BAB IV ANALISIS ISU – ISU STRATEGIS - Bappeda ...

22
RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 1 BAB IV ANALISIS ISU – ISU STRATEGIS IV.1. Permasalahan Pembangunan IV.1.1 Daya Dukung Lahan dan Lingkungan Hidup Karakteristik demografi fisik lingkungan Kabupaten Sambas terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu: pegunungan, dataran dan pesisir. Keragaman fisik tersebut selain merupakan modal bagi pembangunan daerah juga menyimpan kerentanan terhadap kerusakan lingkungan sebagai akibat pengelolaan yang tidak optimal yang akan berakibat pada penurunan daya dukung lingkungan. Masalah daya dukung fisik wilayah berupa konflik pemanfaatan ruang sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan. Permasalahan pemanfaatan ruang terjadi di kawasan pegunungan, kawasan dataran dan kawasan pesisir. Pada kawasan pegunungan permasalahan pemanfaatan ruang berupa penggunaan lahan yang kurang memperhatikan fungsi Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Taman Wisata Alam dan Kawasan Resapan Air. Selain itu, pada kawasan pegunungan juga terjadi kegiatan penambangan yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Permasalahan pemanfaatan ruang di kawasan pegunungan tersebut mengakibatkan terjadinya bencana alam seperti rawan longsor dan rawan banjir serta permasalahan lingkungan fisik lainnya. Pada kawasan dataran permasalahan pemanfaatan ruang terletak pada pencemaran Sempadan Sungai, Kawasan Sekitar Danau, Kawasan Sekitar Mata Air serta kurangnya pelestarian pada kawasan cagar budaya sebagai unsur yang wajib dilindungi oleh pemerintah. Selain itu permasalahan lain pada kawasan dataran ialah terjadi kecenderungan konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian (pembangunan fisik bangunan dan perkebunan). Masalah kebakaran hutan timbul karena konversi lahan oleh perusahaan ataupun sebagian masyarakat yang mengakibatkan berkurangya lahan produktif pertanian serta rusaknya sumberdaya alam atau berkurangnya keanekaragaman hayati flora dan fauna. Pada kawasan pesisir, rencana pemanfaatan ruang mempunyai potensi kerusakan ekosistem apabila pemanfaatan ruang tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Permasalahan yang dihadapi ialah kurangnya pelestarian kawasan sempadan pantai sebagai penanganan bagi kawasan rawan bencana abrasi, serta belum optimalnya pengelolaan kawasan Suaka Alam Laut Sambas yang terletak di perairan Pantai Pulau Selimpai Kecamatan Paloh.

Transcript of BAB IV ANALISIS ISU – ISU STRATEGIS - Bappeda ...

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 1

BAB IV

ANALISIS ISU – ISU STRATEGIS

IV.1. Permasalahan Pembangunan

IV.1.1 Daya Dukung Lahan dan Lingkungan Hidup

Karakteristik demografi fisik lingkungan Kabupaten Sambas terbagi menjaditiga kawasan, yaitu: pegunungan, dataran dan pesisir. Keragaman fisik tersebut selain

merupakan modal bagi pembangunan daerah juga menyimpan kerentanan terhadap

kerusakan lingkungan sebagai akibat pengelolaan yang tidak optimal yang akan

berakibat pada penurunan daya dukung lingkungan. Masalah daya dukung fisik

wilayah berupa konflik pemanfaatan ruang sehingga berdampak pada kerusakan

lingkungan.

Permasalahan pemanfaatan ruang terjadi di kawasan pegunungan, kawasan

dataran dan kawasan pesisir. Pada kawasan pegunungan permasalahan pemanfaatan

ruang berupa penggunaan lahan yang kurang memperhatikan fungsi Kawasan HutanLindung, Kawasan Taman Wisata Alam dan Kawasan Resapan Air. Selain itu, pada

kawasan pegunungan juga terjadi kegiatan penambangan yang kurang

memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Permasalahan pemanfaatan ruang di

kawasan pegunungan tersebut mengakibatkan terjadinya bencana alam seperti rawan

longsor dan rawan banjir serta permasalahan lingkungan fisik lainnya.

Pada kawasan dataran permasalahan pemanfaatan ruang terletak padapencemaran Sempadan Sungai, Kawasan Sekitar Danau, Kawasan Sekitar Mata Air

serta kurangnya pelestarian pada kawasan cagar budaya sebagai unsur yang wajib

dilindungi oleh pemerintah. Selain itu permasalahan lain pada kawasan dataran ialah

terjadi kecenderungan konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian(pembangunan fisik bangunan dan perkebunan). Masalah kebakaran hutan timbul

karena konversi lahan oleh perusahaan ataupun sebagian masyarakat yang

mengakibatkan berkurangya lahan produktif pertanian serta rusaknya sumberdaya

alam atau berkurangnya keanekaragaman hayati flora dan fauna.

Pada kawasan pesisir, rencana pemanfaatan ruang mempunyai potensikerusakan ekosistem apabila pemanfaatan ruang tidak memperhatikan aspek

kelestarian lingkungan. Permasalahan yang dihadapi ialah kurangnya pelestarian

kawasan sempadan pantai sebagai penanganan bagi kawasan rawan bencana abrasi,

serta belum optimalnya pengelolaan kawasan Suaka Alam Laut Sambas yang terletak

di perairan Pantai Pulau Selimpai Kecamatan Paloh.

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 2

IV.1.2 Tata Ruang dan Infrastruktur wilayah

Kondisi Geografis Kabupaten Sambas yang beragam menjadi tantangan

tersendiri dalam pengembangan infrastruktur dasar. Pembangunan infrastruktur dasar

ini berpengaruh terhadap pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh (KSCT)

berjalan lamban diantaranya disebabkan karena belum optimalnya intervensi

dukungan program pada kawasan yang telah ditetapkan, hal ini ditandai olehtingginya proporsi desa tertinggal (sebanyak 39 desa tertinggal dari 193 desa di

Kabupaten Sambas).

Infrastruktur memiliki peran yang luas dan mencakup berbagai konteks dalam

pembangunan wilayah, baik dalam konteks fisik lingkungan, ekonomi, sosial, budaya,

dan politik. Permasalahan infrastruktur di Kabupaten Sambas berkaitan dengankualitas pelayanan infrastruktur yang tersedia dan kuantitas ketersediaan pada

aksesibilitas sarana prasarana transportasi, jaringan irigasi, perumahan, air bersih,

sampah, limbah, listrik dan teknologi telekomunikasi.

