Masalah Banjir di Jakarta

33
MASALAH BANJIR DI IBU KOTA JAKARTA Risma R 083001300036 Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknololgi Lingkungan Universitas Trisakti Jurusan Teknik Planologi

Transcript of Masalah Banjir di Jakarta

MASALAH BANJIR DI IBU KOTA JAKARTA

Risma R

083001300036

Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknololgi Lingkungan

Universitas Trisakti

Jurusan Teknik Planologi

ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa penyebab

terjadinya banjir, dampak apa saja yang tejadi akibat banjir, danseperti apa solusi untuk mengatasi kebanjiran.

Wilayah Jakarta sering sekali terkena banjir bahkan hampir setiaptahunnya. Akibat penataan ruang yang salah, banyak masyarakat yangtidak lagi mempedulikan lingkungan disekitarnya. Sehingga banyakmasyarakat yang membangun rumah dibantaran sungai serta membuangsampah ke sungai, selain itu penebangan hutan yang tidak terkontrolmerupakan salah satu penyebab banjirnya di Jakarta.

Jakarta sebagai Ibukota Negara yang merupakan citra negara danbarometer ekonomi, setiap waktu harus ada peningakatan pembangunanagar tidak berakibat fatal. Dengan kata lain, yang ditimbulkannnyatidak banyak merusak dan merugikan masyarakat sekitarnya. Oleh sebabitu, usaha-usaha untuk mencegah dan mengurangi akibat terjadinyabanjir harus segera dilakukan.

Sebagai kota yang berada di daratan rendah, Jakarta tidakterlepas dari ancaman banjir yang sewaktu-waktu dapat menyerang.Menurut catatan sejarah Ibu kota Jakarta telah dilanda banjir sejaktahun 1621. Hingga kini banjir masih belum berhenti menyerang, apalagiketika musim penghujan tiba.

Banjir yang terjadi di Jakarta dapat menyebabkan dampak negatifbagi masyarakat, terutama adalah dampak terhadap kesehatan danlingkungan.

Tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak banjir yaitu :

1. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu sesuai fungsi lahan2. Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta

daerah banjir3. Tidak membuang sampah sembarangan4. Pemasangan pompa unyuk daerah yang lebih rendah permukaan laut5. Membuat program penghijaun daerah hulu sungai6. Menegakkan aturan dengan menindak tegas semua pelanggar

pembuangan sampah tanpa terkecuali termasuk oknum polisi yangberbuat pungli.

7. Memperbanyak dan terus menerus, mengingatkan masyarakat melaluispanduk, brosur, ataupun iklan tentang disiplin pembuangansampah. Baik di media Cetak ataupun media elektronik.

8. Menindak tegaskan peraturan mengenai penebangan pohon liar.9. Membuat lubang biopori sebagai lubang resapan air hujan10. Melakukan berbagai pendekatan seperti pendekatan konsep

pengelolaan DAS, pendekatan non struktural yaitu melaksanakanpencegahan banjir  melalui pendekatan secara menyeluruh danmelakukan konservasi tanah dan air yang dilakukan  sebelum airsampai di badan sungai, serta pendekatan teknik.

i

KATA PENGANTARJakarta sebagai ibu kota negara Indonesia yang tercantum dalam

Undang-Undang No. 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi DKIJakarta sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Selain sebagai ibu kota negara, provinsi DKI Jakarta sekaligus sebagaidaerah otonom pada lingkup provinsi memiliki tugas, hak, wewenang, dantanggung jawab tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalampembangunannya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, Jakartamemiliki berbagai masalah yang sampai saat ini belum terselesaikan.Salah satunya banjir yang menjadi masalah setiap tahunnya terutamasaat musim penghujan, mengundang keprihatinan berbagai pihak.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yangmenimbangkan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hakasasi setiap warga Negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalamPasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Namun jika diamati, masalah banjir yang terus-menerus terjadi hampirsetiap tahunnya mengancam terciptanya lingkungan hidup yang baik dansehat.

Sehubungan dengan cara untuk mencoba menanggulangi banjirtersebut, maka berbagai masalah penyebab banjir pun mulai muncul darimasalah sampah, curah hujan yang tinggi, peluapan air yang berlebihan,

pecahnya bendungan sungai, serapan air yang buruk, hingga pemukimanliar dan pemukiman padat penduduk.

Dengan begitu banyak masalah yang dapat mengakibatkan banjir.Maka masalah yang akan di bahas dalam penulisan ini ialah Banjir DiIbu Kota Jakarta dan juga permasalahan yang menjadi penyebab banjirtersebut.

Demikianlah tugas ini disusun, semoga bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta 21 Oktober 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISIABSTRAK ..................................................................................................................... iKata Pengantar

........................................................................................................ iiDaftar Isi

..................................................................................................................... iii

BAB 1

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang.................................................................

...........................11.2 Perumusan Masalah.................................................................

.............. 31.3 Tujuan Penulisan................................................................

............................ 31.4 Kerangka Teori.................................................................

...........................41.5 Identifikasi Masalah.................................................................

.............. 41.6 Pembatasan Masalah.................................................................

.............. 4

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Banjir.................................................................

...........................52.2 Karakteristik Banjir.................................................................

...........................62.3 Dampak Yang Di Timbulkan Oleh Banjir..................................................... 122.4 Penyebab Terjadinya Banjir.................................................................

.............. 142.5 Solusi Penanganan Banjir.................................................................

.............. 16

BAB 3PENUTUP

Kesimpulan ......................................................................................................... 21

Solusi dan Saran.................................................................

...........................21

DAFTAR PUSTAKA.................................................................

........................................ 22

Iii

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai kota yang berada di daratan rendah, Jakarta tidak terlepasdari ancaman banjir yang sewaktu-waktu dapat menyerang. Menurutcatatan sejarah Ibukota Jakarta telah dilanda banjir sejak tahun 1621.Jan Pieterszoon Coen memimpikan duplikat Amsterdam di Belanda ketikameminta Simon Stevin merancang sebuah kota di muara Sungai Ciliwungyang sering kebanjiran pada 1619. Kota yang dibangun di atasreruntuhan Jayakarta itu dikelilingi parit-parit, tembok kota, lengkapdengan kanal. 

Dengan kanal-kanal itu, Coen berharap bisa mengatasi banjir,sekaligus menciptakan sebuah kota yang menjadi lalu lintas pelayaran,sebagaimana kota-kota di Belanda. Sungai Ciliwung yang berkelok-kelokdialihkan dan digantikan sebuah terusan lurus, Kali Besar, memotongkota menjadi dua bagian. Namun, impian Coen hanya bertahan singkat.Kota Batavia, yang dibangun Coen, memang sempat dijuluki ”Venesia dariTimur”.

Namun, tak lama kemudian, pertumbuhan kota tak terkendali, rumah-rumah yang ada sempit dan berimpit. Endapan lumpur yang memampetkanterusan berbau busuk dan menjadi sarang malaria. Salah satu bencanabanjir terparah yang pernah terjadi di Batavia adalah banjir yangterjadi di bulan Februari 1918. Saat itu hampir sebagian besar wilayahBatavia terendam air. Daerah yang terparah saat itu adalah gunungSahari, Kampung Tambora, Suteng, dan Kampung Klenteng akibat bendungankali Grogol jebol.

