BAB IV - Digilib UNS
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB IV - Digilib UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Informan Penelitian
Informan pada penelitian ini terdiri dari Pimpinan puskesmas,
Penanggung jawab Program Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) dan
penanggung jawab Program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), Ketua Tim
JKN Dinas Kesehatan Kota Surakarta, Kepala Unit Manajemen Pelayanan
Kesehatan Primer (MPKP) BPJS Cabang Surakarta. Pengunjung Puskesmas
Jayengan dan Puskesmas Purwosari. Adapun gambaran karakteristik partisipan
untuk penelitian ini dapat lebih jelas terlihat pada tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan
Kode Informan Usia Pendidikan
Terakhir Lama
Bekerja Jabatan
I-1 36 tahun S1 10 tahun Koordinator UKP I-2 56 tahun S1 28 tahun Ka Puskesmas I-3 42 tahun S1 10 tahun Koordinator UKM I-4 36 tahun S1 6 tahun Koordinator UKP I-5 55 tahun S1 28 tahun Ka Puskesmas I-6 42 tahun D4 22 tahun Koordinator UKM I-7 47 tahun S2 23 tahun Ketua Tim JKN Kota I-8 36 tahun S1 10 tahun Ka unit MPKP I-9 51 tahun SLTP - I-10 45 tahun SMA -
Sumber: Form Identitas Informan 2016
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa informan petugas kesehatan berusia lebih
dari 35 tahun dan berpendidikan S1/D4 serta mempunyai masa kerja lebih dari
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
5 tahun, hal ini diharapkan mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga
mampu bekerja dan memotivasi masyarakat dalam pemberian pelayanan.
2. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Surakarta khususnya di Puskesmas
Jayengan dan Puskesmas Purwosari Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan
pertimbangan penentuan lokasi melalui hasil studi pendahuluan untuk tiga
indikator kinerja, Puskesmas Jayengan mempunyai nilai tertinggi mencapai
98% diperoleh dari indikator angka kontak pada zona tidak aman, rujukan
non spesialistik dan rasio prolanis rutin berkunjung ke FKTP pada zona
prestasi sedangkan Puskesmas Purwosari mempunyai nilai terendah yaitu 75
% diperoleh dari tiga indikator kesemuanya termasuk dalam zona tidak aman
(BPJS, 2016). Profil kedua puskesmas sebagai berikut:
2.1. Puskesmas Jayengan
Puskesmas Jayengan merupakan UPTD di bawah Dinas Kesehatan
Kota Surakarta terletak di Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan.
Wilayah binaan Puskesmas Jayengan meliputi 4 Kelurahan yaitu
Kelurahan Kemlayan, Jayengan, Serengan dan Tipes dengan luas total
wilayah 190,3 Ha, jumlah penduduk total 30.639 orang. Data fasilitas
pelayanan kesehatan terdiri dari 1 Puskesmas induk, 1 Puskesmas
Pembantu dan 27 fasilitas lain diantaranya dokter praktek umum swasta,
bidan, balai pengobatan swasta (POA 2016).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Data sumber daya Puskesmas Jayengan sejumlah 30 orang dengan
perincian sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Pegawai Puskesmas Jayengan
No Klasifikasi Tenaga Jumlah 1. Dokter Umum 2 2. Dokter Gigi 1 3. Ka Subag.TU 1 4. Paramedis : a. Bidan 5 b. Perawat 5 c. Perawat Gigi 1 d. Sanitarian 1 e. Gizi 1 f. Laborat 1 g. Asisten Apoteker 3 5. Fungsional Umum 8 JUMLAH 30
Sumber : POA Puskesmas Jayengan 2016
Data peralatan kesehatan di Puskesmas Jayengan terdiri dari:
Tabel 4.3 Data peralatan kesehatan di Puskesmas Jayengan
No Jenis Alat Jumlah I KIA set
a. Tensimeter 16 b. Stetoskop 22 c. Partus set 4 d. Tensi anak 5 e. Timbangan BB 3 f. Mid line 4 g. Lenec 3 h. Suction Pump 1 i. IUD Kit 3 j. ARI Timer 5 k. Doppler 2 l. Gynecology Bed 4 II Poliklinik Set
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
No Jenis Alat Jumlah a. Tensimeter 7 b. Stetoskop 12 c. Termometer 2 d. Diagnostik Set 1 e. Emergency Kit 1 f. Medikasi set 7 g. Timbangan BB 3 h. EKG 1 i. Nebulizer 1 j. Lampu Tindakan 2 k. Peralatan P3K 2 l. THT Set 1 m. Sentrifuse 2 n. Sterilisator Kering 1 o. Sterilisator Uap 1 p. Cold chain 1 q. Refrigerator 2 r. Mesin Puyer 2 s. Dental Unit 3 t. Kursi Roda 2 u. Mikroskop 2 v. Bed Pasien 7 w. Foto meter 1 x. Tabung Oksigen 4
Sumber : POA Puskesmas Jayengan 2016
Data sarana dan prasarana di Puskesmas Jayengan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Data sarana dan prasarana di Puskesmas Jayengan
No Jenis sarana / prasarana Jumlah I Sarana Kesehatan 1. Puskesmas Induk 1 2. Puskesmas Pembantu 2 3. Rumah Dinas Dokter 1 4. Rumah Dinas Perawat 1 5. Rumah Dinas Bidan 1 6. Ambulance 1 7. Sepeda motor 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
No Jenis sarana / prasarana Jumlah II Sarana Penunjang
1. Komputer 13 2. Mesin Tik 3 3. Telepon 8 4. LCD Proyektor 1 5. Laptop 5
Sumber : POA Puskesmas Jayengan 2016
2.2. Puskesmas Purwosari
Puskesmas Purwosari merupakan UPTD dibawah Dinas Kesehatan
Kota Surakarta terletak di Kelurahan Purwosari Kecamatan Laweyan.
