BAB 2 LANDASAN TEORI
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI
Tugas Besar Merancang Teknik Refrigerasi
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Cold Storage
Refrigerasi didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan
tentang penyediaan dan mempertahankan temperatur di bawah
temperatur atmosfer sekitarnya. Pemanfaatan efek temperatur
rendah ini memainkan peranan yang penting dalam pengawetan
bahan makanan, salah satunya adalah daging ayam. Banyak hal
dari daging ayam, dimana membutuhkan persiapan yang baik dan
penanganan tempat penyimpanan daging ayam, yaitu Cold Storage
menjamin pengawetan daging yang aman dan diakui secara umum.
Cold Storage adalah ruangan yang suhunya dijaga dibawah suhu
udara di luar dengan tujuan supaya barang yang disimpan di
dalamnya tidak rusak. Barang-barang yang biasa disimpan di
dalam cold storage adalah es krim, daging-dagingan, buah-buahan,
susu dan produk olahannya, serta barang-barang lain yang mudah
rusak bila disimpan pada suhu kamar. Cold storage didesain
berdasarkan barang apa yang akan disimpan di dalamnya karena
tiap-tiap jenis barang akan membutuhkan penyimpanan yang
berbeda.
Tidak semua daging segar langsung dibawa ke pasaran, sebagian
ada yang disimpan untuk persediaan. Lamanya waktu ketahanan
Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia 7
Tugas Besar Merancang Teknik Refrigerasi
daging tergantung pada kondisi apa daging itu disimpan. Daging
mempunyai ketahanan tertentu di setiap bagian. Misalnya,
daging hanya mampu bertahan selama 10 hari apabila berada di
Chilling Room, sedangkan di Cold Storage daging mampu bertahan
sampai dua tahun.
2.1.1. Chilling Room
Chilling Room adalah ruangan untuk mendinginkan daging
sampai pada temperatur sekitar 00C. Pendinginan di dalam
Chilling Room dimaksudkan untuk mereduksi pertumbuhan
bakteri mikro organism dan untuk mengurangi penyusutan
berat daging oleh penguapan. Chilling Room juga dipakai
sebagai ruang transit dan juga untuk mencegah perusakan
warna di permukaan daging karena oksida hemoglobin.
Chiller yang baik mempunyai temperatur udara yang dingin,
kecepatan hembus udara yang tinggi, kelembaban udara yang
tinggi dan mempunyai kapasitas pendinginan yang besar.
Temperatur udara dalam Chilling Room dijaga senantiasa
antara 00C sampai -10C. Pada temperatur dibawah -10C,
daging akan mulai membeku.
2.1.2. Blast Freezer
Blast Freezer adalah ruangan yang dipakai untuk membekukan
daging secara cepat. Apabila periode pengawetan daging
yang dibutuhkan lebih lama daripada ketahanan waktu daging
dalam Chilling Room, maka proses pembekuan diperlukan untuk
Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia 8
Tugas Besar Merancang Teknik Refrigerasi
mengatasi perubahan-perubahan secara fisik biologi, dan
mikrologi dalam daging. Selama proses pembekuan, kandungan
air dalam daging yang berkisar antara 80% ini harus diubah
menjadi kristal-kristal es yang diikuti dengan pemisahan
dari padatan yang terlarut.
Suatu daging dikatakan membeku sempurna apabila temperatur
di tengah daging mencapai -120C atau bahkan lebih rendah
lagi. Untuk mencapai kondisi ini, harus diperhatikan
bagaimana kristal-kristal es ini terbentuk. Terbentuknya
kristal es dalam daging sangat mempengaruhi kualitas
daging beku yang dihasilkan. Semakin lembut kristal es
yang terbentuk, semakin baik proses pembekuan yang
terjadi. Dari International Institute of Refrigeration (IIR),
diketahui bahwa kecepatan pembekuan dinyatakan sebagai
kecepatan penurunan temperatur dipermukaan melalui badan
daging dalam cm/jam. Hasil pembekuan yang baik didapat
apabila kecepatan pembekuan daging berkisar antara 2-5
cm/jam. Pembekuan lambat didefinisikan dengan kecepatan
dibawah 1 cm/jam dan pembekuan cepat dengan kondisi diatas
5 cm/jam.
Daging beku yang sudah memenuhi syarat dikeluarkan dari
blast freezer untuk selanjutnya disimpan di dalam Cold Storage.
Temperatur ruangan Cold Storage dipertahankan agar tetap
berada pada temperature daging yaitu sekitar -200C.
Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia 9
Tugas Besar Merancang Teknik Refrigerasi
Ketahanan daging dalam Cold Storage adalah fungsi dari
waktu. Semakin dingin temperatur Cold Storage semakin lama
ketahanan daging tersebut.