Pada aspek sarana dan prasarana transportasi dan aksesibilitas, permasalahan

yang dihadapi antara lain minimnya kualitas dan kuantitas infrastruktur dasar dalamhal ini jalan dan jembatan, khususnya pada daerah perbatasan. Kondisi tersebut

mengakibatkan belum optimalnya sistem distribusi dan koneksi produksi lokal hasil

pertanian, perikanan dan kelautan sehingga menghambat pengembangan usaha,

pelayanan publik dan investasi. Pada tahun 2015 proporsi panjang jaringan jalan

kabupaten dalam kondisi baik mencapai 46,64% (Realisasi 324,914 KM) meningkat

3,70% dari tahun 2014 sebesar 42,94%. Untuk proporsi panjang jaringan jalan desadalam kondisi baik tahun 2015 sebesar 47,43% (Realisasi 342,608 KM), meningkat

sebesar 3,48% dari tahun 2014 yang sebesar 43,95%. Jumlah jembatan di Kabupaten

Sambas pada tahun 2015 sebanyak 651 buah dengan total panjang yaitu 4.812,2 Km.

Alat angkutan pedalaman/ transport air di Kabupaten Sambas mengalami peningkatan

jumlah khususnya pada alat angkut long boat sebanyak 25 unit dari 102 buah ditahun

2014 menjadi 127 buah di tahun 2015.

Ketersediaan infrastruktur di bidang pengairan mengalami peningkatan setiap

tahun, namun kondisi tersebut masih belum optimal untuk mendukung perkembangan

ekonomi pertanian. Pada tahun 2015 rasio jaringan irigasi rawa sebesar 38,71%

meningkat 3,12% dari tahun 2014 yang sebesar 35,59%. Panjang jaringan irigasirawa dalam kondisi baik (primer, sekunder, tersier) tahun 2015 sebesar 77,51%,

angka ini meningkat 14,9% dari tahun 2014 sebesar 62,61%. Di tahun 2015, Panjang

Jaringan irigasi primer, Sekunder dan tersier dalam kondisi baik sebesar 2.130.307 M.

Jumlah bangunan air dalam kondisi baik tahun 2015 sebesar 72,21% meningkat

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 3

jumlahnya sebesar 15,60% dari tahun 2014 sebesar 55,61%. Panjang tanggul dalam

kondisi baik pada tahun 2015 sebesar 71,60% meningkat sebesar 47,75% dari tahun

2014 sebesar 23,85%.

Rumah yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatansehingga penghuninya tetap sehat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) salah satu

kriteria rumah sehat adalah rumah tinggal yang memiliki luas lantai minimal 10 m2

perkapita. Dengan luasan minimal tersebut, diharapkan penghuninya tidak berdesak-desakan sehingga dapat menghirup oksigen dengan cukup dan bisa merasa lebihnyaman. Aspek Pelayanan umum untuk perumahan rakyat dan permukiman dapatdiwakili oleh indikator rumah tangga bersanitasi, lingkungan pemukiman kumuh danrumah layak huni. Rumah tangga bersanitasi tahun 2015 sebesar 46,97% menurun0,04% dari tahun 2014 sebesar 47,01%. Tahun 2015 lingkungan pemukiman kumuhsebesar 12,90% menurun 1,95% dari tahun 2014 sebesar 14,85%. Untuk rumah layakhuni pada tahun 2015 sebesar 72,45%, angka ini naik sebesar 0,28% dari tahun 2014sebesar 72,17% rumah yang layak huni.

Keterbatasan penyediaan infrastruktur terjadi pada prasarana jaringan airbersih dan persampahan. Air minum bersih merupakan kebutuhan yang sangat

penting bagi rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari. Ketersediaan dalam jumlah

yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari

program penyediaan air minum bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah.

Untuk menyediakan air bersih dalam jumlah yang cukup perlu diperhatikan asal

sumber air minumnya. Hal ini dikarenakan sumber air minum sangat mempengaruhikualitas air minumnya. Kualitas air yang dikonsumsi tubuh sangat erat kaitannya

dengan kesehatan tubuh penghuninya. Pemenuhan akan kebutuhan air bersih saat ini

dilakukan dengan memanfaatkan air hujan serta sumber air permukaan lain seperti

sungai, danau, dan mata air pegunungan. Kebutuhan air bersih untuk masak/minum

bagi penduduk Kabupaten Sambas sebagian besar masih bergantung pada sumber air

hujan baik penduduk di perkotaan maupun pedesaan yaitu sekitar 82,52%. Persentasependuduk rumah tangga berakses air bersih mencapai 51,98% dari jumlah penduduk

di Kabupaten Sambas. Pola konsumsi air yang bergantung pada intensitas turunnya

hujan akan dirasakan kesulitannya pada musim kemarau. Masyarakat terlihat mulai

resah terhadap upaya pemenuhan kebutuhan air bersih. Jika dikaitkan dengan potensi

sungai yang terbesar dan terpanjang di Indonesia, kelangkaan air bersih di Kabupaten

Sambas semestinya kurang patut terjadi. Namun disadari, cukup besarnya biayainvestasi dalam pengolahan air sungai menjadi air bersih karena wilayahnya adalah

muara sungai (bukan hulu sungai), maka dalam hitungan hari tidak turun hujan sungai

sudah terinstrusi air laut, sehingga kadar garam air baku PDAM melebihi batas

toleransi pengolahan air yaitu di atas 600 ppm/m3. Untuk menyediakan sarana air

bersih dan sehat, Perusahaan Daerah Air Minum terus berupaya meningkatkan

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 4

peranannya.

Lingkungan yang bersih akan menghindari penghuninya dari berbagai macampenyakit. Untuk mendukung lingkungan yang bersih dari sampah, sarana dan

prasarana seperti tong sampah, mobil pengangkut sampah, tempat pembuangan

sementara sampah, tempat pembuangan akhir sampah dan sebagainya harus tersedia

sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, komitmen dan kemauan masyarakat dalam

menjaga kebersihan lingkungannya merupakan faktor penting agar pemukimanmenjadi bersih dan layak dihuni. Pada Tahun 2015 Jumlah tempat pembuangan

sampah di Kabupaten Sambas sebanyak 30 Unit dengan daya tampung 96 M2 tiap

unitnya. Kabupaten Sambas saat ini belum memiliki Tempat Pengelolaan Sampah

Terpadu (TPST), dan hanya memiliki empat TPA dengan satu buah TPA Controled

Lanfill dan tiga TPA lainnya masih bersifat Open Dumping. Kurangnya sarana dan

prasarana persampahan di wilayah Kabupaten Sambas menjadi salah satu faktorpenentu tingkat kenyamanan dan kesehatan masyarakat pada umumnya.