Bencana banjir langganan yang hampir selalu terjadi terjadi padaakhir Januari dan awal ekonomi sehingga memerlukan keterpaduan,koordinasi dan partisipasi masyarakat yang sangat luas Pebruari  diJakarta merupakan indikator yang sangat nyata telah terjadinyakerusakan lingkungan.  Kegiatan dan aktivitas manusia yang bersifatmengubah pola tata guna lahan, atau pola  penutupan lahan dalam suatuDaerah Aliran Sungai (DAS) dapat mempengaruhi besar–kecilnya  air yangdihasilkan dari DAS akibat suatu kejadian hujan. Pelanggaran terhadapTata Ruang,  penegakan hukum yang lemah dan kerusakan hutan, yang

terletak dihulu-hulu sungai secara  langsung merupakan indikasipenyebab terjadinya banjir saat ini.

 Pengelolaan banjir tidak bisa dilepaskan dari konsep pengelolaanDAS secara umum, mengingat  pengelolaan DAS merupakan konseppengelolaan yang sangat luas, karena menyangkut pola  pengelolaansumberdaya air dan pola pengelolaan sumberdaya alam dalam batas danfungsi yang  saling terkait. Pengelolaan DAS dapat dengan jelasmempunyai batas ekologis dan dapat dengan  jelas dibatasi di lapangansebagai unit ekologis terkecil. Pengelolaan DAS merupakan  perpaduanantara manajemen sistem alam, sistem biologi dan manusia sebagaibagian dari sosial.

Hingga kini banjir pun belum berhenti meyerang Jakarta. Akibatpenataan ruang yang salah masayarakat banyak yang membangun rumahdibantaran sungai dan membuang sampah di sembarang tempat, tidak hanyasungai atau kali tetapi juga disaluran air seperti selokan yangmenyebabkan penyumbatan dan meluapnya air, apalagi ketika musimpenghujan telah tiba. Hal ini mengancam terciptanya lingkungan hidupyang baik dan sehat.

Program penaggulangan banjir di DKI Jakarta sudah banyak dilakukandengan curahan dana dan  usaha yang besar, tetapi kejadian banjirtetap berulang. Masalah yang dihadapi nampaknya bukan  semata-mataterletak pada hal teknis, tetapi pada masalah belum diatasi dari akarpermasalahhannya sebenarnya Untuk mendiagnosis permasalahan banjir diDKI  Jakarta diperlukan ka jian karakteristik banjir dan DAS yangmengalir di wilayah DKI Jakarta sehingga permasalahan pokokpenyebabnya dapat ditanggulangi, serta masih bersifat parsial,kelembagaan pengelolaan DAS belum  berfungsi dan lemahnya kebijakanpublik, khususnya menyangkut lemahnya pertanggunggugatan(accountability ) pengelolaan DAS dan sumberdaya air yang merupakansumberdaya  publik.

Selain itu, pendekatan teknis yang telah dan akan dilakukan belummenggunakan DAS  sebagai unit analisis, tetapi cenderung bersifatparsial, keproyekan, sektoral atau terkait dengan  kewenangan wilayahadministratif semata.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan banjir ?2. Apa dampak yang ditimbulkannya ?3. Apa penyebab banjir ?4. Bagaimana cara mengatasi banjir di ibu kota ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Utuk mengetahui pengertian banjir2. Untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan oleh

banjir khususnya di ibu kota3. Untuk mengetahui cara mengatasi banjir4. Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya banjir

1.4 Kerangka Teori

Teori mengenai banjir, banjir adalah proses alam yang biasa danmerupakan bagian penting dari mekanisme pembentukan dataran di Bumikita ini. Melalui banjir, muatan sedimen tertransportasikan daridaerah sumbernya di pegunungan atau perbukitan ke daratan yang lebihrendah, sehingga di tempat yang lebih rendah itu terjadi pengendapan

dan terbentuklah dataran. Melalui banjir pula muatan sedimentertransportasi masuk ke laut untuk kemudian diendapkan diendapkan ditepi pantai sehingga terbentuk daratan, atau terus masuk ke laut danmengendap di dasar laut. Banjir yang terjadi secara alamiah ini sangatditentukan oleh curah hujan.

1.5 Identifikas Masalah

Banjir yang terjadi di Jakarta akibat dari aktivitas manusiasendiri yang membuang sampah ke sungai, menebang hutan yang tidakterkontrol dan penempatan tata ruang yang salah. Dampak dari bencanabanjir ini juga disebabkan tidak ada pencegahan dari pemerintah untukmembantu mencegah bencana banjir yang melanda ibukota negara. Faktorpenyebab banjir itu bukan karena alam dan letak geografis saja tetapiaktifitas manusia yang merusak lingkungan juga merupakan salah satupenyebab timbulnya banjir yang di Jakarta.

1.6 Pembatasan Masalah

Dalam makalah ini hanya akan dibahas apa yang dimaksud denganbanjir, faktor yang menyebabkan banjir seperti sampah, penebanganhutan, curah hujan yang tinggi dan pemukiman dibantaran sungai. Olehkarena itu, dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai penyebabbanjir, dan bagaimana cara menanggulangi banjir.

Analisa ini dibangun untuk sebatas kegiatan penanggulangan banjirpada Ibukota Jakarta khususnya didaerah bantaran sungai ciliwung.Adapun data data wilayah - wilayah yang terkena banjir seperti JakartaTimur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan JakartaPusat.

Data data tersebut guna untuk kepentingan masyarakat Ibu kotaJakarta. Agar dapat menanggulangi banjir.

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Banjir

Secara alamiah, banjir adalah proses alam yang biasa dan merupakanbagian penting dari mekanisme pembentukan dataran di Bumi. Melaluibanjir, muatan sedimen tertransportasikan dari daerah sumbernya dipegunungan atau perbukitan ke daratan yang lebih rendah, sehingga ditempat yang lebih rendah itu terjadi pengendapan dan terbentuklahdataran. Melalui banjir pula muatan sedimen tertransportasi masuk kelaut untuk kemudian diendapkan diendapkan di tepi pantai sehinggaterbentuk daratan, atau terus masuk ke laut dan mengendap di dasarlaut. Banjir yang terjadi secara alamiah ini sangat ditentukan olehcurah hujan.

Perlu di sadari bahwa banjir itu melibatkan air, udara dan bumi.Ketiga hal itu hadir di alam ini dengan mengikuti hukum-hukum alamtertentu yang selalu dipatuhinya. Seperti, air mengalir dari atas kebawah, apabila air ditampung di suatu tempat dan tempat itu penuhsedang air terus dimasukkan maka air akan meluap.

Karena manusia dapat mempengaruhi debit aliran permukaan dan dapatmempelajari karakter aliran sungai, maka berkaitan dengan banjir kitadapat mengatakan bahwa manusia dapat memilih takdirnya sendiri.

2.2 Karakteristik Banjir

a. Kontribusi wilayah banjir

Kejadian banjir terbesar yang pernah melanda DKI Jakarta adalahkejadian banjir  tahun 2002,2007, serta tahun 2013. Permasalahanbanjir di DKI Jakarta tidak bisa lepas dari  keberadaan 13 sungai yangbermuara di bagian Utara Jakarta. Ketiga belas sungai itu  masing-masing: Kali Mookervaart, Kali Angke, Kali Pasangrahan, Kali Grogol,Kali  Krukut, Kali Baru Barat, S. Ciliwung, Kali Baru Timur, KaliCipinang, Kali Sunter, Kali  Buaran, Kali Jati Keramat dan KaliCakung. Ke 13 sungai tersebut ada yang bermula  dari daerah Serpong,Parung, Depok, dan Sungai Ciliwung yang merupakan sungai  terpanjangyang melalui DKI Jakarta berhulu didaerah Bogor, Puncak dan berasaldari sekitar Gunung Pangrango.

