90 bab iv metode penelitian - Digilib UNS
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of 90 bab iv metode penelitian - Digilib UNS
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian pada tabel 4.1. berikut:
Tabel 4.1. Jadwal Penelitian
No. KEGIATAN
BULAN
-
12
-
6 0 1 4 5 9 12 13 14 16 17
1. Penelusuran
kepustakaan X X X
2. Penyusunan naskah X X X
3. Pengajuan usulan X
4. Persiapan
penelitian X X X
5.
Pelaksanaan
penelitian
Pendahuluan I
Pendahuluan II
Penelitian Akhir
X
X
X
X
X
6. Pengolahan data X X X
7. Pembuatan laporan X X X
8. Presentasi X X
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Kandang hewan percobaan Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU)
Universitas Gadjah Mada Jogjakarta sebagai tempat pemeliharaan hewan.
2. Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penelitan Pendahuluan I untuk menentukan dosis LD 75 LPS
mengiduksi sepsis dilakukan pada hari Senin tanggal 18 Januari sampai
dengan Minggu tanggal 24 Januari Tahun 2017.
3. Laboratorium Histologi Universitas Gadjah Mada Jogjakarta. Penelitian
Pendahuluan II untuk menentukan dosis optimal HSP70 dilakukan pada hari
90
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91
Selasa tanggal 18 April sampai dengan hari Jumat tanggal 21 April Tahun
2017.
4. Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU) Universitas Gadjah Mada
Jogyakarta dilakukan penelitian tahap akhir pada hari Senin, 29 Mei sampai
Rabu, 31 Mei 2017.
5. Laboratorium PAU Universitas Gadjah Mada Jogyakarta untuk pengambilan
organ sel epithel alveoler paru dan sel epithel tubulus proksimal ginjal
dilakukan pada hari Rabu, 31 Mei 2017.
6. Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta untuk fiksasi, pengeblokan, procesing secara manual dan
teknik pewarnaan Immuno Histo Chemistry (IHC) ekspresi Cyt c, Bax dan
Caspase 3 dari sel epithel alveoler paru dan sel epithel tubulus proksimal
ginjal pada Bulan Mei sampai dengan Desember 2017.
C. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan Penelitian
Bahan yang dipakai adalah sebagai berikut:
a. Hewan coba: mencit galur Balb/c, jantan, umur 6-8 minggu, dan berat
badan 26 - 33 gram dari PAU Universitas Gadjah Mada Jogjakarta
yang memenuhi kriteria inklusi.
b. Obat yang dipakai:
1) LPS dari SIGMA L2880-10MG Lot #025M4040V
Lipopolysaccharides from Escherichia coli 055:B5 Purified by phenol
extraction.
2) HSP70 UsBiologi Heat Shock Protein Rat (HSP70) Lot#L16020515.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92
2. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Kandang pemeliharaan hewan coba
b. Kandang perlakuan hewan coba
c. Tempat makan dan minum hewan coba
d. Meja bedah
e. Botol salep isi formalin buffer 10% sebanyak 36 buah
f. Timbangan camry
g. Alat bedah minor
h. Handscoon
i. Jarum dengan speet 2,5 cc
j. Pinset
k. Gunting bedah (lurus dan bengkok)
D. Tatalaksana Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian eksperimental laboratoris design. post-test only group
Pemeliharaan dan perlakuan ini dilaksanakan di Laboratorium PAU
Universitas Gadjah Mada Jogjakarta kemudian dilanjutkan pemeriksaan IHC
di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93
2. Model Penelitian
Model penelitian ini adalah mencit galur balb/c,jantan, umur 6-8
minggu, dan berat badan 25 - 30 gram, diperoleh dari PAU Universitas
Gadjah Mada Jogjakarta. Sebelum dilakukan perlakuan sampel terlebih
dahulu dirawat sesuai standar yaitu dikandang dengan ukuran standar,
dengan suhu kamar dan siklus gelap dan terang tiap 12 jam.
a. Kriteria Inklusi :
1) Mencit jantan sehat adalah mencit jantan dengan kondisi mata
bersinar, bulu tidak kusam, aktif dan nafsu makan baik (Kusumawati,
2004).
