efektivitas pemanfaatan media vcd dan gambar - Digilib UNS

157
1 EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MEDIA VCD DAN GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH DITINJAU DARI TINGKAT MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI KABUPATEN BULELENG-BALI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh DHALIA SOETOPO S860809009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Transcript of efektivitas pemanfaatan media vcd dan gambar - Digilib UNS

1

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MEDIA VCD DAN GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH

DITINJAU DARI TINGKAT MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI

DI KABUPATEN BULELENG-BALI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh

DHALIA SOETOPO S860809009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Nama : Dhalia Soetopo

Nim : S868009009

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul ”Efektivitas

Pemanfaatan Media VCD Dan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Sejarah

Ditinjau Dari Tingkat Motivasi Belajar Sejarah Pada Siswa Kelas XI Sekolah

Menengah Atas Negeri Singaraja Di Kabupaten Buleleng-Bali”, adalah betul-

betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut

diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang

saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 13 Desember 2011

Yang membuat pernyataan,

Dhalia Soetopo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Orang-orang yang berhenti belajar

akan menjadi pemilik masa lalu.

Orang-orang yang masih terus belajar,

akan menjadi pemilik masa depan

(Mario Teguh)

Orang sukses takkan pernah mengeluh bagaimana kalau akan gagal, namun

berusaha bagaimana untuk berhasil

lakukanlah yang terbaik dan anda akan dapat hasil yang terbaik pula karena

kesuksesan itu penuh tantangan, gagal sekali dua kali itu biasa, tetaplah konsisten

dengan mimpi kita

Hadapi masalah tanpa masalah agar masalah tidak menjadi risalah kesalahan

sepanjang perjalanan ini

Tesis ini dipersembahkan untuk

1. Ayah, Drs. Soetopo, M.Pd

2. Bunda, Noerwahyuningsih

3. Adik, Widhiarty Soetopo dan Widhury Soetopo

4. Anak-anak cost community

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

penerangan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Karya tulis ini

dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan, dorongan dan peran serta berbagai

pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang

sedalam-dalamnya, kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret,

yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada saya untuk mengikuti

dan menyelesaikan Program Pascasarjana di Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus M.S. selaku Direktur PPs UNS yang telah

memberikan izin penelitian dan penyusunan tesis ini.

3. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sejarah yang senantiasa memberikan input, dorongan dan bimbingan serta

memotivasi untuk menyelesaikan studi.

4. Dr. Suyatno Kartodirdjo selaku Pembimbing I yang dengan sabar

memberikan nasehat untuk menyelesaikan studi.

5. Dra. Sutiyah, M.Pd., M.Hum. selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan

Sejarah dan selaku Pembimbing II atas dorongan dan bimbingan dengan

segala perhatian yang besar untuk cepat menyelesaikan studi.

6. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah

banyak mentransfer ilmunya sebagai bekal penelitian ini dan masa depan

penulis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

7. Bapak/Ibu Kepala SMA Negeri di Kecamatan Buleleng yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah

tersebut.

8. Bapak/Ibu pengampu mata pelajaran sejarah di sekolah yang telah

memberikan bantuan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

9. Para siswa kelas XI IPS SMA Negeri di Kabupaten Buleleng atas

semangat, disiplin, ketekunan dan kegigihannya dalam melaksanakan

penelitian ini.

10. Teman-teman angkatan 2009 Program Studi Pendidikan Sejarah yang

selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan tesis ini

11. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan material

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan semuanya sesuai dengan

yang diharapkan.

12. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga apa

yang telah diberikan selama ini tercatat sebagai amal ibadah di sisi-Nya.

Semoga karya ini mampu memberikan kontribusi positif dalam

membentuk paradigma baru serta dalam memilih media pembelajaran sejarah

yang lebih profesional. Amin!

Surakarta, 13 Desember 2011

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

PENGESAHAN PEMBIMBING........................................................................ ii

PENGESAHAN TESIS....................................................................................... iii

PERNYATAAN................................................................................................... iv

MOTTO................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR......................................................................................... vi

DAFTAR ISI....................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xi

DAFTAR GRAFIK............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii

ABSTARK.......................................................................................................... xvi

ABSTRACK....................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Perumusan Masalah................................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian................................................................................... 10

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori.............................................................................................. 12

1. Media Pembelajaran........................................................................... 12

a. Pengertian Media pembelajaran .................................................... 12

b. Jenis Media Pembelajaran............................................................... 15

c. Penggunaan Media Pembelajaran................................................... 19

1) Media VCD (Video Compact Disc)........................................... 19

a) Macam-macam VCD.............................................................. 20

b) Kelebihan dan kelemahan Media VCD.................................. 21

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

c) Tujuan Penggunaan Media VCD............................................ 26

d) Langkah-langkah Pembelajaran VCD dalam Pembelajaran...... 28

2) Media Gambar................................................................................ 30

a) Fungsi Media Gambar............................................................... 31

b) Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar............................... 33

2. Prestasi Belajar..................................................................................... 37

3. Motivasi Belajar................................................................................... 51

a. Motivasi Belajar Sejarah ............................................................. 56

b. Hubungan Motivasi dengan Prestasi Belajar............................... 58

4. Pembelajaran Sejarah.......................................................................... 59

a. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Sejarah..................................... 59

B. Penelitian Yang Relevan........................................................................... 64

C. Kerangka Pemikiran.................................................................................. 66

D. Hipotesis....................................................................................................67

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................68

B. Metode Penelitian......................................................................................69

C. Populasi dan Sampel................................................................................. 71

D. Teknik Pengambilan Sampel.................................................................... 72

E. Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 73

F. Teknik Analisis data.................................................................................. 90

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data.......................................................................................... 95

B. Pengujian Prasyarat Analisis.................................................................. 102

C. Pengujian Hipotesis................................................................................ 113

D. Pembahasan............................................................................................ 116

E. Keterbatasan Penelitian.......................................................................... 130

BAB V PENUTUP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

A. Kesimpulan............................................................................................. 132

B. Implikasi................................................................................................. 132

C. Saran........................................................................................................ 133

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Faktorial 2x2................................................................................... 68

3.2 Penghitungan Kategori Motivasi Belajar Sejarah dengan Skala Likert

Untuk Kelompok Kontrol Menggunakan Media Gambar......................... 76

3.3 Penghitungan Kategori Motivasi Belajar Sejarah dengan Skala Likert

Untuk Kelompok Kontrol Menggunakan Media VCD.............................. 78

3.4 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Korelasi Terhadap Koefesien

Korelasi....................................................................................................... 81

3.5 Komponen Hasil Penghitungan Data Untuk Uji Realibilitas Instrumen

Motivasi Belajar Sejarah............................................................................. 82

3.6 Hasil Penghitungan Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji Coba

Kuesioner................................................................................................... 83

3.7 Pedoman Acuan Normatif (PAN)............................................................... 85

3.8 Ketentuan Kriteria Tingkat Kesukaran Item Soal tes Prestasi Belajar

Sejarah....................................................................................................... 86

3.9 Ringkasan Hasil Penghitungan Data Validitas Prestasi Belajar

Sejarah........................................................................................................ 88

3.10 Ringkasan Hasil Penghitungan Data Uji Reliabilitas Prestasi Belajar

Sejarah....................................................................................................... 89

3.11 Ringkasan Anova Untuk Desain Faktorial................................................ 90

4.1 Pengujian Homogenitas Variansi Berdasarkan Nilai Penggunaan Media

VCD dan Gambar.......................................................................................108

4.2 Tabulasi Stastistik Nonparametrik Kategori Media................................. 108

4.3 Tabulasi Stastistik Nonparametrik Kategori Motivasi.............................. 109

4.4 Tabulasi Stastistik Nonparametrik Kategori Media gambar (A1)........... 110

4.5 Tabulasi Stastistik Nonparametrik Kategori Media VCD...................... 111

4.6 Tabulasi Stastistik Nonparametrik Kategori Motivasi Tinggi................. 112

4.7 Tabulasi Stastistik Nonparametrik Kategori Motivasi Rendah............... 113

4.8 Hasil Tabulasi Masing-masing Aspek dan Kelompok............................. 114

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

4.9 Tabulasi Hasil Penghitungan ANAVA.................................................... 114

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

DAFTAR GAMBAR

2.1 Analisis Belajar Observasional...................................................................... 35

2.2 Visualisasi Faktor Yang Berpengaruh Pada Prestasi belajar......................... 43

2.3 Taksonomi Bloom.......................................................................................... 47

2.4 Proses Motivasi Belajar.................................................................................. 56

3.1 Skala Likert Motivasi Belajar Sejarah........................................................... 78

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Hasil Prestasi Belajar Sejarah ditinjau dari Penggunaan

Media Gambar (A1)........................................................................................ 96

4.2 Hasil Prestasi Belajar Sejarah ditinjau dari Penggunaan

Media VCD (A2)............................................................................................. 96

4.3 Motivasi Belajar Sejarah dengan Kategori Tinggi (B1)................................. 97

4.4 Motivasi Belajar Sejarah dengan Kategori Rendah (B2).............................. 98

4.5 Prestasi belajar sejarah dengan menggunakan Media Gambar berdasarkan

Motivasi Belajar Sejarah dengan Kategori Tinggi (A1B1)........................... 99

4.6 Prestasi belajar sejarah dengan menggunakan Media Gambar berdasarkan

Motivasi Belajar Sejarah dengan Kategori Rendah (A1B2)....................... 100

4.7 Prestasi Belajar Sejarah Dengan Menggunakan Media VCD Berdasarkan

Motivasi Belajar Sejarah Dengan Kategori Tinggi (A2B1)......................... 101

4.8 Prestasi Belajar Sejarah Dengan Menggunakan Media VCD Berdasarkan

Motivasi Belajar Sejarah Dengan Kategori Rendah (A2B2)........................ 102

4.9 Plot Uji Normalitas A1B1 Pada Kelompok Media Gambar Dengan Kategori

Motivasi Tinggi............................................................................................. 104

4.10 Plot Uji Normalitas A1B1 Pada Kelompok Media Gambar Dengan

Kategori Motivasi Rendah............................................................................ 105

4.11 Plot Uji Normalitas A2B1 Pada Kelompok Media VCD Dengan Kategori

Motivasi Tinggi............................................................................................. 106

4.12 Plot Uji Normalitas A2B1 Pada Kelompok Media VCD Dengan Kategori

Motivasi Tinggi............................................................................................ 107

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Daftar Nama Siswa

2 Soal Kisi-kisi Kuesioner Motivasi

3 Soal Kisi-kisi Evaluasi Pre-Test

4 Soal kisi-kisi Evaluasi Post-Test

5 Rencana Pembelajaran

6 Uji Coba Kuesioner Motivasi Belajar Sejarah

7 Tabel Kerja Hasil Tabulasi Skor Tes Uji Coba Kuesioner

Motivasi Belajar

8 Tabel Kerja Uji Coba Reliabelitas Kuesioner Motivasi Belajar

Sejarah dengan Rumus Spearmen Brown

9 Tabel Kerja Uji Coba Validitas Kuesioner Per-Soal dengan

Rumus Pearson Moment

10 Data Siswa-siswa untuk Tes Uji Coba Prestasi Belajar Sejarah

11 Daya Beda Siswa Uji Coba Tes Prestasi Belajar Sejarah

12 Tabel Kerja Proporsi Uji Coba Tes Prestasi Belajar Sejarah

13 Tabel Kerja Kelompok Atas Uji Coba Tes Prestasi Belajar

Sejarah

14 Tabel Kerja Kelompok Bawah Uji Coba Tes Prestasi Belajar

Sejarah

15 Data Item Tes yang Digunakan Setelah Uji Proporsi dan Tingkat

Kesukaran Soal

16 Tabel Tabulasi Item Skor Uji Coba Tes Prestasi Belajar Sejarah

17 Tabel Kerja Uji Validitas Uji Coba Tes Prestasi Belajar Sejarah

dengan Korelasi Pearson Moment

18 Tabel Kerja Uji Reliabelitas Soal Pre-Test Prestasi Belajar

Sejarah dengan Spearmen Brown (Belah Dua)

19 Tabulasi Item Soal Kuesioner Motivasi Belajar Sejarah Pada

Kelompok Kontrol Media Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

20 Tabel Kerja Analisis Skala Likert Kuesioner Motivasi Belajar

Sejarah Pada Kelompok Kontrol Media Gambar

21 Data Tabulasi Skor Kuesioner Motivasi Belajar Sejarah

Kelompok Kontrol Media Gambar

22 Tabel Kerja Uji Validitas Kuesioner Per-soal Kelompok Kontrol

Media Gambar

23 Tabel Kerja Hasil Tabulasi Skor Kuesioner Motivasi Belajar

Sejarah Pada Kelompok Kontrol Media Gambar

24 Tabel Kerja Uji Reliabilitas Kuesioner Motivasi Belajar Sejarah

Pada Kelompok Kontrol Media Gambar

25 Tabulasi Item Soal Kuesioner Motivasi Belajar Sejarah Pada

Kelompok Eksperimen Media VCD

26 Tabel Kerja Analisis Skala Likert Kuesioner Motivasi Belajar

Sejarah Pada Kelompok Eksperimen Media VCD

27 Data Tabulasi Skor Kuesioner Motivasi Belajar Sejarah

Kelompok Eksperimen Media VCD

28 Tabel Kerja Uji Validitas Kuesioner Per-soal Kelompok

Eksperimen Media VCD

29 Tabel Kerja Hasil Tabulasi Skor Kuesioner Motivasi Belajar

Sejarah Pada Kelompok Eksperimen Media VCD

30 Tabel Kerja Uji Reliabilitas Kuesioner Motivasi Belajar Sejarah

Pada Kelompok Eksperimen Media VCD

31 Menentukan Kelompok Motivsi Tinggi dan Rendah Untuk

Kelompok Ekperimen Dengan Menggunakan VCD

32 Menentukan Kelompok Motivasi Tinggi Untuk Kelompok

Ekperimen Dengan Menggunakan VCD

33 Menentukan Kelompok Motivsi Rendah Untuk Kelompok

Ekperimen Dengan Menggunakan VCD

34 Menentukan Kelompok Motivasi Tinggi dan Rendah Untuk

Kelompok Ekperimen Dengan Menggunakan Media Gambar

35 Menentukan Kelompok Motivasi Tinggi Untuk Kelompok

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Ekperimen Dengan Menggunakan Media Gambar

36 Menentukan Kelompok Motivasi Rendah Untuk Kelompok

Ekperimen Dengan Menggunakan Media Gambar

37 Perhitungan Kelompok Motivasi Tinggi dan Rendah Untuk

Kelompok Ekperimen Dengan Menggunakan VCD

38 Perhitungan Kelompok Motivasi Tinggi dan Rendah Untuk

Kelompok Ekperimen Dengan Menggunakan VCD

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

ABSTRAK Dhalia Soetopo. S860809009. Efektivitas Pemanfaatan Media VCD dan Gambar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sejarah Ditinjau dari Tingkat Motivasi Belajar Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali. Tesis. Dosen Pembimbing I : Dr. Suyatno Kartodirdjo, Pembimbing II: Dra. Sutiyah M.Pd., M.Hum. Program Studi Pendidikan Sejarah Pascasarjana UNS, Surakarta 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan efektivitas pembelajaran yang menggunakan media VCD dengan media gambar terhadap prestasi belajar mata pelajaran sejarah pada siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali, (2) Perbedaan motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar mata pelajaran sejarah pada siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali, (3) Interaksi antara pemanfaatan media VCD dan gambar dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran sejarah pada siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Buleleng-Bali. Sampel diambil dengan teknik multi-stage sampling, sebanyak 124 siswa. Sampel dengan menggunakan media VCD sebagai kelompok ekperimen berjumlah 59 orang sedangkan untuk media gambar sebagai kelompok kontrol adalah 65 orang. Pengumpulan data menggunakan test prestasi belajar sejarah dengan bentuk pilihan ganda dan kuesioner motivasi untuk mengetahui motivasi belajar siswa dalam mempelajari sejarah. Teknik analisis data menggunakan ANAVA dua jalan.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan: (1) Tidak ada perbedaan efektivitas yang positip dan signifikan antara pembelajaran sejarah yang menggunakan media VCD dengan media gambar terhadap prestasi belajar pelajaran sejarah (F hasil ≥ F tabel (10,05≤ 3, 94)) , (2) Tidak ada perbedaan positif dan signifikan antara siswa yang motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar mata pelajaran sejarah (F hasil ≤ F tabel (2,26≤ 3, 94)), (3) Tidak ada interaksi positif yang siginifikan antara pemanfaatan media VCD dan gambar dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar pelajaran sejarah(F hasil ≤ F tabel (0,20≤ 3, 94)). Jadi dalam pembelajaran sejarah yang memanfaatkan media pembelajaran dan siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah, sehingga ada pengaruh yang dicapai. Guru harus dapat memilih media yang sesuai dengan materi sehingga penggunaan media dapat membantu tercapai tujuan pembelajaran dan dapat mengoptimalkan motivasi siswa belajar. Kata Kunci : Media VCD, Media Gambar, Prestasi Belajar dan Motivasi Belajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

ABSTRACT

Dhalia Soetopo. S860809009. VCD Utilization and Effectiveness of Media Images Of History Lesson Learning Achievement Judging from the level of Student Motivation Class XI High School District in Buleleng-Bali. Theses. Supervisor I: Dr. Suyatno Kartodirdjo, Advisor II: Dra. Sutiyah M.Pd., M. Hum. Education History Graduate Studies Program UNS, Surakarta 2011.

The purpose of this study was to determine: (1) Differences of learning effectiveness using VCD media with media images of subjects learning achievement in the history of State High School students in class XI Buleleng-Bali, (2) difference in learning motivation high and low motivation to learning achievement in the history of the subjects students in class XI SMA Buleleng-Bali, (3) The interaction between media use VCD and pictures with the motivation to learn of the achievements of the subjects studied history at senior high school students in class XI Buleleng-Bali.

The method used in this study is an experimental method. The population in this study a class XI student of high school in the district of Buleleng-Bali. Samples were taken with a multi-stage sampling technique, as many as 124 students. Samples by using VCD media as a group amounted to 59 people while doing some experiments to media images as a control group is 65 people. Collecting data using achievement test study history with the form of multiple choice and motivation questionnaire to determine students' motivation in learning history. Data analysis techniques using ANAVA two roads.

Based on the results of the study concluded: (1) There is no difference in effectiveness is positive and significant relationship between teaching history using VCD media with media images of the achievements of learning the lessons of history (F ≤ F table results (10,05≤ 3, 94)), (2 ) There is no positive and significant difference between students who are motivated to learn high and low learning motivation towards learning achievement history subjects (F ≤ F table results (2,26≤ 3, 94)), (3) No significant positive interaction between utilization of VCD media and pictures with the motivation to learn to learn the lessons of history achievement (F ≤ F table results (0,20≤ 3, 94)). So in learning the history of the use of instructional media and students who have high motivation to learn, is expected to improve the learning achievements of history, so there is the effect achieved. Teachers should be able to choose the appropriate media with the material so that the use of the media can help achieve the learning objectives and can optimize the students' motivation to learn.

Keywords: VCD Media, Media Image, Learning Achievement Learning and Motivation

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran selalu menuntut adanya interaksi efektifitas antara guru dan

siswa. Salah satu alasan interaksi ini harus terjadi adalah agar pembelajaran tidak

terasa monoton dan hanya bisa berinteraksi satu arah. Interaksi siswa dan guru

yang baik akan dapat meningkatkan atau efektivitas pembelajaran. Interaksi ini

mencakup segala hal yang terjadi dalam proses pembelajaran. Saat guru

menerangkan suatu pelajaran dan siswa dapat menanggapi dengan baik,

memperhatikan guru dan jika guru bertanya, murid bisa menjawab, ini yang

disebut interaksi yang tidak monoton. Dengan adanya interaksi dalam proses

pembelajaran maka hubungan timbal balik antara guru dan siswa akan terjalin

dengan baik sehingga mendapatkan suasana kelas yang kondusif dalam upaya

menanggapi tujuan pembelajaran.

Menurut Harjanto (2008:38) proses pembelajaran dirancang untuk

menjawab tiga pertanyaan : (1) apa tujuan pengajaran, (2) apa bagaimana kegiatan

dan sumber belajar, (3) bagaimana evaluasinya. Artinya salah satu hal yang

penting dalam proses perancangan atau desain pembelajaran adalah melakukan

perumusan tujuan pembelajaran.

Dalam konteks pendidikan, tujuan merupakan persoalan tentang misi dan

visi suatu lembaga pendidikan. Artinya tujuan penyelenggaraan pendidikan

diturunkan dari visi dan misi lembaga, dan sebagai arah yang harus dijadikan

rujukan dalam proses pembelajaran. Komponen ini memiliki fungsi yang sangat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

penting dalam sistem pembelajaran. Jika diibaratkan, tujuan pembelajaran adalah

jantungnya, dan suatu proses pembelajaran terjadi manakala terdapat tujuan yang

harus dicapai.

Setiap guru perlu memahami dan terampil dalam merumuskan tujuan

pembelajaran, karena rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk

mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses

pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara

optimal. Keberhasilan pencapaian tujuan merupakan indikator keberhasilan guru

merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran juga

dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa dapat

melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan hal tersebut, guru juga dapat

merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk

membantu siswa belajar.

Tujuan pembelajaran membantu dalam mendesain sistem pembelajaran.

Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan

materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, alat, media dan sumber

belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat

keberhasilan belajar siswa. Selain itu, tujuan pembelajaran juga dapat digunakan

sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran.

Artinya, melalui penetapan tujuan, guru dapat mengontrol sampai mana siswa

telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan

kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap

siswa dan kualitas suatu sekolah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

diharapkan dapat membawa pengaruh pada perubahan pembelajaran di kelas yang

menekankan pada pengembangan kompetensi setiap individual siswa. Artinya

setiap siswa akan mendapatkan hak dan kesempatan yang sama untuk

mendapatkan latihan mengembangkan kompetensi di setiap mata pelajaran,

sehingga kompetensi itu dikuasai dan menjadi kebiasaan berpikir dan bertindak

yang dilakukan secara konsisten. Penekanan pada kompetensi berarti orientasi

kegiatan pembelajaran siswa harus lebih aktif belajar dalam mencari informasi

dan melakukan ekplorasi sendiri atau bersama teman dalam kegiatan

pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran lebih berpusat pada aktivitas siswa

karena merekalah yang nantinya diharapkan akan memiliki dan menguasai

sejumlah kompetensi dalam semua pelajaran, sedangkan peran guru lebih banyak

sebagai motivator dan fasilitator yang mempermudah siswa mendapatkan sumber

belajar sehingga mereka dapat melakukan pembelajaran secara optimal sebaliknya

Geoffry Peartington (dalam Widja, 1989:83) menyebutkan bahwa praktek

pengajaran yang berlaku selama ini sering dicap sebagai pelajaran hapalan yang

didominasi oleh situasi “too much chalk and talk and by a lack of involvement of

children in their own learning” yakni terlalu banyak omongan dan catatan tanpa

melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajarannya. Hal inilah diperhatikan

dalam setiap mata pelajaran khususnya mata pelajaran sejarah.

Pembelajaran sejarah cenderung menimbulkan berbagai persepsi yang

menganggap pembelajaran sejarah mengasyikkan tetapi ada juga yang

berpendapat bahwa pembelajaran sejarah adalah pelajaran yang membosankan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

karena dipenuhi dengan fakta, tahun kejadian, nama-nama para pelaku sejarah (Sri

Sutjiatingsih, 1995:8). Hal ini dikarenakan guru-guru sejarah kurang memahami

metode dan penggunaan media pembelajaran, sehingga dalam menyampaikan

pelajaran sejarah kurang menarik bagi para siswa. Sebagian siswa bosan dan

akhirnya tidak tertarik terhadap pelajaran sejarah. Di samping itu guru juga belum

menggunakan media yang bermacam-macam/bervariasi, bahkan peta saja jarang

dipakai, maka perhatian siswa terhadap pembelajaran sejarah juga kurang (Widja,

1989:1). Dengan demikian perlu ditekankan di sini pembelajaran sejarah yang

persepktif terutama untuk masa depan yang penuh dengan tantangan, yaitu

pembelajaran Sejarah yang mampu membuat siswa menjadi lebih cerdas untuk

menghadapi tantangan zamannya. Untuk itu pembelajaran sejarah perlu memiliki

apa yang dikatakan Soejadmoko (yang dikutip Widja, 2002 :4) sebagai “dorongan

kekuatan emansipatorik” terhadap berbagai prasangka histories dalam lingkungan

kehidupannya. Tentu saja banyak prasyarat yang perlu dipersiapkan untuk

mewujudkan pendekatan baru ini. Tetapi yang terpenting adalah kemampuan dari

berbagai pihak untuk membantu mencapai tujuan tersebut.