Secara administratif kebedaraan sungai-sungai tersebut ada di duapropinsi dan 8  wilayah adminstratif setingkat Kabupeten dan Kotamasing-masing 3 Kab/kota diluar  DKI Jakarta yaitu Kab Bogor, KotaBogor, Depok, dan 5 wilayah Kota berada di DKI  masing- masing JakartaTimur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara dan JakartaPusat.

Berdasarkan peta administratif dan batas DAS/Sub DAS 58 % (85.650ha) berada diluar  wilayah DKI Jakarta serta 42 % (62.730 ha) beradadi wilayah administratif DKI Jakarta,  sehingga dengan demikianpenyebab banjir di DKI Jakarta tidak terlepas dengan  perkembanganpembangunan dan perubahan tataguna lahan dan penutupan lahan yang  adadi luar DKI –Jakarta. Data sebaran luas DAS di masing-masing DAS/SubDAS tahun 2002 secara lengkap disajikan pada Tabel di bawah ini.

No.

WILAYAH

Kehilanganaktifitasekonomi

Kehilangantransportasi dantelekomunikasi

Kerusakanlangsung

Kerusakantidaklangsung

Totalkerusakan

1 Jakarta selatan

112.228

4.562 265.598

126.007

470.010

2 Jakarta timur

153.008

7.010 341.560

165.052

607.935

3 Jakarta pusat

405.415

12.110 225.745

425.731

781.772

4 Jakarta barat

818.372

29.688 233.365

935.127

3.923.389

5 Jakarta utara

1.043.676

25.182 2.221.256

1.207.945

4.104.242

Jumlah 2.536.698

78.552 5.379.523

2.859.933

9.887.347

Berdasarkan sebaran DAS yang mengalir ke Jakarta maka penangananbanjir di DKI  Jakarta harus dilakukan secara menyeluruh pada seluruhDAS, dan tidak hanya berasal  dari daerah di luar Jakarta saja, tetapijuga termasuk penataan wilayah di DKI Jakarta sendiri. Penataan danpenaggulangan harus dilakukan secara komprehensif terhadap 13  sungaiyang mengalir di DKI Jakarta. Perubahan penutupan lahan akibatpermukiman  dan hilangnya beberapa resapan air apabila tidakditanggulangi secara cepat,   konprehensif dan terpadu hanya akanmemperparah bahaya banjir di kemudian hari.

b. Kontribusi DAS Ciliwung

DAS Ciliwung dari mulai hulu sampai titik patusan (outlet) diTeluk Jakarta meliputi areal seluas  347 km2. Panjang sungai utamanyaadalah 117 km. DAS Ciliwung  dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: hulu,tengah dan hilir, masing-masing dengan stasiun  pengamatan arus sungaidi Bendung Katulampa Bogor, Ratujaya Depok, dan Pintu Air  ManggaraiJakarta Selatan. Masing-masing bagian tersebut mempunyai karakteristikiklim, fisik, penggunaan lahan, dan sosial ekonomi masyarakat yangberbeda-beda.

Bagian hulu DAS Ciliwung mencakup areal seluas 146 km2 yangmerupakan daerah pegunungan  dengan elevasi antara 300 m sampai 3.000m dpl. Di bagian hulu paling sedikit terdapat 7 Sub  DAS, yaitu SubDAS yaitu: Tugu, Cisarua, Cibogo, Cisukabirus, Ciesek, Ciseuseupan,dan  Katulampa. Bagian hulu dicirikan oleh sungai pegunungan yangberarus deras, variasi kemiringan  lereng yang tinggi, dengankemiringan lereng 2-15% (70,5 km2 ), 15-45% (52,9 km2), dan  sisanyalebih dari 45%. Di bagian hulu masih banyak dijumpai mata air yangbergantung pada  komposisi litografi dan kelulusan batuan.

Penguasaan lahan di bagian hulu dapat dikelompokkan menjadi lahannegara, hak milik dan hak  guna usaha. Lahan negara dalam bentukkawasan hutan dikelola oleh pemerintah c.q Balai  Taman Nasional Gede-

Pangrango (Kawasan Taman Nasional), Balai Konservasi Sumberdaya  Alam(Kawasan Hutan Cagar Alam Telaga Warna) Departemen Kehutanan, danPerum  Perhutani (Kawasan Lindung dan Produksi). Lahan dalam bentuksetu dan badan sungai dikelola  oleh Pemda dan pemerintah c.q BalaiPengelolaan Sumberdaya Air, Departemen Pemukiman  dan  PrasaranaWilayah. Lahan milik umumnya digunakan untuk kebun, sawah tadah hujan,dan  teknis, tegalan/ladang, pemukiman dan tempat rekreasi. Sedangkanlahan dalam bentuk hak guna  usaha digunakan sebagai kebun (PTP VIIIGunung Mas dan PT Ciliwung). Lahan milik  umumnya dimilki oleh orangyang bertempat tinggal di luar lahan milik tersebut.  Secaraadministratif pemerintahan, bagian hulu DAS Ciliwung sebagian besartermasuk wilayah  Kabupaten Bogor (Kecamatan Megamendung, Cisarua danCiawi) dan sebagian kecil Kota  Madya Bogor (Kecamatan Kota BogorTimur dan Kota Bogor Selatan). Jumlah penduduk tahun  1999 di tigakecamatan Kabupaten Bogor adalah 225.171 jiwa, dengan tingkatkepadatan per kecamatan antara 1.292-2.746 jiwa/km2.

Bagian tengah mencakup areal seluas 94 km2 merupakan daerahbergelombang dan berbukitbukit  dengan variasi elevasi antara 100 msampai 300 m dpl. Di bagian Tengah terdapat dua anak  sungai, yaitu:Cikumpay dan Ciluar, yang keduanya bermuara di S. Ciliwung. Bagiantengah S. Ciliwung didominasi daerah dengan kemiringan lereng 2-15%.

Penggunaan lahan di bagian tengah DAS Ciliwung juga masihdidominasi penggunaan lahan  untuk pertanian dan perkebunan, yaitu 73%dari luas DAS Ciliwung Tengah (Singgih, 2000,  dalam Pawitan, 2002)Penguasaan lahan di bagian tengah seperti halnya di bagian hulu dapatdikelompokkan menjadi lahan negara, hak milik dan hak guna usaha.Lahan negara dalam bentuk  kawasan hutan dikelola oleh pemerintah c.q..PT Perhutani (Kawasan Lindung dan Produksi).  Lahan dalam bentuk setudan badan sungai dikelola oleh Pemda dan Pemerintah c.q BalaiPengelolaan Sumberdaya Air, Departemen Pemukiman dan PrasaranaWilayah. Lahan milik  umumnya digunakan untuk kebun, sawah tadahhujan, dan teknis, tegalan/ladang, pemukiman  dan tempat rekreasi.Sedangkan lahan dalam bentuk hak guna usaha digunakan sebagai kebun.Secara administratif pemerintahan, bagian tengah DAS Ciliwung termasukwilayah Kabupaten  Bogor (Kecamatan Sukaraja, Cibinong, Bojonggede danCimanggis), Kota Madya Bogor  (Kecamatan Kota Bogor Timur, Kota BogorTengah, Kota Bogor Utara, dan Tanah Sereal) dan Kota AdministratifDepok (Kecamatan Pancoran Mas, Sukmajaya dan Beji).