Wilayah binaan Puskesmas Purwosari meliputi 3 Kelurahan yaitu
Kelurahan Purwosari, Kerten, dan Jajar, dengan luas total wilayah 2.8198
km², jumlah penduduk total 24.750 orang. Data fasilitas pelayanan
kesehatan terdiri dari 1 Puskesmas Pembantu, 4 Rumah Sakit dan 43
fasilitas lain diantaranya dokter praktek umum swasta, bidan, balai
pengobatan swasta.
Data sumber daya Puskesmas Purwosari sejumlah 25 orang dengan
perincian sebagai berikut
Tabel 4.5 Data Pegawai Puskesmas Purwosari
No Klasifikasi Tenaga Jumlah
1. Dokter Umum 2 2. Dokter Gigi 2 3. Ka Subag.TU 1 4. Paramedis : a. Bidan 4 b. Perawat 5 c. Perawat Gigi 1 d. Sanitarian 1 e. Gizi 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
No Klasifikasi Tenaga Jumlah
f. Laborat 1 g. Asisten Apoteker 3 5. Fungsional umum 4 JUMLAH 25
Sumber : POA Puskesmas Purwosari 2016
Data obat dan bahan habis pakai yang dipergunakan sangat
banyak jenisnya dan mencukupi. Pemakaian terbesar adalah obat
parasetamol 19% dan Amoksilin 500 mg sebesar 14%.
Data peralatan kesehatan di Puskesmas Purwosari terdiri dari:
Tabel 4.6 Data peralatan kesehatan di Puskesmas Purwosari
No Jenis Alat Jumlah 1 KIA set
a. Tensimeter b. Stetoskop c. Termometer d. Partus set e. dopler
5 5 3 2 1
2 Poliklinik set a. Tensimeter b. Stetoskop c. Termometer d. Diagnostik set e. Heacting set
6 6 2 1 2
3 Sanitarian kit 1 Sumber : POA Puskesmas Jayengan 2016
Data sarana dan prasarana di Puskesmas Purwosari sebagai berikut:
Tabel 4.7 Data sarana dan prasarana di Puskesmas Purwosari
No Jenis sarana / prasarana Jumlah
I Sarana Kesehatan
1. Puskesmas Induk 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
No Jenis sarana / prasarana Jumlah
2. Puskesmas Pembantu 1
3. Rumah Dinas Dokter 1
4. Rumah Dinas Perawat 1
5. Rumah Dinas Bidan 0
6. Ambulance 1
7. Sepeda motor 5
II Sarana Penunjang
1. Komputer 12
2. Mesin Tik 2
3. Telepon 3
4. LCD Proyektor 2
5. Laptop 11
Sumber : POA Puskesmas Jayengan 2016
3. Hasil Penelitian
3.1. Pemahaman Pelaksana Kebijakan KBKP JKN
Kebijakan KBKP merupakan kebijakan dalam penyesuaian besaran
tarif kapitasi berdasarkan hasil penilaian pencapaian indikator pelayanan
kesehatan perseorangan yang disepakati berupa komitmen pelayanan
fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan. (SEB NO 3/2016). Pemahaman para pelaksana terhadap
program KBKP menjadi salah satu penentu berjalannya program dengan
baik dan tepat sararan. Berikut kutipan wawancara dengan pelaksana
terkait pemahaman informan dengan menanyakan manfaat dan peran
dalam KBKP Program JKN:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 4.8 Hasil Wawancara Informan terkait Pemahaman
Hasil Wawancara Keterangan
“Puskesmas bisa instropeksi
dalam pemberian pelayanan
dalam rangka peningkatan
layanan dan cakupan peserta
BPJS, Bisa mengendalikan
rujukan non spesialistik karena
ada pembatasan 144 penyakit,
Lebih bisa mengontrol rujukan
berjenjang dengan 3 (tiga)
indikator QI “(I-1)
“Benar-benar menerapkan
rujukan sesuai KBKP tidak
merujuk sesuai kompetensi,
Koordinator pelayanan,
Pembina Prolanis” (I-1)
Paham
“Preventif dan promotif pada
dasarnya memberikan
penyuluhan, Rujukan non
spesialistik, Prolanis sehingga
penyakit tidak menular menurun
masyarakat sudah bisa hidup
dengan sehat sehingga
menurunkan kunjungan
pengguna, Jika tidak ada target
maka puskesmas akan kuratif,
Belum ada persentase, belum
tercatat dengan rapi sehingga
dapat menurunkan, Kesehatan
lingkungan juga dilaksanakan
PHBS” (I-2)
“Memberi motivasi kepada
petugas sehingga apabila
ada pasien yang datang
pasien pulang puas” (I-2)
“Puskesmas dari segi
pelayanannya masyarakat lebih
mudah dengan adanya JKN dari
“Untuk kontak pasien
diharapkan lebih, semua
laporan ke P - care tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Hasil Wawancara Keterangan
jamkesmas dan askes bisa
menggunakan pelayanan tersebut
dengan gratis,........Rujukan, jika
pasien memerlukan rujukan bisa
dilanjutkan di RS semua tidak
ada kendala, rawat inap maupun
tindakan besarnya, seperti
operasi, cuci darah, kemoterapi
.........” (I-4)
hanya pada kunjungan sakit
saja, setiap pasien yang
datang ke puskesmas baik
untuk konsultasi, imunisasi,
capeng, penyuluhan
diharapakan kontak pasien
meningkat, Rujukan
spesialis juga kita tekankan,
kita sosialisasikan penyakit
mana yang boleh dirujuk
dan yang mana yang tidak
boleh dirujuk. Prolanis
sudah kita laksanakan dari
tahun 2014” (I-4)
“Menjadi terkendali proses
rujukan, jadi identifikasi rujukan
akan terkendali biar rujukan
penyakit yang memang tidak
harus ditangani dokter spesialis
bisa ditangani di faskes 1,...... ,
Untuk prolanis biar kita bisa
lebih memonitor,.. Angka Kontak
Kunjungan itu jadi kita akhirnya
bisa tahu sebetulnya peserta
BPJS yang benar-benar care
terhadap kesehatan itu berapa
persen” (I-5)
“Sebagai motivator dan
juga mengawasi
pelaksanaan dari aturan
yang ada, (I-5)
“Kalau kapitasi banyak, maka
dapat banyak, untuk menunjang
“Ikut merencanakan
rencana kerja, pendanaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Hasil Wawancara Keterangan
peningkatan program UKM
banyak sekali....” (I-6)
memantau pelaksanaan
program UKM per
program, monitoring dan
evaluasi, dan pembinaan
bersama kepala puskesmas”
(I-6)
“Sosialisasi kepada semua
PPK terutama FKTP
Puskesmas, termasuk juga
FKTP non pemerintah,..