Sejalan dengan tuntutan itu untuk mencapai tujuannya, mata pelajaran

sejarah telah diberikan dan tingkat pendidikan dasar sebagai bagian integral dari

mata pelajaran IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah diberikan

sebagai mata pelajaran tersendiri. Mata pelajaran Sejarah memiliki arti strategis

dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam

pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah

air. Menurut Kochhar (2008:68) mata pelajaran sejarah menawarkan materi yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

sangat luas melibatkan berbagai keterampilan, dan mengarahkan pada pemahaman

yang mendalam serta generalisasi yang akan mengembangkan berbagai

kemampuan yang dimiliki oleh para siswa. Dengan demikian pemahaman suatu

materi yang kompleks menjadi hal penting pada proses pembelajaran sejarah,

guru harus memiliki kreativitas yang tinggi agar ilmu yang ditansfer lebih bisa

diterima secara logis oleh siswa. Penggambaran fenomena atau kejadian yang ada

dalam ilmu sejarah bisa dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan

melakukan pratikum, menggunakan alat peraga ataupun media lainnya yang

diharapkan dapat mengembangkan potensi serta kompotensi yang dimiliki siswa

baik potensi kognitif, afektif maupun psikomotor.

Guru juga harus merekonstruksi masa lampau yang terselubung dalam

kejelasan. Penjelasan-penjelasan lisan belaka tidak dapat membuat sejarah

menjadi hidup, gamblang dan relevan dengan kehidupan para siswa yang

berorientasi masa kini atau masa depan. Berbagai macam media pembelajaran

gambar, peta, film, filmstrip, model, kartun, dekorasi dan peta waktu, grafik dapat

dibawa ke dalam pelajaran dan dapat menjadi selingan dari ritunitas normal

(Kochhar, 2008:210).

Media pembelajaran selain dapat meningkatkan motivasi belajar juga

memainkan peranan dalam pencapaian prestasi belajar. Motivasi belajar dapat

diperoleh melalui berbagai cara. Saat ini perkembangan teknologi terutama

komputer sangat pesat sehingga komputer bukan lagi merupakan barang mewah

dan hampir ada di setiap rumah. Adanya fenomena ini telah mendorong perlunya

pemelitian untuk memanfaatkan teknologi multimedia ini sebagai alat bantu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

pembelajaran. Melalui alat bantu ini diharapkan siswa mempunyai motivasi yang

lebih tinggi sehingga prestasi belajar siswa lebih baik.

Siswa sebagai salah satu unsur dalam pendidikan memiliki variasi dalam

menyerap pengetahuan, dimana emosi, cara belajar, motivasi dan latar belakang

siswa bervariasi pula. Media pembelajaran pada dasarnya berfungsi sebagai alat

untuk mencapai tujuan yaitu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena

prestasi belajar sebagai salah satu indikator kualitas pendidikan. Prestasi belajar

dapat menggambarkan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai selama proses

pendidikan. Baik buruknya media ditentukan oleh patokan yaitu kriteria tujuan

dan kriteria siswa, situasi, kemampuan guru, juga media itu tepat pada pemilihan

materi yang sesuai.

Untuk mencapai peningkatan prestasi belajar tersebut guru dituntut

menggunakan berbagai sarana dalam pembelajaran, salah satunya adalah

penggunaan media pembelajaran. Agar dapat memilih media yang sesuai guru

perlu mengenal berbagai jenis media dengan karakter masing-masing. Meskipun

telah banyak jenis media elektronik yang canggih, tidak berarti bahwa media yang

sederhana tidak relevan digunakan. Suatu saat guru hanya memerlukan media

sederhana, namun pada saat lain, media sederhana dikombinasikan dengan media

yang canggih sehingga tercipta suatu multimedia untuk pembelajaran tertentu.

Media pembelajaran yang dipilih haruslah dapat mencakup aspek

penglihatan (visual), pendengaran (auditif) dan gerak (motorik) karena selain

bertujuan memudahkan peserta didik dalam belajar, juga dapat menanamkan

konsep. Livie dan livie (dalam Azhar Arsyad, 2007:9) menyimpulkan bahwa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas

mengingat, mengenali dan menghubungkan fakta dan konsep. Sementara Paivio

(dalam Azhar Aryard, 2007:9) menyatakan bahwa terdapat dua sistem ingatan

manusia, satu untuk mengolah simbol-simbol verbal dan yang lainnya untuk

mengolah image non verbal. Artinya bahwa beban belajar dengan menggunakan

indera ganda seperti, pandang, dengar dan gerak akan memberikan keuntungan

yang lebih optimis dalam proses pembelajaran.

Salah satu pemanfaatan teknologi multimedia komputer di bidang

pendidikan antara lain untuk membuat VCD. Media VCD ini bisa digunakan

siswa di rumah menggunakan VCD player atau komputer. Penggunaan media

VCD ini merupakan alternatif pembelajaran guna memenuhi kebutuhan siswa,

sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan penalaran dan keterampilan untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah. Pada

kenyataannnya penggunaan VCD masih terdapat berbagai kendala antara lain :

tidak semua guru mampu menggunakannnya. Media VCD selama ini belum

dimanfaatkan secara maksimal di Bali atau guru enggan menggunakan media

audio visual seperti VCD dalam mengajar. Padahal media VCD lebih efektif

dalam membantu menyampaikan materi pelajaran dimana siswa seolah melihat

langsung fenomena yang terjadi tanpa harus pergi kelapangan, sehingga

pengalaman belajar siswa diharapkan pada pembelajaran sejarah karena dapat

membantu, membina citra dan konsep sejarah lebih meningkatkan pada diri anak

didik sehingga prestasi belajar juga diharapkan dapat meningkat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Pokok bahasan perkembangan pengaruh barat dan perubahan ekonomi,

demografi, serta kehidupan sosial budaya masyarakat di Indonesia pada masa

kolonial yang diajarkan pada siswa kelas XI IPS SMA akan lebih menarik apabila

disertai dengan penggunaan media VCD yang di dalamnya akan mempermudah

siswa untuk memahami pelajaran sejarah. Pokok bahasan ini mempelajari tentang

sistem merkantilisme di beberapa negara eropa, revolusi industri dan berbagai

aspeknya, latar belakang masuknya bangsa Eropa ke Indonesia, Masuknya

kekuasaan Asing dan perkembangannya di Indonesia, dan perlawanan bangsa

Indonesia menentang kolonialisme Asing. Permasalahan yang menarik adalah

bagaimana memberi gambaran yang jelas kepada siswa tentang isi pokok bahasan

tersebut. Pembelajaran dengan media konvensional yang identik saja (artinya

penggunaan media yang sederhana dengan pola yang sama) akan sangat

memberikan keabstrakan pada siswa. Contohnya pada pembahasan mengenai

masuknya kekuasaan asing, harus dibutuhkan suatu media agar penjelasannya bisa

dimengerti karena penjelasan mengenai materi tersebut bersifat abstrak.

VCD sebagai media audio visual dapat memperlihatkan secara lebih nyata

tentang fenomena yang ada dalam ilmu sejarah. Visualisasi yang lebih nyata

sangat mendukung pemahaman siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu,

siswa mendapatkan variasi dalam proses belajar mereka. Daya imajinasi siswapun

akan bertambah yang pada akhirnya diharapkan akan mendorong munculnya

kreativitas siswa. Khusus mengenai media VCD dalam penelitian ini memiliki

kelebihan yaitu materi yang dikemas di buat dalam satu keping VCD yang isinya

terdiri dari sub-sub pokok bahasan sehingga memudahkan guru untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

menerapkannnya pada siswa serta disertai beberapa soal tes evaluasi untuk

dilemparkan kepada siswa.

Berdasarkan pemikiran di atas, diharapkan pembelajaran dengan

menggunakan VCD dan Media Gambar lebih baik daripada secara konvensional

tanpa media. Dilihat dari sisi perkembangan zaman, penggunaan media ini sejalan

dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal ini menjadi

pertimbangan utama bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan

membandingkan penggunaan kedua media tersebut sehingga peneliti terdorong

untuk mengadakan penelitian tentang Efektivitas Pemanfaatan Media Video

Compact Disc Dan Media Gambar Terhadap Prestasi Belajar Sejarah Ditinjau

Dari Tingkat Motivasi Belajar Sejarah Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Di

Kabupaten Buleleng-Bali dengan batasan masalah penelitian pada penggunaan

media VCD dan gambar, Motivasi siswa yang tergolong rendah maupun tinggi,

dan prestasi belajar siswa.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang

diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan efektivitas pembelajaran sejarah yang

menggunakan media VCD dengan gambar terhadap prestasi belajar mata

pelajaran sejarah pada siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten

Buleleng-Bali?

2. Apakah terdapat perbedaan efektivitas pembelajaran sejarah yang

memiliki motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

prestasi belajar mata pelajaran sejarah pada siswa kelas XI SMA Negeri

Singaraja di Kabupaten Buleleng-Bali?

3. Apakah terdapat interaksi efektivitas antara pemanfaatan media VCD dan

gambar dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran

sejarah pada siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan efektivitas pembelajaran yang menggunakan media VCD

dengan media gambar terhadap prestasi belajar mata pelajaran sejarah

pada siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali.

2. Perbedaan efektivitas pembelajaran yang memiliki motivasi belajar tinggi

dan motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar mata pelajaran

sejarah pada siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali

3. Interaksi efektivitas antara pemanfaatan media VCD dan gambar dengan

motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran sejarah pada

siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat secara praktis maupun

secara teoritik, yaitu :

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan

penyediaan media dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

b. Bagi Guru sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran, mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan

kondisi siswa, sehingga kegiatan pembelajaran tidak menonton.

c. Bagi Siswa dapat belajar sejarah lebih aktif, karena dengan media

pembelajaran sejarah dapat mengatasi kejenuhan siswa dalam belajar

sejarah.

2. Manfaat Teoritik

a. Dapat dipakai sebagai bahan kajian lebih mendalam bagi penelitian-

penelitian lanjutan yang sifatnya lebih luas dan mendalam baik dari sisi

wilayah maupun substansi permasalahannya.

b. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang pembelajaran serta

lebih mendukung teori yang telah ada sehubungan dengan masalah yang

diteliti.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Media Pembelajaran Sejarah

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari

kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua kata atau

kutub) atau suatu alat (Sri Anitah, 2008:1). Menurut Timothy dalam bukunya

yang berjudul Instructional Techology For Teaching And Learning (2000:100)

mendefinisikan A medium (plural, media) is a chanel of communication. Derived

from latin word meaning “between” the term refers to that which carries

information between a source and receiver examples of media include slides,

videotapes, diagrama, printed materials and computere software.

AECT (Association of Education and Communication Techology)

(1997:201) mengatakan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk

menyalurkan informasi. Gearlach and Ely (dalam Pupuh Fathurrohman dan Sobry

Sutikno, 2009:65) menjelaskan bahwa media apabila dipahami secara garis besar

adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu kondisi yang

membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Schraman (dalam Arief S. Sadiman, 1990:8) mengatakan media adalah teknologi

pembawa informasi atau pesan instruktional.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Miarso (dalam Tim Dosen FIP Yogyakarta, 1992:5) mengatakan bahwa

media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan kemajuan pembelajar sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar pada diri pembelajarnya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran

adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses

pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan

pengajaran. Dalam pengertian yang lebih luas media pembelajaran adalah alat,

metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan

komunikasi dan interaksi antara pengajar dan si pembelajar dalam proses

pembelajaran di kelas.

Dari keseluruhan pengertian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa

substansi dari media pembelajaran adalah : (1) bentuk saluran, yang digunakan

untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan

atau pembelajar, (2) berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang

dapat merangsang pembelajar untuk belajar dan (4) bentuk-bentuk komunikasi

yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar baik cetak maupun audio, visual,

dan audio-visual.

Menurut Hujair AH. Sanaky (2009:4) media pembelajaran adalah sebuah

alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran.

Smaldino (dalam Sri Anitah, 2008:2) dikatakan media pembelajaran, bila segala

sesuatu tersebut membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran.

Sedangkan menurut Gagne dan Briggs (dalam Surtikanti dan Sri Hartini, 2009:4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup alat yang secara fisik

digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari antara lain

buku, tape recorder, kaset, video, kamera, video recorder, film, slide (gambar

bingkai) foto, gambar, grafik, televisi dan computer. Dengan kata lain media

adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi

instrusional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Hal

ini bisa berupa perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada

perangkat keras.

Dari berbagai pengertian yang terkandung dalam media bahwa media

pembelajaran diartikan sebagai semua alat (bantu) yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)

pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam

hal ini anak didik atau warga belajar) yang dapat merangsang pemikiran, perasaan

dan perhatian penerima pesan sehingga tercipta bentuk komunikasi

(pembelajaran).

Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk

menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visula/verbal. Sehingga

dapat dipahami media pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat

dijadikan penyalur pesan pengguna mencapai tujuan pembelajaran (Syaiful Bahri

Djamarah dan Aswan Zain, 2002:137).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

b. Jenis Media Pembelajaran

Secara umum media pembelajaran dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu

; (1). media pandang (visual aids), (2) media dengar (audio aids) dan (3) media

dengar pandang (audio-visual aids).

Media pembelajaran yang melibatkan indera pendengaran (telinga) saja

disebut sebagai media audio; Media yang melibatkan indera penglihatan (mata)

saja disebut sebagai media visual; sedangkan media yang melibatkan keduanya

dalam satu proses pembelajaran kita sebut sebagai media audiovisual (Yudhi

Munadi, 2008:54). Media pembelajaran audio visual dapat dihadirkan dengan

bantuan komputer yang memungkinkan suatu bentuk media pembelajaran yang

menarik.

Bermacam-macam peralatan dapat digunakan oleh pengajar atau guru

untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan

pendengaran untuk menghindari ketidakpahaman yang masih mungkin terjadi

kalau tidak menggunakan media. Media bila dikaitkan dengan pembelajaran

merupakan sarana komunikasi dalam proses pembelajaran yang berupa perangkat

keras (hardware) maupun perangkat lunak (sofware) untuk mencapai proses dan

hasil pembelajaran secara efektif dan efisien serta mempermudah dalam mencapai

tujuan pembelajaran.

Penggunaaan media pembelajaran di setiap proses belajar mengajar pasti

memiliki manfaat guna pencapaian proses pembelajaran hal ini seperti yang

dijelaskan Sri Anitah (2008:5) yaitu:

Manfaat penggunaan media ada dua yaitu ditinjau bagi pengajar dan pembelajar. Manfaat media pembelajaran bagi pengajar, yaitu memberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

pedoman arah untuk mencapai tujuan, menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik, memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik, memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran, membantu kecermatan dan ketelitian dalam penyajian materi pelajaran, membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar dan meningkatkan kualitas pengajaran. Sedangkan manfaat media pembelajaran bagi pembelajar yaitu : meningkatkan motivasi belajar pembelajar, memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar, memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan pembelajar untuk belajar, memberikan inti informas, pokok-pokok secara sistematik sehingga memudahkan pembelajar untuk belajar, merangsang pembelajar untuk berfikir dan beranalisis, menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan, dan pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran

Bagi Guru manfaat media pembelajaran adalah : (1) Memudahkan

pengertian ketika anak-anak sedang mendengarkan, (2) Dapat melafalkan dengan

baik arti dari kosa kata, (3) Dapat membaca dengan benar, (4) Tersedianya suatu

topik kata, (5) Memudahkan jalan komunikasi antara guru dan murid.

(http://manfaat/media.google.com diunduh 23 Pebruari 2011 pukul 21.30 wita)

Pengunaan media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa

syarat, yaitu media pembelajaran harus meningkatkan motivasi pembelajaran,

media mempunyai tujuan memberikan rangsangan belajar baru dan juga akan

mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik serta juga

mendorong pembelajar untuk melakukan praktik-praktik dengan benar.

Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Nana

Sudjana dan Ahmad Rivai (dalam Pupuh Fathurromahman dan Muhamad Sobry

Sutikno, 2009:71) mengemukakan rumusan pemilihan media dengan kriteria-

kriteria sebagai berikut : (1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran; (2)

Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; (3) Kemudahan memperoleh media; (4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Keterampilan guru dalam menggunakan apapun jenis media yang diperlukan; dan

(5) Sesuai dengan taraf berfikir siswa.

Kriteria di atas lebih diperuntukkan bagi media konvensional. Thorn

(dalam http://www.aif.edu/kipbipa/papers/oudatedaena.doc, diunduh senin 5

Maret 2010). mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif

Kriteria penilaian pertama adalah kemudahan navigasi. Media memiliki ciri-ciri

agar dapat dipergunakan dengan baik. Menurut Gerlach dan Ely (dalam Azhar

Arsyad, 2007:12-15) ada tiga ciri yaitu : (1) ciri fiksatif (Fixative Property, (2)

ciri manipulatif (Manupulativatie Property, (3) ciri distributif (Distribustive

Property). Ketiga ciri tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

(1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,

melestarikan dan merekomendasikan suatu peristiwa atau objek. Dengan

ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek

yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal

waktu. Demikian pula dengan kegiatan siswa dapat direkam untuk

kemudian dianalisis dan dikritik oleh siswa sejawat baik secara perorangan

maupun secara kelompok.

(2) Ciri Manipulatif (Manupulativatie Property)

Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan perhatian sungguh-

sungguh karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali

urutan kejadian atau pemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan

terjadi pula kesalahan penafsiran yang tentu saja akan membingungkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

dan bahkan menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap siswa ke arah

yang tidak diinginkan.

(3) Ciri Distributif (Distribustive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian

ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut

disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang

relatif sama mengenai kejadian itu.

Sedangkan menurut Rahadi ( 2003 : 27-28) ada beberapa karakteristik

media gambar : (1) harus autentik; (2) Sederhana; (3) Ukuran gambar

proporsionsal; (4) Memadukan antara keindahan dengan kesesuiannya; (5)

Gambar harus message.

Media dalam kegiatan belajar mengajar berfungsi sebagai instrumental,

dengan kata lain media berarti tidak hanya sekedar alat bantu pembelajaran saja,

namun juga untuk mencapai atau memiliki tujuan. Alat tersebut dimaksudkan

adalah alat untuk membantu proses belajar, mempermudahkan mengungkapkan

hal-hal yang rumit. Jadi selain sebagai alat bantu pembelajaran, media bisa juga

digunakan untuk berbagai tujuan pembelajaran, walaupun tidak semua tujuan

pembelajaran, karena setiap media memiliki ciri atau karakteristik dan juga

kekhasannya masing-masing, sehingga hanya tepat digunakan untuk tujuan yang

khas dan sesuai pula.

Menurut Levie dan Lentz (dalam Azhar Arsyad, 2007:16-17) bahwa ada

empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

(1) Fungsi atensi media visual; (2) Fungsi afektif media visual; (3) Fungsi

kognitif media visual; (4) Fungsi kompensatoris.

Menurut Kemp dan Dayton (1985:3-4) meskipun telah disadari bahwa

banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimaannya serta

pengintergrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat.

Mereka mengemukkan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak

positif dari penggunaan media sebagai bahan intergral pembelajaran di kelas atau

sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut : Penyampaian

pelajaran menjadi lebih baku; (2) Pembelajaran bisa lebih menarik; (3)

Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkan teori belajar dan

prisnsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik

dan penguatan; (4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat;

(5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan; (6) Pembelajaran dapat diberikan

kapan dan dimana diinginkan; (7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka

pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan; (8) Peran guru dapat

berubah-ubah ke arah yang lebih positif, beban guru untuk penjelasan yang

berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

c. Penggunaan Media Pembelajaran

1) Media VCD (Video Compact Disc)

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

berkembang pula jenis-jenis media pembelajaran yang lebih menarik dan dapat

digunakan baik di sekolah maupun di rumah. Salah satunya adalah media

pembelajaran yang berbentuk VCD (Video Compact Disc). Menurut Azhar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Arsyad (2007:36) “VCD adalah sistem penyimpanan dan rekaman video dimana

signal audio-visual direkam pada disket plastik bukan pada pita magnetic”.

Menurut Darmawan yang dikutip Iswahyudi (2008: 9) “VCD merupakan sistem

penyimpanan informasi gambar dan suara pada piringan”. Jadi VCD adalah

sistem penyimpanan informasi gambar dan suara pada disket plastik atau piringan

bukan pada pita magnetik.

VCD merupakan media atau bahan ajar audio-visual

(http://Penggunaan/MediaVCD??//UPI//Bandung??//google.com diunduh Sabtu 5

Maret 2011, pukul 17.00 Wita) media ini biasanya disebut sebagai alat bantu

pandang dengar (audio visual aids/audio visual media). Umumnya program video

telah dibuat dalam rancangan lengkap, sehingga setiap akhir dari penayangan

video siswa dapat menguasai satu atau lebih kompetensi dasar. Baik tidaknya

program video tentu saja tergantung pada desain awalnya, mulai analisis

kurikulum, pengetahuan media, skema yang menunjukan sekuensi (skenario) dari

sebuah program video, film, strip, pengambilan gambar dan proses editingnya.

a) Macam-macam VCD

Ada 3 macam VCD yang sering guru gunakan dalam pembelajaran antara

lain : (1) VCD audio; (2) Video VCD; (3) Compact Disc Rend-Only Memory

(CD-ROM). Dalam penelitian ini menggunakan VCD dalam pembelajaran

sejarah.

Media VCD mempunyai 2 perangkat yaitu perangkat lunak dan perangkat

keras. Perangkat lunak berupa keping disc yang berisi data sedangkan perangkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

keras adalah perangkat untuk memproses perangkat lunak ke dalam tampilan

gambar.

VCD dapat digunakan sebagai alternatif pemilihan media pembelajaran

Sejarah yang cukup mudah untuk dilaksanakan, dikarenakan akhir-akhir ini di

lingkungan akademis atau pendidikan penggunaan media pembelajaran yang

berbentuk VCD bukan merupakan hal yang baru lagi dan dapat digunakan dalam

kegiatan pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Penggunaan media

pembelajaran sejarah yang berbentuk VCD memungkinkan digunakan di rumah

karena VCD player sekarang ini sudah bukan merupakan barang mewah lagi dan

dapat ditemukan hampir disetiap rumah siswa.

(http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/4455 diunduh Selasa 4

Januari 2011, pukul 21.35 wib)

b) Kelebihan dan kelemahan Media VCD

Menurut Iswahyudi (2008: 10) kelebihan media VCD sebagai berikut:

(1) Memiliki kemampuan yang dimiliki oleh media audio, visual maupun

gerak

(2) Konsistensi materi yang akan diajarkan

(3) Tidak memerlukan ruangan gelap.

(4) Jangkauan VCD sangat luas, cepat, merata dan ilmiah sebagai patner

guru dalam mengajar

(5) Dengan VCD peserta didik akan menjadi lebih aktif dalam mengikuti

proses belajar mengajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

(6) Disamping mendorong dan meningkatkan memotivasi serta dapat

menanamkan sikap dan segi afektif

(7) Peserta didik dapat belajar sendiri dirumah dengan menonton VCD

tersebut.

(8) VCD dapat menampilkan unsur gerak sekaligus suara karena dalam

penayangannya, gerakan dalam VCD dapat diperlampat maupun

percepat.

(9) Ukuran VCD sangat praktis dan mudah dibawa

(10 Harga murah sehingga dapat dijangkau oleh peserta didik.

Ada banyak kelebihan video ketika digunakan sebagai media

pembelajaran di antaranya menurut Smaldino (2008: 310), video merupakan

media yang cocok untuk pelbagai ilmu pembelajaran, seperti kelas, kelompok

kecil, bahkan satu siswa seorang diri sekalipun. Hal itu, tidak dapat dilepaskan

dari kondisi para siswa saat ini yang tumbuh berkembang dalam dekapan budaya

televisi, di mana paling tidak setiap 30 menit menayangkan program yang

berbeda. Dari itu, video dengan durasi yang hanya beberapa menit mampu

memberikan keluwesan lebih bagi guru dan dapat mengarahkan pembelajaran

secara langsung pada kebutuhan siswa.

Selain itu, menurut Smaldino sendiri, pembelajaran dengan video multi-

suara bisa ditujukan bagi beragam tipe pebelajar. Teks bisa didisplay dalam aneka

bahasa untuk menjelaskan isi video. Beberapa DVD bahkan menawarkan

kemampuan memperlihatkan suatu objek dari pelbagai sudut pandang yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

berbeda. Disc juga memberikan fasilitas indeks pencarian melalui judul, topik,

jejak atau kode-waktu untuk pencarian yang lebih cepat.

Video juga bisa dimanfaatkan untuk hampir semua topik, tipe pebelajar,

dan setiap ranah: kognitif, afektif, psikomotorik, dan interpersonal. Pada ranah

kognitif, pebelajar bisa mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah

masa lalu dan rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna, suara

dan gerak di sini mampu membuat karakter berasa lebih hidup. Selain itu

menonton video, setelah atau sebelum membaca, dapat memperkuat pemahaman

siswa terhadap materi ajar.

Pada ranah afektif, video dapat memperkuat siswa dalam merasakan unsur

emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang efektif. Hal ini tidak dapat

dilepaskan dari potensi emosional impact yang dimiliki oleh video, di mana ia

mampu secara langsung membetot sisi penyikapan personal dan sosial siswa.

Membuat mereka tertawa terbahak-bahak (atau hanya tersenyum) karena gembira,

atau sebaliknya menangis berurai air mata karena sedih. Dan lebih dari itu,

menggiring mereka pada penyikapan seperti menolak ketidakadilan, atau

sebaliknya pemihakan kepada yang tertindas.

