Blood Promise bahasa Indonesia

123
duestinae89.blogspot.com translate by Enoey duestinae89.blogspot.com

Transcript of Blood Promise bahasa Indonesia

duestinae89.blogspot.com

translate by Enoey

duestinae89.blogspot.com

duestinae89.blogspot.com

Prolog SAAT AKU DUDUK di kelas sembilan, aku harus menulis sebuah laporan mengenai sebuah puisi. Satu dari barisnya berbunyi, “Jika matamu tidak terbuka, kau tidak akan pernah tahu bedanya bermimpi dan bangun.” Puisi ini sama sekali tidak berarti apa-apa bagiku saat itu. Apalagi, ada seorang cowok yang aku suka di kelas, jadi bagaimana mungkin aku bisa berharap untuk bisa memperhatikan pelajaran analisis sastra? Sekarang, tiga tahun kemudian, aku sangat memahami apa maksud puisi itu sebenarnya. Sebab akhirnya, kehidupanku benar-benar terlihat seperti berada di tepian curam mimpi. Ada beberapa hari dimana aku merasa aku sudah terbangun dan menemukan kalau apa yang baru saja terjadi dalam hidupku tidak benar-benar terjadi. Pastinya aku adalah seorang putri dalam tidur yang mempesona. Beberapa hari kemudian, mimpi ini – bukan, mimpi buruk – akan berakhir, dan aku akan mendapatkan pangeranku hingga mendapatkan akhir yang bahagia. Tapi tidak ada akhir yang bahagia yang bisa ditemukan, paling tidak, tidak ada pada masa depan yang sudah bisa ditebak. Dan pangeranku? Sebenarnya, ceritanya panjang. Pangeranku sudah berubah menjadi vampir – seorang Strigoi secara spesifik. dalam duniaku, ada dua jenis vampir yang tinggal dalam kerahasiaan dari manusia. Moroi adalah vampir yang hidup, vampir baik yang mempunyai sihir elemen dan tidak membunuh ketika meminum darah yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Strigoi adalah vampir kekal, abadi, dan tidak berperasaan, yang membunuh siapa saja yang menjadi mangsa mereka. Moroi terlahir, Strigoi dibuat – dipaksa atau keinginan sendiri – melalui jalan setan. Dan Dimitri, pria yang aku cintai, telah dirubah menjadi Strigoi dengan paksaan. Dia dirubah ketika pertarungan terjadi, sebuah misi penyelamatan dimana aku juga menjadi salah satu bagian di dalamnya. Strigoi menculik Moroi dan dhampir dari sekolahku, dan kami dijebak untuk menyelamatkan mereka. Dhampir adalah makhluk setengah vampir-setengah manusia – diberkahi dengan kekuatan dan daya tahan tubuh manusia, dan gerak refleks dan indra yang tajam dari Moroi. Dhampir dilatih untuk menjadi pengawal, pengawal eksklusif untuk melindungi Moroi. Itulah aku. Itulah Dimitri sebelumnya. Setelah perubahannya, Moroi yang tersisa menganggapnya sudah mati. Dan untuk keberadaannya, memang begitu adanya. Siapapun yang berubah menjadi Strigoi akan kehilangan semua rasa kebaikan dan kehidupan yang pernah ia miliki sebelumnya. Meskipun jika mereka berubah karena keinginan mereka sendiri, tidak akan berpengaruh. Mereka akan tetap menjadi setan dan kejam, seperti Strigoi seharusnya. Seseorang dalam diri itu sudah tidak ada lagi, dan sejujurnya, lebih mudah membayangkan mereka pindah ke surga atau ke kehidupan selanjutnya dari pada membayangkan mereka mengendap-endap di malam hari untuk mengambil korban. Tapi aku tidak bisa melupakan Dimitri, atau menerima bahwa esensi kehidupannya sudah mati. Dia adalah pria yang aku cintai, seseorang yang dengannya begitu seirama denganku sehingga sangat sulit untuk mengetahui kapan aku memulai dan kapan dia mengakhiri. Hatiku menolak untuk merelakan

duestinae89.blogspot.com

kepergiannya – meski secara teknis dia sudah menjadi monster, dia masih ada disuatu tempat di luar sana. Aku juga tidak bisa melupakan percakapan yang pernah kami lakukan berdua. Kami berdua setuju kalau kami lebih baik mati – benar-benar mati – daripada berjalan di dunia sebagai Strigoi. Dan sekali aku berduka cita untuk kebaikan yang hilang dari dalam dirinya, aku sudah memutuskan kalau aku harus menghargai keinginannya. Meski jika dia tidak mempercayai kata-kata itu lagi. aku harus menemukannya. Aku harus membunuhnya dan membebaskan jiwanya dari kegelapan, kehidupan yang tidak alami. Aku tahu bahwa itulah yang Dimitri yang aku cintai inginkan. Membunuh Strigoi tidaklah mudah. Mereka sangat cepat dan kuat. Mereka tidak memiliki rasa belas kasihan. Aku sudah membunuh beberapa dari mereka – sangat gila untuk seseorang yang baru berusia delapan belas tahun. Dan aku tahu berhadapan dengan Dimitri akan menjadi tantangan terbaikku, secara fisik maupun emosi. Faktanya, konsekuensi emosi sudah kutendang secepat mungkin saat aku memutuskan tindakannku. Mengejar Dimitri berarti melakukan beberapa hal yang bisa merubah kehidupan ( dan bahkan tidak dihitung dengan fakta kalau bertarung melawan Dimitri bisa saja seperti menghasilkan kegagalan dalam hidupku). Aku masih sekolah, hanya beberapa bulan sebelum aku lulus dan menjadi pengawal sesungguhnya. Setiap hari aku terjebak di Akademi St. Vladimir – sekolah terpencil dan terlindungi untuk kaum Moroi dan dhampir – yang berarti satu hari lagi yang berlalu dengan Dimitri yang masih berada di luar sana, hidup dalam pola hidup yang tidak ia inginkan. Aku sangat mencintainya sehingga membiarkannya. Jadi aku harus meninggalkan sekolah secepatnya dan keluar diantara para manusia, menyerahkan kehidupanku disaat hidupku hampir mendapatkan tujuan sepenuhnya. Meninggalkan juga berarti menyerahkan sesuatu yang lain – atau lebih, seseorang ; sahabatku, Lissa, yang juga dikenal sebagai Vasilisa Dragomir. Lissa adalah Moroi, yang terkahir dari garis keturunan kebangsawanannya. Aku sudah dipersiapkan untuk menjadi pengawalnya setelah kami lulus, dan keputusanku untuk memburu Dimitri benar-benar menghancurkan masa depanku dengan Lissa. Aku tidak punya pilihan lain selain meninggalkannya. Selain persahabatan kami, Lissa dan aku memiliki koneksi yang unik. Setiap Moroi masing-masing memiliki spesialisasi sihir elemen – tanah, udara, air, atau api. Hingga selanjutnya, kami mempercayai kalau hanya ada empat elemen. Sampai kemudian kami menemukan elemen kelima: roh. Itulah elemen Lissa, dan dengan beberapa pengguna roh di dunia ini, kami berusaha keras mencari tahu mengenai semua ini. Untuk bagian terbanyak, seperti terikat terhadap suatu energi. Lissa memiliki kekuatan kompulsi yang mengaggumkan – kemampuan untuk memaksakan kehendaknya terhadap hampir semua orang. Dia juga bisa menyembuhkan, dan disitulah dimana sesuatu yang aneh terjadi diantara kami. Kau lihat, aku secara teknis sudah meninggal dalam kecelakaan mobil yang membunuh keluarganya. Lissa sudah membawaku kembali dari dunia kematian tanpa ia sadari, membentuk ikatan terhadap diantara kami berdua. Aku bisa merasakan apa yang ia pikirkan dan merasakan ketika ia dalam masalah. Kami juga baru-baru saja mengetahui kalau aku bisa melihat hantu dan roh yang belum meninggalkan dunia ini, sesuatu yang tidak ingin aku pikirkan dan kuperjuangkan untuk kuhalangi. Seluruh fenomena ini disebut sebagai dicium bayangan.

duestinae89.blogspot.com

Ikatan dicium bayangan kami membuatku menjadi pilihan ideal untuk menjaga Lissa, sejak aku bisa tahu kapan saja saat Lissa dalam masalah. Aku berjanji melindunginya dengan seluruh hidupku, tapi kemudian Dimitri – Dimitri yang tinggi, tampan, dan kuat – merubah segalanya. Aku berhadapan dengan pilihan yang sulit: melanjutkan kehidupanku dengan melindungi Lissa atau membebaskan jiwa Dimitri. Memilih diantara mereka berdua menghancurkan hatiku, meninggalkan rasa nyeri di dadaku dan air mata. Kebersamaanku dengan Lissa akan menjadi sangat menyakitkan. Kami sudah menjadi sahabat sejak taman kanak-kanak, dan keberangkatanku adalah pukulan bagi kami berdua. Adilnya, dia tidak pernah tahu akan hal ini. Aku menyimpan kisah cintaku dengan Dimitri sebagai rahasia. Dimitri adalah Instrukturku, tujuh tahun lebih tua dariku, dan ditugaskan sebagai pengawal Lissa juga. Seperti yang sudah seharusnya, kami sudah berusaha untuk melawan ketertarikan diantara kami, menyadari kalau kami harus fokus terhadap Lissa daripada hal yang lain dan kami juga akan mendapatkan banyak maslah dengan hubungan guru-murid ini. Tapi menjauhi Dimitri – meski aku juga sudah menyetujuinya – membuatku membangun dendam tak terkatakan terhadap Lissa. Aku mungkin seharusnya mengatakan semua ini kepada Lissa dan menjelaskan rasa frustasiku mengenai rencana kehidupanku. Terkadang , semua ini tidak terlihat adil, ketika Lissa bebas hidup dan mencintai kapanpun ia mau, sedang aku harus selalu mengorbankan kebahagiaanku sendiri untuk memastikan dia aman. Dia sahabatku, dan aku tidak bisa mempertimbangkan pikiran yang bisa menyakitinya. Lissa sangat labil karena menggunakan sihir roh bisa membuatnya memunculkan sisi negatif yang bisa membuatnya gila. Jadi aku tetap menahan pikiranku hingga akhirnya mereka meledak, dan aku meninggalkan Akademi – dan Lissa – tinggal untuk kebaikannya. Satu dari hantu yang aku lihat – Mason, seorang teman yang terbunuh karena Strigoi – mengatakan padaku kalau Dimitri sudah kembali ke kampung halamannya: Siberia. Jiwa Mason sudah menemukan kedamaian dan meninggalkan dunia ini setelah kejadian itu, tanpa memberikan padaku pertanda apapun di Siberia bagian mana Dimitri berada. Jadi aku harus memikirkannya secara buta, memberanikan diri ke dalam dunia manusia dan bahasa yang tidak kukenal untuk memenuhi janji yang kubuat dengan diriku sendiri. Setelah beberapa minggu sendirian, aku akhirnya berada di St. Petersburg. Masih mencari, masih menggelepar – memutuskan untuk menemukannya, meski aku ketakutan disaat yang sama. Sebab jika aku benar-benar menjalankan rencana gila ini, jika aku benar-benar membunuh pria yang aku cintai, ini berarti Dimitri benar-benar akan menghilang dari dunia ini. dan sejujurnya aku tidak yakin untuk tetap hidup dalam dunia tanpa dirinya. Tidak satupun dari semua ini terlihat nyata. Siapa yang tahu? Mungkin tidak. Mungkin ini sebenarnya pernah terjadi pada orang lain. Mungkin ini hanyalah sesuatu yang aku bayangkan. Mungkin aku akan segera bangun dan menemukan segalanya tenta Lissa dan Dimitri baik-baik saja. Kami semua bersama-sama, dan dia ada disana memelukku dan mengatakan kalau segalanya akan baik-baik saja. Mungkin semua ini hanyalah sebuah mimpi belaka. Tapi kurasa tidak.

duestinae89.blogspot.com

Satu AKU SEDANG DIIKUTI. Sangat ironis, mengingat aku telah mengikuti yang lain selama beberapa minggu terakhir. Paling tidak ini bukan Strigoi. Aku sudah mengetahuinya. Efek terbaru menjadi seseorang yang dicium-bayangan adalah kemampuan untuk merasakan mereka yang belum sepenuhnya mati – sayangnya selalu diiringi rasa mual. Aku masih menghargai sistem peringatan pertama dari tubuhku itu dan aku sudah mengurangi perkiraankku mengenai penguntit yang membuntutiku malam ini bukanlah seorang yang begitu cepat, bukanlah vampir gila yang ganas. Aku sudah cukup berdebat dengan diriku sendiri tentang semua hal ini dan keinginan untuk beristirahat malam ini. Aku menduga penguntitku adalah seorang dhampir seperti aku, mungkin satu dari orang di klub. Kuakui, orang ini bergerak tidak terlalu tersembunyi seperti yang aku harapkan dari seorang dhampir. Jejak langkah terdengar jelas menapaki jalan aspal dari sisi jalan yang gelap dimana aku tengah berjalan, dan aku menangkap kilasan singkat sebuah sosok bayangan. Masih mempertimbangkan aksi gegabahku malam ini, seorang dhampir yang paling banyak melakukan kejahatan. Semua ini berawal di Nightingale. Itu bukanlah nama sebenarnya dari klub tersebut, hanya sebuah terjemahan. Nama sebenarnya berasal dari bahasa Rusia yang penyebutannya berada jauh dari kemampuanku untuk mengucapkannya. Kembali ke Amerika, Nightingale terkenal diantar kaum Moroi kaya yang berkeliling dunia, dan sekarang aku bisa mengerti kenapa. Tidak peduli jam berapa di setiap harinya, orang-orang berpakaian seolah mereka ingin ke pesta dansa kerajaan. Dan, seluruh tempat tersebut sebenarnya terlihat seperti berasal masa lampau, hari kerajaan dari Rusia, dengan dinding-dinding berwarna gading yang ditutupi oleh perkamen kerja dan papan hias tembok berwarna emas. Semua ini mengingatkanku pada Istana Musim Dingin, kediaman kerajaan yang berasal dari zaman ketika Rusia masih diperintah oleh raja. Aku mempelajarinya sejak datang di Saint Petersburg. Di Nightingale, tempat lilin yang rumit dipenuhi oleh lilin-lilin sungguhan bergemerlapan di udara, menerangi seluruh desain ruangan bernuansa emas, sehingga meskipun cahaya begitu suram, seluruh ruangan berkilauan. Ada sebuah ruang makan besar yang dipenuhi oleh meja dan meja pojok yang tertutup tirai beludru, sebaik tempat bar dan kursi panjang dimana orang-orang bisa bergaul. Saat tengah malam, sebuah band dipersiapkan disana, dan para pasangan bisa menari di lantai dansa. Aku tidak terlalu peduli dengan Nightingale ketika aku baru tiba di kota beberapa minggu yang lalu. Aku menjadi cukup sok tahu dengan berpikir kalau aku bisa menemukan langsung seorang Moroi yang bisa menunjukkanku dimana kampung halaman Dimitri di Siberia. Dengan ketidakpunyaan petunjuk apapun mengenai keberadaan Dimitri yang menghilang di Siberia, menuju kota tempat dimana dia tumbuh adalah kesempatan terbaikku untuk bisa semakin dekat dengannya. Hanya saja aku tidak tahu dimana tempatnya, yang mengapa membuatku mencoba menemukan Moroi untuk membantuku. Ada banyak kota dan komunitas yang

duestinae89.blogspot.com

dipenuhi kaum dhampir di Rusia tapi sangat susah ditemukan di Siberia, yang membuatku percaya kalau lebih banyak Moroi lokal yang mungkin mengenal tempat kelahirannya. Sayangnya, semua ini menjadi sia-sia karena Moroi yang hidup di kota manusia sangat hebat dalam menyembunyikan diri mereka sendiri. Aku memeriksa apapun yang bisa kupikirkan sebagai kebiasaan Moroi ketika keluar, ternyata hanya menghasilkan kesia-siaan. Dan tanpa Moroi, aku tidak memiliki jawaban. Jadi, aku mulai mengintai Nightingale, yang ternyata tidaklah mudah. Sangat sulit untuk seorang gadis delapan belas tahun untuk berbaur dalam satu dari klub ter-elit di kota. Aku segera mengetahui kalau pakaian mahal dan tips yang banyak akan mempermudah jalanku. Pelayan mendatangiku untuk mengenaliku dan jika mereka berpikir kalau kehadiranku mencurigakan, mereka tidak akan memperdulikannya dan sangat senang memberikanku meja di sudut ruang yang aku inginkan. Kurasa mereka mengira aku adalah anak perempuan dari seorang pengusaha kaya atau politisi. Apapun latar belakangku, aku punya uang untuk berada disana, dan hanya itu yang mereka pedulikan. Meskipun begitu, malam pertamaku disana sangat mengecewakan. Nightingale mungkin memang merupakan sebuat tempat kaum Moroi kaya bergaul, tapi tempat itu juga terisi oleh banyak manusia. Dan pertamanya, mereka terlihat seperti para pelanggan klub ini. Kerumunan semakin banyak seiring malam yang semakin larut, dan memandang melalui kumpulan meja dan orang-orang yang masih duduk-duduk di bar, aku tidak melihat satupun Moroi. Satu-satunya hal yang bisa kucatat adalah aku melihat seorang wanita dengan rambut pajang pirangnya berjalan ke maja panjang dengan gengnya. Untuk sesaat, jantungku berhenti berdetak. Wanita itu mebelakangiku, tapi dia terlihat sangat mirip dengan Lissa yang membuatku merasa yakin kalau aku telah ditemukan. Hal yang aneh adalah, aku tidak tahu apakah aku harus merasa senang atau ketakutan. Aku sangat merindukan Lissa, sangat – dan saat yang sama, aku tidak ingin dia masuk dalam perjalanan berbahayaku ini. Kemudian wanita itu berbalik. Dan dia bukan Lissa. Dia bahkan bukan seorang Moroi, hanya manusia. Perlahan, nafasku kembali normal. Akhirnya, satu minggu atau rasanya memang seperti itu, aku menemukan incaran pertamaku. Satu kelompok Moroi wanita datang di waktu jam makan siang yang sudah sangat terlambat, didampingi oleh dua pengawal, satu laki-laki satu perempuan, yang duduk dengan sangat resmi dan sunyi di meja saat Moroi mereka sedang bergosip dan tertawa bersama sampanye siang. Mengenali para pengawal itu adalah bagian yang bisa mengelabui. Untuk seseorang yang tahu bagaimana rupa mereka, Moroi sangat mudah dikenali: lebih tinggi dari kebanyakn manusia, pucat, dan sangat ramping. Mereka juga memiliki cara senyum yang lucu karena menahan bibir mereka agar taring mereka tidak terlihat. Dhampir, dengan darah manusia dalam tubuh kami, terlihat, ... sangat manusia. Begitulah aku terlihat dari mata manusia yang tidak terlatih. Aku setinggi 5,7 kaki dan ketika para Moroi cenderung terlihat tidak nyata, tubuh seperti model, tubuhku terbentuk atletis dan berbentuk dibagian dada. Bentuk genetik yang berasal dari ayah tak dikenal yang berasal dari Turki. Terlalu banyak berada di bawah matahari memberikanku kulit kecoklatan yang berpasangan dengan rambut hitam yang panjang sehitam warna mataku.

duestinae89.blogspot.com

Tapi bagi mereka yang dibesarkan di dalam dunia Moroi pasti bisa langsung mengenaliku sebagai dhampir melalui jarak dekat. Aku tidak yakin apa itu – mungkin semacam insting yang menarik kami kepada karakter kami dan mengenali campuran darah Moroi yang ada dalam diri kami. Bagaimanapun juga, hal itu sangat penting ketika aku terlihat seperti manusia bagi kedua pengawal itu, jadi aku tidak membunyikan tanda peringatan bagi mereka berdua. Aku duduk di sudut ruangan, mencomot kaviarku dan berpura-pura sedang membaca buku. Sebagai catatan, aku rasa kaviar sangat menjijikkan, tapi makanan ini ada dimanapun di Rusia, khusunya di tempat-tempat berkelas. Kaviar dan borscht – sejenis sup gula. Aku hampir tidak pernah menghabiskan makananku di Nightingale dan dengan rakus akan membabat habis McDonald setelah itu, meskipun restoran McDonald di Rusia sedikit berbeda dengan tempat aku tumbuh di Amerika. Tapi tetap saja, seorang gadis harus makan. Jadi hal ini menjadi tes untuk kemampuanku, mempelajari Moroi ketika pengawal mereka sedang tidak memperhatikan mereka. Tak dapat disangkal, para pengawal memang sedikit santai selama siang hari, mengingat tidak mungkin ada Strigoi di bawah matahari. Tapi merupakan kebiasaan bagi para pengawal untuk memperhatikan apapun, dan mata mereka selalu menyapu seluruh ruangan tanpa henti. Aku sudah berlatih mengenai hal itu dan aku tahu trik mereka, jadi aku mengatur diriku untuk memata-matai mereka tanpa terdeteksi. Wanita itu sering datang, biasanya menjelang sore. St. Vladimir memiliki jam malam sendiri, tapi Moroi dan dhampir yang hidup diantara manusia sama-sama beraktivitas pada siang hari atau diantara malam dan siang. Untuk beberapa saat aku memutuskan untuk mendekati mereka- atau bahkan mendekati para pengawal mereka. Sesuatu menahanku untuk tidak melakukannya. Jika seseorang mengetahui dimana kota tampat dhampir tinggal, itu pastilah Moroi laki-laki. Sebagian besar dari mereka mengunjungi kota para dhampir dengan harapan bisa mendapatkan sejumlah dhampir wanita murahan. Jadi aku berjanji pada diriku sendiri untuk menunggu beberapa minggu lagi untuk melihat Moroi laki-laki yang mungkin datang. Jika tidak, aku akan lihat informasi apa yang bisa diberikan oleh Moroi wanita itu padaku. Akhirnya, beberapa hari berlalu, dua Moroi pria mulai menampakkan diri. Mereka cenderung datang setelah malam tiba, ketika pesta sebenarnya dimulai. Pria itu sekitar sepuluh tahun lebih tua dariku dan sangat tampan, mengenakan setelan gaya dan dasi sutra. Mereka membuat diri mereka terlihat berkuasa, orang penting, dan aku bertaruh semua uangku kalau mereka adalah keluarga bangsawan – khusunya ketika satu dari mereka membawa pengawal. Pengawalnya berpenampilan sama seperti mereka, lelaki muda yang mengenakan setelan untuk berbaur tapi masih tetap berhati-hati mengawasi ruangan sebagai kebiasaan pengawal yang rajin. Dan ada wanita – selalu wanita. Kedua Moroi itu benar-benar penggoda ulung, terus saja mencari kesempatan dan menggoda setiap wanita yang mereka lihat – bahkan manusia. Tapi mereka tidak pernah pulang ke rumah bersama manusia. Itu adalah hal yang terlarang yang melekat kuat dalam dunia kami. Moroi harus menjaga dirinya terpisah dari manusia selama berabad-abad, deteksi rasa takut dari kaum yang tumbuh melimpah dan sangat berkuasa.

duestinae89.blogspot.com

Tapi tentu saja itu bukan berarti laki-laki mau pulang ke rumah sendirian. Setiap malam, dhampir wanita biasanya muncul – selalu berbeda di setiap malamnya. Mereka datang dengan mengenakan gaun pendek dan riasan yang tebal, minum banyak dan selalu tertawa pada setiap apa yang dikatakan pria – meskipun mungkin hal tersebut sama sekali tidak lucu. Wanita- wanita itu selalu membiarkan rambut mereka tergerai, tapi sesekali, mereka merubah posisi kepala mereka untuk menunjukkan leher mereka, yang terlihat memiliki banyak luka. Mereka adalah pelacur darah, dhampir yang membiarkan kaum Moroi meminum darah mereka ketika sedang bercinta. Hal itu juga terlarang – meskipun terjadi secara diam-diam. Aku masih ingin mendapatkan satu Moroi pria yang sendirian, jauh dari pengawasan pengawal mereka sehingga aku bisa menanyainya. Tapi itu tidak mungkin. Para pengawal tidak pernah meninggalkan Moroi mereka tanpa pengawasan. Aku bahkan berniat untu mengikuti mereka, tapi setiap kali kelompok itu meninggalkan klub, mereka hampir selalu melompat ke dalam limosin – membuatku tidak mungkin untuk melacak mereka hanya dengan berlari. Ini sangat menganggu pikiranku. Aku akhirnya memutuskan malam ini untuk mendekati kelompok itu dan mengambil resiko terdeteksi sebagai dhampir. Aku tidak yakin jika ada orang yang berasal dari kampus sedang mencariku, atau bahkan kelompok ini peduli siapa aku. Mungkin aku hanya berpikir terlalu jauh. Jelas sangat mungkin kalau tidak ada satu orang pun yang peduli tentang seseorang yang dikeluarkan dari sekolah dan melarikan diri. Tapi jikapun ada seseorang yang mencariku, menurutku sangat diragukan jika itu berasal dari para pengawal. Meskipun aku sudah delapan belas tahun, aku tidak mungkin masuk ke dalam kondisi dimana seseorang ditugaskan khusus untuk mencariku dan mengangkutku kembali ke Amerika. Dan tidak ada kemungkinan bagiku untuk kembali sebelum menemukan Dimitri. Lalu, seperti yang sudah kurencanakan sebelumnya, saat aku bergerak ke kelompok Moroi itu, satu dari dhampir wanita meninggalkan meja dan berjalan ke bar. Para pengawal mengawasinya, tentu saja, tapi terlihat yakin tentang keselamatannya dan kembali memperhatikan Moroi mereka. Selama ini, aku selalu berpikir kalau Moroi pria adalah jalan terbaik untukku mendapatkan informasi mengenai perkampungan para dhampir dan pelacur darah – tapi mana yang lebih baik untuk mengetahui lokasi ini dengan menanyakannya langsung kepada pelacur darah yang sebenarnya? Aku berjalan santai dari mejaku dan menuju bar, seolah aku ingin mengambil minuman. Aku berdiri disamping wanita yang sedang menunggu bartender dan mempelajarinya dalam pengamatanku. Dia pirang dan mengenakan gaun panjang yang ditutupi oleh perhiasan perak. Aku tidak bisa memutuskan kalau pakaiannya membuat gaun satin hitamku terlihat berkelas atau membosankan. Semua pergerakannya – bahkan caranya berdiri – sangat anggun, seperti seorang penari. bartender sedang melayani yang lain, dan aku tahu ini lah saatnya atau tidak sama sekali. Aku menghadap ke arahnya. “Apa kau bisa berbahasa Inggris?” Dia terlonjak kaget dan melihat ke arahku. Dia lebih tua dari yang aku kira, usianya sepertinya tertutupi oleh riasannya. Mata birunya menebak jati diriku dengan cepat, mengenaliku sebagai dhampir.

duestinae89.blogspot.com

“Ya,” jawabnya berhati-hati. Bahkan satu kata itu keluar dengan aksen yang khas. “Aku sedang mencari sebuah kota ... sebuah kota dimana banyak dhampir tinggal, di daerah Siberia. Apa kau mengerti apa yang aku bicarakan? Aku harus menemukannya.” Lagi, dia mempelajariku, dan aku tidak bisa membaca ekspresinya. Dia mungkin pernah menjadi pengawal dari apa yang ditunjukkan melalu wajahnya. Mungkin dia pernah dilatih sekali dalam hidupnya. “Jangan,” katanya kasar. “Relakan saja.” dia berpaling, perhatiannya kembali kepada bartender yang sedang membuatkan koktail biru dengan ceri untuk seseorang. Aku menyentuh tangannya. “Aku harus menemukannya. Ada seorang pria ...” aku tersendat untuk melanjutkan. Terlalu banyak untuk sesi introgasiku. Hanya memikirkan Dimitri saja sudah membuat jantungku tersangkut ditenggorokanku. Bagaimana bisa aku menjelaskannya kepada wanita ini? Kalau aku mengikuti petunjuk yang sedikit, keluar mencari seorang pria yang paling aku cintai di dunia ini – seorang pria yang sudah berubah menjadi Strigoi yang aku ingin bunuh sekarang? Bahkan sekarang, aku bisa membayangkan kehangatan dari mata cokelatnya dengan sempurna dan bagaimana tangannya yang pernah menyentuhku. Bagaimana bisa aku melakukan apa yang aku lakukan sekarang dengan menyebrangi lautan? Fokus. Fokus. Fokus. Dhampir perempuan itu menatapku balik. “Dia tidak layak untuk itu,” katanya, salah mengartikan maksudku. Tidak diragukan lagi dia mengira aku adalah gadis yang sedang patah hati, sedang mengejar pacarku - maksudku pernah menjadi pacarku. “Kau terlalu muda ... belum terlambat untuk tidak memperdulikan semua hal itu.” Wajahnya mungkin terlihat dingin, tapi ada kesedihan yang terasa dari balik suaranya. “Pergi dan lakukan hal lain dengan hidupmu. Menjauhlah dari tempat itu.” “Kau tahu dimana tempatnya!” aku berseru, terlalu bersemangat sehingga menunjukkan kalau aku pergi kesana bukanlah untuk menjadi pelacur darah. “Tolonglah – kau harus katakan padaku. Aku harus kesana!” “Ada masalah?” Baik dia maupun aku berbalik dan menatap wajah tegas dari salah satu pengawal. Sial. Dhampir wanita ini memang bukan prioritasnya, tapi mereka harus memperingatkan seseorang yang menggangunya. Pengawal itu hanya sedikit lebih tua dariku, dan aku memberikan senyuman manis padanya. Aku mungkin tidak mengenakan gaun semenarik wanita itu, tapi aku tahu rok pendekku menunjukkan bagian terbaik dari kakiku. Tentu saja seorang pengawal tidak memiliki kekebalan terhadap itu kan? Sebenarnya, ia kebal. Ekspresi kerasnya menunjukkan kalau pesonaku tidak bekerja. Masih, aku berpikir sebaiknya aku mencoba keberuntunganku dengan pengawal ini sebagai penyelidik.

duestinae89.blogspot.com

“Aku mencoba menemukan sebuah kota di Siberia, sebuah kota tempat dimana para dhampir tinggal. Apa kau tahu?” Dia tidak berkedip. “Tidak.” Luar biasa. Mereka berdua bermain sulit. “Ya, baiklah, mungkin bos mu tahu?” Aku bertanya sopan, berharap aku terdengar seperti seseorang yang ingin menjadi pelacur darah. Jika para dhampir itu tidak mau bicara, mungkin satu dari Moroi itu mau. “Mungkin dia perlu teman dan mau berbicara denganku.” “Dia sudah punya teman bicara,” pengawal itu menjawab tegas. “Dia tidak perlu lagi.” Aku masih tetap tersenyum. “Apa kau yakin?” aku mendesah. “Mungkin kita harus menanyakan kepadanya.” “Tidak,” jawab pengawal. Dalam satu kata, aku mendengar tantangan dan perintah. Mundur. Dia tidak akan ragu untuk melawan siapa pun yang ia pikir sebagai pengganggu tuannya – bahkan seoarang gadis dhampir kecil. Aku mempertimbangkan untuk tetap bersikeras terhadap keinginanku tapi dengan cepat memutuskan untuk mengikuti peringatan dan langsung mundur. Aku mengangkat bahu. “Dia yang rugi.” Dan tanpa kata lain, aku berjalan santai ke mejaku, seolah penolakan itu bukan masalah besar. Sementara itu aku menjaga nafasku, setengah berharap pengawal itu akan menarikku keluar dari klub dengan menjambak rambutku. Itu tidak terjadi. Akhirnya setelah aku mengenakan jaketku dan meletakkan uang di meja, aku melihatnya mengawasiku, mata yang curiga dan menduga-duga. Aku meninggalkan Nightingale dengan sikap tidak peduli yang sama, keluar menuju jalanan yang ramai. Ini sabtu malam, dan ada banyak klub lain dan restoran di sekitarnya. Para penggemar pesta memenuhi jalanan, sebagian berpakaian mewah seperti para pelanggan Nightingale; yang lain, remaja seumuranku berpakaian santai. Antrian panjang diluar klub, suara musik dansa terdengar nyaring dan berat dengan bunyi bass. Restoran dengan dinding kaca menunjukkan makan malam elegan dengan meja mewah. Sepanjang jalanku melalui kerumunan orang-orang itu, aku dikelilingi oleh percakapan dengan bahasa Rusia, aku menolak keinginan untuk menengok ke belakang. Aku tidak ingin meningkatkan kecurigaan jika dhampir itu masih mengawasiku. Ketika aku berputar di jalan yang sepi yang merupakan jalan pintas ke hotelku, aku bisa mendengar suara pelan dari langkah kaki. Aku dengan pasti memiliki cukup peringatan dalam diriku kalau pengawal itu memutuskan mengikutiku. Sebenarnya, tidak ada jalan bagiku untuk membiarkannya mengalahkanku. Aku mungkin lebih kecil darinya – dan mengenakan gaun dan hak tinggi – tapi aku sudah sering melawan laki-laki, termasuk Strigoi. Aku bisa menangani laki-laki ini, khususnya jika aku menggunakan elemen kejutan. Setelah berjalan di sekitar tempat itu cukup lama, aku menyadarinya dan kejutan itu berputar dan berbalik dengan baik. Aku

duestinae89.blogspot.com

mengambil langkahku dan menatap tajam ke beberapa sudut jalan, satu dari sudut itu mengarahkanku pada pemandangan gelap, gang yang sepi. Menakutkan, ya, tapi itu menjadikannya tempat penyergapan yang baik ketika aku masuk ke dalam jalan keluar. Aku diam-diam melepaskan sepatu hak tinggiku. Mereka berwarna hitam dengan bahan kulit yang cantik tapi tidak pantas untuk berkelahi, kecuali jika aku berencana untuk mencongkel mata seseorang dengan tumitnya. Sebenarnya, bukan ide yang buruk. Tapi, aku tidak semenyedihkan itu. Tanpa sepatu-sepatuku, trotoar terasa sangat dingin terasa di bawah telapak kakiku yang telanjang mengingat hujan turun tadi pagi. Aku tidak perlu menuggu lama. Beberapa saat kemudian, aku mendengar langkah kaki dan melihat bayangan panjang penguntitku muncul di tanah, muncul di bawah lampu jalan yang berkedap-kedip di tepian trotoar. Penguntitku berhenti, tidak diragukan sedang mencariku. Sungguh, kurasa, pria ini tidak waspada. Tidak ada pengawal yang dalam pengejaran mereka bisa terlihat jelas. Dia harusnya bergerak dengan lebih sembunyi-sembunyi dan tidak menunjukkan dirinya dengan mudah. Mungkin latihan pengawal di Rusia tidak sebaik latihan ditempat dimana aku dilatih. Tidak, itu tidak benar. Tidak dengan cara Dimitri membasmi musuh-musuhnya. Mereka memanggilnya dewa di Akademi. Penguntiku mengambil beberapa langkah, dan saat itulah aku mengambil gerakanku. Aku melompat keluar, tinjuku sudah siap. “Baiklah,” aku berseru. “Aku hanya ingin menanyakan beberapa pertanyaan, jadi mundur atau – “ Aku membeku. Pengawal dari klub itu tidak berdiri disana. Seorang manusia. Seorang gadis, tidak lebih tua dariku. Dia setinggi aku, dengan rambut pirang pendek dan jaket panjang berwarna biru laut yang terlihat mahal. Dibalik itu, aku bisa melihat gaun yang bagus dan sepatu bot kulit yang terlihat mahal seprti jaketnya. Dari awal aku bisa mengenalinya. Aku pernah melihatnya dua kali di Nightingale, berbicara dengan Moroi pria. Aku menduga dia hanyalah wanita kebanyakan yang mereka goda dan dengan cepat mereka tinggalkan. Selebihnya, apa gunanya manusia untukku? Wajahnya sebagian tertutup bayangan, tapi bahkan dengan penerangan yang remang-remang, aku bisa melihat ekspresi kesal di wajahnya. Ini jelas bukan hal yang aku harapkan. “Itu kau, kan? dia bertanya. Mengisyaratkan keterkejutan yang lain. Bahasa Inggrisnya beraksen Amerika sepertiku. “Kau lah yang meninggalkan sederet tubuh Strigoi di sekitar kota. Aku melihat punggungmu di klub malam ini dan aku tahu kalau itu kau.” “Aku ...” Tidak ada kata-kata yang bisa keluar dari bibirku. Aku tidak tahu harus merespon seperti apa. Seorang manusia berbicara biasa mengenai Strigoi? Tidak pernah kudengar sebelumnya. Ini bahkan lebih mengherankan dari pada kebenaran

duestinae89.blogspot.com

dikejar Strigoi disini. Aku tidak pernah memiliki pengalaman seperti ini sepanjang hidupku. Dia terlihat tidak peduli dengan diriku yang heran terbius membatu. “Dengar, kau tidak bisa semudah itu melakukannya, ok? Apa kau tahu seberapa banyak masalah yang aku terima karena berhadapan dengan semua kejadian itu? Semuanya sudah cukup buruk tanpa kau tambahkan kekacauan lagi di dalamnya. Polisi menemukan mayat yang kau tinggalkan di taman, kau tahu. Kau tidak bisa membayangkan berapa banyak alasan yang kubuat untuk menutupinya.” “Siapa ... Siapa kau? Aku bertanya akhirnya. Itu benar. Aku meninggalkan mayat di taman, tapi serius, apa yang memangnya harus kulakukan? Menyeretnya kembali ke hotelku dan mengatakan kepada penjaganya kalau temanku kebanyakan minum? “Sydney,” gadis itu berkata dengan letih. “Namaku Sydney. Aku ahli kimia yang ditugaskan disini.” “Ahli apa?” Dia mendesah nyaring. Dan aku sangat yakin dia memutar matanya. “Tentu saja. Itu menjelaskan semuanya.” “Tidak, tidak terlalu,” jawabku, akhirnya bisa mendapatkan ketenanganku kembali. “Sebenarnya, kurasa kau lah yang harus memberikan banyak penjelasan disini.” “Dan sikap juga. Apa kau adalah bagian dari tes yang dikirimkan kesini untukku? Oh, Tuhan. Tentu saja.” Aku mulai marah sekarang. Aku tidak suka dibuat bingung. Aku jelas tidak suka dibuat bingung oleh seorang manusia yang membuatku terdengar telah melakukan kejahatan karena membunuh Strigoi. “Dengar, aku tidak tahu siapa kau atau bagaimana kau bisa tahu mengenai semua hal ini, tapi aku tidak ingin berdiri disini dan – “ Rasa mual memenuhiku dan aku menegang, tanganku serta merta memegang pasak perak yang kusimpan di kantong jaketku. Sydney masih memasang tampang kesal, tapi ekspresinya tercampur dengan kebingungan sekarang seiring perubahan dalam posisiku. Dia menilaiku, aku membiarkannya. “Ada apa?” tanyanya. “Kau akan memiliki urusan dengan tubuh Strigoi lagi,” kataku, tepat di saat Strigoi menyerangnya.

duestinae89.blogspot.com

Dua LEBIH MEMILIH SYDNEY SEBAGAI INCARANNYA ketimbang aku merupakan serangan yang buruk bagi seorang Strigoi. Akulah yang merupakan lawannya; dia harusnya membasmiku dulu. Posisi kami menempatkan Sydney di hadapannya, jadi dia harus membunuh Sydney dulu sebelum dia dapat membunuhku. Dia mencengkram bahu Sydney dan menyetakkanya ke arahnya. Dia cepat – mereka memang cepat – tapi aku sedang semangat bermain sekarang. Tendangan cepat menyentaknya ke arah dinding bangunan di dekatnya dan membebaskan Sydney dari cengkramannya. Dia mengeram saat terbanting dan merosot ke tanah, membeku dan terkejut. Bukan hal yang mudah untuk menjatuhkan seorang Strigoi, tidak dengan gerak refleks mereka yang cepat. Ia tidak lagi mengincar Sydney dan mengalihkan perhatiannya padaku, mata merah yang penuh amarah dan bibir yang mengerucut untuk menunjukkan taringnya. Dia bangkit dari posisi jatuhnya itu dengan kecepatan yang tidak biasa dan menyerbuku mendadak. Aku menghindarinya dan mencoba memukulnya saat ia mencoba mmenghindar sebagai balasannya. Serangannya selanjutnya adalah memerangkapku dalam tangannya, dan aku tersandung, sedikit menjaga keseimbanganku. Pasakku masih kugenggam di tangan kanan, tapi aku butuh kesempatan untuk menusuk dadanya. Strigoi yang pintar akan membelokkan dirinya ketika menyerang untuk melindungi jantungnya dari penglihatan penyerang. Pria ini hanya melakukan perkerjaan separuh-separuh, dan jika aku bisa hidup cukup lama, aku lebih menyukai mendapatkan sebuah kesempatan terbuka. Sesaat kemudian, Sydney datang dan memukulnya dari belakang. Bukanlah pukulan yang cukup kuat, tapi itu mengganggu Strigoi itu. Ini adalah kesempatanku. Aku melompat sekeras yang aku bisa, melemparkan seluruh beratku ke arahnya. Pasakku menikam jantungnya ketika kami terhempas menabrak dinding. Selalu sangat sederhana. Kehidupan – atau kehidupan bagi yang telah mati atau apalah itu – menghilang darinya. Dia berhenti bergerak. Aku menyetakkan pasakku keluar setelah aku yakin dia benar-benar telah mati dan melihat tubuhnya berderak di tanah. Sama seperti semua Strigoi yang sudah kubunuh sebelumnya, aku mendapatkan perasaan yang aneh. Bagaimana kalau dia adalah Dimitri? aku mencoba membayangkan wajah Dimitri di tubuh Strigoi ini, mencoba membayangkannya terbaring sebelum aku. Jantungku terbelit dalam dadaku. Untuk sejenak, gambaran hal itu muncul disana. kemudian – hilang. Dia hanyalah Strigoi lain. Dengan cepat ku hilangkan ketidakfokusan ini dan mengingatkan diriku sendiri kalau aku memiliki hal yang lebih penting untuk kukhawatirkan sekarang. Aku harus memeriksa Sydney. Bahkan dengan manusia, perasaan alamiku untuk melindungi tidak bisa kuhilangkan begitu saja. “Apa kau baik-baik saja?”

duestinae89.blogspot.com

Dia mengangguk, terlihat gemetar tapi tidak terluka. “Kerja bagus,” katanya. Suaranya seperti berusaha untuk terdengar percaya diri. “Aku tidak pernah ... aku tidak pernah melihat satu pun dari mereka terbunuh secara langsung ...” Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya, tapi kemudian, aku masih belum bisa mengerti bagaimana dia mengetahui segala sesuatu mengenai semua ini terlebih dahulu. Dia terlihat syok, jadi kuraih tangannya dan mulai membimbingnya. “Ayolah, ayo kita pergi ke tempat lebih banyak orang.” Kurasa Strigoi yang bersembunyi disekitar Nightingale bukanlah ide gila. Tempat apa yang lebih baik untuk menguntit Moroi selain di tempat mereka sering bergaul? Semoga saja sebagian besar pengawal memiliki insting yang cukup untuk menjaga tugas mereka di tempat seperti ini. Saran untuk pergi menyentak Sydney dari kesadarannya. “Apa?” dia berteriak. “Kau akan meninggalkanya juga?” Aku melemparkan tanganku. “Apa yang kau harapkan dariku? Kurasa aku bisa memindahkannya ke belakang tong sampah dan kemudian biarkan sinar matahari membasminya. Itulah yang biasa kulakukan.” “Benar. Dan bagaimana jika seseorang datang untuk mengambil sampah? Atau keluar dari pintu-pintu belakang ini?” “Baiklah, aku bisa menghancurkannya. Atau membakarnya. Barbeque Vampire, sejenis hal yang bisa menarik perhatian, kan?” Sydney mengangguk dengan gusar dan berjalan mengelilingi tubuh itu. Dia membuat mimik wajah yang aneh ketika dia menatap ke bawah ke arah Strigoi itu dan meraih dompet kulit besarnya. Dari benda itu, dia membuat sebuah botol kecil. Dengan gerakan terampil, dia menyiramkan isi botol kecil itu keseluruh tubuh Strigoi itu kemudian dengan cepat mundur. Ketika tetesannya menyentuh mayat itu, asap kuning mulai melayang-layang. Asap itu mulai bergerak lambat, menyebar secara horizontal bukannya vertikal hingga menyelimuti selurut tubuh Strigoi itu. Kemudian ia mengerut dan mengerut hingga tidak tersisa apa-apa selain sekepal bola. Beberapa detik kemudian, asap itu benar-benar hilang, meninggalkan tumpukan debu yang tidak berbahaya. “Terimakasih kembali,” kata Sydney datar, masih memberikan tatapan tidak menerima padaku. “Apa-apaan itu tadi?” aku memekik. “Tugasku. Bisakah kau memanggilku lain kali jika hal ini terjadi lagi?” Dia mulai berpaling menjauh. “Tunggu! Aku tidak bisa memanggilmu – aku tidak tahu siapa dirimu.”