Bagian hilir sampai stasiun pengamatan Kebon Baru/Manggarai padaelevasi P+8 m mencakup  areal seluas 82 km2 merupakan dataran rendah

bertopografi landai dengan elevasi antara 0 m  sampai 100 m dpl.Bagian hilir didominasi daerah dengan kemiringan lereng 0-2 %, denganarus  sungai yang tenang. Bagian lebih hilir dari Manggarai dicirikanoleh jaringan drainase, yang sudah dilengkapi dengan Kanal Baratsebagai penangkal banjir berupa saluran kolektor.

Bagian hilir sampai dengan Pintu Air Manggarai termasuk wila yahadministrasi pemerintahan  Kota Madya Jakarta Selatan dan JakartaPusat, lebih ke hilir dari Pintu Air Manggarai, termasuk  saluranbuatan Kanal Barat, Sungai Ciliwung ini melintasi wilayah Kota JakartaPusat, Jakarta  Barat dan Jakarta Utara. Penggunaan lahan di bagianhilir didominasi oleh lahan hunian (build up  areas), jaringan jalan,badan sungai dan saluran drainase lainnya, sedikit lahan hijau dalambentuk taman.

Kejadian banjir yang diartikan sebagai luapan aliran permukaandari penampungan merupakan  phenomena alam sebagai akibat sebagianhujan langsung berubah menjadi aliran permukaan dan  tidak tertampungoleh tanah dan penampungan permukaan baik dalam bentuk kolam,danau/setu,  badan sungai dan saluran drainase. Faktor yang salingberpengaruh terhadap phenomena alam  banjir ini dapat dikelompokanmenjadi dua kelompok yaitu faktor bentukan alam, yang  dipengaruhitidak hanya oleh kondisi lokal tetapi juga kondisi global (iklim,pasang surut muka  laut, morfologi) dan faktor bentukan manusia(penggunaan lahan, saluran drainase buatan  Berdasarkan pengamatandata curah hujan yang terekam di beberapa stasiun pada saat terjadibanjir th 2002 terlihat bahwa curah hujan harian yang turu di Halim PKdan Ciledug merupakan  periode ulang 2 tahunan, di daerah Depok,Citeko, Tajung Priok, dan Darmaga periode ulang 5  tahun, dan dikantor pusat BMG merupakan periode ulang 10 tahun, sehingga dengandemikian  waktu frekwensi terjadinya banjir seperti tahun 2002 kisaranwaktunya antara 2 sampai 5 tahun,  sehingga perlu mendapat perhatianyang sangat serius.

Akan tetapi apabila dilihat dari curah  hujan kumulatif 2 hari(Duration Dept Frekwensi (DDF) curah hujan yang terjadi tergolongtinggi dengan kisaran 130-295 mm.

N Nama Stasiun Curah Curah Tanggal

o. Huajan 1hari (mm)

Hujan 2hari (mm)

1 Halim PK 107.6 185.6 1-2 Feb2002

2 Depok 150 165 31 jan-1feb 2002

3 Cengkareng 88 167.5 27-28jan 2002

4 Tanggerang 83 143.5 27-28jan 2002

5 Tanjung Priok 137.5 216.2 1-2 feb2002

6 Pakubuwono 90 137 29-30jan 2002

7 Cileduk 109 132 22-23jan 2002

8 Darmaga 127 177.5 31 jan-1feb 2002

9 Gunung Mas 147 230 30-31jan 2002

Penyebaran curah hujan di wilayah DKI dan DAS Ciliwung

Distribusi curah hujan di wilayah DKI dan DAS Ciliwung

Akibat curah hujan yang turun selama awal Januari 2002,menyebabkan kondisi tanah telah jenuh air,  sehingga sangat sedikit

air yang dapat diinfiltrasikan Pada tanggal 30 Januari terjadipengaruh  pasang air laut yang tertinggi di pantai utara Jakarta,sehingga curah hjan yang tinggi di bagian  hulu DAS Ciliwung bersamaandengan terjadinya pasang tertinggi sehingga banjir pada akhir  Januari2002 merupakan gabungan antara kondisi pasang surut dan pola curahhujan yang tinggi  yang terjadi di bagian hulu dan hilir DAS Ciliwungserta Jakarta dan sekitarnya. Kondisi Pasang surut secara lengkapdisajikan pada tabel di bawah ini.

No

Tanggal Tinggi Pasut diTanjung Priok (cm)

1 27 Januari 2002 2502 28 Januari 2002 2503 29 Januari 2002 2524 30 Januari 2002 2605 31 Januari 2002 2406 1 Februari 2002 2307 2 Februari 2002 2308 3 Februari 2002 220

Kondisi pasang surut pada akhir januari dan awal Februari 2002 diTanjung Priok-Januari

Pada tanggal 4 Pebruari 2002 yang merupakan banjir besar dan belumjuga surut, telah  menurunkan kapasitas saluran akibat bajirsebelumnya, terutama sampah dan material  telah menutupi sebagiansaluran. Banyak sumbatan dan hambatan yang terjadi, tidak adapengaruh pasang surut, dan sebagian hujan belum juga berhenti.Beberapa pompa tidak berfungsi sehingga banjir masih berlangsung.

Berdasarkan pola induk yang telah dibuat th 1973 dan kemudiandisempurnakan th 1997  setelah ada banjir besar yang melanda th 1996,nampak bahwa telah terjadi kenaikan  debit rencana pada semua badansungai yang ada di DKI-Jakarta, Master plan  Cengkareng drain telahdinaikan dari 390 m3/det menjadi 620 m3/det, sementara sungaiCiliwung telah dinaikan dari 370 m3/det menjadi 570 m3/det. Perubahanpola induk ini  untuk mengantisipasi kenaikan debit sungai-sungai yangada di DKI-Jakarta akibat  perubahan tata guna lahan, khsusnyakurangnya daerah resapan dan terlalu dominannya  permukiman yanghampir menutup seluruh DKI Jakarta akibat pesatnya pertumbuanpermukiman di beberapa kawasan Jabotabek dan sekitarnya.

Perubahan kenaikan debit ternyata tidak hanya terjadi di daerahhilir akan tetapi terjadi juga di  daerah hulu. Di sungai Ciliwungyang meliputi Ciliwung hulu di daerah Katulampa dan  Ciliwung tengah(Depok) juga terjadi kenaikan debit yang sangat signifikan terutamasejak th  1980 kenaikan debit puncak sudah sangat mengawatirkan.Sebelum th 1980 debit masium di  Ciliwung hulu (Katulampa) masihberada di bawah 200 m3/det, akan tetapi saat ini kondisinya  terusmenunjukkan kenaikan yang sangat signifikan seperti yang terlihat padagambar di bawah ini.

Indikasi kenaikan debit puncak merupakan indikator yang sangatnyata telah terjadi perubahan  tata guna lahan yang serius di DASCiliwung bagian hulu. Perubahan tata guna lahan di daerah  hulu iniakan secara nyata pula telah menaikan debit maksimum menjadi 4 kalilebih besar  dibanding era tahun 80- an. Perubahan debit masimumsecara otomatis harus segera  ditanggulangi, dengan melakukan penataanDAS dari hulu sampai hilr. Perencanaan  pembanguna dan pola tataruangharus berbasis DAS dan seoptimal mungkin dapat memasukan curah hujanke dalam tanah.