Pada ranah psikomotorik, video memiliki keunggulan dalam

memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja. Misalnya dalam mendemons-trasikan

bagaimana tatacara merangkai bunga, membuat origami pada anak-anak TK, atau

memasak pada pelajaran tataboga dan lain sebagainya. Semua itu akan terasa

lebih simpel, mendetail, dan bisa diulang-ulang. Video pembelajaran yang

merekam kegiatan motorik siswa juga memberikan kesempatan pada mereka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

untuk mengamati dan mengevaluasi kerja praktikum mereka, baik secara pribadi

maupun feedback dari teman-temannya.

Sedangkan pada ranah meningkatkan kompetensi interpersonal, video

memberikan kesempatan pada mereka untuk mendiskusikan apa yang telah

mereka saksikan secara berjama’ah. Misalnya tentang resolusi konflik dan

hubungan antar sesama, mereka bisa saling mengobservasi dan menganalisis

sebelum menyaksikan tayangan video.

Lebih dari itu, manfaat dan karakteristik lain dari media video atau film

dalam meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran, di antaranya

adalah (Munadi, 2008: 127; Smaldino, 2008: 311-312):

· Mengatasi jarak dan waktu

· Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis

dalam waktu yang singkat

· Dapat membawa siswa berpetualang dari negara satu ke negara lainnya,

dan dari masa yang satu ke masa yang lain.

· Dapat diulang-ulang bila perlu untuk menambah kejelasan

· Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.

· Megembangkan pikiran dan pendapat para siswa

· Mengembangkan imajinasi

· Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih

realistik

· Mampu berperan sebagai media utama untuk mendokumentasikan realitas

sosial yang akan dibedah di dalam kelas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

· Mampu berperan sebagai storyteller yang dapat memancing kreativitas

peserta didik dalam mengekspresikan gagasannya.

Selain kelebihan, video/film juga memiliki kekurangan, di antaranya:

sebagaimana media audio-visual yang lain, video juga terlalu menekankan

pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut; pemanfaatan

media ini juga terkesan memakan biaya tidak murah, terutama bagi guru, maaf,

dengan gaji pas-pasan di negeri ini; dan penanyangannya juga terkait peralatan

lainnya seperi videoplayer, layar bagi kelas besar beserta LCDnya, dan lain-lain.

Dari pendapat di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa kelebihan

penggunaan media VCD antara lain:

a. Siswa dapat belajar sendiri di rumah maupun di sekolah dan VCD sangat

praktis serta mudah dibawa

b. Dapat diputar secara berulang-ulang, dipercepat maupun diperlambat pada

bagian tertentu yang perlu lebih jelas, dan bahkan gambar dapat diperbesar

c. Dapat menampilkan sesuatu yang detail dari benda yang bergerak

kompleks yang sulit dilihat dengan mata, membandingkan antara dua

adegan berbeda diputar dalam waktu bersama

d. Dapat digunakan sebagai tampilan nyata dari suatu adegan, promosi suatu

produk, interview, dan menampilkan suatu percobaan yang berproses dan

pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat.

e. VCD peserta didik akan menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses

belajar mengajar dan menumbuhkan minat atau motivasi belajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Di balik kelebihan-kelebihan VCD tidak lepas dari kelemahannya.

Menurut Iswahyudi (2008: 10) kelemahan media VCD sebagai berikut:

a) Mudah rusak karena tergores serta memerlukan perawatan

b) Tidak semua materi dapat dikemas dalam bentuk VCD

c) Memerlukan peralatan TV dan VCD player

d) Proses pembuatan harus disesuaikan dengan tujuan atau standar

kompetensi peserta didik.

Sedang (Http://pppkbermediavcd_hjnunuk diunduh Jumat 7 Januari 2011

pukul 20.05 Wib) menjelaskan tentang kelemahan dari media VCD, yakni:

a) Harus menggunakan listrik.

b) Keping VCD akan mudah rusak jika perawatan dan pengoprasiannya

kurang baik.

c) Produksi media tersebut tergantung dengan peralatan yang canggih dan

mahal.

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kelemahan media

VCD antara lain memerlukan adanya listrik dan pengoprasiannya harus hati-hati.

c) Tujuan Penggunaan Media VCD

Tujuan media VCD pembelajaran ada beberapa macam. Menurut

Iswahyudi (2008: 11) ada tiga macam tujuan media VCD pembelajaran yaitu:

kognitif, psikomotorik, dan afektif. Ketiga tujuan tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut :

(1) Tujuan pembelajaran kognitif meliputi (a) dapat mempertunjukan serangkaian

gambar dan tanpa suara; (b) dapat diajarkan tentang pengetahuan mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

hukum-hukum dan prinsip-prinsip tertentu; (c) dapat mengembangkan aspek

kognitif yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan

memberikan rangsangan berupa gerak, (d) dapat digunakan untuk

menunjukan contoh dan cara bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan,

khususnya yang menyangkut interaksi manusiawi.

(2) Tujuan pembelajaran afektif meliputi (a) untuk menyampaikan informasi

dalam aspek afektif; (b) dapat menjadi media yang sangat baik dalam

mempengaruhi sikap dan emosi

(3) Tujuan psikomotorik meliputi (a) untuk memperlihatkan contoh ketrampilan

yang menyangkut gerak, (b) siswa dapat langsung mendapatkan umpan balik

secara visual terhadap kemampuan mereka, sehingga mampu mencoba

ketrampilan gerakan tadi.

Menurut Cheppy Riyana, (2007:6) media VCD sebagai bahan ajar

bertujuan yakni: (1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak

terlalu bersifat verbalistis; (2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya

indera siswa maupun guru; (3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi.

Penggunaan yang maksimal media VCD dapat dilakukan dengan cara: (1)

jika bahan itu dibeli, disewa atau dipinjam, usahakan agar guru mempunyai waktu

untuk mempelajarinya, (2) guru sebaiknya memahami benar isi, buatlah catatan

tentang istilah-istilah baru, konsep dan fakta-fakta, juga harus dipersiapkan

dengan bahan-bahan diskusi dan evaluasi, (3) sebelum film itu disajikan,

diskusikanlah dahulu dengan para siswa tujuan dari video, juga istilah-istilah dan

pertanyaan-pertanyaan yang bisa dijawab mengenai penggunaan media, (4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

pasanglah VCD atau Video sebelum kelas dimulai, (5) penataan kelas/tempat

duduk, suhu, ventilasi dan cahaya harus baik agar tenang ketika melihat film yang

diputar, dan (6) setelah siswa melihat, diskusikanlah istilah, konsep, fakta dan

pertanyaan-pertanyaan (Kartawidjaja, 1988:79).

Menurut Colletti (yang dikutip Soekartawi 1995:43), urutan efektivitas

penggunaan media pembelajaran dalam kaitannya dengan daya serap siswa dapat

menangkap informasi dengan menggunakan media pengajaran VCD yang

merupakan media audio visual lebih efektif, dimana daya serapnya sekitar 75%

daripada penyampaian materi dengan metode ceramah. Berdasarkan penelitian

Colletti, maka dapat dilihat betapa pentingnya penggunaan media pengajaran

VCD yang dapat dilihat langsung oleh siswa sehingga memiliki pengalaman

belajar yang mendekati kongkret.

d) Langkah-langkah dalam Penggunaan VCD dalam Pembelajaran Sejarah

Adapun langkah-langkah dalam penggunaan VCD

(http://google.com/media-penggunaan-audiovisual-VCD.co.id/pdf/ yang diunduh

27 Maret 2011pukul 21.00 Wita meliputi tiga tahapan yaitu :

(1) Tahap Persiapan meliputi : (a) menyusun jadwal program disesuaikan

Menyusun jadwal program disesuaikan dengan topik/materi

pembelajaran, (b) mengecek peralatan : VCD, LCD, dan Listrik; (c)

mempelajari bahan penyerta, (d) menyeleksi isi program akan penting

tidaknya bagian-bagian yang akan disajikan dalam kegiatan pembelajaran;

(e) mengecek kesesuaian isi program dengan judul dan isi yang tertera, (f)

mengatur tempat duduk agar seluruh siswa dapat menangkap isi program

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

pembelajaran, (g) meminta siswa untuk mempersiapkan alat tulis-menulis

dan peralatan lain yang diperlukan dalam program.

(2) Tahap Pelaksanaan meliputi: (a) guru memberikan informasi seperlunya

tentang program video pembelajaran dan agar siswa memperhatikan materi

yang akan dipelajari, (b) menjelaskan tujuan dan menjelaskan materi

pokok, (c) memberikan apersepsi dan motivasi, (d) melaksanakan

pengorganisasin program dan bahan penyerta, (e) mengamati dan

memantau kegiatan siswa selama program pemutaran VCD berlangsung,

meliputi : menjaga suasana kelas yang tertib, mengatur volume suara jelas

terdengar seluruh siswa, mengatur posisi LCD dapat terlihat seluruh siswa;

(f) memberikan penguatan, penegasan, pengayaan terhadap tayangan

program, (g) memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukan,

h) Membuat kesimpulan/rangkuman, memberikan evaluasi kepada siswa,

mematikan program jika dianggap sudah selesai.

(3) Tahap Tindak Lanjut meliputi: (a) pemberian tugas lanjutan kepada siswa,

(b) memberikan tanya jawab sebagai umpan balik, (c) apabila pokok

materi memerlukan praktikum, guru mengajak siswa untuk mengadakan

praktek di Laboratium, (d) apabila pokok materi memerlukan referensi

tambahan, guru mengajak siswa untuk belajar di perpustakaan, (e)

menginformasikan tentang penting memperhatikan/mendengarkan

program VCD pembelajaran untuk memanfaatkan program video

selanjutnya, f) mengajak siswa untuk memperkaya materi melalui sumber

belajar lain yang relevan dengan materi yang dipelajari.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

2) Media Gambar

Gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.

Gambar sebagai bahan ajar tertentu saja diperlukan suatu rancangan yang baik

agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian gambar atau foto siswa dapat

melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih kompetensi

dasar. Menurut Wiedman dalam buku “Lehren Mit Bildmedien” menggambarkan

bahwa melihat sebuah gambar lebih tinggi maknanya daripada membaca atau

mendengar. Melalui membaca dapat diingat hanya ±10%, melalui mendengar

yang diingat ±20%, dan dari melihat ±30%. Gambar yang secara baik dapat

memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya

harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara

menggunakannya dan atau bahan teks (http://google//Media/Gambar/Menurut//

pendapat/para/tokoh//com diunduh Senin 28 Pebruari 2011, pukul 16.00 Wita).

Menurut Oemar Hamalik (1994 : 95) media gambar adalah segala sesuatu

yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk 2 dimensi sebagai curahan

ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip,

opaque proyektor. Media gambar adalah media yang paling umum dipakai, yang

merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja (Arif

Sadiman, 1996 : 29)

Media gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan pemandangan

dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap lingkungan (Soelarko,

1980 : 3). Gambar yang dimaksud gambar disini adalah foto, gambar dari

majalah, buku atau surat kabar. Ada dua tujuan dalam penggunaan gambar itu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

yaitu mengajar siswa membaca gambar dan transparasi informasi melalui gambar

(Kartawidjaja, 1988:710).

Gambar yang berwarna-warni dapat membuat murid dalam belajar sejarah

menjadi semangat. Gambar ini dapat menerjemahkan konsep abstrak menjadi

lebih realistis dan berwujud, sehingga murid tidak hanya dapat membayangkan

saja.Dengan mengambil gambar-gambar dari surat kabar, majalah dan kalender

tentu tidak membutukan biaya mahal. Disamping itu suasana pembelajaran

menjadi semakin menyenangkan. (http://google//Media/Gambar/Menurut//

pendapat/para/tokoh//com diunduh Senin 28 Pebruari 2011, pukul 16.00 Wita)

Jadi media gambar adalah perwujudan lambang dari hasil peniruan-

peniruan benda, pemandangan, curahan pikiran, atau ide-ide yang divisualisasikan

kedalam bentuk 2 dimensi. Bentuknya dapat berupa gambar situasi dan lukisan

yang berhubungan dengan pokok bahasan.

a) Fungsi Media Gambar

Fungsi utama dari media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar

yang dipergunakan guru. Secara garis besar fungsi utama penggunaan media

gambar adalah (1) Fungsi edukatif; artinya mendidik dan memberikan pengaruh

positif pada pendidikan; (2) Fungsi sosial; artinya memberikan informasi yang

autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep

yang sama kepada setiap orang; (3) Fungsi ekonomis; artinya memberikan

produksi melalui pembinaan prestasi kerja secara maksimal; (4) Fungsi politis;

berpengaruh pada politik pembangunan; (5) Fungsi seni budaya dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

telekomunikasi, yang mendorong dan menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola

usaha penciptaan teknologi kemudian yang modern (Oemar Hamalik, 1994 : 12)

Fungsi-fungsi tersebut di atas terkesan masih bersifat konseptual. Menurut

Ahmad Rohani (1997 : 6-7) Fungsi praktis yang dijalankan oleh media pengajaran

adalah sebagai berikut (a) mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik;

(b) mengatasi batas ruang dan kelas; (c) mengatasi keterbatasan kemampuan

indera, (d) mengatasi peristiwa alam; (e) menyederhanakan kompleksitas materi;

(f) memungkinkan siswa mengadakan kontak langsung dengan masyarakat atau

alam sekitar

Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai

berikut: (1) Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh

dengan informasi atau data, (2) Gambar bermakna dan dapat dimengerti,

sehingga, si pembaca gambar benar-benar mengerti, tidak salah pengertian dan,

(3) Lengkap bahan diambil dari sumber yang benar, sehingga jangan sampai

gambar miskin informasi yang terkait penggunanya tidak belajar apa-apa (Majid,

2006:178).

Syarat-syarat gambar yang baik adalah: (1) Komposisi antara obyek

belajar harus baik, sehingga kedudukan masing-masing obyek jelas sesuai dengan

peranannya. Artinya, obyek utama dalam belajar jangan sampai terlihat kecil dan

tidak jelas dibanding obyek belajar lainnya. Yang berfungsi sebagai pelengkap,

sehingga obyek pelengkap tidak menganggu perhatian siswa dalam belajar; (2)

Pesan yang dimaksud harus jelas. Pesan ini berhubungan erat dengan kompetensi

pesan sedemikian rupa sehingga siswa dengan mudah dan cepat mengenal pesan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

yang dimaksud, dan (3) Pemberian (kombinasi) warna yang efektif. Warna adalah

bagian dari lingkungan alam kita, oleh karena itu pemberian warna sesungguhnya,

agar kombinasi yang digunakan menarik apabila dimediakan, dan benar dilihat

dari segi konsepsi. Sebab banyak kombinasi warna yang baik tetapi kombinasinya

tidak mempunyai daya tarik dan kesan yang indah dan mengagumkan apabila

dimediakan, karena prinsip kombinasi warna dalam media lain dengan prinsip

warna keperluan lainnya (Sudjarwo, 1988:184).

Media gambar, dipilih dengan hati-hati dan dipadukan secara sistematis

untuk menunjang berbagai kegiatan dalam pengajaran seperti siswa mampu

meningkatkan nilai pada pelajaran tertentu. Sumber seperti itu meluweskan

pengajaran dengan kebutuhan perorangan, dengan demikian produktivitas baik

pada pihak siswa (membuat media sendiri dengan mengadopsi apa yang telah

diajarkan oleh guru) maupun pada upaya guru (menciptakan kreasi sendiri dengan

berbagai macam model penggunaan media gambar). Dengan penggunaan media

gambar akan memperoleh pengalaman langsung (dapat memiliki keterampilan

serta mencoba dari hasil yang telah dibuat) dengan pembahasan materi dengan

media gambar, serta mampu menemukan permasalahan dan menjawab cara

mengatasinya pada gambar yang dilihat.

b) Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar

Menurut Arif Sadiman (1996:31) kelebihan dari media gambar adalah (1)

Sifatnya konkrit dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika

dibandingkan dengan bahasa verbal; (2) Dapat mengatasi batasan ruang dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

waktu; (3) Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita; (4) Memperjelas

masalah bidang apa saja; (5) Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan

Adapun kelemahan Media Gambar menurut Ansto Rahadi (2003 :27)

adalah hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat

dilihat oleh sekelompok siswa. Gambar diinterpretasikan secara personal dan

subyektif. Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang

efektif dalam pembelajaran.

Menurut Sudjana (2001 :12) tentang bagaimana siswa belajar melalui

gambar-gambar adalah sebagai berikut :

a. Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstrak.

b. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik

minat belajar siswa secara efektif.

c. Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama

dalam penafsiran dan mengingat-ingat materi teks yang menyertainya.

d. Ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar

minat para siswa menjadi efektif.

e. Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa.

Dengan demikian media gambar merupakan salah satu bentuk/jenis media

pembelajaran yang efektif kerena mengkombinasikan fakta dan gagasan secara

jelas, kuat dan terpadu melalui pengungkapan kata-kata dan gambar.

Dalam memanfaatkan media gambar untuk belajar harus memiliki

beberapa fase yaitu:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

1) Fase Belajar

Menurut Bandura (dalam Ratna Willis Dahar, 1996: 28), ada empat fase

belajar dari model, yaitu fase perhatian (attentional phase), fase retensi (retention

phase), fase reproduksi (reproduction phase), dan fase motivasi (motivational

phase).

Fase-fase ini diperlihatkan dalam gambar 2.1.

Gambar 2.1. Analisis Belajar Observasional

Sumber : Ratna Willis Dahar, 1996: 28

a. Fase Perhatian yaitu memberikan perhatian pada suatu model.

b. Fase Retensi belajar observasional terjadi berdasarkan kontingitas. Dua

kejadian kontiguous yang diperlukan ialah perhatian pada penampilan

model dan penyajian simbolik dari penampilan itu dalam memori jangka

panjang. Menurut Bandura (1977: 26) “Observers who code modelled

activities into either words, concide labels, or vivid imagery learn and

retain behaviour better than those who simply observe or are mentally

preoccupied with other matters while watching.

Peristiwa Menerapkan media

pembelajaran sebagai model sejarah

Penampilan/

Prestasi

FASE PERHATIAN

FASE MOTIVASI FASE RETENSI

FASE REPRODUKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Dari pendapat di atas ini terlihat betapa pentingnya peranan kata-kata,

nama-nama, atau bayangan yang kuat dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan

yang dimodelkan dalam mempelajari dan mengingat perilaku.

c. Fase Reproduksi yaitu bayangan (imagery) atau kode-kode simbolik

verbal dalam memori membimbing penampilan yang sebenarnya dari

perilaku yang baru diperoleh. Fase reproduksi mengijinkan model atau

instruktur untuk melihat apakah komponen-komponen suatu urutan

perilaku telah dikuasai oleh yang belajar. Ada kalanya hanya sebagian dari

suatu urutan perilaku yang diberi kode yang benar dan dimiliki.

d. Fase Motivasi yaitu para siswa akan meniru suatu model, sebab siswa

merasa bahwa dengan berbuat demikian siswa akan meningkatkan

kemungkinan untuk memperoleh reinforsemen.

Berdasarkan fase-fese di atas pembelajaran akan berlangsung dengan baik

jika siswa melalui fase-fase tersebut dan akan menghasilkan suatu prestasi belajar

yang baik. Oleh karena itu diharapkan seorang guru melalui fase-fase dalam

pembelajaran di kelas.

Langkah Penggunaan Media Gambar dalam Pembelajaran Sejarah adalah

sebagai berikut :

1. Guru mempersiapkan media gambar yang akan digunakan sesuai

dengan pokok bahasan yang akan dibahas di kelas.

2. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dan menjelaskan materi

pelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

3. Kemudian guru memberikan umpan tanya jawab dengan cara

memberikan tugas untuk mengamati gambar yang telah dibagikan

kepada siswa

4. Setelah itu siswa yang bisa menjawab memberikan penjelsan singkat

mengenai gambar yang diberikan guru tadi

5. Guru memberikan kesimpulan mengenai penjelasan siswa.

2. Prestasi Belajar

Sebelum membicarakan pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu akan

dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan

mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun

demikian selaku mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang

melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Berikut

pengertian belajar menurut beberapa ahli yakni :

a. Winkel (2009:59) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang

berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif

konstant.”

b. Kemudian Oemar Hamalik (2008:36) mendefinisikan belajar adalah

“modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.”Menurut

pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses suatu kegiatan dan

bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu

penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakukan.

c. Menurut Syaiful Sagala (2010: 11) belajar merupakan komponen ilmu

pendidikan yang berkenanan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi,

baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi)

d. Belajar menurut Baharuddin, Esa Nur Wahyuni dan Yudi Munadi

(2008:11) adalah proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, keterampilan, dan sikap. Kemampuan manusia untuk belajar

merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan

mahluk hidup lainnya.

e. Menurut Sri Esti Wuryani Djiwandono (2008:120) belajar selalu

didefinisikan sebagai suatu perubahan pada diri individu yang disebabkan

oleh pengalaman.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa : (a)

situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh

masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek dari situasi belajar, (b) tujuan dan

maksud belajar timbul dari kehidupan anak sendiri, (c) di dalam mencapai tujuan

itu, siswa senantiasa akan menemui kesulitan, rintangan-rintangan dan situasi-

situasi yang tidak menyenangkan, (d) hasil belajar yang utama adalah pola tingkah

laku yang bulat, (e) proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya.

Belajar apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari, (f) kegiatan-

kegiatan dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan dihubungkan dengan tujuan

dalam situasi belajar, (g) siswa memberikan reaksi secara keseluruhan, (h) siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

mereaksi sesuatu aspek dari lingkungan yang bermakna baginya, (i) siswa

diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan itu, (j)

Siswa diarahkan ke tujuan-tujuan lain, baik yang berkaitan maupun yang tidak berkaitan

dengan tujuan utam dalam situasi belajar.

Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap

pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses

tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang

bersangkutan (Http://ridwan202/ketercapaian/prestasi/belajar.blog.spot.com yang

diunduh pada tanggal 26 September 2010 pada pukul 20:19 Wib).

Dengan pengertian dari belajar, maka ternyata belajar sesungguhnya memiliki

ciri-ciri (karekteristik) tertentu. Menurut Syaiful Sagala (2010: 40) belajar berbeda

dengan kematangan dan dapat dibedakan dari perubahan fisik dan mental individu.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik, (2008:21) mengatakan bahwa ciri belajar yang

hasilnya menetap sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Di samping itu belajar

menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus,

yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya. Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni

(2008: 18) mengatakan Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual

serta bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses belajar. Sedangkan menurut

Pupuh Fathurrohman dan Muhamad Sobry Sutikno (2009:25) belajar menghasilkan

perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku secara intergral

melalui suatu Belajar proses interaksi yang berlangsung dari yang paling sederhana

sampai pada kompleks.

Dari pembahasan di atas ditegaskan bahwa ciri belajar adalah perubahan, yaitu

belajar menghasilkan perubahan perilaku dalam diri peserta didik. Belajar menghasilkan

perubahan perilaku yang secara relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

melakukan pada diri peserta didik. Perubahan tersebut terjadi sebagai hasil

latihan, pengalaman, dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat diamati secara

langsung.

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan dalam

memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam

belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi

yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar

dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah

dilakukan, namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan

belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan

hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar

harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli

mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang

mereka anut, namun dari pendapat yang berbeda itu dapat ditemukan satu titik

persamaan. Ngalim Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar

yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang

dinyatakan dalam raport.” Selanjutnya Winkel (2009:63) mengatakan bahwa

“prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan

seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang

dicapainya.”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar

merupakan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan

menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.

Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam

mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport

setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar

siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat

memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Untuk mencapai prestasi belajar siswa, sebagaimana yang diharapkan,

perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara

lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri

dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak

bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain

adalah faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyudi, (2008:19-28) mengatakan bahwa secara

umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi dua

kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling

mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil

belajar. Faktor interbal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu

dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi

faktor fisiologis (meliputi kondisi fisik individu dan keadaan fungsi jasmani) dan

psikologis (meliputi kecerdasan siswa, motivasi, minat sikap dan bakat).

Sedangkan faktor ekternal dapat digolongkan menjadi 2 yaitu faktor lingkungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

sosial (meliputi lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat,

lingkungan sosial keluarga) dan faktor non sosial (meliputi lingkungan alamiah,

faktor instrumental dan faktor materi pembelajaran). Bahkan menurut Muhibin

Syah (2010: 136-138) faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf

keberhasilan prestasi belajar sehingga semakin mendalam cara belajar siswa

semakin baik hasilnya. Pendekatan belajar dapat dibagi menjadi tiga macam

tingkatan, yaitu : (1) pendekatan tinggi (specukative dan achievieng); (2)

pendekatan sedang (analitical dan deep); (3) pendekatan rendah (reproductive

dan surface). Selain faktor internal dan faktor ekternal, masih terdapat faktor-

faktor lain yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar pada setiap

orang, seperti terlihat pada gambar 2.2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Gambar 2.2 Visualisasi Faktor Yang Berpengaruh Pada Prestasi Belajar

Sumber : Ngalim Purwanto, 1998: 26; Soetopo, 2001: 45

Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang terdapat di dalam diri siswa itu sendiri

yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-Faktor yang dimaksud meliputi

motivasi, bakat, kondisi jasmani, kecerdasan, minat berikut adalah penjelasan dari

masing sub di atas.