duestinae89.blogspot.com

Dia melirik ke arahku dan menyapukan rambut pirangnya dari wajahnya. “Benarkah? Kau serius, kan? Kupikir kalian sudah diberitahukan mengenai kami setelah kalian lulus.” “Oh, lucu. Aku sebenarnya, mm, belum lulus.” Mata Sydney melebar. “Kau melakukan hal...hal itu ...tapi tidak pernah lulus?” Aku mengangkat bahu dan dia terdiam selama beberapa saat. Akhirnya dia menarik nafas lagi dan berkata, “ Kurasa kita harus bicara.” Seolah kami belum pernah melakukannya saja. Bertemu dengannya pastilah hal yang paling aneh yang pernah terjadi padaku sejak datang ke Rusia. Aku ingin tahu mengapa dia berpikir kalau aku seharusnya berhubungan dengannya dan bagaimana dia menghancurkan mayat Strigoi. Dan, saat kami kembali ke jalan yang padat dan berjalan ke arah sebuah kafe yang ia suka, membuatku terpikir jika dia tahu mengenai dunia Moroi, berarti ada kemungkinan dia juga tahu dimana desa Dimitri berada. Dimitri. Dia lagi, sekilas mucul di pikiranku. Aku tidak punya petunjuk jika dia benar-benar bersembunyi di dekat kampung halamannya, tapi aku tidak punya tujuan lain. Lagi, perasaan yang aneh melingkupiku. Pikiranku mengabur dengan wajah Dimitri yang terpasang ditubuh Strigoi yang baru kubunuh: kulit pucat, mata merah yang kejam .... Tidak, dengan keras kukatakan pada diriku sendiri. Jangan fokus pada hal itu. Jangan panik. Sebelum aku bertemu dengan Dimitri yang telah berubah menjadi Strigoi, aku harus mengeluarkan kekuatan dari ingatanku mengenai dirinya yang kucintai, dengan mata cokelat teduhnya, tangannya yang hangat, pelukannya yang membara ... “Apa kau baik-baik saja ... um, apapun namamu?” Sydney menatapku aneh, dan aku baru sadar kalau kami sudah berhenti di depan sebuah restoran. Aku tidak tahu terlihat seperti apa wajahku, tapi pastilah cukup untuk meningkatkan perhatiannya. Hingga sekarang, kesanku selama perjalanan kami adalah kalau dia ingin berbicara sedikit mungkin denganku. “Ya, ya, baik,” jawabku kasar, memasang tampang pengawal di wajahku. “Dan aku Rose. Apa ini tempatnya?” Memang ini tempatnya. Dekorasi restoran cerah dan ceria, sekalipun sebuah tangisan yang jauh dari kemewahan Ninghtingale datang. Kami duduk di kursi kulit hitam – yang maksudku plastik kulit palsu – di pojokan, dan aku sangat senang melihat menunya berisikan baik makanan Amerika maupun makanan Rusia. Daftarnyanya sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris dan aku hampir menitikkan air liurku ketika aku melihat ayam goreng tepung. Aku sedang kelaparan setelah tidak makan di klub, dan pikiran daging goreng kering adalah makanan termewah setelah berminggu-minggu makan dengan kol dan sekarang dikenal sebagai McDonald‟s. Seorang pelayan datang, dan Sydney memesan dengan bahasa Rusia yang fasih. Saat itu aku hanya menunjuk ke menu saja. Huh. Sydney penuh dengan kejutan. Mempertimbangkan sikap kasarnya, aku berharap dia menanyaiku langsung sekarang juga, tapi ketika pelayan itu pergi, Sydney tetap diam, malah memainkan serbetnya dan menghindari kontak mata. Sangat aneh. Dia sangat terlihat tidak

duestinae89.blogspot.com

nyaman di sekitarku. Bahkan dengan adanya meja diantara kami, seperti dia tidak bisa lebih jauh lagi. Sekalipun begitu sikap bengisnya barusan tidak bisa dipalsukan, dan dia tidak mau menyerah mengenai diriku yang menurutnya harus mengikuti aturan apalah yang dia percayai. Sebenarnya, dia mungkin sedang bermain berpura-pura malu, tapi aku tidak punya keraguan untuk mengeluarkan topik yang tidak mengenakkan sekalipun. Faktanya, itu adalah labelku selama ini. “Jadi, apa kau sudah siap mengatakan padaku siapa dirimu dan apa yang sebenarnya terjadi?” Sydney menengadah. Sekarang kami ada di tempat yang penuh cahaya, aku bisa melihat mata cokelatnya. Aku juga menyadari kalau dia memilike tato menarik di bawah pipi kirinya. Tintanya terlihat seperti emas, sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya. Tatonya merupakan gabungan motif dari bunga dan daun dan hanya benar-benar terlihat ketika dia memiringkan kepalanya dengan cara yang tepat sehingga warna emas itu berkilau terkena cahaya. “Aku sudah mengatakannya padamu,” katanya. “Aku seorang Alkemis.” “Dan aku juga sudah katakan padamu, aku tidak tahu apa itu. Apa itu salah satu dari kata yang berasal dari bahasa Rusia?” Bahkan tidak terdengar seperti bahasa Rusia. Senyum separuh muncul di bibirnya. “Tidak. Aku yakin kamu belum pernah mendengar mengenai ilmu alkemi juga sebelumnya, kan?” Aku mengangguk, dan dia menyangga dagunya dengan tangannya, matanya menatap ke arah meja lagi. Dia menelan ludah, seolah dia sedang mempersiapkan dirinya sendiri kemudian kata-kata berhamburan keluar. “Kembali ke abad pertengahan, ada beberapa orang yang yakin jika mereka bisa menemukan formula yang benar atau sihir, mereka bisa mengubah timah menjadi emas. Tidak mengejutkan, mereka tidak bisa melakukannya. Hal ini tidak menghentikan mereka untuk terus melanjutkan segala macam hal-hal berbau mistik lain dan semua yang berkaitan dengan kegiatan supernatural, dan bahkan mereka memang menemukan suatu sihir.” Dia mengerutkan dahi. “Vampir.” Aku kembali berpikir mengenai sejarah Moroi di kelas. Abad pertengahan adalah ketika jenis kami benar-benar mulai menarik diri dari manusia, bersembunyi dan menjaga satu sama lain. Saat itu lah ketika Vampir benar-benar menjadi mitos sejauh yang dipercayai dunia, dan bahkan Moroi malah menjadi buruan berharga. Sydney menyadari pikiranku. “ Dan saat itulah ketika Moroi mulai menjauh. Mereka memiliki sihir mereka, tapi manusia mulai melebihi mereka. Kita masih melakukannya.” Kata-kata itu hampir menorehkan senyum di wajahnya. Moroi kadang memiliki masalah kehamilan, ketika manusia terlihat sangat mudah untuk dimiliki sesekali. “Dan Moroi membuat perjanjian dengan para Alkemis. Jika para Alkemis mau menolong Moroi dan dhampir dan komunitas mereka tetap menjadi rahasi dari manusia, Moroi akan memberi kami ini.” dia menyentuh tato emasnya.

duestinae89.blogspot.com

“Apa itu?” tanyaku. “Maksudku, disamping wujudnya yang jelas adalah tato.” Dengan lembut dia mengusap tato itu dengan ujung jarinya dan tidak menyembunyikan nada sarkastik pada suaranya. “Malaikat penjagaku. Ini benar-benar emas dan” - dia menyeringai dan menjatuhkan tangannya – “darah Moroi, sihir air dan bumi.” “Apa?” suaraku keluar terlalu keras, dan beberapa orang di restoran menoleh ke arahku. Sydney terus berbicara, suaranya terdengar lebih rendah - dan terasa pahit. “Aku tidak terlalu takut mengenai hal ini, tapi ini adalah „hadiah‟ untuk kami melindungi kalian. Sihir air dan tanah mengikat emas ke kulit kami dan memberikan kami pembawaan yang Moroi miliki – sebenarnya, kedua sihir itu. Aku hampir tidak pernah sakit. Aku akan hidup dalam waktu yang lama.” “Kurasa itu terdengar bagus,” kataku tidak yakin. “Mungkin beberapa. Kami tidak punya pilihan. „karier‟ ini adalah keturunan keluarga – diturunkan. Kami semua harus belajar mengenai Moroi dan dhampir. Kami bekerja sebagai penghubung diantara manusia yang membiarkan kami menutupi keberadaan kalian karena kami lebih mudah bergerak bebas. Kami mendapatkan trik dan teknik untuk membersihkan tubuh Strigoi – seperti ramuan yang kau lihat. Sebagai balasannya, kami ingin berada jauh dari kalian sebisa mungkin – karena itulah mengapa sebagian besar dhampir tidak diberitahukan mengenai keberadaan kami hingga mereka lulus. Dan Moroi tidak pernah sama sekali.” Dia mendadak berhenti. Kurasa pelajarannya sudah berakhir. Kepalaku terasa pusing. Aku tidak pernah, tidak pernah memikirkan hal seperti ini sebelumnya – tunggu. Pernahkah? Sebagian besar pendidikanku lebih ditegaskan pada aspek fisik untuk menjadi seorang pengawal: menjaga, bertarung, dll. Seringkali aku juga mendengar petunjuk tidak jelas pada sesuatu di luar sana di dunia manusia yang akan menolong menyembunyikan Moroi atau mengeluarkan mereka dari situasi aneh dan berbahaya. Aku tidak pernah terpikir tentang hal ini atau mendengar mengenai Alkemis. Jika aku tetap tinggal di sekolah, mungkin aku akan mendengarnya. Semua ini mungkin bukalah ide yang disarankan oleh diriku sendiri, tapi sifat alamiku tidak bisa kompromi. “Mengapa tetap menjaga sihir di dalam dirimu? Mengapa tidak membaginya dengan dunia?” “Sebab ada bagian lain dari tenaga ini. Ini menghentikan kami untuk mengatakan jenismu yang bisa membahayakan atau menunjukkan identitas mereka.” Sihir yang mengikat mereka untuk bebricara ... terdengar mencurigakan seperti kompulsi. Semua moroi bisa menggunakan sedikit kompulsi, dan sebagian besar bisa menggabungkan komplsi dengan sihir mereka kepada suatu objek untuk memberikan apa yang mereka inginkan. Sihir Moroi sudah berubah setiap tahunnya, dan kompulsi sudah dikaitkan dengan sikap yang tidak bermoral sekarang. Aku rasa tato ini sangat tua, mantera zaman dulu yang turun-temurun selama berabad-abad.

duestinae89.blogspot.com

Aku mengulang apa yang dikatakan Sydney, lebih banyak pertanyaan berputar di kepalaku. “Mengapa ... mengapa kalian ingin tinggal menjauh dari kami? Maksudku, bukankah aku terlihat bisa menjadi sahabat kental selamanya atau apalah ....” “Sebab itu adalah tugas kami dari Tuhan untuk melindungi sisa-sisa kemanusiaan dari makhluk jahat di malam hari.” Secara spontan, tangannya menyentuh kepada sesuatu di lehernya. Benda itu hampir tertutup jaketnya, tapi sebuah bagian dari tulang dadanya dengan berani menunjukkan sebuah salib emas. Reaksi awalku tidak terlalu menyenangkan, mengingat aku tidak terlalu religius. Kenyataannya, aku tidak pernah merasa nyaman berada disekitar orang-orang yang taat dan percaya. Tiga puluh detik kemudian, keseluruhan pengaruh dari kata-katanya yang masuk. “Tunggu sebentar,” aku berseru marah. “Apa kau membicarakan semua tentang kami – dhampir dan Moroi? Kami semua makhluk jahat di malam hari?” Tangannya jatuh dari salibnya, dan dia tidak merespon. “Kami tidak sama dengan Strigoi!” aku memukul meja. Wajahnya tetap terlihat lunak. “Moroi minum darah manusia. Dhampir adalah keturunan tidak alami dari mereka dan manusia.” Tidak ada yang pernah menyebutku tidak alami sebelumnya, kecuali untuk saat ketika aku meletakkan saos diatas taco. Tapi sungguh, kami tidak bisa menari salsa, jadi apa yang harus kulakukan? “Moroi dan dhampir tidak jahat,” kataku pada Sydney. “Tidak seperti Strigoi” “Itu benar,” katanya mengakui. “Strigoi lebih jahat.” “Hey, bukan itu mak –“ Makanan datang kemudian, dan ayam goreng tepung hampir cukup menggangguku dari kemarahan akibat dibandingkan dengan Strigoi. Kebanyakan semua ini menundaku dari respon tiba-tiba untuk kata-katanya, dan aku sedikit demi sedikit memotong lapisanya yang hampir mencair kemudian. Sydney memesan burger keju dan kentang goreng dan mengigit makanannya dengan lembut. Setelah menyelesaikan seluruh paha ayam, aku akhirnya mampu melanjutkan argumen tadi. “Kami sama sekali tidak sama dengan Strigoi. Moroi tidak membunuh. Kau tidak punya alasan untuk takut pada kami.” Lagi, aku bukannya mengutarakan kenyamanan tinggal bersama manusia. Tidak satupun dari jenisku, tidak dengan cara manusia yang terburu-buru senang dan siap bereksperimen terhadap apapun yang mereka tidak mengerti.

duestinae89.blogspot.com

“Setiap manusia yang mempelajari kalian tidak akan terhindari pasti juga akan mempelajari mengenai Strigoi,” katanya. Dia memainkan kentang gorengnya tapi tidak benar-benar memakannya. “Mengetahui tentang Strigoi yang memungkinkan manusia untuk melindungi diri mereka sendiri, pikirkan.” Mengapa aku bermain sebagai pengacara setan disini? Dia berhenti memainkan kentang gorengnya dan menjatuhkannya kembali ke piringnya. “Mungkin. Tapi ada banyak manusia yang akan tergoda dengan pemikiran hidup dalam keabadian – bahkan jika harganya berarti melayani Strigoi sebagai bayarannya agar diubah menjadi makhluk dari neraka. Kau harusnya terkejut bagaimana cara manusia merespon ketika mereka mempelajari tentang vampir. Keabadian adalah daya tarik terbesar – mengesampingkan kekejaman yang ada bersamanya. Banyak manusia yang mempelajari Strigoi mencoba untuk melayani mereka, dengan harapan mereka akan diubah.” “Itu gila –“ aku berhenti. Tahun lalu, kami menemukan bukti kalau manusia membantu Strigoi. Strigoi tidak bisa menyentuh pasak perak, tapi manusia bisa, dan sebagian dari mereka menggunakan pasak itu untuk melawan Moroi. Apakah manusia-manusia itu sudah dijanjikan untuk hidup dalam keabadian? “Jadi,” kata Sydney, “Itulah mengapa ini adalah cara terbaik jika kami memastikan tidak ada yang tahu mengenai satu pun tentang kalian. Kalian ada di luar sana – kalian semua – dan tidak ada apa pun yang bisa diubah mengenai semua ini. Kau melakukan tugasmu dengan mencabik-cabi Strigoi, dan kami akan melakukan pekerjaan kami dan melindungi jenis kami.” Aku mengunyah sayap ayam dan menahan diriku dari maksud tidak langsung kalau dia melindungi jenisnya dari orang-orang seperti kami juga. Dari beberapa hal, apa yang ia katakan menimbulkan sesuatu yang menarik. Tidak mungkin kalau kami bisa bergerak di dunia ini tanpa terlihat, dan ya, aku mengakui, sangat penting ketika seseorang bisa menghilangkan mayat Strigoi. Manusia bekerja bersama Moroi adalah pilihan yang ideal. Beberapa manusia bisa bergerak di dunia dengan bebas, khusunya jika mereka memiliki sejenis hubungan dan jaringan yang dia jaga secara tidak langsung. Aku membeku di tengah kunyahanku, mengingat pikiran terbaruku ketika pertama kali aku datang kesini dengan Sydney. Aku menolak diriku untuk menelan dan kemudian mengambil minum dengan tegukkan panjang. “Ini pertanyaannya. Apa kau punya jaringan di seluruh Rusia?” “Sayangnya,” katanya. “Ketika Alkemis berusia delapan belas tahun, kami dikirim ke dalam sebuah pelatihan untuk mendapatkan pengalaman pertama dalam pertukaran dan membuat koneksi. Aku lebih memilih tinggal di Utah.” Itu adalah hal tergila yang mungkin pernah kudengar dari seluruh hal yang ia katakan padaku, tapi aku tidak ingin menunjukkannya. “Koneksi jenis apa yang sebenarnya kalian lakukan?”

duestinae89.blogspot.com

Dia mengangkat bahu. “Kami mengikuti pergerakan sebagian besar Moroi dan dhampir. Kami juga tahu banyak mengenai tingkat petinggi pemerintahan resmi – diantara manusia dan Moroi. Jika ada seorang vampir terlihat diantar manusia, kami biasanya bisa menemukan seseorang yang penting yang bisa membayar seseorang atau apapun ... semua itu akan membersihkannya di bawah pengamanan.” Mengikuti pergerakan Moroi dan dhampir. Kena. Aku mencondongkan tubuhku mendekatinya dan merendahkan suaraku. Segalanya terlihat berkaitan saat ini. Aku sedang mencari sebuah desa ... sebuah desa yang dihuni oleh kaun dhampir di Siberia. Aku tidak tahu namanya.” Dimitri hanya pernah menyebutkan nama desa itu sekali, dan aku lupa. “Namanya terdengar seperti ... Om?” “Omsk,” dia memperbaiki penyebutanku. Tubuhku tegak. “Kau tahu tentang desa ini?” Dia tidak langsung menjawab, tapi matanya mengkhianatinya. “Mungkin.” “Kau tahu!” aku berseru. “Kau harus mengatakan padaku dimana tempatnya. Aku harus kesana” Wajahnya berubah. “Apa kau akan menjadi ... bagian dari mereka?” Jadi Alkemis tahu mengenai pelacur darah. Tidak mengejutkan. Jika Sydney dan kelompoknya tahu hal lain mengenai dunia vampir, mereka juga pasti tahu tentang hal ini juga. “Tidak,” kataku angkuh. “Aku hanya harus menemukan seseorang.” “Siapa?” “Seseorang.” Jawaban itu hampir membuatnya tersenyum. Mata cokelatnya terlihat berpikir seiring dia mengunyah kentang gorengnya. Dia hanya menggigit dua kali burger kejunya, dan makanan itu hanya menjadi dingin. Aku ingin memakannya dengan dasar yang kuat. “Aku akan segera kembali,” katanya kasar. Dia berdiri dan menyebrangi ruangan ke pojokan yang sepi di kafe itu. Membuat sebuah handphone dari dompet sihir itu, dia membalikkan badannya dari ruangan dan menelepon. Aku menghabiskan ayamku kemudian dan menolong diriku sendiri dengan mengambil kentang gorengnya semenjak benda itu terlihat berkurang dan berkurang seolah Sydney ingin melakukan apapun dengan mereka. Ketika aku makan, aku mempertimbangkan kemungkinan sebelum diriku sadar, mengira aku akan menemukan kota Dimitri tinggal semudah ini. Dan sekali aku berada disana ... apakah akan menjadi semudah ini? Apakah dia ada disana, hidup dalam bayangan dan berburu mangsa? dan ketika berhadapan dengannya, bisakah aku benar-benar menancapkan pasakku ke jantungnya? Gambaran tidak diinginkan itu muncul lagi, Dimitri dengan mata merah dan –

duestinae89.blogspot.com

“Rose?” Aku mengerjap. Aku benar-benar sudah menghayal terlalu jauh, dan Sydney sudah kembali. Dia kembali duduk di hadapanku. “Jadi, ini terlihat –“ Dia berhenti sejenak dan menatap ke bawah. “Apa kau memakan kentang gorengku?” Aku tidak punya petunjuk dari mana dia mengetahuinya, mengingat dia memesan dalam porsi yang banyak. Aku hampir tidak membuat jejak sama sekali. Membayangkan aku mencuri kentang goreng mungkin bisa dijadikan bukti bahwa aku bisa menjadi makhluk jahat di malam hari, aku berkata dengan fasih, “Tidak.” Dia merengut sesaat, mempertimbangkan, dan kemudian berkata, “Aku tahu ada dimana kota itu. Aku pernah kesana sebelumnya.” Aku mengejang. Oh Tuhan. Ini semua benar-benar terjadi, setelah seluruh minggu pencarianku. Sydney akan mengatakan dimana tempat itu dan aku bisa pergi dan mencoba lebih dekat dengan bab terkacau dalam hidupku. “Terima kasih, trimakasih banyak –“ Dia mengangkat tangannya untuk membuatku diam dan aku menyadari betapa kacaunya dia terlihat sekarang. “Tapi aku tidak akan mengatakannya padamu dimana tempatnya.” Mulutku menganga. “Apa?” “Aku akan mengantarkanmu sendiri kesana.”

duestinae89.blogspot.com

Tiga “TUNGGU – APA?” AKU BERSERU. Bukan itu rencananya. Itu bahkan tidak termasuk dalam rencana sama sekali. Aku telah mencoba pindah melalui Rusia dengan setersembunyi yang aku bisa. Ditambah lagi, aku benar-benar tidak nyaman dengan pemikiran tentang memiliki seorang teman seperjalanan – khususnya karena dia muncul dengan perasaan benci padaku. Aku tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Siberia – beberapa hari, kurasa – dan aku tidak bisa membayangkan menghabiskan waktu-waktu itu dengan mendengarkan Sydney yang membicarakan tentang betapa tidak alami dan jahatnya diriku. Menelan sikapku yang bisa menyakiti hati orang lain, aku menunjukkan alasan. Paling tidak, akulah yang meminta tolong disini. “Itu tidak perlu,” kataku, memaksakan bibirku tersenyum. “Tawaranmu sangat menyenangkan, tapi aku tidak ingin merepotkanmu.” “Sebenarnya,” jawabnya kering, “tidak bisa seperti itu. Dan bukannya aku ingin terlihat baik. Hal itu bahkan bukan pilihanku. Itu adalah perintah dari atasanku.” “Terdengar akan menyulitkanmu. Mengapa kau tidak mengatakannya saja padaku dimana letaknya, dan melupakannya saja setelah itu?” “Kau jelas tidak kenal kepada siapa aku bekerja.” “Tidak butuh. Aku menolak kekuasaan selama ini. Tidak sulit ketika kau mencobanya sesekali.” “Ya? Bagaiamana hal itu bekerja padamu ketika kau ingin menemukan desa itu?” tanyanya mengejek. “Dengar, jika kau ingin kesana, hanya ini satu-satunya jalan.” Baiklah – itulah jalan satu-satunya untuk pergi kesana yaitu menggunakan Sydney sebagai sumber informasiku. Aku bisa saja kembali untuk mengamati Nightingale ... tapi itu akan membutuhkan waktu lama untuk bisa mendapatkan pencapaian seperti ini. Lagi pula, dia ada disini, di hadapanku dengan informasi yang aku butuhkan. “Mengapa?” tanyaku. “Mengapa kau ingin pergi bersamaku?” “Aku tidak bisa mengatakan alasannya mengapa. Digaris bawahi : Mereka yang menyuruhku seperti itu.” Manis sekali. Aku menatapnya, mencoba menebak apa yang sedang terjadi disini. Mengapa bisa siapapun – membiarkan manusia sendirian dengan tangan mereka di dunia Moroi – peduli kemana satu orang vampir remaja pergi? Aku tidak merasa kalau Sydney memiliki motif tersembunyi – kecuali jika dia adalah artis yang sangat sangat bagus. Jelas sekali orang-orang yang dimaksudkan Sydney memiliki rencana, dan aku tidak suka dipermainkan dalam rencana orang lain. Disaat yang sama, aku

duestinae89.blogspot.com

cemas dengan keterlibatan ini. Setiap hari yang kulalui hanyalah hari-hari dimana aku tidak menemukan Dimitri. “Seberapa cepat kita bisa berangkat?” aku bertanya akhirnya. Sydney, menurutku, adalah pegawai administrasi. Dia menunjukkan ketidakahlian dalam hal mengikutiku. Tentu saja tidak akan menjadi sesusah itu untuk menyingkirkannya ketika kami sudah cukup dekat dengan kota kelahiran Dimitri. Dia terlihat kecewa dengan responku, hampir terlihat kalau dia berharap aku akan menolak dan kemudian ia akan terlepas dari permasalahan ini. Dia lebih tidak ingin ikut daripada aku. Ia membuka dompetnya dan mengambil handphonenya lagi, mengutak-atiknya selama beberapa menit, dan akhirnya menghasilkan jadwal kereta. Dia menunjukkanku jadwal untuk hari esok. “Apa kau mengerti dimana tempatnya?” Aku mempelajari layar itu dan mengangguk. “Aku tahu dimana stasiun itu. Aku bisa kesana.” “Ok.” Dia berdiri dan meletakkan beberapa uang tunai di atas meja. “Aku tunggu kau besok.” Dia mulai berjalan pergi dan kemudian melirik kembali ke arahku. “Oh, dan kau bisa ambil sisa kentang gorengku.” Pertama kali aku datang ke Rusia, aku tinggal di asrama putri. Aku tentu saja punya uang untuk tinggal dimana pun, tapi aku ingin tetap berada di luar perhatian. Disamping itu, kemewahan bukanlah hal pertama yang terlintas dalam pikiranku. Ketika aku mulai pergi ke Nightingale, aku menemukan kalau susah bagiku untuk kembali ke asrama yang dipenuhi oleh siswa penjelajah ketika aku mengenakan gaun mahal. Jadi aku tinggal di hotel mewah sekarang, lengkap dengan laki-laki yang selalu membukakan pintu dan Lobi berlantaikan pualam. Lobi itu sangat besar sampai aku berpikir kalau seluruh asrama bisa masuk ke dalamnya. Mungkin dua asrama. Kamarku besar dan berlebihan juga, aku sangat bersyukur bisa segera sampai di kamarku dan melepaskan sepatu hak tinggi dan gaunku. Dengan sedikit penyesalan dan kepedihan, aku sadar kalau aku harus meninggalkan gaun-gaunku yang kubeli di Saint Petersburg. Aku ingin meringankan beban bawaanku ketika aku harus mengelilingi negara ini, dan meskipun tasku besar, hanya ada beberapa bawaan yang bisa kubawa. Oh baiklah. Gaun-gaun itu akan menjadi kebahagian bagian wanita yang membersihkan kamarku, aku tidak meragukannya. Ornamen yang akan kubawa dan kubutuhkan hanyalah nazarku, anting-anting yang terlihat seperti mata berwarna biru. Ini adalah pemberian ibuku, yang juga merupakan pemberian ayahku. Aku selalu mengalungkannya di leherku. Kereta kami ke Moskow akan berangkat pagi-pagi sekali, dan kemudian kami akan menaiki kereta yang akan melintasi negara ke Siberia. Aku ingin beristirahat yang cukup dan siap untuk segala hal. Sekali aku mengenakan piamaku, aku meringkuk di bawah selimut berat di ranjangku dan berharap aku akan segera tidur. Bukannya tidur, pikiranku malah berputar dengan semua yang baru saja terjadi. Kondisi Sydney adalah sesuatu yang ganjil namun masih bisa kutangani. Selama kami terjebak di dalam transportasi umum, dia bisa menuntunku ke arah cengkraman pemimpin misteriusnya. Dan dari apa yang ia katakan mengenai jadwal perjalanan,

duestinae89.blogspot.com

sepertinya hanya akan membutuhkan waktu dua hari saja untuk mencapai desa itu. Dua hari bisa jadi lama atau sebentar. Maksudku aku bisa berhadapan dengan Dimitri dalam waktu beberapa hari lagi ... dan kemudian apa? Bisakah aku melakukannya? Bisakah aku mmembawa diriku untuk membunuhnya? Dan meskinpun aku sudah memutuskan untuk melakukannya, sudahkan aku memiliki kemampuan untuk melawannya? Pertanyaan yang sama yang kutanyakan pada diriku sendiri selama dua minggu terakhir ini terus dan terus menggangguku. Dimitri mengajari semua yang aku tahu, dan dengan gerak refleksnya yang tinggi sebagai seorang Strigoi, dia mungkin benar-benar akan menjadi dewa seperti yang selalu kukatakan ketika aku bercanda dengannya. Kematian adalah kemungkinan paling nyata bagiku. Tapi khawatir pun tidak akan menolong sekarang, melihat ke jam dinding di kamar, aku mengetahui kalau aku masih bangun dalam posisi terbaring ini hampir selama satu jam. Itu tidak baik. Aku butuh dalam kondisi puncak. Jadi aku melakukan sesuatu yang aku ketahui tidak baik untuk kulakukan, tapi selalu bekerja untuk membuat pikiranku keluar dari kekhawatiranku - sebagian besar dikarenakan aku memasuki pikiran orang lain. Masuk ke dalam kepala Lissa hanya membutuhkan sedikit konsentrasi dalam bagianku. Aku tidak tahu jika aku bisa melakukannya ketika kami terpisah sangat jauh, tapi aku menemukan kalau prosesnya tidak berbeda dari apa yang kulakukan ketika aku masih berada di sampingnya. Masih pagi buta di Montana, dan Lissa tidak punya kelas hari ini mengingat ini hari Sabtu. Sepanjang waktuku dulu, aku bekerja sangat keras untuk membentuk dinding tidak terlihat diantara kami, hampir menghalangi pikiran dan perasaanya keluar. Sekarang, berada di dalam dirinya, semua rintangan menurun, dan emosinya menubrukku seperti gelombang pasang. Dia sedang marah. Sangat marah. “Mengapa dia berpikir kalau dengan hanya menggerakkan jarinya saja, dia bisa membuatku pergi kemanapun dia inginkan, kapanpun dia inginkan?” Lissa mengeram. “Karena dia sang ratu. Dan karena kau sudah membuat perjanjian dengan setan.” Lissa dan pacarnya, Christian, sedang bersantai dia loteng kapel sekolah. Segera setelah aku mengenali situasinya, aku hampir menarik diriku keluar dari kepalanya. Mereka berdua memiliki banyak cara untuk membuat acara „romantis‟ disini, dan aku tidak ingin berada di sekitar mereka ketika pakaian segera di renggut terlepas. Untungnya – atau mungkin tidak – rasa kesal Lissa mengatakan padaku kalau tidak ada seks hari ini, tidak dengan suasana hatinya yang jelek. Sebenarnya terlihat ironis. Peran mereka berdua bertukar. Lissa yang sedang marah dan Christian berperan tenang dan menyejukkan, mencoba untuk tampil kalem demi kebaikan Lissa. Dia duduk di lantai, bersandar ke dinding, ketika Lissa duduk di depannya, kakinya membuka dan tangannya memeluk Lissa. Lissa membaringkan kepalanyanya ke dada Christian dan menarik nafas panjang. “Selama beberapa minggu terakhir, aku sudah melakukan apapun yang ia minta! „Vasilisa, tolong tunjukkan tamu bangsawan idiot berkeliling kampus.‟ „Vasilisa, tolong melompatlah ke dalam pesawat di akhir minggu jadi aku bisa memperkenalkanmu pada beberapa petugas resmi membosankan di istana.‟

duestinae89.blogspot.com

„Vasilisa, tolong masukan para siswa muda ke dalam pekerjaan sukarelawan. Itu akan terlihat bagus.‟” Mengesampingkan rasa frustasi Lissa, aku tidak bisa menolak sedikit hiburan yang kulihat ini. Dia bisa menirukan suara Ratu Tatiana dengan sempurna. “Kau melakukan yang terakhir dengan ikhlas,” Cristian mengingatkan. “Ya ... mengingatkan untuk menjadi ikhlas. Aku membencinya yang mencoba memerintah setiap bagian dalam hidupku sekarang.” Christian mencondongkan kepalanya dan mencium pipi Lissa. “Seperti kataku tadi, kau membuat perjanjian dengan setan. Kau kekasihnya sekarang. Dia ingin memastikan kalau kau membuatnya terlihat baik.” Lissa cemberut. Meskipun kaum Moroi hidup di tengah-tengah kota manusia dan merupakan pekerja dalam pemerintahan manusia itu sendiri, mereka juga diatur oleh raja atau ratu yang dipilih dari dua belas keluarga bangsawan Moroi. Ratu Tatiana – seorang Ivashkov – merupakan pemimpin sekarang, dan dia memiliki minat yang khusus kepada Lissa yang merupakan keturunan terakhir dari keluarga Dragomir. Oleh karena itu, Tatiana membuat kesepakatan dengan Lissa. Jika Lissa tinggal di istana setelah lulus dari Akademi St. Vladimir, ratu akan mengatur agar ia bisa masuk di Universitas Lehigh di Pennysylvania. Lissa sangat cerdas dan pemikiran untuk tinggal di rumah Tatiana akan sangat adil jika ditukar dengan universitas yang lebih besar, lebih berkelas, dan merupakan kebalikan dari pilihan kaum Moroi lain untuk pergi ke universitas yang lebih kecil (untuk alasan keamanan). Seperti yang Lissa ketahui, syarat itu terikat dengan kesepakatan yang sudah ia buat. “Dan aku hanya duduk dan terima saja,” kata Lissa. “Aku hanya tersenyum dan berkata „Ya, yang mulia. Apapun yang kau inginkan, yang mulia.‟” “Kalau begtu katakan padanya kalau kesepakatan batal. Kau akan berumur 18 tahun dalam beberapa bulan lagi. Bangsawan atau tidak, kau tidak di bawah aturan wajib lagi. Kau tidak harus pergi ke sekolah yang lebih besar. Kita hanya akan pergi, kau dan aku. Pergi ke kampus manapun yang kau inginkan. Atau tidak perlu pergi sama sekali. Kita bisa kabur ke Paris atau semacamnya dan bekerja di kafe kecil. Atau menjual seni yang buruk di jalanan.” Kata-kata itu membuat Lissa tertawa, dan dia meringkuk mendekati Christian. “Benar. Aku sudah bisa melihat dengan jelas betapa sabarnya kau menunggui pelanggan. Kau akan dipecat di hari pertama kau bekerja. Lihat, sepertinya jalan satu-satunya untuk kita bertahann hidup adalah aku pergi ke kampus dan menyokong kebutuhan kita berdua.” “Ada jalan lain untuk pergi ke kampus, kau tahu.” “Ya, tapi tidak satu pun dari jalan itu terdengar baik,” katanya prihatin. “Tidak mudah memang. Ini jalan satu-satunya. Aku hanya berharap aku bisa mendapatkannya dan berdiri di hadapannya sebentar lagi. Rose akan melakukannya.”

duestinae89.blogspot.com

“Rose akan membuat dirinya sendiri dipenjara untuk pengkhianatan yang ia lakukan saat pertama kali ia melaksanakan apa yang Tatiana inginkan.” Lissa tersenyum sedih. “Ya. Dia akan seperti itu.” Senyuman itu berubah menjadi nafas panjang. “Aku sangat merindukannya.” Christian menciumnya lagi. “Aku tahu.” Ini adalah percakapan yang sering mereka lakukan, tidak satu pun yang berubah karena perasaan Lissa padaku tidak pernah memudar. “Dia baik-baik saja, kau tahu. Dimanapun dia berada, dia baik-baik saja.” Lissa menatap kosong ke kegelapan loteng. Satu-satunya cahaya datang dari kaca jendela mozaik yang membuat seluruh tempat di loteng terlihat seperti di dalam dongeng. Tempat itu sudah dibersihkan – oleh Dimitri dan aku sebenarnya. Baru beberapa bulan yang lalu, tapi debu dan kotak-kotak mulai bersatu lagi. Pendeta disini adalah pria yang baik tapi banyak mengoleksi tikus. Lissa tidak menyadari hal ini. Pikirannya masih terfokus padaku. “Kuharap begitu. Kuharap aku punya satu petunjuk – petunjuk apapun – dimana dirinya berada. Aku terus berpikir jika ada suatu apa pun yang terjadi pada dirinya, jika dia – “ Lissa tidak bisa menyelesaikan pikirannya. “Aku akan tetap berpikir kalau aku bisa tahu bagaimana caranya. Kalau aku bisa merasakannya. Maksudku, aku tahu koneksi itu hanya terjadi satu arah ... itu tidak pernah berubah. Tapi aku harusnya bisa tahu jika sesuatu terjadi padanya, benarkan?” “Aku tidak tahu,” jawab Christian. “Mungkin. Mungkin juga tidak.” Laki-laki lain mungkin akan mengatakan sesuatu yang sangat manis dan membuat wanita merasa nyaman, meyakinkan mereka dengan jawaban iya, iya, tentu saja dia tahu. Tapi ini adalah bagian alami dari diri Christian untuk bersikap jujur meski kejam. Lissa menyukai hal itu darinya. Begitu juga aku. Semua itu tidak selalu bisa membuatnya menjadi teman yang menyenangkan, tapi pada akhirnya kau akan tahu kalau dia tidak pernah membohongimu. Lissa menghela nafas lagi. “Adrian bilang Rose baik-baik saja. Dia mengunjungi mimpinya. Aku akan memberikan apapun untuk bisa melakukan hal itu. Sihir penyembuhku semakin membaik, dan aku bisa sedikit mengenali aura sekarang. Tapi belum apapun mengenai mimpi.” Mengetahui Lissa merindukanku ternyata menyakitiku dan hampir lebih sakit ketimbang dia menulis surat untukku. Aku tidak pernah ingin menyakitinya. Meskipun ketika aku kesal dengan perasaan kalau dia mengontrol hidupku. aku tidak pernah membencinya. Aku mencintainya seperti saudaraku sendiri dan tidak mampu mengerti dengan pikiran kalau dia menderita karena kepentinganku sekarang. Bagaimana mungkin segala sesuatu menjadi kacau diantara kami? Dia dan Christian melanjutkan kegiatan duduk mereka dalam keheningan yang nyaman, melukis kekuatan dan cinta satu sama lain. Mereka memiliki apa yang pernah kumiliki dengan Dimitri dulu, sebuah rasa ketika kami menjadi satu dan tak terpisahkan sehingga kata-kata tak lagi dibutuhkan. Christian menjalankan jari-jarinya melalui rambut Lissa, dan berhubung aku tidak bisa melihat dengan jelas

duestinae89.blogspot.com

melalui kedua mata Lissa, aku bisa membayangkan bagaimana rambut yang berwarna pucat akan berkilat diterpa cahaya pelangi yang dihasilkan oleh kaca jendela mozaik. Dia menyelipkan beberapa helai rambut di belakang telinga Lissa dan kemudian merebahkan kepala Lissa ke belakang, membuat bibirnya menyentuh bibir Lissa. Ciuman itu dimulai dengan lembut dan manis dan kemudian perlahan meningkat, kehangatan menyebar dari bibirnya ke bibir Lissa. Oo, pikirku. Ini mungkin waktunya untukku pergi. Tapi Lissa mengakhirinya sebelum aku keluar. “Ini waktunya,” katanya dengan menyesal. “kita harus pergi.” Mata biru-berlian Christian mengatakan hal yang sebaliknya. “Mungkin ini waktu yang tepat untuk tidak menuruti kemauan sang ratu. Kau bisa tinggal disini – merupakan jalan yang bagus untuk membentuk karaktermu.” Lissa memelototinya dan kemudian menyampirkan sebuah ciuman di dahi Christian sebelum ia berdiri. “Bukan itu alasan yang membuat kau ingin aku tetap tinggal disini, jadi bahkan jangan coba untuk bermain denganku. Mereka meninggalkan kapel dan Christian mengomel tentang menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar bermain yang berakhir dengan pelototan lagi. Mereka menuju gedung administrasi, yang tempatnya berada di jantung kampus kelas atas. Mengesampingkan warna merah pertama dari musim semi, semuanya terlihat sama seperti saat aku pergi – paling tidak tampilan luarnya. Batuan gedung menyisakan keagungan yang mengesankan. Pepohonan tua yang tinggi masih tetap mengamati disekitarnya. Namun, di dalam hati setiap staf dan siswa, ada yang telah berubah. Setiap orang membawa luka dari serangan itu. Banyak dari orang-orang kami yang terbunuh, dan ketika kelas dimulai dan berlangsung lagi, semua orang masih berduka. Lissa dan Christian sampai ke tujuan mereka: gedung administrasi. Lissa tidak tahu alasan kenapa ia dipanggil, hanya Tatiana ingin agar dia bertemu dengan beberapa pria bangsawan yang baru saja tiba di akademi. Berhubung Lissa sudah sering dipaksa untuk bertemu begitu banyak orang oleh Tatiana, Lissa tidak terlalu memikirkannya. Dia dan Christian melangkah masuk ke kantor utama, ketika mereka bertemu dengan kepala sekolah Kirova yang sedang duduk dan ngobrol dengan seorang Moroi dewasa dan seorang gadis seusia kami. “Ah, Nona Dragomir. Disana kau ternyata.” Aku sering mendapat masalah dengan Kirova ketika aku masih berstatuskan sebagai siswa, namun melihatnya lagi membuatku merasa bernostalgia. Mendapatkan hukuman karena memulai perkelahian di kelas terdengar lebih baik daripada berkeliaran melalui Siberia untuk menemukan Dimitri. Kirova masih memiliki tampilan serius seperti biasa, kaca mata yang sama seimbang di ujung hidungya. Pria dan gadis itu berdiri, dan Kirova menunjuk ke arah mereka. “Ini adalah Eugene Lazar dan putrinya Avery.” Kirova kembali menatap Lissa. “ini Vasilisa Dragomir dan Christian Ozera.”

duestinae89.blogspot.com

Sedikit penilaian yang seimbang terjadi setelah itu. Lazar adalah nama bangsawan, tapi itu tidak mengejutkan terlebih karena Tatiana yang mengadakan pertemuan ini. Tuan Lazar memberikan Lissa sebuah senyum pemenang ketika ia menjabat tangan nya. Dia terlihat sedikit terkejut ketika bertemu Christian, tapi senyumnya masih tetap berada di wajahnya. Tentu saja, reaksi seperti itu bukanlah hal yang aneh. Ada dua cara untuk menjadi Strigoi: dengan pilihan atau dengan paksaan. Seorang Strigoi bisa mengubah orang lain – manusia, Moroi, atau dhampir – dengan meminum darah mereka dan kemudian meminumkan darahnya sendiri kepada mereka. Itulah yang terjadi pada Dimitri. Cara lain untuk menjadi Strigoi tergolong unik bagi kaum Moroi – dan itu terjadi karena pilihan. Moroi yang sengaja memilih untuk membunuh seseorang dengan meminum darah mereka sampai kering juga bisa berubah menjadi Strigoi. Biasanya, Moroi hanya minum sedikit darah, bukan jumlah yang bisa menyakiti manusia yang melakukannya dengan sukarela. Tapi menghisap sebanyak-banyaknya merupakan pengambilan hidup orang lain dengan paksa. Sebenarnya, itu mengubah Moroi ke sisi yang lebih gelap, menghancurkan sihir elemen mereka dan mengubah mereka menjadi mayat hidup. Itulah yang dilakukan orang tua Christian. Mereka sukarela membunuh dan menjadi Strigoi untuk mendapatkan hidup abadi. Christian tidak pernah menunjukkan hasrat untuk menjadi Strigoi, tapi semua orang berpikir seolah dia akan melakukannya. (Tidak dapat disangkal, perangainya yang buruk tidak membantu penilaian orang lain). Banyak dari kerabat dekatnya - walaupun seorang bangsawan – juga diperlakukan tidak adil dengan diajuhi pula. Namun dia dan aku sudah menjadi tim ketika membasmi sebagian besar Strigoi selama penyeranga. Kabar itu menyebar dan menaikkan reputasinya. Kirova adalah seseorang yang tidak pernah membuang waktu dengan formalitas, jadi dia langsung pada pokok pembicaraan. “Tuan Lazar akan menjadi kepala sekolah yang baru disini.” Lissa masih tersenyum sopan padanya, tapi kepalanya langsung tersentak ke arah Kirova. “Apa?” “Aku akan turun jabatan,” jelas Kirova, suaranya datar dan tanpa ekspresi yang cukup untuk menyaingi pengawal manapun. “meskipun aku masih tetap akan melayani sekolah ini sebagai seorang guru.” “Kau akan mengajar?” Christian tidak percaya. Kirova menatapnya dingin. “Ya, Ozera. Itulah keinginanku yang sebenarnya ketika ke sekolah ini dulu. Aku yakin jika aku mencoba dengan keras, aku bisa mengingat bagaimana cara melakukannya.” “Tapi kenapa?” tanya Lissa. “Kau melakukan pekerjaan dengan baik.” Sebenarnya lebih atau kurang dari itu. Meskipun aku sering berdebat dengan Kirova – biasanya tentang aku yang melanggar peraturan – aku masih menghormatinya. Lissa juga. “Aku sudah memikirkan tentang pengunduran diri selama ini,” jelas Kirova. “Sekarang terlihat sebagai waktu yang tepat untuk melakukannya, dan Tuan Lazar merupakan seseorang yang sanggup menjadi pengurus.”

duestinae89.blogspot.com

Lissa sangat bagus dalam membaca seseorang. Kurasa itu merupakan bagian dari efek sihir roh, serta dengan membuat penggunanya menjadi sangat, sangat karismatik. Lissa berpikir jika Kirova sedang berbohong, dan begitu pula aku. Jika aku mampu membaca pikiran Christian, kurasa dia juga merasakan hal yang sama. Penyerangan di akademi membuat banyak orang merasa panik, bangsawan khususnya, meskipun masalah yang menimbulkan penyerangan itu sudah cukup lama diselesaikan. Aku menduga kalau tangan Tatiana sedang bekerja disini, memaksa Kirova untuk turun jabatan dan membuat bangsawan menggantikannya, dengan demikian kaum bangsawan akan merasa lebih baik. Lissa tidak membiarkan pikirannya muncul, dan dia kembali menatap Tuan Lazar. “Kalau begitu, senang bertemu denganmu. Saya yakin Anda akan melakukan pekerjaan dengan baik. Katakan saja bila ada yang bisa saya bantu.” Dia sedang memaikan peran putri yang terhormat dengan sempurna. Bertingkah laku sopan dan manis adalah satu dan banyak bakat yang ia miliki. “Sebenarnya,” kata Tuan Lazar, “ada.” Dia memiliki suara berat dan cepat, seperti memenuhi ruangan. Dia menunjuk ke arah putrinya. “Aku berharap kau bisa menemani Avery berkeliling dan membantunya menemukan jalan-jalannya. Dia telah lulus tahun lalu tapi dia akan membantuku menjalankan tugasku. Namun aku yakin dia lebih suka menghabiskan waktunya dengan seseorang yang seumuran dengannya.” Avery tersenyum dan untuk pertama kalinya, Lissa benar-benar memperhatikannya. Avery adalah gadis yang cantik. Mempesona. Lissa juga sangat cantik, diantara rambutnya yang indah dan mata hijau giok yang ia warisi dari keluarganya. Aku rasa Lissa ratusan kali lebih cantik daripada Avery, tapi disamping gadis yang lebih tua, lissa merasa rendah diri. Avery tinggi dan ramping seperti kebanyakan Moroi yang lain, tapi ia memiliki lekukan seksi di tubuhnya. Dadanya, seperti milikku, sangat diidamkan di kalangan Moroi, dan dengan rambut cokelat panjang dan mata biru keabu-abuannya melengkapi tampilannya. “Aku berjanji tidak akan begitu menyakitkan, kok,” kata Avery. “Dan jika kau mau, aku akan memberikan beberapa tips rahasia di dalam kehidupan istana. Kudengar kau akan pindah kesana.” Secara spontan, pertahanan Lissa bangkit. Dia sadar apa yang sedang terjadi. Tatiana tidak hanya mendepak Kirova, dia juga mengirimkan penjaga untuk Lissa. Seorang teman sempurna dan cantik yang akan memata-matai Lissa dan berusaha untuk melatih Lissa agar sesuai dengan standar Tatiana. Kata-kata Lissa sangat sopan ketika ia berbicara dengan sempurna, tapi jelas suaranya menujukkan penolakkan yang tajam. “Sangat bagus sekali,” katanya. “Aku sangat sibuk akhir-akhir ini, tapi kita bisa mencoba mencari waktu untuk melakukannya.” Baik ayah Avery maupun Kirova tidak menyadari maksud kata-kata itu, tapi sesuatu tersirat dari mata Avery yang mengatakan pada Lissa kalau ia mengarti maksud perkataan Lissa.

duestinae89.blogspot.com

“Terima kasih,” kata Avery. Kecuali aku salah, ada rasa sakit di wajahnya. “Aku yakin kita akan merencanakan sesuatu bersama.” “Bagus, bagus,” kata Tuan Lazar, jelas telah lupa dengan drama gadis-gadis. “Mungkin kau bisa menunjukkan kamar tamu kepada Avery? Dia tinggal di sayap timur.” “Tentu,” kata Lissa, berharap dia tidak melakukan hal lain lagi. Lissa, Christian, dan Avery hendak pergi ketika dua pria memasuki ruangan. Satu adalah seorang Moroi, sedikit lebih muda daripada kami, dan yang satunya adalah dhampir berumur dua puluh tahunan – seorang pengawal, dari apa yang terlihat, tampangnya serius. “Ah, disana kau rupanya,” kata Tuan Lazar, memberi isyarat kepada pria-pria itu untuk masuk. Dia menaruh tangannya ke bahu anak lelaki itu. “Ini anakku, Reed. Dia di kelas menengah dan akan masuk di akademi ini juga. Dia sangat bersemangat mendengar semua ini.‟ Sebenarnya, Reed terlihat sangat tidak bersemangat. Dia jelas pria yang paling tidak ramah yang pernah kulihat. Jika aku pernah ingin memainkan peran sebagai remaja yang tidak puas, aku bisa belajar semuanya yang harus ku tahu dari Reed Lazar. Dia memiliki tampilan dan wajah yang tampan seperti Avery, tapi karakter mereka dirusak dengan seringaian yang terlihat permanen menempel di wajah Reed. Tuan Lazar memperkenalkan yang lain kepada Reed. Reed hanya merespon dengan sura parau, “Hai.” “Dan ini Simon, pengawal Avery.” lanjut Tuan Lazar. “Tentu saja ketika berada di kampus, dia tidak perlu bersama Avery sepanjang waktu. Kau tahu bagaimana situasinya. Tapi aku yakin kau akan melihatnya di sekitar kampus.” Kuharap tidak. Dia sama sekali tidak terlihat tidak senang seperti Reed, tapi dia pasti memiliki sifat alami keras kepala yang berlebihan bahkan daripada pengawal yang lain. Mendadak aku seperti merasa kasihan kepada Avery. Jika orang itu adalah satu-satunya orang yang menemaninya, aku akan sangat menginginkan agar bisa berteman dengan seseorang seperti Lissa. Namun Lissa dengan jelas tidak ingin menjadi bagian dari rencana Tatiana. Dengan percakapan kecil, dia dan Christian menemani Avery ke kamar tamu dan kemudian segera meninggalkannya. Normalnya, Lissa akan tetap tinggal untuk menolong Avery membereskan kamarnya dan menawarkan makan malam bersama kemudian. Tidak kali ini. Tidak dengan maksud tersembunyi yang menggemparkan. Aku kembali ke tubuhku sendiri, kembali ke hotel. Aku tahu harusnya aku tidak mempedulikan kehidupan akademi lagi dan tidak merasa kasihan kepada Avery. Namun berbaring disini dan menatap di kegelapan, aku tidak bisa tidak merasa sedikit bangga di dalamnya – dan ya, sangat egois – puas dengan pertemuan ini: Lissa tidak akan berbelanja sahabat baru dalam waktu dekat ini.