2) Sub spesies Mus musculus galur Balb/C.
3) Umur 6−8 minggu.
4) Berat Badan 25 - 33 gram.
b. Kriteria eksklusi : Mencit sakit dan atau mati sebelum penelitian
3. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah mencit galur Balb/c, jantan, umur 6-8 minggu,
dan berat badan 26 - 33 gram, diperoleh dari PAU Universitas Gadjah
Mada Jogyakarta. Sebelum dilakukan perlakuan sampel terlebih dahulu
dirawat sesuai standar yaitu dikandang dengan ukuran standar, pemeliharaan
dan bahan makanan, minuman, dengan suhu kamar, sanitasi kandang,
kelembaban, kondisi sama dan siklus gelap dan terang tiap 12 Pemilihan
hewan coba mencit berdasarkan pertimbangan paling sering dipakai pada
penelitian biomedik, karena secara genetik mempunyai kemiripan dengan
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94
manusia dan mempunyai kemampuan beradaptasi dalam lingkungan
laboratorium (Carson et al., 2005 ). Pemilihan kelamin jantan dimaksud
untuk menghindari pengaruh hormonal.
4. Besar Sampel
Penelitian eksperimental ini dilakukan pada populasi (N) tidak
diketahui. Rumus yang dipakai untuk menentukan besar sampel (n) adalah:
n = (Steel dan Torrie, 1980)
Keterangan:
n = besar sampel masing-masing kelompok
Z½ = nilai standar normal, yang besarnya tergantung
Bila = 0,05 Z½ = 1,645
Z = nilainya tergantung yang ditentukan (berdasarkan tabel)
= error untuk menerima H0, bila H0 salah
Bila = 0,08 Z = 0,842
= selisih antara rerata variabel terapi dan kontrol yang diharapkan
oleh peneliti
= standar deviasi
Atau dengan Rumus
Berdasarkan rumus Federer (Puspitawati dkk, 2008),
yaitu: (k-1)(n-1) ≥ 15
Keterangan:
k: jumlah kelompok
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95
n: jumlah sampel dalam kelompok
Berdasarkan rumus didapatkan masing tahapan setiap kelompok sudah
memenuhi batas minimal.
5. Kelompok Hewan Coba
Penelitian dibagi beberapa tahap yaitu
a. Penelitian Pendahuluan I sebanyak 20 mencit
b. Penelitian Pendahulan II sebanyak 25 mencit
c. Penelitian Akhir sebanyak 30 mencit.
6. Variabel Penelitian
Klasifikasi variabel diukur menurut tujuan penelitian dan digolongkan
dalam beberapa variabel sebagai berikut:
a. Variabel bebas
Rangsangan dengan cara menyuntikkan kepada mencit. LPS
menjadikan sepsis, apoptosis dan MODS sedangkan HSP70 menghambat
sepsis, apoptosia dan MODS. Variabel bebas tersebut meliputi:
1) LPS
2) HSP70
b. Variabel tergantung
Variabel tergantung adalah variabel yang akan diteliti yaitu: Ekspresi
Cyt C, Bax dan Caspase 3 epithel alveoler paru dan epithel tubulus
proksimal ginjal.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96
c. Variabel Kendali
1) Hewan coba : Mencit sehat; mencit galur balb/c, jantan, berat badan
26-33gram dari PAU Universitas Gadjah Mada Jogjakarta. Bebas dari
bakteri Staphylococcus, streptococcus, salmonella dan parasit.
Aktivitas fisik lincah, nafsu makan baik, buang air besar tidak diare,
mata bersinar dan tidak piloerection.
2) Pemeliharaan dan bahan makanan, minuman, sanitasi kandang,
kelembaban, sinar matahari dan malam hari dikondisikan sama.