Gambar 1. Blast Freezer
2.2 Komponen Sistem Refrigerasi
2.2.1. Komponen Utama
Pada sistem refrigerasi mekanik terdapat 4 (empat)
komponen utama yaitu: kompressor, kondensor, metering
device ( Expansion valve ), dan evaporator.
a. Kompresor
Kompresor adalah alat yang berguna untuk mengkompresi
refrigeran yang keluar dari evaporator. Refrigerant
dikompresi sehingga tekanan naik dan temperaturnya
naik. Refrigeran yang keluar harus berfase gas
Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia 10
Tugas Besar Merancang Teknik Refrigerasi
sleuruhnya karena refrigeran dalam fasa liquid tidak
dapat dikompresi. Jika refrigerant yang masuk ke dalam
kompresor dalam fasa liquid, maka akan merusak
kompresor. Kompresor berdasarkan prinsip kerjanya
diklasifikasikan menjadi 2 jenis:
Positive displacement-type
Roto dynamic-type
Berdasarkan konstruksinya dapat diklasifikasikan
menjadi:
Reciprocating type
Rotary type with sliding vanes (rolling piston type
or multiple vane type)
Rotary screw type (single screw or twin-screw type)
Orbital compressors, and
Acoustic compressors
b. Kondensor
Kondensor adalah alat yang digunakan untuk
menkondensasi refrigeran yang keluar dari kompresor
sehingga saat keluar dari konensor, refrigeran sudah
berfasa liquid seluruhnya. Untuk memastikan refrigeran
sudah berfasa liquid seluruhnya, maka kita mengeset
parameter subcooling, penurunan temperature beberapa
derajat dibawah temperature saturasinya. Subcooling
biasanya diset pada 2-3K. Subcooling penting untuk 2
alasan:
Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia 11
Tugas Besar Merancang Teknik Refrigerasi
Keamanan dari katup ekspansi dimana tidak ada
gelembung di dalamnya
Memaksimalkan kapasitas dari evaporator
Kondensor diklasifikasikan menjadi:
Kondensor berpendingin udara
Kondensor berpendingin air
c. Metering device
Katup ekspansi adalah alat yang digunakan untuk
mengatur laju aliran refrigeran menuju evaporator. Katup
ekspansi ditempatkan sebelum evaporator. Pada system
refrigerasi metering device merupakan tahanan yang
tempatnya diantara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan
rendah.
Alat pegatur refrigerant harus memberikan kapasitas
yang maksimum kepada evaporator, tetapi tidak membuat
beban lebih kepada kompresor.
d. Evaporator
Evaporator adalah alat penukar kalor yang digunakan untuk
menyerap kalor dari ruangan dan memindahkan kalor
tersebut ke refrigerant. Dengan penyerapan kalor ini,
refrigeran akan berubah fasa dari fasa liquid saat
memasuki evaporator menjadi gas saat keluar dari
evaporator. Sangat penting untuk memastikan refrigerant
yang keluar sudah berfasa gas karena akan membahayakan
kompresor jika refrigerant yang keluar masih berfasa
liquid. Untuk memastikannya, ada parameter yang harus
Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia 12
Tugas Besar Merancang Teknik Refrigerasi
diset, yaitu superheat, pemanasan refrigerant sampai
beberapa derajat diatas temperature saturasinya. Dalam
pemilihan evaporator, ada beberapa data yang harus
dicocokan dengan data saat pemilihan condensing unit,
yaitu superheating temperature, subcooling temperature,
condensing temperature, dan cooling capacity.
2.2.2. Komponen Penunjang
Selain komponen-komponen utama yang harus ada pada
siklus refrigerasi juga terdapat komponen-komponen
tambahan yang berfungsi sebagai device control atau
pengatur refrigerant. Accessories yang digunakan pada
sistem ini adalah :
1. Oil separatorOil separator berfungsi untuk memastikan pelumas yangdigunakan kompressor untuk kembali ke crankcasekompressor sebelum masuk ke kondenser. Campuranpelumas dan refrigeran masuk ke inlet oil separatordan melalui serangkaian buffle yang menyebabkanpartikel pelumas terkumpul dan jatuh ke bagian bawahoil separator. Pelumas tersebut kembali ke crankcasekarena tekanan pada oil separator yang lebih tiggidibanding pada crankcase, jika tekanan pelumas lebihrendah terdapat katup khusus akan menutup untukmencegah refrigerant masuk ke crankcase. Alat inidiletakkan setelah discharge line kompressor dansebelum kondenser.