duestinae89.blogspot.com

Empat

DIWAKTU YANG LAIN DALAM hidupku, aku pasti sangat senang menjelajah Moskow. Sydney sudah merencanakan perjalanan kami sehingga ketika kereta kami datang, kami memiliki beberapa jam waktu luang sebelum kami harus naik kereta berikutnya ke Siberia. Ini memberi kami kesempatan untuk berkeliling dan mencari makan malam, meskipun dia ingin memastikan kalau kami aman di dalam stasiun sebelum di luar sana menjadi gelap. Selain sifat keras kepalaku yang mengesankan dan tanda molinjaku, dia tidak memiliki alasan untuk menggangguku. Membuatku tidak terlalu memikirkan bagaimana cara kami menghabiskan waktu senggang. Selama aku bisa semakin dekat dengan Dimitri, apapun tidak menjadi masalah. Jadi Sydney dan aku berjalan tanpa tujuan, tetap berada di jalan yang terang dan ngobrol sedikit. Aku tidak pernah ke Moskow. Ini kota yang cantik, berkembang, dan dipenuhi manusia dan perdagangan. Aku bisa menghabiskan seluruh waktu disini dengan berbelanja dan mencoba semua restoran. Tempat-tempat yang selama ini kudengar sepanjang hidupku – Kremlin, Red Square, Bolshoi Theatre – semua ada di ujung jariku. Selain betapa kerennya tempat-tempat ini, aku sebenarnya mencoba menyelaraskan pemandangan dan suara selama beberapa saat sebab itu mengingatkanku pada ... Dimitri. Dia pernah menceritakan padaku tentang Rusia sepanjang waktu dan pernah bertaruh kalau aku akan senang berada disini. “Bagimu, ini mungkin seperti kisah dongeng,” kata Dimitri padaku dulu. Saat sebelum kami melakukan latihan di musim gugur terakhir lalu, hanya sesaat sebelum salju pertama jatuh. “Maaf, Komrad,” jawabku, meraih rambut belakangku untuk ku ikat ke atas. Dimitri suka melihat rambutku terurai, tapi dalam latihan bertarung? Rambut panjang jelas adalah sebuah gangguan. “Borg dan musik ketinggalan zaman bukan bagian dari akhir bahagia seperti yang pernah aku bayangkan.” Dia memberiku satu dari senyuman lebarnya yang jarang sekali terjadi, membuat sudut matanya mengerut lembut. “Borscht, bukan borg. Dan aku tahu selera makanmu. Jika kau cukup lapar, kau akan memakannya.” “Jadi kelaparan itu penting agar dongeng ini bisa berhasil?” Tidak ada yang bisa lebih menyenangkan bagiku daripada menggoda Dimitri. Sebenarnya, selain berciuman dengannya. “Aku sedang membicarakan tentang negaranya. Bangunan. Pergi ke salah satu kota besar – seperti ke tempat yang belum pernah kau lihat sebelumnya. Setiap orang di Amerika berlomba membangun hal yang sama – selalu dalam ukuran besar, blok yang kokoh. Mereka melakukan hal cepat dan mudah. Tapi di Rusia, ada bangunan-bangunan yang tercipta seolah mereka merupakan bagian dari seni. Mereka memang

duestinae89.blogspot.com

seni – bahkan jumlahnya lebih dari normal, membangun setiap hari. Dan tempat seperti Instana Musim Dingin dan Gereja Troitsky di Saint Petersburg? Semua itu akan menghisap habis nafasmu.” Wajahnya terlihat berseri-seri dengan kenangan dari tempat-tempat yang pernah ia lihat, kesenangan itu membuat wajahnya terlihat semakin tampan. Kupikir ia bisa menamai penanda daerah setiap hari. Jantungku terbakar di dalam diriku, hanya dengan melihatnya. Dan kemudian, sama seperti yang biasa kulakukan ketika aku khawatir berubah menjadi tolol atau penuh perasaan, aku membuat lelucon untuk mengalihkan perhatian menjauh dan menyembunyikan perasaanku. Itu akan mengembalikkannya ke pekerjaannya dan kami akan segera berlatih. Sekarang, berjalan di jalanan kota dengan Sydney, aku berharap aku bisa kembali bercanda dan mendengarkan Dimitri terus berbicara menenai kampung halamannya. Aku akan memberikan segalanya untuk bisa bersama Dimitri disini, tempat ia pernah berada. Dia benar tentang bangunan-bangunannya. Tentu saja, sebagian besar adalah tiruan blok-blok dari apapun yang bisa kau temukan di Amerika atau di tampat lain di dunia, tapi sebagian sangat menawan – dicat dengan warna-warna terang, dipercantik dengan kubah berbentuk bawang yang aneh namun indah. Saat itu, semuanya benar-benar terlihat seperti berasal dunia lain. Dan selama itu pula, aku terus berpikir kalau seharusnya Dimitri ada di sampingku, menunjuk ke arah tempat-tempat itu dan menjelaskan mereka padaku. Kami harusnya memliki sebuah pintu gerbang romantis. Dimitri dan aku bisa makan di sebuah restoran eksotis dan kemudian berakhir di lantai dansa di malam hari. Aku bisa mengenakan satu dari gaun rancangan mewah yang sudah aku tinggalkan dia hotel Saint Petersburg. Begitulah yang seharusnya terjadi. Seharusnya tidak seperti ini, aku di tengah para manusia yang menatap marah. “Tidak nyata, ya? Seperti sesuatu dari sebuah cerita.” Suara Sydney mengejutkanku, dan aku sadar kami sudah hampir berhenti di stasiun kereta kami. Ada banyak stasiun seperti ini di Moskow. Suara Sydney yang seperti gema dari percakapanku dengan Dimitri mendirikan bulu romaku – sebagian besar karena dia benar. Stasiun tidak memiliki kubah berbentuk bawang tapi masih terlihat seperti keluar dari buku dongeng, seperti persilangan antara kastil Cinderella dan rumah kue. Stasiun ini memiliki atap yang berbentuk lengkungan dan menara-menara di salah satu ujungnya. dindingnya yang putih diselingin dengan batu bata cokelat dan mozaik hijau, hampir membuatnya terlihat berbelang. Di Amerika, beberapa orang mungkin menganggapnya norak. Bagiku, ini begitu indah. Aku merasa air mataku bergulir di mataku saat aku membayangkan apa yang mungkin Dimitri akan katakan tentang bangunan ini. Dia mungkin akan menggilai bangunan ini sama seperti ia menggilai semua hal lain disini. Sadar kalau Sydney sedang menunggu sebuah respon, aku menelan kembali rasa dukaku dan memainkan peran remaja yang cuek. “Mungkin sesuatu dari sebuah cerita tentang sebuah stasiun kereta.” Dia melengkungkang alisnya, terkejut dengan keacuhanku, tapi dia tidak mempertanyakannya. Siapa yang bisa bicara? Mungkin jika aku tetap bertingkah sarkastik, dia akhirnya marah dan meninggalkanku. Entahlah, kadang aku ragu kalau aku bisa beruntung. Aku bahkan hampir yakin kalau ketakutannya terhadap

duestinae89.blogspot.com

penguasanya menguasai perasaan yang lain, sehingga dia mungkin harus menghormatiku Kami mendapatkan akomodasi kereta kelas satu, yang mana ternyata lebih kecil daripada yang aku harapkan. Ada kombinas tempat tidur-tempat duduk di setiap sisinya, sebuah jendela, dan sebuah TV yang menempel di dinding. aku berharap itu bisa menolong untuk melalui waktu, tapi aku seringkali mendapatkan masalah menonton televisi Rusia – Tidak hanya karena bahasanya tapi juga karena beberapa acara yang sungguh aneh. Masih, Sydney dan aku akan medapatkan area kami masing-masing, bahkan jika ruangannya lebih nyaman daripada yang kami inginkan. Warnanya mengingatkanku tentang pola mewah yang sama yang pernah kulihat disepanjang kota. Meski ruangan di luar kabin kami berwarna cerah dan karpet merah dan kuning dan sebuah sulur kuning dan nyata melilit di tengah-tengahnya. Di dalam ruangan kami, bangkunya ditutupi oleh bantal beludru kecil berwarna jingga. Dan tirainya serasi dengan warna emas dan peach membuat cetakan timbul di tenagh-tengah kain dengan pola sutera. Berada diantara semua itu dan hiasan meja di tengah-tengah kabin, semuanya hampir terlihat seperti berwisata di dalam istana berukuran mini. Hari sudah gelap ketika kereta meninggalkan stasiun. Untuk alasn apapun, kereta Lintas-Siberia selalu meninggalkan Moskow pada malam hari. Belum terlalu malam, tapi Sydney berkata kalau dia ingin tidur, dan aku tidak ingin membuatnya semakin kesal daripada sekarang. Jadi kami mematikan semua lampu dan membiarkan lampu baca kecil tetap menyala di sebelah tempat tidurku. Aku membeli majalah di stasiun kereta tadi dan bahkan jika aku tidak mengerti bahasa majalah itu, gambar kosmetik dan pakaian-pakaiannya menghilangkan semua rintangan. Aku membalikkan halaman-halamannya sepelan yang aku bisa, mengagumi atasan musim panas dan gaun-gaun dan membayangakan kapan – jika pernah – aku bisa mulai mengkhawatirkan hal-hal seperti itu lagi. Aku tidak lelah ketika aku berbaring meskipun begitu, toh aku tertidur juga. Aku sedang bermimpi tentang ski air ketika tiba-tiba gelombang dan matahari disekelilingku memudar dan berganti dengan ruangan yang dipenuhi rak demi rak buku yang berjajar. Meja dengan komputer berbaris di ruangan dan disini ada rasa tenang yang merayapiku. Aku ada di perpustakaan di Akademi Vladimir. Aku mengerang. “Oh, ayolah. Tidak hari ini.” “Kenapa tidak hari ini? Kenapa tidak setiap hari?” Aku berbalik dan menemukan diriku sendiri sedang menatap wajah tampan milik Adrian Ivashkov. Adrian adalah seorang Moroi, keponakan kesayangan sang ratu, dan seseorang yang aku tinggalkan dalam kehidupanku dulu ketika aku kabur dalam misi bunuh diri ini. Dia memiliki mata hijau-jamrud yang indah yang bisa membuat sebagian besar gadis jatuh pingsan, khususnya sejak mata itu dipasangkan dengan rambutcokelat bergaya urakan. Dia jatuh cinta padaku dan itulah alasan mengapa aku punya banyak uang dalam perjalanan ini. Aku berbicara sangat manis ketika meminta kepadanya.

duestinae89.blogspot.com

“Benar,” aku mengakui. “Maksudku aku harusnya bersyukur kau hanya muncul sekali seminggu.” Dia menyeringai dan duduk dengan kursi yang dihadapkan terbalik. Dia tinggi, seperti Moroi kebanyakan, dengan bentuk tubuh yang ramping dan berotot. Cowok Moroi tidak pernah terlalu gendut. “Tidak bertemu membuat cinta semakin berkembang di hati, Rose. apa kau tindak ingin memelukku untuk membuktikannya.” “Kita tidak meakukan hal yang berbahaya seperti itu, jangan khawatir.” “Aku tidak bisa berharap kalau kau akan mengatakan dimana kau sekarang kan?” “Tidak akan.” Selain Lissa, Adrian adalah satu-satunya pengendali sihir roh yang diketahui keberadaannya dan diantara bakatnya adalah muncul dalam mimpiku – seringkali tidak diundang – dan berbicara padaku. kekuatannya tidak pernah benar-benar bisa membiarkannya tahu dimana aku berada sekarang, dan aku menganggapnya sebagai berkah. “Kau membunuhku, Rose,” katanya mendramatisasi. “Setiap hari sangat menyakitkan tanpa dirimu. Kosong. sendirian. Aku memikirkanmu, membayagkan apakah kau masih hidup.” Dia membesar-besarkan kata-katanya, konyol adalah salah satu sifatnya. Adrian jarang sekali menanggapi sesuatu dengan serius dan selalu memiliki sikap cuek. Roh juga memiliki kecenderungan untuk membuat pemiliknya tidak stabil dan selama ia melawannya, ia tidak akan terpengaruh. Di bawah melodrama itu, kurasa aku merasakan setitik kebenaran dari kata-katanya. Tidak peduli seberapa dangkal tampilan yang ia tunjukkan, dia benar-benar peduli padaku. Aku menyilangkan tanganku. “Baiklah, aku masih hidup, jelas. Jadi kurasa kau bisa membiarkanku tidur.” “Berapakali harus kukatakan padamu? Kau sedang tidur.” “Dan belum-belum aku sudah merasa capek bericara padamu.” Itu membuatnya tertawa. “Oh, aku benar-benar merindukanmu.” Senyumnya mengabur. “Dia juga merindukanmu.” aku berjengit. Dia. Dia bahkan tidak perlu mengatakannya namanya. Tidak ada pertanyaan tentang siapa yang ia maksudkan. Lissa. Bahkan menyebutkan namanya dalam pikiranku menyakitiku, khususnya setelah melihatnya malam lalu. Memilih diantara Lissa dan Dimitri adalah pilihan terberat dalam hidupku, dan waktu-waktu yang telah kulalui tidak mempermudah semua itu. Aku mungkin memilih Dimitri, tapi berada jauh dari Lissa terasa seperti tanganku terputus, apalagi karena koneksi kami memastikan kenyataan kalau kami tidak benar-benar terpisah. Adrian memberiku tatapan cerdik seolah dia bisa menebak pikiranku.

duestinae89.blogspot.com

“Apa kau menggunakan koneksi itu untuk melihatnya?” “Tidak,” kataku, menolak mengakui kalau aku baru saja menemuinya malam kemarin. Biarkan Adrian berpikir kalau aku telah bebas dari semua itu. “Itu bukan hidupku lagi. “ “Benar. Hidupmu berkisar tentang misi-misi berbahaya yang harus dihapai dengan siap siaga.” “Kau tidak akan mengerti apapun selain mabuk, merokok,, atau bermain perempuan.” Dia menggelengkan kepalanya. “Kau satu-satunya yang aku inginkan, Rose.” Sayangnya, aku mempercayainya. sangat mudah bagi kami untuk mendapatkan orang lain. “Baiklah, kau bisa tetap menjaga perasaan itu, tapi kau harus menunggu.” “Berapa lama?” Dia menanyaiku hal ini terus-terusan, dan setiap kali aku menegaskan berapa lama semua ini akan berlangsung dan bagaimana dia telah membuang waktunya. memikirkan kemungkinan kepemimpinan Sydney, aku ragu-ragu malam ini. “Aku tidak tahu.” Harapan mekar di wajah Adrian. “Itu adalah hal yang paling optimis yang pernah kau katakan padaku sejauh ini.” “Jangan terlalu banyak berharap dari semua ini. Aku tidak tahu, mungkin bisa satu hari atau satu tahu. Atau tidak pernah.” Seringaian jahatnya kembali muncul dan bahkan aku harus mengakui dia terlihat tampan. “Aku akan berharap kalau hanya membutuhkan satu hari.” Memikirkan Sydney membawa sebuah pertanyaan dalam pikiranku, “ Hey, apa kau pernah dengan tentang para Alkemis?” “Tentu,” katanya Tipikal. “Tentu kau tahu” “Kenapa? Apa kau berlari ke tempat mereka?” “Sejenis itu.” “Apa yang sudah kau lakukan?” “Kenapa kau berpikir kalau aku telah melakukan sesuatu?”

duestinae89.blogspot.com

Dia tertawa. “Alkemis hanya muncul ketika masalah terjadi, dan kau membawa masalah kemanapun kau pergi. Berhati-hatilah. Mereka fanatik agama.” “Terdengar ekstrim,” kataku. Kesetiaan Sydney tidak terlihat menunjukkan sesuatu yang buruk. “Hanya saja jangan biarkan mereka membuatmu mengikuti kepercayaan mereka.” Dia mengedip. “Aku suka melihatmu penuh dosa seperti biasa.” Aku mulai menceritakan Sydney yang mungkin berpikir kalau aku melewati ambang keselamatan, tapi ia mengakhiri mimpi ini dan mengirimku kembali tidur. Kecuali, bukannya melanjutkan mimpiku sendiri, aku terbangun. Disekitarku, kereta berdengung indah serasi dengan kecepatan kami melewati pinggiran kota Rusia. Lampu bacaku masih hidup, cahayanya terlalu terang untuk matakku yang mengantuk. Aku meraihnya dan mematikkanya kemudian aku menyadari kalau tempat tidur Sydney kosong. Mungkin di kamar mandi, pikirku. Namun aku merasa gelisah. Dia dan kelompok Alkemisnya masih merupakan misteri dan tiba-tiba aku merasa khawatir kalau dia mungkin punya rencana jahat yang sedang berlangsung. Apakah dia sedang melakukan pertemuan dengan penghubungnya? Aku memutuskan untuk menemukannya. Sejujurnya, aku sama sekali tidak tahu dimana bisa menemukannya di sebuah kereta sebesar ini, tapi logika tidak pernah menghalangiku sebelumnya. Tidak ada alasan bagi logika-logika itu untuk muncul sekarang. Syukurlah, setelah menyelipkan kaki-kakiku di sepatuku dan melangkah keluar koridor yang berhadapan dengan kabin kami, aku menemukan kalau aku tidak perlu terlalu jauh mencari. Sepanjang koridor berbaris jendela-jendela, semuanya terbungkus dengan tirai mewah dan Sydney berderi dengan punggung menghadap ke arahku, menatap ksosong keluar jendela, sebuah selimut menyelimutinya. Rambutnya berantakan karena tidur tadi dan terlihat kurang bercaya di penerangan yang tidak terlalu bagus. “Heu ... “ Aku memulai ragu-ragu. “Apa kau baik-baik saja?” Dia perlahan membalik badannya ke arahku. Satu tangan memegang selimut; tangan yang satunya sedang bermain dengan sebuah salib yang tergantung di lehernya. Aku mengingt komentar Adrian tentang agama. “”Aku tidak bisa tidur,” katanya terus terang. “Apakah ... apakah itu karena aku?” Ia memutar badannya ke arah jendela sebagai satu-satunya jawabannya. “Dengar,” kataku, merasa tidak berdaya. “Jika ada sesuatu yang bisa kulakukan ... maksudku selain kembali dan membatalkan perjalanan ini ...” “Aku bisa mengatasinya,” katanya. “Semua ini hanya begitu asing buatku. Aku berurusan dengan jenis kalian sepanjang waktu, tapi aku tidak benar-benar punya urusan denganmu, kau tahu?”

duestinae89.blogspot.com

“Kita mungkin bisa mendapatkan sebuah kamar untukmu sendiri, jika itu bisa menolong. Kita bisa menemukan seorang pelayan dan aku punya uang.” Dia menggelengkan kepalanya. “Kita hanya perlu anya beberapa hari, jadi itu semua tidak perlu.” Aku tidak tahu apalagi yang harus kukatakan. Memiliki teman seperjalanan seperti Sydney adalah gangguan terbesar dia skema rancangan rencanaku, tapi aku tidak ingin melihanya menderita. Melihatnya memainkan salib itu, aku mencoba berpikir mengenai sesuatu yang bisa kuucapkan untuk menenangkan hatinya. Menghubungkan cara pandang kami mengenai Tuhan mungkin adalah sebuah cara untuk bisa mendekatkan kami, tapi terkadang, aku merasa jika aku mengatakan kepadanya bagaimana setiap hari aku berdebat dengan Tuhan dan meragukah keberadaan-Nya bisa menolong menghapus imej ku sebagai makhluk setan – dari reputasi kegelapan. “Ok,” kataku akhirnya. “Katakan padaku jika kau berubah pikiran.” Aku kembali ke tempat tidurku dan yang mengherankan, bukannya mengkhawatirkan Sydney yang berdiri di ruang tengah semalaman, aku malah jatuh tertidur dengan cepatnya. Namun, ketika aku terbangun di pagi hari, dia telah bergulung di tempat tidurnya, sangat nyenyak. Sepertinyanya, rasa lelahnya yang membuatnya tertidur lebih kuat daripada rasa takutnya padaku. Aku bangun perlahan dan mengganti kaos dan celana pendekku yang kutinggalkan di atas tempat tidur. Aku lapar dan menduga kalau Sydney akan lebih lama tidur jika aku tidak berkeliaran di sekelilingnya. Restorannya berada di gerbong sebelah dan terlihat seperti sesuatu yang berasal dan film tua. Taplak meja berwarna burgundy elegan menutupi meja-meja, dan kuningan dalam kayu berwarna gelap, disertai sedikit warna cerah berupa mozaik dari seni gravir kaca, memberikan perasaan antik diseluruh ruangan ini. Semua ini terlihat lebih mirip dengan restoran yang kutemukan di salah satu jalan di Saint Petersburg daripada gerbong makan kereta. Aku memesan sesuatu yang samar-samar mengingatkanku pada roti prancis, kecuali karena yang ini ada keju di dalamnya. Ada sosis dalam makanan ini, yang sebenarnya selalu kutemukan selama ini kemanapun aku pergi. Aku hampir selesai makan ketika Sydney berjalan masuk. Ketika aku bertemu dengannya pertama kali, aku berpikir kalau blus dan celananya adalah kostumnya untuk ke Nightingale saja. Aku akhirnya menemukan kalau ternyata itu memang gaya sehari-harinya. Dia membuatku menjadi satu dari orang-oraang yang tidak memiliki jeans dan kaos sendiri. Dia terlihat kusut ketika berdiri di lorong malam tadi, tapi sekarang dia mengenakan celana panjang hitam rapi dan sweater berwarna hijau gelap. Aku mengenakan kemeja abu-abu lengan panjang musim panas dan merasa seperti orang bodoh disampingnya. Rambutnya tersisir rapi dan gaya tapi sedikit terlihat berantakan yang kuduga tidak dapat ditanggulangi seberapa keras pun ia mencoba. Setidaknya aku memiliki rambut yang ku ikat kuda yang licin untukku hari ini. Di duduk di seberangku dan memesan telur dada ketika pelayan lewat dengan bahasa Rusia. “Bagaimana kau bisa melakukannya?” tanyaku.

duestinae89.blogspot.com

“Apa, Rusia?” Dia mengangkat bahu. “Aku harus mempelajarinya. Dan beberapa bahasa lain.” “Wow.” Aku juga mengambil beberapa bahasa asing di kelas tambahan dan berujung pada kekacauan pada setiap pelajaran itu. Aku tidak pernah terlalu memikirkannya saat itu, tapi sekarang, karena perjalanan ini dan karena Dimitri, aku sungguh berharap aku bisa belajar bahasa Rusia. Kurasa belum terlambat dan aku harus belajar beberapa frasa selama aku disini, tapi tetap ... itu adalah tugas yang menakutkan. “Kau pastinya harus belajar banyak hal untuk pekerjaan ini,” aku merenung, memikirkan apa artinya menjadi bagian dari kelompok rahasia yang melintang secara internasional dan berinterakasi dengan beberapa negara. Sesuatu yang lain melintas di pikiranku. “Dan bagaimana dengan barang-barang yang kau gunakan pada Strigoi? Yang bisa menghancurkan tubuh mereka?” Dia tersenyum. Hampir. “Sebenarnya, aku sudah mengatakan padamu kalau para Alkemis memulai kelompok dari sekumpula manusia yang mencoba membuat racun, kan? Itu adalah bahan kimia yang kami temukan untuk menyingkirkan tubuh Strigoi dengan cepat.” “Bisakah ini digunakan untuk membunuh Strigoi?” tanyaku. Menyiram Strigoi dengan cairan penghancur akan lebih mudah daripada cara biasa: memenggal kepala, mnghujam jantung mereka, atau membakar. “Kurasa tidak. Hanya bekerja pada mayatnya saja.” “Sial,” kataku. Aku berandai-andai jika dia memiliki racun itu di pergelangan tangannya tapi aku memutuskan kalau jumlah perttanyaanku pada Sydney sudah cukup unutk hari ini. “Apa yang akan kita lakukan setelah kita sampai di Omsh?” “Omsk,” dia mengoreksi. “Kita akan mendapatkan sebuah mobil dan menyetri sepanjang sisa perjalanan.” “Apa kau pernah kesana? Ke desa itu?” Dia mengangguk. “Sekali.” “Seperti apa kelihatnnya?” tanyaku, terkejut mendengar nada sayu yang keluar dari suaraku sendiri. Mengesampingkan pencarianku untuk menemukan Dimitri, ada sebuah bagian dari dalam diriku hanya ingin lebih dekat dengan segala sesuatu tentangnya. Aku ingin tahu semua hal tentang dirinya yang belum aku ketahui sebelumnya. Jika sekolah memberikanku izin untuk menyentuh barang miliknya, aku akan tidur dengan mereka setiap malam. Kamarnya dibersihkan dengan sangat cepat. Sekarang aku hanya bisa mengumpulkan bagian-bagian dirinya, meskipun harus menimbun informasi sedikit demi sedikit yang entah bagaiman bisa membuatku merasakan keberadannya.

duestinae89.blogspot.com

“Terlihat seperti kota dhampir yang lain, kurasa.” “Aku tidak pernah mengunjungi satupun dari kota-kota itu.” Pelayan meletakkan telur dadar Sdney di mejanya dan dia berhenti sejenak dengan garpunya yang mengambang di udara. “Benarkah? Kupikir kalian semua .... sebenarnya, aku tidak tahu.” Aku mengangguk. “Aku berada di akademi hampir di sepanjang hidupku. Banyak atau sedikit.” Pelarian dua tahunku di dunia manusia tidak termasuk hitungan. Sydney menguyah perlahan. Aku dengan senang hati bertaruh ia tidak akan bisa menghabiskan telur dadar itu. Dari apa yang aku lihat di malam pertama dan ketika kami menunggu kereta kemarin, dia hampir tidak terlihat makan apapun. Seolah dia bertahan hidup dari udara saja. Mungkin ini hal-hal yang berkaitan dengan Alkemis. Sepertinya lebih banyak karena itu hal yang berkaitan dengan Sydney. “Kota itu dipenuhi oleh separuh manusia dan separuh dhampir, tapi para dhampir membaur. Mereka memiliki kelompok bawah tanah yang ptidak disadari oleh para manusia.” Aku selalu membayangkan bagaimana seluruh cabang kebudayaan berjalan, tapi aku tidak tahu bagaimana hal tersebut bisa cocok dengan kodisi kota. “Dan?” tanyaku. “Seperti apa cabang kebudayaannya?” Dia meletkkan garpunya. “Bisa dikatakan kau lebih baik mengokohkan dirimu sendiri.”

duestinae89.blogspot.com

Lima SISA PERJALANAN dilalui tanpa ada kejadian berarti. Sydney sama sekali tidak pernah kehilangan rasa ketidaknyamanan yang ia perlihatkan ketika berada di sekitarku, tapi terkadang, saat aku mencoba memahami televisi Rusia, dia meluangkan waktu untuk menjelaskan padaku apa yang sedang disiarkan. Ada beberapa perbedaan budaya antara pertunjukkan ini dengan acara yang biasa kami berdua kenal selama ini, jadi kami punya kesamaan dalam hal ini. Sesekali, dia memperlihatkan senyuman untuk sesuatu yang kami rasa lucu, dan aku merasakan ada seseorang dalam diri Sydney yang mungkin bisa menjadi sangat ramah untuk dijadikan sebagai teman. Aku tahu tidak mungkin aku bisa mencari pengganti Lissa, tapi kupikir beberapa bagian dalam diriku masih terisi kekosongan dalam hubungan persahabatan yang terbuka ketika aku meninggalkan Lissa. Sydney tidur siang sepanjang hari, dan aku mulai berpikir kalau dia hanya mengalami insomnia dengan pola tidur yang ajaib. Dia juga masih melakukan perlakuan aneh terhadap hidangan, yang berat hati menyentuh makanannya sendiri. Dia selalu membiarkanku mengambil makanannya yang selalu lebih baginya dan sedikit petualangan dengan hidangan Rusia. Aku harus melakukan percobaan saat aku pertama kali datang kesini dan rasanya menyenangkan memiliki panduan dari seseorang yang - meskipun bukan orang lokal daerah ini - tahu lebih banyak mengenai negara ini lebih dari aku. Pada hari ketiga dalam perjalanan kami, kami sampai di Omsk. Omsk adalah kota yang lebih besar dan indah daripada yang aku bayangkan selama ini tentang Siberia. Dimitri selalu menggodaku yang membayangkan Siberia seperti Antartika, ia mengatakan kalau semua itu salah dan aku bisa bilang sekarang kalau ia benar - paling tidak itu yang terlihat sejauh ini pada bagian selatan dari daerah ini. Cuacanya tidak terlalu berbeda dengan cuaca yang pernah kurasakan di Montana baru-baru ini, udara musim semi yang sejuk kadang-kadang dihangatkan oleh matahari. Sydney mengatakan padaku ketika kami sampai disana, dia telah mendapatkan tumpangan dari Moroi yang ia kenal. beberapa tinggal di kota, berbaur dengan populasi yang padat. Namun sebelum hari dimulai, kami menemukan sebuah masalah. Tidak ada Moroi yang mau mengantar kami ke desa. Rupanya, jalannya berbahaya. Strigoi sering berkeliaran di sekitar daerah itu ketika malam, berharap menangkap Moroi atau dhampir. Semakin banyak Sydeny menjelaskan semua ini, semakin aku khawatir terhadap rencanaku. Sepertinya, tidak terlalu banyak Strigoi di kampung halaman Dimitri. Menurut Sydney, mereka bersembunyi di pinggirang batas kota, tapi beberapa tinggal disana secara permanen. Jika itu yang terjadi sebenarnya, harapanku untuk menemukan Dimitri hancur sudah. Semuanya berubah semakin buruk seiring penjelasan Sydney mengalir menjelaskan situasi. “Banyak sekali Strigoi yang melakukan perjalanan di kota untuk mencari mangsa, dan desa hanyalah tempat mereka singgah sementara saja,” jelas Sydney. “Jalannya terpencil, jadi beberapa Strigoi akan tinggal sebentar dan mencoba untuk mendapatkan mangsa yang mudah. Kemudian mereka pindah.”

duestinae89.blogspot.com

“Di Amerika, Strigoi seringkali bersembunyi di kota-kota besar,” kataku gelisah. “Mereka melakukan hal itu juga disini. Akan sangat mudah bagi mereka untuk mendapatkan korban tanpa diketahui.” Ya, semua ini jelas merenggut semua rencanaku. Jika Dimitri tidak tinggal di kota ini, aku akan mendapatkan masalah serius. Aku tahu Strigoi suka kota besar, tapi entah mengapa, sebelumnya aku sangat yakin kalau Dimitri akan kembali ke tempat dimana ia dulu tumbuh. Tapi jika Dimitri tidak ada disini ... tiba-tiba, besarnya daerah Siberia seolah menamparku. Aku sudah mempelajari Omsk bahkan bukanlah kota terbesar di daerah ini dan bahkan menemukan satu Strigoi pun disini pastilah sangat susah. mencarinya di beberapa kota yang lebih besar? Semuanya akan menjadi sangat, sangat jelek jika firasatku selama ini ternyata salah. Sejak bersikukuh untuk menemukan Dimitri, aku jarang memiliki saat-saat lemah dimana aku memiliki separuh keyakinan kalau aku tidak akan pernah menemukannya. Kenyataan kalau Dimitri adalah Strigoi masih saja menyiksaku. Aku juga masih dikunjungi oleh bayangan lain ... bayangan bagaimana rupa ia dulu dan kenangan dari waktu yang pernah kami habiskan bersama. Kurasa ingatan yang berharga dan terbaikku adalah saat-saat sebelum ia berubah menjadi Strigoi. Kenangan itu merupakan satu dari saat-saat ketika aku menghisap efek jahat dari sihir roh dari Lissa. Aku menjadi lepas kendali, tidak mampu mendapatkan genggaman. Aku sangat takut menjadi seorang monster, takut kalau aku bisa membunuh diriku sendiri seperti apa yang terjadi dengan pengawal lain yang juga dicium-bayangan. Dimitri berhasil membuatku sadar kembali, meminjamkanku kekuatannya. Aku menyadari kemudian betapa kuatnya hubungan kami, bagaimana kami bisa saling mengerti satu sama lain dengan sempurna. Aku pernah skeptis terhadap orang-orang yang menjadi belahan jiwa pada masa lalu, tapi pada saat itu, aku baru menyadari kalau itu benar. Dan dari datangnya hubungan emosi, datanglah hubungan fisik. Dimitri dan aku akhirnya menyerah pada ketertarikan kami satu sama lain. Kami telah bersumpah kalau kami tidak akan pernah melakukannya, tapi ... perasaan kami terlalu kuat. Menjauhkan diri satu sama lain berubah menjadi sesuatu yang tidak mungkin. Kami telah bercinta dan itu adalah pengalaman pertamaku. Terkadang aku merasa yakin kalau hal itu adalah kali terakhir aku melakukannya juga. Apa yang kami lakukan terasa luar biasa dan aku tidak mampu memisahkan antara kesenangan fisik dan kesenangan emosional. Setelah itu, kami berbaring di kabin kecil selama kami memberanikan diri melakukannya, dan semua itu juga mengagumkan. Saat itu merupakan satu dari beberapa kenangan dimana aku merasa benar-benar memilikinya. “Apa kau ingat sihir gairah milik Viktor?” tanyaku, meringkuk mendekati dirinya. Dimitri menatapku, seolah aku sudah gila. “Tentu saja.”

duestinae89.blogspot.com

Victor Dashkov adalah seorang Moroi bangsawan yang sudah menadi sahabat bagi Lissa dan keluargannya. Sedikit yang kami tahu kalau dia diam-diam mempelajari roh selama bertahun-tahin dan telah mengidentifikasi Lissa sebagai pengguna roh bahkan sebelum Lissa sendiri mengetahuinya. Dia menyiksa Lissa dengan semua permainan pikiran yang hampir membuat Lissa merasa sudah gila. Rencananya sepenuhnya memuncak saat ia menculik Lissa dan menyiksanya hingga Lissa mengobati penyakit yang akan membunuhnya. Victor sekarang berada di penjara seumur hidup, baik untuk apa yang sudah ia lakukan terhadap Lissa maupun karena rencana pengkhianatan untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Moroi. Dia adalah satu dari beberapa orang yang mengetahui hubunganku dengan Dimitri, sesuatu yang membuatku khawatir hingga detik ini. Dia bahkan memanfaatkan hubungan kami dengan membuat sihir hasrta – sebuah kalung yang di dalamnya dimasukkan sihir bumi dan kompulsi. Sihir itu penuh dengan kekuatan yang berbahaya yang membuatku Dimitri dan aku menyerah pada insting terdasar kami. Kami berhasil menarik diri pada detik-detik terakhir, dan hingga di malam kami berada di kabin, aku percaya kalau ketertarikan kami bergabung maka akan membentuk ketertarikan fisik yang tinggi pada akhirnya. “Aku tidak pernah sadar kalau semua ini berubah menjadi lebih baik,” aku mengatakannya setelah kami benar-benar tidur bersama. Aku merasa sedikit malu membicarakan hal ini. “Aku telah memikirkan semua ini sepanjang waktu ... apa yang terjadi diantara kita.” Dia berpaling ke arahku, menarikku untuk menutupi tubuhnya . Kabin terasa dingin, tapi ranjangnya memiliki selimut yang hangat. Kurasa kami bisa memasang pakaian kami, tapi itu adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Kulit yang saling bersentuhan terasa begitu menyenangkan. “Aku juga melakukannya.” “Kau juga?” tanyaku kaget. “Kupikir .... aku tidak tahu. Kupikir kau sangat disiplin untuk hal itu. Kupikir kau mencoba untuk melupakannya.” Dimitri tertawa kemudian mencium leherku. “Rose, bagaimana bisa aku melupakan saat telanjang bersama seseorang secantik dirimu? Aku terjaga selama beberapa malam, mengulang setiap detilnya. Kukatakan pada diriku sendiri kalau semua itu salah, tapi kau begitu tidak mungkin untuk dilupakan.” Bibirnya bergerak di tulang selangkaku dan tangannya mengusap pinggulku. “kau terpatri dalam pikiranku selamanya. Tidak ada apapun, apapun di dunia ini yang bisa mengubahnya.” Dan kenangan seperti itulah yang membuatku sulit untuk memahami pencarian ini yang mengharuskan ku untuk membunuhnya, meskipun dia adalah Strigoi. Toh, saat yang sama, justru karena hal itulah aku harus menghancurkan dirinya. Aku harus mengingatnya sebagai seorang pria yang mencintaiku dan merengkuhku di ranjang yang hangat. Aku harus ingat kalau pria itu tidak ingin berubah menjadi seorang monster. Aku terlalu senang ketika Sydney menunjukkan mobil yang baru ia beli, khususnya karena aku yang memberikan uang untuk membeli mobil itu.

duestinae89.blogspot.com

“Kita akan pergi dengan benda itu?” aku berseru. “Apa benda itu bisa bergerak?” Perjalanan ini akan memakan waktu 7 jam. Dia memberiku tatapan terkejut. “Apa kau serius? Apa kau tahu mobil apa ini? Ini Citroën 1972. Mobil ini luar biasa. Apa kau tidak mengerti betapa sulitnya mendapatkan benda ini kembali ke kota ini di zaman Soviet? Aku tidak percaya pria itu menjualnya. Dia tidak mengerti apapun.” Aku tahu sedikit tentang zaman Soviet dan lebih sedikit tentang mobil klasik, tapi Sydney menarik tudung merah mengkilapnya seolah dia sedang jatuh cinta. Siapa yang menyangka? Dia adalah penggila mobil yang aneh. Mungkin benda ini berharga hanya saja aku yang tidak bisa menghargainya. Aku lebih cenderung kepada mobil sport keluaran terbaru yang mulus. Supaya adil, mobil ini tidak ada penyok atau karatan, mengesampingkan tampilannya yang kuno, mobil ini terlihat bersih dan terawat. Jika mungkin, ekspresinya menjadi lebih tidak percaya. “tentu!” Dan memang seperti itu. Mesin hidup dengan dengung yang mantap dan dengan cepat, aku mulai mengerti dengan daya tarik mobil ini bagi Sydney. Dia ingin mengemudia dan aku mendebatnya kalau uang ku lah yang dipakai untuk membeli mobil ini. Melihat ekspresi memelas dari wajahnya, akhirnya aku memutuskan untuk tidak berdiri diantara dia dan mobil itu. Aku senang kami segera berangkat. Hari sudah hampir senja. Jika jalan memang berbahaya seperti yang dikatakan orang-orang, kami tidak ingin berada disini ketika gelap. Sydney setuju tapi dia mengatakan kalau kami akan melalui sebagian besar perjalanan sebelum matahari terbenam dan kemudian menginap di tempat yang ia kenal. Kami akan berangkat ketujuan kami di pagi hari. Semakin cepat kami mendekati Omsk, semakin terpencil lahannya. Sepanjang aku mempelajarinya, aku mulai mengerti mengapa Dimitri mencintai daerah ini. Tempat ini memiliki sebuah dataran hijau kerdil, nyata, yang dibawa musim semi , dan ada sesuatu yang indah sekaligus menyeramkan ketika melihat keliaran tak tersentuh dari tempat ini. Tempat ini mengingatkanku pada Montana dalam beberapa hal yang memiliki kualitas yang pasti yang hanya dimiliki oleh tempat ynag menakjubkan ini. Aku tidak bisa berkata apa-apa selain akhirnya menggunakan ketertarikan Sydney pada mobil sebagai bahan percakapan. “Kau tahu banyak tentang mobil?” tanyaku. “Sedikit,” katanya. “ayahku adalah seorang alkemis dalam keluarga kami, tapi ibuku adalah seorang mekanik.” “Benarkah?” tanyaku, terkejut. “Sepertinya ... tidak umum.” Tentu saja, aku adalah orang yang dengan keras berbicara tentang aturang gender. berhubung hidupku didedikasikan untuk berkelahi dan membunuh, aku tidak benar-benar bisa mendapatkan pekerjaan wanita tradisional lain.

duestinae89.blogspot.com

“dia sangat pandai dan banyak mengajariku. Aku tidak keberatan melakukan hal itu untukku hidup. Tidak keberatan juga pergi kuliah.” Ada sedikit nada pahit dalam suaranya. “Kurasa ada banyak hal yang kuharap bisa aku lakukan.” “Kenapa tidak?” “Aku menjadi keturunan keluarga Alkemis berikutnya. Saudara perempuanku ...sebenarnya, dia lebih tu, dan biasanya anak tertua yang akan melakukan pekerjaan itu. Tapi, dia sejenis ...tidak berguna.” “Itu sangat kasar.” “Ya, mungkin. Tapi dia tidak bisa menangani hal ini. Ketika mengatur koleksi lip glossnya, dia tidak terhentikan. Tapi mengatur jaringan dan aksi orang-orang didalamnya? Tidak, dia tidak akan mampu melakukannya. Ayah bilang aku adalah satu-satunya yang mampu melakukan semua ini.” “Paling tidak itu pujian.” “Kurasa.” Sydney terlihat sangat sedih sekarang , membuat merasa bersalah dan ingin menghiburnya. “Jika kau bisa kuliah, apa yang ingin kau pelajari?” “Arsitektur Yunani dan Roma.” Kuputuskan kemudian kalau berada di belakang putaran kisah itu adalah hal baik, sebab mungkin aku akan mengemudikan mobil di jalanan. “Benarkah?” “Apa kau tahu tentang hal itu?” “Um, tidak.” “Sangat mengagumkan.” Ekspresi sedih digantikan oleh satu dari hasrat – dia terlihat terpikat sama seperti ketika dia memuja mobil tadi. Aku mengerti mengapa dia menyukai stasiun kereta. “Kecerdikan ini diambil sebagian dari sana ...well, hanya saja tidak nyata. Jika para Alkemis tidakmau mengirimku kembali ke Amerika setelah ini, aku berharap aku bisa ditugaskan ke Yunani atau Italia.” “Itu pasti keren.” “Ya.” Senyumnya memudar. “Tapi tidak ada garansi kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan dalam pekerjaan ini.” Dia terpuruk dalam kesunyian setelah itu dan kuputuskan untuk membujuknya ke dalam percakapan kecil sudah cukup. Kutinggalkan ia dengan pikirannya sendiri tentang mobil klasik dan arsitektur ketika pikiranku melayang ke dalam topikku sendiri. Strigoi. Kewajiban. Dimitri. Selalu Dimitri ...

duestinae89.blogspot.com

Sebenarnya, Dimitri dan Lissa. Semua ini adalah undian yang selalu menambahkan rasa sakitku. Hari ini, ketika mobil klasik ini menidurkanku ke dalam sebuah kelinglungan, Lissa lah yang ingin kukunjungi, terima kasih banya kepada Adrian yang sering mengunjungi mimpiku. Malam di Rusia mearti pagi buta di Montana. tentu, apalagi sekolah menjalankan jadwal malam, secara teknis matahari yang bersinar dianggap malam disana. Sudah dekat jam tidur, dan setiap orang harus segera kembali ke asrama mereka masing-masing. Lissa bersama Adrian, berada di ruangan Adrian di rumah tamu. Adrian, seperti Avery, sudah lulus, tapi sebagai satu-satunya pengguna sihir roh yang diketahui, dia tinggal di sekolah dan bekerja bersama Lissa. Mereka menghabiskan malam yang panjang dan melelahkan berkeja dalam sihir berjalan di dalam mimpi dan duduk dilantai dengan saling berhadapan. Dengan menarik napas panjang, Lissa tersungkur dan terbaring, menggarukkan tangannya ke kepalanya. “Ini sia-sia,” dia mengerang. “Aku tidak akan pernah bisa mempelajarinya.” “Jangan pernah berpikir untuk berhenti, sepupu.” Suara Adrian sangat usil seperti biasa, tapi bisa kukatakan kalau ia lelah juga. Mereka tidak ada keterkaitan keluarga sebenarnya: ituhanyalah sapaan bagi keluarga bangsawan yang biasa mereka gunakan. “Aku tidak mengerti bagaimana kau bisa melakukannya.” “Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Aku hanya memikirkannya, dan ... well, itu terjadi.” Ia menurunkan bahunya dan mengeluarkan rokok yang selalu ia bawa. “Apa kau keberatan?” “Ya,” jawab Lissa. Aku kaget saat Adrian menyimpan rokok itu kembali. Apa-apaan ini? Dia tidak pernah bertanya padaku apakah aku keberataan atau tidak katika ia ingin merokok- yang selalu membuatku keberatan. Kenyatannya, selama ini, aku bersumpah dia melakukannya untuk membuatku kesal, yang sebenarnya tidak berarti bagiku. Adrian sudah pernah melalui segala hal ketika cowok-cowok lain mencoba untuk memikat gadis-gadis yang mereka suka dengan memilih mereka. Dia mencoba menjelaskan prosesnya. “Aku hanya memikirkan siapa yang aku inginkan dan mendadak ... aku tidak tahu. Membentangkan pikiranku menuju mereka.” Lissa duduk bersila. “Terdengar seperti bagaimana Rose menjelaskan cara ia membaca pikiranku.” “Mungkin prinsipnya sama. Dengar, kau perlu beberapa lama untuk mempelajari aura. Hal ini juga tidak berbeda. Dan dirimu bukan satu-satunya orang yang belajar dengan tertaih-tatih. Akulah yang akhirnya hanya belajar menyembuhkan guratan-guratan kecil sedangkan kamu mengembalikan orang yang telah mati, yang mana – anggap aku gila – sangat susah.” Dia berhenti sejenak. “Tentu saja, beberapa akan mendebatku kalau aku sudah gila.”