Dalam era 20 tahun terakhir selain terjadi kenaikan debit maksimumjuga telah terjadi penurunan  data debit minimum pada musim kering,sehingga dengan fakta ini indikator kerusakan daerah  hulu SungaiCiiwung sudah sangat parah hal ini terlihat dari semakin menurunnyadebit rendah  (base flow) pada saat musim kering dan semakin naiknyadebit puncak pada musim hujan.  Kondisi ke 12 sungai lainnya yang adadi Jakarta di indikasikan kondisinya tata airnya lebih  parahdibanding DAS Ciliwung karena prosentase penutupan lahan yang mampumeresapkan airnya jauh lebih sedikit.

Berdasarkan data kejadian banjir tahun 2002 total curah hujanharian selama 3 hari berturut-turut  dari tgl 29 s/d 31 Januari 2002untuk Ciliwung hulu tercatat 233 mm, dan dari total curah hujantersebut sebesar 62,3 % telah berubah menjadi aliran permukaan dengantotal run off 145 mm dengan debit aliran maksimum sebesar 378 m3/detyang berlangsung selama 5 jam berturut-turut.

Debit maksimum th 2002 tercatat 525 m3/det yang terjadi padatanggal 18 Januari 2002  yang diakibatkan oleh hujan sebesar 66 mmselama dua hari dan berubah menjadi aliran  permukaan sebesar 50 mmatau 75 % dari total curah hujan tetapi hanya berlangsung selama 2 jamsehingga tidak menimbulkan banjir yang besar dibanding kejadian akhirJanuari.

Kejadian banjr th 1996 yang pernah terjadi sangat berbeda denganfenomena banjir th 2002 yang  lalu, serta banjir yang terjadi padaJanuari 2004 yang baru lalu dimana hujan lokal di DKI Jakarta  yanglebih berperan. Kejadian banjir th 1996 lebih banyak disebabkan karenaterjadinya curah  hujan yang tinggi di daerah hulu, yang tidak mampudiresapkan sehingga terjadi banjir yang  hebat di daerah hilir.Berdasarkan hasil kajian hidrograf pada tanggal 6 Januari 1996 debitS.  Ciliwung di Katulampa telah mencapai 740 m3/det, dan berada dikisaran diatas 400 m3/det  selama lebih dari 10 jam sehingga Jakartamengalami banjr yang hebat, yang diakibatkan oleh  kejadian hujan dihulu yang tercatat di daerah Gadog curah hujan mencapi 250 mm. Dengancurah hujan 230 mm di th 1998, debit S. Ciliwung di Katulampa sebesar651 m3/det, dan th 1999  dengan curah hujan 220 mm debitnya mencapai610 m3/det. Dari data yang tersedia terlihat  bahwa kapasitas saluransungai di Jakarta khususnya Kali Ciliwung yang didesain hanya 570m3/det hampir setiap 2 tahun sekali akan terlampaui, sehingga dengandemikian daerah hulu S.  Ciliwung perlu mendapat perhatian yangserius, karena tanpa perbaikan daerah hulu Ciliwung,  pembuatan kanaldi Jakarta tidak akan mampu manggulangi banjir yang ada.

Berdasarkan penelusuran banjir dengan menggunakan analisis input-output model Muskingum,  antara stasiun Katulampa, Depok dan Manggaraiterlihat bahwa lama waktu tempuh aliran  antara Katulampa ke Depoksebesar 7 jam, dari Depok ke manggarai 1 Jam, sementara waktukonsentrasi aliran di Katulama sebesar 3 Jam sehingga dengan demikianwaktu tempuh aliran  berkisar 10 jam sejak terjadinya hujan di bagianhulu DAS Ciliwung. Penurunan debit dari  Katulampa ke Depok sebesar25-27 % sementara dari Depok ke manggarai terjadi penurunan  debitpuncak sebesar 5 %. Adanya perbedaan waktu tempuh ini seharusnya bisadigunakan untuk  sistem peringatan dini, sehingga tingkat kerugianyang terjadi bisa dielimenir, paling tidak  masyarakat dpat diberitahukapan banjir itu datang sehingga masyarkat tidak kaget dan mampumenyelamatkan beberapa harta bendanya dari gangguan air yang mendadakmampu merendam  tempat tinggal mereka.

2.3 Dampak yang ditimbulkan oleh banjir .Banjir yang terjadi  selalu menimbulkan kerugian  bagi mereka yang

terkena banjir baik secara langsung maupun tidak langsung yang dikenalsebagai dampak banjir.

Dampak banjir  akan dialami langsung oleh mereka yang rumah ataulingkungannya terkena air banjir. Jika banjir berlangsung lama akan

sangat merugikan karena aktivitas akan banyak terganggu.Segalaaktivitas tidak nyaman dan lingkungan menjadi kotor yang berdampakkurangnya sarana air bersih dan berbagai penyakit mudah sekalimenjangkiti warga yang terserang banjir.

Dampak banjir yang terjadi sering kali menganggu kesehatanlingkungan dan kesehatan warga. Lingkungan tidak sehat karena segalasampah dan kotoran yang hanyut seringkali mencemarilingkungan .Sampah-sampah terbawa air dan membusuk mengakibatkanpenyakit gatal-gatal di kulit, dan lalat banyak beterbangan karenasampah yang membusuk sehingga sakit perut juga banyak terjadi. Sumberair bersih tercemar sehingga mereka yang terkena banjir kesulitan airbersih dan mengkonsumsinya karena darurat, sebagai penyebab diare.

Dampak banjir memang luar biasa luas. Rumah bisa rusak gara-garaterendam banjir. Barang-barang perabotan rumah tangga jika tidaksegera diselamatkan bisa hanyut dan rusak pula. Yang lebih parah jikapenduduk yang memiliki usaha rumahan bisa terganggu aktivitasproduksinya sehingga mengakibatkan kerugian.

Kerugian akibat tidak bisa produksi berdampak pada karyawan yangbergantung nasib pada usaha tersebut. Kerugian tidak berjalannyaproduksi bisa kehilangan pelanggan, kemacetan modal serta kerusakanalat gara-gara banjir. Jika terus menerus situasi terjadi demikianmengakibatkan macetnya ekonomi kerakyatan yang kemudian berdampak padasemakin meningkatnya masalah sosial di lingkungan masyarakat yangsering di landa banjir.

Sering kali dampak banjir ini bukan sekedar membawa dampakkerugian material.  Akibat banjir sering kantor, sekolah atau instansibahkan pribadi harus kehilangan dokumen penting kependudukan dansejenisnya.

Akibat banjir sering kali sekolah harus diliburkan paksa dariaktivitas belajar. Seluruh siswa dan dan guru tidak bisa beraktivitasrutin, bahkan terkadang banyak berkas dan data penting yang disimpansekolah rusak terendam banjir.

Banjir memang tidak bisa diketahui kapan datangnya, namun jugadapat diantisipasi dengan menyiapkan diri menyelamatkan dokumenpenting  ke tempat yang lebih tinggi. Membuat bangunan khusus yangbertingkat yang aman untuk meletakkan dokumen penting serta alat-alatbelajar yang rentan rusak bila terendam banjir bagi sekolah yangberada di daerah rawan banjir adalah perlu.

