.

PoA antara lain berisi:

Penanggungjawab pelaksana kegiatan: membuat alat bantu kerja.

Pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan kepatuhan: kalakarya

Melengkapi sarana yang kurang: realokasi atau pengaturan

Cara pemantauan kemajuan pelaksanaan kegiatan

Dari pengalaman ini Puskesmas akan mengerti bahwa mutu itu dapat

ditingkatkan oleh petugas Puskjesm,as secara mandiri, tanpa

bantuan dari luar dan dengan menggunakan cara yang sederhana

hingga ke cara yang lebih kompleks.

Untuk mempermudah proses pemecahan masalah, beberapa instrumen

mutu sederhana dapat digunakan, misalnya:

i. Curah pendapat (brain storming), untuk menggali berbagai

alternatif pemecahan masalah dan solusinya;

ii. Muliple Criteria Utility Assessment (MCUA), untuk pengambilan

keputusan bersama;

iii. Check List

iv. Diagram alur (flowchart) untuk menjelaskan komponen yang

terlibat dalam proses;

v. Diagram Ishikawa (diagram tulang ikan) untukn menggali

kemingkinan penyebab.

vi. Data matrik.

8. Pemantauan dan Supervisi

Kunjungan penyelia (supervisor) kabupaten/kota untuk berkunjung

secara berkala (1-3 bulan sekali) ke Puskesmas untuk memantau

status kegiatan jaminan mutu di suatu Puskesmas.

Beberapa masalah yang ditemui dapat diatasi dengan perbaikan

proses pelaksanaan, akan tetapi dapat pula terjadi masalah yang

ditemui hanya bisa diatasi dengan bantuan sarana-prasarana dari

kabupaten/kota, bahkan mungkin diperlukan bantuan teknis dari

propinsi atau arah kebijakan dari pemerintah pusat.

Keberhasilan kegiatan pemantauan dan supervisi sangat tergantung

pada konsistensi kegiatan (teratur, taat azas serta

berkesinambungan), kapasitas (pengetahuan dan ketrampilan)

penyelia untuk memberikan bantuan teknis, daftar tilik

pemantauan, data status kegiatan dan adanya dukungan kepala unit

organisasi dan Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota untuk

mengatasi masalah/hambatan yang muncul.

9. Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada akhir siklus kerja tim jaminan mutu (3-6

bulan).

Pada akhir tahun, Tim Jaminan Mutu Puskesmas melakukan Penilaian

Kinerja Jaminan Mutu yang telah dilakukan bertempat di aula Dinas

Kesehatan Kabupaten/kota. Bahan presentasi mencakup pencapaian

program terhadap indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dan

penyampaian identifikasi proses pembelajaran atas pelaksanaan

kegiatan selama ini serta rekomendasi/saran tindaklanjut.

Keberhasilan suatu organisasi pelayanan menjalankan suatu

kegiatan dapat menumbuhkan inspirasi dan bahkan menjadi tolok

banding (benchmarking) oleh organisasi pelayanan lainnya untuk

meniru/mencontoh dengan melakukan kunjungan lapangan ke

organisasi pelayananyang telah berhasil tersebut.

 

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Identifikasi dan prioritas masalah kesehatan merupakan

bagian dari proses perencanaan harus dilaksanakan dengan

baik dan melibatkan seluruh unsur terkait. Seluruh proses

penelitian yang dijalankan adalah untuk menjawab pertanyaan

yang sudah ditentukan sebelumnya. Perencanaan kesehatan

harus mengembangkan ketrampilan dalam semua disiplin ilmu

yang diperlukan agar dapat melakukan pendekatan perencanaan

yang seimbang.

3.2 Saran

Diharapkan kepada petugas kesehatan dapat

mempertahankan mutu pelayanan sesuai dengan standar

pelayanan kesehatan. Sehingga penjaminan mutu pelayanan di

Indonesia sesuai dengan hasil yang diharapkan.