duestinae89.blogspot.com

Mengartikan aura, Lissa belajar dari Adrian dan memanggil kemampuan untuk melihat daerah yang bercahaya yang mengelilingi setiap benda yang bernyawa. Aura Adrian terlihat sangat jelas, dikelilingi oleh cahaya emas. Menurut Adrian, aura Lissa berwarna sama. Tidak ada Moroi lain yang memiliki warna emas murni seperti itu. Lissa dan Adrian menyimpulkan kalau ini merupakan warna khusus untuk pengguna roh. Adrian tersenyum, menebak apa yang dilakukan Lissa. “Bagaimana kelihatannya?” “Sama.” “Lihat betapa hebat kau sekarang? Bersabarlah dalam hal mimpi.” Lissa sangat menginginkan untuk bisa berjalan dalam mimpi seperti yang bisa Adrian lakukan. Mengesampingkan kekecewaan Lissa, aku senang ia tidak dapat melakukannya. Kunjungan Adrian dalam mimpiku sudah cukup berat untukku. Melihat Lissa bisa membuatku ...well, aku tidak sepenuhnya yakin, tapi itu akan mendinginkan suasana, perangai yang keras yang kucoba perbaiki di Rusia, sangat keras. “Aku hanya ingin tahu bagaimana keadaannya,” kata Lissa dengan suara kecil. “Aku tidak bisa terima dengan ketidaktahuan.” Ini adalah pembicaraan yang sama dengan Christian. “Aku melihatnya kemarin. Dia baik-baik saja. Dan aku akan melakukannya lagi segera.” Lissa mengangguk. “Apa menurutmu dia akan melakukannya? Apa kau rasa dia bisa membunuh Dimitri?” Adrian butuh waktu lama untuk menjawab. “Kurasa dia bisa. Pertanyaannya adalah kalau Dimitri membunuhnya dalam proses itu.” Lissa tersentak dan aku sedikit terkejut. Jawabannya tanpa basa-basi sama seperti yang diberikan oleh Christian. “Tuhan, aku selalu berharap ia tidak memutuskan untuk pergi mengejar Dimitri.” “Berharap itu sia-sia sekarang. Rose harus melakukannya. Itulah satu-satunya cara untuk mendapatkan ia kembali.” Dia berhenti sejenak. “ Itulah satu-satunya cara agar dia bisa melupakan segalanya.” Adrian terkadang mengejutkanku, tapi kali ini ia berhak mendapat hadiah. Lissa berpikir kalau mengejar Dimitri adalah hal bodoh dan merupakan upaya bunuh diri. Aku tahu Sydney juga akan setuju jika aku mengatakan sejujurnya tentang perjalanan ini. Tapi Adrian ... konyol, dangkal, cowok pesta, mengerti? Mempelajari dirinya melalui mata Lissa, aku sadar kalau Adrian memang mengerti. Dia tidak menyukainya dan aku bisa mendengar nada terluka dari kata-katanya. Dia peduli padaku. Aku memiliki perasaan yang kuat untuk orang lain yang menyebabkan

duestinae89.blogspot.com

dirinya terluka. Dan kemudian ... dia sungguh-sungguh percaya kalau aku telah melakukan hal yang benar – satu-satunya hal yang bisa aku lakukan. Lissa melihat jam dinding. “Aku harus pergi sebelum jam malam. Aku mungkin harus belajar untuk tes sejarah juga.” Adrian menyeringai. “Belajar itu berlebihan. Coba temukan seseorang yang pintar dan contek saja jawabannya.” Lissa berdiri. “Apa kau ingin mengatakan kalau aku tidak pintar?” “Tentu tidak.” Adrian juga berdiri dan pergi untuk mengisi dirinya sendiri dengan minuman dari bar yang ia simpan sendiri. Pengobatan sendiri adalah cara menyimpang yang ia lakukan untuk menjaganya dari efek pengguna sihir roh, dan jika dia telah menggunakan roh sepanjang malam, dia akan membutuhkan kebiasan buruknya untuk mematikan rasa. “Kau adalah orang tercerdas yang pernah kukenal. Tapi itu bukan berarti kau harus melakukan pekerjaan yang tidak penting.” “Kau tidak bisa sukses dalam hidup jika tidak berusaha. Mencontek dari orang lain tidak akan membawamu kemana-mana.” “Terserahlah,” katanya menyeringai. “Aku selalu mencotek selama sekolah dan lihat apa yang sudah aku lakukan sekarang.” Dengan memutar mata, Lissa memberikannya pelukan perpisahan dengan cepat dan kemudia pergi. Setelah dia keluar dari pandangan Adrian, senyum Lissa memudar. Nyatanya, pikirnannya berubah menjadi gelap. Mengungkit masalah aku telah membangkitkan perasaan dalam pikiran Lissa. Dia mengkhawatirkan aku – sangat khawatir. Dia mengatakan pada Christian kalau dia merasa bersalah dengan apa yang terjadi diantara kami berdua, tapi kekuatan itu tidak mengenaiku hingga sekarang. Dia dipenuhi oleh rasa bersalah dan kebingungan, terus merutuki dirinya sendiri atas apa yang telah dia lakukan. Dan di atas semua itu, dia merindukanku. Dia memiliki perasaan yang sama denganku - seperti salah satu bagian dari dirinya menghilang. Adrian tinggal di lantai empat, dan Lissa lebih memilih berjalan lewat tangga ketimbang naik lift. Sepanjang itu, seluruh pikirannya disapu oleh kekhawatiran. Khawatir karena dia belum menguasai sihir roh sepenuhnya. Khawatir padaku. Khawatir kalau dia sebenarnya masih belum bisa menghindari efek gelap dari penguasaan roh yang membuatya berpikir jika akulah yang menyerap efek itu sama seperti yang Anna lakukan. Dia hiduap berabad-abad lalu dan terikat dengan St. Vladimir, pendiri sekolah. Anna menyerap efek jahat roh dari Vladimir - dan menjadi gila. Di lantai kedua, Lissa mendengar suara teriakan dari pintu yang memisahkan tangga dan ruang tengah. Merasa kalau hal itu tidak ada hubungannya dengan dirinya, Lissa ragu-ragu. Rasa penasaran memenuhi dirinya. Beberapa saat kemudian, diam-diam dia mendorng pintu untuk membukanya dan melangkah masuk ke dalam ruang itu. Suara itu berasal dari sekitar sudut ruangan. Dia hati-hati mengintip sekitarnya – sebenarnya tidak ia inginkan. Dia mengenali suara itu.

duestinae89.blogspot.com

Avery Lazar berdiri di ruangan itu, tangannya di pinggang ketika ia menatap tajam ayahnya. Ayahnya berdiri di depan pintu yang merupakan ruang tidurnya. Sikap mereka kaku dan terlihat bermusuhan, dan api kemarahan berderak di antara mereka. “Aku ingin melakukan apa yang aku inginkan,” ia berteriak. “Aku bukan budakmu.” “Kau putriku,” katanya denga suara tenang dan meremahkan. “Meskipun saat ini aku berharap kau bukan anakku.” Ouch. Baik Lissa maupun aku terkejut. “Jadi mengapa kau membuatku tetap tinggal di liang neraka ini? Biarkan aku kembali ke istana!” “Dan semakin mempermalukanku? Kita baru saja keluar tanpa merusak reputasi keluarga ini – sedikitnya. Tidak mungkin aku mau mengirimkanmu kesana sendirian dan membiarkanmu melakukan segala hal yang cuma Tuhan yang tahu.” “Kalau begitu kirim aku ke ibuku! Switzerland lebih baik dari pada tempat ini.” Ada jeda di sana. “Ibumu ... sedang sibuk.” “Oh, manis sekali,” kata Avery, suaranya berat dengan nada sarkasme di dalamnya. “Itu adalah cara yang sopan untuk mengatakan kalau dia tidak menginginkanku. Aku tidak kaget. Aku pernah mengganggunya dengan lelaki yang tidur dengannya.” “Avery!” Suara ayahnya nyaring dan marah. Lissa tersentak dan melangkah mundur. “Pembicaraan ini selesai. Kembali ke kamarmu dan sadarlah sebelum seseorang melihatmu. Kuharap kau ada dalam jamuan makan pagi besok, dan kuharap kau bisa sedikit lebih hormat. Kita memiliki beberapa tamu penting.” “Ya, dan hanya Tuhan yang tahu kalau kita terus saja memalsukan penampilan.” “Masuk ke kamarmu,” dia mengulang. “ Sebelum aku memanggil Simon dan menyuruhnya untuk menyeretmu kesana.” “Ya, Tuan,” kata Avery tersenyum simpul. “Segera, Tuan. Apapun yang kau katakan, Tuan.” Bersamaan dengan itu, ayah Avery membanting pintu. Lissa menyembunyikan dirinya di sudut ruangan, masih tidak percaya dengan apa yang lelaki itu katakan kepada anaknya sendiri. Untuk beberapa saat, hanya ada keheningan disana. Kemudian, Lissa mendengar suara langkah kaki- mendekatinya. Avery mendadak berhenti di sudut ruangan dan berhenti tepat di depan Lissa, menatap kami untuk pertama kalinya. Avery sedang mengenakan gaun pendek ketat yang terbuat dari kain berwarna biru yang bersinar keperakkan di terpa cahaya. Rambutnya tergantung panjang dan tidak tertata dan air mata berceceran dai mata biru-abu-abunya yang menghancurkan

duestinae89.blogspot.com

riasan yang ia kenakan. Aroma alkohol tercium jelas dan keras. Dia tergesa-gesa menyapukan tangannya ke matanya, jelas sekali kalau ia malu terlihat seperti ini. “Well,” katanya datar. “Kurasa kau menikmati drama keluarga kami.” “Lissa merasa bersalah tertangkap menguping pembicaraan mereka. “A – Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud menguping. Aku hanya lewat ...” Avery tertawa kasar. “Sebenarnya, aku rasa itu bukan masalah. Semua orang di ruangan ini mungkin mendengar pembicaraan kami.” “Maafkan aku,” ulang Lissa. “Tidak perlu. Kau tidak melakukan kesalahan apapun.” “Tidak ... maksudku, aku ikut prihatin ketika dia ... kau tahu, mengatakan hal seperti itu padamu.” “Itu adalah bagian dari menjadi keluarga „baik‟. Setiap orang punya kerangkan di lemari mereka.” Avery menyilangkan tangannya dan bersandar ke dinding. meskipun sedang marah dan berantakkan, dia masih tetap kelihatan cantik. “Tuhan, terkadang aku membenci ayahku. Bukan bermaksud menghina, tapi tempat ini sangat membosankan. Aku menemukan beberapa kakak kelas pria untuk di ajak jalan malam ini, tapi ... mereka juga sangat membosankan. Satu-satunya hal yang bagus dari mereka adalah bir mereka.” “Mengapa ... mengapa ayahmu membawamu kesini?” tanya Lissa. “Mengapa kau tidak ... entahlah, pergi kuliah?” Avery tertawa kasar. “Dia tidak cukup percaya padaku. Ketika kami berada di istana, aku berhubungan dengan seorang cowok tampan yang bekerja di sana – jelas bukan bangsawan, tentu saja. Ayah sangat marah dan takut orang-orang mengetahuinya. Jadi, ketika ia mendapat pekerjaan disini, dia membawaku bersamanya agar bisa terus mengawasiku – dan menyiksaku. Kupikir dia takut aku akan kabur bersama manusia jika aku kuliah.” Dia mengehela nafas. “Aku bersumpah pada Tuhan, jika Reed ada disini, aku pasti sudah langsung kabur.” Lissa tidak berkata-kata dalam waktu yang lama. Dia memikirkan sikapnya selama ini uyang terus menghindari sikap gigih Avery untuk dekat dengannya. Dengan semua perintah sang ratu yang diberikan kepada Lissa akhir-akhir ini, apa yang terjadi pada Avery adalah pemikiran yang bagus sebagai jalan satu-satunya bagi Lissa untuk melawan balik dan menghentikan sang ratu yang terus mengontrol dirinya. Tapi sekarang, dia berpikir jika dia salah mengenai Avery. Avery bukanlah mata-mata dari Tatiana. Dia tidak terlihat seperti seseorang yang ingin membentuk Lissa untuk menjadi bangsawan sempurna. Sebagian besar, Avery terlihat seperti seorang gadis yang sedih dan terluka yang hidupnya berputar tak terarah. Seseorang yang juga terus diperintah seperti dirinya. Dengan nafas berat, Lissa buru-buru mengucapkan kalimatnya. “Apa kau ingin makan siang bersamaku dan Christian besok? Tidak ada yang keberatan jika kau mau datang saat jam makan siang kami. aku tidak bisa janji ini akan menjadi, um, semenyenangkan yang kamu inginkan.”

duestinae89.blogspot.com

Avery tersenyum lagi, tapi kali ini, lebih terlihat seperti senyuman pahit. “Well, rencanaku yang lain adalah mabuk sendirian di dalam kamarku.” Dia mengangkat sebuah botol yang terlihat seperti whiskey dari dalam tas kecilnya. “Mencetak beberapa barang sendiri.” Lissa tidak begitu yakin dengan jawaban itu. “Jadi ... aku akan bertemu denganmu saat makan siang?” Sekarang Avery terlihat ragu. Tapi perlahan, harapan yang samar bersinar dan rasa tertarik muncul di wajahnya. Konsntrasi, Lissa berusaha untuk melihat aura Avery. Dia kesulitan untuk pertama kalinya, mungkin agak berkurang dari latihan bersama Adrian tadi. Tapi ketika akhirnya mampu mendapatkan aura Avery, dia melihat beragam warna: hijau, biru, dan emas. Tidak biasa. Sekarang lebih cenderung berwarna merah, seperti yang sering terjadi kepada orang yang sedang marah. Tapi tepat di hadapan mata Lissa, warna merah oitu memudar. “Ya,” Avery berkata akhirnya. “Itu pasti menyenangkan. “Kurasa hanya sejauh itu yang bisa kita lakukan hari ini.” Di belahan dunia yang lain, suara Sydney mengeluarkanku dari pikiran Lissa. Aku tidak tahu seberapa lama aku bermimpi siang hari ini, tapi Sydney sudah berganti jalan dari jalan utama dan mengantar kami ke kota kecil yang benar-benar persis seperti gambaran Siberia yang pernah aku bayangkan. Faktanya, „kota‟ sungguh sangat berlebihan. Hanya ada beberapa rumah, sebuah toko, dan sebuah pom bensin. Area ternak memanjang di sekitar bangunan dan aku melihat lebih banyak kuda daripada mobil. Beberapa orang yang sedang menatap kami terlihatkagum. Langit berubah berwarna jingga tua, dan matahari mulai merapat sedik demi sedikit ddi horizon. Sydney benar. Hari mulai malam dan kami harus singgah. “Kaita hanya beberapa jam saja lagi,” lanjutnya. “Waktu perjalanan kita sudah bagus dan kita harus secepatnya berangkat pada saat pagi hari.” Dia menegmudikan mobil menuju sebuah desa – yang mana hanya memakan waktu beberapa menit - dan memarkir tepat di depan sebuah rumah putih sederhana dengan sebuah lumbung gandum di sebelahnya. “Disini kita bermalam.” Kami keluar dari mobil dan mendekati rumah. “Apa mereka temanmu?” “Bukan. Aku tidak pernah mengenal mereka. Tapi mereka mengharapkan kita.” Semakin banyak koneksi misterius dari para Alkemis. Pintu membuka menampakkan seorang manusia yang berumur dua puluh tahunan yang memperingatkan kami agar secepatnya masuk ke dalam. Dia hanya berbicara beberapa kata dalam bahasa Inggris, tapi keahlian menerjemahkan Sydney membawa kami masuk. Sydney lebih ramah dan menarik dari pada biasanya, mungkin karena tuan rumah ini bukan keturunan vampir ganas. Kau tidak akan berpikir kalau menumpang di sebuah mobil sepanjang hari akan sangat melelahkan, tapi aku merasa sangat letih dan cemas karena harus memulai perjalan besok pagi-pagi. Jadi setelah makan malam dan sedikit menonton TV, Sydney dan aku pergi ke ruangan yang dipersiapkan untuk kami. Kamar ini kecil dan sederhana tapi memiliki dua ranjang kembar yang ditutupi oleh selimut tebal dan halus. Aku

duestinae89.blogspot.com

merapat di selimutku, bersyukur untuk rasa lembut dan hangatnya dan mengira-ngira jika aku akan bermimpi tentang Lissa atau Adrian. Aku tidak bermimpi. Ya aku terbangun dalam gelombang rasa mual yang mengitari diriku – rasa mual yang mengatakan padaku kalau ada Strigoi yang sedang mendekat.

duestinae89.blogspot.com

Enam AKU MELESAT TEGAK, SETIAP BAGIAN dalam diriku terbangun dan waspada. Tidak ada cahaya lampu kota yang menembus melalui jendela hingga membuatku butuh beberapa detik untuk membiasakan diri melihat dalam gelap. Sydney meringkuk di kasurnya, wajahnya terlihat damai ketika ia tidur, tidak seperti biasanya. Dimana Strigoi itu? Jelas tidak di dalam kamar kami. Apa dalam rumah ini? Semua orang bilang kalau jalan menuju kota kelahiran Dimitri sangat berbahaya. Namun, aku jadi berpikir kalau Strigoi juga akan memburu Moroi dan dhampir – meskipun manusia juga merupakan bagian besar dari diet mereka. Berpikir tentang pasangan yang ramah yang menerima kami ke dalam rumahnya, membuatku merasa dadaku mengeras. Tidak mungkin aku membiarkan sesuatu terjadi pada mereka. Aku menyelinap keluar diam-diam dari tempat tidur, aku menggenggam erat pasakku dan merangkak dari kamar tanpa membangunkan Sydney. Tidak ada satupun yang bangun dan segera setelah aku sampai di ruang tamu, rasa mual itu hilang. Ok. Strigoi itu tidak berada di dalam rumah, yang berarti hal bagus. Mereka ada di luar, rupanya di samping rumah dekat kamarku. Masih bergerak perlahan, aku keluar dari pintu depan rumah dan berjalan di sudut rumah, setenang malam disekitarku. Rasa mual itu semakin kuat ketika aku mendekati gudang dan aku tidak bisa melakukan apa-apa terhadap rasa mual itu, tapi aku merasa puas. Aku akan mengejutkan Strigoi ini yang mungkin berpikir bisa menyelinap masuk ke rumah kecil manusia di desa untuk makan malam. Ada. Tepat didekat pintu masuk gudang, aku bisa melihat bayang panjang bergerak. Kena, pikirku. Aku persiapkan pasakku dan mulai bergegas maju – dan kemudian sesuatu memukul pundakku. Aku tersandung, heran, dan menatap tajam wajah Strigoi itu. Di ujung mataku, aku melihat bayangan di gudang berubah menjadi Strigoi lain dan melangkah ke arahku. Panik melanda diriku. Ada dua dan sistem pendeteksi rahasiaku tidak mampu membedakannya. Semakin buruk saja, mereka mendapatiku tengah ambruk. Sebuah pikiran terlintas dipikiranku: Bagaimana jika satu dari mereka adalah Dimitri? Bukan. Paling tidak, yang paling dekat bukan Dimitri. Dia seorang wanita. Aku belum merasakan Strigoi yang kedua. Dia menuju ke sisiku yanglain dengan sangat cepat. Aku harus berurusan dengan gangguan ini secara langsung, dan menyingkirkan yang wanita dengan pasakku, berharap bisa melukainya, tapi dia mengelak begitu cepat sampai aku kesulitan melihat pergerakannya. Dia memukul ke arahku hampir terlihat sangat sangat santai. Aku tidak terlalu cepat bereaksi dan melayang menuju Strigoi yang lain – laki-laki dan jelas bukan Dimitri. Aku merespon dengan cepat, melompat, dan menendangnya. Aku mengeluarkan pasakku, menciptakan jarak diantara kami tapi ini hanya berhasil sediki ketika yang wanita datang dari belakang dan menyambarku, menyentak tubuhku ke arahnya. Aku menangis tertahan dan merasakan tangannya di tenggorokanku. Aku sadar, dia

duestinae89.blogspot.com

mungkin akan memutuskan leherku. Teknik yang cepat, cara mudah untuk Strigoi ketika mereka ingin menyeret korban mereka untuk dimangsa. Aku berjuang, medesak-desak tangannya sedikit demi sedikit, tapi ketika Strigoi yang lain mendekati kami, aku tahu semua itu sia-sia. Mereka berhasil mengejutkanku. Mereka berdua. Merka sangat kuat. Rasa panik melanda dalam diriku, rasa takut yang luar biasa dan putus asa. Aku selalu taku setiap kali aku berkelahi dengan Strigoi, tapi ketakutan kali ini sudah melewati titik terparah. Rasa takut yang tidak fokus dan di luar kendali, dan menduga kalau rasa ini dikarenakan kegilaan dan kegelapan yang kuserap dari Lissa. Perassan itu meledak dalam diriku dan aku bertanya-tanya apakah ketakutan itu akan menghancurkanku sebelum Strigoi yang melakukannya. Aku sedang berada dalam situasi sekarat berbahay yang nyata sekarang – dan membiarkan Sydeny dan yang lain terbunuh. Pikiran marah dan sedih mencekikku. Kemudia, tiba-tiba, bumi seakan meledak dan terbuka. Bentuk tembus pandang, bercahaya lembut dalam kegelapan, bermunculan dimana-mana. Sebagian terlihat seperti manusia normal. Yang lain terlihat mengerikan, wajah mereka kurus kering seperti tengkorak. Hantu. Roh. Mereka mengelilingi kami, kehadiran mereka membuat rambutku berdi dan mengirimkan rasa sakit kepala yang luar biasa melalu tengkorak kepalaku. Para hantu itu berbalik ke arahku. Aku pernah mengalami ini sebelumnya, di pesawat, ketika penampakan itu menyerbu dan mengancam untuk membunuhku. Aku mempersiapkan diriku sendiri, mencoba berusaha mati-matian untuk menmpulkan kekuatan untuk membangun pengahalang yang akan menutup diriku dari dunia roh. Itu adalah keahlian yang sudah aku pelajari ketikaaku biasanya berada disuatu tempat dan tidak ada kerjaan. Keputusasaan dan kepanikan situasi ini sudah memecahkan pengedalian diriku. Parahnya, darah mengental dalam tubuhku, aku mengucapkan harapan egois lagi kalu Mason tidak menemukan ketenangan dan meninggalkan dunia ini. Aku akan merasa lebih baik andai saja hantu Mason ada disini. Kemudian aku sadar kalau aku bukanlah target mereka. Para hantu mengitari kedua Strigoi itu. Roh tidak memiliki bentuk padat, tapi setiap mereka menyentuh dan melalui diriku, aku merasa seperti diterpa es. Strigoi wanita tiba-tiba mulai melambai-lambaikan tangan untuk menangkis penampakan itu, mengeram dan marah dan hampir terlihat seperti ketakutan. Kemunculan para hantu tidak mampu untuk menyakiti Strigoi, tapi mereka jelas sangat mengganggu – dan menghilangkan fokus mereka. Aku menghunjam jantung Strigoi laki-laki itu bahkan sebelum ia melihat kedatanagnku. Mendadak, para hantu yang mengelilingi Strigoi laki-laki itu bergerak ke arah Strigoi wanita. Yang satu ini lumayan, aku mengakuinya. Meskipun ia berjuang untuk menagkis roh-roh itu menjauh, dia masih bisa menangkis seranganku dengan cukup baik. pukulan keberuntungan darinya memberikan ledakan bintang dimataku dan mengirimku ke dinding gudang. Aku masih merasakn induksi-hantu yang menyebabkan sakit kepala meledak-ledak dalam kepalaku , tapi ternyata kepala yang menabrak ke gudang pun tidak bisa

duestinae89.blogspot.com

menyembuhkannya. Mengejutkan, pusing, aku kembali ke arahnya dan melanjutkan perlawananku agar bisa menusuk jantungnya. Dia menjaga agar dadanya jauh dari jangkauanku – paling tidak sampai satu dari hantu yang mengerikan khususnya mengacaukan penjagaannya. Gangguan sementara itu memberiku kesempatan, dan aku mengnjum jantungnya juga. Dia jatuh ke tanah - meninggalkanku sendiri dengan para roh. Dengan Strigoi, para hantu jelas ingin menyerang meraka. Denganku, lebih banyak terlihat seperti di pesawat. Mereka terlihat terpesona olehku, putus asa untuk mendapatkan perhatian dariku. Hanya saja, dengan puluhan hantu yang berkerumun, seolah aku seperti diserang juga. Dengan putus asa, aku mencoba lagi untuk memanggil pelindungku kembali, untuk memblokir para hantu jauh dariku seperti yang pernah aku lakukan dulu. Usaha itu menyiksa. Entah bagaimana, emosi tidakstabilku membawa roh berdatangan dan ketika aku sudah sedikit lebih tenang sekarang, kontrol ketidakstabilanku semakin kuat membawa mereka datang kesini. Kepalaku terus saja berdenyut. Sambil mengertakkan gigi-gigiku, aku memfokuskan sedikit demi sedikit kekuatanku untuk memblokir ke luar para hantu itu. “Pergi,” desisku. “Aku tidak perlu kalian lagi.” Untuk sejenak, usahaku sepertinya sia-sia. Kemudian, perlahan, satu demi satu, roh-roh itu mulai memudar. Aku merasa pengendalian yang sudah aku pelajari sebelum perlahan melesat ke tempat lain. Segera, tidak ada apapun lagi disekitarku selain diriku sendiri, kegelapan, dan gudang – dan Sydney. Aku menyadari kehadirannya ketika aku tersungkur di tanah. Dia berlari keluar rumah dengan memakai piama, wajahnya pucat. Berlutut di sampingku, dia membantuku duduk, ketakutan nampak dari wajahnya. “Rose! apa kau baik-baik saja?” Aku merasa setiap keping energi dalam otak dan tubuhku telah terhisap habis. Aku tidak mampu bergerak. Aku tidak mampu berpikir. “Tidak,” kataku padanya. dan kemudian aku pingsan. Aku memimpikan Dimitri lagi, tangannya yang memelukku dan wajah yang tampan bersandar padaku untuk menyemangatiku seperti yang selalu ia lakukan ketika aku sakit. Memori masa lampau mendatangiku, kami berdua menertawakan beberapa leucon. Terkadang, dalam mimpi ini, dia membawaku pergi. terkadang, kami tengan mengendarai mobil. Sesekali wajahnya akan mulai berbah menjadi gambaran menakutkan Strigoi ynag selalu mennyiksaku. Kemudian dengan cepat aku memerintahkan pikiranku untuk menghapun bayangan itu pergi. Dimitri telah sering kali manjagaku dan selalu ada disaat aku membutuhkannya. Meskipun kedua hal itu sudah tidak ada lagi. Kuakui, dia tidak berakhir di ruang kesehatan sebanyak aku. Dan hal itu hanyalah keberuntunganku. Bahkan jika dia

duestinae89.blogspot.com

sedang terluka, ia tidak akan pernah mau mengakuinya. Dan ketika aku bermimpi dan berhalusinasi, gambaran yang datang padaku adalah ketikan beberapa kali aku bisa menjaganya. Hanya sebelum sekolah diserang, Dimitri termasuk di dalam bagian ujian denganku dan rekan-rekan novisku untuk melihat seberapa baik kami bereaksi terhadap serangan kejutan. Dimitri begitu sulit untuk dihadapi dan bahkan tidak mungkin untuk dikalahkan, meskipun ia mendapat beberapa lebam beberapa kali. Aku berlari ke arahnya dia tempat latihan sekali selama tes ini berlangsung, terkejut melihat luka di pipinya. Terlihat tidak parah tapi ada banyak darah yang keluar. “Apa kau sadar kalau kau bisa berdarah hingga mati?” seruku. Sedikit berlebihan tapi tetap saja aku melakukannya. Dia menyentuh pipinya dengan cueknya dan terlihat sadar akan luka yang ia dapat dari pertama. “ Aku tidak akan melangkah terlalu jauh. Ini bukan apa-apa.” “Itu bukan apa-apa sampai kau terkena infeksi!” “Kau tahu itu tidak mungkin,” katanya keras kepala. Itu benar. Moroi - selain terjangkin penyakit langka, seperti yang dialami Victor – sangat susah terserang penyakit. Kami para dhampir mewarisi hal itu dari mereka, sama seperti tato milik Sydney yang memberinya perlindungan. Meskipin begitu, aku tidak akan membiarkan Dimitri berdarah terlalu banyak. “Ayo,” kataku, menunjuk ke kamar mandi kecil di ruangan itu. Suaraku sedikit sengit dan aku terkejut ketika dia menurutinya. Setelah membasahi sebuah handuk, dengan lembut aku membersihkan wajahnya. Dia terus saja memprotes pada walnya tapi akhirnya ia jatuh diam. Kamar mandi itu kecil, dan kami hanya beberapa inci satu sama lain. Aku bisa mencium bau bersih memabukkan dari dirinya dan mempelajari setiap detil wajah dan tubuh kuatnya. Jatungku berdetak cepat didadaku, tapi kami harus bersikap baik, jadi aku mencoba tampil tenang dan bijaksana. Dia tenang juga, tapi ketika aku menyapu rambut belakng di samping telinganya untuk membersihkan wajahnya, dia tersentak. Ujung jariku menyentuh kulitnya dan mengirimkan gelombang kaget melalui diriku, dan dia merasakan hal yang sama. Dia menangkap tanganku dan menjauhkannya dari wajahnya. “Cukup,” katanya, dengan suara serak. “Aku baik-baik saja.” “Apa kau yakin?” tanyaku. Dia masih belum melepaskan tanganku. Kami sangat, sangat dekat. Kamar mandi kecil itu seperti sudah siap meledak dengan adanya aliran listrik dahsyat diantara kami berdua. Aku tahu ini akan segera berakhir tapi aku benci jika harus melepaskannya. Tuhan, terkadang sangat sulit untuk menjadi bertanggungjawab. “Ya,” katanya. Suaranya lembut dan aku tahu dia tidak marah padaku. Dia hanya takut, takut betapa kami hanya perlu waktu sebentar untuk menyalakan api diantara kami. Seperti sebelumnya, aku merasa kehangatan menyelimutiku, hanya dengan merasakan tangannya. Menyentuhnya membuatku merasa lengkap, seperti menemukan orang yang tepat untukku selama ini.

duestinae89.blogspot.com

“Terima kasih, Roza.” Dia melepaskan tanganku dan kami pergi, sama-sama kembali ke aktifitas kami masing-masing. Tapi perasaan yang kudapat dari kulit dan rambutnya bertahan berjam-jam padaku setelah itu ... Aku tidak tahu mengapa aku memimpikan kenangan itu setelah diserang didekat gudang. Rasanya aneh kalau aku memimpikan menjaga Dimitri ketika aku lah yang perlu dirawat. Kurasa tidak jadi masalah ingatan apa yang datang, selama ada Dimitri di dalamnya. Dimitri selalu membuatku merasa lebih baik, bahkan dalam mimpi sekalipun, memberiku kekuatan dan keteguhan hati. Tapi saat aku berbaring mengigau dan antara sadar dan tidak, wajah menenangkannya sesekali bercampur dengan mata merah yang mengerikan dan taring. Aku merengek, berjuang keras untuk menjauhkan bayangan itu. Dilain waktu, dia tidak terlihat seperti Dimitri. Dia berubah menjadi lelaki yang tidak aku kenal, seorang Moroi tua denga rambut yang hitam dan mata licik, perhiasan emas berkilauan di leher dan telinganya. Aku menangis memanggil Dimitri lagi, dan akhirnya, wajahnya kembali hadir, damai dan indah. Pada satu titik, gambaran itu berubah lagi. kali ini wajah seorang wanita. Jelas, dia bukan Dimitri, tapi ada sesuatu dari mata cokelatnya yang mengingatkanku padany. Dia lebih tua, empat puluh tahunan kira-kira, dan seorang dhampir. Dia meletakkan kain dingin di dahiku dan aku sadar kalau aku tidak lagi bermimpi. Tubuhku sakit dan aku sedang berada di ranjang yang asing, di ruangan yang asing. Tidak ada tanda-tanda Strigoi. Apakah aku juga bermimpi? “Jangan coba bergerak,” kata wanita itu dengan aksen Rusia yang kental. “Kau mendapat beberapa pukulan.” Mataku melebar saat gambaran di gudang itu kembali padaku, hantu-hantu yang kupanggil. Itu bukan mimpi. “Dimana Sydney? Apa dia baik-baik saja?” “Dia baik-baik saja. Jangan khawatir.” Kadang suara wanita ini mengisyaratkan padaku kalau aku bisa mempercayainya. “Dimana aku?” “Di Baia.” Baia, Baia. Entah dimana, di dalam kepalaku, nama itu terdengar tidak asing. Tiba-tiba semuanya terjawab. Dulu, dulu sekali, Dimitri pernah mengatakannya. Dia hanya pernah menyebutkan nama kotanya sekali dan bahkan meskipun aku telah mencoba, aku tidak pernah bisa mengingatnya. Sydney tidak pernah mengatakan nama kotanya. Tapi sekarang kami disini. Di kampung halaman Dimitri. “Kau siapa?” tanyaku. “Olena,” jawabnya. “Olena Belikova.”

duestinae89.blogspot.com

Tujuh TERASA SEPERTI DI PAGI NATAL. Aku biasanya tidak terlalu percaya pada Tuhan atau taqdir, tapi sekarang aku serius berpikir ulang. Setelah pingsan, Sydney rupanya menelpon dalam keadaan panik dan seseorang yang ia kenal di Baia mendatangi kami – mempertaruhkan nyawanya dalam kegelapan – untuk menyelamatkan kami dan membawa kami ke tempat aku bisa disembuhkan. Tidak diragukan lagi alasan mengapa aku mendapatkan sensasi samar berada di mobil selama aku mengigau; karena itu bukanlah bagian dari mimpi. Dan kemudian, entah bagaimana, dari semua dhampir yang berada di Baia, aku ditolong oleh ibunya Dimitri sendiri. Itu sudah cukup untuk membuatku mempertimbangkan bahwa mungkin memang benar ada kekuatan yang lebih besar dari pada diriku yang bekerja di alam ini. Tidak ada satupun yang memberitahukanku dengan jelas bagaimana semua ini bisa terjadi, tapi aku segera menyadari kalau Olena Belikova memiliki reputasi dari semua penyembuh di kota ini – dan bahkan bukanlah termasuk penyembuh dengan sihir. Dia pernah mengikuti pelatihan medis dan merupakan salah satu dhampir – dan bahkan beberapa Moroi – yang pergi ke daerah ini ketika mereka ingin menghindari perhatian manusia. Masih. Kebetulan yang menakutkan dan aku tidak bisa menolak untuk berpikir kalau ada sesuatu yang terjadi yang masih belum bisa aku mengerti. Untuk sekarang, aku tidak terlalu khawatir tentang bagaimana dan mengapa situasiku menjadi seperti ini. Aku terlalu sibuk menatap dengan mata yang lebar kesekitarku dan orang-orang yang berada disini. Olena tidak hidup sendiri. Semua saudara perempuan Dimitri – tiga dari mereka – tinggal di rumah ini juga bersama anak-anak mereka. Kemiripan dalam keluarga ini juga mengejutkan. Tidak satupun dari mereka yang benar-benar mirip dengan Dimitri, tapi disetiap wajah mereka aku bisa menemukan Dimitri. Mata itu. Senyuman itu. Bahkan rasa humornya. Melihat mereka menarik kembali ingatan tentang Dimitri yang menghilang – dan memperparah keadaan dalam waktu yang sama. Kapanpun aku melihat mereka di luar dari fungsi perangkat penglihatanku, kurasa aku melihat Dimitri. Seperti sebuah rumah kaca, dengan refleksi yang berserakan dimana-mana. Bahkan rumahnya membuatku merinding. Tidak ada tanda-tanda yang jelas kalau Dimitri pernah tinggal disini, tapi aku terus berpikir, disinilah tempat ia tumbuh. Dia berjalan di lantai ini, menyentuh dinding-dinding ini .... Saat aku berjalan dari kamar ke kamar, ku sentuh juga dinding-dinding itu, mencoba menarik energi Dimitri dari benda-benda itu. Aku membayangkan ia duduk-duduk di sofa, beristirahat sepulang sekolah. Aku bertanya-tanya, apakah ia pernah meluncur di tangga ini ketika masih kecil. Gambaran itu terasa sangat nyata sehingga aku harus terus mengingatkan diriku sendiri kalau Dimitri sudah lama tidak kembali ke tempat ini. “Kau memiliki kekuatan pemulihan yang luar biasa,” catatan Olena di pagi berikutnya setelah ia membawaku bersamanya. Dia memberikan tatapan persetujuan ketika aku menghirup sepiring blini. Blini itu adalah pancake super tipis yang ditumpuk dan dilapisi mentega dan selai.

duestinae89.blogspot.com

Tubuhku selalu meminta banyak makanan untuk memulihkan kembali kekuatanku. Dan aku membayangkan, selama aku tidak mengunyah dengan mulut terbuka atau apapun sejenisnya, aku tidak punya alasan untuk merasa bersalah karena makan banyak. “Kupikir kau sudah mati ketika Abe dan Sydney membawamu kesini.” “Siapa?” tanyaku diantara gigitan makanan yang kukunyah. Sydney duduk di meja itu beserta seluruh sisa keluarga ini, hampir tidak menyentuh makanannya seperti biasa. Dia tampak gelisah dikelilingi oleh rumah penuh dengan dhampir, tapi ketika pertama kali aku turuh pagi ini, aku yakin sekali melihat kelegaan di matanya. “Abe Mazur,” kata Sydney. Kecuali aku salah, beberapa orang di meja ini saling bertukar lirikan. “Dia adalah seorang Moroi. Aku ... aku tidak tahu seberapa parah kau terluka malam kemarin, jadi aku memanggilnya. Dia menyetir bersama para pengawalnya. Dialah yang membawamu kesini.” Para pengawal. Berarti jamak. “Apa dia seorang bangsawan?” Mazur bukanlah nama bangsawan, tapi hal itu juga tidak bisa menjamin garis keturunan seseorang. Dan ketika aku mencoba mempercayai jaringan dan koneksi Sydney terhadap orang-orang berkuasa, aku tidak bisa membayangkan mengapa seorang bangsawan mau keluar dari tempat yang aman demi aku. Mungkin dia berhutang budi dengan para Alkemis. “Tidak,” katanya terus terang. Aku mengerutkan dahi. Seorang yang bukan bangsawan dengan lebih dari satu pengawal? Sangat aneh. Jelas sekali Sydney tidak akan beribicara lebih lagi – paling tidak sampai sekarang. Aku menelan semulut penuh blini dan mengembalikan perhatianku kembali ke Olena. “Terimakasih telah mengajakku kemari.” Kakak tertua Dimitri, Karolina, juga duduk di meja itu, bersama bayi perempuannya dan anak lelakinya, Paul. Paul berusia sekitar sepuluh tahun dan terlihat terpesona olehku. Saudara remaja Dimitri, Viktoria, juga disana. Dia tampak sedikit lebih muda dariku. Saudara perempuan ketiga Belikov bernama Sonya dan sudah pergi bekerja sebelum aku bangun. Aku harus menunggu jika ingin bertemu dengannya. “Apakah kau membunuh dua Strigoi sendirian?” Paul bertanya padaku. “Paul,” tegur Karolina. “Itu bukan pertanyaan yang bagus.” “Tapi merupakan salah satu hal yang menarik,” kata Viktoria sambil menyeringai. Rambut cokelatnya diselingi oleh helaian emas, tapi mata gelapnya berkilau dan sangat mirip dengan Dimitri ketika ia sedang senang, sehingga menarik hatiku.

duestinae89.blogspot.com

Sekali lagi, aku merasakan sensasi mengejek kalau Dimitri ada disini tapi tidak berada disini. “Dia melakukannya,” kata Sydney. “Aku melihat mayatnya. Seperti biasanya.” Dia memakai ekspresi lucu yang terlihat menyakitinya dan tertawa. “Paling tidak aku meninggalkan mereka dimana kau bisa langsung menemukan mereka sekarang.” Humorku mendadak redup. “Apa ada orang ... manusia yang menyadari atau mendengar?” “Aku sudah memusnahkan tubuhnya sebelum satu orang pun melihat,” katanya. “Jika ada orang mendengar apa pun ... Well, tempat-tempat terpencil seperti itu selalu diisi dengan cerita takhayul dan hantu. Mereka tidak benar-benar memiliki data-data faktual tentang vampir, tapi disana selalu ada kepercayaan tentang kekuatan gaib dan ada sesuatu yang berbahaya di luar sana. Sedikit yang mereka ketahui.” Dia mengatakan “cerita hantu” tanpa ada perubahan ekspresi di wajahnya. Aku bertanya-tanya apa dia melihat roh-roh semalam tapi akhirnya aku memutuskan kalau dia tidak mungkin melihatnya. Dia keluar rumah mendatangi ku saat sudah berada di bagian akhir pertarungan dan jika mengingat adanya indikasi bukti-bukti di masa lampau, tidak ada satu orang pun yang bisa melihat roh yang kulihat – kecuali Strigoi, ternyata. “Kau pastinya telah dilatih dengan baik dulu,” kata Karolina, mengubah posisi sehingga bayinya bersandar di bahunya. “Kau terlihat masih harus berada di sekolah.” “Aku baru saja keluar,” kataku, menatap Sydney. “Kau orang Amerika,” kata Olena tanpa berbelit-belit. “Apa yang bisa membawamu sampai kemari? “Aku ... aku mencari seseorang,” kata yang bisa kukeluarkan setelah beberapa saat keraguanku. Aku takut mereka akan menanyakan setiap detil atau menduga kalau dia adalah seorang pelacur-darah juga, tapi kemudian, pintu dapur terbuka dan nenek Dimitri, Yeva, masuk. Sebelumnya dia telah menjulurkan kepalanya dari awal dan sumpah, ia membuatku takut. Dimitri pernah bilang padaku kalau dia adalah semacam penyihir dan aku bisa percaya hal itu. Dia terlihat seperti singa Gazil tua dan sangat kurus, dan ajaibnya angin tidak bisa meniup dirinya hingga terbang. Dia hampir setinggi lima kaki dan kepalanya ditutupi oleh rambutnya yang berwarna abu-abu sebagian. Tapi sebenarnya matanyalah yang membuatku takut. Sisanya terlihat lemah tetapi mata gelap itu sangat tajam dan waspada dan terlihat bosan melihat ke dalam jiwaku. Bahkan tanpa penjelasan Dimitri, aku pasti akan langsung menduga kalau dia adalah penyihir. Dia adalah satu-satunya orang di dalam keluarga ini yang tidak bisa berbahasa Inggris. Dia duduk di satu kursi kosong dan Olena buru-buru melompat untuk mengambilkan blini. Yeva mengumamkan sesuatu dalam bahasa Rusia dan membuat yang lain terlihat tidak nyaman. Bibir Sydney berkedut membentuk

duestinae89.blogspot.com

senyuman kecil. Mata Yeva menatapku ketika ia berbicara dan aku melirik kesana-kemari untuk meminta terjemahannya. “Apa?” tanyaku. “Nenek bilang kau tidak mengatakan seluruh cerita yang sebenarnya tentang mengapa kau berada disini. Kata nenek, semakin lama kau menunda untuk mengatakannya, semakin buruk hasilnya,” Viktoria menjelaskan. Dia kemudian memberikan Sydney pandangan meminta maaf. “Dan dia juga ingin tahu kapan si Alkemis pergi.” “Secepatnya,” kata Sydney datar. “Well, mengapa aku disini ... ceritanya panjang.” Bisakah aku menceritakan semuanya sejelas-jelasnya? Yeva mengatakan sesuatu dan Olena menawabnya dengan erangan. Kepadaku ia berbicara dengan lembut: “Abaikan dia, Rose. Suasana hatinya sedang tidak bagus. Mengapa kau disini adalah urusanmu – meskipun aku yakin Abe akan menanyakanmu hal yang sama.” Dia mengerenyit sedikit dan aku diingatkan oleh pandangan orang-orang di meja itu. “Kau harus ingat untuk berterima kasih kepadanya. Dia terlihat sangat mengkhawatirkanmu.” “Aku juga ingin bertemu dengannya,” aku bergumam, masih penasaran dengan pengawalan dirinya, Moroi bukan bangsawan yang memberikanku tumpangan dan tampaknya membuat semua orang tidak tenang. Bersemangat untuk menghindari pembicaraan mengenai mengapa aku ada disini, aku buru-buru mengubah topik pembicaraan. “Aku juga ingin sekali berkeliling Baia. Aku tidak pernah berada di tempat seperti ini sebelumnya – dimana ada banyak sekali dhmapir tinggal, maksudku.” Wajah Viktoria berubah cerah. “Aku bisa menemanimu berkeliling – jika kau yakin sudah merasa baikan. Atau jika kau tidak harus pergi sekarang.” Dia percaya aku hanya singgah disini, sama seperti sebelumnya. Jujur, aku sama sekali tidak yakin apa yang harus aku lakukan lagi, sekarang sepertinya terlihat kalau Dimitri tidak ada di daerah ini. Aku melirik Sydney, bertanya. Dia mengangkat bahunya. “Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Aku tidak akan pergi kemanapun.” Aku menemukan ada sedikit kebingungan disana. Dia membawaku kesini atas perintah atasannya – tapi sekarang apa? Nah, itu akan menjadi perhatian kami untuk nanti. Segera setelah aku menghabiskan makananku, Viktoria praktis menyeretku ke luar, seolah aku adalah hal menarik yang terjadi di sekitar sini sementara, Yeva tidak mengalihkan pandangannya ke arahku selama ia menghabiskan makanannya dan meskipun ia tidak mengatakan hal apa pun, kecurigaannya bahwa ia tidak percaya satu pun kata-kata yang kuucapkan jelas tampak dari pandangannya. Aku mengajak Sydney beralan-jalan keluar, tapi dia menolak, memilih mengunci dirinya di kamar dan membaca tentang candi di Yunani atau mengontrol dunia dengan teleponnya atau melakukan apa pun yang pernah ia lakukan.

duestinae89.blogspot.com

Viktoria bilang kalau pusat kota tidak jauh dari dimana mereka tinggal dan sangat mudah jika kesana dengan berjalan kaki. Harinya cerah dan sejuk, dengan sinar matahari yang cukup untuk membuat suasana di luar menjadi nyaman. “Kami tidak memiliki banyak pengunjung,” ia menjelaskan. “Kecuali Moroi pria, tapi kebanyakan mereka tidak tinggal lama.” Dia tidak menambahkan penjelasan itu, tapi aku menduga-duga maksud di dalamnya. Apakah para Moroi pria ini pergi kesini untuk beraksi dengan dhampir wanita? Aku dibesarkan dengan pemikiran mengenai wanita-wanita ini, dhampir yang memilih untuk tidak menjadi pengawal adalah dhampir hina dan kotor. Satu yang kutemui di Nightingale jelas merupakan gambaran pelacur darah, tapi Dimitri meyakinkanku kalau tidak semua dhampir wanita seperti itu. Setelah bertemu keluarga Belikov, aku mempercayainya. Setelah kami hampir sampai di pusat kota, segera aku menemukan mitos yang lain hancur juga. Orang-orang selalu membicarakan tentang pelacur darah yang tinggal di sebuah perkemahan atau kelompok yang hidup bersama, tapi hal itu tidak ada disini. Baia bukanlah kota yang besar, tidak seperti St. Petersburg atau bahkan Omsk, tapi ini adalah kota sungguhan dengan banyak populasi manusia di dalamnya. Hampir tidak ada perkemahan pedesaan atau pemukiman peternakan. Semua pengaturan kota normal dan menakjubkan, dan ketika kami sampai di pusat kota, toko kecil dan restoran berbaris di sisinya, sangat terlihat seperti tempat lain di dunia ini dimana manusia tinggal. Modern dan biasa, hanya dengan sedikit sentuhan desa. “Dimana semua dhampir?” aku bertanya-tanya dengan suara keras. Sydney pernah berkata kalau ada kehidupan rahasia vampir, tapi aku tidak menemukan tanda-tanda apapun mengenai keberadaan mereka. Viktoria tersenyum. “Oh mereka disni. Kami punya banyak bisnis dan tempat lain yang tidak diketahui manusia.” Saat aku memahami kalau para dhampir tidak terdeteksi di kota besar, rasanya luar biasa untuk menyamakan pemikiran seperti itu disini. “Dan banyak dari kami yang tinggal dan bekerja dengan manusia.” Dia menunjuk sebuah tempat seperti toka obat dengan dagunya. “Itu tempat Sonya bekerja sekarang.” “Sekarang?” “Sekarang dia sedang hamil.” Viktoria memutar matanya. “Aku akan membawamu menemuinya, tapi dia jadi pemarah belakangan ini. Kuharap bayinya segera dilahirkan.” Dia menghentikan penjelasannya sampai disitu dan aku lagi-lagi bertanya-tanya tentang dinamika hubungan dhampir dan Moroi disini. Viktoria sangat mudah untuk disukai dan hanya dalam waktu satu jam kami saling cocok seolah kami sudah kenal lama. Mungkin hubunganku dengan Dimitri mengikatku pada keluarganya juga. Pikiranku terpotong ketika seseorang memanggil nama Viktoria. Kami berbalik dan melihat seorang dampir pria yang imut menyebrang jalan. Rambutnya berwarna perunggu dan matanya gelap, umurnya kira-kira ada diantara usiaku dan Viktoria.