Bencana banjir yang melanda beberapa wilayah Indonesia di awaltahun ini, semakin banyak mengusik ketenangan masyarakat.  Aktivitasangin muson di seputar benua Asia menyebabkan curah hujan di Sumaterabagian selatan dan Jawa semakin meningkat. Di Kalimantan aktifitasangin bertiup begitu kencang disertai hujan lebat dan mulaimemporakporandakan sejumlah bangunan serta sejumlah pohon bertumbangankondisi seperti ini juga sering menimbulkan munculnya angin putingbeliung yang sering melanda beberapa tempat di kawasan ini.

Banjir yang melanda ibu kota Jakarta telah melumpuhkan aktivitaswarga terutama transportasi jalan, bandara maupun stasiun kereta.Situasi ini juga diprediksi akan melemahkan perekonomian Jakarta,akibat banyaknya kantor-kantor baik swasta maupun pemerintahan tidakberoperasi akibat akses staf maupun karyawan menuju kantor terhadangbanjir selain beberapa kantor juga mengalami genangan banjir.

 Jakarta yang juga merupakan sentral bisnis di Indonesia mengalami

gangguan dalam aktivitas ekonomi akibat terhentinya putaran ekonomiakibat banjir menyerang kawasan-kawasan sentral ekonomi seperti ruasjalan ibu kota, bundaran HI, bandara, terminal, stasiun juga kawasanindustri pulogadung yang kebanyakan industri pergudangan dantransportasi yang mendistribusikan bahan-bahan pokok di Indonesia.

Persoalan yang melanda ibu kota Jakarta saat inlebih baik jangansampai membuat pemerintah mengabaikan fungsi-fungsi pemerintahan,mengingat persoalan di Jakarta ini juga akan memicu ketidakstabilan

pemerintahan dan ekonomi di daerah-daerah yang dikarenakan aksesmenuju Jakarta menjadi tertunda.

 Dengan cara apapun aktivitas pemerintahan maupun ekonomi yangmenjadi barometer pembangunan di Indonesia harus terus diupayakan demiratusan juta penduduk Indonesia yang menunggu tindakan pemerintahuntuk tetap mengupayakan stabilitas pemerintahan maupun ekonominegara. 

2.4 Penyebab Terjadinya Banjir

Di tinjau dari letak geografis, kondisi topografi, iklim, faktordemografi, dan kondisi sosial masyarakat, maka kemungkinan terjadinyabanjir di Indonesia khususnya Jakarta cukup besar. Banjir dapat setiapsaat terjadi dan sulit di perkirakaan intesitasnya, tempat, waktu baikpada daerah yang sudah ditangani dan belum sempat di tangani.

Banjir di Jakarta bisa dibilang akibat yang harus ditanggung olehwarga DKI Jakarta. Setiap musim hujan, seperti sekarang ini, Jakartaselalu terjadi banjir. Banjir di Jakarta ini merupakan kesalahan wargaJakarta sendiri yang membuang sampah sembarangan dan kegiatan lainnyayang berakibat banjir.

Peristiwa banjir tidak akan menjadi masalah sejauh banjir tidakmenimbulkan gangguan atau kerugian yang berarti bagi kepentinganmanusia. Fenomena banjir disebabkan oleh tiga faktor yaitu kondisialam, peristiwa alam, dan kegiatan manusia.

1. Faktor-faktor kondisi alam yang dapat menyebabkan terjadinyabanjir adalah kondisi wilayah, misalnya : letak geografis suatuwilayah, kondisi topografi, dan geometri sungai seperti kemiringandasar sungai, meandering, penciutan ruas sungai, sedimentasi,pembendungan alami pada suatu ruas sungai dan menurunnya permukaantanah.

Menurunnya permukaan tanah

2. Peristiwa alam yang bersifat dinamis yang dapat menjadipenyebab banjir seperti curah hujan yang tinggi, pecahnya bendungansungai, peluapan air yang berlebihan, pengendapan sendimen / pasir,pembendungan air sungai karena terdapat tanah longsor , pemanasanglobal yang mengakibatkan permukaan air laut tinggi.

Curah hujan yang tinggi

3. Faktor kegiatan manusia yang dapat menyebabkan banjir adalahadanya pemukiman liar di daerah bantaran sungai, penggunaan alihfungsi resapan air untuk pemukiman, tata kota yang kurang baik,buangan sampah yang sembarangan tempat, pengalihan fungsi lahan hijau,dan pemukiman padat penduduk.

Pembuangan sampah sembarangan dan Penumpukan sampah di kali

Pengalihan lahan hijau menjadi pusat pembangunan gedung

2.5 Solusi Penanganan Banjir

a. Pendekatan Konsep Pengelolaan DAS

Daerah aliran sungai yang diartikan sebagai bentang lahan yangdibatasi oleh pembatas topografi  (topography divide) yang menangkap,menampung dan mengalirkan air hujan ke suatu titik  putusan (outlet)telah secara luas diterima sebagai satuan (unit) pengelolaansumberdaya alam  yang ada di dalam DAS. Istilah “one river, one plan,one integrated management” yang populer  mengindikasikan pentingnyaDAS dikelola sebagai suatu kesatuan utuh ekosistem sumberdaya alam.

Secara garis besar sumberdaya alam suatu DAS dapat dikelompokkanmenjadi sumberdaya alam,  sumberdaya manusia, sumberdaya buatan, dansumberdaya sosial (institusi) yang masing-masing  saling pengaruh-mempengaruhi. Pengelolaan DAS dalam kerangka pengelolaan sumberdayaalam tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi sumberdayaalam tersebut bukan memaksimalkan salah satu fungsi dengan mengabaikanfungsi lainnya.

Dalam hal kewenangan pengelolaan sumberdaya alam yang adasekarang, di DAS Ciliwung  melibatkan multi-pemerintahan dan sektor.Terdapat dua pemerintahan propinsi yang terkait,  yaitu Jawa Barat danDKI Jakarta, terdap[at tujuh pemerintah kabupaten/kota yaitu 3 diPropinsi  Jawa Barat (Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok) dan 4di DKI Jakarta (Kota Jakarta  Selatan, Pusat, Barat dan Utara). Selainitu paling tidak terdapat tiga instansi teknis pemerintah  yangterkait erat yaitu Departemen Kehutanan, Departemen Pemukiman danPrasarana Wilayah,  serta Badan Pertanahan Nasional. Instansi lainyang terlibat langsung dalam penanganan sektoral paling tidak terdapatsektor pertanian, perkebunan, dan pertambangan.

Pendekatan struktural yang dominan di bagian hilir selama ini yangterlalu dominan, dalam  penangana banjir mengindikasikan telahmengalami “kegagalan”, sehingga perlu dilakukan  dengan pendekatan nonstruktural secara bersamaan yang melibatkan seluruh stakeholder dalamsuatu DAS. Mengingat kompleknya permasalahan pengelolaan DAS makadiperlukan  pendekatan yang terpadu melibatkan semua stakeholder dandilakukan secara konprehensif  sehingga diperlukan metode yang tepat.Medode simulasi dapat digunakan sebagai alat yang  efektif untukmelihat permasalahn dan penaggulangan banjir khususnya dalammeprediksi aliran permukaan (run off) dari suatu hamparan tipepenggunaan lahan.