koordinasi proses
pelayanan JKN, memacu
memotivasi penerapan
KBK. Dinas menjadi salah
satu tim penilai KBK” (I-1)
“Sebagai sekretaris dimana
perannya lebih ke arah tim
penilai yaitu menyajikan
data hasil KBKP,.... (I-8)
“Banyak kegiatan yang tidak bisa
di danai APBD bisa didanai
program JKN” (I-3)
“Mengurusi UKM, tetapi
pelaksana UKP juga” (I-3)
Belum
paham
Sumber: Informan 2016
Dari kutipan hasil wawancara mengenai pemahaman, didapatkan
bahwa sebagian besar sudah paham namun mempunyai pemahaman yang
berbeda-beda mengenai implementasi KBKP Program JKN. Diperlukan
pemahaman yang sama dalam menjalankan pelayanan kesehatan Program
JKN di fasilitasi kesehatan. Program dapat berjalan lancar, kebijakan harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
dapat dipahami oleh setiap pelaksana di lapangan sesuai peran masing-
masing. Para pelaksana menilai bahwa KBKP tersebut merupakan Program
JKN dalam mengimplementasikan kendali mutu kendali biaya dengan
indikator 3 (tiga) yaitu Angka kontak, rujukan non spesialistik dan Prolanis
rutin berkunjung ke FKTP. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi dan hasil
analisis dokumen laporan terkait angka kontak, rujukan non spesialistik dan
prolanis yang berkunjung.
3.2. Proses Pelayanan dalam Implementasi Kapitasi Berbasis Komitmen
Pelayanan
Proses Pelayanan dalam implementasi KBKP Program JKN dapat
dilihat melalui Standar Operating Prosedur (SOP) terkait penerapan KBKP,
didukung oleh sumber daya yang ada, dan sosialisasi. Berikut hasil
wawancara dengan informan terkait dengan SOP yang ada:
Tabel 4.9 Hasil Wawancara Informan terkait proses pelayanan
Hasil Wawancara Keterangan
“SOP khusus
tidak ada
tetapi sudah
ada SOP
terkait
dengan
ISO”(I-1)
“Kurang siapnya
SDM, Sarana
prasarana dalam hal
ini koneksi jaringan
dan kelancaran
jaringan P- Care
belum lancar untuk
update, Obat untuk
program Prolanis
diberi resep untuk ke
“Tenaga perlu
sosialisasi tentang
KBKP, peserta juga
perlu mendapat
sosialisasi karena
RS tipe A dan B di
wilayah kerja tidak
menyarankan
rujukan berjenjang
sehingga waktu
Ada SOP,
namun
kurang
siapnya SDM
dan sarana
prasarana
serta tenaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Hasil Wawancara Keterangan
apotik jejaring, untuk
pengadaan obat
selain dari APBD
pengadaan di luar E-
katalog sebagian kecil
harus dengan ijin
kepala instalasi
farmasi, Obat lewat
E- kalatog untuk
order bulan Januari
tetapi bulan Agustus
belum datang,
Keterbatasan
pengadaan obat di
Puskesmas” (I-1).
tersita untuk
edukasi pasien” (I-
1)
“SOP khusus
tidak ada
tetapi sudah
ada SOP
terkait
dengan ISO”
(I-2)
“SDM sebenarnya
kurang walaupun
sudah ada
penambahan, sarpras
diperlukan
menambah, obat dan
alkes tidak ada
masalah” (I-2)
“Perlu dilakukan
pelatihan untuk
memberi motivasi
baru dalam
menghadapi
perubahan JKN” (I-
2)
Ada SOP,
namun
kurang
siapnya SDM
dan sarana
prasarana
serta tenaga
“Karena
masih baru
bagi kami
masih terasa
berat” (I-3)
“Kurang siapnya
SDM, Sarana
prasarana dalam hal
ini koneksi jaringan
dan kelancaran
jaringan P- Care
“Perlu dilakukan
pelatihan untuk
memberi motivasi
baru dalam
menghadapi
perubahan JKN” (I-
Ada SOP,
namun
kurang
siapnya SDM
dan sarana
prasarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Hasil Wawancara Keterangan
belum lancar untuk
update, Obat untuk
program Prolanis
diberi resep untuk ke
apotik jejaring, untuk
pengadaan obat
selain dari APBD
pengadaan di luar E-
katalog sebagian kecil
harus dengan ijin
kepala instalasi
farmasi, Obat lewat
E- kalatog untuk
order bulan Januari
tetapi bulan Agustus
belum datang,
Keterbatasan
pengadaan obat di
Puskesmas” (I-3)
3) serta tenaga
“SDM masih ada
kekurangan, misalnya
untuk standar dokter
1/5000, jadi jika
peserta 11000
padahal dokter
fungsional yang aktif
hanya 1, yang 1
struktural maka
dibutuhkan dokter
“Ada dilakukan
pada forum apel”
(I-4)
Kurang
siapnya SDM
dan sarana
prasarana
serta tenaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Hasil Wawancara Keterangan
minimal 3, Sarana
penunjang di
puskesmas sudah
lengkap, laboratorium
sudah adaSGPT,
SGOT, hepatitis.
