BIOGRAFI PAHLAWAN NASIONAL R. DEWI SARTIKA

209
Yan Daryono atau nama lainnya adalah Indra Gamantana dilahirkan di Jakarta, 20 Januari 1957, sebagai anak sulung dari empat bersaudara. Ia mulai aktif menulis sejak usia remaja. Diawali dari menulis puisi, esai, cerita pendek dan novel. Beberapa di antaranya pernah dimuat di media massa ibukota seperti H.U. SINAR HARAPAN, Harian MERDEKA, Buana Minggu, majalah sastra HORISON dan sebagainya. Tahun 1983 ia bekerja menjadi wartawan majalah Famili dan setahun kemudian mendapat penghargaan jurnalistik ADINEGORO Bidang Metropolitan. Tahun 1987 mendirikan majalah JAKARTA PROGRAM. Sejak dari tahun 1989 mendirikan usaha production house dan aktif menulis skenario serta menyutradarai sinetron, video klip dan membuat film dokumenter maupun tv commercial di bawah bendera SELF PRODUCTIONS atau PT.Setya Lencana Film. Bukunya yang telah diterbitkan antara lain novel “Gema Cinta di SMA” – 1

Transcript of BIOGRAFI PAHLAWAN NASIONAL R. DEWI SARTIKA

Yan Daryono atau nama lainnya adalah IndraGamantana dilahirkan di Jakarta, 20 Januari1957, sebagai anak sulung dari empatbersaudara. Ia mulai aktif menulis sejakusia remaja. Diawali dari menulis puisi,esai, cerita pendek dan novel. Beberapa diantaranya pernah dimuat di media massaibukota seperti H.U. SINAR HARAPAN, HarianMERDEKA, Buana Minggu, majalah sastraHORISON dan sebagainya.

Tahun 1983 ia bekerja menjadi wartawanmajalah Famili dan setahun kemudian mendapatpenghargaan jurnalistik ADINEGORO BidangMetropolitan. Tahun 1987 mendirikan majalahJAKARTA PROGRAM. Sejak dari tahun 1989mendirikan usaha production house dan aktifmenulis skenario serta menyutradaraisinetron, video klip dan membuat filmdokumenter maupun tv commercial di bawahbendera SELF PRODUCTIONS atau PT.SetyaLencana Film. Bukunya yang telah diterbitkanantara lain novel “Gema Cinta di SMA” –

1

Penerbit UP.Kresno – Jakarta 1979. KumpulanPuisi “Monumen Revolusi” diterbitkan CVANEKA – Semarang 1980 dan “R.Dewi SartikaSang Perintis “ oleh Yayasan AWIKA danPT.Grafitri Budi Utami – Bandung.1996. Ditahun 1994 pernah menjabat sebagai WakilPEMRED H.U.MANDALA di Bandung.

2

3

Raden Dewi SartikaRaden Dewi SartikaSang PerintisSang Perintis

Oleh :Yan Daryono

Penerbit :Yayasan AWIKA & PT.Grafitri Budi Utami

4

Cetakan II - 2008

Mengenang Ibu R.Iden Dewi TahriniDjoekanda

5

6

Dipersembahkan untuk bunda tercinta :Ny. Hj. Tity Sudaryono

7

Terimakasih tak terhingga untuk :Istriku Acih Sukarsih, adikku Wulansari Dewi

S.Ip,dan anak-anakku :

Ninis Marhaenis, Kartini Dwi Sartika, DewiLarasati

atas segala dukungan dan bantuannya.

Pengantar Penerbit

8

Buku “ Raden Dewi Sartika Sang Perintis “ini adalah sebuah buku yang mengungkapriwayat hidup Pahlawan Nasional DewiSartika. Tokoh pendiri sekolah perempuanbumi putera pertama di Indonesia. Motivatorpergerakan nasional di kota Bandung yangturut mewarnai jalannya sejarah perjuangankemerdekaan bangsa Indonesia.

Adapun pada buku edisi cetakan ke dua ini,penulisnya telah melakukan berbagai koreksidan penyempurnaan di sana-sininya, termasukdalam hal data yang pada edisi pertamabelum sempat dimasukan.

Sebagai suatu bacaan, buku “Raden DewiSartika Sang Perintis “ merupakan buku yanginspiratif bagi para pembacanya. Karenamelalui penuturan riwayat hidup DewiSartika yang terurai dalam buku ini,masyarakat – khususnya kaum perempuan –dapat bercermin dan belajar dari apa yangtelah diperbuat Dewi Sartika di masalampau.

Harapan kami, semoga perjuangan Raden DewiSartika yang agung itu dapat senantiasadiperjuangkan dan dilanjutkan oleh generasipenerus dari masa ke masa.

9

Terimakasih.

Bandung, Pebruari2008.

Penerbit

Pengantar Penulis

Menyusun biografi atau riwayat hidup seorangpahlawan nasional yang sangat besar jasa-jasa dan pengaruhnya bagi kemajuan suatubangsa, bukanlah pekerjaan mudah. Hal itulahyang dirasakan dan dialami penulis ketikamenyusun naskah biografi pahlawan nasionalRaden Dewi Sartika ini. Untuk mengumpulkandata referensinya diperlukan waktu dua tahunyaitu dari tahun1991 sampai 1993 denganmenghubungi berbagai nara sumber di Bandung,Jakarta dan sebagainya. Untuk semua itupenulis dibantu oleh sejumlah sahabat, diantaranya Bapak Prof.DR. H.Edi S. Ekadjati (sekarang almarhum ) yang Guru Besar padaFakultas Sastra UNPAD – Bandung, BapakIr.Haryoto Kunto ( sekarang almarhum ), Ibu

10

R.Iden Dewi Tahrini Djoekanda ( sekarangalmarhum ), Ibu. Dra. Dinni T.KhrisnaHarahap, Mr. Gijst ( Atase Pers dan BudayaKedutaan Besar Belanda ) serta lainsebagainya. Semoga bantuan mereka yangsangat tak ternilai itu, mendapat balasanyang setimpal dari Allah SWT sebagai amalibadah yang sangat bermanfaat. Amin.

Meski banyak data dikumpulkan dan banyaknara sumber dihubungi – jujur saja – apayang penulis sampaikan dalam buku ini masihjauh dari sempurna, walau sekarang sudahdiusahakan koreksi dan penyempurnaan disana-sininya. Tapi walau demikian masihbanyak bagian-bagian penting dari perjalananhidup seorang Raden Dewi Sartika yang masihbelum sempat teruraikan dalam buku ini,karena masih terbatasnya data dan informasi.Namun demikian, penulis berharap, setidaknyabuku ini dapat memberi sumbangsih yangmelengkapi kepustakaan tentang kisah parapahlawan negeri ini. Menjadi bacaanbermanfaat yang memberi inspirasi danmotivasi bagi generai penerus agar berbuatdan berkarya lebih baik dari yang telahdikerjakan Raden Dewi Sartika dimasa lampau.Di akhir kata, penulis juga menyampaikanterimakasih yang sebesar-besarnya atas

11

bantuan keluarga, khususnya adinda tercintakeluarga Kemal Efendi Gani dan Prita KemalGani, juga kepada mas Rendra dan mbak IdaZuraida, Bapak Prof.DR. Khrisna Harahap,S.H.MH, Bapak Anwar Sulaeman SH, CN, YanaMarta, Yosie Wijaya, Iwan Burnani dan LiliBurnani, M.Isya Amroussi, Dave Maramis,Tamam Hoesein, Bapak Emi Klana Wijaya S.H.,Bapak Hadi Hosni, para kerabat, sertaberbagai pihak lainnya yang telah membantuhingga diterbitkannya buku ini. Semoga semuabantuan dan kebaikan yang diberikan menjadiamal ibadah yang bermanfaat.Amin.

Bandung, Pebruari2008

Yan Daryono

12

DAFTAR ISI- Pengantar Penerbit- Pengantar Penulis- Menyambut Raden Dewi Sartika

oleh WS Rendra

1.Putri Bangsawan2.Prahara Bandung3.Menjadi Abdi Dalem4.Sakola Istri5.Menolak Pangeran, Menikahi duda6.Sakola Kautamaan Istri7.Anak Pergerakan8.Tentara Matahari9.Bandung Lautan Api10. Cineam

13

- Kesan para mantan siswa- Daftar Pustaka - Daftar Narasumber

Menyambut Raden Dewi Sartika*)Oleh WS Rendra

Yang menarik dari pribadi Dewi Satika,sebagai seorang aktifis dia memilikiintegritas kepribadian yang tinggi,sekaligus naluri yang tajam terhadapstrategi dan keseimbangan di dalam totalitasaksi-reaksi-kontemplasi. Jarang aktifis yang

14

memiliki kelebihan sifat seperti itu. Yangsempat saya saksikan punya kombinasi demikanhanyalah Shoe Hok Gie dan Abdurrahman Wahid.

Dibanding dengan Raden Ajeng Kartini,keduanya sama penting sebagai peloporkesadaran perempuan akan emansipasi manusiapada umumnya dan perempuan pada khususnya.Namun agaknya Raden Ajeng Kartini rupanyatidak memiliki naluri seorang aktifis. Ialebih tepat sebagai sastrawan dari sastrasurat. Nilai sastra yang terkandung dalamsurat-suratnya sangat tinggi. Menguasaimetaphora yang mencerminkan kedalamanpenghayatan batin dan ketelitian dalampengamatan terhadap lingkungan. Surat-suratnya adalah kumpulan esai yang indah.Dalam hal ini hanya Asrul Sani yang bisamenyamainya. Sayang, Asrul Sani tidakmemperdulikan bakatnya dalam menulis esai.

Kartini tidak begitu menguasaimobilitas dirinya dibanding Dewi Sartika.Mungkin karena Kartini lahir dari istriampil. Keningratan Dewi Sartika yang lebihtinggi dari Kartini cukup besar jugapengaruhnya. Dewi Sartika lebih tegas,berani dan berwibawa dalam membawakandirinya yang kontroversial itu.

15

Yang paling nyata adalah perbedaankemampuan mereka bersikap di dalam soalperjodohan. Meskipun Kartini pernah menulisbahwa dia tidak ingin menikah dan jugamengutuk pernikahan yang jodohnya tidakberdasarkan pilihannya, melainkanberdasarkan pilihan orangtua yang harusditurutnya, tetapi nyatanya ia menikah jugadengan lelaki yang bukan pilihannya.Sedangkan Dewi Sartika menolak dijodohkandengan lelaki yang bukan pilihannya sambiltidak peduli kepada kehebohan yangditimbulkan oleh sikapnya itu. Dan padawaktunya ia kawin dengan lelaki duda dariderajat biasa tapi yang pintar, penuhpengertian dan ia cintai. Tentunya hal inimenimbulkan heboh yang lebih besar lagi.Tetapi ternyata Dewi Sartika mampumenghadapi tantangan dari dalam keluarganyadan dari masyarakat yang luas demi keteguhanakan pendirian dan sikap hidupnya.

Dewi Sartika memang punya naluri yangkuat untuk menjadi aktifis. Yang saya maksuddengan seorang aktifis bukanlah sekedarorang yang aktif mengerjakan kewajibansehari-hari di kantor, di tempat bekerjaatau di rumahtangganya. Melainkan seorang

16

yang berbuat sesuatu di masyarakat dan untukmasyarakat dengan tujuan memperbaiki danmemajukan masyarakat berdasarkanidealismenya, serta di dalam kegiatannya itumenyangkut mobilisasi orang banyak.

Dalam usia 18 tahun, Dewi Sartikamerasakan keterbatasan eksistensi sebagaiseorang perempuan karena ikatan tradisimasyarakat yang berlaku. Seakan-akan tujuanhidup kaum perempuan hanyalah untuk menikah,bersuami. Janda dan perawan tua mengalaminasib yang malang. Ia bereaksi terhadap hal-hal ini. Ia pun lalu berkontemplasi. Iamembaca buku-buku dan daya cerna pikirannyamulai bekerja. Ia berpendapat bahwa kaumperempuan harus bisa mandiri dalam mencarinafkah. Oleh karena itu mereka harusbersekolah. Sekolah itu harus sekolah yangkhusus menyadari handicap kaum perempuan padasaat itu, maka mereka harus diajariketerampilan, diberi pengetahuan umum yangluas, bahasa asing sebagai jendela untukmelihat dunia luas dan budi pekerti yangtepat untuk memperkuat ekspresi diri. Begituia bisa merumuskan reaksinya di dalamkontemplasi, segera ia memulai aksinya. Iamengajari sanak keluarganya yang perempuantentang keterampilan dan ilmu pengetahuan di

17

sebuah ruangan kecil di belakang rumahibunya. Kegiatannya ini mulai menarikperhatian perempuan-perempuan lain dari luarkeluarganya yang lalu ikut belajar di ruangbelakang yang sempit itu. Kemudian sebagaiimbalannya, Dewi Sartika dan ibunya mendapatbantuan beras, gula, garam, sayur-sayuran,buah-buahan dan bahan makanan yang lain.

Saya kagum kepada kelancaran yang wajardari reaksi-kontemplasi dan aksi gadisSartika yang berumur 18 tahun itu !Sementara gadis-gadis sekarang bereaksi padakeadaan buruk dengan frustrasi, amuk, pilekstasi atau begadang di diskotik. Bahankontemplasi mereka tidak lebih dari majalah-majalah glamour yang akhirnya mendorongkepada kehidupan konsumtif.

Reaksi dan aksi yang tidak diikutidengan kontemplasi tak ubahnya sepertimesin. Binatang pun mampunya cuma sekedarbereaksi dan aksi. Kelebihan manusia adalahkemampuan untuk berkontemplasi di sampingaksi dan reaksinya. Reaksi dan aksi yangtidak disertai dengan kontemplasi, atauhanya dibumbui oleh kontemplasi yangdangkal, hanya akan menghasilkan anarki,

18

tidak punya stamina yang panjang, cepatpadam dan hanya akan mempertebal frustrasi.

Sang gadis remaja Sartika tidakmenunggu fasilitas yang memadai ataumengharap uluran dana dari luar untukmemulai aksinya. Kemampuannya untukmengendalikan diri dalam bereaksi denganmerumuskannya lebih dulu secara matang sebabmusabab persoalan dan kesimpulanpemecahannya, tahulah sudah ia apa yangharus dilakukan. Kemudian dengan spontanitasyang wajar ia segera memulai aksinya. Yangmeskipun dimulai secara sederhana, ternyataakan menjadi aksi yang sukar dibendung,tahan cercaan, kecurigaan dan lecehan danjuga ternyata punya stamina yang sangatpanjang sampai akhir hayatnya. Bahkanbergaung sampai lama sesudah hidupnyasendiri berakhir.

Bayangkan, betapa besar sebenarnyahandicap yang ia punya pada saat ia memulaiaksinya; gadis remaja berumus 18 tahun,putri seorang musuh pemerintah yang wafat dipembuangannya, menghadapi tradisi pelecehanterhadap hak azasi perempuan yang masih kuatberlaku hanya dengan fasilitas serta danayang serba kurang, juga sebenarnya ia tidak

19

punya ijazah guru lalu pendidikan sekolahnyaterpaksa berhenti ketika ayahnya dibuang keTernate dikala ia berusia 9 tahun ! Yangdihadapi oleh gadis remaja ini adalahkecurigaan politis dari pemerintahpenjajahan, kecurigaan sosial budaya darikaum menak dan ulama. Namun sang gadisremaja ini sanggup menghadapi semuanya itudengan wajar. Karena ia sanggup menguasaiemosinya, kecerdasannya, imannya, ibadahnyadan kepribadiannya. Di dalam kewajarannyatiba-tiba ia menjelma menjadi sosok unggulyang harus diperhitungkan oleh segenaplapisan masyarakat.

Maka pada akhirnya C.Den Hammer pegawaipemerintah kolonial Belanda, InspekturPengajaran Hindia Belanda di Bandung, datangmenyelidiki dan menyaksikan dengan matakepala sendiri aktifitas yang dilakukangadis remaja, putri dari seorang pemberontakitu. Dan ternyata ia menilai kegiatan itusebagai suatu hal yang positif dan perludikembangkan menjadi sekolah yangsebenarnya. Malahan harus dengan segeracita-cita sang gadis dilaksanakansepenuhnya.

20

Sayang, dari kalangan sanak keluargadan kerabatnya sendiri Dewi Sartika tidakmendapat dukungan karena “perempuanbersekolah” itu sangat bertentangan denganadat. Dan barangkali mereka juga takutkepada apa akibatnya nanti kalau merekamembantu aktifitas putri seorang pemberontakyang dibuang oleh pemerintah.

Sang gadis remaja tidak guncang.Rumusan pemikirannya sudah teguh dan bulat.Gadis remaja itu tak mau menyerah diancam,diolok-olok dan didikte oleh suara-suaranyinyir di luar dirinya. Ia pun lalumenyerbu sarang macan. Ia menghadap BupatiBandung R.A.Martanagara yang dianggap musuhbesar almarhum ayahnya. Kepadanya denganjelas ia uraikan rumusan pendirian dan cita-citanya. Dan nyatanya pendirian dan cita-cita yang mulia yang matang uraiannya itupunya wibawanya sendiri. Kewibawaan yangmampu meruang dan mewaktu. Sehingga akhirnyaBupati R.A.Martanagara merestuinya,mendukungnya dan malahan pendopo kabupatendiperbolehkan untuk dijadikan sekolahsementara.

Apa bila direnungkan apa yang dilakukanoleh gadis remaja itu di dalam menghadapi

21

Bupati Bandung pasti penuh resiko yangditanggungnya. Apa kata ibu dan sanakkeluarga dekatnya ? Apa ia tidak dituduhsebagai pengkhianat ? Apa pula kata birokratKabupaten ? Apa itu tidak dituduh sedangbersiasat ? Dan apa pula komentar-komentarnyinyir dari masyarakat ? Keberanian,keteguhan hati dan kebulatan cita-cita gadisitu sungguh sukar dicari tandingannya. Waktudan sejarah selalu berpihak kepada tokohsemacam itu. Masyarakat bisa saja dikelabui,tetapi siapa yang bisa mengelabui waktu ?Berhadapan dengan waktu yang busuk akhirnyaakan berbau juga, sementara yang harum akansemerbak mulia pada saatnya. Tetapi tidaksetiap orang mampu punya wawasan sepertiitu. Untuk bisa bersikap seperti gadisremaja itu orang harus punya kepercayaankepada diri sendiri yang sangat besar.Kepercayaan diri semacam itu harus didukungoleh kejernihan rohani, pikiran, naluri dankesadaran seluruh sel dalam tubuhnya.Sehingga jiwa dari aksinya tetap lugas tanpakompromi, karena disinari oleh kesadarandiri yang total sifatnya.

Tokoh pergerakan nasional yang pentingsaat itu, H.O.S.Tjokroaminoto sangatmenghargai perjuangan Dewi Sartika. Ia

22

memerlukan berkunjung ke bazaar Sekolah DewiSartika. Selanjutnya pada giliran yang lainDewi Sartika pergi ke Surabaya untukberceramah di depan massa Syarekat Islam.Yah…yang harum akhirnya semerbak juga.

Sartika juga berkunjung kepadaR.A.Kardinah di Kendal, kakak R.A.Kartiniyang waktu itu sudah wafat. Kunjungan inibukan sekedar konsolidasi network, tetapi iabenar-benar belajar ilmu membatik untukkembali diajarkan kepada murid-muridnya diBandung. Staminanya untuk membina dirisungguh tidak ada habisnya.

Ia sering memberikan ceramah-ceramah dimuka umum karena ia berpendapat bahwa kaumkolot berkeberatan menyekolahkan anakperempuannya, adalah karena mereka kurangpenerangan mengenai apa yang diajarkan disekolah tersebut sebab kaum kolot itusendiri tidak pernah bersekolah.

Di dalam ceramahnya itu ia selalumenyebut dirinya sebagai Golongan Muda,ialah Golongan Yang Berjuang untuk MasaDepan bangsa Yang Lebih Baik. Namun sebagaitokoh Golongan Muda ia punya apresiasi jugakepada konsep “ Cageur Bageur” dan tradisi

23

pendidikan Golongan Kolot. Sebab “ CageurBageur “ adalah konsep yang mengutamakankesehatan “jiwa dan raga”. Konsep ini jugadiambil didalam sistem pendidikan SekolahSartika. Olahraga, keterampilan tangan,pengetahuan akan kesehatan, kebersihan dangizi diajarkan di sekolahnya. Di samping itujuga diajarkan budi pekerti dan agama. Namunitu semua belum cukup tanpa ditambah ilmupengetahuan, bahasa asing dan kesiapan untukbekerja. Semua itu adalah jendela yangpenting untuk memandang dunia, alatberpartisipasi dalam kehidupan sosialekonomi di masyarakat terbuka.

Ceramah-ceramahnya selalu jelas,kategoris dan sistematis. Dan sekolahnya ianamakan Sakola Istri yang lalu berubahmenjadi Sakola Kautamaan Istri. Semuanyamenunjukan bahwa ia memiliki naluri terhadapstrategi dan keseimbangan. Tidak adakompromi dia lakukan, termasuk apresiasinyaterhadap konsep “ Cageur Bageur “. Tetapimemang secara otentik ia melihatkesinambungan antara akar, batang, dahan,ranting, daun, bunga dan buah di dalamkebudayaan umat manusia. Ia tegas, jelas danlugas, tetapi tidak anarkis. Masyarakat

24

dapat menangkap aspirasinya karena ia memangberakar kepada kenyataan kehidupan.

Sayang sampai saat ini jarang aktifisyang bisa menandingi kalibernya, baik yanglelaki maupun yang perempuan.

***

*) Naskah ini merupakan ulasan WS. Rendra yangpernah dimuat dalam buku “R.Dewi Sartika SangPerintis” cetakan pertama.

25

R.Dewi Sartika dan R.Agah Kanduruan Suriawinata

Rumah keluarga bangsawan di Bandung

26

Putri Bangsawan

Ini sungguh kejadian nyata. Lebih darisatu abad silam, atau persisnya tanggal 4Desember 1884, di Bandung telah lahirseorang bayi perempuan yang dinamakan DewiSartika atau sehari-harinya lebih akrabdipanggil Uwi.

Bayi tersebut adalah anak ke dua dariperkawinan Raden Rangga Somanagara denganRaden Ayu Rajapermas. Tidak ada yangistimewa atau hal-hal yang luar biasa ketikaproses persalinan berlansung, kecualikebahagiaan yang dirasakan oleh pasangansuami-istri, ayah dan ibu sang bayi.

Pada tahun itu – sebagai ambtenar ataubirokrat – Raden Rangga Somanagara sedangbertugas menjabat Patih Afdeling Mangunrejayang sekarang ini terletak di wilayahKabupaten Tasikmalaya – Jawa Barat. Patihpada masa itu merupakan jabatan yang cukuptinggi dan penting karena menempati urutan

27

ke dua setelah jabatan Bupati. Secara teknisstruktural fungsi Patih dalam sistempemerintahan masa itu merupakan pelaksanakebijakan Bupati.

Raden Rangga Somanagara adalah salahseorang putra dari perkawinan Raden DemangSuriadipraja dengan Raden Ayu Komalanagara.Adapun tentang Raden Demang Suriadiprajajuga seorang yang berkarir sebagai ambtenardan jabatannya terakhir menjadi Hoof Djaksaatau Jaksa Kepala di Bandung. Ia jugatercatat sebagai keturunan DalemTimbanganten, cikal bakal pendiri KabupatianBandung.

28

R.A.A. Wiranatakusumah IV atau Dalem Bintang

29

Sedangkan Raden Ayu Rajapermas adalahseorang putri dari Raden Aria AdipatiWiranatakusumah IV yang pernah menjadiBupati Bandung periode 1846 sampai 1874.Selama menjabat sebagai Bupati Bandung,Raden Aria Adipati Wiranatakusumah IVdijuluki Dalem Bintang karena pernah mendapatbintang penghargaan dari pemerintahkolonial.

Dalem Bintang dikenal sebagai Bupati yangsangat peduli dan arif bijaksana dalammemimpin rakyatnya. Terkadang – jika tidakterlalu sibuk dengan pekerjaannya – beliaumenyamar sebagai rakyat biasa lalu bergabungdengan berbagai kegiatan rakyat keseharianuntuk menyerap aspirasi yang berkembang ditengah rakyat yang dipimpinnya. Maka selamakepemimpinannya itu, kebijaksanaannya selalumenunjukkan keberpihakan kepada rakyat yangdipimpinnya.

Setelah mempelajari sedikit tentanglatarbelakang Raden Rangga Somanagara danRaden Ayu Rajapermas, tidak diragukan lagibahwa bayi perempuan yang diberi nama DewiSartika itu adalah seorang putri darikeluarga bangsawan Sunda. Keluarga yangterhormat dan terpelajar tentunya.

30

**

Pada tahun 1891, setelah Dewi Sartikaberusia tujuh tahun dan telah memiliki tigaadik, Raden Somanagara dimutasi ke Bandungmenjadi Patih yang membantu pemerintahanBupati R.A.Kusumadilaga. Dia dan keluarganyamenghuni rumah dinas yang besar danberhalaman luas di Kepatihan Straat.