Apabila dilihat secara seksama rentetan kejadin banjir di Jakartadisebabkan oleh 3 faktor penentu utama yaitu:

1. akibat perubahan kondisi di bagian hulu dan tengah DASCiliwung sehingga terjadi debit maksimum yang tinggi melebihikapasitas daya tampung saluran yang ada,

2. akibat curah hujan yang turun di DKI-Jakarta sendiri yangtidak mampu diresapkan dan dialikan ke bagian hilir serta

3. akibat adanya pengaruh pasang surut air laut yang menghambatlaju aliran air ke laut.

Penanggulangan ke tiga faktor penyebab banjir tersebut harusditangani secara konfrehensif  dan dengan metode yang berbeda pula.Untuk mengatasi banjir di DKI Jakarta, sudah banyak  program sudahdilakukan dengan curahan dana dan usaha yang besar, tetapi kejadianbanjir tetap  berulang. Pendekatan teknis yang telah dan akandilakukan belum menggunakan DAS sebagai  unit analisis, tetapicenderung bersifat parsial, sektoral atau terkait dengan kewenanganwilayah administratif tertentu. Mengingat kharakteristik DKI Jakartayang sebagian wilayahnya merupakan dataran banjir (flood plain), upaya

penanganan banjir di wilayah tersebut jelas merupakan pekerjaan yangmembutuhkan curahan biaya dan tenaga besar.

Upaya teknis yang dilakukan untuk mengatur kelebihan air di badansungai dapat dilakukan  dengan penerapan prinsip pengaturan jumlah airdi badan sungai dan mencegah air sampai di  badan sungai. Pendekatankonservasi air dengan cara memasukan sebanyak mungkin jumlah  curahhujan ke dalam tanah merupakan pendekatan yang ramah lingkungan danmurah. Konsep pengaturan air di dalam suatu DAS dapat dilakukan pada 3tahap proses yaitu:

1. Kelebihan air hujan di tahan oleh pohon/vegetasi (intersepsi,stem flow dan evapotranspirasi)

2. Kelebihan air hujan di tahan oleh tanah (melalui prosesinfiltrasi dan perkolasi dan ditampung di aquifer)

3. Kelebihan air hujan di tahan oleh badan air (mengendalikanjumlah aliran permukaan/run off, bendungan, cekdam, sumur resapan,dll)

Penerapan teknologi dalam pencegahan dan penurunan laju dan jumlahaliran permukaan dapat dilakukan dengan kegiatan:

1. pengaturan tata guna lahan air (water management).2. pengaturan dan pemanfaatan air (land use mangement)

Salah satu alternatif dalam penggulangan banjir di Jakarta,Kimpraswil melalui projek–Induk  pengembangan Ciliwung- Cisadane telahmembuat kajian untuk menggabungkan antara Sungai  Ciliwung denganCisadane melalui terowongan di daerah Kota Bogor, yang kajianyadilakukan  oleh JICA (1997) dari arah Bantar Kemang menuju Empang diSungai Cisadane, dengan  terowongan dengan kapasitas debit 300 m3/det,dengan lebar terowongan 8 m sepanjang 900 m.  Terowongan tersebut akanmenaikan debit rencana Sungai Cisadane dari 1.600 m3/det menjadi1.900 m3/det, sehingga kapasitas Sungai Cisadane harus dinaikan.Dengan debit kejadian pada  banjir 1996 sebesar 740 m3/det maka debitS. Ciliwung di Katulampa setelah disodet menjadi 440  m3/det, dandebit tersebut masih diatas debit kejadian pada banjir th 2002 dimanadebit di  Katulampa hanya 425 m3/det, tetapi Jakarta telah mengalamikebanjiran yang sangat hebat, dengan demikian pembuatan terowongantersebut akhirnya akan sia -sia karena Jakarta tetap kebanjiran.

Andaikan terowongan sodetan telah ada pada kejadian banjir 2002terowongan itu tidak akan  tersentuh oleh permukaan air karenadidesain untuk debit 490 m3/det, sehingga terowongan ada,  tetapiJakarta tetap kebajiran. Disamping itu terowongan tersebut tentu hanya

akan terkena air  2-3 hari dalam tempo 4-5 th sekali, mengingat debitrata-rata S. Ciliwung di Katulampa dalam  keadaaan normal hanyaberkisar 20 m3/det saja. Usulan terowongan akhirnya batal karenamendapat penolakan oleh masyarakat kota Tanggerang, karena akansemakin memperparah  kondisi tata air di Sungai Cisadane, mereka tidakmau mendapat kiriman air dari Sungai Ciliwung, disamping itupenyodetan tidak akan menyelesaikan masalah karena hanya memindahkanair banjir dari S. Ciliwung ke S. Cisadane.

Berdasarkan data analisis kejadian banjir dengan indikasiterjadinya kenaikan debit maksimum di daerah hulu dan tengah S.Ciliwung yang disertai dengan menurunnya debit pada musim  kering,maka dengan indikasi tingkat kerusakan yang signifikan antara tahun1973 s/d 2004 maka  dengan demikian rehabilitasi DAS bagian hulu danpenerapan teknologi konservasi tanah  dan air di bagian hulu S.Ciliwung menjadi salah satu kunci penaggulangan banjir di  Jakarta.Dalam jangka panjang pembangunan bangunan pencegah banjir berupakanal tanpa tidak diimbangi dengan tindakan konservasi tanah dan airdi bagian hulu akan merupakan pekerjaan yang tidak efektif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan lahan dihulu dan tengah DAS Ciliwung melalui  rehabilitasi lahan baik secaravegetatif maupun sipil memberikan kemungkinan besar dalam pengendalianbanjir di Jakarta.

b. Pendekatan non struktural (non structural measure)

Dalam pendekatan non struktural yang dilakukan adalah melaksanakanpencegahan banjir  melalui pendekatan secara menyeluruh dan melakukankonservasi tanah dan air yang dilakukan  sebelum air sampai di badansungai. Kegiatan konservasi tanah dan air di bagian hulu, sertapemberdayaan masyarakat merupakan kunci utama untuk melakukanpendekatan ini.

Berdasarkan kajian hidrogeologi (Hutasoit, 2002) di DKI Jakartaterdapat daerah-daerah yang  mungkin sebagai tempat penyimpanan air dibawah permukaan, yaitu di dalam pori-pori  tanah/batuan yang mengalasidaerah tersebut. Daerah-daerah yang mungkin untuk tempat resapanadalah : Parung, Depok, Ciangsana/Cileungsir, Cibubur, Tongkol, KayuBesar (Cengkareng),  Muara Angke, Kebonwaru, Kuningan, Pekayon, DukuhAtas, Pulomas, Serpong, Rawa Bokor  (Multi Bintang), dan Bekasi.Adapun teknologi yang dapat digunakan untuk memasukan air ke  dalamakifer adalah memelihara resapan alamiah dan imbuhan buatan. Untuk

memelihara  resapan alamiah, daerah tersebut harus dijadikan sebagaidaerah terbuka hijau. Sedangkan  teknologi imbuhan buatan antara lainberupa: sumur resapan, paritan, kolam, dan sumur injeksi,  dengandemikian kombinasi konservasi tanah dan air di bagian hulu dan resapanair  dibeberapa tempat di DAS Ciliwung dapat dijadikan alternatifpilihan teknologi dalam menggulangi banjir di Jakarta.