Pengadaan obat,
masih bermasalah,
tidak semua obat bisa
pengadaan sendiri
terkendala apoteker,
karena apoteker
masih bergabung
dengan Puskesmas
lain” (I-4)
“Semua SOP
sudah ada,
tinggal nanti
dinyatakan
saja kalau itu
pasien BPJS,
pasien
umum,
Pasien
asuransi lain
kayaknya
sudah tidak
ada” (I-5)
“SDMnya, terus
terang
administrasinya
cukup banyak, kalau
di kita kebiasaannya
yg ada dimanfaatkan
semaksimal mungkin,
tapi akan lebih baik
khusus untuk
administrasi pasien
BPJS bagus ada tim
khusus sendiri untuk
melaksanakan
administrasinya,
“Kalau pelatihan
khusus, untuk saat
ini baru saya,
memang perlu dari
BPJS memberikan
sosialisasi secara
langsung secara
bertahap, untuk
kapusnya sudah,
kemudian untuk
petugas
adminnya,besok
untuk paramedisnya
secara bertahap....”
Ada SOP,
namun
kurang
siapnya SDM
dan sarana
prasarana
serta tenaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Hasil Wawancara Keterangan
sehingga bisa lebih
fokus, walaupun
sekarang disambi ya
bisa selesai,
sebetulnya baik lagi
apabila SDM
ditambah, tp saat ini
kan tidak bisa” (I-5)
(I-5)
“SOP
pelayanan
jelas sudah
ada baik
kegiatan di
dalam
gedung” (I-
6)
“Untuk sementara
SDM kurang
penyuluh tetapi ada
penyuluh kontrak jadi
untuk program UKM
sudah cukup sesuai
kompetensi dilihat
dari uraian tugas,
untuk sarpras tahun
ini sudah cukup,
tergantung hasil
kapitasi turun atau
tidak setelah ada
akreditasi, sesuai
target 2019, obat
tidak ada
kekurangan” (I-6)
“.....perubahan
regulasi, belum
adanya persamaan
persepsi....” (I-6)
Ada SOP,
namun
kurang
siapnya SDM
dan sarana
prasarana
serta tenaga
Sumber: Informan 2016
Dari hasil wawancara dapat dilihat bahwa dalam proses pelayanan
yang ada di Puskesmas ada SOP, namun kurang siapnya SDM dan sarana
prasarana serta tenaga. Untuk SOP pelayanan yang digunakan merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
SOP yang sudah ada sebelum implementasi KBKP dilaksanakan. Sosialisasi
dan pelatihan dalam pelaksanaan JKN dapat meningkatkan pelayanan.
Dalam proses pelayanan dibutuhkan semua dukungan komponen
baik SOP, sumber daya yang ada baik sumber daya manusia yang terlatih,
sarana prasarana yang memadai, obat-obatan yang sesuai formularium dan
alat kesehatan sesuai standar. Dari hasil observasi dan analisis dokumen
dapat ditemukan di semua puskesmas telah ada SOP untuk setiap proses
pelayanan dan alur pelayanan. Kondisi sumber daya dan jumlah sarana dan
prasarana yang ada di puskesmas apabila dibandingkan dengan keadaan
pada saat proses pelayanan masih kurang memadai.
3.3. Proses Pembayaran Kapitasi dalam Implementasi Kapitasi Berbasis
Komitmen Pelayanan
Dana kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayarkan
dimuka kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan
(Permenkes 21/2016). Proses pembayaran kapitasi dalam Implementasi
KBKP terkait dengan proses pembayaran dan pendanaan puskesmas
berdasarkan wawancara dengan informan sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Wawancara Informan terkait proses pembayaran kapitasi
Hasil Wawancara Keterangan
“Pembayaran dilakukan oleh bendahara penerimaan di
puskesmas, Agak mempengaruhi pendapatan puskesmas
sebagai BLUD tapi bukan menjadi alasan untuk
mengurangi pelayanan, berefek pada jasa pelayanan”(I-1)
Lancar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Hasil Wawancara Keterangan
“Pembayaran kapitasi langsung ditransfer, dicopy dan
dicocokkan, Puskesmas pendanaannya menggunakan APBD
dan BPJS, sehingga tetap memerlukan APBD” (I-2)
Lancar
“Lebih adil karena yang berkinerja baik tentunya akan
mendapat pembayaran yang banyak, Bagus sih. Memang
seharusnya seperti ini, sesuai fungsi Puskesmas yang utama
Promotif dan Preventive akan lebih maju. Akan tetapi
banyak hal yang memang belum bisa diterapkan karena
keterbatasan tenaga” (I-3)
Lancar
“Secara umum segi pendapatan berbeda, secara kapitasi
lebih menguntungkan, dari segi laporan keuangan yang ada
di puskesmas jumlahnya lebih banyak, dimanfaatkan selain
untuk peningkatan sarpras, obat juga untuk kesejahteraan
bagi petugas kesehatan” (I-4)
Lancar
“Kapitasi yang rutin itu lancar,...” (I-5) Lancar
“Tergantung dengan keuangan, kelihatannya lancar-lancar
saja karena langsung masuk ke rekening, termasuk kapitasi
asli ....” (I-6)
Lancar
Sumber: Informan 2016
Dari kutipan hasil wawancara mengenai proses pembayaran kapitasi,
didapatkan bahwa proses pembayaran kapitasi dari BPJS ke FKTP berjalan
dengan lancar. Dari pertanyaan tersebut peneliti konfirmasi kepada Tim
JKN Kota, dengan hasil sebagai berikut
“Karena puskesmas BLUD jadi untuk MOU langsung dari BPJS
langsung ke Puskesmas selaku pemimpin BLUD sehingga untuk proses
pembayarannya dari BPJS langsung ke puskemas tidak lewat dinas, tapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
memang dinas mendapatkan laporan dari puskesmas maupun tembusan
dari BPJS, kapitasi tiap bulannya, termasuk juga penilaian ......” (I-7).