Rumah dinas Patih Bandung terbilangbesar dan berhalaman luas. Bangunannyamodel rumah panggung dibuat dari kayu yangsangat kuat. Memiliki beranda atau tepas didepan dan di belakang rumah. Sementara dihalamannya ditumbuhi berbagai pepohonanrindang dan tanaman hias yang ditata denganapik. Antara bangunan induk dengan bangunandi belakang, dihubungkan oleh suatu koridoryang panjang. Bangunan belakang merupakanperuntukan dapur, kamar mandi, kamar paraabdi dalem, gudang dan sebagainya.

Karena berasal dari keluarga ningrat,karena ayahnya menjabat sebagai PatihBandung, maka Dewi Sartika disekolahkan diEerste Klasse School bercampur dengan anak-anak

31

Belanda dan indo Belanda serta anak-anakdari kalangan ningrat lainnya. Berbedadengan anak-anak dari rakyat bumi puterakalangan bawah yang hanya dibolehkanbersekolah di Sekolah Angka Dua dengan kualitaspengajaran yang rendah. Sementara di EersteKlasse School kualitas pengajarannya jauh lebihtinggi. Di sekolah Belanda ini siswa-siswinya sudah diajar berhitung, bahasaBelanda dan bahasa Inggris, pengetahuan alamdan sebagainya. Sehingga tingkat pengetahuanyang dimiliki siswa Eerste Klasse School jauhlebih berkualitas dibanding pengetahuan yangdimiliki siswa-siswi Sekolah Angka Dua.

Bangsa Belanda sebagai bangsa penjajah,saat itu memang sengaja menciptakanperbedaan atau diskriminasi sosial dikalangan bangsa bumi putera. Misalnya hak-hak kalangan ningrat sangat jauh berbedadengan hak-hak rakyat kebanyakan yang bukanberasal dari golongan ningrat, termasuk diantaranya dalam mengenyampendidikan.Sehingga bangsa bumi putera yangpintar dan berpengetahuan sangat terbatasyaitu dari kalangan ningrat, sementarabangsa bumi putera yang terbataspengetahuannya justru sangat banyak karenamemang dari rakyat kebanyakan.

32

Selain mendapat pendidikan formal diEerste Klasse School, Dewi Sartika juga mendapatpendidikan tambahan di rumahnya sesuaitradisi di kalangan keluarga ningrat.Seperti pendidikan tentang etika atau budipekerti sebagai wanita Sunda, misalnya dalambertutur kata dan bertingkah laku, harusbisa memasak, menjahit dan menyulam sertalain sebagainya yang nanti menjadi ciri atauidentitas keningratannya itu.

Sehari-harinya Dewi Sartikaberpembawaan berbeda dari kebiasaan anakperempuan pada umumnya. Meski setiap hariselalu mengenakan kebaya dan rambutdisanggul mungil, perilakunya justru sangatlincah, sigap dan berani. Bicaranya punlugas dengan tutur kata yang tegas dankadang bernada keras seolah ia bukan seoranganak perempuan. Bahkan kalau boleh dibilangperilaku Dewi Sartika justru agak tomboy ataukelelakian. Dan karena perilaku yang tomboyitu, suatu kali ketika sedang bermainbersama saudara-saudaranya, dia terjatuhdan tangan kanannya mengalami cedera patahtulang. Sejak itulah Dewi Sartika menjadianak perempuan ningrat yang berpembawaan kidal

33

yaitu tangan kirinya lebih aktif digunakandibanding tangan kanannya.

Sebagai putri seorang Patih, DewiSartika dan saudara-saudaranya hidup mapandan bercukupan. Raden Somanagara dan RadenAyu Rajapermas saat ini telah memiliki limaanak yaitu putera sulungnya Raden Somamur,anak ke dua Dewi Sartika lalu anak ke tigaRaden Saripamerat dan anak ke empat ialahRaden Entis sedangkan yang bungsu adalahRaden Yunus. Kelima anaknya itu mendapatperlakuan yang enak. Tidur di ranjang empuk,menyantap makanan penuh gizi, berbusanabagus, dilayani oleh para abdi dalem. Jikabepergian selalu diantar oleh delman yangdihias indah, ditarik seekor kuda tegap,dilayani kusir yang bepenampilan bersih dansopan. Sungguh suatu kehidupan yang menjadiimpian dan khayalan anak-anak miskin saatitu.***

34

Denah rumah Patih Afdeling

35

Prahara Bandung

Tahun 1893. Sebagai gadis kecil berusiasembilan tahun, Dewi Sartika belum mengertiapa yang terjadi dan melanda keluarganya.Tapi seandainya dia boleh mengenang, saatitu merupakan masa yang paling getir dalamperjalanan hidupnya. Kisahnya begini :

Baru menapak dua tahun bertugas sebagaiPatih Bandung, Raden Rangga Somanagara sudahmendapat mandat untuk mewakili tugas-tugasBupati Bandung. Karena saat itu Kanjeng DalemRaden Aria Adipati Kusumadilaga sedangmenderita sakit rheumatik kronis dan harusberbaring di ranjangnya. Para dokter, tabibatau para ahli lainnya, belum ada yangsanggup mengobati dan menyembuhkan penyakitKanjeng Dalem itu. Bahkan kenyataan yangterjadi malah sebaliknya, sakit Kanjeng Dalemjustru semakin serius dan parah..

Tapi untunglah Raden Rangga Somanagaradapat melaksanakan tugas yang diembannya

36

dengan baik. Banyak urusan Kanjeng Dalem bisadiatasi dan dilaksanakannya dengan lancar,sehingga roda pemerintahan KabupatianBandung tetap berlangsung tanpa kendala apapun.

Karena tugas-tugas Kanjeng Dalem mampuditangani dengan baik oleh Patih Somanagara,otomatis figur sang Patih jadi populer.Demikian populernya Raden Rangga Somanagaramembuat rakyat Bandung berspekulasi bahwakelak pengganti jabatan Bupati Bandungadalah Raden Rangga Somanagara. Kemudianopini spekulatif itu berkembang meluasmenjadi gosip di kalangan rakyat Bandungdari tingkat elit sampai masyarakat bawah.Namun siapa menyana, ternyata gosip yangberedar luas itu justru yang menjadi akarmasalah atau sumber konflik kepentingan diKabupatian Bandung.

**

Track record atau reputasi karir RadenRangga Somanagara memang tercatat sangatpositif dan kaya dengan prestasi. Dimulaidari tahun 1858, ia bekerja menjadi JuruTulis Hoof Djaksa Bandung ( Jaksa Kepala).Kemudian pada tahun 1866 ia diangkat menjadi

37

Asisten Wedana di Bandung lalu tahun 1869menjadi Asisten Wedana Banjaran. Selanjutnyapada tahun 1871 ia menjadi Asisten WedanaPalasari, setahun berikutnya – 1872 –ditugaskan menjadi Asisten Wedana Gandasoli.Dua tahun setelah itu – 1874 – karirnyamenanjak menjadi Wedana di Banjaran. Satudasawarsa berikutnya – 1884 – Raden RanggaSomanagara dilantik menjadi Patih Mangunrejahingga pada tahun 1891 dimutasi menjadiPatih Bandung. Saat menjadi Patih Bandunginilah prestasi yang diciptakannya semakinmenonjol dan menunjukkan kapasitasnyasebagai pemimpin masyarakat.

Hari Jum’at, tanggal 11 April 1893,Raden Aria Adipati Kusumadilaga wafat karenasakit yang semakin kronis. Beliaumeninggalkan seorang istri yaitu Raden AyuSukarsih dan seorang putra berusia empattahun yakni Raden Mucharam. Kelak kemudianhari putera tunggalnya itu menjadi BupatiBandung dengan gelar Raden AdipatiWiranatakusumah V atau disebut juga DalemHaji.

Mangkatnya sang Kanjeng Dalem membuatKabupatian Bandung dirundung duka cita dandiselimuti suasana berkabung. Namun roda

38

pemerintahan Kabupatian Bandung harus terusberjalan. Untuk itu Residen Priangan JosephDaniel Harders menunjuk Raden RanggaSomanagara sebagai pejabat sementara hingganantinya ditetapkan Bupati Bandung yangdefinitif selaku pengganti Raden AriaAdipati Kusumadilaga yang telah mangkat.

Penunjukkan selaku pejabat sementaraitu makin mengukuhkan keyakinan sebagianbanyak masyarakat di Kabupatian Bandungbahwa memang Raden Rangga Somanagara yangakan menjadi Bupati Bandung. Begitusanternya gosip yang menyebut Raden RanggaSomanagara akan menjadi Bupati Bandung,justru menerbitkan kejengkelan ResidenHarders. Gosip itu dirasa seakan melecehkanekistensinya sebagai orang nomor satu dikalangan kulit putih di tatar Priangan,orang yang justru sangat menentukan peranpemimpin bumi putera. Hanya melaluikuasanyalah seorang pamong bumi putera bisaditentukan sebagai pemimpin bumi putera atautidak, terlebih untuk menentukan seseorangmenjadi Regent atau Bupati.

Maka Residen Priangan J.D.Harders mulaimenciptakan gosip tandingan atau counter issue,bahwa calon pengganti Bupati Bandung bukan

39

hanya Raden Rangga Somanagara. Sejumlah namamuncul dan beredar di masyarakat KabupatianBandung. Nama-nama itu antara lain RadenDemang Suriakarta Adiningrat, Patih AfdelingCicalengka yang juga sebagai ipar dari RadenRangga Somanagara. Raden SuriakartaAdiningrat ini adalah kakak kandung dariRaden Ayu Rajapermas, istri Raden RanggaSomanagara. Kemudian ada nama lain yaituRaden Nataningrat yang menjadi AsistenWedana Buah Batu, Raden Wiranagara selakuMantri Bandung dan terakhir muncul namaPangeran Suriaatmaja yang sedang menjabatsebagai Bupati Sumedang. Gosip tandinganinilah yang menimbulkan keresahanmasyarakat, khususnya di kalangan ningratKabupatian Bandung. Karena sangat anehkiranya, pejabat Asisten Wedana atau MantriBandung justru akan dicalonkan sebagaiBupati. Lebih lagi nama Bupati Sumedangtermasuk di antara yang dicalonkan. Hal itumembuat masyarakat semakin resah.

Di antara yang resah, justru yangpaling resah adalah Raden DemangSuriadipraja mantan Hoof Djaksa yang notabeneadalah ayahanda dari Raden RanggaSomanagara. Sebagai tokoh masyarakat diKabupatian Bandung, ia menilai ResidenHarders sudah melecehkan kalangan ningrat

40

Bandung dalam menetapkan calon penggantiBupati. Tanpa ragu lagi Raden DemangSuriadipraja segera menghimpun kekuatandibantu oleh Raden Wira Sudibya mantanMantri Gudang Kopi di Banjaran dan RadenArgawijaya seorang jawara terkenal yangbermukim di kawasan Andir.

Mengetahui reaksi Raden DemangSuriadipraja yang gusar, Residen Hardersjustru sangat senang dan semakin menyulutkonflik di kalangan ningrat KabupatianBandung. Nama-nama calon yang menjadi gosiptandingan dari Residen Harders tiba-tibapupus begitu saja, kini muncul nama calonyang lebih pasti yaitu Raden Martanagarayang sedang menjabat sebagai Patih AfdelingMangunreja.

Raden Demang Suriadipraja semakinterpancing oleh “permainan konflik” ResidenHarders. Dengan emosi yang meluap, RadenDemang Suriadipraja menitah putranya RadenRangga Somanagara menulis surat kepadaGubernur Jenderal yang isinya mengadukantindakan Residen Harders dalam halmenentukan pencalonan Bupati Bandung. Dilain pihak, mengetahui Raden RanggaSomanagara berani menulis surat yang

41

mengadukan perihal dirinya kepada GubernurJenderal, Residen Harders juga menulis suratuntuk Gubernur Jenderal. Bahkan di antaraisi suratnya itu, Residen Harders memintapersetujuan Gubernur Jenderal untukmenetapkan Raden Martanagara yang menjadiBupati Bandung pengganti Raden Aria AdipatiKusumadilaga yang telah mangkat beberapawaktu lalu. Dalam suratnya kepada Yang MuliaGubernur Jenderal, Residen Hardersmenekankan bahwa penetapan kepada RadenMartanagara berdasarkan rekomendasi dari KarlFrederick Holle yang tahu persis bagaimanareputasi dan prestasi Raden Martanagara.

Siapa dan bagaimana tentang RadenMartanagara ? Ini ada gambaran ringkastentang tokoh Raden Martanagara yang dipetikdari tesis DR.Nina Livain Lubis :

Raden Martanagara dilahirkan selepaswaktu shalat Ashar, tanggal 9 Pebruari 1845 diCipada Wetan – Sumedang. Ia adalah anakbungsu dari lima bersaudara, tapi semuakakanya wafat sejak kecil. Jadi takdiragukan Raden Martanagara menjadi anaktunggal dalam keluarganya. Ayahnya bernamaRaden Kusumahyuda, cucu dari Pangeran Kornel– Bupati Sumedang XII ( 1791-1892 ) yang

42

terkenal di Jawa Barat. Sedangkan ibunyabernama Nyi Raden Tejamirah, putri dariDalem Tumenggung Suriadilaga, pejabat BupatiSumedang yang kesohor dengan sebutan DalemSindangraja.

Entah kenapa, sampai usia tiga tahunRaden Martanagara sering menderita sakit dankondisi fisiknya pun selalu lemah. Makasesuai dengan kepercayaan masyarakat di masaitu, agar Raden Martanagara menjadi sehatdan kuat, ia dibeli seharga satu realditambah tujuh macam makanan oleh pamannyayaitu Raden Aria Surianagara yang saat itumenjadi Patih Sumedang.

Dari sejak kecil Raden Martanagarasudah menjadi anak kesayangan kakak tiriayahnya yaitu Pangeran Sugih yang saat itumenjadi Bupati Sumedang. Bahkan karenabegitu senang dan sayangnya Pangeran Sugihkepada Raden Martanagara, membuat RadenMartanagara diperlakukan bagai anakkandungnya. Bahkan setelah meningkat remaja,Raden Martanagara dipertunangkan denganArmunah putri dari Pangeran Sugih.

Dua tahun setelah pertunangan itu,terjadi peristiwa pahit. Ayahnya – Raden

43

Kusumahyuda – yang sedang menjabat sebagaiWedana Distrik Cibereum – Sumedang,diasingkan ke Probolinggo – Jawa Timur untukmenjalankan hukuman kerja paksa. Peristiwapahit itu disebabkan Raden Kusumahyudamenentang Pangeran Sugih yang menetapkankenaikan cuke kepada rakyat Sumedang. ResidenPriangan saat itu merasa kurang senangdengan sikap Raden Kusumahyuda yangmenentang kebijaksanaan Pangeran Sugih,karena menentang kebijakan Pangeran Sugihsaat itu sama saja artinya menentangPemerintah Hindia Belanda.

**

Selang beberapa lama setelah kejadianitu, suatu hari pelukis terkenal Raden Salehberkunjung ke Sumedang menjadi tamu khususPangeran Sugih. Dalam kesempatan tersebutPangeran Sugih menitipkan puteranya RadenEnden Durachim dan Raden Martanagara untukdididik oleh pelukis terkenal itu. RadenSaleh setuju, maka diboyonglah Raden EndenDurachim dan Raden Martanagara ke Batavia,tinggal bersama keluarga Raden Saleh dikampung Gunung Sari. Selama itu Raden Salehbersama istrinya - Movrouw Winkel Hayen –yang orang Belanda, mengajar banyak hal

44

kepada Raden Enden dan Raden Martanagara,khususnya belajar bahasa Belanda.

Setelah lama belajar di rumah RadenSaleh, Raden Martanagara melanjutkanpendidikannya di Sekolah Jawa di Semarang –Jawa Tengah. Di sekolah tersebut diabelajar menulis, membaca, berhitung dansebagainya dengan menggunakan bahasapengantar yaitu bahasa Jawa. Setelah tamatdari Sekolah Jawa, Raden Martanagara kembalike Sumedang. Setelah itu karirnya meluncurpesat. Prestasinya yang menonjol adalahmenggerakan penanaman kopi di DistrikSumedang. Atas prestasi itu ia mendapatpujian dari Residen Priangan Van der Moorlalu mendapat penghargaan berupa medaliperak ( De Zilver Medaille ) karena jasa danprestasinya tersebut.

**

Mengetahui bahwa Raden Martanagara yangditetapkan menjadi Bupati Bandung danpenetapan itu dikukuhkan oleh Yang MuliaGubernur Jenderal, makin membuat RadenDemang Suriadipraja dan kawan-kawan menjadilebih gusar dan merencanakan aksipemberontakan.

45

Sejumlah pendukung muncul. Merekaadalah Raden Kartadireja (Wedana Conggeang –Sumedang), Raden Danugara (mantan MantriGudang di Banjaran), Raden Natanagara( salah seorang putra almarhum Raden AriaAdipati Wiranatakusumah IV, atau ipar dariRaden Rangga Somanagara ), lalu Raden WiraSudibya, Haji Abdul Kahar serta RadenArgawijaya berikut semua anak buahnya.

Kronologi aksi pemberontakan tersebutberhasil dirangkum seperti berikut :

Tanggal 9 Juni 1893 :

Raden Rangga Somanagara memimpinpertemuan di rumah Argawijaya di kawasanAndir. Saat ini Raden Rangga Somanagaramenjelaskan bahwa Residen Harders telahmelecehkan martabat kaum ningrat Bandungkarena mendukung penetapan Raden Martanagarasebagai pengganti Bupati Bandung. “Apakahpantas, rakyat Bandung dipimpin olehketurunan Pangeran Sumedang ? Apakah kaummenak Bandung tidak ada lagi yang mampumemimpin Kabupatian Bandung ini ?” Demikiankira-kira yang disampaikan Raden Somanagara

46

kepada semua yang hadir dalam pertemuantersebut.

Ternyata respon peserta rapat cukupmengejutkan. Raden Danugara yang sudahterbakar emosinya, menyatakan menyumbang 2(dua) ikat dinamit yang setiap ikatnyaberisi 90 (sembilanpuluh) batang dinamit.Ucapnya dalam pertemuan itu :” Semua dinamityang saya sumbangkan sanggup menghancurkanseluruh isi kota Bandung.” Selanjutnya –masih dalam pertemuan ini – SyechAbdurrachman menyatakan sanggup menyumbangdana sebanyak f 1.500 (seribu limaratusgulden) untuk ongkos pemberontakan tersebut.Hasil dari pertemuan itu disepakati, merekaakan melakukan kerusuhan di kota Bandungbertepatan pada hari pelantikan BupatiBandung yang baru.

Tanggal 3 Juli 1893 :

Pertemuan diselenggarakan di rumahRaden Rangga Somanagara. Pertemuan inidihadiri oleh Raden Wirasudibya, RadenArgawijaya, Raden Haji Bahar, Raden HajiAbdul Kahar, Muhalin dan sebagainya.

47

Sebelum acara pertemuan dimulai, RadenRangga Somanagara menagih janji kesetiaandari para pendukungnya tersebut. Selanjutnya– setelah semua yang hadir menyatakandukungan dan kesetiaannya – barulah RadenRangga Somanagara menjelaskan rencana aksipemberontakan itu.

Adapun rencana yang dipaparkan padapertemuan ini antara lain :

Pelaksanaan aksi pemberontakanditetapkan pada tanggal 14 Juli 1893 yaitudengan meledakan Jembatan Cikapundungbertepatan dengan acara pelantikan BupatiBandung, lalu aksi berikutnya tanggal 17Juli 1893 peledakan dinamit saatdiselenggarakan pacuan kuda di lapanganTegallega.. Koordinasi kerusuhan diaturseperti berikut : Raden Wirasudibyaditugaskan sebagai komando aksi yangmembawahi Haji Bahar di Bandung Utara, HajiEnur di Bandung Selatan, Raden Argawijaya diBandung Barat dan si Ritan alias Iksan diBandung Timur. Sementara itu Abah Kamsiahditugaskan membagi-bagikan dinamit kepadamereka yang akan melaksanakan peledakan diJembatan Cikapundung.

Tanggal 7 Juli 1893 :

48

Rombongan Raden Martanagara dariMangunreja tiba di Pendopo KabupatianBandung disambut oleh Raden RanggaSomanagara dan seluruh jajarannya.

Tanggal 12 Juli 1893 :

Raden Wirasudibya dan Raden Argawijayamelakukan evaluasi persiapan aksipemberontakan yang akan dilakukan besoklusa.

Tanggal 14 Juli 1893 :

Ketika para tamu undangan sudahmemadati Pendopo Kabupatian Bandung danacara syukuran peresmian Bupati Bandungmulai dilangsungkan, bertepatan ini terjadiledakan besar di Jembatan Cikapundung.Kepanikan terjadi di berbagai penjuru kotaBandung.

Tanggal 15 Juli 1893 :

Ritan alias Iksan, koordinatorkerusuhan di Bandung Timur, melakukanpertemuan rahasia di suatu tempat denganResiden Harders. Pada pertemuan tersebut

49

Ritan atau Iksan menjelaskan rencanapembunuhan terhadap Raden Martanagara disaat menyaksikan acara pacuan kuda diLapangan Tegallega.

Tanggal 17 Juli 1893 :

Rencana pembunuhan terhadap BupatiBandung yang baru yaitu dengan meledakkanpodium kehormatan di lapangan pacuan kudaTegallega berhasil digagalkan petugaskeamanan.

Tanggal 18 Juli 1893 :

Residen Harders menyelenggarakan rapatkhusus dengan seluruh jajarannya. Rapattersebut membahas peristiwa pemberontakankaum ningrat Bandung pada tanggal 14 dan 17Juli 1893. Dalam rapat tersebut ResidenHarders telah menetapkan tersangka aktorintelektual aksi pemberontakan tersebutadalah Raden Demang Suriadipraja, RadenRangga Somanagara dan sejumlah tokohlainnya. Kemudian – untuk memudahkanpenyidikan – Residen Harders menetapkanpemutasian Raden Rangga Somanagara menjadiPatih Mangunreja.

50

Tanggal 19 Juli 1893 :

Pangeran Suriaatmaja mengirim pasukanSumedang untuk berjaga-jaga terhadap segalakemungkinan yang akan terjadi di Bandung.Pasukannya itu ditempatkan di daerahSoreang. Tindakan Pangeran Suriaatmaja inikarena mengingat Raden Martanagara masihsanak kerabatnya.

Tanggal 20 Juli 1893 :

Residen Harders melangsungkanpembicaraan khusus empat mata dengan RadenMartanagara. Pada saat ini Residen Hardersmenjelaskan kepada Raden Martanagara bahwasebagai Bupati yang baru kehadirannya tidakditerima atau tidak disukai oleh masyarakatBandung, khususnya kalangan bangsawan.“Orang-orang Bandung ini menolak dipimpinoleh Raden Martanagara yang orang Sumedang,”begitu kiranya yang dijelaskan ResidenHarders kepada Raden Martanagara.Selanjutnya Residen Harders menugaskan RadenMartanagara untuk melakukan operasipenangkapan terhadap semua pengikut aksipemberontakan tersebut.

Tanggal 21 Juli 1893 :

51

Sejak dini hari pasukan KabupatianBandung yang dipimpin oleh Mas Kumendangmelaksanakan operasi penangkapan terhadapmereka yang dicurigai atau dipastikansebagai pengikut aksi pemberontakanbangsawan Bandung. Sebanyak 56 (limapuluhenam) orang dari berbagai wilayah di sekitarKabupatian Bandung ditangkap dan dijebloskanke Penjara Banceuy.

Tanggal 22 Juli 1893 :

Raden Rangga Somanagara menerimaperintah mutasi ke Afdeling Mangunreja. Saatini Raden Rangga Somanagara menyadari bahwapihak Pemerintah Hindia Belanda sudah“mencurigai” dirinya sebagai otak perencanaaksi pemberontakan tersebut. Upayamemutasinya ke Mangunreja adalahmenyingkirkan dirinya untuk mempermudahpelaksanaan penyidikan.

**

Kronologi kejadian di atas menunjukkanbahwa mereka yang melakukan aksipemberontakan di Bandung itu telah gagal.Mereka ternyata telah terjebak “perangkapkonflik kekuasaan” yang direkayasa Residen

52

Harders. Karena memang sudah menjadi cirikhas Pemerintah Hindia Belanda untukmenguasai dan mengendalikan bangsa bumiputera adalah dengan menciptakan politikkonflik (devide et impera ) atau “adu domba” dikalangan sesama bangsa bumi putera.

Residen Harders memang mengemban tugasdari Gubernur Jenderal untuk menjadikanKabupatian Bandung sebagai Ibukota HindiaBelanda. J.D.Harders yakin, pemuka bumiputera yang tepat dan mampu melakukanpenataan kota di Kabupatian Bandung iniadalah Raden Martanagara.

Di lain pihak, sebagai ganjaran ataspemberontakan yang telah dipeloporinya,Raden Demang Suriadipraja dan Raden AyuKomalanagara dihukum buang ke Pontianak –Borneo Barat, sedangkan Raden RanggaSomanagara dan Raden Ayu Rajapermas dihukumbuang ke Pulau Ternate. Sementara parapengikutnya seperti Raden Wirasudibya, RadenArgawijaya dan lainnya, dikenakan hukumankerja paksa.