Lubang resapan air (biopori)

Beberapa pilihan teknologi lain yang dapat diterapkan untukmenanggulangi masalah banjir adalah yang tidak terkait dengan bangunan(non structural measure) seperti :

1. Peramalan banjir2. Pemetaan bahaya banjir3. Pembentukan kelembagaan pengelolaan DAS

4. Pendidikan masyarakat dan perilaku masyarakat5. Kampanye penanggulangan lingkungan6. Kompensasi hulu hilir (sharing pendanaan antara hulu dan

hilir)7. Pembentukan tim penanggulangan bahaya banjir.

Langkah dan strategi yang diperlukan dalam upaya pengendalianbanjir diantaranya :

1. Pembentukan landasan hukum untuk pengelolaan DAS2. Melakukan perlakuan dan kegiatan konservasi tanah dan air di

bagian hulu3. Menerapkan sistem monitoring pemanfaatan dan perubahan

penggunaan lahan dengan menggunakan citra satelit.

c. Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis yang selama ini dijadikan sebagai alternatifpengendalian banjir umumnya  bersifat jangka pendek, disamping itumenyebabkan biaya sosial dan finansial yang tinggi,  sehingga apabilapendekatan teknis/teknologi ini kurang didukung oleh pendekatan-pendekatan  sosial, ekonomi dan kelembagaan yang mantap maka tidakakan memberikan hasil yang memuaskan.

Selain rekomendasi teknis/teknologi, berbagai rekomendasikebijakan institusi adalah sebagai berikut :

1. Perlu penegakan hukum baik dalam pengelolaan di kawasan lindung,di bantaran sungai, maupun di pantai utara Jakarta.

2. Diperlukan revitalisasi dan reformulasi kebijakan nasionalPengelolaan Sumber Daya Alam, khususnya dalam lingkup pemanfaatanDAS Ciliwung.

3. Diperlukan penataan ulang tata ruang wilayah yang terkena banjir,penggunaan lahan  disesuaikan dengan peruntukan. Dalam kaitan iniperlu ditetapkan kebijakan tentang penataan ruang kawasanpedesaan.

4. Diperlukan kesepakatan tentang penggunaan metode penilaian danpenggunaan  valuasi sebagai instrumen penilaian. Oleh karena ituperlu studi untuk menentukan indikator penetapan kinerja DASCiliwung.

5. Diperlukan pengembangan instrumen ekonomi untuk meningkatkankualitas lingkungan DAS Ciliwung.

6. Penerapan AMDAL secara ketat terhadap seluruh kegiatan yangmemerlukan AMDAL.

7. Diperlukan pengelolaan DAS terpadu, untuk mewujudkan kebijakan oneriver one plan, dan one management dan untuk itu perlu dipastikanbentuk campur  tangan pemerintah pusat (untuk Bopunjur). Dalamkaitan ini diperlukan studi  peran multipihak dalam penetapan costand benefit sharing antara pemerintahan di wilayah hulu dan hilir.

BAB 3

PENUTUPKesimpulan :

Banjir merupakan proses alam dan bagian penting dari mekanismepembentukan dataran di Bumi yang sangat ditentukan oleh curah hujan.Kejadian banjir terbesar yang pernah melanda DKI Jakarta adalahkejadian banjir  tahun 1996, 2002, 2007, serta tahun 2013.Permasalahan banjir di DKI Jakarta tidak bisa lepas dari  keberadaan13 sungai yang bermuara di bagian Utara Jakarta. Ketiga belas sungaiitu  merupakan Kali Mookervaart, Kali Angke, Kali Pasangrahan, KaliGrogol, Kali  Krukut, Kali Baru Barat, S. Ciliwung, Kali Baru Timur,Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali  Buaran, Kali Jati Keramat dan KaliCakung.

Banjir yang terjadi sering kali menganggu kesehatan lingkungandan kesehatan warga. Lingkungan tidak sehat karena segala sampah dankotoran yang hanyut seringkali mencemari lingkungan .Sampah-sampahterbawa air dan membusuk mengakibatkan penyakit gatal-gatal di kulit,dan lalat banyak beterbangan karena sampah yang membusuk sehinggasakit perut juga banyak terjadi. Sumber air bersih tercemar sehinggamereka yang terkena banjir kesulitan air bersih dan mengkonsumsinyakarena darurat, sebagai penyebab diare.

Banjir di Jakarta terjadi kerena curah hujan yang besar dankondisi geografisnya yang berada didataran rendah, selain itumasyarakat didalamnya tidak menjaga lingkungan seperti membuang sampahsembarangan yang mengakibatkan penumpukan sampah di daerah aliran airdan membangun bangunan didaerah bantaran sungai.

Solusi dan Saran :

Tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak banjir yaitu:

1. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu sesuai fungsi lahan2. Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta

daerah banjir3. Tidak membuang sampah sembarangan4. Pemasangan pompa unyuk daerah yang lebih rendah permukaan laut5. Membuat program penghijaun daerah hulu sungai

6. Menegakkan aturan dengan menindak tegas semua pelanggar pembuangansampah tanpa terkecuali termasuk oknum polisi yang berbuat pungli.

7. Memperbanyak dan terus menerus, mengingatkan masyarakat melaluispanduk, brosur, ataupun iklan tentang disiplin pembuangan sampah.Baik di media Cetak ataupun media elektronik.

8. Menindak tegaskan peraturan mengenai penebangan pohon liar.9. Membuat lubang biopori sebagai lubang resapan air hujan10. Melakukan berbagai pendekatan seperti pendekatan konsep

pengelolaan DAS, pendekatan non struktural yaitu melaksanakanpencegahan banjir  melalui pendekatan secara menyeluruh danmelakukan konservasi tanah dan air yang dilakukan  sebelum airsampai di badan sungai, serta pendekatan teknik.

DAFTAR PUSTAKAhttp://treehuges.blogspot.com/2013/01/sejaraha-jakarta-kota-

banjir.html#ixzz2i9ClAPoj

http://bebasbanjir2025.wordpress.com/konsep-pemerintah/bpdas-citarum-ciliwung/

http://forum.kompas.com/megapolitan/231945-inilah-kerugian-akibat-banjir-jakarta-dari-tahun-ke-tahun.html

http://ekosistem-ekologi.blogspot.com/2013/04/memahami-pengertian-dan-penyebab-banjir.html

http://treehuges.blogspot.com/2013/01/sejaraha-jakarta-kota-banjir.html

http://amdal-indonesia.blogspot.com/2009/11/uu-nomor-32-tahun-2009-tentang.html

http://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945/Perubahan_II

http://www.kabarkami.com/banjir-di-jakarta.html

http://gotaufikblog.blogspot.com/2013/01/dampak-banjir-yang-melanda-ibukota.html

http://tutorial-blogz.blogspot.com/2013/01/inilah-penyebab-banjir-di-jakarta.html

http://sains.kompas.com/read/2013/01/18/18385266/Banjir.Jakarta.Curah.Hujan.Capai.200.mm

http://www.vemale.com/tags/bencana-banjir-di-jakarta/

http://bebasbanjir2025.wordpress.com/banjir-2

http://dedenurdianto.blogspot.com/2013/01/banjir-di-jakarta-masih-akan-terjadi.html

http://www.infospesial.net/23264/5-faktor-penyebab-jakarta-banjir_3/

http://tashwirulafkar.com/trend-lubang-resapan-biopori/

http://w.purwakusuma.staff.ipb.ac.id/2012/03/01/steps-of-installing-the-small-hole-biopore-based-artificial-recharge-bio_bar/

http://www.ilmusipil.com/cara-mengatasi-banjir-di-jakarta