Dari hasil observasi dan analisis dokumen diperoleh bahwa dana
kapitasi sebelum tanggal 15 setiap bulan, sudah ditransfer oleh BPJSK ke
rekening Puskesmas yang telah disepakati, kemudian dari pihak puskesmas
melakukan cek data peserta dan jumlah kapitasi yang diterima, apabila ada
perubahan dapat langsung dikonfirmasi kepada BPJSK untuk dimintakan
penjelasan.
Dana kapitasi yang diterima oleh FKTP dari BPJS Kesehatan
dimanfaatkan seluruhnya untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan dan
dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan (Permenkes No. 21/
2016).
3.4. Kepuasan Pelaksana dan Kepuasan Pengguna
3.4.1. Kepuasan Pelaksana
Dengan pelaksanaan KBKP, diharapkan adanya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan primer bagi peserta JKN (SEB No 3 Tahun 2016).
Peningkatan mutu akan meningkatkan kepuasan, berikut kutipan
wawancara dengan informan terkait kepuasan:
Tabel 4.11. Hasil Wawancara Informan terkait kepuasan pelaksana
Hasil Wawancara Keterangan
“Belum puas
karena belum
tercapai,
masih ada
permasalaha”
“Ada yang berat
itu untuk
mencapai angka
kontak (AK) 150
permil, walau
“Kapitasi
berkurang dengan
tidak tercapainya 3
indikator (Q1 3).
Sosialisasi yang
Belum puas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Hasil Wawancara Keterangan
(I-1) kunjungan
meningkat,
kesulitan
mengubah
mindset petugas
yang lebih
menunggu
kunjungan”(I-1)
kurang dari pihak
BPJS terhadap
peserta dan RS
rujukan”(I-1)
“Belum puas
karena belum
tercapai,
masih ada
permasalahan
”(I-2)
- “Pelaporan lemot
dikarenakan belum
viber, Sarana
komputer sudah
tua” (I-2)
Belum puas
“Menambah
beban karena
keterbatasan
tenaga, kegiatan
di dalam gedung
harus tetap
berjalan dengan
baik, sementara
itu kegiatan
diluar gedung
harus semakin
digiatkan”(I-3)
“...masih banyak
pasien yang
marah-marah
minta rujukan
padahal tidak ada
indikasi untuk
dirujuk,
.....Keterbatasan
SDM di Puskesmas
sehingga program
tidak berjalan
maksimal”(I-3).
Masih ada
permasalahan
“Menambah,
semakin aturan
ketat bekerjanya
“Angka kontak
selama ini
mengambil dari
Masih ada
permasalahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Hasil Wawancara Keterangan
lebih berhati-
hati, dulu pasien
minta rujukan
dikasih, kasus
apapun minta
rujukan dikasih,
tetapi dengan
sistem yang
baru lebih sulit”
(I-4)
yang sakit,
........angka
kunjungan kita
tidak tercapai, .....”
(I-4).
“Belum puas,
karena masih
banyak
kendala”(I-5)
“Iya, sedikit kita
meluangkan
waktu yang
lebih banyak
terutama untuk
kasus-kasus
yang mau
dirujuk, ya
karena kita
sering lebih
banyak
menjelaskan
lebih dahulu
kepada
pasien”(I-5)
“ ....., kalau P -
care langsung
online,
menyesuaikan
kadang-jaringan
error, baik
elektronik baik dari
alatnya atau
jaringan” (I-5).
Belum puas
“Belum puas
ya karena
memang belum
sesuai dengan
- “Belum terbiasa
bahwa untuk
kunjungan sehat itu
masuk p- care,
Belum puas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Hasil Wawancara Keterangan
harapan
tujuan
implementasi
JKN yang
sebenarnya
.....Aplikasi p-care
itu sering down
.....,kendalanya ada
di BPJS, BPJS
dengan yang P -
care saja ada
kendala apalagi di
bridjingkan.”(I-7).
“Dari segi
BPJS belum
puas karena
hasilnya belum
ada 100% dan
dari segi
puskesmas
mereka belum
optimal di
entri aplikasi,
soalnya
hasilnya ya
tidak lebih dari
100% “
- “Permasalahannya
belum optimal entri
P-care, .... sehingga
kapitasinya
pembayarannya
juga tidak
maksimal”(I-8).
Belum puas
Sumber: Informan 2016
Dari hasil wawancara tersebut didapatkan bahwa sebagian besar
informan belum puas dikarenakan masih ditemukan permasalahan dalam
pelaksanaannya. Dalam menganalisa tingkat kepuasan pelaksana dan pengguna
FKTP terkait implementasi KBKP Program JKN dapat dilihat juga dari hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
observasi dan analisis dokumen terhadap sikap dan keadaan di lingkungan
pelaksana pada saat melakukan pekerjaaan di puskesmas.