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu. Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

Faktor

Eksternal

Internal

Lingkungan

Instrumental

Psikologis

Fisiologis

Alam

Sosial

Kurikulum/Bahan Ajar

Guru/Pengajar

Sarana dan Fasilitas

Administrasi/Manajemen

Kondisi Fisik

Kondisi Panca Indera

Bakat

Minat

Kecerdasan

Motivasi

Kognitif dan Daya Nalar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

melakukan kegiatan belajar. Motivasi dapat muncul dari dalam siswa itu sendiri maupun

dari luar diri siswa. Menurut Ratna Wilis Dahar (1996:145) langkah pertama

dalam suatu pelajaran ialah memotivasi para siswa untuk belajar. Berdasarkan

penemuan penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya hasil belajar linear

terhadap motivasi (Sumadi Suryabrata, 1983).

Masalah bakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

hasil belajar seseorang. Bakat menunjukkan spesialisasi atau keahlian yang cocok

bagi seseorang (Primadi, 1998:42). Apabila bakat anak diketahui sejak dini dan

kemudian dibina dan dikembangkan sesuai dengan salah satu mata pelajaran yang

dipelajarinya di sekolah, maka akan memungkinkan anak tersebut mencapai

prestasi yang lebih optimal jika dibandingkan dengan anak yang tidak berbakat.

Kondisi kebugaran jasmani seseorang di dalam mengikuti proses

pembelajaran mempengaruhi prestasi yang cukup besar. Kondisi kebugaran

jasmani yang prima akan memberi dukungan terhadap ketahanan belajar,

konsentrasi belajar, tingkat kepekaan, dan mobilitas yang tinggi, jika

dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai kondisi kebugaran

jasmani yang prima. Oleh karena itu kondisi kebugaran jasmani sangat penting

bagi siswa dalam mendukung aktivitas belajar di sekolah atau merupakan pra-

kondisi menerima kesiapan belajar.

Kecerdasan sering menjadi ukuran untuk menentukan prestasi seseorang.

Setiap orang mempunyai tingkat kecerdasan yang berbeda dan tingkat kecerdasan

itu diukur dengan tes IQ, oleh karenanya kecerdasan merupakan salah satu faktor

penentu prestasi belajar seseorang. IQ lebih merupakan ukuran tingkat rasio

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

seseorang (Primadi, 1998:42), sehingga anak yang mempunyai tingkat kecerdasan

tinggi akan lebih mudah memahami informasi pelajaran yang diterima di sekolah.

Minat seseorang untuk mempelajari sesuatu memberikan dorongan yang

kuat untuk memperoleh prestasi berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Yudi Munadi, 2008: 24).

Minat timbul apabila individu tertarik pada sesuatu karena sesuai dengan

kebutuhannya yang bermakna bagi dirinya. Minat merupakan salah satu fektor

penting guna mendukung kemauan untuk belajar. Minat yang tinggi terhadap

kemauan untuk belajar diharapkan akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih

baik, jika dibandingkan dengan minat yang rendah. Seseorang dengan minat yang

tinggi akan lebih rajin dan giat dalam mempelajari sesuatu yang menarik

minatnya sehingga dimungkinkan hasilnya akan lebih baik.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi lingkungan

sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.

Lingkungan sekolah mencakup hubungan guru, adminsitrasi, dan siswa

namun hubungan yang harmonis antara guru, administrasi dan teman-teman

sekelas dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.

Faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dari lingkungan sekolah dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa faktor, yaitu: 1) Faktor interaksi antara guru

dengan siswa; 2) Faktor cara penyajian; 3) Faktor kurikulum dan; 4) Faktor

metode belajar (Roestiyah, 1982: 24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Lingkungan keluarga mencakup saudara dan orang tua. Keluarga

merupakan proses pembentukan dan perkembangan kepribadian anak yang paling

mendasar, karena di dalam lingkungan keluarga proses interaksi belajar pertama

kali dialami oleh anak. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi

keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak

terhadap aktivitas belajar siswa (Yudi Munadi, 2008: 27). Seluruh aspek

kehidupan yang dialami dalam lingkungan keluarga akan turut mempengaruhi

prestasi belajar anak.

Lingkungan masyarakat (budaya, hubungan antar insani, status sosial), di

mana anak itu berada akan membawa dampak terhadap tinggi rendahnya prestasi

belajar anak. Hal-hal ini juga akan menjadi faktor-faktor penunjang atau

penghambat terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Faktor lingkungan

masyarakat juga harus menjadi fokus perhatian bagi para anggota masyarakat

untuk memilih domisili yang mendukung proses pencapaian prestasi belajar.

Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pencapaian prestasi

belajar ditemukan oleh beberapa faktor yang saling mendukung, yaitu faktor

internal dan faktor eksternal.

Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses

belajar yang telah dilakukan, sehingga untuk mengetahui sesuatu pekerjaan

berhasil atau tidak diperlukan suatu pengukuran. Dalam kegiatan pengukuran

hasil belajar, siswa dihadapkan pada tugas, pertanyaan atau persoalan yang harus

dipecahkan/dijawab. Hasil pengukuran tersebut masih berupa skor mentah yang

belum dapat memberikan informasi kemampuan siswa. Agar dapat memberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

informasi yang diharapkan tentang kemampuan siswa maka diadakan penilaian

terhadap keseluruhan proses belajar mengajar, sehingga akan memperlihatkan

banyak hal yang dicapai selama proses belajar mengajar. Misalnya pencapaian

aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Prestasi belajar menurut

Bloom meliputi 3 aspek yaitu ”kognitif, afektif dan psikomotorik”. Benjamin

Bloom membagi menjadi ketiga kawasan yang selengkapnya dapat dilihat pada

gambar 2.3. Berikut :

Gambar 2.3. Taksonomi Bloom

Sumber : Sri Esti Wuryani Djiwandono, (2008:210), C. Asri Budiningsih,

2005: 74)

Taksonomi Bloom

Ranah Afektif (Affective Domain)

Ranah Psikomotor (Psychomotoric

Domain)

Ranah Kognitif (Cognitif Domain)

Evaluasi (Membandingkan nilai-nilai, ide, metode)

Sintesis (Menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep yang utuh)

Analisis (Menjabarkan suatu konsep)

Penerapan (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)

Pemahaman (Menginterprestasikan)

Pengetahuan (mengingat, menghafal)

Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)

Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)

Peniruan (Menirukan gerak)

Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)

Ketepatan (Melakukan gerak dengan tepat)

Merespon (aktif berpartisipasi)

Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)

Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayainya)

Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidupnya)

Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Dalam penelitian ini yang ditinjau adalah aspek kognitif yang meliputi

pengetahuan. Teori kognitif menerangkan bahwa pembelajaran adalah perubahan

dalam pengetahuan yang disimpan di dalam memori. Teori kognitif ini bermaksud

penambahan pengetahuan ke dalam ingatan jangka panjang atau perubahan pada

skema atau struktur pengetahuan. Pengkajian terhadap teori belajar kembali

kognitif memerlukan penggambaran tentang perhatian, memori dan elaborasi

reheastal, pelacakan kembali, dan pembuatan informasi yang bermakna. Manusia

memiliki, mengamal, memberi perhatian, menghindar, merenung kembali dan

membuat keputusan tentang peristiwa-peristiwa yang berlaku pada persikataran

untuk mencapai matlamat secara aktif. Pandangan kognitif yang lama utamakan

perolehan pengetahuan. Pandangan yang baru mengutamakan pembinaan atau

pembangunan ilmu pengetahuan. Dalam proses pembelajaran kognitif ini

melibatkan dua proses mental yang penting yaitu persepsi dan pembentukan

konsep (penanggapan). Teori belajar menurut Bruner dalam teori belajarnya

Jerome Bruner berpendapat bahwa mata pelajaran dan diajarkan secara efektif

dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak, serta

untuk mengembangkan program pengajaran yang lebih efektif adalah dengan

mengordinasikan model penyajian bahan dengan cara dimana anak dapat

mempelajari bahan itu sesuai dengan tingkat kemajuan anak. Guru harus

memberikan konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti oleh mereka.

Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat

diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam

tahap perkembangan manapun. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi 3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

tahap. Ketiga tahap itu adalah (1) informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh

pengetahuan atau pengalaman baru (2) tahap transformasi, yaitu memahami

mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam

bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, (3) evaluasi, yaitu

untuk mengetahui apa hasil transformasi pada tahap kedua tadi benar/ tidak. Oleh

karena itu cara mengatur kegiatan kognitif dengan menggunakan sistematika alur

pikir dan sistematika prose belajar itu sendiri. Orang yang menggunakan alur pikir

dalam pemecahan masalah, ia akan berfikir sistematis dan dapat mengkontrol

kegiatan kognitifnya, sehingga pembelajaran akan lebih efisien.

(htttp://education/for/all:pembelajaran/menurut/aliran/kognitif(JA.Brunner)/teori/

pembelajaran.blogspot.com/2008 yang diunduh Rabu 10 Agustus 2011)

Prestasi belajar ditunjukkan dengan skor atau angka yang menunjukkan

nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang menggambarkan pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh siswa, serta untuk dapat memperoleh nilai digunakan

tes terhadap mata pelajaran terlebih dahulu. Hasil tes inilah yang menunjukkan

keadaan tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa.

Prestasi belajar sebagai hasil dari proses belajar siswa biasanya dilihat

pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran yang disajikan dalam buku

laporan prestasi belajar siswa atau raport. Raport merupakan perumusan terakhir

yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar

(http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:QPhkfH660uYJ:lambit

u.wordpress.com/2009/10/28/hubungan-antara-motivasi-dengan-prestasi-belajar-

siswa-pada-mata-pelajaran-geografi-di-kelas-xi-ips-sma-negeri-2-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

singaraja/+prestasi+belajar+menurut+bloom&cd=10&hl=id&ct=clnk&gl=id

diunduh senin 28 Oktober 2009 pada pukul 21.15 Wib).

Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat penting bagi

anak didik, pendidik, wali murid dan sekolah, karena nilai atau angka yang

diberikan merupakan manifestasi dari prestasi belajar siswa dan berguna dalam

pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap siswa yang bersangkutan maupun

sekolah. Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat diukur, berupa

pengetahuan yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar mengajar

Mengukur keberhasilan siswa yang berdemensi kognitif dapat dilakukan

dengan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan

perbuatan, tetapi semakin membengkaknya jumlah siswa di sekolah-sekolah, tes

lisan dan perbuatan hampir tak pernah digunakan lagi. Alasan lain mengapa tes

lisan khususnya kurang mendapat perhatian ialah karena pelaksanaannya yang

face to face (berhadapan langsung). Untuk merencanakan penyusunan instrumen

tes prestasi siswa yang berdemensi afektif (ranah rasa) ialah Skala Likert yang

tujuannya mengidentifikasi kecenderungan sikap. Sedangkan cara yang

dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi ranah

psikomotor (ranah karsa) adalah observasi. Observasi dalam hal ini, dapat

diartikan sebagai jenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku atau fenomena lain,

dengan pengamatan langsung (Muhibbin Syah, 2010: 152-154).

Menurut Wirawan seperti dikutip Supartha (2004 : 34) prestasi belajar

adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam usaha belajar yang dilakukan

dalam periode tertentu. Prestasi belajar dapat dipakai sebagai ukuran untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

mengetahui materi pelajaran yang telah diajarkan atau dipelajari. Sehubungan

dengan itu, Masrun dan Martaniah (dalam Supartha, 2004 : 34) menyatakan

bahwa kegunaan prestasi belajar di antaranya adalah : (1) Untuk mengetahui

efisiensi hasil belajar yang dalam hal ini diharapkan mendorong siswa untuk

belajar lebih giat; (2) Untuk menyadarkan siswa terhadap tingkat kemampuannya;

dengan melihat hasil tes atau hasil ujiannya siswa dapat menyadari kelemahan dan

kelebihannya sehingga dapat mengevaluasi dan bagaimana caranya belajar selama

ini; (3) Untuk petunjuk usaha belajar siswa; dan (4) Untuk dijadikan dasar untuk

memberikan penghargaan.

Melihat dari pengertian prestasi atau hasil belajar di atas, dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang berwujud

perubahan ilmu pengetahuan, keterampilan motorik, sikap dan nilai yang dapat

diukur secara aktual sebagai hasil dari proses belajar. Berdasarkan beberapa

pendapat tersebut, prestasi belajar dalam penelitian ini secara konseptual diartikan

sebagai hasil kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka yang

mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa baik berupa kemampuan

kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dapat diukur dari tes atau hasil ujian

siswa.

3. Motivasi Belajar

Setiap individu memiliki kondisi internal, yang turut berperan dalam

aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah

“Motivasi”. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang

bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh

karena itu, perbuatan seseorang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung

tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya (Hamzah B. Uno, 2008:1).

Menurut Isbandi Rukmino Adi (1994:154) istilah motivasi berasal dari

kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri

individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak

dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah

lakunya, berupa rangsangan dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu

tingkah laku. Menurut David Mc Clelland (1976:28) a motive is the

redintergration by a cue of a change in a affective situation. Adapun menurut Mc

Donald (yang dikutip Pupuh Fathurohman dan Muhamad Sobry Sutikno 2009:19)

motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorangan yang ditandai dengan

munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Jadi motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan

sebagai keseluruhan kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar,

sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai.

Dalam kegiatan belajar motivasi tentu sangat diperlukan, sebab seseorang

yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan

aktivitas belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling

mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen

dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari pratik atau penguatan (reinforced

practise) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Menurut Pupuh Fathuroman dan Muhamad Sobry Sutikno (2009:19-20)

motivasi ada dua yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi Instrinsik

merupakan jenis motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri tanpa ada paksaan

dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Sedangkan motivasi

ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar

individu apakah karena ada ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga

dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Dalam proses pembelajaran motivasi sangat diperlukan sebab siswa yang

tidak mempunyai motivasi kemungkinan tidak akan melakukan aktivitas belajar.

Dalam hal ini motivasi instrinsik mempunyai sifat lebih penting sehingga

keinginan untuk belajar datangnya dari dalam diri siswa dapat tumbuh akhirnya

harapan untuk mencapai hasil yang mencerminkan kemampuannya dapat

dioptimalkan, maka peranan guru dalam kegiatan pembelajaran juga sebagai

motivator agar siswa terdorong dan terangsang untuk tekun belajar.

Faktor motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno (2008:23) dapat

diklasifikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya

dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa

depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik

dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga

memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan

menjelaskan prilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar.

Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

menurut Hamzah B. Uno (2008:27) antara lain dalam (1) menentukkan hal-hal

yang dapat dijadikan penguat belajar, (2) memperjelas tujuan belajar yang hendak

dicapai, (3) menentukkan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, (4)

menentukkan ketekunan belajar.

Dalam proses belajar mengajar, motivasi merupakan salah satu faktor yang

diduga besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Siswa yang motivasinya tinggi

diduga akan memperoleh hasil belajar yang baik. Pentingnya motivasi belajar

siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan belajar ke arah yang lebih

positif. Pandangan ini sesuai dengan Pendapat Hawley (Elida Prayitno, 1989:3) :

“Siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar melakukan kegiatan lebih

banyak dan lebih cepat, dibandingkan dengan siswa yang kurang termotivasi

dalam belajar. Prestasi yang diraih akan lebih baik apabila mempunyai motivasi

yang tinggi.”

Aspek motivasi dalam keseluruhan proses belajar mengajar sangat

penting, karena motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas-

aktivitas tertentu yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Motivasi dapat

memberikan semangat kepada siswa dalam kegiatan-kegiatan belajarnya dan

memberi petunjuk atas perbuatan yang dilakukannya. Berdasarkan pernyataan

tersebut, maka harus dilakukan suatu upaya agar siswa memiliki motivasi belajar

yang tinggi. Dengan demikian siswa yang bersangkutan dapat mencapai hasil

belajar yang optimal. Siswa dalam belajar hendaknya merasakan adanya

kebutuhan psikologis yang normatif. Siswa yang termotivasi dalam belajarnya

dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang menyangkut minat, ketajaman,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi rendah

dalam belajarnya menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha

menghindar dari kegiatan belajar. Disimpulkan bahwa motivasi menentukan

tingkat berrhasil tidaknya kegiatan belajar siswa. Motivasi menjadi salah satu

faktor yang menentukan belajar yang efektif

(http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:QPhkfH660uYJ:lambit

u.wordpress.com/2009/10/28/hubungan-antara-motivasi-dengan-prestasi-belajar-

siswa-pada-mata-pelajaran-geografi-di-kelas-xi-ips-sma-negeri-2-

singaraja/+prestasi+belajar+menurut+bloom&cd=10&hl=id&ct=clnk&gl=id

yang diunduh pada tangal 26 September 2010 pada pukul 20.30 Wib).

Ada teori motivasi yang bertitik tolak pada dorongan dan pencapaian

kepuasaan, ada pula yang bertitik tolak pada asas kebutuhan. Motivasi menurut

asas kebutuhan saat ini banyak diminati. Banyak teori motivasi yang didasarkan

dari asas kebutuhan (theory Maslow). Kebutuhan yang menyebabkan seseorang

berusaha untuk dapat memenuhinya. Dengan demikian, motivasi merupakan

kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.

Kekuatan-kekuatan ini pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai macam

kebutuhan, seperti (1) keinginan yang hendak dipenuhinya; (2) tingkah laku; (3)

tujuan; (4) umpan balik (Hamzah B. Uno, 2008: 5). Proses interaksi ini disebut

sebagai produk motivasi dasar (basic motivations procces), dapat digambarkan

dengan model proses sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Gambar 2.4. Proses Motivasi Dasar

Sumber : Hamzah B. Uno, 2008: 5

Menurut Skinner (yang dikutip Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2008: 330)

tidak perlu memisahkan antara teori belajar dan teori motivasi, karena motivasi

secara sederhana adalah hasil dari reinforcement atau penguatan.

Berdasarkan Expectancy theories of Motivation (Sri Esti Wuryani

Djiwandono, 2008: 341) biasanya, hubungan antara kebutuhan dan tingkah laku

adalah individu merespon terhadap kebutuhan yang muncul. Contohnya orang

yang lapar ingin makan dan orang yang haus ingin minum. Seringkali individu

diadakan pada bagaimana memilih respon untuk berbagai kebutuhan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi diperlukan untuk memenuhi

berbagai macam kebutuhan termasuk kebutuhan prestasi belajar.

(a) Motivasi Belajar Sejarah

Motivasi sangat penting artinya dalam kegiatan belajar, sebab adanya

motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi

akan melemahkan semangat belajar. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam

belajar; seorang siswa yang belajar tanpa motivasi (atau kurang motivasi) tidak

akan berhasil dengan maksimal. Begitupun dalam mempelajari sejarah motivasi

sangat dibutuhkan, karena secara ideal, sejarah pada dasarnya dapat

Needs, desires, or expectation

Behavior

Goals feedback

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

membangkitkan semangat motivasi perjuangan, meskipun sejarah yang ditelaah

penuh dengan kemalangan dan penderitaan. Manusia belajar atau mempelajari

sejarah yang isinya antara lain kesusahan, kehancuran, bukan untuk turut menjadi

hancur dan menjadi susah, tetapi belajar dari penderitaan itu agar tidak menderita

pada tahap-tahap berikut dalam perjalan waktu. Begitu pun catatan perjalanan

umat manusia terdahulu yang diliputi kehormatan, kejayaan, kebahagian; pada

tataran kekinian dipelajari hendaknya bukan untuk bernostalgia dengan

kelampauan melainkan catatan keberhasilan itu menjadi alat untuk semakin

mengembangkan kreativitas diri atau paling tidak tetap dapat bertahan dalam

kejayaan dan tidak semakin terpuruk (Juraid Abdul Latief, 2006:60).

Jadi, telah terjadi salah paham terhadap belajar sejarah yang luar biasa

besarnya. Ini berpangkal dari ketidakdewasaan dalam belajar sejarah untuk

kemudian belajar dari sejarah. Seolah-olah sejarah dapat membuat stagnasi,

kelesuan, dan hanyut di dalamnya. Kalau ini terjadi berarti kesalahan dalam

memahami sejarah. Artinya, semua itu baru mencerminkan upaya untuk belajar

sejarah dan bukan untuk belajar dari sejarah. Yang perlu ditekankan bagaimana

seseorang dapat belajar dari sejarah sehingga catatan hitam tentang sejarah pun

akan punya makna dalam kehidupan selanjutnya, terlebih lagi catatan sejarah yang

bersifat kegemilangan. Kalau ini dapat diwujudkan maka sejarah benar-benar

dapat dipandang sebagai elemen yang membangkitkan motivasi dan semangat

perjuangan. Dengan demikian tampak jelas sejarah dapat berperan sebagai pelecut

semangat, motivasi kejuangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Melalui pelajaran sejarah seorang siswa akan belajar peristiwa yang terjadi

pada masa lampau. Dengan cara membangkitkan motivasi siswa tersebut, maka

seorang guru dalam memaparkan materi pelajaran harus dengan berbagai media

yang inovatif yang lebih menarik sehingga siswa akan memiliki motivasi yang

tinggi untuk mempelajari sejarah. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya

kebosanan dalam pelajaran sejarah, karena rasa kebosanan seorang siswa akan

menyebabkan motivasi belajar siswa rendah. Rendahnya belajar sejarah pada

siswa berpengaruh terhadap prestasi belajarnya, karena motivasi belajar

mempunyai hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar. Motivasi belajar

merupakan komponen yang sangat penting yang tidak dapat dipisahkan dalam

sistem pembelajaran. Sebaliknya jika seorang guru tidak pandai dalam

memaparkan materi dengan tetap mempertahankan image lama maka siswa

menjadi tidak memiliki minat pada mata pelajaran sejarah, sehingga motivasi

dalam menerima pelajaran sejarah akan menjadi berkurang. Oleh sebab itu

motivasi seorang siswa harus dibangun terlebih dahulu agar pada saat menerima

pelajaran sejarah siswa akan lebih siap dan menyukai pelajaran yang akan

disampaikan oleh seorang guru.

(1) Hubungan Motivasi dengan Prestasi Belajar

Kebutuhan akan berprestasi merupakan salah satu motif sosial yang

dipelajari secara mendetail dan hal ini dapat diikuti sampai pada waktu ini. Orang

yang mempunyai kebutuhan atau need ini akan meningkatkan performance,

sehingga akan terlihat tentang kemampuan berprestasinya. Untuk mengungkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

kebutuhan akan berprestasi ini dapat dilihat dengan teknik proyeksi. Penelitian

menunjukkan bahwa orang yang mempunyai n-achievement tinggi akan

mempunyai performance yang lebih baik apabila dibandingkan dengan orang

yang mempunyai n-achievement rendah. Dengan demikian dapat dikemukakan

bahwa untuk memprediksi bagaimana performance seseorang dapat dengan jalan

mengetahui n-achievement-nya. Seperti diketahui bahwa orang yang intelegent (

orang-orang yang memiliki kecerdasaran tinggi) akan dengan senang hati

menghadapi tugas-tugas yang sulit, dan ini akan mendorong n-achievement-nya,

dan ini akan terkait dengan performance-nya (Bimo Walgito, 2004:227-228).

4. Pembelajaran Sejarah

a). Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran adalah suatu konsep untuk menunjuk pada suatu kegiatan

belajar mengajar. Dalam kegiatan pembelajaran ada suasana interaktif antara guru

yang mengajar dan siswa yang belajar. Sehubungan dengan itu pengertian

mengajar harus diartikan secara luas, yakni suatu proses menyediakan kondisi

yang merangsang siswa mengarahkan kegiatan bagi subyek belajar (siswa) untuk

memperoleh pengetahuan memiliki sikap dan keterampilan yang membawa

perubahan tingkah laku maupun pengembangan pribadi (Raka Joni yang dikutip

Sardiman, 2003:38).

Sejarah adalah sebuah totalitas dari aktivitas manusia di masa lampau.

Masa lampau dalam hal ini harus diterjemahkan bukan suatu fase yang mandeg,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

tetapi terus berkesinambungan dengan masa kini dan yang akan datang. Hal ini

dipertegas oleh Sartono Kartodirdjo (1994:48) dalam pernyataannya bahwa :

Sejarah adalah cerita tentang pengalaman kolektif suatu komunitas/nasional di masa lampau. Pada pribadi pengalaman membentuk kepribadian seseorang dan sekaligus menentukkan identitasnya. Proses serupa terjadi pada kolektivitas, yaitu pengalaman kolektifnya/ sejarahnya yang membentuk kepribadian nasional sekaligus identitas nasionalnya. Bangsa yang tidak mengenal sejarahnya dapat diibaratkan seseorang individu yang telah kehilangan memorinya, ialah orang yang pikun atau sakit jiwa, maka dia kehilangan kepibadian/identitasnya. Berdasarkan pemahaman tersebut, pembelajaran sejarah dapat dikatakan

sebagai suatu proses kegiatan untuk mendorong dan merangsang subjek belajar

untuk mendapatkan pengetahuan sejarah dan menghayati nilai-nilai kemanusian

dan kesejarahan, sehingga membawa perubahan tingkah laku dan membantu

mengembangkan pribadi subjek belajar secara utuh. Dengan kata lain

pembelajaran sejarah di sekolah tidak lain adalah suatu proses untuk membina

para siswa melalui pelajaran sejarah, agar tumbuh kesadaran sejarahnya.