2. Solenoid valve
Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia 13
Tugas Besar Merancang Teknik Refrigerasi
Katup elektromekanik yang digunakan untuk mengontrolfluida dengan memberikan arus listrik ke solenoid,sehingga mengubah posisi dari katup. Pada sistempendinginan solenoid valve berfungsi sebagai penutupdan pembuka (katup) pipa refrigeran yang menuju keexpansion valve sehingga pada saat defrost,refrigeran cair yang berada di evaporator tidakkembali lagi ke kompresor. Karena apabila kompresorkemasukan liquid, komproser akan rusak.
3. Filter drierBerfungsi untuk menyaring partikel-partikel kecilseperti serpihan logam dan debu yang dapatmembahayakan bagi kerja kompressor. Selain itu alatini juga bermanfaat untuk menangkap uap air yangdapat menghambat proses perpindaahan kalor sertamembahayakan kompressor. Filter dryer ditempatkansetelah kondenser dan sebelum alat ekspansi.
4. Sight glassBerfungsi untuk memperlihatkan cukup tidaknyarefrigeran yang mengalir dan apakah cairan refrigeransudah kering atau masih basah. Jika terdapat uap airatau lembab dalam refrigerant akan menyebabkankomponen berkarat, dapat pula air tadi membeku padalubang katup ekspansi sehingga menyumbat aliranrefrigerant.
5. Check valveUntuk mengalirkan fluida (liquid atau gas) hanya kesatu arah, Prinsip kerja dari check valve ini adalahaliran refrigant mempunyai tekanan yang cukup untuk
Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia 14
Tugas Besar Merancang Teknik Refrigerasi
membuka valve yang ada sehingga refrigrant dapatmengalir
6. Pressure regulatorBerfungsi untuk mengatur tekanan dari refrigeran agartekanan refrigeran yang mengalir dalam sistem sesuaidengan apa yang akan kita inginkan, sehingga kitadapat mengontrol tekanan yang berlebih.
7. Pressure controlBerfungsi sebagai alat safety, mencegah kerusakansistem apabila terjadi tekanan yang terlalu rendahpada suction atau tekanan terlalu tinggi padadischarge kompresor. Dapat mematikan sistem secaraotomatis
2.3 Prinsip Kerja Cold Storage
Pada prinsipnya cold storage hampir sama dengan ruangan biasa
yang akan didinginkan. Perbedaannya terletak pada toleransi
suhunya dimana suhu dari cold storage tidak boleh menyimpang
terlalu jauh dari desain awalnya karena bisa merusak barang
yang disimpan di dalamnya. Cold storage menggunakan siklus
kompresi uap single stage untuk pendinginannya.
Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia 15
Tugas Besar Merancang Teknik Refrigerasi
Gambar 2. Standar Vapour Compression system
Proses 1-2: isentropik kompresi
Proses 2-3: isobarik pelepasan kalor
Proses 3-4: isentalphy ekspansi
Proses 4-1: isobarik penyerapan kalor
2.4 Beban-beban Dalam Cold Storage
2.4.1. Beban Transmisi
Adalah penambahan / perolehan kalor sensibel melalui
dinding, lantai, dan atap yang tergantung dari tipe dan
bahan isolasi, kelebihan isolasi, luas permukaan bagian
luar, beda temperatur antara ruangan yang dikondisikan
dengan udara sekelilingnya.
Tabel 1. Thermal Conductivity of Cold Storage
Insulation
Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia 16
Tugas Besar Merancang Teknik Refrigerasi
Tabel 2. Minimum Insulation Thickness
2.4.2. Beban Infiltrasi Udara
Penyebab umum kebanyakan dari infiltrasi adalah perbedaan
kerapatan udara (densitas) antar ruangan.
2.4.3. Beban Produk
Sumber utama beban pendingin dari produk dalam ruangan yang
didinginkan adalah:
a) Kalor yang dilepaskan untuk mengurangi temperatur produk
akibat produk tersebut disimpan dalam temperatur
penyimpanan.
Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia 17
Tugas Besar Merancang Teknik Refrigerasi
b) Kalor yang dibangkitkan oleh produk dalam penyimpanan.
Hal ini terjadi karena peleburan kalor laten dari produk.
Produk yang dimasukkan dalam Cold Storage jika mempunyai
temperatur lebih tinggi dari temperatur Cold Storage, ia
akan melepaskan kalor sampai temperatur sama dengan
temperatur Cold Storage.
Table 3. Thermal Properties of Food
Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia 18
Tugas Besar Merancang Teknik Refrigerasi
2.4.4. Beban Auxiliary
Adalah semua energi listrik yang dihamburkan di dalam ruang
pendingin; lampu, motor listrik, heater, dan peralatan
lainnya.
Table 4. heat gain from typical electric motors
Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia 23