BAB 3 - Spada UNS
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
Transcript of BAB 3 - Spada UNS
71
Vs1 BAB 2
PERMULAAN TEORI KUANTUM
Pada akhir abad ke 19 terdapat beberapa eksperimen yang tidak dapat
dijelaskan oleh ilmuwan fisika klasik (fisikawan yang merujuk sepenuhnya pada
mekanika Newton dan teori gelombang elektromagnet Maxwell) yaitu : radiasi
benda hitam, efek fotolistrik, efek Compton, dan garis terang pada spektrum optik.
Peristiwa-peristiwa tersebut semuanya melibatkan interaksi antara radiasi dengan
materi. Pengukuran berulang-ulang pada eksperimen tersebut oleh fisikawan
dengan ketelitian yang tinggi, tetap tidak dapat dijelaskan oleh teori fisika klasik.
Masing-masing peristiwa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
2.1. Radiasi Benda Hitam
Suatu benda jika dipanaskan akan memancarkan radiasi gelombang
elektromagnetik dengan rentang frekuensi yang lebar. Pengukuran terhadap
radiasi rongga (lubang kecil dari bejana tertutup yang dipanaskan oven)
menunjukkan bahwa intensitas radiasi berubah terhadap frekuensi radiasi. Jika
suhu benda naik, maka frekuensi puncak radiasi yang dipancarkan juga bergeser
naik. Suatu benda juga dapat menyerap radiasi gelombang elektromagnetik yang
mengenainya. Benda yang dapat memancarkan seluruh frekuensi radiasi maupun
menyerap seluruh frekuensi radiasi gelombang elektromagnetik yang mengenai
benda tersebut disebut benda hitam.
Dinding dalam sebuah rongga
yang dipanaskan juga dapat memancarkan
radiasi gelombang elektromagnet dengan
rentang panjang gelombang yang lebar
melalui sebuah lubang kecil. Rongga ini
juga dapat mewakili karakteristik benda
hitam.
Variasi intensitas radiasi (I) yang dipancarkan sebagai fungsi panjang
gelombang ditunjukkan dalam gambar 2.1 yang ternyata hampir mirip dengan
kurva distribusi kecepatan Maxwell. Beberapa teori yang menjelaskan kurva
distribusi radiasi benda hitam tersebut yaitu distribusi energi radiasi Wien,
distribusi energi radiasi Rayleigh-Jeans, dan distribusi energi radiasi Planck.
Gambar 2.1 Distribusi radiasi benda hitam
T1 < T2 < T3 < T4 T4
T3
T2
T1
m1 m2 m4
I
72
A. Distribusi Energi Radiasi Wien
Dari kurva distribusi energi radiasi benda hitam terlihat nilai panjang
gelombang maksimal (m) hanya bergantung pada suhu (T), dimana jika T naik
maka m mengalami pergeseran turun (lebih pendek panjang gelombangnya) dan
jika T turun maka m bergeser naik (lebih panjang), sehingga perkalian mT
merupakan suatu tetapan. Pergeseran puncak kurva distribusi intensitas terhadap
perubahan suhu ternyata mengikuti hubungan empirik yang kemudian dikenal
sebagai hukum pergeseran Wien (tahun 1893 dirumuskan) yaitu
mT = konstan ……………………………………...…..… (2.01)
Wien mengusulkan sebuah hubungan empirik antara intensitas I dengan
panjang gelombang untuk suatu suhu T menurut tinjauan secara termodinamik
yaitu
λ 5
AI dλ f λT dλ
λ ………………………………...…….. (2.02)
di mana A adalah tetapan dan f(T) adalah sebuah fungsi perkalian T. Hukum
Stefan-Boltzmann dan hukum pergeseran Wien dapat diturunkan melalui hukum
distribusi Wien (persamaan (2.02))
λ 5
0 0
f λTI = I dλ = A dλ
λ
misal x = T
4
5 5
0 05
f λT f xdxI = A = AT dx
x T xT
di mana integral
5
0
f xdx
x
bernilai tetap, sehingga
I = T4 …………………………………………………...….. (2.03)
merupakan tetapan Stefan-Boltzmann
Jika persamaan (2.02) didiferensialkan terhadap
λ
6 5
'dI 5A ATf λT + f λT
dλ λ λ
pada = m maka λdI = 0
dλ di mana
2
wattI =
m
73
m m5 6
m m
'AT 5Af λ T f λ T 0
λ λ
m m m
'x f x 5f x 0 di mana m mx = λ T
Persamaan di atas dalam sebuah variabel tunggal xm , dapat hanya mempunyai
satu buah solusi, oleh karena itu
mλ T = tetap ………………………………………………….….... (2.04)
ini adalah hukum pergeseran Wien
Bentuk fungsi f(T) sebenarnya tidak bisa diturunkan dari termodinamika,
oleh karena itu diperlukan anggapan model yang sesuai untuk sistem radiasi.
Wien telah mengusulkan bentuk fungsi f(T) didasarkan pada beberapa anggapan-
anggapan sembarang yang sesuai dengan mekanisme pemancaran dan penyerapan
radiasi, sehingga hukum Wien untuk kerapatan energi radiasi benda hitam yaitu
λ 5
a bu dλ exp dλλTλ
………………………………...…..… (2.05)
a dan b adalah tetapan sembarang untuk dicocokkan dengan data eksperimen.
B. Distribusi Energi Radiasi Reyleigh – Jeans
Menurut mekanika klasik, energi total sebuah osilator harmonik linier
yaitu 2
2
k
p 1E = E + V = + kx
2m 2, yang mempunyai 2 derajat kebebasan. Menurut
hukum ekuipartisi energi, rata-rata energi masing-masing derajat kebebasan
adalah 1
kT2
, sehingga rata-rata energi osilator yaitu <> = kT , di mana k
tetapan Boltzmann. Untuk mendapatkan kerapatan energi radiasi rongga pada
suatu frekuensi cf = λ
, harus dimulai dengan mencari jumlah nf osilator per
satuan volume yang mempunyai frekuensi f dan mengalikannya dengan rata-rata
energi <>, nf dapat dihitung melalui penentuan jumlah mode-mode getaran
stasioner yang dapat dieksitasi dalam kotak 3 dimensi dengan syarat batas yang
sesuai. Persamaan perambatan getaran stasioner yaitu
22
2 2
1 φφ =
c t
…………………………………………………...….. (2.06)
misal exp(it) di mana = 2f , maka 2
2
2
φω φ
t
74
2 2 2 2
2 2 2 2
φ φ φ ω+ + + φ = 0
x y z c
untuk gelombang stasioner = 0 pada x = y = z = 0 dan x = y = z =
Menggunakan metode pemisahan variabel
x y z x yzφ = φ x,y,z = φ x φ y φ z = φ x φ y,z , sehingga
2 2 22 2yz yz 23x
2 2 2 2 2
x yz
φ φ ω1 d φ ω 1 = = tetap
φ dx c φ y z c
karena persamaan kiri hanya fungsi fungsi x saja, maka persamaan kanan bernilai
tetap.
2 2
x 1
2 2
x
1 d φ ω0
φ dx c ; di mana 2 2
1 23ω ω ω
solusi persamaan di atas yaitu
1 1x 1 1
ω x ω xφ x = A sin + B cos
c c …………………..………….….... (2.07)
dengan syarat batas x = 0 pada x = 0, maka nilai B1 = 0 , sehingga
1x 1
ω xφ = A sin
c
karena x = 0 pada x = , maka 11
ωn π
c atau 1
1
ωn =
cπ
1x 1
n πxφ = A sin , dan 2
y 2
n πyφ = A sin ; 3
z 3
n πzφ = A sin
di mana 1 2 3n , n , n bilangan bulat
maka 31 20
n πzn πx n πyφ = φ sin sin sin …………….……………..….. (2.08)
di mana 2 2
2 11 2 2
ωn =
c π ;
2 22 22 2 2
ωn =
c π ;
2 22 33 2 2
ωn =
c π
dengan 2 2
1 23ω = ω ω , maka 2 2 2 2
1 2 3ω + ω + ω = ω , sehingga
22 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2
1 2 3 1 2 32 2 2 2 2 2
ω 4π f 2n + n + n ω + ω + ω
c π c π c π λ
2 2
2 2 2
1 2 3
2 2fn + n + n
λ c
………………………………. (2.09)
75
Sekumpulan nilai-nilai 1 2 3n , n , n yang memenuhi persamaan (2.09)
menyatakan sebuah mode getaran khusus. Untuk menghitung jumlah mode-mode
getaran (stasioner) dalam interval frekuensi f s/d f + df , nilai-nilai 1 2 3n , n , n
dinyatakan dalam diagram 3 dimensi dengan n1 sepanjang sumbu x, n2 sepanjang
sumbu y, n3 sepanjang sumbu z. Kombinasi nilai-nilai 1 2 3n , n , n dinyatakan
sebagai sebuah titik dalam diagram ini yang koordinatnya (1 2 3n , n , n ).
Jadi jumlah mode getaran antara f dan f + df dapat ditentukan dengan
menghitung jumlah titik-titik antara dua lingkaran 2f
rc
dan
2 f dfr dr
c
dalam kuadrant pertama. Kuadrant pertama dipilih karena n1
dan n2 dianggap hanya bernilai positif. Jumlah titik-titik tersebut Nfdf sama
dengan volume kulit bola pada kuadrant pertama dibagi volume masing-masing
satuan kubus, yaitu
2 3 2
2
f 3
1 1 2f 2 df 4π f dfN df 4πr dr 4π
8 8 c c c
Gambar 2.2 Mode-mode getaran Gambar 2.3 Satu mode getaran
2
f 3
4πVf dfN df
c di mana 3V
maka jumlah mode-mode getaran per satuan volume selubung untuk frekuensi
antara f dan f + df yaitu
2
ff 3
2N df 8πf dfn df = =
V c …………………………..………..…. (2.10)
angka 2 dimasukkan karena radiasi gelombang elektromagnetik di alam adalah
transversal yang mempunyai dua arah polarisasi, sehingga jumlah osilator per
n1
n2
n3
n1
n2
n3
76
satuan volume radiasi yang dipancarkan dengan panjang gelombang antara dan
+ d yaitu
λ 4
8πdλn dλ =
λ ………………………..…………………..…. (2.11)
sedangkan kerapatan energi radiasi benda hitam dalam jangkauan yaitu
λ λ 4
8πkTdλu dλ = < n dλ =
λ ……………………………...…….…. (2.12)
persaaman di atas dikenal sebagai hukum radiasi Rayleigh – Jeans.
Intensitas radiasi yang dipancarkan yaitu
λ λ
cI = u
4 ……………………………………………..……..…. (2.13)
C. Distribusi Energi Radiasi Planck
Rumus distribusi energi radiasi benda hitam yang diturunkan Wien
ternyata hanya cocok dengan hasil eksperimen pada frekuensi tinggi, sedang pada
frekuensi rendah tidak sesuai dengan hasil eksperimen. Sebaliknya rumus
distribusi energi radiasi benda hitam yang diturunkan Rayleigh - Jeans hanya
cocok dengan hasil eksperimen pada frekuensi rendah, sedang pada frekuensi
tinggi tidak sesuai dengan hasil eksperimen (lihat gambar 2.4).
Max Planck lalu mengajukan postulat berkenaan dengan getaran alamiah
osilator-osilator harmonik linier yang berada dalam kesetimbangan dengan radiasi
gelombang elektromagnet dalam rongga yaitu sebuah osilator dapat mempunyai
energi diskrit yang merupakan kelipatan energi kuantum 0 = hf , di mana f
adalah frekuensi osilator, sehingga energi osilator dapat bernilai n = n0 = nhf ,
(di mana n = 0,1,2, …). Planck juga menganggap bahwa perubahan energi osilator
disebabkan pancaran atau serapan radiasi yang juga bernilai diskrit.
Gambar 2.4 Kurva distribusi radiasi benda hitam
I
dari hasil eksperimen (garis padat)
menurut Rayleigh – Jeans (garis putus-putus)
menurut Wien (garis titik-titik)
77
Jumlah osilator-osilator dalam sebuah keadaan energi n = hf ditentukan
menurut fungsi distribusi Maxwell – Boltzmann yaitu
n 0 0n nhf
N = N exp - = N exp -kT kT
…………………………….…. (2.14)
di mana untuk n = 0 maka Nn = N0 sehingga N0 adalah jumlah osilator-osilator
dalam keadaan ground.
Jumlah Nn menurun secara eksponensial terhadap kenaikkan energi n, sehingga
rata-rata energi osilator yaitu :
0n n
n=0n=0
n 0
n=0 n=0
nhfN nhf expN
kT=
nhfN N exp
kT
2 3
2 3
2
1 1
hfx(1+2x+3x +4x +...) hfx(1 x) hf=
(1+x+x +x +...) (1 x) (x 1)
di mana hf
x = expkT
, sehingga rata-rata energi osilator yaitu
hfkT
hf=
e 1
………………………...………………….…. (2.15)
jika hf << kT, maka hf
kThf
e 1+kT
sehingga <> = kT (seperti pada fisika klasik)
Dari hasil di atas, maka kerapatan energi radiasi benda hitam menurut Planck
yaitu
2 3
3 3f f hf hfkT kT
hf 8πf df 8πhf dfu df = < >n df = =
c ce 1 e 1
……. (2.16)
5λ hc
λkT
8πhc dλu dλ =
λ e 1
………………...………………….…. (2.17)
emisi
absorpsi
n n
3
2
1
0
3hf
2hf
hf
0
Gambar 2.5 Tingkat-tingkat energi sebuah osilator menurut Planck
78
persamaan (2.17) dikenal sebagai persamaan distribusi energi Planck.
jika λ 0
hc hc
λkT λkTe 1 e , misal hc
= bk
dan 8hc = a
maka 5λ
λ 0
a blim u = exp
λ λT
persamaan di atas sesuai dengan hukum Wien (persamaan 2.05) untuk
frekuensi tinggi.
jika λ
hc
kTλ
hc
λkThc hc
e 1 = 1+ 1 = λkT λkT
maka 4λ
λ
8πkTlim u =
λ
persamaan di atas sesuai dengan hukum Rayleigh-Jeans (persamaan 2.12)
untuk frekuensi rendah.
jika mλ = λ (panjang gelombang pada intensitas maksimum/puncak kurva)
maka λdu = 0
dλ , sehingga
m
mhc
λ kThc
= 5 1 eλ kT
dan
m
hc = 4,965
λ kT,
sehingga 3m
hcλ T = = 2,898.10 mK
4,965k
,
di mana mλ T merupakan besaran tetap dan persamaan di atas merupakan hukum
pergeseran Wien.
Dari persamaan (2.16) didapat kerapatan energi total radiasi yang dipancarkan
benda hitam yaitu
2 hf
kT0 0
3
f
8πh f dfu u df
c e 1
misal : hf
z = kT
dan h
dz = dfkT
, di mana zkT
f = h
dan kT
df = dzh
0
4 4 3
3 4 z
8πh k T dzu
c h e 1
z
dan 4
kTu 8πhc 4 4
hc
79
di mana fungsi gamma 0
n xΓ n+1 = x e dx = n!
dan fungsi Riemann Zeta n = 1
pζ p = n
(lihat lampiran A)
3 4kT π
u 8πkT 3!hc 90
Dari persamaan (2.13)
5 4
43 2
c 2π kI = u = T
4 15h c
23
34 8
455 48 2 4
3 2 3 2
2π 1,38.10 J/K2π kσ 5,67.10 W/m K
15h c 15 6,626.10 J.s 3.10 m/s
4I = σT ……………………………………………….……… (2.18)
4P = eAσT , untuk benda hitam e = 1
persamaan di atas sesuai dengan hukum Stefan-Boltzmann dan merupakan
tetapan Stefan-Boltzmann. Hukum Stefan-Boltzmann tersebut dapat juga
diturunkan dari persamaan (2.17)
5 hc
λkT0
8πhc dλu =
λ e 1
di mana hc
x = λkT
; hc
λ = xkT
; 2
hcdλ = dx
kTx ;
jika = 0 x =
maka = x = 0 , sehingga batasan integral dibalik
0 5
2x
kTx 1 hcu = 8πhc dx
hc kTxe 1
0
4 4 3
3 3 x
8πk T xu = dx
h c e 1
dan 4 4 4
3 3
8πk T πu =
15h c
5 4
4 43 2
c 2π kI = u = T σT
4 15h c
didapat hasil yang sama dengan persamaan (2.18) di mana intensitas radiasi benda
hitam berbanding lurus suhu pangkat empat.
80
Contoh-contoh soal :
1. Berapa jumlah foton yang terdapat dalam 1 cm3 radiasi dalam kesetimbangan
termal pada 1000 K ? dan berapa energi rata-ratanya ?
Jawab :
a) Jumlah total foton per satuan volume yaitu
0f
N = n df
V
,
di mana fn df = jumlah foton per satuan volume dengan frekuensi antara f
dan f + df, karena foton tersebut berenergi hf, maka
ff
u dfn df =
hf,
fu df = kerapatan energi foton (rumus Planck)
maka jumlah total foton dalam volume V yaitu
0
2
3 hfkT0
fu df 8πV f dfN = V
hf c e 1
3
0
3 2
x
kT x dx kTN = 8πV 8πV Γ 3 ζ 3
hc e 1 hc
323
34 8
1,38.10 J/K 1000 KN 22 = 8 2! 1,2025
V 7 6,63.10 J.s 3.10 m/s
16 3
3
6
1,38N 228 2,405 2,02.10 foton/m
V 7 6,63.10 3 m
1610 3
6 3
N 2,02.10 foton2,02.10 foton/cm
V 10 cm
b) Energi rata-rata <> dari foton sama dengan energi total per satuan volume
dibagi dengan banyaknya foton per satuan volume.
f 4 40
f
0
u dfaT 4σVT
= N Nc
Vn df
3
4 2 3
3
4σVT σc h T=
2,405 2πkkT8πcV 2 1,2025
hc
81
20= 3,73.10 joule = 0,233 eV
atau
4 4
3 4
3
8π kT π3!
kT 3! π90hc= =
2! 1,2025 90kT8π 2! 1,2025
hc
44
23 20221,38.10 1000 1,38 97,566 10kT π 7
36,075 36,075 36,075
2020
19
3,73.103,73.10 joule 0,223 eV
1,6.10
2. Tentukan suhu permukaan matahari jika panjang gelombang cahaya pada
energi maksimum yang dipancarkan permukaan matahari adalah 5100 Å.
Jawab :
m
3λ T = 2,898.10 mK
3
10
2,898.10 mKT = 5700 K
5100.10 m
3. Tentukan energi radiasi dari 1 cm2 permukaan bintang yang menpunyai m =
3500 Å.
Jawab :
m
3λ T = 2,898.10 mK
3 3
10m
2,898.10 mK 2,898.10 mKT = = 8300 K
λ 3500.10 m
44 8
2 4WE = σT = 5,67.10 8300 K
m K
2MWE = 271
m
82
2.2. Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik pertama kali ditemukan oleh Heinrich Hertz tahun 1888 di
Jerman. Telah diamati bahwa sebuah plat logam ketika disinari radiasi ultra violet
akan menjadi bermuatan positif, ini ditunjukkan dengan berkurangnya atau
lepasnya muatan negatif dari permukaan plat logam tersebut. Partikel-partikel
bermuatan negatif ini kemudian diidentifikasikan sebagai elektron oleh P. Lenard
tahun 1899. Peristiwa lepasnya partikel negatif dari permukaan logam akibat
disinari radiasi gelombang elektromagnetik dikenal sebagai efek fotolistrik dan
elektron yang dipancarkan dikenal sebagai fotoelektron.
Einstein kemudian memberikan penjelasan tentang efek fotolistrik (1905),
Einstein menganggap bahwa kuantum energi bukan merupakan sifat khusus atom-
atom pada dinding dalam rongga osilator (menurut Planck), tetapi merupakan sifat
radiasi itu sendiri. Energi cahaya datang diserap logam dalam bentuk paket-paket
atau quanta yang disebut juga foton dan energi foton tersebut E = hf. Sejumlah
energi foton diperlukan untuk melintas/melewati permukaan logam adalah tetap
untuk suatu logam tertentu yang disebut fungsi kerja fotolistrik. Semakin sedikit
energi elektron yang hilang dalam tumbukan dengan atom-atom, maka semakin
besar energi kinetik (Ek) elektron yang dilontarkan/dipancarkan permukaan
logam, oleh karena itu Ek maksimum elektron yang dipancarkan logam
berhubungan dengan tidak adanya kehilangan energi elektron dalam tumbukan
dengan atom-atom atau elektron yang terlepas dari ikatan atom berada pada
permukaan logam sehingga tidak sempat menumbuk atom-atom dalam logam
tersebut. Proses terjadinya efek fotolistrik dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.6 Proses terlontarnya elektron dari logam
hf hf
hf
Ed
Ed
Ek Ek Ek max
atom
elektron
83
Energi cahaya datang (E = hf) digunakan untuk :
1. Melepaskan elektron yang terikat dalam atom, setiap logam mempunyai nilai
W (energi ambang) tertentu. Cahaya datang dengan energi hf < W tidak akan
dapat melepaskan elektron dari ikatannya dalam atom.
2. Menggerakkan elektron menuju permukaan logam, diperlukan energi sebesar
Ed , semakin dalam letak elektron dari permukaan, semakin besar energi yang
diperlukan elektron untuk menuju permukaan.
3. Menggerakkan elektron setelah lepas dari permukaan logam, jika elektron
berada di permukaan logam maka tidak diperlukan energi untuk menuju
permukaan, sehingga energi kinetik (Ek) elektron akan maksimum.
Menurut hukum kekekalan energi
hf = W + (Ek + Ed)
di mana W = energi ambang/fungsi kerja logam
Ek = energi kinetik elektron setelah lepas dari permukaan logam
Ed = energi elektron menuju permukaan logam setelah lepas dari ikatan
atom.
hf = energi cahaya yang datang (foton)
Jika elektron berada jauh dari permukaan, ada kemungkinan energi
cahaya datang hanya digunakan untuk melepaskan elektron dari ikatan atom (W)
dan hanya untuk menggerakkan elektron menuju permukaan logam (Ed), sehingga
ketika elektron sampai permukaan sudah kehabisan energi dan tidak dapat lepas
dari permukaan logam, sehingga energi kinetiknya nol (Ek = 0) atau kecepatan
elektron lepas dari permukaan logam nol (v = 0), sehingga
hf = W + Ed ……………………………..……………...…… (2.19)
Jika elektron berada di permukaan logam, maka tidak diperlukan energi
elektron untuk menuju ke permukaan (Ed = 0), sehingga energi cahaya datang
hanya digunakan untuk melepaskan elektron dari ikatan atom (W) dan hanya
untuk menggerakkan elektron lepas dari permukaan logam (Ek), karena W tetap
maka energi kinetik elektron lepas dari permukaan logam akan maksimum (Ek max)
dan kecepatan elektron lepas dari permukaan logam juga akan maksimum (vmax),
sehingga Einsten merumuskan persamaan untuk efek fotolistrik yaitu
hf = W + Ek max ………………………………...…….…..… (2.20)
84
Jadi kecepatan elektron-elektron yang dilontarkan dari permukaan logam,
pada proses fotolistrik dapat bernilai 0 s/d vmax atau energi kinetik elektron dapat
bernilai 0 s/d Ek max. Ek max elektron yang terpental dari logam tidak bergantung
pada intensitas cahaya datang tetapi berbanding lurus dengan frekuensi cahaya
datang. Jika logam yang disinari cahaya diberi voltase positif maka ½mv2max =
eVs (Vs = stopping potensial/tegangan penghenti). Sehingga hf = W + eVs
hf = hf0 + eVs …………………………………………..…….…..… (2.21)
di mana f0 = frekuensi ambang cahaya datang untuk melepaskan elektron dari
ikatan atom.
Peralatan untuk mempelajari efek
fotolistrik terlihat pada gambar 2.7 dan
gambar 2.10. Logam R dan logam S ada
di dalam tabung gelas hampa udara.
Logam R dikenai cahaya dan logam S
dihubungkan alat ammeter. Antara logam
R dan logam S terdapat selisih voltase
yang awalnya voltase logam S lebih
tinggi atau lebih positif daripada logam R
(misal voltase di logam R 0 volt). Ketika
logam R disinari cahaya dengan frekuensi
f, elektron-elektron akan terlontar keluar
permukaan logam R jika energi cahaya
datang (hf) lebih besar dari energi ambang
W logam R. Elektron-elektron yang
terlontar dari permukaan logam R akan
menuju ke logam S (karena voltase logam
S lebih positif) yang memunculkan arus i
di ammeter. Jika voltase di logam S
diturunkan/dikecilkan, ternyata arus yang
sampai di ammeter konstan walaupun
voltase di logam S (sumbu x) dikecilkan
sampai 0 volt (lihat gambar 2.8.).
A
S V
R
hf vacum
Gambar 2.7 Skema efek fotolistrik
logam R lebih negatif
I1
I3
I2
i
V
I1 < I2 < I3
0
Gambar 2.8 Grafik antara i dan V pada
intensitas (I) berbeda-beda
Gambar 2.9 Grafik antara i dan V pada
frekuensi (f) berbeda-beda
i
V
f1 < f2 < f3
0
85
Ketika intensitas cahaya datang ditingkatkan dan frekuensi cahaya datang
dan voltase di logam S dibuat tetap, maka arus yang timbul di ammeter juga
meningkat (gambar 2.8), sehingga intensitas cahaya datang berbanding lurus arus
yang ditimbulkan. Ketika frekuensi cahaya datang diubah-ubah dan intensitas
cahaya datang dibuat tetap, ternyata arus listrik yang timbul tidak berubah,
walaupun voltase di logam S diturunkan/dikecilkan sampai 0 volt (gambar 2.9).
Jika voltase di logam S dikurangi
/diturunkan lagi di bawah 0 volt atau
menjadi lebih negatif, sehingga logam R
(voltase 0 volt) mempunyai voltase lebih
tinggi atau lebih positif dibanding logam S
(voltase negatif). Ketika logam R disinari
cahaya dengan frekuensi tetap f, elektron-
elektron akan terlontar keluar permukaan
logam R jika energi cahaya datang (hf)
lebih besar dari energi ambang W logam R.
Elektron-elektron yang terlontar dari
permukaan logam R akan menuju ke logam
S. Ketika logam S dibuat lebih negatif,
maka logam R menjadi lebih positif,
sehingga suatu ketika elektron yang
terlontar dari logam R tidak akan sampai ke
logam S dan kembali ke logam R. Voltase
lebih positif di logam R akan menarik
elektron yang terlontar dari permukaan
logam R (karena elektron bermuatan
negatif), dan ketika voltase di logam S
(sumbu x) diturunkan menjadi lebih negatif
lagi, maka elektron-elektron yang sampai
ke logam S jumlahnya semakin menurun
(gambar 2.11) sehingga suatu ketika tidak
ada elektron yang sampai ke logam S.
A
R V
S
hf vacum
Gambar 2.10 Skema Efek Fotolistrik
logam R lebih positif
Gambar 2.11 Grafik antara i dan V pada
intensitas (I) berbeda-beda
I1
I3
I2
i
V
I1 < I2 < I3
0 Vs
Gambar 2.12 Grafik antara i dan V
pada berbeda-beda
i
V
f1 < f2 < f3
0
f3
f2 f1
Vs1
86
Arus listrik turun tajam menuju nol ampere (artinya tak ada elektron
yang sampai ke logam S) pada voltase tertentu (stopping potensial) logam S.
Ketika intensitas cahaya datang diubah-ubah dan frekuensi cahaya datang tetap,
maka arus akan menuju nol pada nilai stopping potensial (Vs) tetap (gambar
2.11). Untuk frekuensi f sinar datang yang berbeda-beda dan intensitas cahaya
tetap, ketika voltase listrik logam S diturunkan (lebih negatif), maka arus listrik
akan turun menuju nol pada voltase Vs yang berbeda-beda (gambar 2.12). Ketika
frekuensi diturunkan terus maka suatu ketika tidak ada pelontaran elektron dari
logam R yang disinari, meskipun intensitas cahaya datang dinaikkan. Jadi nilai
stopping potensial (Vs) suatu logam tidak bergantung intensitas cahaya
datang, tetapi bergantung frekuensi cahaya datang.
Grafik antara stopping potensial
(Vs) terhadap frekuensi cahaya datang (f)
terlihat pada gambar 2.13. Jika gambar 2.8
dan gambar 2.11 digabungkan didapatkan
grafik lengkap hubungan antara kuat arus i
dengan berbagai voltase V pada logam S
(sumbu x) dari voltase positif menuju ke
voltase negatif untuk intensitas I berbeda-
beda.
dan jika gambar 2.9 dan gambar 2.12 digabungkan untuk f yang berbeda-beda
Gambar 2.13 Grafik antara Vs dan f pada logam berbeda
Vs
f 0 f0(Ce) f0(Ca)
Cesium
Calsium
I1
I3
I2
i
V 0
I1 < I2 < I3
Gambar 2.14 Grafik antara i dan V pada intensitas (I) berbeda-beda
-Vs
V
Gambar 2.15 Grafik antara i dan V pada berbeda-beda
i
f1 < f2 < f3
0
f3
f2 f1
87
Kesimpulan yang dapat ditarik dari eksperimen efek fotolistrik di atas yaitu
1. Kecepatan elektron yang terlontar dari permukaan logam tergantung pada
frekuensi cahaya datang dan tidak tergantung intensitas cahaya datang. Energi
kinetik maksimum (Ek.max) elektron yang dipancarkan meningkat secara linier
terhadap frekuensi cahaya datang.
2. Pelontaran/pemancaran elektron adalah peristiwa spontan. Tidak ada selisih
waktu antara cahaya datang dengan pelontaran elektron.
3. Terdapat frekuensi ambang (f0) atau frekuensi minimum cahaya datang agar
elektron dapat terlontar dari permukaan logam. Frekuensi ambang ini nilainya
tergantung pada jenis material yang digunakan.
4. Arus fotolistrik tergantung pada intensitas cahaya datang dan tidak tergantung
fekuensi cahaya datang untuk voltase logam S lebih tinggi dari logam R.
5. Nilai potensial stopping tidak tergantung pada intensitas cahaya datang, tetapi
bergantung pada frekuensi cahaya datang.
Terdapat 4 karakteristik efek fotolistrik yang tidak dapat dijelaskan oleh
teori gelombang elektromagnetik maupun teori fisika klasik yaitu :
1. Ek.max elektron tidak bergantung intensitas cahaya datang, padahal menurut
teori gelombang elektromagnet, energi kinetik akan meningkat bersamaan
meningkatnya intensitas cahaya datang.
2. Untuk masing-masing permukaan logam terdapat frekuensi minimum (f0) yang
jika f < f0 , maka tidak terjadi pemancaran/pelontaran fotoelektron, padahal
menurut teori gelombang elektromagnet, pemancaran elektron akan terjadi
pada setiap frekuensi yang datang.
3. Tidak terdapat selisih waktu antara cahaya datang dengan pemancaran elektron
(terjadi secara spontan), sedang menurut teori gelombang elektromagnet,
elektron memerlukan waktu untuk menyerap energi cahaya datang sebelum
terlontar dari permukaan logam.
4. Kecepatan elektron yang terlontar dari permukaan logam bergantung pada
frekuensi cahaya datang, sedang menurut teori gelombang elektromagnet,
apapun frekuensi cahaya datang, elektron akan dipancarkan jika memperoleh
cukup waktu untuk mengumpulkan energi cahaya datang yang diperlukan
untuk pemancaran.
88
Contoh-contoh soal :
1. Berapa panjang gelombang cahaya datang yang seharusnya untuk permukaan
Tungsten (Wolfram) yang mempunyai fungsi kerja 4,0 eV.
Jawab :
W = 4,0 eV = 6,4.10–19
joule
0
0
hcW = hf =
λ ;
0
hcλ =
W
o7
0
34 8
19
6,626.10 3.10λ = = 9,64.10 m = 9640A
4,5 1,6.10
2. Permukaan sebuah fotolistrik mempunyai fungsi kerja 4 eV. Jika cahaya yang
menumbuk permukaan mempunyai frekuensi 1015 Hertz, berapakah kecepatan
maksimum fotoelektron yang dilontarkan ?
Jawab :
W = 4 eV = 4 (1,6.10–19
) joule
2 1534 19 191W = 6,626.10 10 6,4.10 = 0,2.10 joule
2mmv hf
5
m
19
31
2 0,2.10mv = = 2,11.10
s9.10
3. Hitung energi fotoelektron dari permukaan Tungsten (dalam eV), jika diradiasi
dengan cahaya = 1800 Å, misal panjang gelombang ambang (0) pancaran
fotolistrik yaitu 2300 Å.
Jawab :
00
0 0
λ λ1 1E = h f f = hc = hc
λ λ λλ
34 88 8
8 8
23.10 18.10E = 6,626.10 3.10
18.10 23.10
E = 2,4.10–19
joule
19
19
2,4.10E = eV = 1,5 eV
1,6.10
E = merupakan energi masing-masing elektron.
89
4. Hitung terpanjang dari radiasi sinar datang di mana akan melontarkan
elektron dari sebuah logam yang fungsi kerjanya W = 6 eV.
Jawab :
0
0
hcW = hf =
λ
0
hcλ =
W dan
o
0
34 8
19
76,626.10 3.10
λ = = 2,07.10 m = 2070A6 1,6.10
5. Suatu logam disinari cahaya panjang gelombang 3000 Ǻ. Jika fungsi kerja
logam tersebut 2 eV. Tentukan energi kinetik elektron yang terlontar dari
permukaan logam (dalam eV)?.
Jawab :
34 8
19
10
6,626.10 3.10hcE 6,626.10 J.s
λ 3000.10
19
19
6,626.10E eV 4,14125 eV 4,14 eV
1,6.10
kE E W 4,14 eV 2 eV 2,14 eV
6. Suatu logam tidak akan melontarkan elektron jika disinari cahaya dengan
panjang gelombang di atas 600 nm. Jika ternyata dibutuhkan voltase 2,07 volt
untuk menghentikan elektron yang terpental dari permukaan logam akibat
cahaya datang tertentu. Tentukan panjang gelombang cahaya datang tersebut
(dalam nm)?.
Jawab :
0
hc hceV
λ λ atau 0 0
00
0
hcλ λhcλ
hc eVλhc eVλeV 1
λ hc
0
0
9
19 9
34 8
600.10 600 nmλλ
eVλ 3,2 2,071,6.10 2,07 600.101 11hc 6,6266,626.10 3.10
600 nmλ 300 nm
1 0,999