Perlu ditegaskan betapa pentingnya pengetahuan dan lebih-lebih kesadaran

sejarah amat esessensial bagi pembentukan kepribadaian analog dengan sosio

genesis individu, kepribadian bangsa juga secara inheren memuat kesadaran

sejarah itu. Implikasi hal tersebut di atas bagi nation buidling ialah tak lain bahwa

pendidikan warga negara perlu disertai oleh pengajaran sejarah pada umumnya

dan penyadaran sejarah pada khususnya.

Tujuan pembelajaran sejarah senantiasa merupakan bagian dari tujuan

pendidikan nasional, karena itu antara tujuan pembelajaran sejarah dengan tujuan

pendidikan nasional sudah selayaknya ada kesesuaian. Beberapa butir penting

yang termsuk dalam tujuan pendidikan antara lain penanaman semangat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

kebangsaan, cinta tanah air, memperkuat kepribadian nasional dan identitas

sebagai individu anggota masyarakat dan bangsa. Pelajaran sejarah bertujuan

menciptakan wawasan historis lebih menonjolkan kontinuitas segala sesuatu.

Pelajaran sejarah juga mempunyai fungsi sosio-kultural, membangkitkan

kesadaran historis (Sartono Kartodirdjo, 1994:50)

Warga negara perlu disertai oleh pengajaran sejarah pada umumnya dan

penyadaran sejarah pada khususnya. Tujuan pembelajaran sejarah senantiasa

merupakan bagian dari tujuan pendidikan nasional, karena itu antara tujuan

pembelajaran sejarah dengan tujuan pendidikan nasional sudah selayaknya ada

kesesuaian. Beberapa butir penting yang termasuk dalam tujuan pendidikan antara

lain penanaman semangat kebangsaan, cinta tanah air memperkuat kepribadian

nasional dan identitas sebagai individu anggota masyarakat dan bangsa. Pelajaran

sejarah bertujuan menciptakan wawasan historis lebih menonjolkan kontuinitas

segala sesuatu. Pelajaran sejarah juga mempunyai fungsi sosio-kultural,

membangkitkan kesadaran historis (Sartono Kartodirdjo, 1994:50)

Dalam kaitannya dengan tujuan pembelajaran sejarah, Djoko Suryo (yang

dikutip Sardiman, 2003:40) membagi atas dua tujuan, yakni tujuan yang bersifat

ilmiah-akademik dan tujuan yang bersifat pragmatis. Tujuan ilmiah-akademik

seperti yang dikembangkan dalam pendidikan profesional diperguruan tinggi,

terutama untuk pendidikan sejarawan peneliti. Sedangkan tujuan pragmatis,

seperti yang digunakan sebagai sarana pendidikan di jenjang pendidikan dasar dan

menengah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Menurut Dennis Gunding sebagaimana dikutip oleh Dyah Kumalasari

(2005:17) menyatakan bahwa :

Secara umum pembelajaran sejarah bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik dan menyadarkan siswa untuk mengenal diri dan lingkungannya serta memberikan prespektif historical sedangkan secara spesifik tujuan pengajaran sejarah ada 3 yaitu: mengajarkan konsep, mengajarkan keterampilan dan memberikan informasi kepada peserta didik. Dengan demikian, pengajaran sejarah tidak bertujuan untuk menghafal berbagai peristiwa sejarah. Melalui pembelajaran sejarah orang dapat menemukan diri sendiri atau sebaliknya orang “menemukan” sejarahnya agar dapat mengenal kembali diri sendiri/identitas dirinya. Pelajaran atau penyajian sejarah kecuali memberi pengetahuan faktual juga melakukan penyadaran, artinya membangkitkan perasaan sejarah (Historical sense) serta membuka optik historical/pemikiran dalam kontekstual historis. Pembelajaran sejarah yang mengutamakan fakta keras, perlu mendapat

perhatian yang signifikan karena pembelajaran sejarah yang demikian hanya akan

menimbulkan rasa bosan dikalangan peserta didik. dan pada gilirannya akan

menimbulkan keengganan untuk mempelajari sejarah sebagai bidang studi yang

biasanya dikaitkan dengan pembangunan bangsa, pembelajaran sejarah sering

jatuh ke sifat linier, ekstrinsik dan instrumental dari segi perkembangan anak.

Sehubungan dengan itu Widja (2002:48) mengemukakan bahwa pembelajaran

sejarah menekankan secara berlebihan sifat instrumental bukan saja akan

menyebabkan timbulnya gambaran proses yang pasif represif, tetapi juga sebagai

proses “entrophy” yakni suatu proses organis yang menunjukkan kehidupan tanpa

perkembangan, padahal dalam prespektif baru pendidikan sejarah harus progresif

dan berwawasan tegas ke masa depan. Dalam rangka pengembangan

pembelajaran yang kontekstual, siswa diajak untuk menghadirkan rekonstruksi,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

terlibat dan melakukan refleksi. Pelajaran sejarah menjadi membumi di hati dan

mengundah siswa berpikir kritis berwawasan tegas ke masa depan.

Untuk mewujudkan model pembelajaran sejarah yang berfungsi dalam

menghadapi tantangan masa depan tersebut perlu dipikirkan pengembangan

beberapa strategi dasar pembelajaran sejarah baru seperti yang dikemukakan

Widja (2002:47-52) bahwa (1) pembelajaran sejarah tidak hanya berhubungan

dengan simbol-simbol nilai yang statis saja, tetapi juga berkaitan dengan daya

cipta/kreaktivitas di bidang ipteks; (2) pembelajaran sejarah yang berorientasi

pada penanaman nilai yang dinamis progresif serta merangsang. Maksudnya

adalah mengajak siswa untuk mengambil nilai-nilai dari masa lampau, bukanlah

untuk memaku siswa pada kegemilangan masa lampau. Nilai-nilai masa lampau

diperlukan untuk menjadi kekuatan motivasi menghadapi tantangan masa depan;

(3) perangkat pendekatan strategi belajar mengajar sejarah itu sendiri

mengembangkan pendekatan cara belajar aktif disini hendaknya tidak semata-

mata menekankan aktifnya siswa dalam belajar tetapi lebih dari itu perlu

diperhatikan makna yang lebih luas; (4) pengembangan serta pemantapan

profesionalisme guru sejarah

Untuk dapat menunjukan harapan itu pendapat di atas dengan

menggunakan media yang mengandung kualitas baik dan sesuai dengan

keadaan/kajian penelitian. Salah satu media yang bisa membuat di atas adalah

media VCD.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

B. Penelitian Yang Relevan

1. Mey Suyatno (2006). Pengaruh Penerapan Model TGT dengan Media VCD

dan Lembar Kegiataan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa SMA,

Surakarta: Tesis PPs. Kajian Teknologi Pendidikan. UNS

Penelitian ini memiliki objek kajian terhadap model pembelajaran dan media

pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran model 1)

terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran (TGT dengan

VCD dan TGT dengan LKS) terhadap prestasi belajar fisika pada konsep

Gaya Gesekan sebab besar sedangkan , 2) tidak terdapat perbedaan pengaruh

tingkat motivasi belajar tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi belajar

fisika pada konsep Gaya Gesekan sebab besar sedangkan , 3) tidak terdapat

interaksi pengaruh penggunaan model pembelajaran (TGT dengan VCD dan

TGT dengan LKS) dan tingkat motivasi belajar tinggi dan rendah siswa

terhadap prestasi belajar fisika pada konsep Gaya Gesekan sebab besar

sedangkan . Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa : 1) penggunaan

model pembelajaran TGT-VCD lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar

fisika daripada model TGT-LKS terhadap prestasi belajar fisika pada konsep

Gaya Gesekan. Dengan kata lain terdapat perbedaan prestasi belajar fisika

siswa yang signifikan pada konsep Gaya Gesekan antara yang mengikuti

pembelajaran model TGT-VCD dengan siswa yang mengikuti pembelajaran

model TGT-LKS, 2) tidak terdapat perbedaan pengaruh antara tingkat

motivasi belajar tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi belajar fisika pada

konsep Gaya Gesekan, dan 3) tidak terdapat interaksi pengaruh penggunaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

model pembelajaran (TGT dengan VCD dan TGT dengan LKS) dan tingkat

motivasi belajar tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi belajar fisika pada

konsep Gaya Gesekan.

2. Nurul Hidayati (2008). Perbedaan Pengaruh Kooperatif Bermedia VCD

Dengan Pembelajaran Bermedia Gambar Terhadap Pencapaian Kompetensi

Belajar Ekonomi Ditinjau Dari Kebiasaan Belajar. Tesis PPs. Kajian

Teknologi Pendidikan. UNS.

Hasil uji hipotesis penelitian menunjukkan: (I) terdapat perbedaan

kompetensi belajar ekonomi antata yang belajar dengan Pendekatan

Pembelajaran Kooperatif bermedia VCD dengan bermedia gambar.

Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Bermedia VCD menghasilkan

kompetensi belajar Ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan

Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Bermedia Gambar. Hal ini dibuktikan

dan harga Fhitung = 6,159 > Ftabel = 0,05) 3,11. Hasil Uji Kompetensi

Ekonomi untuk Siswa yang diajar dengan Pembelajaran Kooperatif Bermedia

VCD lebih baik dan pada Bermedia Gambar; (2) Terdapat perbedaaan

kompetensi belajar Ekonomi antara yang mempunyai kebiasaan belajar

efektif dan tidak efektif. Siswa dengan kebiasaan belajar efektif lebih baik

kompetensi belajar Ekonominya dibandingkan siswa dengan kebiasaan

belajar tidak efektif. Hal ini dibuktikan dan harga Fhitung 83.778 > Ftabel =

0,05) = 3,11. Kompetensi Ekonomi Siswa yang memiliki Kebiasaan Belajar

efektif lebih baik daripada kebiasaan belajar tidak efektif; (3) Terdapat

interaksi pengaruh antara Pendekatan Pembelajaran dengan kebiasaan belajar

terhadap kompetensi belajar Ekonomi. Hal ini dibuktikan dan hasil pengujian

diperoleh F Hitung 18,475, adapun F Tabel diketahui sebesar 3,11.

Dua penelitian di atas menunujukan bahwa media VCD lebih baik dalam

pembelajaran fisika dan ekonomi daripada media gambar. Penelitian ini berasumsi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

bahwa media yang sama juga menghasilkan prestasi belajar sejarah yang lebih

baik dalam pembelajaran di SMA.

C. Kerangka Pemikiran

a. Efektivitas Pemanfaatan Media VCD dan Media Gambar terhadap prestasi

belajar

Pembelajaran sejarah yang media VCD dan media gambar dapat

menghasilkan hasil belajar yang lebih baik dimana melalui media VCD dan

media gambar diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar. Media VCD

yang penggunaannya lebih baik dibandingakan dengan media gambar akan

menghasilkan hasil belajar yang berbeda, karena melalui pemanfaatan media

VCD siswa akan memiliki prestasi belajar lebih baik dengan yang

menggunakan media gambar karena dari segi tampilan media VCD lebih

menarik dibandingakan dengan media gambar, sehingga dalam pencapaian

tujuan belajar yaitu pencapaian kompetensi belajar sejarah akan dihasilkan

prestasi belajar yang berbeda.

b. Perbedaan tingkat motivasi belajar terhadap prestasi belajar

Motivasi memiliki peranan penting dari motivasi dalam belajar dan

pembelajaran, antara lain dalam (a) menentukkan hal-hal yang dapat

dijadikan penguat, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c)

menentukkan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, (d) menentukkan

ketekunan belajar. Khusus mengenai pemanfaatan media VCD dan media

gambar dalam penelitian ini diharapkan siswa akan memiliki motivasi belajar

yang lebih baik ketika sebelum siswa tersebut menggunakan media VCD

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

sehingga prestasi belajar yang dihasilkan akan meningkat dibandingkan

dengan pemanfaatan media gambar.

c. Interaksi antara media VCD dan media gambar terhadap prestasi belajar

ditinjau dari tingkat motivasi belajar sejarah

Tingkat keseringan dalam pemanfaatan media VCD dan media gambar

serta tingkat motivasi belajar siswa memiliki pengaruh terhadap pencapaian

prestasi belajar sejarah siswa. Siswa yang belajar dengan memanfaatkan

media VCD dan media gambar akan memiliki tingkat motivasi belajar yang

tinggi, sehingga pencapaian hasil belajar sejarah juga akan tinggi. Dengan

demikian, terdapat interaksi antara tingkat keseringan dalam pemanfaatan

media VCD dan media gambar serta tingkat motivasi belajar terhadap prestasi

belajar.

D. Hipotesis

Dari kerangka pemikiran di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

4. Terdapat perbedaan efektivitas yang positip dan signifikan pembelajaran

sejarah yang menggunakan media VCD dengan media gambar terhadap

prestasi belajar pelajaran sejarah pada siswa SMA Negeri di Kabupaten

Buleleng-Bali

5. Terdapat perbedaan efektivitas yang positif dan signifikan pembelajaran

sejarah yang memiliki motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah

terhadap prestasi belajar mata pelajaran sejarah pada siswa SMA Negeri

Singaraja di Kabupaten Buleleng-Bali

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

6. Terdapat interaksi efektivitas positif yang siginifikan antara pemanfaatan

media VCD dan gambar dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar

pelajaran sejarah pada siswa SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas negeri yang terdapat di

kawasan Kabupaten Buleleng, Singaraja-Bali tepatnya SMA negeri 1 Sawan,

SMA negeri 3 Singaraja dan SMA negeri 1 Sukasada, SMA negeri 2 Singaraja,

dan SMA negeri 1 Seririt. Pemilihan kelima tempat tersebut diharapkan akan

menjawab permasalahan untuk mencapai tujuan penelitian, dengan didasarkan

pada pertimbangan sebagai berikut (1) penggunaan media VCD masih jarang

digunakan dalam pembelajaran Sejarah (2) situasi dan kondisi sekolah yang hanya

menggunakan media seadanya dalam proses pembelajaran sejarah menjadi kurang

diminati sehingga perlu diadakan perbaikan (3) Status sekolah yang pada

umumnya masih sekolah rintisan artinya sekolah tersebut mulai menyiapkan

peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan

bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki daya asing

internasional.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2010/2011 selama 2

bulan yaitu mulai bulan Januari 2011 sampai dengan Maret 2011.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dengan menggunakan metode eksperimen. Sugiyono

(2009:114) mengatakan bahwa bentuk desain eksperimental ini merupakan

pengembangan dari experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini

mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk

mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Pelaksanaan eksperimen penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2002:3)

bertujuan untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua

faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau

mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa menganggu.

Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu

perlakuan.

Penelitian ekperimen ini menggunakan desain faktorial 2x2 yakni dengan

memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi

penelitian (variabel independen) (Sugiyono, 2009:113). Menurut Stephen Issac

(1984:77) “This is the simplest factorial design, permitting the study of effect of

two Xs (treatment), each of which is variabel in two ways (level or values).

Penelitian ini membagi kelompok menjadi dua, yakni kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen merupakan kelompok

yang mendapatkan perlakuan, yakni dengan pemanfaatan media VCD sebagai

media dalam pembelajaran sejarah sementara itu kelompok kontrol dalam

penelitian ini adalah kelompok gambar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Kelompok kontrol menggunakan media gambar dibandingkan antara

kelompok eksperimen yaitu kelompok VCD, sehingga diketahui hubungan sebab

akibat variabel-variabel independen (pemanfaatan media VCD dan media gambar

serta tingkat motivasi) terhadap dependen (prestasi belajar sejarah peserta didik

kelas XI). Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat

dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dan dependen. Variabel

disebut juga sebagai variabel independen ke dua (Sugiyono, 2009:5). Variabel

moderator yang turut diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat motivasi belajar

siswa. Penelitian ini akan membandingkan siswa dengan tingkat motivasi tinggi

dan tingkat motivasi rendah berkaitan dengan prestasi belajar. Hubungan motivasi

dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan guru dalam menciptakan

iklim belajar sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan guru kurang

baik dalam menciptakan iklim belajar.

Berikut di bawah ini tabel 3.2 desain faktorial 2x2 dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Faktorial 2 x 2

Motivasi Belajar (X2) Media Pembelajaran (X1)

VCD (A1) Gambar (A2) Tinggi (B1)

A1B1 A2B1

Rendah (B2) A1B2 A2B2

Keterangan :

A1B1 : kelompok yang diberi perlakuan media pembelajaran VCD yang memiliki motivasi belajar tinggi

A1B2 : kelompok yang diberi perlakuan media pembelajaran VCD yang memiliki motivasi belajar rendah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

A2B1 : kelompok yang diberi perlakuan media pembelajaran gambar yang memiliki motivasi belajar tinggi

A2B2 : kelompok yang diberi perlakuan media pembelajaran gambar yang memiliki motivasi belajar rendah

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:61) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa Sekolah Menengah Atas negeri di Kabupaten Buleleng, Singaraja-Bali.

2. Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah siswa kelas XI IPS

Sekolah Menengah Atas negeri yang terdapat di Kabupaten Buleleng yang

berjumlah 4 SMA dengan perincian sebagai berikut.

a. SMA N 1 Sawan yang terdiri dari 1 kelas dengan jumlah siswa 31

orang

b. SMA N 2 Singaraja yang terdiri dari 1 kelas dengan jumlah

siswa 28 orang

c. SMA N 3 Singaraja yang terdiri dari 1 kelas dengan jumlah

siswa 35 orang

d. SMA N 1 Sukasada yang terdiri dari 1 kelas dengan jumlah

siswa 30 orang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Pemilihan kelas tersebut dikarenakan kelas XI merupakan kelas yang

cocok untuk dijadikan sampel dalam penelitian di mana kondisi siswa dalam

menerima pelajaran sudah cukup matang artinya tidak ada hal yang membuat

siswa terganggu untuk dijadikan sampel Sedangkan untuk kelas XII tidak bisa

dijadikan sebagai sampel karena sedang persiapan ujian.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara multi

stage sampling. Multi stage sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan

berbagai langkah-langkah atau banyak langkah/cara. Adapun langkah-langkah

dalam pengambilan sampel di bawah ini:

a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian dengan cara

proporsive sampling. Sekolah yang diambil adalah sekolah yang berstatus

RSBI. Di Kabupaten Buleleng sekolah yang telah berstatus RSBI ada 5

sekolah, yaitu SMA Negeri 2 Singaraja, SMA Negeri 3 Singaraja, SMA

Negeri 1 Sawan, SMA Negeri 1 Sukasada, dan SMA Negeri 1 Seririt. Dari

kelima sekolah diambil secara random 2 untuk kelompok kontrol dan 2

untuk kelompok eksperimen.

b. Menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai tempat treatment. Adapun

kelas yang dijadikan sebagai treatment adalah kelas XI jurusan IPS, hal ini

sesuai dengan SKKD yang memanfaatkan media VCD dan media gambar.

c. Menentukan kelompok yang diberi perlakuan VCD dan Gambar. Adapun

yang akan dijadikan kelompok yang mendapat perlakuan dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

menggunakan media VCD yaitu SMA Negeri 2 dengan jumlah sampel

adalah 28 orang dan SMA Negeri 1 Sawan dengan jumlah sampel 31,

sedangkan untuk kelompok kontrol yang menggunakan media gambar

adalah SMA Negeri 3 Singaraja dengan jumlah sampel adalah 35 dan

SMA negeri 1 Sukasada berjumlah 30 orang.

Dari tahap-tahap tersebut diperoleh sampel dengan menggunakan media

VCD sebagai kelompok ekperimen berjumlah 59 orang sedangkan untuk

kelompok media gambar sebagai kelompok kontrol adalah 65 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan untuk

memudahkan peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisis data, selanjutnya

menarik suatu kesimpulan. Pengumpulan data dilakukan antara lain melalui: (1)

tes prestasi belajar untuk mengetahui tingkat prestasi belajar dalam mata pelajaran

sejarah, dan (2) kuesioner/angket untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa

dalam mata pelajaran sejarah.

1. Tes Prestasi Belajar

Metode tes adalah pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui

hasil belajar atau prestasi belajar baik pada kelompok kontrol dan eksperimen.

Penyusunan tes dilakukan dengan terlebih dahulu memperhatikan standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok dan indikator pembelajaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes obyektif yang

disusun oleh peneliti berdasarkan rancangan pembelajaran dan kisi-kisi tes. Kisi-

kisi dalam tes ini dibuat berdasarkan Silabus yang sesuai dengan Kurikulum. Tes

yang berisi perolehan kompetensi belajar Sejarah tersebut digunakan untuk

mengambil data kompetensi belajar Sejarah. Adapun jumlah soal yang akan diuji

coba berjumlah 40 soal, kemudian setelah dilakukan uji coba ternyata 10 soal

dinyatakan tidak valid dan diharuskan diabaikan maka diperoleh 30 soal yang

dinyatakan valid dan cocok untuk digunakan instrumen dalam penelitian

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan alat pengumpul data yang digunakan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada responden untuk

dijawab (Sugiyono, 2009:142). Alat pengumpul informasi dengan cara

penyampaian sejumlah pertanyaan tertulis dijawab secara tertulis pula oleh

responden yang jawabannya sudah ditentukan oleh peneliti. Kuesioner

dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang keterangan untuk mengukur

motivasi belajar.

Kuesioner motivasi belajar yang dilakukan oleh siswa dengan mengikuti

skala pengukuran yang dikemukakan oleh Likert (Sugiyono, 2009:134). Skala

Likert akan memuat skala respon yang diklasifikasikan menjadi 5 bagian yaitu

sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju. Skala ini apabila

dikaitkan dengan jenis data yang dihasilkan adalah data Ordinal. Ordinal bersifat

mengklasifikasikan dan klasifikasi tersebut sudah merupakan tingkatan, sehingga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

dengan data ordinal ini angka sudah menunjukkan mana yang lebih besar dan

mana yang lebih kecil hanya masing-masing klasifikasi yang berupa tingkatan

tersebut memiliki jarak yang sama.

Skala Likert dengan keterangan-keterangan (Sangat Setuju, Setuju, Ragu-

Ragu, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju) dapat dijelaskan bahwa : sangat setuju

pasti lebih tinggi daripada yang setuju, yang ragu-ragu pasti lebih tinggi daripada

yang tidak setuju, sedangkan yang tidak setuju pasti lebih tinggi daripada yang

sangat tidak setuju. Jarak antara sangat setuju dan dari setuju ke ragu-ragu dan

seterusnya tentunya tidak sama, oleh karena itu data yang dihasilkan oleh skala

Likert adalah data ordinal. Sedangkan cara scoring bahwa sangat setuju 5, setuju

4, ragu-ragu 3, tidak setuju 2 dan sangat tidak sesuai 1 hanya merupakan kode saja

untuk mengetahui mana yang lebih tinggi dan mana yang lebih rendah. Dari cara

scoring tersebut peneliti tidak bisa memaknai bahwa sangat setuju adalah Ragu-

Ragu ditambah setuju. Kuesioner motivasi belajar dibuat berdasarkan indikator-

indikator yang ada dalam landasan teori, yang dituangkan oleh kisi-kisi motivasi

belajar.

Setelah data berhasil dikompilasi maka selanjutnya dilakukan pengolahan

data dari tingkat motivasi belajar sejarah, belajar sejarah dengan menggunakan

media gambar dan media VCD sebagai berikut.

3. Uji Coba Instrumen

Sebelum mengambil data penelitian, maka instrumen yang berupa

kuesioner untuk mengukur tingkat motivasi belajar terlebih dahulu dilakukan uji

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

coba. Langkah-langkah yang telah dilakukan dalam uji coba dengan memberikan

kuesioner untuk diisi oleh siswa.