Penerangan masyarakat yaitu listrik, petromak, pelita, dan sumber penerangan

lainnya. Listrik dianggap lebih baik disebabkan karena cahaya listrik lebih terang,

praktis dan modern, serta tidak menimbulkan polusi. Berbagai usaha telah dilakukanpemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik, usaha-usaha

tersebut tampak lebih nyata setelah dilaksanakannya program pembangunan listrik

masuk desa. Berdasarkan laporan Perusahaan Listrik Negara Wilayah V Ranting

Sambas pada tahun 2014 jumlah pelanggan sebanyak 106.403 unit. Kondisi tersebut

memperlihatkan belum meratanya pelayanan jaringan listrik PLN di seluruh wilayah

Kab. Sambas khususnya daerah perbatasan.

Untuk infrastruktur telekomunikasi, seiring dengan berkembangannya ilmu

pengetahuan dan teknologi, sarana informasi dan komunikasi juga mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Semakin banyaknya masyarakat yang mempunyai

sarana telepon, baik telepon rumah maupun telepon seluler. Pengguna Telepon selulermeningkat tajam tiap tahun dengan ketersediaan jaringan seluler di wilayah

kecamatan Kabupaten Sambas. Namun dengan luasnya wilayah administrasi

Kabupaten Sambas yang besar, masih terdapat beberapa wilayah atau spot area

tertentu yang tidak didukung oleh jaringan telekomunikasi. Dalam rangka penyediaan

pelayanan infrastruktur perlu ada upaya perbaikan pelayanan infrastruktur secara

bertahap.

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 5

IV.1.3. Demografi dan Tenaga Kerja

A. Demografi

Demografi/ Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah,

struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian,

persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik,

ekonomi, sosial dan budaya

Salah satu masalah kependudukan di Kabupaten Sambas adalah persebaran

penduduk yang tidak merata. Ketimpangan persebaran ini mempunyai dampak

terhadap kepadatan penduduk. Di Kabupaten Sambas apabila dilihat dari tingkat

kepadatan penduduknya masih tergolong daerah yang jarang penduduk. Jika

dibandingkan hasil SP 2000 dengan SP 2010, tingkat kepadatan penduduk Kabupaten

Sambas tidak mengalami perubahan yang cukup berarti yaitu rata-rata 81 jiwa/km2.

Hal ini bukan berarti tidak ada kelahiran atau kematian selama sepuluh tahun

terakhir, akan tetapi perubahan cenderung disebabkan besarnya mobilisasi penduduk

yang keluar masuk dari dan menuju Kabupaten Sambas.

Selanjutnya dilihat antar kecamatan di Kabupaten Sambas, maka dapat dikatakan

bahwa sebagian besar penduduk bermukim di Kecamatan Tebas, yaitu sebanyak 65.908

jiwa (12,78 persen), diikuti Kecamatan Teluk Keramat sebanyak 59.296 jiwa (11,50

persen ), Kecamatan Sambas dengan penduduk sebanyak 48.420 jiwa (9,39 persen)

dan Kecamatan Pemangkat dengan jumlah penduduk mencapai 45.599 jiwa (8,84

persen). Sedangkan Kecamatan Sajingan Besar memberikan share penduduknya paling

sedikit, yaitu sebanyak 10.957 jiwa (2,13 persen).

Dari sisi luas wilayah, keterbandingan antar kecamatan juga terlihat timpang.

Kecamatan Sajingan Besar (21,75 persen), Kecamatan Paloh (17,96 persen), dan

Kecamatan Subah (10,08 persen) merupakan 3 (tiga) kecamatan terluas di Kabupaten

Sambas. Secara keseluruhan menyita sekitar 50 persen dari total luas Kabupaten

Sambas yang sebesar 6.395,70 km2.

Pada sisi lain, ternyata jumlah penduduk untuk ketiga kecamatan tersebut

tergolong sedikit, yaitu hanya sekitar 10,37 persen dari total penduduk Kabupaten

Sambas yang sebanyak 515.571 jiwa pada tahun 2013. Hal ini mempengaruhi rata-rata

tingkat hunian penduduknya yang tergolong jarang, yaitu hanya sekitar 81 jiwa/km2.

Rata-rata tingkat hunian penduduk yang jarang di suatu wilayah cenderung

kurang mendukung percepatan pembangunan karena rata-rata hitung atau rasio biaya

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 6

pembangunan per satuan penduduk relatif jauh lebih besar dibanding daerah yang

padat penduduknya. Sebagai contoh dalam penyediaan jalan, jaringan listrik, air bersih

dan faslilitas lainnya.

Walaupun demikian, hal tersebut justru memberi peluang dalam pengembangan

pertanian, dimana rata-rata kepemilikan lahan pertanian per rumah tangga menjadi

luas. Dengan menggunakan atau mengaplikasikan teknologi tepat guna, proses

pengolahan lahan pertanian akan semakin efesien walaupun cukup luas.

Ketimpangan distribusi penduduk akan semakin memperlebar kesenjangan dalam

pemenuhan kebutuhan pelayanan sosial, kesehatan, pendidikan, budaya, ekonomi,

infrastruktur dan birokrasi yang cenderung berkembang dan dinamis.

Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate) 3,15 di Kabupaten Sambas juga lebih

tinggi dari target nasional, dimana rata – rata keluarga di Kabupaten Sambas memiliki

anak 3-4 orang perkeluarga sedangkan target propinsi hanya 2-3 orang (TFR 2,1).

Beberapa studi tentang kependudukan menyatakan bahwa Kabupaten Sambas

akan mendapatkan Bonus Demografi antara tahun 2020-2035 dimana rasio

ketergantungan (dependency ratio) penduduk produktif lebih besar dibandingkan

penduduk non produktif. Kondisi tersebut haruslah dipersiapkan seawal mungkin

sehingga Kabupaten Sambas dapat memanfaatkan semaksimal mungkin kondisi bonus

demografi tersebut.