3) Injeksi: tehnik injeksi intra peritoneal pada mencit
Kelompok Kontrol Normal negative diinjeksi intra peritoneal dengan
Noral Salin 1cc, Kelompok Kontrol Positive diinjeksi intra peritoneal
dengan LPS dosis LD75 0,25 mg/KgBB dan Kelompok Kontrol
Perlakuan diinjeksi intra peritoneal HSP70 dosis optimal 200
µg/kgBB/i.p.
4) Epithel alveoler paru dari organ paru yang diambil untuk diteliti
ekspresi Cyt C, Bax dan Caspase 3. Epithel tubulus proksimal ginjal
dari organ ginjal yang diambil untuk diteliti ekspresi Cyt C, Bax dan
Caspase 3.
5) Pewarnaan preparat : IHC pada pembesaran 400X.
7. Batasan Operasional
Mencit sehat; mencit galur balb/c, jantan, berat badan 26-33gram dari
PAU Universitas Gadjah Mada Jogjakarta. Bebas dari bakteri
Staphylococcus, streptococcus, salmonella dan parasit. Aktivitas fisik lincah,
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
nafsu makan baik, buang air besar tidak diare, mata bersinar dan tidak
piloerection.
Epithel alveoler paru dari organ paru yang diambil untuk diteliti
ekspresi Cyt C, Bax dan Caspase 3. Epithel tubulus proksimal ginjal dari
organ ginjal yang diambil untuk diteliti ekspresi Cyt C, Bax dan Caspase 3
dan pemeriksaan IHC pada pembesaran 400X.
Tabel 4.2 Jenis Variabel dan Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Unit Skala
1. LPS Endotoksin membran luar bekteri
gram negatif (E. colli) dari
SIGMA L2880-10MG Lot
#025M4040V
Lipopolysaccharides from
Escherichia coli 055:B5.LPS
dosis LD 75 0,25 mg/kkbb.
mg/ul -
2.
HSP70 Pada penelitian ini mencari dosis
HSP70 survival LD50 diantara
100 µg/kgBB/i.p ;
200 µg/kgBB/i.p; dan
300µg/kgBB/i.p.
(dariUSBiological Life Sciences)
dengan menghambat /
meningkatkan ekspresi Cyt c,
Bax, dan Caspase 3 , yang
nantinya digunakan sebagai dosis
hasil penelitian.
ug/kgBB Ordinal
3. Cyt c Protein dalam membran
mitokondrial terekspresi ke
sitosol dengan Western Blottin
pada apoptosis merupakan
gambaran kerusakan mitokondria.
Semakin besar ekspresi Cyt c,
semakin rusak membran
mitokondria dan sepsis semakin
berat. Pada Cyt c manusia
12,3kDa. Penelitian ini ekspresi
Cyt c dihitung perlapang
pandang dengan menggunakan
IHC.
kDa Ratio
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98
No Variabel Definisi Operasional Unit Skala
4.
Bax Protein pro-apoptosis dari
keluarga B-cell Lymphoma
2.Berat molekul sebesar 21 kDa.
Semakin tinggi ekspresi Bax
menunjukkan semakin besar
kerusakan pada apoptosis dan
lebih tinggi pada MODS.
Penelitian ini ekspresi Bax
dihitung perlapang pandang
dengan menggunakan IHC.
kDa Ratio
5 Caspae 3 Caspae eksekutor pada apoptosis
sehingga terjadi perubahan
karakteristik morfologi dan
biokimia tertentu serta kematian
sel. Penelitian ini ekspresi
Caspase 3 dihitung perlapang
pandang dengan menggunakan
IHC.
kDa Ratio
6.
Mencit
Sepsis
Mencit yang diinduksi dengan
LPS. Dosis yang digunakan
adalah LD75 (LPS 0.25mg/KgBB
i.p )
Ekor
7.
Sepsis
1-4 hari setelah mencit diinduksi
LPS 0,25mg/KgBB/ i.p dan
terjadi kerusakan pada MODS.
Pada penelitian ini diperiksa
dengan sel epithel alveoler paru
dan sel epithel tubulus proksimal
ginjal.
Sub Sel
Waktu
72jam
(3hari) dan
78 jam
8. Apoptosis Apoptosis dengan jalur intrinsic
mitokondria.