Dari hasil tersebut mendapat penegasan seperti berikut:
“Sosialisasi KBK itu berjengang kita ke pimpinan puskesmas, juga ke
pelaksana aplikasi, kita dua kali sosialisasi ke pelaksana aplikasi itu dokter
yang menangani serta petugas yang memasukkan di p- care, KBK itu salah
satunya dimonitor dari P- care dan pimpinan, ...” (I-7).
“Downnya server itu karena maintenance, karena server di kami itu cukup
untuk aplikasi p- care, down- downnya itu setelah kami diskusikan ada dua sisi
satu server di kami ketika maintenance berpengaruh diaplikasi kurang lancar,
kemudian faktor kedua dari sisi puskesmas ........., ini web servis itu kalau
menggunakan hotspot tidak lancar harusnya memakai jaringan kabel. Kalau
hotspot lama” (I-8).
Dari beberapa solusi dan harapan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut: “bahwa di harapkan semua bisa memahami prosedur dan mekanisme
pelayanan JKN, semua itu dalam arti baik peserta, baik pemberi
pelayanan/provider maupun BPJS itu sendiri menempatkan sesuai
kewenangan masing-masing. Tujuan pemerintah kenapa kita menerapkan
KBKP itu kendali mutu kendali biaya, efektif efisien mengatasi masalah
dengan sumber daya seminimal mungkin, kita memang terbatas sumber daya,
baik pemberi pelayanan maupun masyarakat itu belum tahu yang
sesungguhnya,.. BPJS itu adalah pelaksana, peraturannya presiden, permenkes
seperti itu yang harus diketahui oleh masyarakat kenapa diatur tujuannya
untuk kendali mutu kendali biaya. Bukan keuntungan BPJS karena BPJS bukan
badan profit. Kita memang harus mensosialisasikan konsep itu dan kalau
masih ada kendala dan masalah banyak itu hal yang wajar, Amerika saja
untuk implementasi jaminan kesehatan nasionalnya 23 tahun, kita baru tahun
ke tiga” (I-7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
3.4.2. Kepuasan Pengguna
Pemahaman pengguna dan proses pelayanan akan terkait dengan apa
yang diterima oleh pengguna pelayanan, Kepuasan terhadap pelayanan
puskesmas dapat dilihat dari hasil wawancara berikut:
Tabel 4.11. Hasil Wawancara Informan terkait kepuasan pengguna
Hasil Wawancara Keterangan
“Puas, tapi musti
ditingkatkan lagi” (I-9).
“petugas pendaftaran perlu
ditambah biar pasien tidak
menunggu lama”(I-9)
Masih ada
permasalahan
“ya puas, tapi masih
perlu diperbaiki di
pendaftaran baik sistem
dan petugasnya” (I-10).
“Petugas loketnya agar lebih
ramah dan cekatan” (I-10)
Masih ada
permasalahan
Sumber: Informan 2016
Dari hasil wawancara tersebut didapatkan bahwa sebagian besar
informan belum puas dikarenakan masih ditemukan permasalahan dalam
pelaksanaannya. Dalam menganalisa tingkat kepuasan pengguna dan
pengguna FKTP terkait implementasi KBKP Program JKN dapat dilihat
juga dari hasil observasi terhadap sikap dan keadaan di puskesmas pada
saat melakukan pelayanan kesehatan dan analisis dokumen masih
ditemukan ketidakpuasan di beberapa aspek pelayanan puskesmas.
B. PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini akan menjelaskan tiap-tiap proses yang
muncul dalam implementasi KBKP Program JKN di Puskesmas sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
1. Pemahaman Pelaksana dalam Implementasi KBKP
Sebagian besar informan sudah paham penerapan KPKP Program
JKN namun informan tersebut mempunyai pemahaman yang berbeda-beda
mengenai implementasi KBKP Program JKN. Diperlukan pemahaman yang
sama dalam menjalankan pelayanan kesehatan Program JKN di fasilitas
kesehatan, karena agar program dapat berjalan lancar, kebijakan harus dapat
dipahami oleh setiap pelaksana di lapangan sesuai peran masing-masing. Hal
ini sejalan dengan Permenkes RI No. 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan dalam upaya
memberikan pemahaman program Jaminan Kesehatan Nasional kepada
seluruh stakeholder terkait sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan
baik, efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Manfaat jaminan yang
diberikan kepada peserta dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat
menyeluruh (kompreensif) berdasarkan kebutuhan medis yang diperlukan.
Dengan mengetahui manfaat dan peran pelaksana baik di FKTP Dinas
Kesehatan dan BPJS diharapkan dapat menjadi tolok ukur untuk mengetahui
tingkat pemahaman pelaksana dalam implementasi KBKP.
Dengan diterbitkannya Peraturan Bersama Sekjen Kementerian
Kesehatan RI Dan Direktur Utama BPJS Kesehatan Nomor
HK.02.05/III/SK/089/2016 Nomor 3 Tahun 2016 tentang Juknis Pelaksanaan
Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dapat digunakan sebagai acuan bagi
BPJS, FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, Dinas Kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Provinsi Dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Asosiasi fasilitas kesehatan.
Tim kendali mutu kendali biaya, serta pemangku kepentingan terkait dalam
penerapan pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan komitmen palayanan
pada FKTP secara efektif dan efisien.
Upaya pelayanan yang komprehensif terutama meningkatkan upaya
promotif dan prefentif serta kendali rujukan diharapkan dalam pelaksanaan
KBKP pada FKTP dapat menjadi bagian dari pengembangan sistem kendali
mutu pelayanan yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Sistem rujukan yang dimaksud adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan
tanggungjawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun
horizintal (Permenkes RI No. 75/ 2014).
Penelitian ini sejalan dengan apa yang disampaikan Situmorang Ketua
Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) mengatakan bahwa dalam
menjalankan pelayanan kesehatan program JKN di fasilitas pemerintah
tenaga kesehatan di puskesmas masih belum tercipta pemahaman yang sama
dalam menjalankan pelayanan kesehatan Program JKN. Disamping itu juga
sejalan dengan penelitian dari Khariza (2015) dengan hasil sebagai berikut
Aparat pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Menur sudah memiliki pemahaman
dan pengetahuan tentang program Jaminan Kesehatan Nasional, sehingga
menumbuhkan penerimaan dan dukungan yang positif terhadap program
tersebut. Para pelaksana juga dapat menyelesaikan tanggungjawab sesuai
dengan tugas dan peranannya. Dan sesuai dengan penelitian dari Amalina
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
(2015) bahwa pengetahuan responden tentang JKN yang termasuk dalam
kategori baik dapat mempengaruhi tindakan responden sebagai peserta JKN
dalam menggunakan pelayanan kesehatan sesuai dengan prosedur pelayanan
JKN dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang termasuk ke dalam
program JKN.
2. Proses Pelayanan dalam Implementasi Kapitasi Berbasis Komitmen
Pelayanan di Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian dalam proses pelayanan yang ada di
Puskesmas sudah didukung dengan adanya SOP pelayanan, namun SOP
pelayanan yang digunakan merupakan SOP yang sudah ada sebelum
implementasi KBKP dilaksanakan. Dalam proses pelayanan tersebut
dibutuhkan semua dukungan komponen baik SOP, sumber daya yang ada
baik sumber daya manusia yang terlatih, sarana prasarana yang memadai,
obat-obatan yang sesuai formularium dan alat kesehatan sesuai standar. Dari
hasil wawancara tersebut proses pelayanan masih perlu ditingkatkan dalam
segala aspek, Puskesmas dapat segera berbenah untuk dapat mengatasi hal
tersebut sehingga nantinya pelaksanaan KBKP ke depan lebih baik lagi
dengan capaian indikator (QI-3) mencapai hasil yang optimal.
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No. 75/ 2014).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Pengadaan obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan pengadaan
barang/jasa yang terkait dengan dukungan biaya operasional pelayanan
kesehatan lainnya dapat dilakukan oleh SKPD Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(Permenkes RI No. 21/ 2016). Ciri-ciri pelayanan yang baik adalah :
a. Tersedianya karyawan yang baik
b. Tersedianya sarana dan prasaran yang baik
c. Bertanggungjawab kepada pelanggan sejak awal
d. Mampu melayani secara cepat dan tepat
e. Mampu berkomunkasi
f. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi
g. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik
h. Berusaha memahami kebutuhan pelaksna
i. Mampu memberikan kepercayaan kepada pelanggan
Sejak diberlakukan Januari 2014 implementasi kebijakan JKN sarat
permasalahan diantaranya masih belum meratanya sosialisasi, komitmen antara
manajemen dan penyedia layanan kesehatan dengan masyarakat berbeda
sehingga memunculkan perbedaan komitmen terkait mekanisme, dan masih
adanya kesenjangan kapasitas antar daerah (Infrastruktur, database, anggaran,
dan SDM). Kesenjangan yang terjadi sesama wilayah akan berdampak pada
pelaksanaan program JKN. Kurangnya sosialisasi sebagaimana tersebut
berdampak adanya kebingungan masyarakat dengan pelaksanaan pelayanan
kesehatan, adanya pemahaman yang berbeda-beda, serta ketidaktahuan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
JKN tidak sama. Kekurangpahaman masyarakat akan prosedur pelayanan
kesehatan mengakibatkan masyarakat sering kali tidak melalui puskemas
rujukan akan tetapi langsung ke rumah sakit yang dituju (PIP lAN, 2014).
Dari permasalahan yang ada dalam pelaksanaan sosialisasi program JKN
terdapat rekomendasi yang dapat direkomendasikan:
a. Peningkatan sinergi dan kolaborasi antar stake holder dalam melaksanakan
sosialisasi program JKN kepada masyarakat melalui sharing sumber daya,
sarana dan prasarana,perencanaan, penganggaran dan substansi sosialisasi
serta penguatan fungsi masing-masing stakeholder dalam melaksanakan
sosialisasi secara umum dan khusus
b. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM untuk melakukan sosialisasi
melalui koordinasi antar stakeholder dengan pola regrouping serta
melakukan sosialisasi secara berjenjang dengan membentuk fasilitator (PIP
lAN, 2014).
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Saputra (2015) mengenai sumber
daya manusia, dimana hasil penelitian yang disampaikan bahwa pada
pelaksanaan JKN kuantitas dan distribusi SDM pelaksana pelayanan kesehatan
di Puskesmas Kelua dan RSUD H. Badaruddin masih mengalami kekurangan ,
namun sudah dilakukan penambahan, kualitas SDM pelaksana pelayanan
kesehatan masih sama seperti sebelum pelaksanaan JKN. Disamping itu juga
sejalan dengan penelitian Musrin (2013) yang menyimpulkan bahwa dari segi
fasilitas kesehatan primer dan sekunder siap untuk tenaga SDMnya (tenaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
dokter), belum siap dari segi regulasi dari pusat belum terselesaikan sepenuhnya
serta sosialisasinya belum siap karena tidak maksimal dalam pelaksanaannya.
3. Proses Pembayaran Kapitasi dalam Implementasi Kapitasi Berbasis
Komitmen Pelayanan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa proses pembayaran lancar dari
BPJS langsung ke Puskesmas, dikarenakan puskesmas merupakan BLUD jadi
untuk MOU langsung dari BPJS ke Puskesmas selaku pemimpin BLUD
sehingga untuk proses pembayarannya dari BPJS langsung ke puskemas tidak
melalui Dinas Kesehatan. Berbagai jenis pengukuran, standar dan upaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan telah tersedia dan terus berkembang.
Salah satunya dengan metode pembayaran berbasis komitmen pelayanan
dimana metode ini merupakan salah satu konsep strategi yang paling banyak
dibahas, bahkan berbagai kalangan di Amerika sejak tahun 2003 telah
mendorong agar pembayaran berbasis komitmen pelayanan atau pay for
performance menjadi priorias utama nasional dan program asuransi medicare.
Disamping itu diperoleh hasil bahwa dengan pembayaran dirasakan lebih
adil oleh puskesmas. Berdasarkan Permenkes RI No 12 Tahun 2016 bahwa
tarif pelayanan kesehatan pada FKTP meliputi tarif kapitasi dan tarif non
kapitasi. Pembayaran kapitasi atas pemenuhan target indikator komitmen
pelayanan dimulai pada bulan ke- 4 sejak penerapan pembayaran kapitasi
akan dilaksanakan berdasarkan hasil. Besaran dan waktu pembayaran diatur
dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 yang mengatur secara teknis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
operasional mengenai besaran dan waktu pembayaran kepada Fasilitas
Kesehatan. Pada pasal 37 menentukan bahwa besaran pembayaran kepada
Fasilitas Kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan BPJS Kesehatan
dengan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada
standar tarif yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Jannah (2014) Pembayaran
yang dilakukan ke faskes tingkat I menggunakan sistem kapitasi,dimana
pembayaran dilakukan setiap bulan berdasarkan jumlah peserta, baik peserta
berobat atau tidak dalam bulan tersebut. Pembayaran ini dilakukan sesuai
dengan prosedur yang dimulai dari penetapan jumlah kapitasi, persiapan
pembayaran kapitasi hingga proses pembayaran kapitasi. Pembayaran
kapitasi di transfer ke faskes yang bekerja sama setiap bulannya maksimal
sampai tanggal 15 setiap awal bulan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang berkaitan dengan paket
asuransi kesehatan seperti diungkapkan Victoor dkk (2014) The basket
method cocok untuk mengukur preferensi populasi umum mengenai isi dari
rencana asuransi kesehatan, seperti berkinerja baik pada sebagian besar
kriteria. Ini memastikan bahwa paket asuransi kesehatan akan lebih selaras
dengan kebutuhan dan preferensi populasi umum. Hal ini juga sejalan dengan
penelitian Chen (2016) dalam jurnal kesehatan berkitan dengan paket
anggaran sebagai berikut.....untuk mengembangkan skema untuk disesuaikan
dengan cakupan evaluasi NHIS dibuat berdasarkan keputusan oleh NHIC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
berkaitan dengan kesempatan besar dalam memastikan paket manfaat dan
negosiasi anggaran global.
Penelitian Robyn (2014) dalam Jurnal terkait dnegan kapitasi sebagai
berikut: Jadwal pembayaran kapitasi juga ditentukan oleh peran penting
tenaga kesehatan. Fakta bahwa fasilitas kesehatan membiayai biaya layanan
dan obat-obatan yang diberikan kepada pendaftar sampai Juli setiap tahun,
menyebabkan kesulitan untuk pusat kesehatan tertentu untuk memberikan
perawatan yang komprehensif.
4. Kepuasan Pelaksana dan Kepuasan Pengguna
Berdasarkan data dari temuan penelitian didapatkan bahwa kepuasan
pelaksana dan pengguna masih belum sepenuhnya puas karena masih
ditemukannya berbagai permasalahan yang ada antara lain bertambahnya
beban kerja, kurangnya komunikasi dan sosialisasi terhadap peserta serta
kurang optimalnya input data p-care.
Di era JKN beban kerja tenaga kesehatan semakin meningkat dengan
meningkatnya demand masyarakat terhadap layanan kesehatan, karena akses
terhadap layanan yang makin baik. Masyarakat yang tadinya tidak bisa
berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) karena keterbatasan biaya
dengan adanya JKN menjadi bisa mengakses layanan. Peningkatan beban
kerja ini belum diiringi dengan kepuasan kerja yang diperoleh tenaga
kesehatan. Belum berjalannya sistim rujukan dengan baik berkontribusi
menambah beban kerja (Yasmi, 2015).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dilaksanakan oleh BPJS
Kesehatan, dalam rangka implementasi sistem KBKP JKN perlu diketahui dan
dipahami oleh seluruh masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan penyebar luasan
informasi melalui sosialisasi kepada semua pemangku kepentingan dan
masyarakat pada umumnya.
Dalam hal peserta tidak puas terhadap pelayanan Jaminan kesehatan
yang diberikan oleh fasilitas kesehatan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan
yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, peserta dapat menyelesaikan
pengaduaan kepada fasilitas kesehatan dan/atau BPJS Kesehatan (Perpres No
19 Tahun 2016).
Penelitian ini sejalan dengan Hadi (2015) bahwa terdapat hubungan
antara program JKN dengan kepuasan, sosialisasi, sistem pembiayaan dan
kepersertaan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Royanah (2015) tingkat
kepuasan pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional bukan penerima bantuan
iuran (non-PBI) di puskesmas dilihat dari aspek ketersediaan SDM, sebagian
kecil pasien merasa belum puas dan merasa masih perlu adanya penambahan
jumlah SDM, pasien belum sepenuhnya puas dengan pelayanan di puskesmas
terkait hubungan antar manusia, terdapat pasien yang merasa membutuhkan
komunikasi yang lebih intens dalam proses berjalannya pelayanan.
Penelitian terkait kualitas pelayanan sesuai yang terungkap dalam
penelitian Boateng (2016) dalam jurnal kesehatan dengan hasil sebagai
berikut: Ada peningkatan nilai paket manfaat NHIS ke pelanggan, namun
respon skema untuk kebutuhan keuangan penyedia layanan kesehatan rendah.