B. Tenaga Kerja

Bonus demografi yang akan dihadapi Kabupaten Sambas harus dioptimalkan

semaksimal mungkin demi pertumbuhan ekonomi dengan melalui investasi sumber

daya manusia yang modern. Ledakan penduduk usia kerja(umur produktif) akan

memberikan keuntungan ekonomi apabila memenuhi persyaratan : penawaran tenaga

kerja yang besar meningkatkan pendapatan perkapita jika mendapat kesempatan kerja

yang produktif, peranan perempuan dengan jumlah anak yang sedikit memungkinkan

perempuan memasuki pasar kerja dan membantu peningkatan pendapatan, tabungan

masyarakat yang diinvestasikan secara produktif, modal manusia yang berkualitas jika

ada investasi untuk itu.

Beberapa permasalahan dan isue strategis yang dihadapi oleh Kabupaten Sambas

dibidang Ketenagakerjaan diantaranya :

1. Pendidikan dan keterampilan yang ada saat ini belum dapat sepenuhnya memenuhi

kebutuhan pasar kerja (Kualitas Tenaga Kerja Relatif Rendah)

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 7

2. Peningkatan mutu dan produktivitas tenaga kerja melalui pendidikan dan

keterampilan belum maksimal (Kualitas Tenaga Kerja Relatif Rendah)

3. Belum optimalnya pengembangan semangat kewirausahaan bagi penduduk usia

kerja agar mampu bekerja secara mandiri dan menciptakan lapangan kerja baru

4. Terbatasnya perluasan lapangan kerja menyebabkan belum maksimalnya

penyerapan tenaga kerja yang ada (Kesempatan Kerja yang Terbatas)

5. Persebaran Tenaga Kerja yang tidak merata

6. Meningkatnya penduduk menganggur.

IV.1.4 Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat

A. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Pembangunan koperasi dan usaha kecil menengah memiliki potensi yang besar

dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Peranan koperasi sebagai sokoguru

perekonomian dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah terbukti lebih

mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi. Permasalahan yang dihadapi

antara lain :

1. Masih Banyaknya Jumlah Koperasi Tidak Aktif

2. Rendahnya SDM Pengurus dan Pengelolaan manajemen kelembagaan Koperasi dan

UKM

3. Masih Kurangnya Jumlah Koperasi dan UKM Yang Dapat Mengakses Permodalan

Baik Dari Perbankan Maupun Program Pemerintah

4. Masih Kurangnya Sarana dan Prasarana Usaha Koperasi dan UKM

5. Masih lemahnya jaringan distribusi pemasaran produk.

B. Penanaman Modal

Keberhasilan investasi/penanaman modal akan memberikan kontribusi pada

kegiatan ekonomi riil dan pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi selama ini

sebagian besar ditopang dari besarnya konsumsi dalam negeri atau regional bukan dari

pertumbuhan investasi maupun ekspor. Permasalahan yang dihadapi :

1. Masih terdapat regulasi terkait penanaman modal yang belum disusun

2. Regulasi masih perlu disempurnakan

3. Belum tersusunnya Database Potensi dan Peluang Investasi Daerah

4. Belum optimalnya kerjasama promosi

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 8

5. Kurangnya Fasilitas penunjang promosi

6. Kurangnya kuantitas dan kualitas SDM

7. Pelayanan secara elektronik belum optimal

8. Kemampuan operator pelayanan secara elektronik belum memadai.

C. Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan upaya pemberdayaan masyarakat agar mampu

memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya ketahanan pangan serta mampu mengatasi

kendala dalam mewujudkan ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan suatu

sistem pangan yang terdiri atas tiga sub sistem yaitu ketersediaan pangan dalam

jumlah yang cukup di tingkat rumah tangga, distribusi pangan yang lancar dan

konsumsi pangan yang bermutu dan aman untuk meningkatkan kualitas SDM.

Permasalahan yang dihadapi :

1. Belum optimalnya kerjasama sinergitas diantara Perangkat Daerah terkait dalam

mendukung ketahanan pangan;

2. Masih tingginya desa rawan pangan di Kabupaten Sambas (76 Desa termasuk

prioritas 1 sampai 3)

3. Akses distribusi pangan banyak mengalami kendala pada belum memadainya

infrastruktur

4. masih rendahnya kemampuan sumber daya petani dan peran kelembagaan

penyuluhan kecamatan

5. Masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi petani

6. Belum optimalnya pengelolaan kelembagaan penyuluhan kecamatan

7. Belum optimalnya kinerja dan kemampuan penyuluh lapangan

8. Masih terbatasnya sarana dan prasarana kelembagaan penyuluhan kecamatan dan

desa

9. Belum terpenuhinya tingkat kecukupan cakupan pelayanan penyuluhan yang

diakibatkan minimnya jumlah penyuluh PNS.

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 9

D. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Pemberdayaan Masyarakat dimaksudkan guna dapat mengembangkan

kemampuan dan kemandirian masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan,

agar secara bertahap masyarakat mampu membangun diri dan lingkungannya secara

mandiri. Permasalahan yang dihadapi antara lain :

1. Teknologi Tepat Guna yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat belum

dimanfaatkan secara optimal

2. Kurangnya pemahaman pemerintah desa terhadap pengelolaan keuangan desa

3. Kondisi sampai dengan tahun 2015, belum terbentuknya lembaga Badan Usaha Milik

Desa.

E. Pertanian

Penduduk Kabupaten Sambas mayoritas bermata pencaharian di sektor

pertanian. Sektor pertanian merupakan penyumbang tertinggi pada PDRB Kabupaten

Sambas dan penyumbang terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten

Sambas. Pengembangan urusan pertanian yang meliputi pertanian (tanaman pangan

dan hortikultura), perkebunan dan peternakan perlu mendapatkan perhatian khusus

dalam rangka memberdayakan potensi sumberdaya yang dimiliki. Permasalahan yang

dihadapi antara lain :

1. Belum Optimalnya penggunaan teknologi dalam sistem budidaya tanaman

(penggunaan benih unggul bermutu, pupuk, pengaturan jadwal tanam dan

penggunaan jarak tanam)

2. Produktifitas dan Indeks Pertanaman (IP) masih belum optimal

3. Dampak perubahan iklim (kekeringan/banjir)

4. Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian

5. Belum memadainya ketersediaan alat dan mesin pertanian

6. Produktivitas dan populasi ternak masih rendah

7. Kualitas SDM peternak dan petugas peternakan yang masih belum optimal.

F. Kehutanan

Pembangunan urusan kehutanan di Kabupaten Sambas sesuai dengan

potensinya yaitu konservasi dan produksi hasil hutan. Permasalahan yang dihadapi

antara lain :

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 10

1. Rendahnya partisifasi masyarakat dalam kegiatan pemanfaatan potensi sumber

daya hutan, untuk kegiatan di bidang kehutanan seperti pengembangah hasil hutan

non kayu, masyarakat kurang memiliki minat, hal ini karena kurangnya

pengetahuan mereka tentang prospek masa akan datang. Untuk itu perlu upaya

yang dapat merangsang partisifasi mereka.