1. Pengolahan Data Motivasi

Pengolahan data motivasi yang dilakukan dengan menggunakan Skala

Likert (Sugiyono, 2009:134), untuk mengukur sikap siswa berdasarkan item

instrumen yang telah digunakan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3. 2 Penghitungan Kategori Motivasi Belajar Sejarah dengan Skala Likert Untuk Kelompok Kontrol Menggunakan Media Gambar

No Item Soal

Banyak Siswa =65 Skala Likert

Skor Ideal Keterangan Kesimpulan

SS (5)

S (4)

RR (3)

TS (2)

STS (1)

1 51 8 6 0 0 305 325 Mendekati SS

ᾘmre淖errࡀ100%实 64,69230769

2 33 25 7 0 0 286 325 Mendekati SS 3 5 9 16 21 14 165 325 Mendekati TS 4 40 21 4 0 0 296 325 Mendekati SS 5 14 17 13 17 4 215 325 Mendekati S 6 15 12 29 9 0 228 325 Mendekati S 7 12 51 2 0 0 270 325 Mendekati S 8 15 23 14 8 5 230 325 Mendekati S 9 11 41 6 2 5 246 325 Mendekati S

10 8 42 11 3 1 248 325 Mendekati S 11 4 9 45 4 3 202 325 Mendekati S 12 4 10 51 0 0 213 325 Mendekati RR 13 3 15 26 13 8 187 325 Mendekati RR 14 3 13 19 13 17 167 325 Mendekati RR 15 2 9 19 13 22 151 325 Mendekati RR 16 1 13 31 13 7 183 325 Mendekati RR 17 1 8 20 28 8 161 325 Mendekati RR 18 1 8 35 17 4 180 325 Mendekati RR 19 1 2 22 27 13 146 325 Mendekati RR 20 1 0 14 29 21 126 325 Mendekati RR Ʃ 225 336 390 217 132 4205 6500

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

2. Kriteria Skala Likert

Kriteria skala likert ini berdasarkan kriterium yang ditentukan dari hasil

penjumlahan bobot x score (4205) dibagi dengan Jumlah Skor Ideal (6500)

kemudian dikalikan 100%, maka diperoleh 64,69230769 %. Untuk memperjelas

makna prosentase tersebut maka digambarkan dengan Skala Likert sebagai

berikut.

Gambar. 3.1 Skala Likert Motivasi Belajar Sejarah

Berdasarkan Skala Likert di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai

4205 termasuk dalam kriteria interval RR (Ragu-ragu) dan S (Setuju). Namun

demikian dapat disimpulkan mendekati kriteria Setuju, artinya bahwa responden

setuju bahwa motivasi tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar sejarah. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran .

STS TS RR S ST

1300

(20%)

2600

(40%)

3900

(60%)

5200

(80%)

6500

(100%)

4205 (65%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Tabel 3. 3 Penghitungan Kategori Motivasi Belajar Sejarah dengan Skala Likert Untuk Kelompok Eksperimen Menggunakan Media VCD

No Item Soal

Banyak Siswa = 59 Skala Likert

Skor Ideal Keterangan Kesimpulan

SS (5)

S (4)

RR (3)

TS (2)

STS (1)

1 36 10 13 0 0 259 295 Mendekati S

틈淖ᾘme内rrࡀ100%实 61,72881356

2 33 15 11 0 0 258 295 Mendekati S

3 3 4 6 16 30 111 295 Mendekati TS

4 39 14 6 0 0 269 295 Mendekati TS

5 29 17 11 2 0 250 295 Mendekati SS

6 18 10 9 22 0 201 295 Mendekati S

7 14 22 20 0 3 221 295 Mendekati RR

8 17 38 4 0 0 249 295 Mendekati RR

9 10 18 6 13 12 178 295 Mendekati S

10 7 14 14 9 15 166 295 Mendekati RR

11 4 16 27 5 7 182 295 Mendekati RR

12 1 16 24 16 2 175 295 Mendekati RR

13 2 9 26 12 10 158 295 Mendekati TS

14 1 11 12 16 19 136 295 Mendekati TS

15 1 4 15 15 24 120 295 Mendekati TS

16 1 11 23 9 15 151 295 Mendekati RR

17 1 8 20 27 3 154 295 Mendekati RR

18 0 7 15 19 18 129 295 Mendekati TS

19 0 4 35 18 2 159 295 Mendekati RR

20 0 2 7 37 13 116 295 Mendekati STS

Ʃ 217 250 304 236 173 3642 5900

1. Kriteria Skala Likert

Kriteria skala likert ini berdasarkan kriterium yang ditentukan dari hasil

penjumlahan bobot x score (3642) dibagi dengan Jumlah Skor Ideal (5900)

kemudian dikalikan 100%, maka diperoleh 61,72881356 %. Untuk memperjelas

makna prosentase tersebut maka digambarkan dengan Skala Likert sebagai

berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Gambar. 3.1 Skala Likert Motivasi Belajar Sejarah

Berdasarkan Skala Likert di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai

3542 termasuk dalam kriteria interval RR (Ragu-ragu) dan S (Setuju). Namun

demikian dapat disimpulkan mendekati kriteria Setuju, artinya bahwa responden

setuju bahwa motivasi tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar sejarah. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran .

Setelah tahap pelaksanaan uji coba selesai maka peneliti melakukan

analisis data kuesioner dengan mencari validitas dan reliabilitas. Dalam uji coba

ini menggunakan siswa SMA Negeri 1 Seririt dengan jumlah siswa 纵柜邹实32

orang dengan jumlah 20 butir soal. Kemudian peneliti melakukan penghitungan

tingkat validitas dan reliabilitas kuesioner. Penghitungan tingkat validitas dan

reliabilitas kuesioner menggunakan rumus dibawah ini:

STS TS RR S ST

1180

(20%)

2360

(40%)

3540

(60%)

4720

(80%)

5900

(100%)

3642 (62%)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

a. Rumus Validitas Kuesioner

Untuk menentukan validitas kuesioner, digunakan rumus korelasi pearson

moment, yaitu :

(Sugiyono, 2010: 228)

Keterangan : DǨ.妮Korelasi antara varibel x dan y ࡀ= Kelompok Ganjil 光实 Kelompok Genap

Pada uji validitas ini untuk menentukan kuat lemahnya butir-butir

pertanyaan yang ada pada kuesioner. Menurut Masrun (dalam Sugiyono, 2009:

188) item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium skor total serta

korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang

tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah

jika r = 0,3. Jadi jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0, 3 maka

butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefesien korelasi yang

ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang

tertera pada Tabel 3. 4 sebagai berikut.

角xy = 骨)税∑Ė弥轿弥

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Tabel 3.4 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Korelasi Terhadap Koefesien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat Kuat

Sumber : Sugiono, 2010:231

Data yang dari responden yang berjumlah 32 berdasarkan hasil

perhitungan (terlampir ) diperoleh 20 koefisien korelasi.

Dari hasil yang diperoleh koefesien korelasi uji validitas instrumen

motivasi belajar sejarah tidak ditemukan item instrumen yang tidak memenuhi

persyaratan validitas. Sehingga seluruh item instrumen yang berjumlah 20 item

dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengetahui tingkat motivasi belajar

sejarah dengan tingkat koefisien tertinggi 0,99 dan terendah 0,94 yang berarti

memiliki kategori sangat kuat.

b. Rumus Reliabilitas Kuesioner

Untuk menentukan reliabilitas kuesioner, digunakan rumus Spearmen

Brown, yaitu :

(Sugiyono, 2010: 228) (Sugiyono, 2010: 228)

DǨ.妮 坡 ∑Ǩ.能纵∑Ǩ邹纵∑.邹税纵坡∑Ǩ潜能纵Ǩ邹潜邹纵坡∑.潜能纵.邹潜邹

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

(Sugiyono, 2009: 185)

Keterangan : Dxx = reliabelitas internal seluruh instrumen Dgg = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Dari hasil tabulasi dan pengolahan data diketahui seperti yang tercantum

pada tabel 3.10 di bawah ini. Adapun ringkasan hasil tersebut dapat digunakan

untuk menghitung reliabilitas instrumen motivasi belajar sejarah dengan

menggunakan rumus Spearmen Brown dengan teknik belah dua (Sugiyono, 2009

: 190).

Tabel 3. 5 Komponen Hasil Penghitungan Data Untuk Uji Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar Sejarah.

Komponen Data Hasil Penghitungan Keterangan

n 32 Selengkapnya lihat Lampiran 素 Ė 1159 素 轿 1320 素 Ė弥 42383 素 轿弥 54842 素 Ė轿 48064

角xy = 僵 骨)能纵 Ė邹纵 )邹税走僵 Ė²能纵 Ė邹²奏走僵 )²能纵 )邹²奏

= 米弥纵⇨y迷=⇨邹能纵e内邹纵틈mr邹税走米弥纵纵ᾘm틈h틈邹能纵e内邹²奏走米弥纵eᾘhᾘm邹能纵틈mr邹²奏

= e틈hrᾘh能em内hhr税走틈e淖me淖能纵틈ᾘ틈mh邹奏走peᾘ内ᾘᾘ能纵pᾘmᾘrr邹奏

= y谜=y税走m内pe奏走meᾘᾘ奏

= y谜=y√淖mpehᾘrr

D平 = m破闰嫩角椒

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

= y谜=ympep,淖hrr = 0,640241797

ri 实 m时暖凝嫩暖凝 实m时迷,=⇨迷弥⇨谜⩀幂⩀嫩迷,=⇨迷弥⇨谜⩀幂⩀

= 谜,弥y迷⇨y米觅幂觅谜,=⇨迷弥⇨谜⩀幂⩀ 实迷,⩀y迷==⩀觅y

Dari hasil penghitungan di atas dapat disimpulkan bahwa rhitung = 0, 7806

sedangkan rtabel dengan responden 32 orang dan taraf kepercayaan 95 % diperoleh

hasil 0, 349. Dengan demikian rhitung ≥ rtabel maka instrumen signifikan reliabel.

Sehingga instrumen ini telah memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas

(Kasiram, 1984 : 78).

Dari hasil perhitungan validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.6. Hasil Penghitungan Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji Coba Kuesioner

Penghitungan

kuesioner (角骨))

角狗itung 角姑abel

(95 %)

Kesimpulan

Keterangan

Validitas (角骨)) 0,6402 0, 349 Dh 使 Dt Siginifikan Data Terlampir

Reliabilitas (r11)

0,7806 0, 349 Dh 使 Dt Siginifikan Data Terlampir

Dari hasil uji coba di atas, 20 butir soal yang terdapat dalam kuesioner

dapat digunakan untuk pengambilan data mengenai motivasi belajar siswa.

Untuk menentukan motivasi siswa yang memiliki kelompok motivasi

belajar sejarah dengan kriteria tinggi dan rendah menggunakan bantuan stastistik

dengan rumus sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Median

(Sudjana, 1989: 79)

Keterangan :

b = batas bawah kelas median, ialah kelas di mana median akan terletak p = panjang kelas median n = ukuran sampel atau banyak data F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda kelas

median 归 = frekuensi kelas median

Kegiatan uji coba berikutnya adalah dengan memberikan uji coba soal tes

prestasi belajar sejarah yang dilakukan di masing-masing sekolah dengan

menggunakan siswa SMA Negeri 1 Seririt dengan jumlah siswa 纵柜邹实32denganjumlah40butirsoal. Dari hasil uji coba soal tes prestasi belajar

sejarah dapat dihitung tingkat kesukaran soal, daya beda soal, reliabilitas dan

validitas.

Setelah tahap pelaksanaan uji coba selesai maka peneliti melakukan

analisis data soal tes prestasi belajar sejarah dengan mencari tingkat kesukaran

soal, daya beda soal, reliabilitas dan validitas. Untuk menghitung tingkat

kesukaran soal, daya beda soal, reliabilitas dan validitas menggunakan rumus

seperti dibawah ini:

1. Analisis item untuk menentukan tingkat kesukaran item

Analisa tingkat kesukaran item ini didasarkan pada prosesntase murid

yang menjawab benar pada tiap-tiap item. Jadi tingkat kesukaran item ini

︘硅 实瑰 十贵手1 2柜石瓜世归 授

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

digambarkan dengan proporsi murid-murid yang menjawab benar pada tiap-tiap

item.

(Kasiram, 1984 : 32)

Keterangan :

P = indeks Kesukaran item Nr = jumlah murid yang menjawab benar Nt = jumlah murid yang di test

Untuk menentukan kriteria tingkat kesukaran item soal maka digunakan

Pedoman Acuan Normatif (PAN) dengan formula sebagai berikut :

Tabel 3.7 Pedoman Acuan Normatif (PAN)

Formula Kriteria 官驶︘十1,j管Ǵ Sangat Sukar ︘ 十0,j管Ǵ 屎官 矢︘ 十1,j管Ǵ Sukar ︘石0,j管Ǵ 屎官 矢︘ 十0,j管Ǵ Sedang ︘石1,j管Ǵ 屎官 矢︘石0,j管Ǵ Mudah 官 屎︘石1,j管Ǵ Sangat Mudah (Pedoman Studi UNDIKSHA, 2010: 39) Keterangan : P = Proporsi M = Mean (persentase rata-rata kelas) SD = Standar deviasi persentase kelas Penghitungan Mean

(Sudjana, 1989:67) Keterangan : Ʃ = jumlah Fi =Frekuensi xi = Skor individu

官实棺D棺棍时100

Ė伸 实∑交ƼĖƼ∑交Ƽ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Rumus Standar Deviasi Keterangan S² = Varians

Dari hasi penghitungan pedoman acuan normatif maka diperoleh

ketentuan kriteria seperti pada Tabel 3.8 di bawah ini.

Tabel 3.8 Ketentuan Kriteria Tingkat Kesukaran Item Soal Tes Prestasi Belajar Sejarah

Formula Kriteria Keterangan

P 驶90,62j Sangat Sukar Lampiran 72,97j屎官 矢90,62j Sukar jj,32j 屎官 矢72,97j Sedang 39,67j屎官 矢jj,32j Mudah P 屎37,67j Sangat Mudah

Dari hasil pehitungan tingkat kesukaran soal tes prestasi belajar sejarah

dari soal yang berjumlah 40 butir soal diperoleh 10 soal yang memiliki kategori

tingkat kesukaran sangat sukar dan sangat mudah diabaikan. Jadi yang akan

digunakan sebagai alat pengambilan data prestasi belajar sejarah dalam penelitian

ini terdiri dari 30 item soal.

2. Analisis item untuk menentukan discriminating power item test

Tujuan pokok dari analisa indeks kesulitan ini untuk memperbaiki dan

atau mengganti item-item yang mempunyai indeks item yang rendah atau yang

tinggi, karena item tersebut discriminating powernya rendah, karena item tersebut

tidak banyak berguna untuk mengevaluasi hasil belajar.

滚实税管m

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

(Kasiram, 1984 : 37)

Keterangan : D = indeks discriminating power U = jumlah anak group atas yang menjawab benar L = jumlah anak group bawah yang menjawab benar N = jumlah anak tiap group Untuk menentukan siswa yang menjawab benar pada kelompok atas dan

bawah dengan bantuan rumus median seperti tersebut di atas yang digunakan pada

pengelompokan motivasi tinggi dan rendah. Untuk menafsirkan besarnya indeks

discriminating power ini, menurut J. Stanley Ahmann dan Marvin D. Glock

(Kasiram, 1984: 37), menggunakan kriteria konvensi sebagai berikut :

+ 0, 40 : sangat baik

+ 0, 40 - + 0,20 : memuaskan

+ 0, 20 – 0 : lemah

Jadi item yang lemah, indeks discrimintaing powernya yang kurang dari - 0, 20.

3. Validitas

Untuk menentukan validitas soal tes prestasi belajar sejarah, digunakan

rumus korelasi pearson moment, yaitu :

(Suharsimi Arikunto, 2002: 146 )

Keterangan : ࡀ= skor nomor soal ganjil 光实 Skor nomor soal genap 柜实Jumlah Peserta tes

Untuk menentukan validitas apabila Dhitung 驶 Dtabel dengan taraf kepercayaan

95 %.

Ǵ 实罐石拐棺

角 xy= 骨)税走纵 Ė邹²奏走纵 )邹²奏

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Dari hasil tabulasi dan pengolahan data diketahui seperti yang tercantum

pada tabel 3.14 di bawah ini. Ringkasan hasil tersebut dapat digunakan untuk

menghitung validitas prestasi belajar sejarah dengan menggunakan rumus korelasi

pearson moment.

Tabel 3. 9 Ringkasan Hasil Penghitungan Data Uji Validitas Prestasi Belajar Sejarah. (Selengkapnya lihat Lampiran )

Komponen Data Hasil Penghitungan

ƩX 359 ƩY 343 ƩX² 4151 ƩY² 3911

n 32 ƩXY 3973

Dxy 实 纵∑撇Y邹税纵Ǩ潜邹纵.²邹 =

纵틈内p틈邹税纵ᾘe邹纵틈内邹 实 纵틈内p틈邹√淖m틈ᾘe淖 实 39734029,213

= 0,986

Berdasarkan hasil perhitungan validitas di atas menunjukkan bahwa

instrumen prestasi belajar sejarah diperoleh r hitung = 0, 986, r tabel dengan jumlah

responden 32 orang dan taraf kepercayaan 95 % diperoleh sebesar = 0, 349.

Dengan demikian r hitung ≥ r tabel maka instrumen dinyatakan valid. Sehingga

instrumen ini telah memenuhi kriteria validitas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

4. Reliabilitas

Untuk menentukan reliabilitas soal tes prestasi belajar sejarah, digunakan

rumus Spearmen Brown, yaitu :

(Suharsimi Arikunto, 2002: 157 )

Keterangan : ࡀ= skor nomor soal ganjil 光实 Skor nomor soal genap 柜实Jumlah Peserta tes

(Suharsimi Arikunto, 2002: 159)

Keterangan : D11 = koefesien realibilitas Dxy = koefesien korelasi antara item ganjil dan item genap

Untuk menentukan realibilitas apabila Dhitung 驶 Dtabel dengan taraf kepercayaan

95 %. Sedangkan untuk uji reliabilitas instrumen belajar sejarah dihitung dengan

menggunakan rumus spearmen brown dengan teknik belah dua dapat dilihat di

bawah ini.

Tabel 3. 10 Ringkasan Hasil Penghitungan Data Uji Reliabelitas Prestasi Belajar Sejarah. (Selengkapnya lihat Lampiran )

Komponen Data Hasil Penghitungan 素 果 359 素 裹 343 素 果m 4151 素 裹m 3911

n 32 素 果裹 3973 素 果裹m 558275

D11 = mǨ角骨)嫩角骨)

角 xy= 僵 骨)能纵 Ė邹纵 )邹税走僵 Ė²能纵 Ė邹²奏走僵 )²能纵 )邹²奏

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

角xy = 僵 骨)能纵 Ė邹纵 )邹税走僵 Ė²能纵 Ė邹²奏走僵 )²能纵 )邹²奏

= 米弥纵米幂⩀米邹能纵틈e内邹纵틈ᾘ틈邹税走米弥纵ᾘe能纵틈e内邹²奏走米弥纵틈内邹能纵틈ᾘ틈邹²奏

= mp틈淖能m틈틈p税走틈mh틈m能纵mhhh邹奏走meem能纵p淖ᾘ内邹奏

= 米幂幂幂税走틈内e奏走⩀觅迷米奏

= 米幂幂幂√m内淖ᾘᾘ틈e틈

= 米幂幂幂eᾘᾘᾘ,淖淖m = 0,734480

ri 实 m时暖凝嫩暖凝 实m时r,p틈ᾘᾘhr嫩r,p틈ᾘᾘhr

= ,ᾘ淖h内淖ᾘ内ᾘ,p틈ᾘᾘhrpᾘp 实0,8469171j2 Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas di atas menunjukkan bahwa

instrumen prestasi belajar sejarah diperoleh rhitung = 0,846, rtabel dengan responden 32

orang dan taraf kepercayaan 95 % diperoleh sebesar = 0, 349. Dengan demikian

rhitung ≥ rtabel maka instrumen dinyatakan siginifikan reliabilitasnya. Dari hasil

penghitungan validitas dan reliabiltas dapat disimpulkan bahwa instrumen ini

telah teruji validitas dan reliabelitasnya secara siginifikan.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang dipergunakan untuk mengolah data penelitian hasil

ekperimen adalah analisis statistik. Untuk menganalisis data diperlukan uji

prasyarat stastistik atau uji asumsi yang memungkinkan dapat tidaknya analisis

varian ini dipergunakan diantara (1) uji normalitas, untuk mendapatkan asumsi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

bahwa populasi berdistribusi normal sehingga populasi atau sampel dapat

dipertanggungjawabkan penyimpangannya dari distribusi normal dan (2) uji

homogenitas, untuk mendapatkan kedua populasi mempunyai varians yang sama

agar menaksir dan menguji bisa berlangsung. Sedikitnya ada 3 uji asumsi yang

harus dipenuhi, yaitu :

a. Subyek-subyek yang dijadikan sampel penelitian harus diambil secara

acak atau random.

b. Sampel penelitian harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

c. Variansi-variansi populasi tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan.

Untuk asumsi pertama, bahwa subyek-subyek yang dijadikan sampel

penelitian harus diambil secara random sudah terpenuhi pada teknik pengambilan

sampel, walaupun bukan random murni.

Untuk asumsi kedua, perlu dilakukan uji normalitas distribusi frekuensi.

Pengujian dilakukan pada data sampel sebagai representasi populasi. Uji

Normalitas ini dilakukan dengan menggunakan Sofware Minitab Release 16

(program statistik Minitab 16).

Untuk memenuhi asumsi yang ketiga, maka dilakukan uji homogenitas

dengan menggunakan tes Barlett. Uji Homogenitas ini digunakan untuk

mengetahui apakah populasi-populasi yang diperbandingkan mempunyai variansi-

variansi yang sama atau tidak. Sama disini berarti tidak berbeda secara signifikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

1. Pengujian Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji kecocokan dengan

software Minitab Release 16 (Program Statistik Minitab 16)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini dilakukan dengan Uji Barlett. Langkah pengujiannya

sebagai berikut :

1. Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom kelompok sampel ;

dk (n-1); 1/dk; SDi² dan (dk) log SDi²

2. Menghitung varians gabungan dari semua sampel

Rumusnya : SD² = 纵坡能邹聂腻i²纵坡能邹 ................1)

B = log SDi² (n-1)

3. Menghitung χ²

Rumusnya : χ² = (Ln) B-(n-1) log SdiI..........2)

Dengan (Ln 10) = .....

Hasilnya ( χ² hitung ) kemudian dibandingkan dengan χ² tabel,

pada taraf signifikan α = 0,05 dan dk (n-1)

4. Apabila χ² hitung < χ² tabel, maka Ho diterima

Artinya variansi sampel bersifat homogen. Sebaliknya bila χ²

hitung > χ² tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat

tidak homogen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

c. Uji Hipotesis

1. Rancangan Anava Faktorial 2x2

Untuk menguji hasil penelitian langkah selanjutnya adalah peneliti

menguji hasil penelitian dengan menggunakan rumus Anava dua jalur dengan

metode AB pada tabel 3.11 seperti di bawah ini.

Tabel 3.11 Ringkasan Anava Untuk Desain Faktorial 2 x 2

Sumber Variansi Dk JK RJK Fo Rata-rata Perlakuan 1 Ry R

A a-1 Ay A A/B B b-1 By B B/E

AB (a-1)(b-1) ABy AB AB/E Kekeliruan Ab (n-1) Ey E

Keterangan : A = Taraf Faktorial A B = Taraf Faktorial B N = Jumlah Sampel

2. Kriteria Pengujian Hipotesis

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini maka diajukan

hipotesis seperti di bawah ini.

4. Ho : tidak ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang menggunakan

media VCD dengan media gambar terhadap prestasi belajar mata pelajaran

sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali.

Ha : ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang menggunakan media

VCD dengan media gambar terhadap prestasi belajar mata pelajaran

sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

5. Ho : tidak ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang memiliki motivasi

belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar mata

pelajaran sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali

Ha : ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang memiliki motivasi

belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar mata

pelajaran sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali

6. Ho : tidak ada interaksi efektivitas antara pemanfaatan media VCD dan

gambar dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran

sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali.

Ha : ada interaksi efektivitas antara pemanfaatan media VCD dan gambar

dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran sejarah

pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali.

Kriteria penolakan :

Jika F ≥ F (1- α) (V1-V2), maka hipotesis nol ditolak

Jika F≤ F (1-α) (V1-V2), maka hipotesis nol diterima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini data hasil penelitian akan disajikan meliputi deskripsi data,

pengujian prasyarat analisis, dan pengujian hipotesis seta pembahasan hasil

penelitian.

A. Deskripsi Data

Deskripsi data yang disajikan meliputi jumlah sampel, skor minimal, skor

maksimal, median, modus, mean serta standar deviasi. Selain itu data juga

disajikan deskripsi data dalam bentuk histogram. Data disajikan berdasarkan

kelompok perlakuan penelitian. Data yang disajikan diolah dengan program

statistik Minitab 16.

1. Penyajian Data

a. Data Post Test Dari Hasil Prestasi Belajar Sejarah ditinjau Dari

Penggunaan Media Gambar (A1)

Dari hasil prestasi belajar sejarah dengan menggunakan media gambar

sebagai kelompok kontrol diketahui 柜实6j, dengan skor minimal

adalah 83 dan skor maksimal adalah 96, sedangkan untuk median

adalah 87 dengan modus =87 serta mean = 86, 621 dengan 滚ō实4,260. Sehingga dapat digambarkan ke dalam Grafik 4.1 sebagai

berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Grafik 4.1 Hasil Prestasi Belajar Sejarah ditinjau dari Penggunaan Media Gambar (A1)

b. Data Post Test Post Test Dari Hasil Prestasi Belajar Sejarah

ditinjau Dari Penggunaan Media VCD

Dari hasil prestasi belajar sejarah dengan menggunakan media VCD

sebagai kelompok eksperimen diketahui 柜实j9, dengan skor minimal

adalah 83 dan skor maksimal adalah 96, sedangkan untuk median

adalah 92 dengan modus =96 serta mean = 91,322 dengan 滚ō实4,301.

