bab iii model fungsi transfer multivariate pada deret berkala ...

14
Danica Dwi Prahesti, 2016 PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIATE PADA DERET BERKALA MUSIMAN Model fungsi transfer multivariat pada deret berkala pola musiman adalah penggabungan beberapa karakteristik dari model ARIMA univariat pola musiman dan analisis regresi berganda, sehingga menjadi suatu model yang menggabungkan pendekatan deret berkala pola musiman dengan pendekatan kausal. Model fungsi transfer pola musiman ini memodelkan deret berkala output ( ) yang diperkirakan akan dipengaruhi oleh beberapa deret berkala input ( ), dan input-input lainnya yang digabungkan dalam satu kelompok sebagai faktor gangguan (noise) . Seluruh sistem tersebut adalah sistem yang dinamis, dengan kata lain deret input memberikan pengaruh kepada deret output melalui fungsi transfer, yang mendistribusikan dampak melalui beberapa periode waktu yang akan datang. 3.1 Deret Berkala Pola Musiman Menurut Makridakis dkk. (1999, hlm.356), musiman merupakan suatu pola yang berulang-ulang dalam selang waktu yang tetap. Apabila pada deret memperlihatkan suatu pola musim tertentu secara konsisten, maka koefisien autokorelasi dengan lag 12 bulan untuk data bulanan dan lag 4 untuk data kuartal akan mempunyai nilai positif yang tinggi yang memperlihatkan adanya pengaruh musiman. Deret berkala pola musiman memiliki karakteristik yang ditunjukkan dengan adanya korelasi beruntun yang kuat pada jarak semusim, yaitu waktu yang berkaitan dengan banyak observasi per periode musim. Metode peramalan dengan adanya pola musiman adalah dekomposisi, exponensial smoothing winter, dan seasonal Autoregresive Integrated Moving Average (SARIMA) 3.1.1 Seasonal Autoregresive Integrated Moving Average (SARIMA) Secara umum didalamnya mengandung korelasi periode yang mewakili korelasi antara ... βˆ’2 , βˆ’1 , , +1 ,… . Box jenkins mengusulkan bahwa korelasi antara observasi dalam periode musim dapat dikenal dengan anggapan bahwa input

Transcript of bab iii model fungsi transfer multivariate pada deret berkala ...

Danica Dwi Prahesti, 2016 PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIATE PADA DERET

BERKALA MUSIMAN

Model fungsi transfer multivariat pada deret berkala pola musiman adalah

penggabungan beberapa karakteristik dari model ARIMA univariat pola musiman

dan analisis regresi berganda, sehingga menjadi suatu model yang menggabungkan

pendekatan deret berkala pola musiman dengan pendekatan kausal. Model fungsi

transfer pola musiman ini memodelkan deret berkala output (π‘Œπ‘‘) yang diperkirakan

akan dipengaruhi oleh beberapa deret berkala input (𝑋𝑑), dan input-input lainnya

yang digabungkan dalam satu kelompok sebagai faktor gangguan (noise) 𝑁𝑑.

Seluruh sistem tersebut adalah sistem yang dinamis, dengan kata lain deret input

𝑋𝑑 memberikan pengaruh kepada deret output melalui fungsi transfer, yang

mendistribusikan dampak 𝑋𝑑 melalui beberapa periode waktu yang akan datang.

3.1 Deret Berkala Pola Musiman

Menurut Makridakis dkk. (1999, hlm.356), musiman merupakan suatu pola

yang berulang-ulang dalam selang waktu yang tetap. Apabila pada deret

memperlihatkan suatu pola musim tertentu secara konsisten, maka koefisien

autokorelasi dengan lag 12 bulan untuk data bulanan dan lag 4 untuk data kuartal

akan mempunyai nilai positif yang tinggi yang memperlihatkan adanya pengaruh

musiman. Deret berkala pola musiman memiliki karakteristik yang ditunjukkan

dengan adanya korelasi beruntun yang kuat pada jarak semusim, yaitu waktu yang

berkaitan dengan banyak observasi per periode musim. Metode peramalan dengan

adanya pola musiman adalah dekomposisi, exponensial smoothing winter, dan

seasonal Autoregresive Integrated Moving Average (SARIMA)

3.1.1 Seasonal Autoregresive Integrated Moving Average (SARIMA)

Secara umum 𝑍𝑑 didalamnya mengandung korelasi periode yang mewakili

korelasi antara ...π‘π‘‘βˆ’2, π‘π‘‘βˆ’1, 𝑍𝑑 , 𝑍𝑑+1, … . Box jenkins mengusulkan bahwa korelasi

antara observasi dalam periode musim dapat dikenal dengan anggapan bahwa input

20

Danica Dwi Prahesti, 2016 PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gerakan pada ARIMA musimam tidak independen, melainkan beruntun korelasi.

Diketahui bahwa 𝑍𝑑 dihasilkan oleh model pola musiman :

πœ‘π‘ƒ(𝐡𝑔) (1 βˆ’ 𝐡𝑔)𝐷𝑍𝑑 = πœ—π‘„(𝐡𝑔)πœ–π‘‘ (3.1)

dengan πœ–π‘‘ merupakan input gerakan non musiman yang dihasilkan oleh proses

ARIMA, dengan proses ARIMA yang memiliki bentuk umum yaitu :

πœ™π‘(𝐡)(1 βˆ’ 𝐡)π‘‘πœ–π‘‘ = πœƒπ‘ž(𝐡) π‘Žπ‘‘ (3.2)

Apabila persamaan (3.1) disubstitusikan ke dalam persamaan (3.2) maka

diperoleh bentuk model ARIMA musiman yang dapat dinyatakan sebagai SARIMA

(p, d, q)(P, D, Q )𝑔 yang berbentuk:

πœ™π‘(𝐡)πœ‘π‘ƒ(𝐡𝑔)(1 βˆ’ 𝐡)𝑑(1 βˆ’ 𝐡)𝐷𝑍𝑑 = πœƒπ‘ž(𝐡)πœ—π‘„(𝐡𝑔)π‘Žπ‘‘ (3.3)

𝑍𝑑 =πœƒπ‘ž(𝐡)πœ—π‘„(𝐡𝑔)π‘Žπ‘‘

πœ™π‘(𝐡)πœ‘π‘ƒ(𝐡𝑔)(1 βˆ’ 𝐡)𝑑(1 βˆ’ 𝐡)𝐷

dengan

πœ™π‘(𝐡) = (1 βˆ’ πœ™1𝐡 βˆ’ πœ™2𝐡2 βˆ’ β‹― βˆ’ πœ™π‘π΅π‘) merupakan operator AR(p),

πœƒπ‘ž(𝐡) = (1 βˆ’ πœƒ1𝐡 βˆ’ πœƒ2𝐡2 βˆ’ β‹― βˆ’ πœƒπ‘žπ΅π‘ž) merupakan operator MA(q),

πœ‘π‘ƒ(𝐡𝑔) = (1 βˆ’ πœ‘1𝐡𝑔 βˆ’ πœ‘2𝐡2𝑔 βˆ’ β‹― βˆ’ πœ‘π‘ƒπ΅π‘ƒπ‘”) merupakan operator AR(P) pola

musiman,

πœ—π‘„(𝐡𝑔) = (1 βˆ’ πœ—1𝐡𝑔 βˆ’ πœ—2𝐡2𝑔 βˆ’ β‹― βˆ’ πœ—π‘„π΅π‘„π‘”) merupakan operator MA(Q) pola

musiman,

g adalah banyak periode per musim.

3.2 Model Fungsi Transfer

Model fungsi transfer merupakan model yang berbeda dengan ARIMA,

karena model ARIMA hanya menghubungkan deret dari data masa lalu, sementara

model fungsi transfer menghubungkan deret dari data masa lalu dan

menghubungkan deret tersebut dengan deret berkala lainnya. Tujuan model fungsi

transfer adalah untuk menetapkan model sederhana, yang menghubungkan π‘Œπ‘‘

dengan 𝑋𝑑 dan 𝑁𝑑

21

Danica Dwi Prahesti, 2016 PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Konsep fungsi transfer ditunjukan pada Gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Konsep Fungsi Transfer

Menurut Makridakis dkk. (1999, hlm.448), bentuk umum model fungsi transfer

tunggal adalah:

π‘Œπ‘‘ = 𝑣(𝐡)𝑋𝑑 + 𝑁𝑑 (3.4)

dengan

π‘Œπ‘‘ menyatakan deret output,

𝑋𝑑 menyatakan deret input,

𝑁𝑑 menyatakan pengaruh kombinasi dari seluruh faktor yang mempengaruhi π‘Œπ‘‘,

𝑣(𝐡) = (𝑣0 + 𝑣1𝐡 + 𝑣2𝐡2 + β‹― + π‘£π‘˜π΅π‘˜) fungsi transfer dengan k adalah orde

fungsi transfer.

Deret input dan output dari persamaan (3.4) dapat ditransformasikan, dalam

hal ini dengan melakukan penyelisihan supaya model stasioner. Untuk

membedakan data mentah π‘Œπ‘‘, 𝑋𝑑, 𝑁𝑑 pada persamaan (3.4) dengan data yang telah

ditransformasi, data hasil transformasi ditulis menggunakan huruf kecil xt, yt, nt.

Orde dari fungsi transfer adalah k (menjadi orde tertinggi untuk proses

penyelisihan) dan nilainya terkadang dapat lebih besar dari banyaknya lag pada

korelasi silang. Oleh karena itu nilai π‘˜ tidak terlalu dibatasi sehingga model fungsi

transfer dapat ditulis sebagai :

𝑦𝑑 =πœ”(𝐡)

𝛿(𝐡)π‘₯π‘‘βˆ’π‘ +

πœƒ(𝐡)

πœ™(𝐡)π‘Žπ‘‘ (3.5)

Seluruh pengaruh

lain (noise) 𝑁𝑑

Deret

output π‘Œπ‘‘ Fungsi

transfer

Deret

input 𝑋𝑑

22

Danica Dwi Prahesti, 2016 PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan 𝜐(𝐡) =πœ”(𝐡)𝐡𝑏

𝛿(𝐡) dan 𝑛𝑑 =

πœƒ(𝐡)

πœ™(𝐡)π‘Žπ‘‘

dimana

πœ”(𝐡) = πœ”0 βˆ’ πœ”1𝐡 βˆ’ πœ”2𝐡2 βˆ’ β‹― βˆ’ πœ”π‘ π΅π‘ 

𝛿(𝐡) = 1 βˆ’ 𝛿1𝐡 βˆ’ 𝛿2𝐡2 βˆ’ β‹― βˆ’ π›Ώπ‘Ÿπ΅π‘Ÿ,

πœƒ(𝐡) = 1 βˆ’ πœƒ1𝐡 βˆ’ πœƒ2𝐡2 βˆ’ β‹― βˆ’ πœƒπ‘žπ΅π‘ž,

πœ™(𝐡) = 1 βˆ’ πœ™1𝐡 βˆ’ πœ™2𝐡2 βˆ’ β‹― βˆ’ πœ™π‘π΅π‘,

𝑦𝑑 merupakan nilai π‘Œπ‘‘ yang telah ditransformasi dengan penyelisihan,

π‘₯𝑑 merupakan nilai 𝑋𝑑 yang telah ditransformasi dengan penyelisihan,

π‘Žπ‘‘ merupakan nilai gangguan random,

r,s,p,q,b menyatakan konstanta.

Pada fungsi transfer multivariat terdapat beberapa variabel input π‘₯𝑑 yang

dimasukkan pada bentuk pemodelan. Bentuk umum persamaan fungsi transfer

multivariat sebagai berikut:(Wei, 2006, hlm.362)

𝑦𝑑 = βˆ‘ 𝑣𝑗(𝐡)π‘₯𝑗𝑑 + π‘›π‘‘π‘˜π‘—=1 (3.6)

𝑣𝑗(𝐡) =πœ”π‘—(𝐡)𝐡𝑏𝑗

𝛿𝑗(𝐡) fungsi transfer ke-j untuk deret input π‘₯𝑗𝑑, j = 1,2,…,k.

Persamaan (3.6) dapat pula dinyatakan sebagai berikut:

𝑦𝑑 = βˆ‘ [𝛿𝑗(𝐡)]βˆ’1

πœ”π‘—(𝐡)𝐡𝑏𝑗π‘₯𝑗𝑑 + [πœ™π‘(𝐡)]βˆ’1

πœƒπ‘ž(𝐡)π‘Žπ‘‘π‘˜π‘—=1 (3.7)

dengan

𝑦𝑑 merupakan variabel dependen,

π‘₯𝑗𝑑 merupakan variabel independen ke-j,

πœ”π‘—(𝐡) merupakan operator moving average orde sj untuk variabel ke-j,

𝛿𝑗(𝐡) merupakan operator autoregressive orde rj untuk variabel ke-j,

πœƒπ‘ž(𝐡) merupakan operator moving average orde q,

πœ™π‘(𝐡) merupakan operator autoregressive orde p,

π‘Žπ‘‘ merupakan nilai gangguan acak.

23

Danica Dwi Prahesti, 2016 PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Apabila deret input π‘₯𝑖𝑑 dan π‘₯𝑗𝑑 tidak berkorelasi untuk i β‰  j, maka analisis

dan perhitungannya sama seperti model fungsi transfer input tunggal. Sedangkan

untuk deret multivariat π‘₯𝑗𝑑 dengan i β‰  j yang saling berkorelasi perlu dilakukan

analisis korelasi silang (cross correlation) antar deret berkala untuk mengetahui

deret mana yang harus dikeluarkan dari model.

3.3 Prosedur Pembentukan Model Fungsi Transfer Multivariat

Terdapat empat tahap utama dalam prosedur pembentukan model fungsi

transfer multivariat untuk deret input (𝑋𝑑) dan deret output (π‘Œπ‘‘) yaitu:

(Makridakis dkk, 1999, hlm.450)

3.3.1 Tahap Pertama : Identifikasi Bentuk Model

1) Mempersiapkan deret input dan deret output tunggal

Pada tahap ini dilakukan identifikasi kestasioneran deret input dan deret

output. Apabila data tidak stasioner dalam rata-rata maka untuk menghilangkan

ketidakstasionerannya adalah dengan melakukan penyelisihan dengan cara

mentransformasikan deret-deret input dan output. Transformasi yang biasa

digunakan : (Makridakis dkk, 1999, hlm.451)

(1 βˆ’ 𝐡)𝑋𝑑 = π‘₯𝑑

(1 βˆ’ 𝐡)π‘Œπ‘‘ = 𝑦𝑑 (3.8)

2) Pemutihan deret input

Pemutihan deret input bertujuan untuk membuat deret input menjadi lebih

dapat diatur dengan menghilangkan seluruh pola yang diketahui supaya yang

tertinggal hanya white noise. Pemutihan deret input π‘₯𝑑 dengan proses ARIMA

(𝑝π‘₯, 0, π‘žπ‘₯) dapat didefinisikan dengan :

πœ™π‘₯(𝐡)π‘₯𝑑 = πœƒπ‘₯(𝐡)𝛼𝑑 (3.9)

sehingga, deret 𝛼𝑑 menjadi:

πœ™π‘₯(𝐡)

πœƒπ‘₯(𝐡)π‘₯𝑑 = 𝛼𝑑 (3.10)

3) Pemutihan deret output

24

Danica Dwi Prahesti, 2016 PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fungsi transfer yang akan ditetapkan yaitu memetakan π‘₯𝑑 kedalam 𝑦𝑑. Jika

suatu transformasi pemutihan diterapkan untuk π‘₯𝑑 maka harus menerapkan

transformasi yang sama untuk 𝑦𝑑. Transformasi pada 𝑦𝑑 tidak harus mengubah

𝑦𝑑 menjadi white noise, tetapi deret 𝑦𝑑 yang telah diputihkan menjadi deret 𝛽𝑑,

adalah :

πœ™π‘₯(𝐡)

πœƒπ‘₯(𝐡)𝑦𝑑 = 𝛽𝑑 (3.11)

4) Perhitungan korelasi silang dan autokorelasi deret input dan deret output

yang telah diputihkan.

Kovarian antara dua variabel 𝑋 dan π‘Œ ditetapkan sebagai berikut:

𝐢π‘₯𝑦 = 𝐸{(𝑋 βˆ’ οΏ½Μ…οΏ½)(π‘Œ βˆ’ οΏ½Μ…οΏ½)}

Bentuk ini dapat digunakan untuk menetapkan dua varian yaitu 𝐢π‘₯π‘₯ dan

𝐢𝑦𝑦. Dengan memasang subskrip waktu di bawah variabel 𝑋 dan π‘Œ dan dengan

memisalkan k sebagai time lag (beda waktu pada setiap pasangan data).

Kovarians silang 𝐢π‘₯𝑦(π‘˜) dan 𝐢𝑦π‘₯(π‘˜) adalah:

𝐢π‘₯𝑦(π‘˜) = 𝐸{(𝑋𝑑 βˆ’ οΏ½Μ…οΏ½)(π‘Œπ‘‘+π‘˜ βˆ’ οΏ½Μ…οΏ½)} (3.12)

𝐢𝑦π‘₯(π‘˜) = 𝐸{(π‘Œπ‘‘ βˆ’ οΏ½Μ…οΏ½)(𝑋𝑑+π‘˜ βˆ’ οΏ½Μ…οΏ½)} (3.13)

dengan π‘˜ = 0,1,2,3, … dan setererusnya. Persamaan (3.12) dan (3.13)

didefinisikan sebagai ekspektasi. Dalam prakteknya, taksiran kovarians-silang

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝐢π‘₯𝑦(π‘˜) =1

π‘›βˆ‘ (𝑋𝑑 βˆ’ οΏ½Μ…οΏ½)(π‘Œπ‘‘+π‘˜ βˆ’ οΏ½Μ…οΏ½)π‘›βˆ’π‘˜

𝑑=1 (3.14)

𝐢𝑦π‘₯(π‘˜) =1

π‘›βˆ‘ (π‘Œπ‘‘ βˆ’ οΏ½Μ…οΏ½)(𝑋𝑑+π‘˜ βˆ’ οΏ½Μ…οΏ½)π‘›βˆ’π‘˜

𝑑=1 (3.15)

Kovarians silang dapat diubah menjadi korelasi silang dengan membagi

kovarians tersebut oleh dua standar deviasi sebagai berikut:

π‘Ÿπ‘₯𝑦(π‘˜) = οΏ½Μ‚οΏ½π‘‹π‘Œ(π‘˜) =πΆπ‘‹π‘Œ(π‘˜)

βˆšπΆπ‘‹π‘‹(0)πΆπ‘Œπ‘Œ(0)=

𝐢π‘₯𝑦(π‘˜)

𝑆π‘₯ 𝑆𝑦 (3.16)

Dimana k β‰₯ 0.

Rumus standar error berikut digunakan untuk memeriksa apakah π‘Ÿπ‘₯𝑦(π‘˜)

berbeda nyata dari nol atau tidak.(Wei, 2006, hlm.330)

π‘†πΈπ‘Ÿπ‘₯𝑦(π‘˜)=

1

βˆšπ‘›βˆ’π‘˜ (3.17)

25

Danica Dwi Prahesti, 2016 PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Apabila pada uji korelasi silang π‘Ÿπ‘₯𝑦(π‘˜), π‘₯𝑑 tidak saling berkorelasi dengan

𝑦𝑑 maka π‘₯𝑑 merupakan white noise dengan korelasi silang yang diharapkan

adalah nol, dengan k = 0 sehingga π‘†πΈπ‘Ÿπ‘₯𝑦(π‘˜)=

1

βˆšπ‘›, tetapi apabila uji korelasi

silang π‘Ÿπ‘₯𝑦(π‘˜), π‘₯𝑑 berkorelasi dengan 𝑦𝑑 maka π‘₯𝑑 merupakan indikator penentu

terhadap 𝑦𝑑 dengan k > 0.

Pada model fungsi transfer multivariat perhitungan korelasi silang pada

masing-masing input π‘₯ terhadap output 𝑦 digunakan untuk mengetahui nilai

(π‘Ÿ, 𝑠, 𝑏) yang diidentifikasi dari plot korelasi silang. Setelah diperoleh nilai

(π‘Ÿ, 𝑠, 𝑏) pada masing-masing input, lalu dilakukan korelasi silang serentak

antara nilai 𝑦 terhadap seluruh variabel inputnya.

5) Penaksir langsung bobot respon impuls

Setelah menentukan korelasi silang, langkah selanjutnya yaitu melakukan

penaksiran langsung bobot respon impuls. Bobot respon impuls ini berguna

untuk menghitung deret noise. Untuk penaksiran bobot respon impuls secara

langsung rumusnya adalah sebagai berikut:

π‘£π‘˜ =π‘Ÿπ›Όπ›½(π‘˜)𝑆𝛽

𝑆𝛼 (3.18)

dengan

π‘Ÿπ›Όπ›½(π‘˜) menyatakan nilai dari korelasi silang antara 𝛼𝑑 dan 𝛽𝑑 pada lag ke-k,

𝑆𝛽 menyatakan standar deviasi dari deret output yang telah diputihkan,

𝑆𝛼 menyatakan standar deviasi dari deret input yang telah diputihkan.

6) Penetapan (π‘Ÿ, 𝑠, 𝑏) untuk model fungsi

Tiga parameter kunci dalam model fungsi transfer adalah (π‘Ÿ, 𝑠, 𝑏), π‘Ÿ

menunjukkan derajat fungsi 𝛿(𝐡), 𝑠 menunjukkan derajat fungsi πœ”(𝐡) dan 𝑏

menunjukkan keterlambatan yang dicatat pada subskrip dari π‘₯π‘‘βˆ’π‘ pada

persamaan

𝑦𝑑 =πœ”(𝐡)

𝛿(𝐡)π‘₯π‘‘βˆ’π‘ +

πœƒ(𝐡)

πœ™(𝐡)𝛼𝑑 (3.19)

26

Danica Dwi Prahesti, 2016 PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikut ini beberapa aturan yang dapat digunakan untuk menduga nilai

π‘Ÿ, 𝑠, 𝑏 dari suatu fungsi transfer:

a. Nilai 𝑏 menyatakan bahwa 𝑦𝑑 tidak dipengaruhi oleh π‘₯𝑑 sampai periode 𝑑 +

𝑏. Besarnya 𝑏 dapat ditentukan dari lag yang pertama kali signifikan pada

plot korelasi silang. Nilai ini merupakan nilai yang paling mudah ditentukan

apabila korelasi silang diperoleh dari π‘Ÿπ›Όπ›½(0) = π‘Ÿπ›Όπ›½(1) = π‘Ÿπ›Όπ›½(2) = 0 tetapi

π‘Ÿπ›Όπ›½(3) = 0,5 maka dapat ditentukan 𝑏 = 3, dengan kata lain terdapat tiga

periode sebelum runtun waktu input Ξ± mulai mempengaruhi runtun waktu

output Ξ².

b. Nilai 𝑠 menyatakan seberapa lama deret output (𝑦𝑑) terus menerus

dipengaruhi oleh π‘₯π‘‘βˆ’π‘βˆ’1, π‘₯π‘‘βˆ’π‘βˆ’2, … , π‘₯π‘‘βˆ’π‘βˆ’π‘  sehingga dapat dikatakan

bahwa nilai 𝑠 adalah bilangan pada lag plot korelasi silang sebelum

terjadinya pola menurun.

c. Nilai π‘Ÿ menunjukkan bahwa 𝑦𝑑 dipengaruhi oleh nilai masa lalunya yaitu

π‘¦π‘‘βˆ’1, … , π‘¦π‘‘βˆ’π‘Ÿ.

π‘Ÿ = 0, bila ada beberapa lag plot pada korelasi silang yang terpotong.

π‘Ÿ = 1, bila plot pada korelasi silang menunjukan suatu pola eksponensial

menurun.

π‘Ÿ = 2, bila plot pada korelasi silang menunjukan suatu pola eksponensial

menurun dan pola sinus.

Berikut beberapa bentuk fungsi transfer yang umum digunakan dalam

peramalan: (Wei, 2006, hlm.325)

Tabel 3.1 Model Fungsi Transfer dengan 𝒓 = 𝟎

(π‘Ÿ, 𝑠, 𝑏) Fungsi Transfer

(0,0,2)

(0,1,2)

(0,2,2)

𝑣(𝐡)π‘₯𝑑 = πœ”0π‘₯π‘‘βˆ’2

𝑣(𝐡)π‘₯𝑑 = (πœ”0 βˆ’ πœ”1)π‘₯π‘‘βˆ’2

𝑣(𝐡)π‘₯𝑑 = (πœ”0 βˆ’ πœ”1𝐡 βˆ’ πœ”2𝐡2)π‘₯π‘‘βˆ’2

27

Danica Dwi Prahesti, 2016 PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2 Model Fungsi Transfer dengan 𝒓 = 𝟏

(π‘Ÿ, 𝑠, 𝑏) Fungsi Transfer

(1,0,2)

(1,1,2)

(1,2,2)

𝑣(𝐡)π‘₯𝑑 =πœ”0

(1 βˆ’ 𝛿1𝐡)π‘₯π‘‘βˆ’2

𝑣(𝐡)π‘₯𝑑 =(πœ”0 βˆ’ πœ”1𝐡)

(1 βˆ’ 𝛿1𝐡)π‘₯π‘‘βˆ’2

𝑣(𝐡)π‘₯𝑑 =(πœ”0 βˆ’ πœ”1𝐡 βˆ’ πœ”2𝐡2)

(1 βˆ’ 𝛿1𝐡)π‘₯π‘‘βˆ’2

Tabel 3.3 Model Fungsi Transfer dengan 𝒓 = 𝟐

(π‘Ÿ, 𝑠, 𝑏) Fungsi Transfer

(2,0,2)

(2,1,2)

(2,2,2)

𝑣(𝐡)π‘₯𝑑 =πœ”0

(1 βˆ’ 𝛿1𝐡 βˆ’ 𝛿2𝐡2)π‘₯π‘‘βˆ’2

𝑣(𝐡)π‘₯𝑑 =(πœ”0 βˆ’ πœ”1𝐡)

(1 βˆ’ 𝛿1𝐡 βˆ’ 𝛿2𝐡2)π‘₯π‘‘βˆ’2

𝑣(𝐡)π‘₯𝑑 =(πœ”0 βˆ’ πœ”1𝐡 βˆ’ πœ”2𝐡2)

(1 βˆ’ 𝛿1𝐡 βˆ’ 𝛿2𝐡2)π‘₯π‘‘βˆ’2

7) Penaksir awal deret gangguan (𝑛𝑑)

Bobot respon impuls diukur secara langsung dan ini memungkinkan

dilakukannya perhitungan nilai taksiran dari deret gangguan 𝑛𝑑,

𝑛𝑑 = 𝑦𝑑 βˆ’ �̂�𝑑

= 𝑦𝑑 βˆ’οΏ½Μ‚οΏ½(𝐡)

οΏ½Μ‚οΏ½(𝐡)π΅π‘˜π‘₯𝑑

= 𝑦𝑑 βˆ’ 𝑣(𝐡)π‘₯𝑑

28

Danica Dwi Prahesti, 2016 PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

= 𝑦𝑑 βˆ’ 𝑣0π‘₯𝑑 βˆ’ 𝑣1π‘₯π‘‘βˆ’1 βˆ’ 𝑣2π‘₯π‘‘βˆ’2 βˆ’ β‹― βˆ’ π‘£π‘˜π‘₯π‘‘βˆ’π‘˜ (3.20)

8) Penetapan (𝑝𝑛, π‘žπ‘›) untuk model ARIMA dari deret gangguan 𝑛𝑑

Setelah menggunakan persamaan (3.21), lalu nilai-nilai 𝑛𝑑 dianalisis dengan

cara ARIMA untuk menemukan model ARIMA yang tepat sehingga diperoleh

nilai 𝑝𝑛 dan π‘žπ‘›. Dengan cara ini fungsi πœ™π‘›(𝐡) dan πœƒπ‘›(𝐡) untuk deret gangguan

𝑛𝑑 dapat diperoleh untuk mendapatkan persamaan:

πœ™π‘›(𝐡)𝑛𝑑 = πœƒπ‘›(𝐡)π‘Žπ‘‘ (3.21)

3.3.2 Tahap Kedua : Penaksiran Parameter Pada Model Fungsi Transfer

Setelah model ARIMA diperoleh dari deret noise, maka akan diperoleh

hasil dari suatu model fungsi transfer.

Model fungsi transfer yang telah ditentukan secara tentatif adalah :

π‘Œπ‘‘ = 𝑣(𝐡)𝑋𝑑 + 𝑁𝑑

Terdapat sebuah contoh untuk mengaplikasikan model fungsi transfer dan

ARIMA. Misal digunakan model fungsi transfer (r,s,b) = (2,2,2) dan ARIMA

(p,d,q) = (2,0,1), maka bentuk model fungsi transfernya adalah :

𝑦𝑑 =(πœ”0βˆ’πœ”1π΅βˆ’πœ”2𝐡2)

(1βˆ’π›Ώ1π΅βˆ’π›Ώ2𝐡2)π‘₯π‘‘βˆ’2 +

(1βˆ’πœƒ1𝐡)

(1βˆ’πœ™1π΅βˆ’πœ™2𝐡2)π‘Žπ‘‘ (3.22)

Pada tahap ini akan menaksir nilai-nilai πœ”π‘›, 𝛿𝑛, πœ™π‘›, dan πœƒπ‘›, yang didapat

dengan cara mensubstitusikan persamaan khusus seperti berikut:

𝑣𝑗 = 0 untuk j < b

𝑣𝑗 = 𝛿1πœπ‘—βˆ’1 + β‹― + π›Ώπ‘Ÿπœπ‘—βˆ’π‘Ÿ + πœ”0 untuk j = b (3.23)

𝑣𝑗 = 𝛿1πœπ‘—βˆ’1 + β‹― + π›Ώπ‘Ÿπœπ‘—βˆ’π‘Ÿ + πœ”π‘—βˆ’π‘ untuk j = b+1,…,b+s

𝑣𝑗 = 𝛿1πœπ‘—βˆ’1 + β‹― + π›Ώπ‘Ÿπœπ‘—βˆ’π‘Ÿ untuk j > b+s

Jika rumus ini digunakan dengan menggunakan contoh dari model fungsi

transfer pada persamaan (3.23) dengan nilai (π‘Ÿ, 𝑠, 𝑏) = (2,2,2), maka akan

menghasilkan rumus:

𝑣0 = 0 (1)

𝑣1 = 0 (2)

𝑣2 = 𝛿1𝑣1 + 𝛿2𝑣0 + πœ”0 (3)

29

Danica Dwi Prahesti, 2016 PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

𝑣3 = 𝛿1𝑣2 + 𝛿2𝑣1 βˆ’ πœ”1 (4)

𝑣4 = 𝛿1𝑣3 + 𝛿2𝑣2 βˆ’ πœ”2 (5)

𝑣5 = 𝛿1𝑣4 + 𝛿2𝑣3 (6)

𝑣6 = 𝛿1𝑣5 + 𝛿2𝑣4 (7)

𝑣7 = 𝛿1𝑣6 + 𝛿2𝑣5 (8)

dengan menggunakan pembobotan impuls, maka akan didapat nilai-nilai parameter

yang diperlukan dengan cara mensubstitusikannya.

3.3.3 Tahap Ketiga : Pemeriksaan Diagnosis Model Fungsi Transfer

Tunggal

Pada tahap ini diperlukan pengecekan deret gangguan 𝑛𝑑 dan hubungan

deret 𝑛𝑑 dengan 𝛼𝑑. Deret 𝑛𝑑 yang sudah didapat melalui tahap 1 dan 2, secara

umum bentuk model fungsi transfer adalah:

𝑦𝑑 =πœ”(𝐡)

𝛿(𝐡)π‘₯π‘‘βˆ’π‘ +

πœƒ(𝐡)

πœ™(𝐡)π‘Žπ‘‘ (3.24)

Bila persamaan (3.25) dikalikan dengan 𝛿(𝐡)πœ™(𝐡) diperoleh :

𝛿(𝐡)πœ™(𝐡)𝑦𝑑 = πœ”(𝐡)πœ™(𝐡)π‘₯π‘‘βˆ’π‘ + 𝛿(𝐡)πœƒ(𝐡)π‘Žπ‘‘ (3.25)

π‘Žπ‘‘ dapat diekspresikan sebagai fungsi dari berbagai macam nilai y, nilai x dan nilai

a sebelumnya.

Berikut adalah contoh tahap penguraian bentuk π‘Žπ‘‘, misal model fungsi transfer yang

digunakan adalah model fungsi transfer (r,s,b) = (1,1,1) dan model ARIMA (p,d,q)

= (1,0,1), maka bentuk model fungsi transfernya adalah :

𝑦𝑑 =(πœ”0 βˆ’ πœ”1𝐡)

(1 βˆ’ 𝛿1𝐡)π‘₯π‘‘βˆ’1 +

(1 βˆ’ πœƒ1𝐡)

(1 βˆ’ πœ™1𝐡)π‘Žπ‘‘

Lalu kalikan setiap parameter dengan (1 βˆ’ 𝛿1𝐡)(1 βˆ’ πœ™1𝐡) diperoleh:

(1 βˆ’ 𝛿1𝐡)(1 βˆ’ πœ™1𝐡)𝑦𝑑 = (πœ”0 βˆ’ πœ”1𝐡)(1 βˆ’ πœ™1𝐡)π‘₯π‘‘βˆ’1 +

(1 βˆ’ πœƒ1𝐡)(1 βˆ’ 𝛿1𝐡)π‘Žπ‘‘

Dengan melakukan penguraian perkalian diatas, maka 𝑦𝑑 menjadi :

(1 βˆ’ πœ™1𝐡 βˆ’ 𝛿1𝐡 + 𝛿1πœ™1𝐡2)𝑦𝑑 = (πœ”0 βˆ’ πœ”0πœ™1𝐡 βˆ’ πœ”1𝐡 + πœ”1πœ™1𝐡2)π‘₯π‘‘βˆ’1

+( 1 βˆ’ 𝛿1𝐡 βˆ’ πœƒ1𝐡 + πœƒ1𝛿1𝐡2) π‘Žπ‘‘

𝑦𝑑 βˆ’ (πœ™1 + 𝛿1)π‘¦π‘‘βˆ’1 + (𝛿1πœ™1)π‘¦π‘‘βˆ’2 = (πœ”0)π‘₯π‘‘βˆ’1 βˆ’ (πœ”0πœ™1 + πœ”1)π‘₯π‘‘βˆ’2 +

(πœ”1πœ™1)π‘₯π‘‘βˆ’3 + π‘Žπ‘‘ βˆ’ (𝛿1 + πœƒ1)π‘Žπ‘‘βˆ’1 + (πœƒ1𝛿1)π‘Žπ‘‘βˆ’2

30

Danica Dwi Prahesti, 2016 PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

𝑦𝑑 = (πœ™1 + 𝛿1)π‘¦π‘‘βˆ’1 βˆ’ (𝛿1πœ™1)π‘¦π‘‘βˆ’2 + (πœ”0)π‘₯π‘‘βˆ’1 βˆ’ (πœ”0πœ™1 + πœ”1)π‘₯π‘‘βˆ’2 +

(πœ”1πœ™1)π‘₯π‘‘βˆ’3 + π‘Žπ‘‘ βˆ’ (𝛿1 + πœƒ1)π‘Žπ‘‘βˆ’1 + (πœƒ1𝛿1)π‘Žπ‘‘βˆ’2 (3.26)

Persamaan (3.27) dapat digunakan untuk peramalan, tetapi terdapat parameter yang

harus dicari yaitu π‘Žπ‘‘, sehingga diperoleh nilai π‘Žπ‘‘ dari persamaan (3.27) yaitu:

π‘Žπ‘‘ = 𝑦𝑑 βˆ’ (πœ™1 + 𝛿1)π‘¦π‘‘βˆ’1 + (𝛿1πœ™1)π‘¦π‘‘βˆ’2 βˆ’ (πœ”0)π‘₯π‘‘βˆ’1 + (πœ”0πœ™1 + πœ”1)π‘₯π‘‘βˆ’2 βˆ’

(πœ”1πœ™1)π‘₯π‘‘βˆ’3 + (𝛿1 + πœƒ1)π‘Žπ‘‘βˆ’1 βˆ’ (πœƒ1𝛿1)π‘Žπ‘‘βˆ’2 (3.27)

3.3.4 Tahap Keempat : Peramalan Model Fungsi Transfer Multivariat

Peramalan fungsi transfer multivariat dilakukan dengan cara memodelkan

seluruh variabel yang sudah diidentifikasi sebelumnya secara serentak. Identifikasi

nilai-nilai bobot respon impuls dan korelasi silang dijadikan dasar dalam

pemodelan yang menghasilkan fungsi transfer multivariat. Cara yang dilakukan

dalam model fungsi transfer multivariat sama halnya yang dilakukan pada model

input tunggal. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1) Mengidentifikasi deret input dan output untuk mengetahui kestasioneran

dan menentukan orde model ARIMA.

2) Menghitung estimasi parameter model ARIMA yang sesuai untuk masing-

masing deret input. Lalu dilakukan uji untuk mengetahui model memenuhi proses

white noise atau belum.

3) Dilakukan korelasi silang untuk masing-masing deret input terhadap deret

output. Korelasi silang berguna untuk menghitung deret noise dan juga menentukan

orde model fungsi transfer yakni dengan mengidentifikasi plot korelasi silang.

4) Menentukan nilai π‘Ÿ, 𝑠, 𝑏 pada masing-masing deret dan menghitung nilai

gangguan (𝑛𝑑) sehingga model fungsi transfer input tunggal selesai terbentuk.

Tahapan tersebut merupakan pembentukan model fungsi transfer input tunggal.

Sedangkan untuk model fungsi transfer multivariat dilakukan dengan cara :

5) Nilai π‘Ÿ, 𝑠, 𝑏 masing-masing deret input yang telah didapat lalu dilakukan

estimasi secara serentak.

6) nilai gangguan gabungannya didapat dari rumus

𝑛𝑑 = 𝑦𝑑 βˆ’ �̂�𝑑

31

Danica Dwi Prahesti, 2016 PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

= 𝑦𝑑 βˆ’ βˆ‘ π‘£π‘˜(𝐡)π‘₯π‘‘βˆ’π‘˜π‘šπ‘˜=0 (3.28)

Nilai-nilai (π‘Ÿ, 𝑠, 𝑏) yang telah diidentifikasi dalam model fungsi transfer input

tunggal dijumlahkan sehingga model multivariat menjadi

𝑦𝑑 = βˆ‘πœ”π‘—(𝐡)

𝛿𝑗(𝐡)𝐡𝑏𝑗π‘₯𝑗𝑑 +

πœƒ(𝐡)

πœ™(𝐡)π‘Žπ‘‘

π‘šπ‘—=1 (3.29)

atau

𝑦𝑑 = βˆ‘ 𝑣𝑖(𝐡)π‘₯𝑖𝑑 + 𝑛𝑑

π‘˜

𝑖=1

3.4 Model Fungsi Transfer Pola Musiman

Pada subbab sebelumnya tidak disebutkan bahwa model fungsi transfer

mengandung pola tertentu sehingga membuat deret berkala menjadi tidak stasioner,

dimana ini merupakan perluasan dari model fungsi transfer yaitu model fungsi

transfer dengan deret berkala pola musiman, deret berkala pada subbab (3.1.1)

memiliki bentuk ARIMA (𝑝, 𝑑, π‘ž) menjadi SARIMA (𝑝, 𝑑, π‘ž)(𝑃, 𝐷, 𝑄)𝑔, sehingga

perluasan dari model fungsi transfer (3.5) untuk model fungsi transfer bivariat

dengan pola musiman menjadi : (Chiogna, M, 2011, hlm.3)

π‘Œπ‘‘ =πœ”(𝐡)Ξ©(𝐡𝑔)

𝛿(𝐡)Ξ”(𝐡𝑔)π‘‹π‘‘βˆ’π‘ +

πœƒ(𝐡)πœ—(𝐡𝑔)

(1βˆ’π΅)𝑑(1βˆ’π΅π‘”)π·πœ™(𝐡)πœ‘(𝐡𝑔)π‘Žπ‘‘ (3.30)

dimana

Ξ©(𝐡𝑔) = Ξ©0 βˆ’ Ξ©1𝐡𝑔 βˆ’ Ξ©2𝐡2𝑔 βˆ’ β‹― βˆ’ Ω𝑆𝐡𝑆𝑔,

Ξ”(𝐡𝑔) = 1 βˆ’ Ξ”1𝐡𝑔 βˆ’ Ξ”2𝐡2𝑔 βˆ’ β‹― βˆ’ Δ𝑅𝐡𝑅𝑔,

πœ—(𝐡𝑔) = 1 βˆ’ πœ—1𝐡𝑔 βˆ’ πœ—2𝐡2𝑔 βˆ’ β‹― βˆ’ πœ—π‘„π΅π‘„π‘”,

πœ‘(𝐡𝑔) = 1 βˆ’ πœ‘1𝐡𝑔 βˆ’ πœ‘2𝐡2𝑔 βˆ’ β‹― βˆ’ πœ‘π‘ƒπ΅π‘ƒπ‘”.

Sehingga untuk model fungsi transfer multivariat (3.7) dengan pola musiman,

berbentuk:

π‘Œπ‘‘ = βˆ‘πœ”π‘—(𝐡)Ω𝑗(𝐡𝑔)𝐡𝑏𝑗

𝛿𝑗(𝐡)Δ𝑗(𝐡𝑔)𝑋𝑗(𝑑)π‘˜

𝑗=1 +πœƒ(𝐡)πœ—(𝐡𝑔)

(1βˆ’π΅)𝑑(1βˆ’π΅π‘”)π·πœ™(𝐡)πœ‘(𝐡𝑔)π‘Žπ‘‘ (3.31)

Dengan :

Ω𝑗(𝐡𝑔) merupakan operator moving average orde Sj untuk variabel ke-j,

Δ𝑗(𝐡𝑔) merupakan operator autoregressive orde Rj untuk variabel ke-j,

32

Danica Dwi Prahesti, 2016 PERAMALAN CURAH HUJAN KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PADA DERET BERKALA MUSIMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

πœ—π‘„(𝐡𝑔) merupakan operator moving average orde Q,

πœ‘π‘ƒ(𝐡𝑔) merupakan operator autoregressive orde P,

P,Q,R,S adalah konstanta,

g adalah banyak periode per musim.