2. Luasnya lahan kritis yang perlu direhabilitasi, dengan bertambahnya lahan kritis

setiap tahun, maka perlu upaya yang lebih keras untuk dapat mengembalikan

kondisi kawasan tersebut, sehingga dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

3. Tingginya intensitas kejadian kebakaran hutan dan lahan, khususnya di musim

kemarau, kebakaran hutan sudah menjadi langganan setiap musim kemarau. Hal

ini perlu diantisipasi dengan melakukan upaya dari penyuluhan dan sampai dengan

pemadaman terhadap titik api yang ditemui.

4. Kurangnya kepedulian masyarakat/kelompok masyarkat dalam menjaga

kelestarian hutan, menjaga kelestarian hutan merupakan kewajiban semua pihak

untuk itu perlu ditingkatkan kepedulian masyarakat dengan membentuk kelompok

pecinta alam atau kelompok sejenis, sehingga akan terbentuk mental yang baik

dalam menjaga kelestarian hutan.

G. Perikanan

1. Belum optimalnya pemanfaatan potensi sumberdaya ikan

2. Kurangnya penataan armada tangkap dan analisa pemanfaatan sumberdaya ikan

3. Belum optimalnya Penataan pendapatan dari segi retribusi tempat pelelangan ikan

4. Kurangnya peningkatan inovasi dan promosi pengolahan hasil perikanan

5. Belum optimalnya sistem informasi pasar dan regulasi yang ada

6. Belum terorganisasinya pelaku usaha yang mengambarkan sektor perikanan

tangkap

7. Belum optimalnya pemanfaatan protein ikan dalam kehidupan sehari-hari

8. Kerusakan terumbu karang

9. Belum ada kawasan konservasi sebagai tempat bank ikan dan pelestarian hewan

yang dilindungi

10. Sering terjadinya konflik antar nelayan dikarenakan gejala padat tangkap

(overfishing).

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 11

H. Perdagangan

Dalam rangka usaha pengembangan urusan perdagangan, maka harus ada

kesesuaian antara produk, kelancaran distribusi, sarana prasarana, informasi pasar dan

pengembangan perdagangan daerah. Disamping menangani perdagangan antar wilayah

regional maupun internasional, juga dituntut mampu menyediakan pasar tradisional

yang mempunyai daya saing dan berkualitas. Permasalahan yang dihadapi antara lain :

1. Kurangnya jumlah petani yang menyimpan beras di Sistem Resi Gudang.

2. Kondisi sarana prasarana pasar tradisional kurang memadai.

3. Terdapat 3 Kecamatan yang belum memiliki pasar, yaitu Sebawi, Salatiga dan

Tangaran dan terdapat 155 desa yang belum memiliki pasar.

4. Lemahnya Informasi Perdagangan, beberapa Komoditi Pasar yang diperlukan oleh

petani, pedagang dan pemerintah pusat.

5. Lemahnya penanganan pasca panen bagi petani.

6. Lemahnya daya saing dan diversifikasi produk.

7. Tingginya permintaan barang menjelang hari raya khususnya telur dan gula,

sedangkan stok di pasar sedikit akibat dari kurangnya pasokan dari agen.

8. Adanya perubahan peraturan mengenai tanda daftar gudang oleh pemerintah

pusatyang tidak sesuai dengan kondisi gudang di Sambas

9. Kabupaten Sambas adalah Kabupaten perbatasan yang dijadikan pasar bagi

peredaran impor illegal. Selain itu banyak pula pelaku usaha yang melakukan illegal

trading ke Negara Malaysia.

I. Industri

1. Belum Optimalnya pemanfaatan potensi lokaldan pola pikir pelaku IKM yang masih

sederhana.

2. Kurangnya penerapan dan penggunaanteknologi tepat guna.

3. Kurangnya promosi produk daerah.

4. Kurangnya sinkronisasi dan koordinasi program secara bersama antar instansi

terkait dalam hal potensi sumber daya industri daerah yang akan dibina

berkelanjutan.

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 12

J. Energi dan Sumberdaya Mineral

1. Masih terdapat rumah tangga yang belum teraliri listrik PLN.

2. Potensi energi terbarukan seperti energi matahari dan mikrohidro belum

dimanfaatkan secara optimal.

3. Kelangkaan gas LPG kadang masih terjadi.

4. Kegiatan penambangan rakyat tidak berijin masih cukup banyak.

5. Kegiatan penambangan rakyat pada lahan produktif masih cukup banyak.

6. Kegiatan penambangan banyak tidak menggunakan kaidah teknis yang benar.

7. Kerusakan lahan akibat penambangan yang tidak diikuti dengan reklamasi masih

cukup banyak.

K. Ketransmigrasian

1. Program transmigrasi masih sepenuhnya tergantung dari kebijakan pemerintah

pusat.

2. Lokasi tujuan transmigrasi seringkali belum siap, baik sarana dan prasarana dan

administrasi pertanahan.

IV.1.5 Sosial dan Budaya

Permasalahan yang dihadapi Kabupaten Sambas berkaitan dengan sosial dan budaya

adalah sebagai berikut:

A. Sosial

1. Jangkauan, mutu dan akses sistem jaminan sosial masyarakat yang berkelanjutan

belum mencakup seluruh masyarakat.

2. Masih cukup banyak masyarakat penyandang masalah sosial dan dalam

penanganan dan pemberdayaannya belum terjadi sinergi antara pemerintah,

swasta dan masyarakat.

3. Belum tersedianya panti sosial skala kab yang menyediakan sarana prasarana

pelayanan kesejahteraan social.

4. Keberlanjutan penyelengaraan KUBE yang belum signifikan mengangkat

perekonomian masyarakat/ anggota.

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 13

5. Belum adanya desa yang melaksanakan sistem pelayanan sosial terpadu melalui

Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos).