Sehingga dapat digambarkan ke dalam Grafik 4.2 sebagai berikut.

Grafik 4.2 Hasil Prestasi Belajar Sejarah ditinjau dari Penggunaan Media VCD (A2)

0

10

20

30

40

50

83 87 92 96

A1

A1

0

5

10

15

20

25

83 87 92 96

A2

A2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

c. Data Motivasi Belajar Sejarah Dengan Kategori Tinggi (B1)

Dari motivasi belajar sejarah dengan kategori tinggi diketahui 柜实64,

dengan skor minimal adalah 83 dan skor maksimal adalah 96,

sedangkan untuk median adalah 87 dengan modus =87serta mean =

89,953 dengan 滚ō实4,2j9. Sehingga dapat digambarkan ke dalam

Grafik 4.3 sebagai berikut.

Grafik 4.3 Motivasi Belajar Sejarah dengan Kategori Tinggi (B1)

d. Data Motivasi Belajar Sejarah Dengan Kategori Rendah (B2)

Dari motivasi belajar sejarah dengan kategori tinggi diketahui 柜实60,

dengan skor minimal adalah 83 dan skor maksimal adalah 96,

sedangkan untuk median adalah 87 dengan modus =87serta mean =

0

5

10

15

20

25

30

35

83 87 92 96

B1

B1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

88,050 dengan 滚ō实4,343. Sehingga dapat digambarkan ke dalam

Grafik 4.4 sebagai berikut.

Grafik 4.4 Motivasi Belajar Sejarah dengan Kategori Rendah (B2)

e. Data Prestasi Belajar Sejarah Dengan Menggunakan Media

Gambar Berdasarkan Motivasi Belajar Sejarah Dengan Kategori

Tinggi (A1B1)

Berdasarkan hasil perhitungan prestasi belajar sejarah dengan

menggunakan media Gambar berdasarkan motivasi ketegori Tinggi

maka diketahui n = 33, dengan skor minimal 83 dan skor maksimal

adalah 96, serta median = 87 dan modus =87 dengan rata-rata adalah

0

5

10

15

20

25

30

83 87 92 96

B2

B2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

88, 212 dan standar deviasi sebesar 3, 706. Sehingga dapat

digambarkan ke dalam Grafik 4.5 sebagai berikut.

Grafik 4.5 Prestasi belajar sejarah dengan menggunakan Media Gambar berdasarkan Motivasi Belajar Sejarah dengan Kategori Tinggi (A1B1)

f. Data Prestasi belajar sejarah dengan menggunakan Media

Gambar berdasarkan motivasi Kategori Rendah

Berdasarkan hasil perhitungan prestasi belajar sejarah dengan

menggunakan media Gambar berdasarkan motivasi kategori rendah

maka diketahui n = 32, dengan skor minimal 83 dan skor maksimal

adalah 92, serta median = 87 dan modus =87 dengan rata-rata adalah

85,656 dan standar deviasi sebesar 2, 266. Sehingga dapat

digambarkan ke dalam Grafik 4.6 sebagai berikut.

0

5

10

15

20

25

83 87 92 96

A1B1

A1B1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Grafik 4.6 Prestasi belajar sejarah dengan menggunakan Media Gambar berdasarkan Motivasi Belajar Sejarah dengan Kategori Rendah (A1B2)

g. Data Prestasi Belajar Sejarah Dengan Menggunakan Media VCD

Berdasarkan Motivasi Belajar Sejarah Dengan Kategori Tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan prestasi belajar sejarah dengan

menggunakan media VCD berdasarkan motivasi kategori Tinggi maka

diketahui n = 31, dengan skor minimal 83 dan skor maksimal adalah

96, serta median = 92 dan modus =96 dengan rata-rata adalah 91,806

dan standar deviasi sebesar 4,070. Sehingga dapat digambarkan ke

dalam Grafik 4.7 sebagai berikut.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

83 87 92 96

A1B2

A1B2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Grafik 4.8 Prestasi Belajar Sejarah Dengan Menggunakan Media VCD Berdasarkan Motivasi Belajar Sejarah Dengan Kategori Tinggi (A2B1)

h. Data prestasi belajar sejarah dengan menggunakan Media VCD

berdasarkan motivasi Kategori Rendah

Berdasarkan hasil perhitungan prestasi belajar sejarah dengan

menggunakan media VCD berdasarkan motivasi kategori Rendah

maka diketahui n = 28, dengan skor minimal 83 dan skor maksimal

adalah 96, serta median = 92 dan modus =92 dengan rata-rata adalah

0

2

4

6

8

10

12

14

83 87 92 96

A2B1

A2B1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

90,786 dan standar deviasi sebesar 4,557. Sehingga dapat digambarkan

ke dalam Grafik 4.9 sebagai berikut.

Grafik 4.9 Prestasi Belajar Sejarah Dengan Menggunakan Media VCD Berdasarkan Motivasi Belajar Sejarah Dengan Kategori Rendah (A2B2)

B. Pengujian Prasyarat Analisis

Sebelum dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis variansi

dua jalan, terlebih dahulu dilakukan uji prasayaratan analisis. Pada analisi variansi

ada beberapa prasyaratan yang harus dipenuhi, antara lain :

a. Sampel diambil secara random dari populasinya

b. Sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal

0

2

4

6

8

10

12

83 87 92 96

A2B2

A2B2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

c. Sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi sama (sifat

homogenitas)

Untuk persyaratan yang pertama sudah terpenuhi karena sampel diambil

secara random (acak). Oleh karena itu, dalam penelitian ini hanya akan dilakukan

uji persayaratan yang kedua dan ketiga, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ditujukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian

berasal dari populasi yang berdistribusi normal sehingga jika uji

persayaratan ini terpenuhi maka analisis data dapat dilakukan dengan

menggunakan analisis (anava). Pada penelitian ini uji normalitas dengan

menggunakan bantuan program minitab 16. Dari penghitungan dengan

menggunakan program minitab akan diperoleh p-value sebagai dasar

penolakan hipotesis nol. Jika p-value < 0,05 maka H0 ditolak, hal ini

berarti residu tidak berdistribusi normal, sebaliknya jika p-value > maka

H0 diterima, berarti berdistribusi normal (Siswandari, 2009:45). Hasil

pengujian pada setiap kelompok perlakuan adalah sebagai berikut:

1) Uji Normalitas pada Media Gambar

a) Kelompok A1B1

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan minitab maka n

sebanyak 33, mean dari (A1B1) adalah 88,212 dengan standar deviasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

sebesar 3,706. Sehingga dapat digambar kedalam Grafik 4.10sebagai

berikut.

Grafik 4.10 Plot Uji Normalitas A1B1 Pada Kelompok Media Gambar Dengan Kategori Motivasi Tinggi

Uji Normalitas merupakan salah satu uji kecocokan. Berdasarkan hasil uji

normalitas dapat dikatakan bahwa plot cenderung membentuk garis lurus

sehingga dapat dikatakan bahwa residu berdistribusi normal. Dengan kata lain

karena p-value > 0,05 atau 0,100 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa residu

berdistribusi normal. Dengan demikian uji prasyarat mengenai uji normalitas

terpenuhi.

98969492908886848280

99

95

90

80

70

60504030

20

10

5

1

A1B1

Pe

rce

nt

Mean 88,21StDev 3,706N 33RJ 0,977P-Value >0,100

Probability Plot of A1B1Normal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

b) Kelompok A1B2

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan minitab maka n

sebanyak 32, mean dari (A1B2) adalah 85,656 dengan standar deviasi

sebesar 2,266. Sehingga dapat digambar kedalam Grafik 4.11 sebagai

berikut.

Grafik 4.11 Plot Uji Normalitas A1B1 Pada Kelompok Media Gambar Dengan Kategori Motivasi Rendah

Uji Normalitas merupakan salah satu uji kecocokan. Berdasarkan hasil uji

normalitas dapat dikatakan bahwa plot cenderung membentuk garis lurus

sehingga dapat dikatakan bahwa residu berdistribusi normal. Dengan kata lain

karena p-value > 0,05 atau 0,100 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa residu

berdistribusi normal. Dengan demikian uji prasyarat mengenai uji normalitas

terpenuhi.

2) Uji Normalitas pada Media VCD

92908886848280

99

95

90

80

70

60504030

20

10

5

1

A1B2

Pe

rcent

Mean 85,66StDev 2,266N 32RJ 1,000P-Value >0,100

Probability Plot of A1B2Normal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

a) Kelompok A2B1

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan minitab maka n

sebanyak 37, mean dari (A2B1) adalah 87,865 dengan standar deviasi

sebesar 3,698. Sehingga dapat digambar kedalam Grafik 4.12 sebagai

berikut.

Grafik 4.12 Plot Uji Normalitas A2B1 Pada Kelompok Media VCD Dengan Kategori Motivasi Tinggi

Uji Normalitas merupakan salah satu uji kecocokan. Berdasarkan hasil uji

normalitas dapat dikatakan bahwa plot cenderung membentuk garis lurus

sehingga dapat dikatakan bahwa residu berdistribusi normal. Dengan kata lain

karena p-value > 0,05 atau 0,100 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa residu

berdistribusi normal. Dengan demikian uji prasyarat mengenai uji normalitas

terpenuhi.

10095908580

99

95

90

80

70

60504030

20

10

5

1

A2B1

Perc

ent

Mean 91,81StDev 4,070N 31RJ 0,995P-Value >0,100

Probability Plot of A2B1Normal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

b) Kelompok A2B2

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan minitab maka n

sebanyak 39, mean dari (A2B2) adalah 88,667 dengan standar deviasi

sebesar 3,644. Sehingga dapat digambar kedalam Grafik 4.13 sebagai

berikut.

Grafik 4.13 Plot Uji Normalitas A2B1 Pada Kelompok Media VCD Dengan Kategori Motivasi Tinggi

Uji Normalitas merupakan salah satu uji kecocokan. Berdasarkan hasil uji

normalitas dapat dikatakan bahwa plot cenderung membentuk garis lurus

sehingga dapat dikatakan bahwa residu berdistribusi normal. Dengan kata lain

karena p-value > 0,05 atau 0,100 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa residu

berdistribusi normal. Dengan demikian uji prasyarat mengenai uji normalitas

terpenuhi.

2. Uji Homogenitas

10095908580

99

95

90

80

70

60504030

20

10

5

1

A2B2

Perc

ent

Mean 90,79StDev 4,557N 28RJ 0,994P-Value >0,100

Probability Plot of A2B2Normal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varian. Data yang

dianalisi adalah data penggunaaan media VCD dan Gambar. Analisis

homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Barlett yang dibantu

dengan menggunakan program statistik minitab 16.

Tabel 4.1 Pengujian Homogenitas Variansi Berdasarkan Nilai Penggunaan Media VCD dan Gambar

Diketahui nilai bartlett’s sebesar 14.11 dengan nilai probabilitas sebesar

0.003. Pengujian hipotesis mensyaratkan asumsi homogen jika nilai p > α.jika

nilai probabilitas dibandingan dengan taraf signifikan yaitu sebesar 0.05. maka

nilai p < α. Artinya asumsi homogen tidak terpenuhi.

Meskipun asumsi normalitas terpenuhi namun asumsi homogenitas tidak

terpenuhi. pengujian statistik nonparametrik digunakan untuk mengatasi asumsi

yang tidak tepenuhi. Statistik nonparametrik yang sesuai adalah mann-whitney.

Tabel 4.2 Tabulasi Stastistik Nonparametrik Kategori Media

Aspek A1(gambar) A2(VCD) n 65 59

media motivasi

2

1

2

1

2

1

765432195% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

Test Statistic 14,11P-Value 0,003

Test Statistic 3,25P-Value 0,024

Bartlett's Test

Levene's Test

Test for Equal Variances for data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

min 83 83 max 96 96 median 87 92 modus 87 96 mean 86,621 91,322 sd 4,260 4,301 Point estimate -0.5 95% CI -5.0 sd -3.999 W 3028.5 P 0.000 H0 Ditolak kesimpulan A1<A2

Dari hasil perhitungan dengan minitab 16 diperoleh nilai W nonparametrik

sebesar 3028.5 dengan nilai p sebesar 0.000 dengan median kelompok A1 sebesar

87, median kelompok A2 sebesar 92. Diketahui pula rata2 kelompok A1 sebesar

86,621 dan kelompok A2 sebesar 91.322. dari keterangan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan media

VCD lebih baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan media gambar.

Tabel 4.3 Tabulasi Stastistik Nonparametrik Kategori Motivasi

Aspek B1 motivasi tinggi

B2 Motivasi rendah

n 64 60 min 83 83 max 96 96 median 87 87 modus 87 87 mean 89,953 88,050 sd 4,259 4,343 Point estimate 0.0 95% CI -0.001 sd 4.0 W 4475.5 P 0.0175 H0 Ditolak kesimpulan B1 > B2

Dari hasil perhitungan dengan minitab 16 diperoleh nilai W nonparametrik

sebesar 4475.5 dengan nilai p sebesar 0.0175 dengan median kelompok B1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

sebesar 87, median kelompok B2 sebesar 87. Diketahui pula rata-rata kelompok

B1 sebesar 89.953 dan kelompok B2 sebesar 88.050. Dari keterangan diatas maka

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa yang mempunyai

motivasi tinggi lebih baik dari siswa yang mempunyai motivasi rendah. Meskipun

reratanya hanya selisih sedikit dan mempunyai median sama tetapi hasil pengujian

menunjukkan bahwa keduanya berbeda secara statistik.

Tabel 4.4 Tabulasi Stastistik Nonparametrik Kategori Media gambar (A1)

Aspek A1B1 Media gambar motivasi tinggi

A1B2 Media gambar

Motivasi rendah n 33 32 min 83 83 max 96 92 median 87 87 modus 87 87 mean 88,212 85,656 sd 3,706 2,266 Point estimate 0 95% CI 0.0 sd 4.001 W 1290.5 P 0.0084 H0 ditolak kesimpulan A1B1 < A1B2

Dari hasil perhitungan dengan minitab 16 diperoleh nilai W nonparametrik

sebesar 1290.5 dengan nilai p sebesar 0.0084 dengan median kelompok B1

sebesar 87, median kelompok B2 sebesar 87. Diketahui pula rata-rata kelompok

B1 sebesar 88.212 dan kelompok B2 sebesar 85.656. Dari keterangan diatas maka

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar media gambar siswa yang

mempunyai motivasi tinggi lebih baik dari siswa yang mempunyai motivasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

rendah. Meskipun reratanya hanya selisih sedikit dan mempunyai median sama

tetapi hasil pengujian menunjukkan bahwa keduanya berbeda secara statistik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Tabel 4.5 Tabulasi Stastistik Nonparametrik Kategori Media VCD

Aspek A2B1 Media VCD

motivasi tinggi

A2B2 Media VCD

Motivasi rendah n 31 28 min 83 83 max 96 96 median 92 92 modus 96 92 mean 91,806 90,786 sd 4,070 4,557 Point estimate 0.00 95% CI 0.001 sd 3.999 W 984 P 0.4167 H0 Diterima kesimpulan A2B1 = A2B2

Dari hasil perhitungan dengan minitab 16 diperoleh nilai W nonparametrik

sebesar 984 dengan nilai p sebesar 0.4617 dengan median kelompok B1 sebesar

92, median kelompok B2 sebesar 92. Diketahui pula rata-rata kelompok B1

sebesar 91.806 dan kelompok B2 sebesar 90.786. Dari keterangan diatas maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar media VCD antara

siswa yang mempunyai motivasi tinggi dengan siswa yang mempunyai motivasi

rendah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Tabel 4.6 Tabulasi Stastistik Nonparametrik Kategori Motivasi Tinggi

Aspek A1B1 media gambar motivasi

tinggi

A2B1 Media VCD

motivasi tinggi n 33 31 min 83 83 max 96 96 median 87 92 modus 87 96 mean 88,212 91,806 sd 3,706 4,070 Point estimate 87 95% CI 92 W -5 P -5.00 sd 0.00 H0 836.5 kesimpulan 0.0016

Dari hasil perhitungan dengan minitab 16 diperoleh nilai W nonparametrik

sebesar -5 dengan nilai p sebesar 0.0016 dengan median kelompok A1 sebesar 87,

median kelompok A2 sebesar 92. Diketahui pula rata2 kelompok A1 sebesar

88.212 dan kelompok A2 sebesar 91.806. dari keterangan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa yang bermotivasi tinggi

menggunakan media VCD lebih baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan

media gambar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

Tabel 4.7 Tabulasi Stastistik Nonparametrik Kategori Motivasi Rendah

Aspek A1B2 media gambar

motivasi rendah

A2B2 Media VCD

motivasi rendah n 32 28 min 83 83 max 92 96 median 87 92 modus 87 92 mean 85,656 90,786 sd 2,266 4,557 Point estimate 87 95% CI 92 W -5 P -8.999 sd -3.999 H0 700 kesimpulan 0.000

Dari hasil perhitungan dengan minitab 16 diperoleh nilai W nonparametrik

sebesar 700 dengan nilai p sebesar 0.0000 dengan median kelompok A1 sebesar

87, median kelompok A2 sebesar 92. Diketahui pula rata2 kelompok A1 sebesar

85.656 dan kelompok A2 sebesar 90.786. dari keterangan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa yang bermotivasi rendah

menggunakan media VCD lebih baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan

media gambar.

C. Pengujian Hipotesis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis maka yang harus dilakukan

terlebih dahulu adalah melakukan penghitungan dari masing-masing aspek dan

kelompok. Adapun dapat di amati hasil penghitungan di bawah ini :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

Tabel 4.8 Hasil Tabulasi Masing-masing Aspek dan Kelompok

Aspek A1 A2 B1 B2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 Total

n 65 59 64 60 33 32 31 28 124 min 65 80 77 77 77 77 80 83 77 max 96 96 96 96 96 96 96 96 96

mean 87,136 90,169 88,141 89,417 86,758 88,219 89,613 90,786 88,758 sd 5,846 4,169 4,771 4,996 4,841 5,505 4,295 4,013 4,903

skewness -0,264 -0,416 -0,336 -0,609 -0,240 -0,401 -0,339 -0,505 -0,442 kurtosis -0,557 -0,428 -0,300 -0,188 -0,330 -0,579 -0,331 -0,418 -0,351

ΣX 5686 5320 5641 5365 2863 2823 2778 2542 11006 ΣX2 499118 480710 498635 481193 249137 249981 249498 231212 979828

(ΣX)2/n 497394 479702 497201 479720,4 248386,9394 249041,53

13 248944,6 230777,

3 976871,

3 ΣX2-

(ΣX)2/n 1724,22 1008,31 1433,73 1472,583 750,0606061 939,46875 553,3548 434,714

3 2956,74

2

Setelah dilakukan penghitungan di atas maka langkah selanjutnya

melakukan penghitungan anava yang kemudian dituangkan ke dalam tabel di

bawah ini.

Tabel 4.9 Tabulasi Hasil Penghitungan ANAVA

Sumber Variansi db JK RK F F

tabel Kesimpulan media (A) 1 224,22 224,22 10,05 3,94 H0 ditolak Motivasi (B) 1 50,42 50,42 2,26 3,94 H0 diterima Interaksi (AB) 1 4,50 4,50 0,20 3,94 H0 diterima

Galat 120 2677,60 22,31

Total 123 2956,74

Berdasarkan hasil tabel perhitungan anava di atas maka dapat disimpulkan bahwa

1. Untuk hipotesis I diperoleh perhitungan Fhitung = 10, 05 dan Ftabel =

3,94 dengan db = 1 maka Ho ditolak hal ini dikarenakan Fhitung ≥ Ftabel

(1-α) (V1-V2) sehingga Tidak ada perbedaan efektivitas pembelajaran

yang menggunakan media VCD dengan media gambar terhadap prestasi

belajar mata pelajaran sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Bali, sedangkan untuk Ha diterima hal ini dikarenakan Fhitung ≤Ftabel,

maka ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang menggunakan media

VCD dengan media gambar terhadap prestasi belajar mata pelajaran

sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali.

2. Untuk hipotesis II diperoleh perhitungan Fhitung = 2,26 dan F tabel = 3,

94 dengan db = 1 maka Ho diterima hal ini dikarenakan Fhitung ≤ Ftabel

sehingga Ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang memiliki motivasi

belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar mata

pelajaran sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali,

sedangkan untuk Ha ditolak hal ini dikarenakan Fhitung≥Ftabel, maka

tidak ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang memiliki motivasi

belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar mata

pelajaran sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali.

3. Untuk hipotesis III diperoleh perhitungan Fhitung = 0, 20 dan Ftabel =3,94

dengan db = 1 maka Ho diterima hal ini dikarenakan Fhitung ≤ Ftabel

sehingga Ada interaksi efektivitas antara pemanfaatan media VCD dan

media gambar dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata

pelajaran sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali,

sedangkan untuk Ha ditolak hal ini dikarenakan Fhitung≥Ftabel, maka

tidak ada Ada interaksi efektivitas antara pemanfaatan media VCD dan

media gambar dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata

pelajaran sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

D. Pembahasan

a. Untuk hipotesis I diperoleh perhitungan Fhitung = 10, 05 dan Ftabel =

3,94 dengan db = 1 maka Ho ditolak hal ini dikarenakan Fhitung ≥ Ftabel

(1-α) (V1-V2) sehingga Tidak ada perbedaan efektivitas pembelajaran

yang menggunakan media VCD dengan media gambar terhadap prestasi

belajar mata pelajaran sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-

Bali, sedangkan untuk Ha diterima hal ini dikarenakan Fhitung ≤Ftabel,

maka ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang menggunakan media

VCD dengan media gambar terhadap prestasi belajar mata pelajaran

sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali. Jadi kesimpulan

akhirnya adalah H0 ditolak tidak ada perbedaan efektivitas pembelajaran

yang menggunakan media VCD dengan media gambar terhadap prestasi

belajar mata pelajaran sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-

Bali. Maka hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi peningkatan

efektifitas prestasi belajar sejarah antara yang menggunakan media VCD

dan media Gambar atau antara kelompok eksperimen dan kontrol. Namun

jika dilihat dari hasil perhitungan mean di atas dari masing-masing

kelompok kontrol dan kelompok ekperimen terdapat peningkatan prestasi

belajar sejarah. Peningkatan prestasi belajar sejarah yang menggunakan

media VCD dan media Gambar ini sejalan dengan pendapat Brown yang

dikutip Asep Sutrisna Putra yang terdapat pada Penelitian yang berjudul

Efektifitas Media Vcd (Video Compact Disc) Peristiwa Sekitar

Proklamasi Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

http://asepsutisna.wordpress.com/ diunduh pada tanggal 1 oktober 2011

pukul 19.07 Wita) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang

digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap

efektivitas pembelajaran. Hal ini senada dengan Mirriam Schcolnik yang

tercantum dalam The Internet TESL Journal Internasional Volume V No.

3 March 1999 http://iteslj.org/ (diunduh pada tanggal 2 oktober 2011

pukul 19.30 Wita) yang mengatakan bahwa . If the effectiveness of the

process can be enriched by the use of other skills, then that is what should

be done." Pada mulanya media hanya berfungsi sebagai alat bantu guru

untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual, tetapi sekarang

media merupakan alat yang dapat dijadikan jembatan untuk

menghubungkan dunia nyata dan menghadirkannya di hadapan siswa.

Sehubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti bahwa

VCD dan Gambar sudah bukan barang asing lagi di masyarakat, tetapi

pengajaran sejarah menggunakan fasilitas ini masih dapat dihitung dengan

jari. Memang ketika membuat media atau membeli media VCD

membutuhkan waktu dan biaya yang berlipat-lipat, namun melalui bantuan

media VCD dan Gambar guru tidak perlu menjelaskan tentang topik

tersebut secara panjang lebar. Guru dapat menyajikan bahan ajar lengkap

dengan gambar, tulisan yang divisualisasikan. Siswa dapat mempelajari

secara berkelompok maupun individu, di rumah atau di sekolah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

Siswa dapat menggunakan komputer dan televisi yang relatif telah ada

dalam memasyarakat. Dengan adanya media tersebut pembelajaran sejarah

yang mengedepankan ceramah di kelas akan berkurang dratis. Guru

tinggal mengajak tanya jawab dan diskusi dengan siswa di kelas.

Komunikasi antar gurupun akan menjadi intensif. Menurut Colletti (yang

dikutip Soekartawi 1995:43), urutan efektivitas dalam penggunaan media

pengajaran dalam kaitannya dengan daya serap siswa dalam menangkap

informasi dengan menggunakan media pengajaran VCD yang merupakan

media audio visual lebih efektif, di mana daya serapnya sekitar 75%

daripada penyampaian materi dengan metode ceramah. Berdasarkan

penelitian Colletti, maka dapat dilihat betapa pentingnya penggunaan

media pengajaran VCD yang peristiwa sejarahnya seolah-olah dapat

dilihat langsung oleh siswa sehingga memiliki pengalaman belajar yang

mendekati kongkret. Hal tersebut telah terbukti bahwa siswa yang belajar

menggunakan media VCD dapat meningkatkan prestasi belajar sejarahnya,

karena tanggapan peristiwa sejarah melalui VCD siswa dapat melihat

peristiwa yang terekam dalam media VCD yang telah terjadi pada masa

lampau.

Selain itu ada kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media.

Dikemukakan oleh Suarcaya yang terdapat pada Jurnal Pendidikan dan

Pengajaran Undiksha No. 3 Tahun XXXXI Juli 2008 halaman 757

menyatakan dukungannya akan manfaat video dalam pembelajaran. Untuk

menciptakan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan video

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

menyarankan untuk tidak memutar keseluruhan video di kelas, tetapi harus

diseleksi untuk mendapatkan materi yang sesuai dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran.

Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Davis dalam The Internet

TESL Journal Vol. IV , 3, http://iteslj.org/ ( diunduh 1 oktober 2011 pukul

19.07 Wita) bahwa video hanyalah sebagai pelengkap dan bukan sebagai

pengganti proses belajar mengajar secara keseluruhan.

Menurut Suarcaya (yang terdapat pada Jurnal Pendidikan dan Pengajaran

Undiksha No. 3 Tahun XXXXI Juli 2008 halaman 757) bahwa

menggunakan gambar interaktif mampu meningkatkan kemampuan

ingatan seseorang mengenai sebuah konsep. Analoginya, sebuah konsep

akan lebih mudah diingat dan dipahami oleh mahasiswa bila dalam

penyampainnya disertai dengan prensentasi visual dari konsep tersebut.

Dengan demikian, siswa dapat menyeleraskan konsep yang disampaikan

secara konvensional (verbal) dengan dibantu penjelasan dalam bentuk

media visual. Dengan bantuan media visual, siswa dapat membandingkan

gambaran tentang sebuah konsep yang diperoleh dari penjelasan verbal

saja dengan gambaran yang didapt setelah melihat konsep yang dijelaskan

melalui bantuan media visual. Menurut Hubbard (yang dikutip Ouda Teda

Ena http://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:jKQ4OJK

lGwAJ :scholar.google.com/&hl=id&assdt= 0,5 diunduh pada tanggal 1

oktober 2011, pukul 19.00 Wita) mengusulkan sembilan kriteria untuk

menilainya kriteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria

lainnya adalah ketersedian fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan

dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan

tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang

terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa

dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu.

Menurut Azhar Arsyad (2007:36) “VCD adalah sistem penyimpanan dan

rekaman video di mana signal audio-visual direkam pada disket plastik

bukan pada pita magnetic”. Sedangkan menurut Darmawan yang dikutip

Iswahyudi (2008: 9) “VCD merupakan sistem penyimpanan informasi

gambar dan suara pada piringan”. Jadi VCD tersebut dengan mudah dapat

dibawa kemana-mana untuk menunjang proses pembelajaran bagi siswa

maupun guru. Di samping itu VCD juga dapat mengatasi keterbatasan

jarak dan waktu dalam penyampaian materi pembelajaran sejarah. Melalui

VCD pemutaran materi yang disampaikan cepat dan mudah diingat serta

dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan. Melalui VCD siswa

akan menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Adanya

peningkatan prestasi belajar sejarah pada siswa kelompok eksperimen juga

sejalan dengan teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert

Bandura (Ratna Willis Dahar, 1996: 28) memberi penekanan pada efek-

efek dari konsekuensi-konsekuensi pada perilaku, yaitu meniru perilaku

orang lain, dan pengalaman vicarious, yaitu belajar dari keberhasilan dan

kegagalan orang lain. Bandura merasa bahwa sebagian besar belajar yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

dialami manusia tidak dibentuk dari konsekuensi-konsekuensi, melainkan

manusia itu belajar dari suatu model (penggunaan VCD). Bandura

menyebut ini no-trial learning, sebab para siswa tidak harus melalui

proses pembentukan (shapping process), tetapi dapat segera menghasilkan

respons yang benar.

Melalui pemodelan yang terekam dalam VCD tersebut siswa dapat belajar

sejarah, karena model dalam sejarah membantu visualisasi kenyataan

bersejarah seperti bangunan, patung. Kadang-kadang model dapat menjadi

cara yang lebih singkat dan lebih mudah menghadirkan konsep-konsep

tertentu kepada para siswa. Model dapat menanamkan nilai sejarah dengan

pengertian yang nyata. Hal-hal yang tadinya sekedar cerita bagi siswa

dapat menjadi nyata kalau guru mempunyai model untuk mendukung

keterangan verbal guru. Model dapat membantu guru sejarah untuk

mengajar menurut materi pembelajaran yang akan disampaikan dalam

pembelajaran sejarah. Penggunaan model dalam VCD sangat bermanfaat

terutama untuk mengajar di sekolah dasar dan menengah.

Peningkatan prestasi belajar sejarah yang menggunakan media Gambar ini

sejalan dengan pendapat Nurul Hidayati (2008). Penelitian ini memiliki

objek kajian tentang media pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat perbedaan kompetensi ekonomi antara yang belajar dengan

pendekatan kooperatif bermedia VCD dan media gambar. Pendekatan

pembelajaran kooperatif bermedia VCD menghasilkan kompetensi belajar

ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

kooperatif bermedia gambar. Melalui penelitian tersebut tingkat belajar

ekonomi menjadi lebih baik karena motivasi belajar siswa yang telah

terpacu akibat penerapan media. Menurut Wiedman

(http://lehernmitbildmien//google.com diunduh 30 Desember 2010 pada

pukul 13.00 Wita) melihat sebuah gambar lebih tinggi maknanya daripada

membaca atau mendengar. Melalui membaca dapat di ingat hanya ±10%,

melalui mendengar yang diingat ±20%, dan dari melihat ±30%. Gambar

yang secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan

ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan

tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan teks.

Jadi melalui media gambar membuat belajar sejarah menjadi lebih konkret

dan membantu siswa memahami bahwa sejarah berhubungan dengan hal-

hal yang nyata, tempat yang nyata, dan orang-orang yang nyata.

Gambar menghadirkan mimpi-mimpi yang indah tentang kenyataan. Jika

sejarah ingin dibuat menarik, khususnya untuk di kelas yang lebih rendah,

materi yang tepat untuk mengajar adalah kejadian-kejadian yang dramatis

atau tokoh-tokoh pahlawan. Generalisasi yang abstrak tidak selalu mudah

dipahami. Gambar akan menyederhanakan pengabstrakan dan membantu

menciptakan serta mempertahankan rasa ketertarikan. Melalui media

gambar siswa menjadi lebih aktif dalam belajar. Aktifitas belajar banyak

macamnya.

Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi, antara lain Paul D. Dierich

(yang dikutip oleh dalam Oemar Hamalik, 2008; 3) membagi kegiatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

belajar menjadi 8 kegiatan salah satunya yang paling penting dalam

penggunaan media gambar adalah kegiatan visual. Melalui media gambar

ini secara tidak langsung dapat melakukan kegiatan visual dengan media

gambar yang ditampilkan oleh guru, siswa dapat melihat secara langsung

gambar tersebut, yang kemudian dari tampilan gambar guru akan

menjelaskan secara lisan kepada siswa. Melalui penjelasan yang

disampaikan oleh guru para siswa kemudian dapat mencatat informasi yang

penting, kemudian dengan catatan kecil yang dimiliki oleh siswa,

diharapkan siswa mampu menjelaskan dan menggambarkan peristiwa apa

yang tergambar dalam media gambar tersebut. Media gambar ini dapat

mendorong siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran sejarah,

karena secara tidak langsung secara emosional siswa dituntut dapat belajar

lebih mandiri.

Berdasarkan pengamatan peneliti siswa-siswa pada umumnya yang

dijadikan sebagai tempat penelitian sudah terbiasa dengan adanya media

VCD dan gambar hal ini dapat dilihat dari sekolah yang berstastus RSBI,

yang memiliki alat-alat yang mendukung pembelajaran namun jumlahnya

masih dibilang terbatas karena alat-alat untuk LCD dan ruangan audio

hanya dikhususkan untuk kelas IPA sedangkan untuk kelas IPS tidak

mendapatkan pembagian alat, sehingga bisa dikatakan prestasi siswa dalam

menggunakan media VCD dan gambar tidak ada perbedaan hasilnya hal ini

jika diamati dari hasil perhitungan anava sedangkan jika dilihat dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

perbedaan meannya hal ini terlihat memiliki perbedaan namun tidak terlalu

signifikan.

b. Untuk hipotesis II diperoleh perhitungan Fhitung = 2,26 dan F tabel = 3,

94 dengan db = 1 maka Ho diterima hal ini dikarenakan Fhitung ≤ Ftabel

sehingga Ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang memiliki motivasi

belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar mata

pelajaran sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali,

sedangkan untuk Ha ditolak hal ini dikarenakan Fhitung≥Ftabel, maka

tidak ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang memiliki motivasi

belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar mata

pelajaran sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali. Sehingga

kesimpulan akhirnya adalah tidak ada perbedaan efektivitas yang

signifikan antara motivasi tinggi dan motivasi rendah terhadap

penggunaan media VCD dan media gambar dalam prestasi belajar sejarah.

Menurut Suarcaya yang terdapat dapat dalam Jurnal Pendidikan dan

Pengajaran Undiksha, No. 3 Tahun XXXXI Juli 2008 halaman 760

mengatakan panduan video menuntun siswa pada pemahaman yang jelas

mengenai alur informasi yang harus disajikan pada saat penyajian. Dengan

semakin jelasnya alur informasi yang harus disajikan, maka siswa

memiliki gambaran yang jelas mengenai kemana penyajian nanti

diarahkan. Implikasi terakhirnya adalah, siswa semakin mudah melakukan

penyortiran materi sebelum melakukan penyajian materi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

Sejalan dengan penjelasan tersebut Canning dalam The Internet TESOL

Journal Internasional Vol. VI, 11, http://itesjl.org/ diunduh pada tanggal

(12 Oktober 2011 pukul 14.05 Wib) menemukan bahwa materi yang

didukung oleh gambar deskriptif mampu meningkatkan pemahaman

pebelaja bahasa asing secara signifikan. Sikap, motivasi, dan semangat

yang ditunjukan oleh siswa berhubungan dengan peningkatan pemahaman

terhadap materi dalam video. Semakin cepat dan dalam pemahaman siswa

terhadap materi yang dibahas akan semakin tinggi minat dan semangat

belajar mahasiswa. Hal ini juga disampaikan oleh Ryan dan Francais The

Internet TESOL Journal Internasional Vol. IV, 9, http://itesjl.org/ diunduh

pada tanggal (12 Oktober 2011 pukul 14.15 Wib) bahwa penggunaan film

dengan durasi yang tepat akan mampu menantang pebelajar meningkatkan

rasa percaya diri mereka dan demikian sikap positif belajar bahasa asing

mulai tumbuh dan meningkat. Dikemukakan oleh Maslow (2008: 5) yang

dikutip oleh Hamzah B. Uno bahwa motivasi merupakan kekuatan yang

mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.

Kekuatan-kekuatan ini pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai

macam kebutuhan, keinginan yang hendak dipenuhinya, tingkah laku,

tujuan, umpan balik. Proses interaksi yang terjadi antara tujuan untuk

mencapai prestasi belajar biasanya diikuti dengan tingkah laku belajar

yang lebih baik lagi. Dengan demikian motivasi akan mempengaruhi

prestasi belajar. Sedangkan menurut Skinner yang dikutip (Sri Esti

Wuryani Djiwandono, 2008: 330) tidak perlu memisahkan antara teori

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

belajar dan teori motivasi, karena motivasi secara sederhana adalah hasil

dari reinforcement atau penguatan. Menurut Albert Bandura ( 1977:32)

dalam Teori Belajar Sosialnya terdapat Fase Motivasi yaitu para siswa

akan meniru suatu model, sebab siswa merasa bahwa dengan berbuat

demikian siswa akan meningkatkan kemungkinan untuk memperoleh

reinforsemen. Melalui model-model sejarah yang terdapat dalam VCD dan

media Gambar dapat meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar

sejarah. Di samping itu model juga dapat menggantikan hampir semua

peninggalan sejarah yang ada, karena model (VCD dan Gambar) dapat

memberikan kesan yang nyata dan hidup. Menurut Widja (2002:47-52)

penekanan pengajaran sejarah yang berorientasi pada penanaman nilai

yang dinamis progresif serta merangsang dapat mengajak siswa untuk

mengambil nilai-nilai dari masa lampau, bukanlah untuk memaku siswa

pada kegemilangan masa lampau. Nilai-nilai masa lampau diperlukan

untuk menjadi kekuatan motivasi menghadapi tantangan masa depan.

Artinya melalui motivasi belajar sejarah nilai-nilai yang telah ada dalam

kehidupan masa lampau hendaknya dijadikan pedoman hidup untuk

melangkah ke depan yang lebih baik lagi, karena pengalaman masa

lampau memberikan pembelajaran kepada generasi muda untuk lebih

berpikir realistis lagi membangun masa depan bangsa.

Dalam proses belajar mengajar sejarah, motivasi merupakan salah satu

faktor yang diduga besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Siswa yang

motivasinya tinggi diduga akan memperoleh hasil belajar yang baik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

Pentingnya motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi

perubahan belajar ke arah yang lebih positif. Pandangan ini sesuai dengan

Pendapat Hawley yang dikutip (Elida Prayitno, 1989:3) : “Siswa yang

termotivasi dengan baik dalam belajar melakukan kegiatan lebih banyak

dan lebih cepat, dibandingkan dengan siswa yang kurang termotivasi

dalam belajar. Prestasi yang diraih akan lebih baik apabila mempunyai

motivasi yang tinggi.”.

Di samping itu motivasi juga didukung oleh media pembelajaran yang

tepat dan harus memenuhi beberapa syarat. Media pembelajaran harus

meningkatkan motivasi pembelajar. Penggunaan media mempunyai tujuan

memberikan motivasi kepada pembelajar. Selain itu media juga harus

merangsang pembelajar mengingat apa yang sudah dipelajari selain

memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan

mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan

juga mendorong siswa untuk melakukan praktek-praktek dengan benar.

Oleh karenanya melalui belajar sejarah dengan media VCD dan gambar

diharapkan siswa dapat meningkatkan motivasi belajarnya, dimana

sebelum menggunakan VCD dan Gambar para siswa memiliki tingkat

motivasi yang rendah dengan penggunaan kedua media ini siswa dapat

meningkatkan semangatnya dalam menerima pelajaran sejarah.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa

dilihat dari penggunaan media VCD dan gambar tidak ada perbedaan

karena dalam hal ini peneliti melihat dari segi motivasi secara keseluruhan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

sehingga untuk meninjau kedua media tersebut tidak tersedia waktu hal ini

dikarenakan kondisi sekolah yang dipenuhi dengan berbagai kegiatan

sehingga hanya bisa melihat dari segi secara keseluruhan saja. Disamping

itu siswa juga telah terbiasa melihat media VCD dan gambar sebelumnya

walaupun guru mata pelajaran sejarah jarang menggunakan media dalam

menjelaskan pembelajaran sejarah.

c. Untuk hipotesis III diperoleh perhitungan Fhitung = 0, 20 dan Ftabel =3,94

dengan db = 1 maka Ho diterima hal ini dikarenakan Fhitung ≤ Ftabel

sehingga Ada interaksi efektivitas antara pemanfaatan media VCD dan

media gambar dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata

pelajaran sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali,

sedangkan untuk Ha ditolak hal ini dikarenakan Fhitung≥Ftabel, maka

tidak ada Ada interaksi efektivitas antara pemanfaatan media VCD dan

media gambar dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata

pelajaran sejarah pada SMA Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali. Jadi

kesimpulan akhirnya adalah tidak ada Ada interaksi efektivitas antara

pemanfaatan media VCD dan media gambar dengan motivasi belajar

terhadap prestasi belajar mata pelajaran sejarah pada SMA Negeri di

Kabupaten Buleleng-Bali.

d. Menurut Skinner yang dikutip (Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2008:

330)tidak perlu memisahkan antara teori belajar dan teori motivasi, karena

motivasi secara sederhana adalah hasil dari reinforcement atau penguatan.

Menurut Hujair AH. Sanaky (2009:4) media pembelajaran adalah sebuah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan

pembelajaran. Penggunaaan media pembelajaran di setiap proses belajar

mengajar memiliki manfaat guna pencapaian proses pembelajaran.

Dijelaskan Sri Anitah (2008:5) bahwa manfaat penggunaan media ada dua

yaitu ditinjau bagi pengajar dan pembelajar, yaitu dapat memberikan

pedoman arah untuk mencapai tujuan, menjelaskan struktur dan urutan

pengajaran secara baik, memberikan kerangka sistematis mengajar secara

baik, memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran, membantu

kecermatan dan ketelitian dalam penyajian materi pelajaran,

membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar dan meningkatkan

kualitas pengajaran.

Pembelajaran melalui media VCD dan Gambar di samping untuk

mencapai tujuan pembelajaran dapat juga meningkatkan motivasi belajar

pembelajar, memberikan dan meningkatkan variasi pembelajaran bagi

siswa. Pengunaan media pembelajaran yang baik harus memenuhi

beberapa syarat, yaitu media pembelajaran harus dapat meningkatkan

motivasi pembelajaran, media mempunyai tujuan memberikan rangsangan

belajar baru dan juga akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan

tanggapan, umpan balik serta juga mendorong pembelajar untuk

melakukan praktik-praktik dengan benar sehingga menghasilkan suatu

prestasi belajar sejarah yang baik. Hal ini senada dengan pendapat

Timothy J. Newby (2000:19) yang mengatakan bahwa :

in the first chapter, it is key for you to understanding the relationship between learning and instructional technology.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

Technology supplies teachers and students tool to increase the effectiveness, efficiency, and appeal of the learning experience. Within the learner centered classroom engineering learner activity and exploration is of paramount importance. Learning requires exploration possible avenues to uncover potensial solutions. As Stated by Jonassen, Peck, and Wilson (1993:3) knowledge is embeded in activity” Focusing on the learner means that you, the teacher, design experiences in which learner frequently face problems that require their active exploration to solve. Information is not just transmitted to passivee student; they must actively seek it and find ways to adapt it to personal meaning. To facilities learner exploration through the use of intructional technology, students first must have the following : (1) a means whereby to explore, (2) motivation to explore, (2) some way to organize gathered informating to gain understanding.

McCleland (yang dikutip oleh Bimo Walgito, 2004:227-228) berpendapat

bahwa kebutuhan akan berprestasi merupakan salah satu motif sosial yang

dipelajari secara mendetail dan hal ini dapat diikuti sampai pada waktu ini.

Orang yang mempunyai kebutuhan atau need ini akan meningkatkan

performance, sehingga dengan demikian akan terlihat tentang kemampuan

berprestasinya. Untuk mengungkap kebutuhan akan berprestasi ini dapat

diungkap dengan teknik proyeksi. Penelitian menunjukkan bahwa orang

yang mempunyai n-achievement tinggi akan mempunyai performance

yang lebih baik apabila dibandingkan dengan orang yang mempunyai n-

achievement rendah. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa untuk

memprediksi bagaimana performance seseorang dapat dengan jalan

mengetahui n-achievement-nya. Seperti diketahui bahwa orang yang

intelegent akan dengan senang hati menghadapi tugas-tugas yang sulit, dan

ini akan mendorong n-achievement-nya, dan ini akan terkait dengan

performance-nya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

Berdasarkan pemaparan di atas siswa yang menggunakan media VCD dan

gambar menghasilkan interaksi yang sama antara satu dengan yang

lainnya. Hal ini dapat diamati jika siswa tersebut tertarik maka akan ada

yang bertanya namun dalam hal ini hanya beberapa siswa saja yang

bertanya dan benar-benar memperhatikan, hal ini dikarenakan kurangnya

waktu untuk mempersiapkan alat-alat yang harus bergantian dengan kelas

lain serta jam mata pelajaran sejarah alokasi waktunya pada jam pelajaran

terakhir, sehingga siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.

E. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian terdapat keterbatasan yang dialami dalam

penelitian. Adapun keterbatasan penelitian disini diantaranya

1. Kurangnya sarana prasana dalam penelitian, di antaranya terbatasnya

alat LCD membuat kegiatan penelitian menjadi terhambat, karena

peneliti harus menunggu tersedianya alat terlebih dahulu baru bisa

melakukan kegiatan penelitian, di beberapa sekolah tempat penelitian

ada LCD yang jumlahnya terbatas sehingga peneliti saat akan

digunakan sedang digunakan untuk kelas lainnya. Selain itu ruangan

khusus untuk siswa IPS tidak terdapat pada setiap sekolah sehingga

pihak pengajar harus meminjam ruangan siswa IPA untuk dijadikan

tempat penelitian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

2. Banyaknya kegiatan yang tidak terduga seperti pelaksanaan ulang

tahun sekolah dan pra ujian untuk siswa kelas XII membuat kegiatan

penelitian diharuskan diundur dalam jangka waktu 1 minggu.

3. Waktu pembelajaran sejarah yang mendapatkan jam pelajaran terakhir

membuat situasi dan kondisi siswa tidak terlalu fokus untuk

memperhatikan pelajaran sejarah dikarenakan siswa sudah lelah

menerima pelajaran lainnya sehingga ada sebagian siswa bercanda

dengan teman sebangkunya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1. Tidak ada perbedaan efektivitas yang positip dan signifikan

pembelajaran sejarah yang menggunakan media VCD dengan media

gambar terhadap prestasi belajar pelajaran sejarah pada siswa SMA

Negeri di Kabupaten Buleleng-Bali.

2. Tidak ada perbedaan efektivitas yang positif dan signifikan

pembelajaran sejarah yang memiliki motivasi belajar tinggi dan

motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar mata pelajaran sejarah

pada siswa SMA Negeri Singaraja di Kabupaten Buleleng-Bali.

3. Tidak ada interaksi efektivitas positif yang siginifikan antara

pemanfaatan media VCD dan gambar dengan motivasi belajar

terhadap prestasi belajar pelajaran sejarah pada siswa SMA Negeri di

Kabupaten Buleleng-Bali.

B. Implikasi

Dari hasil penelitian tersebut menimbulkan suatu implikasi atau pengaruh

terhadap pelajaran sejarah setelah menggunakan VCD dan Gambar yaitu :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

1. Penggunaan media VCD dan gambar dalam penelitian ini tidak

menghasilkan suatu pengaruh yang besar sekali terhadap prestasi

belajar sejarah hal ini dikarena penggunaan kedua media merupakan

sesuatu yang sudah biasa dikalangan siswa sehingga pengaruhnya

sangat sedikit sekali hal ini bisa dilihat dari hasil pre dan post test yang

dilakukan peneliti. Selain itu sekolah yang RSBI membuat

perkembangan penggunaan media sudah tidak biasa lagi.

2. Jika dilihat dari motivasi belajar siswa dari adanya penggunaan VCD

dan gambar menimbulkan adanya sedikit motivasi siswa hal ini dapat

dilihat dari kecenderungan siswa dalam menerima pelajaran sejarah

ada sebagian yang tidak fokus dimana siswa masih saja ada yang

mengobrol dengan siswa lain sehingga untuk mengamati pemaparan

dari materi pelajaran sedikit terpecah yang mengakibatkan tidak

adanya perbedaan antara menggunakan media maupun tidak

menggunakan media.

3. Dalam hal interaksi belajar siswa kurang karena hal ini disebabkan

siswa sedikit yang perhatiannya tepusat. Sehingga hanya siswa yang

benar-benar memperhatikan yang sering bertanya kepada guru

sedangkan siswa yang lain hanya memperhatikan saja.

C. Saran

1. Bagi sekolah diharapkan pihak sekolah dapat menyediakan lab sejarah

untuk siswa IPS karena untuk mengajarkan pelajaran sejarah dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

menggunakan media VCD dan gambar seorang guru diharapkan

memiliki sarana prasana yang memadai, sehingga pembelajaran yang

terjadi di kelas menjadi kurang diminati karena guru hanya

memaparkan apa yang ada di buku saja dan tidak menggunakan media

dalam aplikasinya, padahal dalam menjelaskan suatu peristiwa sejarah

diperlukan media yang konkrit agar siswa dapat melihat secara

langsung apa yang terjadi sebelumnya.

2. Bagi Guru dengan adanya penelitian ini diharapkan guru mampu

menghadirkan suatu perubahan dalam proses pembelajaran sejarah.

Guna sejarah juga harus senantiasa mempertimbangkan motivasi siswa

pada pelajaran sejarah dengan cara merangsang dan memotivasi siswa

dalam menemukan dan mendapatkan informasi baru. Guna sejarah

juga memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi dan

pembuatan tugas akademis yang lebih menarik sesuai dengan materi

pelajaran dengan menggunakan media dan metode yang menarik bagi

siswa, sehingga siswa lebih termotivasi lagi dalam menerima pelajaran

sejarah.

3. Bagi siswa hendaknya dapat lebih fokus dalam menerima pelajaran

sejarah, karena sejarah berguna bagi kehidupan mereka kelak, karena

manusia tidak luput dari sejarah. Selain itu janganlah menganggap

pelajaran sejarah kesannya membosankan tapi siswa harus melihat

bagaimana pelajaran sejarah tersebut dan janganlah melihat siapa yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

mengajar pelajaran sejarah tapi petiklah pelajaran yang positif dari

pembelajaran sejarah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user