Inilah prahara yang melanda DewiSartika bersama saudara-saudaranya. Setelahayah dan ibunya, kakek dan neneknya

53

diberangkatkan ke tanah pembuangan, merekapun tinggal tercerai berai ikut sanakkeluarga ayah ataupun ibunya. Sementara DewiSartika, dititipkan di rumah Raden DemangSuriakartaadiningrat ( kakak kandungibunya ) yang menjadi Patih AfdelingCicalengka.

Roda kehidupan pun berubah….

54

Raden Aria Adipati Martanagara

55

Raden Demang Suriadipraja

56

Menjadi Abdi Dalem

Tahun 1894. Afdeling Cicalengka adalahsebuah kota kecil di sebelah timurKabupatian Bandung. Penduduknya tidak banyaktapi kota ini selalu ramai oleh pengunjungdari berbagai daerah. Mungkin karenaletaknya yang berada pada lintasan jalanantara Bandung – Mangunreja, Garut danCiamis. Secara administratif AfdelingCicalengka terbagi atas tiga distrik ataukewedanaan, yaitu Distrik Cicalengka,Distrik Ciparay dan Distrik Ujung Berung.Masing-masing distrik tersebut dipimpin olehseorang demang yang berpangkat Wedana.

Afdeling Cicalengka dipimpin oleh PatihRaden Demang Aria Suriakarta Adiningrat danCh.Bijnon sebagai Asisten Residen. Dalam halini pihak Patih bertugas mengatur danmengurus pemerintahan bumi putera, sementaraAsisten Residen mengurus dan mengaturpemerintahan bangsa Belanda atau warga asingyang berdomisili di Afdeling Cicalengka.Namun secara struktural, jabatan Asisten

57

Residen masih tetap lebih tinggi dari padajabatan Patih Afdeling.

Sebagai wilayah afdeling, Cicalengkatidak ada yang istimewa. Keadaannya biasa-biasa saja. Sebagian besar sumberpenghidupan masyarakat dari bertani danbeternak. Tapi dalam perjalanan hidup DewiSartika, Afdeling Cicalengka ini mencatatkenangan pahit yang menjadi bagian daripengalaman hidupnya.

** Pada bulan Januari 1894, Raden RanggaSomanagara bersama istrinya Raden AyuRajapermas diberangkatkan ke tanahpembuangan di Pulau Ternate. Dewi Sartikayang saat ini berusia sepuluh tahundititipkan kepada keluarga Raden Demang AriaSuriakarta Adiningrat.

Sejak pertama kali menapakkan kaki diAfdeling Cicalengka dan menetap di rumahkeluarga Patih Cicalengka, Dewi Sartikasudah merasakan sambutan yang tidak ramahdan kurang bersahabat. Maklum – pada saatitu – semua kalangan ningrat menganggap DewiSartika bersama saudara-saudaranya adalahanak orang buangan. Mereka disisihkan daripergaulan, dianggap tidak layak dan tidak

58

pantas untuk diperlakukan dengan baik walausebelumnya mereka adalah anak-anak darikeluarga terhormat dan terpandang.

Perlakuan tidak ramah itu terlihat daricara Patih Cicalengka menempatkan DewiSartika di kamar belakang, setara denganpara abdi dalem. Maka dengan lain perkataan,keluarga Patih Cicalengka menempatkan DewiSartika tidak berbeda dengan para abdi dalemyang bertugas di rumah ini. Boleh jadiperlakuan demikian bukanlah kehendak dirisang patih. Tapi pada masa itu jika DewiSartika diperlakukan dengan baik, itu samaartinya Patih Cicalengka telah melindungianak pemberontak. Ia pasti akan mendapatteguran dari atasannya yaitu PemerintahHindia Belanda. Sebagai pejabat penting,posisinya bakal terancam. Maka demi keamananjabatannya, ia terpaksa memperlakukan DewiSartika – kemenakannya langsung – sebagaiabdi dalem di rumahnya.

Mengawali kehidupannya di AfdelingCicalengka ini, Dewi Sartika merasa sedihdan prihatin. Sebagai anak perempuan yangmasih berusia sepuluh tahun, ia tidak pernahmembayangkan nasibnya akan menjadi sepertiini.

59

Kehidupan rumahtangga Patih Cicalengkamemang agak unik. Dia memiliki empat istriyaitu yang pertama bernama Raden AyuRajaputri. Dari perkawinan dengan Raden AyuRajaputri, Raden Suriakarta Adiningratdianugrahi seorang anak yaitu Raden AjengPermaningrat. Istri yang ke dua bernamaNyimas Uki. Perkawinannya dengan Nyimas Ukimembuahkan dua anak yaitu Raden AjengPermana dan Raden Sentot. Istri ke tigabernama Nyi Raden Permasih atau dipanggilAgan Permas. Perkawinan dengan Agan Permasdikaruniai seorang anak yang dinamakan RadenKanjun Surianingrat. Sementara istrinya yangke empat tidak dibuahi seorang anak pun.Istri yang ke empat itu bernama Nyi RadenEni atau dipanggil Agan Eni.

**

Dewi Sartika menempati sebuah bilikkecil di belakang rumah, berdekatan dengankamar para abdi dalem yang bekerja di rumahPatih Cicalengka ini. Jauh berbeda dengankeadaannya di Mangunreja maupun di Bandung.Di sini – mau tidak mau – dia harusmenjalani hidup prihatin. Jauh dari orangtuayang menyayanginya, jauh dari sanak saudara,

60

jauh dari teman-teman bermain. Ya, sejakbermukim di Cicalengka ini Dewi Sartikapraktis berhenti sekolah.

Karena diperlakukan sebagaimana abdidalem, Dewi Sartika yang masih berusiasepuluh tahun itu melakukan tugas-tugasrutin bersama para abdi dalem lainnya. Menyucidan menjemur pakaian misalnya, menyapulantai, menghidangkan makanan bagi keluargaPatih Cicalengka serta lain sebagainya. Halyang tak pernah ditinggalkannya adalahmendirikan shalat lima waktu. Bahkan takurung ia juga rajin melaksanakan ibadahpuasa sunat, selain puasa wajib di bulanRamadhan. Singkat kata, keprihatinan yangdialami menjadi upaya pengasahan batin danakhlaknya.

Di antara para abdi dalem yang bekerja dirumah Patih Cicalengka, Bi Emeh adalah abdidalem yang paling galak dan selalu bersikapkasar kepada Dewi Sartika. Tidak sajaucapan-ucapannya yang ketus dan bernadamenghina, tindakannya pun kasar dan takjarang menganiaya fisik Dewi Sartika. Pernahdi suatu ketika, Dewi Sartika lelah bekerjadan perutnya terasa lapar. Dia memberanikandiri meminta makan kepada Bi Emeh, tetapi

61

ternyata Bi Emeh justru memukul wajahnyadengan centong nasi yang terbuat dari kayu.“Lapar, lapar bae, batur oge can dahar !” Begitu ucapBi Emeh dengan nada membentak serayamemukuli sebelah pipi Dewi Sartika dengansendok nasi. Dewi Sartika meringiskesakitan dan terus menahan lapar yangmelilit perutnya.

Hal lain yang paling menarik selamamenjalani hidup di rumah Patih Cicalengka,Dewi Sartika dapat mengikuti berbagaipelajaran yang disampaikan oleh Agan Enikepada para anak perempuan dari kalanganmenak bawah yang mondok juga di situ. Anak-anak perempuan itu umumnya adalah anak-anakpara Kuwu, Cutak, Carik, Mantri Ulu-ulu dansebagainya. Mereka sengaja disuruh mondok dirumah Patih Cicalengka untuk mengikutipengajaran yang disampaikan oleh Agan Eni,istri patih Cicalengka yang ke empat.

62

R.Demang Suriakarta Adiningrat – Patih Cicalengka

63

Pengajaran yang disampaikan oleh AganEni memang bermacam-macam, tapi pada umumnyaadalah tentang kepandaian perempuan.Misalnya pelajaran memasak berbagai menumakanan bergizi, menata meja makan danmenghidangkan makanan, cara bersantap, carabertutur kata, bertingkah laku, berdandandan memilih busana serta lain sebagainya.Intinya adalah pelajaran yang mempersiapkandan membentuk diri mereka menjadi anakperempuan yang menjunjung harkatnya danpandai membawa diri dengan baik.

Dari banyak pengajaran yang diberikan,justru Agan Eni tidak memberikan pelajaranmenulis dan membaca. Alhasil boleh dibilangpara anak perempuan dari kalangan menakbawah itu umumnya buta huruf. Makanya ketikaanak-anak perempuan itu berkorespondensiatau berkirim surat dengan anak-anak priakenalannya yang sedang bersekolah diBandung, mereka meminta bantuan Dewi Sartikauntuk membacakan surat atau membantumenuliskan surat balasan kepada teman-temanpria mereka. Di saat ini memang banyak hallucu yang dialami Dewi Sartika.

Misalnya ada seorang anak perempuanyang meminta Dewi Sartika membacakan surat

64

dari teman prianya. Isi surat itumenjelaskan bahwa sang teman pria sudahtidak ingin melanjutkan hubungan karenasesuatu hal. Tapi oleh Dewi Sartika justrudisampaikan berbeda. Dewi Sartika membacakansurat yang menjelaskan bahwa teman prianyabegitu sangat merindukan diri kekasihnya dansudah tak sabar ingin menyuntingnya menjadiistri yang setia. Jelas isi surat yangdibacakan itu adalah karangan Dewi Sartika.Namun karena anak perempuan itu tidak tahudan tidak bisa membaca surat tersebut, iapercaya dan begitu gembira. Kepada sesamateman yang mendengarkan Dewi Sartikamembacakan isi surat itu, anak perempuantadi memuji-muji kekasih yang dicintainya.Padahal di saat itu, jauh di dalam hatinya,Dewi Sartika tertawa geli karena dia tahuisi surat itu justru sangat menyakitkan danmenunjukkan ketidak sukaan teman priatersebut kepada kekasihnya.

Demikian pula dalam hal membantumenuliskan surat, jika ada anak perempuanyang minta dibuatkan surat kepadaorangtuanya dan isi suratnya minta dikirimibekal atau uang, maka Dewi Sartikamenulisnya berbeda. Dalam tulisannya itudisebutkan bahwa anak perempuannya sudah

65

jadi perempuan mandiri dan tidak membutuhkanlagi kiriman orangtuanya agar tidak menjadibeban biaya orangtuanya. Alhasil anakperempuan itu hanya bisa menunggu danberharap kiriman orangtuanya, sementaraorangtuanya di kampung tidak lagi akanmengirimi anak perempuannya karena sudahmampu mandiri dan sangat tidak inginmenyusahkan orangtuanya.

Semua pengalaman yang lucu itu bukansekedar menjadi hiburan bagi diri DewiSartika. Ia menyaksikan bagaimana anakperempuan yang dibacakan surat sangatbergembira, padahal isi suratnya seharusnyamembuat dirinya sedih. Kemudian ia jugamenyaksikan bagaimana anak perempuan itumenangis tersedu sedan di saat dibacakansurat untuknya, padahal sesungguhnya isisurat itu justru sangat lucu dan tidak harusmembuatnya menangis. Dari apa yangdisaksikan dan dialaminya itu, membuat DewiSartika merenung : Alangkah sedihnya merekayang tidak bisa membaca dan menulis, karenaorang yang demikian ibarat hidup di dalamkegelapan atau umpama orang buta yangberjalan di tengah hari.. Maka jika jadiperempuan harus bisa segala-gala. Karenaperempuan yang memiliki banyak kepandaian,

66

khususnya lagi membaca dan menulis, tidakakan mudah diperdaya oleh kaum pria atausiapa pun.

** Tahun demi tahun terus berlalu hinggatak terasa Dewi Sartika sudah berusia 18(delapanbelas) tahun. Ia sudah tumbuhsebagai gadis remaja yang cantik danmenawan. Walau sehari-hari statusnya tetapsebagai abdi dalem di rumah Patih Cicalengka,pancaran wajahnya tetap memiliki daya pesonayang memantulkan darah kebangsawanannya.Seperti kata pepatah lama ; “ Loyang ditaruhdi etalase atau tempat terhormat, tetaplahloyang. Emas walau di tempat kumuh, tetaplahemas.” Hal demikian menurut keyakinan orangSunda disebut sorot. Adapun makna dari sorotitu adalah sesuatu yang memancar dari dalamdiri dan tidak bisa direkayasa.

Diam-diam, tanpa sepengetahuan DewiSartika, Raden Kanjun Surianingrat terpesonaoleh pancaran kecantikan Dewi Sartika. RadenKanjun adalah salah seorang putra RadenDemang Suriakarta Adiningrat, PatihCicalengka, atau saudara sepupu DewiSartika. Saat ini Raden Kanjun sudah dewasa,sudah menikah dan sudah dikaruniai seorang

67

anak yang masih kecil. Ia bekerja menjadistaf administratif yang membantu tugasayahnya dalam mengurus pemerintahan diAfdeling Cicalengka ini.

Dengan berbagai cara Raden Kanjunberusaha menarik simpati Dewi Sartika agarbersedia dijadikan istrinya yang ke dua.Tapi kenyataan tidak sama dengan harapannya.Ketika Raden Kanjun nekad menyampaikanhasrat hatinya ingin memperistri DewiSartika, seketika pula Dewi Sartika menolakdengan halus. Karena disamping dia sendirimerasa tidak mungkin menjadi istri saudarasepupunya, dirinya pun sangat menentangpoligami dan tidak ingin merusak rumahtanggayang sudah dibangun Raden Kanjun danistrinya selama ini.

68

Tapi hasrat Raden Kanjun memang sudahtak terbendung. Ia tetap bersikeras danberusaha menekan Dewi Sartika agar maudinikahinya dan sepanjang itu pula DewiSartika selalu menolak dengan halus dansopan. Hingga pada akhirnya, di saat DewiSartika semakin bingung menghadapi ulah dansikap Raden Kanjun, ia mendapat kabar bahwaayahnya Raden Somanagara telah wafat dipembuangan. Ibunya Raden Ayu Rajapermas

69

telah kembali menetap di Bandung. Maka tanparagu, di suatu malam, Dewi Sartika pergitanpa pamit meninggalkan rumah PatihCicalengka.

Delapan tahun bermukim di rumah PatihCicalengka merupakan masa yang penuh tekananbatin dan penuh duka. Bila sebelum peristiwahuru-hara di Bandung yang dipimpin ayahnya,Dewi Sartika mengenyam kehidupan yangharmonis dan berkecukupan bersama orangtuadan saudara-saudaranya. Tapi setelah ayahdan ibunya ditangkap lalu dibuang ke luarPulau Jawa, kehidupannya berubah drastis.Sehingga selama delapan tahun menetap dirumah Patih Cicalengka, Dewi Sartikamengalami tempaan hidup yang membuat dirinyamenjadi dewasa dan arif dalam mengarungikehidupan.

***

70

Sakola Istri

Di bawah penindasan dan penjajahanbangsa Belanda, waktu itu nasib perempuanbumi putera dari golongan bangsawan sampaigolongan rakyat kebanyakan, sungguh sangatmemprihatinkan. Mereka tidak diberi

71

kesempatan berkembang, hidup terkungkung didalam rumah, bertugas melayani segalakebutuhan pria yang menjadi suaminya.Kemudian – ketika ditinggal wafat suami –mereka tidak mampu berbuat banyak seolahkehilangan “tulang punggung” atau“pelindung”. Pendek kata pada saat itu kaumperempuan bumi putera sangat bergantungkepada kaum pria. Mereka tidak berdayaketika mengetahui suaminya berselingkuhdengan wanita lain, tidak bisa menuntut hakketika dengan seenaknya sang suamimenceraikannya.

Sebagai gadis remaja, Dewi Sartikasangat memahami dan menghayati keadaan yangdemikian itu. Satu contoh ketika iamenyaksikan sikap ibunya yang lebih memilihmendampingi ayahnya pergi ke tanahpembuangan tinimbang menjaga dan mengasuhanak-anaknya yang masih kecil. Sikaptersebut membuktikan betapa besarnyaketergantungan ibunya kepada ayahnya. Samapula halnya ketika ia menyaksikan kehidupanpoligami yang dilakukan kaum suami terhadapistrinya, membuat diri Dewi Sartika merasabahwa nasib kaum perempuan hanya menjadibahan pelecehan kaum pria.

72

Kondisi zaman yang demikianmenyadarkan Dewi Sartika. Selayaknya kaumperempuan bumi putera mampu mandiri danterampil, supaya bisa menjadi tiang keluargayang kokoh. Untuk itu para perempuan bumiputera harus dididik dan dibina sesuaifitrahnya. Supaya nantinya mereka menjadiibu yang baik, ibu yang sanggup melindungikeluarganya. Soko guru bagi keluarganya.Karena hanya dari ibu yang baik akan lahirgenerasi yang baik. Itulah yang menjadilandasan Dewi Sartika mencetuskan gagasanmendirikan sekolah perempuan bumi puterayang pertama di Indonesia, seperti yangdiungkapnya dalam salah satu artikelkarangannya : “ Di samping pendidikan yang baik,perempuan bumi putera harus dibekali pelajaran yangbermutu. Karena perluasan pengetahuan akan sangatberpengaruh bagi moral kaum perempuan bumiputera.Pengetahuan tersebut hanya diperolehnya dari sekolah….”

**

Tahun 1902. Dewi Sartika telah kembalimenetap di Bandung, berkumpul kembalibersama ibunya yang telah pulang dariTernate. Mereka menghuni sebuah rumahsederhana di Simpangsteg atau gang Simpangyang letaknya di belakang rumah dinas Patih

73

Bandung, rumah keluarga mereka di masa lalu.Simpangsteg ini merupakan jalan yang menjadiporos penghubung antara Pasar Baru Straat denganRegentweg.

Sekembali dari Ternate, Raden AyuRajapermas harus menghadapi kenyatan yangpahit karena sebagian banyak harta bendapeninggalan suaminya sudah tidak ada lagi.Ada yang diambil sanak keluarga ataukerabat, ada pula yang tak jelas diambilsiapa. Sehingga sekarang ini terpaksa iaharus hidup dari awal tanpa bekal yangcukup. Sebagai keluarga buangan, pemerintahHindia Belanda dan pemerintah bumi puteratidak ada yang memberi santunan berupapensiun atau tunjangan. Semua harus dimulaikembali dengan prihatin.

Bagi Dewi Sartika yang sudah delapantahun mengalami hidup prihatin di AfdelingCicalengka, keadaan demikian tidakmenjadikan dirinya cemas dan prihatin.Dengan cara yang cerdas dia mengatasi semuakebutuhan hidup ibunya dan dirinya. Yaknidia mulai mengajak sanak kerabat yangperempuan untuk belajar tentang kepandaianperempuan. Misalnya memasak berbagai menumakanan, jahit menjahit dan semacamnya.

74

Ternyata banyak yang berminat dan pengajarantersebut bisa diselenggarakan dengan baikbertempat di ruang belakang rumahnya diSimpangsteg ini.

Sebagai imbal balik atas pengajaranyang diterima anak-anak perempuan sanakkeluarganya itu, Dewi Sartika dan ibunyamendapat bantuan berupa beras, garam,kelapa, lauk pauk serta lain sebagainya yangmenunjang kelangsungan hidup mereka hari kehari. Sungguh suatu proses pertukaran yangsangat indah.

Waktu ke waktu pengajaran yangdiberikan kepada anak-anak perempuan sanakkeluarganya itu ditingkatkan. Mereka jugadiajari baca tulis Melayu maupun Belanda,termasuk ilmu berhitung dan semacamnyasebagaimana yang pernah diperoleh DewiSartika ketika bersekolah di Eerste Klasse Schooldan ketika hari ke hari mengikuti pengajaranAgan Eni di Afdeling Cicalengka.

Namun entah bagaimana, kegiatanpengajaran di belakang rumahnya itu – tanpadiketahui Dewi Sartika ataupun ibunya –telah menjadi pengamatan Pemerintah HindiaBelanda. Mungkin inilah resiko menjadi

75

keluarga yang pernah memusuhi ataubertentangan dengan pemerintah. Dalamkeadaan apapun tetap menjadi obyekpengamatan dan pengawasan, Termasuk ketikamenyelenggarakan pendidikan informal sepertiyang dilakukan Dewi Sartika saat itu.

Akhirnya untuk mengetahui secara pastiapa dan bagaimana kegiatan putri mantanPatih Bandung itu, C.Den Hammer yangmenjabat sebagai Inspektur Pengajaran HindiaBelanda di Bandung bermaksud meninjaulangsung ke rumah Raden Ayu Rajapermas yangterletak di Simpangsteg itu. Karena denganmeninjau langsung kegiatan di situ,Pemerintah Hindia Belanda akan lebih cepatmenentukan tindakan tegas bagi keluargabuangan tersebut. Andaikata kegiatandimaksud akan menjadi ancaman bagipemerintah, sebelum larut berlangsung dapatsegera dihentikan. Tapi kalau tidak menjadiancaman atau membahayakan pemerintah,kegiatan putri mantan Patih Bandung dapatditeruskan sambil terus diamati dan diawasi.

C.Den Hammer datang ke rumah Raden AyuRajapermas di Simpangsteg. Dia datang denganbekal kecurigaan terhadap segala kegiatanDewi Sartika di rumah tersebut. Namun

76

setelah ia bertemu langsung dengan DewiSartika dan menyaksikan kegiatan yangdiselenggarakan putri Raden RanggaSomanagara yang pernah menjadi musuhpemerintah, ia justru berpandangansebaliknya. Kecurigaan berganti menjadidecak kekaguman. Kebencian terhadap keluargamantan pemberontak berganti menjadi simpatidan sayang. Peristiwa yang luar biasa yangdialami langsung oleh C.Den Hammer.

Dewi Sartika yang masih gadis remajaitu dengan lancar dan tanpa canggungmemaparkan pandangannya tentang keadaanperempuan bumi putera dan alasan atautujuannya menyelenggarakan kegiatanpengajaran informal di rumahnya ini.

Sambil duduk di sofa kayu, tuan C.DenHammer bicara dalam bahasa Melayu namundengan logat Belanda yang kental dan suarayang agak bindeng. “Sesuai saya orang punyajanji, saya orang datang ke sini mau lihatitu yufrow punya kegiatan pengajaran…Omongpunya omong, kira-kira ada berapa yufrow punyamurid ?”

“ Mereka yang belajar di sini adasepuluh orang, tuan. Kegiatan kami ini bukan

77

kegiatan resmi, hanya kegiatan keluarga.”Sahut Dewi Sartika dengan tenang dan sopan.

“Wajar itu yufrow, untuk hal yang besardimulai dari yang kecil dulu….” Ucap C.DenHammer.

“Mendirikan sekolah, maksudnya ?”

“Ya.”

“Tentu saya berkeinginan mendirikansekolah, tuan. Tapi saya tau diri, keinginanitu ibarat burung pungguk merindukan bulan.Makanya saya memilih menyelenggarakanpendidikan terbatas untuk kalangan keluargadekat saja.”

Selanjutnya C.Den Hammer diajakmenyaksikan langsung kegiatan belajarmengajar di belakang rumahnya. Semua ituyang akhirnya menerbitkan decak kagum C.DenHammer sang Inspektur Pengajaran HindiaBelanda di Bandung. Kekaguman yang akhirnya“mengganggu” pikiran dan perasaannyasendiri.

“Untuk apa yufrow ajar mereka menyulam,memasak, merajut, baca tulis Melayu en

78

banyak lagi ? “ tanya C.Den Hammer ingintahu visi Dewi Sartika dalammenyelenggarakan kegiatan pendidikan ini.

“Saya ingin menanamkan kepadaperempuan bumi putera, sebagai perempuanmereka harus bisa segala-gala. Agar merekapunya rasa percaya diri terhadapkemampuannya dan tidak melulu bergantungkepada suami, apalagi kepada belas kasihanorang lain….” Kata Dewi Sartika menjawabpertanyaan C.Den Hammer.

C.Den Hammer menganggap Dewi Sartikaadalah gadis remaja yang ajaib. Dalam usia18 (delapanbelas) tahun ia sudah memilikipemikiran dan pandangan yang menakjubkanbagi pendidikan kaum perempuan bumi putera.Bagi Den Hammer, orang yang memilikikepedulian, pemikiran dan pandangan,terhadap pendidikan kaum perempuan adalahorang yang memahami peningkatan peradabansuatu bangsa.

Bersimpati terhadap kegiatan DewiSartika, C.Den Hammer menawarkan kesempatankepada putri mantan Patih Bandung itumenjadi guru di sekolah bumi putera. NamunDewi Sartika menolaknya, karena ia lebih ajeg

79

jika menjadi guru di sekolah yangdidirikannya sendiri. Mendengar pernyataanDewi Sartika, kembali Den Hammer berdecakkagum.