B. Pendidikan

Untuk mencapai Sambas Terunggul di Kalimantan Barat tahun 2020

sebagaimana cita – cita besar dalam RPJPD kabupaten Sambas, Peranan pendidikan

sangatlah besar dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Sambas.

Permasalahan yang dihadapi juga tidak lah sedikit untuk mencapainya, beberapa

permasalahan dan issue strategis yang dihadapi kabupaten Sambas dalam bidang

pendidikan diantaranya:

1. Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat

belum terwujud sepenuhnya.

2. Belum optimalnya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan (Manajemen

Pengelolaan Sekolah).

3. Keterkaitan sistem dan substansi pendidikan baik pendidikan formal maupun

nonformal belum mampu memenuhi ekspektasi/ kebutuhan pasar tenaga kerja.

4. Masih terdapat tenaga pendidik yang tidak memenuhi kesesuaian bidang

keahliannya.

5. Pendidikan berbasis teknologi informasi dan pendidikan berbasis kearifan lokal yang

berwawasan global masih kurang.

6. Penuntasan wajib belajar 9 tahun dan mengembangkan wajib belajar 12 tahun

belum berjalan mantap dan sesuai harapan.

7. Pendidikan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan untuk meningkatkan daya

saing pendidikan masih perlu ditingkatkan mutunya.

8. Fasilitas/ sarana penunjang pendidikan di setiap jenjang pendidikan termasuk

pengembangan perpustakaan dan laboratorium sebagai sarana minat dan budaya

baca belum cukup memadai dan merata.

9. Penyebaran Sumber Daya Manusia baik tenaga edukatif maupun tenaga

administratif masih belum merata.

10. Masih terdapat angka putus sekolah.

C. Kesehatan

Sama seperti Pendidikan, Derajat Kesehatan masyarakat juga menjadi patokan

terhadap kualitas penduduk masyarakat tersebut. Dengan angka harapan hidup/ indeks

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 14

kesehatan yang menempati urutan ke 13 dari 14 kabupaten/ kota di Kalimantan Barat,

serta menurunnya Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat Kabupaten Sambas

maka beberapa permasalahan kesehatan yang dihadapi guna mencapai Sambas

Terunggul di Kalbar 2025 diantaranya adalah :

1. Masih rendahnya status kesehatan dan gizi masyarakat.

2. Cenderung meningkatnya penyakit menular dan tidak menular.

3. Masih rendahnya mutu pelayanan dan pemerataan kesehatan masyarakat.

4. Belum tersediannya Rumah Sakit Daerah yang terakreditasi serta belum adanya

rumah sakit rujukan antar rumah sakit di dalam daerah.

D. Kebudayaan

Kesenian & kebudayaan merupakan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan.

Kesenian dapat menjadi wajah untuk mempertahankan identitas budaya di Kabupaten

Sambas. Seiring dengan arus globalisasi, identitas budaya di Kabupaten Sambas sudah

mulai memudar, sehingga kondisi yang mengkhawatirkan ini perlu segera diselamatkan.

Permasalahan Kebudayaan yang dihadapi Kabupaten Sambas yaitu :

1. Belum optimalnya pelestarian nilai-nilai luhur budaya, adat dan tradisi, kehidupan

seni.

2. Belum optimalnya pengelolaan budaya sebagai aset yang sangat berharga untuk

mengundang kunjungan dan perhatian dari luar daerah dan dunia internasional.

3. Belum optimalnya pengembangan keragaman seni dan budaya serta

pemberdayaan lembaga budaya.

E. Pemberdayaan Perempuan dan Anak

1. Peran perempuan dalam berbagai bidang pembangunan terutama dalam struktur

pemerintahan dan organisasi politik belum optimal.

2. Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak dasar perempuan dalam

kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik belum memadai.

3. Pengarusutamaan gender dalam perumusan peraturan perundang-undangan,

kelembagaan dan kebijakan anggaran masih kurang.

4. Masih terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak.

5. Belum terciptanya Desa/ Kecamatan/ Kabupaten Layak Anak.

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 15

F. Pembinaan Pemuda dan Olahraga

1. Peran serta pemuda dan keterlibatan organisasi kepemudaan sebagai mitra kerja

pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan dirasakan belum optimal.

2. Belum optimalnya pembinaan pemuda berprestasi dan berbakat.

3. Masih terbatasnya fasilitas sarana dan prasarana olahraga dan disisi lain sumber

daya penunjang pembinaan olahraga seperti pelatih yang berkualitas masing

sangat kurang sehingga pembentukan keahlian dan keterampilan teknis atlet

kurang maksimal.

G. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi

1. Pemanfaatan teknolologi informasi dan hasil riset/ penelitian sebagai dasar

perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan pembangunan daerah belum

berjalan baik.

2. Pemanfaatan Iptek dan TI di masyarakat masih kurang.

3. Akses dan link kerjasama pengembangan penelitian yang berkelanjutan antar

stakeholders masih kurang.

IV.1.6 Tata Kelola Pemerintahan dan Keuangan

Permasalahan yang dihadapi Kabupaten Sambas berkaitan dengan tata kelola

pemerintahan dan keuangan adalah sebagai berikut:

A. Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian Pembangunan dan

Pemerintahan

1. Pengembangan basis data dan up to date sebagai landasan penyusunan rencana

dan kebijakan belum terintegrasi dengan baik.

2. Kurangnya partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan.

3. Kerjasama, kemitraan dan jejaring kerja antara masyarakat sipil, DPRD, partai

politik dan pemerintah daerah dalam mengatasi permasalahan daerah serta dalam

kapasitas penguatan kelembagaan belum optimal.

4. Pengembangan dan peningkatan kapasitas pelayanan pemerintah berbasis

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 16

elektronik dan internet (electronic Government, e-Gov) belum optimal.

5. Masih terkendalanya pelaksanaan pengendalian rencana pembangunan jangka

panjang dan jangka mengengah.

6. Masih kurangnya tenaga sumber daya aparatur pangawasan yang memiliki

kemampuan/ keahlian seperti akuntansi, bidang hukum dan tenaga penyidik.

7. Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan pemerintahan belum optimal.

8. Masih terdapatnya temuan dan tindak lanjut dari temuan yang belum terselesaikan.

B. Sumber Daya Aparatur

1. Kuantitas sumber daya aparatur masih belum ideal, terjadi kekurangan SDM

aparatur.

2. Masih terkendalanya pengembangan profesionalisme, keahlian dan keterampilan

SDM aparatur sesuai dengan bidang kerjanya.