OMM
9.
Jalur
Intrinsik
Membran luar mitokondria terjadi
kerusakkan.
OMM
terbuka
Ratio
10. MODS
Kerusakkan 2 organ atau lebih
yaitu paru dan ginjal. Dinilai
dengan imunohistokimia Cyt c,
Bax dan Caspase 3.
Ekspresi
Cyt c,
Bax dan
Caspase
3
Ratio
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
99
8. Alur Penelitian
Gambar 4.1. Bagan Alur Penelitian
HSP70200 µg/kgBB / i.p
paska LPS 0,25
mb/KgBB/ip 10 mencit
KN(Kontrol
Negativ )
10 mencit
LPS 0,25 mg/kgBB/i.p(
Kontrol
positive)
10 mencit
30 mencit
72 jam
5 mencit 78jam
5 mencit
SEL EPITHEL
ALVEOLER PARU
SEL EPITHEL
TUBULUS
PROKSIMAL GINJAL
SEL EPITHEL
ALVEOLER PARU
SEL EPITHEL
TUBULUS
PROKSIMAL GINJAL
72 jam
5 mencit
78 jam
5 mencit
SEL EPITHEL
ALVEOLER PARU
SEL EPITHEL
TUBULUS
PROKSIMAL GINJAL
SEL EPITHEL
ALVEOLER PARU
SEL EPITHEL
TUBULUS
PROKSIMAL GINJAL
72 jam
5 mencit
78 jam
5 mencit
SEL EPITHEL
ALVEOLER PARU
SEL EPITHEL
TUBULUS
PROKSIMAL GINJAL
SEL EPITHEL
ALVEOLER PARU
SEL EPITHEL
TUBULUS
PROKSIMAL GINJAL
Cty
c
Bax Caspa
se 3 Cty
c
Bax Caspa
se 3 Cty
c
Bax Caspa
se 3 Cty
c
Bax Caspa
se 3 Cty
c
Bax Caspa
se 3 Cty
c
Bax Caspa
se 3 Cty
c
Bax Caspa
se 3 Cty
c
Bax Caspa
se 3
Cty
c
Bax Caspa
se 3 Cty
c
Bax Caspa
se 3 Cty
c
Bax Caspa
se 3
Cty
c
Bax Caspa
se 3
Kruskal Wallisdilanjutkan Mann Whitney
Kesimpulan
Keterangan:
KN : Kontrol Normal
: tahapan penelitian
: hasil yang diharapkan
99
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100
Penjelasan Alur Penelitian
a. Sebelum Perlakuan
1) Kandang mencit disiapkan. Satu kandang 1 kelompok mencit.
2) Mencit diadaptasikan dengan lingkungan selama 7 hari.
Mencit sebanyak 20 ekor dikelompokkan secara acak menjadi 5
kelompok masing masing 4 mencit untuk penelitian pendahuluan I
(Lampiran 1) Kemudian 25 mencit dikelompokan menjadi 5
kelompok untuk penelitian pendahuluan II (Lampiran 2) .
b. Perlakuan
Sebanyak 30 mencit dibagi menjadi 3 kelompok masing masing i)
Kontrol Normal (Kontrol Negative) tanpa perlakuan disini diinjeksi NaCl
0,5 ml/ i.p sebanyak 10 mencit ii) Kelompok LPS dosis LD75 0,25
mg/kgBB/i.p (Kontrol Positve) sebanyak 10 mencit dan iii) Kelompok
HSP70 dosis optimal 200 µg/KgBB/i.p paska injeksi LPS dosis LD75
0,25 mg/kgBB/ i.p sebanyak 10 mencit. Masing masing kelompok dibagi
lagi menjadi 2 bagian yaitu i) Kelompok Kontrol Normal (Kontrol
Negative) 72 jam sebanyak 5 mencit dan 78 jam sebanyak 5 mencit ii)
Kelompok LPS dosis LD75 0,25 mg/kgBB/i.p (Kontrol Positve) 72 jam
sebanyak 5 mencit dan 78 jam sebanyak 5 mencit dan iii) Kelompok
HSP70 dosis optimal 200 µg/kgBB/ i.p paska injeksi LPS dosis LD75
0,25 mg/kgBB/ i.p 72jam sebanyak 5 mencit dan 78 jam sebanyak 5
mencit. Kemudian masing masing diamati modulasi ekspresi ekspresi
Cyt, Bax dan Caspase 3 epithel alveoler paru dan epithel tubulus
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
101
proksimal ginjal pada apoptosis di MODS mencit model sepsis. Penelitian
ini untuk menganalisis respon modulasi ekspresi Cyt c, Bax dan Caspase
3 serta gambaran IHC pada pembesaran 400X di epithel alveoler paru
dan epithel tubulus proksimal ginjal pada apoptosis di MODS mencit
model sepsis. serta HSP70 diukur dengan metode dengan Western
Blottin.
Pengambilan organ paru dan ginjal dari 30 mencit setelah
dimatikan secara dikapitasi dengan menggunakan alat bedah minor kita
lakukan pembedahan untuk pengambilan organ (Lampiran 3) sbb:
1).Siapkan 30 botol salep steril yang diisi formali buffer 10% .2). Ambil
obat dengan pipet Grisson sesuai yang dibutuhkan kemudian diinjeksikan
2.i) Kontrol Normal (Kontrol Negative) tanpa perlakuan disini diinjeksi
NaCl 0,5 ml/ i.p sebanyak 10 mencit 2. ii) Kelompok LPS dosis LD75
0,25 mg/kgBB/i.p (Kontrol Positve) sebanyak 10 mencit dan2. iii)
Kelompok HSP70 dosis optimal 200 µg/KgBB/i.p paska injeksi LPS
dosis LD75 0,25 mg/kgBB/ i.p sebanyak 10 mencit. 3) Pembedahan
mencit dengan alat gunting bedah. 4) Pengambilan organ paru dan ginjal
menggunakan pinset 5) Masing masing botol diberi label 6) Organ
dimasukkan kedalam botol yang disediakan yang sebelumnya diisi
dengan formalin buffer 10% sampai dengan organ terendam kemudian
ditutup rapat. Kemudian dengan tempat khusus suhu fresser dibawa ke
Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta untuk dilakukan pemeriksaan IHC.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
102
c. Setelah Perlakuan
Hasil penelitian Sukamto et al (2017) diperoleh dosis LD 50 adalah
0,2 mg/kkBB/ i.p dan LD75 0,25 mg/kkBB/i (Lampiran 1). dan diperoleh
dosis optimal injeksi HSP70 sebesar200 µg/kgBB/i.p p (Lampiran 2).
Pada penelitian, 72 jam dan 78 jam paska intervensi masing masing
i) kelompok kontrol(Kontrol Negative) ii) kelompok LPS dosis LD75
0,25mg/kgBB/i.p (Kontrol Positve) dan iii) kelompok HSP 70 dosis
optimal200 ug/KgBB/i.p paska injeksi LPS dosis LD75 0,25mg/kkKg/i.p
dinilai modulasi ekspresi Cyt c, Bax dan Caspase 3 serta gambaran IHC
pembesaran 400X pada epithel alveoler paru dan epithel tubulus
proksimal ginjal pada MODS mencit model sepsis di Laboratorium
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
1) Metode prosesing sediaan secara manual :
Metode prosessing IHC secara manual adalah sebagai berikut:
preparat epithel proksimal ginjal diambil dari organ ginjal dipotong
membujur sedangkan preparat epithel alveoler paru dari organ paru
dipotong melintang. Preparat dimasukkan ke dalam larutan fiksasi
formalin buffer selama 6-24 jam. Dengan ideal volume formalin
buffer 10% kali volume organ.
Metode prosesing sediaan secara manual pada suhu ruang:
a) Dehidrasi dengan tujuan untuk menghilangkan air dalam jaringan
- Preparat direndam dengan Alkohol 50% selama semalam
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
103
- Dilanjutkan Alkohol 70% selama 0,5 jam
- Alkohol 90% selama 1 jam
- Alkohol absolut selama 1 jam
- Alkohol absolut selama 1 jam
- Alkohol absolut selama 1 jam
b) Clearing dengan tujuan : Melepaskan alkohol yang terbawa oleh
preparat dan memberi warna bening pada preparat
Cara clearing dengan:
- Xylol selama 0,5 jam
- Xylol selama 1 jam
- Xylol selama 1 jam
c) Impregnasi
Sediaan preparat yang telah selesai didehidrasi direndam
dan clearing dengan menggunakan kombinasi paraffin dengan
titik lebur 48oC dan 58
oC pada suhu inkubator 60
oC selama
semalam. Kombinasi paraffin ini bertujuan agar pita-pita paraffin
yang telah dipotong di mikrotom dan dibentangkan pada
waterbath yang berisi air hangat akan lebih mudah untuk
mengembang/tidak melipat.
d) Pembuatan blok paraffin
Dalam pembuatan blok paraffin sangat penting untuk
diperhatikan orientasi sediaan dengan benar sehingga akan
diperoleh potongan yang representatif.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
104
e) Pemotongan blok dan deparafinisasi
Sebelum dilakukan pemotongan blok paraffin pada
mikrotom, blok direndam dulu dengan air es atau didinginkan
pada lemari es. Siapkan obyek glass dengan diolesi dengan
perekat yang dibuat dari campuran gliserin dan putih telur dengan
perbandingan 1:1. Ketebalan pita paraffin antara 3-5 µ tergantung
dari jenis sediannya. Misalnya untuk kelenjar getah bening 3-4 µ,
untuk soft tissue atau lemak 4-5 µ, untuk ginjal 2 µ, dan lain-lain.
Kemudian pita paraffin tersebut dibentangkan pada waterbath
yang berisi air hangat, setelah pitanya mekar/mengembang
tangkap dengan obyek glass. Setelah itu keringkan pada inkubator.
Deparafinisasi dilakukan dengan merendam preparat dalam
xylol selama 4X5 menit. Kemudian bersihkan sisa paraffin dengan
menggunakan kapas yang dibasahi dengan alkohol. Kemudian
dilakukan proses rehidrasi dengan cara merendam dalam alkohol
bertingkat selama 4X5 menit dimulai dengan alkohol
berkonsentrasi tinggi. Rehidrasi diperlukan karena pewarnaan
yang dipakai adalah berbasis air. Kemudian cuci dengan air
mengalir selama 5 menit.
f) Pewarnaan histopatologi
Setelah selesai rehidrasi dan dicuci dengan air mengalir,
preparat dimasukkan ke dalam hematoxylin Mayer’s selama 10
menit. Dicuci dengan air mengalir kemudian clearing dengan
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
105
menggunakan HCl 1% untuk membersihkan kelebihan
hematoxylin. Dicuci kembali dengan air mengalir kemudian
masukkan dalam eosin selama 30 detik. Dicuci kembali dengan air
mengalir. Kemudian cuci dengan alkohol. Kering udarakan,
clearing dengan xylol kemudian ditutup dengan coverglass. Untuk
menutup preparat diperlukan lem khusus. Biasanya dipakai
Canada balsam, karena Canada balsam harganya sangat mahal
maka dibuat lem alternatif yang terbuat dari bahan pelitur (mata
kuning) yang dilarutkan dengan xylol.
2) Metode Tehnik Pewarnaan IHC (di Lab PA FK UNS Surakarta)
a) Alat dan Bahan
1) Alat
- Tissue cassette
- Beaker glass
- Mikrotom
- Poly-L-Lysine preparat
- Deckglass
- Humidity chamber vertikal
- Humidity chamber horisontal
- Mikro pipet 10 µl
- Mikro pipet 100 µl
- Mikro pipet 1000 µl
- Mikro tube
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
106
- Shaker
2) Bahan
- Formalin buffer
- Alkohol absolut, 95%, 80%, 70%, 50%.
- Xylol
- Parafin
- Aquadest
- Buffer sitrat pH 6
- PBS pH 7,2 - 7,4
- Metanol H2O2 0,3%
- Universal Link
- Hematoxylin
- Canada balsam
- Kapas/tissue
b) Proses Pewarnaan Immuno Histo Chemistry (IHC) dengan cara
manual
Tahap-tahap :
I Deparafinisasi
1. Preparat dimasukkan ke xylol 4 kali masing-masing
selama 5 menit
2. Dimasukkan ke alkohol absolut 2 kali masing-masing 5
menit
3. Dimasukkan ke alkohol 96% selama 5 menit
4. Dimasukkan ke alkohol 80% selama 5 menit
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
107
5. Cuci dengan air mengalir selama 5 menit
II Pewarnaan Immuno Histo Chemistry (IHC)
1. Slide ditetesi dengan H2O2 dalam methanol 3% selama
20 menit
2. Dicuci dengan air mengalir selama 5 menit dilanjutkan
cuci dengan aquades selama 5 menit kemudian cuci
dengan Phosphat Buffer Saline (PBS) 2 kali masing-
masing selama 5 menit
3. Dipanaskan dengan buffer sitrat pH 6 atauTris
Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) pH 9 (sesuai
data sheet) pada decloaking chamber/microwave
dengan suhu tinggi hingga mendidih kemudian turun
ke suhu rendah selama 10 menit.
4. Ditunggu hingga suhu ruang
5. Dicuci 2 kali dengan PBS masing-masing selama 5
menit
6. Ditetesi dengan bloking serum selama 10 menit (sesuai
data sheet)
7. Ditetesi dengan antibody primer, inkubasi over night
pada suhu 4oC.
8. Dicuci 2 kali dengan PBS masing-masing selama 5
menit
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
108
9. Ditetesi dengan universal link/antibody sekunder
selama 15 menit (data sheet)
10. Dicuci 2 kali dengan PBS masing-masing selama 5
menit.
11. Ditetesi dengan Horseradish Peroxidase (HRP)
label/streptavidin selama 10 menit (data sheet).
12. Dicuci 2 kali dengan PBS masing-masing selama 5
menit
13. Dietesi dengan Diamono Benzidine (DAB) selama 3-5
menit
14. Dicuci dengan air mengalir selama 5 menit
15. Diwarnai dengan counterstaining memakai
hematoxylin selama 2-4 menit
16. Dicuci dengan air mengalir
17. Dicuci dengan alkohol 96% selama 1 menit
18. Dicuci dengan alkohol absolute selama 1 menit
19. Direndam dalam xylol selama 1 menit
20. Ditutup dengan coverglass dan diberi label
9. Evaluasi
Penelitian untuk menilai modulasi ekspresi Cyt c, Bax, BCl2 dan
Caspase 3 pada i) Kelompok Kontrol (Kontrol Negative) ii) kelompok LPS
dosis LD75 0,25mg/kgBB/i.p (Kontrol Positve) dan iii) kelompok HSP 70
dosis optimal 200 ug/KgBB/i.p paska diinjeksi LPS 0,25mg/kkKg/i.p pada
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
109
epithel alveoler paru dan epithel tubulus proksimal ginjal pada 72 jam dan 78
jam apoptosis MODS pada mencit model sepsis dan pemeriksaan IHC pada
pembesaran 400X.
10. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji One Way
Anova menggunakan program SPSS for Windows Release 11.5 dan p <0,05
dipilih sebagai tingkat minimal signifikansinya. Syarat uji One Way Anova
adalah skala numerik, distribusi data normal dan homogen. Jika uji One Way
Anova menunjukkan perbedaan signifikan (p< 0,05) maka dilanjutkan dengan
dengan LSD Pos Hoc Test. Jika syarat uji One Way Anova tidak dapat
dipenuhi maka digunakan uji alternatif nonparametrik yaitu Kruskal Wallis.
Apabila uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan signifikan(p<0,05) maka
dilanjutkan dengan Pos Hoc Test menggunakan uji Mann Whitney.