Timbang menimbang, akhirnya Den Hammermendukung cita-cita Dewi Sartika mendirikansekolah perempuan bumi putera. Makadisarankan agar Dewi Sartika segera mengajaksanak keluarganya yang bersedia membantumewujudkan cita-cita mulia itu.

Dewi Sartika menghubungi berbagai sanakkeluarganya yang terpandang di masyarakatKabupatian Bandung. Tapi dari semua yangditemui, ternyata tak seorang pun yangbersedia membantu. Bahkan manakala merekatahu Dewi Sartika akan mendirikan sekolahperempuan bumi putera, mereka justrumenentang dan menilai cita-cita Dewi Sartikasangat bertentangan dengan adat yangdiwariskan leluhurnya.

“Untuk apa perempuan bersekolah ? Sudahtakdirnya perempuan itu menjadi penghunidapur, mengurus suami dan anak.” Ujar salahseorang sanak keluarga yang ditemuinya. “Kalau perempuan bersekolah nanti mereka akanmelanggar adat dan kodratnya sebagai

80

perempuan.” Ucap sanak keluarga yang lain.Berbagai macam alasan dilontarkan untukmenolak gagasan dan cita-cita Dewi Sartika.Menanggapi sikap sanak keluarganya yangperempuan bumi putera itu, Dewi Sartikamenulis seperti ini : “ Sayang bahwa masihbanyak di antara orang-orang setanah air saya yangrupanya selalu berusaha untuk lebih dahulu menentangsegala yang baru.”

**

Nyaris putus asa, Dewi Sartika yangdibantu dua saudara misannya yaitu NyiPurwa dan Nyi Uwid, menghadap kepada C.DenHammer menyampaikan kegagalannya dalammengajak sanak keluarga mewujudkan cita-citamendirikan sekolah untuk perempuan bumiputera.

Den Hammer prihatin mendengarpenjelasan Dewi Sartika. Ia sangatmenyesalkan sikap para perempuan ningrat diBandung yang tidak mendukung gagasan dancita-cita mulia Dewi Sartika. Maka iamencoba mengusulkan agar Dewi Sartikameminta bantuan dan dukungan Bupati Bandungyaitu Raden Martanagara.

81

Dewi Sartika terhenyak mendengar saranyang disampaikan Den Hammer itu. Bagaimanamungkin dia akan meminta bantuan dandukungan untuk mewujudkan gagasan dan cita-citanya itu kepada orang yang telah mengubahjalan hidup keluarganya ? Bukankah dulu ayahdan kakeknya harus menjalani hukuman buanglalu wafat di tanah pembuangan karenadihukum telah melawan atau menentang orangyang sekarang akan diminta bantuan dandukungannya ? Ah mana mungkin.

Den Hammer mengerti perasaan putrialmarhum Raden Somanagara itu. Diam-diam diamenemui Bupati Raden Martanagara menjelaskantentang gagasan dan cita-cita mulia DewiSartika. Bupati Bandung belum dapatmenentukan sikap karena harus berembukdahulu dengan para pembantu dan sahabat-sahabatnya.

Ketika itu Raden Martanagara duduk dikursi yang agak tinggi, asyik mendengarkanpembicaraan tuan C.Den Hammer yang berdiritidak jauh dari tempat duduknya. Den Hammermenjelaskan konsep sekolah perempuan bumiputera yang akan didirikan oleh DewiSartika.

82

“”Saya orang tuan, sebagai pejabatInspektur Pengajaran di Bandung, saya orangpunya rasa terkesan kepada itu yufrow Uwipunya cita-cita mendirikan sekolah untukperempuan bumi putera. Namun melihatkeadaannya sekarang, cita-cita itu bisaterwujud apa bila tuan Tumenggung bersediamembantu.”

“ Tuan Inspektur yang terhormat,sebagai pribadi saya sepemandangan dansependapat dengan tuan. Tetapi sebagaiTumenggung yang memimpin kabupatian ini,saya harus pertimbangkan dulu segalasesuatunya. Dan perlu tuan Inspekturketahui, bagi para bangsawan Sundamenyekolahka n anak perempuan sama artinyamelakukan perbuatan tabu atau melanggaradat.” Ucap Raden Martananegara menanggapiucapan C.Den Hammer.

“Itulah pemandangan yang menyesatkanbangsa bumi putera. Saya pikir, tuan punyakewajiban buat mengubah itu pemandangan.”

“Saya mengerti tuan, tapi sekali lagisaya tandaskan, sebelum saya membuatkeputusan, saya perlu merundingkannya dengan

83

para pimpinan bumi putera di kabupatianini.”

C.Den Hammer mengangguk paham, “Terimakasih tuan Tumenggung… permisi.”

Tak hanya sampai di situ, Den Hammermenemui Asisten Residen dan menjelaskankepeduliannya kepada gagasan dan cita-citaDewi Sartika. Ternyata gayung bersambut,Asisten Residen setuju dengan dukungan DenHammer.

Mendapat dukungan dari Asisten Residendan teman-temannya yang lain, Den Hammermenyarankan kepada Dewi Sartika agar segeramenemui Bupati Bandung walau mungkin hal itubertentangan dengan dirinya pribadi ataukeluarganya. Tapi demi terwujudnya gagasandan cita-cita mulia ini, sebaiknya segalahal yang pribadi dikesampingkan.

Ternyata di luar dugaan, Bupati BandungRaden Martanagara bersedia membantu danmendukung gagasan serta cita-cita DewiSartika. Ujarnya kepada Dewi Sartika ; “ Nyaatuh Uwi, ari Uwi panteng jeung kekeuh haying mah, mugi-mugi bae dimakbul ku Allah nu ngawasa sakuliah alam.Urang nyoba-nyoba nyien sakola sakumaha kahayang Uwi.Pikeun nyegah bisi aya ka teu ngeunah di akhir, sakolah teh

84

hade lamun di pendopo wae heula. Lamun katanyaanhenteu aya naon-naon, pek bae pindah ka tempat sejen.”

Dewi Sartika melepas nafas lega. UcapanBupati Bandung itu menunjukkan sikapdukungan dan perlindungannya kepada DewiSartika dalam upayanya mewujudkan gagasanserta cita-citanya mendirikan sekolahperempuan bumi putera. Maka pada tanggal 16Januari 1904, Sakola Istri berhasil dibentukdan untuk sementara berlokasi di Paseban WetanPendopo Dalem Kabupatian Bandung.

Pada saat pertama sekolah perempuan itudibuka, jumlah siswi yang mendaftar mencapaijumlah 60 (enampuluh) orang. Sungguh di luardugaan. Minat masyarakat, khususnya kaumperempuan, terhadap pendidikan danpengajaran sangat besar. Terbukti darikesadaran mereka yang datang mendaftarkanputri-putrinya ke Sakola Istri ini.

**

85

86

Tiga serangkai : Nyi Uwid, Dewi Sartika dan Nyi Purwa.

Setahun berikutnya – 1905 – minat siswiyang mendaftar semakin bertambah. Ruangan

87

belajar di Paseban Timur ini sudah tidakmemadai lagi. Dewi Sartika berusaha menabungdemi bisa mencari tempat menyelenggarakansekolah yang lebih memadai. Upayanya punberbuah hasil. Dengan sedikit uang tabungania bisa membayar uang muka untuk membelitempat di Ciguriangweg yang akan dijadikanlokasi Sakola Istri nantinya. Bersimpatikepada usaha Dewi Sartika, Bupati BandungRaden Martanagara menyumbang kekuaranganpembayaran pembelian tempat dan biayapembangunan sekolahnya. Hingga menjelangakhir tahun1905, Sakola Istri sudah bisadipindahkan dari Paseban Wetan ke bangunanyang baru di Ciguriangweg.

***

88

Guru-guru dan para murid Sakola Istri

89

Dewi Sartika dan para guru di Sakola Istri

Menolak Pangeran, MenikahiDuda

Waktu terus bergulir seiring putaranjarum jam dan perpindahan hari di kalender.Kegiatan Dewi Sartika sebagai Kepala Sekolahdi Sakola Istri yang didirikannya itu memangsemakin menyita waktu. Berangkat pagi danpulang tengah hari atau menjelang petang.

90

Gadis itu terus bersemangat melaksanakantugas dan pekerjaannya demi sekolah yangdicintainya. Tak kenal kata lelah, apalagibosan.

Mengamati kegiatan putrinya yang begitubersemangat hingga tidak peduli pada waktudan usia yang terus bertambah, Raden AyuRajapermas mulai cemas. Wanita tua itukhawatir pada kesehatan putrinya, bahkanlebih dari itu ia khawatir putrinya tidaklagi memikirkan pria yang akan menjadisuaminya.

Suatu ketika, di suatu kesempatanbicara berdua, Raden Ayu Rajapermas pernahmenanyakan sikap putrinya terhadap kehidupanberumahtangga. Namun apa jawab DewiSartika ? Gadis itu justru merasa engganmembahas soal perjodohan dan memasrahkanjodohnya pada kehendak Yang Kuasa.Menanggapi sikap putrinya, hati Raden AyuRajapermas begitu nelangsa. Ia takut jikaputrinya tambah usia dan jauh dari jodohnya.

Suatu hari yang tak diduga, secaratiba-tiba datang utusan dari KesultananBanten yang mengaku membawa amanah darikeluarga Pangeran Djajadiningrat. Dulu,

91

selagi Raden Rangga Somanagara masihmenjabat sebagai Patih Bandung, keluargamereka menjalin hubungan baik dengankeluarga Pangeran Djajadiningrat. Bahkankarena sedemikian akrabnya hubungan keluargaRaden Rangga Somanagara dengan keluargaPangeran Djajadiningrat, mereka pernahberihtisar akan menjodohkan anak mereka.Kini, setelah lama tidak berhubungan, tiba-tiba keluarga Pangeran Djajadiningratmengirim utusannya ke Bandung. Tujuannya taklain adalah untuk melamar Dewi Sartika.

Mendengar penjelasan utusan keluargaPangeran Djajadiningrat, hati Raden AyuRajapermas seketika membingah gembira. Pucukdicita, ulam pun tiba. Artinya di saatdirinya sedang mencemaskan nasib perjodohanDewi Sartika, tiba-tiba muncul utusankeluarga Pangeran Djajadiningratmenyampaikan kehendak melamar putrinya itu.

Namun alangkah nelangsanya hati RadenAyu Rajapermas ketika mengetahui tanggapanDewi Sartika yang justru menolak pinangantersebut. Padahal Pangeran Banten yangmelamarnya itu adalah seorang pria modernlulusan HBS. Pria yang dapat dipastikan akanmampu membimbing, membantu dan sekaligus

92

melindunginya. Tapi justru sekarang inimalah ditolak. Jodoh seperti apakah yangdikehendaki Dewi Sartika ? Raden AyuRajapermas menjadi bingung dan terpaksadengan berat hati menyampaikan ketidaksiapan Dewi Sartika menerima pinangankeluarga Pangeran Djajadiningrat. UtusanKesultanan Banten itu pulang tanpa membawahasil yang menggembirakan.

**

93

Raden Agah Kanduruan Suriawinata

94

Suatu hari Raden Martanagara – BupatiBandung – meminta bantuan Dewi Sartika danpara guru Sakola Istri untuk menguruskonsumsi acara pengajian di Pendopo Dalem.Dengan senang hati Dewi Sartika bersama paraguru Sakola Istri melaksanakan tugas yangdititahkan oleh Bupati Bandung. Merekamembantu dengan semangat dan penuh sukacita.

Undangan acara pengajian tersebut cukupbanyak juga. Mereka hampir memenuhi seluruhruangan di Pendopo Dalem. Di antara tamuundangan yang hadir, rupanya pandangan DewiSartika menangkap sosok pria yang menarikperhatiannya. Pria tersebut bernama RadenAgah Kanduruan Suriawinata, guru di EersteKlasse School Karang Pamulang. Pada acarapengajian itulah Dewi Sartika berkenalandengan Raden Agah Kanduruan Suriawinata.Pria berkumis tebal ini, ternyata diam-diamjuga tertarik dan memperhatikan DewiSartika.

Sejak perkenalan di Pendopo Dalem,hubungan Dewi Sartika dan Raden Agah terusberlanjut. Ternyata selain sebagai guru,Raden Agah adalah duda beranak dua namunbelum lama salah seorang anaknya wafat

95

menyusul ibunya yang telah lebih dahulu.Kini Raden Agah hidup ditemani ibunya danseorang anaknya yang masih kecil.

Dewi Sartika sangat bersimpati dengankehidupan pribadi Raden Agah. Dia menilai,Raden Agah adalah seorang pria yang tabah,jujur dan penyayang. Pria semacam inilahyang menjadi tambatan hatinya. Pria semacaminilah yang diharapkan menjadi ayah darianak-anaknya kelak.

Jalinan cinta Dewi Sartika dan RadenAgah makin bersemi. Hubungan mereka makinakrab dan dekat. Hampir setiap hari RadenAgah menjemput dan mengantar Dewi Sartika kesekolah mau pun pulang dari sekolah.Menyusur jalan dengan sepeda, sementara DewiSartika duduk digoncengan dengan senyumdikulum.

Kemesraan yang terjalin antara DewiSartika dan Raden Agah menimbulkan kecemasandi dalam diri Raden Ayu Rajapermas. Sebagaiibu yang menyayangi putrinya, Raden AyuRajapermas berkeberatan jika Dewi Sartikamenikah dengan Raden Agah yang duda dantidak setara status ningratnya. Selain RadenAyu Rajapermas, kakak sulung Dewi Sartika,

96

yaitu Raden Somamur, juga tidak menyutujuihubungan tersebut.

Maka upaya-upaya untuk memisahkan DewiSartika dari Raden Agah mulai dilancarkan.Tapi semakin keras upaya itu dilakukan,semakin keras pula Dewi Sartika melakukanperlawanan kepada ibu dan kakak sulungnya.Bahkan tekad gadis itu kian bulat inginmenikah dengan Raden Agah. Tekad tersebutsemakin membuat hati Raden Ayu Rajapermasbertambah galau.

Kegalauan Raden Ayu Rajapermasdisampaikan kepada Nyi Uwid dan Nyi Purwa.Kedua sahabat Dewi Sartika itu bisamemaklumi lalu mencoba berdialog dengan DewiSartika, menguji sikap Dewi Sartika terhadapRaden Agah.

“Kamu sungguhan berkasih-kasihan dengankang Agah ?” tanya Nyi Uwid.

“ Ya, kenapa ?” tanya Dewi Sartika.

97

Raden Ayu Rajapermas dan Dewi Sartika

98

“Bagaimana dengan gan Permas ?”

“Mamih tidak setuju.”

“Saya sudah menduga… Apakah Uwi sudahmempertimbangkan seandainya Uwi sampaimenikah dengan Agah ? ”

“Maksudnya ?”

“ Kang Agah itu kan duda….”

Dewi Sartika tersenyum. Dia mengertimaksud pembicaraan sahabatnya. “ Saya siapmenjadi ibu bagi anak kang Agah…” jawabnyamenjelaskan.

“Tapi ?”

“Mengurus anak piatu itu ibadah.”

“Tapi kamu kan belum….”

“Sebelum saya menikah, saya sudahmenjadi ibu untuk semua murid sekolahperempuan ini.” Jawa Dewi Sartika lagisemakin tegas dan penuh keyakinan.

99

**

Suatu malam, Raden Agah Kanduruanbertindak nekad. Dia melakukan semedisemalaman di makam Raden Aria AdipatiWiranatakusumah IV, kakek Dewi Sartika,untuk mencari restu dan petunjuk kemungkinanjika menikah dengan Dewi Sartika. Ternyatabuahnya menggembirakan. Akhirnya Raden AyuRajapermas dan Raden Somamur merestuipernikahan Dewi Sartika dengan Raden Agah.Pernikahan yang dilangsungkan secarasederhana tapi mengandung kesan yang sangatdalam. Inilah harga cinta sejati….

***

100

Sakola Kautamaan Istri

101

Sejak dipindah ke Ciguriangweg, SakolaIstri makin banyak menampung murid. Hampirsemua murid berasal dari kalangan masyarakatkebanyakan. Rupanya semangat perempuanbersekolah begitu besar. Hal ini merupakanpertanda bahwa bangsa bumi putera inginmaju, ingin memiliki pengetahuan sepertiyang dimiliki bangsa-bangsa lain.Mengantisipasi pertambahan murid dari tahunke tahun, beberapa bangunan sudah diperluas,bahkan ada pula bangunan baru yang menjadikelas baru. Demikian pula guru-gurunya jugasudah bertambah. Semua berdasarkan swadayayang diperjuangkan oleh Dewi Sartika.Alhasil Sakola Istri semakin populer diBandung. Banyak anak perempuan bumi puteradi Bandung yang belum menginjak usiasekolah, mendambakan mendapat kesempatanbersekolah di situ. Sedangkan bagi anakperempuan bumi putera yang sudah diterimadan bersekolah di situ, sangat banggamenjadi siswi di Sakola Istri.

Raden Agah, suami Dewi Sartika, jugabanyak membantu dalam mengembangkan danmeningkatkan kualitas pendidikan dilingkungan Sakola Istri. Meski tidak terjunlangsung karena masih mengajar di Eerste KlasseSchool Karang Pamulang, tapi senantiasa

102

memberi saran dan masukan bagi istrinyadalam memimpin sekolah perempuan tersebut.Terutama dalam menyempurnakan kurikulum dansilabus belajar mengajar di Sakola Istri.

Dewi Sartika dan para guru Sakola Kautamaan Istri berfotobersama sehabis menerima bintang penghargaan.

103

Para guru Sakola Kautamaan Istri

Berbagai media massa yang terbit diBandung saat itu, seperti De Preanger Bode,Medan Priyayi, Poetri Hindia dll, kerapmemberitakan berbagai perkembangan dankegiatan Sakola Istri. Sehingga Sakola Istrimakin populer dan menjadi sorotan berbagaipihak.

Kesadaran kaum bumi puteraberorganisasi juga mulai terlihat seiringterbentuknya berbagai perkumpulan sepertiperkumpulan yang dinamakan “Sarekat DagangIslam” atau SDI , kemudian menyusulterbentuknya perkumpulan “Boedi Oetomo” dansebagainya. Kesadaran kaum bumi putera

104

berorganisasi merupakan pertanda tumbuhnyakesadaran berdemokrasi bagi kaum bumiputera. Dalam kondisi demikian, kesadaranterhadap pentingnya peran pendidikan kaumbumi putera juga menjadi tumbuh subur.Karena bergabung dengan perkumpulan ataumembentuk suatu organisasi, haruslahmemiliki pengetahuan yang sedikitnya adalahpengetahuan tentang baca tulis Melayu.

**

Tanggal 5 Nopember 1910, persisnya padahari Ahad sekitar pukul 19.00, perkumpulanKautamaan Istri dibentuk oleh ResidenPriangan W.F.L.Boissevain di kediamannyayang sekarang dikenal dengan sebutan GedungPakuan. Penggagas terbentuknya perkumpulantersebut adalah istri Residen Priangan yangsangat simpati dan peduli terhadapperkembangan Sakola Istri. Hadir dalam acarapembentukan perkumpulan Kautaman Istri ituantara lain Inspektur Pengajaran J.C.J.VanBemmel, Bupati Bandung R.A.A.Martanagara,dua orang Raden Ayu yang satu di antaranyaadalah istri Raden Mas Tirto Adi Suryo laluRaden Dewi Sartika dan suaminya, Raden AgahKanduruan Suriawinata.

105

Tujuan pembentukan perkumpulanKautamaan Istri itu ialah untuk mendukungpengembangan dan pembangunan sekolahperempuan bumi putera yang dipimpin DewiSartika yaitu Sakola Istri. Yakni sebagaiwujud simpati dan dukungan terhadap usahaDewi Sartika dalam memajukan kaum perempuanbumi putera. Maka disepakati dalam pertemuanmalam itu, salah satu tugas perkumpulanKautamaan Istri adalah mengupayakanpenggalangan dana dari para dermawan kulitputih maupun bumi putera agar dapat membantuusaha pembinaan pendidikan di sekolahperempuan bumi putera itu.

Sesungguhnya bagi Dewi Sartika danteman-teman sesama guru di Sakola Istri,mereka bukanlah orang-orang yang bergantungpada belas kasih orang lain dalammemperjuangkan tujuan-tujuannya. Karenaselama ini mereka mengembangkan danmembangun Sakola Istri dengan cara swadaya.Tapi dengan terbentuknya perkumpulanKautamaan Istri itu, Dewi Sartika dan teman-teman sesama guru di Sakola Istri merasatersentuh dan terharu. Betapapun jugagagasan istri Residen Priangan mengusahakanterbentuknya perkumpulan Kautamaan Istri

106

menjadi bukti usaha dan simpati merekaterhadap kemajuan Sakola Istri. Maka untukmenghormati upaya para pemuka kulit putihdan pemuka bumi putera di Bandung itu, DewiSartika mengganti nama Sakola Istri menjadiSakola Kautamaan Istri. Papan nama yangterpajang di halaman sekolah diganti denganpapan nama yang baru yang bertuliskan:SAKOLA KAOETAMAAN ISTRI.

Dewi Sartika dan para guru Sakola Kautamaan Istri.Tampak yufrow Stiebe, putri dokter Stiebe yang mengajarbahasa Belanda di Sakola Kautamaan Istri.

107

Karena dipimpin oleh istri ResidenPriangan yang ditunjang oleh para pejabatBelanda maupun bumi putera, dalam waktusingkat perkumpulan Kautamaan Istri sudahmampu menghimpun dana yang cukup besar.Sehingga dari seluruh dana yang sudahterhimpun, perkumpulan tersebut dapatmendukung pembentukan dan pembangunan cabangSakola Kautamaan Istri di berbagai daerahseperti di Sumedang, Garut, Tasikmalaya,Cianjur, Purwakarta dan Sukabumi. Sementaradi saat yang bersamaan, untuk meningkatkankualitas pendidikan di Sakola KautamaanIstri, kurikulumnya disesuaikan dengankurikulum Tweede Klasse School. Namun begitu,bidang studi keterampilan perempuan masihtetap menjadi rujukan utama.

108

Pada peringatan ke tujuh tahunberdirinya Sakola Istri yang kemudianberganti nama menjadi Sakola KautamaanIstri, Bupati Bandung Raden Martanagaramenyelenggarakan acara khusus di SocieteitParoekoenan sekaligus penyelenggaraan bazaarhasil kerajinan murid-murid Sakola KautamaanIstri. Ternyata acara peringatan itumendapat sambutan dan tanggapan positif daripara pembesar Belanda maupun bumi puteratermasuk sebagian besar masyarakat Bandungsaat itu. Sehingga setelah penyelenggaraanacara peringatan tersebut nama SakolaKautamaan Istri menjadi kondang di berbagaidaerah di kawasan Hindia Belanda. Banyakorang makin percaya bahwa produk SakolaKautamaan Istri menghasilkan perempuan yangberpengetahuan, bisa baca tulis Melayu danmemiliki keterampilan.

**

109

Dewi Sartika bersama ketiga putrinya

Keluarga besar Raden Agah dan Dewi Sartika

110

Memasuki tahun ajaran di tahun 1913,jumlah siswi di Sakola Kautamaan Istri telahmencapai 251 anak. Sedangkan yang lulus padaakhir tahun 1913 tercatat sebanyak 107siswi. Maka dari data tersebut dapatdisimpulkan, sekolah yang dirintis DewiSartika tergolong sebagai sekolah bumiputera paling besar dan paling berpengaruhdi zamannya. Para siswinya tidak semuaberasal dari wilayah Kabupatian Bandung atauwilayah Priangan umumnya, namun ada jugayang berasal dari luar Pulau Jawa, diantaranya dari Pulau Sumatera. Di masa inisekolah tersebut telah memiliki sebanyak 12ruang belajar dengan berbagai fasilitasyang memadai di saat itu. Mempekerjakanguru-guru potensil dan berpengalaman.Walaupun pada kenyataannya di saat itu,sebanyak 91,24 % dari jumlah siswi yangbersekolah di Sakola Kautamaan Istri berasaldari masyarakat kebanyakan atau yangorangtuanya berpenghasilan sebulan di bawah f100 (seratus gulden).

Seiring perkembangan dan kemajuan yangdialami Sakola Kautamaan Istri, Dewi Sartikaterus mengajarkan berbagai hal baru bagipara siswinya. Di antaranya pengajaranberbagai pengetahuan yang selama ini hanya

111

khusus diajarkan bagi para perempuan ningratatas di kalangan masyarakat feodal. Misalnyatentang pengetahuan keterampilan memasak,menjahit dan menyulam, meracik riasan wajah,meracik ramu-ramuan jamu, pengetahuan etikadan budi pekerti di kalangan ningrat sertayang semacamnya. Suatu terobosan yang beraniyang sekaligus mengundang reaksi negatifdari sejumlah perempuan ningrat Sunda masaitu. Namun Dewi Sartika tidak peduli danmenepis kerisauan kaum perempuan ningrattersebut dengan menganggapnya sebagaikecemburuan sosial budaya, karenapengetahuan yang selama ini bersifateksklusif milik kaum feodal kini menjadipengetahuan rakyat kebanyakan.

Populeritas Sakola Kautamaan Istri yangtelah memiliki sejumlah cabang di berbagaidaerah di wilayah Priangan, semakin menarikperhatian para petinggi di Batavia. Diantaranya adalah Gubernur Jenderal Idenburgdan istrinya. Ketika berkesempatanberkunjung ke Bandung, orang nomor satu diHindia Belanda itu juga menyempatkan waktuuntuk meninjau langsung keadaan dan kegiatandi Sakola Kautamaan Istri.

112

Pada tahun 1916, Sakola Kautamaan Istrimendapat kehormatan dikunjungi oleh NyonyaLimburg van Stirum. Suaminya – Limburg vanStirum – adalah Gubernur Jenderal HindiaBelanda pengganti Gubernur JenderalIdenburg. Kunjungan tersebut juga memberidampak positif bagi Sakola Kautamaan Istriyang semakin menjadi bahan berita diberbagai media massa bumi putera maupunmedia massa berbahasa Belanda. AlhasilSakola Kautamaan Istri makin kondang danmakin disegani banyak kalangan.

Di saat bersamaan, karena Raden Agahsering ikut berkumpul di rumah DokterSosrokartono di Pungkur weg, Dewi Sartikabermaksud memanfaatkan hubungan suaminyadengan Dokter Sosrokartono. Dokter Jawa yangterkenal juga sebagai ahli kebatinan ituadalah kakak kandung dari Raden AjengKartini. Kegiatannya di bidang kebatinanhanyalah kamuflase yang mengelabui pemerintahBelanda maupun bumi putera saat itu, karenasebenarnya secara diam-diam dokter Jawa inisedang menjalin jaringan gerakan yang akanmelawan penjajahan. Di situ ikut berkumpuljuga dokter Darmawan Mangoenkoesoemo, adikdokter Tjipto Mangoenkoesoemo. Kemudiandokter Edward Douwes Deker atau kemudian

113

dikenal dengan nama dokter Setiabudi,pengarang Abdoel Moeis dan Raden Mas SuwardiSuryaningrat .

**Ketika kain batik menjadi kain yang

populer di Bandung, Dewi Sartika berhasratuntuk memasukan pelajaran membatik dalamkurikulum di Sakola Kautamaan Istri.Tujuannya adalah supaya para siswi SakolaKautamaan Istri mahir membuat batik, minimumberguna untuk dirinya atau keluarganya.Namun akan lebih baik tentunya jikakemahiran membatik nantinya diterapkansebagai usaha yang ikut menambah penghasilandan penghidupan keluarga.

Pada tahun 1916, paska kunjungan NyonyaLimburg van Stirum ke Sakola KautamaanIstri, Dewi Sartika berangkat ke Kendaluntuk belajar membatik kepada Raden AjengKardinah – adik Raden Ajeng Kartini dandokter Sosrokartono – yang telah menjadiistri Bupati Kendal. Perkenalan Dewi Sartikadengan Raden Ajeng Kardinah adalah berkatjasa dokter Sosrokartono yang bersahabatbaik dengan Raden Agah Suriawinata, suamiDewi Sartika.

114

Raden Ajeng Kardinah sangat senang danmendukung minat Dewi Sartika terhadap senikerajinan batik. Dengan senang hati dansukarela dia mengajar Dewi Sartika berbagaipengetahuan membatik, termasuk jenis-jenisbatik dan hubungannya dengan kehidupanbudaya masyarakat, khususnya masyarakatJawa.

Tidak lama menetap di Kendal, bergurukepada R.A.Kardinah, Dewi Sartika sudahmenguasai tehnik membatik dan pengetahuanbudaya tentang batik membatik. Ketika DewiSartika akan kembali ke Bandung,R.A.Kardinah menyuruh agar menyertakan mBokSuro seorang ahli batik untuk dibawa keBandung. Mbok Suro akan ditugaskan menjadipelatih para siswi Sakola Kautamaan Istridalam hal pelajaran membatik.

Pada waktu yang sama, untuk mengimbangikemajuan yang terus berlangsung di SakolaKautamaan Istri, Dewi Sartika juga melakukanterobosan lain yaitu memasukan pelajaranbahasa Belanda dan bahasa Inggris di dalamkurikulum Sakola Kautamaan Istri. Sehinggadengan begitu pengetahuan bahasa Belanda danbahasa Inggris tidak hanya dikuasai olehanak-anak bumi putera dari kalangan ningrat

115

yang berkesempatan bersekolah di sekolah-sekolah Belanda, tapi juga menjadipengetahuan yang dikuasai oleh anak-anakbumi putera dari masyarakat kebanyakan.

Tidak mudah untuk mendapatkan guruberkebangsaan Belanda yang bersedia mengajarbahasa Belanda di Sakola Kautamaan Istri.Namun setelah berulang kali memasang iklanlowongan guru di media massa saat itu,akhirnya ada seorang wanita Belanda yangbaik budi yaitu Nona van Stiebe, putridokter Stiebe yang terkenal berpandanganhumanis. Kehadiran Nona Stiebe menjadi gurudi lingkungan Sakola Kautamaan Istri makinmemperkuat barisan pengajar sekolahperempuan yang dirintis oleh Dewi Sartika.Karena hal ini adalah kali pertama pelajaranbahasa Belanda diajarkan di sekolah bumiputera, sekolah perempuan, diajar langsungoleh guru yang berkebangsaan Belanda.Sungguh luar biasa.

***

116

Anak Pergerakan

Tumbuh dan berkembangnya berbagaiperkumpulan sosial di kalangan masyarakatbumi putera, telah menjadi embrio kesadaranberpolitik di kalangan bumi putera.Perkumpulan atau organisasi di kalangan bumiputera itu makin menyadarkan hak bumi puteraatas kemerdekaannya. Kemerdekaan membentuknegara, memimpin dan mengelola negaranyayang merdeka.

Pada tahun 1912, setelah SyarekatDagang Islam (SDI) dibubarkan karenapimpinannya Raden Mas Tirto Adi Suryoditangkap dan dibuang Pemerintah HindiaBelanda, di Surabaya muncul sebuah

117

perkumpulan yang menamakan dirinya SyarekatIslam (S.I.). Perkumpulan tersebut dibentukoleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Padasaat yang sama pula di Surabaya juga,seorang indo Belanda yang bernama HendrickSnevliet membentuk perkumpulan yangdinamakan Indische Societeit Democratij Vreneging(ISDV).

Di Bandung, mereka yang tadinyabergabung dengan perkumpulan Syarekat DagangIslam kini berpindah ke perkumpulan SyarekatIslam. Bilamana tadinya perkumpulan SyarekatDagang Islam merupakan perserikatan kaumsaudagar bumi putera, perkumpulan SyarekatIslam memiliki lingkup yang lebih luas dantidak terbatas di kalangan pedagang.Sehingga dalam sekejap saja banyak wargabumi putera yang bergabung bersamaperkumpulan Syarekat Islam tersebut.

Raden Agah dan teman-teman saudagar diKalipah Apo dan Pasar Baru ikut bergabungdalam perkumpulan Syarekat Islam, bahkanseperti ketika dengan Syarekat Dagang Islam,ia pun menjadi aktifis organisasi.

Komunikasi Bandung-Surabaya, atauSurabaya-Bandung, berlangsung semakin

118

intens. Sampai pada suatu ketika wargaSyarekat Islam di Bandung menggelar suaturapat raksasa yang dihadiri oleh Ketua UmumSyarekat Islam yaitu H.O.S. Tjokroaminoto.Di sela-sela menghadiri rapat akbar itulahH.O.S.Tjokroaminoto menyempatkan waktumengunjungi Sakola Kautamaan Istri yang saatitu menggelar bazaar di sekolah.

Menyaksikan hasil karya para siswiSakola Kautamaan Istri yang dipamerkan dandijual dalam bazaar tersebut, menerbitkankekaguman H.O.S.Tjokroaminoto. Ia sungguhtidak menduga bahwa anak-anak perempuan bumiputera di Bandung mampu menghasilkan karyaprigel yang sangat bagus. Baik itu darikarya makanan dan masakan, karya kerajinansulaman, karya batik tulis serta lainsebagainya. Dalam perbincangan dengan DewiSartika dan Raden Agah, H.O.S.Tjokroaminotomenyatakan kekagumannya kepada para siswiSakola Kautamaan Istri. Kemudian iamengundang Dewi Sartika agar bersediaberkunjung ke Surabaya untuk memberi ceramahyang memotivasi warga Syarekat Islam diSurabaya, khususnya mereka yang perempuanuntuk melakukan hal yang serupa seperti yangtelah diterapkan di Sakola Kautamaan Istriini.

119

Gayung bersambut. Dewi Sartika memenuhiundangan H.O.S.Tjokroaminoto datangberkunjung ke Surabaya dan memberi ceramahkepada para warga Syarekat Islam, khususnyamereka yang perempuan. Kegiatan itu terusberlanjut. Dewi Sartika jadi seringberkunjung ke Surabaya, sebaliknya begitupula dari Surabaya jadi sering pulaberkunjung ke Bandung.

Nama Dewi Sartika, putri Raden RanggaSomanagara yang dulu menjadi musuhpemerintah, kini begitu terkenal dan harum.Ia pun mulai menulis artikel, menuangkanberbagai pemikirannya di berbagai mediamassa yang terbit di Bandung atau daerahlainnya seperti di Surabaya dan Yogya.Materi artikelnya cukup menarik, diantaranya tentang pendidikan bagi kaumperempuan bumi putera, pertentangan terhadappoligami, prostitusi dan semacamnya. Singkatkata, menurut Dewi Sartika, seorangperempuan bumi putera yang tidak memilikipengetahuan dan keterampilan, akan menjaditidak berdaya ketika kehilangan tempatberlindung. Oleh sebab itu, ditegaskannya,para perempuan bumi putera haruslahmembekali diri dengan pengetahuan dan

120

keterampilan yang mampu menjadikan dirinyamandiri, memiliki harapan dan impianterhadap masa depan yang lebih baik.Pandangannya sebagai seorang pendidik memangcukup tajam dan memiliki wawasan yang jauhke depan.

Dari artikel ataupun pidato yangdisampaikannya, jelas membuktikan bahwa DewiSartika memiliki kepekaan yang sangat tinggiterhadap masalah-masalah sosial. Hal itumenumbuhkan pertanyaan, bagaimana seorangperempuan seperti Dewi Sartika bisaberpikiran demikian di zaman tertindas ?Padahal jika meninjau kembali latarbelakangpendidikan formal Dewi Sartika, ia hanyaseorang putus sekolah (drop out ) daripendidikan di Eerste Klasse School yang setaradengan sekolah dasar. Selain itu, sebagaipendidik ia juga tidak memiliki pendidikanguru dan tidak pula berpengalaman sebagaiguru. Namun rupanya Tuhan memberi berkahyang tidak semua dimiliki banyak orang yaitukepekaan dan kecerdasan mulia. Daya pikirnyayang tajam menunjukkan kecerdasannya yangluar biasa dan di atas rata-rata. DewiSartika mampu melahirkan pemikiran dangagasan inovatif bagi bangsanya di masa itu.Ia mampu memimpin serta mengelola Sakola

121

Kautamaan Istri yang memiliki banyak cabangdi berbagai daerah. Ia sanggup memberikanceramah bagi para perempuan bumi putera diberbagai daerah. Ia telah menampilkansosoknya sebagai otodidak plus yang penuhpercaya diri. Dia – Dewi Sartika – memangbukan perempuan biasa.

Sebagai bukti, berikut ini dapatdisimak dua karangan Dewi Sartika yangpernah diterbitkan dalam media berbahasaSunda. Karangan yang pertama merupakan tekspidato yang disampaikan dalam peringatan 7(tujuh) tahun berdirinya Sakola Istri yangberganti nama menjadi Sakola KautamaanIstri. Sedangkan karangan ke dua adalahartikel yang berjudul “Wanita Pribumi” dandimuat di media massa berbahasa Sunda.Berikut adalah karangannya yang pertama yangsedikit mengalami perbaikan redaksi untukmempermudah pemahaman terhadap isikarangannya tersebut tanpa mengurangibobotnya sedikit pun :

“ ….pada tahun ini yaitu tahun 1911, adalah tepattujuh tahun saya menjadi guru di Sakola Istri. Sekolahperempuan pribumi yang saya dirikan atas dasardukungan Kanjeng Tuan Inspektur Pengajaran yangbernama Den Hammer. Sekarang tuan Den Hammer telah

122

pensiun dan telah kembali ke negeri Belanda tempatasalnya. Selain tuan Den Hammer, adalah juga KanjengBupati Bandung Raden Aria Adipati Martanagara yangmemberikan persetujuan dan sangat membantu dalampembentukan sekolah perempuan pribumi tersebut.

Sekolah tersebut mulai resmi dibuka pada tanggal16 Januari 1904. Muridnya waktu itu ada 60 orang dangurunya pun sebanyak 3 orang, termasuk diri saya ini.Tempat belajarnya di Paseban Barat di halaman PendopoDalem yang sekarang ini telah menjadi kantor bank yaituBandoengsche Afdelings Banks. Sedangkan sekarangsekolah perempuan itu telah memiliki bangunan sendiri diCiguriangweg dan telah menyerap sebanyak 210 muriddengan gurunya sebanyak 5 orang.

Sebelum menjadi guru, saya memang senangmengajar anak-anak perempuan dari kalangan keluargasendiri yaitu mengajarkan merenda, menyulam, merancangpakaian dan tatakrama. Makanya ketika saya dipanggilKanjeng Tuan Inspektur akan diangkat menjadi gurusekolah, saya sangat gembira. Menurut peribahasanya ;pucuk dicita, ulam tiba. Tambahan lagi hal itu mendapatpersetujuan dan restu dari orangtua saya.

Mengapa akan diangkat menjadi guru itumenggembirakan ? Padahal semua tahu bahwa saya tidakmemiliki kecakapan, sempit budi dan tidak tahu apa-apa.Nah sebabnya saya gembira alasannya seperti ini :

123

1. Kesenangan saya mengajar anak-anak jadi berlanjut dananak-anak pun bertambah teguh hatinya sebab diperkuatoleh perintah pembesar Negara.

2. Menjadi guru itu, walaupun perempuan, bukan kelakuanhina dan tidak pula melanggar hukum agama. Yangdimaksud agar kaum perempuan Sunda bisa maju, bisameniru orang Eropa, dan moga-moga pula bangsa kitatidak terlalu direndahkan oleh bangsa lain.

3. Punya pekerjaan tetap. Sebab perempuan yangmenganggur suka murung, akibatnya pun macam-macam.Dalam hal ini semua sudah mengetahui atau sudahmerasakannya.

4. Martabat guru dianggap paling tinggi kedudukannyaoleh bujangga. Bukankah ada ungkapan leluhur yangmengatakan bahwa yang harus ditaati ada tiga macamyaitu guru, pemerintah dan orangtua. Dan lagi, prakteknyaguru itu suka mengajarkan ilmu pengetahuan,menunjukkan kebaikan. Barangkali menurut peribahasaBelanda : “Jika suka mencuci tangan kiri, tangan kananjuga harus ikut bersih.”

5. Dan yang menjadi guru itu biasanya luas pandangannya.Tiap hari pengetahuannya bertambah karena terpaksamenjadi pembimbing anak-anal dan suka ditanya olehmurid-murid.

124

6. Ilmu pengetahuan dan pandangan itulah yang akanselalu dijadikan pegangan oleh manusia selama hidupnyalaksana obor yang menerangi jalan gelap.

Dalam masa 3-4 tahun menjadi guru, saya tidakhenti-hentinya digunjingkan orang sehingga telinga terasamerah sekali akibat cemoohan orang yang mengatakanmacam-macam. Misalnya merendahkan martabatorangtua seperti tidak diberi atau tidak diurus saja. Tidakpantas perempuan bangsa kita menjadi guru di sekolah,sebab tidak ada contoh dari dulu. Yang ada hanya gurungaji dan lain-lain. Mereka berpendapat demikian karenabaik priyayi maupun rakyat kurang mengetahui keadaanmasa silam. Mereka tidak ingat akan ungkapan yangmengatakan ; dulu ya` dulu, sekarang ya sekarang.

Tetapi saya tidak ragu dan tidak mundur setapakpun, sebab memang demikianlah dalam hidup ini. Walaubagaimanapun baiknya, toh ada saja yang sirik/dengki.Dalam masyarakat kita yang menimbulkan kedengkian ituada tiga macam yaitu harta benda, kebahagiaan danketampanan atau kecantikan. Terlebih lagi ketika mulaisering disebut istilah kaum muda, pendirian saya semakinbertambah kokoh.

Apakah kaum muda itu dan bagaimanakehendaknya ?

125

Adapun yang dinamakan kaum itu adalah bangsakita, perempuan dan pria. Suku Sunda, Jawa, Sumatera,Melayu, Bugis, Makassar dan sebagainya yang bermaksudingin memuliakan dirinya dengan ilmu pengetahuan dankemauannya. Istilah kaum muda itu berasal dari seorangcendekiawan yaitu orang Melayu yang bernama AbdulRivai. Atas kepintarannya, keuletannya dan tuntas dalammenuntut ilmu, sehingga beliau menjadi dokter militer diCimahi namun sekarang beliau telah pindah ke BukitTinggi. Kedudukan Abdul Rivai waktu itu tidak berbedadengan dokter-dokter Eropa.

Maka karenanya pula saya di waktu itu makin teguhmemegang pendapat sendiri dan ikut serta ambil bagiansedapat-dapatnya dalam mengarungi zaman kemajuan.

Adapun yang saya pikirkan siang dan malam dengansusah payah sekalipun, tak lain hanyalah masalah sekolahperempuan. Yang dimasalahkan itu terutama begini :

1. Supaya para orangtua ingin menyekolahkan anakperempuan mereka dan memahami fungsi sertamanfaatnya bersekolah.

2. Anak-anaknya sendiri mau bersekolah dan maumengikutinya sampai tamat.

126

3. Pelajaran apa yang perlu diajarkan kepada anak-anakperempuan itu, harus bisa apa mereka itu dan sampaibagaimana demi bekal hidup mereka kelak.

4. Memperhatikan tingkah laku perempuan yang baik danyang buruk untuk dijadikan contoh bagi anak-anak.5. Kemudian bertanya-tanya kepada para orangtua, paracendekiawan, para bujangga, bahkan kepada para bupatiwalaupun segan memberanikan diri, juga menanyakantentang apa yang menjadi kebutuhan kaum perempuanagar mereka tidak sampai hidup sengsara.

Adapun usaha yang dilaksanakan untuk mendidikanak-anak itu tidak ada lagi kecuali dua macam yaitumenasehati dan memberi contoh. Mudah-mudahan adaberkatnya almarhum K.F.Holle yang memajukan rakyatdalam bidang pertanian. Karena terus menerus dinasehatidan diberi contoh akhirnya sekarang banyak petani yangkaya raya. Menurut ungkapan bahasa Belanda ; “Leeringenwekken, voorbeelden trekken.” Artinya nasehat itumenumbuhkan niat, sedangkan contoh menimbulkankeinginan.

Tetapi nasehat dan contoh yang sedang sayalaksanakan, bagaikan perahu kecil yang sedang dinaikianak-anak perempuan yang dalam hal ini adalah murid-murid Sakola Kautamaan Istri, mereka berlayar ke negarakemajuan, mengarungi samudra besar yang berombakbesar. Perjalanan itu belum tentu sampai ke tempattujuannya, bahkan kalau bernasib sial bisa tenggelam….

127

Hanya demikianlah barangkali sudah menjadikeberuntungan mereka. Karena tiba-tiba datang kapalbesar dan kokoh yang membimbing dan menunjukkanjalan ke arah negara kemajuan itu.

Coba apa yang dilambangkan dengan kapal besaritu ?

Adapun yang dilambangkan dengan kapal besar ituialah bahwa sekarang di Bandung berdiri sebuahorganisasi yang diatur oleh Tuan Inspektur Sekolah J.C.J vanBemmel yang maksud dan tujuannya adalah untukmemajukan anak-anak perempuan. Organisasi itu dinamaiKanjeng Bupati Bandung : Kautamaan Istri.

a. Berdirinya organisasi Kautamaan Istri yaitu padatanggal 5 Nopember 1910. Waktu itu saya dipanggil TuanResiden W.F.L.Boissevain agar segera menghadap diKaresidenan pada hari Minggu jam tujuh malam. Begitujuga tuan Residen mengundang tuan-tuan dan nyonya-nyonya yang sama-sama menghendaki kemajuanperempuan Sunda untuk menghadiri pertemuan tersebut.Di antara yang hadir antara lain Tuan Inspektur Sekolah,Kanjeng Bupati Bandung dan tiga orang Raden Ayu.

Dalam pertemuan itu ditentukan pengurus organisasi yaitupara nyonya dan Raden Ayu saja yang sama-sama inginmemajukan kecerdasan perempuan Sunda.

128

b. Yang akan lebih terdahulu diusahakan oleh organisasitersebut ialah membantu sekolah perempuan di Bandung.Cara kerjanya begini :

1. Komisi memohon kepada pengurus agar organisasiKautamaan Istri itu diberi kekuatan kokoh berupapengesahan dari tuan Residen Priangan dan KanjengBupati Bandung.

2. Komisi itu secara bergilir, masing-masing 2 orang yaituseorang nyonya dan seorang Raden Ayu, mengunjungisekolah perempuan untuk memeriksa apa kekurangansekolah itu, apa yang harus diajarkan dan apa yang masihkurang baik atau perlu diperbaiki.

3. Setelah semua anggota komisi mengunjungi sekolah,kemudian komisi mengadakan pertemuan untukmembicarakan hasil pemeriksaan itu.c. Adapun untuk biayanya, sementara diusahakan sepertiberikut :

1. Kanjeng Tuan Inspektur membuat surat edaran yangdibagikan kepada tuan-tuan dan nyonya-nyonya untukmemohon bantuan, barangkali mau memberi bantuanberupa uang iuran setiap bulan atau bantuan sekali saja.

129

2. Begitu pula Kanjeng Bupati Bandung membuat suratedaran kepada para pejabat, kaum ningrat, orangtuamurid sekolah perempuan untuk memberi bantuan berupauang iuran setiap bulan atau bantuan sekali saja.

3. Seandainya uang iuran itu tidak mencukupi anggaranyang dibutuhkan, selanjutnya akan mengadakan lotereyang besar kecilnya dan caranya, dipertimbangkan olehKanjeng Tuan Residen dan Kanjeng Tuan Inspektur.

4. Bilamana ternyata uang iuran itu justru berlebih darianggaran yang diperlukan, maka akan digunakan untukmendirikan sekolah perempuan lagi seperti di Garutmisalnya, atau dimana saja yang dipandang perlu adasekolah perempuan. Harapan komisi dapat dikatakantercapai. Hasil daftar iuran yang diedarkan danpenerimaan lotre ternyata cukup untuk memajukan sekolahperempuan di Bandung dan mendirikan sekolahperempuan di Garut.

Demikianlah cara yang ditempuh Kanjeng TuanInspektur dengan persetujuan Kanjeng Bupati dalammembantu anak-anak perempuan supaya majupengetahuan dan kecakapan mereka. Masalah ini tentutelah terpikirkan oleh beliau bahwa yang harus maju itubukan kaum pria saja, perempuan pun harus maju pulasupaya bersama-sama menjadi satu barisan. Sebabmungkin telah mendengar juga cerita seorang pria yang

130

pintar tapi istrinya tidak tahu apa-apa, sehinggarumahtangganya berlangsung tidak bahagia.

Bagi kaum perempuan, umumnya dengan bersuamiakan memiliki anak. Biasanya pula mengurus dan mendidikanak merupakan tugas seorang ibu. Jadi bagaimanaseorang ibu dapat mengurus dan mendidik anaknyadengan baik, bila dirinya sendiri miskin pengetahuan. Makatidak ada pilihan lagi, perempuan yang akan menjadi ibuharus memiliki banyak pengetahuan dan kecakapan, untukitu ia harus sekolah.

Semoga kehendak Kanjeng Tuan Inspektur segeraada hasilnya. Jika diibaratkan tanaman, maka baiktumbuhnya, subur daunnya, banyak dahannya dan lebatbuahnya.

Sekarang kembali lagi kepada masalah, apakahperlu perempuan itu disekolahkan supaya pintar ? Sebagianbesar orang berpendapat seperti ini :

1. “ Ah, perempuan itu tidak usah sekolah karena walaupunpintar tidak akan punya kedudukan seperti kaum pria. Asalbaik, bisa menanak nasi, bisa bikin sambal dan bisamemelihara rumah, sudah cukup buat mengabdi kepadasuaminya.” Kabarnya, kalau cuma ingin bisa menulis,tinggal minta diajar oleh suaminya.

131

2. Ada lagi yang bilang, “Ah percuma perempuandisekolahkan. Sebab kalau sudah pandai menulis sukadigunakan untuk membuat surat-surat cinta yang secaraiseng bisa mendorong berbuat tidak baik, berselingkuhmisalnya. Maka lebih baik diam saja di rumah membantupekerjaan orangtua.”

3. Bagi kaum santri bukan begitu pandangannya, tapibegini ; “His, perempuan itu bukan disekolahkan, melainkandisuruh mempelajari pengetahuan agama, belajar shalat,belajar sifat duapuluh dan tasauf, supaya baik hati dan adasesuatu untuk menahan nafsunya, karena perempuan ituharus teguh benteng imannya.”

4. Tapi ada juga pendapat kaum santri lain yang sempatterdengar oleh telinga Kanjeng Bupati Bandung : “Perempuan itu tidak boleh terlihat oleh kaum pria, kecualioleh suaminya. Maka sebaiknya perempuan tidak perludisekolahkan.”

Nah coba, mana yang benar ?!

Menurut hemat saya, semua pendapat tadi jugatidak salah sebab kehendak dan keinginannya sama. Tetapimanusia itu, pria mau pun perempuan, tidak cukup hanyabaik saja. Harus juga memiliki pengetahuan dan kecakapanagar memiliki kemampuan dalam mencari nafkah, buatmenjaga keselamatan diri, menghindari mara bahaya danlain sebagainya.

132

Selain itu, seandainya anak perempuan tidakbersekolah, apakah nanti setelah dewasa akan terjaminbaik ? Ah jelek orang mengatakan ; “Bukankah adaungkapan, walau disimpan dalam peti besi sekalipun, kalauakan jahat ya jahat saja.” Dan adanya sekolah memangmasih baru. Zaman dahulu belum ada yang bersekolah.Apakah dulu tidak pernah ada orang jahat ?

Mengapa sebagian besar orang berpendiriandemikian ? Hal itu karena mereka belum mengetahuigunanya bersekolah. Disangkanya di sekolah itu hanyadiajar menulis, membaca dan berhitung. Padahal selaindari pelajaran pokok tersebut, banyak lagi pelajaran yangperlu bagi keutamaan hidup manusia.

Tentang bersekolah itu, disebut Kanjeng TuanInspektur ; “de bron van het leven” Maksudnya sekolahadalah modal hidup. Melalui pendidikan di sekolahseseorang akan mehami kehidupan beradab danberbudaya. Makanya selain memperoleh pelajaran pokok,anak-anak akan diberikan pelajaran :

1. Kebersihan, yaitu agar badan, pakaian, alat-alat sekolahdan tempat duduknya harus bersih. Hati-hati dalammemilih makanan, jangan asal saja.

2. Tatakrama, yaitu bertingkah laku sopan, bisabekerjasama atau bisa menyesuaikan diri dengan orang

133

lain, bersikap sesuai dengan yang dihadapi sepertipembesar, kepada yang setahap dan kepada orangtua.Berpakaian rapih dan wajar.

3. Bertutur kata yang baik, sopan dan tau menempatkandiri. Tidak bernada kasar melainkan lemah lembut penuhkesantunan.

4. Hidup teratur dan disiplin dalam mengatur waktu.Misalnya waktu belajar, waktu bermain, waktu istirahat,waktu makan dan waktu tidur.

5. Patuh dan hormat kepada guru, orangtua atau orangyang umur lebih tua. Melaksanakan perintah dan nasehatguru maupun orangtua dengan cara yang benar.6. Riang gembira dalam kewajaran, tidak berlebihanhingga lupa diri. Terkadang orang yang tidak mawasterhadap kegembiraan yang dialaminya, membuatnyamenjadi “mabuk” gembira dan tidak mampumengendalikan diri di dalam kegembiraannya itu.

7. Rendah hati dalam pergaulan, sabar dan pemurah, tidaktinggi hati serta menghargai orang lain , mau menolongteman atau sejawat.8. Rajin menabung, hemat dalam membelanjakan uang,ikhlas berderma sesuai kemampuan, untuk yang benar-benar membutuhkan.

134

9. Dengan pikiran sehat mampu membedakan mana yangbaik dan buruk, atau mana yang benar dan mana yangsalah.

Sekarang di sekolah perempuan di Bandungditambah tiga macam pelajaran yaitu :

1. Pelajaran keterampilan khusus perempuan sepertimenyulam, menyongket, merenda, memotong dan menjahitpakaian. Membuat kembang kertas, menggambar dansebagainya.

2. Pelajaran mengurus rumahtangga seperti mengaturperabotan di ruangan rumah, menyuci pakaian danmenyeterika, membersihkan perkakas rumah, menatahidangan makan, menata halaman dan merawatnya, sertalain sebagainya.

3. Pelajaran memasak seperti memasak lauk pauk danberbagai menu makanan lainnya yang sehat, bergizi tinggi.

Pada masa yang akan datang, pelajaran lain yangakan ditambahkan juga, ialah membatik dengan berbagaitehnik dan motiv yang indah lagi menarik. Sehingganantinya bagi anak perempuan yang rajin sekolahnya danberhasil menamatkan sekolahnya, dapat diharapkanmenjadi perempuan baik, prigel, mandiri dan mumpuni.

135

Saya sering menemukan anak-anak perempuan diPasar Baru Bandung, lulusan Sakola Kautamaan Istri,sudah mampu membantu mengurus daganganorangtuanya. Misalnya mencatat barang dagangan,mencatat nilai hutang atau piutang dan semacamnya.Bahkan tidak sedikit juga yang sekarang ini sudahmenyelenggarakan usaha sendiri seperti berdagangpakaian dalam perempuan, saputangan, selendang sertalain sebagainya.

Semua itu sudah diketahui dan juga disaksikansendiri oleh sejumlah pembesar di Bandung. Merekabangga dan puas karena apa yang ditemukan dandisaksikan dari anak-anak lulusan sekolah perempuan diPasar Baru itu, telah membuktikan kemajuan di kalangananak perempuan yang bersekolah. Maka tidak disangsikanlagi, jika banyak anak perempuan yang bersekolah sudahtentu akan banyak kemajuan terjadi di masyarakat.

Sekarang saya akan menceritakan tentang pendapatdokter terhadap kesehatan anak. Bahwa anak harus dijagakesehatannya sejak kecil supaya setelah dewasa nantimenjadi orang baik. Mensana in corporasano, di dalamtubuh yang sehat pasti terdapat jiwa yang sehat.

Akan halnya penyakit anak, menurut dokter RadenSaleh, ada dua macam yaitu :

136

1. Penyakit karena keturunan yang dalam bahasa Belandadisebut ervelijke atau kwalen. Penyakit bawaan dariorangtua sang anak.

2. Penyakit yang datang kemudian, misalnya sakit kepala,sakit perut, sakit ulu hati dan sebagainya. Penyakit ini bisaditimbulkan oleh virus atau kuman karena pola hidup yangtidak teratur dan tidak bersih.

Untuk menghindari kedua macam penyakit tersebut,tidak lain tidak bukan adalah dengan melakoni hidupsehat, bersih dan teratur. Pandangan demikian harusdiajarkan dan ditanamkan kepada anak-anak sejak dini.

Sedangkan sebaliknya, anak yang tidak terurus danterpelihara kehidupannya, akan menjadi lemah dan mudahterserang penyakit.

Berikutnya, dikatakan oleh ahli pendidikan, ingatanyang terang benderang atau hati yang terbuka, hanyaterdapat pada tubuh yang sehat ( Een gezonde ziel is eengezonde lichaam, dat is de volkomen mensch ).

Saya teringat pada cerita seorang tokoh di Eropa,Thomas Alfa Edison namanya. Ibunya seorang guru.Thomas disekolahkan hanya enam bulan lalu dididik sendirioleh ibunya itu. Karena cara mendidiknya benar, teliti danbaik, maka Thomas menjadi orang terkenal di dunia. Ataskecerdasannya yang luar biasa dia dijuluki sebagai “Raja

137

Listrik”. Ya, dia adalah Thomas Alfa Edison penemu energilistrik, pemberi cahaya terang pada dunia.

Apakah kiranya dari bangsa kita ada yang bisaberbuat seperti Thomas Alfa Edison ?

Wah masih jauh. Kalau menurut peribahasa ;“Laksana jauhnya bumi dengan langit.” Tetapi bukanmustahil kalau perbuatan demikian tidak sempatdisaksikan oleh kita, mungkin akan disaksikan oleh anakcucu kita. Karena di jaman sekarang pun bangsa kita sudahmulai maju, sudah menguasai sedikit ilmu pengetahuanyang berasal dari Eropa. Hanya sayangnya kemajuansekarang ini masih lebih banyak dialami oleh kaum priadari keluarga priyayi atau dari keluarga kaya, sedangkankaum perempuan dari keluarga priyayi ataupun keluargakaya, apakalagi dari keluarga rakyat kebanyakan, belummenikmati kemajuan yang dialami sekarang. Perempuanmasih ditempatkan sebagai “pakaian” suaminya.

Jadi bagaimana caranya supaya bangsa kitabertambah maju ?

Para pembesar sudah memikirkannya. Kaumperempuan harus maju juga seperti kaum pria, sebab kaumperempuan akan menjadi ibu. Sebagai ibu, merekalah yangpertama kali mengajarkan pengetahuan kepada manusiayaitu kepada anak-anaknya, baik pria maupun perempuan.

138

Itulah alasan paling mendasar, kenapa sayamendirikan Sakola Istri yang sekarang telah berganti namamenjadi Sakola Kautamaan Istri…. “

Karangan yang disampaikan sebagai tekssambutannya dalam memperingati berdirinyasekolah perempuan di Bandung, dimuat padakoran Sipatahoenan yang berbahasa Sunda dankoran berbahasa Belanda yaitu De Preanger Bode.Uraian yang disampaikan dalam karangannyaitu, menunjukkan betapa besar kepedulianDewi Sartika terhadap kaum perempuan supayabersekolah, berpengetahuan danberketerampilan. Karena perempuan adalah ibubangsa yang melahirkan generasi. Jikaperempuan tidak berpengetahuan, bisadibayangkan bagaimana dan seperti apanantinya generasi yang dilahirkannya ?

Kepedulian Dewi Sartika terhadap nasibkaum perempuan dan pentingnya pendidikanbagi kaum perempuan bumi putera dapatdisimak pada karangannya yang lain yang jugaditerbitkan dalam bahasa Sunda dan bahasaBelanda. Karangan ke dua ini diberi judul “Perempoean Boemi Poetra “.

Inilah karangannya itu :

139

“….Akhir-akhir ini muncul masalah yang makin lamasemakin menonjol, yaitu : Bagaimana cara terbaik untukmengangkat martabat perempuan bumi putera ?Pertanyaan ini seolah ditujukan kepada saya yang sekarangini menjadi kepala sekolah perempuan bumi putera.

Bahwa orang begitu ingin tahu seperti apapendapat saya terhadap pertanyaan di atas, tentusangatlah menggembirakan hati saya. Karena dengandemikian terbukalah kesempatan penuh bagi diri saya iniuntuk menyampaikan gagasan-gagasan saya, pikiran-pikiran saya yang betapa pun sederhananya tapi bisa sayasampaikan dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.

Adapun menurut pendapat saya, memajukan kaumperempuan harusnya tidaklah berbeda dengan memajukankaum pria. Artinya kaum perempuan harus bersekolah danmendapat pendidikan serta pengajaran layak yangbermutu agar pengetahuannya luas melebihi luas tujuhsamudra, agar pikirannya dapat menembus ruang danwaktu, agar cita-citanya melebihi tingginya langit. Semuaitu – tentu – hanya dapat diperoleh melalui sekolah yangjuga bermutu, guru yang bermutu, perangkat belajar yangjuga bermutu. Sehingga pengetahuannya yang luas ituakan membentuk moral dan kepribadiannya sebagaiperempuan sejati, perempuan yang akan menjadi ibubangsa. Perempuan yang membuahkan generasi.Perempuan bermutu !

140

Marilah kita merenung sejenak saja, bahwa kenapaTuhan kita menciptakan jenis perempuan dari tulang rusukAdam ? Kenapa bukan dari anggota tubuh yang lain ?Kenapa bukan dari segumpal tanah juga ? Ini pertanyaantentang kodrat suatu jenis mahluk manusia.

Mencoba menafsirkan, mungkin Tuhan berbuatdemikian karena beliau ingin agar mahluk perempuanbukan berada di depan pria dan juga bukan di belakangpria, melainkan di samping pria. Inilah kesetaran yangtersirat dari kehendak Tuhan dalam penafsiran pikiransaya.

Konon ada cerita di surga, ketika mahluk manusiamasih sepasang saja yaitu Adam dan Siti Hawa. Pasanganmahluk manusia yang diciptakan Tuhan itu sering bermain-main, bersenda bersama di Taman Firdaus. Ketika merekaberkejar-kejaran, bebeberapa kali Adam terjatuh karenatersangkut akar pohon yang sama. Adam berpikir, agartidak jatuh dia bertindak melompati akar tersebut. Namunbagi Siti Hawa lain lagi. Ia justru menimbun, menutup akaritu dengan tanah Firdaus. Maka amanlah Adam berlari danmelangkah, sehingga tidak pernah tersandung ataupuntersangkut akar pohon itu lagi. Kisah ini seolahmelambangkan, perempuan yang akan mengajarkan kaumpria agar tidak sesat, tidak lalai dan tidak melanggaraturan hidup dan kodratnya. Leluhur kita pernahmenyebutkan, pria yang baik dan hebat tergantung darisiapa perempuan yang mendampinginya. Anak yang pintar

141

dan berjasa besar kepada kepentingan umat manusia didunia seperti Thomas Alfa Edison ataupun Isaac Newton,tergantung dari siapa ibu yang melahirkan, yangmengasuh, yang mendidik dan yang membesarkannya.Karena perempuan adalah soko guru dalam keluarga,tiang utama dalam suatu rumahtangga.

Babad Tanah Sunda mengisahkan tentangkehormatan perempuan dalam peristiwa Perang Bubat.Ketika Prabu Siliwangi mengantarkan putrinya DiahPitaloka atau Galuh Candrakirana untuk dipersunting olehRaja Agung Hayam Wuruk. Sebagai calon menantu, walaustatusnya sebagai raja penakluk, Hayam Wuruk berhasratakan menemui calon mertua dan calon istrinya di TegalBubat. Namun Maha Patih Gajahmada mencegah, memintasupaya Prabu Siliwangi datang ke Istana Majapahit untukmenyerahkan atau mempersembahkan putrinya kepadaPrabu Hayam Wuruk yang berkuasa. Nah apa sikap PrabuSiliwangi dan putrinya ? Mereka menolak, karenakedatangannya bukan untuk menyerahkan ataumempersembahkan seorang perempuan untuk menjadi“pakaian” Prabu Hayam Wuruk tapi menyerahkan seorangperempuan yang akan menjadi ibu dari anak-anakpemimpin Majapahit itu.

Mengetahui sikap Prabu Siliwangi dengan putrinyaseperti itu, maka murkalah Maha Patih Gajahmada. Tanparagu ia mengerahkan pasukan Bhayangkara Majapahituntuk menyerang perkemahan Prabu Siliwangi di Tegal

142

Bubat. Perang terjadi. Pasukan Pajajaran yang dipimpinPrabu Siliwangi harus menangguk kekalahan.

Menyaksikan drama peperangan itu, Putri DiahPitaloka atau Galuh Candrakirana, memperlihatkan sikapyang jelas. Perang boleh kalah tapi kehormatan adalah diatas segala-galanya. Ia lebih memilih bunuh diri dan matisebelum Prabu Hayam Wuruk menyentuhnya sebagaipampasan perang. Harga kehormatan adalah hargakepribadian. Itulah yang diajarkan putri Pajajaran, putriSunda kepada kita para perempuan Sunda yang kinimenjadi penerus dan pewaris kehormatan harga dirinya.

Saya jadi teringat pada kebiasaan kita orang Sundaketika menyambut kelahiran seorang anak di dalamkeluarga kita. Pasti dalam menyambut kelahiran itu adasebungkah harapan terhadap anak yang baru lahir ;“Semoga kelak anak ini menjadi anak cageur – bageur.”Cageur berarti sehat, bebas dari segala penyakit. Bageurartinya berbudi atau berperangai baik. Jelasnya, cageurdan bageur menjadi landasan harapan agar setelah besarnanti anak tersebut dapat menempatkan dirinya denganbaik di tengah masyarakat luas, dimana pun dan kapanpun. Dengan landasan cageur dan bageur, ia dapatmemilah mana yang baik dan buruk, mana yang benar dansalah. Cageur dan bageur menjadi landasan ahlak danperilakunya di kemudian hari di saat sudah menjadimanusia seutuhnya. Manusia pria maupun manusiaperempuan.

143

Kini mari kita ulas tentang apa yang disebut KaumMuda. Menurut pikiran dan pendapat saya, Kaum Mudaadalah suatu generasi yang bercita-cita maju danmengharapkan keadaan yang lebih baik dari keadaangenerasi sebelumnya atau yang disebut sebagai KaumKolot. Namun di tengah bangsa kita yang merupakanbangsa terperentah ini, Kaum Muda dan Kaum Kolotsedang dalam pertentangan sengit. Perbedaan carapandang dan cara berpikir dari dua generasi tersebutmenjadi sumber konflik yang tajam dan sengit. Kaum Kolotmenilai Kaum Muda sudah melampaui batas-batas normaadat dan tradisi, sementara Kaum Muda menilai KaumKolot sebagai generasi berpikiran sempit dan tidak beranimelakukan terobosan atau perubahan besar kepada halyang lebih maju dan lebih nyata. Dua generasi salingberseberangan dan saling berbeda dalam cara pandangdan cara berpikir.

Kaum Kolot sebagai generasi yang lebih dahulu lahiratau yang justru melahirkan Kaum Muda, menganggapbahwa mereka sudah mendidik Kaum Muda dengan caramereka, cara yang diwariskan Kaum Kolot sebelumnya.Terhadap kaum perempuan muda misalnya, Kaum Kolottetap menganggap bahwa pendidikan bagi perempuanmuda adalah mempersiapkannya menjadi “pakaian” suami,“pakaian” yang baik dan pandai menempatkan diri sebagai“pakaian”. Sementara di sisi lain, Kaum Kolot mengajariKaum Perempuan Muda dengan caranya atau dengan

144

pengetahuan terbatas sebagaimana diwariskan Kaum Kolotterdahulu.

Sebagai perempuan dari Kaum Muda, saya tidaklahmenganggap apa yang diajarkan Kaum Kolot atau KaumKuno adalah hal yang tidak baik atau tidak layak. Betapapun saya menghormati apa yang telah diajarkan dandiberikan mereka kepada kita. Namun dengan tanpamengurangi rasa hormat kepada Kaum Kolot atau KaumKuno itu, saya sebagai kepala sekolah perempuan bumiputera, tetap menganggap bahwa cara pandang dan carabepikir memang harus diperbaharui dan diubah menjadilebih maju disesuaikan dengan perkembangan zaman.Inilah makanya saya menilai, perempuan bumi putera tidakcukup hanya menerima pendidikan dan pengajaran didalam rumah, tapi juga di sekolah. Sekolah yang mengajarmereka tentang pengetahuan berpikir, pengetahuanketerampilan dan pengetahuan bertindak benar dalamhidup bermasyarakat.

Pertentangan antara saya dengan Kaum Kolot,adalah pada pikiran tentang perempuan harus bersekolah.Bagi Kaum Kolot perempuan tidak usah bersekolah,sementara bagi saya perempuan justru harus bersekolah,jika perlu bersekolah setinggi-tingginya bersama kaum priadengan hak dan kesempatan yang sama.

Ada hal yang menjadi perbedaan tajam antara sayadengan Kaum Kolot itu, ialah sikapnya yang tidak rela

145

melepas kebiasaan-kebiasaan lama. Selain itu tidak jarangdari mereka yang justru tidak pernah menginjak ambangpintu sekolah, tapi mereka menjadi ibu rumahtangga yangbaik. Mereka berbahagia hidup bersama ayah dari putrimereka selama puluhan tahun. Tanpa dengan bersekolah,mereka bisa memelihara rumahtangga dalam kehidupanyang rukun dan harmonis. Karena tidak pernah menginjakambang pintu sekolah, mereka ini menganggap pendidikandi sekolah akan membangkitkan sikap bebas pada diri anakperempuannya. Sikap bebas itulah yang dicemaskankarena akan membuat putrinya menjadi tergoda untukberbuat jahat.

Kaum Kolot atau Kaum Kuno lebih senang menirukebiasaan orang Arab yang dengan gampang memingitanak perempuannya. Mereka berbuat demikian sebabmenurut pengetahuannya itulah yang paling baik sebagaicara meningkatkan moralitas putri-putrinya. Padahal tanpadisadari Kaum Kolot atau Kaum Kuno itu, cara yangditempuhnya telah memisahkan putrinya dari dunia nyata,dari kehidupan bermasyarakat, dari perkembangan dankemajuan ilmu pengetahuan.

Mengubah pandangan Kaum Kolot atau Kaum Kunosangat tidak mudah. Namun bagi saya, sudah menjadikewajiban untuk selalu menjelaskan kepada mereka bahwacara mereka dalam mendidik putrinya adalah cara yangkurang baik dan beresiko tidak baik bagi masa depan putri-putrinya itu. Saya menjelaskan kelemahan cara mendidik

146

yang mereka lakukan bisa melalui ceramah-ceramah yangsaya berikan di berbagai tempat dan di berbagaikesempatan, atau dengan menyelenggarakan pamerandari hasil karya para murdi sekolah perempuan yang sayapimpin. Dengan cara demikian saya ingin membuktikanbahwa pendidikan di sekolah akan membentuk putrinyamenjadi manusia perempuan yang siap menghadapitantangan masa depan.

Hingga sekarang, sudah tujuh tahun lebih sayaberjuang untuk cita-cita saya tanpa merasa kelelahan. Sayamemiliki keyakinan yang kokoh bahwa pendidikan sekolahbagi kaum perempuan bumi putera akan membuahkanhasil yang baik, memberi bekal yang cukup untuk hidup ditengah persaingan di masyarakat yang luas. Tanpapendidikan sekolah, seorang anak perempuan akankebingungan di masyarakat. Sebagus apapun moralnya,tanpa persiapan ilmu dan pengetahuan sekolah, akanberesiko untuk terjerumus ke jurang kehancuran dankegagalan.

Namun di lain pihak, setelah tujuh tahun sekolahperempuan bumi putera menyelenggarakan pendidikan,muridnya pun bertambah banyak, tentunya di masa-masadatang harus pula disiapkan lapangan kerja bagi kaumperempuan. Sehingga anak-anak perempuan yang telahlulus pendidikan sekolah memiliki tempat untukmengembangkan pengetahuannya di masyarakat.

147

Mendapat nafkah sesuai dengan sumbangsih keahlian danpengetahuan yang dimiliki.

Dalam hal pemberian upah kepada kaumperempuan, saya melihat masih ada perbedaan yang tidaksehat. Upah bagi kaum pria lebih tinggi dibanding upahuntuk kaum perempuan, padahal jenis pekerjaan yangmereka lakukan sama. Misalnya pekerja perkebunan. Jenispekerjaannya sama, umpamanya sebagai pekerja di pabrikatau semacamnya, tapi pengupahannya tidak sama. Itumenunjukkan ketidak adilan dalam menghargai hak antarakaum pria dengan kaum perempuan. Jika perbedaan itutidak segera diatasi dan diperbaiki, saya yakin di masadepan nilai harkat seorang perempuan tidak lebih dariharga meubel di rumah.

Perbedaan dalam menghargai nilai harkat kaumperempuan juga terlihat dalam menentukan sikap hidupberumahtangga. Anak perempuan selalu berada dalamposisi tidak diberi pilihan untuk menentukan pria yangpatut menjadi suaminya. Jodoh yang dipaksakan, jodohyang ditentukan. Suka atau tidak suka, jika itu sudahmenjadi keputusan orangtua, harus diterima denganpasrah.

Perkawinan yang dilandasi perjodohan ditentukanorangtua akan bisa langgeng karena pihak perempuanatau sang istri memilih mengalah dan patuh dalammelaksanakan perannyan dalam rumahtangga. Perempuan

148

atau istri yang berada pada posisi seperti itu sangat takutkepada satu kata yang dilontarkan suaminya yaitu kata“talaq”. Satu kata itu bisa mencampakan seorangperempuan, seorang istri, keluar dari rumah sepertisampah yang tidak berguna. Maka agar kata “talaq” tidakmeluncur dari mulut suami, istri harus patuh ! Patuh danpatuh !

Namun ada juga perempuan atau istri yang karenaharga dirinya diperlakukan rendah oleh suaminya memilihsikap melawan daripada patuh. Perlawanan akanmenimbulkan pertengkaran. Suami akan menunjukankekuasaannya sebagai seorang pria. Akhirnya kata “talaq”meluncur dari mulut suami dan tercampaklah sang istri.

Hidup sebagai janda tanpa bekal pengetahuan danketerampilan, dapat menggoyahkan iman seorangperempuan. Demi kelangsungan hidup, pilihan terburukadalah menjerumuskan dirinya ke lembah pelacuran. Jikasudah seperti itu, nistalah diri sang perempuan itu.

Maka di masa-masa datang saya yakin bahwa hak-hak kaum perempuan haruslah sama dengan kaum pria.Karena kaum perempuan diciptakan berada di sisi kaumpria, bukan di depan atau di belakang. Hak dalammenempuh pendidikan, hak dalam melaksanakanpekerjaan, hak dalam mendapatkan upah pekerjaan, hakdalam menjadi istri dari suaminya. Hak yang menjadiharga kehormatan dan harga kepribadian….”

149

Demikianlah karangan Dewi Sartika yangsempat dimuat di media massa pada masanyaitu. Karangan yang menunjukkan visinyasebagai seorang pejuang pendidikan kaumperempuan yang menginginkan persamaan hakantara kaum perempuan dan kaum pria, hakuntuk menjunjung kehormatan sebagaiperempuan.

Tahun demi tahun terus berlalu, lulusandari sekolah perempuan di Bandung ataudaerah-daerah lain yang terdapat cabang-cabang sekolah perempuan ini, mulai terjunke masyarakat. Ada yang kemudian membantuorangtuanya mengurus usaha, ada yangmemasuki dunia kerja dan ada pula yangmenciptakan lapangan kerja sendiri. Kaumperempuan bumi putera mulai ada kemajuan danmulai menyadari hak-haknya, termasuk hak-haknya dalam berbangsa dan bernegara.

Pada permulaan abad 20 di Bandung mulaibermunculan organisasi-organisasi pemuda.Perkumpulan yang tadinya berupa perkumpulantonel, perkumpulan pelajar dan semacamnya,perlahan namun pasti menjadi perkumpulanpolitik. Topik pembahasan mereka sudah mulaimengulas tentang arti kemerdekaan bangsanya,

150

kemerdekaan mengatur pemerintahan sendiri,kemerdekaan mengelola ekonomi, budaya dansebagainya tanpa diatur dan ditekan olehbangsa yang menjajahnya.

Permulaan abad 20 ini merupakan abadpencerahan. Orang muda seperti yangdisampaikan Dewi Sartika sebelumnya telahmenjelma menjadi anak-anak pergerakan.Memasuki berbagai perkumpulan pemuda,menyatukan visi dan persepsi tentangmendirikan sebuah negara yang merdeka.

Pada tahun 1929, ketika SakolaKautamaan Istri genap berusia 25 tahun,Pemerintah Hindia Belanda menghadiahkansebuah gedung baru yang permanent. Padaperesmian gedung baru itu, nama SakolaKautamaan Istri diumumkan berganti menjadiSekolah Raden Dewi.

Selanjutnya dalam peringatakan 35 tahunberdirinya Sekolah Raden Dewi, ataupersisnya pada tanggal 16 Januari 1939, DewiSartika mendapat bintang emas dariPemerintah Hindia Belanda sebagaipenghargaan atas jasa-jasanya dalam bidangpendidikan untuk kaum perempuan bumi putera.Sebelumnya - pada tahun 1922 – Dewi Sartika

151

juga sudah memperoleh bintang perak dariPemerintah Hindia Belanda. Dengan demikianterbukti, Dewi Sartika tidak hanya dihargaibangsa sendiri, tetapi juga dihargai olehbangsa yang menjajahnya.

***

152

Tanda jasa milik Raden Dewi Sartika

153

Tentara Matahari

Hari Selasa, 25 Juli 1939. Sejak pagiudara mendung menyaput kota Bandung.Suasananya memang agak berbeda dari biasa.Dewi Sartika berangkat ke sekolah tempatnyamengajar dan Raden Agah menemui BupatiBandung Raden Wiranatakusumah VI ataudisebut Dalem Haji. Hari ini Raden Agah yangjuga tokoh Syarekat Islam itu diajakmendampingi Bupati Bandung beranjangsana keMesjid Nagrek-Garut untuk bertemu denganpara ulama di situ.

Tidak ada seorang pun yang menyangka,pagi itu merupakan pagi terakhir bagi RadenAgah bersama istri yang sangat dicintainya.Mereka menikmati sarapan bersama, berbincangdan bersenda gurau seperti biasa. Karenadalam kehidupan berumahtangga, Dewi Sartikamenempatkan sosok suaminya sebagaipendamping istri dan demikian pulasebaliknya Raden Agah kepada Dewi Sartika.

154

Mungkin itulah konsep Dewi Sartika membangundan membina rumahtangga bersama suami yangjuga sangat dicintainya. Sehingga antaradirinya dengan suami dapat saling berbagipersoalan atau kebahagiaan dan kemesraan.Dengan konsep demikian itu suasana keluargajadi akrab dan tidak kaku. Bahkan jikaterdapat perbedaan pandangan atau pendapattidak harus menjadi bahan konflik yangtajam, melainkan justru selalu dapatdiselesaikan dengan keterbukaan yangdilandasi pengertian masing-masing suami danistri. Dewi Sartika dan suaminya merumuskanbahwa antara suami dan istri adalah temanhidup yang saling menyayangi, mengasihi danmencintai.

Perhatian dan cinta Raden KanduruanAgah Suriawinata kepada Dewi Sartika,istrinya, memang diketahui oleh banyakorang. Misalnya saja keterlibatan Raden Agahdalam membantu dan membimbing istrinyamengurus serta mengembangkan sekolahperempuan bumi putera yang dirintisnya.Pendek kata dari hal yang serius sampai yangringan, seperti mengantar dan menjemputistri setiap hari, selalu dilakukan RadenAgah dengan senang. Ia memang benar-benarmembuktikan kesungguhan cinta dan kesetiaan

155

kepada istrinya. Bahkan ia sendiri memilihmengorbankan kesempatan karirnya dalam duniapendidikan. Yakni ketika Raden Agahdipromosikan untuk menjadi schoolopziner(penilik sekolah) di Banten, ia justru tetapbertahan sebagai Kepala Eerste Klasse School diKarang Pamulang. Pilihan itu diputuskankarena ia selalu ingin bersama istri yangdisayangi dan dicintainya itu.

Namun pada hari Selasa, tanggal 25 Juli1939, saat sedang mengikuti acarasilaturahmi dengan para ulama di MesjidNagrek, tiba-tiba Raden Agah mengalamiserangan jantung yang tidak didugasebelumnya. Tanpa sempat mendapatpertolongan medis, akhirnya di saat itu jugaAllah SWT memanggilnya ke alam baka. JenazahRaden Agah dibawa pulang dengan ambulansbersama rombongan Bupati Bandung yangberduka.

Mengetahui suaminya sudah tiada, DewiSartika sangat terkejut namun mencoba tetapmengendalikan perasaannya. Hati perempuanyang tangguh ini, tiba-tiba terasa hampakarena kehilangan yang begitu sangatdicintainya, miliknya yang paling berharga.Airmatanya menetes, meluncur basah di

156

pipinya. Kini tak ada lagi teman berbagi,tak ada lagi teman bercengkerama danbersenda ria seperti biasa. Hari-harimendatang akan terasa sepi.

Hari itu juga, menjelang sore, jenazahRaden Agah dimakamkan dengan khidmat dankhusyu. Anak-anak berdatangan bersamakeluarga masing-masing. Demikian pula sanaksaudara, kerabat dan handaitaulan. BahkanBupati Bandung beserta jajarannya turuthadir dalam upacara pemakaman yang singkatdan sederhana.

Segunduk makam bertabur bunga bersertasejumlah kenangan indah yang ikut terkubur,hening di komplek pemakaman ini. DewiSartika dengan segenap perasaan duka,mengikhlaskan kepergian suaminya kembalikepada sang Khalik. Bukankah kelak kitasemua juga akan mengalami hal yang sama,kembali kepada sang Khalik penguasa semestabeserta isinya.

**

157

158

Raden Wiranatakusumah V atau Dalem Haji.

159

Semenjak suaminya wafat, keadaankesehatan Dewi Sartika mulai menurun. Iamenderita sakit diabetes. Tubuhnya yangsemakin gemuk sering merasa lemas, tidaklagi mampu bekerja keras seperti sebelumnya.Kondisi demikian membuat dirinya harussering beristirahat di rumah dan mulaijarang hadir ke sekolah perempuan yangdipimpinnya sejak awal berdiri. Namundemikian, puterinya yang bungsu yaitu RadenDewi Ine Tardine, mulai membantu mengajar disekolah perempuan yang kini bernama SekolahRaden Dewi. Ya, betapapun keadaannya,pendidikan di sekolah perempuan itu harustetap berjalan. Calon-calon ibu bangsamenanti di kelas mereka, mengharapkanpengajaran yang akan menjadi bekal masadepannya kelak.

Tahun 1942. Armada Jepang melakukanserbuan ke berbagai wilayah nusantara ini.Bendera Negara Matahari Terbit berkibarmenjanjikan perlindungan saudara tua.Tentara Matahari membawa janji keamanan danpersatuan bagi bangsa yang terjajah.Pemerintah Hindia Belanda menyerah.Kekuasaan berpindah ke armada TentaraMatahari.

160

Dalam peralihan kekuasaan dariPemerintah Hindia Belanda kepada armadaJepang yang menduduki kota Bandung, banyakhal yang tak diduga terjadi. Di antarabanyak bangunan dan kantor-kantor yangtadinya milik Pemerintah Hindia Belanda diBandung langsung diambil alih dan didudukioleh pasukan Jepang. Di antara berbagaibangunan tersebut, ternyata termasuk jugabangunan Sekolah Raden Dewi di Ciguriangwegitu.

Seluruh perabotan dan arsip milikinventaris Sekolah Raden Dewi, dibongkar dandiporak-porandakan oleh pasukan Jepang yangmenduduki dan mengambil alih sekolahtersebut. Para tentara yang bermata sipit,berperawakan pendek, dan setiap pagi selalumembungkuk ke arah matahari terbit itubersorak-sorak sambil bertindak beringas.Sekolah yang dirintis dengan susah payahselama bertahun-tahun, sekolah yang dicita-citakan menjadi lembaga pendidikan kaumperempuan bumi putera yang berakhlak dantrengginas, kini bagai “kapal pecah “.Tindakan para tentara Jepang itu sangatkasar dan tidak ada tanda menghargai nilai-nilai yang terkandung pada bangunan sekolah

161

tersebut. Mereka hanya tau satu tujuan yaitumengambil alih dan menguasai.

Dalam keadaan lemah dan sakit-sakitan,Dewi Sartika mendengar kabar tentangsekolahnya yang diduduki dan dikuasaitentara Jepang. Hati perempuan tua inibegitu nelangsa. Miliknya yang palingberharga, yang dicintai dan dibanggakandirebut dan diambil alih dengan cara yangsangat kasar. Dalam keadaan demikian, DewiSartika menggerutu dalam hatinya : “Itukahtentara Jepang ? Itukah akhlak bangsa Jepangyang mengaku saudara tua ?“ Hatinya menangismemikirkan nasib sekolah yang dicintainyaitu.

**

Pada masa pendudukan Jepang, semuasekolah dasar dijadikan satu macam atau satujenis sekolah saja yang disebut sebagai “Sekolah Rakyat “. Sementara Sekolah RadenDewi diganti namanya menjadi Sekolah GadisNo.29. Tak jelas kenapa dinamakan sepertiitu. Namun sejak dilakukan pendudukan danpengambil alihan sekolah tersebut, papannama yang terpajang di depan Sekolah RadenDewi sudah berganti dengan papan nama

162

bertuliskan huruf kanji yang artinya SekolahGadis No.29. Selanjutnya komandan pasukanJepang menemui Dewi Sartika dan putrinyaRaden Ine. Dia menawarkan kepada DewiSartika dan putrinya untuk menjadi KepalaSekolah yang telah dikuasai tentara Jepangitu.

Menanggapi tawaran tersebut, DewiSartika dan Raden Ine menolak dengan halusdan sangat diplomatis. Yakni Dewi Sartikamengaku bahwa usianya sudah tua dan fisiknyapun sudah lemah. Sedangkan Raden Ine menolaktawaran itu karena ia harus merawat ibunyayang semakin tua dan sakit-sakitan. KomandanTentara Jepang itu maklum dan menerimapenolakan Dewi Sartika atau Raden Ine tanpaprasangka apapun.

Sekolah Gadis No.29 mulai dibuka dankurikulum maupun silabusnya ditetapkan olehpemerintah Jepang yang kini menjadi penjajahbaru di bumi pertiwi ini. Di antara berbagaimata pelajaran yang diterapkan di sekolahtersebut, pelajaran yang utama adalahpelajaran bahasa Jepang dan bahasaIndonesia. Para muridnya terdiri atas gadis-gadis usia sekolah dasar yang sebagian besaradalah pindahan dari Sekolah Rakyat No.2

163

yang terletak di Balong Gede. Hanya sebagiankecil mantan murid-murid Sekolah Raden Dewisebelumnya yang ikut kembali bersekolah disitu.

Selama dikuasai oleh pemerintah Jepangyang menduduki sekolah tersebut, pelajarandi bekas Sekolah Raden Dewi mengalami banyakperubahan. Misalnya untuk pelajaran masak-memasak atau keterampilan perempuan hanyadiajarkan satu hari dalam sepekan. Pelajaranagama masih diberikan. Hal yang baru dansangat menyakitkan perasaan adalah setiappagi seluruh siswi diwajibkan membungkukkanbadan atau dalam bahasa Jepang disebut seikeirei ke arah matahari terbit, sebagaipenghormatan kepada Kaisar JepangTennoheika. Bangsa Jepang sangat mempercayaibahwa kaisarnnya itu adalah keturunanlangsung dari Dewa Matahari. Setelah acaramembungkukkan badan kepada KaisarTennoheika, kegiatan dilanjutkan denganmengikuti senam pagi yang disebut taisho.

Berbeda dengan bangsa Belanda ketikamenjajah bangsa bumi putera ini, bangsaJepang sangat kasar dan memperlakukan bangsabumi putera seperti budak atau lebih rendahlagi setara dengan “binatang”. Para

164

perempuan, bersuami atau janda, ataupungadis, dilecehkan dengan semena-mena. Taksedikit dari mereka yang menjadi “budaknafsu” para tentara Jepang yang liar dankasar. Kaum pria diwajibkan mengikuti kerjapaksa dengan nama PUTERA (Pusat TenagaRakyat). Harta benda seperti perhiasan emasdan sebagainya yang berharga diminta ataudiambil paksa oleh para tentara Jepang untukmenjadi biaya perang.

Hari ke hari, waktu ke waktu, keadaandi sekolah perempuan yang dirintis oleh DewiSartika sejak tahun 1904, kian jauh berubah.Sifat-sifat dan cirri-ciri sebagai sekolahperempuan hanya terlihat pada muridnya yangseluruhnya adalah anak-anak perempuan.Tetapi pendidikan yang diajarkan tidak lagikhusus tentang perempuan, melainkan berbagaihal yang tujuannya adalah untuk menunjangkepentingan pendudukan atau penjajahanbangsa Jepang di bumi pertiwi ini.

Perang dunia terus berkecamuk. Diam-diam bangsa Indonesia yang makin muak kepadabangsa Jepang itu, mulai menyusunperlawanan. Hingga pada tanggal 14 dan 15Agustus 1945, pasukan Amerika Serikatmenjatuhkan bom atom di atas kota Hiroshima

165

dan Nagasaki. Bom yang menewaskan ribuanrakyat Jepang di kota Hiroshima danNagasaki, ternyata memberi pengaruh besarbagi kecamuk Perang Dunia. Seketika pulabangsa Jepang menyerah, menghentikanpenyerbuannya di kawasan Asia Pasifik.

Tanggal 17 Agustus 1945, bangsaIndonesia memproklamasikan kemerdekaannya.Sebuah republik telah berdiri, sebuah negaratelah dibentuk. Para pemimpin Indonesiatampil di panggung kemerdekaan. Sebut sajanama Ir.Soekarno yang populer dipanggil BungKarno, kemudian DR.Mochammad Hatta yangdipanggil Bung Hatta serta para pemimpinlainnya yang di kemudian hari menjadicatatan sejarah perjuangan bangsa bumiputera ini.

Seiring dengan proklamasi kemerdekaanbangsa Indonesia, Sekolah Gadis No.29 yangsemula adalah Sekolah Raden Dewi ditutup.Dewi Sartika yang semakin lanjut usia makinsedih memikirkan nasib sekolah yangdiperjuangkannya dengan susah payah. Banyakkenangan tersimpan di bangunan sekolahtersebut. Kenangan dengan murid-murid yangdisayanginya, sahabat-sahabat sesama

166

pendidik yang dikasihinya serta berbagai hallainnya.

Ternyata semakin pedih dirasakantentang nasib sekolah tersebut, Dewi Sartikasemakin tidak ingin melihat keadaansekolahnya itu. Ia tidak melupakan segalayang pernah berlangsung di sekolah tersebut,suka dan duka, tetapi hatinya tidak kuatmenyaksikan bangunan sekolah yang kinisemakin tidak terpelihara dan telah hilangaura pendidikannya.

***

167

Bandung Lautan Api

Tahun 1946.

Setelah proklamasi kemerdekaandikumandangkan dan sang saka merah putihtelah dikibarkan sebagai bendera kebangsaan,para pemuda Indonesia mengangkat senjatademi mempertahankan kemerdekaan bangsanya.Di berbagai daerah terjadi perlucutansenjata pasukan Jepang yang dilakukan olehpara pemuda. Pasukan Jepang memang sudahtidak berdaya dan pasrah.

Untuk mencegah konflik atau pertempuranantara para pemuda dengan pasukan Jepangyang sedang menangguk kekalahan, dikirimlahpasukan penjaga perdamaian yang antara lainadalah pasukan Inggris, Perancis danAustrali. Namun tak dinyana, bangsa Belandayang masih ingin bercokol di negeri yangbaru merdeka ini, diam-diam “membonceng”pasukan perdamaian tersebut kembali keIndonesia.

168

Tindakan pasukan Belanda yangbersembunyi dibalik pasukan perdamaian,mengundang masalah baru. Para pemuda danrakyat Indonesia yang baru merdeka tidaksudi lagi menerima kehadiran bangsa Belandasebagai penjajah. Alhasil perang di antarapara pemuda dengan pasukan Belanda mulaikerap terjadi. Udara kota Bandung mulaidipadati oleh asap bangunan terbakar danaroma mesiu serta anyir darah.

Suatu ketika para pemuda yang tergabungdalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR)melakukan sabotase dengan meracuni sumberair di daerah Dago Atas. Air yang menjadikebutuhan bagi pertahanan militer Belanda,membuat serdadu-serdadu Belanda tewas dengantragis.

Merespon peristiwa itu, pasukan Belandajuga melakukan serangan balik berupasabotase menghancurkan bendungan air SungaiCikapundung. Banjir besar Sungai Cikapundungmelanda rakyat bumi putera yang bermukim disepanjang Sungai Cikapundung.

Akhirnya tak terelakan lagi, perangfisik mulai berkecamuk di berbagai daerah

169

dan di berbagai tempat di seluruh penjurutanah air. Demikian pula halnya di Bandung.Berbagai pertempuran terjadi di wilayahPanorama-Lembang, Viaduct, Lengkong dansebagainya. Terlebih setelah pasukan Gurkhasebagai tentara bayaran Belanda mengambilsikap berpihak kepada para pejuangkemerdekaan Indonesia, berbagai pertempuranberlangsung semakin sengit. Korbanberjatuhan di pihak Belanda maupun parapejuang kemerdekaan.

**

Jalan perundingan demi perundinganmulai ditempuh, termasuk tentunyaperundingan di Kalijati - Subang dan diLinggar jati – Kuningan, Cirebon. Hasilnyadisepakati dilaksanakan gencatan senjata.Kota Bandung dinyatakan statusquo dibagimenjadi dua wilayah yang dibatasi oleh jalankereta api. Wilayah Utara dikuasai pasukanBelanda sementara wilayah Selatan yang sudahmenyeberangi Sungai Citarum, menjadi wilayahrepublic yang baru merdeka ini.

Berbagai perundingan itu tidakmembuahkan hasil yang menguntungkan bagirakyat Indonesia, khususnya yang bermukim di

170

kota Bandung. Sehingga pada akhirnya MenteriPertahanan Mister Amir syarifuddinmemutuskan statusquo yang membagi wilayah kotaBandung menjadi wilayah Utara dan wilayahSelatan.. Pasukan TKR ditarik ke Selatanyaitu di wilayah Dayeuhkolot, Majalaya dansekitarnya. Di situ mereka membentuk MajelisDewan Perjuangan untuk menghadapi pasukanBelanda.

Keputusan Mister Amir Syarifuddinmemang sangat berdampak besar bagi rakyatBandung, terlebih bagi Dewi Sartika yangsemakin uzur dan sakit-sakitan. Karenaseiringi penarikan pasukan TKR ke wilayahDayeuhkolot dan sekitarnya, kota Bandungdisebelah Selatan rel kereta api dibumihangus. Rakyat diminta mengungsi ke Selatanyang menjadi wilayah republic.

Dewi Sartika didampingi putrinya yaituRaden Ine Tardine ikut mengungsi bersamarakyat bumi putera yang lainnya. Merekaberjalan kaki menapak jalan panjang menujuwilayah Selatan kota Bandung. Ayunlangkahnya menapak jalan bersama parapengungsi lain. Selanjutnya setelah beberapasaat berada di wilayah Dayeuhkolot, DewiSartika dan putrinya berpindah lagi lebih ke

171

Selatan. Mereka menempuh perjalanan memotongkompas, menuju wilayah Garut hinggaTasikmalaya dan Ciamis. Saat ini DewiSartika dan putrinya memutuskan untukmenetap lebih lama di Desa Cineam – Ciamis.

Selama dalam perjalanan menuju DesaCineam – Ciamis, Dewi Sartika menjadi murungdan sedih memikirkan nasib sekolah perempuanyang kini ditinggalkannya. Keadaan telahberubah. Kehidupan yang semula tenang kiniberalih menjadi kecamuk perang.

Bermukim di sebuah pondok kecil yangsederhana di Desa Cineam, Dewi Sartikatambah parah sakitnya. Perempuan tua inibegitu sangat menderita memikirkan nasibsekolah perempuan yang belakang inidinamakan Sekolah Raden Dewi.

Hingga akhirnya – pada tanggal 11September 1948 – Dewi Sartika menghembuskannafas terakhir di pondok pengungsian di DesaCineam itu. Ruhnya pergi mengembara ke alambaka dengan membawa segala kenangan tentangsekolah yang dicintainya.

172

Seiring wafatnya Dewi Sartika saat itu,maka berakhir pulalah riwayat Sekolah RadenDewi yang dibanggakannya selagi hidup.

***

173

Anugerah gelar Pahlawan Nasional untuk Dewi Sartika

174

Dewi Sartika dan PergerakanPerempuan

Sebelum Dewi Sartika mendirikan SakolaIstri di tahun 1904, di kota Bandung sudahterdapat sekolah yang terbuka untuk kaumperempuan bumi putera dari kalangan ningratatau anak-anak pejabat pemerintah. Misalnyayang dinamakan Eerste Klasse School, HolandscheIndische Schoo, MULO, HBS, AMS dll. Demikian pulasekolah-sekolah khusus seperti Ambacht School,Ambtenar BB, Sekolah Dokter Jawa serta yangsemacamnya. Sedangkan bagi anak-anak kaumningrat yang kemudian ingin melanjutkansekolah ke jenjang yang lebih tinggi, bisajuga bersekolah ke Negeri Belanda.

Sebagai salah seorang putri PatihBandung, Dewi Sartika juga pernah bersekolahdi Eerste Klasse School sampai berusia sembilantahun, yakni sampai ayahnya dituduh sebagaipemberontah pemerintah dan dikenakan hukumanbuang ke Pulau Ternate.

175

Meskipun tidak lama mengenyam bangkusekolah atau mengikuti pendidikan formal,Dewi Sartika adalah seorang anak perempuanyang memiliki kecerdasan lebih dari anak-anak seusianya dan selain itu ia jugamemiliki talenta sebagai pendidik. Sehingga didalam kesulitan hidupnya, ia terinspirasidan termotivasi untuk menyelenggarakankegiatan pendidikan informal yangselanjutnya melembaga menjadi pendidikanformal yaitu Sakola Istri yang berdiri padatanggal 16 Januari 1904 sebagai sekolahperempuan bumi putera pertama di HindiaBelanda masa itu. Sekolah yang menampungmurid dari semua kalangan tanpa membeda-bedakan latarbelakang status sosialnya.Singkat kata anak ningrat atau bukan, bisabersekolah di situ.

Seiring keberhasilan Dewi Sartikamenyelenggarakan dan mengelola sekolahperempuan bumi putera, maka semakin banyakpula sekolah perempuan bumi puteraterselenggara di berbagai daerah hingga keluar Jawa. Dampaknya sangat luar biasa,berkat pendidikan di sekolah-sekolahperempuan itu makin banyak kaum perempuan

176

bumi putera yang terpelajar dan bermunculandi masyarakat luas.

Semakin banyak perempuan terpelajar danterdidik bermunculan di masyarakat, rupanyamakin menyadarkan kaum perempuan tersebutuntuk membentuk perserikatan atauperkumpulan yang intinya untukmemperjuangkan kesamaan hak dengan kaumpria. Pada tahun 1912 misalnya, di Bataviaterbentuk perkumpulan kaum perempuan bumiputera yang bernama Putri Mardika yang mendapatdukungan penuh dari perkumpulan Budi Utomobentukan Dokter Soetomo. Kegiatan utamaperkumpulan Putri Mardika tersebut ialahmenyelenggarakan upaya kemajuan pendidikanuntuk anak-anak perempuan bumi putera semuagolongan di Batavia. Mengikuti jejakperkumpulan Budi Utomo, perkumpulan lainnyaseperti Syarekat Islam, Muhammadiyah,Sarekat Ambon yang juga berlokasi diBatavia, membentuk bidang-bidangkeperempuanan di dalam tubuh organisasinya.

Di saat bersamaan, yakni di sekitartahun 1920-an di Yogyakarta, terbentuk pulaperkumpulan khusus kaum perempuan bumiputera yang dinamakan Wanito Utomo, Wanito Mulyo,Wanito Katolik dan sebagainya. Sementara di

177

Surabaya terbentuk pula perkumpulanperempuan bumi putera yang dinamakan PuteriIndonesia, Jong Islamieten Bond James Afdeling, Jong JavaMeisjeskring serta Wanita Taman Siswa.

Disadari atau tidak, saat itu sebuahgerakan moral mulai terbangun di kalanganperempuan bumi putera. Manifestasi darigerakan moral itu terwujud dalam suatupertemuan berbagai perkumpulan paraperempuan bumi putera tahap pertama yangdiselenggarakan dari tanggal 22 sampai 25Desember 1928 di Yogyakarta. Persitiwatersebut merupakan Kongres Perempuan Pertamayang dipimpin oleh Nyonya Soekonto. Darikongres itu diperoleh suatu kesepakatanbersama untuk membentuk badan pemufakatanperkumpulan perempuan dengan nama PerikatanPerkumpulan Perempuan Indonesia ( PPPI ). Tujuanperikatan perkumpulan itu antara lain untukmelaksanakan kerjasama antara sesamaanggota. Misalnya PPPI mengupayakanpendanaan untuk beasiswa bagi anak perempuanyang cerdas dan pandai namun tidak memilikikemampuan ekonomi untuk membiayai kegiatanpendidikannya. Kemudian menyelenggarakankegiatan-kegiatan kursus seperti kursuskesehatan, melaksanakan kampanye laranganperkawinan terhadap anak-anak perempuan di

178

bawah umur serta menyokong kemajuankepanduan perempuan dan banyak lagi.

Jelas sudah perjuangan Dewi Sartikameningkatkan derajat dan hak kaum perempuandalam memperoleh pengetahuan sertapendidikan semakin berwujud menjadi suatugerakan perjuangan yang besar dan melembaga.Hal itu terlihat dari tiga mosi hasilKongres Perempuan I yang diajukan kepadaPemerintah Hindia Belanda yaitu :

1. Sekolah untuk anak perempuan bumi puterasemua golongan, harus ditambah dandiperbanyak.

2. Para penghulu nikah diwajibkan memberikanketerangan tentang ta’liq pada waktumelaksanakan akad nikah agar kaum perempuansebagai seorang istri muslimah mengetahuihak dan kewajibannya dalam rumahtangga.3. Menetapkan peraturan untuk memberisantunan kepada para janda dan anak-anakyatim piatu dari kalangan pegawai pemerintahbumi putera.

Ketiga mosi tersebut mendapat tanggapandan dukungan positif dari berbagai kalangan,termasuk dari Pemerintah Hindia Belanda.

179

Kongres Perempuan II digelar kembalipada tanggal 28 sampai 31 Desember 1929 diBatavia. Dalam Kongres II ini disinggungtentang kedudukan perempuan dalam kehidupansosial ekonomi seperti hak-hak memperolehpekerjaan yang tidak dibedakan dengan kaumpria. Kemudian disinggung pula tentangmasalah dalam perkawinan dan rumahtanggatermasuk tentang poligami dan kawin paksa.

Tanggal 22 Maret 1930, di Bandungterbentuk perkumpulan perempuan bumi puterayang dinamakan Istri Sedar. Perkumpulan inibertujuan untuk menyadarkan kaum perempuanbumi putera dalam meningkatkan taraf hidupbangsa bumi putera dan menyertakan kaumperempuan bumi putera dalam perjuangankemerdekaan bangsa. Selanjutnya – pada tahunyang sama pula – terbentuk lagi suatuperkumpulan perempuam bumi putera di Bandungyang dinamakan Pasundan Istri ( PASI ) sebagaipelaksana cita-cita Paguyuban Pasundan,khususnya di bidang perempuan. Pasundan Istriitu dibentuk pada tanggal 30 April 1930.

Kongres Perempuan III diselenggarakanpada tanggal 20 sampai 24 Juli 1935 di

180

Batavia. Adapun hasil dari Kongres III ituditetapkan kesepakatan seperti berikut :

1. Perlu membentuk suatu Badan Penyelidikmasalah perburuhan perempuan bumi puterayang pelaksanaannya dilakukan oleh kaumperempuan bumi putera.

2. Setiap perkumpulan perempuan yangtergabung sebagai peserta Kongres tersebut,diwajibkan untuk melakukan koordinasi denganberbagai organisasi kepemudaan termasukorganisasi para gadis.

3. Setiap perkumpulan yang ikut serta dalamKongres, diwajibkan melaksanakan usahapemberantasan buta huruf, terutama dikalangan perempuan bumi putera yang tidakbersekolah.

4. Dasar-dasar Kongres adalah perasaankebangsaan, kesadaran atas pekerjaan sosialserta sikap netralitas terhadap semua agama.

5. Kongres akan menyelidiki sedalam-dalamnyakedudukan kaum perempuan bumi putera menuruthukum Islan dan berupaya memperbaikikedudukan tersebut tanpa menyinggung ataumelecehkan harkat agama Islam.

181

6. Perempuan bumi putera berkewajibanmengusahakan generasi baru isnyaf terhadapkewajiban kebangsaan karena kaum perempuanbumi putera akan menjadi ibu bagi bangsanya.

Selain itu, Kongres III ini yangdipimpin oleh Nyonya Sri Mangunsarkoro jugamemutuskan bahwa Kongres Perempuan BumiPutera akan menjadi suatu badan tetap yangdalam waktu tetap pula akan mengadakanpertemuan.

Kongres IV yang berlangsung pada bulanJuli 1938 di Bandung dan dipimpin olehNyonya Emma Puradireja itu antara lainmembahas tentang pentingnya hak pilih bagikaum perempuan bumi putera untuk turut sertadi dalam badan-badan perwakilan. PadaKongres IV tersebut para perempuan bumiputera menuntut agar diberi hak pilih yangseluas-luasnya, dalam arti kaum perempuanbumi putera juga diberi kesempatan memilihdan dipilih dalam badan perwakilan.

Kongres IV ini menetapkan keputusanseperti berikut :

182

1. Supaya tanggal 22 Desember selaludiperingati sebagai Hari Ibu yakni padatanggal itu merupakan penyelenggaraanKongres Perempuan I di Yogyakarta yangmenjadi tonggak sejarah dalam kelembagaanperjuangan kaum perempuan bumi putera dinegeri ini.

2. Mendesak Komisi Perwakilan untukmerancang peraturan perkawinan yang seadil-adilnya tanpa menyinggung agama Islam.

Gayung pun bersambut. Menghargaiberbagai tuntutan kaum perempuan bumiputera, Pemerintah Hindia Belanda melantikNyonya Emma Puradireja, Nyonya SunaryoMangunpuspito, Nyonya Sudirman dan NonaUmiyati, menjadi anggota gementeraad ( DewanKota ) di Bandung, Semarang, Surabaya danCirebon. Pengangkatan itu membuktikan bahwakaum perempuan bumi putera mulai turut andildalam pemerintahan.

Pada tanggal 8 Agustus 1939 sejumlahperkumpulan perempuan bumi putera di Bataviamenyampaikan protes dan tuntutan supayapemerintah memberi tempat bagi perempuanbumi putera dalam Volksraad ( Dewan Rakyat ).Protes tersebut muncul karena diangkatnya

183

seorang wanita Belanda dalam Dewan tersebut.Di lain pihak, sikap protes dan tuntutantersebut juga menjadi fenomena bahwa kaumperempuan bumi putera mulai akan memasukiranah politik.

Agaknya perasaan kebangsaan di antarakaum perempuan bumi putera makin tumbuhsubur. Terbukti ketika melihat tujuanperjuangan mereka selanjutnya. Bilasebelumnya kaum perempuan bumi puteramenitik beratkan perjuangannya kepadaperbaikan nasib kaum perempuan, makaberikutnya dalam Kongres Perempuan V diSemarang yang diselenggarakan pada bulanJuli 1941 diperoleh ketetapan sepertiberikut :

1. Setuju dengan aksi GAPI ( GabunganPolitik Indonesia )2. Setuju dengan adanya milisi Indonesia3. Mengusulkan agar perempuan diberi hakdipilih disamping . hak memilih.4. Menyetujui supaya diadakan pelajaranbahasa Indonesia di sekolah HBS dan AMS.

184

Pada zaman pendudukan Jepang,perkumpulan perempuan bumi putera banyakmengalami tekanan dan keterbatasan ruanggerak dalam berkegiatan. Mereka dikerahkanuntuk mengikuti kegiatan-kegiatan sosial danpengumpulan dana bagi pertahanan militerJepang di Indonesia.

Setelah Indonesia Merdeka – 17 Agustus1945 – kegiatan perkumpulan perempuan bumiputera terhenti dan beralih kepada upayamembantu para pemuda di kancah perangkemerdekaan. Misalnya di dapur umum, palangmerah dan semacamnya. Bahkan tak sedikitpula kaum perempuan yang ikut memanggulsenjata, bergerilya bersama para pemuda demimempertahankan kemerdekaan bangsanya.

Kini setelah lebih dari separuh abadIndonesia Merdeka, kaum perempuan bumiputera telah tampil di masyarakat denganberbagai eksistensinya. Ada yang menjadiintelektual, tokoh masyarakat, pengusaha,politisi, menteri, budayawan dan sebagainya.Semua itu membuktikan bahwa ternyataperjuangan Dewi Sartika dimasa lampau yangmenghendaki kemajuan peran perempuan telahterwujud. Prinsip yang selalu ditanamkan

185

kepada para anak didiknya adalah “ ari jadiawewe kudu sagala bisa.”

***

186

Pengalaman Menjadi MuridRaden Dewi School

187

Alumni Raden Dewi School yang tergabung dalam IKAD( Ikatan Alumni Raden Dewi School )

188

Sering Diajak BepergianOleh Ny. R.Tience

Saya resmi menjadi murid Raden DewiSchool pada bulan Juli 1938. Ketika itusekolahnya terletak di Jalan Ciguriang yangsekarang telah berganti nama menjadi JalanKautamaan Istri. Waktu masuk sekolah sayalangsung duduk di kelas IV dan selesai dikelas VI. Cuma sekitar tiga tahun saya

189

belajar di situ tapi banyak kesan dankenangan yang terpahat dalam diri sayahingga tidak terlupakan sampai sekarang.

Semua murid Raden Dewi School adalahperempuan semua. Jumlah muridnya di setiapkelas, sedikitnya ada 50 orang. Mereka dudukberdua satu bangku. Jam masuk belajardimulai dari jam 7.30 pagi dan selesai padajam 13.00 WIB. Waktu istirahat jam 10.00 WIBditandai dengan bunyi lonceng kuningan yangdibunyikan oleh Mevrouw Dewi Sartika ataujuga dipanggil dengan sebutan Gan Uwi. Lamaistirahat hanya 30 menit.

Karena rumah saya jauh dari sekolah,maka setiap hari saya berangkat sekolah padajam 6.30 pagi dan tiba di sekolah jam 7.15pagi dengan berjalan kaki. Pulangnya punsama, yaitu dengan berjalan kaki.

Setiap hari Senin pagi, sebelum masukkelas, semua murid harus mengikutipemeriksaan kuku terlebih dahulu. Kuku tidakboleh panjang dan tidak boleh kotor atausemacamnya. Siapa yang berkuku panjang ataukotor akan dipotong kukunya dan disuruhmembersihkan kukunya itu baru diizinkanmasuk kelas. Kebiasaan kecil tapi sangat

190

membentuk kedisiplinan kami sebagai muridRaden Dewi School.

Setiap hari, di saat akan memulaipelajaran, buku tulis sudah harus terletakrapi di pinggir meja belajar kami masing-masing. Sedangkan untuk buku pelajaran yangsekarang ini disebut buku paket, dipinjamkandari sekolah sehingga kami tidak perlumemiliki sendiri. Setelah selesai jampelajaran, buku paket dikumpulkan kembalidan disimpan di lemari yang terletak disudutruangan kelas.

Selain mempelajari ilmu ukur, aljabar,ilmu bumi, ilmu alam, sejarah, bahasaIndonesia, bahasa Belanda, menggambar,menyanyi, P3K, olahraga dan menulis halus,kami juga diberi pelajaran memasak, menyucipakaian, menyeterika, membuat kue, menatameja makan, menyediakan minuman untuk tamu,menjahit, sulam menyulam dan lainsebagainya.

Pada saat mengikuti jam pelajaranmemasak, semua murid diharuskan membawarantang kosong dan juga harus memakai kainpanjang serta kebaya tangan pendek berikutcelemek. Kemudian pada waktu pulang sekolah,

191

rantang itu diisi dengan hasil masakan kamidari pelajaran memasak tadi.

**

Sepanjang ingatan saya, Mevrouw DewiSartika atau Gan Uwi, adalah seorang KepalaSekolah yang sangat berwibawa dan dihormatioleh para guru serta kami para muridnya.Bilamana salah seorang murid ada yangmembuat kesalahan, beliau tidak pernah marahdengan kasar melainkan justru memberiwejangan di depan kelas. Sehingga tidakseorang pun dari kami yang tahu, sebenarnyawejangan itu ditujukan untuk siapa. Namunseandainya beliau sangat marah ataskesalahan seorang murid, maka murid itudipanggil menghadap ke ruangannya. Di saatitulah murid bersangkutan mendapat wejangankhusus dan harus berjanji tidak akanmengulangi lagi kesalahannya.

Suatu hari ketika saya duduk di kelasenam, saya bersama tiga orang teman sekelaspernah juga kena hukuman karena meninggalkanhalaman sekolah pada jam istirahat. Memangpada waktu istirahat para murid tidakdiizinkan keluar dari halaman sekolah. Waktusaya dan teman-teman kembali ke sekolah,

192

ternyata teman-teman lain sudah masuk kelasdan pelajaran telah dimulai. Kebetulan waktuitu guru yang mengajar adalah Bu Halimah –orang Tasik. Ibu Halimah tidak marah danmenyuruh kami agar segera duduk di tempatmasing-masing untuk mengikuti pelajaran saatitu.

Tapi tiba-tiba muncul Mevrouw DewiSartika atau Gan Uwi langsung masuk ke kelaskami. Sepertinya saat itu beliau tahu bahwakami terlambat masuk kelas setelah waktuistirahat. Beliau tidak menunjukkankemarahannya kepada kami, tapi berkatadengan nada sinis : “ Nah inilah calon ibu-ibu yang bijaksana yang tidak patut dicontohkelakuannya.” Kami berempat sangat malumendengar ucapannya barusan. Kami tahupersis Mevrouw Dewi Sartika bicara mengarahkepada kami.

Peristiwa lainnya, ketika salah seorangmurid Raden Dewi School ada yangberhubungan dengan teman pria dari sekolahlain. Rupanya surat teman pria itu diketahuidan didapat oleh Mevrouw Dewi Sartika.Beliau memperlihatkan surat tersebut tapitidak memperlihatkan isinya. Kemudianseperti biasa, beliau segera memberi

193

wejangan demi wejangan yang saat ini semakinterasa manfaatnya.

**Peristiwa yang tidak bisa saya lupakan

sampai di usia tua ini, yaitu ketika suatuhari Mevrouw Dewi Sartika memanggil saya keruangan kerjanya. Jantung saya berdegupkencang dan bertanya-tanya apa salah sayasehingga saya dipanggil ke kantornya. Saatberada dihadapan beliau, ternyata beliauhanya bertanya : “Sudah beres pelajaranmu ?”Saya jawab, “Sudah.”

“Ayo ikut saya, cepat ambil dan bawatas kamu.” Ujar Mevrouw Dewi Sartika kepadasaya. Ternyata hari itu saya diajak jalan-jalan ke toko lalu singgah di rumahbeliau.Saat sore hari saya baru tiba dirumah. Ternyata semua orang di rumahmencemaskan saya karena belum kunjungpulang. Sejak itu saya sering diajakbepergian atau kadang diajak berkunjung kerumah putrid-putrinya yaitu Gan Oleg, GanIden dan Gan Ine.

Sekian pengalaman waktu saya masihbersekolah di Raden Dewi School.

194

***

Bijaksana dan PenuhPengertianOleh Nyonya O’on Rohani.

Nama saya : O’on Rohani. Saya adalahalumni dari Raden Dewi School dari tahun1935 sampai 1941. Saya masuk sekolah tidakdari kelas satu, melainkan langsung duduk di

195

kelas tiga karena saya pindahan dari sekolahHIS Madraup. Letak sekolah saya itu di JalanCiguriang, sementara rumah saya di DesaLengkong. Setiap pagi saya berangkat sekolahdengan berjalan kaki bersama teman-temanyang tempat tinggalnya berdekatan dengansaya. Kami berangkat ke sekolah denganmengenakan kebaya. Ah lucu sekali, persisseperti ibu-ibu kecil.

Jam belajar di sekolah dimulai dari jam7.30 dan selesai pada jam 13.00. Waktuistirahat dari jam 10.00 sampai 11.00. Matapelajaran atau bidang studi yang diberikandi kelas tiga, kelas ini disebut kelasonderbouw atau kelas bawah, antara lainmenulis, membaca, berhitung, dan awalbelajar bahasa Belanda. Sedangkan untukpelajaran kerajinan tangan, kami diajarkanmerenda, menjahit dan sebagainya. Guru walikelas kami bernama Ibu Juhana.

Ibu Dewi Sartika menjabat sebagaiKepala Sekolah. Di mata saya, beliau adalahseorang ibu yang bijaksana dan penuhpengertian. Sering memberi wejangan di kelasmaupun di luar kelas. Sekarang sering sayarenungkan, banyak wejangan beliau yang

196

sangat dirasa bermanfaat di masa sekarangini.

Salah satu wejangannya yang masih sayaingat, beliau mengatakan bahwa kita harusmenghargai dan menghormati orangtua dan paraguru, diantaranya dengan menggunakan budibahasa yang baik dan sopan. Seorang gadisadalah calon ibu rumahtangga dan harusprigel membantu pekerjaan orangtua di rumah,khususnya dalam hal mengurus rumahtangga.

**

Waktu berjalan terus dan tanpa terasasaya telah melewati kelas empat, kelas limasampai kelas enam. Mulai dari kelas empatsampai kelas enam disebut sebagai kelasbovenbouw atau kelas atas. Pelajarannyaditambah seperti pelajaran sejarah, ilmubumi, bahasa Belanda dan sebagainya. Untukpelajaran keterampilan, kami diajari jahit-menjahit, menyuci dan menerika, menyiapkanminuman untuk tamu., menata meja makan danmempersiapkan hidangan serta masak memasak.

Bahan baku untuk pelajaran memasakdisediakan dari sekolah, namun ada kalanyakami membawa sendiri. Setelah usai pelajaran

197

memasak, hasil masakan kami itu dimasukan kerantang kosong yang dibawa dari rumah untukdibawa pulang supaya bisa dinikmati dandinilai oleh keluarga.

Secara pribadi, saya sangat dekatdengan Ibu Tardine – guru di sekolah kamiyang juga salah seorang putri Ibu DewiSartika – dan saya sering diajak turut sertanaik delman bersamanya. Kadang saya diajakjalan-jalan berbelanja ke toko atausemacamnya.

Hampir setiap hari Ibu Dewi Sartikaselalu memeriksa keadaan kelas kami,terutama memeriksa kebersihan dan kerapihankelas. Saat berada di kelas, beliau seringmemberi wejangan supaya kami lebih tekunbelajar supaya nantinya menjadi perempuandewasa yang baik, berbudi dan memiliki sopansantun.

Semenjak duduk di kelas lima, sebulansekali kami disertakan mengisi siaran RadioNIROM ( Nederland Indische Radio Omroep Maatschaapy) kalau sekarang namanya RRI atau RadioRepublik Indonesia. Kami mengisi acara anak-anak yang dinamakan Kinderuurche dari jam lima

198

sampai jam enam sore untuk menyanyikan lagu-lagu berbahasa Belanda dan berbahasa Sunda.

**

Waktu kenaikan kelas, kami pernahmengadakan pesta yang meriah yaitu membuatpanggung di depan halaman sekolah untukpentas sandiwara yang para pemainnya adalahmurid-murid kelas empat sampai kelas enam.Sandiwara tersebut dipertunjukan pada sianghari, dihadiri berbagai undangan istimewayaitu para guru, orangtua murid dan lainsebagainya. Kami sangat bangga denganpertunjukan yang sukses luar biasa itu.

Hari demi hari saya bersekolah danbelajar tanpa merasakan lajunya waktu.Sampai akhirnya pecah perang Belanda melawanJepang dan sekolah kami terpaksa ditutup.

Ketika saya menulis kesan-kesan ini,usia saya sudah berusia 64 tahun. Sampaisaat ini saya masih tetap ingat berbagaiwejangan Ibu Dewi Sartika yang mencerminkansikapnya yang bijaksana dan penuhpengertian.

199

***

200

Cageur, Bageur, Wanter.Oleh Nonya Djoedjoe Djoenasih Djakaria

Satu hal yang selalu saya ingat dantidak pernah saya lupakan sampai usia sayasekarang telah 65 tahun, ialah wejangan IbuDewi Sartika kepada kami murid-murid RadenDewi School. Beliau mengatakan : “ Cageur,bageur, bener, pinter, wanter dan kamu harusberani kepada kebenaran yang kamu yakini.Jangan mundur, bahkan harus melangkah lebihjauh dengan penuh semangat. Jangan mudahmengeluh, atasi setiap masalah dengansegenap kemampuan yang kami miliki !”

Bertahun-tahun setelah itu, bahkansampai saya menulis kesan-kesan ini,wejangan beliau tetap terngiang di telingasaya dan mengendap jauh hingga ke dasar

201

hati. Wejangan yang mengantar diri sayamemasuki kehidupan dewasa yang penuhtantangan dan cobaan.

***

202

Ibu Hj.Dra. Dinni T.Khrisna bersama Ibu R.Iden DewiTahrine Djoekanda.

203

Makam Raden Dewi Sartika di Karanganyar – Bandung.

Makam para Bupati Bandung di Karanganyar – Bandung.

204

Daftar Pustaka

01. Wiriaatmadja, Rochiati : DEWI SARTIKA – DIKBUD R.I – 1980/1981

02. Pemda Kabupaten Bandung 1974 : SEJARAH KABUPATEN BANDUNG

03. Herlina, Nina : BUPATI R.A.A.MARTANEGARA STUDI KASUS ELIT BIROKRASI PRIBUMI DI KABUPATEN BANDUNG ( 1893 – 1894 ), Tesis untukmemenuhi persyaratan guna mencapai derajatSarjana S-2 UNIVERSITAS GAJAHMADA, 1990.

04. Iskandar, Mohammad : PEMBERONTAKAN KAUM PRIYAYI BANDUNG TAHUN 1893 : SUATU PENILAIAN AWAL

05. Ekadjati, Edi.S. : RADEN EMA BRATAKUSUMA TIPE TOKOH SEJARAH LOKAL – Seminar Sejarah Lokaldi Medan,

205

tanggal 17-20 September 1984 – DIKBUDR.I.

06. Koento, Ir.Haryoto : SEMERBAK BUNGA DI BANDUNG RAYA PT. Granesia, cetakan I, April 1986.

07. Koento, Ir.Haryoto : WAJAH BANDOENG TEMPO DOELOE PT.Granesia, cetakan III, April 1985.

08. REEGERINGS ALMANAK VOOR NEDERLANDSCH INDIE, 1893 – 1911.

09. Kosim, E.Ed : BIOGRAFI dan PERJUANGAN DEWI SARTIKA Jurusan Sejarah FS UNPAD-BANDUNG,1981.

10. Ekadjati, Edi.S : KONSEP PENDIDIKAN R.DEWI SARTIKA Artikel 1 Desember 1986.

11. Jawaban tertulis dari para nara sumber

206

***

Daftar Nara Sumber

01. Ibu R.Iden Dewi Tahrini Djoekanda

02. Ibu Dra.Dinni T.Khrisna harahap

03. Bapak Kol. TNI.Pur. R.H.Tjetje Suparman

207

04. Bapak R.Abbas Wiranatakusumah

05. Bapak R.Ungke

06. Para Pengurus IKAD ( Ikatan Alumni RadenDewi School )

07. Bapak Prof.DR. Edi.S.Ekadjati

08. Bapak Ir.Haryoto Koento

09. Mr. Gijst – Atase Pers dan BudayaKedubes Belanda untuk Indonesia di Jakarta.

10. Ibu Aam Amalia

***

208

Raden Dewi Sartika dan Raden Kanduruann AgahSuriawinata

209