3. Belum semua sumber daya aparatur yang ada bekerja sesuai dengan kompetensi

yang dimilikinya.

4. Belum optimalnya pemahaman SDM aparatur terhadap peraturan kepegawaian.

C. Hukum

1. Pemahaman, kesadaran dan budaya hukum dan disiplin belum menjadi kebiasaaan

masyarakat.

2. Akses layanan dan perlindungan hukum bagi semua masyarakat belum merata.

3. Kapasitas dan kapabilitas pemerintah dalam menyelesaikan berbagai kasus hukum

di daerah masih kurang.

4. Penegakan supremasi hukum dan peraturan daerah masih lemah.

D. Kerjasama

1. Kerjasama dan kooordinasi internal antar bidang pembangunan belum maksimal

terlaksana dengan ideal.

2. Kualitas dan kuantitas jejaringan kerjasama dan koordinasi dengan daerah lain,

swasta baik di dalam negeri maupun di luar negeri belum optimal.

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 17

E. Pengelolaan Keuangan

1. Belum efektif dan efisiennya pengelolaan aset-aset daerah.

2. Masih banyak kendala dalam pengelolaan keuangan daerah yang mengakibatkan

belum efektifnya pengelolaan keuangan.

3. Belum optimalnya pengumpulan pendapatan asli daerah akibat belum sepenuhnya

wajib pajak memiliki kesadaran yang tinggi untuk memenuhi kewajibannya

membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

F. Pelayanan Publik

1. Pelayanan publik yang dilaksanakan belum sepenuhnya mampu memenuhi Standar

Pelayanan Minimal yang ditetapkan.

2. Belum semua tahapan dalam layanan publik dilengkapi dengan SOP, sehingga

seringkali terjadi keterlambatan dan hambatan.

3. Pada unit-unit pelayanan publik masih terkendala dengan internalisasi budaya kerja

yang profesional sehingga layanan yang diberikan belum prima.

4. Masih terjadi kendala koordinasi antar unit kerja penyelenggara pelayanan perijinan

sehingga pada beberapa proses jenis perizinan masih terjadi tumpang tindih

pekerjaan yang menghambat pelayanan secara optimal.

IV.2 Isu-Isu Strategis

Memetakan posisi dan kondisi saat ini merupakan tahapan krusial dalam

merancang rencana strategis. Hal ini menjadi pijakan dasar untuk menentukan strategi

dan arah kebijakan yang diambil terhadap peluang dan ancaman yang dihadapi,

memaksimal potensi kekuatan yang dimiliki serta mereduksi kelemahan untuk mencapai

pertumbuhan optimal.

Analisis lingkungan strategis meliputi dua area analisis yaitu : eksternal yang

berguna untuk mengidentifikasikan peluang dan tantangan apa yang akan dihadapi

kedepan; internal untuk mengidentfikasikan kekuatan dan kelemahan apa saja yang

dimiliki sebagai modal untuk mencapai mimpi masa depan yang dicita-citakan.

IV.2.1. Analisis Eksternal

Analisis ini bertujuan untuk memetakan peluang dan tantangan yang dihadapi

Kabupaten Sambas dalam kurun waktu lima tahun kedepan sebagai dasar awal untuk

meletakkan kerangka pembangunan daerah. Tinjauan eksternal ini tidak dapat

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 18

dipisahkan dari posisi Kabupaten Sambas baik dalam lingkup regional, nasional maupun

internasional sebagaimana dijelaskan dalam analisis posisi (positioning analysis) berikut.

Dalam lingkup regional, nasional maupun internasional, sebagaimana dijabarkan

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Sambas

berkedudukan sebagai :

- Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk

melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota meliputi :

Perkotaan Sambas (ibukota Kabupaten Sambas);

- Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan perkotaan yang

ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara meliputi

: Perkotaan Temajuk (di Kecamatan Paloh); dan Perkotaan Aruk (di Kecamatan

Sajingan Besar)

- Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk

melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan meliputi :

Perkotaan Liku, Sekura, Sentebang, Tebas, Pemangkat, dan Selakau.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang

Pulau Kalimantan, posisi Kabupaten Sambas sebagai berikut :

- Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara

yang berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan

aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat,

dan kelestarian lingkungan hidup meliputi percepatan pengembangan kawasan

perbatasan negara dengan pendekatan pertahanan dan keamanan negara,

kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup

- Percepatan pengembangan kawasan perbatasan negara dengan pendekatan

pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian

lingkungan hidup meliputi:

a. mengembangkan dan meningkatkan fungsi PKSN sebagai pusat kegiatan

pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, pintu gerbang

internasional, serta simpul transportasi di kawasan perbatasan negara dengan

Negara Malaysia;

b. mengembangkan kawasan sentra produksi di kawasan perbatasan negara

berbasis sumber daya alam yang produktif dengan memperhatikan daya

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 19

dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

c. mengembangkan prasarana dan sarana transportasi untuk meningkatkan

aksesibilitas di kawasan perbatasan; dan

d. mengintegrasikan pengelolaan kawasan pertahanan dan keamanan dengan

kawasan berfungsi lindung sebagai bagian dari Kawasan Jantung Kalimantan.

- Kabupaten Sambas sebagai salah satu Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan

peran dan fungsi sebagai berikut :

a. sebagai salah satu pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit

dan karet

b. sebagai salah satu pusat pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil

pertanian tanaman pangan

c. sebagai salah satu pusat pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil

perikanan yang ramah lingkungan

d. sebagai salah satu pusat Pengembangan pusat kegiatan ekonomi yang

berdekatan/menghadap badan air

e. sebagai salah satu pusat Pengembangan jaringan drainase yang terintegrasi

dengan sungai, PKW Sambas yang terintegrasi dengan Sungai Sambas.

f. sebagai salah satu pusat Pengembangan Penataan kawasan perkotaan yang

adaptif terhadap ancaman bencana banjir

Berdasarkan positioning analysis di atas dan kondisi riil yang ada saat ini, dalam

kerangka lingkungan strategis dapat disimpulkan faktor-faktor yang menjadi peluang

dan tantangan bagi Kabupaten Sambas dalam pelaksanaan pembangunan adalah

sebagai berikut :

A. Peluang

1. Kebijakan nasional yang mendukung pengembangan daerah di luar Jawa

khususnya di kawasan perbatasan negara sebagai PKSN, pusat kegiatan

pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, pintu gerbang

internasional, serta simpul transportasi dengan Negara Malaysia

2. Globalisasi yang tidak mengenal batas wilayah memberikan peluang Kabupaten

Sambas untuk memainkan peran yang lebih luas mengingat memiliki potensi

pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan yang besar.