duestinae89.blogspot.com

Dia membicarakan sesuatu dengan santai kepadanya. Dia tersenyum pada pria itu dan kemudian menunjuk padaku, memperkenalkanku dalam bahasa Rusia. “Ini Nikolai,” kata Viktoria dalam bahasa Inggris. “Senang berkenalan denganmu,” katanya, juga mengubah bahasanya. Dia sepertinya memberikan penilaian capat terhadapku seperti yang biasa dilakukan laki-laki, tapi ketika ia memalingkan wajahnya ke Viktoria, sangat jelas siapa yang sebenarnya ia sukai. “Kau harusnya membawa Rose ke pesta Marina. Acaranya Minggu malam.” Dia ragu-ragu, berubah sedikit malu-malu. “Kau akan pergi, kan?” Viktoria terlihat memikirkan dan aku sadar kalau dia jelas mengerti tentang perasaan Nikolai. “Aku akan datang, tapi ...” dia berpaling ke arahku. “Apa kamu masih tinggal disini?” “Aku tidak tahu,” jawabku jujur. “Tapi aku akan datang jika aku masih disini. Pesta apa?” “Marina itu teman sekolah,” jelas Viktoria. “Kami hanya perlu kumpul-kumpul dan berpesta sebelum kami kembali.” “Ke sekolah?” tanyaku bodoh. Entah mengapa, bagiku tidak pernah terbayangkan dhampir di luar sini bersekolah. “Kami sedang liburan sekarang,” kata Nikolai. “Untuk hari Paskah.” “Oh,” sudah akhir April, tapi aku tidak tahu kapan tepatnya hari paskah jatuh pada tahun ini. Aku sudah tidak mengikuti hari apa hari ini. Hari Paskah belum terjadi, jadi sekolah mereka pastilah mengambil liburan di minggu sebelum hari Paskah. St. Vladimir mengambil liburan Paskah sesudahnya. “Dimana sekolahmu?” “Sekitar tiga jam dari sini. Bahkan lebih terpencil dari tempat ini.” Viktoria mengubah mimik wajahnya. “Baia tidak seburuk itu,” goda Nikolai. “Mudah bagimu berkata begitu. Kau toh pada akhirnya akan pergi dan melihat tempat-tempat baru dan menyenangkan.” “Apa kau tidak bisa melakukannya?” tanyaku pada Viktoria. Dia merengut, tiba-tiba merasa tidak nyaman. “Sebenarnya, aku bisa ... tapi bukan seperti itu cara yang kami lakukan disini – paling tidak, tidak di keluargaku. Nenek memiliki ... beberapa pendapat yang kuat tentang pria dan wanita. Nikolai akan menjadi seorang pengawal, tapi aku akan tetap tinggal disini bersama keluargaku.” Nikolai mendadak memiliki penilaian baru. “Apa kau seorang pengawal?” “Ah, bagaimana ya...” sekarang aku lah yang merasa tidak nyaman.

duestinae89.blogspot.com

Viktoria berbicara sebelum aku menemukan kata-kata yang ingin kuucapkan. “Dia telah membunuh dua Strigoi di luar kota. Sendirian.” Nikolai terlihat kagum. “Kau seorang pengawal.” “Sebenarnya, tidak ... aku sudah pernah membunuh sebelumnya, tapi sesungguhnya pekerjaanku belum disumpah sebagai pengawal.” Aku berpaling dan mengangkat rambutku untuk menunjukkan leherku. Selain tanda molinjaku, aku juga memiliki tato berbentuk bintang kecil yang artinya aku pernah berperang. Mereka berdua tersentak dan Nikolai mengatakan sesuatu dalam bahasa Rusia. Aku menutupinya dengan rambut lagi dan melihat mereka kembali. “Apa?” “Kau ...” Viktoria menggigit bibirnya, matanya merenung ketika mencari-cari kata-kata yang ingin ia ucapkan. “yang tidak diperjanjikan? Aku tidak tahu bahasa Inggrisnya bagaimana.” “Yang tidak diperjanjikan?” ulangku. “Kurasa ... tapi secara teknis bukankan semua wanita seperti itu ada disini?” “Meskipun jika kami bukanlah pengawal, kami masih bisa diberi tanda yang menunjukkan kelengkapan pelatihan kami. Meskipun bukan tanda yang dijanjikan. Kau yang sudah membunuh banyak Strigoi dan tidak memiliki kesetian kepada sekolah atau pengawal ...” Viktoria mengangkat bahu. “Kami menyebutnya yang tidak diperjanjikan – itu adalah hal yang aneh.” “Hal itu juga dianggap aneh di tempat aku berasal,” aku mengakui. Sungguh tidak pernah terdengar sebelumnya. Sangat banyak sehingga kami tidak memiliki istilah untuk menyebutkan hal tersebut. Hanya saja dianggap sebagai belum selesai. “Aku harus membiarkan kalian pergi,” kata Nikolai, mata mabuk cintanya kembali ke Viktoria. “Tapi aku sudah pasti akan melihat kalian di pesta Marina kan? Mungkin lebih cepat?” “Ya,” Viktoria setuju. Mereka mengucapkan salam dalam bahasa Rusia dan kemudian Nikolai melompat melewati jalan dengan mudah, berkah tubuh atletis pengawal dengan latihan. Sedikit mengingatkanku pada Dimitri. “Aku pasti sudah menakutinya,” kataku. “Tidak, dia berpikir kalau kau menakjubkan.” “Tidak semenakjubkan dirimu menurut dia.” Alis Viktoria naik. “Apa?” “Dia menyukaimu ... maksudku, mencintaimu. Apa kau tidak menyadarinya?” “Oh. Kami hanya teman.” Aku sadar dari sikapnya, Viktoria bersungguh-sungguh dengan kata-katanya. Dia benar-benar tidak peduli dengan cowok itu, yang berarti tidak bagus. Nikolai cowok yang tampan dan ramah. Kubiarkan rasa kasihanku pada

duestinae89.blogspot.com

Nikolai pergi, aku kembali ke topik pengawal lagi. Aku penasaran tentang perbedaan sikap disini. “Kau bilang kau tidak bisa ... tapi apa kau ingin menjadi pengawal?” Dia ragu-ragu. “Aku belum pernah benar-benar memikirkannya. Aku mendapatkan latihan yang sama di sekolah dan aku senang bisa mempertahankan diri. Tapi aku lebih memilih menggunakannya untuk melindungi keluargaku daripada Moroi. Kurasa terdengar seperti ...” Dia berhenti sejenak untuk memikirkan kata-kata yang tepat lagi. “ ... diskriminasi? Tapi, laki-laki yang akan menjadi pengawal dan wanita tinggal di rumah. Hanya kakakku yang pergi.” Aku hampir tersandung. “Kakakmu?” tanyaku, menjaga suaraku sestabil mungkin. “Dimitri,” katanya. “Dia lebih tua dariku dan sudah menjadi pengawal selama ini. Dia di Amerika sebenarnya. Kami belum pernah bertemu dia lagi untuk waktu yang lama.” “Huh.” Aku merasa jahat dan bersalah. Bersalah karena aku merahasiakan kebenaran dari Viktoria dan yang lainnya. Jahat karena ternyata tidak ada satupun dari kampung halamanku yang mau mengabarkan berita itu ke keluarganya. Viktoria tersenyum mengingat kenangannya sehingga tidak menyadari perubahan suasana hatiku. “Paul sebenarnya terlihat sangat mirip dengan Dimitri seusianya. Aku akan menunjukkan gambarnya – dan yang terbaru juga. Dimitri sangat tampan. Sebagai kakakku maksudku.” Aku sangat yakin melihat foto Dimitri sewaktu kecil akan merobek-robek hatiku. Seperti sebelumnya, semakin banyak Viktoria berbicara mengenai dirinya, semakin sakit yang kurasakan. Dia sama sekali tidak tahu apa yang sudah terjadi dan meskipun sudah beberapa tahun sejak ia bertemu dengannya, sangat jelas dia dan seluruh keluarganya sangat merindukan Dimitri. Sekarang hal itu tidak lagi mengejutkan. (Dan sungguh, siapa yang tidak bisa mencintai Dimitri?) Hanya satu hari bersama mereka sudah menunjukkan padaku betapa dekat hubungan mereka semua. Aku tahu dari cerita Dimitri kalau dia juga merindukan keluarganya. “Rose? Apa kau baik-baik saja?” Viktoria mengintip ke arahku, khawatir, mungkin karena aku tidak mengatakan apa pun lagi di sepuluh menit terakhir. Kami sudah berkeliling dan hampir sampai dirumah. Melihat ke arahnya, keterbukaannya, wajah yang ramah dan mata yang teramat mirip dengan mata Dimitri, aku sadar kalau aku punya tugas sebelum kembali pergi mencari Dimitri, dimanapun ia berada. Aku menelan ludah. “Aku ... ya. Kurasa ... kurasa aku perlu berbicara denganmu dan seluruh keluargamu.” “Ok,” katanya, kekhawatiran masih ada di suaranya. Di dalam rumah, Olena sedang sibuk di dapur dengan Karolina. Kupikir mereka sedang membuat rencana untuk makanan nanti malam, mengejutkan mengingat kami baru saja sarapan besar. Aku jelas bisa beradaptasi dengan cara mereka makan

duestinae89.blogspot.com

disini. Di ruang tamu, Paul sedang membuat tempat pacuan kuda dengan lego. Yeva duduk di kursi batu dan muncul sebagai nenek paling klise di dunia saat sedang merajut kaus kaki. Kecuali tidak terlihat seperti seorang nenek yang bisa mengutukmu dengan sekali lirikan. Olena sedang berbicara dngan Karolina dalam bahasa Rusia tapi kemudia n ia mengubahnya dalam bahasa Inggris ketika ia melihatku. “Kalian berdua kembali lebih cepat daripada dugaanku.” “Kami melihat-lihat kota,” jawab Viktoria. “Dan ... Rose ingin berbicara padamu. Pada kita semua.” Olena menatapku bingung dan khawatir sama seperti Viktoria tadi. “Ada apa?” Semua mata keluarga Belikov yang memandangku membuat jantungku berdebar-debar di dadaku. Bagaimana aku melakukannya? Bagaimana aku bisa menjelaskan sesuatu yang tidak pernah kukatakan selama berminggu-minggu? Aku tidak bisa terima kalau aku harus memasukkan mereka – atau diriku sendiri – untuk melalui semua ini. Ketika Yeva bergegas masuk, membuat semua hal menjadi tambah buruk. Mungkin dia mendapat tanda-tanda mistik kalau sesuatu yang besar akan diungkapkan. “Kita harus duduk,” kataku. Paul tinggal di ruang tamu, untuk hal itu aku merasa bersyukur. Aku sangat yakin aku tidak tahu bagaimana menyampaikan hal ini dengan anak kecil – yang terlihat mirip seperti Dimitri - yang menatapku. “Rose, ada apa?” tanya Olena. Dia terlihat manis dan, yah ... keibuan, yang membuatku hampir menangis. Kapanpun aku marah dengan ibuku sendiri karena tidak pernah berada di sisiku atau melakukan tugas seorang ibu dengan baik, aku selalu membandingkannya dengan beberapa gambaran ideal seorang ibu – seorang ibu yang seperti ibunya Dimitri, aku sadari hal itu. Saudara-saudara perempuan Dimitri juga sama khawatirnya, seolah aku adalah seseorang yang telah lama mereka kenal. Penerimaan dan perhatian meraka membuat mataku lebih terbakar, padahal mereka baru bertemu diriku pagi ini. Yeva memasang ekspresi asing di wajahnya, namun – hampir terlihat seperti sedang mengharapkan sesuatu yang ia tunggu-tunggu selama ini. “Sebenarnya ... alasan mengapa aku datang kesini, ke Baia, adalah untuk mencari kalian.” Hal itu tidak sepenuhnya benar. Aku datang untuk mencari Dimitri. aku tidak pernah terpikir untuk mencari keluarganya, tapi sekarang, aku sadar itu lah yang terbaik yang bisa aku sampaikan. “Kalian tahu, Viktoria sudah membicarakan tentang Dimitri sebelumnya.” Wajah Olena cerah ketika aku menyebut nama putranya. “Dan ... aku sudah – er, kenal dia. Dia pernah menjadi pengawal di sekolahku. Guruku, sebenarnya.”

duestinae89.blogspot.com

Karolina dan Viktoria menyela . “Bagaimana keadaannya?” tanya Karolina. “Sudah lama sekali sejak kami bersamanya. Apa kau tahu kapan ia akan datang berkunjung kesini?” Aku bahkan tidak bisa berpikir tentang bagaimana menjawab pertanyaan itu, jadi aku tetap memaksa diriku untuk meneruskan ceritaku sebelum aku kehilangan keberanian di depan seluruh wajah yang penuh cinta kasih ini. Saat kata-kata keluar dari mulutku, seolah kata-kata itu berasal dari orang lain dan aku hanya menonton dari jauh. “Sebulan yang lalu ... sekolah kami diserang oleh Strigoi. Penyerangan yang sangat mengerikan ... Segerombolan besar Strigoi. Kami kehilangan banyak orang – Moroi dan dhampir, keduanya.” Olena menjerit dalam bahasa Rusia. Viktoria bersandar padaku. “St. Vladimir?” Aku terhenti bercerita, terkejut. “Kau pernah mendengarnya?” “Semua orang mendengar kabarnya,” kata Karolina. “Kami semua tahu apa yang terjadi. Itu sekolahmu? Kau ada disana malam itu?” Aku mengangguk. “Pantas saja kau punya banyak tanda molinja,” Viktoria menghela nafas sambil berandai-andai. “Dan disanalah Dimitri sekarang?” tanya Olena. “Kami kehilangan kabar kemana tugas ia selanjutnya.” “Um, ya ...” Lidahku serasa tebal di tenggorokanku. Aku tidak bisa bernafas. “Aku ada di sekolah saat penyerang malam itu terjadi,” aku membenarkan. “Dan disanalah Dimitri. Dia adalah satu dari pemimpin pasukan pada pertarungan ... dan cara ia bertarung ... dia ... dia sangat berani ... dan ...” Kata-kataku terputus hingga disitu, tapi pada intinya, yang lain menangkap maksud apa kelanjutannya. Olena terkesiap dan berbisik lagi dengan bahasa Rusia. Aku mendengar kata “Tuhan”. Karolina duduk membeku, tapi Viktoria bersandar padaku. Mata mereka yang sangat mirip dengan mata Saudara lelaki mereka menatapku dengan sungguh-sungguh, sama seperti ketika mata Dimitri mendorongku untuk berkata jujur, sesakit apapun kejujuran itu. “Apa yang terjadi?” Tanyanya menuntut. “Apa yang terjadi pada Dimitri?” Aku membuang muka dari wajahnya, mataku melayang ke ruang keluarga. Di dinding yang jauh, aku menangkap kilau sebuah rak buku yang diisi dengan buku tua bersampul kulit. Ada tulisan bercetak emas timbul di punggung bukunya. Sangat acak, tapi aku mendadak ingat kalau Dimitri pernah menyebutkan tentang hal itu. Itu adalah buku-buku novel petualangan tua yang di koleksi ibuku, begitu ia pernah bilang dulu. Sampulnya sangat indah dan aku menyukainya. Jika aku bisa berhati-hati, Olena akan meminjamkan mereka padaku suatu hari. Pemikiran tentang Dimitri yang duduk di depan rak buku itu, berhati-hati memindahkan halaman-

duestinae89.blogspot.com

halamannya – dan oh, dia sangat berhati-hati – hampir saja membuatku lupa. Pernahkah terjadi dimana ia mengembangkan rasa cintanya kepada novel koboinya. Aku melupakannya. Pikiranku terganggu sejenak. Awalnya aku tidak mungkin mampu mengatakan hal yang sebenarnya pada mereka. Emosiku tumbuh sangat kuat. Ingatanku membanjiri tubuhku ketika aku berjuang melawan untuk memikirkan sesuatu – apapun – yang tidak terkait dengan pertarungan mengerikan itu. Kemudian aku melirik ke arah Yeva lagi, dan sesuatu tentang kengerian dirinya, ekspresi tahu yang tidak dapat dijelaskan mendorongku berani. Aku harus melakukannya. Aku berpaling kepada yang lain. “Dia bertarung dengan sangat berani pada pertempuran itu, dan setelah itu, dia menolong memimpin misi penyelamatan untuk menyelamatkan orang-orang yang di tangkap Strigoi. Dia juga sangat mengagumkkan disana, hanya ... dia ...” Aku berhenti lagi dan sadar air mata sudah jatuh menyusuri pipiku. Dalam pikiranku, aku sedang mengulang kembali adegan mengerikan di gua itu, dengan Dimitri yang sangat dekat dengan kebebasan dan kemudian ditangkap Strigoi di menit-menit terakhir. Menjauhkan pikiran itu pergi, aku menarik nafas lagi. Aku harus menyelesaikannya. Aku berhutang kepada keluarganya. Tidak ada cara sopan untuk mengatakannya. “Satu dari Strigoi ada disana ... dia menyergap Dimitri.” Karolina membenamkan wajahnya di bahu ibunya, dan Olena tidak berusaha menutupi air matanya. Viktoria tidak menangis, tapi wajahnya hilang dalam kediaman yang sempurna. Dia bekerja keras menjaga emosinya di pipinya, sama seperti yang dilakukan Dimitri. Dia mencari wajahku, ingin tahu lebih jelas. “Dimitri telah meninggal,” katanya. Itu adalah pernyataan, bukan pertanyaan, tapi dia menatapku untuk meminta kebenaran dari kata-katanya. Aku bertanya-tanya apakah aku memberikan sesuatu, seperti sebuah isyarat kalau masih ada cerita setelah itu. Atau mungkin dia hanya ingin memastikan kata-katanya. Itulah yang akan dikatakan oleh pihak Akademi pada mereka, apa yang akan dikatakan para pengawal pada mereka – meski hal itu bukanlah kebohongan yang enak untuk dilakukan. Dimitri pastilah ingin seluruh kebenaran dan keluarganya juga begitu. “Tidak,” kataku, dan detak jantungku, berharap lepas di wajah setiap orang – paling tidak sampai aku bisa berbicara lagi. “Dimitri menjadi Strigoi.”

duestinae89.blogspot.com

Delapan REAKSI DIANTARA ANGGOTA KELUARGA DIMITRI campur aduk. Sebagian menangis. Sebagian mematung. Dan sebagian lagi – khususnya Yeva dan Viktoria – dengan tenang menerimanya dan tetap menjaga agar emosi mereka tidak nampak di wajah mereka, sama seperti yang selalu Dimitri lakukan. Itu membuatku sedih sebanyak air mata yang kukeluarkan; karena sangat mengingatkanku pada Dimitri. Diantara mereka semua, Sonya yang hamil – yang datang di menit-menit pertama setelah berita itu pecah –memiliki reaksi fisik yang paling terlihat. Dia berlari tersedu-sedu ke kamarnya dan tidak keluar lagi. Namun tidak perlu waktu lama bagi Yeva dan Olena untuk memunculkan aksi mereka. Mereka berbicara dalam bahasa Rusia dengan cepat, jelas sedang merencanakan sesuatu. Beberapa kali menelepon dan Viktoria bertugas untuk mencari apa yang disuruh. Tidak satupun yang terlihat membutuhkan aku, jadi aku lebih banyak berkeliling rumah dan mencoba untuk tidak ikut campur kegiatan mereka. Aku menemukan diriku sendiri tengah mempelajari rak buku yang kulihat sebelumnya, menjalankan tanganku sepanjang punggung buku kulit itu, Judulnya dalam tulisan Cyrillic, tapi itu tidak masalah. Menyentuh buku-buku itu dan membayangkan Dimitri pernah memeluknya dan membacanya membuatku merasa semakin dekat dengannya. “Sedang mencari bacaan ringan?” Sydney berjalan mendekat dan berdiri di dampingku. Dia tidak berada disini sebelumnya tapi pasti sudah mendengar beritanya. “Sangat ringan, mengingat aku tidak mengerti satupun dari buku-buku ini,” jawabku. Aku menunjuk dengan isyarat ke arah anggota keluarga yang sibuk. “Apa yang terjadi disini?” “Mereka sedang merencanakan pemakaman Dimitri,” Sydney menjelaskan. “Atau sebenarnya acara mengenang dirinya.” Aku tidak setuju, “Tapi ia tidak mati –“ “Shh.” Sydney memotong kaa-kataku dan isyarat tajam dan melirik khawatir ke arah yang lain yang sedang buru-buru bekerja. “Jangan katakan itu.” “Tapi itu benar,” aku mendesis balik. Dia menganggukan kepalanya. “Tidak bagi mereka. Di luar sini ... di desa ini ... tidak ada kata dalam keadaan di tengah-tengahnya. Kau hidup atau kau mati. Mereka tidak akan mengakuinya sebagai salah satu dari ... makhluk itu.” Dia tidak bisa menyembunyikan rasa jijik yang keluar dari suaranya. “Untuk semua maksud dan tujuan, dia telah meninggal bagi mereka. Mereka akan berkabung dan merelakannya. Begitu juga harusnya dirimu.” Aku tidak menyerangnya karena sikap kasarnya karena aku tahu dia tidak bermaksud begitu. Begitulah cara ia menyempaikannya.

duestinae89.blogspot.com

Masalahnya adalah, dalam keadaan di tengah-tengah itu sangat jelas bagiku, dan tidak mungkin bagiku untuk melupakannya. Belum. “Rose ...” Sydney memulai setelah beberapa detik keheningan. Dia tidak menatap mataku. “Maaf.” “Maksudmu, untuk Dimitri?” “Ya ... aku tidak tahu. Aku tidak pernah benar-benar bersikap baik padamu. Maksudku, aku tidak bersikap kalau aku merasa nyaman berada disekitar jenismu, tapi kalian semua masih ... sebenarnya, bukan manusia, jelas sekali. Tapi ... aku tidak tahu. Kalian masih punya perasaan; kalian masih mencintai dan terluka. Dan ketika kita datang kesini, kau membawa berita mengerikan itu di dalam dirimu, dan aku bahkan tidak membuatnya lebih mudah untukmu. Jadi aku minta maaf untuk semua itu. dan aku minta maaf karena memikirkan hal buruk tentangmu.” Awalnya, kupikir dia sedang membicarakan tentang pemikiran kalau aku adalah iblis, tapi kemudian aku mengerti. Selama ini ia telah berpikir kalau aku benar-benar datang kesini untuk menjadi pelacur-darah dan sekarang percaya kalau menyampaikan berita kepada keluarga Dimitri adalah satu-satunya tujuanku. Aku tidak mencoba untuk membenarkannya. “Terimakasih, kau tidak bisa mengetahuinya. dan sejujurnya, jika aku berada di posisimu ... entahlah. Aku rasa aku akan melakukan hal yang sama.” “Tidak,” katanya. “Kau tidak akan melakukanya. Kau selalu baik kepada orang lain.” Aku memberinya tatapan tidak masuk akal. “Pernahkah kau bepergian dengan orang lain di beberapa hari terakhir ini? Di kampung halamanku, aku punya reputasi yakni tidak selalu bisa bersikap baik. Aku punya pendirian dan aku tahu itu.” Dia tersenyum. “Ya, kau punya. Tapi kau juga mengatakan hal yang sebenarnya kepada orang-orang ketika kau harus melakukannya. Mengatakan kepada keluarga Belikov apa yang telah kau lakukan ... entahlah, itu tentu sangat berat. Dan apa pun yang kau katakan, kau bisa bersikap sopan dan menjauh agar membuat semua orang merasa nyaman. Hampir sepanjang hari.” Aku sedikit kaget. Begitukah aku terlihat? Perempuan jalang yang terburu-buru dan mencoba untuk berpikir tentang perilakuku dengannya beberapa hari yang lalu. Aku sudah sering saling bertahan dan menyerang dengannya, tapi diantara sikapku sejak kami bertemu, aku harusnya bersikap ramah. “Terimakasih,” kataku, tidak tahu lagi apa yang harus kukatakan. “Apa kau sudah melihat Abe? Ketika kau berkelilng kota?” “Tidak,” kataku, menyadari kalau aku sudah terlupa dengan kabar penyelamat misteriusku itu. “Haruskah aku melakukannya?” “Kupikir dia akan menemukanmu.” “Siapa dia? Mengapa ia menyelamatkan kita ketika kau mengatakan padanya kalau aku sedang terluka?” Sydney ragu-ragu dan kupikir aku akan memberikan usaha diam ntuk Alkemis beberapa saan. Kemudian, setelah melirik sekeliling dengan khawatir, dia berkata

duestinae89.blogspot.com

dalam suara rendah, “Abe bukan bangsawan, tapi dia beanr-benar pria penting. Dia juga bukan orang Rusia, tapi dia sering di negara ini, selalu dalam kodisi bisnis – baik legal maupun ilegal, kurasa. Teman-temannya adalah kalangan penting kaum Moroi dan terkadang dia terlihat mengontrol para Alkemis juga. Aku tahu dia terlibat dalam proses pembuatan tato kami ... tapi bisnisnya lebih dalam dari pada itu. Kami punya nama panggilan di belakang punggungnya ... Zmey.” “Zma apa?” aku jarang mendengar kata itu. Terdengar seperti „zz‟ mungkin. Jelas sekali belum pernah kudengar sebelumnya. Dia memberiku senyum kecil di sela-sela kebingunganku. “Zmey dalam bahasa Rusia berarti „ular‟. Tapi bukan sembarang ular.” Matanya manatap tajam saat ia mempertimbangkan penjelasan yang lebih baik. “Seringkali nama itu digunakan dalam banyak cerita mitos. Terkadang pahlawan ular raksasa yang berperang. Juga ada beberapa cerita tentang para penyihir dengan darah ular yang mereka panggil. Ular dari kebun surga? Yang membuat Hawa jatuh? Juga disebut Zmey.” Aku merinding. Ok, cerita itu sedikit gila, tapi terlihat pas dengan tempat ini. Para alkemis sepertinya memiliki ikatan dengan para pemimpin dan pemilik kekuasaan, dan Abe rupanya memegang pengaruh besar pada mereka. “Apakah Abe yang memintamu untuk mengikutiku ke Baia? Alasan para Alkemis yang membuatmu sampai kesini?” Lagi, dia terdiam, kemudian mengangguk. “Ya ... ketika aku menelepon di malam kita ketika berada di St. Petersburg, aku bilang kalau ada yang sedang melakukan pencarian. Abe memberi perintah melalui para Alkemis agar aku mendampingimu hingga dia bisa bertemu dengan kita disini. Dia sepertinya sedang mencarimu untuk kepentingan seseorang.” Aku membeku. Ketakutanku berubah menjadi nyata. Orang-orang mencariku. Tapi siapa? Jika Lissa yang menyuruh pencarian itu, aku pastilah bisa merasakannya ketika aku mengunjungi pikirannya. Aku juga merasa kalau ini bukan tindakan Adrian, tidak dari cara dia memperlihatkan rasa putus asanya dan ketidaktahuannya tentang dimana aku berada. Ditambah lagi, dia terlihat menerima alasanku dalam pencarian ini. Jadi siapa yang sedang mencariku? Dan untuk alasan apa? Orang yang bernama Abe ini terdengar seperti orang yang memiliki kedudukan tinggi – sekalipun ia adalah seseorang yang terlibat dalam bisnis yang curang – seseorang yang mungkin memiliki hubungan dekat dengan sang ratu atau orang lain yang sama hampir sama pentingnya. Diakah yang memerintahkan untuk menemukanku dan membawaku kembali? Atau – mempertimbangkan seberapa besarnya kebencian sang ratu padaku – apakah dia diperintahkan untuk memastikan kalau aku tidak kembali? Apakah aku ssedang berurusan dengan seorang pembunuh bayaran? Jelas sekali Sydney terlihat menghargainya dengan campuran aneh antara ketakutan dan rasa hormat. “Mungkin aku tidak ingin bertemu dengannya,” kataku.

duestinae89.blogspot.com

“Menurutku dia tidak akan menyakitimu. Maksudku, jika dia ingi melakukannya, dia pasti sudah melakukannya. Tapi berhati-hatilah. Dia selalu memainkan beberapa permainan dalam sekali waktu. Dan dia punya cukup perjanjian rahasia untuk menandingi para Alkemis.” “Jadi kau tidak mempercayainya?” Dia memberiku seringai menyedihkan saat ia berbalik menjauh. “Kau lupa: aku tidak mempercayai satu pun dari kalian.” Ketika Sydney menghilang, aku memutuskan untuk pergi keluar, jauh dari penderitaan dan kegiatan di dalam rumah. Aku duduk di tangga paling atas di serambi belakang, melihat Paul bermain. Dia sedang membangun sebuah benteng untuk beberapa mainan tokoh aksinya. Ketika rasa sensitif terhadap kesedihan di dalam keluarganya merebak, sangat sulit baginya untuk bisa memahami “kematian” dari satu-satunya paman yang baru ia temui beberapa kali. Berita itu tidak berarti banyak baginya, tidak seperti kami. Dengan waktu yang cukup banyak dalam genggamanku di sepanjang sisa hari ini, aku memutuskan untuk melakukan pemeriksaan cepat ke dalam kepala Lissa. Selain diriku sendiri, aku penasaran tentang bagaimana keadaannya dengan Avery Lazar. Ketika keinginan lisa sedang baik, dia masih memiliki rasa kuatir karena membawa Avery bersamanya untuk makan siang. Namun sebelum semua kekhawatiran itu berlanjut, dia secara terkejut merasa senang melihat Avery yang bisa berbaur dengan sempurna, memesona Adrian dan Christian. Tak dapat disangkal, Adrian selalu tertarik dengan wanita cantik manapun. Christian lebih sulit untuk luluh, tapi dia bahkan terlihat mulai menyukai Avery – mungkin karena Avery terus saja menggoda Adrian. Siapapun yang bisa membuat lelucon atas Adrian memiliki peringkat tinggi dalam daftar Christian. “Jadi, jelaskan,” kata Avery, memainkan makanan di garpunya. “Kau hanya, apa, berkeliling di akademi ini seharian? Apa kau mencoba untuk mengulang pengalaman masa SMA mu?” “Tidak mengulang,” jawab Adrian angkuh. “Aku jelas dulu sudah menguasai sekolahku. Kata-kataku adalah titah dan diriku begitu dikagumi – semua itu bukanlah hal yang mengejutkan.” Disampingnya, Christian tersedak makanannya. “Jadi ... kau sedang mencoba untuk menghidupkan kembali masa-masa berjayamu itu. Semua itu sudah hilang berlalu sejak hal itu terjadi, kan?” “Tidak seperti itu,” kata Adrian. “Aku seperti anggur yang bagus. Semakin enak seiring bertambahnya usia. Yang terbaik yang akan datang.” “Sepertinya hal itu akan semakin tua setelah beberapa lama,” kata Avery, sepertinya tidak terpengaruh dengan pemaksaan pengibaratan anggur. “Aku jelas sekali bosan, dan bahkan menghabiskan sebagian waktuku membantu ayahku.” “Adrian tidur hampir sepanjang waktu,” catat Lissa, mencoba untuk tetap menunjukkan wajah datarnya.

duestinae89.blogspot.com

“Jadi dia sebenarnya tidak perlu khawatir untuk menemukan sesuatu.” “Hey, aku menghabiskan banyak dari porsi waktuku yang berarti untuk membantumu berlatih misteri dari kekuatan roh.” Adrian mengingatkannya. Avery memajukan tubuhnya, penasaran memenuhi wajah cantiknya. “Jadi itu benar-benar nyata? Aku pernah mendengar beberapa cerita tentang roh ... tentang bagaimana kalian bisa menyembuhkan orang?” Kata-kata itu mempengaruhi Lisa untuk merespon. Dia tidak yakin kalau dia pernah menggunakan sihirnya untuk menjadi bahan pembicaraan terbuka sekarang. “Diantara hal-hal lain. Kami masih mencobanya.” Adrian lebih bernafsu untuk membahasnya dibandingkan Lissa – mungkin dengan harapan untuk menarik perhatian Avery – dan memberikan ringkasan cepat dari kemampuan siir, seperti aura dan kompulsi. “Dan,” dia menambakan, “Aku bisa mengunjungi orang-orang dalam mimpi mereka.” Christian mengangkat tangan. “Berhenti. Aku bisa merasakan akan ada komentar tentang bagaimana wanita-wanita sudah bermimpi tentang dirimu. Aku baru maka, kau tau!” “Aku tidak berencana untuk mengatakan al itu,” kata Adrian. Tapi dia terlihat seola dia berharap kalau dialah yang pertama kali memikirkan ide candaan itu. Aku tidak bisa menahan rasa geliku. Adrian selalu terlihat kurang ajar dan bermulut usil di depan umum ... dan kemudian, dalam mimpiku, dia menunjukkan sisi serius dan suka khawatir. Dia lebih rumit dari pada yang dipikirkan orang lain. Avery menatap lantai. “Teman. Dulunya kupikir menggunakan sihir udara itu keren. Kurasa sekarang tidak lagi.” Tiba-tiba angsin sepoi-sepoi meniup rambut belakangnya, membuatnya terlihat seperti ketika dia sedang berpose untuk pemotretan pakaian renang. Dia memberikan senyuman mempesona. Yang kurang anyalah fotografernya saja. Suara bel membuat mereka semua berdiri. Cristian menyadari kalau ia tela meninggalkan PR nya di kelas lain dan bergegas pergi untuk mengambilnya – setelah memberikan ciuman perpisahan kepada Lissa tentu saja. Kepergian Adrian juga hampir sama cepatnya. “Para guru akan mulai memberikan pandangan kotor padaku jika aku berada disekitar sini ketika kelas dimulai.” Dia memberikan Lissa dan Avery salam membungkuk kecil. “Sampai jumpa di lain waktu, gadis-gadis.” Avery, yanng tidak peduli tentang bagaimana pikiran para guru, berjalan dengan Lissa ke kelasnya selanjutnya. Wajah gadis yang lebih tua terlihat berpikir. “Jadi ... kau benar-benar bersama Christian?” Jika Avery melihat separuh hal yang sudah kulihar antara Christian dan Lissa lakukan melalui ikatan kami, pasti tidak akan ada pertanyaan. Lissa tertawa. “Ya, kenapa?”

duestinae89.blogspot.com

Avery ragu-ragu, kesal dengan rasa penasaran Lissa. “Sebenarnya ... aku mendengar kalau kau ada hubungan dengan Adrian.” Lissa hampir berhenti berjalan. “Dimana kau mendengar hal itu?” “Di istana. Sang ratu bilang betapa bahagiannya dia karena kalian berdua menjadi pasangan dan bagaimana kalian selalu bersama.” Lissa mengerang. “Itu karena kapanpun aku pergi ke istana, dia mengundang Adrian juga dan kemudian mengirim kami berdua untuk melakukan hal-hal untuk dirinya. Itu terjadi karena kami tidak punya pilihan ... nah, maksudku jangansalah paham padaku. Aku tidak keberatan menghabiskan waktu dengannya, tapi alasan mengapa kami selalu bersama adalah karena Tatiana yang mengaturnya.” “Meskipun begitu Ratu terlihat begitu menyukaimu. Dia membiarakanmu sepanjang waktu, tentang betapa betapa banyak potesi yang kau miliki dan betapa bangganya ia padamu.” “Kurasa dia bangga karena bisa memanipulasi diriku. Ppergia kesana itu menyakitkan. Dia jelas juga mengabaikan kenyataan kalau aku berpacaran dengan Christian atau selalu mengambil kesempatan kapanpun untuk bisa masuk menghina Christian.” Ratu Tatiana, sama seperti yang lain, tidak bisa memaafkan orang tua Christian yang secara sukarela berubah menjadi Strigoi. “Maaf,” kata Avery, terlihat seolah dia sangat merasa bersalah. “Aku tidak bermaksud membawa tema pembicaraan yang buruk seperti itu. Aku anya ingin tahu apakan Adrian belum punya pacar atau tidak, hanya itu.” Lissa tidak marah pada Avery. Kemarahannya sudah berubah untuk sang ratu, saat bagaimana ia mengira kalau setiap orang akan bertindak seperti yang ia inginkan dan berdansa saat ia memerintahkannya. Dunia Moroi memang dipimpin oleh seorang raja atau seorang ratu sejak pertama kali, dan terkadang, Lissa berpikir kala sudah saatnya untuk berubah. Mereka memerlukan sebuah sistem dimana setiap orang memiliki kesamaan hak untu bicara – bangsawan atau bukan bangsawan. Bahkan para dhampir. Semakin banya dia memikirkan hal ini, semakin bertambah pula dia merasa emosinya memaku dirinya, kemarahan danrasa frustasi membara yang sebenarnya lebih terlihat seperti diriku daripada dirinya. Rasa ini membuat Lissa terkadang ingin berteriak, berjalan ke arah Tatiana dan mengatakan padanya kalau perjanjian batal. Tidak ada kampus manapun yang sepadan dengan semua ini. Bahkan mungkin dia akan mengatakan pada Tatiana kalau ingilah waktunya untuk revolusi, saatnya untuk menggulingkan keterbelakangan Moroi – Lissa berkedip, heran melihat dirinya sendiri yang gemetar. Darimana datangnya emosi itu? Kemarahan pada Tatiana adalah satu hal, tapi semua ini ...? Dia belum pernah kehilangan kontrol dalam masalah amarahnya sejak pertama kali menggunakan roh. Dengan menarik nafas yang dalam, dia mencoba untuk menggunakan beberapa teknik yang sudah ia pelajari untuk menenangkan dirinya sehingga Avery tidak akan mengetahui tentang kegilaannya yang hampir muncul.

duestinae89.blogspot.com

“Aku hanya tidak suka orang-orang yang membicarakanku, hanya itu,” kata Lissa akhirnya. Avery tidak terlihat menyadari perubahan emosi Lissa. “Nah, jika ini membuatmu merasa lebih baik, tidak semua orang berpikir hal itu tentang dirimu. Aku pernah bertemu seorang gadis ... Mia? Ya, itulah namanya. Hanya bukan bangsawan.” Nada suara berbeda dalam ucapan Avery menunjukkan kalau ia memiliki pandangan yang sama dengan sebagian besar bangsawan lain terhadap Moroi „biasa‟. “Dia menertawakan kabar tentang kebersamaan kau dan Adrian. Katanya hal itu sangat konyol.” Lissa hampir tersenyum karena itu. Mia pernah menjadi saingan Lissa dan merupakan seorang cewek sombong egois. Tapi setelah Strigoi membunuh ibunya, Mia berubah menjadi galak, patuh, yang membuatku dan Lissa merasa sangat senang. Mia tinggal di istana dengan ayahnya, diam-diam berlatih bertarung sehingga dia bisa melawan Strigoi suatu saat nanti. “Oh,” kata Avery tiba-tiba. “Itu Simon. Aku harus pergi.” Lissa menatap keseberang aula dan melihat pengawal Avery yang keras itu. Simon mungkin tidak seperti saudara laki-laki Avery, Reed, tapi dia masih memiliki kesamaan dalam hal kaku dan masam ketika pertamakali Lissa bertemu dengannya. Meskipun begitu, Avery terlihat baik-baik saja bersama dengannya. “Baiklah,” jawab Lissa. “Aku akan menemuimu nanti.” “Oh tentu saja,” jawab Avery lalu mulai berbaloik. “Oh, dan Avery?” Avery melirik Lissa, “Ya?” “Adrian masih sendiri.” Avery hanya menjawab dengan seringaian cepat sebelum dia menyusul untuk bergabung bersama Simon. Kembali ke keluarga Belikova di Baia, acara mengenang akan dimulai. Para tetangga dan teman-teman, semua dhampir, perlahan berdatangan, kebanyakan membaw amakanan. Ini adalah saat pertamaku berada dalam komunitas dhampir, meskipun tidak terlihat semisterius yang pernah digambarkan Sydney. Dapur berubah menjadi ruang perjamuan, dengan setiap permukaan meja pajangan dan meja besar ditutupi oleh makanan. Beberapa makanan yang aku kenal, dan ada banyak makanan penutup – kue-kue kering ditutupi kacang dan membeku yang menyebarkan aroma baru keluar dari panggangan. Beberapa makan belum pernah aku lihat sebelumnya dan tidak yakin kalau aku ingin melihatnya lagi. Khususnya ada semangkuk kol berlumpur yang membuatku untuk menolaknya. Tapi sebelum kami makan, setiap orang pergi keluar dan berkumpul dalam lingkaran di halaman belakang. Ini adalah tempat satu-satunya yang bisa menampung orang sebanyak ini. Seorang pendeta kemudian datang, seorang manusia. Membuatku terkejut sedikit, tapi aku seharusnya bertindak wajar ketika tinggal di kota manusia, dhampir akan mendatangi gereja manusia. Dan bagi sebagian besar manusia, dhampir terlihat sama seperti mereka, jadi pendeta itu tidak ragu kalau dia sedang melakukan panggilan dari rumah seperti biasa.

duestinae89.blogspot.com

Segelintir Moroi yang aku lihat di kota juga berdatangan, tapi mereka juga bisa lebih atau kurang mirip dengan manusia – pucat – jika mereka bisa berhati-hati dengan taring mereka. Manusia tidak berharap untuk bisa melihat dunia supernatural, jadi pikiran mereka jarang menjadikannya sebagai pilihan, meskipun ketika hal tersebut tepat berada di depan hidung mereka sendiri. Semuaorang menjadi hening. Matahari sudah terbenam sekarang, dengan warna jingga api terbakar dia langit barat, dan bayangan jatuh diantara kami semua. Pendeta memulai acara pemakaman dalam bahasa Rusia, menyanyikan lagu-lagu pujian yang terdengar wajar di halaman yang gelap. Semua acara gereja yang pernah aku datangi dalam bahasa Inggris, tapi aku bisa melihat bagaimana semua ini terasa sama. Setiap kali, mereka yang berkumpul akan mengaminkan diri. Aku tidak memahami tata caranya, jadi aku hanya melihat dan menunggu, membiarkan suara sedih pendeta mengisi jiwaku. Perasaanku untuk Dimitri melilit dalam tubuhku seolah sebuah badai membesar dan aku mencoba keras untuk menyimpannya, menguncinya dalam hatiku. ketika acara itu akhirnya selesai, ketegangan yang menakutkan yang telah menelan orang-orang itu menghilang. Orang-orang bergerak lagi, memeluk satu persatu keluarga Belikov dan menjabat tangan pendeta. Dia kemudia pergi setelah itu. Makanan akhirnya menyusul, Piring-piring terisi terus dan masing-masing orang duduk diamanpun mereka bisa menemukan tempat yang nyaman, baik di dalam rumah atau di halaman belakang. Tidak satupun dari tamu-tamu itu yang benar-benar mengenalku dan keluarga Dimitri terlalu sibuk untuk memperhatikanku. Mereka berlari kesanakemari dan mencoba untuk membuat semuara orang merasa nyaman. Sydney bersamaku hampir disepanjang waktu, dan selama pembicaraaan ringan kami, aku merasa nyaman dengan kehadirannya. Kami duduk di lantai ruang tamu, bersandar di dinding dekat rak buku. Dia memilah-milah makanannya, seperti biasa, yang membuatku tersenyum. Ada sesuatu yang menenangkan melihat kebiasaan yang familiar itu. Ketika makan malam selesai, orang-orang kemudian berbincang-bincang dalam kelompok-kelompok kecil. Aku tidak bisa mengerti satupun yang mereka katakan, tapi aku tetap mendengar namannya disebut-sebut: Dimitri, Dimitri. mengingatkanku pada bisikkan yang bisa kumengerti datang dari para hantu selama kunjungan mereka. Rasanya seperti ditindas dan menyesakkan, kekuatan dari namanya menekan jantungku. Dimitri, Dimitri. Setelah beberapa saat, semua itu berkembang semakin banyak. Sydney melangkah pergi sebentar, jadi aku pergi keluar untuk mendapatkan udara segar. Beberapa orang membuat api unggung kecil dan duduk mengelilinginya, masih membicarakan Dimitri, jadi aku pergi ke arah halaman depan. Aku berjalan di pinggir jalan, tidak ingin berjalan terlalu jauh. Suasana malam terasa hangat dan bersih, dengan bulan danbintang-bintang terbakar terang di kegelapan yang membentang di atasku. Perasaanku kusut dan sekarang ketika aku cukup jauh dari yang lain, aku membiarkan sedikit meledakkan emosiku yang terpendam, keluar bersama air mata sunyi yang keluar dari pipiku. Ketika aku berada di luar berjarak dua rumah dari

duestinae89.blogspot.com

rumah keluarga Belikov, aku duduk di trotoar, beristirahat dan menikmati keheningan di sekitarku. Namun, kedamaikan tidak berumur panjang, pendengaranku yang tajam menangkap suara yang datang dari rumah keluarga Belikov. Tiga sosok muncul. Satu, tinggi dan ramping, seorang Moroi, dan yang lain adalah dhampir. Aku menatap mereka ketika sosok bertiga itu berhenti di hadapanku. Tidak mengganggu secara formal, aku menyadari diamana aku sekarang berada, menatap kedua mata gelap Moroi itu. Aku tidak menyadari kelompok ini di acara tadi – tapi aku mengenali Moroi ini dari tempat lain. Aku memberikan sebuah senyumah setengah masam. “Abe Mazur, ku kira.”

duestinae89.blogspot.com

Sembilan “KUPIKIR KAU ITU CUMA MIMPI,” KATAKU. Mereka semua tetap berdiri, para dhampir menyebar di sekeliling Moroi mereka sebagai bentuk formasi perlindungan. Abe adalah wajah yang paling asing yang aku lihat setelah aku masuk dan keluar dari kesadaranku setelah pertempuran di lumbung kala itu. Dia lebih tua dariku, hampir sebaya dengan Olena. Rambutnya hitam dan seperti bulu kambing, dan mengenai kulit kecoklatannya yang ia miliki. Jika kau pernah melihat orang-orang berkulit cokelat atau hitam sedang sakit dan menjadi pucat, nah hampir seperti itulah kulitnya terlihat. Ada beberapa pigmen warna dalam kulitnya, tapi ditegaskan dengan warna pucat yang intens. Yang paling mencengangkan darinya adalah pakaiannya. Dia mengenakan jas panjang berwarna gelap yang seolah meneriakkan kata „uang‟, dipasangkan dengan syal kashmir berwarna merah. Di bawahnya, aku bisa melihat sedikit warna emas, sebuah rantai yang dicocokkan dengan anting bulat yang dia pakai di salah satu telinganya. Kesan awalku ketika melihat flamboyan ini adalah seorang bajak laut atau germo. Sesaat kemudian, aku mengubah pikiranku. Sesuatu tentang dirinya mengatakan kalau dia adalah jenis lelaki yang bisa menghancurkan tempurung lutut siapa saja yang menghalangi jalannya. “Mimpi, eh? Itu, ...” Moroi itu berbicara dengan sedikit senyum yang tersembunyi, “... adalah sesuatu yang jarang kudengar. Sebenarnya, tidak pernah sama sekali.” Dia berpikir ulang. “Aku kadang-kadang muncul dalam mimpi buruk orang-orang.” Dia bukan orang Amerika ataupun Rusia; aku tidak bisa memastikan asal logat bicaranya. Apa dia sedang mencoba membuatku terpesona atau mengintimidasiku dengan reputasi buruknya yang besar? Sydney tidak pernah merasa takut padanya, tentu saja, tapi dia jelas sekali waspada terhadap orang ini. “Nah, aku duga kau sudah tahu siapa aku,” kataku. “Jadi, pertanyaannya sekarang adalah, apa yang sedang kau lakukan disini?” “Tidak,” katanya, senyumannya mengeras. “Pertanyaannya adalah, apa yang kau lakukan disini?” Aku menunjuk ke belakang, ke arah rumah, mencoba bereaksi setenang mungkin. “Aku akan pergi ke pemakaman.” “Bukan itu alasan mengapa kau datang ke Rusia.” “Aku datang ke Rusia untuk menyampaikan kepada keluarga Belikov kalau Dimitri sudah meninggal, melihat tidak ada yang merasa ingin melakukannya.” Alasan itu menjadi penjelasan yang berguna bagiku untuk berada disini, tapi ketika Abe memperhatikanku, rasa merinding menyapu punggungku, sama seperti ketika Yeva menatapku. Sama seperti wanita tua gila itu, dia tidak mempercayaiku, dan lagi-lagi aku merasakan ujung bahaya dari kebalikan kepribadian riangnya.

duestinae89.blogspot.com

Abe menganggukan kepalanya, dan sekarang senyumannya menghilang sama sekali. “Itu juga bukan alasannya. Jangan berbohong padaku, gadis kecil.” Aku merasakan kemarahanku naik. “Dan jangan menanyaiku, orang tua. Tidak sampai kau siap mengatakan padaku mengapa kau dan asistenmu ini membahayakan nyawa kalian dengan menyetir turun ke jalan untuk menjemput Sydney dan aku.” Para dhampir Abe menegang saat aku menyebutkan kata „orang tua‟, tapi aku terkejut, dia ternyata tersenyum lagi – meski senyumannya tidak mencapai kedua matanya. “Mungkin aku hanya ingin menolong.” “Tidak dari apa yang aku dengar. Kau lah yang menyuruh para Alkemis untuk mengirimkan Sydney bersama kesini.” “Oh?” Dia menaikkan alis matanya. “Diakah yang mengatakan hal itu? Mmmm ... itu adalah bagian dari perilaku buruk yang ia miliki. Atasannya tidak akan bertidak seperti itu. Tidak sama sekali.” Oh, sial. Aku berbicara tanpa berpikir. Aku tidak ingin Sydney terlibat masalah. Jika Abe benar-benar sejenis mafia kaum Moroi – bagaimana Sydney memanggilnnya? Zmey? Sang Ular? – aku tidak ragu kalau dia bisa berbicara dengan Alkemis lain untuk membuat hidup Sydney semakin susah. “Aku memaksanya untuk mengatakan hal itu,” aku berbohong. “Aku ... aku mengancamnya di kereta. Bukan hal yang sulit. Dia sudah takut sampai mati padaku.” “Aku tidak ragu kalau ia takut. Mereka semua takut pada kita, terikat berabad-abad dengan tradisi dan bersembuyi di belakang salib mereka untuk melindungi diri - meskipun kelebihan mereka di dapat dari tato-tato mereka. Dalam banyak hal, mereka memiliki kesamaan sifat denganmu sebagai dhampir – bukanlah hal yang penting.” Dia menatap kosong ke arah bintang ketika ia berbicara, seperti seorang filsuf yang sedang merenungkan misteri dari alam semesta. Entah bagaimana, membuatku semakin marah. Dia menanggapi semua ini sebagai lelucon, ketika sangat jelas kalau dia sedang memiliki beberapa rencana yang berkaitan dengan diriku. Aku tidak suka menjadi bagian dari rencana orang lain – khususnya ketika aku tidak tahu apa rencananya. “Ya, ya, aku yakin kita bisa mengobrol tentang Alkemis dan bagaimana kau mengatur mereka setiap malam ,” tukasku. “Tapi aku masih ingin tahu apa yang kau inginkan dariku.” “Tidak ada,” katanya dengan mudah. “Tidak ada? Kau melalui banyak masalah untuk memerangkapku bersama Sydney dan mengikuti kesini tanpa alasan.” Dia kembali menunduk dan ada kilatan berbahaya dari matanya. “Kau tidak menarik bagiku. Aku punya bisnis sendiri yang akan ku kerjakan. Aku datang atas nama orang yang tertarik padamu.”

duestinae89.blogspot.com

Aku menengang, dan akhirnya, ketakutan yang sebenarnya mengaliri diriku. Sial. Ada yang mencariku. Tapi siapa? Lissa? Adrian? Tatiana? Lagi-lagi, yang terakhir membuatku gugup. Yang lain akan mencariku karena mereka peduli padaku. Tapi Tatiana ... Tatiana takut aku kawin lari dengan Adrian. Sekali lagi aku memikirkan kalau dia menginginkan aku ditemukan, dikarenakan dia ingin yakin kalau aku tidak akan kembali. Bagiku Abe adalah sejenis orang yang bisa menghilangkan keberadaan orang lain. “Dan apa yang mereka inginkan? Apa mereka ingin aku pulang?” tanyaku, mencoba untuk tidak terlihat takut. “Apa kau pikir kau hanya perlu datang kesini dan bisa menarikku pulang ke Amerika?” Senyum rahasia Abe kembali. “Kau pikir aku hanya akan menarikmu kembali?” “Yah,” ejekku, kembali tanpa berpikir, “Kau tidak bisa melakukannya sendiri. Kalian semua yang disini bisa. Sebenarnya, mungkin. Aku mungkin bisa melawan mereka semua.” Abe tertawa nyaring untuk pertama kalinya, suara dari orang kaya dengan nada rendah karena benar-benar merasa geli. “Kau memang hidup dengan reputasi kurang ajarmu. Menarik.” Bagus. Abe mungkin saja memiliki seluruh informasi tentang diriku disuatu tempat. Dia mungkin saja tahu sarapan apa yang aku suka. “Aku akan melakukan pertukaran denganmu. Katakan mengapa kau kesini, dan aku akan mengatakan padamu mengapa aku kesini.” “Aku sudah mengatakannya padamu.” Sekilas, tawa itu menghilang. Dia mengambil langkah mendekati tempat aku duduk, dan aku melihat para pengawalnya meneggang. “Dan aku sudah bilang padamu untuk tidak berbohong padaku. Kau punya alasan mengapa kau ada disini. Aku perlu tahu apa itu.” “Rose? Bisakah kau kemari?” Dari rumah keluarga Belikov, suara jernih Viktoria memecah malam. Aku melirik ke belakang, kulihat ia berdiri di depan pintu masuk. Tiba-tiba, aku ingin segera menjauh dari Abe. Ada sesuatu yang mengerikan di balik wajah ceria dan mencolok itu dan aku tidak ingin menghabiskan menit-menit yang lain bersamanya. Dengan melompat bangun, aku mulai berbalik menuju rumah, setengah berharap kalau lebih baik para pengawalnya datang untuk menculikku daripada kata-kata Abe menjadi kebenaran. Orang-orang itu tetap diam ditempat mereka, tapi mata mereka mengawasiku. Senyum aneh Abe kembali ke wajahnya. “Maaf, aku tidak bisa tinggal dan mengobrol,” kataku. “Tidak apa-apa,” jawabnya anggun. “Kita akan punya waktu lagi nanti.” “Sepertinya tidak,” kataku. Dia tertawa, dan aku tergesa-gesa mengikuti Viktoria ke rumah, merasa tidak aman sampai aku bisa menutup pintu. “Aku tidak suka lelaki itu.” “Abe?” tanyanya. “Kupikir dia temanmu.” “Tidak. Dia sejenis mafia, kan?” “Mungkin saja,” katanya, seolah itu bukan masalah. “Tapi dialah alasan mengapa kau ada disini.”

duestinae89.blogspot.com

“Ya, aku tahu tentang dia yang datang menyelamatkan kami.” Viktoria menggeleng. “Tidak, maksudku kesini. Kurasa ketika kau ada di mobil, kau terus saja berkata, „Belikov, Belikov‟. Abe menduga kau mengenal kami. Itulah mengapa ia membawamu ke rumah kami.” Awalnya hal itulah yang mengherankanku. Aku tengah memimpikan Dimitri, jadi tentu saja aku menyebutkan nama terakhirnya. Tapi aku tidak tahu bagaimana aku bisa berakhir disini. Kupikir karena Olena memiliki kemampuan perawatan. Kemudian Viktoria menambahkan hal yang paling mengejutkan. “Ketika dia sadar kami tidak mengenalmu, dia ingin membawamu ketempat yang lain – tapi nenek bilang kami harus menjagamu. Kurasa dia mendapatkan mimpi kedatanganmu kepada kami sebelumnya.” “Apa?” Yeva yang gila dan mengerikan? “Yeva memimpikan aku?” Viktoria mengangguk. “Itu adalah kemampuan yang ia miliki. Apa kau yakin kau tidak mengenal Abe? Waktunya terlalu berharga untuk berada disini tanpa alasan.” Olena buru-buru menghampiri kami sebelum aku bisa menjawab. Dia menangkap tanganku. “Kami mencarimu. Kenapa kamu pergi sangat lama?” Pertanyaan ini langsung ditujukan kepada Viktoria. “Abe sedang –“ Olena menggelengkan kepalanya. “Tidak apa-apa. Ayo. Semua orang menunggu.” “Untuk apa?” tanyaku, membiarkan dia menarikku melalui rumah menuju halaman belakang. “Aku harusnya mengatakannya padamu,” jelas Viktoria, bergegas menyusul. “Ini bagian dimana setiap orang duduk dan mengingat Dimitri dengan menceritakan dirinya.” “Tidak seorangpun yang pernah melihatnya dalam waktu yang lama, kami tidak tahu apa saja yang terjadi padanya,” kata Olena. “Kami ingin kau mengatakannya pada kami.” Aku tersentak. Aku? Aku menolak hal itu, khususnya ketika kami muncul di halaman dan aku melihat semua wajah yang mengelilingi api unggun. Aku tidak mengenal satu pun dari mereka. Bagaimana bisa aku membicarakan Dimitri? Bagaimana bisa aku menunjukkan apa yang sesungguhnya ada dalam hatiku? Setiap orang terlihat mengabur satu sama lain, dan kupikir aku akan pingsan. Untuk sementara, tidak satupun dari mereka menyadari kehadiranku. Karolina sedang berbicara, bayinya ada ditangannya. Setiap kali dia berhenti berbicara, yang lain akan tertawa. Viktoria duduk di atas selimut yang menutupi tanah dan menarikku di sampingnya. Sydney bergabung bersama kami setelah itu.

duestinae89.blogspot.com

“Apa yang mereka bicarakn?” Aku berbisik. Viktoria mendengarkan kakaknya berbicara untuk beberapa saat dan kemudian bersandar padaku. “Dia sedang menceritakan Dimitri saat masih kecil, bagaimana dia selalu memohon kepadanya dan teman-temannya agar diperbolehkan bermain bersama mereka. Umurnya enam tahun dan mereka semua berumur delapan tahun dan tidak ingin dia ikut mereka.” Viktoria berhenti lagi untuk mendengarkan bagian selanjutnya dari cerita itu. “akhirnya, Karolina mengatakan padanya dia bisa bergabung dengan mereka apabila dia setuju untuk menikahi boneka mereka. Jadi Karolina dan teman-temannya mendandani ia dan boneka-boneka itu berkali-kali dan terus mengadakan upacara pernikahan. Dimitri menikah paling tidak sepuluh kali saat itu.” Aku tidak bisa menahan tawa saat aku membayangkan, Dimitri yang seksi membiarkan dirinya didandani oleh kakaknya. Dia mungkin menghadapi acara pernikahan dengan boneka itu seserius dan setenang ketika dia menjalankan tugas pengawal. Yang lain berbicara, dan aku mencoba memahami terjemahannya. Semua cerita berisikan kebaikan dan kekuatan watak Dimitri. Bahkan ketika tidak berhadapan dengan yang tidak mati, Dimitri selalu ada disana untuk menolong yang membutuhkan. Hampir semua orang bisa menceritakan kembali kapan Dimitri melangkah untuk menolong orang lain, keluar seusuai keyakinannya untuk melakukan segalan kebenaran yang ia percayai, bahkan dalam situasi yang beresiko untuknya sekalipun. Hal itu tidak mengejutkanku. Dimitri selalu melakukan hal yang benar. Dan itulah sikapnya yang membuatku begitu mencintainya. Aku memiliki sikap yang mirip dengannya. Aku juga akan segera turun tangan ketika orang lain membutuhkanku, kadang-kadang ketika sebenarnya aku tidak perlu ikut terlibat. Yang lain mangangapku gila karena hal itu, tapi Dimitri mengerti diriku. Dia selalu bisa memahamiku, dan bagian dimana kami harus bekerja sama adalah bagaimana cara mengendalikan emosi dengan alasan dan perhitungan yang tepat yang merupakan kebutuhan menurutkan kata hati dan bisa menjatuhkan kami dalam situasi berbahaya. Aku merasa bahwa tidak ada satupun di dunia ini yang bisa mengerti aku sepertinya dirinya. Aku tidak menyadari betapa kuat air mata yang turun di pipiku hingga semua orang menatapku. Awalnya, kupikir mereka menganggapku gila karena menangis, tapi kemudian aku sadar kalau seseorang sudah menanyakan satu pertanyaan padaku. “Mereka ingin kau menceritakan tentang Dimitri di hari-hari terakhirnya,” kata Viktoria. “Katakan pada kami seusatu tentang dirinya. Apa yang telah ia lakukan. Bagaimana ia terlihat.” Aku mengenakan lengan bajuku untuk membersihkan wajahku dan memalingkan pandanganku, fokus pada api unggun. Aku pernah berbicara di hadapan orang lain tanpa ragu-ragu sebelumnya, tapi kali ini berbeda. “Aku ... aku tidak bisa,” kataku pada Viktoria, suaraku tegang dan lembut. “ Aku tidak bisa membicarakan dirinya.” Dia meremas tanganku.

duestinae89.blogspot.com

“Tolonglah. Mereka perlu mendengar cerita tentang dirinya. Mereka harus tahu. Cukup ceritakan apapun pada kami. Bagaimana ia terlihat?” “Dia .... dia saudaramu. Kau tahu.” “Ya,” katanya lembut. “Tapi kami ingin tahu bagaimana pendapatmu tentang dirinya.” Mataku masih terasa berada dalam api, memandang bagaimana kobaran api unggun menari-nari dan berganti warna dari jingga ke biru. “Dia ... Dia adalah laki-laki terbaik yang pernah aku temui.” Aku berhenti untuk menenangkan diriku sendiri dan Viktoria menggunakan kesempatan itu untuk menerjemahkan kata-kataku ke dalam bahasa Rusia. “Dan dia adalah satu dari penjaga terbaik. Maksudku, dia lebih muda jika dibandingkan dengan mereka kebanyakan, tapi semua orang tahu siapa dirinya. Mereka semua tahu catatan keberhasilannya, dan banyak sekali orang-orang yang mengandalkan sarannya. Mereka memanggilnya sang Dewa. Dan kapanpun pertempuran terjadi ... atau bahaya ... dia selalau menjadi yang pertama berada disana. Dia tidak pernah lari. Dan beberapa bulan yang lalu, ketika sekolah kami diserang ...” Aku merasa tercekik ketika membicarakannya. Keluara Belikov sudah pernah mengatakan kalau mereka mengetahui penyerangan itu – kalau semua orang mengetahuinya – dan dari semua wajah yang ada disini, itu benar. Aku tidak ingin menguraikan cerita malam itu, hal mengerikan yang aku lihat. “Malam itu,” aku melanjutkan, “Dimitri bergegas menghadapi Strigoi. Dia dan aku bersama-sama ketika kami sadar kalau mereka menyerang. Aku ingin tinggal dan menolongnya, tapi dia tidak membiarkanku. Dia hanya memintaku untuk pergi, untuk berlari dan memperingatkan yang lain. Dan dia tinggal di belakang – tanpa tahu berapa banyak Strigoi yang harus ia hadapi selama aku pergi meminta bantuan. Aku masih tidak tahu berapa banyak ia sudah berkelahi – tapi mereka bergerombol. Dan dia menghadapi mereka semua sendirian.” Aku memberanikan diri menatap wajah-wajah di sekelilingku. Semua orang diam dan tidak bergerak sehingga membuatku penasaran apakah mereka bernafas atau tidak. “Itu sangat berat bagiku,” kataku pada mereka. Tanpa sadar, suaraku jatuh menjadi bisikan saat mengucapkan hal itu. Aku harus mengulangnya lebih keras lagi. “Itu sangat berat bagiku. Aku tidak ingin meninggalkannya, tapi aku tahu aku harus melakukannya. Dia sudah mengajariku banyak hal, tapi satu hal terbesar yang ia ajarkan adalah melindungi yang lain. Adalah tugasku untuk memperingatkan yang lain, meskipun aku ingin tinggal bersamanya. Sepanjang jalan, hatiku terus berkata, „berbalik, berbalik. Kembali kepadanya!‟ Tapi aku tahu apa yang harus aku lakukan – dan aku juga selalu tahu ada bagian dari dirinya yang mencoba membuatku aman. Dan jika peran kami bertukar pun ... aku akan melakukan hal yang sama untuk menyuruhnya lari juga.” Aku menarik nafas, kaget karena aku menunjukkan begitu banyak perasaanku. Aku kembali pada tujuanku. “Meskipun ketika penjaga yang lain bergabung dengannya, Dimitri tidak pernah mundur. Dia malah lebih banyak menghadapi Strigoi

duestinae89.blogspot.com

dibandingkan yang lain.” Christian dan aku sebenarnya yang melakukan pembunuhan terbanyak. “Dia ... dia sangat luar biasa.” Di sisa cerita, aku mengatakan pada mereka apa yang sudah kuceritakan pada keluarga Belikov. Hanya saja kali ini aku sebenarnya berusaha untuk menjelaskan sesedikit mungkin, mengatakan cerita yang samar tentang bagaimana berani dan hebatnya ia. Kata-kata itu menyakiti ku ketika aku berbicara, dan hampir terasa lega membiarkan nya diucapkan. Aku terus menjaga kenangan di malam itu untuk berada dekat denganku. Tapi akhirnya, aku harus menceritakan pada mereka tentang gua itu. Dan itulah ... itulah saat terburuk. “Kami menjebak para Strigoi di sebuah gua. Gua itu hanya memiliki dua pintu masuk, dan kami mendatangi mereka dari kedua pintu masuk itu. Sebagian dari orang-orang kami terperangkap, dan ada banyak Strigoi lebih dari yang kami bayangkan. Kami kehilangan orang-orang ... tapi kami akan kehilangan lebih banyak orang lagi jika Dimitri tidak ada disana. Dia tidak pergi sampai semua orang keluar. Dia tidak peduli dengan resiko untuk dirinya sendiri. Dia hanya tahu kalau dia harus menyelamatkan yang lain ...” Aku pernah melihat di matanya, keteguhan hati itu. Rencana kami akhirnya adalah mundur sesegera yang bisa kami semua lakukan, tapi aku merasakan kalau dia ingin tinggal dan membunuh setiap Strigoi yang bisa ia temukan. Tapi dia juga mengikuti perintah, akhirnya mulai mundur saat yang lain aman. Dan di saat-saat terakhir itu, hanya sesaat sebelum Strigoi mengigitnya, Dimitri menatap mataku dangan tatapan penuh cinta yang membuat seisi goa terasa penuh dengan cahaya. Ekspresinya seolah bicara tentang apa yang kami bicarakan sebelumnya: Kita akan bersama, Rosa. segera. Kita hampir mendapatkannya. Dan tidak ada apapun yang bisa memisahkan kita lagi .... Meskipun begitu, aku tidak menyebutkan bagian itu. Ketika aku telah menyelesaikan sisa dongengku, wajah-wajah itu terlihat suram tapi penuh dengan rasa khidmat dan hormat. Dekat di belakang kerumunan, aku baru menyadari kalau Abe dan penjaganya mendengarkan juga. Ekspresinya tidak terbaca. Sulit, tapi bukan marah maupun takut. Cangkir kecil mulai diputar ke sekeliling kelompok itu satu persatu dan seseorang memberikannya padaku. Seorang dhampir yang tidak kukenal, satu dari laki-laki yang hadir, berdiri dan mengangkat cangkirnya ke udara. Dia berbicara dengan keras dan hormat, dan aku mendengar nama Dimitri disebutkan beberapa kali. Ketika dia selesai, dia minum dari cangkir itu. Semua orang juga melakukan hal yang sama, jadi aku juga mengikuti. Dan hampir tercekik sampai mati. Rasanya seperti api dalam bentuk cairan. Aku memerlukan setiap ons kekuatanku ketika aku menelannya dan tidak menyemburkannya keselilingku. “Ap ... apa ini?” tanyaku, terbatuk-batuk. Viktoria menyeringai. “Vodka.” Aku meneliti gelas itu. “Tidak, buka vodka. Aku pernah minum Vodka sebelumnya.” “Bukan Vodka Rusia.” Sebenarnya memang belum pernah. Aku berjuang untuk menghabiskan sisa Vodka di cangkir itu untuk menghormati Dimitri, meskipun aku punya perasaan kalau dia berada disini, dia akan menggelengkan kepalanya padaku. Kupikir aku sudah cukup menjadi sorotan setelah ceritaku selesai, tapi ternyata tidak. Setiap orang terus saja

duestinae89.blogspot.com

bertanya padaku. Mereka ingin tahu lebih banyak tentang Dimitri, lebih banyak tentang bagaimana kehidupannya. Mereka juga ingin tahu tentang hubunganku dan Dimitri sebagai pasangan. Mereka semua sudah menduga kalau Dimitri dan aku sudah saling jatuh cinta – dan mereka tidak masalah dengan hal itu. Aku ditanyai bagaimana kami bertemu, berapa lama kami sudah bersama ... Dan sepanjang waktu, orang-orang terus mengisi ulang cangkirku. Memutuskan agar tidak terlihat idiot lagi, aku terus minum sampai aku akhirnya bisa minum Vodka itu tanpa batuk atau meludah. Semakin banyak aku minum, semakin nyaring dan semakin bergerak cerita yang kusampaikan. Lenganku mulai terasa geli dan bagian dari diriku tahu kalau semua ini mungkin ide yang buruk. Ok, diriku sepenuhnya menyadarinya. Akhirnya, orang-orang mulai pergi. Aku tidak tahu jam berapa sekarang, tapi kurasa ini sudah tengah malam. Mungkin lewat dari itu. Aku berdiri tegak, menyadari kalau tenryata lebih susah dari yang aku harapkan. Dunia terasa bergoyang dan perutku terasa tidak bahagia menjadi bagian dari diriku. Seseorang memegangi tanganku dan membantuku berdiri seimbang. “Tenang,” kata Sydney. “Jangan dipaksakan.” Perlahan, dengan hati-hati, dia menuntunku menuju rumah. “Tuhan,” aku mendesah. “Apakah mereka menggunakan benda itu untuk bahan bakar roket?” “Tidak ada yang menyuruhmu meminumnya.” “Hey, jangan berkhotbah. Lagipula, aku harus bersikap sopan.” “Tentu,” katanya. Kami berhasil masuk ke dalam dan kemudian menaiki tangga menuju kamar Olena yang disiapkan untukku menjadi pekerjaan yang tidak mungkin. Setiap langkah terasa nyeri. “Mereka semua mengetahui tentang hubunganku dengan Dimitri,” kataku, berpikir apakah aku mengatakannya dengan suara yang tenang. “Tapi aku tidak pernah mengatakan pada mereka kalau kamu bersama.” “Kau tidak perlu mengatakannya. Semuanya sudah tertulis di wajahmu.” “Mereka bereaksi seolah aku adalah jandanya atau sejenisnya.” “Kau mungkin terlihat seperti itu.” Kami mencapai kamarku dan dia menolongku duduk di ranjang. “Tidak banyak dari orang-orang disini yang menikah. Jika kau pernah bersama seseorang dengan cukup lama, mereka akan menganggap hal tersebut hampir sama dengan menikah.” Aku menarik nafas lelah dan menatap tanpa fokus terhadap sesuatu. “Aku sangat merindukannya.” “Aku turut berduka cita,” katanya. “Akankah perasaan ini bisa membaik?” Pertanyaan ini terlihat membuatnya terkejut. “Aku ... aku tidak tahu.” “Apa kau pernah jatuh cinta?” Dia menggelengkan kepalanya, “Tidak.” Aku tidak yakin apakah hal itu membuatnya beruntung atau tidak. Aku tidak yakin apakah semua hari yang cerah yang aku miliki bersama Dimitri setimpal dengan rasa sakit yang aku rasakan sekarang. Sesaat kemudian, aku tahu kebenarannya.

duestinae89.blogspot.com

“Tentu saja setimpal.” “Huh?” tanya Sydney. Aku sadar telah mengatakan pikiranku dengan nyaring. “Tidak apa-apa. Hanya berbicara pada diriku sendiri. Aku sepertinya harus tidur.” “Apa kau perlu sesuatu yang lain? Apa kau sakit?” Aku menilai rasa mual di perutku. “Tidak, tapi terima kasih.” “Ok.” Dan dengan sikap acuhnya yang biasa, dia pergi, mematikan lampu dan menutup pintu. Aku pikir aku akan pingsan setelah itu. Jujur, aku ingin begitu. Hatiku telah terbuka terlalu banyak dengan menceritakan Dimitri malam ini dan aku ingin rasa sakitnya pergi. Aku ingin kegelapan dan lupa. Malahan, mungkin karena aku telah kebal dengan hukuman, hatiku memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaan ini dan merobek-robeknya sehingga jelas terbuka. Aku pergi mengunjungi Lissa.

duestinae89.blogspot.com

Sepuluh MASING-MASING ORANG SEPERTINYA BISA BERGAUL dengan baik saat makan siang bersama Avery sehingga kelompok itu kembali berkumpul lagi pada malam harinya dan melakukan semacam kegiatan liar bersama. Lissa sedang memikirkan hal itu saat dia tengah duduk dalam pelajaran pertama di kelas bahasa Inggris di pagi berikutnya. Mereka begadang malam tadi, diam-diam keluar setelah jam malam telah berlalu. Ingatan itu menorehkan senyuman di wajah Lissa, meskipun dia sedang mencoba untuk tidak menguap. Aku tidak bisa menahan sedikit rasa iriku. Aku tahu Avery lah yang bertanggung jawab atas kebahagiaan Lissa ini, dan ini menggangguku sampai ketingkat orang picik. Namun, persahabatan baru yang ditawarkan Avery juga membuatku merasa sedikit bersalah karena telah meninggalkan Lissa. Lissa menguap lagi, sangat susah berkonsentrasi pada „The Scarlet Letter‟ ketika sedang terlibat pertarungan dengan rasa pusing akibat mabuk semalam. Avery kelihatannya terus menuangkan minuman tanpa henti. Adrian tentu langsung mengambilnya, tapi Lissa menjadi sedikit ragu-ragu. Dia sudah menghentikan masa-masanya berpesta sekian lama, tapi akhirnya ia menyerah malam tadi dan minum bergelas-gelas anggur lebih banyak dari pada yang seharusnya ia minum. Sangat berbeda dengan situasiku dengan „si vodka‟, cukup ironis. Kami berdua sama-sama terlalu menurutkan kata hati, meskipun kami terpisah bermil-mil jauhnya. Tiba-tiba, sebuah suara melengking menderu di udara. Kepala Lissa mendongak bersamaan dengan semua kepala yang ada di kelas ini. Di sudut ruangan, sebuah lampu alarm kebakaran kecil menyala dan memberi pertanda peringatan. Seperti biasa, beberapa siswa mulai bersorak ketika sebagian lagi berpura-pura ketakutan. Sisanya hanya terlihat kaget dan menunggu. Pengajar Lissa juga terlihat sedikit bingung, dan setelah penilaian cepat, Lissa yakin kalau ini bukanlah alarm yang sudah direncanakan. Guru-guru biasanya mengangkat kepala mereka saat ada latihan, dan Ibu Malloy tidak mengenakan ekspresi lelah seperti biasanya yang di tunjukkan seorang guru saat mencoba membayangkan berapa banyak waktu yang akan digunakan latihan kali ini yang akan memotong jam pelajaran mereka.

“Berdiri dan kesanalah,” kata Ibu Malloy dengan kesal, memegang sebuah papan penjepit kertas. “Kalian tahu kemana kalian harus pergi.” Prosedur latihan kebakaran sangat standar. Lissa mengikuti yang lain dan berjalan berdampingan dengan Christian. “Apa kau yang melakukannya?” godanya. “Tidak. Aku sih berharap begitu. Kelas ini sudah hampir membunuhku.” “Kau? Aku sudah mendapatkan sakit kepala yang paling parah di sepanjang hidupku.”

duestinae89.blogspot.com

Christian memberikan seringaiannya yang biasa. “Biarkan itu menjadi pelajaran bagimu, Nona kecil pemabuk.” Lissa mengubah mimik mukanya sebagai balasan dan memberikan sedikit pukulan ringan. Mereka sampai ke ruang pertemuan di lapangan dan bergabung di barisan yang mereka coba bentuk. Ibu Malloy datang dan memeriksa setiap orang dengan papan penjepitnya, puas karena tidak ada satu pun yang tertinggal. “Kurasa ini tidak direncanakan sebelumnya,” kata Lissa. “Setuju,” jawab Christian. “Yang berarti meskipun tidak ada api, kemungkinan akan memakan waktu yang cukup lama.” “Nah, kalau begitu. Tidak ada gunanya menunggu, kan?” Christian dan Lissa berbalik terkejut mendengar suara di belakang mereka dan melihat sosok Avery disana. Dia mengenakan gaun rajut berwarna ungu dan sepatu tinggi berwarna hitam yang terlihat sangat tidak cocok dengan rumput yang basah. “Apa yang kau lakukan disini?” tanya Lissa. “Kupikir kau ada di kamarmu.” “Terserahlah. Di sana sangat membosankan. Aku harus datang untuk membebaskan kalian, teman.” “Kau yang melakukannya?” tanya Christian, sedikit kagum. Avery mengangkat bahunya. “Sudah kubilang, aku sedang bosan. Sekarang, ayo pergi sementara disini masih rusuh.” Christian dan Lissa bertukar pandang. “Sebenarnya,” kata Lissa lambat, “Kurasa mereka sudah mengabsen ...” “Cepat!” kata Avery. Kegembiraannya menular dan terasa kuat, Lissa bergegas di belakang Avery, Christian diseret. Dengan semua siswa yang berdesak-desakkan, tidak satupun yang menyadari kalau mereka memotong jalur menuju kampus – hingga mereka mencapai bagian luar dari rumah tamu. Simon berdiri bersandar pada pintu dan Lissa menegang. Mereka ketahuan. “Semuanya sudah diatur?” Avery bertanya padanya. Simon, jelas tipe yang kuat dan pendiam, memberikan anggukan sekilas saat ia menjawab sebelum berdiri dengan tegap. Dia memasukkan tangannya ke dalam kantong jasnya dan berjalan menjauh. Lissa mentapnya, terkagum-kagum. “Dia ... dia membiarkan kita pergi? Dan apakah dia juga ikut campur dalam kekacauan ini?” Simon bukanlah seorang guru di kampus ini, tapi tetap saja bukan berarti dia boleh membiarkan siswa membolos dari kelas dengan alarm kebakaran palsu. Avery menyeringai nakal, melihat dia pergi. “Kami telah lama bersama-sama. Dia punya banyak hal yang lebih baik untuk dilakukan daripada menjadi penjaga kita.” Avery menuntun mereka ke dalam, tapi bukannya pergi ke kamarnya, mereka memotong jalan ke daerah berbeda dari bangunan itu dan pergi ke tempat yang aku kenali: kamar Adrian.

duestinae89.blogspot.com

Avery menggedor pintu. “Hey, Ivashkov! Buka!” Lissa menutupi mulutnya dengan tangannya untuk mengecilkan suara tawanya. “Benar-benar trik bagus untuk sembunyi-sembunyi. Semua orang bisa mendengar suaramu.” “Aku ingin ia mendengarku,” Avery membela diri. Dia terus saja menggedor pintu dan berteriak, dan akhirnya, Adrian menjawab. Rambutnya berdiri dalam posisi yang aneh dan dia punya lingkaran hitam di bawah matanya. Dia minum dua kali lebih banyak dari pada Lissa malam kemarin. “Apa ...” Adrian mengerjapkan matanya. “Bukankah kalian seharusnya ada di kelas? Oh Tuhan. Aku belum cukup tidur, kan?” “Biarkan kami masuk,” kata Avery, mendorong untuk masuk. “Kami perlu tempat berlindung dari kebakaran disini.” Avery menghentakkan dirinya di sofa Adrian, membuat dirinya merasa seperti di rumah sendiri saat Adrian terus saja menatapnya. Lissa dan Christian bergabung dengannya. “Avery menyalakan alarm kebakaran,” Lissa menjelaskan. “Kerja bagus,” kata Adrian, menjatuhkan diri ke kursi berbulunya. “Tapi mengapa kalian harus kesini? Apa hanya ini satu-satunya tempat yang tidak terbakar?” Avery mengerjapkan bulu matanya ke Adrian. “Apa kau tidak senang melihat kami?” Adrian menatap Avery, menilai sesaat. “Selalu senang melihat mu.” Lissa yang biasanya sangat kaku dengan hal-hal semacam ini, namun sesuatu mengenai hal ini membuatnya tergelitik. Sangat liar, sangat konyol ... sebuah terobosan dari seluruh kekhawatirannya selama ini. “Tidak perlu waktu lama bagi mereka untuk menyadari ulah kalian. Mereka bisa saja membiarkan semua orang masuk sekarang.” “Mereka bisa,” Avery setuju, meletakkan kakinya ke atas meja kopi. “Tapi aku memiliki kekuasaan yang bagus untuk melakukkannya, ketika alarm yang lain mati di sekolah saat mereka membuka pintu.” “Bagaiman bisa kau melakukannya?” tanya Christian. “Rahasia penting.” Adrian menggosok-gosok matanya dan benar-benar geli dengan semua ini, meskipun dia harus mendadak bangun. “Kau tidak bisa menarik tuas alarm sepanjang hari, Lazar.” “Sebenarnya, aku mempunyai kekuasaan yang bagus sehinngga sekali mereka merasa masalah alarm kedua sudah selesai, alarm ketiga akan berbunyi.” Lissa tertawa keras, meskipun kebanyakan dikarenakan oleh reaksi para lelaki dan sedikit karena pemberitahuan Avery. Christian, yang sangat cocok dengan pemberontakan anti sosial, telah menjebak orang-orang dalam api. Adrian menghabiskan hampir sepanjang harinya dengan mabuk dan terantai dengan rokok.

duestinae89.blogspot.com

Untuk gadis imut dan supel seperti Avery, ternyata bisa membuat mereka heran, sesuatu yang benar-benar luar biasa telah terjadi. Avery terlihat puas karena telah melakukan hal yang lebih dibandingkan mereka. “Jika sesi introgasi sudah selesai sekarang,” katanya, “bukankah kau seharusnya menawarkan tamumu semacam penyegaran?” Adrian berdiri dan menguap. “Baiklah. Baiklah, cewek kurang ajar. Aku akan membuat kopi.” “Dengan sedikit tambahan?” Avery mencondongkan kepalanya ke arah rak minuman Adrian. “Kau bercanda?” kata Christian. “Apa kau masih punya pikiran yang waras yang tertinggal?” Avery mengitari rak itu dan mengambil suatu botol. Dia memegang benda itu ke arah Lissa. “Kau mau?” Bahkan pemberontakkan pagi Lissa punya batas. Sakit kepala karena anggur semalam masih berdenyut-denyut di tengkoraknya. “Ugh, tidak.” “Pengecut,” kata Avery. Dia berbalik ke arah Adrian. “Kalau begitu, tuan Ivashkov, kau lah yang terbaik dalam hal menuangkannya ke gelas. Aku selalu suka secangkir kopi yang dicampur sedikit dengan brandy.” Tidak lama setelah itu, aku mengabur menjauh dari kepala Lissa dan kembali beputar ke dalam kepalaku sendiri, kembali ke dalam kegelapan tidur dan mimpi yang biasa. Mimpi itu berdurasi pendek, mengingat saat ini ada sebuah ketukkan keras segera menarikku ke dalam kesadaran. Mataku perlahan terbuka, dan rasa sakit yang panas dan dalam menerjang melalui punggung ke belakang tengkorakku – aku yakin ini merupakan efek setelah meminum vodka beracun itu. Lissa yang mabuk tidak ada hubungannya denganku. Aku mulai menutup mataku, ingin tengelam kembali ke dasar dan membiarkan tidur menyembuhkan rasa sakitku. Kemudian, aku mendengar ketukkan lagi – dan semakin buruk, seluruh tempat tidurku bergoncang dengan kasar. Seseorang menendangnya. Kembali membuka mata lagi, aku berbalik dan menemukan diriku menatap mata gelap tajam milik Yeva. Jika Sydney telah bertemu banyak dhampir seperti Yeva, aku bisa mengerti mengapa ia berpikir kalau kaum kami adalah monster dari neraka. Ia mengerutkan bibirnya dan menendang tempat tidur lagi. “Hey,” tangisku. “Aku sudah bangun, oke?” Yeva memberengutkan sesuatu dalam bahasa Rusia, dan Paul mengintip kesekeliling dari belakang Yeva, menerjemahkan. “Dia bilang, kau tidak bisa dibilang bangun sampai kau benar-benar keluar dari tempat tidur dan berdiri.” Dan tanpa peringatan lagi, wanita tua yang sadis itu kembali menendang-nendang ranjangku. Aku tersentak berdiri, dan dunia terasa berputar di sekelilingku. Aku

duestinae89.blogspot.com

sudah mengatakan sebelumnya, tapi kali ini aku sungguh-sungguh ingin melakukannya: Aku tidak akan mau minum lagi. Tidak ada hal bagus yang bisa kudapat dari hal ini. Selimut terlihat sungguh menggoda untuk tubuhku yang sakit-sakit, tapi beberapa tendangan dari ujung sepatu bot Yeva membuatku berdiri dari ranjang itu. “Ok, Ok. Apa kau senang sekarang? Aku sudah bangun.” Ekspresi Yeva tidak berubah, tapi paling tidak dia berhenti menendang. Aku berbalik menatap Paul. “Apa yang terjadi?” “Nenek bilang kalau kau harus ikut dengannya.” “Kemana?” “Dia bilang kau tidak perlu tahu.” Aku hampir saja ingin mengatakan kalau aku tidak akan mengikuti wanita tua gila ini kemanapun, tapi setelah satu kali menatap wajah menakutkannya, kupikir aku lebih baik pergi. Aku tidak ingin membuatnya mengubah orang-orang menjadi kodok. “Baiklah,” kataku. “Aku akan siap setelah aku mandi dan berganti baju.” Paul menerjemahkan kata-kataku, tapi Yeva menggelengkan kepalanya dan bicara lagi. “Dia bilang tidak ada waktu,” jelasnya. “Kita harus segera pergi sekarang.” “Bisakah paling tidak aku menggosok gigiku?” Dia mengizinkan permintaan kecil itu, tapi mengganti baju sepertinya tidak termasuk dalam pertanyaan itu. Tapi hanya itu yang terasa masuk akal. Setiap langkah yang kupijakkan terasa memusingkan dan aku mungkin akan pingsan karena melakukan sesuatu yang rumit seperti berpakaian atau tidak berpakaian. Pakaianku tidak bau atau kotor; hanya saja terlihat kusut karena aku jatuh tertidur dengan pakaian ini. Ketika aku sudah berada di lantai bawah, kulihat belum ada satu pun yang bangun kecuali Olena. Dia sedang mencuci piring sisa makan semalam dan terlihat terkejut melihatku bangun. Aku juga kaget. “Apa kau tidak terlalu cepat bangun hari ini?” tanyanya. Aku berbalik dan melihat kilatan jam dapur. Aku terkesiap. Ternyata baru empat jam aku tidur. “Oh Tuhan. Apakah Matahari sudah terbit?” Luar biasa, Matahari sudah terbit. Olena menawariku untuk sarapan, tapi lagi-lagi Yeva mengulangi perintahnya kalau waktu kami sempit. Perutku terasa secara bersamaan menginginkan dan membenci makanan, jadi aku tidak bisa bilang kalau tidak makan adalah hal yang bagus atau sebaliknya. “Terserahlah,” kataku. “Kita pergi saja dan menyelesaikan apa yang kau inginkan.” Yeva berjalan ke arah ruang tamu dan kembali beberapa saat kemudian dengan sebuah tas besar. Tanpa diduga dia menyerahkan benda itu padaku. Aku

duestinae89.blogspot.com

mengangkat bahu dan mengambilnya, menggantungnya di salah satu bahuku. Jelas ada suatu benda di dalamnya, tapi tidak terlalu berat. Dia pergi lagi ke kamar yang lain dan kembali dengan menggendong tas yang lain. Aku mengambil yang ini juga dan menggantungnya di bahu yang sama, menyeimbangankan keduanya. Yang satu ini lebih berat, tapi punggungku tidak terlalu merasa keberatan. Ketika dia lagi-lagi pergi untuk ketiga kalinya dan kembali dengan sebuah kotak raksasa, aku mulai merasa kesal. “Benda apa ini?” Aku menuntut dan mengambil benda itu dari tangannya. Rasanya ada batu bata di dalamnya. “Nenek ingin kau membawa beberapa barang,” Paul memberitahuku. “Ya,” aku menggertakkan gigi. “Aku kira berat benda-benda ini sekitar lima puluh pound.” Yeva kembali memberiku satu kotak lagi yang ia letakkan di atas yang besar. Tidak terlalu berat tapi dalam hal ini aku sejujurnya tidak merasa masalah. Olena memberiku tatapan simpati, menggelengkan kepalanya, dan kembali ke sisa makanannya dalam diam, sepertinya tidak akan membantah apa yang dilakukan Yeva. Yeva beranjak pergi setelah itu dan aku mengikutinya dengan patuh, mencoba untuk memegang kotak-kotak itu sekaligus menjaga agar tasnya tidak melorot dari pundakku. Ini bawaan yang cukup berat, satu dari bagian tubuhku yang sedang melayang-layang tidak menginginkannya, tapi aku cukup kuat sehingga aku tidak masalah sekalipun ia membawaku ke kota atau kemanapun ia menuntunku. Paul berlari di sampingku, sepertinya keberadaanya agar membuatku tahu jika aku juga harus membawa apapun yang ditemukan Yeva di jalanan. Sepertinya musim semi datang lebih cepat dari pada di Montana. Langitnya cerah dan matahari pagi sudah memanaskan benda-benda disini dengan cepat. Hampir sama dengan cuaca musim panas, tapi rasanya ini cukup jelas untuk diketahui. Pastinya cuaca ini sangat tidak nyaman bagi para Moroi untuk jalan-jalan. “Apa kau tahu kemana kita akan pergi?” tanyaku pada Paul. “Tidak,” jawabnya riang. Untuk seseorang yang begitu tua, Yeva bisa bergerak dengan langkah yang bagus, dan aku menemukan diriku yang berjalan terburu-buru mengikutinya bersama dengan barang bawaanku. Saat itu, dia melirik ke belakang dan berkata sesuatu pada Paul untuk diterjemahkan, “Dia kaget karena kau tidak bisa bergerak lebih cepat.” “Ya, aku sebenarnya juga kaget karena tidak ada orang lain yang membawa satu pun dari benda ini.” Dia menerjemahkan lagi: “Dia bilang jika kau benar-benar seorang pembunuh Strigoi terkenal, maka membawa barang berat harusnya bukanlah sebuah masalah.” “Oh, ayolah,” kataku. “Kemana sebenarnya kita pergi?” Tanpa melirik ke belakang, Yeva menggumamkan sesuatu. “Nenek bilang paman Dimka tidak pernah mengeluh seperti itu,” kata Paul. Semua ini bukan salah Paul, dia hanyalah penyampai pesan. Namun, setiap kali ia

duestinae89.blogspot.com

berbicara, aku ingin menendang bokongnya. Meskipun demikian, aku tetap membawa barang-barang itu dan tidak lagi berkata apapun di sisa perjalanan kami. Yeva benar dalam satu hal. Aku adalah pemburu Strigoi dan dia juga benar kalau Dimitri tidak akan pernah mengeluh tentang beberapa tingkah seorang wanita tua gila. Dia akan menyelesaikan tugas ini dengan sabar. Aku mencoba memanggilnya dalam pikiranku dan menarik kekuatan darinya. Aku memikirkan saat-saat kami di kabin lagi, memikirkan bagaimana bibirnya menikmati bibirku dan aroma menyenangkan dari kulitnya ketika aku semakin mendekati dirinya. Aku bisa mendengar suaranya sekali lagi, berbisik di telingaku kalau dia mencintaiku, kalau aku begitu cantik, kalau aku adalah satu-satunya baginya .... Memikirkannya tidak mengurangi ketidaknyamanan perjalananku bersama Yeva, tapi cukup membuatnya terasa sedikit lumayan. Kami berjalan hampir satu jam lebih sebelum mencapai sebuah rumah kecil, dan aku siap untuk jatuh dalam kelegaan, dibasahi keringat. Rumah itu hanya satu lantai, dibuat dengan kayu cokelat sederhana yang sudah dimakan cuaca. Namun, jendelanya dikelilingi oleh tiga sisi dengan daun jendela yang ditutupi lembaran indah dengan sentuhan cita ras tinggi berwarna putih. Hampir sama dengan warna yang digunakan oleh bangunan-bangunan di Moskow dan St. Petersburg yang pernah kulihat. Yeva mengetuk pintunya. Awalnya hanya ada keheningan, dan aku mulai panik, memikirkan kalau kami harus bebalik dan pulang. Akhirnya, seorang wanita menjawab dari balik pintu – seorang Moroi wanita. Umurnya sekitar 3o tahunan, sangat cantik, dengan tulang pipi yang menonjol dan rambut berwarna pirang-stroberi. Dia berteriak kaget melihat Yeva, tersenyum dan menyapa dalam bahasa Rusia. Melirik ke arah Paul dan aku, wanita itu segera dengan cepat menarik dirinya mundur dan memberi isyarat agar kami masuk. Dia mengubah bahasanya menjadi bahasa Inggris segera setelah menyadari kalau aku orang Amerika. Semua orang-orang dua bahasa ini luar biasa. Bukan sesuatu yang sering aku temui di Amerika. Dia menunjuk ke meja dan berkata padaku untuk meletakkan semuanya disana, yang aku lakukan dengan ikhlas. “Namaku Oksana,” katanya, menjabat tanganku. “Suamiku, Mark, ada di kebun dan akan segera masuk.” “Aku Rose,” kataku padanya. Oksana menawari kami kursi. Punyaku adalah kursi kayu dengan sandaran tegak, tapi pada saat itu, aku merasa seperti menduduki tempat tidur. Aku menarik napas senang dan menyapu keringat di alisku. Sementara itu, Oksana mengeluarkan barang-barang yang sudah aku bawa. Tas itu penuh dengan sisa makanan dari pemakaman. Kotak paling atas berisikan beberapa piring-pinring dan jambangan, yang menurut penjelasan Paul, adalah benda-benda yang dipinjam dari Oksana beberapa waktu yang lalu. Oksana akhirnya sampai pada kotak paling bawah, dan tolong aku, benda itu berisikan batu bata merah untuk kebun. “Kau pasti bercanda,” kataku. Di seberang ruang tamu, Yeva terlihat sangat puas. Oksana terlihat senang dengan pemberian itu. “Oh, Mark akan senang memiliki ini.”

duestinae89.blogspot.com

Dia tersenyum padaku. “Kau sangat baik mau membawakan barang-barang ini sepanjang jalan.” “Senang membantu,” kataku kaku. Pintu belakang terbuka, dan seorang pria berjalan masuk – Mark, dugaanku. Dia tinggi dan berotot, rambut abu-abunya mengindikasikan kalau usianya jauh lebih tua dari Oksana. Dia mencuci tangannya di dapur dan berbalik untuk bergabung bersama kami. Aku hampir tercekat saat aku melihat wajahnya dan menemukan sesuatu yang lebih aneh ketimbang perbedaan usia. Dia seorang Dhampir. Untuk sesaat, aku berandai kalau dia adalah orang lain dan bukan suaminya, Mark. Tapi itulah nama yang diapakai Oksana untuk memperkenalkan dirinya, dan kebenaran itu menamparku: seorang Moroi dan dhampir menikah sebagai pasangan. Tentu saja, jenis kami memang sering berhubungan. Tapi menikah? Hal tersebut merupakan skandal dalam dunia Moroi. Aku mencoba untuk menyembunyikan kekagetan di wajahku dan bersikap sesopan yang aku bisa. Oksana dan Mark terlihat sangat tertarik padaku, meski Oksana yang lebih banyak berbicara. Mark hanya menonton, rasa penasaran memenuhi wajahnya. Rambutku terurai, jadi tatoku tidak akan membuka status tidak-terjanjikan ku. Mungkin dia hanya penasaran bagaimana seorang gadis Amerika bisa keluar sendirian di tengah-tengah tempat antah berantah ini. Mungkin dia berpikir kalau aku adalah pekerja pelacur darah yang baru. Setelah meminum gelas ketiga air putihku, aku mulai merasa lebih nyaman. Saat itulah Oksana mengatakan kalau kami seharusnya makan, dan saat itu pula, perutku sudah siap untuk makanan itu. Oksana dan Mark menyiapkan makan bersama, mengacuhkan semua tawaran bantuan yang diberikan. Melihat pasangan itu bekerja sangat mengagumkan. Aku tidak pernah melihat tim yang begitu saling melengkapi dan memahami. Mereka tidak pernah mengahalangi jalan satu sama lain, dan tidak perlu berbicara untuk mendiskusikan apa yang harus mereka kerjakan selanjutnya. Mereka sudah tahu. Meskipun berada di daerah terpencil, isi dapurnya terlihat modern dan Oksana menepatkan sebuah piring yang berisikan kentang goreng di dalam mikrowave. Punggung Mark mengghadap Oksana ketika ia sedang menggeledah isi kulkas, tapi segera saat Oksana ingin memulai, Mark berkata, “Tidak usah, tidak perlu waktu lama.” Aku mengerjapkan mata, kaget, melirik balik dan terus menatap mereka berdua. Dia bahkan tidak perlu melihat kapan Oksana akan memulai. Kemudian aku mengerti. “Kalian terikat,” aku berseru. Mereka berdua menatapku dengan keterkejutan yang sama. “Ya. Apa Yeva tidak mengatakannya padamu?” Tanya Oksana. Aku menembakkan pandangan cepat ke arah Yeva, ia lagi-lagi memasang tampang kepuasan terhadap diri sendiri yang menyebalkan di wajahnya. “Tidak. Yeva sangat terburu-buru pagi ini.”

duestinae89.blogspot.com

“Hampir semua orang si sekitar sini mengetahuinya,” kata Oksana lagi, kembali bekerja. “Jadi ... jadi kau adalah pengguna roh.” Kata-kata itu membuatnya berhenti sejenak lagi. Dia dan mark bertukar pandangan kaget. “Itu,” katanya, “bukanlah sesuatu yang diketahui banyak orang.” “Sebagian besar orang berpikir kalau kau tidak memiliki spesialisasi, kan?” “Bagaimana kau tahu?” Karena itulah yang jelas terjadi antara aku dan Lissa. Cerita tentang ikatan selalu ada di dongeng-dongeng Moroi, tapi bagaimana ikatan tersebut terbentuk masih menjadi misteri. Umumnya mereka percaya kalau hal itu “hanya terjadi begitu saja”. Seperti Oksana, Lissa biasanya dipandang tidak memiliki spesialisasi – seseorang yang sama sekali tidak memiliki kemampuan spesial dengan satu elemen. Kami menyadari hal itu sekarang, tentu saja, ikatan itu hanya bisa digunakan oleh pengguna roh, ketika mereka menyelamatkan nyawa orang lain. Sesuatu dalam suara Oksana mengatakan kalau dia tidak terlalu kaget kalau aku mengetahuinya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia menyadarinya, namun aku begitu kaku dan mematung karena penemuanku itu sehingga tidak bisa berkata apapun. Lissa dan aku belum pernah sama sekali mertemu dengan pasangan terikat yang lain. Hanya ada dua yang kami ketahui, mereka adalah legenda Vladimir dan Anna. Dan cerita tersebut diselimuti oleh sejarah tak lengkap selama berabad-abad, membuat kami semakin susah untuk memisahkan kenyataan dari fiksi yang ada. Fakta yang mengarah ke hal lain adalah kami mengetahui pengguna roh yang lain, yakni Nona Karp – mantan guru yang menjadi gila – dan Adrian. Sampai sekarang, Adrian adalah penemuan terbesar kami, pengguna roh yang lebih atau kurang stabil – tergantung darimana kau melihatnya. Ketika makanan sudah siap, obrolan roh tidak lagi muncul. Oksana memimpin percakapn, terus konsisten pada topik yang ringan dan menggunakan kedua bahasa. Aku mempelajari dirinya dan Mark saat aku makan, melihat tanda-tanda dari ketidakwarasan. Aku tidak melihat apapun. Mereka terlihat sangat nyaman dengan sempurna, orang-orang biasa yang terlihat sempurna. Jika aku tidak tahu apa yang sudah aku lakukan, aku tidak memiliki alasan untuk menduga apapun. Oksana tidak terlihat depresi atau merana. Mark sepertinya tidak mewarisi kegelapan yang jahat yang terkadang menyusup ke dalam diriku. Perutku menyambut makanan dengan suka cita, dan rasa sakit kepalaku menghilang. Meskipun saat yang sama, sensasi yang aneh menyapu diriku. Rasanya membingungkan, seolah berkibar dikepalaku, dan gelombang rasa panas dan kemudian dingin mengaliriku. Perasaan itu menghilang secepat ia datang dan kuharap ini adalah efek sakit terakhir dari vodka setan yang kuminum malam tadi. Kami selesai makan dan aku melompat untuk membantu. Oksana menggelengkan kepalanya. “Tidak, tidak perlu. Kau harus pergi dengan Mark.” “Hah?” Mark mengusap wajahnya dengan lap tangan dan berdiri. “Ya. Mari pergi ke kebun.”

duestinae89.blogspot.com

Aku mulai mengikutinya, kemudian berhenti sebentar melirik ke arah Yeva. Aku berharap dia mengahajarku karena meninggalkan piring sisa makanan. Malahan, aku tidak menemukan pandangan sombong atau pandangan tidak setuju. Ekspresinya seperti ... sudah tahu. Hampir seperti berharap. Sesuatu tentangnya membuat bulu kudukku merinding, dan aku mengingat kembali apa yang dikatakan Viktoria padaku: Yeva sudah pernah bermimpi tentang kedatanganku. Kebun yang ditunjukkan Mark lebih besar daripada yang aku harapkan, dikelilingi oleh pagar yang rimbun dan dibatasi oleh jajaran pepohonan. Daun baru mengantung di pepohonan itu, menutupi hawa panas yang tidak nyaman. Banyak sekali semak dan bunga yang siap untuk mekar, dan disini, disana, tunas yang baru sedang dalam perjalanan menuju kedewasan. Sangat indah, dan aku membayangkan Oksana ikut campur dalam hal ini. Lissa mampu menumbuhkan tumbuhan dengan sihir roh. Mark memberikan isyarat ke arah bangku dari batu. Kami duduk berdampingan dalam diam. “Jadi,” katanya. “Apa yang ingin kau ketahui?” “Wow. Kau tidak membuang-buang waktu.” “Aku tidak melihat adanya perbedaan dalam hal ini. Kau pastilah punya banyak pertanyaan. Aku akan menjawab sebaik yang aku bisa.” “Bagaimana kau bisa tahu?” tanyaku. “Kalau aku juga dicium-bayangan. Kau sudah tahu, kan?” Dia menganguk. “Yeva yang memeberitahukannya pada kami.” Ok, itu mengejutkan. “Yeva?” “Dia bisa merasakan sesuatu .... sesuatu yang sebagian besar dari kita tidak bisa merasakan. Meskipun begitu, dia tidak selalu mengerti apa yang dia rasakan. Dia hanya tahu kalau ada perasaan yang aneh terhadapmu, dan dia hanya pernah merasakan hal tersebut pada satu orang. Jadi dia membawamu kepadaku.” “Kelihatannya dia bisa melakukan semuanya tanpa menyuruhku untuk membawa semua benda-benad rumah tangga itu.” Kata-kata itu membuatnya tertawa. “Jangan diambil hati. Dia hanya mengujimu. Dia ingin melihat apakah kau pantas sebagai pasangan cucunya.” “Apa bedanya? Dimitri sudah meninggal sekarang.” Aku hampir tercekik ketika mengucapkan kalimat itu. “Benar, tapi baginya, hal itu masih penting. Dan omong-omong, dia berpikir kalau kau pantas.” “Dia menunjukkan hal tersebut dengan cara yang lucu. Maksudku, selain membawa ku bertemu denganmu maksudku.” Dia tertawa lagi. “Bahkan tanpa dirinya, Oksana akan tahu siapa dirimu segera setelah dia bertemu denganmu. Menjadi dicium-bayangan membuat kita memiliki efek aura.”

duestinae89.blogspot.com

“Jadi dia bisa melihat aura juga,” aku berguman. “Apalagi yang bisa ia lakukan? Dia pastinya bisa menyembuhkan, atau kau tidak mungkin menjadi dicium bayangan. Apa dia memiliki kompulsi yang hebat? Bisa berjalan dalam mimpi?” Hal itu membuatnya waspada. “Kompulsinya sangat kuat, ya itu memang benar ... tapi apa maksudmu dengan berjalan dalam mimpi?” “Seperti ... dia bisa memasuki pikiran orang lain ketika orang tersebut sedang tidur. Pikiran siapapun – tidak hanya pikiranmu. Kemudian mereka bisa berbicara, seolah mereka benar-benar bertemu. Temanku bisa melakukannya.” Ekspresi Mark menunjukkan kalau ini berita baru baginya. “Temanmu? Belahan-ikatanmu?” Belahan-ikatan? Aku tidak pernah mendengar istilah itu sebelumnya. Terdengar aneh diucapkan, tapi itu menunjukkan sesuatu. “Bukan ... Pengguna sihir roh yang lain.” “Yang lain? Berapa banyak yang kau kenal?” “Tiga, teknisnya. Sebenarnya empat sekarang, termasuk Oksana.” Mark berbalik, menatap kosong ke arah sekelompok bunga berwarana merah muda. “Ada banyak ... menakjubkan. Aku pernah bertemu pengguna sihir roh yang lain, dan itu terjadi beberapa tahun yang lalu. Dia juga terikat dengan penjaganya. Penjaga itu meninggal, dan hal tersebut membuatnya hancur. Dia masih menolong kami ketika Oksana dan aku mencoba mengetahui hal ini.” Aku sering melempar diriku dalam kematianku sendiri selama ini, dan aku takut dengan nasib Lissa. Namun tidak pernah sekalipun aku berpikir bagaimana jadinya pada ikatan itu. Apakah ikatan itu akan berpengaruh pada orang lain? Apakah akan seperti memiliki lubang yang menganga, saat kau menjadi terikat secara dalam dan perasaan dengan orang lain (mencintai orang lain)? “Dia juga tidak pernah menunjukkan kalau ia bisa berjalan dalam mimpi,” lanjut Mark. Dia tertawa kecil lagi, garis persahabatan bercahaya mengitari mata birunya. “Kupikir aku bisa membantumu, tapi mungkin kau berada disini untuk membantuku.” “Aku tidak tahu,” kataku ragu. “Kurasa kalian lebih banyak memiliki pengalaman daripada kami.” “Dimana belahan-ikatanmu?” “Di Amerika.” Aku tidak harus menjelaskan panjang lebar, tapi entah bagaimana, aku harus mengatakan keseluruhan kebenarnya padanya. “Aku ... Aku meninggalkannya.”

duestinae89.blogspot.com

Dia mengerutkan dahi. “Meninggalkan karena kau hanya sedang bepergian? Atau meninggalkannya yang berarti menelantarkannya?” Menelantarkan. Kata itu seperti tamparan di wajahku, dan tiba-tiba, segala yang bisa aku bayangkan adalah hari terakhir ketika aku melihatnya, ketika aku meninggalkannya menangis. “Ada yang harus aku lakukan,” kataku mengelak. “Ya, aku tahu. Oksana sudah mengatakkannya padaku.” “Mengatakan apa?” Sekarang dia ragu. “Dia harusnya tidak melakukannya ... dia mencoba untuk tidak melakukannya.” “Melakukan apa?” aku berseru, tidak nyaman dengan alasan yang tidak bisa aku jelaskan. “Dia, sebenarnya ... dia menyapu pikiranmu. Selama makan tadi.” Aku berpikir lagi dan tiba-tiba teringat rasa geli di dalam kepalaku, rasa panas yang berputar-putar di otakku. “Apa maksudnya sebenarnya?” “Sebuah aura bisa mengatakan kepada pengguna roh tentang kepribadian seseorang. Tapi Oksana bisa menggali lebih dalam lagi, masuk ke dalam dan sebenarnya membaca informasi yang lebih spesifik tentang orang tersebut. Terkadang dia bisa mengikat kemampuan tersebut dengan kompulsi ... tapi hasilnya menjadi sangat, sangat kuat. Dan salah. Itu bukanlah hal yang benar untuk dilakukan kepada orang yang tidak terikat denganmu.” Perlu waktu beberapa saat untukku memproses informasi itu. Baik Lissa maupun Adrian tidak bisa membaca pikiran orang lain. Paling dekat, Adiran hanya bisa datang ke pikiran seseorang, dan itu namanya berjalan dalam mimpi. Lissa tidak bisa melakukannya, bahkan tidak bisa padaku. Aku bisa merasakannya, tapi tidak bisa sebaliknya. “Oksana bisa merasakan ... oh, aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Ada kenekatan dalam dirimu. Kau sedang dalam pencarian. Ada rasa dendam yang sungguh-sungguh yang tertulis di seluruh jiwamu.” Dia tiba-tiba meraih dan mengangkat rambutku, menunjuk pada leherku. “Sesuai seperti yang kupikirkan. Kau belum di sumpah.” Aku menarik kepalaku ke belakang. “Mengapa hal itu menjadi masalah? Seluruh isi kota dipenuhi oleh dhampir yang tidak menjadi pengawal.” Aku masih berpikir kalau Mark adalah pria yang baik, tapi diceramahi selalu membuatku kesal. “Ya, tapi mereka memilih untuk tinggal. Kau ...dan orang-orang sepertimu ... kau selalu waspada terhadap sesuatu. Kau terobsesi memburu Strigoi sendirian, dengan

duestinae89.blogspot.com

kepribadian yang diatur untuk membenarkan hal yang salah bahwa seluruh ras membahayakan kita. Hal itu hanya akan membawa masalah. Aku melihatnya setiap kali.” “Setiap kali?” tanyaku kaget. “Menurutmu mengapa jumlah pengawal semakin berkurang? Mereka pergi agar bisa memiliki rumah dan keluarga. Atau mereka pergi begitu saja sepertimu, masih bertarung tapi tidak diperintah oleh siapapun – kecuali mereka dipekerjakan sebagai bodyguard atau pemburu Strigoi.” “Dhampir dipekerjakan ...” Aku mendadak mulai memahami bagaimana seorang yang bukan bangsawan seperti Abe memiliki banyak pengawal. Sepertinya uang bisa membuat apapun terjadi. “Aku tidak pernah mendengar hal semacam itu sebelumnya.” “Tentu saja tidak. Kau pikir para Moroi dan pengawal yang lain akan membiarkan kebenaran ini tersebar? Berharap hal tersebut bisa membayang-bayangi kenyataan di hadapanmu sebagai sebuah pilihan?” “Aku tidak melihat ada yang salah dalam memburu Strigoi. Kita selalu bertahan, bukan menyerang ketika berhadapan dengan Strigoi. Mungkin jika lebih banyak dhampir yang mau mengejar mereka, mereka tidak akan lagi menjadi masalah.” “Mungkin, tapi ada cara berbeda untuk mewujudkan hal itu, sebagian lebih baik daripada yang lain. Dan ketika kau pergi ke luar seperti kau sekarang – dengan hati yang dipenuhi penderitaan dan rasa dendam? Itu tidak akan menjadi jalan yang terbaik. Itu akan membuatmu tergelincir. Dan pengaruh jahat dari menjadi dicum-bayangan akan semakin memperumit masalah. Aku menyilangkan tangan di depan dadaku dan menatap keras ke depan. “Ya, sepertinya tidak banyak yang bisa aku lakukan tentang pengaruh jahat itu.” Dia berbalik menatapku, ekspresi terkejut sekali lagi. “Mengapa kau tidak meminta belahan-ikatanmu menyembuhkan kegelapan itu darimu?”

duestinae89.blogspot.com

Sebelas AKU MENATAP MARK SELAMA beberapa detik. Akhirnya, dengan bodohnya, aku bertanya, “Apa baru saja kau bilang...menyembuhkan? Mark menatapku dengan keterkejutan yang sama. “Ya, tentu saja. Dia bisa menyembuhkan hal lain kan? Mengapa yang ini tidak bisa?” “Sebab ...” aku mengerutkan dahi. “Hal itu tidak ada gunanya. Kegelapan itu ...semua efek jahat...semua itu datang dari Lissa. Jika dia bisa menyembuhkannya begitu saja, mengapa dia tidak menyembuhkan dirinya sendiri?” “Sebab ketika kegelapan itu berada di dalam dirinya, kegelapan itu sudah terlalu melekat pada dirinya. Terlalu terikat dalam dirinya. Dia tidak dapat menyembuhkannya dengan cara yang biasa ia lakukan ketika ia menyembuhkan jal lain. Tapi ketika belahan jiwamu menarik kegelapannya ke dalam dirimu, kegelapan itu akan menjadi penyakit yang biasa ia sembuhkan.” Jantungku berdegup keras dalam dadaku. Apa yang ia sarankan begitu mudah dan menggelikan. Tidak, hanya menggelikan. Semua it tidak mungkin setelah semua hal yang sduah kami lalui kalau Lissa bisa menyembuhkan amaran dan depresi sama seperti dia melakukannya pada penyakit flu ata kaki yang patah. Victor Dashkov, mengesampingkan rencana jahatnya, sudah mengetahu sejumlah informasi roh dan sudah menjelaskannya kepada kami semua. Empat elemen yang lain lebih berupa elemen fisik dalam kehidupan, tapi elemen roh datang dari pikiran dan jiwa. Menggunakan begitu banyak energi mental – sehingga mampu untuk melakukan sejumlah hal-hal yang mengagumkan – tidak bisa dilakukan tanpa adanya efek yang merusak. Kami sudah bertarung dengan efek-efek jahat itu dari awal, pertama adalah Lissa kemudian kepadaku. Mereka tidak bisa begitu saja menghilang. “Jika semua itu memungkinkan,” kata pelan,” lalu setiapa orang bisa melakukannya. Nona Karp tidak akan kehilangan akal sehatnya. Anna tidak akan bunuh diri. Apa yang baru saja kau katakan terlalu mudah untuk dilakukan.” Mark tidak mengenal siapa saja yang aku bicarakan, tapi jelas orang-orang itu tidak menghalangi apa yang ingin ia ekspresikan. “Kau benar. Tidak mudah sebenarnya. Penyembuhan itu membutuhkan keseimbangan dengan hati-hati, lingkaran kepercayaan dan kekuata dari dua orang. Oksana dan aku perlu waktu lama untuk mempelajari penyembuhan ini ... melewati tahun-tahun yang sulit ...” Wajahnya menggelap, dan aku hanya bisa membayangkan bagaimana kelihatannya tahun-tahun yang sulit itu. Waktuku yang singkat bersama Lissa sudah cukup buruk. Mereka haru hidup dengan semua ini dalam waktu yang lebih lama dari detik-detk yang kami lalui. Sungguh merupakan hari-hari yang tidak tertahankan. Perlahan, mengimajinasikan, aku memberanikan diri untuk mempercayai kata-katanya. “Tapi sekarang kalian baik-baik saja kan?” “Hmm.” Ada kerlipan dalam senyum masam di bibirnya. “Sulit untukku mengatakan kalau kami sudah benar-benar baik-baik saja. Hanya ada beberpa hal yang bisa ia

duestinae89.blogspot.com

lakukan, tapi itu membuat hidup kami lebih teratur. Dia memberikan jarak waktu penyembuhan, dan itu membatasi keseluruhan tenaganya. “Apa maksudmu?” Dia mengangkat bahu. “Dia masih bisa melakukan hal lain ... menyembuhkan, kompulsi ...tapi tidak dalam level yang bisa ia tangan jika ia tidak menyembuhkanku.” Harapanku goyah. “Oh. Kalau begitu ... aku tidak dapat melakukannya. Aku tidak dapat melakukannya pada Lissa.” “Dibandingkan dengan apa yang sudah ia lakukan padamu? Rose. Aku merasa dia berpikir kala ini adalah pertukaran yang adil.” Aku kembali memikirkan pertemuan terakhir kami. Aku mengingat tentang bagaimana aku meninggalkannya disana, mengacuhkan ia yang memohon padaku. Aku mengingat hal-hal rendah yang ia alami dalam ketidakhadiranku. Aku mengingat bagaimana ia menolak menyembuhkan Dimitri ketika aku berpikir kalau masih ada harapan untuk Dimitri. Kami berdua telah menjadi teman yanbg buruk. Aku menggelengkan kepala. “Aku tidak tahu.” kataku dalam suara kecil. “Aku tidak tahu apakan da mau melakukannya.” Mark memberikan tatapan penilaian yang lama, tapi dia tidak mekasaku. Dia melirik ke arah matahari, hampir seperti mengatakan jam berapa dengan cara itu. dia mungkin memang melakukannya. Dia pernah memiliki perasaan berjuang dalam kegilaan dalam dirinya. “Yang lain akan bertanya-tanya apa yang sedang kita lakukan. Sebelum kita pergi ...” Dia merogoh sakunya dan menarik sebuah cincin perak kecil dengan bentuk yang sederhana. “Mempelajari penyembuhan itu akan memakan waktu yang lama. Yang paling membuatku khawatir adalah suasana hatimu yang selalu waspada. Kegelapan itu hanya akan membuat hal itu semakin buruk. Ambil ini.” Dia mengulurkan cincin itu padaku. Aku ragu-ragu dan kemudian aku meraihnya. “Apa ini?” “Oksana memasukkan sihir roh ke dalam cincin ini. Ini jimat penyembuh.” Sekali lagi, rasa kaget menyerangku. Selalu saja, benda jimat dari Moroi dengan elemen di dalamnya. Pasak di isi dengan keempat sihir elemen kehidupan, membuat mereka menjadi benda yang mematikan bagi Strigoi. Victor juga menyihir sebuah kalung dengan sihir tanah, menggunakan dasar alam dari tanah untuk mengubah kalung itu menjadi jimat gairah. Bahkan tato milik Sydney juga merupakan semacam jimat. Aku mengira kalau tidak ada alasan bagi roh untuk tidak bisa membuat benda jimat juga, tapi hal itu tidak pernah terpikir olehku sebelumnya, mungkin karena kekuatan Lissa masih terlalu baru dan terlalu asing. “Apa yang bisa dilakukan benda ini? Maksudku, penyembuhan seperti apa?”

duestinae89.blogspot.com

“Ini menolongmu mengendalikan suasana hatimu. Benda ini tidak bisa menghilangkannya, tapi ini bisa mengurangi efeknya – menolongmu untuk berpikir lebih jernih. Memungkinkan mu untuk terhindar dari masalah. Oksana membuatkan ini untukku untuk menolongki saat masa penyembuhan.” Aku hendak memakainya di jariku, tapi ia menggelengkan kepalanya. “Simpan ini untuk saat dimana kau merasa tidak dapat mengendalikan dirimu lagi. Sihirnya tidak bisa bertahan selamanya. Sihirnya akan memudar sama seperti jimat yang lain.” Aku menatap cincin itu, pikiranku tiba-tiba terbuka berbagai kemungkinan baru. Beberapa saat kemudian, aku memasukkannya kedalam saku jaketku. Paul menjulurkan kepalanya dari balik pintu. “Nenek ingin pergi sekarang,” katanya padaku. “Dia ingin tahu mengapa kau begitu lama dan dia bertanya mengapa kau membuat seseorang setua dia menunggu dan menderita dengan punggungnya.” Aku mengingat seberapa cepat Yeva berjalan ketika aku bertahan untuk mengikutinya bersama barang-barang bawaanku. Punggungnya tidak terlihat buruk bagiku, tapi lagi, aku ingat kalau Paul hanyalah penyampai pesan dan aku mengurangi komentarku terhadapnya. “Ok, aku akan segera kesana.” Ketika Paul mengilang, aku menggelengkan kepalaku. “Sulit untuk menjadi berharga.” aku bergerak ke arah pintu, kemudian melirik ke arah Mark, pikiran acak mengaliriku. “Kau mengatakan padaku kalau melakukan apa yang dhampir disini lakukan adalah hal buruk ...tapi kau juga bukan penjaga.” Dia tersenyum padaku lagi, satu dari senyum yang menyiratkan kesedihan, senyuman masam. “Dulu aku pernah menjadi penjaga. Kemudian Oksana menyelamatkan nyawaku. Kami terikat dan bahkan saling jatuh cinta. Aku tidak bisa terpisah darinya setelah itu, dan para penjaga juga sudah memecatku. Aku harus pergi.” “Apakah sulit meninggalkan mereka?” “Sangat. Perbedaan usia kami semakin membuat hubungan kami menjadi skandal.” Rasa dingin mengaliri diriku. Mark dan Oksana adalah perwujudan dari dua bagian kehidupanku. Mereka berjuang melawan ikatan dicium bayangan sama seperti Lissa dan aku lakukan dan juga menghadapi hukuman untuk hubungan mereka seperti apa yang aku dan Dimitri rasakan. Mark melanjutkan, “Tapi terkadang, kita harus mendengarkan hati kita. Dan meskipun aku harus pergi, aku tidak beradadi luar sana meresikokan diriku sendiri mengejar Strigoi. Itu berbeda – jangan lupakan hal itu.” Pikiranku terhuyung-huyung ketika aku kembali ke rumah Belikov. Tanpa batu bata, perjalanan pulang terasa lebih mudah. Memberikanku kesempatan untuk

duestinae89.blogspot.com

merenungkan kata-kata Mark. Aku merasa seperti menerima informasi seumur hidup dalam percakapan satu jam. Olena sedang berada dalam rumah, mengerjakan tugas-tugas normalnya, memasak dan bersih-bersih. Saat aku dengan jujur tidak pernah ingin menghabiskan hari-hariku melakukan sejenis perkerjaan rumah tangga seperti itu, aku harus mengakui kalau ada sesuatu yang menenangkan ketika selalu memiliki seseorang di sekitarmu, siap untuk memasak dan mengkhawatirkanku untuk hal-hal dasar sehari-hari. Aku tahu kalau ini murni hasrat yang egois, karena aku tahu kalau ibu kandungku sedang melakukan hal-hal penting dalam hidupnya. Aku tidak seharusnya menghakiminya. Namun, merasakan Olena memperlakukan seperti anak perempuanya sendiri ketika dia sudah mengetahui siapa diriku, membuatku merasakan apa itu kehangatan dan perhatian . “Apa kau lapar?” ia secara otomatis bertanya padaku. Kurasa satu dari ketakutan terbesar dalam hidupnya adalah jika seseorang mungkin kelaparan di dalam rumahnya. Kebiasaan Sydney yang selalu terlihat tidak nafsu makan telah menjadi kekhawatiran Olena tanpa henti, Aku menyembunyikan senyumanku. “tidak, kami sudah makan di rumah Mark dan Oksana.” “Ah, dari sana kau ternyata? Mereka adalah orang-orang yang baik.” “Dimana semua orang?” tanyaku. Rumah ini sepi, tidak seperti biasanya. “Sonya dan Karolina bekerja. Viktoria pergi ke rumah temannya, tapi dia akan senang karena kau sudah kembali.” “Bagaimana dengan Sydney?” “Dia baru pergi beberapa saat yang lalu. Dia bilang dia kembali ke Saint Petersburg.” “Apa?” aku berseru. “Pergi demi kebaikan? Hanya seperti itu?” Sydney memiliki sifat yang agak kasar, tapi ini terlalu kasar bahkan untuk orang seperti dia. “Para alkemis ... sebenarnya, merekalah yang selalu membuat rencana.” Olena memberikan sepoton kertas. “Dia meninggalkan ini untukmu.” Aku mengambil catatan itu dan buru-buru membukanya. tulisan Sydney sangat rapi dan teratur. Entah bagaimana hal ini tidak mengejutkanku.

Rose,

Aku minta maaf aku harus pergi begitu cepat, tapi ketika Alkemis

menyuruhku untuk melompat ... yah, aku lompat. Aku menumpang sebuah

kendaraan kembali ke kota petani tampat kita pernah tinggal waktu itu jadi

aku bisa mengambil si ‘Bencana Merah’, dan kemudian aku akan sampai ke

Saint Petersburg. Rupanya, setelah sekarang kau sudah diantarkan ke Baia,

mereka tidak ingin aku berada disini lagi.

Aku berharap aku bisa mengatakan lebih banyak tentang Abe dan apa

yang ia inginkan padamu. Meskipun aku dizinkan pun, tidak cukup banyak hal

yang dikatakan. Dalam beberapa hal, dia sama misteriusnya bagiku. Seperti

duestinae89.blogspot.com

yang selalu kukatakan, sebagian besar bisnis yang ia lakukan adalah ilegal – baik

diantara manusia maupun kaum Moroi. Saat-saat ia secara langsung

berhubungan dengan oran lain adalah ketika ada sesuatu yang berhubungan

dengan bisnis – atau kalau ada kasus yang sangat, sangat spesial. Kupikir kau

adalah satu dari kasus itu, dan meskipun dia tidak berniat untuk

mencelakaimu, dia mungkin ingin menggunakanmu untuk kepentingan dirinya

sendiri. Bisa jadi keinginannya sesederhana seperti menginginkanmu untuk

dikontrak sebagai penjaganya, melihat dirimu yang begitu liar. Mungkin dia

ingin menggunakan dirimu untuk mendapatkan seseorang. Mungkin ini semua

adalah bagian dari rencana orang lain, seseorang yang bahkan lebih misterius

dari dirinya. Mungkin dia sedang melakukan kepentingan seseorang. Zmey bisa

jadi sangat berbahaya atau sejenisnya, semua itu tergantung dengan apa yang

sedang ia kerjakan.

Aku tidak pernah berpikir aku cukup peduli untuk mengatakan hal ini

kepada seorang dhampir, tapi berhati-hatilah. Aku tidak tahu apa rencanamu

sekarang, tapi aku punya firasat kalau masalah sedang mengikutimu. Hubungi

aku jika ada sesuatu yang bisa kubantu, tapi jika kau kembali ke kota untuk

berburu Strigoi, jangan tinggalkan mayat lagi tanpa dibersihkan!

Untuk semua yang terbaik,

Sydney

P.S. “Si Bencana Merah’ adalah nama yang kuberikan pada mobil itu.

P.P.S. Hanya karena aku menyukaimu, itu tidak berarti aku berhenti

menganggapmu sebagai makhluk jahat dari malam. Karena kau memang seperti

itu.

Nomor ponselnya tertera di bagian bawah, aku tidak bisa menahan senyumku membaca surat itu. Karena kami menumpang Abe dan para pengawalnya saat ke Baian, Sydney harus meninggalkan mobilnya, yang mana membuatnya trauma hampir sama banyaknya dengan rasa traumanya terhadap Strigoi. Kuharap para Alkemis membiarkannya memiliki mobil itu. Aku menggelengkan kepalaku, lebih memilih geli ketimbang memikirkan peringatannya terhadap Abe. Si Bencana Merah. Saat aku menaiki tangga ke arah kamarku, senyumku memudar. Mengesampingkan sikapnya yang kasra, aku akan merindukan Sydney. Dia mungkin tidak bisa disebut sebagai teman – atau begitukan ia? – dalam waktu yang singkat ini, aku akan menghargainya selama sepanjang hidupku. Aku tidak punya banyak hal

duestinae89.blogspot.com

seperti itu lagi yang tersisa. Aku merasa terapung-apung, tidak yakin akan hal yang akan ku lakukan. Aku datang kesini untuk membawa kedamaian bagi Dimitri dan hanya berakhir dengan membawa kesedihan bagi keluarganya. Dan meskipun apa yang dikatakan setiap orang benar, aku tidak akan menemukan banyak Strigoi disini, di Baia. Entah bagaimana, aku tidak bisa membayangkan Dimitri, berkeluyuran di jalanan dan perkebunan untuk memangsa sesekali. Meskipun sebagai Strigoi – dan kata itu membunuhku hanya dengan memikirkannya saja – Dimitri pastilah memiliki tujuan. Jika dia sama sekali tidak kembali untuk melihat keluarganya di kampung halamannya, kemudian dia melakukan hal-hal klain yang lebih berguna – sebanyak yang bisa dilakukan Strigoi. Komentar Sydney di catatan membuktikan apa yang selalu aku dengar terus menerus: Strigoi ada di kota. Tapi kota mana? Dimana Dimitri berada? Sekarang aku lah yang tidak memiliki tujuan. Di atas semuanya, aku mengulang kata-kata Mark. Apakah aku berada dalam misi gila? Apakah aku sudah bertindak bodoh dengan mengejar kematianku sendiri? Atau aku bertindak bodoh mengajar .... hal yang tidak ada? Apakah aku konyol menghabiskan sisa hariku dengan keluyuran? Sendirian? Duduk di tampat tidurku, aku merasa suasana hatiku terjungkir balik dan aku tahu aku harus mengalihkan pikiranku sendiri. Aku terlalu mudah terkena emosi gelap selama Lissa menggunakan sihir roh; aku tidak perlu untuk semakin mendorong mereka keluar. Aku memakai cincin yang diberkan Mark padaku, berharap benda ini akan membawa semacam kejernihan dan ketenangan padaku. Aku tidak merasakan perbedaan, dan memutuskan untuk mencari kedamaian dari tempat yang sama yang selalu aku lakukan: pikiran Lissa. Dia bersama Adrian, dan mereka berdua sedang berlatih sihir roh lagi. Setelah beberapa benjolan awal di dalam prosesnya, Adrian sedang membuktikan kecepatan belajarnya dalam hal menyembuhkan. Itu adalah saat pertama kalinya dari kekuatan Lissa untuk ditunjukkan, dan hal ini selalu membuatnya kesal kalau melihat Adrian membuat kemajuan dengan apa yang ia ajarkan dibandingkan sebaliknya. “Aku akan memberikan banyak hal untuk kau sembuhkan,” katanya, meletakkan tanaman kecil dalam pot di atas meja. “Kecuali kita mulai mengoyak-ngoyak mangsa atau sesuatu.” Adrian tersenyum. “Aku pernah menggoda Rose dengan kata-kata itu, bagaima aku bisa membuanya kagum dengan menyembuhkan hal yang diamputasi atau sesuatu yang sama tidak jelasnya.” “Oh, dan aku yakin dia mempunyai tanggapan yang cerdas untukmu setiap kali kau menggodanya.” “Ya, ya, dia memang melakukannya,” wajah Adrian terlihat begitu mengasihi ketika dia mengingat kembali memori itu. Ada sebagian kegilaan dari diriku yang selalu penasaran untuk mendengar apa yang mereka bicarakan tentang ku .... meskipun diwaktu yang sama, aku selalu merasa bersalah saat ada getar kesedihat saat namaku disebutkan. Lissa mengerang dan merenggangkan tubuhnya di karpet lantai. Mereka ada di kursi panjang di asrama, dan jam tidur segera tiba, “Aku ini berbicara padanya, Adrian.”

duestinae89.blogspot.com

“Kau tida bisa melakukannya,” katanya. Ada nada serius yang tidak biasa di dalam suaranya. “Aku tahu dia masih memeriksa ke dalam pikiranmu - dan itu adalah cara palingdekat untuk bisa berbicara dengannya. Dan sejujurnya? Itu tidaklah begitu buruk. Kau bisa mengatakan langsung bagaimana perasaanmu dengan jelas padanya.” “Ya, tapi aku ingin mendengar ia berbicara balik padaku seperti yang kau lakukan dalam mimpimu.” Ini membuatnya tersenyum lagi. “Dia cukup banyak berbicara, percayalah padaku.” Lissa duduk tegak. “Lakukan sekarang.” “Melakukan apa?” “Pergi kunjungi mimpinya. Kau selalu mencoba menjelaskannya padaku, tapi aku tidak pernah benar-benar melihatnya. Biarkan aku melihatnya.” Dia menatap diam, kehilangan kata-kata. “Itu sejenis aktivitas seks yang tidak normal.” “Adrian! Aku ingin mempelajarinya, dan kita sudah mencoba berbagai hal. Aku bisa merasakan sihir disekelilingmu kadang-kadang. Lakukan saja, ok?” Adrian mulai memprotes lagi tapi kemudian menahan komentarnya setelah mempelajari wajah Lissa beberapa saat. Kata-kata Lissa sangat tajam dan menuntut – sangat tidak berkarakter untuk orang seperti Lissa. “Ok. Aku akan mencobanya.” Pada akhirnya, seluruh ide agar Adrian mencoba untuk masuk ke dalam kepalaku saat aku sedang melihatnya melalu kepala Lissa adalah hal yang tidak mungkin. Aku tidak terlalu yakin apa yang bisa diharapkan dari Adrian. Aku selalu bertanya-tanya apakah ia harua jatuh tidur atau paling tidak menutup matanya untuk melakukannya. Tapi sepertinya tidak. Dia malahan menatap diam, matanya menjadi kosong saat pikirannya meninggalkan dunia disekelilingnya. Melalui mata Lissa, aku bisa merasakan sebagian sihir terpancar dari dirinya dan auranya, dan Lissa mencoba menganalisa setiap helainya. Lalu, tanpa peringatan, semua sihir itu menghilang. Dia mengerjap dan menggelengkan kepala. “Maaf. Aku tidak bisa melakukannya.” “Mengapa tidak?” “Mungkin karena ia sedang bangun. Apa kau belajar sesuatu dari melihat?” “Sedikit. Mungkin akan lebi berguna jika kau benar-benar menghubunginya.” Lagi, Lissa mengeluarkan nada marahnya. “Dia bisa berada dimana saja di dunia ini kau tahu, dalam jam waktu mana pun.” Suaranya melemah karena menguap. “Mungkin kita bisa mencoba di jam berbeda. Aku bisa menemuinya .... sebenarnya, hampir sama dengan jam sekarang. Atau terkadang aku medapatkannya di pagi buta.”

duestinae89.blogspot.com

“Dia bisa jadi bisa ditemui sebentar lagi,” kata Lissa. “Atau dalam jadwal siang manusia di beberapa bagian di dunia.” Rasa antusias Lissa menurun. “Benar. Itu juga.” “Bagaimana bisa kalia tidak pernah terlihat sedang melakukan sesuatu?” Christian berjalan memasuki ruangan, terlihat geli melihat Lissa duduk di lantai dan Adrian yang tergeletak di atas sofa. Berdiri di belakann Christian, seseorang yang tidak pernah kupikirkan bisa aku lihat segera. Adrian, yang bisa mendeteksi wanita bermil-mil jauhnya, juga mendadak menyadari pendatang baru di ruangan itu. “Dimana kau dapatkan gadis di bawah umur itu?” tanyanya. Christian memberi tatapan peringatan pada Adrian. “Ini Jill.” Jill Mastrano membiarkan dirinya di dorong ke depan, mata hijau terangnya tidak memungkinkan selebar itu saat ia melihat ke sekelilingnya. “Jill, ini Lissa dan Adrian.” Jill adalah satu dari orang-orang terakhir yang kuharapkan bisa terlihat disini. Aku pernah bertemu dengannya beberapa bulan yang lalu. Dia di kelas sembilan, yang berarti dia berada disini di kampus atas di musim gugur. Dia memiliki bantuk tubuh super-ramping yang sama seperti yang dimiliki Moroi kebanyakan, tapi tubuhnya itu dipasangkan dengan tinggi yang mengagumkan bahkan dengan standar vampir. Itu membuatnya semakin ramping. Rambutnya cokelat muda bergelombangnya terurai di tengah-tengah punggungnya dan akan sangan terlihat cantik – jika dia belajar bagaimana menatanya dengan pantas. Untuk sekarang, terlihat acak-acakan, dan keseluruhan kesanya – sebenarnya imut – terlihat canggung. “H-hai,” katanya, menatap dari satu wajah ke wajah yang lain. Sejauh yang ia perhatikan, orang-orang ini adalah para selebritis kelas atas kaum Moroi. Dia hampir pingsan ketika pertama kali dia bertemu denganku dan Dimitri, terima kasih pada reputasi kami. Dari ekspresinya sekarang, dia tengah berada dalam kondisi yang sama. “Jill ingin belajar bagaimana menggunakan kekuatannya untuk kebaikan daripada melawan setan,” kata Christian dengan sebuah kedipan yang berlebihan. Itu adalah leluconnya untuk emnagatakn kalau Jill ingin belajar bagaimana berkelahi dengan menggunakan sihirnya. Dia pernah mengekspresikan ketertarikannya itu padaku, dan kukatakan padanya untuk menemui Christian. Aku senang dia memberanikan diri untuk mengikuti nasihatku. Christian adalah seleb kampus juga, sekalipun ia termasuk dari yang tidak terkenal. “Anggota baru lagi?” tanya Lissa, menggoyang-goyangkan kepalanya. “Kupikir kau akan bisa mempertahankan yang satu ini?” Jill menatap Christian bingung. “Apa maksudnya?” “Setelah penyerangan, banyak orang yang berkata kalau mereka ingin belajar bertarung dengan sihir,” jelas Christian. “Jadi mereka menemuiku, dan kami bekerja

duestinae89.blogspot.com

sama ... sekali dua kali. Kamudian setiap orang mulai menghilang sekali latihannya mulai keras, dan kemudian menyadari kalau mereka harus terus berlatih.” “Itu tidak menolong, kau memang guru yang kejam,” tuduh Lissa. “Dan jadi sekarang kau merekrut beberapa anak-anak,” kata Adrian sungguh-sungguh. “Hey,” kata Jill marah. “Aku empat belas tahun.” Tiba-tiba dia bersemangat memberanikan diri berbicara dengan tegas pada Adrian. Adrian menggap hal itu lucu, seperti yang biasa ia lakukan pada hal lain. “Salahku,” kata Adrian. “Apa elemenmu?” “Air.” “Api dan air, ya?” Adrian meraih kedalam sakunya dan menarik selembar uang seratus dollar. Dia melambaikannya dan berbicara langsung. “Sayang, aku akan memberimu sebuah perjanjian. Jika kau bisa membuat se ember air muncul dan menumpahkannya di atas kepala Christian, aku akan memberikan mu ini.” “Kutambahkan sepuluh.”tawa Lissa. Jill terlihat tegang, tapi aku menduga hal itu karena Adria memanggilnya „sayang‟. Aku sering mengabaikan apa yang dilakukan Adrian sehingga mudah bagiku untuk lupa kalau ia adalah lelaki yang seksi.Christian mendorong Jill menuju pintu. “Abaikan mereka. Mereka hanya iri karena pengguna roh tidak bisa pergi menyerang di dalam pertarungan seperti yang bisa kita lakukan.” Dia berlutut ke arah Lissa di lantai dan memberinya ciuman singkat. “Kami berlatih dia ruang atas, tapi aku harus mengantarnya pulang sekarang. Ketemu besok lagi ya.” “Kau tidak perlu melakukannya,” kata Jill. “Aku bisa pulang sendiri . Aku tidak ingin menyebabkan masalah.” Adrian berdiri. “Kau tidak perlu pulang sendiri. Jika ada seseorang yang akan maju dan menjadi ksatrian dengan baju baja berkilau disini, dia pastilah diriku. Aku akan mengantarkanmu dan meninggalkan burung-burung cinta ini dia sarang burung cinta mereka.” Dia memberikan hormat dengan cara membungkuk pada Jill. “Mari?” “Adrian –“ kata Lissa, nada yang tajam dalam suaranya. “Oh ayolah,” kataya, memutar matanya. “Toh aku juga harus kembali – kalian berdua tidak ada gunanya saat jam malam dimulai. Dan sejujurnya, berikan aku sedikit kepercayaan disini. Aku juga punya batas.” Dia memberi kan tatapan penuh arti pada Lissa, satu berarti mengatakan pada Lissa kalau dia idiot karena berpikir Adrian akan menggoda Jill. Lissa menatap Adrian selama beberapa saat dan sadar kalaupria itu benar. Adrian dulunya memang bajingan dan tidak pernah menjadikan ketertarikannya padaku sebagai sebuah rahasia, tapi mengantarkan Jill ke rumah bukanlah bagian dari godaan menyenangkan. Dia benar-benarn ingin bersikap baik. “Baiklah,” kata Lissa. “Aku akan menjumpaimu besok. Senang bertemu denganmu, Jill.”

duestinae89.blogspot.com

“Aku juga,” sahut Jill. Dia memberanikan diri tersenyum pada Christian. “Terimakasih lagi.” “Kau sebaiknya menunjukkan keahlianmu di latihan kita berikutnya,” Christian memperingatkan. Adrian dan Jill mulai melangkah pergi dari pintu, saat Avery masuk melaluinya. “Hey, Adrian.” Avery memberikan Jill sekali lirikan. “Siapa gadis di bawah umur mu ini?” “Bisakah kalian berhenti memanggilku seperti itu?” seru Jill. Adrian menunjuk pada Avery. “Hush. Aku akan beurusan denganmu nanti, Lazar.” “Aku jelas mengharapkan hal itu juga,” dia berbicara dengan suara berirama. “Aku akan membiarkan pintunya tidak terkunci.” Jill dan Adrian pergi, dan Avery duduk didekat Lissa. Dia terlihat cukup mabuk, tapi Lissa tidak mencium bau alkohol dari dirinya. Lissa dengan cepat mempelajari kalau sebagian dari diri Avery selalu gembira dan riang, tidak menghiraukan keadaannya yang mabuk. “Apakah kau sungguh-sungguh mengundang Adrian ke kamarmu nanti?” tanya Lissa. Dia berbicara untuk menggoda nya tapi seseungguhnya ia sedang mereka-reka apakah ada sesuatu yang terjadi pasa mereka berdua. Dan ya, itumembuat kami berdua penasaran. Avery mengangkat bahu. “Aku tidak tahu. Mungkin. Terkadang kami bersama saat kalian berdua bermain di tempat tidur kalian. Kau tidak cemburukan?” “Tidak,” Lissa tertawa. “Hanya penasaran. Adrian adalah cowok yang baik.” “Oh?” tanya Christian. “Defenisi „baik‟.” Avery merengkuh tangan Lissa dan mulai memeberi tanda centang pada setiap kata yang ia sebutkan dengan jari-jarinya. “Ketampananya menghancurkan, lucu, kaya, berkeluarga dengan sang ratu ...” “Kau sudah memilih warna baju pengantinmu?” tanya Lissa, masih dengan tertawa. “Belum,” sahut Avery. “Aku masih menguji airnya. Aku sedang mengira-ngira dia bisa menjadi mudah untuk diikat dengan ikat pinggang Avery Lazar, tapi dia itu cowok yang sulit dibaca.” “Aku sungguh tidak ingin mendengar hal ini,” kata Christian. “Terkadang dia bertingkah seolah mencintai mereka dan meninggalkan mereka. Di waktu yang lain, dia muram seolah sedang patah hati dengan cara yang romantis.” Lissa bertukar lirikan penuh arti dengan Christian saat Acery tidak menangkapnya ketika ia sedang asik bicara. “Ngomong-ngomong, aku tidak berada disini untuk berbicara tentang dia. Aku disini untuk mengatakan tentang kau dan aku meninggalkan tempat ini.” Avery melingkarkan tangannya pada Lissa yang hampir jatuh terbaring.

duestinae89.blogspot.com

“Pergi dari mana? Dari asrama?” “Tidak. Dari sekolah ini. Kita akan pergi dalam acara liar akhir minggu di istana.” “Apa, akhir minggu ini?” Lissa merasa dia berada tiga langkah di belakang, dan aku tidak menyalahkannya. “Mengapa?” “Sebab itu hari Paskah. Dan yang mulia ratu merasa kalau hal itu akan menjadi „indah‟ jika kau bisa mergabung dengannya dalam liburan kali ini.” Suara Avery terdengar agung dan tinggi. “Dan, sejak aku bergaul denganmu, Ayah memutuskan kalau aku telah bersikap baik sekarang.” “Bajingan yang nggak sadar, kasihan,” Christian mengeluh. “Jadi dia bilang aku bisa pergi denganmu.” Avery melirik Christian. “Kau juga bisa pergi, kurasa. Sang Ratu bilang Lissa boleh membawa seorang teman – dengan tambahan diriku, tentu saja.” Lissa menatap wajah Avery yang berseri-seri dan tidak membagi rasa antusianya padanya. “Aku benci kalau harus pergi ke istana. Tatiana hanya terus menyuruh-nyuruh, mengatakan apa yang ia pikirkan seolah itu adalah nasihat yang berguna. Rasanya selalu mebosankan dan menyedihkan sekarang.” Lissa tidak menambahkan kalau dia pernah sekali merasa istana itu menyenangkan – ketika aku pergi bersamanya. “Itu karena kau belum pergi denganku. Aku akan menjadi terobosan! Aku tahu dimana semua hal-hal menyenangkan. Dan aku bertaruh Adrian juga akan datang. Dia bisa mendorong jalannya ke hal apapun. Ini akan menjadi semacam kencan ganda.” Perlahan, Lissa mulai mengakui kalau kali ini akan menjadi menyenangkan. Dia dan aku pernah menemukan sedikit „hal menyenangkan‟ yang tersembunyi dari permukaan mengkilap dalam kehidupan istana. Setiap kunjungannya yang lainnya sama saja seperti yang ia gambarkan – pengap dan dan berbau bisnis. Tapi sekarang, pergi dengan Christian dan Avery yang liar dan spontan? Akan menjadi hal yang potensial. Hingga Christian mengacaukannya. “Well, jangan hitung aku dalam daftar yang ikut,” katanya. “Jika kau hanya bisa membawa satu orang, bawalah Jill.” “Siapa?” tanya Avery. “Gadis di bawah umur,” jelas Lissa. Dia menatap Christian dengan heran. “Demi Tuhan mengapa aku harus membawa Jill? Aku baru bertemu dengannya.” “Sebab dia sebenarnya serius mempelajari bagaimana mempertahankan diri. Kau harus memperkenalkan ia kepada Mia. Mereka sama-sama pengguna air.” “Benar,” kata Lissa mengerti. “Dan fakta kalau kau membenci acara di istana tidak bisa diubah?” “Well....” “Christian!” Lissa mendaka menjadi marah. “Mengapa kau tidak melakukan ini untukku?”

duestinae89.blogspot.com

“Karena aku benci cara Ratu jalang itu menatapku,” katanya. Lissa masih belum merasa yakin. “Ya, tapi ketika kita lulus, aku akan tinggal disana. Kau juga akan pergi ke sana.” “Ya, well, kalau begitu anggap kau memberi liburan awal untukku.” Rasa kesal Lissa tumbuh. “Oh, aku mengerti sekarang. Aku harus menerima semua ucapan sampah selama ini, tapi kau tidak mau pergi untukku.” Avery melirik mereka dan berdiri. “Aku akan meninggalkan kalian anak-anak untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara kalian. Aku tidak peduli apakah si gadis di bawah umu atau Christian yang akan pergi, selama kau ada disana Lissa.” Dia manatap tajam ke arah Lissa. “Kau akan pergi, kan?” “Ya, aku akan pergi.” Jika apapun dari penolak Christian mendadak memacu Lissa lebih jauh. Avery menyeringai. “Menakjubkan. Aku akan pergi duluan dari sini, tapi kalian berdua haruslah berciuman dan berbaikan setelah aku pergi.” Kakak Avery, Reed tiba-tiba muncul di pintu. “Apa kau siap?” Reed bertanya pada Avery. Setiap kali dia berbicara, suaranya selalu terdengar seperti sebuah omelan. Avery memberikan sekilas tatapan kemenangan. “Lihat? Kakakku yang sopan, datang menjemputku sebelum ibu asrama mulai meneriakiku untuk pergi. Sekarang Adrian harus menemukan cara baru yang lebih menarik untuk membuktikan jiwa ksatrianya.” Reed tidak terlihat angat sopan ataupu ksatria, tapi kurasa dia sungguh baik mau menjemput dan mengantar Avery ke kamarnya. Pemilihan waktunya selalu saja menakutkan sebenarnya. Mungkin Avery benar tentang kakanya itu, dia tidaklah seburuk yang orang-orang pikirkan. Segera seteal Avery pergi, Lissa mengambalikan perhatiannya pada Adrian. “Apa kau benar serius menyuruhku membawa Jill daripada membawamu?” “Yep,” sahut Christian. Dia mencoba untuk berbaring di pangkuan Lissa, tapi Lissa mendorongnya menjauh. “Tapi aku akan menghitung setiap detiknya sampai kau kembali.” “Aku tidak percaya kau menganggap semua ini lelucon.” “Aku tidak menganggapnya seperti itu,” katanya. “dengar, bukan maksudku untuk tidak mau bekerjasama denganmu, Ok? Tapi sungguh ... aku hanya tidak ingin berurusan dengan segala macam hal yang berhubungan dengan drama istana. Dan ini akan bagus untuk Jill.” Dia cemberut. “Kau tidak punya masalah untuk menolak dia kan?” “Aku bahkan tidak mengenalnya,” sahut Lissa. Dia masih marah – sangat marah dari apa yang aku harapkan, yang artinya sangat aneh. Christian menggenggam tangan Lissa, dengan wajah yang seriur. Mata biru yang dicintai Lissa mampu meredakan sedikit kemarahan dalam diri Lissa.

duestinae89.blogspot.com

“Kumohon, aku tidak sedang mencoba membuatmu marah. Jika hal ini benar-benar penting ....” Hanya seperti itu, kemarah Lissa merebak hilang. Rasanya mendadak, seperti ada semacam tombol perubah. “Tidak, tidak. Aku tidak maslaah membawa Jill – meskipun aku tidak yakin apakah dia akan bergabung dengan kami dan melakukan apapun yang ada dalam pikiran Avery.” “Berikan Jill pada Mia. Dia akan menjaganya di akhir minggu itu.” Lissa mengangguk, bertanya-tanya mengapa Christian begitu tertarik pada Jill. “Ok. Tapi kau tidak melakukan hal ini karena kau tidak menyukai Avery kan?” “Tidak, aku suka Avery. Dia membuatmu lebih banyak tersenyum.” “Kau yang membuatku tersenyum.” “Itulah kenapa kutambahkan kata „lebih‟.” Christian mencium tangan Lissa dengan lembut. “Kau menjadi begitu bersedih setelah kepergian Rose. Aku senang kau mau bergaul dengan orang lain – maksudku, semua kebutuhan yang tidak bisa kaudapatkan dariku.” “Avery bukan pengganti Rose,” jawab Lissa cepat. “Aku tahu. Tapi dia mengingatkan ku pada Rose.” “Apa? Mereka tidak memiliki kesamaan sedikit pun.” Christian menegakkan tubuhnya dan duduk di samping Lissa, mengistirahatkan wajahnya di pundak Lissa. “Avery seperti Rose dulu, sebelum kalian berdua pergi.” Baik Lissa maupun aku terhenti sejenak merenungkan hal itu. Apakah dia benar? Sebelum kekuatan roh Lissa mulai nampak, dia dan aku hidup dalam gaya hidup gadis pesta. Dan ya, separuhnya dari waktu itu, akulah yang selalu memberikan ide gila untuk menemukan waktu yang menyenangkan dan membuat kami masuk dalam masalah. Tapi apakah aku benar-benar terlihat seperti Avery kala itu? “Tidak akan ada Rose yang lain,” kata Lissa sedih. “Tidak,” Christian membenarkan. Dia memberikan ciuman singkat dan lembut di bibirnya. “Tapi akan terus ada teman baru.” Aku tahu dia benar, tapi aku tidak bisa menolak untuk merasa sedikit cemburu. Aku juga tidak bisa menghentikan sedikit rasa khawatirku. Semburan kemaran singkat yang dialami Lissa sejenis kesedihan. Aku bisa memahami betapa ia berharap Christian bisa menemaninya, tapi tingakh sedikit menyebalkan – dan rasa-hampir-cemburunya pada Jill pun juga aneh. Lissa tidak punya alasan untuk meragukan perasaan Christian, jelas tidak perlu apalagi pada seseorang seperti Jill. Suasana hati Lissa mengingatkanku pada diriku dulu. Lebih banyak terlihat karaena dia terlalu lelah, tapi sebagian firasatku – mungkin ini bagian dari ikatan kami – mengatakan padaku ada sesuatu yang salah pada dirinya. Seperti sensai yang cepat berlalu, yang tidak bisa aku benar-benar pahami, seperti air yang mengalis di jari-jariku. Namun, firasatku selalu benar sebelumnya, dan kuputuskan untuk lebih sering memeriksa keadaan Lissa. __

duestinae89.blogspot.com

Dua Belas MERASA DITINGGALKAN LISSA dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, dan tanpa adanya rencana aksi selanjutnya, aku praktis melanjutkan hidup dengan tetap tinggal bersama keluarga Belikov untuk beberapa hari berikutnya. Aku jatuh dalam rutinitas normal mereka, lagi-lagi aku kaget dengan bagaimana mudahnya aku melakukannya. Aku berusaha keras untuk membuat diriku berguna, melakukan tugas sehari-hari yang mereka izinkan untuk kulakukan dan bahkan sampai melakukan hal yang begitu jauh dari bayanganku dengan menjaga bayi (sesuatu yang tidak membuatku nyaman, mengingat sebagai calon penjaga, aku tidak memiliki waktu lebih untuk melakukan perkejaan paruh waktu selesai sekolah sebagai pengasuh bayi). Yeva mengawasiku sepanjang waktu, tidak pernah mengatakan apapun tapi selalu terlihat seolah dia tidak setuju. Aku tidak yakin apakah ia menginginkan aku pergi atau apakah memang begitu ia selalu terlihat. Namun yang lain tidak pernah menanyaiku sama sekali. Mereka terlihat senang memiliku di sekitar mereka dan membuatnya semaki tampak jelas di setiap kali mereka melakukan sesuatu. Viktoria khususnya, yang merasa bahagia. “Aku berharap kau bisa kembali ke sekolah bersama kami,” kata Viktoria suatu malam. Dia dan aku sudah menghabiskan banyak waktu bersama. “Kapan kau akan pulang?” “Senin, tepat setelah hari Paskah.” Aku mersakan sedikit kesedihan menggolara dalam diriku. Apakah aku masih berada disini atau tidak aku akan merindukan dirinya. “Oh, Tuhan. Aku tidak menyangka akan secepat itu.” Keheningan kecil jatuh diantara kami; kemudian dia menatapku lama. “Pernahkan kau berpikir ... well, pernahkan mungkin kau berpikir tentang kembali ke St. Basil dengan kami?” Aku menatap. “St. Basil? Sekolah mu namanya menggunakan saint juga?” Tidak semuanya seperti itu. Adrian berasala dari sebuah sekolah di Timur Pasifik bernama Alder. “Kepala sekolah kami seorang pendeta dari manusia,” katanya sambil menyeringai. “Kau bisa mendaftar disana. Kau bisa menyelesaikan tahun terakhirmu – aku yakin mereka akan menerimamu.” Dari semua pilihan gila yang pernah aku pertimbangkan dalam perjalanan ini – dan percaya padaku, aku sudah mempertimbangkan banyak sekali hal gila – ada satu yang tidak pernah melintas dalam pikiranku. Aku masuk sekolah lagi. Aku sangat yakin tidak ada apapun lagi yang bisa aku pelajari – well, setelah bertemu Sydney dan Mark, sangat jelas memang ada beberapa hal lain yang masih perlu dipelajari. Namun, mempertimbangkan apa yang aku inginkan untuk kulakukan dengan hidupku, aku tidak terpikir kalau menjalani semester lain dengan Matematika dan

duestinae89.blogspot.com

IPA bisa berarti lebih buatku. Dan selama latihan menjadi penjaga yang kuterima selama ini, aku lebih banyak melakukan persiapan untuk ujian di akhir tahun. Entah bagaimana, aku meragukan ujian-ujian itu dan tantangan-tantangan yang akan datang akan sangat jauh dari apa yang sudah aku alami dengan Strigoi. Aku menggelengkan kepalaku. “Kurasa tidak. Kupikir aku sudha cukup berurusan dengan sekolah. Lagipula, sekolahnya pasti dalam bahasa Rusia.” “Mereka akan menerjemahkannya untukmu,” sebuah seringaian nakal menyala di wajahnya. “Selain, bahasa menendang dan memukul.” Senyumnya memudar menjadi ekspresi yang terlihat lebih bijaksana. “Tapi serius, jika kau tidak menyelesaikan sekolah dan kau tidak ingin menjadi pengawal ... mengapa kau tidak tinggal disini saja? Maksudku, tinggalah di Baia. Kau bisa tinggal bersama kami.” “Aku tidak akan menjadi pelacur darah,” jawabku spontan. Sebuah tatapan aneh melintasi wajahnya. “Bukan itu yang aku maksudkan.” “Seharusnya aku tidak mengatakannya. Maaf.” Aku merasa jahat dengan jawaban spontan itu. Saat aku terus mendengar gosip tentang pelacur darah di kota, aku hanya melihat satu atau dua, dan jelas sekali wanita di keluarga bukan termasuk jjenis itu. Kehamilan Sonya memang sesuatu yang masih misteri, namun bekerja di toko obat tidak menunjukkan aktivitas mesum. Aku sudah sedikit mempelajari mengenai situasi Karolina. Ayah dari anak-anaknya adalah seorang Moroi yang jelas sekali merupakan hubungan yang sungguh-sungguh. Dia tidak merendahkan dirinya dengan bersama pria itu, dan pria itu pun tidak memanfaatkannya. Setelah bayinya lahir, mereka berdua memutuskan berpisah, tapi dengan jalan persahabatan. Sekarang Karolina tengah menjalani hubungan dengan seorang penjaga yang berkunjung setiap kali ia harus pergi. Beberapa pelcaur darah yang pernah kulhat di sekitar kota sangat mirip dengan gambaran yang ada di kepalaku. Pakaian dan dandanan mereka meneriakkan seks. Memar di leher mereka jelas sekali menunjukkan kalau mereka tidak masalah membiarkan pasangan mereka meminum darah selama bercinta, yang jelas merupakan hal paling rendah yang bisa dilakukan para dhampir. Hanya manusia yang boleh memberikan darahnya kepada Moroi. Jenisku tidak. Membiarkan hal ini terjadi – khusunya selama aktivitas bercinta – seperti yang sudah kubilang, sangat rendah. Haling paling kotor dari yang kotor. “Ibu akan senang kalau kau tetap tinggal. Kau bisa mendapatkan pekerjaan juga. Jadilah bagian dari keluarga kami.” “Aku tidak bisa menggantikan tempat Dimitri, Viktoria,” jawabku lembut. Dia meraih dan meremas hangat tanganku. “Aku tahu. Tidak ada satupun orang yang mengharapkanmu untuk jadi dia. Kami menyukaimu karena dirimu, Rose. Keberadaanmu disini terasa sangat benar – ada alasan mengapa Dimka memilih bersamamu. Kau cocok disini. “ Aku mencoba untuk membayangkan kehidupan yang ia gambarkan. Terdengar ... mudah. Nyaman. Tidak ada kekhawatiran. Cukup tinggal bersama sebuah keluarga bahagia, tertawa dan keluar bersama setiap malam. Aku bisa melanjutkan hidupku

duestinae89.blogspot.com

sendiri, tidak perlu membuntutiorang lain sepanjang waktu. Aku akan mempunyai saudara perempuan. Tidak akan ada pertempuran – kecuali untuk bertahan. Aku bisa menyerah untuk melanjutkan rencana membunuh Dimitri – yang aku tahu akan membunuhku juga, secara fisik maupun jiwa. Aku bisa memilih jalur yang logis, membiarkannya pergi dan menerima kenyataan kalau dia sudah mati. Namun, .... jika aku melakukannya, mengapa tidak kembali saja ke Montana? Kembali ke Lissa dan Akademi? “Aku tidak tahu,” sahutku pada Viktoria akhirnya. “Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.” Obrolan ini terjadi tepat setelah makan malam dan dia melirik ke arah jam ragu-ragu. “Aku tidak ingin meninggalkanmu, terutama karena kita tidak punya banyak waktu bersama, tapi ... aku harus segera menemui seseorang ...” “Nikolai?” godaku. Dia menggelengkan kepalanya, dan aku mencoba menyembunyikan rasa kekecewaanku. Aku pernah melihatnya beberpaa kali dan dia tumbuh menjadi sangat pantas untuk dicintai sekarang. Sayang sekali Viktoria tidak bisa menumbuhkan perasaan kepadanya. Meskipun, aku pernah bertanya-tanya apa ada sesuatu yang mungkin menahannya - atau seseorang. “Oh, bukan,” jawabku sambil menyeringai. “Siapa dia?” Dia tetap menjaga agar wajahnya terlihat datar, imitasi ekspresi Dimitri. “Seorang teman,” jawabnya. “Seseorang dari sekolah?” “Tidak.” desahnya. “Dan itulah masalahnya. Aku akan sangat merindukannya.” Senyumku memudar. “Aku bisa membayangkannya.” “Oh,” dia terlihat malu. “Bodohnya aku. Maksudku, aku mungkin tidak akan melihatanya untuk sementara waktu ... tapi aku akan bertemu dengannya lgi. Tapi Dimitri telah tiada. Kau tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. sebenarnya, kata-katanya itu tidak semuanya benar. Tapi, aku tidak mengatakan itu padanya. Malah aku hanya berkata, “Ya.” Aku terkejut, dia memelukku. “Aku tahu seperti apa rasanya cinta itu. Dan kehilangan ... aku tidak tahu. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Yang hanya bisa kuucapkan adalah kami ada disini untukmu. Kami semua, Oke? Kau tidak bisa menggantikan Dimitri, tapi kau terasa seperti saudara perempuan kami.” Dia menganggapku saudaranya sehingga membuatku tegang dan hangat pada saay bersamaan. Dia harus pergi setelah itu untuk bersiap-siap menemui kencannya. Segera dia mengganti pakaian dan berdandan – jeals lebih dari sekedar teman biasa – dan segera melangkah ke arah pintu. Aku merasa senang karena aku tidak ingin ia melihat air mata yang dibawa oleh kata-katanya ke mataku. Aku menhabiskan waktukku sebagai anak tunggal. Lissa adalah seseeorang yang hampir terasa seperti saudara bagiku. Aku selalu berpikir kalau Lissa adalah satu-satunya yang bisa

duestinae89.blogspot.com

kuanggap begitu; satu-satunya yang telah aku hilangkan sekarang. Mendengar Viktoria memanggilku sebagai saudaranya... menggerakkan sesuatu di dalam diriku. Sesuatu yang menagtakan padaku kalau aku punya teman dan tidak sendirian. Aku melangkah turun ke arah dapur setelah itu dan segera Olena menemaniku. Aku tengah mengobrak-abrik makananku. “Apakah aku mendengar Viktoria yang pergi?” tanyanya. “Ya, dia pergi menemui seorang teman.” Sebagai bentuk menjagaan kepercayaan seseorang, aku menjaga ekspresiku agar tetap terlihat netral. Tidak mungkin aku menjelaskan alasan Viktoria keluar. Olena mendesah, “Padahal aku ingin dia membantuku berbelanja sesuatu di kota.” “Aku akan melakukannya,” kataku dengan senang hati, “Setelah aku mendapatkan sesuatu untuk dimakan.” Dia memberiku senyuman menenangkan dan membelai pipiku. “Kau punya hati yang baik, Rose. Aku bisa mengerti mengapa Dimka mencintaimu.” Rasanya sangat mengagumkan, betapa diterimanya hubunganku dengan Dimitri disini. Tidak satupun dari mereka mempermasalahkan perbedaan usia kami atau hubungan guru-murid. Seperti yang pernah kukatakan pada Sydney, seolah aku adalah jandanya atau sejenisnya dan kata-kata Viktoria tentang aku yang seharusnya tinggal disini kembali berputar dalam kepalaku. Cara Olena menatapku membuatku merasa kalau aku benar-benar putrinya, dan sekali lagi aku merasa sudah mengkhianati ibuku sendiri. Ibuku mungkin akan menghina aku dan Dimitri. Dia mungkin akan menganggapku tidak pantas dan berkata kalau aku terlalu muda. Atau mungkinkah seperti itu? Mungkin aku lan yang terlalu kasar membayangkannya. melihatku berdiri di depan lemari yang terbuka, Olena menggelengkan kepalanya sambil menyalahkan diori sendiri, “Tapi kau harus makan dulu.” “Cemilan saja,” aku meyakinkannya. “Jangan repot-repot.” Dia akhirnya mengiriskan sepotong besar roti hitam yag dia buat sebelumnya hari ini dan meletakkan semangkuk mentega karena dia tahu betapa aku senang sekali mengolesi tiap potongan rotiku.Karolina pernah menggodaku kalau orang Amerika mungkin akan kaget jika tahu apa yang ada di dalam kandungan roti itu, jadi aku tidak pernah menanyakan apapun. Entah bagaimana, rasanya manis dan asam di saat yang bersamaan, dan aku menyukainya. Olena duduk di hadapanku dan melihatku makan. “Ini adalah makanan favoritnya ketika ia masih kecil.” “Dimitri?” Dia mengangguk. “Kapanpun dia istirahat dari sekolah, hal pertama yang ia lakukan adalah meminta roti itu. Aku harus membuat satu loyang roti untuk dirinya sendiri hampir setiap kali ia makan. Anak-anak perempuan tidak [ernah begitu banyak memakannya.” “Cowok selalu makan l;ebih banyak,” sejujurnya, aku hamp[ir bisa menyaingi nafsu makan mereka semua.

duestinae89.blogspot.com

“Benar,” katanya geli. “Tapi aku bahkan mencapai tujuanku ketika aku membuatnya mulai membuat roti itu untuk dirinya sendiri. Kukatakan padanya, jika dia akan memakan semua masakanku, dia lebih baik tahu seberapa banyaknya hal yang harus dilakukan untuk membuatnya.” Aku tertawa, “Aku tidak bisa bayangkan Dimitri membuat roti.” Dan akhirnya, segera setelah kata-kata itu keluar, aku berpikir ulang. Asosiasi instanku tentang Dimitri bahwa dia selalu kuuat dan sengit; itu adalah daya tariknya yang seksii, individu yang bertempur seperti seorang dewa datang dalam pikiranku. Namun, sekarang kelembutan dan kebijaksanaan Dimitri bercampur dengan garis mematikan itu sehingga membuatnya begitu sangat menaggumkan. Tangan yang sama yang memegang psak dan menggunakannya dengan tepat dan dengan hati-hati menyisiri rambutku agar tidak menutupi wajahku. Matanya yang lihai mengenali bahaya apapun di suatu tempat ternyata bisa menghormatiku dengan tatappan kagum dan memuja, seolah aku adalah wanita tercantik dan terhebat di dunia. Aku mendesah, termakan oleh rasa sakit yang pahit dalam dadaku yang terasa menajdi hal biasa bagiku sekarang. Hal yang rasanya begitu bodoh, membuat satu loyang roti dari semua hal lain. Tapi begitulah yang pernah terjadi. Aku selalu emosional setiap kali memikirkan Dimitri. Mata Olena menatapku, manis dan menghibur. “Aku paham,” katanya, menebak pikiranku. “Aku tahu jelas apa yang tengah kau rasakan.” “Apakah semakin lama akan terasa semakin mudah?” tanyaku. Tidak seperti Sydney, Olena punya jawaban. “Ya. Tapi kau tidak akan pernah menjadi orang yang sama.” Aku tidak tahu apakah aku harus merasa nyaman dengan kata-kata itu atau tidak. Setelah aku menyelesaikan makananku, dia memberiku daftar belanjaan, aku melangkah bebas menuju pusat kota, senag berada di luar dan bergerak. Tidak melakukan apapun sangat tidak cocok denganku. Saat aku berada di dalam toko bahan makanan, aku kaget melihat Mark. Aku mengira dia dan Olenna tidak terlalu sering mengunjungi kota. Aku tidak akan melakukannya jika jadi mereka, menginat mereka menanam sendiri makanan mereka dan hidup dari ladang. Dia memberiku senyuman yang hangat. “Aku bertanya-tanya sebelumnya apakah kau masih berada di sini.” “Ya,” aku memegang keranjangku. “Hanya berbelanja untuk keperluan Olena.” “Aku senang kau masih disini,” katanya. “Kau terlihat lebih ... damai.” “Kurasa cincinmu membantuku. Paling tidak dengan kedamaiannya. Benda ini tidak bisa menyelesaikan banyak hal sejauh keputusan yang harus diambil.” Dia mengerutkan dahi, memindahkan susu kaleng yang ia pegang dari satu tangan ke tangan yang lain. “Keputusan apa?”

duestinae89.blogspot.com

“Apa yang harus aku lakukan sekarang. Kemana akan pergi.” “Kenapa tidak tinggal disini?”

Rasanya mengerikan, sangat mirip dengan percakapanku tadi dengan Viktoria. Dan responku juga hampir sama. “Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika aku tinggal disini.” “Dapatkan pekerjaan. Tinggallah bersama keluarga Belikov. Kau tahu mereka menyayangimu. Kau sangat cocok bersama keluarga mereka.” Perasaan hangat dan dicintai kembali hadir, dan lagi-lagi, aku mencoba membayangkan diriku bersama mereka, bekerja di sebuah toko seperti ini atau menunggui meja. “Aku tidak tahu,” jawabku. Aku memiliki catatan yang kurang baik. “Aku hanya tidak tahu apakan hal seperti itu cocok buatku.” “lebih baik daripada pilihan alternatif yang lain,” ia memperingatkan. “Lebih baik daripada berlarian tanpa memiliki tujuan yang jelas, melemparkan dirimu sendiri untuk mengahdapi bahay. Tidak ada pilihan sama sekali disana ...” Namun, itulah alasan mengapa aku mendatangi Siberia sebeagai tujuan pertama dari rencanaku. Suara hatiku mencaci maki diriku sendiri. Dimitri, Rose. Apa kau sudah melupakan Dimitri? Apakah kau lupa bagaimana kau datang kesini hanya untuk membebaskannya, seolah dia yang menginginkannya? Atau benarkah itulah yang dinginkannya? Mungkin dia menginginkan aku untuk tetap aman. Aku sungguh tidak tahu, dan tanpa ada pertolongan dari Mason lagi, pilihanku malah semakin kacau. Memikirkan Mason mendadakn mengingatkanku pada suatu hal yang telah lama terlupakan. “Ketika kita ngobrol sebelumnya, kita membecirakan apa yang bisa dilakukan Lissa dan Oksana. Tapi bagaimana denganmu?” Mark menajamkan matanya, “Apa maksudmu?” Ppernahkah kau ... pernahkah kau bertemu,um, hantu?” Beberapa saat berlalu, dan kemudian ia menarik nafas. “Kuharap hal itu tidak terjadi padamu.” Sangat mengeherankan ketika aku merasa leganya mengetahaui kalau aku tidak sendirian dalam pengaman berhantuku ini. Meskipun sekarang aku mengerti, pernah mengalami kematian dan pernah menjalani dunia orang mati membuatku menjadi target roh. Hal ini masih menjadi satu dari hal gila menjadi dicium bayangan. “Apakah ini terjadi tanpa kau inginkan?” tanyaku. “Awalnya. Kemudian aku belajar mengendalikannya.” “Aku juga,” tiba-tiba aku mengingat kejadian di lumbung waktu itu. “Sebenarnya, tidak semuanya benar,” segera kurendahkan suaraku. Aku tergesa-gesa merangkum apa yang terjadi dalam perjalananku kesini bersama Sydney. Aku tiidak pernah membicarakannya dengan orang lain. “Kau tidak boleh lagi melakukannya,” katanya keras.

duestinae89.blogspot.com

“Tapi aku tidak bermaksud melakukannya! Itu terjadi begitu saja.” “Kau panik. Kau butuh pertolongan, dan ada bagian dari dirimu yang memanggil roh-roh di sekelilingmu. Jangan lakukan itu. Itu tidak bear, akan membuatmu mudah kehilnagna kendali.” “Aku bahkan tidak tahu bagaimana caraku melakukannya.” Seperti yang sudah kubilang, kehilangan kendali. Jangan pernah membiarkan kepanikan menguasi bagian terbaik dari dirimu.” Seorang wanita tua melewati kami, sebuah skarf menutupi kepalanya dan sebuah keranjang sayur melingkari tangannya. Aku menunggu sampai dia menghilang sebelum bertanya lagi pada Mark, “Mengapa mereka mau bertempur untukku?” “Sebab yang telah mati membenci Strigoi. Strigoi itu tidak alami, tidak hidup ataupun mati – hanya eksistansinya berada di antara keduanya. Ssama seperti saat kita merasakan setan, begitulah halnya para hantu merasakan Strigoi.” “Kelihatannya mereka bisa menjadi senjata yang bagus.” Wajah itu, yang biasanya santai dan terbuka, mengerutkan dahi. “Itu berbahaya. Orang-orang seperti kau dan aku sudah pernah berjalan di tepian kegelapan dan kegilaan. Memanggil yang telah mati secara terbuka hanya akan membawa kita lebih dekat untuk jatuh dari tepian itu dan akhrnya kita akan kehilangan akal sehat.” Dia melirik jam tangannya dan mendesah. “Dengar, aku harus pergi, tapi aku serius, Rose. Tinggalah disini. Menjauhlah dari masalah. Lawan strigoi jika mereka mendatangimu, tapi jangan mencari mereka dengan membabi buta. Dan jelas, tinggalkan masalah hantu itu.” Banyak sekali nasihat yang tidak yang tidak yakin bisa kuikuti nantinya. Tapi aku berterima kasih padanya dan mengirimkan salamku untuk Oksana sebelum mengirimkan salamku untuk Oksana sebelum membayar dan pergi juga. Aku menuju jalan pulang ke arah rumah Olena ketika aku memutari sebuah sudut gang dan hampir berjalan tepat di sebelah Abe. Dia berpakaian mewah seperti biasanya, mengenakan jas mahal dan skarf kuning emas yang sepadan dengan perhiasan emas yang ia pakai. Penjaganya berkeliaran di sekitar tempatini dan dia bersandar di dinding bata sebuah bangunan . “Jadi inilah mengapa kau datang ke Rusia. Untuk pergi ke pasar seperti seorang petani.” “Tidak,” kataku. “Tentu saja tidak.” “Hanya berkunjung ke tempat indah kalau begitu?‟ “Tidak. Aku hanya ingin berguna. Berhentilah mencoba mendapatkan informasi dariku. Kau tidak sepintar yang kau kira.” “Itu tidak benar.” jawabnya. “Dengar, aku sudah mengataknnya padamu. Aku datang kesini untukku mengatakan berita itu pada keluarga Belikov. Jadi kembalilah dan katakan pada siapapun kau bekerja untuk menerima hal itu.” “Dan aku sudah mengatakan padamu untuk tidak berbohong padaku,” katanya. Lagi, aku melihat campuran aneh antara bahaya dan gurauan. “Kau tidak mengerti bagaimana aku sudah cukup sabar menghadapimu. Dengan orang lain aku pasti sudah mendapatkan informasi di malam pertama aku membutuhkannya.”

duestinae89.blogspot.com

“Beruntungnya aku,” aku mengejek balik. “Apa sekarang? Apa kau akan membawaku ke lorong bawah dan memukuliku hingga aku mengatakan alasan mengapa aku disini? Kau tahu, aku kehilangan ketertarikan dalam seluruh rutinitas gaya keroyokan menakutkan khas bos-bos ini.” “Dan aku kehilnagn kesabaranku untukmu,” katanya. Ada sedikit candaan dan saat ia berdiri di depanku, aku tidak bisa menolak untuk memberikan penilaian tentang tubuhnya yang ternyata lebih bagus ketimbang moroi kebanyakan. Sebagian besar moroi, menolak untuk bertempur, tapi aku tidak akn terkejut jika Abe bertindak kasar seperti kebanyakan orang atau penjaganya punyai. “Dan sejujurnya, aku sudah tidak lagi peduli alasan kau ada disini kau cuma perlu pergi. Sekarang.” “Janga mengancamku, orang tuua. Aku akan pergi kapanpun aku mau.” Lucu, aku baru saja berjanji pada Mark kalau aku masih belum tahu apakah aku bisa tinggal di Baia. Tapi saat Abe menekanku, aku malah ingin menancapkan kakiku disini. “Aku tidak tahu apa yang kau coba jauhkan dariku, tapi aku tidak takut padamu.” Itu tidak semuanya benar. “Kau harusnya takut,” jawabnya balik dengan puas. “Aku bisa menjadi teman yang sangat baik atau musuh yang sangat jahat. Aku bisa membuatnya sepadan kalau kau pergi. Kita bisa membuat penawaran.” Hampir ada sebuah kilatan kesenangan di matanya saat ia berbicara. Aku ingat Sydney pernah menggambarkan bagaimana ia memanipulasi orang lain, dan aku merasa inilah cara ia hidup, untuk bernegosiasi, memberikan pertukaran untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. “Tidak,” kataku. “Aku akan meninggalkan mereka saat aku siap. Dan tidak ada apapun yang bisa kau atau siapapun yang mempekerjakanmu lakukan untuk memaksa ku pergi.” Berharap aku terlihat meyakinkan, aku berbalik menjauh. Dia meraih dan mencengkram bahuku, menarikku kembali, hampir membuatku menjatuhkan belanjaanku. Aku mulai memasang posisi menyerang ke depan sebagai bentuk mode penyeranganku, tapi para penjaganya sudah berada di sekitarnya dengan secepat kilat. Aku tahu kalau aku tidak akan bisa melawan terlalu jauh. “Waktumu sudah habis disini,” desis Abe. “Di Baia. Di Rusia. Kembalilah ke Amerika. Aku akan memberikan semua uang yang butuhkan, tiket kelas utama, apapun.” Aku melangkah mundur menjauhinya, membelakangi dengan hati-hati, “Aku tidak butuh bantuanmu atau uangmu – hanya Tuhan yang tahu dari mana semua itu berasal.” Sekelompok orang menuju ke arah kami dari seberang jalan, tertawa dan mengobrol, aku semakin mundur lebih jauh, jelas Abe tidak akan memulai suatu adegan yang memiliki bonus banyak saksi. Itu membuatku lebih berani, yang rasanya terlihat bodoh dalam posisiku. “Dan aku sudah bilang padamu: Aku akan pulang kapanpun aku mau.” Mata Abe berpindah ke arad para petani yang mendekat itu, dan dia segera mundur bersama

duestinae89.blogspot.com

penjaganya. Senyum yang membuat merinding itu terpatri d wajahnya. :Dan aku sudah bilang pasamu. Aku bisa menjadi teman yang sangat baik atau musuh yang sangat jahat. Pergilah dari Baia sebelum kau menemukan yang mana dari diriku yang akan kau lihat.” Dia berbalik dan pergi, membuatku sangat lega. Aku tidak ingin ia melihat seberapa banyak ketakutan yang tertinggal di wajahku oleh kata-kata yang ia tinggalkan. Aku segera tidur malam itu, mendadak merasa menjadi anti-sosial. Aku berbaring disana selama beberapa saat, memindahkan halaman demi halaman majalah yang tidak bisa kubaca, dan dengan menakjubkan aku menemukan diriku terus merasa lelah. Kurasa pertemuanku dengan Mark dan Abe membuat merasa sangat lelah. Kata-kata Mark tentang tetap tinggal telah menamparku untuk dengan rumah setelah percakapanku dengan Viktoria. Ancaman yang samar Abe telah menaikkan rasa pertahananku, membuatku waspada pada siapapun yang bekerja dengan Abe untuk membuatku meninggalkan Rusia. Pada titik tertentu, aku menduga-duga apakah dia sungguh-sungguh akan kehilangan kesabarannya dan berhenti mencoba tawar-menawar? Aku beralih tidur dan perasaan yang ku kenal dalam mimpi Adrian yang nyaman mengelilingiku. Sudah sangat lama sejak terakhir kali hal ini terjadi dan aku sebenarnya berpikir kalau dia mendengarkanku saat aku menyuruhnya menjauhiku sebelumnya. Tentu, aku selalu mengatakan hal itu padanya. Ini waktu jeda yang cukup lama tanpa adanya kunjungan, dan sebanyak aku membenci untuk mengakuinya, aku merindukannya. Latar yang dia pilih kali ini adalah bagian dari perabot Akademi, daerah berkayu dekat sebuah kolam. Semuanya terlihat hijau dan bermekaran, dan matahari menyinari kami. Aku menduga kreasi Adrian ini bertolak belakang dengan cuaca yang sebenarnya sedang terjadi di Montana, tapi seperti biasa, dia yang mengendalikan. Dia bisa melakukan apapun yang ia inginkan. “Dhampir kecil,” katanya, tersenyum. “Sudah lama tidak berjumpa.” “Kupikir kau sudah selesai denganku.” “Tidak akan pernah berakhir denganmu,” jawabnya, memasukkan tangannya ke kantong dan berjalan ke arahku. “Meskipun ..., sebenarnya, aku tidak bermaksud untuk menjauh kali ini. Tapi, yah, aku harus memastikan kalau kau masih hidup.” “Hidup dan baik-baik saja.” Dia tersenyum padaku. Matahari membuat rambut cokelatnya berkilat, memberikan highlight chesnut-emas di rambutnya. “Bagus. Kau terlihat lebih bagus daripada yang pernah kulihat selama ini,” matanya beralih dari wajahku ke bawah, ke arah tanganku yang sedang beristirahat di pangkuanku. “Apa ini?” cincin Oksana terpasang disana, meskipun cincin itu tidak memiliki banyak hiasan, logamnya berkilat terang diterpa sinar matahari. Mimpi ini begitu

duestinae89.blogspot.com

aneh. Meskipun Adrian dan aku tidak bersama, namun jelas cincin itu mengikutiku masuk dan cukup menjaga kekuatannya sehingga bisa dirasakan Adrian. “Sebuah Jimat. Berisikan roh.” seperti aku, ini jelas adalah sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Ekspresinya semakin penasaran. “Dan benda ini bisa menyembuhkan, kan?” Ini melindungi auramu dari kegelapan.” “Sedikit,” kataku, merasa tidak nyaman dengan pendapatnya. Aku mepeaskan cincin itu dan memasukkannnya ke dalam kantungku. “Hanya sementara. Aku bertemu dengan pengguna roh lain dan seorang dhampir yang juga dicium-bayangan.” Keterkejutan bertambah di wajahnya,”Apa? Dimana?” Aku mengigit bibirku dan menggelengkan kepala. “Sial, Rose! Ini penemuan besar. Kau tahu bagaimana Lissa aku mencari pengguna sihir roh. Katakan padaku dimana mereka.” “Tidak. Mungkin nanti. Aku tidak ingin kalian mengejarku.” Dari semua yang aku tahu, mereka sudah mengejarku, menggunakan Abe sebagai suruhan mereka. Mata hijaunya berkilat marah. “Dengar, anggaplah untuk sementara waktu dunia tidak selalu berpusat padamu, oke? Ini tentang Lissa dan aku, tentang memahami sihir gila yang ada di dalam diri kami. Jika kau tahu orang-orang yang bisa membantu kami, kai juga harus tahu.” “Mungkin nanyi,” aku mengulangi dengan dingin. “Aku akan segera pindah – kemudian aku akan mengatakannya padamu.” “Mengapa selalu begitu sulit?” “Karena kau menyukaiku yang seperti itu.” “Pada saat ini? Tidak terlalu.” Ini satu dari komentar bercanda khas Adrian yang selalu ia buat, tapi baru saja, sesuatu tentang ini mengangguku. Untuk suatu alasan, aku mendapat perasaan yang sangat sangat kecil kalau aku tiba-tiba tidak lagi menarik untuknya. “Cobalah sabar,” kataku padanya. “Aku yakin kalian berdua punya hal lain untuk dikerjakan. Dan Lissa terlihat cukup sibuk dengan Avery.” Kata-kata itu keluar tanpa bisa kucegah, dan sedikit rasa pahit dan iri yang kurasakan saat melihat mereka di malam yang lalu muncul dalam nada bicaraku. “Adrian menaikkan alisnya. “Tuan dan nyonya, dia mengakuinya. Kau sudah memata-matai Lissa – aku sduah tahu itu.” Aku membuang muka. “Aku hanya ingin tahu kalau dia juga masih hidup.” seolah aku bisa pergi kemanapun di dunia ini dan tidak tahu hal itu terjadi. “Memang. Hidup dan sehat, sama sepertimu. Er .... lebih baik.” Adrian merengut. “Terkadang aku merasakan sesuatu yang aneh dari dirinya. Dia tidak terlihat benra-benar baik-baik saja atau auranya akan sedikit berkerlap-kerlip. Tidak pernah terjadi terlalu lama, tapi aku masih khawatir.” Seseuatu dalam suara Adrian melembut. “Avery juga mengkhawatirkannya, jadi Lissa berada di tangan yang baik. Avery cukup mengagumkan.”

duestinae89.blogspot.com

Aku menatapnya pedas dan tajam. “Mengagumkan? Apa kau menyukainya atau sejenisnya?” aku tidak melupakan komentar Avery tentang meninggalkan pintu tidak terkunci untuk dirinya. “Tentu saja aku menyukainya. Dia orang yang baik.” “Bukan, maksudku suka. Bukan menyukai.” “Oh, aku menegrti,” katanya, memutar matany. “Kami memutuskan pengertian „suka‟ dalam tahapan sekolah dasar.” “Kau tidak menjawab pertanyaanya.” “Sebenarnya, seperti yang sudah kukatakan, dia adalah orang yang baik. Pintar. Mudah diajak bergaul. Cantik.” Sesuatu dalam caranya saat mengatakan „cantik‟ menggangguku. Aku memalingkan pandanganku lagi, memainkan nazar biru di leherku untuk menyembunyikan perasaanku. Adrian sudah menebaknya. “Apa kau cemburu, dhampir kecil?” Aku menatap balik ke arahnya. “Tidak. Jika aku bisa cemburu padamu, aku mungkin akan menjadi gila dari dulu, memikirkan semua perempuan yang kau permainkan.” “Avery bukan jenis perempuan yang bisa dipermainkan.” Lagi, aku mendengar rasa sayang itu dalam suaranya, pengibaratan itu. Ini seharusnya tidak menggangguku. Harusnya aku senang kalau ia tertarik degan wanita lain. Dari semua itu, aku sduah mencoba meyakinkanya untuk meninggalkanku sendirian untuk waktu yang lama. Satu dari bagian syarat darinya ketika memberikanku uang untuk perjalanan ini adalah membuatku berjanji untuk memberikannya satu kali kesempatan yang adil untuk berpacaran dengannya ketika – dan jika – aku kembali ke Montana. Jika dia sudah bersama Avery, itu akan mejadi satu hal yang tidak perlu ku khawatirkan lagi. Dan sejujurnya, jika dia adalah gadis lain selain Avery, aku mungkin tidak akan keberatan. Tapi entah bagaimana, pikiran tentang bagimana ia telah memikat Adrian rasanya sudah cukup keterlaluan. Apakah sudah tidak cukup buruk bagiku setelah kehilangan Lissa? Bagaimana mungkin satu wanita dengan sangat mudah mengambil posisiku? Dia mencuri sahabat baikku, dan sekarang pria yang bersumpah dan berlutut kalau aku adalah satu-satunya yang dia inginkan dengan serius sudah berpikir untuk menggantikan aku. Kau sudah menjadi orang yang munafik, sebuah suara jaht berbicara di dalam kepalaku. Mengapa kau harus merasa ada yang salah ketika ada seseorang yang datang dalam kehidupan mereka? Kaulah yang membuang mereka. Baik Lissa maupun Adrian. Mereka punya hak untuk melanjutkan hidup. Aku berdiri dengan marah. “Dengar, aku sudah cukup berbicara padamu malam ini. Maukah kau membiarkanku pergi dari mimpi ini? Aku tidak akan mengatakan padamu dimana diriku berada. Dan aku tidak tertarik untuk mendengarkan tentang bagaiman mempesonanya Avery dan bagaimana ia lebih baik dari diriku.” “Avery tidak akan pernah bertindak seperti anak kecil,” katanya. “Dia tidak akan begitu menyakit hati seseorang yang cukup peduli untuk memeriksa keadaannya.

duestinae89.blogspot.com

Dia tidak akan menolakku untuk memperoleh kesempatanku untuk belajar lebih banyak tentang sihirku karena dia menjadi gila kalau-kalai seseorang akan mengacaukan usaha gilanya untuk mengejar kematian pacarnya.” “Jangan sebut aku anak kecil,” aku balik berteriak. “Kau seegois biasanya. Ini selalu tentang dirimu – bahkan dalam mimpi ini sekalipun. Kau memerangkapku disini meski hal ini bertentangan dengan keinginanku, apakah aku setuju atau tidak, karena ini menyenangkan buatmu.” “Baik,” katanya, suaranya dingin. “Aku akan mengakhiri semua ini. dan aku akan mengakhir semua yang ada diantara kita. Aku tidak akan kembali lagi.” “Bagus. Kuharap kau serius dengan ucapanmu itu kali ini.” Mata hijaunya adalah hal terakhir yang aku lihat sebelum aku terbangun di ranjangku sendiri. Aku duduk, terengah-engah. Hatiku terasa seperti hancur, dan aku hampir berpikir kalau aku mungkin akan menangis. Adrian benar – aku bertingakh seperti anak kecil. Aku menyakitinya ketika ia tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti itu. Sekalipun begitu ... aku tidak mampu untuk menguasai diriku. Aku kehilangan Lissa. Aku bahkan kehilangan Adrian. dan sekaran orang laing tangah mengambil tempatku, seseorang yang tidak akan melarikan diri seperti diriki. Aku tidak akan kembali. Dan untuk pertama kalinya, aku merasa dia sungguh-sungguh kali ini.