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 20

3. Terbukanya akses pasar internasional dan kerjasama antar wilayah nasional-

internasional sebagai implikasi dari disepakatinya MEA (Masyarakat Ekonomi

ASEAN).

4. Perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat mereduksi hambatan jarak

dan meningkatkan efisiensi di berbagai bidang pembangunan.

5. Peran dan fungsi Kabupaten Sambas yang prospektif dengan posisi geografis

pada lintasan jalur ekonomi utara Kalimantan Barat

6. Dukungan wilayah hinterland yang kuat dengan kekayaan sumber daya alam dan

sektor jasa akan menopang pertumbuhan daerah apabila dapat disinergikan

dengan baik.

B. Tantangan

1. Kesenjangan sosial ekonomi dengan Negara Bagian Sarawak (Malaysia Timur)

sebagai konsekuensi geografis Kabupaten Sambas yang merupakan daerah

perbatasan

2. Menurunnya daya dukung lingkungan dan maraknya pencemaran merupakan

sebuah tantangan nyata bagi keberlangsungan/kelestarian lingkungan hidup.

3. Ketergantungan yang besar kepada pemerintah pusat, memberikan tantangan

untuk lebih berswadaya khususnya dalam hal pembiayaan pembangunan.

4. Sentra-sentra pertumbuhan kawasan yang belum merata menyebabkan tidak

terbentuknya sistem struktur pelayanan regional/ wilayah yang ideal

5. Koordinasi dan komunikasi antar wilayah dan antar level pemerintahan belum

terjalin dengan baik

6. Era pasar bebas menyebabkan persaingan yang ketat sehingga dapat mengancam

produk lokal yang umumnya memiliki daya saing yang rendah

IV.2.2. Analisis Internal

Secara garis besar, tinjauan internal bertujuan untuk memahami diri,

memetakan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk diterjemahkan menjadi

potensi dan modal pembangunan. Kesadaran akan potensi diri serta kelemahan yang

dimiliki akan memberikan arah yang jelas terhadap perbaikan dan eksploitasi apa yang

harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki

Berdasarkan deskripsi kondisi dan isu-isu strategis yang telah diuraikan pada bagain

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 21

sebelumnya, maka dapat diindentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

Kabupaten Sambas sebagai berikut :

A. Kekuatan

1. Regulasi (diantaranya berupa Peraturan Daerah Kabupaten Sambas Nomor 2 Tahun

2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sambas

Tahun 2005 – 2025 dan Peraturan Daerah Kabupaten Sambas Nomor 17 Tahun

2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sambas Tahun 2015 -

2035).

2. Komitmen yang tinggi dari pucuk pimpinan daerah untuk menyelenggarakan

pemerintahan yang baik, bersih dan berdisiplin.

3. Budaya dan sejarah sebagai kesultanan, ciri khas kain tenun sambas serta kawasan

pantai yang indah dan alami merupakan modal untuk menjadi daya tarik

pengembangan pariwisata

4. Kabupaten Sambas dengan lokasinya yang strategis sebagai daerah perbatasan

menjadi pintu masuk dan keluar orang dan barang dapat memberikan potensi

besar berkembangnya sektor-sektor perdagangan dan jasa.

5. Potensi sebagai daerah pertanian, perkebunan perikanan dan kelautan yang besar

6. Penduduk yang relatif homogen sehingga potensial menjadi basis pembangunan

sosial ekonomi masyarakat

7. Kewenangan otonomi yang dimiliki pemerintah daerah memberikan potensi untuk

melakukan berbagai inovasi untuk menunjang kemandirian

8. Mempunyai tiga perguruan tinggi (Politeknik Negeri Sambas, Institut Agama Islam

Swasta Sultah Muh. Syafiuddin Sambas dan Lembaga Pendidikan Dakwah Islam

Sambas)

B. Kelemahan

1. Kondisi geografis Kabupaten Sambas yang berada di kawasan pantai, daerah aliran

sungai (DAS Sebangkau dan DAS Sungai Sambas), alih fungsi lahan yang besar dan

sebagian topografi wilayah yang datar menyebabkannya sangat rentan terhadap

bencana banjir dan intrusi air laut.

2. Kapasitas keuangan daerah yang terbatas dan masih sangat tergantung pada

pemerintah pusat.

3. Sarana dan prasaranan daerah belum ideal dan belum mampu menopang

RPJMD Kabupaten Sambas Tahun 2016-2021 Bab IV | 22

kebutuhan/ perkembangan yang terjadi.

4. Jumlah penduduk miskin masih relative tinggi.

5. Tingkat pengangguran yang cukup tinggi.

6. Relative rendahnya angka rata-rata lama sekolah dan angka harapan hidup dalam

komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bila dibandingkan dengan

Kabupaten/ Kota lainnya di Kalimantan Barat.

7. Belum optimalnya kinerja aparat birokrasi dalam memberikan pelayanan publik dan

tata kelola pemerintahan.

Isu strategis merupakan kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau

dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan

bagi entitas (daerah/ masyarakat) dimasa datang. Suatu kondisi/ kejadian yang menjadi

isu trategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan

kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan, akan

menghilangkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka

panjang.

Adapun Isu - Isu Strategis Kabupaten Sambas adalah sebagai berikut :

1. Ketersediaan infrastruktur dasar yang belum memadai (terutama dari aspekpemerataan dan keadilan pembangunan termasuk kawasan strategis/ daerahperbatasan) serta mengutamakan faktor pengungkit perekonomian rakyat.

2. Kondisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang masih memerlukan peningkatanakses masyarakat dan pelayanan berkualitas terhadap pendidikan, kesehatan sertaekonomi dan investasi.

3. Peningkatan kualitas kehidupan beragama dan pembinaan masyarakat

4. Persoalan kemiskinan dan ketenaga kerjaan.

5. Kecenderungan menurunnya daya dukung lingkungan dalam pemanfaatan lahan.

6. Reformasi Birokrasi pelayanan publik.

7. Intensifikasi dan Ekstensifikasi potensi pendapatan daerah.

8. Pemantapan kondisi/ kewaspadaan keamanan dan ketertiban masyarakat.

9. Kesiapan menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean).